Sianseng baru berkata:
"Sepanjang hidup Tong-hong Pacu selain pegang teguh
ucapannya, ia bilang satu tetap satu berkata dua tetap dua,
setelah ia berjanji untuk pertemukan kembali kalian berduatiga tahun kemudian, aku rasa ia tak akan membohongi
dirimu, tapi . . . aku takut sampai waktunya."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia berhenti bicara.
"Sampai waktunya kenapa ?" tanya Liem Hauw Seng
penuh kecemasan.
Si Thay sianseng tidak menjawab pertanyaan itu, ia
cuma menghela napas panjang.
"Bagaimana keadaannya setelah tiga tahun kemudian,
bagaimana aku bisa menerkanya? aku kan bukan seorang
malaikat ! setelah berada di gunung Go bie. apabila kau
berniat tinggal di lembah Coei Hok Kok beberapa waktu,
silahkan !"
"Nah, sekarang kau boleh berangkat."
-oo0dw0oo-
Jilid10
UJUNG bajunya segera dikibaskan kedepan, segulung
angin desiran yang lunak dan empuk seketika menggulung
tubuh Liem Hauw Seng sehingga mundur tiga lima tombak
jauhnya kebelakang.
Menanti pemuda itu berdiri tegak, maka bayangan Si
Thay sianseng pun sudah lenyap tak berbekas dari depan
matanya.
Beberapa patah kata dari tokoh sakti dunia persilatan ini
semakin membuat pikiran Liem Hauw Seng bertambah
kalut, dengan hati yang kacau ia lanjutkan perjalanannya
kedepan, menanti cuaca mulai gelap ia sudah keluar dari
daerah pegunungan Lak Ban San.Ditengah hutan disebuah lapangan yang kecil ia
membuat api unggun dan duduk ter mangu2 di sana, lama
sekali pemuda itu ambil keluar gelang emas tadi dan
dipandangnya dengan sinar mata mendelong.
Gelang emas itu merupakan benda kepercayaan Si Thay
Sianseng, bentuknya tidak terlalu besar tapi indah dan
menawan hati.
Beberapa waktu kemudian Liem Hauw Seng menyimpan
kembali gelang emas tadi kedalam saku, mendadak
terdengar seseorang berseru tertahan.
"Eeei bukankah benda itu adalah gelang emas benda
kepercayaan Si Thay sianseng ? darimana anda dapatkan
benda tersebut ?"
Ucapan ini membuat Liem Hauw Seng sangat
terperanjat tapi dengan cepat hatinya jadi lega kembali,
sebab setelah orang itu mengenali gelang emas tersebut
berarti ia tahu akan asal usul benda itu, siapa yang berani
mencari gara2 dengan Si Thay sianseng ?
Setelah menyimpan gelang emas tadi, lambat2 Liem
Hauw Seng angkat kepala, kurang lebih dua tombak
dihadapannya, disisi sebuah pohon besar berdirilah
seseorang.
Usia orang itu masih sangat muda, kurang lebih dua
puluh lima, enam tahunan, badannya kurus kering,
wajahnya pucat pasi bagaikan mayat namun sepasang
matanya memancarkan cahaya berkilat, siapapun akan
segera ketahui kalau orang ini amat cerdik.
Sementara itu Liem Hauw Seng merasa wajah pemuda
itu sangat dikenali olehnya, hanya ia lupa siapakah orang
itu.Pambaca budiman, dapatkah anda sekalian menerka
siapakah sianak muda itu ? dia bukan lain adalah Loei Sam.
Bagaimana Loei Sam bisa berada disitu? Kiranya pada
waktu itu setelah ia menggelinding jatuh dari atas pagoda
dibenteng Thian it Poo bersama Ciang Ooh, dengan hati
gembira Loei Sam mengira kitab pusaka "Sam Poo Cin
Keng" tersebut pasti akan terjatuh ketangannya.
Dalam perkiraan Loei Sam. setelah ia membokongCiang
Ooh kemudian perempuan itu menggelinding jatuh dari
atas pagoda, ia pasti jatuh tidak sadarkan diri, dan kitab
pusaka Sam Poo Cin Keng tadi dengan mudah akan
terjatuh ketangannya.
Siapa sangka peristiwa berlangsung diluar dugaan, ketika
tubuh Ciang Ooh menggelinding hingga sepuluh tingkat,
tiba2 perempuan itu melejit dan meloncat ketengah udara.
Perobahan ini membuat Loei Sam kaget, dengan
melejitnya Ciang Ooh maka Loei Sam merasakan ada
segulung tenaga besar mementalkan tubuhnya
meninggalkan anak tangga dan meluncur kebawah dengan
kecepatan penuh.
Loei Sam terkesiap, tubuhnya bagaikan anak panah
terlepas dari busur meluncur kebawah dengan cepatnya,
untung reaksinya cukup cepat, buru2 ia salurkan hawa
murninya mengelilingi seluruh badan, ketika sang tubuh
berada enam tujuh tombak dari permukaan sepasang
telapak nya berbareng didorong kebawah.
Pukulan ini mendatangkan tenaga pantulan yang kuat,
hal ini membuat gerakan daya luncur tubuhnya semakin
lambat dan berhasil hinggap diatas permukaan dengan
empuk.Menanti ia bisa berdiri tegak, Ciang Ooh yang
menggelinding kebawah pun sudah keluar dari pagoda.
badannya menggelinding terus sejauh beberapa tombak
untuk kemudian sang tubuh melingkar jadi satu dan tak
berkutik lagi.
Menyaksikan kejadian itu, Loei Sam kegirangan
setengah mati, buru2 ia melangkah dua langkah kedepan,
sebagai lelaki cerdas yang banyak akal ia bertindak sangat
hati2 untuk menghindari dari sergapan sang perempuan
tengkorak yang mungkin berpura2 mati ketika berada lima,
enam depa didepan CiangOoh ia berhenti.
Kemudian memungut sepotong batu bata dan di sertai
tenaga lwekang ia sambit batu tadi keatas punggung Ciang
Ooh keras2
Maksud Loei Sam dengan timpukannya ini adalah untuk
menghindari sergapan perempuan itu seandainya ia pura2
jatuh pingsan, tapi ia lupa Ciang Ooh adalah seorang
perempuan gila tidak mungkin manusia yang otaknya
kurang waras bisa mengatur jebakan tersebut.
Kadangkala, orang cerdik pun berbuat bodoh setelah
jatuh dari atas tangga pada waktu itu Ciang Ooh benar2
jatuh tidak sadarkan diri, bilamana Loei Sam menggunakan
keadaannya ini maka tidak seharusnya ia timpuk punggung
perempuan tengkorak itu dengan batu bata.
Dalam pada itu, batu bata tadi dengan disertai desiran
tajam bersarang telak diatas punggung Ciang Ooh dimana
terletak jalan darah "Sin ciang-hiat."
Dengan terbenturnya jalan darah tersebut, Ciang Ooh
yang pingsan seketika dibikin sadar kembali.Perempuan itu buka matanya lebar2. lalu dengan cepat
meloncat bangun dari atas tanah dan lari meninggalkan
tempat itu.
Loei Sam tidak ingin kitab pusaka "Koei Thiao Pit Lip"
lenyap dari tangannya, melihat Ciang Ooh melarikan diri
dari sana ia mengejar dari belakangnya, tapi makin lari
perempuan itu bergerak semakin cepat sehingga akhirnya
pemuda itu tak dapat menahan diri dan membentak keras:
"Ciang Ooh, berhenti ! aku ada urusan hendak
dibicarakan dengan dirimu !" Bentakan ini mendatangkan
reaksi yang cepat, Ciang Ooh segera berhenti dan putar
badan, sepasang matanya yang hijau menyeramkan dengan
tajam menatap wajah pemuda itu tajam2.
"Siapa kau ? ada urusan apa kau memanggil-diriku ?"
tanya CiangOoh dengan nada dingin.
"Benarkah kau tidak tahu siapa aku ?" tegur Loei Sam
dengan nada menyelidiki sementara dalam hati ia berpikir:
"Bagus sekali, barusan saja aku bergebrak mati2an
melawan dirimu, sekarang kau sudah lupa siapa aku ?"
Ciang Ooh menggeleng, "Aku benar2 tidak tahu !"
jawabnya.
"Ada seseorang suruh aku datang kemari untuk meminta
sesuatu benda dari tanganmu ." kata pemuda itu lebih jauh.
Sembari berkata ia buat persiapan lalu selangkah demi
selangkah maju mendekati perempuan itu.
"Siapa yang suruh kau datang kemari ?" tanya Ciang
Ooh, sementara wajah tengkoraknya berkerut, "Benda apa
yang ia minta ?"
"Orang yang suruh aku datang kemari adalah sitelapak
berdarah Tong Hauw !" sambil menjawab pemuda ituperhatikan perubahan sikap Ciang Ooh dengan seksama,
sebab reaksi dari perempuan itu mempunyai hubungan
yang erat dengan didapatkan atau tidaknya kitab pusaka
"Kioe Thian Pit Kip" tersebut.
"Sitelapak berdarah Tong Hauw" empat patah kata
membuat seluruh tubuh Ciang Oh tergetar keras, tulang
belulang yang kurus bergemerutukan keras, mulutnya
menganga lebar2.
"Si tee . . . telapak . . . berdarah . . . Tong . . . Hauw !"
"Kenalkah kau dengan orang ini ?" dengan cepat Loei
Sam menyambung, "Dialah yang suruh aku datang
kemari."
"Kenalkah aku dengan orang ini ?" suara Ciang Ooh
amat lemah, seakan2 ucapan ini di utarakan dan tempat
yang sangat jauh "Aku kenal suara ini, tentu saja aku kenal
dengan orang ini !"
Ambil kesempatan itu Loei Sam melangkah beberapa
langkah lebih dekat dari hadapan perempuan tersebut.
"Kalau kau kenal dengan orang itu, bagus sekali, dialah
yang menitahkan aku untuk datang kemari minta semacam
benda darimu."
"Lalu sekarang ia berada dimana?"
"Asalkan kau berikan benda miliknya kepada nya, maka
ia akan segera datang kemari untuk berjumpa denganmu,
paham?"
Dengan sangat berat Ciang Ooh mengangguk tanda
mengerti.
"Apa yang ia minta?" tanyanya kemudian.
Loei Sam merasakan jantungnya berdebar sangat keras,
ia berusaha menahan diri dan buru2 menyahut."la minta kitab pusaka Kioe Thian Pit Lip." Sekali lagi
seluruh tubuh Ciang Ooh gemetar keras, agaknya ia amat
bersedih hati.
"Kitab pusaka Kioe Thian Pit Lip ? benda apakah itu!
aku tidak memiliki benda semacam itu, benarkah kalau aku
tak punya barang itu lantas tak dapat berjumpa lagi dengan
dirinya"
"Tidak. . . kau salib besar, benda itu kau punya, yang
kumaksudkan Kioe Thian Pit Lip adalah selembar
gulungan kain sutra yang penuh dengan lukisan bentuk
manusia, asalkan kau berikan benda itu kepadaku maka
Tong Hauw segera akan datang kemari menjumpai dirimu
!"
"Benda inikah yang kau maksudkan ?" Dari
tenggorokkan Ciang Ooh mulai terdengar suara
gemerutukan keras, ia perlihatkan gulungan kain sutra
diatas tangannya itu.
"Benda ini bukan Kioe Thian Pit Lip, banyak tahun
berselang seorang bangsa Han yang mati ditanah Biauw
kami serahkan benda tersebut kepada ku, menurut pesannya
benda ini tak boleh diperlihatkan ktpada orang lain."
Menjumpai kitab pusaka "Kioe Thian Pit Lip" tersebut,
jantung Loei Sam berdebar semakin keras. Ketika itu ia
hanya berdiri empat lima depa dihadapan Ciang Ooh cukup
tangannya diulurkan kedepan benda tersebut akan segera
berada ditangannya.
Ia tarik napas panjang2 dan berkata: "Coba kau
dengarkan dahulu perkataanku."
Tiba2 pergelangan tangan kirinya membalik, "Sreeet !"
dengan kecepatan bagaikan kilat ia melancarkan sebuah
serangan kedepan.Merasakan datangnya serangan, Ciang Ooh miringkan
badannya kesamping, dengan gerakan ini serangan Loei
Sam yang semula mengancam dada segera bersarang
dengan telaknya diatas bahu, Loei Sam yang ada niat
merampas Kioe Thian Pit Lip tersebut sejak semula sudah
memperhitungkan segala gerak-geriknya, perduli serangan
pemuda itu bersarang dimanapun ia sudah persiapkan
gerakan selanjutnya.
Meminjam tenaga pantulan dari serangannya yang
bersarang dibahu CiangOoh, sang tubuh mencelat ketengah
udara kemudian berkelebat lewat dari atas kepala
perempuan itu.
Dikala sang badan menyambar lewat dari atas kepala
indah. telapak kiri dengan cepat menotok jalan darah " Pik
Hwie Hiat" diatas batok kepala CiangOoh.
Meskipun perempuan tengkorak Ciang Ooh adalah
seorang manusia berotak sinting, namun reaksinya cukup
sebat terhadap datangnya setiap serangan, merasakan
adanya bokongan dari atas kepala ia segera miring
kesamping.
Loei Sam menduga perempuan itu pasti akan balas
menyerang dirinya dengan Kioe Thian Pit Lip sebagai
senjata, tapi Ciang Ooh tidak berbuat demikian ia tidak
melancarkan serangan balasan.
Sepasang kaki Loei Sam segera melancarkan tendangan
berantai menghajar dada Ciang Ooh, sementara tangan
kirinya menyambar Kitab pusaka Kioe Thian Pit Lip
tersebut dan ditarik keluar.
Sejak Loei Sam bertindak, melancarkan serangan,
meloncat keatas, menotok, menendang dan merampas kitab
pusaka tersebut, semuanya dilakukan dalam sekejap mata,
tidak malu ia disebut anak murid Si Thay sianseng.Setelah berhasil mencekal Kioe Thian Pit Lip tersebut,
Loei Sam kegirangan setengah mati, dalam perhitungannya
benda itu pasti akan menjadi miliknya sementara sepasang
kaki yang menempel diatas dada Ciang Ooh bisa digunakan
sebagai batu jejakan dalam usahanya melarikan diri.
Siapa sangka, meskipun perhitungannya sangat bagus,
tetapi Kioe Thian Pit Lip yang dirampas nya dari tangan
Ciang Ooh belum juga berhasil direbut lepas.
Dalam pada itu, sepasang kaki yang melancarkan
tendangan berantai telah bersarang telak di atas dadanya.
"Braak ! Braak l" bagaikan menghantam kayu saja Ciang
Ooh sama sekali tak merasakan adanya tendangan tersebut.
Loei Sam amat kaget, ia sadar apabila kitab pusaka itu
tidak dilepaskan maka dirinyalah yang bakal menerima rugi
besar.
Segera ia lepas tangan, berjumpalitan setengah lingkaran
ditengah udara dan meloncat mundur ke belakang.
Ketika itulah telapak kiri Ciang Ooh sudah di dorong
kedepan melancarkan sebuah serangan balasan.
Serangan itu datangnya tanpa menimbulkan suara, tapi
angin pukulan yang berhembus lewat teramat dahsyat,
laksana gulungan angin puyuh yang melanda jagad serta
amukan gulungan ombak di tengah samudra melanda
datang tiada hentinya.
Untung Loei Sam cukup sebat, meski begitu badannya
tak urung terdorong juga sampai terjungkal.
Berada ditengah udara ia berjumpalitan tujuh delapan
kali, seumpama badannya tidak melewati tembok dan ambil
kesempatan itu tangannya menutul permukaan tembok,
niscaya ia sudah terlempar jauh sekali dari kalangan.Dalam pada itu Ciang Ooh telah berputar badan dan
berkelebat pergi dari tempat itu.
Loei Sam tak mau berdiam sampai disitu saja ia segera
enjot badan mengejar kembali dari belakang, makin lari
semakin cepat dalam sekejap mata mereka sudah tinggalkan
benteng Thian It Poo jauh2.
Kejar mengejar berlangsung dengan serunya, makin lari
Ciang Ooh semakin cepat sampai akhirnya ketika fajar
menyingsing Loei Sam telah kehilangan jejak perempuan
itu.
Bagaimanapun Loei Sam baru sembuh dari luka
parahnya setelah berlarian selama semalaman jantungnya
berdetak semakin keras. ia merasakan dadanya sakit
tenggorokan terasa amis dan hampir2 saja muntah darah
segar.
Buru2 ia berhenti untuk beristirahat dan memeriksa
keadaan sekeliling tempat itu, dari tengah hutan yang lebar
dibawah sorotan cahaya fajar tampak asap putih
membumbung tinggi ke angkasa, jelas didalam hutan ada
perkampungan.
Kemana Ciang Ooh telah pergi? mungkinkah ia berada
dikampung sebelah depan? Loei Sam tak tahu, tapi ia
mengerti setiap umat Bu-lim pada kesemsem dan ingin
mendapatkan kitab pusaka Kioe Thian Pu Lip tersebut,
hanya saja orang lain cuma tahu kitab itu berada didaerah
Biauw, sedang ia mengetahui jelas benda itu berada disaku
Ciang Ooh.
Dengan adanya rahasia ini, walaupun untuk sementara
kitab pusaka Kioe Thian Pit Lip gagal dirampas,
dikemudian hari masih ada kesempatan mencari Ciang
Ooh.Demikianlah ia duduk beristirahat disisi sebuah batu
besar sambil melemaskan otot2, kemudian mengatur
pernapasan menanti terang tanah.
Kurang lebih satu jam kemudian pemuda itu selesai
bersemedi, ia segera bangun berdiri dan melanjutkan
perjalanan kedepan.
Tidak selang beberapa saat lamanya ia sudah menerobosi
hutan dan dapat melihat perkampungan tersebut. Kampung
ini berdiri diatas sebuah tanah lapang yang luas
bangunannya angker dan kokoh.
Empat lima puluh ekor kuda berlari silih berganti diatas
tanah lapang tersebut, gerak-gerik penunggangnya gesit dan
sebat, sekali pandang dapat diduga mereka adalah orang Bu
lim.
Sewaktu Loei Sam berjalan lewat disisi mereka, tak
seorangpun yang menaruh perhatian kepadanya, pemuda
itu langsung berjalan kedepan dan akhirnya berhenti disisi
kalangan dibawah sebuah pohon besar.
Kegagalannya merampas kitab pusaka Kioe Thian Pit
Lip membuat hatinya murung dan kesal, dalam keadaan
mendongkol ini ingin sekali ia mencari gara2 dengan orang
itu, segera ia salurkan hawa murninya siap menghardik
orang itu.
Mendadak ia menemukan ada beberapa ekor kuda
kembali bergerak keluar meninggalkan pintu
perkampungan.
Beberapa ekor kuda itu menarik dua kereta salju,
gerakannya sangat cepat dalam sekejap sudah menyebrangi
tanah lapang tersebut.
Terdengar sikakek tua yang ada diatas kereta salju
berkata."Harap kalian bertiga suka menyampaikan salamku buat
Si Thay sianseng !"
Gerakan kereta salju itu amat cepat, semula Loei Sim
tidak begitu memperhatikan siapa 2 kah yang berada diatas
kereta tapi ucapan "Si Thay sianseng" empat patah kata ini
membuat ia jadi melengak.
Dengan cepat tubuhnya berkelebat kebelakang pohon
dan bersembunyi sementara kereta salju bergerak lebih
lambat diikuti siorang tua itu meloncat turun dari atas
kereta.
"Maaf Loohu tidak menghantar lebih jauh!" katanya.
Dan pada saat inilah Loei Sam dapat melihat siapakah
orang2 yang berada diatas kereta salju.
Kiranya diatas kereta pertama berdiri siauw sumoaynya,
sedang pada kereta berikutnya berdiri kedua orang
suhengnya.
Menjumpai ketiga orang itu, Loei Sam amat terperanjat,
jantungnya berdebar2 keras, tubuhnya ditempelkan pada
pohon semakin rapat dan tak berani berkutik lagi, ia tahu
seandainya jejaknya diketahui kedua orang suhengnya
maka sulitlah baginya untuk melarikan diri.
Lagi pula sepasang mata sikakek tua itu bercahaya tajam,
jelas dia adalah seorang tokoh lihay dari dunia persilatan,
apabila dirinya di kerubuti niscaya bakal konyol.
Sementara itu sikakek tua tadi telah menjura kearah
ketiga orang itu sambil berkata:
"Berada diluar perbatasan, kalian mengungkap nama
loohu, pasti ada orang yang melayani kebutuhan kalian !"
"Terima kasih atas bantuan Ong Cungcu, kami hendak
mohon diri !" jawab dua orang suheng dan Loei Sam.Pemuda Loei Sam yang bersembunyi dibelakang pohon,
setelah mendengar tanya jawab itu segera berseru tertahan
pikirnya:
"Oouw kiranya sikakek tua ini adalah tokoh sakti
kenamaan dari luar perbatasan sitelapak pembelah batu
nisan Ong Mie, dengan hadirnya jago selihay ini aku tak
boleh munculkan diri secara gegabah !"
Berada dalam keadaan seperti ini, ia tak ada permintaan
lain kecuali mengharapkan kedua suhengnya bisa cepat2
membawa siauw sumoaynya berlalu dari sana, dengan
demikian iapun punya kesempatan untuk melarikan diri.
Siapa sangka Ong Mie, sebagai seorang yang lanjut usia
masih saja memberikan pesan ini tiada hentinya, hal ini
membuat Loei Sam makin gelisah.
Mendadak, ia mendengar suara langkah kaki yang ringan
muncul dibelakang tubuhnya.
Waktu itu Loei Sam sedang pusatkan seluruh
perhatiannya kedepan, maka ketika ia menangkap suara
langkah manusia, orang itu sudah berada sangat dekat
dengan dirinya, ia jadi terperanjat dan buru2 berpaling.
Kurang lebih enam tujuh depa dihadapannya berdirilah
seorang kakek kurus kering berbaju abu2 dengan wajah
sadis, dia bukan lain adalah si Manusia bertangan aneh Yu
Put Ming.
Loei Sam terjelos, untuk sesaat ia jadi ragu2 untuk turun
tangan atau tidak ia takut kalau turun tangan maka kedua
orang suhengnya akan mengetahui kalau ia bersembunyi
disitu.
Dalam pada itu Yu Put Ming menatap wajahnya dengan
sinar mata permusuhan, pemuda itu jadi bergidik ia makin
gelisah.Ditatapnya wajah orang itu, Yu Put Ming balas menatap
dirinya tajam2 sehingga akhirnya terdengar simanusia
bertangan aneh menegur dengan suara yang berat:
"Bagus sekali tindakanmu! memang paling tepat bagimu
untuk bersembunyi dalam benteng Thian It Poo."
Semula Loei Sam masih mengharapkan suatu keajaiban
yaitu Yu Put Ming tidak kenal dirinya, tapi sekarang orang
itu sudah menegur begitu, hal ini membuktikan kalau ia
sudah mengetahui asal-usulnya.
Loei Sam sadar setelah Yu Put Ming mengetahui asal
usulnya maka ia tak akan melepaskan dirinya begitu saja, ia
pasti akan berusaha menangkap dirinya, membawa dirinya
kegunung Go bie dan mencari pahala dihadapan Si Thay
sianseng.
Ia tidak ingin digusur kedepan suhunya, maka dari itu
belum selesai Yu Put Ming bicara, Loei Sam telah
membentak dan melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Bersamaan dengan dilepaskannya serangan tadi
badannya melejit ketengah udara, kemudian melesat keluar
kalangan dan melarikan diri cepat2 dari tempat itu.
Kedua buah serangan itu dilancarkan dengan segenap
tenaga Iweekang yang dimiliki, dahsyat nya luar biasa
sampai2 Yu Pui Ming sang tokoh silat kenamaan dalam
dunia persilatanpun terdesak mundur dua langkah
kebelakang.
Suara hiruk pikuk ini memancing kedua orang suheng
dari Loei Sam, mereka berseru tertahan, dan berpaling,
pada waktu itulah Loei Sam sedang meloncat keluar dari
tempat persembunyiannya, dengan jelas wajah pemuda itu
tertangkap oleh mereka berdua."Aaah, Loei Sam !" teriak kedua orang itu hampir
berbareng
Loei Sam tidak menggubris, ia meloncat kembali
ketengah udara meminjam batang ranting dari pohon
diatasnya ia menekan kemudian mencelat kemuka dan
tepat melayang turun diatas kereta salju.
Tangannya bergerak cepat, urat nadi siauw sumoaynya
segera dicekal erat2 kemudian menyentak tali les dan
melarikan kereta salju itu kedepan.
Semua peristiwa berlangsung dalam sekejap mata saja
walaupun banyak tokoh sakti hadir dalam kalangan untuk
sesaat mereka dibikin kelabakan juga oleh perbuatan Loei
Sam ini.
Menanti semua orang menjerit kaget, Loei Sam dengan
membawa siauw sumoaynya telah berada puluhan tombak
jauhnya dari situ.
oooOdwOooo
BAB 9
ONG MIE sama sekali tak tahu siapakah orang itu, ia
membentak keras:
"Keparat cilik, ayoh berhenti dan kembali !"
Loei Sam tidak menggubris, ketika itu ia sudah berada
puluhan tombak jauhnya dari beberapa orang itu,
Yu Put Ming simanusia bertangan aneh menjerit keras,
sepasang telapaknya didorong kuat2 kemuka menghajar
gumpalan salju dihadapannya.
Sungguh dahsyat serangan ini, gulungan angin pukulan
yang keras menghancurkan gundukan salju tersebut,pecahan salju disertai desiran tajam segera meluncur
kedepan dengan hebatnya.
"Yu cianpwee jangan sampul melukai siauw su moay
kami." buru2 kedua orang murid Si Thay sianseng berseru.
Meski tindakan Yu Pu.Ming sangat cepat, ratusan pecahan
salju beterbangan keempat penjuru sayang gagal melukai
Loei Sam apa lagi Siauw sumoaynya.
Segera agak merandek, kereta salju itu meluncur puluhan
tombak lebih jauh lagi, berada dalam keadaan seperti ini
serangan tersebut semakin tak dapat mengenai sasarannya.
Dalam sekejap mata Loei Sam sudah berlalu semakin
jauh, menanti semua orang meloncat naik keatas kereta
salju dan melakukan pengejaran kereta salju yang
ditumpangi Loei Sam sudah tinggal sebuah titik kecil diatas
permukaan salju, diikuti kemudian lenyap tak berbekas.
Kehilangan jejak pemuda itu, semua orang cuma bisa
saling berpandangan dengan wajah kecut.
Sementara waktu kita tinggalkan beberapa orang itu dan
kembali pada Loei Sam yang melarikan diri sambil
mencengkeram urat nadi siauw sumoaynya.
Kereta salju bergerak dengan cepatnya kedepan,
sementara Si Chen sang gadis tersebut tiada hentinya
meronta, Loei Sam segera menotok jalan darahnya dan
kembali lakukan perjalanan sejauh tiga, lima puluh li,
menanti dilihatnya tak ada orang yang mengejar lagi baru
tertawa terbahak2 dan membebaskan kembali siauw
sumoay nya dari pengaruh totokan.
"Sumoay." ia berseru, "aku sungguh amat rindu
kepadamu tak kusangka kau melakukan perjalanan laksaan
li untuk menemukan kembali sang suami, perbuatanmu ini
membuat hatiku terharu."Si Chen putri tunggal Si Thay sianseng adalah seorang
gadis berhati kuat, tapi pada saat ini air mukanya pucat pasi
bagaikan mayat, sepasang matanya merah berapi api, ketika
mendengar ucapan dari Loei Sam ini ia gigit bibirnya keras2
sehingga darah mengucur keluar tiada hentinya.
Tiba2 ia menjerit keras, cahaya tajam berkilat langsung
menubruk kearah Loei Sam.
Dalam sekejap mata pergelangannya berputar dan dalam
genggamannya telah bertambah dengan sebilah pisau belati
yang sangat tajam, ia menubruk pemuda itu dengan
gerakan ganas.
Tapi Loei Sam bukan manusia lemah, hanya sekali
bergerak ia berhasil mencengkeram pergelangan kanan
gadis itu, dimana ujung pisaunya tinggal beberapa coen
didepan tubuh pemuda itu.
Kembali gadis itu menjerit keras. tangan kanannya
berputar menghantam dada Loei Sam.
Tapi kembali pemuda itu mencengkeram
pergelangannya, lalu sambil tertawa cengar-cengir godanya:
"Siauw sumoay, pepatah kuno mengatakan: "jadi suami
istri semalaman kalahkan hubungan mesra ratusan hari,
benarkah kau tega membinasakan diriku?"
"Cepat lepaskan aku !" teriak Si Chen dengan napas
terengah2. "Aku hendak membinasakan dirimu, cepat
lepaskan aku, akan kubunuh dirimu !"
Tiba2 Loei Sam menghela napas panjang.
"Siauw sumoay!" ia berkata "Coba pikirlah dengan akal
yang sehat, kita sama2 jatuh cinta kemudian kita lakukan
perbuatan itu dengan sama2 suka.Kemudian suhu akan membunuh aku, dalam keadaan
seperti ini terpaksa aku harus melarikan diri !"
"Cepat lepaskan diriku !" jerit Si Coen.
"Baik, baiklah, aku lepas tangan, kalau kau ingin
membunuh aku, silahkan turun tangan !"
Ia benar2 lepas tangan, Si Chen segera mundur
selangkah kebelakang, napasnya ter-engah2, dadanya naik
turun menahan emosi, sedang pisau belatinya dicekal
kembali erat2 lalu selangkah demi selangkah berjalan
mendekati Loei Sam.
Sianak muda ini tidak menghindar ataupun berkelit
dengan sinar mata patut dikasihani ia tatap wajah Si Chen
tajam2.
Ujung pisau makin lama semakin mendekati dada Loei
Sam. tapi ketika ujung pisau itu be rada tiga empat coen
diatas dada lawan tiba2 ia berhenti, tubuhnya mulai
gemetar dengan kerasnya.
Menyaksikan keadaan itu Loei Sam geleng kepala
berulang kali
"Siauw sumoay !" katanya, "Kalau kau benar membenci
diriku cepatlah turun tangan!"
Tubuh Si Chen gemetar semakin keras, tiba2 kelima
jarinya mengendor, pisau belati itu tahu2 sudah terlepas
dari tangannya dan jatuh keatas tanah.
Ia menubruk kedalam pangkuan Loei Sam,
merangkulnya erat2 dan mulai menangis tersedu2.
"Sudahlah, jangan menangis" hibur Loei Sam sambil
merangkul gadis tersebut "Sumoay jangan menangis,
bukankah sekarang kita berkumpul kembali.""Kau . . kau menganiaya diriku. . . kemudian
meninggalkan gunung Go-bie. . . kau. . . dalam hati kecilmu
sama sekali tak ada diriku, kau adalah. . ."
Si Chen menangis makin menjadi, tapi ia tetap bersandar
diatas dada Loei Sam.
"Aaaai sumoay, sudah kukatakan aku benar2 cinta
padamu, aku ingin mengawini dirimu sebagai istri, tapi
siapa yang mau mempercayai perkataanku ?"
Si Chen tarik napas panjang2, ia mundur selangkah
kebelakang kemudian menatap wajah si anak muda itu
dengan matanya yang merah membengkak.
"Aku manusia pertama yang tidak percaya !" serunya.
"Benar, dikolong langit memang tak seorang pun yang
suka mempercayai diriku, sewaktu kuajukan persoalan ini
dihadapan suhu, dia orang tua langsung memerseni sebuah
tamparan kepada ku, aku. . . kenapa aku tidak pantas
mengawini dirimu ? ? mengapa ? ? . . . siauw sumoay.
dapatkah kau memberikan jawabannya ? ? ?".
"Sebab kau. . . kau. . . kau adalah iblis pemain cinta . .
kau adalah pemerkosa anak gadis orang. . . manusia
terkutuk. ."
Makian ini dijawab Loei Sam dengan gelak tertawanya
yang parau dan berat.
"Semua perbuatan itu kulakukan setelah meninggalkan
gunung Go-bie" katanya sungguh2. "Setelah aku ditampar
suhu, aku sadar apabila kejadian ini diketahui suhu maka
jiwaku bakal terancam, maka malam itu juga aku melarikan
diri gunung Gobie"
"Kau . . . setelah meninggalkan gunung Go-bie, kau
kembali melakukan kejahatan ?""Kenapa aku tak boleh melakukan perbuatan jahat ?"
seru Loei Sam sambil tertawa seram, "Sumoay, mungkin
kau tidak tahu, mungkin juga kaupun tahu. Tahukah kau
apabila seseorang bisa melakukan perbuatan jahat, maka
timbullah kegembiraan yang bukan kepalang ?"
"Kau . . . kau . . ." tubuh Si Chen gemetar semakin keras.
"Sumoay, kau suka berhubungan gelap dengan diriku,
main cinta dengan diriku, apakah itu bukan perbuatan jahat
? kenapa kau suka melakukannya dengan diriku ?"
Si Chen mundur dengan sempoyongan, hampir-hampir
saja ia jatuh tak sadarkan diri.
Kembali Loei Sam tertawa getir, ujarnya:
"Tidak lama setelah aku turun gunung, suhu telah
menyiarkan kabar kepada seluruh umat Bu lim untuk
menangkap aku dan gusur aku pulang gunung, berada
dalam keadaan seperti ini boleh dikata aku adalah seorang
manusia yang setiap saat bisa mati. Sumoay! coba kau
bayangkan betapa pahit dan tersiksanya hidup dalam
keadaan seperti ini mungkin kau tak pernah berpikir sampai
disitu!"
Si Chen tidak menjawab, ia tetap membungkam dan
berdiri diatas permukaan salju dengan mata mendelong
Makin bicara Loei Sam semakin emosi ujarnya kembali
dengan suara keras.
"Tiada hentinya aku melarikan diri. setiap kali tidur aku
tak beristirahat dengan nyenyak, setiap kali mendengar
suara aku pasti bangun dengan hati kaget, memang aku
telah melakukan banyak kejahatan! sampai dalam impian
aku merasa ditangkap orang dan digusur kehadapan suhu,
aku merasa seakan2 telapak suhu menghajar batok
kepalaku, aku merasa diriku sudah mati, jiwaku melayang."Napasnya ter-sengkal2, setelah merandek sejenak
terusnya:
"Kenapa aku tak boleh melakukan kejahatan ? aku
adalah seorang manusia yang setiap saat bisa mati, apa
yang kutakuti lagi ? aku sendiri tak tahu sampai kapan aku
bisa hidup, mungkin besok aku akan mati, mungkin lusa
baru aku mati, aku ingin menggunakan setiap kesempatan
sebelum mati untuk ber-senang2 dan melewati hidup yang
gembira !"
Tiba2 Si Chen mendongak dan menatap wajah Loei Sam
tajam2. lama sekali ia baru berkata:
"Kau . . . apakah kau tak tahu apa yang di ucapkan ibu ?"
"Apa yang dikatakan Su-nio ? tanya Loei Sam tertegun.
"Ibu pernah berkata, asalkan kau bisa dicari kembali
maka ia akan muncul sebagai penengah dan
menyelenggarakan perkawinan kita."
Sekali lagi Loei Sam tertegun, lalu secara tiba2
mendongak dan tertawa terbahak2.
"Sumoay, coba kau pikir, seandainya suhu akan
membunuh diriku, dapatkah aku meloloskan diri, dapatkah
Sunio menolong diriku?"
Si Chen membungkam, kepalanya tertunduk rendah2.
Kembali Loei Sam tertawa getir, terusnya:
"Sudah banyak perbuatan jahat yang telah kulakukan,
tapi sungguh aneh sekali, makin banyak perbuatan jahat
yang kulakukan semakin banyak orang yang takut
kepadaku sampai akhirnya. . aku . . . aku menculik putrinya
Hiat Goan Sin Koen, aku baru terluka parah dan hampir2
mati diatas permukaan salju, aku kira saat ajalku telah tiba
tapi aku tidak takut, sebab pada suatu hari manusia tentuakan mati, tapi . . . justru pada saat itulah ada serombongan
saudagar datang menyelamatkan jiwaku."
"Haaa . . . ! hanya benteng Thian It Poo lah yang
ketimpa sial, seluruh isi benteng diobrak abrik Hiat Goan
Sin Koen, tak seorang manusiapun lolos dari kematian dan
semuanya musnah, punah dan hancur berantakan."
"Siauw sumoay, aku tidak pernah menyangka kau bisa
berangkat keluar perbatasan untuk mencari aku, menurut
kau apa yang harus kulakukan ?"
Si Chen tertegun dan membungkam apa yang harus
dilakukan Loei Sam ? membawanya kembali kegunung Go
bie dan mohon ibunya meminta kan ampun kepada ayah ?
tapi hal ini tak mungkin terjadi, ia sudah banyak melakukan
kejahatan, tak mungkin ayahnya suka mengampuni jiwa
nya begitu saja.
Lalu, apa yang harus dilakukan ?
Lama sekali Si Chen tertegun, kemudian ia baru berkata.
"Menurut perkataanmu kau bermain cinta dengan banyak
perempuan. hal ini di sebabkan setiap saat kau akan mati
maka kau berbuat demikian, dan sama sekali berbeda
sewaktu dengan diriku ?"
Loei Sam cekal tangan gadis itu erat2 dan mengangguk
tiada hentinya.
"Kalau kau bisa memahami hal ini, itulah bagus sekali."
Si Chen merasa hatinya kecut, titik2 air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya.
"Aku tidak tahu" serunya sambil menggeleng, "Mungkin
aku sudah paham, mungkin juga belum paham, tapi aku
tidak percaya kepadamu.""Siauw sumoay, kalau tidak percaya bersamalah selalu
dengan diriku, buktikan sendiri apakah aku masih
melakukan kejahatan atau tidak."
"Kita ber sama2 ?" gumam Si Chen seperti mengigau.
"Benar, kita akan selalu bersama bagaikan sewaktu
berada digunung tempo dulu dimana kita hanya berdua, tak
ada orang lain."
Si Chen tundukkan kepalanya rendah2, begitu rendah ia
menunduk untuk menutupi rasa jengahnya, Loei Sam
tertawa lirih, dengan ujung bajunya ia menyeka air mata
yang membasahi pipinya.
"Sumoay" ia berkata, "Kita tak usah masuk ke daratan
Tionggoan, luar perbatasan masih cukup luas buat kita
untuk berdiam, aku dengar diatas gunung Tiang Pek san
terdapat sebuah telaga yang amat besar. tempat itu sangat
indah se akan2 sorga. kita bersembunyi saja ditempat itu,
jangan biarkan orang lain berhasil menemui kita."
"Tidak mungkin, pasti ada orang berhasil menemukan
kita berdua." seru gadis itu dengan kepala menggeleng.
"Kalau sampai terjadi begitu kita melarikan diri lagi, kita
lari terus sampai tak ada orang yang menemukan kita. atau
biarkanlah aku melarikan diri. kau,.kau tak usah ikut, kau
tak usah melarikan diri ber-sama2 aku."
"Kau...aku larang kau berkata demikian" jerit Si Chen.
Loei Sam menghela napas panjang, ia tak berbicara lagi.
Kedua orang itu saling berpandangan beberapa saat
lamanya. terakhir Si Chen buka suara lebih dahulu:
"Baiklah ! kalau begitu kita berangkat dulu ke tanah
sorga yang kau maksudkan itu, mari cepat kita berangkat,
jangan sampai mereka berhasil menyusul kita !"Sekali lagi Loei Sam menghela napas panjang.
"Siauw sumoay, sejak semula tahu kau bersikap begini
baik kepadaku, aku takkan banyak melakukan perbuatan
jahat, sehingga membuat keadaanku pada saat ini...jadi
begini dan runyam"
"Akupun tak tahu dalam penjelmaan sebelumnya telah
melakukan dosa apa, sehingga pada penjelmaanku kali ini
bisa mencintai diri-mu." seru Si Chen tertawa getir.
Loei Sam tertegun, lama sekali baru menghela napas
panjang.
"Sekarang . . sekarang . ."
Kata-kata selanjutnya tak sanggup ia teruskan, Loei Sam
bukan seorang lelaki jujur, wataknya terlalu halus, apa yang
dipikirkan tanpa pertimbangan yang masak akan dilakukan
bagaimana akibatnya dia tak ingin dipikirkan mulai
sekarang.
