Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 23 September 2011

Mula2 Tonghong Pek tidak ingin mendengarkan kisah
itu, tetapi apa yang diucapkan Lieh Hwee Hujin membuat
pemuda itu mau tidak mau harus mendengarkan, hatinya
terasa amat pedih sehingga tanpa terasa ia cekal tangan
sunionya erat2.Lama sekali Lieh Hwee Hujin bercerita, sehingga
akhirnya ia menghela napas panjang dan menambahkan:
"Selama ini aku selalu mengira dia takkan kembali lagi
tetapi ia telah mencari diriku kembali, sebenarnya ingin
kukelabuhi peristiwa ini kepadamu dan tidak ingin
memberitahukan kepadamu bahwa kau nasib punya ayah,
tetapi kini ayahmu telah kembali, maka terpaksa
kuceritakan keadaan sebenarnya kepadamu"
Pikiran Tonghong Pek benar2 terasa amat kalut, ia boleh
tidak percaya terhadap perkataan orang lain, tetapi ucapan
ibu gurunya mau tak mau membuat ia harus percaya.
Bukan saja kisah yang diceritakan mengandung air mata
dan darah bahkan menyangkut pula rasa sayangnya
terhadap diri sendiri selama hampir dua puluh tahun,
sekarang Tonghong Pek baru tahu rasa sayang yang
diberikan ibu gurunya selama ini sebenarnya bukan lain
adalah rasa sayang seorang ibu kandung terhadap putranya,
tak tertahan badannya gemetar keras sekali.
"Panggil aku . . bocah, panggil aku . ." terdengar
perempuan itu memohon.
Kata "Ibu" hampir saja meluncur keluar dari mulutnya,
tetapi ia tak sanggup mengutarakannya keluar.
Sebab kalau sampai ia menyebut "Ibu" terhadap ibu
gurunya ini, itu berarti secara tidak langsung telah
mengakui Tonghong Pacu adalah ayah kandungnya sendiri.
"Bocah, mengapa kau tak sudi memanggil diriku, kau . .
kau belum percaya akan perkataanku." suara Lieh Hwee
Hujien mengenaskan sekali.
"Bukan, bukan aku tidak percaya, tetapi . . . aku masih
ada satu pertanyaan yang mencurigai hatiku.""Cepat, katakanlah nak !"
Tonghong Pek berpaling dan melirik sekejap kearah
Tonghong Pacu, ia temukan gembong iblis tersebut sedang
berdiri sambil bergendong tangan sikapnya hambar dan
dingin.
Semula pemuda itu sudah menaruh simpatik terhadap
gembong iblis tersebut tapi kini setelah mendengar cerita
dari sunionya ia mulai menaruh rasa benci terhadap lelaki
ini.
Setelah melirik sekejap kearahnya, kembali ia berpaling
dan berkata dengan suara berat:
"Persoalan yang masih tidak kupahami adalah setelah ia
tega meninggalkan dirimu pada masa berselang, kenapa
setelah lewat dua puluh tahun ia datang mencari dirimu
kembali ? apakah kau tidak curiga bahwa dia sedang
melaksanakan satu rencana keji ?"
"Tentang soal ini..."
Jelas perempuan setengah tua ini tak dapat menjawab
apa sebabnya Tonghong Pacu rujuk kembali dengan dirinya
setelah tinggalkan dia dengan hati tega pada dua puluh
tahun berselang. maka untuk sesaat dia membungkam
dalam seribu bahasa.
"Tempo dulu ia bersikap amat keji padaku, begitu tega
kau ditinggalkan, apakah kau sudi mengampuni
kesalahannya ?"
Lieh Hwee Hujin berdiri ter-mangu2, jelas belum pernah
ia berpikir sampai kesitu.
"Gwat Hun, ceritakanlah kisah yang menyangkut
siluman perempuan Kiem Lan Hoa tersebut kepadanya!"
tiba2 Tonghong Pacu berseru dengan suara lembut."Siapakah Kiem Lan Hoa itu?" tanya Tonghong Pek
cepat.
Lieh Hwee Hujin menghela napas panjang.
"Kiem Lan Hoa adalah seorang perempuan yang amat
cantik, begitu cantik wajahnya sehingga membuat setiap
lelaki yang menjumpai dirinya tentu akan tergiur dan
tergila2 kepadanya.
"Benar demikian Pek jie " sambung Tong hong Pacu,
suaranya penuh dengan penyesalan, "Aku bukan seorang
rasul yang berhati suci, bahkan akupun bukan seorang
Koencu seorang lelaki sejati, aku berasal dari aliran sesat
maka ketika berjumpa dengan Kiem Lan Hoa aku ter-gila2
kepadanya, dan tanpa sadar aku telah melakukan perbuatan
yang sangat merugikan kalian berdua."
"Gwat Hun? bukankah kau sudah memaafkan
kesalahanku ?"
Air mata jatuh bercucuran membasahi wajah GwatHun.
"Benar, aku . aku sudah lupa akan kekejianmu pada
masa silam. Kiem Lan Hoalah yang membuat kau ter-gila2,
bukan maksudmu sendiri hendak tinggalkan diriku."
Tonghong Pek merasa pikirannya sangat kalut ia tak
tahu pada saat ini apa yang harus diucapkan, ia cuma
tertawa getir.
"Lalu, dimanakah Kiem Lan Hoa pada saat ini?"
akhirnya ia bertanya.
Sebenarnya ucapan ini hanya diutarakan karena ia tak
tahu perkataan apa yang harus diutarakan, dalam
kenyataan mati hidup Kiem Lan Hoa sama sekali tiada
sangkut paut dengan dirinya.Meski demikian ucapan tersebut cukup membuat air
muka Tonghong Pacu berubah hebat!
Sepasang mata Gwat Kun telah buta sementara pikiran
Tonghong Pek sedang kalut, perubahan air muka Tonghong
Pacu ini sama sekali tidak diperhatikan olehnya, sedangkan
Giok Jien pun jadi orang kurang awas, ia semakin tidak
menemukan adanya perubahan tersebut.
Tonghong Pacu benar2 manusia luar biasa, hanya
sebentar air mukanya berubah untuk kemudian pulih
kembali seperti sedia kala, segera sahutnya.
"Kiem Lan Hoa adalah putri Thian li Kaucu, suatu
perkumpulan siluman diwilayah Biauw. dia . . dia . . dia
sudah mati.
Sebab siluman perempuan itu mati, ia datang mencari
diriku, sebab katanya ia selalu rindu dan teringat akan
daku" sambung Gwat Hun.
Tetapi Tonghong Pek cuma geleng kepala saja.
"Aku tidak percaya, aku benar2 tidak percaya apakah
aku. . aku sedang bermimpi."
"Pek-jie tak bisa disalahkan kalau kau punya pikiran
demikian, kau terlalu terharu sebab kejadian ini datangnya
terlalu mendadak, kalau kau berpikir dengan hati tenang
kemungkinan sekali akan bisa kau terima dan kau pahami
persoalan ini?"
"Benar. biarkanlah ! aku berpikir aku . . aku bicara
sampai disitu." tiba2 Tonghong Pek mendongak dan
menambahkan:
"Aku... aku ingin berpikir seorang diri?"
"Terhadap akupun, kau tak mau bersama-sama diriku?"
seru GwatHun dengan wajah bersedih.Tonghong Pek tertawa getir.
"Bukan begitu, aku bukannya tidak ingin ber-sama2
dirimu, tetapi aku ingin berpikir dulu dengan hati tenang!
Sunio, kau punya berapa orang anak, apakah aku punya
saudara?"
Pertanyaan ini muncul secara tiba2 membuat Gwat Hun
tertegun. ia segera berpaling ke arah Tonghong Pacu.
"Antara aku dengan Kiem Lan Hoa telah melahirkan
seorang anak." buru2 Tonghong Pacu berseru.
Wajah Gwat Hun berkerut, suaranya berubah
melengking belum pernah Tonghong Pek mendengar
sunionya bicara dengan suara melengking itu.
Terdengar ia berteriak "Anak yang dilahirkan perempuan
siluman itu tak dapat menyebut saudara dengan Pek-jieku!"
"Tetapi dalam kenyataan mereka adalah saudara, bahkan
sejak dilahirkan bocah itu tak pernah bertemu dengan orang
tuanya, liku2 dibalik peristiwa ini akan kuceritakan
kepadamu di kemudian hari "
Namun dengan kukuh GwatHun gelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tak mau memperdulikan persoalan ini, Pek-
jie tak boleh saling menyebut saudara dengan putra siluman
perempuan itu."
Sepasang alis Tonghong Pacu berkerut, agaknya ia mulai
tidak sabaran, namun wajahnya masih tersungging
senyuman.
"Gwat Hun. kalau kau memahami penderitaan dari
bocah itu, maka kau akan mengampuni dirinya."
"Tidak, aku tidak akan berbuat demikian, aku tidak
memaafkan Kiem Lan Hoa siluman perempuan ini tentu
saja tidak akan memaafkan pula anaknya!""Gwat Hun, kau harus tahu, Kiem Lan Hoa adalah putri
dari Thian Li Kaucu, dalam perkumpulan Thian li Kauw,
orang menitik beratkan para perempuan daripada lelaki,
kalau anak yang dilahirkan adalah seorang lelaki maka
bocah itu akan disiksa per-lahan2 sampai mati!"
Meskipun Gwat Hun mengatakan tak mau memaafkan
Kiem Lan Hoa beserta putranya, namun dasar hatinya
adalah welas asih mendengar ucapan tersebut tak terasa lagi
ia berseru tertahan.
"Gwat Hun, coba bayangkan. bagaimanapun juga dia
adalah putraku, dan mana aku boleh membiarkan Kim Lan
Hoa menyiksanya sampai mati?" ujar Tonghong Pacu
sambil tertawa getir.
"Maka dari itu sewaktu Kiem Lan Hoa masih berada
dalam keadaan tidak sadar, aku curi bocah itu, kebetulan
sekali pada waktu itu ada seorang pengembara sedang
berada diwilayah Biauw, maka kuserahkan bocah itu
kepadanya, dan aku pesan agar bocah itu dibawa keluar
dari wilayah Biauw makin jauh makin baik !"
"Aaah...lalu bagaimana dengan bocah itu ?" ia tidak
kuasa kembali Gwat Hun bertanya dengan hati kuatir.
"Waktu itu ketika kuserahkan bocah tersebut kepada
sang pengembara, dalam perkiraanku pencarian
dikemudian hari tidak akan terlalu sulit maka aku tidak
bertanya tentang asal-usul pengembara itu, aku cuma tahu
ia she Loei, tetapi kemudian dengan susah payah aku baru
berhasil mencari tahu jejaknya, yaitu dua belas tahun
kemudian, dari mulut seseorang aku baru tahu dimanakah
bocah itu berada."
"Dia sudah berusia dua belas tahun ?""Benar, bahkan karena nasibnya yang baik ia sudah
diterima jadi murid oleh Si Thay sianseng, tokoh sakti
nomor wahid dari kolong langit dewasa ini."
Ucapan ini membuat Gwat Hun berseru tertahan,
sementara Tonghong Pek yang ada disamping amat
terkesiap.
"Kau... apa katamu?" serunya keras2.
Tonghong Pacu menyingkap tangannya diulapkan
dengan maksud agar pemuda itu jangan buka suara dahulu.
Tetapi Tonghong Pek tak dapat menahan diri, ia malah
maju kedepan sambil mendesak:
"Tidak, aku ingin bertanya sampai jelas siapakah bocah
yang kau maksud kan?"
"Aku tahu dalam hati kecilmu kau telah berhasil
menebak orang itu?"
"Perduli dengan aku, perduli siapakah dia sama sekali
tak ada sangkut pautnya dengan diriku, meski dia adalah
Loei Sam pun tiada sangkut pautnya denganku!" seru
Tonghong Pek sambil goyang tangan berulang kali,
wajahnya aneh sekali.
Sembari berkata ia mundur kebelakang sampai beberapa
langkah jauhnya dari tempat semula.
"Benar dia adalah Loei Sam." sambung Tong hong Pacu
cepat, "Darimana kau bisa katakan bahwa tidak ada
hubungannya dengan orang itu? dia adalah saudara seayah
lain ibu."
"Bukan!" teriak Tonghong Pek seraya meloncat bangun.
Tonghong Pacu tidak memperdulikan dirinya lagi,
kembali ia bergumam seorang diri."Ketika ia berusia tujuh tahun dan mengikuti
pengembara itu mencari obat diatas gunung Go bie, secara
kebetulan bocah itu bertemu dengan Si Thay sianseng,
karena melihat bocah itu cerdik dan berbakat maka ia
diterima jadi murid, ketika itu bahkan Si Thay sianseng
sendiripun tak tahu asal usulnya ketika aku berhasil
temukan pengembara itu kemudian dibawah petunjuk
pengembara tadi aku datang ketempat tinggalnya Si Thay
sianseng waktu itu bocah tersebut sudah ada lima tahun
lamanya berada di gunung Go-bie . . ."
"Kau tidak akur dengan Si Thay sianseng secara
bagaimana persoalan ini bisa diselesaikan?"
"Waktu itu ketika Si Thay sianseng melihat kehadiranku
dan mengetahui pula asal usul Loei Sam hatinya sangat
terperanjat. Selama lima tahun Loei Sam berada dalam
perguruannya, ilmu silat yang berhasil ia kuasahi benar2
luar biasa, seandainya waktu itu bocah tadi diusir dari
perguruan, niscaya rahasia perguruan akan bocor ketempat
luaran, maka dari itu setelah berunding semalaman suntuk
ia minta aku pegang rahasia dan jangan menyesatkan
pikiran Loei Sam, sebab Loei Sam menjadi seorang
manusia yang berguna bagi dunia persilatan."
"Hm... ia memang sangat memenuhi harapanmu itu."
jengek Tonghong Pek sambil tertawa dingin. Mendengar
jengekan tersebut, sepasang alis GwatHun berkerut,
"Pek-jie, sejak kapan kau belajar mengucapkan kata2
yang begitu tak enak didengar ?" tegurnya.
"Sunio kau tidak tahu..." Belum selesai ia berkata,
Tonghong Pacu telah menukas:
"Selama ini ia tak tahu asal-usulnya, Si Thay sianseng
maupun aku tak pernah menceritakan rahasia ini kepada
siapapun, sebetulnya Si Thay sianseng boleh terhitungseorang Koen cu, seorang lelaki sejati yang patut dipuji,
terhadap bocah ini baik sikap maupun dalam mewariskan
ilmu silatnya ia tak pernah pilih kasih, maka selama ini pula
aku menjaga rahasia ini dan tidak mengatakan kalau dia
adalah putraku."
Ia merandek sejenak untuk menghela napas panjang,
setelah itu sambungnya lebih jauh:
"Sebenarnya aku mengira persoalan ini tak bakal terjadi
perubahan, aku lihat bocah itu tumbuh jadi dewasa
dibawah didikan Si Thay sianseng, tetapi sungguh tak
nyana Loei Sam bocah ini ternyata sudah menyenangi putri
Si Thay sianseng!"
"Tentu saja Si Thay sianseng tidak akan menyetujui
perkawinan ini." seru Gwat Hun.
Tonghong Pacu mengangguk.
"Persoalan ini gampang sekali diduga, tentu saja Si Thay
Sianseng tidak akan setuju tetapi hubungan mereka berdua
makin hari makin akrab dan makin intim sehingga akhirnya
urusan tak terselesaikan, dalam keadaan gusar Si Thay
sianseng hendak menghukum mati Loei Sam, dalam
keadaan semacam itu terpaksa Loei Sam mengajak
beberapa orang rekan seperguruannya untuk sama2
melarikan diri kedalam dunia persilatan."
Tong hong Pek yang berdiri disamping sebenarnya tak
ingin ikut campur, tetapi ia tak kuat menahan diri, tiba2
teriaknya.
"Didengar dari ucapanmu, seakan2 Loei Sam sama
sekali tidak salah!"
"Aku memang punya perasaan demikian, aku pikir kalau
Loei Sam bukan anakku serta Kiem Lan Hoa, maka Si
Thay sianseng yang menyukai bocah tersebut tentu dengansenang hati menjodohkan putrinya kepada bocah itu dan
tentu ia akan jadi seorang pendekar hebat, bukan seperti
sekarang keadaannya?"
Tonghong Pek tertawa dingin.
"Tetapi sewaktu ada diluar perbatasan karena aku
halangi niatnya untuk memperkosa seorang nona sehingga
menderita luka parah terbokong oleh serangannya yang
pengecut, hampir-hampir saja j iwaku melayang
ditangannya."
"Pek-jie, kiranya dialah yang melukai dirimu." seru Gwat
Hun terperanjat.
"Kecuali dia, dalam kolong langit tak akan muncul Loei
Sam kedua yang begitu keji, begitu pengecut serta begitu
licik" sahut pemuda itu sambil gertak gigi.
"Sunio ada satu persoalan ingin kuberitahukan
kepadamu, sahabat suhu, putri dari Hiat Goan Sin koen
justru mati karena diperkosa oleh bajingan Loei Sam,
manusia cabul bangsat terkutuk itu. Bajingan macam ini..."
Tonghong Pek merasa amat terharu, ia tak sanggup
melanjutkan kembali kata2nya.
"Sungguh menakutkan, sungguh menakutkan sekali"
seru Gwat Hun sambil mencekal tangan Tonghong Pek
erat2.
"Kiem Lan Hoa siluman perempuan itu dari mana bisa
melahirkan anak yang terkutuk macam itu ? dia...sekarang
dia berada di mana ?"
"Sekarang semua jago yang ada dikolong langit sama2
mencari jejaknya, sama2 hendak membinasakan dirinya,
kecuali lari ke Timur bersembunyi ke barat, apa yang bisa ia
lakukan lagi ?"Tonghong Pacu yang selama ini membungkam, tiba2
menghela napas panjang dan berkata:
"Dia adalah seorang bocah yang cerdik, satu kali
dianggap orang sebagai orang jahat maka ia akan berbuat
jahat terus, perasaan hati semacam ini tidak akan kau
pahami !"
"Hm! mengapa sejak dahulu, sejak mulai ini sudah
dianggap orang sebagai manusia jahat ?"
"Sudah, tak usah banyak bicara lagi, mulai sekarang aku
adalah ayahmu dan Loei Sam adalah saudaramu kau
mengerti ?"
Tonghong Pek merasa kepalanya mendengung keras,
persoalan pertama belum bisa diterima ia dipaksa untuk
menerima persoalan kedua, ia murung dan segera teriaknya
keras2.
"Kau pun tak usah banyak bicara, sampai matipun aku
tak akan mengakui kedua hal tersebut."
"Apa maksud ucapanmu itu? apakah kau merasa malu
menganggap diriku sebagai ayahmu?" hardik Tonghong
Pacu, sepasang alisnya berkerut.
Tonghong Pek mendongak dan tertawa terbahak2.
"Haa... haa... ternyata kau tahu diri!"
"Pek jie, kau tak boleh berkata demikian terhadap
ayahmu sendiri!" jerit Gwat Hun.
Pada hari biasa Tong hong Pek selalu menghormati ibu
gurunya, tapi saat ini dalam keadaan terharu dari hati
bertolak ia tak mau tahu, ia pun menghardik keras. "Aku
tidak punya ayah macam dia, perkataan dari kalian berdua
tidak sepatah katapun yang bisa kupercayai!"
Air muka Gwat Hun pucat bagaikan mayat."Lalu perkataan siapakah baru bisa kau percayai?"
tanyanya.
"Siapapun tidak kupercayai, percuma kalian mengatakan
hal2 tersebut kepadaku, aku tidak akan percaya !" sembari
berteriak ia enjot badan dan lari keluar.
"Kau jangan pergi dulu !" teriak Gwat Hun. .
Namun Tonghong Pek tidak ambil gubris, dalam dua
tiga loncatan ia sudah lenyap dibalik tikungan.
"Pek jie, seandainya suhumu yang mengatakan
kepadanu. apakah kau percaya ?" kembali Gwat Hun
berteriak napasnya ter sengkal2.
Waktu itu Tonghong Pek sudah berada jauh sekali,
meski demikian ia dapat menangkap jeritan Gwat Hun,
ucapan itu membuat badannya lemas, hampir2 saja ia jatuh
tidak sadarkan diri.
Benar, bagaimana kalau gurunya yang mengatakan
persoalan tersebut kepadanya ?
Lieh Hwee Sin-Tuo adalah orang yang paling dihormati,
ia tahu sibongkok sakti gurunya tak pernah berbohong, tak
mungkin kalau ia menipu dirinya, bagaimana kalau
gurunyapun berkata demikian ?
Dalam pada itu Gwat Hun masih berteriak keras2, tetapi
segera dicegah oleh Tonghong Pacu.
"Sudahlah jangan berteriak lagi, setelah ia tahu
duduknya perkara suatu saat tentu akan datang sendiri, saat
ini kau berteriak sampai suaramu habispun percuma."
Ucapan itu menambah berat hati Tonghong Pek yang
sedang berlari keluar, ia makin kalap larinya makin kencang
ketika itu hampir boleh dikata ia tak tahu kemanakah ia
hendak pergi.Pikirannya benar2 kalut, ia tak tahu berapa jauh sudah ia
tempuh sehingga akhirnya ia baru berhenti ketika
mendengar jeritan melengking seseorang.
Ketika ia berhenti, pemuda itu tak dapat melihat nyata
pemandangan dihadapannya, ia merasa pandangannya
kabur. . .
"Tonghong toako, kenapa kau?" kembali terdengar orang
itu menegur dengan suara berat.
Ketika sedang berlari tadi, Tonghong Pek sudah
merasakan kepalanya pusing tujuh keliling, badannya terasa
mau roboh keatas tanah, namun ia pertahankan diri yang
dipikirkan hanyalah meninggalkan tempat itu semakin jauh
semakin baik.
Sehingga akhirnya ia berhenti karena seruan kaget dari
seseorang, kini ia kenali suara tersebut adalah suara Si Soat
Ang.
Begitu berjumpa dengan orang yang dikenal, seluruh
ketegangan mengendor tenaga yang terkumpul pun jadi
buyar, kakinya jadi lemas dan tak tertahan lagi badannya
roboh keatas tanah.
Tetapi ia tidak ingin roboh, tangannya buru2 diulur
kedepan seraya berseru:
"Bimbing aku . . payang . . payang tubuhku." Orang yang
sedang berlari kearahnya bukan lain adalah Si Soat Ang,
waktu itu gadis tersebutpun dapat melihat mimik wajah
Tonghong Pek mendengar seruan tersebut buru2 ia maju
kedepan.
Ketika itulah tubuh Tonghong Pek rubuh lemas keatas
tanah dan tepat menumbuk diatas bahu Si Soat Ang,
dengan demikian ia selamat terbanting keatas tanah, wajah
Tonghong Pek terlihat pucat pasi bagaikan mayat, sepasangmata mendelong dan badannya lemah, keadaannya sangat
aneh sekali.
"Tonghong toako kenapa kau?" seru Si Soat Ang dengan
hati cemas "Peristiwa apa yang telah kau jumpa ?"
Ucapan itu terdengar oleh pemuda itu secara lapat2 ia
tak dapat menjawab kecuali menggelengkan kepala belaka.
Beberapa saat telah berlalu, hawa murni dalam tubuhpun
bergerak lancar kembali, ia mulai menangkap jelas wajah Si
Soat Ang, ketika itu gadis tersebut sedang memandang
kearahnya dengan wajah terperanjat, mata terbelalak. Ia
tarik napas panjang lalu menjawab:
"Soat Ang, kau tak usah terkejut, aku... aku tidak apa2 !"
Mendengar pemuda itu bisa bicara, Si Soat Ang pun
berlega hati.
"Tapi...air mukamu, mengapa... mengapa begitu
menakutkan ? apakah kau terkena hawa jahat?"
"Kena hawa jahat ?" Tonghong Pek segera menggeleng.
"Aaah..! kalau dibicarakan sungguh panjang sekali
kisahnya. Soat Ang, secara bagaimana kau bisa tiba disini ?
apakah telah bertemu dengan guruku ?"
"Tidak." Si Soat Ang menggeleng. "Aku dengan Ciang
Ooh menanti kedatangan kalian lama sekali dalam hutan
bambu, karena tidak nampak juga kalian munculkan diri
maka kami lantas ke luar, siapa sangka ditempat ini telah
berjumpa dengan dirimu !"
"Dimana Ciang Ooh?"
"la berdiri disitu!" jawab sang gadis sambil menuding
kebelakang.
Mengikuti arah yang dituding Si Soat Ang, Tonghong
Pek angkat kepala, tampak olehnya Ciang Ooh berdirimematung disamping sebatang pohon, buru2 ujarnya
kembali:
"Aku ada urusan yang sangat penting ingin cepat
bertemu dengan guruku, kalian cepat2 cari dirinya kemari "
"Apakah kau berhasil menemukan ibu guru-mu"!" tanya
sang dara tertegun.
Pertanyaan ini sebenarnya diajukan tanpa maksud
tertentu, namun cukup menyakitkan hati Tonghong Pek.
Pemuda ini segera menghela napas panjang.
"Soat Ang, persoalan ini panjang sekali kalau
dibicarakan lebih baik kita temukan dulu guru ku."
ia tarik tangan Si Soat Ang untuk diajak berlalu, namun
ia sendiripun tak tahu saat ini Lieh Hwee Sin Tuo berada
dimana, maka dari itu mereka cuma berputar kalang kabut
tanpa arah tujuan.
Menyaksikan kesemuanya ini, Si Soat Ang merasa ragu2
bercampur geli, sambil depak kaki serunya. "Kau hendak
mencari Lieh Hwee cianpwee apa gunanya menarik aku
untuk diajak berputar tanpa tujuan? waktu berpisah
bukanlah ia serahkan sebatang anak panah bersuara
kepadamu dan berpesan apabila kau berhasil temukan
suniomu segera lepaskan anak panah tersebut?"
Tonghong Pek segera disadarkan kembali oleh ucapan
tersebut, ia berhenti dan berseru:
"Aaah. . . benar?"
Dari dalam sakunya segera ia ambil keluar anak panah
bersuara itu.
Panah tadi dipatahkan jadi dua bagian lalu di lepaskan
mengikuti arah angin dan dilempar ke atas "Darrr"bagaikan serentetan asap merah panah bersuara tadi segera
meluncur ketengah angkasa.
Diikuti terjadi lagi ledakan dahsyat ditengah udara,
terpancarlah serentetan cahaya merah bagaikan hujan
gerimis rontok kebawah jarak se puluh li pasti dapat
menangkap cahaya tersebut. Dalam pada itu Tonghong Pek
sambil memegangi kepalanya dengan sepasang tangan
segera duduk mendeprok diatas sebuah batu cadas setelah
melepaskan tanda panah tadi.
"Tong-hong toako kelihatan sekali hatimu sangat sedih"
kata Si Soat Ang sambil berjongkok disisinya. "Mengapa
tidak kau ceritakan masalahmu itu kepadaku?"
Suaranya lembut halus dan menawan hati, membuat
Tonghong Pek mendongak lalu tertawa getir.
"Soat Ang..." katanya: "Seumpama kau adalah..."
Tapi ucapan itu tidak dilanjutkan, sebagai gantinya ia
tertawa getir kembali.
"Seumpama kau kenapa ? kenapa tidak kau teruskan ?"
Tonghong Pek hanya menggeleng dengan kali sedih,
sukar baginya untuk melanjutkan ucapan tersebut,
sebenarnya ia ingin bertanya: "seumpama aku adalah kakak
dari Loei Sam, bagaimana sikapmu selanjutnya kepadaku ?"
tetapi ia tak kuasa mengucapkan kata2 tersebut.
Hatinya sangat terharu sehingga badannya gemetar
keras, mimik mukanya berubah makin jelek membuat Si
Soat Ang jadi bergidik.
Buru2 ia dekati badan pemuda itu sambil menegur
dengan suara keras:
"Tonghong toako, sebenarnya kenapa kau ? rahasia
hatimu kenapa tidak kau utarakan secara terus terang !"Berbicara sampai disini ia menghela napas panjang,
tunduk kepala dan meneruskan dengan hati sedih:
"Aku mengira...mengira apabila kau punya rahasia
dalam hati tentu akan dikatakan kepadaku, seperti pula
dengan diriku kepadamu."
"Soat Ang bukannya aku tak mau katakan rahasia ini
kepadamu melainkan hatiku teramat kalut, aku tak tahu
perkataan ini harus dimulai darimana ?"
Si Soat Ang mendongak, air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya.
"Tidak mengapa, katakanlah per-lahan2 asalkan kau
suka bicara dengan aku ini sudah cukup."
"Mana mungkin?"
Tonghong Pek tertawa getir "Aku... aku... tadi aku telah
berjumpa dengan Tonghong Pacu..."
Tiba2 terasa desiran angin tajam menyambar lewat,
Tonghong Pek serta Si Soat Ang ber-sama2 angkat kepala
tampaklah Hiat Goan Sin koen telah meluncur datang.
Agaknya simanusia monyet Hiat Goan Sin-koen dapat
menangkap ucapan itu, maka begitu tiba disana ia lantas
berseru:
"Apa? kau telan berjumpa dengan Tonghong Pacu?"
Tonghong Pek buka mulut, belum sempat menjawab
tiba2 terdengar jeritan aneh dari Lieh Hwee Sin-tuo
berkumandang datang begitu tiba disana iapun berseru:
"Kau telah bertemu dengan Tonghong Pacu?"
"Benar aku telah berjumpa dengan dia suhu."
Sebenarnya Tonghong Pek hendak mengatakan "Suhu
mengapa kau begitu takut kalau aku bertemu dengan dia",tetapi watak si bongkok yang berangasan sama sekali tidak
memberi kesempatan bagi pemuda itu untuk menyelesaikan
kata2nya, sambil mendepak kaki ia membentak:
"Aku suruh kau melarikan diri, apakah kau telah
mengikuti perkataanku. ."
Tonghong Pek tertawa getir.
"Pesan dari suhu aku tak berani melupakan tetapi
keadaan waktu itu membuat aku tak bisa melarikan diri,
maka dari itu terpaksa aku harus mengikuti dirinya untuk
menjumpai seseorang."
Air muka Hiat Goan Sin koen serta Lieh Hwee Sin-tuo
kontan berobah hebat, mereka kelihatan tegang sekali.
"Manusia macam apa yang telah kau jumpai itu?" ujar
Hiat Goan Sin koen cepat2 Tonghong Pek tidak menjawab,
ia berpaling dan menatap wajah gurunya tajam sekali.
"Siapa yang telah kau jumpai?" tanya Lieh Hwee Sin tuo
dengan suara gemetar:
Tonghong Pek ragu2 sejenak, akhirnya sepatah demi
sepatah jawabnya:
"la ajak aku untuk bertemu dengan sunioku."
Hiat Goan Sin koen dan Lieh Hwee Sin Tuo sama2
melangkah mundur setindak kebelakang, air muka mereka
berdua berubah hebat, setelah saling bertukar pandangan
sekejap, Hiat Goan Sin koen gerakkan bibirnya hendak
bicara namun segera dicegah oleh Lieh Hwee Sin Tuo.
Tonghong Pek pusatkan segenap perhatiannya
mengawasi tingkah laku gurunya, ia temukan si bongkok
sakti berdiri menjublak. napasnya ter-engah2 dan badannya
lemas sekali."Kalau begitu, kau . . kau sudah mengerti barusan?"
tanyanya lirih suaranya perlahan dan mengenaskan sekali.
Sebenarnya Tonghong Pek masih berharap agar Lieh
Hwee Sin-Tuo bisa mengatakan bahwa apa yang dikatakan
Tonghong Pacu serta sunionya tidak benar, tak nyana
sibongkok sakti itu malah balik bertanya kepadanya.
Hal ini membuat Tonghong Pek berdiri bergidik,
mulutnya melongo dan untuk sesaat tak dapat
mengucapkan sepatah katapun, dalam hati ia sama bisa
berseru:
"Agaknya apa yang mereka katakan sedikitpun tidak
salah..."
Beberapa patah kata ini berputar selama beberapa saat
dalam benaknya, untuk kemudian ia baru berkata.
"Kalau begitu apa yang mereka berdua katakan adalah
benar ?"
Hiat Goan Sinkoen segera melengos, agaknya ia tidak
ingin mendengarkan pertanyaan semacam itu, sebaliknya
Lieh Hwee Sin-Tuo berdiri kaku menanti pemuda itu
mengulangi katanya untuk kedua kakinya, ia baru
mengangguk.
"Sedikitpun tidak salah !"
Seluruh tubuh Tonghong Pek gemetar keras, ia
mendongak dan awasi kedua orang jago itu dengan
pandangan mata mendelong.
Tempo dulu ketika si manusia monyet mengatakan pada
orang lain bahwa dia adalah putra Tonghong Pacu waktu
itu, hatinya merasa geli sekali, siapa nyana persoalan yang
menggelikan dahulu kini jadi kenyataan, ia benar2 adalahputra Tonghong Pacu gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit dewasa ini.
Tempo dulu ketika si manusia monyet mengatakan pada
orang lain bahwa dia adalah putra Tonghong Pacu waktu
itu, hatinya merasa geli sekali, siapa nyana persoalan yang
menggelikan dahulu kini jadi kenyataan, ia benar2 adalah
putra Tonghong Pacu gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit dewasa ini.
Pemuda itu benar2 tak kuat menahan diri, ia mendongak
lalu tertawa terbahak2, suaranya keras dan menyeramkan
membuat setiap orang yang mendengar merasa hatinya
bergidik, bulu kuduk pada bangun berdiri. .
Si Soat Ang yang selama ini berdiri disamping hingga
waktu itu masih belum tahu persoalan apa yang sedang
dibicarakan. kini secara tiba2 mendengar Tonghong Pek
tertawa aneh, ia jadi terperanjat.
"Tonghong toako !" teriaknya keras2. Tonghong Pek
tidak menggubris, tiada hentinya ia tertawa terus, suaranya
makin lama semakin menyeramkan.
Tiba2 Hiat Goan sio koen berpaling dengan amat
gusarnya, ia membentak.
"Apa yang perlu ditertawakan ? kalau kau tertawa lagi,
akan kutempeleng mukamu !"
Namun Tonghong Pek sudah tidak sadar, saat ini ia
tidak memperdulikan ancaman dari manusia monyet itu
lagi, malah tertawanya malahan semakin keras.
Hiat Goan Sin koen tak tahan, ia segera meloncat
kedepan, tangannya diayun menampar wajah.
Belum sampai telapaknya bersarang diwajah sang
pemuda, tiba2 Lieh Hwee Sin Tuo membentak:"Jangan sentuh dia !"
Sembari membentak, sibongkok sakti putar telapak,
kelima jarinya bagaikan cakar garuda menangkap ketangan
Hiat Goan Sin-koen.
Buru2 simanusia monyet tarik kembali tangannya, tetapi
serangan dari sibongkok datangnya terlalu cepat, meski
pergelangannya tidak sampai kena dicengkeram namun
dimana kelima jari tangan sibongkok menyambar lewat
ujung baju Hiat Goan Sin koen telah tersambar robek. Air
muka simanusia monyet ini langsung berubah hebat.
"Bongkok! kau hendak berbuat apa?" hardiknya.
Lieh Hwee Sin Tuo menggeleng, wajahnya tampak
menyedihkan sekali, suaranya serak dan "Jangan kau
ganggu ketenangannya, biarkan dia tertawa sampai puas."
katanya.
Yang dimaksudkan dia oleh sibongkok sakti bukan lain
adalah Tonghong Pek, simanusia monyet segera tertegun
dan berhenti bergerak.
Beberapa saat kemudian pemuda itu berhenti tertawa, Si
Soat Ang yang berdiri disisinya segera tarik lengannya
seraya menegur "Tong hong toako, sebenarnya apa yang
telah terjadi?"
Air muka Tonghong Pek pucat pias bagaikan mayat, per
lahan2 berhasil menenangkan diri, terdengar ia menarik
napas panjang, berkata.
"Soat Ang, kisah ini panjang sekali kalau di ceritakan."
"Perduli bagai mana panjangnya cerita ini kau harus
beritahukan kepadaku, kau harus beritahu kepadaku!"
"Tentu saja akan kuberitahukan soal ini kepadamu, mari
biarlah kuceritakan kepadamu!"Sembari berkata ia tarik tangan Si Soat Ang dan diajak
berlalu, sikapnya seakan2 ditempat ini tak ada orang ketiga
lagi.
Belum sampai tujuh delapan langkah mereka berdua
berlalu Lieh Hwee Sin Tuo tiba2 membentak:
"Tonghong Pek?"
Tubuh pemuda itu bergetar keras, ia segera berhenti
namun ia tidak putar badannya sama sekali.
Lieh Hwee Sin Tuo pun tidak maju menghampiri, berdiri
ditempat semula ia menegur.
"Kau hendak pergi kemana?"
"Aku . . . aku sendiripun tidak tahu."
"Aku adalah suhumu kalau kau tidak ber-sama2 aku
hendak kemana kau pergi?"
Tonghong Pek merasa amat sedih, Lieh Hwee Sin tuo
adalah suhunya dan orang yang paling ia kagumi selama
ini, tetapi selama ini orang yang ia hormati ternyata sudah
mengetahui asal usulnya, dan kini ia sudah tahu duduknya
perkara secara mendadak, pukulan bathin ini membuat
pandangannya terhadap sibongkok sakti jadi berubah.
Namun meski demikian pertanyaan itu cukup membuat
hatinya sedih.
Ia tahu memang tidak sepantasnya ia menyalahkan
sibongkok sakti, si orang tua ini tentu mempunyai kesulitan
sendiri, karena itu selama ini menganggap dirinya sebagai
murid, Tak kuasa Tonghong Pek tertawa getir, dia adalah
putra Tonghong Pacu, mungkinkah dia masih dianggap
sebagai anak murid Lieh Hwee Sin tuo?
Suara tertawanya mengenaskan sekali membuat
siapapun yang mendengar merasa sangat tidak enak."Aku. . aku masih kau anggap sebagai muridmu?" ia
bertanya, "Aku rasa tidak mungkin lagi!"
Ucapan ini membuat Si Soat Ang yang berada disana
jadi amat terperanjat, sebab ia tahu baik jago dari kalangan
lurus maupun dari kalangan sesat sama2 menganggap
penghianatan terhadap perguruan merupakan suatu dosa
yang amat besar sekali.
Lieh Hwee Sio Tuo sama sekali tidak jadi gusar seperti
yang diduga Si Soat Ang, ia malah tertawa getir.
"Kalau begitu, kau hendak mencari ayahmu?"
Tonghong Pek amat sedih, ternyata Lieh Hwee Sin Tuo
tidak memahami perasaan hatinya, ia mendongak dan
segera tertawa aneh.
Saat ini Si Soat Ang tak dapat menahan rasa curiganya
lagi, ia segera bertanya dengan suara keras.
"Tonghong toako, apa yang kau katakan? ayahmu?
siapakah ayahmu?"
Sebenarnya pemuda itu tidak ingin menceritakan asal
usulnya kepada gadis ini sehingga ia merasa ngeri, tapi
pukulan hatin yang diterima saat ini membuat ia tanpa
sadar telah menjawab dengan suara keras:
"Ayahku adalah Tonghong Pacu, manusia yang paling
tersohor dalam kolong langit dewasa ini!"
Si Soat Ang berseru tertahan, ia mundur selangkah
kebelakang dan hampir2 tak mau mempercayai telinga
sendiri.
Kembali Tonghong Pek tertawa aneh.
"Aku adalah putra Tonghong Pacu, coba kau katakan,
bukankah asal usulku luar biasa sekali?"Si Soat Ang benar2 amat terperanjat nama "Tonghong
Pacu", membuat hatinya bergidik.
Hal ini membuat gadis itu tak tahu hatinya merasa
senang atau terkejut, ia cuma berdiri dengan mata terbelalak
mulut melongo untuk sesaat tak sepatah katapun bisa
diutarakan keluar kecuali gelengkan kepalanya berulang
kali.
"Soat Ang, kau tak usah goyang kepala aku benar2
adalah putra dari Tonghong Pacu." ujar Tonghong Pek
kembali, kini suaranya mencerminkan betapa sedih hatinya,
"Bukan saja Tong hong Pacu berkata demikian sunioku
berkata demikian dan sekarang seperti kau dengar sendiri,
guruku pun berkata begini!"
Pada saat itu otak Si Soat Ang telah berputar, ia mulai
merasa girang dengan jalan pikirannya, Yang ia kenali akan
diri Tonghong Pek adalah seorang murid Lieh Hwee Sin
tuo kedatangannya kesanapun tidak lain hanya bertujuan
hendak mencari tulang punggung yang bisa menjamin
keselamatannya.
Dan kini ia tahu Tonghong Pek adalah putra Tonghong
Pacu, apabila ia bergaul rapat dengan pemuda itu,
dikemudian hari siapa yang berani mengganggu dirinya
lagi? siapa yang berani mencari urusan dengan Tonghong
Pacu gembong iblis nomor wahid dari kolong langit?
Berpikir sampai disini, Si Soat Ang benar2 merasa
kegirangan, sehingga hampir2 saja ia berjingkrak dan
bersorak.
Dalam pada itu Tonghong Pek dapat melihat bahwa
diatas wajah Si Soat Ang memancar keluar sinar
kegirangan, ia jadi tertegun dan segera menegur:
"Soat Ang, agaknya kau merasa kegirangan ?""Tentu saja aku merasa girang, apakah kau..." karena
girangnya gadis itu tak dapat mengerem kata2nya.
Namun segera ia sadar, membungkam. angkat kepala
dan menatap wajah Tonghong Pek tajam2.
Dari mimik wajah pemuda itu, ia lantas tahu dan bisa
menebak bahwa Tonghong Pek agaknya merasa tidak
senang jadi putra Tonghong Pacu.
Sebagai seorang gadis cerdik ia bisa meng-ubah2 haluan
mengikuti arah tiupan angin, buru2 tambahnya:
"Apakah kau.,.kau merasa tidak senang ? sekarang kau
sudah tahu asal usulmu, inilah kejadian yang patut
digirangkan dalam kolong langit, bukankah begitu
Tonghong toako ?"
"Tapi...tapi...meskipun aku sudah tahu akan asal usulku,
tetapi aku berhasil membuktikan pula bahwa aku adalah
putra dari Tonghong Pacu."
"Tonghong toako, ayahmu adalah seorang tokoh sakti
nomor wahid dikolong langit."
Tonghong Pek geleng kepala, "Dia adalah gembong iblis
nomor satu dari kolong langit."
"Perduli bagaimanapun juga, setelah kau tahu bahwa dia
adalah ayahmu maka kau harus berada sama2 dia belajar
silat darinya."
Seluruh tubuh Tonghong Pek bergetar keras, ia pandang
wajah Si Soat Ang dengan pandangan yang aneh, seakan2
ia sedang memandang orang lain, seorang manusia asing.
"Kenapa kau?" tegur Si Soat Ang dengan jantung
berdebar keras.
"Soat Ang, apa yang kau katakan tadi apakah muncul
dari dasar hati kecilmu?"Dara itu sadar Tonghong Pek merasa tidak puas dengan
ucapannya, maka ia lantas melengos menjawab seenaknya.
"Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan diriku,
bukankah Tonghong pacu adalah ayahmu?"
"Soat Ang sejak kau tahu bahwa aku telah mengetahui
asal usulku, bukannya merasa sedih kau merasa kegirangan
agaknya."
"Tentu saja merasa girang sekali!"
Tonghong Pek mendongak dan menghela napas panjang.
"Aaaai . , kalau begitu siapa yang sama seperti aku?
merasa amat berduka?"
Ucapan ini diutarakan dengan amat sedih, dalam
kenyataan inilah isi hati sebenarnya.
"Tonghong Pek, aku menyadari keadaanmu!" ujar Lieh
Hwee Sin Tuo sambil menghela napas panjang.
Tiba2 Tonghong Pek putar badan dan jatuhkan diri
berlutut di hadapan si Lieh Hwee Sin-Tuo, setelah
menjalankan penghormatan sebanyak tiga kali, ujarnya.
"Suhu, sejak ini kita tak usah menyebut dengan istilah guru
dan murid lagi, kita berpisah sampai disini saja."
Lieh Hwee Sin Tuo tertegun, mulutnya melongo dan
sepatah katapun tak sanggup diutarakan.
Sebaliknya Hiai Gwat Sin koen yang berdiri disamping
sibongkok segera membentak keras, wajahnya berubah
merah padam.
"Tonghong Pek, apa maksud ucapanmu itu?"
Tonghong Pek tidak menjawab, ia cuma tertawa getir
sambil menuding kearah Lieh Hwee Sin Tuo."Dia mengerti ?" katanya, Buru2 Hiat Goan Sin koen
berpaling ke arah si bongkok sakti.
Wajah Lieh Hwee Sin-Tuo amat sedih bercampur
terkejut, ia mengangguk tiada hentinya:
"Benar aku mengerti, Hiat Goan, kau tak usah
mencampuri urusan kami lagi"
"Baik ! Baik ! aku tidak akan turut campur, aku tidak
akan turut campur."
”Tonghong Pek, ini hari aku baru tahu sebenarnya kau
adalah manusia macam apa !" teriak Hiat Goan Sin koen
dengan mata melotot, napasnya ter-sengkal2:
"Hiat Goan, sudahlah jangan bicara lagi".
"Kau suruh aku jangan mencampuri urusanmu, aku
sudah tidak ikut campur. apa kaupun melarang aku bicara
!"
Kalau mengikuti tabiat sibongkok saat ini juga ia akan
beribut dengan manusia monyet itu, tapi sekarang ia tidak
berniat untuk berbuat demikian maka ia membungkam
dalam seribu bahasa.
Lama sekali ia tundukkan kepalanya rendah2 kemudian
putar badan dan berlalu, langkahnya lambat membuat
orang yang melihat merasa terharu, dua puluh tahun
lamanya ia merawat Tonghong Pek, sejak ia kecil hingga
ketingkat dewasa meski pemuda ini bukan putra sendiri
namun ia sayangi bocah ini bagai putra sendiri.
Tapi apa yang terjadi saat ini ?...selangkah demi
selangkah Lieh Hwee Sin Tuo berjalan kedepan, beberapa
saat kemudian ia sudah lenyap dari pandangan.
Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen memburu kedepan,
agaknya ia hendak menyusul sahabatnya sibongkok sakti,namun ia segera berhenti, menghela napas panjang dan
berlalu dengan ambil arah yang berlawanan.
Tonghong Pek sendiri berdiri ter-mangu2 disitu, tentu ia
dapat melihat betapa runyam keadaan Lieh Hwee Sin-Tuo,
lenyapnya kegagahan siorang tua itu, memandang
bayangan tubuh gurunya yang mulai lenyap tak kuasa air
mata bercucuran.
Si Soat Ang yang berdiri disisi pemuda itu mulai merasa
tidak sabar melihat tingkah polah Tong hong Pek yang
lemah, kalau mengikuti tabiatnya ia tentu akan menyindir,
menegur dan memaki si anak muda itu, tapi saat ini ia tahu
pemuda itu adalah putra Tonghong Pacu, dan ia
membutuhkan jaminan kedamaian dari gembong iblis itu,
maka ia membungkam, ia tidak mau tinggalkan Tonghong
Pek begitu saja.
Per-lahan2 gadis ini tarik napas panjang2, dengan paksa
menahan sabar dan bertanya lembut:
"Tonghong toako, mengapa kau menangis?" Tonghong
Pek yang mulai mengucurkan air mata belaka, kini
mendengar ucapan yang menyinggung perasaan halusnya,
ia tak dapat menguasahi diri lagi, meledaklah suara
tangisan yang amat keras.
Melihat pemuda itu menangis tersedu2, Si Soat Ang
merasa geli bercampur mendongkol, ia tahu dinasehatipun
percuma maka dibiarkannya pemuda menangis sepuasnya
sementara ia sendiri menyingkir dari situ dengan hati kesal
dan duduk menanti disebuah pohon besar.
Seperminum teh kemudian Tonghong Pek baru selesai
menangis sepasang matanya merah membengkak, ia putar
badan sambil membesut air mata teriaknya:
"Soat Ang ?"Si Soat Ang melengos, duduk membelakangi pemuda itu
dan sama sekali tidak menggubris panggilannya.
Tong hong Pek tarik napas panjang akhirnya ia bangun
dan jalan menghampiri gadis itu.
Tentu saja Si Soat Ang dapat menangkap suara langkah
kaki pemuda itu menuju kearahnya, namun ia tidak putar
badan, melirikpun tidak.
Setibanya dibelakang gadis tersebut, Tonghong Pek
berdiri sejenak kemudian baru menegur dengan suara yang
pelan.
"Soat Ang, kau marah?"
Si Soat Ang membungkam, otaknya berputar kencang
dan pikirnya.
"Apa yang harus aku lakukan sehingga mati2-an ia tak
mau berpisah dari sisiku? cara2 yang paling tepat adalah
turuti dahulu maksud hatinya, aku tak boleh mengumbar
napsu sehingga nanti berakhir seperti Liem Hauw seng, ia
lari dari sisiku!"
Karena berpikir demikian, ia menghela napas, kemudian
jawabnya sedih. "Aku marah dengan siapa? aku marah
dengan diriku sendiri, mengapa tak dapat ikut
menguatirkan dirimu dan aku bersedih atas peristiwa yang
menimpa dirimu!"
Tonghong Pek adalah seorang koencu, seorang lelaki
jujur yang sama sekali tidak pernah menduga apabila orang
lain bisa timbul pikiran keji, pikiran licik untuk
membohongi dirinya.
Tentu saja mimpipun Tonghong Pek tidak pernah
menyangka Si Soat Ang yang dicintai pada saat itu hanya
berpikir untuk kepentingan sendiri, sedikitpun tidakpikirkan tentang dia, bahkan lain dimulut lain dihati, ia
cuma berbicara untuk merebut simpatinya belaka.
Sebagai seorang pemuda polos dan jujur mimpipun
Tonghong Pek tak pernah menyangka sampai disitu, tidak
aneh ia merasa amat terharu sehingga hampir saja
mengucurkan air mata setelah mendengar perkataan itu.
Sambil membelai rambutnya yang hitam halus bisiknya
lirih:
"Soat Ang, aku tahu salah, tadi aku tidak pantas
menangis seperti anak kecil !"
Dari ucapan ini, Si Soat Ang salah mengira pemuda itu
sudah berhasil mendapat jalan keluar, hatinya jadi girang.
"Benarkah begitu ?" ia bertanya sambil mendongak.
"Tadi aku mengira walaupun kolong langit amat luas
tetapi aku tidak punya sesuatu apapun, maka dari itu aku
menangis tersedu2, tapi sekarang aku tahu aku masih punya
kau apa gunanya menangis ?"
"Tonghong toako ! apa maksud ucapanmu itu, orang
tuamu..."
"Sudah, jangan mengungkap tentang mereka lagi." tukas
Tonghong Pek cepat sambil mendepak kakinya keatas
tanah.
"Apa maksud ucapanmu itu" seru Si Soat Ang gusar.
"Mereka adalah orang tuamu, bayangkan saja ketika berada
dalam keadaan sengsara ibumu masih memberi she ayahmu
kepadamu, hal ini menandakan bahwa dikemudian hari ia
ingin agar kau mengetahui asal-usulmu sebenarnya dan
tidak lupa akan jerih payahnya, apakah sekarang kau sudah
tidak mau orang tuamu lagi ?"Ucapan Si Soat Ang ini meski ditujukan untuk
kepentingan sendiri, namun kata2nya cengli sekali
membuat Tonghong Pek tak dapat membantah barang
sekejappun.
Haruslah diketahui kesopanan pada jaman itu dipegang
teguh sekali oleh masyarakat, seorang putra harus berbakti
kepada orang tuanya, apabila tidak berbakti maka akan
dianggap lebih rendah dari binatang.
Pucat pias wajah Tonghong Pacu, lama sekali ia berdiri
ter-mangu2, untuk kemudian dengan tergagap baru
jawabnya:
"Tetapi dia adalah Tonghong Pacu !"
"Jangan dikata dia adalah Tonghong Pacu, meskipun
siluman rase dari sumurpun dia tetap ayahmu, kalau tak
mau mengakui dirinya sebagai ayah karena nama besarnya
dalam dunia persilatan amat jelek, maka pertama2 kau akan
dicap dahulu sebagai anak yang tidak berbakti oleh orang
lain, coba pikirkan kalau sampai demikian adanya apakah
aku sudi berkumpul dengan dirimu?"
Tonghong Pek segera mundur selangkah ke belakang, air
mukanya berubah semakin hebat, lalu ia tertawa getir.
"Soat Ang, aku pikir . . aku pikir lebih baik mulai saat ini
aku tidak berkelana dalam dunia persilatan lagi, aku hendak
mencari suatu tempat yang terpencil untuk melanjutkan sisa
hidupku disana, kalau kau suka bersama diriku, maka kita
tak usah pikirkan yang tak berguna lagi, bukankah
kesemuanya itu tak berguna?"
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Bagi kamu pribadi memang tiada urusan lagi, tapi
bagaimana dengan ibumu? Dengan susah payah ia
mengharapkan sekeluarga bisa berkumpul kembali tapimendadak kau lenyap, apakah ia tidak bersedih hati? aaai
teringat kembali ketika aku kehilangan ibuku sejak kecil,
sampai mimpipun aku ingin punya ibu kembali, sungguh
tak disangka kau . . kau malahan. . ."
Belum selesai ia bicara. mulutnya telah ditutup oleh
Tonghong Pek dengan tangannya, Si Soat Ang tak dapat
melanjutkan kembali kata2nya.
Untuk beberapa saat lamanya Tonghong Pek berdiri
membungkam, agaknya pada waktu itu pikirannya sedang
berputar keras.
Lewat beberapa saat kemudian ia baru menghela napas
panjang dan berkata:
"Soat Ang ucapanmu benar sekali . . . cinta kasih ibuku
kepadaku tak akan kulupakan sepanjang masa, kalau aku . a
aku tinggalkan dirinya begitu saja, hatinya pasti sangat
sedih sekali, aku tak dapat berbuat demikian."
"Tonghong toako. aku tahu kau adalah seorang bisa
mengerti keadaan. ." sambut gadis she Si dengan hati
girang.
Pada saat ini Tonghong Pek sudah ambil keputusan,
tetapi pikirannya sama sekali tidak jadi enteng, sebaliknya
malah makin berat. sebab keputusannya sama sekali
bertolak kebelakang dengan apa yang dipikirkan dalam hati.
"Mereka berada dimana? apakah kau tidak ingin
berjumpa dengan mereka ?" tanya Si Soat Ang kembali.
Tonghong Pek tertawa getir.
"Mereka berada didalam sebuah lembah tapi sayang
ketika aku tinggalkan tempat itu dengan hati kalut, aku lupa
meng-ingat2 dimanakah letak lembah tersebut aku pikir . . .
aku pikir.""Kau pikir?" tukas Si Soat Ang hatinya cemas bercampur
mendongkol, sebab pemuda itu tidak tabu dimanakah
Tonghong Pacu berdiam. "Masa tempat tinggal merekapun
tak bisa kau ingat."
"Mengapa harus kuingat?"
"Enak benar kau bicara, mengapa harus diingat-ingat?
kan mereka adalah orang tuamu?"
"Mereka adalah orang tuaku? aku pikir mereka tentu
akan datang mencari diriku, yang ku takuti justru tak bisa
menghindari mereka, apakah kau takut mereka tak berhasil
menemukan."
"Hmm sekarang kan tak dapat berjumpa dengan
mereka."
Tonghong Pek melongok sejenak keadaan sekelilingnya
kemudian baru ujarnya:
"Aku masih ingat arah yang kutuju barusan mari kita,
berangkat."
Si Soat Ang amat gembira, ia segera menggape kearah
Ciang Ooh, siperempuan tengkorak yang berdiri mematung
segera berjalan datang.
Dalam pada itu Si Soat Ang kembali putar otak
bagaimana caranya menghadapi Tonghong Pacu nanti, ia
tahu ia sendiri sama sekali tiada hubungan dengan gembong
iblis itu, kesemuanya adalah dikarenakan Tonghong Pek,
maka untuk mendekati gembong iblis tadi maka ia harus2
ber-mesra2an dahulu dengan Tonghong Pek agar Tonghong
Pacu memandang dia sebagai orang sendiri.
Karena berpikir demikian badannya lantas dirapatkan
keatas tubuh Tonghong Pek, dengan amat mesranya
mereka berdua melanjutkan perjalanan kedepan.Lima enam li sudah berlalu, makin jauh berjalan
Tonghong Pek semakin bingung sehingga akhirnya ia lupa
sama sekali darimanakah ia datang tadi.
Mau tak mak pemuda itu harus berhenti dan menengok
kesana kemari kebingungan.
"Eeei...kenapa berhenti ?" tanya Si Soat Ang sambil
mendongak.
"Aku benar2 tak ingat lagi mereka berdiam di mana ?"
Si Soat Ang kerutkan dahi, saat itu ia tak mau menegur
pemuda itu lagi, cepat katanya:
"Asalkan mereka masih berada diatas gunung, mengapa
kau tidak berteriak keras memanggil mereka. . ."
Belum sempat Tonghong Pek menjawab, tiba2 terdengar
Ciang Ooh memperdengarkan suara jeritan aneh.
"Bagus kau datang lagi!"
Si Soat Ang serta Tonghong Pek sama2 putar badan,
tampaklah ketika Tonghong Pacu sedang berdiri ditengah
sebuah jalanan kecil, waktu itu Tonghong Pacu berdiri
dengan badan merandek, matanya awasi diri Ciang Ooh
dengan sinar mata tegang, sementara Ciang Ooh sendiripun
melototi gembong iblis itu tajam2.
Sebenarnya Ciang Ooh adalah manusia sinting, siapapun
yang pernah bergebrak melawan dirinya tak bisa ia ingat
kembali terkecuali Tong hong Pacu yang memiliki ilmu silat
yang luar biasa sekali kehebatan tersebut memberikan kesan
yang mendalam baginya maka dari itu ia ingat sekali akan
Tonghong Pacu.
Sebaliknya Tonghong Pek serta Si Soat Ang pun punya
perasaan yang berbeda, bagi pemuda itu ia ingat atau kata2ayahnya suatu saat ia akan balik sendiri dan ternyata
ucapan itu tepat.
Sedangkan Si Soat Ang merasa amat girang, buru2 ia
tarik tangan Tonghong Pek untuk diajak maju sambil
menghampiri sambil berjalan iapun berseru:
"Mama, jangan bergebrak lagi dengan Tonghong
sianseng, kita adalah orang sendiri !"
Ciang Ooh tak mengerti apa yang dimaksudkan gadis
tersebut. namun mendengar ia dilarang bergebrak,
perempuan tengkorak inipun segera berdiri mematung.
Jangan dikata Ciang Ooh, Tonghong Pacu sendiripun
mula2 tercengang dan tak tahu apa yang dimaksudkan
gadis tersebut tetapi setelah menyaksikan sikap mesra
Tonghong Pek dengan gadis itu iapun lantas jadi sadar.
Setelah mengetahui apa yang dimaksudkan gadis
tersebut Tonghong Pacu tertawa terbahak2.
"Ha...ha...ha... nona adalah..."
"Tonghong cianpwee, aku bernama Si Soat Ang" buru2
dara itu memperkenalkan diri.
"Apakah nona Si adalah putrinya ?" tanya gembong iblis
itu sambil melirik sekejap kearah Ciang Ooh, pertanyaan ini
membuat Si Soat Ang ter-sipu2 ia tertawa malu.
"Tentang peristiwa ini panjang sekali kalau diceritakan,
sekarang tidak leluasa bagiku untuk berkata."
"Bagus, bagus, usiamu masih muda namun ke
cerdikanmu luar biasa, sungguh luar biasa, sungguh hebat!"
Mendengar pujian tersebut jantung Si Soat Ang berdebur
keras, dalam dugaan sigembong iblis ini tentu akan
menerima dirinya sebagai murid. ternyata Tonghong Pacu
tidak berbuat demikian sambil berpaling ia berseru:"Tonghong Pek!"
Tonghong Pek mendengus berat sebagai jawaban.
"Dipandang dari sikapmu yang serba susah mungkin kau
sudah bikin jelas duduknya perkara dihadapan sibongkok
bukan?" kata Tonghong Pacu sambil tertawa, Tonghong
Pek tidak tahu apa yang harus dijawab kembali ia
mendengus berat.
Tonghong Pacu mendongak lantas tertawa ter bahak2.
"Haa. . . haaa . . usiamu sudah tidak muda lagi, pada
saat seperti ini mendadak ada perubahan, tak bisa
disalahkan kalau kau merasa tidak leluasa, sekarang kau
tidak mau sebut aku, aku pun tidak akan menyalahkan
dirimu?"
Tonghong Pek jadi lega hati, persoalan yang ia takuti
adalah sikap keras Tonghong Pacu untuk memaksa dia
memanggil ayah kepadanya, tetapi dengan adanya
penundaan ini sedikit banyak rasa canggung dan rikuh bisa
teratasi lebih dulu."
Maka sambil tertawa getir ia mengangguk.
"Perkataanmu benar sekali !"
Agaknya Tonghong Pacu merasa kegirangan setengah
mati, kembali ia berkata:
"Aku sudah kirim orang untuk mencari balik saudaramu,
dengan kerja sama kita bertiga, kolong langit akan berada
ditangan kita, siapa yang bisa melawan kita ayah dan anak
tiga orang ?"
"Kau...kau..janganlah mendesak diriku keterlaluan."
tegur Tonghong Pek dengan alis berkerut kencang."Apa yang kupaksakan kepadamu ? dia memang
saudaramu, meski diantara kalian memang pernah terjadi
perselisihan namun dia tetap saudaramu !"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ucapan tersebut
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong
membuat kepalanya terasa pening dan ber kunang2.
Ucapan gembong iblis itu tidak salah, tiada orang yang
memaksa dirinya untuk mengaku, ia boleh membenci
Tonghong Pacu, boleh pandang hina Loei Sam namun
dalam kenyataan, ia tak dapat menghapuskan kesemuanya
itu. Loei Sam tetap saudaranya dan Tonghong Pacu tetap
adalah ayah kandungnya.
Kepala terasa pening tujuh keliling, Tonghong Pek tak
sanggup berdiri tegak. seandainya disini sana tak ada pohon
yang bisa digunakan untuk bersandar, ia sudah roboh keatas
tanah.
Dengan pandangan dingin Tonghong Pacu awasi terus
tingkah laku sianak muda itu, menanti ia berhasil
tenangkan hatinya, ia baru berkata dengan nada dingin:
"Hmm! ternyata orang2 yang menganggap diri nya
sebagai kaum lurus punya jalan yang sama, begitu
mendengar putra Tonghong Pacu lantas dalam hati punya
bayangan bahwa orang itu adalah orang jahat? meskipun
kau adalah putraku namun sama sekali pandang hina
saudara sendiri apakah kesemuanya ini kau dapatkan
karena kau belajar silat di bawah asuhan sibongkok
tersebut?"
"Aku percaya kau bukannya tidak tahu bagaimana
tingkah laku serta perbuatan Loei Sam selama ini.""Tentu saja aku tahu, tetapi seandainya sejak semula Si
Thay sianseng menyetujui perkawinan antara Loei Sam
dengan putrinya, apakah peristiwa ini bisa terjadi?"
"Kenapa Si Thay sianseng harus kawinkan putrinya
kepada Loei Sam?" teriak Tonghong Pek.
"Kenapa tidak boleh?" Teriak Tonghong Pacu pula. "Apa
jeleknya dengan Loei Sam ? diantara murid2nya Loei Sam
lah paling cerdik, ilmu silat nyalah yang paling lihay,
putrinya hanya senang dengan Loei Sam seorang, apa
sebabnya Si Thay sianseng tidak setuju? sebab Loei Sam
adalah putraku, sebab Loei Sam adalah putra seorang
gembong iblis yang dianggap manusia sesat !"
"Aku rasa cukup berdasarkan alasan ini kau harus
mengerti keadaan sendiri" kata Tonghong Pek sambil
tertawa sinis.
Tonghong Pacu tertawa dingin.
"Aku rasa lebih baik cepat2lah kau berpikir yang masak,
kau adalah putraku, setelah jadi putraku tidak akan terjadi
hal2 yang jelek terhadap dirimu, kita ayah dan anak tiga
orang segera akan jadi tokoh tiada tandingan dikolong
langit, dalam Bu lim tidak akan ada orang yang bisa
menandingi kita bertiga, kita akan jadi manusia yang paling
dihormati dan paling disegani oleh umat Bu lim pada masa
kini dan mendatang"
Ketika berbicara sampai disitu, suara Tonghong Pacu
sudah berubah melengking begitu keras suaranya sampai
memekikkan telinga.
Air muka Tonghong Pek berubah hebat, ia sadar dirinya
mulai terjerumus dalam jaring laba-laba yang besar dan
kuat, tak mungkin ia bisa lepaskan diri dari belenggu itu
lagi.Mendadak. . . pada saat itulah dari tempat kejauhan
berkumandang datang suara langkah manusia, begitu cepat
suaranya dalam sekejap mata orang2 itu sudah berada
didekat mereka.
Sesaat kemudian muncullah lima enam orang dari balik
tikungan, dua orang yang berjalan di paling depan
berperawakan pendek dan kecil namun gerakan tubuhnya
cepat, mereka memakai pakaian warna hitam dan berwajah
aneh.
Ketika tiba dihadapan Tonghong Pacu, mereka lantas
menjura dalam2 sambil berseru.
"Tonghong sianseng beruntung perintah yang tuan
berikan kepada kami berhasil kami laksanakan dengan
berhasil."
Dibelakang kedua orang itu mengikuti sepasang muda
mudi, mereka jalan bergandengan tangan, sedang mimik
mukanya menunjukkan perasaan heran dan tidak habis
mengerti.
Sang pemuda bukan lain adalah Loei Sam sedang sang
gadis adalah Si Chen.
Dibelakang Loei Sam serta Si Chen berdiri pula dua
orang, seorang berperawakan gemuk, begitu tebal daging
badannya sampai berkumpul jadi satu dengan panca
indranya, potongan orang itu aneh sekali.
Orang kedua adalah seorang kakek tua berbaju warna
abu2, Ketika Loei Sam tiba ditempat itu dan menjumpai
Tonghong Pek serta Si Soat Ang berada disitu, air mukanya
seketika berubah hebat.
Agaknya pemuda itu ingin melarikan diri tetapi
disebabkan sekeliling tubuhnya berdiri empat orang yang
agaknya berhasil paksa ia datang kemari, maka ia batalkanmaksudnya, dengan sikap angkuh mengawasi wajah
Tonghong Pek tajam2.
Tonghong Pek mendengus dingin, ia melengos melirik
sekejap pun tidak.
"Loci Sam!" pada saat itulah terdengar Tong hong Pacu
menegur dengan suara yang lembut dan lunak.
0ooodwooo0
Jilid15
"APAKAH anda adalah Tonghong sianseng yang ingin
bertemu dengan diriku." tanya Loei Sam dengan suara
berat.
"Loei Sam, mengapa kau panggil aku dengan sebutan
Tonghong sianseng?" suara dari Tonghong Pacu
kedengaran makin lunak dan lembut.
Loei Sam tertegun, ia tak tahu apa yang sedang diartikan
gembong iblis itu.
"Lalu kau suruh aku memanggil apa?" Loei Sam adalah
seorang pemuda cerdik, saat ini ia dapat melihat bahwa
dibalik kejadian itu masih ada persoalan lain, tidak
mungkin Tonghong Pacu mengundang dirinya kemari
tanpa sebab, tetapi meski ia cerdik paling banter yang
terpikirkan adalah kemungkinan iblis tersebut hendak
menerima dirinya sebagai murid.
Sekalipun begitu, Loei Sam sudah merasa cukup
gembira, sebab apabila benar demikian, ia pun tak usah
takut, melarikan diri kesana kemari. siapa yang berani
mengganggu anak murid Tonghong Pacu, gembong iblis
nomor wahid paling disegani oleh umat Bu-lim."Sam-jie, aku adalah ayah kandungmu, apa yang harus
kau sebut terhadap diriku?" kata Tonghong Pacu sambil
tarik napas panjang2.
Loei Sam adalah seorang pemuda cerdik, ucapan
Tonghong pacu pun sederhana, bahkan seorang bocah usia
tiga tahunpun segera akan mengerti, namun saat ini ia tak
bisa berbicara, mulutnya melongo lebar2, matanya
terbelalak tak sepatah katapun bisa meluncur keluar dari
bibir.
Menyaksikan keadaan putranya, Tonghong Pa cu
mendongak dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaa. . . haaa . . kenapa kau? mulutmu me longo lebar
tetapi tak bersuara? kau tidak dengar apa yang kukatakan
kepadamu barusan?"
Si Chen yang ada disamping pemuda itupun ikut berdiri
tertegun, menanti teguran itu berkumandang, dara ini baru
menjerit keras.
"Suko, dia bilang kau . . kan adalah putranya."
Loei Sam tidak dapat menjawab, ia berpaling dan sambil
tertawa getir ujarnya:
"Aku... dari mana mungkin aku adalah putranya?
sumoay, aku bilang. . hal ini mana mungkin?"
Tonghong Pacu tertawa.
"Suatu ketika mendadak kau tahu akan asal usul sendiri,
tentu saja rasa kaget tak bisa dihindari, keadaanmu persis
seperti kakakmu Tonghong Pek, kalian adalah saudara
seayah lain ibu."
"Apa?" sekali lagi Loei Sam terperanjat.
"Dia adalah toakomu!" kata Tonghong Pacu sambil
menuding kearah Tonghong Pek "Kalian adalah sesamasaudara. sedang aku adalah ayah kalian, yang berbeda dari
kalian adalah kamu dilahirkan oleh ibu yang berbeda."
Loei Sam berdiri tertegun, tetapi dengan cepat ia sudah
tertawa.
"Aaah, kejadian ini . . kejadian ini menggembirakan
sekali, sungguh tak nyangka, sungguh tak nyangka."
"Tentu saja menggembirakan, kita ayah dan anak tiga
orang belum pernah berkumpul menjadi satu, tapi sekarang
kita sudah bertemu dan berkumpul kembali."
Loei Sam bingung, sebentar ia pandang Tonghong Pacu
sebentar memandang Tonghong Pek, dalam hati ia masih
belum paham secara bagaimana dia adalah putra gembong
iblis tersebut, dalam hati ia masih belum paham secara
bagaimana dia adalah putra gembong iblis tersebut, malah
ia senang dengan hubungan ini.
"Putra tidak berbakti Loei Sam menghunjuk hormat buat
ayah !"
Tonghong pacu kegirangan ia mendongak tertawa
terbahak kemudian membimbing bangun pemuda itu.
Sementara Si Chen yang ada disisinya segera berteriak:
"Suko !"
Tonghong pacu angkat kepala. agaknya ia sudah
menduga apa yang hendak diucapkan Si Chen terhadap
Loei Sam segera serunya dengan suara berat:
"Nona Si, asal usul dari Loei Sam sudah diketahui oleh
ayahmu !"
"Hal ini . . hal ini tak mungkin !" teriak Si Chen setelah
tertegun sejenak.Dia adalah putri Si Thay sianseng, bagaimana tabiat
ayahnya tentu saja gadis ini tahu jelas.
Si Thay sianseng adalah seorang manusia yang
membenci akan kejahatan, dengan Tonghong Pacu mereka
berdiri bermusuhan, seandainya Si Thay sianseng benar2
sudah mengetahui asal-usul Loei Sam, secara bagaimana ia
masih sudi menahan pemuda itu sebagai muridnya.
Jangan dikata Si Chen tidak percaya, sekali pun Loei
Sam masih menunjukkan perasaan ragu2 dan setengah
percaya setengah tidak.
"Si Thay sianseng masih hidup dikolong langit, kalau
kalian tidak percaya dengan perkataanku tanyalah sendiri
kepadanya. Ketika Si Thay sianseng mengetahui asal usul
Loei Sam, waktu itu kau sedang berusia dua belas tahun,
meski demikian ia telah turunkan sim hoat ilmu silatnya ke
pada mu, berada dalam keadaan seperti ini ia jadi serba
salah, maju tidak benar mundurpun salah."
Bicara sampai disitu ia merandek sejenak dan melirik
kearah Loei Sam.
Dalam hati Loei Sam sangat membenci Si Thay
sianseng, ia dapat membayangkan seandainya apa yang
dikatakan Tonghong Pacu saat ini benar, maka pada waktu
itu rasa sedih yang dialami Si Thay sianseng benar2 sukar
dilukiskan.
"Bagus, memang seharusnya kita bikin hatinya
mendongkol." tak kuasa lagi ia berseru.
Si Chen melotot sekejap kearah Loei Sam, namun ia tak
mengucapkan sepatah katapun.
Kembali Tonghong Pacu berkata."Benar, ketika aku tiba digunung Gobie untuk berjumpa
dengan dirinya, saat itu kalau kubawa pergi dirimu, maka
inti seri ilmu silatnya akan segera tersebar ditempat luaran,
tentu saja ia tak sudi berbuat demikian, oleh karena itu ia
mohon agar aku jangan mengungkap persoalan ini dan
biarkan kau tumbuh jadi dewasa di bawah asuhannya,
waktu itu aku sanggupi permintaan nya asalkan ia tidak
pilih kasih dan bersikaplah kepadamu, kalau tidak maka
asal usulmu akan segera ku bongkar."
"Ehm ! terhadap diriku memang ia tidak pilih kasih atau
menganak tirikan, bahkan sampai2 ilmu silat yang tak dapat
diturunkan kepada murid lainpun telah diwariskan
kepadaku." kata Loei Sam membenarkan.
oooOdwOooo
BAB 15
"HMMM ! kau bilang tidak pilih kasih? kalau ia tidak
tahu asal usulmu, maka kau sebagai murid kesayangannya
tentu akan di jodoh kan dengan putrinya, mengapa ia
melarang hubungan kalian?"
Si Chen yang ikut mendengarkan ucapan itu segera
menghela napas panjang.
"Aaaai . . kiranya karena persoalan ini, kira nya karena
persoalan ini . ."
"Tidak salah. memang karena persoalan ini!" Tonghong
Pacu menegaskan "Kalau dia larang putrinya kawin dengan
Loei Sam masih tidak mengapa, apa sebabnya ia sebar surat
Enghiong Tiap agar seluruh umat Bu lim yang ada dikolong
langit sama2 menyulitkan Loei Sam? setelah ia ingkari janji
sendiri, tentu saja akupun tidak akan mengetahui asal usul
Loei Sam!"Setelah mendengar perkataan itu, Loei Sam baru yakin
bahwa dirinya benar2 adalah putra Tonghong Pacu, saking
girangnya tak tahan lagi air mata mengucur keluar
membasahi pipinya.
Tonghong pacu cekal tangan putranya erat2, jelas iapun
merasa sangat kegirangan.
Beberapa saat kemudian Tonghong pacu berkata
kembali:
"Nona si, kau dengan Loei Sam adalah sepasang suami
istri yang paling ideal dikolong langit pada dewasa ini,
dihadapanmu sepantasnya aku tidak mengucapkan kata2
yang menjelekkan ayahmu, tetapi kalau bukan hatinya yang
keras seperti baja. kalianpun tidak akan dipaksa berpisah !"
Saat ini Si Chen benar2 dibikin bingung dan bimbang, ia
tidak mengira Loei Sam yang dicintainya dengan segenap
jiwa raga ternyata adalah putra Tonghong Pacu, musuh
bebuyutan ayahnya, ia tidak tahu bagaimana sikapnya dan
bagaimana harus menghadapi kejadian ini.
Tetapi ketika ia berpaling dan melihat Loei Sam sedang
memandang kearahnya seakan2 memberi bisikan agar ia
terima kenyataan tersebut, hatinya jadi lunak sehingga
akhirnya tanpa rasa ia mengangguk.
Loei Sam jadi kegirangan setengah mati ia cekal tangan
gadis itu erat2 seraya berkata:
"Nah, cepatlah hunjuk hormat kepada Thia mulai saat
ini ayahku adalah ayahmu, kita akan hidup dengan
sentosa!"
Merah jengah selembar wajah Si Chen, ia tundukkan
kepalanya rendah2 dan maju kedepan lalu menghunjuk
hormat kepada Tonghong Pacu, bahkan memanggilnamanya, hanya suara gadis itu amat lirih, bahkan si
gembong iblis itu sendiripun tidak mendengar.
Namun kejadian ini cukup diluar dugaannya, buru2 ia
membimbing bangun dara tersebut seraya berkata:
"Ayoh bangun ayoh bangun! tak usah banyak adat, haa .
. . haa ini hari bukan saja kita ayah dan anak bisa bertemu
kembali. bahkan kalian suami istri berdua pun bisa
disahkan secara resmi aku pasti akan umumkan hubungan
kalian berdua keseluruh dunia persilatan!"
Si Chen merasa senang ketika mendengar Tonghong
Pacu menyebut mereka berdua sebagai suami istri,
wajahnya makin merah jengah, Loei Sam pun kegirangan
serunya, "Ayah, asal ada kau yang sponsori hal ini jauh
lebih baik, hanya saja kehadiran Si Thay sianseng akan
mendatangkan kerepotan buat Tia!"
"Kenapa aku takut bertemu dengan dirinya." kata
Tonghong Pacu sambil tertawa panjang. "Loei jie, aku
sudah pikirkan baik2, mulai sekarang namamu diganti jadi
Tonghong Loei, Tonghong adalah she mu sedang sijual
obat she-Loei itu pernah melepaskan budi kepadamu,
dikemudian hari kau harus ingat baik2 akan dirinya,
bagaimana nama tersebut menurut kau ?"
"Ayah yang memberi nama, hal ini tentu lebih bagus lagi
!" buru2 Loei Sam menjura kembali.
Pembaca yang budiman, untuk mempemudah pembaca
maka mulai saat ini nama Loei Sam kita ganti jadi
Tonghong Loei.
Tonghong Pacu benar2 merasa gembira, ia berseru:
"Ayoh bangun, ayoh bangun, Loei jie. cepat pergi hunjuk
hormat kepada saudaramu."Tonghong Loei bangun berdiri dan per-lahan2 putar
badan.
Sejak semula Tonghong Pek sudah merasa mual akan
sikap hangat antara Tonghong pacu dengan Tonghong
Loei, kini melihat pemuda itu berpaling kearahnya, dengan
cepat ia menukas: "Tidak perlu !"
"Apa maksudmu ?" seru Tonghong Pacu dengan air
muka berubah hebat. "Dia adalah saudaramu. kita sesama
saudara bertemu untuk pertama kakinya, mana boleh kau
tidak terima penghormatannya ?"
Air muka Tonghong Pek berubah hebat, ia
membungkam dalam seribu bahasa.
"Tia !" kata Tonghong Loei. "Tempo dulu ketika masih
diluar perbatasan, aku pernah melukai diri toako."
Sengaja Tonghong Loei menyebut kata "toako" tersebut
keras2. hal ini makin menggusarkan hati.
"Waktu itu kau tidak kenal dirinya dan diapun tak kenal
dirimu, kesalahan paham kemungkinan besar terjadi, tetapi
sekarang kita adalah orang sendiri, aku larang siapapun
mengungkap kembali peristiwa yang terjadi pada masa
lampau !"
Tonghong Loei tertawa, ia segera menjura ke arah Si
Soat Ang.
"Nona Si, tempo dulu aku sudah melakukan kesalahan
kepadamu, harap kau suka memaafkan perbuatan itu."
katanya.
Ketika teringat secara bagaimana ia hendak diperkosa
oleh Tonghong Loei, dalam hati Si Soat Ang benar2 merasa
gusar, tetapi saat ini ia berusaha menahan diri."Tempo dulu kita tidak saling kenal, suu... sudahlah, tak
usah kita ungkap lagi !"
Tonghong Pek mendengus dingin.
"Soat Ang! kau . . . kau . . ."
Sebenarnya ia hendak menegur gadis itu mengapa
mengucapkan kata2 tadi terhadap Tonghong Loei, tetapi
berpikir lebih jauh akhirnya ia batalkan maksudnya dan
menghela napas panjang.
Disapunya beberapa orang itu dengan sinar mata dingin
lalu tertawa dingin. lalu tertawa per-lahan2 putar badan dan
berlalu.
Diantara beberapa orang ini, Si Soat Ang-lah paling
gelisah. dengan susah payah ia nasehati Tonghong Pek agar
datang berjumpa dengan ayahnya, ia mengira setelah
bertemu dengan gembong iblis itu sedikit banyak ia akan
bersikap istimewa kepadanya.
Siapa sangka Tonghong Pacu malah lebih menyayangi Si
Chen dari pada dirinya, bukan saja ia tidak disanjung
bahkan digubrispun tidak, se akan2 ia tidak pandang
sebelah matapun kepada nya hal ini membuat gadis dari
benteng Thian It Poo ini jadi mendongkol
Sekarang menyaksikan pula Tonghong Pak hendak
berlalu, ia semakin gelisah, sambil de-pakkan kakinya ia
berseru.
"Tonghong toako, kau hendak pergi kemana?"
Tonghong Pek tertegun, sesaat kemudian ia baru
menjawab.
"Soat Ang, biarlah aku menenangkan hatiku seorang diri,
kau tunggulah aku sejenak, segera aku akan kembali.."Berbicara sampai disini, ia tertawa getir dan
melanjutkan:
"Kau harus tahu bahwa aku akan kembali ke-sini, kalau
aku tidak kembali kemari. tempat mana lagi yang dapat
kutuju ?"
Si Soat Ang ingin mengucapkan sesuatu, namun
Tonghong Pacu sudah menukas dengan suara berat:
"Biarkan dia pergi. ia dapat kembali, kau tak usah
menghalangi jalan perginya."
Si Soat Ang tertegun, ia saksikan air muka Tonghong
Pacu keren dan penuh kewibawaan, sikapnya jauh berbeda
kalau dibandingkan sewaktu berhadapan dengan Tonghong
Loei serta Si Chen, Si Soat Ang merasa amat terperanjat ia
tidak berani bicara lagi, terpaksa ia biarkan Tonghong Pek
per-lahan2 berlalu dari situ hingga akhirnya lenyap dari
pandangan.
Saat ini ia berada dalam situasi serba rikuh, mau
menggabungkan diri dengan Tonghong Pacu, namun
gembong iblis itu tak sudi menerima dirinya, ia lantas
bermaksud kembali kesisi Ciang Ooh.
Mendadak...terdengar Tonghong Pacu menegur dengan
suara berat.
"Kau kemarilah !"
Si Soat Ang kaget dan mendongak, tampak sepasang
mata gembong iblis itu sedang memandang kearahnya
dengan sinar mata tajam, jelas ucapan tadi ditujukan
kepadanya.
Begitu tajam sinar matanya membuat gadis itu bergidik,
bukannya maju kedepan ia malah mundur dua langkah
kebelakang.Akhirnya ia tiba disamping Ciang Ooh, tangan
perempuan tengkorak itu segera dicekalnya erat2.
"Hey, aku suruh kau datang kemari, kenapa kau tidak
kemari ?" kembali Tonghong Pacu menghardik sambil
tertawa dingin, sepasang matanya menatap gadis itu
tajam2.
Si Soat Ang sadar Tonghong pacu tidak menaruh
simpatik kepadanya, terpaksa dengan keraskan kepala ia
bertanya.
"Kau ada urusan apa ? katakan cepat !"
"Hmm. . ! baik, aku beritahu kepadamu, aku larang kau
bergaul dengan Tonghong Pek lagi, kau tidak pantas
bersama dia."
Ucapan ini benar2 tajam bagaikan sebilah pisau yang
menembusi ulu hatinya, Si Soat Ang merasa amat gusar
wajahnya berubah hijau membesi,
"Kau. . kau.. kau. . kau ?"
"Ayoh cepat enyah dari sini, ingat jangan berada sama2
Tonghong Pek lagi, kalau tidak meski ibu kandungmu pun
tidak akan bisa selamatkan jiwamu!"
"Hmmm. . . soal ini tak bisa diputuskan oleh aku
seorang?"
Maksud Si Soat Ang jelas sekali, suruh dia bersama2
Tonghong Pek memang gampang, tetapi apakah Tonghong
Pek sanggup tidak bertemu lagi dengan dirinya?"
Walaupun Si Soat Ang tidak menjelaskan, namun
Tonghong Pacu mengetahui maksudnya, ia segera tertawa
dingin.
"Tentang soal ini..."Belum habis ia bicara tiba2 berkumandang suara tertawa
yang aneh memotong perkataannya.
Tenaga lweekang yang dimiliki Tonghong Pacu amat
sempurna, meskipun dalam berbicara namun hawa
murninya tersalur pula pembicaraan sehingga membuat
suaranya nyaring, bukan pekerjaan yang gampang untuk
menutupi suara ucapannya.
Tetapi saat ini gelak tertawa aneh tadi telah memotong
suaranya.
Tonghong pacu terperanjat ketika ia mendongak, maka
nampaklah dengan langkah lebar Ciang Ooh sedang
berjalan mendekat, wajahnya yang kurus kering
memancarkan cahaya menggidikkan.
"Apa yang kau katakan ?" ia menegur, "Kau katakan
putriku tidak pantas jadi apa?!"
Sejak semula Tonghong Pacu sudah menyadari meski
ilmu silat yang dimiliki Ciang Ooh sangat lihay namun dia
adalah seorang perempuan edan, maka pertanyaan tersebut
tidak digubris sebaliknya sebagai jawaban ia mengerling
sekejap kearah Tonghong Loei.
Tonghong Loei adalah manusia cerdik, ia lantas
mengerti yang dimaksudkan ayahnya, sang badan berputar
segera menyelinap kebelakang Ciang Ooh.
Dalam pada itu si perempuan edan masih berteriak
dengan suara nyaring:
"Putriku tidak pantas jadi apa? aku beritahu kepadamu
jadi apapun putriku pantas."
Tonghong Pacu membungkam, diam2 hawa murninya
telah disalurkan mencapai pada puncaknya lalu
dikumpulkan keatas telapak kanan."Benarkah begitu?" jengek sigembong iblis sambil tertawa
dingin.
Bersamaan dengan ucapan itu telapak kanan nya tiba2
diayun kedepan.
Si Soat Ang terperanjat, buru2 ia menyingkir kesamping
dan mundur kebelakang.
"Braak !" belum sempat gadis itu mengucapkan sesuatu,
serangan yang dilancarkan Tonghong pacu secepat kilat itu
sudah bersarang telak diatas lambung CiangOoh.
Serangan ini dilancarkan gembong iblis itu dengan
segenap tenaga yang dimilikinya, batu cadas pun akan
hancur remuk apabila terhajar oleh serangannya, jangan
dikata manusia biasa!
Namun Ciang Ooh bukan manusia sembarangan, ketika
serangan tadi menyambar ke tubuh nya otomatis tenaga
perlawanan segera muncul dari balik tubuhnya
mementalkan datangnya serangan.
Bahkan karena dahsyatnya tenaga pantulan tersebut,
Tonghong pacu sampai terdesak mundur sendiri selangkah
kebelakang.
Dalam pada itu Tonghong Loei yang telah menyelinap
kebelakang Ciang Ooh telah menubruk ke depan, ia
menyelonong kepunggung perempuan edan tadi, lalu
mencekal gagang pisau belati yang masih menancap diatas
punggungnya, kemudian dengan sekuat tenaga senjata tadi
dicabut keluar.
Pisau belati itu adalah senjata yang tertinggal diatas
punggung Ciang Ooh ketika Tonghong Loei hendak
membokong perempuan tersebut sewaktu masih ada dalam
benteng Thian It Poo.Pada saat itu Tonghong Loei mengira ia pasti berhasil
membunuh Ciang Ooh, siapa sangka tenaga dalam
perempuan itu sangat lihay, tusukan tersebut segera terhisap
oleh hawa murninya, bukan saja tidak mengucurkan darah,
bahkan terasapun tidak.
Seandainya pisau belati itu dibiarkan tetap berada diatas
punggung Ciang Ooh, mungkin ia tidak akan menderita,
tapi kini, senjata tersebut telah dicabut oleh Tonghong Loei.
Ketika pisau belati tersebut dicabut keluar, kebetulan
seluruh hawa murni yang dimiliki Ciang Ooh sedang
dikerahkan kebagian depan untuk menahan serangan dari
Tonghong Pacu, maka begitu senjata tadi dicabut, darah
segar bagaikan air mancur keluar membasahi seluruh
permukaan tanah.
Seluruh tubuh Ciang Ooh bergetar keras, tangannya
berusaha mencakar, seakan hendak mengetahui bagian
manakah dari tubuhnya yang terluka, otomatis tanpa sadar
hawa murni yang dimilikinya segera mengalir ke arah
mulut luka tersebut.
Pembaca budiman, haruslah diketahui tenaga dalam
yang dimiliki Ciang Ooh adalah hasil yang didapat tanpa
sadar, ia tak tahu bagaimanakah mengatur dan mengontrol
hawa murni tersebut.
Apabila dihantam orang atau ditendang orang, otomatis
hawa murni tadi akan memberikan perlawanan, tapi
keadaan pada saat ini jauh berbeda, punggungnya terluka
oleh tusukan pisau belati.
Berada dalam keadaan seperti ini, seharusnya ia atur
hawa murninya agar darah yang mengalir keluar tidak
terlalu deras, tetapi ia sama sekali tak paham bagaimana
caranya mengatur hawa murni, bukan saja hawa murninyasegera mengalir ke arah mulut luka, bahkan darah segarpun
mengucur keluar semakin deras lagi.
Dalam sekejap mata tubuh Ciang Ooh sudah berdiri
dengan sempoyongan, ia tak sanggup berdiri tegak lagi.
Beberapa kejadian ini berlangsung terlalu men dadak, Si
Soat Ang yang berada disisi kalangan meskipun
menyaksikan kesemuanya itu, namun ia tak tahu apa yang
harus dilakukan.
Tubuh Ciang Ooh semakin gontai, darah segar yang
memancur keluar dari mulut luka di punggung pun semakin
perlahan, ini menunjuk bahwa perempuan gila ini sudah
kehilangan banyak darah.
Sementara itu Tonghong Loei sudah kembali kesisi
ayahnya. sambil menyeka darah yang membasahi wajahnya
ia berseru:
"Tia! apakah perbuatanku tepat ?!"
Sejak ilmu silat Tonghong Pacu berhasil mencapai
puncak kesempurnaan belum pernah ia temukan tandingan,
Namun ditangan Ciang Ooh ia sudah menderita kerugian
kecil, sejak semula ia ada maksud melenyapkan perempuan
gila ini, menyaksikan keadaan siperempuan sinting, ia jadi
kegirangan setengah mati, sambil tertawa terbahak2
sahutnya.
"Anakku, perbuatanmu tepat sekali, mari kita pergi."
Ia ulap tangannya, Tonghong Loei segera menggandeng
tangan Si Chen, dan berlalu dari situ mengikuti dibelakang
Tonghong Pacu.
Menanti ketiga orang itu sudah lenyap dari pandangan Si
Soat Ang baru berhasil menenangkan hatinya, buru2 ia
mendekati Ciang Ooh, ketika itu siperempuan sinting tadimasih berdiri namun darah yang mengalir keluar dari mulut
lukanya itu semakin lirih diikuti buih2 hawa yang meletup
diangkasa!
Tangannya menyambar kesana kemari seperti mau
mencari sebuah cekalan, tetapi ia tidak mendapatkan
apapun, akhirnya perempuan itu mundur sempoyongan dan
roboh terjengkang keatas tanah.
Si Soat Ang tertegun, buru2 ia hampiri Ciang Ooh,
dimana saat ini keadaannya jauh lebih mengerikan.
Bibir Ciang Ooh bergetar, tenggorokannya ber suara se-
olah2 ia ingin berbicara namun sesaat tak sepatah katapun
berhasil meluncur keluar dari mulutnya.
Si Soat Ang sadar, kali ini Ciang Ooh tidak bakal
tertolong lagi, darah yang mengalir dari mulut lukanya
amat deras, saat ini perempuan tersebut sudah kehabisan
darah, sebentar lagi nyawanya tentu melayang.
Karena tahu bahwa perempuan tersebut tidak berguna
lagi baginya maka setelah berjongkok sejenak, ia bangun
berdiri siap berlalu dari sana.
Tiba2 . . terdengar CiangOoh berkata:
"Siapa kau? bagaimana aku bisa berada disini."
Si Soat Ang tertegun, ia awasi diri Ciang Ooh dengan
sinar mata mendelong tak tahu apa yang harus dikatakan
pada saat ini.
Tampak sepasang tangan Ciang Ooh menekan tanah
seperti mau bangun berdiri. tetapi saat ini keadaannya
bagaikan seekor semut yang hampir mati tertindih, sedikit
tenagapun sudah tidak di miliki.
Dasar watak Si Soat Ang memang tidak baik, bukannya
beriba hati, ia malah tertawa dingin dan menjengek:"Sudahlah...kau sudah hampir mati, lebih baik
simpanlah tenaga untuk berbaring beberapa saat di tanah,
nantikan saja saat ajalmu dengan tertidur saja disitu !"
"Aku sudah hampir mati ?" bisik Ciang Ooh setelah
pejamkan matanya sejenak, "Nona siapakah kau ? orang
yang mencelakai diriku pastlah Si Long, Poocu dari benteng
Thian It Poo. Nona kau harus ingat baik2 nama orang ini,
katakanlah kepada seseorang yang bernama Tong Hauw,
bahwa aku mati ditangan Si Liong."
Si Soat Ang melengak, ia tidak sangka Ciang Ooh yang
sinting disaat menjelang kematiannya telah sadar kembali,
bahkan penyakit gilanya lenyap tak berbekas.
Ciang Ooh sudah mengidap penyakit gila hampir
mendekati dua puluh tahun lamanya, selama ini ia tidak
tabu kejadian apa saja yang telah berlangsung, setelah saat
ini sadar kembali tentu saja apa yang dialami selama ini tak
diketahui olehnya.
Bahkan ia malah menyangka dia mati ditangan Si Liong
sementara Tong Hauw masih di ingatnya selalu, Tentu saja
ia tidak akan menyangka kalau Tong Hauw serta Si Liong
sudah mati bersama didalam benteng Thian It Poo.
Ucapan dari Ciang Ooh tadi mengena dihati Si Soat Ang
ia merasa menyesal maka dari itu ia tidak mengejek
perempuan malang itu lagi.
"Nona!" seru Ciang Ooh dengan napas terengah-engah,
"asal kau menyanggupi untuk sampaikan kabarku kepada
Tong Hauw, aku akan kuhadiahkan sebuah benda
kepadamu."
"Kau hendak beri aku barang apa?" tanya Si Soat Ang
dengan hati geli."Barang itu aku dapatkan dari seorang manusia sakti di
daerah Biauw kami, sewaktu ia hadiahkan benda tersebut
kepadaku. pesannya barang itu sangat berguna, maka dari
itu setelah ia berikan kepadaku lantas berpesan agar baik2
kusimpan benda tersebut, Sekarang barang itu berada
didalam saku."
"Apakah benda itu adalah segulung sutera yang penuh
berisikan tulisan dan lukisan?" tanya gadis itu pikirannya
sedikit bergerak.
"Dari.... darimana kau bisa tahu?" tanya Ciang Ooh
dengan nada tercengang.
"Hmn barang itu sudah diambil orang, apakah kau tidak
ingat? ketika Loei Sam menusuk punggungmu dengan
belati, badanmu bergelinding jatuh dari atas pagoda,
kemudian Loei Sam mengejar kebawah, seandainya benda
itu berada di sakumu, bukankah sudah diambil Loei Sam?"
Seperti yang diduga Si Soat Ang, sesaat menjelang
kematiannyaCiang Ooh telah sembuh dari sakit gilanya.
Justru karena saat ini ia sadar maka kejadian yang
dialami selama dua puluh tahun tersebut tak teringat
olehnya, dalam perkiraannya perempuan itu masih mengira
dia berada ditengah jalan ketika Si Liong merampasnya
untuk dibawa pulang kebenteng Thian It Poo.
Maka dari itu, ketika mendengar apa yang di katakan
Soat Ang. perempuan itu semakin tertegun, badannya pun
semakin lemah sementara kesadarannya makin pulih.
Kiranya sewaktu berada diruang rahasia di atas benteng
Thian It Poo jalan darah Si Soat Ang tertotok, maka dari itu
ia tidak tahu peristiwa apa saja yang telah terjadi setelah
Ciang Ooh menggelinding ke bawah diikuti Loei Sam dari
belakang.Ia menyangka kitab pusaka Sam Poo Cin keng tentu
sudah tidak ditangan CiangOoh lagi.
Kalau tidak, apa gunanya ia menyaru sebagai putrinya
dan selama ini tidak ajukan permintaan akan benda
tersebut!
Sementara itu napas Ciang Ooh semakin lemah tetapi ia
masih berusaha meronta sambil berkata:
"Nona, aku tidak mengerti apa . . apa yang kau katakan .
. tetapi gulungan kain sutera itu masih berada didalam
sakuku, aku masih merasa kalau benda tersebut berada
disana, kau sanggupilah permintaanku . . cepatlah nona."
Pikiran Si Soat Ang sedikit bergerak. "Mungkinkah kitab
pusaka Sam Poo Cin Keng tersebut benar2 masih berada
dalam sakunya?"
Berpikir sampai disitu ia lantas berjongkok dan merobek
saku CiangOoh.
Plakk! segulung kain sutera tiba2 bergelinding jatuh
keatas tanah dari balik saku perempuan itu ketika berada
ditanah, gulungan tadi membuyar dan terbentanglah secarik
kain sutera panjang yang penuh dengan bentuk manusia.
Jantung gadis itu berdebar keras, tidak disangka pada
saat seperti ini ia berhasil mendapatkan kitab pusaka Sam
Poo Cin Keng yang diidam-idamkan oleh setiap umat Bu
lim, begitu terharunya sampai seluruh badan gemetar keras.
Buru2 ia gulung kembali kain sutera tadi kemudian
dicekal erat2. menanti gadis tersebut berpaling kearah Ciang
Ooh, tampaklah perempuan malang itu sudah hembuskan
napasnya yang penghabisan.
Meski sudah mati, sepasang matanya masih melotot
besar, mayat itu awasi Si Soat Ang dengan matamendelong, seakan2 sedang menantikan jawaban dari gadis
itu.
Si Soat Ang melirik sekejap kearah jenasah perempuan
malang tu, kemudian sekali tendang melemparkan mayat
Ciang Ooh sehingga mencelat ke tengah udara dan
bergelinding turun kebawah bukit.
Setelah berbuat demikian ia putar badan dan lari se-
kencang2nya kedepan, gulungan kain sutera tadi dicekal
terus dalam genggamannya.
Satu2nya yang dipikirkan gadis itu saat ini adalah cepat2
tinggalkan tempat itu, bukan saja ia takut Tonghong pacu
serta Tonghong Loei balik lagi ketempat itu, iapun tidak
ingin berjumpa kembali dengan Tonghong Pek, sebab
selama ini ia bukan sungguh2 mencintai pemuda tersebut,
ia hanya ingin menebeng perlindungannya belaka, kini
setelah mendapatkan kitab pusaka Sam-Poo Cin-keng, tentu
saja ia tidak membutuhkan lagi kawalan pemuda tersebut.
Karena berpikir demikian, secepat kilat ia lari terus
kedepan, dalam sekejap mata sebuah bukit sudah dilewati,
pada saat ini gadis tersebut sama sekali tidak tabu tempat
manakah itu, ia hanya menemukan dihadapannya
terbentang sebuah lembah yang indah pemandangannya,
dua jalur air terjun membentang disisi tebing terjal.
Pemandangan lembah ini benar2 indah sekali, Si Soat
Ang segera berhenti dan berpikir:
"Kalau aku hendak belajar silat dengan bersembunyi di-
bukit Lak Boan-san ini, bagaimanapun nyaliku rada besaran
tetapi inipun ada baiknya kurang sedikit, seandainya
Tonghong pacu menaruh curiga kepadaku dan hendak
mencari aku, maka ia tidak akan menyangka kalau aku
berada ditengah gunung Lak Boan san !"Si Soat Ang memang gadis yang cerdik, saat ini ia
menduga pastilah Tonghong Pacu akan menaruh curiga
kepadanya. Dalam kenyataan dugaan tersebut sedikitpun
tidak meleset sewaktu Tonghong Loei menceritakan
bagaimana ia pernah bertemu dengan Ciang Ooh lalu
secara bagaimana pernah menemukan kitab Sam Poo Cin
keng, mereka lantas berseru tertahan, sebab kedua orang itu
segera menduga kitab pusaka tadi pasti masih berada disaku
Ciang Ooh.
Ditengah malam buta itu juga mereka terjun dengan
membawa Si Chen serta Giok Jien melakukan pencarian
secara besar2an, meski akhirnya jenasah Ciang Ooh
berhasil ditemukan namun kitab pusaka itu sudah terbang
lenyap dari sakunya.
Tonghong Pacu berdua segera menduga kitab tadi sudah
terjatuh ketangan Si Soat Ang, pencarian segera dialihkan
untuk mencari jejak gadis itu.
Tetapi siapapun tidak menyangka gadis yang mereka
cari2 jauh berada didalam gunung Lak Boan-san, bahkan
berada disuatu lembah yang tidak begitu jauh jaraknya dari
tempat tinggal mereka.
Kita balik pada Si Soat Ang, waktu itu dengan langkah
lambat ia berjalan masuk kedalam lembah, tidak selang
sesaat kemudian ia temukan sebuah celah seluas dua depa
terletak diantara dua air terjun tersebut, diatas bata cadas
yang tumbuh dikedua belah sisi celah tadi sudah tumbuh
tebal lumut hijau, suatu tempat persembunyian yang amat
bagus.
Menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang kegirangan,
pikirnya:
"Asalkan dibalik celah tersebut ada sebuah gua maka
tempat inilah paling tepat bagiku untut berlatih ilmu silat..."Dalam lembab tersebut bukan saja banyak binatang
berkeliaran, ikan2 yang diselokanpun lezat untuk
menangsal perut, gadis itu merasa asalkan ia akan bertindak
hati2 maka berdiam selama tujuh delapan tahun ditempat
inipun belum tentu ditemukan orang.
Apa yang akan terjadi tujuh delapan tahun mendatang?
bagaimana dahsyatnya kepandaian silat yang dimiliki itu ?
ingatan tersebut membuat gadis she Si ini kegirangan
setengah mati, segera ia kumpulkan ranting dan membuat
sebuah obor, setelah itu dengan langkah hati2 mendekati
celah tadi.
Empat lima tombak ia berjalan masuk lewati celah batu
tadi, namun yang didapatkan hanya celah yang sempit
sekali, hatinya amat kecewa, hampir2 saja ia
mengundurkan diri.
Tetapi, mendadak cahaya obornya menyinari sebuah gua
yang luasnya tiga tombak, gua tersebut amat bersih bahkan
tampak jelas dinding gua putih bersih, dari dinding batu
sebelah kiri mengucur keluar sumber air bersih.
Si Soat Ang jadi kegirangan buru2 ia lari kedepan dan
meneguk air bersih itu sampai kenyang, terasa air bersih
tadi manis dan nyaman hal ini membuat Si Soat Ang saking
girangnya sampai berteriak keras.
Sambil berteriak ia jalan kesana kemari dalam gua
tersebut, beberapa saat kemudian ia baru duduk keatas
tanah.
Karena girang, ia tidak berkesempatan untuk mengawasi
keadaan disekeliling goa itu, dan kini ia dapat melihat ada
sebuah jalanan menghubungkan tempat itu dengan tempat
lain, jalan tadi letaknya disisi selokan.Hanya saja jalanan tadi tertutup oleh sebuah batu yang
amat besar, ketika gadis itu coba mendorongnya ternyata
sama sekali tidak bergeming, se akan2 batu tersebut tumbuh
secara alam disana.
Karena usahanya sia2 maka Si Soat Ang balik keruang
gua, membuka gulungan kain sutra tersebut dan mulai
berlatih.
Haruslah diketahui kitab pusaka Sam Poo Cin Keng
adalah ilmu sakti dari kaum beragama, semuanya ada dua
macam cara untuk berlatihnya, satu macam adalah kitab
bergambar sedang macam kedua adalah bacaan kitab
bergambar tersebut khusus diciptakan sang tokoh sakti
tersebut. Ada seorang muridnya yang bisu lagi tuli maka
dari itu ilmu tersebut jauh lebih gampang belajar dari kitab
bergambar.
Untuk sementara kita tinggal dahulu Si Soat Ang yang
berlatih ilmu silatnya dalam gua.
Berbicara tentang Tonghong Pek, setelah meninggalkan
semua orang dengan pikiran kalut ia maju kedepan.
Mula2 ia berjalan sangat lambat, tetapi selang beberapa
saat kemudian ia mulai berlari bahkan makin berlari
semakin cepat, seakan2 ia hendak lari dari kenyataan, lari
kealam dunia lain.
Dan ia berharap, dialam dunia lain tersebut dia bukan
putera dari Tonghong Pacu, ia berharap antara dia dengan
gembong iblis tersebut sama sekali tidak terikat hubungan
apapun.
Tetapi akhirnya ia berhenti dan tertawa getir, sebab ia
sadar mesti lari bagaimana cepatpun tak mungkin baginya
bisa lolos dari tersebut ia tetap putra dari Tonghong Pacu.Kegusaran yang muncul tanpa sebab dilampiaskan diatas
pohon siong yang tumbuh disisinya serangan demi serangan
dihantamkan ke atas pohon besar itu, beberapa saat
kemudian dengan timbulkan suara yang dahsyat
tumbanglah pohon tadi keatas tanah.
Tonghong Pek menghembuskan napas panjang ia
meraba dadanya merasa lega, ia tak tahu harus pergi
kemanakah dia?
Pada saat itulah, mendadak dari belakang tubuhnya
berkumandang datang suara teguran yang aneh, suara itu
tidak mirip suara lelaki tidak mirip pula suara wanita.
"Hey! kau ikutilah kami. majikan kami sedang mencari
dirimu!"
Mimpipun Tonghong Pek tidak menyangka dari
belakang tubuhnya bisa muncul orang secara mendadak, ia
terperanjat dan segera putar badan.
Tetapi kembali ia berdiri menjublek.
Tidak jauh dihadapannya berdiri dua orang gadis yang
berwajah jelek sekali, mereka memiliki potongan wajah
seperti kuda, kulitnya kasar dan berbenjol tidak rata, tetapi
justru kejelekan tadi disertai pakaian yang amat menyolok,
di atas leher lengan serta kakinya memakai banyak sekali
gelang emas sehingga potongannya tampak menggelikan
sekali.
Dengan pandangan dingin Tonghong Pek awasi mereka
berdua, kemudian menjawab "Aku tak kenal dengan
majikan kalian, akupun tidak ingin berjumpa dengan
siapapun!"
"Sungguh besar nyalimu!" hardik kedua orang gadis jelek
itu dengan wajah keren, "Majikan kami ingin berjumpa
dengan dirimu, kau berani tidak pergi"Dasar watak Tonghong Pak bukanlah seorang manusia
berangasan, seandainya peristiwa ini terjadi pada hari biasa
niscaya ia tertawa dingin lalu berlalu.
Tapi saat ini pikirannya sedang murung dan kesal,
mendengar ucapan kedua orang jelek itu hawa amarahnya
berkobar.
"Ayoh menyingkir !" bentaknya keras2. "Jangan banyak
ribut lagi dihadapanku !"
Kedua orang gadis jelek itu saling bertukar pandangan
sekejap, tiba2 pada saat yang bersamaan kedua orang itu
melancarkan seringan dahsyat ke arah sianak muda itu.
Semula Tonghong Pek masih tidak pandang sebelah
matapun terhadap kedua orang gadis jelek itu, namun
sekarang hatinya bergidik, sebab angin pukulan yang
menyambar datang bukan main hebatnya, dari hal ini bisa
ditinjau betapa sempurnanya tenaga dalam yang mereka
miliki.
Bersamaan dengan datangnya serangan, kedua orang
gadis jelek itu mempendengarkan jeritan aneh yang
mendirikan bulu roma, satu dari kiri yang lain dari kanan
serentak menyerang Tonghong Pek.
Sianak muda itu sadar, pihak lawan bukan manusia
sembarangan, ia tak berani bertindak gegabah, melihat
datangnya serbuan, ia putar badan menyusup kebelakang
lalu mundur empat lima langkah.
Serangan dari kedua orang gadis jelek itu aneh sekali
ketika sasarannya mundur dan serangan mereka mengenai
sasaran kosong tiba2 kedua orang gadis jelek itu jatuhkan
diri keatas tanah, badannya diangkat kedepan, empat kaki
berbareng menendang lambung pemuda tersebut.Walaupun Tonghong pek tidak bisa dihitung seorang
jagoan lihay dalam Bu lim, namun pengetahuannya amat
luas, ia bukan jagoan yang baru muncul dari kandang,
menyaksikan anehnya serangan lawan, ia segera
mengempos napas dan meloncat mundur kebelakang.
Meski ia berkelit dengan cepat, namun tetap terlambat
sama sekali...Braak ! pinggangnya sudah termakan sebuah
tendangan lawan.
Tendangan ini sangat keras datangnya, tubuh Tonghong
Pek terpantul dan berjumpalitan ketengah udara.
Siapa sangka justru ia berjumpalitan kedua orang gadis
itupun membarengi gerakannya. mereka bergerak maju
menanti kedatangannya dibawah.
"Hey siapa kalian berdua ? apa yang kalian inginkan ?"
teriak Tonghong Pek ditengah udara.
Kedua orang gadis jelek itu tidak banyak bicara, menanti
tubuhnya meluncur turun diatas permukaan tanah, tiba2
serentak mereka berbalik dan tahu2 ditangan kedua orang
itu sudah bertambah dengan sebuah senjata yang aneh
bentuknya.
Senjata tersebut berbentuk sebilah pedang pendek, tetapi
diseluruh tubuh pedang tadi penuh dengan kaitan-kaitan
yang berwarna biru.
Sekilas pandang siapapun akan tahu bahwa diatas kaitan
tersebut telah diolesi racun keji.
Senjata aneh itu sama sekali tidak digunakan untuk
menyerang Tonghong Pek yang sudah tak berkutik, mereka
hanya tempelkan senjata tadi di atas punggung pemuda
tersebut, seraya berbuat demikian mereka membentak:"Jangan bergerak, sedikit bergerak, kami akan segera
melancarkan serangan mematikan !"
Tonghong Pek tertegun, ia rasakan senjata lawan telah
beralih ke tempat2 berbahaya, yang satu mengancam
tenggorokan sedang yang lain ditempatkan diatas ulu hati.
Ia tak berani berkutik, setelah berdiri tegak dan tarik
napas panjang2, serunya:
"Apa yang kalian berdua inginkan ?"
"Sekarang juga ikuti kami untuk menghadap majikan !"
jawab kedua gadis jelek itu sambil tertawa.
Tonghong Pek mengeluh, ia tak tahu siapakah majikan
dari kedua orang gadis jelek tersebut, tetapi kalau ditinjau
dari tingkah lakunya yang tidak pakai aturan, jelas majikan
merekapun bukan manusia baik.
Tetapi berada dalam keadaan seperti ini, tidak ingin
pergipun tak dapat, terpaksa ia mengangguk.
"Baik ! aku akan mengikuti kalian !"
Melihat sianak muda itu telah setuju, kedua orang gadis
jelek itu tadi kegirangan.
Tubuh mereka berkelebat kesamping kemudian satu
didepan yang lain berada dibelakang, bentaknya kembali.
"Kau ikutilah dibelakangnya dan aku akan membuntuti
dibelakangmu jangan coba2 untuk melarikan diri."
Tonghong Pek adalah seorang lelaki sejati, setelah ia
sanggupi tentu saja ia tak mau melarikan diri.
"Hmm! siapakah nama majikan kalian?" tegurnya sambil
tertawa dingin.
"Eeeei . . apakah kau tidak tahu siapakah nama majikan
kami?" perempuan jelek itu berseru keheranan, "sungguhmenggelikan, ternyata dikolong langit ada juga manusia
yang tidak tahu siapakah nama majikan kami lucu . . .
sungguh lucu!"
"Aaaah. . . engkaupun aneh sekali" sambung Tonghong
Pek cepat, ia mulai tertarik oleh tingkah pola kedua orang
gadis jelek yang sangat aneh itu. "Coba katakan dahulu
siapa nama majikan kalian, mungkin aku pernah dengar
orang menyebutnya, kalau sekarang tidak kau katakan
kepadaku dari mana aku bisa tahu?"
"Hmm . . ! perkataanmu memang tepat sekali" sahut
gadis jelek sambil garuk2 kepala, "Majikan kami bernama
Kiem Lan Hoa, sekarang tentu kau sudah paham bukan?"
Nama "Kiem Lan Hoa menggetarkan seluruh tubuh
pemuda tersebut, air mukanya berubah hebat.
Ia lantas teringat akan cerita Tonghong pacu dimana
dikatakan Kiem Lan Hoa adalah ibu kandung dari
Tonghong Loei atau siluman perempuan yang dikatakan
ibunya.
Kembali Tonghong Pek ragu2, sebab gembong iblis itu
pernah mengatakan bahwa Kiem Lan Hoa sudah mati, tapi
mana mungkin ia dapat memerintahkan kedua orang gadis
jelek ini untuk mencari dirinya? ditinjau dari sini bisa
disimpulkan bahwa Tonghong Pacu sedang berbohong, lalu
apa sebabnya Tonghong Pacu berbohong.
Saat ini pemuda tersebut tak dapat menebak apa
sebabnya. tetapi ia sadar dibalik kejadian ini pasti terselip
suatu rencana besar. dimana rencana itu menyangkut pula
dia serta ibunya, pikirannya makin kalut, untuk beberapa
saat ia tak tahu apa yang harus dilakukan."Hey, bukankah kau mengatakan hendak ikuti kami?"
tegur kedua orang gadis jelek itu. "Kenapa berdiri
menjublek disana dan sama sekali tidak berkutik?"
Tonghong Pak mengeluh dan tertawa getir. "Siapa bilang
aku tak berkutik kenapa kalian sendiri tidak berangkat?"
Kedua orang gadis jelek itu segera berangkat satu ada
didepan yang lain ada dibelakang, membiarkan Tonghong
Pek berjalan di tengah.
Ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki sempurna
sekali makin berjalan semakin cepat, hingga terpaksa
Tonghong Pek berulang kali mengempos tenaga untuk
mempertahankan jaraknya dengan mereka.
Tidak selang setengah jam kemudian, mereka sudah
lewati beberapa buah bukit, dihadapan mereka terbentang
sebuah hutan yang lebat.
Hutan tersebut sempit lagi panjang, bentuknya mirip
sebuah selat, dua belah dinding merupakan tebing terjal
yang menjulang tinggi ke angkasa, suasana dalam hutan
tersebut terasa lembab dan gelap.
Tak tahan lagi Tonghong Pek segera bertanya.
"Eeeh, kita harus melalui jarak berapa jauh lagi baru
sampai ditempat tujuan?"
"Sudah hampir tiba, coba lihat itu sudah kelihatan."
Tonghong Pek memandang kedepan, kecuali tampak
sebuah pohon yang amat besar bangunan apapun tidak
kelihatan sebelum ia bertanya kembali kedua orang gadis
jelek itu sudah berbelok di depan pohon besar tadi.
Pohon tersebut teramat besar, bahkan pelukan dua orang
pun tidak cukup untuk menjangkau tumbuhan tadi, ketikagadis jelek itu tiba di hadapan pohon tersebut. dengan sikap
hormat mereka lantas berseru:
"Majikan, orang yang kau cari sudah berhasil kami bawa
datang !"
Tonghong Pek terbelalak, suatu kejadian aneh dengan
siapakah gadis2 jelek itu berbicara ? dengan pohon besar ?"
"Hey kalian..." teriaknya. Tapi belum selesai ia berbicara,
tiba2 dari dalam pohon besar itu berkumandang keluar
suara perempuan
"Bawa dia menghadap diriku !" Gadis jelek itu buru2
mengiakan, ia putar badan dan menggape kearah Tonghong
Pek, "Kau kemarilah!"
Pada saat ini sianak muda itu tidak melihat sesuatu
apapun, namun dengan nyata ia mendengar suara
pembicaraan seseorang, dalam hati merasa heran dan
tercengang, dengan langkah sangat hati2 ia maju ke-depan.
Menanti ia berjalan dekat dengan pohon besar itu, gadis
jelek tadi segera menuding kearah pohon besar yang
menghadap sebelah dalam dan memberi bisikan agar ia
berjalan kesitu.
Tonghong Pek tarik napas panjang 2, ia putar kebalik
pohon tadi dan maju mendekat.
Saat inilah ia baru tahu, kirinya dibalik pohon besar tadi
terdapat sebuah lubang besar yang cukup digunakan untuk
duduk seseorang,pohon besar itu sudah berlubang entah
dimakan oleh ulat kecil ataukah memang sengaja dilubangi
orang.
Dia jumpai seorang perempuan duduk bersila didalam
lubang pohon tersebut, meski belum melihat jelas
bagaimana potongan wajahnya, ia dapat melihat mutiarayang menghiasi rambutnya,pakaian yang dikenakan amat
indah dan semarak, seakan2 seorang pengantin yang siap
naik ke tandu.
Tonghong Pek tercengang dan keheranan, buru2 ia awasi
perempuan tersebut lebih tajam, usianya belum mencapai
empat puluh tahun alisnya tebal dan wajahnya cantik
menawan hati.
Siapapun akan menduga betapa cantiknya perempuan ini
semasa mudanya.
"Apakah perempuan yang duduk didalam lubang pohon
tersebut adalah Kiem Lan Hoa?" pikir Tonghong Pek, "Tapi
tidak terasa ada bau siluman tubuhnya mungkin dia adalah
orang lain dan bukan Kiem Lan Hoa?" Sementara sianak
muda itu masih berpikir dengan hati ragu, perempuan itu
sudah menanya. "Siapakah kau?"
"Hei. . hei . . ! sungguh lucu sekali." Sahut Tonghong Pek
geli bercampur mendongkol: "Bukankah kau utus orang
untuk mengundang aku, kok malahan kau sendiripun tidak
tahu siapakah aku?"
Sepasang mata perempuan itu dengan tajam mengawasi
wajah Tonghong pak, beberapa saat kemudian batu
terdengar ia berkata:
"Kau tidak usah takut, setelah berjumpa dengan diriku
maka tidak akan ada orang yang berani menyulitkan dirimu
lagi."
"Siapa yang hendak menyulitkan diriku?"
"Coba lihat, lagakmu persis seperti ayahmu, Si Thay
Sianseng sudah umumkan permintaannya kepada seluruh
Umat Bu lim untuk menangkap dirimu, buat apa kau
bersikeras mungkir?" Ucapan ini membuat Tonghong Pek
jadi runyam, menangispun tak bisa."Kau telah salah mencari orang!" serunya segera. "Orang
yang hendak ditangkap Si Thay sianseng adalah Loei Sam!"
"Kalau begitu kau bukan Loei Sam?" balik tanya
siperempuan itu dengan mata terbelalak.
"Tentu saja bukan."
Kembali perempuan itu melirik sekejap kearah
Tonghong Pek, wajahnya berobah keren, tiba2 ia berteriak:
"Thay Kiem Thay Gien!"
Dua orang gadis jelek itu berlari datang, sambil berlari
mereka berseru: "Majikan ada urusan apa?"
"Eeeei . . aku suruh kalian mencari seseorang yang
bernama Loei Sam, siapa yang telah kalian bawa datang?"
tegur perempuan itu gusar "Kenapa kalian tidak tanyakan
dahulu siapakah namanya sewaktu kalian mencari orang
yang ku perintahkan?"
"Dari mana kami bisa tahu. kalau orang itu tidak
bernama Loei Sam." sahut kedua gadis jelek itu setelah
saling bertukar pandangan sekejap. "Majikan, raut muka
serta potongan badan yang kau lukiskan kepada kami,
bukankah persis seperti orang ini?"
Mendengar ucapan itu dari dalam sakunya perempuan
tersebut ambil keluar segulung lukisan, lalu dibentangnya
dengan tangan gemetar.
Dari jauh Tonghong Pek dapat menyaksikan lukisan
yang tertera dalam kertas tersebut persis seperti raut muka
Loei Sam disamping itu ada beberapa tulisan yang
diantaranya terdapat beberapa patah kata yang sempat
dibaca pemuda itu "Ciangbunjin dari Go bie Pay"Tak usah dipikir lagi, lukisan tersebut tentulah lukisan
yang disebar Si Thay sianseng keseluruh dunia untuk bantu
menangkap Loei Sam.
Diam2 Tonghong Pek pun tertawa getir. sebab ia dapat
merasakan bahwa wajah Loei Sam memang ada beberapa
bagian mirip dengan wajahnya, ia tidak ingin Loei Sam
adalah adiknya, tetapi ditinjau dari kemiripan tersebut, ia
semakin sadar bahwa kenyataan tersebut tidak dapat
dibantah kembali.
Sementara itu perempuan tersebut memandang lukisan
tadi tajam2 kemudian mengawasi pula Tong hong Pek
beberapa kejap, akhirnya dengan alis berkerut ia berkata:
"Thay Kiem, Thay Gien, kalian sudah salah mencari
orang, dia bukanlah orang yang sedang kucari."
Kedua orang gadis jelek itu membelalakkan matanya
bulat2. kau memandang diriku dan aku memandang
dirimu, lama sekali mereka baru tertawa.
"Ooow.. kiranya kami sudah salah mencari, harap
majikan suka mengampuni kesalahan kami."
Diam2 Tonghong Pek bikin persiapan, ia tahu
perempuan yang bernama Kiem Lan Hoa dan di sebut
siluman perempuan itu bukan manusia baik2, kemungkinan
besar ia bisa melancarkan serangan untuk mencabut
jiwanya.
Diluar dugaan Kiem Lan Hoa tidak berbuat apa2, ia
cuma menghela napas panjang, menggulung kembali
lukisan tadi dan bergumam seorang diri:
"Sungguh sulit untuk mencari orang ini !"
Sebetulnya Tonghong Pek ingin beritahu kepadanya
bahwa orang yang sedang dicari telah tukar nama dan kiniberdiam tidak jauh dari sana, tetapi pikiran lain segera
mencegah niatnya itu, sebab ia tidak ingin mencampuri
urusan yang menyangkut diri Kiem Lan Hoa dengan
Tonghong Pacu.
Perempuan itu menghela napas dan berkata kembali:
"Dipandang lebih teliti, wajahmu memang sedikit mirip
dengan wajah yang tertera diatas lukisan itu, tetapi kau
bukan orang yang sedang kucari.
Thay Kiem Thay Gien. terlalu bodoh, seandainya
mereka telah melakukan kesalahan terhadap anda, harap
kau suka memaafkan. Nah. silahkan anda kalau mau
berlalu !"
Tonghong Pek kembali tertegun, ditinjau dari ucapan
yang begitu cengli dan pakai aturan, tidak mungkin kalau
diutarakan oleh seseorang dari kalangan sesat, ia lantas
mundur kebelakang dan bertanya:
"Kau. . kau . . kau adalah Kiem Lan Hoa yang berasal
dari wilayah Biauw?"
"Ehmm benar! aku adalah Kiem Lan Hoa, tentu Thay
Kiem serta thay Gien lah yang memberitahukan hal ini
kepadamu?"
Meski dalam hati kecilnya sianak muda itu masih ragu2
tapi ia tak mau berdiam terlalu lama disitu, sementara ia
berlalu tiba2 terdengar Kiem Lao Hoa berseru:
"Tunggu sebentar, sebelum ini apakah anda pernah
mendengar namaku dan seseorang?"
Tonghong Pek tertegun, untuk sesaat ia tak tahu
bagaimana harus menjawab.
"Selama ini aku selalu mengasingkan diri di wilayah
Biauw" ujar Kiem Lan Hoa kembali "ilmu silatku punberasal dari aliran yang berbeda dengan aliran kalian, kali
ini masih untuk pertama kakinya tiba didaratan Tionggoan,
sedikit sekali orang yang tahu akan diriku, sedang usiamu
masih muda, darimana bisa tahu akan namaku?"
"Aku mengetahuinya dari mulut seseorang."
"Siapakah orang itu, dapatkah anda beritahu kepadaku?"
jelas tampak betapa gelisahnya perempuan tersebut.
Tonghong Pek tidak menjawab, sebab ia tak ingin
menyebutkan lagi nama dari Tonghong Pacu, ia membenci
orang itu, segera ujarnya:
"Kalau memang bukan aku yang anda cari, maaf cayhe
akan mohon diri lebih dahulu!"
"Tunggu sebentar, beritahu dulu kepadaku, siapakah
orang yang memberitahukan namaku kepada mu?"
Tonghong Pek tidak menjawab, ia putar badan dan
berkelebat kedepan.
Tenaga Iweekang-yang dimiliki Tonghong Pek amat
sempurna. gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran
kilat, namun ketika ia bergerak maju, tiba2 terasa segulung
angin serangan yang amat dahsyat mengancam datang dari
arah belakang.
Gulungan angin tajam tadi muncul begitu cepat,
memaksa si anak muda itu harus mengepos tenaga, putar
telapak dan menyambut datangnya terangan bokongan tadi.
Reaksi yang diberikan Tonghong Pek boleh dikata cepat,
tetapi baru saja telapaknya berputar, tiba2 ia merasakan
tangannya telah menyentuh dengan sebuah benda yang
lunak, halus dan dingin. ia terperanjat dan sesaat kemudian
tampak cahaya perak berkelebatan, selembar jaring tipis
telah membelenggu tubuhnya.Jaring itu ringan lagi lunak, ketika tersentuh ditangan
terasa dingin dan nyeri.
Jaring tersebut tidak terlalu besar, setelah mengurung
kepalanya mulut jaring tadi segera menjirat diatas lehernya,
semakin pemuda itu bergerak, makin kencang jaring tadi
menjirat badannya.
Kejadian ini menggusarkan hati Tonghong Pek, ia pun
merasa kaget, sambil putar badan ia meraung gusar,
telapaknya segera berputar menarik seuntai serat perak yang
menghubungkan jaring tadi dengan Kiem-Lan Hoa yang
tetap duduk ditempat semula.
Tarikannya ini berharap bisa merampas serat tersebut
dari tangan perempuan itu, namun serat tadi licin lagi
lunak, sedikitpun tidak ada kesempatan baginya untuk
kerahkan tenaga, sepasang tangannya yang membetot diatas
serat tadi segera tergelincir saking licinnya.
"Jangan sembarangan bergerak!" bentak Kiem Lan Hoa.
"setelah jaring ku ini menjirat seseorang, perduli siapapun
yang berhasil terjirat, jangan harap bisa loloskan diri. Aku
tiada maksud untuk mencelakai dirimu, aku hanya ingin
bertanya siapakah orang yang beritahu namaku kepadamu,
kau harus beritahu siapakah dia!"
Tabiat Tonghong Pek adalah keras kepala, Kiem Lan
Hoa mengajukan pertanyaan secara baik2, mungkin ia bisa
menjawabnya karena tidak enak hati, tapi kini Kiem Lan
Hoa bertindak kasar, dari mana sianak muda itu suka
berbicara?
Ia tertawa dingin, sepasang tangannya segera mencekal
jaring tadi dan ditariknya keras2.Tarikan tersebut telah menggunakan tenaga delapan
bagian, ditinjau dari serat jaring yang lembut bagaikan
rambut, dalam betotan tersebut tentulah akan terputus.
Siapa sangka bukan saja gagal ia lepaskan diri dari
kurungan, bahkan jaring itu makin kencang menjirat dirinya
sehingga seluruh badan secara lapat2 terasa amat sakit.
Tonghong Pek amat terperanjat, buru2 ia lepaskan
tangan dan membentak:
"ilmu siluman apa yang telah kau gunakan? ayoh cepat
lepaskan diriku!"
"Haaa. . haa . . bukan ilmu siluman yang kugunakan
jaring ini dibuat dari serat yang di hasilkan ulat salju, meski
ringan dan lunak namun kuat dan tahan uji, jaring ini kuat
menahan betotan tenaga sebesar seribu katipun, kalau kau
lanjutkan betotanmu sehingga badan berdarah, racun yang
ada dalam serat itu akan segera menyerang ketubuh, dalam
keadaan seperti itu, tak ada obat yang bisa menolong dirimu
lagi."
Diam2 Tonghong Pek terperanjat, ia sadar apa yang
diucapkan perempuan itu bukan gertak sambal belaka. lagi
pula meskipun tidak beracun.
Seandainya pihak lawan perketat tarikannya saja sudah
cukup untuk menyesakkan napasnya.
Setelah sadar keadaannya kritis, buru2 pemuda itu maju
selangkah kedepan mulut jaring di lipat2 ditangannya
dengan maksud menahan agar jaring tersebut tidak terlalu
mencekik lehernya, semakinpun pihak lawan menariknya
tidak hanya tangannya yang terjirat.
Siapa nyana Kiem Lan Hoa segera tertawa, "Tak
berguna kau berbuat demikian coba lihat!" serunya.Bersamaan dengan ucapan tersebut ia menggetarkan
tangannya, cahaya perak berkilauan, jaring perak tadi tahu2
sudah tergelincir lepas dari tangan Tonghong Pek.
Sianak muda im semakin terperanjat. "Aku lihat lebih
baik katakanlah terus terang" ujar Kiem Lan Hoa lagi
sambil tertawa. "Bila kau suka bicara, aku segera lepaskan
dirimu pergi, aku tiada maksud jahat pada mu, aku rasa
kaupun tahu akan hal ini!"
"Hmmmm! kau anggap setelah jaring berhasil menjerat
badanku aku lantas bicara?" jengek Tonghong Pek sambil
tertawa dingin, "Kau jangan bermimpi disiang hari bolong!"
Tiba2 seluruh tubuh Kiem Lan Hoa gemetar keras, air
mukanya berubah hebat dan tanpa kuasa ia berbicara:
"Kau... apa hubunganmu dengan dirinya ? kenapa
watakmu mirip sekali dengan dia ?"
Tonghong Pek tertegun, ia tak tahu apa maksud dari
ucapan Kiem Lan Hoa itu, ia berdiri disana dengan angkuh.
Akhirnya terdengar Kiem Lan Hoa menghela napas
panjang, tangannya bergetar diiringi berkilatnya cahaya
perak, jaring tadi sudah terlepas dari tubuhnya dan
melayang kembali ketangan Kiem LanHoa.
"Aku dapat lihat watak maupun tingkah lakumu sangat
mirip dengan dia, aku duga antara kalian berdua tentu
terikat hubungan yang erat" ujar Kiem Lan Hoa lagi setelah
menyimpan jaring tersebut, "Apa hubunganmu dengan dia ?
ayo, katakan kepadaku !"
Pertanyaan ini semakin membingungkan Tonghong Pek,
ia tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut.
Meskipun selama ini ia berdiri tak berkutik, namun
diam2 hawa murninya sudah disalurkan hingga mencapaipada puncaknya, menanti Kiem Lan Hoa selesai berbicara,
ia bersiul panjang.
Tubuhnya mencelat ketengah udara, berjumpalitan satu
lingkaran besar dan menerobos keluar, bukan saja indah
bahkan cepatnya luar biasa.
Menanti tubuhnya melayang keatas tanah, ujung kakinya
kembali menjejak tanah berkelebat kearah depan, tetapi
untuk kesekian kakinya ia berdiri tertegun.
Entah sejak kapan. tiba2 Kiem Lan Hoa sudah berdiri
dihadapannya persis menghalangi jalan perginya.
Berada dalam keadaan seperti itu, ingin melarikan
diripun tidak berguna, maka pemuda ini tegak berdiri tak
berkutik, sikapnya sangat dingin, bahkan tersungging pula
suatu senyuman dingin.
"Siapakah namamu ?" tanya Kiem Lan Hoa sambil
tertawa.
"Aku bernama..."
Mengikuti watak Tonghong Pek yang tinggi hati, ia tidak
akan sudi menyembunyikan nama sendiri, tetapi pada saat
itu ia berbuat lain, tiba2 ia membungkam.
"Hehe...ayoh katakan siapa namamu ?" tanya Kiem Lan
Hoa lebih jauh, "Apakah namamu pun tidak boleh
diberitahukan kepada orang lain ?"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, "Siapa namaku, apa
sangkut pautnya dengan dirimu ? lebih baik kau tak usah
banyak bertanya !"
"Aaai...! karena dari tubuhmu aku seakan2 berjumpa
dengan bayangan tubuhnya, maka aku ajukan pertanyaan
ini kepadamu, kalau memang kau tidak sudi bicara, ya
sudahlah ! aku tidak akan terlalu memaksa !""Kau anggap aku mirip...mirip siapa ?" dada sianak
muda ini terasa berdebar keras.
"Mengungkap tentang orang ini, dia adalah seorang jago
lihay yang punya nama besar dalam dunia persilatan, dia
she Tonghong bernama Pacu."
Pucat pias wajah Tonghong Pek, tubuhnya terasa
hampir2 saja roboh keatas tanah, ia amat sedih sekali sebab
dari ucapan Kim Lan Hoa barusan, bisa disimpulkan bahwa
dia sangat mirip dengan wajah ayahnya, dan ia tak bisa
dibantah lagi adalah putra Tonghong Pacu.
"Bukankah hubunganmu dengan orang itu erat sekali ?
sekalipun kau tidak berterus terang namun aku tahu jelas"
kata Kiem Lan Hoa kembali.
Per-lahan2 Tonghong Pek putar badan, ia ingin
menghindari bentrokan matanya dengan perempuan itu,
tetapi baru saja ia berpaling, desiran tajam menyambar
lewat tahu2 Kiem Lan Hoa sudah berdiri kembali di
hadapan mukanya.
"Bukankah kau adalah putranya?" tanya perempuan itu."
"Aaai, lalu apa sebabnya kau mengatakan bahwa kau
bukan Loei Sam? aku rasa kau masih belum tahu asal
usulmu, kau..."
"Aku bukan Loei Sam!" teriak Tonghong Pek tak tahan
lagi, ia menukas perkataan Kiem Lan Hoa yang belum
selesai, "Loei Sam adalah putramu dengan Tonghong pacu
sedang aku sama sekali tak ada sangkut paut atau hubungan
dengan dirimu?"
"Tetapi . . bukankah kau adalah putra Tong hong Pacu?"
Tanya Kiem Lan Hoa tertegun.Pertanyaan ini tak sanggup dijawab Tonghong Pek, ia
cuma mendengus berat sebagai ganti jawaban.
Kiem Lan Hoa mundur dua langkah ke belakang dengan
air muka berubah hebat.
"Aaah! kiranya ia masih mempunyai perempuan lain"
teriaknya, "Tidak aneh kalau dia... dia tega meninggalkan
aku!"
Pada saat ini Tonghong Pek kepingin berteriak, berteriak
se-keras2nya, ia ingin mengatakan justru karena Tonghong
Pacu tergila2 dengan dia, maka ia tega meninggalkan
ibunya serta dia sehingga hampir2 saja mati didalam
sungai.
"Katakan kepadaku, sekarang ia berada dimana? katakan
kepadaku!" Teriak Kiem Lan Hoa, kembali sambil maju
selangkah Pikiran Tong hong Pek amat kalut, ia sadar bila
hendak mengelabuipun percuma, sebab pihak lawan sudah
tahu akan duduknya perkara maka ia menjawab:
"Semua orang yang hendak kau cari berada digunung
Lak Boan San semua, sebenarnya mereka ada dimana
akupun tak tahu, asalkan kau cari didalam gunung ini pasti
akan kau temukan.
"Aaaah, ternyata kau benar2 adalah putranya." seru
Kiem Lan Hoa, dari sepasang matanya memancar keluar
serentetan cahaya aneh. "Aku lihat agaknya kau tidak
terlalu gembira jadi putranya."
Kembali Tonghong Pek mendengus sebagai ganti
jawaban, tiba2 Kiem Lan Hoa menempelkan tangannya
diatas bahu Tonghong Pek, lalu ia bertanya kembali:
"Berapa banyak yang telah ia ceritakan kepadamu
tentang persoalanku?"Tangan perempuan itu halus sekali, jarinya lentik
panjang, kukunya dicat merah sedang di atas
pergelangannya memakai sebuah gelang emas.
Gelang tersebut memancarkan cahaya keemas-emasan
yang sangat menyilaukan mata, ketika sianak muda itu
memandang dengan penuh curiga, tiba2 ia tersentak kaget.
Ternyata benda yang berada dipergelangan Kiem Lan
Hoa bukan gelang emas, melainkan seekor ular kecil yang
panjangnya tujuh delapan coen dengan besar sejari
kelingking, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya ke-
emas2an.
Ketika sianak muda itu memandang untuk kedua
kakinya, ular kecil tadi angkat kepalanya menjulurkan
lidahnya, kepala ular tadi pipih dan gepeng, jelas binatang
tadi adalah seekor ular beracun.
Ketika Kiem Lan Hoa meletakkan tangannya diatas
bahu Tonghong Pek, ular kecil tadi segera menjulurkan
lidahnya sehingga hampir2 menempel diatas punggungnya,
buru2 pemuda itu berkelit.
Menyaksikan tingkah laku sianak muda itu, Kiem Lan
Hoa mendongak tertawa ter bahak2.
"Pernah kau lihat ular berbisa semacam ini ? ular ini
disebut Kiem Lian Gi- dia ia li ular beracun kelas sembilan
diantara tujuh puluh dua kelas lainnya !"
"Cepat singkirkan tanganmu itu !" seru Tong hong Pek
sambil menarik napas panjang.
Kiem Lan Hoa tertawa dingin.
Jawaban ini memang jujur, sebab hingga kini ia tak tahu
siapakah nama sebenarnya dari ibunya yang selama ini jadi
Sunio.Meskipun dia jujur, namun Kiem Lan Hoa merasa geli
sebab dikolong langit mana ada anak tak tahu nama ibunya,
kembali ia tertawa dingin.
"Se akan2 persoalan apapun kau tidak tahu, tapi kau
harus jawab pertanyaanku ini!"
Seraya berkata ia perdengarkan siulan nyaring pendek
tapi sangat memekikkan telinga.
Mengikuti siulan tersebut, ular emas Kiem Lian Cu
tinggalkan pergelangan Kiem Lan Hoa dan bergerak keatas
bahu Tonghong Pek
Gerakan ular kecil itu cepat sekali, apa pula Tonghong
Pek sama sekali tidak bersiap sedia. menanti ular emas
tersebut telah berada diatas bahunya, ia baru terperanjat
tangannya bergerak ingin menyapu jatuh binatang tersebut.
Tetapi pada saat itu Kiem Lan Hoa telah menyentil jari
tangannya, serentetan angin tajam menyambar lewat, jalan
darah TayMe Hiat diatas pinggangnya segera tertotok.
Dalam pada itu ular kecil tadi melewati bahunya mulai
merambat naik keatas leher, tubuh yang dingin dan licin
membuat ia merasa muak dan sangat tersiksa, tak tahan lagi
dengan nada gusar bercampur kaget teriaknya:
"Kau. . . cepat tangkap ular terkutuk itu dari tubuhku!"
"Hmmmn. aku tahu watakmu keras hati, ancaman ini
tidak akan membuat hatimu jeri, namun kau harus tahu
asal aku bersiul kencang maka ular Kiem Lian cu tersebut
akan segera masuk kedalam tubuhmu lewat lubang hidung
dan menghabiskan isi otakmu!"
Tonghong Pek mendengus dingin, walaupun dalam hati
bergidik setelah mendengar ucapan itu tetapi denganwataknya yang keras kepala tak sepatah katapun diutarakan
keluar.
"Asal kau suka katakan macam apakah ibumu, maka
ular itu akan segera kutangkap kembali." ujar Kiem Lan
Hoa lebih jauh.
"Sudah kukatakan tidak, mengapa sih kau tak mau
mengerti? sekali tidak tahu tetap tidak tahu." Melihat
kekerasan hati sianak muda itu Kiem Lan Hoa angkat bahu,
ia bersiul nyaring, ular emas yang berada diatas leher
Tonghong Pek segera bergerak menerobos masuk kedalam
lubang hidung sianak muda itu.
Tonghong Pek merasa lubang hidungnya jadi kaku dan
gatal sekali, sukar di tahan, ingin sekali ia menggaruk,
justru badannya tak berkutik karena tertotok, ia merasa
amat tersiksa namun mulutnya tetap membungkam.
"Kalau kau tak mau bicara lagi, akan segera
kuperintahkan Kiem-Liancu untuk menerobos masuk
kedalam hidungmu !" ancam Kiem LanHoa.
Setelah napasnya tersumbat sulit bagi sianak muda itu
untuk buka suara, namun kekerasan hati yang terpancar
diatas wajahnya telah cukup sebagai jawaban yang
meyakinkan.
"Bagus !" teriak Kiem Lan Hoa sambil tertawa dingin, air
mukanya berubah hijau membesi.
Tiba2...entah dari mana datangnya desiran tajam tahu2
meluncur datang dua biji senjata rahasia sebesar butiran
beras.
Gerak luncur kedua buah senjata rahasia itu cepat sukar
dilukiskan dengan kata2, salah satu di antaranya dengan
dahsyat menghantam batok kepala ular emas kecil yangsedang meluncur kedalam lubang hidung Tonghong Pek itu
sehingga terpental ketengah udara dan berkelejit.
Sedangkan butiran senjata rahasia yang kedua langsung
menghantam pinggang sianak muda itu, jalan darahnya
yang tertotok pun segera jadi bebas kembali.
Merasakan pengaruh totokan lenyap, buru2 Tonghong
Pek mengundurkan diri ke-belakang.
Sementara itu Kiem Lan Hoa telah ayunkan lengannya
menerima kembali ular emas kecil yang terpental ketengah
udara oleh sambaran senjata rahasia itu.
Kemudian berteriak marah dan ayunkan tangannya
kedepan, dengan menggunakan ular emas kecil tadi sebagai
senjata rahasia ia balas menyambit kearah mana berasalnya
dua batang senjata rahasia tersebut.
Ular emas itu meluncur kedepan dengan sangat cepatnya
laksana serentetan cahaya emas dalam sekejap mata telah
menerjang kedalam semak dua tombak jauhnya dari
kalangan dimana secara mendadak muncul seseorang.
"Hati2" teriak Tonghong Pek memberi peringatan, ia
sadar betapa dahsyatnya bisa ular emas.
Orang itu tersenyum dingin melihat datangnya serangan,
ia ayun tangannya kedepan, jari tengah menyentil keras
dimana dengan telak bersarang diatas kepala ular emas itu,
kemudian laksana kilat jari tangannya bekerja dengan jari
telunjuk serta jari tengah, ia cekal tubuh bagian Tujuh Coen
dari ular emas tadi.
Bagian tujuh coen merupakan bagian paling lemah bagi
segala jenis ular berbisa, kendari bagaimana lihaynya ular
tersebut asal bagian ini kena dicekal maka binatang tadi
takkan berkutik lagi, tidak terkecuali ular emas tersebut,setelah kena dicengkeram badannya lantas lemas bagaikan
sebatang rantai emas.
Gerakan yang luar biasa ini mengagumkan hati
Tonghong Pek ia bersorak dan angkat kepala, tapi segera ia
tertegun, sebab orang itu bukan lain adalah ayahnya,
Tonghong Pacu.
Diam2 sianak muda itu tertawa getir, ia berpikir:
"Sungguh bodoh aku, seharusnya sejak tadi sudah
kuduga akan dirinya. siapa lagi dikolong langit ini memiliki
ilmu silat selihay itu kecuali dia ?"
Ia tidak ingin menyapa, berdirilah Tong-hong Pek
ditempat itu tanpa berkutik barang sedikitpun.
Dalam pada itu Tonghong Pacu melirik sekejap ke
arahnya kemudian berpaling kearah Kiem Lan Hoa dan
menegur:
"Sudah lama kita tak bertemu baik2kah dirimu ?"
"Kenapa tidak baik !?" jengek Kiem Lan Hoa sambil
berdiri mematung, "Kurang sedikit aku berhasil kau celakai,
sayang tindakanmu kurang lihay, akhirnya aku berhasil
lolos dari kematian"
"Haa..haa...haa... aku tabu dimanakah letak
penyakitnya." seru Tonghong Pacu sambil tertawa paksa.
"seandainya tidak timbul rasa belas kasihan di dalam
hatiku, dan bermaksud memberi jenazah yang utuh bagimu,
ini hari kau sudah tinggal tulang belulangnya belaka."
"Tidak salah, sayang sekali saat ini bila kau tiada
kesempatan lagi untuk berbuat demikian."
"Hmm, kau harus tahu, pada saat aku balas dendam,
tidak bakal kuberikan jenasah yang sangat utuh bagimu!""Haa. . haa. . hal ini sih harus dilihat apakah kau punya
kesempatan untuk berbuat atau tidak?"
Berbicara sampai disitu, ia lantas berpaling dan teriaknya
keras2:
"Thay Kiem Thay Gien, masih ingatkah kalian berdua
dengan diriku ?"
Dua orang gadis jelek itu saling bertatap pandangan
sekejap, kemudian sama maju dan menjura kepada
gembong iblis tersebut, "Menghunjuk hormat kepada..."
Tiba2 Tonghong Pacu kebaskan ujung bajunya, diiringi
dua gulungan desiran tajam tubuh kedua orang gadis jelek
itu segera tersapu pergi dan menerjang keatas badan Kiem
Lan Hoa.
Bersamaan waktunya ia kebaskan tangan kanannya
keatas tanah membanting mati ular emas tersebut,
kemudian berkelebat ke depan melewati diatas kepala Thay
Kiem Thay Gien serta Kiem Lan Hoa.
Setelah tiba dibelakang ketiga orang perempuan itu, ia
melayang turun, tangannya bergerak cepat mencengkeram
jalan darah "Leng Thay Hiat" diatas punggung she Kiem
tersebut.
Ilmu silat yang dimiliki Kiem Lan Hoa bukan
sembarangan, seandainya dalam keadaan biasa tak
mungkin ia bisa terjatuh ketangan lawan dengan begitu
mudah, justru karena ia harus menerima tubrukan dan dua
orang pembantunya maka ia tidak siap dan akhirnya
terbokong.
"Haa...haa...haa... bagaimana? bukankah aku mendapat
kesempatan lagi ?" jengek Tonghong Pacu sambil tertawa
ter bahak2.Kiem Lan Hoa mendengus dingin. ia menghembuskan
napas panjang dan berdiri tak berkutik, dalam keadaan
seperti ini meski ilmu silatnya jauh lebih lihay pun tak
banyak yang bisa ia lakukan.
Kembali terdengar Tonghong Pacu tertawa terbahak2.
"Tempo dulu kau tak dapat menangkan diriku dan
sekarang sami mawon kau tetap bukan tandinganku !"
Air muka Kiem Lan Hoa berubah hijau membesi
menahan rasa dongkol yang bukan karuan, terhadap
ucapan dari Tonghong Pacu barusan sama sekali tidak
digubris, per-lahan2 ia memayang bangun Thay Kiem serta
Thay Gien, setelah itu dengan suara tenang ujarnya:
"Thay-Kiem. Thay Gien, pulanglah ke wilayah Biauw
sendirian apakah kalian kenal jalan ?!"
Kedua orang gadis jelek ini bukan saja berwajah jelek
bahkan bodohnya luar biasa, habis mendengar ucapan dari
majikannya mereka saling bertukar pandangan dan sesaat
tak tahu bagaimana harus menjawab.
Lama sekali, mereka berdua baru berkata: "Majikan,
mengapa kau tidak suka membawa kami lagi ? mengapa
kau usir kami untuk pulang sendiri ?"
Kiem Lan Hoa membungkam, berada dalam keadaan
seperti ini bagaimana ia harus menjawab.
"Majikan kami tak mau pulang, kami tak tahu jalan..."
seru mereka dengan wajah merengek.
"Kami tak kenal jalan, tak mungkin bisa sampai
dirumah, kami pasti akan mengembara, ter-lunta2 dan
dianiaya orang..." kembali rengek kedua orang gadis jelek
itu.Sejak tadi Tonghong Pek sudah muak akan perbuatan
Tonghong Pacu yang rendah dan memalukan itu, apalagi
setelah mendengar isak tangis ke dua orang gadis jelek itu,
ia semakin tidak lega, per-lahan2 ia putar badan, lalu
tegurnya seraya menuding ke arah gembong iblis itu:
"Kalau ingin bergebrak, bertempurlah dengan jujur dan
terbuka, Hmm... sungguh memalukan, seorang manusia
yang ternama, tak disangka hanya bisa main bokong
belaka."
Mimpipun Tonghong pacu tidak menyangka, pada
keadaan begini putranya bisa menegur dia, ia jadi tertegun
diikuti dari rasa mangkel berubah jadi gusar.
"Bajingan, kau jangan ngaco belo yang tidak keruan
disitu." teriaknya.
"Lepaskan dia!" seru Tonghong Pek sepatah demi
sepatah "Kau ingin bergebrak, lakukanlah secara jujur, tidak
pantas kau menggunakan dua orang gadis yang tak tahu
urusan untuk membokong orang?"
"Bajingan cilik! apa yang hendak kau lakukan?" Teriak
Tonghong Pacu sambil tertawa dingin, "Seandainya aku
tidak lepaskan dua biji batu kecil tepat pada saatnya, pada
saat ini kau sudah mati keracunan."
"Hmm! tidak pernah kumohon pertolonganmu, siapa
yang suruh kau turut campur dalam urusanku? biarkan saja
aku mati keracunan."
"Ayoh enyah dari sini." gembong iblis itu naik pitam.
Bukannya menyingkir Tonghong Pek malah maju
selangkah kedepan, kembali hardiknya.
"Lepaskan dia!"Sementara itu Kiem Lan Hoa tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula dengan wajah pucat pias bagaikan mayat,
sepasang matanya terbelalak.
Ia merasa heran dan tidak habis mengerti mengapa
secara tiba2 si anak muda itu bisa membantu dirinya.
"Kau suka enyah dari sini atau tidak ?" Bentak
sigembong iblis nomor wahid itu semakin naik pitam.
Seraya berseru, lengan kirinya menekan kebawah
kemudian diayun kedepan dengan hebatnya.
Seketika itu juga Tonghong Pek merasakan adanya
segulung angin pukulan maha dahsyat menggulung datang.
ia sadar apabila serangan ini ditahan dengan keras lawan
keras, niscaya ia bakal terluka parah.
Dalam keadaan seperti ini, timbul akal cerdik dalam
benaknya, ia enjotkan badan, meminjam kekuatan daya
dorong dari lawannya, anak muda ini melayang mundur
sejauh tujuh depa kebelakang, kemudian ia bersuit nyaring,
badannya berputar cepat lalu menyusup ke belakang
punggung Tonghong Pacu.
Sepasang kakinya menjejak keras, sang badan menubruk
kedepan dan sepasang telapak bekerja cepat menghantam
punggung ayahnya.
Perubahan yang terjadi mendadak ini sama sekali berada
diluar dugaan Tonghong Pacu, ia berteriak keras:
"Eei...apa yang hendak..."
Angin pukulan yang maha dahsyat tahu2 sudah
menggulung datang, terpaksa Tonghong Picu
menggerakkan telapak tangan kirinya menyambut
datangnya serangan sianak muda itu.Tonghong Pek bukan manusia bodoh, sesaat sebelum
sepasang telapaknya saling membentur dengan telapak kiri
lawan, tangan kanannya bergerak lebih cepat, sebuah
jotosan dengan telak bersarang ditubuh ayahnya.
Kehebatan ilmu silat Tonghong Pacu boleh dikata sudah
mencapai tarap kesempurnaan tetapi pada saat ini telapak
kanannya harus mencengkeram Kiem Lan Hoa, sedang
telapak kirinya menerima serangan dari putranya, jotosan
yang bersarang diatas punggungnya kontan membuat
seluruh tubuhnya tergetar keras.
Sejak terjatuh ketangan Tonghong Pacu setiap saat Kiem
Lan Hoa menantikan kesempatan yang amat baik untuk
berontak dan melepaskan diri dari cekalan lawan, ketika
tubuh sigembong iblis itu tergetar keras ia lantas merasakan
inilah kesempatan yang paling baik baginya untuk
bertindak, mendadak badannya merendah kebawah,
sebelum Tonghong Pacu menyalurkan hawa murninya
telapak tangan tersebut sudah melesat kearah bawah, pada
saat itulah Kiem Lan Hoa putar badan seraya melancarkan
serangan balasan.
"Braakk!" dua serangan dengan telak bersarang diatas
lambung Tonghong Pacu.
Sementara itu telapak kiri dari Tonghong Pek yang saling
berbentrok dengan tangan kiri Tong-hong Pacu
menimbulkan suara bentrokan yang amat nyaring, tentu
saja sianak muda itu bukan tandingannya, ia menjerit keras.
badannya bagaikan layang2 yang putus benang mencelat ke
tengah udara, berjumpalitan beberapa kali dan muntah
darah segar, kemudian badannya terbanting ke atas tanah
keras2.
Sedangkan Tonghong Pacu yang lambungnya termakan
oleh sodokan telapak Kiem Lan Hoa segera terdesakmundur tiga langkah ke belakang, kekuatan daya serangan
ini benar2 dahsyat, sebab perempuan dari wilayah Biauw
tersebut telah menggunakan segenap kekuatan yang
dimilikinya.
Setelah serangannya berhasil, Kiem Lan Hoa putar
badan, tangannya diayun kedepan dan tampaklah
serentetan cahaya ke-perakan meluncur ke atas batok kepala
Tonghong Pacu.
Dua pukulan yang bersarang di lambung serta sebuah
pukulan yang bersarang dipunggung membuat Tonghong
Pacu terluka dalam, ia sadar seandainya badannya
terkurung oleh jaring perak dari Kiem Lan Hoa itu niscaya
ia tak bakal lolos lagi dari tangannya.
Sebagai seorang tokoh lihay, dikala jaring itu hampir
mengurung badannya, tiba2 ia pentang mulutnya dan
menyemburkan serentetan darah segar ke arah jaring tadi.
Semprotan yang disertai hawa murni ini membuat daya
luncur jaring tersebut rada merandek, ambil kesempatan
itulah ia bersuit nyaring dan meluncur keluar dari kalangan
kemudian melarikan diri dari situ.
Menyaksikan sigembong iblis nomor wahid itu
melarikan diri, Kiem Lan Hoa membentak keras.
"Kau hendak lari kemana?" perempuan ini segera
enjotkan badan dan mengejar dari belakang.
Pada saat itulah Tonghong Pacu yang berada ditengah
udara tiba2 putar badan sambil ayunkan telapak tangannya,
serentetan jarum lembut yang memancarkan cahaya ke
perak2an laksana kilat menyambar datang.
Kiem Lan Hoa kaget, ia sadar betapa lihaynya jarum2
lembut tersebut apabila bersarang di tubuh, dengan cepatbadannya meluncur ke bawah kemudian bersalto dan
menyingkir beberapa tombak jauhnya dari tempat itu.
Menanti ia berhasil berdiri tegak, Tonghong Pacu sudah
lenyap tak berbekas dari pandangan, tak mungkin baginya
untuk menyusul dirinya.
Terpaksa, ia putar badan dan berjalan balik ke tempat
semula, waktu itu Thay Kiem serta Thay Gien kedua orang
dayang jelek sedang berdiri disisi Tonghong Pek yang jatuh
tidak sadarkan diri.
"Majikan !" seru Thay Kiem serta Thay Gien hampir
berbareng, "Apa sih titik2 sinar tajam yang menyambar
datang bagaikan hujan gerimis itu? sungguh indah sekali."
Kiem Lan Hoa mengerti bahwa kedua orang dayangnya
sangat bodoh, ia tidak memberi penjelasan hanya sambil
tersenyum tanyanya:
"Bagaimana keadaan dia?"
Sambil berkata ia berjongkok disisi sianak muda itu
memeriksa denyutan nadinya, lalu dengan alis berkerut
berkata kembali:
"Coba kalian berdua bimbing dia bangun !"
Thay Kiem serta Thay Gien mengiakan berbareng satu
dikiri yang satu dikanan segera mementangkan tubuh
Tonghong Pek dan dipaksa untuk berdiri, sementara Kiem
Lan Hoa sendiri segera melayang kebelakang punggung
sianak muda itu.
"Braaak...." tiba2 ia ayun tangannya dalam sekejap mata
melancarkan tujuh buah serangan sekaligus keatas
punggung Tonghong Pek.Kekuatan dari ketujuh buah serangan itu tidak terlalu
besar, namun kecepatannya sangat sukar dilukiskan dengan
kata-kata.
Kepala Tonghong Pek yang semula terkulai ke bawah,
setelah termakan ke tujuh buah serangan tadi, tiba2
terangkat keatas diikuti ia muntahkan darah.
Setelah itu ia pun sadar kembali dari pingsannya,
sepasang matanya per-lahan2 dipentangkan,
menghembuskan napas panjang dan melirik sekejap kearah
Thay Kiem serta Thay Gien yang berada disisinya.
"Terima kasih . . terima kasih." serunya "Kalian berdua .
. harap kalian suka membawa aku kedepan sana, biarlah
aku berdiri ditepi batu cadas dan mungkin aku bisa berdiri
sendiri."
-ooo0dw0ooo-
Jilid16
BELUM sempat Thay Kiem, Thay-Gien menjawab
Kiem Lan Hoa telah berdiri di hadapannya.
"Bagaimana keadaanmu ?" tegur perempuan tersebut.
"Aku. . aku baik sekali kalian . . silahkan kalian berlalu !"
"Seandainya kami berlalu, coba pikir apakah kau bisa
hidup sampai besok pagi ?"
Tonghong Pek menghembuskan napas panjang, ia sadar
bisakah hidup sampai besok pagi masih merupakan suatu
tanda tanya besar baginya, tetapi ia tak sudi menerima
kebaikan orang, segera jawabnya ketus.
"Bisa hidup atau tidak, tiada sangkut pautnya dengan
kalian."Mula2 Kiem Lan Hoa rada tertegun, agaknya jawaban
ini berada diluar dugaannya, tetapi dengan cepat ia telah
tersenyum kembali.
"Baiklah, itu memang urusanmu sendiri. aku tidak akan
turut campur, tetapi akupun ingin bertanya kepadamu,
mengapa kau bantu aku melepaskan diri dari cengkeraman
Tonghong Pacu ?"
Tonghong mendongak dan tertawa terbahak2 hanya
sebentar ia tertawa sebab napasnya segera ter-engah2,
setelah baru tenang ia menjawab:
"Kau sudah salah menduga, tadi..aku...aku tiada maksud
untuk menolong dirimu lolos dari cengkeramannya. aku
hanya tidak senang karena ia mempergunakan kedua orang
nona itu untuk membokong dirimu.. maka...maka aku
lantas turun tangan."
"Ooow...kiranya begitu..." ia merandek, setelah berhenti
sesaat ujarnya kembali:
"Baik, kalau begitu Thay Kiem serta Thay Gien telah
menerima budi kebaikanmu, akan kutinggalkan mereka
berdua untuk merawat dirimu !"
"Aku tidak membutuhkan sesuatu apapun terhadap
mereka berdua" Tampik sianak muda itu seraya
menggeleng, "Silahkan kalian berlalu dari sini !"
"Eei...bagaimana sih kau ini ? sungguh membosankan !?"
seru Kiem LanHoa dengan wajah keren.
"Kau hanya mengijinkan dirimu berbuat sesuatu untuk
orang lain, tetapi tidak sudi menerima kebaikan orang lain
yang pernah kau tolong?"Tonghong Pek membungkam, teguran ini membuat
sianak muda itu tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun.
"Hmmm!" kembali Kiem Lan Hoa mendengus "Thay
Kiem, Thay Gien, kalian berdua lepaskan dirinya dan ikut
aku, ada urusan hendak kupesankan kepada kalian berdua."
Thay Kiem, Thay Gien mengiakan, mereka sama2 lepas
tangan dan berlalu.
Kedua orang gadis bodoh ini sama sekali tak tahu kalau
Tonghong Pek sedang terluka, mendengar perkataan
memerintahkan mereka lepas tangan, maka tanpa
mendudukkan dahulu sianak muda itu, cekalannya lantas
dilepaskan.
Setelah kedua orang itu lepas tangan, Tonghong Pek pun
tak bisa berdiri tegak badannya segera miring dan roboh
keatas tanah.
Menyaksikan sianak muda itu jatuh terjengkang, Thay
Kiem serta Thay Gien jadi tertegun, mereka lantas
berteriak.
"Eeeei, kenapa sih kau tak mau berdiri tegak?"
Bantingan ini hampir saja membuat Tonghong Pek jatuh
tidak sadarkan diri, mana ia punya kekuatan untuk
berbicara lagi?
Sementara itu dengan alis berkerut Kiem Lan Hoa telah
menggape kearah mereka berdua:
"Jangan urusi dirinya lagi, mau jatuh atau tidak itu
bukan urusan kalian, ayoh cepat kemari!"
Thay-Kiem serta Thay-Gien mengiakan, sambil berjalan
kerap kali mereka berpaling melirik sekejap kearah
Tonghong Pek, wajah mereka penuh diliputi rasa kaget dantercengang, agaknya kedua orang gadis itu merasa heran
apa sebabnya Tong hong Pek tak dapat berdiri tegak.
Dengan sekuat tenaga Tonghong Pek berusaha
merangkak bangun, ia melihat Thay-Kiem serta Thay Gien
mengikuti Kiem Lan Hoa bergerak maju sehingga tiga lima
tombak kedepan dan berhenti dibelakang batu besar, disana
secara lapat2 terdengar pembicaraan mereka bertiga, apa
yang sedang dipercakapkan tak seorangpun yang tahu,
sebab Tonghong Pek merasa badannya sangat lemah
sehingga akhirnya ia roboh terlentang.
Ia sadar Kiem Lan Hoa adalah sami mawon dengan
Tonghong Pacu, mereka adalah iblis2 berhati keji, setelah
terjatuh ditangannya sulit untuk diramalkan apa yang bakal
terjadi.
Sianak muda itu menghela napas panjang, pejamkan
mata dan menanti dengan hati kebat-kebit.
Lewat beberapa saat kemudian tiba2 terdengar suara
langkah manusia bergerak mendekatinya sewaktu ia buka
mata dan berpaling maka tampaklah Thay Kiem serta Thay
Gien sedang bergerak mendekati mereka, setibanya di
hadapan sianak muda itu mereka berdua jatuhkan diri Tong
hong Pek.
"Heeeei . . . apa . . apa yang sedang kalian lakukan ??",
"Tadi majikan berkata bahwa kau sudah menolong dia,
sedang kau tak mau menerima balas budinya, sedang jiwa
kamipun ditolong olehnya, kau menolong dia berarti. .
berarti. . .".
Berbicara sampai disitu, kedua orang gadis jelek itu
garuk2 kepala dan saling bertukar pandangan, agaknya
merasa sudah melupakan kata-kata yang diajarkan Kiem
Lan Hoa barusan.Tonghong Pek yang menyaksikan kejadian ini hatinya
jadi mendongkol bercampur geli, teriaknya segera:
"Ayoh cepat pergi, ayoh cepat pergi buat apa sih kalian
bikin onar belaka disini?"
Pengusiran ini bukannya membuat mereka pergi, justru
malahan mengingatkan ucapan majikan nya buru2
sambungnya.
"Karena kau telah menolong kami, mulai sejak ini hari
kau adalah majikan kami apa yang kau perintahkan kepada
kami, pasti akan kami lakukan tanpa membantah."
Tonghong Pek dibikin menangis tak bisa meringis pun
sungkan, mana ia sudi jadi majikan dari Thay Kiem, Thay
Gien dua orang gadis jelek itu? sebenarnya ia hendak
berkata: "Aku perintahkan kalian tinggalkan tempat ini.
Namun segera teringat olehnya seumpama ia berkata
begitu, bukankah berarti ia sudah mengakui sebagai
majikan mereka? oleh karena itu buru2 serunya: "Aku
bukan majikan kalian, cepatlah kalian pergi aku sama sekali
bukan majikan kalian!"
Sambil berkata ia angkat kepala memandang kearah
Kiem Lan Hoa, maksudnya hendak memberi tanda kepada
dua orang gadis jelek itu, siapa nyana ia lantas dibikin
tertegun, ternyata pada saat itu Kiem Lan Hoa sedang
melayang ke depan dengan kecepatan laksana kilat dalam
sekejap mata telah lenyap tak berbekas.
Sedang Thay Kiem serta Thay Gien yang mendengar
Tonghong Pek jadi majikan mereka segera menangis
tersedu2 sambil menangis mereka anggukan kepalanya
berulang kali.
Tonghong Pek pejam matanya tidak menggubris kedua
orang itu tetapi suara tangisan mereka berdua makin lamasemakin sedih, beberapa saat kemudian terdengar salah satu
diantaranya berseru:
"Kita sudah tak punya majikan, lebih baik mati saja."
"Ucapanmu sedikitpun tidak salah" jawab orang kedua
sambil menangis makin menjadi2.
Ucapan ini sangat mengejutkan Tonghong Pek, sebab ia
tahu kalau ucapan ini diutarakan orang lain, mungkin ia tak
usah percaya, tetapi lain hal nya dengan kedua orang bodoh
ini.
Buru2 ia buka mata dan menyapu kedua orang itu,
sementara itu dari balik bajunya Thay-Kiem serta Thay-
Gien sedang mencabut keluar sebilah senjata yang aneh
sekali bentuknya, ujar salah satu diantaranya:
"Bunuhlah diriku lebih dulu !"
"Mana boleh begitu." -sahut-orang kedua, "Setelah
kubunuh dirimu, lalu siapa-yang akan membunuh aku ?"
"Kau bisa mencari sebuah tebing yang terjal dan
meloncat kedalam jurang."
"Kalau begitu bukankah kita berdua akan mati berpisah,
kita tak dapat selalu bersama?" kata orang kedua sambil
menangis makin sedih.
Isak tangis segera meledak dengan ramainya membuat
burung pada terkejut dan bumi pada bergetar, beberapa saat
kemudian mereka berdua baru berkata kembali:
"Kalau begitu kita berangkat ber sama2 cari tebing yang
terjal dan meloncat ke dalam jurang bersama."
Sambil berkata mereka bangun berdiri. Pada waktu itu
sambil menangis mereka menyeka ingus yang meleleh
keluar dari lubang hidung ditambah dengan mulutnya yang
mewek membuat wajah kedua orang itu semakin jelek.Tetapi Tonghong Pek sadar jiwa mereka berdua masih
bersih dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh kelicikan
manusia, melihat kedua orang itu bangun berdiri buru2
serunya:
"Kalian hendak pergi kemana ?"
"Kami hendak mencari suatu tempat yang bisa
mendatangkan kematian bersama." jawab Thay Kiem serta
Thay Gien bersama.
"Bukankah kalian sedang membohongi diriku."
Thay Kiem serta Thay Gien berdiri melenggong
meskipun isak tangisnya masih terdengar namun sepasang
mata mereka terbelalak besar menatap Tonghong Pek
tajam2, jelas mereka tidak mengerti apa yang sedang
dikatakan oleh sianak muda itu.
Melihat sikap kedua orang ini, Tonghong Pek jadi malu
sendiri jelas kedua orang gadis jelek itu belum mengerti apa
yang disebut "Berbohong" sebaliknya ia sudah menuduh
mereka yang bukan?"
"Oow...aku tidak berkata apa2, kalian tak usah pergi cari
mati lagi." buru2 serunya.
Seketika itu juga mereka berdua tertawa girang, "Kalau
begitu kau adalah majikan kami" serunya. "Hunjuk hormat
buat majikan !"
Seraya berseru mereka jatuhkan diri berlutut kembali
keatas tanah dan menjalankan penghormatan besar.
Dalam keadaan seperti ini Tonghong Pek ingin menangis
tak bisa tertawapun sungkan, ia cuma bisa berkata:
"Sudah...sudahlah, jangan anggukkan kepala lagi, ayoh
bangun... ayoh bangun..."Dengan ujung bajunya mereka berdua menyeka wajah
yang penuh air mata, setelah itu serunya hampir berbareng:
"Majikan, kami pasti akan baik2 melayani dirimu, mari
telanlah dahulu benda ini, kau segera akan bisa meloncat
bangun !"
Salah satu diantaranya ambil keluar sebuah kotak
kumala dan membuka penutupnya, dari dalam kotak tadi
segera muncul semacam mahluk aneh yang bergerak kian
kemari, sebelum ia sempat melihat jelas benda apakah itu,
tahu2 benda tersebut telah didorong ke hadapannya.
"Cepat telanlah benda ini, kau pasti akan sembuh
kembali."
Tonghong Pek sama sekali tak tahu benda apakah itu,
sewaktu mahluk tadi didekatkan padanya ia mencium bau
aneh yang sangat memuakkan.
Sianak muda itu tidak kuat mencium bau2 an tersebut,
buru2 ia berpaling kesamping tetapi Thay Kiem tidak
banyak bicara ia segera tangkap mahluk aneh itu dan
dijejalkan kedalam mulut Tonghong Pek.
Dengan sekuat tenaga Tonghong Pek berpaling tetapi
Thay Gien yang ada disisinya segera menekan kepala
sianak muda itu sekuat tenaga.
Pada dasarnya Tonghong Pek memang lagi lemas tiada
bertenaga, setelah ditekan Thay Gien dengan segenap
tenaga ia jadi tak berkutik, hampir2 saja jatuh tidak
sadarkan diri.
Tanpa sadar mulutnva terbuka lebar, tiba2 ia merasakan
ada segulung api dijejalkan kedalam mulutnya membuat
seluruh tenggorokan terasa seperti dibakar.Ia kaget dan menjerit keras, apa lacur justru karena ia
berteriak, gumpalan api yang sangat panas itu segera
menerobos kedalam tenggorokannya masuk kedalam perut
lewat dada langsung menuju ke pusar.
Seketika itu juga Tonghong Pek merasakan gumpalan api
itu meluncur dari pusar naik keatas badan, perasaan aneh
muncul tiba2 ia berusaha meronta dan meloncat bangun,
mulutnya ter-engah2.
Tiba2 terdengar Thay Kiem serta Thay Gien bertepuk
tangan dengan gembiranya.
"Sungguh menakjubkan..sungguh hebat." teriak mereka,
"Coba lihat, begitu ditelan, majikan kontan bangun berdiri
!"
Tonghong Pek merasakan bukan saja seluruh badannya
terbakar bahkan urat nadi serta jalan darahnya ikut terasa
seperti dibakar, tak tertahan teriaknya:
"Ben...benda apakah itu ?"
"Majikan kenapa kau ?" teriak kedua orang gadis jelek itu
dengan hati terperanjat, kiranya dia menemukan wajah
Tonghong Pek merah ber api2. sehingga kelihatan amat
mengerikan.
"Benda apakah yang telah kalian berikan kepadaku ?"
teriak sianak muda itu.
"Kami sendiripun tidak tahu, benda itu diserahkan
majikan kepada kami dan suruh kami dalam keadaan
bagaimanapun harus memaksa majikan untuk menelannya,
kata majikan. setelah majikan menelan benda itu niscaya
segera akan meloncat bangun !"
"Kata majikan yang diucapkan kedua orang itu pasti
akan membingungkan orang yang tak tahu, namunTonghong Pek tahu yang dimaksudkan majikan pertama
kali adalah Kiem Lan Hoa sedang majikan berikutnya
adalah dia sendiri.
Hawa panas yang berkobar dalam tubuhnya, makin lama
semakin menebal seakan2 setiap saat tubuhnya dapat
meledak.
Ia tak dapat menahan diri akhirnya pemuda ini berteriak
keras, entah darimana datangnya tenaga, seluruh tubuhnya
tahu2 sudah meloncat ke atas.
Loncatan ini mencapai ketinggian tiga, lima tombak
lebih, begitu tinggi ia meloncat hampir saja membuat ia
sendiripun jadi terperarjat. dalam hati dia merasa
tercengang, sebelum kejadian ia lemah tak bertenaga, siapa
sangka pada saat ini tenaganya begitu besar.
Ketika tubuhnya meloncat kebawah, hawa murni dalam
tubuhnya bergolak keras memaksa badannya tak bisa
berdiri tenang sepasang tangannya berkelebat mencari
kesana kemari, beruntun ia melancarkan empat buah
serangan sekaligus.
Setelah itu dengan sekuat tenaga ia lari kedepan, semakin
cepat ia berlari pergolakan hawa murni dalam tubuhnya
makin tenang dan badannya terasa semakin nyaman.
Tak kuasa lagi makin lari ia semakin cepat sehingga
suatu ketika sama sekali tak dapat menguasai diri.
Sementara itu Thay Kiem serta Thay Gien yang ada
dibelakangnya berteriak keras memanggil namanya, ketika
ia berpaling kebelakang tampaklah kedua orang gadis jelek
itu sedang mengejar dengan ketatnya, namun selisih jarak
mereka makin lama semakin dekat.
Pada saat itulah, mendadak terdengar kedua orang gadis
itu berteriak:"Majikan hati2!"
Buru2 ia berpaling tampaklah beberapa tombak
dihadapannya berdiri sebuah pohon waru yang amat besar
menghadang jalan perginya, kalau ia tidak cepat2
menghentikan larinya, niscaya ia akan menumbuk pohon
tersebut.
ooodOwooo
BAB 14
TETAPI ketika itu gerak tubuh Tonghong Pek benar2
cepatnya luar biasa, sekalipun ia berusaha menahan diri
belum tentu usaha tersebut bisa dilaksanakan lagi pula
dalam jarak sedekat itu, dalam sekejap mata segera akan
tiba, tidak mungkin baginya untuk menghindarkan diri lagi.
"Braaak !" tidak ampun lagi badannya menubruk keras
diatas pohon waru itu.
Tubrukan ini mengakibatkan pohon besar tadi jadi
melengkung untuk kemudian melemparkan tubuh sianak
muda itu kebelakang, kejadian aneh telah berlangsung
dalam tubrukan ini Tonghong Pek sama sekali tidak
merasakan badannya jadi sakit.
Badannya yang terlempar oleh pantulan pohon tadi
melayang makin lama semakin tinggi hingga akhirnya
mencapai lima tombak melewati diatas kepala Thay Kiem
serta Thay Gien dia meluncur kebawah.
Berada dalam keadaan seperti Tonghong Pek sadar,
seandainya ia sampai terbanting ke atas tanah niscaya
badannya bakal remuk atau paling sedikit patah2 tulang,
segera ia mengempos tenaga berusaha menahan daya
luncur dari bantingan tersebut.Tapi tahu hawa murni dalam badannya berputar
semakin cepat, bukannya sang badan meluncur kebawah,
malahan ia melayang beberapa tombak lebih keatas.
Tonghong Pek sangat terperanjat, ia tidak menyangka
tenaga dalamnya peroleh kemajuan sangat pesat, sebab
tanpa sadar barusan ia telah menggunakan ilmu
meringankan tubuh "Kat Kiat Sin Thian" yang sangat
ampuh dimana tak mungkin bisa digunakan oleh seseorang
yang bertenaga dalam cetek.
Demikian akhirnya dengan satu gerakan yang enteng
dan manis, Tonghong Pek berhasil melayang turun keatas
permukaan tanpa kekurangan suatu apapun.
Thay Kiem serta Thay Gien dengan wajah penuh
senyuman segera lari menghampiri dirinya, sambil bertepuk
tangan mereka berseru:
"Majikan, sungguh lihay ilmu silatmu, tak disangka bisa
terbang keatas langit !"
"Aku bukan seekor burung, mana bila terbang?" seru
sang pemuda.
"Eei...bukankah barusan kau sedang terbang ? bahkan
makin terbang semakin tinggi. Majikan kau harus ajarkan
kepada kami bagaimana caranya untuk dapat terbang,
oouw...kami mohon sukalah kau beri pelajaran terbang
kepada kami, mau bukan ?"
"Sudah jangan ribut lagi, sejak tadi sudah kukatakan
kepada kalian, aku tidak bisa terbang, tapi aku mencelat
karena menubruk pohon, aku adalah majikan kalian,
kenapa membohongi dirimu berdua ?"
"Baik...baik...memang kami yang salah, harap majikan
jangan marah !" buru2 Thay Kiem serta Thay Gien berseru.Saat ini hawa panas yang bergelora dalam badannya
sudah padam, hawa murni dalam tubuh pun telah peroleh
kemajuan pesat sebagai ahli silat seharusnya ia merasa
gembira, tapi Tonghong Pek malah kerutkan dahinya
sambil menghela napas panjang.
Mendengar suara helaan napas, Thay Kiem serta Thay
Gien saling bertukar pandangan sekejap, lalu berseru
bersama:
"Majikan, mengapa kau tidak senang hati? perlukah kami
berdua main badut agar kau bisa tertawa?"
"Aah, tidak usah!" sahut sianak muda itu sambil tertawa
setelah tertegun sejenak.
Melihat majikannya tertawa, kedua orang gadis jelek
itupun ikut tertawa, ujarnya kembali.
"Majikan, kami pandai sekali bermain badut, suatu
waktu apabila hatimu tidak gembira, panggillah kami
tanggung kau bisa tertawa terbahak-bahak.
Tonghong Pek tertawa, sedang dalam hati ia tetap amat
risau.
Setelah berpikir sebentar ia berkata kembali.
"Kalian berdua mengakui aku sebagai majikan tidak
lebih karena ingin menolong diriku belaka, sekarang aku
sudah tak ada urusan lagi, lebih baik kalian kembali dan
carilah majikan kalian semula, sejak sekarang kalian tak
usah menyebut aku sebagai majikan lagi." Thay Kiem serta
Thay Gien segera jadi mewek kepingin menangis.
"Ayoh pergi cepat dari sini," seru Tonghong Pek
kembali, kontan meledaklah isak tangis Thay Kiem serta
Thay Gien."Majikan! kau suruh kami pergi, berarti kau ingin kami
pergi mati, setelah kami mati maka seandainya majikan tak
bangun berdiri lagi, siapa yang membantu dirimu?"
Tonghong Pek adalah seorang pemuda berhati welas,
ucapan ini menyedihkan pula hatinya, buru2 serunya:
"Sudahlah anggap saja aku tidak ucapkan apa-apa,
baiklah ikuti saja diriku, hanya...dalam hati aku masih ada
urusan penting lain yang tidak ingin diketahui orang, sejak
kalian mengikuti diri ku. maka kularang kalian berbuat
keonaran."
"Semua urusan akan kami taati perintah majikan, kami
tidak akan bikin keonaran." jawab ke dua orang gadis itu
sambil tertawa kembali.
Tonghong Pek tertawa getir, dunia begini luas ia hendak
membawa kedua orang gadis itu menuju kemana ?
Akhirnya sambil bergendong tangan ia melanjutkan
perjalanannya kedepan Thay-Kiem serta Thay Gien dengan
kencang mengikuti dari belakang.
Pada saat ini ia benar2 tanpa tujuan, pemuda itu cuma
tahu berjalan terus kedepan sampai kakinya lelah baru
berhenti.
Tiba2...entah sudah lewat berapa lama, ia merasakan
seluruh wajahnya gatal sekali, bagaikan terdapat beribu2
ekor semut merangkak diatas wajahnya, ia garuk wajahnya
yang gatal. Siapa nyana makin dipatuk semakin gatal
seluruh meliputi hampir seluruh wajah.
Tonghong Pek tercengang, tetapi rasa gatal sukar
ditahan, ia pun menggaruk kuat2, siapa nyana rambutnya
mulai ikut rontok semua.Rasa gatal menyerang semakin hebat sehingga akhirnya
hampir seluruh rambut yang tumbuh diatas kepalanya telah
rontok semua, kini ia berkepala gundul, sedikit rambutpun
tak tersisa lagi.
Rasa kaget yang menyerang sianak muda ini sukar
dilukiskan dengan kata2 lagi, ia tidak tahu apa sebabnya
rambut itu bisa rontok semua tak berbekas.
Setelah gundul, rasa gatal yang menyerang batok
kepalanya lenyap tapi gatal itu berpindah ke atas wajah,
garukan yang keras menyebabkan wajahnya mulai
membengkak dan benjol2 disana sini terasa sekali waktu
diraba permukaan wajahnya sudah tidak rata.
Tonghong Pek benar2 terperanjat, sambil putar badan ia
berteriak, "Kalian . . ."
Tiba2 terdengar Thay Kiem serta Thay Gien berteriak
aneh, wajah mereka menunjukkan mimik ketakutan sambil
berteriak langkah kaki pun mundur tujuh delapan langkah
kebelakang.
Setelah timbul benjolan diatas wajah, rasa gatal tadi
lenyap tak berbekas.
Pikiran Tonghong Pek pun rada jadi bimbang kembali
sewaktu menyaksikan kedua orang gadis jelek itu
menunjukkan mimik ketakutan, Ia lantas menegur,
"Kenapa kalian?"
Suaranya kembali terdengar jauh berbeda dari semula,
sebab diantara bibirnya timbul pula benjolan2 keras yang
sama sekali merubah bentuk mulut sianak muda itu
"Kau. . kau ini siapa kau?" teriak Thay Kiem serta Thay
Gien hampir berbareng."Aku adalah majikan kalian!" Thay Kiem serta Thay
Gien saling bertukar pandangan sekejap, tiba2 menjerit
melengking.
"Kau adalah siluman, kau telah mencelakai majikan
kami, kami hendak menyaru sebagai majikan kami, kau
hendak menipu kami. . . ayoh jangan pergi."
Sambil berteriak kedua orang gadis jelek itu laksana
gulungan angin puyuh menerjang datang, tanpa banyak
bicara lagi telapak tangannya segera ditabok kedepan
menyerang sianak muda secara serentak.
Tonghong Pek segera rendahkan badannya, sepasang
telapak diputar dan bersama2 didorong ke depan . . Plaak!
Plaak! ia telah saling beradu tenaga satu kali dengan mereka
berdua.
Tonghong Pek tahu betapa lihaynya ilmu silat Thay
Kiem serta Thay Gien maka dalam bentrokan barusan ia
telah salurkan pula sedikit tenaga dalamnya.
Tentu saja sianak muda itu tiada maksud mencelakai
kedua orang gadis jelek ini, tapi ia lupa bahwa tenaga
dalamnya telah peroleh kemajuan pesat, meskipun hanya
menggunakan tiga empat bagian tenaga namun sudah
cukup luar biasa sekali.
Terdengar Thay Kiem serta Thay Gien menjerit keras.
badan mereka dipukul mental oleh bentrokan itu sehingga
bergelindingan ditanah.
"Siluman. sungguh lihay kau?" teriak mereka berdua
sambil meloncat bangun.
"Aku bukan siluman!" pemuda itu menerangkan.
Seraya berseru ia maju menghampiri kedua orang tetapi
Thay Kiem serta Thay Gien segera putar badan melarikandiri. sambil berlari teriaknya: "Kau sudah mencelakai
majikan kami, kami hendak cari majikan semula untuk
datang membunuh dirimu, kau jangan berlagak sok!"
Dalam sekejap mata kedua orang gadis jelek itu sudah
lenyap tak berbekas dibalik tikungan bukit. Dengan
termangu2 Tonghong Pek berdiri ditempat semula, ia tak
mengerti apa sebabnya Thay Kiem serta Thay Cien
mengatakan dia sebagai "siluman" mungkinkah diatas
wajahnya telah terjadi perubahan??
Tanpa terasa ia meraba keatas wajah sendiri, segera
ditemuinya seluruh wajah penuh dengan benjolan2 keras
yang menutupi seluruh pipi, bukan begitu saja bahkan
suaranyapun berubah, ia dapat membayangkan betapa
seramnya wajah yang dimilikinya saat ini.
Setelah tertegun sejenak, akhirnya ia melanjutkan
perjalanannya kedepan dan berhenti kembali ketika tiba
disebuah selokan. lalu berjalan ketepi selokan itu bercermin
wajah sendiri.
"Aaaa . . . !" Tonghong Pek menjerit aneh, badannya
kemudian tak kuasa mundur selangkah kebelakang.
Sungguh mengerikan sekali yang ia temui di atas
permukaan air bukan wajah seorang manusia, sebab kalau
manusia tidak mungkin memiliki wajah seperti itu, sekarang
ia baru paham apa sebabnya Thay Kiem serta Thay Gien,
menyebut "Siluman" kepadanya dan lari terbirit2.
Sekarang ia telah berubah jadi seorang manusia aneh.
Seorang manusia aneh wajah yang sembab merah darah,
bibirnya jadi lenyap tak berbekas. Goncangan yang terjadi
benar2 mengejutkan hati Tonghong Pek, ia berdiri tertegun
dan bungkam dalam seribu bahasa.Akhirnya ia tertawa ter bahak2, sambil tertawa badannya
berkelebat kedepan dia lari se keras2 nya. ia hendak
gunakan tindakan tersebut untuk melampiaskan rasa kalut
yang menyerang badannya.
Sejak itu ia selalu berkeliaran ditengah pegunungan
tinggal yang jauh dari keramaian manusia, ia tidak ingin
bertemu dengan siapapun, tidak ingin bertemu dengan
selokan sehingga tercermin bentuk wajahnya dan iapun tak
tahu sudah berapa lama ia berkeliaran didalam gunung.
Suatu hari, ketika tiang hari telah tiba dan Tonghong Pek
sambil menutupi wajahnya sedang duduk diatas sebuah
batu besar, tiba2 terdengar suara langkah manusia berjalan
mendekati kearah nya.
Langkah kaki orang itu sangat cepat sekali, dalam
sekejap mata tahu2 sudah berada di hadapannya, bahkan
dari langkah tersebut jelas bukan seorang manusia belaka.
Buru2 Tonghong Pek berlagak pilon dengan terus duduk
diatas batu sambil menutupi wajahnya.
Beberapa saat kemudian langkah manusia itu telah tiba
ditempat itu mendadak berhenti dan terdengar suara
seseorang sedang berseru:
"Eei... ada orang sedang duduk disana, mari kita cari
berita kepadanya ?"
"Baik!" jawab orang kedua dengan suara lengking "Eeeii
. , tolong tanya Liat Hwee Sin Tuo bersembunyi dimana?,"
sebenarnya Tonghong Pek tidak ingin berbicara dengan
siapapun, tetapi ketika mendengar orang itu mengungkap
soal gurunya Liat Hwee Sin Tuo, hatinya terjelos, ia tahu
seandainya dia angkat muka niscaya orang itu akan
terperanjat, maka sambil tetap duduk membelakangi kedua
orang itu sahutnya."Entah apa maksud kalian berdua menanyakan tentang
Liat Hwee Sin Tou?"
"Coba lihat, hweesio ini benar2 menarik hati" Gelak
tertawa segera menggema memenuhi angkasa, "Kami
bertanya kepadanya, ia malahan bertanya kepadaku."
"Eeeii . . hwesio gundul, lebih baik kau tak usah banyak
bicara!" Seru orang bersuara lengking itu kembali, "Katakan
saja kepada kami, dimanakah bajingan bongkok itu
bersembunyi."
Terutama kata "Bajingan bongkok" tersebut seketika
menggusarkan hati sianak muda itu, ia segera putar badan
sambil membentak, "Siapakah kalian berdua? mengapa
memaki orang lain seenaknya?"
Dua orang lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini
memakai baju ringkas semua yang satu tinggi dan yang lain
pendek, agaknya ilmu silat yang mereka miliki lihay juga.
Pada waktu itu. kedua orang lelaki tersebut berdiri
dengan mulut melongo sepasang mata mereka menatap
wajah Tonghong Pek dengan terbelalak, mimik mukanya
kelihatan "aneh sekali"
"Hmm! apa maksud kalian menatap wajahku" tegur
Tonghong Pek sambil menuding kedua orang itu:
Dengan terhuyung kedua orang lelaki mundur tiga
langkah ke belakang. "Kau... kau... manusia... aaa...atau
setan?" serunya gugup.
"Aku bukan manusia, juga bukan setan" jawab
Tonghong Pek sambil lambat2 bangun berdiri.
"Lalu kau . . kau adalah siapa?"
"Aku adalah sukma gentayangan yang menjaga gunung
ini, pernahkah kalian dengar akan diriku ?"Mimik wajah yang seram dari sianak muda itu ditambah
suara yang mengerikan sewaktu menjawab kata2 tersebut
membuat kedua orang itu ketakutan setengah mati, mereka
segera berteriak keras dan melarikan diri ter-birit2
Siapa sangka baru saja mereka putar badan, Tonghong
Pek telah enjotkan badannya menghadang di hadapan
kedua orang itu.
"Tunggu sebentar, aku hendak bertanya sesuatu kepada
kalian!" tegurnya.
Diantara kedua orang itu. lelaki yang berperawakan
tinggi rada bernyali, dalam keadaan gugup ia segera cabut
keluar goloknya langsung di babat keatas tubuh sianak
muda itu.
Selama beberapa waktu ini, tenaga dalam yang dimiliki
Tong hong Pek kian hari kian bertambah lihay, meskipun
bacokan tersebut datangnya tidak lemah namun sama sekali
tidak dipandang sebelah matapun olehnya, sekali berkelebat
tahu2 ia sudah menjepit golok tersebut.
Diikuti tangannya bergetar dengan sangat gampang ia
berhasil merampas golok tadi dari tangan lawan.
"Aku adalah sukma gentayangan yang menjaga gunung
ini" jengeknya sambit tertawa dingin "Tenagaku luar biasa
besarnya tidak bakal kau sanggup kau hadapi diriku."
Seraya berkata tangannya bergerak cepat
Pleetak....pleeetak,,. goloknya yang kena dirampas tadi
sudah dipatah2 jadi tiga bagian kemudian dibuang keatas
tanah.
Pucat pias seluruh wajah lelaki perawakan tinggi itu, saat
ini ia berdiri dihadapan Tonghong Pek, mau maju tak dapat
mundurpun sulit ia hanya bisa berdiri menjublak diam.Apalagi manusia berperawakan pendek itu, sejak semula
ia sudah roboh lemas diatas tanah, berkutik sedikitpun tak
dapat.
Tonghong Pek tertawa tergelak, ia tepuk batok kepala
lelaki berperawakan tinggi itu sebanyak tiga kali meskipun
tidak keras namun tempat yang diarah adalah tempat yang
mematikan membuat lelaki itu saking takutnya hampir2
saja jatuh tidak sadarkan diri, Terdengar ia merintih dan
merengek dengan suara gemetar.
"Ampun . . ooh dewa . . ampun . ."
Tonghong Pek mendengus, ia berjalan menjauhi kedua
orang itu dan duduk diatas ranting kayu kemudian serunya.
"Aku hendak bertanya kepada kalian, apa maksud kalian
datang mencari Liat Hwee Sin Tuo? asal bicara terus terang,
kuampuni selembar jiwa kalian."
Mendengar ada kesempatan untuk hidup, ke dua orang
itu segera merangkak bangun dari atas tanah.
Kedua orang ini bukannya manusia tak berotak, setelah
rasa kaget lenyap merekapun lantas sadar pihak lawan
bukan sukma gentayangan melainkan seorang tokoh sakti
yang memiliki ilmu silat sangat lihay.
"Kami menanti perintah dari cianpwee!" serunya
serentak.
"Bagus, apa maksud kalian datang mencari Liat Hwee
Sin Tuo?"
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian silelaki berperawakan tinggi itu menjawab:
"Kami mendapat perintah untuk mengundang Liat Hwee
Sin Tuo menghadiri perayaan!""Menghadiri perayaan apa?" tanya Tonghong Pek lebih
jauh setelah tertegun sejenak.
Kedua orang itu kembali saling bertukar pandangan
sekejap, agaknya mereka merasa keheranan dengan
pertanyaan tersebut,
"Cianpwe, apakah kau tidak tahu?" jawab mereka
beberapa saat kemudian. "Perjamuan ini dirayakan untuk
menghormati putra kedua Tonghong Pacu yang hendak
melangsungkan pernikahannya."
Sewaktu menyebutkan nama Tonghong Pacu, wajah
kedua orang itupun kelihatan jauh lebih tenang, seakan2
nama besar dari gembong iblis itu dapat memberi semangat
kepadanya.
Kembali Tonghong Pek dibikin tertegun, sebelum ia
mengucapkan sesuatu, simanusia berperawakan pendek
berseru dengan suara melengking.
"Perjamuan ini merupakan perjamuan yang paling
meriah dalam dunia persilatan sepanjang masa, istri yang
hendak dikawini Tonghong Loei bukan lain adalah putri
kesayangan dari Si Thay sianseng, sudah berulang kali
Tonghong Cianpwee datang mengundang Si Thay sianseng
untuk menghadiri perjamuan itu, tapi setiap kali Si Thay
sianseng selalu menghindar, meski pun demikian orang
Bulim menebak, pada saatnya Si Thay sianseng pasti bakal
munculkan diri, pada waktu itu mungkin suatu pertarungan
dahsyat segera akan berlangsung!"
Diam2 Tonghong Pek tertawa getir, ia tidak menyangka
apa yang pernah diucapkan Tonghong Pa-cu benar2 telah
dilaksanakan.
Terdengar lelaki berperawakan tinggi itu berkata pula:"Tonghong sianseng serta Si Thay sianseng adalah dua
orang tokoh sakti dalam dunia persilatan, pertemuannya
dalam pesta perkawinan itu tentu saja akan
menggemparkan seluruh dunia persilatan, sudah banyak
orang yang berangkat ke situ, dan kami mendapat perintah
dari Tonghong sianseng untuk mengundang kehadiran Liat
Hwee Sin Tuo!"
"Pesta perkawinan itu akan diadakan dimana?"
"Dalam perkampungan Jiet Gwat Cung yang terletak di
kaki gunung Tiong Tiauw San."
Kedua orang cungcu dari perkampungan Jiet Gwat Cung
adalah sahabat karib dari Tonghong sianseng, apalagi
didaratan Tionggoan sulit mencari tempat yang jauh lebih
bagus dari perkampungan tersebut, dimana sekali muat bisa
menerima tamu sebanyak selaksa orang !"
"Aku tahu Liat Hwee Sin Tuo tidak senang dengan
segala keramaian, kalian tak usah pergi mengundang
dirinya." kata Tonghong Pek lambat2.
"Tetapi..."
"Tetapi kenapa ?" tukas si anak muda itu. "Perjalanan
kalianpun tidak sia2, sekalipun tidak berhari mengundang
Liat Hwee-Sin Tuo, bukankah sama saja kalian bisa
mengundang aku sisukma gentayangan ?"
Sikap kedua orang itu kelihatan serba rikuh, serunya:
"Cianpwee kau...kau suka bergurau, seandainya kami
tidak mengundang diri Liat Hwee Sin-Tuo"
"Sudah tak usah banyak bicara lagi" Bentak Tonghong
Pek gusar "Ayoh lekas jalan, dan hantar aku ke
perkampungan Jiet Gwat-Cung !"Bentakan ini mengejutkan hati mereka berdua dengan
wajah pucat pias kedua orang lelaki itu segera mengiakan.
"Baik ! baik !" tanpa bicara lagi mereka putar badan dan
berlari.
Dengan kencang Tonghong Pek mengikuti dari belakang,
selama ini kedua orang lelaki itu tak berani berpaling barang
sedikitpun, mereka berjam2 lari terus kedepan tanpa
berhenti.
Tiba2 suatu ingatan berkelebat dalam benaknya,
perjalanan dari situ menuju perkampungan Jiet-Gwat-Cung
berjarak tiga ratus li, seandainya ia tidak menutupi
wajahnya dengan kain, bukankah wajahnya yang seram
bakal mengejutkan banyak orang ?
Karena berpikir demikian ia segera menyambar baju
silelaki berperawakan tinggi itu dan merobek nya sebagian
besar.
Lelaki itu mengira Tonghong Pek menganggap
perjalanannya lambat, ia jadi terperanjat, buru2 mengepos
tenaga dan berlari lebih cepat.
Setelah melakukan perjalanan seharian penuh di jalan
gunung yang sempit, sampailah mereka dijalan raya, untuk
mencari hati kepada Tonghong Pek kedua orang itu segera
berseru:
"Cianpwee... apakah perlu kami siapkan kuda ?"
"Seandainya didepan sana ada dusun atau kota, siapkan
sebuah kereta buat diriku."
Kedua orang itu buru2 mengiakan, kurang lebih dua jam
kemudian ketika senja telah menjelang datang sampailah
mereka disebuah kota kecil, kedua orang itu segera siapkankereta dan pada malam hari itu juga mereka melanjutkan
perjalanan.
Sepanjang perjalanan pelbagai ingatan memenuhi benak
Tonghong Pek, ia teringat akan Si Soat Ang, teringat pula
akan Tonghong Pacu...
Entah sudah lewat berapa jauh, pada senja hari kedua
kereta itu mendadak berhenti disusul suara teguran
seseorang berkumandang datang.
"Eei...bukankah kalian berdua mendapat perintah dari
Tonghong sianseng untuk mengundang Liat Hwee-Sin Tuo
? apakah sudah kau undang datang."
"Liat Hwee Sin Tuo toh tidak berhasil kami undang,
tetapi telah datang seorang tokoh lihay, ayoh cepat kalian
menyingkir !"
"Kami disini bertugas untuk menyambut tamu, siapapun
yang datang harus sebutkan dahulu namanya."
Sebelum kedua orang itu sempat menjawab, Tonghong
Pek telah buka pintu meloncat keluar.
Ketika itu wajahnya telah dikerudungi kain hitam, maka
siapapun tidak dapat menyaksikan wajahnya yang seram, ia
temukan dirinya waktu itu berada disebuah jalan raya yang
lurus sekali, disebelah kiri tumbuh pohon siong dan sebelah
kanan tumbuh pohon waru, di ujung jalan terlihat tembok
pekarangan meski tinggi namun bangunan loteng dibalik
tembok dapat terlihat amat jelas.
Tong hong Pek segera menduga, tempat inilah
perkampungan Jiet Gwat Cung yang tersohor itu, lekas
mereka berhenti terdapat dua buah gardu, kurang lebih tiga
dua puluh orang dengan pakaian ketat berwarna merah dan
hitam berdiri disekitar sana, dandanan mereka sangat aneh,jelas tokoh2 sakti dari perkampungan Jiet Gwat Cung
tersebut.
Begitu Tonghong Pek munculkan diri dari balik kereta, ia
segera disongsong oleh dua orang lelaki kekar sambil
menjura mereka berkata:
"Tolong tanya siapa nama besar anda? apa maksud
datang ke perkampungan kami?"
"Aku she Pek, urutanku nomor tiga maka di sebut Pek
Sam."
Siapapun segera akan tahu bahwa nama tersebut adalah
nama palsu, tidak terkecuali dua orang itu, mereka saling
bertukar pandangan sejenak kemudian sahutnya,
"Ooow. . . ! kiranya Pek Sam sianseng, Selamat bertemu,
dapatkah Pek Sam sianseng membuka kain hitam yang
mengerudungi wajahmu sehingga kami dapat menyaksikan
raut wajah anda?"
"Lebih baik tak usah."
"Dalam perkampungan kami sedang mengadakan
perayaan perkawinan, sahabat dari pelbagai daerah datang
berkunjung kemari." kata kedua orang itu tetap bersikeras.
"Untuk menghindari segala kemungkinan yang tak
diinginkan, apabila anda tak mau sebutkan nama
sebenarnya, terpaksa harus perlihatkan raut wajah anda
sebenarnya, dengan demikian kamipun bisa bertanggung
jawab atas tugas tersebut."
Apa yang diucapkan kedua orang ini masuk diakal, hal
ini membuat Tonghong Pek tertegun.
"Wajahku sangat mengerikan, kalau anda berdua tidak
percaya silahkan tanya kepada mereka berdua, aku rasa
lebih baik, tak usah dibuka saja."Sambil berkata ia menuding kearah dua orang yang
bertindak sebagai kusir itu.
Kedua orang lelaki itu segera menghembuskan napas
dingin dan mengangguk.
"Tidak salah, apa yang ia katakan memang betul."
Tetapi kedua orang jago dari perkampungan Jit Gwat
Cung itu tetap tertawa ujarnya kembali:
"Tidak jarang tokoh lihay cari Bulim memiliki wajah
yang luar biasa, seandainya dikatakan begitu mengerikan
wajah anda sehingga berada di siang hari bolongpun
mengejutkan orang, tidaklah anda merasa ucapan tersebut
sedikit berlebihan?" Melihat kekerasan hati orang itu,
Tonghong Pek menghela napas panjang.
"Seandainya kalian tidak percaya... yaa terpaksa harus
kubuka juga kerudung hitam ini."
Seraya berkata ia lepaskan kain kerudung yang menutupi
wajahnya itu.
Begitu kain tersingkap, seluruh jago perkampungan Jiet-
Gwat Cung yang berada disekeliling sana jadi berdiri
menjublak, suasana seketika berobah jadi hening, mata
semua orang terbelalak dan mulut pada melongo, mereka
yang semula tertawa saat ini membungkam, jelas terlintas
betapa seramnya hati orang2 itu.
Dalam pada itu sang surya telah condong ke barat,
senjapun menjelang datang, siapapun tidak percaya apabila
Tonghong Pek yang berdiri dihadapan mereka sebenarnya
adalah manusia, mereka tidak menyangka dikolong langit
terdapat seorang manusia berwajah seram...
Dari mimik wajah mereka serta sikap orang itu
Tonghong Pek dapat memahami perasaan mereka makasegera dia menutup kembali wajahnya dengan kain
kerudung hitamtersebut.
"Cayhe datang kemari sengaja untuk menyampaikan
selamat, harap anda sekalian jangan menampik !" serunya.
Menanti wajahnya yang seram telah lenyap di balik kain
kerudung, semua orang pun baru menghembuskan napas
panjang, dua orang yang berada dihadapannya segera
mengundurkan diri selangkah ke belakang sambil berkata:
"Saa...sahabat...sahabat Pek, silahkan mengikuti kami
masuk kedalam perkampungan."
Seraya berkata mereka mengundurkan diri ke belakang,
ternyata mereka tak berani jalan membelakangi Tonghong
Pek.
"Tonghong sianseng serta sepasang pengantin apakah
sudah hadir pula dalam perkampungan ?" tanya sianak
muda itu.
"Ada... ada dalam perkampungan."
"Disamping itu cayhe sudah lama mendengar nama
besar dari cungcu berdoa, tentu saja aku harus
menyambangi dirinya, harap kalian berdua suka membawa
cayhe untuk menyambangi Cungcu berdua, entah
bagaimana menurut pendapat kalian ?"
"Cungcu telah berpesan, para tetamu tak usah dibawa
kepada mereka, tetapi....tapi seandainya tadi. . . anda
berbuat demikian, tentu . . tentu saja terkecuali.." Tonghong
Pek tertawa getir.
"Orang berwajah jelek ternyata punya "kegunaannya
juga" Ucapan ini membuat kedua orang itu menangis tak
bisa tertawa pun tak dapat, terpaksa mereka mengiakan.
"Perkataan anda memang benar.""Tonghong Pacu, Tonghong Loei serta nona Si tentu
sudah lama berada dalam perkampungan?"
Kedua orang itu tak berani menjawab kembali mereka
membenarkan:
"Benar."
"Siapa lagi yang datang ber-sama2 Tonghong sianseng?"
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap mata
baru menjawab.
"Mereka datang bersama Tonghong Hujien serta seorang
nona muda."
Tonghong Pek tahu siapakah "Tonghong Hujien" itu,
tetapi ketika mendengar adanya "Seorang nona muda"
hatinya berdebar2 keras.
"Apakah nona tersebut she Si?" buru2 tanyanya.
"Kami tidak tahu she apakah dia itu, tetapi sering kali
kami dengar nona Si panggil nona itu sebagai nona Giok
Jien!"
"Bukan dia yang kumaksudkan, aku sedang bertanya atas
nona Si dia bernama Si Soat Ang."
"Belum pernah kami dengar ada orang she Si" segera
kedua orang itu menjawab.
Tonghong Pek merasa pikirannya kalut, ia tidak tahu apa
yang telah terjadi antara Tong hong Pacu dengan Si Soat
Ang sepeninggalnya dia, semula ia masih mengira gadis itu
berada bersama ayahnya.
Tetapi sekarang ia baru tahu, Si Soat Ang tidak berada
diperkampungan Jiet Gwat Cung, lalu kemanakah perginya
gadis itu? apakah ia pergi mencari dirinya? seandainya
benar maka sepanjang masa tak bakal ia temukan, sebabmanusia yang bernama Tonghong Pek telah lenyap dari
muka bumi ini, tak mungkin ada orang yang mengenali
dirinya kembali.
Dengan hati kesal dan kepala tertunduk Tonghong Pek
berjalan mengikuti dibelakang kedua orang itu. Tanpa
terasa ia sudah tiba didepan sebuah bangunan yang megah,
naik keatas anak tangga dan masuk kedalam sebuah
ruangan yang amat besar.
Dalam ruangan terdapat kursi yang amat banyak,
diantaranya terdapat dua buah kursi berlapisan kulit
harimau, kulit harimau itu satu berwarna hitam dan yang
lain berwarna putih.
Setibanya dalam ruangan kedua orang itu segera berseru:
"Harap anda tunggu sebentar, kami segera akan memberi
kabar kepada Cungcu berdua!"
Tonghong Pek mencari sebuah kursi dan duduk menanti,
sementara kedua orang itu buru2 berlalu.
Dari orang2 Bu lim, Tonghong Pek pernah mendengar
bahwa Cungcu dari perkampungan Jiet Gwat Cung adalah
sepasang saudara kembar, bukan saja wajah mereka sama
dalam tingkah laku pun sama, yang berbeda hanya dalam
tenaga dalam yang dimiliki, seorang berlatih ilmu tenaga
dalam bersifat Yang sedang yang lain bertenaga Im,
seandainya mereka bekerja sama maka kehebatannya tidak
berada dibawah Tonghong Pacu maupun Si Thay sianseng.
Sementara Tonghong Pek sedang melamun, tiba2
terdengar irama musik mengalun sampai disusul horden
tersingkap dan munculnya dua orang lelaki.
Kedua orang lelaki itu memiliki perawakan yang sama
tinggi, usianya kurang lebih empat puluh tahunan wajahnya
keren penuh wibawa dan satu sama lainnya persis tiadaberbeda, yang berbeda pada saat ini hanyalah pakaian yang
mereka kenakan, seorang memakai baju warna emas dan
yang lain memakai baju warna perak.
Begitu masuk kedalam ruangan, kedua orang segera
berhenti Tonghong Pek segera bangun berdiri dan menjura.
"Cayhe Pek Sam sengaja datang kemari untuk
mengunjungi anda berdua, harap Cungcu berdua jangan
merasa tidak senang hati."
"Sahabat Pek terlalu sungkan." balas kedua orang itu.
"Tonghong sianseng hendak mengawinkan putranya
ditempat ini, dan para jago Bulim setelah mendengar berita
tersebut sama2 berkunjung kemari, hal ini merupakan suatu
penghormatan buat cayhe berdua, anak buah kami kurang
dan tempatnya terlalu sempit, seandainya ada pelayanan
yang kurang memuaskan harap sahabat Pek suka memberi
maaf."
Dari sikapnya yang sopan timbul simpatik dalam hati
Tonghong Pek. pikirnya, "Kedua orang ini tidak mirip
manusia dari kalangan sesat, mengapa ia bisa berkumpul
dengan manusia macam Tonghong Pacu? sungguh patut
disayangkan."
Meskipun wajahnya berobah, tabiat Tonghong Pek tidak
berubah, ia tetap jujur dan polos.
"Cungcu berdua" katanya kemudian "Ada beberapa
patah kata ingin cayhe ucapkan kepada anda sekalian,
sebenarnya perkataan ini tidak pantas kuutarakan keluar,
tetapi kalau tidak ku sampaikan rasanya hatiku kurang
leluasa."
Pada waktu itu Ting Kang serta Ting Lou dua orang
Cungcu dari perkampungan Jiet Gwat Cung, mereka saling
bertukar pandangan sekejap kemudian menyahut:"Silahkan sahabat Pek utarakan..."
"Nama besar anda berdua dalam dunia persilatan tidak
terlalu jelek, lagi pula kalian berdua bukan manusia macam
Tonghong pacu merayakan pesta perkawinan putranya
dalam perkampungan anda? bukankah tindakan tersebut
sama halnya berkomplot dengan manusia2 bejat itu?"
Air muka Ting Kang seru Ting Lou seketika itu juga
berubah hebat, begitu sianak muda itu menyelesaikan
kata2nya Ting Kang langsung mendengus dingin.
"Anda sudah datang sebagai tetamu, apakah merasa
tidak sedikit keterlaluan dengan mengatakan dengan kata2
seperti itu?"
Tonghong Pek tertawa getir.
"Cungcu berdua, aku hanya bicara menurut kenyataan
seandainya kalian berdua tidak suka mendengarkan, anggap
saja tak pernah kuucapkan perkataan tersebut pada kalian."
Baru saja ucapan itu diutarakan, dari depan pintu telah
berkumandang datang suara teguran Tonghong Pacu yang
amat lantang hingga memekikkan telinga.
"Aku dengar dalam perkampungan telah kedatangan
seorang jago lihay she Pek, sebenarnya manusia macam
apakah orang itu?"
Bersamaan dengan ucapan tersebut, tampak Tonghong
Pacu melangkah masuk kedalam ruangan dengan langkah
lebar, sepasang matanya laksana kilat menatap wajah
Tonghong Pek tajam-tajam.
Diam2 sianak muda itu merasa hatinya berdebar keras,
ia takut wajahnya diketahui oleh gembong iblis tersebut
tetapi setelah terbayang betapa ngerinya wajah yang ia
miliki saat ini, dengan tenang ia duduk menanti.Dengan cepat Tonghong Pacu telah tiba di hadapannya,
terdengar ia berkata kembali.
"Sahabat, kau datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung
pada saat seperti ini, apakah kau tidak takut ada ancaman
dari berkomplotnya suatu kekuatan?"
Ucapan ini membuktikan bahwa Tonghong Pa cu sejak
tadi sudah curiga dengan perkataannya dari luar pintu, hal
ini semakin menambah pandangan rendah sianak muda itu
terhadap ayahnya.
"Aku dengar anda hendak menyelesaikan perkawinan
putra anda dengan putri kesayangan dari Si Thay sianseng,
aku duga Si Thay sianseng tentu akan hadir kemari maka
dari itu aku datang menyaksikan keramaian ini?"
"Oouw...kiranya anda ada maksud datang kemari untuk
nonton keramaian bagus sekali, hanya aku tidak tahu ketika
keramaian tersebut sedang berlangsung, apakah anda hanya
menonton belaka ataukah punya rencana lain ?"
Tonghong Pek tertawa kering.
"Tentang soal ini sih sulit dibicarakan, harus kukatakan
setelah meninjau situasi pada waktu itu!"
Tonghong Pacu menghantamkan telapaknya ke atas
meja disisinya hingga menimbulkan suara keras, serunya:
"Bagus, sungguh tepat ucapanmu, saat pesta perkawinan
nanti, aku pasti akan undang saudara untuk duduk dikursi
utama..."
Berbicara sampai disitu, nada ucapannya tiba2 berubah,
setelah tertawa dingin jengeknya:
"Hanya seorang lelaki sejati, seorang enghiong hohan
saja yang tidak akan bertukar nama, mengapa anda berikan
sebuah nama palsu kepada kami ?"Kembali Tonghong Pek tertawa getir, pikirnya:
"Nama asliku tiada berharga untuk di sebut, apabila
kusebut namaku maka aku tak akan terlepas dari tanganmu
kembali."
Karena berpikir demikian, ia lantas berkata:
"Tonghong sian-seng kau sudah salah paham, cayhe
benar2 she Pek dan punya urutan nomor tiga, tiada
berharga aku bicara bohong!"
"Lalu apa sebabnya Pek siaute menutupi wajahmu
dengan secarik kain hitam, mengapa kau tidak berani
bertemu orang dengan wajah aslimu?"
"Sebab wajah cayhe sangat mengerikan, maka aku tidak
ingin mengejutkan orang lain."
"Haa...haa...haa...ucapan anda apakah tidak sedikit
keterlaluan ? ataukah anda menganggap cungcu berdua
serta cayhe adalah bocah cilik yang tak pernah bertemu
orang yang bisa menakutkan wajah yang anda miliki ?"
"Hmm ? cayhe sih tiada maksud demikian." sahut Tong
hong Pek sambil tertawa dingin, "Tetapi seandainya
Tonghong sianseng memang menuduh demikian, terpaksa
kain kerudung hitam ini harus kubuka, dan pada nanti kau
menganggap tuduhanmu tidak salah"
Sambil berkata ia benar2 melepaskan kain hitam yang
mengerudungi wajahnya.
Ting Kang serta Ting Lou sama2 bersuara tertahan,
tanpa sadar mereka telah meloncat bangun.
Tentu saja kedua orang Cungcu dari perkampungan Jit
Gwat Cung bukan anak kemarin sore, tapi melihat
keseraman wajah Tonghong Pek, tanpa sadar mereka telahloncat bangun, beberapa saat kemudian mereka baru
berhasil menguasai diri dan duduk kembali.
Sementara itu Tonghong pacu sendiripun kembali
tergetar keras tubuhnya, pucat pias seluruh wajahnya.
Jelas nampak, ia bukan kaget karena wajah Tonghong
Pek yang jelek, tapi disebabkan persoalan lain.
"Sudah kalian lihat wajahku? aku berbuat demikian
bukan dikarenakan aku tak ingin bertemu orang dengan
wajahku yang sebenarnya." kata Tonghong Pek kembali.
Dalam pada itu, setelah Tonghong Pacu berhasil
menenteramkan hatinya, ia lantas berseru.
"Wah anda nampak mengerikan sekali." katanya, "Tetapi
aku berani menebak, keanehan wajahmu pasti bukan
dibawa sejak lahir bukan?"
Diam2 Tonghong Pek merasa kagum akan ketajaman
mata Tonghong Pacu dengan luasnya pengetahuan yang ia
miliki.
Belum sempat menjawab, sigembong iblis itu telah
berkata:
"Pek sianseng, anda berasal dari wilayah Biauw sebelah
mana?"
Ia tidak bertanya apakah sianak muda im datang dari
wilayah Biauw, sebaliknya bertanya ia datang dari daerah
sebelah mana wilayah Biauw.
Ini menunjukkan apabila ia sudah merasa yakin bahwa
orang itu pasti berasal dari wilayah Biauw.
Tonghong Pek terperanjat, dari ucapan Tong hong Pacu
barusan ia dapat meraba bahwa si gembong iblis itupun
dapat menebak bahwa perubahan wajah itu disebabkan iatelah menelan sesuatu benda, dan benda itu hanya ada di
wilayah Biauw.
Untuk sesaat Tonghong Pek tak sanggup menjawab
pertanyaan itu, ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Pek siauhiap, apa hubunganmu dengan Kiem Lan
Hoa?" kembali Tonghong Pacu menegur sepasang matanya
menatap si anak muda itu tajam.
Tonghong Pek semakin terperanjat, begitu hebat gerakan
yang menyerang dalam tubuhnya sehingga tanpa sadar ia
telah meloncat bangun.
Tonghong Pacu tertawa panjang tangannya diayun,
kelima jarinya bagaikan jepitan segera mencengkeram
bahunya.
Sejak semula Tonghong Pek sudah menyadari bahwa
sigembong iblis itu membawa maksud tidak baik, maka ia
sudah bersiap sedia merasakan datangnya desiran angin
tajam, badannya segera menyingkir kesamping dia
berkelebat maju ke depan.
Baru saja ia berkelit, kembali dengar desiran angin tajam
menggulung datang dari dua arah dibelakang tubuhnya, ia
lihat kedua orang-orang Cung-cu dari perkampungan Jiet
Gwat Cung pun ikut melancarkan serangan.
Dalam keadaan terdesak ia menjerit aneh, tubuhnya
berkelebat meloncat keatas, kemudian balas melancarkan
dua buah serangan kebawah.
"Brak ! Brak !" kedua buah serangan itu saling
membentur dengan serangan yang dilancarkan Ting Kang
bersaudara, diikuti terdengar dua orang Cung cu itu berseru
tertahan.Pada saat itulah tubuh Tonghong Pek telah melayang
naik keatas tiang penglari, dari situ ia dapat menyaksikan
dua bersaudara Ting terdesak mundur selangkah
kebelakang oleh serangannya sedang wajah mereka
kelihatan amat rikuh.
Sebaliknya Tonghong Pek yang ada diatas tiang penglari
diam2 merasa girang, dari hasil yang di capai atas
bentrokan barusan, ia dapat menarik kesimpulan bahwa
tenaga dalam yang dimilikinya saat ini jauh diatas Ting
Kang serta Ting Lou berdua.
Dalam pada itu ketika Tonghong Pacu melihat sianak
muda itu melayang naik keatas tiang penglari, ia segera
mendongak keatas dan tertawa terbahak2.
"Haa...haa..-haa...Pek sianseng, mengapa kau malah jadi
tuan tiang penglari ?"
"Dalam dunia persilatan tersiar berita bahwa dalam
perkampungan Jit-Gwat Cung penuh dengan tokoh sakti,
untuk menghadiri pesta perkawinan dari putra Tonghong
sianseng, setiap orang pada berdatangan untuk memberi
selamat, sungguh tak disangka demikianlah cara pihak
perkampungan Jiet Gwat-Cung untuk menyambut
tamunya."
Ucapan ini seketika membuat air muka Ting Kang serta
Ting Lou berubah jadi merah jengah.
Buru2 Tonghong Pacu berseru:
"Terhadap manusia yang tidak dikenal asal usulnya,
sudah menjadi hak kami untuk menyelidikinya, daripada
menimbulkan urusan di kemudian hari."
"Ha...haa...haa...apa yang disebut asal usul tidak jelas ?
Tonghong sianseng, tolong tanya dari mana pula asal
usulmu ?"Air muka Tonghong Pacu berubah hebat.
"Bagus, aku lihat lihay benar anda bersilat lidah"
Teriaknya. "Akan kulihat apakah anda bisa berita
bersembunyi terus diatas tiang penglari hingga kedatangan
Kiem Lan Hoa untuk menyelamatkan jiwamu."
Mengungkap soal Kiem Lan Hoa, Tonghong Pek segera
berseru dingin:
"Aku tidak tahu apa yang sedang kau ucapkan, aku sama
sekali tidak kenal siapakah Kiem Laa Hoa itu."
"Benarkah?" kata Tonghong Pacu dengan alis berkerut.
Sementara ia bicara sampai disitu, mendadak terdengar
suara langkah manusia bergema datang dengan cepatnya
diikuti muncul empat lima orang dengan napas terengah-
engah.
Terdengar salah satu diantaranya berseru.
"Cengcu berdua, Si Thay sianseng telah datang... Si Thay
telah datang..."
"Kenapa sih sikap kalian begitu tak tahu diri?" hardik
Ting Kang serta Ting Lou hampir berbareng "Kedatangan
Si Thay sianseng sudah berada dalam dugaan, tentu saja
kita harus undang masuk Si Thay Sianseng!"
Ucapan terakhir sengaja diucapkan dengan suara keras,
sehingga suara tadi segera terkirim sampai diluar
perkampungan.
Tonghong Pek yang mendengar kehadiran Si Thay
sianseng, ia segera meloncat turun dari atas tiang penglari,
sementara itu Tonghong Pa cu mundur dua langkah
kebelakang, ia tiada maksud untuk menyerang Tonghong
Pek lagi.Suasana dalam ruangan seketika itu juga diliputi
ketegangan, disusul berkelebatnya sesosok bayangan
manusia yang tinggi kurus, tahu2 seseorang telah muncul
ditengah ruangan.
Gerakan tubuh orang ini benar2 sukar dilukiskan dengan
kata2, setelah tiba disitu orangpun dapat melihat bahwa dia
ada kakek berjubah abu2 yang bukan lain Si Thay sianseng.
Air muka sikakek tua itu keren dan sulit dilukiskan
dengan kata2. setelah berada dalam ruangan segera tertawa
dingin tiada hentinya.
Sungguh seram tertawa dingin itu, seakan2 tiga gentong
air dingin yang diguyurkan ke atas badan setiap orang,
bahkan sampai Tonghong Pacu yang lihaypun tak urung
berubah wajah.
Dengan sinar mata yang dingin Si Thay sianseng
menyapu sekejap keseluruh kalangan, ketika melihat diri
Tonghong Pek, ia kelihatan tertegun, namun cuma
sebentar, sinar matanya segera beralih keatas tubuh si
gembong iblis itu.
"Tonghong sianseng !" serunya lambat2.
Tonghong Pacu mendongak tertawa terbahak2.
Menanti gelak tertawa telah sirap, dua bersaudara Ting
yang menjadi tuan rumah dari perkampungan itu baru
sadar dari kagetnya, buru2 serunya hampir berbareng:
"Si Thay sianseng, silahkan duduk !" Namun tokoh sakti
dari kalangan lurus ini tidak berpaling, menggubris pun
tidak, hal ini membuat Ting Kang serta Ting Lou jadi
tersipu-sipu malu.
"Si heng. setelah kau datang maka urusanpun bisa kita
selesaikan." kata Tonghong Pacu kemudian dengan wajahmembesi "Aku sedang mengutus orang untuk mencari
kabar Si heng, tak disangka Si heng telah hadir, kau harus
tahu apabila pesta perkawinan ini tidak dihadiri olehmu
maka aku rasa kurang meriah."
Hijau membesi wajah Si Thay sianseng, kembali ia
mendengus.
"Si heng, kenapa kau hanya datang seorang diri?"
kembali si gembong iblis nomor wahid itu menegur,
"Dimana nyonya serta anak muridmu? mengapa tidak
sekalian kau ajak datang untuk meramaikan perayaan yang
besar ini?"
Si Thay sianseng tetap membungkam sementara
badannya lambat2 bergerak ke depan, gerakannya sangat
lambat tiada keistimewaan, namun baju berwarna abu2
yang ia kenakan mulai melembung besar, seakan terdapat
hawa murni yang luar biasa berkumpul disitu.
Setelah maju tiga langkah kedepan ia baru berseru
kembali: "Tonghong sianseng!"
"Si heng ada urusan apa?"
"Dalam dunia persilatan tersebar berita bahwa Loei Sam
ada di perkampungan Jiet Gwat Cung, benarkah ada
kejadian seperti itu?" seru Si Thay sianseng sambil tertawa
dingin.
"Si heng, Loei Sam adalah namanya yang dahulu,
sekarang kami ayah dan anak telah berkumpul kembali,
untuk memperingati jasa penjual obat yang she Loei maka
diganti namanya jadi Tonghong Loei!"
"Lalu dia masih merupakan anak muridku? ataukah
sudah menghianati perguruan?" sambil berkata Si Thay
sianseng tertawa dingin tiada hentinya.Sungguh lihay pertanyaan itu, sebab dalam dunia
persilatan baik dari kalangan Pek to maupun dari kalangan
Hek to sama2 menganggap menghianati perguruan adalah
suatu perbuatan yang terkutuk dan tak dapat diampuni.
Tonghong Pacu bukan manusia sembarangan, kalau ia
tidak cerdik dan licik tak mungkin disebut orang gembong
iblis nomor wahid dan kolong langit, menghadapi
pertanyaan tersebut ia segera tertawa.
"Eeeei . . darimana Si heng bisa berkata demikian?
sekalipun putranya tidak becus ia masih mengerti
bagaimana menghormati guru sana perguruan mana ia
berani menghianati perguruan sendiri? telah ia jelaskan
kepadaku, seandainya bukan didesak terus oleh Si heng
tidak mungkin ia tinggalkan gunung Go bisa?"
"Oooouw . . kiranya ia masih tahu bagaimana
menghormati guru?" seru Si Thay sianseng sambil tertawa
panjang, agaknya jawaban ini sudah dipersiapkan sejak
semula. "Lalu apa sebabnya setelah loohu hadir di
perkampungan Jiet Gwat Cung, masih belum kelihatan ia
munculkan diri untuk memberi hormat."
Begitu ucapan tersebut diucapkan dua saudara she Ting
serta Tonghong Pek jadi tertegun, agaknya mereka tidak
sangka Si Thay sianseng bisa mengucapkan kata2 tersebut.
"Aaah, ucapan Si heng tepat sekali. bocah ini memang
sedikit kurang adat!" Seru Tong hong Pacu sambil
tersenyum, segera ia perkeras suaranya dan berteriak:
"Loei jie, Si heng telah datang, kenapa kau tidak
munculkan diri untuk menemui gurumu?"
"Tia, aku segera datang!" beberapa saat kemudian suara
dari Tonghong Loei berkumandang datang dari dalam
ruangan.Seruan itu mengejutkan dua orang bersaudara she Ting,
tanpa sadar mereka berseru:
"Tonghong sianseng..."
Tonghong Pacu tersenyum, ia segera ulapkan tangannya
mencegah kedua orang itu berkata lebih jauh.
Dalam pada itu horden telah tersingkap dan Tonghong
Loei pun munculkan diri dari balik pintu, dengan langkah
tenang ia langsung menuju ke ruang tengah.
Serentetan cahaya mata yang tajam menggidikkan segera
memancar keluar dari balik mata Si Thay sian-seng, ia
menatap sianak muda itu tak berkedip. Suasana jadi tegang,
seluruh perhatian dicurahkan ke tengah kalangan, begitu
tegang suasananya sehingga napas terasa berhenti.
Tonghong Loei berlari masuk kedalam ruangan hingga
akhirnya berhenti kurang lebih enam tujuh depa di hadapan
Si Thay sianseng setelah itu ia bertekuk lutut dan jalankan
penghormatan besar.
"Tecu Tonghong Loei menghunjuk hormat buat suhu !"
ujarnya.
Si Thay sian-seng tertawa dingin tiada henti-nya, ia
berdiri tak berkutik sementara ujung bajunya bergoyang
keras meski tidak terhembus angin, kemudian makin lama
menggelembung semakin besar.
Ketika Tonghong Loei menyaksikan kata2nya Tonghong
Pacu yang berada disisinya telah menimbrung sambil
tertawa terbahak2.
"Loei-jie, kau harus jalankan penghormatan sebanyak
dua kali, pertama untuk menghormati Si heng sebagai guru
dan penghormatan kedua, menghormatinya sebagai ayah
mertua."Seandainya Tonghong Pacu tidak mengucapkan kata2
itu, mungkin Si Thay sianseng tidak akan turun tangan
secepat itu, begitu kata2nya selesai diucapkan, hawa
amarah telah memenuhi seluruh benak jago sakti itu.
Ia membentak keras, pergelangannya berputar
melancarkan sebuah tabokan menghajar tubuh Tong hong
Loei.
Mengikuti bentakan keras itu, Ting Kang serta Ting Lou
menjerit kaget. sampai Tonghong Pek pun tanpa terasa
menegangkan badannya, sebab serangan yang dilancarkan
dalam jarak sedemikian dekat pasti akan bersarang ditubuh
Tonghong Loei dan pemuda itu niscaya akan mati binasa.
Angin pukulan men-deru2, seketika itu juga tekanan
yang maha dahsyat menghantam ke arah Tong hong Loei
yang masih berlutut diatas tanah.
Kejadian aneh telah berlangsung di depan mata,
meskipun putranya terancam mara bahaya, ternyata
Tonghong Pacu yang berdiri disisinya sama sekali tidak
berkutik, bahkan membantu pun tidak.
Dalam saat yang amat kritis itulah, horden tersingkap
diikuti jeritan lengking seseorang muncul dari balik pintu.
"Ayah !"
Sesosok bayangan manusia laksana sambaran kilat
menubruk datang, bayangan itu tidak melayang kearah Si
Thay, sebaliknya menubruk kearah Tonghong Loei dan
melindunginya dengan tubuh sendiri.
Dalam pada itu serangan yang dilancarkan Si Thay
sianseng hampir mencapai pada sasarannya ketika
mendengar jeritan suara kaget, sebab itu ia kenali suara
jeritan itu adalah suara putrinya.Dalam keadaan terpaksa ia tarik kembali serangannya
mentah2 sehingga seluruh persendian tulangnya berbunyi
gemerutukan.
Ambil kesempatan itulah Tonghong Loei jatuhkan diri
menggelinding kesisi tubuh Tong hong Pacu kemudian
meloncat bangun, walaupun begitu wajahnya telah berubah
pucat pias, napasnya ter-engah2 dan keringat dingin
mengucur keluar membasahi tubuhnya.
"Tia, kau orang tua sudah datang !" seru Si Chen sambil
bangun berdiri, setelah dilihatnya Tonghong Loei selamat.
Mimpipun Si Thay sianseng tidak pernah menyangka
orang yang selamatkan jiwa Tonghong Loei dari
cengkeramannya bukan lain adalah putri sendiri.
Pada saat ini Si Thay sianseng merasakan dadanya
seperti ditindih batu seberat ribuan kati.
Begitu berat batu tak berwujud itu sehingga membuat
napasnya ter-engah2, dengan pandangan mendelong ia
awasi putrinya sendiri.
Lama... lama sekali ia baru tertawa kering, begitu sayu
suaranya seakan2 muncul dari seseorang yang telah lemah
sekali keadaannya.
"Rupanya kau benar2 berada di perkampungan Jiet-
Gwat Cung ini." katanya.
"Benar !" kepala Si Chen tertunduk rendah2. "Sekarang
kau pulanglah dahulu ke gunung Go-bie, sejak kau pergi
siang malam ibumu selalu menanyakan dirimu, cepatlah
pulang dan temui dirinya, aku akan tinggal disini dahulu
untuk menyelesaikan sedikit persoalan, kemudian aku akan
menyusul dirimu !"Suara dari Si Thay sianseng kedengaran begitu tenang
aman penuh wibawa membuat orang tak berani
membantah.
Si Chen berdiri tertegun, kemudian menghela napas
panjang.
"Tia, aku tahu ibu sangat rindu kepadaku, dan aku harus
kembali ke rumah untuk bertemu dengan beliau, tetapi
sekarang aku tak dapat pergi !" sahutnya.
"Mengapa ?" seru Si Thay sianseng, sepasang alisnya
melenting dan hawa hijau meliputi seluruh wajahnya.
Pucat pias seluruh wajah Si Chen, ia tundukkan
kepalanya rendah2, suaranyapun berubah semakin lirih.
"Tia kau tahu bukan bahwa aku dengan Loei suko, kini. .
kini hubungan kami sudah diresmikan, ayahnya pun sudah
munculkan diri untuk merayakan perkawinan ini sering
para enghiong hohan dari kolong langitpun telah
berdatangan, mana aku bisa pergi dari sini?"
Sebenarnya Si Chen tanya seorang nona yang masih
polos, kini ia bisa mengucapkan perkataan itu tentu saja
kesemuanya bukan lain adalah hasil ajaran dari Tonghong
Pacu dan ia hanya mengulangi sesuai dengan apa yang
dihapalkan.
Seluruh tubuh Si Thay sianseng gemetar keras, jelas ia
sudah mencapai puncak kegusaran, suara pun berubah
makin rendah dan makin berat.
"Jadi kau sudah tidak maui orang tuamu lagi" katanya.
Si Chen merasa hatinya jadi kecut, untuk beberapa saat
ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. namun tidak
lama kemudian perkataan yang diajarkan Tonghong Pacu
telah berkelebat dalam benaknya, buru2 ia menjawab."Ayah, siapa bilang putrimu tak maui orang tua lagi?
tetapi seandainya putrimu secara resmi menjadi suami istri
dengan Loei suko, apakah Tia dan ibu tidak senang hati?"
Si Thay sianseng tertegun, namun ia sadar tidak
mungkin putrinya bisa mengucapkan kata2 seperti itu,
kesemuanya pasti hasil ajaran dari Tong hong Pacu.
Hawa amarah yang sudah memuncak tak bisa dibendung
lagi, ia angkat kepala, berpaling dan menyapu sekejap
wajah Tonghong Pacu dengan sinar mata dingin.
"Tonghong sianseng, aku kira setelah suasana berubah
hingga mencapai pada puncaknya maka kita pasti akan
bergebrak, siapa sangka tidak demikian keadaannya !"
Di dengar sepintas lalu ucapan ini sama sekali tiada
berarti, namun dalam kenyataan lihay sekali maksudnya, ia
sedang mengatakan bahwa dalam kenyataan Tonghong
Pacu tidak berani bergebrak melawan dirinya.
Air muka Tonghong Pacu seketika itu juga berubah
hebat, hatinya merasa tersinggung oleh ucapan tersebut,
namun iapun sadar, seandainya ia tanggapi ucapan
tersebut, niscaya seluruh rencana nya bakal berubah.
Sebagai seorang manusia licik, dalam keadaan seperti itu
pikirannya sama sekali tidak jadi kacau, ia malah tertawa
terbahak2
"Si heng, temanmu itu sudah kunantikan lama sekali !"
"Hm ! apa gunanya kau nantikan ?"
"Haaa...haa...perkataan Siheng memang benar, orang Bu
lim sering bilang kita berdua, adalah tokoh2 yang maha
sakti dikolong langit dewasa ini, sejak dahulu kala belum
pernah kita bertanding secara resmi, seandainya kitabergebrak maka peristiwa ini, boleh dikata peristiwa yang
besar-dalam dunia persilatan!"
"Hmm, benarkah begitu?" Si Thay sianseng sadar, si
gembong iblis itu tentu ada rencana busuk dibalik ucapan
yang begitu banyak, hanya untuk beberapa saat ia tak-
sanggup menebak apa rencananya.
Kalau benar peristiwa ini merupakan peristiwa besar
yang bakal menggemparkan dunia persilatan, tidak
seharusnya kita bertarung ditempat ini." ujar Tonghong
Pacu lebih jauh dengan suara lantang, "Dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung tersedia lapangan berlatih
silat, mari kita menuju ke tempat itu, bagaimana kalau kita
suruh para jago Bu lim yang telah hadir dalam
perkampungan Jit Gwat Cung ini bertindak sebagai saksi?
Si Thay sianseng jadi terkejut dan berdebar.
Ia adalah seorang jago lihay yang telah menggemparkan
dunia persilatan, seandainya pertarungan tersebut
dilangsungkan disini, maka ia merasa tidak tahan, namun
tiada kesempatan baginya untuk pergi.
Tetapi kalau pertarungam itu diadakan dibawah
tontonan banyak orang, maka sekali terjatuh kecundang,
niscaya nama besarnya akan hancur berantakan, bukan
begitu saja, bahkan untuk memperbaiki namanya pun sukar
mendapat kesempatan.
Tetapi segera iapun menyadari, tentu Tong hong Pacu
sendiripun merasa hatinya berdebar sebab ia sendiri belum
punya keyakinan untuk menangkan pertarungan itu,
tindakannya tentu hanya bermaksud menggertak belaka.
Ia segera mengangguk.
"Baiklah." serunya. Beberapa patah kata terakhir yang
muncul dari kedua orang itu sama2 diucapkan dengantenaga lwekang, suara mereka menggema hingga jauh sekali
dan setiap orang yang ada dalam perkampungan dapat
mendengarnya dengan jelas.
Apalagi sejak kehadiran Si Thay sianseng disana, berita
tersebar dengan cepat telah menyebar diseluruh
perkampungan, meskipun tak seorang pun berani memasuki
ruangan namun sekeliling ruangan telah penuh dengan
manusia.
Kini setelah Tonghong Pacu melangsungkan pertarungan
itu dilangsungkan dilapangan berlatih silat dan disambut
oleh Si Thay sianseng dengan persetujuan, suasana makin
tegang dan teriakan kegemparan pun meledak diempat
penjuru.
Suasana jadi hiruk pikuk dan gempar sekali, kemudian
jago yang berkumpul di depan ruangan pada bubar dan lari
menuju ke lapangan latihan silat untuk menantikan
berlangsungnya pertarungan.
Ting Kang serta Ting Lou meski terhitung jago nomor
satu dalam dunia persilatan, tetapi berada dihadapan
Tonghong Pacu serta Si Thay sianseng, mereka tak berani
mengucapkan sepatah kata pun, pada saat inilah mereka
baru berseru: "Agaknya jago2 Bulim sudah tahu akan berita
ini dan sekarang telah pada berkumpul di lapangan latihan
silat!"
Tonghong Pacu tersenyum, "Harap cungcu berdua
membawa jalan. Si heng silahkan." serunya.
Si Thay sianseng mendengus dingin, Ting Kang serta
Ting Lou pun segera berjalan keluar dari ruangan.
Sementara itu tanpa sengaja Si Thay sianseng maupun
Tonghong pacu sama2 mengerling sekejap kearah
Tonghong Pek sebagai seorang lihay sekilas pandangmereka telah tahu bahwa tenaga lweekang yang dimiliki
makhluk aneh tujuh bagian mirip setan tiga bagian mirip
manusia itu lihay sekali, tujuan mereka berpaling dan bukan
lain untuk mencari tahu dia adalah lawan atau kawan.
Tentu saja Tonghong Pek mengerti maksud hati mereka,
ia angkat kepala dan tidak berpaling kepada siapapun.
"Kalau memang semua orang hendak nonton keramaian
akupun ikut pergi kesana."
"Kalau begitu silahkan." kata Tonghong Pacu sambil
tertawa.
Tonghong Pek segera berjalan mengikuti di belakang
Ting Kang serta Ting Lou dimana mereka langsung menuju
kehalaman berlatih silat.
Pada waktu itu tujuh bagian para jago yang hadir dalam
perkampungan Jit Gwat Cang sudah berkumpul dihalaman
berlatih silat, sedang tiga bagian lainnya masih tinggal
diruang tengah.
Mereka menduga dibelakang kedua orang cung cu itu
tentulah Si Thay sianseng serta Tonghong Pacu, siapa
sangka muncul seorang manusia aneh yang amat seram
wajahnya. Mereka jadi bergidik dan berseru tertahan,
namun dengan cepat mereka jadi tenang kembali sebab
melihat munculnya kedua orang tokoh sakti itu dengan
jalan bersanding, seakan2 dua orang sahabat lama yang
sedang berjalan bersama2.
Wajah Si Thay sianseng kelihatan keren sedangkan
Tonghong Pacu penuh diliputi senyum, lapangan berlatih
silat dari perkampungan Jiet Gwat Cung punya luas dua
hektar lebih permukaan tanah beralasan bata hijau yang
kuat.Pada waktu itu sekeliling lapangan telah penuh letak
dengan para jago yang menyaksikan kejadian besar itu
suasana amat gaduh ketika kedua orang tokoh sakti itu
munculkan diri sua sana seketika jadi sunyi.
Ting Kang serta Ting Lou langsung menuju ke tengah
lapangan sedangkan Tonghong Pek menyingkir kesamping,
pada sebuah batu dan duduk disana, berhubung wajahnya
yang sangat seram, beberapa puluh jago yang semula
berada disitu sama2 menyingkir, hal ini membuat pemuda
itu tertawa getir.
Setelah suasana jadi tenang kembali, Dua orang cungcu
dari perkampungan Jit Gwat Cung itu lantas berseru:
"Saudara2 sudi datang dari jauh, cayhe berdua merasa
amat berterima kasih sekali, perkampungan kami terlalu
sempit apabila pelayanan kurang memuaskan harap
saudara sekalian suka memberi maaf, sekarang Tonghong
sianseng serta Si Thay sianseng dua orang tokoh sakti akan
saling beradu kepandaian silat ditengah lapangan ini
kejadian ini boleh dikata merupakan suatu peristiwa yang
belum pernah terjadi selama seratus tahun, kejadian ini
akan membuat mata kita terbuka, kami harap cuwi sekalian
bisa menonton dengan hati tenang dan jangan bikin
kegaduhan."
Berbicara sampai disitu, mereka berdua lantas melirik
sekejap kearah Tonghong Pek, sebab baik Ting Kang
maupun Ting Lou mengerti didalam pertarungan sengit
antara Tonghong pacu melawan Si Thay sianseng nanti
orang lain tak bakal ikut campur, satu2nya orang yang
kemungkinan besar bisa ikut campur adalah si manusia
aneh yang menyebut dirinya sebagai Pek Sam itu.
Maka dari itu setelah melirik sekejap kearah Tonghong
Pek, mereka sejenak lalu tambahnya:"Seandainya dalam berlangsungnya pertarungan antara
kedua orang tokoh sakti itu ternyata ada orang yang ikut
campur dan mengacau, bukan saja kami dua bersaudara
tidak akan membiarkan begitu bahkan seluruh rekan Bu lim
yang hadir disinipun tidak akan biarkan orang itu berbuat
sesuka hati!"
Ilmu silat yang dimiliki dua bersaudara Ting memang
lihay sekali, terutama kata2 yang terakhir sengaja mereka
ucapkan keras sehingga berkumandang sampai jauh sekali,
kemudian mereka enjotkan badan dan melayang keluar dari
kalangan.
Sepeninggalnya kedua orang saudara kembar itu,
suasana dalam kalangan jadi sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun, sementara Tonghong Pacu serta Si Thay
siansengpun telah melangkah masuk kedalam kalangan,
berputar setengah badan dan berdiri saling berhadap-
hadapan.
"Si heng, harap kau suka turun tangan dengan mengingat
perikemanusiaan!" kata Tonghong Pacu.
Si Thay sianseng mendengus dingin, telapak kirinya
lambat2 diangkat keatas melindungi dada, telapak kanan
didorong kearah depan sambil berseru lirih:
"Nah, mulai lah turun tangan!"
Tonghong Pacu tetap tersenyum sedangkan dalam hati
merasa sangat tegang, sebab hasil dari pertarungan inilah
yang menentukan masa depan selanjutnya. Umpama ia
menang maka seluruh dunia persilatan tunduk dibawah
kekuasaannya, tetapi kalau ia kalah, maka seluruh
usahanya selama ini akan sia2, nama besarnya akan
mengalir ke timur, dan banyak rencana bagusnya susah
dilanjutkan.Perlahan-lahan ia tarik napas panjang, kemudian
berkata.
"Si heng, menurut keadaan umumnya kau sebagai tamu
yang datang dari tempat jauh, serangan harus kau lancarkan
dahulu, tetapi kalau memang demikian kehendakmu,
terpaksa aku turut perintah saja." bicara sampai disitu,
mendadak ia merendahkan badannya ke bawah, telapak
tangannya langsung dibabat ke depan.
Suatu serangan bokongan yang licik sekali, namun bagi
Si Thay sianseng yang telah mengetahui tabiat gembong
iblis itu, sejak semula telah bersiap sedia, ia tidak jeri
terhadap serangan bokongan macam apapun.
Desiran angin tajam segera menderu2 memenuhi seluruh
angkasa, bagaikan sebilah kampak, serangan tersebut
langsung membabat keatas dada Si Thay sianseng.
Si Thay sianseng mendengus dingin, ia bersuit panjang,
pergelangan tangannya didorong keluar kemudian
membalik, jari tengahnya menyentil melancarkan sebuah
serangan yang tajam menghantam pinggiran telapak
Tonghong Pacu yang sedang mengancam datang.
Serangan jari ini sekaligus mengancam tiga buah jalan
darah yang ada diatas telapak, meski serangan Tonghong
Pacu lihay, seandainya ia lanjutkan babatan tersebut,
niscaya jalan darahnya akan tertotok lebih dahulu.
Tentu saja Tonghong Pacu tak sudi membiarkan jalan
darahnya tertotok, ia bersuit nyaring, telapak tangan ditarik
ke belakang, jurus serangan berubah. dipandang sepintas
lalu se-olah2 dari telapak ia berubah jadi kepalan menyapu
kedepan, namun disaat yang amat singkat tiba2 ia
melancarkan sebuah sentilan menghajar jari tengah tangan
kanan Si Thay sianseng.Dalam sekejap mata jari tangan kedua orang itu dari jauh
makin berdekatan, ujung jaripun mendadak saling
berbentrokan satu dengan yang lainnya.
"Braak . . . !" seakan2 tambur kulit berbunyi keras, suara
itu menggema dan memecahkan keheningan yang meliputi
seluruh kalangan tubuh kedua orang tokoh sakti itu sama2
tergetar keras, kemudian saling mundur dua langkah ke
belakang dan berdiri tegak disana sambil mengawasi gerak-
gerik lawan dengan seksama, sinar mata yang cemerlang
serta berkilat dari mereka berdua berkelebat kesana kemari
membuat para penonton yang menyaksikan jalannya
pertempuran itu ikut merasakan hatinya bergidik.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, tampak kedua
orang itu melangkah maju satu tindak kembali kedepan kaki
mereka memperdengarkan suara gemurutukan membuat
batu cadas yang melapisi permukaan tanah sama2 hancur
berantakan
Disaat maju kemuka itulah, mendadak Tonghong Pacu
miringkan badan seakan2 tak sanggup berdiri tegak dan
jatuhkan diri kearah Si Thay sianseng.
Disaat yang bersamaan Si Thay sianseng ayunkan
telapaknya langsung menabok kental balok kepala musuh.
Tentu saja Si Thay sianseng mengerti dengan ilmu silat
yang dimiliki Tonghong Pacu tak mungkin ia tak sanggup
berdiri tegak, gerakannya ini pasti mengandung suatu
rencana tertentu maka sambil berjaga-2 atas segala yang
tidak diinginkan ia melancarkan serangan lebih dahulu.
Siapa sangka kalau tanpa serangan itu mengenai
sasarannya, mendadak tubuh Tonghong Pacu yang
menjatuhkan diri itu sudah menubruk ke atas sepasang kaki
Si Thay sianseng.Tokoh sakti dari kalangan lurus ini tahu keadaan tidak
menguntungkan, buru2 ia mengepos tenaga, enjot badan
dan meloncat ketengah udara.
Tonghong Pacu mendengus dingin, melihat lawannya
melayang ketengah udara, berada di atas tanah ia putar
badan mengirim sebuah pukulan keatas.
Untung Si Thay sianseng berkelit lebih cepat, serangan
itu segera mengenai sasaran kosong, meski demikian batu
cadas dipermukaan tanah termakan juga akibat pertarungan
itu, seketika itu juga batu2 sebesar kepalan saling berdesiran
ke empat penjuru.
Waktu itu tubuh Si Thay Sianseng masih berada kurang
lebih enam tombak ditengah udara, berhamburannya batu2
cadas tidak mungkin akan melukai tubuhnya yang telah
ditutup seluruh jalan darahnya, namun ia tidak ingin
termakan oleh batuan tersebut, sebab sekali tersambar
berarti ia berada dibawah angin.
Semua orang sama2 angkat kepala ingin menyaksikan
bagaimana cara Si Thay sianseng menghadapi keadaan
tersebut.
Tampak tokoh sakti itu ayunkan ujung bajunya yang
menggelembung ke arah depan, desiran angin puyuh yang
amat dahsyat segera menggulung ke luar, membuat batu2
yang meluncur ditengah udara saling berbenturan diudara
tersapu ke dalam balik bajunya semua.
-oo0dw0oo-
Jilid17
KETIKA Si Thay sianseng melayang kebawah
seharusnya inilah kesempatan baik untuk Tong hong Pacuuntuk menyerang, tapi ia tidak berbuat demikian, malahan
buru2 ia enjotkan badan melayang ke luar.
Sementara itu setibanya diatas tanah, Si Thay sianseng
segera kebaskan ujung bajunya kedepan, batu2 cadas yang
tergulung tadi segera berhamburan kembali kearah
Tonghong Pacu diiringi desiran angin tajam.
Agaknya sejak semula gembong iblis itu sudah menduga
bakal terjadinya peristiwa ini, maka ketika Si Thay sianseng
melayang turun ia segera menyingkir, sebab kalau tidak
berbuat demikian niscaya ia bakal menerima kerugian
besar.
Batu itu menyambar hingga mencapai sejauh puluhan
tombak, tak sepotongpun yang mengena ditubuhnya,
kendari begitu para penonton yang berdiri disisi kalangan
sama2 mengundurkan diri kebelakang dengan hati
terperanjat.
"Si heng sungguh hebat ilmu silatmu." seru Tonghong
pacu sambil tertawa setelah berhasil meloloskan diri dari
ancaman batu.
"Hmm! kaupun lumayan juga!"
Suasana hening beberapa saat lamanya, kedua orang
tokoh sakti itu saling berhadapan dengan penuh kesiap
siagaan, tiba2 Si Thay sianseng bergerak kembali kedepan,
tangan kanannya diayun kedepan melancarkan sebuah
kebasan dahsyat.
Diiringi dengan angin yang dahsyat memekikkan telinga,
serangan tersebut laksana sebuah papan baja menghantam
dada Tonghong Pacu dengan hebatnya.
Tonghong Pacu tersenyum ketika menyaksikan
datangnya serangan, ia tidak sambut pukulan tadi, malahan
tahu2 meloncat mundur kebelakang.Si Thay sianseng mengejar ke depan dengan jurus
serangan yang tak berubah ia mengejar lawannya.
Sebaliknya Tonghong Pacu mendadak berhenti setelah
mundur beberapa tombak ke belakang, tiba2 ia putar tangan
melancarkan cengkeraman kearah ujung baju Si Thay
sianseng.
Cengkeraman ini kelihatan biasa tak ada yang aneh,
apalagi gerakannya cepat tidak membawa keistimewaan,
orang lain tidak bakal tahu dimanakah letak kehebatan dari
serangan tersebut.
Lain halnya dengan Si Thay sianseng, ia mendengar
diantara berkelebatnya jari2 tangan mengikuti suara
gemeretukan yang amat nyaring, ia terkesiap pikirnya.
"Aku dengar orang berkata ilmu jari Ngo im Ci dari
Tonghong Pacu merupakan ilmu silat dari wilayah Biauw
yang terhitung sebagai salah satu diantara tujuh ilmu sakti
mungkin inilah yang dinamakan ilmu jari Ngo Im Ci
tersebut.”
Agaknya ia ada maksud menyambar ujung bajunya dan
merobek dengan kekuatan ilmu jarinya, dengan demikian
paling sedikit ia berhasil dikatakan merebut diatas angin.
Serentetan pikiran berkelebat dalam benak Si Thay
sianseng, ia tahu apa maksud Tonghong pacu berbuat
demikian, dengan cepat suatu cara yang jitu untuk
menghadapi kejadian inipun didapatkan.
Dalam pada itu kelima jari tangan lawan telah berhasil
mencengkeram ujung bajunya kemudian menarik
kebelakang keras2, ia bermaksud apabila Si Thay sianseng
mempertahankan tarikan tersebut, niscaya bajunya akan
robek.Namun tokoh sakti dari kalangan lurus ini tidak berbuat
demikian ia bukannya mempertahankan diri, malahan ikut
maju ke depan bersamaan dengan tarikan tersebut.
Kejadian ini benar2 berada diluar dugaan Tonghong
Picu, ia jadi melongo dibuatnya.
Sebelum ia sempat berpikir kedua kakinya, tiba2
pergelangan Si Thay Sianseng sudah berputar menghajar
dada Tonghong Pacu.
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan bagaikan
kilat, apalagi berada dalam jarak sedekat itu, kehebatan
serta kecepatannya sukar dilukiskan dengan kata2.
Berada disaat yang keritis, terdengar Tong hong Pacu
menjerit aneh, dalam keadaan gugup ia merendahkan
badannya kebawah kemudian berjumpalitan keluar,
perubahan ini dilakukan dengan amat cepat sekali, meski
demikian serangan tersebut tak urung masih bersarang juga
diatas bahunya.
Bahu bukan termasuk tempat bahaya sekali pun serangan
dari Si Thay sianseng ini cukup ampuh, namun Tonghong
Pacu masih sanggup untuk mempertahankan diri.
Walaupun begitu, setelah terserang oleh pukulan tadi
tanpa dikuasai lagi badannya terdorong kearah belakang.
Tonghong Pacu bukan musuh sembarangan, sekalipun ia
terhajar dan badannya mencelat kebelakang, namun kelima
jarinya yang mencengkeram diujung baju lawan sama sekali
tak mengendor.
"Breet. . ." tak bisa tertahan, baju Si Thay sianseng
tersambar robek sebagian sedangkan tubuh Tonghong Pacu
yang terlempar kebelakangpun, untuk sementara waktu tak
sanggup mempertahankan diri.Si Thay sianseng bersuit nyaring, badannya bergerak
kedepan mendesak diri Tonghong Pacu lebih jauh.
Dalam sekejap mata selisih arak kedua orang itu makin
dekat, sama2 berada ditengah udara, tiba2 Si Thay sianseng
menekuk sepasang kakinya, badan melejit dan ia meloncat
maju ke depan lebih tinggi dari lawannya.
Inilah yang disebut ilmu meringankan tubuh "Kut Kiat
Sin Thian" dengan demikian tubuh Si thay sianseng pun
berada diatas batok kepala Tonghong Pacu, kakinya
langsung menginjak batok kepala lawan.
Injakan ini maha dahsyat, Tonghong Pacu sadar keadaan
tidak menguntungkan, buru2 mengempos tenaga melayang
kebawah, dalam keadaan terdesak ia keluarkan ilmu bobot
seribu kati melesat lebih cepat kebawah.
Dengan membawa desiran angin tajam, injakan jago silat
dari Pek to ini menyambar diatas kepala Tonghong Pacu,
sekalipun tidak terkena langsung, namun cukup membuat
rambutnya awut2an, keadaan amat mengenaskan sekali
terutama karena terlalu cepat meluncur kebawah ketika tiba
diatas permukaan badannya terbanting keras2 diatas batu
cadas.
Tonghong Pacu mendengus dingin, mendadak badannya
melejit keatas, menantikan sewaktu badan Si Thay sianseng
melayang kebawah sepuluh jarinya laksana jepitan
mencengkeram dada serta lambung lawan.
Si Thay sianseng putar telapak menyongsong datangnya
serangan tersebut, mendadak satu ingatan berkelebat dalam
benaknya, ia merasa betapa bodohnya kalau ia sambut
datangnya serangan itu dengan keras lawan keras, sebab
bagaimana pun pihak lawan lebih hebat, pertama karena
mendapat tenaga tekanan dari tanah dan kedua ia beradadiatas permukaan tanah sementara dia sendiri ada
diangkasa.
Disaat yang kritis ia batalkan serangannya dan meloncat
mundur kebelakang.
Tonghong Pacu tidak menyangka disaat yang terakhir,
tiba2 pihak lawan membatalkan maksudnya untuk beradu
kekerasan tenaga yang sudah terlanjur dikerahkan amat
hebat sulit ditarik kembali, begitu serangan mengenai
sasaran kosong badannyapun ikut terdorong kedepan
sehingga memaksa ia harus melayang ketengah udara untuk
mengurangi daya pukulan tersebut
Dalam pada itu Si Thay sianseng telah berjumpalitan dan
melayang keatas tanah, dengan demikian kedudukanpun
berobah, semula ia ada diatas tanah, lawan diudara, tapi
sekarang ia diudara dan lawan diatas tanah.
Hawa gusar sukar ditahan lagi, tak kuasa Tong hong
Pacu meraung keras dan menubruk kebawah tapi dengan
cepat ia kaget sebab pada saat itulah Si Thay sianseng yang
ada dibawah telah putar tangannya keatas, kelima jarinya
dipentang siap mencari mangsa sedang telapak kiri
didorong ke depan kelima jaripun terpentang hebat, sebagai
orang berpengalaman ia segera kenali ilmu tersebut sebagai
ilmu cengkeraman "Siang Koan-Kie-Hi" dari partai Go bie.
Tonghong Pacu terperanjat, buru2 ia mengempos tenaga
badannya yang hampir mencapai permukaan tanah segera
mencelat kembali setinggi lima enam tombak keatas.
Namun Si Thay sianseng tetap diam tak berkutik,
posisinya tidak berubah dan bagaikan sebuah patung ia
menanti kedatangan lawan.
Kejadian ini membuat gembong iblis itu mengejutkan
sekali. ia tak mungkin berani melayang turun kebawah,sebab satu kali meluncur turun niscaya serangan musuh
akan dilepaskan, namun ia pun tak mungkin selalu
melayang dan melejit terus di tengah udara...
Dalam keadaan apa boleh buat, tangan kanan Tonghong
Pacu segera merogoh kedalam pinggang meraup segenggam
jarum beracun yang lembut bagaikan bulu, senjata rahasia
itu akan dilepaskan setelah Si Thay sianseng melancarkan
serangannya.
Kali ini ia tidak melejit lagi, dengan tenangnya sang
badan melayang turun keatas tanah. Sementara Si Thay
sianseng telah bersuit nyaring memberi peringatan
kepadanya, telapak tangan membalik keatas, hawa
seranganpun segera meluncur kedepan.
Tetapi pada saat yang bersamaan Tonghong Pacu pun
berteriak aneh, tangan kanannya diayun kedepan.
serangkum jarum2 lembut segera mengurung seluruh tubuh
tokoh sakti dari kalangan lurus itu.
Menyaksikan betapa rendahnya perbuatan lawan, Si
Thay sianseng membentak gusar, sementara jarum2 lembut
itu dengan cepatnya telah mengurung datang.
Puluhan jarum yang menerjang datang dari depan segera
mencelat keempat penjuru termakan oleh desiran angin
serangannya, meskipun demikian tidak sedikit pula jarum2
lembut itu menyerang dari posisi lain yang tidak termasuk
dalam gulungan serangannya.
Keadaannya amat kritis, jiwa sang tokoh sakti dari
kalangan lurus inipun tergantung diatas ujung jarum lembut
tersebut.
Tiba2 sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
diiringi jeritan aneh yang memekikkan telinga, disusulsepasang telapaknya berputar melancarkan beberapa buah
pukulan.
Kerja sama orang itu dengan Si Thay sianseng erat
sekali, dalam beberapa pukulan seluruh jarum lembut yang
mengancam datang berhasil digulung masuk kedalam ujung
bajunya atau tersampuk rontok.
Menanti ancaman telah lenyap, orang itu meloncat
kembali ketempat semula.
Setelah lolos dari ancaman Si Thay sianseng meloncat
mundur dengan badan dibasahi oleh keringat dingin,
sebenarnya ia tidak ingin dibantu orang, namun setelah
Tonghong Pacu turun tangan dengan cara rendah lebih
dahulu, iapun tidak pikirkan persoalan itu, dengan perasaan
penuh terima kasih ia berpaling ke arah orang tadi.
Dia bukan lain adalah simanusia aneh yang berwajah
menyeramkan Tonghong Pek adanya.
Dalam perkiraan semula, Tonghong Pacu menganggap
serangan bokongannya ini akan mendatangkan
kemenangan baginya, siapa sangka Tonghong Pek telah
merusak rencana baiknya, hawa gusar yang berkobar dalam
benaknya saat itu sulit dilukiskan lagi dengan kata2.
Ia langsung membentak keras, jari tangannya menuding
kedepan..."Traang" sebilah pedang panjang muncul keluar
dari balik ujung bajunya dan tahu2 sudah berada didalam
genggaman.
Gerakannya sangat cepat, siapapun tak dapat melihat
darimanakah pedang tersebut muncul, namun setelah
pedang tadi berada dalam genggamannya semua orang baru
merasa terkesiap.Kiranya pedang tipis itu bagaikan kertas dan
memancarkan cahaya berkilauan jelas pedang tersebut
merupakan sebilah pedang mustika yang amat tajam.
Setelah mencekal pedang, Tonghong Pacu segera
menggetarkan senjata tadi kearah Si Thay sianseng, pedang
yang semula lurus setelah termakan getarannya segera
bergetar menciptakan puluhan titik cahaya tajam.
Sang badanpun segera meluncur ke depan Si Thay
sianseng, ujung pedangnya menyambar kian kemari tanpa
arah sasaran yang tepat.
OdOeOOOOwOiO
BAB 17
MENYAKSIKAN datangnya serangan kilat Si Thay
sianseng segera melompat mundur ke belakang, sebenarnya
ia dapat menghadang datangnya serangan dengan
mengebas balik ratusan batang jarum lembut yang berhasil
ia sapu kedalam ujung bajunya namun ia tak sudi berbuat
demikian sebagai mencerminkan kejujurannya, sepasang
ujung bajunya dikebaskan keatas ratusan batang jarum
itupun meluncur ke tengah udara saling membentur hingga
memperdengarkan suara desiran nyaring dan rontok
kembali keatas tanah bagaikan hujin gerimis.
Dalam keadaan seperti ini seandainya Tong-hong Pacu
hendak melanjutkan serangannya maka ia harus singkirkan
dahulu serangan hujan gerimis jarum beracun tersebut.
Pada saat ini sigembong iblis ini sudah kalap, yang ia
pikirkan adalah merebut kemenangan walau dengan cara
apa pun, badannya tiba2 berputar kesamping, dengan
serangan yang tak berbeda, sudah lolos dari rontokan
jarum, ia menusuk kembali kedepan.Serangan itu datang dengan gerakan yang ganas, jelas
gembong iblis itu hendak membinasakan dirinya, hal ini
menimbulkan hawa gusar dalam hati Si Thay sianseng, ia
membentak keras bukannya mundur ia malah maju
menubruk ke depan.
Kejadian ini mencengangkan hati semua orang, sebelum
mereka sempat memahami apa maksud dari Si Thay
sianseng, selisih jarak antara kedua orang tokoh sakti itu
sudah makin mendekat.
"Sreeet. . ." ujung pedang Tonghong Pacu tahu-tahu
sudah berada tiga empat coen diatas dada lawan, mendadak
Si Thay sianseng merendahkan badannya.
Begitu rendah gerakan tersebut hingga Tong hong Pacu
pun merasa diluar dugaan, dengan demikian tusukan itu
tidak mengenai sasaran sebaliknya menyambar lewat hanya
beberapa senti di atas kepala lawan.
Tonghong Pacu tahu keadaan tak menguntungkan,
gagang pedangnya segera menekan kebawah dari tusukan
berubah jadi ketukan.
Dalam keadaan seperti ini tak mungkin bagi Si Thay
sianseng untuk berkelit, serangan itu dengan telak bersarang
di atas batok kepalanya, namun ia tidak cidera, sebab segala
gerakan tersebut sudah berada didalam perhitungannya.
Pada saat itulah tangan kanannya membalik langsung
menghantam lambung Tonghong Pacu.
"Braak . ." serangan bersarang telak, Tonghong Pacu
menjerit aneh, beruntun badannya mundur tiga langkah
kebelakang Si Thay sianseng tak mau buang kesempatan
baik ini, badannya mendesak kedepan jari tangannya
menyentil di ujung pedang lawan.Ia bermaksud untuk menyentil rontok pedang lawan
lebih dulu kemudian menambahi dengan sebuah serangan
kembali.
Pada saat inilah tiba2 terdengar jeritan melengking yang
amat nyaring berkumandang datang:
"Kembalikan pedangku!"
Diikuti serentetan cahaya perak meluncur datang tanpa
menimbulkan sedikit suara pun, tahu-tahu sebuah jaring
telah menyambar dan mengurung pedang diatas tangan
Tonghong Pacu itu.
Berada dalam keadaan seperti ini, apabila Si Thay
sianseng tidak buyarkan serangan, niscaya tangannya akan
ikut terjaring oleh jala itu.
Si Thay sianseng sadar, jala itu pasti bukan sembarangan
jala, sebelum mengetahui asal usulnya ia tak berani
bertindak gegabah, badannya segera miring kesamping dan
menarik kembali tangannya.
Pada saat itulah Tonghong Pacu telah berhasil
mententramkan hatinya, ia menjerit aneh, tangan nya
segera ditarik ke belakang berusaha untuk melepaskan
pedangnya dari ancaman.
Tetapi jaring itu meluncur datang dengan kecepatan
bagaikan kilat, baru saja Tonghong Pi cu menarik
pedangnya dua tiga coen kebelakang jaring itu sudah
mengurung kebawah dan menjirat pedang tadi erat2.
Pada saat itulah semua orang dapat melihat, orang itu
adalah seorang nyonya berusia pertengahan, namun tak
seorangpun yang tahu siapakah dia kecuali Tonghong Pek
serta Tonghong Pacu yang segera kenali sebagai Kiem Lan
Hoa.Dalam pada itu Kiem Lan Hoa telah menggetarkan
tangannya, pedang tersebut mengikuti jaring tadi segera
melayang ketengah udara.
Setelah berhasil merampas kembali pedangnya, Kiem
Lan Hoa tertawa nyaring, sedangkan Tong hong pacu
mengeluh lalu mengundurkan diri ke belakang.
Bukan sigembong iblis itu saja mundur, Si Thay
siansengpun ikut mengundurkan diri kebelakang.
Waktu itu, keadaan Tonghong pacu yang paling runyam,
ia merasa sangat malu sekali karena pedang yang ada
ditangannya telah berhasil dirampas nyonya tersebut,
namun ia tidak kekurangan akal, segera tertawa nyaring
dan berseru.
"Oooouw, istriku. akhirnya kau kembali juga,
kedatanganmu sungguh tepat pada saatnya!"
Perkataan ini diucapkan dengan disertai tenaga dalam,
setiap orang yang berada dalam perkampungan Jiet Gwat
Cung dapat menangkap ucapan itu dengan jelas sekali,
seketika itu juga ada yang perlihatkan wajah kaget, ada
yang tercengang, ada pula yang kebingungan.
"Benarkah tepat pada waktunya?" kata Kiem Lan Hoa
sambil tertawa nyaring.
"Tentu saja tepat pada waktunya," sambil berkata
selangkah demi selangkah Tonghong Pacu berjalan
mendekati perempuan itu, "perkawinan Loei Jie akan
dilangsungkan pada hari ini, sebagai ibunya kau telah
menempuh perjalanan ribuan li untuk menghadiri peristiwa
ini, bukankah kedatanganmu ini tepat pada waktunya ?"
Semula orang mengira Tonghong Pacu hanya bisa
sembarangan tapi sekarang mereka baru tahu bahwa
perempuan ini bukan lain adalah ibu kandung dariTonghong Loei, ibu mertua dari Si Chen putri Si Thay
sianseng.
"Istriku" kembali Tonghong Pacu berkata. "Bocah itu
bisa menemui keadaan seperti ini hari, tentunya kau bisa
memahami jerih payahku bukan? apakah kau masih
menyalahkan diriku!"
Kiem Lan Hoa menghela napas panjang.
"Aaaai. . dimana bocah itu? bawalah kemari aku ingin
melihat wajahnya."
Mendengar perempuan itu bertemu dengan anaknya,
Tonghong Pacu kegirangan setengah mati segera serunya:
"Loei jie."
"Tia, ada apa?" sesosok bayangan manusia berkelebat
masuk kedalam kalangan, dia bukan lain adalah Tonghong
Loei.
"Loei-jie, dia adalah ibu kandungmu, setelah kau
dilahirkan belum pernah ia berjumpa dengan dirimu lagi."
kata gembong iblis itu.
"Ibu !" Tonghong Loei segera berseru.
Walaupun Kiem Lan Hoa adalah seorang gembong iblis
wanita yang amat keji, tetapi pada saat ini ia tak sanggup
menahan rasa sedihnya lagi, titik2 air mata jatuh berlinang.
"Bocah, selama ini kau tentu menderita, apakah kau
baik2 saja?" tegur Kiem Lan Hoa.
"Aku baik sekali..."
"Tentu saja baik !" tiba2 suatu bentakan gusar yang
menggetarkan seluruh permukaan berkumandang datang
dari atas sebuah pohon besar, disusul meluncur datangnya
sesosok bayangan manusia.Bayangan tersebut langsung menotok ke arah Tonghong
Loei dengan dahsyatnya, begitu hebat serangan tersebut
sehingga Si Thay sianseng yang berada disitupun merasa
tercengang.
Gerakan orang itu sangat cepat, namun reaksi dari Kiem
Lan Hoa pun tidak kalah cepatnya.
Ketika orang itu meluncur kebawah, Kiem Lan Hoa
segera tarik tangannya dan melemparkan tubuh Tonghong
Loei keluar, dengan demikian serangan pedang orang itu
yang semula ditujukan kearah pemuda itu sekarang
malahan mengancam lambung Kiem LanHoa.
Ilmu silat yang dimiliki Kiem Lan Hoa memang sangat
lihay, namun dalam keadaan terdesak ia harus menolong
putranya lebih dahulu, maka posisinya saat ini menjadi
terancam, dalam keadaan gugup ia tarik napas sehingga
membuat lambungnya menekuk lima enamsenti kedalam.
"Sreeet. ." diiringi desiran angin tajam, pedang tersebut
menyambar lewat tepat diatas lambungnya.
Setelah lolos dari ancaman mara bahaya Kiem Lan Hoa
membentak keras, kakinya melancarkan tendangan kilat
keatas pedang tersebut.
Dengan tenaga lweekangnya yang amat sempurna,
bukan saja tendangan ini membuat pedangnya segera
tergetar patah, bahkan orang itupun terdesak mundur
selangkah kebelakang.
Pada saat itulah semua orang dapat melihat jelas bentuk
wajahnya, ia punya raut muka seperti monyet, wajahnya
jelek sekali sepasang lengannya panjang luar biasa,
walaupun pedangnya telah patah, namun kesepuluh jari
tangannya bagaikan jepitan masih melanjutkan
cengkeramannya kearah Tonghong Loei."Aaaah . . . simanusia monyet Hiat Goan Sin koen!"
seruan kaget berkumandang dari empat penjuru.
Serangan yang dilancarkan Hiat Goan Sin koen pada
saat ini benar2 luar biasa, dari ujung sepuluh jarinya, angin
serangan menderu dan hebat luar biasa.
Sementara itu wajah Tonghong Loei telah berubah pucat
bagaikan mayat, ia merasa begitu takut terhadap Hiat Goan
Sin Koen sehingga berusaha meronta dari cekalan Kiem
Lan Hoa dan melarikan diri keluar.
"Bocah! jangan takut?"
Sambil berkata lengannyapun diayun kedepan desiran
tajam menyambar keluar menotok pergelangan Hiat Goan
Sin Koen.
Serangan ini memaksa simanusia monyet terpaksa harus
buyarkan serangan dan mengundurkan diri apabila ia tidak
ingin terhajar oleh serangan tersebut hingga terluka parah.
Tonghong Pacu pun bergerak kedepan, dengan suatu
gerakan yang manis ia telah menghadang di hadapan
putranya.
"Hiat Goan Sin koen sudah lama kita tak berjumpa, kan
.."
Sepasang mata simanusia monyet itu berubah merah ber
api2. ia benar2 naik pitam dan mendendam, terutama sekali
setelah dalam serangannya digagalkan Kiem Lan Hoa. ia
sadar niatnya untuk menuntut balas bagi putrinya kembali
menemui kegagalan total
Mendadak...terdengar Kiem Lan Hoa jerit melengking
suaranya nyaring dan penuh bernadakan rasa kuatir,
membuat setiap orang merasakan hatinya bergetar keras.Tonghong Pacu sadar, tentu telah terjadi sesuatu hal
diluar dugaan, ia segera berpaling, tampak Kiem Lan Hoa
sambil menjerit menubruk kearah Si Thay sianseng,
sementara tokoh sakti dari kalangan Pek to itu sedang
mengundurkan diri kebelakang.
Kiranya ketika Kiem Lan Hoa berhasil mendesak
mundur Hiat Goan Sin-Koen dan Tonghong Pacu
berkelebat kedepan itulah, Si Thay sianseng yang berada
disisi kalangan telah menggunakan kesempatan baik itu
untuk bergerak kedepan dan menyambar urat nadi
Tonghong Loei.
Setelah berhasil mencengkeram urat nadi si anak muda
tadi, ia mundur kebelakang.
Sekalipun tangan sebelah Tonghong Loei masih dicekal
oleh Kim Lan Hoa, namun kejadian di luar dugaan ini
membuat siperempuan itu telah mengendorkan tangannya
Dengan demikian ketika Kiem Lan Hoa sadar dan putar
badan. Tonghong Loei sudah terjatuh ketangan Si Thay
sianseng, ia lantas menjerit keras sambil melancarkan
tubrukan kedepan.
Bersamaan itu pula tangannya diayun kedepan,
serentetan cahaya perak yang menyilaukan mata langsung
mengurung tubuh Si Thay sianseng.
Menyaksikan datangnya ancaman, tokoh sakti dari
golongan Pek to ini secara mengundurkan diri kebelakang,
telapak tangannya diangkat dan ditempelkan diatas batok
kepala Tonghong Loei.
Perubahan ini terjadi sangat mendadak dan di luar
dugaan, menyaksikan dirinya terjatuh ketangan gurunya,
Tonghong Loei benar2 terperanjat sehingga sulit dilukiskan
dengan kata2, begitu kaget dia hampir saja jatuh tidaksadarkan diri, mulutnya melongo lebar namun tak sepatah
katapun bisa diucapkan keluar.
Kiem Lan Hoa sendiripun merasa amat terperanjat
dengan kejadian itu, jaring emas yang hampir mengurung
tubuh Si Thay sianseng dengan cepat ditarik kembali, ia
sadar seandainya jaring ini berhasil mengurung tubuh
musuh, maka telapak tangan yang ditempelkan diatas batok
kepala Tonghong Loei pun akan melancarkan serangan
yang bisa mengakibatkan kematian putra nya.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah menyusul datang
serunya:
"Si heng, kau adalah seorang lelaki sejati, mengapa
perbuatanmu tiada berbeda dengan simonyet yang suka
membokong ?"
Si Thay sianseng tertawa dingin.
"Persoalan ini adalah urusan pribadi partai Go bie kami,
apa sangkut pautnya dengan dirimu ?"
Diam2 Tonghong pacu mengeluh, ia tahu perkembangan
dari peristiwa ini jauh diluar dugaan nya, bukan saja
Tonghong Loei sudah terjatuh ke tangannya, bahkan iapun
sudah bicara terus terang, tidak gampang baginya untuk
memanasi jago lihay ini dengan kata2 pedas.
Sigembong iblis nomor wahid dikolong langit ini segera
menghela napas panjang, ujarnya:
"Si heng, walaupun dia adalah anggota partai Go bie
kalian, tetapi aku serta Kiem Lan Hoa adalah orang tuanya,
kalau kamipun tak boleh ajukan pertanyaan, bukankah ini
berarti kau hendak mencari gara2 dengan kami?"
Ucapan dari Tonghong Pacu ini kedengarannya halus,
namun dalam kenyataan tajam sekali membuat orang takbisa menjawab dengan kedudukannya sebagai seorang
ayah, sudah tentu ia berhak untuk mengetahui keadaan dari
putranya.
Si Thay sianseng tertegun, kemudian ujarnya.
"Tonghong sianseng, kau telah masukkan dia kedalam
perguruanku dus berarti akulah yang berhak untuk
mendidik dirinya, dan sekarang aku mengakui bahwa aku
tidak becus memberi didikan kepadanya, bencana muncul
dari aku, maka aku hendak membersihkan perguruanku
dari segala noda dan melenyapkan bibit bencana bagi umat
manusia!"
"Kesalahan apa yang telah dilakukan anak-ku, buat apa
kau harus ikut campur dengan perbuatan putraku?"
terdengar Kiem Lan Hoa menjerit, suaranya tinggi
melengking dan sangat tidak enak didengar.
"Binatang ini telah membalas budi dengan kejahatan, ia
berani memperkosa anak gadis orang."
Sembari berseru telapak tangannya segera diayun keatas
siap dihantamkan keatas batok kepala si anak muda itu.
"Si heng, lahan dalam ucapanmu barusan kau telah
melupakan sesuatu !" teriak Tonghong Pacu.
"Dimana letak kekuranganku ?" seru Si Thay sianseng
keras2, wajahnya telah berubah hijau membesi.
Tonghong Pacu sudah mendapatkan cara yang bagus
untuk menyelesaikan keadaan di hadapannya, ia girang dan
tak tertahan mendongak sambil tertawa ter bahak2.
"Haa...haa...haa...Si heng, tadi kau tuduhkan dia telah
memperkosa putrimu tetapi menurut yang kuketahui, cinta
kasih mereka berdua timbul dari dasar agung cinta
mencintai, mereka adalah sepasang pengantin yang paling
ideal saling cinta...""Tutup mulut, omong kosong !" Si Thay sianseng tak
dapat menahan diri lagi dan segera membentak.
Tonghong Pacu memang sengaja hendak memancing
kegusaran Si Thay sianseng, ia tahu ucapan tersebut pasti
akan menguntungkan dirinya, maka semakin lawannya
gusar, ia semakin gembira.
Setelah tertawa tergelak, ujarnya kembali:
"Si heng! percuma kalau kita yang membicarakan
persoalan ini, sebab apa yang kita katakan tidak cocok sama
sekali, mari kita tanya kan sendiri persoalan ini kepada
nona Si sendiri, coba kita lihat apa yang ia katakan!"
Mula2 Si Thay sianseng tertegun, namun ia segera sadar
bahwa dirinya sudah terjebak kedalam siasat licik gembong
iblis itu, untuk mencegah terlambat sudah.
Terdengar Tonghong pacu telah mendongak dan berseru:
"Nona Si, harap kau keluar sendiri dan terangkan kepada
ayahmu, sehingga Loei Jie tidak mati dalam keadaan
penasaran ayahmu adalah seorang yang bisa mengerti
urusan, ia tidak akan membunuh orang dengan sekehendak
hatinya.”
Si Chen ragu2 bergerak, akhirnya dengan langkah lambat
berjalan kedepan, wajahnya pucat pias, melirik sekejap
kearah ayahnya tetapi segera tertunduk kembali setelah
saling bentrok dengan sinar mata Si Thay sianseng yang
sangat tajam itu.
"Nona Si, karena percintaanmu dengan Loei jie, ayahmu
hendak menghukum dirinya hari ini disebabkan ayahmu
telah mengira bahwa kau tak senang dengan Loei ji tapi
dipaksa olehnya. Sekarang kau harus terangkan sendiri
persoalan ini kepada ayahmu." seru Tonghong Pacu.Kepala Si Chen tertunduk rendah sekali, suaranya pun
amat lirih.
"Tia. . aku. . aku bukan dipaksa, aku rela bersama dia,
kau selama ini kau telah salah menuduh dirinya."
Ucapan yang diutarakan sendiri oleh putrinya ini
merupakan pukulan hatin yang amat besar bagi Si Thay
sianseng, tubuhnya tergetar keras, badannya berdiri
mematung dan cengkeramannya pada urat nadi Tonghong
Loei pun tanpa sadar telah mengendor.
Berada dalam keadaan seperti ini, apabila Tonghong
Loei mengundurkan diri maka ia bisa lakukan dengan
gampang sekali, tetapi ia telah dibikin kaget oleh kejadian
itu, sehingga saat ini bukannya berusaha meloloskan diri
malah berdiri mematung disitu.
Tonghong Pacu yang berdiri disamping kalangan jadi
terkejut girang bercampur gelisah setelah dilihatnya cekalan
Si Thay sianseng menggemetar, badannya segera berkelebat
ke depan dan menyambar tubuh Tonghong Loei untuk
diajak menyingkir beberapa tombak jauhnya dari sana.
Setelah Tonghong Loei lolos dari mara bahaya, Kiem
Lan Hoa pun segera berkelebat menghadang dihadapannya
Tonghong Loei, tentu saja ia takut Si Thay sianseng turun
tangan membokong putranya kembali.
Tetapi siapapun tidak tahu, pada saat ini Si Thay
sianseng merasa telinganya mendengung keras, pandangan
matanya jadi gelap dalam sekejap mata hawa murni yang
berada dalam tubuhnya bergolak keras.
Bagaimanapun dia adalah seorang tokoh maha sakti,
walaupun berada dalam keadaan gusar ia pun merasa kaget
setelah merasakan hawa murni dalam badannya bergolak
tidak teratur.Sebab hal ini menunjukkan gejala2 jalan api menuju
neraka, sekali salah bertindak apabila tidak mati tentu cacad
seumur hidup.
Maka ia tidak perdulikan segala sesuatu lagi ia berdiri tak
berkutik dan dengan segenap tenaga berusaha atur hawa
murninya, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar
bagaikan hujan deras membasahi badannya asap putihpun
memenuhi batok kepala.
Tonghong Pacu adalah seorang jagoan pula, dari sikap Si
Thay sianseng ia dapat menarik kesimpulan bahwa hawa
murni dalam tubuhnya telah menyusup tidak teratur akibat
hawa gusar yang kelewat batas, betapa gembira hatinya
setelah menjumpai hal tersebut, ia terka inilah saat nya yang
paling baik baginya untuk mengajukan cita2nya selama ini.
Jangan dikata seorang lihay seperti Tonghong Pacu,
hanya seorang lelaki biasa yang tak berilmu pun bisa
membinasakan si jago lihay dari kalangan pek to ini.
Ia mendongak seraya tertawa terbahak2, telapak
tanganpun dengan cepat diputar siap melancarkan
serangan, serunya.
"Si heng, pertarungan antara kita berdua belum berhasil
menentukan siapa menang siapa kalah, silahkan kau
menerima sebuah serangan lagi!" suatu pukulan yang maha
dahsyat segera dilepaskan.
Tonghong Pacu menyadari serangan yang di lancarkan
saat pasti akan bersarang ditubuh lawannya, maka sewaktu
melancarkan serangan hatinya ringan dan sama sekali tidak
pandang sebelah matapun.
Siapa sangka peristiwa ini diluar dugaan telah terjadi di
depan mata.Baru saja telapak tangannya didorong ke depan
mendadak segulung angin desiran tajam menyambar datang
dari belakang punggungnya.
Serangan ini muncul secepat kilat, bahkan sama sekali
tidak meninggalkan jejak, menanti Tonghong Pacu
merasakan ada gulungan angin tajam mengancam datang
dari belakang tubuhnya, ia baru sadar keadaan tidak beres
untuk putar badan sudah terlambat.
"Plaakk.." serangan tersebut dengan telak bersarang di
atas punggung si gembong iblis tersebut.
Tenaga dalam yang dimiliki Tonghong Pacu benar2 luar
biasa, sekalipun serangan itu bersarang telak ditubuhnya
sehingga memaksa ia harus batalkan maksudnya untuk
membokong Si Thay sianseng namun setelah termakan oleh
serangan itu badannya masih sanggup menyingkir satu
langkah kesamping.
Tiba2 sesosok bayangan manusia menyambar lewat dan
tubuhnya langsung menerjang kearah Si Thay sianseng, si
gembong iblis ini dapat melihat jelas bahwa orang itu bukan
lain adalah manusia aneh she Pek itu.
Menyaksikan rencana baiknya kembali digagalkan orang
lain, hatinya benar2 mendendam, kakinya langsung
disambar kedepan melancarkan tendangan kilat ke arah
pantat manusia aneh itu.
Tonghong Pacu tidak kenal kalau manusia aneh itu
adalah Tonghong Pek, maka tendangan tersebut
dilancarkan amat dahsyat sekali.
"Braak...!" dengan telak tendangan itu bersarang ditubuh
Tonghong Pek, namun sianak muda itu bukannya terluka,
malahan luncurannya kedepan malah semakin cepat lagi.Ia sambar tubuh Si Thay sianseng, mengempit tubuhnya
dan dalam sekejap mata meluncur tiga lima tombak kesisi
kalangan laksana kilat ngeloyor pergi.
Melihat mangsanya dibawa lari, Tonghong Pacu
membentak gusar, badannya segera bergerak mengejar
namun Hiat Goan Sin Koen yang sejak semula berdiri
disitu dengan sinar mata ber-api2 telah menubruk
kearahnya.
Beberapa kali rencana baiknya digagalkan orang,
Tonghong Pacu merasa gemas dan bencinya bukan karuan,
sekalipun yang merusak Tonghong Pek, tetapi pada saat ini
Hiat Goan Sin Koen yang menubruk kearahnya, maka
seluruh hawa amarahnya segera dilampiaskan keatas tubuh
manusia monyet itu, tiba2 ia putar badan, membentak keras
dan menyongsong kedatangannya dengan dada di
busungkan.
Gerakan tubuh Hiat-Goan Sin Koen amat cepat sekali,
namun gerakan dari Tonghong pacu pun tidak kalah
cepatnya, dalam sekejap mata tubuh mereka berdua saling
bertumbukan satu sama lainnya.
"Braakk.,.!" ditengah suara bentrokan yang amat keras,
terdengar Hiat Goan Sin Koen memperdengarkan jeritan
ngeri yang menyayatkan hati, mendadak badannya
mencelat kebelakang, sementara Tonghong Pacu telah
segera melayang turun keatas tanah.
Dalam tubrukan barusan, jelas Tonghong Pacu berhasil
duduk diatas angin, sementara tubuh Hiat Goan Sin-koen
yang mencelat keluar berteriak ngeri tiada hentinya untuk
kemudian terbanting keras2 diatas tanah.
Sewaktu melayang turun, badannya masih berdiri tegak
namun sesaat kemudian dengan lemas sekali ia sudah
terkulai diatas tanah.Semua orang berseru tertahan dan menghembuskan
napas dingin, dari badannya simanusia monyet yang
terkulai dan berbaring lemah diatas tanah, maka siapapun
bisa ambil kesimpulan bahwa tulang2 dalam badannya
tentu sudah patah semua.
Suasana dalam kalangan berubah sunyi senyap, tak
kedengaran sedikit suarapun, seperminum teh kemudian,
biji mata Hiat Goan Sin Koen berhenti berputar, napaspun
segera berhenti.
Walaupun Hiat Goan sinkoen sudah mati, tetapi rasa
dendam dalam hati Tonghong Pacu belum lenyap,
wajahnya tetap hijau membesi.
Suasana hening tak seorangpun berani bicara, lewat
beberapa saat kemudian Tonghong Loei pertama2 buka
suara memecahkan keheningan tersebut:
"Tia, musuh tangguh telah berlalu, kitapun tak
murungkan hati lagi!"
Si Chen berseru tertahan dan segera lari menghampiri
Tonghong Loei disusul ratusan jago lainnya sama2 maju
mengerubungi gembong iblis tersebut kata2 pujian segera
berhamburan memenuhi angkasa.
"ilmu silat Tonghong sianseng benar2 maha sakti, luar
biasa sekali."
Kepergian dari Si Thay sianseng kali ini meskipun
untung berhasil menyelamatkan selembar jiwanya, tetapi
setelah jatuh kecnudang dalam perkampungan Jiet Gwat
Cung, agaknya ia tiada bermaksud berkelana lagi dalam
dunia persilatan !
Dalam sekejap mata orang yang mengerubungi
Tonghong Pacu, Kiem Lan Hoa, Tonghong Loei serta SiChen makin lama semakin banyak, kata sanjungan yang
mengerikan telingapun berhamburan memenuhi angkasa.
Buru2 Tonghong Pacu menjura ke empat penjuru seraya
berseru:
"Terima kasih... terima kasih . , harap anda sekalian suka
meneguk dua cawan arak lebih banyak dalam pesta
perkawinan putraku nanti."
Sambil berkata ia lantas berlalu dan keluar, Kiem Lan
Hoa dengan menarik tangan Tonghong Loei dan disusul
oleh Si Chen segera turut berlalu pula dari itu terdengar
kedua orang Cungcu dari perkampungan Jiet Gwat Cung
berseru:
"Tonghong sianseng, kalian suami istri bisa berkumpul
kembali, semestinya kejadian ini perlu dirayakan !"
Kedua orang cungcu ini ada maksud mencari muka,
siapa sangka dengan mata mendelik Kiem Lan Hoa telah
menegur dingin.
"Kalian menyingkir semua, aku masih ada urusan lama
yang hendak diselesaikan dengan dirinya."
Ketanggor batunya kedua orang cungcu itu tertawa
paksa dan menyingkir dengan wajah ter-sipu2.
Sang cungcu sama ditegur ketus, tentu saja orang lainpun
tahu diri, mereka sama2 membubarkan diri.
Sementara itu mereka telah tiba dalam halaman kecil
ditengah bangunan ketika menyaksikan sekeliling tempat
itu tak ada orang lagi, sambil tertawa paksa Tonghong pacu
berkata.
"Lan Hoa, peristiwa yang telah lewat buat apa kita
ungkap lagi? lebih baik disudahi saja.""Apanya yang disudahi?" tegur Kiem Lan Hoa dengan
wajah adem.
"Lan Hoa tempo dulu secara tiba2 kita bisa saling
bentrok, hal ini semuanya disebabkan karena dia." kata
Tonghong pacu sambil menuding kearah Tonghong Loei.
"Kini, coba kau lihat ia sudah menginjak dewasa
mendapat pula bini yang cantik apakah kau tidak merasa
gembira? peristiwa yang terjadi pada masa silam buat apa
kita ungkap kembali."
Maksud ucapan itu jelas sekali, ia menuduh kesalahan
yang mengakibatkan kejadian tempo dulu adalah kesalahan
Kiem Lan Hoa.
Perempuan itu kontan mendengus dingin.
"Tetapi engkau bertindak terhadap diriku terlalu kejam,
ambil kesempatan sewaktu aku tidak merasakan telah
mendorongku kedalam jurang yang ada di lembah Cian
Tok Kok, seandainya bukan takdir belum menentukan
kematianku, bukankah sekarang aku sudah tinggal tulang
belulang yang berserakan? mana aku sudi berpeluk tangan
belaka?"
"Nah. . nah . . kau ingin menumpukkan semua kesalahan
kepada diriku? kan bukan kau hendak menghukum aku
dengan menggunakan peraturan Thian li Kauw, tentu saja
aku tidak berbuat begitu."
Kiem Lan Hoa kerutkan dahinya, Tonghong Pacu
mengerti meski ia sangat gusar namun tidak akan turun
tangan pada saat itu, maka ia berseru kembali:
"Loei jie, ayoh cepat mohon kepada ibumu, katakan
semua ini adalah kesalahan ayahmu karena waktu itu harus
menyelamatkan selembar jiwa kecilmu maka menimbulkan
banyak peristiwa yang tak diinginkan."Tonghong Loei sekarang sudah pintar, mendengar
ucapan ayahnya, ia segera bertekuk lutut dan memohon
kepada ibunya.
"Ibu! Sudahlah jangan cari urusan dengan ayah lagi,
kalau kau masih lanjutkan ribut ini, apalagi keributan yang
terjadi waktu itu disebabkan diriku, lebih baik biarlah aku
mati dahulu kemudian kalian berdua boleh lanjutkan ribut
tersebut."
"Loei jie, ayohlah bangun berdiri! Hemm, terlalu enak
baginya." seru Kiem Lan Hoa hatinya kena dilelehkan oleh
ucapan manis anaknya.
Mendengar hal tersebut Tonghong Pacu segera
mendongak dan tertawa terbahak2, tubuhnya menjura
dalam2 kearah perempuan itu serunya.
"Terima kasih atas kemurahan yang Nio cu berikan
kepadaku !"
"Cis, siapa yang sudi mendengar banyolanmu."
Pada saat itu Tonghong Pacu benar2 merasa girangnya
luar biasa, bukan saja Si Thay sianseng berhasil dipaksa
hingga menderita "jalan api menuju neraka" bahkan
permusuhannya dengan Kiem Lan Hoa berhasil
diselesaikan hanya dengan sepatah dua patah kata dari
putranya.
Tentu saja ia tahu betapa lihaynya ilmu silat yang
dimiliki Kiem Lan Hoa, dengan adanya perempuan ini
sebagai pembantu, sekalipun Si Thay sianseng tidak terluka
barang sedikitpun, ia tak bakal jeri.
Maka tanpa terasa lagi ia mendongak dan tertawa
terbahak2."Haa...haa...haa...Loei jie, bawalah dahulu ibumu pergi
beristirahat, aku masih ada sedikit urusan hendak
diselesaikan lebih dahulu."
"Tia, kau sudah lama kau berpisah dengan ibu, kenapa
begitu cepat telah saling berpisah ?" goda Tonghong Loei
sambil tertawa. "Ada persoalan biarlah putramu yang
selesaikan ?"
"Telur busuk !" maki Tonghong Pacu sambil tertawa,
"Sungguh tak tahu aturan, berani benar kau menggoda
orang tuamu ?"
"Aku cuma pergi sebentar saja, baik2lah jaga ibumu,
ceritakan bagaimana kau dianiaya oleh orang2 kangouw..."
Sambil berdiri ia mengerling sekejap kearah Tonghong
Loei, anaknya agar sianak muda itu ikut keluar.
Tonghong Loei mengiakan, ia pura2 menghantar
Tonghong pacu keluar, setelah berada tiga lima tombak
jauhnya, sigembong iblis itu lantas berbisik lirih:
"Loei jie dengan kehadiran ibumu disini, maka ada
seseorang tak boleh dibiarkan hidup lagi"
Tonghong Loei tertegun, ia masih belum mengerti apa
yang dirahasiakan ayahnya, sebelum ia sempat bertanya
Tonghong Pacu telah menyambung lebih lanjut:
"Rasa cemburu ibumu terlalu besar, tentang persoalan
perempuan buta itu jangan sekali2 kau ceritakan kepadanya
!"
Tonghong Loei segera mengerti apa yang dimaksudkan
ayahnya, ia tertegun sejenak kemudian serunya:
"Ayah seandainya toako pulang...?"
"Apabila toako kembali, ibumu tidak naik pitam, dan
ingat apabila ia bertanya kepadamu maka kau jawab,bahwa ibunya pergi mencari jejak toakomu hingga kini tak
ada kabar beritanya, mengerti ?"
Diam2 Tonghong Loei bergidik, segera pikirnya.
"Sejak kutinggalkan gunung Go bie, meski banyak
perbuatan jahat yang telah kulakukan, namun tak sepotong
kejahatanpun yang bisa menandingi perbuatan ayahku, dia
benar2 luar biasa..."
Walaupun dalam hati berpikir demikian, tentu saja ia tak
berani mengutarakan keluar, segera ia mengiakan.
"Aku mengerti !"
Tonghong Pacu berkelebat kedepan, melewati sebuah
halaman dan berjalan masuk kedalam suatu ruangan yang
sunyi dan tenang.
Begitu ia berjalan masuk. Gwat Hun serta Giok Jien
segera bangun berdiri, terdengar nyonya buta itu berseru:
"Aku dengar dalam perkampungan mendadak, penuh
ramai dengan jeritan, sebentar kemudian lantas lenyap tak
kedengaran sedikit suarapun, sebenarnya apa yang telah
terjadi ?"
"Tak ada apa2" jawab Tonghong Pacu seolah2 tak
pernah terjadi sesuatu apapun, "Sebaliknya ada satu
persoalan dapat membuat hatimu gembira !"
"Apakah Pek jie telah pulang ?" seru Gwat Hun
kegirangan.
"Benar, marilah ikuti diriku, Giok Jien kau tunggu saja
disini jangan pergi ke sembarangan tempat !"
Dasarnya Giok Jien adalah seorang gadis penurut, ia
segera mengiakan.
"Baik suhu !"Tonghong Pacu segera menggandeng tangan Gwat Hun
dan diajak berjalan keluar ruangan.
Ditengah jalan ujar Gwat Hun dengan wajah penuh
senyuman:
"Aaaa..! ternyata Pek-jie benar2 saja kembali, apakah dia
dalam keadaan baik2 ?"
"Baik sekali, cuma sayang tabiatnya terlalu keras kepala,
kau harus baik2 menasehati dirinya !"
"Sudah seringkali kunasehati dirinya, tetapi ia selalu tak
mau mendengarkan perkataanku."
Sementara ber cakap2, sampailah mereka ditepi sebuah
sumur, tanpa banyak berpikir lagi Tonghong Pacu segera
ayun telapak tangannya menghajar batok kepala perempuan
matang itu.
Dengan telak serangan tersebut bersarang di atas
kepalanya, hampir boleh dikata tanpa menimbulkan sedikit
suarapun Gwat Hun roboh lemas keatas tanah, Tonghong
Pacu segera mendorong tubuhnya masuk kedalam sumur.
Gerakan Tonghong Pacu benar2 cepat sekali, setelah
mendorong tubuh Gwat Hun kedalam sumur, ia segera
meloncat beberapa langkah ke samping, mengambil sebuah
batu cadas yang besar dan diceburkan kedalam sumur.
Ia tahu apabila Kiem Lan Hoa bertemu dengan Gwat
Hun, niscaya perempuan itu akan tidak senang hati,
kemungkinan besar baru saja rujuk mereka akan
bermusuhan kembali, maka setelah dipikir beberapa waktu
ia merasa Gwat Hun harus segera disingkirkan dari muka
bumi, sewaktu turun tangan terhadap perempuan malang
itu, dalam hatinya sama sekali tidak merasa menyesal
ataupun bersedih hati.Setelah selesai berbuat, ia menyapu sekejap ke empat
penjuru, menyaksikan disitu tiada orang, ia lantas berpikir:
"Orang yang mengetahui rahasia ini kecuali Tonghong
Loei seorang tak ada manusia lain yang tahu! tentu saja
Tonghong Loei tak akan memberitahukan persoalan ini
kepada orang lain. Giok Jien serta Si Chenpun tidak bakal
menanyakan persoalan mengenai Gwat Hun . . haa . . haaa
asal aku beri peringatan kepada Giok Jien agar ia jangan
menceritakan apa saja yang kulakukan, rahasia ini tentu tak
bakal konangan."
Dengan hati gembira ia segera kembali ke halaman,
kepada Giok Jien ujarnya dengan suara berat:
"Giok Jien, Gwat Hun sunio telah melakukan perjalanan
jauh karena ada urusan yang harus diselesaikan, peristiwa
ini amat dirahasiakan sekali, asal ada orang bertanya
kepadamu katakan saja tidak tahu!"
Giok Jien adalah seorang gadis yang cermat, tetapi iapun
sangat penurut, mendengar ucapan itu meski dalam hati
menaruh curiga namun ia mengiakan juga.
"Baik!"
"Ibu dari Loei-jie telah datang tentu saja dia adalah
suniomu pula" Ujar Tonghong Pacu lebih jauh, "Setelah
berjumpa dengan dirinya kau harus menghormati dirinya
dengan penuh kesopanan, ilmu silatnya sangat lihay
seumpama kau berhasil mendapatkan simpatiknya
kemungkinan besar kau bakal diwarisi kepandaian
silatnya."
"Aku tahu!"
Demikianlah, ia lantas mengikuti dari belakang tubuh
Tonghong pacu berjalan kedepan.Ketika mereka tiba dalam ruangan, waktu itu Kiem Lan
Hoa sedang bercakap2 dengan penuh senyuman namun
wajahnya segera berubah setelah menyaksikan Tonghong
pacu muncul diikuti seorang gadis muda.
"Siapakah dia?" segera tegurnya.
"Dia adalah seorang murid perempuan yang baru
kuterima ia bernama Giok Jien, bakatnya bagus sekali.
Giok Jien, ayoh maju dan hunjuk hormat kepada Sunio
mu!" seru Tonghong Pacu.
Buru2 Giok Jieo maju kedepan, tetapi belum sempat ia
jatuhkan diri berlutut, Kiem Lan Hoa telah mencegah
dengan suara berat.
"Tunggu sebentar, kau tak usah menjalankan
penghormatan!"
Ia angkat kepala menatap Tonghong Pacu tajam-tajam
lalu serunya lebih lanjut:
"Benar2 romantis kau ini, banyak orang tidak kau terima
sebaliknya justru menerima seorang gadis sebagai
muridmu!"
Ucapan yang diutarakan Kiem Lan Hoa tanpa tedeng
aling2 ini membuat Tonghong Pacu jadi jengah sekali,
terutama Giok Jien ia jadi kelabakan setengah mati.
Mendengar Kiem Lan Hoa tertawa dingin dan berseru
kembali.
"Kau punya dua orang putra, dus berarti punya dua
orang menantu, sudah ada empat orang yang harus kau
warisi ilmu silat kenapa kau masih juga terima seorang
murid perempuan?Hm apa sebabnya! ayoh jawab!"Dalam hati Tonghong Pacu benar2 teramat gusar, tetapi
dalam keadaan seperti ini ia tak berani membuat salah pada
Kiem Lan Hoa, sambil tertawa paksa sahutnya.
"Ucapan Nio cu memang benar."
"Kalau ucapanku benar, maka saat ini juga kau harus
usir dia keluar dari perkampungan Jiet Gwat Cung, dan
jangan sekali2 kau singgung tentang murid serta guru lagi!"
Walaupun Tonghong Pacu adalah manusia sesat, namun
dalam kalangan Bu lim baik itu golongan lurus ataupun
golongan sesat amat menghormati hubungan antara guru
dan murid.
Selama ini Giok Jien sama sekali tak pernah berbuat
kesalahan lagipula ia sendiri yang menerima gadis tersebut
sebagai murid, bagaimanapun juga ia tak bisa mengusir
Giok Jien begitu saja, maka setelah termenung sejenak, ia
lantas berseru.
"Tentang soal ini..."
”Memang soal apa?" bentak Kiem Lan Hoa amat gusar.
Tonghong Pacu adalah seorang manusia sombong,
teguran dari Kiem Lan Hoa yang bernadakan ketus itu
sudah membuat kegusarannya memuncak sehingga
hampir2 saja sukar ditahan tetapi ia tetap tenang, ia merasa
tidak berharga apabila ia sampai bentrok kembali dengan
Kiam Lan Hoa hanya disebabkan Giok Jien seorang.
Kembali ia tertawa.
"Nio cu, apa gunanya kau marah2 ?"
Sambil berkata ia putar badan ujarnya lebih jauh.
"Giok Jien saat ini juga tinggalkan perkampungan Jiet
Gwat Cung, mulai detik ini kau dilarang menyebut aku
sebagai suhu lagi, dan dilarang mengatakan kepadasiapapun juga bahwa kau pernah angkat aku sebagai guru,
mengerti?!"
Keputusan ini membuat Giok Jien tercengang dan berdiri
tertegun, matanya terbelalak mulutnya melongo, untuk
beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun.
"Giok Jien, sudah kau dengar ucapanku?" Tegur
Tonghong Pacu kembali dengan suara berat.
Giok Jien merasa amat sedih sehingga hampir2 saja
menangis, namun ia berusaha menahan diri, segera
sahutnya.
"Sudah dengar !"
"Mengapa masih belum pergi ?"
"Baik, aku... aku pergi."
Ia putar badan, titik air mata jatuh mengucur dengan
derasnya buru2 ia berjalan keluar. Setibanya di depan pintu
ia segera membesut air matanya.
Buru2 ia lari menuju keluar perkampungan, sebagian
besar anggota perkampungan Jiet Gwat Cung sama2 kenali
gadis ini sebagai anak murid Tonghong Pacu, sikapnya
terhadap nona ini amat sungkan sekali.
Walaupun Giok Jien sedang sedih, tetapi iapun bersikap
baik kepada semua orang, sapaan mereka dijawab satu
persatu, menanti sesudah keluar dari perkampungan ia lari
kedepan, sambil lari tak tahan lagi ia menangis ter-isak2.
Entah berapa lama ia lewatkan, entah sudah berapa li
telah ia lalui, tiba2 Giok Jien merasakan sekeliling tempat
itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun kecuali
isak tangisnya boleh dikata tak ada suara lain.Ia berusaha berdiri tegak, terasa sepasang kakinya lemas
sekali sehingga hampir-hampir saja tak sanggup berdiri
tegak, ia harus mencekal di atas sebuah pohon untuk
mempertahankan badannya.
Tetapi tidak lama kemudian hatinya amat sakit,
badannya semakin lemas dan tubuh hampir saja roboh
keatas tanah.
Pada saat itulah tiba2 terdengar seseorang berseru:
"Nona Giok Jien! nona Giok Jien." Mula2 gadis itu tidak
percaya ada orang memanggil namanya, ia mengira suara
tersebut hanya lamunan belaka maka ia tidak ambil gubris.
Tetapi suara panggilan itu saling susul menyusul
berkumandang kembali, bahkan suara itu kedengaran sekali
muncul tidak jauh diri tempat itu, Giok Jien tarik napas
panjang, dengan suara yang serak ia bertanya:
"Siapa yang sedang memanggil aku? Adakah orang yang
memanggil diriku?"
"Benar! barusan akulah yang memanggil dirimu!" jawab
suara tadi "Nona Giok Jien! kemarilah dan bantulah aku,
mari kita bersama-sama menolong jiwa seseorang."
Tabiat Giok Jien penuh welas kasih meskipun hatinya
sedang sedih dan risau namun ketika ia diminta
pertolongannya tanpa ragu 2 menyahut.
"Baik, kau berada dimana?" sembari berseru ia maju
kedepan.
Baru saja ia maju beberapa langkah, suara orang itu
berkumandang kembali:
"Nona Giok Jien, wajahku aneh sekali dan sangat
menakutkan...tetapi aku bukan setan ataupun siluman,
setelah bertemu dengan aku, kau tak usah ketakutan."Giok Jien berdiri tertegun, ia berhenti tetapi setelah
mendengar bahwa orang itu tiada maksud jahat terhadap
dirinya, ia segera melanjutkan langkahnya ke depan, ketika
tiba didepan semak belukar, suara itupun berkumandang
kembali:
"Singkaplah semak belukar tersebut, maka kau segera
akan menemukan diriku !"
Giok Jien maju kembali selangkah kedepan, menyingkap
semak dan melongok ke dalam.
Pada saat itu rembulan telah berada diatas awang2.
cahaya rembulan memancar keempat penjuru, Giok Jien
dapat menemukan seorang kakek tua yang sedang
memejamkan matanya berbaring disitu.
Wajah kakek itu renta wibawa dan keren sekali, ditinjau
dari sepasang matanya yang terpejam rapat2, dapat
dibayangkan ketika itu ia sedang menahan penderitaan
yang luar biasa.
Meski Giok Jien hanya memandang sepintas lalu,
namun wajah kakek itu sudah berubah tiga kali, dari merah
jadi pucat kemudian dari pucat berubah merah kembali.
Giok Jien tertegun ia segera maju lebih dekat, tetapi
dengan cepat ia tarik napas panjang.
Ingin mundur badannya terasa terpantek, sedikit
berkutikpun tak sanggup, ingin berteriak, mulutnya
terpentang namun tak sedikit suarapun berhasil terpancar
keluar.
Seluruh bulu kuduknya pada bangun berdiri ia merasa
badannya seperti terendam dalam air es, dingin dan
menggidikkan.Di belakang si kakek tua itu berdiri seseorang bukan
manusia lagi tetapi sebuah batok kepala mahluk aneh,
rambutnya tak ada sehelaipun, wajahnya merah, bengkak
dan menyeramkan, boleh dikata tak dapat dibedakan
dimanakah letak panca indranya.
Belum pernah Giok Jien jumpai mahluk seseram ini, ia
berdiri tak berkutik dan jadi takut. Lama sekali . . akhirnya
mahluk aneh itu buka suara lebih dahulu, nadanya datar
dan kalem.
"Nona Giok Jien, kau jangan takut sebenarnya kau kenal
akan diriku, tetapi sekarang wajahku telah berubah, kau
tidak akan kenali lagi siapakah aku, cepatlah kemari dan
bantulah aku."
Per-lahan2 Giok Jien dapat menghembuskan napas
kembali sekalipun begitu ia masih diliputi dalam keadaan
penuh ketakutam.
"Aku...aku.. apa jang bisa kuberikan ? kalian sedang
melakukan apa?"
Manusia aneh yang membuat Giok Jien ketakutan
setengah mati tentu saja bukan lain adalah Tonghong Pek,
ia segera menjawab:
"Cepatlah kemari, Losianseng ini bukan lain adalah
tokoh nomor wahid dari kolong langit Si Thay sianseng
adanya"
"Aah...!" Giok Jien berseru tertahan, meskipun ia tidak
terhitung jago dalam dunia persilatan namun nama besar Si
Thay sianseng telah lama ia dengar.
"Si Thay sianseng ? dia...dia kenapa ?" jeritnya lengking.
"Karena hawa gusar yang tidak terkendalikan akhirnya
membuat hawa murni dalam tubuhnya bergerak kacau, akusudah berusaha keras untuk menyelamatkan jiwanya, tetapi
terasa aku seorang tak sanggup untuk menolongnya,
a...aku.. aku membutuhkan bantuanmu."
"Aku...kepandaian apapun aku tak bisa, mana dapat
membantu dirimu ?" seruGiok Jien gugup.
"Nona Giok Jien, bukankan kau pernah belajar ilmu silat
? walau pun kepandaianmu tidak tinggi, tetapi kau tentu
mengerti ilmu bersemedi bukan?"
"Be... benar, engkoh Hauw Seng yang ajarkan
kepadaku."
"Nah itu dia, cepatlah kemari, tempelkan telapakmu
diatas jalan darah Hoa Kay hiatnya, berapa banyak yang
bisa kau kerahkan tenaga dalammu, kerahkanlah kedalam
tubuhnya."
Giok Jien tidak banyak berbicara, ia segera maju
kedepan duduk bersila disisi Si Thay sianseng dan
menempelkan telapak tangannya diatas ubun2 tokoh sakti
dari dunia persilatan itu.
Tetapi sewaktu telapaknya hampir menempel diatas
tubuh Si Thay sianseng, tiba2 telapaknya tak sanggup
bergerak lebih mendekat, ia merasa seakan2 terdapat
lapisan tak berwujud yang menahan gerakannya.
Menyaksikan kejadian itu Giok Jien jadi gelisah, buru2
serunya:
"Ini. . . ini apa sebabnya?"
"Kerahkanlah tenagamu semampu yang kau miliki?"
Giok Jien kertak gigi, telapaknya dengan sekuat tenaga
didorong kebawah, satu coen demi satu coen, telapaknya
makin mendekati tubuh Si Thay sianseng menanti keringattelah mengucur keluar telah membasahi seluruh tubuhnya,
telapak itupun baru berhasil menempel diatas tubuhnya.
Maksud Tonghong Pek setelah telapak Giok jien
menempel diatas jalan darah tersebut, maka ia segera bisa
kerahkan tenaga dalamnya ke tubuh tokoh sakti tersebut.
Tetapi, agaknya segenap tenaga yang dimiliki Giok Jien
telah habis terkuras, sekalipun akhirnya sang telapak
berhasil menempel diatas badan orang itu namun ia tak
sanggup mengerahkan tenaganya lebih jauh, bahkan
napasnya kedengaran terengah-engah.
Tonghong Pek jadi terperanjat, buru2 serunya.
"Nona Giok Jien, kau jangan ter-engah2, cepat salurkan
hawa murnimu bakatmu sangat baik, kalau tidak Tonghong
Pacu tidak akan menerima dirimu sebagai muridnya,
cepatlah ikuti cara mengerahkan tenaga, tenaga
Iweekangmu segera akan mengalir keluar dengan
sendirinya."
Giok Jien tertawa getir.
"Tonghong sianseng telah mengusir aku dari
perguruannya!"
Mula2 Tonghong Pek kelihatan tertegun, tapi dengan
cepat ia berseru.
"Itu bukan soal penting, cobalah dahulu salurkan hawa
murni mu, asalkan Si Thay sianseng berhasil diselamatkan
maka tak ada urusan lagi."
Giok Jien mengangguk dengan menekan rasa sedih
dalam hatinya ia mulai salurkan hawa murninya.
Ketika telapak tangannya ditempelkan diatas jalan darah
Hoa Kay Hiat pada tubuh Si Thay sianseng, gadis ini
merasakan segulung tenaga pukulan yang maha dahsyatmemancar keluar dari dalam jalan darah itu, se akan2 setiap
saat berusaha mementalkan telapak tangannya.
Tetapi setelah ia salurkan hawa murninya, daya tekanan
tersebut lama kelamaan semakin berkurang dan tidak lama
kemudian ia merasa ada segulung aliran panas menerjang
kedalam telapaknya dari balik tubuh Si Thay sianseng,
kemudian melewati jalan darah Lauw Kong Hiat mengitari
seluruh tubuh, membuat badan sigadis itu terasa nyaman
sekali.
Dengan pusatkan segenap tenaganya Giok Jieo salurkan
hawa murninya kedalam tubuh Si Thay sianseng, entah
lewat berapa lama tiba2 segulung tenaga yang amat besar
mementalkan badannya sehingga berjumpalitan
kebelakang, Giok Jien terperanjat buru2 ia membuka
kembali matanya.
Tampak Si Thay sianseng serta simanusia aneh itu sudah
bangun berdiri, kelihatan nyata sekali simanusia aneh itu
letih bukan kepalang, ia mundur beberapa langkah
kebelakang, bersandar diatas pohon dan tiada hentinya ter-
engah2.
Sementara itu air muka Si Thay sianseng telah pulih
kembali seperti sedia kala ia tarik napas panjang2.
Giok Jien segera loncat bangun berdiri Si thay sianseng
memandang kearah gadis itu kemudian memandang pula
kearah Tonghong Pek.
Seperti halnya dengan Giok Jien, Si Thay siansengpun
tidak kenal siapakah Tonghong Pek namun ia sadar bahwa
selembar jiwanya berhasil diselamatkan oleh simanusia
aneh itu!
la segera menjura kearah Tonghong Pek dan berseru:"Terima kasih atas budi pertolongan yang telah anda
berikan kepada diriku."
"Si Thay sianseng tak usah sungkan2 kejadian ini sudah
semestinya kutolong." jawab Tonghong Pek dengan napas
masih ter-engah2.
Si Thay sianseng kelihatan tertegun.
"Tetapi aku orang she Si belum pernah . . belum pernah
kenal dengan diri anda?"
"Sudah lama cayhe mengagumi nama besar Si Thay
sianseng, tapi tiada berjodoh untuk saling berkenalan, tapi
sudah kukatakan aku hanya menolong orang karena kita
sama2 sebagai umat dunia persilatan apalagi anda sudah
ditolong orang."
"Ooo. . . kiranya begitu!" agaknya Si Thay sianseng
sudah mengerti maksud ucapan simanusia aneh itu.
"Kalau bukan nona Giok Jieo kebetulan lewat disini,
dengan tenagaku seorang entah apa yang terjadi?" ujar
Tonghong Pek kembali.
Si Thay sianseng segera putar badan dan menjura kearah
gadis tersebut "Terima kasih atas budi pertolongan nona
atas diriku!"
Mimpipun Giok Jien tak pernah menyangka pada suatu
saat seorang tokoh sakti yang disegani umat Bu lim ternyata
menjura sambil mengucapkan terima kasih kepada dirinya
ia jadi kegirangan setengah mati wajahnya memerah dan
untuk beberapa saat tak tahu apa yang harus diucapkan, Si
Thay sianseng memperhatikan sekejap diri Giok Jien, lalu
lambat2 tanyanya:
"Aku dengar dari ucapan sahabat Pek tadi, apakah kau
adalah murid Tonghong Pacu?""Benar!" Giok Jien mengangguk "Ia sudah menerima
diriku sebagai murid tetapi sekarang, ia sudah usir aku
kembali, ia larang aku mengungkap persoalan ini
dihadapan orang lain."
"Apa sebabnya?" sela Tonghong Pek.
Dengan amat sedihnya Giok Jien menghela napas
panjang.
"Aku sedikitpun tidak paham, semuanya, ini atas
perintah diri Kiem Lan Hoa, bagaimana-pun juga selama
ini tak pernah aku diajar ilmu silat, diusirpun biarlah."
"Siapa ayahmu?" tanya Si Thay sianseng sambil menatap
gadis itu tajam2.
Teringat akan orang tuanya tak pernah ditemui, gadis itu
merasa amat sedih, tak tahan ia menangis tersedu.
Lama sekali dia baru menjawab:
"Aku , , aku adalah seorang anak yatim piatu !"
Lama sekali Si Thay sianseng berdiri termangu2,
akhirnya iapun menghela napas panjang.
"Aai. . kau tahu bukan, aku punya seorang putri namun
ia tidak berbakti kepada orang tuanya, bahkan dihadapan
umum telah mengutarakan maksudnya untuk kawin dengan
Tonghong Loei. Ai . . sungguh . , sungguh!" bicara sampai
disini, tak tahan air mukanya berubah kembali.
"Nona Si serta Tonghong Loei memang merupakan
pasangan yang setimpal" kata Giok Jien sambil berhenti
menangis "Si Thay sianseng, kalau benar2 nona Si
mencintai Tonghong Loei, mengapa kau ikut bersedih
hati?"
"Kau tidak tahu bagaimanakah perasaan orang tua
terhadap anak putrinya, lebih baik tak usah kita bicarakantentang dirinya, sebenarnya aku sudah putus asa tetapi. . .
tetapi setelah bertemu dengan dirimu keadaan jadi
berbeda..."
"Aaaa. . apa sebabnya?" Tanya Giok Jien tercengang.
"Bakatmu sangat baik merupakan bahan yang paling
bagus untuk belajar silat, maukah kau ikuti diriku berangkat
ke gunung Go bie?"
Giok Jien tertegun, sementara ia tak sanggup
mengucapkan sesuatu, Tonghong Pek yang mendengar
berita itu jadi sangat gembira, segera serunya.
"Nona Giok Jien ayoh cepat mengucapkan terima kasih
kepada Si Thay sianseng, inilah kesempatan baik yang
sukar didapatkan."
Giok Jienpun segera mendusin, buru2 ia jatuhkan diri
berlutut keatas tanah.
"Terima kasih atas kesudian cianpwee untuk menerima
diriku, aku merasa amat berterima kasih sekali"
Si Thay sianseng menerima penghormatan besar dari
Giok Jien itu lalu membimbingnya bangun, setelah itu
barulah ia berkata kepada Tonghong Pek. "Sahabat Pek,
seandainya kau suka tunjukkan wajah aslimu..."
"Sekarang apa yang Si Thay sianseng jumpai adalah
wajah asliku!" lunas Tonghong Pek sambil tertawa getir.
Tokoh sakti dari dunia persilatan itu menunduk sejenak,
ujarnya kembali "Budi tak diutarakan dengan ucapan
terima kasih, akupun tidak akan banyak bicara lagi,
seandainya dikemudian hari anda membutuhkan bantuan,
perintahkan saja seseorang kegunung Go bie, aku orang she
Si pasti akan membantu dengan segenap tenaga !"Janji sebesar itu sempat diucapkan oleh seorang tokoh
sakti nomor wahid dari kolong langit, tentu saja hal ini
merupakan suatu kejadian besar buru2 Tonghong Pek
menjura:
"Si Thay sianseng, kau terlalu sungkan !"
"Kau telah selamatkan diriku, aku rasa Tong hong Pacu
pasti akan membenci dirimu hingga merasuk ketulang,
tindak tandukmu harus ber-hati2!" pesan Si Thay sianseng
kembali.
Tonghong Pek tertawa getir, pikirnya:
"Aaai...Si Thay sianseng, mimpipun ia tak akan mengira
kalau aku sebenarnya adalah putra kandung dari Tonghong
Pacu..."
Per-lahan2 ia tarik napas panjang, kemudian ujarnya:
"Terima kasih atas perhatian dari Si Thay sianseng, tentu
saja aku bisa menghindarkan diri dari segala bencana,
wajahku aneh dan seram, akupun tidak ingin berjumpa
dengan orang, iapun tak akan temukan diriku, hanya saja. .
hanya saja. ."
"Hanya saja kenapa?" tukas Si Thay sianseng
"Tonghong Pacu menggunakan perkampungan Jiet
Gwat Cung untuk merayakan pesta perkawinan Tonghong
Loei, aku rasa dibalik peristiwa tersebut sebenarnya masih
terkandung rencana besar lainnya, entah bagaimana
menurut dugaan Si Thay sianseng?"
Tokoh sakti dari kalangan lurus itu menghela napas
panjang.
"Tentu saja aku sudah menduganya, tetapi persoalan ini
tak mungkin bisa kubantu, harap anda suka memaafkan."Tonghong Pek tahu bagaimanakah perasaan Si Thay
sianseng pada saat ini, ia bisa memaklumi posisinya,
dengan suara berat ia lantas berseru.
"Si Cianpwe, aku duga dalam perkampungan Jit Gwat
Cung, Tonghong Pacu sedang mengadakan musyawarah
dengan manusia2 golongan sesat !"
Tetapi sebelum Tonghong Pek menyelesaikan kata2nya
sekarang Si Thay sianseng sudah mengetahui maksudnya,
ia segera ulapkan tangannya tidak membiarkan dia bicara
lebih jauh bersamaan itu pula iapun putar badan menggape
ke arah Giok Jien dan serunya:
"Mari, ikutilah diriku !"
Badannya segera melayang kedepan diikuti Giok Jien
dari belakang dengan langkah terburu2.
Menyaksikan tokoh sakti itu berlalu, Tonghong Pek
segera berteriak:
"Si Thay sianseng, aku suka berkelana didalam dunia
persilatan dan menyumbangkan sedikit tenagaku, tetapi aku
tidak tahu apa yang harus aku lakukan, harap Si Thay
sianseng suka memberi petunjuk"
Si Thay sianseng berhenti menghela napas panjang dan
gelengkan kepalanya.
"Sungguh menyesal sekali, anda jauh lebih unggul
daripada aku si orang she-Si. dari mana aku si orang she Si
bisa memberi petunjuk kepada anda? tetapi...aku rasa orang
yang bisa melawan kekuatan Tonghong Pacu serta Kiem
Lan Hoa rasanya cuma beberapa tokoh sakti dari kalangan
beragama belaka."
Mendengar jawaban itu, Tonghong Pek tertawa getir.Menanti sianak muda itu angkat kepala kembali,
bayangan tubuh Si Thay sianseng serta Giok Jien telah
lenyap tak berbekas.
Akhirnya ia menghela napas panjang, berjalan kedepan
dan terus berlalu tanpa tujuan, ia merasa dunianya semakin
terpencil, ia rasa hanya kegelapan yang pantas menyelimuti
dirinya...
Dalam pada itu suasana dalam perkampungan Jiet Gwat
Cung amat ramai sekali, irama musik berkumandang tiada
hentinya, ditambah gelak tertawa serta suara pembicaraan
manusia membuat suasana kelihatan semakin meriah,
setiap orang menunjukkan wajah cerah.
Menanti malam semakin kelam, suasana dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung semakin ramai, ratusan
orang jago Bulim yang belum tiba siang harinya, kini sudah
pada hadir dan memenuhi ruangan, walaupun tengah
ruangan sudah diatur ratusan meja perjamuan namun ada
separuh bagian yang merasa kepandaian silatnya tidak
memadahi, tidak berani duduk diruang tengah melainkan
hanya berada dipojokan belaka.
Ketika tengah malam sudah lewat kegembiraan bukan
saja tidak lenyap bahkan semakin bertambah lipat ganda,
ketika itulah tiba2 kedua orang Cungcu dari perkampungan
Jiet Gwat Cung sama2 meloncat naik keatas sebuah meja.
Tindakan yang muncul secara tiba2 ini membuat semua
orang jadi tertegun, suasanapun seketika jadi sunyi hening.
Terdengar kedua orang itu segera berseru lantang:
"Sahabat2 sekalian suka sama2 berkumpul dalam
perkampungan kami. Hal ini merupakan suatu kebanggaan
buat kami tetapi seandainya bukan Tonghong sian-seng
mengadakan pesta perkawinan buat putranya diperkampungan kami, rasanya tentu sulit untuk
mengumpulkan kalian semua ditempat ini, ditinjau dari hal
ini boleh dikata Tonghong sianseng adalah jagoan nomor
satu dalam dunia persilatan, benar bukan?"
Tempik sorak berkumandang memenuhi seluruh ruangan
mengiringi ucapan tersebut.
Menyaksikan sambutan para jago, semu merah air muka
Ting Kang serta Ting Lou kelihatan amat bangga, mereka
segera ulapkan tangannya untuk menenangkan suasana,
setelah hening mulai mencekam, mereka bersuit nyaring
dan berseru kembali:
"Sahabat2 dari pelbagai daerah harap tenang dahulu,
kami masih ada perkataan hendak di sampaikan kepada
kalian!"
Air muka Ting Kang serta Ting Lou berubah serius dan
keren senyuman yang semula menghiasi bibirnya kini
lenyap tak berbekas, ujarnya kembali.
"Pepatah kuno mengatakan. "Ular tanpa kepala tak
dapat berjalan", sejak jaman dahulu kala meskipun
perguruan serta partai yang ada didalam Bu lim sangat
banyak, tetapi belum pernah dipilih seorang Bengcu yang
bisa memimpin seluruh perguruan serta seluruh partai yang
ada dikolong langit pertama karena tiap manusia
mempunyai tujuan yang berbeda, kedua, selama ini belum
ada seorang jago lihay dunia persilatan pun yang bisa
menguasahi seluruh umat Bulim.
Bicara sampai disini, mereka merandek sejenak. Reaksi
dari ucapan itu segera muncul dihati masing2 orang, reaksi
merekapun berbeda ada yang menunjukkan rasa girang, ada
pula yang merasa kurang beres sebab mereka dapat
menangkap maksud kedua orang bersaudara Ting untuk
mengangkat Tonghong Pacu sebagai Bulim Bengcu.Beberapa saat kemudian dua bersaudara Ting berkata
kembali.
"Dan sekarang ilmu silat yang dimiliki Tong hong
sianseng lelah dikagumi oleh seluruh kolong langit, pada
saat inipun kebetulan sekali seluruh jago dunia persilatan
pada berkumpul di perkampungan Jiet Gwat Cung. Inilah
kesempatan yang paling baik bagi kita untuk angkat
Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu, entah
bagaimana maksud anda sekalian?"
Tempik sorak kembali meledak memenuhi angkasa,
bahkan ada pula sebagian orang Bu-lim yang segera
mengakui Tonghong pacu sebagai Bengcu, mereka berteriak
keras:
"Tonghong Bengcu, harap suka menerima penghormatan
kami."
Dalam sekejap mata, bukan saja suasana dalam ruangan
kacau balau tidak karuan, bahkan ada pula yang mulai
meninggalkan tempat duduknya dan maju kedepan untuk
memberi hormat kepada Tonghong Bengcu.
Sedangkan mereka2 yang tidak ingin menganggap
Tonghong Pacu sebagai Bulim Bengcu segera
membungkam dengan wajah serius, mereka hendak melihat
perubahan situasi kemudian.
Terdengar dua saudara Ting membentak berulang kali
untuk menekan suara hiruk pikuk banyak orang, lalu
teriaknya keras-keras:
"Harap kalian jangan bertindak sembarangan dahulu,
mengangkat Tonghong Sianseng sebagai Bengcu
merupakan suatu peristiwa yang amat besar dalam dunia
persilatan, mana boleh kita bertindak seenaknya? kita harus
minum darah untuk mengutarakan sumpah!"Berbicara sampai disitu kedua orang bersaudara Ting
segera berteriak.
"Bawa kemari hioloo tersebut!"
Suara mengiakan berkumandang datang, pintu tengah
terbuka lebar delapan orang lelaki kekar dengan
menggotong sebuah hioloo besar yang memancarkan
cahaya emas lambat2 berjalan masuk.
Para jago yang tidak ingin mengangkat Tonghong Pacu
jadi Bu-lim Bengcu jadi tertegun setelah menyaksikan
kejadian itu, dengan sudah tersedianya hioloo tersebut
berarti pihak mereka sudah siap dengan rencana tersebut.
Beberapa jago diantaranya yang tidak ingin melibatkan
diri dalam pengangkatan itu berseru:
"Cungcu berdua !"
"Saudara2 sekalian ada urusan apa ?" tanya Ting Kang
serta Ting Lou sambil putar badan.
"Kami masih ada sedikit urusan yang harus diselesaikan,
maaf tak bisa menghadiri upacara ini lebih lanjut, selamat
tinggal !"
Selama tiga empat orang berkata, sisanya puluhan
orangpun sama meninggalkan tempat perjamuan untuk
mohon diri bahkan makin lama jumlah orang yang mohon
diri semakin banyak.
Menyaksikan kesemuanya itu, Ting Kang serta Ting
Louw tertawa terbahak2, sahutnya:
"Saudara2 sekalian, berada didepan orang budiman tidak
bicara bohong, pada saat ini anda sekalian hendak berlalu,
aku rasa dalam hati tentu kalian tidak ingin mengangkat
Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu bukan ?"Diantara orang2 itu hanya ada dua orang yang
menjawab dengan suara keras bagaikan geledek:
"Benar kalau ingin angkat Bengcu segala, aku minta tak
mau tahu!"
Semua orang segera alihkan sinar matanya ke arah orang
itu, tampaklah kedua orang itu meski suaranya keras seperti
geledek namun perawakannya kecil dan pendek mereka
kenakan pakaian berwarna hitam pekat, ketika terkena sinar
memantulkan cahaya yang menyilaukan mata.
Ting Kang serta Ting Lou segera tertawa keras, ujarnya
kembali:
"Aku kira siapa, ternyata Toocu berdua dari pulau Me In
Too di lautan Timur, apakah kalian berdua merasa ilmu
silat yang dimiliki Tonghong sianseng kurang lihay
sehingga kalian tak mau anggap dirinya sebagai Bengcu?"
Kedua orang manusia cebol itu she Sim dan merupakan
Toocu dari pulau Me ln To yang ada dilautan Timur. ilmu
silatnya aneh sekali dan berasal dari perguruan yang
berbeda dengan aliran lain.
Suasana jadi sunyi dan hening . . . tiba2 terdengar Sim
Toa tertawa dingin: "Aku bilang tidak mau yaa tidak baik,
aku baik2 hidup dengan hati gembira, mengapa harus
angkat seorang Bengcu untuk mengurusi gerak-gerik kami?"
"Ting Lotoa, Ting Lojie, kalau kalian berdua suka
diurusi oleh orang lain, mengapa tidak cepatan menganggap
Tonghong Pacu sebagai bapakmu ?"
Ucapan dari Sim Toa serta Sim Jie dua orang Toocu dan
pulau Me-In Tuo ini kasar sekali, membuat sebagian besar
para hadirin ingin tertawa namun mereka tak berani tertawa
sebab mengerti urusan amat serius.Setelah berbicara, kedua orang toocu itupun dengan
langkah lebar berjalan menuju kepintu luar tetapi baru saja
melangkah dua tiga langkah mendadak mereka tertegun,
sebab pintu besar diruang tengah telah tertutup rapat.
Bukan saja pintu tersebut tertutup rapat, bahkan di depan
pintu berdiri delapan orang lelaki yang ber-jaga2 dengan
mata melotot besar.
Menyaksikan hal tersebut, dua bersaudara she Sim
merasa terkejut bercampur gusar, mereka putar badan
seraya membentak:
"Hey orang she Ting, sebenarnya apa maksudmu ?"
"Apakah kalian berdua belum paham ? seluruh jagoan
yang ada dikolong langit telah menyatakan setuju untuk
mengakui Tonghong sianseng sebagai Bu lim Bengcu,
seandainya kalian sendiri yang menolak bukankah hal ini
berarti bahwa kalian ada maksud memusuhi para jago
dikolong langit ? Mana bisa kami biarkan kalian berdua
berlalu?"
Siapapun dapat menduga, kepergian dua bersaudara she
Sim itu pasti tidak gampang, tetapi siapapun tak menyangka
kalau ucapan dari Ting Kang barusan begitu polos, terbuka
dan tanpa tedeng aling2.
Mendengar perkataan itu, dua bersaudara she Sim sama2
mendengus dingin, telapak tangannya diputar, serentetan
cahaya berkilauan memancar keempat penjuru. tahu2
ditangan mereka berdua telah bertambah dua bilah padang
pendek, diikuti badannya berputar kencang, cahaya pedang
berkilauan disusul desiran angin tajam men-deru2, seketika
itu juga tampak dua sosok bayangan manusia menubruk ke
arah dua bersaudara she Ting.Baik Ting Kang maupun Ting Lou sama2 telah menduga
kalau pihak lawan bakal menyerang kepada mereka, posisi
mereka yang semula merapat kini semakin rapat lagi, ujung
baju kedua orang itu sama2 dikebaskan kedepan.
Gerakan tubuh dua bersaudara she Sim sangat cepat
sekali, baru saja Ting Kang serta Ting Lou mengebaskan
ujung bajunya, Sim Toa serta Sim Jie telah berada
dihadapan mereka, pedangnya segera merandek berbareng
pedang yang berada disebelah kiri mengancam tubuh
bagian atas, sedangkan pedang yang ada disebelah kanan
membabat kearah ujung baju yang sedang menyapu ke arah
mereka.
Didalam sekejap mata suara desiran tajam
berkumandang memenuhi angkasa ujung baju Ting Kang
serta Ting Lou yang sedang diayun kedepan telah tersambar
robek oleh babatan pedang pendek tersebut.
Pada saat itulah mendadak Ting Kang serta Ting Lou
jatuhkan diri ke belakang, sambaran pedang Sim toa serta
Sim-Jie yang mengincar tubuh bagian atas mereka
mengenai sasaran kosong di ikuti tendangan kilat
dilancarkan kedepan..Duuk! Duuk,.,! dua tendangan kilat
bersarang telak ditubuh dua bersaudara she Sim.
Sim Toa serta Sim Jie segera memperdengarkan jeritan
aneh yang menggetarkan seluruh ruangan, tubuh mereka
berjumpalitan beberapa kali ke belakang, sehingga
merobohkan beberapa lembar meja sebelum akhirnya
berhasil terdiri tegak kembali.
Menanti mereka berhasil berdiri tegak, air muka semua
orang itu telah berubah hebat.
Ting Kang serta Ting Lou pun tidak mengejar lebih jauh
setelah berhasil duduk diatas angin, mereka hanya tertawa
dingin tiada hentinya sambil berseru:"Pikiran kalian berdua sudah terbuka ? jangan dikata
semua orang yang hadir dalam perkampungan Jiet Gwat
Cung pada saat ini, sekalipun orang2 Bu lim lainnya yang
berani tidak mengakui Tonghong sianseng sebagai Bengcu
pun akan mengalami nasib yang sama mati atau hancur
binasa."
Apa yang diucapkan dua orang bersaudara she Ting
sudah cukup jelas bagi pendengaran semua orang tetapi Sim
toa serta Sim jie kembali meraung gusar, sekali lagi
badannya menubruk ke depan Kali ini Ting Kang serta Ting
Lou tidak berani bertindak gegabah, menyaksikan
datangnya tubrukan mereka segera loloskan pedangnya
menciptakan bunga2 pedang dan sambut datangnya
serangan lawan.
-ooo0dw0ooo-
Jilid18
GERAK-GERIK Sim-toa serta Sim-jie lincah sekali,
mendadak mereka bergerak ke timur sebentar kemudian
kebarat, tiba2 maju kedepan kemudian meloncat
kebelakang, dalam sekali tubrukan tujuh delapan belas
serangan telah dilepaskan.
Sebenarnya Ting Kang serta Ting Lou berdiri sejajar,
tetapi setelah senjata diloloskan maka mereka berdiri saling
bertolak belakang, jurus seranganpun amat lambat sekali,
jauh berkebalikan daripada gerakan dua bersaudara she
Sim.
Dalam sekejap mata dua tiga puluh jurus telah lewat,
semua orang dapat melihat bahwa posisi Ting Kang serta
Ting Lou jauh lebih menguntungkan, kedudukan mereka
kokoh dan tidak mungkin terkalahkan lagi.Bahkan semua orang mengerti keadaan tersebut,
sekalipun Sim-toa serta Sim-jie pun sadar ini hari mereka
pasti akan menderita kekalahan, tetapi urusan sudah jadi
begini keadaan mereka bagaikan menunggang diatas
punggung harimau mau turunpun tak mungkin terpaksa
mereka keraskan kepala dan perketat serangannya.
Menurut pelajaran ilmu silat, semakin tenang
menghadapi serangan posisinya semakin kuat dan semakin
gelisah hatinya maka titik kelemahan akan segera
bermunculan.
Demikianlah halnya dengan dua bersaudara she-Sim,
seandainya mereka tidak terburu napsu mungkin masih
bertahan beberapa saat lagi tetapi sayang karena hatinya
gelisah, meskipun tujuh delapan jurus yang dilancarkan
kelihatan gencar namun setiap serangan tentu tertampak
titik kelemahannya, dengan cepat Ting Kang serta Ting Lou
berhasil menguasai keadaan.
Tiba2 kedua orang cungcu dari perkampungan Jiet-
Gwat-Cung ini bersuit panjang, gerakan pedangnya
semakin cepat . . Sreet ! Sreet! Sreet ! Sreet ! beruntun empat
buah serangan telah dilepaskan.
Tampak kedua bilah pedang itu menciptakan ratusan
buah bayangan pedang, boleh dikata bagaikan dua buah
dinding baja yang sukar di tembus sama2 menekan tubuh
Sim bersaudara, hal ini memaksa Sim toa serta Simjie
terdesak mundur kebelakang.
Siapa sangka makin mereka mundur kebelakang, deruan
angin serangan menyambar semakin gencar seluruh ruang
kosong telah dipenuhi dengan desiran pedang, tiba2 ujung
pedang lawan telah menusuk kearah dadanya.Sim toa serta Sim jie jadi terperanjat, buru2 mereka
menyusut kebelakang, pedang kiri segera dilintangkan
untuk melindungi dada.
Pada saat itulah Ting kang serta Ting Lou ber-sama2
merubah jurus serangan, lengannya melintang kedepan
pedangnya menyabet mendatar.
Terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memenuhi angkasa. "Brees !" dua belah
lengan kiri mereka telah tertabas putus dan rontok ke atas
tanah.
Darah segar segera mengucur keluar tiada hentinya
menerangi seluruh lantai, dengan wajah pucat pias bagaikan
mayat Sim toa serta Simjie mundur sempoyongan
kebelakang.
Ting kang serta Ting Lou tidak mengejar lebih jauh,
pergelangan berputar dan tahu2 kedua batang pedang itu
telah dimasukan kembali ke dalam sarung ujarnya
berbareng.
"Kami kutungi lengan kalian berdua sebagai peringatan
akan kecongkakkan hati kamu berdua, asalkan kalian suka
menghormati Tonghong sianseng sebagai Bu-lim Bengcu,
maka cayhe segera akan mengeluarkan obat untuk
mengobati luka kalian !"
Tabiat dua bersaudara she Sim adalah keras kepala dan
berangasan, mendengar ucapan tersebut mereka segera
memperdengarkan jeritan keras yang menggetarkan seluruh
ruangan.
Mengikuti bentakan tadi, lengan kanan mereka berdua
sama2 diayun dengan kecepatan bagaikan kilat, kemudian .
. Sreeeet! Srreeet! ujung pedang tersebut tahu2 telah
ditusukan kedalam ulu hati sendiri.Arah yang dituju tepat diatas jantung, dimana
merupakan tempat kematian, diiringi jeritan ngeri tubuh
mereka berdua roboh keatas tanah dan menghembuskan
napas yang terakhir.
Ting Kang mendengus dingin, ia segera berteriak.
"Gotong pergi mayat2 mereka!".
Tujuh delapan orang lelaki kekar segera munculkan diri,
dalam sekejap mata mayat dari dua saudara she Sim sudah
digotong pergi, noda darah diatas tanahpun disapu sampai
bersih, tidak selang seperminumteh kemudian ruang tengah
tersebut telah bersih dan tenang kembali se-olah2 tak pernah
terjadi sesuatu apa pun.
"Kalau tak ada orang yang ingin belajar seperti dua
saudara she-Sim, upacara pengangkatan sumpah pun akan
segera dimulai !" teriak Ting Lou dengan suara berat.
Suara teriakan yang gegap gempita segera memenuhi
seluruh ruangan, ratusan orang lain yang tidak setuju
dengan pengangkatan itupun pada membungkam dengan
wajah berubah hebat, sejak kematian Sim toa serta Sim-jie,
mereka pun mulai sadar apabila mereka menyatakan
ketidak setujuannya, niscaya tak ada jalan ketiga bagi
mereka kecuali hidup atau mati.
Ditengah teriakan banyak orang, Ting Kang berseru
lantang.
"Bawa kemari arak wangi !"
Empat orang lelaki munculkan diri dengan ditangan
masing2 membawa seguci arak, setiba nya didepan hioloo,
arak tadi segera dituangkan kedalam hioloo tersebut, bau
wangi semerbak segera tersiar keseluruh ruangan.Tidak selang beberapa saat, keempat guci arak itu sudah
memenuhi hioloo besar tersebut, semua orang tahu
pengangkatan sumpah segera akan dimulai, suasanapun
jadi tegang kembali.
Dua bersaudara she Ting bertepuk tangan tiga kali,
muncul dua orang lelaki yang berbaju mentereng, ditangan
masing2 membawa gulungan kain sutera berwarna merah,
setibanya di ruang tengah, kain merah tadi direntangkan
diikuti muncul orang yang membawa pit serta sebuah meja
terbuat dari kayu cendana, alat2 tulis itupun diletakkan
diatas meja tadi.
"Kami angkat Tonghong sianseng sebagai Bu-lim
Bengcu, hal ini merupakan suatu peristiwa maha besar yang
belum pernah terjadi dalam dunia persilatan seratus tahun
ini" kata Ting Kang.
"Walaupun kita adalah orang persilatan, tetapi tak bisa
tidak tak boleh melupakan kesusasteraan, oleh karena itu
setiap orang yang setuju dengan pengangkatan ini harus
meninggalkan nama dalam daftar tersebut, aku rasa tulisan
yang paling lihay dalam dunia persilatan kita boleh dikata
hanya Sin Chiu Suseng atau si Manusia bertangan sakti
seorang dimanakah saudara itu ?"
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dari antara
para tetamu muncul seorang lelaki berusia empat puluhan
dengan dandanan seorang siucay, gerak geriknya halus dan
terpelajar, dengan wajah penuh senyuman serunya.
"Ting Cungcu, kalau kau berkata demikian, hal ini
membuat aku orang jadi tidak berani angkat pit . . ."
Orang itu she-Ih bernama Hong dan merupakan seorang
siucay yang melepaskan pelajaran Boen mendalami soal
Boe, dalam ilmu silat boleh dikata luar biasa juga, orang2menyebut dia sebagai Sin Chiu Suseng atau Si Mahasiswa
bertangan sakti.
"Ih-heng, harap kau suka mencatat seluruh kejadian
besar yang berlangsung ini hari." kata Ting Kang sambil
tertawa.
Sin Chiu suseng tidak menampik, ia segera ambil alat pit
dan menulis syair2 yang isinya memuji kehebatan
Tonghong Pacu, kemudian iapun menuliskan beberapa kata
diatas lembaran kain yang bakal berisi nama2 para jago,
setelah semuanya selesai ia baru putar badan berlalu.
"Harap Ih-heng meneteskan darah angkat sumpah" teriak
dua bersaudara she Ting.
"Kalau ingin meneteskan darah angkat sumpah,
seharusnya cung-cu berdua yang mulai dahulu!"
Dua bersaudara she Ting tidak sungkan2 lagi, ia segera
maju ke depan, mengambil pisau belati yang ada diatas
meja dan diiriskan per-lahan2 diatas lengan sendiri, setelah
meneteskan beberapa titik darah kedalam hioloo, ia pun
mencatatkan namanya diatas kain merah itu.
Demikianlah semua orang lantas turut menurut
meneteskan darah dalam hioloo dan mencatatkan nama
diatas kain lalu mengundurkan diri.
Ratusan orang lainnya yang tidak sudi angkat Tonghong
Pacu sebagai Bengcu, setelah menyaksikan kejadian itu
meski dalam hati tidak setuju, merekapun terpaksa
mencatatkan namanya dan meneteskan beberapa titik
darah.
Setelah repot hampir dua jam lamanya, akhirnya tinggal
dua belas orang yang tetap berdiri tak berkutik, jelas kedua
belas orang itu tidak ingin ikut dalam pengangkatan
tersebut.Ting Kang serta Ting Lou pura2 tidak tahu, kepada
mereka segera serunya.
"Sudahlah, kalian tak usah saling mengalah terus2an,
ayoh cepat teteskan darah dan tinggalkan nama, setelah itu
kita masing2 meneguk secawan arak, upacara pengangkatan
inipun selesai !"
Kedua belas orang itu berdiri dengan wajah hijau
membesi, mereka tertawa dingin tiada hentinya, seorang
kakek pendek kurus segera berseru dengan dingin.
"Ting Cungcu kami tidak ingin mengangkat siapapun
jadi Bengcu, seandainya kalian memaksa, terpaksa kami
akan bertempur sampai titik darah penghabisan !"
Walaupun perawakan si kakek tua itu pendek kecil,
tetapi sepasang matanya memancarkan cahaya tajam,
sikapnya gagah sekali, siapapun kenali orang itu sebagai
jagoan lihay dari partai Thian-cong. sipedang ditengah
mega Huan Hok. Ucapan ini segera disambut sebelas orang
lainnya.
"Ucapan Huan-heng tepat sekali, memang demikian
adanya."
Kesebelas orang yang baru bicara bukan lain adalah
tokoh2 lihay dari pelbagai partai, pengaruh mereka lebih
jauh lebih hebat dari pada pemberontakan Sim-toa berdua
tadi.
Ting Lou segera tertawa seram, serunya. "Ucapan
saudara sekalian salah besar, apakah kalian anggap dengan
kekuatan belasan orang lantas bisa memusuhi seluruh jago
Bu-lim yang ada dikolong langit?"
"Ting Cungcu, aku orang she Huan merasa rada kurang
paham dengan ucapanmu itu." kata sipedang Ditengah
Mega Huan Hok sambil tertawa dingin, "Apakah Tonghongsianseng benar2 adalah Bengcu dari seluruh umat dunia
persilatan sehingga semua orang Bu-lim harus
mendengarkan perintahnya."
"Kalau tidak demikian lalu bagaimana?" hardik Ting
Kang.
Air muka Huan Hok berubah hijau membesi dan iapun
memperdengarkan suaranya tertawa dingin yang sangat
menusuk pendengaran.
"Padahal menurut pengamatan kami, sekalipun
Tonghong sianseng ingin jadi Bengcu ma ka dia sudah
sepantasnya jadi Bengcu dari manusia2 golongan sesat."
"Ooouw . . jadi kalian merasa diri kalian sebagai orang2
dari golongan lurus ?" jengek Ting Lou.
"Walaupun partai Tiam-Cong tak bisa dibandingkan
dengan beberapa partai lainnya, tetapi kamipun bukan
termasuk manusia2 liar yang bergolong sesat !"
Ting Kang serta Ting Lou sangat gusar, begitu Huan
Hok menyelesaikan kata2nya, mereka segera maju kedepan
dengan langkah lebar.
Tetapi baru saja kedua orang itu maju tiga langkah
kedepan, mendadak terdengar Tonghong Pacu berseru.
"Cungcu berdua harap tahan !"
Per-lahan2 Tonghong Pacu bangun berdiri sinar matanya
memancarkan cahaya berkilat.
Huan Hok sekalian dua belas orang sejak semula sudah
ingin bertempur sampai titik darah penghabisan, bila bisa
menerjang keluar dari perkampungan Jiet-Gwat-Cung itu
lebih baik, kalau mati merekapun akan bertahan sampai
titik darah penghabisan.Maka dari itu menyaksikan Tonghong Pacu telah bangun
berdiri, air muka semua orang berubah sangat tegang, suara
gemerincingan senjata pun berkumandang memenuhi
angkasa.
Tonghong Pacu tersenyum tenang, seakan2 tidak pernah
terjadi suatu peristiwa apapun lambat2 ia berjalan kedepan.
Tujuh, delapan langkah kemudian, akhirnya Tonghong
Pacu berhenti dihadapanHuan Bok.
Melihat jagoan lihay itu muncul dihadapannya, pedang
panjang Huan Huk segera dilintangkan didepan dada siap
menghadapi segala kemungkinan, sedang sebelas orang
lainnya segera menyebarkan diri keempat penjuru siap
menghadapi segala kemungkinan.
Setelah berdiri tegak sambil tertawa Tonghong Pacu
segera berkata.
"Saudara sekalian, berkumpulnya para jago dalam
perkampungun Jiet Gwat Cung sebenarnya bukan lain
untuk merayakan perkawinan putraku, siapa sangka telah
terjadi urusan cabang lain dimana dua saudara Ting hendak
angkat aku sebagai Bu-lim Bengcu, terhadap peristiwa ini
bahkan diriku sendiripun merasa diluar dugaan!"
Huan Hok sekalian dua belas orang mengerti Tonghong
Pacu tentu sudah membenci mereka karena mereka berdua
belas tidak mau angkat dirinya sebagai Bengcu, ia pasti
tidak akan melepaskan dirinya begitu saja, terhadap
omongan yang begitu manis siapa yang mau percaya ?
Maka dari itu semua orang bungkam dalam seribu
bahasa kecuali suara tertawa dingin bergema tiada
hentinya.
Tonghong Pacu merandek sejenak, kemudian
sambungnya lebih jauh:"Siapa sangka asal usul dari Ting cung-cu berdua
mendapat sambutan yang luar biasa dari para jago, hasil ini
sungguh diluar dugaan dan kini saudara sekalian
menunjukkan rasa tidak puas, aku rasa dalam hati kalian
tentu pandang rendah diriku menganggap kepandaian
silatku tidak cukup dan tidak pantas menjabat sebagai
Bengcu bukankah begitu ?"
Huan Hok mengetahui, dengan ucapan tersebut
Tonghong Pacu hendak menantang mereka secara
terang2an.
Sebagai seorang manusia kawakan yang kenyang dengan
asam garam, tentu saja Huan Hok memahami maksudnya,
ia segera tertawa hambar.
"ilmu silat Tonghong sianseng amat dahsyat bahkan Si
Thay sianseng pun meninggalkan tempat ini dengan
keadaan mengenaskan, ilmu silatmu luar biasa sekali."
"Ooooh... terima kasih atas pujianmu, tetapi anda
mengatakan orang yang ikut serta dalam pengangkatan ini
merupakan manusia golongan sesat, kalau begitu kaupun
menganggap aku sebagai manusia kurcaci pula?"
"Bagaimana watak anda, semua orang dalam dunia
persilatan sudah mengetahuinya dengan jelas!"
"Ooouw . . . kiranya begitu, kalau anda tidak mau bicara
pun tak apalah, jadi kalian tak suka ikut serta dalam
pengangkatan ini?"
"Tidak mau!" jawab ke dua belas orang itu serentak.
Tonghong Pacu segera mendongak tertawa terbahak2,
"Kalau kalian sudah bicara terus terang, urusanpun bisa
diselesaikan dengan mudah terpaksa..."Sambil tertawa tergelak, tiba2 kakinya melangkah Tiong
Koan menuju ke Hong Bun, lima jari tangannya bagaikan
cakar mencengkeram dada HuanHok.
Sejak semula Huan Hok sudah bersiap sedia dengan
pedang dilintangkan didepan dada, meski demikian dia
tidak menyangka kalau serangan dari Tonghong Pacu
dilancarkan sedemikian cepatnya, ia tertegun, ingin
pedangnya dibabat kedepan melancarkan serangan namun
terlambat setindak.
Dalam sekejap mata itulah . . Duukkk . . . bukan saja
kelima jari Tonghong Pacu telah mencengkeram diatas
dadanya, bahkan sebatang tulang iganya berhasil
dicengkeram sampai patah.
Dalam keadaan seperti ini tentu saja Huan Hok tiada
kekuatan untuk melawan lagi, pedang ditangannya segera
terkulai kebawah.
Dua orang yang berada dikiri kanan Huan Hok bekerja
cepat, senjata ditangannya segera diayun kedepan
menyerang kearah Tonghong Pacu.
Gerakan tubuh sigembong iblis itu sangat cepat sekali,
lagi pula ia sudah menduga akan tindakan tersebut, setelah
berhasil mencengkeram tubuh Huan Hok, tangannya segera
menyusut ke belakang dan menarik tubuh sipedang di
tengah mega hingga maju kedepan.
Dengan adanya perubahan tersebut, serangan kedua
orang yang semula diarahkan Tonghong Pacu sekarang
mengancam tubuhHuan Hok.
Sebagai manusia Bu-lim yang terhitung lihay, ke dua
orang itu cukup sebat mereka segera buyarkan jurus setelah
menyaksikan keadaan tidak beres.Terdengar Tonghong Pacu tertawa panjang, tangan
kirinya tiba2 dikebaskan kedepan melemparkan tubuh
HuanHok.
Orang yang berada disebelah kiri sementara itu sudah
menarik kembali senjata poan-koan pit nya, tetapi karena
dorongan itu muncul secara tiba2 dan tubuh Huan Hok
tahu2 sudah berada dihadapannya, ia tak berhasil
menghindarkan diri lagi, tak bisa ditahan, senjata poan-
koan-pit tadi segera menembusi iga Huan Hok hingga
tinggal gagangnya belaka.
ooodOwooo
BAB 18
TUBUH Huan Hok merentang keras, darah segar
mengucur keluar lewat tujuh lubangnya, tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun ia putus nyawa.
Kematian Huan Hok mengerikan sekali, menyaksikan
kejadian itu orang yang bersenjata kan Poan Koan Pit itu
jadi tertegun dan berdiri mematung, ia tak tahu apa yang
harus dilakukan pada saat itu.
Sedangkan sepuluh orang lainnya segera membentak
keras dan ber-sama2 menerjang ke depan.
Tonghong Pacu enjotkan badannya melayang ketengah
udara dan hinggap diatas sebuah meja.
Ting Kang, Ting Lou serta Kiem Lan Hoa, Tonghong
Loei sekalian segera menubruk maju dalam sekejap mata
suara manusia berteriak memenuhi angkasa, kelihatanlah
ratusan orang segera akan turun tangan berbareng.
Pada saat itulah Tonghong Pacu membentak keras.
"Jangan membantu, cepat mundur ke belakang!"Teriakan ini mengundurkan semua orang, di tengah
ruangpun segera tertinggal sebuah kalangan yang cukup
luas.
Dua orang diantara sepuluh jago dengan gerakan tubuh
yang cepat berebut tiba didepan meja, goloknya segera
disapu membabat kaki meja membuat meja tersebut roboh
keatas tanah, dengan demikian Tonghong Pacu pun turut
jatuh kebawah.
Siapa sangka dengan ilmu meringankan tubuh yang amat
sempurna. tiba2 Tonghong Pacu melejit ke depan, sepasang
telapaknya tahu2 sudah menekan diatas batok kepala dua
orang itu.
Diiringi suara gemerutukan yang amat keras batok
kepala kedua orang itu hancur berantakan dan mati binasa
seketika itu juga Tonghong Pacu segera mencengkeram
mayat kedua orang itu diputar ditengah udara, lalu
dilemparkan kedepan.
Sementara itu kembali dua orang jago maju kedepan
melancarkan serangan dahsyat.
Siapa sangka daya lempar Tonghong Pacu terhadap dua
sosok mayat itu amat aneh sekali, ketika tiba ditengah jalan,
tiba2 mayat tadi membalik dan meluncur kembali kearah
Tonghong Pacu dengan kekuatan luar biasa.
Dua orang jago yang sedang melancarkan serangan itu
sama sekali tidak menyangka akan kejadian ini, Buuuk . . .
Buuuuk . . . ! tidak ampun lagi punggung mereka tertumbuk
keras2 oleh dua sosok mayat tadi hingga muntah-darah
segar, badanpun terdorong maju ke depan, Tonghong Pacu
tertawa dingin, berbareng dengan kejadian itu jari
tangannya segera berkelebat kedepan menekan keatas dada
mereka berdua, diiringi jeritan ngeri kedua orang itupun
menemui ajalnya seketika itu juga.Tujuh orang sisanya jadi tertegun setelah menyaksikan
lima orang rekannya mati dalam keadaan mengenaskan,
untuk sesaat mereka tak tahu apa yang harus dilakukan.
Tiba2 terdengar orang yang bersenjatakan Poan Koan Pit
itu menjerit keras, ia cabut keluar senjatanya dari tubuh
Huan Hok kemudian dengan mata melotot dan napas
terengah2, jeritnya,
"Bajingan tua, serahkan jiwamu!"
Ujung kaki menutul permukaan tanah, senjata Poan-
koan-pit dengan membawa segulung desiran tajam
menusuk keatas dada Tonghong Pacu.
Sigembong iblis itu mundur kebelakang, sementara dari
kiri kanan muncul dua orang melancarkan serangan.
"Kalian benar2 tidak takut mati ?" hardik Tonghong
Pacu. "Baik, akan kupenuhi harapan kalian !"
Sepasang telapak berkelebat menyilang, kiri kanan ia
melancarkan dua gulung angin pukulan yang luar biasa
dahsyatnya membuat dua orang yang sedang maju segera
tertahan.
Tetapi dengan rentangnya sepasang telapak tersebut
berarti bagian dadanya terbuka, orang yang bersenjatakan
Poan-koan-pit jadi kegirangan setengah mati, serangannya
segera dilancarkan kedepan.
Tiba2 terdengar Tonghong Pacu tertawa panjang,
mendadak badannya jatuhkan diri kebelakang. . "Criiit . . !"
ujung poan-koan-pit tahu2 sudah menyambar lewat diatas
batok kepalanya.
Merasakan serangannya mengenai sasaran kosong, orang
itu sadar akan keadaan tidak menguntungkan, mundurpun
percuma dalam keadaan seperti itu, ia jadi nekad, tiba2 iabuang senjata Poan-koan-pit nya, sepasang telapak dengan
segenap tenaga segera dihantam kebawah.
Pada saat itu tubuh Tonghong Pacu terjengkang
kebelakang, serangan telapak orang itu pun dengan telak
bersarang diatas dada si gembong iblis tersebut.
"Plaak ! Plaak !" sepasang telapak orang itu telak
bersarang dengan hebatnya diatas dada Tonghong Pacu.
Tetapi dengan cepat orang itu menjerit kaget, bukannya
terluka Tonghong Pacu segera bangun berdiri, sementara itu
ia sendiri mundur tiga langkah kebelakang, jatuh terduduk
diatas tanah dengan napas senin kemis.
Kiranya Tonghong Pacu telah menutup seluruh jalan
darah di dadanya, ia membuat badan keras bagaikan baja,
dua serangan orang itu meski bersarang telak ditubuhnya,
bukan saja ia tidak terluka, malahan orang itu berhasil
digetarkan hingga terluka parah.
Demontrasi tenaga dalam yang diperlihatkan Tonghong
Pacu membuat semua orang tertegun.
Dua orang diantara enam orang sisanya tiba2 membuang
senjatanya keatas tanah kemudian dengan langkah lebar
berjalan kedepan Hioloo meneteskan darah, menulis nama
sendiri dan berdiri disamping kalangan dengan wajah pucat
pias.
Dengan demikian maka tinggal empat orang yang masih
berada ditengah kalangan.
"Hey, kalian berempat apakah ingin cari mati semua ?"
jengek Tonghong Pacu sambil tertawa seram.
Keempat orang itu berdiri saling berpandangan, tiba2
terdengar salah satu diantara mereka menghela napas
panjang, tetapi orang yang berada disisinya segera berseru:"Sute, jangan.."
Belum habis dia berbicara, Tonghong Pacu telah
kebaskan ujung bajunya kearah orang itu, begitu dahsyat
angin serangan tersebut membuat ia tak sanggup
meneruskan kata2nya, sang badan merendah lalu
bergelinding kesamping, golok pendek ditangannya dengan
cepat menyapu tubuh bagian bawah sigembong iblis
tersebut.
Tiba tiba Tonghong Pacu enjotkan badannya ketengah
udara, kemudian melayang dengan kecepatan bagaikan
kilat, sepasang kaki tepat menginjak diatas badan orang itu,
darah segar muncrat keempat penjuru.
Orang yang menghela napas panjang tadi segera
membuang senjatanya keatas tanah "Aku suka
menggabungkan diri." ujarnya layu Dua orang sisanya
segera menjerit keras, pedang panjang ditangan mereka
berkelebat menggorok leher sendiri, badannya mundur
sempoyongan dan akhirnya roboh binasa diatas tanah
kematian mereka patut dipuji sebagai seorang lelaki sejati.
Tonghong Pacu tertawa dingin, bentaknya, "Gotong
semua mayat2 itu dan lempar ke-dalam jurang!"
Anak buah perkampungan Jiet Gwat Cung segera turun
tangan dengan cepat, dalam sekejap mata delapan sembilan
sosok mayat itu sudah digotong keluar, kursi meja yang
berserakan pun sudah diatur rapih, setengah jam kemudian
barulah terdengar Tonghong Pacu berseru kembali.
"Silahkan anda sekalian meneguk secawan arak
berdarah, kemudian kita adalah orang sendiri."
Beruntun semua orang yang ada di dalam ruangan
meneguk secawan arak dari dalam hioloo tersebut, menanti
satu jam dengan dipimpin Ting Kang serta Ting Lou semuaorang sama2 jatuhkan diri berlutut di hadapan Tonghong
Pacu. semua orang tidak terkecuali hanya seorang yang
tidak, yakni Kiem Lan Hoa.
Menyaksikan semua orang akhirnya berhasil
ditundukkan dan sejak itu bakal berada dibawah
kekuasaannya, Tonghong Pacu jadi kegirangan setengah
mati, ia mendongak tertawa terbahak2.
"Silahkan bangun, silahkan bangun" serunya.
Semua orang bangun berdiri, suasana diliputi
keheningan yang luar biasa, tak terdengar sedikit suarapun.
Beberapa saat kemudian Tonghong Pacu mendehem,
lalu sambil menuding ke-atas kain sutra berwarna merah itu
ia berkata.
"Setelah kalian angkat aku sebagai Bengcu dan
meninggalkan nama disini, maka kalian harus mengikuti
peraturanku dimana ada Bengcu ada perintah, apabila
berani membangkang maka orang itu akan dibunuh tanpa
ampun."
Ketika mengucapkan kata2 yang terakhir dari sepasang
matanya memancarkan cahaya tajam yang menyeramkan,
membuat para jago sama2 merasa hatinya bergidik. ia
merandek sejenak, kemudian sambil tertawa sambungnya
lebih jauh, "Jaman dulu kaisar Han Kao Couw menetapkan
tiga pasal peraturan buat rakyatnya, sedangkan aku cuma
ada satu pasal, yaitu dimana perintah Bengcu tiba, siapa
yang berani membangkang akan dibunuh tanpa ampun !"
Sekali lagi gembong iblis tersebut merandek, sepasang
matanya menyapu keempat penjuru, melihat semua orang
membungkam ia lantas teruskan.
"Tentu saja segala urusan dalam persatuan ini akan
diatur dikemudian hari, sekarang aku perintahkan TingKang serta Ting Lou menjabat sebagai Te-Tong Tongcu
serta Thian-Tong Tongcu yang mengurusi segala urusan
mengenai persatuan ini"
Padahal dalam kenyataan, Ting Kang serta Ting Lou
telah adakan perjanjian terlebih dahulu dengan Tonghong
Pacu tentang kedudukan yang bakal diberikan kepada
mereka, kalau bukan jabatan yang tinggi mana mereka
berdua sudi berkomplot ?
Mendengar jabatan tersebut, kedua orang ini segera
menunjukkan sikap kunang senang hati setelah menjura
katanya:
"Terima kasih atas penghargaan Bengcu, namun cayhe
berdua merasa tidak sesuai untuk jabatan tersebut, dari
pada mengecewakan semua orang, lebih baik tidak terima !"
"Kalian berdua tidak mau menerima jabatan ini ?" tegur
Tonghong Pacu.
"Benar, harap bengcu suka memilih orang yang berbakat
saja!"
"Ooouw . . aku perintahkan kalian menjabat sebagai
Thian-tong serta To Tong Tongcu yang mengurusi
persoalan persatuan ini, kalian tidak mau terima, apakah
kalian tidak tahu bahwa kedudukan ini tinggi sekali?"
Tiba2 air mukanya berubah keren, hardiknya.
"Apa yang kuucapkan tadi apakah kalian sudah lupa?"
"Hamba sekalian tidak becus, maka tidak berani
menerima."
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin hebat ia
membentak keras. "Tadi sudah ku-katakan, barang siapa
yang berani membangkang perintah dari Bengcu, maka ia
akan dibunuh tanpa ampun . . ."Ting Kang serta Ting Lou terkesiap, mereka berdiri
dengan mata melotot dan mulut melongo. Terdengar suara
dari Tonghong Pacu makin keras, ia berseru lebih jauh:
"Memerintahkan kalian menjabat sebagai Thian-tong, Te
Tong Tongcu merupakan perintah pertama yang
kuturunkan sejak aku memangku jabatan sebagai Bengcu,
tetapi kalian berdua berani tidak menurut, kalau begini
caranya bagaimana aku bisa menjabat sebagai Bengcu lebih
jauh? Hmmm! Barang siapa yang berani membangkang
perintah Bengcu, dia harus dibunuh mati tanpa ampun!"
Bersamaan dengan ucapan itu, tiba2 Tong-hong Pacu
meloncat bangun dan berkelebat ke hadapan Ting Kang
serta Ting Lou.
"Tonghong sianseng, kami sedang . . ." seru mereka
berdua.
Tetapi belum habis ia berseru, telapak tangannya sudah
diayun kebawah menghajar batok kepala mereka.
Ting Kang serta Ting Lou sadar, nyawanya berada
diujung tanduk, mereka berusaha untuk menghindar,
namun terlambat setindak.
"Plaak! Plakk!" diiringi suara bentrokan dahsyat, batok
kepala kedua itu sudah terhajar telak sehingga melengkung
kedalam sebanyak tiga coen, darah segar mengucur keluar
dari tujuh lubang, biji mata mereka melotot keluar,
kematian kedua orang ini dalam keadaan yang sangat
mengerikan sekali.
Dalam sekejap mata suasana jadi sunyi senyap, semua
orang tahan napas dan tidak berani mengucapkan sepatah
katapun.
Tonghong Pacu mundur dua langkah ke belakang,
berdiri tegak dan berseru dengan suara dingin."Sudah kalian saksikan sendiri, setelah kalian angkat aku
sebagai Bengcu maka semua perintah harus didengarkan,
barang siapa yang berani melanggar dia harus dibunuh
mati!"
Air muka semua orang berubah pucat pias bagai mayat,
berada dalam keadaan seperti ini siapa yang berani
mengatakan "Tidak"?
"Baik!" jawaban serempak bergema memenuhi seluruh
angkasa, Diatas wajah Tonghong Pacu yang diliputi
kegusaran, terlintas senyuman manis.
"Orang2 dari perkampungan Jiet Gwat Cung apakah
sudah takluk semua? . . ." teriaknya.
Pertanyaan ini sampai diulang beberapa kali, bahkan
jago Bu-lim yang lihay pun membungkam diri, apalagi
orang2 dari perkampungan Jiet Gwat Cung !
Sekali lagi Tonghong Pacu membentak.
"Gusur pergi dua sosok mayat dari penghianat tersebut
dan buang ke dalam jurang agar dimakan srigala!"
Beberapa orang pegawai perkampungan Jiet Gwat Cung
segera munculkan diri dan membawa pergi mayat Ting
Kang serta Ting Lou dari dalam ruangan. Menanti kedua
sosok mayat itu sudah digusur pergi, Tonghong Pacu
berseru kembali dengan suara lantang.
"Tonghong Loei, terima perintah."
"Hamba ada disini!"
"Aku memerintahkan kau untuk menjabat kau sebagai
Te Tong Tongcu dari persatuan ini, walaupun usiamu
masih kecil, kau harus banyak minta petunjuk dari para
cianpwe yang ada di sini, jangan sampai kau kukecewa-kan
harapan yang kuberikan padamu !"Tonghong Loei kegirangan setengah mati, coba
bayangkan saja, setengah tahun berselang ia masih luntang
lantung dalam dunia persilatan bagaikan seekor anjing yang
diuber-uber manusia. Tetapi sekarang dengan meminjam
pengaruh ayahnya, ia berhasil menduduki salah satu
Tongcu yang paling berkuasa didalam perserikatan umat
Bu-lim itu, sejak ini, siapa yang berani mengatakan kata2
Tidak" dihadapan mukanya?
Buru2 ia jatuhkan diri berlutut sambil berkata. "Hamba
pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan
tugas se-baik2nya. hamba pasti tidak akan mengecewakan
harapan Bengcu!"
Sebetulnya Tonghong Pacu punya rencana untuk
memberikan kedua buah jabatan yang paling tinggi itu
kepada kedua orang putranya yang ia cintai, sekarang
kedudukan Te-tong Tongcu sudah diberikan kepada
Tonghong Loei, tetapi kedudukan Thian Tong Tongcu
masih lowong, jabatan ini seharusnya diberikan kepada
Tonghong Pek, tetapi putra nya yang satu ini keburu pergi,
maka agar kekuasaan tidak sampai terjatuh ketangan orang
lain, kembali ia berseru lantang:
"Untuk sementara waktu jabatan Thian-Tong Tongcu
akan kutempati sendiri !"
Semua orang sama2 menghunjuk hormat kepada
Tonghong Loei, bahkan mereka yang memiliki ilmu silat
lebih lihaypun sama2 membahasahi dirinya sebagai
"Hamba"
Tetapi Tonghong Loei sangat pandai jadi orang, bukan
saja sudah balas memberi hormat, bahkan membimbing
bangun para jago yang memiliki kepandaian lebih lihay itu
satu persatu.Kemudian Tonghong Pacu memilih kembali tujuh
delapan orang jago yang berkepandaian silat lihay untuk
menjabat sebagai Tuow-cu di masing2 daerah dan
menetapkan perkampungan Jit-Gwat-Cung sebagai markas
besar perserikatan tersebut, bagi orang2 Bu-lim yang ingin
menggabungkan diri ditetapkan bahwa mereka bisa
mendaftarkan diri pada masing2 Tuow-cu kemudian
dibawah bimbingan mereka mendatangi perkampungan
Jiet-Gwat-Cung untuk menyatakan kesanggupan.
Akhirnya ia mengutus lima, enam puluh orang untuk
berpencar ke pelbagai daerah guna menyampaikan kabar
berita perserikatan ini kepada semua umat Bu-lim, agar
seluruh jago yang ada dikolong langit mengetahui bahwa
Tonghong Pacu adalah Bu-lim Beng-cu.
Menanti semuanya telah selesai diatur, fajar pun telah
menyingsing, Tonghong Pacu segera memerintahkan untuk
membuka perjamuan baru. Kawanan jago tidak berani
berkutik lagi, mereka turut perintah sang Bengcu ini dan
mulai berpesta pora . .
OoodwooO
Sementara itu kita balik pada Tonghong Pek yang duduk
ter-mangu2 disuatu hutan, memandang fajar yang
menyingsing sianak muda ini terbayang kembali bagaimana
Sunionya memberi penjelasan asal mula nama "Tonghong
Pek" tersebut, sekarang ia baru tahu kesemuanya itu hanya
bohong belaka, ia memang benar2 she-Tonghong.
Tonghong Pek tertawa getir, lambat2 ia ber jalan
kedepan.
Tiba2 terdengar suara langkah derap kuda
berkumandang datang, waktu itu ia berada disebuahpersimpangan jalan, mendengar suara tersebut sianak muda
itu tertegun dan segera menyembunyikan diri dibalik
pohon.
Tampak lima enam ekor kuda segera saling berpisah
setelah berhenti sejenak ditengah persimpangan jalan
tersebut, orang2 diatas kuda segera saling berpisah sambil
berseru.
"Selamat tinggal, setelah menyampaikan perintah dari
Tonghong Bengcu, kita bertemu lagi dalam perkampungan
Jiet Gwat Cung!"
Ucapan Tonghong Bengcu tersebut, membuat Tonghong
Pek tertegun, ia sadar dalam perkampungan Jiet Gwat Ceng
tentu sudah terjadi suatu peristiwa besar, dipandang dari
lima orang yang ada diatas pelana terasa sangat di kenal
sekali, seolah2 pernah bertemu muka dalam perkampungan
Jiet Gwat Cung tetapi ada sebabnya mereka menyebut
Tonghong Pacu sebagai "Bengcu"? dan apa sebabnya pula
mereka pada berpisah untuk menyampaikan perintahnya?
perintah apa yang hendak disampaikan ? sementara
Tonghong Pek tertegun, empat lima ekor diantaranya telah
saling berpisah dan berlalu, tinggal seekor kuda yang
ditunggangi seorang lelaki berusia setengah baya, sedang
menarik kudanya menuju kearah Tonghong Pek.
Sianak muda itu segera munculkan diri dari balik pohon,
waktu itu lelaki setengah baya tadi sedang melarikan
kudanya kedepan, dengan begitu tanpa mengeluarkan
sedikit suara pun Tonghong Pek telah meluncur turun dari
atas pohon dan duduk dibelakangnya.
Tenaga dalam yang dimiliki Tonghong Pek pada saat ini
telah mencapai puncak kesempurnaan, sekalipun melayang
turun dan duduk dibelakang pelana orang itu, namun sama
sekali tidak mengeluarkan sedikit suarapun sehingga orangyang berada didepannya sama sekali tidak tahu kalau
dibelakang pelana telah bertambah dengan seseorang.
Maksud Tonghong Pek berbuat demikian tidak lain
karena ia ingin tahu perintah apakah yang hendak
disampaikan Tonghong Pacu kepada umat Bu-lim.
Demikianlah ketika siang hari telah tiba, ia sudah ikut
melakukan perjalanan sejauh lima enam puluh li, memasuki
sebuah kota besar dan berhenti didepan sebuah bangunan
besar dalam kota tersebut.
Setelah kuda berhenti, Tonghong Pek meloncat turun
terlebih dahulu dari atas pelana, menanti lelaki setengah
baya tadi meloncat turun Tonghong Pek segera meloncat
kebelakangnya tanpa diketahui orang itu.
Begitulah Tonghong Pek segera mengikuti di belakang
orang itu sama2 menuju kedepan pintu bangunan, orang itu
menarik gelang didepan pintu sambil berseru.
"Apakah Ke Thay-hiap berada dirumah ?"
Dua belah pintu besar yang tertutup rapat segera terbuka
diikuti muncul empat lima orang pemuda maju menyambut
kedatangannya. kepada silelaki setengah baya itu seraya
menjura serunya.
"Oouw . . kiranya Lie Jie-siok, Lie Jie-siok . . "
Lelaki setengah baya itu tidak tahu kalau dibelakang
tubuhnya terdapat orang, berbeda dengan keempat, lima
orang pemuda itu setelah menjura mereka segera
menjumpai ada seorang manusia aneh yang berwajah
menyeramkan berdiri dibelakangnya, mereka jadi kaget dan
berubah air muka.
Terdengar dua orang diantaranya menghembuskan
napas dingin dan berseru hampir ber bareng."Lie Jie-siok. belakangmu. . belakangmu ."
Tetapi lelaki setengah baya itu masih belum merasa,
sambil tersenyum maki nya.
"Setan cilik, tak usah mengarang kata2 yang tidak keruan
untuk menakuti2 diriku, apakah suhumu ada dirumah ?"
Ucapan ini semakin mengejutkan beberapa orang itu,
mereka segera berteriak.
"Lie Jie-siok dibelakangmu ada seorang manusia aneh,
kau . . apakah kau tidak tahu ? cepat . . cepatlah putar
badan !"
Menyaksikan beberapa orang itu tidak menunjukkan
sikap sedang bergurau, lelaki setengah baya itupun merasa
amat terperanjat ia segera maju dua langkah kedepan
sambil putar badan,
Seandainya Tonghong Pek ada maksud agar ia tak dapat
menemukan dirinya, gampang saja apabila ia ikut maju dan
bersembunyi terus dibelakang tubuhnya tetapi Tonghong
Pek tidak berbuat demikian, ia tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula.
Lelaki setengah baya itu putar badan, ketika
menyaksikan wajah Tonghong Pek ia bergidik dan
mengucurkan keringat dingin, meski demikian sebagai
seorang jago kawakan ia masih dapat menenangkan
hatinya.
Suara teriakan2 ramai dari beberapa orang pemuda itu
segera menggema memecahkan kesunyian, waktu itulah
dari dalam rumah muncul seorang kakek tua.
Kakek itu berperawakan pendek lagi kurus, namun gerak
geriknya lincah sekali.Menjumpai orang itu Tonghong Pek berseru tertahan,
kakek ini sudah sering kali ditemuinya.
Ia adalah sahabat karib gurunya Liat Hwee-Sin Tuo,
yaitu si pedang sakti Ke Hong ada-nya.
Tentu saja Ke Hong pernah bertemu dengan dirinya,
tetapi sekarang wajahnya sudah berubah amat seram, tentu
saja sipedang sakti tidak kenali dirinya lagi.
Begitu munculkan diri, sambil tertawa Ke Hong segera
menyapa.
"Saudara Lie, bukankah kau ikut menghadiri perayaan
dalam perkampungan Jie Gwat Cung, mengapa . . ."
Berbicara sampai disitu, tiba2 ia menemukan Tonghong
Pek ada disitu, air mukanya berubah hebat, sambil maju
beberapa langkah ke depan hardiknya: "Siapa anda?"
Lelaki setengah baya itu she Lie bernama Ceng, akalnya
banyak lagi cerdik dan merupakan seorang jago yang lihay
baik dalam soal Boen maupun Boe, orang Bu-lim
menyebutnya sebagai "Say Cu Kat" atau si Cu-kat-liang
yang cerdik.
Lie Ceng sadar kehadiran simanusia aneh tersebut tentu
mempunyai maksud2 tertentu, bahkan sewaktu masih
berada dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ia pernah
saksikan sendiri betapa lihaynya ilmu silat simanusia aneh
itu sehingga hampir saja Tonghong Pacu bukan
tandingannya.
Bagaimanapun juga ia tak mau bertindak gegabah, sebab
belum tentu pihak lawan bermaksud jelek, lagi pula meski
jumlah orang di pihaknya banyak, belum tentu adalah
tandingannya.Maka buru2 ia ulapkan tangannya kearah Ke-Hong agar
jangan bersuara, setelah itu sambil menjura ke arah
Tonghong Pek ujarnya.
"Sewaktu masih berada dalam perkampungan Jiet-Gwat-
Cung, cayhe telah melihat secara bagaimana anda
menyelamatkan jiwa Si Thay sianseng, saat ini Si Thay
sianseng berada di mana ?"
Baru saja ucapan itu selesai diutarakan ke luar, Ke Hong
telah menunjukkan perasaan kaget.
"Apa ? Si Thay sianseng . . dia . . dia men derita
kekalahan ditangan Tonghong Pacu ?" serunya.
Lie Ceng mendengus dingin.
"Bukan begitu, Si Thay sianseng dibikin khe ki oleh
tindak tanduk putrinya sehingga hawa murni dalam
tubuhnya bergolak dan mengalir tidak teratur. Untung
sahabat ini segera menyelamatkan diri Si Thay sianseng,
sehingga dengan demikian Tonghong Pacu tidak sempat
bermain licik lebih jauh !"
Dari nada ucapan Liu Ceng barusan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa orang-orang Bu-lim sebagian besar
mempunyai harapan yang sama, yakni menyerahkan tugas
besar ini pada diri Si Thay sianseng,
Tetapi Tonghong Pek sadar, percuma tugas tersebut
diserahkan ketangan Si Thay sianseng, maka ia lantas
tertawa getir.
"Percuma!" katanya. "Si Thay sianseng sudah pulang ke
gunung Go-bie, dan apabila didengar dari nada suaranya, ia
tidak akan melangkah turun dari gunung Go-bie barang
setengah langkahpun, ia tidak mau mencampuri urusan
dunia persilatan lagi."Mendengar ucapan tersebut, air muka Lie Ceng berubah
pucat pias bagaikan mayat, beberapa saat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun, Tonghong Pek
berkata:
"Tadi, sewaktu berada di persimpangan jalan aku dengar
kalian beberapa orang mengatakan hendak menyampaikan
perintah, dan menyebut Tonghong Pacu sebagai Bengcu,
sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Sekarang Lie Ceng baru tahu, kiranya simanusia aneh ini
sudah mengikuti dirinya sejak berada dipersimpangan jalan
tadi sedangkan ia sendiri sama sekali tidak merasa, diam2
dalam hati merasa kecewa sekali.
Meski demikian, iapun dapat merasakan bahwa
Tonghong Pek tidak bermaksud bermusuhan ia segera
menghela napas panjang.
"Sahabat, silahkan masuk kedalam rumah bagaimana
kalau kita bicarakan didalam rumah saja ?" undang Ke
Hong.
Tonghong Pek mengangguk, demikianlah merekapun
masuk dan duduk diruang tengah.
Setelah semua duduk, si cu-kat-Liang cerdik Li Ceng pun
lantas menceritakan seluruh peristiwa yang telah terjadi
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung sampai Tonghong
Pacu akhirnya turun tangan membinasakan Ting Kang serta
Ting Lou.
Ke Hong serta Tonghong Pek yang mendengar kisah ini
jadi tertegun, mereka duduk dengan mata terbelalak mulut
melongo.
Menanti kisah telah selesai diceritakan Ke Hong segera
mendeprak meja seraya berseru."Lie-jie mengapa kau tidak mati saja dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Aaai . . Ke-heng bukan aku terlalu pandang rendah
dirimu. seandainya waktu itu kau pun hadir disana maka
tindakanmu akan seperti halnya yang kulakukan sekarang !"
Ke Hong segera meloncat bangun.
"Aku . ." sebenarnya ia hendak mengatakan aku tidak
akan berbuat demikian, tetapi teringat jaraknya dari situ
menuju perkampungan Jici~ Gwat-Cung sangat dekat,
seandainya ia berani tentu saja dengan gagah ia akan
mendatangi perkampungan tersebut untuk cari gara2
dengan Tonghong Pacu, tetapi beranikah ia berbuat
demikian ?
Agaknya Lie Ceng dapat menebak isi hati rekannya ini,
ia tertawa getir dan ujarnya kembali.
"Ke-heng, setelah kudengar Ting Kang serta Ting Lou
mengusulkan akan mengangkat Tong hong Pacu sebagai
Beng-cu, aku segera sadar bahwa rencana ini sudah mereka
susun lama sekali, akupun sadar barang siapa yang hadir
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung, pasti tidak akan
lolos dari rencana tersebut, oleh karena itu aku sama sekali
tidak memberikan reaksi terhadap peristiwa tersebut, maka
dari itu lah Tonghong Pacu lantas mengutus aku ke
pelbagai daerah untuk menyampaikan berita ini?"
"Menyampaikan berita apa ?"
"Tonghong Pacu menginginkan agar semua umat Bu-lim
yang ada dikolong langit mengetahui bahwa ia sudah jadi
Bu-lim Bengcu, barang siapa yang ingin ikut
menggabungkan diri dalam perserikatan ini maka setiap
saat bisa datang ke pekampungan Jiet Gwat Cung, aku rasa
ia akan menanti setengah sampai setahun kemudian baruambil tindakan terhadap para jago yang tak mau setujui
tindakannya jadi Bengcu, Ke-heng. aku rasa kau pun harus
segera ambil keputusan?"
Pucat pias seluruh tubuh Ke Hong, kegagahan yang
terpancar diatas wajahnya kini lenyap tak berbekas.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia baru
bergumam seorang diri.
"Kalau demikian adanya, kecuali kita sembunyi ditengah
gunung yang terpencil bersama keluarga, rasanya tak ada
cara lain lagi?
"Ke Thay-hiap, kalau kau berbuat demikian maka
tindakan tersebut salah besar" seru Tonghong Pek dengan
suara lantang, "Kau menghindar, aku bersembunyi,
bukankah hal ini akan semakin memberi kesempatan bagi
Tonghong Pacu untuk malang melintang disemua daerah?
sepantasnya kalau kita bersatu padu dan menentang
kekuasaan." Ke Hong gelengkan kepalanya,
"Si Thay sianseng yang begitu lihaypun sudah
menyingkir ke gunung Go-bie, apa yang harus kami
lakukan lagi?" katanya lemas.
Tonghong Pek tertegun beberapa saat lamanya, lambat-2
ia bangun berdiri dan menghela napas panjang.
"Yaah . . kalau memang begitu, aku mohon pamit lebih
dahulu!"
Walaupun suaranya hambar tapi nyata membawa nada
memandang rendah diri Ke Hong, tentu saja iapun tahu
bahwa si manusia aneh itu sedang menghina dirinya, tetapi
ia tak mau pikirkan persoalan itu sebab pikirannva pada
saat ini sedang kalut sekali.Dengan langkah lebar Tonghong Pek berjalan keluar dari
pintu depan, dalam hati ia merasa sangat tidak puas dengan
keputusan dari manusia she Ke tersebut, namun beberapa
bulan kemudian Tonghong Pek baru bisa memaklumi sikap
dari Ke Hong ini.
Beberapa bulan kemudian, kabar berita diangkatnya
Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Beng cu telah tersiar luas
diseluruh kolong langit, bahkan iapun memberi batas waktu
selama selama setahun bagi umat Bu-lim untuk mengakui
Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Bengcu, selewatnya batas
waktu tersebut bagi mereka yang tak mau mengakui akan
dilakukan pembersihan secara besar-2an.
Dalam beberapa bulan ini Tonghong Pek pun sudah
menjelajahi banyak tempat, banyak mengunjungi keluarga
persilatan, apa yang ia saksikan? semua juga kelihatan lesu
dan ber-bondong2 lari masuk kedalam gunung agar tidak
ditemukan Tonghong Pacu, bahkan ada pula beberapa
perguruan dengan beratus2 anggotanya secara mendadak
lenyap dari keramaian dunia persilatan.
Setiap jago yang dijumpai se-olah2 mencerminkan
ketakutan yang tak terhingga, seakan2 mereka sadar bahwa
kepandaian silatnya bukan tandingan dari Tonghong Pacu,
kecuali menyingkir satu2nya jalan yang paling selamat
adalah menggabungkan diri dalam perserikatan tersebut.
Setengah tahun kemudian, Tonghong Pek telah tiba
dikaki gunung Go-bie.
Sianak muda ini sadar dalam kolong langit dewasa ini
hanya seorang saja yang bisa menandingi kepandaian
Tonghong Pacu, dan orang itu bukan lain adalah Si Thay
sianseng.
OdOOwOBAB 19
TONG-HONG PEK sama sekali tidak tahu dimanakah
letak lembah Coei Hong Kok, selama tujuh delapan hari
lamanya ia hanya mengarungi gunung Go-bie tanpa tujuan
yang menentu.
Suatu pagi, akhirnya ia tiba didepan mulut sebuah selat
yang amat sempit, mulut selat tersebut begitu sempit hingga
cuma bisa dilalui oleh seorang belaka, dua belah sisinya
adalah tebing yang tinggi menjulang kelangit dan curam
sekali.
Sebelah kiri dinding tebing curam tadi terukirlah dua
buah tulisan yang amat besar, tulisan tersebut berbunyi
"Coei Hong" dan memancarkan cahaya keemasan.
Kiranya tempat itulah bukan lain dari lembah Coei-
Hong-Kok, tempat tinggal dari Si Thay sianseng.
Ketika Tonghong Pek tiba didepan mulut selat tersebut,
terdengarlah dan dalam selat tersebut berkumandang seruan
seseorang.
"Harap anda berhenti ditempat itu dan jangan maju lagi,
tempat ini adalah lembah Coei Hong-Kok dari partai Go-
bie !"
"Cayhe justru datang untuk mengunjungi lembah Coei-
Hong-Kok ini."
"Tolong tanya siapakah nama anda, ada keperluan apa
datang berkunjung ke lembah Coei-Hong-Kok ?"
"Cayhe she-Pek bernama Chiet, aku ingin bertemu
dengan Si Thay sianseng karena ada urusan penting hendak
dirundingkan.""Silahkan anda pulang saja, sudah lama guruku tidak
bertemu dengan orang asing !"
"Eeii . . cayhe rada berbeda dengan orang lain, harap
anda suka kabarkan kepada gurumu, katakan saja Pek Chiet
yang pernah ditemuinya dalam perkampungan Jiet-Gwat-
Cung setengah tahun berselang telah datang, ia pasti akan
memberikan pengecualian."
"Kalau begitu, harap anda tunggu sebentar."
Tonghong Pek tidak ter-buru2 ingin bertemu sebab ia
merasa yakin bahwa Si Thay sianseng pasti akan keluar
untuk menjumpai dirinya.
Kurang lebih setengah jam kemudian, terdengar suara
orang itu berkumandang kembali.
"Sahabat Pek, suhuku berkata bahwa beliau tidak kenal
dengan anda, ia sudah lama tidak bertemu dengan orang
asing, harap anda pulang saja !"
Mimpipun Tonghong Pek tidak menyangka kalau Si
Thay sianseng menjawab demikian atas kunjungannya,
untuk sesaat ia terkejut bercampur gusar, segera teriaknya.
"Kau . . kau . . sudah kau katakan Pek Chiet dari
perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Telah kukatakan semua, apa jawaban dari gurukupun
sudah kusampaikan kepada anda, harap sahabat Pek segera
pulang saja"
"Hm ! cuma sepatah dua patah kata saja lantas hendak
usir aku pergi ? aku rasa persoalan tidak segampang itu !"
"Kalau anda ada niat terjang masuk kedalam lembah
Coei-Hong-Kok dengan kekerasan, maka tindakanmu itu
salah besar" seru orang itu dengan gusar, "Selama banyak
tahun sudah banyak orang yang punya niat begini, tetapitak seorang manusia pun berhasil menembusi selat ini
dengan selamat."
"Aku tidak percaya" teriak Tonghong Pek pula dengan
murka. "Seandainya Si Thay sianseng dapat mencapai
diriku, ayoh suruh dia keluar dan turun tangan terhadap
diriku."
Selama setengah tahun berkelana dalam dunia persilatan,
sikap lesu dan lemas dari para jago telah menyedihkan hati
Tonghong Pek, satu2nya harapan selama ini hanya
dicurahkan keatas tubuh Si Thay sianseng, ia berharap
tokoh sakti ini sudi menampilkan diri untuk merobohkan
Tonghong Pacu, siapa sangka apa yang didapatkan saat ini?
bukan saja tak mau bertemu, bahkan dikatakan pula bahwa
ia tidak kenal dengan dirinya.
Sembari menahan hawa gusar yang berkobar selangkah
demi selangkah sianak muda itu berjalan ke depan.
Belum sampai dua langkah ia bergerak, mendadak dari
kedua belah dinding tebing yang terjal itu berkumandang
datang suara gemuruh yang sangat memekikkan telinga.
Dengan tepat Tonghong Pek mendongak ke atas tapi
segera ia terkejut bercampur gusar sebab tampaklah
puluhan butir batu cadas yang amat besar sedang
bergelinding kebawah dengan hebatnya.
Begitu dahsyat batu2 itu bergelinding kebawah
menimbulkan suara benturan yang sangat mengerikan,
berada dalam keadaan seperti ini seandainya ia nekad untuk
maju juga, niscaya badannya akan hancur berkeping2
tertindih batu2 cadas tersebut.
Buru2 Tonghong Pek mengundurkan diri ke-belakang,
sementara batu2 cadas tadi dengan cepat telah menyumbat
mulut selat tersebut.Menyaksikan kehebatan batu2 cadas itu, timbul rasa
benci dalam hati Tonghong Pek, ia meraung keras seraya
berteriak.
"Si Thay Sianseng, aku kira dirimu adalah seorang lelaki
sejati, tak nyana kau adalah seorang siauw-jien yang tak
bisa dipercaya perkataannya!"
Tenaga lweekang yang dimiliki Tonghong Pek saat ini
luar biasa lihaynya, teriakan tersebut segera memantulkan
suaranya keempat penjuru, terutama sekali kata "Siauw
Jien" yang sengaja diteriakan lebih keras, hampir
seperminum teh kemudian suara pantulan itu baru sirap.
Tonghong Pek memaki diri Si Thay sianseng memang
suatu tindakan kesengajaan pertama ia benar2 gusar dan
ingin melampiaskan rasa gusarnya ini, kedua, ia ingin
memancing kemunculan Si Thay sianseng.
Tetapi suasana dalam lembah Coei-Hong-Kok masih
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Kembali Tonghong Pek memaki.
"Si Thay sianseng, sungguh kecewa kau disebut jagoan
sakti dari dunia persilatan, tak disangka tingkah lakumu
pengecut macam cucu kura-2 Hm ! Hm ! Kalau benar kau
tak sudi menggubris diriku, akupun tidak mengapa, tetapi
apa gunanya sewaktu berada diluar perkampungan Jiet-
Gwat-Cung kau mengutarakan kata-2 yang sok gagah ?
percuma kau jadi seorang lelaki . . lebih baik berubah
kelamin jadi wadon saja . ."
Ucapan tersebut dipancarkan dengan disertai hawa
murni sehingga menggema kedalam kembali Coei-Hong-
Kok, namun suasana dibalik lembah tersebut tetap sunyi
senyap.Makin memaki Tonghong Pek semakin gusar, untung ia
adalah seorang lelaki jujur sehingga katanya tidak sampai
kelewat batas, menanti siang hari telah tiba, sianak muda
itu baru berlalu dari sana.
Ia menghampiri sebuah selokan untuk meneguk air
hilangkan rasa haus, kemudian memetik pula buah2an
untuk menangsal perut, setelah itu mendatangi kembali
lembah Coei-Hong-Kok dan mulai memaki kembali.
Ia memaki sampai badan terasa lelah baru pergi
beristirahat, demikianlah selama tujuh hari lamanya
Tonghong Pek tetap bertahan di depan lembah Coei-Hong-
Kok sambil mencaci maki tiada hentinya.
Tetapi dari balik lembah Coei-Hong-Kok tidak muncul
sedikit reaksipun, suasana tetap sunyi dan hening.
Tonghong Pek sadar, sekalipun caci maki dilanjutkan
beberapa hari lagipun percuma saja, ia benar2 membenci,
ketika senja hari ke tujuh telah tiba, ia cabut keluar
pedangnya dan menggurat enam buah tulisan diatas
dinding muka selat tersebut.
Keenam buah tulisan tersebut berbunyi: "Ay- Mo-Thay-
Ih-ta im- Si.
Tentu saja Tonghong Pek sedang mengartikan bahwa
sia2 belaka Si Thay sianseng punya nama besar, ternyata
karena takut untuk bertemu dengan Tonghong Pacu, ia
lebih suka mengingkari janji dan bersembunyi macam cucu-
kura2 untuk cari keselamatan sendiri.
Setelah mengukir tulisan tersebut. ia tertawa sebanyak
tiga kali, suaranya penuh dengan perasaan getir dan sedih,
kemudian masukkan kembali pedangnya kedalam sarung
dan berlalu.Sianak muda ini merasa bingung dan bimbang, dengan
kepandaian silat yang dimilikinya saat ini sekalipun belum
bisa menandingi Tonghong Pocu, ia bisa membokong
gembong iblis tersebut dengan siasat licin, tapi ada satu
persoalan yang menyulitkan dirinya, sebab Tonghong Pacu
bukan lain adalah ayah kandungnya sendiri.
Demikianlah dengan hati bimbang akhirnya ia berjalan
ke depan tiada hentinya, tujuan yang diarahpun tanpa
terasa adalah perkampungan Jiet-Gwat-Cung.
Sepanjang perjalanan, ia banyak mengunjungi jago2
kangouw kenamaan, tetapi apa yang ditemuinya ? enam
tujuh bagian sudah pada meninggalkan tempat
kediamannya untuk menyingkir ketempat lain.
Dan tiga empat bagian yang belum pergi, ada yang siap
meninggalkan tempat itu dengan hati kebat kebit, ada pula
yang sudah mengakui Tonghong Pacu sebagai Bu-lim Beng
cu.
Setelah berkelana lama sekali. akhirnya pada saat batas
waktu Tonghong Pacu kepada umat Bu-lim tinggal sebulan
lagi, tibalah Tonghong Pek didepan perkampungan Jiet
Gwat Cung.
Waktu itu kebetulan malam telah menjelang datang,
suasana dalam perkampungan Jiat Gwat Cung terang
benderang bermandikan cahaya lampu, bukan begitu saja
bahkan sejak kurang lebih tiga empat li dari pintu
perkampungan sepanjang jalan telah bermandikan pula
cahaya lampu.
Dengan pandangan sayu, Tong hong Pek memandang
kearah kemegahan yang menyelimuti perkampungan
tersebut, hatinya merasa amat sedih sekali, ia menghela
napas panjang dan perlahan2 turun dari bukit menuju
kejalan raya yang lurus dan lebar.Ketika ia tiba dipinggir jalan raya tadi, terlihatlah sebuah
batu nisan yang amat besar berdiri disisi jalan, di atas batu
tersebut ter-ukirlah kata2 yang amat besar sekali.
Tulisan itu berbunyi demikian. "Boe Tek Bengcu" atau
Bengcu tanpa tandingan.
Dibawah tulisan tadi terukir pula beberapa baris tulisan
kecil, Boe Tek Bengcu memerintahkan, siapapun yang ingin
menghadap segera turun dari kuda dan berjalan melalui sisi
jalan, siapapun dilarang melanggar.
Ketika Tonghong Pek tiba di sana, kebetulan ada tujuh
delapan ekor kuda tiba didepan batu peringatan itu, para
jago yang ada diatas pelana sama2 meloncat turun dari atas
kuda, berbicara lirih dengan para penyambut kemudian
melanjutkan perjalanannya lewat pinggir jalan.
Menyaksikan keadaan tersebut, Tonghong Pek dapat
membayangkan bahwa kekuasaan Tonghong Pacu pada
saat ini agaknya jauh lebih hebat dari pada sang kaisar
sendiri.
Sianak muda itu juga bisa tertawa getir, per-lahan2 ia
berjalan mendekati peringatan tadi.
Beberapa tombak sebelum tiba, dari dalam sebuah gardu
muncul dua orang yang segera menyambut kedatangannya
sambil menegur.
"Anda adalah . . ."
Tonghong Pek tidak ingin banyak bicara dengan mereka.
ia cuma geleng kepala dengan hati pedih.
Kedua orang itu segera saling bertukar pandangan
sekejap, mereka merasakan sesuatu kurang beres,
bentaknya.
"Hey, apa maksud anda datang kemari?"Tongheng Pek tetap tidak bersilang kedua orang itu
dengan cepat bergerak maju menekan pundak sianak muda
itu.
Tetapi pada saat itulah terdengar suara derap kaki kuda
yang amat santar berkumandang disusul beberapa orang
berteriak lantang.
"Tonghong Tongcu telah tiba!"
Sebenarnya kedua orang itu sedang menekan pundak
Tonghong Pek, tetapi setelah mendengar teriakan itu buru2
mereka lepas tangan dan bergabung dengan sahabat2nya.
Ambil kesempatan itu Tonghong Pek menyingkir
kesamping sambil mendongak memandang kearah mana
berasalnya suara tadi.
Tampak dibawah sorotan cahaya lampu muncul dua
puluh empat orang lelaki yang terbagi jadi dua rombongan,
ketika tiba didepan batu peringatan tersebut mereka
berhenti, salah seorang diantaranya segera berteriak dengan
suara yang keras bagaikan guntur membelah bumi.
"Tonghong Tongcu, TongcuHujien tiba!"
Semua orang yang ada didepan gardu tersebut serentak
jatuhkan diri berlutut diatas tanah.
Waktu itu semua orang sedang jatuhkan diri berlutut
diatas tanah kecuali Tonghong Pek seorang, tentu saja ia
terlalu menyolok dalam pandangan orang lain, maka
tubuhnya segera berkelebat menyembunyikan diri dibalik
batu tersebut.
Sesaat kemudian muncullah dua ekor kuda putih yang
tinggi besar dan mulus, diatas pelana kuda bertaburan intan
permata yang mahal harganya.Tonghong Pek belum tahu siapakah yang di maksudkan
sebagai Tonghong Tongcu, sekarang setelah kedua ekor
kuda itu berjalan mendekat ia baru tahu kiranya mereka
bukan lain adalah Tonghong Loei serta Si Chen.
Ketika kedua orang itu tiba didepan batu peringatan, tiga
puluh orang yang sedang berlutut diatas tanah serentak
berseru dengan nada menghormat.
"Menghunjuk hormat buat Tongcu, Tongcu Hujin !"
"Ehmm . ." jawab Tonghong Loei acuh tak acuh.
Dibelakang Tonghong Loei serta Si Chen mengikuti pula
dua puluh empat orang pengiring sewaktu, ke dua orang itu
turun dari kuda, merekapun sama-2 turun dari kuda dan
berdiri di kedua belah sisi batu peringatan tersebut.
Tonghong Pek segera bersembunyi makin rapat lagi, ia
biarkan rombongan orang2 itu berlalu lebih dahulu, ketika
orang terakhirpun bergerak lewat, laksana kilat ia segera
turun tangan menotok jalan darahnya, kemudian
membelejeti pakaiannya dan dikenakan diatas badan
sendiri.
Menanti Tonghong Loei lanjutkan perjalanan-nya
kedepan, Tonghong Pek pun segera ikut naik kuda dan
menguntil dibelakangnya.
Tidak selang beberapa saat kemudian, kelima puluh
orang itupun sudah tiba didepan pintu perkampungan Jiet
Gwat Cung, dua puluh empat orang pembuka jalan yang
bergerak didepan serentak berteriak.
"Tonghong Tongcu telah kembali, buka pintu dan
sambut kedatangan beliau . . ."
Pintu besar segera terbentang, ketika kedua puluh empat
orang itu telah menerobos masuk kedalam pintu merekasegera berhenti disamping jalan, sementara Tonghong Loei
serta Si Chen melanjutkan perjalanannya menuju ke-dalam.
Tonghong Pek tak mau ikuti rombongan tersebut, setelah
masuk pintu ia pun meloncat turun dari atas kuda, dan
tanpa menimbulkan suara pun menerobos kedalam
kegelapan dan menerjang masuk kedalam.
Diam2 ia menguntit dibelakang kedua ekor kuda putih
itu dimana akhirnya mereka berhenti didepan ruang tengah.
Tampaklah Tonghong Loei serta Si Chen segera
meloncat turun dari atas kuda, sambil menepuk leher kuda
putih nya sianak muda itu bergumam.
"Kuda bagus, kuda bagus, aku terima pemberian ini,
terima kasih atas hadiah kalian yang berharga ini."
Didepan ruang tengah berdiri empat orang manusia aneh
yang berhidung mancung dan bermata cekung,
dandanannya kukoay dan menarik perhatian.
Tampak keempat orang itu kelihatan gembira sekali
dengan ucapan itu, salah seorang di antaranya dengan logat
yang kaku berkata:
"Asal Tonghong Tongcu merasa senang, kamipun
merasa amat bangga sekali . . ."
Keempat orang itu jelas bukan orang dari daratan
Tionggoan, mereka datang dari daerah Se Ih yang jauh, hal
inipun dapat menunjukkan betapa luasnya pengaruh
Tonghong Pacu selama setahun ini.
Waktu Tonghong Pek berdiri kurang lebih tiga lima
tombak dari ruang tengah, ia dapat saksikan seluruh
kejadian itu dengan nyata.
Terdengar Tonghong Loei berkata."Kalian berempat terlalu sungkan, datang dari tempat
kejauhan kalian tentu merasa sangat lelah bukan? Silahkan
beristirahatlah dahulu beberapa hari kemudian baru
pulang."
Tetapi keempat orang itu segera geleng kepala, salah satu
diantaranya berkata.
"Terima kasih atas maksud dari Tongcu, tetapi Kauw-cu
kami sedang menanti berita, kami harus segera berangkat
pulang untuk melaporkan hasil kunjungan ini kepada
Kauw-cu."
"Kalian jauh2 datang dari ribuan li, seandainya pulang
tanpa bertemu dahulu dengan Bengcu bukankah perjalanan
ini sia2 belaka?" kata Tonghong Loei sambil tertawa.
Mendengar ucapan ini air muka keempat o-rang itupun
berubah hebat, mereka menunjukan rasa gembira yang
sukar dilukiskan dengan kata2.
"Benarkah kami boleh bertemu dengan Beng cu?"
serunya hampir berbareng. "Kedudukan Bengcu maha
tinggi dan mulia, sebenarnya tidak sembarangan orang bisa
menjumpai dirinya, tetapi anda sekalian datang dari tempat
kejauhan maka keadaannya rada berbeda, biarlah aku
laporkan dahulu soal ini kepada Beng cu dan harap kalian
berempat suka menanti sejenak disini!"
Keempat orang itu kegirangan sampai mencak2 buru2
mereka mengiakan.
Tonghong Loei ulapkan tangannya, lima enam orang
segera muncul dan menjura.
Sianak muda itu lantas menuding kearah dua ekor kuda
putih itu seraya berkata."Kedua ekor kuda itu merupakan kuda2 jempolan yang
sulit ditemui dalam kolong langit, kalian harus hati2
merawatnya !"
Beberapa orang itu mengiakan sambil menuntun kuda
segera berlalu, sementara Tonghong Loei serta Si Chen pun
berjalan masuk keruang dalam.
Tonghong Pek awasi semua kejadian itu dengan
seksama, ia menduga keempat orang itu pasti barusan
datang dari wilayah Se-Ih, inilah kesempatan baginya untuk
menyelonong masuk, maka selangkah demi selangkah ia
mendekati keempat orang itu lalu berdiri disisinya.
Ketika Tonghong Pek muncul dari bawah pohon,
beberapa orang yang ada disekitar sana memandang
kearahnya dengan sinar mata curiga, tetapi setelah
menemui bahwasanya orang itu berhenti disisi keempat
orang dari wilayah Se-Ih tadi, mereka lantas tidak ambil
perhatian lagi terhadap diri Tonghong Pek.
Mereka mengira Tonghong Pek adalah pelayan yang
dibawa oleh keempat orang Se-Ih tersebut, maka tak
seorangpun yang menegur dirinya barang sekejappun.
Sebaliknya keempat orang dari wilayah Se-Ih itupun
salah mengira Tonghong Pek yang berhenti disisi mereka
sebagai anggota perkampungan Jiet-Gwat-Cung, mereka
lantas anggukkan kepala sebagai penghormatan Tongheng
Pek balas dengan mengangguk pula.
Beberapa saat telah lewat, tiba2 dari ruang tengah
berkumandang keluar suara teriakan lantang.
"Tamu dari Se-Ih dipersilahkan masuk kedalam ruang
tengah. untuk berjumpa dengan Boe Tek-Beng-cu !"
Keempat orang jago dari Wilayah Se-ih itu kelihatan
sangat gembira, buru-2 mereka berjalan masuk keruangtengah, sementara Tonghong Pek mengikuti terus
dibelakang mereka berempat.
Anda sedang membaca artikel tentang Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload dan anda bisa menemukan artikel Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/jago-kelana-4-cersil-baru-ndownload.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Jago Kelana 4 : Cersil Baru Ndownload with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/jago-kelana-4-cersil-baru-ndownload.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar