Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 23 September 2011

Setelah naik lewat trap2an batu, didepan pintu muncul
dua orang pengawal menjaga keamanan disana.
Kedua orang itu persilahkan keempat tamu dari wilayah
Se-lh masuk kedalam kemudian turun tangan bermaksud
menghalangi jalan pergi Tonghong Pek, namun dengan
suatu gerakan yang lincah sianak muda itu sudah berkelebat
masuk kedalam.
Setelah berada didalam, ia menepuk pundak tamu dari
wilayah Se-Ih yang ada dihadapannya, orang itu berpaling
dan tertawa kearah sianak muda kita.
Dua orang jago sakti yang berjaga pintu jadi tertegun
dibuatnya setelah menyaksikan kejadian itu, meski dalam
hati masih menaruh curiga namun tak berani turun tangan
secara gegabah lagi, mereka lantas membungkam dan
biarkan pemuda itu masuk ke dalam.
Mendadak ditengah ruang berkumandang suara tambur
dan gembrengan disusul horden tersingkap serta munculnya
Tonghong Loei.
"Saudara berempat silahkan mempersiapkan diri untuk
bertemu dengan Bengcu" katanya kepada keempat orang
itu. "Saudara ini ada lah . ."
Sinar mata Tonghong Loei dialihkan kearah Tonghong
Pek dan memandangnya dengan sinar mata curiga, buru2
sianak muda itu mundur dua langkah ke-belakang, berdiri
di sisi tiang dan luruskan tangannya kebawah.
"Bengcu hanya ingin menemui empat orang ini saja,
lebih baik anda segera mengundurkan diri !" terdengar
Tonghong Loei berseru kembali.Tonghong Pek sadar bila ia tidak mengundurkan diri,
maka rahasianya bakal konangan, maka ia tidak bicara lagi,
dengan kepala tertunduk segera mengundurkan diri ke
tempat luaran.
Setelah ia mengundurkan diri dari ruang tengah, kembali
terdengar suara gembrengan disusul gelak tertawa
Tonghong Pacu yang amat lantang memenuhi angkasa.
Sekalipun Tonghong Pek sudah berada diluar ruangan
namun telinganya terasa masih berdengung juga setelah
mendengar gelak tertawa itu, ia sadar selama setahun ini
tenaga lwee-kang yang dimiliki Tonghong Pacu telah
peroleh kemajuan yang sangat pesat.
Diam2 Tonghong Pek menghela napas panjang, lambat2
berjalan ke depan dan tak lama kemudian tibalah disuatu
halaman yang sangat luas sekali, darimana terdengar suara
senjata saling beradu dengan nyaringnya, Tonghong Pek
segera melongok ke dalam.
Tampaklah ditengah sebuah halaman berdiri tujuh
delapan orang dayang dengan membawa lampu lentera
ditengah halaman yang kosong tampak dua orang sedang
berduel dengan serunya, orang itu adalah Thay Kiem serta
Thay Gien dua orang.
Menjumpai kedua orang itu, Tonghong Pek kembali
teringat peristiwa setahun berselang, selangkah demi
selangkah ia makin mendekati kedua orang itu.
Sekalipun bodoh dan dungu namun dasar ilmu silat yang
dimiliki Thay Kiem serta Thay Gien tidak lemah,
mendengar ada suara langkah manusia, mereka segera
berhenti bergebrak dan sama2 melototi Tonghong Pek tak
berkedip.
"Siapa kau?" bentaknya keras.Mula2 Tonghong Pek tertegun, tapi teringat bahwasanya
ia sudah berubah sama sekali wajahnya tidak aneh kalau
Thay Kiem serta Thay Gien tidak ingat lagi, untuk sesaat ia
tak sanggup menjawab.
Perbuatannya ini makin menggusarkan Thay Kiem serta
Thay Gien, sambil menudingkan senjatanya mereka
membentak berbareng:
"Heei . . kau manusia jelek celingukkan tidak karuan,
kebanyakan pasti membawa maksud tidak baik, ayoh jawab
sendiri kau ingin memenggal kepalamu sendiri atau suruh
kami yang lakukan!"
Ucapan ini sangat menggelikan hati Tong-hong Pek,
buru-2 jawabnya.
"Oooh . . . tentu saja aku tak mau penggal kepalaku
sendiri, kalau kalian penggal kepalaku, lalu aku kan tak bisa
berbicara lagi dengan kalian! "
"kau ingin mengatakan persoalan apa dengan kami ?"
bertanya Thay Kiem serta Thay Gien dengan sepasang
mata melotot bulat.
Lambat2 Tonghong Pek berjalan maju kedepan,
kemudian menghela napas panjang dan berkata.
"Aku ingin mohon bantuan kalian berdua untuk bawa
aku menjumpai seseorang!"
"Siapa?"
"BengcuHujien!"
"Oooouw . . . kiranya kau hendak menemui majikan
kami, kenapa tidak kau katakan sejak tadi? untung kami
masih belum sempat memenggal kepalamu, kalau tidak kan
kau tak bisa bertemu dengan majikan kami!"Dalam hati Tonghong Pek segera sadar, kedua orang
dayang jelek itu sudah salah mengira dirinya akan bertemu
dengan Kiem LanHoa, majikan mereka.
Tonghong Pek segera menghela napas.
"Kalian salah besar!" serunya, "Yang ingin kutemui
bukan majikan kalian, tetapi Bengcu Hujien lainnya!"
Jelas Thay Kiem serta Thay Gien sudah dibikin bingung
oleh ucapan tersebut, mereka saling bertukar pandangan
sekejap lalu melotot kepada si anak muda itu dengan wajah
mendelong.
Beberapa saat kemudian terdengar kedua orang dayang
jelek itu berunding sendiri Thay Kiem berkata:
"Bukankah majikan sudah berpesan kepada kita bahwa
lain kali harus panggil dia sebagai Bengcu Hujien."
"Benar?" Thay Gien membenarkan, "Kalau begitu dia
adalah Bengcu Hujien dan Bengcu Hujien adalah majikan
benar bukan!"
"Sebetulnya sih benar, tetapi manusia yang
mencurigakan ini mengatakan bukan!" seru Thay Kiem
hampir menangis.
"Thay Kiem, Thay Gien . . ." buru2 Tong hong Pek
berseru.
Baru saja ia berteriak, kedua orang itu kelihatan semakin
terperanjat.
"Darimana kau bisa tahu nama kami?" teriaknya hampir
berbareng.
"Sejak semula aku sudah tahu siapakah kalian, dan tahu
bahwa kalian baik sekali paling suka membantu orang,
maka itulah aku mohon kalian suka menunjuk jalan buatdiriku untuk bertemu dengan . . . dengan orang yang ingin
kutemui."
Pujian tersebut sangat membanggakan hati Thay Kiem
serta Thay Gien.
"Baik !" mereka segera menyanggupinya.
"Kalau kau ingin ketemu dengan majikan kami, ayoh
ikutilah kami."
"Bukan . . . bukan . . . aku tidak ingin bertemu dengan
majikanmu. aku hendak bertemu dengan Bengcu Hujien
yang lain."
Yang dimaksud Bengcu Hujien yang lain oleh Tonghong
Pek bukan lain adalah ibu kandungnya sendiri, kiranya
sianak muda ini ingin berjumpa dengan ibunya yang sudah
lama ditinggalkan.
Sepasang mata Thay Kiem serta Thay Gien terbelalak
semakin besar, katanya:
"Benarkah Bengcu Hujien ada dua orang, kenapa aku
tidak tahu ? Ah mungkin kau sudah salah menduga atau
salah mencari alamat tempat ini bernama perkampungan
Jiet Gwat Cung !"
Ucapan tersebut sangat menggelikan Tonghong Pek,
selama setahun ini nama perkampungan Jiet Gwat Cung
sudah tersiar luas di seluruh kolong langit, siapapun kenal
dengan perkampungan tersebut, darimana ada orang yang
bisa salah alamat.
Tetapi sianak muda inipun segera merasa hatinya
tergidik, dari perkataan Thay Kiem serta Thay Gien yang
hanya mengetahui seorang BengcuHujien belaka maka bisa
diduga ibunya sudah mati, mungkin beliau mati ditanganKiem Lan Hoa, mungkin juga dibunuh oleh Tonghong
Pacu.
Buru2 Tonghong Pek bertanya kembali.
"Apakah kalian tidak tahu bahwa kecuali majikan kalian
ditempat ini masih ada Bengcu Hujien lainnya?"
"Tidak tahu . . ."
"Thay Kiem, Thay Gien, kalian sedang ber-cakap2
dengan siapa?" tiba2 terdengar suara teguran merdu
berkumandang datang.
Mendengar suara itu seluruh tubuh Tonghong Pek
tergetar keras sebab ia dapat dengar bahwa suara itu adalah
suara dari Kiem Lan Hoa, ia bermaksud mengundurkan diri
dari situ, tetapi gerakan tubuh Kiem Lan Hoa sangat cepat,
dalam sekejap mata ia sudah berada di depan mata.
Dalam keadaan seperti ini tak mungkin bagi Tonghong
Pek untuk mengundurkan diri dari sana, kemudian ia
berdiri menanti.
Setibanya dihadapan sianak muda itu dengan sepasang
mata yang tajam Kiem Lan Hoa menatap tubuh Tonghong
Pek tajam2
"Siapa kau?" tegurnya.
"Aku . , . aku adalah seorang tamu yang datang dari
jauh."
"Hmm, tamu yang datang dari jauh, sebenarnya
siapakah kau ?"
Merasakan situasi tidak menguntungkan Tong hong Pek
meloncat mundur untuk siap melarikan diri dari situ, siapa
tahu tiba2 lima jari Kiem Lan Hoa laksana kilat telah
menyambar datang.Tonghong Pek merasa amat terperanjat buru2 ia
mengundurkan diri kebelakang, untung gerakannya masih
sebat, tubuhnya tidak sampai tersambar serangan lawan,
namun tak urung topeng yang menutupi wajahnya berhasil
disambar hingga robek.
Setelah topengnya tersambar robek, wajahnya yang
menyeramkanpun segera muncul di depan mata, Kiem Lan
Hoa kelihatan tertegun sedangkan Thay-Kiem serta Thay-
Gien segera berteriak keras.
"Majikan, dia . . dialah siluman aneh itu!"
"Tutup mulut !" hardik Kiem Lan Hoa sambil berpaling,
sepasang matanya memancarkan cahaya gusar.
Thay-Kiem serta Thay-Gien tidak berani bicara lagi,
mereka membungkam dalam seribu bahasa.
Kiem Lan Hoa berpaling kembali, lambat2 katanya:
"Ooouw kiranya kau !"
"Kau . . kau tahu siapakah aku?" seru Tonghong Pek
tertegun.
"Pil Lwee-tan tersebut akulah yang suruh Thay-Kiem
serta Thay-Gien berikan kepadamu, bagaimana aku tidak
tahu dirimu ?"
Pikiran Tonghong Pek seketika terasa jadi kalut, semula
ia mengira setelah wajahnya berubah menyeramkan maka
siapapun dikolong langit tak ada yang kenali dirinya lagi,
tetapi sekarang hanya dalam sekilas pandang saja Kiem Lan
Hoa telah kenali dirinya.
Disamping itu ia pun tidak tahu apa yang dimaksudkan
dengan "Lwee-tan" tersebut, untuk sesaat ia tak dapat
berbicara kecuali memandang Kiem Lan Hoa dengan sinar
mata ter-manggu2."Tidak apa kalau kau merasa kaget bercampur
tercengang." kata Kiem Lan Hoa kembali. "Kecuali aku,
memang tak ada orang lain lagi yang kenali dirimu,
sekalipun ayahmu sendiripun belum tentu bisa kenali
dirimu kecuali ia tahu bahwa kau berasal dari wilayah
Biauw. dan pernah menelan pil Iwee-tan dan ular beracun
Thian-Ming-Tik-hua"
Ucapan ini segera mengingatkan ia ketika pertama
kakinya ia datangi perkampungan Jiet Gwat Cung dan
bertemu dengan Tonghong Pa cu, ucapan pertama yang
diutarakan sigembong iblis itu adalah bertanya kepadanya
apakah berasal dari wilayah Biauw, ketika itu ia dibikin
kebingungan dan tidak habis mengerti apa sebabnya
Tonghong Pacu bisa bertanya demikian.
Tetapi sekarang, duduknya perkara bisa dibikin jelas
semua.
Ia mengerti ketika dirinya menderita luka parah tempo
dulu, benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya dengan
paksa oleh Thay Kiem serta Thay Gien pastilah pil Lwee-
tan dari ular Thian Ming Tok coa yang dimaksudkan Kiem
Lan Hoa barusan.
Dengan ter-mangu-2 ia awasi wajah Kiem Lan Hoa, lalu
meraba wajah sendiri, katanya:
"Kau maksudkan . . . setelah menelan pil Lwee Tan
tersebut maka wajahku berubah jadi begini menyeramkan?
maka dalam sekilas pandang kau segera kenali diriku?"
"Tidak salah, didalam pil Lwee-tan dari ular beracun
Thian Ming Tok Coa tersebut mengandung hawa dingin
serta hawa panas dua macam, hawa panas dapat digunakan
untuk menyembuhkan luka dalam sedang yang dingin
merubah wajahmu jadi mengerikan, waktu itu kau
menderita luka dalam yang sangat parah dalam keadaanhabis akal terpaksa aku harus menyembuhkan lukamu lebih
dahulu, ular beracun Thian Ming Tok Coa adalah ular yang
sukar ditemui selama ratusan tahun. binatang itu hanya
dihasilkan dalam gunung yang tinggi ditengah wilayah
Biauw terutama Pil Lwee tan-nya benar2 merupakan benda
mustika yang sukar didapatkan.
)oo-dw=wioo(
Jilid19
TONGHONG PEK adalah seorang manusia cerdik, ia
dapat menangkap maksud kata2 dari Kiem Lan Hoa
barusan, buru2 sahutnya.
"Tidak. tidak kau jangan salah paham, aku sama sekali
tiada maksud untuk menyalahkan dirimu, malahan aku
merasa sangat berterima kasih sekali kepadamu, sebab
bukan saja kau berhasil menyembuhkan luka dalamku,
bahkan membantu aku pula agar orang lain tidak dapat
kenali diriku kembali!"
"Kau . . kau tidak berharap orang lain bisa kenali dirimu
kembali, apa sebabnya ?" Tanya Kiem LanHoa tertegun.
Mendengar pertanyaan ini, Tonghong Pek menghela
napas panjang, alasannya mengapa ia tak mau dikenali
orang lain sederhana sekali, yaitu ia tidak ingin orang tahu
bahwa dia adalah putra dari Tonghong Pacu, sekalipun
alasannya sederhana namun tak mungkin bisa dipahami
oleh Kiem LanHoa . .
OOod()woOO
BAB 20
BEBERAPA saat kemudian ia baru berkata:"Kalau dibicarakan tak mungkin bisa selesai dalam
sepatah kata, sekarang aku hanya mohon sesuatu
kepadamu."
"Apa yang kau inginkan?"
"Dikolong langit pada dewasa ini hanya kau seorang
yang kenal siapakah aku, aku mohon agar kau jangan
ceritakan kepada siapapun siapakah diriku sebenarnya,
bahkan . . . dihadapan Tonghong Pacu pun jangan ungkap
tentang diriku, kalau kau bisa sanggupi maka aku merasa
amat berterima kasih sekali."
"Sebenarnya apa maksudmu ?" seru Kiem Lan Hoa
dengan alis berkerut, "Saat ini ayahmu adalah Boe Tek-
Bengcu. saudaramu adalah Te-Tong-Tongcu sedangkan
kedudukan Thian Tong-Tongcu pun hendak diberikan
kepada dirimu, mengapa kau malah larang aku
mengungkap rahasia ini dihadapan orang lain ?"
"Seandainya kau suka menyanggupi permintaanku ini,
sepanjang hidup aku merasa sangat berterima kasih
kepadamu, budi ini tak akan kulupakan " seru Tonghong
Pek cemas.
Pada saat ini Kiem Lan Hoa benar2 merasa sangat
gembira.
Sejak ia berikan pil lwee-tan tersebut kepada Tonghong
Pek, dalam hati kecilnya sudah tersusun rencana.
Waktu itu ia belum tahu bagaimanakah raut wajah
Tonghong Loei putranya, menemukan bahwa Tonghong
Pek ganteng timbul suatu perasaan dengki dalam hati
kecilnya, ia takut ketampanan putranya kalah kalau
dibandingkan dengan sianak muda ini.
Maka dari itu diberinya pil lwee-tan kepada Tonghong
Pek, pertama ia inginkan agar Tong hong Pek menaruhkesan baik kepadanya setelah tenaga lweekangnya peroleh
kemajuan pesat, kedua, iapun tahu setelah ia menelan pil
Lwe tan tersebut, wajahnya pasti akan berubah sekalipun ia
tampan akhirnya akan berubah jadi jelek dan menyeramkan
juga.
Maka berada dalam keadaan seperti ini, meskipun wajah
putranya Tonghong Loei jelek pun, maka Tonghong Pek
akan lebih jelek lagi.
Dan sekarang Kiem Lan Hoa mendengar sendiri bahwa
Tonghong Pek sama sekali tidak sudi dianggap putranya
Tonghong Pacu, kejadian ini menimbulkan rasa girang
dalam hati nya disamping rasa curiga.
Segera ujarnya:
"Bisa2 saja aku merahasiakan kejadian ini dihadapannya,
tetapi aku rasanya tidak pantas kalau rahasia inipun harus
mengelabui ayahmu sendiri."
"Jangan . . jangan katakan, sekalipun berada
dihadapannyapun jangan bicara."
"Kalau benar kau larang aku mengutarakan rahasia ini
dihadapannya, lalu apa maksudmu kembali ke
perkampungan Jiet Gwat Cung?"
"Aku datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung karena
ingin bertemu dengan ibuku . ." jawab Tonghong Pek sedih,
"Aku hanya ingin bertemu sebentar saja dengan beliau,
aku... aku tidak ingin ia menjumpai diriku, sebab selama ini
aku hanya anggap dia sebagai sunioku belaka, sampai suatu
saat aku tahu bahwa dia adalah ibuku, kita telah berpisah."
"Eeeei . . . apa yang sedang kau katakan?" tegur Kiem
Lan Hoa dengan sepasang alis berkerut.Menyaksikan perubahan air muka Kiem Lan Hoa, dalam
hati Tonghong Pek sadar bahwa keadaan sedikit kurang
beres, buru2 ujarnya kembali.
"Bukankah sudah kukatakan? aku datang untuk
berjumpa dengan ibuku,"
"Aku masih belum paham, benarkah ibumu berada
didalam perkampungan Jiet Gwat Cung?" Senyuman Kiem
Lan Hoa kelihatan sangat dipaksakan.
"Tentu saja berada di sini?" sahut Tong hong Pek setelah
tertegun beberapa saat, "Kalau tidak berada didalam
perkampungan Jiet Gwat Cung, lalu berada dimana?"
"Kalau benar kejadian ini, maka ayahmu pasti sedang
mengelabui diriku, aku sudah berdiam selama setahun
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung ini, namun belum
pernah bertemu dengan ibumu, dan belum pernah dengar
orang mengungkap pula soal itu."
Tonghong Pek jadi berdiri ter-mangu2, lama sekali ia
baru berkata,
"Hal ini mana bisa jadi? sewaktu Giok Jien
meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung, ia masih
berada disini mana mungkin kau tidak tahu!"
"Siapakah Giok Jien?"
Tonghong Pek tidak menjawab, pikirannya saat itu
sangat kalut sekali.
"Lalu kau . . apakah selama ini kau tidak pernah
menanyakan soal ibuku kepadanya."
"Hmm! ibumu adalah orang yang paling tidak kusenangi,
tidak bertemu dengan dirinya sudah cukup menyenangkan
hatiku, mengapa harus banyak bertanya?"Jawaban dari Kiem Lan Hoa ini hambar namun muncul
dari hati kecilnya.
Sekali lagi Tonghong Pek berdiri tertegun, setelah
beberapa saat lamanya, akhirnya ia berkata.
"Terima kasih atas kesudianmu memberitahukan
persoalan ini kepadaku, ia pasti sudah terbunuh sungguh
kasihan . . ."
Tonghong Pek merasa hatinya teramat sedih, ketika ia
putar badan titik2 air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya.
"Belum tentu telah terjadi suatu peristiwa diluar dugaan
atas dirinya?" Kata Kiem Lan Koa kembali. "Bagaimana
kalau kutemani dirimu untuk tanyakan persoalan ini kepada
ayahmu ?"
"Tidak usah, tidak usah, kita berpisah sampai disini saja
!"
Sembari berkata dengan kepala tertunduk selangkah
demi selangkah ia tinggalkan tempat itu, dalam sekejap
mata sudah jauh sianak muda itu berlalu.
Kiem Lan Hoa tidak menegur dirinya lagi, kepada Thay
Kiem serta Thay-Gien pesannya:
"Kalian berdua ingatlah baik-2, jangan kalian katakan
kepada siapapun bahwa pernah bertemu dengan seorang
manusia"
Otak Thay-Kiem serta Thay-Gien sederhana sekali, tentu
saja apa yang dikatakan Kiem Lan Hoa di-ingat sekali.
"Sudah tahu !" jawab mereka berbareng.
Dalam pada itu dengan kepala tertunduk Tonghong Pek
berjalan terus ke depan, saat ini ia merasa pikirannya sangat
kalut.Ia tak tahu apa yang dipikirkan pada saat ini dan tidak
ingat lagi dimanakah ia berada bahkan ia sudah lupa bahwa
topeng yang dikenakan diatas wajahnya sudah dilepas
sehingga tampak kembali wajahnya yang mengerikan.
Dalam keadaan seperti ini ia muncul dalam
perkampungan Jiet Gwat Gung, tentu saja menggemparkan
seluruh perkampungan semua orang masih ingat si manusia
aneh inilah yang telah menyelamatkan Si Thay sianseng
pada setahun berselang.
Beberapa orang diantaranya dengan cepat melaporkan
kejadian ini kepada Tonghong Pacu serta Tonghong Loei,
mendengar laporan itu Tonghong Loei segera menyusul
datang kesana.
Namun Tonghong Pek sama sekali tidak merasa, sambil
menghela napas panjang ia lanjutkan langkahnya menuju
kedepan.
Menanti Tonghong Loei sudah berada dihadapannya
dan membentak keras, Tonghong Pek baru sadar dan
angkat kepala.
Waktu itu Tonghong Loei dengan angkuh dan jumawa
telah berdiri dihadapannya, empat orang jago lihay masing2
berdiri dikedua belah sisi.
Sedang dibelakang serta samping kiri kanan nya ada tiga
puluh orang telah mengurung dirinya rapat2.
Tonghong Pek tertegun, ia segera berhenti dan
memandang orang2 itu dengan sinar mata sayu.
"Hmm . , anda muncul kembali disini?" jengek
Tonghong Loei sambil tertawa dingin. Pada saat ini
Tonghong Pek tidak ingin timbul bentrokan dengan diri
Tonghong Loei, ia hanya kepingin cepat2 tinggalkanperkampungan Jiet Gwat Cung, maka ia cuma tertawa
getir.
"Harap kalian menyingkir aku mau pergi dari sini."
katanya.
"Ooouw . . sungguh enak sekali ucapan anda, setahun
berselang karena kejadian timbul secara tiba2, Si Thay
sianseng berhasil kau larikan, tetapi sekarang kalau kau
ingin berbuat demikian lagi, maka tindakanmu ini salah
besar, perkampungan Jiet Gwat Cung tak bisa kau datangi
sekehendak hatimu dan kau tinggalkan kalau sudah tak
mau."
"Aaai. . . lalu apa yang harus aku lakukan sehingga boleh
tinggalkan tempat ini?"
"Selama hidup jangan harap bisa tinggal kan tempat ini
lagi !"
Tonghong Pek menghela napas panjang, ia merasa
selama setahun ini kepandaian silat yang dimiliki Tonghong
Loei peroleh kemajuan yang sangat pesat dan akhlak pun
semakin rusak.
"Selama setahun ini kepandaian silatmu memang sudah
mendapat kemajuan yang sangat pesat" katanya lambat2.
"tetapi kau masih bukan tandinganku aku nasehati . ."
Tonghong Pek berkata demikian karena didasari kewelas
kasihnya, tetapi Tonghong Loei telah dibikin semakin naik
pitam.
"Kurang ajar kalau begitu rasakan dahulu sebuah
seranganku." hardiknya keras.
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, telapak kiri
didorong kedepan dengan gerakan yang aneh tapi dahsyat.Serangan tersebut aneh sekali gerakannya membuat
Tonghong Pek tertegun, pada detik itulah tiba2 dari gerakan
lambat serangan itu berubah jadi cepat laksana kilat, dengan
membawa segulung angin pukulan lunak berhawa im
langsung menumbuk dada Tonghong Pek.
Sianak muda itu berdiri tak berkutik, ia tiada maksud
untuk berkelahi dengan Tonghong Loei, maka ketika
serangannya hampir tiba diatas badannya, ia ambil
keputusan untuk mengundurkan diri
Laksana kilat cepatnya iapun mengayunkan telapak
tangannya menerima datangnya serangan tersebut.
"Braak . . ! ditengah bentrokan keras, ia pinjam tenaga
dorongan lawan disertai enjotan badan sendiri, badannya
dengan enteng dan sebat meloncat mundur kebelakang.
Dasar ilmu meringankan tubuhnya sudah lihay, kini
ditambah pula meminjam tenaga serangan lawan, badannya
segera melayang lewat batok kepala para jago yang dirinya
dan hinggap diatas dahan pohon, dari situ ia enjot badan,
melayang kedepan dan hinggap diatas atap rumah kurang
lebih dua tombak dari tempat semula.
Dalam sekejap mata itulah ia sudah tinggalkan
Tonghong Loei sejauh lima tujuh tombak,
Meskipun silat yang dimiliki Tonghong Loei lihay, tetapi
ia tidak menyangka bisa terjadi perubahan dalam waktu
sesingkat itu, kontan bentaknya keras-2:
"Jangan lari hey bangsat, ayoh berhenti!"
Sekali lagi Tonghong Pek enjotkan badannya melayang
dua tiga tombak ke depan melewati tembok pekarangan dan
melayang keluar,Tonghong Loei membentak keras, membawa anak
buahnya ia segera mengurung tempat itu tapi Tonghong
Pek yang tiada maksud untuk bergebrak selalu berusaha
menghindar.
Meminjam luasnya daerah perkampungan Jiet Gwat-
Cung. dalam sekejap mata ia sudah berada ditengah kebun
dan bersembunyi di belakang sebuah gunungan.
Gerakannya sangat cepat, para pengejar tak seorangpun
yang tahu kemana ia pergi, baru saja Tonghong Pek
berhasil menyembunyikan diri terdengarlah suara gaduh
dan hiruk pikuk menggema di empat penjuru, tetapi
setengah jam kemudian suasana berubah jadi tenang
kembali, agaknya Tonghong Loei telah sudahi pencarian
tersebut.
Teringat ibunya yang tak tahu berada dimana, Tonghong
Pek menghela napas panjang, ia menduga dalam setahun
ini ibunya tentu sudah menemui kejadian diluar dugaan.
Kejadian apakah yang menimpa dirinya? tentu saja
hanya Tonghong Pacu seorang yang tahu.
Tonghong Pek merasakan dadanya sumpek dan kesal,
helaan napas panjang tersebut kedengarannya amat
menyedihkan.
Pada saat itulah tiba2 terdengar seseorang menegur.
"Siapa sih yang lagi menghela napas panjang pendek
ditempat itu?"
Tonghong Pek terperanjat dengan cepat ia berpaling
kearah mana berasalnya suara tersebut, tampaklah tidak
jauh diri tempat itu dari balik sebuah bangunan muncul
seseorang usianya masih sangat muda, kurang lebih dua
puluh lima enam tahunan, tapi gerak gerik nya mantap,jelas diketahui meski usianya masih muda namun memiliki
tenaga dalam yang amat sempurna.
Tampak alisnya tebal matanya besar, sinar tajam
memancar keluar dari sepasang matanya ketika itu ia
sedang menatap kebalik gunung dimana Tonghong Pek
sedang menyembunyikan diri.
Tonghong Pek mimpipun tidak sangka dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung ternyata memiliki jagoan
yang begitu banyak, tetapi ia merasa meski orang itu berada
disini namun roman wajahnya jauh berbeda dengan jago
lainnya, ia memiliki jiwa gagah yang sukar dilukiskan
dengan kata2.
Berjumpa muka dengan sianak muda itu timbul perasaan
simpatik dalam hati Tonghong Pek, seraya menutupi
wajahnya dengan ujung baju selangkah demi selangkah ia
berjalan ke luar dari tempat persembunyiannya.
"Mengapa anda menutupi wajahmu dengan pakaian,!"
sianak muda itu segera menegur.
"Aaaai . , . wajah cayhe jelek dan menyeramkan, aku
takut anda bisa terkejut dan ketakutan."
"Soal ini anda boleh legakan hati" kata si anak muda itu
sambil tertawa ramah, "Cayhe tidak akan bernyali kecil
seperti yang anda bayangkan. silahkan kau unjukan wajah
aslimu."
Tonghong Pek segera lepaskan ujung bajunya
menyaksikan seramnya wajah orang itu. sianak muda tadi
kelihatan rada terkejut tetapi sebentar kemudian ia sudah
pulih kembali dalam ketenangan
"Wajah anda benar-2 luar biasa." serunya "Aku dengar
ada setahun berselang ketika didalam perkampungan Jiet
Gwat Cung ter jadi perubahan hebat, telah muncul seorangmanusia berwajah aneh yang berhasil selamatkan Si Thay
sianseng disaat yang kritis, apakah orang itu adalah anda?"
Teringat diri Si Thay sianseng, Tonghong Pek segera
tertawa getir, ia mengangguk.
"Benar, cayhelah orangnya."
"Lalu apa sebabnya kau muncul kembali dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung!"
Tonghong Pek tidak jawab pertanyaan itu, sebaliknya dia
malah bertanya.
"Siapakah nama anda? aku lihat roman wajah anda
sangat berbeda dengan isi perkampungan Jiet Gwat Cung
ini, apa maksudku pula berada disini?"
"Aku she Liem bernama Hauw Seng!"
"Benar, darimana anda dengar nama kecil ku?"
"Aku tahu dari nona Giok Jien."
Begitu nama Giok Jien di utarakan, air muka Liem
Hauw Seng segera berubah hebat buru2, ia maju dua
langkah kedepan sambil bertanya.
"Giok Jien? kau kenal dengan dirinya? sekarang ia
berada dimana?"
Pertanyaan ini dijawab Tonghong Pek dengan suatu
helaan napas panjang.
Bagi Tonghong Pek helaan napas itu tidak berarti,
namun cukup membuat air muka Liem Hauw Seng berubah
jadi pucat pias.
"Dia . . dia . . mengapa dia ?""Bagaimanakah dia saat ini, akupun tak tahu, tetapi pada
setahun berselang ia sudah tinggalkan perkampungan Jiet-
Gwat Cung !"
"Mengapa ia tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung
? mengapa ketika aku datang mencari dirinya ia sudah tidak
berada ber-sama2 Tonghong Pacu lagi ?"
"Soal itu aku sih kurang jelas, tetapi nona Giok Jien
adalah seorang gadis yang sangat baik, seandainya ia
bergaul terus dengan Tonghong Pacu malahan kurang baik
bagi dirinya"
"Tentang hal tersebut akupun tahu, tetapi paling sedikit
aku bisa selalu bersama dirinya!" kata Liem Hauw Seng
sambil menghela napas panjang.
Begitu mesra kata-2nya membuat Tonghong Pek
tertegun.
"Sahabat kau mengatakan pada setahun berselang pernah
bertemu dengan Giok Jien, tahu kah kau saat ini ia berada
dimana ?" kembali Liem Hauw Seng bertanya.
"Aku tahu !"
"Kau tahu ! kau benar2 tahu ?" teriak Liem Hauw Seng
kegirangan setengah mati, "Dia berada dimana ? katakanlah
kepadaku: aku akan merasa sangat berterima kasih."
Pada waktu itu ketika ia tinggalkan perkampungan Jiet-
Gwat-Cung kebetulan aku sedang menolong Si Thay
sianseng, aku tiada berdaya untuk menguasahi golakan
hawa murni dalam tubuh Si Thay sianseng dengan
kekuatan seorang diri, maka kuundang agar ia suka
membantu dengan demikian Si Thay sianseng pun berhasil
lolos dari bahaya jalan api menuju neraka, sedang Si Thay
sianseng melihat nona Giok Jien berbakat baik. ."Baru saja ucapan itu diutarakan sampai di-sana, saking
girangnya suara LiemHauw Seng sampai berubah hebat.
"Apakah . . dia . . dia sudah diterima jadi anak murid Si
Thay sianseng ?"
"Benar." Tonghong Pek mengangguk.
Liem Hauw Seng tarik napas panjang2.
"Sungguh bagus sekali, aku segera akan berangkat
kelembah Coei Hong Kok digunung Go bie untuk
menengok dirinya, aku segera akan berangkat kesana."
serunya.
Teringat kembali apa yang dialaminya selama diluar
lembah Coei Hong Kok, Tonghong Pek tertawa dingin
tiada hentinya.
"Aku rasa tidak sedemikian bagus."
Ucapan ini membuat Liem Hauw Seng tertegun.
"Apa maksud ucapan anda barusan? Giok Jien bisa jadi
murid Si Thay sianseng seorang tokoh maha sakti dari
aliran lurus, bukankah hal ini merupakan suatu kejadian
yang amat baik?"
"Hmm . . Hmm. . kau datanglah sendiri ke lembah Coei
Hong Kok, mungkin disana kau bakal mengerti sendiri!"
Dalam hati Liem Hau Seng masih menaruh curiga, tetapi
setelah mengetahui berita mengenai Giok Jien ia merasa
amat kegirangan, segera serunya kembali.
"Terima kasih kau sudi beritahu kepadaku, aku akan
mohon diri dari Tonghong Pacu saat ini juga."
"Sahabat Liem, agaknya selama setahun ini ilmu silatmu
telah peroleh kemajuan yang sangat pesat.""Benar" Liem Hauw Seng mengangguk "Dalam setiap
kesulitan yang kuhadapi bukan saja tidak bisa binasa,
bahkan dalam sebuah gua aku telah berlatih giat selama
setahun ilmu silatku memang peroleh kemajuan yang
sangat pesat, dahulu apakah anda pernah bertemu dengan
diriku!"
"Aku belum pernah bertemu dengan anda, tetapi aku
kenali dirimu, dan kenal pula dengan seseorang yang
hubungan erat dengan dirimu."
"Benarkah?" Seru Liem Hauw Seng tercengang. "Sejak
kecil aku sudah kehilangan ke dua orang tuaku anda adalah
. . ."
"Aku kenal dengan adik misanmu, Si Soat Ang."
"Oooouw . . ! kiranya dia, selama setahun ini ilmu
silatnya pun peroleh kemajuan yang sangat pesat, ditinjau
dari keadaannya mungkin ia sudah berhasil melatih ilmu
silat yang termuat kitab pusaka Sam Poo Cin Keng."
"Apa yang kau katakan ?" Teriak Tonghong Pek terkejut
bercampur girang.
Liem Hauw Seng ulangi kembali perkataan nya,
Tonghong Pek segera bertanya kembali.
"Sekarang dia berada dimana ?"
"Sekarang ia masih berada dalam gua tersebut, kiranya
selama setahun aku telah berdiam dalam sebuah gua yang
sama dengan dirinya, hanya saja ia berdiam dalam gua
sebelah depan sedang aku berada dibelakang, menanti
tenaga lweekangnya telah peroleh kemajuan pesat dan
berhasil menjebolkan dinding gua dengan angin
pukulannya, kita baru saling bertemu muka satu dengan
lainnya.""Dia . . dia . ."
Saking terharunya untuk beberapa saat ia tak sanggup
meneruskan kata2nya.
Liem Hauw Seng menghela napas panjang, ujarnya
kembali.
"Dendam dan budi yang terikat antara aku dengan adik
Soat sukar diselesaikan dalam beberapa saat, dalam setahun
ini meski ilmu silatnya telah peroleh kemajuan pesat namun
tabiatnya sama sekali tidak berubah, setelah berjumpa
dengan diriku, ia langsung turun tangan kepadaku, siapa
sangka ilmu silatnya telah mendapat kemajuan yang sangat
pesat setelah menerima dua buah serangannya aku lantas
sadar bahwa aku bukan tandingannya, dengan keadaan
mengenaskan aku lantas melarikan diri."
Tonghong Pek merasa tidak sabaran untuk
mendengarkan cerita dari Liem Hauw Seng itu segera ia
menukas.
"Jadi maksudmu sekarang ia masih berada didalam gua
itu ?"
"Aku pikir memang demikian adanya, aku dengar
hubungannya dengan Tonghong Pek putra sulung dan
Tonghong Pacu sangat bagus, mungkin iapun bisa
mendatangi perkampungan Jiet-Gwat- Cung"
Ucapan ini semakin membuat hati Tonghong Pek
merasa tidak karuan, ia bertanya kembali.
"Gua itu terletak dimana ?"
"Sekitar gunung Lak-Boan-San . ."
"Sahabat Liem sampai jumpa lagi !" teriak Tonghong
Pek seraya ulapkan tangannya.Setelah mengetahui berita Si Soat Ang tentu saja ia tak
mau berdiam terlalu lama disana, setelah enjot badan
melayang keluar dari dinding pekarangan badannya
langsung berkelebat keluar dari perkampungan Jiet Gwat
Cung langsung menuju kegunung Lak Boan San.
Siang hari telah tiba, ini hari adalah hari ketiga setelah
Tonghong Pek bertemu dengan Liem Hauw Seng, ketika ia
sedang melanjutkan perjalanan dan melewati sebuah gardu
besar yang penuh dengan orang, tiba2 ia dengar dari balik
gardu berkumandang suara bentakan seseorang.
"Siapa sih yang disebut Bu Tek Bengcu?"
Suara itu membuat Tonghong Pek tertegun, ia kenali
suara itu sebagai suara dari Si Soat Ang.
Inilah pucuk dicinta ulam tiba, ia ada maksud mencari
gadis itu siapa sangka sang dara sudah muncul didepan
mata, Tonghong Pek benar2 merasa kegirangan sehingga
sukar dilukiskan dengan kata2.
"Soat . . . " teriaknya.
Hanya sepatah kita yang berhasil meluncur keluar dari
mulutnya. maka ia segera teringat bahwa selama setahun ini
banyak perubahan telah menimpa dirinya, teringat bagai
mana seramnya wajah yang ia miliki saat ini, bisa
dibayangkan betapa ngeri dan kagetnya Soat Ang setelah
menyaksikan hal tersebut.
Tonghong Pek merasa amat sedih, namun ia teruskan
juga niatnya bergerak menuju kearah gardu tersebut,
wajahnya telah tertutup oleh sehelai topeng maka ia tak
takut dikenali orang.
Pada saat itulah dari balik gardu terdengar suara caci
maki bergema kalang kabut."Sungguh besar nyalimu!"
"Kau berani mengucapkan kata2 yang tidak senonoh
kepada Bengcu, Hmm! agaknya kau sudah bosan hidup."
Bahkan ada pula yang sambil tertawa terbahak2
menjengek.
"Budak busuk, selangkah berjalan berlututlah satu kali
hingga tiba didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, asal
dapat berjumpa dengan Bengcu maka terhitung kau punya
rejeki."
Diantara jago yang mengepung gardu tersebut, hanya
dua orang yang dikenali Tonghong Pek, mereka bukan lain
adalah anak murid Tonghong Pacu.
Si Soat Ang duduk ditengah gardu, setahun tidak
berjumpa wajahnya kelihatan semakin cantik menawan
hati, ketika itu ia berada ditengah kepungan para jago
dengan senyuman menghiasi bibirnya.
"Siapa yang bilang sekalipun selangkah berlutut satu kali
hingga tiba di perkampungan Jiet Gwat Cung aku masih
belum bisa bertemu dengan Bengcu kalian ?!" tegur Si Soat
Ang sambil tertawa.
"Aku yang bilang" jawab seorang lelaki tinggi besar
diantara para jago yang mengurung tempat itu.
Si Soat Ang tersenyum manis, ia kerling sekejap orang
itu kemudian katanya.
"Mungkin apa yang kau katakan benar. tetapi aku punya
suatu cara dan apabila aku gunakan cara itu untuk
mengunjungi perkampungan Jiet-Gwat-Cung maka aku
pasti akan berhasil temui Bengcu kalian itu !"
"Apakah caramu ?" tanya lelaki kekar tadi dengan mata
melotot."Aku lihat badanmu kekar dan kuat, seandainya kau
merangkak diatas tanah dan aku anggap dirimu sebagai
kuda kemudian menunggangmu sampai perkampungan
Jiet-Gwat-Cung, niscaya Boe Tek Bengcu kalian akan buka
pintu lebar2 untuk menyambut kedatanganku!"
Para jago segera tertawa terbahak2 mendengar ucapan
itu, sedangkan lelaki tadi jadi malu sendiri bercampur gusar,
dengan wajah merah jengah bentaknya.
"Baik, lihat saja kau yang tunggangi aku atau aku yang
tunggangi dirimu!"
Ucapan ini amat cabul dan kotor, tetapi Si Soat Ang
sebagai seorang gadis perawan sama sekali tak memahami
arti dari kata2 tersebut.
Dalam pada itu selesai berkata lelaki tadi tiba2 maju ke
depan, lima jarinya dipentang langsung mencengkeram
bahu Si Soat Ang.
Melihat datangnya serangan. Si Soat Ang tidak jadi
gugup, jari tangannya segera dituding ke depan seraya
menghardik.
"Lihat Serangan."
Selama setahun berlatih ilmu silat dari kitab pusaka Sam
Poo Cin Keng, kepandaian silat yang dimiliki Si Soat Ang
pada saat ini sukar dilukiskan lagi dengan kata2. meskipun
ia menuding dengan perlahan namun segulung hawa murni
yang dahsyat meluncur keluar lewat ujung jarinya
menghajar jalan darah Tian Ki-hiat pada lekukan lututnya.
Lelaki itu hanya curahkan perhatiannya pada pundak Si
Soat Ang, ia bermaksud setelah berhasil menangkap dara
itu lantas menggerayangi bagian terlarang hingga ia jadi
malu.Siapa sangka, tangannya belum berhasil mencapai tubuh
lawan tiba kaki kanannya jadi lemas tidak kuasa lagi ia
jatuh berlutut diatas tanah.
Rasa kaget yang dialami lelaki itu bukan alang kepalang,
tangannya segera menekan di atas tanah siap meloncat
bangun, tetapi pada saat itulah sebuah tudingan dari Si Soat
Ang yang disertai tenaga hebat telah bersarang telak dijalan
darah lemas pada pinggangnya tidak kuasa lagi badannya
benar2 merangkak di atas tanah.
Dengan wajah merah jengah lelaki itu berusaha untuk
bangkit berdiri, tetapi setelah dua buah jalan darahnya
tertotok, maka sanggup ia bangun berdiri ?
Dua orang jago yang lihay memiliki kepandaian rada
lihay diantara para jago yang ada disana agaknya sudah
merasa keadaan tidak menguntungkan, satu pergi menolong
lelaki tadi sedang orang kedua langsung menubruk
kehadapan sang dara.
Jago yang tiba disisi lelaki tadi dengan cepat berusaha
membebaskan jalan darah rekannya yang tertotok sayang
walaupun diusahakan berulang kali gagal juga menolong
orang, itu, lelaki tadi masih tetap berjongkok kaku diatas
tanah.
Jago yang tiba dihadapan Si Soat Ang cepat menjura
seraya berkata.
"Kiranya nona adalah seorang jago lihay, entah siapakah
nama anda?"
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Bagus, baru sekarang kau tanya namaku?" jengeknya,
"Aku ingin bertanya dahulu kepadamu, siapa sih yang
begitu berani angkat dirinya jadi Boe Tek Bengcu dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung! siapakah nama besarnya?"Kiranya selama setahun ini Si Soat Ang hanya tahu
berlatih silat dengan giat dalam gua, terhadap kejadian
diluar ia sama sekali tidak tahu, tidak aneh kalau ia tidak
tahu terjadinya peristiwa yang menggemparkan seluruh
kolong langit.
Mendapat pertanyaan tersebut orang itu tertegun, ia
tidak mengira dikolong langit masih ada orang yang tidak
tahu siapakah Boe Tek-Bengcu itu.
"Boe Tek Bengcu kami she Tonghong bernama Pacu, dia
adalah seorang jagoan paling lihay dikolong langit dewasa
ini." jawab orang itu setelah melengak beberapa saat
lamanya.
"Ha . . ha . . ha . . aku kira siapa yang begitu besar nyali
berani angkat dirinya sebagai Bengcu tiada tandingan,
kiranya situa bangka Tonghong Pacu adanya bagus . . .
bagus sekali sungguh menarik hati!"
Si Soat Ang benar2 merasa menarik, setahun berselang ia
pernah diusir Tonghong Pacu karena dianggap tidak sesuai
dengan putranya tapi sekarang ilmu silatnya amat lihay,
bisa dibayangkan betapa kagetnya Tonghong Pacu setelah
berjumpa dengan dirinya.
Orang2 yang ada dalam gardu saat ini bukan lain adalah
para jago kangouw yang telah menggabungkan diri dalam
perserikatan tersebut, namun mereka hanya manusia kelas
tiga belaka, meskipun berada dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung namun belum tentu dalam sebulan dapat
bertemu Tonghong Pacu barang satu kalipun, dalam
pandangan mereka gembong iblis tersebut agung melebihi
malaikat.
Maka dari itu menyaksikan Si Soat Ang bukannya
terkejut malah tertawa geli setelah mendengar nama
Tonghong Pacu, rasa kaget dalam hati mereka sukardilukiskan lagi dengan kata-2, orang yang berdiri dihadapan
Si Soat Ang pun sampai mundur dua langkah ke belakang.
"Kalian mengatakan Tonghong Pacu tinggal di
perkampungan Jiet-Gwat-Cung, berapa jauh sih jarak dari
sini menuju perkampungan tersebut ?"
"Tidak terlalu jauh, hanya dua tiga hari perjalanan !"
"Maksudku kalau suruh dia merangkak sampai kesitu
harus membutuhkan berapa hari !" seru Si Soat Ang sambil
menuding kearah lelaki yang tertotok jalan darahnya itu.
Nona, kau kenal dengan Bengcu kami, apa gunanya
menyusahkan kami ?" seru orang itu sambil tertawa paksa.
"Oouw . . baru sekarang kau ucapkan kata-2 semacam
itu. Hm ! tadi apa yang kalian kata kan ? tadi kalian
mengucapkan kata2 yang tidak senang kepadaku, sekarang
aku harus kasih sedikit pelajaran kepada kalian manusia2
tak berguna."
Tiba2 ia bangun berdiri, badannya bergerak cepat, dalam
sekejap, mata ada enam tujuh orang telah tertotok jalan
darahnya.
Serangan dari Si Soat Ang benar2 sangat cepat sukar
dilukiskan dengan kata2, setelah ia berhasil merobohkan
ketujuh orang tadi, badan nya berputar menerjang keluar
gardu . . Criiit Criiit! dalam sekejap mata kembali ada
delapan orang roboh tak berkutik.
Si Soat Ang mendongak tertawa terbahak2 sambil putar
badan serunya.
"Ha . . ha . . ternyata anak buah dari Boe Tek Bengcu
hanya gentong2 nasi semua."
Sembari berkata ia menotok empat orang yang ada di
hadapannya, merekapun segera roboh keatas tanah.Kini hanya tinggal Tonghong Pek seorang, menyaksikan
datangnya serangan ia segera menyingkir ke samping dan
bersembunyi dibalik tiang gardu, dengan demikian serangan
itupun mengenai sasaran kosong.
Melihat mangsanya berhasil meloloskan diri, Si soat Ang
tercengang dan keheranan, semula ia mengira serangannya
ini pasti akan berhasil merobohkan orang itu seperti halnya
dua puluh orang sebelumnya, ia berseru tertahan.
"Aaah . . kira ya masih ada juga yang berkepandaian
lumayan!" teriaknya.
Sembari berkata ia memburu kedepan . . . Braak! sebiah
serangannya dihantamkan ke atas tiang gardu itu.
Serangan ini aneh sekali, bukannya ditujukan kearah
Tonghong Pek yang bersembunyi di balik gardu sebaliknya
malah ditujukan keatas tiang, hal ini membuat dianak muda
itu jadi tercengang.
Bersamaan dengan bentrokan itu, segulung tenaga yang
maha dahsyat tiba2 menembusi tiang tadi langsung
menghantam tubuh Tong bong Pek, membuat sianak muda
itu seketika itu juga terdorong mundur tiga langkah
kebelakang.
Melihat kehebatan dara itu, Tonghong Pek terkejut
bercampur girang, dari mulut Liem Hauw Seng ia tahu
kalau ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang telah peroleh
kemajuan pesat, tetapi ia tidak mengira kalau gadis itupun
berhasil menguasai ilmu yang disebut Li-san-Ta-Gouw atau
terpisah oleh bukit menghantam kerbau, suatu kepandaian
tenaga dalam yang telah mencapai pada puncaknya.
Baru saja Tonghong Pek terdorong mundur sejauh tiga
langkah, Si Soat Ang telah mengitari tiang gardu tadi seraya
membentak nyaring."Bagus sekali, ternyata dalam perkampungan Jiet-Gwat-
Cung terdapat pula beberapa jago lihay !"
Sembari berkata, telapaknya diayun kembali siap
melancarkan serangan.
"Jangan turun tangan lebih dulu, jangan turun tangan
lebih dahulu, aku ada perkataan hendak disampaikan
kepadamu." buru2 Tonghong Pek berseru lantang.
Serangan dari Si Soat Ang cepat laksana kilat, namun
iapun dengan cepat menarik kembali serangan itu.
"Apa yang hendak kau katakan ? "serunya.
Ingin sekali Tonghong Pek berteriak bahwa dia adalah
Tonghong Pek, dan selama setahun ini ia selalu teringat
akan dirinya.
Tetapi berada dalam keadaan seperti ini apa yang bisa ia
katakan ??
Ia percaya Si Soat Ang tentu tidak akan percaya atas
ucapannya, bahkan akan mentertawakan dirinya.
Dengan hati sedih ia lantas menghela napas panjang.
"Aku. . . aku . . "
"Sebenarnya siapakah kau? mengapa memakai topeng
dan tidak berani tunjukkan wajah asli mu ?" Tukas Si Soat
Ang tidak sabaran lagi.
Sambil berkata ia siap menyambar topeng itu, Tonghong
Pek mengerti keadaan tidak menguntungkan, buru3 ia
mundur kebelakang sambil berseru.
"Nona Si, wajahku amat mengerikan."
Belum habis ia bicara Si Soat Ang telah berseru tertahan
sepasang alisnya melentik dan sepasang matanya yang jeli
mengawasi wajah Tonghong Pek tak berkedip."Kau , . kau kenali diriku?"
Tonghong Pek sadar ia sudah terlanjur bicara, terpaksa
katanya.
"Aku. . . aku pernah kunjungi luar perbatasan dan
pernah pula menginap dibenteng Thian It Poo, maka aku
kenal dengan nona Si."
Ia takut ucapan ini tidak berhasil membuat gadis itu
percaya, segera tambahnya lebih jauh:
"Berhubung raut wajahku amat menyeramkan maka aku
tidak berani menemui orang dengan wajah asliku, harap
nona Si jangan menyalahkan."
Per-lahan2 Si Soat Ang turunkan kembali telapaknya,
teringat akan benteng Thian It Poo timbul perasaan
simpatiknya atas diri Tonghong Pek, sebab sejak tiba
didataran Tionggoan baru pertama kali, ini ia dengar orang
lain menyebut benteng "Thian It Poo"
"Hmm . . ! ilmu silatmu tidak lemah, jabatan apa yang
kau duduki dibawah kekuasaan Tonghong Pacu ?"
"Nona Si kau salah menduga, aku . . aku bukan anggota
perkampungan Jiet-Gwat-Cung."
"Benarkah ?" tanya Si Soat Ang tercengang.
Sembari berseru sepasang matanya dengan tajam
menatap wajah Tonghong Pek, sianak mu da itu segera
merasakan sinar matanya luar biasa, jelas tenaga dalamnya
telah mencapai pada puncaknya.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera ia
bertanya:
"Nona Si, ilmu silatmu sangat lihay, mungkin sukar
dicarikan tandingannya dalam kolong langit, entahbagaimana perasaanmu kalau dibandingkan dengan
kepandaian Tong hong Pacu.?
"Bagus sekali pertanyaanmu itu" kata Si Soat Ang sambil
tertawa. "Sepanjang perjalanan aku sendiripun selalu
bertanya pada diriku sendiri, kemarin senja aku telah
bergebrak melawan beberapa orang jago kelas satu dari
dunia persilatan, mereka semua bukan tandinganku
diantaranya terdapat pula si bongkok sakti Kiat-Hwee-Sin
Tuo."
Tonghong Pek sangat terperanjat, hampir-saja ia akan
berseru. "Bagaimana keadaan suhuku, untung ia masih
sadar" kata2 tadi dengan cepat telan kembali mentah2.
"Bagaimana . . . bagaimana akhirnya ?" ia bertanya.
"Ternyata Liat-Hwee-Sin Tuo masih kenal diriku, setelah
bertemu dengan aku ia lantas menanyakan kabar berita
seseorang kepadaku."
"Siapa yang ia tanyakan !" suara dari Tong hong Pek
kedengaran rada gemetar.
Si Soat Ang menghela napas panjang, hal ini membuat
jantung sianak muda itu berdebar semakin keras.
"Orang yang ia tanyakan bernama Tonghong Pek,
kiranya dia adalah muridnya, tapi aku sudah hampir
setahun lamanya tidak berjumpa dengan dirinya darimana
aku bisa menjawab?"
"Apakah kau sangat rindu kepadanya ?" tiba2 Tonghong
Pek bertanya.
Si Soat Ang segera berpaling dalam detik itulah seakan2
ia menangkap suatu bayangan yang sangat dikenalnya dari
sinar mata lawan namun ia tidak terlalu ambil perhatian.Iapun tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya berkata
kembali.
"Akupun tak tahu jejaknya. hal ini menggusarkan Liat-
Hwee-Sin-Tuo sehingga akhirnya bergebrak melawan aku,
akhirnya hanya dia seorang yang beruntung tidak terluka,
menurut kau kepandaian silatku kalau dibandingkan
dengan Tonghong Pacu, siapa yang lebih lihay?"
Tonghong Pek merasa amat risau, beberapa saat
kemudian ia baru menjawab.
"Hal ini harus dilihat dulu setelah kau bergebrak
melawan Tonghong Pacu !"
Tiba2 Si Soat Ang tertawa.
"Seandainya aku tidak sampai bergebrak melawan
dirinya menurut kau bagaimanakah sikapnya kepadaku ?"
Ucapan ini sangat mengejutkan Tonghong Pek tadi ia
bermaksud untuk ajak Si Soat Ang bekerja sama dengan
dirinya untuk sama2 menghadapi Tonghong Pacu.
Tetapi sekarang, dari ucapan gadis itu ia dapat tarik
kesimpulan bahwa Si Soat Ang bukan saja tak ada niat
memusuhi gembong iblis itu bahkan ada niat untuk bekerja
sama.
Seandainya Si Soat Ang benar2 bekerja sama dengan
Tonghong Pacu, bukankah hal ini sama artinya harimau
ganas tumbuh sayap ? apalagi sianak muda ini sudah
memahami bagaimanakah tabiat serta sifat Si Soat Ang.
"Apa maksudmu ber . . berkata demikian ?" buru2
tanyanya.
"Apakah kau masih belum paham ? seharusnya
Tonghong Pacu bisa memahami sampai taraf manakah
kepandaian silat yang kumiliki pada saat ini, dia adalahseorang manusia licik, setelah aku tiba diperkampungan
Jiet-Gwat Cung dan seandainya tak ia berani melawannya,
maka ini berarti ia tak punya keyakinan untuk menangkan
diriku."
"Lalu apa yang hendak kau lakukan?"
"Tentu saja ia bisa menangkan diriku sebaliknya akupun
belum tentu bisa menangkan dirinya, berada dalam keadaan
seperti ini menurut kau bagaimanakah sikapnya terhadap
diriku?"
"Maksudmu, dia bisa undang kau untuk ikut berkomplot
?" kata Tonghong Pek sambil menarik napas panjang.
"Hmm . . ajak aku berkomplot jengek Si Soat Ang sambil
mendengus dingin, kalau ia tidak diberi kedudukan yang
sesuai kepadaku, aku tidak akan sudahi urusan ini !"
"Noo . na Si . . Tonghong Pacu adalah seorang manusia
licik, sekarang ia ada maksud untuk merajai dunia
persilatan apakah kau hendak berkomplot dengan dirinya?"