Demikianlah, sambil bercekalan tangan Loei Sam serta
Si Chen melanjutkan perjalanannya ke depan.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun,
permukaan salju nan luas tak nampak batasnya dalam
keadaan seperti ini Si Chen mendongak dan mengawasi
wajah Loei Sam, air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya, sambil meraba wajah pemuda itu bisiknya:
"Kau . kau bertambah kurus."
Loei Sam tertawa getir.
"Putri Hiat Goan Sin-koen...!"
Belum sempat ia meneruskan kata2nya, Si Chen telah
menutupi mulutnya sambil geleng kepala berulang kali."Aku larang kau membicarakan peristiwa yang terjadi
tempo dulu, selama aku berada disisimu, kau dilarang
melakukan perbuatan2 terkutuk itu lagi !"
"Tentu saja aku takkan melakukan perbuatan itu lagi,
tapi ...sumoay, sekarang aku sudah jadi buronan orang2 Bu-
lim, setiap orang menganggap aku sebagai iblis keji yang
patut dibunuh, ada kala demi melindungi keselamatan
sendiri terpaksa aku harus menggunakan pelbagai siasat
untuk meloloskan diri."
"Kita bisa jauh2 menyingkir, jauh2 menghindari semua
orang !"
Diam2 Loei Sam menghela napas panjang, ia tahu
ucapan dari Si Chen itu terlalu polos, terlalu bersikap ke
kanak2an. untuk menghindarkan diri dari semua orang
bukan suatu pekerjaan yang dapat dilakukan, tapi pada saat
ini ia tidak ingin membantah.
Setelah tertegun sejenak ia mengangguk.
"Benar lebih baik kita berbuat demikian saja"
"Aaaaa . - - apakah lukamu telah sembuh."
"Sudah sembuh enam tujuh bagian, kau tak usah kuatir
sewaktu aku hampir menemui ajalnya diatas permukaan
salju tiba2 muncul orang yang menyelamatkan jiwaku,
setelah kupikir aku rasa meski ada mara bahaya tak
mungkin segawat tempo dulu waktu itu aku harus berbaring
setengah bulan lamanya, dalam benteng Thian It Poo,
selama itu badanku kaku tak berkutik."
Memandang wajah Loei Sam, putri dari Si Thay
sianseng ini bergumam."Sudahlah sekarang semuanya telah berlalu di manakah
letak . . . telaga Thian Tie digunung Tiang Pek San yang
kau maksudkan! marilah kita berdiam ditempat itu."
Begitulah mereka berdua melanjutkan perjalanan, entah
berapa saat kemudian sampailah mereka disebuah kota
kecil.
Tingkah laku Loei Sam sangat ber-hati2, agar jangan
sampai dikenali anak buah Ong Mie yang dikirim kesana,
mereka berusaha keras menghindari bentrokan pandangan
dengan setiap orang.
Hari kedua pagi2 kedua orang ini segera menggabungkan
diri dengan orang2 yang hendak berangkat kegunung Tiang
Pek san untuk mengumpulkan jinsom, sepanjang jalan
mereka berbuat se-olah2 sepasang suami istri yang tak
mengenal ilmu silat.
Beberapa hari mereka berkumpul penuh kemesrahan,
walaupun sepanjang perjalanan sering kali mereka bertemu
dengan orang2 dunia persilatan, namun tak seorangpun
diantara jago2 Bu-lim itu ada yang menyangka bahwa Loei
Sam telah bergabung dengan rombongan pencari jinsom.
Suatu senja mereka memasuki sebuah kota yang amat
besar, setelah masuk kedalam kota, pemimpin rombongan
itu berkata kepala Loei Sam:
"Engkoh cilik aku lihat usiamu masih muda dan tidak
mirip kuli2 pencari jinsom, aku rasa sudah sepantasnya kita
berpisah. sebab malam ini kita harus menyambangi Ciang
ya lebih dahulu kemudian akan masuk gunung."
"Benar, memang kita harus berpisah" Loei Sam
mengangguk. "Terima kasih kuucapkan atas perhatian yang
dalam beberapa hari ini.""Engkoh cilik, tak terhitung seberapa yang bisa kuberikan
kepada kalian." pemimpin rombongan itu tertawa lantang.
"Melihat hubungan yang begitu mesrah antara kalian
berdua. hampir2 membuat kami tidak kerasan dan ingin
cepat2 pulang kerumah dan memeluk bini sendiri erat2 !"
Loei Sim tertawa jengah, sedang Si Chen tunduk dengan
wajah merah jengah. karena takut gadis itu merasa amat
malu, buru2 sianak muda itu mengalihkan pokok
pembicaraan kesoal lain.
"Siapa sih Ciang ya yang hendak kalian sambangi ?"
"Oouw Ciang ya ? dia adalah seorang lelaki jantan
nomor wahid didaerah sekitar gunung Tiang Pek san"
jawab pemimpin itu sambil tunjukkan jempolnya.
Loei Sam adalah pemuda cerdik, tak usah bertanya lebih
jauh ia sudah tahu yang dimaksudkan "Ciang ya" tentulah
Tiang Pek sam Mo, sebab hanya mereka tiga bersaudara
memakai she Ciang dan menjagoi sekitar gunung Tiang Pek
san.
"Oow!" Loei Sim mengiakan hambar dan tidak bertanya
lebih jauh, sementara pemimpin tadi berkata lebih jauh:
"Engkoh cilik, kalau kau ingin tancap kaki ditempat ini
dan berjaga2 atas segala sesuatu yang tak diinginkan, tiada
halangan ikut serta diri kami untuk menyambangi Ciang-
ya."
"Tidak, aku tidak ingin pergi aku . . aku tak pernah
bergaul, takut bertemu dengan orang kenamaan."
Ucapan dari pemuda ini seketika menimbulkan gelak
tertawa semua orang."Engkoh cilik, memang lebih baik kau jangan pergi,
sebab binimu terlalu cantik dan Ciang-ya paling gemar pipi
licin, kalau bertemu dengan diri nya aku takut..."
Bicara sampai disitu mendadak pemimpin rombongan
itu membungkam.
Rombongan ini terdiri dari dua puluh orang yang sama2
menunggang sebuah kereta besar, waktu itu kereta sudah
memasuki jalan raya, kebungkaman sang pemimpin
rombongan yang dilanjutkan dengan berubahnya air muka
segera diikuti orang lain.
Ditengah bentakan keras, kereta mereka mendadak
berhenti.
Loei Sam menyadari terjadinya sesuatu yang tak
diinginkan, ia segera berpaling dan tampak lah
serombongan kecil jago2 berbaju ringkas dengan mengiringi
seseorang berjalan mendekat.
Orang itu berjalan dipaling depan! pakaiannya perlente
dengan sikap yang angkuh, sepasang mata memandang
keatas dan sama sekali tidak pandang sebelah matapun
terhadap semua orang.
Dalam pada itu ada dua orang lelaki telah berebut maju,
sambil menuding orang2 yang ada diatas kereta hardiknya:
"Mata kalian semua sudah buta ? sudah tahu Ciang sam ya
hendak lewati tempat ini, kenapa kereta kalian masih juga
menerjang kemari ? Eei, tarik dia turun dan hukum dengan
lima puluh cambukan !"
Sang kusir ketakutan setengah mati, hampir2 air
mukanya berubah pucat pasi, tubuhnya gemetar keras.
"Yaya sekalian berbuatlah mulia." ia merengek "Memang
mata hamba sudah buta. tak tahu kalau Ciang Sam yasedang lewat, maaf yaya sekalian, berbuatlah mulia dan
ampunilah diriku "
"Ciang Sam ya, berbuatlah mulia." sang pemimpin
rombonganpun mohonkan ampun, "Kami sedang berangkat
untuk menyambangi dirimu."
Loei Sam serta Si Chen yang ikut dalam rombongan
bungkam dalam seribu bahasa, mereka berdua sama sekali
tak berkutik, sementara itu dalam hati kecilnya sianak muda
itu berpikir:
"Orang ini disebut Ciang Sam ya, mukanya pucat seperti
mayat, dia tentulah si Tengkorak kumala Ciang Huan dari
Tiang Pek Sam-mo!" Terdengar Ciang Huan mendengus
tertawa dingin, sepasang matanya yang sipit menyapu
sekejap wajah orang2 itu, tiba2 ia tertegun, sinar matanya
menatap wajah Si Chen tak berkedip.
"Liuw Loo toa!" ia segera menegur, "Kenapa kalian
masuk gunung menempuh bahaya dengan membawa
seorang nyonya manis?"
"Bukan . . bukan rombongan kami." buru2 pemimpin
rombongan itu menerangkan "Sepasang suami istri ini
berangkat bersama2 kami, tapi sebentar lagi akan berpisah."
"Kalau begitu bagus sekali, Liuw loo toa, tinggalkanlah
kedua orang itu disini, dan kalian segeralah berangkat untuk
mulai bekerja."
Pemimpin rombongan itu adalah orang baik, ia tahu
apabila sepasang suami istri itu ditinggalkan disini maka
nona cilik itu akan dilalap oleh Ciang Huan, ia jadi serba
salah. "Tentang soal ini . . ."
Belum sempat ia menyelesaikan kata2nya. air muka
Ciang Huan telah berubah hebat, begitu menyeramkan
sampai membuat bulu kuduknya pada bangun berdiri.Pemimpin rombongan itu tak berani berkutik lagi,
dengan sinar mata apa boleh buat ia pandang wajah Loei
Sam, air mukanya menunjukkan rasa kasihan namun ia tak
dapat berbuat apa2.
Menyaksikan hal itu Loei Sam merasa geli bercampur
mendongkol, pikirnya:
"Maknya, aku adalah kakek moyangnya orang jahat, tak
disangka ditempat ini harus bertemu dengan cucu buyutnya
orang jahat,..kurang ajar ! kurang ajar !"
Dengan suara hambar ia lantas berkata:
"Liuw Loo toa. mungkin Ciang-ya ini hendak merawat
kami berdua, kau tak usah cemas, biarkanlah kami berdua
ikuti orang ini !"
Liuw Loo-toa menghela napas panjang, ingin sekali ia
memberi peringatan kepada sianak muda tapi berada dalam
keadaan seperti ini mana berani ia buka suara ?
Demikianlah, dengan dibimbing oleh Loei Sam putri dari
Si Thay sianseng segera meloncat turun dari atas kereta,
Dalam pada itu sepasang mata Ciang Huan yang sipit
tiada hentinya mengawasi seluruh tubuh Si Chen dari atas
sampai bawah, baru saja gadis itu turun dari kereta sambil
tertawa seram ia maju menghampiri dan menowel pipinya.
Dalam hati Si Chen amat gusar, ia berkelit ke samping
dan menghindarkan diri dari towelan tersebut.
Ciang Huan bukan manusia sembarangan, dari gerakan
ini ia dapat menerka gadis itu memiliki ilmu silat yang amat
lihay. ia tertegun, belum sempat melakukan sesuatu Loei
Sam telah turun tangan.Ciang Huan hanya merasakan ada sesosok bayangan
manusia menghampiri dirinya, baru saja ia putar badan
tahu2 pinggangnya sudah jadi kaku.
Ketika itulah tubuhnya terasa amat lemas tak bertenaga,
tidak mungkin dalam keadaan seperti itu ia dapat
melancarkan serangan.
Setelah merobohkan lawannya, Loei Sam tidak berhenti
sampai disitu saja, ia segera cengkeram urat nadinya erat2,
setelah itu sambil tertawa terbahak2 ujarnya:
"Ciang sam-ya, kami suami istri berdua sedang lewat
kota ini, dan untuk sementara waktu ingin menginap
dirumah kalian, aku rasa kau tak akan menampik bukan !"
Waktu itu semua orang yang ada dalam kereta dengan
mata terbelalak sedang mengawasi Loei Sam. dalam
sangkaan mereka pemuda ini pasti akan mati dihajar oleh
Ciang Huan, siapa sangka orang itu malahan kena
dicengkeram.
Merasa dirinya dikecundangi, Ciang Huan merasa kaget
bercampur gusar, ia tahu siapakah orang itu tapi berada
dalam keadaan seperti ini terpaksa ia mengangguk.
"Baik . . baik . , tentu saja akan kami sambut dengan
senang hati!"
Ciang Huan mempunyai perhitungan sendiri, sekarang ia
menderita rugi tapi ia mengharapkan bantuan dari kedua
orang saudaranya setelah berada dirumah, maka iapun
mengharapkan Loei Sam bisa mampir dirumahnya.
Mendengar orang itu sudah setuju, Loei Sam lantas
berpaling kearah Si Chen dan sambil tersenyum ujarnya:
"Mari kita segera berangkat."Demikianlah dengan tangan sebelah ia cekal urat nadi
Ciang Huan dengan tangan lain menggandeng Si Chen,
mereka bertiga bersama2 maju kedepan, tentu saja kejadian
ini membuat anak buah sitengkorak kumala jadi ter mangu2
dan mengikuti dari belakang dengan pikiran bingung.
Tidak lama kemudian sampailah Loei Sam sekalian
didepan sebuah bangunan yang megah dan kokoh, mereka
langsung masuk kedalam ruangan itu dan berhenti disebuah
ruang tamu yang indah mewah dan megah.
Setelah berada ditempat itu, Loei Sam pun tidak
menutupi apabila ia mengerti ilmu silat, pemuda ini segera
tertawa dingin.
"Sudah lama kudengar ilmu silat Tiang pek Sam-mo
terutama Loo toa serta Loo Jie sangat dahsyat, kenapa tidak
suruh mereka berdua munculkan diri. ."
Sitengkorak kumala Ciang Huan mendengus, segera
teriaknya: "Jie-ko . . !"
Teriakkan ini amat lantang dan jauh menggema kedalam
ruangan, sebentar kemudian terdengarlah suara sahutan
dari dalam.
"Ada urusan apa?"
Bersamaan dengan ucapan itu dari balik ruangan muncul
seorang laki2 kurus berbaju hitam dengan sulaman
tengkorak emas didadanya, menyaksikan keadaan
saudaranya jadi tertegun.
"Samte siapakah orang ini?"
"Aku... akupun tidak tahu." jawab Ciang Huan dengan
air muka sebentar pucat sebentar menghijau.
Sambil berkata matanya berkedip2 sedang mulutnya
mencibir kearah Si Chen maksudnya jelas sekali, ia mintasitengkorak emas turun tangan diluar dugaan dan
mencengkeram Si Chen kemudian memaksa Loei Sam
lepas tangan.
Sudah lama Tiang Pek Sam-mo bekerja sama dan
melakukan kejahatan, kerdipan mata ini segera diketahui
oleh sitengkorak-emas, tubuhnya segera bergerak menubruk
kearah gadis tersebut.
Loei Sam bukan manusia bodoh begitu tengkorak emas
bergerak, sambil menarik tangan Ciang Huan iapun
bergeser kesamping, kaki kanan berputar menyerang tubuh
bagian bawah tengkorak emas itu dan memaksanya
mundur.
Sitengkorak emas merandek, jari tangannya meluncur
keluar bagaikan kilat menotok jalan darah Hoa Kay hiat
diatas dada Loei Sam, pemuda itu miring badan segera
berkelit kesamping.
Totokan dari si Tengkorak emas ini dilancarkan dengan
gerakan sangat cepat, kelihatan Loei Sam yang dilakukan
secara mendadak ini membuat serangan orang itu tak bisa
tertahan lagi, jari tangannya segera menerobosi ketiak
sianak muda itu dan meluncur kedepan.
Loei Sam segera menekan dan mengepit lengan kirinya,
pergelangan tangan si Tengkorak Emas segera terjepit
kencang2.
Ilmu silat si Tengkorak Emas buat daerah sekitar gunung
Tiang Pek san memang terhitung hebat, tapi kalau
dibandingkan dengan anak murid dari Si Thay sianseng ini
masih ketinggalan jauh.
Dibawah jepitan Loei Sam, tulang pergelangan
sitengkorak emas dengan disertai suara keras telah ditekuk
patah jadi dua bagian.Loei Sam tetap tak lepas tangan, tulang pergelangan
yang sudah patah kembali disentak dan ditarik olehnya
dengan disertai tenaga Iweekang benturan yang keras
menimbulkan jeritan ngeri yang menyayatkan hati dari
sitengkorak emas ini, keringat mengucur keluar bagaikan
hujan gerimis.
"Hoohan, ampun . . . jangan cabut jiwaku?"
Loei Sam mendongak tertawa terbahak2 ia angkat
lengannya memaksa sitengkorak emas Ciang Loo mundur
tiga langkah kebelakang tangan kiri mencekal pergelangan
kanan dan mulutnya berkaok2 terus menahan rasa sakit.
Sejak permulaan hingga akhir, Loei Sam bertindak tanpa
melepaskan cengkeramannya pada urat nadi Ciang Huan,
ketika itulah horden kembali tersingkap dan diikuti
kemunculan seseorang, Orang ini aneh wajahnya kukoay
dengan batok kepala gepeng seakan-akan balok yang
dibelah menjadi dua potong.
Panca indranya datar dan luar biasa, ketika ia berdiri
ditengah ruangan keadaannya mirip dengan manusia kayu.
Loei Sam maupun Si Chen yang menyaksikan orang itu
sama2 berdiri tertegun, mereka dibuat melongo oleh
keadaan yang aneh dari manusia tersebut.
Beberapa saat kemudian, sianak muda itu sudah dapat
menduga orang ini pastilah sang Loo toa dari Tiang Pek
samMo, sitengkorak sayu Ciang Yu adanya.
Belum sempat ia buka suara, sitengkorak kayu telah
berkata: "Sungguh hebat ilmu yang anda miliki, benarkah
kedatangan anda sengaja hendak mencari gara2 dengan
kami bertiga ?"
Loei Sam segera tertawa dingin. "Soal ini tak usah
ditanyakan padaku, tanyakan saja secara langsung dengansaudaramu yang sampai sekarang masih kucengkeram ini,
dengan cepat kau akan tahu apa yang telah terjadi."
"Toako !" teriak si Tengkorak kumala, "Keparat cilik ini.
. dia. . ."
"Tutup mulut !" bentak Si Tengkorak kayu sebelum
saudaranya selesai berbicara, "Kembali kau bikin onar
ditempat luar, bukankah sejak semula sudah kukatakan
diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada
manusia, meski kita bertiga turun tangan berbarengpun
jangan dikata saudara ini, cukup nona itupun tak akan
sanggup kita menangkan, ayoh cepat berlutut dan mohon
ampun kepada sahabat ini !"
Terhadap ucapan yang diutarakan saudaranya ini, si
Tengkorak kumala sangat menurut, segera ia jatuhkan diri
berlutut keatas tanah, namun gerakan ini tak dapat
dilanjutkan sebab Loei Sam masih mencengkeram
pergelangannya.
Pemuda itu tertawa dingin, ia segera lepas tangan.
Sebagai lelaki yang bernyali besar dan berilmu tinggi, ia
tidak takut si Tengkorak Kumala main setan dengan
dirinya.
Setelah urat nadinya terlepas, si Tengkorak kumala jatuh
berturut diatas tanah, waktu itulah kembali si Tengkorak
kayu menghardik:
"Ayoh cepat anggukkan kepalamu dan jalankan
penghormatan besar?"
Merah padam selembar wajah Ciang Huan, ia benar2
menurut dan tok, tok, tok, menganggukkan kepala tiga kali.
Menyaksikan kejadian ini Loei Sam amat kegirangan, ia
tertawa terbahak2."Sudah, sudahlah, cayhe akan segera mohon diri."
Maksud dari perkataan ini jelas sekali, ia tidak akan
merecoki urusan dengan Tiang Pek Sam mo lagi, tapi
sewaktu ia putar badan Ciang Yu kembali berseru:
"Harap saudara sudah berdiam sejenak lagi, berilah
kesempatan bagi kami bertiga untuk menjamu anda dengan
tiga cawan arak sebagai tanda minta maaf dari kami
bertiga2.
"Soal ini sih tak perlu, kami ada urusan penting yang
harus segera diselesaikan, biarlah kami mengganggu
dikemudian hari."
"Lalu dapatkah anda beritahu kepada kami, siapakah
nama besar anda?"
Mendengar pertanyaan itu buru2 Si Chen mengedipkan
matanya berulang kali kearah pemuda itu dan melarang ia
bicara, tapi Loei Sam adalah manusia yang suka cari
menang sendiri, sikap hormat dari orang lain membuat ia
kepala besar.
Saat ini ia ingin menggunakan kesempatan ini
mempopulerkan diri, maka dari itu segera jawabnya:
"Cayhe she Loei bernama Sam."
Ucapan ini diiringi helaan napas panjang dari Si Chen, ia
merasa kecewa sebab pemuda itu tak mau menuruti
perkataannya.
Sebaliknya Tiang Pek Sam Mo bertiga jadi tertegun dan
berdiri melongo-longo setelah mendengar nama itu.
Haruslah diketahui dewasa itu nama Loei Sam sudah
amat tersohor dalam dunia persilatan setiap tokoh silat Bu
lim pada kenal nama ini, hal ini dikarenakan Si Thaysianseng telah memerintahkan seluruh umat Bu lim untuk
menangkap dirinya.
Tiang Pek Sam mo memang manusia jahat, tapi kalau
dibandingkan dengan perbuatan2 Loei Sam, mereka masih
ketinggalan jauh.
Air muka ketiga orang itu segera berubah hebat, setelah
tertegun beberapa saat lamanya Ciang Yu baru berseru:
"Aaah,..kiranya...kiranya anda adalah Loei sauw hiap,
ini hari bisa berkenalan dengan sauw-hiap
sungguh...sungguh membuat kami merasa amat bangga."
Loei Sam amat cerdik, dari perubahan air muka ketiga
orang itu setelah mendengar namanya ia bisa membade isi
hati mereka, dengan cepat ia tertawa dingin.
"Hmm ! benarkah kalian merasa bangga ? apakah kalian
tidak takut Si Thay sianseng serta Hiat Goan Sin koen cari
gara2 dengan kalian ?"
"Tentang soal ini tentu saja kami takut" sahut Ciang Yu
sambil tertawa getir. "Walaupun harus berkorban demi
menemani seorang Koencu kamipun anggap,
bagaimanapun juga ini hari kami bertiga ingin mengikat tali
persahabatan dengan anda"
"Ha ha ha kalian boleh berlega hati, aku tak akan
menyeret kalian, hanya saja aku berharap kalian jangan
mengungkap tentang dirinya kepada siapapun !"
"Tentu saja ! tentu saja !"
Sementara itu, tampak seorang lelaki kekar berjalan
masuk dengan ter buru2, setibanya di hadapan Ciang Yu
segera lapornya:
"Toa-ya orang itu sudah tidak tertolong lagi.""Jangan banyak ribut, ayoh cepat pergi !" hardik Ciang
Yu.
Lelaki kekar itu mundur selangkah kebelakang dan
berkata kembali:
"Lukanya terlalu parah, hamba betul2 tak sanggup
menyelamatkan jiwanya. untuk memperpanjang usianya
tiga, empat hari lagi pun amat susah. Jie-ya, Sam ya. kalau
kalian mau membalas dendam cepatlah turun tangan, kalau
tidak ia akan kedahuluan mati."
Melihat tegurannya tidak digubris Ciang Yu semakin
gusar.
"Disini ada tamu terhormat, kenapa kau ribut terus2an?
ayoh cepat enyah dari sini, kau sudah bosan hidup?"
Orang itu amat terperanjat, ia tak berani banyak bicara
lagi dengan mulut terbungkam segera mengundurkan diri
"Eeee, sebenarnya apa yang telah terjadi?" tanya Loei
Sam keheranan.
"Ooouw... seorang keparat cilik pernah mengikat tali
permusuhan dengan kami, beberapa hari berselang kami
berhasil temukan dirinya disebuah rumah penginapan,
kebetulan orang itu sedang menderita luka parah, maka
kami tawan dirinya, berada dalam keadaan tidak sadar
terlalu enak kalau kami bunuh begitu saja maka kami ada
maksud merawat lukanya sampai sembuh dahulu, setelah
itu baru kita siksa perlahan-lahan, siapa sangka rejekinya
agak bagus, ternyata jiwanya tak tertolong lagi!"
"Ooouw, kiranya begitu, kalau memang dia adalah
musuh besarmu, berikanlah suatu kematian buatnya, buat
apa kalian berbuat keterlaluan?"
"Ucapan Loei Siauw hiap tepat sekali."Ia segera berpaling dan berseru: "Gusur pergi Tong hong
Pek dan buang tubuhnya ditengah kuburan liar dekat bukit
sana."
Nama "Tong hong Pek" membuat Loei Sam tertegun
buru2 serunya:
"Apa, orang itu Tong hong Pek ? maksudmu orang itu
bernama Tong hong Pek ?"
Tiang pek Sam mo pun tertegun, untuk sesaat air
mukanya berubah hebat! tentu saja mereka pun mengerti
Loei Sam pasti kenal dengan Tong hong Pek hanya tak tahu
apa hubungan antara mereka berdua.
Seandainya Loei Sam adalah sahabat karibnya Tong
hong Pek, bukankah mereka bertiga bakal konyol ?"
Sambil tertawa getir Ciang Yu mengangguk.
"Benar, . LoeiSiauw hiap . . apakah kau kenal dengan
Tong hong Pek ?"
"Bukan kenal saja, bukankah bagian dada Tong hong
Pek terluka ?"
"Tidak salah, darimana Loei siauhiap bisa tahu ?"
Loei Sam tak dapat menahan diri lagi, ia mendongak dan
tertawa terbahak.2.
"Kalau dibicarakan sungguh kebetulan sekali, justru ia
terluka ditanganku."
Ucapan ini segera membuat Ciang Yu berlega hati, sebab
bilamana Tong-hong Pek memang terluka ditangan Loei
Sam apalagi terluka begitu parah, jelas mereka adalah
musuh.
Ambil kesempatan inilah, ia ingin cari muka ujarnya:"Aaah kiranya bangsat itu ada ikatan permusuhan
dengan Loei sauw hiap, apakah Loei sauwhiap..."
"Hal ini sungguh aneh sekali" tukas Loei Sam sambil
ulapkan tangannya, "Bangsat itu terluka sangat parah,
secara bagaimana ia bisa hidup sampai ini hari ?"
Ciang Yu menyeringai seram.
"Terus terang saja, kami ingin menghidupkan dahulu
orang itu kemudian per-lahan2 menyiksanya, maka dari itu
setiap hari kami beri dirinya semangkok cairan jinsom
terbaik agar jiwanya selalu utuh sebab kami tidak ingin dia
mati begitu saja"
"Aah kiranya begitu !"
Kembali alisnya berkerut setelah mengucapkan kata2 itu.
agaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
Tiang Pek Sam-mo tidak tahu apa yang sedang
dipikirkan Loei Sam pada saat ini. merekapun tak berani
bicara dan menanti dengan mulut membungkam.
"Suko siapakah Tong hong Pek itu ?" tiba2 Si Chen
bertanya dengan suara lirih.
"Dia... menurut pengakuannya dia adalah anak murid
dari si Bongkok sakti LiehHwiee Sin-Tuo"
Si Chen adalah putri tunggal Si Thay sianseng tentu saja
ia tahu manusia macam apakah sibongkok sakti tersebut,
tidak heran kalau ia kaget setengah mati setelah mendengar
ucapan itu.
"Kau . . kembali kau lukai anak murid si-bongkok sakti,
hal ini . , hal ini , , " serunya gelagapan.
Buru2 Loei Sam cekal tangan Si Chen erat2."Sumoay. kejadian ini berlangsung beberapa waktu
berselang ketika itu aku belum berjumpa dengan dirimu."
"Sekarang kau harus berusaha untuk menyelamatkan
jiwanya, kalau ia mati aaai . . . kalau kalau sampai ia mati .
. ."
Menurut jalan pikiran Si Chen, apabila Tong hong Pek
binasa, dengan sipat si bongkok yang berangasan, tokoh
sakti itu pasti takkan melepaskan Loei Sam, ini berani
ruang gerak sianak muda itu akan semakin sempit. Makin
cemas gadis itu, sepasang alis Loei Sam berkerut semakin
kencang, katanya.
"Akupun punya pikiran demikian, hal ini bukan
disebabkan aku takut dengan sibongkok sakti tersebut, aku
hanya berpikir apa yang pernah kulakukan pada masa lalu,
yang masih bisa di tolong akan kutolong sekuat tenaga, dan
yang tak bisa ditolong lagi, yaa apa boleh buat."
"Suko, ucapanmu tepat sekali !" dengan terharu Si Chen
membenarkan.
Selama ini Tiang Pek Sam mo mendengarkan tanya
jawab itu disisi kalangan, saat ini mereka dibuat tertegun
dan jengah sekali sehingga tukar dilukiskan dengan kata2.
"Tong hong Pek masih bisa ditolong ?" terdengar Loei
Sam bertanya kembali.
"Aku lihat... ia sudah tak tertolong lagi"
"Bagus, kalau begitu cepat bawa aku menengok
keadaannya !"
"Silahkan, silahkan !" buru-2 Tiang Pek Sam-mo
membawa jalan, mengiringi Loei Sam serta Si Chen
melewati serambi dan memasuki sebuah kamar yang gelap.Kamar itu mirip gudang penyimpan kayu, bukan saja
lembab, lagi gelap dan kotornya luar biasa, ruangan tersebut
hanya diterangi sebuah pelita yang amat kecil.
Air muka Tiang Pek Sam mo kelihatan semakin jengah,
terdengar Ciang Yu bergumam memberi penjelasan."
"Kami. . kami tidak tahu kalau Loei Sam ingin
menyelamatkan jiwanya, maka selama ini ia . . . ia disekap
ditempat ini."
Loei Sam mendengus dingin, ia ambil pelita tadi dan
didekatkan pada altar batu dimana berbaring seseorang, air
muka orang itu pucat pasi melebihi mayat, tubuhnya tak
berkutik atau dengan perkataan lain lebih mirip sesosok
mayat yang sudah lama mati.
Menyaksikan keadaan orang itu, Si Chen segera menjerit
tertahan.
"Aaaah dia sudah mati."
"Belum... ia belum mati hanya. . . jaraknya dengan
kematian memang sudah tak jauh lagi" kata Loei Sam
setelah memeriksa napasnya.
Ia segera berpaling dan berseru lebih jauh.
"Disini kalian punya obat bagus apa saja, cepat
keluarkan semua hitung2 aku hutang dengan kalian."
"Aaaah, kenapa Loei tayhiap bicara begitu sungkan"
buru2 Tiang Pek SamMo berseru.
"Hanya permintaan itu saja terlalu sederhana, apakah
perlu memulihkan Tong hong . . Tong hong sauw hiap
ketempat lain?"
"Jangan dikata pindah tempat asalkan kalian
goncangkan sedikit saja tubuhnya mungkin napasnya segera
akan putus. Sumoay, coba kau tekan jalan darah Pek HwieHiatnya lalu per lahan2 salurkan hawa murni kedalam
tubuhnya!"
Si Chen menurut ia segera duduk disisi Tong hong Pek
dan tekan telapaknya diatas batok kepala pemuda itu.
Tampak Loei Sam tertawa getir.
"Sungguh tak nyana beberapa hari berselang aku melukai
dirinya, sekarang aku harus menolong dirinya kembali.
Siauw sumoay, tahukah kau apa sebabnya aku berbuat
demikian?"
Merah padam selembar wajah Si Chen, hal ini
disebabkan ia merasa sangat girang dan gembira.
"Aku tahu, kau berbuat demikian karena diri ku, karena
kau dapat bersama-sama diriku kembali."
Loei Sam cekal tangan Si Chen erat2. kedua orang itu
saling berpandangan dengan penuh kemesraan.
Tidak selang beberapa saat kemudian, Tiang Pek Sam
mo telah muncul kembali dengan membawa macam2 jenis
obat, Loei Sam memilih beberapa diantaranya lalu
ditumbuk jadi halus seperti bubuk dan dicampur dengan
jinsom diaduk sebagai kuah, kemudian mementangkan
mulut Tong hong Pek dan mencekoki cairan tersebut
kedalam perutnya.
Dalam pada itu tiada hentinya Si Chen salurkan hawa
murninya kedalam tubuh Tong hong Pek, beberapa saat
kemudian per-lahan2 pemuda itu telah membuka matanya
dan sadar.
Berbicara dari pihak Tong hong Pek, sejak terluka dan
jatuh tak sadarkan diri, baru kali ini ia sadar kembali.
Ketika sadar, pertama2 yang dirasakan olehnya adalah
segulung tenaga lunak yang meluncur masuk kedalamtubuh tiada hentinya dari ubun2, aliran panas dan lunak ini
mendatangkan rasa yang nyaman buat seluruh tubuhnya.
Saat ini dia tidak merasa tersiksa lagi, bahkan merasa
dirinya seakan2 berbaring diatas awang2 dimana badannya
sama sekali tak bertenaga, lunak, lemas dan ringan.
Dengan membuang banyak tenaga ia membuka kelopak
matanya diikuti otakpun jadi jernih kembali, ia mulai bisa
berpikir, dimanah aku? sudahkah berada dirumah?
Saat ini sepasang matanya tak dapat di pentangkan
lebar2. pemuda itu cuma menangkap suara gadis yang
terasa amat asing baginya.
"Suko, coba kau lihat ia sudah sadar kembali.”
Tong hong Pek tertegun, orang yang barusan bicara tentu
saja Si Chen, tapi pemuda itu tidak kenal dengan dara
tersebut, setelah mendengar ucapan itu ia lantas berpikir
lebih jauh.
"Kalau begitu aku belum berada dirumah? tapi... kenapa
suara gadis yang masih asing baginya ?. Mungkinkah Si
Soat Ang sudah ke timpa kemalangan?"
Makin dipikir hatinya semakin cemas, kelopak matapun
terbentang semakin lebar.
Tapi tak sebuah bayanganpun berhasil ditangkap jelas,
semuanya kabur, buram dan tidak jelas, ingin sekali ia buka
suara namun tak sepotong suarapun berhasil dipancarkan
dari mulutnya.
"Baru saja kau sadar, jangan terlalu gelisah,
beristirahatlah sebentar baru bicara" ujar gadis asing itu
kembali.
Tong hong Pek mengedipkan matanya berulang kali,
akhirnya ia dapat melihat jelas gadis dihadapannya, iamemiliki selembar wajah yang amat mempersonakan,
hidungnya mancung, bibirnya kecil dan sepasang mata yang
sayu.
"Aku...aku...aku berada...berada dimana ?" rintih Tong-
hong Pek lirih.
"Tak usah keburu bicara, hitung2 baru saja kau jalan2
diakhirat dan sekarang sudah kembali kedunia ?"
"Siapa kau ? dimana nona...nona Si ?"
"Siapa itu nona Si?" Si Chen rada melengak.
"Nona Si . . nona Si dari benteng Thian It Poo . . selama
ini . . selama ini kami selalu . . selalu bersama . . ."
Meski Tonghong Pek sudah sadar, tapi kesehatan
badannya masih terlalu lemah, rasa cemas yang mencekam
membuat pandangannya jadi gelap, hampir2 saja pemuda
itu jatuh tidak sadarkan kembali.
Menyaksikan keadaannya tidak menguntungkan, Si
Chen segera menjerit:
"Suko!"
Waktu itu Loei Sam sedang berdiri didepan pintu,
mendengar panggilan itu ia goyangkan tangannya berulang
kali se akan2 sedang beritahu kepadanya bahwa ia tidak
ingin diketahui oleh Tong hong Pek.
Si Chen mengerti maksudnya, ia menunduk dan berkata:
"Nona Si yang kau maksudkan, dia . . dia . ." Si Chen
sama sekali tidak kenal manusia macam apakah nona Si itu,
ia tak biasa berbohong, maka setelah bicara setengah jalan
ia berhenti dan tak sanggup meneruskan lebih jauh.
"Bagaimana . . . bagaimana keadaannya?" tanya Tong
hong Pek dengan napas tersengkal."Mungkin ia berada dalam keadaan baik saja, sewaktu
kami berjumpa dengan dirimu kau hanya seorang diri.
Entah nona itu berada dimana? ketika kami temukan
dirimu, keadaanmu lebih mirip dengan sesosok mayat.
Tong hong Pek menghela napas panjang, ia sadar dirinya
tentulah sudah tidak sadarkan diri beberapa waktu
lamanya.
Perlahan2 ia pejamkan matanya atur pernapasan setelah
itu membuka matanya kembali sambil berkata.
"Lalu sekarang . . aku . . aku berada dimana! siapakah
nama . . .nama besar nona."
"Sekarang kau ada dirumahnya Tiang Pek Sam-mo aku
bernama Si Chen"
"Nona siapa . . apa hubunganmu dengan Si Thay
sianseng?"
"Beliau adalah ayahku, ayahku adalah sahabat karib
gurumu sibongkok sakti Lieh Hwee Sin Tuo, sewaktu kami
tiba disini kebetulan Tiang-pek SamMo hendak membuang
dirimu ketanah kuburan liar dibelakang bukit sana, melihat
kejadian ini sukoku lantas turun tangan dan
menyelamatkan jiwamu."
Ketika Si Chen bicara sampai disitu, Loei Sam telah
goyangkan tangannya berulangkali, tapi Si Chen tidak
menggubris ia meneruskan kata2nya sampai selesai.
"Aaaah! kiranya begitu" Tong-hong Pek berseru tertahan,
"Dimana suhengmu ? sudah sepantasnya kuucapkan terima
kasih atas budi pertolongannya !"
"Suko kau kemarilah !" seru Si Cheo kemudian
Tentu saja Loei Sam mengerti maksud yang terkandung
dalam hati kecil gadis tersebut, ia minta dirinya jangan ber-sembunyi2 dan menjumpai diri Tong-hong Pek, hal ini
ingin membuktikan bahwa dia, Loei Sam tidak selalu
melakukan perbuatan jahat.
Loei Sam tertawa getir, sebab dalam kolong langit hanya
Si Chen seorang yang dapat memahami isi hatinya.
Kecuali gadis itu siapa yang mau percaya padanya ?
Ia sadar meski dirinya maju juga percuma Tong-hong
Pek tak akan mempercayai dirinya, karena itu ia tetap
berdiri tertegun ditempat semula.
"Suko, cepatlah kemari !" kembali Si Cheo berseru.
Melihat gadis itu mendesak terus, Loe Sam jadi serba
salah, tak kuasa lagi ia menghela napas panjang.
Suara itu sangat dikenal oleh Tong-hong Pek, seketika
pemuda ini dibuat tertegun, apa lagi sewaktu Loei Sam
muncul dihadapannya, ia semakin melengak dan hampiri
saja tak mau mempercayai mata sendiri.
Ditatapnya wajah Loei Sam tajam-2 lalu pejam mata,
dalam sekejap pikirannya terasa kacau, benarkah Loei Sam
telah menyelamatkan jiwanya? tapi hal ini tak mungkin
terjadi !
Pikiran Tong hong Pek semakin kalut, diam2 ia berkata:
"Aaah. tak mungkin, yang kulihat pastilah suatu lamunan
belaka mungkin lukaku yang terlalu parah menimbulkan
pelbagai lamunan yang tak masuk diakal, hal ini tak
mungkin terjadi..." ia menghela napas panjang dan tak mau
buka matanya lagi.
Dalam pada itu dari sisi telinganya kembali terdengar Si
Chen berkata:
"Sudah kau lihat? dia adalah Loei suko ku. meski kau
terluka ditangannya, tapi dia pula yang menyelamatkanjiwamu, kau panas bukan? setelah ia berada bersama diriku,
Loei suko takkan melakukan perbuatan jahat lagi."
-oodeoowioo-
Jilid11
TONG HONG PEK tetap bungkam dalam seribu
bahasa, tanpa terasa kepalanya menggeleng berulang kali.
"Sumoay. sudahlah tak usah banyak bicara." seru Loei
Sim tidak sabaran lagi. "la tak bakal bisa paham. semua
manusia dikolong langit. tak akan bisa memahami diriku."
"Tidak, aku akan paksa dia untuk memahami, bahwa
kau..."
"Sumoay, sudahlah, meski semua orang di kolong langit
memahami, tapi apa gunanya?" tukas Loei Sam dengan
nada lembut. "Untung sekali ia tidak sampai mati dan
berhasil diselamatkan jiwanya, tapi sudah banyak orang
yang mati ditanganku, mungkinkah mereka hidup kembali ?
aku sudah terlalu banyak melakukan perbuatan jahat, orang
lain tak bisa mempercayai diriku, hal . . . hal ini sudah
jamak, tak bisa kau salahkan orang2 itu."
Si Chen merasa sangat berduka, ia menghela napas
panjang-2
"Suko, ucapanmu memang tidak salah." katanya.
"Sekarang ia sudah sadar kembali, mari kira tunggu
beberapa hari lagi, setelah air mukanya rada segar kita
segera tinggalkan tempat ini dan jauh berkelana keujung
langit."
"Ehmm ! kita bicarakan dikemudian hari saja"Semua tanya jawab antara Loei Sam dengan Si Chen
dapat ditangkap Tonghong Pek dengan jelas sekali, tapi ia
selalu berpikir:
"HaI ini tak mungkin terjadi, tentulah pikiran ku sedang
kacau dan terlalu melamunkan hal-2 yang bukan2..."
Ia pejam matanya rapat2 dan tak mau dibuka lagi.
Si Chen menghela napas panjang, ia tempelkan
telapaknya diatas batok kepala Tong hong Pek dan salurkan
hawa murninya kedalam tubuh pe muda itu, Tiang pek
Sam-mopun beberapa kali datang berkunjung untuk
menyerahkan obat2an paling mujarab.
Demikianlah, tujuh delapan hari kemudian Tong hong
Pek pun sudah dapat bangun berdiri.
Setelah dapat berjalan, Tong-hong Pek mulai duduk
bersila dan salurkan hawa murninya untuk menyembuhkan
luka sendiri, tiga lima hari kemudian kesehatan badannya
sudah jauh lebih sehat.
Berada dalam keadaan sadar, pemuda she Tong hong
pun tak bisa mengatakan apa yang dilihat hanya lamunan
belaka, meski begitu ia tak pernah mengajak Loei Sam
berbicara kecuali terhadap Si Chen putri tunggal dari Si
Thay sianseng ini.
Ketika itu Tiang Pek Sam-mo pun sudah menyediakan
kamar yang lebih baik untuk ia tinggali.
Suatu malam, ketika ia sedang duduk bersila mengatur
pernapasan, tampaklah Si Chen berjalan masuk kedalam
kamar.
"Kami segera akan berangkat!" ujar gadis itu
"Kau dengan Loei sam . . .""Persoalan diantara kami tak akan dipahami oleh
siapapun termasuk orang tuaku sendiri, hanya aku dengan
dia yang tahu, kaupun tak usah mengungkap lagi, aku
hanya ingin memohon sesuatu kepadamu."
"Silahkan nona Si utarakan."
Si Chen menghela napas panjang
"Kami hendak... hendak menghindari setiap orang yang
mengejar kami, tapi... aku takut kami gagal untuk
meloloskan diri, meski demikian kami tetap akan berusaha
sekuat tenaga, aku harap kau jangan mengungkap kepada
siapapun bahwa kau pernah berjumpa dengan diriku,"
Tong hong Pek adalah seorang Koen coe, sebelum ambil
keputusan ia tak mau menyanggupi secara sembarangan
segera ia termenung beberapa saat lamanya kemudian
ujarnya:
"Tentang soal ini. . ."
"Aku tahu setelah kau terluka ditangannya dalam hati
kecilmu tentu mendendam kepadanya, walaupun kemudian
berhasil menyelamatkan jiwamu, tapi kesalahan tetap
berada dipihak nya tapi dikemudian hari kami masih ada
kesempatan untuk membalas budi kepadamu, sepanjang
masa kami tak akan melupakan kejadian ini."
"Nona Si, bukan aku menaruh dendam kepadanya." kata
Tong-hong Pek sambil menghela napas panjang, "dan
akupun tidak mengharapkan balas jasa dari dirinya.
"Lalu apa sebabnya kau tak mau mengabul kan
permintaanku?"
"Seandainya aku . . . aku berjumpa dengan ayahmu, dan
ayahmu berkata kepadaku, apakah aku harus mengatakan
"Tidak tahu" Loei Sam sudah jadi buronan yang ditangkapoleh setiap umat Bulim atas perintah ayahmu, aku hanya
gemas kenapa lukamu belumsembuh . . ."
Air muka Si Chen kontan berubah hebat, serunya cepat2.
"Kau . . . kau . harap kau jangan teruskan ucapanmu
itu."
Per lahan2 Tong-hong Pek geleng kepala "Nona Si, kau
tak usah takut Loei Sam mendengar ucapan ini." katanya
"Loei Sam adalah seorang manusia cerdik, iapun bisa
menduga setelah lukaku sembuh, aku pasti tak akan
melepaskan dirinya."
Beberapa saat Si Chen tertegun, mendadak ia menangis
tersedu-sedu.
"Kenapa kau tak suka melepaskan dirinya ? kenapa
kalian tak mau melepaskan dirinya ? kenapa ? kenapa
semua orang dikolong langit tak mau lepaskan dirinya ?!"
"Nona Si, kau harus tahu, selama dua tahun ini berapa
banyak perbuatan jahat yang telah ia lakukan dalam dunia
persilatan ? terhadap manusia semacam ini, siapapun
berhak untuk membasminya dari muka bumi, setiap orang
Bu lim yang mengutamakan keadilan serta keamanan tentu
tak akan melepaskan dirinya begitu saja!"
"Tentu, memang aku tahu semua orang pasti akan
berbuat demikian." teriak Si Chen dengan napas ter engah2.
"sebab siapa yang berhasil membinasakan dirinya, maka
nama benarnya akan tersohor diseluruh jagat, dia akan
mendapat pahala dari Si Thay sianseng dan memperoleh
keuntungan yang sangat besar, siapa yang kesudian berbuat
tolol dengan membantu dirinya ?"
Air muka Tong hong Pek berubah hebat, serunya segera:"Nona Si, kaupun termasuk salah satu korban yang
dicelakai olehnya, kenapa kau masih bisa mengutarakan
kata2 semacam ini !"
Titik2 air mata jatuh berlinang tiada hentinya
membasahi pipi Si Chen, tapi iapun mendongak tertawa
terbahak2.
"Aku dicelakai ? kau salah besar, dialah yang kena
dicelakai, dialah yang patut dikasihani."
"Siapa yang bilang ?" jerit Tong-hong Pek.
Pada saat itulah, tiba2... "Braak...!" pintu kamar
terpentang lebar.
Dengan cepat Tong-hong Pek angkat kepala, tampaklah
Loei Sam dengan air muka hijau membesi telah berdiri
didepan pintu dengan sikap gusar.
Si Chen segera berpaling, ketika menjumpai Loei Sam
ada disana ia segera menuding kearah pemuda itu sambil
berseru:
"Dia...dialah yang dicelakai, kalau bukan ayahku begitu
keras kepala... maka dia..."
"Sumoay !" sebelum Si Chen menyelesaikan kata2nya,
Loei Sam telah membentak.
"Kau jangan mencegah diriku untuk berbicara, akan
kuutarakan semuanya, akan kuberitahukan semua keadaan
yang telah terjadi kepadanya, aku akan menyatakan kepada
siapapun, agar semua orang yang ada dikolong langit tahu
aku bukan orang jahat. kau hanya..."
Tiba2 Loei Sam maju kedepan dengan sebelah tangan
mencekal tangan gadis itu tangan lain menutupi mulutnya.
"Sumoay sudahlah, jangan kau teruskan." ujarnya
dengan nada lembut, begitu lembut se akan2 kasih sayangseorang ibu kepada anaknya, "Orang lain tak akan
memaafkan diriku, dan akupun tidak membutuhkan maaf
dari orang lain, asalkan kau bisa memahami keadaanku, hal
ini sudah lebih dari cukup!"
Si Chen berhenti bicara, Walaupun begitu air mukanya
masih tampak jelas terpengaruh oleh emosi"
Loei Sam cekal tangan gadis itu erat-erat, lalu ajaknya
dengan nada lirih:
"Mari kita segera berangkat!"
Si Chen tidak banyak bicara lagi, mengikuti dibelakang
Loei Sam segera melangkah keluar dari kamar dan
melayang melewati tembok pekarangan.
Tapi... ketika itulah dari arah pintu depan berkumandang
datang suara bentakan keras yang gegap gempita, sebagian
atap serta seluruh bangunan tergetar keras.
Bentakan itu begitu dahsyat sehingga mengejutkan Tong
hong Pek yang baru sembuh dari lukanya sampai2 dibuat
jatuh terduduk kembali keatas pembaringan, pandangan
matanya jadi gelap hampir2 saja ia muntahkan darah segar.
Loei Sam serta Si Chen yang sedang melesat melewati
tembok pekaranganpun segera berhenti dan mengundurkan
diri kembali.
Mereka berdua langsung menyusup kedalam kamar
Tong-hong Pek, sementara air muka Loei Sam berubah
hijau membesi.
Si Chen memandang sekejap kearah Tong hong Pek. se
akan2 ia hendak mengungkapkan sesuatu kepada pemuda
tersebut tapi kena ditarik oleh Loei Sam, tanpa banyak
bicara kedua orang itu segera menyembunyikan diri
kebelakang kelambu dalam kamar itu.Kembali suara hiruk pikuk berkumandang memekakkan
telinga, seakan2 be-ribu2 butir batu seberat ribuan kati
bergelindingan didalam bangunan rumah itu.
Terdengarlah suara dari Tiang Pek Sam Mo
berkumandang datang dari ruangan tengah, suara mereka
begitu mengenaskan seakan2 sedang berhadapan dengan
raja akhirat.
"Sin Tuo ampun . . Sin Tuo ampun!"
Kata2" si bongkok sakti" menggetarkan tubuh Tonghong
Pek hampir2 ia tak percaya dengan telinga sendiri.
Sibongkok sakti adalah gurunya secara bagaimana ia bisa
tiba disini"
"Suhu." buru2 teriaknya.
Dengan badan yang lemah, sampai seberapa besar
jeritannya itu, apalagi suara hiruk pikuk ditempat luaran
amat memekikkan telinga, suara tersebut tak mungkin bisa
terdengar oleh si bongkok sakti.
Pada waktu itulah, tiba2 terdengar Loei Sam
berkumandang datang dari arah belakang.
"Tidak salah gurumu sibongkok sakti berangasan telah
tiba, tapi kau harus ingat, aku berada dibelakangmu kalau
kau katakan bahwa aku berada disini maka yang mati
duluan adalah kau sekalipun akhirnya aku berhasil ditawan
oleh sibongkok sakti setiap saat aku masih punya
kesempatan untuk menarik diri!"
Tong-hong Pek tarik napas dingin, ketika ia berpaling
tampaklah kelambu sudah diturunkan, hal ini membuktikan
kalau Loei Sam telah bersembunyi dibelakang tubuhnya,
jantung Tong hong Pek terasa berdebar semakin keras.Dalam pada itu suasana ditempat luaran masih gaduh,
terdengar suara raungan gusar dari sibongkok sakti
berantakan berkumandang tiada hentinya diangkat.
"Kalian ingin aku ampuni jiwa kalian ?" teriaknya
lantang. "Muridku sudah mati ditanganmu, siapa yang
kesudian mengampuni jiwa kalian ?"
Mungkin pada waktu itu sibongkok sakti berhasil
menangkap dua orang diantara Tiang Pek Sam mo,
terdengar jeritan ngeri dari dua orang bergema terus
menerus.
Kemudian diikuti suara dari si Tengkorak Kayu berseru:
"Bongkok Sakti, harap kau suka lepas tangan, muridmu
tidak mati,.harap bongkok sakti jangan mempercayai berita
bohong orang lain !"
"Apa ? Tong hong Pek tidak mati ?" Dengusan napas si
Tengkorak Kayu yang ter-engah2 kedengaran nyata sekali.
"Benar, ia tidak mati, ia benar-2 tidak mati, kami
merawatnya dengan segala kemewahan."
"Neneknya kalian masih ingin membohongi diriku ?"
bentak sibongkok sakti amat gusar.
"Sin Tuo, sebentar lagi kau dapat berjumpa dengan
dirinya, kami tidak akan berani membohongi dirimu."
"Bagus, ayoh cepat antar aku pergi menjumpai dirinya !"
"Baik ! baik !"
Dalam sekejap terdengar hembusan angin tajam
menyambar lewat diikuti robohnya pintu kamar, si
Tengkorak kayu segera menerobos masuk diikuti si
Bongkok Sakti dibelakangnya.Ditangan kanannya Si Bongkok Sakti menenteng si
Tengkorak kumala, disebelah tangan kirinya ia mencekal si
Tengkorak Emas, dimana air muka kedua orang itu pucat
pasi bagaikan mayat keringat mengucur keluar bagaikan
hujan gerimis.
Setelah berada didalam kamar, Sibongkok Sakti berdiri
tertegun, ia temukan seorang pemuda kurus layu dan pucat
berbaring diatas ranjang, untuk sesaat ia tidak kenali orang
itu sebagai murid nya.
"Kau adalah Tong-hong Pek?" tanyanya dengan mata
melotot.
"Suhu benar aku adanya. Suhu, apakah kau sudah tidak
kenal diriku ? Aaai . . lukaku terlalu parah . . ."
Sebelum Tong hong Pek menyelesaikan kata2 nya, si
Bongkok Sakti sudah berteriak aneh, ia banting si
Tengkorak Emas dan Tengkorak Kumala keatas tanah lalu
berseru:
"Aaaah, benar2 dirimu ! secara bagaimana kau tidak
mati ? nona Si mengatakan kau terluka ditangan Loei Sam
bajingan busuk murid durhaka dari Si Thay sianseng itu,
kemudian ditawan Tiang Pek Sam mo, secara bagaimana
kau bisa lolos dari kematian ?"
Semula Tong hong Pek tidak mengerti secara bagaimana
gurunya si Bongkok Sakti mengetahui kalau ia berada
disini, setelah mendengar disebutkannya nama "nona Si" ia
baru mengerti kiranya Si Soat Anglah yang kirim kabar
kepada gurunya.
"Suhu, di manakah nona Si?" buru2 ia ber-tanya.
"Berada sama2 suniomu, Aah! Lukamu sangat parah,
biarlah kuperiksa..."Sambil berkata ia cekal urat nadi pemuda Tong hong ini.
Tapi dengan cepat ia geleng kepala berulang kali, sambil
gertak gigi serunya.
"Biarlah nanti setelah kutangkap Loei Sam bajingan
busuk ini, tanpa menunggu sampai kuserahkan kepada Si
Thay sianseng akan kurobek dulu badannya!"
Tong hong Pek tarik napas panjang.
"Suhu, kalau kau berbuat demikian maka diri mu akan
melakukan suatu kesalahan besar, Loei Sam adalah anak
murid Si Thay sianseng, dan Si Thay sianseng telah minta
bantuan umat Bu-lim untuk bantu menangkapnya, kalau
kau membinasakan dirinya, lalu secara bagaimana hendak
kau pertanggung jawabkan persoalan ini dihadapan Si
Thay?"
"Sudah, sudahlah." seru Si bongkok Sakti sambil ulapkan
tangannya. Justeru kau punya banyak permainan setan
sampai napasku jadi mengendor, bagaimanapun aku tak
akan berhasil menemukan dirinya, ayoh berangkat, kita
kembali kegunung Lak Ban san."
Si Bongkok Sakti segera memayang bangun Tong hong
Pek sementara hati pemuda itu terasa sangat tegang.
Ia duduk didepan pembaringan, dan mendapat ancaman
dari Loei Sam yang bersembunyi dibelakang kelambu, tapi
asalkan setengah langkah ia tinggalkan tempat itu, dengan
perlindungan si bongkok sakti disisinya maka ia tak perlu
takut lagi terhadap ancaman Loei Sam.
Maka setelah ia dibimbing bangun segera ujarnya:
"Suhu dibelakangku . . ."
"Dibelakangmu ada apanya?" tanya si bongkok sakti
seraya berpaling,Dengan paksakan diri Tong hong Pek tarik napas
panjang2, tiba2 ia melangkah setengah tindak kedepan,
dengan badan sempoyongan sahutnya:
"Suhu dia berada dibelakang pembaringan."
"Siapa yang ada dibelakang pembaringan?" tanya
Sibongkok sakti tertegun ia masih belum dapat mengartikan
maksud ucapan itu.
"Loei Sa.,"
Sibongkok sakti membentak keras Sreeet! ia melancarkan
sebuah cengkeraman merobek kelambu dibelakang
pembaringan Tapi disana tak ada sesosok bayangan
manusia kecuali sebuah lubang yang amat besar, ternyata
Loei Sam telah melarikan diri.
"Nona Si! Nona Si!" Tong-hong pek segera berteriak
berulang kali.
Tapi ia tak mendapat jawaban dari Si Chen, jelas
bersama Loei Sam gadis itu telah melarikan diri. kapan
perginya Tong-hong Pek sendiri tak tahu, tapi ia sadar
belum jauh mereka berlalu.
"Suhu!" segera teriaknya, "Barusan saja Loei Sam masih
berada disini, ia pasti belum pergi jauh, jangan
memperdulikan diriku cepatlah kejar dirinya dan tangkap
orang itu kemudian serahkan saja kepada Si Thay Sianseng.
Jangan beri kesempatan lagi kepadanya melakukan
kejahatan dalam dunia persilatan !"
"Ucapanmu tepat sekali" teriak si Bongkok sakti, ia
segera berpaling dan teriaknya kepada Tiang Pek Sam mo
yang selama ini berdiri tertegun disamping.
"Sudah kalian dengar ? ayoh cepat kejar Loei Sam, bawa
serta panglima udang tentara kepitingmu, seret bajingancilik itu ! kalau tak berhasil kalian temukan awas, kubeset
kulit wajahmu !"
Berhadapan dengan sibongkok sakti manusia paling
berangasan, Tiang Pek Sam Mo tak berani mengatakan
"Tidak", mereka segera berlarian kedepan, dalam sekejap
mata terdengar suara ber-sahut2an, diikuti derap kaki kuda
yang amat ramai.
Si Bongkok Sakti pun tidak buang waktu, ia segera
berangkat melakukan pengejaran.
Tidak selang beberapa saat kemudian, suasana dalam
bangunan itu pulih kembali didalam kesunyian.
Tiba2 . . . suara tertawa dingin berkumandang datang
dari arah tiang penglari.
Suara itu amat menyeramkan seakan2 jeritan kuntilanak
ditengah kuburan, begitu ngeri sampai2 mendirikan bulu
roma.
Hati Tong-hong Pek langsung tercelos, buru2 ia
mendongak, tampaklah sesosok bayangan manusia
melayang turun dari atas tiang penglari diikuti jeritan
tertahan dari Si Chen:
"Suko !"
Tak usah diduga lagi, bayangan manusia yang melayang
turun dan atas tiang penglari bukan lain adalah Loei Sam.
Dengan air muka adem selangkah demi selangkah Loei
Sam maju mendekat, telapak tangannya diangkat keatas
siap melancarkan serangan.
Sewaktu mendengar Si Chen menjerit, ia lantas
menghentikan tangannya ditengah udara.
"Sumoay !" serunya dengan nada menyeramkan, "Kalau
bukan aku pandai melihat gelagat, niscaya saat ini kitaberdua sudah mati ditangan sibongkok sakti tersebut, buat
apa kita tinggalkan manusia semacam ini tetap hidup
dikolong langit?"
Sambil berkata, sekali lagi ia ayun tangannya ke tengah
udara.
Si Chen segera meloncat turun dari atas tiang penglari,
sambil menarik tangan Loei Sam seru nya cemas:
"Suko, bukankah kau indah mengabulkan permintaanku
dan tidak akan membunuh orang lagi."
"Sumoay, kau belum tahu betapa kejam dan bahayanya
dunia persilatan, kalau tidak kau bunuh orang ini, maka
kau akan mati ditangannya!"
"Tapi ia lemah dan sama sekali tak bertenaga, buat apa
kita binasakan dirinya ?"
"Sumoay, apakah kau lupa barusan saja ia bocorkan jejak
kita kepada gurunya si Bongkok Sakti, ini menandakan
kalau ia ada maksud hendak mencelakai kita berdua !"
Si Chen tertawa getir.
"Suko, tempo dulu sudah banyak orang yang kau celakai
tiada aneh setiap manusia yang ada dikolong langit
menaruh dendam kepadamu, Suko kau pernah
mengabulkan permintaanku, setelah bertemu kembali
dengan diriku, bersama2 diri ku kembali maka kau tak akan
mencelakai orang lagi, apakah kau sudah lupa dengan
janjimu itu ?"
Loei Sam tertegun beberapa saat lamanya kemudian
menghela napas panjang, telapak yang sudah diayun
ketengah udarapun per lahan2 diturunkan kembali.
Dalam dugaan Tong-hong Pek, detik ini juga ia bakal
mati ditangan Loei Sam, meskipun berulang kali Si Chenmenasehati pemuda itu agar urungkan niatnya, pemuda
Tonghong tidak percaya manusia bejat macam Loei Sam
bisa menuruti permintaannya.
Siapa sangka Loei Sam menurut nasehat Si Chen dan
urungkan niat jahatnya, hal ini membuat Tonghong Pek
tercengang dan tidak habis berpikir.
Ketika ia buka matanya kembali, tampak Loei Sam
masih berdiri dihadapannya, sepasang mata melotot lebar2
dan menatap wajahnya tak berkedip.
"Sudah kau dengar apa yang dikatakan sumoayku
barusan?" serunya dingin bagaikan es, "Aku telah berjanji
kepadanya tidak akan melakukan segala perbuatan yang
jahat lagi, apa yang telah kukatakan akan kupegang teguh
tapi kalau kau masih juga berkeras kepala . . yaah, apa
boleh buat, aku tak dapat berbuat lain!"
Tong hong Pek bukan manusia tak kenal budi, ia hanya
bisa tertawa getir sambil berseru. "Kau. . . kau . . ."
Yang keluar cuma itu2 melulu, ia tak tahu apa yang
harus diucapkan kepada Loei Sam, akhirnya ia
menambahkan.
"Kau . , kau bermaksud hendak pergi kemana?"
"Setelah jejak kami kau bocorkan dapat menyelamatkan
jiwa kami merupakan suatu keuntungan yang luar biasa,
siapa tahu aku hendak pergi kemana?" kata Loei Sam
sambil tertawa dingin.
"Sahabat Loei, dengan namamu yang tersohor diseluruh
dunia persilatan, seandainya kedudukanmu ditukar dengan
diriku apakah kau suka melepaskan diriku?"
"Dan sekarang bagaimana dengan kau? kenapa sekarang
kau bertanya kepadaku hendak kemanakah diriku ?"Tong hong Pek merasa amat bimbang, per-lahan2 ia
menggeleng lalu menghela napas panjang.
"Sekarang, paling sedikit aku sudah percaya bahwa kau
tidak akan melakukan kejahatan lagi, dan dapat kubuktikan
kalau watakmu sebenarnya tidak sekeji apa yang disiarkan
dalam dunia persilatan !"
Mendengar ucapan itu Loei Sam mendongak tertawa
terbahak2.
"Haa...haa..haa...terima kasih atas pujianmu, aku bukan
manusia baik, setelah kukatakan tak akan kubunuh dirimu.
aku tidak akan mengganggu dirimu barang seujung
rambutpun tak usah kau bermaksud membaiki diriku"
Merah padam selembar wajah Tong-hong Pek yang
pucat,
"Sahabat Loei, salah besar kau berkata demikian, apakah
kau anggap aku berubah sikap karena keadaanku yang
gawat ? dan membaiki dirimu dengan maksud agar kau
suka mengampuni diriku ?"
Loei Sam tertawa dingin tiada hentinya.
Buru2 Si Chen menimbrung.
"Suko mari kita cepat pergi!"
Loei Sam segera menarik tangan Si Chen berlalu dari
tempat itu tapi sebelum tiba didepan pintu terdengar derap
langkah manusia bergerak semakin dekat diiringi teriakan2
dari si bongkok sakti.
Air muka Loei Sam berubah hebat, ia segera mundur
kembali kedalam kamar.
Menanti ia tiba dihadapan Tonghong Pek teriakan
sibongkok sakti sudah berada didepan pintu.Buru2 Loei Sam menuding keatas, Si Chen mengerti dan
mereka berdua sama2 enjotkan badannya melayang keatas
tiang penglari.
Sebelum meloncat Si Chen masih sempat berseru:
"Tonghong. ."
Tapi ucapan itu mendadak terhenti ditengah jalan,
menanti Tonghong Pek mendongak terlihatlah Loei Sam
telah menutupi mulut Si Chen dengan tangannya, jelas
gadis itu hendak berpesan agar Tong hong Pek suka pegang
rahasia dan jangan beritahu kepada gurunya kalau mereka
bersembunyi disitu.
Tapi dengan watak Loei Sam yang keras, ia tidak ingin
Si Chen mohon belas kasihan orang lain, sebelum gadis itu
menyelesaikan kata2 nya, ia sudah menutupi mulutnya
dengan tangan.
Menanti kedua orang itu sudah bersembunyi, Tonghong
Pek baru menunduk kembali sementara suara dari
sibongkok sakti terdengar berkumandang dari luar pintu:
"Aku beri batas waktu tiga hari buat kalian tiga manusia
tolol, kalau sampai waktunya kalian belum berhasil
menemukan kembali Loei Sam, hati2 kuseset kulit wajah
kalian."
"Sin Tuo, kau harus tahu Loei Sam amat licin dan
banyak akalnya." seru si Tengkorak Kayu gelagapan "Si
Thay sianseng yang telah minta bantuan seluruh umat Bu
lim pun gagal menangkap dirinya apalagi cuma kami
bertiga, tidak mungkin dalam tiga hari kami berhasil
menemukan dirinya, harap Sin Tuo. ."
Belum habis ia bicara, tendangan Si Bongkok Sakti
sudah bersarang diperutnya.Sambil mendengus, Si bongkok sakti melangkah masuk
kedalam kamar, kepada Tiang Pek Sam mo yang berdiri
ketakutan diluar pintu ujarnya.
"Aku perintahkan kalian dalam tiga hari harus sudah
menemukan Loei Sam, kalau tidak sampai ketemu,
pergunakanlah waktu selama tiga hari itu untuk bereskan
bekal dan larilah jauh2 dari hadapanku."
Walaupun watak si bongkok sakti sangat berangasan, dia
adalah manusia yang punya cengli sekalipun begitu ia tak
ingin menarik kembali apa yang sudah diucapkan, maka
diberilah satu jalan hidup buat ketiga orang itu.
Tiang-pek Sam mo merasa sedih bercampur girang,
girang karena jiwa mereka selamat dan sedih karena harus
tinggalkan hasil jerih payah mereka selama banyak tahun di
sekitar gunung Tiang Pek sau ini.
Mereka bertiga tak berani membantah, buru2 Tiang Pek
Sam mo mengiakan berulang kali.
Si bongkok sakti mendengus dingin setelah memandang
sekejap kearah Tong hong Pek, ujarnya.
"Siapkan empat ekor kuda jempolan serta sebuah kereta.
ayoh cepatan sedikit."
Kembali Tiang Pek Sam mo mengiakan berulang kali
dan segera mengundurkan diri.
Mendekati anak muridnya, sibongkok sakti berkata:
"Ayoh kita segera pulang, Su nio sedang menantikan
dirimu."
Pada saat ini ingin sekali Tong hong Pek mendongak
keatas tiang penglari, tapi ia tahu kalau sampai berbuat
demikian berarti sama saja beri tahu kepada suhunya kalaudiatas tiang penglari ada orang Loei Sam pasti tak akan
lolos dari cengkeraman gurunya.
Haruskah ia lepaskan Loei Sam atau tidak? persoalan ini
membuat Tong hong Pek amat gelisah.
Makin dipikir semakin kalut, sampai apa yang dikatakan
sibongkok sakti tak terdengar olehnya, ia putar otak dan
berpikir terus kemudian menghela napas panjang.
"Eeeei... kenapa kau menghela napas?" tegur sibongkok
sakti agak melengak.
"Tii... tidak apa2."
"Aku sudah perintahkan ketiga bangsat itu untuk
menyediakan kereta mari kita berangkat."
Kembali Tong hong Pek menghela napas panjang, ia
tidak berbicara lagi, melihat sibongkok sakti sudah berlalu
iapun mengikuti jalan keluar, setibanya dipintu ia berpaling
dan melirik sekejap keatas tiang penglari.
Loei San serta Si Chen masih bersembunyi diatas tiang
penglari walaupun mereka bersembunyi cukup mendongak
sedikit saja segera akan terlihat jejak mereka.
Tong-hong Pek menjumpai air muka Loei Sam pucat
menyeramkan, sedangkan Si Chen meskipun pucat tapi
wajahnya penuh rasa terima kasih, Tonghong Pek hanya
melirik sekejap kemudian meneruskan langkahnya keluar
dari ruangan tersebut.
Setibanya dipintu depan, tampaklah sebuah kereta kuda
yang mewah dan indah dengan di tarik empat ekor kuda
jempolan sudah siap di sana, menyaksikan sibongkok sakti
munculkan diri, Tiang Pek Sam-mo segera anggukkan
kepala seraya berkata:"Perlukah kami bertiga bertindak sebagai kusirnya Sin
Tuo?"
"Cis ! memandang wajah kalian bertigapun sudah muak
sampai2 mau muntah, siapa yang kesudian kalian hantar ?"
la payang Tonghong Pek masuk kedalam kereta, ayun
cambuk dan segera larikan kereta itu kedepan.
Menanti bayangan Si bongkok sakti sudah lenyap tak
berbekas Tiang Pek Sam-mo baru menghembuskan napas
lega dan membereskan buntalan untuk melarikan diri dari
situ.
Dalam pada itu si bongkok sakti melarikan keretanya
cepat2. menanti hari sudah gelap mereka sudah jauh
ditengah jalan.
Ketika keesokan harinya fajar baru menyingsing
mendadak dari tempat kejauhan muncul seekor kuda yang
mana dalam sekejap mata sudah saling berpapasan dengan
kereta tersebut.
Semula sibongkok sakti tidak begitu memperhatikan,
tetapi ketika kuda itu berada dua tiga tombak jauhnya, tiba2
penunggang kuda itu menarik tali lesnya sambil berteriak:
"Eeeei . . . bongkok, benarkah kau?" Buru2 sibongkok
sakti tarik les sambil berpaling, iapun segera berteriak aneh:
"Hey, monyet, kiranya kau !"
Ternyata orang yang ada diatas punggung kuda itu
bukan lain adalahHiat Goan Sin-koen simanusia monyet.
Tampak manusia monyet itu bersuit panjang, tubuhnya
mencelat dari atas pelana, bersalto beberapa kali ditengah
udara dan melayang turun tepat dihadapan Si Bongkok
Sakti."Hey Monyet, buat apa kau main setan dihadapanku ?"
tegur si Bongkok sakti sambil mendengus.
Hiat Goan Sin-koen tertawa getir.
"Heei bongkok, berada dalam keadaan seperti kau masih
ada kegembiraan untuk bergurau ? tahukah kau siapa yang
paksa aku datang keluar perbatasan untuk mencari dirimu
?"
Mendengar perkataan ini sibongkok sakti tertegun,
bukan dia saja Tong-hong Pek yang berada didalam
keretapun ikut melengak.
Pemuda itu tahu ilmu silat yang dimiliki Hiat Goan Sin
koen sangat lihay, aneh sekali kalau ada orang bisa
memaksa ia keluar perbatasan untuk mencari orang:
"Siapa orang itu?" tanya sibongkok sakti segera setelah
tertegun beberapa saat "Cepat katakan, kau tak usah jual
mahal lagi?"
"Aaaai . . . kecuali dia masih ada siapa lagi." Mendengar
ucapan itu air muka sibongkok sakti langsung berubah
hebat.
"Apakah ... apakah Tong hong Pacu"
"Benar, dia menanti kehadiranmu dihutan bambu
digunung Lak Ban san, katanya kau harus segera pulang
sebab ada urusan penting hendak di bicarakan denganmu."
"Dia cari aku?" teriak sibongkok sakti tubuhnya mulai
gemetar. "Dia . . dia cari aku? tidak mungkin bagaimana tak
mungkin tidak mungkin."
Agaknya ia sudah tahu apa yang hendak dikatakan
Tonghong Pacu kepadanya, maka berulang kali ia berseru
"Tidak mungkin.""Eeeeeeh bongkok, sebenarnya karena persoalan apa sih
sampai gembong iblis itu mencari dirimu?"
"Apa sangkut pautnya antara urusan ini denganmu?"
tiba2 sibongkok sakti berteriak gusar.
Melihat orang itu gusar, Hiat Goan Sin koen jadi amat
terperanjat, tapi ia sudah kenal watak sibongkok sakti ini
maka ia tidak sampai gusar dibuatnya hanya dengan dingin
ia berseru:
"Eeeei bongkok, kau . . ."
"Monyet! bukankah kau adalah sahabat karibku?" tukas
si bongkok sakti menjerit aneh, ucapan ini sama sekali
diluar dugaan siapapun.
Walaupun sibongkok sakti dengan Hiat Goan Sin koen
satu lurus yang lain sesat. tapi persahabatan mereka sangat
akrab.
Pertanyaan ini segera memancing hawa gusar simanusia
monyet, kontan ia maki kalang kabut:
"Neneknya, kita sudah bersahabat selama puluhan tahun
lamanya, kenapa kau ajukan pertanyaan seperti ini pada
saat ini ?"
"Kalau memang benar, bagus sekali." seru si bongkok
sakti sambil menghembuskan napas panjang, "Monyet,
sekarang urusan amat gawat dan luar biasa sekali aku harus
buru2 pulang, sedang Tonghong Pek menderita luka parah,
ia sekarang berada dalam kereta, tolong merepotkan kau
jagalah kesehatannya, setelah lewat perbatasan kalian tak
boleh kembali kegunung Lak Ban-san lagi, kalau tidak jadi
setanpun aku tak akan mengampuni dirimu !"Beberapa patah kata ini segera membuat Hiat Goan Sin-
koen melongo dan berdiri terbelalak, ia tak tahu apa yang
harus diucapkan.
Dalam pada itu selesai berbicara, sibongkok sakti segera
enjotkan badannya ketengah udara.
Setelah bersalto beberapa kali, ia melayang ke atas
pelana kuda tunggangan Hiat Goan Sin-koen dan kaburkan
binatang tersebut cepat2, tidak selang beberapa saat
bayangannya sudah lenyap tak berbekas.
Perubahan ini terjadi sangat mendadak, meski pun Hiat
Goan Sin-koen adalah seorang jago lihay tak urung dibikin
kelabakan juga.
"Eei bongkok, kau sudah edan ?" teriaknya.
Ucapan ini tak mungkin dijawab lagi, sebab waktu itu
sibongkok sakti sudah pergi jauh sekali.
Tonghong Pek yang ada dalam keretapun segera
menongolkan kepalanya sambil berteriak:
"Suhu ! suhu !"
"Suhumu sudah pergi jauh !"
"Kalau begitu cepat kita kejar !"
"Kejar ?" Hiat Goan Sin koen tertawa getir. "Apakah kau
tak mendengar apa yang ia katakan? aku tidak ingin ia jadi
setanpun tidak mau lepaskan diriku!"
"Tidak boleh jadi, aku harus kembali ke gunung Lak-Ban
san."
Kendari Hiat Goan Sin koen merasa keheranan setelah
mendengar sibongkok sakti melarang ia membawa Tong
hong Pek pulang kegunung Lak Ban san, tapi sebagai
seorang jago kawakan yang banyak pengalaman ia merasadibalik persoalan ini masih terselip latar belakang yang
serius, bagaimanapun juga ia harus turuti omongannya.
Maka dari itu air mukanya segera berubah membesi,
dengan nada tegas ia menggeleng.
"Tidak bisa, persoalan ini tak dapat kau putuskan
sendiri!"
Tong hong Pek semakin cemas lagi, dari pembicaraan
yang dilakukan antara Hiat Goan Sin koen dengan
gurunya, ia bisa menarik kesimpulan bahwa diatas gunung
Lak Ban san telah terjadi peristiwa yang gawat sekali.
Sebagai seorang lelaki sejati tentu saja ia tak ingin berpeluk
tangan belaka.
Mendengar permintaannya ditolak Tong hong Pek segera
melangkah keluar dari kereta, tapi lukanya terlalu parah,
baru saja melangkah setindak ia tak kuasa berdiri dan segera
roboh keatas tanah.
"Hey, apa yang kau lakukan?" tegur Hiat Goan Sio-koen
kaget.
"Kau . . kau tak mau membawa aku pulang ke gunung
Lak Ban san . . aku . . aku bisa pulang sendiri!" teriak Tong
hong Pek sambil berusaha merangkak bangun.
Dengan sempoyongan dan jatuh bangun ia tinggalkan
kereta menuju kedepan, napasnya terengah-engah bagaikan
kerbau, ingin sekali ia merangkak naik kekursi kusir tapi
terasa sukar bagaikan mendaki kelangit.
Menyaksikan perbuatan sianak muda itu Hiat Goan Sin
koen mendengus.
"Tong hong Pek, jangan dikata kau masih menderita
luka parah, sekalipun ilmu silatmu masih utuhpun, jangan
harap bisa kau robohkan diriku.""Memang aku tak bisa robohkan dirimu, tapi kalau kau
tak mau membawa aku pulang kegunung Lak Ban san, aku
bisa putuskan urat2 nadi ku dan bunuh diri."
Mendengar ancaman ini Hiat Goan Sin-koen amat
terperanjat ia mencak2 sambil berteriak:
"Jangan, jangan, mari kita rundingkan dulu persoalan
ini."
"Bagus, kalau begitu segera antarkan aku pulang
kegunung Lak Ban san!" teriak Tong hong Pek dengan
napas terengah engah,
"Aaai . . . ! apakah kau tidak mendengar apa yang
dikatakan si bongkok sebelum berangkat tadi?"
"Tentu saja aku mendengar Sin koen, kau harus tahu
suhu hanya takut aku pergi menempuh bahaya, tapi
bagaimanapun aku harus pergi ke sana!"
Ucapan dari sianak muda ini memang masuk diakal, tapi
Hiat Goan Sin koen tahu bukan alasan itu yang ditakuti
sibongkok sakti, tapi ia tak ingin mempertemukan Tong
hong Pek dengan Tong hong Pacu.
Sebab Tong hong pacu bukan lain adalah ayah kandung
Tong hong Pek.
Hiat Goan Sin koen segera tertawa getir.
"Kalau memang kau kukuh terus tak mau mendengarkan
nasehatku, akupun tak bisa berbuat apa2 lagi. ." sembari
bicara tangannya seraya diulapkan se akan2 kehabisan
daya.
Tapi pada waktu itulah, mendadak jari tengahnya
disodok kedepan melancarkan sebuah totokan udara
kosong."Sreeet..." diiringi desiran tajam serangan tadi segera
menyambar keluar, jangan dikata pada saat ini ilmu silat
Tong hong Pek sudah punah, sekalipun tidak, berada dalam
keadaan tidak menduga sulit baginya untuk menghindarkan
diri.
Dalam sekejap saja darah Cian cing-hiat pada bahunya
sudah tertotok oleh serangan menotok diudara kosong dari
Hiat Goan Sin koen setelah berhasil simanusia monyet itu
segera meloncat kedepan, jari tengahnya bekerja berulang
kali menotok enam, tujuh tempat disekeliling tubuh Tong-
hong Pek, dengan kejadian ini tidaklah mungkin bagi si
anak muda itu untuk bunuh diri.
Setelah urusan selesai ia baru menghembuskan napas
lega, sambil berkata:
"Sekarang beres sudah, akan ku bopong kau naik
kekereta dan menghantarkan dirimu ketempat yang
sepantasnya kau pergi."
Tong hong Pek merasa amat gusar, tapi setelah tujuh,
delapan buah jalan daratnya tertotok, ia tak dapat bicara
lain kecuali mengawasi si manusia monyet dengan
pandangan gusar.
"Eeeei... kau tak usah melototi diriku dengan mata
malingmu." seru Hiat Goan Sin koen sambil membopong
pemuda kedalam kereta "Aku tak dapat membawa dirimu
ke gunung Lak Ban san, hal ini disebabkan aku harus
mendengarkan pesan gurumu sibongkok sakti kalau kau
mau salahkan nah, pergilah silahkan suhumu sendiri"
Saat ini Tong hong Pek merasa gusar bercampur
mendongkol, diam2 ia menghela napas panjang, pejam
mata dan membiarkan dirinya dibopong Hiat Goan Sin-
koen masuk dalam kereta.Demikianlah selama puluhan hari ia berbaring terus
didalam ruangan kereta, kemanakah ia dibawa oleh
manusia monyet tersebut ia sendiri pun tak tahu.
Kendari begitu, selama ini ia tak pernah tersiksa, Hiat
Goan Sin-koen melayani dirinya dengan seksama, setiap
kali menghidangkan makanan, jalan darahnya ditotok bebas
tetapi urat nadinya dicekal terus.
Suatu hari ketika senja telah tiba, Tonghong Pek merasa
kereta yang dikusiri Hiat Goan Sin koen tiba2 berhenti.
Diikuti terdengar derap kuda berkumandang datang dan
tempat kejauhan, menanti derap kuda tadi berhenti
terdengar seseorang menegur.
"Siapa anda?"
Orang itu merandek lalu berseru lirih:
"Bukankah anda. . anda adalah Hiat Goan Sin koen?"
Wajah Hiat Goan Sio koen sudah terkenal di seluruh
kolong langit maka dan itu tidak sulit bagi siapapun untuk
mengenalinya.
"Sedikitpun tidak salah." terdengar Hiat Goan sin koen
menjawab dengan suara berat.
Selama puluhan hari ini sudah banyak yang didengar
Tong hong Pek lewat jendela kereta, dia tahu selama ini
Hiat Goan Sin koen selalu berusaha mencari obat mujarab
guna menyembuhkan lukanya dari tiap orang Bu lim yang
ditemuinya baik permintaan itu dilakukan secara kasar
maupun halus, maka ia tidak heran dan bisa menduga kalau
kali inipun simanusia monyet melakukan hal yang sama.
Sementara Tonghong Pek masih berpikir terdengar orang
itu kembali bertanya:
"Entah apa maksud kedatangan Sin koen?""Aku ingin berjumpa dengan Ciang cungcu kalian."
Tong hong Pek diam2 terperanjat, ia dapat menduga
yang disebut Ciang cungcu ini pastilah ketua perkampungan
Han Gwat Cung yang amat tersohor dalam dunia
persilatan, cungcu mereka bernama si raja akhirat berwajah
dingin Ciang Gwat Hao.
Bukan itu saja, pemuda itupun merasa hatinya tergetar
sebab perkampungan Han Gwat Cung ini justru terletak
disebelah utara pegunungan Lak Ban San, atau dengan
perkataan lain berada sangat dekat dengan tempat
kediaman gurunya.
Keinginan untuk melarikan diri segera muncul dalam
benaknya, ia akan menggunakan kesempatan dimana jarak
dengan rumah sudah dekat, akan pulang dan membantu
gurunya.
Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen yang ada diluar
kereta mulai tidak sabar menanti lebih jauh, tapi ia tetap
berusaha menahan emosi, terdengar ia berkata:
"Anak murid seorang sahabatku terluka parah, aku
mohon lagi sebutir teratai raksasa berusia seratus tahun dari
Cung cu. agar kesehatannya dapat segera sembuh kembali."
"Sin koen, setiap orang Bu lim tahu teratai itu masak tiap
seratus tahun, selama dua puluh tahun Ciang cungcu cuma
mendapat tujuh butir, permintaan anda ini bukankah rada
keterlaluan dan hanya mencari gara2 dengan kami ?"
"Kau bukan Ciang Cungcu, kenapa begitu bawel dan
tahu kalau ia tak mau memberi ? aku ingin berjumpa
dengan cungcu, kau suka memberi laporan tidak ?" teriak
Hiat Goan Sin-koen gusar.
Orang itupun tidak paham."Kalau tidak kulaporkan, kau mau apa ?" jawabnya.
"Plook-..!" diiringi suara cambuk, orang itu menjerit
kesakitan. jelas Hiat Goan Sinkoen telah turun tangan
memerseni orang itu dengan sebuah cambukan.
Kereta kembali bergerak menerjang kedalam, diikuti
suara makian, serta bentakan gusar berkumandang dari
empat penjuru.
Hiat Goan Sin-koen benar2 nekat, ia terjang terus orang2
itu dan melarikan keretanya kedalam, sampai kemudian ia
membentak dan menghentikan keretanya secara tiba2.
Dari tempat kejauhan terdengar suara tertawa dingin
berkumandang datang tiada hentinya.
Tertawa orang itu amat sinis dan adem bagaikan dalam
gudang es, begitu menyeramkan sampai bulu kuduk padi
bangun berdiri
OodwoO
Bab 10
Sebentar kemudian terdengar suara langkah kaki yang
berat selangkah demi selangkah bergerak mendekat, Tong-
hong Pek merasa kereta bergetar keras kudapun mulai
meringkik ketakutan.
Pada waktu itulah Hiat Goan Sin koen baru buka suara
berkata:
"Ciang cung cu, beginikah cara perkampungan Han
Gwat Cung menerima kedatangan seorang tamu ?"
Suara tertawa dingin kembali berkumandang, hanya kali
ini suara tersebut muncul kurang lebih beberapa tombak
dan kereta."Hiat Goan Sin koen !" orang itu menjawab dengan
suara mengerikan "Kalau kau datang ke perkampungan
Han Gwat Cung untuk bikin onar, maka kedatanganmu
telah keliru tempat."
"Ciang Cung Cu !" Hiat Goan Sin koen pun tak mau
unjuk kelemahan, ia tertawa dingin pula.
"Aku datang dengan membawa seorang pasien, aku
mohon kau suka memberi sebutir teratai raksasa
kepadanya, mau beri atau tidak terserah padamu, tidak
sepantasnya kau menegur dengan suara kasar !"
Gelak tertawa seram kembali menggema ditengah
kesunyian.
"Sungguh bagus sekali caramu berpikir, kau anggap ada
berapa banyak teratai raksasa yang masak tiap seratus tahun
itu ? kalau setiap orang Bulim berbuat seperti kau, dan
membawa orang yang terluka datang keperkampungan Hao
Gwat Cung kami, meski tiap tahun aku mendapat hasilpun
takkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian !"
Sekarang, Hiat Goan Sin-koen tak berani mengumbar
napsu lagi, terpaksa ia tertawa serak.
"Hee..hee...hee... Ciang cungcu, kau harus tahu
keadaannya pada saat ini rada berbeda, sang pasien yang
kubawa datang mempunyai asal usul yang besar !"
Tonghong Pek yang mendengar perkataan ini diam2
tertawa getir.
"Seandainya ucapan itu ditujukan kepada jago kelas dua
atau kelas tiga, sebagai murid si bongkok sakti mungkin
akan dihormati." pikirnya. "Tapi Cungcu dari
perkampungan Han Gwat Cung bukan manusia
sembarangan, mungkinkah ia mau kasih muka?"Ia tertawa getir dan mulai merangkak bangun membuka
jendela kecil didepan kereta dan melongok keluar, ia
hendak menggunakan kesempatan sewaktu Hiat Goan Sin-
koen bertempur melawan Ciang Cung-cu ia akan melarikan
diri.
Sementara itu simanusia monyet sudah meloncat turun
dari atas kereta, sedangkan Ciang Gwat Ang tetap berdiri
tak berkutik ditempat semula, bukan saja ia membungkam
dalam seribu bahasa, bahkan wajahnya berubah semakin
dingin dan kaku sehingga membuat orang bergidik
ketakutan.
Wajahnya kurus kering tinggal pembungkus tulang
kulitnya berwarna abu2, bibirnya ungu dan pucat, boleh
dikata ia lebih mirip sesosok mayat hidup.
Sebenarnya ia berdiri didepan kereta, menjumpai Hiat
Goan Sin-koen meloncat turun, bagaikan sebatang pit
tubuhnya melayang mundur empat, lima depa kebelakang.
Setelah berdiri tegak, Hiat Goan Sin koen segera berkata:
"Kau jangan pergi, akan kuceritakan asal usul dari pasien
yang kubawa datang ini."
"Cepat katakan."
"Tidak bisa jadi" tapi dengan cepat simanusia monyet
menggelengkan kepala, "Orang lain tak boleh ikut
mendengar rahasia ini, sebab rahasia ini terlalu besar."
"Hiat Goan Sin-koen, kau anggap aku adalah seorang
bocah cilik berusia tiga tahun ?" jengek Cang Gwat Han
sambil tertawa seram, "Menempelkan telinga didekat
bibirmu dan mendengarkan obrolanmu. lalu kau turun
tangan membokong diriku ? Hmm ! enak benar ucapan itu.""Ciang cungcu, kau salah besar, kalau tidak dapat
dipercaya terhitung jagoan apakah diri kita ini ?" seru Hiat
Goan Sin koen sambil menggeleng, "Kalau kau takut aku
membokong dirimu. Nah, silahkan kau cekal dahulu urat
nadiku."
Sambil berkata simanusia monyet maju menghampiri
orang itu, gerakan Ciang Gwat Han sungguh amat cepat
sekali, baru saja orang itu maju ia sudah kebaskan ujung
bajunya menggulung pergelangan Hiat Goan sin koen dan
mencengkeram urat nadinya.
Menyaksikan kejadian itu Tong-hong Pek amat
terperanjat tapi ia tak dapat berbuat apa2 kecuali
memandangi simanusia monyet itu dengan hati kebat kebit.
"Sekarang kau sudah lega hati bukan ?" terdengar Hiat
Goan Sin koen bertanya dengan wajah tenang.
"Bagus sekali. Nah, cepat katakan !"
Hiat Goan Sin koen menghampiri orang itu semakin
dekat, lalu berbisik lirih disisi telinga Ciang GwatHan.
Beberapa patah kata ini diutarakan amat lirih, kecuali
ketua kampung tersebut, boleh dikata orang lain tak
mendengarnya sama sekali.
Beberapa saat kemudian tampak air muka Ciang Gwat
Han berubah hebat.
"Benarkah ?" ia berseru.
"Kalau aku berbohong biarlah Thian mengutuk diriku !"
Ciang Gwat Han tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian baru berkata kembali:
"Kalau begitu silahkan masuk kedalam perkampungan,
teratai raksasa pasti akan kupersembahkan untukmu."Hiat Goan Sin koen tertawa, "Ciang cung-cu, kau
sungguh dermawan, aku rasa budi pertolongan ini tentu
akan diingat selalu oleh orang2 itu." katanya.
"Aaah. . hanya satu pemberian kecil, aku tidak
mengharapkan balasan apapun. ." sahut Ciang Gwat Han
buru2 sambil tertawa getir.
Ia lepaskan cekalannya pada tangan Hiat Goan Sin koen
lalu meloncat naik keatas kereta ber-sama2 manusia monyet
itu, sebentar kemudian kereta melaju kembali kedepan.
Menyaksikan Ciang Gwat Han yang hebat ternyata
begitu menurut dan suka menyerahkan teratai berusia
seratus tahun kepadanya, Tong hong Pek keheranan, ia tak
tahu apa yang telah di ucapkan Hiat Goan Sin koen kepada
orang itu.
Roda bergelinding dengan ramainya sebentar kemudian
mereka sudah tiba disebuah tanah lapang luas depan pintu
perkampungan Han Gwat Cung, dan kereta tersebut
berhenti didepan sebuah bangunan megah.
Ketika Tong hong Pek dipayang turun dari atas kereta,
pemuda ini merasakan suatu perasaan yang sangat aneh,
hal ini disebabkan sekeliling perkampungan tak nampak
adanya pepohonan ataupun rumput, empat penjuru penuh
batu2 an berbentuk aneh dan mengerikan.
Batu2 itu ada yang berwarna hitam pekat, ada pula yang
berwarna merah, bentuknya kukoay. runcing
menyeramkan, kecuali itu terdapat pula kayu2 kering ada
yang mirip burung ada pula yang mirip binatang, aneh dan
mengerikan
Ketika Tong hong Pek turun dari kereta, Ciang Gwat
Han dengan sepasang matanya yang hijau menyeramkanmengawasi dirinya dari balik atas hingga kebawah begitu
tajam sinar matanya sampai pemuda itu merasa bergidik.
Tapi Ciang Gwat Haa tidak mengucapkan sesuatu,
dengan berjalan didepan ia membawa ke dua orang itu
masuk kedalam sebuah ruangan.
"Sin koen!" kata Ciang Gwat Han kemudian "Untuk
menelan teratai seratus tahun, masih harus dibutuhkan
darah segar dari beberapa ekor binatang, sebab dengan
demikian kasiatnya baru kelihatan untuk mengumpulkan
binatang2 tersebut paling cepat kita harus membutuhkan
waktu selama tujuh hari lamanya.
"Soal itu sih tak penting aku rasa, Ciang cungcu tentu
tidak menampik bukan kalau kita harus mengganggu
selama beberapa hari dalam perkampungan anda ?"
"Aaaah, tentu tidak, tentu tidak. . . " jawab Ciang Gwat
Han tertawa paksa," hanya saja cayhe punya satu
permintaan yang kurang sesuai."
"Ooow, tidak mengapa. silahkan cungcu utarakan"
"Dalam perkampungan kami masih ada sedikit urusan
yang tak ingin diketahui orang asing, lebih baik kalian
berdua jangan pergi kemana2 dan yang penting ajak anak
buahku bercakap2."
"Soal ini Ciang Cungcu boleh berlega hati, asalkan kau
suka mengesampingkan sebuah halaman untuk kami diami,
bukankah itu lebih bagus?"
"Benar, memang begini paling bagus! memang begini
paling bagus!"
Ia bertepuk tangan beberapa kali segera muncul dua
orang lelaki kekar jalan menghampiri.
Ciang Gwat Han segera berpesan."Bawalah kedua orang tamu terhormat ini ke pagoda
Siauw Coei Khek, jangan berayal dan baik2lah melayani
segala keperluannya!"
Dengan sangat hormat kedua orang itu mengiakan,
begitulah Hiat Goan Sin koen serta Tong hong Pek segera
diantar melewati beberapa ruangan dan tiba ditepi telaga,
luas telaga itu kurang lebih dua hektar, air telaga berwarna
hijau semu merah, kelihatan sangat aneh sekali.
Ditengah telaga berdiri sebuah pagoda yang dibangun
sangat indah dan megah, kedua orang lelaki itu segera
meloncat keatas sampan melepaskan tali pengikat dan
berseru:
"Silahkan kalian berdua naik keatas perahu?"
"Waaah. . waaaah. . bagusnya sih bagus tempat ini
bukankah kalian hendak mengurung kami secara halus.
Kedua orang itu tidak menggubris, seakan2 mereka tak
pernah mendengar ucapan dari Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet itu tak bisa berbuat lain, kecuali
memayang tubuh Tonghong Pek naik keatas perahu.
Kedua orang lelaki tadi segera mendayung perahunya
bergerak ketengah telaga menuju kepagoda tersebut.
Tangan kedua orang itu besar sangat kuat, perahu
bagaikan terbang melaju kedepan, tidak selang beberapa
saat kemudian mereka berempat sudah tiba dalam pagoda
tersebut dimana mereka disambut oleh empat orang lelaki
berdandan sebagai pelayan, Kepada keempat orang pelayan
itu kedua orang lelaki tersebut menyampaikan pesan2 dari
Ciang Gwat Han, kemudian meloncat kembali kedalam
perahu dan berlalu.
Dalam pada itu Hiat Goan Sin koen memeriksa keadaan
pagoda itu dengan seksama, bangunan tersebut terdiri daridua tingkat bukan saja di bangun amat megah, bahkan
perabotnya mewah dan mempesonakan, hanya saja kalau
tak ada perahu mereka susah untuk meninggalkan tempat
itu barang setengah langkahpun.
Menyaksikan keadaan ini Hiat Gwat Sin koen meraba
amat mendongkol, ia tidak menyangka Ciang Gwat Han
bisa menahan mereka berdua dengan cara halus.
Meski demikian, karena ada permintaan kepada orang
lain, terpaksa si manusia monyet ini menahan sabar sambil
diam2 mengeluh.
Tonghong Pekpun diam2 menghela napas panjang,
semula ia mengira masih ada kesempatan untuk melarikan
diri tapi sekarang setelah tahu dirinya terkurung ditengah
telaga ia jadi mengeluh, sebab bukan dengan demikian
usahanya untuk melarikan diri jadi gagal ? ? ?
Pelayanan keempat orang pelayan itu amat seksama,
tidak selang beberapa saat kemudian sayur dan arak telah
dihidangkan
Setelah bersantap merekapun membawa kedua orang itu
menuju kekamar tidur, Tonghong Pek kebetulan mendapat
kamar yang saling berhadapan dengan kamar Hiat Goan
Sin koen.
Setibanya dalam kamar pemuda itu jatuhkan diri
berbaring diatas ranjang, pikirannya amat kalut,
membayangkan keadaan suhunya yang pergi menjumpai
musuh tangguh, tak kuasa ia menghela napas panjang.
"Tong hong Kongcu, kenapa kau menghela napas
panjang." tiba2 dari belakang tubuhnya terdengar suara
teguran.
Ucapan ini muncul sangat mendadak, Tonghong Pek
yang tidak menyangka ada orang menegur dirinya padawaktu itu jadi sangat terperanjat hampir2 saja badannya
terbanting jatuh keatas tanah, buru2 ia cekal pinggiran
jendela dan berpaling.
"Aaah, Tonghong Kongcu, maaf sekali, kehadiranku
yang tak disangka telah mengejutkan dirimu!" kembali
orang itu berseru.
Kiranya orang yang muncul dalam kamarnya bukan lain
adalah ketua perkampungan Han Gwat Cung Ciang Gwat
Han adanya.
"Aaaah . . ternyata Ciang cungcu!" buru-buru Tong hong
Pek berseru dengan wajah jengah. "Entah apa maksud
kedatangan cungcu kemari."
Air muka Ciang Gwat Han berubah memberat, tapi
kelihatan jelas kalau ia berusaha keras untuk membaiki
Tong-hong Pek.
"Binatang2 yang dibutuhkan untuk menelan teratai
seratus tahun sudah kuperintahkan orang untuk
mempersiapkannya." ujar orang itu "Cayhe sedikit mengerti
tentang ilmu pertabiban maka dari itu sengaja kudatang
kemari untuk periksakan dahulu denyutan jantung kongcu."
"Aaaah , . harus merepotkan diri Ciang cungcu, cayhe
mana berani."
Ciang Gwat Han mengucapkan beberapa patah kata
kesopanan, lalu mencekal tangan Tong-hong Pek dan
menempelkan ketiga jari tangannya keatas nadi pemuda itu,
beberapa saat kemudian ujarnya:
"Luka yang kongcu derita sangat parah, tapi kau tak usah
kuatir setelah menelan teratai seratus tahun tersebut dalam
tiga hari lukamu akan sembuh kembali seperti sedia kala.Sejak dibokong oleh Loei Sam, keadaan Tong hong Pek
boleh dikatakan mirip seorang cacad, kini mendengar
dalam sepuluh hari ia bakal sembuh kembali seperti sedia
kala, hatinya sangat gembira.
"Terima kasih Cungcu" buru2 serunya.
Ciang Gwat Han bangun berdiri bergendong tangan dan
berjalan mondar-mandir dalam ruang, dipandang gerak
geriknya se akan2 ia hendak mengutarakan sesuatu, hanya
tak berani mengucapkannya keluar:
Menyaksikan keadaan orang itu, Tong hong Pek segera
berkata.
"Ciang cungcu, Teratai raksasa sulit sekali untuk
didapatkan berkat hadiahmu kepadaku, seumpama dalam
hati kau mempunyai kesulitan, katakanlah keluar."
"Tong hong Kongcu, aku memang ada satu persoalan
ingin mohon pertolongan ayahmu?" sahut Ciang Gwat
Han, air muka yang semula murung kini berganti dengan
sebuah senyuman Tong hong Pek tertegun apa maksud
ucapannya? minta bantuan ayahku?
Aku adalah seorang anak yatim piatu, siapakah ayahku
pun aku tak tahu, apa yang harus dijawab?
"Aaa, kesemuanya ini tentu hasil ngaco belo dari Hiat
Goan Sin koen, sehingga Ciang Gwat Han yang jeri pada
orang itu, suka menyerahkan teratai raksasa kepadanya."
pikir sianak muda itu.
Tonghong Pek adalah seorang jujur, ia serba salah
menghadapi persoalan ini.
"Kir. . . kiranya begitu . . tapi ayahku. ."
Ia tidak bisa bicara bohong, karena gelisah merah padam
selembar wajahnya.Ciang Gwat Han sama sekali tidak memperhatikan
kejengahan sianak muda ini, malahan sambil tertawa paksa
ujarnya kembali:
"Benar, benar ucapanmu memang tidak salah, tentu saja
ayah mu bukan manusia sembarangan, akupun tidak berani
mohon sesuatu kepadanya, aku hanya berharap sewaktu
ada dihadapan beliau Tonghong Kongcu suka
mengungkapnya sambil lalu."
"Hal itu boleh saja, apakah Ciang cungcu ada urusan
apa?"
Ciang Gwat Han tertawa getir.
"Bicara terus terang, tenaga dalam yang kulatih adalah
semacam Iweekang berhawa lunak, setengah tahun
berselang ketika aku sedang berlatih, mendadak kujumpai
hawa murniku menembusi jalan yang sesat..."
"Aaah ! kalau begitu kau...bukankah jalan api menuju
neraka ? kau.-." Seru Tonghong Pek terkesiap.
Kembali Ciang Gwat Han tertawa getir.
"Setelah kurasakan keadaan tidak beres, segera
disalurkan hawa murniku dan paksa hawa murni yang jalan
sesat itu berkumpul di urat Sauw-yi ada ditangani dimana
terletak jalan darah "Gan-ching" serta "Thian ching" dengan
demikian hitung2 aku berhasil lolos dari bahaya jalan api
menuju neraka."
"Oouw, kiranya begitu. kalau bukan tenaga dalam Cung
cu telah mencapai kesempurnaan, sulit untuk berbuat
demikian."
"Tonghong Kongcu, harap kau jangan memuji diriku,
sejak peristiwa itu hingga kini sudah ada setahun lebih,
selama setahun ini aku berusaha untuk paksa keluar hawamurni yang sesat tadi tapi selalu gagal, pernah aku minta
petunjuk beberapa orang sakti dunia persilatan mereka
bilang satu2nya cara adalah minta bantuan seseorang
menyalurkan tenaga lweekangnya kedalam badan ku dan
paksa hawa sesat tadi keluar dari tubuh."
"Cara ini memang bagus sekali, tapi mengapa beberapa
orang tokoh sakti dunia persilatan itu tak mau membantu ?"
"Bukannya mereka tak mau membantu, melainkan
tenaga lweekang mereka belum mencapai ke tingkat
tersebut, di-hitung2 dikolong langit dewasa ini cuma ada
dua orang yang memiliki kepandaian tersebut."
Tonghong Pek terperanjat, ingin sekali ia menanyakan
siapakah kedua orang itu. sebelum ia buka suara Ciang
Gwat Han telah melanjutkan:
"Kedua orang itu. yang satu adalah Si Thay sianseng dari
gunung Go bie dan orang kedua ada lah ayahmu.
"Oooouw, kiranya begitu tahu aku..."
Ucapan ini meluncur tanpa sadar, sebab sianak muda itu
sedang memikirkan persoalan lain.
Menanti ia sadar kembali, rasa terperanjat sukar
dilukiskan dengan kata2, serunya kembali:
"Apa yang kau katakan? dikolong langit dewasa ini cuma
Si Thay sianseng serta ayahku yang memiliki tenaga
lweekang sedahsyat itu?"
"Benar!"
Tong hong Pek benar2 amat terperanjat, ia tahu yang
dimaksudkan sebagai ayahnya tentulah Tong hong Pacu,
sijago lihay dari aliran sesat itu, sebab hanya dialah yang
patut disejajarkan dengan Si Thay sianseng dari aliran lurus,
jadi kalau begitu Hiat Goan Sin koen telah membohongiorang ini dengan mengaku dia sebagai putra Tonghong
Pacu? suatu gurauan yang sangat berbahaya..."
Tonghong Pek kaget, tapi ia tak mau membongkar
rahasia ini, buru2, tanyanya:
"Ciang cungcu, menurut pikiranmu siapakah ayahku?"
Suatu pertanyaan yang aneh membuat Ciang Gwat Han
tertegun dan tak tahu apa yang harus dikatakan.
Beberapa saat kemudian ia baru berkata. "Tong hong
Kongcu maksudmu..."
"Aku sedang bertanya kau kira siapakah ayahku, Ciang
cungcu, harap kau suka menjawab dengan sejujurnya."
Si Raja Akhirat berwajah dingin Ciang Gwat Han adalah
seorang jago kawakan, pengalaman nya sangat luas, setelah
mendengar ucapan itu, ia sadar tentu ada sesuatu yang tak
beres, buru2 jawabnya.
"Bukankah kau adalah putra dari Tong hong Pacu tokoh
sakti nomor wahid dikolong langit dewasa ini?"
Mendengar ucapan itu Tong hong Pek merasa
mendongkol bercampur geli, ia merasa dirinya untung
mengajukan pertanyaan tersebut sehingga kesalah pahaman
ini bisa diatasi mulai sekarang.
"Ciang Cungcu kau telah salah menduga " buru2
serunya. "Kau telah keliru menganggap aku dengan Tong-
hong pacu sama sekali tiada hubungan."
Air muka Ciang Gwat Han kontan berubah hebat ia
mundur selangkah kebelakang dan berseru:
"Tapi Hiat Goan Sin koen berkata demikian."
"Kau keliru, selama ini kau dibohongi Hiat Goan Sin
koen." tukas Tonghong Pek cepat."Tapi . . . tapi andapun she Tonghong, hal ini , . . hal ini
- . "
"Ha ha ha Ciang Cungcu, orang yang menggunakan she
Tonghong dikolong langit bukan satu dua orang belaka,
apakah mereka yang pakai she Tonghong Pek disebabnya
sewaktu suhu dan sunioku menemukan diriku, kebetulan
sinar sang surya baru muncul di ufuk Timur, sedang aku
adalah seorang anak yatim piatu, maka Tonghong atau
Ufuk Timur dianggap sebagai she ku !"
Setelah Tonghong Pek berkata demikian, mau tak mau
Ciang Gwat Han harus mempercayainya, ia tarik napas
panjang.
"Kalau begitu gurumu adalah . . ."
"Nama guruku tentu Sin Tuo? ia pun tinggal digunung
Lak-ban san ini, hanya satu diutara yang lain diselatan dia
adalah Si bongkok sakti Lieh Hwee Sin Tuo.
Wajah siraja akhirat berwajah dingin yang dasarnya
jelek, kini semakin jelek lagi.
Ia menggendong tangan dan berjalan mondar-mandir
dalam ruangan, serunya berulang kali.
"Kurang ajar, kurang ajar . ."
"Ciang cungcu, aku tidak tahu apa yang disampaikan
Hiat Goan Sin koen kepadamu " kata Tong-hong Pek
dengan nada kesal "Kalau aku tahu, seketika itu juga pasti
akan kubantah, harap Cungcu suka memaafkan
kelancangannya."
Ciang Gwat Han berhenti mengawasi wajah sianak
muda itu beberapa saat lalu berkata:"Kau benar2 seorang Koen cu yang jujur, aku sangat
kagum pada dirimu, hanya saja teratai berusia ratusan itu
adalah . . . adalah barang langka . . . kau ?"
"Ciang-cungcu kau boleh berlega hati aku tidak akan
membuat orang lain merasa sulit karena persoalan ini."
"Tentu saja aku percaya kau tidak akan memaksa diriku
tapiManusia monyet bajingan tua itu . - dia ! Aaaaai!"
Tonghong Pek tahu orang itu tentu merasa serba salah
menghadapi masalah ini. mendadak pikirannya rada
bergerak, ia berkata.
"Ciang cungcu, aku mempunyai suatu cara yang
sempurna!"
"Coba katakan..."
"Ciang cungcu malam ini juga kau hantar aku keluar
perkampungan tanpa diketahui Hiat Goan Sin koen,
dengan kepergianku maka ia tentu tidak akan menanyakan
soal teratai berusia seratus tahun itu lagi."
"Tidak bisa jadi" seru Ciang Gwat Han, meski demikian
senyuman menghiasi wajahnya. "Hiat Goan Sin koen
bukan manusia sembarangan, apabila ia menemukan
dirimu, maka dia tentu akan menuduh akulah yang
melarikan dirimu, yang kutakuti adalah dalam kegilaan ia
bakar perkampungan keluarga Ciang kami sehingga rata
dengan tanah."
"Soal itu mudah diatasi, aku akan tinggalkan sepucuk
surat yang menerangkan bahwa aku pergi atas kemauanku
sendiri.. lagi pula aku memang benar2 ingin meninggalkan
dirinya, hitung2 kau telah membantu diriku."
Kembali Ciang Gwat Han berjalan mondar mandir
dalam ruangan, beberapa saat ia memperhatikan suasanadiluar ruangan, setelah dirasakan aman ia baru
mengangguk.
"Baiklah !"
Tonghong Pek segera ambil kertas, dan menulis sepucuk
surat, menanti Ciang Gwat Han membaca dan dirasakan
tepat, kembali ia mengangguk .
"Bagus sekali, segera aku hantar kau meninggalkan
tempat ini"
"Setelah keluar dari perkampungan Han Gwat cung ini,
aku mohon Ciang cungcu pun suka menyediakan kuda,
agar perjalananku dapat ditempuh lebih cepat !"
Ciang Gwat Han hanya mengharapkan teratai seratus
tahunnya tidak sampai diberikan kepada pemuda ini, apa
permintaan Tonghong Pek segera dipenuhi semua.
Tong hong Pek melangkah keluar pintu, tapi dengan
cepat Ciang Gwat Han menghalangi niatnya, ia kempit
tubuh sianak muda itu dan menerobos keluar melalui
jendela.
Sianak muda itu terperanjat, hampir2 saja ia berseru
tertahan, karena ia tahu diluar jendela adalah air telaga,
Mereka loncat keluar lewat jendela bukankah tubuhnya
akan segera tercebur kedalam air.
"Jangan bersuara?" bisik Ciang Gwat Hao lirih.
Tonghong Pek terkesiap, ia membungkam. Tampaklah
tubuh mereka berdua dengan cepat meluncur kebawah dan
dalam sekejap telah tiba dipermukaan telaga, kakinya
ternyata berdiri di permukaan air dengan tenang.
"Ciang cungcu kau. ." seru Tong hong Pek terperanjat."Jangan bersuara, di bawah permukaan ada patokan
kayu sebagai penjaga, tentu saja aku bisa berdiri diatas
permukaan air seperti berdiri di atas permukaan tanah?"
Sekarang Tong hong Pek baru tahu, kiranya setiap tiga
depa Ciang Gwat Han maju setindak, sebab dibawah
permukaan air terdapat balok2 kayu tempat pijak kaki. tidak
aneh kalau dengan gampang ia bisa lari kesana kemari.
Dalam sekejap mata mereka telah tiba ditepi pantai.
Beberapa saat kemudian mereka tiba didepan pintu
perkampungan Han Gwat cung. Ciang Gwat Han bersuit
pendek, dan segera muncul dua orang lelaki kelar.
"Cepat sediakan seekor kuda jempolan !"
Kedua orang itu mengiakan, tidak selang beberapa waktu
mereka muncul kembali dengan membawa seekor kuda
jempolan yang tinggi besar.
Tonghong Pek segera meloncat naik keatas pelana dan
membedal kudanya meninggalkan perkampungan Han
Gwat cung, kuda lari dengan cepatnya kedepan, begitu
cepat sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Menanti fajar telah menyingsing ia sudah berada
ditengah pegunungan, keadaan medan amat berbahaya,
penuh dengan jurang yang curam dan mengerikan,
menunggu sang surya telah menerangi seluruh jagat, ia tiba
didekat sumber air.
Ia turun meneguk beberapa tegukan air, memandang
bukit yang menjulang tinggi ke angkasa, tak mungkin lagi
perjalanan bisa dilanjutkan dengan menunggang kuda.
Tonghong Pek menghela napas panjang, sambil
menepuk pundak kuda itu serunya:
"Terima kasih atas bantuanmu, nah pergilah !"Ia hantam pantat kuda itu keras2, diiringi ringkikan
panjang binatang itu lari kedepan dalam sekejap mata telah
lenyap dari pandangan.
Tonghong Pek memetik buah2an liar untuk menangsal
perut, lalu mencari sebuah batu yang datar dan berbaring.
Tengah malam telah menjelang, ditengah lelap2 rasa
ngantuk menyerang badan. tiba 2 pemuda itu menjumpai
cahaya api berkedip didepan mata.
Cahaya api itu bergerak terus tiada hentinya sepintas lalu
dapat diketahui tentu ada orang yang membawa obor
sedang melakukan perjalanan.
Anak muda ini terkesiap, segera pikirnya:
"Mungkinkah Hiat Goan Sin koen datang mencari aku ?"
Buru2 ia bersembunyi dibelakang batu cadas sambil
mengintip keluar.
Tidak selang beberapa saat kemudian cahaya api itu
bergerak semakin dekat, sedikitpun tidak salah, ia melihat
ada sesosok bayangan manusia bergerak dalang dengan
mencekal sebuah obor.
Tapi Tonghong Pek tidak melihat jelas raut mukanya.
Tiga puluh tombak. . . dua puluh lima tombak . . . dua
puluh tombak. . . secara lapat2 Tonghong Pek mulai
melihat orang itu memiliki rambut yang amat panjang
sehingga menutupi seluruh wajahnya, tapi ia tahu orang itu
adalah seorang perempuan
O-d-e0-w=i0-OJilid12
TONGHONG Pek mulai ragu2, ia tak tahu apa
sebabnya perempuan ini melakukan perjalanan ditengah
pegunungan malam2 begitu, ia makin terperanjat lagi
sewaktu orang itu berhenti kurang lebih tujuh delapan depa
di hadapannya.
Orang itu berhenti beberapa saat, lalu per lahan2 putar
badan sehingga ia berdiri membelakangi Tonghong Pek.
Jantung sianak muda ini berdebar semakin keras, ia lihat
diatas punggung perempuan itu tertancap sebilah pisau
belati, tusukan itu hampir menembusi punggungnya hingga
tinggal gagang pisau yang bercahaya tajam kelihatan sedikit
diluar.
Benar2 suatu kejadian yang tak berani dipercayai,
hampir saja ia terperanjat sehingga berteriak.
"Putriku . . dimana kau putriku!" mendadak terdengar
perempuan itu menjerit lengking.
Suara perempuan itu tajam dan melengking, didengar
dalam kesunyian serta kegelapan yang mencekam benar2
mengerikan sekali, lagi pula suaranya panjang tiada
berputusan, jelas membuktikan tenaga lweekangnya amat
sempurna.
Pada saat itulah dari tempat kejauhan terdengar suara
sahutan dari seorang perempuan juga.
"Aku segera datang . . !"
Tonghong Pek makin terperanjat lagi, ia kenali suara
tersebut sebagai gadis yang dipikirkan setiap hari, suara
tersebut adalah suara dari Si Soat Ang, jantungnya berdebar
keras, hampir2 saja meloncat bangun.Tapi ia menahan diri, pemuda itu tetap bersembunyi
dibalik batu sambil mengawasi keadaan dihadapannya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara langkah
manusia bergema datang. tampak seorang gadis dengan
mencekal obor berlari mendekat.
Gadis itu bukan lain adalah Si Soat Ang, hampir saja
Tonghong Pek berteriak saking girangnya.
Tampak Si Soat Ang berlari menghampiri perempuan
itu, lalu dengan wajah kesal berseru:
"Siang malam kita melakukan perjalanan terus,
sebenarnya kita akan pergi kemana ?"
"Putriku, aku hendak membawa kau pulang ke daerah
Biauw, pergi mengunjungi desa kita, disana ada gunung
yang indah, air yang jernih..."
"Aaaah...sungguh membosankan." tukas Si Soat Ang
sambil depak2 kakinya keatas tanah "Yang kau katakan
cuma itu saja, aku tak sudi pergi ke daerah Biauw."
Ucapan itu menggetarkan tubuh perempuan itu
rambutnya yang awut2an segera tersingkap.
Melihat tampang perempuan itu. Tong-hong Pek segera
teringat akan seseorang, ia teringat dengan Ciang Ooh
perempuan gila dari benteng Thian It Poo.
Tapi, kenapa Si Soat Ang mengakui dirinya sebagai putri
Ciang Ooh?
Setelah tergetar keras Ciang Ooh mengawasi wajah Si
Soat Ang tajam2, tiba2 ia menggeleng.
"Kau bukan putriku" katanya.
Mendengar ucapan itu, Si Soat Ang terperanjat, buru2
serunya"Tentu saja aku adalah putrimu, kau jangan ngaco belo!"
"Kalau kau adalah putriku kenapa tak suka kembali
kedaerah Biauw?" kata Ciang Ooh dengan nada menangisi
"Tempat itu adalah desa kita, disana indah sekali
pemandangannya, terdapat gunung yang indah . . ada. .!"
"Masih ada lagi air yang jernih, bukankah begitu?"
sambung Si Soat Ang tidak menanti ia menyelesaikan kata-
katanya "Hmm . . ! aku sudah bosan dengan kata-kata itu,
sekalipun kau ada maksud pulang kedaerah Biauw, tidak
seharusnya melakukan perjalanan siang malam dan
berputar2 terus ditengah pegunungan yang sunyi.
Mendengar ucapan itu kontan CiangOoh tertawa.
"Aku benar2 gembira, kau jangan gusar bagaimana kalau
kau membawa jalan?"
"Aaaah, hal ini jauh lebih baik lagi" seru gadis she Si itu
kegirangan.
Baru saja ia tutup mulut, mendadak ada seseorang
memanggil namanya:
"Nona Si !"
Si Soat Ang terperanjat, ia angkat kepala tampaklah dari
belakang sebuah batu cadas muncul seseorang untuk sesaat
ia tak tahu siapakah orang membuat hatinya benar2
terperanjat.
Orang yang memanggil Si Soat Ang barusan bukan lain
adalah Tonghong Pek.
"Nona Si aku adalah Tonghong Pek!" kembali sianak
muda itu berseru.
Seumpama Tonghong Pek tidak memperkenalkan diri,
mungkin keadaan rada genah, begitu diutarakan Si Soat
Ang semakin terperanjat.Tonghong Pek sendiri walaupun tak bisa dikatakan
ganteng sekali tapi ia sangat gagah sekali, tapi orang yang
muncul dari balik batu saat ini berwajah kurus kering
bagaikan mayat, begitu pucat mukanya sampai membuat
orang melihatnya jadi bergidik.
"Kau sebenarnya siapakah kau?" seru Si Soat Ang
dengan hati terkesiap.
Perlahan2 Tonghong Pek munculkan diri dari balik batu.
Baru saja badannya melangkah keluar tiba2 terasa
segulung angin serangan yang amat dahsyat meluncur
datang.
Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tidak lebih
cuma satu bagian, termakan oleh desakan angin desiran
demikian dahsyatnya, sang badan segera terjengkang
kebelakang dan menumbuk diatas batu besar.
Tumbukan ini membuat kepalanya pusing tujuh keliling,
angin pukulan semakin dahsyat menekan dadanya
membuat ia susah napas diikuti dadanya terasa amat sekali.
Tonghong Pek segera tenangkan pikiran, ia me rasa
badannya diangkat seseorang hingga meninggalkan
permukaan dan orang itu bukan lain adalah Ciang Ooh
yang tujuh bagian mirip setan. tiga bagian mirip manusia.
"Siapa kau ?" bentak Ciang Ooh sambil menunjukkan
sebaris giginya yang putih mengkilap, "Mengapa kau
menakuti2 putriku ?"
Napas Tonghong Pek ter sengkal2, untuk sesaat ia tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun, terpaksa dengan
ter engah2 katanya:
"Lepas tangan dulu, lee...lepas tangan dulu, aku.,.aku
adalah Tonghong Pek"Sementara itu Si Soat Ang telah menghampiri mereka
berdua, mengetahui orang itu bukan lain adalah Tonghong
Pek, dengan terperanjat bercampur ragu2 gadis itu berseru:
"Tonghong Pek, kiranya benar2 kau, kenapa kau... kau
bisa sampai disini ?"
Pada saat itu Tonghong Pek tak bisa berkutik, tenaga
untuk berbicarapun tak ada, ia cuma bisa menuding kearah
Ciang Ooh belaka.
Si Soat Ang mengerti maksudnya, buru2 ia berseru:
"Ibu, cepat lepas tangan , dia adalah sahabat-ku."
Ciang Ooh tertegun, kelima jari tangannya segera
mengendor.
Tubuh Tonghong Pek segera terbanting jatuh keatas
tanah, untung Si Soat Ang cepat memayang tubuhnya,
kalau tidak niscaya pemuda itu telah terbanting keras.
Berada dalam payangan gadis itu. Tonghong Pek tak bisa
berdiri tegak, seluruh badannya hampir bersandar ditubuh
gadis tersebut.
Lama sekali, sianak muda itu baru bisa tenang kembali,
katanya:
"Nona Si, kau...kau...dengan dia..."
Agaknya Si Soat Ang sudah tahu apa yang hendak
ditanyakan sianak muda itu. dengan cepat ia menukas:
"Panjang sekali kalau kau hendak mengetahui duduknya
perkara kau... janganlah bertanya lebih dahulu. Tonghong
toako, aku mengira kau sudah mati, kau . . ."
"Aku . . kalau bukan kau yang berangkat ke gunung Lak-
ban-san memberi kabar kepada suhuku, mungkin aku sudah
mati di luar perbatasan, nona Si secara bagaimana kau bisameninggalkan suhu serta sunioku? bagaimana keadaan
mereka?"
"Aku... akupun tak tahu!" gadis ini semakin bingung,
maka ia cuma menggeleng belaka.
Tonghong Pek melirik sekejap kearah Ciang Ooh lalu
kembali bertanya:
"Bukankah dia adalah Ciang Ooh dari benteng Thian It
Poo? secara bagaimana kau bisa saling menyebut sebagai
ibu dan anak dengan dirinya?"
Selama ini Ciang Ooh hanya berdiri membungkam
disamping kalangan terhadap apa yang diucapkan Si Soat
Ang serta Tonghong Pek sama sekali tidak menggubris tapi
begitu ucapan tersebut diutarakan mendadak ia menjerit
melengking.
"Apa yang kau katakan? dia adalah putriku."
Sambil berseru, sepasang matanya dengan penuh
kebencian melototi Tong hong Pek membuat orang yang
melihatnya jadi bergidik.
"Jangan kau tanyakan hal ini lebih dahulu." terdengar Si
Soat Ang menjawab "Kau datang kemari seorang diri? kau
hendak pergi kemana?"
"Sebenarnya aku cuma ingin bertemu sekejap dengan
dirimu, dan sekarang apa yang aku inginkan sudah
terpenuhi, aku tahu suhuku menjumpai kesulitan tapi aku
tidak mampu menolong . . pokoknya aku berhasil
menemukan dirimu!"
Si Soat Ang sangat terharu dengan kata2 itu sewaktu ada
dibenteng Thian It Poo hampir semua orang menuruti
omongannya karena takut, tak ada orang yang benar2 baik
padanya, ia cinta Liem Hauw Seng tapi sianak muda itumembenci dirinya, saat ini boleh dikata baru pertama
kakinya ia dirindukan oleh seorang lelaki, hatinya jadi
kacau dan tak mengerti apa yang harus dilakukan saat ini.
Perlahan2 ia menghembuskan napas panjang katanya:
"Tonghong toako, lukamu sangat parah..." Mendadak ia
berpaling memandang kearah Ciang Ooh dan terusnya:
"lbu, lukanya sangat parah tenaga Iweekangmupun
sempurna, kau bisa menyembuhkan lukanya, mau bukan
kau turun tangan membantu dirinya?"
"Menyembuhkan lukanya? apa itu?" Tenaga Iweekang
yang dimiliki Ciang Ooh memang lihay, tapi apa yang
dimiliki diperoleh tanpa sengaja, ia sama sekali tak tahu apa
yang dinamakan menyembuhkan luka itu, maka dari itu
segera ia utarakan kata 2 tersebut.
Si Soat Ang jadi mendongkol, ia men-depak2 an kakinya
keatas tanah.
"Aaaah masa gitu saja tidak tahu, salurkan tenaga
dalammu lewat jalan darah Leng Thay Hiat yang ada
dipunggungnya, maka luka yang ia derita akan segera
sembuh."
Ciang Ooh tetap bingung dan tak mengerti, ia mengucek-
ucek matanya.
Menjumpai hal itu Tonghong Pek segera tertawa getir
katanya:
"Nona Si, kau tak usah terlalu memaksa dirinya. . ."
"Kau jangan banyak bicara." Si Soat Ang menukas
dengan cepat. "semuanya biarlah aku yang aturkan bagimu
cepat kau duduk, biar aku ajari dia secara bagaimana
menyalurkan hawa murni nya kedalam tubuhmu."Tong-hong Pek tidak ingin menampik maksud baik Si
Soat Ang, ia segera duduk bersila keatas tanah dan mulai
menyalurkan hawa murni sendiri mengelilingi badan.
Sementara itu Si Soat Ang telah menggape ke arah Ciang
Ooh sambil berseru:
"Mari kau pun duduk disini."
Ciang Ooh menurut dan duduk, setelah duduk ia tertawa
lalu berkata:
"Aaaa sekarang aku paham sudah dengan duduk secara
begini maka dari dalam tubuh akan meluncur naik segulung
hawa, bukankah begitu? kekuatan hawa itu amat besar
sekali!"
"Betul betul sekali" seru Si Soat Ang kegirangan "Nah
kau harus salurkan hawa yang sangat kuat itu kedalam
tubuhnya, tapi kau harus bekerja perlahan-lahan, sebab
kalau sedikit terlalu cepat, ia tidak akan tahan dan bakal
mati ditanganmu."
"Perlahan-lahan?" tanya Ciang Ooh tertegun, "Benar,
makin lambat makin baik"
"Kalau ingin per lahan2, kita tak bisa duduk cara begini,
kalau duduk cara ini, hawa tersebut bergerak sangat cepat,
kalau mau per lahan2 harus begini . . ."
Sambil berkata ia ganti gaya duduknya dengan suatu
bentuk yang sangat aneh sekali.
Si Soat Ang keheranan. Tonghong Pek tertegun. sebelum
mereka sempat berbuat sesuatu Ciang Ooh telan
menempelkan tangan kanannya keatas pundak sianak muda
itu.
Ciang Ooh siperempuan tengkorak sama sekali tidak
kenal dimanakah letak jalan darah Leng Thay Hiat tersebut,sewaktu tangannya di tempelkan keatas punggung sianak
muda itu Si Soat Ang segera menangkap pergelangannya
dan menempelkan tepat diatas jalan darah Leng thay hiat
pemuda itu.
Begitu jari tangan menempel dibadan, seluruh tubuh
Tonghong Pek tergetar sangat keras.
"Plaak,.!" kembali tangan kiri Ciang Ooh di tekankan
keatas telapak tangannya.
Tonghong Pek segera merasakan ada segulung tenaga
yang amat dahsyat meluncur keluar dari telapaknya,
menembusi jalan darah Leng-thay-hiat dan segera
menerjang masuk.
Seharusnya berada dalam keadaan seperti ini, Tonghong
Pek harus merasa sangat nyaman, tapi dalam waktu2
tersebut, anak muda merasakan seluruh badannya amat
sakit.
Hal ini dikarenakan cara penyembuhan yang di gunakan
terlalu berat, seakan2 seorang yang kelaparan mendadak
diberi makan kenyang sekali.
Tak tahan lagi ia mulai merintih.
"Tonghong toako, bagaimana perasaanmu ?" Si Soat
Ang segera bertanya dengan nada kaget.
Tapi ketika itu Tonghong Pek sedang salurkan hawa
murninya agar bisa bergabung dengan tenaga lweekang
Ciang Ooh yang meluncur ketubuhnya.
Ia tak bisa pecahkan pikiran apalagi bicara, waktu
mendengar apa yang dikatakan gadis tersebut tapi ia tak
dapat menjawab kecuali mengangguk belaka.
Lama kelamaan rasa sakit yang menyerang tubuh
Tonghong Pek mulai berkurang dan ia merasa tenagamurninya dengan cepat pulih kembali seperti sedia kala
sementara itu hawa murni Ciang Ooh tiada berkeputusan
mengalir terus kedalam tubuhnya.
Entah berapa lama sudah lewat, ia merasa tenaga
dalamnya paling sedikit sudah pulih enam tujuh bagian, ia
baru teringat setelah tenaga dalamnya pulih dalam waktu
singkat, tenaga lweekang perempuan tengkorak itu pasti
berkurang, ia tak mau menguntungkan diri dan sebaliknya
merugikan orang lain.
Matanya segera dipentangkan tarik napas panjang-
panjang dan berkata.
"Harap cianpwee suka tarik kembali hawa murnimu, aku
telah sembuh!" sembari bicara ia bangkit berdiri,
"Braak . ." begitu ia bangun, di belakang tubuhnya
terdengar seseorang roboh keatas tanah, Tong Hong Pek
sangat terperanjat.
Ia berpaling dan temukan orang yang roboh itu bukan
lain adalah CiangOoh.
Tonghong Pek semakin terperanjat.
"Dia . , kenapa dia?" tanyanya gugup.
Pertanyaan ini jelas diajukan kepada Si Soat Ang, namun
gadis itu tidak menggubris sebaliknya malah lari kehadapan
si anak muda itu dan berkata dengan wajah kegirangan.
"Tonghong toako, kau sungguh2 telah sembuh? air
mukamu sudah segar kembali, coba lihat keadaanmu sudah
jauh berbeda dengan sewaktu kita bertemu pertama kali
tadi."
Tonghong Pek sangat terharu ia cekal tangan gadis itu
dan berkata:"Benar, aku jauh lebih baikan tidak seperti keadaan tadi,
lemah dan sama sekali tak bertenaga."
Si Soat Ang tertawa.
"Sungguh tak kusangka Ciang Ooh masih mempunyai
kegunaan yang begini besar sungguh di luar dugaan . .
hebat!"
"Beee . . benar, bagaimana dengan Ciang Ooh?"
"Siapa tahu! bukankah secara tiba2 ia jatuh? aku lihat,
kebanyakan ia sudah kehabisan tenaga lweekangnya!"
Tonghong Pek kaget, ia lepaskan tangan Si Soat Ang dan
berkelebat kesisi Ciang Ooh lalu berjongkok dan memeriksa
keadaannya.
Begitu diperiksa, ia semakin kaget:
Air muka Ciang Ooh memang jelek dan mirip tengkorak,
meski demikian masih terlihat bahwa ia tetap hidup.
Lain halnya dengan sekarang, wajah yang kurus kering
telah berubah jadi pucat pasi, badannya tak berkutik,
keadaannya tidak berbeda dengan sesosok mayat.
Napasnya telah kempas-kempis dan lemah sekali, jelas
kematian tengkorak itu sudah berada diambang pintu,
buru2 pemuda itu memayangnya bangun.
Tapi si anak muda ini tak tahu apa yang harus dilakukan,
ia cuma bisa menghela napas dan mohon bantuan Si Soat
Ang.
"Tonghong toako, apa yang hendak kau katakan ?" tegur
Si Soat Ang dengan alis berkerut.
"la telah salurkan segenap hawa murninya ke dalam
tubuhku, sementara ia sendiri jadi kehabisan tenaga dan
berada dalam keadaan yang kritis, kita harus berusahamenyadarkan dirinya terlebih dahulu, kemudian cari
kembali apakah ada cara yang bisa kita gunakan untuk
menolong dia !"
"Tonghong toako, kau benar2 tolol, kenapa ia harus
ditolong ? biarkan ia mati !"
Ucapan ini seketika membuat Tonghong Pek tertegun,
lama sekali ia tak dapat mengucapkan sesuatu.
"Kau...kau...apa yang kau katakan ?"
"Aku bilang, jangan menggubris dia. Eeei bukankah kau
berkata hendak menjumpai suhumu ?"
Air muka Tonghong Pik berubah hebat, ia tidak mengira
Si Soat Ang memiliki watak yang begini jelek, per lahan2 ia
bangun berdiri, menatap wajah gadis itu tajam2 dan sepatah
demi sepatah berseru:
"Kau...kau... apa yang kau katakan ?"
Kali ini gantian Si Soat Ang yang tertegun. ia melihat air
muka sianak muda itu telah berubah hebat, hal ini membuat
gadis she Si ini jadi amat terperanjat.
"Kee...kenapa kau ?" tanyanya.
"Barusan apa yang kau katakan ?" tanya Tong hong Pek
sekali lagi.
Si Soat Ang mendongkol bercampur geli, sambil depak
kakinya keatas tanah ia menjawab:
"Eeei...kenapa sih kau ini ? bukankah aku sudah
mengucapkan ini sampai berulang kali ? jangan menggubris
dirinya, kita pikirkan saja perjalanan kita"
Lama sekali pemuda itu tertegun, hampir saja ia tidak
percaya dengan telinga sendiri akhirnya ia menghela napas
panjang."Nona Si!" ujarnya, "Ia bisa begini karena menolong aku
menyembuhkan luka dalamku, tidak seharusnya kita
tinggalkan dia seorang diri dalam keadaan seperti ini!"
"Lalu apa yang kita harus lakukan? dia ada lah seorang
manusia yang sudah dekat dengan ajalnya, bagaimana juga
kita tak mungkin meneruskan perjalanan dengan
menggotong tubuhnya sekalipun kita bawa dia pergi,
akhirnya toh ia bakal mati juga!"
Dengan termangu2 Tonghong Pek mengawasi wajah Si
Soat Ang ia merasa amat sedih, semula ia ingin mendekati
gadis itu dan bermesraan dengan dirinya, tapi dalam
sekejap ia merasa bahwa antara dia dengan gadis she Si itu
sebenarnya terpisahkan oleh sebuah jurang yang sangat
dalam.
Menyaksikan air muka sianak muda itu rada sedikit
aneh, Si Soat Ang segera menegur:
"Kenapa? apakah ada yang tidak beres?" Tonghong Pek
tertawa getir!
"Nona Si. apakah... kecuali kita tinggalkan dia seorang
diri di sini, tak ada cara lain yang lebih baik lagi ?"
tanyanya.
"Buat apa pikirkan cara yang lain? biarkanlah ia
berbaring seorang diri disana sambil menantikan ajalnya !"
Tonghong Pek menghela napas panjang, helaan napas
tersebut lebih mendekati suara rintihan, ia berkata.
"Tapi ia jadi begini karena ingin menolong diriku, kita
tak bisa tinggalkan dia seorang diri !"
Si Soat Ang bukan seorang gadis tolol, sejak melihat
perubahan air muka sianak muda itu ia sudah waspada, dankini setelah mendengar apa yang dikatakan ia jadi sadar dan
mengerti duduk nya perkara.
Dalam sekejap Si Soat Ang merasa mendongkol
bercampur geli.
"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanyanya "kau
hendak mengembalikan tenaga yang telah kau terima itu?
sekalipun kau hendak menolong jiwanya, kau tidak
memiliki kemampuan tersebut!"
Mendengar perkataan itu, Tong hong Pek semakin
tertawa getir, ia tahu apa yang diucapkan gadis tersebut
adalah kenyataan, untuk menyelamatkan jiwa seseorang
yang kehabisan tenaga dalam maka sang penolong harus
memiliki pula tenaga dalam yang amat sempurna. Dengan
apa yang dimiliki Tonghong Pek saat ini tentu saja tidak
mungkin bisa melakukannya.
Menjumpai Tonghong Pek dibikin bungkam, Si Soat
Ang tak mau lepaskan peluang ini begitu saja, kembali ia
berkata.
"Atau mungkin, bawa dia keluar dari gunung ini dan
mencari orang lain yang mampu menolongnya. tapi kau
lihat, apakah ia bisa hidup setengah jam lagi?"
Tonghong Pek tunduk kepala memandang sekejap diri
Ciang Ooh waktu itu keadaan dari perempuan tengkorak ini
tiada berbeda lagi dengan sesosok mayat yang sudah mati
lama.
Terpaksa ia tertawa getir dan sesaat tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun, tapi ia tahu Si Soat Ang
tetap salah, maka dari itu setelah lama sekali tertegun ia
baru berkata:
"Kalau begitu kita . . kita harus menunjukkan berduka
cita, sebab dia . .""Tonghong Toako!" sela Si Soat Ang tidak sampai ia
menyelesaikan kata2nya. "Semula aku mengira kau adalah
seorang lelaki sejati yang berwatak riang gembira, tak
disangka sebenarnya kau suka berpura pura sedih dan pura2
menaruh rasa kasihan kepada orang lain."
"Kapan aku . . aku berpura-pura?" tanya Tonghong Pek
tertegun.
"Bukankah kau tahu bahwa dia sudah tidak ketolongan
lagi? sekalipun kau bersusah hati sampai ususmu putus, apa
gunanya?"
Tonghong Pek tersudut dan beberapa saat lamanya tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Beberapa saat lamanya ia baru tertawa getir, geleng
kepala dan berkata:
"Akupun tahu apa yang harus kukatakan. . sungguh tak
kusangka aku harus mencelakai seseorang yang sama sekali
tak kukenal, hatiku merasa tidak enak dan amat sedih !"
"Sudahlah, kau tidak usah ber pura2 punya hati welas
lagi" kata Si Soat Ang sambil tertawa. "Ciang Ooh adalah
seorang perempuan gila sekalipun ia hidup juga percuma,
sebab ia tak dapat merasakan apa artinya kehidupan itu
sendiri, dari pada hidup menanggung derita. bukankah jauh
lebih baik mati sejak saat ini?"
Tonghong Pek tak bisa berkata apa2 lagi, tapi ia tetap
menggeleng berulangkali.
"Eeei sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?" tegur Si
Soat Ang, lama kelamaan ia mulai tak sabaran.
Tonghong Pek membungkuk, meletakkan jari tangannya
keatas lubang hidung Ciang Ooh. lama sekali ia baru
bangun berdiri dan bergumam:"Dia sudah mati !"
Si Soat Ang mendongkol, apa yang diucapkan sianak
muda itu tidak digubris. ia menyingkir dan duduk diatas
sebuah batu besar.
Tonghong Pek angkat kepala memandang sekejap kearah
gadis itu, sebenarnya ia ingin minta bantuan Si Soat Ang
untuk mengubur jenasah Ciang Ooh, tapi melihat air muka
gadis itu cemberut ia sadar, meski buka mulut juga
percuma.
Maka ia tetap membungkam, sinar matanya memeriksa
sekejap kearah disekelilingnya, tampak disebuah batu besar,
separuh terpendam didalam tanah.
Ia berjalan mendekati batu itu, dengan sekuat tenaga
didorongnya, batu itu cuma bergoyang sedikit, ia
membentak keras, dengan segenap tenaga kembali
didorongnya batu tersebut
Saat itu hawa murninya sudah pulih enam tujuh bagian,
dapat perkiraannya tenaga itu belum cukup kuat untuk
menggulingkan batu itu, ia ingin minta bantuan gadis
tersebut.
Tapi sewaktu terakhir kali ini mendorong batu itu,
mendadak Tonghong Pek merasakan kekuatan hawa murni
yang ia miliki sangat luar biasa dahsyatnya, hawa Iweekang
mengalir ke luar dengan begitu deras laksana gulungan air
di tengah samudra.
Menanti ia membentak keras batu yang didorongnya itu
segera meninggalkan permukaan dan menggelinding jauh
dari tempat semula.
Menyaksikan kejadian itu Si Soat Ang terperanjat,
dengan cepat ia bangun berdiri.Tonghong Pek sendiripun tertegun, sekarang ia baru tahu
bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan pesat,
peristiwa ini patut digembirakan juga patut disedihkan.
Sebab yang membuat ia memiliki tenaga dalam sehebat
ini bukan lain adalah Ciang Ooh, sedangkan Ciang Ooh
sendiri telah mati.
Dalam pada itu Si Soat Ang telah lari menghampiri
pemuda itu, sambil mencekal lengannya ia berseru:
"Tonghong toako, kau... apakah kau merasa bahwa
tenaga dalam yang kau miliki saat ini jauh lebih hebat dari
dahulu ?"
Tonghong Pek menghela napas dan mengangguk.
"Aaah bagaimana sih kau ini ? bukankah peristiwa ini
merupakan suatu kejadian yang patut digirangkan? kenapa
kau malahan bermuram durja? Hmm sungguh aku tak tahu
perkataan apa yang bisa membuat kau tertawa ?"
Tonghong Pek kembali tertawa getir.
"Nona Si, coba kau lihat Ciang Ooh telah mati . , aku . .
"
Melihat pemuda itu tetap murung, sepasang mata Si Soat
Ang menajam.
"Baru saja manusia macam begini mati, kau telah tidak
menggubris diriku, apakah kau tak tahu, demi dirimu
akupun hampir saja menemui ajalnya?"
Tonghong Pek terharu, ia tidak tega membiarkan gadis
itu menangis karena sedih, segera ujarnya.
"Nona Si, aku tahu kau menderita karena aku siapa
bilang aku tidak menggubris dirimu lagi? Sudahlah, jangan
menangis."Bukannya berhenti, air mata gadis itu mengucur keluar
semakin deras, kembali serunya:
"Kau jangan gubris diriku, kau. . kau anggap aku tidak
tahu bahwa dalam hatimu kau memperolok2 diriku,
mengatakan aku tidak baik, tidak memperdulikan
keselamatan orang tapi . . tapi kau harus sadar, aku jadi
tolol karena memikirkan keselamatanmu?"
Selesai berkata mendadak ia putar badan dan lari
meninggalkan tempat itu.
"Nona Si," buru2 Tonghong Pek berseru:
Sambil berteriak, dengan cepat ia cekal lengan Si Soat
Ang erat2.
Gadis itu meronta sejadinya ia berteriak:
"Lepaskan diriku, lepaskan diriku. . biarkan aku pergi!"
"Nona Si, dengarkanlah perkataanku!"
"Perkataan apa yang perlu aku dengar?" seru Si Soat Ang
sambil menangis tersedu2.
"Kau anggap aku adalah seorang manusia rendah yang
tak punya malu, apa lagi yang harus dikatakan?"
"Aaaa..! Nona Si tadi aku memang pernah berpikir
demikian tapi. . tapi . ."
Ucapan ini membuat Si Soat Ang terperanjat, ia segera
berpikir:
"Untung aku bisa memberikan reaksi dengan cepat,
kalau tidak, mungkin Tonghong Pek tidak akan menggubris
diriku lagi!"
Walaupun berpikir demikian, air mukanya tetap berubah
memerah, katanya dingin."Bagus sekali, lalu apa maksudmu menarik diriku?"
"Nona Si, waktu itu pikiranku sedang butek, harap kau
jangan pikirkan dalam hati!"
Ucapannya ini sama dengan permintaan maaf kepada Si
Soat Ang, gadis itupun bukan manusia bodoh, tentu saja ia
dapat menangkap arti dari kata2 itu. segera ia menghela
napas panjang.
"Tonghong toako." katanya "Kau hanya memikirkan
buat diri sendiri, dan tak pernah kau gubris apakah Orang
lain sedih atau tidak!"
"Nona Si, kalau begitu kita kuburkan dahulu Ciang Ooh
ini bukankah tadi kau panggil dia dengan sebutan "ibu"?
sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Ciang Ooh punya seorang putri, tapi sejak dilahirkan ia
tak tahu kemanakah putrinya itu."
"Aaah! mungkinkah putri dari Ciang Ooh masih berada
dibenteng Thian It Poo?"
Pertanyaan dari sianak muda ini diajukan sepintas lalu,
namun cukup mendebarkan hati Si Soat Ang, buru2 ia
melengos.
"Mana mungkin, siapapun tidak tahu putrinya berada
dimana, ia paksa untuk menganggap aku sebagai putrinya,
kalau aku tidak mengabulkan dia akan membunuh aku!"
"Aaaah, kiranya dia. . diapun begitu jahat!"
"Hal ini pun tak salahkan padanya" kata Si Soat Ang,
kini ia malah berlagak seperti orang baik, "Dia gila! sinting
dan sama sekali tak mengerti persoalan apapun, meskipun
ia jahat kepadaku, tapi ia sudah menolong dirimu hitung2
kita berdua punya hutang terhadap dia.""Nona Si, kalau begitu mari kita kubur dahulu
jenasahnya, kemudian pergi mencari suhu dan sunioku."
"Tonghong toako, suniomu..."
Teringat akan sunio dari Tonghong Pek ini, gadis
tersebut segera teringat kembali akan peristiwa yang
berlangsung didalam hutan bambu itu, maka hampir saja ia
menceritakan kejadian itu kepada sianak muda ini.
Tapi teringat bahwa ucapan tersebut tidak pantas
diceritakan olehnya apalagi seorang gadis, maka sampai
ditengah jalan ia membungkam kembali.
"Bagaimana dengan sunioku ?" Tonghong Pek segera
bertanya dengan hati cemas.
"Suniomu...dia...ada seorang datang mencari dia,
ternyata ia kenal dengan orang itu."
Tonghong Pek semakin kebingungan lagi setelah
mendengar ucapan itu, buru2 desaknya:
"Kenapa dengan sunioku? cepat kata kan !"
"Ternyata...ternyata...sepasang mata suniomu buta dan
tak dapat melihat apapun."
"Benar, sepasang matanya memang buta, tapi sejak aku
mengetahui urusan, walaupun sepasang matanya buta, ia
sangat baik memperlakukan diriku, ada kalanya apabila aku
melakukan perbuatan salah, suhuku yang berangasan
menegur diriku, sunio tentu melindungi aku habis2an."
Teringat akan kebaikan sunionya ingin sekali Tonghong
Pek bercerita lebih banyak, tapi dengan cepat ia
membungkam dan bertanya:
"Tadi kau mengatakan ada orang pergi mencari sunioku,
dan orang itu teman lama dengan sunioku, orang ini..
siapakah sebenarnya orang ini?"Sebenarnya Si Soat Ang tidak ingin menjawab tapi
didesak oleh pemuda itu, terpaksa ia berkata.
"Gembong iblis nomor wahid dikolong langit Tonghong
Pacu!"
"Apa? Tonghong Pacu?" teriak Tonghong Pek
terperanjat. "Aaah tidak mungkin masa sunio ku kenal
dengan Tonghong Pacu gembong iblis paling keji itu."
"Aku sendiripun tak tahu, bukankah kau mengatakan Lit
Hwee cianpwee telah pulang ? maka kita berangkat kesana,
mungkin aku segera akan tahu !"
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia ingin sekali
segera tiba diatas gunungnya dan menjual peti gurunya.
"Baik, mari kita kubur dulu jenasah Cang Ooh!"
Bagitulah, ia dengan Si Soat Ang seorang mengangkat
kepala yang lain mengangkat kaki, membopong Ciang Ooh
dari atas tanah
Waktu itu pikiran Tonghong Pek sedang kacau dan tidak
perlu memperhatikan mayat Ciang Ooh, lain halnya dengan
Si Soat Ang, walaupun ia membopong sepasang kaki
perempuan tengkorak itu tapi ia dapat melihat bahwa
kelopak mata CiangOoh masih berkedip.
Gadis itu terperanjat, hal ini membuktikan bahwa ia
belum mati, hampir2 saja ia menjerit saking kagetnya.
Tapi ia tarik kembali suaranya, sebab ia tahu bila
Tonghong Pek tahu Ciang Ooh belum mati, ia pasti akan
berusaha-menolong dan menyelamatkan jiwanya, pekerjaan
ini bakal merepotkan mereka. terutama dia, oleh Ciang Ooh
hendak ajak dia kembali kedaerah Biauw.Maka ia tetap membungkam, ber-sama2 Tong hong Pek
menggotong tubuh Ciang Ooh kedalam liang tanah,
kemudian menguburnya kedalam tanah.
Setelah penguburan selesai, Tonghong Pek berkata:
"Nona Si, mari kita pergi !"
Tubuhnya segera berkelebat cepat menuju ke depan, tapi
belum jauh ia bergerak mendadak dari depan mata
berkelebat datang pula sesosok bayangan manusia.
Sambil bergerak mendekat, orang itu berteriak lengking:
"Kalian hendak lari kemana ?"
Gerakan tubuh orang itu amat cepat, belum habis ia
bicara badannya telah berdiri tegak di hadapan Tonghong
Pek serta Si Soat Ang.
Orang itu bukan lain adalah Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet.
Tonghong Pek yang berjumpa dengan Hiat Goan Sin
koen walaupun merasa pertemuan ini merupakan suatu
kejadian yang berada diluar dugaan, tak lebih cuma merasa
jengah.
Sebaliknya Si Soat Ang amat terperanjat, ia tarik napas
panjang air mukanya berubah hebat.
Untuk beberapa saat lamanya baik Tonghong Pek
maupun Si Soat Ang tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun.
Sementara itu terdengar Hiat Goan Sia-koen menegur
dengan nada dingin:
"Tonghong Pek, kau hendak pergi kemana?"
"Aku hendak bertemu dengan suhuku!"Air muka Hiat Goan Sin koen berubah hebat, dasar
mukanya yang jelek kini semakin menyeramkan saja.
"Sebelum pergi bukankah suhumu telah melarang kau
pergi kesana? apa kau sudah lupa ?" ia menegur.
Merah padamselembar wajah Tonghong Pek.
"Aku masih ingat!" sahutnya, "Tapi. . . bukan saja
Tonghong Pacu hendak mencari suhu-ku, iapun hendak
mencari gara2 dengan sunioku, aku tak boleh membiarkan
mereka saling bergebrak sehingga salah satu diantaranya
binasa!"
"Cis, kentutmu! kau anggap suhumu tolol dan tak bisa
bikin jelas duduknya persoalan, apa gunanya kau pergi
kesana ? ayoh cepat ikut aku berlalu dari gunung Lak ban-
san ini dan jangan kembali lagi."
"Tidak!"
"Kau bilang apa?" teriak Hiat Goan Sinkoen sambil
menjerit aneh, seluruh rambutnya pada bangun berdiri.
"Aku bilang, aku tak mau pergi bersama kau."
Hiat Goan Sin koen menjerit lengking, mendadak
tangannya bergerak mencengkeram keatas bahu sianak
muda itu.
Sejak semula Tonghong Pek sudah siap sedia, hawa
murni telah disalurkan mengelilingi badan, begitu Hiat
Goan Sin-koen melancarkan serangannya, dengan sebat ia
melompat mundur kebelakang.
Serangan dari Hiat Goan Sinkoen ini dilancarkan cepat
laksana kilat, tapi gerakan tubuh Tonghong Pek pun tak
kalah sebatnya, baru saja tangannya bergerak, sianak muda
itu sudah mundur sejauh lima-enam depa.Hiat Goan Sin-koen terperanjat, buru2 ia tarik kembali
tangannya sambil berteriak:
"Hmm berapa biji teratai seratus tahun yang telah kau
makan? secara bagaimana lukamu bisa sembuh dengan
cepat?"
"Ini bukan urusanmu, lebih baik kau jangan banyak
bicara Hmm! apa saja yang kau katakan kepada Ciang
Cungcu, aku adalah putra Tonghong pacu simanusia iblis
itu? kau terlalu menghina diriku. akhirnya apa yang
sebenarnya telah terjadi sudah kukatakan semua
kepadanya, coba kau pikir, apakah ia suka menghadiahkan
teratai seratus tahun kepadaku?"
"Hmm, lalu cara bagaimana lukamu bisa sembuh ?"
"Aku tiba ditempat ini dan berjumpa dengan nona Si
serta Ciang Ooh, siperempuan tengkorak inilah yang
menyalurkan hawa murninya."
"Sekarang dimanakah perempuan itu?" belum habis
pemuda itu berkata, Hiat Goan Sin koen telah menukas.
"Aaaa . . ia sudah mati. barusan saja kami kubur
jenasahnya disitu?" sambil berkata pemuda itu menuding
kearah gundukan tanah yang baru saja mereka buat.
Hiat Goan Sin koen menjerit melengking, ia meloncat
kearah gundukan tanah, makinya kalang kabut.
"Perempuan edan, perempuan sialan, akhirnya kaupun
mati juga, kenapa sejak dulu kau perempuan edan tidak
takut mati."
Sebenarnya kuburan itu amat kuat. kena diinjak oleh
Hiat Goan Sin koen tanahnya segera amblas sedalam
beberapa depa, Tonghong Pek tahu tenaga dalam manusia
monyet ini sangat lihay, karena takut jenasah Ciang Oohhancur berantakan terhajar injakan tersebut, buru2 ia
berseru:
"Hiat Goan Sin koen, kau . . ."
Belum habis ia berkata, mendadak Hiat Goan Sin-koen
menjerit:
"Bajingan keparat, perempuan edan, kiranya kau sedang
pura2 mati. . ."
Tonghong Pek tertegun. "pura2 mati ? siapa yang pura2
mati? Ciang Ooh kah? tapi bukankah jelas sekali perempuan
tengkorak itu sudah mati?"
Sementara Tonghong Pek masih tertegun, Hiat Goan Sin
koen telah mencak2 sambil berteriak:
"Ayoh bangun, ayoh cepat bangun, perempuan edan,
mari kita bergebrak lagi! ayoh jangan pura 2 mati terus!"
"Ciang Ooh sudah mati." seru Tonghong Pek.
"Kentut, omong kosong dia mati! kalau ia sudah modar
dari dalam tanah tidak akan muncul tenaga pantulan yang
besar sehingga hampir mementalkan diriku, perempuan
edan itu pasti belum modar."
Bersamaan dengan ucapan itu, tanah kuburan tersebut
makin lama makin meninggi bahkan semakin menonjol
diikuti setengah perminum teh kemudian diiringi jeritan
aneh, tubuh Ciang Ooh meloncat keluar dari atas tanah.
Pasir beterbangan keempat penjuru, tubuh Ciang Ooh
tahu2 sudah membumbung tiga empat depa dari atas
permukaan.
Begitu menjumpai Ciang Ooh meninggalkan tanah, Hiat
Goan Sin koen segera membentak keras:
"Lihat serangan!"Badannya menubruk kedepan, pergelangan tangan
memutar menghantam keatas laksana kilat.
Tenaga Iweekang Ciang Ooh amat lihay, namun dalam
hal jurus serangan sama sekali tak paham, lagi pula saat ini
badannya berada ditengah udara, ia tak tahu bagaimana
caranya untuk menghindar.
"Plak..." dengan telak serangan tersebut bersarang diatas.
pinggang Ciang Ooh.
Pada sasarannya tubuh perempuan tengkorak ini sedang
berada ditengah udara, termakan oleh serangan tersebut
badannya mencelat semakin tinggi.
Sebaliknya Hiat Goan Sin koan sendiri tergetar mundur
pula sejauh tiga langkah kebelakang termakan tenaga
pantulan yang dihasilkan Ciang Ooh meski serangannya
bersarang telak ditubuh lawannya.
Bersamaan dengan mundurnya tubuh Hiat Goan Sin
koen, tubuh Ciang Ooh kembali meloncat ke tengah udara
setinggi enam depa berada diudara, merontakan kaki serta
tangannya, sehingga membuat sang badan terbanting jatuh
diatas sebuah pohon membuat ranting dan daun
berguguran.
Ciang Ooh sendiri sama sekali tidak cidera, ia melompat
bangun, memperhatikan sekeliling nya kemudian berjalan
menghampiri Si Soat Ang katanya.
"Putriku kiranya kau masih berada disini, tadi, apakah
aku sudah tertidur?"
Si Soat Ang dibikin serba salah, menangis tak dapat
tertawapun sungkan, ia membungkam dalam seribu bahasa.
sebaliknya Tonghong Pek kegirangan setengah mati, segera
ia berseru."Kiranya kau tidak apa2. Aaai. . tadi kami masih
mengira kau sudah mati!"
"Mati! siapa yang mati?" Tak ada yang menjawab
sementara Ciang Ooh tertegun, mendadak ia menangis
tersedu2.
"Dia sudah mati, sitelapak berdarah Tong Hauw. . oouw
dia sudah mati!"
"Hey, sebenarnya kau benar2 edan atau cuma pura2
edan?" teriak Hiat Goan Sin koen dengan gusarnya "mari . .
kita saling bergebrak lagi."
Ciang Ooh tidak menggubris, ia masih menangis tiada
hentinya mendadak pikiran Si Soat Ang rada bergerak,
ujarnya.
"Tonghong toako, aku lihat ilmu silat yang dimiliki
Ciang Ooh mungkin masih berada di atas Hiat Goan Sin
koen!"
Ucapan ini diutarakan dengan nada lirih, tapi ditangkap
juga oleh pendengaran Hiat Goan Sin koen, simanusia
monyet itu segera melototkan sepasang matanya bulat2:
"Siapa yang beritahu kepadamu?"
Si Soat Ang bergidik, tak berani buka suara.
Hiat Goan Sin-koen amat gusar. Ia maju kedepan,
kemudian sambil menuding kearah Si Soat Ang teriaknya.
"Tonghong Pek, secara bagaimana kau bisa bersama-
sama perempuan macam ini?"
"Kami saling berkenalan diluar perbatasan, untung sekali
ia melakukan perjalanan beribu-ribu pal untuk mengirim
berita kegunung Lak ban san sehingga suhu berangkat
kesana dan menolong aku lolos dari cengkeraman Tiang
Bek Sam mo, dia. .""Aku larang kau ber-sama2 dia !" teriak Hiat Goan Sin
koen keras2 sebelum pemuda itu menyelesaikan kata2nya.
Hiat Goan Sin koen melarang Tonghong Pek berada ber-
sama2 Si Soat Ang tentu saja dia punya alasan yang kuat, ia
tahu Si Soat Ang ada perempuan licik yang keji dan jahat.
Tapi dalam pendengaran Tonghong Pek, ucapan ini
menimbulkan antipati dalam hatinya, hanya saja
disebabkan simanusia monyet adalah sahabat karib gurunya
maka ia tidak membantah kecuali tertawa dingin tiada
hentinya.
"Hey. aku sedang berbicara dengan kau, sudah didengar
belum?" kembali Hiat Goan Sin-koen menegur.
"Dengar sih sudah kudengar, tapi maaf, aku tak bisa
turut perintahmu itu !"
"Keparat busuk !" maki Hiat Goan Sin-koen dengan
gusarnya. "Kau tidak tahu baik buruknya orang, kau tahu
siapakah orang itu ?"
"Tentu saja aku tahu" jawab Tonghong Pek dengan alis
berkerut. "Hiat Goan cianpwee kau tidak usah ikut campur
dalam urusan pribadiku..."
Hiat Goan Sin koen meraung keras, Wees. telapaknya
langsung disapu keatas wajah Tong hong Pek.
Kalau bukan tenaga lweekang sianak muda itu peroleh
kemajuan, sapuan ini niscaya akan bersarang telak.
Gerakan tubuh Tonghong Pek pada saat ini sangat cepat
melebihi tempo dulu, merasakan datangnya sapuan, sang
badan segera merendah ke bawah, membuat sapaan itu
mengena pada sasaran kosong.Melihat serangannya tidak mengenai sasaran, Hiat Goan
Sin koen putar badan mencengkeram kearah dada Si Soat
Ang, makinya.
"Seharusnya malam itu juga kubunuh dirimu."
Mimpipun Si Soat Ang tidak menyangka secara tiba2
Hiat Goan Sin koen bisa menyerang dirinya, ia segera
menjerit!
Ia menjerit Tonghong Pek pun membentak keras,
sebelum ia turun tangan, Ciang Ooh dengan membawa
desiran tajam telah menubruk punggung simanusia monyet.
Dalam pada itu serangan Hiat Goan Sin kota sudah
hampir menempel diatas tubuh Si Soat Ang mendadak
merasakan desiran tajam menggulung datang dari arah
belakang, bukannya terkejut ia malah girang.
Sebab, dengan kedudukannya dalam dunia persilatan,
apabila sampai ia membunuh Si Soat Ang maka terhadap
nama besarnya akan mendapat noda.
Lain halnya dengan sekarang, asalkan ia menghindar
sedikit saja kesamping, niscaya gulungan dahsyat yang
datang dan arah belakang itu akan segera menghantam
keatas dada Si Soat Ang, tanpa ia turun tangan sendiri Si
Soat Ang bakal menemui ajalnya.
Hiat Goan Sin koen segera salurkan hawa murninya
mengelilingi badan. menanti tepat tenaga gulungan dahsyat
itu hampir menempel diatas punggungnya, laksana kilat ia
meloncat kesamping sejauh lima enam depa, ia menyangka
setelah dirinya menyingkir maka akan terdengar jeritan
ngeri dari Si Soat Ang.
Siapa sangka kejadian diluar dugaan telah berlangsung,
baru saja ia menyingkir ke samping tampaklah tubuh CiangOoh mendadak berhenti dihadapan Si Soat Ang sambil
berseru:
"Oouw. . . putriku !"
Hiat Goan Sin-koen baru kaget, rasa terperanjatnya
sukar dilukiskan dengan kata2, dari kejadian ini ia dapat
membuktikan bahwa tenaga dalam Ciang Ooh lelah
berhasil dilatih hingga mencapai pada puncaknya dimana
serangan dapat disalurkan keluar dan ditarik kembali semau
hati, ia jadi tertegun, berdiri melengak dan beberapa saat
lamanya tak sanggup menggunakan sepatah kalapun,
oooOdwOooo
Bab 11
MERASAKAN dirinya lolos dari lubang kematian, Si
Soat Ang kegirangan setengah mati, buru2 ia berseru:
"Ibu !"
Panggilan ini menggirangkan hati Ciang Ooh, sambil
tertawa cengar-cengir ia awasi Si Soat Ang tajam2, lalu
putar badan dan menuding ke arahHiat Goan Sin koen.
"Kau!"
Tudingan ini tidak disertai dengan tenaga serangan,
namun cukup membuat tubuh Hiat Goan Sin koen tergetar
keras.
"Apa yang kau lakukan sewaktu ada didepan putriku
tadi?" Kembali Ciang Ooh berseru. "Kau hendak
mencelakai putriku?"
Walau dalam hati Hiat Goan Sin koen merasa jeri
terhadap Ciang Ooh, bagaimanapun juga dia adalah
berwatak keras, mendengar ucapan itu ia mendengus."Hmm! dia sama sekali bukan putrimu!"
"Apa?" Seru Ciang Ooh tertegun.
Sementara itu, muka Si Soat Ang berubah hebat, ia
sangat takut apabila perempuan tengkorak itu mempercayai
perkataan Hiat Goan Sio koen.
Untunglah Ciang Ooh adalah perempuan gila, setelah ia
menganggap Si Soat Ang sebagai putrinya, siapapun tak
dapat mengubah anggapan tersebut.
Sebelum Si Soat Ang berbuat sesuatu, dengan amat gusar
Ciang Ooh telah membentak.
"Omong kosong, kau berani ngaco belo?"
"Dia benar-benar bukan putrimu ! !" kembali Hiat Goan
Sio koen berseru, hawa murni segera disalurkan bersiap
sedia. "Putrimu hampir saja mati ditangannya, putrimu
adalah seorang gadis yang sangat baik dan welas asih, dia
bernama Giok Jien."
Ciang Ooh tidak menggubris, mendadak ia berteriak
keras, tubuhnya bergerak kedepan melancarkan sebuah
tubrukan.
Sejak semula Hiat Goan Sin-kojo sudah bikin persiapan,
merasakan datangnya tubrukkan, sang badan segera
meloncat ke tengah udara dan melayang beberapa tombak
jauhnya dari sana.
Menjumpai tubrukannya tidak mengenai sasaran, Ciang
Ooh berhenti berpaling dan berseru:
"Putriku, cepat pergi berangkatlah dahulu ke daerah
Biauw."
Si Soat Ang merasakan jantungnya berdebar keras, ia
bukan takut Ciang Ooh tahu akan rahasia ini, yang ia takuti
adalah Tonghong Pek.Sementara itu dengan sinar mata penuh tanda tanya
Tonghong Pek sedang mengawasi gadis itu ia tidak
mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi.
Si Soat Ang tak berani saling berpandangan dengan
pemuda itu, buru2 ia melengos dan berkata:
"Tonghong toako mari kita berlalu dari sini, kita harus
menengok keadaan dari LiehHwee cianpwee !"
"Benar, tapi nona Si..."
Si Soat Ang tahu apa yang hendak ia tanyakan, segera ia
menukas:
"Tonghong toako, jangan mempercayai ucapannya,
duduknya perkara biar nanti kuceritakan sejelasnya padamu
!"
"Tonghong Pek !" bentakHiat Goan Sin koen.
Si anak muda itu berhenti.
"Kau hendak berlalu mengikuti dia. atau ikut aku ?"
teriak simanusia monyet itu.
Terhadap Hiat Goan Sin-koen, Tonghong Pek sudah
tidak menaruh simpatik, ia jadi tidak sabaran, sepasang
alisnya segera berkerut.
"Hiat Goan Cianpwee!" katanya, "Aku hendak pergi
menengok suhu dan sunio, kalau kau tidak biarkan aku
pergi. . . "
"Hey bukankah gurumu melarang kau pergi kesana?"
teriak Hiat Goan Sin koen teramat gusar "Kalau kau
bersikeras pergi kesana berarti sengaja hendak memusuhi
gurumu. apa yang dikatakan suhumu sewaktu
menyerahkan dirimu kepadaku, apakah kau tidak dengar?""Aaaai... Sin koen! walaupun suhuku berkata demikian,
hal ini disebabkan ia memikirkan keselamatanku, lagi pula
ketika itu aku sedang menderita luka parah kini, bukan saja
lukaku telah sembuh bahkan tenaga dalamku memperoleh
kemajuan pesat."
"Cis... dengan tenaga dalam yang kau miliki saat ini
dalam pandangan orang lain kau tidak lebih cuma seekor
semut."
Tonghong Pek tertawa getir.
"Mungkin memang begitu, tapi di pihak nona Si, ada
pula Ciang Ooh, apa salahnya kalau kita berangkat kesana
dalam jumlah banyak?"
Hiat Goan Sin koen melirik sekejap kearah Cian Ooh,
mendadak hatinya berdetak, ia merasa memang ucapan
tersebut tidak salah, dengan adanya Ciang Ooh
siperempuan gila yang memiliki tenaga lweekang amat
sempurna ini, sedikit banyak pihak mereka sudah mendapat
bantuan seorang sakti.
Sambil tertawa dingin ia berseru:
"Enak benar ucapanmu, lebih banyak orang kekuatirnya
makin bertambah, bukankah jumlah anggota benteng Thian
It Poo sangat banyak ? kenapa mereka bubar dan melarikan
diri semua ketika aku telah datang."
Mengungkap tentang benteng Thian It Poo, air muka Si
Soat Ang berubah sangat hebat.
Buru2 Tonghong Pek berkata:
"Aku pikir. aku sih tidak takut terhadap musuh tangguh,
nona Si pun tidak takut, benar bukan ?"
Ucapan terakhir sengaja diajukan kepada Si Soat Ang.
Dasarnya gadis itu penakut, tapi berada dalam keadaanseperti ini mau tak mau ia harus keraskan kepala
mengangguk.
"Tentu saja aku tidak takut!" jawabnya.
"Sedangkan mengenai Ciang Ooh." ujar Tong-hong Pek
lebih jauh "Dia saling menyebut ibu dan anak dengan nona
Si, tentu saja tak mungkin dia berlalu seorang diri, Sin koen,
aku lihat..."
"Sudah, sudahlah! tak usah banyak bicara." kata Hiat
Goan Sin koen "Aku sudah paham maksudmu kau tak usah
bertanya lagi, aku tentu akan berangkat bersama kalian."
"Kau hendak berangkat bersama kami?" teriak Si Soat
Ang dengan hati terperanjat.
"Benar. berangkat bersama kalian, dan pergi menjumpai
Lieh Hwee Sin tuo, dengan ikut sertanya aku, apakah kau
merasa takut?"
Tentu saja Si Soat Ang takut berada sama2 Hiat Goan
Sin koen tapi ia tak mau menunjukkan kelemahan.
"Hmm! kenapa aku harus takut kepadamu?"
"Kau takut aku menceritakan semua perbuatan jahatmu
kepada Tonghong Pek, sehingga kau gagal membohongi
sikeparat itu."
Air muka Si Soat Ang berubah hebat ia sangat
mendongkol dan mendendam karena takut terjadi hal yang
tidak diinginkan buru-buru Tonghong Pek melerai.
"Sin koen, kau tidak tahu, aku bisa tertolong semuanya
berkat kesudiannya melakukan perjalanan ber-laksa2 li
untuk beri kabar kepada guruku."
Hiat Goan Sinkoen tertawa dingin, ia tidak berbicara lain
kecuali berkata:"Kalau kita hendak berangkat, urusan tak boleh ditunda
lagi !"
Selama ini Ciang Ooh selalu membungkam, saat ini
mendadak ia bertanya dengan mata melotot.
"Kau hendak pergi kemana?"
"Tentu saja pergi mencari Lien Hwee Sin tuo simanusia
bongkok itu.
"Siapa itu si bongkok sakti? aku tidak mau pergi aku mau
pulang ke daerah Biauw, putriku ayoh kita berangkat!"
"Nona Si . ." seru Tonghong Pek sambil tertawa getir.
"Kau boleh berlega hati, aku sudah punya rencana."
jawab Si Soat Ang.
Gadis itu segera membisikkan sesuatu kesisi telinga
Ciang Ooh, sementara perempuan gila itu mengangguk
tiada hentinya.
Lewat beberapa saat kemudian terdengar Ciang Ooh
berteriak keras.
"Baik, kita tentukan demikian saja!"
Tonghong Pek maupun Hiat Goan Sin-koen tidak
mendengar apa yang dikatakan Si Soat Ang kepada Ciang
Ooh, tentu saja merekapun tidak mengerti apa maksud dari
teriakan itu.
Si Soat Ang putar badan dan menggape ke arah
Tonghong Pek pemuda itu segera berkelebat kesisi gadis
tersebut:
"Tonghong toako." kata Si Soat Ang setengah berisik.
"Kita pergi menjumpai Lieh Hwee cianpwee tapi. . Hiat
Goan Sin koen, dia . .""Nona Si !" Tonghong Pek pun segera berbalik
"Hubungan Hiat Goan Sin koen dengan guruku sangat erat,
ia ikut kesana hanya mendatangkan kebaikan dan tak
mungkin kejelekan."
"Tonghong toako, kesulitan yang menimpa gurumu
mungkin sukar diterangkan dalam sepatah dua patah kata,
apa yang sebetulnya terjadi tidak segampang apa yang kau
pikirkan."
Kali ini merupakan yang kedua kali Tonghong Pek
mendengar Si Soat Ang berkata demikian buru2 ia
bertanya:
"Soat Ang, sebenarnya apa yang telah kau ketahui ?"
Si Soat Ang merasa apa yang diketahui sukar di
utarakan, ia tetap ragu2 untuk menjawab.
Pada saat itulahHiat Goan Sio koen sudah tidak sabaran
lagi, terdengar ia berteriak:
Tonghong Pek sebenarnya mau berangkat tidak?"
Tonghong Pek sendiripun ingin cepat2 berangkat, ia
tidak menolak lebih jauh, sambil menarik lengan gadis itu
katanya:
"Mari kita berangkat !"
Tubuh mereka berdua segera berkelebat kedepan diikuti
Ciang Ooh dibelakang, sedangkan Hiat Goan Sin koan
mengintil dipaling buncit.
Sepanjang perjalanan keempat orang itu melewati jalan
gunung yang curam dan sempit, sebagai seorang yang
dibesarkan didaerah gunung Lak-ban san, Tonghong Pek
amat hapal dengan daerah disekitarnya, mereka sengaja
memilih jalan kecil meski sulit dilalui tapi dalam pandangau mereka berempat kesulitan tersebut tidak seberapa
dirasakan.
Mereka berjalan terus dan baru beristirahat pada sore
hari kedua, tempat itu merupakan sebuah selokan dengan
air yang jernih sekali. setelah meneguk air gunung untuk
menghilang kan rasa haus Tonghong Pek menuding kearah
depan sambil berkata:
"Setelah melewati sebuah bukit lagi, kita a-kan segera
tiba ditempat tujuan mungkin sebelum malam nanti kita
sudah akan sampai." sewaktu berbicara sepasang alisnya
berkerut kencang, sebab ia tahu kesulitan yang dijumpai
gurunya adalah suatu kesulitan yang luar biasa.
"Sin koen!" akhirnya pemuda itu tidak tahan dan
bertanya "Hubunganmu dengan suhuku paling akrab,
seharusnya kau tahu bukan ikatan dendam apa yang telah
diikat guruku dengan Tong hong PaCu pada masa silam?
mengapa ia datang mencari guruku?"
Tentu saja Hiat Goan Sin koen mengetahui jelas
duduknya perkara, tapi dibalik kisah tersebut tersangkut
pula kebersihan nama Lieh Hwee hujien serta asal usul
Tonghong Pek, tentu saja ia tak berani bicara sembarangan.
Mendengar pertanyaan itu ia cuma tertawa getir dan
membungkam.
Sebaliknya Si Soat Ang yang berada disisinya segera
menyela: "Tong hong toako, gembong iblis itu bukan
mencari gurumu, ia datang mencari suniomu!"
"Su . . Sunioku?" seru Tonghong Pek tertegun.
Hiat Goan Sin koen pun terperanjat, buru2 ia
menghardik.
"Hey, apa yang kau ketahui?""Kenapa aku tidak tahu?" sahut Si Soat Ang cepat.
"Sebelum gembong iblis itu tiba, aku berada sama-sama
Lieh Hwee Hujien, dia datang untuk mencari dirinya,
bahkan memanggil pula namanya!"
"Nama siapa?"
"Nama suniomu ?"
Tonghong Pek semakin keheranan, sejak kecil ia
dibesarkan sunionya, ia tak tahu ibu gurunya sebenarnya
adalah ibu kandungnya sendiri, ia hanya tahu dirinya
adalah seorang yatim piatu.
Meski demikian hubungannya dengan sang ibu guru
amat erat melebihi ibu kandung sendiri, walaupun begitu ia
sendiripun tak tahu siapakah nama ibu gurunya ini, bahkan
ia tak pernah mendengar gurunya memanggil secara
bagaimana Tonghong Pacu, seorang gembong iblis yang
paling terkenal akan kekejiannya bisa tahu nama sunionya!
Tonghong Pek merasa hatinya diliputi rasa curiga, ia
tidak ingin mempercayai ucapan Si Soat Ang tapi sikap
maupun air muka gadis itu amat serius, dan tidak nampak
kalau dia sedang membohongi dirinya hal ini membuat
sianak muda jadi mau tak mau harus percaya.
"Sunioku . . dia siapa namanya?"
"Aku dengar gembong iblis itu panggil sunio mu sebagai
Hiat Gwat Hun"
Sebenarnya Tonghong Pek masih ingin bertanya lebih
jauh, tapi Hiat Goan Sin koen yang ada disamping tidak
memberi kesempatan lebih jauh, ia segera menukas.
"Sudahlah! jangan banyak bicara lagi ditempat ini
sebetulnya kita mau berangkat tidak?"Per-lahan2 Tonghong Pek putar badan, dia awasi wajah
simanusia monyet itu tajam 2 lalu berkata.
"Sin koen bukankah kau tahu jelas apa sebabnya
sigembong iblis itu datang mencari guruku? tapi kau tak
sudi beritahu kepadaku, bukan saja kau tak mau beritahu
bahkan tidak membiarkan aku pergi menjumpai guruku."
Ucapan ini membuat wajah Hiat Goan Sin-koen
bersemu merah.
"Heei . . kau jangan salahkan aku, yang melarang kau
pergi kesana bukankah gurumu sendiri."
"Sin koen, sebenarnya apa yang telah terjadi?" Desak
pemuda itu lebih jauh.
Didesak terus2-an, mendadak Hiat Goan Sin koen naik
pitam.
"Kenapa kau bertanya kepadaku ?" teriaknya. "Tak bisa
kau tanyakan sendiri kepada gurumu setelah bertemu
dengan dia?"
Makin lama Tonghong Pek semakin curiga, ia tidak
bicara lagi, badannya berputar dan meneruskan perjalanan
kedepan diikuti Si Soat Ang bertiga dari belakang.
Kali ini perjalanan dilakukan jauh lebih cepat lagi,
sebelum sang surya lenyap dibalik gunung mereka sudah
melampaui bukit itu, dari tempat kejauhan tampaklah hutan
hamba sudah terbentang di depan mata.
Menjumpai hutan bambu itu, perasaan hati Tong hong
Pek semakin gelisah, ia segera mengempos tenaga dan
berkelebat kedepan.
Tonghong Pek berjalan dipaling depan. ketika ia berada
puluhan tombak sebelum masuk kedalam hutan bambu itu,mendadak ia menemukan ada seseorang sedang berjalan
keluar dari hutan itu dengan langkah lambat sekali.
Menjumpai orang itu, Tonghong Pek terperangah.
Sebab dia memiliki perawakan yang pendek dan sembab
membengkak, keadaannya mirip dengan makhluk aneh
yang bulat seperti bola sama sekali tidak mirip manusia lagi.
Tonghong Pek tertegun, sebentar saja ia dapat melihat
makhluk itu adalah manusia, bukan saja manusia, dialah
gurunya sibongkok sakti Lieh Hwee Sio tuo.
Keadaan gurunya amat mengenaskan sekali, wajahnya
murung dan lemas ia berjalan meninggalkan hutan bambu
itu dengan kepala tertunduk.
Menjumpai orang itu adalah gurunya, Tong-hong Pek
kegirangan setengah mati, buru2 teriaknya:
"Suhu ?"
Dalam beberapa kali loncatan ia sudah tiba di hadapan
Lieh Hwee Sio Tuo.
Si manusia bongkok itu tetap berdiri tertegun
keadaannya seperti seseorang yang tak sabar wajahnya
kebingungan dan amat murung sekali. seakan2 ia tidak
melihat ada seseorang sedang berdiri di hadapannya.
Belum pernah Tonghong Pek menyaksikan gurunya
dalam keadaan seperti itu, hatinya amat terperanjat, segera
teriaknya kembali keras2:
"Suhu, kenapa kau? apakah sunio berada dalam keadaan
baik2!"
Bentakan yang sangat keras ini menyadarkan Lieh Hwee
Sio-tuo per-lahan2 ia angkat kepala menatap pemuda itu
tajam2. tapi ia tidak menyapa, seakan2 ia tidak kenal kalau
orang yang berada di hadapannya adalah Tonghong Pek.Sianak muda itu semakin terperanjat lagi.
"Suhu?" teriaknya keras2.
Teriakan ini amat keras laksana guntur membelah bumi,
membuat tubuh Lieh Hwee Sin tuo tergetar keras ia berseru
tertahan, tiba2 ia cekal pundak Tonghong Pek kencang2.
"Kenapa kau datang kemari?" teriaknya, "Bukankah aku
sudah suruh Hiat Goan Sin koen membawa kau
meninggalkan gunung Lak ban san jauh2"
"Benar suhu tapi . . . aku tahu kau punya kesulitan, aku
tak dapat meninggalkan dirimu !"
Belum habis pemuda itu berkata, airmuka Lieh Hwee Sin
Tuo sudah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, ia
menjerit, suaranya me-lengking-2 sangat mengerikan sekali.
"Bagus ! Bagus ! aku suruh kau tinggalkan gunung Lak
Ban san selama hidup, kau berani melanggar perintahku!
Bagus ! bagus!" jelas sibongkok sakti ini benar2 naik pitam,
sembari berteriak tubuhnya gemetar terus.
Bahkan sepasang tangannya keras2 mencengkeram
pundak Tonghong Pek, membuat pemuda itu kesakitan.
"Suhu !" kata Tonghong Pek dengan terperanjat,
"Tenangkan dulu hatimu. Hiat Goan Sin koen telah datang
bahkan kami datang dengan membawa seorang pembantu
kosen..."
Per-lahan2 Lieh Hwie Sin Tio mendongak ia dapat
menyaksikan Hiat Goan Sin-koen, Ciang Ooh serta Si Soat
Ang secara beruntun tiba ditempat itu.
"Hiat Goan monyet sialan !" tiba2 si Bongkok sakti
membentak keras.Suaranya bagaikan geledek. "Kau telah mengingkari
janjimu, bagaimana dengan pesan yang kutitipkan
kepadamu? lihat saja tidak akan ku lepaskan dirimu!"
"Eeei Bongkok, dengarkan dulu perkataanku " Dengan
cepat Hiat Goan Sin Koen melayang ke depan, "Aku telah
mendatangkan seorang pembantu untukmu, mungkin ia
sanggup menghadapi gembong iblis tersebut! siapa tahu
kalau ia jauh lebih unggul?"
Lieh Hwee Sin Tuo melengak lalu tertawa geli, suaranya
mengenaskan membuat orang ikut berduka.
"Siapa yang telah kau undang datang?" ia bertanya,
"Apakah Si Thay Sianseng?"
Tidak menanti orang lain menjawab, kembali ia berkata:
"Sekalipun Si Thay sianseng, bisakah menghadapi
dirinya masih jadi satu tanda tanya besar buat kita!"
"Bukan, bukan Si Thay sianseng, melainkan dialah jago
lain!" ujar Si monyet Hiat Goan Sin koen seraya menuding
kearah CiangOoh.
Sebelum ditunjuk, Sibongkok sakti sama sekali tidak
melirik barang sekejappun kearah Ciang Ooh si perempuan
tengkorak, sekarang ia mendongak lalu berdiri tertegun.
Bukan saja wajahnya yang buruk dan jelek sudah cukup
ngeri bagi yang melihat, terutama sekali sepasang jalan
darah Thay Yang Hiatnya yang menongol tinggi siapapun
tahu bahwa perempuan buruk ini memiliki tenaga lweekang
yang amat sempurna.
"Dia adalah Ciang Ooh dari Thian It Poo!" kembali Hiat
Goan Sin koen menerangkan."Dia datang dari benteng Thian It Poo?" seru si Bongkok
sakti dengan hati ragu2. "Tetapi tenaga lweekang yang ia
miliki..."
"Benar, asal usul perempuan ini memang aneh sekali !"
buru2 Hiat Goan Sin koen menyambung, "Agaknya ia
berasal dari wilayah Biauw, berasal dari siapakah ilmu
silatnya tak seorangpun yang tahu, bahkan dia adalah
seorang perempuan sinting yang tak dapat berpikir."
Lieh Hwe Sin Tuo si bongkok sakti tertawa.
"Lalu. . . lalu bagaimana caranya ia dapat menghadapi si
gembong iblis itu? Hmm! aku lihat lebih baik kalian tak
usah mencari kesulitan buat diri sendiri, Aaai . . lebih baik .
. ."
Tiba2 ia berhenti bicara, se akan2 si bongkok sakti yang
berangasan ini merasa ragu2 untuk meneruskan kata2nya.
"Eeeei! Lieh Hwee, memandang dari tingkah polamu
yang lesu dan kucal, apakah gembong iblis itu sudah pergi?
apa maksudnya datang kemari?"
Kembali Lieh Hwee Sin tuo tertawa getir.
"Sudah jangan bertanya lagi, lebih baik kalian cepat-2
berlalu, banyak bertanya apa gunanya."
"Lieh Hwee, kau harus tahu ilmu silat yang dimiliki
Ciang Ooh luar biasa sekali, kenapa tak kau coba dulu?"
"Sudahlah, tak usah dicoba lagi" Si bongkok sakti
gelengkan kepalanya berulang kali, agaknya ia merasa putus
asa terhadap segala urusan yang ada dikolong langit. "Lebih
baik kalian tak usah mencari susah-susah buat diri sendiri,
aku . . aku sih tidak ingin berbuat apa2."Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan gurunya tak
kuasa menahan rasa sedih, ia menghela napas panjang dan
berkata:
"Suhu, apa sebabnya secara tiba2 kau berubah jadi dua
orang yang berlainan? dahulu kau tak pernah bersikap
demikian"
"Aku suruh kau jangan menemui diriku lagi, mengapa
kau datang kemari. . ." hardik Si bongkok sakti gusar.
Ia merandek menghembuskan napas panjang dan berkata
kembali dengan suara lembut:
"Kau... kau... bukankah luka yang kau derita amat parah,
darimana bisa sembuh dengan begitu cepat. Bahkan
kelihatan sekali tenaga Iweekangmu peroleh kemajuan
pesat."
"Sepanjang perjalanan, berkat rawatan Sin koen yang
seksama, aku telah menelan tidak sedikit pil mujarab. . ."
"Meski demikian, tidak mungkin tenaga Iweekangmu
peroleh kemajuan yang demikian pesat."
"Benar, hal ini dikarenakan ada orang yang rela
menyalurkan hawa murninya kedalam tubuhku, maka
tenaga lweekang yang kumiliki mendapat kemajuan pesat !"
"Siapakah orang itu ?" seru si Bongkok sakti terkejut
bercampur girang.
"Dikolong langit dewasa ini, kecuali Si Thay Sianseng
serta beberapa tokoh lihay dari kalangan Agama yang tak
pernah munculkan diri, masih ada siapa lagi yang memiliki
kepandaian sehebat ini ?"
"Suhu, dia adalah Ciang Ooh !""Aaah masa iya ?" Seru si Bongkok Sakti segera
berpaling kearah Ciang Ooh. "Benarkah ia memiliki tenaga
Iweekang yang amat sempurna ?"
"Suhu kalau kau tidak percaya silahkan dicoba."
"Ehmm baiklah, Hey sambutlah sebuah seranganku !"
serunya kearah perempuan tengkorak.
Ciang Ooh sama sekali tidak mengerti apa yang
dimaksudkan dengan kata2 itu, terhadap tindak tanduk
sibongkok sakti bukan saja ia tidak menjawab, telapakpun
tak digerakkan.
Si Bongkok Sakti salah sangka, ia mengira perempuan
tengkorak itu tidak pandang sebelah matapun kepadanya.
Hatinya semakin gusar Sambil mendengus dingin
telapaknya membalik lantas melancarkan sebuah serangan
dahsyat kearah depan.
Serangan ini disertai tenaga penuh, kecepatannya
laksana sambaran kilat, dalam sekejap mata telah berada
didepan tubuh CiangOoh.
Perempuan tengkorak Ciang Ooh tetap tak berkutik
ditempat semula, sementara serangan si Bongkok dengan
dahsyat bersarang telak diatas bahunya.
"Plaak...! diiringi suara dahsyat Si bongkok sakti berseru
tertahan lalu mundur selangkah kebelakang.
ooodwooo
Jilid13
KIRANYA ketika telapaknya menempel diatas tubuh
Ciang Ooh, pada saat itulah ia merasakan munculnya
segulung tenaga pental yang maha dahsyat dari balik tubuh
perempuan tersebut, begitu dahsyat tenaga tadi sehinggamembuat si Bungkuk sakti terperanjat sekali, buru2 ia atur
hawa murninya untuk menumbuk kedepan.
Siapa sangka makin besar tenaga murni yang
dikerahkan, makin dahsyat pula daya pental itu memancar
keluar, akhirnya saking tak kuat menahan diri ia terdesak
mundur sejauh lima, enam langkah kebelakang.
Bukan begitu saja, setelah ia mundur sejauh enam
langkah, tenaga tekanan yang memancar ke luar dari tubuh
lawan makin menerjang keluar tiada hentinya, terpaksa ia
bersalto ditengah udara dan melayani kembali sejauh tujuh
delapan depa.
Kali ini Lieh Hwee Sin Too benar2 terperanjat mulutnya
melongo matanya terbelalak, se akan2 banyak perkataan
hendak diutarakan namun tak tahu yang harus dikatakan.
Ia temukan Ciang Ooh masih tetap berdiri tertegun
ditempat semula, se-olah2 tak pernah terjadi sesuatu
peristiwapun terhadap dirinya.
"Lieh Hwee ! bagaimana dengan ilmu silatnya?" tegur
Hiat Goan Sin-koen, per-lahan2 Lieh Hwee Sin Tuo
menghembuskan napas panjang.
"Hiat Goan, ilmu silat yang dimiliki orang ini benar2
luar biasa dan susah diukur dengan kata2" jawabnya.
"Bagaimana kalau dibandingkan dengan gembong iblis
itu ?"
"Tentang soal ini...tentang soal ini..."
"Suhu, mengapa tidak kau ijinkan Ciang Ooh untuk
menjajal kekuatannya?" Teriak Tonghong Pek keras.
"Kesempurnaan tenaga Iwekangnya telah mencapai taraf
yang tak terhingga, aku lihat ilmu silat yang dimiliki
Tonghong Pacu belum tentu bisa memadahi dirinya."Lieh Hwee Sio Tuo ragu sejenak, akhirnya ia
mengangguk.
"Baiklah, mari kita coba-2 kalian ikutlah diriku."
Seraya berkata ia lantas melangkah kedepan diikuti
empat orang lainnya dari belakang.
Tidak selang beberapa saat kelima orang itu sudah
memasuki hutan bambu, kembali terlihat Lieh Hwee Sin
Tuo merandek dan berpikir dengan ragu2, tapi akhirnya ia
meneruskan langkahnya sejenak kemudian mereka telah
keluar dari hutan bambu itu.
Didepan mata terbentang sebuah selokan dengan air
yang jernih, disisi selokan tadi berdiri beberapa buah rumah
gubuk, suasana ketika itu sunyi senyap tak kedengaran
sedikit suarapun.
Tiba2 Lieh Hwee Sin-Tuo berhenti, sambil berpaling ia
berkata:
"Aku... lebih baik aku...aku...tidak..."
"Suhu, sebenarnya kerugian apa yang telah kau derita ?
mengapa kau begitu takut ?" tanya Tong hong Pek dengan
hati sedih.
"Kaupun tak usah ikut kesana" Tiba2 sibongkok sakti
menarik tangan pemuda itu, "Kau harus tahu,
kau...Suniomu berada ditangannya...kalau...sampai kita
membangkitkan gusarnya, dia... dia..."
"Apa ? Sunio terjatuh ke tangannya ? mana boleh kita
duduk sambil berpeluk tangan belaka ?"
"Kalau tidak duduk sambil berpeluk tangan, lalu apa
yang hendak kita lakukan ? siapa diantara kita yang bisa
menangkan dirinya ?"Tonghong Pek menarik napas panjang lalu berpaling
kearah Si Soat Ang. Gadis itu amat cerdik, ia lantas
memahami maksud pemuda tersebut, kepada Ciang Ooh
dara ini membisikkan sesuatu sementara perempuan
tengkorak tadi mengangguk tiada hentinya.
"Suhu!" Tonghong Pek berkata kembali "Menurut kau,
lebih baik kita maju berbareng ataukah sementara
bersembunyi dahulu disini dan biarkan Ciang Ooh maju
seorang diri memancing Tonghong Pacu keluar dari dalam
rumah?"
Kembali Lieh Hwee Sin-tuo merasa ragu2 terhadap
Tonghong Pacu ia memang merasa takut ia lebih senang
kalau Ciang Ooh maju seorang diri.
Tapi sebagai seorang jago dari kalangan pendekar, ia
tidak ingin berbuat demikian, sebab ia belum tahu
mampukah Ciang Ooh menghadapi Tonghong pacu,
seandainya ia biarkan perempuan tengkorak itu maju
seorang diri, kemudian ia bukan tandingannya dan mati
ditangan Tonghong Pacu, bukankah hal ini sama artinya
dialah yang menghantarkan kematian perempuan tersebut.
Disamping itu, masih ada satu persoalan lagi yang
membuat Si bongkok sakti merasa serba salah, ia takut
Tonghong Pacu mengetahui siapakah Tonghong Pek,
kemudian menerangkan asal usul pemuda itu, inilah
persoalan yang tidak ia inginkan.
Setelah dipikir bolak balik, akhirnya cuma ada satu cara
untuk menghindari kejadian ini, ia harus memerintahkan
Tonghong Pek tak boleh mengeluarkan suara dalam situasi
serta keadaan apapun.
Haruslah diketahui walaupun Tonghong Pek adalah
putra Tonghong Pacu, tetapi semasa pemuda itu masih bayi
bersama2 ibunya telah diusir dari rumah dan diterlantarkan.Tentu saja Tonghong Pacu tak mungkin akan kenali
pemuda ini sebagai bayinya dahulu.
Sedangkan Lieh Hwee Hujien adalah seorang
perempuan buta asalkan Tonghong Pek tidak buka suara,
tak bakal perempuan itu tahu kalau putranya pun telah
datang.
Maka dari itu, setelah dipertimbangkan beberapa saat
akhirnya Si Bongkok sakti ini berkata.
"Pek jie, ada satu persoalan kau harus dengarkan
perkataanku!"
"Suhu! silahkan utarakan aku pasti akan turut
perintahmu!"
"Nanti, tentu saja kita harus maju bersama2, tidak
sepantasnya kalau kita biarkan Ciang Ooh seorang diri
menghantarkan kematian. Tetapi sebelumnya itu kau harus
menyanggupi satu permintaanku."
"Aku tidak akan bertindak gegabah !" seru Tonghong Pek
berjanji.
"Bukan...bukan itu yang kumaksud, aku sih tidak takut
kau bertindak sekehendak hatimu, aku hanya minta kau
jangan mengeluarkan suara apa pun, dalam keadaan serta
situasi macam apapun."
"Meng...mengapa?" tanya sang pemuda keheranan.
"Tak usah kau bertanya mengapa, aku ingin bertanya,
bisakah kau menuruti permintaanku ini ? berbuat
demikianpun bukan suatu pekerjaan sulit, apakah kaupun
hendak membangkang perintahku?"
Tonghong Pek sadar, dibalik larangan tersebut pasti ada
suatu latar belakang yang sangat penting, hanya ia tak dapatmenebaknya, menyaksikan pula sikap gurunya amat keren,
terpaksa ia mengangguk.
"Baiklah aku tidak akan bersuara !"
"Bukan saja kau tak boleh bersuara, kaupun tak boleh
mengucapkan perkataan apapun" Si Bongkok sakti
menambahkan. "seandainya Sunio menanyakan tentang
dirimu, kaupun dilarang mengeluarkan sedikit suarapun.
Nona Si. Hiat Goan, kalian berduapun tak boleh
mengucapkan kata2 yang menunjukkan bahwa Tonghong
Pek berada disisi kalian, ingatlah pesan ini baik2 !"
Tentu saja Hiat Goan Sin koen tahu apa sebabnya
sibongkok sakti berbuat demikian, sebaliknya Si Soat Ang
tidak tahu.
Gadis ini ingin bertanya, tetapi Tonghong Pek yang lebih
kenal watak gurunya segera mencegah "Nona Si ikuti saja
perintah suhuku" katanya.
Si Soat Ang mengangguk terpaksa dengan memendam
rasa curiganya ia membungkam.
Lieh Hwee Sin Tuo menghela napas panjang, melangkah
maju kedepan menepuk bahu Tonghong Pek dan berkata:
"Selama banyak tahun kau ikuti diriku, bagaimana
perasaanmu terhadap sikapku selama ini padamu ?"
"Suhu, Budi kebaikanmu sangat besar bagaikan bukit
Thay san, kalau kau bertanya demikian, suruh aku
menjawab bagaimana ?"
"Kau tak usah gugup, aku cuma ingin menunjukkan
kepadamu bahwa segala pekerjaan yang kuperintahkan
kepadamu. kendari bagaimana aneh serta kukoaynya
kesemuanya ini demi kebaikanmu, asal kau bisa mengerti
itu sudah cukup""Harap suhu berlega hati, tentang persoalan ini belum
pernah timbul perasaan curiga dalam hatiku."
"Tetapi aku telah perintahkan Hiat Goan Sin koen untuk
bawa kau jauh2 meninggalkan gunung Lak Ban san,
mengapa kau nongol juga disini?"
Mendengar teguran itu, Tonghong Pek tertawa getir.
"Suhu, setelah murid tahu bahwa perguruan terjadi
kesulitan apabila aku takut mati dan jauh2 menyingkir, kau
suruh aku bagaimana hidup jadi manusia?"
Lieh Hwee Sin Tuo menghela napas, katanya:
"Sudahlah, ayo berangkat!"
Tadi perjalanan dilakukan dengan cepat. Sekarang
setelah tahu gembong iblis nomor satu Tonghong Pacu
berada didepan mata, langkah kaki mereka terasa berat
sekali.
Cuma Ciang Ooh seorang tetap berjalan dengan tenang,
sebentar ia menengok kekanan, sebentar menengok kekiri,
seakan2 pohon bambu yang tumbuh disekelilingnya
membuat ia merasa gembira.
Tidak selang beberapa saat kemudian mereka telah tiba
kurang lebih dua tiga tombak dari gubuk tersebut, suasana
sunyi, diantara merekapun tak ada yang buka suara.
"Siapa?" tiba2 dari berkumandang suara teguran yang
nyaring dan jelas sekali.
Seluruh tubuh keempat orang itu tergetar keras, tak
kuasa mereka sama 2 berhenti dan berdiri kaku.
Kembali terdengar suara gelak tertawa yang amat
nyaring, disusul orang itu berkata kembali."Hey bongkok. setelah berlalu buat apa kau balik lagi?
adakah kau hendak mencari penyakit buat diri sendiri?"
Lieh Hwee Sin Tuo adalah seorang manusia bongkok,
tetapi ia paling benci kalau ada ada orang menyebut dirinya
sebagai bongkok, tentang soal ini Tonghong Pek tahu jelas
maka dari itu setelah ucapan tersebut diutarakan pemuda
kita lantas tahan napas.
Ia teringat akan pesan gurunya, dan tak berani
mengeluarkan sedikit suarapun.
Tampak Lieh Hwee Sio-tuo tertawa getir.
"Tonghong sianseng setelah pergi aku balik kembali, hal
ini disebabkan . ."
Ucapannya terputus, hal ini menunjukkan ia ragu2 apa
yang harus dikatakan.
"Haaa. . haa. . disebabkan soal apa?" suara orang itu
bertambah nyaring.
"Kraaak. . ." pintu gubuk terbentang, diikuti munculnya
seseorang.
Dalam sangkaan Tonghong Pek, manusia Tonghong
Pacu yang disebut sebagai gembong iblis nomor wahid dari
kolong langit pastilah seorang manusia kasar yang berwajah
bengis dan seram.
Tetapi ia salah sangka, orang muncul dari dalam gubuk
adalah seorang lelaki berusia pertengahan dengan dandanan
siucay, bukan saja wajahnya bersih dan ganteng, bahkan
sangat menarik hati, senyuman selalu menghiasi bibirnya.
Tonghong Pek tercengang, ia merasa ragu2 benarkah
lelaki ini yang bernama Tonghong Pacu, seorang gembong
iblis nomor wahid yang disegani dan ditakuti semua orang
dikolong langitIa berpaling, tampak air muka gurunya Lieh Hwee Sin
tuo serta Hiat Goan Sin koen pucat pias bagaikan mayat,
mereka berdiri berjejer dengan mata menatap tajam
kedepan, sikapnya gugup dan tegang.
Sementara Si Soat Ang berdiri dekat sekali dengan Ciang
Ooh wajahnya pun terlintas rasa takut.
Tonghong Pek lantas sadar apa yang terbentang didepan
matanya, membuktikan bahwa lelaki tampan ini bukan lain
adalah Tonghong Pacu, tanpa sadar iapun merasa bergidik,
buru2 ia berpaling memandang lagi kearah gembong iblis
tersebut.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berdiri tegak
wajahnya masih tersungging senyuman yang ringan dan
manis.
Kepada si bongkok tegurnya: "Tidak aneh kau berani
balik lagi, ternyata kau membawa pem-bantu2 yang
bernyali. Bagus sekali, siapakah ke dua orang itu."
Sambil berkata ia menyapu wajah Ciang Ooh serta
Tonghong Pek.
Sungguh tajam sinar mata gembong iblis itu ketika
sorotan matanya menyapu lewat, Tonghong Pek merasa
tubuhnya tergetar sehingga tanpa sadar pemuda ini mundur
ke belakang.
Agaknya Ciang Ooh pun mempunyai perasaan yang
sama, ketika sinar mata Tonghong Pacu berkelebat lewat,
perempuan tengkorak itu segera berteriak keras.
"Siapa kau?"
"Aaaah. . benar, tentu kau adalah. . bukankah kau
berasal dari perguruan Pian Hoo?" ujar Tonghong Pacu
sambil tertawa.Hiat Goan Sin koen serta Lieh Hwee Sin Tuo berdua
sama2 melengak, meski mereka adalah tokoh lihay yang
pernah berkelana diseluruh jagad, pengetahuan mereka
amat luas, tetapi kedua orang itu tak tahu siapakah yang
dimaksudkan "Pian Hoo" oleh gembong iblis tersebut.
Sedangkan Tonghong Pacu mengajukan pertanyaan ini
adalah dikarenakan ia dapat melihat di antara beberapa
orang itu kepandaian Ciang Ooh paling lihay. Ditinjau dari
hal ini bisa dibayangkan betapa dahsyatnya manusia yang
bernama "Pian Hoo" itu.
"Siapa itu Pian Hoo ?" terdengar Ciang Ooh berseru
setelah melengak sejenak, "Aku bernama CiangOoh !"
Tonghong Pacu ganti yang berdiri tercengang, bukan saja
ia tak tahu asal usul dari perempuan tengkorak ini, tapi ia
sadar kepandaian silatnya benar2 luar biasa.
Tentu saja gembong iblis itu tak akan kenali asal usulnya.
Dahulu Ciang Ooh hanya seorang gadis suku Biauw yang
kebetulan memperoleh kitab pusaka "Sam Poo Cin Keng".
Lalu dikurung selama belasan tahun dalam pagoda besi
dibenteng Thian It Poo, dikolong langit dewasa ini kecuali
Loei Sam mungkin tak seorangpun yang akan tahu asal usul
ilmu silatnya.
Hanya sebentar rasa kaget dan ragu2 melintas diatas
wajah Tonghong Pacu, terdengar ia tertawa ter- bahak2.
Gelak tertawanya amat mengejutkan, setiap kali ia buka
suara terasa ada segulung tenaga besar yang menekan dada
tiap orang, membuat orang merasa tidak enak badan dan
sesak.
Diantara beberapa orang itu, dasar lweekang Si Soat Ang
paling cetek, tanpa sadar napasnya mulai terengah2.
Pada saat itulah tiba2 CiangOoh membentak keras:"Hey, apa yang sedang kau lakukan? sedang menangis
atau sedang tertawa? kenapa suara yang kau perdengarkan
tidak enak didengar? hayo cepat2 berhenti !"
Gelak tertawa dari Tongbong Pacu saat ini di paksa
keluar dengan membawa serta tenaga Iweekang yang amat
dahsyat sebenarnya boleh dihitung suatu kepandaian yang
sangat luar biasa, bahkan sejenis dengan ilmu Auman singa
serta ilmu Tot Ing Sam Ciang dari kaum beragama atau
ilmu pembingung sukma "Wu Sin Si Hun Thay Hoat" dari
kaum sesat.
Seandainya gelak tertawa ini diteruskan lebih jauh maka
bagi mereka yang memiliki lweekang cetek akan merasakan
tekanan diatas dadanya makin lama semakin dahsyat
sehingga akhirnya muntah darah dan menemui ajalnya.
Bentakan dari Ciang Ooh pun sangat luar biasa gelak
tertawa tadi seketika dipukul kalut, pengaruh yang
terpancar keluarpun seketika punah sama sekali.
Suatu kejadian yang benar2 diluar dugaan, Tonghong
Pacu amat terperanjat, dengan sinar mata mendelong ia
mengawasi perempuan itu tajam2.
Sementara itu terdengar Ciang Ooh masih menggerutu
tiada hentinya.
"Sungguh tak sedap didengar suara tertawamu eeeei , ,
lebih baik lain kali kau jangan tertawa lagi?"
Bagi Ciang Ooh ucapan ini diutarakan tanpa
mengandung maksud tertentu, lain halnya bagi Tonghong
Pacu yang selama tiga-puluh tahun lamanya tak pernah
ditegur orang, ia benar2 merasa tersinggung.
"Hmm!" dengusnya, "Kiranya dikolong langit banyak
tersebar manusia2 pandai, kalau anda bukan anggota dariperguruan Pian Hoo berasal dari manakah kau? harap anda
suka memberi penjelasan."
Ciang Ooh sama sekali tidak mengerti apa yang
dikatakan Tonghong Pacu barusan, sambil melototkan
matanya ia balik bertanya:
"Heei . . sebenarnya apa yang kau katakan?"
Lambat laun Tonghong Pacu mulai maju ke-depan,
semula Lieh Hwee Sia Tuo berdiri sejajar dengan Ciang
Ooh tetapi sekarang setelah Tong-hong Pacu maju kedepan,
tanpa sadar mereka berempat sama2 mundur kebelakang
beberapa langkah, dengan demikian tinggal Ciang Ooh
seorang tetap berdiri ditempat semula tanpa berkutik.
Selangkah demi selangkah Tonghong Pacu berjalan
makin dekat, suasana semakin tegang setiap saat bisa terjadi
perubahan yang hebat tapi Ciang Ooh tetap berdiri tegak
ditempat semula, sepasang matanya melotot kedepan
tajam2, wajahnya kelihatan tidak jeri, bahkan mundur
selangkahpun tidak.
Keberanian yang belum pernah dijumpai Tong hong
Pacu selama tiga puluh tahun ini membuat ia tercengang,
keheranan dan akhirnya berhenti kurang lebih lima enam
depa dihadapannya.
"Bukankah nama besar anda adalah Ciang Ooh?"
sapanya sambil tersenyum ramah. "Cayhe she Tonghong
bernama Pacu!"
"Oouw-..kiranya kau bernama Tonghong Pacu Ehm.!
bukankah kau hendak mengalahkan guru dari sahabat karib
putriku ?"
Kiranya ketika Si Soat Ang berbisik kepada perempuan
tengkorak ini, ia mengatakan ada seorang manusia bernama
Tonghong Pacu hendak mencari gara2 dengan Lieh HweeSin Tuo, sedang sibongkok itu adalah guru Tonghong Pek
dan Tonghong Pek adalah sahabat karibnya, maka ia harus
berusaha untuk mengusir jauh2 orang yang bernama
Tonghong Pacu itu.
Apa yang dikatakan dara tersebut diingat terus didalam
hatinya, dan diantara nama2 yang begitu banyak, ia cuma
ingat nama Tonghong Pacu seorang, tidaklah aneh kalau
Ciang Ooh langsung menegur setelah berjumpa dengan
orangnya.
Tonghong Pacu tertegun, meski ia cerdik, tak dipahami
apa yang dimaksudkan perempuan itu.
Belum sempat ia bicara, Ciang Ooh telah ulapkan
tangannya sambil berkata.
”Dipandang dari wajahmu, kau tidak mirip seorang
manusia jahat tetapi putriku mengatakan bahwa kau bukan
manusia baik, aku rasa ucapannya tak bakal salah. Lebih
baik cepat2 lah kau angkat kaki!"
Saat ini Tonghong Pacu merasa gusar campur geli,
angkat nama selama puluhan tahun belum pernah ada
orang yang menggunakan kata2 sekasar itu mengusir
dirinya, tak kuasa ia mendongak dan tertawa ter bahak2.
"Kau hendak mengusir diriku?"
"Eeei . . kau mungkin sudah tuli? sudah kukatakan sejak
tadi, apakah kau tidak dengar ?"
"Ooouw begitu . . tapi kalau aku tak mau pergi? kau mau
apa?"
"Kalau kau tak mau pergi, aku akan mengusir dirimu."
"Haaa . . haa . . bagus sekali, kalau begitu aku tak mau
pergi saja, akan kulihat kau akan mengusir diriku dengan
cara apa?"Sambil bertolak pinggang ia berdiri tegak di tengah
kalangan.
Ciang Ooh segera maju mendorong bahu Tonghong
Pacu, sambil mendorong teriaknya keras2.
"Ayoh pergi.,.ayoh pergi !"
Seandainya Ciang Ooh bukan mendorong bahu nya
melainkan tempat penting lain. Tonghong Pacu pasti akan
turun tangan menghadapinya, tetapi sekarang yang
didorong adalah tempat tidak penting gembong iblis ini
tertawa dingin didalam hati, ia ada maksud memberi
pelajaran kepada perempuan tengkorak tersebut, maka
bukannya mundur menghindar, ia malah berdiri tegak tak
berkutik.
Hawa murninya telah disalurkan keseluruh tubuh
terutama diatas bahu, bukan saja seluruh jalan darahnya
telah terlindung, bahkan badannya jadi keras bagaikan baja,
apabila terjadi serangan dari luar, segera akan timbul daya
pental yang maha dahsyat.
Maksud Tonghong Pacu bilamana Ciang Ooh
mendorong tubuhnya dengan segenap tenaga, maka ia akan
mementalkan tubuh perempuan itu sampai terjengkang
keatas tanah.
Siapa sangka, meski Ciang Ooh mendorong badannya, ia
tidak menggunakan tenaga dalam, ia cuma mendorong
dengan sekenanya bagaikan anak kecil mendorong teman
sebayanya.
Menurut ilmu tenaga Lweekang, makin besar tenaga
serangan dari luar makin besar pula daya pental yang
terpancar keluar, kini Ciang Ooh tidak mengeluarkan
tenaga dalam, tentu saja tubuh Tonghong Pacu tak berhasildidorong, sementara ia sendiripun tidak terpental oleh
tenaga daya pental lawan.
Dalam sekejap mata Tonghong Pacu merasakan tenaga
yang terkumpul diatas bahunya tak dapat tersalur keluar ia
heran, dikiranya kepandaian lawan jauh lebih dahsyat dari
dirinya, sehingga membuat tenaga dalamnya tak sanggup
memancar keluar.
Mimpipun ia tidak menyangka bahwa kejadian ini
timbul disebabkan pihak lawan sama sekali tidak memakai
tenaga dalamnya.
Tetapi setelah kejadian ini diulang beberapa kali, sebagai
seorang manusia cerdik, Tonghong Pacu segera mengetahui
duduknya persoalan, tanpa terasa lagi ia mendongak dan
tertawa terbahak-bahak.
Dalam pada itu Ciang Ooh mendorong kembali
bahunya, kali ini perempuan tersebut merasakan ada
segulung tenaga pental yang amat besar memancar keluar
dari bahunya, otomatis tanpa sadar dari tubuh Ciang Ooh
pun ikut memancar keluar segulung tenaga perlawanan
yang mengimbangi besarnya tekanan lawan.
Demikianlah semakin besar tenaga tekanan memancar
keluar dari bahu Tonghong Pacu, semakin besar pula
tenaga dorongan yang muncul dari telapak Ciang Ooh
siperempuan tengkorak itu.
Dalam sekejap mata tenaga serangan maupun tenaga
pantulan telah mencapai titik terhebat, tenaga Iweekang
yang semula berkumpul dibahu Tonghong Pacu mulai tidak
sanggup melayani serangan lawan.
Gembong iblis nomor wahid ini mulai terperanjat, ia
segera mengempos tenaga, dan salurkan kembali beberapa
bagian tenaganya keatas bahu pada waktu itu merekaberdua berdiri dengan jarak dua tiga depa, tangan kanan
Ciang Ooh menempel diatas bahu Tonghong Pacu dan
berdiri tak berkutik dipandang sepintas lalu mereka berdua
tidak tampak sesuatu yang aneh.
Tetapi dalam kenyataan kedua orang itu sedang
melangsungkan pertempuran sengit yang mendebarkan hati.
Dalam seperminum teh lamanya sudah tiga kali
Tonghong Pacu mengempos tenaga, dari batok kepalanya
mulai mengepul asap putih yang makin lama semakin tebal.
Tonghong Pacu benar2 sangat terperanjat, ketika untuk
keempat kakinya ia kerahkan tenaga, Ciang Ooh masih
tetap berdiri tak berkutik bahkan sedikitpun tidak
menunjukkan tanda2 kepayahan.
Ia mulai sadar perempuan tengkorak yang dihadapinya
saat ini merupakan musuh paling tangguh yang pernah
dijumpai selama puluhan tahun ini, tenaga lwekang yang
dimiliki pihak lawan seakan2 tiada habisnya, mengalir dan
melawan terus dengan amat gigih,
Ia sadar kalau pertarungan ini dilanjutkan dirinya pasti
kalah dan pamornya ini akan hancur, kalah dalam tenaga
dalam terpaksa ia harus menolong diri dalam jurus
serangan.
Berpikir demikian tubuh Tonghong Pacu per-lahan2
mulai bergeser dan merendah kebawah.
Telapak Ciang Ooh masih menekan diatas bahunya,
ketika ia merendah mendesak telapak tangan perempuan itu
menekan kebawah.
Dalam sekejap itulah hawa murni Tonghong Pacu
dengan dahsyat menerjang keatas menghantam serangan
lawan, kekuatannya saat ini benar-benar luar biasa,bagaikan gulungan ombak ditengah samudra yang
menghantam tepian.
Walaupun tenaga dorongan sangat besar, telapak Ciang
Ooh tidak berhasil digetar lepaskan cuma saja ia berhasil
menahan tenaga serangan yang memancar keluar dari
telapak Ciang Ooh.
Inilah yang diharapkan Tonghong Pacu, menggunakan
kesempatan yang amat singkat ia berkelit lalu secara tiba2
berkelebat kebelakang.
Setelah melayang dua depa dan lolos dari ancaman,
telapak kirinya membalik langsung ditabok kedepan keras2.
Perhitungan gembong iblis ini sangat bagus sekali setelah
berkelit dalam keadaan yang tidak mungkin pihak lawan
pasti tak sempat menarik kembali serangannya sementara
serangan yang ia lancarkan telah mengancam datang,
kemenangan tentu berada dipihaknya.
Siapa sangka, kejadian ada diluar dugaan, dari telapak
Ciang Ooh sama sekali tidak memancar keluar tenaga
tekanan, kekuatan yang muncul dari tubuh perempuan itu
tidak lain disebabkan tenaga murninya yang memancar
keluar dari bahu, terlalu dahsyat sehingga memancing
datangnya tenaga pantulan yang lebih hebat.
Karena itulah setelah ia berkelit dan tenaga serangan
punah dari telapak Ciang Ooh tidak memancar tenaga
pantulan lain, tubuh perempuan itu tentu saja tidak
terpelanting kedepan, ia tetap berdiri tegak ditempat
semula.
Serangan Tonghong Pacu kelihatan sebentar lagi akan
bersarang diatas dada Ciang Ooh, namun ketika dilihatnya
perempuan itu berdiri tak berkutik si gembong iblis itu jadi
tertegun.Ilmu silat yang dimiliki iblis Tonghong ini benar2 luar
biasa, dalam serangannya barusan apa bila Ciang Ooh
menghindar maka perduli ia berkelit kemanapun diburu
sehingga akhirnya serangan itu bersarang telak.
Sebaliknya kalau Ciang Ooh berkelit lalu menyambut
datangnya serangan itu dengan kekerasan, maka Tonghong
Pacu akan berubah jurus dan mengeluarkan jurus kedua
yang disebut "Tiang Kang Sam tiap Lang" atau Ombak
Sungai Tiang kang bersusun tiga untuk mencabut jiwa
lawannya.
Siapa sangka Ciang Ooh tidak menghindar maupun
membalas, ia cuma berdiri tak berkutik.
Belum pernah gembong iblis itu menjumpai lawan
seperti ini setelah tertegun ia lantas tarik kembali
serangannya.
"Kenapa kau tidak membalas?" hardiknya keras2.
Bentakan ini sangat dahsyat bagaikan guntur membelah
bumi disiang hari, membuat Hiat Goan Sin koen serta Lieh
Hwee sin-tuo tanpa sadar mundur dua langkah kebelakang.
Tampak Ciang Ooh berdiri termangu2 dengan jarinya ia
mengorek2 lubang telinga, setelah itu baru katanya :
"Hey, kalau bicara kenapa begitu keras seperti suara
geledek ? sampai2 telingaku terasa gatal sekali, kau kira aku
seorang tuli ?"
Ucapan ini membuat Tonghong Pacu melongo dan
meringis, mau gusar tak bisa mau tertawapun sungkan.
Haruslah diketahui ucapan barusan diutarakan Ciang
Ooh karena telinganya benar2 gatal, tetapi dalam
pendengaran Tonghong Pacu, ucapan tersebut tidak lain
bernadakan mengejek.ooOdwOoo -
BAB 12
IA MERASA teramat gusar, pergelangannya segera
memutar dari cengkeramam jadi menabok jurus "Tiang
Kang Sam Tiap Lang" segera dilancarkan keluar.
Dalam serangan ini disertakan tiga gulung tenaga yang
benar2 luar biasa, satu gulungan lebih hebat dari gulungan
berikutnya, saat terhajar pasti fatal keadaannya.
Menyaksikan telapak tangan lawan menekan kearah
dadanya, Ciang Ooh menjerit lengking, tiba2 ia miringkan
badannya.
Seandainya orang yang melancarkan serangan bukan
Tonghong Picu, kelitan tersebut tentu akan berhasil
menghindarkan diri dari serangan lawan.
Tetapi gembong iblis ini bukan manusia sembarangan,
mana ia sudi biarkan lawannya berkelit. Baru saja Ciang
Ooh miringkan badan, telapak iblis itu sudah berputar satu
lingkaran, membalik lalu menghantam dada perempuan
tersebut.
Buru2 Ciang Ooh merendah kebawah, tetapi serangan
Tonghong Pacu telah menekan datang, perempuan itu tak
tempat berkelit lagi "Plaak !" serangan tadi dengan telak
bersarang ditubuhnya.
Meskipun bersarang telak, arahnya agak meleset,
sebenarnya ia mengancam dada Ciang Ooh tetapi secara
tiba2 perempuan itu membungkuk maka serangannya tadi
bersarang diatas bahunya.
Hiat Goan Sin koen, Lieh Hwee Sin Tuo, Tong hong
Pek serta Si Soat Ang sama2 merasa tegang, keringat dinginmengucur keluar membasahi tubuh mereka, menang kalah
Ciang Ooh tergantung dari keindahan pertarungan ini.
Sementara itu setelah terhantam oleh serangan
Tonghong Pacu, Ciang Ooh berteriak keras, badannya
bergetar keras bagaikan bambu yang meliat-liat dapat roboh
keatas tanah.
Bersamaan dengan getaran tersebut kembali ia berteriak
keras, badannya tak dapat berdiri tegak dan mundur
selangkah kebelakang.
Agaknya ia tidak ingin mundur kebelakang, tetapi ia
dipaksa oleh tenaga dahsyat Tonghong Pacu untuk mundur,
maka setelah mundur kakinya segera menginjak tanah
keras2 sehingga menimbulkan getaran dahsyat bagaikan
gempa bumi di atas permukaan tanah.
Sepasang lengannya mulai menari menyambar ke sana
kemari membawa deruan angin tajam yang menyapu
kesana kemari, namun sama sekali tidak mengandung
tenaga dalam, ia cuma menyambar sekenanya belaka.
Terdengar ia menjerit aneh, tubuhnya kembali mundur
selangkah kebelakang.
Jurus "Tiang-kang Sam-Tiap Lang" semuanya memiliki
tiga lapisan tenaga, tenaga lapisan pertama membuat
badannya bergetar, lapisan kedua membuat ia mundur
selangkah kebelakang, sedang tenaga lapisan terakhir
memiliki kekuatan terdahsyat.
Setelah ia mundur langkah yang kedua perempuan gila
ini menjerit keras, badannya tiba2 terjengkang dan jatuh
terduduk diatas tanah.
Ia tidak segera bangun, kepalanya per-lahan2
mendongak mengawasi wajah Tonghong Pacu, kemudian
berseru:"Tenagamu benar2 luar biasa sekali ! sungguh hebat,
sungguh dahsyat !"
Sementara itu Tonghong Pacu tetap berdiri tak berkutik,
air mukanya sebentar berubah menghijau sebentar lagi
memerah, ia kelihatan mengenaskan sekali.
Dalam pandangan orang lain Tonghong Pacu berhasil
merebut kedudukan diatas angin, sebab terbukti Ciang Ooh
berhasil ia hantam sempat jatuh terduduk, tetapi Tonghong
Pacu pribadi menyadari ia tidak menang, dalam
serangannya barusan ia telah salurkan segenap tenaganya,
sebuah bukit karangpun pasti akan jebol apabila termakan
oleh serangan tersebut.
Tetapi bagaimana kenyataannya ? Ciang Ooh
perempuan edan itu cuma mundur dua langkah kebelakang
lalu jatuh terduduk, ia sama sekali tidak binasa bahkan luka
sedikitpun tidak, demikian dahsyat tenaga Iweekang yang ia
miliki, benar2 sukar dipercaya dengan akal sehat.
"Bagus... bagus sekali" sementara itu Ciang Ooh sudah
meloncat bangun dan berteriak keras. "Kau miliki tenaga
yang hebat, akan kusuruh kaupun mencicipi sebuah bogem
mentahku."
Mendengar ucapan itu Tonghong pacu terkesiap,
barusan ia telah menghantam orang lain, dari kini
perempuan itu mengatakan hendak menghantam pula
dirinya satu kali, tentu saja menurut peraturan Bu lim ia
harus terima tantangan tersebut.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh
badan, ketujuh puluh dua buah jalan darahnya ditutup dan
dilindungi semua, kemudian ianbil tertawa hambar
jawabnya:"Aku telah memukul kau sekali, dan kaupun ingin balas
menghantam aku sekali, ini memang cengli, Nah silahkan !"
Mendengar pihak lawan setuju, Ciang Ooh kegirangan
setengah mati.
"Bagus...bagus...ternyata kau tidak benar2 jahat, kau
masih punya cengli juga" sahutnya.
Sambil berkata ia maju kedepan, ayun telapaknya dan . .
"Plakk!" sebuah gaplokan telah bersarang diatas bahu
Tonghong Pacu.
Ketika perempuan itu ayunkan telapaknya, gembong
iblis ini merasa amat tegang sekali, tetapi setelah telapak
lawan bersarang diatas bahunya, ia jadi melengak dan
berdiri termangu2.
Sebab bahunya sama sekali tidak sakit dan tidak
merasakan sesuatu apapun, atau dengan kata lain dalam
gaplokannya barusan Ciang Ooh sama sekali tidak
menggunakan tenaga. Kejadian ini benar2 diluar dugaan
gembong iblis nomor wahid dikolong langit ini.
Mana mungkin Ciang Ooh tidak sertakan tenaga dalam
gaplokan barusan.
Mengapa ia berbuat demikian? Tonghong pacu merasa
terkejut dan keheranan tiada habisnya, ia mundur selangkah
ke belakang lalu mengawasi wajah jelek Ciang Ooh dengan
sinar mata mendelong.
Tentu saja ia tak akan menyangka kalau ilmu silat yang
dimiliki Ciang Ooh didapatkan tanpa sengaja, boleh dikata
dia adalah seorang yang sama sekali tak kenal ilmu silat.
Apabila ada orang menyerang dirinya, tenaga lweekang
yang ia miliki baru memancar keluar, makin besar serangan
lawan maka kerugian yang bakal terimapun semakin besar.Ia tak tahu bagaimana caranya mengerahkan tenaga,
tidak aneh kalau dalam serangannya barusan sama sekali
tidak disertai dengan tenaga.
Sebenarnya Tonghong Pacu adalah seorang manusia
cerdik. sayang ia tak pernah berpikir sampai disini, tentu
saja ia keheranan dan berdiri mendelong.
Dalam pada itu Ciang Ooh telah berkata: "Sudah, aku
telah membalas satu kali dan kaupun telah memukul aku
sekali, sekarang kau pergi!"
"Hmm, kenapa aku harus pergi?"
"Aaaah benar, kenapa kau harus pergi?" seru Ciang Ooh
tertegun, ia berpaling dan segera teriaknya:
”Heeei putriku, kenapa kau suruh dia pergi ?"
"Dia . . dia adalah seorang manusia jahat!" teriak Si Soat
Ang.
Karena takut ucapannya mengandung serangan balasan
dari Tonghong Pacu, maka seraya berbicara, ia
bersembunyi dibelakang Hiat Goan Sin koen serta Lieh
Hwee Sintuo.
"Aaah benar, kau adalah sedang manusia jahat." seru
Ciang Ooh cepat.
"Kau ingin aku pergi? sebenarnya tak susah."
"Bagaimana? kau mau apa?"
"Kita beradu lagi satu kali, coba lihat siapa yang berhasil
merebut kemenangan setelah itu aku segera pergi dari sini."
"Apa yang dimaksud dengan "beradu ?" tanya
perempuan edan itu keheranan.
Tonghong Pacu benar2 tak bisa menahan diri, dengan
gusar teriaknya:"Hey! sebenarnya apa maksudmu? kalau kau tidak berani
saling beradu dengan diriku, lebih baik cepat enyah dari
sini."
"Ciang Oh pun dibuat naik pitam, ia membalas:
"Apa yang dimaksud saling beradu? kalau tidak kau
terangkan, mana aku bisa tahu?"
Sebenarnya Tonghong Pacu sedang merasa amat gusar,
tapi dia adalah seorang cerdik dari tingkah laku Ciang Ooh
selama ini, tiba2 ia teringat akan sesuatu, senyuman mulai
menghiasi bibirnya kembali seandainya apa yang dipikirkan
benar, maka tidak terlalu sulit baginya untuk merebut
kemenangan.
Setelah memadamkan hawa amarah yang membakar
didadanya, sambil tersenyum ia berkata:
"Oooouw . . kiranya kau masih belum tahu apa yang
dimaksud dengan saling beradu ?"
"Benar!"
"Baik, mari kuajarkan kepadamu, luruskan dahulu
telapak tanganmu."
Ciang Ooh adalah perempuan tidak waras ia tak tahu
mara bahaya telah mengancam jiwanya mendengar
perkataan itu dia benar2 luruskan tangannya kedepan.
Dalam pada itu Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin
koen,Tonghong Pek serta Si Soat Ang berdiri kurang lebih
dua tombak dari hadapan Tonghong Pacu ketika mereka
dengar ucapan tersebut, semua orang segera sadar dibalik
ucapan tadi tentu akan maksud tertentu.
Tonghong Pek yang pertama2 menyadari akan hal ini, ia
pentang mulutnya hendak berteriak, tetapi ketika teringatakan pesan gurunya, terpaksa ia telan kembali ucapan tadi
dan membungkam.
Pada waktu itulah Lieh Hwee Sin Tuo dan Hiat Goan
Sin Koen telah berteriak tampik berbareng:
"Ciang Ooh, jangan menuruti ucapannya !"
Bentakan tersebut diutarakan tepat pada waktunya,
sayang reaksi Ciang Ooh tidak begitu cepat, tampak
perempuan itu tertegun dan berdiri melongo.
Menanti Ciang Ooh hendak menarik kembali tangannya,
detik itulah kelima jari tangan Tonghong Pacu bagaikan
cakar burung garuda telah mencengkeram urat nadi
perempuan itu.
Cengkeraman tersebut dilancarkan dengan jurus "Thian
Ing Mi Si" atau Rajawali sakti mencari Mangsa yang amat
dahsyat. gerakannya cepat serangannya tepat, meski
seorang tokoh maha saktipun sulit untuk menghindarkan
diri, apalagi Ciang Ooh yang masih berdiri ter-mangu2.
Ditengah teriakan kedua orang itu, kelima jari Tonghong
Pacu telah mencengkeram urat nadi Ciang Ooh erat2.
Tonghong Pacu sudah tahu tenaga lwekang yang dimiliki
Ciang Ooh teramat luar biasa, maka dari itu dalam
serangannya ini jari tangannya telah menggunakan tenaga
sebesar sembilan bagian, kalau berganti orang lain yang
kena dicengkeram olehnya dengan keadaan semacam ini
niscaya tulang pergelangannya akan remuk hancur.
Lain halnya dengan Ciang Ooh, semakin besar tenaga
yang menyerang dari luar semakin dahsyat pula tenaga
perlawanan muncul dari tubuhnya, tentu saja tulang
pergelangannya tidak sampai patah.Meskipun demikian urat nadi adalah suatu tempat yang
penting dimana menguasai seluruh urat syaraf ditabuh, kini
setelah dicengkeram oleh gembong iblis itu, tenaga
perlawanan yang timbul dari Ciang Ooh pun peroleh
kerugian yang amat besar.
Berada dalam keadaan seperti ini, kendari ada segulung
tenaga dahsyat yang memantul balik, tetapi perempuan
tengkorak itu gagal untuk melepaskan cengkeraman lima
jari Tonghong Pacu.
Menyaksikan hal itu, diam2 gembong iblis nomor wahid
dari kolong langit ini merasa kegirangan.
Dalam pada itu. dengan suara keras Hiat Goan Sin koen
simanusia monyet berteriak lantang:
"Eeei Tonghong sianseng, kau adalah tokoh sakti nomor
wahid dikolong langit, apakah kau tidak merasa malu
menghadapi orang lain dengan cara yang demikian
rendah?"
Tonghong pacu pura2 tidak mendengar, ia berlagak
pilon, malah sambil mendongak perdengarkan suitan
nyaring.
Dalam kenyataan dalam hati kecil gembong iblis tersebut
telah punya rencana bagus, ia hendak bereskan dahulu diri
Ciang Ooh kemudian semua orang yang berada
dihadapannya satu persatu akan dibunuh habis. Waktu itu
siapa lagi yang tahu bahwa ia pernah merobohkan orang
dengan cara yang rendah serta memalukan?
Maka dari itu ia bersuit panjang menutupi bentakan
gusar dari Hiat Goan Sin koen, bersamaan itu pula tangan
kirinya membalik "Braak!" serangannya bersarang telak
diatas jalan darah "Hoa Kay Hiat" yang berada didada
Ciang Ooh!Jalan darah Hoa Kay Hiat merupakan salah satu
diantara tiga jalan darah kematian ditubuh manusia kecuali
Pek Hwee Hiat dibatok kepala serta urat nadi disepasang
tangan, walaupun dari tubuh Ciang Ooh mengeluarkan
tenaga perlawanan, tak urung serangan Tonghong Pacu
jauh lebih dahsyat datangnya.
"Braaak . . !" terdengar Ciang Ooh menjerit aneh,
tubuhnya meronta keras.
Dasar tenaga Iweekang yang dimiliki Ciang Ooh luar
biasa, setelah terhantam begitu berat rontaannya telah
menggunakan tenaga yang tak terkira dahsyatnya.
Tonghong pacu segera merasakan segulung tenaga besar
meluncur keluar dari dalam tubuh, tak kuasa kelima jari
tangannya mengendor dan Ciang Ooh berhasil melepaskan
diri dari cengkeraman.
Tonghong Pacu terperanjat, ia sadar apabila Ciang Ooh
berhasil lolos dari cengkeramannya, dus berarti ia sudah
sia2 bertindak sebagai manusia rendah yang membokong
orang dengan cara memalukan.
Ia tak rela membiarkan perempuan sinting itu
meloloskan diri, begitu Ciang Ooh meloncat mundur
kebelakang sepasang telapaknya segera berkelebat
melancarkan dua serangan dahsyat
Datangnya dua serangan itu teramat dahsyat membuat
orang merasa sesak napas, tentu saja Ciang Ooh tidak kuat
menahan diri, apalagi ia berada dalam posisi sempoyongan
setelah berhasil lolos dari cengkeraman.
"Braaak. . ." bagaikan layang2 putus benang, badannya
mencelat ketengah udara dan terlempar kebelakang sejauh
tiga empat lebih.Tampaklah perempuan sinting itu terlempar kedalam
tumpukan pohon bambu sehingga membuat beberapa
batang bambu melengkung kedalam memunahkan hampir
sebagian besar dari tenaga lemparan tersebut, menanti
tenaga tekanan telah lenyap, badannya memantul kembali
kearah Tonghong Pacu terlempar oleh kekuatan beberapa
batang bambu yang melengkung tadi.
Tonghong Pacu adalah manusia cerdik, ilmu silatnya
pun lihay namun mimpi pun ia tidak menyangka tubuh
Ciang Ooh yang terlempar jauh secara tiba2 bisa memantul
balik dengan gerakan begitu cepat, ia tertegun dan berdiri
melongo.
Dalam pada itu diiringi jeritan aneh dari Ciang Ooh,
bagaikan anak panah terlepas dari busurnya tubuh
perempuan itu menubruk kearah Tonghong Pacu.
Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini
teramat kaget, badannya segera menekuk kebawah, hawa
murni disalurkan kedasar kaki kemudian secara tiba2
bergeser tiga empat depa kesamping meloloskan diri dari
terjangan CiangOoh.
Bukan begitu saja, ambil kesempatan ketika tubuh Ciang
Ooh menyambar lewat dari sisi tubuhnya, ia segera
menyambar kedepan, kelima jari tangannya bagaikan kuku
garuda mencengkeram kaki lawan.
Ciang Ooh bisa memantul balik bukan atas kehendak
sendiri melainkan karena terlempar oleh daya pental pohon
bambu, rasa kaget yang luar biasa membuat seluruh tenaga
dalam yang dimiliki perempuan itu menyelimuti segenap
badan, ketika merasakan datangnya cengkeraman otomatis
perempuan itu memberikan reaksinya, suatu tendangan
kilat segera dilepaskan.Tonghong Pacu terperanjat, ia tidak menyangka
serangannya menemui kegagalan, sebaliknya pihak lawan
melancarkan serangan belasan dengan tenaga demikian
besar, untuk berkelit tidak mungkin . . tahu2 tendangan
perempuan itu sudah menyelonong masuk menghajar
iganya dengan telak.
"Braak. . ." tubuh Tonghong Pacu tergetar keras lalu
mundur selangkah kebelakang, dimana kakinya menginjak
permukaan tanah segera muncullah sebuah liang yang
dalamnya kurang lebih setengah depa lebih.
Setelah terdorong mundur selangkah Tong-hong Pacu
belum berhasil menguasahi diri badannya bergoyang lalu
mundur pula dua langkah kebelakang.
Setelah mundur dua langkah sekali lagi badannya
bergoyang keras dan mundur tiga langkah, dengan
demikian seluruhnya ia terdorong sejauh lima langkah.
Dalam pada saat itu tubuh Ciang Ooh pun terbanting
jatuh keatas tanah, namun dengan demikian sebatnya
perempuan itu segera meloncat bangun dan berdiri kembali
dengan sinar mata berkilat, seakan2 ia mulai dibikin naik
pitam oleh keadaan yang memaksa.
Tiga puluh tahun berkelana, belum pernah Tonghong
Pacu menderita kerugian sebesar ini, meski ia tidak sampai
terbanting keatas tanah, hawa darah sukar ditahan lagi,
secara lapat2, selapis hawa merah darah memancar diatas
wajahnya, hawa napsu membunuh mulai menyelimuti
benaknya.
Lambat2 ia putar badan, kepada Lieh Hwee Sin Tuo
serta Hiat Goan Sin koen serunya:
"Ehmm bagus. . bagus sekali, pembantu yang kalian
undang benar2 luar biasa."Menjumpai air muka Tonghong Pacu tiba2 berubah jadi
merah darah, dalam hati Lie Hwe Sin Tuo serta Hiat Goan
Sin koen merasa terkejut bercampur girang, sebab setiap
orang yang memiliki tenaga dalam amat sempurna, jikalau
menderita luka dalam, niscaya wajahnya akan
menunjukkan perobahan seperti itu.
Dan kini air muka Tonghong pacu telah berubah hebat,
hal ini menunjukkan apabila tendangan dari Ciang Ooh tadi
telah mengakibatkan ia menderita luka dalam.
Tetapi menyaksikan bahwa napsu membunuh yang
terlintas diatas wajah mereka pun merasa terperanjat,
mereka sadar Tonghong Pacu telah membenci mereka
hingga merasuk ketulang sumsum.
Dengan keraskan kepala Hiat Goan Sin-koen segera
berkata.
"Tonghong sianseng, aku lihat tidak kecil kerugian yang
kau derita, lebih naik cepat-cepat menyerah saja . . aku
takut kerugian yang sangat kecil akan mengakibatkan
menderita kerugian besar."
"Hmm ! baik sampai jumpa lagi lain kesempatan."
Melihat gembong iblis itu hendak berlalu. Si Soat Ang
yang berada disamping segera berseru tertahan:
"Jangan biarkan dia . ."
Belum sampai maksud kata2nya diutarakan Tonghong
Pacu telah bersuit panjang, badannya bergerak laksana kilat
meluncur kedepan. dalam sekejap mata bayangan tubuhnya
telah lenyap dari pandangan, sebaliknya Ciang Ooh yang
melihat Tong hong Pacu telah berlalu jadi kegirangan
setengah mati."Heeei . . eeii . . coba kalian lihat, ia sudah pergi! dia
sudah pergi." teriaknya sambil mencak-mencak.
Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin koen, Tonghong Pek
serta Si Soat Ang bungkamdalam seribu bahasa.
Semula mereka membawa datang Ciang Ooh kemari
adalah bertujuan menggunakan ilmu silat yang dimiliki
perempuan sinting itu untuk mengalahkan Tonghong Pacu,
kini Tonghong Pacu telah berlalu seharusnya mereka
merasa gembira, tapi pikiran lain telah menyelimuti benak
mereka, sekarang baru sadar sekalipun Ciang Ooh berhasil
mengalahkan gembong iblis itu, tetapi urusan belum selesai
sama sekali.
Luka dalam yang diderita Tonghong Pacu tidak terlalu
berat tidak selang beberapa hari ia sudah sembuh kembali,
tentu saja ia siap membalas dendam setelah kekuatannya
pulih kembali, siapa yang bisa berjaga dari setiap saat atas
pembalasan dari gembong iblis itu?
"Eeeei . . kenapa kalian?" tiba2 terdengar Ciang Ooh
menegur sambit melototkan matanya.
Hiat Goan Sin koen si manusia monyet tertawa getir.
"Meskipun saat ini kita berhasil mengusir dia pergi, tetapi
ia sudah pasti akan balik langit" katanya.
"Sekalipun datang lagi kenapa kita harus takut? kalau ia
datang lagi, apakah aku tak bisa usir dia pergi? ada aku
disini, kalian tak usah takut."
Hiat Goan Sin koen menghela napas panjang, ia tidak
bicara lagi.
Dalam pada itu Lieh Hwee Sin Tuo telah menggerakan
badannya lari kedalam gubuk diikuti Tonghong Pek daribelakang, tetapi setelah melangkah masuk kedalam ruangan
mereka berdua sama2 berdiri tertegun.
Ruangan kosong melompong tak nampak sesosok
bayangan manusia pun, suasana sunyi sepi.
"Suhu, dimana sunio?" tanya Tonghong Pek dengan
nada cemas.
"Aku . . aku sendiripun tidak tahu!" jawab Lieh Hwee
Sin tuo sibongkok sakti lemah, air mukanya pucat pias
bagaikan mayat.
Mereka berdua segera berteriak memanggil nama
sunionya. tetapi tak kedengaran suara jawaban.
"Mari kita cari secara berpisah!" akhirnya si bongkok
sakti berseru.
Mereka berdua sama2 mundur keluar dari ruangan,
seraya menekan bahu Tonghong Pek si bongkok sakti itu
berpesan.
"Kau harus berhati-hati, seandainya berjumpa dengan
Tonghong Pacu, jangan berkata apapun segera putar badan
dan berlalu?"
Tonghong Pek adalah seorang pemuda berwatak keras,
suruh dia putar badan melarikan diri apabila berjumpa
dengan musuh tangguh, sebenarnya sangat bertentangan
dengan prinsip hidupnya! Tetapi menyaksikan air muka
gurunya begitu serius, maka setelah berpikir sejenak ia
mengangguk.
"Aku mengerti," Bibir sibongkok bergetar seperti mau
mengucapkan sesuatu, tapi akhirnya ia menghela napas
tidak bicara lagi, tangannya segera diulapkan!
Tong Hong Pek segera berkelebat kesamping untuk
mulai pencariannya terhadap jejak sunio nya. belumbeberapa langkah Lieh Hwee Sin Tuo telah berseru
kembali.
"Kau harus ingat, seandainya bertemu dengan
suniomu..." tiba2 ia merandek.
Sebenarnya ia hendak berpesan apabila bertemu dengan
sunionya iapun dilarang bicara, segera putar badan dan
berlalu, Sebab ketika mengucapkan kata2 tersebut ia hanya
berpikir jangan sampai Tonghong Pek mengetahui asal usul
yang sebenarnya.
Tetapi ketika ucapan telah diutarakan setengah jalan ia
mulai teringat kembali, kepergian Tong hong Pek kali ini
adalah hendak mencari jejak sunionya, lucu sekali kalau ia
suruh pemuda itu segera berlalu setelah orang yang dicari
ketemu, maka dari itu ia lantas membungkam.
Sementara itu Tonghong Pek telah berhenti sambil
menanti ucapan selanjutnya, tunggu punya tunggu tidak
kedengaran juga gurunya sibongkok sakti meneruskan
kata2nya, maka ia lantas bertanya:
"Setelah bertemu dengan sunio, apa yang harus aku
lakukan ?"
Dari dalam saku Lieh Hwee Sin Tuo ambil keluar
sebatang anak panah bersuara, sambil menyerahkan benda
itu ketangan sianak muda pesannya:
"Seumpama kau berhasil temukan jejak sunio-mu,
lepaskanlah anak panah bersuara ini, aku segera akan
datang menemui kalian."
Tonghong Pek ragu2, namun akhirnya anak panah
bersuara itu diterimanya juga."Suhu!" katanya, "Seandainya kau berhasil menemukan
jejak sunio, kaupun harus lepaskan anak panah bersuara
untuk memberi khabar kepadaku."
Lieh Hwee Sin Tuo mengangguk mengiakan.
Demikianlah Tonghong Pek segera meluncur kedepan,
seraya berlalu teriaknya keras2:
"Nona Si, kau serta Ciang Ooh berdirilah di sana, jangan
sembarangan berlalu."
Si Soat Ang mengiakan gadis inipun tidak banyak bicara.
Begitulah Lieh Hwee Sin Tuo, Hiat Goan Sin koen serta
Tonghong Pek segera berlalu dari sana, gerakan tubuh
mereka amat cepat, dalam sekejap mata telah lenyap dari
pandangan.
Sekeluarnya dari hutan bambu, mereka bertiga segera
berpisah.
Untuk sementara kita tinggalkan dahulu Lieh Hwee Sin-
tuo serta Hiat Goan Sin koen, bercerita tentang Tonghong
Pek dalam pada itu sekeluarnya dan hutan bambu ia lantas
berlari menuju ke selatan.
Ia tak tahu sunionya berada di mana ? terpaksa
sepanjang perjalanan ia melakukan pencarian dengan
seksama, ketika berjalan tiga lima li jauhnya mendadak ia
dengar suara air dan tiba di samping sebuah selokan!
Tonghong Pek berhenti sejenak ditepi selokan tersebut,
menghela napas panjang lalu mengempos tenaga meloncat
naik keatas sebuah batu besar ditepi selokan tadi dan mulai
mengawasi keadaan sekeliling tempat itu.
Tiba2 dari antara semak belukar sekitar batu besar itu
berkumandang suara rintihan yang lemah dan
mengenaskan.Rintihan itu amat lirih dan rendah, kalau bukan didengar
dengan cermat hampir saja tak kedengaran.
Tonghong Pek kaget, ia pasang telinga dan sekali lagi
mendengarkan dengan seksama, sedikit pun tidak salah
suara itu memang suara rintihan yang lirih sekali.
"Siapa?" tegur Tonghong Pek sambil melayang turun,
hatinya penuh rasa curiga.
Pertanyaan itu diulang sampai beberapa kali namun tak
kedengaran ada suara jawaban, badannya segera berkelebat
masuk kedalam semak, menyingkirkan pepohonan
disekitarnya, dan segera ditemui sesosok tubuh manusia
terkapar diatas tanah, wajahnya menempel diatas tanah.
Punggung orang itu masih kelihatan bergetar jelas
jiwanya belum sampai putus dan cuma menderita luka
parah belaka, suara rintihan lirih tadi berasal dari orang ini.
Buru2 Tonghong Pek maju ke depan berjongkok dan
membangunkan tubuh orang itu, Dia adalah seorang
pemuda kurus yang berwajah pucat pias.
Tonghong Pek segera cekal urat nadi pemuda itu dan
periksa denyutan jantungnya, ia merasa pemuda itu sudah
amat lemah sekali setiap saat kemungkinan besar jiwanya
bisa melayang.
Tonghong Pek tertegun, dengan lengan sebelah
merangkul kepala pemuda itu tangan lain menempel diatas
punggungnya ia salurkan hawa murni kedalam tubuh orang
lain.
Seperminum teh lamanya telah berlalu, per-lahan2 baru
nampaklah orang itu membuka sepasang matanya.Walaupun sepasang matanya telah terbuka namun sinar
matanya masih sayu, jelas ia belum menangkap
pemandangan yang terbentang dihadapannya itu.
Ia pentang matanya lebar2 bibirnya bergetar ingin
mengucapkan sesuatu namun tak sepatah katapun berhasil
diutarakan.
"Sahabat, jangan terburu napsu," cegah Tonghong Pek
dengan suara dalam "Ada perkataan utarakan saja nanti!"
Orang itu tidak menggubris. kembali ia paksakan diri
untuk mengutarakan beberapa patah kata.
"Cepat... cepat... cepat kejar..."
Tonghong Pek menghela napas panjang hawa murni
yang disalurkan keluar diperbesar sehingga seluruh tubuh
pemuda itu bergemetar, ucapannya makin banyak dan
suaranya semakin keras.
"Cepat... cepat kejar Loei Sam !"
"Apa Loei Sam ?" seru Tonghong Pek terperanjat.
"Loei Sam...dia...dia merampas tanda pengenal dari Si
Thay sianseng"
Makin didengar Tonghong Pek merasa semakin
terperanjat, setelah mendengar nama "Loei Sam" pemuda
tersebut menyadari persoalan ini luar biasa dan mimpipun
ia tidak mengira kalau peristiwa tersebut menyangkut pula
Si Thay sianseng tokoh maha sakti dari kolong langit
dewasa ini, ia tertegun, kemudian serunya:
"Lalu apakah anda adalah anak murid dari Si Thay
sianseng ?"
Karena mendengar pemuda itu mengatakan bahwa Loei
Sam telah merampas tanda pengenal dari Si Thay sianseng,ini berarti dia adalah anak murid manusia luar biasa
tersebut.
"Aku bukan anak muridnya." sahut orang itu dengan
napas ter-engah2, "Aku she Liem. . Si Thay sianseng titip
kepadaku..."
Bicara sampai disitu ia tak kuat lagi menahan diri,
wajahnya berubah semakin hebat. Dasar wajah yang pucat
kian memutih sehingga terlintas hawa hijau yang
menyeramkan.
Tonghong Pek sadar keadaan tidak menguntungkan, ia
tahu bilamana orang ini tidak cepat ditolong maka jiwanya
pasti akan segera melayang.
Dalam keadaan cemas, ia ambil keluar anak panah
bersuara milik suhunya dan siap dilepaskan untuk mohon
bantuan sibongkok sakti tersebut.
Mendadak.,.dari belakang tubuhnya berkumandang
datang suara seseorang sedang berkata:
"Cepat menyingkir, dia akan mengumbar hawa
amarahnya..."
Tonghong Pek semakin terperanjat lagi, ia kenali suara
tersebut sebagai suara dari Tonghong Pacu.
Pemuda kita tertegun, hawa murninya segera di
emposkan siap meluncur kedepan dan melarikan diri.
Tetapi bersamaan waktunya, pemuda yang berada dalam
rangkulannya tiba2 memperdengarkan suara yang sangat
aneh.
Perubahan ini benar2 berada diluar dugaan Tonghong
Pek, barusan saja untuk bicarapun pemuda itu tidak kuat
bahkan sebentar lagi akan putus nyawa, tapi kenyataan saatini ia masih sanggup memperdengarkan jeritan sedahsyat
ini.
Dengan cepat Tonghong Pek melompat bangun, sedang
pemuda itupun tiba2 meronta bangun dan berdiri pula,
ditengah gerakan itulah tanpa sengaja sepasang lengannya
yang direntangkan menghantam diatas bahu Tonghong
Pek.
Gaplokan ini benar2 luar biasa sekali, Tonghong Pek
yang sama sekali tidak bersiap sedia segara terpukul mental
dan jatuh terpelanting diatas tanah.
Peristiwa ini sangat tidak masuk diakal, maka dari itu
setelah terpelanting sejauh tiga lima tombak Tonghong Pek
segera bangun, ia sudah lepaskan Tonghong Pacu. sambil
memandang pemuda itu dengan ter-mangu2..
Dalam pada itu pemuda tersebut mulai bertingkah
bagaikan orang gila, sepasang tangannya diayunkan kesana
kemari menyertai deruan angin tajam.
Sementara itu selangkah demi selangkah Tong-hong
pacu berjalan mendekati pemuda tadi dari sepasang
matanya memancar keluar cahaya berkilat, semua
perhatiannya dicurahkan keatas tubuh lelaki itu.
Ketika Tonghong Pacu berjalan mendekat tadi, pemuda
she Liem itu masih tidak merasa, menanti gembong iblis
tersebut sudah berada empat lima depa dari tubuhnya,
laksana deruan angin puyuh tiba2 ia putar badan sambil
melancarkan sebuah jotosan keatas dada Tonghong Pacu.
Pukulan ini datangnya sangat cepat bahkan disertai
deruan angin dahsyat, kekuatannya luar biasa sekali.
Mendadak Tonghong Pacu berhenti. "Braakk..."
serangan tadi dengan telak bersarang diatas dadanya
sehingga menimbulkan suara keras.Gerak-gerik Tonghong Pacu kalem sekali, tiba-tiba
tangan kanannya berkelebat cepat mencengkeram
pergelangan pemuda itu, hardiknya dengan suara bagaikan
guntur.
"Liem Hauw Seng, kau masih kenal akan diriku?!"
Pemuda itu bukan lain adalah Liem Hauw Seng yang
mendapat tugas dari Si Thay sianseng untuk
menyampaikan kabar kedalam lembah Coei Hong Kok
digunung Go bie.
Bentakan dahsyat tersebut benar2 luar biasa, tubuh Liem
Hauw Seng yang masih meronta bagaikan orang gila tiba2
merandek lalu menjadi tenang kembali.
Ketenangan membuat hawa hijau yang melapisi
wajahnya semakin menebal, saat ini seluruh wajahnya
hampir boleh dikata telah berubah hijau ke hitam2an.
Setelah tertegun beberapa saat, Liem Hauw Seng mulai
alihkan sinar matanya memandang sekejap kearah
Tonghong Pacu, tiba2 ia berseru.
"Kau . . kau adalah Tonghong . . Tonghong sianseng?"
"Haa. . haha sungguh tak disangka, sungguh tak
disangka, sebenarnya aku pandang bakatmu kurang baik!
aku tak terima kau sebagai muridku, tapi sekarang
keadaannya berbeda, kau boleh belajar silat bersama2 Giok
Jien!"
"Aku. . aku . . " sepasang mata Liem Hauw Seng melotot
bulat2.
Sembari berkata ia menunduk memperhatikan diri
sendiri, seakan2 ia ingin mengetahui perbedaan apakah
yang terjadi pada dirinya.Menyaksikan tingkah laku pemuda ini, Tonghong Pacu
mendongak tertawa terbahak 2:
"Sudahlah, jangan banyak berpikir yang bukan2, apakah
kau ingin berada bersama2 Giok Jien?"
"Tentu saja aku ingin berada sama2 dirinya, tetapi aku
tak tahu ia berada dimana ?"
"Ikuti saja diriku nanti kau bakal tahu sendiri!"
Bicara sampai disini ia lantas lepas tangan, Liem Hauw
Seng mundur dua langkah kebelakang, menanti Tonghong
Pacu hendak putar badan, tiba2 pemuda itu berseri kembali:
"Tunggu sebentar!"
Air muka Tonghong Pacu berubah hebat, agaknya ia
merasa sangat tidak senang hati.
"Ada urutan apa ?" tanyanya kasar.
"Aku teringat sudah...aku teringat, ditempat itulah aku
berjumpa dengan Loei Sam, ia merampas tanda pengenal
yang diserahkan Si Thay sianseng kepadaku kemudian
menghajar aku sampai menderita luka parah, ketika itu aku
berada ditepi selokan, aku lantas merangkak kedepan
hingga tiba didalam semak, lalu aku jatuh tidak sadarkan
diri?"
Mendengar sampai disitu, air muka Tonghong Pacu
telah berubah beberapa kali, tiba2 ia ulapkan tangan
memotong ucapan pemuda tersebut lebih jauh:
"Loei Sam ? kau telah berjumpa dengan dirinya ?
sekarang ia berada dimana ?"
"Aku tidak tahu, aku telah jatuh tidak sadarkan diri...
meski tidak mati tentu akan terluka parah, dari mana
datangnya tenaga sebesar ini...apa kah kau yang menolong
aku ?""Haa... haaa... tentu saja aku, kalau bukan aku siapa
lagi?"
"Kau ?" seru Liem Hauw Seng keheranan. "Mengapa..?
mengapa kau tolong aku ? kau... kau adalah..."
Sebenarnya ia hendak mengatakan "Kau adalah
gembong iblis nomor wahid dari kalangan sesat" tetapi
perkataan ini akhirnya tak berani diutarakan keluar.
Tonghong Pacu bukan manusia bodoh, tentu saja ia
mengerti apa yang hendak dikatakan pemuda she Liem itu,
dengan dingin katanya:
"Kau benar2 tidak tahu diri Giok Jien telah angkat aku
sebagai guru, bukannya kau tidak tahu, apakah kan masih
belum paham?"
Liem Hauw Seng masih hendak mengucapkan sesuatu.
Tonghong Pek yang berada disisinya sudah tak kuat
menahan diri, sebab terang2-an Liem Hauw Seng
ditemukan olehnya, dari mana Tong-hong Pacu bisa
mengaku bahwa dia yang menolong?
"Tonghong sianseng." pemuda she Tonghong segera
berseru. "Tidak kusangka manusia macam kau berani
mengaku pahala orang lain."
"Siapa kau?" Bentak Tonghong Pacu sambil putar badan
secara tiba2.
Kena dibentak Tonghong Pek kaget pikirnya:
"Setelah bertemu dengan Tonghong Pacu, meski tidak
melarikan diri akupun tidak sepantasnya mengusik dia..."
Walaupun kaget, berada dalam keadaan seperti ini tidak
mungkin bagi Tonghong Pek untuk melarikan diri.
Karena itu segera ujarnya: "Aku... aku...""Hmm! sekarang aku kenali dirimu!" dengus Tonghong
Pacu ketus, "Kau adalah manusia yang datang ber-sama2
sibongkok, siapa namamu ayoh cepat sebutkan, agar kau
jangan mati sebagai setan tak bernama."
Ketika mengucapkan kata2 terakhir, diatas wajah
Tonghong Pacu mulai terlintas hawa napsu membunuh
yang mengerikan sekali.
Tanpa sadar Tonghong Pek mundur selangkah
kebelakang, ia sadar dengan kepandaian yang dimiliki tidak
mungkin bisa menandingi Tonghong Pacu, untuk
meloloskan diri pada saat inipun tidak mungkin, satu2nya
jalan terpaksa ia coba menenangkan hatinya.
Setelah mundur dua langkah kebelakang, jawabnya
berat:
"Aku bernama Tonghong Pek !"
Seluruh tubuh Tonghong Pacu bergetar keras ketika
mendengar nama itu, kemudian diikuti ia mendongak dan
tertawa terbahak2.
"Haa... haa... haa... kiranya kau adalah Tonghong Pek !"
"Hmm ! apa anehnya dengan namaku ? kenapa kau
tertawa ?"
"Siapa yang melarang aku tertawa ? Eeei siapakah diriku,
apakah kau belum tahu ?"
"Tentu saja aku tahu."
"Nah itulah dia. mengapa kau tidak panggil diriku ?"
"Memanggil dirimu ? memanggil apa kepadamu ?".
Tonghong Pek benar2 keheranan dibuatnya.
Sepasang alis Tonghong Pacu langsung berkerut."Oouw kiranya kau tidak tahu ? apakah ibumu belum
pernah menceritakan kisah tersebut kepadamu ?"
Pada saat2 ini Tonghong Pek benar2 bingung dan tidak
mengerti apa yang dimaksudkan gembong iblis tersebut, ia
cuma tahu dirinya adalah seorang anak yatim piatu, tapi
kalau didengar dari ucapan tersebut agaknya Tonghong
Pacu kenal dengan ibunya.
Seandainya perkataan ini diucapkan orang lain
Tonghong Pek tentu akan bertanya lebih jauh, tetapi
pemuda ini tahu Tonghong Pacu adalah seorang gembong
iblis nomor wahid yang ganas dan keji, ia tak boleh
mempercayai ucapannya.
"Hmm ! aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang kau
katakan." serunya sambil mendengus.
Per-lahan2 Tonghong Pacu menghela napas panjang.
"Aaii, hal ini memang tak bisa disalahkan dirimu, dan
tak bisa disalahkan pula atas ibumu, ibumu tidak pernah
menyangka kalau bisa berjumpa kembali dengan diriku,
maka ia tak pernah bercerita apa2."
"Tutup mulut!" bentak Tonghong Pek dengan gusar,
makin mendengar hatinya makin dongkol "Sebenarnya
persoalan apa yang sedang kau bicarakan terus menerus?"
"Bocah apakah kau belum mengerti? aku adalah ayah
kandungmu!"
"Apa?" Tonghong Pek tertegun, tubuhnya mulai mundur
sempoyongan.
Ucapan tersebut benar2 bagaikan godam yang
menghantam dadanya keras2, ia tertegun berdiri menjublek
dan tak mengerti apa yang harus ia lakukan saat itu."Sekarang kau mengerti bukan?" kembali Tonghong
Pacu berkata.
Tiba2 Tonghong Pek menjerit, suaranya tinggi
melengking aneh sekali kedengarannya!
"Kau sedang ngaco, aku... aku adalah seorang anak
yatim piatu aku sama sekali tidak ada hubungan dengan
dirimu."
Tonghong Pacu tertawa. "Mari, akan kuantar kau
menjumpai ibumu, biarlah ibumu yang menerangkan nanti,
kau pasti akan mempercayai perkataanku!"
"Aku siapakah ibuku?" tanya pemuda itu dengan napas
terengah-engah.
"Aaah, apakah kau tidak tahu siapakah ibumu?
Eeehmm, benar kalau ia tidak menerangkan kepadamu,
dari mana kau bisa tahu? kalau begitu pada hari2 biasa kau
menyebut dirinya dengan sebutan apa?"
Pikiran Tonghong Pek benar2 kalut, ia benar-benar tak
mengerti perkataan apakah yang tedeng dibicarakan
Tonghong Pacu, tetapi ia mulai merasa antara dia dengan
gembong iblis nomor wahid ini pasti terikat suatu hubungan
yang erat sekali.
Dalam sekejap mata saja perbagai ingatan berkelebat
dalam benaknya, seperti apa yang dikatakan Hiat Goan Sin-
koen kepada orang lain bahwa dia adalah putra dari
Tonghong Pacu kemudian larangan gurunya agar ia jangan
kembali kegunung Lak ban san lagi.
Berbagai persoalan bergabung menjadi satu membuat
pikirannya semakin kalut, sekuat tenaga ia menggeleng lalu
menjerit:"Aku... aku tidak mengerti apa yang sedang kau
katakan!"
"Haaa haa kau tidak mengerti asalkan kau berjumpa
dengan dirinya, maka kau akan segera paham sendiri,
ikutilah diriku, akan kuhantar kau pergi menemui dirinya."
Bukan maju ke depan Tonghong Pek, malah mundur
selangkah kebelakang, tolaknya:
"Tidak, aku tak mau ikuti dirimu, aku masih ada urusan,
maaf tak bisa kutemani diriku lebih lama."
"Kau masih ada urusan? apakah urusan ini jauh lebih
penting dari pada menjumpai ibu kandungmu sendiri?"
Tubuh Tonghong Pek bergetar keras, sekali lagi ia
mundur selangkah kebelakang.
Tetapi baru saja ia melangkah mundur, Tonghong Pacu
telah bersuit nyaring sambil membentak.
"Jangan pergi!"
Mengikuti ucapan tersebut, tiba2 sepasang lengannya
dipentang, bagaikan seekor burung alap-alap, segera
melayang dan menubruk Tonghong Pek dengan
dahsyatnya.
Tonghong Pek terperanjat, buru2 ia lempar badannya
kesamping namun gerakan gembong iblis tersebut benar2
luar biasa, pemuda kita hanya merasakan segulung tenaga
dahsyat menyambar lewat dan tahu2 tangan lelaki itu sudah
menempel diatas bahunya.
Bahunya seketika terasa sangat berat, bagaikan ditindihi
dengan bukit Thay san, badannya sama sekali tak dapat
berkutik, ia merasa terkejut bercampur gusar:
"Kau. . ." hardiknya keras2."Aku tahu mungkin kau tak rela pergi mengikuti diriku."
tukas Tonghong pacu dengan suara yang lembut, halus dan
menawan hati, "Tetapi, apakah kau tidak ingin mengetahui
asal usulmu sendiri?"
Dikolong langit tak ada yatim piatu yang tak ingin
menjumpai orang tuanya, tidak terkecuali Tonghong Pek,
pemuda itu tertawa getir.
"Setelah berjumpa dengan dirinya, kau akan segera
memahami duduknya persoalan" sahut Tonghong Pacu
kembali sambil tertawa, "Sampai waktunya kalau kau tidak
ingin bersama diriku, takkan kupaksa dirimu seperti aku tak
pernah memaksa saudaramu harus ikuti diriku tetapi
sebelum berlalu kau harus mengetahui dahulu keadaan
saudaramu!"
"Apa . . apa yang kau katakan? apa aku masih punya
saudara?" suara Tonghong Pek yang telah kalut kini
semakin kalut.
"Benar kau masih punya seorang adik, kini aku sedang
mencari dirinya dan sunio saat ia pasti kutemukan waktu
itu kita ayah anak bertiga bisa berkumpul kembali, betapa
senangnya waktu itu, mari ikutilah diriku."
Kembali Tonghong Pek meronta, tetapi makin ia
meronta pemuda itu merasakan dari tangan Tonghong Pacu
yang menekan diatas pundaknya memancarkan tenaga
aneh yang makin dahsyat.
Akhirnya Tonghong Pek menghela napas panjang dan
berdiri dengan hati putus asa, sementara itu Tonghong Pacu
berpaling kearah Liem Hauw Seng yang mana segera
berdiri dengan ketakutan.
Menyaksikan keadaan orang itu, Tonghong Pacu
mendongak tertawa ter bahak2:"Kau tak usah pergi sekarang aku sudah temukan
kembali Tonghong Pek meski kau merengek-rengek
kepadaku tidak nanti kuterima dirimu"
Liem Hauw Seng jadi kegirangan, tanpa sadar ia berseru:
"Terima kasih cianpwee!"
"Hmm! keparat busuk yang tak tahu diri ketika kau
menderita luka parah dan menggeletak di atas tanah,
kebetulan kau berbaring diatas sumber gas bumi, maka dari
itu walaupun jatuh tidak sadarkan diri selama beberapa
hari, bukannya tewas, tenaga dalammu malah bertambah
pesat.
Tetapi kau harus tahu meski hawa bumi bisa perkuat
badanmu namun kau harus tahu pula bagaimana cara
penggunaannya, mulai ini hari berlatihlah semedhi setiap
hari paling banyak kau cuma boleh beristirahat setengah
jam, bila kau berbuat demikian selama satu tahun maka
bukan saja bisa menghindari bahaya dari hawa bumi yang
bersarang dalam tubuhmu bahkan mendatangkan manfaat
yang besar bagimu."
0ooodwooo0
Jilid14
"AKU memberi petunjuk kepadamu karena memandang
wajah Giok Jien, jangan kan anggap angin lalu disisi
telingamu."
"Terima kasih atas petunjuk cianpwee, aku tak akan
melupakan hal ini. ." sahut Liem Hauw Seng dengan wajah
serius.
"Nah sekarang kau boleh pergi."Mengikuti kibasan gembong iblis tersebut terpancarlah
segulung tenaga yang amat hebat menyapu kedepan Liem
Hauw Seng tak kuasa menahan diri, ia mundur tujuh
delapan langkah kebelakang kemudian putar badan dan
berlalu dan sana.
Menanti bayangan Liem Hauw Seng sudah lenyap dari
pandangan, Tonghong Pacu berkata:
"Lebih baik kalian bersaudara belajar silat dari aku saja,
kalau tidak maka setahun kemudian dari antara angkatan
muda ilmu silatnya yang terhitung paling tinggi!"
"Kau mengatakan ia mendapat bantuan hawa bumi,
apakah itu?" tanya Tonghong Pek tertegun.
"Bahan mujarab ada dua belas macam, aku rasa kau
tentu tahu bukan, selain Angin dan salju masih ada suatu
bahan yang lebih mustajab lagi yang diimpikan oleh setiap
ahli silat yaitu tanah, bahan mustajab tanah itu tumbuh
didalam permukaan bumi, usianya ratusan tahun lebih.
Ketika Liem Hauw Seng berbaring diatas tanah yang
mana kebetulan sekali dibawah permukaan bumi tumbuh
bahan tersebut, setelah terkena hawa hangat manusia, maka
hawa mustajab tadi mengembang naik dan tanpa disadari
terhisap kedalam tubuh. seandainya ia mau berlatih rajin
selama satu tahun, maka kekuatannya akan melebihi orang
lain yang berlatih selama dua puluh tahun."
Kembali Tonghong Pek tertegun beberapa saat, lalu
ujarnya: "Sekarang kau lepaskan dia pergi apakah kau tiada
maksud mencelakai jiwanya."
Ucapan ini menunjukkan betapa ragunya hati pemuda
ini atas tindakan Tonghong Pacu, ia tidak percaya seorang
gembong iblis yang tersohor akan kekejian serta
kelicikannya bisa berbuat perkerjaan mulia.Tonghong Pacu tertawa getir "Kau adalah seorang cerdik
pepatah kuno mengatakan jauhnya perjalanan dapat
mengetahui kekuatan kuda, perjumpaan yang lama dapat
mengerti watak manusia buat apa aku membela diri
sendiri!"
Tonghong Pek membungkam, meski demikian ia sudah
menaruh simpatik terhadap iblis itu.
"Kita sudah sepantasnya segera berangkat !" ajak
Tonghong Pacu.
la lantas berangkat kedepan, Tonghong Pek terpaksa ikut
sebab tangannya masih dicekal olehnya.
Mula2 mereka berjalan dengan lambat tetapi setelah
lewat satu li, tiba2 saja Tonghong Pacu bersuit nyaring,
badannya melonjak dan laksana kilat melayang kedepan.
Tonghong Pek dicekal lengannya hanya merasakan
desiran angin menyambar lewat dari telinganya sehingga
hampir saja tak dapat bernapas pemandangan disisinya
sama sekali tak dapat terlihat jelas.
Tonghong Pek paksakan diri mengatur pernapasan dan
dengan menggunakan segala kemampuan, kurang lebih
setengah jam kemudian barulah terdengar gembong iblis itu
membentak:
Bersamaan dengan bentakan tadi Tonghong Pacu
berhenti pemuda itu lantas dapat mendengar suara air yang
memekikkan telinga, kiranya mereka berhenti di depan
sebuah air terjun yang sangat besar.
Tiga ratus li sekeliling gunung Lak ban san dikuasai
Tonghong Pek dengan hapal sekali, tentu saja ia tahu
berada dimanakah air terjun tersebut, maka dari itu
menjumpai air terjun tadi ia terperanjat."Kenapa begitu cepat kita tiba disini ?" serunya tertahan.
Kiranya air terjun itu terletak dilembah Hwee hoa kok.
jaraknya ada tiga puluh lebih dari selokan kecil dimana
bertemu dengan Liem Hauw Seng, sungguh tak nyana
dalam setengah jam belaka mereka tiba disini.
"Tahukah kau akan air terjun ini?" tanya Tonghong Pek
sambil tertawa.
"Tentu saja tahu, sewaktu masih kecil sering kali aku
bermain air ditepi air terjun ini kau . . . ilmu meringankan
tubuhmu luar biasa sekali."
Tonghong Pacu tertawa hambar, ia tetap mencekal
lengan Tonghong Pek erat2 dan maju beberapa langkah
kedepan dan tiba didepan sebuah batu besar.
Batu itu sangat besar, tingginya lebih dari perawakan
seorang manusia, agaknya benda itu digunakan untuk
menutupi sebuah gua, Ketika tiba didepan batu tadi.
Tonghong pacu kebaskan ujung bajunya, mengikuti
hembusan angin yang keras batu tadi segera bergelinding
dua depa ke samping.
Dibalik batu besar tadi muncullah sebuah mulut gua
yang lebar.
"Nah, masuklah kedalam ia berada didalam!" kata
Tonghong pacu tertawa.
Tonghong Pek ragu sejenak akhirnya dengan langkah
lebar pemuda itu berjalan masuk kedalam.
Suasana dalam gua itu gelap gulita, tak nampak sedikit
cahayapun, tapi Tonghong Pek merasa bahwa Tonghong
Pacu mengikuti dibelakangnya, jelas ia bukan ditipu untuk
memasuki gua itu seorang diri, menanti setelah berbeloksuatu tikungan maka tampaklah cahaya tajam mulai
menyorot keluar dari dalam.
Makin jauh ia masuk kedalam gua itu cahaya yang
memancar keluar semakin tajam tidak lama kemudian
melewati sebuah gua mereka menembusi ke dalam lambung
bukit dan akhirnya tiba di depan sebuah lembah gua yang
hijau permai.
Sekeliling lembah itu penuh dengan tebing curam, boleh
dikata suatu tempat yang menawan hati, dari dalam lembah
itulah tiba2 muncul seorang gadis menyongsong
kedatangan mereka.
Ketika berada kurang lebih dua tiga tombak dari
hadapan- Tonghong Pek, tiba2 gadis itu berhenti, wajahnya
menunjukan tanda kecewa jelas ia sedang menantikan
orang yang diharapkan ternyata yang datang bukan orang
tersebut maka ia merasa kecewa.
Tonghong Pek mengawasi gadis itu tajam2, tampak
olehnya usia gadis itu masih sangat muda, alisnya tebal
dengan mata yang bulat besar wajahnya cantik menawan
hati, hanya sayang kelihatan murung sekali.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berjalan mendekat,
terdengar ia menegur gadis itu:
"Giok Jien, empat patah kata rahasia yang kuturunkan
padamu apakah kau sudah latih?"
Gadis itu bukan lain adalah Giok Jien dengan sangat
menurut ia mengangguk.
"Aku . . aku . . sudah kulatih masak2"
"Omong kosong! kau tahu apa yang dimaksud dengan
berlatih masak?" tegur Tonghong Pacu dengan wajah keren."Keempat patah kata rahasia tersebut merupakan inti
sesungguhnya dari dasar silat perguruan kita, belum berlatih
rajin selama tiga bulan tak bisa dikatakan berhasil,
bukannya kau berlatih dengan seksama malahan mondar-
mandir tiada berguna dalam lembah, apa sebenarnya yang
sedang kau lakukan?"
"Sunio mendengar ada suara batu yang bergelinding
maka ia suruh aku datang memeriksa!"
"Hmm, dari jauh kau memandang dirinya, kau anggap
siapakah dia?" tegur gembong iblis itu kembali sambil
menuding kearah Tonghong Pek.
"Aku kira dia adalah engkohHauw Seng."
"Ah .. kiranya gadis inilah yang bernama Giok Jien dan
barusan ia salah menganggap diriku adalah engkoh Hauw
Seng-nya" pikir Tonghong Pek dalam hati kecilnya.
Sementara itu suara teguran Tonghong Pacu semakin
keren, ia menegur: "Bagaimana aku peringatkan dirimu
dahulu? sekarang adalah saatmu berlatih tenaga dalam
tingkat tinggi, tidak boleh pikiranmu bercabang, sebab
sedikit kurang hati2, besar kemungkinannya mendapat jalan
api menuju neraka, saat itu menyesalpun tak berguna.
Apalagi kemudian hari ilmu silatmu telah berhasil! aku
pasti akan memberi kesempatan bagi kalian untuk saling
berjumpa, apa gunanya kau pikirkan dirinya?"
Kepala Giok Jien tertunduk sangat rendah, air mukanya
berubah pucat.
"Nasehat suhu sedikitpun tidak salah, akan tecu ingat
terus!" akhirnya ia berbisik lirih.
Tonghong Pek yang mendengar ucapan dari Tonghong
Pacu meski merasa ucapan ini cengli sekali, menyaksikankeadaan Giok Jien yang mengenaskan, ia merasa tidak tega,
buru2 selanya:
"Ooouw! nona adalah Giok Jien? barusan saja saya
berjumpa dengan Liem Hauw Seng toako"
"Benarkah? dia bagaimana keadaannya?" Giok Jien
segera mendongak dan buru2 bertanya.
"la sangat baik bahkan menemukan peristiwa diluar
dugaan, setahun kemudian ilmu silatnya akan berhasil
mencapai puncak kesempurnaan!"
"Aaah . . kalau begitu bagus sekali. Aaai . . hanya saja .
." merah padam selembar wajah Giok Jien. "Hanya saja aku
tak bisa berkumpul dengan dirinya aku merasa amat rindu
sekali dengan dirinya.
ooooodOwooooo
BAB 13
”TIDAK mengapa, tidak mengapa." Tonghong Pek
segera menghibur. "Setahun dua tahun akan lewat dengan
cepatnya, dikemudian hari masih banyak kesempatan,
kenapa harus dipikirkan dengan susah payah ?"
Dengan rasa penuh berterima kasih Giok Jien melirik
sekejap kearah Tonghong Pek lalu tundukkan kepalanya
rendah2.
Tonghong Pacu yang ada disisinya agak tidak sabaran,
dia menyela:
"Giok Jien, dia adalah Tonghong Pek putra bungsuku."
"Aaah !" dengan hati terperanjat Giok Jien berseru
tertahan."Nona Giok Jien, apa yang diucapkan adalah
perkataannya." ujar Tonghong Pek pula, "Aku... aku sendiri
cuma tahu bahwa aku adalah anak yatim piatu, sejak kecil
dibesarkan oleh Lieh Hwee Sin-Tuo"
Tidak banyak nama tokoh sakti yang diketahui Giok
Jien, tetapi ia kenal nama Lieh Hwee Sin-Tuo, sebab Hiat
Goan Sin koen pernah membawa dia beserta Liem Hauw
Seng jauh2 dari luar perbatasan datang kemari untuk angkat
sibongkok sakti tersebut sebagai guru.
Tentu saja merekapun pernah mendengar nama
Tonghong Pek dari mulut manusia monyet tadi, buru2 ia
menjura.
"Tonghong toako !" sapanya.
Dalam pada itu Tonghong Pacu yang mendengar
Tonghong Pek menampik ucapannya, ia lantas tersenyum.
"Kau telah ikuti diriku datang kemari. apakah kau masih
belum percaya kalau aku adalah ayah kandungmu ? Giok
Jien dimana suniomu ?"
"Sunio sedang duduk semedi didalam goa belakang
gunung"
"Cepat undang dia datang, beritahu kepadanya bahwa
Tonghong Pek telah datang kesini, kau harus baik2
membimbing dirinya, kalau tidak ia bisa jatuh tertelungkup
setelah mendengar Tonghong Pek datang sebab buru2 akan
lari datang sedangkan sepasang matanya buta.
Giok Jien mengiakan, ia putar badan dan segera berlalu
dengan langkah cepat.
Dalam pada itu Tonghong Pek berdiri tertegun "Kau . .
kau hendak suruh aku bertemu . . . bertemu dengan siapa?""Buat apa gelisah? bukankah sebentar lagi aku bakal tahu
sendiri?"
Tonghong Pek risau, hatinya penuh rasa curiga karena
tak tahan ia mondar-mandir dalam ruangan itu sambil
bergendong tangan.
Tidak selang beberapa saat kemudian terdengarlah suara
wanita berkumandang datang dari dalam lembah:
"Dimana dia? dimana dia??"
"Aaaah!" Tonghong Pek tertegun, suara tersebut sangat
dikenal olehnya, walau berada dalam keadaan apapun juga
sebab dia adalah sunionya.
"Sunio?" pemuda itu segera berteriak dan meloncat
kedepan. Tapi dengan cepat ia berhenti putar badan dan
menatap wajah Tonghong Pacu dengan sepasang mata
melotot bulat.
"Kau sudah apakan sunioku?" hardiknya, "Bagaimana
keadaannya, apakah kau tak dapat melihat sendiri ?"
Buru2 Tonghong Pek putar badan kembali, tampak
sunionya sedang berlari datang dibawah bimbingan Giok
Jien.
Dalam keadaan seperti ini Tonghong Pek tidak
memperdulikan Tonghong Pacu lagi, ia segera berlari
kedepan menyongsong kedatangan ibu gurunya.
"Sunio !" kembali teriaknya keras2.
Mendengar suara Tonghong Pek berkumandang sangat
dekat dengan dirinya, Lieh Hwee hujien melengak, ia
segera berhenti tangannya mencengkeram lengan pemuda
itu, mulutnya melongo dan sesaat tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
Lewat beberapa saat kemudian ia baru berkata:"Kau... secara bagaimana kau bisa datang kemari ?"
"Tonghong Pacu membawa aku kemari."
Sewaktu menyebutkan nama gembong iblis itu,
Tonghong Pek bersikap hati2, sebab ia takut ibu gurunya
kaget, siapa nyana perempuan itu malah menunjukkan
wajah kegirangan.
"Ooouw ,. kalian sudah saling berjumpa?"
"Benar, kami telah berjumpa, dia . ."
Belum habis Tonghong Pek berkata, sunionya sudah
menimbrung.
"Kalau kalian sudah berjumpa muka, bagus sekali! aku , .
aii . . , entah apa yang harus kukatakan kepadamu, selama
banyak tahun aku selalu mengelabui dirimu . ."
Jantung pemuda Tonghong Pek berdetak sangat keras,
sampai2 suaranya ikut berubah, "Persoalan apa yang kau
kelabui diriku?"
"Bocah janganlah sebut aku sebagai sunio lagi. ." ujar
Sunionya dengan suara lembut, "Aku. . aku . . aku bukan
suniomu, aku adalah ibu kandungmu!"
Tonghong Pek tertegun, ia mundur selangkah
kebelakang tanpa sadar, seandainya sepasang lengannya
tidak dicekal oleh ibu gurunya niscaya ia sudah jatuh
terjengkang keatas.
Dalam sekejap mata pikiran Tonghong Pek terasa sangat
kalut, ia tidak mengira bisa terjadi peristiwa diluar dugaan
semacam ini, setelah berhasil berdiri tegak, dengan napas
ter-sengkal2 segera teriaknya berulang kali. "Bukan...
bukan! Tidak mungkin!"
"Kenapa tidak mungkin ?" tanya Lieh Hwee Hujin
sambil mendongak, air mata bercucuran membasahimatanya yang buta. "Bocah, kau tidak berharap aku adalah
ibu kandungmu ?"
"Aku bukannya tidak ingin" sahut pemuda itu ter-
engah2. "Sunio kau harus tahu...sering kali aku berpikir,
aku hanya seorang anak yatim piatu kalau aku punya
seorang ibu kandung, betapa bahagianya hatiku."
"Kau bukan anak yatim piatu" tukas Lieh Hwee Hujin
cepat. "Hanya saja untuk beberapa saat aku telah
mengelabuhi asal usulmu belaka, ayahmu adalah jagoan
sakti nomor satu dikolong langit Tonghong Pacu adanya,
dan aku adalah ibu kandungmu !"
Tonghong Pek tertegun dan berdiri mematung, mulutnya
melongo matanya terbelalak, untuk beberapa saat lamanya
ia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Bocah kau sudah mendengar ucapanku ?" tanya Lieh
Hwee Hujin dengan suara gemetar.
"Aku sudah mendengar !" jawab Tonghong Pek, diluar
dugaan suaranya tenang dan kalem.
"Kalau begitu panggillah aku..." kata perempuan itu.
"Sunio." Tonghong Pek segera memanggil suaranya tetap
kalem dan tenang.
"Jangan panggil aku sunio" buru2 nyonya itu goyang
tangan, "Aku bukan ibu gurumu !"
"Aaii Sunio, kau adalah ibuku guruku, kau tak usah
bicara lagi, aku adalah seorang anak yatim piatu, tak
seorangpun tahu siapakah orang tuaku, siapapun tidak tahu
dari manakah asal-usulku !"
"Bocah, kau harus percaya perkataanku!" Lieh Hwee
Hujien kembali sambil menangis "Kalau ayahmu bukanTonghong Pacu, darimana aku bisa memberi nama dengan
Tonghong Pek?"
"Sunio, sewaktu masih kecil aku pernah bertanya
kepadamu, dan kau menjawab ketika menemukan aku
ditengah alas waktu itu fajar baru saja menyingsing maka
dari itu aku diberi nama Tonghong Pek!"
"Bukan, ketika itu aku membohongi dirimu,
dengarkanlah perkataanku dengarkanlah aku ceritakan
seluruh kisah sebenarnya kepadamu."
Tonghong Pek masih ingin berteriak dan berseru bahwa
ia tak mau dengarkan perkataannya, tapi mimik wajah Lieh
Hwee Hujien membuat ia tak sanggup ucapkan sepatah
katapun, akhirnya ia menghela napas panjang.
"Baik. Nah mulailah bercerita!"
"Duduklah dahulu, duduklah dihadapanku dan
dengarkan ceritaku." kata Lieh Hwee Hujien sambil
menarik tangan pemuda itu.
"Bocah, peristiwa ini sudah terjadi lama sekali! waktu itu
aku..."
Perempuan itu menceritakan kisah lampaunya yang
penuh kesedihan, secara bagaimana ia dipermainkan
Tonghong Pacu, lalu secara bagaimana dia membopong
bayinya hendak bunuh diri dengan terjun kedalam sungai
namun berhasil ditolong oleh Lieh Hwee Sin Tuo.
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar