Setan Harpa 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 09 September 2011

Sesudah barang mestika itu diterima lawan, kembali
Kwan Siok kim membentak:
"Hayo serahkan orang itu kepadaku!"
Ciu Li li lertawa dingin.
"Tentu saja aku akan serahkan orang ini kepadamu, tapi
kalian jangan lupa dengan syaratku yang kedua!"
Seraya berkata dia melemparkan tubuh Ong Bun kim ke
arah Kwan Siok kim.
Berbareng dengan melemparkan tubuh Ong Bum kim
itu, secepat kilat Ciu Li li melompat keluar dari ruangan itu.
Tapi sebelum tubuh Ciu Li li melangkah keluar dari
pintu, berkumandang suara tertawa dingin yang
memekikkan telinga, kemudian muncullah beberapa sosok
bayangan manusia yang segera membendung sekeliling
pintu gerbang tersebut.
Tanpa terasa Ciu Li li menghentikan gerakan tubuhnya,
sementara ke tiga sosok bayangan abu-abu itupun telah tiba
didepan pintu.
Tampaklah orang yang berada dipaling depan adalah
seorang kakekk kurus kering berkumis panjang yang duduk
diatas sebuah kursi, orang itu tak lain adalah Yu leng lojin
dari perguruan tanpa sukma.
Dirbelakangnya bertdiri dua orang qjago yakni Dewir
mawar merah serta wakil ketua perguruannya.
Akhirnya Yu leng lojin munculkan diri juga ditempat itu.
Sambil tertawa panjang dengan nada yang dingin
menyeramkan, dia segera berseru.
"Oooh apakah pertemuan Pay kiam telah diselenggarakan?
Jadi pun-buncu telah datang terlambat?"
Tiang seng lojin tertawa terbahak-bahak, selanya.
"Siok buncu, masih kenal dengan Iohu?"
Yu-leng lojin mengalihkan sorot matanya ke wajah
Tiang seng lojin, kemudian kembali ia tertawa seram.
"Haaahhh haaahhh haaahhh sungguh tidak kusangka
kalau kaupun berhasrat untuk ikut memperebutkan pedang
sakti Sin kiam tersebut." katanya.
"Betul, tapi sayang kedatangan Siok buncu agak
terlambat!..
Mendengar itu, paras muka Yu leng lojin segera berubah
hebat.
"Maksudmu, pedang Sin kiam tersebut telah didapatkan
orang lain " teriaknya.
"Benar".
"Didapatkan siapa?"
"San tian Buncu"
"Apa?".
Yu leng lojin dan Kwan Siok kim hampir bersamaan
waktunya menjerit kaget. Kalau yang satu merasa diiuar
dugaan maka yang lain merasa amat terperanjat hingga
detik itu Kwan Siok kim baru tahu kalau Ciu Buncu
tersebut sesungguhnya bukan lain adalah ketua perguruan
San tian-bun yang telah menyelakai ayah ibunya selama ini.
Semenjak dia muncul dalam ruangan itu, belum ada
seorang manusiapun yang mengatakan bahwa Ciu Li li
adalah ketua dan perguruan dari San tian-bun, itulah
sebabnya setelah mendengar perkataan itu, kontan
wajahnya diliputi oleh hawa napsu membunuh yang sangat
tebal.
"Jadi kaulah yang bernama ketua perguruan San tian
bun?" hardiknya.
"Benar!"
"Jadi kau juga orang yang memikat ayahku serta
mencelakai ibuku Kwan Siau ciu?"
Ucapan tersebut ibaratnya suara guntur yang
menggelegar disiang hari bolong, seketika itu juga membuat
Ciu Li-li merasa terkesiap dan tertegun, sampai lama sekali
dia baru bisa berbicara:
"Kau kau adalah putrinya Kwan Siau-ciu?"
"Benar."
"Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
di luar dugaanku, cuma saat ini kau tak bisa turun tangan
kepadaku!"
Tiba-tiba Yu leng lojin tertawa dingin katanya:
"Ciu buncu, kau juga mengerti bahwa pedang Sin kiam
adalah sebilah senjata mestika yang sudah lama kukagumi,
sekarang aku telah muncul ditempat ini, sudah sewajarnya
kalau kau tunjukkan dulu benda itu kepadaku, sebab aku
ingin tahu sesungguhnya berbentuk macam apakah pedang
yang dinamakan pedang Sin kiam tersebut."
Semenjak kemunculannya Yu leng lojin yang seram dan
misterius itu tersebut, seluruh hadirin yang berada dalam
ruangan Tat mo wan telah dibikin ngeri dan bergidik
rasanya, apalagi setelah mengetahui kalau kehadirannya
ditempat itu adalah demi pedang Sin kiam, hal mana
semakin membuat bau orang kebat-kebit rasanya.
Dan kini dia telah mengutarakan kata-kata yang jumawa
sekali nadanya, dari ucapan tersebut bisa diketahui bahwa
ia sudah bertekad untuk mendapatkan pedang Sin kiam
tersebut walaupun dengan cara apapun juga.
Ciu Li li balas tertawa dingin lalu menegur:
"Jadi kaulah yang bernama Yu leng Iojin ketua dari
perguruan Yu leng bun."
"Benar, aku pikir buncu pasti bersedia bukan untuk
meminjamkan pedang itu kepadanya?"
"Heeeh heehh heeehh seandainya aku keberatan untuk
meminjamkan kepadamu?" jengek Ciu Li li sambil tertawa
dingin.
oooOdwOooo
BAB 71
AKU pikir Ciu buncu bukan seseorang yang tidak
berperasaan semacam itu, jadi kau pasti bisa mengambil
suatu kebijaksanaan dengan meminjamkan pedang itu
kepadaku, betul bukan?"
"Sayang sekali aku bukan termasuk orang bijaksana
seperti yang kau lukiskan itu, aku enggan meminjamkan
kepadamu, sekarang mau apa kau?"
"Tidak mau meminjamkan kepadambu?"
"Betul, tiddak akan kupinjaamkan kepadamu."
Yu leng lojin segera tertawa seram, suara tertawanya itu
mengerikan sekali, membuat bulu kuduk orang pada berdiri
semua saking seramnya mendengar suata itu.
Rupanya ketua dari perguruan San tian bun, Ciu Li li
juga menyadari bahwa ia telah menghadapi seorang musuh
yang amat tangguh, dalam waktu singkat hawa murninya
segera dihimpun menjadi satu didalam tubuh dan bersiap
sedia untuk melangsungkan suatu pertarungan mati matian
melawan Yu leng lojin.
Situasi di arena menjadi sangat tegang, selapis hawa
napsu membunuh yang tebal segera menyelimuti sekeliling
tempat itu.
Yu leng lojin menarik kembali senyuman yang menghiasi
wajahnya itu, kemudian berkata:
"Kalau begitu, Buncu telah bersiap-siap untuk turun
tangan sendiri menghadapi aku?"
"Benar!"
"Apa sih gunanya kita harus bertarung? Pertarungan
diantara kita berdua sesungguhnya sangat tidak bermanfaat,
karena bagimu juga bagiku hal tersebut bukanlah sesuatu
kejadian yang menguntungkan.."
"Bila kau tidak ingin mencari gara-gara denganku, lebih
baik cepatlah enyah dari sini."
Yu leng lojin kembali tertawa terkekeh-kekeh dengan
seramnya.
"Heeehhh heeehhh heeehhh Ciu Buncu, kalau begitu
jangan kau salahkan lagi jika aku akan bertindak keji
terhadap dirimu!"
Belum selesai mengucapkan kata-kata tersebut, nampak
berkelebat lewat, tubuh berikut kursinya tahu-tahu telah
melayang ketengah udara dan langsung menyerang ke
tubuh Ciu Li li.
Serangan yang dilancarkan Yu leng lojin ini bukan saja
dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa, dibawah
sergapan kilat dari Yu-leng lojin, secepat kilat Ciu Li li
melepaskan-pula sebuah serangan balasan yang tak kalah
hebatnya.
Kedua belah pihak sama-sama menyerang dengan
kecepatan luar biasa, diantara berkelebatnya bayangan
manusia, tahu-tahu tubuh Ciu Li li telah mundur kembali
kebelakang, sementara Yu-leng Iojin sekali lagi melanjutkan
terjangannya kemuka sambil melepaskan serangan secara
beruntun.
Sekalipun Yu leng lojin hanya seorang kakek yang
lumpuh kakinya, namun serangan yang dilancarkan
olehnya itu boleh dibilang memiliki kecepatan yang sama
sekali tidak berada di bawah kecepatan Ciu Li li.
Dalam waktu singkat ia telah melancarkan kembali tiga
buah serangan berantai.
Sementara itu, Tiang-seng lojibn telah menarikd kembali
perhataiannya dari perbtarungan yang sedang berlangsung
ditengah arena itu, kemudian mengalihkan perhatiannya ke
atas wajah Ong Bun kim.
Dilihatnya napas si anak muda itu sudah amat lemah
sekali, jelas sudan termakan oleh serangan berat Ciu Li li.
Dia menggigit bibirnya menahan pergolakan emosi dalal
hatinya, lalu mengalihkan kembali sorot matanya ke tengah
arena, dia beranggapan bahwa membiarkan Ciu Li-li dan
Yu leng lojin melangsungkan suatu pertarungan matimatian,
merupakan kejadian yang sangat menguntungkan
sekali bagi pihak mereka.
Mendadak....terdengar bentakan nyaring menggelegar di
udara, tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat,
kemudian dua sosok bayangan manusia itupun saling
berpisah satu dengan lainnya.
Yu leng lojin tertawa dingin, katanya:
Ilmu silat yang dimiliki Ciu Buncu benar-benar luar biasa
sekali, sungguh membuat aku merasa amat kagum"
"Ilmu silat yang dimiliki So buncu juga lihay sekali,
mungkin tiada tandingannya lagi dalam dunia ini."
sambung Ciu Li li dengan nada setengah mengejek.
"Ciu buncu, benarkah kau hendak mengajakku antuk
melangsungkan suatu pertarungan yang akan menentukan
mati hidup kita berdua?"
"Benar, kecuali kalau pada saat ini juga kau bersedia
pergi meninggalkan tempat ini "
Yu leng lojin segera memperdengarkan laara tertawanya
yang geram sekali.
"Heeaah heeeh .....buncu..... jelas hal ini tak mungkin
bisa kulakukan..."
"Jikalau memang tak bisa kau lakukan, lebih baik kita
teruskan saja dengan suatu pertarungan."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba tubuh Yu
leng lojin telah melejit ke tengah udara dan menerjang
kehadapan Ciu Li li dengan kecepatan luar biasa, segulung
desingan angin dingin yang menggidikkan hati langsung
berhembus lewat dan menerpa ke atas dadanya.
Ciu Li li cukup menyadari akan kelihayan musuhnya,
sekarang dia pun sudah berhasrat untuk melakukan
pertarungan mati-matian untuk mempertahankan pedang
mestikanya itu.
Maka begitu Yu leng lojin menerjang datang sambil
melancarkan serangan kilat, cepat-cepat tubuhnya berputar
bagaikan gasingan, lalu secara beruntun melepaskan juga
dua buah serangan berantai.
Serangan demi serangan yang dilakukan ke dua belah
pihak sama-sama cepatnya dan sama-sama hebatnya,
sungguh merupakan suatu tontonan gratis yang menarik
hati.
Agaknya didalam hati masing-masing sudah mempunyai
perhitungran sendiri-sendiri, jika pertarungan itu tidak
segera diselesaikan secara cepat, bukan saja Sin kiam
tersebut tak akan berhasil mereka dapatkan, bisa jadi akan
berakibat terlukanya kedua belah pihak.
Sementara Yu leng lojin dan Ciu Li-ii sedang
melangsungkan pertarungan sengit ditengah arena, Yu Cing
yang berada di sisi arena telah mengawasi terus Giok bin
hiap yang berada disisi altar dengan pandangan mata tak
berkedip.
Pada saat itulah dia telah maju menahan dirinya,
kemudian berbisik: "Ayaah...!"
Panggilan itu sangat menggetarkan perasaan Giok bin
hiap, dengaa perasan terkejut bercampur girang, dia
berpaling dan mengawasi anak gadisnya itu, suatu perasaan
yang tak terlukiskan dengan kata-kata timbul dalam hati
kecilnya, tanpa disadari titik air mata jatuh bercucuran
membasahi pipinya..
"Baik-baiklah ibumu?" tanyanya lirih.
"Dia... Dia masih berada dalam keadaan baik-baik, cuma
setiap hari selalu merindukan dirimu..."
"Aku telah berbuat salah kepadanya..."
"Oooh ayah, hal ini tak bisa menyalahkan dirimu !"
"Kau....kau sudah dewasa sekarang... tentunya sudah
berumur dua puluh tahun lebih bukan ?"
Dengan perasaan yang sangat terharu ia memeluk
putrinya ke dalam rangkulan serta merangkulnya erat-erat.
Yu Cing tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, ia
menangis tersedu-sedu dalam pelukan ayahnya.
Sementara itu, dipihak lain Tiang seng lojin telah
menghampiri si pemuda berbaju abu-abu itu, setelah
memberi hormat dia pun menyapa:
"Selamat berjumpa engkoh cilik."
"Selamat berjumpa Locianpwe!" buru buru pemuda
berbaju abu-abu itu membalas hormat. .
"Benarkah kau hendak mentari Ong Bun kim ?"
"Benar!"
"Boleh aku tahu, ada urusan apa kau mendari dirinya?"
"Oooh....tidak ada urusan apa-apa, aku cuma datang
untuk menyampaikan suatu titipan saja !"
"Suatu titipan apa?"
"Benar!"
"Entah engkoh cilik hendak menyerahkan titipan dari
siapa kepadanya ?"
"Tay khek Cinkun !"
"Apa? Titipan dari Tay khek Cinkun? Jadi mereka...
mereka belum mati?"
"Yaa, mereka belum mati."
"Mengapa? Sekarang mereka berada dimana?"
"Menurut penuturan mereka berdua, katanya mereka
berdua bersama Ong Bun kim telah mendatangi perguruan
San tian bun, tapi kemudian mereka bersama Oag Bua kim
dihantam oleh ketua dari perguruan San tian bun itu
sehingga terjatuh kedalam jurang yang berpuluh-puluh ribu
kaki dalamnya itu."
"Lantas mengapa mereka tak sampat mati?"
"Dibawah jurang terdapat sebuah sungai itulah yang
menyebabkan mereka tak sampai tewas, ketika terbawa arus
sampai hilir mereka telah berjumpa denganku dan kutolong
mereka naik ke atas daratan, waktu itu luka yang mereka
derita parah sekali, mustahil buat kedua orang itu untuk
muncul kembali ke dalam dunia persilatan dan mencari
kabar tentang Ong Bun kim masih hidup atau tidak?"
"Tapi keadaan mereka pada saat ini sudah tidak terlalu
menguatirkan bukan?" tanya Tiang seng lojin dengan
cemas.
"Oooh, tidak mengapa! Asal beristirahat beberapa waktu
lagi. niscaya kesehatan badan mereka akan pulih kembali
seperti sedia kala"
"Bolehkah aku tahu siapa nama engkoh cilik?"
"Boanpwe bernama Thia Eng!"
"Siapa pula gurumu?"
"Guruku sudah meninggal dunia pada sepuluh tahun
berselang, siapa namanya, aku sendiripun kurang begitu
tahu!"
"Tapi aku pikir gurumu pastilah seorang tokoh sakti dari
dunia persilatan bukan?"
"Soal ini kurang begitu tahu." sampai di-situ, tiba-tiba si
pemuda berbaju abu-abu itu mengalihkan pokok
pembicaraannya kesoal lain, dia bertanya kembali:
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ditempat ini?"
"Kau maksudkan mengapa mereka berdua sampai
terlibat dalam suatu pertarungan?" ujar Tiang seng lojin
sambil menuding kearah Yu leng lojin serta Ciu Li li yang
sedang bertarung ditengan arena itu."
"Benar!"
"Yaa, karbena apa lagi? Tdentu saja lantaaran ingin
mempebrebutkan pedang Sin kiam!"
"Kau maksudkan senjata tajam yang di wariskan Hek mo
im seorang tokoh sakti dari dunia persilatan itu?"
"Benar !"
Mengenai masalah pedang sin kiam tersebut, akupun
pernah mendengarnya dari guruku, tapi sesungguhnya apa
yang mengakibatkan terjadinya peristiwa semacam ini?"
Terpaksa Tiang seng lojin harus menuturkan kembali
semua peristiwa yang telah terjadi dalam ruangan itu.
Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, paras
muka Thia Eng segera berubah hebat, katanya kemudian.
"Kalau begitu pedang Sin kiam tersebut sesungguhnya
telah menjadi milik Ong Bun kim?"
"Betul!".
"Jadi Ketua dari perguruan San tian bun ini secara licik
telah turun tangan keji untuk menyergap Ong Bun kim?"
"Betul!"
"Kurangajar manusia semacam ini pantas dibunuh !"
Ucapan tersebut diutarakan dengan nada penuh hawa
napsu membunuh, membuat siapapun yang mendengar ikut
bergidik rasanya.
Dalam pada itu Kwan Siok kim telah membaringkan
Ong Bun kim diatas tanah, sepasang tangannya menguruti
seluruh urat nadi dan jalan darah penting ditubuh pemuda
itu dengan maksud untuk menyadarkan kembali dirinya
dari keadaan tak sadar.
Mendadak...
Suatu bentakan keras yang menggelegar berkumandang
memecahkan keheningan, ditengah bentakan tersebut
secepat sambaran kilat Yu leng lojin melepaskan dua buah
pukulan dahsyat kedepan.
Waktu itu pertarungan sudah berlangsung hampir
mencapai puluhan gebrakan banyaknya, akan tetapi
menang kalah masih sukar ditentukan, tampaknya Yu leng
lojin sudah berhasrat untuk cepat menyelesaikan
pertarungan ini dengan mengandalkan kepandaian
melepaskan racunnya..
Setelah melancarkan dua buah pukulan itu, dia lantas
mundur beberapa langkah kemudian maju kembali, pada
saat tubuhnya mundur itulah racun jahat yang dibawanya
telah siap-siap dilepaskan.
Pada saat menjelang Yu leng lobjin melepaskan dracun
keji tersaebut suatu bentbakan nyaring kembali menggelegar
di udara.
"Tahan !"
Bentakan itu sangat keras bagaikan guntur yang
membelah bumi disiang hari bolong membuat semua orang
merasakan telinganya mendengus keras sekali menyusul
kemudian sesosok bayangan manusia berwarna abu-abu
meluncur masuk kedalam arena dan berdiri tepat di
hadapan Ciu Li li ketua dari perguruan San tian bun itu.
Orang yang menampilkan dirinya itu tak lain adalah si
anak muda berbaju abu-abu itu, Thia-Eng adanya.
Dengan sorot mata yang memancarkan sinar tajam, dia
mengawasi wajah Ciu Li li yang bercadar itu tanpa
berkedip, kemudian bentaknya dengan suara dingin:
"Kaukah yang bernama Ciu Li li ketua dari perguruan
San tian bua itu ?"
Ciu Li li memandang pemuda itu sekejap kemudian
menganggukkan kepalanya.
"Benar !"
"Serahkan pedang itu kepadaku."
"Menyerahkan pedang itu kepadamu?" Ciu-Li li segera
tertawa dingin tiada hentinya "apa yang kau andalkan
untuk berbuat demikian?"
Air muka pemuda baju abu-abu Thia Eng berubah
sedikit kemudian dengan menyerigai bengis bentaknya lagi:
"Sebetulnya kau bersedia menyerahkannya kepadaku
atau tidak?"
"Tidak !"
"Jadi kau sudah pingin mampus?"
Dengan gusarnya Thia Eng membentak keras, kemudian
secepat sambaran kilat dia menerjang kemuka dan langsung
menubruk Ciu Li li sambil melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Serangan yang dilakukan oleh Thla Eng ini boleh
dibilang cepat seperti sambaran kilat dan dahsyat, seperti
muntahnya sebuah bukit karang, sungguh mengerikan
sekali.
Ciu Li-li tak berani bertindak gegabah, buru-buru dia
mengebaskan tangan kanannya ke muka untuk
membendung datangnya ancaman itu.
Tangkisan yang dilakukan oleh Ciu Li li ini tak bisa
dikatakan tidak cepat, akan tetapi justru gerakan dari Thia
Eng jauh lebih cepat dari gerakannya itu, diantara
berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu serangan kedua
telah dilancarkan kembali.
Sekarang Ciu Li li baru terperanjat, dia tidak menyangka
kalau musuhnya begitu lihay, buru-buru tubuhnya melejirt
ke samping unttuk menghindarkqan diri, maksudrnya dia
hendak meloloskan diri dari serangan maut yang diincar
pemuda itu..
Sayang sekali, secepat-cepatnya dia bergerak untuk
menghindar, toh tetap masih terlambat satu tindak.
Angin pukulan Thia Eng yang dahsyat bagaikan
gulungan ombak dahsyat ditengah samudra itu sudah
meluncur datang secepat sambaran kilat, terpaksa dia harus
menggigit bibirnya untuk menyambut datangnya serangan
itu dengan keras-lawan keras.
"Blaaaam !"
Ditengah ledakan keras yang memekikkan telinga, kudakuda
Ciu Li li tergempur, tubuhnya tak dapat berdiri tegak
lagi dan secara beruntun mundur sejauh tujuh delapan
langkah dengan sempoyongan, sebaliknya Thia Eng sama
sekali tidak bergeming dari tempatnya semula.
"Sambutlah sekali lagi seranganku ini!" bentak Thia Eng
keras-keras.
Ditengah bentakan itu, sekali lagi tubuhnya meluncur
kedepan dan melancarkan dua buah serangan berantai.
Ilmu silat yang dimiliki Thia Eng benar-benar
menggidikkan hati, hanya dalam waktu singkat dia telah
melepaskan lagi dua buah serangan yang maha dahsyat.
Mendadak...
Pada saat Thia Eng melancarkan serangan tiba-tiba ke
arah Ciu Li-li. Yu leng lojin juga menerjang masuk ke
dalam arena, kemudian mereka berdua bersama-sama
menerjang ke muka sambil melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Serangan itu dilancarkan sekaligus tertuju ke tubuh Ciu
Li li maupun Thia Eng, kecepatannya luar biasa sekali,
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia
sudah mundur kembali ke belakang.
Ketika Ciu Li li dan Thia Eng baru selesai saling beradu
pukulan, terdengar Yu leng lojin berseru.
"Harap kalian berdua menghentikan pertarungan!"
Mendengar bentakan itu tanpa terasa ke dua orang itu
sama sama menarik kembali serangannya dan berpaling.
Tampak Yu leng lojin sedang memandang ke arah
mereka dengan sekulum senyuman yang licik menghiasi
ujung bibirnya.
"Mau apa kau?" tegur Ciu Li li sambil tertawa dingin.
Dengan bangganya Yu leng lojin tertawa terbahakbahak.
"Haaahh.. haaahaaahhh... haaahhh.. kalian berdua
tak usah melanjutkan pertarungan lagi, kamu semua telah
terkena racun jahatku!"
"Apa...?" jerit Ciu Ii li dengan perasaan terperanjat, paras
mukanya sampai berubah hebat.
Yu leng lojin kembali tertawa seram, ujarnya kembali:
"Kalian berdua sudah terkena racun keji Liat-im si tok
(racun peretas hati) cuma dengan mengandalkan tenaga
dalam yang kalian berdua miliki, asal tidak melakukan
pertarungan lagi, untuk mendesak keluar sari racun tersebut
dari dalam tubuh bukanlah- suatu pekerjaan yang terlalu
menyulitkan, kalau tidak kalian pasti akan mampus karena
bekerjanya racun itu"
Ucapan tersebut cukup menggidikkan hati semua orang
yang mendengarnya, sekarang semakin terbukti akan
kekejaman Yu leng lojin, hakekatnya apa yang diucapkan
dan apa yang dilakukan cukup menggidikkan hati setiap
orang.
"Bila Ciu buncu kurang percaya, mengapa tidak
mencoba untuk mengatur pernapasanmu?"
Buru-buru Ciu Lili mengatur pernapasannya, benar juga
ia segera merasakan isi perutnya amat sakit bagaikan
ditusuk-tusuk dengan pisau belati, dalam keadaan demikian
buru-buru dia membuyarkan seluruh hawa murninya dan
menggigit bibir menahan hawa amarahnya yang
memuncak.
Yu leng lojin tertawa bangga kembali ejeknya.
"Ciu buncu, tentunya kau sudah percaya bukan
sekarang?"
"So buncu, kaii memang tidak malu kalau disebut
sebagai seorang manusia berhati hitam yang keji!"
Mendengar itu, Yu leng lojin tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh haa hah haaahhh....nada ucapan Ciu buncu
sama sekali telah berubah, yaa, kita semua sama-sama
demikian, seta li tiga uang bukan?"
"Racun jahat tanpa wujudmu betul-betul sangat lihay.."
"Aah...cuma suatu permainan kucing kaki tiga belaka,
Ciu buncu aku-pikir ada baiknya jika kedua macam benda
mestika itu kau serahkan kepadaku."
Ciu Li li adalah seorang jagoan yang berpe sgaiaman,
sekalipun dia sangat berharap bisa mendapatkan benda
mestika tersebut, tapi bagaimanapun juga nyawa adalah
jauh lebih penting dari segala-galanya, apalagi sebagai
seorang yang pintar dia enggan untuk menerima kerugian
yang berada didepan mata.
Meskipun hari ini ia telah dipecundangi orang, toh
bukan berarti sudah tiada kesempatan lagi baginya untuk
melakukan pembalbasan dendam?
Maka setelah termenung dan berpikir sejenak, dia
berkata:
"Baiklah, akan kuserahkan kedua macam benda mestika
ini kepadamu, nah terimalah ini"
Sambil berkata dia lantas melemparkan pedang Sinkiam
dan kotak besi berisi kitab pusaka ilmu pedang itu ke arah
Yu-leng lojin...."
Mendadak Bayangan manusia berkelebat lewat, pada
saat Ciu Li li sedang melemparkan kedua macam mestika
itu ke arah Yu leng lojin inilah tahu-tahu Thia Eng sudah
meluncur ke depan dan menyambar kedua buah benda
mestika tersebut.
-oo0dw0oo--
Jilid 23
TINDAKAN dari Thia Eng ini benar-benar jauh diluar
dugaan siapapun juga, bukanlah ia sudah terkena racun keji
dan tak mungkin bisa menggunakan tenaga dalam lagi?
Agaknya Yu leng lojin juga dibikin tertegun oleh kejadian
tersebut, sehingga untuk sesaat lamanya ia cuma bisa berdiri
melongo.
Dalam waktu singkat Thia Eng telah berhasil merampas
kedua buah benda mestika itu dari tangan lawan.
Yu Leng lojin segera membentak keras, tubuh berikut
kursinya bersama sama meluncur ke depan dan menerjang
ketujuh Thia Eng.
000OdwO000
BAB 72
SUNGGUH hebat dan mengerikan serangan yang
dilancarkan Yu leng lojin dalam keadaan gusar ini, tak bisa
dihindari lagi Thia Eng kena dipaksa sehingga harus
mundur sejauh tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Cepat-cepat ia membalikkan badannya untuk
menghindarkan diri. kemudian telapak tangan kanannya
diayunkan kemuka balas melancarkan sebuah pukulan kilat.
Yu leng lojin segera melayang mundur sejauh satu kaki
lebih dari posisi semula, bentaknya:
"Saudara, mengapa kau tidak segera kau serahkan kedua
buah benda mustika itu kepadaku?"
Thia Eng mengejek sinis sambil tertawa dingin:
"Atas dasar apa kau memerintahkan diriku untuk berbuat
demikian?"
"Saudara, memangnya kau sudah tak mau lagi nyawamu
itu? Ketahuilah kau sudah terkena racun jahatku!"
"Jangan kuatir." kata Thia Eng sambil tertawa dingin,
"kalau cuma racun semacam itu mah masih selum cukup
mampu untuk melukai diriku racunmu itu tidak mempan
terhadap diriku"
Paras muka Yu leng lojin berubah sedikit, agaknya ia
terkejut mendengar perkataan tersebut.
"Apakah sama sekali tidak merasakan gejala-gejala
keracunan di dalam tubuhnya?"
"Sama sekali tidak merasakan abpa-apa, aku merdasakan
tubuhku asegar bugar sepberti sedia kala"
Walaupun musuhnya telah berkata begitu, akan tetapi
Yu leng lojin masih tetap beranggapan bahwa hal ini adalah
tak mungkin bisa terjadi, sebab racun tak berwujud
miliknya itu adalah sejenis racun jahat yang hebat sekali
daya kerjanya, sepanjang pengetahuannya, belum pernah
ada orang yang dapat meloloskan diri dari serangan tersebut
dalam keadaan selamat.
Buncu atau ketua dari perguruan San tian bun yang
dikatakan sangat lihaypun tak mampu meluputkan diri dan
serangan racunnya, mana mungkin Thia Eng bisa terkecuali
dari kenyataan tersebut?
Namun, bila ditinjau dari keadaan Thia Eng yang segar
bugar, tampaknya anak muda itupun tidak memperlihatkan
gejala keracunan, lalu apa yang sesungguhnya telah terjadi?
Paras mukanya kembali berubah hebat, teriaknya
kemudian:
"Silahkan kau merasakan kelihayanku sekali lagi!"
Begitu sehabis berkata, sekali lagi Yu-leng lojin meluncur
kedepan sambil menyerang Thia Eng, secara beruntun dia
melepaskan dua buah serangan, sedangkan Thia Eng pun
tidak tanggung-tanggung segera melancarkan juga dua buah
serangan balasan.
Sementara itu, Kwan Siok kim yang bersusah payah
menguruti seluruh jalan darah dan nadi penting ditubuh
Ong Bun-kim sama sekali tidak mendatangkan hasil apaapa,
si anak muda itu masih tetap berada dalam keadaan
tak sadarkan diri.
Karena kehabisan tenaga dan kecapaian setengah mati
sehingga sekujur bidannya bermandikan keringat, terpaksa
Kwan Siok-kim menghentikan usahanya untuk memberi
pertolongan dengan duduk bersila mengatur pernapasan.
Giok bin hiap yang menyaksikan kejadian itu buru-buru
mendorong tubuh Yu Cing dan menghampiri Ong Bun kim,
tapi setelah melancarkan beberapa totokan ke tubuh Ong
Bun kim, ia sendiripun tampak agak tertegun.
Yu Cing menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan
keadaan itu, segera tegurnya:
"Ayah, bagaimana keadaannya?"
Dengan perasaan berat Giok bin hiap menggelengkan
kepalanya berulang kali sahutnya.
"Aku lihat sudah tak tertolong lagi!"
"Apa ?" hampir semua orang hadir di sekitar tempat itu
menjerit kaget.
"Jalan darah nadi penting Sam im ciat meh nya sudah
ditotok mati orang, kecuali terdapat obat mujarab didunia
ini, rasanya sulit untuk menembusi nadi pentingnya yang
tersumbat itu!"
"Obat mujarab apakah itu?"
"Aku sendiripunr tidak dapat metnyebutkannya daqlam
waktu singkrat"
"Lantas dia ..dia masih bisa hidup berapa lama lagi?"
"Tiga hari? Bukankah sekalipun dapat di ketahui obat
mujarab apa yang bisa menyembuhkan dirinya, dalam tiga
hari yang begitu singkat tak mungkin bisa didapatkannya,
bukankah itu berarti bahwa jiwanya susah ditolong lagi?"
"Benar!"
Paras muka semua orang menjadi berubah tegang sekali
sesudah mendengar perkataan itu, peluh dingin tanpa terasa
bercucuran membasahi sekujur tubuh mereka.
Perlu diketahui, yang disebut sebagai nadi Sam-im-ciat
meh adalah suatu nadi penting yang mempengaruhi mati
hidup seorang, apabila nadi tersebut sampai terkena
pukulan maka tiada harapan buat orang tersebut untuk
hidup lebih jauh, tentu saja kecuali kalau ada obat mujarab
yang bisa menggerakkan kembali peredaran darah dalam
sekitar nadi tersebut.
Tapi, obat mujarab adalah suatu benda yang bisa
dijumpai tak bisa dicari, kemana dia harus mencari obat
tersebut dalam dunia yang begini luasnya ini.
Mendadak terdengar suara bentakan keras menggelegar
di udara, tampak Thia Eng dan Yu leng lojin sama-sama
memisahkan diri kebelakang kemudian...
"Uaaak!" Yu leng lojin telah muntahkan darah kental
dari mulutnya.
Sedangkan paras muka Thia Eng juga berubah agak
memucat.
Dalam keadaan demikian Yu leng Iojin segera
memperlunak sikapnya, dengan lembut ia berkata.
"Ilmu silat yang saudara miliki betul-betul mengagumkan
sekali, biarlah aku orang she So mohon diri lebih dahulu"
Seusai berkata dia lantas melayang pergi meninggalkan
ruangan itu diikuti wakil ketuanya dan si Dewi mawar
merah.
Tak selang beberapa saat kemudian, Ciu Li li dan kedua
orang pelindung hukumnya juga ikut berlalu dari situ.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh ruangan
tiba-tiba terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang saling susul menyusul.
Dalam waktu singkat ada tujuh delapan orang jago
persilatan yang sudah terkapar di atas tanah dalam keadaan
tak bernyawa lagi, darah kental meleleh keluar dari ketujuh
lubang inderanya.
"Ruangan ini ada racunnya" mendadak kedengaran ada
orang berteriak keras.
Suasana dalam ruangan itu seketika berubah menjadi
sangat gaduh paras muka semua orang berubah hebat,
menyusul kemudian bayangan manusia berkelebat lewat,
segenap orang yang berada didalam ruangan Tat mo wan
telah kabur keluar dari tempat itu dengan terbirit-birit
seakan-akan-disana telah terjadi sesuatu yang mengerikan
hati.
Dalam waktu singkat, ruangan Tat mo wan telah
berubah menjadi suatu tempat yang sepi dan mengerikan,
kecuali ketujuh delapan sosok mayat itu, tidak nampak lagi
bayangan manusia lain yang berada disana.
Setelah semua orang mengundurkan diri dari ruang Tat
mo wan. rasa ngeri masih belum lenyap dari hati masingmasing,
malah ada diantara mereka yang berdiri dengan
tubuh menggigil.
Tak lama kemudian, kembali terdengar lima kali jeritan
ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, lagi-lagi ada lima orang yang roboh terkapar
diatas tanah dalam keadaan yang mengerikan hati.
Beberapa orang itu tampaknya memiliki tenaga dalam
yang tidak terlampau tinggi apalagi tidak segera berusaha
untuk mengatur pernapasan dan mendesak keluar hawa
racun dari dalam tubuhnya, tak ampun lagi hawa racun itu
menyerang ke dalam isi perutnya yang mengakibatkan
kematian bagi mereka semua.
Adegan ini sungguh merupakan suatu pemandangan
yang sangat menggetarkan hati.
Dalam waktu singkat, mayat-mayat itu telah berubah
menjadi hitam seperti arang, ini menunjukkan betapa
jahatnya racun tersebut.
Sedang sisa jago lainnya sama-sama kuatir kalau tubuh
merekapun keracunan, serentak orang-orang itu duduk
bersila untuk mengatur napas masing-masing.
Untuk sesaat lamanya suasana dalam arena menjadi
hening dan diliputi suasana yang serba menyeramkan.
Akhirnya ada juga yang telah bangkit berdiri, tapi ada juga
yang masih duduk bersila dengan wajah memucat.
Tiang seng lojin memandang sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian tegurnya.
"Masih ada siapa lagi yang keracunan?"
"Aku !"
Ada empat orang menyahut mereka adalah si Jago
pembawa lampu, Yu Cing, Bunga iblis dari neraka dan
seorang kakek berbaju hitam.
Tiang seng lojin segera menyerahkan masing-masing
seorang pil penawar racun, katanya "Cepat kalian telan obat
ini!"
Setelah menelan pil tersebut, kembali mereka duduk
bersila untuk mendesak keluar racun yang mengeram dalam
tubuhnya.
Dalam pada itu Thia Eng telah berjalan menghampiri
Ong Bun kim, katanya kemudian:
"Bagaimana keadaannya?" Giok bin-hiap menggelengkan
kepalanya berulang kali sambil menjawab dengan sedih:
"Aku lihat ia sudah tak tertolong lagi"
"Kenapa?"
"la sudah termakan pukulan keji Ciu Li-li yang
menyumbat nadi penting San-im ciat meh nya. kecuali
terdapat obat mujarab didunia ini, rasanya tiada harapan
lagi baginya untuk hidup lebih jauh!"
Kenyataan yang membuktikan bahwa Thia Eng sama
sekali tidak keracunan ini segera mengejutkan hati semua
orang, dia benar-benar seorang pemuda yang aneh sekali,
mengapa ia tidak takut terhadap racun tak berwujud dari
Yu leng lojin.
Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa
yang tidak masuk akal, mungkinkah ia kebal terhadap
racun? Tapi hal ini tak mungkin terjadi, sebab diapun terdiri
dari darah dan daging.
"Engkoh cilik she Thia, benarkah kau sama sekali tidak
keracunan?" tegur Tiang sang lojin kemudian.
"Benar!"
"Hal ini mana mungkin bisa terjadi?"
"Kenapa tak bisa terjadi?"
"Kau bukan seorang manusia yang luar biasa, kau sama
sama terdiri dari darah dan daging."
"Oooh, kiranya soal itu! Yaa, oleh karena semenjak kecil
aku sadari terbiasa makan sejenis rumput yang mujarab,
maka akibatnya tubuhku timbul semacam kekuatan yang
bisa menolak pengaruh setiap racun, itulah sebabnya aku
kebal terhadap segala macam racun"
"Oooh....kiranya begitu!"
"Untung Thia sauhiap muncul tepat pada saatnya hari
ini, coba kalau tidak, entah bagaimana akibatnya?" kata
Giok bin hiap, "atas nama guruku, lohu mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari Thian sauhiap ini!"
"Hanya persoalan kecil, buat apa musti di pikirkan? "
Sementara itu, Bunga iblis dari neraka telah mohon diri
dari Lian ih lihiap dan Yu Cing.
Mendengar itu. Yu Cing segera berkata.
"Mengapa kau harus terburu buru pergi meninggalkan
tempat ini? Apakah kau tidak akan menunggu Ong Bun kim
lagi?"
"Menunggu dia....?" sekilas senyuman pedih menghiasi
wajah Bunga iblis dari neraka, "aku pikir tak perlu lagi..."
"Kenapa?"
"Sebab hal itu hanya akan menambah kesedihan dalam
hatiku saja."
"Apakah kau tidik msagaatirkan keselamatannya?"
"Tentu saja aku amat menguatirkan keselamatannya,
bahkan jauh lebih merasa kuatir daripada si-apapun juga.
karena itu dengan sedih ia menghentikan kembali langkah
kakinya yang sudah hampir melangkah pergi itu.
"Locianpwe." terdengar Thia Eng pun berkata
"Sungguhkah Ong Bun kin tak bisa ditolong lagi?"
"Yaa !"
Menyakaikan paras muka Ong Bun kim yang pucat pias
seperti mayat dan gigi yang terkatup kencang, beberapa
orang gadis yang mencintainya itu tak dapat mengendalikan
perasaannya lagi diam-diam mereka mengucurkan air mata
kesedihan.
"Apakah tak bisa disadarkan dari pingsannya" Kwan
Siok kim bertanya dengan air mata bercucuran.
"Untuk menyadarkan sih gampang" jawab Giok bin
hiap, setelah berhenti sebentar katanya kemudian, "Baiklah
akan kusadarkan dirinya siapa tahu kalau dia ingin
mengucapkan sesuatu kepada kalian"
Berbicara sampai disitu hawa murninya lantas disalurkan
kedalam telapak tangannya kemudian secara beruntun
menotok beberapa buah jalan darah penting ditubuh Ong
Bun kim, hawa murni yang kuat pelan-pelan disalurkan
keluar untuk menambah kekuatan dalam tubuh pemuda itu.
Kurang lebih setengah jam kemudian pelan-pelan Ong
Bun kim sadar kembali dari pingsannya, dia memandang
sekejap sekeliling tempat itu tapi apa yang terlihat hanyalah
bayangan manusia yang sangat kabur.
Kesadarannya masib tetap kabur dan tidak jernih, ia tak
bisa teringat kembali kejadian dimasa lalu, tidak teringat
sekarang dia hanya berada daIam keadaan kosong,
termangu dan tak tahu apa yang dilihatnya.
Kemudian ia mendengar dari kejauhan seperti ada orang
yang sedang berteriak memanggil namanya.
"Engkoh Ong..."
Maka satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Rupanya aku belum mati."
Lebih kurang setengah perminum teh kemudian akhirnya
ia dapat melihat jelas pemandangan yang terbentang
didepan matanya... ia membuka bibirnya ingin berbicara
tapi sampai lama sekali dia baru bisa berkata dengan lirih.
"Aku... aku belum matikah?"
"Ya, engkoh Ong kau... kau belum mati." jawab Kwan
Siok kim sambil berusaha keras menahan rasa sedihnya.
Pelan-pelan Ong Bun kim pun dapat teringat kembali
semua peristiwa yang telah terjadi, wajahnya segera
berubah, tanyanya:
"Dimana Ciu Li li?"
"Sudah pergi!"
"Bagaimana dengan pedang Sin kiam dan kotak besi
berisi kitab ilmu pedang itu?"
"Ada disini!" buru-buru Thia Eng menjawab. Sambil
berkata dia lantas menyodorkan pedang Sin kiam dan kotak
besi itu kehadapan Ong Bun kim.
Si anak muda itu tertegun, ia tidak kenal dengan Thia
Eng, diapun tak tahu siapakah orang itu, setelah
memandangnya sekian lama dengan wajah termangu
tegurnya:
"Siapakah kau?"
"Aku bernama Thia Eng!"
Giok bin hiap segera menghela napas katanya.
"Sungguh beruntung hari ini ada Thia sauhiap, kalau
tidak, aaai Entah bagaimana akibatnya."
Secara ringkas dia lantas menceritakan seluruh kejadian
itu kepada Ong Bun kim.
Selesai mendengar penuturan tersebut, dengan penuh
rasa terima kasih Ong Bun kim segera berkata.
"Budi kebaikan saudara Thia yang telah merampaskan
kembali benda mustika itu, entah bagaimana caranya
bagiku untuk membalas, kau bilang Tay khek Cinkun dan
Phang Pak bun berada di-tempatmu?"
"Betul soal kesehatan mereka berdua, harap saudara Ong
jangan kuatirkan!"
Kembali Ong Bun kim menghela napas. "Siaute tak tahu
bagaimana musti membayar semua budi kebaikan ini
kepadamu."
"Aaaah, saudara Ong ! Mengapa kau musti
mengucapkan kata-kata semacan itu? Harap kau menerima
kembali kedua buah benda mustika ini."
Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Siaute tak lebih hanya seorang yang sudah hampir mati,
biar benda mestika itu berada ditangan saudara saja, benda
itu berhasil kau rampas kembali dari tangan orang, sudah
sepantasnya kalau benda itu menjadi milikmu, harap kau
menerimanya"
"Hal ini mana boleh, hal ini mana boleh..." seru Thia
Eng cepat-cepat dengan gugup.
"Keputusanku sudah bulat, silahkan saudara Thia
menerimanya!"
"Kejadian semacam ini tak boleh sekali kali sampai
terjadi, benda mestika telah memilih tuannya sendiri,
setelah Sin kiam itu memilih saudara sebagai pemiliknya,
mana boleh kau serahkan kepadaku? Jangan ditampik lagi,
hayo terimalah kembali benda milikmu itu.."
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Ong Bun kim
menerima kembali pedang sin kiam dan kotak besi itu
kemudian sesudah menghela napas panjang katanya lagi.
"Aku adalah seorang yang sudah hampir mati, apa toh
gunanya benda mestika tersebut untukku...."
"Engkoh Ong, kau tak bakal mati." seru Kwan Siok kim
dengan air mata bercucuran.
"Aku tahu kalau nadi Sam im-ciat-meh ku sudah tertotok
dalam tiga hari aku pasti akan mati, cuma mati hidup sama
sekali tidak menjadi persoalan bagiku, hanya ada beberapa
macam persoalan yang mau tak mau harus kukatakan."
"Katakanlah !"
Ong Bun-kim memandang sekejap sekeliling arena,
kemudian katanya:
"Meskipun pedang suci sin kiam menunjuk aku dan nona
Kwan sebagai sepasang suami istri, tapi aku masih
mempunyai beberapa orang gadis yang kucintai, akupun
sudah berhutang budi banyak kepada beberapa orang gadis
itu, terutama kepada Tan Hong hong!"
Berbicara sampat disitu, ia merasa tenggorokannya
bagaikan tersumbat, air matanya jatuh bercucuran dengan
deras dan kata-katanya terputus sampai ditengah jalan.
Bunga iblis dari neraka juga mengucurkan air matanya,
sampai detik ini Ong Bun kim masih teringat kepadanya, ini
menandakan kalau ia benar-benar mencintainya secara
tulus, bagaimana mungkin hatinya tidak terharu dibuatnya?
Sekalipun ia telah berkorban baginya, tapi apalah artinya
pengorbanan tersebut?
Orang lain yang rela mati demi kekasihpun tak sedikit
jumlahnya apa lagi dengan pengorbanannya itu, dia telah
mendapat seluruh cinta kasih Ong-Bun kim terhadap
dirinya, kejadian ini sungguh-sungguh merupakan suatu
peristiwa yang sangat mengharukan hatinya.
Dengan air mata bercucuran dia lantas berbisik.
"Adik Ong, aku... pengorbananku tidaklah terhitung
seberapa."
"Tidak, aku sudah terlalu banyak berhutang budi
kepadamu, selama aku masih hidup budi kebaikan tersebut
tak akan kulupakan untuk selamanya."
Kecuali air mata yang jatuh berlinang, apalagi yang bisa
dia katakan?
"Enci Tan, semoga saja dalam penitisan yang akan
datang aku... aku bisa membalas hutang-hutangku ini
kepadamu." kata Ong Bun kim lagi.
Sementara pedihnya hati "Enci Tan, tahukah kau aku
paling mencintai dirimu?"
"Aku aku tahu" gadis itu menangis terisak, dengan amat
sedihnya.
ooooOdwOoooo
BAB 73
TIBA-TIBA Ong Bun kim menguasai rasa sedihnya
didalan hati. lalu berkata: "Asal kau dapat memahami
perasaanku, hal ini sudah lebih dari cukup, enci Tan, kau
boleh pergi sekarang!"
"Mengapa?"
"Apakah kau ingin menyaksikan ajalku tiba?"
"Tidak, kau tak akan mati..."
Ong Bun kim segera tertawa pedih, pelan-pelan sinar
matanya dialihkan ke wajah Lan Siok ling, sapanya:
"Nona Lan..."
"Ong siangkong...." belum lagi berbicara, air matanya
sudah jatuh bercucuran.
Ong Bun kim teringat kembali akan kebaikan Lan Siokling
terhadap dirinya, gadis itu betul-betul mencintainya
dengan setulus hati, bahkan rela menyerahkan tubuh dan
kesuciannya disaat ia hampir mati dulu, diantara sekbian
banyak gadids yang dikenal,a gadis ini memabng pantas
untuk menerima cintanya pula.
Setelah berpikir sejenak, Ong Bun kim berkata.
"Nona Lan, kau adalah istriku yang pertama, kau telah
menyerahkan segala sesuatunya kepadaku, dulu aku adalah
seorang yang hampir mati. sekarang akupun seseorang yang
sudah hampir mati."
"Kau tidak akan mati!" jerit gadis itu dengan amat
sedihnya.
"Aku tahu, aku adalah seseorang yang sudah mendekati
ajalnya, tapi kau telah banyak berkorban bagiku dan banyak
pula yang telah kau berikan kepadaku, bukankah dalam
rahimmu sudah terdapat darah dagingku?"
"Benar!"
"Kau harus baik baik mendidiknya nanti!"
"Aku dapat mendidiknya secara baik-baik, kau tak usah
kuatir"
Pelan-pelan Ong Bun kim segera mengangguk dalam hati
kecilnya, sedang saat kematian ini segera muncul suatu
perasaan lega. yaa, bagaimanapun juga kejadian ini
memang merupakan suatu kejadian yang pantas untuk
digirangkan.
Agaknya sebelum ajalnya tiba, Ong Bun kim ingin
menyelesaikan dulu semua persoalannya secara jelas dan
terang, kalau tidak, dia tak akan bisa beristirahat dengan
hati yang tenang.
Ditatapnya sskejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia
berseru.
"Kim losat, bolehkah aku berbicara beberapa patah kata
denganmu?"
Tay-pangcu dan perkumpulan Hui mo pung itu tampak
agak tertegun ketika mendengar namanya dipanggil Ong
Bun kim, sekilas perasaan yang sangat aneh segera terlintas
diatas wajahnya, pelan-pelan dia berjalan ke hadapan anak
muda itu. .
"Urusan apakah yang hendak kau bicarakan dengan aku
?"
Kulit wajah Ong Bun kim mengejang keras beberapa
kali, kemudian tanyanya.
"Siapa namamu?"
Pertanyaan yang diajukan oleh Ong Bun kim ini sekali
lagi membuat Kim lo sat ter tegun, tapi segera sahutnya:
"Aku bernama Ku Pek hoa!"
"Nona Ku, ayahmu dan ayahku adalah sahabat sehidup
semati, semenjak kita masih berada didalam perut, mereka
telah mengikat tali perkawinan kita berdua, aku Ong Bunkim
bukannya hendak menyangkal kebenaran ini tapi kau
harus mengerti, aku Ong Bun kim bukannya ingin
mengawini dirimu didalam cara seperti apa yang kau
inginkan."
"Aku mengerti!"
"Akupun mengerti bahwa kau mempunyai cara kerja dan
tujuanmu sendiri, tapi cara kerjamu itu justru membuat aku
orang she Ong Bun kim merasa benci dan sakit hati."
"Mengipa kau merasa sakit hatib?"
"Dengan mengdgunakan pelbagaai cara yang kejbi dan
mengerikan, Kau telah menciptakan badai pembunuhan
dalam dunia persilatan, membuat partai Hoa san, Soat-san
dan Tiam cong terpaksa harus takluk di bawah
kekuasaanmu."
"Aku berbuat demikian toh demi kepentinganmu."
"Sudah kukatakan tadi, aku enggan kawin denganmu
dalam cara yang kau inginkan itu, aku mempunyai harga
diri, sebelum mati aku berharap kau dapat mawas diri"
"Mawas diri?"
"Benar. Kejadian yang kau lakukan selama ini sudah
cukup banyak, kau harus mulai memperbaiki cara kerjamu
itu dengan memikirkan keselamatan umat persilatan, kalau
tidak maka akhirnya pasti ada orang yang akan
melenyapkan dirimu."
"Masih ada sesuatu yang ingin kau bicarakan lagi
denganku?" seru Kim lo sat kemudi an dengan suara dingin.
"Tidak ada, kau boleh pergi!" Kim lo sat melemparkan
pandangnya yang terakhir ke wajah Ong Bun kim,
kemudian memandang ke arah Gin losat, akhirnya tanpa
mengucapkan sepatah katapun berlalu dari situ, dalam
waktu singkat bayangan tubuh mereka berdua sudah lenyap
dari pandangan mata.
Menyaksikan kekerasan hati gadis itu, Ong Bun kim
menjadi terteguh, sinar matanya segera dialihkan ke wajah
Kwan Siok kim, ditatapnya gadis itu sampai lama sekali
tanpa mengucapkan sepatah katapun, ia tak tahu apa yang
harus dikatakan.
Sampai lama, lama sekali, Ong Bun kim baru berkata:
"Nona Kwan kau juga boleh pergi diri sini!"
"Tidak, aku tidak akan pergi!"
Ong Bun kim segera menghela napas panjang, lkatanya:
"Aku sudah merupakan seseorang yang hampir mati,
lebih baik kalian semua pergi dari sini... Pergi
meninggalkan aku..."
Suaranya itu mendekati setengah merengek, ya dia
memang sangat berharap kalau gadis gadis itu bisa
meninggalkan dirinya, ia tidak berharap mereka
menyaksikan kematiannya, sebab hal mana hanya akan
menambah penderitaan dan kesedihan dihati mereka
semua.
Tapi tak seorang manusiapun diantara mereka yang
berniat untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Tiba-tiba Ong Bun kim berkata kepada Giok bin hiap.
"Supek lebih baik kedua buah benda ini kau bawa
kembali ketempat semula."
Tampaknya hanya perbuatan itu saja yang bisa
dilakukan maka Giok bin hiap lantas manggut-manggut
diterimanya pedang Sin kiam dan kotak besi itu kemudian
dimasukkan kedalam saku.
"Aaah tidak betul.." tiba-tiba Tiang seng lojin berseru
dengan- suara keras.
Ucapan tersebut segera menggetarkah perasaan semua
orang, tanpa terasa sinar mata mereka pun dialihkan kre
wajah kakek ptanjang usia iniq.
"Cianpwe, aparnya yang tidak benar?" tanya Giok bin
hiap dengan suara dalam.
"Suhumu adalah seorang manusia suci yang lihay sekali,
mana mungkin ia tak bisa menghitung bakal terjadinya
peristiwa hari ini kalau tidak, tak mungkin juga akan terjadi
peristiwa penyembahan terhadap pedang suci ini."
"Maksud cianpwe ?"
"Tak ada salahnya kalau kau periksa dulu isi kotak besi
tersebut, seandainya isi kotak cuma kitab ilmu pedang,
rasanya dia tak usah harus meletakkannya dalam kotak
besi, siapa tahu kalau isi kotak besi itu bukan buku
melainkan obat penawar?"
Ucapan tersebut segera menyadarkan kembali semua
orang dari lamunan, benar juga, kemungkinan besar hal itu
memang terjadi, andaikata isinya cuma sejilid ilmu pedang,
mengapa harus disimpan dalam kotak besi? Besar memang
kemungkinannya kalau isi kotak besi itu adalah obat
penawar.
Buru-buru Giok bin hiap mengeluarkan kembali kotak
besi itu dan membuka penutupnya.
Apa yang kemudian terlihat didalam kotak tersebut,
sungguh membuat Giok bin hiap menjadi tertegun.
Tampaklah dalam kotak itu terletak sejilid kitab kecil
berwarna kuning serta sepucuk surat.
Yang hebat adalah surat itu, sebab pada sampulnya
dengan jelas bertuliskan beberapa huruf yang berbunyi
demikian:
"Surat ini ditujukan untuk: Ong Bun-kim.
tertanda: Hek mo im"
"Aaaah..Disini benar benat terdapat sepucuk surat?" jerit
Giok bin hiap segera.
"Ada surat?" semua orang ikut berseru tertahan.
Kejadian ini amat menggetarkan hati semua orang,
seakan-akan dada mereka dihantam oleh suatu benda yang
sangat berat, berdebar keras jantung mereka semua.
Buru-buru Giok bin hiap mengambil keluar surat itu dan
diserahkan kepada Ong Bun kim.
Setelah membaca tulisan diatas sampul itu, tanpa terasa
Ong Bon kim menjerit keras:
"Hek mo im benar-benar seorang manusia yang luar
biasa, ternyata ia bisa mengetahui kehadiranku didunia ini"
Suatu harapan untuk hidup lebih lanjut segera muncul
dalam hatinya, siapa tahu dalam surat itu dicantumkan pula
di mana obat pemunah tersebut bisa didapatkan.
Tangan yang memegang surat itu terasa sedikit agak
gemetar, cepat-cepat dirobeknya sampul tersebut dan dibaca
isi suratnya:
"Tertuju untuk Ong Bun kim:
"Pada saat kau membaca surat ini, dirimu pasti sudah
terkena serangan keji dan jiwamu terancam bahaya, aku
sudah menghitung bahwa kau bakal menjumpai musibah
tersebut.
Didalam surat ini terdapat sebungkus obat mujarab,
setelah kau minum kemudian ditembusi dengan tenaga
dalam, penyakitmu itu akan sembuh kembali seperti sedia
kala.
Meskipun ayahmu dan Yu Tiong adalah murid-muridku,
namun mereka tidak berjodoh mendapatkan Sin kiam ini.
Kau berbakat bagus dan punya rejeki besar, kau lah
orang yang paling cocok untuk mendapatkan pedang suci
ini.
Moga-moga saja sehabis mempelajari jurus pedang ini
kau bisa berbakti untuk kesejahteraan umat persilatan,
mendirikan perguruan Sin kiam-bun dan berjuang demi
tegaknya keadilan dan kebenaran.
tertanda: Hek mo im"
Sehabis membaca isi sarat itu dengan perasaan terkejut
bercampur girang Ong Bun kim segera berteriak.
"Aku bisa tertolong !"
"Sungguh !" hampir semua orang menjerit saat yang
bersamaan.
Ong Bun kim manggut-manggut, ia membalikkan
sampul surat itu dan betul juga, sebuah kertas bungkusan
berwarna merah segera terjatuh ke atas tanah.
Setelah mengambil bungkusan merah itu dari tanah, Ong
Bun kim menyerahkan surat itu kepada Giok bin hiap untuk
dibaca, seusai membaca surat tersebut Giok bin hiap ikut
merasa gembira.
Dengan cepat dia berseru.
"Cepat telan obat penawar itu, akan ku bantu dirimu
untuk menyembuhkan luka tersebut!"
Ong Bun kim manggut-manggut mengiakan, dia segera
menelan obat tersebut kedalam perut.
Terasa obat itu harum dan segar rasanya meski
membawa sedikit rasa getir.
Ketika Ong Bun kim selesai menelan obat tersebut. Giok
bin hiap segera menyalurkan tenaga dalamnya lewat
sepasang telapak tangan keatas jalan darah penting ditubuh
Ong Bun kim, lalu diurutnya semua nadi-nadi penting
dibadannya.
Dengan kombinasi tenaga dalam Giok bin hiap yang
sempurna, serta kemanjuran obat yang mujarab itu, pelanpelan
nadi Sam im ciat meh didalam tubuh Ong Bun kim
yang tersumbat itu berhasil ditembusi.
Dalam usaha penyembuhan ini, seluruhnya telah
menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya.
Ketika nadi Sam im ciat mehnya sudah tembus, Ong
Bun kim mengerahkan kembali tenaga dalamnya untuk
mengelilingi badan ia merasa nadi yang semula tersumbat
itu sekarang telah berhasil ditembusi kembali, maka pelan
pelan dia bangkit berdiri.
Ketika sorot matanya menyapu sbekejap sekelilidng
tempat itu, amendadak ia berbseru:
"Kemana perginya Bunga iblis dari neraka Tan Hong
hong?"
"Entahlah, ia sudah pergi meninggalkan tempat ini!"
"Pergi meninggalkan tempati ini?"
"Benar!" sahut Yu cing, "ketika kau sedang
menyembuhkan lukamu itu, ia telah pergi dari sini!"
Dalam hati kecil Ong Bun kim segera timbul suatu
perasaan yang amat berat, dia amat rindu kepadanya rindu
kepada perempuan yang telah berkorban demi
kepentingannya itu.
Akhirnya dia tertawa getir, katanya:
"Tidak kukira Ong Bun kim bisa lolos dari bahaya
kematian."
"Orang yang lolos dari kematian, biasanya akan
mendapat rejeki yang besar," ujar Tiang seng lojin sambil
tertawa, "bukankah Hek-mo im memerintahkah dirimu
untuk mendirikan perguruan Sin kiam bun? Lohu adalah
orang pertama yang bersedia masuk menjadi anggota
perguruanmu itu!"
"Sungguhkah perkataan dari locianpwe ini?" seru Ong
Ban kim dengan perasaan girang.
"Yaa, bukan cuma aku seorang, semua yang hadir
disinipun bersedia untuk menggabungkan diri ke dalam
perguruanmu!"
Kejut dan girang Ong Bun kim menghadapi kenyataan
ini, dia terkejut karena tak tahu bagaimana caranya untuk
memangku tugas berat sebagai seorang ketua dan suatu
perguruan besar, dia girang karena semua jago-jago lihay
dari dunia persilatan ini bersedia masuk menjadi anggota
perguruannya.
Maka Ong Bun Kim berkata.
"Sekarang aku akan pergi ke gua Bu cing tong untuk
berlatih pedang, setelah berhasil dengan latihan itu. kita
baru akan mendirikan perguruan Sin kiam bun secara
resmi, entah apakah kalian punya usul-usul yang lain?"
Tiang seng lojin termenung dan berpikir sejenak,
kemudian sahutnya.
"Baiklah, kalau begitu, kami akan mohon diri lebih
dahulu"
Demikianlah, Tiang seng lojin dan Hian ih lihiap segera
berpamitan kepada semua orang untuk berangkat lebih dulu
meninggalkan tempat itu.
Menyusul kemudian Yu Tiong dan Yu Cing juga mohon
diri untuk pergi menengok Leng po siancu.
Ti teng kek (jago pembawa lampu) serta kelelawar
malam menyusul pergi juga dari sana...
Kini dalam arena tinggal Lan Siok ling, Thia Eng dan
Kwan Siok kim.
Dengan termangu-mangu Ong Bun kim mengawasi
wajah Lan Siok ling tanpa berkedip, lama sekali ia tak
berkata-kata.
Lama, lama sekati akhirnya Lan Siok ling menghela
napas panjang katanya.
"Ong siangkong bagaimana dengan kita sekarang?"
Bagaimana? Ong Bun kim mana tabhu? Paling tidadk
sampai detik aini ia masih beblum dapat menikah secara
resmi dengan gadis itu.
Maka sambil tertawa getir katanya.
"Aku pasti akan mengawini dirimu!"
"Tapi bukan sekarang bukan?" bisik Lan Stok ling sambil
menghela napas sedih:
"Yaa dalam hal ini aku mohon pengertian darimu."
"Aku bisa memahami kesulitan mu tapi aku berharap
agar kau jangan melupakan diriku."
"Sepanjang masa aku tak akan melupakan diri mu"
"Kalau begitu aku akan pergi dulu! Nona Kwan harap
kau bisa baik-baik menjaga Ong siangkong"
"Aku dapat menjaganya baik-baik" jawab Kwan Siok
kim sedih, "harap kau tak usah kuatir."
"Kalau begitu aku akan pergi dulu?"
Dengan membawa perasaan sedih dan hati yang hancur,
pelan-pelan gadis itu pergi meninggalkan tempat itu.
Agaknya nasibnya memang ditakdirkan untuk sengsara,
ia mencintai sekali pemuda itu tapi ia tak pernah merasakan
kegembiraan barang sedikit pun, namun ia tak pernah
mengeluh atau merasa menyesal, sebab ia memang benarbenar
amat mencintainya.
Memandang hingga bayangan tabuh gadis itu lenyap dari
pandangan mata, Kwan siok kim baru menghela rapas
sedih bisiknya.
"Engkoh Ong, dia benar-benar seorang gadis yang patut
di kasihani.. ..ia baik sekali."
Ong Bun kim manggut-manggut lirih.
"Yaa aku tahu kalau dia adalah gadis yang baik, gadis
yang pantas dikasihi, dikemudian hari aku akan membayar
semua kekurangan ini kepadanya, aku pasti akan
menyayangi nya sepanjang masa."
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat lamanya,
tiada kedengaran sedikit suarapun, mereka seakan-akan
sudah terbawa ke alam pikirannya masing-masing.
"Saudara Ong !" tiba-tiba Thia Eng menyapa dengan
suara yang lirih.
"Ada apa saudara Thia?"
"Apakah kau hendak pergi menengok keadaan dari Thay
khek cinkun dan Mo ini seng kiam?"
Ong Bun kim berpikir sejenak, kemudian sahutnya.
"Aku harus pergi melatih ilmu pedang, rasanya tak
mungkin bisa pergi kesana, apakah Saudara Thia dapat
menerangkan keadaanku ini kepada mereka berdua, kalian
mohonkan maaaf dari ku"
"Baiklah kalau begitu siaute akan mohon diri lebih
dahulu"
"Silahkan saudara Thia." Thia Eng segera bangkit berdiri
dan berjalan keluar dari tempat itu, sekejap kemudian
bayangan tubuhnya juga sudah lenyap dari pandangan
mata.
Maka Ong Bun kim dan Kwan Siok kim segera
mengucapkan terima kasihnya kepada Hoat hay siangjin
ketua partai Siau lim yang telan meminjamkan ruangan Tat
mo wannya untuk menyelenggarakan pertemuan
penyembahan pedang tersebut, setelah itu mereka baru
berangkat meninrggalkan kuil Sitau lim si.
Di tqengah jalan Ongr Bun kim bertanya kepada Kwan
Siok kim.
"Noaa Kwan kau hendak kemana?"
"Aku cuma keluar menengok dirimu, sekarang aku
hendak pulang kerumah dan kau?"
"Aku akan ke gua Bu cing tong untuk berlatih pedang"
Maka berangkatlah kedua orang itu menuju ke gua Bu
cing tong, ketika sampai dibawah bukit Thian mo san Kwan
Siok ling baru mohon diri kepada pemuda itu.
Perpisahan memang selalu terasa berat, dengan perasaan
yang berat mereka saling berjanji untuk bertemu kembali di
lain waktu sebelum akhirnya berpisah menuju ketempat
masing-masing.
Demikianlah setelah berpisah dengan Kwan Siok ling,
berangkatlah Ong Bun kim menuju ke gua Bu cing tong, tak
urung ia merasa kesepian juga untuk mendiami ruangan
yang begitu besar seorang diri.
Tapi rasa kesepian itu segera terbunuh setelah ia menetap
disana dan mengeluarkan kitab pedangnya untuk melatih
diri dengan ilmu pedang Sin-kiam-kiam hoat yang maha
dahsyat itu...
Waktu berlalu dengan cepatnya...
Untuk menyaksikan ketujuh jurus ilmu pedang itu, Ong
Bun kim telah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menguasahinya setiap jurus serangan yang dipergunakan
tentu memiliki daya kekuatan yang benar-benar luar biasa
sekali.
Ketika mereka merasa yakin bahwa apa yang
dipelajarinya sudah cukup sempurna, Ong-Bun kim
memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.
Apa yang dipikirkan segerapun dilaksanakan, ketika
melangkah keluar dari gua Bu cing tong. dalam hati
kecilnya dia berpikir:
"Sekarang aku harus pergi kemana lebih dulu. Aaah,
benar! Aku musti mencari Ciu Li li, pembunuh ayah ibuku
itu untuk membalas dendam...."
Ia bertekad akan menggunakan tenaganya itu untuk
membalas dendam sakit hatinya.
Begitu keputusan diambil, dia lantas menggerakkan
badannya meluncur kearah lembah Thian mo sia, dia tak
menghubungi Kwan Siok kim lebih dulu, seorang diri
didalam lembah Thian mo sia yang tersohor karena
keangkerannya itu.
Setelah menembusi hutan batu karang yang menjulang
tinggi ke angkasa, sampailah pemuda itu di hadapan selat
Thian mo sia.
Ong Bun kim tidak berhenti sampai disitu saja, dia lantas
melanjutkan perjalanannya meluncur masuk ke dalam
lembah tersebut.
Tiba-tiba suatu bentakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
"Berhenti!"
Bayangan manusia menyambar lewat, tahu-tahu
beberapa orang manusia kilat atau San tianjin telah muncul
didepan mata dan menghadang jalan perginya.
Ong Bun kim sama sekali tidak menghentikan langkah
tubuhnya, sambil membentak keras tubuhnya menerjang
kemuka, diantara ayunan telapak tangannya jeritan ngeri
yang menyayatkan hati berkumandang silih berganti.
Ditengah lengkingan jeritan ngeri yang mendirikan bulu
roma itu, tahu-tahu Ong Bun kim sudah meneroboi masuk
ke dalam lembah Thian mo sia.
Tiba-tiba bayangan putih kembali berkelebat lewat
didepan mata, puluhan orang manusia kilat kembali
munculkan diri didepan mata dan menghadang jalan
perginya.
"Minggir kalian dari sini!" bentak Ong Bun kim keras.
Di tengah bentakan yang amat keras itu, tenaga
serangannya yang maha dahsyat segera dilontarkan ke
depan.
Serangan kilat yang dilancarkan Ong Bun kim ini
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, sementara pada
saat yang hampir bersamaan, puluhan orang manusia kilat
pun berdatangan melepaskan sebuah pukulan yang tak
kalah hebatnya.
Dimana hembusan angin puyuh menyambar lewat, Ong
Bun kim segera merasakan datangnya suara tekanan maha
dahsyat yang menggencet tubuhnya, dalam keadaan begitu
terpaksa Ong Bun kim harus mengundurkan diri ke
belakang.
Sorot matanya yang tajam segera memandang sekejap
sekeliling tempat itu, hawa napsu membunuh menyelimuti
seluruh wajahnya, dengan suara keras dia membentak:
"Kalian enggan memberi jalan kepada ku?"
"Benar!"
oooOdwOooo
BAB 74
"CRIIING....." suara dentingan nyaring bergema
memecahkan keheningan, tahu-tahu pedang "Sin-kiam"
milik Ong Bun kim telah diloloskan dari sarungnya. Cahaya
tajam yang berkilauan segera memancar keempat penjuru,
hawa dingin serasa menyelimuti angkasa.
Tiba-tiba terdengar seorang menjerit tertahan.
"Aaaah...! Pedang Sin-kiam..."
"Benar!" sahut Ong Bun-kim dengan hawa napsu
membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, "inilah pedang
Sin-kiam, bila kaIian tak mau menyingkir lagi, hati-hati
kalau aku akan membinasakan kalian semua."
Seorang segera tertawa dingin.
"Saudara, kau tak usah menggerbtak sambal di hdadapan
kami, taak nanti kami sebmua akan jeri kepada pedangmu
itu, justru ingin kami ketahui sampai dimanakah kehebatan
dari pedangmu itu"
"Bangsat! Jadi kalau begitu kalian sudah pada bosan
hidup? Bagus lihat serangan!"
Ditengah bentakan nyaring, pedang Sin kiam di ayunkan
ketengah udara, cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa diiringi desingan suara yang amat nyaring, sebuah
serangan dahsyat telah dilancarkan keluar.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memenuhi seluruh angkasa.
Belum lagi suara pedang menyambar lewat, cahaya
tajam yang memancar keluar sudah cukup untuk merenggut
nyawa manusia, empat orang manusia kilat yang berada
tepat dihadapannya segera tersambar oleh senjata mestika
itu dan tewas seketika.
Diantara jeritan jeritan ngeri yang menyayatkan hati
tersebut, Ong Bun kim kembali melanjutkan perjalanannya
langsung menerjang ke arah bangunan megah berbentuk
benteng yang merupakan markas besar dari perguruan San
tian bun itu.
Gerakan tubuh yang dilakukan Ong-Bun-kim ini sudah
teramat cepat, bayangan manusia hanya berkelebat lewat,
tahu-tahu ia sudah tiba di pintu gerbang perguruan San tian
bun tersebut.
Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat, kembali
ada puluhan sosok bayangan manusia menghadang jalan
perginya.
Melihat kesemuanya itu Ong Bun kim naik pitam,
dengan wajah berubah menjadi dingin menyeramkan
bentaknya:
"Bangsat, kalian mau menyingkir tidak?"
Dari rombongan jagoan tersebut, segera muncul seorang
manusia kilat, agaknya ia merupakan pemimpin dari
rombongan tersebut, dengan suara sedingin es segera
tegurnya.
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Untuk mencari buncu kalian !"
Belum lagi Ong Bun kim menyelesaikan kata-2 nya,
mendadak dari balik ruangan yang megah itu terdengar
seseorang berkata dengan suara yang merdu.
"Hanya satu bulan tak bersua, tampahnya kau Ong Bun
kim telah berhasil mempelajari ilmu sakti dari pedang sin
kiam? Bagus ... bagus sekali. Justru ingin kuketahui, sampai
dimanakah kehebatan ilmu pedang Sin kiam kiam hoat
yang telah kau pelajari itu."
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu, dari balik
pintu gerbang segera muncul sesosok bayangan manusia
dengan langkah yang amat pelan, orang itu tidak lain
adalah Ciu Li li, Buncu dari perguruan San tian bun. .
Selapis hawa napsu membunuh yang tebal segera
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim begitu dilihatnya
musuh besar pembunuh orang tuanya itu telah
menampakkan diri didepan mata.
Sambil tertawa seram serunya.
"Ciu Lili tempo hari aku telah menerima sergapan
licikmu yang nyaris mengakbibatkan kematianku, nah!
Sengaja aku datang kemari hari ini untuk membayar
hutang-hutang itu!"
Ciu Li li tertawa dingin.
"Heeehh... heeehh... heeehh Ong Bun kim, sekalipun kau
memiliki pedang Sin kiam, bukan berarti aku bakal jeri
untuk menghadapimu!"
Ong Bun kim tertawa seram.
"Haaah... haaahh... haaahh... aku toh tidak mengatakan
kalau Buncu takut kepadaku!"
"Ong Bun kim dengan cara apakah kau hendak
membalas dendam sokit hatimu itu? Mengapa tidak kau
utarakan sendiri secara berterus terang..."
"Heeeh... heeeh.... heeeh.... tidak kusangka kalau Ciu
Buncu juga seorang yang suka berteras terang"* jengek Ong
Bun kim sambil tertawa dingin, "bagus sebagai seorang
tamu, aku Ong Bun kim akan menuruti kemauanmu saja!"
"Bagus sekali, kenapa kita tidak mendatangi bukit terjal
itu lagi untuk berduel disana?"
"Tempat bagus sekali, silahkan berangkat Ciu Buncu."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Ciu Lili segera
berangkat lebih dahulu menuju ke tebing curam dibelakang
gunung sana.
Ong Bun kim tidak berdiam diri belaka, dengan cepat
diapun menggerakkan tubuhnya menyusul dari belakang.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah berdiri
diatas tebing curam itu dan saling berhadapan.
Sambil menggigit bibir menahan rasa dendam yang
berkobar, Ong Bun kim berkata.
"Ciu Li li, aku akan membacok tobuhmu menjadi tiga
bagian, kemudian membuang nyawamu kedalam jurang."
"Jangan tekebur dulu Ong Bun kim!" jengek Ciu Li li
sambil tertawa dingin "kita toh belum melakukan
pertarungan siapa menang siapa kalah juga belum
diketahui, apakah kau tidak merasa bahwa perkataanmu itu
terlalu awal diucapkan?"