Dari sepasang mata Si Soat Ang tiba2 memancar keluar
cahaya tajam, lama sekali ia awasi wajah Tonghong Pek,
kemudian sahutnya tertawa terbahak-2
"Coba lepaskan topengmu, aku ingin tahu adakah kau
yang kukenal darimu!"
"Si . . siapa?" tanya Tonghong Pek terperanjat.
"Orang itu mirip denganmu, kalau bukan suaranya yang
berbeda cukup mendengar ucapanmu tadi aku pasti akan
mengira kau adalah dirinya, tetapi . . lebih baik lepaskanlah
topeng yang kau kenakan itu."
Tonghong Pek merasa jantungnya berdebar keras, ia tahu
Si Soat Ang sudah menaruh curiga kepadanya.Berada dalam keadaan seperti ini seandainya Tonghong
Pek tak mau lepaskan topeng-nya, niscaya kecurigaan
dalam hati gadis itu akan semakin hebat, maka Tonghong
Pek segera melepaskan topengnya. ilmu silat yang di miliki
Si Soat Ang memang lihay, tetapi setelah menyaksikan
wajah Tonghong Pek yang menyeramkan tak urung ia
hembuskan napas dingin,
"Sudah cukup!" serunya.
Tonghong Pek tundukkan kepala mengenakan kembali
topengnya, Si Soat Ang baru bisa menghembuskan napas
panjang.
"Bagaimana sih ibumu melahirkan dirimu? wajahmu
benar2 menyeramkan dan jarang di jumpai dikolong
langit."
Tonghong Pek amat sedih, dugaannya tidak meleset
ternyata Si Soat Ang tidak kenali dirinya lagi, ia tertawa
getir.
"Aku . . aku bukan dilahirkan dengan wajah demikian,
dahulu sebelum wajahku berubah jadi begini pernah ada
seorang nona yang sangat cantik selalu berada bersama aku,
ia sangat baik kepadaku tetapi sekarang . ."
"Sekarang nona cantik itu berada dimana ?" tanya Si
Soat Ang, agaknya ia tertarik dengan cerita tersebut.
Suara Tonghong Pek berubah makin rendah dan makin
berat, jawabnya.
"Sekarang ia belum tahu kalau wajahku telah berubah
jadi begini. aku . . akupun tidak berani beritahukan rahasia
ini kepadanya, coba kau pikir seandainya ia bertemu
dengan aku bagaimana sikapnya !"
"la pasti akan sangat terperanjat !""Nona Si-" kata Tonghong Pek lebih jauh, "Seandainya
orang yang pernah kau kenal dahulu secara tiba-2 berubah
jadi begini, kau apakah sikapmu akan tetap mesra seperti
sedia kala ?"
"Eei . . siapa yang suruh kau ngaco belo ?" tegur Si Soat
Ang dengan mata melotot.
Seandainya pada saat ini Soat Ang menjawab bahwa ia
tak akan menggubrisnya lagi atau segera akan tinggal pergi
setelah berjumpa, maka dengan menahan sedih Tonghong
Pek pasti akan berlalu dari situ.
Tetapi gadis itu tidak berkata demikian, hal ini membuat
sianak muda itu jadi bingung dan tidak mengerti apa yang
harus dilakukan.
Si Soat Ang tidak membicarakan masalah itu lagi,
terdengar ia berkata:
"Aku hendak berangkat ke perkampungan Jiet Gwat
Cung, aku lihat ilmu silatmu tidak lemah, lagi pula pernah
berdiam dalam Benteng Thian It Poo, berada sama2 diriku,
aku rasa akan mendatangkan banyak kebaikan untukmu."
Walaupun Si Soat Ang berkata demikian di luaran,
padahal dalam hati ia punya tujuan lain, ia tahu kepandaian
yang dimiliki Tong-hong Pek sangat lihay, seandainya ia
berangkat ber-sama2 dirinya maka Tonghong Pacu akan
semakin tak berani pandang enteng dirinya.
Dalam hati tentu saja Tonghong Pek merasa sangat
gembira dapat ber sama-2 Si Soat Ang meskipun gadis itu
tidak kenali dirinya kembali, tetapi iapun sadar setibanya
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung entah perubahan apa
lagi yang menimpa dirinya.
Sementara ia masih ragu-2, dengan nada gusar Si Soat
Ang telah membentak."Bagaimana, kau suka pergi atau tidak?"
"Nona Si, kau tidak mengerti, aku sangat rela ikuti
dirimu mengunjungi perkampungan Jiet Gwat Cung, tetapi
. . aku dengan pihak perkampungan Jiet Gwat Cung pernah
mengikat permusuhan, setahun berselang aku pernah
selamatkan Si Thay sianseng dihadapan Tong hong Pacu,
aku rasa gembong iblis itu pasti amat mendendam diriku."
"Oouw . . . kiranya pernah terjadi peristiwa seperti ini!"
seru Si Soat Ang dengan hati tertarik, "Coba ceritakanlah
kisah itu kepada ku mulai dan permulaan hingga akhir!"
Si Soat Ang segera duduk kembali dalam gardu diikuti
Tonghong Pek, gadis itu sama sekali tidak menggubris
terhadap para jago yang dirobohkan olehnya, dengan
semua perhatian ia dengarkan kisah yang diceritakan si
anak muda itu sejak Tonghong Pacu kawinkan putranya
dan mengambil kesempatan memancing kehadiran orang-
orang Bu-lim.
Lalu secara bagaimana Si Thay sianseng jadi menderita
akibat sikap putrinya, lalu bagaimana ia selamatkan tokoh
sakti itu dan terjadi kekacauan dalam dunia persilatan . . .
tentu saja ia bercerita akan apa yang diketahuinya belaka.
Si Soat Ang jadi kegirangan setengah mati, serunya
kemudian.
"Aaa . . . kiranya selama setahun telah terjadi banyak
peristiwa, sungguh menyenangkan, sungguh menarik hati."
Ia merandek sejenak, lalu tambahnya.
"Kau tak usah takut, mari kita berangkat
keperkampungan Jiet Gwat Cung ber-sama2 aku tanggung
Tonghong Pacu tidak akan berani mengganggu dirimu !".Dasarnya Tonghong Pek memang merasa berat untuk
berpisah dari sisi Si Soat Ang, dengan cepat ia mengangguk.
"Baik, kalau begitu . . . mari kita segera-berangkat ".
Si Soat Ang bangun berdiri. badan enjot meluncur keluar
dari gardu dan teriaknya:
"Ayoh kita berangkat !"
Ia meluncur ke sisi beberapa ekor kuda yang terlambat di
sisi gardu.
Kuda2 itu adalah milik para jago yang tertotok jalan
darahnya, dimana telapaknya membabat laksana sebilah
kampak tali les yang terikat diatas dahan pohon telah
terbabat putus.
Ia menyambar dua ekor kuda dan lemparkan salah satu
diantaranya kearah Tonghong Pek yang telah menyusul
datang, kemudian mengeprak kuda dan meneruskan
perjalanan ke depan.
Demikianlah mereka berdua melakukan perjalanan cepat
sepanjang siang malam, ketika sore hari kedua telah tiba,
dari tempat kejauhan mereka telah dapat melihat batu
peringatan yang tinggi besar itu.
Tiba2 Si Soat Ang menahan tali lesnya dan menengok
kearah batu peringatan tersebut kemudian dengan nada
menjengek serunya:
"Boe-Tek-Bengcu ? Hmm . . Hmm . . betul2 gagah sekali
pamornya . ."
"Dibawah empat buah tulisan itu masih ada serentetan
tulisan kecil" Tonghong Pek menambahkan, "la larang
orang yang lewati jalan ini dengan menunggang kuda
bahkan harus lewat pinggir jalan.""Hmm ! mari kita larikan kuda terus ke depan, sengaja
kita jangan turun dari kuda dan bikin onar ditempat ini"
Sehabis berkata ia ayun cambuk dan larikan kudanya
kembali ke depan disusul Tonghong Pek dari belakang.
Dalam sekejap mata mereka sudah berada beberapa
tombak jauhnya, tiba2 dari kedua belah sisi gardu meluncur
keluar beberapa sosok bayangan manusia disusul bentakan
nyaring berkumandang membelah angkasa.
Bukan berhenti Si Soat Ang malah larikan kudanya
semakin cepat, Tonghong Pek sendiri memang tidak
mengharapkan gadis itu bekerja sama dengan Tonghong
Pacu maka iapun ada niat untuk bikin onar sehebat-nya,
agar gembong iblis itu membenci Si Soat Ang, dengan
demikian iapun bisa bekerja sama dengan dara itu untuk
memusuhi si Bengcu tanpa tandingan ini.
Karena punya pikiran demikian, maka seperti halnya
dengan Si Soat Ang, bukan berhenti malahan menerjang
kedalam makin kencang.
Ditengah bentakan-2 keras yang menggema dari balik
gardu, seketika terdengar seseorang berteriak nyaring
kemudian meluncur ketengah udara.
Sebilah golok yang besar dan memancarkan cahaya
tajam langsung dibabat keatas batok kepala Si Soat Ang.
Ilmu silat yang dimiliki orang itu tidak lemah, badannya
berhasil mencapai ketinggian tujuh depa, dari sana
goloknya langsung kebawah dengan dahsyatnya.
Si Soat Ang naik pitam, ia merasa gusar karena tanpa
mengucapkan sepatah katapun orang itu melancarkan
serangan yang mematikan kearahnya.Pada detik yang terakhir tiba2 Si Soat Ang enjot
badannya meninggalkan pelana dan melayang ke-tengah
udara.
"Braass. . .!" Sedetik kemudian golok yang dibabat
kebawah oleh orang itu dengan dahsyatnya telah
menembusi batok kepala kuda tunggangan tadi sehingga
tinggal gagangnya, darah segar muncrat bagaikan sumber
mata air menodai seluruh wajah orang itu.
Si Soat Ang mendengus dingin, badannya yang sedang
melayang ditengah udara segera melayang turun, kaki
kanannya menginjak di atas kepala orang itu keras2.
Merasakan bagaikan ditindihi dengan baja sebanyak
ribuan kati, orang itu berteriak keras, goloknya segera
dicabut keluar dari kepala kuda, putar badan dan disapu
keatas dimana kepalanya gadis itu berada.
Perubahan jurus ini dilancarkan sangat indah sekali,
seumpama Si Soat Ang tidak meninggalkan tempat itu,
niscaya kakinya akan terbabat oleh serangan tersebut.
Tetapi Si Soat Ang sudah menduga sampai kesana, ujung
bajunya segera dikebas kebawah menghantam pergelangan
orang itu.
Urat nadinya jadi kaku, lima jarinya lantas terasa ngilu
dan tidak ampun lagi goloknya segera terlepas dan tangan.
Saat itulah Si Soat Ang kebaikan ujung bajunya, golok
tadi mencelat dan tahu2 sudah berada dalam
genggamannya.
Ia lantas membentak nyaring.
"Tanpa sebab tanpa berbicara kau telah membunuh kuda
tungganganku. Hmm ! agak nya kau sudah bersiap sedia
untuk korbankan jiwa sebagai pengganti kuda itu ! ! !"Setelah kehilangan golok, orang ini ayun telapaknya
melancarkan tujuh delapan buah serangan, dimana angin
pukulan melanda datang memaksa Si Soat Ang terjerumus
dalam keadaan berbahaya.
Gadis itu segera enjotkan badan melayang ke tengah
udara.
Merasa kepalanya jadi ringan, orang itu kegirangan,
tetapi sebelum ia sempat melakukan sesuatu Si Soat Ang
yang berada ditengah udara telah ayun goloknya membabat
batok kepala orang itu.
Merasa datangnya desiran tajam, orang itu sadar
keadaan tidak menguntungkan, buru-2 ia coba berkelit
namun terlambat.
"Braass . . . !" golok itu sudah menembusi batok
kepalanya hingga tinggal gagangnya yang ada didepan,
darah segar segera mengucur keluar memenuhi lantai,
terutama dari mulutnya, darah menyembur keluar sangat
deras, ia tidak langsung mati, setelah lari maju sejauh tujuh
delapan langkah akhirnya sepasang tangan orang tadi
mencengkeram batang pohon keras-2, dan binasalah
seketika itu juga.
Suasana jadi gempar, semua orang berdiri dengan hati
kebat-kebit setelah menyaksikan keadaan itu.
Jangan dikata para jago dari perkampungan Jiet Gwat
Cung, sekalipun Tonghong Pek pun merasa jantungnya
berdebar keras.
Hanya Si Soat Ang seorang yang tetap tenang, ia merasa
sangat bangga karena dalam segebrakan ia berhasil
membunuh seorang jago lihay.
Sambil tertawa terbahak2 segera jengeknya. "Kalian
semua adalah anggota perkampungan Jiet Gwat Cung? apayang kalian nantikan lagi disini? ayoh cepat kabarkan
kepada Beng cu kalian, suruh ia kirim tandu untuk sambut
kedatanganku!"
Seandainya peristiwa ini terjadi ditempat lain, maka
tidaklah aneh, tetapi keonaran ini muncul didepan
perkampungan Jiet Gwat Cung yang ditakuti orang Bu-lim,
hal ini membuat semua orang jadi tertegun dan tidak habis
mengerti apa yang harus dilakukan.
"Hey, kenapa kalian tidak enyah dari sini?" bentak Si
Soat Ang dengan nada gusar setelah dilihatnya orang2 itu
tetap tak berkutik dari tempat semula.
Sambil berteriak, badannya segera menggulung kedepan,
Plaak! Plaak!
Tahu2 ada empat orang sudah ditampar olehnya.
Meskipun hanya ditampar namun akibatnya luar biasa,
keempat orang itu sama2 mundur kebelakang dengan
sempoyongan, bahkan diantaranya ada tiga orang telah
roboh terjengkang diatas tanah.
Sisanya setelah menyaksikan kejadian ini sama2 menjerit
dan melarikan diri kearah perkampungan Jiet Gwat Cung,
tiga orang yang menggeletak diatas tanahpun buru2
merangkak bangun ikut melarikan diri.
Hal ini makin menggembirakan Si Soat Ang, ia tertawa
ter bahak2 kemudian sambil berpaling ujarnya.
"Bagaimana menurut pendapatmu ? ayoh cepat turun
dari kuda akan kita robohkan batu peringatan ini. Hmm !
Bu Tek Bengcu macam apa, kita hancurkan dulu ! .
Tonghong Pek merasa sangat kegirangan, dengan
dirobohkannya batu peringatan itu berarti akan menambahdendam dalam hati Tong hong Pacu, mereka berdua tentu
akan berdiri saling bermusuhan bagai air bertemu api.
Dengan cepat si anak muda itu meloncat turun dari atas
kuda, kemudian ber-sama-2 Si Soat -Ang mendekati batu
peringatan itu. tenaga lwekang yang mereka miliki sangat
lihay, tetapi walaupun mereka sudah kerahkan segenap
tenaganya, batu peringatan itu belum berhasil juga
dirobohkan.
Pada saat itulah dari perkampungan Jit-Gwat Cung
berkumandang datang suara derap kuda yang amat ramai,
kurang lebih ada tiga puluh ekor kuda berlarian menuju ke
tempat kejadian.
"Ayoh cepatan sedikit" ujar Si Soat Ang. "sebelum
mereka tiba disini kita harus robohkan dahulu batu
peringatan itu kalau sampai mereka telah tiba disini dan
kita harus menghadapi mereka maka tak ada kesempatan
lagi bagi kita untuk turun tangan."
"Baik mari kita sama-sama kerahkan seluruh tenaga !"
Dalam sekejap mata kedua orang itu telah kerahkan
segenap tenaganya sehingga dari badan mereka menggema
suara gemerutukan yang nyaring.
Dalam pada itu, tiga puluh ekor kuda tersebut semakin
dekat, kuda yang berada dipaling depan sudah berada lima
enam tombak dari batu peringatan itu, terdengar orang yang
ada diatas kuda membentak keras.
"Tonghong Tongcu tiba !"
Si Soat Ang berdua tidak menggubris, mereka sama2
membentak keras, sepasang telapak kerahkan tenaga
berbareng, batu peringatan yang tertanam sedalam dua tiga
depa dalam tanah itu tiba2 roboh dengan timbulkan suara
amat keras.Setelah berhasil merobohkan batu tadi, mereka berdua
sama-meloncat keatas batu peringatan itu dan berdiri disana
sambil bertolak pinggang.
Sementara itu ke tiga puluh ekor kuda tadi laksana
hembusan angin puyuh telah bergerak makin mendekat.
Menyaksikan batu peringatan itu roboh, air muka
mereka kelihatan terperanjat, namun mereka tidak gugup,
setibanya disitu mereka derdiri saling ber-hadap2-an.
"Tonghong Tongcu tiba !" teriak mereka.
Ditengah teriakan keras dua ekor kuda jempolan
bergerak mendekat.
Si Soat Ang mendengus dingin, jengeknya:
"Hm ! hebat juga keadaan mereka . ."
Tenaga dalamnya telah sempurna, ucapan ini dapat
dikirim sampai ketempat kejauhan, Tong hong Loei serta Si
Chen yang masih berada puluhan tombak diri tempat
itupun bisa menangkap dengan jelas sekali.
Tonghong Loei jadi orang sangat ber-hati2 ketika
mendengar suara itu sangat dikenal, ia segera tarik tali les
kudanya Si Chen pun segera ikut berhenti.
Ketika menyaksikan batu peringatan itu sudah roboh,
dengan hati terkejut bercampur gusar Tonghong Loei segera
membentak.
"Siapa ?"
"Loei Sam apa gunanya kau jual lagak bau dihadapanku
? apa kau sudah lupa tempo kau digotong masuk ke dalam
benteng Thian It Pou macam sesosok mayat ?"
Tonghong Loei tertegun. "Loei Sam" dua patah kata ini
sudah setahun lebih tak pernah disebut orang, ia segerakenali gadis itu sebagai Si Soat Ang sedang siorang laki
yang ada disisinya adalah simanusia aneh itu.
Diam2 Tonghong Loei keheranan, ia masih ingat ilmu
silat yang dimiliki Si Soat Ang setahun berselang sangat
biasa, darimana ilmu silatnya tiba2 bisa peroleh kemajuan
pesat?
Otaknya dengan cepat berputar, ia turun dari kudanya
memberi tanda kepada Si Chen agar tetap menanti di sana
dan lambat2 maju kedepan.
"Aku kira siapa, kiranya nona Si telah datang!" sapanya
dengan penuh senyuman, "Aku merasa berbangga hati."
"Sudahlah, tak perlu ulapkan kata2 menarik hati, setahun
berselang aku telah kalian usir dan sekarang aku balik
kembali, kebanggaan apa yang kalian dapatkan? Hmm,
lebih kau tak usah pura2 lagi."
"Haa . . haa bagaimana menurut adat kita harus berkata
demikian sekalipun kenyataan tidak, nona Si, apa maksud
datang kemari ?"
"Aku datang hanya dikarenakan dua persoalan pertama
ingin menyaksikan Boe Tek kalian. sampai dimana sih
kehebatannya sehingga dikatakan tanpa tandingan."
Tonghong Loei tarik napas, ia tertawa.
"Tentang soal ini gampang sekali, Bengcu sedang berada
didalam perkampungan, seumpama nona Si hendak tantang
Bengcu kami untuk berduel urusan ini bisa kami atur
dengan gampang, aku percaya Bengcu pasti tidak akan
menampik . . ."
Berbicara sampai disini ia tertawa kering, lantas
tanyanya lebih jauh."Entah macam apakah persoalan kedua yang nona Si
maksud?"
"Ooouw . . . persoalanku yang kedua, aku hendak
mencari kabar tentang seseorang."
Ucapan ini seketika mendebarkan hati Tong hong Pek
yang berdiri disisinya, sedangkan Tonghong Loei segera
mengerutkan alisnya, ke dua orang itu sama2 tahu bahwa
orang yang dicari bukan lain adalah Tonghong Pek.
Terdengar Si Soat Ang tertawa kering kemudian ujarnya
kembali.
"Aku rasa kau tentu tahu bukan, orang yang hendak
kucari bukan lain adalah toako mu Tonghong Pek."
"Aaah . . .sayang seribu kali sayang, toakoku ini sudah
berlalu tanpa pamit sejak setahun berselang, hingga kini aku
belum pernah berjumpa lagi dengan dirinya, tetapi aku rasa
ia segera akan datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung
setelah mengetahui bahwa nona Si telah berkunjung
kemari."
"Ia tak berada dalam perkampungan Jiet Gwat-Cung ?"
tanya Si Soat Ang rada sangsi.
"Tentu saja tak ada, sekalipun nona Si mengobrak abrik
seluruh perkampungan Jiet-Gwat Cung pun tidak akan
temukan jejaknya"
Dalam pada itu terdengar suara derap kaki kuda
berkumandang datang, kembali muncul delapan orang
ditempat itu dengan menunggang kuda hitam mereka
memakai baju berwarna hitam semua, meskipun wajahnya
berbeda namun sepasang mata mereka memancarkan sinar
tajam, keningnya menonjol tinggi sekilas pandang siapapun
akan tahu bahwa mereka adalah jago2 berkepandaian
tinggi.Disamping itu kedelapan orang itupun punya gerak gerik
yang aneh, mereka bukan lain adalah jago2 dari kalangan
sesat yang biasa disebut orang sebagai Boe-tek-Pat-Mo atau
delapan iblis tanpa tandingan.
Setelah ke delapan orang itu tiba, nyali Tong hong Loei
semakin besar, sambil menuding orang2 itu serunya.
"Nona Si, ke delapan orang itu disebut Boe-Tek-Pat-Mo
Delapan iblis tanpa tandingan, dahulu pernahkah nona
kenal dengan mereka ?"
Satu demi satu diawasinya orang2 itu, namun dengan
cepat Si Soat Ang mendengus dingin.
"Tidak kenal!" jawabnya ketus.
Tonghong Loei putar badan, kepala kedelapan orang itu
serunya:
"Nona ini adalah Si Soat Ang yang berasal dari benteng
Thian It Poo, ia gulingkan batu peringatan hendak cari
satroni dengan Bengcu haa . . ha . .!"
Semula ia bicara serius, kemudian diakhiri dengan gelak
tertawa jelas ia sedang mentertawakan Si Soat Ang yang
tahu diri disamping memberi bisikan kepada delapan orang
itu agar turun tangan.
Dari kedelapan iblis tadi, segera muncul seseorang
berseru lengking:
"Sungguh menggelikan! ternyata dikolong langit ada juga
bocah perempuan tak tahu diri."
Si Soat Ang gusar, ia tahu ke delapan orang itu jago kelas
satu dalam perkampungan Jiet Gwat Cung, kalau ia tidak
tunjukan kelihaian nya dihadapan orang2 itu, mungkin
akan sulit baginya untuk paksa Tonghong Pacu unjukan
diri.Maka ia segera tertawa dan mengejek.
"Benar ternyata dikolong langit terdapat juga manusia
yang tak tahu diri, berani benar bicara tidak karuan didepan
mataku !"
Ejekan itu menggusarkan orang itu, ia berteriak keras
lalu meloncat ketengah udara dari atas punggung kuda itu,
berada ditengah udara ia berjumpalitan tiga kali kemudian
melayang turun keatas permukaan dengan suatu gerakan
yang sangat aneh.
Setibanya diatas tanah ia langsung menuding Si Soat
Ang sambil berseru.
"Mari . . mari , . eiii bocah cilik kalau kau ingin bertemu
dengan Bengcu kami hadapilah dahulu diriku !"
Si Soat Ang tertawa dingin, ia meloncat turun dari atas
batu peringatan itu seraya menegur.
"Siapa namamu ?"
"Aku she Hu bernama Hun selamanya tinggal diselat
Ginjal kerbau para2 kuda diatas gunungWu-san !"
Jawaban ini diucapkan dengan suara tinggi melengking
sehingga membuat siapapun yang mendengar merasa
badannya jadi tidak enak.
Si Soat Ang diam2 merasa terperanjat ketika ucapan itu
berkumandang, ia merasa kepalanya jadi pening tujuh
keliling, perut kontan terasa jadi muak.
Gadis itu segera sadar bahwa keadaan tidak
menguntungkan, orang ini pasti berasal dari aliran sesat,
dari jeritan tadi telah menggunakan ilmu pembetot sukma
yang luar biasa.
Hmm- Si Soat Ang tarik napas panjang, menenangkan
hatinya kemudian tertawa dingin."Oooh . . kiranya siluman iblis macam inilah dirimu,
ilmu hitammu hanya bisa menakut-2i orang lain jangan
harap bisa bikin pecah nyaliku !"
Hu Hun tertegun, ia tidak sangka ilmu hitamnya tidak
manjur sebaliknya pihak lawan malah bisa bicara sesumbar
kembali ia jerit melengking.
"Baik kalau begitu lihatlah seranganku ini!"
Ucapan ini telah disertai tenaga dalam sebesar tujuh
delapan bagian sekalipun tujuan nya adalah Si Soat Ang
tetapi para jago lain nyapun ikut merasakan hatinya tidak
enak, seakan2 terdapat dua batang jarum yang menusuk
telinganya.
Kali ini Si Soat Ang sudah bikin persiapan, ia sama
sekali tidak merasakan sesuatu, sebaliknya malah balik
membentak.
"Eeeei . . . kalau mau turun tangan ayolah turun tangan,
buat apa sih teriak2 tak berguna".
Bentakan ini menggetarkan tubuh Hu Hun badannya
segera merendah, jari tangannya langsung mencengkeram
dada Si Soat Ang, bersamaan itu pula diiringi jeritan
lengking yang memekikan telinga.
Si Soat Ang tertawa dingin, ia tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula dibiarkannya serangan itu mengenai
pergelangannya.
Hu Hun jadi kegirangan ia mengira serangannya telah
berhasil mengenai sasarannya, siapa sangka pada saat itulah
ia merasa pergelangannya jadi kencang dan tahu2 kelima
jari Si Soat Ang telah mencengkeram tangannya erat2.
Hu Hun kaget, buru-2 ia tarik tangannya kembali, tetapi
gadis she-Si itu tak mau lepas tangan, dengan cepattelapaknya membalik ke luar, hawa murni disalurkan keluar
. . . Kraak! tulang pergelangan orang she Hu itu sudah
tergentak patah jadi dua bagian.
Hu Hun menjerit ngeri, keringat dingin sebesar kacang
kedelai mengucur keluar dengan derasnya, ia merasa
kesakitan yang luar biasa.
Si Soat Ang tertawa dingin, jengeknya:
"Eeeei . . . cuma sakit sedikit saja kenapa sih ber-teriak2
dan berkaok2 macam babi mau disembelih ? percayakah
kau asal kukerahkan sedikit tenaga lagi, niscaya seluruh
tulang lenganmu akan tertarik patah ?"
Pada saat ini, meskipun Hu Hun kesakitan sehingga
hampir saja jatuh tidak sadarkan diri, tetapi bagaimanapun
juga dia adalah seorang jago berkepandaian lihay, apa yang
diucapkan gadis itu dapat didengar dengan jelas, lagi pula ia
tahu pihak lawan bukan cuma gertak sambal belaka.
Maka dari itu mendengar ancaman tadi, sukmanya
terasa melayang, buru2 ia tutup mulut coba menahan sakit.
"Nona . . . harap . . . harap suka lepas tangan." serunya
dengan suara gemetar.
Si Soat Ang mendengus dingin.
"Apakah kau termasuk salah satu diantara delapan iblis
tanpa tandingan . . . " jengeknya.
Jilid19 Halaman 65 s/d 72 hilang
-ooodwooo-
Jilid 20SI SOAT ANG kelihatan semakin gagah sekali,
meskipun ia kehilangan lengan bajunya namun
kemenangan yang berhasil didapat cemerlang sekali.
"Siapa lagi yang ingin pamerkan ilmu silat tanpa
tandingannya dihadapanku?" kembali ia menjengek.
Mula-2 Hu Hun kemudian disusul Cioe Yu Jien, dua
orang jago sakti itu sama2 menderita kalah dengan
mengenaskan, sekalipun sinar mata Tonghong Loei lebih
tajampun ke enam orang lainnya tak seorangpun yang
berani buka suara.
Si Soat Ang segera tertawa terbahak2.
"Tonghong Tongcu, kan jangan perintah orang lain
melulu bagaimana dengan kau sendiri?"
Merah padam selembar wajah Tonghong Loei kalau ia
tidak melayani tantangan tersebut maka pamornya dalam
dunia persilatan tentu akan hancur berantakan, sekalipun
masih ada ayahnya sebagai tulang punggung.
Diam2 sianak muda itu merasa kaget bercampur gusar
tiba2 ia tarik napas panjang, kemudian dengan wajah penuh
senyuman ujarnya.
"Baik, aku segera datang. Nona Si! setahun tidak
berjumpa tak nyana ilmu silatmu telah peroleh kemajuan
yang begini pesat, harap kau suka memberi keringanan
padaku!"
"Kau tak usah tegang dan kuatir sekarang kau berada
didepan perkampungan Jiet Gwat Cung, sekalipun
menderita luka yang lebih parahpun masih bisa merawat
lukamu dirumah sendiri, kau tak usah menunggu orang lain
menggotong dirimu macam sesosok mayat lagi"Selangkah demi selangkah Tonghong Loei berjalan maju
kedepan senyuman bibirnya ketika berada enam tujuh depa
dan hadapan gadis itu ia baru berhenti,
"Kiranya nona masih selalu teringat akan peristiwa
diluar perbatasan . . " katanya sambil tertawa." Aku rasa
nona pun tentu masih menyesalkan tiga kali usaha baik kita
selalu digagalkan orang lain?"
Orang-lain tentu tidak akan paham akan kata2 tersebut,
tetapi Si Soat Ang pribadi mengetahuinya dengan jelas.
Bukan gadis itu saja, Tonghong Pek yang berada
disisinyapun mengetahui pula maksud ucapan tersebut,
sebab ketika Si Soat Ang hendak diperkosa Tonghong Loei,
dialah yang telah menolong gadis itu lolos dari noda.
Sebagai seorang gadis. Si Soat Ang jadi diam seribu
bahasa meskipun hatinya amat gusar setiap kali teringat
akan peristiwa itu.
Terdengar Tonghong Loei berkata kembali
"Nona Si kau tentu rindu padaku bukan? maka sengaja
datang ke perkampungan Jiet Gwat Cung untuk mencari
aku, benar bukan? kita berdua bisa saja teruskan jodoh kita
yang dahulu, dengan demikian nonapun tak usah selalu
merasa kecewa akan peristiwa yang lampau"
Makin lama Si Soat Ang semakin gusar ia membentak
keras, pergelangannya berputar dan tahu2 sudah
melancarkan sebuah serangan kedepan.
Tonghong Loei bukan manusia bodoh, tentu saja ia
sadar bahwa pihak lawan segera akan dibikin gusar dan
melancarkan serangan kepadanya selesai mendengar
ucapan itu maka ia sudah bikin persiapan.Baru saja Si Soat Ang menggerakkan badannya, ia sudah
putar badan nyelonong kesebelah kiri gadis itu, gerakan
tubuhnya sangat cepat.
Si anak muda itu cepat, Si Soat Ang lebih cepat iapun
ikut berputar seraya melancarkan serangan kearah depan,
angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra, menekan tubuhnya berat2.
Diam2 Tonghong Loei merasa terperanjat ia baru sadar
bahwa kepandaian gadis itu telah mencapai puncaknya.
Buru2 ia mengepos napas dan meloncat ke tengah udara.
Si Soat Ang tersenyum, ia geli melihat gerakan sianak
muda itu berada didaratpun belum tentu bisa terima
serangannya apalagi separuh badan berada ditengah udara ?
Tetapi pada saat itulah tiba2 ia jumpai dari tangan
Tonghong Loei tiba2 menyambar datang serentetan cahaya
ke-perakaan.
"Nona Si. cepat menyingkir ke samping !" jerit Tonghong
Pek memberi peringatan.
Kiranya Tonghong Loei telah menyebarkan jaring emas
milik ibunya Kiem Lan hoa, sebagai seseorang yang pernah
menyaksikan sendiri keampuhan jaring tersebut, sekilas
pandang Tonghong Pek segera kenali kembali maka ia
lantas berteriak beri peringatan.
Si Soat Ang sendiri walaupun tidak tahu benda apakah
itu tetapi menyaksikan cahaya ke-perak2an itu segera
menyebar dan mengurung tubuhnya ia merasa terperanjat,
sadarlah gadis ini bahwa cahaya tersebut berasal dari sejenis
senjata yang luar biasa.
Dengan cepat badannya menutul permukaan tanah dan
menyingkir kesamping dengan gerakan secepat kilat.Sedetik kemudian jaring tadi dengan dahsyatnya
mengurung kearah bawah dan mengenai sasaran kosong.
Tonghong Loei terperanjat, buru2 pergelangannya
menggetar menyentak kembali jaring emasnya.
Waktu itulah, Si Soat Ang menyusup kebelakang
punggungnya.
Merasakan datangnya segulung angin tajam mengancam
di punggungnya, Tonghong Loei terperanjat, dalam
keadaan gugup jaringnya segera dijaring keatas kepalanya.
Serentetan cahaya ke-perak2an meluncur melewati
kepala Tonghong Loei menyambar ke belakang dimana Si
Soat Ang berdiri tetapi suatu kejadian diluar dugaan
kembali berlangsung pada detik terakhir tiba2 gadis itu
meloncat mundur kebelakang.
Dengan demikian jaring tadi bukannya mengurung
tubuh lawan sebaliknya malah mengurung seluruh
badannya dengan kencang.
Hal ini membuat Si Soat Ang yang menyaksikan jadi
tertawa geli sampai terbahak2.
"Tonghong Tongcu jurus ini mungkin dinamakan
menyebar jaring mengurung sendiri, bukan begitu ?"
jengeknya.
Tonghong Loei amat rikuh, wajahnya merah jengah
semakin diejek ia berusaha meronta semakin keras, siapa
sangka makin bergerak jaring itu mengurung makin
kencang dan gelak tertawa Si Soat Ang pun semakin keras.
Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei merasa
gusar bercampur benci, tanpa memperdulikan jaring
tersebut masih mengurung kepalanya, ia putar badan dan
melarikan diri.Si Chen tertegun menyaksikan keadaan suaminya, ia
berseru menyapa namun tak digubris terpaksa iapun ikut
kaburkan kudanya menyusul sianak muda itu.
Delapan iblis tanpa tandinganpun tidak berani lebih lama
lagi disana, semua jago sama2 putar kuda dan melarikan
diri ter-birit2 kearah perkampungan Jiet-Gwat-Cung.
Menyaksikan peristiwa itu Si Soat Ang tidak mengejar
lebih jauh ia tertawa terbahak2 dengan riangnya.
"Mari kita kejar mereka biar ketakutan dan ter-kencing2
!" ajaknya.
Tonghong Pek sendiripun kegirangan setengah mati, ia
mengangguk.
"Nona Si tak nyana ilmu silatmu sedemikian lihay
hingga berhasil mencapai pada puncaknya kau tahu jaring
tersebut adalah milik istri kedua dari Tonghong Pacu,
kauwcu dari perkumpulan Thian-li Kauw di wilayah
Biauw, Kiem Lan Hoi adanya, bahkan Tonghong Pacu
sendiripun sulit loloskan diri dari jaring itu tak nyana kau
berhasil menghancurkannya."
Si Soat Ang tertawa ia naik keatas punggung kuda lalu
melirik sekejap kearah Tonghong Pek, ujarnya.
"Tidak sedikit persoalan dunia persilatan yang berhasil
kau ketahui, sungguh hebat !"
Tonghong Pek membungkam, ia cuma bisa menghela
napas panjang.
Kembali gadis itu menatap sianak muda she Tonghong
tajam2, tiba2 ujarnya kembali.
"Kau . . kau . . bagaimanapun juga aku merasa pernah
berjumpa dengan dirimu bukankah begitu ?""Kita . . kita sih pernah bertemu satu dua kali" jawab
Tonghong Pek dengan hati terperanjat. "Tetapi nona Si
tentu tidak akan teringat akan diriku kembali."
"Ooouw . . begitu !" gadis inipun tidak bertanya lebih
jauh.
Beberapa saat kemudian Tonghong Pek merasa hatinya
jauh lebih tenang, ia balik bertanya.
"Nona Si, kau . . mengapa kau bisa merasa kenal dengan
diriku ?"
"Aku merasa agaknya kau mengetahui se-gala2nya
tentang diriku baik kejadian tempo dulu maupun sekarang,
kau se-olah2 sudah sangat kenal dengan diriku !"
Tonghong Pek terperanjat, ia tidak berani banyak bicara
lagi takut rahasianya semakin terbongkar.
Demikian kedua ekor kuda itu segera dilari kan secepat
kilat kearah depan dalam sekejap mata sudah tiba didepan
perkampungan Jiet Gwat Cung, pada saat itulah dari balik
perkampungan berkumandang suara genta yang di pukul
bertalu2, suaranya keras sangat memekikkan telinga.
Bersamaan dengan bergetarnya suara genta tersebut,
pintu tengah terbuka lebar dan dari balik perkampungan
pun muncul rombongan manusia.
Mereka semua menunggang kuda, setelah tiba diluar
pintu rombongan tadi memecah diri jadi dua bagian dan
masing2 berdiri disamping, dua orang yang berada dipaling
depan mencekal sebuah panji besar yang bertulisan kata2.
"Boe Tek Bengcu!"
Si Soat Ang segera tarik tali les kudanya, ia berkata.
”Mari kita lihat, permainan apakah yang hendak mereka
tunjukkan!""Agaknya Tonghong Pacu telah munculkan diri."
"Ia sambut sendiri kedatangan kita?"
"Nona Si" ujar Tonghong Pek sambil larikan kudanya ke
samping gadis itu.
"Walaupun ilmu silatmu sangat lihay, tetapi Tonghong
Pacu adalah seorang manusia yang banyak akal dan licik
lagipula jumlah mereka sangat banyak, lebih baik kau
bertindak hati2."
"Apa gunanya orang berjumlah banyak? asal ada jago
yang lihay urusan akan lain, kita berdua boleh saja bekerja
sama, aku rasa Tonghong Pacu tidak akan berani pandang
enteng diri kita."
Dalam pada itu setelah suara genta berlalu kini disusul
munculnya bocah perempuan dengan memakai baju warna-
warni, mereka terdiri dari dua orang rombongan yang
berjalan dengan rapi, ditangan mereka membawa pelbagai
jenis alat musik dan mengalunkan irama lagu yang indah
menawan. . .
Kemudian dibelakang rombongan itu mengikuti dua
ekor kuda, diatas kuda duduklah seorang lelaki dan seorang
wanita, mereka bukan lain adalah Tonghong Pacu dan
Kiem Lan Hoa.
"Nona Si, sudah lama kita tidak berjumpa!" terdengar
Tonghong Pacu menyapa dengan penuh senyuman.
"Benar, sudah lama kita tak berjumpa "
Kalaupun selisih jarak mereka berdua masih ada
beberapa tombak, namun sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam bagaikan dua bilah pisau tajam
menusuk seluruh tubuhnya.Diam2 Si Soat Ang bergidik, namun dengan cepat ia
menghibur diri, pikirnya.
"la tidak berani bergebrak melawan aku, buat apa aku
harus jeri kepadanya."
Dalam pada itu sembari memperhatikan diri Si Soat
Ang, Tonghong Pacu berkata kembali.
"Banyak tahun kita tak berjumpa, aku dengar ilmu silat
dari nona Si telah memperoleh kemajuan pesat?"
"Kurang ajar. . . tua bangka ini." pikir Si Soat Ang, "ia
bukannya mengatakan ilmu silatku maju pesat, sebaliknya
masih ditambahi pula dengan kata aku dengar! Hmm! jelas
ia masih pandang enteng diriku . . ."
Mendongkol juga gadis ini, seraya sahutnya.
"Aaah tidak terhitung seberapa, aku cuma melatih isi
kitab dari Sam Poo Cin Keng secara kesasar selama setahun
!"
Mula2 ketika Tonghong Pacu mendapat laporan yang
mengatakan Si Soat Ang lihay bahkan merobohkan pula
batu peringatan yang besar dan berat ditambah pula ia
berada ber sama2 simanusia aneh. Tonghong Pacu mengira
kesemuanya ini atas jasa dari simanusia aneh. Sebab ia tahu
kepandaian silat dari Si Soat Ang tak seberapa lihay.
Tetapi sekarang setelah berjumpa sendiri dengan gadis
itu ia baru sadar bahwa tenaga lweekangnya amat
sempurna, semakin terperanjat lagi setelah mengetahui
bahwa kemajuan ini berkat berlatih dengan petunjuk kitab
Sam Poo-Cin Keng.
Dasarnya Tonghong Pacu memang licik dan banyak
akal, dengan cepat ia merubah rencana semula, ujarnya."Waah . . kalau begitu bagus sekali, nona Si mengapa
tidak masuk kedalam perkampungan dan bicara dulu ?"
"Tentu saja bagus sekali" sahut Si Soat Ang kegirangan,
"Hanya saja aku takut anak buahmu masih menaruh rasa
permusuhan dengan diriku !"
"Asal aku tidak menaruh rasa permusuhan dengan
dirimu, inilah yang penting !"
Tiba2 Kiem Lan Hoa yang berdiri disisinya membentak
keras.
"Tunggu sebentar!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat, ia ingin
mengumbar hawa amarahnya tetapi segera dibatalkan
niatnya itu.
"ilmu silatmu sudah mencapai pada puncaknya?"
terdengar Kiem Lan Hoa menjengek. "Benarkah begitu?
tetapi sebelum kau masuki perkampungan Jiet Gwat Cung
ini, terimalah dahulu tiga buah serangan."
Si Soat Ang tertegun, namun dengan cepat sudah tertawa
kembali.
"Siapa kau?" ia bertanya. "Bukankah Boe Tek Bengcu
sudah ijinkan aku masuk kedalam perkampungan apa
hakmu untuk keputusan-nya?"
Dasarnya air muka Tonghong Pacu sudah berubah hebat
mendengar ucapan ini ia semakin marah, dengan perasaan
tidak puas ia mendengus berat. Agaknya Tonghong Pacu
merasa tidak senang hati karena maksudnya dihalangi oleh
Kiem Lan Hoa.
OOodwOOBAB 21
TAMPAK Kiem Lin Hoa dengan mata melotot
berteriak.
"Apa gunanya kau bicara tak berguna, terima dulu tiga
seranganku ini !"
Disamping pusatkan perhatiannya untuk menghadapi
lawan, Si Soat Ang pun tak mau hilangkan kesempatan baik
ini untuk mengejek dan menggusarkan Tonghong Pacu,
sebagai seorang gadis cerdik setelah meninjau situasi pada
saat ini, ia sadar sekalipun perkataan macam apapun yang
diutarakan Tonghong Pacu tidak akan menyalahkan dia,
sebaiknya akan gusar terhadap diri Kiem Lan Hoa.
Maka dari itu segera ujarnya kembali:
"Ooouw ! sekarang aku paham sudah, ternyata dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung walaupun cuma ada
seorang Boe-Tek-Bengcu, tetapi dalam kenyataan masih ada
seorang Beng cu yang lebih hebat lagi, Tonghong sianseng !
kehebatanmu dalam hal ini benar2 tiada kedua nya dalam
kolong langit !".
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan,
semua orang jadi kuatir dan ngeri, mereka bisa bayangkan
apa yang bakal terjadi semisalnya gembong iblis ini sampai
naik pitam.
Pada saat itulah terdengar Kiem Lan Hoa meraung
gusar, teriaknya:
"Jurus pertama !".
Lengannya segera dibentang kedepan serentetan cahaya
ke-perak2an yang amat besar segera menyebar keseluruh
angkasa, sebuah jaring yang amat besar dengan cepat
mengurung batok kepala Si Soat Ang.Jaring ini bukan lain adalah jaring yang di gunakan
Tonghong Loei untuk menghadapi Si-Soat Ang tadi, hanya
saja berada dalam permainan Kiem Lan Hoa. kehebatan
semakin mengerikan.
Dimana jaring besar itu menyambar kebawah desiran
angin tajam menderu2 dan memekikkan telinga,
kehebatannya sukar dilukiskan dengan kata2.
Walaupun Si Soat Ang sudah bikin persiapan namun ia
tak sangka apa bila serangan dari Kiem Lan Hoa sudah
mengurung seluruh tubuhnya, Gadis ini sadar seandainya ia
sampai terbungkus didalam jaring, itu niscaya rencananya
bakal hancur berantakan
Pada detik yang terakhir. Si Soat Ang menjerit keras
tiba2 badannya roboh telentang kebelakang, gerakan
tubuhnya sangat aneh dan boleh dikata gerakan tersebut
hanya terdapat dalam kitab Sam Poo Cin Keng belaka.
"Braak . . , " daya bantingan tersebut amat besar,
melebihi seribu kati. seketika itu juga muncullah sebuah
liang kecil diatas tanah dan badan gadis itu pun tepat
terjerumus dalam liang tadi sehingga lenyap dari
permukaan tanah.
Kiem Lan Hoa kegirangan ia menyangka jaringan
tersebut kali ini pasti berhasil mengurung mangsanya
sekalipun pihak lawan telah jatuhkan diri keatas tanah,
lengannya segera dibentang hingga mencapai permukaan
tanah lalu digetar dan ditariknya kedalam.
Siapa sangka jaring itu tetap ringan, tubuh Si Soat Ang
sama sekali tak berhasil dihalau-nya dengan senjata
tersebut.
Saat inilah Kiem Lan Hoa baru merasa terperanjat, ia tak
sangka jaringnya mengenai sasaran kosong, sebab menurutperkiraannya jangan dikata manusia, sekalipun seekor ular
kecilpun tak bakal lolos dari kurungan jaring tersebut.
Menggunakan kesempatan dikala Kiem Lan Hoa masih
berdiri tertegun dengan gagalnya serangan itu Si Soat Ang
meloncat bangun dari dalam liang yang dibuatnya sendiri
itu sepasang telapak bergerak berbareng melancarkan dua
buah serangan berantai.
Serangan itu datangnya sangat cepat sukar dilukiskan
dengan kata2 Kiem Lan Hoa jadi terperanjat buru2 ia
bekelit kesamping coba mengelak dari ancaman tersebut.
Tetapi terlambat ! Bruuuk ! serangan itu dingin telak
bersarang dibawah iga Kiem Lan Hoa membuat perempuan
itu berteriak keras.
Bersamaan dengan teriakan tersebut tubuhnya terhuyung
mundur kebelakang dan ayun telapaknya siap melancarkan
serangan lagi.
Tetapi ia sudah terluka dalam, tak bisa di cegah lagi
darah segar menyembur keluar dari mulutnya, badannya
mundur sempoyongan dan akhirnya roboh terjengkang
keatas tanah.
Melihat sasarannya roboh Si Soat Ang kegirangan
setengah mati, ia segera bersuit nyaring.
Tonghong Pacu sendiripun diam2 merasa terperanjat,
dari kepandaian yang diperlihatkan Si Soat Ang barusan, ia
dapat tarik kesimpulan bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis
itu benar2 luar biasa sekali.
"Eeei . . mengapa kau. . kau tidak balaskan sakit hatiku!"
Terdengar Kiem Lan Hoa menjerit lengking, ucapan itu
jelas ditujukan kepada diri Tonghong Pacu.Gembong iblis itu melirik sekejap ke arah Kiem Lan
Hoa, sebagai seorang yang berpengetahuan luas hanya
sekilas pandang saja ia dapat melihat wajah luka dalam
yang sangat diderita Kiem Lan Hoa sangat parah sekali,
dalam setahun belum tentu bisa pulih kembali seperti sedia
kala, lagipula setelah sembuhpun belum tentu tenaga
lweekangnya bisa pulih seperti sedia kala.
Ternyata dalam kenyataan selama ini Tong-hong Pacu
selalu mengalah karena ia rada jeri dengan ilmu silat yang
dimiliki Kiem Lan Hoa, terutama sekali jaringnya yang luar
biasa. Kini setelah ia saksikan perempuan itu terluka parah,
rasa jeri itupun seketika lenyap tak berbekas.
Mendengar teriakan itu, bukan saja ia tidak turun tangan
malahan sambil mendengus jengeknya:
"Bukankah aku sudah bilang, silahkan nona Si masuk ke
dalam perkampungan Jiat-Gwat Cung untuk bercakap2,
tapi kau tidak mau tahu dan anggap kepandaian silatmu
paling lihay, sekarang apa jadinya setelah berduel melawan
nona Si ?. setelah menderita rugi apa yang harus kita
bicarakan lagi."
Ketika menyaksikan Tonghong Pacu tetap berdiri
ditempat semula walaupun ia sudah menggeletakan di atas
tanah, Kiem Lam Hoa sudah merasa mendongkol, apalagi
setelah mendengar ucapan itu. hampir-hampir saja ia tidak
percaya dengan telinga sendiri.
"Apakah yang kau kata kan?" teriaknya.
"Kau sendiri tidak tahu diri dan cari malu buat diri
sendiri. kau hendak salahkan siapa lagi?" jengek Tonghong
Pacu.Sepanjang hidup belum pernah Kiem Lan Hoa dihina
orang apalagi di ejek oleh Tonghong Pacu yang seharusnya
membantu dia, hawa amarah tak dapat dibendung lagi.
Ia berteriak aneh kemudian menubruk kedepan dengan
ganasnya.
Tindakan ini berada diluar dugaan semua orang, tak
nyana setelah terluka parah ia masih sanggup menubruk
kedepan, Tetapi sayang sekali sebelum tubuhnya berhasil
menubruk Tonghong Pacu ia sudah roboh kembali keatas
tanah, darah segar menyembur keluar semakin deras lagi
dari mulutnya.
Dikala tubuh Kiem Lan Hoa terbanting ke-atas tanah,
tampak dua sosok bayangan manusia ia meluncur datang
seraya berseru.
"Majikan !"
Gerakan tubuh kedua orang itu sangat cepat sekali,
ketika mereka tiba disisi Kiem Lan Hoa majikannya itu
sudah menggeletak dengan napas empas-empis, walaupun
tidak sampai pingsan namun tenaganya sudah punah sama
sekali.
Dua orang yang tiba pada saatnya itu bukan lain adalah
Thay-Kiem serta Thay-Gien, dengan wajah cemas kedua
orang itu berseru.
"Majikan kenapa kau ? kenapa kau ?"
Kiem Lan Hoa tidak menjawab sebaliknya sambil
menatap wajah Tonghong Pacu serunya.
"Bagus.. bagus sekali Tonghong Pacu, bagus sekali !"
Tonghong Pacu tidak malu disebut manusia paling licik
di kolong langit, saat ini ia masih menghibur Kiem Lan
Hoa dengan kata2 yang manis."Niocu menang kalah adalah kejadian biasa, setelah
terluka baiklah beristirahat, jangan terlalu gusar, Thay-
Kiem Thay-Gien cepat payang majikan kalian untuk
beristirahat !"
Ucapan ini semakin menggusarkan Kiem Lan Hoa, ia
berteriak keras setelah muntah darah kembali teriaknya
sambil meronta.
"Thay-Kiem, Thay-Gien ayoh kita berangkat !"
"Baik, baik majikan, kita hendak kemana?"
"Pulang kewilayah Biauw, apakah kita harus berada
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung lebih lama, ayoh
cepat payang aku dan segera berangkat !"
"Niocu apa perlunya kau berbuat demikian?" seru
Tonghong Pacu.
Tetapi ia hanya berkata dan sama sekali tidak mencegah,
Thay-Kiem serta Thay Gien pun segera memayang tubuh
Kiem Lan Hoa dan berlalu dari sana.
Menanti bayangan tubuh diri Kiem Lan Hoa sudah
lenyap dan pandangan, Tonghong Pacu baru merasa
hatinya lega, ia segera tertawa terbahak2 dan pungut
kembali jaring tersebut, kemudian ujarnya.
"Cekcok diantara suami istri sudah merupakan suatu hal
yang jamak, harap nona Si jangan mentertawakan !"
Semua peristiwa itu dapat disaksikan oleh Si Soat Ang
yang berdiri disamping kalangan, hatinya benar2 sangat
gembira sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, dengan
adanya peristiwa itu maka ia dapat membuktikan bahwa
dalam pandangan Tonghong Pacu dia jauh lebih penting
daripada Kiem Lan Hoa."Tonghong sianseng kau terlalu merendah !" seru Si Soat
Ang sambil tertawa.
"Nona Si, jauh2 datang kemari tentu kau sudah lelah
bukan" kata Tonghong Pacu sambil tertawa, "Asal kau ada
maksud untuk ajak berkelahi, aku pasti akan melayaninya
tetapi ilmu silat dari nona Si sudah peroleh kemajuan pesat
seandainya kita benar2 bergebrak maka peristiwa ini tentu
luar biasa sekali, bagaimana menurut pendapat nona Si ?
benar bukan?"
"Tentu saja, tentu saja, tentang soal ini Tong hong
sianseng bisa atur per-lahan2!"
"Kalau begitu silahkan !"
"Silahkan !"
Tonghong Pacu kebaskan ujung bajunya dua rombongan
bocah laki dan perempuan itu segera mulai membunyikan
alat musiknya kembali, ditengah mengalunnya irama
merdu, Si Soat Ang naik keatas kuda dan masuk kedalam
perkampungan diiringi Tonghong Pacu sebagai penunjuk
jalan.
Sepanjang perjalanan mereka dihormati oleh seluruh isi
perkampungan yang berada disepanjang jalan, suasana
penuh diliputi oleh keheningan serta kewibawaan.
Si Soat Ang yang duduk diatas kuda merasa amat bangga
sekali, mereka langsung bergerak menuju kesebuah
halaman yang indah, mentereng dan megah sekali.
"Sahabat Pek, bagaimana menurut pendapatmu ?" bisik
Si Soat Ang tiba2.
"Nona Si, tak kusangka ilmu silatmu telah mencapai
taraf sedemikian hebatnya, dalam satu jurus telah berhasil
mengalahkan Kiem Lan Hoa, dengan berlalunya Kiem LanHoa berarti Tonghong Pacu telah kehilangan seorang
pembantu yang diandalkan, kejadian ini benar2 merupakan
suatu keberuntungan bagi dunia persilatan".
"Akupun hendak menetap dalam perkampungan Jiet-
Gwat-Cung ini, akan kulihat apa yang hendak ia lakukan
terhadap diriku !".
"Nona Si, apa. . apa maksudmu berkata demikian ?" seru
Tonghong Pek setelah tertegun beberapa saat.
Si Soat Ang tidak menjawab, ia kembali bertanya:
"Sahabat Pek, menurut pendapatmu berani tidak dia ajak
aku berduel ?"
"Hmm ! seandainya ia bermaksud ajak kau berduel maka
sejak semula ia sudah turun tangan, tetapi sekarang ia tentu
akan mencelakai dirimu secara diam2, kau harus hati2
menjaga diri."
Ucapan ini seketika juga membuat Si Soat Ang tertegun,
tapi dengan cepat ia telah menggeleng.
"Aih tidak mungkin, tidak mungkin ia berani mencelakai
diriku, ia tentu sedang berpikir bagaimana caranya untuk
menarik aku menggabungkan dengan dirinya dan dalam
perserikatan ini menduduki jabatan yang tinggi.
Hmm! Hmmm! kalau ia beri jabatan wakil Bengcu
kepadaku, memandang diatas wajahnya sebagai seorang
manusia penting dalam dunia persilatan aku bisa sudahi
persoalan ini sampai disini."
Tonghong Pek jadi terbelalak dengan mulut melongo, ia
tidak sangka setelah kehilangan Kiem Lan Hoa sekarang
muncul kembali Si Soat Ang yang lihay, untuk beberapa
saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Si Soat Ang bangun berdiri, ujarnya."Sahabat Pek. aku ingin pergi beristirahat lebih baik kau
jangan terlalu jauh meninggal diriku seperti yang kau
katakan kemungkinan Tonghong Pacu hendak mencelakai
kita, dengan demikian kitapun bisa saling bahu membahu"
"Baik !" Tonghong Pek mengiakan sambil bangun berdiri
pula dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Dalam pada itu setelah Si Soat Ang serta Tonghong Pek
berlalu dari ruangan untuk beristirahat, Tonghong Loei
menyingkap horden dan berjalan masuk, wajahnya kucal
dan kesal.
"Ayah bagaimana dengan ibu ?" tanyanya, Kiranya
peristiwa yang terjadi diluar perkampungan Jiet-Gwat-Cung
telah disampaikan seseorang kepada Tonghong Loei.
"Kau kemarilah !" kata Tonghong Pacu segera
menggape.
Tonghong Loei jalan mendekat, Tonghong Pacu segera
menggandeng tangannya berjalan ke luar lewat beberapa
halaman dan tiba di suatu tempat yang tersembunyi, waktu
itulah ia baru menjawab.
”Bocah. ibumu dengan membawa luka telah berlalu..."
"Mengapa kau tidak turun tangan membantu dirinya ?"
Tanya Tonghong Loei dengan alis berkerut, nadanya sangat
dingin.
"Siapa yang bilang aku tak ada hasrat untuk turut
tangan? tetapi aku tidak punya keyakinan untuk menangkan
dirinya. Aaai . . . ilmu silat yang terdapat dalam kitab
pusaka Sam Poo Cin Keng betul2 luar biasa sekali"
Sepasang alis Tonghong Loei, berkerut kencang,
sepasang matanya berkedip dan menatap wajah ayahnya
tajam2, lama sekali ia baru berkata."Apa yang kau ucapkan benar2 atau bohong?"
"Apa maksudmu berkata demikian?" tegur Tonghong
Pacu dengan air muka berubah membesi.
Dalam hati Tonghong Loei sudah menaruh curiga
bahwa kejadian itu adalah suatu kesengajaan, namun
menyaksikan perubahan air muka ayahnya anak muda ini
merasa hati bergidik, ia tidak berani bertanya lebih jauh,
buru2 ujarnya.
"Maksudku dengan demikian gerak-gerik kita apa bukan.
. . bukankah tidak leluasa ?"
Tonghong Pacu tidak menjawab, sambil bergendong
tangan ia berjalan bolak balik dalam ruangan, Tonghong
Loei pun dapat melihat ayahnya sedang merasa bingung
dan otaknya kalut, terbukti setiap langkahnya meninggalkan
bekas kaki yang sangat dalam diatas ubin.
Tonghong Loei menunggu beberapa saat lagi melihat
ayahnya belum juga berhenti, tak sabar lagi ia bertanya.
"Lalu kedudukan kami . . . "
Belum habis ia berkata, seolah2 secara mendadak
Tonghong Pacu telah teringat akan sesuatu, ia angkat
kepala, berhenti dia memandang putranya tajam2.
"Loei-jie?" ia menegur. "Bagaimana hubunganmu selama
waktu mendekat ini dengan Si Chen?"
Tonghong Loei tertegun, dia cerdik namun untuk sesaat
tak dapat menebak apa maksud Tonghong Pacu
mengajukan pertanyaan tersebut kepadanya, tapi ia tahu
pertanyaan ini tentu mengandung maksud tertentu.
"Baik sekali" buru2 sahutnya.
"Seandainya aku turun tangan membinasakan dirinya,
bagaimana perasaanmu?""Apa... apa . . sebabnya ?" teriak Tonghong Loei dengan
nada terperanjat "Kami berdua hidup rukun dengan penuh
kebahagiaan, aku ingin hidup berdampingan sampai akhir
hayat, mengapa kau hendak membinasakan dirinya?"
"Tidak sulit bagi kalian berdua untuk hidup rukun dan
bahagia sampai akhir hayat, tetapi sayang kedudukan kita
sebagai Bengcu tiada tandingan dalam waktu singkat akan
ludas dan hancur berantakan !"
Dasarnya Tonghong Loei seorang pemuda cerdik,
setelah mendengar perkataan itu dan putar otak sebentar ia
segera dapat meraba apa yang sedang dipikirkan Tonghong
Pacu pada saat ini.
Sepasang matanya kontan terbelalak lebar, mulutnya
melongo dan untuk beberapa saat lamanya tak sepatah
katapun sanggup diutarakan, dalam hati ia merasa terkejut,
tercengang, marah dan pelbagai perasaan lain sehingga
tanpa sadar badannya mulai gemetar keras.
Lama sekali ia baru berseru.
"Ayah kau . . kau . ."
"Tidak salah, aku rasa kau tentu bisa memahami
maksudku bukan." tukas Tonghong Pacu sambil tersenyum.
"Dahulu bukankah kau menaruh hasrat yang amat besar
terhadap diri Si Soat Ang ? mengapa harus terkejut macam
begini ??"
Saat ini Tonghong Loei sudah memahami maksud
ayahnya, ia hendak membunuh Si Chen agar dirinya pergi
mengejar Si Soat Ang dan kawin dengan gadis itu.
Dengan terikatnya hubungan ini, maka Si Soat Ang tidak
akan menyulitkan Tonghong Pacu lagi sebagai Bengcu
tanpa tandingan bukan saja tidak menyulitkan bahkan dia
merupakan seorang pembantu yang paling dahsyat.Diam2 Tonghong Loei menarik napas panjang2, ia tahu
apa yang diucapkan ayahnya selalu dilakukan tanpa gagal,
tetapi ia tidak sudi mengorbankan istrinya, ia benar2
mencintai Si-Chen dengan segenap tenaga, ia tidak rela
istrinya dikorbankan demi terwujudnya ambisi Tonghong
Pacu.
Maka dari itu ia tak bisa berkutik lagi, kecuali berseru:
"Kejadian itu sudah lampau..."
"Tetapi menurut pengamatanku, Si Soat Ang jauh lebih
cantik dari pada tempo dulu"
"Tentang soal ini... tentang soal ini...".
Tonghong Loei gelagapan, ia cuma bisa goyangkan
tangannya berulang kali.
"Loei-jie ! pikirlah baik2 " ujar Tonghong Pacu kembali
dengan wajah serius. "Kita sudah membuang banyak tenaga
dan pikiran sehingga akhirnya berhasil mendapat hasil
seperti ini hari, sekarang sudah terlihat batas waktu setahun
telah lewat, maka kekuatan kita akan semakin besar, kita
sudah ber-siap2 menggempur seluruh partai besar,
seandainya pekerjaan ini harus hancur ditangan Si Soat Ang
seorang disaat yang paling kritis bukankah terlalu sayang
??"
"Aku tahu, tetapi kita masih punya cara lain untuk
menghadapi dirinya, perbuatannya membuat nona dalam
perkampungan Jiet-Gwat Cung serta mendorong roboh
batu peringatan tentu dengan cepat akan tersebar luas
diseluruh kolong langit, seumpama kita gunakan caramu
itu, bukankah kecemerlangan kita berdua akan punah dan
kita malu bertemu dengan orang lagi ??"
Mengetahui putranya menolak usul tersebut air muka
Tonghong Pacu berubah semakin mengerikan."Kalau kita tidak lakukan menurut caraku ini, apakah
kau punya cara lain yang lebih sempurna."
"Sekali tebas babat rumput ke-akar2nya, dari pada
tinggalkan bahan gurauan dimata orang lain" sahut
Tonghong Loei sambil menunjukkan gerakan membabat.
Tonghong Pacu segera tertawa dingin, "Kau anggap aku
tidak tahu cara itu? tetapi kau harus tahu, seandainya usaha
kita itu gagal maka melukis harimau tidak jadi dan
muncullah anjing!"
"Pepatah kuno mengatakan serangan terang2 an mudah
dielakan serangan menggelap sukar dihindari, serahkan saja
tugas ini kepadaku dan malam ini juga aku akan turun
tangan, seandainya gagal, aku bisa hadapi situasi tersebut
mengikuti keadaan nanti."
"Hmm! aku takut sampai waktunya untuk
menghindarkan diripun kau tidak sanggup?"
Tonghong Loei tertawa girang, diatas wajahnya terlintas
kebulatan tekadnya.
Melihat putranya tidak setuju dengan usul tersebut,
dengan hati kurang senang Tonghong Pacu segera ulapkan
tangannya.
"Kalau begitu pergilah untuk menjajal, jangan sampai
jiwamu melayang ditangannya !"
Dengan kepala tertunduk Tonghong Loei mengiakan
kemudian berlalu dari tempat itu.
Seorang diri Tonghong Pacu berjalan bolak balik dalam
ruangan itu, teringat hubungan yang erat antara Si Soat
Ang dengan Tonghong Pek, ia menghela napas panjang.
"Aaai, seandainya Tonghong Pek berada disini dan
iapun bisa diperintah seperti Tong-hong Loei, tidak sulitbagiku untuk mengatasi kesukaran ini, sayang seribu kali
sayang entah Tonghong Pek pada saat ini berada dimana?".
Dalam pada itu, setelah meninggalkan ruangan dengan
hati berat dan kepala tertunduk Tonghong Loei berjalan
kedepan, sepanjang perjalanan ia disapa orang namun
disambut dengan sikap acuh tak acuh.
Lama sekali ia berjalan akhirnya tibalah di suatu
ruangan, dari sisi tubuhnya muncul dua orang jagoan
menanti perintahnya.
"Tongcu kau ada pesan apa ?" terdengar kedua orang itu
menyapa Tonghong Loei berhenti, lalu tanyanya dengan
alis berkerut:
"Nona Si serta si manusia aneh itu tinggal di mana ?"
"Berada dalam halaman sebelah depan" jawab kedua
orang itu dengan suara lirih, "Kami sudah kirim delapan
orang jago yang memiliki ilmu meringankan tubuh paling
lihay untuk ber-jaga2 diempat penjuru tempat itu, menurut
laporan simanusia aneh itu tinggal dalam ruangan sebelah
dan nona Si pun telah memadamkan lampu."
"Bawalah aku kesana ?" ujar Tonghong Loei sambil tarik
napas panjang2.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian salah satu diantaranya bertanya.
"Entah Tongcu akan mendatangi tempat itu dengan cara
apa ? secara terbuka ataukah.."
"Tentu saja secara terbuka, bagaimanapun juga tidak
pantas kan kalau kita melakukan suatu tindakan dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung dengan sembunyi2"Kedua orang itu masih belum paham maksud ucapan
dari Tonghong Loei itu, tapi setelah atasannya berkata
demikian merekapun tidak berani membangkang lagi.
"Baik !" jawabnya hampir berbareng.
Demikianlah Tonghong Loei segera maju ke depan
mengikuti di belakang kedua orang itu, tidak lama
kemudian sampailah mereka didepan sebuah halaman.
"Disanalah " kata kedua orang itu.
Suara mereka amat lirih dan cuma Tonghong Loei
seorang yang mendengar meskipun secara lapat2.
Pada saat itulah dari dalam ruangan tiba2 berkumandang
suara dari Si Soat Ang.
"Siapa yang kasak kusuk ditempat luaran ? sepuluh orang
yang diluar halaman dan bergerak gerik mencurigakan telah
berhasil kutotok semua jalan darahnya apakah kalian
datang untuk mengambil orang2 itu ?"
Tonghong Loei tertegun, walaupun ucapan dari Si Soat
Ang itu tidak jelas tetapi Tonghong Loei mengerti gadis itu
sedang beritahu kepadanya bahwa orang yang mengawasi
dirinya di sekitar tempat itu telah dirobohkan semua
olehnya.
Dengan cepat otaknya berputar, lalu serunya.
"Nona Si, sungguh tajam pendengaranmu, aku datang
khusus untuk menyambangi nona Si !"
"Waktu begini kau datang berkunjung, apakah tidak
merasa bahwa kedatanganmu amat mencurigakan ?" jengek
Si Soat Ang sambil tertawa dingin.
Tonghong Loei tidak menjawab sambil tertawa kering ia
dorong pintu dan berjalan masuk.Tampaklah dua belas orang lelaki menggeletak simpang
siur didalam halaman, biji mata mereka berputar tiada
hentinya namun badan tak bisa berkutik barang sedikitpun.
Tonghong Loei pura2 tidak melihat adanya anak buah
perkampungan Jiet-Gwat-Cung roboh disana, dengan
langkah lebar ia lanjutkan perjalanannya menuju kedalam.
"Hmm . hmm . . apa maksudmu datang ke mari ?"
Terdengar Si Soat Ang menegur sambil tertawa dingin.
"Nona Si, kau adalah tamu terhormat dari
perkampungan Jiet Gwat Cung kami."
"Ucapanmu ini semakin bau seperti kentut" tukas gadis
itu sambil menjengek, "Kalau aku adalah seorang tamu
terhormat, mengapa kau utus begitu banyak orang untuk
celingukan macam pencuri kesiangan ?"
Tonghong Loei segera tertawa panjang.
"Nona Si hal ini tak bisa salahkan kami, seandainya
nona Si berdiam disini kemudian tiba2 kedatangan seorang
tamu ganas, apakah kau tidak bikin persiapan ?"
"Ooouw jadi aku adalah seorang tamu ganas ?" seru sang
gadis sambil tertawa terbahak2.
"Batu peringatan itu kami dirikan dengan kekuatan
gabungan tujuh belas orang jago lihay, tapi kemudian
berhasil kau robohkan, apakah perbuatanmu ini tidak cukup
ganas ? eei . . dimanakah sahabat Pek ? Kok tidak kelihatan
?"
Belum sempat Si Soat Ang menjawab, dari belakang
tubuhnya Tonghong Loei mendengar jawaban seseorang
dengan suara yang amat dingin.
"Aku berada disini !"Buru2 Tonghong Loei berpaling, tampaklah Tonghong
Pek tahu2 sudah berdiri dibawah pohon tidak jauh dan situ.
Diam2 Tonghong Loei bergidik juga, posisinya pada saat
ini sangat tidak menguntungkan dirinya. Si Soat Ang
berada didepan dan Tonghong Pek ada dibelakang,
seandainya ter jadi pertarungan maka ia bakal konyol . . .
"Nona Si" Tonghong Loei segera berkata sambil tertawa
"Sudah lamakah kau kenal dengan Tonghong Pek?"
"Tidak lama, baru saja perkenalan..."
"Kalau begitu sulit sekali cayhe ada beberapa patah kita
ingin disampaikan kepada nona Si tapi seandainya
Tonghong Pek ada disini maka . . maka hal ini kurang . ."
Si Soat Ang segera mengetahui maksud ucapannya, ia
angkat kepala dan berseru.
"Sahabat Pek, harap kau menyingkir sebentar, aku
hendak bercakap dengan Tonghong Tongcu."
"Tidak" dengan cepat Tonghong Pek menggeleng.
"Kalau ada perkataan katakan saja aku ingin turut
mendengarnya."
Air muka Si Soat Ang berubah, namun ia cuma
mendengus, sebab berada dalam keadaan seperti ini ia
masih membutuhkan bantuan dari Tonghong Pek untuk
bekerja sama dengan dirinya.
Pertanyaan ini membuat Tonghong Pek tertegun, tentu
saja ia tak dapat menjawab. "Sebab aku adalah Tonghong
Pek."
Beberapa saat lamanya ia membungkam kemudian,
serunya tergagap.
"Nona Si . . kau..."Si Soat Ang tidak menggubris dirinya lagi, sambil
tertawa dingin ia lantas berpaling ke arah Tonghong Loei.
Pada waktu itulah Tonghong Loei telah tertawa,
serunya.
"Ooouw . . kiranya nona Si sedang membohongi diriku,
aku lihat hubungan nona Si dengan sahabat Pek sudah
begitu erat dan rapat sekali! aku rasa hubungan kalian
sudah bukan hubungan biasa lagi?"
Merah padam selembar wajah Si Soat Ang tegurnya
kembali dengan suara berat.
"Sahabat Pek, aku ada persoalan hendak dibicarakan
dengan Tonghong Pacu."
Tentu saja Tonghong Pek pun dapat melihat bahwa Si
Soat Ang sudah mendongkol dan marah, tetapi ia tidak
berubah pendapat, ujarnya kembali.
"Aku tahu kalau kalian hendak bercakap2, maka aku
harus berada ditempat ini"
"Mengapa ?" teriak Si Soat Ang, ia mulai naik pitam.
"Tonghong Tongcu, silahkan masuk" katanya ia putar
badan dan masuk kedalam ruangan disusul Tonghong Loei
dari belakangnya.
Tonghong Pek tahu bahwa gadis itu sudah gusar, tapi ia
tetap nekad badannya bergerak dan tahu2 sudah
menghadang didepan pintu ruangan.
"Kau ingin berbuat apa?" tegur Si Soat Ang suaranya
keras dan penuh dengan nada gusar.
"Nona Si usia . . usiamu masih muda sedang dia . . dia
adalah seorang siauw-jien yang banyak akal, kau mudah
ditipu olehnya dengan adanya aku di sisimu maka
keadaanmu jauh lebih aman!"Tonghong Loei tidak mengharapkan ikut serta hadirnya
Tonghong Pek dalam ruangan tersebut, ia segera tertawa
dingin.
"ilmu silat yang dimiliki nona Si amat lihay
kepandaiannya boleh dikata sebanding dengan Bengcu,
Tonghong Pek kau berkata demikian bukankah sami artinya
sudah menganggap nona Si sebagai seorang bocah cilik?
hmm hmmm! ucapanmu ini telah merusak pamor dan
nama baik dari nona Si."
Ucapan ini memanaskan hati Si Soat Ang, wajahnya
segera berubah, dengan mata melotot sambungnya dingin,
"Sahabat Pek kau boleh legakan hati aku bukan seorang
bocah, tidak mungkin bisa ditipu dengan gampang !"
Tonghong Loei merasa amat gembira melihat
hasutannya menemui hasil, kembali ia berseru.
"Nona Si ditinjau dari perhatiannya yang begitu besar
terhadap dirimu, agaknya kalian . ."
Bicara sampai separuh jalan, sengaja ia berhenti, sebagai
seorang cerdik tentu saja Si Soat Ang dapat memahami
artinya.
Merah padam selembar wajahnya, ia semakin gusar
terhadap diri Tonghong Pek, tiba2 bentaknya.
"Kau mau pergi atau tidak ?"
"Tidak . ." jawab Tonghong Pek seraya menggeleng.
Tiba2 Si Soat Ang menggerakkan telapaknya
melancarkan sebuah serangan kedepan, gerakannya sangat
cepat laksana kilat dan tahu2 sudah tiba didepan mata.
Tonghong Pek terperanjat belum sempat ia berkutik Si
Soat Ang telah tarik kembali serangannya, agaknya ia tiadamaksud melukai si anak muda itu kecuali menggertaknya
belaka.
"Kalau kau masih juga tak mau pergi, maka seranganku
selanjutnya akan bersarang telak ditubuhmu !" ancamnya.
Sambil berkata ia tarik lengannya dan menarik kembali
serangan tersebut.
Sejak berjumpa dengan Si Soat Ang, Tonghong Pek
selalu mengenakan kain kerudungnya agar tidak sampai
terlepas dan membiarkan gadis itu menyaksikan wajahnya
yang mengerikan itu.
Tapi sekarang, ketika gadis itu menarik kembali
telapaknya, berdesirlah segulung angin tajam yang segera
menggulung kain kerudung itu.
Sebelum si anak muda itu sempat berkutik, Si Soat Ang
telah melihat akan wajahnya yang jelek itu tak kuasa ia
menjerit lengking kemudian mundur tiga langkah
kebelakang.
Ketika mundur kebelokan badannya sempoyongan
seakan2 hendak roboh terjengkang ke-atas tanah, ambil
kesempatan itu Tonghong Loei segera maju memayang
tubuhnya.
Dalam ketidak seperti ini tidak sempat lagi bagi Si Soat
Ang untuk mendorong Tonghong Loei, hatinya ketika itu
benar2 terkejut dan merasa sangat ngeri, ia tidak
menyangka orang yang selama ini bersama dirinya dan
selalu berada disisinya bukan lain adalah seorang manusia
kukoay yang berwajah mengerikan.
Mulutnya terpentang lebar, menanti sesaat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.Menyaksikan sikap dari gadis itu, Tonghong Pek segera
mengerti apa yang telah terjadi.
Peristiwa yang paling ditakuti selama ini akhirnya terjadi
juga, Si Soat Ang telah melihat wajah aslinya, tak ada
harapan lagi baginya untuk berada sama2 dirinya.
Teringat akan hal itu Tonghong Pek amat bersedih hati,
ia berdiri mematung dan sama sekali tak berkutik
Lama . . lama sekali, terdengarlah Si Soat Ang berteriak.
"Kau . . kau manusia atau setan ?"
Seraya berkata lengannya segera dipentang kedepan,
Tonghong Loei yang kebetulan berada disisinya pun merasa
segulung hawa murni yang sangat luar biasa menggulung
keluar, tanpa kuasa ia mundur dua langkah kebelakang,
seandainya ia tidak memiliki dasar ilmu silat yang lihay
niscaya ia sudah jatuh terjengkang keatas tanah.
Sementara itu Si Soat Ang telah ayun sepasang
telapaknya kedepan, Brak ! Brak ! dua gulung angin
pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan dengan
hebatnya.
Dengan telak dua buah serangan tadi bersarang diatas
tubuh Tonghong Pek, tidak ampun lagi bagaikan layang2
putus benang tubuhnya terlempar kearah keluar jauh2.
Kalau dibicarakan dari ilmu silat yang dimiliki
Tonghong Pek, tidak mungkin ia berada dalam keadaan
tidak becus seperti itu, tapi hatinya sedang sedih maka sama
sekali tiada tenaga perlawanan yang muncul dari dalam
tubuhnya.
Tubuh Tonghong Pek mencelat ketengah udara,
bergulingan sejauh dua tiga tombak dan akhirnya jatuh
keatas tanah.Setelah bangun berdiri, ia menghela napas panjang,
badanpun bergerak menuju kedepan, dalam sekejap mata
bayangannya telah lenyap.
Menanti Tonghong Pek sudah berlalu Si Soat Ang baru
tarik napas panjang, ia berpaling dan tanyanya.
"Sebenarnya dia seorang manusia atau setan?"
"Sulit dikatakan." jawab Tonghong Loei dengan hati
girang. "Setahun berselang manusia aneh itu pernah
munculkan diri satu kali, tetapi tak seorangpun tahu mahluk
macam apakah dia."
"Oooouw . . . sungguh tak kusangka sama sekali bahwa
selama ini aku telah berada bersama seorang manusia aneh
yang begitu menyeramkan . . ." Bisik Si Soat Ang sambil
tertawa getir.
"Menurut Bengcu, diwilayah Biauw terdapat sebuah pil
dari sejenis binatang beracun, apabila seorang menelan pil
tadi maka tenaga dalamnya akan peroleh kemajuan pesat
tetapi wajahnya pun akan berubah jadi sangat jelek,
contohnya macam orang aneh ini."
"Kalau begitu, dahulu. . si . . siorang aneh itu pun seperti
halnya dengan manusia biasa."
"Tentu saja, kemungkinan besar dahulu si manusia aneh
itu adalah orang yang kita kenal."
Dikejutkan oleh ucapan tersebut, selisih jarak Si Soat
Ang dengan Tonghong Loei pun semakin rapat, perkataan
itu membuat jantung gadis tersebut berdebar keras, sebab
beberapa kali ia sudah menaruh curiga kemungkinan besar
orang itu pernah berkenalan dengan dirinya tapi
penyelidikannya berulang kali tidak mendatangkan hasil,
sekarang ia makin yakin bahwa orang aneh itu
kemungkinan besar adalah kenalannya.Tetapi bagaimana pun curiganya Si Soat Ang ia sama
sekali tidak menyangka kalau si orang aneh itu bukan lain
adalah Tonghong Pek.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru berkata.
"Aah, tidak mungkin dia bilang dahulu hanya pernah
bertemu satu kali dengan aku sewaktu berada dibenteng
Thian It Poo,"
Mengungkap benteng Thian It Poo. Tong-hong Loei pun
ada bahan pembicaraan lagi, buru2 ia menjura dalam2
kepada gadis itu.
"Nona Si" katanya. "Sewaktu merawat luka didalam
benteng Thian It Poo aku belum pernah mengucapkan
terima kasih kepadamu, harap kau suka memberi maaf."
"Hmm kau tidak mengucapkan terima kasih akupun
sudah terima kasih pada langit dan bumi buat apa banyak
bicara yang tak berguna?"
Tonghong Loei tertawa.
"Nona Si anggap saja peristiwa diluar perbatasan adalah
kesalahanku, tetapi hal inipun tidak dapat salahkan diriku,
sebab kecantikan nona Si luar biasa, se-olah2 bidadari baru
turun dari kahyangan!"
Teringat peristiwa yang lalu dimana Tong hong Loei
hendak memperkosa dirinya, merah padam selembar wajah
Si Soat Ang tapi mendengar pujian tersebut ia pun merasa
sangat gembira.
Dalam pada itu Tonghong Loei telah teringat kembali
akan perkataan dari Tonghong Pacu ayahnya minta ia
tinggalkan Si Chen untuk mendapatkan cinta dari Si Soat
Ang, kemudian memperistri sebagai istrinya rencana ini
boleh dikata sangat bagus sekali bagi masa depan merekadan Tonghong Loei yakin ia dapat melakukan tugas
tersebut.
Tetapi Tonghong Loei tak mau berbuat demikian, sebab
iapun punya perhitungan sendiri.
Pertama, ia mencintai Si Chen dengan ber-sungguh2, ia
tak mau meninggalkan gadis tersebut demi ambisi ayahnya
untuk tetap mempertahankan kedudukan Boe Tek Bengcu
nya.
Kedua, ia terbayang seandainya ucapan manis yang
diutarakan berhasil menyenangkan hati Si Soat Ang
sehingga gadis itu suka padanya dan kawin dengan dirinya,
maka dengan ilmu silatnya yang begitu tinggi serta
wataknya yang begitu manja, apakah ia bisa hidup bahagia
sepanjang masa?
Maka dari itu pandangan Tonghong Loei jauh berbeda
dengan pandangan ayahnya, ia lebih suka membinasakan Si
Soat Ang daripada melaksanakan rencana sesuai dengan
jalan pikiran ayahnya.
Dalam hati ia sudah punya rencana, asal ia berhasil
membinasakan Si Soat Ang lalu meng gantungkan jenasah
gadis itu diatas batu peringatan, maka penghinaan yang
dilakukan gadis itupun bisa dicuci dengan darahnya, nama
besar Boe Tek Bengcu pun dapat dipulihkan kembali
keangkerannya.
Maka melihat Si Soat Ang gembira dan kewaspadaannya
terhadap diapun berkurang diam2 ia sangat girang.
Kembali ujarnya.
"Nona Si, setelah kau tiba di perkampungan Jiet Gwat
Cung, meskipun tidak melakukan tindakan apapun,
perkampungan Jiet Gwat Cung kami pasti akan terjadi
kekacauan hebat.""Apa sebabnya?"
"Membicarakan dari kecantikan wajahmu yang mirip
bidadari turun dari kahyangan, apakah kau tidak berani
menjamin para jago yang banyak berkumpul dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung kami bakal saling berebut
untuk mendekati dirimu? Aku rasa mereka malah akan
bertarung sendiri untuk perebutkan dirimu? coba bayangkan
apakah situasi tidak akan kacau balau tidak keruan?"
"Oouw sungguh pandai kau merayu !" kata Si Soat Ang
sambil tertawa manis. "Pertemuan ini bukan merupakan
pertemuan kita untuk pertama kakinya, apakah sekarang
dengan dulu telah terjadi perubahan besar pada diriku!"
"Berbeda, tentu saja berbeda, sekarang ilmu silatmu
lihay, wajahmu cantik rupawan, mungkin kau adalah
wanita paling cantik dikolong langit dewasa ini!"
Si Soat Ang tertawa cekikikan saking girangnya.
"Sudah sudahlah, kau datang menengok diriku
sebenarnya ada urusan apa ?" katanya.
Sementara gadis itu masih tertawa kegirangan, diam2
Tonghong Loei telah ambil keluar sebatang jarum beracun
dari sakunya, jarum tersebut dua coen panjangnya yang
diletakkan sianak muda diantara jari tengahnya, gerak-
geriknya pun amat leluasa, jangan dikata Si Soat Ang
sedang kegirangan sekalipun berada dalam keadaan was2
pun belum tentu bisa temukan gerak geriknya itu.
Setelah menggenggam jarum beracun ditangan
Tonghong Loei mulai merasa tegang, ia tarik napas panjang
dan menjawab.
"Aku datang kemari tidak lain ingin menanyakan sesuatu
kepada nona Si, harap nona Si suka menjawab sebaiknya""Baik, apa yang ingin kau tanyakan ?"
"Bengcu suruh aku datang bertanya kepada nona Si, apa
keperluanmu datang ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung ?"
"Pertanyaan ini semakin menggirangkan Si Soat Ang,
sekali lagi ia tertawa ter-kekeh2, sebab ia merasa dengan
diajukannya pertanyaan tersebut oleh Tonghong Pacu dus
berarti gembong iblis itu tidak ingin bentrok secara
kekerasan dengan dirinya, dan jelas ia ada maksud bekerja
sama, hatinya tentu saja kegirangan setengah mati.
Tetapi sengaja Si Soat Ang berkata.
"Apakah kau masih belum tahu apa maksudku datang ke
perkampungan Jiet-Gwat-Cung ? aku datang untuk mencari
gara2."
"Nona Si kau adalah seorang gadis cerdik, datang ke
perkampungan Jit-Gwat-Cung untuk cari keonaran, aku
rasa bukan suatu tindakan dari seorang manusia cerdik."
"Baik mari kita bicara secara blak-2an, seandainya aku
tidak bikin keonaran bagaimana sikap kalian berdua ?"
"Bagus sekali, asal nona Si berkata demikian tentu saja
kami dapat merundingkan suatu cara kepadamu, aku segera
akan kembali untuk beri laporan kepada Bengcu agar dia
orang tua bisa datang dan merundingkan sendiri persoalan
ini dengan dirimu !"
Selesai berkata buru-2 Tonghong Loei berlalu, agaknya
se-olah2 ia sedang amat ter-gesa2.
Disinilah letak kelicikan Tonghong Loei, di tangannya ia
mencekal jarum beracun jelas dalam hatinya ada maksud
mencelakai Si Soat Ang, tetapi ia tik segera turun tangan
sebaliknya menunjukkan sikap se-olah2 hendak berlaludengan langkah tenang, agar orang semakin tidak menaruh
curiga.
Dua tiga langkah kemudian ia baru berhenti, tiba2
sambil putar badan serunya.
"Aah . . masih ada satu persoalan lagi, hampir2 saja aku
lupa !"
"Persoalan apa ?"
"Ada semacam benda, Bengcu ingin perlihatkan kepada
nona Si !"
Si Soat Ang masih ragu2 benda apakah yang hendak
diperlihatkan Tonghong Pacu kepadanya, pada saat itulah
Tonghong Loei sudah menggerakkan tangannya kedepan.
Tetapi pada saat yang bersamaan dibawah sorotan sinar
lampu Si Soat Ang temukan berkilatnya serentetan cahaya
biru diujung jari Tonghong Loei.
Sebenarnya Si Soat Ang berada dalam keadaan tidak siap
sedia, terhadap bokongan yang dilancarkan Tonghong Loei
boleh dikata tiada kesempatan lagi baginya untuk
menghindar.
Tetapi memang nasibnya belum ditakdirkan mati, dikala
Tonghong Loei hendak melancarkan serangan bokongan
itulah, ia temukan sinar pantulan berwarna biru diujung jari
si anak muda itu.
Meski pantulan tadi amat lemah namun cukup
memberikan peringatan kepada Si Soat Ang bahwa sisir
tersebut berisi dari ujung jarum yang tajam dan
mengandung racun amat jahat, badannya tergetar keras dan
segera mundur kebelakang.Pada detik yang bersamaan Tonghong Loei telah lepas
tangan, laksana kilat jarum tadi dengan memancarkan
cahaya biru meluncur kedepan.
Menyaksikan datangnya ancaman, buru2 gadis itu
menyingkir kesamping, tetapi sayang meski pun ia
menghindar dengan gerakan cepat, daya luncur jarum
beracun itu jauh lebih cepat, baru ia bergerak benda tajam
tadi sudah mengancam datang.
Walaupun begitu keadaan lumayan juga, jarum maut
yang mula-mula mengancam jalan darah penting diatas
dadanya, kini bersarang diatas bahunya.
Si Soat Ang segera merasakan bahunya jadi kaku,
hampir boleh dikata seluruh perasaannya lenyap tak
berbekas.
Tangannya segera menyambar kebahu, tapi ia bertambah
terkejut ternyata jarum yang ada dimaksud hendak dicabut
keluar tersebut kini sudah lenyap kedalam tubuhnya.
Bilamana jarum tadi tidak cepat2 dicabut ke luar, niscaya
benda itu akan menyerang kedalam badan dan
menghancurkan pembuluh darah yang berada disana,
sekalipun tidak mati paling sedikit ia bakal cacad seumur
hidup.
Apa lagi diujung jarum tersebut sudah dipolesi racun
yang amat keji, keadaan semakin mengerikan.
Si Soat Ang jadi terkejut bercampur gusar, tangannya
ber-turut2 menotok tiga buah jalan darah diatas bahunya,
yaitu jalan darah In-Bun. Cian-Ching serta Khie-hong tiga
tempat, gerakannya cepat lagi sebat.
Setelah ketiga buah jalan darah itu tertotok maka semua
perasaan sakit atau kaku jadi lenyap, tentu saja lengan itu
sendiripun tak dapat berkutik lagi.Tetapi demikianpun ada baiknya, jarum beracun yang
telah menyusup kedalam bahunya tak dapat bergerak lebih
kedalam dan merusak pembuluh2 darah disekitar sana.
Mula2 Tonghong Loei mengira serangannya pasti akan
bersarang telak, tapi setelah disaksikan gerakan gadis itu, ia
sadar bahwa serangannya meleset dan cuma melukai
bahunya belaka.
Rasa terperanjat yang dialami sianak muda itu tak
terkirakan lagi, dengan gagalnya ia membinasakan gadis
tersebut dus berarti telah mendatangkan bencana bagi
mereka.
Berada dalam keadaan seperti ini, ia tak dapat berpikir
panjang lagi, bajunya disingkap dan sebilah pedang lemas
sepanjang dua depa sudah dicabut keluar, pedang itu adalah
hadiah seorang siluman sakti dari laut Selatan.
Tonghong Loei putar pergelangan, pedang tersebut
disertai desiran angin tajam langsung menusuk kedepan.
Si Soat Ang baru selesai menotok jalan darahnya, tak
mungkin baginya untuk menangkis buru2 badannya
bergerak menghindar ke samping.
Siapa sangka ketika itulah serangan pedang yang mula2
menusuk kedepan telah tunjukkan perubahan, tiba2
arahnya berubah dan mengancam kiri kanan tubuhnya.
Pada saat ini Si Soat Ang benar2 teramat gusar, lengan
kanannya tak dapat bergerak, gerak gerikpun kurang lincah,
menyaksikan datangnya serangan amat gencar, sekali lagi ia
berkelit lalu mencabut keluar sebatang tusuk konde emas
dari rambutnya.
Dalam keadaan terdesak ia tak dapat mencabut senjata
lain kecuali tusuk konde emas itu, dengan membawadesiran tajam benda itu segera berkelebat kearah depan
menyambut datangnya serangan pedang lawan.
Tiing . . ditengah bentrokan nyaring, cahaya tusuk konde
emas itu tepat membentur di atas ujung pedang tersebut.
Walaupun terluka, tenaga dalam yang yang tersalur
keluar lewat tusuk konde emas itu masih amat luar biasa.
Tonghong Loei yang menyangka dalam serangan ini pasti
akan merebut kemenangan jadi sangat kaget ketika ia
saksikan senjatanya jadi melengkung dan badannya tergetar
keras oleh bentrokan tersebut sehingga mundur selangkah
kebelakang.
Pikiran kedua belum lewat, pedangnya yang melengkung
telah menggetar balik keasal semula, getaran ini cukup
keras membuat Tonghong Loei menjerit kesakitan,
pergelangannya jadi pecah, darah segar mengucur keluar
dengan derasnya dan pedang itupun tak sanggup dicekal
lagi, diiringi suara nyaring segera jatuh keatas tanah.
Rasa kaget dalam hati Tonghong Loei sukar dilukiskan
dengan kata2, dalam keadaan gugup ia masih sanggup
melirik sekejap kearah Si Soat Ang.
Tapi dengan cepat ia berteriak keras, bagaikan bertemu
dengan memedi ia putar badan lalu melarikan diri terbirit2.
Walaupun sangat cepat Tonghong Loei melarikan diri,
tapi Si Soat Ang tidak ingin lepaskan sianak muda begitu
saja, ia bersuit nyaring kemudian bagaikan seekor burung
elang menubruk kedepan.
Walaupun lengannya tergantung kebawah dan tak
berkutik namun telapak kirinya masih amat lihay, ketika
menubruk kebawah kelima jarinya dipentang lebar2 dan
menyertai pula desiran angin tajam.Tonghong Loei kaget, ia merasakan segulung hawa
tekanan yang besar menghantam datang, buru2 ia angkat
kepala, tampaklah bayangan jari Si Soat Ang tahu2 sudah
didepan mata.
"Nona Si..." teriak Tonghong Loei dengan amat
terperanjat.
Kata "Ampun" belum sempat diutarakan keluar,
pundaknya terasa sakit, kelima jari Si Soat Ang tahu2 sudah
mencengkeram erat2.
Ketika itu Si Soat Ang benar2 teramat gusar tenaga
dalam yang dikerahkanpun tidak tanggung2, begitu berhasil
mencengkeram diatas pundak lawan segera berbunyilah
gemeretukan yang amat nyaring, sekalipun Tonghong Loei
sudah kerahkan tenaga untuk melawan, tak urung ia merasa
kesakitan juga sehingga merasuk ke tulang sumsum.
Walaupun begitu Tonghong Loei masih merasa
beruntung sebab serangan ini hanya ditujukan keatas bahu,
seandainya kelima jari lawan bersarang diatas batok
kepalanya, niscaya selembar jiwanya sudah melayang sejak
semula.
"Nona Si.. " serunya kembali dengan napas terengah2
"Harap ku suka ampuni selembar jiwaku."
Dua kali teriakan keras Tonghong Loei serta suitan
nyaring Si Soat Ang telah menggemparkan perkampungan
Jiet-Gwat-Cong, dalam sekejap mata suasana disekitar sana
jadi gempar dan hiruk pikuk, entah berapa banyak orang
telah muncul sambil membawa obor bahkan ada puluhan
orang banyaknya mulai mengurung sekeliling tembok
pekarangan.
Sorotan cahaya obor menerangi seluruh penjuru dan
segala sesuatu yang terjadi dalam halaman itupun dapatkelihatan jelas, tampak air muka Tonghong Loei pucat pias
bagai mayat, keringat sebesar kacang kedelai mengucur
keluar tiada hentinya, keadaan si anak muda itu
mengenaskan sekali.
Menyaksikan keadaan tersebut, para jago jadi terkejut
bercampur bingung, mereka tak berani berkutik dan tak ada
yang berani meluruk kedepan, beberapa orang diantaranya
segera lari memberi laporan kepada Tonghong Pacu serta Si
Chen.
Si Soat Ang tidak terkejut atau kaget dengan munculnya
para jago, ia malah kelihatan sangat gembira.
Saat ini Tonghong Loei sudah terjatuh ketangannya,
lagipula racun yang mengeram diatas bahu kanannya telah
berhenti menyusup, ia tahu untuk sementara waktu tak ada
bahaya yang mengancam dirinya.
Maka gadis itu lantas mendongak dan tertawa dingin,
jengeknya:
"Eeeei .... ! mana Tonghong Pacu ? kenapa tidak datang ?
apakah ia sudah tidak mau nyawa putranya lagi ??"
"Nona Si, harap ampuni selembar jiwanya ! "
Jengekan itu disahuti oleh seseorang dari tempat
kejauhan, suara itu berasal dari Tonghong Pacu dan dalam
sekejap pun ia sudah berada ditempat itu, gerakan tubuhnya
sangat cepat sukar dilukiskan dengan kata2.
Ketika mengucapkan kita "Nona Si", ia masih berada
ditempat sangat jauh tapi ketika ucapan terakhir diucapkan
terdengar deruan angin tajam menyambar lewat, sesosok
bayangan tubuh telah menyambar lewat batok kepala para
jago dan tahu2 sudah berdiri ditengah halaman.Begitu tiba disana, Tonghong Pacu segera menuding
Tonghong Loei sambil menegur.
"Binatang cilik, apa yang kau lakukan ? berani benar
mencelakai nona Si ?"
Berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Loei dibikin
gelagapan untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
"Sedang Si Soat Ang segera tertawa dingin.
"Mencelakai diriku? oouw... tidak terhitung seberapa, ia
cuma melepaskan sebatang jarum beracun kepadaku,
menurut pikirannya tentu saja ia hendak sambit ulu hatiku,
sebab kalau jarum beracun itu bersarang telak diatas ulu
hatiku maka nyawaku pasti melayang tetapi sayang ia tidak
becus, serangannya hanya bersarang diatas bahuku!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat.
"Apa jarum beracun !" serunya.
"Beee . . benar . ." sahut Tonghong Loei ketakutan. "Se .
. sebatang jarum yang kudapat dari perkumpulan Mo-kauw
dari wilayah, "Se. . . sebatang jarum peninggalan dari Kiem
Ciam Sin Bo?"
Air muka Tonghong Pacu berubah semakin hebat,
tubuhnya kelihatan menggigil.
Walaupun Si Soat Ang sendiri tidak tahu macam apakah
jarum beracun peninggalan dari Kiem Cian Sin Bo tersebut,
namun dari perubahan wajah Tonghong Pacu, ia tahu
bahwa kejadian tersebut tentu luar biasa racun yang
bersarang ditubuhnya pasti lihay sekali.
"Lalu bagaimana baiknya ?" Gadis itu segera berteriak,
kelima jarinya yang mencengkeram tubuh Tonghong Loei
semakin diperketat.Tonghong Pacu maju beberapa langkah ke depan,
apabila pada saat ini ia melancarkan serangan niscaya Si
Soat Ang tak berdaya, sebab tangannya yang satu sudah
kaku tak dapat bergerak sedang tangan lain digunakan
untuk mencengkeram tubuh Tonghong Loei.
Maka ketika menyaksikan Tonghong Pacu maju
kedepan, ia lantas menghardik.
"Berhenti kalau kau tidak inginkan jiwa putramu lagi,
silahkan maju kedepan selangkah lagi !"
"Ayah !" buru2 Tonghong Loei berteriak.
0ooOdwOoo0
Jilid 21
TONGHONG PACU segera berhenti, ia ayun kan
tangannya dan berteriak nyaring.
"Harap saudara sekalian berlalu dari sini dan tidurlah,
kalian tak usah mencampuri urusan disini, kalau tidak
jangan salahkan kalau aku akan bertindak telengas!"
Ucapan dari gembong iblis nomor wahid ini sangat
keras, tentu saja orang2 perkampungan Jiet Gwat Cung tak
seorangpun yang berani membangkang.
Para jago yang semula penuh mengelilingi halaman
tersebut dalam sekejap mata telah sama2 berlalu, suasana
jadi hening kembali.
Menanti semua orang jago telah membubar diri,
Tonghong Pacu baru berkata kembali.
"Nona Si, Silahkan masuk kedalam ruangan, mari kita
bicarakan persoalan ini didalam saja."Si Soat Ang mendengus dingin, ia tarik tangan
Tonghong Loei untuk diajak masuk ke dalam ruangan
diikuti Tonghong Pacu dari belakang.
"Eeei . . kau jangan bergerak sembarangan." Ancam Si
Soat Ang kembali dengan nada ketus. "Sekali kukerahkan
tenaga, maka seluruh tubuh putramu akan hancur
berantakan."
"Nona Si harap kau jangan marah" Kata Tonghong Pacu
sambil tertawa getir, "Kau harus tahu, gusar tidak akan
mendatangkan kebaikan bagimu, lengan kananmu . .
bagaimana sekarang rasanya ?"
Si Soat Ang tidak ingin pihak lawan mengetahui bahwa
lengan kanannya sudah tak dapat digunakan lagi, ia
menukas.
"Persoalan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu, aku
telah kerahkan tenaga untuk menahan menjalarnya racun
tersebut, ayoh cepat serahkan obat pemunahnya."
"Tentang jarum beracun Ban-Tok-Kiem-Ciam dari Kiem-
Ciam-Sin-Bo ini . ." Seru Tonghong Pacu sambil
bergendong tangan dan mondar mandir dalam ruangan "Ah
terus terang saja kukatakan, jarum itu tak ada obat
penawarnya, binatang! tahukah kau bahwa bencana besar
telah kau lakukan?"
Untuk menyatakan kegusarannya terhadap Tonghong
Loei, si gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini
segera mendepakkan kakinya keras2 keatas lantai, beberapa
buah ubin segera hancur berantakan termakan jejakan
tersebut.
Tonghong Loei membungkam dalam seribu bahasa, ia
cuma gertak gigi sambil menahan rasa sakit.Sedangkan Si Soat Ang merasa sangat terperanjat
sehingga sukar dilukiskan dengan kata2, seandainya benar
bahwa racun itu tak ada obat penawarnya lagi, berarti
jiwanya sebentar lagi bakal melayang, sebab meskipun
sekarang ia berhasil mencegah menjalarnya racun itu
dengan kerahkan tenaga dalam namun sampai kapan hal
tersebut bisa berlangsung?
Dengan cepat ia membentak.
"Apa maksud ucapanmu itu! kau bilang tak ada obat
penawarnya? hmm hmm . akupun tak ada cara lagi, kecuali
membinasakan dulu putramu dan menarik kembali
modalku?"
Se-akan2 tidak mendengar ancaman dari gadis tersebut,
kembali Tonghong Pacu berpaling kearah putranya sambil
membentak lebih jauh.
"Coba katakan bagaimana sekarang ? kau tentu tahu
bukan, hanya ada satu cara untuk menolong situasi ini !"
Air muka Tonghong Luei pucat pias bagaikan mayat, ia
mengerti apa yang dimaksudkan ayahnya.
Pada saat itulah dari tengah halaman berkumandang
datang suara teriakan dari Si Chen.
"Sam suko ! . ."
"Adik Chen !" Teriak Tonghong Loei pula sambil
mendongak.
Dengan langkah ter-gesa2 Si Chen segera menerjang
kedalam ruangan dan lari menuju ke arah Tonghong Loei.
"Berhenti !" tiba2 Si Soat Ang membentak keras.
Air muka Si Chen pucat pias bagai mayat, ia segera
berhenti sedang badannya kelihatan gemetar keras, kembali
gadis itu berteriak."Sam Suko, kau . . kenapa kau ?"
"Aku baik sekali, coba kau lihat bukankah aku sangat
baik !"
Si Chen mengangguk tiada hentinya, kembali ia berkata:
"Nona Si, terima kasih kau suka melepaskan dirinya,
janganlah biarkan ia menderita !"
Si Soat Ang tertawa dingin tiada henti nya.
"Heee heee hee... enak benar kau bicara, kenapa tidak
kau tanyakan Samsukomu apa yang telah ia lakukan ?"
jengeknya.
Sebelum Si Chen sempat berbicara, Tonghong Pacu telah
menghardik:
"Binatang, masih belum juga kau katakan ?"
Tonghong Loei terdesak, terpaksa ia menjawab lambat2.
"Aku telah melepaskan sebatang jarum beracun yang
bersarang diatas bahunya, hitung2 nasibkulah yang kurang
baik, kalau jarum tadi bersarang diatas ulu hatinya, niscaya
ia sudah mati binasa !".
Tonghong Loei bukanlah seorang lelaki jantan ketika
ditangkap Si Soat Ang tadi ia pernah menyatakan minta
ampun tapi sekarang berada dihadapan istrinya ia
tunjukkan sikap se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu apapun
ia ingin tunjukkan kepada Si Chen bahkan ia sama sekali
tidak jeri.
Tentu saja hal ini dilakukan karena ia benar2 mencintai
diri Si Chen dengan segenap jiwa raganya.
Si Chen segera tertawa-getir.
"Sam suko, asal jarum beracun itu kita cabut keluar
bukankah urusan sudah selesai ?" katanya.Tonghong Loei pentang mulutnya hendak bicara, tapi
Tonghong Pacu keburu telah berkata:
"Tidak gampang untuk mencabut keluar jarum beracun
tersebut, untuk mencabutnya ke luar maka harus
dibutuhkan seorang gadis yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna, kemudian dengan salurkan hawa murninya gadis
itu harus tempelkan bibirnya diatas mulut luka dan hisap
keluar jarum beracun tersebut hanya dengan cara begini
jarum itu baru bisa dikeluarkan !"
Air muka Tonghong Loei pucat pias bagaikan mayat, ia
merasa ngeri dan gelisah.
Tetapi sepasang mata Tonghong Pacu yang tajam itu
selalu menatap diatas wajahnya, membuat sianak muda itu
tak berani mengucapkan sepatah katapun.
"Eeee, kalau begitu saja terlalu gampang..." terdengar Si
Chen telah menyahut.
"Biarlah aku yang hisap keluar jarum tersebut dari
tubuhnya !"
Seraya berkata ia maju mendekat.
"Adik Chen !" teriak Tonghong Loei.
Walaupun hanya teriakan biasa dan sam sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun, namun barang siapa pun
dapat mendengar bahwa teriakan Tonghong Loei barusan
penuh mengandung perasaan sedih dan sakit hati.
Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, dari sikap
Tonghong Pacu serta Tonghong Loei tentu saja ia dapat
menduga apabila Si Chen belum menghisap keluar jarum
beracun tersebut maka selanjutnya gadis itu bakal menderita
sangat hebat.Ia takut teriakan Tonghong Loei membatalkan niat Si
Chen, buru2 sambil tertawa dingin serunya.
"Tonghong Loei nyawamu lebih penting, apa kau sudah
tidak maui jiwamu lagi ?"
Dalam pada itu Si Chen telah tiba dihadapan Si Soat
Ang, segera tanyanya.
"Nona Si, dimanakah letak jarum beracun itu ?"
Tonghong Loei benar2 tersiksa, seluruh tubuhnya
gemetar keras sehingga gigi saling beradu, keringat sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
"Diatas bahu kananku." jawab Si Soat Ang, "Robeklah
pakaian diatas bahuku, maka kau segera akan menyaksikan
sendiri dimanakah jarum beracun tersebut bersarang !"
Si Chen kembali maju selangkah kedepan tangannya
menempel diatas bahu kanan Si Soat Ang dan berseru.
"Nona Si. maaf..."
Seraya berkata ia robek pakaian gadis itu sehingga
muncullah bahunya yang putih bersih.
Setelah pakaian dirobek maka Si Chen pun dapat
menyaksikan sebuah titik kecil berwarna merah darah
muncul diatas bahunya.
Buru2 Tonghong Pacu berseru.
"Salurkan dahulu tenaga dalammu kemudian tempelkan
bibirmu diatas mulut luka, setelah itu kerahkan lagi tenaga
Iweekangmu dan mulai menghisap sampai jarum beracun
tadi terasa menempel dibibir baru boleh berhenti kalau tidak
jangan sekali2 berhenti !""Aku mengerti." sahut Si Chen sambil mengangguk
"Nona Si. bagaimana kalau kau lepaskan dahulu Sam suko
!".
"Boleh boleh saja !"
Iapun lantas lepaskan cengkeramannya pada bahu
Tonghong Loei.
Si Chen tidak berbicara lagi ia berdiri tak berkutik dan
seluruh tubuhnya mulai bergemerutukan, jelas ia mulai
mengerahkan tenaga dalamnya siap melakukan
pertolongan.
Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tiba2 ia
berteriak keras:
"Adik Chen !...".
Waktu itu Si Chen sedang menyalurkan hawa murninya,
ia tak dapat buka suara maka mendengar teriakan tersebut
ia cuma angkat kepala memandang sekejap kearah sianak
muda itu.
Walaupun ia tidak mengucapkan sesuatu, namun dari
sepasang mata gadis tersebut memancarkan keluar perasaan
kasihnya yang bukan kepalang membuat Tonghong Loei
yang menyaksikan hal itu jadi semakin sedih.
"Adik Chen" kembali teriak-nya "jangan kau..."
Hanya ucapan itu saja yang dapat diutarakan, sebab
kelima jari Si Soat Ang telah bergerak kembali
mencengkeram beberapa buah jalan darahnya, membuat
mulutnya cuma bisa terbuka namun tak sepotong
perkataanmu berhasil diutarakan.
Walaupun Si Chen adalah seorang gadis jujur, dalam
keadaan seperti ini iapun dapat menemukan keadaan yang
tidak beres.Buru2 ia hentikan pengerahan tenaga dalamnya,
menghembuskan napas panjang dan buru-buru bertanya.
"Sam suko, apa yang kau ucapkan! cepat katakan!"
Jalan darah Tonghong Loei tertotok ia sama sekali tidak
sanggup bersuara. sepasang matanya hanya bisa melotot
sambil menatap wajah Si Chen tak berkedip.
Si Chen semakin terperanjat, ia ingin bertanya lagi Si
Soat Ang segera sudah berseru.
"la tidak mengatakan apa2, ia hanya berharap kau suka
berhati2 jangan bertindak sembrono, kalau tidak maka ia
tak bakal bisa meloloskan diri."
"Tidak. ia bukan berkata demikian."
"Kalau tidak, apa yang hendak ia katakan lagi ?" bentak
Si Soat Ang, ia sudah dibikin naik pitam.
Walaupun Si Chen orangnya jujur dan gampang ditipu,
tetapi setelah menjumpai kejadian yang menyangkut
keselamatan Tonghong Loei ia jadi lebih tegas, sebab ia
amat mencintai sianak muda itu.
"Aku tidak tahu apa yang hendak ia katakan." ujarnya
kembali. "Kau harus ijinkan dia untuk mengucapkan
pesannya, dengan demikian hatiku baru lega !"
Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia tak kuat
menahan hawa amarah yang berkobar dalam dadanya lagi
segera bentaknya.
"Kalau kau banyak bicara lagi dan tidak mau hisap
keluar jarum beracun yang bersarang ditubuhku, aku segera
akan binasakan dahulu dirinya, saat itu kau jangan
menyesal..."
"Chen-jie" Tonghong Pacu pun ikut berkata. "Ada
perkataan nanti saja baru diutarakan, sekarang menolongorang lebih penting, sudahlah jangan buang waktu dengan
percuma lagi"
Si Chen benar2 dibikin bingung dan pikirannya terasa
sangat kalut, ia tatap wajah Tong hong Loei tajam2.
Waktu itu sianak muda itupun sedang memandang
istrinya dengan mata terbelalak lebar, begitu besar matanya
hampir melotot keluar, ia sudah ambil keputusan untuk
menerangkan keadaan yang sebenarnya kepada gadis itu
bila menghisap keluar jarum beracun tadi maka ia sendiri
akan mati.
Tetapi pada saat ini, tak sepatah katapun berhasil
diutarakan keluar.
Hatinya amat gelisah, urat2 diatas keningnya pada
menonjol keluar dengan sangat nyata siapapun dapat
menyaksikan betapa sakit hati dan sedihnya sianak muda
itu.
Tetapi Si Chen sama sekali tak tahu akan hal itu, ia tidak
tahu kalau sianak muda itu susah hati karena tak sanggup
mengutarakan isi hatinya, ia tak tahu kalau Tonghong Loei
bersedih hati karena menguatirkan keselamatannya.
Ia mengira Si Soat Ang jadi gusar dan menyiksa sianak
muda itu karena ia tak mau menghisap keluar jarum
beracun tersebut dari tubuhnya, maka ia lalu berkata.
"Sam suko, bersabarlah sebentar lagi, setelah aku berhasil
menghisap keluar jarum beracun bersarang ditubuhnya
maka kita tak ada urusan lagi, ia sudah berjanji untuk
melepaskan dirimu, ia pasti akan penuhi janji tersebut,
bersabarlah sebentar lagi.".
"Ayah cepetan dikit !" hardik Si Soat Ang tidak sabaran
lagi. "Buat apa banyak bicara yang tak berguna ?""Baik ! Baik !".
Ia mengepos tenaga siap turun tangan tetapi pada saat
itulah tiba2 dari depan pintu berkumandang datang suara
seseorang.
"Nona Si, kau jangan sekali2 menghisap jarum beracun
itu !"
Ucapan tersebut muncul secara tiba2, jangan dikata Si
Soat Ang, Si Chen serta Tonghong Loei sekalipun
Tonghong Pacu sijago lihay dari kolong langitpun dibikin
terkesiap.
Semua orang sama2 berpaling, tampaklah si-manusia
aneh yang berwajah mengerikan itu sudah muncul kembali
didepan pintu, dia bukan lain adalah Tonghong Pek.
Tapi siapapun tidak tahu kalau orang yang berdiri
didepan pintu saat ini adalah Tonghong Pek putra diri
Tonghong Pacu.
Diantara beberapa orang itu ilmu silat Tong hong Pacu
paling lihay, maka ia sadar lebih dulu daripada orang lain,
mendengar manusia aneh itu menghalangi niat Li Chen
untuk menghisap jarum beracun itu, ia teramat gusar sebab
apabila gadis itu batalkan niatnya berarti seluruh
rencananya akan menemui kegagalan.
Ia ada rencana untuk membinasakan Si Chen setelah itu
berusaha untuk menjodohkan Si Soat Ang dengan
Tonghong Loei, sebab hanya dengan jalan ini saja ia dapat
mempertahankan gelarnya sebagai Boe Tek Bengcu.
Sambil membentak keras, tampak tangannya segera
diputar dan melancarkan sebuah serangan dahsyat ke depan
pintu.Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek tidak lemah, tapi
ia masih bukan tandingan dari Tonghong Pacu, tentu saja
sianak muda itupun mengerti maka ketika menyaksikan
sigembong iblis itu melancarkan serangannya sang tubuh
segera bergerak mundur.
Bersamaan dengan gerakannya meloncat mundur iapun
berteriak keras.
"Nona Si mereka ada maksud mencelakai dirimu, setelah
kau hisap keluar jarum beracun itu maka kau sendiri bakal
keracunan dan akhirnya mati dalam keadaan mengenaskan
!"
Angin pukulan yang dilepaskan Tonghong Pacu men-
deru2 dan sangat memekikkan telinga tetapi beberapa patah
kata yang diutarakan Tonghong Pek masih kedengaran
dengan amat nyata.
Dalam pada itu Tonghong Pacu sendiripun tidak
melakukan pengejaran setelah menyaksikan serangannya
gagal mengenai sasaran, tiba2 ia putar badan.
Pada saat itulah Si Chen sudah angkat kepala sambil
bertanya.
"Benarkah ucapan yang ia katakan ?"
Tonghong Pacu tertegun, untuk beberapa saat lamanya
gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini tak
sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun.
Si Chen tertegun akhirnya ia menghela napas panjang.
"Aaai..! padahal kalianpun tak usah mengelabui diriku."
ujarnya, "Demi menolong Sam suko aku rela berkorban,
sebenarnya kalian tak usah merahasiakan peristiwa ini,
sama saja aku suka menghisap keluar jarum beracun itu
kendati harus disertai dengan pengorbananku !"Sewaktu mengucapkan beberapa patah kata itu sikapnya
tenang dan sama sekali tidak pikirkan keselamatan sendiri
didalam hati, dari sepasang matanyapun memancar keluar
sinar mata penuh rasa cinta.
Pancaran cinta yang muncul dari gadis tersebut membuat
Tonghong Loei merasakan hatinya seperti di-iris2 dengan
pisau namun ia tak dapat bicara kecuali dari
tenggorokannya mengeluarkan suara gemuruh yang keras.
OOOodwoOOO
BAB 22
"SAM SUKO! kau jangan sembarangan bergerak." ujar
Si Chen kembali "Asal jarum beracun itu berhasil kuhisap
keluar, nona Si pasti akan melepaskan dirimu."
Otot otot besar bermunculan diatas dahi Tonghong Loei,
keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada
hentinya, ia merasa tersiksa dan sangat menderita, apalagi
mulutnya terkunci tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, ia semakin tersiksa.
Menyaksikan keadaan suaminya, Si Chen pun menjadi
amat bersedih hati, ujarnya.
"Sam suko, aku tahu selama ini kau bersikap sangat baik
kepadaku, tidak tega aku pergi tetapi kaupun harus tahu
seandainya suatu kejadian di luar dugaan menimpa dirimu,
akupun tidak ingin hidup seorang diri dikolong langit, aku
lebih suka mati, kau . kau jauh lebih kuat dari diriku kau
harus tetap hidup biar... biarlah aku yang korbankan diri
demi keselamatan jiwamu.".
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi
seluruh wajah gadis itu, ketika kata2 terakhir diutarakan iatak kuasa menahan diri dan meledaklah isak tangis yang
amat memilukan hati membuat Tonghong Pacu pun ikut
tergerak hatinya, sebab gembong iblis ini sama sekali tak
menduga kalau hubungan cinta kasih sepasang suami istri
itu begitu tebal.
Tetapi berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Pacu
lebih memberatkan keselamatan diri Tonghong Loei, sebab
sianak muda itu adalah putra kandungnya sedang Si Chen
hanya menantu belaka.
Ia berbatuk siap bicara, namun Si Soat Ang telah berseru
lebih dahulu.
"Eeee . ! sebenarnya kau suka menghisapkan jarum racun
tersebut tidak ? kalau kau tunda2 lagi, jangan salahkan
kalau aku bertindak telengas dan turun tangan terhadap diri
Loei-sam."
Si Chen terperanjat buru2 ia mengiakan.
"Aku segera datang!" serunya.
Ia maju selangkah kedepan mendekati Si Soat Ang,
namun pada saat itu diri atas atap ruangan berkumandang
kembali teriakan keras.
"Tonghong Loei, istrimu mencintai dirimu dengan
segenap jiwa raga, kalau kau biarkan ia mati demi dirimu
maka kau lebih rendah dari seekor anjing, lebih hina dari
seekor babi!"
Tonghong Loei tak dapat buka suara namun dari
tenggorokannya mengeluarkan suara aneh yang
mengerikan..
Tonghong Pacu amat gusar, tubuhnya berkelebat keluar
dari ruangan siap membinasakan simanusia aneh itu, tapisaat itulah orang yang dicari sudah menerjang masuk
kedalam ruangan lewat jendela.
Setibanya didalam ruangan orang itu segera berteriak.
"Tonghong Loei kalau kau suka membawa Si Chen
meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung dan tidak
bikin onar dalam dunia persilatan lagi, aku dapat
menyempurnakan keinginan kalian."
Pada saat itu, meskipun jalan darah Tong hong Loei
dikuasahi Si Soat Ang namun kesadarannya sama sekali
tidak terganggu ucapan ini seketika membuat ia tertegun,
tapi sebagai orang cerdik ia segera mengetahui maksud hati
lawan, dengan cepat ia mengangguk.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berpaling ketika
mendengar dalam ruangan ada suara aneh tapi terlambat
menanti ia berpaling Tonghong Pek telah menyelesaikan
kata2nya yang sedang Tonghong Loei pun telah
mengangguk.
Terpaksa gembong iblis itu berdiri ditempat semula,
telapak yang semula siap melancarkan serangan saat ini
disiap sediakan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Tonghong Pek tarik napas dalam2, ia berkata.
"Nona Si harap kau suka melepaskan diri Tonghong
Loei!"
Si Soat Ang masih belum mengerti maksud ucapan
Tonghong Pek barusan. ia segera tertawa dingin.
"Sungguh menggelikan suruh aku melepaskan dirinya?
lalu siapa yang akan menghisapkan jarum beracun
tersebut."
"Aku !" jawab Tonghong Pek setelah tarik napas sekali
lagi.Walaupun cuma sepatah kata, namun ucapan ini cukup
menggetarkan seluruh isi ruangan, perkataan tersebut
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong,
membuat semua orang melengak.
Seketika itu juga suasana dalam ruangan jadi hening,
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama... lama... lama sekali akhirnya Si Chen buka suara
lebih dahulu.
"Saudara, sepantasnya akulah yang wajib menolong
suamiku, kau...kau..."
"Nona Si, aku tahu Tonghong Loei bukan seorang
manusia baik, dibicarakan dari perbuatan serta tingkah
lakunya ia lebih sesuai untuk mati" kata Tonghong Pek
sambil per-lahan2 putar badan. "Tetapi ia sangat mencintai
dirimu, cinta kasihnya kepadamu lebih dalam dari samudra,
ia benar2 menyayangimu dengan segenap jiwa raga,
memandang diatas hal inilah maka aku aku rela mewakili
dirimu hisap kan jarum beracun-tersebut, kau pun tahu
bukan Tonghong Loei telah menyanggupi untuk tinggalkan
perkampungan Jit-Gwat-Cung dan tidak mencampuri
urusan dunia kangouw lagi, dapatkah ia penuhi janjinya ini,
maka semuanya tergantung pada dirimu."
Ucapan ini sangat menggetarkan hati Si Chen, tiba2 ia
maju dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Tonghong Pek.
"Terima kasih atas budi pertolongan yang telah anda
berikan." katanya.
Dengan cepat Tonghong Pek menghindar ke samping.
"Jangan... jangan kau lakukan !"
Dalam pada itu Si Soat Ang telah tertawa dingin dan
berseru."Perduli siapakah yang akan menghisapkan jarum
beracun tersebut dari tubuhku, Loei Sam baru aku lepaskan
setelah jarum beracun itu berhasil dikeluarkan..."
"Nona Si, tentang soal ini kau boleh berlega hati" sahut
Tonghong Pek sambil tertawa getir, "Aku jadi manusia
selamanya mengatakan satu tetap satu, katakan dua tetap
dua, kalau kau tidak percaya silahkan mencengkeram
dahulu urat nadiku aku tidak bakal melarikan diri."
Sambil berkata Tonghong Pek segera menjulurkan
tangan kanannya kedepan.
Si Soat Ang berpikir cepat, tiba2 tangan kirinya
melepaskan tubuh Tonghong Loei, kemudian laksana kilat
balik mencengkeram urat nadi dari Tonghong Pek.
Tonghong Loei segera merasakan badannya jadi kendor,
badannya maju setengah langkah kedepan dengan
sempoyongan hampir2 saja ia jatuh terjengkang.
Buru2 Si Chen meloncat bangun memayang tubuhnya
tanpa sadar sepasang suami istri ini saling berpelukan
dengan eratnya, isak tangis meledak memecahkan
kesunyian.
Lama sekali mereka menangis, akhirnya Si Chen baru
berkata kembali.
"Sam suko! cepat ucapkan terima kasih atas pertolongan
In jien!"
Tonghong Loei putar badan menjura dalam2 kearah
Tonghong Pek yang telah dicengkeram oleh Si Soat Ang.
"Sahabat Pek" katanya, "Bantuan yang kau berikan
kepada kami tidak akan kami lupakan sepanjang masa."
"Aaah ! asal kau masih ingat dengan ucapanku tadi,
sekalipun mati akupun akan mati dengan mata meram!"Tonghong Loei lantas menggandeng tangan Si Chen
erat2 dan sama2 berjalan kehadapan Tonghong Pacu,
ujarnya pula.
"Apa yang terjadi selama ini aku rasa kau pun dapat
melihat sendiri, perkampungan Jiet Gwat-Cung tak
mungkin bisa kami diami lagi, anggap saja sejak detik ini
dikolong langit sama sekali tak ada kami berdua !".
Dari ucapan Tonghong Loei barusan, gembong iblis itu
dapat menangkap betapa tidak puasnya sianak muda itu
terhadap dirinya, menyaksikan kedua orang itu hendak
berlalu, hatinya semakin mendongkol bercampur gusar.
Tetapi dia adalah seorang manusia licik yang punya
banyak akal, girang ataupun gusar tak pernah terlintas
diatas wajah, ia tertawa dingin.
"Tiap manusia punya tujuan yang berbeda silahkan
kalian pergi kalau mau berlalu !" serunya.
Tonghong Loei tidak banyak bicara lagi, ia tarik tangan
Si Chen kemudian putar badan dan berlalu dalam sekejap
mata mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.
Menanti Tonghong Loei serta Si Chen telah berlalu,
Tong hong Pek baru berkata.
"Nona Si, maaf apabila aku lancang, tapi kau harus tahu
bahwa aku berbuat demikian demi menyelamatkan jiwamu,
harap kau... kau jangan salahkan diriku."
Sambil berkata Tonghong Pek mulai merobek pakaian
diatas bahu Si Soat Ang dan mendekatkan bibirnya keatas
mulut luka.
Si Soat Ang hampir2 saja muntah ketika menyaksikan
wajah Tonghong Pek yang jelek dan menyeramkan itu
berada sangat dekat dengan dirinya, ia perkerascengkeramannya pada urat nadi lawan, pejam mata dan
membentak.
"Jangan banyak bicara lagi, ayoh cepat !"
Perasaan hati Tonghong Pek pada saat ini benar2 tidak
keruan, dengan menempuh bahaya, ia datang mewakili Si
Chen untuk menghisap keluar jarum beracun tersebut,
pertama karena ia ingin menolong Tonghong Loei berdua
dan kedua iapun ingin menolong Si Soat Ang.
Sebab boleh dikata inilah kesempatannya yang terakhir
untuk mendekati gadis pujaan hatinya.
Sejak Si Soat Ang menunjukkan sikap ngeri dan
ketakutan setelah menyaksikan wajahnya yang
menyeramkan, Tonghong Pek pun mulai sadar bahwa
sepanjang hidupnya tak mungkin lagi ada kesempatan
baiknya untuk mendekati Si Soat Ang.
Tetapi ia tidak pergi jauh, ia hanya bersembunyi diluar
ruangan sambil menyaksikan perubahan yang terjadi dalam
ruangan, ketika menyaksikan Si Chen rela berkorban demi
menyelamatkan suaminya. Tonghong Pek merasa sangat
terharu.
Sebagai seorang lelaki yang sedang patah hati, Tonghong
Pek jadi terharu, iapun lantas terbayang seandainya ia yang
menghisap keluar jarum beracun itu, maka kendari
bagaimana muaknya gadis tersebut terhadap dirinya, ia
masih ada kesempatan untuk mendekati Si Soat Ang walau
hanya sebentar saja.
Dalam pada itu Tonghong Pek telah berada sangat dekat
tubuh Si Soat Ang, bau harum yang memancar keluar dari
tubuh gadis tersebut langsung menusuk hidung,
memandang pula kulit badannya yang putih bersih dan
halus membuat sianak muda ini berdebar hati.Tetapi ketika menyaksikan titik merah diatas kulit yang
putih, Tonghong Pek tertawa getir, akhirnya ia tundukan
kepalanya mendekati tubuh gadis tersebut, Si Soat Ang
merasakan dengusan napas Tonghong Pek yang memburu
menyembur diatas bahunya, mendatangkan suatu perasaan
yang sangat aneh sekali.
Ia tahu mulut sianak muda itu sudah berada sangat dekat
dengan bahunya, dalam keadaan seperti ini ia tak berani
buka mulutnya lagi, jangan dikata buka mata, cukup
terbayang wajah Tonghong Pek yang begitu mengerikan
badannya segera gemetar dengan kerasnya.
"Ceee...cepat.. cepatlah !" kembali ia berseru suaranya
gemetar keras.
Tonghong Pek mengiakan sekenanya, ia segera
tempelkan bibinya diatas bahu gadis itu dan mulai
menghisap, ketika bibirnya menempel ditubuh Si Soat Ang,
kedua orang itu sama2 merasa badannya bergetar keras.
Mereka tidak sadar bahwa ketika itu dalam ruangan
tinggal mereka berdua, sebab Tong-hong Pacu telah berlalu
untuk mengejar Tong-hong Loei serta Si Chen, seandainya
gembong iblis itu berdiri disana dan menyaksikan Si Soat
Ang pejamkan matanya, maka sangat gampang baginya
bilamana ingin melancarkan serangan bokongan.
Tonghong Pek mulai salurkan hawa murninya dan
keras2 menghisap diatas mulut luka tersebut.
Ketika hawa murninya bergolak makin lama semakin
cepat, dari tubuhnya mendadak mengeluarkan suara
gemerutuk yang aneh sekali.
Si Soat Ang merasakan diatas bahu kanannya se-olah2
terdapat seutas benang yang sangat panjang, rasa gatal
menyerang seluruh badannya, dari bahu lama kelamaanmenjalar sampai punggung kemudian pergelangan dan
akhirnya sampai ke ujung jari.
Menanti rasa gatal tadi sudah tiba diujung jari se-olah
seseorang yang baru bebas dari rasa kaku jari tangannya
terasa mulai bisa bergerak lagi seperti semula.
Sementara itu hawa murni yang bergolak dalam tubuh
Tonghong Pek pun semakin santar, kabut putih mulai
muncul diatas batok kepalanya.
Kurang lebih setengah jam kemudian tiba2 Tonghong
Pek merasakan ada sebatang jarum lembut mengalir keluar
lewat mulut luka diatas bahu gadis tersebut.
Buru2 Tonghong Pek menggigit jarum tadi dan
mencabutnya keluar dari dalam tubuh.
Menanti jarum tadi sudah dicabut keluar, Si Soat Ang
pun merasa badannya lega, buru2 ia buka matanya kembali.
Tapi dengan cepat ia mundur selangkah ke belakang
setelah menjumpai wajah Tonghong Pek dengan tangannya
ia menutupi wajah sendiri lalu berseru gemetar.
"Kau... kau..."
Mula2 Tonghong Pek tertegun, tapi dengan cepat ia
mengerti maksud hati Si Soat Ang buru2 ia berpaling dan
menyemburkan jarum beracun tadi hingga menancap diatas
tonggak dalam ruangan tersebut.
Rasa kaku mulai menyerang seluruh tubuhnya ia merasa
bagian badannya seperti kesemutan, tapi hanya sebentar
perasaan itu tiba2 lenyap kembali.
Tonghong Pek sadar paling banter ia cuma bisa hidup
satu jam lagi, hatinya terasa amat berat setelah menghela
napas panjang per-lahan2 ia berlalu dari sana?Baru dua langkah ia berjalan terdengar Si Soat Ang
berseru.
"Kau jangan pergi dulu... dan jangan berpaling pula."
"Heee... benarkah wajahku amat menyeramkan?" tanya
Tonghong Pek sambil berhenti.
"Kau... kau tak dapat menyaksikan wajahmu sendiri,
seumpama kau dapat melihat wajahmu sendiri maka
hatimu pasti akan sangat terperanjat. wajahmu benar2
mengerikan !"
Tonghong Pek segera teringat ketika untuk pertama
kakinya ia bercermin diatas permukaan air ketika
menyaksikan wajahnya yang begitu mengerikan, ia dibikin
terperanjat sampai tidak percaya dengan sepasang mata
sendiri.
Ia menghela napas panjang, dirobeknya secarik kain lalu
membuat dua lubang untuk mata dan dikerudungkan diatas
wajah sendiri setelah itu ia baru berpaling.
"Jarum beracun dalam tubuhmu telah terhisap keluar,
apakah kau tidak merasakan sesuatu yang aneh ?"
"Tidak, aku tak mengapa, tapi kau..."
Si Soat Ang tidak melanjutkan kata2nya, tapi jelas
betapa kuatirnya gadis tersebut terhadap keselamatannya
membuat Tonghong Pek merasa terharu.
"Aku masih ada kesempatan selama dua belas jam untuk
hidup" sahutnya sambil tertawa getir.
"Tadi aku telah mengusir dirimu pergi tapi Tonghong
Loei telah mencelakai diriku dan sekarang kau malah
menolong diriku, apakah kau tidak merasa sakit hati ketika
kuusir tadi ?" tanya Soat Ang dengan kepala tertunduk
rendah2.Tonghong Pek. benar2 tergetar hatinya, hampir2 saja ia
hendak berteriak. "Aku adalah Tonghong Pek, Si Soat Ang!
setelah aku terluka, kenapa aku tidak menolong dirimu ?"
Tapi ia cuma bisa pentang mulutnya lebar2, tak sepatah
katapun berhasil diutarakan keluar.
Akhirnya ia berubah pendapat segera ujarnya:
"Sekalipun aku tidak menolong dirimu, dengan tanpa
ragu-ragu Si Chen pun akan menolong dirimu, aku tidak
lain hanya mewakili dirinya, kau tak usah bersedih hati
akan nasibku".
"Aaaai...! Watak Tonghong Loei sangat bejad dan
tingkah lakunya terkutuk, tapi tak disangka iapun masih
punya sifat yang baik, ketika Si Chen hendak mengisap
jarum beracun tersebut Tonghong Loei ada maksud
menghalangi maksudnya."
"Benar, ia rela dirinya mati ditanganmu daripada Si
Chen mati keracunan demi menyelamatkan jiwanya !".
"Keadaan inilah yang dinamakan cinta kasih sejati yang
sukar Ditemui dalam kolong Langit, bukankah begitu ??".
"Benar !"
"Lalu apa sebabnya kau mewakili Si Chen?" tanya Si
Soat Ang dengan sepasang alis berkerut. "Apakah terhadap
diri Si Chen kau..."
Si Soat Ang menatap wajah si anak muda itu tajam2,
begitu tajam sinar matanya menembusi lubuk hatinya
membuat Tonghong Pek tidak berani saling beradu
pandangan.
"Lalu apa sebenarnya kau berbuat demikian ?" kembali
Si Soat Ang bertanya setelah menatap sianak muda itu
beberapa saat lamanya.Seluruh tubuh Tonghong Pek bergetar keras.
"Aku... aku..."
Si Soat Ang maju beberapa langkah kedepan sehingga
berada sangat dekat dengan Tonghong Pek ujarnya
kembali.
"Apa sebabnya ? mengapa kau tidak berterus terang ? kau
adalah seseorang yang hampir mati, untuk binasapun tidak
takut, mengapa kau takut mengutarakannya keluar ?"
Tonghong Pek merasa amat sedih, ia ingin mencekal
tangan gadis tersebut tapi sekuat tenaga ia berusaha
mencegah maksudnya itu sehingga tangannya gemetar
keras.
"Sejak kita berjumpa muka didalam gardu tempo dulu
aku selalu merasa bahwa dahulu kita pernah saling
berjumpa" terdengar Si Soat Ang berkata dengan suara
datar, "Sekarang aku ingin bertanya sekali lagi benarkah
kita pernah berkenalan ? katakanlah terus terang!"
"Tiii.. tidak . tidak pernah, wajahku jelek seperti setan
apabila nona Si pernah berjumpa dengan diriku kau pasti
tidak akan melupakannya sepanjang hidup."
"Sekarang wajahmu memang mengerikan hingga setiap
orang yang pernah berjumpa dengan dirimu sepanjang
hidup takkan terlupakan tetapi kau tentu tidak berwajah
begini menyeramkan sejak dilahirkan bukan ? bagaimana
wajahmu dulu ?"
Seluruh tubuh Tonghong Pek gemetar semakin keras.
"Aku aku... dahulu wajahkupun . . ti . . tidak berbeda
banyak." sahutnya."Ai.... sudahlah, kalau kau tidak ingin bicara akupun tak
ingin mendesak lebih jauh, tetapi aku tahu akan satu
persoalan".
"Kau... apa yang kau ketahui ?"
"Aku tahu kau rela mempertaruhkan jiwamu untuk
menghisap keluar jarum beracun tersebut dari tubuhku,
kalau bukan disebabkan Si Chen tentu dikarenakan aku
bukankah begitu."
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia tahu Si Soat Ang
adalah seorang gadis cerdik, apa bila ia tidak mau mengaku
tentu akan menimbulkan kecurigaan dirinya.
Maka ia lantas mengangguk.
"Nona Si, ucapanmu sedikitpun tidak salah... benar, aku
memang demi dirimu !"
"Demi aku ? mengapa demi diriku kau suka berkorban ?"
"Nona Si, sejak bertemu dengan dirimu timbul rasa suka
dalam hatiku, tetapi aku sadar bahwa wajahku amat
menyeramkan bagaikan memedi, tidak mungkin aku bisa
bermesraan dengan nona Si, maka dari itu aku... maka dari
itu aku...".
Berbicara sampai disitu Tonghong Pek lantas
membungkam, padahal sekalipun ia tidak lanjutkan, Si Soat
Ang pun mengerti apa yang hendak diucapkan lebih jauh.
Merah jengah selembar wajah Si Soat Ang, separuh
karena ia malu dan separuh lagi karena ia kegirangan.
Tak seorang gadis mudapun yang tidak menginginkan
dirinya dipuji sebagai gadis cantik, apalagi dasarnya Si Soat
Ang memang amat cantik.Pada saat ini ketika ia tahu ada seseorang yang mencintai
dirinya, bahkan rela berkorban demi dirinya, ia merasa
girang sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Dengan cepat ia menggeleng dan berseru.
"Sekalipun begitu kau . . . pengorbananmu terlalu besar .
."
"Nona Si, kau tidak menyalahkan diriku sudah cukup
membuat aku kegirangan!" kata si anak muda itu sambil
tertawa getir.
Si Soat Ang tarik napas panjang2.
"Sanggupi dahulu permintaanku jangan se kali2 kau
lepaskan kain kerudungmu itu" pintanya.
"Tentu akan kutaati!"
Si Soat Ang segera maju semakin dekat, tiba2 ia cekal
tangan Tonghong Pek erat2 sembari berkata:
"Agaknya terjadi keributan ditempat luaran, mari kita
keluar dan periksa apa yang telah terjadi !".
Tindakan Si Soat Ang secara tiba2 ini membuat
Tonghong Pek tergetar keras, beberapa saat lamanya ia
berdiri ter-mangu2 tanpa bisa mengucapkan sepatah
katapun.
Menanti hatinya dapat tenang kembali, ia pun dapat
mendengar suara hiruk pikuk ditempat luaran, seakan2
telah terjadi suatu perubahan yang amat besar.
Tetapi iapun tahu dia adalah seorang yang hampir mati,
Si Soat Ang tentu merasa terharu kepadanya maka ia suka
bermesraan dengan dirinya dikala ajalnya menjelang
datang.Bukan untuk pertama kakinya Tonghong Pek
bergandengan dengan Si Soat Ang, setahun berselang ketika
mereka berdua sama2 menanggulangi kesulitan, walaupun
tidak sampai kelewat batas namun mereka pernah saling
bermesraan.
Walaupun begitu, sekarang Tonghong Pek mencekal
tangan Si Soat Ang kembali, jantungnya terasa berdebar
sangat keras
Sementara itu terdengar Si Soat Ang telah berkata
kembali.
"Kau telah selamatkan jiwaku, dan kau tak akan lolos
diri kematian, sebelum kau meninggal dunia maka kita
adalah sahabat yang paling baik teman paling akrab."
"Terima nona Si." sahut Tonghong Pek sambil
menghembuskan napas panjang " Nona Si dahulu kau tentu
ada seorang sahabat yang paling akrab bukan?"
Pertanyaan ini mengakibatkan kembali diri Tonghong
Pek dalam benak Si Soat Ang, ia merasa sangat sedih.
"Benar" jawabnya sambil menghela napas, ""Aku
mempunyai seorang sahabat yang paling akrab, walaupun
kami sering cekcok namun aku menaruh rasa sayang
kepadanya sedang aku sendiri pun tidak tahu bagaimana
kah perasaannya kepadaku, entah iapun menyukai diriku
atau tidak dan sekarang aku pun tak tahu ia berada
dimana!"
Tangan Tonghong Pek yang menggandeng tangan Si
Soat Ang gemetar semakin keras.
Terdengar Si Soat Ang menghela napas panjang kembali.
"Tetapi meskipun dia ada disini setelah mengetahui
bahwa kau selamatkan jiwaku dengan menempuh bahayaaku rasa iapun tidak akan menyalahkan dirimu"
tambahnya.
"Aku aku rasa aku rasa ia tentu tahu..." gugam sianak
muda itu.
"Aai... semoga saja ia memang benar2 tahu."
Sementara itu teriakan2 ditempat luaran kedengaran
semakin nyata, terdengar bentakan gusar dari Tonghong
Pacu sengit memekikkan telinga.
"Binatang kau berani melawan diriku ?"
"Aku tidak ingin bergebrak melawan dirimu tapi kau
selalu yang mendesak diriku" jawab-Tonghong Loei.
"Kau... mengapa kau selalu mendesak diriku ?"
"Coba dengar" Si Soat Ang segera berseru. "Tonghong
Pacu serta Tonghong Loei hendak bertarung sendiri."
"Benar" sahut Tonghong Pek. "Sungguh tak nyana
Tonghong Loei pun masih lumayan juga, ia benar2 hendak
tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"
Dengan cepat mereka berdua lari kedepan sewaktu tiba
ditengah halaman.
Mendadak terdengar suara bentrokan keras
berkumandang memenuhi angkasa, tembok pekarangan
tiba2 roboh keatas diikuti munculnya Tonghong Loei serta
Si Chen mengundurkan diri ke situ.
Kemudian disusul munculnya Tonghong Pacu, dengan
wajah penuh kegusaran, dengan langkah lebar ia mengejar
terus kedalam halaman.
Dari sikap serta tingkah laki Tonghong Pa cu tersebut, Si
Soat Ang mengerti seluruh perhatian gembong iblis itu
sedang dicurahkan kearah Tonghong Loei, ia merasa inilah
kesempatan yang paling baik baginya untuk melancarkanbokongan agar Tonghong Pacu terperanjat dan
mengundurkan diri.
Karena punya pikiran begitu maka badannya dengan
cepat meloncat kedepan sepasang telapak bergerak
berbareng mengirim sebuah pukulan dahsyat.
Dalam sekejap mata angin puyuh menggulung tiada
hentinya memenuhi seluruh angkasa bagaikan gulungan
ombak ditengah samudra serangan tadi langsung
menghantam kearah gembong iblis.
Tonghong Pacu sedang pusatkan perhatiannya untuk
menghajar Tonghong Loei, ia tidak menyangka muncul dua
gulung angin yang hebat, dengan hati terperanjat ia segera
berhenti, kemudian mendorong telapaknya kedepan
menyambut datangnya serangan tersebut.
Ditengah bentrokan dahsyat ia berhasil mematahkan
datangnya ancaman tapi pada saat itulah tubuh Si Soat Ang
telah tiba dihadapan mukanya.
Tonghong Pacu benar2 terkesiap, tentu saja ia tahu dua
serangan yang menghalangi jalan perginya pasti dilancarkan
oleh gadis tersebut, sepasang telapak segera disilangkan
didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan.
Si Soat Ang tertawa, jengeknya.
"Orang lain mengatakan untuk menghadapi serangan
yang hebat ayah dan anak jangan saling berpisah mengapa
kalian malah bermusuhan sendiri ? Apakah kau ingin
membuyarkan gelarmu sebagai Bengcu tanpa tandingan?"
Tonghong Pacu mendengus, ia tidak menggubris ejekan
tersebut kembali bentaknya.
"Binatang, aku kesini jangan sembunyi2 disitu !"Tonghong Loei serta Si Cien berada dua tombak dan
kalangan, mereka tak mau mendekat, sebaliknya berteriak
keras.
"Aku sudah ambil keputusan untuk meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"
"Meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung? Hmm!
Aku tidak percaya kau punya tempat menetap yang lebih
aman daripada perkampungan Jiet Gwat Cung."
"Kami hendak berangkat ke wilayah Biauw."
Begitu mendengar jawaban tersebut Tong-hong Pacu
segera mengetahui tujuan Tonghong Loei ke wilayah
Biauw, ia pasti hendak mencari ibunya Kiem Lan Hoa, dan
tindakan tersebut merupakan pantangannya yang paling
besar.
Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku sebagai Bu Tek Bengcu berhasil menjaring seluruh
tokoh sakti yang ada dikolong langit, kalau untuk
mengurusi putranya sendiri pun tak sanggup apa gunanya
aku menjagoi kolong langit?"
Air muka Tonghong Loei berubah pucat pias bagai
mayat, walaupun ia sudah bulatkan tekad untuk berlalu tapi
iapun tahu bukan cara yang tepat untuk menggunakan
kekerasan dalam keadaan seperti ini.
"Dalam perkampungan Jiet Gwat Cung sudah penuh
dengan jago lihay, apa artinya aku seorang?" segera
serunya.
"Binatang, sebab kau adalah putraku !"
Tonghong Loei tertawa getir, ia tidak buka suara lagi.Pada saat itulah Tonghong Pek maju selangkah kedepan
ujarnya.
"Bengcu, ia hendak meninggalkan perkampungan Jiet
Gwat Cung karena putramu telah menyanggupi
permintaanku, ia boleh melakukan tindakan yang
melanggar ucapan sendiri, lebih baik biarkanlah ia pergi."
"Kentut busuk" teriak Tonghong Pacu gusar, sambil
membentak tiba2 telapaknya berputar melancarkan sebuah
serangan dahsyat ke arah Tonghong Pek.
Menyaksikan datangnya serangan dari gembong iblis itu
amat dahsyat, Tonghong Pek sama sekali tidak
menghindar, sebab ia tahu dua belas jam kemudian ia bakal
mati keracunan, mungkin sesaat menjelang asalnya ia akan
merasakan siksaan hebat, apa bedanya dengan beberapa
jam lebih pagi diujung telapak Tong hong Pacu?
Angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra serangan tadi meluncur kedepan, namun
Tonghong Pek tetap tak berkutik, tindakannya itu
mengejutkan orang.
Disaat yang amat kritis itulah tiba2 Si Soat Ang
membentak keras, jari tangannya diiringi desiran tajam
tiba2 meluncur kedepan mengancam jalan darah Ci-Te-Hiat
di atas lengan kanan Tonghong Pacu.
Serangan gadis inipun sangat cepat bahkan tepat sekali,
seumpama Tonghong Pacu melanjutkan serangannya maka
sekalipun angin pukulannya bersarang ditubuh Tonghong
Pek namun jalan darah Ci-Tie Hiatnya pun pasti akan
tertotok oleh Si Soat Ang.
Maka dari itu merasa datangnya ancaman terpaksa ia
lepaskan Tonghong Pek, badannya tiba2 berputar danserangan yang semula di arahkan kearah sianak muda itu
segera berbalik mengancam Si Soat Ang.
Gadis she Si inipun bukan orang lemah, dari putaran
badan gembong iblis tersebut, Si Soat Ang segera
menyadari bahwa totokannya tak bakal mengenai
sasarannya, dengan cepat ia merendahkan badannya ke
bawah, sepasang telapak berputar kemudian menyambut
datangnya serangan tersebut.
"Braak ." Sepasang telapak saling membentur satu sama
lainnya menimbulkan ledakan keras.
Dalam bentrokan ini tubuh Si Soat Ang terdesak mundur
selangkah kebelakang sedangkan, tubuh Tonghong Pacu
terangkat keatas.
Gadis itu tak mau tunjukkan kelemahannya, ia sadar
apabila tubuhnya yang mundur tak bisa ditahan maka ia
bakal menderita kalah sejurus, maka ambil kesempatan itu
kembali badannya mendesak kedepan sambil melancarkan
sebuah serangan kembali.
Serangan tersebut datangnya teramat cepat sehingga sulit
bagi Tonghong Pacu untuk menghindarkan diri, dalam
bentrokan yang terjadi untuk kedua kakinya iblis itu tak
kuasa menahan diri, dengan sempoyongan badannya
mundur dua langkah kebelakang.
Menyaksikan musuhnya berhasil dipaksa mundur, Si
Soat Ang kegirangan setengah mati, dengan cepat ia tarik
kembali serangannya berkelebat kesisi Tonghong Pek dan
mendengus dingin.
"Tonghong sianseng." katanya "Kalau tak dapat
mengurusi putra sendiri, lebih baik janganlah salurkan rasa
mangkelmu kepada orang lain kalau mau menabok,
taboklah putramu sendiri."Wajah Tonghong Pacu sebentar berubah pucat pias,
sebentar lagi berubah hijau membesi, ia sangat gusar sekali,
lama sekali barulah ujarnya sambil tertawa dingin.
"Nona Si kau sungguh baik hati, demi mencabut keluar
jarum beracun dalam tubuhmu, ia bakal mati keracunan
dan sekarang kau masih menolong jiwanya ?"
Tentu saja ucapan tersebut mengandung sindiran tajam,
sebelum Si Soat Ang buka suara dengan nada tenang
Tonghong Pek telah berkata.
"Kau tidak usah menyindir, aku berbuat karena muncul
atas keikhlasan hatiku."
Sepasang mata Tonghong Pacu berkilat, ia tidak
menggubris mereka berdua lagi, sinar matanya dialihkan
kearah Tonghong Loei.
"Bagaimana keputusanmu ?" tegurnya.
"Aku sudah bulatkan tekad untuk meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat-Cung"
"Hee... hee... hee... kau jangan anggap karena kau adalah
putraku, lantas aku tidak bisa meng-apa2kan dirimu, bicara
terus terang, aku bisa anggap tidak punya seorang putra
macam kau. Hmmmm ! binatang, aku bisa membinasakan
dirimu dengan cara yang paling keji."
Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tubuhnya
gemetar keras namun ia tetap berkata.
"Aku sudah bulatkan tekad !"
"Baik akan kulihat sampai dimanakah kebulatan
tekadmu itu !" teriak Tonghong Pacu sambil meraung gusar.
Sambil berteriak sepasang lengannya dipentangkan dan
menubruk kedepan, siapapun tahu bahwa gembong iblis inimengandung maksud tidak menguntungkan terhadap
putranya sendiri.
Dan semua orang pun tahu tak ada orang yang bisa
menyelamatkan sianak muda itu kecuali Si Soat Ang
seorang.
Dalam sekejap mata baik Si Chen maupun Tonghong
Pek sama2 telah berpaling kearah gadis itu sambil berseru.
" Nona Si harap .."
Namun sebelum ucapan mereka selesai di utarakan,
terdengar Si Soat Ang telah berteriak keras, suaranya penuh
dengan rasa gusar bercampur terkejut.
Kiranya serangan sepuluh jari yang dilancarkan
Tonghong Pacu sama sekali tidak ditujukan kearah
Tonghong Loei, sebaliknya malah mencengkeram tubuh Si
Soat Ang.
Dalam sekejap mata ia merasakan desiran angin tajam
menyambar datang dengan hebatnya, ditengah kurungan
bayangan jari seakan berlapis2 jala yang tak berwujud
sama2 mengurung badannya.
Gadis itu amat terperanjat, buru2 ia menjerit lengking
kemudian enjotkan badan berkelebat beberapa tombak
kesamping.
Tonghong Pacu bisa melancarkan serangan secara
mendadak kearah Si Soat Ang, boleh dikata suatu kejadian
diluar dugaan, tetapi kejadian selanjutnya semakin
mencengangkan.
Kiranya serangan yang dilancarkan Tong-hong Pacu
kearah Si Soat Ang meski kelihatannya amat ganas, namun
dalam kenyataan hanya sebuah serangan kosong belaka.Disaat Si Soat Ang menghindarkan diri itulah, Tonghong
Pacu pun telah mengundurkan diri kebelakang.
Kali ini ia tidak mengundurkan diri ketempat semula,
sebaliknya menerjang kearah Tong hong Loei.
Agaknya gembong iblis ini sudah tahu seandainya ia
turun tangan terhadap Tonghong Loei maka Si Soat Ang
pasti akan menghalangi niatnya, maka ia turun tangan
terlebih dahulu ke arah gadis itu secara tiba2 agar ia
gelagapan dan mengundurkan diri.
Setelah gadis itu mundur maka ia baru menubruk kearah
Tonghong Loei, perhitungannya ini boleh dikata sangat
tepat.
Sianak muda itu sama sekali tidak menyangka bakal
terjadi kejadian seperti ini. ketika merasakan datangnya
segulung angin pukulan ia tersentak kaget, tapi sebelum
berhasil melarikan diri serangan ayahnya telah tiba.
Ditengah jeritan kaget Si Chen itulah, dada Tonghong
Loei sudah kena dicengkeramoleh Tonghong Pacu.
Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Loei tidak lemah, tapi
ia masih selisih jauh kalau di bandingkan dengan
kepandaian Tonghong Pacu setelah dicengkeram ia tak
dapat berkutik lagi.
"Binatang apa yang hendak kau katakan lagi? Ayoh cepat
katakan sekarang juga." teriak Tonghong Pacu sambil
angkat tubuh putranya ketengah udara.
Tonghong Loei memang berwatak keras, tetapi berada
dalam keadaan seperti ini dibikin pecah nyali juga,
ucapannya yang gagah segera."Aku...aku...aku hanya berharap jangan kau pisahkan
hubungan kami berdua lagi.." serunya ter-patah2.
"Aku...aku... aku..."
"Loei Sam, seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi
kematian sekalipun jiwamu terancam janji tak boleh
diingkari." tukas Tonghong Pek dengan suara keras.
Sedangkan Si Chen yang berada disisinya sudah
menangis tersedu2, terdengar ia berseru.
"Sam suko cepatlah sanggupi permintaannya apa yang
disuruh ayahmu lakukan, lakukanlah tanpa membantah,
kau . . kau tidak boleh mati . . Sam suko aku. . aku sudah . .
. sudah mengandung !"
"Aaah . . !" Tonghong Loei berseru tertahan.
"Ayoh katakan, ayoh cepat katakan !" desak Tonghong
pacu sambil tertawa dingin.
Tonghong Loei jadi gelisah akhirnya ia berseru.
"Asal kau tak ada niat untuk memisahkan kami suami
istri berdua aku suka berdiamdi tempat ini lebih jauh !"
Tonghong Pacu mendengus dingin ia segera kendorkan
tangannya dan melemparkan tubuh Tonghong Loei
beberapa tombak jauhnya dari tempat semula.
Tubuh sianak muda itu segera terpental dan jatuh
terjengkang diatas tanah, buru2 Si Chen memburu kedepan,
menubruk keatas tubuhnya dan menangis tersedu2.
"Sudah janganlah menangis" Ujar Tonghong Loei sambil
meronta bangun dari atas tanah. "Sekarang sudah tak ada
urusan lagi ! "
Kedua orang itu sama2 meronta bangun dan berdiri,
kemudian berdiri berdampingan jauh di ujung kalangan.Tonghong Pek yang menyaksikan peristiwa itu jadi
mendongkol, selangkah demi selangkah ia maju mendekati
kedua orang itu lalu ujar nya sepatah demi sepatah.
"Loei Sam, mula2 aku mengira kau masih punya harga
diri dan semangat seorang lelaki jantan tak kusangka aku
telah salah menilai dirimu !"
Tonghong Loei malu sekali ia segera melengos dan tidak
berani saling terbentur dengan sinar mata Tonghong Pek
sambil tertawa getir jawabnya.
"Keadaan terlalu memaksa mau tak mau aku harus
bertindak mengikuti keadaan."
"Cisss ! omong kosong !"
Tonghong Pacu yang menyaksikan perbuatan Tonghong
Pek itu merasa sangat tidak senang hati, ia kebaskan ujung
bajunya memaksa Tong hong Loei serta Si Chen mundur
beberapa langkah ke belakang, kemudian badannya
berkelebat menghadang di depan Tonghong Pek, jengeknya.
"Bangsat kau ingin berangkat lebih dulu ke akhirat
sebelum racun dalam tubuhmu mulai bekerja ?"
Tonghong Pek mendengus dingin.
"Kau anggap setelah bergelar Boe-Tek-Beng itu lantas
seluruh jago yang ada dikolong langit pada tunduk atas
perintahmu ? Hmm ! kau sedang bermimpi disiang hari
bolong !"
"Siapa yang berani menentang perintahku?"
"Bukan orang lain dia adalah putramu sendiri !" jawab
Tonghong Pek dingin.
"Haaa haaa haaa untuk sementara memang binatang
cilik itu suka mendengarkan hasutan orang lain dan inginbikin keonaran tapi coba lihat bukankah ia sudah berhasil
kutaklukan ?"
"Aku tidak maksudkan dia, aku mengartikan putramu
yang lain!"
Airmuka Tonghong Pacu berubah hebat, sedang Si Soat
Ang pun menunjukan sikap tegang.
Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit itu segera
meloncat kedepan, sepasang lengannya diangkat seolah2
hendak melancarkan serangan, namun ia tidak turun
tangan, hanya hardiknya dengan suara yang sangat
menakutkan.
"Apa maksudmu?"
"Aku bilang, bukankah kau masih punya seorang putra
lagi? Aku tahu nama besarmu telah menggetarkan seluruh
jagad, tak seorang manusiapun yang tak tahu dirimu tapi
sungguh aneh, saat ini kau berada didalam perkampungan
Jiet Gwat Cung, mengapa putra tertuamu malah lenyap tak
berbekas.
Ucapan ini langsung menusuk kedalam lubuk hati
Tonghong Pacu, selama setahun entah beberapa banyak
jago Bulim yang telah menggabungkan diri kedalam
perserikatannya dan entah beberapa banyak yang sudi
mendengarkan perintahnya, tetapi ada satu hal membuat ia
sedih, ia berharap suatu saat Tong-hong Pek bisa muncul
dihadapannya.
Air muka Tonghong Pacu berubah sangat menyeramkan,
ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmm..! mungkin saja ia terkait oleh suatu masalah
yang terjadi dalam dunia persilatan, Apa anehnya?""Aku lihat lebih baik kau jangan tempelkan emas diatas
wajah sendiri, aku tahu ia tidak mau muncul disini sebab
tidak sudi melihat tingkah lakumu yang bejad dan rendah,
ia tak ingin berkomplot dengan dirimu. Hmm, untuk
menundukan putra sendiri pun tak sanggup masih ingin
menguasai orang lain!"
Dari pucat wajah Tonghong Pacu berubah jadi hijau
membesi, ia membentak gusar.
Tonghong Pek tahu ayahnya pasti akan turun tangan,
maka ditengah bentakan gusar tersebut, badannya segera
meloncat mundur ke belakang.
"Kejadian ini sudah diketahui setiap umat dikolong
langit, sekalipun naik pitam juga percuma." jengeknya
kembali.
"Heee...heee.. kau anggap setelah mendengar ucapanmu
itu aku lantas bubarkan perserikatanku ini? bicara terus
terang kepadamu, Boe-Tek Beng akan segera menguasahi
seluruh jagad, menanti batas waktu setahun telah penuh,
barang siapa yang tak mau tunduk pada perintahku baik dia
perseorangan maupun suatu partai atau perkumpulan, akan
kuhancurkan mereka sehingga tak bisa tancapkan kaki
dalam dunia persilatan lagi !"
Diam2 Tonghong Pek mengeluh, dengan menempuh
bahaya rahasia terbongkar asal usul sendiri ia ada maksud
mencegah Tonghong Pacu bikin keonaran lebih jauh
dikolong langit, tapi usahanya gagal total.
Tonghong Pek segera berpaling ke arah Si Soat Ang dan
berkata.
"Nona Si, sekarang hanya kekuatanmu seorang yang
dapat membendung ambisinya itu."
"Aku ? . ..." tanya Si Soat Ang dengan alis berkerut.Sikap gadis tersebut membuat hati Tonghong Pek
terjelos, sebaliknya sangat menggembirakan Tonghong
Pacu, buru2 ia berseru.
"Nona Si, aku undang dirimu untuk menduduki kursi
sebagai wakil Bengcu didalam perserikatan Boe-Tek-Beng,
ini kedudukan Tiau-tong Tongcu pun aku serahkan
kepadamu kita bisa duduk dengan tingkat yang sejajar dan
sama2 memerintah kolong langit !"
"Kau...sungguhkah ucapanmu itu ?" Tanya Si Soat Ang
dengan hati berdebar keras.
Harus diketahui walaupun ilmu silat yang dimiliki Si
Soat Ang pada saat ini boleh dikata seimbang dengan
Tonghong Pacu namun dalam kedudukan ia masih bukan
tandingan dari gembong iblis tersebut.
Tetapi lain halnya bila dia menjabat sebagai Wakil
Bengcu, tidak sampai setengah tahun seluruh umat kolong
langit akan mengetahui nama besarnya dan siapapun akan
tunduk padanya.
Rasa girang yang terlintas diatas wajah gadis itu sukar
dilukiskan lagi dengan kata2, wajahnya segera jadi cerah
dan penuh dihiasi dengan senyuman manis.
Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan tersebut jadi
sangat terperanjat, segera teriaknya.
"Nona Si, kau harus berpikir panjang lebih dahulu!"
Tetapi gadis itu sudah tak dapat membendung rasa
girangnya lagi, apa yang diucapkan Tonghong Pek sama
sekali tidak terdengar lagi ia berseru.
"Sekarang kau bicara melulu apa gunanya, kau harus
menyatakan dahulu persoalan ini di hadapan para enghiong
hoohan yang ada di kolong langit.""Ooow...soal ini tentu saja" kata Tonghong Pacu, meski
gadis itu tidak menyatakan setuju, namun ia tahu Si Soat
Ang telah menerima tawarannya.
"Tidak selang be berapa hari lagi seluruh enghiong
hoohan dikolong langit akan berkumpul semua di
perkampungan Jiet-Gwat Cung, pada saat itu aku akan
umumkan pengangkatan nona Si sebagai wakil Bengcu
kepada seluruh jagad !"
"Baik kalau begitu kita tetapkan dengan sepatah kata ini
!" sahut Si Soat Ang kegirangan.
Tonghong Pek semakin terjelos hatinya, sambil menarik
tangan gadis itu ia berseru.
"Nona Si mari kita pergi !"
"Sahabat Pek, apakah kau tidak merasa gembira dengan
pengangkatan ini ?" Seru Si Soat Ang tertawa cekikikan
"Aku telah diangkat sebagai wakil Bengcu didalam
perserikatan Boe-Tek-Beng ini !"
"Siapa yang sudi bergirang hati ? Jangan sekali2 kau
ceburkan diri kedalam air keruh ini, sebab satu kali kau
terperosok maka menyesal kemudian tak berguna !"
Si Soat Ang sedang kegirangan, ucapan si anak muda
tersebut bagaikan kepalanya diguyur dengan sebaskom air
dingin, kontan hawa amarahnya berkorban.
Seandainya ia tidak teringat bahwa Tong-hong Pek telah
menyelamatkan selembar jiwanya, mungkin ia akan
mengumbar hawa amarah tersebut.
Dengan cepat ia tarik kembali tangannya yang dicekal
sianak muda itu, teriaknya:"Perserikatan Boe-Tek-Beng mengusai seluruh Bu lim
agar dalam dunia persilatan tidak terjadi pertikaian lagi, apa
celakanya ?".
"Siapa yang bilang tak ada pertikaian lagi ? Serangan
kalian terhadap berbagai partai serta perguruan apakah
tidak menimbulkan keonaran ? berapa banyak jiwa harus
melayang oleh perbuatan tersebut ? berapa keluarga yang
berantakan ? dan berapa banyak darah yang bakal mu ngalir
membasahi permukaan bumi ?"
"Hmmm ! itulah akibat kesalahan, mereka sendiri siapa
suruh mereka tidak menggabungkan diri didalam
perserikatan Boe-Tek-Beng ku."
"Kau... kau..." Saking khekinya untuk beberapa saat
Tonghong Pek tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Si Soat Ang jadi mendongkol, kembali teriaknya.
"Kenapa aku ? kalau kau tidak suka berada dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung, tak suka melihat aku
gembira ? Silahkan segera berlalu dari perkampungan ini,
kau tak dapat memaksa aku untuk meninggalkan jabatanku
sebagaiWakil Bengcu dalam perserikatan Boe-Tek-Beng ini
!"
Bagaikan sebuah patung Tonghong Pek berdiri ter-
mangu2 lama sekali ia baru tundukkan kepala putar badan
dan selangkah demi selangkah meninggalkan tempat itu.
Ketika tiba didepan pintu ia menghela napas panjang
seluruh rasa dongkol dan kecewanya disalurkan keatas
pintu disisinya, suatu pukulan yang sangat keras segera
bersarang di atas pintu tadi.
Braak.! diiringi suara dahsyat pintu tersebut roboh dan
hancur ber-keping2 diatas tanah.Kejadian ini benar2 diluar dugaan, bahkan Tonghong
Pek sendiripun tidak menyangka maka ia berdiri tertegun
lalu mundur beberapa langkah kebelakang pada saat itulah
kerudungnya tersingkap lalu lepas oleh sambaran angin dari
pintu tersebut.
Namun Tonghong Pek tidak ambil perduli ia lanjutkan
kembali langkahnya menuju kedepan.
"Sahabat Pek tunggu sebentar !" tiba2 terdengar Si Chen
berteriak keras.
Tonghong Pek berhenti namun tidak putar badan pada
saat ini ia merasa kepalanya pusing tujuh keliling,
seandainya kaki tidak berasa berat untuk melanjutkan
perjalanan, mungkin ia tidak akan menggubris teriakan Si
Chen tadi dan ditinggal pergi.
Ketika itulah terdengar suara langkah kaki yang keras
berkumandang datang disusul suara dari Si Chen muncul
kembali tepat di belakang tubuhnya.
"Sahabat Pek kami tak dapat menuruti perkataanmu
untuk meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung ini,
harap kau jangan salahkan kami !"
Tonghong Pek menghela napas panjang Si Chen adalah
orang baik tapi sayang dia adalah seorang baik yang tidak
punya pendapat serta pendirian barang sedikitpun, ia hanya
bisa tertawa getir seraya berpaling serunya.
"Kau tak perlu..."
Sebenarnya ia hendak berkata. "kau tak perlu sedih, aku
tidak akan menyalahkan dirimu," tapi sebelum ia
menyelesaikan kata2-nya Si Chen yang berdiri di sisinya
sedang menatap dirinya dengan sinar mata terkejut
bercampur seram, diikuti gadis itu mundur beberapa
langkah ke belakang."Kau... kau..."
Sejak wajahnya berubah jadi menyeramkan Tonghong
Pek sudah terbiasa menghadapi sikap orang yang terkejut
dan mundur dengan ketakutan setelah menyaksikan
wajahnya maka dari itu menjumpai sikap dari Si Chen ia
tidak merasa keheranan.
Tetapi ucapan selanjutnya dari gadis itu membuat
Tonghong Pek sangat terperanjat dan tidak habis mengerti.
Tampak Si Chen setelah mundur beberapa langkah
kebelakang ia lantas menuding wajahnya sambil berseru.
"Kau... kau adalah Tonghong Pek ?"
Tonghong Pek benar2 sangat terperanjat, begitu kagetnya
sianak muda itu sampai ia mundur beberapa langkah ke
belakang.
"Nona Si . . apa yang kau katakan !" serunya. jelas ia
masih tidak ingin mengakui bahwa dia adalah Tonghong
Pek seperti yang dikatakan gadis itu.
Dalam pada itu teriakan dari Si Chen barusan bukan saja
telah mengejutkan Tonghong Pek, bahkan Tonghong Pacu,
Tonghong Loei serta Si Soat Ang pun jadi sangat
terperanjat mereka sama2 berpaling dan menatap wajah
Tonghong Pek tajam2.
Air muka beberapa orang itu segera berubah hebat,
begitu hebat perubahan tersebut sehingga sukar dilukiskan
dengan kata2 sebab yang mereka temui berdiri didepan
pintu pada saat ini bukan lain adalah Tonghong Pek.
Setelah kain yang mengerudungi wajahnya terlepas,
wajah Tonghong Pek tidak kelihatan menyeramkan lagi,
panca indranya muncul kembali sebagaimana layaknya,
dan ia bukan lain adalah Tonghong Pek yang dahulu.Dalam sekejap mata semua orang dibikin tertegun dan
tidak habis mengerti oleh perubahan tersebut.
Tonghong Pek sendiripun berdiri tertegun ketika
menyaksikan semua orang sedang memandang kearahnya,
dengan wajah aneh, ia tahu wajahnya tentu sudah terjadi
perubahan lagi.
Buru2 ia memegang wajah sendiri dan segera berseru
tertahan, ternyata tonjolan daging yang semula memenuhi
wajahnya kini lenyap tak berbekas, wajahnya telah pulih
kembali seperti sedia kala, halus rata dan sempurna dalam
panca indra.
Akhirnya ia buka suara, memecah kesunyian yang
mencekam seluruh kalangan selama ini.
"Kalian kalian sudah kenali diriku kembali ?"
"Bagus..." Teriak Tonghong Pacu dengan nada gusar
"Kiranya selama ini kaulah yang selalu mencari satroni
dengan diriku!"
"Tonghong toako" Si Soat Ang pun berteriak "Kau...
kau... kiranya kau, Ah. kalau begitu orang yang menghisap
keluar jarum beracun dari tubuhku tadi pun adalah dirimu?"
"Benar aku Soat Ang !" jawab Tonghong Pek.
-oo0dw0oo-
Jilid 22
DENGAN cepat gadis itu enjotkan badannya berkelebat
kehadapannya lalu mencekal tangan sianak muda itu erat2.
Si Soat Ang angkat kepala memandang wajah sianak
muda itu bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu namun tak sepatah katapun yang kedengaran.Lama.. lama sekali ia baru berseru.
"Sejak semula aku sudah mencurigai bahwa aku pernah
kenal dengan dirimu, sejak semula aku sudah curiga..."
"Tapi aku tak berani beritahu kepadamu sebab wajahku
ketika itu menyeramkan sekali."
"Sekarang bukankah sudah pulih kembali ? wajahmu
telah pulih kembali seperti sedia kala !"
"Benar !" sahut Tonghong Pek sambil tertawa getir.
"Tetapi sayang.. aku sudah hampir mati !"
Mula2 Si Soat Ang sedang kegirangan atas perjumpaan
ini tapi mendengar ucapan yang terakhir hatinya jadi
terjelos, wajahnya seketika itu juga berubah jadi pucat pias,
bahkan ditengah perubahan tersebut jelas kelihatan betapa
mendongkol serta gusarnya gadis itu.
"Kalau kau tahu bahwa berbuat demikian bakal mati,
mengapa kau suka menghisap keluar jarum beracun
tersebut dari tubuhku ?" jeritnya keras2.
Tonghong Pek mengerti apa sebabnya gadis itu menegur,
ia menghela napas panjang dan tundukkan kepalanya
rendah2.
”Waktu itu wajahku amat menyeramkan bagaikan
memedi, aku malu untuk berjumpa dengan orang lain
daripada hidup menanggung derita lebih baik aku
menolong jiwamu !"
Si Soat Ang sangat terharu, titik air mata jatuh berlinang.
Pada saat itulah tiba2 terdengar Tonghong Pacu berkata.
"Pek-jie seandainya aku bisa menolong dirimu, lalu
bagaimana sikapmu ?"Sebutan "Pek-jie" tersebut sangat menusuk pendengaran
Tonghong Pek, tentu saja ia mengerti maksud gembong iblis
tersebut.
"Aku sudah terkena racun keji dari jarum beracun milik
Kiem Ciam-Sin-Bo, tak ada orang yang bisa menolong aku
lagi !" sahutnya ketus.
"Dugaanmu salah besar, aku dapat mengorbankan
separuh dari tenaga dalam yang kumiliki untuk memaksa
racun yang mengeram dalam tubuhmu terdesak keluar."
"Kau suka berbuat demikian ?" Kata Tong hong Pek,
sepasang matanya menatap gembong iblis itu tajam2.
Tonghong Pacu menghela napas panjang.
"Pek-jie apa maksudmu berkata demikian ?" serunya.
"Kau adalah putraku, kau adalah anak kandungku, kau
harus tahu tak ada cinta kasih yang lebih mendalam
daripada cinta kasih orang tua terhadap anaknya !"
Beberapa patah kita itu sangat mengena dilubuk hati
Tonghong Pek, ia segera tundukkan kepalanya rendah2 dan
tak sanggup diangkat kembali.
Setahun berselang Tonghong Pek sudah tahu bahwa
Tonghong Pacu adalah ayah kandungnya tapi apa sebabnya
ia pergi kegunung Go bie? tidak lain untuk memusuhi
ayahnya.
Kemudian ia pun selalu berusaha untuk memusuhi dan
mempersulit ayahnya, tetapi sekarang Tonghong Pacu rela
mengorbankan separuh dari tenaga dalam yang dimilikinya
untuk menolong jiwanya, ucapan ini membuat Tonghong
Pek menyesal dan malu.Namun iapun merasa curiga, sungguhkah ucapan dari
Tonghong Pacu itu? Benarkah ia berbuat demikian karena
tulus ikhlas?
Setelah putar otak beberapa saat lamanya sianak muda
itu angkat kepala. kembali berkata.
"Kalau kau menolong diriku, bagaimana dengan kau
sendiri ?"
"Soal ini sukar diramalkan mulai sekarang, menurut
perasaanku, menurut perkiraanku dengan korbankan
separuh dari tenaga dalamku, mungkin racun yang
mengeram didalam tubuhmu ini bisa didesak keluar. Tetapi
kalau sampai pada waktunya tidak berhasil, maka dalam
keadaan seperti itu, kemungkinan seluruh ilmu silatku bakal
musnah."
"Jika demikian adanya, bukankah kau tak dapat jadi
Boe-Tek-Bengcu dan berkuasa di seluruh kolong langit ?"
kata sianak muda sepatah demi sepatah.
Sebelum Tong hong Pacu sempat menjawab Si Soat Ang
telah menimbrung lebih duluan:
"Soal itu tidak penting, sekalipun ilmu silatnya sama
sekali musnah, aku dapat mewakili dirinya untuk menjabat
sebagai Bengcu!".
Tonghong Pacu segera mendongak tertawa tergelak.
”He.,.he he.,., sekalipun aku tak bisa jadi Bu-Tek-Bengcu
apa salahnya ? aku punya dua orang putra yang dapat
meneruskan cita2ku, apa yang aku takuti lagi ?".
"Nanti dulu," seru Tonghong Pek sambil goyangkan
tangannya, "Aku hendak bicara lebih dulu, seandainya
urusan ini diserahkan kepadaku maka pertama2 aku akan
bubarkan dahulu perserikatan Boe-Tek Beng ini !"."Tonghong toako, apa gunanya kau saling ribut dengan
ayahmu pada saat ini ?".
Seru Si Soat Ang sambil mendepakkan kakinya keatas
tanah, "Sekarang hanya dia seorang yang bisa menolong
jiwamu !"
Tonghong Pek tertawa getir, ia tahu apa yang diucapkan
gadis tersebut merupakan kenyataan dan iapun tahu
Tonghong Pacu suka mengorbankan separuh dan tenaga
dalamnya untuk menolong dia bukan lain ingin
melumerkan hatinya yang keras dengan cinta kasih seorang
ayah terhadap putra kandungnya.
Tetapi iapun tidak sudi demi hidup, ia sanggupi untuk
meneruskan cita2 Tonghong Pacu dengan mewakili dirinya
jadi Boe-Tek-Bengcu.
Beberapa saat lamanya ia merasa pikirannya sangat
kacau dan bimbang.
"Tonghong toako !" Si Soat Ang lantas ber bisik,
"Lenyapkan dahulu racun yang mengeram dalam tubuhmu,
kemudian baru kita bicarakan persoalan lain..."
Tonghong Pek merasa ucapan itu memang cengli maka
ia lantas menghela napas panjang.
"Ucapan nona Si sedikitpun tidak salah." Tonghong
Pacu menimbrung, "Satu detik aku terlambat turun tangan
berarti racun yang mengeram dalam tubuhmu satu bagian
lebih sulit untuk dipaksa keluar, mari ikutilah diriku."
Habis bicara gembong iblis itu lantas putar badan dan
berjalan masuk ke dalam.
Tonghong Pek masih ragu2, Si Soat Ang yang ada
disisinya lantas mendorong tubuhnya.
"Sudah, ayohlah cepat ikuti dia masuk ke dalam.”Tonghong Pek tarik napas panjang2, akhirnya dia
mengikuti juga.
Se-akan2 Tonghong Pacu sudah menduga bahwa
Tonghong Pek pasti akan mengikuti dirinya, sepanjang
perjalanan sama sekali tidak berpaling, menanti sianak
muda itu sudah menyusul ia baru berkata.
"Ada satu persoalan membuat hatiku merasa sangat
sedih mungkin kau masih belum tahu akan kejadian ini."
"Persoalan apa ?"
"Ibu mu sudah meninggal dunia !"
Tonghong Pek tertegun bagaikan kesambar geledek
disiang hari bolong ia berdiri kaku tak berkutik.
Sejak kecil ia anggap ibunya sebagai ibu guru, berbagai
macam kebaikan Sunio terhadap dirinya segera mengalir
dan memenuhi benaknya, ia tidak ingin menangis tetapi
pada saat ini tanpa sadar titik2 air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya.
"Manusia yang telah mati tak mungkin bisa hidup
kembali apa gunanya kau bersedih hati ?" tegur Tonghong
Pacu sambil berpaling.
"Bagai.. bagaimanakah ia bisa mati ?" tanya sianak muda
itu dengan sesenggukan.
"Mungkin disebabkan rasa sedih yang menyerang dirinya
selama banyak tahun akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal
dunia sewaktu jantungnya terserang, aku sudah berusaha
sekuat tenaga untuk melindungi detak jantungnya jangan
sampai berhenti, tapi sayang terlambat, Aai... aku telah
mencelakai dia !"
Pembaca yang budiman, apa yang diucapkan Tonghong
Pacu pada saat ini sudah tentu hanya kata2 bohong belaka,tapi sewaktu diutarakan keluar, jelas kelihatan betapa serius
dan sungguhnya wajah gembong iblis tersebut, bahkan
diantara nada2 suaranya terkandung rasa sedih yang bukan
kepalang.
Bukan saja apa yang diceritakan adalah kata2 bohong
belaka, sekalipun ucapannya hendak menolong Tonghong
Pek pun bohong besar.
Tentu saja hal ini bukan dimaksudkan Tong hong Pek
sudah tak tertolong lagi, tetapi dalam kenyataan sianak
muda itu sama sekali tak perlu ditolong lagi.
Pengetahuan yang dimiliki Tonghong Pacu sangat luas,
ketika pertama kali bertemu dengan Tonghong Pek yang
memiliki wajah aneh ia sudah menanyakan apakah sianak
muda itu berasal dari wilayah Biauw, ia bertanya demikian
sebab ia tahu wajah Tonghong Pek bisa berubah begitu
menyeramkan sebab telan sebutir Lwee-tan dari binatang
aneh yang hanya berada diwilayah Biauw belaka.
Dan tiba2 wajah Tonghong Pek pulih kembali seperti
sedia kala, kejadian ini mula2 mengherankan Tonghong
Pacu, tetapi setelah menyaksikan kesegaran badan sianak
muda itu dan sama sekali tidak menunjukkan tanda
keracunan, ia lantas mengerti apa sebenarnya yang telah
terjadi.
Ia mengerti hal ini tentu disebabkan Tong hong Pek telah
menghisap hawa racun dari jarum beracun, kemudian racun
itu menyerang tubuhnya dan dengan racun melawan racun
malahan berhasil memunahkan kedua gulung racun itu.
Baik bawa racun dari jarum beracun maupun racun dari
pil Lwee-tan tersebut. Bukan saja akibatnya Tonghong Pek
tidak mati malahan memberikan kebaikan kepadanya.Mengetahui keadaan tersebut Tonghong Pacu
kegirangan setengah mati, ia tahu diantara dua orang
putranya watak Tonghong Pek paling keras, ia harus
menggunakan akal licik untuk menundukkan dirinya.
Dengan satunya jalan tidak lain adalah memanjakan
serta menyayangi dirinya dengan suatu perbuatan luar
biasa, bila ia selamatkan jiwanya dengan mengorbankan
diri sendiri si anak muda itu pasti akan dibikin terharu oleh
perbuatannya.
Dalam pada itu dengan nada sedih Tong hong Pek
menghela napas panjang, ujarnya.
"Manusia telah mati tak mungkin bisa hidup lagi,
memang benar apa gunanya dipikirkan lagi ? Aaai, ! sejak
kecil aku anggap dia sebagai Sunioku betapa sedih dan
tersiksanya perasaan beliau .."
"Benar, akupun menyesal akan perbuatanku dahulu, aku
memang sedikit keterlaluan, dimata aku sudah mengusir
kalian berdua. Setelah aku paksa keluar racun yang
mengeram dalam tubuhmu paling sedikit aku harus
beristirahat selama setengah sampai setahun untuk
memulihkan kembali tenaga yang telah kukorbankan
kepadamu, aku rasa di-saat2 seperti inilah paling tepat
bagiku untuk merenungkan kembali perbuatan2 ku tempo
dulu, benar bukan ?"
Ucapan dari gembong iblis tersebut kedengaran begitu
ber-sungguh2 membuat Tonghong Pek merasa sangat
terharu, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengutarakan sepatah katapun.
Demikianlah Tonghong Pacu berdua melanjutkan
perjalanannya ke depan, dalam halaman pun tinggal Si Soat
Ang, Si Chen serta Tong hong Loei bertiga.Dengan sinar mata tajam Si Soat Ang memperhatikan
terus hingga bayangan kedua orang itu lenyap dari
pandangan, setelah itu ia baru putar badan dan bergumam
seorang diri.
"Semoga saja racun keji yang bersarang di dalam
tubuhnya benar2 berhasil dipaksa keluar !" jelas
menunjukan betapa kuatirnya gadis ini terhadap
keselamatan Tonghong Pek.
"Nona Si, sungguh tak disangka manusia aneh itu bukan
lain adalah toako." buru2 Tonghong Loei menyela.
Dengan gemas Si Soat Ang melotot sekejap ke arahya
kemudian mendengus, dalam hati kecilnya ia sangat
mendendam terhadap diri Tonghong Loei.
Sudah tentu sianak muda itupun tahu akan keadaan
tersebut, dalam hati ia sudah siapkan jawaban yang rasanya
dianggap tepat melihat gadis itu melotot kembali ia berseru.
"Nona Si, kau tak bisa salahkan diriku, kalau toako tidak
menghisap racun dari tubuhmu, wajahnya tidak akan pulih
kembali seperti sedia kala, bukankah perbuatanku ini malah
mendatangkan kebaikan bagimu?"
Ucapan ini dalam kenyataan memang benar, Si Soat Ang
tak bisa bicara lagi kecuali mendengus kembali dengan
dingin.
"Nona Si sejak kini kita malah jadi orang sendiri" seru
Tonghong Loei tertawa cekikikan.
"Harap kau suka menerima sebuah penghormatanku
sebagai rasa sesalku atas perbuatanku membokong dirimu!"
Si Soat Ang semakin lembek hatinya mendengar rayuan2
manis itu, akhirnya ia menghela napas panjang."Sudah, sudahlah memandang diatas wajah adik Si. aku
tidak akan cari keributan lagi dengan dirimu."
"Terima kasih nona Si."
"Caramu untuk membokong diriku pun terhitung amat
keji dan telengas, seandainya se belum kejadian itu aku
tidak menangkap cahaya biru yang berkelebat dibawah
sorotan sinar lampu, mungkin sejak tadi sudah menemui
ajal nya ?"
"Nona Si. pada waktu itu kau adalah musuhku dan
sekarang kau sudah hampir jadi ensoku, aku..."
Merah jengah selembar wajah Si Soat Ang.
"Ayoh bicara sekali lagi!" serunya.
Ucapan si anak muda itu terutama kata "Enso"
mendatangkan perasaan nyaman dan manis dalam hati
gadis itu.
Ia putar kepala memandang keluar jendela, menyaksikan
fajar hampir menyingsing ia lalu berkata.
"Silahkan kalian kembali akupun hendak beristirahat
sebentar!"
"Baik!" sahut Tonghong Loei serta Si Chen.
Setelah kedua orang itu mengundurkan diri, Si Soat Ang
pun kembali kekamarnya dan berbaring diatas
pembaringan, matanya tak sanggup dipejamkan pikiran
terasa sangat kalut.
Sejak berhasil memiliki ilmu silat lihay, ia selalu
berharap bisa berjumpa dengan Tonghong Pek, tetapi sama
sekali tak disangka olehnya ia bisa berjumpa dengan pujaan
hatinya dalam keadaan seperti ini.Ia pun terbayang pula setelah Tonghong Pacu kehilangan
separuh dari tenaga dalamnya karena harus menolong
Tonghong Pek, hal ini berarti dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung kepandaian silatnya yang paling lihay.
Berpikir sampai disitu gadis tersebut benar2 kegirangan
setengah mati, ketika itulah langit sudah terang, ia segera
bangun untuk berlatih silat sebentar, sementara Tonghong
Loei pun muncul kembali disana.
Sianak muda itu sama sekali tidak berjalan masuk, ia
cuma ber-teriak2 diluar halaman.
"Nona Si! Nona Si!"
"Ada urusan apa?"
"Ada serombongan orang Bulim datang dari tempat
kejauhan untuk menggabungkan diri dengan perserikatan
Bu Tek Beng kita sedangkan Bengcu tak mungkin bisa
temui mereka, ia minta kau yang menyelenggarakan
pertemuan ini."
"Minta aku yang temui mereka?" seru Si Soat Ang
dengan jantung berdebar keras.
"Tentu saja. apabila Bengcu tak bisa hadir sudah tentu
kedudukannya harus diwakili dirimu sebagai wakil Bengcu
dan Thian Tong Tongcu!"
"Baik, perintahkan mereka untuk temui aku di ruang
tengah, disamping itu perlu tata cara apa saja bagi seorang
Bengcu untuk temui tamunya aku sama sekali tidak tahu,
harap kau siapkan dahulu segala keperluannya, aku segera
menyusul kesitu."
Tonghong Loei mengiakan dan segera berlalu.
Sepeninggalnya anak muda itu, buru2 Si Soat Ang suruh
dayangnya untuk membantu ia berdandan, tidak lamakemudian dari tempat luaran terdengar irama musik
bergema memenuhi angkasa.
Lalu disusul tambur dibunyikan ber-talu2, makin lama
semakin keras dan semakin cepat sehingga kedengarannya
amat mengerikan sekali disusul seseorang berteriak lantang.
"Harap wakil Bengcu munculkan diri?" Teriakan itu
lantang, keras penuh tenaga jelas menunjukkan bahwa
orang itu adalah seorang jago lihay yang memiliki ilmu silat
sangat lihay.
Dengan penuh kegembiraan Si Soat Ang berjalan keluar,
ketika ia keluar dari halaman, seekor kuda jempolan segera
menghampiri dirinya, Tonghong Loei dengan cepat loncat
turun dari atas kuda dan jatuhkan diri berlutut
dihadapannya
"Menghunjuk hormat kepada wakil Bengcu!" serunya.
Sejak itu Si Soat Ang hampir saja diperkosa oleh
Tonghong Loei sewaktu ada diluar perbatasan, gadis ini
menaruh rasa tidak senang kepada pemuda tersebut, tapi
sekarang setelah menyaksikan para jago dari perkampungan
Jiet Gwat Cung berbaris rapi dikedua belah sisinya dan
segera tundukan kepala ketika ia berjalan keluar, hatinya
merasa amat gembira sekali. Menanti Tonghong Loei
melakukan penghormatan besar ia semakin kegirangan.
Namun dalam hatipun merasa kurang leluasa buru2 ia
berbisik lirih.
"Kita adalah orang sendiri, apa gunanya ber macam
begitu ??"
Tonghong Loei adalah manusia cerdik, dari ucapan Si
Soat Ang barusan ia mengerti bahwa rasa benci dan tidak
senang gadis tersebut kepadanya sudah lenyap sama sekali,
sambil tertawa ia lantas bangun berdiri dan menjawab:"Menurut adat kesopanan kita harus berbuat demikian,
tak boleh tidak tata cara harus di turuti."
Setelah Tonghong Loei bangun berdiri para jago sekitar
tiga ratus orang yang berdiri dikedua belah sisipun sama2
berseru.
"Menghunjuk hormat kepadaWakil Bengcu."
Seperti halnya sianak muda tadi, seraya berseru tiga ratus
orang jago lihay itu sama2 jatuhkan diri berlutut keatas
tanah.
Haruslah diketahui tiga ratus orang yang hadir saat ini
merupakan jago2 lihay dari perkampungan Jiet-Gwat-Cung
semua, tentu saja jumlah anggota perkampungan itu lebih
dari tiga ratus orang, tetapi disanapun berlaku satu
peraturan aneh.
Bagi para jago yang berkepandaian tidak tinggi dan
kedudukanpun tidak tinggi maka mereka sama sekali tidak
berhak untuk ikut serta dalam penyambutan macam begini,
dus berarti tiga ratus orang yang hadir saat ini rata2
memiliki ilmu silat yang lihay dan masuk hitungan.
Bisa dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya
seruan dari ketiga ratus orang itu secara serentak.
"Kalian semua tak usah banyak adat !" Sahut Si Soat
Ang dengan suara keren dan berat.
Dalam ucapan barusan inipun ia telah saluri hawa murni
yang amat hebat bukan saja suaranya nyaring, lantang dan
memekikkan telinga, bahkan jauh berkumandang entah
mencapai mana saja.
Mula2 diantara para jago yang hadir saat ini, ada yang
merasa tidak puas ketika menyaksikan wakil bengcu dariperserikatan Boe Tek Beng mereka adalah seorang gadis
muda belia.
Tapi sekarang setelah mendengar seruan yang begitu
lantang mereka baru terperanjat mereka sadar apabila
tenaga dalam seseorang belum berhasil mencapai puncak
kesempurnaan maka tidak mungkin ia bisa mengeluarkan
suara yang begitu mengejutkan.
"Terima kasih wakil Bengcu !" kembali orang2 itu
berseru.
Menanti para jago sudah bangun berdiri, Tonghong Loei
baru maju selangkah kedepan sambil berkata.
"Lapor Wakil Bengcu, saat ini ada empat puluh tujuh
orang sahabat Bu-lim yang datang dari delapan penjuru
terdiri dari pelbagai partai dan perguruan hendak ikut serta
dalam perserikatan Boe-Tek-Beng kita, harapWakil Bengcu
suka menyelenggarakan penerimaan ini"
"Ehmm harap Tonghong Tongcu suka bawa jalan !"
Tonghong Loei maju selangkah lebih dekat, bisiknya
lirih.
"Wakil Bengcu hendak jalan kaki atau naik kuda atau
mungkin ingin naik tandu ?"
"Tidak perlu" jawab Si Soat Ang setelah berpikir sebentar
"Lebih baik aku berjalan kaki saja bagaimanapun juga
masuk berada didalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung"
Mendengar keputusan itu Tonghong Loei putar badan
dan berseru lantang.
"Wakil Bengcu hendak menghadiri upacara penerimaan
ini dengan berjalan kaki."
Irama musik segera bergema kembali memecahkan
kesunyian, tiga ratus orang jago Bulim dengan berbaris jadidua berjalan lebih dahulu didepan membuka jalan disusul
Tonghong Loei mempersilahkan Si Soat Ang mengikutinya
di belakang lambat2.
Si Soat Ang benar2 kegirangan setengah mati, kepada
Tonghong Loei serunya.
"Buat apa kau bersikap banyak adat!"
"Sudah semestinya bertindak begini, coba lihat begitu
banyak jago lihay dari pelbagai partai dan perguruan sama2
berkumpul dalam ruangan tersebut, pertemuan besar ini
boleh dikata merupakan suatu pertemuan besar yang belum
pernah terjadi dalam dunia persilatan !"
"Ehmm ! memang demikian adanya."
oooOdwOooo
BAB 23
”APABlLA jago2 Bu-lim sebanyak ini dikumpulkan jadi
satu kemudian kita gunakan untuk menghadapi perguruan
serta partai2 yang tak mau tunduk maka usaha kita akan
berhasil dengan sangat gampang !"
"Benar, Tak ada partai atau perguruan di kolong langit
dewasa ini yang mampu menghadapi serbuan kita !"
"Untuk beberapa waktu lamanya Bengcu serta Toako tak
mungkin bisa munculkan diri, sekalipun racun yang
mengeram dalam tubuh Toako berhasil dilenyapkan, ilmu
silat Bengcu pun tak mungkin bisa pulih seperti sedia kala,
aku lihat tugas berat untuk menundukkan partai2 yang tak
mau bergabung terpaksa jatuh ketangan Wakil Bengcu !"
Ucapan ini membuat Si Soat Ang terkesiap, tapi tanpa
berpikir panjang ia mengangguk."Sudah tentu !".
"Menurut Bengcu semula..." ujar Tonghong Loei lebih
jauh dengan hati gembira. "Tidak usah kita lakukan
pembunuhan secara besar2an asalkan ciangbunjin partai
tersebut kita bunuh kemudian kita tempatkan jago lihay kita
untuk menguasai perguruan tersebut, dengan gampang
partai itu akan kita tundukkan, entah bagaimana menurut
pendapatWakil Bengcu ?".
"Suatu idee yang sangat bagus, dengan adanya kau
sebagai penyusun rencana aku rasa tidak bakal salah lagi !".
"Aaai .... wakil Bengcu terlalu memuji !".
Dalam pada itu mereka telah tiba di depan ruang tengah,
cahaya emas berkilauan memenuhi seluruh penjuru, dalam
ruangan telah penuh berdiri jago2 kangouw.
Di bawah Tonghong Loei sebagai penunjuk jalan, Si
Soat Ang berjalan masuk ke dalam ruangan, ketika itu ada
empat lima puluh orang duduk menanti disitu,
menyaksikan gadis tersebut berjalan masuk mereka sama2
bangun berdiri.
Si Soat Ang, langsung menuju keujung ruang tengah
tersebut, dimana diantara dua tonggak tergantung sebuah
papan nama yang bertulisan, Tiada tandingan dikolong
langit.
Akhirnya sampailah gadis itu didepan kursi berlapiskan
kulit harimau, Si Soat Ang tertegun dan ragu2 untuk
mendudukinya, sebab ia tahu kursi inilah merupakan
tempat duduk Bengcu.
Agaknya Tonghong Loei dapat menebak isi hatinya, ia
segera berseru."Wakil Bengcu, sekarang kau sedang mewakili bengcu
untuk menerima para rekan Bulim untuk menggabungkan
diri dalam perserikatan ini, tentu saja kau harus duduk
dikursi utama."
Si Soat Ang mengangguk dengan gagah ia lalu duduk
dikursi Bengcu tersebut.
Baru saja ia duduk, empat puluh orang yang ada dalam
ruangan itu sama2 jatuhkan diri berlutut dan menyebutkan
nama masing2, untuk sesaat gadis itu tak sanggup
mengingat begitu banyak nama, ia hanya mengangguk tiada
hentinya.
Seorang jago muncul dengan membawa selembar kain
sutera orang-orang itupun segera mencantumkan sama
sendiri diatas kain tadi, setelah itu dengan suara lantang
Tong-hong Loei membacakan peraturan perserikatan.
Menanti semuanya telah selesai, irama musik berbunyi
kembali dan Tonghong Loei berseru.
"Silahkan Hu Bengcu mengundurkan diri!"
Para jago sama2 bangun berdiri memberi hormat,
dibawah bimbingan Tonghong Loei lambat2 Si Soat Ang
berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Menanti hampir tiba dihalaman kediamannya, Si Soat
Ang baru bisa menghembuskan napas panjang.
"Oouw sungguh tidak gampang jadi seorang wakil
Bengcu!" serunya.
"Bukan Wakil Bengcu amat cantik jelita bahkan agung
dan punya wibawa besar, dari kisikan para jago hamba
dengar sebagian besar sama2 merasa kagum kepada diri
wakil Bengcu."
Si Soat Ang tertawa."Ditempat ini cuma ada kau dan aku, apa gunanya sih
kau masih pakai segala istilah Wakil Bengcu dan hamba
segala...?" serunya.
Tonghong Loei pun tertawa.
"Ruangan di sini terlalu sempit, aku sedang perintahkan
orang untuk siapkan sebuah halaman yang jauh lebih besar
tetapi belum selesai disiapkan, harap kau beristirahat dulu
disini, nanti akan kubawa beberapa orang jago untuk
berunding langkah kita selanjutnya."
"Baik ! Baik !"
Menanti Si Soat Ang telah masuk kedalam halaman,
Tonghong Loei pun segera mengundurkan diri.
Sianak muda itu tidak kembali kekamarnya tapi menuju
kesebuah halaman lain, sambil mendorong sebuah pintu
sapanya.
"Tia apakah kau ada di sana ?"
"Bagaimana ?" tanya Tonghong Pacu sambil munculkan
diri.
"Semuanya berjalan dengan lancar ayah, bukankah ayah
sedang mengobati toako ? mana boleh kau tinggalkan
dirinya ?"
"Aku punya caraku sendiri untuk bertindak apakah kau
hendak memberi pelajaran kepada ku ?" tegur Tonghong
Pacu dengan wajah membesi.
Walaupun dalam hati Tong hong Loei menaruh curiga,
tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau Tonghong Pek
sebenarnya sama sekali tidak keracunan, dan iapun tak
pernah menyangka kalau Tonghong Pacu sama sekali tidak
keluar tenaga barang sedikit pun untuk mendesak keluar
racun dari tubuh si anak muda itu, ia hanya menotok jalandarah tidurnya agar Tonghong Pek selalu berada dalam
keadaan tidak sadar dan sama sekali tidak tahu apa yang
telah terjadi.
Dalam pada itu menyaksikan air muka Tong hong Pacu
berubah hebat, Tonghong Loei tak berani banyak suara lagi,
ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Apakah ia sudah setuju untuk membawa orang
memusuhi para jago dari partai2 yang belum mau takluk ?"
tanya Tonghong Pacu.
"Aku ajukan usul tersebut dikala ia sedang merasa amat
gembira dan ia menyetujui usul tadi"
"Bagus...bagus sekali kalau begitu suruhlah dia bawa
orang untuk menghadapi kuil Sauw-lim si lebih dahulu"
seru gembong iblis itu kegirangan, "Asal kuil Sauw-lim Si
sudah jebol maka berarti iapun sudah terjerumus kedalam
air keruh ini, sekalipun ingin meloncat keluar juga tak bakal
bisa !"
Ucapan tersebut membuat Tonghong Loei kerutkan
alisnya rapat2, tak sepatah katapun diucapkan.
"Apa yang sedang kau pikirkan ?" tegur Tonghong Pacu,
”Apakah kau ingin tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-
Cung ?"
Tonghong Loei tertawa getir.
"Ayah aku ada sepatah kata hendak diutarakan kepada
mu"
Agaknya Tonghong Pacu sudah mengerti apa yang
hendak dikatakan putranya, dengan nada tidak senang ia
menegur dingin.
"Apa yang ingin kau katakan ?""Tia tahukah kau bahwa hubungan toako dengan nona
Si sangat akrab ?"
"Aku bukan orang buta, kau anggap aku tidak mengerti
?"
"Seandainya Toako tahu bahwa nona Si membawa jago
untuk menyerang partai2 besar, ia pasti akan tidak senang
hati"
"Hmm ! Bukankah Si Soat Ang suka berangkat sendiri ?
apa aku yang paksa ia berbuat demikian ? sebenarnya itu
urusanku, tapi sekarang siang malam aku harus berusaha
untuk memaksa keluar racun yang mengeram dalam
tubuhnya darimana aku bisa tinggalkan perkampungan Jiet-
Gwat-Cung !"
Tonghong Loei tahu apa yang dikatakan ayahnya cuma
alasan belaka, tujuan paling utama dari gembong iblis itu
bukan lain adalah menyeret Si Soat Ang terjun keair keruh,
agar ia tak dapat cuci tangan lagi dari noda tersebut meski
demikian, ia pun tak bisa membantah ucapan ayahnya
maka ia hanya bisa menghela napas belaka.
"Apakah kau punya persoalan lain lagi?" tanya
Tonghong Pacu.
"Sudah tidak ada lagi."
"Bagus sekali, kalau begitu kita tetapkan tanggal serta
hari pemberangkatan seperti rencana semula, tiga hari
kemudian kau serta Si Soat Ang bawalah jago2 lihay yang
ada dalam perkampungan menuju kekuil Suuw-lim Si,
apabila sepanjang jalan ada yang berharga untuk dihadapi,
serbu sekalian dan tundukkan mereka, menanti kuil Siauw-
lim Si berhasil diserbu, kita bakar kuil itu.
Dengan berbuat demikian, aku rasa kita tak usah banyak
bertingkah lagi dalam dunia persilatan, nama besarperserikatan Boe Tek Beng pasti akan menggetarkan seluruh
kolong langit!"
"Ayahku! Siauw lim terdiri dari tujuh puluh dua
ruangan, tetapi di ruang belakang banyak hidup padri2
lihay, ilmu silat mereka luar biasa sekali dan entah berapa
banyak jago Bu-lim yang bersembunyi dalam kuil tersebut,
usaha kita kali ini dapatkah berjalan dengan lancar ?".
"Semua tindakan biar Soat Ang seorang yang hadapi."
tukas Tonghong Pacu seraya ulapkan tangannya . "Mulai
detik ini, menjumpai persoalan apapun tak usah kau
tanyakan kepadaku, rundingkan saja dengan Si Soat Ang
aku tidak akan temui dirimu lagi, mengerti ?"
Tonghong Loei mengiakan berulang kali dan segera
mengundurkan diri.
Sepeninggalnya Tonghong Loei, Tonghong Pacu segera
masuk kedalam kamarnya, tiba didepan sebuah kursi, ia
memencet sebuah tombol dan terbukalah sebuah pintu
rahasia diatas dinding, dilain balik dinding terletak sebuah
ruangan rahasia dan Tonghong Pek tertidur nyenyak dalam
ruangan tersebut.
Tonghong Pacu tak kuat menahan diri lalu terbahak2.
setelah menutup kembali pintu rahasia tersebut segera
duduk bersemedi
Sementara itu Tonghong Loei berlalu dengan hati berat
dan pikiran kalut sekali.
Setelah berselang sewaktu ia dikejar Hiat-Goan-Sin-Koen
serta Si Thay sian-seng sehingga tak ada jalan keluar, tiba2
mengetahui bahwa ayahnya adalah Tonghong Pacu, betapa
girangnya pada saat itu.Tapi setahun kemudian rasa girang makin lama makin
luntur dan hingga saat ini boleh dikata sudah tak ada rasa
senang lagi dalam hatinya.
Sebab ia merasa orang2 yang berada sama2 Tonghong
Pacu tidak lain hanya alatnya belaka, segala persoalan yang
telah ditetapkan gembong iblis itu tak mungkin bisa
dibantah orang lain.
Tonghong Pacu mengatakan ketimur tak ada yang berani
kebarat, meskipun ia adalah putranya namun sama sekali
tak ada kemesraan antara ayah dan anak. Tonghong Loei
merasa dirinya bagaikan sebuah patung kayu belaka.
Dan kini, walaupun ia tahu ayahnya kembali susun
rencana untuk menjerumuskan Si Soat Ang serta Tonghong
Pek, namun ia tak berdaya sama sekali kecuali menurut.
Demikianlah dua hari ber-turut2 seluruh orang yang ada
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung sama2 perketat
latihannya, kuda2 jempolanpun mulai dikumpulkan dari
berbagai tempat hingga jumlahnya ribuan lebih.
Untuk menghindari keadaan menyolok, dua hari
sebelum pemberangkatan lebih dahulu ber puluh2
rombongan untuk menanti mereka di sekitar kuil Siauw-
lim.
Ketika hari ketiga telah tiba, fajar baru saja menyingsing
diiringi suara gemuruh pasukan induk perkampungan Jiet
Gwat Cung pun mulai bergerak meninggalkan
perkampungan menuju ke kuil Siauw-lim.
Pada barisan belakang para jago itu mengikuti Tonghong
Loei serta Si Chen, disusul Si Soat Ang paling belakang
dengan menunggang kuda putih dan pelana emas.Dibelakang Si Soat Ang mengikuti tiga orang lelaki kekar
masing2 membawa sebuah bendera yang besar yang
bertulisan Boe Tek Beng tiga patah kata dari emas.
Menyaksikan seram dan agungnya dia dalam rombongan
tersebut, Si Soat Ang merasa sangat bangga terdengar ia
berseru.
"Tonghong Tongcu!"
Teguran itu segera disusul dengan berhentinya Tonghong
Loei seraya berpaling ia bertanya.
"Nona Si ada urusan apa?"
"Tonghong Tongcu, apa yang dikatakan oleh rombongan
yang berangkat lebih dahulu dalam suratnya lewat burung
merpati!"
"Semuanya berjalan lancar."
"Coba kau lihat keangkeran kita, walaupun kuil Siauw-
lim Si sudah tersohor selama ribuan tahun dalam dunia
persilatan mungkin ia tidak berani bergerak melawan kita
benar tidak ?"
"Hal ini sulit diramalkan, nona Si ada satu persoalan aku
hendak utarakan kepadamu!"
"Urusan apa?"
"Coba pikirlah apakah toako suka melihat kau.. kau
membawa orang menyerbu kuil Siau lim Si?"
Si Soat Ang seketika itu juga tertegun mendengar
perkataan tersebut, air mukanya berubah hebat.
Menyaksikan perubahan itu Tonghong Loei sangat
terperanjat, buru2 sambil tertawa paksa ujarnya kembali.
"Aku hanya bicara sembarangan, harap kau jangan
marah atau merasa tersinggung.""Aku sama sekali tidak ada maksud untuk menyalahkan
dirimu." sahut Si Soat Ang seraya geleng kepala, "Aku
hanya sedang berpikir bahwa ucapanmu sedikitpun tidak
salah, aku .. aku ketika ia tahu aku tetap tinggal dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung untuk jadi wakil Bengcu
pun ia sudah tidak senang hati, apalagi kalau ia tahu bahwa
aku . ."
Berbicara sampai disini Si Soat Ang tiba2 berhenti,
alisnya berkerut kencang.
Beberapa saat suasana hening, akhirnya ia menghela
napas panjang.
"Aaai . . . aku sadar bahwa ia tentu tidak senang hati,
tetapi . . . . tetapi seandainya Bengcu berhasil mendesak
keluar racun yang mengeram didalam tubuhnya sampai
saatnya ia pasti . . . pasti bisa berobah pendapat !"
Gadis ini sadar bahwa watak Tonghong Pek sangat
keras, tidak gampang sianak muda tersebut berubah
pendapat, maka ucapan terakhir diutarakan dengan hati
tidak yakin.
"Semoga saja demikian adanya." sambung Tonghong
Loei cepat.
"la sangat baik terhadapku suka mengorbankan diri demi
menolong jiwaku ini, aku pikir kaku urusan sudah selesai
sekalipun dalam hati ia tidak senang hati, iapun tak dapat
berbuat apa2 terhadap diriku !"
"Aku rasa.. dia mungkin bisa berbuat demikian."
Perjalanan dilanjutkan kembali sepanjang perjalanan
tidak dijumpai rintangan dan semua berjalan lancar, ketika
senja menjelang tiba, beristirahatlah mereka disebuah
perkampungan yang sangat besar.Ketua perkampungan adalah seorang Bu-lim, mula2 ia
tidak sudi menggabungkan diri dalam perserikatan Boe-Tek-
Beng tersebut, tapi setelah menyaksikan besarnya kekuatan
lawan terpaksa ia buka pintu dan menyambut kedatangan
rombongan itu.
Begitulah sepanjang beberapa hari mereka sudah
melanjutkan perjalanan entah berapa jauh, sepanjang jalan
tak ada yang berani merintangi mereka, mereka yang takut
segera datang menyambut dan mereka yang tak sudi
berjumpa sama2 melarikan diri tinggalkan perguruan
mereka dalam keadaan kosong.
Disamping itu banyak pula diantara jago2 Bu-lim yang
menggabungkan diri ditengah jalan, maka dari itu ketika
tiba dikaki gunung Siong-san, rombongan yang semula
berjumlah tiga ratus orang telah meningkat jadi lima ratus
orang.
Suatu siang sampailah rombongan itu didepan mulut
lembah menuju ke kuil Siauw-lim, di sisi jalan tersebut
terdapat sebuah batu nisan yang amat besar.
Pada saat itulah di-sisi batu tersebut duduk bersila
seorang padri tua, ia duduk ditengah persis menghalangi
jalan pergi rombongan tersebut.
Menjumpai rintangan itu, rombongan didepan segera
berhenti dan melaporkan kejadian ini kepada Soat Ang.
Mendengar laporan itu, Si Soat Ang dengan membawa
Tonghong Loei serta Si Chen segera maju kedepan.
Setibanya disana, sambil tertawa dingin gadis itu segera
menegur:
"Thaysu, kau hendak menghalangi perjalanan kami
dengan andalkan kekuatan kau seorang belaka ?"Per-lahan2 padri tua itu buka matanya dan menatap
wajah gadis itu dengan sinar mata sayu, sama sekali tidak
mirip seorang tokoh sakti yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna.
Mula2 Si Soat Ang mengira padri tersebut tentu seorang
padri lihay dari kuil Siauw-lim tapi sekarang setelah
menyaksikan sinar matanya yang sayu, ia jadi geli
bercampur mendongkol segera bentaknya.
"Gotong padri tua ini dan singkirkan dari sana !"
Kedudukan Si Soat Ang pada saat ini sangat tinggi,
perintahnya segera dilaksanakan dengan cepat, tampak
belasan orang munculkan diri dengan gerakan amat cepat.
"Seorang saja sudah cukup !" tegur Si Soat Ang kembali
dengan alis berkerut.
Bentakan ini segera menghentikan jago2 lain, hanya
seorang saja diantaranya meneruskan gerakannya
menghampiri padri tua itu.
Seraya mencengkeramtubuh padri tersebut jengeknya.
"Toa suhu, anjing yang baik tidak akan menghalangi
jalanan, maaf aku bertindak lancang!"
Seraya berseru ia cengkeram baju hweesio itu dan sekuat
tenaga diangkat keatas.
Semua orang kenali jago yang sedang menghadapi padri
tersebut sebagai jago kelas wahid dari kalangan sesat siawan
hitam Liuw Goan, ilmu silatnya sangat lihay dan semua
orang yakin hweesio tadi pasti akan terlempar kesisi jalan.
Siapa sangka kejadian diluar dugaan telah berlangsung
didepan mata, sewaktu orang itu menggerakkan tangannya,
tiba2 hweesio tua itu menghela napas panjang, bukan sang
padri itu yang terangkat sebaliknya lelaki itu sendiri yangmenjerit aneh, sambil lepas tangan badannya mundur
kebelakang dengan sempoyongan.
Setelah itu badannya roboh terjengkang ke atas tanah,
muntah darah dan menggeletak dengan badan lemas.
Kejadian ini benar2 menggemparkan, siapa pun tidak
tahu bagaimana bisa terjadi begini, bahkan para jago kelas
satu yang banyak pengalaman dan memenuhi tempat
itupun tak tahu apa sebab jagoan she Liuw tersebut bisa
digetarkan sampai mundur ke belakang suasana jadi hening
dan sunyi tak kedengaran sedikit suarapun.
Beberapa saat kemudian muncul dua orang mendekati
orang she Liuw tadi, tapi dengan cepat mereka meloncat
bangun dengan wajah berubah.
"Hu Bengcu, ia sudah mati !" serunya hampir berbareng.
Sejak semula Si Soat Ang sudah tahu kalau Liuw Goan
telah mati jantungnya terasa berdebar sangat keras.
Haruslah diketahui meskipun ilmu silat yang ia miliki
sangat lihay namun pengetahuannya amat cetek, ia tak
dapat menebak asal usul dari padri tua itu.
Dengan cepat Si Soat Ang berpaling namun sianak muda
itupun geleng kepala tanda iapun tak dapat menebak asal
usul padri tua itu.
Dalam pada itu padri tersebut tetap duduk tak berkutik
ditempat semula sedang jenasah Liuw Goan sudah
digotong pergi.
Bagaimanapun juga Si Soat Ang adalah Wakil Bengcu
dari perserikatan Boe-Tek-Beng ia merasa kurang leluasa
untuk turun tangan sendiri sebelum mengajak kuil Sauw-lim
Si maka ia segera membentak rendah, mengikuti bentakkantersebut muncul tujuh orang yang segera mengurung padri
itu.
Kematian rekan mereka memberi pelajaran kepada ke
tujuh orang ini untuk tidak bertindak secara gegabah,
senjata tajam segera diloloskan dari sarung sambil
menantikan perubahan dari padri tersebut.
Namun padri itu tetap duduk tak berkutik, lama
kelamaan ketujuh orang jago itu tak dapat menahan sabar
lagi, salah seorang diantaranya membentak keras,
pergelangan bergetar senjata cakar terbang yang ada dalam
cekalannya segera menyambar ke-atas batok kepala hwesio
itu.
Senjata tersebut mirip dengan tangan manusia dengan
lima jari yang runcing seperti kaitan di ujung senjata
tersebut dihubungkan dengan seutas rantai emas, ketika
menyambar ke depan cepatnya luar biasa dalam sekejap
mata senjata tadi sudah mengancam diatas batok kepala
hweesio tersebut.
Namun padri tua itu tetap tak berkutik.
Si Soat Ang serta Tonghong Loei jadi keheranan melihat
sikap tenang tersebut, mereka tak tahu dengan cara apakah
padri tua itu hendak menghadapi datangnya ancaman.
Sementara semua orang masih berpikir dengan hati
ragu2 terdengar suara nyaring bergema diangkasa, senjata
cakar terbang itu sudah bersarang diatas batok kepala padri
tua itu dengan telak.
Jago yang bersenjata cakar terbang itu jadi kegirangan
buru2 tangannya digetarkan untuk tarik senjatanya
kebelakang, ia menyangka serangan ini pasti akan berhasil
menghancurkan batok kepala musuhnya.Siapa sangka ketika senjata cakar terbangnya digetar ke
belakang, batok kepala sang padri yang gundul sama sekali
tidak terluka barang sedikitpun juga.
Kejadian ini membuat semua orang tercengang sampai
Si Soat Ang serta Tonghong Loei pun berubah wajah, ilmu
sakti apakah itu ?
Orang yang bersenjata cakar terbang itu bergelar Hwie-
Jiauw-Ong, sudah lama ia menggetarkan sekitar daratan
Tionggoan terutama senjatanya yang luar biasa itu, jangan
dikata batok kepala meskipun batang pohon yang besar pun
bakal hancur apabila tersambar senjata tersebut.
Tapi saat ini senjatanya sama sekali tidak mendatangkan
hasil, kulit kepala hweesio tua itu sama sekali tidak lecet
atau terluka barang sedikitpun oleh sambaran senjatanya,
hal ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga lweekang
yang ia miliki.
Bukan saja peristiwa itu mengejutkan Si Soat Ang
berdua, orang lainpun sama2 dibikin tercengang, kaget dan
tidak habis mengerti.
Dalam pada itu seandainya Hwie-Jiauw-Ong mengerti
gelagat dan segera mengundurkan diri mungkin tak akan
menemui kejadian apa2 justru ia terlalu bernapsu, melihat
serangannya gagal ia mengira terlalu lemah tenaga yang di
salurkan maka ia membentak, tangannya bergeletar dan
senjata cakar itupun menyambar kembali keatas batok
kepala padri tersebut diiringi desiran angin tajam.
Menanti senjata itu untuk kedua kakinya, bersarang telak
diatas batok kepala padri itu, sang hweesio tersebut baru
menghela napas panjang.
Seraya menyambar dan mencengkeram senjata cakar
terbang itu ujarnya lambat2:"Siancay ! Siancay! serangan pertama gagal kau
lanjutkan dengan serangan berikutnya, perbuatanmu ini
menunjukkan betapa keji dan telengas hatimu, sudah tahu
salah masih belum juga menyesal... aai ! entah berapa jiwa
sudah melayang di ujung senjatamu ini, mereka yang
beriman mendapat balasan yang baik mereka yang jahat
mendapat balasan yang setimpal, ini hari ajalmu tiba !"
Suara hweesio itu amat halus dan lunak di tengah
ketulusan terselip keagungan dan kekerenan, membuat
setiap orang bergidik dan bulu roma pada bangun berdiri.
Begitu selesai bicara padri itu lambat2 mengendorkan
kelima jarinya, senjata cakar terbang itu laksana kilat segera
menyambar ke arah batok kepala Hwie Jiauw-Ong,
kecepatannya luar biasa sekali.
Hwie-Jiauw-Ong berteriak keras, buru2 lengannya
digetar kedepan berusaha untuk memusnahkan datangnya
terjangan senjata tersebut ke arah muka sendiri.
Sejak kecil ia berlatih main senjata cakar terbang, boleh
dikata setiap gerakan tersebut sudah dikuasai dengan
sempurna, tapi pada saat ini dia tak sanggup menguasai
diri, ia merasakan adanya segulung tenaga yang maha
dahsyat menerjang datang dan langsung meluncur ke
tubuhnya.
Hwie-Jiauw-Ong jadi sangat terperanjat, ia sadar
keadaan tidak menguntungkan, sementara siap membuang
senjata tersebut untuk menghindar keadaan sudah
terlambat.
Diiringi jeritan tajam ia menjerit ngeri, suaranya tinggi,
seram dan menyayatkan hati.Senjata cakar terbang telah balik dan dalam2 menembusi
wajah Hwie-Jiauw ong, keadaan orang itu jadi sangat
mengerikan sekali.
Hwie-Jiauw-Ong menggerakkan sepasang telapaknya
kesana kemari, akhirnya ia berhasil mencekal rantai
senjatanya dan sekuat tenaga dicabut keluar.
"Bress" senjata cakar terbang tadi segera tercabut keluar
dari atas wajahnya, darah segar segera menyembur
membasahi seluruh permukaan tanah, membuat setiap
orang memandang dengan mata membelalak mulut
melongo.
Setelah senjatanya tercabut keluar, Hwie-Jiauw-Ong
mundur ke belakang dengan sempoyongan dan akhirnya
roboh dan binasa seketika itu juga.
Menyaksikan peristiwa yang mengerikan ini, tiga ratus
orang jago sama2 membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar padri tua itu berkata kembali.
"Siancay ! Siancay ! Samudra kesengsaraan tak bertepi,
berpalinglah ke tepian, janganlah berbuat menyalahi
kebajikan sehingga mencari kebinasaan buat diri sendiri.
Bertobatlah kalian semua..."
Beberapa patah kata dari padri itu mendatangkan
perasaan bergidik dari semua orang, untuk sesaat semua
orang sama2 berpaling ke arah Si Soat Ang serta Tonghong
Loei.
Ketika itu Si Soat Ang sendiripun merasa serba salah, ia
sadar walaupun padri itu kelihatannya tidak menyolok,
namun dalam kenyataan ilmu silatnya benar2 lihay dan
tidak berada dibawah kepandaian Tonghong Pacu."Thaysu sungguh lihay ilmu silatmu" jengek Si Soat Ang
sambil tertawa dingin, perlahan2 ia enjot badannya dengan
suatu gerakan yang sangat indah, badannya berjumpalitan
ditengah udara kemudian melayang keatas tanah tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, begitu indah gerakannya
membuat para jago sama2 bersorak memuji.
Kiranya gadis itu sadar bahwa para jago sudah di bikin
keder oleh ilmu silat sang padri tua yang luar biasa itu, saat
ini hanya ia sendiri yang sanggup menghadapi orang itu,
maka iapun segera turun dari kudanya.
Ditengah sorak sorai memuji yang gegap gempita, Padri
yang bergelar Boe Wuo Coen Cu tersebut tetap duduk tak
berkutik ditempat semula, sepasang matanya dipejamkan
rapat2, seakan2 ia tidak mendengar dan melihat sesuatu
apapun dihadapannya.
Si Soat Ang melayang keatas tanah kurang lebih dua
tombak dari hadapan padri tua itu, ia berdehem lalu
menegur dingin.
"Sejak dahulu perserikatan Boe Tek Beng sudah kirim
berita kepada pihak kuil Siauw-lim Si, mengapa pihak
kalian sama sekali tidak membalas surat pemberitahuan
kami?"
"Isi kuil Siauw-lim Si kami adalah kaum pendeta yang
telah melepaskan diri dari urusan keduniawian, kami tidak
suka mencari nama dan kedudukan dengan orang luar, dan
tidak tahu pula apa yang dimaksudkan dengan perserikatan
Boe Tek Beng itu, apa yang li-sicu ucapkan pinceng sama
sekali tidak mengerti." kata Boe Wuo Coen Cu sambil tetap
pejamkan matanya.
Diam2 Si Soat Ang salurkan hawa murni nya
mengelilingi seluruh badan, lalu maju lima langkah kedepan
ujarnya kembali."Sekarang, bukankah kau sudah melihat sendiri ? seluruh
jago Bu-lim yang berkumpul di sini sekarang adalah
anggota dari Perserikatan Boe-Tek-Beng, kedatangan kita
kali ini adalah hendak mengajak Hong-tiang partai Siauw-
lim untuk ikut serta didalam perserikatan ini !".
"Tadi pinceng kan sudah berkata, pihak Siauw-lim sama
sekali tak mau ikut campur didalam urusan keduniawian,
apa lagi mengenai kedudukan dan perebutan nama !"
"Hmm ! perkataanmu tak termasuk dalam hitungan, ayo
menyingkir, aku hendak bertemu dengan Hong tiang partai
Siauw-lim kalian." bentak Si Soat Ang.
Sembari berseru kelima jarinya dipentingkan lebar2
kemudian menyambar ke depan.
Pada saat ini Si Soat Ang masih berada tujuh delapan
depa dihadapan padri tua itu, menurut keadaan semestinya
untuk melancarkan serangan itu agar bersarang telak di
tubuh lawan, ia harus menyertakan tubrukan badannya
kedepan. Tetapi dalam melancarkan serangan itu, Si Soat
Ang sama sekali tak berkutik, bahkan maju selangkahpun
tidak.
Si Soat Ang sendiripun sadar tidak mungkin ia berhasil
menangkan lawannya cuma dalam sejurus belaka, maka
dalam serangannya ini tidak lain ia hanya ingin menjajal
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki lawan.
Sreet., ! Sreet., ! Sreet l diiringi desiran angin tajam
serangan tersebut menggulung ke depan memaksa sang
padri tua yang semula duduk terpaksa harus meloncat
bangun.
Serangan yang semula diancam keatas batok kepala
padri itu, dengan gerakan tersebut maka arah sasaranpun
berbeda, dari kepala berubah jadi dada, lima jari gadis itudiiringi desiran angin tajam langsung menghajar jalan darah
penting diatas dadanya.
Dengan sebat padri itu menyingkir ke samping, ujung
bajunya diayun kedepan melepaskan sebuah serangan
dahsyat.
Namun sayang gerakan si hweesio itu terlambat
selangkah, ketika ia sedang kebaskan ujung bajunya kelima
gulung serangan jari gadis itu sudah menyerbu
datang..diiringi bentrokan dahsyat muncul lima buah
lubang kecil diatas jubah lhasa padri itu.
Boe Wuo Coe Cu sama sekali tidak gentar, ia teruskan
kebasannya kedepan, pada saat itulah Si Soat Ang putar
telapak kirinya mengirim satu pukulan lagi.
Brak dua gulung hawa pukulan yang maha dahsyat
saling membentur ditengah angkasa menimbulkan ledakan
keras pasir debu sama2 be terbangan memenuhi angkasa.
Dalam bentrokan tersebut diam2 Si Soat Ang merasa
terkejut, ia sadar padri itu pasti bukan seorang hweesio
biasa, ilmu silatnya amat lihay ia sadar bila usahanya untuk
menundukkan partai Siauw-lim ingin berhasil maka satu2
nya jalan adalah robohkan padri ini dahulu.
Karena punya pikiran demikian, maka badannya segera
menubruk kembali kedepan dengan hebatnya, setelah
bentrokan tersebut cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa serentetan desiran angin tajam telah membabat
kepala hweesio itu.
Gerakan dari gadis itu benar2 sungguh cepat, entah sejak
kapan tahu2 ditangannya sudah bertambah dengan sebilah
pedang pendek yang aneh sekali bentuknya itu, dari desiran
tajam yang dipancarkan bisa diterka betapa tajamnya
senjata tersebut.Boe Wuo Coen Cu dengan cepat meloncat mundur
selangkah kebelakang ujung baju di ayun kemuka, sebagian
untuk melindungi wajah sendiri dan sebagian digunakan
untuk menggulung senjata tersebut.
Sungguh dahsyat gulungan itu sebelum Si Soat Ang
sempat menarik kembali pedangnya tiba2 pergelangan
tangan terasa jadi kencang pedang pendek itu sudah
tergulung didalam baju.
Diam2 Si Soat Ang sangat terperanjat, buru2 ia meronta
pedangnya yang merupakan sebilah pedang mustika itu
segera menyambar ke bawah merobek baju hweesio itu
dibawah sentakan, lengan yang kurus bagai rantingpun ter
bentang didepan mata.
Menyaksikan serangan pedangnya berhasil rebut
kedudukan diatas angin, Si Soat Ang kegirangan setengah
mati, ia bersuit nyaring tubuhnya bergerak kembali
pergelangan berputar dan secara beruntun melancarkan tiga
buah serangan.
Boe Wuo Gun Gu sendiripun amat terperanjat ketika
menyaksikan ujung bajunya tersambar robek oleh pedang
pendek lawan, ia tahu senjata lawan adalah sebilah senjata
mustika yang amat tajam, kini mendapat serangan gencar
dari gadis tersebut, beruntun ia mundur tiga langkah
kebelakang.
Semangat Si Soat Ang makin berkobar, walaupun tiga
serangan pertama gagal mengenai sasaran namun ia tahu
pihak lawan sudah terdesak hebat. serangan keempat
dilepaskan, kali ini serangannya jauh lebih hebat dan ganas.
Dalam pada itu tubuh Boe Wuo Cun Gu sudah terdesak
hingga berdempetan dengan batu besar, apabila serangan ini
bersarang telak niscaya perutnya bakal robek dan hancur.Disaat yang amat kritis itulah mendadak ia enjotkan dan
meloncat keatas.
Criiing . ! disertai desiran tajam dan percikan bunga2 api,
babatan pedang Si Soat Ang menyambar diatas batu besar
itu hingga muncul sebuah bekas yang sangat dalam lagi
nyata.
Babatan ini mengenai sasaran kosong, posisi Si Soat Ang
semakin menguntungkan sebab ketika itu Boe Wuo Coen
Cu berada diudara, dengan bentuk gerakan lingkaran
pedangnya bergerak kedepan menyongsong datangnya
tubuh si hweesio itu, dimana ia sedang melayang turun
kebawah.
Boe-Wuo-Coen-Cu pun bukan manusia sembarangan, ia
sadar apabila badannya melayang turun kebawah niscaya ia
bakal celaka.
Tiba2 badannya menyusut keatas diikuti padri itu
melentik kembali ke tengah udara kemudian berkelebat dan
melayang keatas batu besar tersebut, ilmu meringankan
tubuh yang barusan digunakan padri ini disebut "Kiat-kiat-
yin-Than hi, suatu ilmu ginkang tingkat paling atas.
Menjumpai ilmu meringankan tubuh sehebat itu, para
jago yang hadir disana sama2 berteriak, suasana jadi amat
gaduh.
Terdengar diantara para jago ada yang berteriak lantang.
"Padri tua itu bukan manusia sembarangan mungkin dia
adalah Hong-tiang dari padri partai Siauw-lim !"
Ada pula yang berteriak.
"Hati2, padri tua ini pasti punya asal usul yang luar
biasa.".Ditengah jeritan para jago itulah, tubuh Boe Wuo-Coen-
Cu sudah melayang dan berhenti di ujung batu besar
tersebut.
Si Soat Ang menjengek dingin, ujung kakinya menutul
permukaan, iapun meloncat naik keatas batu tersebut.
Siapa sangka ketika ia berada ditengah udara tiba2 Boe-
Wuo-Coen-Cu membentak keras.
"Dosa ! Dosa !"
Telapak diayun segulung angin pukulan segera
menyambar kedepan menghantam di ujung batu tersebut.
"Braak...!" batuan cadas berhamburan ke angkasa dan
sama2 meluncur kearah tubuh Si Soat Ang dimana ia
sedang melayang keatas.
Menyaksikan datangnya hamburan batu cadas tersebut,
berada di tengah udara Si Soat Ang membentak keras,
sepasang lengan diayun berbareng dua gulung angin
pukulan segera menggulung keatas.
"Brak Brak.. " batuan itu saling berbentrokan ditengah
udara kemudian hancur dan rontok keatas tanah, suasana
amat seram, tegang dan luar biasa.
Pada saat ini Si Soat Ang sudah menyadari betapa luar
biasanya tenaga dalam yang dimiliki padri itu, ia sadar
apabila dirinya melayang naik dari badannya niscaya ia
bakal menderita rugi, maka gadis itu segera meloncat naik
lewat bekas gempuran batu cadas itu.
Setelah tiba diatas ia maju kedepan menghampiri padri
itu, dengan pedang pendeknya sambil menuding pihak
lawan ia berseru."Sebagai anggota Agama Buddha kau telah
menghancurkan batu peringatan kaum beragama, tahukah
kau apa dosanya ?"
"Demi melenyapkan bencana serta malapetaka, pinceng
tidak memikirkan soal dosa atau tidak."
"Hmm ! sayang sekali. meski kau robohkan batu
peringatan ini juga tidak akan berhasil menghalangi niatku"
Sambil berseru badannya meloncat kedepan kemudian
mengirim sebuah tusukan kilat kedepan.
Boe-Wuo-Coen-Cu tetap berdiri tak berkutik, menanti
hawa pedang pihak lawan sudah mengurung seluruh
tubuhnya, ia baru membentak, badannya tiba2 merendah
kebawah.
Bersamaan dengan merendahnya sang badan, sepasang
tangan tiba2 menyambar sebuah batu besar yang beratnya
dua ratus kati dan diangkat ketengah udara.
oooOdwOooo
BAB 24
PADA saat itulah serangan pedang dari Si Soat Ang
telah menyambar datang . sreet ! ujung pedang pendek itu
dengan cepat menembusi batu besar tadi sehingga tinggal
gagangnya belaka.
Gerakan si hweesio itu sangat cepat, perubahan yang
terjadi diluar dugaan ini sama seka li berada diluar dugaan
Si Soat Ang.
Menanti gadis itu sadar keadaan tidak menguntungkan
dan siap cabut keluar pedang pendeknya, Padri tua itu
sudah mendorong batu besar tadi kearah depan disertai
gulungan tenaga yang maha dahsyat.Si Soat Ang merasa terkejut bercampur gusar, tangan
kanannya dengan cepat bergeletar dan cabut keluar pedang
tadi dari atas batu kemudian tubuhnya meloncat keatas.
Dalam pada itu batu sudah menghantam datang dengan
hebatnya, buru2 Si Soat Ang mengeluarkan ilmu bobot
seribu untuk melayang turun diikuti badannya merendah,
hawa murni segera disalurkan keatas telapak tangannya.
Kejadian itu berlangsung hanya dalam waktu singkat.
Brak! sekali lagi telapaknya telah bersarang diatas batu
tersebut.
Serangannya kali ini sangat hebat, batu tadi hancur ber-
keping2 dan berhamburan keempat penjuru membuat para
jago sama2 berseru kaget dan buru2 menghindar ke
belakang.
Setelah melemparkan batu pertama, Boe-Wuo-Coen-Cu
melemparkan kembali batu kedua. Kali ini datangnya batu
cadas itu jauh lebih cepat dari batu pertama, dalam sekejap
mata tahu2 sudah tiba didepan mata.
Si Soat Ang gelagapan, buru2 ia tusuk kembali
pedangnya untuk menghantam batu itu kali ini ia tak
berhasil.
Ia kerahkan tenaganya lebih besar termakan oleh
dorongan tenaga murni lawan tubuhnya terdesak mundur
dua langkah kebelakang.
Disusul padri itu tiba2 menerjang kedepan sepuluh
jarinya dipentangkan lebar2 mencengkram batok kepalanya.
Si Soat Ang merasa terkejut bercampur gusar
menyaksikan datangnya serangan, ia gunakan batu cadas
tersebut untuk menyambut datangnya serangan lawan,
diikuti badannya berputar dan menyingkir ke samping.Ambil kesempatan itulah gadis tersebut telah menyusup
kebelakang punggung, buru2 Boe Wuo Cun Cu putar
tubuhnya.
Sebenarnya gerakan sang padri itu cukup cepat dan
masih sempat untuk lolos dari ancaman, tapi dalam
keadaan yang sudah mendendam, dalam hati gadis itu ada
niat untuk membinasakan lawannya.
Maka ketika itu putar badan, dara tersebut membentak
keras, pedang pendeknya laksana kilat disambit kearah
depan.
Boe-Wuo-Coen Cu terperanjat, ia tidak menyangka
pihak lawan akan menyambit pedangnya, dalam keadaan
tersebut baru saja ia putar badan ujung pedang pendek itu
sudah tiba diiganya.
Boe-Wuo Coen-Cu segera ayun tangannya dengan jari
tengah serta telunjuk ia jepit pedang pendek ini, inilah ilmu
Kiem-Kong-Ci yang lihay dari partai Siauw-lim.
Seandainya pedang pendek itu adalah pedang biasa
dengan gampang senjata tersebut bakal terjepit, lain halnya
dengan senjata yang di gunakan saat ini, senjata tersebut
adalah sebilah pedang mustika yang sangat luar biasa.
Baru saja ia menjepit, pedang itu dengan licin dan
dahsyatnya melanjutkan gerakannya kedepan dan tahu2
ujung pedang telah menembusi iganya setengah coen lebih.
Dalam dugaan Si Soat Ang semula serangan yang
dilancarkan dengan segenap tenaga ini pasti akan berhasil
menembusi dada padri tersebut, siapa sangka serangannya
kembali gagal, ujung pedangnya cuma berhasil menembusi
setengah coen belaka ke dalam tubuh lawan, ia jadi sangat
terperanjat.Dengan air muka berubah hebat serta jantung berdebar
keras, badannya mundur tiga empat langkah kebelakang,
telapak kanan segera disilangkan didepan dada telapak kiri
didorong kemuka siap menantikan perubahan selanjutnya.
Boe-Wu-Cun-Cu tetap berdiri tegak ditempat semula,
tangannya yang mencekal digagang pedang pendek itu
sama sekali tidak bermaksud untuk mencabutnya keluar,
hanya air mukanya tiba2 berubah hebat diikuti badannya
mulai mundur kebelakang dengan sempoyongan.
Si Soat Ang tertegun, ia tak tahu apa yang telah terjadi.
Lain halnya dengan para jago yang hadir disitu,
pengetahuan mereka lebih luas, menyaksikan keadaan itu
mereka lantas sadar apa sebenarnya yang telah terjadi.
Seketika itu juga ada beberapa orang diantaranya
berteriak keras.
"Wakil Bengcu... kiong-hie, kiong-hie, kau berhasil
melenyapkan musuh tangguh.".
Si Soat Ang masih tidak mau percaya, sebab ditinjau dari
keadaan lawan padri tak terluka serius, ia hanya menderita
sedikit luka saja pada iga nya akibat tusukan pedang pendek
tersebut.
Sementara Si Soat Ang masih ragu2, tiba2 muncul
seorang kakek tua mendekati sisi tubuhnya.
"Hu Bengcu" bisiknya lirih, "ilmu tenaga dalam yang
dilatih padri tua ini adalah ilmu berhawa yang, tusukan
pedangmu barusan berhasil menembusi jalan darah Khie-
Hay-Hiat nya dimana merupakan sumber seluruh hawa
murninya, saat ini dia sudah lemah bagaikan lampu
kehabisan minyak !"Keterangan ini segera menyadarkan Si Soat Ang, ia baru
mendusin apa yang sebenarnya telah terjadi.
Buru2 ia angkat kepala, tampaklah wajah Boe-Wuo-
Coen-Cu telah berubah sangat hebat, badannya bergoncang
makin keras, akhirnya roboh terjengkang keatas tanah dan
tak berkutik lagi.
Si Soat Ang jadi kegirangan setengah mati, ia segera
meloncat kedepan dan merebut kembali pedang pendeknya.
Sedangkan Tonghong Loei yang menyaksikan kejadian
itu segera berteriak keras:
"Mari kita terjang terus kedalam !"
Seketika itu juga ratusan orang sama2 berteriak keras,
kemudian menerjang naik ke atas gunung, suasana jadi
gempar dan riuh rendah.
Tidak selang beberapa saat kemudian para jago telah tiba
didepan kuil di mana terletak sebuah halaman yang sangat
luas, pintu kuil tertutup rapat.
Si Soat Ang menerjang maju ke depan, naik anak tangga
dan tiba didepan pintu, sekali tendang ia menghajar roboh
pintu kuil tadi.
Dengan jebolnya pintu masuk kuil, Si Soat Ang segera
meneruskan terjangannya kedalam diikuti Tonghong Loei
di belakang,
Menyaksikan pemimpinnya sudah menerjang masuk,
ratusan orang-orang jago kangouw itu pun sama2 berteriak
keras mereka serentak ikut menerjang masuk kedalam
ruangan kuil Siauw-lim tersebut.
Dibalik pintu kuil merupakan sebuah halaman yang luas,
ditengah halaman berdiri sebuah hioloo yang amat besarsekali, lewati lapangan tadi merupakan ruang tengah yang
megah dan mentereng.
Ketika itu dalam halaman yang luas tidak nampak
sesosok bayangan manusiapun, suasana hening dan sunyi
senyap.
Si Soat Ang segera enjotkan badan melayang ketengah
halaman, dia langsung menyerbu kedalam ruang tengah
diikuti para jago sebanyak tujuh delapan puluh orang,
sama2 membuntuti di belakangnya, suasana hiruk pikuk
dan terdengar gaduh sekali.
Diantara tujuh delapan puluh orang yang turut menyerbu
kedalam ruang kuil Siauw-lim Si saat itu boleh dikata
merupakan jago2 dari kalangan sesat semua, tak
seorangpun berasal dari golongan lurus.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 23
MEREKA mengikuti dibelakang Si Soat Ang menerjang
dengan penuh napsu ke dalam pendopo tengah, rasa girang
yang meliputi mereka sukar dilukiskan dengan kata2, sebab
kuil Siauw-lim yang dianggap keramat oleh segenap lapisan
masyarakat dan dihormati selama ribuan tahun akhirnya
mereka serbu juga tanpa menjumpai perlawanan.
Menanti mereka mulai melangkah masuk ke dalam
pendopo tengah, suasana jadi hening dan tenang kembali,
dalam sekejap mata suasana jadi amat sunyi tak kedengaran
suarapun.
Ruang pendopo itu diliputi dalam kegelapan, benda yang
berada didalam tempat itupun hanya bisa dilihat secara
lapat2, kecuali patung Budha, asap hio, boleh dikata taknampak sesuatu apapun, meski demikian suasana penuh
diliputi keagungan dan penuh kewibawaan.
Pada saat ini bukan saja semua orang bungkam dalam
seribu bahasa bahkan pada berhenti bergerak, termasuk Si
Soat Angpun tidak terkecuali.
Didepan patung Budha duduklah tiga orang padri tua,
salah satu diantaranya yang duduk ditengah mengenakan
Lhasa berwarna putih sedangkan dua orang padri yang
berada disisi kiri kanannya memakai lhasa berwarna abu2.
Sekalipun Si Soat Ang belum pernah berjumpa dengan
sang Hong-thio dari kuil Siauw-lim Si, tetapi siapapun
dikolong langit tahu bahwa ketiga kuil tersebut selalu
memakai lhasa berwarna putih, maka sepintas memandang
gadis itu segera mengetahui siapakah diantara ketiga padri
itu sebagai ketua Siauw-lim pay.
Ketiga orang padri tua itu duduk bersila di atas bantalan
kasur, didepan mereka terletak sebuah bok-khi, ketika itu
mereka sedang pejamkan mata sambil berdoa dengan suara
lirih.
Suasana diliputi keheningan menambah keseriusan serta
keagungan ketiga orang padri tua itu, terhadap munculnya
jago Bulim yang kini telah bertambah hingga mendekati
ratusan orang, mereka tidak ambil gubris, seolah tidak
merasakan hadirnya orang2 itu, mereka tidak berkutik
maupun membuka matanya.
Para jago dari perserikatan Boe Tek Beng yang telah
menyerbu masuk keruang pendopo itu sama2 berdiam diri,
beberapa orang diantara orang diantaranya mulai
menunjukkan sikap gugup dan gelisah, mereka sama2
berpaling kearah Si Soat Ang menantikan tindakan
selanjutnya dari gadis itu.Perlahan2 Si Soat Ang tarik napas panjang, lalu sapanya
dengan suara dalam.
"Hong-tiang Thaysu, selamat berjumpa?!"
"Li sicu, selamat datang!" jawab padri tua berbaju putih
sambil buka matanya.
"Heeei! Hweesio tua, kau tak usah berlagak pilon lagi"
Tegur Si Soat Ang dingin. "Padri tua yang kau kirim untuk
berjaga dipintu masuk sudah mampus, kau tak usah
harapkan bantuannya lagi. Hmm! selama setahun ini partai
Siauw-lim kalian terlalu pandang enteng Perserikatan Boe
Tek Beng kami, aku ingin tahu bagaimanakah sikap kalian
pada saat ini ?"
"Pinceng adalah orang beragama yang telah menjauhkan
diri dari keduniawian, walaupun selama setahun
Perserikatan Boe Tek Beng telah menggemparkan seluruh
kolong langit, apa sangkut pautnya dengan pinceng?"
Suara dari hwesio tua itu dingin hambar lagi ketus,
wajahnya menunjukkan sikap hambar.
"Eeei hweesio, aku ingin tahu dapatkah kau bermain
silat? kalau bisa bersilat maka kalian harus menggabungkan
diri ke dalam Perserikatan Boe Tek Beng kami, Perserikatan
Boe Tek Beng akan menguasai seluruh Bulim dan seluruh
jagad, penghidupan serta segala2nya akan kami atur buat
kalian, perduli kamu orang sipil ataupun seorang pendeta
beragama!"
Ucapan itu segera disambut dengan senyuman oleh padri
tua itu. ujarnya sambil tertawa.
"Sungguh tepat sekali pertanyaan diri Li sicu, aku tak
bisa bermain silat, dan pinceng rasa li sicu seharusnya
sudah mengetahui bukan dalam sekilas pandanganmu !"Si Soat Ang terkesiap, dengan cepat ia sambar bahu si
hweesio itu.
Dalam serangannya ini, ia tidak menggunakan tenaga
dalam yang terlalu besar, namun padri tua itu sama sekali
tidak berkelit, dengan cepat kelima jari dari itu sudah
bersarang telak diatas tubuh lawan Kraak ! tulang bahu
hwesio itu segera terpencet patah.
Haruslah diketahui ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang
pada saat ini amat lihay sekali, cukup hanya salurkan satu
bagian tenaga saja sudah dapat menyiksa orang biasa, maka
patahnya tulang bahu padri tua itu menunjukkan bahwa ia
benar2 tidak pandai bersilat.
Kejadian ini membuat Si Soat Ang tertegun, segera ia
lepas tangan sambil berseru.
"Kau sama sekali bukan Hong-tiang dari kuil Siauw-lim
Sie- !"
Sewaktu tulang bahunya patah diatas wajah padri tua itu
terlintas suatu perasaan tersiksa tapi hanya sekilas saja
perasaan itu telah lenyap tak berbekas dan kembali pada
wujud sebenarnya.
"Pinceng adalah Gwat-Ching dan merupakan hongtiang
dari kuil Siauw-lim, mengapa Li sicu mengatakan aku
bukan orang yang kau maksudkan ?" katanya.
Si Soat Ang mundur beberapa langkah kebelakang lalu
berpaling kearah para jago dan tanyanya.
"Benarkah dia adalah sang Hong-tiang dari kuil Siauw-
lim ?"
Walaupun ketua dari kuil Siauw lim Si Gwat Ching
Siansu jarang sekali munculkan diri dalam dunia persilatan
namun ia masih dikenal oleh masyarakat.Maka pertanyaan ini segera dijawab oleh beberapa orang
diantara para jago yang hadir disitu.
"Dia benar2 adalahHong-tiang dari kuil Siauw-lim !"
"Tapi dia... dia sama sekali tidak pandai bersilat !"
Teriakan gadis tersebut membuat semua orang tertegun,
untuk beberapa saat lamanya semua orang sangsi dan tidak
mau mengerti
Ketika itulah Gwat Ching Siansu telah tertawa dengan
nada tenang dan penuh kedamaian sambil tertawa katanya.
"Perkataan dari Li sicu sedikitpun tidak salah, pinceng
sama sekali tidak dapat bersilat, bukan begitu saja isi kuil
Siauw-lim tak ada yang dapat bersilat lagi. Apabila tidak
percaya silahkan li sicu melakukan pemeriksaan sendiri!"
Ucapan ini semakin mengejutkan Si Soat Ang ia mulai
sangsi namun rasa percaya terhadap ucapan tersebut makin
besar.
Semua jagoan sama2 tenang kembali, suasana jadi
hening dan diliputi kesunyian lama... lama sekali baru
terdengar seorang kakek tua berseru.
"Hu Bengcu aku mengerti mereka pasti sadar bahwa
mereka tak sanggup membendung kekuatan kita maka
seluruh padri dalam kuil ini sudah memusnahkan ilmu
silatnya sendiri."
Si Soat Ang berseru tertahan, ia segera berpaling ke arah
Gwat Ching Siansu, padri itu tampak mengangguk tanda
membenarkan ucapan dari sikakek tua tadi.
Terdengar Gwat Ching Siansu berkata kembali.
"Ucapan dari sicu ini cuma betul separuh, seribu tiga
ratus tujuh puluh empat orang padri dalam kuil Siauw-lim
bukan disebabkan bukan tandingan kalian lantasmemusnahkan ilmu silat sendiri, hal inipun dikarenakan
ingin menghindari segala malapetaka serta banjir darah
didalam pendopo agung dari Budha Maha Pengasih ini.
Pelajaran sang Budha mengatakan, Bila aku tidak masuk
neraka, siapa yang suka masuk neraka ? bagi kami orang
beragama, nama serta kedudukan hanya suatu benda yang
sama sekali tidak berarti. mengapa tidak kita singkirkan dan
jauhkan hal2 yang sebenarnya tidak penting itu ? maka
saudara2 sekalian pun tak usah banyak ribut lagi di sini !"
Beberapa patah kata dari padri tersebut membuat semua
orang membungkam, mereka hanya bisa saling bertukar
pandangan belaka.
"Sejak detik ini kuil Siauw-lim sudah tak berjodoh
dengan umat Bu-lim lagi, silahkan anda sekalian berlalu
dari sini !" ujar Gwat Ching siansu lebih jauh.
Si Soat Ang tarik napas panjang lalu berkata.
"Sekarang kami hanya menjumpai kalian bertiga saja,
darimana kami bisa buktikan apa bila setiap padri yang ada
didalam kuil Siauw lim Sie saat ini sudah musnahkan ilmu
silat sendiri ? siapa tahu kalau kalian sedang membohongi
diri kami ?"
Mendengar perkataan itu Gwat Ching Siansu mengambil
Bok-hiinya diikuti dua orang padri yang berada di sisi nya
lalu mereka bertiga sama2 memukul Alat Bok-hii tadi per-
lahan".
Mengikuti bertalunya suara yang lambat dan berat dari
Bokhi tersebut, dari balik pintu samping pendopo muncul
dua baris hweesio yang sama2 munculkan diri dengan
langkah lambat.
Langkah hweesio2 itu sangat lambat bahkan sama sekali
tidak mengerling ataupun memandang kearah kelompokmanusia aneh yang hadir di ruang pendopo tersebut,
mereka sama2 pejamkan mata sambil membaca doa.
Hweesio itu bukan saja keruang pendopo tersebut,
bahkan berjalan pula keluar ruangan, berputar beberapa kali
ditanah lapang itu dan berhenti, makin lama jumlahnya
makin banyak sehingga setengah jam kemudian barisan
tersebut baru berhenti.
Pada waktu itu seluruh tanah lapang diluar pendopo
sudah dipenuhi dengan hweesio, sedangkan para jago dari
perserikatan Boe-Tek-Beng malah mengundurkan diri ke
sisi tembok pekarangan.
Menanti semua hwesio itu sudah munculkan diri, Gwat
Ching siansu baru berkata kembali.
"Seluruh anggota padri dari kuil siauw-lim kami telah
berkumpul semua ditempat ini, apabila li sicu menemukan
salah satu diantaranya pandai bersilat, silahkan Li sicu
suruh mereka masuk jadi anggota Boe-Tek-Beng kalian !"
Si Soat Ang segera alihkan sinar matanya kearah para
hwesio itu tampak mereka sama2 merangkap tangannya
sambil berdoa tak seorangpun yang berkutik.
"Bagaimana menurut pendapatmu ?" tanya gadis itu
kemudian kepada diri Tonghong Loei.
Peristiwa ini benar2 ada diluar dugaan, jangan dikata Si
Soat Ang serta Tonghong Loei, sekalipun Tonghong Pacu
datang sendiripun belum tentu ia dapat ambil keputusan
apabila menghadapi situasi ini.
Mendengar pertanyaan itu, Tonghong Loei termenung
sebentar, lalu serunya ragu2.
"Tentang Soal ini..."Belum sempat ia menjawab terdengar sikakek tua yang
berulang kali buka suara itu sekarang berkata kembali.
"Hu Bengcu, Tonghong Tongcu, agaknya para padri
dalam kuil Siauw-lim benar2 telah melakukan pengorbanan
diri dengan musnahkan ilmu silat sendiri, meskipun
demikian dalam kuil banyak tersimpan kitab pusaka ilmu
silat yang luar biasa sekali nilainya, mengapa tidak kita
paksa mereka untuk serahkan kitab2 tersebut kepada kita ?"
Dua kali kakek tua itu memberikan pendapatnya, Si Soat
Ang tidak terlalu ambil perhatian, tapi sekarang gadis itu
mulai tertarik, ia lantas berpaling dan meneliti orang itu.
Tampak si kakek tua itu punya perawakan tinggi besar,
suaranya keren dan lantang tapi wajahnya aneh dan jelek
sekali.
Baik Tonghong Loei maupun Si Soat Ang sama2 merasa
asing terhadap orang itu, tapi ditinjau dari suaranya yang
lantang jelas menunjukkan walaupun orangnya tua namun
tenaga dalamnya amat sempurna, ilmu silatnya tentu sangat
lihay.
Tonghong Loei yang menyadari keadaan tersebut tak
berani berayal lagi, dengan cepat ia berseru.
"Perkataan anda sedikitpun tidak salah kau adalah...?"
"Mengapa Tongcu bersikap sungkan, hamba tidak
bernama orang2 menyebut diriku sebagai Thian Yang It
Loo!"
"Eeeehmm . beberapa saat ini memang terlalu banyak
jago lihay yang bermunculan dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung, maaf bila kami tidak terlalu memperhatikan
anda."Thian Yang It Loo tersenyum, ia berkata kembali
"Apabila kitab pusaka ilmu silat yang tersimpan dalam kuil
Siauw-lim Si tidak diserahkan, hal ini akan meninggalkan
bibit bencana di kemudian hari."
"Gwat Cing siausu sudah kau dengar ucapan itu?" Tanya
Si Soat Ang.
Mendengar ucapan itu, Gwat Ching siansu tertawa
terbahak2, sambil tertawa ia bangun berdiri dan lambat2
berjalan kedepan, ujarnya.
"Sejak semula pinceng sudah kukatakan bagi kami orang
yang beragama, barang2 sambilan macam itu sama sekali
tak berguna lagi bagi kami, sejak Tat Mo Couw-su datang
kemari dan sembilan tahun bersemedi menghadap dinding
seluruhnya beliau telah tinggalkan seratus tujuh puluh
sembilan jilid kitab pusaka ilmu silat."
"Sekarang kau simpan dimana ke seratus tujuh puluh
sembilan kitab pusaka ilmu silat itu." tanya Si Soat Ang dan
Tonghong Loei hampir berbareng.
"Itu semuanya berada disana!" jawab Gwat Ching Siansu
sambil menuding kearah hioloo besar yang berada ditengah
halaman luar pendopo.
Mendengar perkataan itu Tonghong Loei serta Si Soat
Ang sama2 enjotkan badannya berkelebat kesisi hioloo
besar tersebut tapi setelah menengok kedalam hioloo tadi
mereka sama2 berteriak kaget.
Mereka tidak menemukan ke seratus tujuh puluh
sembilan jilid kitab pusaka ilmu silat dari partai Siauw-lim
tersebut didalam hioloo besar tadi namun tidak berada
dalam keadaan utuh, saat ini kitab pusaka tersebut sudah
tinggal abu serta puing yang berserakan.Si Soat Ang segera putar telapaknya menghantam
kedalam hioloo besar itu, dimana angin pukulan men-
deru2, kertas didalam hioloo tadi beterbangan.
Ada diantara kertas itu terhembus angin dan terbang
menjauhi hioloo, namun itupun sudah tinggal berkeping2
kecil belaka, sama sekali tak dapat terbaca lagi isinya.
Para jago Perserikatan Boe Tek Beng yang berada di
sekeliling sana sama2 berebut memungut robekan kertas
tadi mereka masih dapat menjumpai lukisan serta tulisan
diatas robekan kertas tadi, sesaat kemudian helaan napas
panjang seruan kaget berkumandang memenuhi angkasa.
"Aaah..! coba lihat robekan kertas ini berasal dari kitab
Siauw-lim Loo Han Koen-hoat!"
"Aah...! coba lihat ilmu sakti auman singa Bud Bun Si
Cu Hong Sin Kang."
"Aaah... ilmu semedi Tjhiet Cap Jie Cay Te Si..."
Apa yang mereka teriakan semuanya merupakan ilmu2
sakti dari partai Siauw-lim yang selama ini paling
dibanggakan.
Namun saat ini seluruh rahasia ilmu silat tersebut sudah
tinggal abu belaka, meskipun masih dapat terlihat beberapa
tulisan diantara nya namun sama sekali sudah tak berguna
lagi.
Si Soat Ang serta Tonghong Loei saling bertukar
pandangan sekejap mereka berdua segera meloncat mundur
kebelakang.
"Aku lihat lebih baik kita tinggalkan saja tempat ini !"
kata sianak muda itu kemudian."Benar, walaupun kita tidak mendapatkan suatu hasil
namun nama besar kita telah menggetarkan seluruh kolong
langit !"
Berkata sampai disitu gadis tersebut segera membentak
keras.
"Kita segera mengundurkan diri dari sini !"
Para jago mengiakan mereka sama meloncat keluar dari
pendopo tersebut, tidak selang beberapa saat kemudian Si
Soat Ang, Tonghong Loei serta Thian Yang It Loo pun
telah mengundurkan diri dari sana.
Sepeninggalnya orang2 itu, doa para hweesio yang ada
didalam kuil semakin nyaring, membuat semua jago merasa
seakan2 mereka sedang bermimpi.
Setelah keluar dari muka gunung, tiba2 terdengar belasan
orang munculkan diri sambil berseru.
"Perserikatan Boe Tek Beng menggetarkan seluruh
kolong langit kejadian ini patut digirangkan dan
dibanggakan. Hu Bengcu silahkan menerima sebuah
penghormatan dari hamba!"
Beberapa orang itu segera jatuhkan diri berlutut diatas
tanah.
Perbuatan ini segera disusul para jago lainnya dalam
sekejap mata semua orang jatuhkan diri berlutut diatas
tanah kecuali Tong-hong Loei serta Si Chen yang berdiri
terus di sisi kalangan.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang merasa amat
girang sekali hingga sukar dilukiskan dengan kata2, ia
bersuit nyaring dan berseru "Harap kalian semua segera
bangun!"Menanti semua orang telah berdiri, Si Soat Ang baru
berpaling kearah Tonghong Loei sambil berkata.
"Walaupun kuil Siauw-lim si tidak berhasil kita paksa
masuk anggota Perserikatan Boe Tek Beng, namun nama
kita sudah menggetarkan seluruh kolong langit sekarang
kita hendak ke mana lagi ?"
"Mari kita pulang ke perkampungan Jiet-Gwat Cung,
coba dengar apa pendapat dari Bengcu!" Ucapan ini sangat
tidak menggembirakan Si Soat Ang, alisnya kontan
berkerut.
"Aku pikir lebih baik untuk sementara waktu kita jangan
pulang dulu, begitu banyak jago lihay kita bawa sehingga
partai Siauw-lim si pun jera kepada kita, boleh dikata
kekuatan kita saat ini tanpa tandingan lagi dikolong langit,
partai serta perguruan apapun sudah bukan tandingan kita
lagi, aku melihat lebih baik kita terjang terus hingga keluar
perbatasan, setelah mengelilingi seluruh Bu-lim baru kita
berangkat pulang ke perkampungan Jiet Gwat-Cung,
bukankah hal ini jauh lebih gagah kelihatannya ?"
"Baik !" Tonghong Loei tidak berani membantah, ia
lantas menyahut "Kalau begitu kita lanjutkan perjalanan
kita menuju kedepan tapi kemanakah tujuan kita yang pasti
? harap Hu Bengcu suka kasih penjelasan."
"Aku pikir, Si Thay sianseng yang berdiam di Gunung
Go-bie sangat tersohor dikolong langit..."
Bicara sampai disitu ia merandek, lalu melirik sekejap
kearah Si Chen.
Si Chen adalah seorang gadis yang sama sekali tidak
punya pendirian, ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
Si Soat Ang pada saat ini, ia hanya merasa dari sinar mata
gadis itu memancarkan cahaya aneh seakan2 urusantersebut punya hubungan dengan dirinya, tak kuasa jantung
terasa berdebar keras.
Si Soat Ang merandek sejenak lalu tertawa, ujarnya lebih
jauh:
"Sudah sangat lama Si Thay sianseng tak pernah bertemu
dengan putrinya, aku lihat lebih baik menggunakan
kesempatan ini kita pergi menjenguk dirinya, sekalian
undang ia masuk perserikatan, bagaimana menurut
pendapat kalian ?".
Sepasang alis Tonghong Loei langsung berkerut setelah
mendengar ucapan itu, ia tahu walaupun ucapan dari Si
Soat Ang sangat sederhana, padahal dalam pelaksanaannya
nanti pasti akan menimbulkan banjir darah yang
mengerikan.
Ia tarik napas panjang, beberapa saat tak sanggup
mendapatkan alasan yang tepat untuk membantah
perkataan dari gadis tersebut.
Lama... lama sekali akhirnya ia mengangguk.
"Demikianpun boleh juga !" katanya.
Sembari menjawab otaknya berputar kencang, pikirnya.
"Dari sini menuju gunung Go-bie bukan perjalanan
hanya sehari dua hari belaka. aku harus berusaha mencari
suatu akal agar kejadian ini tidak sampai menyedihkan Si
Chen..."
Si Soat Ang bukan seorang gadis bodoh, dari perubahan
sikap Tonghong Loei ia segera berhasil menebak apa yang
sedang dipikirkan sianak muda itu, ujarnya kembali.
"Perjalanan dari sini menuju gunung Go-bie sangat jauh,
perintahkan sepuluh orang yang bisa bekerja untuk
berangkat lebih dahulu, di samping persiapkan tempatpemondokan kita suruh mereka hubungi pula orang2 Bu-
lim sekitar tempat itu"
Tonghong Loei mengiakan, ia segera memilih sepuluh
orang jago diantara rombongan itu dan perintahkan mereka
berangkat lebih dahulu.
Setelah itu Si Soat Ang serta Tonghong Loei baru
membawa para jago lainnya berangkat menuju ke Barat,
beberapa hari sepanjang perjalanan tak seorang manusiapun
berani menghadang jalan pergi mereka, siapapun tak berani
menentang setiap orang menyambut kedatangan mereka
dengan penuh hormat.
Untuk sementara waktu kita tinggalkan dulu Si Soat Ang
beserta para jago lainnya berangkat menuju gunung Go bie.
Dalam pada itu Tonghong Pek yang berada dalam
didalam perkampungan Jiet Gwat Cung selama tiga hari
tiga malam berada dalam keadaan tidak sadar, jalan
darahnya selalu tertotok oleh Tonghong Pacu, menanti
senja hari ke empat ia baru mendusin dari tidurnya.
Pertama kali mendusin ia tak tahu saat tersebut dirinya
berada dimana dan apa saja yang telah terjadi. Lama...
lama sekali otaknya baru dibikin sadar dan setiap kejadian
pun teringat kembali.
Tetapi...walau bagaimanapun Tonghong Pek memahami
duduknya persoalan, ia tidak menyangka kalau selama ini
ia tidur melulu karena jalan darah tidurnya tertotok.
Dalam keadaannya ia jatuh tidak sadarkan diri karena
Tonghong Pacu sedang paksa keluar racun yang mengeram
dalam tubuhnya.
Perlahan ia buka mata dan temukan dirinya berada
didalam sebuah kamar, ditempat itu kecuali dia seorang
tidak tampak orang kedua.Sianak muda itu segera bangun duduk, ia merasa
badannya amat lemah dan tak bertenaga tetapi setelah
duduk bersemedi dan seluruh hawa murninya mengelilingi
badan kesegaran segera pulih kembali seperti sedia kala,
bahkan sama sekali tidak dirasakan tanda2 keracunan.
Tonghong Pek jadi kegirangan setengah mati, ia segera
meloncat bangun, tapi dengan cepat ia tertawa getir, ia
teringat keadaan Tonghong Pacu, entah bagaimana
keadaan siorang tua itu setelah berhasil paksa keluar racun
yang mengeram dalam tubuhnya ??
"Entah bagaimana keadaan dari Tonghong Pacu ?" pikir
sianak muda itu dalam hati kecilnya, "Aku berterima kasih
kepadanya karena ia berhasil memaksa racun yang
mengeram dalam tubuhku terdesak keluar . . . haruskah ku
terus pertentanganku akan segala perbuatan yang ia lakukan
? ataukah berpeluk tangan belaka ? . ."
Dengan hati bimbang lambat-lambat Tonghong Pek
berjalan kedepan, mendorong pinta dan berjalan keluar,
dimana berdiri dua orang dengan sangat menghormat.
Ketika menyaksikan munculnya Tonghong Pek dengan
sangat menghormat kedua orang itu menyapa.
"Toa Tongcu, kan sudah mendusin? adakah pesan atau
perintah?"
"Kalian sebut aku sebagai api?" tegur Tonghong Pek
dengan sepasang alis berkerut.
"Toa Tongcu!" jawab kedua orang itu dengan sikap
menghormat.
Dalam hati Tonghong Pek merasa sangat gusar, ia
merasa kedua orang ini dapat menyebut ia dengan
panggilan itu tentu ada orang lain yang perintah merekaberbuat demikian ia ingin mengumbar hawa amarah, tapi
apa gunanya memburu napsu terhadap orang bawahan!
Akhirnya dengan nada dingin ia menegur.
"Mengapa kalian panggil aku dengan sebutan itu?"
Kedua orang itu masih belum tahu kalau Tonghong Pek
tidak suka dipanggil dengan sebutan itu, dengan rasa girang
mereka berdua berkata kembali.
"Toa Tongcu bukankah kau adalah putra Sulung dari
Bengcu? tentu saja kau adalah Thian Tong Tongcu dari
Perserikatan kita, sedang Jie kongcu adalah Te Tong
Tongcu, Sebagai Toa Tongcu bertugas atas segala persoalan
dalam perserikatan itu, sudah sepantasnya kalau hamba
sekalian memanggil dengan sebutan itu?"
Tonghong Pek malas untuk ribut dengan kedua orang
itu, ia lantas berpesan.
"Lain kali aku larang kalian memanggil aku dengan
sebutan itu, aku sama sekali bukan anggota dari
perserikatan Boe Tek Beng kalian tentu saja bukan seorang
Tongcu seperti apa yang kalian katakan barusan.”
Ucapan ini membuat kedua orang itu terperanjat,
sehingga berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo,
untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup mengucapkan
sepatah kata.
"Saat ini Bengcu berada dimana ?" Tanya Tonghong Pek
kembali.
Agaknya kedua orang itu sudah dibikin terperanjat oleh
ucapan sianak muda itu, pertanyaan barusan harus diulangi
sampai beberapa kali mereka baru mendengar apa yang
ditanyakan.Salah seorang diantaranya segera menjawab. "Bengcu
berpesan..."
"Hanya sepatah kata yang diucapkan kemudian
membungkam.
Sedang yang lainpun berkata dengan suara tergagap.
"Bengcu.. dia dia..."
"Sebenarnya apa yang terjadi atas diri Bengcu ?" Tanya
Tonghong Pek dengan hati melengak.
Kedua orang itu sama2 tarik napas panjang, air mukapun
berubah jadi normal kembali, katanya.
"Satu jam berselang Bengcu telah meninggalkan tempat
ini, sesaat hendak berlalu wajah Bengcu kelihatan pucat
pias bagai mayat, keringat mengucur keluar membasahi
seluruh tubuhnya dan wajahnya kelihatan mengerikan
sekali, baru saja melangkah keluar dari pintu hampir2 saja
roboh terjengkang keatas tanah apa bila tidak segera
dipayang dua orang !"
"Lalu sekarang ia berada dimana ?" tanya sianak muda
itu lebih jauh, hatinya terasa sangat berat.
"Sedang beristirahat didalam perkampungan."
"Manusia bodoh, gentong nasi, bicara setengah harian
sama sekali tak berguna, aku sedang bertanya ia berada
dimana?"
Makian ini membuat kedua orang itu kelihatan semakin
kikuk.
"Toa . Tongcu jangan marah" buru2 jawab nya, "Bengcu
telah berpesan selama beliau beristirahat maka siapapun
dilarang menjumpai dirinya, dan siapapun dilarang
berbicara dengan dirinya, maka dimanakah beliau berada
kami sendiripun tidak tahu."Sepasang alis Tonghong Pek berkerut kencang, tentu saja
ia tidak tahu bagaimana keadaan sesungguhnya, dari
penuturan kedua orang itu ia merasa seolah2 Tonghong
Pacu telah korbankan hawa murninya untuk
menyembuhkan luka keracunannya.
Padahal dalam kenyataan Tonghong Pacu telah
meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung setelah
menotok jalan darah tidur dari Tonghong Pek.
Tonghong Pacu tidak pergi kemana2, ia hanya mengikuti
para jago berangkat menuju kuil Siauw lim Si dan menyaru
sebagai seorang kakek berperawakan kekar.
Dasarnya jago2 lihai yang terkumpul dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung memang datang dari
delapan penjuru, maka siapapun tak ada yang kenal atau
curiga kepadanya.
Dan ia bukan lain adalah Thian-Yang-It-Loo yang
beberapa kali memberi petunjuk kepada Si Soat Ang serta
Tonghong Loei dikala mereka berdua menjumpai kesulitan.
Tonghong Loei serta Si Soat Ang sendiri walaupun
merasa pengetahuan Thian-Yang-It-Loe sangat luas dan
menyadari bahwa ia bukan manusia sembarangan, namun
mimpipun mereka tidak mengira kalau dia adalah
Tonghong Pacu.
Tonghong Pacu adalah seorang manusia licik dan teliti,
sebelum meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung,
iapun sudah mengatur segala sesuatunya dalam
perkampungan, apa yang diucapkan kedua orang itu pada
saat inipun bukan lain adalah hasil ajarannya.
Tetapi Tonghong Pek tak tahu duduknya perkara, ia
masih mengira Tonghong pacu telah kehilangan hawamurninya karena harus menolong dia, hatinya terasa amat
sedih sekali.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan sekejap lalu
bertanya kembali.
"Toa toa Kongcu, Bengcu berpesan seandainya kau telah
mendusin maka selama tujuh hari dilarang berlatih semedi
dengan demikian penyakit kongcu baru bisa sembuh
kembali seperti sedia kala."
"Apakah ia tidak berkata ia sendiri membutuhkan waktu
seberapa lama untuk pulihkan kembali kesehatannya seperti
sedia kala ?"
Kedua orang itu belum sempat menjawab, kembali
muncul dua orang lagi mereka lantas menuding ke arah dua
orang yang baru saja datang itu seraya berkata.
"Tentang soal ini harus ditanyakan kepada mereka sebab
mereka berdualah yang memayang Bengcu, mungkin
Bengcu telah berkata kepada mereka !"
Sementara berbicara kedua orang itu sudah tiba
dihadapannya, mereka segera menjura dengan penuh rasa
hormat.
"Toa Tongcu !" sapa-nya hampir berbareng.
Tonghong Pek benar2 dibikin menangis tak bisa
tertawapun sungkan, kembali ada orang yang panggil
dirinya dengan sebutan tersebut.
"Lebih baik aku tak usah gubris soal sebutan lagi,
daripada bicara dengan percuma lebih baik biarkan saja."
pikirnya dalam hati.
Maka ia lantas bertanya.
"Sekarang Bengcu ada dimana ? bagaimana keadaannya
pada saat ini ?"Kedua orang itu segera menghela napas panjang.
"Aaai . ilmu silat yang dimiliki Bengcu memang sangat
tinggi, tapi secara tiba2 bisa berubah jadi sangat lemah,
kejadian ini benar2 berada diluar dugaan."
"Eeei., kenapa sih kalau bicara mengutarakan yang tak
berguna belaka ?" Tegur Tong hong Pek gusar "Aku lagi
bertanya bagaimanakah keadaannya pada saat ini ?"
"Kami tidak tahu, setelah kami bimbing ia masuk
kedalam halaman. Beliau lantas memerintahkan lima puluh
enam orang jago lihay untuk ber-jaga2 disekitar halaman
siang malam siapapun dilarang mendekati ataupun
mengganggu dirinya."
"Ehmm, apakah ia tidak mengatakan harus
membutuhkan waktu beberapa lama untuk pulihkan
kembali kekuatannya ?"
"Benar, beliau telah berpesan kepada kami untuk
sampaikan kata2 ini. Toa Tongcu, katanya paling sedikit
beliau harus membutuhkan tujuh kali tujuh, empat puluh
sembilan hari atau mungkin lebih lama lagi untuk pulih
seperti sedia kala, barang siapapun dilarang menengok
dirinya termasuk Toa Tongcu sendiri"
Mendengar ucapan itu Tonghong Pek bergidik, bulu
kuduk pada bangun berdiri, hal ini disebabkan secara tiba2
ia teringat akan sesuatu.
Ia teringat seandainya demikian adanya, bukankah ia
mati dalam ruangan itupun tak akan diketahui oleh
seorangpun ??
Tonghong Pek merasa hatinya kalut, ia angkat kepala
dan berdiri termenung dan tidak tahu bagaimana baiknya.Pada saat itulah terdengar dua orang yang berjaga di
depan pintu berseru:
"Toa Tongcu sudah mendusin, tunggu sebentar akan
kulaporkan hal ini kepada mereka semua !".
Belum sempat Tonghong Pek mencegah, ke dua orang
itu sudah berlari keluar ruangan.
Tidak selang beberapa saat kemudian muncullah banyak
orang didepan ruangan itu, meski ada tiga ratus orang lebih
jago perkampungan Jiet Gwat Cung yang ikut berangkat
menuju Siauw lim Si, namun yang tetap tinggal di sanapun
tidak sedikit jumlahnya, orang itu sama2 berbaris rapi
kemudian menghunjuk hormat dihadapkan Tonghong Pek
dan sama2 menyebut sianak muda itu sebagai "Toa
Tongcu" sedang menyebut diri sebagai hamba.
Kejadian ini seketika itu juga membuat Tong hong Pek
jadi serba salah.
oooOdwOooo
BAB 25
MULA pertama Tonghong Pek masih berusaha
menampik dan tidak perkenankan orang2 itu menghunjuk
hormat tapi akhirnya makin lama orang yang datang
memberi hormat semakin banyak sehingga membuat ia tak
kuasa mencegah orang2 itu, terpaksa ia lari masuk kedalam
kamar.
Sekalipun begitu suara seruan serta pemberian hormat
diluar kamar masih berkumandang juga tiada hentinya,
kurang lebih beberapa jam lamanya suasana baru sunyi
kembali.Pada saat itulah kembali terdengar seseorang berseru
dengan suara lantang.
"Toa Tongcu, hamba Goe-Khek Wie-Hiong mohon
berjumpa !"
Mendengar disebutkannya nama itu, Tonghong Pek
terkesiap. dahulu ketika ia berkelana keluar perbatasan dan
lewat Kanglam, walaupun tidak pernah mampir di telaga
Thay-ouw namun ia sudah lama mendengar nama orang itu
sebagai seorang pendekar pedang yang sangat lihay, ilmu
silatnya begitu tinggi hingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Sementara Tonghong Pek masih ragu2, suara lantang
ditempat luaran kembali berkumandang datang.
"Tongcu, hamba Cee-Kat-Wie-Hiong ada urusan mohon
berjumpa !"
"Silahkan masuk !"
Pintu terbentang dan muncullah seorang lelaki setengah
baya berperawakan tinggi kurus, orang itu berhenti di depan
pintu kemudian memberi hormat kepada Tonghong Pek
ujarnya.
"Tadi hamba ada urusan tak dapat datang berjumpa
harap Tongcu suka memberi maaf !"
"Coe-Kat sianseng mengapa kau berkata demikian ? Aku
sama sekali bukan seorang Tongcu dari Perserikatan Boe-
Tek-Beng kalian !"
Terhadap penolakan Tonghong Pek tersebut Coe Kat
Wie Hong pura2 berlagak pilon, ujarnya lebih lanjut.
"Barusan hamba ber-jaga2 didepan pintu perkampungan
Jiet Gwat Cung untuk menantikan kehadiran para jago dari
berbagai partai serta perguruan yang hendak datang
bergabung, barusan telah hadir adik dari Pay Hwe Kauwcudari wilayah Se Ih, harap Tongcu suka menyelenggarakan
penyambutan ini."
"Aaah mana boleh jadi?" Buru2 Tonghong Pek
goyangkan tangan berulang kali, "Aku bukan seorang
Tongcu, buat apa harus menyelenggarakan penyambutan
segala?"Coe Kat sianseng lebih baik tanggung jawab ini kau
kerjakan sendiri."
"Tongcu, aku rasa kau tentu sudah pernah mendengar
nama besar dari perkumpulan Pay Hwie Kauw bukan ?"
kata Coe Kat Wie Hiong dengan alis berkerut "Adik
perempuan dari sang Kauwcu telah menempuh perjalanan
selaksa li datang berkunjung, semestinya penyambutan
harus dilakukan oleh Bengcu sendiri, tetapi dalam
kenyataan Bengcu.. dia.."
Teringat akan keadaan Tonghong Pacu, Tonghong Pek
menghela napas panjang, ia merasa hatinya sangat tidak
enak.
"Kalian boleh pergi mencari wakil Bengcu!" serunya.
"Wakil Bengcu serta Te Tong Tongcu dengan membawa
para jago sedang berangkat menghancurkan kuil Siauw-lim
Si."
Berita ini sangat mengejutkan sianak muda itu sehingga
hampir2 saja ia tersentak bangun.
"Sudah terjadi peristiwa semacam ini!" teriaknya.
"Benar, bahkan menurut kabar yang dikirim lewat
burung merpati. ketika pihak Siauw lim tahu bahwa
pasukan besar kita menyerang datang, mereka hanya
mengutus seorang padri tua untuk membendung serbuan
kita, akhirnya hweesio tua itu dikalahkan oleh wakil
Bengcu. Mengerti bukan tandingan, semua hweesio yang
ada didalam kuil Siauw lim sama2 memusnahkan ilmu silatsendiri dan membakar semua kitab ilmu silat yang
tersimpan dalam kuil mereka. Sejak detik ini mereka telah
mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan.
Kabar berita ini bagaikan ledakan guntur disiang hari
bolong membuat telinga Tonghong Pek mendengung keras,
mimpipun ia tidak mengira sudah terjadi peristiwa macam
itu.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya ia baru berkata.
"Lalu ... sekarang . seharusnya mereka sudah pulang
bukan?"
"Tidak, mereka telah berputar ke Barat siap berangkat ke
gunung Go bie untuk menghadapi Si Thay sianseng."
Tonghong Pek tertawa getir, teringat setengah tahun
berselang ketika ia pergi mencari Si Thay sianseng, waktu
simanusia nomor satu dari kalangan pekto ini mengira
dengan bersembunyi lantas tak ada urusan lagi, siapa
sangka pada saat ini pihak perkampungan Jiet Gwat Cung
telah kirim rombongan besar untuk menyerang dirinya.
Terdengar Coe-kat Wie Hiong berkata kembali.
"Tongcu, adik perempuan dari Pay Hwee Kauwcu
datang berkunjung kedalam perkampungan Jiet Gwat Cung
kita, seumpama hamba yang mewakili Bengcu untuk
menerima kedatangannya hal ini merupakan satu tindakan
kurang hormat, bukan saja jago2 Bu lim di wilayah Se Ih
merasa tidak puas bahkan sangat mengganggu pula akan
kebesaran nama ayahmu, sebaliknya ayahmu telah sudi
berkorban demi Tongcu.."
Tonghong Pek jadi serba salah dibuatnya, ia tak tahu
bagaimana harus menghadapi keadaan semacam ini.Agaknya Coe-Kit-Wie-Hiong mengerti keadaan sianak
muda itu, setelah berpikir sebentar ia lantas berkata.
"Tongcu, hamba mempunyai suatu cara untuk mengatasi
kesulitan ini, entah bagaimana menurut pendapatmu ?"
"Coba katakan bagaimana caramu itu ?"
"Seandainya Tongcu tak mau bertemu dengan upacara
resmi maka hamba akan membawa Adik perempuan dari
Pay-Hwee-Kauwcu itu datang kemari dan berjumpa dengan
Tongcu disini kemudian dari sini kita ajak ia menuju ke
ruang tengah dimana biar hamba yang selenggarakan
upacara penyambutan walaupun jalannya upacara berbeda
namun boleh dikata kita tidak sampai meremehkan
kedatangannya, entah bagaimana menurut pendapat anda
?"
Tonghong Pek merasa cara ini memang tepat sekali,
segera ia mengangguk berulang kali.
"Baik, bawalah dia kemari."
Coe Kat Wie Hiong mengiakan, kemudian dengan
hormat mengundurkan diri dari ruangan tersebut.
Sepeninggalnya si jago pedang sakti itu sambil
bergendong tangan Tonghong Pek jalan bolak balik dalam
ruangan, apa yang dipikirkan didalam hati terlalu banyak
pikiran terasa sangat kalut sekali.
Teringat para hweesio partai Siauw-lim dipaksa untuk
memusnahkan ilmu silat sendiri, ia menghela napas
panjang, hatinya merasa amat sedih.
Pada saat itulah terdengar suara dentingan nyaring
berkumandang datang, disusul suara Coe Kat Wie Hiong
berseru dari tempat luaran.
"Lapor Tongcu, tamu agung telah datang!""Silahkan masuk!"
Pintu terbuka, bau harum semerbak berhembus masuk
kedalam, begitu aneh bau harum itu mendatangkan rasa
nyaman di tubuh sianak muda itu.
Tonghong Pek segera angkat kepala memandang kearah
pintu tiba2 sinar matanya berkilat.
Tampaklah disisi Coe-kat-Wie-Hiong berdiri seorang
gadis yang amat cantik sekali, usianya baru dua puluh
tahunan, rambutnya panjang terurai dipundak, diatas
keningnya memakai sebuah permata berwarna merah, kulit
badannya putih halus, potongan badannya ramping dan
montok sehingga menambah kecantikan wajahnya.
Gadis itu hanya memakai secarik kain sutera yang sangat
halus untuk menutupi tubuhnya, pakaian dalam kelihatan
nyata menambah rangsangan dihati lelaki, terutama
badannya yang halus dan menarik dengan senyuman yang
menawan hati membuat jantung Tonghong Pek berdebar
keras.
Seketika itu juga ia berdiri tertegun dan memandang
gadis cantik itu dengan sinar mata ter-mangu2, lama sekali
ia baru mendusin, buru2 putar kepala sambil berseru.
"Coe-kat sianseng, Nona ini..."
Tetapi kembali sianak muda itu tertegun, sebab entah
sejak kapan Coe Kat Wie Hiong telah mengundurkan diri
dari ruangan tersebut.
Perlahan-lahan Tonghong Pek berpaling kembali,
tampak gadis cantik itu per-lahan2 sedang berjalan ke
depan, sepasang biji matanya yang bening menawan hati
berkedip tiada hentinya menambah geloranya darah panas
dalam dada pemuda itu, apalagi bau harum aneh yang
makin lama semakin tebal membuat ia semakin tergiur.Tonghong Pek berdiri tak berkutik disana, dan suatu
yang aneh, selama ini dalam hati nya malah berharap agar
gadis cantik itu bisa cepat2 tiba dihadapannya.
Detik demi detik berjalan lewat, akhirnya gadis cantik itu
tiba di hadapannya, bukan saja tiba disitu bahkan ia angkat
lengannya yang putih dan ditempelkan diatas bahu sianak
muda itu.
Sepanjang hidup Tonghong Pek jarang sekali mendekati
perempuan, sekalipun ia pernah bermesraan dengan Si Soat
Ang namun keadaannya jauh berbeda dengan keadaan yang
dihadapinya saat ini.
Tonghong Pek merasa kesadarannya mulai hilang, ia
merasa napsu birahinya memuncak sehingga tanpa sadar
iapun balas meraba tangan gadis itu dengan penuh
bernapsu.
Pada saat ini sianak muda itupun merasa heran, apa
sebabnya ia tak kuasa menahan diri, sayang ia tak tahu
bahwa gadis yang berada di hadapannya saat ini bukan lain
adalah perempuan genit nomor wahid dikolong langit
dewasa ini, si Budha pun tergiur Liuw CoeiWa,
Sejak tindakan Coe Kat Wie Hiong mohon berjumpa
sampai munculnya gadis genit ini bukan lain adalah siasat
yang direncanakan Tonghong Pacu untuk menjirat
putranya sendiri.
Tonghong Pacu tahu Tonghong Pek adalah seorang
lelaki jujur dan tidak mungkin sudi berkomplot dengan
dirinya maka ia susun perangkap untuk menjebak si anak
muda itu, ia perintahkan para jago untuk sama2 memberi
hormat kepadanya, lalu memerintahkan pula Coei Kat Wie
Hiong membawa Liuw Coei Wa datang menghadap
dengan pura2 mengaku sebagai jago lihay yang datang dari
wilayah Se Ih.Ketika Liuw Coei Wa berjalan masuk ke dalam ruang
tadi penuh tersiar bau harum yang aneh, bau tersebut bukan
lain adalah kabut racun membangkit napsu birahi yang
tersohor di wilayah Biauw Tonghong Pek tak sadar dan
menghisap bau aneh tersebut, tidak aneh kalau ia tak kuasa
menahan diri.
Entah lewat beberapa saat lamanya, menanti si anak
muda itu sadar kembali, malam hari telah tiba, dan dia
merasa dalam pelukannya tidur tertelentang sedang
menangis.
Tonghong Pek tersentak kaget, diikuti ia teringat kembali
apa yang terjadi selama ini, ia jadi sedih dan termangu2.
Pada saat itulah orang yang berbaring dalam pelukannya
telah angkat kepala menatap wajah sianak muda itu malu2.
Walaupun Liuw Coei Wa adalah seorang perempuan
genit, namun wajahnya sangat cantik, apalagi titik air mata
membasahi kelopak matanya pada saat ini menambah
kecantikan gadis itu.
Tonghong Pek melirik sekejap kearahnya, ia merasa
hatinya sangat sedih dan duka.
Liuw Coei Wa tidak menangis lagi wajahnya tiba2
berubah merah jengah dan ditempelkan diatas dadanya.
Lama sekali Tonghong Pek berada didalam keadaan ter-
mangu2, akhirnya ia buka suara dan berseru.
"Kau.. kau..."
"Kenapa aku?" Sahut Liuw Coei Wa tersenyum, ia
angkat kepala dan memandang si anak muda itu! "Mulai
detik ini aku telah jadi istrimu."
"Kau kau . siapa kau!""Aku adalah adik perempuan dari Pay Hwee Kauwcu
dari wilayah Se Ih dan bernama CoeiWa!"
Sayang ketika itu Tonghong Pek sedang merasa
pikirannya kalut, kalau tidak niscaya ia akan teringat bahwa
dalam dunia persilatan terhadap seorang perempuan cabul
bernama Liuw CoeiWa.
Tetapi Tonghong Pek adalah seorang lelaki sejati,
meskipun ia tahu bahwa perempuan yang dihadapinya saat
ini adalah Liuw CoeiWa, namun tidak akan berubah sikap,
sebab apa yang terjadi selama ini adalah atas kemauan
sendiri.
Sianak muda itu lantas tertawa getir dan membungkam
dalam seribu bahasa.
Mengambil kesempatan itulah Liuw Coei wa berkata
dengan suara merdu.
"Sekarang aku tak akan kembali ke-kota Se Ih. Aku
hendak berdiam di perkampungan Jiet Gwat Cung dan
melayani dirimu!"
Jantung Tonghong Pek berdebar keras, saat ini ia teringat
kembali akan diri Si Soat Ang.
Ia bayangkan bagaimanakah perasaan gadis itu
sekembalinya dari luaran dan mengetahui kejadian tersebut.
Tonghong Pek meronta dan per-lahan2 bangun berdiri,
namun sepasang lengan Liuw CoeiWa merangkul lehernya
erat2 sambil bersanding di atas dada sianak muda itu
serunya.
"Ayoh cepat katakan dulu, kau suka bukan aku tetap
tinggal diperkampungan Jiet Gwat Cung dan selalu
melayani dirimu."Tonghong Pek tertawa getir, ia tidak bicara sama sekali,
buru2 serunya.
"Kau... kenakan dulu pakaianmu!" Merah padam
selembar wajah Liuw Cie Wa, tidak selang beberapa saat
kemudian gadis itu sudah muncul kembali dengan
dandanan seperti masuk kedalam untuk pertama kakinya
tadi, sambil memandang Tonghong Pek ia tersenyum.
Buru2 si anak muda itu melengos kesamping ia tidak
berani saling beradu mata dengan dirinya.
Ketika itulah terdengar suara dari Coe-Kat Wie-Hiong
berkumandang kembali dari luar ruangan.
"Tongcu hamba ada urusan hendak dilaporkan kepada
mu !"
"Masuk !"
Sejak semula Coe-Kat Wie-Hiong sudah tahu apa yang
terjadi dalam ruangan tersebut, tapi dia adalah seorang
manusia licik setelah lelaki itu masuk dan memandang
sekejap kearah Liuw Coei Wa, wajahnya lantas
menunjukkan sikap kaget dan tercengang, sama sekali ia
tertegun baru berseru.
"Tongcu, hal ini... hal ini .."
Sambil berkata ia melirik sekejap kearah Liuw Cui Wa,
meski tidak diteruskan katanya, namun jelas apa yang ia
maksudkan ..
Merah jengah Tonghong Pek ketika itu, sepatah katapun
tak sanggup diutarakan, apabila ada lubang disana pasti ia
sudah menerobos masuk untuk bersembunyi.
Cue-Kat-Wie-Hiong segera tertawa terbahak2, serunya.
"Aku paham sudah, ha ha haa...kiranya begini..."Seraya berkata ia maju dua langkah kedepan, setibanya
di hadapan Tonghong Pek segera bisiknya lirih.
"Tongcu, kalau manusia tidak romantis sayang jadi
pemuda. begitu menarik dan menggiurkan nona ini, tidak
bisa disalahkan kalau Tongcu tertarik ha ..ha Tongcu
seorang yang tampan dan punya kedudukan, tidak sulit
untuk mensukseskan niatmu, haa...haa..."
Gelak tertawa orang itu sangat menusuk perasaan
Tonghong Pek, ia merasa amat sedih sekali, ingin sekali ia
menegur tapi kejelekannya sudah jatuh ketangan orang lain,
membuat ia tak berkutik kecuali tertawa getir belaka.
Terdengar Coe-kat Wie-Hiong berkata kembali, kali ini
ia semakin memperendah suaranya.
"Hanya si nona ini adalah adik perempuan dari Pay-
Hwie-Kauwcu, asal usulnya luar biasa, sulit untuk
menggebahnya pergi dengan begitu saja. Tongcu apakah
kau pernah berpikir seandainya Wakil Bengcu pulang.."
"Apakah Coe-Kat sianseng punya usul bagus ?" buru2
Tonghong Pek bertanya.
Dengan cepat Coe-Kat-Wio-Hiong geleng kepalanya
berulang kali, serunya.
"Aku lihat terpaksa urusan ini harus diselesaikan
menanti Bengcu telah sembuh dari lukanya, sekarang
bagaimanapun juga Wakil Bengcu tak ada disini, silahkan
Tongcu ber-senang2 selama beberapa hari, benar bukan
ucapan dari hamba ini ?"
Tonghong Pek berpaling kearah Liuw Coei Wa teringat
kejadian yang barusan berlangsung, jantungnya terasa
berdebar keras, ketika itu si gadis cabul itupun berjalan
mendekat, Tonghong Pek menghela napas dan biarkan ia
bersandar diatas dadanya.Menyaksikan keadaan itu, buru2 Coe-Kat-Wie Hiong
mengundurkan diri dari ruangan.
Pertama kali berbuat Tonghong Pek berada dalam
keadaan tidak sadar dan terpengaruh oleh obat perangsang,
namun perbuatan untuk kedua kakinya dilakukan dalam
keadaan sadar, bagaimanapun juga dia adalah seorang
pemuda yang berdarah panas, menghadapi Liuw Coei Wa
yang begitu menggiurkan, ia tak kuasa menahan diri.
Demikian lah sejak itu Tonghong Pek telah terjebak
dalam perangkap Liuw Coei Wa, meskipun kadangkala ia
merasa menyesal atas perbuatannya, namun ia merasa sulit
untuk melepaskan perempuan genit itu.
Tidak selang satu bulan kemudian, kegagahan serta
kejantanannya sudah lenyap tak berbekas, cita2nya lenyap
seperti asap ditengah angkasa, bukan saja ia tidak
menampik sebagai seorang Tongcu bahkan mulai
mengurusi semua pekerjaan yang ada dalam perkampungan
Jiet-Gwat-Cung.
Setelah sampai pada tingkat ini, boleh dikata usaha
Tonghong Pacu pun berhasil sukses.
Sementara itu Tonghong Pacu sendiri telah pulang
kedalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung, mendengar
laporan dari Coe-kat-Wie-Hiong yang mengatakan
hubungan Tonghong Pek serta Liuw Coei Wa sudah tidak
terlepaskan lagi ia merasa amat kegirangan.
Tetapi ia belum juga munculkan diri, menanti beberapa
hari lagi setelah yakin Tonghong Pek sudah terjerumus
dalam perangkapnya dengan membawa tongkat Tonghong
Pacu baru munculkan diri, ia berjalan dengan badan lemas
se-olah2 sama sekali tak bertenaga lagi.Waktu itu Tongheng Pek sedang berada di ruang tengah
untuk menyelesaikan urusan mengenai Perserikatan Boe-
Tek-Beng, kemunculan Tonghong Pacu secara tiba2, segera
membuat suasana jadi serius.
Tonghong Pek sendiripun tertegun ketika menyaksikan
kehadiran Tonghong Pacu, ia segera bangun berdiri.
Per-lahan2 Tonghong Pacu berjalan kedepan, bibir
sianak muda itu bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu
namun tak tahu ia harus menyebut apa, menanti si
gembong iblis itu sudah tiba dihadapinya ia baru menyapa.
"Apakah kesehatan Bengcu telah pulih kembali?"
"Boleh dikata sudah dapat berjalan" sahut Tonghong
Pacu hambar. "Kau tak usah menggubris diriku, selesaikan
dahulu pekerjaanmu."
Tonghong Pek tertawa getir.
"Seandainya kesehatan Bengcu telah pulih kembali muka
pekerjaan disinipun tak usah aku campuri lagi"
"Apa maksud ucapanmu itu ? kau adalah Thian-Tong
Tongcu, kemudian hari pekerjaan mengenai Perserikatan
Boe Tek Beng ini bakal diserahkan kepada kalian dua
bersaudara, kalau kau tidak mengurusi siapa lagi yang
mencampuri."
"Aku... Aku..."
Tidak menanti ia menyelesaikan kata2, Tong hong Pacu
telah mengulapkan tangannya.
"Kalian keluar semua lebih dulu, kami ada urusan
penting hendak dirundingkan !"
Paling sedikit dalam ruang tengah sedang hadir ratusan
orang jago, melihat Tonghong Pacu ulapkan tangannya,mereka sama2 mengundurkan diri dari sana, hanya dalam
sekejap mata ruangan itu sudah sunyi.
"Harap Coe Kat siauseng berhenti sejenak." ujar
Tonghong Pacu kembali dengan suara dalam.
Sebenarnya Coe Kat Wie Hiong sudah tiba di depan
pintu mendengar teguran itu ia segera berjalan balik dan
berdiri dengan sikap hormat.
Tonghong Pek sendiripun merasa jantungnya berdebar
keras ketika menyakitkan Tonghong Pacu menahan Coe
Kat Wie Hiong.
Menanti suasana dalam ruangan tinggal mereka bertiga,
Tonghong Pacu baru berkata dengan suara berat.
"Pekjie aku dengar dari perkataan orang perkampungan
Jiet Gwat Cung, katanya hubunganmu dengan adik
perempuan dari Pay Hwee -Kauwcu dari wilayah Se Ih
sangat luar biasa sekali, benarkah ada kejadian seperti ini?"
"Bee...Benar!" jawab Tonghong Pek dengan wajah
berubah merah jengah.
"Heee heee - heee . sebenarnya peristiwa ini bukan suatu
masalah besar kalau manusia tidak romantis, sia2 jadi
seorang pemuda, aku pernah berjumpa dengan gadis cilik
itu dan memang kecantikan wajahnya luar biasa sekali
tetapi aku rasa nona Si pasti akan sangat gusar bila ia
kembali dan mengetahui kejadian ini, apakah kau pernah
berpikir sampai disitu?"
"Aai . ! Aku pernah berpikir sampai disitu!"
Pembaca yang budiman, sebenarnya Tong-hong Pek
adalah seorang pemuda gagah yang tidak bakal tunduk
dibawah pengaruh kejahatan apalagi terhadap Tonghong
Pacu yang diketahuinya punya ambisi besar untukmenguasai seluruh jagad, meski dia adalah ayah
kandungnya sendiri.
Tetapi sekarang, setelah ia berbuat sesuatu yang
dirasakan amat memalukan dan kejelekan itu berada
ditangan orang lain, maka kegagahan Tonghong Pek pun
seketika lenyap entah kemana.
Tonghong Pacu tertawa, ia berkata.
"Kalau sudah kau pikirkan persoalan itu, tentu kau sudah
mendapatkan cara yang paling tepat bukan untuk mengatasi
masalah ini ?"
"Aku tidak punya cara yang tepat."
"Tak bisa jadi kalau kau tak punya cara untuk mengatasi
peristiwa ini, sekalipun ia tidak pulang kejadian ini bisa
tersiar kedalam telinganya, aku lihat lebih baik kau
tinggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung saja, aku akan
siapkan sepuluh ekor kuda jempolan bagimu untuk
melakukan perjalanan siang malam, pergi dan susullah Si
Soat Ang."
"Aku....aku harus menyusul mereka ?" tanya Tonghong
Pek tertegun.
"Bagaimana merasa keberatan untuk tinggalkan CoeiWa
??"
Tonghong Pek jadi amat rikuh sehabis mendengar
perkataan itu lantas menengok kearah Coe-Kat-Wie-Hiong.
Menyaksikan sikap sianak muda itu Coe-Kat Wie-Hiong
tersenyum, katanya.
"Bengcu aku lihat itupun bukan cara yang bagus, asalkan
peristiwa ini bisa di rahasiakan dengan ketat, aku rasa orang
lainpun tidak berani membocorkan rahasia ini kepada nonaSi, asal orang lain tidak tahu maka meskipun Hu Bengcu
kembalipun tak usah kita takutkan !"
"Ehm.. benar, memang demikian paling bagus !" sahut
Tonghong Pek tanpa sadar,
Tonghong Pacu tertawa, ia lantas menepuk pundak
sianak muda itu sambil berkata.
"Pek-jie kau boleh berlega hati, aku tidak akan membuat
kau susah, dan sekarang kau pasti tidak akan menyusahkan
diriku pula bukan ?"
Walaupun ucapan dari Tonghong Pacu diutarakan
dengan wajah penuh senyuman namun bagi Tonghong Pek
sangat menusuk perasaannya, ia merasa hatinya seperti di-
iris2 dengan pisau tajam.
Lama sekali ia tertegun, akhirnya dengan kepala
tertunduk ia menyahut.
"Siap mendengarkan perintah dari Bengcu"
Tonghong Pacu tertawa terbahak2, dengan bantuan
tongkat per-lahan2 ia berjalan keluar dari ruangan.
Sepeninggalnya Tonghong Pacu, dengan ter mangu2
Tonghong Pek berdiri disitu ia merasa hatinya sangat sedih.
Mendadak terdengar suara tertawa cekikikan
berkumandang datang, disusul munculnya Liuw Coei Wa
dengan potongan badan yang amat menggiurkan.
Menjumpai kehadiran Liuw Coei Wa, kembali sianak
muda itu tergiur, apa yang barusan di pikirkan segera
dibuang jauh2 dari benaknya, ia cekal tangan gadis itu
erat2.
"Kenapa sudah begitu lama belum juga kembali?" tegur
Liuw Coei Wa dengan suara manja. "Aku sudah siapkanbeberapa macam sayur sebagai teman minum arak. Aku
merasa amat kesepian berada dalam kamar seorang diri."
"Aku segera datang." buru2 Tonghong Pek menyahut.
Menyaksikan hal itu, sambil tertawa Coe Kat Wie Hiong
lantas berseru.
"Silahkan Tongcu kembali, urusan ditempat ini serahkan
saja kepada diri hamba untuk menyelesaikannya."
Tonghong Pek mengangguk, dibawah bimbingan mesra
Liuw Coei Wa, iapun berlalu dan kembali kedalam kamar
untuk ber-kasih2an kembali dengan gadis cabul itu.
Dalam pada itu Si Soat Ang dengan membawa jago2-nya
melanjutkan perjalanan menuju kegunung Go-bie,
sepanjang perjalanan mereka tidak jumpai hadangan
bahkan jumlah mereka malah semakin bertambah.
Kurang lebih dua bulan kemudian sampai lah mereka
dipegunungan Go-bie, saat itulah Si Soat Ang
memerintahkan sepuluh orang yang punya ilmu
meringankan tubuh sempurna untuk berangkat lebih dahulu
memberi kabar atas kedatangannya kepada Si Thay
Sianseng.
Ketika hari kedua telah menjelang tiba, di mana pasukan
sedang bergerak menuju kedalam gunung Go-bie, sepuluh
orang yang diberangkatkan lebih dahulu itu telah balik
kembali.
Menyaksikan kehadiran orang2 itu Si Soat Ang segera
menegur.
"Apakah Si Thay sianseng memberikan tanggapan..."
Sepuluh orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
kemudian salah seorang diantaranya sambil tertawa getir
menjawab."Lapor Wakil Bengcu, kami tidak berhasil menjumpai
diri Si Thay Sianseng ?"
"Bukankah aku perintahkan kalian untuk menjumpai
dirinya, mengapa kalian membangkang perintah ?" teriak Si
Soat Ang amat gusar.
Air muka sepuluh orang jago itu berubah pucat pias,
buru2 mereka menyahut.
"Kami tidak berani membangkang perintah tetapi tempat
tinggal Si Thay sianseng terletak di suatu tempat yang terjal
dan susah dicapai, kami gagal untuk menerjang masuk
kedalam."
"Benarkah begitu ?" tanya Si Soat Ang seraya berpaling
ke arah Si Chen yang berada di sisinya.
Si Chen mengangguk.
"Benar, mulut lembah Coei Hong-Kok memang amat
berbahaya sekali, sulit bagi seseorang untuk menerjang
masuk kedalam."
"He., he bagaimana kalau kuutus putrinya sendiri untuk
menghadap ? apakah Si thay sianseng sudi berjumpa atau
tidak ?"
Si Chen tundukkan kepalanya membungkam.
Menyaksikan istrinya malu, buru2 Tonghong Loei
berseru.
"Tidak leluasa bagi kami untuk pergi menjumpai dirinya
atau mungkin Si Thay sianseng sadar bahwa ia tak sanggup
menghadapi kita setelah menyaksikan kekuatan yang kita
bawa maka ia berobah pendapat."
"Paling baik ia memang tahu diri sebab kalau tidak maka
kita sama2 merasa kurang leluasa."Sewaktu mengucapkan perkataan ini sengaja Si Soat Ang
melirik sekejap kearah Si Chen, membuat jantung gadis itu
berdebar keras, ia tidak berani mengucapkan sepatah kata
pun.
Demikianlah rombongan besar dari perserikatan Boe-
Tek-Beng pun melanjutkan perjalanannya masuk kedalam
gunung Go-bie, malam itu mereka beristirahat ditengah
gunung.
Hari kedua mereka meneruskan perjalanannya lebih
jauh, ketika siang hari menjelang tiba beberapa orang jago
yang pernah berkunjung kelembah Coei-Hong-Kok sama2
berseru.
"Kiranya hampir tiba dimulut lembah Coei Hong Kok
tersebut.."
"Bunyikan tetabuhan musik!" Tonghong Loei segera
memerintahkan.
Dua puluh orang jago yang membawa alat musik mulai
membunyikan alat tetabuhan mereka sehingga suasana jadi
ramai sekali ....Sekarang lebih setengah jam kemudian di
hadapan mereka baru kelihatan muncul sebuah tebing yang
amat terjal.
Diantara dua tebing yang menjulang tinggi ke angkasa
serta terjal itu terdapat sebuah mulut selat yang amat sempit
seluas empat lima depa, ruang sesempit itu hanya cukup
untuk berlalu seorang manusia.
Tapi saat ini tak mungkin bisa dilewati lagi, sebab mulut
selat tadi sudah penuh ditumpuki batu cadas baik besar
maupun kecil tingginya hampir mencapai tiga lima tombak.
Ketika rombongan semakin mendekati mulut selat itu, Si
Soat Ang ulapkan tangannya untuk menghentikan
perjalanan lalu gadis itu mendongak dan memeriksakeadaan tempat itu, ia saksikan tumpukan batu itu
mencapai tiga lima tombak namun masih belum
menyulitkan mereka sebab disana ada dua tiga ratus orang
yang dapat singkirkan penghalang tadi.
Kesulitan justru terletak pada curam serta bahaya tebing
yang mengapit mulut selat tadi, diatas tebing merupakan
tempat yang datar dan disana telah dipersiapkan batu2
dalam jumlah besar, asal batu itu sedikit didorong niscaya
akan bergelindingan kebawah dengan hebatnya.
Ditinjau dari bawah, tumpukan batu cadas itu hampir
mencapai tiga lima ratus tumpukan, jelas pihak partai Go-
bie telah mengadakan persiapan untuk menyambut
kedatangan mereka.
Seandainya ada orang yang hendak menerjang tembok
batu itu dengan kekerasan, niscaya batu2 yang ada diatas
akan bergelindingan kebawah, dalam keadaan seperti itu
meski mempunyai ilmu silat yang lebih lihaypun akan
merasa sulit untuk menghindari diri.
Sehabis menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang
segera kerut kan alisnya.
"Tonghong Tongcu," ia berseru, "Kecuali dari sini,
apakah ada jalan lain yang menghubungkan tempat ini
dengan lembah Coei Kong kok."
"Kecuali tempat ini, terpaksa kita harus melampaui
beberapa buah puncak gunung sebelah sana" sahut
Tonghong Loei sambil menuding ke arah puncak gunung
yang tinggi keangkasa.
"Tetapi hal ini tidak mungkin bisa dilaksanakan, bukan
saja puncak itu tinggi lagi berbahaya bahkan kadangkala
ditengah tebing terdapat celah yang sangat dalam, terlalu
sulit bagi kita untuk melewatinya."Si Soat Ang tarik napas panjang2, akhirnya ia berseru.
"Baiklah, katakan kepada pihak partai Go bie bahwa aku
telah datang !"
Tonghong Loei mengiakan, ia segera ulapkan tangannya,
terdengar dua tiga ratus orang jago sama2 berteriak.
"Wakil Bengcu dari perserikatan Boe-Tek-Beng telah tiba
!"
Teriakan tiga ratus orang jago secara serentak benar2
menghasilkan suara yang amat keras, apalagi sebagian besar
terdiri dari jago2 lihay yang mempunyai suara lantang,
seketika itu juga suara mereka menggetarkan angkasa dan
menggeletar hingga ketempat yang sangat jauh.
Suasana di atas tebing tetap sunyi senyap, kecuali
berkelebatnya bayangan manusia, tak kedengaran ada suara
sahutan.
Menanti suara pantulan yang dihasilkan oleh teriakan
tadi sudah- sirap dari angkasa, dari atas tebing baru
terdengar suara sahutan seseorang dengan suara nyaring
pula.
"Sudah lama ciangbunjien partai Go-bie tidak bertemu
dengan orang luar, silahkan kalian kembali saja"
Si Soat Ang bersuit nyaring.
"Putrinya sudah kembali, apakah Si Thay sianseng tidak
ingin berjumpa muka ?" teriaknya.
Ilmu silat Si Soat Ang sangat lihay, ucapan itupun
menimbulkan suara pantulan yang sangat kuat.
Lewat beberapa saat kemudian dari atas tebing baru
berkumandang suara jawaban."Suhu bilang beliau sama sekali tidak punya putri, kalian
tentu sudah salah menduga!"
Ketika suara itu berkumandang dari atas tebing Si Chen
serta Tonghong Loei dapat kenali suara tadi berasal dari
murid tertua Si Thay sianseng atau bekas toa suheng
mereka.
Menanti Si Chen mendengar ucapan terakhir dari toa
sukonya ini, ia jadi amat sedih sehingga air mata tak kuasa
lagi mengucur keluar dengan amat derasnya.
Buru2 Tonghong Loei mencekal tangannya erat2 sambil
menghibur.
"Jangan sedih. . jangan sedih !"
"Aku tidak sedih" sahut Si Chen lirih, ia berusaha untuk
menahan air matanya mengucur keluar.
Dengan pandangan dingin Si Soat Ang melirik sekejap
kearah kedua orang itu, kemudian sambil tertawa ujarnya.
"Setelah Si Thay sianseng berkata demikian, maka
kitapun tak usah mempersoalkan hubungan kita dengan
dirinya lagi, kita serbu lembah Coei Hong kok bila perlu
dengan kekerasan."
"Si Hu Bengcu!" suara diatas tebing kembali
berkumandang, "Aku rasa kurang menguntungkan bila kan
ingin terjang kedalam lembah kami dengan kekerasan,
silahkan lihat."
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, dari atas tebing
berkumandang secara gemuruh yang amat nyaring, dua
tumpukan batu cadas yang ada diatas tebing telah
bergelinding ke bawah.
Batu2 itu setiap butir punya berat hampir mencapai
seratus kati dan ketika itu hampir ada tiga lima puluh butirmeluncur kebawah ber-sama2, dapat dibayangkan betapa
dahsyat dan mengerikan suasana ketika itu.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang jadi terkesiap
terdengar Tonghong Loei berseru.
"Cepat mundur kebelakang."
Sebenarnya tiga ratus orang jago sedang bergerak
mendekati dinding tersebut, mendengar perintah itu mereka
sama2 berebut mundur ke belakang seketika itu juga
suasana jadi ramai dan keadaan mengenaskan sekali.
Dalam sekejap mata semua orang pada lari ke belakang
sambil saling ber desak2an ditengah teriakan para jago
itulah batu cadas saling berhamburan kebawah, keadaan
benar2 menyeram
Oooo-d-w-oooO
Jilid 24
KETIKA batu besar saling bergelindingan ke bawah,
masih banyak orang yang tak sempat menghindar, bagi
mereka yang memiliki ilmu meringankan tubuh agak
sempurna segera meloncat untuk menghindar tetapi bagi
mereka yang kurang cepat menghindar segera tertimpa dan
meraung kesakitan.
Si Soat Ang yang berdiri tegak disana tiba2 menyaksikan
sebuah batu besar bergelinding ke arahnya dengan cepat ia
enjotkan badan melayang ke tengah udara..
Braak..! batu besar tadi menumbuk sebuah pohon dan
seketika itu juga diiringi suara keras tumbang keatas tanah.
Menanti batu2 cadas itu sudah selesai berhamburan di
atas tanah, semua orangpun telah dipaksa mundur sejauh
tiga lima tombak lebih.Akibatnya dari hujan batu cadas itu. ada tujuh delapan
orang jago menggeletak dengan kaki patah, mereka
merintih tiada hentinya menahan rasa sakit yang luar biasa.
Si Soat Ang benar2 naik pitam, dengan suara keras
segera bentaknya.
"Tunggu saja saatnya, setiap kali aku berhasil
menembusi lembah Coei Hong Kok, akan ku bunuh semua
seluruh penghuni disana."
Ucapan ini tidak mendatangkan perasaan apa2 bagi
orang2 lembah Coei Hong Kok yang ada diatas tebing, lain
halnya dengan Si Che yang berada disisinya, diam2 ia
merasa bergidik.
Si Soat Ang tarik napas panjang lalu serunya kembali
"Kita mundur dahulu kebelakang."
Semua orang sama2 mengundurkan diri dari tempat itu,
mereka yang terlukapun meronta bangun untuk kemudian
menggabungkan diri dengan rombongan mereka, dalam
sekejap mata semua orang telah mengundurkan diri kurang
lebih setengah li dari mulut lembah tersebut.
Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia merasa sangat
tidak senang dengan keadaan yang dihadapinya saat ini.
Dengan wajah cemberut ia duduk seorang diri diatas
batu, semua orang yang merasakan kelihayan batu2 lembah
Coei Hong Kok pun tidak ada yang berani memberi
komentar, semua orang duduk dengan mulut
membungkam.
Lewat beberapa saat kemudian Si Soat Ang baru
mendengus dengan dingin.
"Hmm! partai Go-bie tidak lebih hanya andalkan
keuntungan letak lembahnya belaka, maka mereka berhasilmembendung jalan pergi kita, padahal dalam partai Gobie
kecuali Si Thay sianseng seorang asalkan ada beberapa
orang berhasil menyusup kedalam tidak sulit bagi kita untuk
menundukan mereka.
Tak seorangpun berani membangkang atau memberi
komentar akan ucapan dari Si Soat Ang ini, sementara
dalam hati mereka berpikir.
"Siapa yang tidak tahu akan kebenaran ceng li itu, justru
persoalannya terletak bagaimana caranya menyusup
kedalam lembah Coei Hong Kok?...
Tentu saja berada dihadapan Si Soat Ang tak seorangpun
yang berani mengutarakan pertanyaan itu, Sinar mata Si
Soat Ang per-lahan2 menyapu wajah para jago, tiba2 ia
teringat akan seseorang segera teriaknya.
"Di manakah Thian-Yang-It Loo ?"
Kiranya secara tiba2 gadis ini teringat sewaktu berada
dalam kuil Siauw-lim, setiap kali ia menjumpai kesulitan
Thiao-Yang It-Loo lah yang memberikan pemecahannya
tetapi setelah meninggalkan partai Siauw lim karena
sepanjang perjalanan tidak menjumpai kesulitan maka ia
tidak terlalu memperhatikan orang itu lagi, tapi sekarang
karena menjumpai kembali kesulitan didalam menjebolkan
pertahanan lembah Coei Hong-Kok maka ia mencari orang
tua itu lagi untuk diminta pendapatnya.
Dalam anggapan gadis tersebut, Thian-Yang It Loo pasti
berada didalam rombongan jago itu.
Siapa sangka dalam kenyataan Thian-Yang It Loo
adalah hasil penyaruan dari Tonghong Pacu, setelah
berhasil menundukkan kuil Siauw lim, gembong Iblis itu
merasa tidak bakal menjumpai kesulitan lagi maka ia telahberangkat balik ke perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk
pusatkan perhatiannya menghadapi Tonghong Pek.
Tidak aneh kalau teriakan Si Soat Ang saat ini sama
sekali tidak kedengaran suara sahutan.
Tujuh delapan kali Si Soat Ang berteriak namun tidak
kedengaran suara jawaban hal ini makin menggusarkan
gadis tersebut, segera teriaknya keras2.
"Tonghong Tongcu?"
Tonghong Loei berada disisinya, walaupun ia tahu gadis
itu tidak mungkin bisa mengapa-apakan dirinya, namun
teriakan yang begitu keras cukup membuat hatinya
terperanjat.
"Hamba berada disini!" segera sahutnya.
"Benarkah apa yang kukatakan barusan?"
"Perkataan dari Hu Bengcu sangat tepat sekali."
"Setelah malam menjelang tiba nanti kita mulai bekerja,
aku dengan kau serta membawa delapan orang yang
berkepandaian paling tinggi diam2 menyusup kedalam
lembah Coei Hong Kok, asalkan kita berhasil menyerbu ke
dalam lembah berarti usaha kita akan sukses."
"Hu Bengcu." kata Tonghong Loei setelah berpikir
sebentar "Di tinjau dari keadaan tadi aku ..aku rasa tidak
gampang bagi kita untuk menyusup kedalam lembah Coei
Hong Kok .."
"Apa yang kita takuti ?" tegur Si Soat Ang kurang
senang.
"Aku takut kita bisa menemui kegagalan total !"
"Omong kosong, bayangkan saja kuil Siauw lim Sie yang
begitu tersohor dikolong langit, bukankah semua anggotapartainya memunahkan sendiri ilmu silatnya ? kalau
Perserikatan Boe-Tek-Beng kita tak dapat melawan partai
Go-bie, bukankah kejadian ini patut dibikin sebagai suatu
lelucon ? sudah tidak usah banyak bicara lagi, cepat pilih
jago lihay dan mulai mempersiapkan diri !"
Setelah gadis itu ambil keputusan Tonghong Loei tentu
saja tak berani banyak bicara lagi terpaksa ia mengiakan.
Si Soat Ang tertawa dingin sambil bergendong tangan
per-lahan2 ia berjalan keluar dari lembah tersebut.
Gadis ini mendekati kembali lembah Coei-Hong-Kok
dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, ketika
menyaksikan tumpukan batu diatas tebing ia menghela
napas panjang, ia sadar apa yang diucapkan Tonghong Loei
tadi sebenarnya sama sekali tidak salah, meskipun ia
dibantu sembilan orang jago lihay belum tentu bisa berhasil
menyusup kedalam lembah musuh...
Lama sekali gadis itu memeriksa keadaan lembah Coei
Hong Kok, akhirnya ia kembali ke tengah lembah, disana
Tonghong Loei telah mempersiapkan delapan orang jago
untuk menantikan perintah selanjutnya.
Malam telah menjelang tiba...namun sayang sekali
malam itu bulan muncul dengan terang nya membuat
suasana jadi cerah.
Dalam keadaan secerah ini hendak menyusup kedalam
lembah, Si Soat Ang tahu keadaan pasti tidak
menguntungkan bagi dirinya maka ia berjalan mondar
mandir disekitar sana sambil memikirkan cara yang bagus
untuk memecahkan kesulitan tadi.
Ditengah kesunyian yang mencekam itulah mendadak
muncul dua orang kehadapan Si Soat Ang seraya berseru."Lapor Hu Bengcu, di luar lembah ada seseorang ingin
menghadap."
"Siapakah orang itu ?" tanya Si Soat Ang sambil
tertegun.
"la menyebut namanya she Liem bernamaHauw Seng"
Kata "Liem Hauw Seng" segera mendatangkan perasaan
tidak enak dalam hati gadis itu, pelbagai peristiwa yang
terjadi dalam benteng Thian-It-Poo tempo dulu kembali
terlintas dalam benaknya.
Si Soat Ang tertegun beberapa saat lamanya "darimana
Liem Hauw Seng bisa muncul ditempat ini ?" ia segera
berseru.
"Silahkan dia masuk kedalam."
Dua orang itu mengiakan dan segera berlalu tidak selang
beberapa saat kemudian muncullah Liem Hauw Seng
dibawah sinar rembulan yang cerah.
Ketika itu sianak muda tersebut memakai jubah panjang
langkahnya mantap wajahnya memancarkan sinar gagah,
sekilas pandang dapat diketahui bahwa ilmu silatnya telah
mencapai tingkat sempurna.
Diam2 Si Soat Ang tertawa dingin, menanti Liem Hauw
Seng sudah dihadapannya ia baru menegur.
"Kau datang darimana ?"
"Aku datang dari lembah Coei-Hong Kok !" sahut Liem
Hauw Seng sambil tertawa.
Jawaban dari Liem Hauw Seng itu begitu di utarakan
suasana dalam lembah itu semakin sunyi.
Be-ratus2 orang jago Bu-lim melakukan perjalanan
selaksa li datang kesitu bukan lain adalah hendakmenghadapi partai Go-bie yang berpusat di lembah Coei-
Hong Kek dan sekarang berada di hadapan orang banyak
Liem Hauw Seng mengakui datang dari lembah tersebut,
keberaniannya benar2 mengejutkan orang.
Untuk beberapa saat lamanya sinar mata semua jago
sama2 ditujukan kearahnya, namun sianak muda itu masih
tetap tenang lalu berseru.
"Ooouw. ! kiranya kau sudah jadi anak murid dari
perguruan Gobie?"
"Bukan. . bukan kau sudah salah besar." sahut Liem
Hauw Seng gelengkan kepalanya berulang kali. "Sudah
sangat lama aku tiba dilembah Coei Hong Kok, sejak aku
tahu Giok Jien telah jadi murid Si Thay Sianseng, akupun
berangkat kemari, tetapi aku bukan anak murid dari
perguruan Go-bie!"
Mengungkap tentang Giok Jien, timbul perasaan yang
kurang sedap dalam hati Si Soat Ang, ia segera tertawa
dingin.
"Kalau begitu kau pasti sudah bertemu dengan dirinya
bukan?"
"Benar sekarang ia jadi anak murid Si Thay sianseng,
ilmu silatnya mengalami kemajuan pesat, sekarang ia sudah
bukan Giok Jien yang dahulu lagi"
Mendengar Liem Hauw Seng memuji2 kekasihnya, Si
Soat Ang semakin tidak senang hati, air mukanya kontan
cemberut.
"Tidak usah banyak bicara lagi, kedatanganmu pada
malam ini untuk menjumpai diriku-tentu bukan disebabkan
hanya ingin mengucapkan beberapa patah kata itu bukan !"
"Piauw-moay .."Seruan ini seketika memancing kasak-kusuk dari para
jago, mereka-agaknya mulai membicarakan soal anak muda
itu, sebab kecuali Tong hong Loei siapapun tidak tahu
apabila Liem Hauw Seng sebenarnya adalah engkoh misan
dari Si Soat Ang.
Liem Hauw Seng merandek sejenak, kemudian ujarnya
kembali.
"Perserikatan Boe-Tek-Beng ini sebenarnya adalah suatu
usaha Tonghong Pacu yang ber-angan2 hendak menguasahi
kolong langit Piauw-moay, apa gunanya kaupun ikut
terjunkan diri kedalam air keruh ini ? menurut
penglihatanku lebih baik cepatlah mengundurkan diri
daripada tertimpa hal2 yang tidak diinginkan !"
"Hal yang tidak dinginkan apa saja menurut pendapatmu
? coba katakanlah !" jengek Si Soat Ang dingin.
"Piauw-moay, penjagaan sekitar lembah Coei Hong Kok
amat ketat tidak kau bisa menerjang masuk, kalau kau gagal
menerjang lembah Coei Hong Kok maka seluruh umat
Bulim akan mengetahui kejadian ini dan semua orang akan
beranggapan bahwa perserikatan Boe Tek Beng sebenarnya
bukan sungguh tanpa tandingan, apalagi diantara orang
kuat siapa berani menyatakan bahwa ilmu silat sendiri
adalah paling lihay dan tanpa tandingan dikolong langit?"
Walaupun apa yang diucapkan Liem Hauw Seng
termasuk baik, namun membuat Si Soat Ang makin
mendengar semakin gusar, sehingga akhirrya ia membentak
keras.
"Sebenarnya aku memang tak punya akal untuk
menghancurkan lembah Coei Hong Kok, tapi sekarang aku
sudah temukan cara yang bagus untuk melaksanakan niatku
itu!""Apa caramu itu.!" tanya Liem Hauw Seng dengan
airmuka sama sekali tidak berubah.
Tiba2 Si Soat Ang ayun tangannya seraya membentak.
Bentakan dari gadis itu amat keras laksana guntur
membelah bumi disiang hari bolong, seketika itu juga ada
tujuh delapan orang muncul dari sisinya dan segera
mengurung Liem Hauw Seng rapat2.
"Aku sendirilah yang hantar kematianmu." jengek Si
Soat Ang sambil tertawa dingin, "Akan kutawan dirimu lalu
menerjang kedalam lembah Coei-Hong-Kok dan menaiki
dinding tebing itu, meskipun ada batu yang bergelindingan
dari atas namun kaupun akan mati bersama, akan kulihat
apakah Giok Jien tega melihat kematianmu yang
mengenaskan itu."
"Piauw-moay (adik misan) aku mengira setelah ilmu
silatmu mengalami kemajuan pesat maka sedikit banyak
kau akan berubah dari sikapnya yang dahulu." ujar Liem
Hauw Seng sambil menghela napas panjang. "Siapa sangka
kau masih tetap seperti sedia kala, hatimu tetap adem
bagaikan salju ditengah musim dingin, niatmu untuk
mencelakai aku, mencelakai Giok Jien sama sekali tidak
berkurang."
"Rasanya aku memang demikian, kau harus menyesal
karena telah datang menjumpai diriku !"
Liem Hauw Seng tidak bicara lagi tampak ia putar badan
sambil lalu berkata.
"Kalau memang kita tidak cocok dalam pembicaraan
akupun tidak akan bicara lebih lanjut, hanya saja paman
pernah melepaskan budi kepadaku maka aku harus temui
dirimu sekali lagi !"
Sembari berkata ia berlalu dari situ.Menyaksikan keadaan tersebut, Si Soat Ang segera
tertawa terbahak.
"Kalau kau anggap dirimu bisa datang dengan gampang,
lantas berlalu dengan gampang pula, maka tindakanmu
telah pandang enteng aku orang, eeeei bocah - mengapa
kalian tidak mulai turun tangan?"
Tujuh delapan orang telah mengurung Liem Hauw Seng
sejak tadi, apalagi ketika pemuda itu bergeser dari tempat
semula, tiga orang yang berdiri dihadapannya sudah siap
sedia turun tangan, cuma sebelum mendapat perintah dari
dara itu mereka tak berani berkutik.
Sekarang Si Soat Ang telah membentak, dua orang
segera ayunkan telapak tangannya mencengkeram bahu
Liem Hauw Seng.
Gerakan tangan kedua orang itu cepat bagaikan kilat
namun Liem Hauw Seng tetap berdiri tegak seolah2 tak
pernah terjadi sesuatu kejadianpun.
Tampaklah serangan kedua orang itu segera akan
berhasil mencengkeram sepasang bahunya, mendadak si
anak muda itu miringkan sedikit badannya kesamping,
serangan kedua orang itu seketika mengenai sasaran
kosong.
Ketika sepasang tangan Liem Hauw Seng diayun dengan
kecepatan yang luar biasa hingga sukar dilukiskan dengan
kata2 ia balas mencengkeram pergelangan tangga kedua
orang itu.
Dua orang jago yang sedang menyerang ke depan itu
hanya merasakan tiba2 pergelangannya jadi kencang dan
mereka sudah terjatuh ketangan Liem Hauw Seng,
bagaimanakah si-anak muda itu turun tangan tak seorang
pun yang berhasil melihat jelas.Setelah berhasil menaklukkan kedua orang itu Liem
Hauw Seng tersenyum ujarnya.
"Aku tidak pernah mengikat tali permusuhan dengan
kalian, apa sebabnya serangan yang kalian berdua lepaskan
begitu keji?"
Sembari berkata sepasang lengannya diayun perlahan
kedepan terdengar dua orang lelaki kekar itu menjerit kaget,
tubuh mereka terhuyung mundur ke belakang dan jatuh
terjengkang keatas tanah kurang lebih dua tombak dari
semula.
Dalam sekali gebrakan Liem Hauw Seng berhasil
merobohkan dua orang jago tanpa keluarkan tenaga
banyak, kejadian ini besar menggemparkan seluruh
kalangan, namun bukannya keder, para jago yang
mengurung disekeliling kalangan jadi berteriak gusar,
jumlah orang yang mengurung sianak muda itupun semakin
bertambah banyak.
Terhadap datangnya kepungan Liem Hauw Seng tidak
ambil gubris, setelah melemparkan tubuh kedua orang itu
ke belakang ia lantas maju selangkah kedepan, namun
dengan cepat ia berhenti kembali sebab tujuh delapan belas
orang jago telah menghadang jalan perginya.
Tonghong Loei enjotkan badan berkelebat melewati atas
kepala para jago dan melayang ke hadapan Liem Hauw
Seng, tegurnya sambil tertawa.
"Anda bersiap sedia hendak berbuat apa ? ingin
menerjang keluar dengan kekerasan ?"
"Aku khusus datang kemari untuk menasehati Piauw-
moay ku, kalau memang ia tak suka mendengarkan tentu
saja aku harus berlalu" jawab sianak muda itu tenang,sikapnya se-olah2 tidak pandang sebelah matapun terhadap
kepungan para jago.
Perkataan ini menggelikan Tonghong Loei tak terasa ia
tertawa.
"Anda hendak berlalu dengan cara apa ?" ia menegur
kembali.
"Aai.. ! aku tidak ingin bergebrak melawan kalian, tetapi
apabila harus bergebrak, akupun punya cara untuk
menghadapinya."
Baru saja ucapan itu meluncur keluar, mendadak
pergelangannya berputar, lima jari bagaikan jepitan baja
menyambar kemuka langsung mengancam dada Tonghong
Loei.
Serangan ini datangnya secara mendadak dan lihaynya
luar biasa.
Tonghong Loei tidak menyangka sianak muda ini dapat
melancarkan serangan secara tiba2, ia masih berbicara
buru2 tubuhnya menyusut kebelakang dan mengundurkan
diri.
Memang tepat Tonghong Loei menghindar dari
serangannya namun dengan adanya peristiwa ini maka
beberapa orang yang berdiri dibelakangnya jadi sial.
Semua orang tidak menyangka Liem Hauw Seng bakal
melancarkan serangan termasuk juga Tonghong Loei
sendiri, namun secara tiba2 sianak muda itu menyerang
membuat orang yang diserang mundur kebelakang tentu
saja atas perubahan ini beberapa orang yang berdiri
dibelakangnya jadi gelagapan dan tempat menghindar lagi.Plak ! diiringi suara bentrokan nyaring tiga orang lelaki
yang ada dibelakang punggung Tonghong Loei kena
keterjang hingga mencelat
Meskipun ilmu silat yang dimiliki tiga manusia itu tidak
lemah, namun mereka bukan tandingan Tonghong Loei
diiringi jeritan ngeri ketiga orang itu tubuh mereka bagaikan
layang2 putus benang mencelat kebelakang dan muntah
darah segar.
Suasana disekeliling kalangan jadi gempar bersamaan
dengan mundurnya Tonghong Loei, beberapa puluh
macam senjata segera menyambar kearah Liem Hauw
Seng.
Si Soat Angpun tertawa dingin, ia mengejek kearah
sianak muda itu, dalam keadaan seperti inipun sianak muda
itu masih ingin bergebrak melawan para jago.
Sebenarnya dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang
ia masih jauh diatas kepandaian Liem Hauw Seng, asal
gadis itu turun tangan maka sianak muda itu pasti roboh
keatas tanah, namun Si Soat Ang masih ingin menjaga
gengsi, ia tidak ingin ikut seru menyerang Piauw-Ko
(Kakak misan) nya berbarengan dengan para jago.
Beberapa orang itu mengikuti teriakan Loei Sam
menyerang kearah Liem Hauw Seng, hampir boleh dikata
semua serangan datang dari belakang punggung sianak
muda itu.
Namun Liem Hauw Seng sama sekali tidak gentar,
telapak kirinya berputar "Wees ..!" ia kirim sebuah pukulan
yang memaksa Tonghong Loei mundur kembali selangkah
ke belakang.
Bersamaan itu pula telapak kanannya berputar satu
lingkaran kebelakang, lima jarinya mencengkeram sebatangPoan-koan-pit yang kebetulan pada saat itu menyerang
tubuhnya lalu dibetot sekuat tenaga.
Orang yang bersenjatakan Poan-koan pit itu adalah
seorang lelaki kekar berwajah segitiga, karena dibetot
tubuhnya segera terhuyung kedepan.
Dengan terhuyungnya tubuh orang itu kemuka, keadaan
pun berubah, sekarang orang itulah yang menggantikan
kedudukan Liem Hauw Seng untuk menyambut datangnya
serangan bokongan.
Kejadian ini membuat tiga orang rekannya jadi
terperanjat, dua orang diantaranya segera berteriak keras
dan tarik kembali serangannya sedang orang ketiga
berhubung melancarkan pedangnya terlalu cepat maka sulit
baginya untuk menghadapi perubahan diluar dugaan ini, ia
tak sanggup menahan kembali serangannya ujung pedang
itupun segera menembusi punggung rekan sendiri.
Sejak permulaan hingga detik itu Liem Hauw Seng sama
sekali tidak berpaling barang sekejappun, tapi agaknya ia
tahu apa yang telah menimpa diri lelaki bersenjatakan Poan
Koan Pit itu ketika orang itu tertusuk pedang rekan sendiri,
ia segera tertawa dingin dan menjengek.
"Membokong orang dari belakang punggung itulah
akibat yang harus diterima!"
Sembari berseru lengannya dipentangkan ke samping
dengan menggunakan senjata Poan Koan Pit rampasan ia
tangkis empat lima buah senjata tajam yang mengancam
datang setelah itu dengan langkah lebar maju kedepan.
"Criiit !" ujung Poan Koan Pit itu seketika menusuk
kearah dada Tonghong Loei.
Agaknya Tonghong Loei sama sekali tidak menduga
kalau Liem Hauw Seng memiliki ilmu silat yang amat lihay,tadi ia kena terdesak sebab serangan datang terlalu
mendadak, kali ini ia sudah dibikin persiapan maka ketika
menyaksikan serangan sianak muda itu meluncur datang
dengan sigap ia menyambut serangan itu!
Pedangnya diputar dan segera berkelebat ke depan
menyambut datangnya ancaman, dalam sekejap mata itulah
terdengar suara bentrokan nyaring menggema diangkasa
ujung pedang serta Poan Koan Pit itu telah saling
terbentrok satu dengan lainnya.
Liem Hauw Seng dorong tangannya ke-arah pedang
ditangan Tonghong Loei segera menekuk, kemudian
diiringi bentakan nyaring bukan saja tidak ditarik sebaliknya
malah mendorong pedangnya lebih kedepan.
Berada dalam keadaan seperti ini, seandainya pedang
ditangan Tonghong Loei adalah sebilah pedang biasa,
niscaya telah putus jadi beberapa potong.
Namun pedang yang berada dalam genggaman
Tonghong Loei meski tidak setajam pedang Si Soat Ang
namun itupun sebilah pedang mustika, kena didorong
kedepan pedang tadi segera berubah jadi bentuk separuh
lingkaran busur. Dengan demikian pertarungan antara
kedua orang itupun dari bertanding jurus silat telah berubah
jadi adu tenaga dalam.
Menjumpai peristiwa ini para jago lainnya tidak berani
turun tangan lagi, sebab saat ini antara Liem Hauw Seng
dengan Tonghong Loei sedang melangsungkan adu tenaga
dalam, seandainya ada keadaan seperti ini, ada orang yang
menyerang Liem Hauw Seng maka hal ini berarti orang itu
sudah pandang rendah diri Tonghong Loei.
OOOdwOOOBAB 26
TERDENGAR Liem Hauw Seng bersuit nyaring,
suaranya lantang dan nyaring bahkan panjang tiada
berkeputusan begitu nyaring suara suitan tadi sampai
menggema ke tempat kejauhan.
"Tonghong Loei, tenaga dalammu betul2 luar biasa !"
pujinya.
Pada saat itu perhatian semua orang sedang dicurahkan
ke tengah kalangan dimana sedang terjadi duel tenaga
dalam yang sengit, mereka menduga dalam bentrokan ini
pasti akan berlangsung suasana yang tegang, maka siapapun
tidak menaruh perhatian bahwasanya bersamaan dengan
menggemanya suara suitan tadi dari tengah udara telah
melayang datang dua ekor burung elang yang amat besar.
"Terima kasih atas pujianmu." sahut Tong hong Loei
sambil tertawa dingin.
Sembari berseru tenaga lweekangnya disalurkan ke-arah
telapak semakin dahsyat lagi, ia berusaha merobohkan
pihak lawan dalam duel tersebut.
Mendadak pada saat itulah Liem Hauw Seng enjot
badan kemudian meloncat ketengah udara.
Tindakan si anak muda itu benar2 jauh diluar dugaan
semua orang, mereka jadi tercengang, sementara Tonghong
Loei yang tak sanggup menarik kembali hawa lweekangnya
secara tiba2, membuat pedang yang semula melengkung
segera lurus kembali diiringi desiran angin tajam menyapu
lewat.
Cukup tenaga pantulan dari pedang itu sudah luar biasa
sekali apalagi ditambah memancarnya hawa lweekang
Tonghong Loei yang maha dahsyat, dalam sekejap mata
tubuh Liem Hauw Seng telah mencelat ketengah udara,jauh lebih tinggi dari kemampuannya, berada ditengah
udara ia berjumpalitan sebanyak beberapa kali dan
meluncur kembali lima enam tombak ketengah udara.
Sembari meluncur keatas Liem Hauw Seng bersuit
nyaring tiada hentinya, ketika itulah semua orang dapat
menemukan adanya dua ekor elang raksasa sedang terbang
menuju kearah sianak muda itu.
Kehadiran dua ekor elang tadi tepat pada saatnya, ketika
burung itu meluncur kebawah tubuh Liem Hauw Seng pun
sedang melayang keatas, mereka bertemu ditengah udara,
ambil kesempatan itulah tangan sianak muda itu segera
menyambar kaki elang tadi.
Dalam pada itu tubuh Liem Hauw Seng berada kurang
lebih lima enam tombak dari permukaan tanah, setelah ia
berhasil menyambar kaki burung elang tadi, kedua ekor
elang itu pun segera pentang sayap terbang keangkasa.
Ratusan orang jago yang ada dilembah bukit tersebut
sama2 berteriak setelah menjumpai peristiwa yang belum
penuh dijumpai itu.
"Cepat lepaskan senjata rahasia !" Bentak Si Soat Ang
sambil berteriak aneh.
Dalam sekejap mata puluhan macam jenis senjata
rahasia sama2 meluncur keangkasa.
Tapi pada saat itu dua ekor burung elang tadi sudah
berada puluhan tombak ditengah udara, senjata rahasia
siapa yang bisa mencapai tempat ketinggian itu ?
Makin lama kedua ekor burung elang itu terbang makin
keatas, dalam sekejap mata sianak muda itu sudah terbang
keluar dari lembah dan lenyap dari pandangan.Jumlah jago lihay yang hadir dilembah bukit tersebut
tidak sedikit jumlahnya, bukan saja mereka tak bisa berbuat
apa2, sekalipun Si Soat Ang yang memiliki kepandaian silat
paling lihaypun tak dapat berkutik.
Gadis ini jadi amat gusar, ia mendongkol dan mangkel
terhadap tindakan Liem Hauw Seng, bukan saja usahanya
berhasil melukai beberapa orang anak buahnya, bahkan ia
pun bisa berlalu tanpa seorangpun berhasil merintangi
kemauannya itu.
Air muka Si Soat Ang berubah sengit hebat, sedang para
jagopun mulai berbisik2 membicarakan peristiwa yang baru
saja berlangsung, namun ketika mereka saksikan air muka
wakil Bengcu mereka berubah hebat suasanapun seketika
berubah jadi tenang kembali.
Si Soat Ang tertawa paksa lalu serunya "Tonghong
Tongcu, cara dari orang she Liem itu bagus sekali !"
Ucapan ini jelas sekali artinya, ia hendak meniru Liem
Hauw Seng dengan menggunakan elang raksasa sebagai
kendaraan mengangkut untuk membawa para jago masuk
kelembah Coei Hong-Kok, meskipun Tonghong Loei tahu
bahwa tindakan ini tak mungkin mereka lakukan namun
saat ini ia tak berani bicara.
Si Soat Ang sendiripun sadar bahwa ia tak mungkin
dilakukan sebab mereka tidak memiliki burung elang yang
dapat didikan akan hal tersebut, oleh sebab itu tanpa
menantikan jawaban Tonghong Loei, ia segera putar badan
dan berjalan masuk kedalam tenda, seorang diri ia duduk
terpekur sambil putar otak mencari jalan keluar.
Para jago yang ada didalam lembah itu tak berani
bersuara, mereka pada duduk atau berbaring, suasana tetap
diliputi kesunyian.Setelah berpikir beberapa saat lamanya, Si Soat Ang
muncul kembali dari tendanya ia memerintahkan.
"Padamkan semua api yang ada disekitar tenda, kalian
semua pergilah istirahat."
Begitu perintah diturunkan, dalam sekejap mata semua
api dalam lembah telah padam, dibawah sorotan sang
rembulan, suasana dalam lembah itu kelihatan jauh lebih
sunyi.
Menanti perintahnya telah dilaksanakan Si Soat Ang
baru enjotkan badan melayang ke luar dari mulut lembah.
Banyak jago yang menyaksikan tindakannya, namun
siapapun tak ada yang berani bersuara mereka biarkan gadis
itu berlalu seorang diri.
Demikianlah, tidak selang beberapa saat keluar dari
lembah gunung. sampailah Si Soat Ang di bawah sebuah
pohon diluar lembah Coei Hong Kok.
Setelah bersembunyi dibelakang pohon, ia perhatikan
suasana sekeliling tempat itu, ia temukan diatas tebing yang
curam serta menjulang keangkasa itu diliputi keheningan,
sedikit suarapun tidak kedengaran per-lahan2 gadis itu
mulai merangkak kedepan.
Menanti ia berada tiga tombak dari mulut lembah, Si
Soat Ang baru berhenti merangkak, ia cabut sebatang
pohon lalu dengan sekuat tenaga di lempar kedalam
lembah.
Tenaga dalamnya amat sempurna, diiringi desiran angin
tajam pohon tersebut segera melayang kearah batu cadas
yang berserakan dimulut lembah, sepintas lalu meluncurlah
batang pohon tadi seakan2 ada beberapa orang yang
bersama melayang kedepan.Menurut perhitungan Si Soat Ang, asal diatas tebing ada
anak murid partai Gobie melakukan, maka batang pohon
yang disambit kearah dalam lembah pasti akan dikira
musuh2 yang berusaha menyusup kedalam lembah Coei-
Hong Kok, mereka pasti akan melepaskan batu cadas untuk
membunuh orang tadi.
Asal peristiwa ini diulangi beberapa kali, maka tidak
selang beberapa bulan persediaan batu diatas tebing pasti
akan habis dan pada saat itulah tidak sulit bagi pasukan
induknya untuk menyerbu kedalam lembah.
Perhitungan Si Soat Ang memang sangat cermat namun
suatu peristiwa diluar dugaan telah terjadi didepan mata,
batang pohon yang diluncurkan kedalam lembah itu sama
sekali tidak menimbulkan reaksi apapun, suasana di atas
tebing tetap tenang dan sunyi senyap tak kedengaran sedikit
suara pun jua.
Si Soat Ang tertegun, pikirnya.
"Apa sebabnya tiada reaksi ? apakah ditengah malam
buta penjagaan oleh pihak partai Go-bie rada mengendor ?"
Gadis she Si ini adalah seorang gadis cerdas, dalam hati
ia sadar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, pihak partai
Gobie tidak akan mengendorkan penjagaan lembahnya apa
lagi sebagai jagoan kangouw, namun ia tak kuat menahan
pancingannya ini, maka setelah berdiri tertegun beberapa
saat lamanya ia segera berkelebat kedalam.
Beberapa tombak telah dilalui, tubuhnya yang menempel
diatas dinding tebing sama sekali tak peroleh gangguan,
suasana diatas tebing sana tenang2 seperti sedia kala, tiada
batu yang digelindingkan kebawah.
Si Soat Ang merasa jantungnya berdebar keras segera
pikirnya."Dalam partai Gobie pay, kecuali Si Thay sianseng
seorang, rasanya tak ada jago lihay lainnya, kalau aku
menerobos masuk seorang diri, meski rada menempuh
bahaya tapi itupun tidak terlalu bahaya bagi keselamatanku
asal Si Thay sianseng berhasil dikalahkan, urusan segera
akan selesai..."
Ia merasa tubuhnya sudah berada sangat dekat dengan
mulut lembah, namun dari atas tebing belum kelihatan juga
adanya suatu gerakan, ia merasa meskipun sewaktu
meloncat ke atas nanti jejaknya konangan, maka dikala
batu cadas belum digelindingkan mungkin ia sudah berhasil
memasuki lembah Coei Hong Kok.
Berpikir sampai disitu, Si Soat Ang merasa amat girang
sekali tanpa berpikir panjang lagi mengempos tenaga dan
melayang naik keatas bukit.
Ia takut ketika berada ditengah udara, dari atas tebing
bakal muncul hujan batu, maka ketika tubuhnya masih ada
ditengah udara ia mengempos tenaga lagi dan
berjumpalitan keatas.
Mengikuti jumpalitan tadi bagaikan seekor burung elang,
ia meluncur lima tombak lebih keatas, diiringi desiran angin
tajam tubuhnya tiba2 sudah melayang turun di atas tebing.
Sekali lagi ujung kakinya menjejak permukaan tanah,
badannya meluncur tiga tombak ke balik tumpukan batu
cadas dan langsung menyerbu ke dalam lembah Coei-Hong-
Kok.
Setelah melewati sebuah selat sempit sampailah gadis itu
didalam sebuah lembah yang luas, disisi lembah mengalir
sebuah selokan yang mengelilingi limbah tadi dan
menghubungkan tempat itu dengan sebuah air terjun.Dihadapannya menjulang tinggi bukit terjal diantara
pepohonan yang rindang berderet bangunan rumah yang
megah dan kokoh.
Waktu itu suasana dalam lembah sunyi senyap tak
kedengaran sedikit suarapun, begitu hening suasana se
olah2 dalam lembah itu tak ada seorang manusiapun..
Ketika menginjakkan kakinya untuk pertama kali diatas
puncak bukit tadi, Si Soat Ang merasa girang sebab orang2
partai Go-bie sama sekali tidak menemukan jejaknya.
Tapi sekarang setelah masuk kedalam lembah Coei Hong
Kok dan sama sekali tidak tampak manusia yang berjaga,
sebagai gadis cerdik ia tahu keadaan tentu tidak beres.
Sebab dalam situasi yang amat kritis dan tegang di
bawah ancaman serbuan musuh tangguh, tidak mungkin
pihak partai Gobie tidak melakukan perondaan serta
penjagaan, ketika itulah Si Soat Ang merasa hatinya
bergidik.
Mendadak dari belakang tubuh gadis itu berkumandang
suara dari Liem Hauw Seng.
"Piauwmoay, sudah lama kita nantikan kehadiranmu,
ternyata kau datang juga, tahukah kau bahwa Giok Jien
sangat kenal dengan tabiatmu?!"
Dengan cepat Si Soat Ang putar kepala, terlihatlah Liem
Hauw Seng telah berdiri di belakang tubuhnya.
Si Soat Ang terperanjat, ia bukan kaget sebab menjumpai
sepasang muda mudi itu berada dalam lembah Coei Hong
Kok,melainkan kaget akan kemunculan kedua orang itu
tanpa menimbulkan sedikit suarapun, hal ini menunjukkan
kalau kepandaian silat yang mereka miliki telah mencapai
puncak kesempurnaan.Gadis itu tertegun dan untuk beberapa saat lamanya ia
tak sanggup mengutarakan sepatah katapun.
"Siocia !" sapa Giok Jien sambil tertawa.
"Hmm ! bagus sekali, kiranya kalian berdua berada
disini, dimanakah Si Thay sianseng ?"
"Aku berada di sini !" mendadak seseorang menyahut
dari belakang tubuhnya.
Jawaban ini semakin mengejutkan Si Soat Ang, dengan
cepat ia putar badan, tampaklah Si Thay sianseng telah
berdiri angker di belakang tubuhnya.
Dengan kehadiran ketiga orang itu maka dara asal
benteng Thian-It Poo ini pun segera terkurung dalam posisi
segi tiga.
Secara lapat2 Si Soat Ang merasa keadaan tidak
menguntungkan pihaknya, tapi ia percaya dan yakin
dengan kemampuan ilmu silat yang dimilikinya saat ini, ia
segera tertawa dingin dan menjengek.
"Si Thay sianseng kau anggap penjagaan dalam lembah
Coei-Hong-kokmu ketat ? kau anggap tak ada seorang
manusiapun berhasil menyusup kemari ? bukankah
sekarang aku sudah berada disini ?"
Paras muka Si Thay sianseng diliputi keseriusan, ia tidak
gusar juga tidak tertawa. dengan sinar mata tajam kakek tua
itu menatap sang dara beberapa saat kemudian sahutnya.
"Justru kami inginkan kehadiranmu seorang diri, kau
telah masuk perangkap kami !"
Ucapan ini mengejutkan Si Soat Ang namun
menggusarkan pula hatinya, jelas pihak partai Go-bie
sengaja mengendorkan penjagaannya untuk memancing
kehadirannya di atas bukit ini orang diri.Kontan ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmm ! jangan keburu girang, siapakah yang masuk
perangkap masih terlalu pagi untuk dikatakan, Si Thay
sianseng kau hendak melawan aku seorang diri ataukah
bertiga ?"
Sementara dalam hati gadis itu berpikir.
”Akan kupanasi hatinya agar ia terima tantanganku
untuk berduel satu lawan satu, dengan adanya kejadian ini
maka posisi ku lebih menguntungkan."
Siapa sangka jawaban dari Si Thay sianseng jauh diluar
dugaannya, terdengar ia berkata.
"Setelah kau datang masuk perangkap, tentu saja kami
tidak akan berduel satu lawan satu dengan diri mu!"
Si Soat Ang naik pitam, sepasang telapaknya segera
disilangkan didepan dada dan membentak.
"Baik, majulah kalian semua, aku tidak akan gentar
menghadapi kalian! ayoh kalau tak mati, sekalian panggil
seluruh anak muridmu"
Begitu selesai berseru, sepasang telapaknya memisah dan
"Sreeet! Sreet!" dua gulung angin pukulan meluncur
kedepan langsung mengancam Liem Hauw Seng serta Giok
Jien.
Apabila berduel satu lawan satu tentu saja Si Soat Ang
akan mencari Si Thay sianseng tapi kalau satu lawan tiga,
maka ia hendak merobohkan dahulu Liem Hauw Seng serta
Giok Jien kemudian baru pusatkan kekuatannya untuk
melawan Si Thay sianseng.
Dalam serangannya barusan Si Soat Ang te lah
menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan
bagian, ia menduga dengan kekuatannya Liem Hauw Seng,Giok Jien berhasil dikalahkan, sedangkan Si Thay sianseng
tentu akan menyerang datang, ambil kesempatan dikala
sepasang lengannya terpentang lebar.
Untuk menghadapi serangan tersebut, gadis itu sudah
bikin persiapan, setelah menyelesaikan sepasang muda-
mudi itu, ia akan mencabut pedang pendeknya untuk
membabat tubuh Si Thay sianseng.
Siapa sangka kejadian yang demikian berlangsung sama
sekali berada diluar dugaannya serangan dahsyat yang
dilancarkan untuk mendesak Liem Hauw Seng serta Giok
Jien sama sekali tidak berhasil mendesak mundur mereka
berdua, bukan begitu saja bahkan mereka berdua malah
maju selangkah kedepan dan menyambut datangnya
serangan.
Meskipun kejadian diluar dugaan, namun sebagai
seorang jago berkepandaian tinggi, walaupun menghadapi
perubahan, ia tidak gugup, hawa murninya segera dilipat
gandakan.
"Plak...!" empat buah telapak saling bentrok satu sama
lainnya menimbulkan suatu ledakan dahsyat.
Dalam bentrokan ini Si Soat Ang telah menggunakan
tenaganya mencapai sembilan bagian, ia yakin dalam
bentrokan ini kedua orang muda mudi itu tentu akan
mencelat dan menderita luka parah.
Namun apa yang terjadi kemudian tidak seperti apa yang
diduga semula, ketika masing2 telapak saling bertemu,
maka dari balik telapak Liem Hauw Seng serta Giok Jien
segera mengalir keluar tenaga dalam yang tidak kalah
hebatnya untuk membendung serangan tersebut.
Seketika itu juga tubuh mereka bertiga tertegun dan
sama2 berdiri kaku.Si Soat Ang merasa amat terperanjat sekali sehingga
sukar dilukiskan dengan kata2, dari bentrokan barusan ia
menarik kesimpulan bahwa kepandaian yang dimilikinya
saat ini, hanya berimbang dengan kekuatan kedua orang
itu, meskipun akhirnya pihaknya yang menang namun
harus membutuhkan waktu yang agak lama, apalagi di sana
masih ada Si Thay sianseng.
Belum hilang suatu ingatan dalam benak dara tersebut,
Si Thay sianseng telah mendesak ke depan, ujung bajunya
segera dikebaskan mengancam tubuhnya.
Si Soat Ang sangat terperanjat ia bersuit nyaring kakinya
menjejak tanah dan segera melejit ketengah udara.
"Brak . . . !" karena loncatan ini, angin pukulan Si Thay
sianseng yang amat dahsyatpun kehilangan sasaran dan
segera menghajar diatas sebuah batu cadas hingga
mengakibatkan ledakan dahsyat dan hancurnya batu itu jadi
ber-keping2.
Meminjam tenaga pantulan itulah tubuh Si Thay
sianseng yang semula menjorok kedepan, akibat kelitan Si
Soat Ang tadi berhasil ditahan sementara gadis itupun
dengan enteng telah melayang turun keatas tanah.
Dalam pada itu, meski didalam lembah cuma ada
mereka empat orang yang sedang bergebrak, namun dalam
kenyataan baik diatas tebing, dibalik batu ataupun diatas
pohon penuh bersembunyi anak murid partai Go-bie,
jumlah mereka tidak kurang dua tiga ratus orang.
Sebenarnya orang2 itu dilarang Si Thay sianseng untuk
mengeluarkan suara, namun setelah menyaksikan
kehebatan pertarungan yang berlangsung antara keempat
orang itu, para anak murid partai Go-bie yang bersembunyi
di sekeliling sana tak sanggup menahan kekaguman
hatinya, mereka sama2 berseru tertahan.Meskipun suara tiap orang amat rendah namun apabila
suara tiga ratus orang bergabung jadi satu maka suara
tertahan itupun kedengaran amat keras dan mengejutkan.
Si Soat Ang punya pendengaran yang tajam ketika
seruan tertahan itu berkumandang ke luar ia jadi amat
terperanjat.
Sekarang sadarlah ia bahwa posisinya sangat berbahaya,
bukan saja ilmu silat yang dimiliki Liem Hauw Seng serta
Giok Jien amat hebat, Si Thay sianseng amat dahsyat
bahkan di sekitar sanapun telah penuh dengan anak murid
partai Gobie yang setiap saat bisa mengerubuti dirinya,
sadarlah gadis ini bahwa ia sudah masuk perangkap.
Si Soat Ang sadar, untuk menolong dirinya lolos dari
mara bahaya, pada dewasa ini hanya ada satu jalan saja,
yaitu mengalahkan Si Thay sianseng, Liem Hauw Seng
serta Giok Jien.
Berpikir sampai disitu Si Soat Ang menjerit aneh,
sepasang lengannya direntangkan dan sekali lagi menubruk
kearah Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini
gerakannya jauh lebih ganas.
Tampak air muka sepasang muda mudi berubah,
mendadak tubuh mereka hendak ke bawah, telapak tangan
berputar dan bergeser keatas menyambut datangnya
serangan, agaknya sekali lagi mereka akan menerima
datangnya pukulan itu dengan keras lawan keras.
Menjumpai keadaan tersebut Si Soat Ang bersuit makin
nyaring, segenap tenaga Iweekang yang dimilikinya segera
disalurkan ke sepasang telapak.
"Plak ! Plaak !" telapak kirinya beradu dengan telapak
Giok Jien sedangkan telapak kanannya beradu dengan
Liem Hauw Seng, empat telapak saling bertemumenimbulkan ledakan yang menggetarkan seluruh
permukaan bumi.
Dalam sekejap mata angin pukulan Si Soat Ang bagaikan
gulungan ombak ditengah samudra menggulung keluar,
keadaannya amat dahsyat dan luar biasa sekali.
Walaupun Liem Hauw Seng pernah menemukan
kejadian aneh yang mengakibatkan ilmu silatnya
mengalami kemajuan pesat dan meskipun Giok Jien
memiliki ilmu silat dahsyat setelah menggembleng diri di
atas lembah Coei-Hong-Kok namun kekuatan mereka
masih bukan tandingan Si Soat Ang.
Ditengah bentrokan itu mendadak gadis asal benteng
Thian-It-Poo ini merentangkan telapaknya kesamping
kemudian terdengar Liem Hauw Seng serta Giok Jien
berseru tertahan, mereka masing2 terdesak mundur satu
langkah kebelakang.
Namun hanya sekejap saja sepasang mudi mudi itu
terdesak, mereka segera maju kembali satu dari kiri yang
lain dari kanan kembali menyapukan telapaknya keluar.
Kali ini hebat sekali hasil serangan mereka, tubuh Si Soat
Ang kontan tergetar dan mundur satu langkah.
Ambil kesempatan ketika ia terdesak mundur bagaikan
sambaran kilat cepatnya Si Thay sianseng telah menerobosi
antara sepasang muda mudi itu dan langsung menyambar
tubuh Si Soat Ang, sepasang telapak bergebrak serentak dan
"Bluuk, bluuk..!" dua serangan bersarang telak diatas dada
serta lambung gadis itu.
Ketika menerima serangan dari Liem Hauw Seng serta
Giok Jien tadi tubuhnya sudah tergetar mundur, apalagi
sekarang termakan oleh serangan Si Thay sianseng yangamat dahsyat, tidak ampun lagi darah segar bergolak keatas
tenggorokan, hampir2 saja ia muntah darah segar.
Si Soat Ang amat terperanjat, buru2 tubuh nya meloncat
mundur kebelakang dan mengatur pernapasan, ia berusaha
keras untuk menekan darah segar yang bergolak dalam
dadanya.
Bagi gadis asal Benteng Thian It Poo ini, meski ia sudah
terkena oleh dua buah serangan, asal dengan cepat hawa
murni bisa diatur dan darah yang bergolak bisa diatasi,
tidak sulit baginya untuk mempertahankan diri.
Namun pada saat itu ia sama sekali tidak punya
kesempatan untuk berbuat demikian.
Baru saja tubuhnya meloncat mundur dan siap mengatur
pernapasan, Giok Jien serta Liem Hauw Seng satu dari kiri
yang lain dari kanan telah menubruk datang, masing2
melancarkan sebuah serangan yang amat dahsyat.
Berada dalam keadaan seperti ini apabila Si Soat Ang
tidak menggubris datangnya serangan dan mengutamakan
atur pernapasan maka ia pasti akan termakan kembali oleh
serangan musuh.
Tetapi apabila ia harus melawan serangan kedua orang
itu, golakan darah dalam dadanya pasti sulit ditahan
kembali, dalam sekejap mata Si Soat Ang merasa hatinya
serba salah.
Namun keadaan yang kritis tidak memberi kesempatan
baginya untuk berpikir panjang sebab serangan dari Liem
Hauw Seng serta Giok Jien telah menyerang datang.
Si Soat Ang segera rentangkan sepasang telapaknya
untuk menyambut datangnya serangan itu.”Plaak ! Plak ! Plaak" sekali saling beradu tenaga dengan
Liem Hauw Seng serta Giok Jien, kali ini kembali ia
berhasil duduk diatas angin, sekali lagi tubuh muda mudi
itu kena digetarkan mundur.
Namun dengan adanya kejadian ini maka sulit baginya
untuk menekan golakan darah didalam dadanya, tidak
ampun lagi darah segar naik keatas tenggorokan dan ia
muntah darah.
Menyaksikan dirinya muntah darah Si Soat Ang terkejut,
benci, malu bercampur gusar, pergolakan perasaan yang
maha hebat ini membuat jantungnya ikut tergetar keras,
tidak ampun lagi setelah muntah darah pertama kembali ia
muntah darah.
Hawa gusar mulai menyelimuti seluruh benak Si Soat
Ang, pedang pendek yang tersohor akan ketajamannya itu
segera diloloskan.
Walaupun ia sudah muntah darah tiga kali namun
setelah pergolakan dalam dadanya berhasil ditenangkan
keangkerannya pulih kembali seperti sedia kala, cuma kali
ini keadaannya jauh lebih mengerikan sebab mulutnya
penuh berlepotan darah.
Hauw Seng, Giok jien serta Si Thay sianseng tak mau
lepaskan korbannya begitu saja, mereka tetap berdiri pada
posisi segitiga dan mengepung gadis itu rapat2.
Dibawah cahaya sinar rembulan pedang pendek ditangan
Si Soat Ang memancarkan cahaya tajam, ditengah pantulan
cahaya itu tercermin pula wajah gadis itu semakin pucat.
Setelah meloloskan pedangnya Si Soat Ang berdiri tak
berkutik, Liem Hauw Seng, Giok Jien serta Si Thay
siansengpun tetap bersikap tenang sambil nantikanperubahan untuk beberapa saat mereka berempat berdiri tak
berkutik bagaikan patung2 arca.
Menggunakan kesempatan itulah Si Soat Ang mengatur
pernapasannya untuk pulihkan kembali tenaganya.
Mendadak terdengar Liem Hauw Seng berkata.
"Piauw-moay, kau bukan tandingan kami, apakah kau
belum mengerti juga?"
Seandainya mengikuti watak Si Soat Ang, sehabis
mendengar ucapan itu ia pasti naik pitam, tapi gadis inipun
merupakan seorang dara yang berotak cerdik, ia tahu sulit
bagi dirinya untuk merebut kemenangan dari mereka
bertiga bahkan apabila hawa amarahnya berkobar semakin
memberi kesempatan bagi pihak lawan untuk rebut
kemenangan.
Maka ia berusaha untuk menekan hawa gusarnya, sambil
tertawa dingin ia menjengek.
"Hmm, karena aku kurang hati2 maka termakanlah
bokonganmu, sekarang apakah kalian anggap kamu bisa
mendapat keuntungan lagi."
Sembari berkata pedang pendek ditangan nya mulai
digerakkan.
Walaupun hanya beberapa kebasan biasa namun cahaya
tajam yang terpancar ke-luar dari tubuh pedang itu begitu
dahsyat sehingga menyilaukan mata.
"Piauw-moay tadi kau sudah muntah darah tiga kali, hal
ini menunjukkan bahwa kau telah terluka parah" ujar Liem
Hauw Seng kembali, "Apabila kau nekad bergebrak lebih
jauh maka hanya keadaan yang lebih runyam bakal kau
terima, asalkan kau tidak sudi bekerja sama dengan
Tonghong Pacu maka kau tetap adalah seorang jago lihaykelas satu dalam dunia persilatan, siapapun tetap akan
menghormati dirimu, siapapun akan memuji dan kagum
kepadamu, apa gunanya kau paksakan diri untuk
melakukan pertempuran ditempat ini?"
Beberapa patah kata dari Liem Hauw Seng dalam2
menusuk hati sanubari gadis itu.
Si Soat Ang tertawa dingin.
"Asalkan aku berhasil menangkap kalian maka seluruh
umat Bu-lim yang ada dikolong langit akan sama
mendengarkan perintahku, bukankah keadaan tersebut jauh
lebih baik lagi !" serunya.
"Aku rasa belum tentu, kau tidak lebih hanya wakil
Bengcu dari perserikatan Tiada Tandingan, sedangkan
Tonghong Pacu lah baru Bengcu yang sebenarnya?"
"Hmmm ! apa yang kau ketahui !".
Maksud Si Soat Ang dia dengan Tonghong Pacu adalah
orang sendiri wakil atau bukan tiada artinya.
Namun dengan cepat LiemHauw Seng menyambung.
"Tentu saja aku tahu, kau anggap Tonghong Pek benar2
baik kepadamu ? Saat ini Tonghong Pek yang ada didalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung sedang bermesraan dengan
perempuan cabul nomor wahid dari kolong langit Liuw
Coei Wa, begitu mesrah hubungannya sampai
selangkahpun tidak tega untuk ditinggalkan aku rasa kau
tentu belumtahu bukan ?"
"Liem Hauw Seng, makin lama ucapanmu makin tidak
genah" teriak Si Soat Ang dengan air muka berubah hebat.
"Piauw-moay, apabila aku membohongi diri mu biarlah
aku dikutuk Thian dan mati dengan tujuh lubang indra
penuh tergenang darah. Kabar berita itu barusan akudapatkan lewat surat yang dikirim burung merpati,
mungkin Tonghong Loei pun tahu, cuma ia berusaha untuk
mengelabuhi dirimu belaka."
Air muka Si Soat Ang berubah tiada hentinya, ia benar2
bergolak oleh kabar tersebut.
"Setelah kau tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung,
apakah terhadap kabar berita yang menyangkut pelbagai hal
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung kau sama sekali
tidak tahu ?" kembali Lim Hauw Seng menegur.
Tanpa sadar Si Soat Ang menggeleng.
"Kalau begitu mereka sengaja hendak mengelabuhi
dirimu" kata sianak muda tadi sambil tertawa "Coba
pikirlah, Tonghong Pek adalah seorang jujur, ia tidak akan
mencintai Liuw Coei Wi hingga macam orang tidak waras,
di balik persoalan tersebut pasti ada hal2 yang rumit."
Si Soat Ang tertawa dingin dalam hatinya.
Ia tidak mau percaya terhadap apa yang dikatakan Liem
Hauw Seng namun sumpah berat yang diucapkan sianak
muda itu membuat ia sangsi dan tak tahu apa yang harus
dilakukan.
"Piauw-moay, kecuali kau sama sekali tidak
memperdulikan diri Tonghong Pek lagi." katanya. "kalau
tidak kau harus bikin jelas duduknya perkara ini !"
Air muka Si Soat Ang berubah sangat hebat, ia menatap
wajah sianak muda itu tak berkedip.
Sedangkan Liem Hauw Seng pun makin lama semakin
tenang, katanya lebih jauh.
"Piauw-moay, mengikuti situasi yang terbentang
dihadapanmu sekarang, percayakah kau bisa menangkan
kami ?"Si Soat Ang tetap tidak menjawab, sinar matanya dari
atas wajah Liem Hauw Seng per lahan2 bergeser kearah
Giok Jien kemudian akhirnya menatap wajah Si Thay
sianseng, dalam hati ia sadar bahwa tiada keyakinan
baginya untuk menangkan beberapa orang itu.
Tadi ia sudah muntah darah, meski sekarang ia masih
mencekal sebilah pedang tajam namun pihak lawan masih
mempunyai kekuatan yang berimbang.
"Piauw moay sudah kau pikirkan?" kembali Liem Hauw
Seng berteriak.
"Hm! sebelum saling bergebrak siapa tahu pihak mana
yang menang dan pihak mana yang kalah?"
"Aku pikir untuk sementara waktu lebih baik kita
berempat jangan bergebrak lebih dahulu tinggalkan tempat
ini dan tanpa mengucapkan sesuatu apapun kembalilah ke
perkampungan Jiet Gwat Cung periksa dahulu keadaan
disana, maka kau segera akan tahu bahwa apa yang ku
ucapkan adalah kata2 sebenarnya.”
Si Soat Ang segera merasakan hatinya bergerak, semua
orang yang ada dikolong langit mengetahui bahwa saat ini
ia berada digunung Go Bie, seandainya secara tiba-2 ia
kembali ke perkampungan Jiet Gwat Cung asalkan
sepanjang perjalanan rahasianya tidak bocor, maka suasana
dalam perkampungan Jiet Gwat Cung tak akan lolos dari
pengamatannya.
Karena berpikir akan hal itu gadis asal Benteng Thian It
Poo dengan dingin menjengek.
"Apa kalian sudi melepaskan diriku ?"
"Kalau kau ingin menjumpai bagaimanakah wajah
sebenarnya dari Tonghong Pacu, pergilah !" sahut Si Thay
sianseng dingin.Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, ia tahu Si Thay
sianseng dapat mengucapkan kata2 tersebut pasti didasari
oleh pelbagai alasan, namun ia tidak ingin banyak bicara
setelah putar badan segera berlalu dari tempat itu.
Sepanjang perjalanan beberapa kali gadis itu berpaling
kebelakang untuk menjaga segala kemungkinan, namun
selama ini ketiga orang itu tetap berdiri ditempat semula tak
berkutik.
Demikianlah tidak selang beberapa saat kemudian ia
sudah tiba dimulut selat sempit itu, ia lantas berhenti.
Satu ingatan berkelebat dalam benaknya tanpa berpaling
gadis itu segera berseru sambil tertawan dingin.
"Aku tahu ketika aku sedang melewati selat sempit
kalian akan menggelindingkan batu untuk membinasakan
diriku bukankah begitu ?"
Liem Hauw Seng mendongak dan segera tertawa
panjang.
"Piauw-moay kau jangan gusar aku rasa kau telah
menggunakan hati rendah seorang siauw-jien untuk menilai
yang bukan2 atas tingkah laku seorang Koen-cu !" serunya.
Ucapan ini menggusarkan Si Soat-Ang, namun ia tak
ingin mengumbar hawa amarahnya pada saat serta keadaan
seperti ini.
Habis mendengar ucapan Piauwko nya ia segera
enjotkan badan meluncur kedepan dan melayang turun dari
tebing.
Menanti ia telah meluncur keluar dari lembah Coei Hong
Kok, tampaklah diluar lembah tersebut dibalik pepohon
muncul bayangan manusia dari dalam jumlah yang sangat
banyak.Ketika bayangan manusia itu menjumpai kehadiran Si
Soat Ang, mereka lantas sama2 menyapa.
"Hu Bengcu!"
Kiranya orang ini adalah para jago yang bergabung
dalam perserikatan Tiada Tandingan, semula mereka tidak
tahu kalau wakil Bengcunya sudah menyusup kedalam
lembah Coei Hong Kok namun bentakan serta suitan
nyaring Liem Hauw Seng, Si Thay sianseng serta Giok Jien
telah mengejutkan mereka, sebagian besar para jago
terpancing kesitu oleh suitan nyaring tersebut.
Dalam pada itu Tonghong Loei telah munculkan diri
dari antara kelompok para jago, ia segera menyambut
seraya bertanya.
"Seorang diri Hu Bengcu menyusup kedalam lembah
Coei Hong Kok, apakah berhasil menemukan sesuatu
disana?"
"Tidak ada apa2, aku hanya bergebrak melawan Si Thay
sianseng sekalian!"
Dari ujung bibir Si Soat, secara lapat2 Tong hong Loei
menemukan adanya noda darah, menyaksikan pula air
muka gadis itu kurang baik. ia tak berani bertanya lebih
jauh.
"Tonghong Loei " kembali Si Soat Ang berteriak.
"Hu Bengcu ada urusan apa?"
"Bukankah dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung
telah mengirim datang surat lewat burung merpati? apakah
dari pihak perkampungan Jiet Gwat Cung ada berita?"
"Tidak...tidak....tidak ada" sahut Tonghong Loei gugup,
air mukanya berubah hebat."Hm, dimana toakomu? bagaimana keadaannya masa
terhadap masalah sebesar inipun tiada kabar sama sekali ?"
"Dia... dia sudah baik"
Jawaban Tonghong Loei yang gugup dan tidak lancar
semakin mencurigakan hati Si Soat Ang, namun gadis itu
tidak bicara lebih lanjut ia lantas berlalu diikuti para jago di
belakangnya tidak selang beberapa saat kemudian semua
orang telah tiba dilembah gunung tersebut.
Fajar telah menyingsing Si Soat Ang yang telah ambil
pertimbangan sepanjang jalan segera berkata:
"Penjagaan dalam lembah Coei Hoeng-Kok sangat ketat
aku hendak berlalu seorang diri, kali ini aku hendak
mencari jalan lain untuk menembusi lembah tersebut
mungkin kepergianku rada lama, kalian tunggu saja disini
dan jangan berlalu"
"Hu Bengcu, berapa lama kau hendak pergi ?" tanya
Tonghong Loei tertegun:
"Paling lama lima bulan, paling cepat tiga bulan." .
"Aah kok begitu lama, jumlah kita sangat banyak,
lagipula berada ditengah gunung."
"Apa yang perlu ditakuti ?" tukas Si Soat Ang dengan
mata melotot. "Diatas gunung banyak terdapat binatang
liar, kaupun boleh kirim orang untuk membeli barang
keperluan, apa yang ditakuti lagi? kalian harus bertahan
disini, jangan biarkan seorangpun dari pihak partai Gobie
meloloskan diri dari lembah ini, apabila aku tidak berhasil
mendapatkan jalan tembus akan dikurung mereka sampai
mati."
"Baik"."Apabila ada orang berani meninggalkan tempat ini,
sekembalinya aku tidak akan berlaku sungkan,"
Bicara sampai disana ia melototi Tonghong Loei tajam2,
jelas ucapan tersebut sengaja ditujukan kepada sianak muda
itu.
Tonghong Loei cerdik ia sadar kepergian gadis itu pasti
bukan disebabkan hendak mencari jalan lain, ia tentu
berlalu karena sesuatu persoalan hanya ia tak tahu apakah
persoalan itu.
Sedangkan Si Soat Ang pun ingin cepat2 memeriksa apa
yang telah terjadi dalam perkampungan Jiet Gwat Cung
maka setelah menyaksikan sianak muda itu membungkam
ia lantas kembali berkata.
"Sekarang juga aku akan berangkat, kalianpun jangan
sampai membiarkan orang2 partai Gobie tahu bahwa aku
tidak berada ber-sama2 kalian?"
Tanpa menanti jawaban lagi ia putar badan dan segera
berkelebat keluar dari lembah itu.
Gerakan tubuhnya cepat bagaikan terbang, sepanjang
perjalanan tiada hentinya berlari cepat, ketika sang surya
telah pancarkan sinar ke-emasannya keseluruh jagad ia
telah tujuh delapan belas li meninggalkan lembah tersebut.
Si Soat Ang pun tidak beristirahat, ia melanjutkan
perjalanan hingga siang hari menjelang tiba, saat itulah ia
baru mencari buah2an untuk menangsal perut setelah itu
perjalananpun dilanjutkan kembali, dengan dasar tenaga
dalam yang sempurna ketika fajar menyingsing hari kedua
ia sudah keluar dari gunung Go-bie.
Disebuah kota kecil lereng gunung ia membeli tiga ekor
kuda siang malam perjalanan ditempuh untuk cepat2
kembali ke perkampungan Jiet Gwat-Cung.Dua puluh hari kemudian gadis itu telah tiba kurang
lebih beberapa ratus dari perkampungan Jiet Gwat Cung,
gerak geriknya semakin ber-hati2, Sekarang ia tidak
melakukan perjalanan disiang hati tapi menjelang malam
telah tiba ia baru melakukan perjalanan menuju
keperkampungan Jiet Gwat Cung.
Menanti gadis itu dapat menangkan puluhan buah obor
menyinari diatas batu peringatan tanpa tandingan, tengah
malam sudah lewat.
Si Soat Ang segera meloncat turun dari atas kuda dan
dengan meng-indap2 maju kedepan, dalam sekejap mata ia
telah menyaksikan delapan orang jago lihay dengan golok
tersoren dipinggang sedang ber-jaga2 disekeliling batu
peringatan.
Si Soat Ang bersembunyi dibelakang sebatang pohon,
setelah memperhatikan beberapa saat ia putar badan
meluncur lewat jalan kecil dan tiba disisi tembok
pekarangan perkampungan ia segera mengempos tenaga
dan meloncat masuk ke dalam perkampungan Jiet-Gwat-
Cung.
Hampir setahun lamanya ia tinggalkan perkampungan
tersebut namun suasana dalam perkampungan tersebut
tiada banyak perbedaan, hanya sebagian besar suasana
diliputi kegelapan.
Mendadak gadis itu secara lapat2, mendengar suara
irama musik berkumandang datang, begitu merdu suara itu
membuat Si Soat Ang tertegun, buru2 ia berlari kedepan
mendekati arah berasalnya suara tadi.
Sepanjang perjalanan ia telah berjumpa dengan banyak
jago lihay yang sedang melakukan perondaan namun
dengan ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang dengan
gampang sekali ia berhasil menghindari orang2 itu.Menanti suara musik yang indah merayu itu berhasil
didekati hingga kedengaran semakin nyaring gadis itu
menemukan bahwa suara tadi berasal dari sebuah bangunan
dibalik halaman yang gelap gulita berdirilah sebuah gedung
yang bermandikan cahaya.
Si Soat Ang segera berkelebat masuk kedalam halaman
gedung itu.
"Siapa ? ayoh cepat keluar !" bentak dua orang penjaga
secara tiba2.
Mengiringi bentakan tersebut dua orang penjaga itu
segera menubruk datang dengan hebatnya.
Namun tubrukan mereka hanya sampai ditengah jalan
sebab pada saat itulah mereka dapat menangkap raut wajah
yang muncul dihadapan mereka tertimpa cahaya lampu lalu
mereka kenali siapakah orang itu.
Seketika itu juga air muka kedua orang itu berubah aneh
sekali, begitu aneh perubahan wajah mereka hingga sukar
dilukiskan dengan kata2.
"Apa, aku yang telah datang!" hardik Si Soat Ang.
"Haaaah...kiiii,..kiranya Hu.. Hu Bengcu telah kembali,
kami tidak tahu kalau kau sudah pulang."
”Hm, siapa yang sedang bersenang2 didalam?” bentak Si
Soat Ang kembali sambil menuding kedalam gedung
Kedua orang penjaga itu saling bertukar pandangan
sekejap, keringat dingin mengucur keluar membasahi jidat
mereka, sedangkan mulutnya membungkam dalam seribu
bahasa.
"Eeeei...mengapa kalian tidak berbicara?"
"Lapor Hu Bengcu orang.. orang yang ada di dalam
gedung ada...adalah Tonghong Tongcu!"Tubuh Si Soat Ang tergetar keras yang dimaksudkan
"Tonghong Tongcu" tidak salah lagi pasti Tonghong Pek
adanya, sebab waktu itu Tonghong Loei ada digunung
Gobie dan cuma Tonghong Pek yang ada didalam
perkampungan.
Kalau begitu, sungguhkah apa yang diucapkan Liem
Hauw Seng?
Si Soat Ang tarik napas panjang2 kemudian berseru..
"Kalian berdua jangan bersuara, aku akan segera masuk
kedalam untuk memeriksa?"
Kedua orang itu sadar bilamana Si Soat Ang dibiarkan
masuk, dan menyaksikan didalam ruangan itu, peristiwa
tragis pasti akan terjadi. namun merekapun tidak berani
menghalangi jalan perginya, terpaksa sambil tertawa getir
mengangguk.
"Baik, baik silahkan Hu Bengcu masuk?"
Si Soat Ang mendorong pintu yang setengah tertutup dan
melayang masuk kedalam halaman setelah itu ia berdiri
dibelakang sebatang pohon sambil menyaksikan
pemandangan didalam ruangan.
Tampaklah disuatu ruangan yang indah dan terang
benderang terdapat tujuh delapan orang gadis berpakaian
tipis sedang menari mengiringi irama musik, tarian mereka
indah mempesonakan sedang diruang tengah terletaklah
sebuah pemandangan yang sangat indah.
Diatas pembaringan itu terdapat seorang gadis sedang
berbaring didalam pelukan seorang pria, gadis itu boleh
dikata telanjang bulat, sepasang paha yang putih terlihat
nyata bahkan ketika itu tubuhnya sedang menggeliat,
dengan hebatnya.Si Soat Ang adalah seorang yang lihay, pengetahuannya
luas dan disanjung setiap orang, namun ia tetap masih
seorang gadis perawan belum pernah ia saksikan keadaan
seperti itu kontan wajahnya berubah jadi merah dan panas
jantungnya berdebar keras.
Karena debaran ini maka untuk sesaat ia tak sempat
melihat jelas siapakah sepasang laki perempuan itu.
Meskipun demikian timbul juga kegusaran dalam hati Si
Soat Ang setelah menyaksikan peristiwa yang mengerikan
itu, ia mendengus menyingkap horden dan melangkah
masuk kedalam
Namun dengan cepat ia tertegun, sebab lelaki yang
duduk diatas pembaringan itu bukan lain adalah Tongheng
Pek.
Si Soat Ang berseru tertahan, kepalanya pening tujuh
keliling dan pandangan jadi gelap hampir saja ia jatuh tidak
sadarkan diri.
Tidak salah lagi, apa yang diucapkan Liem Hauw Seng
ternyata benar2 merupakan suatu kenyataan.
Ia tarik napas panjang2, pergolakan dalam hatinya
dengan sekuat tenaga ditekan setelah tenang mungkin
kembali kedalam ruangan, tampak gadis telanjang itu
bagaikan gula yang lengket menempelkan seluruh tubuhnya
diatas tubuh Tonghong Pek, ternyata terhadap
kehadirannya mereka sama sekali tidak tahu.
Si Soat Ang tidak dapat menahan sabar lagi, ia
mengempos tenaga kemudian membentak keras.
Ilmu silat yang dimiliki Si Soat Ang pada saat ini dahsyat
sekali, bentakan dalam keadaan murka ini luar biasa
akibatnya.Mengikuti bentakan itu bukan saja irama musik segera
berhenti beberapa orang gadis cantik yang sedang
menaripun bersama2 menggeletak lemas diatas tanah, gadis
itu muntah darah segar dan sama2 terluka dalam.
Sepasang lengan Tonghong Pek yang semula merangkul
pinggang Liuw Coei Wa, mengikuti bentakan tersebut
seolah2 ditimpa oleh besi seberat ribuan kati seketika
mengendor dan lepas dari rangkulan.
Dengan lepasnya rangkulan itu maka tubuh Liuw Coei
Wa pun segera menggelinding kebawah pembaringan.
Ilmu silat yang dimiliki Liuw Coei Wa tidak lemah,
namun berhubung bentakan Si Soat Ang sangat hebat maka
setelah roboh keatas tanah ia hanya merasakan kepalanya
pening tujuh keliling dan matanya ber-kunang2, berada
dalam keadaan seperti ini sulit baginya untuk bangun
berdiri dan memeriksa apa yang telah terjadi.
Buru2 hawa murninya disalurkan keseluruh badan untuk
menenangkan hatinya setelah itu siap bangun berdiri.
Namun Si Soat Ang bertindak cepat, ia telah melangkah
maju kedepan kemudian sekali injak ia tekan tubuh gadis
cabul itu diatas tanah.
Dalam pada itu sepasang matanya dengan memancarkan
cahaya tajam menatap Tonghong Pek tajam, ia temukan air
muka sianak muda itu kosong dan melompong seakan2
tidak tahu apa yang telah terjadi.
Tapi cuma sebentar ia berada dalam keadaan seperti itu
dalam sekejap sepasang matanya telah berkedip dan
bibirpun bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu
namun ia tidak berhasil bicara hawa warna merah yang
aneh seketika menyelimuti seluruh wajahnya."Bagus bagus sekali perbuatanmu !" jengek Si Soat Ang
sambil tertawa dingin.
Selama beberapa hari ini Tonghong Pek selalu berada
dalam rayuan Liuw CoeiWa yang membuat ia jadi ter-gila2
dan setengah sadar, apa yang dipikirkan selama ini pun
hanya memuaskan napsu sexnya belaka.
Menanti ia dengar bentakan dahsyat dari Si Soat Ang,
hatinya baru tergetar keras, se-olah2 di guyur dengan air
dingin ia tercengang dan memandang kearah gadis itu
dengan sinar mata tidak percaya.
Tetapi setelah ia mendusin sama sekali dan menyaksikan
keadaan disekelilingnya dimana Liuw Coei Wa dalam
keadaan telanjang sedang diinjak Si Soat Ang, teringat pula
perbuatannya selama ini sianak muda itu jadi kaget, malu
dan menyesal, seluruh perasaan nya segera ditumpahkan,
keatas wajahnya.
Apa yang diucapkan Si Soat Ang tadi ia tidak
mendengar, ia hanya merasakan jantungnya berdebar keras,
dadanya sesak dan pandangan matanya jadi gelap.
Per-lahan2 warna merah darah itu lenyap dari wajah
Tonghong Pek dan sebagai gantinya ia berubah jadi pucat
pias bagaikan mayat bahkan dari tenggorokannya
perdengarkan suara yang aneh.
Si Soat Ang tahu inilah disebabkan gertakan dada yang
mengakibatkan darah menekan keatas asal pemuda itu
muntah darah maka ia akan terluka parah, namun gadis itu
tidak menggubris, ia hanya tertawa dingin saja sambil
memandang pemuda itu dengan pandangan sinis.
Mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
diikuti seseorang yang berada disisi Tong hong Pek.Walaupun dalam keadaan gusar Si Soat Ang masih
dapat menguasai diri, ia sadar seorang jago yang amat lihay
telah tiba disana.
Menanti ia berpaling tampaklah orang itu sedang
menempelkan telapaknya diatas punggung Tonghong Pek
dan orang itu bukan lain adalah Tonghong Pacu.
"Eeeei kenapa kau kembali." terdengar gembong iblis itu
menegur.
"Mengapa aku tak boleh kembali?" jawab Si Soat Ang
sambil tertawa dingin.
"Apakah Si Thay sianseng telah menyerah..."
Si Soat Ang adalah seorang gadis cantik, dari pertanyaan
yang diajukan Tonghong Pacu baru ia segera sadar bahwa
apa yang dijumpai saat ini sebenarnya tidak lain adalah
hasil karya dari gembong iblis itu, ia jadi gemas bercampur
mendendam, injakannya pada tubuh Liuw Coei Wa pun
semakin di perkeras.
"Bengcu cepatlah tolong aku!" buru2 gadis cabul itu
berteriak minta tolong.
Si Soat Ang mendengus ia mundur selangkah kebelakang
kemudian dengan ujung kakinya ia mencungkil tubuh gadis
genit itu hingga mencelat ketengah udara.
"Jangan lukai orang !" teriak Tonghong Pacu.
Si Soat Ang tidak menggubris, menanti tubuh Liuw Coei
Wa telah berada ditengah udara, sepasang telapaknya
berputar, lima jarinya bagaikan jepitan baja segera
mencekik lehernya keras2.
"Kraak kraak.." diiringi suara retakan dahsyat tulang
leher gadis itu sudah diremas sampai patah ber-keping2
setelah itu ia melemparkan mayatnya keluar.Mayat Liuw Coei Wa segera menubruk pohon dan
menggeletak keatas tanah, dari tujuh lubang inderanya
darah mengucur deras, jiwanya pun seketika melayang.
Setelah membunuh mati gadis cabul itu Si Soat Ang baru
tertawa dingin dan menjengek.
"Hm beginikah perbuatanmu?"
"Kenapa?" jawab Tonghong Pacu air mukanya berubah
hebat, "Pek-jie adalah Thian-tong Tong cu dari perserikatan
tiada tandingan mencari kesenangan sudah merupakan
suatu kejadian yang biasa apa perlunya dikejutkan dan
diherankan seperti itu?"
"Haaa...haaa. kiranya begitu, Eeeei Tonghong Pek
ayohlah bicara sendiri, kenapa kau membungkam?"
Air muka Tonghong Pek berubah merah padam, ia
membungkam.
"Sebenarnya aku tidak ingin mencampuri urusan kalian"
kata Tonghong Pacu kembali sambil tertawa kering,
"Namun berhubung kalian berdua belum terikat hubungan
apapun! lantas kau hendak mengawasi setiap gerak geriknya
maka aku merasa tindakanmu ini keterlaluan sekali, mau
tak mau aku harus turun tangan?"
Si Soat Ang jadi naik pitam, ia tak dapat menguasahi diri
lagi teriaknya kalap:
"Akan kucabut jiwa anjingmu!"
Jari telunjuk meluncur kedepan, serentetan angin
serangan langsung mengancam jalan darah Hoa Ka Hiat
didada Tonghong Pek.
Sejak kehadiran Si Soat Ang ditempat itu, Tonghong Pek
selalu berdiri tertegun dengan mulut membungkam dan
mata terbelalak ia jadi sinting dan tidak sadar bahkanterhadap datangnya ancaman yang hendak mencabut
jiwanya ini pun ia tidak ambil perduli.
Serangan Si Soat Ang amat cepat, kelihatan sebentar lagi
diatas dada Tonghong Pek akan bertambah dengan sebuah
lubang besar oleh sodokan jarinya, pada saat itulah
terdengar Tong hong Pacu membentak.
"Jangan membunuh!"
Mengikuti bentakan dahsyat tersebut mendadak
tubuhnya mendak kebawah, sebuah serangan segera
dihantam kearah iga Si Soat Ang!
Serangan dari Tonghong Pacu ini bukan saja cepat
bahkan ganas dan tepat menangkis datangnya serangan Si
Soat Ang terhadap Tonghong Pek, seandainya gadis itu
meneruskan ancamannya niscaya serangan dari gembong
iblis itupun akan bersarang ditubuhnya.
Si Soat Ang menjerit aneh badannya miring kesamping
dan telapak kanan ditarik kembali kemudian berputar
pergelangan dalam sekejap mata ia sudah kirim kembali
sebuah serangan kearah depan.
Plaak ! sepasang telapak saling beradu menimbulkan
bentrokan keras mengikuti bentrokan tadi masing2 pihak
mundur selangkah kebelakang.
Sebenarnya gadis itu tidak pandang sebelah matapun
terhadap Tonghong Pacu sebab sejak ia meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat Cung ia sadar bahwa tenaga
Iweekang gembong iblis itu akan mengalami kerusakan
hebat setelah digunakan untuk mengobati Tonghong Pek.
Siapa sangka dalam bentrokan barusan ia membuktikan
bahwa tenaga Iweekang yang dimiliki Tonghong Pacu
ternyata sama sekali tidak berkurang bahkan masih seperti
sedia kala.Hal ini membuat gadis itu tertegun dan tidak habis
mengerti ia lantas menatap wajah Tonghong Pek kemudian
menatap pula wajah Tonghong Pacu, setelah itu sambil
tertawa dingin jengeknya.
"Benarkah kau telah mengusir racun dalam tubuhnya
dengan salurkan hawa murni dalam tubuhmu?"
"Lalu kau..."
"Lalu apa sebenarnya aku tidak berhasil kau lukai,
bukankah begitu?" tukas Tonghong Pacu sebelum gadis itu
menyelesaikan katanya. "Tenaga dalamku telah pulih
seperti sedia kala!"
Tentu saja Si Soat Ang tahu bahwa kejadian itu tak
mungkin terjadi, otaknya segera berputar mendadak ia
sadar dan ia telah menemukan jawabannya, ia tahu bahwa
Tonghong Pacu tidak pernah menggunakan tenaga
lweekangnya untuk mengusir racun dalam tubuh Tonghong
Pek sedang sianak muda itupun tidak pernah keracunan.
Sekarang Si Soat Ang telah sadar akan duduknya
perkara, ia tahu Tonghong Pacu sedang membohongi
dirinya, membohongi dirinya agar suka membawa jago
perkampungan Jiet-Gwat-Cung untuk menghancurkan
kolong langit sedangkan ia tetap tinggal di perkampungan
untuk menghadapi Tonghong Pek agar sianak muda itu
berubah demikian.
Berpikir sampai disitu Si Soat Ang tak dapat menahan
kegusarannya lagi, ia mendongak dan tertawa seram,
suaranya tinggi melengking amat menusuk pendengaran.
"Apakah kau berhasil memahami duduknya perkara ?"
terdengar Tonghong Pacu menegur dengan suara berat,
"padahal kau dengan Pek-jie adalah sepasang jodoh yang
bagus tapi kaupun harus paham bahwa seorang lelakidengan tiga empat orang istri bukanlah suatu hal yang
aneh"
Air muka Si Soat Ang berubah hijau membesi terhadap
apa yang diucapkan Tonghong Pacu sama sekali tidak
didengarnya.
Gadis itu sedang berpikir.
"Dengan adanya kejadian ini jelas hubunganku dengan
Tonghong Pek telah putus, dan selama beberapa waktu ini
para jago yang dikolong langit sama2 mendengarkan
perintahku, mengapa aku harus tetap jadi wakil Bengcu dari
perserikatan Bok Tek Beng ini?".
Ia tetap berdiri tegak, sementara dalam tubuh telah
melakukan persiapan untuk melancarkan sebuah serangan
mematikan.
"Bukan begitu!" kembali Tonghong Pacu berkata sambil
tertawa2 "Setelah kau kembali maka kalian berduapun
harus saling bermesraan."
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling dan berseru.
"Pek-jie..."
Berpalingnya gembong iblis ini memberikan suatu
peluang yang sangat baik bagi Si Soat Ang untuk
melancarkan serangan tubuhnya mandek kebawah,
pergelangan berputar dan serentetan cahaya tajam yang
dipancarkan dari sebilah pedang pendek telah meluncur
kedepan.
Tentu saja sejak muncul dalam arena Tonghong Pacu
sudah bikin persiapan terhadap segala kemungkinan namun
mimpipun ia tidak menyangka Si Soat Ang bisa
melancarkan serangan dalam keadaan seperti itu.Ketika mendengar sambaran angin tajam lewat
dibelakang tubuhnya Tonghong Pacu segera berpaling
tahu2 cahaya tajam pedang lawan telah mengurung seluruh
tubuhnya.
Gembong iblis ini jadi amat terperanjat tanpa sadar ia
menjerit kaget dan buru2 lari kebelakang sebuah tiang
penglari.
Datangnya tusukan pedang dari gadis itu amat dahsyat,
baru saja Tonghong Pacu menghindar kebelakang tiang,
pedang tadi sudah menyambar datang dan segera
menembusi tiang tersebut
Sreeeet! seluruh pedang pendek itu menembusi tiang,
Tonghong Pacu yang ada dibelakang tiang tidak
menyangka akan kehebatan lawan, ternyata ujung pedang
itu telah tersundul diluar tiang dan segera menusuk
bahunya dalam2.
Meskipun tidak sampai jiwanya melayang oleh tusukan
itu, tak ampun dirinya sudah terluka beberapa coen.
Sejak malang melintang dalam dunia persilatan puluhan
tahun lamanya kecuali menderita kalah satu kali ditangan
Ciang Ooh, boleh dikata belum pernah ia terluka oleh
senjata lawan, tapi sekarang bukan saja ia paksa berada
dibawah angin, bahkan bahunya tertusuk pula, rasa kaget
gusar dan mendongkol dalam hati Tonghong Pa-cu sukar
dilukiskan lagi dengan kata2.
Napsu membunuhnya segera timbul dan menyelimuti
benaknya ia ambil keputusan hendak membinasakan Si
Soat Ang.
Sebaliknya gadis itupun membenci Tonghong Pacu
karena selama ini ia membohongi dirinya. Napsu
membunuh menyelimuti benaknya dengan demikian keduabelah pihak sama2 ada maksud membunuh lawannya dan
pertarungan antara hidup dan mati segera berlangsung.
Tonghong Pacu miringkan tubuhnya dan tiba2 kirim
sebuah serangan menghantam tiang.
Walaupun serangan ini dilancarkan keatas tiang, namun
berhubung kepandaian yang digunakan adalah "Li-sau Ta
Gouw" atau Terpisah gunung menghantam Kerbau, tenaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke tiang,
kemudian dari tiang bersalur kedalam pedang yang masih
menancap diatas tiang dan dari pedang tersalur pula ke
tubuh Si Soat Ang.
Oleh hantaman yang tak terduga ini tubuh Si Soat Ang
tergetar mundur selangkah ke belakang.
Begitu badannya mundur Tonghong pacu segera
berteriak aneh sepasang telapaknya berputar dan menubruk
datang dengan hebatnya dua gulung angin serangan
bagaikan gulungan ombak ditengah samudra langsung
menghajar tubuh gadis itu.
Ditengah desakan dahsyat gembong iblis itu sama sekali
tiada kesempatan bagi Si Soat Ang untuk menghindar
berada dalam keadaan seperti ini terpaksa ia mendak
tubuhnya kebawah, sepasang telapak berputar dan
menyambut datangnya serangan itu dengan keras lawan
keras.
Braaaaak.. Braaak diiringi suara bentrokan dahsyat
empat telapak saling beradu kemudian menempel satu sama
lainnya laksana dua lembar lempengan besi.
Begitu menempel, tubuh mereka segera berdiri kaku dan
duel tenaga dalam pun berlangsung dengan dahsyatnya.
Ambil kesempatan itulah seluruh isi ruangan pada
berteriak dan melarikan diri terbirit2 dari dalam ruangandalam sekejap mata ruangan jadi kosong dan sunyi tinggal
Tonghong Pek seorang tetap duduk tak berkutik ditempat
itu.
Sungguh dahsyat adu lweekang yang terjadi antara kedua
orang itu, lama kelamaan hawa panas mulai muncul diatas
ubun2 kedua orang itu, tidak sampai setengah jam
kemudian sekeliling tubuh mereka telah dilapisi oleh kabut
yang sangat tebal mereka berdua telah salurkan hawa
murninya hingga mencapai puncak yang mereka miliki.
Pada saat itulah Tonghong Pek per-lahan2 bangun
berdiri, sepasang matanya dengan sinar mata kosong
memandang ketempat kejauhan.
Tubuhnya mulai bergeser dan lambat2 berjalan keluar
selama ini ia tidak pandang sebelah matapun kearah
Tonghong Pacu maupun Si Soat Ang, se-olah2 kedua orang
itu sama sekali tidak ada.
Menanti Tonghong Pek telah berjalan keluar dari
ruangan dan tiba di halaman mendadak terdengarlah suara
gemuruh yang amat dahsyat dan sangat memekikkan
telinga berkumandang datang.
Oleh suara keras tadi sianak muda itu berhenti namun ia
tidak berpaling..
Kiranya bentrokan itu berasal dari tumbukan Tonghong
Pacu serta Si Soat Ang yang saling lepas dari telapak lawan
dan menumbuk tiang.
Napas mereka berdua ter-sengkal2 tubuh mereka dengan
lemas bersandar diatas tiang, kemudian napas mereka
makin lemah, tubuh yang besandarpun mulai merosot
kebawah, akhirnya napas mereka berhenti dan binasalah
dua orang tokoh sakti dari dunia persilatan itu.Terhadap semua peristiwa itu Tonghong Pek tidak ambil
gubris ia tetap meneruskan langkahnya keluar dari
perkampungan Jiet-Gwat-Cung dan lenyap ditengah
kegelapan.
Peristiwa yang terjadi dalam perkampungan Jiet Gwat-
Cung seketika menggemparkan seluruh dunia persilatan
dengan cepat pula suara itu tersiar sampai ketelinga para
jago yang dipimpin Tonghong Loei mengurung gunung Go-
bie, begitu berita tersiar sebagian besar jago2 kangow itu
segera membubarkan diri dan tercerai berai.
Hari kedua Tonghong Loei serta Si Chen tampak keluar
dari lembah gunung itu mereka hanya berdua saja dan tidak
kelihatan orang lain.
Ketika kedua orang itu keluar dari lembah mereka telah
berjumpa dengan Liem Hauw Seng serta Giok Jien, empat
orang saling bertukar pandangan dan tertawa, dalam
perjumpaan tak terduga ini masing2 orang bungkam dalam
seribu bahasa.
Menghadap ke arah lembah Coei-Hok-Kok, Si Chen
berlutut dan menjalankan penghormatan berapa kali
kemudian bersama Tonghong Loei berlalu dari sana, sejak
itu orang2 Bu-lim tak ada yang berjumpa dengan mereka
lagi menurut kabar yang tersiar mungkin mereka berdua
telah pergi kewilayah Biauw untuk hidup bersama Kiem
Lan Hoa ibu kandung dari Tonghong Loei.
Dengan matinya Tonghong pacu serta Si Soat Ang,
bubar pula perserikatan Boe-Tek-Beng mereka,
perkampungan Jiet-Gwat-Cung pun jadi kosong tak
berpenghuni, perkampungan itu jadi bangunan kosong,
sedang batu peringatan tersebut masih berdiri dengan
angkernya didepan perkampungan.Setahun dua tahun dengan cepatnya sudah lewat,
rumput dan alang2 tumbuh memenuhi seluruh tempat,
namun tak seorang manusiapun pernah berkunjung
keperkampungan serta batu peringatan itu.
Entah berapa puluh tahun sudah lewat, saat itulah ada
orang yang menemukan seorang padri berperawakan kurus
kering pernah berdiri ter-mangu2 didepan batu peringatan
sampai beberapa hari entah apa saja yang sedang dipikirkan
hweesio itu didepan batu peringatan tadi.
Menanti ada orang yang merasa keheranan dan
menghampiri padri itu sambil menanyakan asal usulnya,
hweesio itu dengan mulut membungkam segera berlalu dari
sana.
Sejak peristiwa itu tak pernah ada orang yang berjumpa
kembali dengan padri kurus kering itu, semakin tak ada
orang yang tak tahu asal usul nya serta kemana perginya
hweesio itu ..
Ia datang tanpa suara, pergipun tanpa ribut, suasana
tetap sunyi hening siapakah hweesio itu rasanya
pembacapun bisa menebak sendiri.
Dengan demikian sayapun akhiri cerita JAGO
KELANA sampai di sini. Sampai Jumpa.
TAMAT
Anda sedang membaca artikel tentang Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload dan anda bisa menemukan artikel Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/jago-kelana-5-cersil-baru-ndownload.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Jago Kelana 5 : Cersil Baru Ndownload with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/jago-kelana-5-cersil-baru-ndownload.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 1 komentar... read them below or add one }

Unknown mengatakan...

HWESIO ITU ADALAH BAN ENG SAN TAYSU, DARI VIHARA SAO LIN SHIE, TIANGLO TAT MO COUWSU...

Posting Komentar