Ciu Li li tidak merasa yakin kalau dirinya bakal tewas,
ditangan lawan itulah sebabnya merasa takutpun tak ada
gunanya, dia masih yakin kalau ilmu silat yang dimilikinya
cukup tangguh untuk membela diri, itulah sebabnya
terhadap keinginan Ong Bun kim untuk membalas dendam
itu sedikitpun ia tidak memikirkannya kedalam hati.
"Ciu Li li" kembali Ong Bun kin membentak dengan
suara sedingin es "aku akan segera melancarkan serangan!"
"Silahkan!"
Kegusaran dan api dendam yang berkobar didalam dada
Ong Bun kim saat itu sudah tak terbendung lagi, sambil
membentak keras tubuhnya segera meluncur kedepan dan
langsung menerjang tubuh Ciu Li li yang berada
dihadapannya itu.
Didalam tubrukarn yang dilancartkan oleh Ong Buqn
kim ini, dia rtelah sertakan juga seluruh tenaga dalam yang
dimilikinya, sungguh mengerikan sekali keadaannya.
Diantara kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata,
pedang sin kiam yang berada ditangannya telah diluncurkan
kedepan melancarkan sebuah serangan yang mematikan.
Daya kekuatan yang terpancar dari balik pedang Sin
kiam tersebut betul-betul luar biasa sekali, diantara
gulungan cahaya hijau yang memenuhi seluruh angkasa
mengancam dada Ciu Li li dengan sebuah ancaman maut
yang mengerikan sekali.
Sementara cahaya kilat yang tajam dengan kekuatan
yang maha dahsyat langsung menerjang kemuka.
Ciu Li li membentak keras, sambil memutar badannya
cepat-cepat dia menghindar ke samping.
Sementara tubuhnya sedang berkelit dari ancaman, Ong
Bun kim telah melancarkan kembali serangannya yang
kedua dengan kecepatan yang jauh lebih mengerikan lagi.
Pedang mestika itu benar-benar sebuah benda yang luar
biasa sekali, cahaya pedang bersinar bagaikan halilintar dan
sanggup mencabut nyawa siapa pun yang terkena
sambarannya, hampir saja Ciu Li li terkurung dibalik sinar
pedang yang amat tebal itu sehingga tak mampu
meloloskan diri.
Pada mulanya Ciu Li li sama sekali tidak memandang
sebelah matapun terhadap kehebatan ilmu pedang Sin kiam,
tapi setelah terbukti dengan keampuhannya, dia baru
terkesiap, sambil membentak keras secara beruntun dia
lancarkan dua buah serangan kilat.
Tapi begitu kedua buah serangan tersebut dilancarkan,
percikan darah segar segera berhamburan kemana-mana,
sebuah goresan panjang yang tiga inci dalamnya telah
merobek lengan kirinya itu sehingga tak ampun lagi darah
segar bercucuran membasahi seluruh lantai.
Melihat musuhnya sudah terluka, Ong Bun kim
mendesak maju lebih kedepan, sambil tertawa seram
katanya:
"Ciu Li li, hari ini juga aku akan menuntut hutang darah
dengan darah segar tubuhmu!"
Ciu Li-li tertawa dingin, "Hmm.....! Belum tentu!"
jawabnya.
"Ciu Li li, robek kain cadar yang menutupi wajahmu itu,
ingin kulihat bagaimanakah tampang dengan perempuan
jalang semacam kau itu"
Ciu Li li kembali tertawa dingin.
"Kau merasa dirimu memiliki kepandaian yang tangguh,
mengapa tidak kau robek sendiri cadar mukaku ini?"
jengeknya.
Mengikuti desakan Ong Bun kim yang selangkah demi
sejangkah maju kedepan itu, Ciu Li Ii pun selangkah demi
selangkah mundur terus ke sudut kanan tebing curam
tersebut, dari delapan jengkal menjadi lima jengkal... tiga
jengkal... dan akhirnya berhenti.
Ong Bun kim tertawa seram.
"Heeh... heeh... heehh... Ciu Li-li kau tak akan lolos dari
cengkeramanku"
Belum habis perkataan itu tubuh Ong Bon kim telah
meluncur kemuka dengan kecepatan luar biasa, cahaya
tajam menyambar lewat, pedang Sin kiam tersebut telah
diayunkan kedepan menyerang tubuh Ciu Li-li.
Pada saat Ong Bun kim sedang melancarkan serangan
itulah tiba tiba...
Ciu Li li melepaskan sebuah serangan untuk
membendung datangnya serangan tersebut kearahnya,
tubuhnya melejit ketengah udara dan langsung terjun
kedalam jurang yang dalamnya tiada taranya itu.
Tindakan yang sama sekali diluar dugaan ini sungguh
membuat Ong Bun kim menjadi tertegun dan melongo, dia
tak pernah mengira sampai kesitu.
Mimpipun dia tak akan mengira kataa Ciu Li li lebih rela
bunuh diri dengan terjun ke-dalam jurang daripada
menerima kematiannya diujung pedang Ong Bun kim.
Untuk setaat lamanya Ong Bun-kim menjadi tertegun
dan tak habis mengerti.
Ia betul-betul merasakan hatinya berdebar keras oleh
tindakan Ciu Li Ii yang bunuh diri dengan terjun kedalam
jurang itu, ia tidak menyangka kalau didetik terakhir
keberhasilannya untuk membalas dendam sakit hatinya,
Ciu Li li mengambil keputusan untuk berbuat demikian.
Bagaimana pun juga kejadian ini membuatnya merasa
amat menyesal sekali.
Entah lewat berapa lamanya, tiba-tiba Ong bun kim
mencium semacam bau mesio yang aneh sekali, sekujur
tubuhnya kontan saja bergetar keras, tanpa sadar ia
menjerit.
"ini tertanam-obat peledak!"
Baru saja ucapan terakhir itu diucapkan, tiba-tiba
terdengar suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan, ledakan yang
dahsyat itu juga menggoncangkan seluruh permukaan tanah
di mana ia berada.
Paras muka Ong Bun kim seketika itu juga berubah
sangat hebat..
Menyusul kemudian terjadilah suate ledakan dahsyat
yang benar-benar memekikkan telinga, jilatan api yang
membara segera memancar ke tengah udara, batu cadas
berguguran ke jurang, bumi serasa bergoncang keras,
keadaannya sungguh mengerikan sekali.
Ledakan mesiu itu berkumandang dari jauh dan makin
lama semakin dekat, semua jalan tembusnya hampir
tersumbat seluruhnya.
"Blaaammm.."
Suatu ledakan dahsyat yang memekikkan telinga kembali
berkumandang memecahkan kesunyian, batu karang
berguguran dan berterbangan memenuhi seluruh angkasa,
bahkan banyak diantaranya yang meluncur ke arahnya ini
membuat Ong Bun kim semakin terkesiap, buru-buru
telapak tangannya diayunkan ke depan memukul rontok
batuan yang mengancam ketubuhnya itu.
Tetapi baru saja ia berhasil mbenghancurkan sedrangan
batu gelaombang yang perbtama, hujan batu yang
dilontarkan akibat dari ledakan yang kedua kembali
meluncur ke tubuhnya.
Dalam keadaan begini, ia benar-benar merasa tak
mampu untuk melakukan perlawanan lagi.
Mau mundur jelas tak mungkin, sebab di-belakang sana
terbentang sebuah jurang yang dalamnya tak terkirakan.
Dalam keadaan demikian, maka satu-satunya jalan
baginya adalah memilih jalan satu diantara kedua buah
jalan yang ada, tetap berada disini atau terjun kedalam
jurang?
Dalam pada itu sudah banyak sekali batuan cadas yang
menghajar diatas badannya, darah kental telah bercucuran
membasahi sekujur tubuhnya, ia hampir saja berubah
menjadi manusia darah.
Tapi sianak muda itu tetap menggigit bibir menahan diri,
sampai pada akhirnya, ketika ia sudah merasa tak tahan
untuk tetap berada disana, sambil menghimpun
kekuatannya yang terakhir dia melompat kedalam jurang.
"Aaaah !" tanpa disadari ia menjerit kaget, tubuhnya
meluncur lurus ke bawah, akhirnya diapun jatuh tak
sadarkan diri..
"Pluunng......!" ternyata ia terjatuh kedalam sungai bssar
yang terbentang didalam jurang tersebut.
Tubuhnya segera terbawa oleh arus sungai yang deras itu
mengalir ke depan.
Entah sudah berapa jauh tubuhnya terbawa oleh arus,
akhirnya Ong Bun kim tersadar kembali dari pingsannya,
ketika ia mencoba untuk memperhatikan keadaan disekitar
sana, ternyata entah sedari kapan tangannya sudah
memegang sebuah balok kayu dan sedang mengalir menuju
ke hilir dengan gerakan pelan.
Mendadak....
Dari antara lekukan dasar sungai tersebut tampak ada
puluhan sosok mayat yang sedang mengalir pula ke arah
hilir, menyaksikan kesemuanya itu, Ong Bun kim merasa
amat terkejut.
Darimana datangnya puluhan sosok mayat itu?
Sementara berpikir demikian, tubuh Ong Bun kim telah
mengalir menuju ke hilir, mengikuti arus sungai yang deras,
ketika membawa sampai ke sebuah jeram pemisah air, ia
terbawa oleh arus yang kuat mengalir ke sebelah kiri.
Ditengah sungai tampak batu-batu cadas bermunculan
disana sini, setelah melewati goncangan demi goncangan
akibat benturan yang keras, hampir saja ia jatuh pingsan
karena getaran-getaran tersebut mengakibatkan isi perutnya
mengalami luka yang cukup parah.
Arus sungai semakin mengalir kedepan semakin deras
alirannya.
Sungai tersebut makin kedepan semakin sempit pula
permukaannya...
Waktu itu sekujur badan Ong Bun kim sudah penuh
dengan luka, hampir boleh dibilang sudah tidak memiliki
kekuatan lagi untuk melakukan gerakan lagi, dalam
keadaan demikian terpaksa ia pasrahkan mati hidupnya
kapada nasib.
Tiba-tiba...
Ong Bun kim menjebrit tertahan, tdernyata air sunagai
itu mengalibr menuju ke dalam sebuah gua karang.
"Mati aku kali ini !" pekik Ong Bun kim didalam hati.
Mendadak...
Segulung arus kuat menggulung tiba dan membawa kayu
yang dipegang Ong Bun kim itu meluncur kedepan dengan
lebih kencang, dimana akhirnya dengan menimbulkan
suara benturan yang sangat keras memasuki dinding gua
karang itu.
Akibat dari benturan tersebut Ong Bun kim merasakan
isi perutnya sekali lagi mengalami suatu kegoncangan yang
maha dahsyat, tak ampun dia segera muntah darah segar,
tubuhnya terseret masuk dengan cepatnya kedalam gua
karang tersebut.
Maka semua kesadarannya pun ikut hilang pada saat itu
pula.
Entah berapa lama telah lewat, pelan-pelan pemuda itu
sadar kembali dari pingsannya ia merasakan sekujur
badannya kesakitan semua, ia mencoba untuk meraba
sekeliling tempat itu, ternyata tempat dimana ia berbaring
masih terdapat air.
Suasana dlsekelilingnya gelap gulita, sukar untuk melihat
keadaan disekitar tempat itu.
"Apakah aku belum mati...?" ingatan tersebut melintas
lewat didalam benaknya.
Tapi begitu ingatan tersebut melintas lewat, tanpa terasa
sekujur tubuhnya ikut menggigil keras, bulu kuduknya pada
berdiri semua.
Akan tetapi ketika sinar matanya menangkap kilatan
cahaya tajam yang terpancar keluar dari pedang Sin kiam
tersebut, itu segera membuktikan diri bahwa dirinya masih
hidup.
Teringat kembali dengan peristiwa yang baru
dialaminya, sekali lagi sianak muda itu mengkirik karena
ngeri.
"Tempat manakah ini?" ingatan lain melintas dalam
benaknya.
Dia tak tahu dimanakah dia berada sekarang, maka
cepat-cepat pemuda itu duduk bersila mengatur pernapasan
dan berusaha untuk menyembuhkan dulu luka dalam yang
dideritanya.
Untunglah tak lama kemudian semua luka yang
dideritanya itu berhasil disembuhkan.
Sekarang, secara lamat-lamat ia dapat menangkap bahwa
tempat dimana ia berada sekarang adalah sebuah gua.
Pelan-pelan ia bangkit berdiri kemudian berjalan
kedepan.
Entah beberapa langkah dia sudah lewat, tiba-tiba ujung
kakinya seperti membentur sesuatu benda yang amat keras,
sewaktu diperiksa pemuda itu segera menjerit kaget.
Ternyata tulang belulang manusia berserakan disekeliling
tempat itu.
Tak kuasa lagi Ong Bun kim bersin beberapa kali, tanpa
terasa bulu roma pada bangun berdiri dia mundur dua tiga
langkah kebelakang.
Ia merasakan suatu cekaman perasaan ngeri yang amat
menakutkan sebab melihat dari begitu banyaknya tulang
belulang manusia yang berserakan disekitar tempat itu,
dapat diketahui bahwa tidak sedrikit manusia yatng tiba
disitu qdan tewas ditemrpat itu juga.
"Tempat ini benar-benar adalah suatu tempat setan...."
pekik Ong Bun kim didalam hati.
Dengan sangat berhati-hati dia berjalan memasuki gua
tersebut.
Gua air itu panjang sekali, sudah tiga kali lebih Ong Bun
kim menelusurinya, tapi belum juga nampak ujungnya,
sementara suatu perasaan dingin yang mendatangkan
perasaan ngeri tiba-tiba muncul dalam hati kecil anak muda
itu.
Dia merasa seakan-akan sedang berhadapan dengan
maut yang setiap saat mengancam jiwanya.
Perasaan semacam ini belum pernah dirasakan
sebelumnya, tapi sekarang dia telah merasakan.
Setelah berjalan lebih kurang dua kaki lagi, akhirnya
sampailah Ong Bun kim di depan sebuah pintu yang amat
besar.
Ia mencoba untuk mendorong pintu besar itu, "krek"
dengan cepat pintu batu itu terpentang lebar.
Dengan membawa perasaan tercekat dan kuatir, Ong
Bun kim masuk ke dalam, ternyata tempat itu adalah
sebuah ruangan batu yang amat besar sekali.
oooOdwOooo
BAB 75
SUASANA didalam ruangan batu itu sangat gelap
gulita, dekat suatu lekukan batu yang cekung kedalam, Ong
Bun kim menyaksikan ada sesosok bayangan hitam, seperti
manusia seperti pula makhluk aneh bercokol ditempat itu,
bergidik Ong Bun kim menyaksikan kesemuanya itu.
"Siapa?" dengan suara keras ia membentak. Bayangan
hitam itu tetap tak berkutik di tempat semula.
Suatu perasaan yang amat mengerikan timbul didasar
hati Ong Bun kim, pedang Sin kiam dipegangnya erat-erat
kemudian selangkah demi selangkah dia maju kemuka
mendekati bayangan hitam tersebut...
Sreet! Sreet! Sreeet! Langkah kaki yang menimbulkan
suara gemerisik berkumandang dalam ruangan itu semakin
menambah seramnya suasana disekitar sana.
Dalam pada itu, Ong Bun kim telah tiba lebih satu kaki
dari hadapan bayangan hitam, itu sekarang dia dapat
melihat jelas bahwa bayangan tersebut adalah sesosok
tubuh manusia, rambutnya panjang dan awut-awutan tidak
karuan, keadaannya sangat mengerikan.
Ong Bun kim menarik napas dingin tanpa sadar dia
mundur satu langkah kebelakang.
Setelah gejolak perasaan dalam hatinya berhasil diatasi
pemuda itu segera membentak lagi: "Siapakah kau?"
Orang itu masih tetap tidak menjawab atau melakukan
sesuatu gerakan, berkutikpun tidak.
"Jangan jangan orang itu sudah mati " demikian Ong
Bun kim berpikir.
-oo0dw0oo--
Jilid 24
TERBAYANG sampai kesitu, tanpa terasa dia maju lagi
beberapa langkah, tapi setelah semakin dekat dan semakin
jelas mengamati keadaan orang itu, dia baru tahu kalau
orang tersebut belum mati, melainkan sedang bersemedi.
Usia orang itu diantara lima puluh tahunan, walaupun
rambutnya awut-awutan tak karuan tapi secara lamat lamat
masih dapat dilihat bahwa paras mukanya cukup gagah,
saat itu dia sedang bersemedi, rupanya sedang melatih
semacam kepandaian yang maha sakti.
Setengah harian lamanya Ong Bun kim mengamati
orang itu, lama kelamaan ia berhasil menemukan bahwa
orang itu rupanya sedang mengalami kesulitan didalam
usahanya untuk menembusi salah satu nadi pentingnya.
Menyaksikan hal tersebut, timbul perasaan iba dalam
hatinya, maka ia lantas maju ke depan dan menghampiri
orang itu, baru saja telapak tangan kanannya siap
ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat ditubuh orang
itu, tiba-tiba ia menarik kembali tangannya cepat-cepat.
Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya dia
berpikir:
"Jangan-jangan semua tulang belulang yang berserakan
disekitar gua ini merupakan hasil karya pembunuhan yang
dilakukan olehnya? Kalau benar demikian, bukankah aku
akan segera menciptakan seorang pembunuh keji dalam
dunia persilatan?"
Ketika ingatan itu melintas lewat, ia menjadi sangsi dan
tak tahu apa yang musti di lakukan.
Akhirnya satu ingatan melintas kembali dalam
benaknya, cepat-cepat telapak tangan kanannya
ditempelkan diatas jalan darah Mia bun hiat orang dan
menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh orang
tersebut.
Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim benar-benar
amat sempurna, ibaratnya menambah minyak didalam
kobaran api, begitu hawa mumi tersebut tersalur ke dalam
tubuh manusia aneh itu. sekujur badannya segera bergetar
keras, dua gulung tenaga yang bergabung menjadi satu
segera menciptakan suatu kekuatan dahsyat yang langsung
menerjang ke atas sebuah nadi penting dalam tubuhnya.
Tidak mengalami banyak rintangan, nadi sian kwan yang
berada didalam tubuh orang itu berhasil dibantunya sampai
tembus, maka dia pun menarik kembali tenaganya seraya
menempelkan ujung pedang sin kiam diatas tengkuk orang.
Pemuda itu memutuskan untuk mengorek keterangan
lebih dulu dari mulut orang ini, kemudian baru
memutuskan apakah hendak membunuhnya ataukah tidak.
Lebih kurang setengah jam kemudian, orang itu mulai
menggerakkan badannya dan pelan-pelan membuka
matanya agaknya ia sudah dapat merasakan bahwa nadi
penting dalam tubuhnya yang selama ini tersumbat, kini
berhasil tertembus.
Dengan suara menggeledek Ong Bun kim segera
menegur: "Siapa kau? Hayo jawab!"
Bentakan Ong Bun kim yang diutarakan secara tiba-tiba
ini sangat mengejutkan orang itu, dengan perasaan
terkesiap ia balik bertanya:
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
"Aku bertanya kepadamu, siapa kau?"
"Siapa pula kau sendiri?"
"Aku Ong Bun tim, tolong tanya apakah tulang belulang
manusia yang berserakan diatas tanah adalah korbankorban
yang telah tewas ditanganmu."
"Kalau benar kenapa?"
"Asal kutekan tanganku lebih keras, niscaya batok
kepalamu akan berpisah dengan tubuhmu!"
"Kalau bukan?"
"Tentu saja ada pertimbangan yang lain."
"Kau tidak kuatir aku membohongi mu?"
"Membohongi aku?"
"Benar, membohongi dirimu kalau orang-orang tersebut
bukan mati ditanganku"
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Selama hidup aku paling percaya dengan perkataan
orang, asal kau menjawab yaa atau tidak, itu sudah lebih
dari cukup!"
Orang itu segera tertawa ewa katanya:
"Apakah kau yang telah membantuku untuk menembusi
nadi Thian siat siok wan tersebut"
"Benar!"
"Kalau toh kan telah membantu diriku, mengapa pula
hendak membinasakan aku?"
"Asal kau adalah orang baik, sudah barang tentu aku tak
akan membunuh dirimu!"
"Agaknya kau adalah seorang pemuda yang amat
istimewa, cuma aku dapat memberitahu kepadamu, orangorang
itu bukan mati di tanganku, tapi mati ketika terbawa
oleh arus memasuki gua ini"
"Sungguh?"
"Bukankah kau paling percaya dengan perkataan orang?"
tiba-tiba orang itu balik ber tanya.
Ong Bun kim dibuat tertegun, maka dia lantas tertawa
dan menarik kembali katanya: "Aku dapat mempercayai
dirimu!"
"Mengapa kau bisa sampai disini?" orang itu lantas
bertanya.
"Aku dibawa oleh arus sungai masuk kedalam gua ini"
"Tidak sampai mampus?"
"Omong kosong, seandainya akn sudah mampus, mana
mungkin saat ini bisa bercakap-cakap denganmu?"
Orang itu segera tertawa nyaring.
"Haaahh....haaahh... haaahh... betul, betul, memang
ucapanku itu sama sekali tak ada artinya" dia berkata.
"cuma sedari dulu sampai sekarang, belum pernah ada
orang yang sanggup tiba di dalam gua ini dalam keadaan
hidup kecuali kau seorang!"
"Bagaimana dengan kau sendiri?"
"Aku bukan datang lewat sana... haah?"
Belum habis dia berkata, tiba-tiba orang itu menjerit
tertahan, sinar matanya segera dialihkan ke atas pedang Sin
kiam yang berada ditangan Ong Bun kim itu.
Mencorong sinar tajam dari balik matanya Itu, serunya
tertahan:
"Benarkah pedang dalam genggaman mu itu adalah
pedang Sin kiam..?"
"Benar!"
Baru selesai dia berkata, orang itu sudah menerjang ke
depan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat,
tangannya langsung menyambar ke arah pedang Sin kiam
yang berada ditangan Ong Bun kim itu.
Tindakan lawan yang dilakukan secara tiba-tiba ini sama
sekali berada diluar dugaan Ong Bun kim, mimmipun dia
tak menyangka kalau musuhnya secara tiba-tiba akan
merampas pedangnya.
Didalam keadaan tidak siap, telapak tangga kirinya
segera diayunkan kedepan untuk membendung terjangan
orang, sementara tubuhnya cepat-cepat mundur ke
belakang.
Tindakan yang dilakukan oleh Ong Bun kim ini tak bisa
dibilang terlambat akan tetapi kenyataanya orang itu bisa
bergerak jauh lebih cepat hingga di saat tubuh Ong Bun kim
belum sempat mundur secara keseluruhannya, seraagan
kedua-dari orang itu kembali sudah meluncur tiba.
Serangannya yang kedua ini ternyata jauh lebih cepat
daripada serangan yang pertama tadi, tak terIukiskan rasa
kaget Ong Bun kim menghadapi keadaan tersebut.
Segera bentaknya dengan penuh kegusaran. "Kau ingin
mampus rupanya?"
Sekali lagi telapak tangan kirinya diayunkan ke depan
untuk membendung datangnya serangan tersebut.
Tapi orang itu semakin nekad sekali lagi ia menerjang
kemuka sambil berpekik lantang:
"Serahkan pedang Sin-kiam itu kepadaku"
Bagaikan setan yang sedang kelaparan, secara kalap
orang itu menerjang, menerkam dan menubruk dengan
garangnya, ini membuat Ong Bun kim sangat terkejut, ia
merasa bahwa musuhnya itu terlampau menakutkan.
Mendadak...
Tangan kanannya menjadi kesemutan, lalu pedang sinkiam
tersebut terlepas dari genggamannya dan mencelat
keudara, sementara orang itu mundur hampir satu kaki
lebih dari posisi semula.
Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim menghadapi
kenyataan tersebut, mimpipun ia tak menyangka kalau
orang tersebut bukan saja memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, kenekadannya juga luar biasa.
Sementara itu terdengar orang aneh tadi sedang berpekik
dengan raga gembira:
"Aaah...! Benar-benar adalah pedang sin-kiam."
Tiba-tiba Ong Bun kim tersentak kaget dari lamunannya,
ia segera membentak nyaring:
"Cepat kembalikan pedang itu kepadaku!" Tubuhnya
melejit ketengah udara dan meluncur kedepan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat, sementara telapak
tangannya diayunkan kedepan, sebuah serangan yang amat
dahsyat telah dilepaskan.
Tindak pembalasan yang dilakukan oleh Ong Bun kim
ini boleh di bilang cepat sekali.
Tapi kenyataannya, hanya dengan suatu gerakan yang
ringan, pihak lawan telah menghindar kembali sejauh dua
kaki lebih dan posisi semula.
"Dari mana kau dapatkan benda ini?" ia bertanya.
Ong Bun kim tidak menjawab pertanyaan orang,
sebaliknya menjengek dengan dingin:
"Sungguh hebat kepandaianmu didalam merampas
pedang tersebut!"
"Hayo jawab, darimana kau dapatkan pedang itu?"
"Dari Hek mo im !"
"Apa?"
"Aku bilang Hek mo im yang menyerahkan pedang sinkiam
tersebut kepadaku!"
"Omong kosong!"
"Mengapa aku musti omong kosong?"
"Kau bilang Hek mo-im masih hidup di dunia ini?"
"Soal itu kau tak usah tahu, pokoknya serahkan kembali
pedang tersebut kepadaku!"
"Coba kau terangkan dulu mengapa pedang Sin-kiam ini
bisa terjatuh ketanganmu?"
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat, ia tidak
menjawab pertanyaan orang, bentaknya:
"Sesungguhnya kau mau serahkan pedang itu kepadaku
atau tidak?"
Orang itu memandang sekejap keatas wajah Ong Bun
kim yang penuh diliputi oleh hawa napsu membunuh itu,
kemudian dengan sangat hormat mempersembahkan
kembali pedang Sin kiam tersebut kehadapan Ong Bun kim,
tindakan tersebut betul-betul diluar dugaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya ternyata Ong Bun kim tidak
menyambut kembali pedang Sin kiam tersebut, dia hanya
mengawasi orang yang mencengangkan tersebut dengan
pandangan termangu.
"Silahkan saudara untuk menerima kembali pedangmu!"
dengan sangat hormat orang itu berkata.
Dengan sikap yang kaku sekali Ong Bun kim menerima
pedang Sin kiam itu, sebelum dia mengucapkan sesuatu
orang itu kembali bertanya lagi.
"Tolong tanya bagaimana ceritanya sehingga pedang ini
bisa terjatuh ketanganmu?"
Ketika dilihatnya orang itu tidak bermaksud untuk
merampas pedangnya, maka secara ringkas Ong Bun kim
menceritakan kisah "Pay kiam" tersebut padanya.
Setelah mendengar penuturan tersebut, orang itu lantas
berkata.
"Oooh... rupanya pedang Sin kiam telah menemukan
pemiliknya.."
Dari mana kau bisa tahu kalau pedang ini adalah pedang
Sin kiam?"
"Aku pernah berkunjung kegua Bbu cing tong."
"dApa? Kau pernaha berkunjung kegbua Bu cing-tong?"
"Betul, kejadian ini sudah berlangsung pada tiga puluh
tahun berselang, waktu itu aku baru berusia dua puluh
tahun, ketika tiba digua Bu cing tong, kutemukan sepucuk
surat dari Hek mo im yang khusus ditinggalkan untukku,
katanya aku bukan pemilik dari pedang Sin kiam tersebut.
Sesudah berhenti sejenak dia bertanya.
"Pernahkah kau mendengar nama Pak keng lt-liong
(naga dari kutub utara )Tan Liok?"
Ong Bun kim segera menggelengkan kepalanya. "Maaf
akan kebodohan boanpwe belum pernah (kudengar nama
tersebut, apakah dia adalah diri cianpwe ?"
Ia mengangguk dan tertawa getir, kembali tanyanya:
"Apakah dalam dunia persilatan kau juga pernah
mendengar nama Pak kek sin mo (iblis sakti dari kutub
utara)?"
Mendengar nama itu, Ong Bun kim. merasa-amat
terperanjat, bukankah Pak kek sin mo tak lain adalah Yu
leng lojin?"
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, Ong Bun kim
lantas menyahut:
"Aku sudah pernah mendengar nama orang ini, akupun
telah berjumpa muka dengannya"
"Dia adalah sahabatku...."
"Apa? Pak-kek sin mo adalah sahabatmu?"
"Benar, cuma peristiwa ini sudah berlangsung pada dua
puluh tahun berselang!"
Setelah tertawa getir dia mendongakkan kepalanya dan
termenung, agaknya sedang merenungkan kembali
kenangannya dimasa lalu.
Lama. lama sekali.....akhirnya dia mengalihkan kembali
sinar matanya ke wajah Ong Bun kim tanyanya:
"Apakah kau ingin mengetahui tentang peristiwa yang
telah menimpa diriku?"
"Silahkan, akan kudengarkan dengan seksama!"
Tan Liok tertawa getir, ujarnya:
"Dua puluh tahun berselang, ketika aku masuk kedalam
gua Bu cing tong, aku menikah dengan seorang perempuan
yang bernama Soat hay it su (rase sakti dari samudra salju),
beberapa tahun kemudian kamipun memperoleh seorang
putri."
"Sebetulnya keluarga kami ini termasuk suatu keluarga
yang sangat berbahagia, tapi suatu ketika ternyata istriku
telah bermain serong dengan Pak kek sin mo, dalam
gusarnya aku bunuh istriku terbsebut."
"Bagaimdana dengan putraimu?" sela Ong bBun kim.
"Waktu itu aku sedang sedih bercampur marah, aku
sama sekali tidak memperhatikan mati hidupnya putriku,
setelah lewat beberapa hari kemudian aku baru menyadari
apa yang telah kulakukan selama ini, sebenarnya aku
hendak pergi mencari Pak kek sin mo untuk membales
dendam, tapi sayang tenaga dalamku masih bukan
tandingannya.
"Dalam putus asanya aku jadi teringat dengan pesan Hek
mo im yang meminta aku datang kemari sebab disini
tersimpan sejilid kitab Thian sian sin su (kitab sakti thian
sian), akupun berlatih tekun siang dan malam agar suatu
ketika bisa atau dapat kesempatan untuk membalas dendam
selain bisa pula memenuhi pesan Hek mo im yang suruh
aku membantu pemilik Sin kiam guna mewujudkan
keadilan serta kebenaran di dalam dunia persilatan".
Ketika selesai mendengar penuturan tersebut, dengan
kening berkerut Ong Bun kim lantas berkata:
"Jadi, semenjak itu kau pun berdiam disini hampir dua
puluh tahun lebih tanpa keluar barang selangkahpun?"
"Benar !"
"Masih ingatkah kau siapa nama putri-mu itu?"
"Waktu itu dia sudah berusia tiga tahun, aku masih ingat
dia bernama Tan Hong hong."
"Apa ?"
Dengan perasaan terkejut Ong Bun kim berteriak keras,
bukankah Tan Hong hong adalah Bunga iblis dari neraka?
Kalau begitu, Bunga iblis dari neraka adalah putri orang
ini?"
Tampaknya kenyataan ini memang banyak benarnya,
sewaktu berada diluar markas Yu leng bun tempo hari, Tan
Hong-hong juga pernah memberitahu kepada Hian ih-liap
bahwa ia bisa mendapatkan obat pemunah racun dari
tangan Yu leng lojin, karena ibunya dan Pak kek sin mo
pernah melakukan hubungan gelap, setelah ayahnya
membinasakan ibunya, sejak itu pula kabar beritanya
lenyap tak berbekas.
Sungguh tak nyana Ong Bun kim bisa terbawa arus
sungai sampai didalam gua itu dan akhirnya berjumpa
dengan ayah Tan Hong-hong di situ.
Agaknya Tan Liork dibuat terpertanjat oleh teriqakan
dari Ong Brun kim itu, serunya kemudian: "Adakah sesuatu
yang tidak beres?"
Ong Bun kim memperlunak sikapnya, lalu berkata. "Kau
bilang putrimu itu bernama Tan Hong hong."
"Benar!"
"Aku pernah bersua dengannya!"
"Benarkan itu?" teriak Tan Liok dengan perasaan
bergolak keras. "Kau pernah bertemu dengannya? Jadi...
Jadi dia masih hidup didunia ini?"
"Benar aku kenal dengan seorang nona yang bernama
Tan Hong hong, tapi apakah benar dia atau bukan, aku
tidak berani memastikannya..!"
Kulit wajah Tan Liok mengejang keras sekali, serunya.
"Asal aku dapat berjumpa dengan Tan Hong hong
seperti apa yang kau maksudkan itu, aku segera akan
mengenalinya apakah dia adalah putriku atau bukan, sebab
wajahnya mirip dengan Ibunya!"
"Sekarang, apakah latihan sin kang mu telah berhasil
mencapai pada puncaknya?"
"Yaa, sudah berhasil, mari kita pergi meninggalkan
tempat ini!"
Seusai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu
meninggalkan tempat itu.
Ong Bun kim segera mengikutinya dari belakang,
tampak mereka berjalan menuju kesuatu sudut ruang yang
sangat gelap, dibawah tebing karang itu terdapat sebuah
pintu kecil mereka berdua segera menerobos keluar dari
sana.
Setelah menembusi sebuah pintu kecil, terpentang
sebuah lorong sempit yang memanjang jauh kedepan sana,
sedemikian sempitnya lorong itu sehingga seorang saja yang
bisa lewat.
Tak lama kemudian, mereka sudah keluar dari gua itu.
Mulut gua penuh ditumbuhi pepohonan rotan serta
semak belukar yang berduri, seandainya tidak-diperhatikan
secara khusus, sulit untuk mengetahui kalau ditempat itu
terdapat gua, lebih tak akan mengira kalau dibalik gua
tersebut terdapat sebuah dunia lain.
Mereka berdua berdiri termangu-mangu diatas tebing
kecil dengan sebuah sungai besar terbentang didepan mata,
sejauh sinar matanya memandang yang tampak hanya
mayat-mayat yang terapung diatas permukaan air.
Sedemikian banyaknya mayat yang terapung diatas
permukaan sungai itu sehingga keadaannya benar-benar
amat mengerikan, tanpa terasa membuat hati si anak muda
itu bergidik.
Darimana datangnya mayat sebanyak itu diatas
permukaan sungai besar itu?
Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan
sekekeliling tempat itu dengan seksama, dipunggung bukit
disebelah depan sana, akhirnya ia menjumpai bayangan
bangunan yang berdiri megah.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Ong Bun-kim,
katanya:
"Cianpwe, apakah kau telah melihat mayat-mayat yang
mengapung diatas permukaan sungai itu?"
"Yaa, sudah kulihat!"
"Tahukah kau perguruan apakah yang menempati
bangunan rumah dipunggung bukit itu?"
"Apakah kau menduga ada orang sedang membantai
anggota perguruan itu serta membuang mayat-mayatnya
kedalam sungai?"
"Kemungkinan besar demikian, bagaimana kalau kita
kesana untuk memeriksanya?"
"Baik, sekarang juga kita berangkat."
oooooOdwOoooo
BAB 76
BERANGKATLAH kedua orang itu menuju kearah
bangunan megah yang berada di punggung bukit tersebut
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, setelah melalui
suatu undak-undakan batu yang tersusun rapi, mereka
langsung menuju ke arah bangunan utama.
Sepanjang jalan mereka menyaksikan banyak sekali
mayat manusia yang bergelimpangan dalam keadaan
mengerikan.
Menyaksikan kesemuanya itu,Ong Ban kim merasakan
hatinya bergidik, bulu romanya pada bangun berdiri, jelas
suatu pembantaian secara besar-besaran telah berlangsung
disana, betul-betul suatu peristiwa berdarah yang
mengerikan.
Dalam waktu singkat mereka berdua telah tiba didepan
bangunan utama tersebut, halaman di depan bangunan itu
sangat luas, dinding pekarangannya sangat tinggi dengan
pintu gerbang terpentang lebar, belasan sosok mayat
manusia bergelimpangan disana sini, keadaan mereka betulbetul
menggidikkan hati.
Ong Bun kim segera melompat mabju ke depan dand
langsung meneraobos masuk kedablam ruang tengah yang
sangat luas itu, diatas pintu gerbang terpancanglah sebuah
papan nama besar yang bertuliskan.
"HIAT HO KAU"
Kembali dijumpai belasan sosok mayat manusia
bergelimpangan diatas tanah, keadaan merekapun rata-rata
mengerikan sekali, menyaksikan kesemuanya itu Ong Bun
kim segera mengerutkan dahinya sembari berpikir.
"Benar-benar suatu perbuatan yang amat keji!" Dengan
langkah lebar dia segera berjalan masuk keruang dalam.
Mendadak terdengar, seseorang membentak dengan
suara yang berat dan dalam.
"Siapa disitu"
Mendengar teguran itu, Ong Bun kim merasa amat
terperanjat, cepat dia mengalihkan sinar matanya ke arah
mana berasalnya suara itu, tampak sesosok bayangan hitam
sedang bergerak gerak disana.
Tercekat perasaan Ong Bun kim, untuk sesaat lamanya
dia tidak mengucapkan sepatah katapun.
"Siapa kau?" kembali orang itu menegur.
"Aku adalah Ong Bun kim, siapa pula kau?"
"Apa? Kau yang bernama Ong Bun kim?"
"Benar, apakah kau kenal dengan diriku?"
"Walaupun aku belum pernah bersua denganmu tapi
sudah lama kudengar akan nama besarmu itu, bukankah
kau yang berhasil mendapatkan pedang sin kiam ketika
diadakan penyembahan terhadap pedang di kuil Siau
limsi..?"
"Betul, siapa pula kau?"
"Ketua dari perkumpulan Hiat ho kau!"
"Apa yang telah terjadi dengan perkumpulan anda?"
"Mengapa tidak kau tanyakan secara langsung kepada
istrimu?"
"Istriku...?" seru Ong Ben kim dengan perasaan terkejut
bercampur heran setelah mendengar perkataan itu.
Orang itu kembali tertawa dingin.
"Heeeh heeehh....heeeehh.... buat apa kau musti berlagak
pilon lagi? Bukankah Tay pangcu dari perkumpulan Hui mo
pang, Kim losat adalah binimu?"
Hampir menjerit keras Ong Bun kim setelah mendengar
ucapan itu. serunya dengan lantang:
"Jadi Kim losat yang btelah membawa odrang untuk
membaantai perguruanbmu...?"
"Benar."
"Kenapa?"
"Dia minta perkumpulan kami agar menggabungkan diri
dengan perguruannya, hram! Be tul partai kami tak lebih
cuma sebuah partai kecil didalam dunia persilatan, tapi
kami enggan dipergunakan tenaganya oleh kaum iblis yang
sudah tak waras otaknya, oleh karena itu partai kami
menolak permintaan mereka..."
"Oooh, jadi lantaran kalian menolak, maka dia lantas
memimpin orang-orangnya untuk melakukan pembantaian
disini?"
"Benar!"
"Dari seluruh jumlah anggota kalian, sudah berapa
banyak yang terbunuh di tangan mereka?"
"Anggota perkumpulan kami hanya terdiri dari beberapa
ratus orang, kini sudah tinggal setengahnya saja, mereka
yang masih hidup sekarang sedang merundingkan suatu
siasat untuk menghadapi serbuan mereka."
"Apakah dia akan datang kemari lagi?"
"Sebelum pergi meninggalkan tempat ini, dia telah
memberi batas waktu selama lima hari buat kami, biia batas
waktunya sudah habis dan kami masih belum bersedia
untuk masuk menjadi anggota perguruannya, maka dia
akan membantai segenap sisa anggota yang masih hidup!"
Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, hawa napsu membunuhnya
segera berkobar. Terdengar orang itu kembali berkata
sambil tertawa dingin:
"Kalau kau bisa membunuh orang lain, mengapa tak bisa
membunuh istrimu sendiri? Bila kau sudah tiada urusan lagi
disini, silahkan segera angkat kaki dari hadapan kami!"
Ucapan yang terakhir tadi sungguh membuat kedudukan
Ong Bun kim serba salah, dia tak tahu apa yang musti
diucapkan kepada orang itu.
Akhirnya sambil menggertak gigi menahan marahnya,
dia berkata: "Aku pasti akan membinasakan dirinya."
Sehabis berkata dia membalikkan badannya dan keluar
dari tempat itu.
Terdengar ketua dari perguruan Hiat ho-kau Itu
menjengek sambil tertawa dingin:
"Semoga saja kau dapat teringat selalu dengan
perkataanmu itu!"
Kendatipun berarda dalam pengartuh hawa napsu
mqembunuh yang berrkobar-kobar, akan tetapi Ong Bun
kim merasakan juga keserba susahnya menghadapi keadaan
tersebut, selama hidup belum pernah ia menerima
cemoohan orang seperti apa yang dialaminya saat ini.
Tiba-tiba saja perasaannya tercekam dalam suasana yang
amat murung dan berat, seakan-akan kematian orang itu
adalah akibat dari perbuatannya.
Lama, lama sekali, akhirnya dia baru bergumam sambil
menggertak giginya menahan diri.
"Ia sungguh amat menakutkan, aku pasti akan
membunuhnya, aku harus menyingkirkan dirinya dari
muka bumi!" terdengar Tan Liok bertanya dengan
keheranan.
"Istrimu kah yang telah membasmi semua anggota
perguruan ini?"
"Benar!"
"Mana mungkin?"
Ong Bun-kim menghela napas panjang, secara ringkas
lantas menceritakan bagaimana ayah Kim lo sat dan
ayahnya menjodohkan mereka ketika masih berada di
kandungan dulu, kemudian dijelaskan pula tindak tanduk
Kim lo sat didalam dunia persilatan selama ini...
Seusai mendengar penuturan tersebut, Tan Liok lantas
berkata:
"Perbuatannya memang benar-benar amat kejam dan tak
berperi kemanusiaan, tapi, sanggupkah kau untuk
membinasakannya?"
"Mengapa tidak?"
"Aku kuatir kalau kau tidak memiliki cukup keberanian
untuk melakukan hal itu!"
Paras muka Ong Bun kim segera berubah,
kesombongannya muncul kembali, dengan angkuh dia
berkata:
"Aku sebagai pemegang Sin kiam sudah sewajarnya
uutuk membasmi kaum sesat dari muka bumi, sekarang
juga aku akan kesana untuk mencarinya!"
"Bila kau hendak kesana, aku juga akan turut serta!"
"Kau juga akan ikut ke mana?"
"Yaa, Hek mo im menitahkan kepadaku untuk
membantu pemegang pedang Sin kiam untuk melaksanakan
tugas sucinya!"
Ong Bun kim segera tertawa.
"Kalau begitu mari kita segera berangkat"
Maka berangkatlah kedua orang itu menuruni bukit di
mana Hiat ho kau bermarkas.
Di tengah jalan, tiba tiba Tan Liok bertanya:
"Ong sauhiap, ada satu hal aku telah lupa-untuk bertanya
kepadamu!..."
"Persoalan apa?"
"Mengapa kau bisa terbawa arus sungai sampai ke situ
dengan tubuh penuh luka?"
Ong Bun kim menceritakan kepadanya apa yang telah
dialaminya...
Setelah menyinggung kembali soal itu, dia baru teringat
pula dengan nasib Ciu Li li, apakah ia masih hidup atau
sudah mati setelah terjun ke dalam jurang tempo hari?
Apakah dia perlu pergi mencarinya ataukah tidak?
Akhirnya dia memutuskan untuk mempersoalkan mati
hidup Ciu Li li di masa mendatang, sekarang dia harus
menjumpai Kim lo sat lebih dulu untuk membunuhnya dan
melenyapkan bibit bencana lagi umat persilatan.
Dia ingin membuktikan kepada umat persilatan bahwa ia
selain bisa membunuh orang jahat, juga bisa membunuh
istrinya sendiri.
Tak lama kemudian sampailah mereka berdua di bukit
Thi gou san.
Setibanya di sana, Ong Bun kim segera menelusuri jalan
kecil di tepi tebing karang untuk meluncur kearah markas
besar kaum Hui mo-pang.
Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya itu,
tak seberapa lama kemudian, sampailah ia didalam kebun
kecil dalam markas besar Hui mo-pang.
Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan.
"Berhenti.... !"
Menyusul bentakan tersebut, dua orang nyonya berbaju
biru telah melayang turun dihadapan Ong Bun kim.
Tapi begitu tahu siapa yang sedang dihadapinya itu,
paras muka mereka segera berubah hebat.
"Haaah.....kau?" teriaknya sembari berbareng. .
"Benar, aku!"
"Ada keperluan apa Ong tayhiapb datang kemari.d"
"Mencari Kima lo sat!"
"Maafb !" ucap perempuan baju biru yang berada
disebelah kanan itu, "tay pangcu telah menurunkan perintah
untuk tidak menerima tamu?"
"Apakah termasuk juga aku?"
"Benar ! siapapun tidak boleh masuk!"
"Apa yang sedang ia lakukan sekarang?"
"Rapat !"
"Rapat ?"
"Benar ia sedang rapat dengan beberapa orang
ciangbunjin dari beberapa partai besar!"
Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Ong-Bun kim
merasa terkejut sebab ditinjau dari sikap Kim lo sat yang
sedang melakukan perundingan dengan beberapa orang
ciang bunjin dari partai besar dapat diketahui bahwa ia
telah menyiapkan suatu rencana besar untuk melakukan
suatu pembantaian secara besar-besaran didalam dunia
persilatan.
Andaikata apa yang diduganya- itu tidak salah akibatnya
benar-benar mengerikan sekali:
Berpikir demikian, tanpa terasa Ong Bun kim segera
membentak keras:
"Cepat beritahu kepadanya, bahwa aku hendak berjumpa
dengannya"
"Baiklah harap kalian tunggu sebentar!"
Selesai berkata nyonya berbaju biru yang berada
disebelah kanan itu telah melompat pergi meninggalkan
tempat itu.
Tak lama kemudian perempuan berbaju biru itu telah
balik kembali, tampak dibelakangnya mengikuti Gin lo sat
serta beberapa orang anggotanya, baru saja Ong Bun kim
hendak menegur, Gin lo sat telah berkata lebih dahulu.
"Ong sauhiap, satu bulan tidak bersua tentunya engkau
telah berkunjung sendiri kemari, entah ada urusan apa?"
"Aku hendak bertemu dengan Kim lo sat !"
"Silahkan."
Sembari berkata dia lantas menyingkir ke samping untuk
memberi jalan lewat.
Ong Bun kim serta Tan Liok dengan angkuhnya segera
melanjutkan perjalanannya menembusi halaman kecil
tersebut dan menuju ke pintu gerbang bangunan tersebut.
Tampak pintu gerbang terpentang lebar-lebar, beberapa
puluh orang jago berdiri disekeliling tempat itu.
"Ong sauhiap!" kata Gin lo sat tiba-tiba, "Tay pangcu
belum selesai rapat, bagaimana kalau kau menunggu
sebentar dibdalam ruangan tdamu?"
"Tidak, saekarang juga akbu akan pergi menjumpainya?"
bentak Ong Bun kim dengan suara tajam.
"Ong sauhiap mengapa kau musti menyusahkan orang?"
"Sudah, kau tak urah banyak bicara, masuk dan beritahu
kepadanya, katakan saja bersediakah dia untuk bertemu
denganku?"
Gin losat mengerutkan dahinya, setelah berpikir sejenak
akhirnya dia berkata.
"Baiklah!"
Selesai berkata dia lantas melangkah masuk kedalam
ruangan.
Ong Bun kim melirik sekejap kearah Tan Liok,
dilihatnya orang itu berdiri dengan wajah tanpa emosi,
sorot matanya menatap ruangan itu tanpa berkedip,
agaknya ia sedang mempertimbangkan sesuatu...
Tak lama kemudian Gin losat telah muncul kembali
katanya.
"Ong sauhiap, Tay pangcu mempersilahkan kau masuk,
mari ikutilah aku !"
Dengan mengikuti dibelakang Gin losat, Ong Bun kim
langsung menuju ke ruangan belakang, kamudian berbelok
kesamping dan masuk ke dalam sebuah ruangan kecil.
Didalam ruangan kecil tersebut, selain terdapat Kim Lo
sat, masih hadir pula lima orang lainnya.
Kelima orang itu ada yang berbaju preman, ada pula
yang berdandan sebagai seorang tosu, usianya antara lima
puluh tahunan, ketika Ong Bun kim melangkah masuk
mengikuti dibelakang Gin lo sat. Kim losat segera bangkit
berdiri sambil tertawa.
"Ong Buncu!" tegurnya, "angin apa yang telah
membawamu sampai di tempat ini?"
"Kau panggil aku dengan sebutan apa?"
"Bukankah kau adalah Buncu dari perguruan Sin kiam
bun?"
Setelah mendengar perkataan itu Ong Bun kim baru
memahami duduknya persoalan, ternyata ia memanggil
dirinya sebagai Ong buncu, lantaran dia telah menjadi
buncu dan perguruan Sin kiam bun.
Sambil tertawa dingin katanya kemudian. "Ku Pek hoa,
tahukah kau ada urusan apa aku datang kemari mencarimu
?"
Kim losat segera tertawa hambar, sahutnya.
"Tidak mungkin untuk datang membicarakan soal
perkawinan denganku bukan?"
Setelah menarik kembali senyumannya, dia berkata lebih
jauh:
"Mari, mari kuperkenalkan dulu dirimu dengan kelima
orang saudara ini, yang disebelah kanan adalah kertua dari
partait Hoa san kiam kqek (jago pedangr dari bukit Hoa
san), orang kedua adalah ketua dari partai Tiam-cong.
Ciong hay sin liong (naga sakti dari samudra luas), orang
ketiga adalah ketua Soat san-pay, Soat it ciau (ular sakti dari
samudra salju).. .Ketua dari Ciong lay pay Suci tojin
(tangan sakti pembunuh naga).."
Sekaligus dia memperkenalkan kelima orang yang hadir
dalam ruangan itu, kemudian dia baru melanjutkan:
"Sedangkan saudara yang ini tak lain adalah Ong Bun
kim yang amat tersohor namanya dalam dunia persilatan
itu!"
Ong Bun kim segera tertawa dingin katanya:
"Sungguh beruntung aku bisa bertemu dengan para
ciangbunjin sekalian. !"
Sekulum senyuman jengah segera menghiasi wajah
kelima orang ciangbunjin itu, namun mereka tidak
mengucapkan sepatah kata pun.
Kim losat memandang sekejap wajah kelima orang
ciangbunjin itu, kemudian ujarnya lagi:
"Dan dia, sesungguhnya tidak lain adalah suamiku
sendiri!"
"Tutup mulut!" bentak Ong Bun kim. .
Kim losat menjadi amat terkejut setelah ketika
mendengar bentakan Ong Ban kim yang sangat keras itu,
tapi sesaat kemudian sambil tertata manis dia berkata lagi:
"Saudara sekalian aku berjuang untuk merajai seluruh
dunia persilatan, tujuanku tak lain adalah ingin
mempersembahkan kedudukan yang amat tinggi itu
kepadanya."
"Tutup mulutmu!" kembali Ong Bun kim membentak
keras amarahnya sudah mulai berkobar.
Kim lo sat sama sekali tidak menggubris kemarahan
orang, sambil tetap tersenyum manis dia berkala lebih jauh.
"Aku berbicara sejujurnya, aku berjuang mati-matian
untuk merebut kedudukan Bengcu itu, tidak lain adalah
ingin kupersembahkan segala sesuatunya ini kepadanya !"
Ong Bun kim tertawa dingin, tukasnya:
"Maksud baikmu itu biar kuterima dalam hati saja, Ku
Pek hoa, kau jangan terlalu menghina kemampuan orang."
"Menghina? Haahh haaah haaahh mana aku berani
menghina dirimu? Setelah kurebut kursi Bengcu dari
seluruh jagad, bukankah kursi kebesaran itu akan kuberikan
kepadamu? Aku toh tidak berbicara bohong, aku berbicara
sesungguhnya."
"Sudah cukupkah perkataanmu itu?" jengek Ong Bun
kim sinis.
Kim lo sat segera menarik kembali senyumannya,
kemudian menegur:
"Kau datang kemari mencari aku, sebenarnya ada urusan
apakah yang hendak dibicarakan denganku"
Air muka Ong Bun kim agak berubah, bentaknya
kemudian.
"Apakah kau yang telah menciptakaa pembunuhan
berdarah atas anggota dan perkumpulan Wat ho kao?"
"Benar !"
"Sungguh keji amat perbuatannya itu."
"Aku berbuat demikian, tidak lebih hanya bermaksud
untuk memberi sedikit hukuman kepada mereka!"
"Suatu hukuman yang bagus sekali, empat puluh lembar
jiwa manusia dibantai, kau masih menganggapnya sebagai
suatu hukuman, Ku Pek hoa akhirnya aku benar-benar
telah mengenali dirimu."
"Kalau sudah kenal denganku, lantas mau apa?" jengek
Ku Pek hoa sambit tertawa dingin.
"Mau apa? Tentu saja membunuh dirimu."
"Ong Bun kim seandainya aku tidak memandang diatas
hubungan kita sebagai suami istri, sudah sedari dulu
kubunuh dirimu, bila kau tidak mempunyai urasan lain lagi
silahkan segera angkat kaki dari sini"
Dengan kalap Ong Bun kim mendongakkan kepalanya,
dan tertawa seram, "Cring. ." pedang sin kiam diloloskan
dari sarungnya sehingga cahaya tajam yang menyilaukan
mata segera memancar ke empat penjuru.
Sambil menggetarkan pedang sin kiamnya itu, kembali
dia membentak dengan suara keras:
"Ku Pek hoa, di bawah pedang Sin kiam selamanya tak
pernah mengenal kata kasihan, maaf kalau terpaksa aku
Ong Bun kim tak bisa memandang pada hubungan kita
sebagai suami istri untuk membinasakan dirimu sekarang
juga."
Selangkah demi selangkah dia berjalan ke muka
menghampiri Kim lo sat yang cantik itu.
Begitu pedang Sin kiam dilolosbkan, baik Ku Pedk hoa
maupun kealima orang cianbgbun jin itu sama-sama
tersentak kaget, rasa ngeri dan takut segera menyelimuti
wajah mereka.
"Ong Bun kim, kau berani berbuat demikian?" bentak
Kim lo sat dengan gusar.
Ong Bun kim segera mendongakkan, kepalanya dan
tertawa seram.
"Haaahhh....haaahhh haaahhh. mengapa tidak berani?
Lihat saja seranganku ini!"
Sambil membentak nyaring tubuhnya melejit ke udara,
kemudian secepat sambaran petir menerjang ke arah Kim lo
sat, cahaya tajam berkilauan memenuhi seluruh angkasa
dan sebuah tusukan kilat telah dilepaskan.
Sementara Ong Bun kim mendesak ke depan dengan
serangan kilatnya, Kim losat telah melejit kesamping untuk
menghindarkan diri, berhadapan dengan senjata kuno yang
tajam luar biasa itu, sedikit banyak Kim losat merasa agak
keder juga dibuatnya.
Gagal dengan serangan yang pertama, Ong Bun kim
mendesak lebih kedepan serta melepaskan serangan yang
kedua.
Tiba-tiba Kim losat membentak nyaring.
"Ciangbunjin berlima, mengapa kalian berpeluk tangan
saja? Cepat bantu aku untuk menantang nya!"
Ditengah bentakan Kim lo sat yang amat keras itu,
serentak ke lima orang ciangbunjin itu meloloskan
pedangnya yang tersarung dipinggang, kemudian diiringi
lima jalur kilatan cahaya hijau mereka bersama-sama
melancarkan serangan untuk menggulung tubuh Ong Bun
kim.
Kelima orang ciangbunjin ini rata-rata adalah ahli di
dalam ilmu pedang, terlihatlah lima pedang mereka
bagaikan naga sakti yang baru keluar dari samudra, dalam
waktu singkat telah menyerang jalan darah penting di tubuh
anak muda tersebut.
Dengan suatu lompatan yang enteng Ong Bun kim
mundur sejauh satu kaki kebelakang kemudian dengan sinar
mata yang tajam dia membentak:
"Kalian ingin mampus?"
oooOdwOooo
BAB 77
MELINDUNGI keselamatan Bengcu adalah tugas dari
kami berlima !" jawab Hoa san kiam kek dengan suara
dingin.
Ong Bun kim sendiri juga tahu kalau kelima orang
ciangbunjin itu hanya dipaksa untuk turun tangan,
seandainya ia sampai membunuh mereka berlima maka
akibatnya bisa memancing kemarahan dari segenbap umat
persiladtan.
Dibawah ujaung pedang sucib selamanya tak akan
terbunuh orang yang baik dan tidak bersalah.
Berpikir demikian, tak tahan lagi Ong Bunkim
membentak keras.
"Kalau kalian masih ingin hidup kuanjurkan kepada
kamu berlima agar menyingkir dari hadapanku"
Tapi bukannya mundur, lima orang ciang bunjin itu
malah maju sambil membetuk satu gerakan setengah
melingkar yang mengurung Ong Bun-kim ditengah arena.
Tib-tiba Kim-losat menghela napas panjang. tegurnya.
"Ong Bun kim, apa yang hendak kau lakukan atas
diriku?"
"Apa lagi? Tentu saja membunuhmu!"
"Aaai Ong Bun kim, lalu kau menginginkan agar aku
berbuat bagaimana?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Aku memperjuangkan kedudukan Bengcu dari dunia
persilatan untuk kemudian kupersembahkan kepadamu,
apakah kau belum puas?"
"Kentut busuk, siapa yang kesudian dengan kedudukan
bengcu itu?" bentak sang pemuda marah.
"Lantas, apa yang kau kehendaki?"
"Aku tidak menginginkan apa-apa, sekarang aku hanya
menginginkan selembar nyawamu-"
"Tegakah kau untuk turun tangan terhadap diriku?"
"Tentu saja tega. Ciangbunjin sekalian, kalian sebetulnya
mau minggir atau tidak?"
"Tidak"
"Bangsat, jadi agaknya kalian juga sudah pingin
mampus... "
Diiringi bentakan keras, sekali lagi tubuh nya menerjang
maju kedepan. pedang Sin-kiam menyambar kebawah dan
sebuah serangan dahsyat telah dilancarkan.
Cahaya pedang berkilauan memenuhi seluruh angkasa,
daya serangannya sungguh mengerikan.
Lima bilah pedang meluncur bersama ke udara, secara
terpisah kemudian mengancam sekujur badan anak muda
itu.
Gerak serangan Ong Bun kim tiba-tiba berubah, dari
suatu tusukan mendadak ia rubah serangannya menjadi
bacokan, cahaya pedang dengan membawa sekilas cahaya
hijau langsung menggulung kedepan - dengan dahsyatnya.
"Traaang ! Traarang !" diiringit bunyi gemerincqing yang
sangatr keras, tahu-tahu pedang yang berada ditangan Hoa
san kiam kek serta Ciong hay sin liong telah patah menjadi
beberapa bagian.
Begitu berhasil mematahkan senjata musuh, Ong Bun
kim dengan diserfai tenaga serangan yang maha dahsyat
langsung menerjang kehadapan Kim losat.
Akan tetapi, baru saja si anak muda itu menggerakkan
badannya untuk menerjang ke muka. Soat hay it ciau (naga
sakti dari lautan salju), Jit ci-tojin (tosu berjari tujuh) serta
To liong jiu (tangan sakti pembunuh naga) telah memutar
senjata masing-masing dan sekali lagi menerjang ke depan.
Serangan itu dilancarkan secepat kilat dengan daya
serangan yang mengerikan.
Ong Bun kim terkesiap, buru-buru dia menarik kembali
badannya dan melompat kebelakang, kemudian dengan
sinar mata yang tajam dan mengerikan karena diliputi hawa
napsu membunuh yang tebal, ia membentak lagi.
"Apakah kalian lebih suka mampus dari pada hidup?"
"Kami akan menghentikan serangan kecuali Ong buncu
juga pergi meninggalkan tempat ini"
""Bagus....! Kalau toh kalian ingin mencari jalan
kematiannya sendiri, jangan salahkan kalau aku akan
bertindak keji terhadap kalian semua... !"
Selesai membentak, seperti orang kalap dia menerjang ke
muka dengan kedahsyatan yang luar biasa.
Pada saat ini Ong Bun kim berniat untuk mengadu jiwa,
pedangnya diputar sedemikian rupa menciptakan selapis
cahaya tajam yang menyilaukan mata dalam waktu singkat
secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah serangan
berantai.
Ketiga buah serangan yang dilepaskan Ong Bun-kim ini
selain disertai tenaga serangan yang dahsyat lagipula
mengandung suatu ancaman yang sukar dihindari orang.
Kontan saja ketiga orang ciangbunjin itu terdesak hingga
mundur sejauh belasan kaki ke belakang untung mereka
cepat mundur, coba tidak niscaya tubuh mereka sudah
berlubang tertembus serangan itu.
Bentakan-bentakan nyaring kembali menggelegar
memecahkan keheningan, Hoa san kiam kek serta Kiong
hay sin liong telah maju kedepan dan masing-masing
melepaskan sebuah pukulan.
Dalam waktu singkat bayangan manusia saling
menyambar dengan hebatnya, cahaya pedang bergulunggulung
menusuk pandangan.
Tan Liok yang sedari pertarungan itu dimulai hanya
berpeluk tangan belaka, waktu itu dia berdiri bersandar
didepan pintu dengan wajah tanpa emosi, dalam keadaan
demikian, tidak perlu baginya untuk turun tangan, ia-pun
merasa enggan untuk turun tangan.
Sedangkan Gin losat juga hanya menonton dari samping,
ia telah bertekad di dalam ha-tinya, andaikata manusia aneh
itu berani melakukan sesuatu tindakan yang mencurigakan,
maka dia akan segera membunuhnya dengan cara yang
paling keji.
Suasana ditengah arena amat tegang dan serius.
Sekalipun Ong Bun kim dikepung dan dikerubuti oleh
lima orang ciangbunjin, akan tetapi daya serangan yang
terpancar dari pedang suci itu sungguh amat mengerikan,
cahaya tajam berkilauan diangkasa, hawa pedang menderuderu
menyelimuti badan, pertarungan ini sudah mencapai
pada taraf yang luar biasa sekali.
Tiba-tiba....
Ong Ban kim membentak keras, badannya melejit ke
udara dengan kecepatan tinggi.
Ia tidak berani untuk melukai ke lima orang ciangbunjin
tersebut, oleh sebab itu dia harus menghindari mereka dan
meluncur ke-arah Kim losat berada.
Tindakan Ong Bun kim yang melejit ke udara dengan
kecepatan luar biasa ini sungguh mengejutkan hati orang,
disaat tubuhnya menubruk ke arah Kim lo sat, pedang
sucinya telah diputar melancarkan sebuah serangan.
Tanpa terasa lima orang ciangbunjic itupun
membalikkan badan sambil menerjang lagi bersama-sama,
telapak tangannya serentak disapu ke-muka dengan
kecepatan luar biasa.
Sekalipun serangan yang dilancarkan Ong Bun kim
sangat cepat, akan tetapi gerakan tubuh dari kelima orang
ciangbunjin itupun tidak lambat, di saat Ong Bun kim
menyerang Kim losat dengan pedang sucinya, gerak
serangan pedang maupun pukulan yang dilancarkan oleh
kelima orang ciang bunjin itu serentak telah meluncur tiba.
Oleh karena serangan yang dilakukan kedua belah pihak
sama sama cepatnya, hal mana memaksa Oog Ban kim
mau tak mau harus menarik kembali ancamannya terhadap
Kim losat, kemudian sambil membalikkan badan dia
melancarkan serangan kembali ke arah kelima orang Ciang
bunjin tersebut.
Pada saat Ong Bun kim sedang membalikkan badannya
itulah, mendadak Kim losat melepaskan sebuah tusukan
kilat dengan pedangnya.
Serentetan cahaya pedang yang berkilauan memancar ke
empat penjuru, kemudian langsung menyergap tubuh Ong
Bun kim.
Serangan yang dilancarkan Kim lo sat itu sungguh
teramat cepat sekali, tapi sebelum mencapai tujuan, tibatiba
terdengar seseorang membentak nyaring: "Tahan!"
Bentakan itu keras bagaikan guntur yang membelah
bumi disiang hari bolong, sedemi kian kerasnya suara itu
sehingga memekikkan telinga semua orang yang berada
disana dengan perasaan tercekat, orang-orang itu melompat
mundur sejauh beberapa kaki ke belakang.
Ketika mereka mencoba untuk memperhatikan si
pembicaraan itu, ternyata dia tak lain adalah Tan Liok.
Tan Liok tertawa dingin, lalu berkata:
"Ciangbunjin berlima, kalian benar-benar tidak tahu diri,
ketahuilah bukan Ong Bun kim tak mampu membunuh
kalian, adalah dia tak ingin membunuh kamu semua, jika
kalian masih melanjutkan serangan serangannya tindakan
tersebut, sungguh tak tahu keadaan."
"Lantas menurut pendapatmu?"
Tan Liok tertawa hambar, sahutnya:
"Yang dicari Ong Bun kim adalah Ku pang-cu, maka
kuanjurkan kepada kalian lebih baik janganlah mencampuri
urusan ini."
"Tapi kami mempunyai kewajiban untuk melindungi
keselamatan jiwanya......! "seru kelima orang ciangbunjin
itu hampir berbareng.
"Begini saja!" kata Tan Liok kemudian sambil
melangkah masuk ke dalam arena, kemudian sambil
tertawa lanjutnya, "bila salah seorang diantara kalian yang
sanggup menerima dua buah pukulanku tanpa kalah, aku
dan Ong Bun kim akan segera pergi meninggalkan tempat
ini, kalau tidak maka lebih baik pertarungan yang bakal
dilanjutkan nanti lebih baik diselesaikan oleh Ong Bun kim
dan Ku pangcu pribadi!"
Ciangbunjin dari partai Cing shia pay yaitu si tangan
sakti pembunuh naga segera tertawa dingin, serunya:
"Besar benar bacot anda!"
"Apakah ciangbunjin bersedia untuk menyambut dua
buah pukulanku itu...?" tanya Tan Liok sambil tertawa
dingin.
"Benar!"
"Andaikata kau menderita kalabnanti?"
To liong jiu tertegun, andaikata dia kalah, dengan
kedudukannya sekarang tak mungkin baginya untuk
memutuskan bahwa mereka tak akan bertarung lagi
melawan Ong Bun kim, maka untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Tan Liok segera tertawa dingin, ejeknya.
"Kau tak sanggup untuk mengambil keputusan bukan?"
Dihasut dengan ucapan tersebut oleh Tan Liok, seketika
itu juga To liong jiu merasa seperti kehilangan muka, paras
mukanya lantas berubah hebat.
"Akan kusambut kedua buah seranganmu itu!"
bentaknya kemudian.
Sambil membentak, dengan langkah lebar dia lantas
maju ke depan. Tan Liok tertawa hambar, katanya:
"Mau menyambut seranganku tentu saja boleh, cuma
kau harus menjamin dulu bila kau kalah maka kelima orang
ciangbunjin tak boleh melancarkan serangan terhadap Ong
Bun kim kalau tidak, lebih baik persoalan ini tak usah
dibicarakan lagi"
Diantara kelima orang ciangbunjin itu, To liong jiu boleh
dibilang paling lihay di dalam ilmu telapak tangan kosong,
tak seorangpun diantara rekan-rekannya yang percaya
bahwa ia tak mampu menerima dua buah serangan dari
manusia aneh itu.
Maka keempat orang ciangbunjin lainnya segera
mengangguk bersama sebagai pertanda bahwa mereka telah
setuju.
"Sekarang, kau boleh turun tangan?" bentak To liong jiu
dengan suara dingin.
Tan Liok segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haahh.....haaah tentu saja boleh, cuma aku
harus terangkan lebih dulu, jika kalian tak mau memegang
janji maka sampai waktunya jangan salahkan kalau aku
orang she-Tan akan bertindak keji!"
Ucapan tersebut diutarakan dengan penuh kobaran hawa
napsu membunuh, membuat pendengarannya merasakan
hatinya bergidik.
"Silahkan kau lancarkan seranganmu itu!" bentak To
liong jtu dengan suara dingin.
"Baik, sambutlah seranganku ini..." Belum habis dia
berkata tubuhnya sudah melejit ke tengah udara, kemudian
tampak bayangan hitam berputar kencang dan sebuah
pukulan dilontarkan kedepan.
Serangan yang dilancarkan Tan Liok ini dilakukan
dengan suatu gerakan yang aneh dan cepat, dalam kejutnya
buru buru To-liong jiu mengayunkan tangan kirinya untuk
menangkis, pada saat To liong jiu sedang menggerakkan
tangannya itulah, tangan kiri Tan Liok sudah menerobos
masuk dengan kecepatan diluar dugaan.
"Blaaam....!"
Secara telak To Liong jiu termakan oleh sebuah pukulan
Tan Liok yang bersarang tepat diatas dadanya itu, sambil
muntah darah segar tubuhnya mencelat kebelakang dan
roboh terkapar diatas tanah.
Peristiwa ini kontan saja membuat gempar semua jago
lainnya, mereka tidak mengira, kalau manusia aneh yang
tampaknya sama sekali tidak menonjol ini ternyata benarbenar
berhasil melukai To liong jiu belum sampai dua
gebrakan.
Dari sini bisa diketahui kalau ilmu silat yang dimilikinya
telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa.
"Maaf. maaf !" kata Tan Liok kemudian sambil tertawa
hambar.
Pelan-pelan Ong Bun kim mengalihkan sinar matanya ke
atas wajah Kim losat kemudian hardiknya:
"Sekarang, tibalah giliran kita berdua untuk
menyelesaikan perselisihan diantara kita!"
"Kau anggap aku takut kepadamu?" teriak Kim lo sat
sambil menggetarkan pedangnya.
Bersama dengan selesainya perkataan itu, tubuhnya
segera menerjang kedepan melepaskan serangan dahsyat ke
tubuh Ong Bun kim.
Empat orang ciangbunjin lainnya cuma bisa berdiri kaku
disisi kalangan tanpa mengetahui apa yang musti
dilakukan.
Mendadak.... suatu bentakan menggelegar diudara,
pedang Kim lo-sat dengan menciptakan selapis cahaya hijau
secepat kilat menyerang tubuh Ong Bun kim.
Kim lo sat telah membuka serangannya lebih dahulu
dengan sebuah sergapan kilat yang maha dahsyat.
Ong Bun kim membentak keras, pedang sin kiam diputar
cepat membendung ancaman tersebut, diantara perputaran
cahaya pedangnya, buru-buru Kim losat menarik kembali
serangannya, ia tak berani melawan pedang suci lawan
dengan keras lawan keras.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Kim losat
telah terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah, dalam
waktu yang amat singkat itu kedua belah pioak lama sama
telah melepaskan tiga buah serangan berantai.
Kepandaian Kim losat dalam permainan pedang meski
amat dahsyat, tapi ia toh tetap bukan tandingan dari pedang
sin kiam milik Ong Bun kim, kejadian ini membuat paras
muka keempat orang ciangbunjin tersebut berubah hebat.
Mendadak Ong Bun kim membentak keras, secara
beruntun pedang sin kiam itu melancarkan dua buah
serangan berantai, cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa, dahsyatnya bukan kepalang, dalam keadaan begini
Kim lo sat semakin tak berani melancarkan serangan untuk
membendung datangnya ancaman lawan.
Diantara kilatan cahaya pedang dan ber-kelebatnya
bayangan manusia, lima gebrakan sudah lewat.
Secara beruntun Kim lo sat sudah terdesak mundur
sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
"Ciangbunjin. kenapa kalian hanya berdiam diri belaka?"
tiba-tiba gadis itu membentak keras.
Mendengar bentakan dari Kim lo sat tersebut, paras
muka ke empat orang ciangbunjin itu segera berubah hebat,
sambil membentak serentak mereka menyerbu ke arena dan
menyerang Ong Bun kim.
"Kurang ajar. Rupanya kalian ingin mampus!" bentak
Tan Liok dengan geramnya.
Sambil berteriak ia melejit ke udara dan menerkam ke
empat orang ciangbunjin tersebut, sebuah pukulan dahsyat
dihantamkan dengan gencarnya...
Untuk sesaat suasana dalam arena menjadi kalut dan
suatu pertarungan massal tak terhindar.
Gin lo sat membentak keras, dia turut terjun pula ke
areiia pertarungan dengan mengerubuti lawannya, dengan
demikian delapan orang bergumul menjadi satu saling
serang menyerang dengan gencarnya.
Mendadak....terdengar beberapa kali jerit kesakitan yang
memekikkan telinga, menyusul kemudian robohnya
keempat orang ciangbunjin itu termakan oleh sebuah
pukulan yang amat dahsyat.
Begitu lawan-lawannya telah roboh, Tan Liok
membalikkan badan dan menerkam Gin lo sat.
Sementara Tan Liok sedang menyergap Gin lo sat, Ong
Bun kim telah membentak pula.
"Ku Pek-hoa, kau masih mempunyai jurus maut apa
lagi?"
Secara beruntun tiga buah serangan telah dilancarkan
kembali.
Tahan!" Kim lo-sat membentak.
Ong Bun kim segera menarik kembali serangannya dan
melayang mundur sejauh lima depa lebih, kemudian
serunya dengan dingin.
"Ku Pek hoa, apalagi yang hendak kau katakan?"
"Ong Bun kim, apakah kau bertekad hendak membunuh
diriku?" teriak Kim losat dengan wajah memucat.
"Benar!"
"Ong Bun kim, dalam hal apakah aku telah melakukan
kesalahan terhadap dirimu?"
"Tindak tandukmu serta kekejaman hatimu tak bisa
diampuni oleh siapa saja!"
"Tapi aku berbuat kesemuanya itu toh demi dirimu!"
"Maksud baikmu itu biar aku terima didaIam hati saja"
Kim lo-sat tertawa sedih. katanya kemudian:
"Baiklah, kalau kau telah bertekad untuk membunuh,
sekarang bunuhlah diriku ini!"
"Traaang....." diiringi suara gemerincing, pedang yang
berada dalam genggamannya di buang ke tanah lalu
berjalan kedepan dan berdiri lebih kurang tiga depa
dihadapah Ong Bun kim.
Tindakan gadis itu sebaliknya malah membuat Ong Bun
kim menjadi tertegun, tanpa terasa dia mundur selangkah
kebelakang dan menatap wajah Kim lo sat dengan perasaan
ragu.
00000OdwO00000
BAB 78
"HAYO cepat bunuh aku !" kembali Kim lo sat
membentak.
Sekujur badan Ong Bun kim menggigil keras, tapi ia
belum juga turun tangan.
"Kenapa?" ejek Kim losat sambil tertawa diri. "Bukankah
kau ingin membunuh aku? Kenapa tidak turun tangan."
Diejek begitu, berkobar juga hawa amarah dari Ong But
kim, akhirnya pedang Sin kiam diangkat tirggi tinggi ke
udara, mata pedang ditujukan ke arah dada Kim lo sat.
Dalam keadaan demikian asal Ong Bun kim melanjutkan
serangannya, niscaya Kim lo sat akan tewas seketika itu
juga.
Sewaktu ujung pedang Ong Bun kim sudah mulai
menempel diatas dada Kim lo sat, pelan-pelan gadis itu
memejamkan matanya, dua titik air mata tanpa terasa jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
Air mata itu melambangkan apa? Penyesalan? Ataukah
agar membuat Ong Bun kim menjadi lemah hati?
Ketika sinbar mata Ong Bund kim bertemu deangan titik
air bmata dari Kim lo sat tersebut, tanpa terasa sekujur
badannya bergidik jkeras, tangannya yang nemegangsenjata
sudah mulai gemetar keras.
"Ong Bun kim, hayo cepat turun tangan !" bentak Kim lo
sat dengan suara keras.
Pelan-pelan Ong Bun kim menurunkan kembali
pedangnya ke bawah, lalu bentaknya dingin.
"Ambil pedangmu itu dan mari kita lanjutkan bertempur,
aku tak mau membunuh orang yang tidak melancarkan
serangan balasan!"
"Kau menginginkan aku bertarung dengan kau?" seru
Kim lo sat dingin.
"Benar!"
"Bagus sekali!"
Dia membungkukkan badan dan memungut kembali
pedangnya yang terjatuh ditanah itu, kemudian dengan
mata yang jeli dia menatap wajah Ong Bun kim tajamtajam,
bentaknya dingin. "Ong Bun kim, sekarang kau
boleh turun tangan!"
Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras, lalu
sambiI membentak dengan pedang bergetaran dia lancarkan
sebuah serangan kilat.
Didalam serangannya ini, Ong Bun kim telah
menyertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
tampak cahaya tajam berkilauan, pedang sin kiam dengan
menciptakan tiga macam gerakan yang berbeda menyergap
ketubuh Kim losat.
Sementara itu Kim lo sat sudah tidak memikirkan soal
mati hidupnya lagi, dikala Ong Bun kim melancarkan
serangan kilatnya, diapun tidak menghindarkan diri,
sebaliknya malahan maju kedepan sambil balas
melancarkan dua buah serangan.
Bila seseorang sudah nekad, biasanya serangan yang
mereka lancarkan juga akan lebih ganas dan keji, dua buah
serangan balasan dari Kim-lo sat ini segera memaksa Ong
Bun kim mundur dua langkah.
Sambil menggigit bibir sianak muda itu mengayunkan
kembali pedang sin kiamnya, dalam sekejap mata dia
lancarkan empat buah serangan balasan, keempat buah
serangan yang di-gunakan itu pun merupakan empat jurus
maut dari ilmu pedang sin kiam hoat, lihaynya bukan
kepalang.
Menghadapi ancaman selihay ini, Kim lo sat mulai
merasa keteter hebat dan sedikit tak sanggup untuk
mempertahankan diri.
Dalam waktu singkat, sepuluh gebrakan sudah lewat.
Ong Bun kim segrera membentak kteras, tubuhnya
qmelejit kedepanr dan cahaya pelang berkilauan, dalam
suatu gerakan tahu-tahu pedang yang berada ditangan Kim
lo sat sudah terlepas dari cekalan dan rontok keatas tanah.
Sekali lagi ujung pedang Sin kiam diri Ong-Bun kim
telah menempel diatas dada gadis itu.
Paras maka Kim lo sat berubah menjadi pucat keabuabuan,
sekarang dia tak mampu berkutik lagi.
Air muka Ong Bun kim penuh diliputi emosi, untuk
kedua kalinya dia dihadapkan pada kenyataan yang pelik,
bila dia menggunakan sedikit tenaga lagi niscaya pedang
Sin kiam akan menembusi dada dan Kim lo sat akan tewas
seketika.
Tangannya gemetar sangat keras
"Hayo, bunuhlah aku!" teriak Kim losat dengan suara
pedih.
"Kau... kau anggap aku tidak berani?"
Saking emosinya bukan saja tangan Ong-Bun kim
gemetar keras, bahkan suaranya juga ikut gemetar keras.
"Aku toh tidak mengatakan kalau kau tidak berani... .
"kata Kim lo sat dengan sedih.
"Jadi kau benar-benar ingin mati ditanganku...!"
"Bukankah kau Ong Bun kim datang kemari untuk
membunuhku?"
Mendengar perkataan itu, sekujur badan Ong Bun kim
kembali gemetar keras, bahkan ucapan tersebut
membuatnya tertegun pemuda itu juga membuat hatinya
bimbang, karena ia tak tahu haruskah melanjutkan
serangannya ataukah tidak?.
Yaa. benar! Ia memang datang untuk membunuhnya!
Tapi bagaimanapun juga dia adalah istrinya entah dalam
hatinya terkandung rasa senang atau tidak, dia harus
mempertahankan-nama, serta kewajiban sebagai suami istri.
Kim lo sat tertawa sedih, katanya:
"Bunuhlah aku! Aku pinta kepadamu, aku lebih senang
mati ditanganmu daripada ditangan orang lain!"
Perasaan Ong Bun kim bagaikan terkena aliran listrik
bertegangan tinggi, kontan saja membuat sekujur badannya
gemetar keras berulang kali gadis itu mengutarakan rasa
cintanya, ini membuktikan bahwa luapan perasaan tersebut
bukan bohong atau kosong belaka, sebab selama ini gadis
itu selalu menganggapnya sebagai suami yang dicintai"
Untuk sesaat Ong Bun kim terjerumus dalam suatu
lembah kesedihan yang menyiksa perasaan, dia-tak tahu
apa yang harus dilakukannya sekarang....
Haruskah gadis itu dibunuh? Ataukah jangan dibunuh?
Dalam kesedihan dan kemurungan, ia berdiri tertegun
seperti patung arca....
Kim lo sat adalah seorang gadis yang cantik jelita bak
bidadari dari kahyangan, tapi keadaannya sekarang amat
mengenaskan dan patut dikasihani, punyakah keberanian
dihati Ong Bun kim untuk memusnahkan kehidupan gadis
tersebut?
Pelan-pelan ia menurunkan kembali pedangnya
kebawah.
"Ong Bun kim, mengapa kau tidak jadi membunuhku?"
tanya Kim lo sat kemudian.
"Aku., .aku..... akan kuampuni dirimu sekali lagi."
Suara Ong Bun kim masih penuh diliputi oleh emosi
sehingga tidak jelas kedengaran nya, Ya dia memang tidak
memiliki keberanian untuk membunuhnya, sebab
bagaimana pun juga gadis itu adalah istrinya."
"Kau tidak memiliki keberanian untuk berbuat demikian"
seru Kimlo sat dingin.
"Yaa, benar! Aku Ong Bun kim memang tidak memiliki
keberanian untuk membunuh-mu!"
-oo0dw0oo--
Jilid 25
TIBA-TIBA gadis itu tertawa dingin. Paras muka Ong
Bun kim segera berobah hebat, suara tertawa itu dirasakan
sebagai suatu penghinaan yang besar baginya, dengan suara
keras segera bentaknya: "Apa yang kau tertawakan?"
"Plak! Plok!?" dua tempelengan tahu tahu sudah
disarangkan ke wajah Kim losat.
Kedua tamparan tersebut keras sekali sehingga membuat
Kim lo sat mundur tujuh delapan langkah dengan
sempoyongan, dengan sinar mata tercekat ia mengawasi
wajah Ong bun kim tanpa berkedip.
"Ku Pek hoa!" bentak Ong Bun kim dengan suara keras,
"jangan kau anggap aku tak sanggup membunuhmu, aku
tidak membunuhmu kini lantaran aku tidak tega, kalau kau
masih menganggap diriku sebagai suamimu, tidak
seharusnya kau lakukan perbuatan yang justru merugikan
aku, Ku Pek hoa! Aku Ong Bun kim bersedia mengampuni
selembar jiwamu, aku berharap kau bisa bertobat dan
kembali ke jalan yang benar."
Setelah berkata dia lantas membbalikkan badan ddan
berlalu darai situ.
Hati kebcil Ong Bun-kim sedang menitikkan air mata, ia
tak bisa melukiskan betapa sedihnya perasaan hatinya
waktu itu, seakan-akan baru pertama kali ini dia menjumpai
persoalan yang sedemikian peliknya sehingga membuat
peningnya kepala.
Memandang bayangan punggung Ong Bun kim yang
berjalan keluar dari pintu, Tan Liok menghela napas
panjang, gumamnya:
"Aiii ! Rupanya dia adalah seorang pemuda yang baik
hati!"
Berpikir sampai disana dia lantas mengikuti Ong Bun
kim berjalan keluar dari ruangan itu.
Setelah mengundurkan diri dari ruangan, Ong-Bun kim
menyaksikan para anggota Hui mo pang yang berada di
ruang tengah telah berdiri berjajar dengan kesiap siagaan
penuh, dari sikap mereka itu dapat diketahui bahwa orangorang
itu bermaksud untuk menghalangi jalan pergi mereka
berdua.
Paras suka Ong Bun kim segera berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian itu, bentaknya.
"Hayo minggir, apakah kalian semua kepingin mampus?"
Nenek berbaju biru yang rupanya merupakan pimpinan
dari rombongan itu segera tertawa dingin, sahutnya.
"Jika tiada ijin dari pangcu, jangan harap kalian berdua
bisa pergi meninggalkan tempat ini."
Hawa napsu seketika menyelimuti seluruh wajah Ong
Bun kim, bentaknya.
"Jadi kaiian benar-benar ingin mampus?"
"Benar!"
Baru saja Ong Bun kim akan turun tangan, tiba-tiba dari
belakang tubuhnya berkumandang suara dari Kim lo sat:
"Minggir semua!"
Dengan hormat para jago dari Hui mo pang mengiakan,
kemudian pelan-pelan menyingkir ke samping dan
membuka sebuah jalan lewat.
Ong Bun kim memandang sekejap ke arah Kim losat, ia
saksikan sepasang pipinya itu merah membengkak dan jelas
kelihatan bekas telapak tangannya yang membekas dipipi
Dengan suara dingin gadis itu berkata:
"Disekeliling markas besar kami penuh dengan
penjagaan yang berlapis-lapis, sekalipun kekuatan mereka
masih belum terpandang sebelah mata oleh kalian, tapi hal
mana sudah jelas akan merupakan sesuatu yang
merepotkan, hayolah, akan kuhantar kalian berdua sampai
diluar pintu gerbbang sana!"
Seldesai berkata, taidak menanti jabwaban dari Ong Bun
kim lagi, dia membalikkan badan dan berjalan lebih dulu
menuju keluar.
Tampaknya gadis itu telah mengalami banyak
perubahan, ia berubah menjadi begitu menyedihkan
mengenaskan.
Dipimpin olehnya, benar juga, sepanjang jalan Ong Bun
kim tidak menjumpai halangan apa apa, secara mudah
mereka sudah tiba di luar tebing tersebut.
"Sekarang kalian berdua boleh melanjutkan perjalanan
sendiri!" kata Kim lo sat sambil tertawa dingin.
Ong Bun kim memandang sekejap ke arahnya, bibirnya
bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu
kemudian di batalkan, akhirnya dia membalikkan badan
dan berlalu dari sana.
Tan Liok mengikuti di belakang Ong Bun-kim dan
dengan cepat telah berlalu dari sana.
Setelah turun dari bukit Thia gau san, Tan liok baru
menegur:
"Bagaimana Ong Bun kim?"
Ong Bun kim menghela napas sedih.
"Aai ! Tak usah disinggung lagi" sahutnya.
"Aku toh sudah bilang, kau tak akan tega
membunuhnya? Sekarang percaya bukan? Ku Pek-hoa
memang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan."
"Locianpwe, kau jangan menggoda aku lagi"
"Tidak, aku berbicara sejujurnya!"
"Aku tidak tega membunuhnya bukan karena cantik, tapi
aku ingin memberi kesempatan sekali lagi kepadanya agar
bertobat"
"Kalau memang demikian buat apa kau datang kemari.?"
"Aaai..."
Selain menghela napas panjang dengan suara dalam,
apalagi yang bisa diucapkan oleh Ong-Bun kim? Dia
seharusnya membunuh gadis itu, tapi ia tak tega untuk
melakukannya.
Ucapan dari ketua Hiat hoo pay tiba-tiba merasa
mendengung kembali disisi telinganya.
"Kau bisa membunuh orang lain, mengapa tak bisa
membunuh istrimu sendiri ?"
Ong Bun kim merasa batinnya saling bentrok sendiri, dia
merasakan suatu siksaan penderitaan dan kepedihan yang
luar biasa akibat dari persoalan itu.
Setelah menghela napas panjang, akhirnya dia
bergumam.
"Aku Ong Bun kirm bukan seorangt yang luar biasqa."
"Benar, kaur memang bukan orang luar biasa, sekalipun
aku menjadi dirimu mungkin aku juga sulit untuk turun
tangan.
Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Sekarang kan hendak kemana?" tanya Tan Liok
kemudian.
"Entahlah...." Ong Bun kim menggelengkan kepalanya
berulangkali.
"Semestinya kau harus mendirikan perguruan Sin kiam -
bun pada saat ini !"
"Baiklah, tapi dimanakah aku harus mendirikan
perguruan itu?"
"Mengapa tidak di gua Bu cing tong?"
Ong Bun kim termenung sebentar, kemudian
mengangguk juga.
"Baiklah, tapi kita akan mendirikannya kapan?"
"Lebih baik memilih hari baik, bagaimana kalau tanggal
lima bulan lima saja? Asal berita akan didirikannya
perguruan itu disiarkan ke dalam dunia persilaan, sudah
pasti akan banyak orang yang berbondong-bondong datang
untuk menjadi anggota."
Ong-Bun kim lantas mengangguk, memang itulah yang
dipesankan Hek mo im didalam surat wasiatnya, sebagai
orang yang memperoleh pedang tersebut, mengapa ia tidak
menurutinya?"
"Baiklah, mari kita berangkat ke gua Bu cing tong lebih
dulu, di sana. kita menyusun rencana lagi kemudian baru
disiarkan ke dalam dunia persilatan!"
"Begitupun baik juga!"
"Kalau begitu mari kita berangkat!"
Dua orang itu segera menggerakkan badannya berangkat
menuju ke bukit Thian mo-san.
Mendadak...
Dikala mereka berdua sedang melakukan perjalanan
itulah, dari kejauhan sana terdengar seseorang membentak
keras, suara tersebut berkumandang datang dari kejauhan
sana.
Ong Bun kim serta Tan Liok yang mendengar suara itu
menjadi tertegun.
Pada saat itulah tampak sesosok bayangan putih sedang
berlarian mendekat dengan langkah sempoyongan, Ong
Bun kim segera tahu bahwa orang int tentulah korban yang
sedang dikejar orang, tanpa terasa ia berhenti berlari.
Dalam waktu singkat, bayangan putih itu sudah berada
lebih kurang satu kaki dihadapan Ong Bun kim, pemuda itu
dapat melihat jelas raut wajahnya sekerang, ternyata dia
adalah seorang nyonya berusia tiga puluh tahunan yang
berwajah cantik.
Noda darah masih mengotori ujung bibirnya dan
keadaan tersebut dapat diketahui bahwa luka yang
dideritanya tidak enteng.
Ong Bun kim tidak kenal siapakah perempuan cantik
berbaju putih itu, dengan cepat dia melejit ke depan dan
menghadang jalan perginya perempuan tersebut seraya
menegur:
"Kenapa kau?"
Ketika menyaksikan ada orang menghadang jalan
perginya, perempuan cantik berbaju putih itu menjerit
keras.
Ditengah jeritan kaget yang melengking itu, secara
beruntun tubuhnya mundur tiga empat langkah dengan
sempoyongan.
"Siapa kau ?" tegur Ong Bun kim lagi. "siapa yang
sedang mengejar dirimu?"
"Ada beberapa orang hendak memperkosa aku...!" jawab
perempuan berbaju putih itu ketakutan.
Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat, serunya keras:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Sungguh!"
"Siapa yang hendak melakukan perbuatan biadab itu?"
"Orang..orang-orang Yu leng bun..."
Begitu mendengar "Yu leng bun" tiga patah kata, hawa
napsu membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah Ong
Bun kim, serunya kemudian.
"Kau tak usah kuatir. selama aku berada disini, jangan
harap ada orang yang bisa melaksanakan niatnya!"
Dia lantas menarik perempuan cantik berbaju putih itu
kebelakang tubuhnya sementara sorot mata yang tajam
segera dialihkan ketempat kejauhan sambil berjaga-jaga.
Tiga sosok bayangan manusia berbaju abu abu, dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat sedang bergerak
mendekat dengan kecepatan luar biasa.
Si perempuan cantik berbaju putih yang berdiri
dibelakang Ong Bun kim itu mendadak mengayunkan
tangan kanannya, kemudian dengan kecepatan luar biasa
menotok jalan darah di punggung Ong Bun kim.
Tindakan siperempuan cantik bebrbaju putih yandg
secara tiba-taiba melancarkanb sergapan maut terhadap
Ong Bun kim ini sungguh jauh diluar dugaan siapa saja.
Tan Liok maupun Ong Bun kim sedang mengalihkan
perhatiannya untuk mengawasi bayangan manusia yang
sedang meluncur tiba itu, mana mereka sangka kalau
perempuan tersebut bakal berbuat begitu, terdengar
dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, tahutahu
Ong Bun kim sudah roboh terjengkang ke atas tanah.
Tan Liok menjadi tertegun, serunya kemudian:
"Kau...."
Belum habis kata-kata tersebut, perempuan cantik
berbaju putih itu sudah merangkul tubuh Ong Bun kim
kedalam pelukannya
"Kau betul-betul seorang perempuan yang berhati
kejam!" bentak Tan Liok dengan suara keras.
Sambil menggerakkan tubuhnya ia lantas menubruk ke
depan, sebuah pukulan dahsyat dengan cepat dilontarkan ke
depan.
Tapi sebelum ancaman tersebut sempat menghembus
keluar, perempuan cantik ber baju putih itu telahmengancam.
"Apakah kau sudah tidak menginginkan nyawa Ong Bun
kim lagi?"
Tan Liok terkesiap buru-buru ia menarik kembali
serangannya sambil melompat mundur.
Sinar mata yang penuh pancaran hawa napsu
membunuh segera mencorong keluar dari balik matanya,
dengan geram ia membentak.
"Apakah kau mempunyai dendam dengan Ong Bun
kim?"
"Yaa, benar! Aku dengannya memang mempunyai
dendam kesumat yang lebih dalam dari pada samudra!"
Sementara pembicaraan sedang berlangsung, ketiga
sosok bayangan manusia itu sudah tiba didepan mata,
ternyata mereka adalah Tay khek Cinkun, Phang Pak bun
serta Thia Eng.
Ketika sinar mata mereka bertiga dapat menangkap apa
yang terjadi disana, kontan saja ketiga orang itu menjerit
tertahan.
Sambil tertawa dingin perempuan cantik berbaju putih
itu mengejek:
"Tay-khek Cinkun kau tidak mengira bukan kalau aku
bakal memperoleh seorang penolong?"
Tay khek Cinkun segera mengalibhkan sinar matadnya
ke wajah Taan Liok, setelahb merenung sejenak, tegurnya.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?"
"Dia membohongi kami dengan mengatakan ada orang
hendak memperkosanya, kemudian menggunakan
kesempatan disaat Ong Bun kim tidak siap, ia telah
menyergapnya"
Dengan geramnya Tay khek cinkun meng-gertak gigi erat
erat.
"Ciu Li li!" teriaknya, "jika kami tidak merobek kain
cadarmu sehingga Ong Bun kim tidak kenal denganmu,
hari ini kau sudah pasti akan mampus ditangan kami."
000OdwO000
BAB 79
"AAAh. jadi dia yang bernama Ciu Li li" seru Tan Liok
dengan perataan terkejut, "bukankah dia sudah terjatuh
kejurang? Mengapa tidak mampus....?"
Sementara itu Ciu Li li telah tertawa dingin katanya.
"Heeehh.......heeehb heeohh........ tidak kalian sangka
bukan, justru karena perbuatan kalian merobek kain
cadarku, selembar jiwaku justru berhasil diselamatkan."
"Kau hendak lepas tangan tidak?" bentak Tan Liok
kemudian.
"Tidak!"
"Kubunuh dirimu !"
Sambil membentak tubuhnya menerjang maju kedepan
kemudian secepat sambaran kilat meluncur kehadapan Ciu
Li li sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Tapi begitu Tan Liok melepaskan serangan, Ciu Li li
segera mengancam dengan suara keras.
"Kau benar-benar sudah tidak maui nyawa Ong Bun
kim?"
Ancaman tersebut diucapkan dengan penuh
mengandung hawa napsu membunuh, membuat siapa saja
yang mendengar merasakan bula kuduknya pada bangun
berdiri.
Menghadapi ancaman seperti ini, Tan Liok terpaksa
harus mengurungkan serangannya dan mundur kebelakang.
"Crrriiing !" menggunakan peluang itu Ciu Li li segera
meloloskan pedang sin kiam dari saku Ong Bun kim
kemudian menempelkan mata pedang diatas tubuh si anak
muda tersebut, bentaknya dingin.
"Bila kalian berani turun tangan, dia akan segera
mampus diujung pedang sakti ini!"
Oleh keadaan yang ter bea tang di depa n mata, semua
orang menjadi tertegun d a n tik maaaan berbuat rapa api
lagi.
Ctiu Li li memangq seorang perempruan yang licik dan
lihay, dikala ia menemukan bahwa Ong Bun kim tidak
mengenali dirinya sebagai Ciu Li li, dengan cepat
dikarangnya suatu cerita untuk menjebak si anak muda itu.
Selama ini Ong Bun kim seIalu menjumpai Ciu Li li
dengan wajah berkerudung, darimana mungkin ia bisa
menyangka kalau orang yang berwajah cantik itu bukan lain
adalah Ciu Li li dengan wajah aslinya?
"Ciu Lili, mau apa kau sekarang?" tegur Tay khek cin
kun kemudian dengan suara dingin.
Ciu Li li tertawa dingin, sahutnya:
"Asal kalian tidak turun tangan, akupun tak akan
membinasakan dirinya."
Saking gusarnya hampir meledak dada beberapa orang
itu, akan tetapi mereka tak berani turun tangan secara
gegabah, kalau tidak bila Ciu Li li ingin membunuh Ong
Bun kim maka hal ini akan dilakukannya dengan gampang
sekali.
Ciu Li li memandang sekejap sekeliling arena, kemudian
katanya.
"Untuk sementara waktu Ong Ban kim akan kubawa
pergi, siapa berani menyusul diriku, maka orang pertama
yang bakal menjadi korban adalah dia!"
Selesai berkata, sambil mengempit tubuh Ong Bun-kim,
dia lantas berlalu lebih dulu meninggalkan tempat itu.
Oag Ban kina t e 1 a b menjadi tuan r*eno longnya ketika
d'a pergi meninggalkan tempat tersebu.t a n t o k sesaat tak
seorang pon diantara Tan Liok sekalian yang berani
melakukan penge jiran.
Ciu Li li segera melarikan diri terbirit-birit, dalam waktu
singkat ia sudah berlari setengah li jauhnya, tiba-tiba ia
berbelok ke arah timur, kemudian setelah berlarian setengah
li lagi, tiba-tiba ia berbelok ke arah barat.
Ia sengaja berbuat demikian agar bisa meloloskan diri
dari pengejaran Tay khek Cinkun sekalian:
Setelah berlarian beberapa puluh li jauhnya, dalam
waktu singkat tibalah perempuan itu didepan sebuah hutan
yang luas dan lebat, akhirnya dia pun menghentikan
larinya.
Dia harus mencari suatu tempat yang aman lebih dulu
untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, kemudian
baru menyusun rencana berikutnya..
Setelah mengawasi sekitar tempat itu, akhirnya dibalik
sebuah hutan tak jauh dari situ, ia menemukan sebuah kuil
kuno bobrok, dengan cepat tubuhnya meluncur kesana.
Kuil itu tidak terlalu besar, tapi debu setebal beberapa
inci telah menyelimuti seluruh permukaan tanah, keadaan
didalam rumahpun sama banyak yang rusak sehingga
keadaannya tampak mengenaskan sekali.
Ciu Li li membaringkan tubuh Ong Bun kim didepan
ruangan, pedang Sin kiam tersebut masih tetap ditempelkan
didepan dada Ong Bun kim.
Dia harus berjaga-jaga terhadap segala hal yang-tak
diinginkan, dia tak mau dirinya bakal disergap orang dikala
sedang menyembuhkan luka yang dideritanya.
Maka dengan cepat dia mengeluarkan sebuah pil dan
ditelan kedalam perut, setelah itu matanya dipejamkan dan
mengatur pernapasan untuk menyembuhkan luka yang
dideritanya itu.
Sementara itu Ong Bun kim masih tergeletak tak
sadarkan diri dalam ruangan tersebut.
Lebih kurang satu jam kemudian, luka yang dideritanya
telah sembuh, perempuan itu kelihatan lebih cantik dan
merangsang hati kaum lelaki yang memandangnya.
Berbicara yang sebenarnya, Ciu Li li memang seorang
perempuan yang berparas cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan
Dia memandang sekejap kearah Ong Bun-|im,
kemudian tertawa dingin, senyuman itu mendatangkan
suatu perasaan yang sukar di lukiskan dengan kata-kata,
apa yang dia pikirkan? Dan apa pula yang dia hendak
lakukan? Rasanya susah diduga.....
Tiba-tiba tangannya bergerak membebaskan totokan
jalan darah tidur Ong Bun kim kemudian merubahnya
menjadi totokan pada jalan darah kaku.
Pelan-pelan Ong Bun kim sadar kembali dari
pingsannya, dia menggerak-geralan kepalanya seperti sudah
tidak teringat lagi olehnya apa gerangan yang telah terjadi.
Ketika sinar matanya dialihkan kewajah Ciu Li li, paras
mukanya segera berubah hebat, tiba-tiba saja ia menjadi
teringat kembali apa yang telah terjadi. Dengan suara keras
segera bentaknya.
"Kau kah yang turun tangan menyergap diriku...?"
"Benar !"
"Siapa kau?"
"Ciu Lib li!".
"Apakah... kau adalah Caiu Li li?"
"Benbar!"
Tak terlukiskab rasa kaget Ong Bun kim setelah
mendengar perkataan itu, dia tak menyangka kalau
perempuan itu adalah Ciu Li li, tak heran ketika berjumpa
tadi perempuan itu sempat menjerit kaget.
Berpikir sampai disitu. Ong Bun kim segera tertawa
dingin, serunya ketus.
"Sungguh tidak kusangka kau belum mampus!"
"Hmm! Kau anggap aku bakal melompat ke dalam
jurang apabila sebelumnya didasar jurang itu belum
kupasang jaring penyelamat?Haaahhh... haahh... haaahhh...
dalam hal ini, mungkin kejadiannya jauh diluar dugaan kau
bukan?"
"Benar, peristiwa ini memang benar-benar berada diluar
dugaanku !"
"Dan sekarang, kau telah terjatuh kembali ditnnganku!"
"Apa yang hendak kau lakukan?" seru Ong Bun kim
dengan paras muka berubah.
Tiba-tiba Ciu Li li tertawa cekikikan dengan genitnya,
suara tertawanya itu penuh dengan daya pikat yang
mempersonakan hati orang, sambil mengerling genit
perempuan itu mulai memperlihatkan gerak-geriknya yang
jalang.
Ong Bun kim belum pernah berhadapan dengan
perempuan sejalang ini, sekeras-kerasnya iman anak muda
ini, tak urung berdebar juga hatinya...
Ciu Li li segera menarik kembali senyumannya,
kemudian berkata:
"Apakah kita boleh berbicara lebih dulu?"
Tanpa sadar Ong Bun kim merasakan sekujur badannya
bergidik, dia tahu perempuan yang dihadapannya sekarang
adalah seorang perempuan cabul yang sudah terkenal di
seantero jagad, ia pun bisa menduga apa yang hendak
dilakukan perempuan tersebut terhadap dirinya.
Berpikir apa yang bakal menimpa tubuhnya Ong Bun
kim sungguh merasakan hatinya terkejut.
Dengan cepat dia berusaha untuk menenangkan hatinya,
kemudian membentak keras.
"Apa yang hendak kau bicarakan?"
"Membicarakan apa soal dirimu, juga membicarakan
soal ayahmu, tahukah kau dimasa lalu aku amat mencintai
ayahmu?"
"Aku tahu!"
"Tapi ayahmu telah menolak cintaku mentahmentahan!"
"Maka, kaupun menggunakan pelbagai cara dan akal keji
untuk mencelakai jiwanya!"
"Tepat sekali !"
Setelah tertawa hambar, terudsnya:
"Wajahmu mirip sekali debngan ayahmu..."
Mendengar ucapan tersebut, sekali lagi Ong Bun-kim
merasakan sekujur badannya bergetar keras, dengan
pandangan terkesiap dia awasi wajah Ciu Li-li lekat-lekat.
Ciu Li-Ii segera tertawa jalang, serunya:
"Jika aku bisa bermain cinta denganmu pada malam ini,
rasanya kejadian ini sudah cukup untuk mengobati rasa
rindu dan cintaku kepada ayahmu...!"
"Apa? bilang apa?" teriak Ong Bun kim keras-keras,
sekujur badannya bergetar keras..
Kembali Ciu Li li tertawa jalang.
"Mengapa kau harus terperanjat? Sekalipun kita akan
bermain cinta semalan suntuk, toh kejadian ini tak akan
merugikan dirimu.
"Kau...kau..." saking terperanjatnya Ong Bun kim
sampai tak mampu mengucapkan kata apapun.
Tiba-tiba Ciu Li li membungkukkan badan dan mencium
bibir Ong Bun kim dengan hebat.
Waktu itu jalan darah Ong Bun kim telah tertotok, dia
tak mampu berbuat apa-apa kecuali pasrah dan
memberikan apa saja yang iendak dilakukan perempun
jalang itu terhadapnya.
"Sudah pernah melakukan permainan sorgawi yang
penuh kenikmatan itu....? "bisik perempuan itu lagi.
"Kau...kau tak tahu malu!"
Ong Bun kim mencaci maki kalang kabut, tapi Ciu Li li
tidak menggubris, dia malah mencium pemuda itu semakin
bernapsu.... untuk sesaat lamanya Ong Bun kim menjadi
susah bernapas...
Luapan napsu birahi yang membara mulai menyelimuti
wajah Ciu Li li yang jalang itu, seluruh bagian tubuhnya
mulai memancarkan gairah napsu seks yang merangsang
hati orang, ia mulai gemetar keras dan merangkul badan
pemuda itu dengan penuh napsu.
"Minggir kau!" bentak Ong Bun-Kim.
Sekalipun pemuda itu sudah berusaha untuk membentak
dan memaki, sayang tubuhnya sama sekali tak berkekuatan
untuk mendorong tubuh Ciu Lili yang telah menindih
diatas tubuhnya itu, badannya yang momok dan lembut itu
bagaikan baranya api menindih tubuhnya rapat-rapat.
Perempuan cabul yang sudah mulai diliputi oleh napsu
birahi itu telah bersiap sedia untuk melangsunrgkan
permainan yang paling nikmat di dunia berrsama
korbannya...
"Ong Bun kim, bersediakah kau menemani ku
melangsungkan permainan surgawi ini..?" gumamnya
seperti orang mengigau.
"Kentut busuk!"
Ciu Li li tertawa hambar, dari sakunya dia mengeluarkan
sebuah sapu tangan kemudian diayunkan dihadapan Ong
Bun kim.
Dengan cepat Ong Bun kim mengendus bau harum aneh
yang merangsang tubuh.
"Aduh celaka!" pekiknya dengan perasaan terkejut.
Tapi waktu itu jalan darahnya sudah tertotok, diapun tak
sanggup untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan
tersebut, ketika bau harum yang sangat aneh itu mulai
menyusup ke dalam tubuhnya. Ia mulai merasakan
timbulnya sesuatu perasaan yang aneh sekali didalam
badannya. Kobaran napu birahi pelan-pelan mulai
membara dalam tubuhnya.
Pada akhirnya Ciu Li-li telah menggunakan cara yang
paling keji untuk menjebak Ong Bun kim kedalam
perangkap napsu cabul.
Kesadaran Ong Bun kim lambat laun semakin mundur,
ia mulai dikuasahi oleh napsu birahi yang berkobar makin
lama semakin ganas.
Ciu Li li tertawa semakin cabul, ia tahu bahwa usahanya
untuk melalap pemuda itu segera akan tercapai....
Mendadak sepasang mata Ong Bun kim memancarkan
sinar merah yang berapi-api, sambil melotot besar teriaknya
keras-keras:
"Aku minta....aku minta..."
"Aku tahu kau musti minta..." jawab Ciu Li li tertawa
semakin jalang.
Mendadak ia membopong tubuh Ong Bun kim dan
dibawa menuju ke ruang belakang, dalam ruangan sana
terdapat sebuah kamar yang sudah kuno, ke dalam kamar
itulah perempuan tersebut menuju.
la membaringkan tubuh si anak muda itu diatas
pembaringan yang penuh berdebu itu, kemudian menepuk
bebas jalan darah Ong Bun kim yang tertotok itu.
Ketika jalan darah Ong Bun kim sudah terlepas dari
pengaruh totokan, bagaikan orang kalap ia terjang tubuh
Ciu Li li dan memeluknya kencang-kencang, daya kerja
obat perangsang yang telah menguasahi tubuhnya itu
membuat ia kehilangan kesadaran otaknya.
"Ong Bun kim!" seru Ciu Li li sambil tertawa cabul,
"mengapa kau begini terburu napsu?"
Sepasang mata Ong Bun kim semakin membara,
tangannya sudah mencengkeram baju yang dikenakan Ciu
Li li, kemudian... "Sreeet!" merobeknya sebagian.
Dengan terlepasnya pakaian luar, maka tampaklah
pakaian dalamnya yang berwarna merah, sepasang
payudaranya yang montok dan kenyal kelihatan gemetar
keras.
Bagaikan orang kalap Ong Bun kim memeluk
perempuan itu, sementara mulutnya bagaikan orang
mengigau berseru.
"Aku minta... aku minta..."
Ciu Li-li tertawa terkekeh-kekeh.... dengan suatu gerakan
cepat melepaskan sisa pakaian yang masih melekat
ditubuhnya hingga dalam tempo singkat ia berada dalam
keadaan telanjang bulat, kemudian ia naik keatas ranjang
dan bergulingan dengan sikap menantang.
Ong Bun kim segera menubruk keatas tubuhnya dan
menungganginya secara brutal.
"Lepaskan dulu seluruh baju mu." bisik Ciu Li-li
kemudian.
Bagaikan orang kalap Ong Bun kim melepaskan
pakaiannya kemudian tubuhnya yang bugil menindih
kembali diatas tubuh Ciu Li li yang membara seperti api...
Sepasang tangannya secara kasar menggerayangi sekujur
tubuhnya, lalu dengan keras meremas payudaranya...
Ciu Li li menggigil keras, tubuhnya dengan penuh
kenikmatan.
"Oooh... agak lah pelan sedikit...sakit amat... Rintihan
itu seperti rintihan setan Iblis membuat jantung orang
berdebar semakin keras saja.
Tangan Ong Bun kim makin tidak tahu aturan lagi,
setelah meremas payudara orang, sekarang tangannya
bergerak kebawah dan mulai mencomot bagian bawah
tubuh perempuan itu....
Rabaan dan comotannya makin garang dan brutal, tapi
anehnya Ciu Li li justru makin bergairah dan senang,
sambil meliuk-liukkan tubuhnya yang bugil dengan penuh
napsu, rintihan yang syahdu bergema terus-menerus dari
bibirnya.
Maka suatu peristiwa yang mengerikan pun segera akan
terjadi...
Ong Bun kim yang terpengaruh obat perangsang Ciu Li
li, sudah kehilangan sama sekali kesadarannya, dia tak tahu
apa yang sedang terjadi, didalam benaknya sekarang hanya
terlintas satu tujuan, melampiaskan hawa napsu birahinya
yang semakin membara di badannya.
Rabaan, remasan dan comotan sudah berlangsung makin
menghebat, kedua belah pihak sudah makin tak sanggup
menahan diri lagi...
Akhirnya Ciu Li li memprakarsai tindakan lebih lanjut,
rupanya perempuan inipun sudah tak sanggup menahan
pancingan-pancingan birahi yang semakin menggila, ia
telah bersiap-siap menggiring perahu untuk memasUki
pelabuhan....
Tapi apa yang kemudian terjadi?
Baru saja ujung perahu mulai memasuki mulut
pelabuhan, pada saat itulah dari luar ruang kamar
menggema suara bentakan keras.
"Ciu Li li, kau tak akan lolos dari cengkeraman kami!"
Itulah suara bentakan dari Tay khek Cin-kun.
Bentakan yang datangnya secara tiba-tiba ini, kontan saja
memadamkan seluruh kobaran api birahi yang sedang
membara ditubuh Ciu Li li, bagaikan diguyur oleh air
dingin sebaskom dengan cepat ia tersadar kembali.
Terdengar suara langkah kaki yang berat berkumandang
dari luar ruangan dan makin mendekat.
Dalam keadaan demikian, cepat-cepat Ciu Li-li
mendorong tubuh Ong Bun kim dari hadapannya,
kemudian melompat bangun dari atas pembaringan, hawa
napsu membunuh yang mengerikan memancar keluar dari
atas wajahnya yang cantik.
Dengan tergopoh-gopoh ia mengenakan bajunya,
kemudian dengan pedang sin kiam berada ditangan ia
menyelinap keluar pintu.
Saat itulah terdengar Ong Bun-kim sedang menjerit-jerit
seperti orang sinting.
"Aku minta cepat.... cepat... aku minta..."
Menyusul teriakan-teriakan dari Ong Bun kim itu,
sesosok bayangan manusia menerjang tiba di depan pintu.
Bayangan manusia itu bukan lain adalah Tay khek Cin
kun.
Ketika didengarkan suara teriakan Ong Bun kim tidak
wajar, ia segera menyadari bahwa gelagat tidak beres, maka
sambil menerjang masuk kepintu ruangan, bentaknya:
"Ciu Li-li kau sedang apakan Ong Bun kim?"
Belum selesai Tay khek Cinkun berkata, Ciu Li-li telah
membentak dengan suari dingin.
"Hidung kerbau sialan, kau harus mampus."
Secepat sambran petir ia menerjang maju ke muka,
pedang sin-kiam diputar dan langsung menusuk ke tubuh
Tay khek cin kun.
Serangan yang dilancarkan oleh Ciu Li li ini boleh
dibilang dilancarkan dengan kecepatan luar biasa, ini
menyebabkan Tay khek cin kun menjadi gelagapan dan tak
tahu apa yang mesti dilakukan.
Cahaya tajam berkelebat lewat, jerit kesakitan segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Akhirnya Tay khek cin kun gagal untuk menghindarkaa
diri dari serangan Ciu Li li, sebuah lengan kirinya segera
terpapas kutung dan tergeletak diatas tanah.
Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Tay khek cin
kun segera menjatuhkan diri berguling diatas tanah.
"Hidung kerbau tua, berangkatlah menghadap raja
akhirat" bentak Ciu Lili deagan geramnya.
Cahaya tajam berkilauan, pedang mestika itu segera
menyambar ke bawah menusuk tubuh Tay khek cin kun.
Tapi sebelum ujung pedang menembusi tubuh
korbannya, kembali terdengar bentakan keras menggelegar
di udara:
"Ciu Li li, lihat serangan!"
Menyusul bentakan itu segulung tenaga pukulan yang
amat kuat dengan cepat menyerang ke punggung Ciu Li li,
sedemikian dahsyatnya serangan tersebut membuat
perempuan itu mau tak mau harus menarik diri dan
menghindarkan diri ke samping.
Ternyata penyerang itu bukan lain adalah Phang Pak
bun.
oooOdwOooo
BAB 80
"BANGSAT, kurang ajar rupanya kau sudah ingin
mampus..." bentak Ciu Li-li dengan geramnya.
Diiringi bentakan tersebut, tubuhnya segera menerjang
kearah Phang Pak bun, cahaya pedang berkilauan, dengan
suatu gerakan cepat pedang Sin kiam menyambar ke depan
melepaskan sebuah bacokan.
Phang Pak bun cukup menyadari akan keterbatasan ilmu
silat yang dimilikinya, ia tahu kalau bukan tandingan Ciu
Li-li, cepat-cepat badannya berkelit ke samping.
Gagal dengan serangannya, Ciu Li li semakin naik
darah, ia melejit kedepan dan sekali lagi menerjang tubuh
Phang Pak bun sambil melepaskan sebuah tusukan.
Sementara itu Phang Pak bun telah mengundurkan diri
ke ruang tengah kuil tersebut, akhirnya ia berhasil disusul
oleh Ciu Li li, dalam keadaan begini cepat dia membalikkan
badan sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat....
Ciu Li li membentak keras, tangan kirinya berputar
melepaskan pula sebuah pukulan untuk membendung
serangan Phang Pak bun kemudian pedang Sin kiam
ditangan kanannya melepaskan sebuah tusukan maut.
Jeritan ngeri yang memilukan-hati segera berkumandang
memecahkan keheningan.
Tahu-tahu dada Phang Pak bun sudah tertembus oleh
pedang sin kiam hingga tembus ke punggung, darah segar
muncrat ke empat penjuru, tak ampun lagi tubuhnya segera
roboh terjengkang dan tak berkutik lagi untuk selamalamanya.
Sungguh kasihan jago silat yang gagah perkasa ini,
akhirnya dia harus mengorbankan selembar jiwanya
diujung pedang perempuan iblis yang tak berperi
kemanusiaan itu. Ciu Lili tertawa dingin, dengusnya:
"Inilah ganjaran bagi orang yang suka mencampuri urusan
orang lain seperti kau!!"
Selesai membunuh Phang Pak bun, ia-membalikkan
badan dan balik kembali ke ruang belakang, tapi Tay khek
cin kun yang sebelumnya tergeletak di situ mendadak
lenyap tak berbekas..
"Aduh celaka..." teriaknya tertahan, buru-buru dia lari
masuk ke dalam kamar...
Tapi disinipun ia gagal menemukan bayangan tubuh dari
Ong Bun kin.
Tak tahan Ciu Li-li kembali menjerit tertahan, dia tahu
pastilah dikala ia sedang merobohkan Phang Pak bun tadi,
ada orang yang telah datang ke situ dan menyelamatkan
Ong Bun kim serta Tay khek cin kun.
Paras mukanya segera berubah hebat, sumpahnya.
"Sialan, siapa yang bernyali begitu besar berani
mengacau kesenanganku "
Ia melompat naik ke atas wuwung rumah, ketika
memeriksa sekeliling tempat itu, dilihatnya ada sesosok
bayangan hitam sedang meluncur keluar hutan sebelah
depan......
"Kau anggap bisa kabur dari tanganku?" sumpahnya
dengan geram.. Tubuhnya segera berkelebat ke depan
dengan ilmu gerakan san tian sin hoat yang cepat bagaikan
halilintar itu, arah yang di tuju adalah orang di depan sana.
Dalam pada itu, bayangan manusia tadi sudah
menerobos masuk ke dalam sebuah gua.
Ciu Li-li segera tertawa dingin, jengeknya sinis: "Huuuh,
pingin mampus rupanya..."
Dalam beberapa kali lompatan saja ia sudah berada lebih
kurang tiga kaki didepan mulut gua tersebut.
Mendadak sesosok bayangan manusia melayang turun
persis dihadapan muka Ciu Li li ini, membuat perempuan
itu amat terperanjat dan cepat-cepat menarik kembali
gerakan tubuhnya.
Ternyata orang yang barusan munculkan diri itu bukan
lain adalah Thia Eng, si pemuda berbaju abu-abu yang
memiliki ilmu silat sangat lihay itu.
Selapis hawa napsu membunuh yang tebal dan
mengerikan telah menyelimuti seluruh wajah Thia Eng,
bentaknya.
"Ciu Lili. kau anggap bisa kabur dari cengkeramanku?"
"Hm..... enak benar kalau berbicara." bentak Ciu li li,
"justru kau yang sesungguhnya ingin mampus!"
"Ciu Li li, kali ini aku tak bakal melepaskan dirimu
dengan begitu saja."
"Kalau memang kau merasa berkemampuan demikian,
kenapa tidak dicoba."
Begitu ucapan terakhir meluncur keluar dari bibirnya,
tampak bayangan putih berkelebat lewat, tahu-tahu
perempuan itu sudah menerjang ke arah Thia Eng
sementara telapak tangan kirinya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat.
Dalam keadaan demikian, Ciu Li li sudah bertekad
untuk beradu jiwa, sementara tangan kirinya melancarkan
sebuah pukulan, Pedang sin kiam di tangan kanannya
melepaskan pula sebuah babatan maut.
"Cari mampus...!" bentak Thia Eng dengan suara
menggelegar.
Tubuhnya mengigos ke samping menghindarkan diri dari
ancaman Ciu Li li tersebut, sementara tubuhnya menerjang
maju ke depan, sementara Ciu Li li belum sempat turun
tangan, ia sudah melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Ilmu silat maupun gerakan tubuh yang di miliki Thia
Eng sungguh luar biasa sekali.
Ketika Ciu Li li kabur sambil membawa luka tadi, tak
lain luka tersebut diperolehnya dari pukulan si pemuda
berbaju abu-abu ini.
Coba kalau tidak terjadi peristiwa diluar-dugaan yang
menolong Ong Bun kim, sudah dapat dipastikan
perempuan itu bakal tewas ditangannya semenjak tadi.
Begitu serangan dari Thia Eng meluncur tiba, buru-buru
Ciu Li li menghindar ke samping.
Mendadak.....
"Tahan!" suatu bentakadn yang menggelegar
berkumandang memecahkan keheningan.
Sesosok bayangan manusia berbaju hitam melintas lewat
di depan mata. Tan Liok telah melayang turun ketengah
arena.
Thia Eng maupun Ciu Li li bersama-sama menghindar
kesamping.
Dengan sinar mata yang tajam seakan-akan
memancarkan cahaya hawa napsu membunuh yang
menggidikkan hati, Tan Liok mengawasi raut wajah Ciu
Lili itu tanpa berkedip.
Disaat seperti itu, Ciu Li li merasakan hatinya amat
terperanjat, selama itu satu hal lain juga segera menghantui
pikirannya.
Semula dia menduga bayangan hitam yang dijumpainya
memasuki gua tadi adalah Tan Liok, tapi terbukti sekarang
Tan Liok tidak masuk kedalam gua melainkan berdiri
sendiri disana, lantas siapa pula yang telah menyelamatkan
jiwa Tay-khek cinkun serta Ong Bun-kim..? .
"Ciu-Li-li, kaukah yang telah membunuh Phang Pak
bun?" hardik Tan Liok dengan sinar mata berapi-api.
"Betul!"
"Apa?" teriak Thia Eng kaget, "Phang Cianpwe telah
tewas?"
"Betul, dia sudah tewas diujung pedang Sin kim ku ini!"
sahut Ciu Li li sambil menjengek sinis.
"Kemana larinya Ong Bun kim dan Tay khek cin kun?"
kembali Tan Liok membentak.
"Barusan kulihat mereka berdua ditolong orang masuk
kedalam gua itu." Thia Eng segera rnenerangkan.
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Sungguh!"
Kepada Thia Eng, Tan Liok segera berseru:
"Ciu li li akan kuserahkan kepadamu, akan kuperiksa
dulu ke dalam gua itu!"
"Baik."
Begitu mengiakan, dengan kecepatan yang luar biasa
Thia Eng segera melejit keudara dan menubruk kearah Ciu
Li li, sebuah pukulan dahsyat dengan cepat dilontarkan.
Sementara Thia Eng melepaskan, pukulan dahsyat, Tan
Liok telah melompat masuk kedalam gua.
Baru tiba dimulut gua tersebutb, lamat-lamat ida
menangkap suaara dengusan napbas yang tidak normal.
Dengaa perasaan kuatir ia lantas menerjang maju lebih
kedalam.
Tapi sebelum ia sempat meneruskan langkahnya, sesosok
bayangan manusia telah menerjang keluar dengan langkah
sempoyongan.
"Siapa?" Tan Liok segera membentak.
"Aku!"
"Can cianpwekah disitu?"
"Betul!"
Tampak paras maka Tay khek cin kun pucat pias seperti
mayat, lengan kirinya telah kutung, darah segar masih
mengucur keluar dengan derasnya, keadaannya
mengenaskan sekali.
Melihat itu, dengan kaget Tan Liok berseru tertahan:
"Can Ciaapwe ke... kenapa kau?"
"Lenganku telah dikutungi oleh Ciu Li li cuma aku
masih sanggup untuk menahan diri."
"Bagaimana dengan Ong Bun kim ?" tanya Tan Liok
dengan perasaan gelisah.
"Didalam sana..."
Belum selesai Tay khek cin kun berkata, Tan Liok sudah
menerjang masuk kedalam gua deng n kecepatan luar biasa,
tapi apa yang kemudian terlihat olehnya hampir saja
membuatnya bersuara tertahan.
Tampak olehnya Ong Bun kim sedang menindih seorang
gadis telanjang dan melakukan hubungan senggama yang
amat mendebarkan hati.
Kedengaran suara rintihan kesakitan gadis itu diiringi
suara mengaduh yang mendesis.
"Aduuh... jangaa yaa.,.. jangan..."
Tapi Ong Bun kim tidak ambil perduli akan desisan gadis
tersebut, bagaikan orang kalap, ia melalap terus gadis itu
dengan penuh napsu birahi.
Tan Liok sangat terkejut menyaksikan kesemuanya itu,
tapi sebelum ia tahu untuk berbuat sesuatu, tiba-tiba
terdengar Tay khek cin kun berseru dari luar gua.
"Tan tayhiap. cepat mundur kemari!"
Dengan cepat Tan Liok mengundurkan dirinya keluar
gua. lalu dengan wajah terkejut bercampur keheranan ia
menatap wajah Tay khek cinkun lekat-lekat.
"Mengapa dia?" tegurnya dengan rasa terkejut.
"Kau maksud Ong Bun kim?" tanya Tay khek cin kun
"Benar!"
"Ia surdah terkena obatt perangsang yaqng sangat
jahatr!"
"Haaah?"
"Ketika Ciu Li li berhasil menangkap Ong Bun kim,
sudah pasti pemuda itu telah dica koki semacam obat
perangsang yang sangat hebat, bara saja akan
melangsungkan perbuatan cabulnya, kebetulan aku datang
kesana maka diapun lantas mengutungi sebuah lenganku.."
"Pang Pak-bun, telah tewas!" Tan Liok berkata dengan
sedih.
"Apa....? Dia tewas?"
"Yaa, ketika aku tiba dalam kuil, kusaksikan jenasahnya
terkapar disitu!"
"Tak heran Sebelum jatuh pingsan tadi aku tempat
mendengar ngeri...aai Sungguh kasihan pendekar budiman
tersebut, akhirnya harus tewas secara mengerikan diujung
pedang Sin kiam !"
Berbicara sampai disitu. Tay khek cinkun tak dapat
menahan rasa sedihnya lagi, tanpa terasa titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
"Siapa yang telah menyelamatkan jiwa kalian?" tanya
Tan Liok kemudian memecahkan keheningan.
"Seorang nona, aku belum sempat melihat jelas raut
wajahnya, jadi akupun tak tahu siapa gerangan orang itu?"
"Aaai.. ..! Nona itu ingin menolong jiwa kalian, siapa
tahu dia pun harus mengorbankan pula kesucian
tubuhnya."
"Betul...! Bagaimana dengan Ciu Li li?"
"Thia Eng sedang bertempur dengannya!"
"Hari ini kita jangan biarkan dia kabur lagi, kalau tidak
sukar dibayangkan bagaimana akibatnya!"
Tan Liok merasa perkataan itu ada benarnya juga, bila
hari ini Ciu Li li dibiarkan kabur dari situ, dengan pedang
sin kiam berada ditangannya, akibat yang bakal terjadi
benar-benar tak bisa dibayangkan mulai sekarang.
Maka tanpa membuang waktu dia lantas membalikkan
badan dan lari keluar dari situ.
Dalam pada itu Ciu Li-li sudah didesak sedemikian rupa
oleh Thia Eng sehingga tidak bertenaga lagi untuk
melancarkan serangan balasan, kendatipun dia membawa
sebilah pedang Sin-kiam yang luar biasa tajamnya, sayang
kehebatan dari senjata tersebut tak sanggup dikerahkan
sebagaimana mestinya.
Rupanya Ciu Li-li juga sadar, bila pertarungan harus
dilangsungkan lebih jauh, besar kemungkinannya dia akan
menjumpai mara bahaya.
Maka pada suatu ketika dia lancarkan sebuah serangan
tipuan, kemudian secara tiba-tiba ia membalikkan badan
dan kabur meninggalkan tempat pertarungan.
Mendadak...
Di kala Ciu Lili sedang melejit ke udara dan siap
melarikan diri itulah, Tan Liok telah tiba di arena
pertarungan segera bentaknya:
"Ciu Li li, perempuan sundal! Kau anggap masih mampu
untuk kabur dari tempat ini dengan selamat?"
Di tengah bentakan tersebut tubuh Tan Liok meluncur ke
muka dengan kecepatan luar biasa lalu menghadang jalan
perginya, ketika tangan kanannya diayunkan ke depan
sebuah pukulan dahsyat segera dilepaskan.
Serangan yang dilancarkan Tan Liok ini sungguh luar
biasa cepatnya, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tanpa sadar Ciu Li li dipaksa untuk balik kembali ketempat
semula.
Thia Eng segera membentak keras. "Ciu Li li, silahkan
kau cicipi lagi sebuah pukulanku ini"
Sebuah serangan yang amat dahsyat dengan cepat dan
hebatnya dilontarkan ke pinggang Ciu-li li.
Ilmu silat yang dimiliki Tan Liok maupun Thia Eng
boleh dibilang tak terlukiskan dengan kata-kata, jangankan
Ciu Li li tak sanggup menahan diri, sekalipun seorang jago
yang berilmu lebih hebat daripada kepandaian perempuan
inipun belum tentu akan sanggup untuk menahan serangan
semacam itu.
Belum lewat tiga gebrakan, mendadak...
"Blaaam!" sebuah pukulan dahsyat yang dilancarkan Tan
Liok telah bersarang telak ditubuh Ciu Li li.
Sambil menjerit kesakitan, tubuhnya terlempar sejauh
tiga kaki lebih sambil muntah darah kental, ia tak mampu
berkutik lagi untuk beberapa saat.
Pedang sin kiam yang berada ditangannya juga terlempar
dari acekalannya dan btergeletak di atas tanah.
"Kubunuh kau perempuan jahanam " teriak Thia Eng
dengan dendamnya.
Sambil berteriak dia maju kedepan dan mengayunkan
telapak tangannya ketubuh lawan.
"Jangan dibunuh!" mendadak terdengar Tay khek
Cinkun membentak nyaring.
Mendengar bentakan dari Tay khek Cinkun itu, tanpa
terasa Thia Eng menarik kembali tenaga serangannya dan
berdiri termangu ditempat dengan wajah keheranan.
"Perempuan jahanam itu jangan dibunuh" seru Tay khek
cin kun lagi dengan suara lantang.
"Kenapa?"
"Masih ada empat jilid kitab pusaka milik enam partai
besar yang terjatuh ditangannya, bila ia sampai terbunuh,
bisa jadi kitab itu tak akan ditemukan kembali untuk
selamanya"
Tan Liok membungkukkan badannya dan memungut
kembali pedang sin kiam yang tergeletak di atas tanah itu.
lalu tanyanya kepada Tay khek cinkun: "Sekarang, apa
yang harus kita lakukan?"..
"Tunggu saja sampai Ong Bun kim menyelesaikan
pekerjaannya.,.."
Tiba-tiba Thia Eng menjerit kaget, lalu menegur:
"Locianpwe, kenapa kau ?"
"Lenganku telah dikutungi oleh Ciu Lili!"
Thia Eng segera menggigit bibirnya menahan kobaran
rasa dendam yang menggelora dalam dadanya, dengan
gemas dia berseru: "Kalau bisa aku ingin mencincang
tubuhnya menjadi berkeping-keping, bagaimana dengan
saudara Ong?"
"Dia masih berada didalam..."
"Mari kita masuk menengoknya"
"Jangan... Jangan masuk....!"
Sementara Thia Eng masih termangu, secara ringkas
Tay-khek-cin-kun segera menerangkan apa gerangan yang
telah terjadi.
Sementara itu Ong-Bun kim telah melampiaskan
kobaran napsu seksnya terhadap gadis yang belum
diketahui siapa gerangan dirinya itu dengan tersalurnya
hawa napsu birahi itu maka pengaruh obat perangsang yang
menyusup tubuhnya juga punah...
Bagaikan seseorang yang baru sembuh dari penyakit
parah, ia menggeletak lemas diatas tanah.
Sambil memejamkan matanya ia mengenang kembali
semua peristiwa yang baru saja terjadi... mendadak
telinganya sempat menangkap suara isak tangis yang
memilukan hati
Pemuda itu menjadi amat tberperanjat!
Akhirnya dia menjuampai dirinya berada dalam keadaan
telanjang bulat, sementara disisi tubuhnya berbaring pula
seorang gadis dalam ke adaan bugil, gadis itulah sedang
menangis terisak waktu itu.
Sekujur tubuh Ong Bun kim menggigil keras, dia sekuat
tenaga berusaha untuk mengingat kembali apa gerangan
yang telah terjadi... akhirnya pemuda itu menjerit tertahan.
Sekarang, ia sudah teringat kembali apa gerangan yang
sebenarnya telah dilakukan olehnya.
Sambil menelan air liur, tegurnya kemudian.
"Sii... siapa kau?"
Dia masih mengira perempuan itu adalah Ciu Li li.
Ketika mendengar teguran tersebut, gadis itu segera
menghentikan isak tangisnya.
"Sii.... siapakah kau?" kembali Ong Bun kim bertanya
dengan suara agak gemetar.
Gadis itu melepaskan tangannya yang menutupi wajah
dan mendongakkan kepalanya, dengan wajah yang basah
oleh air mata dia memandang si anak muda itu.
Begitu sinar muta Ong Bun kim bertemu dengan wajah
gadis tersebut, dia segera menjerit tertahan, kepalanya
bagaikan dipukul oleh martil yang sangat berat, kontan saja
membikin kepalanya pusing sekali.
"Rupanya kau ? Oh Thian !" gumamnya dengan suara
gugup bercampur cemas.
Sesungguhnya siapa gadis itu?
Dengan wajah termangu-mangu gadis itu memandang
menatap wajah Ong Bin kim tanpa berkedip.
Untuk sesaat lamanya kedua orang itu hanya saling
berpandangan dengan wajab tertegun, seakan-akan kejadian
semacam ini seharusnya tak boleh sampai terjadi, tapi
kenyataannya benar-benar telah terjadi !
"Oooh Thian! Kenapa bisa kau?" kembali Ong Bun kim
bergumam dengan perasaan bimbang.
Air mata bercucuran dari mata gadis itu dan membasahi
pipinya yang halus, dia merasa sedih tak terlukiskan dengan
kata-kata, apa yang bisa dilakukannya sekarang hanya
memandang wajah Ong Bun kim sambil membungkam
dalam seribu bahasa.
"Bagaimana mungkin bisa kau?" bisik Ong Bun kim lagi
dengan suara gemetar, "kenapa kau pun bisa sampai disini?"
Gadis itu berusraha keras untukt mengendalikan qrasa
sedih yangr mencekam perasaannya, bisiknya:
"Kau... kau telah mencelakai diriku!"
"Kenapa?"
"Aku ingin menolongmu."
la tak tahu bagaimana harus berbicara, akhirya setelah
tertawa getir ujarnya lebih jauh:
"Diluar dugaan mu bukan?"
"Yaa. benar!"
"Siapa bilang tidak berada diluar dugaanku pula? Inilah
kesalahanku sendiri, tidak seharusnya aku datang
menolongmu, kalau tidak, tak akan sampai terjadi peristiwa
yang hanya akan mendatangkan perasaan menyesal
belaka!"
"Ku Pek hoa, kau..."
Ong Bun kim tak tahu apa yang harus dilakukan.
Ternyata gadis itu adalah Tay pangcu dari Hui mo pang,
Kim lo sat Ku Pek hoa.
"Yaa. tak salah lagi, memang gadis itulah yang menjadi
korban!"
Sesungguhnya peristiwa ini sungguh merupakan sesuatu
kejadian yang amat mengejutkan, karena Ku Pek hoa telah
keluar mengikuti Ong Bun kim, menyelamatkan pemuda
itu, bahkan terjadi pula peristiwa yang sama sekali diluar
dugaan itu.
Peristiwa ini benar-benar tak bisa diterima dengan jalan
pemikiran siapapun juga.
Bagaimana mungkin Ong Bun kim tak kaget setelah
mengetahui kejadian ini?
Ia muncul di markas besarnya dengan tujuan hendak
membunuh Ku Pek hoa, tapi sekarang ia telah memperkosa
gadis itu dan merenggut kehormatannya secara paksa,
kendatipun dia sendiripun tak sadar karena terpengaruh
obat perangsang, akan tetapi, bagaimanapun juga nasi telah
menjadi bubur, apa yang tidak pernah diharapkan sekarang
telah menjadi suatu kenyataan, tidak heran kalau Ong Bun
kim merasa begitu terperanjatnya sampai dia sediripun
kehilangan pegangan.
Sekalipun demikian, Ku Pek hoa sendiri-pun tak pernah
menyangka akan terjadi peristiwa semacam ini, dia lebihlebih
tak mengira kalau tujuannya yang semula untuk
menolong anak muda itu berakibat hilangnya kehormatan
kegadisannya ditangan pemuda itu.
Kini nasi telah menjadi bubur, mereka harus berani
menghadapi kenyataan, entah hubungan tersebut akan
berakhir dengan kebahagiaan atau tragedi, mereka harus
menerimanya.
Pelan-pelan gadis itu bangun berdiri, lalu mengenakan
bajunya dan menatap pemuda itu lekat-lekat, lama sekali ia
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Yaa, dia
memang tak tahu apa yang musti diucapkan.
000OdwO000
BAB 81
AKHIRNYA pelan-pelan gadis itu menundukan
kepalanya seraya berbisik lirih. "Aku, akan pergi dulu."
suaranya lirih, pedih dan penuh mengandung kesedihan
yang memilukan hati siapapun. Ong Bun kim turut merasa
sedih, untuk sesaat dia tak tahu apa yang musti dikatakan,
sebab kesalahan berada dipihaknya sudah sewajarnya kalau
tanggung jawab inipun dipikul olehnya.
Sementara Itu Ku Pek hoa sudah melanjutkan berjalan
keluar dari gua itu.
"Ku Pek hoa!" tiba-tiba Ong Bun-kim berteriak keras.
Tanpa terasa gadis itu menghentikan langkah kakinya
seraya berpaling, tanyanya dengan sedih.
"Masih ada persoalan apa lagi yang hendak
kaukatakan?"
"Kau kau sudah pergi?"
"Benar!"
"Kau akan ke mana?"
"Pulang ke perkumpulan ku !"
"Untuk sementara waktu kau boleh berdiam disini dulu"
kata Ong Bun kim sambil menggigit bibir.
"Ada sesuatu yang hendak kau sampaikan kepadaku?"
Ong Bun kim tertawa getir.
"Aku..,, aku merasa telah berbuat salah kepadamu, aku
malu kepadamu "
Gadis itu tiba-tiba berpaling dan menatap wajah Ong
Bun kim lekat-lekat, titik air mata jatuh bercucuran
membasahi wajahnya entah karena terharu oleh perkataan
Ong Bun kim, atau karena ia senang memikirkan persoalan
lain, yang jelas gadis itu kelihatan amat terharu.
Ong Bun kim sendiri juga merasakan hatinya bergetar
keras, secara tiba-tiba ia seperti menemukan kebajikan dan
kemuliaan gadis itu, kemuliaan semacam itu belum pernah
ditemukan sebelumnya.
Tiba-tiba ia melompat kedepan dan menubruk kedalam
pelukan Ong Bun kim, kemudian menangis, menangis
tersedu-sedu.
Dengan perasaan yang kaku Ong Bun kim membelai
rambutnya yang halus itu dengan penuh kelembutan, dalam
keadaan sekarang dia tak bisa mengartikan apakah hal
tersebut merupakan suatu penampilan dari perasaan
cintanya.
Ong Bun kim merasa hatinya makin sedih, makin pedih
dan tak terlukiskan dengan kata-kata.
Isak tangis gadis itu seakan-akan hendak melampiaskan
keluar seluruh perasaan sedih dan derita yang mencekam
perasaannya selama ini.
Lama... lama sekali akhirnya dia baru berhenti
menangis, katanya:
"Ong Bun kim akupun memang bersalah kepadamu, aku
merasa berdosa kepadamu!"
Ucapan ini membuat perasaan Ong Bun kim bergetar
keras, serunya dengan cepat.
"Kau sama sekali tidak berbuat salah kepadaku, kau
tidak berbuat dosa kepadaku."
"Aku... aku telah berbuat yang salah selama ini, aku baru
merasa... aku baru menyadari sekarang bahwa aku telah
melakukan suatu kesalahan besar..."
Dengan amat sedihnya ia menangis tersedu-sedu.
"Ya, selama hidupnya gadis itu sudah banyak melakukan
perbuatan yang salah, dia telah menciptakan badai darah
yang mengerikan bagi umat persilatan, padahal dia
sendiripun tak tahu apa yang sedang dikejarnya selama ini."
Pelan-pelan Ong Bun kim membangunkannya dari
pelukan, kemudian dengan sedih berkata:
"Ong Bun kim percayakah kau bahwa aku cinta
kepadamu?"
"Aku..."
Pemuda itu gelagapan dan tak tahu bagaimana musti
menjawab.
Setelah tertawa getir, kembali Ku Pek hoa berkata.
"Mau percaya atau tidak terserah kepadamu, atau hal itu
tidak terlalu penting, tapi aku harus menerangkan
kepadamu! aku cinta kepadamu, meski aku tak pernah
memikirkan seorang lelaki didalam hatiku, termasuk juga
kau sendiri.
"Aku beranggapan, bila aku telah mencintai ia seseorang
maka aku harus menguasahi penuh orang itu, setiap saat
aku bisa mengendalikan lelaki yang kucintai itu sekehendak
hatiku sendiri, termasuk pula terhadapmu, Ong Bun kim."
"Makaa dengan pelbagbai cara aku berusaha merajai
seluruh dunia persilatan, menguasahi seluruh-dunia, dengap
harapan aku dapat memberikan kesemuanya itu kepadamu,
tapi akupun hendak menyuruh kau mendengarkan
perkataanku.
"Tapi sekarang aku baru tahu. bahwa aku keliru besar."
"Karena hal itu aku telah kehilangan kau, memang kau
berbeda sekali dengan lelaki lain. kaa mempunyai harga diri
yang kuat serta karakter yang keras, halmana belum pernah
kubayangkan sebelumnya.
"Kau tidak membunuhku membuat aku merasa bahwa
kau sesungguhnya adalah seorang lelaki yang lembut dan
berhati bajik.
Dua buah tempelenganmu membuat aku memperoleh
diriku yang sebenarnya, ketika kau sudah pergi dari situ.
aku beru merata bahwa aku harus memberitahukan
kepadamu... aku ini memang salah.
"Tapi siapa yang menyangka setelah kutolong dirimu,
peristiwa semacam ini telah terjadi.....?"
Ketika berbicara sampai disitu. titik air mata tak kuasa
lagi jatuh berenceran membasahi pipinya.
Ketika Ong Bun kim telah selesai mendengarkan
ungkapan kata hati dari gadis tersebut, hatinya merasa
girang sekali, serunya kemudian dengan suara tertahan.
"Jadi kau sudah menyesal dengan semua perbuatan yang
telah kau lakukan di masa Ialu?"
"Yaa, benar! Aku menyesal sekali!"
"Oooh.... hal ini terlalu baik... hal ini terlalu baik,....,"
seru Ong Bun kim kegirangan.
"Tidak!" Ku Pek hoa menggeleng sambil tertawa getir,
"sekarang sebenarnya sudah terlambat."
"Apanya yang terlambat?"
"Aku menyesal terlalu lambat !"
"Tidak, sama sekali tidak terrlambat !"
Tapi gadis itu segera menggelengkan kepalanya berulang
kali.
"Seluruh umat persilatan membenciku, tak seorang
manusia di dunia ini yang mau memaafkan perbuatanku!"
"Tapi aku bersedia untuk memaafkan dirimu!"
"Tapi apalah gunanya? Aaai- setelah berpisah denganmu,
akan kubawa segenap anak buahku untuk kembali ke lautan
Lam hay."
"Apa? Kau hendak kembali ke Lam hay?"
"Yaa, aku akan kembali ke Lam hay, agar aku dapat
melupakan semua perbuatan yang telah kulakukan selama
ini!"
"Tidak, kau tak boleh pulang ke Lam hay!?"
"Kenapa?"
"Sebab kau adalah istriku!"
"Istri...?"
"Apakah kau menyangkal ?"
Gadis itu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak pantas menjadi istrimu... terlalu banyak
kejahatan yang telah kuperbuat selama ini, aku sudah tidak
pantas lagi untuk mendampingi dirimu."
"Tidak!" seru Ong Bun kim, "kau adalah istriku, siapa
yang mau bertobat dia adalah orang yang berpuji, aku dapat
mencintaimu, kita sudah mewujudkan arti kata dari suami
istri yang sebenarnya, sekarang kita sudah melakukan
hubungan intim, maka kau harus tetap tinggal disini
mendampingiku."
"Kau benar-benar mencintaiku?"
"Benar, karena aku cinta kepadamu maka kau harus
tetap tinggal disini!"
Dengan perasaan berterima kasih dan terharu gadis itu
menjatuhkan diri ke dalam pelukan Ong Bun kim dan
menangis sepuasnya, sedang si anak muda itu membelai
dengan kasih sayang dan lemah lembut, ia berusaha untuk
memberi kehangatan kepadanya.
"Apakah kau meminta kepadaku untuk tetap tinggal
disini?" tanya gadis itu kemudian.
"Benar, kau harus tetap tinggal disini!."
"Baiklah, kalau begitu aku akan tetap tinggal disini?"
Ketika mengucapkan perkataan tersebut keduanya
menampilkan kebulatan tekadnya yang tebal.
Ong Bun kim tak dapat menahan diri lagi. ia
menundukkan kepalanya dan mencium gadis itu.. .Inilah
ciuman yang murni dan polos, dia telah memberikan
seluruh perasaannya kepada istrinya lewat ciuman
tersebut..... istrinya yang baru dicintainya mulai sekarang,
Ku Pek hoa.
Ciuman yang mesra dan hangat telah memusnahkan
semua dendam dan kemurungan yang mendekam diri
mereka selama ini.
Lama lama sekali, akhirnya mereka buru saling
melepaskan rangkulan.
-oo0dw0oo--
Jilid 26
DENGAN pandangan sayu gadis itu mengawasinya
lekat-Iekat, kemudian katanya: "Ong Bun kim, aku merasa
amat berterima kasih kepadamu!"
"Sudahlah, kau tak usah mengucapkan kata-kata
semacam itu lagi, asal kau bersedia untuk bertobat dan
kembali kejalan yang benar, aku sudah merasa bahagia
sekali"
"Kalau begitu aku akan pergi dulu!"
"Kembali kemarkas besarmu?"
"Benar, aku harus menyelesaikan beberapa persoalan
penting."
"Dikala perguruan Sin kiam bun diresmikan nanti,
apakah kau akan turut menghadirinya?"
"Kapan hal itu akan diselenggarakan?"
"Bulan lima tanggal lima."
"Aku pasti datang sebab bagaimanapun juga aku telah
menjadi istrimu yang sah"
"Tapi ada beberapa persoalan aku juga harus
memberitahukan kepadamu, selain kau..."
Belum selesai pemuda itu berbicara, Ku Pek-hoa telah
menukas.
"Aku tahu, jangan kuatir. Aku tak akan cemburu."
"Kalau begitu aku merasa lega!"
"Sebentar aku akan pergi. sekarang kenakan dulu
pakaianmu, aku telah membawakan untukmu"
Hingga kini Ong Bun kim baru tahu kalau dia masih
berada dalam keadaan telanjang bulat, kontan saja merah
padam selembar wajahnya karena jengah, tanpa banyak
bicara dia segera mengambil pakaian dari lantai dan buruburu
dikenakan.
Sementara itu Ku Pek hoa telah berjalan meninggalkan
tempat itu.
Sedangkan Ong Bun kim tetap berdiri termangu disana
tanpa mengetahui apa yang musti di-lakukan.
Pemuda itu merasa dirinya seakan-akan telah melakukan
suatu perbuatan yang dia sendiripun tidak mengetahuinya,
ya peristiwa yang telah terjadi itu benar-benar diluar
dugaannya.
Dalam pada itu, ketika Ku Pek hoa-berjalan keluar dari
dalam gua, Tay khek cinkun Tan Liok serta Thia Eng
segera mengalihkan sinar matanya ke wajah gadis itu,
begitu tahu siapa dia, hampir pada saat yang bersamaan
mereka berseru:
"Kau ?"
Ku Pek bhoa tertawa getir dan mengangguk. "Yaa,
benar, memang aku!"
Tay khek cinkun bertiga segera saling berpandangan
tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun, sebab peristiwa
yang terjadi benar-benar membuat mereka terkejut
bercampur tercengang, bagaimanapun juga Ku Pek hoa
adalah gadis yang hendak dibunuh, oleh Ong Bun kim
selama ini.
Tapi kenyataannya sekarang, ia telah mengadakan
hubungan intim dengan si anak muda itu.
Sudah terlalu banyak kejadian yang telah dilakukan gadis
tersebut selama ini, padahal Ong Bun kim adalah pemegang
pedang Sin kiam, bagaimanakah penyelesaian selanjutnya?
Tay khek cinkun termangu-mangu sejenak kemudian
gumamnya:
"Sungguh jauh diluar dugaanku."
"Ya, akupun merasa sedikit diluar dugaan." kata gadis
itu.
"Pertama-tama lohu akan mengucapkan banyak-banyak
terima kasih, dulu atas budi pertolongan yang telah kau
berikan kepadaku!"
"Tak usah dipikirkan lagi" kata gadis itu sambil tertawa
getir, "sekarang Ong Bun kim masih berada dalam gua,
masuklah dan tengok dirinya, aku akan pergi dulu."
Seusai berkata, dia lantas menggerakan tubuhnya berlalu
dari sana.
"Ternyata gadis itu adalah...." gumam-Tan Llok
kemudian setelah gadis itu berlalu dari sana.
"Kejadian ini sama sekali tak terduga sama sekali, heran,
kenapa bisa terjadi peristiwa semacam ini?"
Mereka hanya bisa menghela napas dengan perasaan
kaget, untuk sesaat lamanya ketiga orang itu cuma berdiri
termangu-mangu belaka tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukan.
Akhirnya Tay khek cinkun menghela napas berat,
katanya:
"Terpaksa kita harus membiarkan persoalan ini
berkembang lebih lanjut sebelum dibicarakan lagi."
Seusai berkata, dia lantas melangkah lebih dulu masuk
ke dalam gua tersebut.
Ketika mendengar ada suara langkah manusia
berkumandang dari luar gua, Ong Bun-kim segera menegur:
"Siapa disitu?"
"Aku!"
Ong Bun kim segera berpbaling, tapi sesdudah
memandang akeadaan dari Tabykhekcin kun, tanpa sadar
dia berseru:
"Locianpwe, tanganmu..."
"Tanganku telah dipenggal oleh Ciu Li-li !"
"Dikutungi Ciu Li li?"
"Yaa. lenganku telah dikuturgi Ciu Li li, tapi ini masih
belum terhitung seberapa, yang paling kasihan adalah
Phang Pak bun, dia telah tewas secara mengenaskan...."
"Apa?"
Bagaikan disambar geledek disiang hari bolong, Ong Bun
kim kontan saja merasakan kepalanya pusing dan matanya
terbelalak lebar, tubuhnya sempoyongan hampir saja jatuh
terjungkal, sesungguhnya kejadian ini benar-benar membuat
hatinya merasa amat terperanjat.
"Kau... kau bilang Phang Pak bun telah tewas?" serunya
dengan suara gemetar.
"Yaa. ia sudah tewas."
"Tidak...." bagaikan orang gila yang kehilangan
ingatannya Ong Bun kim berreriak keras, mukanya tampak
penuh diliputi emosi, sementara air matanya jutuh
bercucuran membatasi pipinya.
Tay khek cinkun menghela napas berat, dengan wajah
yang murung dan teramat sedih dia berkata:
"Ya, ia bena benar telah tewas....tewas ditangan Ciu Li li
si perempuan laknat itu."
"Mana mungkin?" teriak Ong Bun kim lagi.
Secara ringkas Tay khek cinkun lantas menceritakan
kejadian yang sesungguhnya kepada pemuda itu.
Selesai mendengar penuturan itu. sambil menggertak gigi
menahan rasa benci dan marah yang luar biasa, Ong Bun
kim berteriak: "Akan kucincang tubuhnya menjadi
berkeping-keping, di manakah dia sekarang?"
"Diluar gua!"
Ong Bun kim segera menggerakkan tubuhnya dan
meluncur keluar gua..
Tapi dengan suara keras Tay khek sinkun segera
mencegah.
"Ong Bun kim, mau apa kau?"
"Akan kubunuh perempuan jahanam itu."
"Jangan, dia jangan dibunuh..."
"Mengapa?"
"Kau jangan lupa, ke enam kitatb pusaka dari enam
partai besar masih berada di-tangannya."
Mendengar ucapan tersebut, Ong Bun kim segera
merasakan hatinya bergetar keras, ia merasa hal ini ada
benarnya juga, sampai sekarang ke enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu masih berada ditangan Ciu Li li,
itu berarti tak mungkin baginya untuk membinasakannya
sekarang juga.
Berpikir sampai disitu, saking gemasnya dia sampai
menggertak giginya kencang-kencang.
Ketika Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim telah berjalan
keluar dari gua, Tan Liok yang menyaksikan Ong Bun kim
masih bertelanjang badan, dengan cepat ia seperti
memahami akan sesuatu, dengan cepat dia melompat pergi
meninggalkan sana.
ooooOdwOoooo
BAB 82
TAK lama kemudian, ia telah muncul kembali sambil
membopong jenazah Phang Pak bun yang mati secara
mengenaskan itu.
Menyaksikan jenazah Phang Pak bun membujur ditanah,
Ong Bun kim tak bisa membendung rasa sedihnya lagi, ia
segera menubruk keatas jenazah itu dan menangis tersedusedu.
Dalam waktu singkat, suasana disekeliling tempat itu
diliputi oleh kesedihan yang luar biasa.
Beberapa saat kemudian, dengan suara yang sedih Tay
khek cinkun berkata:
"Ong Bun kim, orang yang telah mati tak bisa hidup
kembali, apa gunanya kau mesti bersedih hati?"
"Ia mati terlalu mengenaskan..." gumam Ong Bun kim
dengan suara pedih.
"Yaa, dia memang mati secara mengenaskan, tapi kita
toh bisa membalaskan dendam baginya"
Pelan-pelan Ong Bun kim bangkit berdiri, sinar matanya
dialihkan ke arah Ciu Li li yang tergeletak diatas tanah
dalam keadaan terluka itu, sepasang giginya gemerutukan
menekan rasa benci, kalau bisa dia ingin sekali
membunuhnya untuk melampiaskan rasa dendam dan
bencinya yang telah merasuk kedalam tulang itu.
"Mari kita menguburnya!" bisik Tay khek Cin kun
kemudian.
"Baik..."
Dengan suatu upacara yang sederhana, akhirnya mereka
mengebumikan jenazah Phang Pak bun di tempat itu juga."
Seorang pendekar sejati yang berhati bajik, akhirnya
harus berpulang ke alam baka dengan membawa dendam.
Dalam perjalanan hidupnya yang penuh kesedihan,
hampir boleh dibilang ia tak berhasil mendapat apa-apa.
sekalipun ada, itupun hanya cinta kasihnya yang teramat
singkat dengan Coa Siok go.
Tapi hubungan cinta mereka akhirnya dipunahkan oleh
Hau kwan kwancu.
Cinta kasih mereda pun punah dan musnah bagaikan
embun yang tertimpa matahari.
Manusia hidup didunia ini memang penuh dengan
kepedihan dan kesengsaraan, tapi kehidupannya lebih
tragis, lebih menyedihkan dan sengsara dari pada orang
lain.
Ia tidak berhasil mendapatkan apa-apa, hingga sesaat
menjelang ajalnya tiba...
Tapi yang ditinggalkan bagi masyarakat adalah jiwa
yang mulia serta bayangan setia kawan yang penuh dengan
jiwa kesatria.
Tay khek cinkun, Tan Liok, Thia Eng dan Ong Bun kim
masih berdiri didepan kuburannya sambil mengenangkan
kegagahan dan kebajikan dari orang yang telah tiada itu...
Lama, lama sekali.... akhirnya Tay khek cinkun berkata:
"Kami akan selalu terkenang kepadanya, sekarang.....kita
harus pergi meninggalkan tempat ini."
"Ya, kita harus pergi meninggalkan tempat ini!" sambung
Ong Bun kim dengan suara dalam.
Tan Liok segera menyodorkan pedang sin-kiam itu
kehadapan Ong Bun kim seraya berkata:
"Harap kau menerima kembali pedang sin kiam ini!"
Ong Bun kim menerima pedang sin kiam itu dan
memasukkan kembali kedalam sarungnya, kemudian ia
melompat ke depan dan mencengkeram tubuh Ciu Li li dari
atas tanah.
Bagaimanapun benci dan dendamnya pemuda itu
terhadap perempuan laknat tersebut, tak mungkin baginya
untuk membunuh musuh besarnya itu detik itu juga.
Ia lantas menepuk bebas jalan darah Ciu Li li yang
tertotok itu sehingga ia sadar dari pingsannya...
Begitu memandang wajah Ong Bun kim, Ciu Li li segera
tertawa getir, kemudian dengan wajah tanpa emosi katanya:
"Ong Bun kim. sekarang aku yang telah terjatuh ke
tanganmu!"
"Ciu Li li!" bentak Ong Bun kim, "tahukah kau rasa
dendam dan benci yang berkobar dalam dadaku sekarang?
Kalau bisa akan kucincang tubuh anjingmu ini hingga
hancur berkeping-keping..."
"Kalau itu kehendakmu, kenapa tidak segera kau
lakukan?"
"Sekarang aku belum dapat membunuhmu aku ingin
bertanya, dimana kau simpan ke enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu?"
Ciu Li li tertawa dingin.
"Heeehh.... heehh.... hehh... jadi lantaran keenam jilid
kitab pusaka itu, maka kau belum sampai membunuhku
sekarang?"
"Benar."
"Kalau aku tak akan memberi tahukan tempat
penyimpanan kitab pusaka itu kepadamu?"
"Aku punya cara yang baik untuk memaksamu
berbicara!"
"Sekalipun kuberitahukan tempat itu kepadamu, belum
tentu kau bisa menemukannya."
"Dimana letaknya?"
"Dalam perguruan San tim bun"
"Keenam jilid kitab pusaka itu berada didalam perguruan
San tian bun..?"
"Benar!"
"Mari kita pergi mengambilnya bersamamu, sekarang
kau tidur lebih dulu"
Seusai berkata dia menotok kembali jalan darah Ciu Li
li, perempuan Itu mendengus tertahan dan segera tertidur
pulas.
Setelahnya Tay khek Cinkun baru bertanya ”Ong Bun
kim kapankah merupakan hari apa untuk meresmikan
perguruannya?"
"Bulan lima tanggal lima."
"Akan kucari Tiang seng lojin dan berusaha untuk
menyiarkan kabar ini kedalam dunia persilatan, siapa tahu
sampai waktunya nanti sudah ada banyak jago persilatan
yang bersedia menjadi anggota perguruan Sin kiam bun
kita."
"Locianpwe akan pergi mencari Thiang Seng lojin?"
"Benar, sekalian untuk mengobati luka yang sedang
kuderita ini..." sahut Tay khek Cinkun.
"Bagaimanapun boleh juga."
Tay khek Cinkun manggut-manggut, baru saja akan
melangkah pergi, tiba-tiba ia menarik kembali kakinya dan
berhenti, kemudian setelah memandang sekejap kearah Ong
Bun kim tanyanya.
"Ada satu persoalan aku ingin bertanya kepadamu."
"Katakan apa?"
"Hui mo pangcu bisa turun tangan menyelamatkan jiwa
kita, hal ini benar-benar berada diluar dugaan kita semua,
cuma bagaimanakah penyelesaianmu terhadap persoalan
ini?"
"Bagaimana? Maksudmu..."
"Maksudku, dengan cara apakah kau akan bersikap
kepadanya?"
Ong Bun kim tertegun dan termangu-mangu berapa saat
lamanya, kemudian jawabnya: "Akan kuampuni dirinya!"
"Apa?" jerit Tay khek Cinkun. "kau hendak memaafkan
dirinya?"
"Benar, aku akan memaafkan dirinya, kini ia telah
bertobat dan mau kembali ke jalan yang benar!"
Tay khek Cinkun segera mengerutkan dahinya rapatrapat.
"Aku rasa tindakanmu ini agak kurang begitu baik !"
"Apanya yang kurang baik?"
"Sekalipun Hui mo pangcu telah bertobat dan kembali ke
jalan yang benar, tapi kejahatan yang pernah dilakukannya
selama ini terlalu banyak, ku kuatir orang persilatan tak
akan mengampuni jiwanya."
Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat.
"Kalau aku akan memaafkan kesalahannya, siapa berani
mengatakan tidak ?" serunya.
"Aku berbicara yang sesungguhnya, cuma persoalan ini
memang terpaksa harus menunggu perkembangan
selanjutnya baru dapat dibicarakan lagi"
Setelah menghela napas dalam-dalam, ia Iantas
membalikkan badannya dan sebentar kemudian sudah
lenyap dari pandangan mata.
Sekalipun Ong Bun kim sendiri juga menyadari bahwa
apa yang diucapkan Tay khek Cinkun bukan kata-kata yang
kosong, akan tetapi bagaimanapun juga Ku Pek hoa adalah
istrinya, dia hendak menanggung semua resiko dan
tanggung jawab yang telah dilakukan istrinya selama ini.
Kepada Tan Liok, dia lantas bertanya:
"Cianpwe apakah kau akan turut aku pergi ke-perguruan
San tian bun ?"
"Benar!"
"Bagaimana dengan saudara Thia?"
Thia Eng tersenyum.
"Siaute adalah seorang anak yatim piatu yang tak punya
beban anak maupun istri, tentu saja aku akan selalu
mendampingi saudara Ong."
Mendengar perkataan itu, Oig Bun kim menghela napas
panjang.
"Aaaai... budi kebaikan Thia heng yang selama ini kau
limpahkan kepadaku, aku Ong Bun kim tak tahu
bagaimana harus membalasnya?"
"Aaaai...! Hanya urusan sepele seperti itu, apalah
artinya?"
Ong Bun kim segera tertawa.
"Thia heng, berapa usiamu sekarang?" tanyanya
kemudian.
"Aku berusia dua puluh enam tahun!"
"Bila kau merasa tidak keberatan, bagaimana kalau kita
mengikat diri menjadi saudara angkat?"
Thia Eng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahh... haaahhh..... jika kau tidak merasa
keberatan, hal mana justru merupakan suatu kebanggaan
bagiku!"
Mereka berdua menjadi girang sekali, maka pada saat itu
juga mereka segera berlutut sambil mengangkat sumpah
dan mengikat diri menjadi saudara angkat.
Usia Thia Eng lebih tua maka ia menjadi kakak,
sedangkan Ong Bun kim lebih muda, ia menjadi adik.
Tak terlukiskan rasa girang Ong Bun kim setelah
peristiwa itu, tanyanya kemudian?
"Toako, selain gurumu, apakah kau masih mempunyai
sanak keluarga yang lain?"
"Tidak ada!"
"Apakah,sudah mempunyai kekasih?"
"Adik kim, jangan bergurau, aku belum lama terjun ke
dalam dunia persilatan, dari mana datangnya kekasih?"
"Bagaimana kalau kuperkenalkan seorang untukmu?"
Thia Eng segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....haaabbh. .haaahhh siapa?"
"Sampai waktunya nanti, kan akan tahu sendiri
orangnya, yang penting sekarang mau atau tidak?"
"Terima kasih, atas kebaikan adik kim, siapa bilang aku
enggan dikenalkan sama wanita?"
"Baik kita berjanji dengan sepatah kata ini, hayo
berangkat sekarang kita berangkat dulu ke perguruan San
Tian bun untuk mendapatkan kembali ke enam kitab
pusaka dari enam partai besar."
Setelah Ong Bun kim mengempit Ciu Li-li di bawah
ketiaknya, berangkatlah ketiga orang itu menuju ke bukit
Thian mo-san.
Hari itu juga, sampailah mereka bertiga di depan selat
Thian mo sia.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang datang dari arah dalam selat Thian mo sia
tersebut.
Mendengar bentakan itu, Ong Bun kim menjadi amat
terperanjat, dengan cepat ia melesat ke udara dan
menerjang masuk ke dalam selat Thian mo-sia tersebut.
Sepanjang perjalanan ia tidak menemui hadangan apaapa,
setelah melewati dinding pekarangan akhirnya ia
menjumpai ada lima enam sosok mayat tergelatak diatas
tanah.
Didepan pintu gerbang, tampak puluhan orang manusia
berbaju putih sedang mengerubuti tiga orang.
Ong Bun kim segera meluncur ke muka dengan
kecepatan luar biasa, bentaknya keras-keras:
"Tahan !"
Mendengar bentakan yang berkumandang dahsyat itu,
tanpa terasa semua orang menghindarkan diri ke samping.
Ong Bun kim segera menerobos masuk ke tengah arena,
tapi begitu memandang ke wajah tiga orang yang dikerubuti
itu, dia segera menjerit tertahan.
Ternyata tiga orang yang sedang dikeroyok itu tak lain
adalah Lui Thian-ciu, Kwan Siok kim dan Kwan Siau-ciu
yang mengenakan kain cadar muka.
Ketika Kwan Siok kim melihat kemunculan Ong Bun
kim, dengan suara tertahan ia lantas berteriak:
"Engkoh Ong, kaukah?"
"Benar !"
"Kau...bukankah kau telah tewas?"
"Telah tewas ?"
"Mereka semua mengatakan kau sudah mati karena kena
obat peledak."
"Untung saja aku tak sampai mati."
"Engkoh Ong !"
Dengan luapan rasa girang dan haru, Kwan Siok kim
menubruk kedalam pelukan Ong Bun kim, keadaannya
seperti anak ayam yang tiba-tiba bertemu dengan induknya
setelah tersesat sekian lama, tak tahan lagi dia menangis
tersedu-sedu.
Pelan-pelan Ong Bun kim mendorong tubuhnya dari
rangkulan, lalu bisiknya lembut:
"Adik Kwan, aku toh belum mati! "
Gadis itu segera tertawa, tertawa ia sangat riang meski
noda air mata masih membasahi pipinya.
Tiba-tiba Kwan Siau ciu berseru lantang:
"Ong Bun kim, bukankah orang yang berada ditanganmu
itu adalah Ciu Li li?"
"Benar!"
Sementara itu, puluhan orang manusia San tian bun juga
telah mengetahui kalau orang yang berada di tangan Ong
Bun kim itu adalah Ciu Li-li, hampir saja mereka menjerit
bersama, di tengah bentakan nyaring serentak orang-orang
itu menerjang ke arah Ong Bun kim.
"Bangsat! Rupanya kalian pingin mampus !" bentak Tan
Liok dengan suara keras.
Tubuhnya segera meluncur kedepan menghadang jalan
pergi kawanan anggota dari perguruan San tian bun itu,
kemudian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke muka.
Serentetan jerit kesakitan yang memilukan hati segera
menggema memecahkan keheningan, dua orang manusia
kilat San tian bun seketika terhajar telak dan roboh binasa.
Selapis hawa napsu membunuh yang sangat tebal
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun kim, ia serahkan
tubuh Ciu Li li ke tangan Kwan Siok kim, kemudian
bentaknya.
"Kalian cari mampus semua?"
Mendengar suara bentakan yang menggelegar dengan
wajah yang menyeringai seram penuh diliputi hawa napsu
membunuh itu, puluhan orang anggota San tian bun itu
segera menyusut mundur beberapa langkah ke belakang.
"Hayo jawab! Kalian ingin mampus atau ingin hidup?"
kembali Ong Bun kim membentak keras.
Segera terdengar ada orang yang berteriak;
"Kami ingin hidup."
"Kami ingin hidup...."
Ong Bu kim tertawa dingin, kembali ujarnya.
"Mengingat Thian mengajarkan kepada umatnya untuk
berwelas kasih, akupun tak akan membunuh kalian, kenapa
tidak segera menjumpai Buncu kalian yang sebenarnya?"
Belasan orang anggauta perguruan San tian bun itu
segera berjalan ke hadapan Lui Thian ciu, kemudian
menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah, katanya:
"Harap buncu bersedia mengampuni kami sekalian yang
telah dibuat khilaf selama ini, kami tak sadar kalau telah
diperalat oleh Ciu Li li....harap buncu sudi mengampuni
jiwa kami..."
"Bangunlah!"
"Terima kasih Buncu!"
Lui Thian ciu menghela napas panjang.
"Aaaai..... ambisiku telah padam, aku tidak berminat lagi
untuk menjabat sebagai Bun cu ditempat ini, lebih baik
kalian bubar saja dan kembali kedesa kelahirannya masingmasing...."
"Buncu, soal ini..."
"Perguruan San tian bun tak akan berdiri lagi dalam
dunia persilatan." tukas Lui Lhian ciu, "hayo ikutlah aku,
dalam gudang harta masih tersedia banyak sekali intan
permata emas dan perak, akan ku bagikan uang itu kepada
kalian semua, semoga kalian bisa membangun kembali
sejarah hidup kalian dengan perbuatan yang lebih mulia
dan bahagia..."
oooOdwOooo
BAB 83
"LUI BUNCU ..." teriakan keras segera terdengar.
"Hal ini mana boleh....?"
"Kami bersedia mengikuti Lui buncu."
Dua puluhan orang itu segera berteriak-teriak dengan
suara yang gaduh sehingga suasana menjadi kacau balau.
Dengan cepat Lui Thian ciu mengulapkan tangannya,
kemudian berkata dengan lantang "Nama dan harta yang
ada di dunia ini akan berlalu dalam sekejap mata,
keputusanku sekarang telah bulat, hayo ikuti aku masuk ke
dalam gudang harta dan jangan membantah lagi."
Seusai berkata rdia lantas berjtalan lebih duluq menuju
kedalamr ruang tengah.
Harta kekayaan yang disimpan dalam gudang dengan
cepat dibagi-bagikan kepada orang-orang itu, setelah
mengucapkan terima kasih, mereka baru pergi
meninggalkan tempat itu.
Menanti semua orang sudah pergi Ong Bun kim baru
berpaling kearah Kwan Siu ciu seraya berkata.
"Pekbo, sejak berpisah baik-baikkah dirimu?"
"Ong Bun kim kau memanggil aku apa?"
Ditanya secara begini oleh Kwan Siau ciu, untuk sesaat
lamanya Ong Bun kim berdiri tertegun, Tan Liok segera
tertawa terbahak-bahak.
"Haahh... haahh... haaahh.... Ong-Bun kim kau telah
salah memanggil." serunya.
Tiba-tiba seperti menyadari akan sesuatu, Ong Bun kim
segera menjadi amat jengah, dengan wajah memerah
serunya kemudian.
"Gak bo (mertua)...."
"Panggilan yang tepat!" seru Kwan Siau-ciu sambil
tertawa terkekeh-kekeh, "sekarang putriku sudah menjadi
istrimu, masa aku tidak pantas untuk menerima panggilan
mertua?"
"Pantas! Pantas!"
Kwan Siau ciu tertawa, kembali katanya.
"Sejak berpisah aku baik-baik saja, dari mulut Leng-ji aku
mendapat tahu tentang peristiwa Pay kiam tersebut. Bun
kim, kau benar-benar telah memberi sangat banyak
kepadaku"
"Gak bo, kenapa kau mesti berkata demikian?" Ong Bun
kim hanya kuatir akan mencemarkan nama baik dari Siok
kim saja."
"Kau juga tak usah terlalu sungkan-sungkan lagi."
Pelan-pelan Ong Bun kim berjalan ke hadapan Lui Thian
ciu, kemudian sambil memberi hormat panggilnya.
"Gakhu..."
Lui Thian ciu menghela napas panjang. "Aaai..Kau tak
usah banyak adat lagi, budi kebaikan kau yang telah
bersedia mengampuni jiwaku sudah merupakan budi yang
besar, sekalipun harus menjadi anjing atau kuda, Lui Thian
ciu juga rela untuk membayarnya"
"Urusan yang sudah lewat, buat apa musti disinggung
kembali?" tukas Ong Bun kim cepat.
Setelah berhenti sebentar, dia menambahkan:
"Mari, akan kuperkenalkan kepada kalian..."
Ia lantas memperkenalkan Tan Liok dan Thia Eng
kepada mereka bertiga, sesudah berbincang-bincang
sebentar, Ong Bun kim baru berkata kepada Lui Thian ciu:
"Gak hu, apakah kau telah menyerahkan ke enam jilid
kitab pusaka itu kepada Ciu Li-li?"
"Benar!"
"Kau benar-benar tidak tahu dimana ia sembunyikan
benda-benda itu?"
"Yaa, benar!"
Ong Bun kim segera tertawa dingin, serunya kemudian:
"Sekarang Ciu Li li sudah terjatuh ke tangan kita,
memangnya kuatir ia tak mau ber bicara?"
Seraya berkata dia menerima kembali tubuh Ciu Li li
dari tangan Kwan Siok kim, setelah menepuk bebas jalan
darahnya, pelan-pelan Ciu Li li tersadar kembali.
Setelah perempuan itu sadar kembali, Lui Thian ciu
segera membetak keras:
"Ciu Li-li, kau masih kenal dengan diriku? Angkat
kepalamu dan tataplah wajahku!"
Dengan sorot mata yang dingin Ciu Li li menatap
sekejap ke arah Liu Thian-ciu, mendadak paras mukanya
menjadi hebat sambil tertawa dingin katanya kemudian:
"Sungguh tak kusangka kau belum mampus..."
"Ciu Li li!" seru Kwan Siau ciu pula sambil menggertak
gigi menahan rasa bencinya, "apakan kau juga masih
teringat dengan seorang perempuan yang bernama Kwan
Siau ciu?".
Ciu Li-li menatap sekejap wajah Kwan Siau ciu yang
ditutup dengan kain kerudung itu, kemudian tertawa
dingin.
"Heeebhh.... heeehhh.d... heeehhh... atentu saja masibh
teringat, sungguh tak kusangka kalau kau belum mampus!"
"Ciu Li-li!" bentak Ong Bun kim kemudian dengan suara
dingin. "dimana kau simpan ke enam jilid pusaka dari enam
partai persilatan itu...?"
Ciu Li-li tertawa dingin.
"Tampaknya kalau tidak kukatakan hal ini tak mungkin,
baiklah, hayo ikuti diriku."
"Dimana ?"
"Dalam ruang rahasia!"
Begitu mendengar "ruang rahasia", sepasang alis mata
Ong Bun kim segera berkenyit, tanpa terasa sinar mata-nya
segera dialihkan ke atas wajah Lui Thian lui.
"Dalam markas besar San tian bun memang benar-benar
terdapat tempat semacam itu!" Liu Thian Ciu segera
menerangkan.
Ong Bun kim lantas manggut-manggut, tangan kanannya
kembali berkelebat untuk menotok jalan darah ditubuh Ciu
Li li, setelah itu ujarnya dengan suara dingin.
"Hayo jalan, akan kuikuti dirimu ke sana untuk
mengambilnya."
Dengan tertotoknya jalan darah ditubuh Ciu Li-li saat
ini, boleh dibilang tenaga dalam yang dimiliki perempuan
itu telah punah, dia melirik sekejap kearah Ong Bun kim,
kemudian baru melangkah masuk ke dalam ruang belakang.
Ong Bun kim seperti menyadari akan sesuatu dengan
suara dingin seperti es dia berkata.
"Ciu Li li kuperingatkan kepadamu agar jangan bermain
licik, kalau tidak maka kaulah yang pertama-tama akan
mampus lebih dulu"
Ciu Li li sama sekali tidak menjawab, setelah masuk ke
ruang belakang dia berbalik menyelusuri sebuah serambi,
tak lama kemudian sampailah didalam sebuah kamar..
Ciu Li li segera mendorong pintu dan melangkah masuk
kedalam kamar itu.
Ong Bun kim turut masuk juga kedalam ruangan itu,
tempat tersebut adalah sebuah kamar tidur yang sangat
indah, tampaknya disitulah letak kamar Ciu Li li selama ini.
"Disinikah letaknya?" tegur Ong Bun kim dengan suara
dingin. "Mungkin saja."
Sementara Ong Bun kim masih tertegun, Ciu-Li li telah
menggeserkan sebuah cermin tembaga yang menempel
diatas dinding kamar.
"Kreeeek ! Kreeeek....!" diiringi bunyi gemeretek yang
amat nyaring, muncullah sebuah pintu rahasia disana.
Ong Bun kim sama sekali tidak menyangka kalau dalam
kamar tidur seperti itubpun telah dilengkapi dengan
peralatan rahasia seperti itu.
Dalam pada itu, Ciu Li li telah melangkah masuk ke
dalam pintu rahasia tersebut.
Ong Bun kim segera mengikuti dibelakangnya dan
masuk pula ke dalam ruangan, dia menjumpai jalan yang
dilaluinya sepanjang perjalanan mirip sekali dengan sebuah
lorong rahasia.
Lorong bawah tanah itu amat panjang dan lebar, tak
lama kemudian tiba tiba Ciu Lili menghentikan langkah
kakinya.
Paras muka Ong Bun kim segera berubah hebat,
tegurnya.
"Ciu Li li, mau apa kau ?"
Belum habis si anak muda itu berkata, mendadak...
Dari arah belakang punggungnya terasa ada desingan
angin tajam yang menyerang datang, pemuda itu amat
terkejut, diam-diam pekiknya:
"Aduh, celaka!"
Buru-buru ia membalikkan badan sambil melancarkan
sebuah pukulan dahsyat.
Gerak serangan yang dilakukan Ong Bun kim sambil
membalikkan badannya itu di lakukan dengan gerakan
amat cepat, tampak beratus-ratus batang anak panah
pendek telah meluncurkan tiba dan mengurung sekujur
badannya...
Mimpipun Ong Bun-kim tidak menyangka kalau Ciu Lili
masih mempunyai tindakan seperti ini, apalagi memasang
alat jebakan yang begitu rahasia dan lihaynya dalam lorong
bawah tanah semacam itu, hal mana benar-benar sama
sekali tidak terduga olehnya.
Sesungguhnya Ong Bun-kim memang terlampau tolol,
kalau tempat itu disebut sebagai suatu Ruang rahasia, sudah
barang tentu di sekeliling ruangan tersebut telah dipasang
alat-alat jebakan yang hebat.
Rupanya dalam keadaan Ong Bun-kim tidak menaruh
perhatian tadi, secara diam-diam Ciu-Li-li telah menginjak
ubin rahasia yang mengatur tempat memancarnya senjata
rahasia.
Ciu Li-li sadar bagaimanapun juga dia pasti akan mati,
maka setiap kesempatan yang ada tak pernah disia-siakan
olehnya dengan begitu saja.
Ong Bun kim mana bisa menyangka sampai ke situ?
Disaat senjata rahasia tersebut berhamburan datang, dia
malah masih melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Baru saja serangan itu dilancarkan, tiba tiba da ri atas
kepalanya terdengar bunyi gemerincing yanrg amat
nyaring,t menyusul kemudqian tampak seburah batu
raksasa yang luar biasa besarnya meIuncur kebawah
mengancam batok kepalanya.
Tak terlukiskan rasa kaget Ong Bun kim setelah
menghadapi kenyataan tersebut, sambil melepaskan
pukulan, tubuhnya segera meluncur ke sebelah mana Ciu Li
Ii berada tadi.
Tapi waktu itu, mana ada bayangan tubuh dari Ciu Li li
lagi?
"Tentu saja didalam lorong bawah tanah itu terdapat
banyak sekali cabang-cabang jalan tak terhitung jumlahnya,
bagaimana mungkin Ong Bun kim bisa menduga kalau
liang kelinci selalu bercabang banyak...
Baru saja ia menerjang kemuka.. "Blaaam!" batu martil
yang besar sekali itu sudah terjatuh-menghantam
permukaan tanah, parcikan bunga api-segera bermuncratan
kemana-mana, ini menandakan betapa dahsyatnya
kekuataa dari batu martil tersebut.
Ong Bun kim mencoba untuk memperhatikan tempat itu
sekejap kemudian lari kedepan..
Mendadak ia mendengar suara gemuruh yang
menggelegar dalam ruangan itu, ternyata jalan tembus
disebelah depan telah terputus oleh sebuah pintu besi yang
besar dan berat.
Terdengar suara Ciu Li li yang diiringi gelak tertawa
dingin berkumandang datang dari batik pintu baja tersebut:
"Ong Bun kim, tindakanku ini tentunya jauh diluar
dugaanmu bukan?"
Ong Bun kim benar-benar dibikin marah bercampur
mendongkol sehingga sepasang giginya saling bergemerutuk
keras, ia mencoba untuk mendorong pintu baja itu sekuat
tenaga, tapi sayang pintu itu terbuat dari baja murni yang
sangat kuat, bagaimanapun ia berusaha untuk
mundorongnya ternyata hanya sia-sia belaka.
Di tengah kegelapan, kembali terdengar suara gelak
tertawa bangga dari Cia Li li. .
"Haaahh......haaahh .....haaahh..... Ong Bun ki,m,
beristirahatlah didalam dengam tenang!"
Kemarahan Ong Bun kim betul-betul telah memuncak
sehingga dadanya terasa bagaikan mau meledak saja tapi ia
betul-betul dibikin kehabisan daya, sebab dia memang tak
sanggup menggerakkan apalagi menggeser pintu baja
tersebut.
Mendadak ia teringat kembali dengan pedang mestika
Sin kiam yang tertajam itu.
Buru-buru dicabutnya senjata itu dari sarungnya
kemudian sambil menyalurkan tenaga dalamnya ke dalam
senjata itu, dia membacok pintu baja tersebut keras-keras.
"Traang.....!" diiringi suara dentingan nyaring yang
memekikkan telinga, pintu baja itu segera hancur dan
berlubang besar sekali.
Pedang mestika Sin kiam ternyata memang betul-betul
merupakan sebuah senjata yang luar biasa, senjata itu
memiliki daya kemampuan untuk memotong baja bagaikan
memotong tahu saja.
Demikian setelah melubangi pintu baja yang berat
tersebut, Ong Bun kim segera menerobos masuk kedalam
lorong yang ada didepan.
Dengan gerakan tubuhnya yang amat cepat, dalam
waktu singkat ia sudah tiba didepan sebuah ruangan batu
yang besar sekali, sekalipun ruangan itu besar dan luas,
akan tetapi bayangan tubuh dari Ciu Lili sama sekali tidak
nampak.
Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya
menyaksikan kenyataan tersebut, mendadak ia pun
menyadari akan sesuatu, dia yakin dalam ruang rahasia
tersebut sudah pasti masih terdapat sebuah lorang rahasia
lain untuk meloloskan diri....
Berpikir sampai disitu, pemuda itu segera berpekik
tertahan.
"Aduh celaka........bisa jadi ia sudah kabur dari dalam
ruangan rahasia ini!"
Begitu ingatan tersebut melintas didalam benaknya,
dengan suatu gerakan yang paling cepat dia membalikkan
badan dan lari balik melalui jalan semula.
Tapi sebagaimana diketahui tadi, jalan keluarnya sudah
tersumbat oleh pelbagai macam alat jebakan yang telah
digerakkan oleh Ciu Li-li tadi.
Untung saja pedang Sin kiam memang sebuah senjata
mestika yang besar sekali daya gunanya. Ong Bun kim
segera mengerahkan tangannya dan mulai menghancurkan
benda-benda yang menyumbat jalan lewatnya itu untuk
membuka sebuah jalan lewat.
Tak selang beberapa saat kemudian, dia sudah lolos dari
dalam ruangan rahasia dan secepat kilat meluncur ke
tengah ruang besar.
Betapa terperanjatnya Lui Thian ciu sekalian yang
berada di ruang tengah ketika melihat Ong Bun kim muncul
dengan wajah gugup dan langkah tergopoh-gopoh.
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan, Tan
Liok menegur paling dulu:
"Apa yang terjadi?"
"Dia sudah kabar dari tanganku!" teriak Ong Bun kim
dengan perasaan gelisah.
"Apa?"
Semua orang yang berada disitub hampir saja bedrteriak
keras, arupanya kejadiabn ini sama sekali diluar dugaan
mereka.
"Ia berhasil meloloskan diri dari ruangan- itu?" tanya Lui
Thian Ciu dengan perasaan terkejut.
"Apakah kau mengetahui tentang lorong rahasia didalam
ruang rahasia bawah tanah?"
"Ya."
"Apakah masih terdapat jalan keluar yang lainnya?"
"Yaa, ada! Cepat ikuti aku!"
Begitu selesai berbicara Lui Thian ciu segera
membalikkan badan dan secepat kilat meluncur ke arah
pintu gerbang.
Sebagaimana diketahui, Lui Thian ciu asalnya adalah
Buncu atau ketua dari perguruan San tian bun, sudah
barang tentu dia mengetahui jelas semua peralatan rahasia
serta lorong bawah tanah yang berada disana sejelas melihat
jari tangan sendiri.
Ruang rahasia masih terdapat jalan tembus lainnya,
bagaimana mungkin dia bisa tidak mengetahuinya? - -
Setelah meluncur keluar dari pintu gerbang, dengan
langkah tergopoh-gopoh dia meluncur kearah tanah
perbukitan di belakang bangunan sana, dengan cepat
mereka tiba dibawah sebuah dinding batuan karang,
disekeliling batu kurang itu penuh tumbuh-tumbuhan rotan
serta semak belukar yang amat lebat.
Lui Thian cu segera menyingkirkan tumbuhan rotan dan
semak belukar disekeliling, tak lama kemudian muncullah
sebuah gua yang cukup besar.
Dengan gerakan yang cepat dan enteng Lui-Thian ciu
melompat masuk kedepan gua itu dan menerobos kedalam,
disusul oleh Ong Bun kim dari belakang.
Mendadak...
Dari balik gua itu terdengar suara langkah kaki yang
cepat berkumandang datang, Ong Bun kim merasakan
hatinya bergetar keras sekali, bersama-sama dengan Lui
Thian ciu mereka segera menghentikan langkah kakinya...
Lui Thian ciu melirik sekejap ke arah Ong-Bun kim dan
meminta kepada pemuda itu untuk menyembunyikan diri.
Ong Bun kim segera menempelkan badannya di antara
lekukan dinding batu karang tersebut.
Tak lama kemudian tampaklah sesosok bayangan
manusia berbaju putih sedang berlarian mendekat, dalam
waktu sekejap orang itu sudah berada satu kaki didepan
mata.
Sedikitpun tak salah, tebrnyata orang itdu memang
benar-abenar adalah Cibu Li li.
Begitu perempuan laknat itu sudah semakin dekat
didepan matanya, tiba tiba saja Ong Bun-kim membentak
keras.
"Ciu Li U mau kabur kemana kau? Hayo cepat serahkan
selembar nyawa anjingmu."
Diiringi bentakan yang menggelegar, tubuhnya secepat
anak panah yang terlepas dari busurnya segera menubruk
kearah Ciu Li li, sebuah pukulan dahsyat yang memekikkan
telinga dilepaskan pula kearah tubuh lawan.
Waktu itu. Ciu Li li sedang gembira dan bersukur karena
berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Ong Bun kim,
mana ia sangka kalau malaikat elmaut sudah menunggu
didepan mata, lebih-lebih tak pernah disangka olehnya
kalau Ong Bun kim sudah terlebih dahulu menunggunya
dimuka gua jalan keluarnya.
Diiringi dengusan tertahan, tubuhnya segera termakan
telak oleh serangan tersebut hingga jatuh terkapar diatas
tanah.
"Plaak.... plaaak... plaaak...!" beberapa jilid kitab yang
berada di tangan Ciu Li li segera terjatuh dan berserakan di
atas tanah, ketika Ong Bun kim mendekat dan menariknya
ternyata kitab tersebut tak lain adalah keenam jilid kitab
pusaka dari enam partai persilatan besar.
Jelaslah sudah, rupanya Ciu Li li ingin membawa kitabkitab
pusaka tersebut untuk melarikan diri dari sana.
Dengan suatu gerakan yang cepat Ong Bun kim
mengumpulkan kitab-kitab pusaka yang tercecer itu
kemudian ia cengkeram tubuh Ciu Li-li yang terkapar
ditanah tersebut dan diangkatnya bangun.
Ciu Li li memandang sekejap kearah Ong Bun kim
kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehh.... heehhh.... heeeh tidak kusangka kalau orang
she Lui itu mengetahui jalan rahasia ini!"
"Ciu Li li!" seru Ong Bun kim sambil menggertak gigi
menahan rasa gusar dan bencinya yang amat tebal.
"Kepandaian apalagi yang kau miliki? Kenapa tidak
sekalian kau gunakan semua?"
"Hmm! Kali ini kuakui bahwa diriku tak akan sanggup
melepaskan diri lagi" sahut Ciu Li-li dengan suara dingin
bagaikan salju dari kutub
Ong Bun kim kemrbali tertawa ditngin, "Kau
sehaqrusnya mengertir bahwa tiada kesempatan lagi bagimu
untuk hidup didunia ini."
Seraya berkata, dia lantas menyeret tubuh Ciu Li li untuk
keluar dari gua tersebut.
Dalam pada itu Tan Liok, Thia Eng, Kwan Sau-ciu dan
Kwan Siok kim telah menunggu dimuka gua, ketika
dilihatnya Ong Bun kim telah berhasil membekuk Ciu Li-li,
mereka merasa lega sekali.
"Ciu Li-li !" bentak Ong Bun kim dengan suara dingin,
"sebelum mampus, apa lagi yang hendak kau katakan?"
"Tidak ada !"
"Kalau begitu, terimalah hukuman ini!" Tiba-tiba Ong
Bun kim melemparkan tubuh Ciu Li li ke tengah udara,
disaat tubuh perempuan tersebut mulai meluncur ke bawah
kembali, pedang Sin kiam yang berada ditangannya segera
di ayunkan ke depan berulang kali.
Jeritan ngeri yang memilukan hati segera berkumandang
memecahkan keheningan, darah segar segera berhamburan
ke mana-mana dan menggenangi seluruh permukaan tanah.
Terlihatlah tubuh gembong iblis perempuan yang berhati
kejam dan membunuh orang-tanpa berkedip ini sudah
menjadi beberapa bagian oleh ayunan pedang tersebut.
Diiringi oleh berhamburnya isi perut bercampur darah
kental,badannya berserakan di tanah.
Inilah buah yang diraih olehnya akibat perbuatan keji
dan jahat yang telah dilakukannya selama ini, barang siapa
pernah berbuat kejam dan tak berkemanusiaan, akhirnya
dia pun harus menerima akhir yang tragis...
"Ciu Li-li" teriaknya dengan penuh perasaan benci,
"sekarang kau tak mampu untuk melakukan kejahatan lagi !
Kau pun tak mampu berbuat licik lagi terhadap orang lain."
Semua orang merasakan hatinya lega sekali setelah
menyaksikan kematian yang mengenaskan dari perempuan
laknat itu.
Hanya Lui Thian ciu seorang yang melengos ke arah lain
sambil menundukan kepalanya rendah-rendah, ia tak tega
menyaksikan tubuh Ciu Lili yang berserakan dialas tanah
itu, sebab bagaimanapun juga dia pernah mencintai
perempuan cabul yang cantik tapi berhati keji bagaikan ular
berbisa itu.
Entah dia telah menyesali perbuatan sendiri atau tidak,
akan tetapi tak bisa disangkal lagi kematian dari Ciu Li li
cukup mendatangkan perasaan pedih dan sedih dalam hati
kecilnya.
Mendadak terdengar Kwan Siau ciu berseru dengan
suara lantang:
"Bun kim, kau telah salah membunuhnya!"
Mendengar suara tersebut, Ong Bun kim menjadi
tertegun, dengan perasaan tidak mengerti katanya:
"Mengapa?"
"Kau lupa dia adaiah istri kesayangan siapa?"
Tentu saja Ong Bun kim cukup memahami arti
perkataan dari Kwan Siau ciu itu, dengan cepat dia tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahhh...haaahhh....haaahhh... istri kesayangan
siapa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti.
"Ayah mertuamu yang terhormat!
Lui Thian ciu menjadi malu sekali, buru-buru serunya
dengan nada setengah memohon:
"Istriku yang baik, darimana kau bisa mengucapkan katakata
semacam itu?"
Ketika menyaksikan kematiannya yang tragis, bukankah
hatimu merasa sedih sekali"
Ong Bun kim yang berada disisinya kembali tertawa
terbahak-bahak, serunya:
"Haahh... haahhh.... haaahhh ibu mertua, kelihatannya
rasa cemburumu masih besar juga!".
Begitu Ong Bun kim selesai berkata, kontan saja semua
orang ikut tertawa tergelak.
"Haimmm! Cemburu?" serunya, "yaa. memang itu
kenyataan!"
Liu Thian ciu segera tertawa getir.
"Istriku yang tercinta." katanya cepat-cepat, "buat apa sih
kau membicarakan tentang masalah itu? Toh orang itu
sudah mati sekarang."
"Sekalipun sudah mampus orangnya, aku rasa belum
tentu bisa mati dari dalam ingatanmu!"
Kwan Siok kim buru buru melerai, serunya:
"Ibu, sudahlah, jangan kau menyindir dan menyiksa
ayahku terus menerus..."
Kwan Siau ciu baru tertawa setelah mendengar
perkataan dari putrinya itu, katanya kemudian:
"Sekarang kita akan kemana?" Ong Bun kim segera
berpaling kearah Lui Thian ciu seraya berkata:
"Gak hu, aka mbempunyai suatu dmasalah yang inagin
sekali memobhon bantuan mu."
"Masalah apa? Katakan saja secara berterus terang
kepadaku"
Ong Bun kim mengeluarkan keenam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu dan diserahkan kepada Lui Thian
cu, kemudian katanya dengan pelan:
"Tolong sudilah kiranya kau mengembalikan ke enam
jilid kitab pusaka ini kepada ke enam partai besar tersebut,
kemudian tolong sampaikan pula kabar kepada mereka
bahwa perguruan kami akan diresmikan pembukaannya
pada tanggal lima bulan lima nanti digua Bu cing tong,
sekalian kabarkan pula berita ini ke seluruh dunia
persilatan, agar mereka semua mau mengutus wakilnya
untuk menghadiri pertemuan besar itu...!"
"Soal itu mah pasti akan kulakukan!"
"Kalau begitu, tolong laksanakanlah hal itu!"
Setelah menerima ke enam jilid kitab pusaka tersebut
dari tangan Ong Bun kim.
Lui Thian ciu segera berpaling kearah Kwan Siau ciu
seraya bertanya:
"Siau ciu, apakah kau ingin melakukan perjalanan
bersama dengan diriku...?"
"Aku sih enggan untuk berjalan bersama mu, lebih baik
kau sendiri saja!"
Lui Thian ciu segera tertawa tersipu-sipu, akhirnya dia
menggerakkan tubuhnya dan berangkat meninggalkan
tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap diluar selat Thian mo sia.
Sepeninggal Lui Thian-ciu, Kwan Siau-ciu baru berkata
kepada Ong Bun kim:
"Bun kim, selanjutnya kau hendak kemana?"
"Aku hendak menuju ke gua Bu cing tong!"
"Bun kim!" kembali Kwan Siau ciu bertanya, "aku ingin
menanyakan satu hal lagi kepadamu..."
Katakanlah!"
"Konon, selain Siok kim kau masih mempunyai
beberapa orang kekasih lagi?"
Menghadapi pertanyaan semacam itu, Ong Bun kim
agak tertegun dibuatnya, setelah termangu sejenak, dia baru
mengangguk.
"Benar..."
"Siapa sajakah mereka?" Terpaksa Ong Bun kim harus
menyebutkan nama beberapa orang perempuan itu satu per
satu. untuk selanjutnya dia menambahkan.
"Dalam masalah ini aka harap kau sudi untuk
memakluminya!"
Mendengar penjelasan tersabet bKwan Siao om
mednghela napas paanjang, lalu katbanya.
"Aku tidak keberatan bila ada. seorang lelaki memperistri
tiga orang perempuan dan memelihara empat orang istri
muda, anak Kim sendiripun tak pernah memikirkan
persoalan ini didalam hatinya, cuma ada satu kerepotan
dibalik kesemuanya ini."
"Kerepotan apakah itu?"
"Aku ingin bertanya kepadamu, diantara beberapa orang
gadis ini, bukankah perempuan yang paling kau cintai
adalah Tan Hong hong?"
"Betul!"
"Cuma walaupun Tan Hong hong sangat mencintaimu,
bagaimana pun juga ia telah mengalami suatu tragedi yang
mengenaskan dan tak mungkin bisa terselesaikan..."
Tan Liok yang berada disampingnya segera
menimbrung.
"Andaikata ia benar-benar adalah putriku, bukankah
kejadian inipun merupakan sesuatu yang tragis bagiku?"
"Tidak, sebab bagaimanapun juga aku tetap
mencintainya, aku tetap akan mencintai dirinya!" seru Ong
Bun kim dengan cepat.
"Benar!" kata Kwan Siau-ciu sambil manggut-manggut,
"Kau memang seharusnya mempersunting dirinya, sudah
terlalu besar pengorbanan yang dilakukannya bagimu, kau
tak bisa tidak harus memberi imbalan yang setimpal
baginya, lagipula dia adalah seorang gadis yang baik sekali,
tidak sepantasnya jika kau menyia-nyiakan kehidupannya
didunia ini, benar bukan?"
"Benar!"
Kembali Kwan Siau ciu menghela napas panjang, setelah
termenung sebentar kembali katanya.
"Terlepas dari masalah Tan Hong-hong, Lan Siok ling
adalah istrimu yang pertama, Ku Pek-hoa juga mempunyai
ikatan perkawinan denganmu, ditambah lagi dengan putri
ku Siok-kim, aku ingin tanya bagaimana caramu untuk
mengatur urutan nama mereka?"
"Bagaimana maksudmu? Aku tidak begitu mengerti."
"Menurut peraturan, Ku Pek hoa seharusnya menempati
urutan yang paling atas, cuma menurut kenyataan Lan Siok
ling yang berhak untuk menduduki posisi tersebut, akan
tetapi bila kita berbicara dari persoalan Pay kiam, maka
Siok kim lah baru merupakan isterimu yang paling sah."
Ong Bun kim berpikir sejenak, kemudian ia merasa
bahwa apa yang dikatakan ibu mertuanya itu memang
benar, tanpa terasa berkerutlah dahinyar.
"Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana baiknya?" dia
mengeluh.
Kwan Siok-kim yang berada disamping ibunya segera
menimbrung dengan cepat.
"Ibu, kami tak akan ribut karena soal urutan nama!"
"Hal ini mana boleh jadi? Setiap masalah tentu ada
pokoknya, cuma didalam masalah ini aku harap kau bisa
menyelesaikan secara bijaksana, sebab kalau tidak, bisa jadi
akan terjadi banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan."
"Aku mengerti!"
"Kalau kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi,
hayolah kita berangkat sekarang!"
"Apakah Gak bo juga akan mengikuti kami menuju ke
gua Bu cing tong..?"
"Benar!"
Maka berangkatlah ke lima orang itu menuju ke gua Bu
cin tong..
Sementara itu berita tentang akan didirikannya
perguruan Sin kiam bun serta panggilan Sin kiam untuk
mengundang para jago persilatan memasuki perguruannya
dengan cepat tersiar luas dalam dunia persilatan, akibatnya
terjadi satu goncangan yang keras didalam seluruh dunia
persilatan.
Berbondong-bondong kawanan jago persilatan
berdatangan ke gua-Bu cing tong untuk menggabungkan
diri ke dalam perguruan Sin kiam bun.
Ong Bun kim, Kwan Siau ciu, Kwan Siok kim, Thia Eng
dan Tan Liok berlima terpaksa harus tinggal untuk
sementara waktu di dalam gua Bu cing tong untuk
menyusun rencana dalam menghadapi masalah tersebut.
Beberapa hari kemudian. Tay khek cinkun bersama
Tiang Seng lojin dan Hian ih lihiap juga berdatangan
kesana.
Menyusul kemudian, Giok bin hiap beserta istrinya Leng
po siancu dan Yu-Cing juga berdatangan kesana.
Leng po siancu masih berusia empat puluh tahunan,
wajahnya cantik dan menarik hati.
Sesudah berbincang-bincang sebentar, Ong Bun kim
lantas bertanya kepada Giok bin hiap:
"Supek. Apa yang harus kita lakukan?"
"Untuk masuk menjadi anggota perguruan Sin kiam bun,
pertama tema mereka harus bersumpah dulu di depan
pedang mestika dan mengikrarkan sumpah setia mereka,
kemudian secara resmi mereka baru diterima menjadi
anggota perguruan, setelah itu, mereka harus saling beradu
kepandaian untuk menetapkan tingkat kedudukan serta
tugas yang bakal mereka pikul selama menjadi anggota
perguruan."
"Cuma itu itu saja?"
"Benar, cuma saja sebelum Buncu menjadi ketua secara
resmi, terlebih dulu kau harus meresmikan ikatan
perkawinan kalian kalau tidak, maka hal tersebut belum
bisa dianggap telah resmi!"
Ong Bun kim lantas manggut-manggut.
"Kalau begitu kapan aku harus kawin?" tanyanya.
"Jika semua anggota perguruan telah berkumpul, kau
boleh meresmikan perkawinan kalian dihadapan para
anggota, kecuali nona Kwan, kaupun boleh melangsungkan
juga perkawinan dengan perempuan lainnya."
"Lantas sekarang, apa yang harus kita laksanakan lebih
dulu?"
"Dalam suatu perguruan harus terdapat kekuatan inti
yang bisa diandalkan, yang di maksudkan dengan kekuatan
inti sudah barang tentu mengartikan sekawanan anggauta
perguruan yang paling setia dan bisa dipercaya."
"Maksudmu, kita harus mengundang orang-orang yang
boleh dipercaya untuk masuk menjadi anggota perguruan
lebih dulu agar kita memiliki kekuatan inti yang bisa
diandalkan?"
"Benar, dan siapa bersedia masuk menjadi anggota
perguruan, dia boleh menyembah kepada pedang Sin kiam
sebagai pertanda pengangkatan tersebut!"
"Bagaimana pula upacara itu harus diselenggarakan?"
tanya Tiang seng lojin pula.
"Ong Bun kim adalah orang yang berhak atas pedang
mestika tersebut, tentu saja dia adalah Buncu atau ketua
dari perguruan Sin kiam bun, sedang aku sebagai pelindung
pedang tentu saja yang akan memimpin upacara ini."
Maka Giok bin hiap meletakkan pedang Sin kiam
tersebut keatas meja altar, kemudian mempersilahkan Ong
Bun kim berdiri disisi altar, dengan suara dalam Giok bin
hiap lantas berseru.
"Siapakah diantara kalian yang bersedia masuk menjadi
anggota perguruan Sin kiam bun?"
Dengan hormat sekali Tiang seng lojin menampilkan
dirinya kedepan, lalu menjawab.
"Kok Saucing bersedia masuk menjadi anggota
perguruan!"
"Menyembah kepada pedang!"
Dengan sikap yang sangat hormat Tiang seng lojin segera
menjatuhkan diri berlutut diatas tanah dan menyembah
kepada pedang mestika Sin kiam tersebut.
"Kok Sau cing!" dengan suara berat Giok bin-hiap
berseru kembali, "apakah kau masuk perguruan Sin-kiambun
dengan tulus hati serta niat yang jujur?"
"Benar!"
"Kau bersedia mengangkat sumpah berat?"
Ketika Tiang seng lojin Kok Sau cing telah mengangkat
sumpah berat, dengan suara dalam Giok bin hiap berkata
lagi:
"Mulai sekarang kau sudah menjadi anggota perguruan
Sin kiam bun, bersediakah kau untuk setia kepada pemilik
Sin kiam?"
"Sampai mati pun rela!"
"Baik! Silahkan mengundurkan diri..."
Tiang-seng lojin segera mengundurkan diri dari sana.
Menyusul kemudian Tay khek Cinkun, Hian ih lihiap,
Kwan Siau-ciu, Tan Liok, Thia Eng, Leng po siaucu, Yu
Cing serta Kwan Siok kim juga mengangkat sumpah serta
masuk menjadi anggota perguruan.
Beberapa orang inilah yang menjadi inti kekuatan dari
perguruan Sin Kiam bun, mereka menjadi pemuka-pemuka
perguruan yang turut andil di dalam usaha membangun
perguruan Sin kiam bun didalam dunia persilatan.
Kemudian, beberapa orang itupun berkumpul menjadi
satu serta merundingkan masalah-masalah yang
menyangkut soal perguruan, misalnya bagaimana
menanggulangi tempat tinggal, soal makan dan lainlainnya.
oooOdwOooo
BAB 84
BULAN lima tanggal lima.
Hari ini adalah hari yang telah ditetapkan perguruan Sin
kiam bun untuk menerima anggota baru, tentu saja perlu
diutus orang untuk menyambut kedatangan mereka.
Ong Bun kim telah memanggil Thia Eng seraya berkata:
"Toako, bagaimana kalau kuserahkan tugas menyambut
kedatangan tamu ini kepadamu?"
Thia Eng segera tertawa. "Memangnya aku bakal
menampik permintaanmu itu?"
"Toako, masih ingatkah kau bahwa aku hendak
memperkenalkan seorang gadis kepadamu?"
"Aku tak akan melupakannya"
"Kalau memang begitu, bagus sekali" seru Ong Bun-kim,
ia lantas disisi telinganya sambil bertanya, "toako.
bagaimana pendapat-mu tentang nona Yu?"
Mendengar itu Thia Eng merasakan hatinya bergetar
keras, tanpa terasa ia berseru tertahan:
"Dia...?"
"Benar!"
"Aku... aku kuatir diriku tak pantas!"
"Mengapa?"
"Nona Yu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, lagi
pula-tampaknya dia menaruh rasa cinta kepadamu."
"Seandalnya ia bersedia?" tukas Ong Bun kim dengan
cepat.
"Tentu saja aku merasa terima kasih sekali!"
"Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata saja."
Waktu itu, semua orang yang berada dalam ruang tengah
meski dapat melihat Ong Bun kim sedang berbisik dengan
Thia Eng, tapi tak seorangpun yang mendengar apa yang
sedang dibicarakan oleh kedua orang itu
Dengan suara lantang Ong Bun kim berseru.
"Nona Yu, kemarilah sebentar!"
Buru-buru Yu Cing maju ke depan menghampiri mereka
sambil bertanya dengan keheranan.
"Tolong tanya Buncu. ada urusan apa?"
"Kau tahu bukan bahwa hari ini adalah saat kita
membuka pintu perguruan untuk menerima murid?"
"Tahu"
"Aku hendak memberi tugas kepadamu...."
"Tecu siap menyambut perintah itu."
"Kau dan Thia toako bertugas menyambut kedatangan
tamu yang akan datang kemari."
"Terima perintah!"
Ong Bun kim segera tertawa, kembali ujarnya.
"Nona Yu, kemarilah, aku ada persoalan pribadi yang
hendak dirundingkan dengan dirimu."
Yu Cing agak tertegun, dia tidak bisa menduga persoalan
apakah yang hendak di-bicarakan pemuda itu dengannya.
Ketika sudah berada dihadapan Ong Bun kim, si anak
muda itu berbisik lirih: "Nona Yu, kau tahu apa yang
hendak kubicarakan denganmu?"
"Jika Buncu tidak berkata, darimana aku bisa tahu?"
"Aku hendak memperkenalkan seorang pemuda
kepadamu !"
"Apa?"
Saking kaget dan diluar dugaannya Yu Cing berteriak
keras, sebab ucapan dari Ong Bun kim itu tak pernah
disangka sebelumnya, ia tidak habis mengerti kenapa Ong
Bun kim bisa mengucapkan kata kata seperti itu...?
Dia sangat mencintai Ong Bun kim, apakah pemuda itu
sama sekali tidak tahu?
Dengan suara lirih kembali Ong Bun kim berbisik:
"Aku ingin memperkenalkan seorang teman pria
untukmu!"
Tiba-tiba Yu Cing merasakan hatinya menjadi kecut dan
sedih sekali, sahutnya kemudian dengan lirih.
"Maksud baik Buncu biar kuterima di dalam hati saja!"
"Kau kau tidak bersedia?"
"Yaa tecu memang sudah tiada berminat lagi untuk
memikirkan soal-soal semacam itu."
Dari mimik wajah Yu Cing yang amat sedih Ong Bun
kim sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh
gadis tersebut dia lantas menghela napas panjang katanya:
"Nona Yu, tahukah kau yang hendak ku perkenalkan
kepadamu?"
"Darimana aku bisa tahu?"
"Kalau begitu, mengapa kau tidak bersedia? Apakah kau
sudah mempunyai kekasih hati?"
"Aku?" ia tertawa sedih, "Buncu memang suka
menggoda saja, tapi... didalam hidupku ini ini, aku memang
pernah mencintai seseorang..."
"Aku tahu, tapi ia tidak pantas..." bisik Ong Bun kim
agak tergagap.
Kembali Yu Cing tertawa sedih, "Aku yang tidak pantas
baginya, batas usia-ku terpaut jauh sekali dengan dirinya"
"Bila kau mendapat cinta kasih darinya, belum tentu kau
akan mengecapkan kebahagiaan" kata Ong Bun kim
kemudian, "karena cintanya sudah cacad, sudah tidak utuh
lagi, apalagi yang bisa kau peroleh dari dirinya?"
-oo0dw0oo--
Jilid 27
"YAA, aku memang tak akan mendapatkan apa-apa
lagi"
"Kalau memang begitu, buat apa kau musti mencari
kesulitan dan kepedihan untuk diri sendiri?"
Yu Cing tertawa getir.
"Tapi aaii !" dia menghela napas sedih. "siapakah orang
yang hendak kau perkenalkan kepadaku itu?"
"Kakak angkatku!"
"Apa? Thia sauhiap?"
Seketika merah pipi Yu Cing setelah mendengar ucapan
tersebut, tiba-tiba saja ia menemukan bahwa Ong Bun kim
bersikap terlalu baik kepada-nya!
Ong Bun-kim bukannya tidak tahu kalau ia
mencintainya, tapi dia selalu berpikir baginya, ia tak ingin
dirinya terjerumus ke dalam kancah kemalangan akibat
cinta, melainkan memperkenalkan seorang lelaki yang jujur,
seorang pemuda yang ganteng seperti Thia Eng kepadanya.
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa Yu Cing menghela
napas panjang, tiba-tiba ia menemukan bahwa Ong Bun
kim adalah seorang pemuda yang baik hati dan mulia.
Ia lantas menghela napas panjang, bisiknya.
"Mungkin Yu Cing tidak pantas baginya!"
"Kenapa?"
"Sebab ia terlalu baik!".
Ong Bun kim segera tertawa lebar.
"Cukup, asal kau sudah mengatakan kalau dia baik, itu
berarti kesanmu terhadap dirinya adalah baik. menjadilah
kawan dulu. urusan selanjutnya kita bicarakan kemudian"
Yu Cing mengundurkan diri dari situ dan bersama Thia
Eng bertugas diluar gua Bu cing tong.
Sampai waktu itu orang-orang yang berada dalam ruang
tengah masih belum tahu apa yang sedang dibicarakan oleh
Ong Bun kim terhadap kedua orang itu.
Sementara persoalan telah selesai dibagikan, tengah hari
sudah menjelang tiba.
oooOdwOooo
BAB 85
MENDADAK...
Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang
datang, ternyata yang datang adalah Lui Thian ciu.
Ia memberi laporan lebih dulu kepada Ong Bun kim atas
segala hal yang telah dilakukan, kemudian secara resmi
masuk pula menjadi anggota perguruan Sin kiam bun.
Mendadak dari luar gua berkumandang suara teriakan
lancang:
"Thian lam kiam kek (jago pedabng dari langit dselatan)
Lan taayhiap bersama pbutri nya Lan Siok ling tiba!"
Berbareng dengan seruan itu, dari luar ruangan segera
muncul seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
menyandang pedang bersama Lan Siok ling.
Tiang Seng lojin segera menyongsong kedatangannya
dan menegur sambil tersenyum: "Lan lote, apakah kau
datang untuk menggabungkan diri dengan perguruan Sin
kiam bun?"
Ketika Thian lam kiam-kek menyaksikan Thian seng
lojin juga berada disiuu ia kelihatan agak tertegun,
kemudian sahutnya sambil menggeleng berulang kali.
"Bukan!"
Jawaban mi sama sekati diluar dugaan, tak urung semua
orang dibuat tertegun juga oleh jawaban dari Thian lam
kiam kek itu.
Tiang seng lojin tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian bertanya:
"Entah karena urusan apa kau datang ke mari?"
"Mencari Ong Bun kim!"
Ong Bun kim yang mendengar perkataan itu merasakan
hatinya bergetar keras, serunya:
"Ada arusan apa kau mencari aku?"
"Kaukah yang bernama Ong Bun-kim?"
"Benar!"
"Ong Bun kim, bagaimana rencanamu selanjutnya? Apa
yang hendak kau lakukan terhadap putriku?"
Kalau didengar dari perkataan itu. tak sulit untuk
menduga kalau kedatangan Thian lam kiam-kek keempat
itu adalah disebabkan masalah putrinya.
Ong Bun kim menjadi tertegun, sahutnya tanpa sadar.
"Aku tidak tahu."
"Apa? Kau sudah mempermainkan putriku, sekarang
masih mengatakan tidak tahu apa yang akan di perbuat?"
Seluruh wajah Thian lam kiam kek menahan hawa
amarah, sinar matanya memancarkan hawa napsu
membunuh yang mengerikan, ditatapnya Ong Bun kim
tanpa berkedip.
Tiba-tiba Giok bin hiap tertawa terbahak-bahak.
"Haah haaah haaahh.... saudara Lan masih kenal dengan
aku Yu Tiong?" serunya.
Sinar mata Thian lam kiam kek segera dialihkan keatas
wajah Giok bin hiap, paras mukanya tiba-tiba berubah
bersbinar, kemudian dserunya.
"Haah,a kau? Jadi kau bmasih hidup?"
"Benar saudara Lan apakah kedatanganmu adalah untuk
menegur serta minta pertanggungan jawab dirinya?"
"Boleh dibilang begitu!"
"Saudara Lan, mengapa kau harus datang dengan
marah-marah? Buncu kami amat mencintai putrimu, tentu
saja dia akan mengawininya secara resmi..."
"Ong Bun kim. sungguhkah perkataan itu?"
"Benar, dia telah menjadi istriku, tentu saja aku akan
mengawininya secara resmi" Giok bin hiap segera tertawa
pula.
"Nah dia sudah berkata sendiri, tentunya kau tak bisa
berbicara apa-apa lagi bukan?"
"Ya, tentu saja aku tak bisa berkata apa-apa lagi!"
"Ong Bun kim mengapa kau tidak segera datang untuk
memberi hormat kepada mertuamu?"
Buru-buru Ong Bun kim maju menghampirinya dan
menjura dalam-dalam katanya.
"Ayah mertua diatas, harap terimalah hormat dari Ong
Bun kim!"
Thian lam kiam kek segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.... haaah... haahhhh tak usah banyak adat"
serunya.
Ong Bun kim segera berjalan kehadapan Lan-Siok ling,
lalu tanyanya. "Siok ling, sejak berpisah baik-baikkah kau?"
"Terima kasih atas perhatianmu."
Maka Ong Bun kim pun segara memperkenalkan mereka
berdua kepada jago-jago lain yang tidak dikenalnya, tentu
saja Thian lam kiam kek juga mengetahui tentang
hubungan Ong Bun kim serta Kwan Siok-kim.
Setelah berbincang-bincang sebentar, secara resmi kedua
orang itu baru masuk menjadi anggota perguruan Sin kiambun.
Tiba-tiba dari luar pintu sana berkumandang suara
teriakan yang amat nyaring:
"Ti-teng kek datang!"
Tampak Yu Cing menghantar Ti-teng-kek (jagoan
pembawa lampu) berjalan masuk ke dalam ruang tengah.
Dengan suara dalam Giok bin hiap segera menegur:
"Ti teng kek, apakah kau datang kemari untuk
menggabungkan diri dengan perguruan kami?"
"Benar!"
"Harap maju menryembah pedang!"
Ti teng kek maqju menyembah perdang dan mengangkat
sumpah, kemudian pelan-pelan mengundurkan diri ke sisi
kanan.
Sementara itu, seruan nyaring kembali berkumandang
datang dari luar ruangan:
"Kelelawar malam tiba..."
"Liong hau hiap (pendekar naga harimau) tiba..."
"Pat ci kay ong (raja pengemit berjari delapan) tiba..."
"Ci gan sin kun (Raja sakti bermata merah) tiba...."
"Hiat pian sinkun tiba.....,?"
"Ngo ou tiau kek tiba......"
Manusia-manusia beruntun berdatangan ke dalam
ruangan, dalam waktu singkat dalam ruangan yang sangat
luas itu telah berkumpul jago-jago nomor satu yang datang
dari seluruh dunia persilatan.
Mendadak terdengar seruan nyaring berkumandang dari
luar.
"Hiat hoo kaucu beserta anggota perkumpulannya
tiba...."
Ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya,
terlihatlah seorang kakek berbaju merah dengan membawa
puluhan orang anggota perguruannya melangkah masuk
kedalam ruangan.
"Hiat hoo kaucu ada urusan apa kau datang kemari?"
Giok bin hiap segera menegur dengan suara lantang.
"Ada sesuatu urusan yang hendak kutanyakan"
"Urusan apa?"
Dengan wajah tanpa emosi Hiat hoo kaucu tertawa
dingin, lalu katanya dengan lantang.
"Tolong tanya apa tujuan Sin kiam bun ini didirikan
dalam dunia persilatan?"
"Membantu kaum Iemah dan membasmi kejahatan."
"Apakah kalian hendak melenyapkan kaum manusia
laknat dari dunia persilatan serta menegakkan keadilan
serta kebenaran bagi umatnya?"
"Betul!"
"Kalau memang begitu, aku dengan memimpin seluruh
anggota perguruanku bersama-sama menggabungkan diri
dengan perguruan Sin kiam bun!"
Ucapan dari Hiat hoo kaucu ini-kontan saja membuat
semua orang menjadi tertegun.
"Apakah tidak boleh ?" Hiat hoo kaucu segera bertanya
lagi ketika melihat sikap heran semua orang.
"Siapa yang berkata demikian?" jawab Giok-bin hiap.
"harap kau suka menyebutkan dulu siapa namamu!"
"Ang Yu nian !"
"Silahkan menyembah pedang!"
Kaucu dari perkampulan Hiat hoo kau ini segera
memimpin anak buahnya yang berjumlah empat puluhan
orang itu untuk bersama-sama menyembah kepada pedang
Sin kiam.
Dengan suara dalam Giok bin hiap kembali berkata.
"Ang Yu nian, apakah kau bersama anak buahmu benarbenar
ingin masuk menjadi anggota perguruan kami dengan
lulus ikhlas"
"Benar!"
"Kau bersumpah akan setia kepada perguruan?"
"Benar!"
"Silahkan mengangkat sumpah !"
Setelah Ang Yu nian sekalian mengangkat sumpah berat,
merekapun mengundurkan diri ke sisi ruangan....
Dengan demikian, anggota Sin kiam bun telah
bertambah dengan empat puluh anggota baru.
Menyusul kemudian, tak sedikit kawanan-jago dari
dunia persilatan yang berbondong-bondong datang kesana.
Mendekati tengah hari, dalam ruang tengah telah
berkumpul ratusan orang jago lihay yang datang dari
seluruh penjuru dunia persilatan.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seruan lantang lagi
berkumandang memecahkan keheningan.
"Pangcu dari perkumpulan Cian-ih pang beserta anak
buahnya tiba...."
Tampak seorang kakek berusia enam puluh tahunan
dengan memimpin dua puluhan anggota perkumpulannya
melangkah masuk ke dalam ruang tengah.
Dengan suara mantap Giok bin hiap lantas menegur.
"Cing in pangcu, apakah kau dengan membawa anak
buahmu ingin menggabungkan diri dengan perguruan
kami?"
"Benar, tapi sebelumnya aku ingin mengajukan satu
pertanyaan lebih dulu!"
"Soal apa?"
Benarkah Perguruan Sin kiam bergerak untuk membasmi
yang jahat dan menolong kaum lemah? Benarkah tujuan
kalian adalah demi ditegakkan pengadilan serta kebesaran
bagi umat persilatan?"
"Benar!"
"Benarkah perguruan Sin-kiam-bun akan membantai
kaum iblis dan sesat dengan pedang sin-kiam?"
"Benar!"
"Kalau memang begitu, aku beserta semua anggota
perguruan bersedia untuk menggabungkan diri dengan
perguruan Sin kiam-bun!"
Setelah itu berdatangan pula Pek im ceng dan Sin liong
Pay yang datang sambil membawa puluhan orang bekas
anak buahnya, dengan begitu jumlah anggota Sin kiam bun
telah mencapai beratus-ratus orang banyaknya.
Selewatnya senja, sudah tiada orang yang-muncul
kembali didalam gua Bu-cing tong.
Ke enam orang ciangbunjin dari partai Siau lim, Bu-tong,
Kun lun, Go bi, Tiong lam Serta Khong tong pay dengan
membawa dua orang muridnya berdatangan juga untuk
memeriahkan upacara tersebut, selain mengucapkan terima
kasih kepada Ong Bun kim atas dikembalikannya keenam
jilid kitab pusaka mereka.
Sementara itu Ong Bun kim sedang memperhatikan akan
dua orang, mereka adalah Ko Pek ho serta si bunga iblis
dari neraka, mengapa sampai sekarang kedua orang itu
belum datang juga?
Apakah mereka tak akan datang?
Mendadak...
Dari luar gua berkumandang kembali suara teriakan
lantang.
"Tay pangcu dari perkumpulan Hui mo pang Ku Pek hoa
tiba!"
Begitu nama Ku Pek hoa disebutkan, semua orang segera
merasakan hatinya bergetar keras, dua pertiga dari mereka
yang hadir segera berubah hebat wajahnya.
Mereka termasuk juga Tiang seng lojin serta Giok bin
hiap berdua.
Dalam pada itu, Ku Pek hoa dengan langkah yang lemah
gemulai berjalan masuk ke dalam ruangan.
Mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
berwarna merah berkelebat lewat, tahu-tahu jalan pergi
perempuan itu sudah terhadang.
"Ku pangcu!" seru orang itu, "masih kenal dengan aku
orang she Ang ?"
Paras muka Ku Pek hoa juga berubah hebat. "Tentu saja
kenal" jawabnya, "tidak kusangka Ang pangcu sudah tiba
disini!"
Dalam pada itu tak sedikit jumlah orang yang mendesak
kehadapan Ku Pek hoa, mereka termasuk juga Pangcu dari
Cing ih pang, Caycu dari Sin hong cay serta banyak lagi
lainnya.
Terdengar seseorang, menegur dengan suara dingin.
"Ku pangcu kalau sudah bermusuhan rasanya jalan
didunia ini terlalu sempit, tidak disangka kita akan bersua
kembali disini, tolong tanya ada urusan apa kau datang
kemari?"
"Aku datang untuk mencari Ong Bun kim."
"Ku pangcu, kejahatan yang kau lakukan sudah terlalu
banyak, lebih baik kita selesaikan dulu hutang-hutang lama
kita."
Dalam waktu singkat sudah ada puluhan orang jago
yang mengurungnya di tengah arena.
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian itu bentaknya tiba-tiba:
"Mundur semua !"
Bentakan dari anak muda tersebut sangat keras bagaikan
guntur yang membelah bumi di siang hari bolong, tanpa
sadar semua orang menghentikan langkah kakinya,
kemudian dengan sinar mata jeri mereka memandang
wajah Ong Bun kim, tak seorangpun yang berkata apa-apa.
Dengan paras muka berubah hebat Ong Bun-kim
membentak:
"Dia adalah istriku, kalian berani berbuat apa terhadap
dirinya?"
Ucapan tersebut bersifat menantang, kontan saja
membuat paras muka beberapa orang itu kembali berubah
hebat.
Ku Pek hoa dengan wajah yang amat sedih dan perasaan
yang tersiksa berdiri mematung disana.
Kaucu dari perkumpulan Hiat ho kau segera maju ke
depan, kemudian serunya.
"Lapor Buncu, apakah Ku pangcu adalah istrimu?"
"Benar !"
"Apa Buncu tidak tahu kalau ia sudah menciptakan
pembunuhan berdarah yang mengerikan sekali dalam dunia
persilatan?"
"Soal ini..."
"Dia telah membunuh lima puluhan orang anggota
perguruan kami, hutang darah tak bisa ditunggak, harap
Buncu memberi keadilan serta kebenaran untuk kami!"
Pangcu dari Cing ih pang juga maju ke depan sambil
berseru pula:
"Ku pangcu juga telah membunuh tiga puluhan orang
anggota perguruan kami."
"Dia membunuh puluhan orang anggota benteng kami."
seru Sin liong caycu pula sambil maju ke depan, "oleh
karena pun caycu tak sanggup menandingi kelihayannya
sehingga untuk bisa membalas dendam, maka kami baru
berkeputusan untuk masuk menjadi anggota perguruan Sinkiam
bun."
Ciangbunjin dari Tiong lam pay yang berdiri disisi
ruangan juga segera maju kedepan seraya berseru:
"Ong Buncu, dia telah membunuh juga tujuh orang
anggota partai kami yang tidak berdaya..."
"Dia telah membunuh ayahku..."
"Dia membunuh kakakku..."
"Dia membunuh..."
Dalam waktu singkat, seluruh ruangan itu dipenuhi oleh
teriakan-teriakan penuh emosi, bisa dibayangkan betapa
kalutnya suasana ketika itu.
Giok bin hiap segera berkata pula.
"Buncu akupun pernah menyaksikan ia membunuh
sepasang suami istri tua yang sedang mencari obat diatas
tanah perbukitan, hanya dikarenakan sepasang suami istri
itu enggan masuk menjadi anggota perguruannya."
Keadaan Ong Bun kim benar-benar mengenaskan sekali,
paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa, dia tak tahu
apa yang musti dilakukan untuk menanggulangi keadaan
tersebut.
Paras muka Ku Pek hoa sendiripun pucat pias seperti
mayat, peluh sebesar kacang jatuh bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya.
Teriakan-teriakan masih bergema diseluruh ruangan,
seakan-akan semua orang merasa tidak rela jika Ku Pek hoa
tidak dibunuh pada saat itu juga.
Hampir meledak benak Ong Bus kim oleh kejadian itu
segera bentaknya keras-keras: "Tutup mulut!"
Suara hiruk pikuk yang sangat ramai itu segera menjadi
tenang kembali, sorot mata semua orangpun bersama-sama
dialihkan ke atas wajah Ong Bun-kim.
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, setelah agak
tertegun serunya.
"Apa... apa yang kalian inginkan?"
"Bunuh dia !"
"Bunuh iblis perempuan itu sampai mati."
"Balaskan dendam bagi orang-orang yang mati
ditangannya..."
"Bunuh !"
Suasana dalam ruangan itu kembali dipenuhi dengan
bentakan-bentakan dan teriakan-teriakan emosi.
"Tutup mulut!" bentak Ong Bun kim teramat gusar.
Sekali lagi teriakan semua orang tertindih oleh bentakan
Ong Bun kim yang amat keras itu.
Dengan perasaan agak emosi Ong Bun kim berseru.
"Aku tak akan membunuhnya karena dia adalah
isteriku!"
Mendengar ucapan tersebut, paras muka semua orang
telah berubah sangat nanar.
Ketua dari Hiat hoo kau, Cing ih Pang dan Sin liong cay
serentak bertanya.
"Buncu apakah kau tidak bersedia untuk membalaskan
dendam bagi saudara-saudara kami yang telah terbunuh
ditangannya?"
"Benar, karena dia adalah istriku !"
Kaucu dari Hiat hoo kau segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh.... haahhh... haaahhh... Ong Bun-kim, kau
tidak memiliki kebijaksanaan sebagai seorang buncu dari
perguruan Sin kiam bun... haaahhh... haaahhh... haaah..."
"Kau bilang apa?" bentak Ong Bun kim dengan suara
menggelegar, hawa napsu membunuh segera menyelimuti
seluruh wajahnya.
Dengan dingin kaucu dari Hiat ho kau berseru:
"Apabila Buncu tidak bersedia memikirkan masalah yang
menimpa anggotanya, kami akan mengundurkan diri saja
dari perguruan Sin kiam bun!"
"Kami juga akan mengundurkan diri.."
"Kami juga...."
Suasana kembali terjadi kegaduhan, tiga perempat dari
jumlah anggota Sin kiam bun yang terdiri dari seratus limab
puluhan orang ditu serentak bearanjak dari tembpat masingmasing
dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Terbelalak lebar sepasang mata Ong Bun kim setelah
menyaksikan kenyataan itu, peluh sebesar kacang kedelai
bercucuran membasahi jidatnya.
Tindakan pemboikotan yang dilakukan orang-orang itu
sama sekali diluar dugaan Ong Bun kim, perkembangan
yang terjadi disitu menimbulkan perasaan kaget bercampur
ngeri dalam hatinya.
"Berhenti !" Tiba-tiba Giok bin hiap membentak dengan
suara berat dan dalam.
Bentakan dari Giok Bin hiap yang keras bagaikan guntur
yang membelah angkasa di tengah hari bolong itu segera
menghentikan langkah kawanan orang yang sedang
melangkah keluar dari ruangan itu, sorot mata mereka
serentak dialihkan ke atas wajah Giok bin hiap.
Dengan suara yang berat dan serius Giok-bin hiap segera
berseru lagi dengan lantang:
"Sebagai anggota perguruan, mana boleh kalian bersikap
demikian terhadap ketua sendiri?"
Terdengar ada yang berteriak: "Dia tidak pantas..."
"Dia tidak becus..."
"Dia tidak pantas menjadi ketua perguruan Sin kiam
bun..."
Teriakan-teriakan keras mulai berkumandang kembali
dalam ruangan, orang berteriak dengan gusar, mendongkol
dan tidak puas, keadaan semacam ini benar-benar
mengerikan sekali.
oooOdwOooo
BAB 86
SEKUJUR badan Ku Pek hoa gemetar keras, dia hanya
bisa berdiri kaku ditempat.
Paras muka Ong Bun kim juga berubah menjadi pucat
pias seperti kertas, seluruh badannya basah olah keringat,
keadaannya mengenaskan sekali, agaknya dia seperti lagi
mempertimbangkan satu hal...
"Buncu !" tiba-tiba Giok bin hiap berseru ke arah Ong
Bun kim dengan suara lantang.
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras, sorot
matanya segera dialihkan ke wajah Giok bin hiap.
"Ada apa?" tanyanya.
"Sekarang kau harus mengambil keputusan tegas!"
"Keputusan apa?"
"Bunuh Ku Pek hoa !"
"Apa?" teriak Ong Bun kim dengan mata meIotot besar,
"kau suruh aku membunuh dirinya ?"
"Benar, jika Ku Pek hoa tidak dibunuh, hati mereka
semua tak akan puas."
Ong Bun kim menjadi marah sekali serunya. "Apakah
kita tak dapat mengampuni dirinya."
"Tak ada orang yang mau mengampuni dirinya!"
Ong Bun kim segera tertawa seram, serunya. "Aku tak
akan membunuhnya..."
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?"
"Apakah aku Ong Bun kim tak boleh melindungi
keselamatan isteriku sendiri?"
"Buncu, saat ini bukan saat yang tepat untuk
mempeributkan persoalan semacam itu!" seru Giok bin hiap
dengan suara dalam.
"Beginilah sifat aku Ong Bun kim, apa yang hendak
kulakukan segera kulakukan, bila aku tak mau aku bisa
menghilangkannya, dia adalah isteriku, aku tak bisa tidak
harus melindungi keselamatannya?"
"Buncu apakah kau tak akan memikirkan
kepentinganmu?" tegur Giok bin hiap dingin.
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras dalam
upacara peresmian semacam ini, sudah barang tentu dia
harus memikirkan masalah besar daripada kepentingan
pribadi, kalau tidak, bukankah hal ini akan menjadi
tertawaan orang banyak?
Tapi, jika ia tak dapat melindungi keselamatan diri
istrinya, bukankah orang banyakpun akan mencemooh
ketidak becusan dirinya? Dari dua hal tersebut dia harus
memilih salah satu diantaranya.
Kembali Giok bin hiap berkata.
"Buncu kalau kau tidak mengambil keputusan yang
bijaksana, nama baik perguruan Sin kiam-bun akan hancur
dan musnah ditanganmu."
Ong Bun kim menggertak giginya kencang-kencang,
disapunya sekejap kawanan jago dihadapannya lalu
bentaknya keras-keras.
"Harap kalian semua tenang !"
Ditengah bentakan keras dari Ong Bun kim itu, suasana
dalam ruang segera pulih kembali dalam keheningan, sinar
mata semua orang kembali dialihkan kewajah Ong Bun kim
untuk menantikan jawabannya.
Bagaikan seekor yang jago yang kalah bertarung, dengan
suara lemah dan berat Ong Bum kim berseru.
"Apakah kalian bersikeras hendak menyuruhku
membunuh dirinya..?"
"Betul dia harus dibunuh."
"Jagal iblis perrempuan keji itu. Kita harus membalaskan
dendam lagi saudara-saudara kita yang sudah tewas secara
mengenaskan ditangannya."
"Yaa, perempuan laknat yang tidak berperi kemanusiaan
itu harus dibunuh."
Bentakan-bentakan marah bagaikan guntur yang
menghajar benak Ong Bun kim, selama hidupnya belum
pernah merasakan kesedihan seperti apa yang pernah
dialaminya sekarang.
Teriakan-teriakan keras para jago kembali terhenti,
suasanapun pulih kembali dalam keheningan.
Dengan suara lantang, Ong Bun kim segera berseru.
"Ia sudah bertobat dan menyesali semua perbuatannya,
apakah kalian tak dapat memaafkan kesalahannya itu?"
Teriakan-teriakan emosi kembali berkumandang
memecahkan keheningan.
"Tidak bisa diampuni, perempuan laknat itu tak boleh
diampuni."
"Dia sudah membunuh banyak orang, jiwanya tak boleh
diampuni lagi."
"Mengapa kalian bersikeras hendak menghukum mati
dirinya?"-seru Ong Bun kim lagi dengan sedih, "bukankah
pepatah bilang, orang sesat yang kembali, emaspun tak bisa
menggantinya, sekarang dia sudah bertobat dari
perbuatannya, mengapa kalian masih bersikap keji kepada
dirinya?"
"Sudah terlalu banyak orang yang dibunuh olehnya,
manusia semacam itu tak boleh diampuni lagi!"
"Bunuh dia.... Bunuh, bunuh dia!"
Hampir saja Ong Bun kim melelehkan air mata saking
ngenasnya memikirkan soal ini, selama hidupnya baru
pertama kali ini dia tak melakukan apa yang ingin
dilakukannya, bagaimana mungkin hatinya tidak merasa
sedih?
Kembali ada orang berteriak keras.
"Buncu, kalau kau tak mau membunuhnya, kami akan
segera angkat kaki dari sini."
"Ya, pergi saja dari sini..."
Maka kembali ada orang yang beranjak dan mulai
melangkah keluar dari ruangan itu.
"Berhenti!" Ong Bun kim segera membentak keras.
Oleh bentakan dari Ong Bun kim yang sangat keras itu,
orang-orang yang mulai beranjak itu kembali terhenti.
"Kalian benar-benar ingin mendesakku untuk
membunuh dirinya...?" mendadak Ong Bun kim
membentak keras.
"Kami bukannya mendesakmu, tapi sudah menjadi
kewajiban Buncu untuk melakukan perbuatan itu."
"Tapi dia adalah istriku, aku tak bisa melakukannya."
"Kalau begitu kau tak pantas menjadi Buncu dari
perguruan Sin kiam bun."
Paras muka Ong Bun kim berubah sangat hebat,
mendadak dia melompat bangun dari kursinya, lalu berseru:
"Bagus sekali, aku Ong Bun kim memang tidak pantas
menjadi ketua Sin kiam bun, kalian boleh memilih ketua
yang baru, aku Ong Bun-kim segera akan meninggalkan
tempat ini."
Seusai berkata, dengan langkah lebar dia lantas berjalan
keluar dari ruang itu.
Tindakan yang diambil pemuda inipun jauh diluar
dugaan semua orang, dengan perasaan terkejut dan
tercengang mereka hanya mengawasi Ong Bun-kirn dengan
pandangan tertegun, suatu tindakan yang betul diluar
dugaan siapa pun.
Dengan suatu gerakan cepat Giok-Bin-hiap menerjang
maju ke depan dan menghadang jalan pergi Ong Bun-kim,
bentaknya:
"Kau sudah gila !"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh, sudah gila?" seru Ong
Bun-kim sambil tertawa seram, "bukankah aku Ong Bunkim
berada dalam keadan segar bugar?"
"Lantas, mengapa kau..."
"Aku tak akan menjadi ketua dari perguruan Sin-kiambun
lagi...."
"Hal ini mana boleh jadi?"
"Mengapa tidak? Kalau aku Ong Bun-kim tak bisa
melindungi istriku yang telah bertobat dan mau kembali
kejalan yang benar, apa gunanya menjadi seorang Bun cu?
Supek, harap minggir !"
Dengan pandangan tertegun Giok bin hiap mengawasi
wajah Ong Bun kim, tanpa sadar dia menyingkir ke
samping memberi jalan lewat..
Ong Bun kim segera berjalan kehadapan. Ku Pek hoa,
kemudian serunya dengan nyaring:
"Mari kita pergi!"
"Ke mana?" tanya Ku Pek hoa tertegun.
"Asal pergi meninbggalkan tempat ini, kemanapun kita
boleh pergi!"
Tapi Ku Pek hoa segera menggelengkan kepalanya
berulang kali.
"Tidak, aku tak akan pergi!"
"Apa?"
"Aku tak akan pergi."
Diatas wajahnya segera tampil tekadnya yang besar, "kau
telah melakukan suatu kesalahan besar."
"Aku telah melakukan suatu kesalahan besar? Kenapa?"
Ku Pek hoa menghela napas panjang, katanya
kemudian:
"Aku bisa memahami cintamu kepadaku, tapi tidakkah
kau mencintai anggota perguruan mu?"
"Aku mencintainya !"
”Kalau memang begitu, harap mundur kembali ke
tempatmu, akan kuatasi masalah ini."
Ong Bun kim tertegun dan berdiri termangu-mangu
seperti orang yang kehilangan ingatan, untuk sesaat
lamanya dia tak tahu apa yang musti dilakukannya.
"Aku memang benar-benar pantas untuk mati!" ucap Ku
Pek hoa dengan amat sedih.
"Aaaahh..."
"Aku tahu, sebelum kuhabiskan nyawaku sendiri, setiap
orang tak akan merasa puas"
"Aku yakin dengan kemampuan serta kekuatan yang
kumiliki sekarang, aku masih sanggup untuk melindungi
keselamatanmu!"
"Tidak!" Ku Pek hoa menggelengkan kepalanya berulang
kali, "didalam persoalan ini kau tak akan sanggup
melindungi diriku, apa yang sewajarnya kau dapatkan, aku
sudah sepantasnya untuk memberikan kepadamu, bila aku
terbunuh, semua orang akan takluk, kenapa pula tidak
kulakukan hal ini demi kepentinganmu?"
"Ku Pek hoa, kau..."
"Bunuhlah aku!” tukas Ku Pek hoa dengan wajah yang
tegas dan tekad yang mantap.
"Tidak!" teriak Ong Bun kini dengan penuh emosi, "aku
tak akan membunuhmu, sebab kau adalah isteriku!"
"Ong Bun kim, jika kau tak berani membunuhku maka
kau adalah seorang lelaki pengecut lelaki yang berjiwa
banci..."
"Tidak, walau apapun yang akan kau ucapkan, aku tak
akan melakukannya, aku cinta padamu!"
"Ong Bun kim! Sekarang belum waktunya untuk
membicarakan soal cinta, sepanjang sejarah kehidupanku
terlalu banyak kejahatan yang telah kulakukan, bila
kematianku bisa membuat hati semua orang takluk
kepadamu, aku bersedia melakukannya dengan senang hati
dan kaupun seharusnya mengambil keputusan tersebut"
Ong Bun kim tidak berbicara apa-apa, dia merasa
semakin sedih, semakin pedih dan sangat tersiksa batinnya.
Betul setiap ucapan dari Ku Pek hoa itu keluar dari hati
sanubarinya yang paling murni, tapi tegakah Ong Bun kim
untuk membunuhnya? Membunuh seorang isteri-nya
sendiri?
Kembali Ku Pek hoa berkata:
"Ong Bun kim, apakah kau tidak memiliki jiwa tegas
seorang lelaki kesatria yang mendahulukan kepentingan
orang banyak daripada kepentingan pribadi?"
Ong Bun kim berdiri tertegun dengan wajah yang
mengenaskan sekali, ia betul-betul lunglai bagaikan seekor
ayam jago yang sudah kalah bertarung.
"Tak usah ragu-ragu lagi" kembali Ku Pek hoa berkata,
"baliklah kembali ke tempatmu, berilah kesempatan
kepadaku untuk berbincang-bincang dengan mereka."
Perasaan Ong Bun kim ketika itu benar-benar amat sedih
yang tak terlukiskan, penderitaan dan siksaan batin yang
dialaminya sekarang belum pernah dialami sebelumnya. Ia
mencintai seorang perempuan tapi tak mampu untuk
melindungi keselamatan jiwanya, ke mana larinya
kemampuan seorang lelaki yang mampu melindungi kaum
lemah?
Dengan tubuh yang lemas, badan yang lunglai pelanpelan
dia berjalan kembali ke dalam ruang tengah, lalu
menjatuhkan diri duduk dengan wajah memucat. Menanti
pemuda itu sudah masuk ke ruangan, Ku Pek hoa baru
tertawa getir, di tatapnya sekejap jago yang berada
dihadapannya, kemudian berseru.
"Sobat sobat sekalian..."
Sorot mata segenap jago yang berada daIam ruangan itu
segera dialihkan bersama kewajah Ku Pek hoa, tak
seorangpun diantara mereka yang bisa menduga perkataan
apakah yang hendak diucapkan oleh gadis itu.
Dengan tekad yang bulat dan wajah yang serius gadis itu
melanjutkan kembali kata-katanya.
"Aku mengerti semua tindakan serta perbuatan yang
kalian lakukan sekarang adalah suatu tindakan yang benar,
sepasang tangan Ku Pek hoa memang sudah bernodakan
darah manusia, aku memang sudah banyak membunuh
manusia, untuk itu aku pantas menerima kematianku
sebagai hukuman atas dosa-dosaku itu, mati di hadapan
mereka semua! Kalau hari ini sampai tidak dilaksanakan,
lantas dimanakah letak keadilan dan kebenaran?"
Ia berhenti sebentar untuk mengendalikan perasaan sedih
dan pedih yang tak terlukiskan dengan kata-kata itu,
kemudian melanjutkan.
"Ong Bun kim pasti akan membunuhku, cuma ada
sepatah kata ingin kuucapkan lebih dulu sebelumnya, bila
aku telah mati nanti aku harap kalian semua bersedia untuk
berbakti dan setia kepada Ong Bun kim, kedamaian
memang diraih dengan pengorbanan. Pengorbanan tersebut
membutuhkan pula darah dan keringat. Aku harap kalian
semua bersedia untuk meluluskan permintaanku itu!"
Perkataan tersebut cukup mengharukan siapapun yang
mendengarnya...
Setelah berhenti sebentar Ku Pek hoa berkata lagi dengan
suara yang dalam dan berat:
"Sebelum aku mati, aku harus menjadi anggota Sin kiam
bun lebih dulu, kalau tidak Ong Bun kim mana akan
membiarkan kupinjam pedangnya untuk mati?"
Kali ini semua orang menjadi tertegun dan tercengang,
agaknya mereka tidak menyangka kalau gadis tersebut akan
mengambil tindakan sejauh itu.
Begitu selesai mengucapkan kata kata itu, agaknya Ku
Pek hoa merasakah perasaannya sudah jauh lebih kendor
dan nyaman, pelan-pelan dia beranjak dan masuk ke dalam
ruangan.
Beratus-ratus orang jago yang hadir didalam ruangan itu
hanya termangu belaka, rupanya mereka sudah terpengaruh
oleh kata-katanya itu, malah banyak diantara yang merasa
kagum atas tekad dan keputusan yang diambil Ku Pek hoa
itu.
Tak bisa disangkal lagi dia amat mencintai Ong Bunkim,
dan sekarang ia bersedia mengorbankan diri demi
memperoleh dukungan beratus-ratus orang anggota bagi
perjuangan Ong Bun kim.
Dalam hal ini sudah jelas tak akan bisa dilakukan oleh
siapa saja didunia ini.
Selangkah demi selangkah Ku Pek-hoa berjalan masuk
kedalam ruangan dan akhirnya berhenti didepan meja
sembahyang.
Diam-diam Giok bin hiap merasa kagum sekali atas
tekad dan keberanian gadis itu dalam mengambil
keputusan, sehingga tanpa terasa muncul juga perasaan
sedih dan iba dalam hatinya.
Dengan suara yang sedih Giok-pin-hiap bertanya.
"Ku Pek-hoa, bersediakah kau masuk menjadi anggota
perguruan Sin-kiam bun?"
"Bersedia!"
"Menyembah pedang!"
Dengan tuIus dan bersungguh-sungguh Ku Pek hoa
segera menjatuhkan diri berlutut serta menyembah dengan
penuh rasa hormat.
"Ku Pek hoa!" kemudian Giok bin hiap berseru dengan
suara dalam, "bersediakah kau untuk setia kepada Buncu?"
"Bersedia!"
"Angkat sumpah!"
Ketika Ku Pek hoa selesai mengangkat sumpah berat,
dengan suara dalam Giok bin hiap berkata:
"Ku Pek hoa, sekarang secara resmi kau telah menjadi
anak murid perguruan kami!"
Ku-Pek hoa segera mengiakan, pelan-pelan dia bangkit
berdiri dan berjalan ke hadapan Ong Bun kim, kemudian
setelah berlutut kembali, ujarnya:
"Lapor Buncu!"
"Ada apa?" suara Ong Bun kim kedengaran agak
gemetar.
"Sebelum tecu masuk menjadi anggota perguruan Sin
kiam bun telah banyak melakukan kejahatan dan
pembunuhan keji, setelah masuk menjadi anggota Sin Kiam
bun, mohon buncu bersedia memberi kematian kepada tecu
untuk menebus dosa-dosa dan kesalahanku ini!".
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, ia sampai
menggigil tanpa sebab.
"Ooh Thian, apakah akan ia serahkan pedang Suci itu
untuk membunuhnya? Membunuh istrinya sendiri?"
Paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, mimik wajahnya tampak mengerikan sekali, dia
cuma bisa melototkan sepasang matanya lebar-lebar dan
mengawasi Ku Pek hoa yang berlutut di hadapannya-itu
tanpa berkedip...
suasana di dalam ruangan segera berubah menjadi
tenang, sepi, tak kedengaran sedikit suarapun.
Dengan suara berat Giok bin hiap segera berseru.
"Kalau Ku Pek hoa bisa mati diujung pedang Sin kiam,
kejadian ini merupakan suatu kehormatan baginya. Buncu!
Sepantasnya kalau kau meluluskan permintaannya itu!"
Ong Bun kim masih tetap termangu-mangu dan duduk
tertegun tak tahu apa yang musti dilakukan.
"Buncu, apakah kau tidak meluluskan permintaan dari
tecu ini?" pinta Ku Pek hoa dengan pedih.
oooOdwOooo
BAB 87
DALAM keadaan yang teramat sedih, Ong Bun kim
menghela napas panjang, perkembangan situasi yang
dihadapinya ini memaksa dia mau tak mau harus
mempersembahkan pedang sucinya itu.
Demi kepentingan perguruan Sin kiam bun, demi
perasaan setiap orang, ia harus melaksanakan perbuatan
yang sama sekali tidak dikehendakinya itu.
Sekalipun rasa sedih yang mencekam perasaannya
sekarang tak terlukiskan dengan kata-kata, akan tetapi
sekarang dia perlu untuk menahan diri dan mengendalikan
perasaan, maka secara tiba-tiba dia mengambil keputusan.
Dengan suara dalam dan berat dia pun bertanya. "Ku
Pek hoa, bersediakah kau untuk menerima kematian?"
"Bersedia!"
"Kalau begitu matilah!"
Dia bangkit berdiri dan mengambil pedang Sin kiam itu
dari atas meja altar, kemudian diserahkan kepada Ku Pek
hoa.
Tangannya yang memegang pedang itu tampak gemetar
sangat keras, bisa dibayangkan betapa besarnya gejolak
perasaan yang dialaminya waktu itu.
Dengan tenang Ku Pek hoa menerima pedang Sin kiam
tersebut, lalu berkata.
"Terima kasih atas kesediaan Buncu menghadiahkan
kematian yang terhormat bagi tecu!"
Suatu tragedi yang memilukan hatipun akhirnya
berlangsung juga.
Dalam waktu singkat suasana didalam ruangan tengah
itu berubah menjadi murung hening, suasana sedih dan
duka yang amat tebal secara tiba-tiba menyelimuti perasaan
setiap orang.
Ong Bun kim tak sanggup mengendalikan luapan rasa
sedihnya lagi, titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya.
Ku Pek hoa berjalan langsung menuju ke tengah
ruangan, paras mukanya dingin dan kaku sama sekali tidak
terlintas luapan emosi apapun juga, sekalipun ada, itupun
cuma sinar kesedihan yang sangat mendalam.
Sorot mata semua orang telah tertuju pa da dirinya.
Pelan-pelan dia mengangkat pedang Sin kiam itu
ketengah udara,ujung pedang telah menempel diatas
perutnya, asal dia sedikit mempergunakan tenaganya, maka
gadis itu akan segera tewas diujung pedang Sin kiam
tersebut.
Tak sedikit diantara mereka yang tak tega menyaksikan
tragedi itu berlangsung di depan matanya, pelan-pelan
mereka melengos ke arah lain atau menundukkan
kepalanya rendah-rendah.
Sepasang mata Ku Pek hoa sudah mengembang air
mata, titik air mata meleleh keluar dan membasahi pipinya,
dia ingin menangis, akan tetapi tiada suara isak tangis yang
keluar dari mulutnya.
Wajah Ong Bun kim juga basah oleh air mata yang jatuh
bercucuran dengan derasnya..
Dengan penuh air mata yang bercucuran, Ku Pek-hoa
menatap wajah Ong Bun kim lekat-lekat, lama... lama
sekali akhirnya dia baru berbisik dengan lirih.
"Ong Bun kim, kita segera akan berpisah... berpisah
untuk selamanya."
Bisikan tersebut tidak diucapkan keluar, tapi air meta
yang bercucuran menggantikan suara hatinya.
Akhirnya dia pejamkan matanya rapat-rapat, tangan
kanan yang memegang pedang Sin kiam gemetar sangat
keras.
Ong Bun kim segera melengos ke arah lain.
Ia tak tega menyaksikan tragedi tersebut berlangsung
didepan matanya. Oooh Thian Apa yang terjadi hari ini tak
akan pernah dilupakan selamanya.
Mendadak...
Suara dengusan tertahan bergema dari mulut Ku Pek
hoa.
Dengan cepat Ong Bun kim berpaling, ketika ia
menyaksikan Sin kiam telah menembusi perut Ku Pek hoa,
menyusul dicabutnya senjata mestika tersebut, darah segar
segera memuncrat keluar dengan amat derasnya...
Paras muka Ku Pek hoa berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa
langkah ke belakang.
Dengan cepat tangannya digunakan untuk menekan
mulut lukanya yang melebar, "Trang..." pedang Sin kiam
segera terjatuh ke tanah, menyusul kemudian tubuhnya
sempoyongan juga lantas roboh ke atas tanah.
"Ku Pek hoa...!" Ong Bun kim segera menjerit sekeraskerasnya.
Dengan suatu lompatan kilat dia menubruk kearah Ku
Pek hoa, kemudian membopong tubuhnya yang sudah
roboh ke tanah itu.
Suatu tragedi yang memilukan hati akhirnya telah
berlangsung.
Mendadak...
Segenap anggota Sin kiam bun yang hadir dalam
ruangan itu sama-sama menjatuhkan diri berlutut ke atas
tanah.
"Harap Buncu suka mengampuni dosa kami semua!"
serunya hampir berbareng dengan suara keras.
Air mata turun dengan deras membasahi seluruh wajah
Ong Bun kim, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram:
"Sudah mati.... sudah mati Haaahhh...haaahhh haaah
kalian telah memaksanya sampai mati.. ..."
Suara tertawa itu kedengaran mengerikan sekali,
membikin bergidiknya hati siapapun juga.
Giok bin hiap yang menyaksikan kejadian itu menjadi
terperanjat sekali.
Pelan-pelan Ong Bun kim membopong tubuh Ku Pek
hoa, berjalan melalui hadapan lautan manusia yang berlutut
dihadapannya kemudian berjalan menuju keluar dari
ruangan tersebut.
Dengan suatu gerakan cepat Giok bin hiap melompat ke
depan dan menghadang jalan perginya, dengan cepat dia
menegur:
"Buncu, mau apa kau?"
"Minggir, kalian iblis-iblis keji pembunuh manusia,
kalian semua yang telah memaksanya sampai mati dia... dia
telah mati sekarang kalian sudah gembira bukan? Haaahhh
haaahhh haaah kalian sudah gembira bukan...."
Dengan langkah lebar dia melanjutkan perjalanannya
keluar dari ruangan tersebut.
Tak seorang manusiapun yang menghalangi
kepergiannya, siapapun dapat memahami bagaimana
menderita dan tersiksanya perasaan pemuda itu sekarang.
Ong Bun kim telah berjalan keluar dari gua Bu cing tong
sambil membopong Ku Pek hoa dia berjalan kedepan sana
tanpa arah tujuan....sementara titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi Ku Pek hoa yang pucat pias itu
"Engkoh Ong...." tiba-tiba terdengar Ku Pek hoa berseru
dengan kepayahan.
"Adik Hoa..."
"Kau baliklah kembali.*
"Tidak, aku ingin berada bersamamu..."
Seperti orang kalap diciumnya gadis itu tiada hentinya...
mencium seorang istrinya yang sudah hampir tiada, ciuman
itu dilakukan secara lambat, khusus dipersembahkan
kepadanya, istrinya yang tersayang.
Air mata telah bercampur darah, tak terlukiskan betapa
pedih dan hancurnya perasaan pemuda itu waktu itu.
"Adik Hoa. akulah yang telah mencelakai dirimu." tibatiba
Ong Bun kim berteriak. "andai kata kau kembali ke
Lam hay... tak akan kau alami kejadian seperti hari ini, adik
Hoa... akulah yang telah mencelakai dirimu."
"Tidak, engkoh Ong. aku... aku memang penuh dosa,
aku.... memang harus menebus dosa-dosaku itu dengan
kematian...."
Suaranya sangat pedih dan tak jelas, suaranya pun mulai
lemah dan sayup-sayup.....
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim merasakan
hatinya bagaikan remuk rendam, dia memeluk tubuhnya
erat-erat dan menangis tersedu-sedu, semua kesedihan yang
mencekam perasaannya dilampiaskan keluar semuanya.
Butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya,
membasahi wajahnya,,..,, ketika air mata mengering nanti,
jiwanya akan turut berakhir.
"Adik Hoa...." teriak Ong Bun kim lagi dengan perasaan
amat pedih.
"Engkoh Ong..... terima kasih banyak... terima kasih
banyak atas cinta kasihmu..."
Ong Bun kim merasakan hatinya seperti disayat sayat
dengan pedang yang amat tajam darah, serasa bercucuran
didalam hatinya... apa yang harus dia katakan? Apa pula
yang bisa dia katakan dalam keadaan ini?
Ku Pek hoa tertawa pedih, kembali bisiknya.
"Engkoh Ong..,. kita..... kita mee memang tidak
berjodoh..,., kita......kita memang tak berjodoh untuk
menjadi suami istri... ke.. kesalahan ini.,., aku... akulah
yang menciptakan.... aku telah berbuat salah kepadamu...
aku hanya me.... menyiksa dirimu...."
"Oooh... adik Hoa...!"
"Per... percayalah kau, aku amat... amat
mencintaimu.....?"
"Per.... percayakah kau...?"
"Aku percaya!"
"Aku.. aku... akau selalu mengenang dirimu.,... di dalam
hatiku.... aku akan mengingat dirimu selalu.... mengingat
cinta kasih yang.... yang telah kau berikan
kepadaku....engkoh Ong....dapatkah kau.. teringat pula
akan diriku?"
"Aku pasti akan mengenang dirimu selalu selama hidup
mengenang terus dirimu."
"Aku . . aku telah memm.. mendapatkan cintamu....
engkoh Ong, semoga daa... dalam penitipan yang akan
datang, ki... kita bisa menjadi suami istri.... kau kau
bersedia bukan ?"
"Aku bersedia!"
"See... seandainya bisa terjadi... keadaan see ...seperti
itu.... aku... aku pasti akan melayani dirimu see... secara
baik-baik."
"Ooooh Adik Hoa !"
"Engkoh Ong !"
Mereka saling berteriak, saling memanggil namanya ....
teriakan menjelang datangnya elmaut membuat suasana
bertambah terharu, menmbah kepedihan hati siapapun juga
yang melihatnya.
Sekali lagi Ong Bun kim memeluknya dan menciumnya
secara kalap. ..mencium dengan penuh kasih sayang.
Ku Pek hoa merasa puas, merasa puas sekali...
Dalam sejarah kehidupannya di dunia ini, dia telah
melakukan perbuatan yang paling mulia.
Keinginan dan harapannya sebagai seorang gadis telah
dimusnahkan oleh dia sendiri, sesungguhnya ia memiliki
kecantikan wajah yang luar biasa, akan tetapi dia harus
menerima akibat yang mengenaskan seperti itu.
Yang ditinggalkan untuk umat manusia, sesungguhnya
kebajikankah? Atau kejahatan dan keburukan?
Ong Bun kim masih saja menciumnya dengan kalap,
ciuman menjelang kematian, suatu ciuman yang dilakukan
dengan perasaan yang pedih dan hati yang hancur.
Bibirnya yang kecil mungil sudah mulai menjadi dingin
dan kaku, dingin bagaikan selembar jiwanya juga sudah
melayang meninggalkan badan kasarnya.... meninggalkan
dunia yang fana ini untuk selamanya.....
Air mata telah mengering, darah pun ikut mengering.
"Adik Hoa... adik Hoat !" jerit Ong Bun kim dengan
perasaan yang sangat pedih.
Dia tak akan menjawab lagi, tabk mungkin akan
dmenjawab untuk aselama-lamanya.b
Kehidupan yang mengenaskan telah berakhir dengan
sekulum senyuman, lalu apa yang diperoleh didalam
kehidupannya ini? Yaa, apapun tidak diperolehnya.
Sekalipun ada, itupun tak lebih hanya mati di dalam
pelukan orang yang dicintainya.
"Adik Hoa..." jerit Ong Bun kim dengan perasaan yaag
sangat sedih.
Bagaimanapun dia berteriak, sampai pecah
tenggorokannya dia menjerit, Ku Pek hoa yang telah tiada
tak akan bisa menjawab lagi, dia hanya bisa menyerahkan
selembar jiwanya direnggut oleh malaikat elmaut didalam
rangkulan Ong Bun kim.
Dalam keadaan seperti ini Ong Bun kim tak dapat
mengendalikan perasaannya lagi, sambil memeluk tubuh
Ku Pek hoa erat-erat, dia menangis tersedu-sedu.
Dalam sepanjang hidupnya, belum pernah ia merasa
sedih dan berduka seperti apa yang dirasakannya hari ini,
sebab secara tidak langsung dia adalah pembunuh yang
telah mencelakai jiwa Ku Pek hoa, dialah yang menjadi
penyebab atas matinya gadis itu.
Suara isak tangis yang memilukan hati menggema dari
tempat yang amat jauh sekali.
Pada saat itulah.... sesosok bayangan manusia tiba-tiba
berjalan menghampirinya kemudian berseru:
"Engkoh..."
Ong Bun kim seperti tidak mendengar suara panggilan
itu, dia masih menangis terus, melampiaskan keluar semua
kesedihan yang mencekam perasaannya selama ini,
membiarkan air matanya jatuh bercucuran membasahi
seluruh wajahnya.
"Engkoh Ong...." sekali lagi suara teriakan itu
berkumandang memecahkan keheningan.
Akhirnya Ong Bun kim mendengar juga suara panggilan
tersebut, dengan mata basah oleh air mata pelan-pelan dia
berpaling, sesosok bayangan tubuh yang kabur muncul didepan
matanya.
”Siii. .. siapakah kau?" akhirnya dia bergumam dengan
suara yang amat lirih.
"Engkoh Ong, aku adalah Siok kim..."
"Siok kim.. ? Siok kim..." Tiada hentinya dia bergumam,
seakan-akan nama "Siok kim" tersebut terlalu asing
baginya, seolah-olah dia telah melupakan semua persoalan
yang pernah dialaminya di masa lalu.
Kwan Siok kin menjadi tertegun, kemudian ujarnya:
"Engkoh Ong, apakah kau sudah lupa siapakah diriku
ini?"
"Benar, sudah lupa.... semuanya sudah lupa..."
Ia bergumam denrgan suara yang lirih dan wajah yang
mengenaskan sekali...
Ketika mendengar ucapan tersebut, air mata Kwan Siok
kim juga turut bercucuran membasahi matanya, ia merasa
sedih bagi musibah dan kepedihan yang menimpa Ong Bun
kim, dia ingin menghibur hatinya, akan tetapi melihat
keadaan yang menimpa si anak muda itu, belum lagi
berbicara ia sendiri sudah menangis terlebih dulu.
Dengan perasaan yang bimbang dan pandangan mata
yang kosong, Ong Bun kim berjalan tanpa tujuan, sambil
membopong jenasah Ku Pek hoa, dia berjalan terus
kedepan, seakan-akan kesadarannya sudah ikut punah tak
berbekas.
"Engkoh Ong,...." sekali lagi Kwan Siok kim berseru.
Pelan-pelan dia menghentikan langkah kakinya,
kemudian bergumam:
"Ada apa?" tanyanya.
"Kau tak usah terlampau bersedih hati."
"Bersedih hati...? Kenapa aku harus bersedih hati..?"
"Ooh engkoh Ong, kau... sebenarnya kenapa kau....,?"
keluh Kwan Siok kim dengan perasaan amat sedih.
"Aku ? Bukankah aku baik-baik saja?"
"Aai ! Peristiwa yang sangat menakutkan ini tidak
seharusnya menimpa dirimu... dia terlalu mengenaskan,
mengapa orang lain tak bisa mengampuni dirinya?"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim masih berdiri
termangu-mangu memandang wajah Kwan Siok kim
dengan pandangan kosong.
"Engkoh Ong !" kembali Kwan Siok kim berkata, "kau
tak usah terlalu bersedih hati, bagaimanapun juga dia toh
sudah tiada lagi."
"Siapa yang telah tiada lagi.? Siapa yang-telah mati..?
Siapa...?"
"Enci Ku!"
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, ucapan
tersebut, segera menyadarkan kembali pemuda itu dari
lamunan, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak
"Engkoh Ong, kenapa kau?" jerit Kwan siok-kim dengan
suara amat kaget.
Ong Bun kim masih tertawa terbahak-bahak dengan
kalapnya.
"Yaa, betul dia sudah mati, dia sudah mati... kalian yang
telah mencelakainya, kalian telah memaksa seorang gadis
yang telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar untuk
bunuh diri... dia telah mati tanpa menimbulkan suara apaapa"
"Engkoh Ong, bukan aku yang memaksa dirinya untuk
mati."
Dia berteriak keras, suaranya kedengaran mengerikan
sekali.
Ong Bun kim kembali tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh... haaahhh... haaahh.... bukan kau....? Siapa..?
Aku teringat sekarang..."
Kembali dia tertawa terbahak-bahak dengan geramnya...
tertawa amat keras sekali... tapi sampai akhirnya gelak
tertawa itu telah berubah menjadi isak tangis yang
mengenaskan.
Kwan Siok kim menjadi gugup dan kebingungan, dia
cuma bisa mengawasi Ong Bun kim dengan pandangan
tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Sambil menangis tersedu-sedu dan membopong jenasah
Ku Pek hoa, pelan-pelan dia berjalan maju kedepan, dia
masih berjalan tanpa arah tujuan, seperti seseorang yang
kehilangan sukma.
"Engkoh Ong..." teriak Kwan Siok kim dengan suara
amat pedih. Tapi Ong Bun kim yang sedang diliputi
kesedihan sama sekali tidak mendengar teriakan sedih dari
Kwan Siok kim, apalagi mendalami arti daripada teriakan
tersebut.
Sambil membopong jenasah Ku Pek hoa, ia berjalan
menuju ke dalam hutan, daun-daun kering berguguran,
yang tertinggal cuma bayangan manusia yang memanjang
ditanah....
Benar benar merunakan suatu pemandangan yang kelabu
dan mengenaskan hati,..
Pelan pelan langkah kakinya dilanjutkan terus ke depan,
suara isak tangisnya makin menghilang..
Entah berapa lama dia sudah berjalan..., ditelusurinya
hutan lebat tanpa arah tujuan sehingga lama sekali dia
berjalan, entah berapa jauh sudah dilampaui, akhirnya dia
berhenti dan berdiri termangu, berdiri tak berkutik...
Mendadak sesosok bayangan manusia berbaju hitam
berjalan ke belakang tubuhnya, kemudian berseru.
"Ong sauhiap, orang yang sudah mati tak bisa hidup
kembali, kau... .kau tak usah terlampau bersedih hati!"
Pelan-pelan Ong Bun kim membalikkan badannya,
sesosok bayangan hitam yang agak kabur berdiri
dihadapannya.
"Ssiii... siapa kau?" gumamnya kemudian.
"Lupakah kau siapa aku ini?"
"Aku tak bisa melihat jelas, aku tidak tahu siapakah
dirimu itu...?"
Orang itu menghela napas panjang.
"Aaai... Orang sauhiap, bukankah orang yang berada
didalam boponganmu itu adalah Ku Pek hoa?"
"Benar....!"
"Ia sudah mati?"
"Tidak dia masih hidup dalam hatiku."
"Apa yang menyebabkan kematiannya?"
"Aku telah membunuhnya!"
"Kau ? Aaah mana mungkin?"
"Benar akulah yang telah membunuhnya."
"Kalau memang kau membunuhnya, mengapa pula kau
bersedih hati?"
"Sebab dia adalah istriku"
"Aku tahu.... dia adalah istrimu."
"Siapa kau?"
"Aku adalah Tan Hong hong."
"Tan Hong hong ...? Tan Hong hong ?"
Ia bergumam berulang kali, seakan-akan untuk beberapa
taat lamanya ia tidak dapat mengingat siapa gerangan
manusia yang bernama Tan Hong hong itu...?
"Ong sauhiap" kembali bunga iblis dari neraka berkata,
"kalau dia telah mati, marilah kita kubur jenazahnya."
"Dikubur? Tidak !"
"Apakah kau akan memeluknya dalam rangkulanmu
terus?"
"Benar aku tak akan menguburnya, akn ingin selalu
berada bersamanya, aku... aku tak akan meninggalkan dia
untuk selamanya."
ooooOdwOoooo
BAB 88
"TIDAK, kau tidak boleh berbuat begitu!" kata Bunga
iblis dari neraka dengan cepat, "bila tidak kau kebumikan
dia kedalam tanah sekarang, arwahnya tak akan
memperoleh ketenangan di alam baka!"
Ong Bun kim berdiri kaku dan memandang kearah Tan
Hong hong dengan wajah tertegun, dia bukan sedang
menbatapnya, melaindkan sedang meloangong dan
memikbirkan satu hal.
"Kuburlah dirinya!" kembali Bunga iblis dari neraka
berkata. Dengan termangu-mangu dia mengangguk, yaa.
bila tidak dikubur dalam tanah arwahnya tak akan
mendapat ketenangan, sudah barang tentu dia tidak
menginginkan istrinya yang berada di alam baka tidak
memperoleh ketenangan.
Setelah menghela napas panjang, katanya. "Benar, aku
memang harus mengubur jenasahnya..."
Pelan-pelan dia membaringkan badan dan mencium bibir
Ku Pek hoa yang telah menjadi dingin dan kaku itu,
kemudian ujarnya.
"Bersediakah kau untuk membantuku mengubur
jenasahnya?"
"Tentu saja!"
Dengan menggunakan telapak tangannya, si Bunga iblis
dari neraka Tan Hong hong melancarkan sebuah pukulan
dahsyat keatas tanah untuk membuat liang, kemudian
diiringi air mata yang jatuh bercucuran, Ong Bun kim
menurunkan jenasah dari Ku Pek hoa ke dalam liang.
Ong Bun kim tidak tahu apakah dia masih mempunyai
perasaan atau tidak ketika itu, dia tidak merasa sedih, juga
tidak merasa menderita, sebab dalam benaknya cuma ada
kekosongan belaka, perasaan yang kosong dalam hatinya.
Dia seakan-akan merasa bahwa dirinya sudah tiada
didunia ini lagi, tiada kehadirannya dalam dunia yang
ramai.
Detik ini detik dikala jenazah Ku Pek hoa tertutup oleh
tanah liat, tak akan terlupakan untuk selamanya, sebab
gadis yang telah dicintainya dengan sepenuh hati ini akan
terkubur untuk selamanya di tempat itu...
Akhirnya jenasah Ku Pek hoa telah dikubur.
Diatas batu nisannya tertera beberapa huruf yang besar:
"Istri yang tersayang, Ku Pek hoa.
tertanda: Ong Bun kim"
Ong Bun kim berlutut didepan kuburan, dalam lamat
lamat cuaca, dia seperti melihat wajah Ku Pek hoa yang
cantik jelita dan senyumannya yang menarik hati muncul
didepan pusaranya...
Segala sesuatunya seperti dalam impian, tapi gadis cantik
itu benar-benar telah tiada.
"Ong sauhiap, jangan berlarut bersedih hati!" hibur
bunga iblis dari neraka dengan lembut.
"Aku... aku tak dapat melupakan dirinya..." gumam Ong
Bun kim lirih.
"Dia pasti tahu kalau rasa cintamu kepadanya adalah
cinta yang murni..."
Pelan-pelan Ong Bun-kim membalikkan wajahnya dan
mengalihkan sorot matanya ke atas wajah Tan Hong hong,
dalam waktu singkat ia seperti baru teringat akan sesuatu
hal.
Dengan termangu-mangu dia memandang kearah orang
itu kemudian gumamnya lagi. "Kau.... kau adalah enci
Tan?"
"Benar!"
Mendadak Ong Bun-kim seperti baru berjumpa dengan
sanak keluarganya saja, dengan cepat memeluk tubuh Tan
Hong-hong sambil serunya? "Enci Tan, Ku Pek hoa telah
mati....."
Ya, seperti telah bertemu dengan orang yang memahami
perasaannya, semua isi hati nya segera di lampiaskan
keluar.
-oo0dw0oo--
Jilid 28
YAA Bunga iblis dari neraka memang dapat memahami
perasaan Ong Bun kim, diapun merupakan kekasih pertama
dari si anak muda itu...
Ketika Bunga iblis dari neraka dipeluk oleh Ong Bnn
kim, dia merasa agak tertegun kemudian sahutnya: "Aku
tahu, dia memang sudah tiada..."
"Enci Tan. akulah yang telah mencelakainya.."
Ong Bun kim tak bisa menahan rasa sedih nya lagi, dia
menangis tersedu-sedu.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Bersediakah kau
untuk memberitahukan kepada ku?" tanya Bunga iblis dari
neraka. . .
Secara ringkas Ong Bun kim segera menceritakan apa
yang telah dialami oleh Ku Pek hoa.
Mendengar kisah tersebut, Bunga iblis dari neraka tak
bisa menahan rasa sedihnya lagi, diapun turut mengucurkan
air mata.
"Dia sebenarnya, adalah seorang gadis yang baik hati,
yang lebih mengesankan lagi adalah dia dapat memberikan
apa yang bisa dia berikan kepadamu sebelum ajalnya tiba,
keadaan semacam ini bukan setiap orang bisa
melakukannya."
"Mengapa orang lain tidak bersedia untuk
memaafkannya?"
"Yaa. sekalipun dia pantas mendapat pengampunan, tapi
juga tidak patut peroleh pengampunan semacam itu, sebab
dia membunuh orang terlalu banyak, jika ia tidak mati
maka keadilan dan kebenaran tak bisa ditegakkan di dunia
ini.. Ong sauhiap mengertikah kau?"
"Mengapa kau tidak memanggilku adik Ong." seru Ong
Bun kim dengan cepat !"
"Masalah kita sudah pudar, bila kupanggil dirimu
sebagai adik Ong, hal ini hanya akan menambah
kesedihanku belaka."
"Tidak enci Tan, aku hendak mengawini dirimu."
"Apa?" teriak si bunga iblis dari neraka dengan tertahan
"kau hendak mengawiniku?"
"Benar, aku hendak mengawinimu!"
"Tidak, aku tidak pantas!"
"Enci Tan, bagaimana juga kau harus kawin denganku,
kalau tidak aku akan menderita, enci Tan, kau harus kawin
denganku, aku amat mencintai dirimu..."
"Apakah kau sudah lupa kalau aku sudah tidak suci
lagi?"
"Tidak enci Tan, kau masih suci bersih, kejadian itu
berlangsung bukan atas dasar kemauanmu sendiri, hatimu
tetap masih suci bersih dan sama sekali tak ternoda!"
Saking terharunya, titik air mata sampai jatuh
bercucuran membasahi wajah Bunga iblis dari neraka,
serunya lagi:
"Tidak, aku tak dapat melupakan peristiwa itu, aku malu
terhadap dirimu...."
"Enci Tan, aku bisa lebih mencintai dirimu, harap kau
bersedia untuk mempercayaiku..."
Bunga iblis dari neraka segera menghela napas sedih,
katanya dengan hambar. "Ong sauhiap...."
"Panggil aku adik Ong!"
"Ooh. adik Ong, untuk sementara waktu lebih baik kita
jangan membicarakan persoalan ini lebih dulu "
Dengan amat sedih Ong Bun kim memeluknya erat-erat,
mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dengan
cepat dia berkata:
"Enci Tan, ada satu hal ingin kutanyakan kepadamu."
"Tanyalah!"
"Apakah kau punya ayah ?"
"Tentu saja aku punya ayah !"
"Benarkah ayahmu bernama Tan Liok?"
Sekujur badan Bunga iblis dari neraka gemetar keras, tak
keruan lagi la berteriak keras.
"Darimana kau bisa tahu?"
Dari ucapan tersebut, tahulah Ong Bun kim bahwa Tan
Liok sudah pasti adalah ayah Bunga iblis dari neraka, maka
kembali dia berkata lirih.
"Bukankah ibumu menyeIeweng dengan Pak khek sin
mo, sehingga akhirnya dibunuh oleh ayahmu?"
"Betul, darimana kau bisa tahu?" teriak Bunga iblis dari
neraka semakin terperanjat.
"Kalau begitu, tak bakal salah lagi."
"Apa yang tak bakal salah?"
"Tan Liok adalah ayahmu."
"Ayahku memang bernama Tan Liok, apakah kau tahu
sekarang dia berada dimana?"
"Dia berada disini"
"Sungguh?"
"Benar! Apakah kau ingin berjumpa dengannya?"
Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang.
"Aaai..aku amat ingin sekali berjumpa dengannya, tapi
aku tidak mempunyai keberanian untuk berjumpa
dengannya."
"Mengapa?"
"Aku bukanlah putrinya yang baik."
Ketika selesai berkata, tanpa terasa Bunga iblis dari
neraka menghela napas sedih.
Mendadak terdengar suara langkah kaki muncul
berkumandang datang dan menghampiri ke-arah mereka.
Segera bunga iblis dari neraka mendorong tubuh Ong
Bun kim, lalu berpaling memandang, tampaklah. ada
sesosok bayangan manusia sedang berjalan menuju kesana,
dimana mereka berdua berada....
Ternyata yang datang adalah Tay khek cinkun, Tiang
seng lojin, Giok bin hiap, Tan Lio, Kwan siau ciu serta
Kwan Siok kim.
Begitu Kwan Siok kim menjumpai kehadiran Bunga iblis
dari neraka, buru-buru teriaknya.
"Bukankah kau adalah enci Tan?"
”Benar ketika berada dalam kuil Siau lim si tempo hari,
kita sudah pernah saling bertemu."
Tan Liok dengan kecepatan luar biasa menerjang
kehadapan Bunga ibblis dari neraka Tan Hong hong
kemudian serunya dengan penuh perasaan.
”Kau.... bukankah kau adalah Hong-ji."
Tan Hong hong tertegun, kemudian sekujur badannya
gemetar keras, dengan pandangan bodoh ditatapnya Tan
Liok tanpa berkedip, untuk sesaat lamanya saking
terharunya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun....
"Benarkah kau adalah Hong ji?” sekali lagi Tan Liok
berkata.
Akhirnya Bunga iblis dari neraka tak dapat menahan
rasa sedihnya lagi, serunya: "Ooh ayah, aku adalah Hong
ji!"
Dia segera menjatuhkan diri kedalam pelukan ayahnya
dan menangis tersedu sedu, ayah dan anak yang telah
berpisah sembilan belas tahun akhirnya dapat saling
berjumpa kembali.
Tan Liok segera memeluk badan Bunga iblis dari neraka
dalam rangkulannya, sementara titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya, dengan pedih bisiknya:
"Oooh putriku yang malang.."
Pemandangan semacam ini sangat rnengharukan setiap
orang yang berada disana.
Kwan siau ciu juga sedang berbisik kepada Kwan Siok
kim dengan suara lirih:
"Diakah yang bernama Bunga iblis dari neraka?"
"Benar!"
"Aaai... seorang nona yang patut dikasihani!"
Dalam pada itu, Bunga lblis dari neraka yarg berbaring
dalam pelukan Tan Liok sambil menangis tersedu-sedu itu
meronta dan melompat bangun, katanya.
"Ayah, aku... aku sudah bukan seorang putrimu yang
baik lagi"
"Aku tahu, Ong Buncu telah menceritakan segala
sesuatunya kepadaku... Hong ji, nasibmu terlalu jelek, tapi
kaupun terlalu agung, kau. .kaulah anak yaag paling baik!"
"Ayah, kau tak akan memandang rendah diriku?"
"Tentu saja tidak anak bodoh"
Sekali lagi bunga iblis dari neraka menjatuhkan diri
kedalam pelukan Tan liok, kemudian menangis tersedusedu,
seakan-akan semua penderitaan dan kesedihan yang
dialaminya selama ini ingin dilampiaskan semua melalui
isak tangis tersebut.
Ong Bun kim berdiri kaku disitu, berdiri kaku tak
berkutik.
Pelan-pelan Giok bin hiap berjalan ke hadapannya,
kemudian berseru dengan nyaring "Buncu, mari kirta
pulang!"
"Pulang kemana?" gumam Ong Bun kim.
"Kembali ke gua Bu cing tong!"
"Tidak, aku ingin berada disini, aku tak kembali lagi ke
tempat itu..."
"Buncu, apakah kau ingin pergi dengan begitu saja?
Beratus-ratus orang anggota perguruan kita masih berlutut
dalam ruangan."
Ong Bun kim segera mendengus dingin.
"Hmm! Mereka tak membutuhkan diriku lagi." serunya,
"mereka telah membunuh istriku sekarang keinginannya
sudah terkabul mau apa lagi orang-orang itu berpura-pura
berlutut di sana? Kau boleh suruh mereka bangun, aku tak
akan kembali lagi ke sana."
Paras muka Giok bin hiap berubah hebat.
"Buncu, mengapa sempit amat jalan pemikiranmu?"
tegurnya, "apalagi Ku Pek-hoa memang pantas untuk mati."
"Omong kosong!"
"Bila ia tidak mati maka keadilan dan kebenaran tak bisa
ditegakkan lagi dalam dunia persilatan, perguruan Sinkiam-
bun juga tak akan memperoleh kepercayaan orang,
bukankah Ku Pek-hoa telah berkata sendiri bahwa
kematiannya bukan suatu pengorbanan yang sia-sia? Jika
darah yang dialirkan Ku Pek-hoa bisa mendapat ganti
kedamaian dan ketenteraman dalam dunia persilatan,
bukankah kematian dari Ku Pek-hoa bukan suatu kematian
yang sia-sia?"
Mendengar ucapan tersebut, Ong Bun-kim segera
menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Tapi, dia telah meninggalkan aku untuk selamanya..."
"Dia masih hidup... hidup dalam hati setiap orang, dia
akan hidup untuk selamanya. Nah kembalilah, jangan
dikarenakankan urusan kecil mengakibatkan urusan besar
menjadi terbengkalai, ratusan orang anggota perguruan kita
sedang menantikan kedatanganmu."
Ong Bun kim memandang sekejap keatas pusara Ku Pek
hoa, akhirnya dia mengangguk, kepada iblis diri neraka Tan
Hong hong dia berseri dengan lembut.
"Enci Tan, ikutilah kami aku hendak mengawini
dirimu."
"Tidak" sahut Bunga Iblis dari neraka dengan tubuh
gemetar keras, "aku tak mau mengikuti dirimu, aku tidak
pantas, aku tidak pantas untuk mendampingimu."
Mendadak Kwan Siok kim berjalan ke hadapan Bunga
iblis dari neraka, lalu ujarnya.
"Nona Tan, aku adalah istrinya Siok kim, bolehkah aku
mengucapkan beberapa patah kata?"
"Kau ingin berbicara soal apa?" tanya Bunga ibis dari
neraka dengan wajah tertegun.
"Diantara beberapa orang teman wanitanya, Ong Bun
kim paling mencintai dirimu, sedang kaupun telah
barkorban paling besar untuknya, sekalipun musibah yang
menimpa dirimu sangat berat, tapi kesemuanya itu bukan
terjadi atas kemauanmu sendiri, kau masih tetap suci bersih,
sudah sepantasnya menikah dengannya, lupakan peristiwa
yang mengenaskan itu, kalau tidak, dia pasti akan semakin
menderita lagi."
"Tidak, aku...."
Akhirnya gadis itu menangis tersedu-sedu. Pelan-pelan
Kwan Siok kim berkata lagi: "Asal kedua belah pihak samasama
mencintai, asal cinta yang menjadi dasar hubungan
itu kuat, soal perawan atau tidak bukanlah masalah yang
teramat penting, tak akan ada seorang manusiapun yang
memandang hina dirimu, juga tak akan ada orang yang
mencemooh dirimu, kawinlah dengannya..."
"Benar, kau sudah sepantasnya kalau kawin dengan
dirinya!" kata Tiang seng lojin pula.
"Hong-ji, Ong Buncu bukan manusia seperti itu. lebih
baik kau meluluskan permintaannya dan kawinlah dengan
dia!" kata Tan Liok pula dengan lembut.
Kwan Siok kim menggenggam tangan Tan Hong hong
kencang-kencang, kemudian katanya:
"Enci Tan, bila kau suka kepadaku, kawinlah
dengannya!"
Dihibur oleh sekian banyak orang, kepercayaan pada diri
sendiri muncul kembali dalam hati Bunga iblis dari neraka,
akhirnya dia manggut-manggut juga.
"Baiklah!"
000OdwO000
BAB 89
ONG BUN KIM menjadi sangat gembira, serunya
dengan cepat: "Enci Tan, kau meluluskan?"
"Yaa, benar!"
"Kalau begitu-mati kita pulang!" ajak Giok bin hiap.
Ong Bun kim manggut-manggut, setelah memandang
sekejap ke arah pusara Ku Pek hoa dengan perasaan berat,
diam-diam dia berbisik.
"Adik Hoa, aku pasti akan datang lagi untuk menengok
dirimu.."
Akhirnya mereka telah pergi, pergi meninggalkan
gundukan tanah yang baru, pusara dari seorang gadis yang
bernasib malang.
Rombongan delapan orang dengan cepat telah tiba
kembali di dalam gua Bu cing tong.
Sementara itu, beratus-ratus orang anggota perguruan
Sin kiam bun masih berlutut terus dalam ruang tengah.
Dengan perasaan yang bimbang Ong Bun-kim berjalan
masuk ke dalam ruangan, mengambil kembali pedang Sin
kiam itu dari atas tanah, menengok sekejap anggota
perguruan yang masih berlutut ditanah dan berdiri
termangu-mangu.
Buru-buru Giok bin hiap berseru:
"Suruhlah semua anggota perguruan bangun!"
Ong Bun kim masih tetap berdiri termangu ditempat
semula tanpa tahu apa yang mulai diucapkan.
Serentak para anggota perguruan Sin kiam bun yang
berlutut ditanah itu berderu:
"Harap Buncu suka mengampuni jiwa kami!"
Ong Bun-kim menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian:
"Kalian semua tidak berdosa, bangunlah"
"Terima kasih Buncu!"
Serentak semua anggota bangkit berdiri dan
mengundurkan diri ke sisi arena.
Dengan suara berat dan dalam Ong Bun kim berseru
kembali:
"Kalian dengarlah baik-baik, Ku Pek-hoa adalah istriku,
betul ia telah mati, terhadap kematiannya aku Ong Bun-kim
merasa sedih sekali, kenyataan yang keji ternyata tak bisa
memaafkan seseorang yang telah bertobat dan kembali ke
jalan yang benar."
Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk mengendalikan
perasaan hatinya yang bergolak, kemudian melanjutkan.
"Tapi aku tidak menyalahkan kalian semua betul,
kedamaian memang harus diperoleh dengan pengorbanan
keringat dan darah, Bersediakah kalian untuk
mengorbankan juga keringat dan darah kalian demi
kedamaian dalam dunia persilatan?"
"Bersedia..."
"Kami bersedia untuk mengorbankan segala sesuatunya
demi mendapatkan keda maian, dalam dunia persilatan..."
Dengan perasaan yang berat Ong Bun-kim manggutmanggut,
katanya lebih jauh.
"Aku berani memberi jaminan kepada kalian bahwa aku
Ong Bun-kim dengan maksud yang jujur dan mulia akan
melindungi partai-partai serta perguruan perguruan kecil,
dengan tekad yang membara akan membasmi kaum jahat
dan perguruan jahat dari muka bumi, bersediakah kalian
untuk bekerja sama denganku?"
"Kami siap mendengarkan perintah dari bun cu..." jawab
semua orang hampir berbareng.
Ong Bun kim berkata lebih jauh:
"Di sini sudah tersedia banyak kamar, kalian boleh
beristirahat disekitar sini, aaah benar, kalian masih belum
makan. Oleh karena baru hari ini perguruan kita
diresmikan, maka sekarang diutus lima puluh orang untuk
pergi ke hutan dan berburu..."
Lima puluh orang jago segera dipilih untuk berangkat ke
gunung memburu binatang kecil dan burung.
Sepeninggal ke lima puluh orang anggotanya itu, Ong
Bun kim baru mengumumkan kepada sisa anggotanya:
"Besok akan diselenggarakan pertandingan ilmu silat
guna memperebutkan kedudukan, aku pun akan menikah
juga dengan tiga orang nona, ketiga orang nona itu adalah
Tan Hong hong, Lan Siok ling serta Kwan Siok kim..."
Setelah mengumumkan perkawinannya, kembali Ong
Bun kim bertanya.
"Tapi yang manakah yang harus menjadi istri resmiku?"
”Sementara nona Kwan yang merupakan istri sah mu
menurut petunjuk pedang sin kiam, cuma aku rasa ketiga
orang nona itu tak bisa memikirkan soal urutan, lebih baik
ketiga-tiganya dianggap punya kedudukan yang sama saja"
Begitulah, Ong Bun kim lantas menitahkan kepada
Tiang seng lojin untuk menyelenggarakan pertandingan
ilmu silat mulai besok pagi, sementara ketua dari enam
perguruan besar juga mohon diri kepada Ong Bun kim...
oooooOdwOoooo
BAB 90
KEESOKAN harinya...
Segala sesuatunya dapat berjalan menurut rencana,
setiap orang anggota perguruan secara resmi mencoba
kepandaian silatnya, ada juga diantara mereka yang merasa
ilmu silatnya terlampau rendah dan tidak ikut serta di
dalam pertandingan.
Akhirnya setelah dilakukan seleksi, yang berhak untuk
mengikuti pertandingan itu ada enam tujuh puluh orang.
Sampai tengah hari kemudian, Tiong Seng lojin baru
serahkan hasil pertandingan itu kepada Ong Bun kim.
Setelah menerimra daftar itu Ontg Bun kim
memanqdang sekejap sergenap anggota perguruannya,
kemudian berkata.
"Pertandingan ilmu silat telah selesai, sekarang perayaan
perkawinanku akan diselenggarakan, setelah itu baru
ditetapkan tingkat kedudukan dalam partai!"
Maka dimeriahkan oleh para anggota perguruannya,
Ong Bun kim melangsungkan perkawinannya dengan
ketiga orang nona...
Upacara perkawinan itu sendiri sangat sederhana dan
singkat tapi suasana cukup meriah.
Seusai upacara perkawinan, Ong Bun kim baru berseru
dengan suara dalam
"Sekarang, tibalah saatnya untuk mengumumkan tingkat
kedudukan didalam Perguruan!"
Suasana menjadi hening dan sepi, semua orang
mengalihkan sorot matanya kearah ketuanya.
Ketika Ong Bun-kim membuka daftar nama tersebut,
maka nama pertama yang tercantum di sana adalah:
"Tan Liok !"
Ong Bun-kim sama sekali tidak merasa tercengang oleh
hal tersebut, karena dia tahu ilmu silat yang dimiliki Tan
Liok memang benar-benar luar biasa lihaynya
Maka sambil mengayunkan pedang Sin kiam dia berseru.
”Tan Liok!"
"Tecu berada disini."
"Menurut hasil pertandingan, ternyata ilmu silat yang
kau miliki paling tinggi maka Ong Bun kim mewakili Sin
kiam mengangkat dirimu sebagai Hu buncu wakil ketua!"
"Soal ini tecu tak berani menerimanya."
"Kenapa?"
”Tecu tak mampu menjalankan tugas sebagai seorang
wakil ketua..."
"Tan Liok, kau berani mernbangkang perintah?" bentak
Ong Bun kim.
"Tecu tidak berani"
"Terima kedudukan ini!"
Terpaksa Tan Liok menjatuhkan diri berlutut seraya
katanya: "Terima kasih atas pengangkatan ini."
Dengan suara dalam Ong Bun kim berseru kembali.
"Kedudukan sebagai Hu Buncu adalah suatu kedudukan
yang sangat terhormat, bersediakah kau untuk bersumpah
setia dengan buncu dan memimpin segenap anggota
perguruan?"
"Tecu bersedia!"
Setelah mengangkat sumpah, Tan Liok segera bangkit
berdiri.
Ong Bun kim melihat lagi ke daftar nama, kali ini dia
agak tertegun sejenak sebelum serunya:
"Thia Eng!"
"Tecu ada disini." jawab Thia Eng sambil melompat
maju kedepan arena.
"Ilmu silatmu berada sedikit dibawah Hu buncu, maju
untuk menerima pengangkatan!"
Thia Eng segera maju dan menjatuhkan diri berlutut
diatas tanah, katanya:
"Tecu siap menantikan perintah!"
"Ong Bun kim mewakili Sin kiam mengangkat dirimu
menjadi congkoan dari perguruan kita, tugasmu adalah
mengurusi semua persoalan besar maupun kecil dalam
perguruan ini!"
"Terima, kasih!"
"Kau bersedia untuk berbakti kepada ketua, wakil ketua
dan segenap anggota perguruan"
"Bersedia!"
Setelah mengangkat sumpah, Thia Eng segera
mengundurkan diri dari situ.
Ong Bun kim memandang lagi daftar nama itu,
kemudian berseru lantang. "Giok bin hiap, Tiang seng
lojin."
"Tecu ada di sini!"
Dari depan ruangan segera melompat keluar Giok bin
hiap serta Tiang seng lojin.
Dengan suara dalam Ong Bun kim berseru.
"Dalam suatu perguruan tak boleh ketinggalan ketua
pelaksanaan disiplin maka Ong Bun kim atas nama Sin
kiam mengangkat kalian berdua sebagai tianglo penegak
disiplin, barang siapa yang melanggar peraturan baik itu
Buncu sendiri atau anggota perguruan, pelaksanaan
hukuman diputuskan oleh kalian berdua!"
"Terima kasih !"
"Bersediakah kalian berdua bertindak adil dan jujur demi
ditegakkannya wibawa perguruan?"
"Bersedia!"
Setelah kedua orang itu mengangkat sumpah dan
mengundurkan diri, Ong Bun kim baru memandang lagi ke
arah daftar sambil berseru.
"Kwan Siau ciu!"
Kwan Siau ciu mengiakan dan melompat ke depan.
Dengan suara lantang Ong Bun kim segera berseru.
Ong Bun kim mewakili Sin kiam mengangkat dirimu
menjadi Sin tong tongcu!"
"Terima kasih!"
"Hian ih lihiap, Ong Bun kim mewakili Sin kiam
mengangkat dirimu menjadi Lwe tong tongcu!"
"Terima kasih!"
"Tay-khek-cinkun. Ong Bun-kim mewakili Sin-kiam
mengangkat dirimu menjadi Kun tong tongcu!"
"Terima kasih!"
Ong Bun-kim memandang lagi daftar nama itu, terbaca
olehnya pada nomor ketujuh tercantum nama Hiat-mo jiu
(tangan sakti iblis darah) Can Lip pin. Maka dengan suara
lantang Ong Bun kim berseru: "Can Lip-pin!"
"Tecu siap!"
Dari balik rombongan manusia dalam ruangan berjalan
keluar seorang kakek berusia lima puluh tahunan jang
berperawakan kurus kering, pelan-pelan dia berjalan ke
depan altar sembari berkata:
"Tecu siap menerima perintah!"
"Kuangkat dirimu menjadi Gwa-tong tongcu!"
"Terima kasih..!"
Kata-kata itu belum lagi selesai diucapkan, tubuh Hiatmo
jiu secara tiba-tiba sudah meluncur ke arah Ong Bun
kim, dalam sekali kelebatan saja dia sudah berada didepan
si anak muda itu sembari melepaskan sebuah totokan.
Hiat mo jiu bisa melancarkan serangan terhadap Ong
Bun kim secara tiba-tiba, kejadian ini sesungguhnya
merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak terduga
oleh siapapun.
Dalam jarak sedekat ini apalagi dalam keadaan tidak
siap, bagaimana mungkin Ong Bun kim bisa meloloskan
diri dari serangan itu?
Bayangan manusia berkelebat lewat, dengusan tertahan
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ditengah dengusan yang tertahan, tubuh Ong Bun kim
segera roboh terjungkal kaatas tanah, sementara Hiat mo jiu
segera menggerakkan tangan kirinya memeluk Ong Bun
kim kedalam rangkulannya.
"Pingin mampus" bentak Tan Liok.
Selesai berkata dia sudah meluncur ke depan sembari
melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke-tubuh Hiat mo jiu.
Sementara Tan Liok melancarkan serangan, Thia Eng
juga turut melompat ke depan, sebuah pukulan dahsyat
segera dilancarkan kearah Hiat bo jin diiringi angin pukulan
dahsyat.
Gerak serangan yang dilancarkan kedua orang ini benarbenar
luar biasa cepatnya.
"Tahan!" bentak Hiat mo jiu sambil menggunakan
tangan kirinya untuk menangkis datangnya serangan itu.
Bentakan Hiat mo jiu yang sangat keras ini seketika itu
juga membuat Tan Liok Eng dan Thia Eng sama-sama
menarik kembali serangannya sambil mundur.
Tampak selapis hawa napsu membunuh yang amat tebal
menyelimuti seluruh wajah Hiat mo jiu.
Dengan suara keras Tan Liok membentak. "Lepaskan
dia"
"Jangan mimpi !"
Tiang seng lojin tertawa dingin katanya pula.
"Sobat kau bisa menyelinap ke dalam perguruan kami
serta melaksanakan rencana sekeji ini, sungguh hal ini
merupakan suatu tindakan yang jauh diluar dugaan kami,
entah siapakah dirimu? Apakah berasal dari perguruan Yu
leng bun?"
"Benar!"
"Melaksanakan tugas ini atas perintah dari Yu leng
lojin?" ..
"Benar!"
"Hmm Tindakanmu memang betul-betul luar biasa,
sobat? lebih baik lepaskan tawananmu itu"
"Tidak bisa !"
"Jadi kau anggap bisa kabur dari sini?"
Hiat mo jiu segera tertawa dingin.
"Heehh... heeeh.... heehh.... dengan Ong Bun kim
ditanganku kenapa aku takut tak bisa pergi dari sini?"
Seraya berkata dia lantas beranjak dan melangkah maju
kedepan.
Beratus-ratus orang anggota Sin kiam bun segera
bergerak maju dengan hawa napsu menyelimuti seluruh
wajahnya, sorot mata yang tajam tertuju kewajah Hiat mo
jiu.
Tan Liok kembali melompat kedepan sambil
menghadang jalan perginya, lalu membentak keras.
"Kau benar-benar tak mau lepaskan dirinya?"
Tanpa merasa takut barang sedikitpun juga, Hiat mo jiu
tertawa dingin.
"Heeh... heehh... heehh Hu buncu, bila kau berani turun
tangan maka yang mampus lebih dulu adalah Ong Bun kim,
jika tidak percaya, silahkan untuk mencobanya!"
Tan Liok serta segenap jago lainnya merasa gusar sekali
sehingga tubuhnya gemetar keras, tetapi tak seorangpun
diantara mereka yang berani turun tangan, karena semua
orang tahu bahwa tindakan yang gegabah bisa berakibat
kematian konyol dari Ong Bun kim.
Sambil tertawa dingin kembali Hiat mo jiu berseru:
"Ayoh cepat minggir !"
Para anggota Sin kiam bun yang menghadang jalan
perginya itu pelan-pelan menyingkir ke samping dan
memberi sebuah jalan lewat.
Hiat mo jiu tertawa seram, selangkah demi selangkah dia
berjalan menuju ke luar ruangan.
Mendadak ....
Sesosok bayangan diam-diam tanpa menimbulkan sedikit
suarapun menyelinap ke depan dan menyerang Hiat mo jiu,
sedemikian cepatnya gerakan tubuh orang itu sehingga
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, sebuah
pukulan dahsyat telah dilontarkan.
Agaknya Hiat mo jiu sama sekali tidak menduga sampai
ke situ, buru-buru dia mengigos ke samping untuk
menghindarkan diri, tapi sesosok bayangan manusia lain
telah meluncur datang sambil melepaskan juga sebuah
pukulan dahsyat.
Kedua sosok bayangan manusia yang meluncur datang
itu bukan lain adalah Kwan Siau ciu serta Tiang seng lojin.
Dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan
keheningan, lalu kelihatan Hiat mo jiu mundur ke belakang
dengan sempoyongan, setelah itu muntahkan darah segar.
Dikala Hiat mo jiu muntah darah itulah tangannya yang
mencengkeram jalan darah Ong Bun km segera diayunkan
pula kebawah.
"Huaaak...!" Ong Bun kim segera muntahkan juga
segumpal darah kental.
Oleh peristiwa tersebut, Kwan Siau ciu dan Tiang seng
lojin menjadi amat terperanjat, buru buru mereka menarik
diri dan mundur kebelakang.
Dengan cepat Hiat mo jiu menyeka darah yang menodai
ujung bibirnya, selapis hawa napsu membunuh yang
mengerikan dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya.
"Jika kalian berani turun tangan lagi, jangan salahkan
kalau kubunuh dirinya." demikian ia mengancam.
Tampak darah kental masih saja muntah ke luar dari
mulut Ong Bun kim, keadaannya sungguh mengerikan
sekali, hal mana membuat segenap anggota perguruan Sin
kiam bun yang lain tak berani turun tangan lagi secara
gegabah.
Hiat mo jiu tertawa dingin, selangkah demi selangkah
dia berjalan keluar dari sana.
Dalam keadaan demikian para jago yang terhimpun
dalam perguruan Sin kiam bun cuma bisa menggertak
giginya keras-keras, selain itu boleh dibilang mereka tak
mampu berbuat apa-apa lagi.
Dengan suatu gerakan yang cepat Hiat mo jiu
mengempit tubuh Ong Bun kim kemudian melompat keluar
dari gua Bu cing tong, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Sampai lama sekali, para jago perguruan Sin-kiam bun
hanya bisa berdiri termangu-mangu di sana tanpa
melakukan sesuatu gerakan apapun.
Giok bin hiap segera memungut pedang Sin-kiam yang
tergeletak ditanah itu, kemudian serunya.
"Kejadian ini benar-benar diluar dugaan siapapun!"
Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan kembaIi
kawanan jago lainnya.
Tiang seng lojin berkata pula.
"Yaa, sungguh tak disangka kalau Yu leng lo-jin bisa
mempunyai niat sebusuk ini!"
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"
Ratusan orang jago dari perguruan Sin kiam bun itu
segera berteriak bersama.
"Kita cari Yu leng lojin dan menuntut balas!"
"Kita tolong Buncu..."
"Beradu jiwa dengan Yu leng Iojin !"
Darah manusia terasa mendidih, teriakan emosi
menggema di seluruh angkasa sehingga kedengarannya
benar-benar mengerikan sekali.
Tiang seng lojin segera mengulapkan tangannya,
kemudian bersaeru.
"Harap saubdara sekalian tenang!"
Suasana yaag semula gaduh dan penuh emosi itu pelanpelan
menjadi tenang kembali setelah mendengar seruan
dari Tiang seng lojin itu, dalam waktu singkat suasana telah
menjadi hening kembali.
Dengan suara dalam Tiang seng lojin lantas berseru:
"Kalian tak usah terlampau emosi, sekali pun Buncu
perguruan kita sudah terjatuh ke tangan Yu leng lojin, akan
tetapi kita belum dapat membalas dendam dengan secara
terang-terangan."
"Kenapa?" tanya Giok bin hiap.
"Seandainya kita mencari balas secara terang-terangan
padahal Ong Bun kim masih berada ditangannya, maka
yang bakal mati duluan bukan Yuleng lojin melainkan
adalah Buncu perguruan kita!"
"Lantas bagaimana menurut maksudmu?"
"Asal kita bisa menghadapi persoalan ini secara jitu,
maka Buncu kita hanya akan menemui rasa kaget tanpa ada
ancaman jiwa."
"Bagaimana caranya?"
"Kita cukup mengirim dua orang saja"
"Siapa dan siapa?"
"Hu buncu mempunyai dendam pribadi dengan Yu leng
lojin, ia boleh pergi memberi pertolongan sedangkan yang
lain adalah Thia Eng congkoan, kecuali dua orang ini yang
memiliki ilmu silat sangat lihay, tak seorang manusiapun
yang sanggup menghadapi Yu leng lojin."
ooooOdwOoooo
BAB 90
"KALAU begitu. biar aku saja yang pergi." seru Tan
Liok.
"Aku saja yang lebih baik" seru Thia Eng cepat,
"pertama, semasa buncu tak ada, hu buncu yang harus
menanggung semua persoa lan perguruan. kedua, aku pun
tidak takut untuk menghadapi serangan racun dari Yu leng
lojin!"
"Betul, menang lebih cocok kalau Thia congkoan yang
pergi" sela Tiang seng lojin pula.
"Bagaimana kalau kita tetapkan begini saja?"
"Aku harap Thia congkoan bisa melaksanakan tugas
menurut keadaan yang sedang dihadapi!"
"Aku dapat melakukannya, jika bdalam sepuluh hdari
aku belum paulang, itu berabrti aku sudah tertimpa sesuatu
kejadian yang berada diluar dugaan...!"
Seusai berkata, buru-buru dia meluncur ke pintu depan.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Thia Eng sudah
keluar dari gua Bu cing tong, sementara dia sedang
berlarian, mendadak terdengar seseorang memanggil dari
belakang.
"Thia congkoan!"
Mendengar panggilan itu Thia Eng segera berhenti
seraya membalikkan tubuhnya, ternyata orang yang
memanggilnya itu bukan lain adalah Yu cing!
Thia Eng segera merasakan hatinya bergetar keras,
serunya.
"Nona Yu, ada urusan apa?"
Selapis rasa sedih dengan cepat menyelimuti seluruh
wajah Yu Cing, bisiknya lirih.
"Kau..... baik-baiklah menjaga diri." Dia seperti ada
beribu-ribu patah kata yang hendak diutarakan keluar, akan
tetapi tak tahu dari manakah dia harus mulai dengan
pembicaraan itu, sehingga dengan wajah murung dan sedih
perempuan itu hanya diam berdiri termangu disitu.
Mendadak Thia Eng maju kedepan, dia menggenggam
tangannya erat-erat, lalu serunya agak emosi. "Nona Yu..."
Pelan-pelan Yu Cing menundukkan kepalanya, lalu
berbisik.
"Aku....aku sangat menguatirkan keselamatanmu !"
"Nona Yu!" kata Thia Eng agak emosi, "aku pasti dapat
kembali lagi dengan selamat, aku meluluskan keinginanmu
dan pasti kembali lagi dengan segar bugar!"
Dibalik ucapan tersebut, terkandung nada cinta dan
kasih sayang yang suci bersih.
"Aku pasti akan menantikan kedatanganmu kembali!"
kata Yu cing kemudian dengan sedih.
"Baik-baiklah kau menjaga diri."
"Aku dapat menjaga diri baik-baik, pergilah!"
Pelan-pelan Thia Eng melepaskan genggaman tangannya
dan menatap wajah gadis itu lekat-lekat, perasaan berat
untuk berpisah muncul diparas muka kedua orang itu,
detik-detik terakhir sebelum perpisahan ini berlangsung,
tampaklah semua cinta kasih mereka berdua terlampiaskan
keluar lewat tatapan mata...
Akhirnya dia memutar badannya dan melompat pergi,
tinggal Yu Cing masih berdiri di depan gua Bu cing tong
sambil mengawasi bayangan punggungnya hingga lenyap
dari pandangan mata.r...
Entah berapta lama sudah lewat, akhirnya Ong Bun kim
tersadar kembali dari pingsannya, dia merasakan sekujur
badannya sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau tajam, lalu
menjumpai tubuhnya sedang di kempit dibawah ketiak
orang dan dibawah lari kencang.
Pelan-pelan ia teringat kembali dengan peristiwa yang
telah terjadi, tiba-tiba teringat kembali bagaimana ia ditotok
jalan darahnya oleh Hiat mo jiu, kemudian ia muntah darah
dan tidak sadarkan diri.
Ong Bun kim adalah seorang pemuda yang pintar dan
tahu diri, tentu saja diapun mengerti apa yang sedang
terjadi saat ini, mula-mula secara diam diam bawa
murninya segera dikerahkan untuk mengobati luka dalam
yang dideritanya itu.
Akan tetapi tangan kanan Hiat mo jin masih
mencengkeram diatas jalan darahnya, hal ini menyebabkan
ia tak leluasa untuk memulihkan kembali segenap tenaga
dalam yang dimilikinya.
Ia merasa paling banter cuma dapat menghimpun tenaga
dalamnya sebesar delapan bagian belaka.
Ketika Ong Bun kim merasakan tenaga dalamnya sudah
pulih kembali sebesar delapan bagian, iapun lantas bersiap
sedia melancarkan serangan dahsyat yang mematikan.
Dengan suara dingin dia lantas menegur.
"Sobat, sebenarnya siapakah kau?"
Ketika Hiat mo jiu menyaksikan Ong Bun kim telah
sadar kembali dari pingsannya, ia segera tertawa dingin
tiada hentinya.
"Ong Buncu, kau tak pernah menyangka bukan?"
"Benar, kejadian ini boleh dibilang sama sekali di Iuar
dugaanku, sebenarnya siapakah kau?"
"Seorang anggota dari Yu leng bun dibawah pimpinan
Yu-leng lojin..." sahut orang itu sambil tertawa seram.
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim merasakan
hatinya bergetar keras, tanpa terasa dia berseru: "Oooh,
dia?"
"Betul?"
”Kejadian ini benar-benar berada diluar dugaan aku
orang she Ong... tak kusangka Yu leng lojin berani berbuat
serendah dan selicik ini."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak Ong
Bun-kim mengayunkan telapak tangannya dan melancarkan
sebuah tenaga pukulan yang telah disertai segenap kekuatan
yang dimiliki anak muda itu, agaknya dia sudah bertekad
untuk beradu jiwa.
Rupanya Hiat-mo-jiu sendiripun sama sekali tidak
menyangka kalau Ong Bun-kim bakal melakukan tindakan
seperti ini.
Maka dikala dia menyadari kalau Ong Bun kim sedang
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah tubuhnya,
dengan perasaan terperanjat dia lantas membentak: "Kau
berani!"
Tangannya yang mencengkeram jalan darah Ong Bun
kim itu segera diayunkan kebawah dan melancarkan sebuah
pukulan dahsyat.
"Blaamm...." suatu benturan keras terjadi, tubuh Ong
Bun kim sendiripun terhajar telak pula oleh serangan yang
dilepaskan oleh Hiat mo-jiu tersebut.
Hiat mo jiu sendiri segera muntah darah segar tubuhnya
terjungkal roboh keatas tanah. Ong Bun kim yang berada
didalam cekalannya juga segera terlepas dari cekalannya.
Ong Bun kim sendiri mencelat kebelakang kemudian
muntah darah sampai tujuh delapan kali, tak ampun dia
roboh tak sadarkan diri.
Akibat dari serang menyerang yang terjadi secepat kilat
itu, kedua belah pihak segera menderita luka parah dan
berbaring diatas tanah tak mampu berkutik lagi.
Cuma Ong Bun kim pada dasarnya memang sudah
terluka dan belum sembuh, apalagi jalan darah yang
dihantam oleh Hiat mo jiu dalam serangannya tadi adalah
jalan darah Mia bun hiat maka membuat luka yang diderita
pemuda itu jauh lebih parah daripada luka yang diderita
oleh Hiat mo jiu sendiri.
Lama, lama sekali, akhirnya Hiat mo jiu menggerakkan
badannya dan bangkit berdiri, lalu setelah membesut darah
yang menodai ujung bibirnya, dia mengangkat tubuh Ong
Bun kim sambil sumpahnya dengan menggertak gigi.
"Keparat sialan, coba kalau aku bukan mendapat
perintah dari Buncu, sudah kujagal dirimu sedari tadi!"
Dia mengerahkan tenaganya untuk menyembuhkan luka
yang dideritanya, setelah itu sambil membawa tubuh Ong
Bun kim melanjutkan perjalanannya ke depan.
Meskipun Ong Bun kim telah berusaha keras untuk
melakukan adu jiwa, tapi akhirnya toh dia gagal untuk
meloloskan diri dari cengkeraman iblis...
Sepanjang jalan, Hiat mo jiu pun tidak membangunkan
si anak muda itu lagi....
Dalam keadaan sekujur badan sakit bagaikan remuk,
Ong Bun kiam tersadar kembali dari pingsannya...
Ketika matanya terbuka ketika itu dia hanya menjumpai
suasana di sekeliling tempat itu gelap gulita, seluruh
badannya lemas tak bertenaga.
Dia ingin membebaskan jalan darahnya dengan
menyalurkan tenaga dalamnya, sayang beberapa buah jalan
darah penting di tubuhnya sudah tertotok, sehingga ia tak
dapat memenuhi keinginannya itu.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu mencoba untuk
meraba sekeliling tempat itu, dia merasa bahwa tubuhnya
seakan-akan sedang disekap didalam sebuah rumah penjaga
yang kuat sekali, sekeliling ruangan terdapat terali besi yang
besar dan kuat.
Ong Bun kim sadar bahwa dia pasti berada didalam
perguruan Yu leng bun.
Mendadak...
Suara permainan harpa yang amat melengking
berkumandang dari dalam penjara baja itu, itulah irama Si
sim ci ki yang membetot sukma, setelah itu terdengar pula
suara gelak tertawa yang menyeramkan berkumandang
memecahkan keheningan.
Jelas tertawa yang menyeramkan itu tak lain muncul dari
mulut Iblis cantik pembawa maut.
Dalam hati Ong Bun kim menggigil keras, dia
menjumpai bahwa suara tersebut berasal dari sebelah kanan
tempat dirinya disekap sekarang.
Dia berjalan menuju ke arah kanan, dalam kegelapan
secara lamat-lamat ia menyaksikan ada sesosok bayangan
hitam sedang menari-nari dengan kalap. Bukankah orang
itu adalah Ibiis cantik pembawa maut.
Sekali lagi Ong Bun kim merasakan sekujur badannya
menggigil keras karena menahan emosi.
Suara harpa lambat laun semakin pudar dan akhirnya
lenyap dari pendengaran.
Bayangan tubuh Iblis cantik pembawa maut yang sedang
menari dengan kalap pun turut berhenti.
Suasana didalam penjara baja Itu pelan-pelan pulih
kembali dalam keheningan yang mencekam.
Lama, lama sekali. Ong Bun kim baru berseru keras.
"Cici !"
Ketika mendengar suara panggilan itu iblis cantik
pembawa maut kelihatan sangat terkejut, kemudian dengan
suara gemetar tegurnya;
"Siapakah disitu?"
"Enci, aku adalah Ong Bun kim?"
"Apa? Kau?"
"Benar, Tempat ini dimana letaknya? Apakah masih
berada dalam ruang bawah tanah Bu lim hong itu?"
"Bukan, tempat ini adalah penjara bawah tanah dari Yu
leng bun. kau... kau... apakah kau kena ditawan oleh
mereka?"
"Benar?"
"Kenapa?"
Ong Bun kim segera menceritakan pengalamannya
secara ringkas, kemudian diapun melanjutkan.
"Cici aku telah menemukan juga buah Hiat li untukmu!"
"Sungguh?" jerit si iblis cantik pembawa maut dengan
perasaan amat terkejut.
"Betul!"
"Dimana benda itu? Cepat berikan kepadaku."
Ong Bun kim mengeluarkan sebuah botol yang berisikan
buah Hiat li dan diserahkan kepadanya.
"Cici, kau harus berhati-hati, sebab benda ini sangat
beracun sekali..." Dari balik tirai besi dia angsurkan botol
tersebut kepadanya, setelah menerima botol itu Iblis cantik
pembawa maut segera tertawa terbahak-bahak dengan
girangnya.
"Haahh... haaahha... haaahh... aku bisa tertolong, aku
bisa tertolong..."
Rasa Kejut dan gembira berkecamuk menjadi satu
didalam hati perempuan ini, sehingga untuk sesaat lamanya
dia seperti lupa daratan.
Dengan perasaan terkesiap Ong Bun kim segera
bertanya:
"Enci. benarkah buah Hiat li tersebut dapat
menyelamatkan jiwamu?"
"Benar, bukan saja aku bisa tertolong, Bu-khek lojin juga
ikut tertolong."
Belum habis ucapan dari Iblis cantik Pembawa maut itu,
mendadak...
Suara langkah manusia berkumandang memecahkan
keheningan yang mencekam ruangan penjara itu, menyusul
kemudian muncul serentetan cahaya tajam yang memancar
masuk kedalam ruangan itu.
Tampak ruangan di dalam penjara itu sudah dibuka
orang, menyusul kemudian muncul dua orang manusia.
"Bun kim, mereka hendak membawamu pergi..." bisik
iblis cantik pembawa maut.
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, dua sosok
bayangan manusia itu sudah tiba didepan penjara.
Terdengar bunyir gemerincing yatng sangat nyariqng
bergema memercahkan keheningan, pintu penjara yang
terbuat dari baja itu pelan pelan terbuka.
Dua orang manusia Yu leng jin itu masuk ke dalam
penjara, kemudian sambil tertawa dingin menggiring tubuh
Ong Bun kim dari kanan kiri dan menyeretnya keluar dari
kamar ruang penjara.
Paras muka Ong Bun kim segera berobah hebat,
bentaknya.
"Hai mau apa-kalian?"
"Buncu kami ada undangan untukmu!"
"Beginikah caranya untuk mengundang? Lepas tangan,
aku Ong Bun kim bisa berjalan sendiri, aku mengikuti
dibelakang kalian berdua!"
Kedua orang itu segera melepaskan cekalannya dan satu
didepan yang lain dibelakang menggiring Ong Bun kim
berjalan keluar dari dalam ruangan bawah tanah itu.
Setelah keluar dari ruangan, mereka berjalan lagi sekian
lama dilorong bawah tanah yang berliku-liku, tak lama
kemudian sampailah mereka didepan gua Yu leng bun
dimana Yu leng lojin bersemayan.
Yu leng jin yang berada di tempat itu segera berseru
dengan suara yang dalam.
"Lapor Buncu, Ong Bun kim telah datang menghadap!"
Dari dalam ruangan segera terdengar suara gelak tertawa
nyaring bergema memecahkan keheningan, suara itu
berasal dari mulut Yu leng lojin dan kedengaran
mengerikan sekali.
Diam-diam Ong Bun-kim bergidik, ia tahu nasibnya
lebih banyak berbahayanya dari pada beruntung.
"Masuk!" seru Yuleng lojin kemudian sambil
menghentikan kembali gelak tertawanya.
"Baik!"
Yu leng jin yang berada didepan segera menyingkir
kesamping memberi jalan lewat, sementara Yu-leng jin
yang berada di belakang mendorong Ong Bun kim kedepan.
Dengan sempoyongan Ong Bun kim segera menerjang
masuk kedalam pintu ruangan itu.
Menanti dia dapat berdiri tegak kembali maka tampaklah
Yu leng lojin telah berada di hadapannya, sedangkan
dibelakang tubuhnya tampak ada dua sosok bayangan
manusia sedang berdiri sambil bersiap siaga.
Sekarang Yu leng lojin sudah dapat bangkit berdiri,
rupanya dari kitab Hek mo keng yang berhasil diperolehnya
itu, ia telah berhasil memahami cara untuk menembusi
nadi-nadinya yang kaku, sekalipun sekarang masih lemas,
akan tetapi boleh dikata sudah mendekati taraf
penyembuhan.
Yu leng lojin tertawa seram:
"Heeh.....heehh....heeh.... Ong Buncu sungguh tidak
disangka kita akan berjumpa lagi ditempat ini!"
Ong Bun kim tertawa dingin.
"Betul!" sahutnya, "So buncu memang seorang yang
hebat sekali!"
"Ong Buncu!" kata Yu leng lojin sambil tertawa dingin,
"ketika perguruanmu diresmikan tempo hari, maaf kalau
aku orang she So tak dapat ikut menghadirinya."
"Tidak berani!" sahut Ong Bun kim ketus "kau telah
mengutus anak buahmu untuk turut serta dalam upacara
itu, kehadirannya jauh lebih mengharukan dari pada
kehadiranmu sendiri, entah So buncu hendak menghadapi
diriku dengan cara apa?"
"Ooh.. . jangan berkata begitu serius, aku orang she So
ada urusan hendak mengajakmu untuk berunding!"
"Katakan saja terang terang!"
"Aku minta kau bersedia masuk menjadi anggota
perguruanku"
"Soal itu, aku rasa tak nanti Ong Bun kim bersedia
melakukannya""
Mendengar jawaban itu Yu leng lojin segera tertawa
dingin, katanya lagi.
"Jika kau tak mau menyanggupi permintaanku ini, maka
semua anggota perguruanmu akan mampus semua
ditanganku."
Ucapan tersebut diucapkan dengan penuh kobaran hawa
napsu membunuh, bagaimanapun juga Ong Bun kim
merasakan hatinya sangat berat sehingga tanpa terasa bulu
romanya pada bangun berdiri.
Sambil tertawa dingin Yu leng lojin kemudian berkata.
"Ong buncu apakah kau tidak percaya?" Semenjak
semula Ong Bun kim sudah menduga kalau Yo leng lojin
bakal menggunakan cara yang licik tapi keji untuk
menghadapinya, kini dia yakin Yu leng lojin tak akan
mampu membunuh segenap anggota perguruannya, sebab
hal ini tidak masuk diakal.
Kecuali kalau telah menggunakan ilmu hipnotis Gi sin
tay hoatnya untuk mempengaruhi orang.
Teringat kembali akan ilmu hipnotis Gi sin tay hoat
tersebut, tanpa terasa Ong Bun kim merasakan sekujur
badannya bergidik, mungkinkah Yu leng lojin akan
menghadapinya dengan mempergunakan ilmu sesat
tersebut sehingga ia kehilangan kesadarannya dan
membunuh habis segenap anak muridnya dalam perguruan
Sin kiam bun.
Seandainya dugaannya itu tidak meleset, akibat dari
peristiwa tersebut benar-benar akan mengerikan sekali.
oooOdwOooo
BAB 91
BERPIKIR sampai ke situ Ong Bun kim benar-benar
merasakan hatinya amat bergidik, sambil menggertak gigi
menahan diri serunya kemudian agak sangsi.
"Apakah kau hendak mempergunakan ilmu hipnotis Gi
sin tay hoat untuk mempengaruhi orang?"
"Tidak usah, apalagi meski Ong Buncu mengetahui cara
penggunaan ilmu Hipnotis Gi sin tay hoat tersebut, sayang
terhadap manusia semacam kau tak akan memberi manfaat
yang terlalu besar, oleh karena itu aku mempunyai sebuah
cara lain yang lebih bagus dari Gi sin tay hoat untuk
mempraktekkan kehebatannya!"
"Apakah caramu itu, aku Ong Bun kim ingin sekali
mendengar keterangan!"
Yu leng lojin tertawa dingin, kemudian katanya:
"Dengan mengorbankan waktu selama hampir dua puluh
tahun lamanya, aku telah berhasil menciptakan sejenis pil
yang dinamakan Hian sim wan, barang siapa yang menelan
pil tersebut maka keadaanya tidak akan jauh berbeda
dengan orang yang terpengaruh oleh ilmu Gi sin tay hoat,
cuma keistimewaannya setiap hari dia akan bernapsu sekali
untuk membunuh paling tidak dua puluh empat orang..."
"Apa?"
Ketika mendengar keterangan tersebuut Ong Bun kim
merasakan sekujur badannya menggigil keras, berita itu
betul-betul merupakan suatu berita yang mesgerlkan sekali,
sebab seandainya apa yang dikatakan itu menjadi suatu
kenyataan maka akibatnya benar-benar akan mengerikan
sekali.
Yu leng lojin tertawa seram, katanya kemudian.
"Oleh sebab itu, aku minta kau bersedia untuk bekerja
sama dengan diriku dan menjagoi seluruh dunia persilatan,
kalabu tidak. Heeehhd..... heeeh....a heeehhh.... tebrpaksa
aku akan mempersilahkan kau untuk merasakan pil Huan
sim wan tersebut!"
Ong Bun kim tertawa dingin, katanya kemudian:
"Kerja sama macam apakah itu? Lebih baik kau
terangkan lebih dahulu..."
"Kau melaksanakan semua perintah yang kuberikan,
pertama sekarang juga menulis surat kepada wakil ketuamu
agar membawa segenap kekuatan perguruan yang ada
untuk menyerang partai Siau lim...."
Mendengar perkataan itu, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat, katanya:
"Baru permintaan yang pertama, aku Ong Bun kim
sudah tak mampu untuk melaksanakannya"
"Kalau begitu, kau tidak bersedia untuk bekerja sama
denganku?" seru Yu leng lojin dengan wajah berubah.
"Syarat yang kau ajukan itu tak mungkin bisa diterima
oleh aku orang she Ong?"
Sekali lagi paras muka Yu leng lojin berubah sangat
hebat, katanya dengan menyeramkan: "Ong buncu, kau
tampik arak kehormatan dengan memilih arak hukuman?
Hanya manusia yang pintarlah yang dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan, tindak tanduk yan angkuh dan keras
kepala hanya akan mendatangkan ketidak beruntungan saja
bagimu."
"So buncu, buat apa kau musti banyak berbicara?" tukas
Ong Bun kin dengan wajah berubah.
Selapis hawa napsu membunuh yang mengerikan dengan
cepat menyelimuti seluruh wajah Yu leng lojin, dengan
suara dalam bentaknya.
"Utusan kiri kanan!"
"Siap!"
Dua sosok bayangan hitam segera mengiakan dengan
suara yang dingin menyeramkan.
"Bekuk dia!" bentak Yu leng lojin lagi. Dua sosok
bayangan hitam itu segera mengiakan, dari kiri dan kanan
mereka menerjang maju ke depan dan mencengkeram
tubuh Ong Bun kim erat-erat.
"Ong Buncu!" seru Yu leng lojin lagi sambil tertawa
seram, "sekali lagi kuberi sebuah ketempatan kepadamu."
Paras muka Ong Bun kim telah berubah menjadi amat
mengerikan, keadaan sudah tertera jelas sekali, jika dia
menolak kerja sama tersebut, maka sudah pasti dia akan
dicekoki pil Huran sim wan itu melakukan perbuatan
perbuatan diluar kemauannya.
Tapi dia tak bisa menerimanya.
Tentu saja Ong Bun kim tak dapat meluluskan
permintaannya itu, kalau tidak maka dia akan berubah
menjadi seorang raja iblis pembunuh manusia yang teramat
keji, seluruh umat persilatan yang ada di dunia ini bisa jadi
akan musnah semua ditangannya.
Berpikir sampai disitu, hampir meledak dada Ong Bun
kim saking gusar dan mendongkolnya, segera bentaknya:
"Yu leng lojin, kau..."
"Semua perkataanku sudah kuterangkan dengan sejelasjelasnya,
jika Ong buncu tidak bersedia untuk bekerja sama
dengan diriku, maka jangan kau salahkan jika aku berhati
keji dan turun tangan kejam terhadap dirimu."
"Kau berani menggunakan cara yang terkutuk itu untuk
menghadapiku?" bentak Ong Bun kim.
"Kenapa tidak berani? Sekali lagi ku bertanya
kepadamu."
"Jangankan sepatah kata, seribu patah atau sepuluh ribu
patah kata pun percuma."
"Bagus sekali."
Begitu selesai berkata, Yu leng lojin segera mengayunkan
tangan kanannya kedepan melancarkan sebuah totokan.
Ong Bun kim segera merasakan sekujur badannya
menjadi kaku dan kesemutan kemudian tak dapat bergerak
lagi.
Yu leng Iojin dengan senyuman mengerikan menghiasi
ujung bibirnya segera merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sebutir pil berwarna kuning yang besarnya
seperti ibu jari.
Kemudian sambil pelan-pelan berjalan kehadapan si
anak muda itu, bentaknya.
"Buka mulutmu!"
Dalam keadaan seperti ini, Ong Bun-kim sudah tak dapat
berbicara lagi, dia cuma bisa menggertak giginya sambil
menutup mulutnya rapat-rapat, sekalipun harus
mengorbankan jiwanya, dia juga tak akan menelan pil
tersebut.
Yu-leng lojin tertawa dingin, disaat suara tertawanya
yang menyeramkan itu belum berakhir, mendadak
terdengar suara langkah kaki yang amat ramai
berkumandang datang dari luar pintu gua tersebut.
Yu-leng lojin menjadi tertegun, kemudian bentaknya
dengan suara dalam yang berat:
"Siapa disitu?"
"Lapor buncu, keadaan tidak beres..."
"Apa yang telah terjadi?"
"Ada orang telah tiba dalam perguruan kita..."
"Tangkap orang itu!"
"Lapor buncu orang itu memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, dia telah membunuh beberapa orang anggota kita, Hu
buncu sendiripun sudah terluka di tangannya."
"Sungguhkah perkataan itu."
"Benar, oleh sebab itu hamba sekalian datang
melaporkan kejadian ini kepada Bun cu!"
Selapis hawa napsu membunuh yang sangat tebal dengan
cepat menyelimuti wajah Yu-leng lojin, sinar matanya
segera dialihkan ke atas wajah Ong Bun kim, setelah itu
tanyanya lagi dengan suara dalam.
"Apakah orang itu berasal diri perguruan Sin kiam bun?"
"Lapor Buncu, orang itu memang anggota perguruan Sin
kiam bun!"
"Gunakan racun untuk memusnahkan orang itu"
"Lapor Buncu, orang itu tidak mempan terhadap racun!"
"Apa? Tidak mempan terhadap racun?"
"Benar!"
Tiba-tiba sekujur badan Yu leng lojin gemetar keras,
setelah sinar matanya dialihkan sekejap ke arah Ong Bun
kim, mendadak katanya dengan suara keras.
"Sudah tahu, mundur kau!"
Setelah selesai berkata, Yu leng lojin segera bergerak
menuju ke luar pintu gerbang.
Tapi baru saja Yu leng lojin tiba didepan pintu gerbang,
terdengarlah seseorang membentak dengan suara keras.
"Hayo cepat suruh Yu leng lojin menggelindingi keluar
dari tempat persembunyiannya."
Orang yang berteriak keras itu bukan lain adalah Thia
Eng.
Dalam ruang tengah perguruan Yu leng-bun, saat itu
sudah diselimuti oleh selapis hawa pembunuhan yang
sangat mengerikan sekali, berpuluh-puluh orang jago dari
Yu leng bun telah menghadang jalan pergi Thia Eng,
sementara lima enam sosok mayat terkapar diatas tanah.
Dengan sorot mata tajam Thia Eng memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian bentaknya lagi.
"Mengapa kalian tidak menyuruhnya untuk
menggelindingi keluar dari tempat persembunyiannya?"
Baru selesai Thia Eng berseru mendadak terdengar suara
tertawa dingin yang menyeramkan berkumandang datang
dari balik ruangan tengah itu.
Sesosok bayangan manusia bagaikan setan gentayangan
telah meluncur masuk kedalam ruangan dengan kecepatan
luar biasa.
Paras muka Thia Eng berubah, kemudian bentaknya:
"Yu Ieng lojin, masih ingat dengan Thia Eng?"
Yu leng lojin agak tertegun, kemudian sahutnya.
"Ooh... rupanya kau, ketika berada dalam kuil Siau lim si
tempo hari, kita agaknya sudah pernah bersua."
"Betul sungguh tak kusangka Buncu memiliki daya
ingatan yang lumayan juga..."
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Minta kepadamu untuk menyerahkan Buncu perguruan
kami..."
"Suruh aku menyerahkan Ong Bun kim kepadamu?"
"Tepat sekali!"
"Apa yang kau andalkan sehingga berani mengatakan
begitu? Kau anggap ilmu silatmu sudah hebat?"
Paras muka Thia Eng berubah, bentaknya:
"Sebenarnya kau hendak menyerahkan Buncu kami atau
tidak?"
"Asal kau punya kepandaian..."
Thia Eng tak dapat menahan diri lagi sambil membentak
keras tubuhnya segera meluncur ke depan dengan
kecepatan luar biasa dia langsung menerjang ke arah tubuh
Yu leng lojin.
Serangan yang dilancarkan oleh Thia Eng ini boleh
dibilang cepatnya bukan kepalang, tapi pada saat yang
bersamaan itu juga, dua sosok bayangan hitam telah
meluncur juga ke tengah arena dari sisi kiri dan kanan
gelanggang.
-oo0dw0oo--
Jilid 29
KEDUA sosok bayangan hitam itu bukan lain adalah
utusan kiri dan utusan kanan dari Yu leng Iojin.
Kepandaian silat yang dimiliki utusan kiri kanan boleh
dibilang lihay sekali, kecuali Yu leng lojin seorang, boleh
dibilang tiada orang kedua yang mampu menandingi
kemampuannya itu, tubrukan yang dilakukan kedua orang
ini, sudah barang tentu dilakukan juga dengan kecepatabn
yang mengerikdan.
"Bagus ! Ruapanya kalian bebrdua sudah bosan hidup?"
bentak Thia Eng dengan keras.
Sepasang lengannya direntangkan melancarkan dua buah
pukulan dahsyat yang ditujukan ke tubuh utusan kiri dan
utusan kanan, di dalam serangannya ini Thia Eng telah
sertakan juga segenap tenaga pukulan yang dimilikinya,
kehebatannya tak terlukiskan dengan kata-kata.
Ilmu silat yang dimiliki utusan kiri kanan juga bukan
sembarangan, satu maju yang lain menghindar, dua sosok
bayangan tubuh dengan gerakan yang saling membantu
telah menerjang ke tubuh Thia Eng dengan seranganserangan
mengerikan.
Mendadak...
Yu leng lojin membentak dengan suara yang amat keras:
"Tahan !"
Mendengar bentakan dari Yu Ieng lojin yang diucapkan
secara tiba-tiba itu, serentak utusan kiri dan utusan kanan
menarik kembali serangannya sambil melompat mundur ke
belakang.
Dengan suatu gerakan sangat cepat Yu leng lojin, segera
meluncur ke depan menerjang ke arah Thia Eng.
Menghadapi terjangan itu, tanpa sadar Thia Eng mundur
dua langkah ke belakang dan melototi wajah Yu leng lojindengan
wajah penuh kegusaran.
Yu leng lojin segera tertawa seram.
"Heeehhh... heehh...heeehh bukankah kau datang untuk
mencari diriku? Tentu saja aku tak dapat membiarkan kau
bertarung melawan anak buah ku, cuma seandainya kau
memang berhasrat untuk menyelamatkan Ong Bun kim,
sebenarnya itu pun tidak susah, asal kau bersedia
memenuhi sebuah permintaanku."
"Apa syaratku itu?*
"Mencoba untuk menerima ilmu hipnotis Gi- sin tayhoat,
jikalau kau sanggup mempertahankan diri dari
pengarah ilmu hipnotis Gi sin-tay-hoat tersebut, maka aku
akan menyerahkan Ong Bun kim kepadamu..."
"Sungguhkah ucapan dari Buncu itu?" seru Thia Eng
sambil tertawa dingin...
"Betul !"
"Bagus sekali, aku ingin sekali menjajal sampai
dimanakah kehebatan dari ilmu hipnotis Gi sin tay hoat
yang sangat kau unggul-unggulkan itu."
"Kalau begitu, ikutilah aku !"
Sambil berkataq, Yu leng lojin segera berjalan masuk
lebih dahulu menuju ke pintu rahasia ketujuh.
Thia Eng tertawa dingin, dia pun turut masuk
dibelakangnya.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah berada
didalam, Yu leng bun, ketika Ong Bun-kim menyaksikan
kemunculan Thia Eng di tempat itu, paras mukanya segera
berubah hebat, akan tetapi tak sepatah katapun yang
sanggup dia ucapkan.
Thia Eng sendiri ketika menjumpai Ong Bun-kim berada
disana, segera berteriak pula:
"Buncu !"
Dia melompat ke depan dan menghampiri Ong-Bun kim,
akan tetapi gerakan tubuh dari Yu leng lojin jauh lebih
cepat lagi, dengan suatu gerakan saja tahu-tahu ia sudah
menghadang jalan perginya.
"Saudara, apakah kau tidak merasa bahwa tindakanmu
itu terlalu terburu napsu?" tegurnya sambil tertawa dingin.
Paras muka Thia Eng berubah hebat, baru saja akan
membentak, utusan kiri dan utusan kanan telah mengempit
tubuh Ong Bun kim sambil mundur kebelakang.
Paras muka Thia Eng semakin berubah hebat.
Yu-leng lojin segera tertawa seram katanya. "Asalkan
kau tidak sampai terpengaruh oleh ilmu hipnotis Gi sin tayhoat,
bukankah aku sudah bilang akan menyerahkan Ong
Bun-kim kepadamu?"
"Cepat gunakan ilmu Gi sin tay-hoat tersebut!" bentak
Thia Eng dengan suara keras.
Pelan-pelan Yu-leng lojin duduk kembali di atas
kursinya, dia lantas berseru:
"Saudara, sekarang tataplah sepasang mataku !"
"Baik !"
Setelah mengiakan, Thia Eng segera mengalihkan sinar
matanya keatas mata Yu leng lojin yang tajam bagaikan
sembilu itu untuk menyambut pengaruh dari ilmu Gi sin
tay-hoat
Ong Bun-kim yang menyaksikan itu segera merasakan
hatinya bergetar keras. Bila dibilang dengan andalkan
kepandaian silat yang dimiliki Thia Eng sekarang untuk
melawan Gi-sin-tay-hoat dari Yu-leng lojin, sesungguhnya
kejadian ini bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan.
Akan tetapi, kepandaian yang dimiliki Yu leng lojin kini
sudah jauh berbeda bila dibandingkan dengan keadaan
dulu, sebab sejak mendapatkan kitab pusaka Hek-mo keng,
kemajuan pesat yang diperolehnya dalam tenaga dalam,
boleh dibilang telah mencapai ke tingkatan yang
mengerikan sekali.
Sayangnya dia tak sanggup berbicara apa-apa, yang bisa
dilakukan-sekarang hanya mengawasi Yu-leng lojin dengan
sepasang matanya yang berapi-api.
Sementara itu pengaruh ilmu hipnotis Gi sin tayhoat
sudah dimulai
Mendadak...
Disaat yang amat kritis itulah terdengar suara langkah
kaki manusia berkumandang dari luar pintu, menyusul
kemudian sesosok bayangan manusia berbaju merah
berkelebat lewat, tahu-tahu si Dewi mawar merah sudah
menyelinap masuk ke dalam.. Dia memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya dengan suara lirih:
"Lapor buncu!"
Sementara itu Yu leng lojin sedang mengerahkan ilmu
Gi sin tay hoat untuk menyerang lawannya, dalam keadaan
demikian, tak sepatah katapun dari Dewi mawar merah
yang terdengar olehnya. Utusan kanan segera bertanya:
"Ada urusan apa?"
"Ada orang mencari Buncu!"
”Siapa ?"
"Seorang yang bernama Pak khek tong!"
Ong Bun kim yang mendengar nama itu kembali
merasakan hatinya bergitar keras, sebab wakil ketua dari
perguruan Sin kiam-bun juga telah datang disitu.
Terdengar utusan kanan berseru dengan suara dalam:
"Beritahu kepadanya kalau Buncu belum ada waktu
sekarang, suruh dia menunggu dulu !"
Belum habis utusan kanan menyelesaikan kata-katanya,
terdengar suara bentakan keras menggelegar memecahkan
keheningan disusul kemudian suara pertarungan yang amat
sengit berkobar di ruangan tersebut.
Kalau didengar dari suara bentakan dan pertarungan
yang sedang berlangsung dapat diketahui kalau suasana
dalam ruang tengah Yu leng bun telah diliputi ketegangan,
dan suasana mengerikan yang luar biasa sekali.
Mendadak...
Sesosok bayangan manusia berkelebat masuk ke dalam
pintu gerbang dengan kecepatan luar biasa, utusan kanan
yang menyaksikan kejadian itu segera menyadari bahwa
gelagat tidak menguntungkan, tarpa berpikir panjang lagi
dia segera menerjang ke depan dan menghadang jalan pergi
orang itu...
Sesosok bayangan manusia segera menerjang masuk ke
dalam, tak salah lagi, orang itu bukan lain adalah Tan Liok.
Sementara Tan Liok masuk kedalam ruangan, puluhan
sosok bayangan manusia segera menyusul tiba dan
menerjang ke arahnya secara kalap dan ganas....
"Mundur...." Tan Liok segera membentak keras.
Tangan kanannya melancarkan sebuah pukulan untuk
membendung datangnya terjangan tersebut, kemudian
sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke depan.
Dengan cepat tubrukan dari puluhan orang Yu leng jin
tersebut sama sekali terbendung.
Utusan kanan kembali membentak dengan suara dingin:
"Tahan!"
Tan Liok menarik kembali serangannya dan mundur
beberapa langkah kebelakang, kemudian sambil
mengalihkan sinar matanya ke wajah utusan kanan,
katanya dengan dingin:
"Mana Yu leng lojin?"
"Mau apa kau?"
Tan Liok segera tertawa dingin. "Tentu saja untuk
berbincang-bincang," sahutnya.
"Sekarang Buncu kami belun ada waktu!"
"Tidak ada waktupun harus menjumpai juga"
"Tampaknya kedatanganmu kemari adalah untuk
membuat perhitungan lama..."
"Benar!"
"Bagus, rupanya kau ingin mampus?"
"Belum tentu !"
"Jika kau berani bergerak lagi, jangan salah kan kalau
segera kujagal dirimu!"
"Kalau memang begitu silahkan saja untuk mencoba"
tantang Tan Liok sambil tertawa dingin.
Ditengah bentakan keras, tubuh Tan Liok segera
meluncur kearah utusan kanan seraya melancarkan sebuah
pukulan yang sangat dahsyat.
Serangan yang dilancarkan oleh Tan Liok ini
dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Utusan kanan mana menyangka kalau ilmu silat yang
dimiliki Tan Liok sudah mencapai ke tingkatan yang tiada
tandingannya didunia ini? Ternyata serta merta dia
lepaskan juga sebuah pukulan untuk menyambut datangnya
ancaman tersebut dengan keras melawan keras.
Menanti sepasang tenaga sudah saling berjumpa, dia
baru terkesiap dan merasa gelagat tidak menguntungkan,
buru-buru tubuhnya menyelinap ke samping dan
mengundurkan diri, untung saja dia mengetahui keadaan
ini terlalu awal, coba kalau tidak sudah pasti dia akan
terluka oleh serangan lawan.
000OdwO000
BAB 92
MENDADAK...
Suatu bentakan keras menggelegar memecahkan
keheningan, Yu-leng lojin yang sudah menyalurkan tenaga
dalamnya itu dalam keadaan tiba-tiba dan sama sekali tak
terduga langsung menerjang kearah Thia Eng dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir
Tenaga serangan yang dilancarkan kali ini telah
disertakan dengan segenap tenaga dalam yaag dimiliki Yu
leng lojin. kekuatannya benar-benar mengerikan sekali.
Thia Eng mana mengira kalau pihak lawan yang sedang
mengerahkan tenaga dalamnya itu bisa melakukan serangan
secara mengerikan? menanti ia merasakan keadaan tersebut,
untuk menghindarkan diri waktu sudah terlambat sekali.
Akan-tetapi dia memang tidak malu disebut orang yang
berilmu tinggi, dikala Yu leng lojin melakukan tubrukan
tersebut, dia pun melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
"Blaaamm..."
Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Thia Eng merasakan kepalanya menjadi pusing dan
muntah darah segar, tubuhnya segera roboh terjengkang
keatas tanah.
Sebaliknya Yu leng lojin sendiripun mundur sejauh tujuh
delapan langkah dengan sempoyongan, mukanya menjadi
pucat pasi dan darah dalam tubuhnya segera bergolak keras.
Pada saat itulah, si Dewi mawar merah sudah meluncur
kedepan sambil melancarkan sebuah cengkeraman maut ke
tubuh Thia Eng.
Baru saja Yu leng Iojin bisa berdiri tegak, sesosok
bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa telah
meluncur kehadapannya dan orang itu ternyata bukan lain
adalah Tan Liok.
Dengan suatu lejitan keras Tan Liok menerjang
kehadapan Yu leng lojin, mendadak ia menjumpai Ong Bun
kim berada disana, dengan wajah berubah hebat dia lantas
mengalihkan sasarannya dan menerjang ke arah utusan kiri.
Tubrukan yang dilakukan oleh Tan Liok ini boleh
dibilang dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran
petir, tampaknya Utusan kiri itu tidak menyangka kalau
Tan Liok bakal melancarkan serangan kearahnya, dengan
perasaan terkesiap buru-buru dia menghindarkan diri ke
samping.
Sungguh luar biasa cepatnya serangan dari Tan Liok itu,
gagal dengan serangan yang pertama, serangan kedua telah
dilancarkan lagi ke muka.
Mendadak...
"Tahan !" suatu bentakan keras menggema dari mulut Yu
Leng lojin.
Bayangan manusia melintas, tahu-tahu ia sudah
menghadang dihadapan Tan Liok.
Pelan-pelan sinar mata Tan Liok dialihkan ke atas wajah
Yu Leng lojin dan menatapnya lekat-lekat.
Situasi yang dihadapinya sekarang sangat tidak
menguntungkan bagi pihaknya, sebab Ong Bun-kim
maupun Thia Eng telah terjatuh ditangan orang, salah-salah
bisa jadi dia sendiripun tak bisa keluar lagi dari Yu leng-bun
ini dalam keadaan selamat.
Maka dengan sekuat tenaga dia berusaha menekan hawa
napsu membunuh yang berkobar dalam hatinya, kemudian
sambil tertawa dingin katanya:
"So buncu, kau masih-kenal dengan aku orang she Tan?"
Paras muka Yu-leng lojin segera berubah hebat.
"Kau adalah Tan Liok?" serunya.
"Benar!"
"Kau..."
"Kau tidak menyangka bukan kalau aku belum mati?"
"Benar!"
"Dua puluh tahun berselang, kau telah menodai istriku,
dan hari ini aku datang untuk menuntut perhitungan ini
denganmu!"
Yu-leng lojin segera tertawa dingin.
"Heehhh...heeehhh heeehhh... Tan Liok, sungguh tidak
ku sangka kau masih teringat dengan peristiwa tersebut..."
"Betul!" kata Tan Liok sambil tertawa seram, "selama
hidup aku orang she Tan tak akan melupakan peristiwa
tersebut, karena kau sangat baik sekali kepadaku, bukaokab
kau amat mencintai istriku?"
"Benar."
"Sekarang dia sudah pulang ke akhirat, maka Iebih baik
kaupun pergi menemaninya!"
Tampaknya Yu leng lojin masih belum tahu kalau Tan
Liok adalah wakil ketua dari perguruan Sin kiam bun,
sambil tertawa dingin dia lantas berkata.
"Tan Liok, urusan yang sudah lewat biarkan saja lewat,
mengapa kau tidak menggabungkan diri denganku dan
bersama-sama menguasahi seluruh dunia persilatan?"
Tan Liok tertawa dingin.
"Sayang aku orang she Tan tidak mempunyai ambisi
sebesar itu, apalagi bekerja sama denganmu!"
"Jadi maksudmu..."
"Aku hendak membunuhmu!"
Mendengar perkataan tersebut Yu leng lojin segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh haaahh.... haaahh Tan Liok, mampukah kau
untuk mewujudkan keinginanmu itu?"
"Soal ini akan segera kau ketahui setelah dicobanya
nanti!"
Ditengah bentakan yang amat keras, Tan Liok segera
bergerak mendekati Yu leng lojin, suasana dalam arenapun
kembali diliputi oleh hawa pembunuhan yang sangat
mengerikan.
Tampaknya sebelum salah seorang diantara Tan Liok
dan Yu leng lojin mati, pertarungan diantara mereka berdua
tak akan berakhir.
Tan Liok bisa menyusul Thia Eng ketempat itu, sudah
barang tentu dia pun cukup mengetahui akan kelihayan
ilmu Gi sin tay hoat yang dimiliki Yu leng lojin, maka dia
lantas meninggalkan tugas perguruannya dan menyusul
kesitu.
Kini Tan Liok sudah sampai disitu, tentu saja diapun
dapat membayangkan bahwa Yu leng lojin akan
mempergunakan racun, maka Tiang seng lojin
menghadiahkan sebutir pil pemunah racun kepadanya
dengan harapan dia bisa bertarung melawan Yu leng lojin
tanpa kuatir akan terserang oleh racun keji.
Begitulah, ketika Tan Liok melakukan serangan
kedepan, paras muka Yu leng lojin segera berubah hebat,
tampak sorot mata kedua belah pihak sama-sama saling
bertatapan tanpa berkedip barang sedikitpun juga.
Mendadak...
Suatu bentakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang daari mulut Tan Liok, dia menerjang
kehadapan Yu leng lojin dan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Didalam serangannya ini, Tan Liok hanya menggunakan
enam bagian saja dari tenaga dalam yang dimilikinya, dia
harus menyembunyikan kekuatan yang sebenarnya
sehingga bila ada kesempatan baik dan diluar dugaan Yu
leng lojin, dia akan melancarkan serangan dengan sepenuh
tenaga.
Walaupun serangan ini hanya mempergunakan tenaga
sebesar enam bagian, tapi kedahsyatannya mengerikan
sekali, Yu lenglo jin segera tertawa dingin diapun
melancarkan sebuah pukulan untuk menyambut datangnya
ancaman tersebut.
Kedua belah pihak sama-sama melakukan serangan
dengan kecepatan luar biasa, betul juga, serangan yang
dilancarkan oleh Yu leng lojin itu segera berhasil
membendung ancaman yang dilakukan oleh Tan Liok,
akan tetapi dalam detik berikutnya Tan Liok telah
melancarkan kembali serangannya yang kedua.
Kedua orang itu sama-sama berilmu tinggi dan
menyerang dengan kecepatan yang mengerikan, di antara
berkelebatnya bayangan manusia, masing-masing pihak
telan melepaskan tiga buah serangan berantai, tampaknya
Tan Liok kena didesak sehingga berada dipihak kalah.
Padahal didalam kenyataannya, ilmu silat yang dimiliki
Tan Liok masih jauh diatas kepandaian yang dimiliki Yu
leng lojin, cuma saja dia memang sengaja berlagak seperti
terdesak hebat dengan berharap pada suatu kesempatan dia
akan menyerang dengan segenap kekuatan yang
dimilikinya...
Yu leng lojin segera tertawa seram. "Haahh....
haaahh....haahh...Tan Liok, dengan tenaga dalam yang kau
miliki sekarang, mana mungkin bisa membalas dendam?
Aku lihat lebih baik kau bekerja sama dengan diriku saja..."
"Kentut busuk..."
"Makilah haaahh.. hahhh.. haaaahh.. jika aku berhasil
menawanmu maka aku akan menyuruhmu setia seratus
persen kepadaku..."
Dengan tertawanya yang mengerikan secara beruntun
dia lancarkan tiga buah serangan berantai, untuk sesaat Tan
Liok menjadi terkurung dibalik pukulan-pukulan musuh
yang sangat hebat itu sehingga posisinya makin lama
semakin bertambah gawat.
Sementara itu Ong Bun kim yang tertotok jalan darahnya
merasa terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian itu.
Pada saat itulah mendadak... sesosok bayangan manusia
secepat sambaran petir menerjang masuk kedalam ruangan
itu!
Utusan kanan segera mengalihkan sinar matanya kearah
orang itu, kemudian dengan terkejut bentaknya.
"Mau apa kau datang kemari?"
Yang datang ternyata bukan lain adalah iblis cantik
pembawa maut.
Dengan sorot mata yang tajam, iblis cantik pembawa
maut memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
dengan paras muka berubah hebat, ia tertawa dingin tiada
hentinya.
"Iblis cantik pembawa maut!" bentak Utusan kanan
dengan suara dingin seperti es, "jika kau tidak kembali lagi
kedalam penjara. segera kucabut selembar jiwamu!"
"Aku datang untuk mencari Yu leng lojin."
Sembari menjawab, iblis cantik pembawa maut segera
menerjang kearah Utusan kanan.
Dengan situasi yang dihadapinya sekarang, dia harus
berusaha keras untuk menguasahi Utusan kiri dengan suatu
serangan tak terduga sehingga dapat menyelamatkan Ong
Bun-kim.
Sedangkan Utusan kiri dan kanan sama sekali tidak tahu
kalau Iblis cantik pembawa maut telah terbebas dari
pengaruh racun Si-sim ci tok setelah makan buah Hiat-li.
"Ada urusan apa kau pergi mencarinya?" kembali utusan
kanan membentak dengan suara keras.
"Ada persoalan yang hendak kutanyakan kepadanya!"
"Persoalan apa?"
Belum habis si Utusan kanan berkata, Iblis cantik
pembawa maut sudah melompat kedepan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat, dia langsung menerjang ke arah
tubuh utusan kanan tersebut.
Serangan yang dilancarkan dengan gerakan beradu jiwa
ini sungguh cepat luar biasa, tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, kemudian terdengar dengusan tertahan
bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu utusan kanan
sudah roboh terkapar diatas tanah
Menyaksikan peristiwa ini, Utusan kiri menjadi tertegun.
Dalam waktu singkat tubuh Iblis Cantik pembawa maut
sudah meluncur kembali ke depan, sementara perempuan
itu menyerang utusan kiri dengan serangan yang bertubitubi,
sesosok bayangan manusia telah menyelinap masuk ke
dalam ruang itu.
Bayangan tersebut bukan lain adalah Bu kek lojin
adanya.
Begitu Bu kek lojin masuk ke dalam ruangan ketika itu
Thia Eng juga sedang mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya untuk melancarkan sebuah pukulan dahsyat
ketubuh si Dewi mawar merah dikala perempuan itu
teledor.
Sekali pun Thia Eng sudah menderita luka, akan tetapi
dalam waktu yang amat singkat tadi dia telah
menyelesaikan pengobatannya, maka serangan yang
dilancarkan dengan segenap kekuatan yang dimilikinya ini
boleh dibilang benar-benar mengerikan sekali.
Menanti si Dewi mawar merah menyadari kalau
keadaan tidak beres, keadaan sudah terlambat.....
Serangan dahsyat yang dilancarkan Thia Eng tersebut
tahu-tahu sudah meluncur datang
"Blaam." ditengah benturan keras, Dewi mawar merah
mendengus tertahan lalu tubuhnya terlempar ke belakang.
Pada saat yang bersamaan, dengusan tertahan
berkumandang pula dari mulut si utusan kiri, ternyata
serangan maut yang dilancarkan Iblis cantik pembawa maut
itu tak sanggup ditahan olehnya.
Dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan,
tubuh Ong Bun-kim segera terlepas dari cekalan dan
terlempar ke belakang.
Dengan suatu gerakan yang cepat Iblis cantik pembawa
maut menyambar tubuh Ong Bun-kim dan dilempar kearah
Thia Eng, kemudian bentaknya keras-keras:
"Cepat pergi!"
Tapi Thia Eng malah menjadi tertegun dan berdiri
melongo.
Mendadak terdengar Tan Liok membentak keras, tibatiba
melompat ke tengah udara, akhirnya dengan
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya dia
melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Termakan oleh serangan tersebut, Yu leng lojin dipaksa
mundur sejauh sepuluh langkah sebelum bisa berdiri tegak
kembali.
"Tahan!" suatu bentakan yang amat keras mendadak
berkumandang memecahkan keheningan.
Bentakan itu berasal dari mulut Bu-khek lojin.
Dengan cepat Tan Liok maupun Yu leng lojin menarik
kembali serangannya dan mundur ke beIakang.
Ketika Yu leng lojin mendapat tahu siapakah yang
berada disitu, paras mukanya segera berubat hebat
bentaknya.
"Kalian..."
Bu khek lojin tertawa sahutnya.
"Kenapa kami masih dapat mencarimu? Yu leng lojin,
tindakan keji yang kau lakukan terhadap kami sudah cukup
keji, sekarang akhirnya datang juga saat buat kami untuk
mencarimu"
"Kalian bukankah sudah terkena..."
"Haaah haaahh haaahh, kau anggap racunmu itu tak
mampu dipunahkan orang lain? Jangan kuatir, racun yang
mengeram dalam tubuhku pun sudah punah sama sekali"
Rasa terkejut yang menyelimuti diri Yu leng lojin ketika
itu sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata, tanpa disadari
dia mundur dua tiga Iangkah dengan tubuh menggigil.
Akan tetapi dia memang tidak malu disebut seorang
manusia licik yang berpengalaman, sambit tertawa paksa
katanya kemudian.
"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?"
"Apakah utang piutang diantara kita tidak pantas untuk
diperhitungkan kembali?"
"Yaaa memang pantas diperhitungkan, pantas untuk
diperhitungkan, tapi harus diperhitungkan dengan cara
apa?"
Sembari berkata, pelan-pelan dia mundur ke belakang.
Mendadak... Iblis cantik pembawa maut melompat
kedepan dan menerjang kearah Yu leng lojin, kemudian
bentaknya keras-keras:
"Yu leng lojin, serahkan selembar nyawamu!"
Sebuah pukulan dasyat dengan cepat dilontarkan
kedepan. "Bangsat, kau pingin mampus......." teriak Yu leng
lojin sangat marah.
Tangannya diayunkan kedepan untuk menangkis
serangan itu, kemudian secara tiba-tiba badannya meluncur
kebalik kegelapan sana.
Menyaksikan kejadian itu, Iblis cantik pembawa maut
menjadi tertegun, pada saat itulah berbintik-bintik senjata
rahasia berhamburan sederasnya ke sekeliling tubuhnya.
Menghadapi ancaman senjata rahasia itu, Iblis cantik
pembawa maut menjadi terkejut sekali, buru-buru tangan
kanannya diayun ke depan memukul rontok seluruh senjata
rahasia yang tertuju ke arahnya.
Pada saat itulah terdengar bunyi gemerincing yang
sangat nyaring menggema memecahkan keheningan.
Secara tiba-tiba pintud gerbang Yu leng bun menutup
dengan sendirinya rapat-rapat.
"Cepat kabur!" seru Bu khek lojin dengan cepat.
Dengan suatu lompatan kilat dia menerjang ke pintu
gerbang dan melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
"Blaaammm....!" benturan keras menggelegar
memecahkan keheningan, akan tetapi pintu itu masih tetap
utuh dan sama sekali tidak bergoncang barang sedikitpun
juga.
Menyaksikan kejadian ini, paras muka semua orang
segera berubah menjadi hebat.
Mendadak terdengar Yu leng lojin tertawa seram,
kemudian terdengar suara berseru.
"Jangan harap kalian bisa lolos dari sini, akan kugunakan
kabut beracun pelebur hati untuk meracuni kalian sampai
mati, satu jam kemudian kalian semua sudah akan
berpulang keakhirat,...."
oooOdwOooo
BAB 93
BERSAMAAN dengan selesainya ucapan itu, mendadak
dari sudut kedelapan gua itu melayang keluar gumpalan
kabut putih yang amat tebal...
Semua orang yang berada disana tak ada yang tahu
sampai dimanakah kelihayan dari kabut beracun pelebur
hati itu, cuma kalau didengar dari ucapan Yu leng lojin itu,
tam paknya kabut beracun itu sangat lihay sekali. Saking
gemasnya Tan Liok sampai menggertak giginya kencangkencang,
serunya:
"Yu -Leng-Lojin. meskipun hari ini kau dapat melarikan
diri, jangan harap lain kali bisa lolos"
Yu Leng Lojin segera tertawa dingin.
"Heeehh heeehhh heenhbh tak usah omong besar lagi"
ejeknya, "satu jam kemudian, kalian semua akan berubah
menjadi gumpalan darah dan mati!"
Mendengar perkataan itu semua orang menjadi bergidik
dan bulu romanya tanpa terasa pada bangun berdiri.
Tampak kabut putih itu mengepul keluar dan pelan-pelan
menyebar ke empat penjuru, makin lama kabut itu semakin
menebal dan pelan-pelan meluncur ke arah pintu gerbang
tersebut.
Seandainya apa yang dikatakan Yu leng-lojin bukan
gertak sambal belaka, maka peristiwa ini benar-benar
merupakan suatu peristiwa yang mengerikan sekali.
Untuk masuk tiada jalan, untukb mundur tiada pdintu,
dengan tearkesiap dan terbmangu-mangu kawanan jago itu
berdiri tertegun ditempat, seakan-akan sedang menantikan
datangnya saat kematian.
Yaa! Mereka memang sedang menunggu datangnya saat
kematian.
Sementara itu, si Iblis cantik pembawa maut telah
menerjang kesisi Dewi mawar merah dan memeluk
tubuhnya kencang kencang, seperti seorang ibu yang
menemukan kembali putrinya yang telah banyak tahun
hilang lenyap.
"Bagaimana sekarang?" tanya Thia Eng kemudian.
Tak seorangpun yang tahu apa yang mesti di lakukan,
mereka hanya bisa saling berpandangan dengan wajah
terkesiap dan perasaan bimbang.
Akhirnya Thia Eng menghela napas panjang, laIu
bertanya.
"Hu kaucu, kenapa kau bisa turut pula kesini?"
Tan Liok segera menghela napas panjang katanya:
"Sepeninggalmu tadi, aku merasa amat tidak tenteram,
seandainya salah seorang diantara kalian berdua ada yang
terkena ilmu hipnotis Gi sin-tay hoat dari Yu leng lojin,
maka bagaimana jadinya? Maka aku dan Tiang seng lojin
segera berunding sebentar, kemudian kuputuskan untuk
menyusul kemari"
"Sekarang bagaimana baiknya? Kau tidak kemari, urusan
rada mendingin, tapi sekarang...."
Sekali lagi dia menghela napas panjang.
Andaikata Tan Liok tidak datang maka tentu saja akan
mengurangi selembar jiwa yang bakal mati konyol,
persoalan partai juga ada yang mengurusinya.
Kabut putih dengan cepatnya telah menyelimuti seluruh
ruangan tersebut:
Suasana menjadi sangat tenang, tapi mereka tak berdaya
menghadapi kabut putih yang demikian tebalnya itu, sebab
benda tersebut sudah jelas tak mungkin bisa dibendung
dengan ilmu silat
Mendadak...
Utusan kanan yang ditotok roboh oleh iblis cantik
pembawa maut itu mulai menggerakkan badannya dan
tersadar kembali kemudian pelan-pelan bangkit berdiri.
Akan tetapi satelah menyaksikan keadaan yang
terbentang didepan matanya itu, kontan saja ia menjerit
ketakutan.
"Haahh ? Kabut itu adalah kabut beracun pelebur hati."
Mendengar suara bentakan itu, berubah semua orang
merasakan hatinya bergetar keras sehingga tanpa rterasa
banyak dtiantaranya yangq menggigil kerars.
Seperti orang gila utusan kanan menerjang ke arah pintu
gerbang kemudian menggebrak, pintu keras-keras seraya
berteriak:
"Buncu masih ada kami di sini."
Hanya suara dengungan keras yang kedengaran, tidak
terdengar suara jawaban dari Yu leng lojin.
Sekali lagi utusan kanan menjerit-jerit seperti orang
kalap:
"Buncu, lepaskan kami keluar..."
Teriakan dan jeritan itu amat memilukan hati membuat
seluruh gua Yu leng bun tersebut menjadi penuh dengan
suara melengking yang menambah seramnya suasana. Thia
Eng segera tertawa dingin, serunya:
"Kau tak perlu berteriak-teriak lagi, tak nanti dia akan
menolongmu!"
Sorot mata utusan kanan yang dingin dan menyeramkan
itu dengancepat dialihkan ke wajah Thia Eng.
Melihat itu Thia Eng tertawa hambar, kembali katanya:
"Lebih baik kau menemani kami untuk mati ditempat ini
saja!"
Utusan kanan mengawasi wajah Thia Eng beberapa saat
lamanya, kemudian secara tiba-tiba mendongakkan
kepalanya lagi sambil tertawa seram, lalu dia membalikkan
badannya dan langsung menerjang ketengah gumpalan
kabut patih yang sangat tebal itu.
Menyaksikan tindakan yang diambil itu semua orang
menjadi kaget dan segera berseru tertahan.
"Kraaak !" mendadak terdengar bunyi gemertak yang
keras menyusul kemudian suasana menjadi sunyi senyap
kembali.
Setelah berkumandang suara "Kraak " yang sangat keras
tadi, kabut putih yang mengepul ke dalam ruangan itupun
terputus sampai ditengah jalan, menyusul kemudian tampak
utusan kanan berlarian keluar dari balik kabut putih itu.
Dengan cepat semua orang lantas menyadari apa
gerangan yang sebenarnya telah terjadi, sudah pasti si
"utusan kanan" telah menyerempet bahaya untuk menutup
pintu masuknya kabut beracun itu.
Tapi setelah sampai ditempat semula si "utusan kanan"
itu menjadi sempoyongan lalu roboh terjengkang keatas
tanah.
Melihat itu, semua orang menjadi, terke jut dan berseru
tertahan, kelihatan badannya mengejang keras sekali.
Thia Eng melompat ke depan dan segera menghampiri
ke hadapannya, kemudian serunya:
"Sobat, kau .... kau tidak apa-apa bukan?"
Si "Utusan kanan" mendongakkan kepalanya dan
membuka kain cadar hitam yang menutupi wajahnya, maka
dengan cepat tampaklah seorang kakek kurus berusia enam
puluh tahunan yang sedang mengucurkan darah kental dari
mulutnya.
Dia memandang sekejap kearah Thia Eng, lalu tertawa
terbahak-bahak dengan seramnya:
"Haaahh... haaahh... haaahh... aku tak akan hidup lebih
lama...tubuhku sudah terkena kabut beracun... sebentar lagi
badanku akan berubah menjadi darah kental dan mati,
engkoh cilik, sungguh tak kusangka kalau aku bakal mati
ditangan Yu leng lojin. haaahh...haaahh...haaahh...inilah...
inilah yang dinamakan takdir..."
Berbicara sampai disitu, kembali dia mendongakkan
kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Setelah berhenti beberapa saat lamanya, si "Utusan
kanan" kembali berkata.
"Pintu kabut telah kututup....kabut beracun juga tak akan
bisa muncul kembali, cuma yang telah masuk itu, kabut
racun tersebut masih bisa menyebar dan... dan berbahaya...
kalian... kaliai harus cepat-cepat pergi."
Darah mengucur keluar tiada hentinya dari ujung bibir,
dia sudah tak berdaya untuk berbicara lebih jauh.
Dia suruh Thia Eng sekalian pergi, tapi pergi lewat
mana? Dimanakah letak pintu keluarnya ?
Belum sempat Thia Eng bertanya, kepala "Utusan
kanan" sudah terkulai dan mati!
Kematiannya betul-betul mengerikan sekali, badannya
makin lama berkerut makin kencang, mula-mula tangannya
lebih dulu yang mencair jadi gumpalan darah, menyusul
kemudian sekujur badannya.
Sungguh mengerikan sekali keadaan waktu itu, semua
orang menjadi bergidik hatinya segera menyaksikan
peristiwa tersebut.
Kekejaman dan kebuasan yang diperlihatkan sekarang
sungguh membuat orang merasa tak berani untuk
mempercayainya, kini seluruh badan utusan kanan telah
berubah menjadi gumpalan darah, yang tbak melihat,
menddengar cerita saemacam inipun bboleh dibilang belum
pernah.
Mendadak,..,
Saat itulah si utusan kiri telah sadar pula dari pingsannya
dengan sempoyongan dia bangun berdiri, lalu memandang
sekejap sekeliling tempat itu, ketika menyaksikan kabut
putih yang melayang dalam ruangan, kontan saja ia
menjerit keras.
"Haah. ..?! Itulah kabut beracun pencair hati..."
"Betul" sahut Thia Eng dingin, "temanmu itu sudah
tewas terkena kabut beracun itu"
Si utusan kiri itu seakan-akan tidak mendengar sama
sekali ucapan dari Thia Eng, seperti orang kalap dia lari
menuju ke arah pintu gerbang, lalu menggebrak pintu keraskeras,
serunya menjerit lengking.
"Buncu, lepaskan aku keluar..."
"Blaam....blamm... suara benturan keras bergema
memecahkan keheningan.
Tapi keadaan yang dialaminya waktu itu tidak jauh
berbeda dengan keadaan dari si Utusan kanan tadi, sayang
sekali Yu leng lojin tidak menjawab juga tidak
melepaskannya masuk kedalam.
"Sobat!" kembali Thia Eng berkata dengan suara dingin,
"jangan mimpi Yu leng lojin bersedia melepaskan dirimu!"
Utusan kiri segera mengalihkan sorot matanya ke atas
wajah Thia Eng, kemudian menatapnya lekat-lekat.
Dengan suara dalam kembali Thia Eng berkata.
"Andaikata Yu leng lojin bersedia menolongmu,
temanmu itu tak akan mati dan tubuhnya tak akan berubah
menjadi gumpalan darah akibat keracunan kabut pelebur
hati itu"
Utusan kiri melirik sekejap jenasah utusan kanan yang
sudah berubah menjadi gumpalan darah itu, tiba-tiba ia
tertawa kalap, suaranya keras dan menyeramkan, penuh
mengandung napsu amarah yang luar biasa.
Kemudian sambil berhenti tertawa dia berteriak:
"So Hui pi! Kau yang lebih dulu turun tangan keji,
jangan salahkan kalau akupun tak akan bertindak sungkansungkan
kepadamu."
Mendengar perkataan itu para jago segera merasakan
semangatnya berkobar kembali, besar kemungkinan si
Utusan kiri ini mengetahui jalan keluarnya, siapa tahu
kalau ia bersedia membawa mereka keluar dari tempat itu?
"Sobat, sekarang tentunya kau sudah tahu jelas bukan
manusia macam apakah Yu leng lojin itu?" kata Thia Eng
dengan suara dingin,
"Benar, anggap saja aku sudah kenal dengannya,
engkohku sudah mati oleh kabut beracun itu. tapi aku toh
masih hidup...haahh... haaahh...haaahh..."
"Sobat, kau bisa keluar dari tempat ini."
"Tentu saja bisa !" jawab utusan kiri cepat.
Sorot matanya dialihkan sekejap memperhatikan
sekeliling tempat itu, kemudian secara tiba-tiba dia berjalan
menuju ke sebelah kanan gua.
Tak lama kemudian terdengarlah bunyi gemerincing
yang amat nyaring menggema memecahkan keheningan,
sementara utusan kiri sudah mengundurkan diri kembali ke
tempat semula..
Ketika semua orang mencoba untuk memperhatikan
pintu gerbang, ternyata pintu itu masih tetap tertutup rapat
seperti sedia kala.
Melihat itu, Thia Eng menjadi tertegun, kemudian
katanya.
"Apa yang telah terjadi?"
"Aku telah membuka pintu rahasia." jawab utusan kiri
dengan suara dingin.
"Sungguh? Di mana?*"
"Pintu rahasia tersebut letaknya berada dibagian ruangan
yang diselimuti kabut beracun itu...."
"Bukankah itu berarti untuk keluar dari tempat ini, kita
harus menembusi kabut beracun Iebih dulu?" .
"Benar !"
"Bukankah hal ini sama artinya dengan menghantar
kematiannya diri sendiri?"
"Asal kita tidak menghirup kabut beracun sehingga tidak
melumerkan hati, tidak mencairkan tulang, otomatis jiwa
kitapun tidak terancam oleh bahaya"
"Maksudmu asal kita tidak menghirup kabut beracun itu,
maka jiwa kita akan selamat?"
"Betul!"
Seusai berkata dia lantas melompat kedepan dan
menerjang masuk ke dalam kabut beracun itu, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan
mata.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka semua orang
segera berubah menjadi hebat.
"Hayo berangkat!" seru Bu khek lojin kemudian.
Diapun menggerakkan badannya menerjang masuk ke
balik kabut putih beracun itu, sekejap mata kemudian
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Sambil mengempit tubuh Ong Bun kim, Thia -Eng juga
bersiap siap melompat maju kedepan, tapi sebelum ia
sempat menggerakan tubuhnya. mendadak Tan Liok
membentak keras:
"Tunggu sebentar."
Thia Eng tertegun dan tanpa terasa menghentikan
gerakan tubuhnya.
"Hu kaucu, kau ada pesan apa lagi?"
"Bebaskan dulu jalan darah Buncu yang tertotok!"
Hingga kini semua orang baru teringat kalau jalan darah
Ong Bun kim belum dibebaskan.
Sesungguhnya, Ong Bun kim dapat menyaksikan semua
peristiwa yang berlangsung disitu dengan jelas, tapi sayang
ia tak mampu berkutik maupun berbicara apa-apa.
Tan Liok mendekati Oag Bun kim dan mencoba untuk
meraba jalan darahnya, tapi dengan cepat paras mukanya
berubah hebat.
"Aduh celaka " serunya, "rupanya totokan yang dipakai
adalah suatu ilmu totokan menunggal.
Begitu mendengar perkataan dari Tan Liok tersebut,
paras muka semua orang turut berubah hebat.
Thia Eng segera bertanya: "Apa susah untuk
dibebaskan?"
"Yaa. memang susah untuk dibebaskan!"
"Lantas bagaimana baiknya sekarang?"
Tak seorangpun yang tahu apa yang musti dilakukan
sekarang untuk mengatasi masalah tersebut.
"Aku pikir lebih baik kita tinggalkan tempat ini lebih
dulu!" usul Thia Eng kemudian.
"Tidak mungkin, bagaimana seandainya ia sampai
menghirup kabut beracun itu?"
"Yaa, apa jadinya andaikata Ong Bun kim sampai
menghirup kabut beracun itu? Sebab keadaannya sekarang
tak jauh berbeda dengan seseorang yang tidak memiliki
tenaga dalam, andaikata kabut beracun itu sampai terhirup,
bukankah dia tak akan bisa hidup lebih jauh didunia ini?"
Ong Bun kim menjadi amat gelisah sekali, dia ingin
memberi tahu kepada mereka kalau dirinya masih memiliki
tenaga murni meski jalan darahnya sudah tertotok. ia masih
sanggup untuk menutup napasnya bilamana diperlukan,
cuma sayang ia tak mampu untuk mengungkapkan isi
hatinya itu.
Tan Liok lantas berkata kepada Ong Bun kim.
"Buncu, bagaimana baiknya sekarang?"
Dengan biji matanya Ong Bun kim menatap ke arah Tan
Liok dan mengartikan untuk keluar dari situ.
"Kau maksudkan keluar dari sini?" tanya Tan Liok
dengan wajah agak tertegun.
Ong Bun kim manggut-manggut, Tan Liok segera
bertanya lagi.
"Kau sanggup untuk menutup pernapasanmu?"
Sekali lagi Ong Bun kim mengangguk menandakan kalau
ia mampu untuk melakukan hal itu.
Dengan perasaan berat Tan Liok segera mengangguk,
ujarnya kepada Thia Eng.
"Thia congkoan..."
"Tecu berada disini"
"Bawa Buncu keluar dari sini, tapi gerakan tubuhmu
harus cepat."
"Aku mengerti."
Maka dengan langkah yang sangat berhati-hati Thia Eng
berjalan kedepan dan akhirnya berhenti pada satu jengkal
dari kabut beracun itu, ujar nya kepada Ong Bun kim.
"Buncu, harap kau menutup pernapasanmu." Ong Bun
kim manggut-manggut.
Dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat, Thia Eng
segera melompat ketengah udara dan secepat kilat meluncur
ke balik kabut beracun itu...
Tan Liok segera mengalihkan sorot matanya ke arah iblis
cantik pembawa maut yang sedang memeluk dewi mawar
merah sambil berdiri termangu-mangu disitu, kemudian
tegurnya:
"Hujin, harap segera tinggalkan tempat ini."
Seperti baru sadar dari impiannya, Iblis cantik pembawa
maut bergumam lirih: "Luka yang dideritanya cukup
parah!"
"Siapakah dia?"
"Putriku!"
"Putrimu?" .
"Benar, putriku! Toh aku tak bisa membiarkan dia mati
ditempat ini..."
"Kalau begitu, mari kita gunakan tenaga yang kita miliki
untuk menyembuhkan dulu luka yang dideritanya."
Iblis cantik pembawa maut manggut-manggut, maka
dengan tenaga gabungan kedua orang itu mereka mengobati
luka yang diderita si Dewi mawar merah...
Sebagamana diketahui, kedua orang ini semuanya
adalah jago lihay dalam dunia persilatan dewasa ini, dalam
beberapa saat saja mereka telah berhasil menyembuhkan
luka yang dideritanya Dewi mawar merah.
Setelah sembuh dari lukanya. Dewi mawar merah
memandang kedua orang itu sekejap, lalu tanyanya.
"Hei, apa yang telah terjadi?"
Iblis cantik pembawa maut tak kuasa menahan rasa
sedihnya lagi, dengan air mata bercucuran mendadak
katanya.
"Putriku, kau..."
Tak tahan lagi ia memeluk gadis itu kencang-kencang
dan menangis tersedu sedu.
Buru-buru Tan Liok berseru:
"lebih baik kalian segera tinggalkan tempat ini, kalau
tidak, kuatirnya kalian tak bisa pergi dari tempat ini""
Tiba-tiba Dewi mawar merah mendorong tubuh Iblis
cantik pembawa maut seraya membentak: "Kau bukan
ibuku..."
"Oooh, putriku..."
"Aku bukan putrimu, jangan panggil aku lagi, kau bukan
ibuku, kau bukan ibuku."
Iblis cantik pembawa maut cukup menyadari bahwa
Dewi mawar merah sudah sangat terpengaruh oleh ilmu
hipnotis Gi sin tay hoat, sudah barang tentu ia tak akan
percaya kalau Iblis cantik pembawa maut adalah ibu
kandungnya.
Maka iapun lantas berkata lembut:
"Entah kau bersedia mengaku atau tidak diriku sebagai
ibumu, yang pasti kita harus segera tinggalkan tempat ini,
kalau tidak andaikata kabut beracun itu menyerang
kedalam tubuh, niscaya sekujur badanmu akan berubah
menjadi gumpalan darah dan mati secara mengenaskan!"
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Dewi mawar
merah kontan saja berubah sangat hebat.
Sambil membopong gadis itu, kembali iblis cantik
pembawa maut membentak:
"Hentikan napasmu, kalau tidak kau tak akan bisa hidup
lagi!"
Terlepas apakah Dewi mawar merah sudah menjadi
seorang manusia buas atau tidak, yang pasti dia toh tetap
manusia hidup dan setiap manusia hidup tentu memiliki
harapan untuk bisa hidup lebih jauh didunia ini."
Maka ia segera manggut-manggut.
Dengan cepat iblis cantik pembawa maut menggerakkan
tubuhnya menerjang masuk ke balik kabut putih itu diikuti
oleh Tan Liok dibelakangnya...
Tiba di belakang ruangan, tampak sebuah pintu
terbentang lebar diatas dinding batu, tanpa berpikir panjang
lagi Iblis cantik pembawa maut meIuncur masuk kedalam
pintu, menembusi pintu rahasia dan menerobos masuk
kedalam.
Ternyata dalam ruangan dibalik pintu rahasia-itu masih
terdapat kabut putih yang beracun.
oooOdwOooo
BAB 94
DIBALIK pintu rahasia tampak sebuah lorong yang
sempit dan panjang sekali, setelah melakukan perjalanan
sejauh enam tujuh kaki, mereka baru lolos dari lingkungan
kabut beracun, tanpa terasa ketiga orang itu
menghembuskan napas lega.
"Thia congkoan!" dengan suara lantang Tan Liok segera
berseru:
"Hu buncu. kami berada disini!" suara sahutan Tbia Eng
berasal dari depan sana.
Tan Liok dan Iblis cantik pembawa maut segera
berlarian kembali menuju kedepan sana.
Betul juga, ditempat itu mereka jumpai Thia Eng
sekalian telah menunggu disitu, bagaikan baru lolos dari
suatu ancaman maut beberapa orang itu cuma berdiri
tertegun disitu.
Tan Liok segera menghampiri utusan kiri seraya berkata.
"Sobat, terima kasih banyak atas pertolonganmu."
"Tak usah berterima kasih, toh aku bertindak demikian
demi menyelamatkan diriku sendiri" sahut Utusan kiri
dingin.
"Sobat, dimanakah kita berada sekarang?"
"Di lorong rahasia!"
"Jalan keluarnya?"
"Sudah tersumbat..."
"Aaah, bukankah berarti kita tak mungkin bisa
meloloskan diri dari sini?"
"Didalam Yu leng bun terdapat banyak sekali lorong
rahasia yang jumlahnya mencapai ratusan buah, setiap
lorong tersebut memiliki banyak sekali pintu rahasia, tapi
sampai sekarang aku masih belum teringat jalan rahasia
manakah yang sekarang kita tempuh sekarang ini."
"Asal kau terinrgat kembali arath dari lorong rahasia ini,
apakah kau akan menemukan pula jalan keluarnya?"
"Benar ! Biar kucoba untuk membayangkan dulu"
Selesai berkata dia lantas duduk di atas tanah dan mulai
memejamkan matanya untuk berpikir.
Sekali ancaman bahaya maut sudah lewat, tapi ancaman
bahaya untuk kedua kalinya telah berada didepan mata,
apakah bisa lolos dari dalam lorong rahasia itu masih
merupakan suatu persoalan.
Kepada Ong Bun kim Tan Liok lantas berkata "Buncu,
kau tidak apa apa bukan?"
Ong Bun kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
Iblis cantik pembawa maut segera-berjalan kehadapan
Ong Bun kim lalu katanya.
"Mari kuperiksa keadaanmu, coba kulihat apakah aku
bisa membebaskan totokan jalan darahmu atau tidak, siapa
tahu kalau ilmu silat yang digunakan olehnya itu berasal
dari kitab pusaka Hek mo keng?"
Selesai berkata, dia lantas meraba sebentar jalan darah
diatas tubuh Ong Bun kim itu, kemudian katanya.
"Aaah, benar juga, ternyata yang dipergunakan adalah
ilmu menotok jalan darah yang tercantum dalam kitab
pusaka Hek mo-keng.”
"Kau sanggup untuk membebaskannya?"
"Sanggup!"
Seusai berkata, tangan kanan Iblis cantik pembawa maut
segera diayunkan ke bawah dengan kecepatan luar biasa,
dalam waktu singkat dia sudah melancarkan lima buah
totokan di atas lima buah jalan darah penting di sekujur
badan Ong Bun kim, setelah itu dia mengurut sejenak jalan
darah Mia Bun hiat ditubuh pemuda itu.
Tak lama kemudian, Ong Bun kim merasakan tenaga
dalamnya telah pulih kembali seperti sedia kala.
Iblis cantik pembawa maut segera mengundurkan diri
kembali, lalu katanya:
"Ong Bun kim, bagaimana rasamu sekarang?"
Untuk sesaat lamanya Ong Bun kim masih belum dapat
berbicara, sampai lama sekali, dia baru menghela napas
panjang.
"Terima kasih banyak atas pertolongan A-ih yang telah
membebaskan diriku dari pengaruh totokan, aaai Sungguh
keadaan yang mengerikan sekali, suatu siksaan yang lama
dan panjang, masih untung jiwaku dapat lolos dari
ancaman kematian."
Mendadak terdengar si utusan kiri berseru: "Aah! Aku
sudah teringat sekarang?"
Ucapan tersebut segera disambut oleh semua orang
dengan kobaran semangat menyala-nyala, yaa, siapa yang
tidak gembira dikala mengetahui kalau mereka masih
mempunyai harapan untuk melanjutkan kehidupan...?
Ong Bun kim segera maju kedepan seraya berkata:
"Sobat, terimalah sebuah hormat dari Ong Bun kim
sebagai ucapan terima kasih kami atas pertolonganmu kali
ini!"
Selesai berkata, dia lantas membungkukkan badannya
dan memberi hormat....
Sambil tertawa dingin si utusan kiri menukas:
"Mengapa harus berterima kasih kepadaku? Aku sendiri
toh ingin juga meloloskan diri dari ancaman bahaya maut,
sudahlah, tak usah dipikirkan lagi !"
Selesai berkata, tiba-tiba badannya berjalan balik
kebelakang, sementara sorot matanya dengan tajam
mengawasi sekeliling tempat itu seakan-akan mencari
sesuatu, tiba-tiba ia berhenti.
Setelah itu sambil membungkukkan badannya dia
meraba-raba diatas tanah, akhirnya orang itu berseru
tertahan:
"Aaah, benar! Ini dia, disini!"
Dari atas tanah dia menyingkap sebuah lapisan batu
persegi empat, kemudian tangannya meraba-raba kebalik
gua dibalik lapisan batu tersebut.
"Kraaak.... kraak... kraaak...!" diiringi bunyi yang cukup
keras, dinding batu itu merekah dan segera muncul sebuah
pintu rahasia...
Semua orang menjadi sangat girang setelah menyaksikan
kejadian itu, sebab dengan terbukanya pintu rahasia
tersebut, berarti jiwa mereka bisa terbebas dari ancaman.
"Mari, marilah !" seru utusan kiri kemudian.
Seusai berkata dia berjalan lebih dulu, memasuki pintu
batu rahasia tersebut.
Bu khek lojin segera menyusul dibelakangnya dan orangorang
yang lainpun mengikuti secara teratur.
Lorong rahasia itu penuh dengan tikungan dan berlikuliku
jalannya, entah berapa lama sudah lewat, mendadak
mereka dengar suara tertawa dingin dari Yu leng lojin
berkumandang dari dalam lorong rahasia tersebut.
Selapis hawa membunuh yang cukup tebal dengan cepat
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun-kim bentaknya
dengan lantang.
"Yu leng lojin, kalau punya kepandaian ayoh muncul
dirimu, buat apa menyingkir melulu?"
Yu leng lojin masih saja tertawa dingin dengan
seramnya, lalu kemudian dia baru berkata.
"Utusan kiri, besar amat nyalimu."
Utusan kiri segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
seram pula.
"Haahh... haah... haahh... Yu leng lojin, kau yang
menghianati kami lebih dulu sehingga nyawa kami hilang,
jangan salahkan kalau sekarang akupun akan mengkhianati
dirimu."
"Heeehhhh....,heeehh....heeeehh.... utusan kiri barang
siapa berani mengkhianati aku dia harus mati!"
Ong Bun-kim balas tertawa dingin serunya kembali:
"Hmmm, belum tentu demikian!"
Suara dari Yu leng lojin tidak kedengaran berkumandang
lagi, suasana dalam lorong rahasia itu segera dicekam
dalam keheningan yang luar biasa seramnya, seolah-olah
lorong rahasia itu sudah diliputi oleh bayangan kematian
yang mengerikan sekali, dan tanpa terasa perasaan tersebut
menekan perasaaan semua orang.
Dengan sekali lompatan Ong Bun-kim melompat
kesamping utusan kiri, lalu katanya sambil tertawa dingin.
"Ingin kulihat dengan cara apakah dia hendak
menghadapi dirimu!"
Dia lantas melakukan perjalanan bersama dengan utusan
kiri sambil berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang
tidak diinginkan.
Baru berjalan sejauh tiga kaki, tiba-tiba terdengar suara
bentakan keras bergema memecahkan keheningan,
menyusul kemudian tampak sesosok bayangan hitam
menerjang kearah utusan kiri tersebut.
Serangan yang dilakukan oleh bayangan hitam itu
sungguh teramat cepat sekali, dengan cekatan urusan kiri
berkelit ke samping untuk menghindarkan diri.
Pada saat utusan kiri menyelinap ke samping itulah,
tubuh Ong Bun kim telah menerjang maju kemuka sambil
melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Didalam serangan yang dilancarkan ini telah disertakan
segenap tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim,
kekuatannya maha dahsyat ibaratnya gulungan ombak
ditengah samudra.
Pada saat yang bersamaan Tan Liok juga meluncur
kedepan dengan kecepatan tinggi.
Gerakan tubuh dari kedua orang ini dilakukan samasama
dengan kecepatan tinggi, ibaratnya sambaran kilat
yang menyambar tiba. dalam waktu singkat mereka telah
berada di hadapan orang itu.
Mendadak bayangan hitam tersebut membentak keras,
lalu melancarkan serangan senjata rahasia yang secara
terpisah mengancam tubuh Ong Bun kim serta Tan Liok.
Melihat datangnya serangan itu, Tan Liok maupun Ong
Bun kim segera membentak keras, sepasang telapak tangan
mereka serentak diayunkan kedepan.
"Jangan disambut dengan serangan pukulan."
Tiba-tiba Utusan kiri berteriak.
Sekalipun peringatan datangnya cepot, toh keadaan tetap
terlambat setindak, tahu-tahu angin pukulan yang
dilancarkan Ong Bun kim serta Tan Liok sudah menghajar
senjata rahasia tersebut secara telak.
"Blaam! Blaaam! Blaaam !"
Terjadi tiga kait ledakan dahsyat yang memekikkan
telinga dan menggoncangkan seluruh permukaan gua.
Ong Bun kim serta Tan Liok menjadi terperanjat sekali,
serentak mereka menarik kembali serangannya dan
mengundurkan dirinya kebelakang dengan kecepatan luar
biasa.
Begitu ledakan terjadi tadi, kabut putih dengan cepat
menyelimuti seluruh lorong sempit tersebut.
Dengan cepatnya pula kabut putih itu menyambar ke
empat penjuru...
Dalam waktu singkat semua orang yang berada ditempat
itu tak mampu untuk memperhatikan pemandangan
disekitar sana lagi.
Utusan kiri segera membentak dengan suara nyaring.
"Kita terjang kedepan"
Begitu selesai berkata, tubuhnya segera menerjang
kemuka dengan kecepatan tinggi disusul Bu-khek lojin
dibelakangnya.
Mendadak terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan hati
menggema dari depan sana.
Lalu terdengar pula Bu khek lojin membentak. "Yu leng
lojin, aku akan beradu jiwa denganmu!"
Ong Bun kim serta Tan Liok sama-sama tertegun, sambil
membentak keras Ong Bun kim segera menerjang kedepan
dengan kecepatan yang luar biasa hebatnya.
Dikala Ong Bun kim sedang bergerak maju ke-depan
itulah, jeritan ngeri untuk kedua kalinya berkumandang
memecahkan keheningan, kemudian tampak sesosok
bayangan manusia meluncur kehadapan Ong Bun kim.
Dengan kedua belah tangannya Ong Bun kim
menyambut datangnya bayangan hitam itu, ketika diamati
orang itu dengan seksama, dia segera menjerit tertahan dan
mundur tiga empat langkah dengan sempoyongan, orang
yang berada ditangannya pun turut terjatuh keatas tanah.
Tampak Bu khek lojin telah muntahkan darah segar dan
tewas dalam keadaan mengerikan.
Ong Bun kim segera saja meraung keras, teriaknya
lantang: "Yu leng lojin, kau sungguh amat kejam!"
Setelah membentak penuh kegusaran tadi, pemuda itu
segera menerjang masuk kebalik kabut putih yang
menyelimuti tempat itu.
Mendadak.... dikala Ong Bun kim sedang meluncur
kedepan dengan kecepatan luar biasa inilah, dia merasakan
datangnya segulung tenaga pukulan yang langsung
menghantam keatas badannya.
Dibalik kabut putih yang sangat tebal, pada hakekatnya
sulit buat Ong Bun kim untuk memperhatikan keadaan
disekeliIing tempat itu. tanpa terasa ia menjadi terkejut
sekali, seraya membendung datangnya ancaman dari
tangan kanannya, dia buru-buru mengundurkan diri
kebelakang....
Baru saja Ong Bun kim mundur, Thia Eng telah
menerjang maju kedepan, tiba-tiba terasa ada sambaran
angin tajam yang menyergap tiba dengan kecepatan luar
biasa, ketika Ong Bun kim mengetahui kalau serangan itu
berupa senjata rahasia, buru-buru dia lancarkan serangan
untuk menghalanginya.
Baru saja serangan dilepaskan, perutnya segera menjadi
kesemutan, tapi dengan cepat pula keadaan pulih kembali
seperti sedia kala, Ong Bun kim segera mengerti bahwa ia
sudah terkena serangan senjata rahasia lawan.
"Hati-hati dia menggunakan senjata rahasia..." segera
bentaknya dengan lantang.
Baru selesai ia berkata, Tan Liok sudah menerjang
kedepan sambil membentak keras.
"Yu leng lojin, sambut dulu sebuah pukulanku ini"
Begitu selesai berkata, sebuah pukulan yang disertai
dengan deraian angin tajam segera meluncur kedepan,
secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan berantai.
"Hayo berangkat!" teriak iblis cantik pembawa maut
dengan suara amat nyaring.
Dia maju kedepan dan berkelebat lebih dulu
meninggalkan tempat tersebut.
Ditengah kabut putih yang menyelimuti seluruh lorong
tersebut, terdengar suara bentakan dari Tan Liok dan Yu
leng lojin sedang menggema memecahkan keheningan.
"Thia congkoan!" kedengaran Ong Bun kim berseru
dengan suara keras dan nyaring.
"Tecu ada di sini?"
"Mari kita berangkat!"
"Buncu, aku sudah terkena senjata rahasia bagaimana
dengan dirimu sendiri?"
"Apa? Kau sudah terkena sambitan senjata rahasia?
”Betul, cuma ku pikir luka tersebut tidak terlalu
mengganggu gerak-gerikku!"
"Akupun terkena pula sambitan senjata rahasia."
Mendadak...
Suara dari Tan Liok kembali berkumandang datang:
"Buncu, mari kita pergi dari sini."
"Bagaimana dengan kau?"
"Harap buncu tak usah kuatir, setelah menghabisi
jiwanya nanti, aku bisa keluar sendiri dari tempat ini!"
Ong Bun kim cukup merasa yakin dengan kemampuan
serta kepandaian silat yang dimiliki Tan Liok, boleh
dibilang kepandaian yang dimiliki orang itu jauh diatas
kepandaiannya, dia pun merasa lega dan tidak
menguatirkan keselamatannya lagi.
Kepada Thia Eng segera serunya.
"Thia congkoan, hayo berangkat."
"Baik!"
Ditengah sahutan dari Thia Eng tersebut, Ong Bun kim
melompat kedepan dan meluncur keluar dari lingkaran
kabut putih yang amat tebal, didepan sana ia menyaksikan
ada cahaya terang yang menyorot masuk dari depan gua.
Mendadak...
-oo0dw0oo--
Jilid 30
KEDENGARAN suara bentakan keras berkumandang
dari depan sana, Ong Bun kim dan Thia Eng segera
menerjang bersama ke luar dari gua itu dengan kecepatan
tingi.
Tampak dimulut gua terdapat puluhan orang manusia
tanpa sukma sedang mengerubuti Iblis cantik pembawa
maut, pertarungan sedang berlangsung amat seru sekali.
Meskipun Iblis cantik pembawa maut harus mengempit
tubuh Dewi mawar merah di bawah ketiaknya, tapi gerak
geriknya masih gesit, cepat, cekatan dan berbahaya.
Dengan suatu lompatan lebar Ong Bun kim segera
meluncur kedeapan sana, di tengah bentakan nyaring
tenaga pukulannya telah dilancarkan berulang kali.
Jeritan-jeritan kesakitan yang memilukan hati segera
berkumandang saling susul menyusul.
Thia Eng tidak ambil diam, diapun segera terjun ke arena
pertempuran dan melibatkan diri dalam pertempuran yang
amat sengit itu.
Mendadak terdengar Iblis cantik pembawa maut
mendengus tertahan, tiba-tiba badannya terjungkal keatas
tanah dan tak mampu berkutik lagi.
Peristiwa ini dengan cepat mengejutkan sekali hati Ong
Bun kim yang sedang bertempur.
Dengan suatu lompatan kilat Thia Eng meluncur
kedepan dan mencengkeram badan Iblis cantik pembawa
maut.
Tapi pada saat itu juga muncullah puluhan gulung
tenaga pukulan maha dahsyat yang segera menyelimuti
sekujur badannya.
Dalam keadaan begini, kendatipun harus pertaruhkan
keselamatan jiwanya. Thia Eng bertekad akan menolong
nyawa Iblis cantik pembawa maut, maka dikala ia berhasil
mencengkeram tubuh perempuan itu, tiga buah pukulan
dahsyat dengan telak menghajar diatas tubuhnya.
"Uaaaak...!" darah kental segera menyembur keluar dari
mulutnya.
"Kubunuh kalian semua" bentak Ong Bun kim dengan
geramnya. .
Ditengah bentakan yang amat nyaring, tenaga
pukulannya yang maha dahsyat telah dilontarkan kedepan.
Ditengah jeritan ngeri yang memilukan hati, dua orang
manusia Yu leng lojin tergeletak mati diatas tanah.
Puluhan orang Yu leng jin lainnya bertambah kalap,
sekali lagi mereka menerjang kemuka dan menerkam Ong
Bun kim dengan geramnya.
Ong Bun kim membentak nyaring, telapak tangan
kirinya diayunkan kedepan melancarkan sebuah pukulan
dahsyat.
Tenaga pukulan yang digunakan Ong Bun kim dalam
serangannya kali ini benar-benar luar biasa sekeji, sayang
pada saat itulah mendadak ia merasakan kepalanya pusing
tujuh keliling, semuanya ber putar-putar dan pandangannya
menjadi gelap setelah itu tiba-tiba badannya terjungkal
keatas tanah.
Keadaan tersebut tak jauh berbeda dengan keaadaan
yang dialami iblis cantik pembawa maut barusan.
Thia Eng yang menyaksikan kejadian ini menjadi
terperanjat sebkali.
"Buncu!" teriaknya tertahan.
Tangan kanannya dengan cepat menyambar kedepan
dan mencengkeram tubuh Ong Bun kim.
Sesungguhnya Ong Bun kim jatuh pingsan lantaran ia
sudah terkena senjata rahasia yang amat beracun sekali,
sebagai mana diketahui, sewaktu menerjang keluar dari
lapisan kabut putih yang sangat tebal tadi paha nya telah
terhajar sebatang senjata rahasia-beracun, dengan kekejian
racun tersebut, dalam waktu singkat daya kerja racun
didalam tubuhnya sudah mulai bereaksi.
Iblis cantik pembawa maut sendiripua roboh diatas tanah
lantaran termakan oleh sambitan senjata rahasia beracun
itu.
Begitulah, disaat Thia Eng sedang menyambar tubuh
Ong Bun kim yang roboh terkapar, puluhan gulung, tenaga
pukulan yang maha dahsyat kembali meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa.
"Blaamn! Blaaamn!" dua kali benturan keras terjadi, lagilagi
Thia Eng termakan oleh dua buah pukulan keras yang
dahsyat sekali.
Untuk kesekian kalinya dia muntah darah segar.
Bayangan manusia segera berkelebat lewat, beberapa
sosok bayangan manusia dengan cepatnya menerjang ke
arahnya.
Andaikata Thia Eng tidak takut terhadap pengaruh
racun, niscaya keadaannya sekarang tak akan jauh berbeda
dengan keadaan Ong Bun-kim maupun iblis cantik
pembawa maut.
Untung saja keadaannya berbeda, maka dengan dua
belah tangan menenteng tiga sosok tubuh manusia dia
berusaha melarikan diri dari sana, padahal ketika itu dia
sudah tak bertenaga lagi untuk melakukan perlawanan, ia
sadar kecuali kabur dari tempat celaka tersebut, kalau tidak
sudah pasti nyawa mereka akan lenyap disana.
Maka sambil berpekik nyaring, tiba-tiba tubuhnya
berkelebat kedepan dan melarikan diri cepat-cepat.
"Hmmm . . . . ! Kau anggap masih mampu untuk kabur
dari tempat ini?" seseorang mengejek dari belakang.
Puluhan sosok manusia Yu-leng-jin dengan ketatnya
mengejar terus dari belakang, sebaliknya Thia Eng meski
sudah menderita luka yang cukup parah, namun gerakan
tubuhnya masih tetap cepat dan ringan sebali.
Sepanjang jalanr melarikan diri dari situ, berulang kali
Thia Eng muntah darah segar...
Sungguhpun badannya sudah lemas tak bertenaga,
pandangan matanya sudah menjadi gelap dan langkahnya
makin sempoyongan, akan tetapi ia tetap mempertahankan
dirinya, dia bertekad untuk menyelamatkan diri dari sana,
yang paling penting adalah menyelamatkan jiwa Ong Bunkim
dari ancaman bahaya maut.
0000OdwO0000
BAB 95
BEGITU ingatan tersebut muncul didalam benaknya,
tekad itu menjadi semakin bulat dan dia merasa seolah-olah
mendapatkan tambahan tenaga sehingga larinya semakin
lama semakin kencang.
Rupanya kawanan Yu leng jin dibelakangnya tak rela
melepaskan musuhnya yang sudah terluka parah itu dengan
begitu saja, dengan ketatnya mereka mengikuti terus dari
belakang.
Setelah melarikan diri sekian lama, pemuda ini mulai
sempoyongan dan akhirnya roboh terjengkang keataa
tanah, darah segar kembali menyembur keluar dari
mulutnya.
Hampir bolah dibilang ia sudah tak bertenaga lagi untuk
melangkah bangun dari atas tanah.
Suara bentakan keras dan pekikan nyaring dari belakang
sana terdengar makin lama semakin mendekat, suara
tersebut bagaikan guntur dahsyat yang menggetarkan benak
Thia Eng, membuat hatinya bergetar kembali dengan
kerasnya.
Dengan susah payah dia merangkak bangun lagi dari
atas tanah, kemudian sambil menggigit bibir ia membopong
tubuh Iblis cantik pembawa maut serta Ong Bun kim dan
kembali dia lanjutkan usahanya untuk melarikan diri dari
sana.
Pandangan matanya sudah demikian kabur, hampir
boleh dibilang ia sudah tak sanggup lagi untuk melihat jelas
pemandangan yang terbentang didepan matanya.
"Lari !"
Hanya ingatan "lari" saja yang berada dalam benaknya,
kecuali itu dia boleh dibilang sudah lupa dimanakah ia
berada, ia sudah lupa dengan keadaan yang ada disekeliling
tempat itu.
Begitulah, dengan berlarian tanpa arah tujuan, beberapa
li kembali sudah dilewatkan.
Akhirnya tibalah ia diatas sebuah tebing yang amat
terjal, dalam lamat-lamatnya pikiran, dia tak tahu kalau
dirinya berada disuatu tempat yang berbahaya, dengan
sempoyongan dia berlarian terus menelusuri tebing curam
itu menuju ke atas.
Tiba-tiba kakinya menginjak tempat yang kosong..
"Aaaa !" ditengah jeritan tertahan, tubuhnya berikut
tubuh Ong Bun kim dan Iblis cantik pembawa maut segera
mencebur kedalam jurang yang tiada taranya itu.
Dalam keadaan setengah sadar setengah tidak, setelah
mengalami suatu goncangan yang sangat keras, Ong Bun
kim merasakan sekujur badannya menjadi amat dingin, ia
mulai sadar kembali diri pingsannya.
Pemuda itu mencoba untuk menggelengkan kepalanya
lalu bangkit berdiri, dengan pandangan sayu dia awasi
sekejap sekeliling tempat itu, dijumpai ia berada dalam
sebuah kolam yang tidak begitu besar, air kolam itu tidak
dalam, sewaktu berdiri airnya hanya sebatas dada, hampir
boleh dibilang ia tak tahu apa gerangan yang sesungguhnya
telah terjadi.
Mendadak.. ..
Ia mendengar jeritan kaget seorang gadis berkumandang
memecahkan keheningan.
Ketika Ong Bun kim mencoba untuk berpaIing kearah
mana datangnya suara itu, maka tampaklah seorang gadis
telanjang sedang mandi didalam kolam tersebut.
Ong Bun kim merasa terkesiap sekali, sehingga untuk
beberapa saat lamanya dia hanya berdiri termangu disitu.
Lama, lama kemudian, ia baru teringat akan Thia Eng
sekalian, sambil mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya,
dia segera menyeret mereka naik keatas tepi kolam.
Setelah mengerahkan semua sisa kekuatan yang dimiliki
Ong Bun kim, akhirnya pemuda itu berhasil juga menyeret
semua orang naik ketepi kolam namun dia sendiri segera
roboh terjengkang setelah kehabisan tenaga...
000OdwO000
KETIKA sadar kembali dari pingsannya, pemuda itu
menemukan dirinya sedang berbaring didalam sebuah
kamar, agaknya kamar tidur seorang perempuan maka
diapun lantas teringat kembali akan gadis telanjaag yang
dijumpai kolam dalam tadi.
"Mungkinkah dia yang telah menyelamatkan jiwanya?
Bagaimana dengan rekan-rekannya?
Teringat sampai di situ, diam-diam Ong Bun kim merasa
terkejut sekali..
Mendadak ia mendengar ada suara langkah kaki
manusia bergema kearah dalam ruangan itu.
Ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya, maka
tampaklah seorang dayang berbaju hijau yang berusia lima
enam belas tahunan berjalan masuk kedalam ruangan dan
menghampiri pembaringan.
Ong Bun kim ingin melompat bangun, namun tak
berdaya sebab seluruh badannya lemas tak bertenaga.
Dayang berbaju hijau itu langsung berjalan kehadapan
Ong Bun kim, wajahnya tanpa emosi, setelah memandang
sekejap diri Ong Bun kim, katanya:
"Kau sudah lama sadar kembali?"
Ong Bun kim agak tertegun, kemudian sahutnya.
"Baru saja sadar, tempat manakah ini?"
"Kamar dari Ji siocia kami!"
"Bagaimana dengan rekan-rekanku?"
"Tak usah kuatir, mereka sedang merawat lukanya
dalam kamar yang lain, keadaannya sudah tak
menguatirkan lagi!...
Sehabis mendengar perkataan itu Ong Bun kim baru
merasa lega sekali, katanya kemudian:
"Terima kasih banyak nona atas budi pertolongan
kalian!"
"Toh bukan aku yang menolongmu, buat apa kau musti
berterima kasih kepadaku?"
"Kalau begitu, tolong sampaikan kepada siocia mu
bahwa aku merasa berterima kasih sekali atas
pertolongannya!"
"Siocia suruh aku datang membawamu pergi
menjumpainya" ujar dayang berbaju hijau itu dingin.
"Mau apa?"
"Aku tidak tahu!"
”Tapi aku..."
"Disini ada sebungkus obat, telan dulu!"
Dia merogoh ktdalam sakunya dan mengeluarkan
sebungkus obat kemudian diserahkan kepada Ong Bun kim.
Si anak muda itu tertegun, akhirnya dia menerima juga
pemberian obat itu dan menelannya.
Tak lama setelah minum obat, akhirnya Ong Bun kim
dapat bergerak kembali, ia lantas bangkit berdiri dan
menengok kearah dayang berbaju hijau itu. ujarnya sambil
tersenyum.
"Nona, harap kau suka membawa jalan."
Dayang berbaju hijau itu tidak berbicara apa-apa, dia
membalikkan badan dan berjalan keluar dari sana.
Ong Bun kim tak tahu dimanakah ia berada sekarang,
terpaksa diikutinya dayang berbaju hijau itu keluar dari
ruangan tersebut.
Sesudah keluar dari pintu mereka berbelok menelusuri
sebuah serambi panjang, diluar serambi adalah sebuah
kebun bunga dengan gunung-gunungan, pemandangannya
sangat indah.
Tak lama kemudian, ia sudah diajak masuk ke dalam
sebuah ruangan besar, perabot dalam ruangan itu rata-rata
sangat indah dan mewah, Ong Bun kim menjumpai ada
dua orang gadis berbaju hijau duduk berjajar didalam
ruangan tersebut.
Salah seorang diantaranya ternyata gadis telanjang yang
pernah dijumpai sedang mandi didalam kolam itu.
Paras muka-kedua orang gadis itu rata-rata amat cantik,
sikapnya juga anggun sekali, buru-buru Ong Bun kim maju
kedepan memberi hormat kemudian katanya.
"Terima kasih banyak atas pertolongan yang telah nona
berdua berikan kepada kami!"
"Tak usah banyak adat" tukas nona baju hijau yang agak
tua-an dengan dingin.
Ketika mendengar suara dingin yang hakekatnya tanpa
emosi ataupun perasaan itu, Ong Bun-kim merasakan
hatinya bergidik, dengan wajah agak berubah diawasinya
kedua orang itu tanpa berkedip.
Nona baju hijau yang lebih tua-an itu kembali berkata
dengan suara dingin.
"Kau jangan keburu senang dulu, aku belum
menyelamatkan kalian, jarum beracun itu masih belum
tercabut keluar"
Ong Bun kim merasa tercekat sekali, tapi kemudian
katanya sambil tertawa.
"Tapi bagaimanapun juga kau telah menolong kami
semua dari ancaman maut."
"Siapa namamu?"
"Aku bernama Ong Bun kim!"
"Siapa pula kedua perempuan dan seorang pria itu?"
"Yang lelaki adalah anak buahku!"
"Kalau begitu, kau adalah seorang ketua dari suatu
perguruan besar dalam dunia persilatan?"
"Benar!"
"Apa nama perguruanmu itu? Aah, soal ini tak perlu
kutanyakan, toh kami sama sekali tidak tahu menahu
tentang segala macam perguruan yang ada dalam dunia
persilatan."
Setelah berhenti sebentar, kembali lanjutnya: "Siapa pula
yang perempuan itu?"
”Dia adalah bibiku dan ciciku !"
"Mereka bertiga sudah terkena jarum berbisa" kata nona
berbaju hijau itu dengan suara dingin, "Terutama sekali
cicimu, agaknya dia sudah terkena pengaruh ilmu sesat!"
Mendengar perkataan itu Ong Bun kim merasa
terperanjat sekali.
"Dari... dari mana kau bisa tahu?"
"Aku dapat melihatnya !"
Timbul rasa hormat dan kagum dalam hati Ong Bun kim
setelah mendengar perkataan itu. katanya:
"Tidak kusangka kalau nona adalah seorang tokoh lihay
yang berilmu silat sangat tinggi, maaf kalau Ong Bun kim
kurang hormat"
"Tak usah sungkan-sungkan, aku ingin bertanya
kepadamu, kalian ingin mati ataukah ingin hidup?"
Mendengar pertanyaan tersebut, kembali Ong Bun kim
menjadi termangu-mangu.
"Bagaimana dengar, mati? Bagaimana pula dengan
hidup?"
"Ada syaratnya!"
"Apakah syaratnya?"
"Jika ingin mati, kami tak akan menolong kalian dan
menghantar kalian keluar dari Siau sui kian ini..."
"Seandainya ingin hidup?"
"Aku akan menolong kalian, tapi kalian dilarang pergi
meninggalkan tempat ini."
"Jadi kami harus tetap tinggal disini untuk selamanya?"
"Benar, lagi pula kau sudah melihat tubuh adikku dalam
keadaan telanjang bulat, lelaki dan perempuan ada
batasnya, setelah kau melihat bagian rahasia dari tubuh
adikku, sudah sepantatnya jika kau memberi pertanggungan
jawabnya pula!"
Ong Bun kim segera merasakan tubuhnya bergidik dan
merinding, katanya agak gemetar.
"Maksudmu... maksudmu..."
"Kau harus mengawini adikku!"
"Soal ini..."
"Jika kau tak sanggup untuk melakukan nya, lebih baik
kalian mati saja disini."
"Kau menggertak aku?" seru Ong Bun kim.
"Boleh dibilang begitulah!"
Untuk sesaat lamanya Ong Bun kim menjadi tertegun
dan berdiri termangu-mangu, sampai lama sekali dia baru
berkata:
"Boleh saja untuk mengawininya, tapi kami harus pergi
meninggalkan tempat ini!"
"Tidak bisa."
"Kenapa kau bersikeras menyuruh kami untuk tetap
tinggal disini?" seru Ong Bun-kim penasaran.
"Sebab kau dan anak buahmu itu akan menjadi suami
kami. kalian harus tahu bahwa jarum beracun itu sudah
menghajar paha dan bawah perut kalian, teori ini sudah
teramat jelas sekali, dan andaikata kami harus menolong
kalian maka terpaksa pakaian musti di..."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak ia
membungkam dan tertawa jengah, tambahnya:
"Sekalipun tidak ku jelaskan, tentunya kau juga mengerti
bukan?"
"Yaa, aku mengerti!"
"Maka dari itu kalian harus tetap tinggal ditempat ini!"
"Kami toh bisa saja membawa kalian pergi
meninggalkan tempat ini...?" kata Ong Bun kim.
"Kami tidak akan pergi dari sini, sekarang kau musti
pertimbangkan secara baik-baik, mau atau tidak terserah
kepadamu sendiri, kami tak akan memaksa!"
Ketika dilihatnya pihak lawan sudah tidak memberi
kesempatan lagi untuk melakukan perundingan, maka
iapun bertanya Iagi.
"Apakah kau bisa membebaskan pengaruh ilmu Gi sin
tay hoat dari kakak misanku itu?"
"Tentu saja bisa!"
Tiba-tiba muncul suatu saat didalam benaknya, dia
merasa kalau pun pihak lawan memaksanya dengan
menggunakan kekerasan, mengapa tidak ia luluskan lebih
dulu kemudian baru membuat rencana selanjutnya?
Jika mereka ingin melarikan diri dari tempat itu, rasanya
hal tersebut masih bukan sesuatu perbuatan yang terlalu
menyulitkan.
Berpikir sampai disitu, maka ujarnya sambil tersenyum:
"Baiklah kululuskan permintaanmu itu"
"Benar-benar meluluskan atau cuma berpura-pura."
"Tentu saja benar-benar meluluskan!"
"Bagus sekali, jika kau mempunyai niat jahat, akhirnya
yang rugi toh juga kalian sendiri!"
Ong Bun kim merasakan hatinya bergidik setelah
mendengar perkataan itu, tapi wajahnya masih tetap tenang
seperti sedia kala, katanya:
"Tak mungkin, harap kau jangan kuwatir"
"Aku tak akan bisa berlega hati..." Dia lantas berpaling
kearah gadis berbaju hijau disisinya seraya berkata lagi:
"Adikku, ajaklah dia untuk mengobati luka itu!"
Nona berbaju hijau itu segera bangkit berdiri sembari
berkata.
"Ong sauhiap, harap kau bersedia mengikuti diriku!"
Seraya berkata ia lantas bangkit berdiri dan beranjak dari
tempat tersebut.
Baru saja Ong bun-kim akan pergi, nona baju hijau
tersebut telah bertanya lagi:
"Ong Sauhiap, ada satu hal lupa kutanyakan kepadamu."
"Urusan apa?"
"Siapakah nama anak buah mu itu?"
"Dia bernama Thia Eng!"
"Ehmm. silahkan kalian pergi!"
Ong Bun kim segera mengikuti nona berbaju hijau yang
lebih muda itu menuju ke kamar sendiri.
"Berbaringlah" kata nona berbaju hijau itu kemudian.
Ong Bun kim tersenyum, tanyanya kemudian:
"Nona siapa namamu?"
"Aku bernama Lu Lan, enciku bernama Lu Hong!"
Ia tertawa, cantik sekali sewaktu tertawa juga menawan
hati.
"Nona Lu kenapa kalian bersikeras untuk menahan kami
tetap tinggal disini?" tanya Ong Bun kim kemudian.
"Ibuku yang menetapkan peraturan tersebut" jadwab Lu
Yan sambail tertawa, lalu setelah berhenti sejenak terusnya.
"Ong sauhiap, kaupun jangan terlalu menyalahkan kami
karena kami telah memaksamu untuk mengawini kami
berdua, andaikata luka yang kalian derita letaknya ditempat
lain, tentu saja kamipun tak akan memaksa kalian untuk
tetap tinggal ditempat ini...."
"Aku mengerti!"
"Suatu perkawinan yang berdasarkan pada suatu paksaan
tak mungkin bisa mendapat kebahagiaan, sebab hubungan
antara suami isteri adalah hubungan yang didasari oleh
cinta kasih, aku pikir lebih baik tunggu saja sampat kalian
memahami kami sebelum perkawinan dilangsungkan.”
Gadis itu bisa mengucapkan itu, sesungguhnya hal ini
sama sekali diluar dugaan Ong Bun kim, mendadak ia
menemukan bahwa pihak lawan sangat baik dan berbudi
luhur.
Maka diapun tertawa dan manggut-manggut.
Kembali gadis itu berkata. "Berbaringiah, aku hendak
menotok jalan darahmu?"
Sekali lagi Ong Bun kim manggut-manggut dengan suatu
gerakan cepat nona berbaju hijau itu mengayunkan tangan
kanannya melancarkan sebuah totokan. Ong Bun kim
segera tertidur dengan nyenyaknya...
Ketika sadar kembali, Lu Yan si nona berbaju hijau itu
sudah berdiri didepan pembaringan seraya berkata:
"Jarum beracun itu sudah kucabut keluar, akupun telah
membubuhkan obat diatasnya, lewat satu dua hari
kemudian luka tersebut akan sembuh dengan sendirinya
kau tak usah kuatir."
Ong Bun kim menghela napas panjang ujarnya
kemudian:
"Nona Lu entah bagaimana caranya aku harus
mengucapkan banyak terima kasih kepadamu ?"
"Sudahlah, jumpai mereka!"
"Baiklah!"
Ong Bun-kim lantas turun dari pembaringan dan berjalan
keluar dari ruangan, ia merasa meski mulut lukanya agak
sakit, akan tetapi sama sekali tidak menjadi halangan lagi,
maka dia mengikuti Lu Yan menuju keruangan lain.
Dari dalam kamar tampak seseorang berjalan keluar, dia
adalah Lu Hong, wajahnya masih tetap dingin, kaku, tanpa
emosi.
Setelah memandang sekejap ke arah Ong Bun-kim,
katanya:
"Sekalipun Thiar sauhiap sudah ttermakan oleh jqarum
beracun, trapi berhubung kekuatan tubuhnya luar biasa,
racun dari jarum tersebut tak mampu menjalar kemanamana,
sekarang ia telah sembuh kembali, masuk dan
tengoklah dia, adikku, mari kita pergi."
"Bagaimana dengan bibi dan kakak misanku?"
"Sekarang kami akan pergi menolong mereka berdua."
Sesusah berkata, mereka lantas beranjak pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Ong Bun kim juga jalan masuk kedalam kamar. Ia
saksikan Thia Eng sedang berdiri didepan pembaringannya
sambil termangu-mangu, ketika mendengar suara langkah
kaki, dia lantas mendongakkan kepalanya dan menatap
wajah Ong Bun kim lekat-lekat, kemudian tegurnya.
"Buncu, apakah kau?"
"Benar, baikkah keadaanmu?"
"Terima kasih banyak atas perhatian buncu, tapi
bagaimana kita sekarang ?"
"Apanya yang bagaimana?"
"Nona itu bilang kau dan aku harus tetap tinggal disini"
"Ya, betul!"
"Aaah, hal ini mana boleh jadi? Seandainya dalam
perguruan sampai terjadi suatu musibah, akibatnya tentu
tak akan terlukiskan dengan kata-kata, apakah Buncu tidak
berpikir sampai kesitu?"
"Aku sudah berpikir sampai kesitu, tapi kita harus tinggal
ditempat ini."
Secara ringkas dia lantas menceriterakan apa yang terjadi
kepada Thia Eng.
Mendengar itu, dengan wajah berubah Thia-Eng lantas
berseru.
"Kita harus kawin dengan mereka?"
"Benar?"
"Aaaah, hal ini mana boleh jadi... tidak mungkin, tidak
mungkin... aku tak bisa menerima syarat ini, aku telah
berjanji dengan Yu Cing..."
"Aku tahu," bisik Ong Bun kim, "itulah sebabnya kita
harus melarikan diri dari sini."
"Tapi.... mampukah kita kabur dari sini?"
Yaa. mampukah mereka untuk melarikan diri dan situ?
Dengan suara dalam dan berat sahut Ong Bun kim;
"Sekalipun tidak mampu untuk melarikan diri, kita juga
harus mencobanya."
"Buncu adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar,
mana boleh kau ingkari janji yang telah kau ucapkan? Aku
lihat cara ini tak bisa dilakukan."
Kontan Ong Bun kim berdiri tertegun setelah mendengar
perkataan dari Thia Eng tersebut, betul, bagaimanapun juga
dia adalah ketua dari suatu perguruan besar, mana boleh
ucapan seorang ketua dari satu perguruan tak bisa dipegang
teguh?
Seandainya dia sampai mengingkari janji, dan peristiwa
itu sampai tersiar luas didalam dunia persilatan, bukankah
semua orang akan mentertawakannya?
Maka sesudah termangu-mangu sejenak, dia pun lantas
berpaling dan memandang sekejap kearah Thia Eng, lalu
tanyanya: "Lantas.apa yang musti kita lakukan?"
"Aku.... aku mana tahu !"
0000OdwO0000
BAB 96
SETELAH tertegun beberapa saat lamanya, Ong Bun
kim segera menggertak giginya kencang-kencang, kemudian
berkata.
"Demi teratasinya semua masalah yang kita hadapi, mau
tak mau aku harus mengingkari janji satu kali, selesai
membasmi perguruan Yu leng bun dari muka bumi, aku
baru akan balik lagi kesini untuk memberi keterangan
kepada mereka!"
"Tapi bagaimana caranya untuk melarikan diri"
"Tentu saja kabur dikala mereka sedang tidak menaruh
perhatian!"
Thia Eng manggut-manggut, ia cukup memahami
perasaan dari Ong Bun kim, seandainya bukan dikarenakan
tugas dan kewajibannya yang berat demi kepentingan
perguruan, sesungguhnya dia bukan seseorang yang mau
mengingkari janji.
Maka kembali Thia Eng bertanya.
"Seandainya mereka memaksa kita untuk kawin?"
"Kita berusaha untuk mengulur waktu."
"Maksudmu kita menunda terus saat perkawinan itu, dan
kalau bisa tidak kawin dengan mereka...?" tanya Thia Eng
dengan wajah tertegun.
"Benar!"
"Tapi kau toh sudah meluluskan permintaan orang!"
"Yaa, ketika itu aku terdesak oleh keadaan, mau tak mau
aku musti meluluskan permintaannya."
Thia Eng menghbela napas panjadng, katanya.
"Aaai... aku kuatir bkalau kejadian ini bakal
mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang tak
terselesaikan."
Belum lagi perkataan itu disampaikan, terdengar suara
langkah perlahan bergema memecahkan keheningan,
sewaktu mendongakkan kepala, tampak Lu Yan sambil
mengajak Iblis cantik pembawa maut berjalan mendekati
mereka.
Kepada Ong Bun kim, Lu Yan berkata sambil tertawa.
"Ong sauhiap, bibimu sudah sembuh dan sehat kembali
seperti sedia kala, nah berbincang-bincanglah dengannya."
"Bagaimana keadaan ciciku?"
Dia sedang di bawa oleh ciciku untuk mendapat
pengobatan secara khusus guna mematahkan pengaruh Gi
sin tay hoat didalam tubuhnya, aku percaya tak lama lagi
kesehatannya akan pulih kembali seperti sedia kala, harap
kalian berlega hati, apakah masih ada pekerjaan lain yang
kalian butuhkan untuk kulakukan?"
Dalam pembicaraan tersebut, dapat terlihat pancaran
sinar matanya yang lembut dan mendalam.
"Aai... tak ada urusan lainnya lagi." jawab Ong Bun kim
sambil tertawa. "tolong sampaikan kepada cicimu bahwa
Ong Bun kim merasa berterima kasih sekali."
"Tak perlu sungkan-sungkan, nah aku pergi dulu"
"Silahkan nona !"
Lu Yan tertawa ewa dan segera beranjak pergi
meninggalkan tempat itu...
Menatap bayangan punggung Lu Yan dengan wajah
termangu, akhirnya tanpa sadar Ong Bun kim menghela
napas panjang.
"Mereka betul-betul sepasang nona yang sangat baik!"
puji Iblis cantik pembawa maut dengan lirih.
"Baik?" kata Ong Bun kim dengan wajah tertegun.
"Yaa, aku merasa mereka amat baik, terutama sekali
encinya!"
”Apa? Encinya amat baik?” teriak Thia Eng pula dengan
suara keras, "tampangnya dingin kaku tanpa emosi..."
"Kau keliru besar, sesungguhnya gadis semacam itulah
baru bisa dibilang seorang gadis yang berhati sangat baik,
sekalipun mukanya dingin kaku tanpa emosi, padahal
perasaannya hangat dan ramah, dan kesemuanya ini
merupakan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah."
"Aku lihat tak mungkin?"
"Mau percaya atau tidak terserah kepadamu Bun kim,
tentunya saudara ini adalah Thia congkoan dari
perguruanmu bukan?"
"Betul A ih, aku lupa untuk memperkenalkan kalian
berdua."
Iblis cantik pembawa maut segera tertawa katanya.
"Tidak menjadi soal, bila pengaruh Gi-sin tay hoat pada
Soh cu telah bebas nanti, kita boleh segera pergi
meninggalkan tempat ini."
"Pergi?" kata Thia Eng sambil tertawa dingin, "aku kuatir
kalau kita tak akan pergi lagi dari sini untuk selamanya!"
"Kenapa?"
"Mereka tidak memperkenankan kami untuk pergi dari
sini!"
"Ooooh... Bun kim, benarkah ada peristiwa semacam
ini...?"
Ong Bun kim manggut-manggut dan secara ringkas
menceritakan apa yang telah mereka alami kepada Iblis
cantik pembawa maut.
Ketika setelah mendengar perkataan itu, paras muka Iblis
cantik pembawa maut segera berubah hebat.
"Kalau begitu... kau sudah meluluskan permintaan
mereka untuk tidak pergi dari sini?" serunya dengan
perasaan terperanjat.
"Benar!"
"Dan kaupun sudah mengabulkan permintaan mereka
untuk kawin dengan mereka?"
"Betul !"
"Setuju untuk kawin dengan mereka bukan suatu
masalah yang terlampau serius, akan tetapi kalau tak boleh
pergi meanggalkan tempat ini, urusan jadi berabe,
perguruan Sin kiam-bun akan kehilangan pemimpinnya,
andaikata sampai terjadi sesuatu peristiwa yang tak
diinginkan bagaimana jadinya?"
"Betul, itulah sebabnya kita harus berusaha untuk
melarikan diri dari sini!"
"Melarikan diri?"
"Ya, betul, selain melarikan diri aku rasa tiada cara lain
yang lebih baik lagi!"
Iblis cantik pembawa maut mengerutkan dahinya rapatrapat,
kemudian berkata.
"Yaa, tampaknya terpaksa kita harus berbuat begitu,
cuma seandainya kita bisa mempunyai suatu cara yang bisa
diubah-ubah menurut keadaan, hal ini jauh lebih baik lagi."
"Cara apakah itu?"
"Tak ada salahnya bagi kalian untuk menikah dengan
kedua orang gadis itu."
"Aaah, hal ini mana boleh terjadi?" teriak Thia Eng
memprotes "aku toh sudah punya kekasih..."
"Wouw...! Tak kusangka begitu setia Thia congkoan
terhadap kekasihnya, cuma, andaikata sobat perempuanmu
itu tahu kalau gadis itulah yang telah menyelamatkan
jiwamu, dia pasti dapat memaafkan perbuatanmu ini"
"Setelah kawin, apa yang harus kami lakukan?" tanya
Ong Bun kim kemudian.
"Setelah kawin kalian baru melarikan diri, entah berhasil
atau tidak, akulah yang akan mengatasi keadaan tersebut
nantinya."
"Cara apa yang hendak kau pergunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut."
"Pokoknya akal bagus sudah kususun didalam benak, tak
usah kuatir, urusan tak nanti akan bertambah runyam."
Tak lama kemudian kembali terdengar suara langkah
kaki manusia menggema datang, menyusul kemudian
tampak Lu Hong sambil mengajak si Dewi mawar merah
berjalan mendatang, paras muka gadis itu masih tetap
dingin, kaku, tanpa emosi.
Sedangkan paras muka Dewi mawar merah penuh
diliputi perasaan bingung dan sangsi, ditatapnya sekejap
wajah Ong Bun-kim sekalian dengan termangu, kemudian
berdiri tertegun disitu tanpa mengetahui apa yang harus
dilakukan.
Ong Bun kim sekalian pun berdiri termangu-mangu
disana tidak mengetahui pula apa yang musti diperbuat.
Sampai lama, lama sekali, akhirnya Lu Hong yang
memecahkan keheningan, katanya.
"Pengaruh ilmu sesat Gi sin tay hoat yang mencekam
benakmu kini sudah kupunahkan."
"Terima kasih banyak atas bantuan nona!"
Dengan termangu-mangu Dewi mawar merah menatap
wajah Ong Bun kim sekian lama, setelah itu katanya.
"Adik Ong, apa yang telah terjadi? Aku... aku seolaholah
telah melupakan segala sesuatu-nya.... aku...akupun
merasa seakan-akan telah melakukan banyak pekerjaan?"
"Ya, kau memang sudah melakukan suatu pekerjaan
yang menakutkan sekali. Hayo cepat menjumpai ibumu!"
"Ibuku.....?" dengan perasaan bergidik dan ngeri ia
menatap wajah Iblis cantik pembawa maut lekat-lekat.
Iblis cantik pembawa maut segera menghela napas
panjang, ujarnya kemudian.
"Ceritakanlah segala sesuatu yang telah terjadi
kepadanya, agar ia menjadi jelas dengan segala peristiwa
ini!"
Ong Bun kim manggut-manggut dan secara ringkas
menceritakan segala sesuatu yang telah terjadi itu kepada
Dewi mawar merah...
Ketika selesai mendengarkan kisah cerita itu, tiba-tiba
Dewi mawar merah menutupi wajah sendiri sambil
menangis tersedu-sedu, serunya dengan amat sedih.
"Oooh Thian! Benarkah aku telah melakukan perbuatanperbuatan
yang begitu menakutkan !"
"Benar !"
"Aku..."
Tiba-tiba ia menutupi mukanya sambil menangis terisak,
kemudian beranjak dari situ dan menerjang keluar lewat
pintu depan.
Ong Bun kim terperanjat sekali, sekali melompat ia
lantas mengejar kedepan sambil bentaknya.
"Cici, mau apa kau?"
"Minggir... aku... aku tak ingin hidup lagi..."
Seperti orang gila dia lari meninggalkan tempat itu.
Sekali lagi Ong Bun kim melompat ke depan dan
menghadang jalan perginya, kemudian membentak lagi
keras-keras.
"Cici, kau sudah gila?"
"Aku telah melakukan perbuatan yang amat
menakutkan... aku... aku...tak ingin hidup lagi!"
Dalam kesedihan yang luar biasa ia menjadi kalap seperti
kehilangan ingatan dan kesadarannya.
"Weess...!" sebuah pukulan dahsyat tiba-tiba dilontarkan
kedada Ong Bun kim.
"Cici," hardik Ong Bun kim keras-keras.
Tangan kanannya segera diayunkan kemuka untuk
menangkis datangnya ancaman tersebut, kemudian sebuah
pukulan lain dilontarkan untuk menyongsong serangan dari
Dewi mawar merah.
"Blamm." suatu benturan keras yang memekikkan telinga
segera menggema memecahkan keheningan, secara
beruntun Dewi mawar merah mundur sejauh tujuh delapan
langkah.
"Cici kau sudah gila?" sekali lagi Ong Bun kim
membentak dengan suara menggelegar.
Dengan termangu-mangu dewi mawar merah mengawasi
wajah Ong Bun kim tanpa berkedip lalu katanya.
"Adik Ong, aku tak ingin hidup....."
"Bodoh, semua peristiwa ini terjadi karena hasil karya
dari Yu leng Iojin, kesalahan tidak terletak diatas dirimu,
jika lantaran urusan kecil saja kau lantas tak ingin hidup,
apakah tindakkan mu itu tidak akan menyedihkan ibumu?"
"Tapi... tapi.. aku..."
"Tak perlu berpikir yang bukan-bukan lagi, cepat jumpai
ibumu!"
Dewi mawar merah belum beranjak, ia masih berdiri
termangu-mangu di situ.
Sementara itu, Iblis cantik pembawa maut telah berjalan
mendekat, dengan wajah yang basah oleh air mata
pekiknya:
"Soh-cu !"
"Ibu !"
Dewi mawar merah menjerit pedih, kemudian secara
tiba-tiba lari ke muka dan menubruk ke dalam pelukan Iblis
cantik pembawa maut sambil menangis tersedu-sedu.
Yaa, sesungguhnya pertemuan ini memang merupakan
suatu peristiwa yang sangat mengharukan.
Lama, lama kemudian Iblis cantik pembawa maut baru
mendorongnya bangun, setelah itu katanya sambil
menghela napas.
"Sudahlah, segala sesuatunya kini sudah lewat, kau pun
tak perlu bersedih hati lagi"
"Tapi ibu....aku... aku merasa amat bersalah kepadamu...
aku malu kepadamu..."
"Kesalahan toh bukan terletak pada dirimu, kenapa kau
musti merasa bersalah kepadaku?"
Ong Bun kim yang berada di sampingnya segera
menimbrung sambil tertawa lebar:
"Cukup! Sekarang kau musti berterima kasih kepada
nona Lu serca Thia sauhiap!"
Dewi mawar merah manggut-manggut dan beranjak
meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah berada dalam kamar lain, Dewi mawar merah
lantas berkata kepada Lu Hong.
"Nona Lu terima kasih banyak atas budi
pertolonganmu!"
"Tak usah !"
"Cici, sekarang jumpailah Thia sauhiap." kata Ong Bun
kim kemudian, dia adalah congkoan dan perguruan kami."
Sewaktu sorot mata Dewi mawar merah dialihkan keatas
wajah Thia Eng, ia tampak agak tertegun, kemudian untuk
sesaat lamanya mengawasi wajah pemuda itu sambil
termangu-mangu.
Menyaksikan keadaan ini, semua orang menjadi tertegun
dan berdiri melongo.
Ong Bun kim seperti telah menemukan sesuatu, tanpa
terasa bergidik hatinya.
"Cici, kenapa kau?" tegurnya kemudian.
Seperti baru sadar dari impiannya, buru-buru Dewi
mawar merah memberi hormat, katanya.
"Thia sauhiap, terimalah salam hormat dari Yap Soh
cu."
"Nona Yap tak perlu banyak adat!" sahut Thia Eng
cepat-cepat sambil tertawa..
Dalam pada itu Lu Hong telah berkata kepada Ong Bun
kim sekalian:
"Silahkan kalian berbincang bincang, aku hendak pergi
dulu!"
Sambil tertawa Iblis cantik pembawa maut segera
berkata.
"Nona Lu, kami bisa mendapat kembali keselamatan
jiwa, kesemuanya ini adalah berkat bantuan serta
pertolonganmu, kamipun tak akan banyak berterima kasih
kepadamu, toh dikemudian Thia sauhiap pasti akan lebih
menyayangi dirimu."
Mendengar ucapan tersebut, paras muka Lu Hong yang
dingin kaku seperti es itu segera tampak warna semu merah
karena jengah.
"Ibu apa yang sedang kau katakan?" tiba-tiba terdengar
Dewi mawar merah berseru keras.
"Aku sedang mengatakan, Nona Lu dan Thia sauhiap
akan segera melangsungkan pernikahannya"
"Sungguh,.,.., sungguhkah ini?"
Suaranya kedeagaraa agak gemetar keras, seakan-akan
perasaan kecilnya mendapatkan saatn pukulan yang berat
sekali.
Siapa saja itu orangnya dapat mendengar bahwa dibalik
ucapan dari Dewi mawar merah itu penuh diliputi oleh
perasaan kecewa, sedih dan kecewa yang sangat besar.
Mendengar itu iblis cantik pembawa maut merasakan
jantungnya berdebar keras, dia merupakan seorang
perempuan juga, sudah barang tentu dia-pun bisa
memahami arti perkataan dari putrinya itu.
Tanpa terasa bergidik keras perasaan hati perempuan ini,
sahutnya kemudian.
"Tentu saja sungguh."
Tentu saja Lu Hong sendiri dapat melihat jelas
perubahan wajah maupun pekikan hati dalam perasaan
Dewi mawar merah.
Ong Bun kim sendiri hanya bisa berdiri termangu-mangu
sambil mengawasi wajah Dewi mawar merah, perasaan
pedih tanpa terasa muncul dalam hati kecilnya.
Kepada Lu Hong, Iblis cantik pembawa maut itu segera
berkata.
"Nona Lu, ada satu persoalan aku ingin bertanya
kepadamu"
"Katakanlah!"
"Tolong tanya, perkawinan ini hendak dilangsungkan
dengan upacara yang bagaimana?"
"Soal ini...." Lu Hong menjadi jengah sekali sehingga tak
sanggup melanjutkan kata-katanya.
"Tak usah malu-malu" kata Iblis cantik pembawa maut
Iagi, toh kita sudah menjadi orang sendiri, upacara
perkawinan macam apapun yang kau inginkan boleh
dikatakan secara terang-terangan"
"Aku tidak tahu, pokoknya yang sederhanapun sudah
cukup!"
"Kalau begitu bagaimana kalau perkawinan tersebut kita
selenggarakan pada hari ini jugs!"
"Locianpwe...” teriak Thia Eng. "oooh, betul! Aku dan
Ong buncu adalah sesama saudara angkat dia menyebutmu
A ih, akupun harus memanggil A Ih pula kepadamu. A ih!
Haruslah persoalan ini diselenggarakan cepat-cepat?"
Iblis cantik pembawa maut segera tertawa.
"Cepat atau lambat toh akhirnya kalian harus kawin
juga, daripada menunda-nunda lagi, toh ada baiknya kita
cepat-cepat selesaikan persoalan ini!"
Kemudian sambil berpaling ke arah Lu-Hong, ucapnya:
"Nona Lu, bagaimana menurut pendapatmu?
"Aku aku.... tidak tahu... saat kalian bersungguh hati,
kapanpun upacara itu akan diselenggarakan, bagi kami
adalah sama saja"
Selesai berkata dengan tersipu-sipu dia lantas
menundukan kepalanya rendah-rendah.
Kembali Iblis cantik pembawa maut tertawa.
"Kalau begitu, malam ini juga upacara perkawinan
kalian berdua akan diselenggarakan."
Begitulah, malam itu dengan suatu upacara perkawinan
yang sederhana dan hidmat Ong Bun kim serta Thia Eng
melangsungkan pernikahannya dengan kakak beradik
keluarga-Lu yang cantik jelita itu, selesai upacara
merekapun dihantar masuk kedalam kamar pengantin.
Malam semakin hening...
Setelah berada didalam kamar pengantin, baik Ong Bunkim
maupun Lu Yan tak tahu apa yang musti dikatakan,
mereka berdua sama-sama merasa rikuh untuk mulai
dengan suatu pembicaraan.
Sampai lama, lama sekali, akhirnya Lu Yan
memecahkan keheningan lebih dahulu, katanya:
"Ong siangkong, apakah kau tidak bersungguh hati untuk
menikah denganku?"
Mendengar pertanyaan itu, Ong Bun-kim segera tertawa.
"Nona tak usah berpikir yang bukan-bukan." hiburnya.
"Asal kau bersungguh hati dan tidak mengandung
maksud yang tidak baik, aku akan merasa puas sekali, mari
kita tidur!"
Gadis itu segera memadamkan lentera dan bersamasama
naik ke atas pembaringan.
Malam yang syahdu dan penuh romantis itupun berlalu
oleh terbitnya sinar matahari diufuk timur.
Semua kejadian bagaikan suatu impian... dengan
suasana yang mirip dalam impian inilah kedua orang lelaki
tersebut melewati suatu malam yang bahagia, romantis dan
syahdu tapi justru karena peristiwa semalam membuat
kedua orang itu sama-sama merasa sedih dan bimbang.
Sesungguhnya kedua orang gadis itu masih suci bersih
merekapun ramah dan halus budinya.
oooOdwOooo
BAB 97
TETAPI, dalam suatu keadaan yang terpaksa, kedua
orang gadis itu harus menyerahkan kebahagiaan hidupnya
kepada dua orang lelaki asing yang sebelum itu tak pernah
dikenalnya, berbicara bagi mereka sendiri, siapakah yang
bersedia untuk berbuat demikian?
Keesokan harinya, tiba-tiba Ong Bun kim menjumpai
Thia Eng agak murung dan sedih, tanpa terasa dia lantas
bertanya:
"Thia congkoan kenapa kau?"
Thia Eog memandang sekejap kearah Ong Bun kim lalu
sahutnya:
"Buncu, dia..."
Ia menjadi tergagap dan tak sanggup melanjutkan katakatanya.
"Kenapa dia?" tanya Ong Bun-kibm keheranan.
"Sdebetulnya merekaa adalah sepasabng nona yang baik
sekali!"
"Kenapa?"
"Tahukah kau, mengapa mereka tidak memperkenankan
kita berdua pergi meninggalkan tempat ini?"
"Tidak tahu!"
"Sebab ayah mereka dimasa lalupun pergi meninggalkan
ibu mereka dan tak pernah kembali lagi, kejadian tersebut
membuat ibu mereka menjadi sedih sepanjang hari sehingga
akhirnya mati dalam keadaan mengenaskan. Sekarang
merekapun takut kehilangan kita berdua, malah semalam ia
telah menangis sedih semalam suntuk!"
"Kenapa ia menangis?"
"Dia menangis karena cepat atau lambat kita pasti akan
pergi, dia bilang begini: "Segala sesuatunya sekarang
terserah pada suara liangsim kalian sendiri, aku hanya
berharap agar kalian jangan lupa dengan kami perempuanperempuan
yang mengenaskan!"
"Lantas menurut pendapatmu haruskah kita pergi?"
"Aku tidak tahu!"
"Jadi kita tak akan pergi?"
"Akupun tak tahu!"
Yaa, perasaan batin Thia Eng saat ini betul-betul saling
bertentangan, tentu saja hal ini dikarenakan dia adalah
seorang pemuda yang jujur, berbudi, tahu akan tanggung
jawabnya sebagai seorang lelaki.
Kini ia sudah kawin dengan Lu Hong, tapi
bagaimanakah pertanggungan jawabnya nanti dengan Yu
Cing?
Sebaliknya kini Lu Hong telah menyerahkan kehormatan
serta mahkota kegadisannya kepadanya, tegakah dia pergi
meninggalkan gadis tersebut seorang diri? Apakah dia ingin
menjadi seorang lelaki pengecut yang tak bertanggung
jawab.
Oleh sebab itu, untuk sesaat lamanya Thia Eng hanya
bisa berdiri termangu disana.
Kembali Ong Bun kim berkata:
"Kita harus pergi bagaimanapun juga, kita harus pergi
diri sini, pokoknya kau harus ingat, asal kita bisa pergi dari
sini. Aku pasti bisa membereskan persoalan selanjutnya"
"Ya, tampaknya kita memang harus berbuat demikian."
Belum habis Thia Eng berkata, terdengar suara langkah
kaki manusia berkumandang memecahkan keheningan, lalu
kelihatan Iblis cantik pembawa maut berjalan masuk
kedalam ruangan.
Setelah kedua orang pemuda itu memberi hormat, Iblis
cantik pembawa maut berbisik kepada mereka.
"Malam ini kalian boleh pergi dari sini!" Ong Bun kim
dan Thia Eng segera manggut-manggut bersama.
Malam itu, selesai bersantap malam dengan
menggunakan alasan hendak kencing Ong Bun kim
meninggalkan pengawasan Lu Yan sementara Thia Eng
juga mengikuti Ong Bun kim berjalan keluar dari
kamarnya.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap
kemudian-bersama-sama meluncur keluar dari gedung
tersebut.
Setelah keluar dari pintu gerbang, mereka baru
menjumpai lembah tersebut dikelilingi oleh bukit karang
yang keras disekelilingnya, untuk beberapa waktu lamanya
Ong Bun kim dan Thia Eng tidak berhasil menemukan
jalan keluar.
Kedua orang itu menjadi ragu-ragu dan bimbang untuk
sesaat lamanya, dengan sinar mata tajam mereka berusaha
mencari ke sana ke mari disekitar sana, akhirnya ia berhasil
menemukan sebuah gua karang didepan sana, agaknya gua
itulah merupakan satu-satunya jalan tembus ditempat itu.
Dengan suatu gerakan cepat Ong Bun kim segera
menerjang masuk ke dalam gua itu, kemudian setelah
memberi tanda kepada temannya, bersama Thia Eng
mereka berlarian menelusuri gua itu.
Gua itu besar sekali, juga panjang, hampir belasan kaki
dalamnya, tiba-tiba dari depan sana berkumandang suara
percikan air yang cukup nyaring, ketika Ong Bun kim
mendongakkan kepalanya, tampak sebuah air terjun yang
amat besar telah menghadang jalan pergi mereka.
Setelah menembusi air terjun tersebut, tibalah mereka
didalam kolam dimana mereka terjatuh sebelumnya.
Ong Bun kim menjadi girang sekali, serunya tanpa
terasa.
"Akhirnya kita berhasil meloloskan diri dari kurungan!"
"Aaai...! Bagaimana pun juga, aku tetap merasa tak tega
untuk pergi meninggalkan mereka!".
"Jangan kuatir, suatu ketika kami pasti akan kembali lagi
untuk mencari mereka"
"Aku takut Yu Cing tak dapat memaafkan diriku..."
Ong Bun kim menghela napas panjang, katanya
kemudian:
"Kita harus menryuruh mereka unttuk memahami
keqadaan kita yangr sesungguhnya."
"Aku kuatir kalau hal ini sulit sekali" gumam Thia Eng
sambil menghela napas dalam-dalam.
"Untuk sementara waktu, lebih baik kita jangan
memikirkan persoalan ini lebih dulu, mari kita pergi!"
Dengan murung Thia Eng manggut-manggut, kemudian
bersama Ong Bun-kim melompat naik keatas tepi kolam
dan berlarian pergi meninggalkan tempat itu.
Dikala Ong Bun-kim dan Thia Eng sudah siap-pergi da-ri
sana inilah, mendadak terdengar suara bentakan nyaring
bergema memecahkan keheningan.
"Berhenti!".
Dua sosok bayangan manusia laksana sambaran petir
cepatnya langsung, menerjang ke arah Ong Bun-kim dan
Thia Eng.
Bentakan tersebut amat dikenal oleh kedua orang
pemuda tersebut, dan pada hakekatnya bagaikan dua batu
besar yang menghantam dada mereka keras-keras, membuat
kedua orang itu tertegun dan berdiri melongo.
Terasa bayangan manusia berkelebat lewat, dua sosok
bayangan manusia tahu-tahu sudah melayang turun
dihadapan mereka.
Ong Bun-kim dan Thia Eng segera mengalihkan sorot
matanya ke depan, apa yang kemudian terlihat membuat
kedua orang pemuda itu terkesiap sekali.
Rupanya kedua sosok bayangan manusia itu adalah Lu
Hong dan Lu Yan! Lu Hong muncul dengan wajab penuh
kemarahan, sedangkan La Yan bermuram durja dan
kelihatan amat sedih.
Sambil tertawa dingin Lu Hong segera menegur:
"Heehhh heeehh heeehh kalian berdua akan pergi
dengan begitu saja?!"
Teguran tersebut membuat Ong Bun kim serta Thia Eng
menjadi serba salah dan tak tahu bagaimana harus
menjawab, mereka pun tak mengira kalau begitu cepat Lu
Hong dan Lu Yan telah tiba disitu. untuk sesaat mereka
menjadi tertegun dan berdiri bodoh.
Lu Hong kembali tertawa dingin, ejeknya.
"Tidakkah kalian berdua merasa kalau kepergian kalian
ini terlampau cepat..."
"Nona Lu!" ucap Thia Eng dengan tergagap, "kami...
kami..."
"Bukankah kalian harus pergi dari sini, Ong Bun kim,
tindakanmu ini sungguh jauh diluar dugaan kami."
Merah padam selembar wajah Ong Bun kim karena
jengah, tapi sahutnya dengan cepat:
"Bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini!"
"Tidakkah kalian merasa kalau kepergian Ini terlampau
tergesa-gesa? Setelah mempermainkan tubuh kami, kalian
lantas ingin pergi dengan begitu saja?"
"Kami sama sekali tidak bermaksud demikian!" seru Ong
Bun kim dengan gelisah.
"Kalau begitu, kalian berdua menganggap kami sudah
tiada harganya untuk dikenang kembali?"
Kamipun tidak pernah berpendapat demikian, cuma,
bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini."
"Lupakah kalian berdua dengan apa yang sudah kalian
janjikan?"
"Kami tak pernah melupakannya!"
"Kalau memang belum melupakannya, mari ikut kami
pulang kedalam lembah!"
"Tidak, kami tak bisa turut kalian pulang kembali
kedalam lembah" sahut Ong Bun kim dingin.
Paras muka Lu Hong segera berubah hebat.
"Bagaimana? Jadi kalian bersikeras akan pergi juga dari
tempat ini?" tegurnya.
"Benar !"
"Kalau aku tidak memperkenankan kalian pergi dari
sini?"
"Aku harap kalian sudi beringan tangan terhadap kami"
"Aku tak akan membiarkan kalian pergi dari sini," kata
Lu Hong dengan wajah berubah, "Ong-Bun kim, ketika
kalian mengatakan bersedia tinggal disini, aku telah
berbicara sangat jelas, seandainya kalian ingin melarikan
diri maka yang rugi kalian sendiri"
"Apa yang hendak kau lakukan?” tanya Ong Bun kim
dengan perasaan bergidik.
"Sederhana sekali, jika kalian bersikeras akan pergi
meninggalkan tempat ini, terpaksa aku akan membinasakan
kalian berdua."
"Tegakah nona turun tangan sekeji itu terhadap kami?"
"Jika kalian tidak setia lebih dulu, kenapa aku tidak tega
untuk membunuh kalian?"
Diam-diam Ong Bun kim merasa amat bergidik sekali,
tapi di luar dia tetap berkata.
"Tapi bagaimanapun juga kami harus pergi dari sini."
"Kalau begitu cobalah kau pergi dari sini !"
Paras muka Ong Bun kim menjadi berubah hebat, dia
segera tertawa dingin tiada hentinya, dia tidak percaya
kalau Lu Hong kakak beradik benar-benar bisa membunuh
mereka berdua.
Begitu selesai tertawa dingin, dia lantas menutulkan
ujung kakinya keatas tanah dan meluncur kedepan dengan
kecepatan luar biasa.
Gerakan tubuh dari Ong Bun kim ini dilakukan dengan
kecepatan luar biasa, tapi gerakan tubuh dari Lu Hong jauh
lebih cepat lagi daripada dirinya.
Diantara berkelebatnya bayangan manusia, tahu-tahu ia
sudah menghadang jalan pergi Ong Bun-kim sambil
membentak keras.
"Cari mampus rupanya kau..."
Ditengah bentakan nyaring, telapak tangan kanannya
segera diayunkan kedepan.
Pukulan itu dilancarkan dengan kecepatan luar biasa,
seketika itu juga Ong Bun kim di desak mundur kembali
kebelakang, selapis hawa pukulan tak berwujud yang kuat
sekali
Belum sempat tubuhnya berdiri tegak, serangan kedua
dari Lu Hong telah dilancarkan kembali.
Agaknya Ong Bun kim tidak menyangka kalau
musuhnya memiliki gerakan tubuh yang sedemikian
cepatnya, dengan cepat dia menggerakkan badannya siap
untuk menghindarkan diri kesamping. tapi pada saat itulah
serangan ketiga dari lawan telah meluncur tiba.
Menghadapi datangnya ancaman tersebut tak sempat lagi
buat si anak muda itu untuk menghindarkan diri, agaknya
dia segera akan terluka diujung telapak tangan Lu Hong.
Disaat yang kritis itulah, mendadak terdengar suara
bentakan nyaring bergema memecah keheningan.
"Tahan !"
Bentakan itu amat keras dan membuat Lu Hong yang
sedang melancarkan serangan tanpa terasa menarik kembali
gerakan tubuhnya dan mundur kebelakang,
Untung saja bentakan tersebut datang tepat pada
waktunya, kalau tidak niscaya Ong Bun kim sudah terluka
diujung telapak tangan musuh.
Ketika semua orang mendongakkan kepalanya, maka
tampaklah Iblis cantik pembawa maut dan Dewi mawar
merah telabh muncul di depdan mata.
"Hei, apa yang telah terjadi?" Iblis cantik pembawa maut
segera berpura-pura menegur.
"Kedua orang itu bersiap-siap kabur dari sini setelah
merenggut mahkota kegadisan kami!" kata Lu Hong dengan
dingin.
Dengan paras muka berubah, Iblis cantik pembawa maut
segera berseru keras.
"Bun kim, tindakanmu ini keliru besar".
"Keliru besar?"
"Benar, kedua orang gadis itu toh sudah menikah dengan
kalian berdua, mengapa kalian pergi meninggalkan istri-istri
kalian yang baru dikawini?"
"A ih, kami tidak bermaksud melarikan diri dari
pertanggungan jawab..."
"Kalau begitu, kalian...."
"Kami hanya terpaksa harus pergi dari sini!"
"Kenapa?"
"Aku adalah seorang ketua dari perguran Sin kiam bun
yang membawahi beratus-ratus orang jago, bayangkan saja
mungkinkah suatu perguruan besar dibiarkan sehari tanpa
pemimpin? Apalagi aku mempunyai dendam kesumat
sedalam lautan dengan Yu leng lojin, bagaimanapun juga,
dendam kesumat ini harus dituntut balas..."
"Betul." kata Iblis cantik pembawa maut kemudian,
"sudah puluhan tahun lamanya Yu leng lojin mencelakai
dan menyiksa diriku, akupun harus pergi mencarinya untuk
membalas dendam atas sakit hati ini..."
Ong Bun kim segera berkata kembali. "Andaikata Yu
leng lojin menggunakan kesempatan ini melaksanakan
penyerbuan terhadap perguruan Sin kiam bun, maka
akibatnya benar-benar tak bisa dilukiskan dengan katakata."
"Oleh sebab itu kalian harus pergi dari sini."
"Benar."
Iblis cantik pembawa maut segera berpaling kearah Lu
Hong, kemudian katanya;
"Nona Lu, lebih baik biarkan saja mereka pergi dari
sini!"
"Apa? Kau... kau.... kau bilang apa?"
"Biarkan saja mereka pergi dari sini!"
"Tidak."
"Tetapi mereka telah berjanji untuk tinggal di sini
bersama kalian, tapi seandainya kalian pun mencintai
mereka berdua, sewajar-nya bila kalian membantu kedua
orang itu. Orang lelaki lebih mementingkatn tanggung
jawab pekerjaan darri pada soal cinta, dalam hal ini kalian
tak akan sanggup untuk menghalangi niatnya!"
"Tidak bisa. mereka tak bisa pergi tinggalkan tempat ini,
bagaimana bila mereka tidak bertanggung jawab dan kabur
dengan begitu saja?"
"Tidak mungkin, mereka bukan terhitung manusia
semacam itu, atau lebih baik begini saja, bagaimana kalau
kalian berdua ikut bersama kami untuk pergi meninggalkan
tempat ini?"
"Aaaah, hal ini mana mungkin?"
"Kenapa tidak mungkin? Toh kalian belum tentu enak
tinggal di sini terus menerus...."
Mendadak Lu Hong seperti teringat akan sesuatu, ia
lantas berkata:
-oo0dw0oo--
Jilid 31
"AKU lupa menanyakan sesuatu hal, apakah mereka
berdua telah beristri?"
"Waah, kalau soal itu sih aku kurang begitu tahu. . .. "
jawab Iblis cantik pembawa maut.
"Sudah!" sahut Ong Bun-kim cepat.
"Haaaah? Sungguhkan perkataan itu....?" seru Lu Hong
sambil menjerit tertahan.
"Benar!"
"Kenapa .... kenapa tidak kalian katakan sedari dulu?"
Suara dari Lu Hong itu keras dan nyaring, juga penuh
diliputi oleh gejolak emosi!
"Kalian tidak menanyakan soal itu kepada kami,
sedangkan kami pun melupakannya ..... aku telah
mempunyai tiga isteri, sedangkan Thia congkoan juga
sudah mempunyai seorang kekasih...."
Untuk sesaat lamanya Lu Hong berdiri tertegun disitu,
agaknya peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang
sangat memedihkan hati mereka.
Mendadak kedua orang kakak beradik itu saling
berangkulan dan menangis tersedu-sedu.
Isak tangis mereka yang memedihkan hati ini sebaliknya
malah membuat Ong Bun-kim dan Thia Eng sama-sama
menjadi tertegun.
Iblis cantik pembawa maut memandang sekejap ke arah
Ong Bun kim serta Thia Eng, kemudian sambil menepuk
bahu Lu Hong dan Lu Yan, hiburnya lembut:
"Kalian berdua tak usah bersedih hati..."
"Mereka... mereka adalah seorang Iblis." maki Lu Hong
sambil menangis tersedu-sedu. "mereka... mereka telah
membohongi kami berdua."
"Mereka toh tidak membohongi kalian apa-apa..."
kembali hibur iblis cantik pembawa maut sambil menghela
napas. "bagaimanapun juga, bukan suatu hal yang aneh bila
ada seorang lelaki memiliki tiga istri empat orang gundik..
"Tidak.... kaa.,.. kam...." la menangis dengan teramat
sedihnya, saking pedih perasaannya ia sampai tak tahu apa
yang harus diucapkan.
"Sudahlah." kembali Iblis cantik pembawa maut
menghibur, "bagaimanapun juga. toh urusan telah menjadi
begini rupa, lagipula mereka juga tidak termasuk manusia
yang melupakan budi, asal kau dapat bergaul dengan
berdampingan perempuan yang lain, sesungguhnya hal ini
bukan terhitung suatu masalah besar.."
"Tapi. setelah kepergian mereka dari sini, mungkinkah
akan balik kembali kemari?"
"Jika kalian pun ikut bersama kami pergi meninggalkan
tempat ini, urusan toh beres? Kemungkinan sekali, kami
masih membutuhkan bantuanmu dalam menghadapi
perguruan Yu-leng bun nanti."
"Kau suruh kami ikut kesana hanya disuruh menerima
ejekan dan sindiran mereka ?"
"Tidak mungkin."
"Tidak, kami tiada sanak tiada keluarga, andaikata sikap
mereka terhadap kami tidak baik!"
"Begini saja" kata Iblis cantik pembawa maut kemudian,
”jika kalian tidak menampik, bagaimana kalau menjadi
putriku saja? Jadi andaikata mereka sampai berbuat sesuatu
yang menyia-nyiakan kalian, akulah yang akan membuat
perhitungan dengan mereka, setuju bukan?"
"Keadaan situasi telah berkembang menjadi begini rupa.
tampaknya terpaksa mereka harus berbuat demikian."
Maka Lu Hong dan Lu Yan bersama-sama menjatuhkan
diri berlutut diatas tanah kemudian setelah melakukan
penyembahan, ujarnya.
"Ibu angkat, harap terimalah hormat dari kami berdua!"
Iblis cantik pembawa maut menjadi girang sekali,
katanya kemudian.
"Bagus, bagus! Tak usah banyak adat"
Dengan kedua belah tangannya dia membimbing bangun
kedua orang gadis itu, sementara matanya bergidik kearah
Ong Bun kim dan Thia-Eng.
Kedua orang pembuda itu segera maju bersama ke depan
sambil katanya dengan lambat.
"Terima kasih banyak atas kesediaan Niocu (istri) untuk
memaklumi keadaan kami"
Lu Hong melirik sekejap ke arah Thia Eng lalu berkata.
"Asal kau tidak melupakan apa yang telah kukatakan
kepadamu hal ini sudah lebih dari cukup."
"Thia Eng tak akan melupakan untuk selamanya"
oooOdwOooo
BAB 98
"SUDAH, sudahlah" seru Iblis cantik pembawa maut
kemudian, "kejadian yang sudah lewat biarkan saja lewat,
kita harus layangkan pikiran kemasa depan. Nah! waktu
sudah tidak pagi lagi, kita harus segera lanjutkan perjalanan
!"
Mendengar ucapan tersebut, Lu Hong segera berkata
kehadapan Iblis cantik pembawa maut. "Ibu angkat, harap
kalian menunggu sebentar disini, aku hendak membereskan
buntalanku lebih dulu, sekalian akan kuajak serta satusatunya
dayang yang hidup bersama kami selama ini,
kasihan kalau membiarkannya hidup seorang diri disini!"
"Baik, pergilah untuk menyelesaikan pekerjaanmu,
cepatlah pergi dan cepat kembali"
Lu Hong tidak banyak berbicara lagi, dia segera
membalikkan badan dan berlarian menuju ke gua Lui lian
tong.
Tak lama kemudian, ia sudah muncul kembali bersama
dengan seorang dayang berbaju hijau.
Menanti semua orang sudah berkumpul, Iblis cantik
pembawa maut baru berkata:
"Baiklah! Sekarang semuanya telah beres, hayo kita
melakukan perjalanan"
Begitulah, satu rombongan yang terdiri dari lima orang
perempuan dua orang lelaki segera berangkat meninggalkan
Jeram Siao sui kian menuju ke daratan Tionggoan.
Suatu hari sampailah mereka disuatu tempat yang tak
jauh letaknya dari gua Bu cing toh.
Mendadak terdengar seseorang membentak dengan suara
dingin
"Siapa disitu?"
Menyusul bentakkan tersebut, sesosok bayangan
manusia dengan kecepatan bagaikan sambaran petir
melayang turun persis dihadapan Ong Bun-kim, ternyata
yang datang adalah Yu Cing. . ".
Begitu menjumpai kehadiran Ong Bun kim dan Thia Eng
disitu, dengan perasaan bergolak keras Yu Cing segera
berteriak keras.
"Engkoh Thia..."
Dia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan Thia Eng
dan menangis terisak saking girangnya.
Tindakan yang dilakukan gadis tersebut sungguh diluar
dugaan siapapun termasuk Thia Eng sendiri, ia menjadi
tertegun untuk beberapa saat lamanya.
"Nona Yu, kenapa kau?" tegur pemuda itu kemudian.
"Kau. .. . akhirnya kau kembali juga!"
Rasa cintanya yang amat mendalam terpancar keluar
dari balik ucapannya itu.
Ong Bun-kim yang menyaksikan kejadian itu segera
tertawa lebar- godanya:
"Nona Yu, jangan lupa masih ada kami semua disini!
Masa ditinggal pacaran sendiri?"
Merah padam selembar wajah Yu Cing karena jengah,
kemudian kepada Ong Bun-kim ujarnya:
"Tecu menjumpai Buncu!"
"Tak usah banyak adat!"
Pelan-pelan Yu Cing mengalihkan sinar matanya
kebelakang kedua orang pemuda lalu, kemudian bertanya:
"Siapakah keempat orang itu?"
"Dia adalah A ih ku, yang ini enciku, yang ini..."
Ketika memperkenalkan diri Lu Hong, ia menjadi
terhenti sebentar, tapi segera sambungnya kembali:
"Dia adalah istri Thia congkoan..."
"Apa?" Yu Cing segera menjerit tertahan, paras mukanya
berubah sangat hebat dan secara beruntun dia mundur
sejauh tiga-empat langkah lebih kebelakang.
Diam-diam tercekat juga perasaan Ong-Bun kim setelah
menyaksikan kejadian itu, tapi ujarnya kembali:
"Dia adalah isteri Thia Eng congkoan, bernama Lu
Hong."
Mendengar perkataan itu, paras muka Yu Cing segera
berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, perkataan dari
Ong Bun kim ibaratnya guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong dengan cepat membuat Yu Cing
berdiri bodoh dan kaku bagaikan sebuah patung arca di
dalam sebuah kuil.
Yaa, hakekatnya kenyataan ini merupakan suatu
pukulan yang sangat berat bagi perasaan gadis ritu.
Air matanyta segera jatuh qbercucuran bagarikan anak
sungai, mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
sambil menahan isak tangisnya ia bergumam lirih.
"Kau telah kembali akhirnya kau telah kembali juga....
tapi kau kembali dengan membawa seorang isteri....!"
Mendadak ia menutup muka sendiri sambil menangis
tersedu-sedu, kemudian tanpa berbicara lagi ia
membalikkan tubuhnya berlari menuju ke gua Bu cing tong.
Dengan perasaan tercekat Thia Eng memburu kemuka
dan menghadang dihadapan Yu Cing, lalu serunya-dengan
cemas.
"Nona Yu! Jangan pergi dulu.... coba dengarkan dahulu
penjelasanku"
"Tidak perlu! Kau tidak perlu memberi keterangan lagi"
bentak Yu Cing dengan setengah kalap, "aku tak sudi
mendengarkan perkataanmu lagi, enyah kau dari
hadapanku"
Tanpa berpikir panjang, telapak tangannya segera
diputar sambil menepuk kedepan, sebuah pukulan dahsyat
segera dilontarkan ke dada Thia Eng.
Dengan cekatan Thia Eng menghindarkan diri ke
samping. kemudian melompat mundur kebelakang.
Pada saat itulah Ong Bun kim meIompat ke-muka dan
menghadang ditengah antara kedua orang itu, bentaknya.
"Nona Yu, tahan"
Mendengar bentakan itu, serta merta Yu Cing menarik
kembali serangannya sambil mundur dua langkah
kebelakang, kemudian sambil mengawasi wajah Ong Bun
kim lekat-lekat ia bertanya dengan suara yang serak
kedengarannya.
"Buncu ada perintah apa?"
Ong Bun kim segera tertawa terbahak-bahak dengan
nada setengah menggoda serunya.
"Nona Yu, tampaknya besar juga api cemburumu? Tapi
kata orang semakin besar rasa cemburunya, itu
menandakan kalau semakin besar pula rasa cintanya!"
"Aku..."
"Nona Yu, apabila duduknya persoalan tidak diketahui
dengan jelas, lebih baik jangan mengumbar rasa
cemburumu lebih dulu, tahukah kau, coba kalau kami tidak
diselamatkan jiwanya oleh nona Lu, sudah sedari dulu
nyawa kami pulang ke alam baka"
"Ooh! Jadi ia menikah dengannya lantaran untuk
membalas budi pertolongan itu?"
Dalam pada itu, Lu Hong telah berjalan menghampiri
Yu Cing, kemudian ujarnya dengan lembut.
"Nona Yu, dalam peristiwa ini kamilah yang bersalah,
sesungguhnya dia memang tak mau menikah denganku..."
Secara ringkas dia lantas menceritakan semua peristiwa
yang telah terjadi, menceritakan juga dimana letak luka
yang diderita Ong Bun kim berdua sehingga mau tak mau
terpaksa mereka harus memaksa kedua orang pemuda itu
untuk mengawini dirinya berdua.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Yu Cing segera
menghela napas panjang katanya.
"Kalau begitu aku yang sudah salah menuduh kalian...
seandainya taci berdua tidak menolong mereka, mungkin
jiwa mereka berdua sudah melayang sedari dulu....
sudahlah, aku..... aku tidak akan menyalahkan kalian."
"Kalau begitu, kau bersedia memaafkan aku bukan?"
"Kau tidak seharusnya meminta maaf kepadaku, sebab
kau sana sekali tidak bersalah."
"Kalau memang begitu, kau harus kawin dengan Thia
congkoan, aku tahu dia sangat mencintai dirimu...
bersediakah kau untuk mempunyai suami yang sama
denganku?"
Yu Cing menghela napas panjang, agaknya dia tak
menyangka, kalau Lu Hong memiliki jiwa yang begitu
terbuka, kepada Lu Hong segera ujarnya:
"Asal kau bersedia, aku akan berterima kasih sekali
kepadamu.... Apa pula yang akan kukatakan lagi?"
Suatu pergolakan samudra cinta, akhirnya berhasil juga
ditenangkan kembali.
Maka Yu Cing lantas berkata kepada Ong Bun kim:
"Semua anggota perguruan mengira kalian berdua telah
tewas ditangan musuh..."
"Bagaimana dengan Hu kaucu..?" tanya Ong Bun kim
kemudian dengan cepat.
"Kemarin dulu dia sudah kembali kemarkas!"
"Selama beberapa hari belakangan ini, apakah didalam
perguruan telah terjadi sesuatu peristiwa yang luar biasa?"
"Tidak ada, cuma selama dua hari belakangan ini dalam
perguruan telah kehilangan dua puluhan orang anggota
kita, malah termasuk juga diantaranya Ti teng kok dan
kelelawar malam."
"Aaah Masa benar benar sudah terjadi perisitiwa
semacam itu ?"
"Betul"
"Mari kita cepat masuk !"
Selesai berkata, dengan suatu gerakan yang amat cepat
Ong Bun kim segera meluncur kedepan dan menerobos
masuk kedalam gua Bu cing-tong.
Dalam pada itu wakil ketua Tan Liok, Giok-bin hiap
Tiang seng lojin. Tay khek cinkun. Kwan Siau ciu sekalian
beserta ratusan anggota perguruan lainnya telah
menyambut kedatangannya di luar gua.
"Tecu sekalian menyongsong kedatangan Buncu didalam
markas besar perguruan." kata Tan Liok.
"Silahkan kalian semua bangkit berdiri" ucap Ong Bun
kim.
"Terima kasih Buncu"
Serentak semua orang bangkit berdiri.
Ketika Dewi mawar merah bersua kembali dengan Hian
ih lihiap kedua duanya saling berpelukan sambil menangis
tersedu-sedu.
Ong Bun kim sendiri setelah bertemu dengan ketiga
orang istrinya yakni Lan Siok ling, Kwan Siok kim dan
bunga Iblis dari neraka, ia baru memperkenalkan Iblis
cantik pembawa maut kepada semua orang.
Serentak semua orang bangkit berdiri dan memberi
hormat kepada Iblis cantik pembawa maut.
Setelah itu Tan Liok baru berkata kepada Ong Bun kim:
"Buncu bagaimana ceritamu sehingga bisa meloloskan
diri dari mara bahaya?"
Ong Bun kim lantas mengisahkan kembali
pengalamannya selama ini, sekalian memperkenalkan Lu
Hong dan Lu Yan kepada semua orang.
Lu Yan pun lantas memberi hormat kepada Lan Siok
ling, Tan Hong hong serta Kwan Siok kim, sementara
ketiga orang gadis itu pun menaruh rasa suka dan sayang
kepada Lu Yan, berhubung gadis itu telah menyelamatkan
jiwa Ong Bun kim.
Setelah suasana santai berlalu, dengan wajah serius Ong
Bun kim baru berseru.
"Hu buncu"
"Tecu ada disini!"
"Konon dalabm perguruan kitda telah kehilangan
belasan orang anggota perguruan tanpa diketahui jejaknya
lagi?"
"Benar!"
"Kenapa.?"
”Maaf Buncu, tecu tak mampu untuk memecahkan tekateki
ini, meski penyelidikan telah dilakukan dengan
seksama, akan tetapi hasilnya tetap nihil."
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim mengerutkan
dahinya rapat-rapat, ia merasa kejadian tersebut sesuatu
yang mustahil bisa terjadi, masa dua puluhan orang anggota
perguruan bisa lenyap dengan begitu saja hingga hilang tak
berbekas?
Akhirnya Ong Bun kim memimpin para anggota
perguruannya masuk kembali ke dalam gua Bu cing tong.
Setelah Tan Liok menyerahkan kembali pedang Sin kiam
tersebut, berkatalah Ong Bun kim. "Silahkan kalian
beristirahat, jika ada urusan kita bereskan besok saja!"
Semua anggota perguruan segera mengundurkan diri dari
ruangan pertemuan dan kembali ke kamarnya masingmasing
untuk beristirahat.
Ong Bun kim dengan mengajak Lan Siok ling, Tan Hong
hong, Kwan Siok kim dan Lu Yan kembali kedalam
kamarnya sendiri, makin dipikir persoalan itu dia merasa
kejadian ini semakin mencurigakan dan sama sekali tak
masuk diakal.
Kepada Kwan Siok kim tanyanya kemudian:
"Adik Kwan, ketika terjadi peristiwa tersebut, apakah
kau sama sekali tidak tahu apa-apa?"
"Aaaa masa begitu aneh kejadiannya ! Kapan terjadinya
peristiwa itu?"
"Hari ini dan kemarin!"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Ong Bun
kim, tanyanya kembali:
"Siapa-siapa saja yang turut lenyap dalam peristiwa aneh
yang terjadi kali ini?"
Satu persatu Kwan Siok kim segera menyebutkan namanama
mereka yang turut lenyap dalam peristiwa itu.
Ternyata diantara yang lenyap itu selain si kelelawar
malam dan Tamu pembawa lampu, terdapat Juga kaucu
dari Hiat hoo kau dan Cengcu dari Pek im ceng.
Mendadak Ong Bun kim bangkit berdiri dan berjalan
keluar dari kamar...
"Kau hendak kemana?" dengan cepat Tan Hong hong
bertanya.
"Kalian tidurlah dulu, aku akan keluar."
Setelah berada diluar pintu, Ong Bun kim langsung
menuju ke kamar tidurnya Hu buncu Tan Liok.
Jarak antara kamar Hu buncu dengan kamarnya hanya
selisih beberapa langkah saja.
Ong Bun kim segera mengetuk pintu.
"Siapa ?" dari ruangan terdengar suara dari Hu buncu
Tan Liok menyahut.
"Hu buncu, aku..."
Tan Liok segera membuka pintu dan buru-buru memberi
hormat, katanya cepat.
"Buncu, ada urusan apa malam-malam begini kau
berkunjung kedalam kamarku?"
"Hu Buncu, terhadap lenyapnya para anggota perguruan
kita, apakah kau sudah mengutus orang untuk melakukan
pemeriksaan dan penyelidikan yang seksama?"
"Sudah, sudah dilakukan pemeriksaan yang seksama,
akan tetapi hasilnya nihil!"
"Kalau begitu coba undanglah kemari Tiang-siang lojin
membahas bersama persoalan ini!"
"Baik !"
Setetah mengiakan Tan Liok segera berangkat dan
berjalan keluar dari pintu ruangan.
Begitu Tan Liok sudah berlalu dari dalam ruangan,
dengan suatu gerakan yang amat cepat Ong Bun kim
menerobos masuk ke dalam ruangan, sementara sepasang
matanya yang jeli memeriksa setiap sudut dinding ruangan
itu dengan seksama.
Apakah Ong Bun kim curiga kalau Tan Liok yang telah
membunuh anggota perguruannya?
Yaa, benar, ia memang mencurigai Tan-Liok, sebab
ketika mereka meninggalkan perguruan Yu leng bun, Tan
Liok masih melangsungkan pertarungan sengit melawan Yu
leng lojin, siapa tahu kalau Tan Liok telah ditawan oleh Yu
leng lojin dan dicekoki pil Huan sim wan?
Bila pil itu telah masuk kedalam perut, maka dia akan
mulai membunuh manusia.
Kecuali Tan Liok yang melakukan pembunuhan
tersebut, siapa pula yang bisa membuat kawanan jago lihay
itu lenyap tak berbekas.
Setelah masuk kedalam kamar Tan Liok, dengan
seksama Ong Bun kim mulai melakukan pemeriksaan
disetiap saat ruangan, akhirnya dalam kamar tersebut ia
berhasil menemukan sebuah pintu kecil.
Ketika pintu didorong maka terbukalah pintu itu
kesamping dan muncul sebuah ruangan, ruangan tersebut
gelap sekali, dengan sangat berhati-hati Ong Bun kim segera
berjalan masuk kedalam.
Baru berjalan lebih kurang satu kaki mendadak kakinya
seperti tersangkut dengan suatu benda, ketika diamati
dengan seksama, tiba-tiba ia menjerit kaget.
Ternyata puluhan sosok mayat bergelimpangan diatas
tanah.
Bergidik Ong Bun-kim menyaksikan kejadian itu, untuk
beberapa saat lamanya dia sampai berdiri tertegun di tempat
itu.
Peristiwa ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang
tak berani dia percayai, ternyata Tan Liok betul-betul sudah
diberi pil Huan-sim-wan oleh Yu-leng lojin dan ia sudah
mulai membantai anggota perguruannya secara keji.
Mendadak . . .
Dikala Ong Bun-kim sedang berdiri termangu-mangu
itulah, terdengar suara tertawa dingin yang menyeramkan
berkumandang memecahkan keheningan.
Dengan perasaan terkesiap Ong Bun-kim segera
berpaling ke belakang entah sejak kapan Tan Liok telah
berdiri dibelakangnya dengan wajah yang mengerikan
sekali.
Hawa napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti
seluruh wajahnya, dengan suara yang menyeramkan dia
berkata:
"Buncu! Kau memang terlalu cerdik....sudah kuduga,
kau pasti mengetahui rahasiaku ini..."
Semacam perasaan seram, ngeri dan takut yang belum
pernah dirasakan sebelumnya dengan cepat menyelimuti
perasaan Ong Bun-kim, segera bentaknya dengan keras:
"Hu-buncu, kau..."
"Benar, akulah yang telah menjagal ke dua puluhan
orang anggota perguruan kita yang telah lenyap beberapa
hari ini!"
"Hu-buncu, kau masih tidak menyerahkan diri untuk
mengaku dosa ?"
Mendengar perkataan itu, Tan Liok segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh..... haaahh.... haaahhh..... Buncu, kau pun
seseorang yang sudah hampir mati..."
Ong Bun-kim memandang sekejap sinar mata Tan Liok
yang diliputi oleh hawa pembunuhan itu, kemudian
tegurnya:
"Kau... kau apa... apa yang hendak kau lakukan?"
"Apa yang hendak kau lakukan? Haahhh... haaahh...
haahhh... tentu saja membunuhmu!"
"Kau... kau berani?"
"Buncu rahasiaku sudah kau ketahui, tentu saja aku tak
akan berdiam diri saja menunggu sampai kau yang datang
membunuhku. Buncu! Serahkan pula selembar nyawamu!"
Tiba-tiba dia menggerakkan tubuhnya dan langsung
menerjang ke arah Ong Bun kim.
Kejadian ini segera membuat perasaan Ong-Bun kim
menjadi amat terkesiap.
Sewaktu memasuki ruangan kecil itu tak seorangpun
yang mengetahui selain itu ilmu silat yang dimiliki Tan
Liok juga jauh lebih Iihay dari pada kepandaiannya bila
pertarungan sampai berlangsung maka sudah pasti dia bakal
tewas ditangan Tan Liok.
Yaa. kejadian ini sesungguhnya merupakan suatu
peristiwa yang cukup menggetarkan perasaan siapa pun.
Begitu Tan Liok menubruk kemuka sambil melancarkan
serangan, Ong Bun kim segera meloloskan pedangnya
sambil melancarkan sebuah serangan dengan kecepatan luar
biasa.
Ong Bun kim tahu dalam hatinya, dalam keadaan
demikian dia perlu nekad dan bila perlu beradu jiwa,
apapun yang terjadi, ia harus berusaha keras untuk
meloloskan diri dari dalam ruangan rahasia tersebut.
Asal pertarungan tersebut dapat dialihkan kedalam
kamar Tan Liok, maka Thia Eng yang tinggal di kamar
sebelah, Giok bin hiap dan istrinya yang berada dalam
kamar lain, niscaya akan mendengar suara pertarungan ini
dan berdatangan ke sana.
Oleh karena itu didalam melancarkan serangannya ini,
Ong Bun kim telah mengerahkan segenap tenaga dalam
yang dimilikinya.
Pedang Sin kiam memang bukan sebilah pedang
sembarangan, dibawah sambaran cahaya pedang yang
berkilauan. Tan Liok kena di desak balik kembali ke tempat
semula.
Ong Bun kim segera membentak keras, secara beruntun
dia melancarkan tiga buah serangan lagi.
Tan Liok memang tak malu disebut seorang jagoan yang
berilmu sangat tinggi, setelah berhasil memunahkan ketiga
buah serangan berantai yang dilancarkan Ong Bun-kim,
dengan cepat dia balas melancarkan pula dua buah
serangan dahsyat.
oooOdwOooo
BAB 99
DI DALAM melancarkan serangan tersebut, Tan Liok
bukan saja mempergunakan tenaga serangan yang kuat,
gerakkannya pun amat cepat dan jurus serangannya amat
ganas, tampaknya ia bertekad untuk membinasakan Ong
Bun kim di ujung telapak tangan.
Ong Bun kim pantang menyerah dengan begitu saja, dia
melakukan perlawanan dengan mati-matian, soal mati
hidup sudah tidak dipikirkan lagi.
Suatu pertarungan sengit antara mati dan hidup pun
segera berlangsung dengan hebatnya.
Walaupun Ong Bun kim telah melancarkan serangkaian
serangan nekad yang tidak memperdulikan mati hidupnya,
namun tetap gagal untuk memaksa Tan Liok mundur
kebelakang, dengan keadaan semacam itu, Ong Bun kim
segera menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan.
Mendadak...
Tan Liok membentak keras, dua buah pukulan dahsyat
dilancarkan secepat kilat.
Ong Bun kim menjadi amat kaget dan tak sempat
menghindarkan diri lagi, tubuhnya segera tersapu oleh
tenaga pukulan lawan... "Uaak!" darah kental segera
menyembur keluar membasahi seluruh permukaan,
tubuhnya juga turut roboh terjengkang keatas tanah.
Tan Liok semakin garang, sambil melompat ke muka dia
lancarkan tubrukan maut.
Mendadak Ong Bun kim melompat bangun dari atas
tanah, cahaya tajam berkilauan diudara, bersamaan dengan
melompat bangunnya badan tadi, pedang Sin kiam tersebut
disambitkan ke arah Tan Liok.
Tindakan yang dilakukan Ong Bun kim ini sama sekali
diluar dugaan Tan Liok, buru-buru dia berkelit kesamping
mencoba untuk menghindarkan diri, sayang sekalipun dia
cepat toh tindakan tersebut terlambat juga selangkah.
"Breeet....!" pakaian yang dikenakannya itu gobek
sebagian besar, darah segar segera bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya.
Dikala Tan Liok sedang menghindarkan diri dari
ancaman itulah. Ong Bun kim sambil mempertaruhkan
jiwanya kabur menuju ke arah jalan semula.
Tindakan dari Ong Bun kim ini sama sekali diluar
dugaan Tan Liok, menanti ia menyadari akan hal tersebut,
Ong Bun kim sudah keluar dari dalam ruang rahasia
tersebut.
Tan Liok segera membalikkan badan sambil
melancarkan tubrukan, bentaknya:
"Kau anggap bisa kabur dari cengkeramanku ?"
Dengan gaya harimau lapar menerkam kambing, ia
menerjang ketubuh Ong Bun kim. Dalam pada itu Ong Bun
kim sudah berada didalam kamarnya, darah segar muntah
terus dari mulutnya, tampaknya ia sudah tak bertenaga
untuk melakukan serangan lagi.
Mendadak...
Ditengah bentakan keras yang memekikkan telinga,
sekali lagi Tan Liok melancarkan serangannya menghantam
tubuh Ong-Bun kim, serangan tersebut dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa.
Ong Bun kim membentak nyaring!
"Tan Liok kau berani membunuhnya?"
Sewaktu membentak Ong Bun kim telah berteriak
dengan mempergunakan sisa sekuatan yang dimilikinya,
suara itu keras memekikkan telinga, dalam bentakan itu
pula dia menangkis datangnya ancaman tersebut.
"Blaaammm !"
Benturan kekeresan itu membuat Ong-Bun kim
merasakan pandangan matanya berkunang-kunang dan
kepalanya pusing tujuh keliling, "Uaaaaakkkk...."!" sekali
lagi dia muntah darah tegar, tubuhnya segera roboh
terkapar diatas tanah.
Tan Liok tertawa seram.... selangkah demi selangkah dia
maju kedepan siap mencabut nyawa pemuda itu.
"Blaamm....!" tiba-tiba terdengar benturan yang keras
sekali, pintu kamar itu tahu2 didobrak orang menyusul
kemudian Thia Eng melangkah masuk dengan tindakan
Iebar.
Ketika dia mengetahui apa yang telah terjadi, dengan
perasaan tercekat segera tanyanya.
"Hai apa yang terjadi?"
Tan Liok tidak menjawab pertanyaan itu. selangkah
demi selangkah dia berjalan menghampiri Thia Eng,
kemudian bertanya.
"Thia congkoan, serahkan saja selembar nyawamu!"
Thia Eng sama sekali tidak tahu apa gerangan yang telah
terjadi, ketika serangan dahsyat dari Tan Liok meluncur
datang, bagaimana ia mungkin bisa menghindarkan diri?
"Blaaamm..." ditengah benturan keras, serangan itu
bersarang telak diatas tubuh Thia Eng, sambil muntah
darah segar tubuhnya segera mencelat ke luar pintu.
Sesosok bayangan manusia segera menyambut
datangnya tubuh Thia Eng yang sedang melayang keluar
itu.
Dalam pada itu puluhan orang jago telah bermunculan
didalam ruangan itu, orang yang berada dipaling depan
adalah Giok bin hiap, kedengaran ia membentak dengan
suara keras:
"Hu buncu. apa-apaan kau ini... Hai, apakah kau sudah
tidak waras otaknya?"
Tan Liok mengalihkan sinar matanya memperhatikan
keadaan disekeliling tempat itu, tampak olehnya Tiang seng
lojin, Tay khek Cinkun, Lui Thian ciu, Kwan Siau ciu,
Leng po siancu, Iblis cantik pembawa maut. keempat orang
istri Ong-Bun kim beserta Lu Hong telah berdatangan
semua ditempat itu.
Dengan suara yang menggetarkan sukma, wakil ketua
dari Sin kiam bun ini kembali membentak.
"Hm kalian boleh maju kedepan dan mencoba-coba
untuk menyerang diriku!"
"Hu buncu !" dengan suara menggeledek Giok bin hiap
membentak keras, "sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Dalam pada itu, Ong Bun kim telah bangkit berdiri, terus
menyeka darah yang membasahi ujung bibirnya, ia
membentak keras:
"Hu buncu, mengapa kau tidak segera menyerahkan diri
untuk mengaku dosa-dosamu?"
Tan Liok mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haaahhh..... haaahh... haaahhh mengaku salah?
Hmmm... Siapakah diantara kalian yang sanggup untuk
menghadapi diriku? Siapa.....?"
"Buncu, sebenarnya apa yang telah terjadi?" dengan
perasaan keheranan Giok bin hiap segera bertanya.
"Dia telah membunuh puluhan orang jago lihay kita,
orang-orang yang lenyap selama ini ternyata dibantai semua
ditangannya! Dialah pembunuh keji itu!"
"Haaahhh !" Giok bin hiap menjerit kaget. "sungguhkah
perkataanmu itu?"
"Tidak salah lagi?" jawab Tan Liok pula sambil tertawa
dingin, "aku telah membunuh mereka, oleh karena
perbuatanku diketahui oleh Buncu, maka aku hendak
membunuh dirinya..."
Pengakuannya yang terang-terangan ini segera membuat
semua orang merasa terperanjat sekali sehingga untuk
beberapa waktu lamanya mereka hanya berdiri tertegun.
Peristiwa ini merupakan suata bkejadian yang
mdimpipun tak peranah diduga olehbnya tapi kenyataannya
telah terjadi, yaa siapa yang akan menduga jika anggota
perguruan Sin kiam bun mereka sendiri..?
Sambil tertawa dingin Tan Liok lantas berkata: "Minggir
kalian semua, aku akan pergi."
Seraya berkata dia lantas beranjak dan siap berlalu dari
dalam ruangan tersebut.
Dengan suara dalam dan berat Giok bin hiap segera
membentak:
"Hu buncu, dosamu besar dan tak terampuni, apakah
kau belum juga menyerahkan diri?"
Tan Liok adalah seseorang yang kesadaran otaknya
sudah mundur dan tidak normal, ketika mendengar
perkataan itu ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
seram.
Mendadak sebelum gelak tertawanya selesai, ia
melompat kedepan sambil melancarkan terjangan kilat,
sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kemuka.
Mendadak.,...
Suara bentakan nyaring bergema memecahkan
keheningan, Lu Hong yang berdiri disamping telah
menerjang kemuka dengan kecepatan luar biasa, begitu tiba
dihadapan Tan Liok, sebuah pukulan dahsyat segera
dilontarkan ke depan.
Serangan yang dilancarkan Lu Hong ini dilakukan
dengan kecepatan luar biasa, ternyata akibat-nya Tan Liok
kena didesak oleh serangan tersebut sehingga terus mundur
kembali ketempat semula.
Paras muka semua orang berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian itu, tak seorangpun yang menduga
kalau ilmu silat yang dimiliki Lu Hong telah mencapai
kehebatan yang begitu luar biasa.
Sekalipun Tan Liok sendiri juga dibikin terperanjat oleh
serangan ini, Tanpa terasa mukanya berubah hebat,
bentaknya:
"Siapa kau?"
"Aku bernama Lu Hong, sejak pertama kali berjumpa
denganku tadi, aku telah tahu kalau tubuhmu sudah terkena
racun yang teramat keji, coba kalau kedudukanmu bukan
wakil ketua dari perguruan Sin kiam bun, sejak tadi
rahasiamu sudah kubongkar, sekarang lebih baik menyerah
saja."
"Hmm ! Jangan dianggap kau hebat sendiri, silahkan saja
untuk menjajal kemahiranku ?"
Lu Hong segera membentak keras, sekali lagi dia
meluncur ke depan sambil melancarkan sebuah pukulan
dahsyat.
Dalam melancarkan serangan kali ini, Lu Hong telah
memakai segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
kehebatan dari serangan terdsebut betul-betaul luar biasa
sbekali.
Tan Liok juga tak mau menunjukkan kelemahan dengan
cepatnya, secara beruntun dia melancarkan juga tiga buah
serangan.
Dalam pada itu, Giok bin hiap telah berjalan kehadapan
Ong Bun kim, segera tegurnya:
"Bun-cu, bagaimana keadaanmu? Tidak apa-apa bukan?"
Dengan keadaan yang mengenaskan Ong Bun kim
mengangguk lirih.
Giok bin hiap cukup memahami perasaan Ong Bun kim
pada saat ini, sebab Tan Liok adalah seorang anggota
perguruan yang setia tapi ia toh melakukan juga peristiwa
semacam ini, tak heran kalau kejadian ini membuat hatinya
merasa pedih sekali.
Mendadak terdengar suara bentakan nyaring
berkumandang memecahkan keheningan.
"Roboh kau...!"
"Blaaammm..." diiringi bentakan keras yang
memekikkan telinga, tubuh Tan Liok roboh terjengkang ke
atas tanah.
Akhirnya Tan Liok berhasil juga dikuasahi, semua orang
yang berada disekeliling arena baru tersadar kembali dari
lamunannya.
Ong Bun Kim menghela napas panjang, tiba-tiba air
matanya jatuh bercucuran membasahi pipinya.
Kepada Lu Hong katanya kemudian.
"Terima kasih banyak atas bantuanmu yang telah
menaklukkan dirinya, kalau tiada kau entah bagaimana
akibatnya?"
"Buncu perlukah ku bunuh dia.......?" tanya Giok bin
hiap tiba-tiba.
"Jangan!" sahut Ong Bun kim sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali, kemungkinan besar dia sudah
dicekoki pil Huan sim wan dari Yo leng lojin sehingga ia
sampai melakukan perbuatan terkutuk tersebut. Sekarang
yang harus kita lakukan adalah bagaimana caranya untuk
selamatkan dia dari pengaruh obat beracun itu."
"Buncu aku mempunyai obat yang mujarab untuk
membebaskan dia dari pengaruh obat itu!" kata Lu Hong
tiba-tiba.
"Sungguh?"
"Betul!"
"Kalau begitu cepat bebaskan dia dari pengaruh obat
sesat yang menghilangkan pikiran itu."
Lu Hong manggut-manggut, dari dalam sakunya dia
mengeluarkan sebuah botol porselen kecil dalam botol
porselen itu berisikan cairan berrwarna putih, dengan paksa
dia membuka mulut Tan Liok lalu meneteskan beberapa
tetes cairan kedalam mulutnya kemudian dengan
mengerahkan tenaga dalamnya yang sempurna mulai
menguruti berbagai jalan darah penting disekujur badan
Tan Liok.
Sementara itu, Ong Bun kim telah berjalan maju kedepan
dan memungut kembali pedang sin kiamnya dari atas
tanah, Tiang seng lojin juga mengeluarkan sebutir pil dan
diberikan kepada Ong Bun kim agar ditelan, kemudian
katanya:
"Ternyata dugaanku tidak meleset, pada akhirnya ilmu
sesat dari Yu leng lojin berhasil juga dipatahkan oleh orang,
ya...! Jasa ini boleh dibilang merupakan jasa dari Lu Hong"
Ong Bun kim manggut-manggut, dalam kenyataan
seandainya dalam peristiwa hari ini tiada Lu Hong yang
hadir disana, maka akibatnya sukar untuk dibayangkan
dengan kata-kata.
Dalam pada itu setelah Tan Liok diberi minum air suci
"Leng sui", kemudian diuruti beberapa jalan darah dalam
tubuhnya dan segera tersadar kembali.
Dengan pandangan berat dia membuka matanya kembali
dan memperhatikan sekeliling tempat itu dengan
pandangan keheranan, kemudian serunya tertahan.
"Hei apa yang sebenarnya telah terjadi?"
"Hu buncu, apakah engkau tidak tahu perbuatan apa saja
yang telah kau lakukan selama ini..." tanya Tiang Seng lojin
dengan suara nyaring.
Tan Liok menggelengkan kepalanya berulang kali,
kemudian berusaha uatuk mengingat kembali semua
kejadian yang telah dialaminya ini.
Tiba-tiba mukanya mulai berubah mulutnya juga mulai
bergumam lirih.
"Ya aku teringat sudah sekarang aku terkena obat
pemabuk dari Yu leng lojin dan dibekuk olehnya kemudian
aku dicekoki sebutir pil Huan sim wan, setelah itu aku
merasa kesadaranku makin punah, aku tak bisa
mengendalikan jalan pikiran serta perasaanku lagi.... semua
perintah dan perkataannya kuturuti... sekembalinya ke
markas, aku mulai membunuh orang secara diam-diam, aku
mulai membantai anak buahku secara rahasia, aku berbuat
demikian hanya menuruti perintah Yu leng lojin
belaka....yaa, perintah tersebut terasa tak bisa kulawan tak
mampu kubangkang... aku merasa terkendalikan olehnya."
Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia berteriak
seperti orang kalap:
"Ooh Thian ! Aku telah membunuh orang anggota
perguruan.... aku pun ingin membunuh Bun cu, aku...
aku..."
Jeritan keras macam orang kalap itu kedengarannya
mengerikan sekali, membuat setiap orang merasakan
hatinya menjadi bergidik.
Semua orang menjadi terkesiap dibuatnya dengan
pandangan terperanjat bercampur seram mereka mengawasi
tingkah lakunya itu tanpa berkedip.
Tiba-tiba Tan Liok berteriak lagi seperti orang kalap.
"Yu leng tojin telah mencelakai diriku... dia telah
nencelakai diriku..."
Mendadak tangan kanannya diayunkan ke udara,
kemudian membacok keatas ubun-ubun sendiri.
Setelah sadar kembali dari pengaruh sesat itu, Tan Liok
merasa amat bersedih hati sekali, akhirnya terbentik ingatan
untuk bunuh diri guna menebus dosa-dosanya itu. kalau
tidak, bagaimanakah pertanggung jawabnya terhadap
sukma-sukma gentayangan yang telah tewas ditangannya
itu?
Belum sempat telapak tangan itu menghajar diatas ubunubun
sendiri, Lu Hong telah menggerakkan tangannya
untuk mencengkeram tangan Tan Liok, kemudian katanya:
"Mau apa kau?"
"Biarkan aku mati... biarkan aku mati..." teriak Tan Liok
dengan suara keras.
Ong Bun kim segera bertindak cepat, dengan suatu
lompatan kilat dia menyerbu ke depan kemudian bentaknya
keras-keras:
"Hu buncu, kau sudah gila?"
Sesudah dibentak oleh Ong Bun kim, Tan Liok baru
seperti sadar dari impiannya, dia segera berteriak.
"Buncu...!"
Dengan cepat dia maju kehadapan Ong Bun kim, lalu
menjatuhkan diri berlutut dihadapannya seraya berkata.
"Bun cu. berilah kematian kepada tecu! Berilah
kesempatan bagi tecu untuk menebus dosa, tecu telah
melakukan kesalahan besar, tecu teramat berdosa... oooh
Bun cu! Ijinkan kepada tecu untuk menghabisi nyawaku..."
Ong Bun-kim menggelengkan kepalanya berulang kali,
kemudian menghela napas panjang.
"Aaaai... kau tak bisa disalahkan, dalam peristiwa ini kau
tidak bersalah..."
"Aku telah membantai anggota perguruan secara brutal,
dosaku sudah teramat besar dan tak bisa diampuni lagi."
"Yaa, itulah disebabkan kau sudah terpengaruh boleh pil
Huan sim-wan dari Yu-leng lojin!"
Tan Liok kembali menjerit.
"Buncu, berilah kematian kepadaku. Bila tidak, hatiku
tak akan menjadi tenteram!"
Ong Bun kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Hu buncu." ujarnya lembut, "aku ingin bertanya
kepadamu, sesudah Yu leng lojin memberi obat Huan sim
wan tersebut, bukankah kau diperintahkan untuk
membunuh anggota perguruanku?"
"Benar, dia menyuruh aku untuk membantai para jago
anggota perguruan kita yang berilmu silat agak tinggi,
kemudian aku di-suruh menulis surat rahasia memberi
kabar kepadanya, agar dia dapat segera turun tangan untuk
membasmi perguruan Sin kiam bun dari muka bumi."
Tiba-tiba satu ingatan melintas didalam benak Ong Bun
kim dengan cepat katanya.
"Bagus sekali, Hu buncu! Bersediakah kau membuat
pahala untuk menebus dosamu itu?"
"Tecu bersedia!"
"Kalau begitu, mari kita mempergunakan siasat untuk
menjebak siasatnya, sebentar tulislah sepucuk surat rahasia
kepadanya, katakan kalau kau telah berhasil membunuh
para jago perguruan Sin kiam bun yang berilmu tinggi serta
mereka yang berkedudukan agak tinggi di dalam perguruan,
kemudian suruh dia memimpin anak buahnya untuk datang
melakukan penyerbuan.
Di samping itu kabarkan juga dalam surat tersebut
bahwa aku masih bilang tak ada kabar beritanya dan hingga
kini belum kembali, bisa kau lakukan bukan?"
"Baik! Akan tecu lakukan dengan sebaik-baiknya!"
"Kalau begitu, tulislah surat sekarang juga."
Siasat ini memang betul-betul merupakan suatu siasat
yang amat bagus sekali untuk membunuh Yu leng lojin,
seandainya Yu leng lojin membawa kawanan begundalnya
berdatangan kesana, maka keadaan mereka ibaratnya ikan
yang masuk kedalam jala, tak akan ada kesempatan lagi
buat mereka untuk melarikan diri.
Suatu keadaan yang berbahaya, penuh diliputi hawa
pembunuhan dan menyeramkan akhirnya berhasil juga
teratasi dengan aman dan tentram tanpa menimbulkan
pertumpahan darah lebih jauh.
Saat itu juga Ong Bun kim menitahkan Tan -Liok untuk
menulis sepucuk surat dan menitahkan kepada Lu Yan
untuk membawanya ke perguruan Yu leng bun.
Lu Yan bisa terpilih untuk melaksanakan tugas ini,
karena pertama Yu leng lojin tidak kenal dengan Lu Yan,
kedua andaikata siasat itu gagal dan ketahuan belangnya,
dengan kepandaian silat yang dimiliki gadis tersebut ia
masih sanggup untuk menghadapinya.
Suatu badai pertempuran berdarah pun segera
berkembang dan makin mendekati ke ambang pintu.
"Buncu" ujar Tan Liok kemudian kepada Ong Bun kim,
"Yu leng lojin sudah pasti tidak tahu kalau pengaruh obat
Huan sim wan dalam tubuh ku telah dipunahkan, sampai
waktunya nanti kalian boleh menyembunyikan diri dibalik
kegelapan, biar aku yang menghadapi mereka, kalau tidak
bisa jadi akan mempergunakan rencananya yang lihay
untuk mengatasi keadaan, apabila sampai terjadi keadaan
seperti ini sudah pasti banyak sekali anggota perguruan kita
yang akan menjadi korban di tangannya"
"Bagus sekali! "seru Ong Bun kim kegirangan," kalau
begitu, kita laksanakan rencana ini dengan begini saja"
Sepuluh hari kemudian, Yu Lan telah kembali dengan
selamat, setelah melaporkan semua kejadian yang
dialaminya sepanjang perjalanan, gadis inipun
menyerahkan juga sepucuk surat balasan yang ditulis oleh
Yu leng lojin!
000OdwO000
BAB 100
DENGAN hati berdebar semua orang memperhatikan isi
surat tersebut, terbacalah isi surat tersebut berbunyi
demikian.
Tan Hu buncu.
Surat laporan rahasiamu telah kuterima, sungguh
gembira hatiku setelah mengetahui akan kesuksesan mu
melenyapkan para jago lihay dari perguruan Sin kiam bun.
Secepat mungkin aku akan datang ke sana bersama
kawanan jago andalanku, harap kau menyambut
kedatanganku.
Bila perguruan Sin kiam bun telah kita lenyapkan.
seluruh dunia persilatan didunia ini akan menjadi milik
kita.
Semoga sukses.
Tertanda: Yu leng lojin"
Selesai membaca isi surat tersebut, Ong Bun kim segera
tertawa dingin tiada henti-nya.
"Yu leng lojin wahai Yuleng lotjin." serunya sinis "tak
nyana pada akhirnya kau akan termakan juga oleh siasat
busuk yang kau susun sendiri."
Alhasil, Tiang-seng lojin, Giok-bin-hiap serta sekalian
anggota perguruan Sin kiam bun kelas satu dipersiapkan
untuk menyembunyikan diri diuar pintu gua sambil
menantikan kedatangan musuh.
Sedangkan para jago yang berjaga-jaga di dalam gua,
jumlahnya kurang lebih mencapai empat lima puluhan
orang.
Hari itu terlihatlah dari luar gua Bu cing tong berkelebat
datang puluhan sosok bayangan manusia dengan kecepatan
luar biasa, menyaksikan kehadiran dari kawanan iblis
tersebut, semua orang yang menyembunyikan diri disekitar
tempat itu merasakan hatinya bergetar keras sekali...
Tak salah lagi. Yu leng lojin benar-benar telah
memimpin anggota perguruannya datang ke situ untuk
melakukan pembantaian secara besar-besaran.
Tak lama kemudian, puluhan sosok bayangan manusia
itu telah tiba didepan mulut gua, orang yang berada
dipaling depan tak lain adalah Yu leng lojin sendiri.
Terdengar gembong iblis tua itu tertawa dingin tiada
hentinya, dengan langkah yang sombong dia melayang
turun tepat didepan mulut gua Bu cing tong.
Dibelakangnya turut serta kurang lebih empat puluhan
orang anggota perguruannya!
Setelah rombongan itu tiba disana, salah seorang Yu leng
jin yang ada dalam rombongan itu bertanya kepada Yu leng
lojin dengan suara agak lirih.
"Bun-cu, apakah sudah tiba pada waktunya untuk
melancarkan serbuan ?"
"Benar!"
"Bisa dipercayakah keadaannya?"
"Jangan kuatir, Tan Liok akan membantu usaha
penyerbuan kita ini dari dalam!"
"Siapa yang akan dikirim untuk menyerbu lebih dahulu
kedalam gua tersebut?"
"Aku!"
Begitu selesai berkata, Yu leng lojin segera melompat
maju lebih dahulu menyerbu ke depan sana.
Tapi belum berapa langkah dia menerjang masuk ke
dalam gua, mendadak terdengar suara-suara bentakan
nyaring yang amat memekikkan telinga berkumandang
memecahkan keheningan.
"Siapa kau?"
Dua sosok bayangan manusia melayang turun didepan
mulut gua, mereka ternyata adalah dua orang penjaga gua
tersebut:
Yu leng lojin segera tertawa dingin tiada hentinya,
kemudian membentak nyaring:
"Minggir !"
Orang yang ada disebelah kanan itu berlagak pilon,
seperti tidak tahu maksud lawan, dia menegur.
"Siapakah kau?"
"Aku datang kemari untuk membasmi semua orang dari
Sin kiam bun dari muka bumi..."
Belum habis ucapan tersebut diucapkan, serangan
telapak tangannya sudah diayunkan kedepan.
Dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati
berkumandang memecahkan keheningan, lalu kedua orang
penjaga gua itu roboh terjengkang ke atas tanah.
Tiba-tiba...
Kembali ada sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu Tan Liok sudah melayang turun didepan
gua.
Dengan cepat Yu leng lojin mengalihkan sinar matanya
kepada Tan Liok, kemudian bertanya.
"Hu buncu. bagaimanakah keadaannya disini?"
"Berkat doa restu dari Bun cu, segala sesuatunya berjalan
dengan lancar dan sukses!"
Mendengar jawaban itu, Yu leng lojin menjadi teramat
bangga sekali ia segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahh.. haaahhh..... Hu buncu, jasamu
sungguh tidak kecil!"
"Buncu apa yang harus kulakukan sekarang? Harap kau
segera memberi petunjuk!"
"Sebentar, kita akan melangsungkan suatu pertarungan,
dan waktu itu kau harus berlagak tidak tahan serta
melarikan diri dari depan gua ini..mengerti?"
"Baik." sahut Tan Liok dengan cepat, kemudian ia
tertawa dingin tiada hentinya.
Pada saat itulah Tan Liok segera mendongakkan
kepalanya lalu sambil tertawa tergelak-gelak dengan
nyaringnya dia membentak:
"Yu leng lojin! Ada urusan apa kau berkunjung kedalam
markas perguruan kami?"
"Mau apa...? Haaahhh... haaahhh.... haaahhh.... aku
datang untuk membasmi perguruan Sin kiam bun..."
"Hmmm..... tua bangka celaka kau jangan tekebur lebih
dahulu sebelum bicara benar, lebih baik dicoba dulu
kemampuanmu!"
Waktu itu, sudah barang tentu Yu leng lojin tidak tahu
kalau pengaruh pil Huan sim wan ditubuh Tan Liok sudah
dipunahkan lama sekali, diapun tak menyangka kalau Tan
Liok akan menyerang secara berpura-pura lagi bila
pertarungan berkobar nanti.
Demikianlah, seusai mengucapkan kata-kata tersebut,
Yu leng lojin segera membentak keras, kemudian
mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke arah Tan Liok.
Didalam melancarkan serangannya kali ini, Yu leng lojin
tidak menyerang dengan sesungguh hati, serangan yang
dilancarkan olehnya itu tak lebih cuma sebuah serangan
ripuan belaka.
Mendadak...
Dengan cekatan Tan Liok menghindarkan diri dari
serangan maut Yu leng lojin itu, kemudian sambil mengigos
dia menerjang ke hadapan Yu leng lojin, sebuah pukulan
yang dahsyat dengan cepat dilancarkan ke muka.
Tentu saja Yu leng lojin tidak menyangka kalau Tan
Liok bisa melancarkan serangan tersebut bersungguh hati,
tak sempat untuk berkelit lagi. badannya segera terkejar
telak oleh serangan itu.
"Blaamm..." diiringi suara yang keras, pukulan itu
menghajar telak didada lawan.
Dengan sempoyongan Yu leng lojin segera mundur
belasan langkah ke belakang, tak tahan dia segera
muntahkan darah segar.
Dengan perasaan amat terkesiap, Yu leng lojin
membentak keras:
"Tan Liok, kau..."
Tan Liok mendongakkan kepalanya dan tertawa seram,
serunya dengan suara dingin bagaikan es:
"Yu leng lojin, aku menghendaki jiwa anjingmu!"
Suara bentakan dari Tan Liok ini penuh disertai dengan
hawa napsu membunuh yang mengerikan, sedemikian
seramnya suara itu sehingga membuat semua orang yang
mendengarnya menjadi bergidik.
Begitu bentakan dikumandangkan, tubuhnya seperti
anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur
kehadapan Yu leng lojin.
"Tan Liok!" dengan suara keras Yu leng lojin
membentak, "kau telah memunahkan pengaruh pil Huan
sim wan milikku."
Suaranya mulai kedengaran agak gemetar dia merasa hal
ini mearupakan suatu kejadian yang tak mungkin.
Mendadak dari sisi tubuhnya bergema suara Ong Bun
kim yang sedang berkata dengan suara dingin.
"Benar, perkataanmu Yu leng lojin, ia telah berhasil
membebaskan diri dari pengaruh pil Hian sim wan milikmu
itu"
Mendengar perkataan itu dengan paras muka berubah
hebat Yu leng lojin membalikkan tubuhnya, terlihat olehnya
bahwa puluhan jago Yu leng bun yang didampinginya itu
telah berada didalam kepungan musuh yang jumlahnya
beberapa kali lipat lebih besar dari jumlah kawanan
jagonya.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka Yu leng lojin
segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat.
Ong Bun kim segera tertawa dingin ujarnya.
"Yu leng lojin, tidak kau sangka bukan bakal menjumpai
keadaan seperti ini?"
Paras muka Yu leng lojin berubah menjadi kehijauhijauan.
peristiwa yang berlangsung dihadapannya sekarang
benar-benar diluar dugaannya, kenyataan tersebut membuat
perasaannya menjadi terkejut bercampur bergetar keras.
Ong Bun kim tertawa dingin, kembali ujarnya:
"Yu leng lojin, sepanjang hidupmu kau selalu
mempergunakan siasat busuk untuk mencelakai orang, tak
kau sangka bukan akhirnya bakal termakan oleh siasat
busukmu sendiri."
Ditengah pembicaraan tersebut, selangkah demi
selangkah pelan-pelan la berjalan mendekati Yu leng lojin.
Tiba-tiba Yu leng lojin membentak keras, tubuhnya
melompat kedepan dan secepat kilat berusaha melarikan
diri melalui jalan semula.
Dengan cekatan Thia Eng munculkan diri dari tempat
persembunyiannya, seraya menghadang jalan perginya, dia
membentak keras.
"Yu leng lojin, kau anggap masih mampu melarikan diri
dari hadapan kami?"
Ditengah bentakan tersebut, sebuah pukulan dahsyat
segera dilontarkan kedada Yu Leng Lojin.
Sebagaimana diketahui Yu Ieng lojin sudah menderita
luka dalam yang cukup parah akibat dari pukulan dahsyat
yang dilontarkan Tan Liok, sudah barang tentu dalam
keadaan seperti ini, kelihayannya juga jauh berkurang.
Buru-buru dia menangkis datangtnya serangan yang
dilancarkan roleh Thia Eng tersebut...
"Blaaam!" ditengah benturan nyaring, kuda-kudanya
menjadi tergempur dan tak tahan tubuhnya segera mundur
puluhan langkah dengan sempoyongan.
Paras muka Yu leng lojin berubah menjadi keabu-abuan,
sekarang ia benar-benar mati kutunya.
Ong Bun kim segera tertawa dingin, ejeknya.
"Yu leng lojin. kau tak akan berhasil melarikan diri dari
tempat ini dalam keadaan selamat!"
"Belum tentu!" sahut Yu leng lojin sambil tertawa dingin
pula, sekalipun keadaan yang terbentang didepan mata
sudah tidak menguntungkan baginya, namun dia enggan
untuk mengakui kelemahan tersebut.
"Yu-leng lojin. saatmu untuk melakukan kejahatan telah
berakhir, hari ini serahkan saja selembar jiwa anjingmu
kepada kami!"
Begitu selesai berkata, Ong Bun-kim segera
menggerakkan tubuhnya dan menerjang ke arah Yu-leng
lojin, pedang Sin-kiam diputar kencang dan langsung
dibabat ke atas tubuh lawan.
Berbareng waktunya ketika Ong Bun-kim mengayunkan
pedang sin-kiam untuk menyerang Yu-leng lojin, puluhan
orang anggota Yu-leng-bun yang berada disekitar tempat
itupun segera menerjang pula ke depan sambil melancarkan
serangan.
Mendadak terdengar suara bentakan keras yang
memekikkan telinga berkumandang memecahkan
keheningan, beratus orang jago dari Sin kian-bun bagaikan
gelombang besar disamudra serentak menyerbu pula ke
dalam arena pertempuran.
Kawanan jago dari Yu-leng-bun jumlahnya hanya
mencapai puluhan orang saja, mana mungkin mereka bisa
menandingi serbuan dari jago-jago Sin-kiam-bun yang telan
diliputi oleh hawa napsu membunun itu?
Dalam waktu singkat, jeritan demi jeritan ngeri bergema
memecahkan keheningan.
Dengan suatu gerakan cepat, mendadak Thia Eng
menyerbu ke hadapan Yu-leng lojin sambil membentak
keras:
"Yu leng lojin, serahkan jiwa anjingmu!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
Dikala Thia Eng melepaskan serangannya itu, suara
bentakan lain bergema pula, Lu Hong dengan gerakan
tubuh yang amat cepat telah menubruk ke muka sambil
melancarkan serangan.
Sesudah Lu Hong turun tangan, Ong Bun kim, Giok-binhiap
Iblis cantik pembawa maut, Tay-khek cinkun bersamasama
maju pula ke depan melakukan serangan berantai.
Bayangkan saja betapa cepat dan lihaynya serangan dari
beberapa orang itu, jangan toh Yu-leng lojin memang sudah
terluka dan tak tahan, sekalipun seorang jago yang memiliki
kepandaian silat beberapa kali lipat lebih hebat pun tak akan
tahan juga.
Didalam keadaan seperti ini, tentu saja tiada waktu atau
kesempatan lagi baginya untuk melepaskan racun.
Dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan, sebuah pukulan dahsyat dari Thia-Eng telah
menghajar telak ditubuh Yu leng lojin.
Menyusul kemudian cahaya tajam berkilauan membelah
angkasa, pedang Sin kiam dari Ong-Bun kim meluncur pula
kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera bergema
memenuhi angkasa, tahu-tahu dada Yu leng lojin sudah
tertusuk oleh pedang Sin kiam tersebut sehingga tembus ke
punggungnya.
Tidak banyak mengerang lagi, tewaslah gembong iblis
yang berhati keji Ini dalam keadaan mengerikan, akhirnya
dia harus mati juga diujung pedang Sin kiam.
Iblis cantik pembawa maut segera menggeledah
tubuhnya dan mengambil kembali kitab pusaka Hek mo
keng tersebut.
Beginilah akhir dari seorang manusia yang berhati busuk,
siapa berbuat mulia dia akan memperoleh kebajikan, siapa
berbuat jahat dia akan memperoleh hukuman.
Rasa dendam dan benci Iblis cantik pembawa maut,
Dewi mawar merah, Hian Ih lihiap dan Tan Liok terhadap
Yu leng lojinm tampaknya belum terlampiaskan semua,
secara beruntun mereka lancarkan beberapa pukulan
dahsyat ke atas tubuhnya sehingga gembong iblis tua yang
banyak melakukan kejahatan itu harus mati dengan tubuh
yang hancur tak karuan.
Suara bentakan mulai mereda.
Hawa napsu membunuhpun pelan-pelan makin
menghilang.
Puluhan jago Yu leng bun yang bterlibat dalam
dpertarungan senagit itu akhirnyba berhasil dibasmi sampai
habis.
Dengan suara dingin Ong Bun kim berkata.
"Pentolan Iblis yang banyak melakukan kejahatan telah
lenyap dari muka bumi. dunia penilaian pun untuk
sementara waktu akan menjadi aman dan tentram."
Tan Liok mendongakkan kepalanya teriaknya seram.
"Haaahh....haaahhh... haaahh... Yu-leng lojin, akhirnya
kau mampus juga...."
Mendadak...
Dia mengangkat tangan kanannya ke udara lalu dibabat
keatas ubun-ubun sendiri.
Menyaksikan kejadian itu. dengan suara keras Ong Bun
kim segera membentak:
"Hu-buncu..."
Dia melompat kedepan dan menyambar tangan kanan
Tan Liok, sayang tindakannya itu terlambat selangkah.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan.
Tan Liok dengan batok kepala yang hancur serta isi
benak yang berceceran diatas tanah tergeletak mati diatas
tanah.
Semua orang menjadi terkesiap dibuatnya oleh peristiwa
berdarah ini....
Dengan suara keras dan mendekati histeris, Tan Hong
hong berteriak keras.
"Ayah..."
Dia melompat kedepan dan menubruk kedalam pelukan
Tan Liok kemudian, menangis tersedu-sedu.
Tan Liok menghantam batok kepala sendiri untuk
membunuh diri, kejadian mi benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang jauh diluar dugaan siapapun juga, sehingga
untuk beberapa saat lamanya segenap jago yang berada
dalam ruangan itu menjadi tertegun dan berdiri kaku seperti
patung patung arca.
Air mata jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah
Ong Bun-kim. bisiknya dengan pedih:
"Oooh Thian, ia benar-benar menghabisi nyawa sendiri
untuk menebus dosanya itu."
"Yaa. dia memang menghabisi nyawa sendiri untuk
menebus dosa-dosanya terhadap perguruan."
Ia telah dicelakai oleh Yu leng lojin dan melakukan
pembantaian terhadap puluhan orang anggota
perguruannya, sekalipun kejadian ini berlangsung karena
ada sebab musababnya, namun kejadian ini tetap amat
menyakitkan hatinya, sebab itu dia menggunakan darah
dan jiwanya buntuk menebus ddosa-dosanya itua.
Titik air matba jatuh berlinang hampir di seluruh wajah
para jago yang hadir disana, peristiwa tersebut memang
merupakan suatu kejadian yang amat mengharukan sekali.
Tiang seng lojin segera menepuk bahu Tan Hong hong
sambil hiburnya lembut.
"Nona Tan.... ooh, Buncu hujin! Harap jangan bersedih
hati, sekalipun ayahmu te ah melakukan kehilafan terhadap
perguruan, akan tetapi iapun berjasa besar karena telah
selamatkan perguruan Sin kiam bun dari kehancuran...
untuk menebus dosanya terhadap anggota perguruan yang
tewas di-tangannya, ia tak segan-segan menghabisi jiwanya
sendiri, perbuatannya ini benar2 merupakan suatu
perbuatan yang sangat mulia dan agung.....!"
Ong Bun kim yang berada disampingnya, buru-buru
turut menghibur pula dengan suara lembut:
"Niocu! Harap kau jangan terlalu bersedih hati. sekalipun
ia telah tiada, namun kesetiaan serta jiwa ksatrianya akan
selalu berada dalam kalbu setiap orang...."
Tiba-tiba Tan Hong hong menubruk kedalam pelukan
Ong Bun kim dan menangis tersedu-sedu.
Selang beberapa saat kemudian Ong Bung kim baru
berseru dengan suara lantang.
"Thia congkoan!"
"Tecu siap !"
"Gunakan upacara yang paling megah dan paling besar
untuk penguburan jenasah Hu buncu, sekarang bawalah
layonnya kembali ke dalam perguruan.."
"Baik !"
Thia Eng segera membopong jenazah Tan Lok dan
pelan-pelan rombongan itupun kembali kegua Bu cing tong.
Tiba-tiba Dewi mawar merah berjalan mendekati Ong
Bun kim, kemudian bisiknya.
"Adik Ong, Ada apa?"
Ong Bun kim memandang sekejap wajah Dewi mawar
merah ketika menyaksikan mimik mukanya yang penuh
diliputi oleh rasa sedih itu, dia menjadi agak tertegun.
"Aku hendak pergi dari sini." bisik Dewi mawar merah
dengan suara pedih.
"Kenapa? Kenapa kau hendak pergi dari sini? Apa yang
telah terjadi? Katakan kepadaku."
"Aku tak ingin berdiam terlalu lama ditempat ini, sebab
keadaan tersebut hanya akan menambah kesedihan dalam
hatiku saja... maka lebih baik aku pergi saja dari tempat
ini?"
"Kau merasa sedih...? Katu merasa sedih...? Kenapa?
Kenapa kau bersedih hati?"
"Yaa, aku merasa amat pedih!"
Mendadak Ong Bun kim seperti memahami akan
sesuatu, dia segera berseru.
"Ooh... mengerti aku sekarang, apakah disebabkan kau
mencintai Thia congkoan?"
Dewi mawar merah menunduk dengan tersipu-sipu, lalu
dengan wajah agak memerah dia mengangguk.
"Yaa, benar!"
Ong Bun kim segera tertawa lebar setelah menyaksikan
pengakuan gadis tersebut.
"Andaikata kau memang mencintai Thia congkoan,
mengapa kau harus pergi dari sini?"
"Sebab.... sebab dia tidak mencintai diriku, lagi pula dia
telah mempunyai dua orang istri aai..."
"Seandainya kau bersedia untuk mempunyai seorang
suami secara bersama sama dengan mereka, tak ada
salahnya kalau aku akan menjadi mak comblang bagimu."
"Aku kuatir mereka justru tak sudi untuk-menerima
kehadirannya ini.."
Belum habis ucapan tersebut, mendadak dari belakang
tubuhnya terdengar suara Lu Hong sedang berkata:
"Semenjak berada didalam jeram Sian siu tian tempo
hari, aku sudah mengetahui kalau kau mencintai Thia
congkoan, nona Yap kau tak usah pergi dari sini!
Bagaimana kalau persoalan ini serahkan saja
penyelesaiannya ditanganku?"
Dewi mawar merah tidak menyangka kalau Lu Hong
yang berada dibelakang tubuhnya sempat mendengarkan
pembicaraannya itu, kontan saja wajahnya berubah menjadi
merah padam seperti kepiting rebus.
Lu Hong segera maju ke depan dan menggenggam
tangannya erat erat, kemudian katanya:
"Enci Yap, mari kita masuk!"
Dengan mulut membungkam Dewi mawar merah
mengangguk, kemudian bersama Lu Hong masuk kedalam
gua.
Suasana diluar gua Bu cing tong pulih kembali dalam
keheningan.
Disana berbaring empat puluhan sosok mayat, mayatmayat
tersebut melambangkan suatu kematian, juga
melambangkan suatu kedamaian setelah lewatnya suatu
pertempuran berdarah.
Tapi benarkah dunia persilatan bisa tenang dan damai
untuk selamanya...
Sampai disini pula cerita "Setan Harpa" ini, semoga
pembaca sekalian bisa puas dengan cerita tersebut.
TAMAT
Anda sedang membaca artikel tentang Setan Harpa 3 dan anda bisa menemukan artikel Setan Harpa 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/setan-harpa-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Setan Harpa 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Setan Harpa 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Setan Harpa 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/setan-harpa-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar