Thian Pay yang berpusat di daerah Au Hay, orang orang itulah
yang ditugaskan oleh Au Hay Ong Bo untuk datang menawan
diriku."
"Adik Tou" tanya Lie Siauw Ie dengan parasaan heran.
"Bagaimana kau bisa kenal dengan orang orang itu ? Jika
didengar dengan perkataan siluman tua itu agaknya kau
pernah mematikan putrinya, sebetulnya kau sudah terjadi
urusan apa ?"
Ditanyai begitu oleh Lie Siauw Ie seketika itu juga
mengingatkan Liem Tou atas peristiwa yang terjadi, dengan
perasaan amat gusar sahut nya.
"Hmmm . . kurang sedikit budak anjing itu menyebabkan
nyawaku hilang ditangannya, karena dia membuat jago-jago
dari golongan Pek-to maupun Hek- to pada mencari diriku,
bukan saja dia sudah kurung aku di dalam sebuah gua yang
siang malam tidak melihat udara di tengah gunung Ngo Lian
Hong bahkan sering dia pukul hingga aku terluka parah,
akhirnya aku kirim satu pukulan maut yang mencabut
nyawanya sehingga dendamku selama ini bisa kubalas.”
"Adik Tou" ujar Lie Siauw Ie sembari menghe!a napas
perlahan. 'Sejak saat itu kau turun gunung, siang malam aku
selalu memikirkan keselamatan dirimu tidak kusangka kau
betul-betul menemui kesulitan dan berbagai siksaan yang
begitu hebat. Heei . ."
Dengan peruh kemesraan Liem Tou memeluk pinggang Lie
Siauw Ie, ujarnya dengan nada penuh kasih sayang.
"Cici, aku pun selalu merindukan diri cici sejak aku dengar
berita yang mengatakan cici menjadi gila, aku.. tahukah..
adikmu menjadi sedih sekali, hanya aku gemas tidak punya
sayap sehingga bisa cepat terbang ke sisi cici dan melihat
keadaan yang sesungguhnya."
"Waktu itu aku hanya pura-pura gila," sahutnya sembari
tersenyum. "Saat itu aku betul-betul galak sekali, orang-orang
keluarga Pouw yang tidak tahu malu itu setiap hari datang ke
rumah ku mendesak ibuku agar aku dijodohkan dengan Pouw
Siauw Ling, karena gusarnya aku terus saja pura- pura
menjadi gila dan kasih hajaran pada mereka, jika bukannya
saya mau dengar omongan ibuku serta Jien Coei cici hendak
ngasih hajaran mereka dengan senjata rahasianya Cu Gien
Ciam."
Setelah mendengar kisah inilah Liem Tou baru sadar
kembali kejadian apa yang sudah terjadi.
Saat ini si Soat Hu Li serta Song Beng Lan sudah berhasil
melewati jembatan Pencabut nyawa itu dan melanjutkan
perjalanan mereka menuju ke dalam perkampungan le Hee
Cung.
oooXooo
9
Sesudah melihat bayangan mereka sekalian lenyap dibalik
perkampungan barulah Liem Tou berani munculkan dirinya,
sembari menarik tangan Lie Siauw Ie ujarnya.
"Cici, meminjam kesempatan tidak ada orang yang
menyeberangi jembatan in marilah kita cepat berlalu”
Kedua orang itu dengan cepat meloncat bangun dan berdiri
menuju ke tepi jembatan.
“Cici”ujar Liem Tou kembali. “Kau meloncatlah terlebih dulu
tapi harus berhati-hati”
“Tidak” bantah Lie Siauw le dengan cepat. “Kau
menyeberanglah terlebih dulu.”
Siapa tahu perkataan ini diucapkan dari dalam
Perkampungan secara tiba- tiba berkumandang datang
beberapa kali suitan yang amat nyaring dan memekikkan
telinga kemudian disusul dengan suara suitan yang saling
susul-menyusul dari segala penjuru.
Dengan cepat Liem Tou menoleh ke belakang terlihatlah
sinar obor yang terang benderang sudah mulai muncul di
seluruh penjuru sekitar perkampungan itu kemudian dengan
cepat bergerak menuju ke arah mereka berada bahkan di
depan gerombolan orang-orang yang membawa obor itu
berkelebat sesosok bayangan putih yang amat jelas sekali.
Dibelakang bayangan putih itu muncullah berpuluh puluh
bayangan hitam yang mengejar dari belakangnya gerakan
mereka ketat cepat bagaikan bertiupnya angin taupan, hanya
di dalam sekejap saja titik-titik hitam itu sudah mula
mendekat.
Segera Liem Tou menjadi sadar kembali bahwa merekamereka
itu pastilah orang orang yang sedang mengejar diri
gadis cantik pengangon kambing yang memakai pakaian
warna putih itu, tanpa terasa lagi dia menjadi sangat terkejut,
perasaan terperanjat ini bukanlah dikarenakan kuatir atas
keselamatan gadis cantik pengangon kambing itu melainkan
karena arah yang dituju mereka semua justru mengarah
dimana kini dia berdua berada.
Dia tahu walau pun usia dari gadis cantik pengangon
kambing itu masih sangat muda tapi kepandaian silatnya
betul-betul sudah mendapatkan warisan dari ayahnya Lie Loo
jie, ayahnya Lie Loo jie terbukti bisa melawan
Thian Pian Siauw cu dengan seimbang sudah tentu Au Hay
Ong Bo tidak mungkin berhasil melukai dirinya.
Tapi yang membuat pikirannya menjadi bingung adalah
arah yang jurusan mereka tempuh, jika mereka berdua tidak
lekas-lekas meninggalkan tempat ini pastitah jejak mereka
segera akan ditemukan, sampai waktu itu sudahlah mesti tidak
mungkin baginya untuk melarikan diri.
Berpikir sampai disini tanpa berpikir lebih panjang lagi
dengan cemas teriaknya.
“Cici, mereka sudah datang, kalau kau tidak mau lawan
terlebih dulu baiklah aku yang menyeberangi dulu."
Sehabis berkata segera dia pusatkan tenaga dalamnya
kemudian meloncati Jembatan Pencabut nyawa itu.
Tanpa mereka duga sesosok bayangan hitam sejak tadi
sudah mengincar diri mereka bahkan semua perkataan yang
mereka berdua katakan
sudah didengar olehnya, orang itu dengan rapatnya
menyembunyikan dirinya di samping Liem Tou berada di
tengah jembatan baru melancarkan serangan mengganggu
dirinya.
Orang yang sembunyi di sisi jembatan pencabut nyawa itu
bukan lain adalah salah satu anggota dari Siok to Siang Mo,
Hek Loo-jie adanya.
Tadi sesudah dikejar oleh Soat Hu Li serta Song Beng Lan
sekalian dari Kiem Thian Pay sehingga memaksa dia melarikan
diri turun gunung dengan cepat dia menyelinapkan dirinya di
suatu tempat kegelapan, dengan tidak perduli hubungan
persaudaraan selama tiga tahun lamanya dia menyiksa dan
menganiaya Hek Lotoa hanya bertujuan merebut kitab pusaka
To Kong Pit Liok, ternyata sebelum dia peroleh sudah keburu
didapatkan oleh Liem Tou, sudah tentu saat ini dia tidak rela
meninggalkan puncak gunung Ha Mo San ini begitu saja.
Menanti sesudah beberapa orang jago dari Kiem Thian Pay
ini naik kembali ke atas gunung dengan perlahan barulah dia
meloncat keluar dari tempat persembunyiannya untuk
selanjutnya meloncat ke pinggir tebing di samping Jembatan
pencabut nyawa tersebut.
Saat itulah secara tiba-tiba dia merasa di samping jembatan
ada orang yang sedang bersembunyi, dengan cepat dia
menyingkir ke samping untuk melihat jelas orang tersebut.
Tak terkira girang hatinya setelah diketahui mereka
ternyata adalah sepasang muda-mudi yang tidak bukan adalah
Liem Tou serta Lie Siauw Ie. Diam-diam dalam hatinya mulai
mengambil perhitungan, pikirnya:
“Hmmm..kali ini jika itu kitab pusaka To Kong Pit Liok sekali
lagi lolos dari tanganku maka bangsat cilik she Liem itu harus
dimusnahkan agar itu kitab pusaka untuk selamanya terkubur
di dasar jurang "
Begitulah ketika dilihatnya Liem Tou sudah berada di
tengah jembatan Pencabut nyawa itu secara tiba-tiba dia
tertawa tergelak dengan amat kerasnya.
"Hey Liem Tou "teriaknya dengan berang. “Kali ini aku mau
lihat kau lolos tidak dari cengkeraman aku orang tua."
Bersamaan suara bentakan tersebut Hek Looji meloncat
keluar dari tempat persembunyiannya kemudian meloncat ke
atas rantai jembatan pencabut nyawa itu siap menghadapi
serangan musuh.
Munculnyr Hek Looji secara mendadak ini membuat Liem
Tou betul-betul merasa amat terperanjat, bila Lie Siauw Ie
yang berada di belakangnya begitu dilihatnya Hek Looji
muncul secara tiba-tiba menghalangi kepergian mereka segera
menjerit keras.
"Adik Tou cepat kembali ... adik Tou cepat kembali..."
Liem Tou seudiri juga tahu kalau Hek Looji sedang
menghalangi perjalanan mereka, segera dia tarik napas
panjang untuk memberatkan badannya di atas kawat sedang
dalarn hati diam-diam mulai mengambil keputusan.
Dia tahu jika saat itu Hek Looji melancarkan serangan ke
arahnya, bagi dirinya tempat untuk menghindarkan diri tidak
mungkin ada bahkan jika menerima serangan musuh dengan
keras lawan keras hal ini akan mengakibatkan berat badannya
semakin bertambah sehingga kemungkinan kawat yang diinjak
akan putus.
Didalam keadaan yang amat kritis itulah suatu pikiran
berkelebat didalam hatinya, tanpa berpikir panjang lagi dia
sudah mengikutr suara teriakan dari Lie Siauw le, tubuhnya
dengan cepat meloncat ke atas udara kemudian bersalto
beberapa kali, ujung kakinya menutul kawat rantai siap
meloncat balik ke tempai semula.
Dengan gerakannya ini sama saja suatu kesalahan di
tambah lagi dengan kesalahan yang lain, segera terdengar
Hek Looji tertawa keras sambil bentaknya."
"He he he .. Liem Tou, jika kau betul-betul berani meloncat
ke sini kemungkinan karena memandang pada itu kitab
pusaka To Kong Pit Liok aku tidak akan sampai mencelakai
nyawamu, tapi kini kau malah balik ke arah sebelah sana, kau
jangan salahkan hatiku terlalu kejam. Hey Liem Tou , ini hari
pada setahun lagi merupakan ulang tahun kematianmu yang
pertama, he he . pergilah."
"Cring .." Suatu suara yang sangat nyaring segera
berkumandang dari bawah kaki Liem Tou.
Mendengar suara itu Liem Tou menjadi sangat terperanjat,
dalam anggapannya tentu Hek Loo jie sedang menyambit
senjata-senjata rahasia yang amat berbisa, tubuhnya dengan
cepat melompat ke tengah udara untuk kemudian melayang
kembali ke tempat semula.
Pada saat itulah dia memandang ke bawah, terlihatlah
kegelapan di bawah kakinya gelap gulita kawat rantai yang
semula terbentang di bawah kakinya kini sudah lenyap tanpa
bekas, yang ada hanyalah suatu jurang yang dalamnya sampai
tak tampak dasarnya.
"Celaka!” teriaknya dengan keras.
Dengan cepat dia menarik hawa murninya dalam pusar,
walaupun kini kawat sudah terputus, dia tetap berusaha untuk
bersalto dan berjumpalitan ditengah udara.
Apa daya kemauan ada tapi tenaga kurang, apalagi jarak
dimana dia kini berada dengan tepi tebing ada berpuluh puluh
kaki jauhnya, tubuhnya dengan cepat meluncur ke bawah
dengan kecepatan yang luar biasa.
Melihat keadaan dari Liem Tou, Lie Siauw le merasa betulbetul
seperti disambar petir, tanpa terasa lagi dia sudah
berteriak amat keras.
"Adik Tou..Adik Tou !"
Teriaknya belum sampai terdengar, Liem Tou dengan
menggunakan tenaganya yang terakhir juga sedang berteriak.
"Cici..! "
Tapi kata cici yang terakhir sudah berkumandang keluar
dari dalam jurang yang dalamnya puluhan kaki dari atas
tebing.
Perubahan yang terjadi secara taba-tiba itu membuat Lie
Siauw le seketika itu juga kehilangan kesadarannya, di tengah
suara tertawa Hek loo jie yang amat keras itu sekali lagi
teriaknya.
"Adik Tou .. adik Tou .. "
Tubuhnya dengan cepat berkelebat terjun ke dalam dasar
jurang yang sangat dalam itu.
Pada waktu Lie Siauw le terjun kedalam jurang menyusul
diri Liem Tou itulah dari tepi jurang secara mendadak
berkumandang suara bentakan yang sangat nyaring disusul
dengan berkelebatnya bayangan putih yang amat cepat
melayang kedalam jurang, hanya di dalam sekejap saja
bayangan itu sudah lenyap dari pandangan.
Menanti Au Hay Ong Bo serta Ang in sin pian sekalian tiba
di tepi jurang terlihatlah suasana di dalam jurang sudah
berubah tenang kembali, diantara mereka hanya Au Hay Ong
Bo seorang saja yarg memiliki kepandaian silat paling tinggi
masih sempat melihat sesosok bayangan putih yang
berkelebat dengan amat cepatnya kemudian lenyap.
Keesokan harinya, berita kematian Liem Tou, Lie Siauw Ie
serta gadis cantik pengangon kambing yang binasa di dasar
jurang tepi Jembatan pencabut nyawa dari sekarang tersebar
kepada orang yang lain, tidak sampai satu dua jam seluruh
perkampungan Ie Hee Cung sudah tahu akan berita tersebut.
Lie si itu ibunya Lie Siauw le sejak ditinggal pergi oleh
puterinya berserta Liem Tou selama semalaman sudah merasa
sedih kini mendengar kematian mereka berdua di dasar jurang
seperti juga guntur yang menyambarnya disiang hari bolong.
Semula dia masih tidak mau percaya atas berita itu, tetapi
sesudah melihat dengan mata kepala sendiri kalau rantai
jembatan pencabut nyawa itu betul-betul sudah putus barulah
dia mau percaya dengan berteriak keras dia sudah jatuh tak
sadarkan diri.
Akhirnya walau pun berhasil ditolong oleh orang lain tapi
tetap tak mau meninggalkan tempat itu. Selama tiga hari tiga
malam lamanya dia terus menangis saja, bila bukannya ada
orang yang menjaga di sampingnya mungkin sejak semula dia
sudah ikut terjunkan diri ke dalam jurang menyusul putrinya.
Sampai hari keempat tangisan dari ibunya Lie Siauw le
sudah mulai serak sedang air matanya pun sudah kering,
karena itulah sepasang matanya menjadi buta. Pada hari
kelima dia meninggal dunia dengan tenang semua rakyat di
dalam perkampungan tidak ada yang merasa sedih dan
menghela napas atas peristiwa ini.
Kira balik kepada Liem Tou yang menggunakan tenaganya
yang terakhir berteriak "Cici” tubuhnya dengan cepat bagaikan
kilat meluncur ke kebawah dengan amat santarnya.
Waktu ini dia merasakan angin dingin yang menyambar
badannya hingga menusuk ke tulang sumsum, pada waktu itu
dia tidak sanggup membuka matanya hanya di dalam hati
secara diam-diam dengan sedih menghela napas panjang.
“Habislah sudah, kali ini habislah sudah diriku!”
Tetapi walau pun dia tidak punya harapan lagi untuk hidup
di dalam benaknya masih pikirkan suatu keinginan untuk
meloloskan diri dari bencana ini.
Tanpa terasa lagi semangatnya menjadi berkobar kembali
dengan paksakan diri dia pentangkan matanya lebar-lebar.
Mendadak pandangan matanya terbentur dengan berjutajuta
bintang yang memancarkan sinar gemerlapan di angkasa,
hatinya menjadi teramat heran, pikirnya.
“Waktu ini aku sedang jatuh ke dalam jurang dan meluncur
dengan cepatnya mengarah dasar jurang yang amat curam,
darimana datangnya bintang-bintang di hadapanku ini?”
Pada waktu pikirannya sedang berputar itulah cepat cepat
dia tutup semua pernapasannya diikuti suatu gerakan yang
amat keras sekali.
Liem Tou hanya merasakan punggungnya terbentur dengan
benda yang amat keras sehingga menggetarkan seluruh isi
badannya, pandangannya menjadi kabur dan berkunangkunan
ketika itu juga dia jatuh tidak sadarkan diri.
Entah lewat beberapa waktu lamanya, di tengah
pingsannya dia merasakan pinggangnya teramat sakit
sehingga dia menjadi sadar kembali tanpa bisa mencegah
darah segar segera memancar keluar dari mulutnya dengan
amat keras.
Waktu itulah dia baru sedikit merasakan badannya menjadi
segar, perlahan lahan suaranya dipentang lebar-lebar dan
memandang keadaan sekeliling tempat itu. Terlihatlah tepat
disisi dimana dia berbaring terdapatlah sebuah sungai lebar
yang airnya mengalir dengan amat deras, bilamana dirinya
terjatuh tepat di atas sungai apa yang akan terjadi
selanjutnya? hal ini
membuat Liem Tou merasa bulu kuduknya pada berdiri.
Perlahan-lahan dia merangkak bangun dari atas batu
cadas, dimana tadi dia berbaring kemudian memandang
keadaan sekitar tempat itu.
Terlihatlah dua buah puncak yang amat tinggi mengelilingi
suatu lembah yang sempit, pohon rotan tumbuh dengan
lebatnya diseluruh tebing sehingga menyerupai naga yang
sedang berkelompok ditambah dengan suara teriakan kerakera,
pemandangannya sangat indah sekali.
Melihat pemandangan ini Liem Tou yang baru sadar dari
pingsannya menjadi termangu-mangu.
“Tempat manakah ini?” pikirnya dalam hati.
Mendadak dalam ingatannya berkelebat suatu syair dari
penyair terkenal" Lie Thay Pak” didalam syairnya "Ha Kiang
Ling" yang memuat kata-kata.
“Suara kera saling sahut-menyahut memenuhi dua tebing,
perahu layar berdayung melalui gunung curam".
“Apa mungkin aku sudah sampai di selat Sam Shia?? kalau
begitu gunung yang berada di depan pastilah gunung Wu
San.?”
Dia pandang sebentar keadaan cuaca, awan berkumpul dan
bertumpuk-tumpuk amat tebal meinbuat cuaca agak gelap
sehingga mirip sekali hendak turun hujan lebat, perlahanlahan
dia bangkit berdri dan melemaskan ototnya, semua
badan terasa amat linu dan kaku bahkan terasa amat sakit
apalagi badannya yang tadi separuh terpendam di dalam air
kini terasa mulai mengejang dan memutih.
Dia tidak berani meloncat kembali ke dalam sungai,
selangkah demi selangkah dia mulai berjalan melalui batu
cadas yang amat curam, belum sampai beberapa kaki jauhnya
terasa mulai tergoyang dan terhuyung-huyung, tak tertahan
sekali lagi dia menjatuhkan diri keatas tanah tidur di atas batu
itu.
Mananti dirasanya suatu hawa dingin menusuk ke dalam
badannya barulah dia sadar kembali dari pulasnya, saat itu
hujan sedang turun dengan amat derasnya cuaca amat gelap
agaknya malam hari sudah tiba sahingga empat penjuru
hanya terlihat kegelapan saja air sungai mendebur
memecahkan ombak di tepian membuat suasana begitu sunyi
sangat menyeramkan.
Liem Tou yang kejauhan kini benar benar di buat bingung
oleh keadaan yang dihadapinya, perutnya lapar, badannya
dingin apalagi di tengah selat yang sunyi di antara kedua
gunung yang amat tinggi, harus kemanakah dia pergi?
kemana dia harus meneduh menangsal perutnya yang lapar?
Waktu ini biar pun badannya terasa amat linu dan lelah
mau tak mau dia harus berdiri juga, waktu ini buat dirinya
hanya dua jalan saja untuk melanjutkan hidupnya pergi dari
sana atau tetap berbaring di tempat itu tetapi kedua jalan ini
pun harus menempuh bahaya.
Pada waktu Liem Tou sedang ragu-ragu itulah dari tempat
kejauhan secara samar-samar terdengar suara orang yang
sedang bersembahyang dan memuji Budha, suara ini perlahan
sekali tetapi cukup membuat semangat Liem Tou berkobar
kembali pikirannya.
Di tengah selat yang begitu sunyi begini liarnya bagaimana
bisa ada suara sembahyangan jika didengar dari suara itu di
sekitar tempat ini pasti ada kelenting.
Berpikir sampai disini matanya mulai berkeliaran
memandang sekeliling tempat itu, walau pun waktu ini cuaca
sangat gelap tapi dia bisa melihat sekitar tempat itu dengan
amat jelas, hal ini disebabkan latihan yang diperoleh secara
tidak sengaja sewaktu dikurung didalam gua gelap diatas
puncak Giok Lian Hong.
Tetapi walau pun sudah dipandang beberapa waktu, jangan
di kata kelenting sakalipun bayangannya juga tidak tampak.
Tetapi dia tidak menjadi putus asa, disaat ini dia
membutuhkan tempat berteduh, tempat untuk mendahar
karenanya dengan lebih teliti lagi dia pandang dan mendengar
benar juga dari samping sebelah kanannya secara samar
samar mulai terdengar kembali suara sembahyang itu.
Cepat cepat dia meraba keatas dengan mencekal ranting
ranting yang tumbuh disekeliling tempat itu untung saja pisau
pusaka pemberian gadis cantik pengangon kambing masih ada
sehingga banyak membantu gerakannya kali ini.
Beberapa saat kemudian mendadak tempat yang diinjak
berubah, tangga tangga batu yang masih utuh muncul
dihadapannya, walaupun waktu ini tangga tangga batu itu
tertutup oleh rerumput tetapi keadaaanya amat bersih dan
terawat, melihat hal tai Liem Tou segera sadar di tempat itu
pasti ada penghuninya.
Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah semakin dia
berjalan dengan mengikuti tangga-tangga batu itu suara
sembahyangan tersebut semakin terdengar jelas, bahkan bisa
terdengar setiap kata kata yang diucapkan, suara orang itu
amat rendah dan berat bahkan memiliki suatu daya tarik yang
menggidikkan.
Waktu ini Liem Tou betul-betul merasa lapar dan dahaga
ditambah lagi mendengar suara sembahyangan yang
mempunyai daya pengaruh aneh, kontan saja badannya mulai
terhuyung- huyung dan jatuh terduduk.
Cepat-cepat dia duduk bersila dan mulai mengatur
pernapasannya dengan mengikuti petunjuk dari kitab pusaka
Toa Loo Cin Keng dalam bagian pernapasan. Tidak selang
lama kemudian seluruh badannya mulai terasa menjadi segar
dan bertenaga kembali.
Tetapi pada saat itu juga terdengar suara jeritan serta citcitan
kera-kera yang amat santar kemudian disusul dengan
suara berlarinya kera-kera itu untuk menyembunyikan dari
keempat panjuru. Melihat hal ini diam diam pikir Liem Tou
didalam hatinya.
“Kera-kera itu melarikan diri dengan begitu gugup, apa
mungkin sudah kedatangan binatang buas lainnya?"
Berpikir sampai disini tanpa terasa hatinya menjadi
berdebar dengan amat keras sedang pisaunya pun dipegang
semakin kencang, matanya bagaikan mata elang dengan
tajam memperhatikan sekeliling tempat itu.
Mendadak terlihat olehnya dari ujung puncak
penyeberangan berkelebat bayangan manusia dengan
cepatnya, hanya di dalam sekejap mata sudah lenyap dari
pandangan.
Liem Tou menjadi melengak.
"Siapa mereka itu ?" pikirnya di dalam hati.
Mcndadak suara sembahyangan yang tadi terdengar
berhenti secara tiba tiba disusul suara bentakan seseorang
dengan nadanya yang amat rendah dan berat.
"Sicu dari mana yang sudah datang ? ? Cepat sebutkan
namamu."
"Siapa orang ini ?" Pikir Liem Tou dengan amat
terperanjat."Jika didengar dari nada suaranya kini dia berada
kurang lebih seratus langkah dari tempat aku berdiri sekarang
tetapi bagaimana dia bisa tahu kedatanganku ini? Hmmm
tenaga dalamnya tentu amat sempurna sekali, kalau tidak
bagaimana dia bisa tahu tempat persembunyianku ? Lebih
baik aku keluar saja untuk minta bertemu."
Baru saja dia mau keluar dari tempat persembunyiannya
mendadak suara tertawa yang amat panjang memekikkan
telinga kemudian disusul jawaban dari seseorang.
“Pengemis busuk serta aku Thiat Sie-poa rongsokan dari
daerah Tionggoan ingin bertemu dengan Chie Liong To atau
Penjahat naga merah yang terkenal pada dua puluh tahun
yang lalu."
Sekali lagi Liem Tou dibuat terperanjat setelah mendengar
suara orang itu karena orang itu adalah Thiat Sie sianseng
serta pengemis pemabok, ada dua orang itu disini berarti
dirinya juga mendapatkan pertolongan karenanya hatinya
menjadi amat girang sekali, cepat-cepat dia siap keluar untuk
berteriak.
Tetapi pikirannya segera berubah, pikirnya,
“Lihat-lihat dulu mereka bardua datang kemari ada urusan
apa?” karenanya pandangannya mendadak berubah terlihatah
sebuah selat yang amat kecil muncul dihadapannya selat itu
bentuknya amat aneh sekali dan berbentuk amat sempit
sehingga bila dilihat dari atas sangat mirip sebuah retakan
kecil diantara dua gunung tinggi.
Liem Tou merangkak semakin mendekat lagi, terlihatlah
sebuah rumah yang amat besar bentuknya muncul di
hadapannya, rumah itu tidak mirip sebagai sebuah kelenting
tempat beribadah melainkan sebuah rumah hartawan yang
sangat besar dan kokoh.
Waktu ini didepan pintu rumah berdirilah si pengemis
pemabok serta si Thiat Sie poa sedang dihadapannya
berdirilah seorang hwesio gundul dengan bentuk badan tinggi
besar. Walaupun pandangan mata Liem Tou amat tajam tetapi
waktu ini tak dapat melihat lebih jelas lagi bagaimana bentuk
wajah hwesio gundul itu, hanya saja sepasang matanya
memancarkan sinar yang amat tajam dan menyilaukan saban
orang yang memandang ke arahnya.
Liem Tou tahu orang itu pastilah seorang Bu lim yang
mempunyai kepandain sillat yang amat tinggi, dia tak berani
berlaku gegabah maka dengan perlahan tubuhnya mundur
kemball dua langkah kebelakang, dua langkah untuk
menyembunyikan diri.
Siapa tahu baru saja badannya mundur dua langkah ke
belakang mundadak tubuhnya menginjak suatu benda yang
amat Iemas dan empuk, cepat-cepat dia tundukkan kepalanya
memandangnya.
"Haaa . . . ." Sesosok mayat menggeletak di atas tanah
dengan keadaan mengenaskan.
Liem Tou benar-benar terperanjat melihat keadaan mayat
itu, dengan memberanikan diri dia menjongkok dihadapan
mayat tersebut dan meIihat lebih jelas lagi, kiranya dia adalah
ciangbunjin dari partai Bu Toug pay Leng Ceng Cu adanya.
Keadaan mayat dari ciangbunjin Bu Tong pay ini masih
segar hal ini membuktikan baru saja dia binasa belum lama
hanya saja badannya sudah hancur oleh pukulan yang amat
hebat. Liem Tou segera tahu kalau tempat ini adalah tempat
berbahaya.
Seketika itu juga dia memandang kembali ke arah si
pengemis pemabok dan Thiat Sie poa kelihatan mereka
bertiga sedang membicarakan sesuatu, agaknya mereka
berdua tidak mangetahui kalau Leng Ceng Cu sudah binasa
pikirnya.
"Buat apa meraka datang kemari mencari hweesio gundul
itu ?"
Terdengar hweesio gundul itu dengan suaranya yang amat
rendah dan berat sudab angkat bicara kembali.
"Orang budiman tak berbohong, kalian kemari ada urusan
apa ? Si penjahat naga merah sekali pun berupa bajingan
besar pada tempo hari tapi kini sudah menjadi pendeta. Aku
sangat tidak senang melihat kalian beberapa kali datang
mengacau ketenangan padaku"
"Terhadap kau kami berdua masih bisa menyebut kau
sebagai seorang Cianpwee" jawab si Thiat Sie-poa.” Tapi kami
berdua terang-terangan baru kali ini datang berkunjung
bagaimana kau mengatakan sudah berkali kali? Omong terus,
terang saja kami datang kemari hanya bertujuan pada kitab
pusaka To Kong Pit Liok itu saja”
Mendengar disebutkannya kitab pusaka To Kong Pit Liok
pikirnya Liem Tou seketika itu juga berkelebat suatu ingatan
pikirnya.
“Sewaktu Hek Loo toa menjelang kematiannya dia pernah
menulis sebuah hurup Wu dengan darahnya, apa mungkin
gunung Wu san ini yang ditunjuk ?"
Setelah mendengar perkataan dari si Thiat siepoa ini
agaknya si penjahat naga merah dibuat gusar.
"Siapa yang beritahukan urusan ini kepada kalian ?”
bentaknya.
"Selain dia siapa lagi ?" Seru Thiat Siepoa sembari
memukulkan siepoanya pulang pergi.
Dia berhenti sebentar lalu sambungnya lagi.
"Tapi, agaknya kitab pusaka To Kong Pit Liok itu sampai
kini belum kau dapatkan, bukan begitu ?"
Saat ini si pengemis pemabok yang berada di sampingnya
ikut angkat bicara.
“Haa... haaa, . . hey Thiat Sie heng aku tidak percaya sie
poa rongsokanmu itu bisa begitu lihay"
"Ha ha ha. . . kalau tidak percaya nanti kau boleh lihat
sendiri” jawab Thiat sie poa tertawa terbahak-bahak. “Kenapa
kau tidak pikir bila dia sudah peroleh kitab pusaka To Kong Pit
Liok itu buat apa masih berada disini ?"
"Hmm, cukup " dengus si penjahat naga merah memotong
pembicaraan mereka. "Walau pun saat ini kitab pusaka To
Kong Pit Liok belum aku dapatkan tapi sudah berada di dalam
cengkeramanku, ini hari kalian sudah mangetahui rahasia ini
jangan harap bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan
hidup. Leng Ceng Cu dari Bu Toug pay juga seperti kalian
tidak tahu diri kini sudah binasa ditanganku, aku kira kalian
berdua pun sebentar lagi akan seperti dia"
Si Thiat Siepoa serta si pengemis pemabok menjadi amat
terperanjat, bersama-sama tanyanya.
“Apa benar perkataanmu itu?”
“Hm..hm..siapa yang menipu kalian?”
Mendadak dengan disertai suara bentakan yang keras dia
melancarkan satu serangan dahsyat.
“Lihat serangan”
"Blaaam. . "suara yang dahsyat memecahkan kesunyian
menyerang Thiat sie poa berdua.
Bersamaan dengan serangan dahsyat itu Thiat sie poa
berteriak keras.
"Hey pengemis busuk hati-hati."
Liem Tou yang bersembunyi dibalik batu tahu bahwa
diantara mereka bertiga sudah melakukan pertempuran
karenanya dia bergerak lebih mendekat lagi. Terlihatlah si
penjahat naga merah berdiri tegak ditempat semula sedang si
Thiat sie poa serta si pengenais pemabok berdiri berpisah,
yang satu di sebelah kiri yang lain di sebelah kanan dengan
pandangan tajam memandang gerak-gerik si penjahat naga
merah itu.
Terdengar sipenjabat naga merah itu tertawa dingin lagi,
ujarnya.
"Didalam Bu lim waktu ini selain Lie Loojie, si majikan elang
sakti serta Loo Ciang dari partai Kiem Thian Pay, seperti
kalian-kalian ini hanya gentong-gentong nasi semua, buat apa
hantar kematian dengan sia-sa”
Selesai berkata tangannya dengan mangerahkan tenaga
pukulan yang amat dahsyat melancarkan satu pukulan hebat
mengarah si Thiat sie poa yang berada disebelah kanan
agaknya si Thiat sie sianseng tahu bahwa dia bukan
tandingannya, badannya dengan cepat melayang dua kaki
kebelakang menghindari datangaya serangan tersebut.
Sedangkan sipengemis pemabok dengan meminjam
kesempatan sewaktu dia sedang melancarkan satu serangan
kearah Thiat sie sianseng tadi segera melancarkan satu
serangan mengarah perutnya.
Siapa tahu si penjahat naga merah sama sekali tak
manggubris datangnya serangan itu, menanti serangan
tersebut hampir mengenai tubuhnya mendadak si penjahat
naga merah mengebutkan ujung bajunya.
"Hey pengemis tua, jangan " teriak si Thia sie sianseng
ketika melihat keadaan yang sangat kritis itu.
Tapi keadaan sudah terlambat, tubuh si pengemis pemabok
seketika itu juga dipukul mundur tujuh delapan langkah ke
belakang oleh serangan tak berwujud itu.
Tanpa terasa Liem Tou merasa kuatir juga atas
keselamatan si pengemis pemabok, agaknya dia sudah terluka
parah oleh serangan itu, begitu badannya mundur kebelakang
dengan terbuyung-huyung kemudian jatuh duduk
ketanah,tidak bergerak lagi.
Hal ini jauh berada diluar dugaan semua orang. Liem Tou
sendiri juga amat terperanjat, dia sama sekali tidak menduga
kepandaian silat dari si penjahat naga merah bisa begitu
lihaynya, bersamaan pula dia merasa cemas terhadap
keselamatan dari si pengemis pemabok, kini dia sudah jatuh
terduduk, jika misalnya si penjahat naga merah melancarkan
satu serangan kembali apa yang akan terjadi atas diri si
pengemis pemabok?
Untung saja sipeniahat naga merah tidak melakukan hal ini,
mendadak dia putar badannya mendesak kearah si Thiat sie
poa.
“Kali ini habis sudah” pikir Liem Tou di dalam hati, “Tadi
sekali pun si Thiat Sie sianseng serta si pengemis pemabok
bergabung pun masih bukan tandingannya, apalagi kini yang
satunya sudah terlalca parah mana mungkin Thiat siesianseng
kuat menahan serangannya?”
Mendadak si Thiat si non bersuit panjang dengan amat
nyaringnya sehingga menggetarkan seluruh selat, badannya
dengan cepat bagaikan kilat melayang dan melarikan diri
keluar selat.
Waktu itu Liem Tou sedang memusatkan semua
perhatiannya menonton jalannya pertempuran, ketika
dilihatnya Thiat sie poa melarikan diri kearahnya cepat cepat
dia menyembunyikan dirinya kesamping dan pada saat yang
bertepatan pula tubuh Thiat sie poa sudah berkelebat melalui
sisi badannya.
"Hmmm. Kau mau melarikan diri?" bentak si penjahat naga
merah dengan suaranya yang dingin rendah dan amat berat.
Badannya dengan cepat mengejar dari arah lakang, hanya
didalam sekejap mata kedua bayangan itu sudah lenyap dari
pandangan, harya terdengar suara kera-kera yang ribut
berteriak dan melarikan diri diseberang sana.
Setelah melihat kedua bayangan itu lenyap dari pandangan,
barulah Liem Tou berani menghunjukkan dirinya untuk
menolong diri si pengemis pemabok, badannya dengan cepat
bangkit berdiri dari tempat persembunyiannya dan berjalan
menuju kesisi badan si pengemis pemabok, ujarnya.
“Cianpwee bagaimana keadaan lukamu?”
Waktu ini si pengemis pemabok sedang duduk bersila
mengerahkan tenaganya untuk menyembuhkan luka yang
diseritanya, karena itu terhadap semua perkataan dari Liem
Tou dia sama sekali tidak mendengarkan.
Melihat hal ini Liem Tou betul-betul menjadi amat cemas
sekali, jika tiba-tiba si penjahat naga merah balik kembali apa
yang akan terjadi?
Terpaksa Liem Tou berdiri di sisinya menanti dengan
cemas, dia akan menunggu si pengemis pemabok selesai
menyembuhkan lukanya untuk kemudian bersama-sama
meninggalkan tempat bahaya ini.
Pandangannya perlahan-lahan dialihkan ke atas bangunan
besar di hadapannya, kelihatan rumah itu dibuat dari tembok
yang kokoh, pintunya bercat merah dan kelihatan sangat
megah sekali.
Suatu keiuginan untuk tahu segera, muncul meliputi
hatinya tanpa terasa Iagi dia sudah berjalan mendekati pintu
bangunan itu.
Baru saja kakinya menginjak pintu rumah, segera
terilhatlah keadaan di dalam ruangan amat bersih sekali hanya
saja secara samar-samar terdengar suara rintihan yang amat
perlahan.
Tanpa terasa Liem Tou menjadi terte gun dibuatnya, cepat
cepat dia hentikan langkahnya dan mendengarkan suara itu
dengan seluruh perhatiannya.
Agaknya suara rintihan tersebut berasal dari ruangan
sebelah kiri, hatinya segera berpikir dan mengambil
keputusan, sedang langkah kakinya pun sudah berputar ke
arah sebelah kiri.
Baru saja berjalan dua langkah, mendadak suara rintihan
berubah menjadi perkataan yang tidak jelas, hanya saja suara
itu amat lama dan perlahan sehingga Liem Tou harus
menghentikan langkahnya dan mendengar lebih teliti lagi.
Lama sekali barulah dia bisa mendengar kaa kata itu.
"Mo Ku Tiauw Cong Ci Cie Tong. . .”
Mendengar kata-kata itu Liem Tou saking terperanjatnya
hampir-hampir menjerit kaget, inilah kata-kata atau kode
rahasia untuk mendapatkan kitab pusaka "To Kong Pit Liok”
itu, semangatnya tanpa terasa berkobar kembali, cepat-cepat
jawabnya.
"Pak Bun Kong Cen Tui Ja Kang ."
Selesai dia mengeluarkan kata-kata ini orang di sebelah
sana segera memperkeras suaranya bahkan kali ini Liem Tou
sudah mendengar suara itu berasal dari seorang perempuan
sambungnya.
"Pek Hwie Sian Po Tong Ang Hwee."
"Wu Ting Liau Soat Ta Cuang."
"Siapa kau ?” tanya orang itu lagi.
"Makan tanpa ikan, pergi tanpa kereta tak punya rumah
tinggal, hamba bukan manusia," jawab Liem Tou cepat.
Segera terdengarlah suara orang itu berubah menjadi amat
nyaring dan penuh diliputi kegembiraan.
"Ooh. sudah datang. . sudah datang " serunya
kegirangan.”Akhirnya, datang juga orangnya, tapi kau bukan
In-jien ku aku tahu kau bukan tuan penolongku bukan begitu
? sekarang beritahukan kepadaku. Apakah tuan panolongku
baik baik saja ?"
Mendengar pertanyaan ini Liem Tou betul-betul dibuat
bingung harus memberi jawaban yang bagaimana, akhirnya
sesudah berpikir keras beberapa waktu lamanya barulah
sahutnya.
"Caybe bernama Liem Tou dan Hek Loo cian pwee-lah yang
perintahkan aku datang kemari, entah bagaimana sebutan dari
cianpwee disana, sekarang berada dimana, apakah cayhe
boleh bertemu ?"
Jilid 14 : Kerbau sakti mengamuk
“Oooh kau.. kau bernama Liem Tou ???„ Seru orang itu.
"Baiklah tapi kau tak usah bertemu, aku hanya seorang nenek
yang buta sepasang matanya, pada lima tahun yang lalu
berkat pertolongan tuan penolongku nyawaku berhasil
diselamatkan hingga hari ini maka aku mau dengan rela
menjagakan harta kekayaannya di tempat ini dan menanti
orang yang menggunakan kode rahasia itu datang mengambil
barang tersebut sekarang kau sudah datang, aku boleh
serahkan barang itu kepadamu."
Hati Liem Tou terasa bergetar oleh kata-katanya ini, dia
merasa ikut berduka atas kejadian yang menimpa padanya
karena itu segera sahutnya:
“Kalau memangnya cianpwee tidak ingin bertemu dengan
cayhe, cayhe akan turut perintah.”
"Sekarang aku mau beritahukan tempat simpannya barang
barang tuan penolongku, ujar orang itu lagi. "Barang itu
sekarang disimpan didalam sebuah sumur kering di belakang
halaman rumah ini, karena mataku sudah buta belum perlu
aku kesana untuk melihat dan tak tahu barang barang
berharga apa saja yang berada disana, tapi aku hanya tahu di
dalam sumur kering itu ada sebuah jalan rahasia yang
menghubungkan tempat itu dengan sungai. Baiklah perkataan
sudah kujelaskan sekarang aku mau pergi."
Mendadak terdengarlah orang itu menangis dengan amat
sedihnya, Liem Tou yang teringat akan kata-kata terakhir
mendadak hatinya menjadi bergidik, cepat tanyanya.
"Cianpwee, kau kenapa ??"
"Bagaimana pun aku tak bisa hidup lebih lama lagi " jawab
orang itu dengan nada gemetar.
"Dulu aku terus menerus menahan siksaan dari hweesio
gundul terkutuk itu hal ini dikarenakan
urusan dititipkan tuan penolong padaku belum selesai
kerjakan kini urusan sudah selesai kerjakan kini urusan sudah
selesai berarti hari siksaan bagiku juga sudah habis. Hanya
saying aku tidak pernah melihat wajah puteraku dan
menceriterakan ayahnya dan membutanya mataku sehingga
sampai akhir hidupku aku benar-benar merasa sayang.”
Liem Tou segera termenung berpikir sebentar, sahutnya
kemudian.
“Asalkan boanpwee berhasil mendapatkan kitab pusaka To
Koan Pit Liok itu dan berhasil
memperoleh kepandaian silatnya, sesudah keluar dari selat
ini boanpwee akan bantu menyelesaikan urusan cianpwee itu,
asalkan cianpwee ada perintah aku Liem Tou pasti akan
mengerjakannya, hanya saja siapa nama puteramu itu?”
"Putraku bernama Sun Ci Sie" jawab orang itu dengan
suara yang penuh berterimakasih. “Musuh besarnya adalah
Kioe Lang Wan Kouw dari gunung Im San tolong sampaikan
urusan ini kepada putraku."
Terhadap nama Sun Ci Sie ini Liem Tou sama sekali belum
pernah mendengar tapi Kioe Lan Wan Kouw dari gunung Im
san dia pernah bertemu sewaktu berada di lembah cupu-cupu,
dia tahu urusan ini pasti menyangkut suatu pembunuhan yang
berdarah tapi mendadak dia teringat kembali si hwcesio
gundul yang sedang keluar dari selat itu, ujarnya kemudian.
“Boanpwee sudah tahu harap cianpwee legakan hatimu,
hweesio bangsat itu mungkin segera akan kembali, boanpwee
saat ini bukan tandingannya. Selamat tinggal."
Baru dia selesai berbicara mendadak suara jeritan ngeri
berkumandang datang dari arah kamar itu. Liem Tou menjadi
amat terperanjat, teriaknya.
“Cianpwee..cianpwee…”
Suasana tetap sunyi tak terdengar suara jawaban dari
orang itu, hal ini membuktikan kalau orang itu sudah menemui
ajalnya, tanpa disadari Liem Tou sudah meneteskan air
matanya saking sedih melihat kejadian yang menyedihkan itu
Sesudah lewat beberapa waktu kemudian pikirmya
kemudian didalam hati.
“Tempat harta dari Hek Loo toa birada di-tempat ini,
tentunya kitab pusaka To Kong-Pit Liok berada ditempat ini
pula, kini harus cepat-cepat keluar dari rumah bangunan ini
kemudian bersama sama dengan si pengemis pemabok yang
terluka masuk kedalam sumur kering itu, apalagi sumur itu
menembus kedalam sungai, aku tak takut sampai menjadi
lapar karena ini."
Selesai mengambil keputusan segera dia berjalan keluar
dari rumah bangunan itu mendadak
dia berdiri melongo.
Kiranya si pengemis pemabok yang semula duduk semudi
didepan bangunan itu kini sudah
lenyap dari tempat itu. cepat cepat dia berlari mencari
dirinya disekeliling tempat itu.
Walaupun sudah dicari setengah harian jangan dikata si
pengemis pemabok sampai di bayangannya pun tak kelihatan,
pada perjalanan kembali itulah dia menjumpai pohon buahbuahan
yang amat banyak, selesai menangsal perutnya
dipetiknya lagi beberapa buah untuk bekal.
Sedang dia enak-enaknya mendahar buah-buahan itu, dari
seberang hutan sebelah sana tiba tiba terdengar suara
pekikan kera yang amat ramai, Liem Tou tahu tentu si
penjahat naga merah itu sudah kembali.
Dia tidak berani berayal, bagaikan kilat cepatnya dia
berkelebat melalui rumah bangunan itu menuju ke belakang
halaman di samping sumur kering.
Semula dia menggunakan sebuah buah yang dilemparkan
kedalam untuk mengukur dalamnya sumur kering itu, setelah
dirasanya tidak terlalu dalam dengan tangan kiri mencekal
pisau belati untuk melindungi dirinya, tanpa berpikir panjang
lagi dia meloncat masuk ke dalam.
Sesampainya didasar sumur terlihatlah olehnya ditempat itu
terdapatlah sebuah lubang kecil yang cukup untuk seorang
saja, karena takut ada binatang binatang berbisa yang berada
didalam sesudah dipandangnya beberapa saat baru dia
mecorobos masuk ke dalam.
Belum jauh dia menerobos sampailah di sebuah tempat
yang tempat itu tertutup dengan pintu yang terbuat dari kayu,
perlahan lahan dia mendorong pintu itu dan masuk kedalam.
Begitu pintu tersebut terbuka, segera terlihatlah sinar yang
cemerlang dan menyilaukan mata berkelabat menyinari
ruangan, Liem Tou yang baru saja keluar dari tempat
kegelapan seketika itu juga merasa matanya pedas dan perih
oleh sinar tajam tersebut.
Lama sekali barulah Liem Tou membuka matanya dengan
perlahan, saat itulah dia baru melihat sebuah ruangan batu
yang mewah muncul dihadapannya, disebuah pojok ruangan
terdapat sebuah intan sebesar batu kepalan memancarkan
sinarnya, semuanya berjumlah sembilan buah.
Disamping sebelah kiri itu terdapat pembaringan,
disamping pembaringan berjejer lima buah peti besar
berwarna merah darah.
Melihat hal itu pikiian Liem Tou segera bekerja dia tahu
basil rampokan Hek Lootoa selama hidupnya tentu disimpan
didalam kelima peti besar berwarna merah darah itu.
Perlahan lahan pandangannya dialihkan ke samping,
dinding ruangan sebelah kanan tergantung sebuah lukisan
pemandangan yang indah.
Sesudah dipandangnya beberapa waktu lukisan itu,
mendadak dalam pikirannya berkelebat suatu ingatan, cepat
cepat dia berjalan mendekati lukisan itu dan mengangkatnya
kesana ke samping. Tidak salah di belakang lukisan itu
terdapat sebuah pintu kecil pada dinding itu, dia tahu pintu
inilah yang menghubungkan ruangan ini dengan sungai.
Sekali lagi dia memeriksa isi ruangan ini dengan amat teliti,
sesudah dirasanya tidak ada tempat lain yang mencurigakan
barulah dia mulai membuka peti peti besar berwarna merah
itu, didalam sebuah peti semuanya berisikan intan intan
permata serta mutu manikam yang indah dan berharga,
harganya jauh melebihi sebuah kota, tetapi terhadap
semuanya ini dia tidak ambil perduli.
Akhirnya didalam peti keempat dia menemukan kotak
pualam yang berwarna hijau mengkilap, cepat-cepat
dijemputnya kotak itu dan dibuka. Isinya tak lain dan tak
bukan kitab pusaka "To Kong Pit Liok" yang sudah
menggegerkan dunia kangouw.
Saking girangnya Liem Tou sudah lupa daratan, dia
berteriak teriak dan meloncat didalam ruangan itu serunya.
"Oooh akhirnya aku dapatkan juga."
Mendadak teringat kembali olehnya waktu dia terjatuh dari
atas jembatan pencabut nyawa itu, bagaimana keadaan Ie
cicinya sekarang??? Jika dia mengira dirinya sudah binasa,
didalam keadaan amat sedih bilamana mengambil keputusan
pendek apa jadinya???"
Ketika berpikir sampai disini perasaan girang yang meluap
luap seketika itu juga lenyap tanpa bekas, perasaan bergidik
muncul memenuhi seluruh benaknya, hampir hampir dia mau
membuka pintu rahasia itu untuk berlari keluar dan kembali
keatas gunung Ha Mo leng untuk melihat hal yang
sesungguhnya.
Setelah melalui suatu pemikiran yang lebih mendalam dan
lebih teliti akhirnya dia berhasil menguasai golakan di dalam
hatinya, dia harus berhasil memiliki kepandaian silat yang
termuat didalam kitab pusaka To Kong Pit Liok itu terlebih
dahulu kemudian baru pergi mencari dia.
Demikianlah sejak hari itu Liem Tou berdiam didalam
ruangan batu didasar sumur kering iiu untuk mempelajari ilmu
sakti yang termuat di dalam kitab pusaka To Kong Pit Liok
tersebut.
Hari berganti hari bulan berganti bulan, di dalam sekejap
saja satu tahun sudah berlalu dengan amat cepatnya . . .
Didalam satu tahun ini topan yang melanda dunia kangouw
bergolak semakin merghebat, di setiap kota kota besar selalu
terjadi beberapa kejadian perampokan yang menggetarkan
seluruh dunia kangouw bahkan gerak gerik dari perampok itu
sangai gesit dan amat misterius. Siapa saja tidak ada yang
pernah melihat wajah sesungguhnya dari perampok itu, hal ini
membuat setiap pelancongan dan hartawan-hartawan disetiap
kota dan disetiap karesidenan menjadi kacau dan setiap hari
merasa hatinya tidak tenteram.
Bersamaan dengan kejadian itn pembunuhan serta
bentrokan yang terjadi antara orang orang golongan Pek to
maupun dari Kalangan Hek to semakin hari semakin
menghebat membuat seluruh dunia kongauw menjadi lautan
darah,
Setiap orang yang hidup pada waktu itu hanya merasakan
hatinya terus menerus berdebar, tidak ada sehari pun bisa
hidup dengan tenang.
Hari itu cahaya matahari memancarkan sinarnya dengan
amat tenang menerangi seluruh tebing curam diatas gunung
Go bie yang juga merupakan tempat kediaman dari si cangkul
pualam Lie Sang beserta putrinya si gadis cantik pengangon
kambng Lie Wan Giok, pemandangan yang indah ditambah
dengan kicauan burung memecahkan kesunyian di pagi hari
membuat suasana betul betul terasa nyaman dan
menyegarkan.
Tebing Leng Ay tempat kediaman Lie Sang terletak
dipuncak yang teratas dari gunung Go bie ini, awan bersih
berkelompok kelompok berjubal jubal memenuhi angkasa
sehingga laksana ombak yang menggulung ditengah samudra,
puncak Go bie lainnya muncal ditengah mega laksana
kelompok naga yang sedang menari, pemandangannya amat
indah sekali.
Saat itu Lie Loo jie dengan menggendong tangan berdiri
ditepi tebing, sambil memandang awan yang berkejar kejaran
senandungnya dengan suara yang nyaring.
"Hutan belantara (Liem) lebat bagaikan sutera, gunung
bersalju (Han San) dan daerah sekitarnya membawa
keperihan hati. ...".
Kiranya dia sedang merindukan sutenya Liem Cong yang
karena dikalahkan oleh Thian Pian Siauw cu kemudian
bersama sama putranya meninggalkan keramaian Bu lim
untuk mengasingkan diri ditempai pegunungan yang sunyi.
Mendadak. , . dari bawah tebing terdengar suara dengusan
kerbau yang amat keras kemudian disusul berkelebatnya dua
orang gadis cantik berbaju putih dengan masing masing
menunggang seekor kambing yang tinggi besar dengan
menerjang awan berlari mendatang, gadis gadis cantik yang
berada diatas kerbau serta kambing itu kelihatan sedikitpun
tidak terasa payah di dalam mendaki pegunungan Go bie yang
amat terjal dan berbahaya itu, bahkan bagaikan kilat cepatnya
berlari mendatang.
Sesampai diatas tebing mereka berdua bersama sama
menghentikan tunggangannya masing masing. Terdengar si
cangkul pualam Lie Sang dengan tertawa ujarnya.
"Wan jie. le jie, kalian berdua bukannya berlatih silat
sebaliknya berlari lari turun tebing jika sampai bertemu
kembali dengan Siauw cu di jalanan yang naik kegunung Go
bie untuk mencari balas aku mau lihat dengan menggunakan
cara apa kalian hendak menghadapi dia??"
"Tia." Jawab si gadis cantik pengangon kambing sembari
tertawa manis. "Jangan dikata Siauw cu jahanam itu tidak
berani datang lagi, sekali pun datang dengan kepandaian silat
yang dimiliki Ie cici sekarang ini ditambah dengan tenaga
gabungan kami berdua aku kira cukup untuk menahan
serangannya."
Selesai berkata dia menoleh kearah gadis cantik berbaju
putih lainnya kemudian tambahnya sembari tertawa.
"Ie cici, kau bilang betul tidak??"
Kiranya gadis cantik berbaju putih itu bukan lain adalah Lie
Siauw le tempo hari sewaktu dia meloncat kedalam jurang
disamping Jembatan pencabut nyawa itu untuk menyusul Liem
Tou untung berhasil, ditolong oleh si gadis cantik pengangon
kambing yang tepat pada waktunya tiba ditempat kejadian
kemudian membawanya ke atas gunung Go-bie, saat ini dia
sudah mengangkat si cangkul pualam Lie Sang sebagai
suhunya dengan sendirinya terhadap si gadis cantik
pengangon kambing boleh dikata sebagai suci-moay .
"Perkataan dari suhu sedikitpun tidak salah” terdengar Lie
Siauw le menjawab sembari tertawa. “Lain kali kita lebih baik
tidak usah bermain main lagi kebawah puncak.”
'Hmma .... Wan jie coba kaulihat Ie cicimu sangat penurut”
Puji Lie Sang sembari mengangguk. “Dengan kepandaian silat
yang kalian miliki saat ini walaupun untuk beberapa waktu
Siauw cu jahanam itu tidak sanggup melukai kalian terapi
lebih baik sadikit berhati hati lagi.”
Belum selesai dia berbicara ditengah lautan awan di bawah
puncak secara tiba-tiba muncul berpuluh puluh bintik hitam
disertai dengan suara tertawa panjang yang memekikkan
telinga berkelebat mendatang.
Begitu si cangkul pualam Lie Seng mendengar suara
panjang itu ditambah dengan beberapa titik hitam tersebut
segera ujarnya kepada si gadis cantik pengangon kambing
serta Siauw Ie yang berada disisinya.
"Coba kalian lihat, baru saja membicarakan Cau Chau, Cau
Chau sudah datang. Ini hari aku mau lihat kalian berdua
melawan dia secara berbareng.”
Selesai berkata diapun tertawa terbahak-bahak kepada
banyangan hitam yang berada di bawah tebing serunya.
“Untuk kedua kalinya Ke Siauw cu mendatangi Tebing Leng
Ay ku ini. aku kira pasti ada petunjuk petunjuk lainnya, aku Lie
loo jie sudah menduga kedatangamu sejak tadi sudah menanti
di tempat ini."
“Perkataanku sudah aku jelaskan pada waktu yang lampau”
Terdengar suara jawaban dari Thian Pian Siauw-cu dari bawah
tebing. “Bilamana bukannya kau terus menerus mengganggu
urusanku aku juga tidak dua kali mangganggu ketenanganmu,
waku ini kita berdua boleh dikata merupakan pimpinan dari
seluruh jago didalam Bu-lim, untuk mencari orang ketiga yang
bisa melawan kita agaknya merupakan urusan yang mustahil,
pada waktu yang lalu didalam perubahan jurus serangan kau
sudah menemui sedikit kemenangan, ini hari bagaimana jika
kau mene ima tiga kali pukulan telapakku kembali?? jika sekali
kau peroleh kemenangan maka aku takluk kepadamu bahkan
sejak ini hari tidak akan datang mengganggu tempat
tinggalmu ini”
"Ha ha ha . . . Perkatasn dari Ke Siauw-cu apa tidak merasa
terlalu berlebih lebihan?” Seru si cangkul pualam Lie Sang
sambil tertawa terkekeh-kekeh. “Jangan dikata diluar orang
ada orang diluar langit ada langit, cukup kita bicarakan urusan
yang berada dihadapan kita. Loo ciang dari partai Kiem Thian
Pay sesudah melakukan latihan bertahun-tahun sekarang
bukanlah Loo ciang dahulu sewaktu berada dipertemuan Tiong
Lam san. saat ini daerah sekitar Thien Ling sudah berada
dalam kekuasaannya bahkan orang didalam Bu lim tidak ada
yang berani bermusuhan secara terang-terangan dengan
mereka”
Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi.
“Apalagi perampokan-perampokan yang terjadi baru baru
ini ada orang yang mengatakaa itu semua perbuatan dari si
penjahat naga merah yang sudah lenyap pada tahun yang
lalu, kepandaiannya sangat tinggi dan lihay sekali, apa kau
berani berkata selain kau serta aku Lie Loo Jie sudah tidak
dapat orang yang merupakan tandinganmu?"
Waktu itu titik titik hitam terbang diatas mega ini sudah
menyebar keempat penjuru kemudian mengepung seluruh
puncak Leng Ay dengan rapatnya, kiranya titik titik hitam itu
adalah sejenis burung elang yang besar kecil banyak sekali.
Sebentar kemudian terlihatlah bayangan hijau berkelebat si
Thian Pian Siauw cu sudah berdiri dihadapannya Lie Loo jie.
Dandanannya saat ini persis dengan dandanannya sewaktu
berada di dalam lembah cupu cupu, dengan memakai jubah
berwarna hijau dia menuding tajam wajah Lie Loo jie,
sahutnya.
“Perduli amat bagaimana dengan si penjahat naga merah
atau si Loo Ciang, ini hari aku biar menganggap Lie Sang
seorang sebagai musuhku”
“Mereka berdua yang satu adalah musuh yang dikalahkan
dibawah serangan aku orang she Ke yang lain adalah
cecunguk yang tidak berani menongol di siang hari, hal ini
sama sekali tidak perlu aku orang sbe Ke pikirkan, mari . mari
. . . mari. Sebetulnya kau berani tidak menerima tiga kali
puhulanku??”
Lie Sang yang melihat sikap Thian pian Siauw cu begitu
congkak tanpa terasa hatinya merasa sedikit gusar juga, air
mukanya berubah semakin keren baru saja mau buka suara
untuk berbicara, mendadak dari antara awan yang berbaris itu
berkumandang datang suara yang amat nyaring sekali.
"Hey Ke Siauwcu, omonganmu sungguh besar sekali, ini
hari aku mau buktikan kepadamu kalau didalam dunia
kangouw saat iai masih ada orang yang bisa mengalahkan
dirimu."
Perkataan ini diucapkan amat tegas dan kuat sekali, setiap
kata diucapkan penuh disertai tenaga dalam yang kuat, hal ini
memperlihatkan kalau tenaga dalam orang itu sudah dilatih
mencapai pada taraf kesempurnaan.
Lie Sang maupun Thian Pian Siauwcu yang mendengsr
perkatan itu bersama-sama merasa terperanjat, tanyanya
berbareng.
"Jago dari mana yang sudah berkunjung, silahkan
munculkan diri untuk bertemu.”
"Seorang Bubeng Siauwcut, tidak berani mengutarakan
nama sebutanku," Sahut orang itu cepat.
Terdengar orang itu secara tiba-tiba mempertinggi
suaranya.
"Ke Siauwcu " bentaknya dengan keras. "Sekarang juga
aku mau minta petunjuk dari dirimu."
Pada saat dia selesai berbicara itulah mendadak kawanan
elang yang berteriak ngeri kemudian disusul satu demi satu
rontok jatuh ke bawah dan binasa seketika itu juga.
Melibat hal ini Thian Pian Siauwcu menjadi teramat kaget,
sembari teriak keras badannya bagaikan kilat cepatnya
berkelebat kebawah menubruk kearah dimana berasalnya
suara itu. Saat itu sigadis cantik pcngangon kambing mau pun
Lie Siauw le sesudah melihat ada beberapa elang yang
terjatuh di depannya, cepat-cepat dijemputnya beberapa ekor.
Tanpi berasa mereka bersama sama menjulurkan lidahnya.
Kalian tahu apa yang sudah terjadi?
Bilamana ada burung elang yang rontok terkena senjata
rahasia hal itu bukankah urusan yang aneh, tetapi hal ini
sudah terjadi. Burung burung elang yang sedang terbang di
angkasa itu terkena sambaran senjata rahasia dan binasa
seketika itu juga bahkan senjata rahasia yang digunakan
bukao lain adalah butiran butiran mutiara yang mengeluarkan
sinar cahaya yang amat terang dan sangat berharga sekali,
sudah tentu gadis cantik pengangon kambing maupun Lie-
Siauw le dibuat menjulurkan lidahnya.
Sampai si cangkul pualam Lie Sang yang memiliki
pengalaman amat luaspun tidak tahu asal usulnya dari orang
itu, jangan dikata siapa yang sudah dating pun dia tidak tahu.
Kemisteriusan orang itu betul betul membuat orang menjadi
bingung dan diliputi oleh tanda tanya. Setelah termenung,
pikirnya kemudian.
"Apa mungkin Au Hay Ong dari Kiem Thian Pay sudah tiba?
Tapi Au Hay Ong pernah bertemu satu kali dengan aku
sewaktu diadakan pertemuan diatas gunung Tiong Lam San,
agaknya nada suaranya bukan dia.
Sewaktu dia sedang termenung berpikir, keras itulah
tampak bayangan hijau itu berkelebat kembali. Thian Pian
Siauwcu sekali lagi meloncat naik kepuncak gunung dari
antara lautan mega yang tebal itu. Terlihatlah air mu kanya
sudah berubah hijau membesi, dengan pandangan mata amat
tajam dia pandang diri Lie Loo jie.
"Tentu Keheng sudah berjumpa dengan orang itu bukan?"
Tanya si cangkul pualam Lie Sang dengan nada lembut. "Dia
orang sebenarnya macam apa? Jika dilihat ternyata dia berani
mencari setori dengan kamu orang, manusia itu pastilah
memiliki kepandaian yang amat lihay."
Mendengar perkataan sicangkul pualam Lie-Sang ini,
sepasang mata dari Thian Pian Siauw cu melotot keluar
dengan amat bulat, teriaknya gusar.
"Lie Sang, kau tidak perlu ikut bersusah atas bencana yang
kualami, ini hari aku orang she Ke kecundang ditangan orang
lain bahkan sampai bayangan orang lain pun tidak kelihatan
sungguh memalukan sekali.”
"Hmm. hmm, manusia yang beraninya bersembunyi
sembunyi bisa terhitung Hoohan macam apa?"
Baru saja dia selesai berbicara mendadak orang orang yang
berada dibawah puncak sudah mengangkat bicara kembali.
"Ke Siauwcu!" serunya. "Aku bukannya takut kepadamu, ini
hari karena ada urusan yang harus aku bereskan tak bisa
melayani kau lebih lama lagi, tapi bilamana kau merasa tidak
puas boleh kita tentukan saja waktu untuk bertanding. Heee ,
. heee . . bagaimana?"
"Siapa sebetulnya kau orang?" Teriak Thian Pian Siauwcu
keras keras.
"Maaf hal ini tidak bisa kuberitahukan."
"Baiklah, kalau begitu tanggal lima bulan kelima aku
menanti kau dipuncak pertama daerah| Cing Jan."
Sehabis berkata kepada Lie Loojie ujarnya pula.
"Lie Sang, sampai waktunya kau pun datang juga,
perkataan yang aku orang she Ke katakan selamanya tak akan
diubah kembali. Tiga kali pukulan telapak sampai pada
waktunya aku mau menjajal juga"
Selesai berkata dia tidak menanti jawaban dari Lie Loojie
segera dia putar tubuh dan meloncat setinggi tiga kaki
kedepan lalu berjumpalitan beberapa kali ditengah udara
hanya di dalam sekejap mata dia sudah lenyap tanpa bekas.
Si cangkul pualam yang melihat kedatanganya amat cepat
perginya pun amat cepat tanpa terasa sudah tertawa. Ujarnya
kepada orang yang berada dibawah puncak.
"Jago berkepandaian tinggi darimana yang sudah datang
berkunjung, kenapa tidak munculkan diri untuk bertemu?"
Sekalipun berulang kali perkataan itu diucap tapi keadaan
dari bawah puncak tetap sunyi sunyi saja sedikitpan tidak ada
suara sahutan.
Dalam anggapan Lie Looojie tentu orang itu sudah pergi
karenanya sehabis berdiri beberapa saat lamanya dia menoleh
kebelakang.
Waktu itulah mendadak dia merasakan segulung angin
yans amat ringan berkelebat dari sisi tubuhnya, bagaimanapun
juga kepandaian silat dari si cangkul pualam ini sangat lihay
sekali. Mendadak dia hanya merasakan sesosok bayangan
manusia berkelebat, belum sempat dia melihat jelas wajah
orang itu bayangan tersebut sudah lenyap, cepat cepat dia
menoleh kembali kebelakang terlihatlah kambing yang semula
berdiri sejajar dengan kerbau itu tiba tiba berpekik nyaring
kemudian lari keempat penjuru dan menerjang terus kebawah
tebing.
"Siapa kau berani mengacau di atas puncak Leng Ayku ini!"
bentak Lie Loo jie dengan keras.
Tubuhnya dengan cepat menerjang kebawah tebing
mengejar kearah dimana berlarinya kerbau tersebut. Tenaga
dalam mau pun ilmu meringankan tubuh yang diiatih Lie
Loojie waktu ini boleh dikata sudah mencapai pada taraf
kesempurnaan dan jauh berada diatas jago jago
berkepandaian tinggi dari Bu lim lainnya.
Sesudah dilihatnya ada orang yang mengajak guyon
didepannya dengan tak sadar dia tidak mau melepaskannya
dengan begitu saja, siapa tahu ternyata kejadian kali ini diluar
dugaannya, kerbau yang semula menerobos ketengah
gumpalan mega kini larinya semakin cepat lagi hanya di dalam
sekejap mata kecepatannya bertambah puluhan kali lipat.
Jangan dikata untuk menangkap, hanya untuk mengejar saja
sudah tidak sanggup.
Tanpa disadari si cangkul pualam Lie Sang sudah berdiri
tertegun ditepi puncak, perasaan gusar mulai membakar
hatinya tetapi ketika teringat akan kepandaian silat orang itu
ternyata bisa lewat disamping badannya tanpa dia sadari
hatinya terasa tergetar juga, dalam hati diam diam pikirnya.
"Didalam Bu Iim waktu ini masih ada siapa lagi yang
memiliki kepandaian silat begitu tingginya? Apa mungkin Au
Hay Ong Bo dari Kiem Thian Pay. Ciang Can adanya? Tetapi
kelihatannya tidak mirip sewaktu didalam pertemuan diatas
gunung Tiong Lam san kepandaiannya bisa sejajar dengan
suteku Liem Coe sekalipun didalam beberapa tahun ini dia
berlatih mati matian belum tentu bisa mencpaai taraf yang
seperti ini selain dia hanya ada seorang penjahat naga merah
saja yang memiliki kepanduan yang sedemikian tingginya.
Tetapi aku tidak percaya kepandaian silatnya sudah berhasil
dilatih sebegitu lihaynya, apa mungkin seorang penjahat bisa
memiliki kepandaian yang demikian lihaynya "
Sedang dia berpikir dengan amat serius terdengar si gadis
cantik pengangon kambing sudah berteriak dangan keras.
"Tia, Tia cepat kembali."
Didalam anggapan Lie Sang, ditempat sana pasti sudah
terjadi suatu urusan, dengan gugup ia meloncat naik ke atas
puncak kemudian berlari ke samping badan si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw le.
Terlihatlah mereka berdua waktu ini sedang berdiri
mematung disana sedang pada tangan masing-masing
mencekal sebuah kantongan kecil yang terbuat dari kulit.
"Wan jie, le jie sudah terjadi urusan apa ?” tanya si cangkul
pualam dengan perasaan cemas.
Perlahan lahan gadis cantik pengangon kambing
mengangsurkan kantong kecil yang dibuat dari kulit itu ke
tangan Lie Loo jie.
Lie Loojie segera menerima dan membuka buntalan
tersebut, serentetan sinar yang amat menyilaukan mata
segera memancar keluar dari dalam kantongan, itu berisikan
intan permata yang sangat indah indah dan mahal harganya.
Hal ini berada jauh diluar dugaan Lie Loojie semula,
seketika itu juga membuat dia berdiri termangu mangu, sesaat
kemudian barulah tanyanya.
"Wan jie, ini ini . . . sebetulnya sudah terjadi urusan apa ?
Barang barang ini berasal dari siapa ?“
"Tia, kantongan kantongan ini digantungkan diatas tanduk
kambing itu, putrimu sama sekali tidak memperhatikan orang
yang menghantarkan barang-barang ini."
"Haaa ?" Teriak Lie Loojie keheranan. "Hal ini amat aneh
sekali. Ehmm ..... sungguh aneh sekali."
Segera tanyanya pula kepada Lie Siauw Ie. "Didalam
kantonganmu itu apa juga berisikan intan permata yang mahal
harganya ?"
Lie Siauw Ie segera mengangsurkan kantongan itu ke
tangan Lie Loo jie sembari sahutnya.
“Tecu belum melihatnya."
Cepat Lie Loojie membuka kantangan itu dan melihat
isinya, didalam kantongan itu selain berisikan intan permata
yaug mahal harganya masih terdapat juga dua buah
lempengan besi yang besar. Melihat benda itu Lie Loojie
menjadi tertegun bercampur terperanjat.
Sebelum dia sempat angkat bicara si gadis cantik
pengangon kambing yang berdiri disisinya sudah berkata.
"Tia, ke dua buah lempengan besi itu bukankah barang
yang tidak pernah menjauhi badanmu ? Bagaimana bisa
berada di kantongan itu?"
Waktu itulah si pacul pualam baru sadar kembali cepat
cepat dia merogoh kedalam sakunya Ternyata kedua
lempengan besi yang berada di dalam sakunya itu entah sejak
kapan sudah lenyap dan muncul di dalam kentongan kulit itu.
Walaupun dia tahu hal ini pasti kerjaan tangan tangan jahil
tetapi tidak usah dikatakan sudah jelas tertera, dia sudah
menemui kekalahan ditangan orang lain.
Teringat akan hal ini tanpa terasa dia merasa bergidik dan
berdiri mematung beberapa waktu lamanya disana, air
mukanya perlahan demi perlahan berubah menjadi amat
angker.
Si gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie
yang berdiri disisinya setelah melihat kejadian ini pun didalam
hati diam-diam merasa ngeri bercampur sedih.
Lama sekali baru terdengar Lie Loo jie bergumam seorang
diri.
"Siapa yang begitu berani mempermainkan aku? aku pasti
akan cari dia umtuk menjajal ilmunya.”
Walaupun perkataan ini diucapkan dengan amat perlahan
sekali tetapi agaknya orang yang berada di bawah tebing itu
dapat mendengar dengan amat jelas.
Baru saja dia selesai berbicara terdengar orang itu dengan
nada yang kuat bagaikan pukulan martil tertawa tergelak
ujarnya.
"Bilamana bukannya kau berani mempermainkan orang lain
terlebih dulu, orang lain masa berani mempermainkan dirimu?
Lie Loo jie waktu ini didalam Bu lim sudah bergolak dengan
amat dahyatnya, banjir darah mulai membasahi seluruh
daratan Tionggoan bagaimana kau bisa tenangnya bisa hidup
disini? sungguh membuat orang merasa menyesal"
"Kau orang kalau memangnya tidak ingin hunjukkan diri
apa tidak mau meninggalkan nama juga?" teriak Lie Loo jie
kemudian. "Siapa sebenarnya kamu orang, dengan aku Lie
Sang merupakan kawan atau lawan?"
“Ha ha ha. . Lie Loo jie, asalkan kau mau melakukan
perjalanan di daerah Tionggoan sudah tentu kenal siapakah
aku, tapi maaf ini kali aku tak bisa memberitahukan.”
"Baiklah" seru Lie Loo jie kemudian sesudah termenung
berpikir sebentar.
"Tidak perduli bagaimanapun aku mau temui kau orang.
Besok pagi aku akan melakukan perjalanan ke arah
Tionggoan, coba kau bicara kita mau bertemu dimana.”
"Saat itu aku percaya bisa bertemu kembali dengan kau
buat apa kita tentukan waktu dan tempat saat ini juga? masih
ada lagi aku mendapat pesan dari kawanku katakan kepada
muridmu supaya dia jangan lupa akan janjinya untuk bertemu
pada musim rontok yang akan datang.”
Lie Siauw le yang mendengar omongan itu segera
merasakan badannya tergetar dengan amat kerasnya didalam
dada, urusan yang dipikirkan siang malam selama satu tahun
ini ternyata bisa diucapkan orang lain pada hari ini juga
membuat dia menjadi lupa, teriaknya dengan keras, "Siapa
nama kawanmu itu?? cepat katakan,” Lie Siauw le ingin cepatcepat
mengetahui nama orang itu sebaliknya jawab dari orang
yang berada dibawah tebing amat lambat sekali baru
terdengar dia memberikan jawabannya.
"Dia she Liem, namanya apa kiranya kau tahu bukan".
Ketegangan dari Lie Siauw le betul betul mencapai pada
puncaknya, mendadak dengan mengeluarkan suara teriakkan
keras dia menangis dengan amat keras, kemudian dengan
cepat menubruk kearah diri gadis cantik pengangon kambing,
ujarnya dengan perasaan amat girang.
"Oooh, benar benar dia masih hidup. Adik Tou masih
hidup”
Mendadak dia putar kepalanya kembali, dengan menahan
melelehnya air mata teriaknya kembali kearah lautan mega
itu.
"Kawanmu itu kini berada dimana? cepat beritahukan
kepadaku, aku mau bertemu dengan dia".
Dari bawah puncak tetap tenang tidak terdengar suara
jawaban.
"Hey . , . . dimana temanmu sekarang berada??" Sekali lagi
Lie Siauw le berteriak keras.
Tetapi walaupun dia berteriak berkali kali tetap tidak
terdengar suara jawaban dari bawah tebing, agaknya orang
itu sudah pergi dari sana membuat Lie Siauw le merasa sangat
kecewa.
Tetapi tiba tiba didalam benaknya berkelebat suatu
ingatan, kepada Lie Loo jie ujarnya.
"Suhu, kapan kau orang tua melakukan perjalanan
kedaerah Tionggoan? dapatkah le jie ikut dengan suhu??"
Lie Loojie melirik sekejap kearahnyn, didalam hati dia tahu
kali ini dia mau ikut berkelana sudah tentu bermaksud hendak
mencari berita dari Liem Tou.
Sebetulnya bagi dia untuk melakukan perjalanan bersama
sama dengan gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
le bukanlah urusan yang berat, tetapi ketika teringat akan
gerak gerik yang misterius dari orang itu ditambah lagi
kepandaian silatnya yang amat lihay membuat hatinya
mendadak ragu ragu.
Ujarnya kemudian dengan serius.
"Apa yang le pikirkan loohu sudah tahu semua, sejak dari
dulu aku sudah beritahukan kepadamu, Liem Tou punya
sangkut paut dan hubungan yang sangat erat dengan aku
orang tua, kali ini aku melakukan perjalanan kedaerah
Tionggoan sudah tentu sekalian mencari berita tentang
dirinya, lebih baik kau bersama sama Wan jie tinggal disini
untuk berlatih ilmu silat bilamana aku memperoleh berita
tentang Liem Tou maka akan segera kembali memberi kabar
kepadamu"
Mendengar perkataan dari Lie Loo jie ini Lie Siauw le tidak
berani membantah, dengan berdiam diri dia menyingkir
kesamping.
Ujar Lie Loo jie kembali kepada mereka berdua.
"Wan jie, sekalipun terhadap kepandaian silat yang dimuat
dalam kitab pusaka Toa Loo-Cin Keng kau sudah pernah
belajar tetapi belum sampai pada taraf kesempurnaan, ini hari
aku pergi bilamana dalam waktu tiga bulan belum kembali,
kalian berdua boleh pergi ke puncak pertama di daerah Cing
jan pada tanggal lima bulan lima, tetapi didalam waktu waktu
ini kalian harus berlatih dengan sungguh sungguh ilmu kalian."
Si gadis cantik pangangon kambing mau pun Lie-Siauw le
berkail kali menyahut atas nasehat tersebut.
Selesai memberikan pesan pesannya, bagaikan kilat
cepatnya Lie Loo jie melayang turun ke bawah puncak,
laksana seekor burung elang hanya didalam sekejap saja dia
sudah ditelan lautan mega yang amat tebal itu.
Setelah dilihatnya bayangan dari Lie Loo jie lenyap dari
pandangan barulah sigadis cantik pengangon kambing beserta
Lie Siauw le dengan masing maiing membawa kantongan kulit
berjalan kembali kedalam gua.
"Ie Cici aku benar benar merasa kuatir atas keselamatan
Tia" ujar Lie Wan Giok sesampainya didalam gua "Orang yang
datang ini hari entah berasal dari aliran mana? Pertama tama
dia mengejutkan Thian Pian Siauw cu sehingga membuat dia
melarikan diri kemudian mencuri lempengan besinya Tia, hal
ini memperlihatkan kalau kepandaian orang itu amat lihay
sekali, bilamana dia adalah musuh ayahku mungkin dengan
berkelananya Tia kali ini bisa menemui suatu urusan"
Lie Siauw Ie yang melihat kekuatiran dari gadis cantik
pengangon kambing cepat cepat menghibur.
“Wan moay, perkataanmu ini memang tidak salah, tetapi
aku berani memastikan orang itu bukan musuh ayahmu,
bahkan mungkin ayahmu adalah tuan penolongnya? kalau
tidak kenapa tidak ada angin tidak ada hujan dia memberi dua
kantongan intan berlian? bahkan jika di dengar dari nadanya
agaknya dia sama sekali tidak punya maksud bermusuhan
dengan kita. Wan moay, harap kau bisa berlega hati.”
Biasanya Lie Siauw le jadi orang berpikiran tajam, dengan
diucapkannya perkataan ini segera membuat gadis cantik
pengangon kambing itu menjadi tenang kembali, tetapi pada
saat itulah sewaktu ia mengangkat kepalanya terlihatlah diatas
dinding gua tertancap sebuah pisau belati yang amat tajam.
"Haaa . . “ teriak gadis cantik pengangon kambing itu
dengan amat terperanjat, “Ie cici hati- hati dalam gua ini
sudah kedatangan orang.”
Dengan cepat dia meloncat keatas mencabut kembali pisau
belati itu, sesudah dilihatnya dengan teliti sekali lagi dia
berteriak keras.
"le cici, pisau belati ini milikku, pada tempo hari ini pisau
belati ini aku berikan kepada Tou koko, bagaimana sekarang
bisa tertancap di sini?"
Mendengar perkataan ini dalam hati Lie-Siauw Ie merasa
tergetar dengan keras, serunya.
"Wan moay moay kau harus memeriksa lebih teliti lagi,
pisau belati ini apa betul betul pisau belati yang kau berikan
kepada adik Tou?"
"Barangku sendiri bagaimana aku bisa salah, tapi . .
sungguh aneh urusan ini" Mendadak suatu ingatan berkelebat
didalam benaknya, sinar matanya yang indah memancarkan
suatu sinar yang amat aneh.
"Ie cici, aku punya suatu pikiran yang aneh entah benar
atau tidak?" Ujarnya kemudian sambil memandang tajam
wajah Lie Siauw le.
“Kenapa.? Yang sedang kau pikirkan urusan apa?"
"Aku pikir orang yang baru saja datang itu apa mungkin . .
"
"Kau bilang dia adalah adik Tou?" sambung Lie Siauw le
dengan cepat.
Teringat akan diri Liem Tou sepasang mata dari Lie Siauw
le memerah kembali dan meneteskan air matanya.
Hal ini membuat gadis cantik pengangon kambing yang
berada disisinya menjadi bingung, ujarnya.
"Ie cici, kenapa kau menangis? Kalau pisau belati ini bisa
muncul disini berarti juga Liem Tou koko masih hidup,
seharusnya kau bergembira bagaimana malah menjadi
menangis?"
"Adik Wan pikiranku tidak sama dengan pikiranmu" sahut
Lie Siauw le sembari menahan isak tangisnya. "Sekalipun adik
Tou tidak mati sewaktu jatuh dari Jembatan pencabut nyawa,
tetapi orang yang datang ini hari pasti bukanlah dia, coba kau
pikir hanya di dalam satu tahun apa mungkin dia berhasil
melatih kepandaian silatnya sebegitu tinggi? Jika bukan dia
yang datang tapi pisau belati ini bisa muncul disini berarti juga
dia. . dia . . "
Bicara sampai disini dia tidak bisa menahan perasaan
sedihnya lagi, suara tangisan yang lebih menyedihkan
bermunculan dari mulutnya.
"Cici" hibur gadis cantik pengangon kambing itu dengan
lembut sedang tangannya mulai membimbing badannya.
"Kiranya kau berpikir begitu, tetapi terang terangan orang tadi
mengatakan supaya kau jangan melupakan perjanjian pada
musim Rontok yang akan datang, apakah hal ini adalah
palsu??"
Mendengar peringatan dari gadis cantik pengangon
kambing ini, Lie Siauw le menjadi sadar kembali, segera dia
menghentikan tangisnya dan berganti dengan senyuman
malu.
"Wan moay" ujarnya dengan perlahan. "Aku punya satu
permintaan entah kau mau mengabulkan atau tidak. Setelah
aku tahu kalau adik Tou tidak binasa didasar jurang Jembatan
pencabut nyawa itu hatiku menjadi kacau, aku rencana besok
pagi mau turun gunung untuk mencari dia, apakah Wan moay
mau menemani aku turun gunung?"
"Ie cici, bukankah Tia menyuruh kita berlatih kepandaian
silat?" bantah gadis cantik pengangon kambing tersebut.
"Bukankah sama saja dengan sewaktu kita bersama-sama
turun gunung menghadiri diatas puncak pertama daerah Ciog
Jan pada bulan lima tanggal lima saat itu masih ada
kesempatan untuk mencarinya?"
Lie Siauw le menggelengkan kepalanya perlahan.
"Suhu memang berpesan begitu, tetapi aku . Ooh, Wan
Moay. Aku benar benar tidak punya cara yang lain lagi, aku
hanya ingin cepat cepat bertemu kembali dengan adik Tou,
Wan Moay mari temani aku turun gunung, nanti bilamana
suhu menegur bisa aku yang memikul semuanya.”
Si gadis cantik pengangon kambing tahu walau pun dia
mencegah Lie Siauw le untuk turun gunung juga percuma, dia
pasti tak akan bisa pusatkan perhatiannya uatuk berlatih silat,
setelah termenung beberapa waktu lamanya akhirnya
mengangguk juga.
"Baiklah, besok pagi kita turun gunung."
Saking girangnya Lie Siauw le segera menubruk memeluk
diri gadis cantik pengangon kambing erat erat.
“Ooo .... kau betul betul adik yang baik”
Kedua orang gadis itu segera bersama-sama tertawa riang.
Keesokan harinya menyiapkan buntalannya si gadis cantik
pengangon kambing maupun Lie Siauw le segera turun
gunung bersama sama dengan kawanan kambingnya sesudah
menutup pintu gua terlebih dahulu.
Kedua orang yang membawa bekal butiran intan permata
yang mahal harganya sudah tentu tidak takut kekurangan
biaya ditengah jalan.
Dengan menumpang sebuah perahu layar mereka
melanjutkan perjalanannya menuju kearah le Cho, melalui
selat Sam Shia setelah mengarungi sungai selama tiga hari
akhirnya sampai juga di daerah keresidenan Oh Cing.
Hari itu perahu yang mereka tumpangi berlabuh dttepi
pantai, pemandangan tempat itu amat indah sekali.
Sewaktu gadis cantik pengangon kambing beserta Lie
Siauw le menikmati keindahan alam
itulah mendadak dari tepian sebelah kiri berkumandang
datang suara bentrokan senjata yang amat ramai sekali
diselingi dengan suara jeritan ngeri yang amat menyeramkan.
"Ie cici" ujar gadis cantik pangangon kambing itu. "Coba
kau dengar ditepi sebelah kiri ada orang yang sedang
melakukan pertempuran sengit, kedengarannya tidak kurang
dari puluhan orang banyaknya, entah mereka bertempur
disebabkan urusan apa. Bagaimana kalau kita pergi melihat
sebentar?”
Keinginan dari gadis cantik pengangon kambing ini timbul
karena ingin tahunya, tetapi Lie Siauw le tidak sama dengan
jalan pikirannya. Dia tahu Liem Tou punya banyak musuh, kini
dia masih hidup didunia sudah tentu setiap saat bisa berjumpa
dengan musuh musuh tangguhnya itu, kini setelah mendengar
ada orang sedang bertempur dengan amat seru hatinya
menjadi tertarik, kemungkinan sekali orang yang sedang
bertempur itu adalah diri Liem Tou. Tidak menanti gadis cantik
pengangon kambing itu mendesak untuk kedua kalinya dia
sudah siap meloncat turun dari perahu.
"Baiklah, Wan moay ayoh kita kesana” serunya.
Cepat cepat mereka perintahkan pemilik perahu itu untuk
minggir ketepi, belum sampai perahu itu betul betul mepet
dengan tepian, mereka berdua bagaikan burung walet dengan
sangat ringannya sudah meloncat ke daratan dan lari menuju
kearah pertempuaran itu.
Setelah melewati tanah bekas sawah sampailah disebuab
kaki gunung yang ditumbuhi dengan rerumput yang amat
subur terlihatlah berpuluh puluh orang toosu dengan pakaian
hijau kuning tak menentu sedang mengurung tiga orang yang
melawan serangan pedang mereka dengan menggunakan
seluruh tenaga yang ada.
Gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie
siapa pun tidak tahu asal usul mereka, karenanya saat ini
hanya menonton jalannya pertempuran dari samping.
Terhadap nama nama jagoan Bu lim gadis cantik
pengangon kambing ini pernah mendapat tahu dari ayahnya
Lie Loo jie, sekali pun dia tidak tahu semuanya, tetapi
sebagian besar kenal juga karenanya setelah melihat
dandanan ketiga orang itu tanpa terasa lagi saking herannya
dia sudah menjerit tertahan, pikirnya.
"Orang yang dikurung di tempat itu bukankah anggota
anggota dari Tionggoan Ngo Koay yaitu sisiucay bunutung, si
pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng?? selamanya
mereka bertiga melakukan pekerjaan bajik, kenapa kini
dikeroyok oleh kawanan toosu itu?"
Berpikir sampzj disini s;gera ujarnya kepada Lie Siauw Ie.
"le cici, coba kau lihat orang yang dikeroyok itu bukankah si
siucay buutung, pengemis pemabok serta si Thiat sie sianseng
dari Tionggoan Ngo Koay?"
Swwaktu Liem Tou bersembunyi didalam rumahnya di
gunung Ha Mo Leng dia telah mendengar cerita tentang
Tionggoan Ngo Koay ini dari mulut Liem Tou, karenanya tanpa
terasa diapun menjerit tertahan, ujarnya.
"Kawanan toosu ini pasti bukan orang baik-baik, selamanya
Tionggoan Sam Koay ini melakukan kebajikan, mari kita tolong
mereka"
"Ie cici kau belum pernah melakukan perjalanan didalam
dunia kangouw bagaimana bisa tahu kalau toosu itu bukan
manusia baik-baik?" tegur gadis cantik pengangon kambing
itu, “Lebih baik kita menonton saja.”
Air muka Sie Siauw le segara berubah merah dan tak bisa
mengucapkan sepatah katapun, sedang didalam hatinya dia
merasa kuatir dan risau atas keselamatan dari si siucay
buntung, si pengemis pemabok serta si Thiat sie sianseng.
Keadaan dari si pengemis berserta kawan-kawannya waktu
ini memang benar benar amat berbahaya, tampak mereka
bertiga dengan pundak menempel pundak masing masing
melawan musuh musuh yang menyerang dari arah depannya,
kipas si siucay buntung, tongkat Tah Kauw Pang dari
pengemis pemabok serta siepoa dari Thiat sie lianseng dengan
menimbulkan suara santar dan sambaran angin yang amat
tajam mempertahan dirinya dari serangan musuh, membuat
toosu-toosu itu tidak berani berlaku gegabah.
Sebaliknya juitru toosu-toosu itu menyerang dengan tidak
mernperdulikaa nyawanya sendiri, terlihatlah diantara puluhan
orang itu hanya ada tiga orang saja ilmu kepandaiannya agak
tinggian. Tetapi siapapun diantara setiap toosu tooosu itu
tidak mau mundur, dengan nekat dia menerjang terus
kedepan membuat pertempuran kali ini benar benar sengit
dan jatuh korban amat banyak sekali.
Si siucay buntung, pengemis pemabok mau pun Thiat Sie
Sianseng dengan air muka sangat serius menghadapi terus
musuh musuhnya yang kalap ini, agaknya pertempuran sengit
ini ditimbulkan aleh suatu urusan yang amat besar.
Pada saat yang amat kritis itulah dari kaki gunung sebelah
kiri secara tiba tiba muncul kembali dua puluh orang Toosu
dengan dandanan sama berlari mendatang.
Salah seorang Toosu berpakaian warna kuning yang
bertindak sebagai pimpinan didalam rombongan itu dari
kejauhan, sudah berteriak keras.
“Saudara-saudara sekalian ayoh pada maju tangkap
bangsat terkutuk ini, walaupun ini hari anak murid dari Bu
tong Pay harus binasa semua kita harus tangkap juga ketiga
orang bangsat terkutuk ini untuk membalaskan dendam sakit
hati dari Ciangbunjin kita."
Toosu toosu itu segera berteriak keras menyambut perintah
pimpinan mereka kemudian maju menyerang lebih nekad lagi.
Si gadis cantik pengangon kambing beserta Lie Siauw te
yang mendengarkan percakapan mereka dari pinggiran saat
ini baru merasa sedikit tidak sabaran, kini mereka baru tahu si
siucay buntung, pengemis pemabok serta si Thiat Sie sianseng
sudah membunuh mereka punya ciangbunjin dan kini mereka
bersama-sama mengerubuti diri mereka bertiga untuk
membalaskan sakit hati Ciangbunjin mereka.
Tiba tiba terdengar pengemis pemabok menggembor
dengan suara keras.
"Kalian hidung hidung kerbau dari Bu tong pay yang tidak
tahu diri, sebetulnya dari antara kalian siapa yang sudah
melihat kalau Ciangbunjin si hidung kerbau kalian itu kami
yang bunuh! Mata kalian sudah buta semua yaaah!"
"Anak jadah yang harus dicacah tutup mulut anjingmu!"
balas bentak salah seorang toosu dari antara gerombolan
toosu toosu lainnya. “Pada waktu ini didalam Bu lim siapa
yang tidak tahu kalau Ciangbun suheng kami dibunuh oleh
kalian bertiga? serahkan nyawamu"
Diikuti suara teriakan yang membakar semangat kawan
kawannya.
"Ayoh murid murid Bu tong pay. terjang terus maju bunuh
mereka mereka ini.”
Diikuti dengan suara bentakan yang nyaring Toosu Toosu
sekalian yang mengepung di empat penjuru segera bersama
sama membentak nyaring sehingga menggetarkan seluiuh
dataran pegunungan itu.
"Ayoh bunuh!" Bagaikan air bah yang menerjang pantai
mirip juga geiombang dahsyat yang menggulung ditengah
samudra bebas, para Toosu itu dengan mempertaruhkan
nyawanya sendiri melancarkan serangan bergabung mengarah
si siucay buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng
bertiga.
Keadaan yang demikian menegangkan dan mengerikan ini
membuat si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
le yang menonton di pinggir merasa ikut tegang, keringat
dingin mengucur dengan amat derasnya sedang air mukanya
perlahan demi perlahan berubah menjadi pucat pasi, pikirnya.
"Habis . . habis sudah, walaupun kepandaian mereka
bertiga jauh lebih tinggipun tak akan sanggup untuk menshan
serangan gabungan Toosu-toosu itu yang laksana
menggulungnya ombak dahsyat ditengah samudra bebas."
Tetapi urusan ternyata sudah terjadi jauh diluar dugaan
mereka berdua, sekali pun Bu-tong serta Siauw lim merupakan
dua partai besar yang disegani didalam Bu lim dan kepandaian
silat mereka mempunyai kemampuan yang meyakinkan tetapi
pada saat ini merupakan saat saat lemahnya kedua partai
besar tersebut, sehingga walaupun mereka mempunyai anak
murid yang berjumlah sangat banyak tetapi kini justru
bertemunya dengan tiga orang anggota Tionggoan Ngo Koay
sudah tentu tak sanggup untuk mengapa apakah mereka.
Ketika mereka bertiga milihat para Toosu-Toosu dari
Butong pay itu menyerang mereka dengan tidak
memperdulikan nyawanya sendiri, si siucay buntung,
pengemis pemabok mau pun Thiat Sie sianseng pun terpaksa
menggerakkan senjata andalannya, masing masing orang
sendiri-sendiri,
Terdengar suara bentakan yang amat keras masing masing
pihak segera bertemu muka dan terjadilah suatu pertempuran
yang amat sengit.
Suara teriak-teriakan ngeri bermuncullan iring mengiring
disertai dengan muncratnya darah segar membasahi empat
penjuru, murid murid Bu tong pay ada tujuh delapan orang
lagi yang celaka di tangan senjata mereka bertiga.
Pertempuran yang sangat menyeramkan inilah membuat
gadis cantik pengangon kambing mau pun Lie Siauw le yang
menonton hampir saja merasa tidak tahan, ujar gadis cantik
pengangon kambing itu tiba tiba.
"le ciei mereka bunuh membunuh dengan demikian
mengerikannya, cepat kita carikan jalan untuk menghindarkan
hal hal yang tidak di inginkan"
“Omonganmu sedikitpun tidak salah," sahut Lie Siauw le
mengangguk. "Kita harus cepat-cepat cari cara yang lain untuk
memisah pertempuran yang mengerikan ini”
Mendadak didalam benaknya berkelebat suatu ingatan,
tambahnya lagi.
"Tetapi urusan ini sangat bahaya sekali, sedikit kita salah
bertindak bisa bisa api yang berkobar akan membakar badan
kita sendiri."
"Hhmmm . . , benar, bilamana bukannya karena hal itu
sejak tadi aku sudah turun tangan.”
Berpikir akan hal ini membuat mereka berdua ragu ragu,
masing masing saling pandang memandang untuk beberapa
waktu lamanya, mereka betul betul dibuat gugup dan
kelabakan sendiri.
Mendadak . . suara dengusan kerbau yang berat tetapi
sangat dikenal olehnya berkumandang datang dari tempat
kejauhan, mendengar suara itu baik gadis cantik pengangon
kambing itu maupun Lie Siauw le sendiri masing masing
dibuat melengak, walaupun sampai waktu ini mereka tidak
mengucapkan sepatah katapun juga tetapi anggapan mereka
sudah merasa kalau dengusan kerbau itu mirip sekali dengan
suara dengusan kerbau milik mereka.
Baru saja Lie Siauw le mau membuka mulutnya untuk
berbicara mendadak dari sebelah pinggiran pegunungan itu
terdengar suara derapan kaki yang amat ramai tetapi mantap
berlari mendatang, mereka berdua cepat cepat menoleh
kearah mana ... sedikitpun tidak salah, kerbau itu memang
milik mereka, kerbau yang berada dipuncak Leng Ay gunung
Go bie tempo hari tetapi larinya kali ini amat aneh sekali
bahkan amat cepat sekali.
Terang-terangan tadi terdengar suara dengusannya masih
jauh bagaimana didalam sekejab mata saja sudah tiba disini?
Saking heran dan tertegunnya mereka berdua seketika itu
juga dibuat olehnya melongo longo dan melompong sambil
memandang datangnya kerbau itu dengan pandangan
terpesona.
Tampak kaki kerbau itu berlari dengan cepatnya tanpa
menempel tanah, hanya didalam sekejap mata sudah
menerjang ketengah kalangan pertempuran yang sedang
mencapai pada puncak ketegangannya bahkan menerjang kiri
dan kanan samping dengan seenaknya laksana ditempat itu
tak ada orangnya saja.
Kalau hanya menerjang saja masih biasa, kali sambil
menerjang kerbau itu menyepak dan menanduk orang orang
itu, seekor kerbau bagaikan bayangan setan saja menerjang
kesana menerjang kemari tanpa ada yang bisa menahan
serangannya dalam sekejap saja membuat orang-orang yang
sedang bertempur itu menjadi kalang kabut dibuatnya
sehingga suasana menjadi kacau balau termasuk juga
Tionggoan Sam Koay mereka dibuat terheran heran oleh
munculnya kerbau secara misterius ini.
Kerbau ini seperti ada sukmanya saja tidak perduli dia
menerjang menyepak maupun menanduk orang orang yang
sedang bertempur itu ditepi tidak seorangpun yang terluka
oleh terjangannya yang kalap ini bahkan senjata senjata tajam
yang dicekal oleh toosu toosu itu hanya cukup didalam
seperminuan teh saja sudah pada terlepas dari tangan
mereka, seorang pun tak ada yang lolos.
Toosu-toosu itu menjadi benar benar terperanjat oleh
munculnya keajaiban ini. ketika mereka berusaha untuk
memandang kerbau itu lebih teliti lagi kerbau itu sudah
berkelebat bagaikan angin yang berlalu, sehingga mereka
hanya bisa melihat bayangan kerbau yang kerkelebat
menyambar kesana menyambar kesini saja.
Seketika itu juga membuat Tionggoan Sam-Koay, gadis
cantik pesangon kambing serta
Lie Siauw Ie menjadi melongo dibuatnya, bagaimana pun
juga mereka percaya kalau seekor kerbau yang bodoh dan
tidak berakal itu bisa melakukan pekerjaan seperti ini bahkan
sudah terjadi di depan matanya sendiri, mau tidak percaya
juga tak mungkin bisa.
Sewaktu Tionggoan Sam Koay sedang termangu mangu
itulah mendadak kerbau itu dengan k-kecepatan yang luar
biasa sudah menerjang kearah mereka bertiga.
“Celaka. . . " teriaknya tertahan, mereka belum habis
diteriakkan senjata kipas pentungan Tah Kau Pang serta Sie
Poa mereka bertiga sudah dipukul jatuh oleh terjangan kerbau
itu.
Tanpa terasa mereka bertiga menjadi amat gusar sekali,
cepat cepat tubuhnya menubruk kedepan merebut kembali
senjatanya masing-masing kemudian putar tubuhnya siap
menerjang ke arah kerbau itu, siapa tahu kerbau tersebut
sudah lari dengan amat cepatnya dari sana dan berada kurang
lebih puluhan kaki jauhnya dan kemudian terdengar lagi suara
derapan kakinya yang amat ramai diselingi dengan suara
dengusan beratnya, hanya dalam sekejap mata dia sudah lari
tanpa bekas.
Kini ditengah lapangan itu hanya tinggal para toosu-toosu.
Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon kambing serta
Lie Siauw Ie yang berdiri terpaku di tempat masing masing.
Lama sekali . . . tiba tiba terdengar salah seorang murid Bu
tong pay berteriak dengan keras.
"Ayoh maju, bunuh" seketika itu juga mem buat semua
orang menjadi sadar kembali dari lamunannya.
Dengan menggunakan kesempatan itu juga Thiat Sie
sianseng cepat cepat berteriak kepada si siucay buntung serta
si pengemis pemabok.
"Ayoh jalan, kita cari si penjahat naga merah untuk bikin
perhitungan."
Seketika itu juga mereka bertiga menggerakkan kakinya
bagaikan kilat cepatnya berlari melewati gunung itu untuk
melarikan djri dari sana.
Anak murid dari Bu tong pay sudah tentu tidak mau untuk
melepaskan mereka bertiga dengan begitu saja, bagaikan
kawanan tawon mereka bersama-sama melakuka pengejaran
dengan kencangnya, hanya didalam sekejap mata semua
orang sudah pada pergi dari sana dan kini hanya tinggal
beberapa sosok mayat serta Toosu-toosu yang terluka parah,
mereka yang terluka pada merintih dan mengaduh dengan
lemahnya, keadaannya sangat ngeri dan menyeramkan.
Si gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw le
yang memiliki hati yang welas kasih kini melibat pemandangan
yang demikian mengerikan sudah tentu tidak mau berdiam
diri, cepat cepat mereka mendskati Toosu-toosu yang terluka
itu untuk membantu membalut luka luka mereka.
Setelah semuanya selesai barulah mereka berdua kembali
keperahu.
Lama sekali Lie Siauw Ie tundukkan kepalanya termenung
terus, si gadis cantik pengangon kambing yang melihat
keadaannya segera mendekati dirinya.
"Cici, kau sedang pikirkan apa ? " tanyanya.
"Urusan tadi sungguh aneh sekali," sahut Lis Siauw Ie
sambil memandang kearah tempat kejauhan. "Kau merasa
tidak kalau kerbau itu sedikit mencurigakan ?"
"Ehmmm . . . aku kira peristiwa tadi pasti ada sangkut
pautnya dengan orang yang menghadiahkan intan permata
kepada kita ini, sewaktu kerbau tadi menerjang ke tengah
kalangan pertempuran kecepatannya luar biasa, sebelum aku
melihat lebih jelas lagi kerbau itu sudah berhasil menjatuhkan
senjata senjata orang itu, kemungkinan sekali disamping
kerbau ada seseorang bersembunyi."
“Betul" Teriak Lie Siauw Ie kemudian. "Kenapa aku tak
berpikir sampai disana? Orang itu pasti bersembunyi
disamping kerbau tersebut hanya saja kita tak sempat untuk
meiihat lebih jelas lagi."
Dia berhenti sebentar lalu sambungnya lagi "Wan Moay,
aku lihat memangnya kerbau itu muncul di tempat ini maka
orang itu pun pasti berada tidak jauh dari tempat sini,
bagaimana kalau kita melanjutkan perjalanan melalui darat
saja ?"
Gadis cantik pengangon kambing itu tidak punya usul lagi
maka kedua orang itu lalu mendarat di tempat itu, sesudah
menyuruh tukang perahu itu pergi mereka berdua dengan
menunggang seekor kambing melakukan perjalanan kedepan.
Belum jauh mereka berjalan mendadak si gadis cantik
pengangon kambing itu menghentikan tunggangannya.
"Cici, kita mau kemana??" tanyanya tiba tiba. Diingatkan
akan hal ini Lie Siauw Ie menjadi melengak, tetapi pikirnya
cepat berputar.
“Wan moay , bukankah kerbau tadi berlari ke sana?"
ujarnya kemudian sembari menunding kearah Utara, “Lebih
baik kita melanjutkan perjalanan kearah sana."
“Benar. ... benar” jawab gadis cantik pengangon kambing
itu sembari mengangguk. "Bagaimanapun juga kita harus
mengadu nasib, bilamana bisa bertemu yah syukur kalau tidak
bertemu dengan melalui berbagai daerah keresidenan di
daerah Tionggoan ini kita bisa menanti sekalian pertemuan di
puncak pertama di daerah Cing Jan pada bulan kelima tanggal
lima yang akan datang."
Baru saja dia selesai berbicara mendadak di atas tanah
ditepi jalan terlihatlah gambar seekor kerbau dengan dua
tanduknya yang runcing menunjuk kearah Utara tanpa terasa
gadis cantik pengangon kambing itu menjerit tertahan,
serunya.
Karya : Chin Hung
aka. Lahirnya Dedengkot Silat
diterjemahkan oleh Tjan Ing Djoe tahun 1969
Upload by Masrizki di Indozone
Ebook by Dewi Kangzusi http://kangzusi.com/
Jilid 15: Penjahat Naga Merah
ClCI, COBA KAU LIHAT APA INI ? ?
Dengan cepat Lie Siauw Ie bungkukkan badannya dan
memeriksa dengan lebih teliti lagi, tampaklah olehnya bahwa
lukisan kerbau itu sedikitpun tak ada tanda tanda yang
istimewa, ujarnya kemudian sesudah berpikir sebentar.
"Aku lihat lukisan ini pasti ada kegunaannya, hanya tak
tahu siapa yang menggambar? Agaknya tanduk kerbau ini
menunjukkan satu arah tertentu, pastilah orang itu
menunjukkan arah sana.
Tidak urung arah yang kita tuju adalah sama mari kita ikuti
saja terus."
Kedua orang itu segera meloncat turun dari punggung
kambing dan melanjutkan perjalanannya dengan berlari
sedang dibelakang mereka berlari mengikuti terus kawanan
kambing tersebut. Dengan wajah mereka berdua yang amat
cantik dan menggiurkan ditambah kawanan kambing yang
menimbulkan suara gemuruh yang menggetarkan seluruh
bumi, tak perduli mereka tiba ditempat manapun pasti
menarik perhatian orang banyak.
Ternyata dugaan mereka tidak salah setelah mengikuti
tanda panah itu ditempat yang menyolok tampak lagi dua
buah gambar tanduk kerbau dan akhirnya disebuah pohon
basar juga tumbuh dengan dedaunan yang amat lebat
terlihatlah sebuah benda putih persegi panjang yang
digantungkan pada ranting dan berkibar tak henti-hentinya
ditiup angin.
Mereka berdua cepat-cepat lari ke sana, setelah dekat
barulah melihat yang semula diduga sebagai benda putih itu
ternyata tak lain adalah kulit pohon yang disayat oleh orang,
sedang diatas pohon itu jelas terlihat beberapa buruf kata
yang ditulis dengan amat jelasnya.
Tulisan itu diukir sedalam beberapa coen hal itu
membuktikan kalau tenaga dalam orang itu sudah mencapai
pada taraf kesempurnaan, si gadis cantik pengangon kambing
itu setelah melihat hal itu diam diam merasa terperanjat
pikirnya.
Tulisan ini jalas ditulis dengan menggunakan ilmu jari Kiem
Kong Cie, jika dilihat dari dalamnya tulisan ini jelas tenaga
dalamnya sudah mecapai pada puncaknya, sekalipun Tia
sendiri belum tentu bisa melakukannya.
Ujarnya kemudian kepada Lie Siaw Ie.
"Cici orang yang meninggalkan tulisan ini pasti merupakan
cianpwee yang berkepandaian tinggi, kalau tidak siapa lagi
yang bisa memiliki kepandaian begitu tinggi ??"
"Wan moay cepat berangkat " Tiba tiba Lie Siauw Ie
berteriak dengan keras.
"Malam ini dikota Tang Yang suhu mau berunding dengan
orang."
Si gadis cantik pengangon kambing menjadi melengak.
"Cici kau bilang apa ?" "Coba kau baca tulisan ini," sen Lie
Siaw Ie sambil menuding kearah tulisan itu.
Waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing baru
memperhatikan tulisan pada kulit pohon itu yang kira kira
bermaksud.
"Malam ini diluar kota Tang Yang Lie Loo jie akan berkelahi
dengan si penjahat naga merah dikuil Siang Liang Sie, cepat
pergi menonton."
Agaknya Lie Siauw Ie tak tahu siapakah si penjahat naga
merah itu, tanyanya kemudian.
"Wan-moay, siapakah si penjahat naga merah itu ??"
"Pada duapuluh tahun yang lalu si penjahat naga merah ini
sudah menggetarkan seluruh dunia kangouw. Pekerjaan
pekerjaan busuk yang dilakukan bukan saja merampok bahkan
membunuh orang semau hatinya. Pada waktu dekat ini tiba
tiba muncul kembali didalam Bulim dan mengganggu banyak
kota besar. Pada dua puluh tahun yang lalu Tia pernah pergi
mencari dia tapi dengan secara tiba tiba dia menyembunyikan
dirinya, tak disangka kali ini bisa bertemu muka kembali,
pertempuran malam ini pasti amat sengit"
"Wan moay kau pernah bertemu dengan orang ini ?" tanya
Lie Siauw Ie kembali.
Si gadis cantik pengangon kambing gelengkan kepalanya
"Jago jago pada dua puluh tahun yang lalu mana mungkin
aku pernah menjumpainya, hanya saja . . . ."
Mendadak didalam benaknya berkelebat kembali bayangan
dari Ang in sin pian itu Cungcu dari Ie He Cang, sambungnya
kembali.
"Hanya saja Cungcu adalah ahli warisnya, apa kau masih
tak mengerti ??"
"Oooh . . . kiranya Cungcu adalah ahli waris dari seorang
penjahat terkenal dari Bu lim, bilamana orang orang
perkampungan tahu masalah ini mereka pasti tidak akan
membiarkan dia merebut kedudukan sebagai Cungcu. Wan
Moay ayoh berangkat, malam ini kita harus bisa melihat
bagaimana bentuk wajahnya itu penjahat naga merah"
Mareka berdua segera membawa kawanan kambingnya
melakukan perjalanan kembali menuju ke kota Tang Yang, tak
sampai dua jam mereka tiba di dalam kota tersebut. Bukannya
mereka langsung menuju ke dalam kota sebaliknya mencari
terlebih dahulu sebuah rumah penginapan diluar kota untuk
beristirahat bahkan menanyakan pula letak kuil Siang Lian Si
yang letaknya kurang lebih dua puluh li diluar kota sebelah
barat itu.
Menanti matahari sudah lenyap dan dibalik gunung berganti
cuaca yaog agak remang remang barulah si gadis cantik
pengangon kambing berpesan kepada si pelayan rumah
penginapan itu:
"Kawanan kambing ini untuk sementara kami titipkan disini,
malam ini kami berdua mau masuk ke dalam kota dan belum
tentu kembali., kalian tak usah menunggu."
Pelayan itu segera menyahut dan melaksanakan apa yang
telah diperintahkan.
Selesai membereskan pakaian serta tidak lupa menggembol
senjata rahasia, sigadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie segera berangkat menuju ke kota sebelah barat dan
dari sana berlari menuju kekuil Siang Lian Si.
Jarak dua puluh li bagi orang yang berkepandaian bukanlah
jauh. Tidak sampai satu jam kemudian sudah terlihatlah
bangunan kuil yang berdiri dengan angkernya dipinggiran
sebuah bukit, bangunan kuil tersebut kelihatan amat kokoh
dan angker sekali, apalagi atapnya yang berwarna merah
darah membuat keadaannya semakin serem.
Dengan cepat mereka berdua berkelebat menuju keluar
kuil, ujar si gadis cantik pengangon kambing kemudian
dengan suara lirih.
"Ayo kita masuk dan melihat apakah Tia sudah tiba?"
"Wan moay, kita harus lebih berhati hati" Ujar Lie Siauw Ie.
"Jikalau si penjahat naga merah itu datang terlebih dahulu dan
sampai di temui oleh dia sekalipun kita turun tangan bersama
belum tentu bisa menangkan dirinya"
"le cici, kau tidak usah terlalu pandang tinggi dirinya" Sahut
gadis cantik pengangon kambing itu tertawa geli. Ini hari bisa
memperoleh kesempatan seperti ini kita harus coba coba juga
kepandaiannya. Saat itu bilamana siauw-moay sudah tidak
kuat kau baru turun tangan membantu. Dengan keganasan
serta kelihayan dari Thian Pian Siauw cu pun kita herdua tidak
ada gunanya harus takuti dia orang? bagaimana hebatnya
kepandaian silat si penjahat naga merah ini siapapun tidak ada
yaag tahu, kemungkinan sekali dia hanya sebuah macan
kertas juga belum tentu."
'Bukannya kita takut padanya, hanya saja didalam
melakukan pskerjaan kita harus selalu berhati hati.
Gadis cantik psngangon kambing itu tertawa kembali, dia
tidak banyak bicara lagi tubuhnya segera amelayang masuk
kedalam kuil dan disusul oleh Lie Siauw Ie dari belakang.
Sesudah masuk kedalam halaman kuil Siang Lian si itu
tampaklah sebuah jalan kecil yang panjangnya beberapa kaki
terbentang di tengah halaman, sedang disampingnya
tumbuhlah pohon pobon siong dengan amat lebatnya,
keadaan begitu sunyi tak terdengar sedikit suarapun, suasana
serta keadaan yang begitu sunyi dan begitu menyeramkan
membuat gadis cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw
Ie merasa di dalam hatinya merasa berdesir juga. Sedang
perasaan tegangpun mulai mencekam tubuh mereka berdua,
langkah kakinya semakin diperingan sedang semua
perhatiannya ditujukan pada gerak gerik disekelilingnya.
Selesai melewati jalan kecil yang amat panjang itu
dihadapannya muncullah sebuah ruang bangunan yang amat
angker dan megah, pintu ruangan tersebut tertutup dengan
rapat, baru saja gadis cantik pengangon kambing itu mau
memberi tahu kepada Lie Siauw le untuk meloncat naik ke
atas atap mendadak dari luar kuil terdengar suara
pembicaraan beberapa orang.
Gadis cantik pengangon kambing itu tidak berani berlaku
ayal lagi, cepat cepat dia menarik tangan Lie Siauw Ie untuk
bersembunyi dibelakang sebuah pohon besar, ujarnya deagan
suara perlahan.
"Ie cici, coba kau dengar, agaknya diluar kuil ada orang
yang sedang berbicara, apakah mungkin Tia atau si panjahat
naga merah sekalian yang sudah datang?"
Lie Siauw Ie hanya gelengkan kepalanya dan
mendengarkan lebih cermat lagi, mendadak pintu kuil terbuka
lebar dan masukklah tiga orang.
Pandangan sigadis cantik pengangon kambing yang lebih
tajam di dalam sekali pandang saja segera bisa melihat kalau
mereka itu adalah si-Thiat sie poa, si siucsy buntung serta si
pengemis pemabok.
Terdengar suara dari si siucay buntung sedang berkata.
'Benar, memang ada disini, dahulu aku masih menganggap
si penjauat naga merah ini adalah seorang lelaki sejati tak
disangka dia bisa melakukan pekerjaan yang mencelakai orang
lain ..'
"Hmmm, jika ini hari kita bertemu muka lagi jangan sampai
membiarkan dia lolos kembali, kepandaian bangsat itu sangat
lihay."
Thiat Sie sianseng tertawa, ujarnya.
"Aku juga. Tidak sampai kentongan ketiga mereka pasti
datang, sejak pertemuan kita setahun yang lalu digunung Wu
san dan si pengemis busuk terluka ditangannya tentu ini hari
kepandaiannya lebih lihay lagi, waktu itu jikalau bukannya aku
mengandalkan gerakan dari Sah cap lak Thian Kang Hwee
Sioe Poo yang punya perubahan aneh dan memancing dia
berlari disekeliling gunung tenteu si pengemis busuk tidak
akan sempat mengobati lukanya dan meloloskan diri dari
sana"
Dia berhenti sebentar kemudian sambungnya lagi.
"Jika ditinjau dari keadaan seperti ini lebih baik kita jangan
berhadapan secara langsung dengan dia. Untung saja ini hari
bertambah dengan Lie Loo jie seorang sehingga kedudukan
kita lebih menguntungkan."
"Ha la ha . . . tidak disangka sie poa rongsokanmu itu
masih mempunyai pikiran untuk membokong orang, sungguh
aneh, sungguh sangat aneh ..."
Mendengar omongan itu Thiat Sie sienseng tertawa
terbahak bahak.
"Si penjahat naga merah mencelakai orang terlebih dahulu
sehingga membuat para hidung kerbau itu mengejar kita terus
menerus bilamana ini hari kita bisa menguasai dia dengan
menggunakan akal, aku kira hal ini tidak melanggar peraturan
Bu lim.
Saat itu mereka sudah berjalan sampai didepan pintu
ruangan yang amat megah itu. Gadis cantik pengangon
kambing maupun Lie Liauw Ie sekarang baru tahu kiranya
toosu toosu Bu tong pay bisa cari mereka untuk balas
dendam, hal ini dikarenakan fitnahan dari si penjahat naga
merah, tidak aneh kalau mereka mau cari si penjahat naga
merah untuk mencari balas.
Ketiga orang itu setelah mengetahui pintu ruangan tertutup
rapat, masing masing saling memandang sekejap, setelah itu
tampak si siucay buntung yang pertama tama menutulkan
ujung kakinya yang tinggal sebelah melayang ke atas atap
rumah disusul si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng
dan bersembunyi di balik wuwungan rumah.
Dengan tidak mengucapkan sepatah katapun si gadis cantik
pengangon kambing itupan menutulkan kakinya dan meloncat
naik keatas rumah untuk selanjutnya bersembunyi dibalik
wuwungan rumah.
Lie Siauw Ie yang melibat gadis cantik peengangon
kambing ikut meloncat naik, diapun siap siap meloncat pula,
siapa tahu mendadak dari luar kuil terdengar suara dengusan
kerbau yang amat berat, seketika itu juga membuat dia
melengak, pikirnya,
"Ternyata dia datang juga, ternyata dia dalangnya juga"
Di dalam hati Lie Siauw Ie terus menerus memikirkan diri
Liem Tou dengan sendirinya terhadap manusia misterius itu
diapun menaruh perhatian penuh, kini mendengar suara
dengusan dari seekor kerbau sudah tentu membuat pikirannya
segera berubah.
Bukannya dia ikut meloncat naik keatas wuwungan rurmh
sebaliknva malah berlari keluar dari kuil, tidak salah lagi
kurang lebih beberapa kaki diluar kuil berdirilah seekor kerbau.
Cepat cepat Lie Siauw Ie berlari mendekat ke arah kerbau
tersebut, tetapi pada saat yang bersamaan pula kerbau itu
mendadak putar tubuh dan lari dari sana
Lie Siauw Ie menjadi gusar, bentaknya nyaring
"Binatang, kau mau lari kemana?"
Dengan cepat dia kerahkan tenaga dalamnya untuk
mengejar dari belakang, siapa tahu larinya kerbau itu makin
lama semakin kencang semakin cepat, lama kelamaan Lie
Siauw Ie yang mengejar dari belakang semakin mengejar
semakin menjauhi kuil itu.
Lie Siauw Ie menjadi amat gemas, dengan cepat dia
mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya dengan "Liu Im Hui
Sie atau terbang layang mengitari selat dari kitab pusaka Toa
Loo Cin Keng, laksana bertiupnya angin kencang dia mengejar
lebih cepat lagi kearah larinya kerbau itu.
Agaknya kerbau itu mendengar adanya sambaran baju
dibelakangnya, terdengar dia mendengus berat mendadak
larinya dua kali lipat lebih cepat dari semula, membuat Lie
Siauw-Ie sikali lagi ketinggalan lebih jauh.
Lie Siauw Ie menjadi amat gusar, dengan cepat dirautnya
segenggam senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam dan disambit
dengan dahsyatnya kearah kerbau itu.
Siapa tahu seperti juga dibelakang punggungnya ada mata,
mendadak kerbau itu putar tubuhnya dan menyusup ke
sebelah kiri, hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap
ditengah gerombolan pohon.
Sekali lagi Lie Siauw Ie membentak dengan keras tubuhnya
dengan cepat ikut menyusup ke dalam semak semak itu,
tetapi pada waktu itulah kerbau tersebut sudah lenyap tanpa
bekas.
Tanpa terasa lagi dia menundukkan kepalanya dengan
lemas, dalam bati dia tahu sekalipun mengejar juga tiada
guna karenanya segera dia putar tubuh siap kembali ke arah
kuil Siang Lian Si.
Mendadak... suara rintihan yang amat perlahan
berkumandang datang dari sebelah kirinya. Lie Siauw Ie
menjadi amat heran, cepat-cepat dia mencari dimana
berasalnya suara tersebut. Belum sampai puluhan kaki dia
berjalan terlihatlah sesosok tubuh menggeletak di atas tanah,
sedang kerbau tersebut berdiri disamping tubuhnya dan
makan rumput dengan amat tenangnya.
Dalam hati Lie Siauw Ie hanya merasakan hatinya tergetar
amat keras, pikirnya.
"Apakah orang ini adalah manusia misterius itu?
Dengan meminjam sinar bintang yang memancarkan
sinarnya remang remang dia pandangi wajah orang itu lebih
teliti lagi, mendadak dia menjadi amat terperanjat, teriaknya.
"Adik Tou, kau . . . kau . . . bagaimana kau berada disini ?"
Tapi . . . tiba tiba bayangan sewaktu Liem Tou jatuh ke
dalam jurang di bawah Jembatan pencabut nyawa terbayang
kembali didalam be naknya, teriaknya lagi.
"Oooh .... adik Tou, kau sungguh sungguh tidak mati, kau
sungguh tidak mati ??? Bagaimana kau bisa lolos dari maut ? ?
"
Sambil berteriak serta merta tubuhnya menubruk ke dalam
pangkuan Liem Tou yang sedang berbaring di atas tanah,
sedang air mata mengucur keluar dengan amat derasnya.
"Oooh Ie cici, kau ? Aku sudah naik ke atas Ie Hee Cung
tapi disana aku tak melihat kau, kiranya kau berada disini . .
"Kau sudah naik ke Ie Hee Cung?" Potong Sie Siauw Ie
cepat. Apa kau telah bertemu dengan ibuku "
Perlahan lahau Liem Tou bangun dan duduk kembali,
mendadak Lie Siauw Ie melihat sinar matanya amat tajam
sekali bahkan amat berbeda dengan setahun yang lalu tanpa
terasa dia jadi tertegun, pikirnya.
"Apakah didalam satu tahun ini adik Tou betul betul sudah
barhasil melatih ilmu silatnya ? Kalau tidak bagaimana sinar
matanya bisa begitu tajam dan bersinar ? ?"
Waktu ini Liem Tou sedang memandangi wajah Lie Siauw
Ie dengan terpesona agaknya dia mau mengucapkan sesuatu
mandadak dibatalkan kembali.
Melihat perubahan wajahnya itu dalam hati Lie Siauw Ie
merasa berdesir, teriaknya.
"Adik Tou kenapa kau tidak mau berbicara?? Ibuku kenapa
?"
Sekali lagi Liem Tou dibuat ragu ragu oleh pertanyaan ini.
akhirnya sahutnya sambil mengangguk.
"Aku sudah bertemu dengan beliau, dia sekarang masih
sehat waalfiat."
Agaknya Lie Siauw Ie bisa mepercayai perkataanaya ini,
terdengar dia bertanya kembali.
"Adik Tou. bagaimana kau bisa berbaring disini seorang diri
???"
"Sesudah aku naik ke atas gunung Ha Mo san dan mencari
kau dimana mana tidak disangka ditengah jalan sudah
bertemu dengan kerbau ini, agaknya dia masih ingat dengan
majikannya melibat aku ada di sana segera dia berjalan
mendekati aku demikianlah dengan menunggang kerbau ini
aku bisa berkelana ke mana mana, setiap kali aku bertemu
dengan orang pasti kutanyakan apakah sudah bertemu
dengan kau, siapa tahu larinya kerbau ini lebih cepat beberapa
kali lipat dari dahulu karena saking lelahnya tak terasa aku
sudah tertidur ditempat ini"
Liem Tou sama sekali tak bicara jujur Kiranya dia yang
sudah mempelajari ilmu dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok" di
ruangan sumur kering itu dia tidak memperoleh suatu
kesukaran apa apa dikarenakan dia pernah mempelajari ilmu
silat dari kitab pusaka "Toa Loo Cin Keng' ditambah lagi
latihan tenaga dalamnya sewaktu berada di gua gelap diatas
puncak Ngo Lian-Hong memberikan dasar yang amat bagus
buat dirinya, karena itu tak sampai sebulan lamanya dua jalan
darahnya sudah berbasil ditembusi sehingga kepandaiannya
pun bertambah lipat ganda
Ketika mencapai setahun lamanya baik tenaga dalam
maupun ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai taraf
paling atas. diapun dengan tekun mempelajari isi dsri kitab
pusaka "Toa Loo Cin Keng" sehinggi tanpa dia sadari ilmu
silanya sudah mencapai pada tingkatan paling atas dan boleh
dikata sudah terhitung sebagai jago nomor wahid di dalam Bu
lim.
Sebetulnya kitab pusaka To Kong Pit Liok ini berisikan
ajaran rahasia dari ilmu silat ting atas, mana mungkin Lem
Tou bisa berbasil menguasai seluruh isinya hanya di dalam
satu tahun saja ? ? Dikarenakan di dalam batinya dia terus
menerus merindukan diri Lie Siauw Ie walaupun dia benar
benar belum menguasai dari kitab pusaka "To Kong Pit Liok"
dia keluar juga dari dasar sumur kering itu.
Waktu itu suasana didalam bangunan tersebut amat sunyi
sekali, setelah diperiksa sekali disekitar tempat itu pada
sebuah ruangan kamar ditemuinya sesosok mayat yang kini
tinggal tulang belulangnya saja, dia tahu tengkorak itu pasti
tengkorak wanita yang memberi tahukan tempat disimpannya
kitab pusaka "To-Kong Pit Liok" itu. bahkan dirinya sudah
menyanggupi untuk mencarikan puteranya dan beritahukan
siapakah musuh besarnya.
Dia berdiam beberapa waktu lamanya di dalam ruangan itu,
mendadak dibagian dada tengkorak tersebut kelihatan
tertinggal sebuah lempengan perak, cepat cspat dipungutnya
benda itu.
Terlihatlah psda sebuah lempengan perak itu terukir
sebuah gambar burung hong yang berkaki tunggal, dia tidak
tahu apa maksud gambar itu dengan perasaan heran
disimpannya benda itu ke dalam saku lalu keluar dari sana.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya hanya di
dalam sekejap mata dia telah sampai disamping sungai
dibawah gunung Wu san itu.
Waktu itu cuaca sudah menunjukkan tengah malam,
dikarenakan gembira dan inginnya segera berjumpa dengan
Lie Siauw Ie secepat mungkin membuat dia sedikit lupa
daratan suara suitan panjang segera memecahkan kesunyian,
dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya Liem Tou
berlari mengikuti tepian sungai, hanya terlihat bayangan hitam
ysug berkelebat dengan cepatnya, dalam sekejap mata saja
lima puluh li sudah dilalui tanpa terasa.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
amat cepat inilah didalam satu malam dia sudah menempuh
suatu perjalanan yang jauh sekali, pada keesokan harinya dia
telah berada didalam kota Ciang Kong dibawah gunung Cing
Jan.
Tanpa beristirahat lagi dia melanjutkan perjalanannya
menuju ke atas gunung Ha Mo San.
Dengan kepandaian siat yang dimiliki sekarang ini untuk
melewati ketiga rintangan bahaya itu sudah tentu tidak
dipandang sebelah matapun olehnya, hanya didalam satu kali
loncatan rintangan maut itu: Sungai Kematian, Tebing maut
serta Jembatan pencabut nyawa sudah dilalui tanpa susah
susah.
Hari itu juga dia sudah tiba di perkampungan Ie Hee Cung
di atas gunung Ha Mo Leng, dengan kecepatannya gerakan
waktu ini sudah tentu tak seorang pun yang merasa akan
kunjungannya ini.
Pertama tama dia berlari menuju ke rumahnya Lie Siauw
Ie, ketika dilihatnya pintu maupun jendela dikunci dengan
amat rapatnya tanpa disadari dia sudah berdiri tertegun.
Sekalipun dia sudah mencarinya diseluruh pelosok
perkampungan itu jangan dikata Lie Siauw Ie serta ibunya
sekalipun bayangannya pun tak kelihatan, di dalam keadaan
yang apa boleh buat terpaksa dia harus munculkan diri untnk
bertanya kepada seorang rakyat dari perkampungan.
Ketika orang itu melihat kalau yang muncul adalah Liem
Tou walaupun didalam hati dia merasa heran tetapi dengan
sejujurnya mau juga dia menceritakan keadaan yang telah
terjadi atas diri Lie Siauw Ie serta ibunya.
Pada waktu diketahuinya bagaimana Lie Siauw Ie mengikuti
dirinya terjun ke dalam jurang di bawah Jembatan pencabut
nyawa, kemudian ibunyapun ikut binasa karena sedihnya,
untuk beberapa waktu lamanya hampir hampir dia dibuat
jatuh pingsan. Demikianlah sejak hari itu dia tentulah
menangis dengan amat sedihnya didepan kuburan ayahnya.
Karena kejadian itu setiap malam rakyat dari
Perkampungan Ie Hee Cung tentu mendengar adanya suara
tangisan seseorang yang tidak di arah munculnya sehingga
membuat seluruh perkampungan menjadi gempar, tetapi Liem
Tou tidak ingin diketahui kemunculannya disana karenanya
hingga saat ini seluruh rakyat dari perkampungan masih
menganggap peristiwa tersebut sebagai suatu teka teki.
Tiga hari kemudian perasaan masgul yang mengganjal hati
Liem Tou sudah agak mengendor, Waktu itulah dia baru
meninggalkan gunung Ha Me Leng. Disebabkan diapun
mendengar kalau sigadis cantik pengangon kambing ikut
terjun bersama sama Lie Siauw Ie, di didalam hati segera
mengambil keputusan untuk naik keatas gunung Go bie.
Didalam perjalanan ini dia mendengar adanya perampokan
perampokan yang amat dahsyat didalam Bu lim, membuat
hatinya semakin mendendam pada orang orang yang
bermaksud jahat.
Diapun heran kenapa siapa s'cangkul pualam Lie Sang
sebagai seseorang dedengkotnya Bu lim hanya berpeluk
tangan saja didalam peristiwa ini.
Karena itulah sewaktu dia tiba diatas gunung Go bie
dengan kata kata pedas dia membuat Thian Pian Siauw cu
menjadi jengkel dan pergi dari sana, kemudian
menghadiahkan intan dan membawa pergi kerbaunya,
disampmg itu mencuri lempengan besi milik Lie Loo jie untuk
mancing dia muncul kembali dalam Bu lim.
Karena tak ingin muncul kembali diantara Lie Loo jie
sekalian makanya sewaktu berada dikuil Siang Lian si dia
hanya memancing Lie-Siauw Ie seorang saja untuk bertemu
dan melepaskan rindunya.
Sekalipun saat ini Liem Tou tak mau bicara terus terang
sehingga membuat Lie Siauw Ie menaruh sedikit perasaan
curiga karena cintanya kepadanya membuat dia tidak mau
pikirkan hal ini lagi di dalam hatinya, dia hanya menganggap
dikarenakan banyaknya musuh di dalam Bulim memang
seharusnya dia sedikit menyembunyikan kepandaian silatnya.
Kini berganti Lie Siauw Ie yang menceritakan kisahnya
bagaimana dia ditolong oleh gadis cantik pengangon kambing
kemudian mengangkat Lie Loo jie sebagai suhunya dan
berhasil mempelajari isi dari kitab pusaka Toa Loo Cin Keng,
lalu bagaiman mereka dipancing oleh seorang manusia
misterius sehingga terpaksa turun gunung.
Selesai mendengar kisahnya ini mendadak Liem Tou
menjerit keras.
"Oooh Ie cici, kenapa tidak kau katakan sejak tadi?
Pertempuran antar dua jago Bu lim yang memiliki kepandaian
silat yang amat tinggi pasti menarik sekaii, ayoh kita
berangkat"
Lie Siauw Ie angkat kepalanya memandang terlebih dulu
keadaan cuaca, setelah diketahui waktu itu sudah
menunjukkan kentongan yang kedua dan takut gadis cantik
pengangon kambing mencari dia ditempat lain, sahutnya.
"Baiklah ayoh kita berangkat"
Mereka berdua segera berjilan keluar dian-tara semak
semak, terlihatlah kerbau itu mengikuti dengan tenangnya dari
belakang.
"Entah bagaimana kerbau itu bisa berubah menjadi amat
cerdik dan sakti" ujar Liem Tou lagi. "Ayoh kita naiki saja"
"Sungguh!" seru Lie Siauw Ie ragu, karena dia sudah dua
kali melihat gerak gerik yang aneh dari kerbau itu "Apa ada
kalanya dia meninggalkan dirimu seorang diri?''
Dalam hati diam diam Liem Tou merasa geli, dia tahu tentu
dalam hatinya sudah menaruh perasaan curiga, dengan wajah
yang kebingungan ujarnya. "Cici bagaimana kau bisa bertanya
begini? aku kira dia akan pergi sendiri sewaktu aku tertidur
pulas, kecuali itu dia belum pernah meninggalkan samping
tubuhku"
Lie Siauw Ie diam diri tidak berbicara lagi, demikinlah
kedua orang itu segera naik keatas punggung kerbau dan
melarikannya memenuju ke kuil Siang Lian Si.
Sesampainya di depan kuil, terlihatlah suasana di sekeliling
tempat itu masih tetap sunyi senyap saja, ujarnya dengan
suara perlahan.
"Adik Tou, entah mereka sudah datang atau belum? Lebih
baik gerak gerik kita sedikit berhati hati"
Liem Tou mengangguk tanda setuju, sesudah meloncat
turun dari tunggangannya dia menepuk punggung kerbau itu.
"Sana pergi sendiri!"
Kerbau itu seperti juga mengerti atas perkataannya,
dengan mendengus perlahan dia meninggalkan tempat itu.
Sesudah memasuki pintu kuil mendadak Lie-Siauw Ie
berkelebat melanjutkan langkahnya dengan bersembunyi
dibalik pohon pohon siong. Liem Tou pun segera mengikuti
dari belakangnya.
Terdengar suara yang perlahan ujar Lie Siauw Ie:
"Wan-moay menguntit diri Tionggoan Sam-Koay menuju
kebelakang ruangan ketika dia tidak tampak diriku hatinya
tentu sedang risau dan bingung."
Dengan ketajaman telinga Liem Tou saat ini mendadak dia
dapat mendengar dibalik tembok ada orarg yang sedang
berbicara dengan suara perlahan, ketika di dengar lebih teliti
lagi dia baru tahu itu adalah suara dari Tioag-goan Sam Koay
pikirnya
Si pengemis pemabok sudah pernah bertemu dengan aku
ketika masih berada digunung Wu san, walaupun saat itu dia
sedang pusatkan perhatiannya untuk menyembuhkan luka
dalamnya tapi dia tahu atas kehadiranku, jika aku munculkan
diriku saat ini maka rahasiaku pasti akan kebongkar saat ini
juga, untuk mengelabui orang lain akan menjadi lebih sukar
lagi.
Berpikir akan hal ini segera ujarnya kepada Lie Siauw Ie.
'Cici kau pergilah kesana, coba lihat dia bersembunyi
dimana, biariah aku bersembunyi disini saja untuk menanti
Kedatangan cici" Lie Siauw Ie segera mengangguk, tampak
tubuhnya dengan amat ringan melayang naik keatas
wuwungan kemudian berlari menuju ke halaman belakang.
Liem Tou yang melihat gerak gerik Lie Siauw Ie amat
ringan dan memang jauh berbeda dengan setahun yang lalu di
dalam hati diam diam ikut bergembira juga, segera dia tidak
mau berdiam diri dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuh tingkat tinggi berkelebat mengikuti dengan kencang dari
belakangnya.
Liem Tou yang sudah ada diatas wuwungan rumah hanya
dalam sekali pandangan sudah melihat kalau Tionggoan Sam
Koay bersembunyi di balik wuwungan rumah sebelah belakang
dan saat ini sedang guyon, sedang gadis cantik pengangon
kambing bersembunnyi dibalik tembok kurang lebih tiga kaki
dari tempat persembunyian Tionggoan Sam Koay, saat ini dia
sedang melihat ke kanan melihat ke kiri dengan bingungnya.
Liem Tou tahu waktu ini dia pasti sedang risau karena Lie
Siauw Ie tak mengikuti dirinya.
Pada saat itulah Lie Siauw Ie sudah muncul disana, gadis
cantik pengangon kambing itu menjadi semakin bingung
dibuatnya mau panggil takut tempat persembunyiannya
diketahui tidak memanggil tidak mungkin.
Mendadak si siucay buntung membentak dengan amat
keras.
"Siapa yang datang 7"
"Aduh celaka " Pikir gadis cantik pengangon kambing di
dalam hati. Bila ditemui oleh mereka kita pasti celaka"
Terlihatlah tubuh Lie Siauw Ie berkelebat dengan amat
cepatnya, laksana dengan seekor kucing dengan lincahnya
sudah meloncat turun dari atas wuwungan dan bersembunyi
dipojokan yang gelap
Tampak tiga sosok bayangan berkelebat Tionggoan Sam
Koay sudah muncul diatas atap rumah dan mulai memeriksa
disekeliling tempat itu.
Terdenngar si siucay buntung dengan nada keheranan
sedang berkata.
"Terang terangan aku dengar suara langkah manusia,
bagaimana melihat orangnya?"
"Perkataan dari kau si siucay buntung sedikit pun tidak
salah," sambung si pengemis pemabok. "Apa mungkin si
penjahat naga merah atau Lie Loo jie?
Mendengar perkataan dari si pengemis pemabok ini tanpa
terasa mereka bertiga sudah putar tubuhnya kembali dan
berdiri bersama sama, saat ini dengan saling pandang
memandang berdiri melongo disana.
Liem Tou yang melihat keadaan mereka segera tahu,
tentunya setelah merasakan pahit getirnya sewaktu melawan
si penjahat naga merah digunung Wu san mereka sudah tahu
kelihayannya dan tidak berani berlaku gegabah. Diam diam
didalam hati merasa geli juga kepingin sekali dia melihat
dengan cara bagaimana mereka bertiga mau menghadapi diri
si penjahat naga merah itu.
Berpikir sampai disini Liem Tou tidak mau berpikir panjang
lagi, segera dia meninggalkan tempat itu untuk bersembunyi
diatas pohon siong.
Kentongan ketiga dengan cepat menjelang, tiba tiba dari
dalam kuil Siang Liap si berkumandang suara genta yang
dipukul bertalu talu
Dengan perlahan pintu ruangan tengah terbuka dan muncul
puluhan Hweesio gundul dari dalam, masing masing pada
merangkap tangannya didepan dada, semangatnya tinggi dan
mempertahankan keangkeran dari wajahnya masing masing.
Terakhir muncullah seorang Hweesio tua yang kurus kering
seperti lidi dengan kulit badan hitam gelap.
Sesampainya di depan pintu kepalanya yang semula
ditundukkan rendah rendah tiba tiba di angkat keatas dan
memancarkan sinar yang tajam memandang kesekeliling
tempat itu kemudian disusul dengan suatu senyuman yang
amat dingin menghiasi bibirnya.
Dalam hati Liem Tou merasa tergetar amat keras, pikirnya.
"Ini sungguh amat aneh, dengan ketajaman mata dari
Hwiesio tua ini boleh dikata kepandaian silatnya sudah
memcapai taraf kesempurnaan, bagaimana didalam Bulim
tidak pernah terdengar namanya?"
Belum selesai dia berpikir mendadak dari luar kuil muncul
sesosok bayangan hitam yang berkelebat dengan amat
cepatnya menuju kearah kuil, setiap lompatannya bisa
mencapai puluhan kaki jauhnya bahkan secara samar samar
terdengar suara dengusan kerbaunya yang amat nyaring. Liem
Tou tahu orang ini pasti Lie Loo jie atau diri si penjahat naga
merah, dengan sendirinya diapun ikut bersiap diri.
Gerakau orang itu amat cepat sekali, hanya di dalam
sekejap mata dia sudah memasuki pintu kuil, waktu inilah
Liem Tou baru bisa melihat jelas kalau orang itu tidak lain
adalah si penjahat naga merah. Tampak tubuhnya yang kokoh
kekar begitu masuk ke dalam kuil segera jatuhkan diri berlutut
dihadapan Hweesio berwajah hitam itu.
Belum sampai tubuh penjahat naga merah itu mencapai
permukaan tanah Hweesio tua itu sudah kebaskan tangannya
"Tidak perlu!"
Sedang matanya diam diam mulai memberi tanda kepada si
penjahat naga merah ita, ujung jarinya dengan gerakan cepat
menunjuk keatas wuwungan rumah.
Melihat kelakuannya itu Liem Tou merasa hatinya tergetar
amat keras, dia tahu Hwsesio tua itu amat lihay sekali dan kini
sedang memberi tahu tempat persembunyian dari gadis cantik
pengangon kambing. Lie Siauw Ie beserta Tionggoan Sam
Koay.
Dengan gugup dia mengerahkan kepandaian saktinya,
dengan ilmu untuk menyampaikan suara, ujarnya kepada
orang orang itu.
"Hwesio kurus berwajah hitam itu smat lihay. Dia sudah
tahu tempat persembunyian kalian, cepat cepat menyingkir
dan jangan berlaku gegabah"
Baru saja selesai berbicara suara dengusan kerbaunya
berkumandang kembali, tampak sesosok bayangan hitam
bsrkelebat hanya didalam sekejap mata saja sudah memasuki
pinta kuil.
"Hmmm .. . sungguh lihay sekali" puji Liem-Tou di dalam
hati.
Terdengar Hweesio kurus berwajah hitam berbisik bisik
kepada si penjahat naga merah.
"Dia sudah datang, kau harus hadapi dirinya sebaik
mungkin."
Si penjahat naga merah sedikit mengangguk, mendadak dia
tertawa panjang dengan amat kerasnya sehingga
menggetarkan seluruh bumi, ujarnya keras.
"Loolap menanti kedatangan dari Lie sicu!" Baru saja dia
selesai berkata, tampak sesosok bayangan abu abu
berkelabat, si cangkul pualam Lie Sang dengan dandanan
seorang petani sudah muncul disini, sahutnya.
"Hey penjahat naga merah kau sungguh lihay sekali, apa
yang disiarkan dalam Bu lim agak nya bukanlah omongan
kosong belaka. disini aku Lie Loo jie beri hormat terlebih dulu
"
Selesai berkata dia merangkap tangannya memberi hormat
bersamaan pula mataaya berkelebat memandang keadaan
disekeliling tempat itu.
Mendadak matanya berhenti diatas tubuh Hweesio tua
berwajah hitam itu, air mukanya segera berubah amat hebat.
Kelihatannya dia dibuat terkejut oleh ketajaman matanya.
Lama sekali dia baru terdengar dia buka mulut berkata.
"Tolong tanya apakah Thaysu adalah Thiat-Bok Taysu yang
pernah menggetarkan Bu lim pada tiga puluh tahun yang
lalu??
Hweesio kurus berwajah hitam itu membuka sedikit
matanya kemudian dipejamkan kembali.
"Kalau kau sudah tahu Loolap pada tiga puluh tahun yang
lalu sudah punya nama tentu kau akan melaporkan diri
sebagai boanpwee. kenapa tidak berlaku hormat?" serunya
dengan dingin, "Kau apa tidak tahu kuil Siang Lian si ini adalah
tempat semediku selama tiga puluh tahun ini, selamanya aku
tidak akan membiarkan manusia semacam kau masuk disini
dengan seenaknya."
Si pacul pualam Lie Sang ketika melihat dia memaki dirinya,
sekalipun tahu kelihayannya tapi dalam hati merasa mengkel
juga, baru saja mau balas memaki mendadak dari ujung kuil
berkelebat sesosok bayangan putih, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ia sudah muncul dihadapannya.
Gadis cantik pengangon kambing itu mana tahu kelihayan
dari Thiat Bok Thaysu, lantas dia tertawa dingin balas
makinya.
Hmmm, namamu tidak sesuai dengan sebutannya, apa itu
Thiat Bok Thaysu segala macam.
Hnmm, tidak lebih hanya manusia pandai bicara besar.
Bilamana bukannya ayahku diajak bertanding dengan
muridmu yang suka merampok si penjahat naga merah, kami
tidak akan menginjak tempatmu yang menyeramkan ini."
Si pacul pualam Lie Sang sama sekali tidak menduga kalau
gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie bisa
muncul ditempat itu, segera makinya.
"Wan jie, Ie jie kenapa kalian juga datang?? bukankah
sebelum aku pergi sudah memberi tahu padamu untuk jangan
turun gunung???"
Waktu itulah si penjahat naga merah sudah membentak
dengan amat gusar.
"Budak darimana berani mengacau disini!"
Sebelumnya si gadis cantik pengangon kambing sudah siap
mau menjawab perkataan ayahnya, kini mendadak mendengar
si penjahat naga merah itu memaki dirinya dia menjadi
jengkel, bentaknya keras
"Kau bajingan perampok, aku suruh kau gelinding terlebih
dulu dari sini!'
Mendadak tubuhnya dengan kectpatan luar biasa
menerjang ke depan melancarkan serangan dahyat mengarah
lambung si penjahat naga merah itu, melihat datangnya
serangan, si naga merah tidak menjadi gugup, dia membetak
keras ujung bajunya dikebut ke depan mendadak dengan
disertai angin pukulan yang amat santar balas menyerang diri
gadis cantik pengangon kambing itu.
Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat terperanjat,
belum sempat dia membentak untuk putrinya berkelahi, dari
atas atap mendadak berkelebat angin pukulan yang amat
dahsyat menahan datangnya serangan dari penjahat naga
merah itu kemudian disusul munculnya si siucay buntung, si
pengemis pemabok serta si Thiat sie siaaseng tiga orang.
Baru saja mereka bertiga muncul terdengar si siucay
buntung sudah memaki sambil menuding karah penjahat naga
merah.
"Kau mau bermusuhan dengan Lie Loo-cianpwee dari partai
Toen si pay, kami tidak mau ikut campur, tetapi ini hari kita
harus selesaikan hutang-hutang kita lebih dulu terang
terangan Ciangbunjin dari Bu tong pay Leng Cing-Cu sudah
dibinasakan dibawah tanganmu kenapa kau memfitnah orang
lain ?? Kenapa kau menuduh kami sehingga hidung hidung
kerbau itu pada mencari kami . . . apa ini termasuk peraturan
Bu lim ? ?"
Si penjahat naga merah ketika melihat yang muncul adalah
si siucay buntung bertiga segera tahu kalau mereka bertiga
bukanlah tandingannya sendiri, sama sekali dia tak mau
menggubris mereka, kepada Lie Loo jie ujarnya,
"Hey orang she-Lie, kau adalah pimpinan Bu-lim pada
waktu ini Loolap ikut merasa gembira, tetapi omonganmu
harus sedikit genah, kau bilang perampokan perampokan yang
sudah terjadi didaerah Tionggoan adalah perbuatanku bahkan
menganjurkan jago jago didalam Bu-lim memusuhi aku, aku
mau tanya kau berdasarkan apa bisa ngomong begitu ? Dan
apa kamu tahu kalau itu pekerjaan dari Loolap ?"
"Ha ha ha ha . . . nama dari si penjahat naga merah
siapapun telah mengenal, selamanya sesudah melakukan
perampokan tidak pernah meninggalkan kehidupan bahkan
meninggalkan ular merah sebagai tanda perampokan.
Perampokan yang telah terjadi baru baru ini semuanya ada
tanda ular merah coba kau pikir jika bukan kau yang berbuat,
siapa lagi ?".
"Tidak salah pada dua puluh tahun yang lalu aku pernah
melakukan pekerjaan itu. Bantah si penjahat naga merah itu
Tetapi dua puluh tahun kemudian apa kau berani pastikan aku
yang melakukan pekerjaan itu ? Kau berani pastikan tidak ada
orang yang meminjam namaku ?"
Si cangkul pualam Lie Sang yang melihat dia mau mungkir
terus menjadi amat gusar.
"Pinjam namamu atau tidak aku Lie Loo jie tidak mau tahu,
ini hari kita sudah bertemu muka disini, sedikit dikitnya aku
harus basmi kau dari muka bumi."
Liem Tou yang mendengar perkataan ini diam diam memuji
:
"Bagus, seharusnya memang begitu."
Si siucay buntung yang melihat selama ini perkataannya tak
digubris tak merasa menjadi gusar juga, mendadak
bentaknya.
"Bajingan perampok, lebih baik kita bereskan perhitungan
kita terlebih dahulu."
Kipas ditangannya dengan disertai angin sambaran yang
dahsyat menyambar ke depan, bersama pula teriaknya kepada
kawan kawan lainnya
"Hey pengemis busuk, Sie poa rongsokan mari terjang."
Si pengemis pemabok maupun Thiat sie sian iseng tidak
mau berayal lagi, tongkat Tah Kauw Pang serta Sie poa
besinya dengan menerjang dari sebelah kiri dan kanan
bersama sama menerjang ke arah musuhnya.
Melihat datangnya serangan gabungan itu penjahat naga
merah seperti tak melihat sepasang dari sebuah ujung
bajunya yang dikebut kedepan sedang tubuhnya meloncat
mundur dua tiga kaki kebelakang, agaknya dia tidak ingin
bertempur melawan mereka.
Pada saat inilah hweesio berwajah hitam yang bernama
Thiat Bok Thaysu merangkap tangannya memuji pada
Buddha.
"O-min to hud"
Suarananya walaupun tidak keras tapi di dalam
pendengaran masing masing terasa bagai auman singa yang
amat keras sehinhga menggetarkan hati masing masing.
Liem Tou yang sudah mempelajari ilmu sakti sudah tentu
tidak sampai terpengaruh oleh suara itu, tapi diam diam
diapun merasa terperanjat juga oleh kedahsyatan ilmu itu,
pikirnya.
"Bilamana orang ini ikut campur di dalam pertempuran ini,
bukan saja Tionggoan Sam-Koay bukan tandingannya
sekalipun Lie Loo jie sendiri belum tentu bisa memperoleh
kemenangan dari dirinya"
Berpikir sampai disini tanpa terasa lagi seluruh
perhatiannya sudah dipusatkan pada diri Thiat Bok Thaysu,
asalkan dia perlihatkan sedikit gerak gerik maka Liem Tou
bersiap siap turun tangan untuk menolong orang.
Terdengar si siucay buntung sudah membentak kembali.
"Hay bajingan perampok jangan lari aku dengar kau pernah
menggetarkan dunia kangouw dengan mengandalkan cambuk
Cie lion pian, ini hari aku ingin menjajal kepandaianmu
didalam permainan cambuk Cie liong pian ini."
Selesai berkata dengan suara yang lebih dipertinggi
teriaknya.
"Pengemis busuk, Sie poa rongsokan ayo serang, hey
bajingan perampok cepat cabut senjatamu!"
Selesai berkata ujung kakinya yang tinggal sebelah sedikit
menutul keatas permukaan tanah kipasnya dengan
menggunakan jurus "Thian-Way Lay Im" atau luar langit,
muncul mega menyerang bawah ketiak dari naga merah itu.
Si pengemis pemabok maupun Thiat Sie Sian seng tidak
akan membiarkan si siucay buntung akan bertempur satu
lawan satu dengan penjahat naga merah itu, mereka berdua
cepat cepat maju menyerang kedepan.
Si penjahat naga merah yang dua kali dikerubuti kini benar
benar dibuat gusar oleh tingkah laku mereka itu, tubuhnya
dengan cepat berputar dua jari tangan kirinya dengan
dahsyatnya.
Menjepit datangnya serangan kipas dari si siucay buntung,
sedang telapak kanannya dengan melancarkan dua serangan
berturut turut menyambut datangnya serangan dari si
pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng hanya di dalam
sekejap mata dia harus menahan serangan dari tiga jago
berkepandaian tinggi dari Bu lim kelihatannya sedikitpun tidak
merasa berat.
Mendadak Thiat Bok Thaysu mementangkan matanya lebar
lebar, dengan suara yang berat bentaknya.
"Tahan, kuil Siang Lian Si ini bukan tempat untuk
bertempur".
Si penjahat naga merah yang mendengar perkataan itu
dengan cepat menarik kembali serangannya dan meloncat
kebelakang.
"Benar hey orang she Lie, bentaknya mendadak. Kau tidak
perlu menggunakan dengan menunjuk ketiga manusia aneh
ini untuk bertempur terlebih dulu dengan aku Hmm. .. hmm. .-
jangan harap kau bisa memperolah keuntungan dari
kelicikanmu ini.
Si cangkul pualam Lie Sang menjadi amat gusar sekali.
"Bajingan perampok naga merah kau tidak usah
memnfitnah orang dengan kata kata itu, Tionggoan Sam Koay
adalah lelaki sejati tidak mungkin mereka mau diperalat orang
lain. Kau sendiri yang sudah melakukan kecurangan dengan
memfitnah mereka kini malah bilang orang lain yang curang.
Mari. .. mari. . . aku mau coba coba kepandaian silat dari
penjahat naga merah yang pada dua puluh tahun yang lalu
pernah menggetarkan dunia kangouw"
Selesai berkata mendadak sepasang tangannya mencabut
kearah pinggangnya.
Sreet . ." pada tangan kanannya sudah bertambah dengan
sebilah golok tipis yang memacarkan sinar mata tajam sedang
pada tangan kirinya bertambah dengan sebuah lempengan
besi sebesar telur itik ujarnya.
"Bajingan perampok naga merah cepat cabut senjatamu
...cambuk Cie liong pian, mari kita bertempur sebanyak tiga
ratus jurus, kita lihat siapa yang lebih kuat di antara kita".
Agaknya si penjahat naga merah itu tidak berani
mengambil keputusan sendiri, dia menoleh sekejap
memandang ke arah Thiat Bok Thaysu, dengan perlahan Thiat
Thiok Thaysu mengangguk, setelah itu barulah dia berani
memberikan jawabannya.
"Baiklah orang she Lie, bilamana kau bisa bertahan sampai
kalah dibiwah serangan cambuk Cie Liong pian ku ini sebanyak
tiga ratus jurus maka aku akan mengaku kalah dan mulai saat
ini tidak akan bertemu kembali dengan kau. Tetapi sebelum
itu kau harus tahu perampokan berkali kali yang terjadi
didalam Bu lim bukanlah aku yang melakukan, sudahlah ayoh
kita mulai bertempur."
Dengan cepat tangannya mencabut keluar cambuk Cie
Liong piannya dari pinggang, sedikit pergelangan tangannya
digerakkan cambuk yang semula lemas, seketika itu juga
menjadi tegang laksana sebuah tombak.
Lie Loo jie yang melihat penjahat naga merah itu sudah
mencabut keluar senjatanya, dia tidak berlaku sungkan
sungkan lagi, segera tubuhnya mendesak kedepan
melancarkan serangan dahsyat.
Pada saat yang bersamaan itulah mendadak gadis cantik
pengangon kambing itu berkelebat sambil melintangkan
ssruling pualam didepan dada bentaknya dengan keras.
"Sebelum kau melawan ayahku terlebih dulu harus
mengalahkan seruling pualamku terlebih dulu, kalau tidak . ..
Hmmm kau manusia semacam apa berani melawan
ayahku???"
Agaknya si penjahat naga merah sama sekali tidak
menduga kalau gadis cantik pengangon kambing itu bisa
menghalangi serangannya, untuk sesaat hawa amarahnya
semakin memuncak.
Cambuk Cie Liong piannya dengan tidak menimbulkan
angin sambaran sedikitpun meluncur ke depan laksana
sambaran kilat. Tampak sinar merah berkelabat ujung cambuk
tersebut sudah berada didepan gadis cantik pengangon
kambing itu
Menanti Lie Wan Giok sadar, kembali bayangan cambuk itu
laksana seekor ular dengan dahsyatnya sudah mengurung
seluruh tubuhnya. Untuk menghindar tidak sempat untuk
melancarkan seranganpun tidak sanggup, di dalam keadaan
yang amat kritis itu dia menjerit keras, tangannya diangkat
keatas siap siap menahan serangan tersebut dengan keras
lawan keras.
Dalam hati si penjahat naga merah itu menjadi amat
girang, dia mengira bahwa serangannya kali ini pasti
memenuhi sasarannya, siapa tahu pada saat yang amat kritis
itulah ....
Plaaak.. . "disertai suara yang amat nyaring telapak
tangannya terasa tergetar dengan amat kerasnya, sebuah
ranting pohon siong pada saat yang bersamaan jatuh keatas
tanah.
Diam diam di dalam hati dia merasa amat terperanjat, pada
saat dia menjadi tertegun itulah mendadak sinar yang amat
dingin berkelebat di depan matanya, golok tipis dari Loo jie
dengan disertai sinar gemerlapan yang menyilaukan mata
bagaikan kilat cepatnya mengurung seluruh tubuhnya.
Si penjahat naga merah tidak berani berlaku ayal, dengan
gusar dia mendengus pergelangan tangannya mengencang
cambuk Ci Liong Piannya dengan memancarkan kabut merah
membalik keasal semula kemudian menangkis datangnya sinar
yang menyilaukan mata itu.
"Traang.. ." cambuk Cie Liong Pian serta golok tipis itu
terbentur menjadi satu membuat percikan bunga api
memenuhi empat penjuru. Lie Loo jie maupun si penjahat
naga merah masing masing mundur dua langkah ke belakang.
Cepat cepat Lie Loo-jie memeriksa goloknya, ketika
dilihatnya tidak mengalami cidera, baru ujarnya dengan serius.
"Bajingan perampok naga merah, permainan cambukmu
sangat hebat dan bukan nama kosong belaka. Dengan
kepandaian silatmu sekarang ini memang didalam Bu lim
sukar ada tandingan kenapa kau gemar melakukan
perampokan yang merupakan pekerjaan rendah ? sungguh
aku orang She Lie tidak paham"
Saat ini si penjahat naga merah sedang melintangkan
cambuknya didepan dada siap menerima serangan musuh,
ketika mendengar perkataan itu dia semakin gusar.
"Orang she Lie kau jangan memfitnah orang seenaknya
saja" bentaknya dengan keras. "Sejak tadi aku sudah jelaskan,
perampokan yang terjadi didaerah Tionggoan bukan aku yang
melakukan, kau dengar tidak"
Lie Loo jie menjadi melengak Sebenarnya dia bisa turun
dari gunung Go bie dan melakukan perjalanan dikarenaka
hatinya terbakar oleh kata kata Liem Tou. Sesudah bsrada
didaerah Tionggoan dia dengar kalau setiap tempat yang
mengalami perampokan tentu tertinggal tanda ular merah dia
pastikan hal itu pekerjaan si penjahat naga merah, ini hari dia
berjanji untuk bertempur disini sebetulnya memang
dikarenakan urusan itu.
Ketika si penjahat naga merah melihat Lie Loo jie dibuat
tertegun oleh perkataannya dengan gusar sambungnya lagi.
"Loolap berani berjanji dengan kamu orang sudah tentu
tidak akan takut kau menggunakan akal licik sekalipun akalmu
jauh lebih hebat aku juga takkan takut padamu."
Bersamaan waktu selesainya dia berbicara cambuk Cie
Liong Piannva digetarkan sedang tubuhnya maju dua langkah
kedepan dan melototi musuhnya dengan amat gusar.
Lie Loo jie merupakan jagoan Bu Lim angkatan tua, kini
dihadapan Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ie mendapat malu serta makian dari
si penjahat naga merah itu tak urung merasa gusar juga.
"Bajingan perampok naga merah kau jangan sembarangan
memaki orang, aku si cangkul pualam Lie Siang jadi orang suk
terang terangan mana mau menggunakan akal licik melukai
dirimu ? ??
Mendadak si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak,
dengan wajah yang amat adem serunya.
"Orang she Lie, kau tak perlu menempelkan emas pada
wajah sendiri, sebelum malam ini karena mendengar kata
orang aku menganggap kau sebagai seorang jagoan yang
patut dihormati tak disangka kaupun merupakan manusia
rendah yang tak tahu malu . . .."
Sekonyong konyong dia mempertinggi suara nya,
bentaknya dengan keras "Orang she Lie aku mau tanya,
perjanjian kita malam ini untuk bertanding didalam kuil Siang
Lian si sama sekali tak diketahui oleh ketiga orang itu kedua
perempuan itu adalah muridmu aku tidak mau ungkap lagi
tetapi ketiga orang anggota dari Tionggoan Ngo Koay itu
sudah bersembunyi disini, terang terangan kau sengaja
mengatur rencana untuk membokong aku apa hal ini tak bisa
dikatakan manusia rendah?"
Pikiran Lie Loo jie segera berputar, setelah lewat beberapa
lama waktu dia pikir memang benar perkataan dia itu, karena
tidak sanggup memberikan jawabannya dengan amat gusar
jawabnya.
"Tionggoan Ngo Koay dengan aku Lie Sang tak ada sangkut
pautnya, dia mau datang kesini apa hubungannya dengan aku
orang ? Kau bajingan rampok tidak usah banyak putar lidah
lagi menambah dosa orang lain. Bila kau sudah merasa jeri
lebih baik ini hari mengundurkan diri dari Bu lim saja dan tidak
melakukan pekerjaan jahat lagi, maka aku Lie Sang tidak akan
mengapa apakan kamu orang apabila tidak, jangan salahkan
aku turun tangan berat terhadap dirimu, perkataanku sudah
cukup jelas sekarang kau pikirlah lebih jelas lagi"
Si penjahat naga merah tertawa terbahak bahak baru saja
mau mengucapkan beberapa patah kata yang menyindir diri
Lie Loo jie mendadak si siucay buntung, pengemis pemabok
dan Thiat Sie sianseng sudah melayang ke hadapannya,
sambil menuding ke depan wajahnya maki mereka.
"Bangsat gundul yang tidak tahu malu, hutang lama di
antara kita belum dilunasi sudah mau mencari gara cara lagi,
kau sungguh keterlaluan. Ayoh serang."
Berkali kali Tionggoan Sam Koay melancarkan serangan
mendesak terus terhadap dirinya, tak urung si penjahat naga
merah itu menjadi gusar juga. napsu membunuhnya timbul
dengan gusarnya ia membentak keras.
Jubah bajunya berkilat laksana kilat cepatnya dia
berkelebat ke samping menghindarkan diri dari semua
ancaman serangan ketiga senjata tajam itu, kakinya sedikit
miring kesamping tubuhnya mendadak menjatuhkan diri
kebelakang sedang cambuk Cie Liong piannya dengan disertai
sambaran angin yang amat santar menotok ke arah si siucay
buntung yang berada paling depan.
Si siucay buntung yang punya pengalaman luas di dalam
menghadapi lawan sudah tentu tahu akan kelihayannya,
kipasnya disontek keatas sedang tubuhnya tetap bergerak
dengan meminjam kesempatan ini meloncat mundur beberapa
kaki jauhnya
Agaknya si penjahat naga merah memang sengaja mencari
gara gara pada dia seorang saja, si pengemis pemabok
maupun si Thiat Sie sian seng dia tidak mau gubris sama
sekali. Tampak tangannya sedikit digetarkan ujung cambuknya
segera berubah menjadi suatu bunga bunga berwarna merah
darah yang amat banyaknya, sedikit ujung baju sebelah
kirinya dikebutkan, bunga bunga warna merah darsh itu
dengan dahsyatnya mengurung seluruh tubuh si siucay
buntung itu.
Si pengemis pemabok serta Thiat Sie sianseng yang melihat
penjahat naga merah itu hanya mencari gara gara pada si
siucay buntung seorang didalam hati merasa amat terperanjat,
mereka tahu seluruh kepandaian silatnya yang paling
diandalkan adalah permainan cambuk Cie liong Pian ini bahkan
permainannya amat ganas, dahsyat dan mengerikan, sudah
pasti si siucay buntung bukan tandingannya.
Segera mereka bersama sama membentak keras toya Tah
Kauw Pang dari si pengemis pemabok menyerang dari sebelah
kiri sedang Sie Poa dari Thiat Sie sianseng menyerang dari
kanan, bersama sama dengan mempertaruhkan nyawa masing
masing menerjang dengan hebatnya mengancam punggung
penjahat naga merah itu.
Saat ini dalam hati Lie Loo jie tahu kalau mereka tahu
bertiga bukanlah tandingan dari penjahat naga merah itu,
tetapi dia sudah berjanji terlebih dulu untuk tidak turun
tangan sudah tentu tidak leluasa, buatnya untuk membantu
makanya dia terpaksa hanya monoton jalannya pertempuran
dari samping tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou yang menyembunyikan diri di balik pohon siong
disamping terus menerus memperhatikan dan bersiap diri
terhadap hweesio kurus berwarna hitam si Thiat Bok Thaysu
itu dia pun sudah bersiap sedia untuk turun tangan menolong
orang setiap saat, kini ketika dilihatnya si pengemis pemabok
serta Thiat Sie sian seng menyerang punggung penjahat naga
merah itu dengan hebatnya, segera dia tahu sekalipun Si
siucay lolos dari bahaya tetapi penjahat naga merah itupun
akan berusaha menolong dirinya pula.
Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah. ketika penjahat
naga merah mendengar dari belakang badannya menyambar
datang suara angin serangan dia segera tahu dirinya tidak
mampu untuk menahannya, bilamana dirinya tidak mau
menggubris serangan itu sekalipun cambuknya akan berhasil
melukai diri siucay buntung itu tetapi dirinyapun tidak
terhindar akan terluka parah juga.
Berpikir sampoi disini dia segera menyentak kembali
cambuknya pergelangan tangannya diputar dengan jurus "Kim
Liong Ban Cou" atau naga emas mengebas tiang, tubuhnya
tanpa berputar lagi cambuk Cie Liong Piannya diputar
disekeliling tubuhnya untuk melindungi tubuhnya.
Walaupun kepandaian silat dari pengemis pemabok serta
Thiat Sie sianseng bukan tandingan dari penjahat naga merah
itu tetapi mereka pun sudah memiliki kepandaian yang amat
lama di dalam menghadapi musuh musuhnya, begitu
dilihatnya penjahat naga merah itu menghindarkan diri dari
serangan tersebut dengan putarkan cambuknya di sekeliling
tubuhnya mereka segera tahu mungkin di dalam hal ini sudah
tersembunyi suatu serangan mematikan.
Ketika dilihatnya si siucay buntung sudah lolos dari bahaya
merekapun cepat cepat menarik kembali serangan serangan
yang mendesak.
Tubuh mereka cepat cepat diperendah, kuda kudanya
diperkuat oleh senjata senjata yang semula menyerang musuh
mendadak ditarik kembali kebelakang sedang ujung kakinya
dengan bersamaan waktunya menutul permukaan tanah dan
melayang mundur kedua belah sisi.
Ketika menoleh kembali ke arah penjahat naga merah itu
tampaklah dia masih berdiri ditempat semula, saat ini cambuk
Cie Liong Piannya sudah ditarik kembali dan dilipatkan pada
pergelangan tangannya hanya saja sepasang matanya dengan
memancarkan sinar kemarahan yang memuncak memandang
dengan gusarnya kearah mereka bertiga, sepatah kata pun
tidak diucapkan.
Tiga orang yang kini sudih menduduki tiga tempat dengan
bentuk segitigapun dengan tajamnya memperhatikan terus
gerak gerik dari penjahat naga merah itu. Diam diam Tiat Siesianseng
mulai memukul pulang pergi bijii biji Sie poanya
untuk melihat bahaya atau tidaknya.
Wajahnya kelihatan sebentar berubah girang sebentar
berubah murung dan sebentar lagi berubah menjadi agak
kebingungan, agaknya dia menemui suatu urusan yang rumit.
Baru saja dia berpikir dengan keras mendadak terdengar
penjahat naga merah sudah membentak dengan keras.
"Orang she Lie, kau tunggulah sebentar Ketiga manusia
aneh ini sudah bosan hidup, biarlah aku bereskan mereka
terlebih dulu kemudian baru cari kau kembali!"
Suaranya mendadak berubah menjadi amat dingin
sambungnya kembali.
Jilid 16: Pertempuran Di Kuil Siang Lian Si
"TIONGGOAN NGO KOAY JUGA merupakan jagoan yang
sudah ternama didalam Bu lim, dua puluh tahun yang lalu
sewaktu kalian baru saja muncul aku sudah pernah dengar
nama kalian, ini hari apa kalian bertiga betul betul mau
mencari gara gara dengan aku orang?"
Selesai berkata sapasang matanya dengan tidak henti2-nya
berkelebat memandang ketiga orang itu bergantian.
Sekalipun Thiat Sie sianseng belum selesai menghitungkan
nasib mereka tapi mendengar perkataan itu segera sahutnya.
"Penjahat naga merah hanya seorang bajingan saja
didalam Bu lim, kini kami bertiga berani mencari kau entah itu
bencana atau bahagia kau takkan menjerikan hati siapapun,
semua ini dikarenakan hati bajinganmu yang tidak jujur dan
sudah memfitnah orang lain sehingga hidung hidung kerbau
dari Bu tong pay mengejar kami terus. Hmm, kau mau
menakutkan siapa lagi."
"Hmm, baiklah," teriak penjahat naga merah itu sambil
mendengus dingin.
"Mari kalian rasakan kelihayan dari permainan cambuk Cie
Liong Pian ku ini, bila aku kecundang ditangan kalian sejak ini
hari takkan muncul kembali didalam Bu lim"
"Bagus" sambung Thiat Sie siauseng dikalahkan oleh
permainan cambukmu itu didalam tiga puluh jurus, bukan saja
kami serahkan nyawa kami bahkan sejak ini hari didalam Bu
lim kekurangan nama kami bertiga"
Si cangkul pualam yang mendengar percakapan mereka
berempat diam diam pikirnya didalam bati.
"Salah, salah. Jika ditinjau dari permainan cambuk naga
merah ini dia memang mempunyai kelihayan yang melebihi
orang lain, seharusnyalah Thiat Sie sianseng itu hanya
dikarenakan gusarnya tetapi dengan ucapannya ini berarti
juga dia sudah terlaiu memandang rendah musuhnya"
Berpikir sampai disini dalam hati Lie Loo jie segera muncul
keinginannya untuk membantu Tionggoan Sam Koay, ujarnya
kemudian.
"Pertemuan malam ini sebetulnya merupakan urusan kami
berdua dengan penjahat nga merah. siapa yang mau kalian
kacau dengan jalan? Bilamana kalian benar benar punya minat
untuk bertempur lawan bajingan tua ini kenapa kau sebelum
ada rencana bertempur tidak janjikan lain waktu ditempat lain
juga? Buat apa kalian mengganggu perjanjianku dengan
dirinya ? ?"
Beberapa patah perkataan dari Lie Loo jie ini bila didengar
kelihatan kalau mengandung nada teguran, si siucay buntung
yang sifatnya agak keras dan kasar ketika mendengar
perkataan itu didalam hatinya merasa tidak puas, baru saja
dia membuka mulutnya membantah, Thiat Sie sianseng yang
diantara mereka bertiga mempunyai pikiran amat cermat
segera tahu maksud hati dari Lie Lo jie itu, dengan gugup dia
membungkuk untuk memberi hormat.
Lie Loo jie loocianpwae tak tahu kejahatan hati diri
penjahat naga merah itu sudab mencapai puncaknya, pada
tahun yang lalu bukan saja sudah melukai pengemis tua diatas
gunung Wu san bahkan setelah membinasakan ciangbunjin Bu
tong pay Leng Cing Ci dan membiarkan mayatnya
mengggeletak ditengah hutan dia memfitnah urusan itu
kepada kami. Hal ini membuat hidung hidung dari kerbau Bu
tong Pay menjadi percaya benar benar dan mengejar kami
terus untuk menuntut balas.
Dia berhenti sebentar untuk menghela napas panjang,
kemudian sambungnya lagi.
"Ini hari mendadak kami menemukan tanda kepala kerbau
yang cianpwee tinggalkan, waktu itulah kami baru tahu
cianpwee sudah berjanji dengan penjahat naga merah untuk
bertempur disini, kami bertiga memangnya sedang mencari
dia maka segera kami bertiga berangkat kesini untuk mencari
balas, sama sekali kami tidak punya maksud untuk
mengganggu cianpwee, harap dimaafkan. . . dimaafkan.
Beberapa perkataan ini seketika itu membuat Lie Loo jie
berdiri tertegun, apa itu tanda kepala kerbau????
Tia benar." Ujar gadis cantik pengangon kam bing itu
mendadak ketika melihatnya Wajah ayabnya diliputi oleh
perasaan amat bingung." Wan jie serta le cici bisa menemui
tempat ini semuanya dikarenakan bantuan tanda kepala
kerbau itu kalau tidak mana mungkin kami tahu kalau Tia
ada disini???"
Liem Tou yang mendengarkan omongan mereka itu diam
diam merasa amat geli pikirnya
"Bilamana bukannya tindakanku itu malam ini kau Lie Loo
jie akan menemui kesulitan untuk keluar dari kuil Siang lian si
ini".
Lie Loo jie segara termenung berpikir beberapa saat
lamanya dia benar benar merasa tidak paham bagaimana bisa
timbul urusan ini.
Mendadak makinya kepada penjahat naga merah itn
dengan gusar.
Bajingan tua, kau sedang mempersiapkan permainan apa
terhadapku aku orang? aku kira perbuatan itu tentu kau yang
lakukan kalau tidak mana mungkin ada orang ketiga yang
tahu?'
Penjahat naga merah itu ketika mendengar Lie Loo jie
menyalahkan peristiwa ini kepada dirinya dalam hati menjadi
amat gusar sekali.
Sebetulnya perjanjian untuk bertempur didalam kuil Siang
lian si ini adalah siasat liciknya, karena Thiat Bok Thaysu
adalah susiok-nya dia bersiap siap untuk mengerubuti Lie Loo
jie hingga binasa setelah itu Thian Pian Siauw cu serta Au Hay
Ong Bo dari Kiam Thian Pay dia tidak akan takut lagi.
Siapa tahu siasatnya yang licik ini sudah diganggu oleh
munculnya Tionggoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw le bahkan kini Lie Loo jie malah
melemparkan kesalahan itu kepadanya sudah tentu
kegusarannya tidak bisa ditahan lagi.
Saking gusarnya penjahat naga merah ini tidak sanggup
untuk mengucapkan sepatah kata pun hawa murninya segera
dikerahkan keseluruh tubuhnya, telapak kirinya mendadak
dibabat kearah Lie Loo jie dengan dahsyatnya segera
terasalah segulung angin pukulan yang amat dahsyat
membelah bumi.
Bersamaan waktunya pula cambuk Cie Liong Pian ditangan
kanannya dengan amat cepat di sontek menotok dada Lie Loo
jie.
Lie Loo jie ying melihat penjahat naga merah itu
menyerang dirinya dengan tidak bersuara, segera berteriak
"Bagus sekali!'
Kuda kudanya segera diperkuat, bersamaan pula telapak
kirinya didorong kedepan naenyambut datangnya serangan
tersebut dia bersiap-siap untuk menerima serangan musuh
dengan keras lawan keras.
Siapa tahu baru saja Lie Loo jie mendorong telapak
tangannya mendadak terasa olehnya datangnya angin
serangan amat aneh sekali, dalam hati dia menjadi amat
terperanjat, dengan gusarnya dia berteriak keras, sinar golok
segera berkelebat diikuti berkelebatnya bayangan abu abu,
tubuhnya dengan amat cepat sudah melayang sejauh dua
puluh kaki jauhnya. Saking gusarnya selutuh tubuh Lie Loo jie
kelihatan gemetar dengan amat keras.
Kiranya serangan telapak dari penjahat naga merah tadi
adalah sebuah serangan kosong belaka, sedang serangan
cambuk Cie Liong Pian yang disusul dari belakang merupakan
serangan yang sungguh sungguh, menanti setelah Lie-Loo jie
angkat telapak tangannya untuk menyambut datangnya
serangan cambuk Cie Liong Piannya mendadak dengan
menembus angin pu kulan menyambut datangnya serangan
tersebut.
Jika bukannya Lie Loo jie mengubah gerakanannya yang
berbenturan dengan ujung cambuk pasti akan menemui
kerugian besar.
Lie Loo jie sama sekali tidak menduga kalau penjahat naga
merah itu amat licik, setelah termenung sebentar dari dalam
sakunya dia mengambil keluar lempengan besinya.
Golok tipis ditangan kanannya dengan menggunakan jurus
"Pek Liong Hwee Thian" atau naga putih kembali ke langit
berjalan kekedudukan Hong pintu ke Tong Kong menusuk
dada penjahat naga merah itu.
Ujung cambuk dari penjahat naga merah itu dengan cepat
dikibaskan kedepan dengan menggunakan jurus "Yu Liong
Tiauw Su" ntau naga berputar kehilangan kepala tepat
menutupi dadanya, kaki kirinya segera bergeser satu langkah
kedepan sedang cambuk dengan disertai angin serangan yang
amat santar dengan datar membabat kedepan.
Lie Loo jie tidak mau memperlihatkan kelemahannya entah
dengan menggunakan gerakan apa tiba tiba tubuhnya dengan
mendatar melayang keatas dan dengan mudahnya berhasil
menghindarkan diri dari serangan tersebut. Begitu kakinya
mencapai permukaan tanah golok tipis segera memainkan
ilmu golok "Toa Loo Ciet cap Jie To Hoat" yang meliputi ilmu
golok dari berbagai aliran, terlihat sinar yang menyilaukan
mata memenuhi angkasa hanya didalam sekejap mata dia
sudah melancarkan sembilan jurus banyaknya bahkan setiap
jurus memiliki perubahan yang amat aneh sekali
Liem Tou yang bersembunyi dibalik pohon Siong diam diam
memuji atas kelihayan permainan goloknya.
"Ilmu golok yang bagus"
Penjahat naga merah itu agaknya juga tahu kelihayan
musuhnya, ketika melihat serangan ter sebut segera dia tahu
Lie Loo jie sudah mengeluarkan ilmu "Toa Loo To Hoat" yang
dia pingin menjajalnya dia tidak berani berlaku ayal lagi
cambuk Cie Liong Piannya diputar ke atas dengan
menggunakan ilmu "Liong Hwee Pian Hoat" cambuk diputar
sehingga berubah menjadi gulungan merah yang amat
berkelebat diantara sambaran golok yang menyilaukan mata
itu.
Pertempuran sengit antara Lie Loo jie serta penjahat naga
merah saat ini dilakukan dengan amat cepatnya, didalam
pandangan Tiongoan Sam Koay, gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ie mereka hanya melihat bayangan
berkelabat simpang siur tanpa bisa lihat lihat jurus jurus apa
yang sudah mereka gunakan.
Tetapi Liem Tou yang sudah berhasil mempelajari kitab
pusaka To Kong Pit Liok adalah lain, dia dapat melihat setiap
jurus jurus serangan yang dimainkan kedua orang itu, bahkan
setiap orang tidak ada jang mau mengalah masing masing
dengan menggunakan jurus jurus yang ampuh untuk
nengalahkan pihak lawannya, keadaaan waktu itu betul batul
amat bahaya sekali.
Liem Tou yang menonton jalannya pertempuran tersebut
diam diam dalam hati merasa amat terperanjat.
Dia tahu kepandaian silat dari mereka berdua seimbang
apalagi kini bertemu musuh tangguh, untuk beberapa saat
lamanya tentu tidak mungkin bisa diputuskan siapa yang
menang, dia yang berdiri disamping dengan tenangnya mulai
memperhatikan setiap jurus jurus serangan mereka kemudian
secara diam diam mengingatnya didalam hati.
Kurang lebih seperminum teh kemudian Lie Loo jie serta
penjahat naga merah itu sudah bertempur mencapai dua ratus
jurus banyaknya.
Akhirnya Liam Tou dapat melihat juga gerakan dari
penjahat naga merah itu semakin lama semakin perlahan,
sebaliknya serangan dari Lie Loo jie semakin mengencang
bahkan berkali kali berubah dengan, berbagai macam ilmu
golok yang berbeda beda.
Liem Tou yang melihat akan hal itu diam-diam merasa
amat girang pikirnya.
"Akhirnya Lie Loo jie bisa menangkan satu tingkat dari
penjahat naga merah itu"
Pada saat yang amat tegang itulah mendadak .... Thiat Bok
Thaysu yang berdiri dipinggiran memuji keagungan Bnuda.
"O-min-to-hud"
Dengan perlahan lahan dia mulai berjalan mendekati
kalangan dimana Lie Loo- jie serta penjahat naga merah
sedang bertempur dengan amat sengitnya, setelah terdengar
puluhan hwee sio yang selama ini berdiam diri terus menerus
mulai bersama sama memuji Budha.
"O . . Min . . To . . Hud . . "
Mendadak mereka mulai membaca doa doa untuk
kematian.
"Doa kematian" ini biasanya dibaca oleh para hweesio
hweesio sebelum jenazah yang hendak dikebumikan itu
dimakamkan, tapi bagaimana bisa dibaca pada saat ini???"
Kalau cuma itu masih tidak mengapa, bersamaan waktu itu
juga didalam sekejap mata puluhan hweesio hweesio itu mulai
menyebar disekeliling kuil Siang Lian Si itu, setiap termbok
setiap pintu semuanya ada hweesio yang menjaga hanya saja
mereka sama sekali tidak mencabut senjata tajam masing
masing tetapi dengan tenangnya terus membaca doa
kemattan itu.
Liem Tou yang melihat adanya perubahan secara tiba tiba
ini segera merasa ada sedikit urusan yang tidak beres, ketika
melihat ketengah kalangan lagi terlihatlah kekalahan penjahat
naga merah sudah mulai kelihatan dengan nyata, permainan
cambuknya mulai kacau sedangkan keringat dingin dengan
sangat derasa mengucur keluar membasahi seluruh badannya.
Sambaran angin dari golok tipis Lie Loo jie pun semakin
lama semakin dahsyat, bukan saja menimbulkan hawa
sambaran yang menggidikkan bahkan puluhan kaki
disekelilingnya dilindungi oleh sinar golok yang amat rapat itu.
Tapi Thiat Bok Thaysu semakin berjalan semakin
mendekat, pada luarnya sekalipun kelihatan dia masih
pejamkan matanya seperti tidak ada urusan padahal Liem Tou
tabu setiao tindak dia maju kedepan berarti Lie Loo jie
semakin bertambah bahaya lagi keadaannya.
Pada saat inilah sisiucay buntung, pengemis pemabok,
Thiat Sie Sianseng, gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie sudah melihat adanya perubahan, secara mendadak
itu, mereka tahu semua sudah terjatuh didalam ku rungan
orang lain.
Tanpa terasa lagi mereka menjadi amat gusar, bersama
sama dengan amat dahsyatnya menubruk kearah Thiat Bok
Thaysu.
Thiat Bok Thaysu sama sekali tidak ambil perduli, hanya
dengan perlahan lahan pujinya lagi.
”O mi to hud"
Sepasang mata dari Liem Tou segera berputar dengan
amat tajamnya, mendadak dari aats ubun ubun Thiat Bok
Taysu itu muncul segumpul hawa hitam yang amat tipis, dia
tahu tentunya dia sedang mengerahkan ilmunya yang
beracun, tanpa terasa lagi hatinya semakin me rasa terkejut.
Pikirannya dengan cepat berkelebat, tanpa pikir panjang
lagi tenaga dalamnya dikerahkan segera terasalah segulung
sambaran angin amat dahsyat menggulung keluar.
Ternyata Thiat Bok Thaysu amat libay sekali, hanva sedikit
Liem Tou bergerak dia segera sudah berasa, bahkan tahu
kalau musuhnya memiliki ilmu silat yang amat lihay, air
mukanya segera berubah amat hebat, sepasang matanya
yang semula dipejamkan rapat rapat kini dipentangkan lebar
lebar dengan pandangan yang amat dingin bentaknya.
"Siapa!"
Seluruh jarinya yang smat tajam dengan cepat
dipentangkan, bagaikan meluncurkan jarum jarum kecil dari
ujung jarinya segera tampaklah segulung hawa hitam
meluncur kearah po hon siong itu dengan cepat menyambut
datangnya sambaran angin dari Liem Tou itu.
Mendadak Thiat Bok Thaysu mendengus dengan berat,
sepasang telapaknya dibalik dengan menghadap keatas dia
melancarkan dua gulung angin yang dahsyat membantu hawa
hitamnya tadi, dengan paksa akhirnya berhasil juga menahan
datangnya angin serangan dari Liem Tou tadi.
Pada waktu itulah senjata senjata tajam dari Tionggoaa
Sam Koay, gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
sudah menubruk kearah tubuhnya.
Thiat Bok Thaysu yang baru saja turun tangan siapa akan
tahu sudah bertemu dengan musuh yang tangguh didalam
hatinya benar benar merasa amat terkejut bercampur gusar,
sebetulnya dia ingin melemparkan kemangkelan ini pada
tubuh ke lima orang tersebut, tetapi pukulan yang amat
dahsyat dari Liem Tou tadi sudah membuat hatinya merasa
sedikit jeri.
Akhirnya dia terpaksa manahan sabar, tubuhnya melayang
mundur tiga kaki dari tempat itu dan berdiri tertegun.
Gadis cantik pengangon kambing yang melibat Thiat Bok
Thaysu sudah berhasil dipaksa mundur sedang si penjahat
naga merah itupun sudah dibuat kalang kabut oleh serangan
gencar golok tipis ayahnya di dalam hati merasa amat girang
sekali, dia tahu sipenjahat naga merah sudah berhasil dikuasai
ayahnya.
Mendadak Thiat Bok Thaysu membentak dengan keras
juga, tubuhnya yang kurus kering dan berwarna hitam gelap
itu bagaikan kilat cepatnya sudah melayang kedepan,
bersamaan pula waktunya hweesio hweesio yang berdiri
ditempat keempat penjuru mulai membentak keras, mereka
bersama sama mencabut keluar senjatanya mating masing
kemudian dengan ganasnya mulai mengurung tempat itu.
Tionggoan Sam Koay, gudis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw le sama sekali tidak menduga kalau Thiat Bok
Thaysu bisa melakukan hal ini dengan amat cepat, baru saja
mendengar suara bentakannya bayangan manusia sudah
berkelebat dengan amat rapat disekeliling tempat itu.
Ketika mereka berlima sadar kembali hendak mencabut
keluar ssnjatanya untuk menangkis waktu sudah terlambat,
sepasang telapak tangan dari Ihiat Bok Thaysu sudah
berkelebat dihadapan mereka berlima siap untuk mencabut
nyawanya.
Mendadak . . . , disaat yang amat kritis itu dari belakang
tubuhnya secara tiba tiba terdengar suara dengusan yang
amat berat, seketika itu juga beberapa orang merasakan
telinganya amat panas sekali.
Thiat Bok Thaysu merasa amat gusar sekali selagi dia
membentak keras, matanya dengan cepat kelihatannya
memandang ke empat penjuru sedang air mukanya jelas
memperlihatkan perasaan heran dan ragu ragunya.
Para hweesio yang maju menyerang kini sudah berada
tepat dihadapan Tionggoan Sam-Koay, gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie, seketika itu juga
terjadilah pertempuran sengit diantara mereka.
Sebaliknya pertempuran Lie Loo jie dengan si penjahat
naga merah itupun telah mencapai pada puncaknya, terdengar
Lie Loo jie membentak dengan amat kerasnya.
"Lepas !"
Terlihat sinar merah berkelebat, cambuk Cie Liong Pian
ditangan penjahat naga merah itu segera terlepas dari
tangannya dan melayang tersangkut diatas dahan pohon
siong.
Tetapi disaat yang bersamaan pula Thiat Bok Thayau sudah
membentak keras
"Tahan."
Para hweesio yang sedang bertempur segera menarik
kembali senjatanya masing-masing dan mundur kebelakang.
Terdengar Lie Loo jie sembari tertawa panjang dengan
amat nyaring ujarnya.
Bajingan tua, pada dua puluh tahun yang lalu untung kau
cepat cepat bersembunyi sehingga aku tidak sempat bertemu
muka dengan kau, tapi ini hari boleh dikata aku benar banar
merasa puas."
Selesai berkata dia tertawa panjang dengan nyaring
membuat penjshat naga merab saking jengkelnya mendengus
tak henti hentinya. Seluruh tubuhnya seperti dikerumuni
berjuta juta semut gemetar dengan amat kerasnya. Lama
sekali barulah ujarnya.
"Sen.. senjata. . .senjata Loolap. . .Loolap sudah terlepas,
kita.. .kita. . .coba coba lagi dalam ..dalam permainan ilmu
pukulan".
"Ha ha ha.. .hey bajingan tua, jika kau merssa tidak puas
marilah aku menyambut seranganmu kembali."
"Bagus"
Kuda kudanya ditekan kebelakang, mendadak telapak
tangannya dengan disertai angin pukulan yang amat dahsyat
menggulung kedepan.
Tiba tiba Lie Loo jie menyingkir kesamping dua langkah,
bentaknya.
"Tahan, biar aku bicara lebih dulu. Bajingan tua, malam ini
aku tidak ada kesempatan buat bertanding kembali, jika kau
benar benar ingin mengadu ilmu pukulan baiknya pada bulan
lima tanggal lima kita bertemu kembali diatas puncak pertama
didaerah Cing Jan."
Agaknya pertempuran tadi cukup melatih dirinya ysng
untuk pertama kali sejak puluhan tshun yang lalu bertemu
dengan musuh amat tangguh ketika mendengar Lie Loo jie
berkata begitu hatinya menjadi amat girang.
"Baik, Loohu sampai waktunya pasti datang." Mendadak
Thiat Bok Thaysu yang berdiri disamping tertawa dingin.
"Sutit harap jangan percaya omongannya sehingga tidak
terjatuh didalam siasatnya yang licin, menurut pendapat
susiokmu pertempuran senjata tadi sedikit mencurigakan,
bukannya sutit betul betul dikalahkan olehnya".
Sipenjahat naga merah yang secara tiba tiba mendengar
perkataan yang sama sekali tidak genah dari Thiat Bok Tbaysu
ini tak terasa lagi sudah dibuat melengak, pikirnya didalam
hati:
"Hmm. . . dia orang sedang menerangkan soal apa
kepadaku dengan melalui kata kata itu” Terpaksa dia bungkam
dalam seribu bahasa.
Lie Loo jie sendiripun merasa datangnya perkataan tersebut
terlalu mendadak.
"Lalu menurut pendapat dari Thaysu kau orang merasa ada
sebab sebab lain apa lagi" tanyanya dingin.
"Hey si cangkul pualam Lie Sang, namamu terkenal
diseluruh dunia kangouw, tetapi aku orang sama sekali tidak
menduga kalau namamu itu kosong belaka tidak sesuai
dengan orangnya, urusanmu sendiri tidak tahu malah tanya
orang lain, apa macamnya itu" Maki Thiat Bok Tbaysu sambil
melototkan matanya. "Secara terang terangan kau orang
sudah sembunyikan pembantu yang bersembunyi ditempat
kegelapan lalu secara diam diam membokong orang lain
kenapa kau sekarang mungkir kembali? he ...hee . . . mungkin
kau masih bisa mengelabuhi mata orang lain, tetapi jangan
harap bisa lolos dari pandangan Loolap."
Lie Loo jie yang mendengar perkataan itu semakin dibuat
bingung.
"Hmm jika kau memastikan disekitar tempat ini ada orang
yang hadir akan tetapi dengan cara bersembunyi, sekarang
saja coba engkau katakan siapa siapa orang yang hadir tanpa
diundang. Ayoh jawab dan tunjukkan. Hmmm. Kalau bicara
jangan sembarangan tanpa ujung tanpa ekor sehingga
membuat semua orang kebingungan."
Siapa tahu dia berbicara mendadak dari luar kuil Siang Lian
Si berkumandang datang suara derapan kaki yang amat santer
sekali dari tempat kejauhan yang semakin lama semakin
mendekat, pikiran Lie Looajie segera berputar, pikirnya.
"Eeeeei ..... apa sungguh sungguh ada beberapa orang
yang hadir kesini ?"
Suara derapan kaki itu dengan amat cepatnya sudah
sampai di depan kuil membuat para hweesio, Lie Loo jie
maupun Tionggoan San Koay sekalipun yang mendengar
suara aneh itu menjadi melengak semua dibuatnya.
"Hmmm. Silahkan kawan kawan tampakkan diri untuk
bertemu dengan Loolap” seru Thiat Bok Thaysu dengan suara
yang amat dingin.
Baru saja dia selesai berkata mendadak . ."Braaak " dua
buah pintu kuil yang semula tertutup rapat secara tiba tiba
terbuka lebar lalu dari luar kuil menerjang masuk seekor
binataeg yang agak samar samar.
Semua orang yang melibat masuknya seekor binatang ke
dalam kuil dongan gerakan yang begitu ganas dalam hati diam
diam merasa sangat terkejut sekali, walapun masing masing
orang memiliki kepandaian silat yang amat lihay tetapi
kejadian yang muncul diluar dugaan ini membuat hati mereka
merasa keder juga, masing masing dengan cepat
mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan.
Tetapi ketika binatang aneh itu sudah melewati pintu
mendadak dia berhenti tidak bergerak sama sekali bahkan
secara perlahan lahan ia mulai memperdengarkan suara
dengusan yang sangat rendah, saat itulah semua orang baru
dapat melihat kalau binatang tersebut adalah seekor kerbau.
Seketika itu juga Thiat Bok Thaysu maupun si penjahat
naga merab menjadi tersipu sipu sedangkan Lie Loo jie serta
Tionggoan Sam Koay bersama sama tertawa terbahak bahak.
"Oooh . . . kiranya yang Thaysu maksudkan dengan orang
yang bersembunyi ditempai kegelapan dan membuantu aku
secara diam diam adalah manusia macam ini ” ejek Lie Loo jie
dengan cepat. "Haaa, haaa . . . kalau memangnya demikian
bukankah Thaysu kau orang sudah terlalu pandang hina
Sutemu sendiri"
Walaupun beberapa perkataan dari Lie Loo jie hanya
bernada guyon tetapi dihadapan hweesio yang begitu banyak
mana mau Thiat Bok Thaysu berdiam diri saja.
"Hey orang she Lie" Bentaknya dengan amat gusar, kau
manusia anjing . . . jangan salahkan bencana yang menimpa
kau orang saat ini adalah disebabkan kesalahanmu sendiri,
ayoh pada cabut keluar senjata tajam kalian ... kita jangan
kasih mereka lolos barang seorang pun."
Tubuhnya segera menubruk kedepan terlebih dahulu sambil
meluncurkan satu pukulan menghajar tubuh Lie Loo jie,
sedangkan para hweesio yang ada diempat penjurupun
dengan disertai suara bentakan yang gegap gempita sehingga
menggetarkan seluruh permukaan bagaikan menggulungnya
air bah dengan dahsyatnya menghantam diri Tiongoan Sam
Koay serta si gadis cantik pengangon kambing.
Melihat suasana tersebut Lie Loo jie segera tahu bahwa
suatu pertempuran yang amat sengit bakal terjadi, buat
dirinya sendiri dia orang sama sekali tidak kuatir tetapi hatinya
merasa amat cemas terhadap diri Lie Siauw le serta si gadis
cantik prngangoH kambing, teriaknya kemudian dengan suara
keras.
"Wan jie, Ie jie.. . hati hati kalian menghadapi musuh."
Saat ini angin pukulan dari Thiat Bok Thaysu sudah sampai,
untuk menghindarkan diri tidak sempat lagi terpaksa dengan
memperkuat kuda-kuda dia menerima datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
"Braak. . ." dua gulung angin pukulan yang amat dahsyat
menghantam menjadi satu sehingga mengakibatkan getarnya
seluruh permukaan.
Tampak tubuh Thiat Bok Thaysu cuma sedikit bergoyang
sebaliknya Lie Loo jie terdesak mundur dua langkah
kebelakang bahkan kedua belah lengannya mulai terasa amat
linu sekali, tak tertahan dalam hati dia merasa bergidik juga,
pikirnya.
"Bajingan tua itu tidak kusangka sekali dia orang bisa
memiliki tenaga dalam yang demikian dahsyat. . . kelihatannya
pertempuran malam ini agak merugikan pihakku.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak-terasa
segulung angin pukulan yang jauh lebih dahsyat dari tadi
menghantam tubuhnya dengan amat keras, dia menjadi
terkejut dan menggeliat kesamping.
Kiranya dengan mengambil kesempatan itu Thiat Bok
Thysu sekali lagi melancarkan serangannya yang amat
dahsyat sedangkan mulut nya berteriak,
"Hey tua bangka kau orang masih tunggu apa lagi!!"
Sipenjahat naga merah yang mendengar teriakan dari
paman gurunya ini tidak berani ber laku ayal lagi, ujung
jubahnya dikebut kedepan dengan disertai hawa pukulan yang
amat dahsyat dia melancarkan bokongan dari sebelah
samping.
Melihat serangan gabungan dari mereka berdua dalam hati
Lie Loo jie segera menjadi paham kembali, kiranya si penjahat
naga merah sengaja mengundang dirinya untuk bertanding
dikuil Siang Liang Si karena ditempat itu sudah diatur satu
jebakan yang amat kejam sekali, dalam hati diapun sadar
bahwa pertempurannya malam ini sangat mempengaruhi
nama baiknya dikemudian hati, sedikit dia berbuat ceroboh
maka nama besar yang didapatkannya selama puluhan tahun
ini akan hancur berantakan sama sekali, bahkan nyawapun
sukar untuk dipertahankan.
Karenanya dia tidak berani menghadapi dua orang musuh
tangguh sekaligus hatinya terus menerus mengkuatirkan
keselamatan si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie, secara diam diam dia melirik sekejap ke arah
mereka.
Walaupun musuh musuhnya dengan saling berhadapan,
ujung kakinya dengan cepat menutul permukaan tanah untuk
menghindarkan diri dari serangan gabungan dari Thiat Bok
Thaysu serta si penjahat naga merah.
Kelihatannya si gadis cantik pengangon kambing, Lie Siauw
Ie serta Tionggoan Sam Koay sekalian sedang bertempur
dengan sengitnya melawan hweesio hweesio itu, tetapi hal
yang bikin benar benar hatinya merasa terperanjat ada lah
kepandaian silat yang demikian tingginya dari pada hweesio
hweesio itu, walaupun saat ini mereka berlima masih bisa
mempertahankan dirinya tetapi jika waktu berlangsung lebih
lama lagi urusan tentunya akan menjadi berubah.
Lie Loo jie yang melihat situasi yang sangat tidak
menguntungkan bagi dirinya segera memikirkan satu akal
didalam benaknya saat ini dia tidak banyak bertingkah dengan
Thiat Bok Thaysu sekalian, tiba tiba tubuhnya meloncat ke
tengah udara lalu berjumpalitan dan berlalu dari sana.
'Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah mana mau
melepaskan dia orang begitu saja dengan cepat mereka
mengejar dari belakang, empat buah telapak tangan bersama
sama melancarkan tenaga pukulan laksana menggulungnya
ombak ditengah samudra.
Lie Loo jie segera mengerahkan tenaga murninya,
mendadak dia bersuit panjang sehingga laksana pekikan naga
sakti membuat suaranya bergema sampai beberapa li jauhnya,
terhadap datangnya serangan dari kedua orang itu dia sama
sekali tak menggubris, ujang kakinya menutul permukaan
tanah lagi lalu meloncat naik ke atas wuwungan rumah.
"Ayoh pergi dari sini." Serunya dengan keras. "Kita cari
tempat yang sunyi untuk menggebrak sepuas hati."
Diikuti dengan beberapa kali loncatan dia berlalu menuju ke
halaman belakang dari kuil tersebut.
Ternyata Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah
tidak berpikir panjang lagi dan mengikuti dari belakang,
walaupua mereka berdua tidak percaya atas perkataan dari
Lie-Loo jie itu tetapi dalam hati menganggap Lie Loo jie mau
melarikan dirinya karena itu masing masing segera meloncat
ke atas wuwungan rumah untuk melakukan pengejaran
dengan sangat cepatnya, Lie Loo jie yang melihat akalnya
termakan oleh pihak musuh hatinya merasa sangat senang
sekali, dia berlari terus dengan sangat cepatnya menuju
kedepan.
Kurang lebih seperminum teh kemudian sudah dirasakan
mereka telah jauh meninggalkan kuil Siang Lian Si mendadak
sambil putar badannya dia berhenti berlari dan pada saat
itulah terlihat Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah
sedang menyusul datang dari puluhan kaki dibelakang
tubuhnya.
Lie Loo jie tidak ragu ragu legi, hawa murninya segera
disalurkan dari pusar mengelilingi seluruh tubuhnya dengan
disertai suatu pukulan angin yang sangat dahsyat dia
melancarkan suatu pukulan menghantam ke arah depan
sehingga membuat dua kaki disekeliling tempat itu segera
terkurung didalam angin pukulannya.
Thiat Bok Thaysu yang pandawgan serta penglihatannya
lebih tajam segera merasakan situasi yang berbeda, teriaknya
dengan cepat.
"Awas !"
Bersama sama sipenjahat naga merah mareka berpencar
menjadi dua dengan berdiri pada suatu arah yang berlawanan.
Tetapi saat ini Lie Loo jie sudah punya suatu pegangan
yang kuat. tubuhnya mendadak maju dua langkah ke depan
dan gerakan itu khusus mencari penjahat naga merah tak
menunggu sampai dia orang berdiri dengan tegak berturut
turut dia melancarkan tiga pukulan gencar menghantam
tubuhnya.
Si penjahat naga merah yang berada didalam situasi
semacam ini boleh dikata berwda ditengah keadaan yang
amat berbahaya, tetapi bagaimanapun dia bukanlah manusia
yang memiliki kepandaian rendah dengan susah payah dia ber
hasil juga menghindarkan diri dari dua buah serangan yang
pertama tetapi ketika serangan yang ketiga menyusul dia tidak
sanggup untuk menghindar kembali, terpaksa dengan keras
lawan Keras dia menerima datangnya serangan tersebut.
Tetapi didalam keadaan amat gugup mana dia orang
sanggup menerima datangnya serangan yang amat dahsyat
itu.
"Braak," ditengah suara bentrokan yang amat keras
tubuhnya dengan sempoyongan mundur tujuh, delapan
langkah kebelakang darah segar muncrat keluar dari mulutnya
dengan kepala berasa pening sekali, jelas sekali dia sudah
menderita luka dalam yang tidak ringan.
Thiat Bok Thaysu sama sekali tidak menyangka Lie Loo jie
bisa memperlihatkan permainan ini, melihat si penjahat naga
merah sudah mendapatkan kerugian yang tidak ringan,
dengan amat gusarnya dia membentak keras, tubuhnya
secara tiba tiba mendesak maju lebih dekat lagi lalu
melancarkan pukulan menghajar tubuh Lie Loo jie.
Dalam hati Lie Loo jie memangnya tidak bermaksud
mencelakai nyawa dari si penjahat naga merah itu karenana
dia tidak perlu menambahi dengan satu pukukn kembali,
melihat datangnya serangan yang begitu gencar dari Thiat Bok
Taysu dia segera tertawa ter bahak-bahak dan mengundurkan
diri dua kaki jauhnya kebelakang.
"Haaa . . haaa . . Thiat Bok Thaysu!" teriaknya dengan
suara yang amat nyaring. Pada dua tiga puluh tahun yang lalu
sipenjahat naga merah pernah menggetarkan seluruh dunia
persilatan, waktu itu aku betul hetul kagum atas nama
besarnya tetapi siapa iahu. siapa tahu dia cuma seorang
manusia rendah yang tidak tahu malu. Hadiahku pada malam
ini bilamana ingin membalasnya aku siorang tua akan
menantinya pada puncak pertama diatas Cing Jan bulan lima
tanggal lima yang akan datang, selamat tinggal
Selesai berbicara mendadak dia pntar tubuhnya, dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya "Liu Im Hwee Si"
atau mengikuti awan terbang melayang dia berlalu dari
tempat itu dengan cepatnya.
Menanti Thiat Bok Thaysu sadar kembali dari lamunannya
hendak melakukan pengejaran Lie Loo jie sudah meninggalkan
tempat itu amat jauh sekali.
Dia menjadi sangat gusar sekali, sambil mendepak
depakkan kakinya ke atas tanah dia Orang memaki tak henti
hentinya, terpaksa dia balik kembali untuk memeriksa keadaan
luka dari penjahat naga merah.
Kita balik pada Lie Loo jie yang berhasil meloloskan diri dari
gencetan Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah,
hatinya yang terus menerus memikirkan keselamatan dari
gadis esntik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie sewaktu
dilihatnya Thiat Bok Thaysu tidak melakukan pengejaran,
dengan cepat dia me mengerahkan ilmunya berlari balik
kedalam kuil Siang Lian Si.
Beberapa saat kemudian kuil Siang Lian Si secara samar
samar sudah muncul dihadapannya, saat itulah dia dapat
mendengar suara pertempuran yang amat sengit diselingi
dengan suara kesakitan yang menyayatkan hati berkumandang
datang dengan jelasnya, dia orang segera tahu
pertempuran didalam kuil itu sudah mencapai pada
puncaknya.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang
lebih dahsyat dia berlari semakin cepat lagi menuju kearab
kuil.
Mendadak .. .
Suara dengusan kerbau yang amat keras bergema
memenuhi seluruh permukaan, suara itu semakin lama
semakin keras,,dan semakin laa semakin mengerikan
kedengarannya, jelas sang kerbau sudah dibuat kalap.
Sebetulnya sejak kerbau itu menerjang masuk kedalam
kuil, Lie Loo jie sudah mengenal kembali kalau kerbau
tersebut adalah kerbau yang diberikan kepada Liem Tou lalu
menghilang secara mendadak itu, kini mendengus suara
dengusan yang amat cemas dari kerbau itu dia orang segera
tahu kalau gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le
sudah menemui bahaya, dengan semakin cepat lagi dia berlari
kearah dapan.
Sebentar saja dia sudah tiba didalam kuil Siang Lian Si,
ketika dia mendongakkan kepala tetlihatlah diatas wuwungan
rumah terdapat bayangan manusia yang sedang berkelebat
diselingi sambaran sinar golok yang gemerlapan. Tionggoan
Sam Koay. gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le
mereka itu masing masing orang sedang melawan dua orang
musuh.
Hanya didadam sekali pandang dia bisa melihat siapa
menang siapa kalah, dengan disertai suara bentakan yang
amat keras sesosok bayangan manunusia dengan cepatnya
melayang keatas dan menuburk kearah Lie Siauw Ie, hanya
dalam sekali gebrakan saja dimana angin pukulannya
menyambar dua orang hweesio dengan disertai suara jeritan
kesakitan tersapu jatuh dari atas wuwungan rumah.
"Suhu!" teriak Lie Siauw Ie kemudian setelah dilihatnya
siapa orang yang baru saja me nolong dirinya.
Lie Loo jie mana ada kesempatan untuk menjawab, dia
cuma mendengus perlahan sedang tubuhnya dengan amat
cepat melayang kesamping tubuh si gadis cantik pengangon
kambing itu, dengan menggunakan cara yang sama pula dia
membereskan dua orang hweesio yang sedang mendesak
putrinya mati matian itu.
"Ayah, coba kau lihat kerbau itu" teriak gadis cantik
pengangon kambing itu, kemudian setelah si Lie Loo jie
berhasil menyingkirkan ke dua orang hweesio itu.
Lie Loo-jie tidak menyahut, setelah dilihatnya baik si gadis
cantik pengangon kambing maupun Lie Siauw Ie tidak
menemui cidera segera dia memaki.
"Lihat kerbau, kerbau apa ? Suruh kalian jangan ikut turun
gunung kenapa kamu orang tidak mau dengar omonganku !!
Ayoh cepat pergi dari sini"
Tetapi sewaktu mendengar perkataan dari gadis cantik
pengangon kambing tak terasa dia pun menunduk ke bawah,
jika tidak masih melihat mengapa begitu dia melihat ke bawah
terasa hatinya berdebar debar dengan amat keras nya,
seluruh tubuhnya terasa mendingin.
Kiranya dibawah ruangan tersebut telah dipenuhi dengan
mayat mayat yang bergelimpangan memenuhi seluruh
permukaan tanah menyerupai sebuah selokan kecil.
Beberapa puluh hweesio lainnya yang masih hidup tampak
sedang melarikan diri dikejar oleh kerbau tersebut dengan
amat kencangnya.
Diantara terjangan serta injakkannya yang amat keras
beberapa puluh hweesio tersebut hanya didalam sekejap saja
sudah tinggal beberapa orang saja yang berlari dengan
terbirit-birit sambil berteriak teriak ketakutan,
Dengan perlahan pandangan Lie Loo jie beralih ketempat
lain. seketika itu juga dia menemukan juga kalau diatas
pohonpun sudah di penuhi dengan hweesio yang sedang
bersembunyi disana sambil mulutnya komat kamit membaca
doa minta keselamatan.
Situasi yang benar benar sangat mengerikan ini membuat
Lie Loo jie merasa agak tidak tega, baru saja dia hendak
membentak kerbau itu untuk menghentikan gerakannya
meudadak terdengar sipengemis pemabok membentak keras.
"Pergi"
”Bluuuk.. ."sipengemis pemabok itu dengan amat cepatnya
berhasil menghajar jatuh seorang bweesio kebawah atap.
Ketika..kerbau tersebut melihat adanya manusia yang jauh
dari atas dengan cepat tubuhnya menerjang maju kedepan,
ditengah injakan injakan yang anat keras serta suara jeritan
ngeri yang menyayat hati, perut hweesio itu sudah pecah dan
terkoyak koyak sehingga isi perut pada berhamburan, seketika
itu juga hweesio itu menemui ajalnya.
Terasa lagi Lie Loo jie gelengkan kepalanya, teriaknya
kemudian dengan suara yang amat nyaring.
"Tiongoan Sam Hiap su!! biarkan mereka pergi saja.”
Si siucay buntung, pengemis pemabok serta Thiat Sie
Sianseng ketika mendengsr suara seruan dari Lie Loo jie
dengan cepat meloncat mundur kebelakang membiarkan
kelima orang hweesio tersebut berlari terbirit birit dari sana.
Le Loo jie segera membentak kembali.
"Su!!"
Agaknya dia punya maksud untuk menghentikan gerakan
dari kerbau tersebit, siapa tahu setelah mendengar teriakan
tersebut bukannya berhenti bergerak kerbau tersebut malah
semakin mempercepat kejarannya kearah beberapa orang
hweesio itu,
Lie Loo jie menjadi keheran heranan.
"Haaa apakah kerbau ini sudah berubah sifatya??
sebetulnya kerbau adalah sama dengan anjing yang
merupskan binatang paling setia terhadtp majikannya, kenapa
kali ini pengalaman tersebut tidak cocok.
Pada saat pikirannya berputar itulah kerbau tersebut
berhasil menerjang seorang hweesio kembali, terdengar
hweesio itu menjerit kesakitan darah segar segera mengucur -
keluar dengan amat derasnya, pada punggunguya sudah
bertambah dengan dua lubang besar terkena tanduknya
kerbau itu, seketika itu dia juga jatuh binasa.
Lie Loo jie semakin cemas lagi, berturut turut dia berteriak
beberapa kali untuk berusaha menghentikan sang kerbau
yang sudah kalap itu.
"Su.Su. Su."
Lalu gumamnya seorang diri. ”Jika tidak berhenti lagi, aku
segera akan membinasakan dirinya,"
Tetapi kerbau itu sama sekali tidak mau mendengar
bentakannya, dia masih meneruskan terjangannya.
Saat ini. Lie Loo jie benar benar sudah tidak bisa menahan
sabar lagi, bentaknya keras.
Binatang, hutang nyawa harus diganti nyawa kau jangan
salahkan aku siorang tua akan turun tangan jahat kepadamu?"
Tubuhnya dengan cepat melayang turun ke-bawah telapak
tangannya bagaikan kilat cepatnya sudah melancarkan
serangan menghajar punggung ketbau itu.
Jika dibicarakan dari kehebatan serta kesempurnaan dari
ilmu silat Lie Loo jie untuk menbinasakan kerbau itu sama
gampangnya dengan mengsmbil barang dari sakunya sendiri
saja, hal itu merupakan suatu pekerjaan yang sederhana
sekali.
Siapa duga kerbau itupun mempunyai perasaan yang amat
tajam sekali, baru saja Lie Loo jie melancarkan serangannya
kedepan mendadak kerbau itu menarik punggungnya kembali
kedalam, dengan disertai suara desiran yang berat kaki
belakangnya melancarkan tendangan lalu kabur dengan amat
cepatnya kedepan.
Hanya didalam beberapa kali lompatan saja dia sudah
berada sangat jauh dari kakek itu membuat pukulan dari Lie
Loo jie seketika itu juga menyambar permukaan tanah
membuat pasir serta kerikil pada melayang memenuhi
angkasa.
Beberapa saat kemudian kembali kerbau itu berhasil
menyandak seorang hweesio yang sedang lari ketakutan.
"Binatang terkutuk" bentak Lie Loo jie dengan amat
gusarnya.
Tubuhnya dengan cepat melayang kedepan mengejar
dibelakang tubuh kerbau itu, dengan tepat mengarah pantat
kerbau tersebut, dia melancarkan dua buah serangan dahsyat
tanpa ada ampun.
Kerbau itu seperti dibelakang ada pantatnya, ternyata
dengan cepat sudah menggelindingkan badannya keatas
tanah dan dengan persis berhasil menghindarkan datangnya
serangan tersebut.
Terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati,
angin pukulan dari Lie Loo jie bukannya berbasil
membinasakan kerbau itu sebaliknya dengan tepat
menghatam tubuh hweesio yang sedang lari ketakutan itu,
darah segar segera muncrat dari tubuhnya dan seketika itu
juga menemui ajalnya.
Kali ini Lie Loo jie benar benar dibuat kheki sampai
wajahnyapun berubah menjadi pucat ke hijau hijauan,
tangannya dengan cepat melayang kedepan, dua buah
lempengan besi yang selamanya tidak pernah dipergunakan
dengan meninggalkan suara desiran yang amat keras
menyambar kedepan mengancam sepasang mata dari kerbau
itu.
Kelihatannya lempengan besi itu segera akan menghajar
sepasang mata dari sang kerbau itu, mendadak dia
menolehkan kepalanya disertai suara ringkikan perlahan,
lempengan besi terse but dengan tepatnya berhasil menghajar
lehernya tetapi sama sekali tidak menimbulkan perubahan
apapun bagi dirinya serangan itu lenyap bagaikan ditelan
gelombang samudra.
Sekalipun Lie Loo jie mempunyai pengalaman yang amat
luas dengan pengetahuan tentang kejadian aneh yang amat
banyak kali ini benar berar dibuat tertegun juga oleh kejadian
yang baru saja ditemuinya ini dengan mata terbelalak mulut
melongo dia berdiri tertegun memandangi kerbau itu.
Sedangkan kerbau itupun tidak merasa takut lagi dengan
cepat menghentikan larinya bahkan sepasang matanya yang
bulat dengan gayanya mengejek memandangi dirinya.
Melihat hal itu Lie Loo jie semakin mendongkol, tetapi kali
ini dia bergerak maju dengan langkah yang amat perlahan
sekali, kemudian pikirnya.
"Hmmm. asalkan aku berhasil mendekati badanmu, tidak
akan terlalu sukar lagi untuk menawan kau binatang."
Siapa tahu kejadian yang aneh sekali lagi muncul
dihadapan mukanya .... setiap kali dia maju satu langkah
maka kerbau itu ikut mundur satu langkah kebelakang. boleh
dikata dia tidak bisa mengapa apakan dirinya.
Tidak terasa lagi Lie Loo jie merasa hatinya seperti dibakar,
pikirnya dengan gemas.
"Aku si cangkul pualam Lie Sang sudah pernah manjagoi
seluruh dunia persilatan selama puluhan tahun lamanya
ternyata hari ini tidak sanggup untuk menguasai seekor
kerbau saja. Aiii hal ini sungguh memalukan namaku yang
sudah terkenal tersebut."
Berpikir akan hal ini nafsu membunuhnya menjadi timbul
kembali, dengan cepat dia menyalurkan seluruh hawa
murninya pada kedua belah telapak tangannya, dia bersiap
siap menbinasakan kerbau tersebut didalam satu kali pukulan
saja sehingga mukanya sedikit dapat terlindung
Tiba-tiba . .. .
Suatu suitan nyaring dari Thiat Bok Thaysu telah
menembus awan berkumandang datang, Lie Loo jie menjadi
kaget, disadari kembali apa yang akan terjadi, dengan cepat
memrandang ke arah Tionggoan Sam Koay, si gadis cantik
pengangon kambing serta Lis Siauw-Ie berseru dengan keras.
"Kalian kenapa tidak pergi dari sini !! Mau tunggu apa lagi
haaa !!"
"Suhu, bagaimana dengan Liem Tou?" tanya Lie Siauw Ie
mendadak ketika teringat kembali kepada diri Liem Tou.
"Apa ?” tanya Lie Loo jie keheranan. "Kau sedang bicara
apa ? Kau sudah bertemu dengan Liem Tou?"
"Benar," sahut Lie Siauw Ie membenarkan. "Semula dia
berada diatas pohon siong tetapi sekarang telah ienyap,
kemungkinan sekali dia bersembunyi ditempat lain. jika kita
pergi semua bagaimana dia orang ?"
Perkauan dari Lie Siauw Ie ini diucapkan terlalu mendadak,
membuat Lie Loo jie setengah percaya setengah tidak, untuk
beberapa saat lamanya pikirannya berputar terus dengan
amat kerasnya.
Tiba tiba . . . sepertinya dia sedang memahami sesuatu,
dengan tanpa dia sadari kepalanya sudah ditolehkan ke arah
kerbau itu mendatanginya dengan melotot.
Meiihat Lie Loo jie memandangi dirinya dengan mata
melotot terdengar kerbau tersebut segera meringkuk keras
lalu jejakkan empat buah kakinya kebelakang dan hanya
dalam beberapa kali loncatan saja dia sudah mengelilingi satu
kali dalam halaman itu lalu dengan kencangnya menerjang
keluar dari pintu kuil.
Cuma didalam beberapa saat saja suara derapan kakinya
makin lama semakin menjauh dan akhirnya lenyap dari
pendengaran.
Saat ini suara suitan dari Thiat Bok Thaysu berkumandang
kembali, agaknya sebentar lagi dia sudah akan tiba disana
Dangan cepat Lie Loo jie mendesak Tiong goan Sam Koay.
sigadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw le untuk
cepat meninggalkan tempat itu.
Tampak Thiat Si sianseng merangkap tangan nya menjura
lalu ujarnya.
Cian pwee kalau memangnya memerintahkan kami berbuat
demikian, boapwee sekali tidak akan berani membantah,
selamat tinggal."
Selesai berkata bersama sama dengan kedua orang
temannya mereka meioncat turun dari wuwungan runah
kemudian dengan amat cepat nya berlalu dari sana, hanya di
dalam sekejap saja mereka sudah lenyap dari pandangan.
Sebaliknya sigadis cantik pengangon Kambing serta Lie
Siauw le yang sudah bertemu kembali dengan Lie Loo jie
mana mau pergi dari sana seperti halnya dengan Tionggoan
Sam Koay. mereka tetap berdiri disana dengan ragu ragu.
"Wan jie, Wie jie kenapa kalian tidak pergi juga!!!" Teriak
Lie Loo jie kembali dengan keras." Tenaga dalam dari Thiat
Bok hweesio amat kuat sekali bahkan aku sendiripun tidak
sanggup untuk menandingi dirinya apa kalian kira dengan
kepandaianmu masih bisa bertahan terhadap serangan nya?"
Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat Lie Loo jie
menjadi marah dia segera memperlihatkan sifat alemannya,
dia menganggap asalkan dia berbuat demikian tentu ayahnya
akan segera menjadi gembira kembali.
"Tia." ujarnya dengan nada aleman. "Aku serta Ie cici
memangnya mau ikut kau orang tua melakukan perjalanan."
"Tutup mulut." mendadak Lie Loo jie membentak dengan
amat gusarnya.
"Apa yang sudah aku pesankan kepada kalian!! Haaa!!
kenapa kalian sengaja tidak mau mendengarkan omonganku!!
sekarang aku tidak mau mengurus kalian lagi, ayoh cepat
pergi dari sini."
Suaranya keras nadanyapun amat kasar, sama sekali
berbeda dengan sifatnya pada hari hari biasa.
Sigadis cantik pengangon kambing menjadi sedikit
melengak, lalu dengan mata memerah hampir hampir
menangis serunya.
"Tia, kau tidak tahu, , . ."
Sebenarnya dia menceritakan suatu yang ditinggalkan
didalam gua mereka, siapa tahu baru saja dia mengucapkan
sepatah kata suara dengusan kerbau dari luar kuil sudah
bergema kembali tak henti hentinya diikuti suara derapan kaki
yang keras mulai mendekati dari arah jauh
Beberapa orang itu tak terasa lagi sudah mengalihkan
pandangannya keluar kuil sedangkan sigadis cantik pengangon
kambing itupun dengan sendirinya menghentikan pembicaraan
selanjutnya.
Didalam sekejap saja kerbau yang telah pergi tadi sudah
menerjang masuk kembali kedalam kuil, tetapi pada
tanduknya kali ini sudah tergantung seseorang.
Meiihat kejadian itu mereka bertiga jadi kebingungan dan
merasa amat terkejut sekali,
Mendadak....
"Touw titi, itu dia Touw titi," teriak Lie Siauw Ie dengan
amat keras.
Tubuhnya dengan cepat melayang turun dari wuwungan
rumah dan dengan menyambut datangnya kerbau tersebut dia
menerjang ke depan, agaknya dia bermaksud menyambar
orang yang sudah tergantung pada tanduk kerbau itu
Kiranya hanya dalam sekali pandang itulah Lie Siauw le
sudah mengenal kembali, kalau orang itu adalah Liem Tou.
"Ie jie, jangan." teriak Lie Loo jie dengan terperanjat
sewaktu dipandangnya Lie Siauw Ie menubruk ke arah kerbau
tersebut.
Tetapi saat ini Lie Siauw Ie sudah berada kurang lebih
beberapa depa dari kerbau itu, untuk mencegah sudah tidak
sempat lagi kelihatan nya Lie Siauw Ie segera akan kena
sambar oleh kerbau yang sedang menerjang ke arahnya
dengan amat ganasnya itu.
Pada saat Lie Loo jie serta Lie Siauw Ie merasa terperanjat
sehinga keriingat dingin mengucur keluar membasahi bajunya
itulah tiba tiba kerbau itu mundur dua langkah kebelakang, de
ngan bentakan rendah mendadak kerbau itu meloncat melalui
atas kepala lalu menerjang kedalam ruangan kuil yang amat
megah itu.
"Suhu .... suhu ..." teriak Lie Siauw Ie dengan amat cemas.
"Dia adalah Liem Tou, suhu kau tolonglah dirinya."
Tanpa menanti jawaban lagi dia pun berlari mengikuti
kerbau tersebut menerjang masuk ke dalam ruangan megah
itu.
Lie Loo jie tahu dia mau tidak mau harus turun tangan
untuk memberi bantuan, melihat si gadis cantik pengangon
kambing masih ada di-atas genteng cepat gapenya.
"Ayoh ikut aku turun ke bawah."
Si gadis cantik pengangon kambing dengan cepat melayang
turun ke bawah mengikuti diri Lie Loo jie masuk kedalam
ruangan megah itu.
Terasa keadaan didalam ruangan megah itu amat seram
dan dingin sekali, suasananya amat sunyi dan gelap, cuma
ada serentetan sinar yang amat samar memancar keluar
secara samar samar dari patung Budha diatas meja
sembahyangan
Lie Loo jie yang terang terangan melihat Lie Siauw Ie
dengan mengikuti kerbau itu menerjang masuk kedalam
ruangan ternyata kini sudah lenyap tak tampak hatinya
menjadi amat keheranan kepada sigadis cantik pengangon
kambing ujarnya dengan suara perlahan-
"cepat perhatikan lebih teliti lagi Lie Siauw Ie sudah pergi
kemana!!"
Selesai berkata kepadanya segera berputar menyapu
sekejap kearah sekeliling tempat itu. mendadak disebelah kiri
dekat ujung tembok dia melihat adanya sebuah genta besar
yang tergantung ditengah udara genta itu cuma ditahan
dengan seutas tali tanpa adanya rak untuk menyimpannya,
barang barang yang diatur seperti ini memang sangat
mencurigakan sekali tak terasa lagi Lie Loo jie menjadi curiga
juga sarunya. ”Didalam kuil ini tantu ada barang barang yang
mencurigakan sekali, awas jangan sampai kena terjebak."
Baru saja dia merasa amat curiga mendadak dari belakang
badannya terdengar suara benturan yang amat karas sekali
dua buah pintu ruangan itu mendadak sudah tertutup dengan
sangat rapatnya diikuti suara tertawa yang sangat menusuk
telinga bergema melalui seluruh ruangan tersebut.
Lie Loo jie segera bisa menangkap kalau suara itu berasal
dari Thiat bok Thaysu, air mukanya berubah sangat hebat
sambil menyambar tangannya si gadis cantik pengangon
kambing dia meloncat ke kanan,
"Lie sicu kau orang tidak usah gugup, terdengar suara dari
Thiat Bok Thaysu beigema datang, "Kau telah memasuki kuil
Siang Lian si-ku. Kau orang sudah tidak pandang sebelah
mata-pun terhadap kuil Siang Lian si kami ini, kenapa
sekarang menjadi gugup ?" tetapi . .Hee hee, urusnj yang
terjadi didalam dunia memang sukar untuk diduga semula."
Selesai berkata dia kembali tertawa serak, diikuti suara
keagungan Budha yang membetot-kan nyawa.
”Omintohud . . Omintohud."
Suaranya itu kedengarannya amat mengerikan sekali
sehingga membuat bulu kuduk mereka berdua pada berdiri
ditambah pula suasana didalam kuil itu amat menyeramkan
seperti berada diakherat saja wembuat hati mereka berdua
semakin bergidik.
Saat ini gadis cantik pengangon kambinglah yang merasa
paling kaget bercampur ketakutan sambil menarik narik
tangan Hek Loo jie tanya nya dengan suara yang amat lirih.
"Tia, kau dengar hweesio kurus kering itu ber bicara dari
mana? kenapa kita tidak bisa melihat dirinya?"
Dalam hati Lie Leo jie tahu dirinya sudah terjerumus
kedalam situasi yang sungguh sungguh membahayakan
keselamatan jiwanya, oleh sebab itu seluruh perhatiannya
sudah dipusatkan pada gerak gerik yang terjadi diruangan itu,
terhadap perkataan itu dari gadis cantik pengangon kambing
itu dia orang sama sekali tidak memberikan jawabannya.
"Sreet" tiba tiba dia orang mencabut keluar goloknya yang
amat tipis dan dicekal kencang kencang ditangannya,
sedangkan sepasang matanya dengan amat tajam sekali
menyapu beberapa kali keseluruh ruangan.
Sikapnya yang amat tegang dari Lie Loo jie baru dilihat
gadis cantik pengangon kambing untuk pertama kalinya, tak
terasa diapun merasa hatinya berdebar dengan amat
kerasnya, dalam hati dia berpikir.
"Apakah hweesio kurus dan hitam pekat itu benar benar
lihay sekali?''
Ketika pikiran ini berkelebat didalam benak nya, mendadak
dia teringat kembali terhadap keselamatan dari Lie Siauw Ie
serta Liem Tou yang tersangkut diatas tanduk kerbau,
”sebenar nya mereka telah pergi ke mana ? apakah
merekapun juga terjebak oleh alat rahasia yang ada didalam
kuil ini?"
Teringat akan hal ini seperti juga baru saja disiram dengan
sebaskom air dingin hatinya merasa berdesir, bisiknya kembali
kepada Lie Loo jie.
"Tia, apakah didalam kuil ini benar benar ada alat
rahasianya"
"Wan jie, kau jangan bertanya terus terusan" "seru Lie Loo
jie sewaktu mendengar gadis cantik pengangon kambing
bertanya untuk kedua kalinya.
"Kita harus memperhatikan sekitar tempat ini apakah ada
suatu perubahan yang mencurigakan"
17
Karya : Khu Lung
aka. Lahirnya Dedengkot Silat
diterjemahkan oleh Tjan Ing Djoe tahun 1969
Upload by Masrizki di Indozone
Ebook by Dewi Kangzusi http://kangzusi.com/
Jilid 17: Terperangkap Di Dalam Kuil Siang Lian Si
"Tia, Lalu Ie Cici apa mungkin sudah.."
"Tidak usah banyak tanya lagi, aku sudah tahu!' Potong Lie
Loo jie dangan cepat.
Berbicara sampai disitu dia segera menarik tangan si gadis
cantik pengangon kambing untuk menyusup dengan cepatnya
kedepan, dia bisa melihat pada dinding pintu itu ternyata telah
terbuka sebuah pintu yang menghubungkan tempat itu
dengan sebuah lorong yang sangat panjang sekali.
Si gadis cantik pengangon kambing menjadi amat girang,
dengan gerakan badan yang Cepat dia siap siap hendak
menerjang masuk terlebih dulu ke dalam lorong.
"Jangan terburu buru, jangan sampai terkena
bokongannya" mendadak teriak Lie Loo jle sambil menarik
tangannya kebelakang.
Tubuh gadis cantik pengangon kambing itu segera mundur
baberaba laagkah kebelakang, dan pada saat itu pula
terdengar Thiat Bok Thaysu tertawa kembali dengan amat
seramnya.
"Hee .. hee . . heee .. sungguh hebat sekali kau orang,
tidak kuduga si cangkul pualam Lie Sang jadi orang amat teliti
sekali, tapi sekalipun begitu apa gunanya?? saat ini walaupun
kau punya sayappun jangan harap bisa terbang lolos dari
tempat ini."
Dengan perlahan pintu tadi ditutup kembali dengan
rapatnya disusul dengan bergemanya suara lonceng yang
berbunyi tak henti hentinya didalam ruangan tersebut.
Kiranya genta yang semula digantung pada ujung tembok
sebelah kiri saat ini secara otomatis sudah bergoyang dengan
amat kerasnya sehingga suaranya memekikkan telinga.
Didalam ruangan kuil yang demikian besar dan ditutup
dengan begitu rapatnya suara pantulan dari gema tersebut
benar benar dahsyat sekali, membuat Lie Loo jie serta gadis
cantik pengangon kambing benar benar kewalahan, untuk
berbicarapun terpaksa harus berteriak teriak keras
Ditengah bergemanya suara genta yang mengacaukan
pikiran terdengar suara tertawa yang mengerikan dari Thiat
Bok Thaysu berkumandang kembali, makinya:
"Hey orang she Lie, tidak kusangka sama sekali kamu
orang ternyata begitu kejamnya, seluruh hweesio dari Siang
Lian Si ku hampir-hampir sudah terbinasa ditanganmu semua,
jika tidak berhasil membalas dendam ini hari aku bersumpah
tidak akan jadi manusia."
Saat ini Lie Loo jie benar benar memperhatikan berasalnya
suara dari Thiat Bok Thaysu, akan tetapi walaupun dia sudah
memperhatikan dengan amat teliti jsngan dikata bayangan
manusia sekalipun letak berasalnya suaranya pun dia tidak
bisa mengetahui. "Mendadak . . ."
"Kraaak. . .kraaak." suara yang amat berisik sekali bergema
memenuhi seluruh ruangan tersebut.
"Tia, coba kau lihat" terdengar si gadis cantik pengangon
kambing itu berbisik kepada diri Lie Loo jie.
Dengan mengikuti tudingannya Lie Loo jie segera
memandang kesana. tampaklah ketiga buah patung Budha
yang ada dibelakang meja sembahyang itu meloncat turun
dari tempatnya. Ujung kakinya dengan cepat menutul
permukaan lalu dengan gerakan yang amat cepat sekali ketiga
buah patuug itu menyerang ke arah si gadis cantik pengangon
kambing serta diri Lie Loo jie.
Bersamaan waktunya pula ketiga buah patung Budha itu
mementangkan mulutnya secara tiba tiba bagaikan kilat
cepatnya tiga rentetan sinar yang berbeda memancar keluar.
Dan mulut patung Budha yang ada ditengah ternyata sudah
memancar keluar sinar yang amat dingin, dari patung Budha
yang ada disebelah kanan memancar keluar sinar api yang
sangat panas sedangkan dari patung sebelah kiri memancar
keluar sebuah sumber air berwarna hijau tua, sekali pandang
saja sudah tahu bila air itu sangat beracun sekali.
Mendadak Lie Loo jie membentak keras telapak kirinya
dengan keras melancarkan Suatu pukulan dahsyat ke depan
menghantam ke atas patung Budha itu, serunya dengan
cepat.
"Wan-jie, cepat menyingkir !"
Tubuhnya sendiri dengan cepat meloncat sejauh tiga kaki
menghindarkan diri dari serangan gabungan dari ketiga buah
patung Budha itu, si gadis cantik pengangon kambing yang
mendengar suara suara seruan dari ayahnya dia segera tahu
bahaya, tanpa berpikir panjang lagi ujung kakinya segera
menutul ke permukaan tanah tubuhnya dengan cepat sudah
menghindarkan diri dari ketiga buah serangan tersebut,
sehingga dengan demikian serangan dari patung patung
Budha itu mencapai pada sasaran yang kosong.
Siapa tahu patung patung Budha itupun sangat gesit sekali
pada saat mereka berdua meloncat menyingkir itulah patung
patung Budha yang semula berdiri sejajar saat ini mendadak
memencar ke samping kiri, sedangkan patung yang berada di
depan tetap meluncur dengan cepatnya ke arah depan.
Dengan demikian si gadis cantik pengangon kambing benar
benar sudah berhasil menghindarkan diri dari serangan patung
Budha itu tetapi Lie Loo jie kini sudah terdesak oleh serangan
patung Budha yang berada disebelah kiri.
Dia menjadi sangat terperanjat, sama sekali tak terduga
kalau di dalam ruangan itu bisa dipasangi suatu alat alat
rahasia ysng demikian lihaynya, tetapi kenapa tak ada orang
tahu??
Aiii kuil Siang Lian Si ini memang merupakan salah satu kuil
yang masih angker dan tidak boleh dengan secara gegabah
masuk kedalam kuil tersebut.
Tetapi ketika teringat kembali kalau dirinyapun merupakan
seorang jagoan yang terkenal di dalam Bu lim kini ternyata
sudah terkurung didalam kuil tak terasa hatinya merasa gusar
juga, melihat patung Budha menerjang ke arahnya itu dia
segera menyalurkan hawa murninya ke seluruh tubuhnya,
setelah patung Budha tersebut menerjang sampai satu depa
dari dirinya tangan kirinya yang mencekal golok membabat ke
depan sadangkan tangan kanannya dengan mengerahkan
tenaga penuh mengejar ke depan.
Pukulan Lie Loo jie kali ini sudah menggunakan tenaga
sebesar delapan bagian, kalau dihitung kekuatannya diatas
ribuan kati.
Walaupun patung Budha tersebut amat lihay sekali tetapi
bagaimana pun juga dia hanyalah barang mati yang tidak tahu
menghindar pukulan pukulan tersebut dengan amat
dahsyatnya menghantam dada patung itu membuatnya
seketika itu juga berhenti tak bergerak kembali.
Lie Loo jie yang melihat patung itu menghentikan
gerakannya dia tidak berani berlaku gegabah, sepasang
matanya dengan amat tajam sskali memperhatikan terus
patung yang berdiri kurang lebih satu depa di depan tubuhnya
itu.
Suasana menjadi amat sunyi sekali. . .mendadak dari dada
patung itu mengeluarkan suara hiruk pikuk yang amat ramai
sekali. Lie Loo jie yang tahu tentu ada permainan lagi dia
semakin tidak berani berlaku gegabah. Tampak tangan dari
patung itu dengan perlahan direntangkan ke samping lalu
dengan perlahan diangkat naik keatas, walaupun suasana
didalam ruangan itu amat gelap tetapi Lie Loo jie masih bisa
melihat dengan amat jelas seluruh gerak geriknya.
Tiba tiba sepasang tangan dari patung Buddha yang
diangkat ini ditetapkan di depan dada, Lie Loo jie segera tahu
dia akan berbuat sesuatu di ujung kakinya dengan cepat
menutul permukaan tanah dengan menggunakan jurus" Pek
Hok Cong Thian" atau bangau putih menerjang langit
meloncat ke atas setinggi dua kaki lebib.
Pada saat yang bersamaan dari sepasang tangan patung
Buddha itu menyambar keluar senjata senjata rahasia yang
amat halus sekali dengan memencar dari kiri kanan menghajar
kearah depan.
Melihat kejadian itu Lie Loo jie segera merasakan hatinya
bergidik, pikirnya,
Sungguh amat bahaya, asalkan aku sedikit berayal
menghindar kesamping kiri atau kanan bukankah aku akan
segara terkena permainan busuknya ini??"
Tubuhnya yang masih ada di tengah udara segera
berjumpalitan, dengan gerakan "Ku Ing Leng Gong" atau
burung elang menembus awan golok tipis ditangan kirinya
digetarkan sehingga menimbulkan berbagai bunga golok yang
amat menyilaukan mata, dengan dahsyatnya dia membacok
kearah patung tersebut.
Di mana sinar golok itu berkelebat patung Buddha tersebut
tetap berdiri tidak bergerak.
"Trang...!" dengan menimbulkan suara yarg amat nyaring
bagian kepala dari patung Budha itu sudah terkena tusukan
dari Lie Loo jie.
Tiba tiba patung itu merendahkan badannya dari
punggungnya kembali berhamburan jarum jarum kecil yang
menyambar dengan kecepatan luar biasa ke arah atas.
Bokongan senjata rahasia yang meluncur secara tiba tiba
ini benar benar luar biasa. hebatnya, jikalau bukannnya Lie
Loo jie dapat mengikuti perubahan selekas mungkin dia pun
akan terkena serangan tersebut.
Kiranya pada saat Lie Loo jie berhasil menghantam bagian
kepala dari patung Budna it dari jurus "Ku Ing Ban Gong"
cepat ceoat dia mengubah menjadi "Sian Niauw Hua Sih"
burung cerdik mengorek pasir melayang ke arah samping,
dengan demikian diapun telah behasil menghindarkan diri dari
serangan jarum rahasia itu.
Dia menjadi termangu mangu berdiam disamping, dia
orang sama sekali tidak menduga patung Budha itu dipasangi
alat rahasia sehingga demikian lihaynya.
Beberapa saat kemudian dari arah patung itu tetap tidak
memperlihatkan gerak gerik lainnya, bagian pinggangnya
mendadak patah rata jadi dua bagian berbungkuk tidak
bangkit berdiri, saat itulah Lie Loo jie baru teringat serangan
berturut turut sebanyak tiga kali dari alat alat rahasia yang
dipasang di dalam patung tersebut semuanya disebabkan oleh
usikannya sendiri, kemungkinan sekali bila dirinya tidak
mengganggu, alat itupun tidak akan mencelakai dirinya
kembali.
Saat ini dia baru menghembuskan napas lega, dengan
perlahan kepalanya menoleh memandang ke arah patung
Budha lainnya yang berdiri pada dinding sebelah kanan.
Waktu itu si gadis cantik pengangon kambing bagaikan sebuah
pa tung saja berdiri termangu mangu ditengah ruangan,
agaknya dia dibuat kebingungan oleh gerak gerik yang amat
aneh dari ketiga buah patung Budha tersebut.
Baru saja Lie Loo jie mau bergerak maju menuju kearahnya
mendadak dia menemukan genta yang besar sejak kapan
ternyata sudah bergeser ke atas kepala si gadis cantik
pengangon kambing tak terasa lagi dia menjadi amat
terperanjat.
"Wan jie cepat mundur." bentak Lie Loo jie dengan suara
keras.
Baru saja dia selesai berbicara genta besar yang mengarah
tepat di atas kepala si gadis cantik pengangon kambing itu
sudah mulai bergerak turun kebawah, tetapi si gadis cantik
pengangon kambing masin tetap berdiri tertegun tak
bergerak.
Lie Loo jie tidak berani berlaku ayal lagi, tubuhnya dengan
cepat meloncat kedepan untuk menyelamatkan kembali
putrinya.
Ketika genta tersebut dengan perlahan mulai turun ke
bawah, hanya didalem sekejap sudah berada kurang lebih
beberapa depa diatas kepala gadis cantik pengangon kambing
itu.
Lie Loo jie yang melihat keselamatan putrinya terancam,
tubuhnya belum mencapai tempat itu sepasang telapak
tangannya sudah didorong ke depan sehingga terasalah
segulung angin pukulan yang sangat dahsyat menggulung
kedepan.
Agaknya saat itulah si gadis cantik pengangon kambing
baru merasakan keadaan yang amat berbahaya bagi dirinya.
"Addduh. . . ."saking kagetnya dia berdiri melongo longo
disana.
Untung saja angin pukulan yang dahsyat dari Lie Loo jie
tepat pada saatnya berhasil memukul miring kesamping dan
berdiri kesamping tubuh Lie Loo jie.
Bersamaan dengan melayangnya gadis cantik pengangon
kambing kesamping genta itupun ikut melayang kembali
keatas.
Melihat hal itu Lie Loo jie menjadi sangat gusar sekali
tubuhnya melayang ke depan, golok tipis di tangannya
mendadak membabat ke arah rantai baja yang mengikat
genta tersebut sehingga menjadi putus, dengan disertai suara
yang amat keras genta itu jatuh ke atas tanah dan hancur
berantakan.
Setelah genta itu berhenti berbunyi suasana seketika itu
juga berubah menjadi sunyi senyap saking sunyinya sehingga
terasa amat menakutkan sekali.
Lie Loo jie dengan tenangnya melayang kembali ke
samping tubuh si gadis cantik pengangon kambing, baru ssja
tangannya memeriksa pergelangan tangan putrinya mendadak
dia merasakan permukaan tanah yang diinjaknya agak kendor
batinya menjadi bergerak.
"Celaka.. . pikirnya.
Dengan menarik tangan putrinya dan melayang ke tengah
udara.
Saat itulah permukaan tanah yang semula amat kuat
mendadak dengan menimbulkan suara gemuruh yang amat
keras sudah muncul sebuah liang seluas tubuh, delapan kaki
diikuti mengalirnya air yang amat deras menerjang masuk dari
empat penjuru,
Hanya di dalam sekejap saja seluruh ruangan kuil yang
amat megah itu sudah berubah menjadi kolam yang amat
dalam sekali, berapa dalam yang sesungguhnya tidak ada
orang yang tabu.
Satu satunya tempat yang tidak tenggelam dalam air cuma
ketiga tempat patung Budha tadi.
Saat ini Lie Loo jie serta si gadis cantik pengangon kambing
masih ada di tengah udara, melihat keadaan yang begitu
mengerikan dari ruangan tersebut serta melihat pula kalau
disekeliling tempat sana sama sekali tidak menemui tempat
untuk berpijak kaki, hatinya diam diam berseru kaget.
"Aduh celaka, kali ini aku akan terjerumus ke dalam
perangkap yang amat lihay dari semua orang orang kuil Siang
Lian Si"
Pada saat hatinya terasa amat kacau itulah mendadak
matanya dapat menangkap rantai potongan baja yang semula
digunakan untuk menggantung genta tadi, pikirannya dengan
cepat berputar.
Mendadak dia melancarkan pukulan ke depan, dengan
meminjam tenaga pantulan tersebut tubuhnya dengan
menembus ketengah udara meluncur kearah sana dan
menyambar rantai baja itu.
Si gadis cantik pengangon kambing yang mencekal erat
erat tangan ayahnya Lie Loo jie dengan cepat ikut meluncur
kesana, sehingga dengan demikian mereka berdua jadi
bergantungan dengan hanya mengandalkan rantai baja itu
saja.
Keadaan benar benar sangat berbahaya sekali sedikit saja
tidak waspada nyawa segera akan melayang, karenanya
mereka berdua sama sekali tidak mengucapkan sepatah
katapun mereka hanya melihat air bah yang semakin lama
semakin memenuhi seluruh ruangan dan berpikir keras untuk
mendapatkan suatu cara untuk meloloskan diri dari sana.
Pada saat itu si gadis cantik pengangon kam bing teringat
kembali keselamatan dari Lie Siauw Ie, teringat dia sudah
masuk kedalam kuil ini hatinya terasa sangat berduka sekali,
tak terasa lagi dua titik air mata menetes membasahi
wajahnya.
Titik titik air itu menetes jatuh membasahi tangan Lie Loo
jie membuat dia agak mendongkol, ujarnya sambil
memandang dirinya.
"Wan jie, kenapa kau menangis? pada saat dan tempat
seperti ini mana kau orang boleh menangis?"
"Tia, aku teringat kembali kepada Ie cici, maka..."
.aku menangis" kata kata terakhir ini belum sempat
diucapkan Lie Loo jie sudah memotong.
"Suruh kau jangan menangis ya jangan menangis, hati hati
jangan sampai tercebur kedalam air"
Terpaksa si gadis cantik pengangon kambing berhenti
menangis dan mencekal tangan Lie Loo jie semakin kencang
lagi.
Sebenarnya saat ini Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing itu sudah memiliki ilmu meringankan
tubuh yang amat sempurna sehingha bisa melayang di atas
permukaan air, tetapi mereka ragu ragu untuk meloncat turun
dikarenakan dalam hati mereka takut kalau diantara air masih
ada jebakan jebakan yang lain, karenanya mereka tidak
berlaku gegabah, dengan pusatkan perhatian mereka
berpegangan pada rantai baja menunggu kesempatan yang
baik.
Kita sekarang kembali pada Lie Siauw Ie yang melihat
tubuh Liem Tou tersangkut pada tanduk kerbau kemudian dia
dibawa lari dengan cepatnya ke dalam ruangan kuil, dengan
cepatnya dia mengikuti terus dari belakangnya.
Tampak kerbau itu bagaikan sudah hafal dengan keadaan
di tempat itu, dengan cepatnya sudah menerjang kearah
kanan lal lenyap tak berbekas.
Lie Siauw Ie yang ada setahun lamanya mengangkat Lie
Loo jie dari Toen Si Pay sebagai gurunya sudah tentu
kepandaian silatnya memperoleh kemajuan yang sangat
pesat, tenaga dalamnya walaupun tidak bisa menandingi si
gadis cantik pengangon kambing yang berlatih sejak kecil
tetapi dasarnya sangat bagus sekali sehingga ilmu
meringankan tubuhpun sudah amat lihay.
Saat ini melihat kerbau itu lenyap dibilik sebelah kanan,
karena takut sampai ketinggalan dengan cepat menggunakan
ilmu "Liuw Im Hwee Si" dari Toen Si Pay mengejar terus ke
depan.
Tampak di balik sebuah pintu tersebut terdapat sebuah
lorong kecil yang berbelok belok ke arah kiri tanpa berpikir
panjang lagi dia mengerahkan seluruh tenaga dalamuya
mengejar terus kedalam.
Kurang lebih tiga depa dia berlari segera terlihat kembali
bintang bintang yang penuh menghiasi langit, kiranya tempat
itu merupakan sebuah halaman kecil yang amat tenang dan
dikelilingi tumbuhan bambu yang amat rapat,dari tumbuhan
bambu itu dapat dilihat sebuah bangunan besar dibaliknya,
ruangan disana persis seperti ruangan yang dilihatnya didepan
tadi.
Cuma saja ruangan itu jauh lebih mewah dan megah sekali,
lampu menerangi seluruh ruangan sehingga seperti di siang
hari saja, kedua belah pintu terbuka lebar iebar dan tampak
banyak perempuan yang berdandan amat menyolok berjalan
mondar mandir disana.
Lie Siauw le yang sedang memandang keadaan itu dalam
keadaan kebingungan mandadak mendengar suara ringkikan
kerbau yang panjang tampak seekor kerbau dengan amat
cepatnya menyusup keluar dan menerjang kedalam ruangan
yang rerang benderang itu.
Melihat munculnya seekor binatang yang sangat besar ke
arah mereka para perempuan itu menjadi amat panik, diiringi
suara teriakan teriakan kaget yang amat keras mereka pada
lari terbirit birit meninggalkan tempat tersebut.
Lie Siauw Ie yang melibat munculnya kerbau itu segera
membentak keras dan ikut munculkan dirinya disana, segera
terlihatlah sesosok bayangan putih berkelebat menuju ke
tengah ruangan menyusul kerbau tersebut yang pada saat ini
sudah menerjang ke tengah kamar.
Ternyata kerbau itu tidak melukai seorangpun, dia hanya
berlari kesana kemari menakut nakuti perempuan perempuan
dengan dandanan menyolok itu sehingga membuat mereka itu
pada jatuh bangun dan melarikan diri terbirit-birit dari sana.
Hanya didalam beberapa saat saja sebuah ruangan yang
amat besar sudah ditinggal pergi oleh penghuninya sehingga
kosong melompong.
Kerbau itupun sudah berhenti tidak bergerak ditengah
ruangan, Lie Siauw Ie cepat cepat berlari mendekat untuk
menolong diri Liem Tou.
Tetapi walaupun dia sudah menggunakan ilmu apapun dan
menggerakkan badannya sebagai mana cepatnya dia tidak
bisa juga mendekati kerbau itu, membuat Lie Siauw Ie saking
gemasnya terus menerus mendepakan kakinya berulang kali
dan memanggil adik Tou tak henti hentinya.
Liem Tou yang berada di tanduk kerbau itu sama sekali
tidak bergerak agaknya dia sudah jatuh tidak sadarkan diri.
Sebaliknya kerbau itu kadang kala sengaja menghadapkan
pantatnya ke depan tubuh Lie Siauw Ie sekalipun begitu
sepertinya dibelakang punggungnya ada mata asalkan Lie
Siauw Ie coba merebut maju ia pasti bergerak untuk
menhindar.
Lie Siauw Ie tidak berbuat apa apa lagi, mendadak
tangannya meraup senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciamnya siap
disambitkan ke arah kerbau tersebut tapi dia takut sampai
terkena badan Liem Tou yang ada di tanduk terpaksa dia pun
membatalkan niatnya ini, sambil berteriak gemas dia cuma
melototi kerbau itu saja, pikirannya benar benar dibuat
bingung oleh kelakuannya itu.
Sekonyong konyong kerbau itu mendengus panjang
sepasang matanya yang bulat benar melotot keluar lalu
memandang tajam kearah Lie Siaw Ie yang sedang
kebingungan.
Lie Siauw Ie yang melihat sifat ganas dari kerbau itu secara
mendadak kambuh kembali tanpa terasa lagi dia sudah
pusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi segala
kemungkinan.
Pada saat itulah kerbau itu menyepakkan kakinya ke
belakang lalu dengan amat cepatnya menerjang ke depan.
Lie Siauw Ie segera membentak keras, pedang panjang di
tangan kanannya diangkat dengan menggunakan jurus" Tok
Coa Cut Tong" atau ular berbisa keluar goa dia meayambut
datangnya kerbau tersebut dengan satu tusukan kilat.
Siapa tahu kerbau itu ternyata sama sekali tidak
menhindarkan diri dari serangan tersebut dengan ganasnya ia
melanjutkan terjangannya kedepan memaksa Lie Siauw Ie
harus menarik kembaii serangannya dan menghindar
kesamping.
Pada saat itulah sang kerbau dengan amat cepatnya lewat
disamping badannya membuat Lie Siauw Ie bsnar benar
dibuat mendongkol.
Tanpa banyak berpikir lagi tangan kirinya diangkat meraup
senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam lalu disambitkan menghajar
tubuh kerbau tersebut.
Waktu ini jaraknya dengan sang kerbau cuma ada
beberapa depa saja, untuk menjawil dengan tanganpun masih
sampai apa lagi melancarkan serangan dengan menggunakan
jarum rahasia begitu banyaknya, didalam sepuluh bagian ada
sembilan pasti mengenai sasarannya.
Tetapi dia cepat, gerakan dari kerbau itu jauh lebih cepat
lagi, baru saja pikirannya sedang berputar dan jarum rahasia
di tangan kirinya baru akan disambitkan ke depan mendadak
ekor dari kerbau itu sudah menyapu ke tangannya dengan
amat dahsyat.
Lie Siauw Ie tidak sempat untuk menghindar lagi. Jarum
yang ada di tangan kirinya sudah tersampok jatuh keatas
tanah tidak ketinggalan barang sebatang pun.
Setelah berhasil menyampok Jatuh senjata r hasia kerbau
itu cepat cepat menerjang kembali kedepan dengan amat
cepatnya.
Lie Siauw Ie benar benar sangat mendongkol matanya
dengan cepat melotot kearah kerbau itu, tiba tiba. . ."
Matanya dapat melihat si hweesio kurus dan berbadan
hitam atau Thiat Bok Thaysu dengan membawa beberapa
orang hweesio sudah munculkan dirinya di depan pintu
ruangan kuil itu, saat itulah sang kerbau sedang berdiri
menerjang ke arah mereka dengan amat ganasnya.
Kiranya Thiat Bok Thaysu dapat muncul disini kerena
mendapatkan laporan penting dari anak buahnya dan
bertepatan pula sewaktu Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing sedang menemui bahaya, jika kalau
bukannya Thiat Bok Thaysu berhasil dipancing kemari maka
bencana yang akan ditemui Lie Loo jie serta si gadis cantik
pengangon kambing itu akan jatuh lebih hebat lagi bahkan
keselamatannya pun semakin berbahaya,
Saat ini kerbau itu dengan tidak mengenal lihay sudah
menerjang dengan dahsyatnya ke arah Thiat Bok Thaysu.
Thiat Bok Thaysu yang sudah mendapatkan laporan dari para
hweesio atas kelihayan dari sang kerbau dan tahu pula kaiau
banyak anak buahnya sudah mati di atas ujung tanduk kerbau
itu dia sudah mengambil keputusan untuk membinasakannya,
segera dia tertawa dingin menanti setelah kerbau itu
menerjang hingga dekat sekali dengan tubuhnya mendadak
dengan kecepatnya bagaikan kilat dia melancarkan suatu
pukulan dahsyat menghajar batok kepala kerbau tersebut.
Tidak terduga kerbau itu jauh berbeda dengan kerbau
biasa, baru saja pundak dari Thiat Bok Tnaysu bergerak dia
agaknya sudah tahu apa yang hendak dilakukan olehnya, tiba
tiba tubuhnya yang semula menerjang ke depan kini malah
mundur terus ke belakang tanpa putar badan lagi.
Thiat Bok Tiiaysu sama sekali tidak menyangka sang kerbau
bisa mundur kebelakag sehingga pukulannya mencapai pada
sasaran yang kosong, saking keheranannya dia menjadi berdiri
tertegun, sinar matanya dengan amat dinginnya
memperhatikan kerbau tersebut.
Yang paling membuat dia heran adalah seorang pemuda
gembala berbaju compang camping yang tergantung di antara
tanduknya, agak nya saat ini pemuda itu sedang tertidur lelap,
tetapi gerakan yang bagaimana cepatnyapun dari sang kerbau
sama sekali tidak membuat dia jatuh terguling diatas tanah.
Melihat keanehan dari hal ini tak terasa hatinya menjadi
bergerak, dia segera maju lagi beberapa langkah kedalam
ruangan
Tampaklah Lie Siauw Ie dengan melintangkan pedangnya
berdiri tegak di tengah ruangan. dia segera mendengus dingin
tangannya diulapkan segera terlibatlah dua orang bweesio
dengan perlahan mendekati diri Lie Siauw Ie.
Lie Siauw Ie yang melihat gerak gerik mereka di dalam
sekali pandang saja dia sudah tahu kalau mereka
mengandung maksud yang tidak baik, pedangnya segera
dicekal kencang kencang lalu bentaknya dengan nyaring
"Berhenti, jika kalian maju setindak lagi nonamu segera
akan bunuh kalian!"
Suara Bentakan dari Lie Siauw Ie ini amat keras dan keren
sekali padahal di dalam hatinya berdebar debar amat keras.
Dia yang melihat munculnya Thiat Bok Thaysu disana segera
merasakan keadaannya sangat berbahaya sekali, untuk
menghindarkan diri tiada jalan lagi terpaksa dengan paksakan
diri menantikan kesempatan yang baik buat meloloskan diri.
Kedua orang hweesio yang baru saja diperintahkan untuk
maju ini bukanlah termasuk hweesio yang dibuat kalang kabut
oleh terjangan sang kerbau tadi, mereka berdua dengan
langkah yaeg mantap terus maju mendekati tubuh Li Siauw Ie.
Melihat hal tersebut Lie Siauw Ie segera tahu kalau
keadaannya sangat berbahaya sekali. Diam diam tangannya
dimasukkan ke dalam saku meraih kembali segenggam
senjata rahasia Kioe Cu Gian Ciem siap menghadapi segala
kemungkinan.
Kembali terdengar teriakan dari Thiatt Bok Thaysu, "hati
bocah perempuan itu sangat licik sukar diduga, lebih baik biar
aku sendiri yaag menawan dirinya."
Lie Siaw Ie yaag melihat Thiat Bok Thaysu mau turun
tangan sendiri saking kagetnya air mukanya sudah berubah
pucat pasi, pikirnya didalam hati.
"Suhu yang merupakan jago nomor wahid dari Bu lim pun
masih bukan tandingannya apa lagi aku ? Untuk melukai diriku
bukankah dia orang seperti membalikkan tangan gampangnya
? ? Aku orang mana mungkin berhasil untuk bertahan diri ?"
Baru saja dia berpikir sampai disana kedua orang hweesio
yang semula perintahkan untuk maju itu kini sudah
mengundurkan dirinya kembali, sedangkan Thiat Bok Thaysu
dengan panduangan yang amat tajam menyapu ke arah
kerbau tetsebut lalu memandang seluruh badannya membuat
Lie siauw Ie bergidik beberapa kali, pedang serta senjata
raflasia Kioe Cu Gien Ciam yang dicekalpun semakin
mengencang dengan mata yang melotot dia memperhatikan
terus seluruh gerak gerik dari Thiat Bok Thaysu.
Mereka saling pandang memandang saling melotot
beberapa waktu lamanya tiba tiba tampak Thiat Bok Thaysu
berkata kembali sambil tertawa seram.
"Hee... hee... kau bocah perempuan sebetulnya ada
hubungan apa dengan tua bangka she Lie itu? sekarang sudah
ada di dalam kendiku He . .. hee siapapun jangan harap bisa
menolong mereka lolos dari kurungannya.
Sehabis berkata dengan pandangan yang amat aneh dia
memandang tajam seluruh lekukan tubuh Lie Siauw Ie.
Bagaimanapun juga Lie Siauw Ie bukanlah seorang yang
tolol, dari pandangan mata serta perubahan wajahnya yang
amat aneh itu ditambah pula dengan banyaknya perempuan
didalam kuil dia segera tahu dinawahnya tentu ada maksud
yang tersembunyi, saking malu dan gusarnya dia segera
membentak keras, pedangnya dengan melancarkan serangan
dahsyat menubruk kearah dirinya.
Thiat Bok Thaysu yang melihat dia orang menjadi malu
bercampur gusar segera tertawa terbahak bahak dengan
seramnya.
"Hay bocih perempuan," serunya sambil menyengir cabul.
"Sebelum aku jelaskan omonganku kau sudah mengerti
dengan sendirinya hal ini membuktikan kalau memang
pikiranmu cerdik sekali, haaa . . . haaa . . . bagus, bagus
sekali, baiknya kau menuruti kemauanku saja, dengan begitu
nyawa dari tua bangka she Lie itu pun bisa tertolong.
Lie Siauw Ie yang dibuat amat gusar serangannya menjadi
semakin gencar menghajar sang hweesio cabul.
Thiat Bok Thaysa segera tertawa dingin tubuhnya miring ke
samping menghindarkan diri dari tusukan tersebut. sedang
cengkeramannya yang seperti kuku garuda dengan
dahsyatnya mengancam jalan darah pada pergelangan tangan
nya.
Pada saat yang bersamaan pula mendadak terdengar suara
dengusan dari kerbau itu lalu dengan cepatnya menerjang
kearah orang hwee sio yang berada disacapingnya.
Melihat hil tersebut Lie Siauw Ie menjadi sangat girang,
bentaknya. "Bagus ... bagus. . .sekarang sambutlah barang
ini!"
Senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam yang ada ditangannya
mendadak disambitkan keluar mengincar seluruh tubuh dari
Thiat Bok Thaysu,
Senjata rahasia Kioe Cu Gien Ciam ini halus sekali seperti
bulu kerbau saja, senjata semacam ini paling sukar untuk
dihindari tetapi manusia semacam Thiat Bok Thaysu sudah
tentu tidak akan memandang dengan sebelah mata, ujung
jubah nya dikebut ke depan sehingga menimbulkan segulung
angin pukulan yang dahsyat menghajar jatuh puluhan senjata
rahasia Kioe Cu Gien-Ciam yang mengancam tubuhnya itu.
Pada saat dia melancarkan serangan pukulan untuk
memukul jatuh senjata rahasia itulah mendadak terdengar
suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati sehingga
menggetarkan seluruh ruangan, seorang hweesio anak
buahnya kembali kena sambar tanduk kerbau itu sahingga
punggungnya berlubang dan binasa seketika itu juga.
Atas kejadian ini dia tidak mau bergebrak lebih lama lagi
melawan Lie Siauw Ie, sepasang lengannya dipentangkan
disertai dengan suara bentakan yang amat nyaring ilmu
beracun "Hek Khie Cie Kang" yang dilatih selama puluhan
tahun untuk kedua kalinya digunakan.
Tampak pada ujung ke sepuluh jarinya secara samar samar
muncul bawa hitam yang makin lama semakin menebal
meluncur ke atas tubuh kerbau.
Lie Siauw Ie yang melihat hal itu walaupun tidak tahu Thiat
Bok Thaysu sedang menggunakan ilmu macam apa tetapi
melihat kedahsyatan dari serangan tersebut segera
mengetahui kalau serangannya itu tentu sedang
menggunakan semacam ilmu yang amat beracun.
Dia orang karena takut kalau serangan tersebut sampai
melukai Liem Tou, dengan cemas teriaknya dengan suara
keras.
"Ciag Gouw ko, cepat mundur . . cepat mundur."
Bagaimanapun juga binatang tetap binatang, kerbau yah
tetap kerbau mana mungkin bisa mengerti perkataan dari
manusia? ? Bukannya mengundurkan diri dari belakang
sebaliknya dengan disertai dengusannya yang amat panjang
dia malah menyambut datangnya serangan kabut hitam yang
mengancam tubuhnya itu.
"Binatang saat kematianmu telah tiba, buat apa kau begitu
bangga? " pikir Thiat Bok Thaysu sewaktu melihat hal itu.
Baru saja dia orang merasa gembira karena kerbau
tersebut bakal terbunuh di bawah serangan beracunnya siapa
tahu tiba tiba dia merasakan serangannya seperti terhalang
oleh sesuatu, tenaga dalamnya sukar untuk disalurkan lancar,
dalam hati dia benar benar merasa keheranan.
Tenaga dalamnya segera dilipat gandakan kelihatan seluruh
jalur hitam seketika itu juga mengumpul menjadi segulung
awan yang sangat hitam yang amat tebal dengan
memecahkan udara menerjang kedepan.
Kerbau itu tetap tidak dibuat jeri, ekornya yang panjang
dengan sekonyong konyong dikebaskan sehingga menjadi
mengencang bagaikan pit, secara aneh sekali dari ujung
kedua belab tanduk kerbau itu mendadak menerjang keluar
segulung angin pukulan yang menyambut datangnya serangan
dari Thiat Bok Thaysu sehingga punah menjadi angin yang
berlalu.
Thiat Bok Thaysu segera merasakan situasi yang tidak
mengutungkan bagi dirinya air mukanya segera berubah
meringis kejam tububnya mundur tujuh delapan tindak dan
dengan cepat menarik kembali hawa pukulan beracunnya.
Sekalipun gerakannya cepat tetapi baru saja berhasil
menarik separuh dari tenaga pukulan hawa beracun yang
separuhnya lagi sudah berhasil dipunahkan sehingga buyar tak
berbekas di dalam seluruh ruangan.
Kali ini Thiat Bok Thaysu benar benar dibuat amat gusar
sekali, dia orang sama sekali tidak menyangka ilmunya yang
didapatkan dengan susah payah selama puluhan tahun
dengan mencari benda benda beracun yang sudah berusia
ratusan tahun dan ulat, ulat yang banyak ada di dasar
kuburan ternyata sudah punah separuh bagian hanya di dalam
sekejap saja
Sepasang matanya dengan amat tajam sekali
memperhatikan diri Liem Tou yang tergantucg di atas tanduk
kerbau itu, mendadak bentanknya dengan suara yang amat
keras. Bangsat cilik, siapa kau orang??"
Dengan pengetahuan serta pengalaman yang luas dari
Thiat Bok Thaysu mana mungkin dia orang tidak mengenal
para jago jago yang ada didalam Bu lim?? kini melihat sang
kerbau ternyata bisa memunahkan ilmu pukulan beracunnya
sudah tentu dia orang tidak mau percaya karena itu didalam
anggapannya sudah tentu Liem Tou yang tergantung di atas
tanduk kerbau itulah yang sudah bermain main dengan
dirinya.
Tetapi sekalipun Thiat Bok Thaysu sudah berteriak teriak
beberapa kali Liem Tou tetap tertidur dengan amat
nyenyaknya sama sekali tidak bergerak.
Pada saat itulah mendadak terdengar kerbau itu
mendengus panjang sambil mendepakkan kakinya kebelakang,
kepalanya ditundukkan dengan dahsyatnya ia menerjang ke
arah tubuh Thiat Bok Thaysu.
Thiat Bok Thaysu menjadi teramat gusar, ujung jubahnya
dikebutkan ke depan melancarkan satu pukulan dahsyat
menghantam tubuh kerbau itu. pada saat dia sedang augkat
tangan nya itulah mendadak terasa segulung angin pukulan
yang jauh lebih kuat dengan dahsyatnya sudah menggulung
menghantam tubuhnya, dia menjadi terperanjat dengan cepat
serangannya ditarik dengan tergesa gesa lalu meloncat
kesamping untuk menghindarkan diri.
Tibt tiba kerbau itu miringkan badannya ekornya yang
panjang dengan dahsyatnya menghajar scoraug hweesio yang
berdiri disampingnya.
"Aduh. .." disertai dengan suara teriakan kesakitan yang
amat mengerikan hweesio tersebut terjatuh ke atas tanah
tidak dapat bangun kembali.
Gerakan kerbau itu tidak berhenti sampai di situ saja,
tubuhnya dengan amat cepatnya menerjang kambali kearah
Thiat Bok Thaysu.
Thiat Bok Thaysu yang melihat berturut turut kerbau
tersebut berhasil membinasakan dua orang anak buahnya
dengan sangat mudah hatinya dibuat benar benar ketakutan,
kini melihat datangnya terjangan yang sangat dahsyat dia
tidak berani menyambut keras lawan keras.
Tubuhnya meloncat ke samping lalu melirik sekejap ke arah
Lie Siauw Ie yang berdiri di depannya, hatinya menjadi
bergerak pikirnya.
"Terjangan yang secara mendadak dari kerbau ini sangat
aneh sekali, tentunya dia ada sangkut pautnya dengan Lie Loo
jie itu, sedangkan perempuan inipun anak murid Lie Loo jie
lebih baik aku tawan dia terlebih dulu lalu dengan cara yang
lain berusaha untuk menangkan pertempuran kali ini."
Berpikir akan hal ini tubuhnya yang berkelebat ke samping
memdekati tubuh Lie Siauw Ie.
Sebaliknya Lie Siauw Ie yang melihat sang kerbau itu terus
menerus mendesak, Thiat Bok-Thaysu geser kesamping
perhatiannya segera dipusatkan seluruhnya ke sana, terhadap
mara bahaya yang bakal mengancam dia orang sama sekali
tidak merasakan.
Thiat Bok Thaysu yang mempunyai perawakan kurus kering
sewaktu melihat Lie Siauw Ie sama sekali tidak mengadakan
persiapan dalam hati diam diam merasa amat girang sekali,
dia tahu asalkan kali ini berhasil mencapai hasil maka
pertempuran malam ini seluruh kemenangan akan diperoleh
dirinya.
Dengan perlahan tenaga dalamnya disalurkan dengan
penuh ke atas dua belah telapak tangannya, sewaktu dia
melihat kerbau itu menerjang kembali kearahnya dan melihat
jaraknya dengan Lie Siauw Ie cuma tinggal beberapa kaki saja
tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya segera meloncat keatas
lalu berjumpalitan ditengah udara mendesak ke arabnya.
"Hey bocah perempuan, terimalah seranganku ini"
bentaknya dengan amat keras.
Kedua belah telapak tangannya yang sudah dipersiapkan
sejak tadi pada saat inilah bagaikan menggulungnya ombak di
tengah samudra menggencet dari kedua belah samping Lie
Siauw Ie sedang tuhuhnyapun mendesak lebih mendekat
berusaha mencengkram mangsanya.
Menanti Lie Siauw Ie sadar kembali apa yang telah terjadi
kedua belah samping badannya sudah terhalang oleh angin
pukulan dari Thiat Bok Thaysu itu, untuk menghindarkan
kesamping tidak dapat lagi terpaksa dia mundur ke belakang.
Tetapi pada saat dia agak ragu ragu itulah cengkeraman
dari Thiat Bok Thaysu sudah tiba dihadapannya membuat dia
menjadi amat terperanjat, dengan air muka ketakutan
teriaknya keras.
"Aouw adik Tou tolong.. .!"
Melihat untuk menghindarkan diri tiada jalan lain lagi, Lie
Siauw Ie segera pejamkan matanya pasrah terhadap semua
perbuatan dari Thiat Bok Thaysu.
Pada saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar
suara dengusan kerbau yang amat berat lalu disusul dengan
suara jeritan Liem Tou.
"Toloag .. tolong . . !"
Baru saja suara itu lenyap dari pendengaran mendadak
terdengar Thiat Bok Thaysu menjerit ngeri lalu terhuyung
huyung mengundurkan diri kebelakang sambil muntahkan
darah segar.
Kerbau itu terayata sudah berdiri dengen tenangnya
disamping badannya sedangkan Liem Tou berbaring diatas
tanduk kerbau sambil tangannya diobat abitkan tidak keruan.
'Aduh tolong . . tolong . ."
Gerak geriknya amat lucu sekali seperti sedang
menghadapi bahaya.
Lie Siauw Ie yang melihat hal itu tanpa men perdulik«n
keselamatan jiwanya sendiri pedang yang ada ditangannya
segera melancarkan tusukan mengancam tubuh kerbau itu
sedang tangannya yang lain dengan amat cepatnya
menyambar tubuh Liem Tou yang tersangkut diatas tanduk
kerbau iiu.
Belum sempat pedangnya melancarkan serangan
mendadak dia merasakan pinggangnya seperti dililit dengan
sesuatu tahu tahu tubuhnya sudah terangkat oleh lilitan ekor
kerbau dan dijatuhkan keatas punggungnya.
"Aaaiih Ie cici, akhirnya kau datang juga" terdengar Liem
Tou sambil tertawa girang memeluk pinggangnya kencang
kencang. "Kau sudah kemana selama ini??? eeeh sekarang
kita berada dimana?"
Lie Siauw le yang melihat Liem Tou sudah sadar kembali
dari pulasnya seketika itu juga sudah melupakan kalau baru
saja dia lolos dari bahaya dan lupa juga kalau pada saat ini dia
sudah berada diatas punggung kerbau, sahutnya dengan amat
girang.
"Oooh adik Tou kau sungguh mengagetkan diriku,
bagaimana kau orang bisa tergantung diatas tanduk kerbau?"
"Aku sendiripun tidak tahu" jawab Liem Tou sambil
gelengkan kepalanya.
"Sewaktu aku melibat hweesio hweesio itu amat lihay
sekali, maka cepat cepat aku melarikan diri keluar kuil, siapa
sangka aku sudah kena pukul rubuh oleh dua orang hweesio
jahanam.
Setelah itu semuanya aku tidak tahu, sampai baru saja aku
sadar kembali dan melihat cici baru meloncat kemari."
Mendengar perkataan itu Lie Siauw Ie segera tertawa
cekikikan.
"Mana mungkin aku bisa meloncat kemari. Kan terang
terangan aku dililit oleh ekor kerbau ini ?.,
Pada mukanya Liem Tou sengaja berpura pura bingung
padahal dalam hati diam diam merasa geli, pikirnya.
Jikalau bukannya aku sudah menolong dirimu kemungkinan
sekali kau kini sudah berada di dalam cengkeraman Thiat Bok
Thaysu ini, tetapi kini aku harus mengelabui dirimu untuk
sementara waktu karena musuhku terlalu banyak, jikalau
berita ini sampai tersiar diluaran sekalipun pun aku memiliki
kepandaian yang lebih tinggi pun belum tentu berhasil
menahan kerubutan dari orang orang kalangan Hek to yang
begitu banyak."
Setelah tertawa cekikikan Lie Siauw Ie berkata kembali.
"Tidak kusangka kerbau itu yang sudah menolong dirimu,
tetapi kerbaumu itu terlalu ganas sekali, seluruh hweesio
penghuni kuil Siang Lian Si ini hampir sebagian besar
terbunuh oleh serudukan tanduknya."
"Haaa sungguh ?? Dia benar benar mempunyai kepandaian
seperti itu ?" tanya Liem Tou keheranan.
Padahal dalam hati dia sedang berpikir.
"Ie cici kau sama sekali tak tahu kejahatan serta kecabulan
dari hweesio hweesio penghuni kuil ini, bila sejak tadi kau
sudah tiba di dalam ruangan ini dan melihat perempuan
perempuan itu maka akan segera tahu kalau mereka it anak
gadis orang orang dusun yang ditawan mereka untuk
kesenangan, coba kau bayangkan kerbauku atau dia yang
lebih jahat dan ganas ?"
Pada waktu itulah kerbau tersebut mendadak meloncat
turun dari tempat ketinggian mereka berdua yang sedang
berbicara sama sekali tidak memperhatikan akan hal ini hingga
hampir hampir saja terlempar jatuh dari atas punggung
kerbau, sedangkan Liem Tou pun tahu bila kerbau itu
kehilangan tenaga bantuannya mana mungkin bisa
memenangkan Thiat Bok-Thuysu yang amat libay?"
Thiat Bok Thaysu yang telah terluka mana berani
bertempur dengan kerbau itu, dengan cepat dia ngeloyor pergi
dari sana melalui pintu pintu sebelah kanan
Ketika kerbau itu melihat dia lari pergi dengan cepat
menyerbu kembali kedepan mengejar dari arah belakang,
sedikitpun ia tak mau mengendorkan kejarannya.
Sewaktu tadi Lie Loo jie sedang bertempur dengan amat
serunya melawan si penjahat naga merah, Liem Tou
melakukan pemeriksaan yang amat teliti sekali terhadap
keadaan diseluruh ruangan kuil itu sehingga diapun
mengetahui bagaimana sifat yang sebenarnya dari hweesio
tersebut.
Kini melihat dia telah melarikan diri melalui pintu sebelah
kanan dia orang segera mengetahui kalau tempat itu
merupakan sebuah jalan rahasia, karenanya dengan amat
kencang dia membuntuti terus dari belakangnya.
Ternyata dugaannya sedikipun tidak salah, tempat tersebut
memangnya merupakan sebuah jalan rahasia yang amat
panjang sekali dan saat itu Thiat Bok Thaysu sedang
melarikan dirinya kedalam.
Pikirnya Liem Tou kemudian.
Orang ini jika kalau dibiarkan tinggal didalam Bu lim terus
tentu akan menimbulkan bencana saja, lebih baik aku basmi
saja dia orang selekas mungkin."
Berpikir sampai disitu tangannya diam diam segera meraba
ke samping telinga dari kerbau itu, sang kerbau segera
mengerti dan mendengus panjang.
Dengan meminjam kesempatan itulah diam-diam Liem Tou
membalikkan pergelangan tangannya lalu melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar belakang punggung Thiat Bok
Thaysu.
Seluruh gerakkannya ini dilakukan sangat hati hati sekali
sehingga Lie Siauw Ie yang ada dibelaksngnya sama sekali
tidak menyangka kalau dia orang sedang mengerahkan tenaga
dalamnya untuk menghajar tubuh Thiat Bok Thay su.
Tampak sambil menoleh dia tertawa ringan.
"Adik Tou, ujarnya perlahan. Kiranya didalam kuil inipun
ada jalan rahasianya. kerbau ini sangat lihay sekali jangan
sampai terkena bokongan dari hweesio keparat itu."
Thiat Bok Thaysu yang benar benar sudah terdesak melihat
datangnya serangan tersebut dia orang tidak berani
menyambut, dengan menahan getaran yang amat hebat dari
luka dalamnya tanpa palingkan kepalanya lagi dengan sekuat
tenaga dia meloncat kearah jalan rahasia itu dan di dalam
beberapa kali kelebatan saja sudah lenyap dari padangan.
Liem Tou yang takut dia orang lolos dari pengawasannya,
segera mengempit kencang kencang perut kerbaunya dengan
amat cepatnya kerbau tersebut segera menerjang pula kearah
dalam jalan rahasia.
Setelah berbelok belok beberapa kali akhirnya Lie Siauw Ie
hanya merasakan pandangannya menjadi terang
pemandangan yang dilihatnya sama sekali berubah.
Tampak ruangan tersebut amat mewah dan megah sekali
laksana sebuah istana kaisar seluruh dinding serta tiang
pilarnya tersebuat dari batu pualam yang amat menyilaukan
mata, tempat itu mana mirip dengan sebuah bangunan kuil
dari kaum beribadat? tak tertahan lagi dia berseru keras.
"Aaaah, adik Tou tempat ini mirip sekali dengan sebuah
istana kaisar. . . ."
Liem Tou yang sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk menangkap Thiat Bok Thaysu mendengar perkataan itu
dia cuma mengangguk saja, sahutnya.
"Ehmm . ."tempat itu tidak mirip dengan sebuah kuil,
tentunya mereka adalah kaum perampok yang sengaja
menyamar sebagai hweesio. ..kiranya kerbauku sudah tidak
salah membinasakan orang orang.
Matanya yang jeli dengan amat tajamnya menyapa
keseluruh ruangan itu tetapi ditengah bangunan megah
laksana istana tersebut sama sekali tidak tampak adanya
sesosok bayangan manusia pun membuat Liem Tou diam diam
merasa keheranan pikirnya.
Perempuan yang dikumpulkan Thiat Bok Thaysu tadi pada
berkumpul disini mencari kesenangan dan melakukan
permainan kotornya kenapa sekarang pada lenyap tak tampak
seorangpun, mereka sudah pergi ke mana ? Apa mungkin
masih ada tempat lainnya ?
Berpikir sampai disitu segera ujarnya kepada diri Lie Siauw
Ie.
Tadi kerbau ini membawa kita kemari sudah tentu ia
bermaksud untuk menangkap Thiat Bok Thaysu itu, cuma saja
tidak tahu dia sudah pergi kemana, Ie cici, coba kau lihat
adakah tempat yang patut kita curigai ?"
Tiba tiba tiba Lie Siauw Ie teringat atas perkataan dari
Thiat Bok Thaysu yang mengatakan Lie Loo jie sekarang
sedang terkurung, ujarnya kepada Liem Tou kemudian.
' "Adik Tou, kelihatan dia sudah pergi dari sini, bagaimana
kalau kita lihat lihat di tempat luaran ??"
'Baik," sahut Liem Tou menyetujui. "Tetapi kuil Siang Lian
Si ini benar benar sangat kotor dan merupakan tempat mesum
yang sangat cabul, nanti setelah aku bertemu dengan itu Si
"Hui Tui Jie" aku mau usulkan agar kuil ini dihancurkan dari
pada meninggalkan bencana di kemudian hari."
Selesai berkata dia kirim satu ciuman mesra ke atas pipinya
Lie Siauw Ie.
"E-eehmmram . . .. kau jangan nakal, seru Lie Siauw le
sambil mencubit pahanya. Siapa yang beritahukan kepadamu
kalau suhuku mempunyai julukan sebagai Hui Tui Jie ? ? Kau
harus ingat ingat terus si cangkul pualam Lie Sang adalah
jagoan berkepandaian tinggi nomor wahid pada saat ini,
karena dia orang paling suka mengasingkan diri dan tak
gemar meucampari persoalan dunia kangouw maka orang
orang Bu lim memberikan julukan sebagai partai Toen Si Pay.
Mendengar perkataan teraebut Liem Tou segera berpura
pura bertanya.
"Jika didengar dari pembicaraan Ie cici dia orang paling
tidak suka mencampuri urusan dunia kangouw kenapa kali ini
bisa munculkan diri untuk mencari gara gara dengan si
penjahat naga marah ?"
Perkataan ini memang kalau dibicarakan sangat aneh
sekali, jawab Lie Siauw Ie kemudian sambil menghembuskan
napas panjang. Di dalam Bu lim saat ini muncul seorang
jagoan tanpa bernama yang amat misterius sekali, orang itu
sudah membuat Thian Pian Siauw cu menjadi mendongkol dan
berlalu dari atas gunung bahkan mengolok olok suhu tidak
berani turun gunung, oooh, dia masih tinggalkan sepucuk
surat"
Berbicara sampai disini mendadak Lie Siauw Ie dengan
sinar mata yang aneh mempehatikaa Liem Tou dengan
pandangan yang amat tajam.
Dalam hati Lie Toum segera tahu kalau dia orang telah
mengingat ingat kembali bal hal yang mencurigakan hatinya,
cepat cepat dengan nada kebingungan tanyanya lagi.
"Di mana pisau belati pemberian Wan moay kepadamu
itu?" Tiba tiba tanya Lie Siauw Ie sambil memperhatikan
wajahnya tajam tajam.
"Aaah . . pisau belati itu sudah hilang sewak tu tempo hari
aku terjatuh dari Jembatan pencabut nyawa, waah . . waah
pisau belati itu benar benar amat tajam sekali, sungguh amat
sayang barang tersebut sudah hilang"
Lie Siauw Ie yang mendengar perkataan itu sama sekali
tidak menaruh curiga sedikitpun dan tidak mendesak lebih
banyak lagi, sekali lagi dia memperingatkan Liem Tou untuk
melarikan kerbaunya kembali ke dalam ruangan kuil yang
megah itu,
Liem Tou segera mengangguk dan menepuk-nepuk kepala
kerbaunya.
Hey Gouw koko ayoh kembali" serunya keras.
Kerbau itu dengan mengikuti jalan keluar dari jalan rahasia
itu berlari ke depan tetapi ketika sampai didepan tampaklah
pintu jalan rahasia itu sudah tertutup dengan sebuah pintu
besi yang amat kuat
Liem Toa dengan terburu buru meloncat turun dan
menariknya, tetapi sedikitpun tidak bergeming, sekalipun
sudah kerahkan seluruh tenaga dalamnya pintu itu tetap tidak
dapat terbuka.
Terpaksa sambil mengangkat bahu ujarnya. "Waduh.
..pintunya sudah terhalang, terpaksa kita hsrus mencari jalan
keluar yang lain".
"Lalu bagaimana baiknya?" Seru Lie Siauw Ie dengan amat
cemasnya. Jika kita tidak bisa mencari jalan keluar maka
hweesio itupun tidak mungkin sudah lolos dari tempat ini.
Jelas sekali daiam hati Lie Siauw Ie pun merasa gugup
sekali, cepat cepat dia meloncat turun dari punggung kerbau
untuk mendekati pintu tersebut dan mendorongnya
kebelakang, tetapi pintu tersebut tetap tak ber gerak
sedikitpun juga.
"Sudah, sudahlah seru Liem Tou kemudian. Sekalipun kau
menariknya sekuat tenaga juga tidak berguna, lebih baik kita
mencari cara yang lain saja"
Selesai berkata matanya dengan oerJahan menyapu
keadaan disekeliling tempat itu mendadak matanya tertumbuk
dengan empat buah pilar besar vaug ada di tengah ruangan,
hatinya menjadi bergerak.
Pikirnya didalam hati.
Ruangan didalam kuil Siang Lian Si ini dibuat sedemikian
bagus dan sempurnanya sudah tentu didalamnya dipasangi
alat alat rahasia, asalkan aku orang memeriksanya lebih teliti
bukankah segera akan memperoleh jalan keluar?
Berpikir sampai disini dia segera berjalan mendekati pilar
pertama yang berukiran naga dari emas, dengan pandangan
yang teliti dia memeriksa seluruh bagian dari pilar tersebut.
Pada saat itulah ruangan istana yang semula terang
benderang bagaikan disiang hari mendadak menjadi padam
sehingga suasana menjadi amat gelap tidak dapat untuk
melihat kelima jarinya sendiri.
Liem Tou menjadi sangat terperanjat dia takut Thiat Bok
Thaysu sudah menggukan siasatlicik untuk melukai mereka
dengan menggunakan alat alat rahasia dengan cepat
tubuhnya meloncat mendekati samping tubuh Lie Siauw Ie.
"Ie cici, kita benar benar terkurung ditempat ini" serunya
perlahan
Siapa tahu baru saja dia selesai berbicara mendadak
terdengar suara mendeburnya air yang amat keras
berkumandang memenuhi seluruh ruangan.
Sepasang mata diri Liem Tou tersebut bisa melihat di
tempat kegelapan seperti disiang hari saja, sekali sapu saja
dia sudah bisa melibat pada dinding sebelah kiri serta sebelah
kanan dari ruangan istana itu mendadak sudah terbuka
sebuah lubang yang amat besar sekali seluas dua kaki persegi,
dua gulung air yang menderu dengan dahsyatnya mengalir
keluar dengan amat derasnya memenuhi seluruh ruangan,
kederasan disana jika dibandingkan dengan aliran air disungai
Sam Sia diatas gunung Wu San boleh dikata dua kali lipatnya.
Didalam sekejap saja air yang menggenangi ruangan istana
itu sudah meninggi selutut, melihat keadaan yang amat
berbahaya Liem Tou tegera berteriak.
"Ie cici, hweesio jahanam itu sudah mulai melancarkan
serangannya, kau tidak mengerti ilmu di dalam air lebih baik
cepat cepat naik keatss punggung kerbau saja.
"Adik lalu bagaimana dengan kau? " balas tanya Lie Siauw
Ie dengan amat cemas.
"Kau jangan mengurusi diriku, apakah kau sudah lupa kalau
aku pandai didalam ilmu menyelam ? Air tidak berhasil
mengurung diriku"
Sewaktu mereka berbicara itulah air sudah mulai meninggi
sepinggang, mendadak ditengah kegelapan memancar sinar
yang amat terang sekali berkelebat datang.
Lie Siauw Ie dengan memegang sebuah mutiara sedang
berteriak dengan suara keras.
"Adik Tou kau tidak akan kegelapan lagi, ini aku kasih buat
dirimu"
"Tidak usah, kau pakailah sendiri" Sahut Liem Tou sewaktu
dilihatnya dia orang mau menghadiahkan barang pusaka dari
suhunya itu kepadanya. "Pagi hari maupun malam buat aku
orang adalah sama saja, hmm, harus dipukul . . harus dipukul.
. . kau ini bagaimana toh? apa kau sudah lupa sewaktu masih
ada dipuncak Ngo Lian Hong aku sudah berhasil melatih
mataku untuk melihat di tengah kegelapan?"
"Aaah, betul. . . betul . , . aku memang harus dipukul, lalu
kita mau keluar dari mana?"
"Kau jangan cemas dulu, kita pasti akan memperoleh cara
untuk keluar dari sini"
Dengan mengikuti aliran air yang amat deras dia
memperhatikan sejenak keadaan disekelilingnya lalu
sambungnya.
"Ie cici, untuk sementara kau tunggulah aku ditempat ini,
aku akan pergi sebentar dan segera akan kembali lagi"
Sejak semula Lie Siauw Ie sudah dibuat gugup hatinya oleh
keganasan air yang mengalir dengan amat derasnya, segera
serunya dengan gugup.
"Aaaah .... kau jangan pergi, kamu mau kemana ? ? Jika air
ini menggenangi sampai keatap lalu bagi mana ?"
"Mana mungkin" ujar Liem Tou tertawa. "Kau tidak
mengerti ilmu berenang sebaliknya kerbau itu merupakan
jagoan di dalam ilmu berenang"
Selesai berkata dia memperendah tubuhnya dan menyelam
ke dalam air, sebenarnya dia orang bisa berjalan diatas
permukaan air dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuhnya tetapi dia tidak mau berbuat demikian disebabkan
dia tidak ingin Lie Siauw Ie tahu akan kepandaian silat yang
dimikinya sehingga berita ini tersiar luas dikalangan Bu lim dan
mempersulit pekerjaannya dikemudian hari.
Saat ini air sudah meninggi sampai diatas kepalanya! Lie
Siauw Ie dengan menunggang kerbaunya mengambang
mengikuti aliran air.
Liem Tou sekali lagi mendongakkan kepala nya ke atas
permukaan air, ketika dilihatnya Lie Siauw Ie sudah lolos dari
mara bahaya segera dia berseru.
"Ie Cici, aku pergi dulu"
Sekali lagi badannya menyusup ke dalam air dan menyelam
mengikuti arus air.
Beberapa saat kemudian dikarenakan tekanan air semakin
lama semakin deras dia tidak dapat maju kembali barang
selangkah langkah pun, pikirannya segera berputar . . .
mandadak dia menemukan suatu cara.
Telapak tangannya dengan mengerahkan tenaga dalam
melancarkan suatu pukulan dahsyat kedepan sehirgga
terbukalah sebuah lorong di tengah air, cepat cepat tubuhnya
maju beberapa langkah kedepan menanti air tersebut
menutup kembali pukulan yang kedua menyusul kembali ....
akhirnya perlahan demi perlahan dia berhasil mendekati gua
air tersebut.
Tetapi dia semakin mendekati gua itu kelihatan aliran dari
air yang mengalir keluar semakin deras sehingga sukar untuk
ditahan bahkan sampai pukulan saktinyapun tidak bisa
terhindar sudah tentu tubuhnya tidak dapat ma ju lebih dekat
lagi.
Pada sampai saat sekarang ini dia tidak dapat maju
kedepan, tidak punya tempat untuk digunakan sebagai tempat
mempertahankan diri sehingga tak kuasa lagi tubuhnya
terpental mundur kembali beberapa kaki jauhnya.
Bersamaan pula dia mendadak dia merasakan pinggangnya
terbentur dengan suatu barang dengan cepat dia menoleh
kebelakang terlihatlah barang yang baru saja ditumbuk
olehnya adalah badan dari kerbau itu terpaksa sekali lagi dia
memukul keatas permukaan.
Terlihatlah saat ini air semakin lama semakin memenuhi
seluruh ruangan, Lie Siauw Ie dengan tangan memegang
mutiara dan duduk di atas punggung kerbau, sikapnya amat
gugup dan ketakutan sikali, sewaktu melihat Liem Tou
munculkan dirinya diatas permukaan air segera teriaknya
dengan suara yang amat keras.
Adik Tou sebentar lagi air akan meninggi hingga sampai
diatas ruangan ini, kita harus berbuat bagaimana??.
Dalam hati Liem Tou pun merasa amat cemas sekali,
sembari menjejak air serunya kembali terhadap Lie Siauw Ie.
Ie cici kau jangan cemas, air ini tidak akan
menenggelamkan kita.
Selesai berkata sekali lagi tubuhnya menyusup kedalam air
dan berenang menuju kearah dimana berasalnya aliran air itu,
setelah berenang sampai tidak bisa maju kembali sekali lagi
dengan menggunakan angin pukulannya paksakan diri maju
lebih dekat lagi.
Tidak lama kemudian dia sudah hampir sampai didepan
pintu gua itu, tanpa berpikir panjang lagi tubuhnya dengan
cepat miring kesamping mendadak bergeser beberapa langkah
kedepan menghindarkan diri dari pintu gua tersebut, ternyata
gulungan air disana jauh lebih kecil bahkan tidak terasa
adanya tekanan yang amat kuat, diam diam mengerahkan
hawa murninya lalu berturut turut melancarkan air pukulan
berantai, tubuhnya dengan amit cepat menyusup maju
kembali beberapa kaki kedepan dan tepat tiba disamping gua
dimana air tersebut mengalir keluar.
Dia tidak berani berlaku ayal lagi, tangannya dengan cepat
memegang dinding batu disamping gua tersebut dan
memegangnya erat erat lalu dengan cepatnya muncul kembali
ke atas permukaan air.
Tampaklah air tersebut saat ini sudah hampir mencapai
keatap. Lie Siauw Ie yang ada diatas punggung kerbau sedang
bungkukkan badannya menghindarkan diri dari benturan
dengan atap ruangan.
Jilid 18: Penjahat Naga Merah Mengganas kembali
Dengan cepat Liem Tou menggapai ke arahnya dan
menunjukkan jalan keluar buat dirinya, Lie Siauw Ie menyahut
dan memerintahkan kerbaunya untuk berjalan maju.
Beberapa saat kemudian sesudah membuang tenaga yang
amat besar akhirnya dia berhasil bersatu kembali dengan Liem
Tou untuk siap melewati gua itu mencari jalan keluar.
Kita balik pada Lie Loo jie serta si gadis cantik pengangon
kambing yang tergantung di dalam ruangan kuil tersebut,
keadaannya pada saat ini benar benar sangat mencemaskan
sekali, sepasang mata mereka dengan terbelalak memandang
kearah telaga air yang amat tenang sama sekali tidak tampak
gerakan yang mencurigakan.
Karena mereka takut didalam air sudah dipasang alat alat
rahasia karenanya sampai saat ini mereka masih tidak berani
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya untuk berjalan di
atas permukaan air, mereka takut pula jikalau Thiat Bok
Thaysu dengan mengambil kesempatan ini melancarkan
serangan yang akan mengancam jiwa mereka.
Lewat beberapa saat kemudian si gadis cantik pengangon
kambing sudah merasa tidak sabaran lagi, bisiknya kepada Lie
Loo jie.
"Tia, ayolah kita turun ke bawah saja, kita harus
bergantungan sampai kapan disini?? apa lagi bergantung
seperti begini harus membuang tenaga amat banyak, lebih
baik kita meloncat turun saja."
"Wan jie kau bisa bartahan sabar sahut Lie-Loo jie dengan
suara yang amat halus, jika lihat dari barang barang yang
diatur di dalam kuil Siang Lian si ini kemungkinan sekali di
bawah telaga ini sudah dipasang sesuatu alat rahasia yang
amat berbahaya, apalagi kita tidak tahu berapa dalamnya air
kolam ini jika didalamnya dia sudah pasangi sesuatu benda
sedikit kita salah menginjak tentu akan terkena jebakannya,
lebih baik kita menunggu sebentar lagi.
Dengan amat tenangnya mereka berdua menunggu
kembali entah seberapa lamanya sedangkan sampai saat itu
dari pihak Thiat Bok Thay su pun sama sekali tidak
memperlihatkan gerak gerik yang mencurigakan.
Keadaan semakin tenang Lie Loo jie semakin dibuat tegang
lagi, sedetikpun dia orang tidak pernah memecahkan
perhatian untuk mengawasi air kolam serta keadaan di
sekeliling ruangan kuil itu.
Beberapa saat kembali berlalu dengan tenangnya,
mendadak. . ."
Permukaan air yang semula tenang mendadak beriak dan
bergelombang dengan amat kerasnya diikuti gelembung
gelembung air yang memenuhi permukaan kolam. Segera
terdengar suara dari Thiat Bok Thaysu yang berteriak dengan
amat gusarnya.
"Hey orang she Lie, ini hari anggap saja aku kurang
waspada sehingga terjatuh ketanganmu asalkan nyawaku
masih ada pada bulan lima tanggal lima yang akan datang aku
pasti akan mencari dirimu diatas puncak pertama diatas Cing
Jan, saat ini aku bisa melepaskan kamu orang satu kali tetapi
lain kali. .. Hmmam. kau pasti akan binasa ditanganku".
Selesai berkata suasana kembali menjadi hening sekali,
saat ini Lie Loo jie benar benar di buat kebingungan, dia orang
mana mau mempercayai perkataannya?? cepat cepat ujarnya
kepada putrinya si gadis cantik pengangon kambing.
"Entah si hweesio sedang memainkan permainan setan apa
lagi? kita jangan cepat mempercayai perkataannya, lebih baik
kita sedikit berjaga jaga.
Saat ini keadaan di dalam ruangan kuil itu sangat gelap
sekali sehingga sukar untuk melihat lima jarinya sendiri, baik
Lie Loo jie maupun si gadis cantik pengangon kambing dengan
perhatian penuh terus menerus memperhatikan gelembung
gelembung air yang semakin banyak di atas permukaan air
tersebut.
Tiba tiba terdengar si gadis cantik pengangon kambing
berseru dengan amat kaget
"Tia coba kau lihat, kenapa di tengah air itu amat terang
sekali?"
Padahal sejak tadi Lie Loo jie sudah dapat melihatnya,
cuma saja tidak sampai diutarakan keluar. Kini ketika
dilihatnya sinar terang itu semakin lama semakin membesar
semakin lama semakin jelas hatinyapun terasa semakin
menegang di dalam anggapannya Thiat Bok Thaysu sudah
mengeluarkan permainan kotornya lagi.
"Wan-jie berhati hati" serunya kepada si gadis cantik
pengangon kambing memberi peringatan, kemungkinan sekali
hweesio terkutuk itu mengeluarkan permainan terkutuknya."
Siapa tahu baru saja dia selesai berkata mendadak dari
permukaan tanah memancar keluer tiang tiang setinggi dua,
tiga kaki keatas disusul munculnya seekor binatang besar dari
dasar air tersebut.
Melihat binatang itu kembali si gadis cantik pengangon
kambing itu berteriak kaget.
"Aduh.. .seekor kerbau, lalu Ie cici serta Liem Tou bocah
cilik tukang mencelakai orang sudah pergi kemana??"
Lie Loo jie yang melihat munculnya kerbau itu didalam
benaknya segera teringat kembali pemandangan sewaktu ia
membinasakan para hweesio di luar kuil, hawa amarahnya
sekali lagi berkobar di dalam hatinya.
"Kurang ajar, kembali kerbau terkutuk ini."
Lalu ujarnya kapada si gadis cantik pengangonn kambing.
"Binatang ini jika dibiarkan hidup terus cuma akan
mendatangkan bahaya saja buat manusia, kau tunggulah
sebentar disini aku mau turun kesana membinasakan dirinya"
Gadis cantik pengangon kambing yang pernah tinggal
bersama sama kerbau itu diatas gunung Go bie dalam hatinya
tahu benar kerbau ini penurut sekali, terhadap pembunuhan
secara besar besaran terhadap para hweesio hweesio di kuil
itu sekalipun dia melihat dengan mata kepala sendiri tapi dia
masih tidak man percaya kalau sang kerbau telah berubah
sifat.
"Tia, kau jangan binasakan kerbau itu, ujarnya dengan
gugup. Aku lihat kerbau ini beebuat demikian tentu ada sebab
sebabnya, lebih baik kau orang tua ampuni nyawanya sekali
ini.
Lie Loo jie tidak mau menggubris, tangannya mengendor
melepaskan pegangannya pada rantai baja itu lalu
berjumpalitan di tengah udara dan menubruk ke bawah,
sahutnya.
Jika dibiarkan hidup lama lagi, kemungkinan tidak ada
oraag yang bisa meaguasai dirinya kembali.
Bersamaan dengan gerakannya itu tubuhnya meluncur
kebawah sedang tangannya dengan dahsyat melancarkan
pukulan gencar menghantam ke bawah membuat permukaan
air pada muncrat muncrat ke empat penjuru.
Agaknya kerbau itupun merasakan adanya bahaya yang
mengancam, kepalanya segera diangkat mendengus panjang.
Saat itu angin pukulan telah menghantam ke bawah,
kelihatannya kerbau itu dengan cepat akan terbinasa di
tangan Lie Loo jie.
Tiba tiba dari samping tubuhnya muncrat keluar butiran air
yang amat besar, diikuti munculnya Liem Tou sambil
meaggendong erat erat tubuh Lie Siauw Ie.
"Hey, Hui Tui Jie, jangan melukai kerbauku" teriak Liem
Tou dengan suaranya yang amat keras.
Lie Loo jie menjadi tertegun, dengan cepat dia menarik lagi
angin pukulannya, saat itu Liem Tou sudah melempar tubuh
Lie Siauw Ie yang kecil ramping itu kearah Lie Loo jie.
Lie Loo jie tidak bisa berbuat apa apa lagi terpaksa dia
menyambut datangnya tubuh Lie Siauw Ie sedangkan
tubuhnya yang hampir mencapai permukaan air dengan cepat
mengerahkan tenaga dalamnya kembali sedikit menutul ujung
tanduk sang kerbau itu dengan menggunakan jurus Pek Hok
Cong Thian atau bangau putih menerjang ke langit, tubuhnya
dengan lurus meloncat keatas dan menyambar kembali rantai
baja itu untuk bergantungan.
Dan pada saat bersamaan pula Liem Tou dengan cepat
berenang kemudian menaiki pungguug kerbaunya, teriaknya
dengan keras kepada Lie Loo jie.
"Hey Hui Tui Jie sudah lama kita tidak bertemu, walaupun
larimu sangat cepat sekali tetapi kali ini tidak bisa menandingi
kecepatan dari larinya kerbauku, tadi kenapa kau orang mau
membinasakan dirinya ?"
Lie Loo jie yang melihat munculnya Liem Tou secara tiba
tiba di dalam ruangan itu diam diam hatinya merasa ragu ragu
bercampur curiga pikirnya.
Selama setahun ini entah bocah gendeng ini pergi kemana
saja? Terang terangan tadi aku melihat dia orang tergantung
di atas tanduk kerbaunya dalam keadaan terluka bagaimana
sekarang bisa jadi sehat waalfiat kembali ?
Tak terasa lagi dengan mengggunaksn sepasang biji
matanya yang jeli dan tajam dia orang memperhatikan diri
Liem Tou dengan sanngat telitinya, tampak sinar matanya
amat halus sekali, kedua belah keningnya terlihat biasa
agaknya sama sekali tidak mengerti akan ilmu silat, Tetapi
sewaktu teringat kembali akan keganasan dari kerbaunya dia
menjadi khekie juga.
Aku lihat kerbaumu, itu memang cepat sekali, tetapi aku
rasa semakin lama kerbaumu itu akan jadi seekor kerbau liar
yang ganas.
Hui Tui Jie kau jangan omong guyon. Seru Liem Tou
membantah. Kerbauku bukan saja larinya cepat bahkan bisa
membedakan mana yang jahat mana yang baik, asalkan orang
jahat pasti dia akan bertemu dengan tandingannya.
Mendengar perkataan itu Lie Loo jie menjadi semakin
gusar, pikirnya.
Terang terangan bocah cilik ini sedang mencari bahan
guyon buat diriku, di badan orang jahat tidak ada tanda tanda
yang lain juga tidak ada bau yang istimewa, cuma binatang
saja bagaimana bisa membedakan hal itu?"
Baru saja dia mau berbicara untuk memberi sedikit nasehat
pada diri Liem Tou mendadak terdengar Lie Siauw Ie sudah
menimbrung. Suhu perkataan dari adik Tou sama sekali tidak
palsu, hal ini memang benar benar nyata.
Siapa yang suruh kau banyak omong?" maki Lie Loo jie
dengan wajah keren, sekalipun kau berbicara lebih banyak
akupun tidak akan percaya, manusia saja kadang kala tidak
bisa membedakan baik buruknya manusia apalagi seekor
kerbau."
Lie Siuuw Ie tidak mau ambil perduli makian dari Lie Loo jie
ini timbrungnya kembali.
"Tapi sedikitnya para hweesio dari kuil Siang Lian si tidak
ada seorangpun yang baik"
"Sudah. . . sudahlah, si gadis cantik pengangon kambing
dengan cepat. Ie cici kau jangan berbicara lagi.
Lagi ujarnya pula kepada Lie Loo jie.
Tia, tidak usah banyak omong lagi, coba kau lihat kita
bergantungan di atas rantai baja seperti macam apa?" cepat
kita cari akal untuk keluar dari sini "
Lie Loo jie segera merasa bahwa perkataannya sedikitpun
tidak salah, ujarnya kemudian kepada Liem Tou.
Liem Tou aku dua kali menolong kau orang lolos dari
kematian. Kenapa kau selalu mencari ribut dengan aku si
orang tua?" sekarang kau bilang punya kerbau yang
berkepandaian lihay coba aku lihat kau bisa keluar kuil ini
tidak?
Apa yang sukar?" sahut Liem Tou tertawa. Jika kerbauku ini
tidak bisa keluar dari ruangan kuil seperti ini mana mungkin
bisa disebut kerbau ajaib?"
"Hee . .. sejak kapan kerbaumu ini mendapat julukan
sebagai kerbau ajaib?"
Kerbau yang tidak seperti kerbau biasa sudah tentu disebut
sebagai kerbau ajaib. Sembari memberikan jawabannya ia
memperhatikan dengan amat teliti di sekeliling tempat itu,
terlihatlah dinding empat penjuru dari ruangan itu terbuat dari
baja yang amat kuat dan tidak ada jalan yang bisa ditembus.
Jalan semula yang dilaluinya tadi beserta kerbaunyapun kini
sudah tertutup oleh pintu baja yang amat kuat, jika ditinjau
dari keadaan sekarang ini agaknya satu satunya jalan untuk
menerjang keluar hanyalah melalui jalan pintu depan saja.
Liem Tou yang melihat tempat itu dapat di coba coba
dengan diam diam dia kerahkan tenaga dalamnya yang
disalurkan kearah lengannya, bersamaan pula dengan
menggunakan ilmu untuk menyampaikan suara perintahnya
kepada sang kerbau.
"Su ". Seperti baru saja mendapat firman kaisar, kerbau itu
dengaa cepat dongakkan kepalanya mendengus panjang,
dengan berenang dia menerjang terus ke arah pintu depan.
Walaupun gerakannya amat perlahan tetapi jauh berbeda
dari binatang biasa, hanya di dalam sekejap saja sang kerbau
sudah tiba disamping pintu depan. Diam diam Liem Tou
menjepit perutnya sehingga kerbau itu kesakitan dan
menundukkan kepalanya menerjang pintu depan dengan
mengambil kesempatan inilah Liem Tou melancarkan satu
pukulan dahsyat ke depan.
Braak . . . dengan disertai suara bentrokan yang amat
keras pintu besar itu berhasil dipukul hancur sehingga
terpental lebar lebar.
Lie Loo jie, Lie Siauw Ie serta gadis Cantik pengangon
kambing yang melibat kehebatan tersebut sudah menganggap
hal itu hasil dari terjangan sang kerbau tak terasa lagi sudah
pada merasa bergidik dan menjulurkan lidahnya kekaguman.
Lie Loo jie yang melihat pintu ruangan kuil itu terbuka
dengan amat girangnya cepat-cepat berseru. Ie jie Wan jie,
cepat lari keluar.
Perkataannya baru saja salesai diucapkan dengan
menggunakan gerakkan tubuh Hwee Yan Cuan Lian atau
burung walet melewati pagar dia sudah berkelebat keluar
diikuti oleh si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie dari belakangnya.
Siapa tahu baru saja Lie Loo jie mencapai pinggiran pintu
mendadak dari bawah permukaan tanah terdengar suara
desiran yang keras di dalam sekejap saja seluruh air yang
menggenangi ruangan itu lenyap tak berbekas sebaliknya
permukaan tanah dari ruangan kuil yang sebenarnya secara
tiba tiba menaik lebih tinggi sedang pada saat yang
bersamaan pula Lie Loo jie sedang melewati pintu, kurang
sedikit saja dia akan terbentur dengan pintu itu.
Melibat hal itu gadis cantik pengangon kambing menjadi
sangat kaget sekali.
"Tia hati hati teriaknya dengan keras."
Dia menjadi agak tertegun, tampaklah bayangan hitam
berkelebat di depannya, patung Buddha yang semula berada
di depan pintu kini sudah mumbul kembali ke atas dan
menghalangi di depan tubuhnya.
Saat ini sepasang lengannya yang terbuat dari besi sedang
dipentangkan siap merangkul pinggang dari Lie Loo jie.
Lie Loo jie benar benar amat terperanjat sekali.
"Celaka ..." teriaknya keras.
Di dalam keadaan yang amat kritis tubuhnya dengan cepat
melayang beberapa kali menjauh tempat tersebut sedangkan
hatinya merasa berdebar debar amat kerasnya.
Pikiran kagetnya belum lenyap dari benaknya tiba tiba ....
"Braak..." terdengar suara bentrokan yang amat keras
patung Buddha itu sudah kena tubruk kerbau yang sedang
menerjang dari belakangnya sehingga seketika itu juga hancur
berantakan menjadi lima bagian kecil kecil.
Bersamaan dengan itu pula terdengar suara tertawa
terbahak bahak yang amat keras dari Liem Tou.
"Huui Tui Jie jangan takut, asalkan ada kerbau ajaibku
disini tanggung kau tidak akan menemui kerugian".
Lie Loo jie yang dikatai begitu mau tertawa tidak dapat
mau marahpun sungkan dengan wajah yang adem dia
berjalan keluar dari pintu ruangan lalu memandang kearah
Liem Tou tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Saat ini si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie pun mengikuti dari belakangnya berjalan keluar, setelah
memandang cuaca yang mendekati fajar pandangannya
segera beralih ke arah Liem Tou yang sedang duduk diatas
punggung kerbaunya.
Selama setahun ini kelihatannya dia bertambah tampan dan
gagah, sepasang matanya walaupun tidak memancarkan sinar
aneh tetapi bening bagaikan kaca jeli laksana mutiara cuma
saja pakaian yang dipakai terlalu kotor dan sudah koyak koyak
sehingga tidak sedap dipandang.
Melihat potongannya si gadis cantik pengangon kambing
segera tertawa cekikikan, ujarnya.
"Koko muka hijau selama setahun ini Ie cici setiap hari
merindukan dirimu kau sudah pergi ke mana saja??"
Begitu perkataan tersebut diucapkan keluar baik Lie Siauw
Ie maupun Liem Tou menjadi amat malu, air mukanya
seketika itu juga berubah memerah, mereka merasa amat
malu bercampur gembira sedangkan Liem Tou juga tidak
banyak membantah cuma dengan tertawa malu malu dia
bungkam dalam seribu bahasa.
Lie Siauw Ie segera memberitahukan apa yang
diketahuinya kemarin malam dari Liem Tou.
Seiama setahun ini adik Tou berlontang lantung di dalam
dunia kangouw dan berkelana ke seluruh daerah Tionggoan
ini.
"Hmmm, Liem Tou" tiba tiba Lie Loo jie mendengus dengan
amat dinginnya, orang budiman tidak akan main umpet
umpetan, sejak kapan kitab pusaka To Kong Pit Liok kau
dapatkan ? ? Ayoh cepat bilang !"
Mendengar perkataan tersebut Liem Tou jadi sangat
terperanjat, diam diam pikirnya.
"Aku masih mengira dia tidak dapat melihat keadaanku
yang sebenarnya, kiranya dia tidak ingin membuka kartu di
tengah orang banyak.
Baru saja dia mau menceritakan kisah yang sebenarnya
terdengar Lie Loo jie sudah melanjutkan kata katanya.
"Jikalau kitab pusaka To Kong Pit Liok itu tidak kamu ambil
ambil kemungkinan sekali barang itu akan diambil oleh orang
lain."
Dengan perkataannya ini jelas membuktikan kalau
perkataannya tadi cuma merupakan dugaannya saja dan
bukan karena dia sudah bisa melihat kalau dirinya telah
memiliki kepandaian silat yang amat tinggi sekali.
Tetapi kini Lie Loo jie sudah berbicara kalau tidak
diberitahu tidak enak tetapi kalau di beri tahu juga tidak baik
sekalipun dia adalah seorang yang cerdik tetapi di dalam
keadaan yang kepepet dia tidak dapat mengucapkan sepatah
katapun juga, dengan wajah yang berubah merah seperti
kepiting rebus duduk dengan malunya di atas punggung
kerbau.
Lie Loo jie sekalian yang melihat lama sekali dia tidak
mengucapkan sepatah katapun tak terasa pada menengok ke
arahnya dengan disertai penuh harapan, mereka sangat
mengharapkan Liem Tou sudah berhasil memperoleh kitab
pusaka To Kong Pit Liok itu.
Mendadak Lie Loo jie mendepakkan kakinya ke atas tanah
lalu makinya terhadap si gadis cantik psngangon kambing
serta Lie Siauw Ie.
"Kalian berdua bisa mengambil keputusan sendiri untuk
turun gunung, sudah tentu kalian tidak membutuhkan aku
orang lagi yang ikut mengurus bukan?"
Sambil berkata mendadak sepasang telapak tangannya
melancarkan serangan ke depan sehingga terasalah segulung
angin pukulan laksana bertiupnya topan melanda permukaan
tanah di samping badannya sehingga membuat pasir dan batu
krikil pada berterbangan memenuhi angkasa.
Tubuhnya pada saat itu pula dengan kecepatan bagaikan
kilat meloncat ke atas lantas berlalu dari tempat itu.
Ketika si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie sadar kembali Lie Loo jie sudah ada puluhan kaki jauhnya
dari sana.
Didalam keadaan lemas, tak terasa lagi si gadis cantik
pengangon kambing melelehkan air matanya, panggilnya
dengan keras.
"Tia ...!"
Belum selesai dia mengucapkan kata kata selanjutnya Lie
Loo jie sudah berjumpalitan kembali di tengah udara lalu
lenyap dibalik tembok pekarangan kuil Siang Lian Si.
Kini tinggal gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie saling berpandangan, tertawa si gadis cantik
pengangon kambing itu dengan setengah berbisik ujarnya.
"Ie Cici selamanya ia belum pernah marah seperti bal ini,
aku ingin pulang ke gunung."
Wan moay semuanva ini aku yang salah ujar Lie Siauw Ie
dengan nada menyesal.
Lain kali jika bertemu kembali dengan suhu aku tentu akan
memberitahukan kepada suhu dia orang tua untuk tidak
menyalahkan dirimu lagi, semua ini hanyalah kesalahanku
seorang.
Sambil berkata tak terasa lagi dari ujung matanya yang jeli
menetes keluar titik air mata yang membasahi pipinya.
Liem Tou yang melibat mereka berdua pada menangis,
dengan bingung hiburnya.
"Wan moay, Ie cici kalian jangan menangis lagi, lain kali
jika bertemu kembali dengan Lie Loo cianpwee biarlah aku
membantu kalian berbicara, aku tentu akan menyuruh dia
orang jangan menyalahkan diri kalian kembali, tetapi
kalianpun salah kenapa tidak mau mendengar nasehat dia
orang tua.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
dapat turun gunung tanpa pamit sebetulnya dikarenakan
hendak mencari diri Liem Tou, kini mendengar dari nada
ucapannya dia malah sebaliknya menyalahkan tindakan
mereka berdua tak terasa lagi si gadis cantik pengangon
kambing melototi dirinya sekejap sebaliknya Lie Siauw Ie
semakin merasakan hatinya tidak enak sekali.
"Adik Tou bentaknya dengan nyaring.
"Kau sedang bilang apa? kita turun gunung tanpa pamit
semuanya dikarenakan kau, tidak kusangka sama sekali kau
bisa mengucapkan kata kata seperti ini"
Liem Tou sebenarnyapun sudah tahu dia cuma sengaja
berbicara untuk menggoda mereka saja apalagi diapun tahu
Lie Loo jie bukan bersungguh sungguh sedang memarahi
mereka sebaliknya dikarenakan berturut turut dikalahkan olah
kelihayan kerbau ajaibnya ini sehingga untuk melindungi
kewibawaan serta mukanya sengaja dia berpura pura marah
dan mengambil kesempatan itu untuk berlalu dari sana.
Kini mendengar bentakan dari Lie Siauw Ie, ia segera
tertawa kecil, mohonnya dengan suara setengah merengek.
"Oooh Ie cici aku cuma berguyon saja. bagaimana kalian
sudah menganggapnya bersungguh sungguh? urusan ini
bukanlah dikarenakan kesalahan dari kalian berdua, lain kali
jika bertemu kembali dengan Lie Loo cianpwee biarlah aku
suruh dia orang pukul diriku satu kali untuk merendahkan
hawa amarahnya.
'Hmm, siapa yang mau berguyon dengan dirimu?" bentak
Lie Siauw Ie sambil melotot. Jikalau kau orang sampai kena
pukul suhu, mungkin tulangpun akan remuk.
"Remuk ya biar remuk toh, siapa suruh kau berdua turun
gunung tanpa pamit."
Sekalipun tulangku dipukul remuk aku juga tidak bisa
berkata apa apa lagi.
Perkataannya ini diucapkan sangat lucu sekali membuat si
gadis cantik pengangon kambing menjadi tertawa cekikikan.
Hujan segera reda dan awan tersapu bersih kelihatan sekali
wajahnya semakin cantik. "Wan Moay moay kau
mentertawakan apa?" Seru Liem Tou dengan suara yang
keras.
Apakah kau kira omonganku sudah salah?"
Sepasang mata yang amat jeli dari si gadis cantik
pengangon kambing segera melirik sekejap ke arah Liem Tou
lalu melirik pula ke arah Lie Siauw Ie, ujarnya sambil tertawa.
Jika kalau ayahku sampai memukul remuk tulangmu
kemungkinan sekali hati Ie cici pun akan ikut hancur lebur.
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut benar benar
merasa sangat kegirangan.
Eeeeeh.. omongan kok lucu sekali serunya sambil tertawa
geli. Lie locianpwee pukul badanku bagaimana sakit di
badannya Ie cici??'
Lie Siauw Ie yang mendengar tanya jawab dari si gadis
cantik pengangon kambing serta Liem Tou sejak tadi tadi
sudah dibuat kemalu maluan, wajahnya memerah hingga
sampai dilehernya.
"Sudah. . .sudahlah." serunya dengan manja, Wan moay
kau jangan cari gara gara terus, coba kau lihat cuaca sudah
mulai terang tanah, orang yang melakukan perjalananpun
sudah tidak sedikit ayo kita kembali ke rumah penginapan.
"Ehmmm tetapi kuil Siang Lian si ini merupakan tempat
mesum yang amat kotor jika tidak dibakar bukankah hanya
meninggalkan bencana buat orang lain??"
Lie Siauw Ie lantas mengangguk tanda menyetujui, baru
saja dia mau menjawab Liem Tou sudah keburu berkata.
Menurut penglihatanku para hweesio dari kuil ini
kebanyakan sudah mati atau terluka aku kira tidak ada
kekuatan lagi buat mereka untuk berbuat jahat aku kira
sekalipun kuil Siang Lian si ini tidak kita hancurkan orang lain
sama saja akan menghancurkannya, buat apa kita repot-repot
membuang tenaga??"
"Betul, perkataannya sedikitnun tidak salah" sela si gadis
cantik pengangon kambing menyetujui. Kalau begitu cepat
kita berangkat kembali ke rumah penginapan."
Mereka bertiga setelah mengambil Keputusan ini, si gadis
cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie segera meloncat
keluar melewati tembok pekarangan sedangkan Liem Tou
dengan menunggang kerbau berjalan keluar melalui pintu
depan.
Sesampainya di jalan raya mereka segera mempercepat
langkahnya kembali ke kota. Tidak selang lama kemudian
sampailah mereka di depan rumah penginapan di luar kota di
mana mereka menitipkan kambing kambingnya itu.
Dari tempat kejauhan tampaklah orang yang sedang
berkerumun di depun rumah penginapan itu agaknya kurang
lebih berada di atas ratusan orang banyaknya.
Melihat hal ini si gadis cantik pengangon kambing menjadi
keheranan dibuatnya. "Eeeeh sudah terjadi urusan apa?"
Tubuhnya dengan cepat menerobos terlebih dahulu ke
depan seorang kakek yang berada di sana cepat katanya.
"Aeey orang tua. sebenarnya didalam penginapan ini terjadi
urusan apa"
Sewaktu si kakek tua itu melihat si gadis cantik pengangon
kambing adalah seorang perempuan yang sangat cantik sekali,
semula dibuat tertegun tetapi sebentar kemudian sambil
menghela napas panjang sahutnya.
"Aaaaiii . . , tahun ini semakin lama semakin berbahaya,
nona, pernahkah kamu orang mendengar nama penjahat naga
merah ?
Jika kau kepingin mengetahui urusan ini, cuma tahu
namanya saja tentu mengetahui sendiri apa yang telah terjadi
di tempat ini."
Mendengar disebutnya nama si penjahat naga merah, si
gadis cantik pengangon kambing menjadi amat terperanjat
sekali. "Apakah kemarin malam si penjahat naga merah sudah
menggerayangi rumah penginapan ini ? tanyanya dengan
cemas.
Memang aneh sekali, lalu besarkah kerugian yang di derita
di dalam rumah penginapan ini ?"
"Kerugian . ? Seru kakek tua itu sambil memandang
sekejap ke arah gadis cantik pengangon kambing itu. Kalau
tempat yang sudah digerayangi oleh si penjahat naga merah
sudah tentu barangnya akan ludas semuanya.
Si gadis cantik pengangon kambing yang secara tiba tiba
mendengar kemarin malam si penjahat naga merah sudah
melakukan pencuriannya kembali sudah tentu tidak mau
percaya, bukankah kemarin malam jelas sekali si penjahat
naga merah sedang melakukan pertempuran sengit melawan
ayahnya, bagaimana dia melakukan pencuriannya ditempat
ini?
Tak tertahan lagi saking herannya pergelangan tangan
kakek tua itu dicekal semakin kencang teriaknya.
Didalam dunia ini mana mungkin bisa terjadi urusan ini,
coba kau orang tua jelaskan lebih terang lagi.
Kakek tua yang pergelangan tangannya di cekal erat erat
oleh gadis cantik pengangon kambing itu segera merasakan
kesakitan sehingga menyusup ke dalam tulang sumsumnya,
teriaknya dengan keras.
"Aduh tolong ... ! "
Saking sakitnya dia jatuh tak sadarkan diri ke arah
belakang, waktu itulah si gadis cantik pengangon kambing
menjadi gugup apalagi kakek itu pada saat ini pucat pasi
bagaikan mayat.
Saat itulah orang orang yang sedang menonton keramaian
dengan suara yang ramai pada berpindah mengerubungi diri
gadis cantik pengangon kambing.
Untung saja Lie Siauw Ie serta Liem Tou cepat datang, Lie
Siauw Ie yang sejak kecil sudah terbiasa menghadapi segala
perubahan yang terjadi secara mendadak dengan cepat maju
ke depan menepuk punggung kakek itu.
Sebentar kemudian kakek tua itu baru sadar kembali dari
pingsannya, si gadis cantik pengangon kambing segera minta
maaf berulang kali mengiringi kakek tua itu berlalu dari sana
sambil mengelus elus pergelangan tangannya
si gadis cantik pengangon kambing yang kepingin cepat
cepat mengetahui keadaan yang sesungguhnya segera
ujarnya kepada Liem-Tou.
"Hay Koko muka hijau kau tunggu sebentar di sini biarlah
aku serta Ie cici pergi kesana memeriksa sebentar ."
Liem Tou mengangguk tanda menyetujui, dengan demikian
si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie segera
mendesak orang orang lainnya untuk maju kedepan.
Sesampainya di depan pintu rumah penginapan baik Lie
Siauw Ie maupun si gadis cantik pengangon kambing segera
bau amis darah yang sangat menusuk hidung, tak terasa lagi
hati mereka berdua pada berdebar debar amat kerasnya.
Tiba tiba. , .mereka menjerit keras saking kagetnya dan
berdiri tertegun didalam ruangan itu.
Kiranya didalam rumah penginapan tersebut penuh
berceceran darah segar dengan mayat mayat yang
bergelimpangan dengan amat ngerinya, suasana sungguh
menyeramkan sekali.
Melihat keadaan yang demikian mengerikan ini si gadis
cantik pengangon kambing segera memejamkan matanya
rapat, serunya dengan terharu.
"Ie cici, sungguh kejam si penjahat naga merah itu."
Bagaimanapun juga Lie Siauw Ie yang usianya jauh lebih
tua jadi orang pun semakin tenang, setelah bertanya dengan
seorang dia baru mengetahui kalau penghuni penginapan kecil
ini hanya didalam satu malaman saja sudah dibinasakan
semuanya, bahkan sampai para tamu yang sedang menginap
di rumah penginapan itu pun tidak luput dari penjagalan
secara besar besaran ini.
Karenanya setelah mengetahui jelas akan hal itu dia tak
perlu memeriksa kembali keadaan rumah penginapan
tersebut, teringat akan kawanan kambing yang dititipkan di
rumah penginapan itu segera dia menarik tangan si gadis
cantik pengangon kambing untuk diajak ke kandang,
Si gadis cantik pengangon kambing segera menyambut dan
mengikuti dari belakangnya.
Sesampainya di depan pintu rumah penginapan itu mereka
berbelok ke sebelah kanan yang merupakan kandang kuda.
Lie Siuw Ie masih ingat kalau kawanan kambing mereka
ditempatkan di dalam kandang kuda itu.
Hubungan antara si gadis cantik pengangon kambing
dengan kawanan kambingnya benar benar sangat erat sekali,
tempo hari masih berada diatas puncak Ay Leng diatas
gunung Go bie, kecuali ayahnya Lie Loo jie dia cuma
berkawan dengan kawanan kambingnya itu.
Saat ini hatinya benar benar merasa sangat ketakutan
sekali, dia takut kambing kambingnya itu sudah terbunuh
semuanya, diam diam doanya did alam hati.
"Semoga saja kawanan kambingku berada di dalam
keadaan sehat sehat saja"
Si Gadis dengan cepat mencabut seruling pualamnya lalu
ditiup dengan amat nyaringnya.
Siapa tahu kawanan kambing yang biasanya pasti akan
mengembek setelah mendengar tanda itu sekarang sama
sekali tak memberikan reaksinya.
si gadis cantik pengangon kambing menjadi amat
terperanjat, tanpa perduli disekitarnya banyak orang yang
menonton mendadak tubuhnya meloncat ke tengah udara
setinggi beberapa kaki lalu melewati atas kepala semua orang
dan berkelebat menuju ke kandang kuda itu.
Dengan kejadian ini seketika itu juga memancing
kegaduhan di antara para penonton, mereka beribut ribut
untuk menuju ke kandang kuda semuanya.
Si gadis cantik pengangon kambing sesampainya di depan
pintu kandang kuda itu seketika itu juga merasakan hawa
dingin berdesir dari dasar lubuk hatinya, seluruh tubuhnya
gemetar dengan amat keras tampaklah kawanan kambingnya
sudah pada menggeletak dan ceceran darah membanjiri
seluruh permukaan tanah. Tidak ada seekorpun yang berhasil
meloloskan diri dari bencana ini.
Dengan termangu mangu si gadis cantik pengangon
kambing itu berdiri di sana, semakin dipikir dia merasa
semakin sedih tak kuasa lagi titik air mata menetes keluar
membasahi pipinya.
Waktu itupun Lie Siauw Ie sudah menyusul di sana,
sewaktu melihat keadaan yang sangat mengerikan itu hatinya
merasa terjeblos ke dalam jurang yang sangat dalam, apalagi
semuanya ini dikarenakan dirinya yang ngotot mau turun
gunung mencari Liem Tou sehingga dirinya menemui kerugian
yang demikian besarnya, tak terasa lagi hatinya benar benar
terasa amat berduka.
Lama sekali mereka berdua berdiam diri tak berbicara, dan
pada saat itu orang orang yang menonton keramaian sudah
pada mengumpul datang untuk melihat gadis cantik yang baru
saja lewat di atas kepala mereka, melihat hal itu Lie Siauw Ie
segera menepuk pundaknya dengan perlahan.
"Wan-moay kau jangan bersedih hati, hiburnya.
Kesemuanya ini adalah kesalahanku sendiri, sekarang orang
orang itu sudah pada ngumpul kemari, lebih baik kita pargi
saja."
"Tidak, bal ini tidak ada sangkut pautnya dengan Ie cici!"
bentak gadis cantik pengangon kambing itu dengan suara
tegas. "Kesemua ya ini disebabkan kekejaman dan keganasan
diri si penjahat naga merah itu, aku sangat benci kepadanya,
tadi ayah marah marah sebetulnya aku kepingin puiang ke
gunung saja tapi sekarang tidak akan puiang lagi, ayahku
sudah mengadakan perjanjian dengan si hweesio kurus hitam
untuk bertemu di puncak pertama Cing Jan. Waktu itu si
penjahat naga merah pasti ikut datang, saat itulah aku akan
menyu ruh dia menggantikan kambing kambingku itu"
"Benar, urusan lain kali bisa kita bicarakan di kemudian hari
saja, sekarang kita harus berangkat meninggalkan tempat ini
terlebih dahulu.
Si gadis cantik pengangon kambing itu lama sekali tidak
menjawab, sedangkan waktu itu sudah ada banyak orang
yang mengerubungi tempat itu sambil mengutarakan
pendapatnya masing masing.
"Aaa. . .sungguh cantik kedua orang gadis muda ini.
"Hmmmn . .cantiknya seperti bidadari yang turun dari
kahyangan."
Perempuan itu mempunyai kepandaian yang begitu tinggi
sudah tentu perempuan yang lainnya mempunyai kepandaian
silat yang tidak jelek"
"Kedua orang perempuan ini sangat aneh sekali, apa
mungkin mempunyai hubungan dengan si penjahat naga
merah itu??"
Semakin mendengar Lie Siauw Ie semakin tidak puas.
terpaksa dia mendesak si gadis cantik pengangon kambing itu
untuk cepat cepat meninggalkan tempat itu,
si gadis cantik pengangon kambing tetap tidak menjawab,
tiba tiba sambil menunding ke arah mayat kambingnya dia
berseru keras.
"Ie cici, coba kau lihat."
"Lihat apanya??" tanya Lie Siauw Ie keheranan.
Coba kau lihat pada leher setiap kambing itu pasti ada satu
bekas darah yang memancang, tetapi kambing itu bukan
binasa dikarenakan hal itu mereka pasti binasa tertusuk
pedang.
"Apa mungkin itulah yang disebut tanda pengenal ular
merah?" tanya Lie Siauw Ie setelah termenung sebentar.
"Aku kira mungkin benar" jawab si gadis cantik pengangon
kambing sambil mengangguk tetapi ada satu urusan yaug aku
merasa kebingungan, kemarin malam si penjahat naga merah
yang kita temui menggunakan cambuk Ci Liong pian
ssdangkan kawanan kambing ini binasa tertusuk padang,
bukankah hal ini sangat aneh sekali ???
Lie Siauw Ie sebera merasakan perkataannya sedikitpun
tidak salah, dia mengangguk.
"Kelihatannya ada orang yang memalsukan namanya."
Mungkin, tetapi aku rasa kita harus menginap beberapa
hari di dalam kota kemungkinan sekali dengan demikian kita
bisa memperoleh sedikit tanda tanda yang jelas.
Demikianpun baik juga, sekarang lebih baik kita cepat
cepat meninggalkan tempat ini. Si gadis cantik pengangon
kambing itu segera mengangguk, setelah memandang
beberapa kejap lagi ke atas mayat kambing kambing
kesayangannya dia baru putar badan berlalu dari sana.
"Tiba-tiba". Suara menyambarnya senjata rahasia
memecahkan udara mengancam tubuh mereka, si gadis cantik
pengangon kambing menjadi sangat terperanjat bentaknya.
"Ie cici, hati hati senjata rahasia." Tubuhnya dengan cepat
menyingkir kesamping sedangkan Lie Siauw Ie yang agak
terlambat untuk menyingkir segera merasakan adanya
sambaran senjata rahasia itu terpaksa cepat cepat
menjatuhkan diri ke depan.
"Sreet. sreeet, . dua batang paku pencabut nyawa dengan
amat cepatnya menancap pada tiang kandang kuda itu untung
saja mereka cepat cepat menyingkir kalau tidak, mungkin,
tubuh mereka berdua sudah kena dihajar.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
segera menoleh kebelakang mereka berdua bersama sama
mencabut keluar pedang serta seruling pualamnya.
Para penonton yang melihat kedua orang gadis itu secera
tiba tiba mencabut keluar senjata tajamnya bahkan dari
wajahnya kelihatan sangat mencurigakan sekali segera pada
ketakutan dan saling dorong mendorong untuk cepat cepat
mengundurkan diri dari tempat itu.
Di dalam keadaan yang sangat kacau itu bila si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ia mau mencari orang
yang menyambitkan senjata rahasia itu menjadi sukar sekali.
Mereka berdua berdiri saling berpandangan lama sekali,
kelihatannya kita tidak bakal bisa mencarinya Lie Siauw Ie
berseru dengan gemas.
Wan Moay bajingan ini sangat licik sekal1 tampaknya kita
tak perlu nguber dia lagi, baiklah kita mengikuti perkataanmu
tadi untuk sementara tinggal di kota Tang Yang dulu jika dia
orang mau mencelakai kita berdua lagi bukankah kita tidak
usah pergi mencari dirinya dengan susah ??
"Betul, mari kita berangkat," seru gadis cantik pengangon
kambing itu kemudian sambil mengangguk.
Mereka berdua segera menyimpan kembali senjatanya
masing masing dan berjalan keluar dari tempat itu.
Saat itulah terdengar Liem Tou sedang tertawa terbahak
bahak diikuti dengan suara teriakan "Jan, Seng, Cu, Beng,
Tong, Piah Hoan" serta Jan Seng, Seng Beng, Cu Piah, Cu
Beng serta Tong Su delapan buah kata secara bergantian,
sedangkan orang yang semula menonton keramaian itu pun
kedengaran sedang tertawa terbahak bahak dan bersiul
dihadapan mereka.
Mendengar suara tersebut Lie Siauw Ie menjadi sangat
cemas, ujarnya.
"Wan Moay cepat sedikit, entah adik Tou sudah memancing
kegaduhan apa lagi?"
Si gadis cantik pengangon kambing itu segera menarik
ujung bajunya.
Ie cici sahutnya. Kita lewat samping sini saja biar sampai
lebih cepat.
Lie Siauw Ie, tidak menjawab lagi mereka berdua dengan
cepat memutar ke samping jalan lalu berlari dengan cepatnya
kedepan.
Beberapa puluh kaki jauhnya kemudian mendadak
tampaklah oleh mereka sinar golok yang menyilaukan mata
berkelebat dengan tak henti hentinya di bawah sinar matahari.
Sedangkan Liem Tou dengan menggunakan kerbaunya
sedang menerjang ke kanan menerjang ke kiri di antara
bayangan golok tersebut, tetapi sungguh aneh sekali ternyata
tak ada sebilah golokpun yang berhasil mengenai ujung
bajunya.
Liem Tou kelihatan sangat bangga sekali, wajahnya riang
sedang mulutnya tak hentinya memperdengarkan suara
tertawa terbahak bahaknya yang amat keras.
Sewaktu Lie Siauw Ie sera si gadis cantik pengangon
kambing itu dapat melihat siapa-siapa yang sudah
mengayunkan golok goloknya itu tak terasa lagi pada berseru
keheranan.
Kiranya orang orang itu berjumlah delapan orang yang
bukan lain adalah Toosu toosu dari Bu tong pay.
"Wan moay, ujar Lie Siauw Ie keheranan Hidung hidung
kerbau dari Bu tong pay itu tidak ada ganjalan sakit hati apa
apa dengan adik Tou kenapa ini hari sengaja mencari gara
gara dengan dirinya ?"
"Mari kita maju bertanya sendiri saja" sahut si gadis cantik
pengangon kambing itu "Jikalau mereka tidak tahu aturan dan
mau teruskan untuk bergebrak biarlah cukup aku seorang diri
pergi mengejar mereka itu biar aku hajar sampai babak belur"
Selesai berkata tanpa ragu ragu lagi dengan menarik
tangan Lie Siauw Ie berjalan maju ke tengah lapangan.
"Berhenti" bentak si gadis cantik pengangon kambing keras
sambil bertolak pinggang.
Para toosu2 itu sewaktu mendengar ada orang yaag
membentak segera pada tertegun dibuatnya, dengan
sendirinya gerakannya pun menjadi berhenti.
Bersamaan pula Liem Tou pun membentak keras. "Su"
Kerbau itu segera berhenti bergerak.
"Hey toosu toosu dari Bu tong pay teriak si gadis cantik
pengangon kambing itu kemudian setelah kedua belah pihak
pada berhenti " Kalian meiakukan perjalanan di tengah jalan
raya, sedang Liem Koko dia melewati jambatan kayu (diantara
kalian air sumur tidak melanggar air kali, kenapa ini hari tanpa
angin tanpa hujan sudah pada mencari Liem Koko untuk
diajak berkelahi?"
Beberapa perkataan dari si gadis cantik pengangon
kambing itu ada sepuluh bagian merupakan ceng li di dalam
Bu lim, tetapi para toosu dari Bu tong pay ini mana tahu
macam apakah gadis cantik pengangon kambing ini? segera
ada seorang tootiang berbaju kuning yang usianya paling
muda merangkap tangannya memberi hormat lalu.
Bu liong so hud . . . . Bu liang so hud siapa yang cari Liem
Kokomu untuk diajak berkelahi? yang kami inginkan adalah
kerbau tersebut. Apakah Kerbau tersebut adalah Liem
Kokomu?.
Pertanyaannya ini boleh dikata merupakan kata kata
makian yang amat pedas dan sama sskali tidak pandang
sebelah matapun terhadap si gadis cantik pengangon
kambing.
Lie Siauw Ie yang mendengar suara toosu muda itu dalam
hatinya merasa mendongkol,
Orang yang ada di punggung kerbau itu adalah Liem koko.
Wan moay, apakah kalian toosu toosu sudah picak semua
matanya?"
Perkataannya semakin tajam lagi membuat air muka
kedelapan toosu tersebut berubah dengan amat hebatnya.
Kalianlah dua orang budak liar sungguh kurang ajar sekali
teriak salah seorang toosu dengan amat gusarnya. Kalian
harus tahu kelihayan dari Bu tong pay kami, ayo cepat
menggelinding pergi dari sini, jangan coba coba banyak
cerewat lagi dengan kami.
si gadis cantik pengangon kambing segera tertawa tergelak
dengan amat kerasnya,
Oooow sungguh lihay sekali kalian toosu bau dari Bu tong
pay sehingga dengan ciangbunjin sendiri dibinasakan oleh
siapapun tidak tahu, sungguh hebat, memang benar
omonganmu toosu toosu dari Bu tong-pay memang semuanya
libay.
Kedelapan toosu itu setelah mendengar perkataan dari si
gadis cantik pengangon kambing ini pada berteriak dengan
amat gusarnya, teriaknya dengan keras.
"Kau budak jelek siapa yang memberitahukan kepada
kalian soal terbunuhuhnya ciangbunjin kami? Terang terangan
Leng Cen Tojin terbinasa di tangan Tionggoan Sam Koay
bagaimana kalian berani bilang kami tidak becus."
"Hiii . . . hiii . . . siapa yang sudah memberitahukan kepada
kalian kalau ciangbunjien kalian dibinasakan oleh Tionggoan
Sam Koay?"
"Kalian melihat dengan mata kepala sendiri ataukah cuma
dengar orang bilang saja ?"
Seketika itu juga kedelapan orang toosu itu dibuat tertegun
oleh perkataan si gadis cantik pengangon kambing ini, tetapi
urusan ini menyangkitt nama baik mereka di dalam Bu lim.
Bagaimana mereka berani percaya atas omongan dari si gadis
cantik pengangon kambing itu?"
Terus terang saja aku beritahukan kepada kalian, sambung
si gadis cantik pengangon kambing lagi. Tionggoan Sam Koay
sama sekali tidak pernah membinasakan ciangbunjien kalian,
ciangbunjien kalian itu dibinasakan oleh si penjahat naga
merah yang sengaja mau mencelakai diri Tionggoan Sam
Koay, kini Tionggoan Sam Koay sedang pergi mencari si
penjahat naga merah untuk membuat perhitungan.
Lama sekali mereka kedelapan orang toosu dibuat tertegun
dan berdiri termangu mangu beberapa saat kemudian baru
terdengar seorang toosu bertanya.
Perkataanmu ini apakah sungguh sungguh?" Kita tidak
punya dendam tidak punya sakit bati buat apa kami sengaja
menipu kalian??"
Sehabis berkata dia berdiam diri memikirkan sesuatu
persoalan kembali, lalu sambungnya.
"Oooh . , . . aku telah melupakan sesuatu, baiklah aku
berikan kepada kalian juga, bila kalian mau mencari si
penjahat naga merah tidak ada halangannya pada bulan lima
tangga lima pergilah ke puncak Cing Jan untuk mencari
dirinya."
Lalu tangannya menggape kearah Lie Siauw Ie dan
serunya.
"Ie cici, ayoh kita pergi saja dari sini "
"Tahan !" tiba tiba bentak seorang toosu di antara
kedelapan orang toosu toosu Bu tong pay itu. "Penjahat naga
merah adalah penjahat besar masa kini, jejaknya sangat
rahasia dan misterius sekali muncul dan lenyapnya tak
seorang pun yang mengetahuinya bagaimana kalian dua
orang budak bisa mengetahui jejaknya? kami takkan bisa kau
tipu mentah mentah."
"Betul perkataan ini sangat beralasan" sambung toosu yang
lainnya, "Terang terangan orang ini sengaja mencari satu akal
untuk menolong kerbau yang terkurung sekarang ini"
"He . . he . , jika kalian tidak percaya akupun tidak ada cara
lain untuk memaksa kalian harus percaya!" seru si gadis cantik
pengangon kambing sambil tersenyum apa boleh buat.
"Bagaimanapun juga dengan kekuatan kerbaunya Liem koko
itu kalian tidak akan berhasil menandinginya, jika kalian mau
menguasainya . .he . . hey toosu kau jangan mimpi disiang
hari bolong"
Sejak tadi kedelapan orang toosu ini sudah merasakan
kelihayan dari kerbau itu cuma saja sang kerbau tidak
melakukan pembunuhan besar terhadap mereka seperti
halnya sewaktu ada di dalam kuil Siang Lian Si karenanya
walaupun dalam hati mereka agak merasa jeri tetapi tidaklah
terlalu takut.
Saat ini si toosu yang usianya jauh lebih lanjut dengan sinar
mata yang amat tajam sedang memperhatikan diri gadis
cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie.
si gadis cantik pengangon kambing yang melihat mimik
wajahnya tak tertahan lagi segera tertawa manis.
"Bagaima ? Ujarnya. Lebih baik kalian percayai omonganku
saja dari pada menyesal dikemudian hari"
Toosu itu tetap memperhatikan mereka berdua tanpa
berkedip barang sedikitpun juga, saat itulah seorang toosu
mendekati dirinya dan membisikan sesuatu kepadanya, toosu
itu segera mengangguk bersamaan pula memberi kedipan
mata kepada toosu lainnya.
Kiranya para penduduk yang semula mengerubungi rumah
penginapan kecil itu saat ini sudah mulai mengerubungi
tempat ini untuk menonton keramaian.
Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat gerak
gerik mereka sangat mencurigakan dengan berbisik ujarnya
kepada Lie Siauw Ie.
"Coba kau lihat gerak gerik mereka sangat mencurigakan
sekali, apakah mungkin mau me lancarkan serangan bokongan
terhadap kerbau itu?"
Lie Siauw Ie gelengkan kepalanya tanda tidak tahu.
"Hey, kalian toosu toosu bau sebetulnya mau berbuat apa
?" teriak si gadis cantik pengangon kambing kemudian dengan
suara yang sangat nyaring.
Toosu berusia lanjut itu segera menjura memberi hormat
kepada mereka berdua.
Perkataan dari nona, kami tidak benar benar, sahutnya
dengan perlahan. Sekalipun perkataan dari nona tadi betul
Tionggoan Sam Koay memang bukan pembunuh Ciangbunjien
Bu tong pay kami tetapi mereka bertiga sudah melukai banyak
anak buah kami, sekalipun tidak ada sakit hati kini pun sudah
terikat, kerbau ini punya kesalahan sudah meloloskan itu
ketiga orang dari kurungan kami, ini hari kami harus
membinasakan dirinya juga."
Selesai berkata tangannya diulapkan memberi tanda,
segera terlihatlah kedelapan toosu itu dengan mencekal
sebilah pedang mulai memencar diri mengurung tempat
tersebut dengan rapat rapat.
"Hey bangsat cilik" bentak toosu toosu itu lagi dengan
suara yang amat keras.
Cepat kau orang mengelinding turun dari punggung kerbau
tersebut, yang kami mau adalah nyawa kerbau itu bukan
nyawamu?"
Liem Tou segera tertawa.
"Nyawa kerbau adalah nyawa juga, jika kalau kalian
memang menginginkan nyawa kerbau ini kenapa tidak
sekalian menginginkan nyawaku?"
Mendengar perkataan itu para toosu dari Bu tong pay pada
melengak dibuatnya, tampak toosu yang berusia agak lanjut
itu bergumam seorang diri.
"Eei . .sungguh aneh. . .sungguh aneh sekali, ternyata di
dalam dunia ini ada juga orang yang tidak takut mati??"
Tetapi dengan cepat dia bisa mengambil keputusan di
dalam hati. Serunya kemudian.
"Baiklah, kalau memangnya demikian, itulah yang
dinamakan mencari gebukan buat dirinya sendiri".
Selesai berkata pedang yang semula sudah dicabut keluar
kini dimasukan kembali kedalam sarungnya diikuti ketujuh
orang toosu lainnya pun pada menyimpan kembali senjata
tajamnya.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang
melihat hal ini dibuat jadi keheranan ujar si gadis cantik
pengangon kambing itu.
"Eeei kenapa mereka ini?? katanya mau membinasakan
kerbau itu kenapa kini malah menyimpan kembali senjata
tajamnya masing masing??"
Lie Siauw Ie pun tidak tahu mereka sedang memainkan
permainan setan macam apa lagi, dia cuma melirik sekejap ke
arah si gadis cantik pengangon kambing tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Pada saat itulah para toosu bersama sama menyingkap
jubah luarnya sehingga terlihatlah kantongan senjata rahasia
yang tergantung pa da pinggangnya masing masing. Saat
itulah Lie Siauw Ie baru paham kembali.
"Aduh kiranya mereka mau menggunakan senjata rahasia
untuk melukai kerbau tersebut waah.. . waah . .tindakan
mereka ini sungguh kejam sekali. Wan moay kau lihat
bagaimana baiknya??"
Ternyata dugaan mereka sedikitpun tidak salah para toosu
itu pada merogoh ke dalam kantong senjata rahasianya
mengambil keluar senjata rahasia yang bentuknya masing
masing tidak sama, ada piauw mata uang ada jarum Bwee
Hoa Tsu, ada lempengan besi tipis ada pula piaaw piauw
dalam bentuk yang biasa. . .walau pun senjata senjata rahasia
itupun merupakan senjata yang sering ditemui di dalam Bu lim
tetapi jika dilancarkan dari arah yang berlawanan secara
serentak ada siapa yang sanggup untuk melawannya7? apa
lagi cuma seekor kerbau bodoh.
Si gadis cantik pengangon kambing itu segera berseru
memberi peringatan kepada Liem Tou.
"Liem koko mereka mau menggunakan senjata rahasia
untuk melukai kerbaumu kau cepatlah pergi.
Mau pergi? kau kira begitu mudah? Seru kedelapan toosu
itu sambil tertawa dingin.
Mendadak toosu berusia agak lanjut itu membentak
kembali.
"Hey bangsat cilik, sebetulnya kau orang mau pergi tidak?"
Liem Tou tetap bungkamkan diri, cuma saja senyuman
manis penuh menghiasi bibirnya.
Wajah toosu itu segera berubah menjadi adem napsu
membunuh melintasi wajahnya sepasang matanya melotot
lebar lebar tiba tiba dia mem bentak keras.
"Serbu"
Tangannya melayang menyambitkan senjata rahasia yang
penuh tergenggam ditangannya, ketujuh orang toosu
lainnyapua tidak berani barlaku ayal lagi masing masing
segera menyambitkan senjata rahasianya ke depan.
Di dalam sekejap mata saja suara berdesirnya senjata
rahasia memenuhi seluruh angkasa, tetapi kerbau itu tetap
berdiri tidak bergerak bahkan Liem Tou yang ada
dipunggungnyapun tetap tidak ambil gubris, dia tetap
tersenyum senyum manis.
Sebaliknya hal ini segera membuat si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie jadi kaget bercampur
cemas, mereka berdua segera melancarkan satu pukulan
dahsyat meng antam ke arah senjata rahasia yang memenuhi
angkasa itu.
Pada saat itulah mendadak terdengar kerbau itu
mendengus perlahan disusul suara teriakan kesakitan dari
empat orang Toosu yang masing masing sepasang matanya
sudah terhajar oleh senjata rahasia sehingga menguncurkan
darah segar, sakiag sakitnya mereka pada berguling gulingan
di atas tanah sambil mengerang ngerang kesakitan,
keadaannya sungguh mengerikan sekali.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang
melibat perubahan yang terjadi secara mendadak ini segera
tahu tentu ada sesuatu yang telah terjadi, diam diam mereka
gemas atas keganasan dari kerbau itu.
Siapa tahu baru saja pikiran ini berkelebat di dalam
benaknya terdengar kerbau itu sekali lagi mendengus hebat
disusul kepalanya ditundukkan menerjang ke arah orang
orang yang menonton di samping kalangan gerakaannya amat
cepat sekali bagaikan berkelebatnya kilat ditengah udara.
Seketika itu juga suasana menjadi amat kacau sekali, orang
orang yang semula menonton di samping kalangan menjadi
ketakutan dan pada lari serabutan.
"Aduh, mak tolong . . tolong!" Bagaikan air bah mereka
pada lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu, mereka gemas
kenapa orang tua mereka tidak melahirkan mereka dengan
kelebihan dua buah kaki, bahkan ada diantaranya yang kurang
berhati hati pada berjatuhan di atas tanah dan kena injak
orang orang lainnya.
Tetapi dimana kerbau itu menerjang datang semua orang
pada menyingkir ke samping memberi jalan kepadanya,
sehingga dengan sendirinya kerbau tersebut dapat lari dengan
kencangnya ke arah depan.
Kerbau itu berlari dengan amat cepatnya di antara orang
orang tersebut tanpa melukai mereka barang seorangpun, dan
lama kelamaan orang orang tersebut baru bisa berasa lega
hati, cuma saja mereka tidak tahu kerbau itu sedang berbuat
apa disana?"
Tampaklah kerbau itu dengan amat cepatnya ia berlari ke
depan mengejar seorang pengemis yang sedang melarikan diri
terbirit birit.
Pengemis itu dengan amat gesitnya menerobos di sisi
antara orang banyak membuat sang kerbau untuk sementara
waktu tidak berhasil menyandak dirinya tetapi kelihatan sekali
mimik pengemis itu pun sangat tegang sekali dibuatnya.
Pada saat itu para toosu lainnya sudah memeriksa luka dari
kawan kawan mereka, kiranya ada jarum pencabut nyawa di
luka matanya.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang
melihat senjata rahasia yang melukai mata para toosu itu
merupakan jarum pencabut nyawa yang ditemuinya
sewaktu masih ada dikandang kuda dan kini melihat pula Liem
Tou menunggang kerbaunya sedang mengejar seorang
pengemis segera paham kembali, pikirnya.
"Sungguh kejam tindakannya ternyata dia ingin memancing
dendam sakit bati antara kita dengan pihak Batong pay,
untung saja kerbau itu sangat pintar sehingga cepat cepat
menemui bajingan tersebut, kalau tidak tentu kita sudah
terkena siasat beracunnya.
Berpikir sampai disini si gadis cantik pengangon kambing
segera memberikan kedipan mata kepada Lie Siauw Ie dan
teriaknya dengan keras.
Hey hidung kerbau dari Bu tong pay cepat kejar si
pengemis busuk itu, merekalah yang menyambitkan senjata
rahasia melukai keempat orang saudara saudara kalian, ayoh
cepat kejar jangan sampai membiarkan dia berhasil
meloloskan diri."
Sambil berkata begitu bersama sama dengan Lie-Siauw Ie
berdua segera mengerahkan ilmu meringankan badannya
bagaikan dua ekor kupu kupu putih dengan amat cepatnya
berkelebat melalui atas kepala orang yang menonton jalannya
partempuran tadi mengejar kedepan.
Hey hidung kerbau dari Bu tong pay ayoh cepat kejar,
teriak si gadis cantik pengangon kambing kembali di tengah
udara.
Para toosu dari Bu tong pay agak tertegun sebentar,
akhirnya sambil mencabut keluar senjata tajamnya pada
berebut menyerbu ke arah orang yang berkumpul di sana itu.
Baru saja gadis cantik pengangon kambing, Liem Tou serta
para toosu dari Bu tong pay itu mendekati orang tersebut
mendadak terdengar berkumandangnya suara terbahak bahak
dari antara orang orang yang badir disana diikuti melayangnya
sesosok bayangan manusianya yang dengan amat cepatnya
menerjang ke atas atap rumah penginapan itu sambil serunya
dengan nyaring.
"Ha a ha a . selamat tinggal"
Ujung kakinya sekali lagi menutul dengan cepat, tubuhnya
meluncur ke belakang rumah penginapan itu.
"Ayoh cepat kejar jangan sampai bajingan itu berhasil
meloloskan diri seru si gadis cantik pengangon kambing serta
Lie Siauw Ie, berbareng.
Ujung kakinya dengan cepat menutul permukaan tanah
dengan cepat tubuhnya meloncat ke tengah udara dan
mengejar keatas atap rumah terseout.
Tetapi walaupun gerakan tubuh dari si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie amat cepat, gerakan
dari kerbau itu lebih cepat lagi.
Terdengar kerbau tersebut mendengus rendah lagi disusul
dengan bentakan Lirm Tou yang sangat keras.
"Bangun !"
Dengan disertai sambaran angin yang amat keras kerbau
itu dengan amat cepatnya melewati rumah penginapan itu.
menanti setelah si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siaw Ie tiba di atas atap, kerbau yang ditunggangi Liem Tou
itu sudah lenyap tak berbekas lagi,
Tak terasa lagi baik si gadis cantik pengangon kambing
maupun Lie Siauw Ie dibuat melengak di atas genting, lama
sekali baru terdengar si gadis cantik pengangon kambing itu
berkata.
"Ie cici, sama sekali tidak kusangka kerbau itu bisa
demikian libaynya jikalau tubuhnya berhasil dilatih sampai tak
mempan senjata tajam di dalam Bu lim pada saat ini ada siapa
lagi yang bisa menangkan dirinya?"
Jilid 19: Kerbau Ajaib Terluka
Lie Siauw Ie dengan pelan menganguk agaknya di dalam
hatinya ada sesuatu urusan sehingga lama sekali dia tidak
memberikan jawabannya.
Sepasang matanya dengan termangu mangu memandang
kearah tembok kota Tang Yang yang ada di tempat kejauhan,
terlihatlah sesosok bayangan manusia melewati tembok itu
disusul dengan kerbau tersebut mengikuti dari belakangnya,
tak terasa lagi dia menghela napas panjang
"Heey . . . tidak kecandak, tidak kecandak. setelah masuk
ke dalam kota jangan barap bisa kecandak" serunya perlahan.
Ternyata dugaannya sedikitpun tidak salah, sebentar
kemudian kerbau itu tampak sudan berlari kembali dan tak
lama berselang sudah tiba di belakang rumah penginapan itu.
"Ie cici, Wan Moay" terdengar Liem Tou berseru dengan
amat kerasnya.
"Tempat ini tidak bisa ditinggalkan lebih lama lagi, mari kita
cepat pergi dari sini"
Si gadis cantik pengangon kambing itu segera menoleh ke
belakang, sewatktu dilihatnya ada beberapa orang tosu yang
meloncat naik ke atas atap rumah lalu ujarnya
"Pengemis busuk itu sudah melarikan diri ke dalam kota
Tang Yang, kita pun harus pergi, lebih baik kalian menolong
kawan kawan yang terluka untuk dibawa pulang, sedangkan
orang yang membinasakan ciangbunjin kalian benar benar
adalah si penjahat naga merah itu, mau percaya atau tidak
terserah dirimu"
"Sedangkan mengenai pengemis yang melukai kalian kami
akan melakukan pemeriksaan setelah setelah tiba dikota Tang
Yang" sambung Lie Siauw Ie lagi.
"Jika kami berhasil mengetahuinya tentu kami akan
memberi kabar kepada kalian, oh yaah, kalian tinggal
dimana?"
Toosu itu tidak langsung menjawab termenung berpikir
sebentar lalu baru sahutnya.
'Untuk mencari orang yang sudah membinasakan
ciangbunjien kami di seluruh daerah serta keresidenan di
seluruh daerah Tionggoan tentu ada anak murid Bu tong pay
kami, tiga hari kemudian tentu ada orang yang muncul
menemui kalian berdua, selamat tinggal.
Selesai berkata dia segera menjura memberi hormat lalu
bersama sama meloncat turun ke bawah dan mengikuti kawan
kawannya yang masih mengerang nerang kesakitan berlalu
dari sana.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
sehabis mengatur urusan ini sehingga jelas, barulah ujarnya
kepada Liem Tou.
"Ayoh perg" dari sini, untuk sementara waktu lebih baik kita
menginap beberapa hari dulu di dalam kota Tang Yang untuk
menyelidiki asal usul dari pengemis tersebut, apalagi baju
yang compang camping dari adik Tou inipun harus diganti.
Liem Tou tertawa, sepasang kakinya menjepit kencang
perut kerbaunya dengan memimpin dimuka dia berlari terlebih
dahulu sedang si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie pun pada meloncat turun dari atap dan berkelebat
mangikuti dari belakangnya.
Sesampainya di dalam kota Tang Yang, Liem Tou tidak bisa
terus menerus menunggang di atas kerbaunya sehingga bisa
menimbulkan kecurigaan orang lain, terpaksa dia meloncat
turun dari kerbaunya bersama sama dengan Lie Siauw Ie serta
gadis cantik pengangon kambing berjalan masuk ke dalam
kota.
Saat ini hari sudah siang, beberapa orang yang sudah ada
satu hari satu malam tidak makan maupun minum segera
berjalan memasuki sebuah rumah makan.
Liem Tou mengikat kerbaunya di depan kedai itu lalu
bersama sama dengan kedua orang gadis itu berjalan masuk
ke dalam rumah makan dan mencari tempat dekat dengan
ujung jalan.
Terlihatlah sambil berdahar ujar Lie Siauw Ie dengan suara
perlahan.
"Eei jangan makan terlalu banyak, untung sekali kemarin
malam bisa bertemu dengan adik Tou, apalagi adik Tou pun
sudah pernah pergi ke perkampungan Ie Hee Cung, waktu
seperti ini paling bagus kita membicarakan soal soal tersebut,
apalagi kitapun harus menentukan langkah langkah
selanjutnya bagaimana kalau kita minum arak?"
Si gadis cantik pengangon kambing yang tinggal di atas
gunung Go Bie selain tiap hari minum sari buah atau madu
belum pernah dia orang merasakan arak yang sesungguhnya,
dialah yang pertama berteriak setuju.
Sebaliknya Liem Tou yang mendengar Lie Siauw Ie
menyuruh dia menceritakan apa yang dilihatnya di
perkampungan Ie Hee Cung hatinya menjadi sangat
terperanjat, pikirnya.
Suruh aku bicara? Lie Pek bo sudah meninggal dunia
apakah aku harus memberitahukan kepada Ie cici pada waktu
ini??"
Berpikir sampai disitu dia segera berseru menolak.
Tidak, lebih baik kita jangan minum arak, Ie cici serta Wan
Moay selamanya belum pernah minum arak, kalau sampai
mabok lalu bagaimana??"
"Kita minum sedikit saja bukankah tidak mengapa?" ujar Lie
Siauw Ie sambil tertawa.
"Betul.. .betul" sahut si gadis cantik pengangon kambing
dengan cepat. "Hey pelayan, cepat kemari?"
Segera tampaklah seorang pelayan berlari mendatang,
dengan sangat hormat sekali tanyanya.
Khek koan membutuhkan apa?" Ambilkan arak yang paling
bagus" seru si gadis cantik pengangon kambing dengan
gagahnya.
Pelayan itu segera menyahut dan dengan cepat berlalu dari
sana.
Pada saat itulah terdengar suara derapan kaki yang amat
ramai tampak dua orang muncul di balik tangga loteng, sekail
pandang saja Liem Tou segera mengenali kembali kalau kedua
orang itu adalah si hweesio serta si toosu yang pada setahun
yang lalu diperintahkan oleh Auw Hay Ong Bo untuk menawan
dirinya.
Liem Tou tidak ingin dirinya sampai dikenali, cepat cepat
dia melengos keiuar jendela menghindarkan diri dari
bentrokan pandangan dengan mereka berdua.
Kedua orang itu segera memilih tempat sewaktu melihat Lie
Siauw Ie serta Si gadis cantik pengangon kambing ada disana
mereka dibuat tertegun, agaknya merekapun mengenali
kembali kalau kedua orang gadis ini adalah orang orang dari
perkampungan Ie Hee Cung.
Walaupun Liem Tou tidak melibat ke arah mereka tetapi
ketajaman pendengarannya saat ini jauh melebihi orang lain,
segera terdengar olehnya si hweesio itu sedang berbisik
kepada sang Toosu.
Tidak kusangka mereka bisa demikian cepatnya tiba di
dalam kota, bangsat cilik yang melengos itu pastilah Liem Tou.
Betul, sahut Toosu itu dengan suara yang amat lirih.
Setahun yang lalu kita tidak berhasil menawan dirinya, kali ini
dia sendiri cari jalan mati kita tidak boieh melepaskan dirinya
kembali.
Eih.. .bangsat cilik itu sudah melihat kita, cepat kita pergi
dari sini kau awasi mereka dari depan pintu biar aku pergi
memanggil Kuncu datang.
Selesai berkata dengan tergesa gesa kedua orang bangkit
berdiri dan berlalu dari tempat itu.
Saat itulah Liem Tou baru menoleh ke arah si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie, ujarnya.
Ie cici. Wan moay moay kalian kenal dengan mereka
berdua??'
"Tidak kenal, jawab Lie Siauw Ie sambil gelengkan
kepalanya. Tetapi akupun rasanya pernah bertemu tetapi
untuk sesaat sudah lupa entah ketemu dimana.
Pada setahun yang lalu mereka berdua mengikuti Auw Hay
Oag Bo mendatangi perkampungan Ie Hee Cung dan
memaksa aku lari kalang kabut ini hari Ie cici serta Wan moay
harus membalaskan sakit hatiku ini.
Liem koko kenapa tidak kau katakan sejak tadi? Tiba tiba Si
Gadis cantik pengangon kambing itu sambil meloncat bangun
dari tempat duduknya. Saat ini mereka berdua sudah
mengeloyor pergi bagaimana kita bisa membalaskan sakit
hatimu tempo hari??
Liem Tou segera bersenyum.
Jangan cemas jangan keburu buru sahutnya. Sebentar lagi
mereka bakal kembali lagi, kata mereka mau segera pergi
untuk memanggil kuncunya kalu tidak percaya coba kalian
lihatlah di depan rumah makan ini kan masih tertinggal
seseorang yang sedang mengawasi diri kita.
Si gadis cantik pengangon kambing itu segera menengok
keluar jendela ternyata sedikitpnn tidak salah tampaklah
sitoosu itu sedang berdiri bolak balik disamping rumah makan
mengawasi mereka.
Melihat hal itu Si Gadis cantik pengangon kambing menjadi
agak mendongkol, ujarnya kepada Liem Tou serta Lie Siauw Ie
sambil lari menuruni tangga loteng.
"Kalian lihat saja, aku segera tawan dirinya"
"Eei .. Wan moay jangan pargi!" Cegah Liem Tou dengan
cepat. Bukankah lebih baik kita menanggu kuncirnya terlebih
dahulu"
Tetapi si gadis cantik pengangon kambing itu tetap tidak
mau tahu dia ngotot mau turun kebawah memberi hajaran
kepada orang tersebut.
Melihat hal itu terpaksa ujar Liem Tou kembali.
"Jikalau Wan moay benar benar ingin memberi hajaran
kepadanya lebih baik jangan turun tangan sendiri, begini saja
kau lepaskan tali pengikat kerbau itu biar dia mencari gara
gara dengan dirinya, sedangkan kita menonton permainan
bagus dari atas loteng bagaimana?"
Si gadis cantik pengangon kambing itu berpikir pikir
sebentar akhirnya dia tertawa.
Baiklah, sahutnya dengan gembira. Selama setahun ini
bukannya kau berhasil melatih ilmu silatmu sebaliknya melatih
seekor kerbau ajaib sungguh merupakan suatu peristiwa yang
sangat mengherankan sekali.
Selesai berkata dia segera turun dari loteng untuk
melepaskan tali pengikat kerbau tersebut lalu kembnli lagi ke
atas loteng, mereka bertiga dengan serta merta melongokkan
kepalanya ke bawah untuk menonton tontonan tersebut.
Padahal seluruh perbuatan kerbau itu turus mengikuti
perintah dari Liem Tou yang kirim dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara, sudah tentu sebelum diperintah Liem
Tou kerbau itu tidak akan menunjukkan gerakan apapun.
Saat ini Liem Tou sama sekali tidak bermaksud untuk
melukai toosu tersebut, dia cuma gemas sehingga punya niat
untuk mempermainkan dirinya.
Setelah tali yang mengikat kerbau itu dilepaskan oleb si
gadis cantik pengangon kambing, Liem Tou secara diam diam
lantas mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya mnmberi
pe rintah.
Tampak kerbau tersebut tenang di tengah jalan lalu
pandang keki kekanan, tiba tiba sambil menyentakkan kakinya
di atas tanah sehingga membuat debu pada beterbangan
memenuhi angkasa dengan amat ganasnya lari menerjang ke
arah sang toosu.
Melihat kejadian itu si gadis cantik pengangon kambing
menjadi amat girang sekali.
"Ha haa .... haa .... sudah hampir . . . . teriaknya keras, kali
ini sang toosu bau pasti akan kehilangan nyawanya.
"Aku kira belum tentu, sabut Liem Tou dengan perlahan.
Kelihatannya kerbau itu tak suka melukai dirinya."
"Aku tidak percaya, bantah gadis cantik pengangon
kambing itu dengan ngotot. "Bagaimana kalau kita bertaruh
siapakah yang kalah harus didenda dengan tiga cawan arak."
Diam diam di dalam hati Liem Tou merasa sangat geli
sebab jika betul betul mau bertaruh si gadis pengangon
kambing pasti akan menderita kekalahan.
Sebentar saja kerbau itu sudah hampir mendekati tubuh
sang toosu tapi dia orang masih iidak merasakan adanya
bahaya yang mengancam.
Saat itulah mendadak tampak si hweesio sudah berlari
mendatangi sambil berteriak keras.
"Mao heng awas bahaya, cepat nyingkir . . !"
Padahal sejak kerbau itu berhasil membubarkan kepungan
toosu toosu Bu tong pay terhadap Tionggoan Sam Koay serta
kehebatannya pada waktu berada di rumah penginapan, diluar
kota Tang Yang sudah membuat namanya tersebar iuas
diseluruh dunia kangouw, orang orang Bu lim yang berada di
sekitar tempat itu siapa saja sudah tahu kalau di tempat
tersebut sudah kedatangan seekor kerbau yang sangat ajaib
dan lihay sekali.
Sang toosu yang diperingatkan oleh sang bweesio atau si
rase terbang Jien Hwee tidak terasa lagi menjadi terperanjat,
telapak tangannya segera dilintangkan kedepan dada lalu
kirim pukulan dahsyat menghajar kerbau tersebut.
Liem Tou yang ada didekat jeadela dapat melibat seluruu
kejadian itu dengan jelas, pikirnya.
"Manusia tidak tahu diri . . . aku punya maksud melepaskan
dirimu sebaliknya kau malah melancarkan serangan hendak
menghajar kerbauku .. "
Melihat itu dia mengeluarkan suaranya dengan nyaring.
"Jadi kau Coe"
"Kerbau itu segera berputar kekiri lalu berbalik kesebelah
kanan dengan amat cepat sekali berhasil menghindarkan diri
dari serangan pukulan toosu tersehat, disusul
berkumandangnya suara jeritan aneh lalu menerjang kembali
ke depan.
Sang toosu yang melancarkan pukulannya untuk
menghantam kerbau itu dalam bati mengira pukulannya pasti
akan mencapai pada sasarannya, dia sama sekali tidak
menyangka kalau gerakan dari kerbau itu bisa begitu
cepatnya, di dalam keadaan yang amat terperanjat ujung
kakinya segera menutul permukaan tanah lalu meloncat naik
ke tengah udara.
Agaknya dia kermaksud untuk meloncat naik ke atas
punggung kerbau tersebut lalu turun tangan dari atas. Waktu
itu sekalipun sang kerbau memiliki kepandaian yang lebih
tingipun tidak akan bisa mengapa apakan dirinya.
Sejak semula Liem Tou sudah menduga dia orang bisa
berbuat demikian, baru saja sepasang pundak dari toosu itu
sedikit bergerak, Liem-Tou sudah kirim perintah lagi.
Tong . . .
Kerbau itu tiba tiba angkat kepalanya sepasang tanduknya
diterjangkan kedepan tepat menghajar pada diri toosu itu
membuat sang toosu menjerit kesakitan.
"Aduuuh .. disertai suara jeritan yane amat keras, hawa
murni yang semula dikumpulkan dibagian kaki seketika itu
juga terbuyar lagi.
Braak .. tiada kuasa lagi tubuhnya terjengkang ke atas
tanah lalu berguling guling seperti halnya seekor anjing yang
kena gebuk, seluruh tubuhnya kotor kena debu.
Seketika itu juga memancing tertawa Si Gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang amat keras,
secara diam diam Liem Tou pun merasa hatinya sangat puas
sekali.
Mendadak . . segulung angin pukulan yang amat tajam
sekali menerjang dari belakang tubuhnya disusul
berkelebatnya sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya.
Liem Tou menjadi sangat terkejut sekali, pada saat
pikirannya berputar hawa murninya dengan cepat disalurkan
keselurub tubuhnya untuk menerima datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
Dia cuma merasakan hatinya sedikit tergetar hebat, diam
diam pikirnya.
"Sungguh lihay ilmu jarinya."
Dengan cepat dia menoleh kebelakang, entah sejak kapan
di tempat itu sudah bertambah seorang gadis berbaju hijau,
sepasang alisnya dikerutkan rapat rapat dan berdiri termangu
mangu disana. Lama sekali baru terdengar dia membentak
keras.
"Bangsat cilik, dendam sakit hati atas kematian adikku
belum terbalas, hari ini engkau hendak menggunakan
kerbaumu untuk melukai orang. Hmm jika punya kepandaian
ayoh keluar kita bertempur sebanyak tiga ratus jurus."
Liem Tou yang melihat gadis berbaju hijau yang ada
dihadapannya sekarang ini semakin dilihat semakia mirip
dengan Ciang Beng Hu itu pengemis cilik yang ditemuinya
sewaktu ada di dalam penjara lalu kena hajar mati di
tangannya, dalam hati segera menduga tentunya dia orang
adalah Toa Kuncu dari Kiem Thia Pay.
"Siapa toh musuh besar pembunuh adikmu?" tanyanya
mengejek. Dengan tidak tanya tanya dulu kamu sembarangan
melancarkan serangan menotok orang, macam manusia apa
itu?"
Saat itu si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw
Ie pun sudah menoleh sewaktu mereka berdua melihat wajah
gadis berbaju hijau itu amat cantik dengan alis yang hitam
lengkat dengan bibir yang kecil muncul diam diam memuji tak
hentinya.
Gadis cantik pengangon kambing yang sekali pandang saja
sudah menaruh simpatik kepadanya segera berseru.
"Cici ini kenapa harus marah marah?" ada perkataan kita
bicarakan dengan perlahan mari. . mari silahkan duduk, jarang
sekali aku bisa bertemu dengan manusia seperti cici didalam
Bu lim saat ini bagaimana kalau kita saling meneguk satu
cawan arak?"
Sehabis berkata dia bangkit berdiri dan mempersilahkan
tamunya untuk duduk.
Sebelumnya gadis berbaju hijau itu datang dalam keadaan
gusar, setelah melihat sikap gadis cantik pengangon kambing
yang amat menarik dan ramah sekali walaupun dia orang
dibuat serba susah tapi hawa amarah bisa dipadamkan
separuh bagaian.
Dengan paksakan diri dia melemparkan sebuah senyuman
pada gadis cantik pengangon kambing itu.
Moay moay ini tentunya adalah Si Gadis cantik pengangon
kambing bukan," ujarnya dengan perlahan, aku dengar dari
ibu katanya kepandaian silatmu amat tinggi wajahnyapun
amat cantik sekali. Ini hari bisa bertemu sendiri dengan kau
sudah tak terkira ternyata berita itu tidak bohong.
Ahhh mana mana. . . cici mu mana bersni menerima
penghargaan itu. Seru gadis cantik pengangon kambing
berulang kali. Siauw moay Lie Wan Giok tidak lebih cuma
seorang gadia dusun yang kasar, soal kepandaian silat aku
orang tidak lebih cuma memahami sebagian bulu luarnya saja.
Lalu dia memperkenalkan diri Lie Siauw Ie kepadanya. Ini
adalah Siauw Ie cici, diapun she Lie yang merupakan suci
moay dengan diriku. Gadis berbaju hijau itupun segera
tertawa dengan menganggukkan kepalanya kepada Lie Siauw
Ie tetapi dia tahu Lie Siauw Ie inilah yang dahulu menerjunkan
dirinya ke dalam jurang untuk munyusul kekasihnya.
Tidak terasa lagi dia memperhatikan Siaw Ie dengan
pandangan aneh membuat Lie Siauw Ie merasa malu dan
melengos ke arah lain.
Saat inilah dengan perlahan gadis berbaju hijau tersebut
menoleh ke arah gadis cantik pengangon kambing lagi dan
bertanya
"Menurut pandanganku, moay moay dengan usia yang
masih amat muda ternyata sudah berhasil mencapai taraf
kesempurnaan di dalam hal ilmu silat tentunya kaupun berasal
dari perguruan yang sangat terkenal sekali, entah maukah
moay moay menyebutkan asal perguruanmu?
Mendengar perkataan itu diam gadis cantik pengaugon
kambing berpikir keras. Walaupun dari pihak Kiem Tian pay
tidak ada ganjalan sakit hati apa apa dengan Tia tetapi
mereka selamanya tidak akur, jika kalau aku terus terang
memberi tahu kepadanya tentu dia tidak mau besikap halus
lagi terhadap kita, tetapi akupun tidak bisa menipu dirinya.
Berpikir akan hal ini tidak terasa lagi dia berpikir keras
beberapa saat lamanya tanpa bisa menjawab.
Si gadis berbaju hijau yang melihat pihak lawan sama sekali
tidak memberikan jawaban, sekali pandang saja dia sudah
bisa mengetahui tentunya sigadis cantik pengangon kambing
itu mempunyai sesuatu kesukaran karenanya dengan cepat
ujarnya.
"Jikalau moay moay merasa ada
kesukaran untuk dibicarakan lebih baik jangan dikatakan
lagi."
"Tentang hal ini bukannya ada perkataan yang sukar untuk
diucapkan sahut si gadis cantik pengangon kambing itu
dengan cepat. Cuma saja sesudah Siauw moay katakan
kemungkinan sekali cici akan menganggap diri kami sebagai
musuh besar, begini saja setelah aku katakan kau jangan
menganggap kita sebagai musuhmu. Biarlah urusan mereka
diselesaikan oleh mereka urusan kita, kita yang
menyelesaikannya sendiri??"
Mendengar perkataan ini mendadak si gadis cantik berbaju
hijau itu meloncat bangun, air mukanya berubah amat hebat.
Apa maksud perkataanmu itu? teriaknya keras, jikalau
moay moay adalah musuh besar dari kami keluarga Ciang
maka maafkan aku orang tidak bisa mengikuti petunjukmu itu
.
Gadis cantik pengangon kambing yang melihat gadis
berbaju hijau itu begitu bernafsunya dia segera tersenyum.
Soalnya ini sebenarnya tidak begitu memberatkan, ujarnya
perlahan, ayahku adalah si cangkul pualam Lie Sang, tentunya
cici mengetahuinya bukan??"
Si gadis berbaju hijau yang mendengar disebutnya nama
Lie Loo jie seketika itu juga dia buat berdiri melongo dengan
mata terbelalak lebar lama sekali baru ujarnya.
Oooo kiranya kau adalah putrinya tidak aneh kalau harus
berbicara demikian.
Tetapi secara tiba tiba gadis cantik pengangon kambing itu
menuding ke arah Liem Tou. Lalu tahukah kau siapakah dia
orang? tanyanya kepada gadis berbaju hijau.
Liem Tou yang ada disampingnya tak terasa lagi dibuat
kebingungan, pikirnya.
Aku bukankah apa apanya ayahmu, buar apa dia bertanya
tanya?"
Buat apa kau mengurusi, siapakah dia orang?? terdengar Si
Gadis berbaju hijau itu berteriak dengan amat gusarnya. Aku
cuma kenal dia adalah musuh besar pembunuh adikku,
sekalipun ini hari aku tidak turun tangan membinasakan
dirinya tiga hari kemudian dia orang tidak akan berhasil lolos
dari tangan kami orang pihak Kiem Thian Bun.
Semakin berbicara Si Gadis berbaju hijau itu semakin
marah membuat Lie Siauw Ie yang ikut mendengarkan
disamping merasa tidak sabaran lagi sepasang alisnya
dikerutkan rapat rapat sedang wajahnya berubah menjadi
merah padam.
"Aku kira belum tentu berhasil, serunya dingin. "Cis,
bukankah dia adalah kekasihmu? Seru gadis berbaju hijau itu
mendadak sambil meloncat bangun. Di dalam urusan ini maaf
tidak bisa dihapuskan lagi, waktu itu harap kau orang bisa
menahan sakit batimu.
Air muka Lie Siauw Ie berubah memerah, mendadak dia
bangkit berdiri wajahnya yang merah padam kini sudah
berubah menjadi kehijau hijauan.
Dia betul kekasihku atau bukan kenapa kau orang ikut
campar? bentaknya keras. Kau tidak usah banyak berbicara
disini jikalau ada kapandaian cepat kerahkan keluar, aku mau
coba lihat seberapa kelihayan dirimu"
"Oooh . . oooh . . baru saja belajar ilmu silat beberapa hari
dari Lie Loo jie cianpwee sekarang sudah mau menantang
orang untuk berkelahi Ejek gadis berbaju hijau itu. Kau orang
iihat dulu kekuatanmu sendiri apakah bisa menangkan diriku"
"Tutup mulutmu, bentak Lie Siauw Ie tak dapat menahan
sabar lagi"
Tangannya dengan cepat disilangkan ke depan dada lalu
kirim satu pukulan menghajar kearah dada lawan.
Gadis berbaju hijau itu tertawa dingin, dia tetap berdiri
ditempatnya semula sama sekal tak bergerak menanti
serangan dari Lie Siauw Ie mendekati badannya mendadak
telapak kirinya menyilang ke depan dada sedangkan
tangannya dengan cepat bagaikan kilat menerobos menotok
ke depan.
Liem Tou tahu ilmu jari si gadis berbaju hijau itu sangat
lihay sekali, tidak terasa dia menjadi amat terperanjat, di
dalam keadaan yang amat terdesak untuk menolong jiwa dari
Lie Siauw Ie ini tanpa berpikir panjang lagi dia segera
membentak keras.
"Jangan melukai Ie ciciku !"
Sreett .... dengan dahsyatnya dia orang kirim satu pukulan
menghantam tubuh gadis berbaju hijau itu'
Gerakan masing masing pihak dilancarkan amat cepat
sekali bagaikan menyambarnya kilat di tengah angkasa, baik
Si Gadis berbaju hijiau serta Lie Siauw Ie tidak bisa
menghindarkan diri dari serangan tersebut, segera
terdengarlah dua kali jeritan kaget tubuh gadis berbaju hijau
maupun Lie Siauw Ie pada waktu yang bersamaan pada rubuh
ke atas tanah.
Si Gadis cantik pengangon kambing serta Liem Tou cepat
cepat meloncat bangun dari tempat duduknya dan lari
menghampiri Si Gadis berbaju hijau serta Lie Siauw Ie untuk
memeriksa keadaan lukanya.
Tampaklah gadis berbaju hijau itn terkena pukulan Liem
Tou sehingga lengan kirinya patah sebaliknya Lie Siauw Ie
berhasil ditotok ja lan darah "Ci Bun Hiat" pada tetek sebelah
kanannya oleh serangan gadis berbaju hijau itu.
Jalan darah "Ci Bun Hiat" ini merupakan salab satu jalan
darah penting, di dalam keadaan tergesa gesa si gadis berbaju
hijau itu melancarkan serangannya bahkan harus melewati
hembusan angin pukulan dari Lie Siauw Ie pula membuat
serangannya tidak begitu keras lagi, dengan demikian Lie
Siauw Ie pun berbasil meloloskan diri dari bahaya maut.
Ilmu silat partai Kiem Thian Pay mengutamakan ilmu jari
Yen Wis Tui Hun Ci dapat mengangkat namanya di dalam Bu
lim, sekalipun serangan tadi enteng saja tetapi membuat Lie
Siauw Ie cukup terpukul pingsan.
Liem Tou tidak menggubris lagi pantangan lelaki dan
perempuan lagi, dengan cepat dia salurkan hawa murninya
menguruti dada Lie Siauw Ie untuk membebaskan dirinya dari
totokan jalan darah tersebut.
Gadis cantik pengangon kambing yang sedang memeriksa
keadaan luka dari Si Gadis berbaju hijau itu dapat melihat
tangan kirinya sudah patah oleh serangan tadi.
Sekalipun demikian sambil menggigit bibir menahan rasa
sakjt dia meronta ronta bangun dengan pandangan rasa
mendendam teriaknya pada diri Liem Tou
"Kau . . . kau . . . jika aku tidak bunuh diri mu, aku sumpah
tidak mau jadi manusia.
"Ciang cici, cepat hibur gadis cantik pengangon kambing
dengan halus. Lebih baik kau mengurusi keadaan lukamu
sendiri, buat apa kau mengumbar nafsu pada saat ini?
Sembari berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar
sebuah botol batu giok dan mengeluarkan dua butir pil
berwarna putih dan didekatkan dengan mulut gadis berbaju
hijau itu.
"Cici, ujarnya kembali. Telanlah kedua butir ini, setelah
tulangnya disambung segera akan sembuh seperti biasa.
Saat ini si gadis berbaju hijau itu sudah benar benar amat
benci terhadap mereka, dia segera gelengkan kepalanya
menolak.
Siapa yang mau memakan barangmu itu? Bentaknya kasar.
Cepat bawa pergi sekalipun aku Ciaug Beng Hu mati jupa
tidak akan mau makan barangmu itu, kalian kucing sedang
menangisi tikus . . . Hma? buat apa berbuat susah susah
begitu?
Selesai berkata dengan jalan terbuyung huyung dia
menuruni anak tangga loteng itu tapi baru saja berjalan dua
langkah lengannya terasa amat sakit sekali sehingga sekali lagi
berjongkok ke bawah.
Si gadis cantik pengangon kambing dengan cepat bantu
membimbing dirinya.
Cici lukamu penting, lebih baik makan dulu pil ini, ujarnya
dengan perlahan.
Sekali lagi Si Gadis berbaju hijau itu gelengkan kepalanya,
air mata menetes keluar membasahi pipinya.
Cici cepatlah kau makan pil ini, ujar gadis cantik pengangon
kambing itu sekali lagi. Sekalipun di antara kita satu sama lain
tidak saling mengenal tetapi boleh dikata punya jodoh untuk
bertemu.
Si gadis berbaju hijau itu gelengkan kepalanya kembali,
dengan tangan kanannya menggendong tangan kiri dia
berdiam diri tak menjawab.
Si Gadis cantik pengangon kambing yang melihat dia orang
tidak mau menelan pilnya diam diam segera berpikir.
Jika aku membiarkan dia pergi seorang diri maka dendam
di antara Liem Tou dengan pihak Kiem Thien Pay akan
semakin mendalam lagi apalagi kekuatan serta pengaruh dari
pihak Kiem Thien Pay sudah semakin meluas dari daerah Can
Tian ke seluruh daerah Tionggoan serta Kanglam, jikalau
dendam ini makin mendalam bukankah urusan semakin
merepotkan?
Dia yang berpikir sampai disini tak banyak bicara lagi
mendadak dia menotok jalan darah pulas dari gadis berbaju
hijau itu, sewaktu menoleh ke belakang terlihat Liem Tou
sedang mengobati dada Lie Siauw Ie sedangkan Lie Siauw Ie
sendiri setelah jalan darahnya terbebas ktni sudah sadar
kembali.
Gadis cantik pengangon kambing itu segera memberikan
kedua butir pil itu pada Liem Tou.
Kedua butir pil ini berikanlah kepsda cici untuk dimakan,
nanti kita bicarakan lagi sesudah kembali ke rumah
penginapan.
Selesai berkata dia segera mengambil keluar sebutir
mutiara dan diletakkan di atas meja, hal ini membuat para
tetamu lainnya menjadi terbelalak dibuatnya.
Gadis cantik pengangon kambing tidak mau membuang
waktu lebih banyak lagi, dia segera menggendong tubuh Si
Gadis berbaju hijau itu dan lari turus ke bawah loteng, Liem
Tou pun dengan cepat memberikan pil itu kepada Lie Siauw Ie
lalu menggendong tubuhnya meninggalkan loteng tersebut.
Sesampainya di bawah loteng terlihatlah Toosu itu sudah
diinjak oleh sang kerbau sehingga hancur lebur sukar untuk
dikenal kembali, sebaliknya di atas punggung dari kerbau
itupun jelas sekali tertera dua buah bekas telapak Thay Su Ing
yang amat jelas sekali kaki depan nya berlutut di atas tanah
sedang mulutnya tak hentinya mendengarkan suara rintihan
yang berat.
Sedangkan itu hweesio si rase terbang entah sudah lari
kemana?"
Liem Tou yang melihat dikarenakan dirinya harus pecah
perhatian atas kedatangan gadis barbaju hijau itu, kerbaunya
sudah menerima pukulan Thay Su Ing hatinya merasa gemas
juga.
Ilmu pukulan Thay Su Ing ini merupakan ilmu telapak
tunggal dari aliran Thian San Pay, jika seseorang kena pukulan
ini walaupun diluarnya cuma kelihatan bekas telapak tangan
saja padahal di dalam isi perutnya sudah tergoncang hebat,
bilamana tidak diobati dengan cepat tentu akan menemui
ajalnya.
Liem Tou tahu kerbaunya sudah menderita luka yang tidak
ringan, diam diam dia merasa benci terhadap sang hweesio,
tetapi saat ini dia sudah meninggalkan tempat itu terpaksa
dengan tergesa gesa dia mengambil keluar tali peninggalan
Hek Loo toa dan dimasukkan kedalam mulutnya.
Setelah kerbau itu menghabiskan satu ikatan Liem Tou
baru menepuk nepuk punggungnya.
Gouw ko, ujarnya. Kau dapat melanjutkan perjalanan
dengan menahan sakit bukan?.
Agaknya kerbau itu mengerti apa yang diucapkan olehnya,
kaki depan yang semula berlutut di atas tanah kini bangkit
berdiri, tetapi baru saja berdiri tidak lama sekali lagi ia jatuh
berlutut kembali sedangkan dari mulutnya memperdengarkan
suara dengusan yang amat rendah, diantara dengusan itu
membawa beberapa bagian rasa sedihnya
Liem Tou yang melihat kerbau itu tidak bisa bangkit berdiri
dia menjadi teramat cemas. Gouw ko, ujarnya kembali. Tidak
perduli bagaimanapun kau harus paksakan diri untuk berjalan
beberapa langkah, tidak jauh . .rumah penginapan disebelah
depan sana, nanti aku akan segera menyembuhkan lukamu,
coba kau lihat sekarang berlutut di tengah jalan memancing
banyak orang yang menonton, bukankah hal itu amat jelek
sekali??""
Saking cemasnya sehingga pikirannya buntu memaksa Liem
Tou harus berbicara sedemikian rupa terhadap kerbaunya,
sang kerbaunya dengan membelalakkan matanya lebar lebar
memandang ke arah Liem Ton, setelah mendengus pedih
mendadak ia tundukkan kepalanya
Melihat hal itu diam diam pikir Liem Tou didalam bati.
Obat dari Hek Loo toa itu amat sakti dan mujarab sekali,
beberapa kali dicoba pasti membawa hasil, kenapa kali ini
gagal.?
Dia merasa tentunya daya obat itu belum berjalan
karenanya kepada si gadis cantik pengangon kambing,
kembali dia minta kembali dua butir pil mujarapnya lalu
dimakankan kepada kerbaunya kemudian secara diam diam
kerahkan tenaga dalamnya melalui bekas telapak tangan
tertera diatas perutnya.
Si gadis cantik pengangon kambing tidak mengetahui kalau
Liem Tou sudah memiliki kepandaian silat yang sakti, dia kira
kepandaiannya tidak lebih juga seperti setahun yang lalu, saat
ini terdengar dia berteriak keras,
Liem Koko, biarlah aku menolong kau, dia tentu terluka
karena darahnya menggumpal, aku harus menghancurkan
gumpalan darah itu. terlebih dahulu sehingga dengan
demikian lukanyapun tidak akan terluka bahaya".
Walaupun di dalam hati Liem Tou merasa geli tetapi dia
mengalah juga, gadis cantik pengangon kambing itu segera
menempelkan telapak tangannya keatas perut kerbau itu.
Beberapa saat kemudian si Gadis cantik pengangon
kambing itu baru berhenti, Liem Tou cepat cepat angkat
tangannya ke depan perut kerbau itu sambil membentak
keras.
"Ayoh bangun".
Kerbau itu cepat bangkit berdiri cuma saja kedua kakinya
masih tetap gemetar dengan amat kerasnya, saat itulah Liem
Tou baru tahu kalau kerbau tersebut sudah menderita luka
yang amat berat sekali, terpaksa dia tempelkan kembali
telapak tangannya ke atas perut kerbaunya lalu secara diam
diam mengerahkan tenaganya menahan jangan sampai dia
roboh ke atas tanah.
"Wan moay ayoh jalan" serunya kemudian.
Demikianlah masing masing dengan menggendong Si Gadis
berbaju hijau serta Lie Siauw Ie dan Liem Tou menyeret juga
kerbaunya melanjutkan perjalanannya.
Waktu itu banyak orang orang pendaduk di sekitar tempat
ini mengikuti dari belakangnya, bahkan berita ini dengan
cepatnya mengalir ke seluruh penjuru kota.
Hanya di dalam sekejap saja berita tentang munculnya
seekor kerbau ajaib ini sudah tersebar keseluruh kota Tang
Yang bahkan rumah penginapan dimana Liem Tou serta si
gadis cantik pengangon kambing berdiam telah di datangi
banyak orang yang ingin melihat keanehan kerbau itu.
Melihat hal itu Liem Tou jadi kuatir atas keselamatan dari
kerbaunya yang ditaruh di kandang kuda, dia takut kerbaunya
yang sedang terluka mendapatkan serangan lagi dari orang
lain sehingga menemui ajalnya.
Setelak dia orang mengurusi Lie Siauw Ie dan mengetahui
kalau lukanya tidak terlalu bahaya, kepada Si Gadis cantik
pengangon kambing lalu ujaraya.
"Wan moay. aku merasa tidak lega hati bila kerbau itu
disimpan di dalam kandang kuda, kau pikir baiknya kita taruh
di mana ??
"Apa kau punya maksud untuk memasukkan kerbau itu ke
dalam kamar tinggal bersama kita ? " goda gadis cantik
pengangon kambing sambil tertawa.
"Benar" sahut Liem Tou mengangguk aku punya,
maksudnya demikian, cuma saja aku takut Wan moay
menggoda diriku.
"Buat apa aku menggoda dirimu?" ujar si gadis cantik
pengangon itu sambil tertawa. Sekarang kerbau itu sudah jadi
barang wasiatmu, diapun merupakan pengawalmu, memang
seharusnya kau bersikap hormat seperti murid bersikap
hormat terhadap suhunya.
Dengan pandangan tajam Liem Tou memperhatikan diri
gadis cantik pengangon kambing itu, dia takut di dalam
perkataannya ini mengandung maksud mengejek, tetapi
sewaktu melihat wajah si gadis cantik pengangon kambing itu
dihiasi dengan senyuman yang menyenangkan dia baru tidak
menaruh curiga lagi, diapun jadi turut tertawa.
"Kalau begitu bagus sekali" biar aku suruh dia kemari.
Baru saja Liem Tou mau keluar pintu mendadak terdengar
si gadis cantik pengangon kambing sudah berteriak.
"Kau harus mandikan dia bersih-bersih baru bawa masuk
kemari, kalau masih bau aku akan mengusir dia keluar."
"Baik ... baik" sahut Liem Tou sambil tertawa, aku pasti
akan mandikan dirinya terlebih dulu, moay moayku yang
tercinta."
Seaera dia berjalan keluar dari kamar itu.
Si gadis cantik pengangon kambing yang mendengar dia
orang memanggil dirinya dengan kata kata moay moay yaug
tercinta dari dalam segera makinya
"Kau orang semakin lama semakin jahat, jika menimbulkan
hawa amarahku jangan salahkan aku segera potong lehermu."
Kepada Lie Siauw Ie yang sedang berbaring diatas
pembaringan sambil tersenyum memandang dirinya dia
berkata lagi.
"Ie cici, inilah hasil dari dirimu yang terlalu memanjakan
dirinya, kau harus baik baik mengurusi dirinya.
Lie Siauw Ie yang baru sembuh dari lukanya tidak leluasa
untuk menjawab dia hanya kirim satu senyuman kepadanya.
Kamar itu sebenarnya adalah dua ruangan yang disambung
menjadi satu. Si Gadis cantik pengangon kambing segera
berkata kepada Lie Siauw Ie.
"Ie cici, kau berbaringlah disini. Aku akan melihat keadaan
dari Ciang cici" Lie Siauw Ie mengangguk.
Dengan langkah yang perlahan Si Gadis cantik pengangon
kambing berjalan masuk ke dalam kamar dan membuka
kordin yang menutupi tempat tersebut, terlihatlah Ciang Beng
Hu masih tidur dengan amat nyenyaknya dia tidak mau
mengganggu setelah melihat sejenak cepat cepat dia
undurkan diri kembali kesamping pembaringan Lie Siauw Ie
dan men bicarakan soal soal di dalam dunia kangouw dan
jejak selanjutnya dari mereka bertiga.
Tidak lama kemudian Liem Tou balik lagi ke dalam kamar
dengan menuntun kerbaunya itu, begitu sang kerbau masuk
kedalam kamar seketika itu juga memancing tertawaannya
dari pemilik rumah penginapan itu serta para tamu lainnya,
Liem Tou sama sekali tidak menggubris bahkan kirim satu
senyuman ketolol tololan kepada mereka.
Seseorang diantara mereka yang melihat Liem Tou tidak
dibuat marah oleh ejekan mereka segera mengggoda.
"Hey engkoh cilik, kau membawa kerbau itu ke dalam
kamar apakah mau mengajaknya tidur bersama sama satu
ranjang kau berhati hatilah jangan sampai dikencingi kerbau
tersebut.
Haaa . . haaa . . Liem Tou pun tartawa terbahak bahak
dengan kerasnya. Kalian apa tidak tahu kalau kerbau ini
kerhau ajaib? kerbau ajaib selamanya tidak pernah kencing
dipembaringan, tetapi aaah . . nanti malam sewaktu tidur aku
harap kalian mau berhati ha-ti "
Liem Tou sengaja memperhatikan sikap serta gerak
geriknya yang amat misterius lalu memperhatikan para tetamu
sambil kerutkan alisnya rapat rapat.
Orang itu sewaktu melihat sikap dari Liem Tou amat serius
tidak terasa menjadi amat tegas.
"Ada apa?" tanyanya.
Liem Tou berpikir sebentar, akhirnya dia gelengkan
kepalanya.
Lebih baik aku tidak berbicara saja nanti jika aku bilang
tentu kalian akan ketakutan sehingga satu malaman tidak bisa
tidur kalau sampai terjadi urusan itu bukankah kalian semua
akan menyalahkan aku?"
Orang orang itu setelah mendengar perkataan ini hatinya
semakin tidak lega lagi, mereka pada mendesak Liem Tou
untuk mengatakan urusan apa yang akan terjadi.
Melihat suasana yang semakin ribut, Liem Tou baru
menjawab dengan suara perlahan.
Jikalau kalian benar mau mengetahui urusan ini akupun
tidak bisa bardiam diri terus, tetapi asalkan ada aku disini
kalian tidak usah takut. Kerbauku ini tidak ada jeleknya cuma
saja ada kalanya sewaktu menjadi marah dan nafsu
binatangnya berkorbar dia sering tidak mengenal orang lain
sehingga berlarian melukai orang lain secara sembarangan,
makanya sebelum urusan terjadi aku beri peringatan dulu
kepada kalian, jikalau dia betul betul marah dan menubruk
nubruk kalian tak usah menjadi gugup sehingga
mengakibatkan bencana besar. waktu itu urusan bisa berabe."
Para pedagang itu sewaktu mendengar perkataan ini
ditambah pula berita terinjak matinya seorang toosu serta
melayangnya sang kerbau melewati atap rumah membuat
mereka menjadi percaya seratus persen, tidak terasa lagi air
muka mereka pada berubah menjadi amat hebat, setelah
tertegun beberapa saat lamanya mendadak pada berteriak
keras.
Haaaduuuh . . payah . . payah . . jikalau di dalam rumah
penginapan ada penyebab bencana ini bagaimana suruh kita
berdiam disini dengau tenang? hey engkob cilik cepat bawa
dia keluar, jikalau kerbau itu sampai melukai orang buat
dirimu juga tidak ada gunanya.
Hey pelayan .. pelayan . .! Teriaknya salah seorang di
antara mereka. Aku mau batalkan rencanaku tinggal disiai,
aku tidak mau tinggal bersama binatang penyebab bencana
ini.
Seketika itu juga suasana di dalam ruangan penginapan itu
menjadi kacau balau. Liem Tou yang melihat hal ini diam diam
merasa amat geli sekali, setelah masuk ke dalam dan bertemu
dengan gadis cantik pengangon kambing tidak kuasa lagi dia
tertawa terbahak bahak.
Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat sikapnya
yang amat aneh itu tidak urung dibuat curiga dan ragu ragu.
Hey ada urusan apa yang membuat kau tertawa terbahak
bahak? tanyanya keheranan.
Mereka menggoda aku lalu aku balik menggoda mereka
dengan menipu yang bukan bukan siapa tahu mereka sudah
menganggapnya sungguh sungguh dan pada membatalkan
niatnya untuk berdiam ditempat ini, aku rasa rumah
penginapan ini bakal sepi.
Baru saja berbicara sampai disini mendadak terdengar
suara orang yang sedang mengetuk pintu. Liem Tou segera
membukanya terlihat pemilik rumah penginapan itu sedang
berdiri dimuka pintu dengan wajah yang serba susah, bibirnya
sedikit bergerak mau mengucapkan sesuatu pada Liem Tou,
tapi sewaktu dilihat kerbau itu berdiri di samping pinta dia
menelan kembali kata katanya.
Liem Tou segera menduga apa yang sudah terjadi, kepada
Si Gadis cantik pengangon kambing ujarnya sambil tertawa.
Wan moay mutiaramu apa masih ada?? para tamu sudah
dibuat ketakutan oleh kerbau sehingga pada melarikan diri
terbirit birit kini si pemilik rumah penginapan mencari aku
seharusnya kau orang bantu aku usir dia pergi.
Hmm, aku tidak mau ikut campur urusanmu yang
merepotkan ini, seru Si Gadis cantik pengangon kambing
sambil mencibirkan bibirnya. Seorang lelaki sejati berani
berbuat tentu berani menanggung jawab. Buat apa kau
mencari aku??"
Ooooh.. .adikku yang baik, mohon Liem Tou cepat. Kenapa
kau begitu teganya melihat aku kesusahan? cukup kau
mengambil keluar sebutir mutiara bukankah urusan akan
segera menjadi beres?"
Si gadis cantik pengangon kambing segera termenung
berpikir sebentar.
Demikian saja, ujarnya kemudian. Asalkan kau
menyanggupi diriku untuk melakukan tiga macam urusan
maka aku beri kau orang sebutir mutiara, bagaimana?
Diam diam di dalam hati Liem Tou berpikir.
Sungguh lucu sekali, mutiara yang kau miliki sekarang ini
bukankah aku yang memberikan kepadamu? padahal saat ini
aku masih mempunyainya sangat banyak sekali hanya saja
tidak leluasa untuk mengambilnya, entah apakah ketiga
syaratnya itu?"
tapi aku kira tentunya tidak sukar lebih baik aku
menyanggupinya.
Berpikir sampai disitu segera menyanggupinya.
Kalau memangnya Wan moay yang menghendakinya,
jangan dikata cuma tiga macam urusan saja sekalipun
tigapuluh atau tigaratus pun aku akan melakukan dengan
sepenuh tenaga."
Baiklah, ujar si gadis cantik pengangan kambing itu
kemudian sambil tertawa dan mengambil keluar sebutir
mutiara.
Tapi kau harus ingat urusan ini kau tak mungkir lagi Ie cici
kau harus jadi saksi.
L
iem Tou segera mengangguk
Melihat dia orang sudah menyanggupinya si gadis cantik
pengangon kambing beru bicara.
Pertama, untuk selanjutnya kau tidak diperkenankan untuk
berbuat kurang ajar terhadap cici, kau bisa melakukannya,
bukan?"
Soal itu tak perlu dikuatirkan.
Kedua segera pergi mencari satu stel pakaian yang bersih
dan bagus kalau tidak jangan kembali lagi.
Liem Tou segera tertawa terbahak bahak.
Aku kira urusan berat macam apa, soal inipun tidak sukar
diselesaikan.
Kau orang jangan gembira dulu, sambung si gadis cantik
pengangon kambing dengan perlahan. Urusan yang sulit ada
di belakang, ketika di dalam tiga hari ini kau harus mencari
berita siapa yang sudah membinasakan kawanan kambingku.
Ini bawa pergi.
Sembari berkata dia melemparkan mutiara itu ke tangan
Liem Tou, lalu sambungnya lagi.
Sekarang mutiara itu sudah kau dapatkan urusankupun
harus kau selesaikan cepat cepat jikalau diantara ketiga
urusan ini tidak bisa melaksanakannya jangan harap aku
berlaku sungkan lagi terhadap dirimu.
Liem Tou yang mendengar permintaannya yang ketiga itu
tidak terasa lagi diam diam merasa kepayahan, pikirnya
Sungguh licik pengangon kambing ini, ternyata aku sudah
kena pancingannya, tapi kau tunggu saja nanti ada permainan
bagus bakal menyusul di belakang.
Berpikir sampai disitu dia segera tertawa, sahutnya.
" Apa susahnya urusan ini? kau legakanlah hatimu, kalau
aku sudah menyanggupi untuk melaksanakan pekerjaan itu
orang pasti akan melakukannyanya sampai beres."
Liem Tou segera putar badannya untuk menyerabkan
mutiara itu kepada si pemilik rumah penginapan sebagai ganti
batalnya para tamu untuk menginap disana.
Saat itulah mendadak.. ."Plaaak" ada sebuah benda berat
yang memecahkan jendela melayang masuk ke dalam dan
tepat jatuh di tengahi kamar.
Sepasang mata dari Liem Tou yang amat tsjam hanya di
dalam sekali pandang saja sudah mengetahui macam benda
tersebut, dengan cepat dia menoleh keluar jendela, tampaklah
sesosok bayangan hijau dengan amat cepatnya berkelebat
lenyap dibalik tembok.
Aaaah emas.. .terdengar si gadis cantik pengangon
kambing menjerit keras. Bagaimana bisa ada emas yang
melayang masuk ke dalam kamar kita??"
Liem Tou sebenarnya adalah seorang yang cetdik, setelah
berpikir sebentar mendadak dia gelengkan kepalanya.
Heee. .Ciang cici sudah pergi serunya sambil menghela
napas panjang, ternyata dia orang tidak mau menerima budi
kebaikan kita.
Perkataannya ini mana si gadis cantik pengangon kambing
mau mempercayainya?? Bukankah tadi dia orang tertidur
dengan amat pulasnya bagaimana sekarang bisa pergi?
dengan cepat dia berlari masuk ke kamar dalam, tapi sebentar
saja dia sudah menjadi tertegun.
Kiranya jendela sudah terbentang lebar sedangkan
orangnya telah lenyap tidak berbekas.
Orang itu sungguh aneh sekali., tulangnya yang patah
masih belum sembuh jikalau terkena angin lagi bukankah
sukar diobati dan semakin mendatangkan kerepotan buat
dirinya sendiri?" seru Si Gadis cantik pengangon kambing
dengan perlahan. Liem Tou tidak menjawab, dia putar badan
memungut emas itu dan ditimang timangnya di atas tangan,
segera dia merasa emas itu ada lima, enam kati beratnya,
dengan cepat disusupkan ke dalam sakunya.
Waktu itulah Si Gadis cantik pengangon kam-sedang
berjalan masuk kedalam kamar, melihat Liem Tou
memasukkan emas itu ke dalam sakunya segera berseru.
Eei Liem Tou koko bagaimana kau boleh memasukkan
emas itu ke dalam sakumu?"
Liem Tou meagerutkan alisnya rapat rapat.
Perempuan semacam ini tidak ada harganya untuk Wan
moay menaruh rasa kuatir kepada nya . . aku mau pergi cari
dirinya lalu menggunakan emas ini menimpuk wajahnya.
Mendengar perkataan itu Si Gadis cantik pengangon
kambing menjadi amat gusar makinya.
Aku masih mengira kau adalah seorang lelaki sejati, pintu
kamar saja belum dilewati sudah mengingkari janji , Hmm,
bukankah baru saja kau orang menyanggupi tiga buah
permintaanku
Saat ini mutiara tersebut masih ada ditangan Liem Tou,
mendengar perkataan tersebut dia segera mengangsurkannya
kembali.
Kau ambillah kembali barang ini, ujarnya. Jikalau kau orang
suruh aku menganggap tapak seorang perempuan yang begitu
tidak tahu diri, aku tidak akan menyanggupinya.
Si gadis cantik pengangon kambing menjadi teramat gusar,
dengan cepat dia rebut kembali mutiara yang ada di tangan
Liem Tou lalu putar badannya
"Baiklah, ujarnya. Kau mau berbuat apapun terhadap
dirinya aku tidak akan ikut mencampurinya kembali, soal siapa
yang membinasakan kambing kambingku tidak perlu kau
orang bersusah payah menyelidikinya sendiri. Ie cici aku
serahkan kepadamu kembali, aku mau pergi dulu.
Selesai berkata dia segera menjejak kakinya dan melayang
keluar dari jendela
Liem Tou sama sekali tidak menyangka kalau dia bisa
begitu marah, padahal dia orang cuma merasa kheki saja
melihat kekasaran dan ketidak tahu aturan dari Ciang Beng Hu
itu karena itu berbicarapun agak kasar, kini melihat Si Gadis
cantik pengangon kambing mau pergi dia menjadi cemas,
tangannya dengan cepat menyambar tangannya sambil
berseru.
"Wan-moay kau jangan,pergi, semuanya adalah
kesalahanku buat apa kau pergi? " apalagi jika harus pergi.
yang pergi seharusnya aku, Ie cici scrta kerbau itu masih ada
disini biarlah Wan moay tolong menjaganya, aku pergi dulu.
Kata kata terakhir baru saja diucapkan ke luar dia sudah
menarik tandan si gadis Cantik pengangon kambing itu ke
belakang menbuat dia orang tidak terasa lagi mundur
beberapa langkah kebelakang.
Liem Tou segera maju ke depan lalu menutulkan ujung
kakinya diatas permukaan tanah lalu berkelebat keluar dari
jendela, ujarnya sambil merangkap tangannya menjura.
"Selamat tinggal."
Dengan cepatnya dia orang sudah melayang pergi tak
berbekas.
Si gadis cantik pengangon kambing menjadi cemas,
teriaknya.
"Liem koko . . - kau tunggu dulu, aku ada perkataan yang
hendak disampaikan kepadamu' Heeey kenapa kau marah
terhadap diriku . . . Liem koko . . . ."
Sekalian Liem Tou mendengar suara panggilan tersebut
tapi dia orang tidak mau memberikan jawabannya dalam hati
dia kepingin memecahkan rahasia pencurian yang dilakukan
oleh si penjahat naga merah itu.
Adanya tanda ular di kota yang menemui bencana memang
jelas menunjukkan si naga merah lah yang melakukan
perampokan tersebut, tapi terang terangan si penjahat naga
merah pada malam itu ada di kuil Siang Lian si, bagaimana
mungkin dia orang bisa pergi ke kota Tang Yang untuk
melakukan perampokan.
Karena itu dengan mengambil kesempatan ini dia
meninggalkan rumah penginapan untuk mencari seperangkat
pakaian yang berwarna hijau untuk berganti pakaian lalu
membeli pula sebuah topi terbuat dari rumput.
Sebentar saja seorang gembala kerbau yang kotor dan
dekil kini sudah berubah meujadi seorang kongcu yang amat
perlente dan tampan sekali, sedikitpun tidak mirip dengan
Liem Tou yang dahulu.
Hari ini Liem Tou berjalan masuk keluar di setiap rumah
makan dan mencari berita di dalam kota Tiang Yang tetapi
tidak ada sebuah beritapun yang didapatkan, tiba tiba di
dalam pikirannya teringat akan sesuatu, pikirnya.
"Orang yang melukai empat orang toosu Bu tong pay
sekaligus dengan menggunakan senjata rahasia pada waktu
itn adalah pengemis, bila orang itu pula yang melakukan pem
bunuhan terhadap kawanan kambing dari si gadis cantik
pengangon kambing seharusnya aku pergi ketempat yang
banyak pengemisnya, buat apa pergi kerumah makan ?"
Berpikir sampai disini tidak tertahan lagi dia merasa geli
sendiri, siasatnya segera dirubah, dia khusus pergi ke dalam
kuil yang bobrokan atau tempat tempat yang banyak ditemui
pengemis.
Tetapi walaupun sudah dicari setengah harian dan sang
suryapun sudah berada di ufuk barat dia orang sama sekali
tidak memperoleh sedikit beritapun. Akhirnya sampailah dia
orang di sebuah pohon siong yang amat lebat dan tinggi sekali
membuat setiap orang yang melalui tempat itu merasa hatinya
bergidik.
Diam diam dalam hati Liem Tou berpikir.
Tidak urung ini hari aku orang tidak berhasil mendapatkan
jejak dari pengemis itu, kemungkinan juga sejak semula dia
sudah meninggalkan kota Tang Yang ini, jikalau memang
begitu adanya sekalipun aku harus mencari sepuluh, dua
haripun tidak berguna. Dengan bergendong tangan dia segera
berjalan memasuki pohon siong itu kurang lebih setengah jam
kemudian mendadak dihadapanaya muncul dinding tembok
yang amat nyata, agaknya ditempat tersebut merupakan
aebuah kuil kaum toosu yang kecil.
Liem Tou segera mempercepat langkahnya menuju kesana,
tampaklah olehnya pintu kuil itu setengah terbuka di atas pilar
tergantunglah sebuah papan yang bertuliskan Ceng Coen
Koan tiga huruf dari emas.
Cepat tubuhnya masuk kedalam ruangan itu, mendadak dia
merasakan bau wanginya panggangan ayam berhembus
keluar dari dalam kuil tersebut bahkan di dalam kuil tidak
nampak adanya dupa maupun lilin yang dipasang, diatas dan
di sekitar patung arca tampak debu yang amat tebal menutupi
semua tempat, bahkan tidak kelihatan adanya sesosok
manusiapun.
Liem Tou memerikasa sejenak keadaan disekeliling tempat
itu, baru saja dia mau masuk kedalam kuil mendadak
terdengarlah suara seseorang sedang bicara.
Jika demikian adanya kematian dari Leng-Ceng Too heng
bukanlah kalian bertiga yang melakukannya, soal ini mungkin
aku masih bisa percaya, tetapi kalau memang begitu apakah
kitab pusaka To Kong Pit Liok itu juga sudah didapatkan oleh
si penjahat naga merah?"
"Semula kamipun punya pikiran begitu sahut seseorang
lagi. Tetapi sewaktu kemarin malam kita bertempur sendiri
dengan penjahat tua itu kami rasa tenaga dalamnya tidak
memperoleh kemajuan seberapa jika dibandingkan dengan
setahun yang lalu.
Kitab pusaka To Kong Pit Liok merupakan sebuah kitab
yang berisikan ilmu silat yang amat dahsyat sekali, jikalau dia
orang betul betul sudah mendapatkan nya jangai dikata kami
sekalipun Lie Loo-jie juga belum tentu merupakan
tandingannya.
Liem Tou yang mendengar perkataan itu segera bisa
membedakan kalau suara itu berasal dari si Thiat Sie
Sianseng, dengan demikian si siucay buntung serta si
pengemis pemabokpun seharusnya ada disana.
Terdengar orang yang pertama membuka mulut dan
berbicara lagi. Jikalau begitu si penjahat naga merah tentu
nya belum memperoleh kitab pusaka To Kong Pit Liok itu. lalu
kitab pusaka tersebut sudah di dapatkan oleh siapa??"
"Aku tahu akan seseorang" tiba tiba sipengemis pemabok
menyambung, sewaktu aku terluka, waktu itu aku sedang
mengerahkan tenaga dalamku untuk menyembuhkan luka dari
si penjahat naga yang telah pergi mengejar si Thiat Sie
Sianseng, aku melihat ada orang berjalan masuk kedalam
lembah.
Berbicara sampai disini mendadak si pengemis pemabok
meghela napas panjang.
"Jikalau memang benar sudah dia peroleh hey.. rejeki
bocah cilik itu sungguh bagus" ujarnya. Hey Heng San Jie Yu,
aku dengar kalian berdua pandai berpikir coba kalian terka
siapakah orang itu??"
Suasana seketika itu juga dicekam kesunyian yang amat
sangat tidak terdengar sedikit suarapun. Liem Tou yang
mendengar perkataan dari si pengemis pemabok itu tidak
urung di dalam hati diam diam memaki.
"Kau setan arak, ternyata mau membocorkan rahasiaku."
Pada saat itulah mendadak terdengar seseorang berbicara
kembali.
"Soal ini tidak sukar untuk diduga, apakah bukan itu si
perempuan tunggal atau Ku Li Touw Hong? menurut berita
yang tersiar didalam Bulim katanya si perempuan tunggal
Touw Hong ini pernah mengalahkan Auh Hay Ong suami isteri
dari Kiam Thien Pay hanya di dalam tiga jurus saja, dan kini
perempuan tersebut sudah diterima Auh Hay Ong sebagai
jagoannya.
Karena itulah pengaruh dari Kiam Thien pay di dalam
beberapa hari ini amat dahsyat sekali sehingga sebagian
daerah Kang lam sudah dikuasai oleh mereka, aku dengar pula
katanya si perempuan tunggal Touw Hong tidak lama
kemudian akan membuka cabang cabang diseluruh daerah,
jika berita ini benar maka Loolap kira kitab pusaka To Kong Pit
Liok itu tentunya sudah didapatkan olehnya.
Mendengar perkataan itu diam diam Liem Tou merasa
hatinya amat murung, pikirnya.
Aku belum pernah dengar dari daerah Si Lam sudah muncul
seorang perempuan yang demikian jumawanya, jikalau urusan
ini benar benar terjadi aku kepingin sekali menemui dirinya,
aku benar benar mau lihat dia orang mempunyai kelebihan
apa yang patut dibanggakan
Saat ini si pengemis pemabok sudah tertawa lagi, ujarnya.
Perkataan yang Chiet Siauw Thaysu ucapkan sudah terpaut
amat jauh sekali, sekalipun si perempuan tunggal, Touw Hong
itu aku pernah mendengarnya tetapi belum percaya benar
benar, siapa tahu kabar itu juga kabar kosong dari Loociang
saja ??
Sebetulnya orang yang sudah memasuki lembah itu
memang membuat hatiku sedikit ragu ragu. tetapi setelah
kejadian itu kemarin malam dikuil Siang Lian Si ....
jilid 20: Lie Siauw Ie dan Si Gadis Cantik Pengangon
Kambing Diculik
Berbicara sampai disini agaknya si siucay buntung sudah
tidak sabaran lagi.
Hey sebetulnya siapa?" tanyanya keras. Cepat kau katakan,
buat apa putar putar kalangan dulu?
Heeii Loojiau, kenapa kau terburu nafsu?" ujar si pengemis
pemabok sambil menghela napas panjang, bukanlah aku
orang sengaja memutar kalangan, aku cuma takut kalian tidak
mau percaya," tentu kalian ingat dengan Liem Tou si bocah
cilik itu bukan?
Mendengar disebutnya nama Liem Tou oleh si pengemis
pemabok itu, si siucay buntung segera tertawa terbahak
bahak.
Liem Tou sudah lama meninggal terjatuh ke dalam jurang
bagaimana dia bisa muncul kembali di gunung Wu san?"
serunya keras, bukankah omonganmu terang terangan
bohong?
Tetapi terang terangan kemarin malam sewaktu ada
didalam kuil Siang Lian si kita mendengar sendiri kalau murid
dari Lie Loo jie itu sudah mengatakan baru saja bertemu
dengan Liem Tou apa kau tidak mendengar, apalagi kerbau itu
milik dari Liem Tou tentang ini tentunya kau tahu bukan," ujar
si pengemis pemabok.
Sepasang biji mata dari si siucay buntung berputar
berulangkali lalu teriaknya keras.
Kalian tak usah berkata lagi, aku tidak percaya . . . tidak
percaya..
Kau tidak percaya yaah sudah, aku kan tidak suruh kau
untuk mempercayainya, teriak si pengemis pemabok dengan
kerasnya pula, agaknya dia sudah dibuat gusar.
Kalian bedua tidak usah beribut lagi seru Ciat Siauw Taysu
dari Siauw lim pay melerai.
Percayi tidak, tak ada keharusan jikalau kau orang percaya
yaaah percaya kalau tidak percaya yaah tidak percaya buat
apa diributkan? kini ada si jago main sie poa disini kenapa
tidak menyuruh dia orang menghitungkannya untuk
mengetahui keadaan yang sesungguhnya?
Betul . . .betul . . .sokong Heng san Jie Yu dengan gembira
sekali. Memang pikiran dari Loo tayhiap jauh lebih cepat.
Ternyata tidak susah, setelah itu terdengarlah suara
dipukulnya biji biji sie poa pulang pergi.
Liem Tou yang mendengar suara tersebut jadi terperanjat,
diam diam pikiriya. Sie poa dari Thiat Sie sianseng ini
selamanya amat tepat jikalau hal ini sampai terhitung olebnya
dan tersiar di tempat luaran, perjanjian di atas puncak
pertama Ciang Jan bulan lima tanggal lima yang akan datang
bakal berabe juga.
Pikirannya segera berputar untuk memikirkan satu siasat,
dengan cepat dia meloncat ke atas atap kuil dan
memperhatikan keadaan di dalam ruangan, terlihatlah
beberapa orang itu sedang duduk bersila dialas tanah dengan
ditengahnya duduk seorang hweesio.
Sudah tentu hweesio itu adalah Chiet Siauw-Thaysu. Dia itu
ciangbunjin dari Siauw Lim Pay. Di samping kanan dan kirinya
duduklah dua orang toosu berupa pertengahan yang bukan
lain adalah Heng san Jie Yu, sedangkan Tionggoan Sam Koay
duduk di paling bawah.
Mereka semua duduk mengerubungi sebuah api unggun
yang sedang memanggang seekor ayam yang amat gemuk,
dan tempat kejauhan saja sudah terciumlah bau harum yang
semerbak membuat orang mengiler.
Waktu ini si Thiat Sie sianseng sedang tundukkan
kepalanya menghitung pulang pergi biji sie poanya, sisanya
lima orang melotot memandangi dirinya, agaknya mereka
merasa amat tegang sekali, Liem Too tidak berpikir panjang
lagi dengan cepat dia meioncat turun ke belakang meja
sembahyang yang terbuat dari batu dan mengerahkan ilmu
jarinya yang lihay, membuat batu tersebut seketika itu juga
membekas satu gambaran sedalam beberapa coen, jelas
memperlihatkan kalau Tenaga dalamnya sudah mencapai taraf
yang sangat dahsyat sekali.
Setelah menggambar diam diam Liem Tou tidak tarasa
merasa geli juga. mendadak disamping gambaran ini dia
menulis.
Burung Hong tidak meninggalkan ayam, ayam tidak
meninggalkan burung Hong. Harap pada bulan lima tanggal
lima pada berkumpul dipuncak pertama Cing Jan untuk
menentukan menang kalah.
Setelah semuanya selesai dia mengerahkan iimu
meringankan tubuhnya kembali berkelebat melalui hadapan ke
enam orang itu.
Mereka berenam seketika itu juga merasakan aedikit tidak
beres saat itulah Liem Tou sudah menyambar ayam yang
sudah dipanggang itu dan melarikan diri keluar dari kuil
tersebut lalu meloncat naik keatas pohon siong untuk
menonton permainan yang lucu.
Ternyata sedikitpun tidak salah, sewaktu Liem Tou
menikmati panggangan ayam itu dengan nikmatnya, suasana
di dalam kuil menjadi kacau balau, mereka berenam dengan
berpisah pada meloncat naik ke atas dari enam penjuru yang
berlainan, enam pasang mata dengan amat tajamnya
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu untuk
memeriksa setiap pohon siong yang berada disana.
Pakaian yang dipakai Liem Tou berwarna hijau, apalagi
suasana diluar sangat gelap sekali sudah tentu mereka tidak
bisa menemukan dirinya.
Si pengemis pemabok adalah seorang yang paling doyan
makan, kini melihat seekor ayam yang gemuk dan berbau
wangi telah dicuri orang bahkan tak tampak jejaknya segera
memaki kalang kabut, dari anaknya, bapaknya sampai
neneknya dimaki semua.
Tongkat pemukul anjing yang ada ditangannya diketukkan
ke atas atap rumah membuat suasana amat ramai, air liur
muncrat muncrat ke tengah udara sedang giginya gemeretuk
menahan kegemasan hatinya.
Liem Tou yang bersembunyi di atas pohon siong sewaktu
melihat si pengemis pemabok memai tidak hentinya walaupun
didalam hati merasa geli sekali tetapi terhadap makian dan
omongannya yang amat kotor semakin lama merasa tidak
tahan juga.
Tulang ayam yang ada ditangannya segera disambit
kearahnya dengan disertai desiran angin yang sangat keras,
bersamaan waktunya pula tubuhnya meloncat ke arah pohon
siong yang lain.
Si pengemis pemabok yang mendengar adanya suara
sambaran benda yang mememecahkan kesunyian mengancam
tubuhnya dengan cepat dia miringkan kepalanya ke samping
untuk menghindarkan diri, dengan santarnya tulang ayam itu
lewat di samping telinganya.
Tidak terasa lagi dia menjadi amat gusar sekali, ujung
kakinya segera menutul permukaan tanah laksana seekor
elang raksasa dengan dahsyataya menubruk ke arah pohon
tersebut.
Melihat kehebatan dari ilmu meringankan tubuhnya tidak
terasa Liem Tou mengangguk memuji kehebatannya. si siucay
buntung, Thiat Sie sianseng, Heng-san Jie Yu serta Thiat
Siauw Thaysu yang takut sipengemis pemabok mendapatkan
bokongan bersama sama berteriak.
"Hey pengemis busuk hati hati jangan sampai kena
dibokong orang"
Diikuti mereka berlima bersama sama berkelebat menuju
kearah yang sama, tetapi di tempat itu sama sekali tidak
terlihat sesosok manusia pun.
Orang itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang amat
tinggi, ujar Thiat Siauw Thaysu kemudian sambil menghela
napas panjang. Bahkan boleh dikata sudah mencapai pada
taraf kesempurnaan, ayam panggang yang ada dihadapan kita
saja sudah berhasil dicuri oleh orang tanpa kita rasakan
apalagi untuk mengejar dirinya?? aku lihat sia sia saja
pekerjaan kita ini"
Perkataan dari Thaysu sedikitpun tidak salah Sambung Loo
toa dari Heng san Jie Yu. Lebih baik untuk sementara waktu
kita kembali ke kuil dulu untuk memeriksa apakah ada tanda
tanda yang ditinggalkan olehnya, setelah itu kita baru
menyelidiki siapakah sebenarnya orang tersebut.
Tionggoan Sam Koay pun mengetahui kalau perkataan ini
sedikitpun tidak salah, terpaksa mereka balik ke dalam kuil
lagi.
Di antara mereka cuma si pengemis pemabok saja yang
masih tidak puas, dia tidak mau ikut turun sebaliknya memaki
maki dulu di atas atap dengan kalang kabut lalu baru
melayang turun ke dalam kuil.
Mendadak dia menemukan mereka berlima sedang berdiri
termangu mangu di depan meja batu tempat sembahyangan,
tak kuasa lagi dia berteriak.
Hey .. ayamnya sudah dicuri orang lain apa kalian sedang
bersembahyang kepada malaikat malaikat agar bisa
membantu kalian merebut kembali ayam itu? kenapa kalian
pada termangu mangu disana?"
Sembari berkata diapun berjalan mendekati meja batu
tersebut, tetapi sebentar kemudian air mukanya sudah
berubah sangat hebat.Matanya terbelalak lebar mulutnya
melongo, 'Sungguh dahsyat tenaga jarinya 'lama sekali dia
baru berseru. Agaknya di dalam kolong langit saat ini sukar
untuk dicarikan keduanya.
Sewaktu melihat pula gambar binatang yang mirip dengan
burung hong juga mirip ayam itu dia segera menjulurkan
lidahnya ketakutan.
Apa munjkin si perempuan tunggal Touw Hong sudah
datang kemari?" tanyanya. Jika dilihat dari ilmu jarinya saja
sudah cukup buat dirinya untuk mengangkat nama di dalam
Bulim.
Siapa tahu baru saja dia selesai berkata mendadak dari
belakang tubuh mereka berkumandang suara tertawa yang
amat ringan sekali, ke enam orang itu menjadi sangat
terperanjat dan terburu buru putar kepalanya.
Terlihatlah kurang lebih beberapa depa di belakangnya
berdirilah seorang gadis berbaju hitam yang amat cantik
sekali.
Gadis itu memakai baju maupun celana yang berwarna
hitam, alisnya panjang lentik, bibinya kecil mungil matanya
bulat sehingga kelihatan amat cantik sekait.
Walaupun pada wajahnya tidak dihiasi dengan senyuman
bahkan kelihatan sedikit agak murung tetapi bila ditinjau dari
sikapnya bukanlah menyerupai seorang jahat, sebaliknya
membuat orang merasa kagum dan menghormat.
Mendadak sinar mata mereka berenam berhenti di atas
dadanya dimana tergantung sebuah medali yang
bergambarkan burung Hong hitam berkaki tunggal, tak kuasa
lagi saking terperanjatnya pada mundur dua langkah
kebelakang.
Lama sekali baru terdengar si pengemis pemabok
membentak keras.
"Kau, kau adalah perempuan yang bernama Touw Hong?
kau . . kau berani mencuri ayam panggang kami? ayoh cepat
kembalikan ayam panggangku, kalau tidak kita orang akan
menuntut kerugian.
Sembari berkata dia menggebukkan tongkat pemukul
anjingnya ke atas tanah sehingga terdengar suara benturan
yang amat nyaring sekali.
Si gadis berbaju hitam mendengar suara bentakan dari
pengemis pemabok itu diam diam alisnya dikerutkan rapat
rapat, dari sepasang matanya yang amat jeli itu memancar
keluar sinar yang amat tajam sekali memaksa mereka
berenam tidak tahan untuk bergidik, bulu roma pada berdiri
semua.
Dengan cepat mereka berenam pada mengerahkan tenaga
dalamnya siap siap menghadapi sesuatu, apalagi si pengemis
itu.
Walaupun dia orang sedang merasa mendongkol tetapi
bagaimanapun juga dis orang adalah seorang jago kawakan
yang sudah nempunyai pengalaman yang amat luas sekali
ketika melihat kekuatan jari di atas meja batu itu ditambah
pula dengan kerlipan sinar mata sang gadis yang amat tajam
segera mengetahui kalau tenaga dalam gadis itu sudah
mencapai pada tingkat yang paling atas karenanya dia tidak
berani banyak bercakap lagi, diam diam tenaga dalam sudah
disalurkan keseluruh tubuh siap menghadapi sesuatu.
Lama sekali gadis berbaju hitam itu memperhatikan diri
keenam orang itu, mendadak sinar matanya diarahkan ke atas
meja batu.
Lama sekali baru terlihatlah gadis berbaju hitam itu
menoleh kearah keenam orang itu.
Kecuali kalian berenam ada siapa lagi yang pernah datang
kemari?, tanyanya.
Suaranya tidak begitu keras tetapi setiap patah kata bisa
didengar dengan amat jelasnya, jelas tenaga dalamnya sudah
berhasil dilatih mencapai pada taraf yang amat tinggi sekali.
Mendengar perkataan ini keenam Orang itu pada melengak
semua, pikirnya.
"Kecuali kau ada siapa lagi yang pernah datang kesini".
Si Thiat Sie sianseng jadi orang yang paling tenang dan
pikirannya pun paling tajam, karena takut si pengemis
pemabok berbicara tidak karuan lagi cepat cepat sahutnya.
Entah apa maksud perkataan nona ini, apakah gambar
yang terukir di atas meja sembahyangan ini bukan digambar
oleh nona sendiri ?
Jika dilihat dari sie poa besi yang ada ditanganmu tentunya
kau orang adalah Thiat Sie sianseng salah satu anggota dari
Tionggoan Ngo Koay bukan? ujar gadis berbaju hitam itu
sambil melirik sekejap ke arah Thiat Sie sianseng. Kau
berdasarkaa hal apa mengatakan kalau gambar itu aku yang
bikin ?
Nona bukankah si perempuan tunggal Touw Hong yang
muncul dari daerah Si Lam dan didalam tiga jurus
mengalahkan suami istri she Ciang dari Kiem Thian Pay? tiba
tiba si siucay buntung menimbrung.
Si gadis berbaju hitam yang mendengar si siucay buntung
itu meyiggung pekerjaannya yaag paling membanggakan
hatinya pada wajahnya segera terlintas senyuman
kegembiraan, dia segera mengangguk cuma tetap tak
mengucapkan sepatah katapun.
si siucay buntung segera menunjuk ke arah gambar ayam
bukan ayam burung hong bukan burung hong yang terukir di
atas meja sembahyangan itu, lantas ujarnya.
"Pada saat ini orang yang menggunakan burung hong
sebagai tanda cuma ada nona seorang saja, jika burung hong
yang terukir di atas meja ini bukan nona yang tinggalkan ada
siapa lagi yang mengukirnya ?"
Si gadis berbaju hitam itu segera putar kepalanya,
memandang ke arah gambar itu lagi, semakin dilihat dia
semakin mendongkol, gambar burung hong itu jelas sekali
sengaja dibuat seperti ayam membuat air mukanya berubah
merah padam kembali.
Mendadak telapak tangannya menyambar ke depan lalu
menghapus gambar serta tulisan yang ada di atas meja
tersebut.
Seketika itu juga abu pada beterbangan sewaktu telapak
tangannya diangkat kembali permukaan batu yang semula ada
lima coen tebalnya didalam sekejap sudah tinggal beberapa
coen saja, hal ini membuat Tionggoan Sam-Koay, Heng san
Jie Yu serta Ciangbunjin dari Siauw Lim Pay pada merasa
terperanjat.
"Tenaga dalam yang amat sempurna" tiba tiba teedengar
suara pujian yang berkumandang datang dari luar kuil.
Mendengar suara pujian ini si gadis berbaju hitam itu
dengan cepat berkelebat keluar dari dalam ruangan,
Tionggoan Sam Koay sekalian merasakan matanya menjadi
kabur si gadis berbaju hitam yang semula ada di hadapan
mereka kini sudah lenyap tak berbekas lagi, dengan gerakan
apa dia berkelebat meninggalkan tempat itu siapapun tidak
bisa mengetahuinya.
Mereka berenam menjadi tertegun, lama sekali tidak dapat
mengucapkan sepatah katapun
"Siapakah kau?" terdengar suara bentakan dari gadis
berbaju hitam berkumandang datang dari tempat kejauhan.
"Di luar langit masih ada langit, di atas manusia masih ada
manusia, kau orang tidak perlu mengurusi diriku" segera
terdengar suara sahutan seseorang yang amat berat sekali.
Gambar yang ditinggalkan di dalam kuil itu apakah hasil
perbuatanmu?" bentak gadis berbaju hitam itu lagi.
Orang itu segera tertawa terbahak bahak dengan amat
kerasnya.
"Aku yang lakukan juga boleh, bukan aku juga sama saja,
selama berada di dalam dunia kangouw aku orang belum
pernah bertemu dengan seseorang yang suka mencampuri
urusan orang lain semacam kau"
Beberapa perkataannya ini agaknya sudah membuat
kegusaran di dalam hati gadis berbaju hitam itu semakin
memuncak, segera terdengar suara bentakan yang amat
nyaring.
Aku Touw Hong sejak terjunkan kedalam dunia kangouw
belum pernah bertemu dengan manusia semacam kau,
terimalah seranganku ini.
Setelah itu terdengarlah suara menderunya angin pukulan
disusul dengan suara patahan ranting ranting pohon siong
yang amat ramai sekali.
Mendengar suara tersebut si siucay buntung tidak bisa
menahan sabar lagi, segera teriaknya.
Ayoh jalan, kita pergi melihat.
Keenam orang itu dengan saling susul menyusul pada
meninggalkan kuil untuk berkelebat menuju dimana
berasalnya suara pertempuran tadi.
Beberapa saat kemudian mereka sudah tiba disebuah
tempat yang penuh berserakan patahan ranting ranting pohon
siong yang amat banyak tetapi bayangan mereka berdua sama
sekali tidak kelihatan, membuat keenam orang itu jadi berdiri
termangu mangu.
Kurang lebih seperminuman teh kemudian mendadak
terdengar Si Thiat sie sianseng berseru.
Aaaah . . jika ditinjau dari keadaan ini jelas sekali gambar
yang terukir di atas meja batu tadi bukan nerbuatan dari Touw
Hong, si gadis berbaju hitam tadi, sedang surat tantangan
agar kita menghadiri pertemuan di atas puncak pertama Cing
Jan pada bulan lima tanggal lima menunjukkan waktu yang
sama dengan perjanjian yang diadakan Lie Loo jie, lalu apa
mungkin Lie Loo jie yang sudah datang kemari?? tetapi apa
maksudnya?? apa dia orang juga mau bertempur dengan
kita?"
"Kemungkinan sekali Lie Loo jie sudah tahu kalau Touw
Hong ada disini sehingga sengaja berbuat demikian" sahut Loo
jie dari Hengsan Jie Yu.
"Tidak benar, .. .tidak benar" seru Loo toa dari Heng san
Jie Yu sambil gelengkan kepalanya, jikalau Lie Loo jie mau
pergi mencari Touw Hong dia bisa langsung mencari dirinya,
kenapa harus berputar putar seperti ini?? apalagi Lie Loo jie
jadi orang bersifat pendekar, dia tidak akan mau berbuat
demikian.
Sewaktu mereka berbicara dan saling bantah membantah
dengan amat ramainya itulah mendadak tampak bayangan
hitam berkelebat turun dari sebuah pohon siong, tampaklah si
gadis berbaju hitam yang semula pergi kini balik kembali.
Apa Lie Loo jie . .Lie Loo jie" serunya dengan sinis, orang
itu tidak lebih seorang bocah cilik yang usianya amat muda
sekali, tetapi tenaga dalamnya amat dahsyat. Kalian cianpwee
berenam mempunyai pengalaman yang amat luas, apakah
kalian tahu dari aliran mana yang akhir ini muncul seorang
jago muda yang amat lihay sekali??"
Walaupun wajahnya masih amat murung tetapi nada
ucapannya jauh lebih ramah. Si pengemis pemabok yang
selalu menaruh curiga terhadap diri Liem Tou mendadak
bertanya.
"Bagaimana dandanan orang ini, dan bagaimana
wajahnya?"
Entah mengapa setelah mendengar perkataan dari si
pengemis pemabok ini mendadak air muka gadis berbaju
hitam itu berubah menjadi merah lalu dengan cepat cepat
meloncat keatas pohon dan berlalu deraan tergesa gesa.
Tidak terasa lagi keenam orang itu dibuat kebingungan dan
saling pandang memandang tak mengucapkan sepatah
katapun.
Waktu itu cuaca sudah hampir mendekati terang tanah,
Thiat Sie sianseng segera menjura ke arah Ciat Siauw Thaysu
serta Heng san jie Yu, ujarnya.
"Kalian bertiga harus cepat cepat datang ke Bu tong pay
untuk menyelesaikan urusan ini, atas hal ini kami tidak akan
melupakan budi tersebut. Ini hari kami bertiga sudah
menjelaskan semua kejadian, maaf kami masih ada urusan
yang harus diselesaikan dan harus berpisah, selamat tinggal.
"Untuk mencari si penjahat naga merah pada bulan lima
tinggal lima di atas puncak pertama Ciang Jan kalian pasti bisa
bertemu sambung si siucay buntung dengan cepat"
Selesai berkata bersama sama dengan Thiat Sie sianseng
serta si pengemis pemabok dengan cepatnya berkelebat
melewati hutan.
Kita balik kembali pada diri Liem Tou kiranya yang berteriak
memuji kebebatan dari tenaga dalam Touw Hong itu
perempuan tunggal. Sejak semula dia orang sudah melihat
munculnya seorang perempuan tunggal Touw Hong disana
dikarenakan dirinya besembunyi di antara pepohonan yang
amat lebat karenanya dia tidak sampai diketahui oleh Touw
Hong, tetapi ilmu meringankan tubuh yang di perlihatkan
olehnya cukup membuat Liem Tou merasa terperanjat.
Akhirnya ketika enam orang itu kembali ke dalam kuil dan
berdiri termangu mangu didepan meja batu, Touw Hoog pun
turut masuk ke dalam.
Liem Tou segera membuntuti dari belakang, dia mengambil
keputusan untuk menemui orang ini.
Tetapi ketika matanya tertumbuk dengan medali yang
tergantung di depan dada gadis itu hatinya menjadi bergerak
kembali pikirnya.
"Medali perak yang tergantung di depan dadanya mirip
sekali dengan medali yang tergantung didepan perempuan di
mana tersembunyinya kitab pusaka To Kong Pit Liok apa di
antara mereka ada hubungan antara satu dengan lainnya?"
Berpikir akan hal itu dia segera memancing keluar untuk
membuktikan pikirannya ini, siapa tahu sifat dari Touw Hong
agak congkak sedang Liem Tou pun ingin menjajal
kepandaiannya sehingga begitu bertemu dengan mereka
sudah saling bertempur dengan amat serunya.
Sejak berhasil mempelajari kitab pusaka To Kong Pit Liok
boleh dikata untuk pertama kali Liem Tou bertemu dengan
musuh tangguh.
Sebaliknya Touw Hong merasa keheranan, semakin
bertempur hatinya semakin terperanjat, akhirnya Liem Tou
yang mendengar Tiong goan Sam Koay sudah pada
berdatangan dia cepat cepat berkelebat pergi dari sana,
sembari berlari dia berseru dangan perlahan
"Ini hari bisa bertemu dengan nona, cayhe betul betul
merasa bangga sekali"
Mendadak Liem Tou meloncat ke samping menuding ke
arah medali perak yang ada di dadanya, baru saja mau
bertanya tiba tiba suatu pikiran berkelebat lagi di dalam
benaknya pikirnya.
Saat ini aku masih ada urusan yang harus diselesaikan,
jikalau aku menceritakan kepadanya kalau akupun mempunyai
medali seperti itu, hal ini tentu akan mendatangkan kerepotan
saja, lebih baik untuk sementara waktu jangan
membicarakannya dulu.
Sebetulnya si gadis berbaju hitam itu melihat ketampanan
wajah Liem Tou dari dalam hatinya sudah muncul suatu
perasaan yang sangat aneh sekali, kini melibat dia orang
menuding kearah medali perak yang tergantung didepan
dadanya senyuman segera menyusuri bibirnya sambil
menunggu ucapan selanjutnya dari dia orang siapa tahu Liem
Tou bukannya membicarakan hal ini sebaliknya berkata.
Kepandaian dari nona, cauhe sudah menjajalnya, jika ada
kesenangan jangan sampai lupa pada bulan lima tanggal lima
di atas puncak pertama gunung Cing Jan.
Selesai berkata dia segera putar badannya meninggalkan
hutan tersebut.
Si gadis berbaju hitam yang melihat Liem Tou lari pergi
bahkan sampai namanya pun dia tidak tahu, pikirannya
dengan cepat berputar, tubuhnya pun ikut berkelebat ke
depan Liem Tou menghalangi perjalanannya.
"Hey siapa namamu?" tanyanya.
Mendadak air mukanya berubah merah sambil tundukkan
kepalanya dia berganti bahan pembicaraan, tanyanya lagi.
'Kepandaian silat dari Kongcu amat dahsyat sekali,
dapatkah aku orang mengetahui asal usul perguruanmu?"
Melihat sikapnya itu diam diam Liem Tou berpikir didalam
hatinya.
Hmmm . . . sombong ... aku mau lihat kau bisa sombong
seperti apa, ini hari aku akan membuat kau orang tidak dapat
sombong lagi sehingga tidak lagi terlalu memandang rendah
orang lain.
Berpikir sampai disini dia segera melirik sekejap kearah
Touw Hong dengan pandangan dingin, tiba tiba dengan
menggunakan gerakan sah cap lak Thian Kang Poh Hoat dia
berkelebat melewati diri Touw Hong lalu dengan lang kah
lebar berjalan keluar dari hutan tersebut.
Tindakannya ini benar benar diluar dugaan Touw Hong, dia
berdiri termangu mangu di sana lama sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun juga.
Tidak lama kemudian Tionggoan Sam Koay pun pada
berdatangan kemudian dia munculkan dirinya seperti apa yang
terjadi diatas.
Kini kita berbalik kembali pada Liem Tou yang berjalan
keluar dari hutan lalu berangkat menuju ke kota Tang Yang.
Sewaktu tiba di kota tersebut hari sudah menunjukkan
tengah malam, suasana di dalam kota amat sunyi sekali
bahkan kelihatan sangat mencurigakan sekali, hatinya menjadi
keheranan, dengan tergesa gesa dia berlari menuji ke rumah
penginapannya.
Saat ini ilmu meringankan tubuhnya sudah mencapai pada
taraf kesempurnaan, hanya di dalam sekejap saja dia sudah
tiba di depan pintu rumah penginapan tersebut, saat ini pintu
rumah sudah tertutup tetapi dari balik kamar terdengar suara
dengus kerbaunya yang amat keras.
Kau binatang aku mau melibat bisa berbuat ganas lagi
tidak? keganasanmu yang terdahulu kini berada dimana
semua?"
Disusul suara cambuknya yang amat keras sekali
berkumandang tak henti hentinya dari dalam kamar.
Liem Tou segera mengetahui tentu urusan sudah terjadi
perubahan telapak tangannya dengan cepat kirim satu
pukulaa menghajar ke atas pintu membuat papan itu terpukul
hancur berantakan, terlihatlah olehnya dua orang lelaki
berbaju singsat sedang mencambuki kerbaunya yang rubuh di
atas tanah di balik pintu itu.
Melihat kejadian itu Liem Tou menjadi amat gusar sekali,
dengan cepat dia membentak keras, tangannya segera
bergerak dan segera terdengar suara jeritan ngeri yang
menyayatkan hati,tubuh orang itu sudah kena hajar sehingga
darah segar muncrat keluar dari mulutnya.
Dia orang tidak mau berdiam sampai di situ saja tangan
kirinya berbareng mengirim lagi satu pukulan gencar
menghajar lelaki yang satunya lagi.
Mendadak pikirannya bergerak, serangan telapaknya
dengan cepat diubah menjadi serangan totokan menotok jalan
darah Sian Khiei di atas tubuh lelaki itu, seketika itu juga lelaki
itu rubuh jatuh ke atas tanah dan lemes, tetapi tidak sampai
membahayakan jiwanya.
Liem Tou mau memeriksa kerbaunya lebih dulu, tampak
bayangan hijau berkelebat dia melayang masuk ke dalam
kamar, karena di dalam hati dia merasa amat kuatir terhadap
keselamatan dari gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie.
Ie cici. ..Wan moay moay. . .teriak berulang kali.
Tetapi tidak terdengar suara jawaban suasana amat sunyi
sekali.
Hal ini semakin membuat hatinya cemas dengan cepat dia
mendorong pintu kamarnya dan melongok masuk, di dalam
kamar tidak tampak adanya sesosok bayangan manusiapun
dia menjadi tertegun, tetapi sebentar kemudian dia sadar
kembali dan meloncat naik ke atas atap.
Suasana disekeliling tempat itu sunyi senyap tidak
terdengar sedikit suarapun mana tampak adanya bayangan
manusia?"
Dari cemas hatinya semakin lama berubah semakin gusar,
diam diam pikirnya lagi
Aku Liem Tou sungguh merasa malu sudah memiliki ilmu
silat yang tinggi, ternyata Ie cici serta Wan moay moay pun
tidak bisa dijaga keselamatannya, jika dilihat dari kerbauku
yang dicambuki orang lain jelas Ie cici serta Wan moay moay
sudah menemui bencana.
Berpikir sampai disini hatinya merasa semakin gemas lagi.
dia orang tidak seharusnya meninggalkan rumah penginapan
itu sewaktu Ie cicinya sedang terluka sehingga kesempatan ini
digunakan oiang lain untuk melancarkan serangannya.
Di dalam sekejap saja hatinya terasa amat bingung sekali,
mendadak dia teringat kembali lelaki yang tertotok olehnya
tadi dengan cepat tubuhnya melayang turun kembali ke dalam
ruangan dan mengurut punggungnya untuk menyadarkan
kembali dirinya.
Dengan perlahan lelaki itu pentangkan mata nya kembali,
Liem Tou tidak dapat menahan sabar lagi dia segera
membentak.
"Ayoh cepat bilang . . ayoh cepat bilang, aku segera
berikan jalan hidup buat dirimu."
Di dalam keadaan bingung dia sudah berbicara tanpa ujung
pangkalnya membuat lelaki itu merasa kebingungan, apa lagi
lelaki itupun baru saja sadar dari pingsannya, kepalanya masih
terasa pening sehingga apa yang dibicarakan oleh Liem Tou
pun tidak begitu jelas didengarnya.
Mendadak dia jatuhkan diri berlutut dan mengangguk
anggukkan kepalanya tak henti hentinya.
Liem Tou semakin marah, dengan cepat dia cengkeram
ujung bajunya.
Siapa yang suruh kau berlutut? bentaknya dengan gusar.
Aku suruh kau cepat beritahu padaku Ie cici serta Wan moay
moayku sudah kalian bawa kemana? kalian bajingan bajingan
berasal dari mana? ayoh cepat jawab.
"Baik.. baik aku jawab, aku jawab, harap Siau Hiap ampuni
jiwaku" seru lelaki tersebut dengan gemetar.
Liem Tou segera melepaskan cengkeramannya.
Asalkan kau mau berbicara aku sudah tentu akan beri satu
jalan hidup buat dirimu ujarnya cepat. Tetapi bilamana
omonganmu bohong, kawanmu itulah suatu contoh yang
paling bagus buatmu.
Mendengar perkataan tersebut lelaki berbaju singsat itu
baru sedikit lega bati.
Untuk membalas dendam terbunuhnya putri tercintanya
Ong Bo sudah menawan kedua orang pendekar perempuan itu
sahutnya.
Mendengar perkataan itu Liem Tou menjadi benar benar
terperanjat sehingga kepalanya terasa pening sekali teriaknya.
"Si pengemis busuk itu sudah seharusnya mati, jika mau
membalas dendam balaslah dengan aku Liem Tou apa
hubungannya urusan ini dengan Ie cici serta Wan moay moay
?"
Ie cici serta Wan moay moay merupakan murid yang paling
lihay dari si cangkul pualam Lie Sang, bagaimana mungkin
Oog Bo serta perempuan berbaju hijau itu berhasil
menawannya apalagi Wan moay moay sudah memperoleh
seluruh Kepandaian silat dari ayahnya, sekalipun terjadi
pertempuran sengit tidak seharusnya Auw Hay Ong Bo bisa
begitu mudahnya berhasil menawan mereka.
Berpikir akan hal ini dia segera membentak lagi.
"Siapa yang sudah datang ke mari ??" ayoh cepat jawab.
Si jari beracun jarum emas Song Beng Lan si hweesio rase
salju, pengemis liar, hweesio mayat hidup dan pembesar buta.
Mendengar disebutnya si hweesio mayat hidup serta
pembesar buta tidak terasa lagi Liem Tou menjadi kaget.
Apa si hweesio mayat hidup serta pembesar buta juga ikut
datang? ? teriaknya.
Lelaki berbaju singsat itu mengangguk.
Pikiran Liem Tou dengan cepat berputar, sekalipun ada
hweesio mayat hidup serta pembesar buta belum tentu si
gadis cantik pengangon kambing bisa tertawan dengan begitu
mudahnya, dia teringat kembali akan si perempuan tunggal
Touw Hong kembali.
Dari perkataan Ciat Siauw thaysu tadi dia tahu perempuan
itu sudah punya hubungan dengan pihak Kiem Thien pay, jika
perempuan ini pun ikut datang maka ada kemungkinan si
gadis cantik pengangon kambing berhasil mereka tawan.
Karenanya dia bertanya kembali.
Aku dengar dari pihak Kiem Thian pay ada seseorang yang
bernama perempuan tunggal Touw Hong, apa diapun ikut
datang kemari?
Agaknya lelaki berbaju singsat itu amat takut sekali
mendengar disebutnya nama itu, seketika itu juga dia orang
memandang diri Liem Tou dengan melongo, lama sekali tidak
mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou yang melihat perubahan wajahnya ini didalam
hati segera sudah menduga beberapa bagian, karenanya dia
mendesak lebih lanjut.
Akhirnya lelaki tersebut mengangguk, dalam hati Liem Tou
semakin menyesal lagi, dia tidak seharusnya menghabiskan
waktu setengah harian di tengah jalan, kalau tidak mungkin
dia masih bisa memberi pertolongan kepada mereka.
Sekarang dia terpaksa menanyakan tempat tinggal dari si
perempuan tunggal Touw Hong serta Au Hay Ong sekalian
dan berusaha untuk menolong kedua orang itu lolos dari
cengkeraman musuh.
"Hey sekarang mereka berada di mana? cepat beritahu
kepadaku dan pimpin aku kesana" perintahnya kemudian
setelah berpikir sebentar.
Sekalipun pada mulutnya lelaki itu terus menerus memberi
jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh
Liem Tou tapi di dalam hatinya dia sedang berpikir bagaimana
caranya untuk meloloskan diri dari sana.
Kini sewaktu didengar Liem Tou sedang menanyakan
tempat tinggal dari si perempuan tunggal Touw Hong sedang
Auw Yang Ong sekalian menyuruh dia orang pimpin jalan,
dalam hati merasa amat girang sekali.
Hmm, cuma mengandalkan kau seorang saja mau pergi ke
sana? pikirnya didalam hati. Bukankah sama saja pergi
menghantarkan kematiam buat dirimu sediri? aku beritahu
kepadamu juga tidak ada halangannya apalagi aku yang
menunjukkan tempat itu, setelah sampai di sana tentu aku
bisa meloloskan diri.
Tanpa berpikir panjang lelaki itu segera menjawab.
Mereka berdiam tidak jauh dari sini, kurang lebih sepuluh li
dari pintu sebelah timur tempat itu bernama . ..
Belum habis dia berbicara mendadak Liem Tou dapat
mendengar desiran senjata yang berkelebat menyampok angin
mengancam tubuh mereka berdua, dengan cepat tubuhnya
berputar ke belakang.
Tampaklah segerombolan sinar yang sangat menyilaukan
mata dengan amat cepatnya melanda datang, dia segera
membentak keras.
"Kawanan tikus sungguh berani perbuatan kalian."
Telapak tangannya segera didorong ke depan melancarkan
satu pukulan dahsyat menghajar ke atas senjata rahasia yang
menghantam tubuh mereka.
Sekalipun begitu dikarenakan halusnya jarum jarum emas
itu ditambah lagi disebar dalam jumlah yang amat banyak
sekali dengan menggunakan cara Man Thian Hoa Yu atau
seluruh angkasa penuh dengan bunga hujan, dimana angin
pukulan Liem Tou berkelebat walaupun berhasil membebaskan
dirinya dari bahaya tetapi si lelaki itu tak dapat terhindar lagi
dari serangan tersebut.
"Aaaaaaadddduuuh . ..."
Disertai dengan suara teriakan yang amat keras tubuhnya
roboh terjengkang ke belakang.
Dalam hati Liem Tou sedang merasa cemas untuk
mengetahui tempat si gadis cantik pengangon kambing serta
Lie Siauw Ie ditawan, terhadap orang yang melancarkan
serangan bokongan itu dia orang tidak mengambil perduli lagi,
dengan terburu buru dia menarik tubuh lelaki itu sambil
tanyanya dengan suara yang keras.
"Mereka berada di tempat mana, cepat katakan."
Lelaki yang bersandar di tangan Liem Tou itu memejamkan
sepasang matanya erat erat untuk sesaat lamanya dia tak
sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun.
Liem Tou lantas tundukkan kepalanya memeriksa,
tampaklah di atas badannya sudah terkena delapan, sembilan
jarum emas yang menancap pada jalan jalan darah terpenting,
tidak terasa lagi dia menghela napas.
Sewaktu diperiksa ternyata orang itu belum menemui
ajalnya, tetapi kenapa dia tidak mau bicara.
Liem Tou memeriksa keadaannya lebih teliti lagi, akhirnya
dia menemukan juga sebabnya.
Kiranya pada jalan darah bisu di atas tenggorokannyapun
sudah tertancap sebatang jarum emas sehingga membuat dia
orang tidak dapat berbicara.
Dengan cepat Liem Tou mencabut jarum tersebut, waktu
itulah di dalam benaknya mendadak berkelebat satu ingatan,
dia merasa orang yang baru saja melancarkan serangan
bokongan dengan menggunakan senjata jarum emas ini
adalah perbuatan dari si jari beracun jarum emas Song Beng
Lan dari Kiem Thien Pay, tak terasa lagi hatinya jadi merasa
amat gemas sekali.
Orang ini sungguh amat kejam dan ganas sekali pikirnya
apalagi merupakan seorang penja hat pemetik bunga yang
sudah terkenal, nanti jikalau aku bertemu kembali dengan
dirinya tentu dirinya tidak aku lepaskan kembali.
Kepada si lelaki yang terluka itu dia berkata: "Orang yang
melukai kau orang adalah si jari beracun jarum emas Song
Beng Lam, kau tahu tidak ?"
Air muka lelaki itu sudah berubah menjadi pucat kehijau
hijauan agaknya dia sedang menahan rasa sakit yang amat
sangat di dalam tubuhnya, mendengar perkataan tersebut dia
mengangguk.
Kalau begitu beritahukanlah kepadaku tempat mereka
untuk membalas dendam, sera Liem Tou dengan cepat.
Dari tenggorokan orang itu segera terdengarlah suara yang
amat serak sekali disusul matanya dipentangkaa lebar lebar.
Liem Tou yang melihat wajahnya sudah mulai berkerut dia
tahu orang tersebut sudah dekat masa ajalnya hal ini
membuat batinya semakin cemas lagi.
Cepat katakanlah, cepat katakan! Aku akan pergi cari
mereka untuk membalaskan dendanmu.
Akhirnya lelaki itu memejamkan matanya kembali. Sebelum
dia orang mengucapkan sepatah katapun dari tenggorokannya
kembali terdengar suara yang serak dan keras, sebentar
kemudian orang itu sudah menemui ajalnya.
Liem Tou merasa sangat kecewa sekali, mendadak dia
mengangkat mayat dan lelaki itu lantas dilemparkan ke atas.
Seketika itu juga mayat tersebut melayang sejauh dua kaki
lebih lantas jatuh ke atas tanah dengan amat kerasnya,
kepalanya hancur berantakan darah bercampur otak
berceceran diatas tanah.
Liem Tou yang usianya masih amat muda apa lagi
pengalamannya di dunia kangouwpun masih amat cetek,
karena terjadinya perubahan ini segera membuat hatinya
amat sedih sekali sehingga dia dibuat termangu mangu
beberapa saat lama nya. Saking terpesonanya sampai
kerbaunya yang merintih teruspun tidak digubris.
Mendadak dari sepasang matanya memancarkan sinar yang
amat aneh sekali ujung kakinya segera menutul permukaan
tanah dan meloncat ke atas wuwungan rumah.
Kiranya di atas tembok sebelah atas dia sudah menemukan
satu tanda gambar ular merah dengan amat jelasnya, Liem
Tou yang melihat munculnya tanda ular merah di sana segera
merasakan hatinya amat kaget gumamnya seorang diri.
Apa mungkin si penjahat naga merah sudah datang
kemari?? atau mungkin pihak Kiem Thien Pay yang sudah
memalsukan tanda dari si penjahat naga merah ini??
perbuatannya ini sungguh membuat orang merasa agak
bingung.
Hampir selama setengah harian lamanya dia berpikir keras
keras tetapi tidak mendapatkan jawabannya juga, akhirnya dia
melepaskan pemikirannya itu untuk memeriksa keadaan luka
dari kerbaunya.
Tampaklah seluruh kerbau itu sudah tersayat sayat
sehingga hancur dan mengalirkan darah amat banyak sekali,
tetapi lukanya tidak lebih cuma luka luar yang tidak
membahayakan jiwanya hanya saja luka dalamnya yang
terdahulu kini kambuh lagi membuat ia agak sedikit tidak
tahan.
Terpaksa Liem Tou mengeluarkan kembali tali obat
peninggalan dari Hek Loo toa itu untuk diberikan seutas
kepada kerbaunya lantas merawatnya dengan teliti
Saat ini pemilik rumah penginapan pelayan maupun para
tetamu yang menginap disana pada tidak kelihatan semua,
hatinya agak ragu ragu, pikirnya.
Menurut keadaan biasanya dimana tanda ular merah itu
muncul manusia maupun binatang tidak ada yang tertinggal,
kerbauku ini bisa tetap hidup boleh dikata amat untung sekali.
Tetapi si pelayan serta pemilik rumah penginapan ini sudah
pergi kemana? apa mereka sudah menemui bencana?? kenapa
tak seorangpun yang kelihatan.
Berpikir sampai disitu dia segera mengadakan pemeriksaan
di sekeliling rumah penginapan itu, ternyata dugaannya
sedikitpun tidak salah.
Di dalam sebuah kamar dia menemukan pemilik rumah
penginapan dan pelayan pelayannya sudah menggeletak
diatas tanah dan darahnya berceceran di seluruh lantai,
keadaannya amat mengerikan sekali.
Melihat keadaan ini Liem Tou benar benar merasa amat
gusar, dengan cepat dia angkat sumpah dengan menghadap
dinding.
"Aku Liem Tou jika tidak berbasil menyelidiki pembunuhan
malam ini dan menghancurkannya aku sumpah tidak akan jadi
manusia"
Saat itupun dia teringat kembali atas keselamatan atas
gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie dengan
tergesa gesa dia berjalan keluar dari ruman peaginapan itu
tanpa memperdulikan lagi kerbau itu yang masih terluka dia
segera mengangkat sang kerbau di pundak dan berjalan
keluar dari tempat itu.
Untung saja keadaan di seluruh kota Tang Yang amat sepi
sekali, agaknya mereka takut dimasuki pencuri sehingga
rumah rumah tertutup dengan amat rapatnya. Suasana di
tengah jalan amat sunyi sekali tak terlihat seorang
manusiapun yang berjalan di tengah jalan kalau tidak dengan
perbuatan dari Liem Tou yang menggendong seekor kerbau
seberat tiga ratus kati tentu akan menggemparkan seluruh
kota.
Ditengah perjalanan tiba tiba Liem Tou teringat kembali
dengan kata kata dari lelaki itu dia segera mengambil jalan
keluar menuju ke kota sebelah timur.
Tidak lama kemudian pintu kota sudah tampak di depan
mata, pintu masih tertutup rapat cuma saja tak kelihatan ada
penjaganya.
Liem Tou tidak ambil perduli lagi dengan menggendong
kerbaunya dia melewati tembok kota dan melanjutkan
perjalanannya ke arah depan.
Sesampainya ditepi sebuah sungai yang tidak dikenal dia
segera meletakkan kerbaunya ke atas tanah dan dengan
telitinya membersihkan tubuhnya dari bekas darah, lalu
gumamnya lagi:
"Aku mau menyembuhkan dulu luka dalam dari Gouw koko
lantas baru pergi menyelidiki keadaan dari Ie cici serta Wan
moay moay"
Ditengah malam yang buta kelihatan sekali keadaan dari
Liem Tou amat menyedihkan sekali, kerbaunya yang ada di
samping dengan mata penuh terharu melirik sekejap ke
arahnya, agaknya sang kerbau tahu kalau majikannya sedang
murung.
Setelah semuanya selesai dengan perlahan Liem Tou duduk
bersila dan mulai mengatur pernapasan hawa murninya
dengan perlahan di salurkan dari pusar menuju ke sepasang
telapak tangannya lantas disalurkan ke perut kerbau itu
dengan mengikuti jalan darahnya.
Haruslah diketahui urat urat dan jalan darah yang ada di
badan binatang sekalipun berbeda dengan manusia tetapi
yang dimaksud delapan nadi denggan dua belas kunci
kehidupan tak ada bedanya dengan manusia, sehingga
dengan demikian Liem Tou pun dengan lancar dapat
menyembuhkan kerbaunya.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian kerbau itu mulai
mengangkat kepalanya dan mendengus rendah, saat itulah
Liem Tou baru bisa menghembuskan napas lega dan menyeka
keringat yang membasahi jidatnya.
Sekali dia pejamkan matanya untuk pulihkan kembali
tenaganya lantas baru bangkit berdiri.
Saat itu sang kerbau yang sudah bangkit berdiri dan
dengan tenangya sedang makan rumput.
Liem Tou segera menepuk nepuk pundaknya dan tertawa
pahit.
Engko kerbau, ujarnya perlahan. Kali ini kau tentunya
merasa sedikit menderita bukan ayoh pergilah ke sana dan
makanlah rumput sampai kenyang.
Agaknya kerbau itu mengerti perkataan manusia, dia
segera mengangguk angguk kepada Liem Tou dan dengan
tenangnya pergi makan rumput disamping sungai.
Liem Tou vang melihat kerbaunya begitu penurut tanpa
terasa dia semakin menaruh rasa sayang lagi kepadanya,
diapun duduk di tepi sungai melihat dia makan rumput.
Terhadap keselamatan si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw Ie di dalam hatinya Liem Ton merasa amat
kuatir sekali, lewat beberapa saat kemudian dia benar benar
tidak bisa bersabar lagi, kepada kerbaunya dia segera berseru.
Engko kerbau ayoh jalan, orang itu bilang Ie cici serta Wan
moay moay ada di suatu tempat sepuluh li dari kota Tang
Yang, mari kita ke sana dengan menyeberangi sungai ini.
Walaupun kepandaian silat dari Liem Tou pada saat ini
amat tinggi sekali tetapi karena adanya perubahan yang
memukul hatinya membuat keadaannya pada saat ini sudah
berubah kembali seperti setahun yang lalu, dia orang yang
mengajak kerbaunya berbicara sebetulnya adalah suatu
pekerjaan yang amat bodoh sekali tetapi dikarenakan sifatnya
yang amat peramah apalagi dengan pembicaraan ini dia ingin
mencari satu semangat baru di dalam hatinya, maka dia tidak
mau perduli atas kesalahannya ini.
Dengan menuntun kerbaunya Liem Tou menyeberangi
sungai tersebut, setelah sampai di tepi seberang dia melihat
badan sang kerbau amat besar segera di dalam pikirannya
segera berkelebat kembali akan satu ingatan.
Gumamnya lagi seorang diri.
Jika dilihat dari keadaannya dia harus dicarikan satu tempat
persembunyian yang aman agar bisa istirahat untuk beberapa
saat lamanya.
Berpikir akan hal ini Liem Ton segera memandang ke
sekeliling tempat itu, dia mencoba memeriksa apakah
disekeliling tempat ini ada rumah petani atau tidak.
Dengan mengikuti aliran sungai itu akhirnya dia bisa
melihat banyaknya sawah yang tersebar di sana, dengan
melalui antara sawah sawah itu terlihatlah satu jalan kecil
yang menghubungkan tempat itu dengan dua tiga rumah para
kaum petani.
Liem Tou segera menuntun kerbaunya mengikuti jalan
tersebut menuju kerumah itu.
Sesampainya di depan pintu rumah, dia orang melihat baik
jendela maupun pintunya masih tertutup rapat rapat, dia tahu
tenntunya pemilik rumah itu masih tidur deagan nyenyak
untuk mengganggu dia merasa tidak eaak, untuk pergi dari
sana diapun tidak ingin, hatinya benar benar merasa bingung.
Pada saat dia merasa serba susah itulah mendadak seorang
petani muncul keluar dan dua ekor anjing dari dalam rumah
itu yang menggonggong tiada hentinya, apalagi setelah
dilihatnya ada kerbau disana suara gonggongannya semakin
mengeras bahkan tubuhnya siap siap untuk menubruk ke arah
sang kerbau.
Kerbau itu agaknya juga dibuat marah oleh keganasan sang
anjing, diapun mendengus tak ada hentinya.
Liem Tou takut kerbaunya menjadi marah dengan adanya
kejadian itu sehingga menunjukkan kembali sifat binatangnya
dia segera menepuk nepuk pundaknya.
"Bersabarlah sebentar, mereka takkan dapat mengganggu
dirimu" serunya perlahan.
Kedua ekor anjing itu melibat sang kerbau tak
menunjukkan perlawanan suara menggonggongnya semakin
keras lagi membuat Liem Tou yaag ada disampingnyapun
menjadi rada jengkel.
"Kalian dua ekor binatang yang tidak ber biji mata, cepat
megggelinding dari sini" bentaknya dengan gusar.
Sambil berkata dia angkat telapaknya siap melancarkan
satu pukulan.
Pada saat itulah dari dalam rumah petani itu tampak
berkelebatnya sinar terang disusul suara seseorang sedang
bertanya.
"Siapa yang ada di luar rumah di tengah malam buta ini ?"
Liem Tou yang mendengar ada orang yang sudah bangun
hatinya merasa girang sekali, tubuhnya dengan cepat
melayang mendekati pintu tersebut.
Tanpa terasa pintu itu dengan perlahan-lahan dibuka dan
muncullah seorang petani tua yang berdandanan sangat
sederhana sekali dengan membawa sebuah lampu minyak,
dengan me-ngedipngedipkan matanya yang baru saja bangun
dari tidur dia memandang ke arah diri Liem Tou, jelas dari air
mukanya memperliihatkan rasa keheranan.
Kerena temanku sakit sacara tiba tiba entah bolehkah
paman memberi satu tempat buat dia buat menginap selama
beberapa hari.
Si petani yang melihat dandanan Liem Tou sangat polos
dan tidak mirip dengan penjahat ia segera mengangguk.
Orang melakukan perjalanan ditempat luaran tidak akan
terhindar dari kemalangan, cuma saja tempatku amat kotor
dan kalau hujan bocor entah kau orang bisa menempati tidak,
jawabnya dengan halus.
Liem Tou yang mendengar petani itu sudah menyanggupi
dalam hati merasa sangat berterima kasih sekali, sekali lagi
dia menjura memberi hormat.
"Kau orang tidak usah banyak berlaku adat, seru petani itu
mencegah. Silahkan kawanmu itu masuk untuk beristirahat."
Liem Tou segera menggape ke arah kerbaunya itu. dan
kerbau dengan langkah yang amat perlahan lantas berjalan
mendekat.
Melihat kejadian itu si petani tersebut menjadi kaget, dia
menjerit tertahan.
"Aaah . . . apakah dia kawan karib yang kongcu katakan
tadi?" tanyanya keheranan.
"Benar" sahut Liem Tou mengangguk.
Tidak terasa lagi petani tua itu memperhatikan diri Liem
Tou beberapa saat lamanya, melihat dia orang memakai jubah
panjang yang terbuat dari sutera dengan sebuah kain pengikat
kepala yang terbuat dari sutera pula jelas merupakan seorang
si siucay dari kalangan kaya, bagaimana dia bisa bergaul
dengan seekor kerbau?? tidak terasa lagi perasaan curiga
mulai menyelimuti dirinya.
Mendadak matanya melotot lebar lantas bentaknya keras.
"Silahkan kau orang pergi mencari tempat lain saja, aku
disini tidak mau menerima kau orang yang sudah banyak
melakukan kejahatan"
Selesai berkata dia putar badan dan menutup pintu
rumahnya kembali.
Liem Tou yang melihat petani itu berubah sikap, dia segera
tahu kalau dia orang sudah salah paham.
Loo pek tunggu dulu. Serunya dengan cepat. Biarlah cayhe
jelaskan terlebih dulu nanti Loo pek baru tutup pintu kembali.
cayhe tahu Loo pek tentu sudah salah paham dan
menganggap kerbau ini datangnya tidak jujur. Terus terang
saja ini kerbau sudah mengikuti diriku selama satu tahun
lamanya dan merupakan kawan karib dari cayhe.
Harap Loo pek jangan salah paham karena cayhe ada
urusan penting yang harus dikerjakan sedang kerbau inipun
sedang sakit maka terpaksa aku datang kemari harap Loo pek
mau menerimanya.
Sembari berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar
dua butir mutiara yang memancarkan sinar berkilauan lantas
diangsurkan ke depan.
Sedikit hadiah harap Loo pak mau menerimanya ujarnya
lagi, tentu hal ini bisa membuyarkan rasa curiga di hati Loo
pek karena dengan kedua mutiara ini barganya ratusan kali
lipat lebih mahal dari kerbau ini, ini hari cayhe mau
memberikan barang ini kepada diri Loo pek tentunya kau
orang bisa tahu bukan kalau cayhe bukanlah orang jahat.
Si petani yang melihat di tangan Liem Tou ada dua butir
mutiara yang amat berharga sekali bahkan memancarkan
sinar yang berkilauan dia segera tahu kalau perkataannya
sedikiipun tidak bohong, pikirnya.
Di tangannya ada mutiara yang begitu berharga buat apa
dia pergi mencuri seekor kerbau? kelihatannya apa yang
diucapkannya sedikit pun tidak salah, hanya salah aku terlalu
banyak curiga saja.
Berpikir sampai disini dia segera mengangguk dan minta
maaf kepada diri Liem Tou, tetapi bagaimanapun juga dia
tidak mau menerima pemberian dari Liem Tou sebaliknya Liem
Tou pun tetap ngotot mau petani itu menerima kedua butir
mutiara tersebut, akhirnya petani tua itu terdesak dan
menerimanya.
Saking girangnya tidak kuasa lagi titik titik air mata
menetes keluar, karena selama dia bekerja bertani sampai
saat ini belum pernah mendapatkan hasil seharga dua butir
mutiara tersebut.
Liem Tou melihat urusan sudah selesai dia baru menjura
kembali kepada petani itu untuk memberi hormat.
Setelah urusan cayhe selesai dikerjakan aku orang baru
kemari lagi, semua urusan harap Look pek suka
menguruskannya.
Kepada kerbau itu diapun menepuk nepuk pundaknya.
Engkoh kerbau ujarnya. Kau berdiamlah secara tenang
tenang beberapa hari di sini kau jangan melukai orang,
beberapa hari kemudian aku akan kembali lagi kesini.
Selesai berkata dia sengaja memperlihatkan kepandaiannya
di hadapan petani itu agar dia baik baik merawat kerbaunya,
tangannya segera digapaikan sambil berseru.
"Loo pek. ..".
Belum selesai berkata tubuhnya dengan cepat berkelebat
dan meloncat setinggi satu dua puluh kaki tingginya dan
melanjutkan kembali kata katanya dari udara.
"Cayhe pergi dulu".
Sekali lagi tubuhnya berjumpalitan di tengah udara lalu
berkelebat ke depan lenyap di tengah kegelapan.
Dengan kejadian itu si petani tua yang jujur itu segera
menganggapnya sebagai dewa yang sudah turun dari
kahyangan, saking terkejut dan girangnya dia cepat cepat
memanggil bangun seluruh keluarganya dan berlutut didepan
pintu untuk bersembahyang ke atas langit, bersamaan pula
mereka menganggap kerbau itu sebagai malaikat yang sakti.
Kita balik pada Liem Tou setelah meninggalkan rumah
petani itu, saat ini pikirannya benar benar butek dan kuatir
sekali atas keselamatan si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw Ie, dengan cepat dia mengeluarkan ilmu
meringankan tubuhnya dan dengan cepatnya berkelebat di
tengah malam buta.
Hanya di dalam sekejap saja puluhan li sudah dilewati
dengan amat cepatnya, sebentar kemudian dia sudah berada
di depan sebuah dusun yang amat besar.
Melihat hal itu diam diam dalam hati berpikir. Perkataan
dari lelaki itu apa mungkin mengartikan tempat ini??"
Berpikir akan hal ini tubuhnya dengan cepat meloncat naik
ke atas atap rumah dan memeriksa di seluruh keadaan desa
itu tampaklah tubuhnya dengan amat cepatnya melayang dan
meloncat di atas ratusan rumah itu.
Kurang lebih seperminuman teh kemudian dia sudah
memeriksa hampir sebanyak tiga kali di seluruh
perkampungan tersebut tapi tidak kelihatan juga tanda tanda
yang mencurigakan.
Apa mungkin tidak berada disini ? ? apa di sebelah depan
masih ada rumah ? pikirnya.
Dia segera meloncat turun kembali ke atas tanah dan
melanjutkan larinya menuju ke arah depan.
Mendadak dari arah selatan ditempat kejauhan terlihatlah
berkelebatnya sinar lampu yang amat terang sekali, Liem Tou
tidak berpikir panjang lagi dengan cepat dia berlari menuju
dimana berasalnya sinar terang itu.
Tidak lama kemudian dia sudah sampai disana, kiranya
tempat itu bukan lain adalah sebuah halaman bangunan yang
amat besar, dikarenakan pada mulanya dia tidak melihat
adanya sinar lampu karenanya tidak sampai menemukan
tempat tersebut
Dengan penemuannya ini dalam hati segera timbul
berbagai pikiran.
Kalau cuma tempat ini saja kiranva tidak perlu membuang
tenaga terlalu banyak untuk memasukinya. demikian pikirnya
didalam hati.
Dengan cepat meloncat masuk melewati tembok halaman,
tembok di balik halaman tersebut adalah sebuah halaman
seluas sepuluh kaki persegi dengan di atasnya masih
ditumbuhi rumput yang amat lebat amat. agaknya sudah lama
sekali tidak pernah dilewati.
Liem Tou dengan cepat melewati kamar tersebut dan
berhenti di depan sebuah pintu bangunan yang amat besar
dan tertutup rapat, di atas pintu tampaklah dua buah kayu
yang memantek pintu tersebut dengan bentuk silang dan pada
waktu itulah Liem Tou baru tahu kalau tempat itu adalah
sebuah bangunan rumah yang telah tak berpenghuni lagi dan
membuat hatinya rada kecewa.
Tubuhnya dengan cepat meloncat naik ke atas dan
memeriksa sekejap di sekeliling tempat itu melihat. Di dalam
rumah sama sekali tak ada gerak gerik yang mencurigakan
dengan hati yang kecewa dia meloncat turun kembali ke atas
tanah.
Dia lantas meloncat keluar dari rumah itu dan melanjutkan
perjalanannya menuju kearah depan, selama perjalanan ini
keadaan disekelilinguya cuma ada pegunungan belaka dan
akhirnya tibalah dia di di ujung dan tidak bisa dilalui lagi.
Liem Tou jadi merasa heran, pikirnya.
Apa mungkin orang orang Kiem Tnien Pay berdiam juga di
dalam gua gua gunung seperti halnya diatas puncak Ngo Lian
Hong?
jika didengar dari pembicaraan Thaysu dari Siauw lim pay
itu agaknya berkembangnya pengaruh Kiem Tnien pay
didaerah Tionggoan masih baru bisa saja terjadi tidak lama
bagaimana mungkin dengan begitu cepatnya mereka sudah
berhasil menggali gua? sebagai tempat tinggai?"
Walaupun Liem Tou tidak mau percaya terhadap apa yang
dipikir di dalam hatinya itu tetapi dia mau tidak mau harus
melakukan pemeriksaan juga di sekeliling pegunungan
tersebutt. dia orang sudah mengambil keputusan
bagaimanapun juga keadaannya dia harus mencari si gadis
cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie sampai dapat.
Dengan cepat dia tarik napas panjang panjang dan
salurkan hawa murninya mengelilingi tubuh, dengan amat
cepatnya bagaikan berkelebatnya sinar kilat dia berlari naik ke
atas gunung hingga mencapai pada puncaknya, dari sana dia
memandang keempat penjuru tetapi tidak menemukan
sesuatu apapun.
Saking gusarnya dia segera berlari seenak nya saja
mengelilingi tempat itu, tetapi telah lama tidak menemukan
sesuatu juga.
Saat ini waktu sudah menunjukkan kentongan keempat,
terpaksa Liem Tou balik kembali ke perkampungan tadi untuk
siap siap pada keesokan harinya bertanya kembali dengan
penduduk disana apakah ada oraag asing yang mendatangi
tempat tersebut.
"Kalau memangnya di tempat ini tidak ditinggali oleh orang
orang asing maka sudah pasti perkataan dari lelaki itu adalah
bohong, terpaksa dia orang harus pergi mencari ke tempat
yang lain"
Kini tinggal satu kentongan lagi sebelon hari akan terang
tanah, Liem Tou yang sudah berlari semalaman sekarang
merasakan badannya amat lemah sekali, dia segera mencari
pintu rumah yang rada bersih untuk beristirahat.
Jilid 21: Tempat Persembunyian Penculik Lim Siauw
Ie
Karena lenyapnya si gadis cantik pengangon kambing serta
Lie Siauw Ie ditawan orang, dalam hati Liem Tou benar benar
merasakan hatinya amat bingung sekali, sekalipun dia sudah
bolak balik tapi tetap tidak bisa tidur juga.
Beberapa saat kemudian dia mulai merasakan matanya
memberat, baru saja dia mau tertidur pulas tiba tiba .. ...
Suara Khiem yang amat merdu dengan halusnya mengalun
memecahkan kesunyian, walaupun Liem Tou sama sekali tidak
mengerti akan ilmu bunyi bunyian tetapi ditengah malam yang
begitu sunyi mendadak berkumandang alunan Khiem, tak
terasa lagi membuat hatinya merasa amat curiga sekali.
Aaah suara itu berasal dari mana? pikirnya. Terang
terangan aku sudah memeriksa setiap rumah jangan dikata
orang bermain Khiem sekalipun lampu jaga tidak kelihatan
disulut, hal ini sungguh aneh sekali.
Berpikir sampai disitu dia segera menghubungkan peristiwa
itu dengan orang orang dari Kiem Thien Pay, tidak terasa lagi
semangatnya berkobar kembali dan meloncat dari atas tanah.
Tubuhnya dengan amat cepatnya lantas berlari menuju ke
arah dimana berasalnya suara Khiem tersebut.
Tidak jauh dia meninggalkan perkampungan dia sudah bisa
membedakan kalau suara Khiem itu mengalun keluar dari
ruanah bangunan besar yang tak berpenghum itu Liem Toa
semakin dibuat keheranan.
Dia teringat kalau bangunan besar itu sama sekali tidak
berpenghuni, rumput tumbuh setinggi lutut pintu serta jendela
terpantek kuat bahkan secara samar samar membawa
keseraman yang mendirikan bulu roma. Bagaimana suara
khiem tersebut bisa mengalun keluar dari tempat itu?
Walaupun dia orang tidak percaya terhadap setan tak urung
bulu romanya pada saat itu pada berdiri juga.
Tetapi dikarenakan urusan ini penting sekali dan
mempunyai hubungan yang erat dengan lenyapnya si gadis
cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie dengan cepat
tubuhnya melanjutkan perjalanannya kembali menuju ke
dalam rumah bangunan itu.
Sesampai di depan tembok halaman dia berhenti sebentar
untuk mendengarkan dari mana berasalnya suara khiem
tersebut, setelah benar yakin kalau suara tersebut berasal dari
dalam bangunan tubuhnya baru melayang dengan cepatnya
menuju ke arah dalam.
Siapa tahu baru saja dia tiba di depan halaman suara
mengalunnya khiem mendadak berhenti sama sekali. Liem
Tou jadi tertegun. Tetapi dengan cepatnya pula dia sudah
berkelebat naik ke atas atap rumah lalu meluncur ke
bangunan sebelah belakang.
Dengan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun dia sudah
ada di bangunan yang paling belakang di sana dia sudah
menemukan sebuah kebun bunga yang amat besar sekali, ada
gunungan, gardu, jembatan kolam teratai cuma saja
keadaannya seperti juga di halaman depan sama sekali tidak
terawat bahkan tidak tampak sesosok bayangan manusiapun.
Liem Tou segara meloncat naik ke atas gunungan dan
berpikir bebarapa saat lamanya terhadap munculnya suara
khiem yang secara mendadak itu dia merasa sangat tidak
paham, sehingga hatinyapun terasa amat murung sekali.
Mendadak. . .dia menemukan di sebelah kiri dari kebun
bunga itu terdapat serentetan tembok berwarna putih, di
tengah tembok muncullah sebuah pintu berbentuk bulat,
pikirannya segera menjadi tenang kembali.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menuju ke sana dia
bisa melihat sebuah bangunan loteng yang amat indah sekali
dengan ukiran yang menawan muncul dihadapannva,
bangunan itu sangat megah dan di ke dua sampingnya
tumbuh dengan sebuah pohon siong yang amat besar sekali,
maka diam diam Liem Tou berpikir.
Tidak disangka ditempat yang demikian tidak terurusnya
bisa muncul sebuah bangunan yang demikian indahnya, hal ini
sungguh berada di luar dugaan.
Dia lantas meloncat naik keatas loteng dan memeriksa
keadaan di sekitar tempat itu, tampak pintu serta jendela
tertutup rapat, sama sekali tidak menemukan sesuatu apapun,
dia meloncat pula ke atas pohon siong yang lebat itu dan
memeriksa kembali dengan telitinya, tetapi tetap saja tidak
tampak adanya tanda-tanda yang mencurigakan.
Jikalau ditinjau dari keadaan ini jelas sekali tempat ini
suduh tak berpenghuni lagi, tidak di sangka dalam setengah
malaman dia harus menubruk angin saja, sungguh
menggelikan sekali.
Berpikir akan hal ini semangat Liem Tou pun mengendor
kembali, dengan lemasnya dia meloncat turun kepermukaan
tanah lalu kembali ke desa dengan langkah perlahan.
Sesampainya didusun sinar surya sudah muncul di ufuk
sebelah barat, orang dusun pun sudah mulai bangun dan pada
berangkat bekerja.
Liem Tou yang masih tetap menaruh curiga terhadap
perkampungan tersebut kepada seorang petani yang hendak
ke sawah dia menanyakan bangunan rumah itu.
Orang itu ketika mendengar Liem Tou menanyakan
bangunan itu dia melirik sekejap ke arahnya lantas dengan
tidak semangat sahutnya.
"Rumah setan."
Sewaktu Liem Tou hendak bertanya kembali orang itu
tanpa menoleh lagi sudah melanjut kembali perjalanannya
menuju ke depan.
Liem Tou tidak bisa berbuat apa apa lagi sesampainya di
dalam dusun itu dia berjalan masuk ke sebuah rumah makan
yang baru saja buka pintu.
Ketika pelayan rumah makan itu melibat Liem Tou berjalan
masuk ke kedainye dengan agak tertegun dia segera
bertanya.
"Khek koan kau datang sebegitu paginya kami tak ada
barang yang bisa dijual."
"Tidak mengapa" sahut Liem Tou sambil tertawa. Aku mau
menunggu sampai kalian ada makanan yang dijual.
Dia berhenti sebentar untuk tukar napas lalu tanyanya lagi.
"Dagangan dari kalian dalam waktu dekat ini tentunya
ramai bukan ?"
Maksud Liem Tou dia ingin memancing jawaban dari
pelayan itu apakah di tempat ini telah kedatangan orang
asing.
Pelayan itu agak melengak.
Perkataan dari Khek koan terlalu berlebihan dagangan
kedai kami sepi sekali bahkan boleh dikata pada waktu waktu
dekat ini sama sekali tidak ada dagangan. . Heeei . . tahun ini
dagangan sungguh amat sepi sekali.
Berbicara sampai disini dia menghela napas lagi dengan
perlahan.
Eeei . . aku dengar pada beberapa hari ini ada banyak
orang asing yang datang kemari dan menginap di bangunan
rumah besar itu, apa kau tidak pernah mendengar? tiba tiba
kata Liem Tou dengan wajah serius.
Mendengar perkataan tersebut, dengan sepasang mata
melotot lebar lebar pelayan itu lama sekali memperhatikan diri
Liem Tou.
"Siapa yang bilang?" tanyanya. Sejak tiga tahun yang lalu
Cing Hoa Cung sudah tak ada yang berani tinggali lagi,
katanya ada siluman rase yang main gila di sana, pada hari
yang lalu bahkan ada yang melihat siluman rase itu main
Khiem di bawah sorotan sinar bulan purnama katanya siluman
rase itu adalah seorang gadis yang amat cantik sekali.
Mendengar omongan itu diam diam dalam hati Liem Tou
berpikir.
Apa sungguh sungguh terjadi urusan ini??? Hmm, aku Liem
Tou tidak akan mau percaya omongan tersebut, malam ini aku
harus pergi ke sana untuK mengadakan penyelidikan, sekali
pun dia adalah siluman rase, setan atau iblis aku juga harus
melihatnya sampai jelas.
Satelah mengambil keputusan didalam hati dia pun tidak
bertanya lebih lanjut, denpan tenangnya dia menanti adanya
makanan yang dihidangkan kepadanya.
Selesai itu dia baru melanjutkan perjalanannya menuju ke
arah timur dan duduk beristirahat di bawah sebuah pohon
besar di bawah kaki gunung.
Malamnya dia kembali lagi ke perkampungan tersebut,
kurang lebih setelah kentongan kedua suara khiem yang
muncul dari dalam perkampungan Cing Hoa Cung tersebut
mulailah mengalun kembali dengan tenangnya, walaupun
suara khiem itu amat halus merdu dan enak didengar tetapi
membawakan nada yang amat sedih sekali, saking sedihnya
sampai Liem Tou pun bisa merasakan.
Dia sudah hafal dengan jalan di sana, hanya di dalam
sekejap saja sudah tiba di depan perkampungan tersebut dan
meloncat melewati tembok pekarangan langsung menuju ke
kebun belakang, setelah itu dengan langkah yang amat
perlahan baru berjalan melewati pintu bundar tersebut.
Tubuhnya bersembunyi di tempat kegelapan, dengan
meminjam sinar rembulan yang samar dia memandang
keatas.
Seketika itu juga tampaklah seorang gadis dengan rambut
yang terurai panjang sedang duduk di atas loteng tersebut
bermain khiem, jari jari tangannya yang putih dan halus
seperti salju dengan tak henti hentinya bergerak diantara tali
khiem, kepalanya di dongakkan ke atas memandang rembulan
sehingga keadaannya amat mempesonakan.
Tidak lama kemudian sembari bermain khiem dia mulai
menyanyi dengan suaranya yang amat merdu.
Angin malam bertiup menyapu bintang. Duduk termenung
di atas loteng menanti kekasih.
Sepasang burung hong terbang berpasangan. Membuat
hati terasa amat sedih. . .
Liem Tou dapat melihat seluruh keadaan itu dengan amat
jelas sekali, dia tidak ragu ragu lagi kalau orang itu adalah
seorang gadis benar, dia tahu cepat atau lambat tentu dirinya
akan menganggu dia orang juga kerena itu jauh iebih baik
munculkan dirinya pada saat ini juga.
berpikir sampai disitu dia orang lantas munculkan dirinya ke
tempat yang lebih terang, lalu dengan hormatnya dia menjura
kearah sang gadis yang ada diatas loteng itu
Siauwseng Liem Tou tidak sengaja datang kemari sehingga
bisa melihat kecantikan wajah nona, sungguh merupakan satu
keberuntungan selama hidupku, ujarnya dengan perlahan.
Liem Tou sebetulnya adalah seorang lelaki sejati yang
berhati polos suka berterus tersng, saat ini dia harus
memperlihatkan sikap yang ramah taman dan menarik
perhatian perempuan tidak urung kelihatan kaku juga, sekali
pun wajahnya amat tampan tetapi senyuman yang menghias
bibirnya pada saat ini jauh lebih mirip dengan keadaan
seorang desa yang merasa malu.
Begitu suara dan Liem Tou berkumandang ke luar agaknya
perempuan yaag ada di atas loteng merasa sangat terkejut
sekali, suara khiemnya mendadak bernenii lalu dia tunjukkan
kepalanya memandang ke arah Liem Tou dengan
menggunakan sepasang matanya yang amat jeli itu.
Dengan gugup sekali Liem Tou menjura.
"Malam ini Siauw seng bisa menemui wajah nona. dalam
hati aku merasa kagum sekali entah siapakah nama nona itu ?
Dapatkah di beri tahukan ?
Semula gadis itu memang rada terkejut tetapi saat ini
sewaktu melihat keadaan Liem Tou yang sangat lucu sekali
tidak tertahan lagi dia tertawa geli sehingga kelihatan sebaris
gigi yang putih bersih, dengan perlahan dia putar badannya
dan lenyap di balik loteng.
"Asal aku tahu kau berada dimana apa kau kira kau bisa
meloloskan diri ?" Pikir Liem Tou di dalam hatinya. Kau orang
adalah siluman rase atau setan aku pasti akan menyelidikinya
sampai jelas.
Berpikir sampai di sini dengan menyalurkan hawa murninya
melindungi seluruh tubuh dan menyilangkan telapak
tangannya di depan dada tubuhnya deagan gaya bangau sakti
menembus awan dengan cepat meluncur naik ke atas loteng
itu.
Siapa tahu baru saja tubuhnya hampir mencapai
permukaan loteng terdengarlah perempuan itu sudah memaki
sambil tertawa.
"Dari mana datang seorang lelaki bau, ayob cepat
menggelinding dari kamar nonamu"
Bersamaan dengan kata katanya itu Liem Tou segera
merasakan adanya segulung angin pukulan yang amat keras
sekali menghajar badannya.
Walaupun di dalam hati diam diam dia merasa amat
terperanjat tetapi pikirannya juga di dalam hati.
Dengan mengandalkan kau seorang perempuan apa bisa
menahan serangan dari diriku?"
Ternyata dia orang sama sekali tidak menghindarkan diri
dari datangnya serangan yang menghajar dadanya itu, telapak
tangan yang di pentangkan di depan dada dengan keras lawan
keras menerima datangnya serangan tersebut.
Dua gulung angin pukulan yang amat dahsyat segera
bertemu di tengah angkasa, akhirnya Liem Tou yang sepasang
kakinya belum menempel tanah terkena getaran dari pihak
lawan sehingga berjumpalitan melayang turun kembali, keatas
tanah..
Diikuti belum sampai badannya mencapai tanah sekali lagi
dia bersalto di tengah udara kemudian baru melayang dengan
tenangnya ke atas tanah.
Sungguh berbahaya, seru Liem Toa diam diam.
Dengan termangu mangu dia berdiri tertegun di sana
beberapa saat lamanya, dia cuma merasakan perbagai macam
persoalan bersama sama memenuhi benaknya, pikirnya
kembali.
Sungguh lihay orang itu, aku dengar siluman rase cuma
bisa melatih ilmu ilmu yang tidak bisa mati tetapi apakah
merekapun bisa berhasil melatih ilmu Iweekang untuk
melindungi badan dan menyerang orang.
Liem Tou yang menerima serangan tadi dengan keras
lawan keras segera merasakan kalau pihak lawan sama sekali
tidak menggunakan ilmu hitam lainnya tetapi tertahan oleh
ilmu pukulan dengan tenaga khiekang yang amat dahsyat,
karenanya dia merasa kebingungan.
Lama sekali dia berdiri termangu di atas tanah keadaannya
seperti juga seseorang yang dimasuki oleh setan.
Pada saat Liem Tou berdiri tertegun dai tidak paham atas
beberapa persoalan yang membingungkan hatinya itulah
mendadak pandangannya menjadi terang benderang, diatas
loteng itu mendadak tampak lampu yang menerangi seluruh
ruangan.
Liem Tou segera mendongakkan kepalannyi memandang
tampaklah sekalipun pintu serta jendela dari loteng itu masih
tertutup tetap dsri celah celah yang agak besar serta dari bilik
korden dia melihat munculnya bcberaps dosok bayangan
perempuan dengan rambutnys yang terurai panjang.
Dalam hati Liem Tou jadi terperanjat, pikirnya.
Bagaimana hanya di dalam sekejap saja sudah muncul
empat orang perempuan?? tempat ini sungguh berbau hawa
setan.
Baru saja dia berpikir sampai disitu mendadak terdengarlah
suara kbiem itu berkumandang kembali disusul dengan suara
alunan seruling yang amat merdu mengiringinya.
Liem Ton yang mendengar suara seruling itu segera
merasa kalau seruling itu bukan lain berasal dari seruling
pualam milik si gadis cantik pengangon kambing, tidak terasa
lagi semangatnya berkobar kembali, gumamnya seorang diri.
Liem Tou . . Liem Tou. . malam ini untuk pertama kalinya
kau bertemu dengan musuh tangguh, tidak perduli dia orang
siluman rase atau malaikat iblis yang bigaimana lihaynya pun
malam ini kau harus pergi mencoba ilmunya.
Setelah mengambil keputusan ini dia segera bersiap untuk
meloncat kembali ke atas loteng.
Pada saat itulah pintu serta jendela dari loteng itu
mendadak terpentang lebar. Lism Tou merasa matanya agak
silau kemudian jelaslah si gadis cantik pengangon kambing
serta Li -Siauw Ie berada di antara keempat orang perempuan
itu.
Pada tangan dari gadis cantik pengangon kambing
mencekal seruling pualamnya, tatapi
dia tidak meniupnya melainkan cuma dipegang ditangannya
saja.
Urusan ini benar benar berada diluar dugaan Liem Tou
semula membuat dia menjadi sangat terperanjat sekali
dengan cepat dia mengirimkan ilmu untuk menyampaikan
suaranya bertanya depada si gadis cantik pengangon kan bing
serta Lie Siauw Ie.
Ie cici, Wan moay moay bagaimana kau bisa ada disini?
siapakah kedua orang perempuan itu.
Sembari berkata sepasang matanya dengan amat tajam
sekali memperhatikan diri si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siauw Ie melihat mereka berdua itu sama sekali tidak
memberikan jawabannya bahkan si gadis cantik pengangon
kambing yang memegang seruling itu duduk seperti patung,
dalam hati dia jadi amat kaget.
Liem Tou yang melihat kejadian itu semakin lama merasa
keadaan semakin tidak beres, dengan cepat dia membentak
keras.
Ie cici, Wan moay moay.
Bagaikan bertiupnya angin taufan yang berlalu dengan
amat cepat tubuhnya meloncat naik ke atas loteng kemudian
menubruk Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon
kambing.
Gadis berambut panjang yang ada di sebelah kanan
mendadak bangun bsrdiri.
Mereka berdua cuma tertotok tidur pulas saja, bust apa kau
orang begitu cemasnya ? Ujarnya sambil mengibaskan kedua
tangannya.
Liem Tou segera merasakan tekanan sagulung angin yang
amat dahsyat seperti semula menahan gerakannya untuk
mendekati diri Lie Siauw Ie serta si gadis cantik pengangon
kambing itu.
Dia yang mendengarkan kedua orang itu cuma tertotok
tidur, di dalam hati segera rada lega juga.
Terhadap datangnya serangan dari si gadis yang amat
dahsyat itu dia tak berpikir panjang lagi, mendadak telapak
tangannya di dorong ke depan sehingga terasalah segulung
angin pukulan laksana menggulungnya ombak di tengah
samudra dengan dahsyatnya menekan gadis itu.
Kau manusia atau setan??" bentaknya keras
Agaknya gadis itu tahu kalau serangan dari Liem Tou itu
amat dahsyat sekali sehingga tidak berani menyambut dengan
keras lawan keras, tubuhnya segera menyingkir ke samping
menghindarkan diri dari serangan tersebut bersamaan pula dia
menarik seorang perempuan berbaju hijau yang lantas berdiri
di samping.
Piaak. , ."pukulan dari Liem Tou seketika itu juga
menghajar di atas jendela berukir diatas loteng itu sehingga
hancur berantakan.
Melihat hal itu si gadis segera tertawa dingin.
Kalau mau berkelahi benar benar siapa yang takut dengan
dirimu?? buat apa kau orang memperlihatkan kelihayan
dihadapanku??"
Liem Tou segera putar badannya siap melancarkan
serangannya kembali, tetapi secara tiba tiba dia menyadari
kalau perempuan berbaju hijau itu bukan lain adalah Toa Kong
cu dari Kiem Ihien pay, Ciang Beng Hu yang tempo hari sudah
terluka di bawah serangannya.
Sewaktu dia memandang pula ke arah gadis yang
rambutnya terurai ke bawah itu mendadak dia merasa kalau
dia orang pernah bertemu dengan dirinya di suatu tempat.
Saat ini perempuan dengan rambut terurai ke bawah itu
sudah membereskan rambutnya ke belakang dan melepaskan
pakaian luarnya sehingga tampaklah pakaian singsat berwarna
hitamnya dengan sebuah medali tergantung didepan dadanya.
Seketika Itu juga Liem Tou menjadi sadar kembali,
mendadak dia tertawa terbahak bahak.
Sungguh tajam sekali perasaanmu . .haa..haa haa, kiranya
adalah kau seorang.
Perempuan itu memangnya si perempnsn tunggal Touw
Hong adanya, mendengar perkataan itu tak terasa lagi
wajahnya berubah memerah tetapi di dalam sekejap saja
sudah lenyap kembali seperti biasa.
Kalau memang aku adanya kau orang mau berbuat apa?
tanyanya dingin.
Aku kira dengan menyaru sebagai siluman rase bisa
menakuti diriku?? tanya Liem Tou sambil tertawa dingin.
Tetapi sebentar kemudian di dalam benaknya, sudah
berkelebat kembali satu ingatan.
Aku orung kenapa tidak menggunakan medali yang sama
untuk membuat dia orang menjadi gusar ? ?
Segera ujarnya lagi.
Kau kira setelah menggantungkan medali perak itu lantas
boleh unjuk gigi di depan orang lain ? ? Heee . heee . sungguh
menggelikan sekali, kau kira barang itu menarik hati?"
Sembari berkata dari dalam sakunya ia mengambil medali
perak yang ditemunya didaiam rumah yang besar di atas
gunung Wu san itu lantas digantungkan di depan dadanya.
Di atas medali perak itu terukir juga sebuah gambar burung
houg berkaki tunggal persis dengan yang digantungkan di
depan dada perempuan tunggal Touw Hong itu, cuma yang
tidak sama yang satu pincang kaki kanannya sedang yang lain
pincang kaki kirinya.
Si perempuan tunggal Touw Hong sewaktu melihat medali
perak yang tergantung di depan dada Liem Tou itu mukanya
segera berubah sangat hebat, diikuti air mata mengucur
keluar dengan derasnya.
Mendadak dari empat penjuru loteng tersebut terdengar
suitan yang saling sahut menyahut memenuhi angkasa, belum
sempat Liem Tou berpikir lebih panjang lagi.
Sret . . Sreet, . di dalam sekejap saja terlibatlah berpuluh
puluh sosok bayangan manusia dengan cepatnya melayang ke
atas loteng dan mengepung tempat itu rapat rapat.
Setelah orang itu berdiri tegak, Liem Tou segera dapat
mengenali kalau orang orang itu bukan lain adalah Auw Hay
Ong Bo si jari beracun jarum emas, si rase salju, si pembesar
buta, si hweesio mayat hidup, si pengemis liar serta seorang
manusia tinggi besar yang berjubah lebar bersulamkan naga
emas di bawah lindungan empat orang lelaki berbaju hitam
yang menyoren pedang pada pinggangnya.
Si orang tua berjubah sulaman naga emas itu berumur
kurang lebih lima puluh tahunan dengan alis yang tebal, mata
bulat besar, cambang memenuhi seluruh wajah, keningnya
menonjol ke depan jelas dia memilik tenaga dalam yang amat
lihat sekali, sepasang matanya amat tajam dan memancarkan
sinar yang berkilauan sehingga membuat orang yang melihat
merasa bergidik.
Pada ujung bibirnya tersungginglah satu senyuman dingin
dan memandang ke arah Liem Tou dengan gusar.
Keempat orang lelaki berjubah hitam yang ada
dibelakangnya mempunyai wajah yang tampan, yang usianya
belum sampai dua puluh tahun.
Tetapi keempat orang itupun memandang ke arah Liem
Tou dengan pandangan yang amat gusar, nafsu membunuh
menyelimuti wajahnya empat pasang mata dengan
mengandung ras benci yang meluap luap memandang ke
arahnya tanpa berkedip.
Liem Tou yang melihat situasi dihadapannya pada saat ini
segera mengetahui kalau mereka sengaja datang mencari
gara gara dengan dirinya di dalam hati diam dia dia merasa
sedikit tergetar juga, dia tahu dirinya sudah masuk ke dalam
jebakan musuh karenanya seluruh perhatiannya segera
dipusatkan untuk menghadapi musuh.
"Saudara sekalian harap tahan dulu, aku ada perkataan
yang mau ditanyakan kepada dia orang" seru si perempuan
tunggal Touw Hong secara tiba tiba sambil melelehkan air
mata.
Sehabis berkata dia melirik sekejap kearah si kakek
berjubah sulam naga emas serta Auw Hay Ong Bo dua orang,
sekalipun mereka nerdia agak ragu ragu dan keberatan tetapi
bersama sama mengangguk juga.
Setelah melihat mereka setuju perempuan tunggal Touw
Hong dengan cepat segera menuding ke atas medali perak
yang tergantung di dada Liem Tou dan tanyanya.
Liem Tou, kau dapatkan benda itu dari mana?
Liem Tou tahu kalau medali perak itu ada sangkut paut dan
hubungan yang sangat erat dengan sinar matanya dengan
perlahan menyapu sekejap ke arahnya lantas balik tanya
dengai suara yang amat dingin.
Lalu kau sendiri dapatkan barang itu dari mana?"
Si perempuan tunggal Touw Hong sama sekali tidak
menyangka kalau Liem Toa bisa balik bertanya kepadanya dia
agak melengak.
Kau tanya aku, sudah tentu barang ini adalah milikku.
Medali perak ini ada di badanku, sudah tentu milikku juga.
Sembari berkata dengan cepatnya dia bergeser ke samping
badan si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie.
Segera terdengarlah dari antara orang yang mengepung
dirinya ada yang berkata dengan suara yang perlahan.
He . . he . . lihatlah si malaikat tanah mau menyebrang
sungai, untuk melindungi dirinya saja tidak sanggup dia masih
mau menolong orang lain.
Liem Tou tidak ambil gubris dia melirik sekejap ke arah si
perempuan tunggal Touw Hong dia menduga dia orang tentu
marah.
Siapa tahu si perempuan tunggal Touw Hong cuma tertawa
saja kepada dirinya sehingga kelihatan sangat menggiurkan
sekali. Liem Tou baru untuk pertama kalinya melihat si
perempuan tunggal Touw Hong ini memperlihatkann
seanyumnya dengan memakai pakaian singsat berwarna
hitam, dia merasa mungkin sekali di balik senyumannya ini
tersembunyi suatu siasat licik, karenanya dia orang segera
mengerahkan tenaga dalamnya siap siap menghadapi segala
kemungkinan
Kalau begitu kau adalah putra dari enciku ujar si
perempuan tunggal Touw Hong sambil tartawa manis Kalau
bsgitu aku adalah bibimu lalu kenapa kau orang she Lie
bukannya she Sun??
Begitu perkataan dari si perempuan tunggal itu diucapkan
keluar, Auw Hay Ong sekalian yang mengerubuti tempat itu
dengan mata yang terbelalak lebar segera memandang diri si
perempuan tunggal itu dengan rasa amat terperanjat, tetapi di
antara mereka siapapun tidak ada yang mengucapkan sepatah
katapun, pandangannya dengan perlahan dia memperhatikan
wajah
Liem Tou menantikan jawabannya.
Si perempuan tunggal pun bisa melihat bagaimana rasa
takut orang orang itu atas jawaban yang diberikan oleh Liem
Tou, wajahnya dengan perlahan dialihkan ke arah si kakek
berjubah sulaman naga emas itu.
Bilamana Liem Tou benar benar adalah saudaraku maka
dendam atas terbunuhnya putrimu terpaksa kau orang harus
membalasnya sendiri, ujarnya sambil tertawa.
Dengan perlahan si kakek tua berjubah sulaman naga emas
itu menyapu sekeliling tempat itu mendadak dia tertawa serak.
Dendam ada penyebabnya, hutang ada pemilik nya. Hu ji
kami bukannya teriuka ditanganmu bagaimana dendam ini
bisa ditempuh pada diri nona Hong? apalagi kami orang orang
dari Kiem Thien pay pun berani datang dengan terus terang
tentunya berani menghadapinya sendiri, lebih baik nona Hong
jangan omong geguyon.
Sembari berkata dia memperlihatkan satu senyuman yang
amat seram sekali.
Liem Tou yang mendengar dia berbicara begitu, saat itulah
baru tahu kalau si kakek tua berjubah sulaman naga emas itu
bukan lain adalah ciangbunjeu dari Kicm Thien pay. Auw Hay
Ong Ciang Cau adanya, dia sama sekali tidak menyangka
kalau orang yang mempunyai wajah alim itu ternyata
mempunyai hati yang licik sukar untuk diduga, cukup dari
senyuman serta pembicaraannya saja Liem Tou bisa menduga
delapan sembilan bagian.
Si perempuan tunggal Touw Hong sewaktu mendengar
perkataan dari Auw Hay Ong itu Air mukanya segera berubah
jadi adem.
Ciss..,perkataanku sama sekali bukan omongan guyon
belaka, ujarnya dengan serius. Terus terang saja aku
beritahukan kepadamu.aku bisa turun gunung semuanya
dikarenakan atas undanganmu untuk datang ke daerah
Tionggoan dengan menggantungkan medali perak ini.
Tetapi yang didapatkan bukannya mencari ciciku melainkan
cari gara gara terus sekarang medali perak dari ciciku sudah
muncul sudah tentu berarti juga aku telah menemukan
separuh dari ciciku sejak kini aku pun tidak usah menemui
banyak urusan lagi.
Liem Tou sama sekeli tidak menyangka kalau medali perak
itu bisa menghapuskan ikatan musuh dengan perempuan
tunggal ini, tetapi dia mana mungkin adalah putra dari cicinya?
yang dimaksudkan sebagai cicinya itu kemungkinan sekali
adalah perempuan berbaju putih yang ditemuinya di dalam
rumah besar diatas gunung wusan itu, dia orang sudah
menyanggupi untuk menceritakan satu satunya putra
kesayangannya Sun Ci Sie bahkan mendapat beban juga
untuk memberitahu kepadanya kalau musuh besarnya adalah
Kioe Lang Wau Kauw sungguh tidak disangka sama sekali
ternyata ini hari dia orang sudah dianggap sebagai Sun Ci Sie
bukankah satu kesusahan dditambahi dengan satu kesalahan
lagi?"
Sebetulnya dia orang mau memberitahu keadaan yang
sesungguhnya kepada perempuan itu tetapi di dalam sekejap
saja dia melihat air muka Auw Hay Ong serta Auw Hay Ong Bo
berubah amat hebat.
"Sekarang perkataanku sudah aku ucapkan dengan jelas
terdengar si perempuan tunggal Touw Hong melanjutkan
kembali kata katanya dengan amat dingin. Siapa saja diantara
kalian kalau ada yang berani mengganggu seujung rambutnya
aku segera turun tangan membinasakan dirinya.
Liem Tou yang mendengar perkataan itu diam diam merasa
geli, dengan mengambil kesempatan ini dia bergeser kembali
dua langkah ke belakang.
Waktu itulah dia bisa melihat keadaan si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie, wajah mereka tenang
tenang saja dan berwarna merah padam, sedikitpun tidak
kelihatan luka.
Tujuan kedatangannya kali ini sebetulnya memang ingin
menolong kedua orang itu tetapi jikalau mereka tertidur terus
dengan nyenyaknya dia harus menolong mereka dengan
apa?? baru saja dia orang hendak menyadarkan kedua orang
itu mendadak terdengar si peremnuan tunggal Touw Hong
sudah berkata kembali.
Liem Tou. dimanakah ibumu? ?
Aku tidak punya ibu, sahut Liem Tou sembari menoleh ke
arahnya.
Tangan kanannya dengan cepat ditepukkan ke atas
punggung diri si gadis cantik pengangon kambing.
Mendadak dari samping badannya bergulung mendatang
serentetan hawa pukulan yang amat dahsyat sekali menghajar
badannya, dengan tergesa gesa Liem Tou kirim satu pukulan
menangkisnya.
Tahan, terdengar si Auw Hay Ong berteriak keras.
Kemudian kepada si perempuan tunggul ujarnya.
Perkataan dari nona Hong sedikitpun tidak salah, tetapi
jikalau dia orang adalah putra dari encimu kenapa sama sekali
tidak kelihatan terharu? apa mungkin ini hanya siasatnya saja?
nona Hoag kau orang jangan sampai termakan siasatnya.
Mendengar perkataan tersebut si perempuan tunggal Touw
Hong sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun
dengan perlahan dia berjalan kurang lebih beberapa depa di
depan Liem Tou.
Liem Tou, ujarnya kembali. Sebetulnya apa betul medali
perak itu kau dapatkan dari ibumu?
Dalam hati Liem Tou tahu kalau malam ini urusan tidak bisa
diselesaikan dengan mudah, jikalau tebalkan muka dia
mengaku sebagai anak oraag lain bukankah urusan ini sangat
memalukan sekali? tetapi diapun tabu jikalau dia orang
berbicara terus terang kemungkinan sekali si perempuan
tunggal itu segera akan mmenganggap musuh dengan dirinya.
Kepandaian silat dari parenpum ini sangat tinggi sekali,
Walaupun dia orang sama sekali tidak takut dengan dirinya
tetapi untuk turun tangan menolong si gadis cantik pengangon
kambing dan Lie Siauw Ie tentu bakal menemui kesukaran.
Tidak terasa lagi Liem Toa termenung dan berpikir keras.
"Kau orang minta aku beritahu soal apa??" Akhirnya dia
berkata juga sambil angkat kepalanya.
Sepasang mata dari Si perempuan tunggal itu dengan
tajamnya memperhatikan dirinya terus, sedang semua jago
yang ada disekeliling tempat itupun pada melototi dirinya
dengan tajam, hai ini membuat Liem Tou agak bergidik juga.
"Aku mau kau orang ngonaong terus terang" sahut si
perempuan tunggal Touw Hong dengan cepat.
"Baiklah" sahut Liem Tou kemudian tidak ragu ragu lagi.
Aku memperoleh medali perak ini dari dada sebuah kerangka
manusia.
Mendengar perkataan tersebut si perempuan tunggal Touw
Hong merasakan kepalanya seperti dipukul dengan martil
besar, seperti juga disambar petir di siang hari bolong, segera
dia berteriak kalap.
"Liem Tou, kau ulangi sekali lagi" Medali perak itu aku
dapatk in di atas dada sebuah kerangka manusia di atas
pegunungan yang amat sunyi.
Seketika itu juga si perempuan tunggal Touw Hong
menangis tersedu sedu air matanya mengucur keluar dengan
derasnya sehingga laksana air sungai Tiang Kang yang
meluap.
"Ah .. dialah ciciku . . dialah ciciku ooh . . cici, kiranya kau
orang sudah meninggal, aku sampai sekarang masih mencari
dirimu" teriaknya dengan sedih.
Sembari menangis dia berteriak teriak dengan amat
kerasnya, seketika itu juga membuat semua orang dari Kiem
Tian Pay yang berada disekeliling tempat itu menjadi tertegun.
Dengan mengambil kesempatan itu Liem Tou segera maju
lagi satu langkah menepuk sadar diri si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie.
Baru saja kedua orang itu menjerit kaget dan sadar kembali
dari pulasnya pada saat yang bersamaan pula terdengar si
perempuan tunggal Touw Hong sudah berteriak gusar.
"Liem Tou kau sudah mencelakai ciciku!"
Baru saja Liem Tou mau membantah mendadak dia
merasakan adanya segulung angin pukulan yang amat
dahsyat sekali menggulimg datang.
Liem Tou sama sekah tidak menduga kalau si perempuan
tunggal Touw Hong bsa melancarka serangan dengan begitu
cepatnya. Jikalau dia menghindarkan diri tentu si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang berada di
belakangnya akan terkena serangan tersebut, terpaksa dia
kirim satu pukulan juga menerima datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
Dua gulung angin pukulan segera bertemu di tengah udara.
Braaak seketika itu juga angin topan melanda seluruh loteng
membuat atap serta jendela pada beterbangan. Para jago
yang hadir di sanapun tidak terasa pada berubah air mukanya.
Walaupun Liem Tou tahu kedudukan dari pihak musuh
amat tangguh sekali, teapi melihat keberangasan dari si
perempuan tunggal Touw Hong tidak terasa menjadi gusar
juga, sepasang matanya melotot lebar lebar memancarkan
sinar yang amat tajam, diapun membentak dengan keras.
Nona Touw Hong sungguh ganas dan berangasannya,
mungkin orang orang Kiem Thien Pay takut akan dirimu, tetapi
aku Liem Tou sama sekali tidak akan takut kepadamu.
Sambil berkata dia menyapu sekejap ke arah sekeliling
tempat itu, ketika dilihatnya sepasang mata dari Auw Hay Ong
serta Auw Hay Ong Bo sedang memandangi dirinya dengan
amat gusar dia segera tertawa dingin.
"Hmmm... He...he..." Liem Tou, tiba tiba terdengar
seseorang berseru sambil tertawa serem. Kau orang tidakusah
memperlihatkan sifatmu yang begitu keren, jangan dikata kau
adalah panglima yang pernah dikalahkan ditangan kamu
sekalipun bukan, dihadapan kami orang kau janganlah harap
bisa bermain gila.
Sambil berkata dia berjalan keluar dari barisan dan
sambungnya lagi.
Biarlah aku menjajal kepadaian silat dari kawan yang sudah
setahun tidak bertemu muka, apakah ketajaman lidahnya
sesuai dengan kepandaian yang dimilikinya.
Liem Tou dengan cepat putar kepalanya memandang ke
arah senjata orang itu, ternyata bukan lain adalah si jari
beracun jarum Song Ceng lam, melihat wajah yang menyengir
kejam serta senyuman dingin yang
menghiasi bibirnya diam diam di dalam hatinya merasa
terperanjat.
Bajingan cilik, makinya di dalam bati. Malam ini jikalau kau
orang kembali lolos dari tanganku makan orang tidak akan she
Liem lagi.
Si gadis cantik pengangon kambing yang melihat wajah
orang itu amat seram, karena takut Liem Tou kena kecundang
di tangannya dia orang segera memberi peringatan.
Liem koko, serunya dengan keras. Biarlah Siauw moay yang
menyambut orang itu, aku mau lihat dia orang mempunya
kepadaian berapa tingginya.
Musuh tangguh ada di depan mata, nanti kaupun akan
mendapat bagian, ujar Liem Tou segera dengan wajah serius.
Lebih baik kau berjaga jaga terhadap dirimu, janganlah
sampai dipecundangi orang lain dengan pinjam kesempatan
ini, urusan yang ada disini lebih baik kau jangan ikut campur.
Tou titi, kau lebih baik jangan menempuh bahaya,
terdengar Lie Siauw Ie memberi peringatan pula.
Ie cici, Wan moay moay terima kasih atas rasa kuatir
kalian, teriak Liem Tou dengan keras. Aku seorang lelaki sejati
kenapa harus takut menempuh bahaya?? Hey orang She Song
kalu kau benar benar punya kepadaian ayohh keluarkan, aku
Liem Tou akan mengalah tiga jurus kepadamu.
Si jari beracun jarum emas, Song Beng lan segera
mendengus dengan amat dinginnya, mendadak tubuhnya
maju dua langkah ke depan, telapak kiri serta kepalan tangan
kanannya dengan amat dahsyat dipentangkan melancarkan
satu pukulan dahsyat menghajar dada dari Liem Tou, sedang
yang lain mengancam jalan darah diatas keningnya.
Liem Tou dengan cepat menggeserkan badannya ke
samping tanpa mengubah kedudukan kakinya yang semula,
dengan amat mudahnya dia berhasil menghindarkan diri dari
serangan tersebut.
Si jari beracun jarum emas dengan cepatnya mengubah
serangannya, telapak tangan kanannya mendadak berubah
jadi totokan bagaikan kilat cepatnya menghajar pusar dari
Liem Tou sedangkan tangannya yang sebelah lagi mengambil
kesempatan itu meraup segenggam senjata rahasia.
Liem Tou yang melihat hal itu cuma mendengus dingin
saja, dengan cepat dia menarik dadanya kebelakang
menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Si jari beracun emas yang melihat jari tangannya yang
hampir mengenai dada Liem Tou mendadak hanya mencapai
sasaran yang kosong, dia menjadi amat gusar sekali.
Liem Tou, teriaknya dengan gusar, saat kematianmu sudah
tiba, hari ini pada setahun kemudian adalah ulang tahunmu
yang pertama dari kematianmu.
Sewaktu dia orang melancarkan jurus yang kedua itu, Liem
Tou sudah mengadakan persiapan. Diapun segera tertawa
dingin.
Aku k'ra belum tentu" sahutnya.
Tenaga sakti yang ada di badannya segera disalurkan
mengelilingi seluruh tubuh lantas teriaknya dengan keras.
Ie cici, Wan Moay Moay. baik baiklah kalian berjaga diri.
Tidak berpikir panjang lagi, bukannya tidak menghindar
bahkan dia memapaki datangnya serangan dahsyat yang
dilancarkan oleh Song Beng Lan itu.
Tubuhnya segera melayang ke atas udara ternyata jarum
jarum racun yang dilancarkan oleh Song Beng Lan sama sekali
tidak berguna terhadap dirinya membuat Auw Hay Ong Bo
yang melihat jelas keadaan itu segera berteriak kaget.
Belum sempat dia memberikan pertolongannya, Liem Tou
yang ada diatas udara sudah berhasil mencengkram belakang
leher dari Song Beng Lan lantas putar setengah lingkaran di
tengah udara dan melayang turun kembali ke atas permukaan
tanah.
Dia orang lantas kirim satu senyuman mengejek ke arash si
perempuan tunggal Touw Hong, Auw Hay Ong serta Auw Hay
Ong Bo.
Beberapa orang itu ketika melihat Liem Tou hanya di dalam
sekali gebrak saja sudah berhasil menguasai diri Song Beng
Lan, dalam hati merasa terperanjat sekali mereka sama sekali
bukannya kaget karena keselamatan dari Song Beng Lan
terancam melainkan karena melihat ilmu sakti dari Liem Tou
yang sama sekali tidak takut terhadap serangan jarum emas
itu.
Liem Tou yang melihat orang orang itu memandang
kearahnya dengan termangu mangu segera mengetahui kalau
ada orang turun tangan membinasakan Song Beng Lan maka
para jago lainnya segera akan turun tangan mengerubuti
dirinya, tetapi sejak tadi dia orang sudah mengambil
keputusan untuk membinasan si jari beracun emas ini. Sudah
tentu dia tidak mau melepaskan dirinya dengan begitu saja.
Berpikir akan hal itu napsu untuk membunuh segera
menyelimuti wajahnya, pikirnya kembali.
Jikalau ini hari aku tidak mengobrak abrik mereka sehingga
kacau balau, tentu mereka masih mengira aku Liem Tou
adalah seorang manusia yang mudah dipermainkan.
Dia segera menggigit kencang bibirnya lantas berteriak
dengan amat keras.
"Hey orang orang Kiem Thien Pay kalian dengarlah semua,
sakit hati ada panyebabnya hutang ada pemiliknya, kalian
lebih baik turun tangan bersama sama saja."
Dsngaa cepat dia mencekal ujung kaki dari Song Beng Lan
dan digunakan sebagai senjata yang secara tiba tiba dibabat
dari arah Auw Hay Ong dari Kiem Thien Pay itu.
Dengan perbuatannya Ini seketika itu juga memancing rasa
gusar dari seluruh oraag Khiem Thien pay terdengarlah suara
bentakan gusar dari seluruh orang Khiem Thien Pay
terdengarlah suara bentakan gusar memenuhi seluruh
angkasa disusul berkelebatnya sinar tajam yang menyilaukan
mata. Berbagai senjata tajam segera pada menyerang dari
empat penjuru.
Dengan amat lincahnya Liem Tou mengobat ngabitkan
tubuh si jari beracun jarum emas untuk menerjang ke kanan
menghajar ke kiri, lagaknya mirip sekali dengan singa ganas
yang terlepas dari kandangnya.
Siapa saja yang berani mendekati badannya seketika itu
juga akan terhajar oleh serangannya membuat orang orang
dari Kiem Thien pay menjadi kebingungan dan pada mundur
berantaran.
Melibat kejadian itu Liem Tou segera tertawa, terbahak
bahak.
Haa. .. .haa. .. .haa Hay orang Kiem Thien Pay kaiian
semua adalah gentong gentong nasi yang sama sekali tidak
berguna, kau goblok, dungu has. . .buat apa kalian datang ke
daerah Tionggoan?? kalian jangan sampai membuat orang
kang ouw kegelisahan sehingga tertawa kelepasan gigi
depannya.
Baru saja dia berbicara sampai disitu mendadak
terdengarlah suara bentakan yang amat keras sehingga
menggetarkan seluruh ruangan dari loteng lersebut.
Liem Tou jadi terperanjat, dengan cepat dia melirik sekejap
ke arah orang itu yang ternyata bukan lain adalah Auw Hay
Ong, diam diam pikirnya.
Nama besar dari Auw Hay Ong ternyata bukanlah berita
kosong belaka, cuma sayang kehebatannya masih tidak
seberapa, tenaga dalam yang kau miliki saat ini masih tetap
kalah satu tingkat dengan tenaga dalamnya Thian pian Siauw
cu, kenapa aku harus takuti dirimu?"
Baru saja Liem Tou berpikir akan hal itu, terlihatlah
berkelebatnya sinar emas yang menyilaukan mata tubuh Auw
Hay Ong bagaikan bertiupnya angin berlalu dengan amat
cepatnya sudah menerjang ke depan.
Para jago dari Kiem Thien Pay lainnya sewaktu melibat
pimpinannya sudah turun tangan tentu cepat cepat pada
mengundurkan dirinya ke belakang dan menonton di samping
kalangan
Terhadap para jago yang ada disana Liem Tou sama sekali
tidak mengambil perhatian di dalam hatinya diam diam cuma
memperhitungkan serangan bokongan dari si perempuan
tunggal Touw Hong itu.
Pada saat dilihatnya si perempuan tunggal Touw Hong
cuma berpeluk tangan saja berdiri di samping tanpa
bermaksud turun tangan hatinya baru merasa rada lega.
Dengan perlahan kepalanya ditoleh kembali ke arah Auw
Hay Ong yang saat ini saking khekhienya sudah berkaok kaok
seperti halnya tiga ekor babi yang disembelih.
Oooh . . kau orang ternyata Ciang Tiau itu manusia yaug
sudah dikalahkan oleh Thian Piu Siauw cu, haa . . ha . , bagus
bagus sekali. Seru Liem Tou dengan nada tenang ejek. Coba
kau beritahu kepadaku dengan cara bagaimana kau orang bisa
terluka? ini hari aku juga mau melukai dirimu seperti apa yang
dilakukan oleh dia kemarin hari.
Kekalahan yang diterimanya sewaktu bertempur dengan
Thian Pian Siauw cu merupakan suatu peristiwa yang paling
memalukan buat dirinya.
Kini lukanya dikorak korek kembali oleh Liem Tou
bagaimana tidak membuat orang merasa kegusaran?
Jambangnya yang memenuhi wajahnya pada berdiri seperti
kawat, sepasang matanya dipentangkan lebar lebar seperti
dua buah bola dengam diiringi suara teriakannya yang amat
keras sepasang telapak tangannya bersama didorong ke
depan menghajar badan musuhnya.
Segera terasalah segulung angin pukulan laksana
melandanya angin taufan dibarengi dengan deburan ombak
yang dahsyat menggulung mendatang, Liem Tou segera
tertawa geli.
Hawa murninya dikerahkan melalui sepasang kaki dari Song
Beng lan dan menyambut datangnya serangan tersebut.
Sebetulnya Auw Hay Ong tidak bermaksud untuk melukai
diri dari si jari beracun jarum emas melainkan cuman mau
bertempur dengan dirinya, kini melihat Liem You sengaja
menggunakan tubuh Song Beng lan untuk menyambut
datangnya serangan itu dia menjadi amat terperanjat.
Tetapi dengan cepat dia menambahi lagi tenaganya dengan
dua bagian. Pikirnya.
Tenaga dalamku yang sudah berhasil dilatih sehingga bisa
melukai orang dengan melewati halangan, pukulan ini
sekalipun menghajar tubuh Song Beng lan tetapi yang luka
adalah Liem Tou.
Di dala sekejap mata itulah pukulan dari Auw Hay ong ini
dengan cepatnya sudah berhasil menghajar ubun dari Song
Beng lan, tetapi sebejar saja dia sudah merasakan adanya
segulung angin pukulan yang jauh lebih dahsyat mengalir dari
ubun Song Beng lan itu memukul balik serangannya itu, dia
menjadi amat terkejut sekali.
Di tengah suara teriakan yang memekikkan telinga, tenaga
dalamnya dikerahkan sampai sepuluh bagian dan disalurkan
keluar melalu pukulannya tersebut.
"Rraaak . . . !" ditambah suara benturan yang amat nyaring
terasalah suara ledakan yang keras disusul dengan
melandanya hawa murni yang menyesakkan dada memenuhi
seluruh ruangan dan tiba tiba terlihatlah diantara desiran
angin pukulan itu bercampur dengan muncratnya darah
mengotori seluruh loteng bahkan setiap orang yang hadir di
sana tidak ada yang bisa terhindar dari cipratan darah
tersebut.
Bau amis darah bercampur aduk dengan darah membuat
membuat orang merasa semakin mual.
Kiranya bentrokan yang terjadi antara Auw Hay Ong
dengan Liem Tou tadi terhalang dengan tubuh Song Beng Lan
yang ada di tengah.
Karena dahsyatnya bentrokan hawa murni itu, seketika itu
juga membuat tubuh Song Beng lan tidak kuat menahan
tekanan yang demikian dahsyatnya dan meledak sehingga
darah segar beserti isi perutnya pada melayang memenuhi
angkasa.
Liem Tou yang melihat Song Beng Lan sudah menemui
ajalnya dalam keadaan yang begitu mengerikan sekali, dalam
hati tahu mayat tersebut sudah tidak berguna lagi, karenanya
dia segera berteriak keras.
"Hey orang she Ciang, sambutlah barangmu ini!"/
Begitu dia selesai berbicara mayat dari Song Beng lan
dengan membawa serti isi perutnya yang pada meledak keluar
melayang ke arah diri Auw Hay Ong.
Belum sampai mayat itu tiba potongan daging serta isi
perut sudah pada meluncur ke depan. Auw Hay Ong sama
sekali tidak menyangka Liem Tou bisa melakukan serangan
dengan menggunakan cara seperti ini, tubuhnya dengan cepat
menyingkirkan ke samping dibarengi dengan satu pukulan
menghajar mayat keluar dari ruangan loteng.
Sekalipun tidak sampai terkena, tidak urung saking
gusarnya dia berkaok kaok juga sambil mencak mencak
menahan hawa amarahnya.
Sebaliknya Liem Tou malah tertawa terbahak bahak.
Sampai saat ini Auw Hay Ong baru tahu kalau Liem Tou
adalah satu satunya musuh yang paling sukar untuk dihadapi,
air mukanya segera berubah asem kemudian dengan
pandangan yang amat gusar bercampur benci dia orang
melototi diri Liem Tou.
Dengan Kejadian ini Auw Hay Ong Bo pun tidak berani
berlaku gegabah lagi, dia tahu suaminya Auw Hay ong kembali
sudah menemui musuh yang amat tangguh, dia tahu
kebiasaan dari Auw Hay Ong jikalau tidak berada dlam
keadaan yang kepepet sehingga sama sekali tidak punya
pegangan untuk memenangkan pihak lawannya dia orang
tidak akan memperlihatkan sikapnya secara begini.
Dengan kejadian ini bersama sama dengan para jago
lainnya dia segera berdiri disamping Auw Hay Ong, tanpa
mengucapkan sepatah katapun mereka bersiap sedia
menghadapi serangan selanjutnya dari Liem Tou.
Mendadak si perempuan tunggal Touw Hong yang berdiri
disamping tertawa ringan ujarnya.
Kalian berdua apakah hendak mempergunakan cara lama
seperti sedang menghadapi diriku dulu untuk menghadapi dia
orang?*
Auw Hay Ong melirik sekejap ke arah si perempuan tunggal
Touw Hong, air mukanya segera berubah memerah.
Kepandaian orang ini amat tinggi tenaga dalamnyapun
amat dahsyat, agaknya tidak berada dibawah kepandaian dari
nona Hong ujarnya rikuh.
Kalau memangnya begitu sekalipun kalian berdua turun
tangan juga tak ada gunnya, ujar si perempuan tunggal Touw
Hong dengan dinginnya.
Beberapa perkataannya ini seketika itu juga membuat air
muka Auw Hay Ong serta Auw-Hay Ong Bo berubah jadi pucat
pasi. untuk beberapa saat lamanya mereka tidak dapat
mengucapkan sepatah katapun.
Dengan menggendong Khiemnya dengan perlahan si
perempuan tunggal Touw Hong berjalan meadekati Liem Tou,
lantas tanyanya dengan nada serius.
"Liem Tou, apakah ciciku sudah kau binasakan??
Walaupun wajahnya amat tenang tetapi nada suaranya
jelas amat mendesak dirinya, Liem Tou mana mau tunduk
terhadap dirinya dia malah tertawa dingia.
"Terserah kau orang mau bicara secara bagaimana"
sahutnya seenaknya.
"Liem Tou, aku bertanya sungguh sungguh" ujarnya si
perempuan tunggal lagi.
"Lalu siapa yang mengajak guyon dengan dirimu?"
Sehabis berkata dia melirik sekejap kearahnya lantas
menoleh ke arah si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie.
Orang ini berhawa setan, lebih baik kita cepat cepat pergi
dari sini ujarnya dengn cepat.
"Ooooh mau pergi ?" tidak begitu mudah, tiba tiba si
perempuan tunggal Touw Hong nyeletuk
Mendengar perkataann itu seketika itu juga Liem Tou
tertawa terbahak bahak.
Aku Liem Tou, bila ada yang bisa menghalangi diriku?
Bentaknya dengan keras.
Saat ini ia benar benar sudah teramat gusar kepada si
gadis cantik pengangon kambing serti Lie Siauw Ie ujarnya
lagi.
"Ie cici. Wan moay moay kau berangkatlah terlebih dulu"
biar aku yang barjaga jaga dari belakang, aku mau lihat dia
orang bisa berbuat apa terhadap diriku ?
"Liem Koko, terdengar si gadis cantik pengangon kambing
itu tiba menyela, Ciang cici serta Hong cici sangat baik sekali
menghadapi diriku, kau janganlah membuat dia terlalu sedih."
"Tidak usah banyak urusan lagi" ayoh jalan seru Liem Tou
sambil kirim satu kerlingan mata kepadanya.
Liem Koko, kau kenapa begitu galak ? teriak si gadis cantik
pengangon kambing tiba tiba.
Walaupun dia berkata begitu tetapi kakinya bersama sama
Lie Siauw Ie bergeser meninggalkan loteng tersebut.
Jangan pergi, mendadak terdengar suara bentakan dari si
perempuan tunggal Touw Hong serta Toa kongcu dari Kiem
Thien Pay, Ciang Beng Hu secara berbareng.
Baik si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
jadi amat terperanjat sekali, saat itulah mereka baru tahu
kalau masing masing orang sudah diliputi hawa amarah yang
berkobar kobar.
Lie Siauw Ie yang lebih tua bagaimanapunn juga lebih
cermat daripada diri si gadis cantik pengangon kambing
melihat kejadian itu, dia segera tahu suatu bentrokan sudah
hampir meledak, dirinya yang berjumlah kecil memang lebih
baik berlalu saja dari sini.
Nona Ciang, Nona Hong kenapa kalian maah marah??
tanyanya sambil tertawa. Bilamana bukannya atas bantuan
dari kedua orang cici, kemungkinan sekali Ie moay moay
sudah menemui bencana. Jikalau nona berdua ada perintah
silakan berbicara buat apa berteriak teriak begitu ??
Dengan menggandeng tangan si gadis cantik pengangon
kambing, dia berjalan ke tempat semula, si perempuan
tunggal Touw Hong yang melihat mereka sudah ke tempat
asalnya segera dia tertawa dingin.
Bagaimana ?? Kenapa tidak pergi ?? ujarnya kepada diri
Liem Tou.
Tindakan yang dilakukan oleh Lie Siaw Ie ini seketika itu
juga membuat Liem You menjadi termangu mangu dia
memandang ke arash si gadis cantik pengangon kambing
serta Lie Siaw Ie yang berdiri di sana sambil tersenyum
senyum.
Terlihatlah Lie Siaw Ie serta si gadis cantik pengangon
kambing itu mendadak bungkukkan badannya menjura.
Budi kebaikan yang begitu besarnya, kami berdua untuk
sementara tidak bisa ...
belum habis dia berkata mendadak teriaknya dengan keras.
" Ayoh lari!"
Bagaikan dua gulung sinar kilat yang berkelebat di tengah
udara mereka berdua dengan cepatnya melayang keluar dari
tempat itu.
Menanti si perempuan tunggal serta Kiem Thien Pay sadar,
mereka berdua sudah meloncar turun dari loteng tersebut.
Si perempuan tunggal menjadi amat gusar sekali, dia
mencak mencak menahan hawa amarahnya yang bergolak
semakin membara di dalam dadanya.
Kalian mau lari kemana?? bentaknya dengan keras.
Tubuhnay dengan cepat bergerak siap untuk mengejari.
Saat itulah Liem Tou sudah sadar kembali dari lamunannya
mendadak dia melancarkan satu pukulan menghalangi
perjalannnya, bentaknya dengan keras.
Mari sini, aku mau bertempur tiga ratus jirus dengan
dirimu.
Segulung angin pukulan yang amat kencang segera
berkelebat menghalangi perjalanan dari si perempuan tunggal
Touw Hong membuat dia orang jadi benar benar mendongkol.
Liem Tou, bentaknya sembari putar tubuh, malam ini ada
aku tidak akan ada kau.
Sepasang telapak tangannya segera di dorong ke depan,
seketika itu juga bagaikan titikan air hujan yang diselingi angin
topan berturut turut dia melancarkan dua belas pukulan
dahsyat. Serangannya ganas tenaga dahsyat seketika itu juga
membuat seluruh ruangan loteng itu dipenuhi dengan suara
angin pukulan yang menderu deru bercampur deagan suara
ambruknya jendela dan pintu, membuat suasana menjadi
amat kacau sekali.
Liem Tou pun agaknya dibuat terperanjat pula oleh
serangan yang amat gencar dari si perempuan tunggal Touw
Hong ini, dia tidak berani berlaku gegabah tubuhnya dengan
cepat menyingkir ke kiri dan ke kanan menghindar diri dari
serangan serangan tersebut.
Tetapi serangan yang dilancarkan perempuan tunggal
Touw Hong ini tak ada hentinya, semakin bertempur dia
melancarkan serangan semakin gencar membuat Liem Tou
lama kelama menjadi gusar juga.
Sepasang alisnya dikerutkan rapat rapat lalu bentaknya
dengan keras.
Dimana bisa mengampuni orang laim ampunilah dia orang,
kau kira aku betul betul takut kepadamu.
Dengan cepat dia salurkan hawa murninya ke sepasang
telapak tangannya tanpa menyingkir dan menghidar lagi
dengan mengerahkan tujuh bagian tenaga dalamnya dia
menangkis datangnya serangan musuh.
Ternyata sedikit pun tidak salah dengan gerakannya ini
angin serangan dari si perempuan tunggal Touw Hong itu
semakin lama semakin perlahan.
Liem lou yang melihat dia orang berhasil merebut posisi
baik mana mau dia membuang waktu dengan begitu saja, dari
kedudukan bertahanu dengan cepat dia merubah jadi
kedudukan menyerang, tenaga dalamnya ditambahi dengan
dua bagian berturut turut melancarkan delapan buah serangan
gencar.
Setiap serangannya pastilah diikuti dengan suara
menderunya angin yang amat rapat, jurus yang digunakan
semakin aneh dan sakti sekali.
Hanya di dalam sekejap saja si perempuan tunggal Touw
Hong itu benar benar sudah terdesak, keringat dingin mulai
mengucur keluar membasahi selurun tubuhnya, saat ini dia
cuma mempunyai tenaga untuk menangkis saja tanpa ada
kesempatan untuk balas menyerang.
Pada wakiu itulah tiba tiba Liem Tou menyapu sekejap ke
arah sekeliling tempat itu, dia menemukan semua jagoan dari
Kiem-Thien pay sudah lenyap tak berbekas batinnya jadi
sedikit berdesir.
Celaka, pikirnya di dalam hati. Mereka tentu pergi mengejar
Ie cici serta Wan moay moay.
Berpikir akan hal ini mana dis orang mempunyai niat untuk
bertempur lebih lanjut dengan si perempuan tunggal Touw
Hong itu?" dia menarik napas panjang panjang bagaikan
menyambarnya geledek dan berkelabatnya sinar kilat, dengan
dahsyatnya Liem Tou melancarkan tiga buah serangan
sekaligus.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang harus menahan
serangan dahsyat itu baru saja berhasil menangkis serangan
kedua air mukanya berubah jadi pucat pasi, Liem Tou yang
melihat kejadian itu dalam hati segera paham, asalkan dia
melanjutkan serangannya yang ketiga maka si nerempuan
tunggal Touw Hong ini tentu akan terluka kena serangannya.
Perempuan ini tidak ada dendam sakit hati apapun dengan
dirinya, kepada dia orang harus turun tangan jahat terhadap
dirinya? berpikir akan hal ini serangan yang ketiga cuma
dilancarkan sampai separuh jalan saja lalu ditarik kembali.
Kehebatan dari nona aku Liem Tou sudah menjajalnya,
teriaknya keras. Jikalau kau orang masih tidak puas pada
bulan lima tanggal lima kita bertemu kembali diatas puncak
pertama Cing Jan.
Selesai berkata tampak berkelebatnya bayangan hijau,
hanya dalam sekejap saja dia sudah lenyap tak berbekas.
Jilid 22: Siapa yang menyamar jadi Penjahat naga
Merah
Kini tinggal si perempuan tunggal Touw Hong seorang saja
yang berdiri mematung di atas loteng, lama sekali baru
kelihatan air mata mengucur keluar dengan amat derasnya,
mendadak dia jatuhkan diri berlutut dan bergumam seorang
diri.
Suhu. . .aku ternyata sudah sia siakan harapan kau orang
tua selama sepuluh tahun ini, ini hari ternyata aku orang
sudah dikalahkan oleh bocah cilik itu.
Dia berhenti sebentar lantas tambahnya lagi.
Sukma Cici apa tahu, aku akan membinsakan bangsat cilik
itu untuk membalaskan dendam sakit hati cici.
Tetapi sebentar kemudian dia sudah bergumam kembali
dengan suara yang amat lirih.
Tetapi semoga saja cici bukan dibunuh oleh orang ini,
panca indranya bagus wajahnya tidak membawa sedikit hawa
jahat kemungkinan sekali bukan dia orang yang sudah
membunuh clciku, mungkin kesemuanya ini cuma kesala
pahamanku.
Di atas loteng yang indah itu kini cuma tinggal suara
gumaman, yang tak ada henti hentinya diselingi suara
tangisan.
Sewaktu dia tundukkan kepalanya menangis dengan amat
sedihnya itulah mendadak dia merasakan dari punggungnya
menyambar datang suara desiran senjata tajam yang amat
santar sekali, si perempuan tunggal Touw Hong jadi
terperanjat ujung jubahnya dengan cepat dikebutkan ke
belakang menangkis dalangnya serangan tersebut.
Sreeet . . dengan disertai suara yang amat nyaring ujung
jubahnya itu sudah kena babat sehingga putus jadi dua
bagian, sedangkan si perempuan tunggal Touw Hong pun bisa
melihat orang yang baru saja melancarkan serangan
bokongan itu bukan lain adalah seorang manusia berbaju
hitam dengan wajah berkerudung yang membawa sebilah
pedang pusaka memancarkan sinar yang berkilauan.
"Siapa kau!" bentak si perempuan tunggal Touw Hong
dengan amat kerasnya.
Tetapi orang itu tidak memberikan jawabannya, pedang
Hitamnya kembali berkelebet menusuk ke tubuh si perempuan
tunggal Touw Hong.
Si perempuan tunggal Touw Hong tahu kalau pedaag
pusaka yang ada ditangannya adalah sebilah pedang wasiat
yang amat tajam sekali. dia tidak berani menangkis datangnya
serangan tersebut dengan menggunakan telapak tangannya,
tubuhnya dengan cepat berkelebat menghindarkan diri dari
tempat tersebut.
Tetapi ilmu meringankan tubuh dari orang itu juga amat
sempurna sekali. dia orang tetap tidak mau melepaskan si
perempuan tunggal itu dengan begitu saja membuat Touw
Hong benar benar terdesak dan berada di dalam keadaan
yang sangat berbahaya sekali.
Untung saja tenaga dalam dari si perempuan tunggal Touw
Hong sudah berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf yang
sempurna sekali, karenanya dengan bersusah payah dia
akhirnya barhasil juga meloloskan diri dari bahaya yang
mendesak dirinya terus menerus itu.
Siapa tahu orang itu tidak mau lepas tangan dengan begitu
saja, pedang pusakanya dengan melancarkan serangan gencar
mengancam terus jalan darah penting serta pada tempat
berbahaya di tubuh si perempuan tunggal itu, sewaktu turun
tangan ternyata sama sekali tidak ragu ragu.
Waktu ini sebetulnya si perempuan tunggal Touw Hong
sudah kelelahan karena pertempurannya tadi melawan Liem
Tou apalagi kini didesak terus oleh serangan serangan ganas
dan dahsyat yang dilancarkan oleh lelaki berkerudung hitam
itu, semakin lama si perempuan tunggal merasa hatinya
semakin terperanjat.
Mendadak terdengar manusia berkerudung hitam itu
mendengus dingin, ilmu pedangnya tiba tiba berubah.
Si perempuan tunggal seketika itu juga merasakan empat
penjuru di sekelilingnya sudah di kelilingi bayangan pedang
yang amat rapat sekali bahkan dari ujung pedangnya secara
samar samar terasa ada segulung angin pukulan yang makin
lama semakin mendesak dirinya.
Si perempuan tunggal tahu keadaannya benar benar
kepepet, jikalau dia tidak berusaha untuk mendesak keluar
dari kurungan tersebut dia orang tentu akan menemui
bencana.
Siapa tahu justru pada saat itu hasrat ada tetapi tenaga
berkurang, dia orang cuma bisi menyingkir ke kanan
menghindar ke kiri saja ditengah kurungan bayangan pedang
laksana sebuah gunung Thay san itu, untuk beberapa saat
lamanya dia tidak berhasil meloloskan diri dari dalam
kurungan.
Si manusia aneh berkerudung bitam itu ketika melibat
semangatnya lama sekali tidak berhasil mengalahkan diri
perempuan tunggal itu daiam hati agaknya merasa cemas
juga, mendadak jurus pedangnya sekali lagi diubah. . .
Sreeet . , sreeet., sreeet .. berturut turut dia melancarkan
tiga serangan gencar ke depan, si perempuan tunggal Touw
Hong segera meloncat ke atas udara dan berputar putar
lasana seekor burung walet yang terbang ke langit, dengan
bersusab payah dia berhasil juga menghindarkan diri dari dua
serangan yang pertama.
Ketika mencapai pada jurus ketiga terlihatlah manusia aneh
berkerudung hitam itu menggetarkan pergelangan tangannya
lalu deagan mendadak ditusukkan ke depan.
Setelah melalui getarannya tadi mendadak ujung
pedangnya terpecah menjadi tiga dan menyerang tiga tempat
yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Perrubahan
hawa khie khang yang amat lihay ini sudah tentu si
perempuan tunggal tahu jelas bagaimana lihaynya.
Dengan cepat tubuhnya meloncat mundur ke belakang
untuk menghindar, siapa tahu ujung pedang itu bagaikan
bayangan saja terus menerus mengejar ke depan, belum
sempat si perempuan tunggal itu berdiri tegak ujung dari
pedang itu sudah mengancam kembali ke tubuhnya.
Si perempuan tunggal Touw Hong menjadi sangat
terperanjat sekali sehingga wajahnya berubah jadi pucat pasi.
Hatinya menjadi kacau sekali.
Dia semakin tidak sanggup untuk menahan serangan
serangan dari musuh lagi, dengan paksakan diri tubuhnya
menggelincir ke kiri, dengan menggunakan gaya kedelai malas
menggelinding di tanah yang merupakan jurus yang paliug
memalukan di dalam dunia kangouw dia orang cepat
menjatuhkan diri bergelinding di atas tanah
.
Siupa tahu mendadak dia merasakan pandangannya
menjadi gelap, pedang hitam yang amat tajam itu sudah
muncul kembali beberapa depa di depan dadanya seadiri,
kelihatannya dia segera akan bermandikan darah segar dan
menemui ajalnya.
Pada saat yang paling kritis itulah mendadak terasa adanya
segulung angin pukulan yang sangat dahsyat sekali menghajar
ke arah manusia berkerudung hitam itu disusul melayang
datang sesosok bayangan manusia.
Di dalam keadaan terpaksa lelaki berkerudung itu menarik
kembali serangannya dan mundur ke belakang.
Orang itu mana mau memberi kesempatan buat dia untuk
berganti napas.
Sreeet . . . sreeet . . . berturut turut dia melancarkan
beberapa serangan kencang ke depan membuat sebuah
loteng kecil itu jadi bergoyang tak henti hentinya terkena
sambaran angin pukulan yang menderu deru itu.
Kepandaian silat dari manusia aneh berkerudung hitam itu
ternyata libay juga di tengah kurungan angin pukulan yang
begitu gencar dan dahsyatnya ternyata dia berhasil juga
mundur beberapa langkah ke belakang , pedangnya sekali
berkelebat dengan memancarkan sinar yang amat tajam sekali
dia menubruk kembali ke. depan berusaha merebut posisi
yang lebih baik.
Saat ini dengan perasaan terkejut dan bati berdebar debar
keras si perempuan tunggal sudah bangkit berdiri, dia
menghembuskan napas panjang dan memandang ke tengah
kalangan.
Waktu itulah dia bisa melihat orang yaag baru saja
menolong dirinya itu adalah seorang kakek tua berpakaian abu
abu dengan kaki telanjang.
Tidak terasa lagi pikirannya jadi sedikit bergerak.
Jika dilihat dari potongannya apa mungkin dialah si cangkul
pualam Lie Sang yang merupakan nomor wahid di dalam Bu
lim pada saat ini? pikirnya di dalam hati. Jika orang itu benar
Lie Sang, lalu siapakah manusia aneh yang berkerudung hitam
bertempur dengan dirinya itu?
Sewaktu pikirannya berputar dengan amat cepatnya itulah
Lie Loo jie serta manusia aneh berkerudung hitam itu sudah
saliog bergebrak sebanyak dua puluh jurus lebih, yang aneh
dari kedua orang itu tak ada yang mengucapkan sepatah
katapun, tetapi semakin bertempur suasana semakin ramai
dan semakin seru ....
Semula agaknya Lie Loo jie menemui kerugian karena
harus memberikan perlawanan dengan menggunankan tangan
kosong tetapi setelah dia mencabut keluar golok tipisnya
keadaan jadi seimbang.
Dalam sekali pandang saja si perempuan tunggal Touw
Hong bisa melihat kalau golok yang ada di tangan Lie Loo jie
itu tidak kalah tajam nya dengan pedang hitam yang ada di
tangan manusia aneh berkerudung hitam itu, kelihatan sekali
bahwa orang itu sudah mendapat tandingannya.
Terlihatlah dua bayangan, yang satu hitam sedang yang
lain putih semakin bertempur semakin seru untuk beberapa
saat lamanya tidak bisa diketahui siapa yang kalah dan siapa
yang menang.
Walaupun mereka berdua semakin bertempur makin seru
dan kelihatan semakin menghebat tetapi di antara mereka
berdua siapspun tidak ada yang mengeluarkan sedikit
suarapun, Si perempuan tunggal Touw Hong yang menoton
disamping di dalam bati diam diam segera berpikir.
Lie Loji dia orang mempunyai kepandaian silat yang
demikian tingginya, tidak aneh kalau di dalam dunia kangouw
tidak mendapatkan tandingan. Perkataan dari suhu ternyata
sedikitpun tidak salah ilmu silat yang termuat didalam kitab
pusaka Toa Loo jin Keng memang benar benar amat dahsyat
sekali, sekalipun bukan termaksuk ilmu silat yang paling sakti
tetapi hebat juga.
Kiranya si perempuan tunggal Touw Hong itu sebenarnya
adalah putri seorang pembesar pada beberapa puluh tahun
yang lalu dengan mengikuti orang tuanya dari daerah Kang
Lam dia kembali ke desa dan memasuki sebuah pegunungan
yang sunyi, saat itu usianya baru tujuh delapan tahun tanpa
ada saudara seorangpun.
Dia cuma tahu dari ayahnya lain ibu bahwa dia masih
mempunyai seorang kakak perempuan yang sudah kawin
dengan Siang Auw Khiam Khek atau si jagoan pedang dari
telaga Siang-Aow, Su Boen Liang dan memperoleh seorang,
putra, sedangkan kakak perempuannya ini dia sama sekali
bcium pernah bertemu.
Siapa tahu begitu memasuki daerah Tbian-Kang orang
tuanya saling susul menyusul pulang ke alam baka, sesaat
mendekati ajalnya kecuali memesan kepadanya untuk
memakai medali perak itu di depan dada dan mencari
kakaknya, mereka sama sekali tidak memesan kata kata
lainnya lagi.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang didalam usia yang
begitu mudanya sudah kehilangan orang tuanya kini hidup
seorang diri saja, terpaksa setiap hari dia kerjanya cuma
menangis saja sehingga pada suatu hari jatuh sakit dengan
amat payah sekali. ..."
Untung saja waktu ayahnya menjabat sebagai Pembesar
sifat nya amat jujur dan adil sekali sehingga mendapatkan
rasa simpatik dari penduduk di sekitar tempat itu, mereka
pada turun tangan memberi pertolongan kepada gadis ini
bahkan sewaktu sakitnya semakin parah berita ini dengan
amat cepatnya sudah tersebar ke seluruh penjuru desa.
Pada saat si perempuan tunggal Touw Hong ini berada di
dalam keadaan yang amat kritis itu lah mendadak ditengah
malam di samping pembaringannya kedatangan seorang
nikouw tua. Ketika nikow tua itu melihat keadaan si perempuin
tunggal Touw Hong yang begitu parahnya tidak kuasa lagi
sudah menyebut keagunangan Budha.
Omintohud....
Bagaikan seekor burung elang yang mencengkeram anak
ayam Nikouw tua itu segera membawa tubuh perempuan
tunggal ini meninggalkan rumah, sejak itulah si perempuan
cilik yang amat kasihan itu lenyap tak berbekas meninggalkan
satu teka teki yang membingungkan penduduk disekeliling
tempat itu.
Nikouw tua itu adalah suhu dari s1 perempuan tunggal ini,
empat puluh tahun yang lalu dia merupakan salah satu
anggota dari How Hay Siang Pian yang bernama Lok Yong dan
bersama sama dengan suhunya si cangkul pualam Lie Sang
seperti pula suhunya dari Liem Cong si pancingan emas sakti
mereka bersama sama mengangkat namanya didalam Bu lim.
Pada tempo hari dikarenakan si hweesio tujuh jari dari
gunung Ai Lau San menimbulkan gelombang didalam Bu lim
dengan mengadakan pembunuhan secara masal, mereka
bersepakat untuk bersama sama bersatu padu membasmi
dirinya, siapa tahu saat itu si hwcesio tujuh jari sudah
mengandalkan jumlah yang banyak apa lagi mendapat
bantuan dari Siauw kok Mo Pian atau si cambuk iblis merengut
tulang serta Thiat Bok Tbaysu di dalam keadaan yang kurang
waspada Hoa Siong itu suhunya si pancing emas sakti Liem
Cong sudah terkena luka dibawah serangan pedang hitam dari
si hweesio tujuh jari dan binasa, sedangkan Siauw Kok Thaysu
serta Thiat Bok Thaysu diam diam mempunyai rencana
sendiri, akhirnya di dalin hari satu pertempuran yang amat
sengit si hweesio tujuh jari berhasil dipukul jatuh ke dalam
jurang oleh cambuk iblis dari Siauw Kok Tnaysu.
Sejak kejadian itu di antara Auw Hay Siang Hiat sudah
kehilangan satu orang, di dalam keadaan yaug amat sedih Lok
Yong sudah kembali ke Tionggoan lagi tetapi di sebelah barat
dari gunung Ai Lan san yaitu Boe Liang san dia cukur rambut
sebagai Nikouw dengan gelar Gong Gong Ni kouw.
Boleh dikata rejeki dari si perempuan tunggal memang
bagus, pada saat dia sedang sakit keras itulah Gong Gong Ni
kouw sedang melakukan perjalanan melewati tempat tersebut,
ketika mendengar suara tangisan yang memedihkan hati dari
si perempuan tunggal ini dia orang segera turun tangan
menyembuhkan sakitnya bahkan ketika dilihatnya bakat yang
dimilikinya amat bagus lantas dibawanya kembali ke atas
gunung.
Akhirnya setelah sepuluh tahun ada di atas gunung belajar
ilmu silat, ia turun gunung untuk mencari kakak perempuanya.
Ia bertemu Auy Hay Ong dan di dalarn tiga jurus dia sudah
mengalahka Auw Hay Ong suami istri dan mengangkat
namanya didalam Bu lim.
Siapa sangka malam ini berturut turut di harus menderita
kekalahan di tangan dua orang, jika membicarakan dari nama
besarnya boleh dikata seperti diguyur dengan sebaskom air
dingin.
Saat ini pertempuran antara Lie Loo jie dengan manusia
aneh berkerudung hitam itu sudah mencapai ratusan jurus
banyaknya tanpa terasa pertempuran di antara merekapun
makin lama semakin perlahan, tampaklah Lie Loo jie
mendadak melancarkan serangan dengan menggunakan jurus
pek Im Siauw atau awan putih muncul di puncak dari aliran
Kun lun pay. Dengan cepat manusia aneh berkerudung hitam
itu menggerakkan pedangnya dengan menggunakan jurus Cho
Ih Teng Ie atau sungai gunung berdiri megah yang dengsn
amat tepat sekali menghalau datangnya serangan tersebut.
Bangsat cilik sungguh ganas dan buas tindakanmu,
terdengar Lie Loo ji membentak dengan amat gusar. Kau
jangan kira orang lain belum tahu tindak tandukmu, sudah
ada dua hari dua malam aku membuntuti dirimu terus. Hsy
bangsat, aku mau tanya, orang orang kangouw ada dendam
sakit hati apa dengan dirimu kenapa kau orang membasmi diri
mereka sampai keakar akarnya ?
Dengan cepat dia melancarkan serangannya kembali
dengan menggunakan jurus Tong Im Jan Gwat, atau awan
buyar bulan musnah serta Tiauw Im pat Hong, atau mega
tebal delapan penjuru yang merupakan jurus jurus serangan
dari ilmu pedang Kun Lun Pay cuma saja serangannya ini
bukannya dilancarkan dengan menggunakan pedang
melainkan dengan menggunakan golok.
Si manusia aneh berkerudung hitam itu segera putar
pedang hitamnya setengah lingkaran lantas ditarik kembali
dan berdiri sama sekali tidak bergerak, kelihatannya dia ingin
menggunakan ketenangan untuk menggagalkan serangan
pihak lawan.
Lie Loo jie segera tertawa dingin lagi
Aku mau tanya padamu, ujarnya lagi. Kau orang
mempunyai hubungan apa dengan si penjahat naga merah
itu? kenapa kau menyaru nam jahatnya yang pernah
digunakan pada dua puluh tahun yang lalu? kenapa kau
meninggalkan tanda tanda pembunuhan dimana mana?"
Sembari berkata dia melintangkan goloknya di depan dada
dan berhenti menyerang.
Hmm, urusan ini tidak ada sangkut pautnya dengan kau.
mendadak terdengar manusia aneh berkerudung hitam itu
menyahut sambil memperdengarkan suara dengusannya yang
amat dingin.
Pedang hitamnva bagaikan kilat cepatnya mendadak
melancarkan serangan kembali menghajar tubuh Lie Loo jie.
Dengan cepat Lie Loo jie menyingkir ke samping goloknya
dengan menggunakan ilmu pedang "Hwee Ting Kiam Hoat"
dari aliran Thian San Pay. Dia menutup serangan pedang
tersebut lantas membabat dengan dahsyatnya ke arah pundak
lawan.
Jika harus menghadapi orang lain dengan menggunakan
ilmu golok yang begitu dahsyatnya orang tersebut tentu sudah
terluka di bawah serangannya. Tetapi ilmu pedang dari
manusia aneh berkerudung hitam itu tidak ada di bawah
kepandaian Lie Loo jie. Di dalam keadaan yang amat kepepet
pedangnya di sapu kedepan kembali mencukil pergi golok dari
Lie Loo jie.
Dsngan cepat Lie Loo jie menyingkirkan goloknya ke
samping lantas meloncat dua laugkah ke belakang.
Dia melirik sekejap kearah si perempuan tunggal Touw
Hong kemudian memandang lagi ke arah manusia aneh
berkerudung hitam itu.
Setelah itu matanya dengan amat tajamnya memperhatikan
pedang hitam di tangan orang tersebut, agaknya dia sedang
berpikir akan sesuatu sedang bibirnya sedikit bergerak mau
mengucapkan kata kata, air mukanya berubah jadi amat susah
sekali untuk dilihat, agaknya di dalam hati dia hendak
megutarakan sesuatu.
"Kaok . . kaok . . keok" tiba tiba terdengar suara teriakan
yang sangat aneh bergema datang dengan amat kerasnya.
Selama hidupnya si perempuan tunggal mi) belum pernah
mendengar jeritan yang demiki anehnya, saking bergidik
seluruh bulu kuduknya pada berdiri, dengan cepat dia putar
kepalanya memandang ke arah dimana berasalnya suara tadi.
Tampaklah di depan loteng sudah bertambah lagi dengan
dua orang hweesio, yang satu tinggi yang lain kurus kering.
Melihat kedatangan kedua orang itu, Lie Loo jie agak
melengak, tetapi sebentar kemudian sudah berteriak keras.
"Hey Thiat Bok Loo ji, si penjahat naga merah,
kedatanganmu sangat bagus sekali'
Terhadap diri si penjahat naga merah, perempuan tunggal
pernah mendengar dari orang lain setelah dia turun dari
gunung tetapi terhadap Thiat Bok Thaysu ini sejak dahulu dia
sudah mengetahui dari mulut suhunya yang merupakan salah
satu pembantu dari si hweesio tujuh jari yang kemudian
mencelakai diri Auw Hay Siang Hiap.
Si perempuan tunggal ini memangnya punya maksud untuk
mencari orang ini. Kini setelah mendengar perkataan tersebut
dia orang sama sekali tidak mempsrlihatkan perubahan
apapun. Dengan amat tenangnya dia memandang diri mereka.
Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga mrrah sewaktu
mendengar perkataan dari Lie Loo jie ini mereka cuma
memperdengarkan suara dengusannya yang amat dingin,
empat buah mata dengan amat tajamnya memperhatikan
dirinya lantas dengan perlahan mulai berjalan mendesak
kearahnya.
Hmm..Hmm dendam satu kali pukulan tentunya kau masih
ingat bukan ?
Sekarang aku mau libat ini hari kau orang mau lari kemana
lagi??
Dalam hati Lie Loo jie merasakan hatinya bergetar dengan
amat kerasnya, dia tahu keadaan sama sekali tidak
menguntungkan dirinya.
Aaah mereka sengaja datang untuk mencari gara gara
dengan diriku, pikirnya di dalam hati.. Ternyata dia orang
bukan bertujuan untuk mencari orang yang sudah menyaru
sebagai si penjahat naga merah itu., jikalau malam ini mereka
turun tangan dengan bekerja sama, he . urusan ini tentu
sangat merepotkan sekali,
Berpikir sampai disitu tidak terasa lagi hawa murninya
segera disalurkan keluar dari pusat ke seluruh badan, dengan
pusatkan seluruh perhatiannya dia mencekal kencang kencang
golok tipisnya, sepasang matanya dengan tajam tak berkedip
memperhatikan seluruh gerak gerik pihak musuh.
Hmm.Hmmm... akhirnya kalian datang juga, heee . . heee
.... dengan begitu akupun tidak usah pergi mencari kalian lagi,
mendadak terdengar suara seseorang berbicara dengaa
sangat dinginnya.
Orang yang baru saja berbicara itu bukan lain adalah si
lelaki berkerudung hitam itu,
Thiat Bok Thaysu serta si penjahat naga merah segera
bersama sama melirik sekejap kearahnya dengan pandangan
menghina.
Tetapi sewaktu Thiat Bok Thaysu dapat melihat pedang
hitam yang ada di tangannya tampak tubuhnya gemetar
dengan amat kerasnya, dari sepasang matanya secara tiba
tiba memancar keluar serentetan sinar yang berwarna hijau
yang dengan amat tajamnya memperhatikan pedang tersebut.
Ketika si penjabat naga merah melihat wajah susioknya
agak aneh diapun segera memandang ke arahnya dengan
tajam.
"Hey Thiat Bok Hweesio" terdengar manusia aneh
berkerudung hitam itu berkata lagi dengan suara yang amat
dingin sekali, kiranya kalian sehat sehat saja sudah tentu
pedang Uh Kien Kiam ini kalian kenal bukan?"
Pada air muka Thiat Bok Thaysu tampak terlintas satu
perubahan yang amat aneh, dia termenung berpikir sebentar
lantas baru ujarnya.
"Apa mungkin si hweesio tujuh jari masih bidup di dunia
ini?"
Ketika Lie Leo jie serta si penjahat naga merah mendengar
perkataan yang diajukan tersebut, bagaikan terkena aliran
listrik bersama sama berteriak kaget dalam hati mereka lantas
timbul kembali rasa benci yang sudah terkubur lama sekali di
dalam hati mereka.
Cuma saja apa yang dipikirkan oleh Kedua orang itu sama
sekali berbeda, Lie Loo jie adalah ahli waris dari Hoa Siong
salah satu dari Auw Hay Siang Hiap, pada tempo han si
hweesio tujuh jari sudah membinasakan diri Hoa Siong berarti
pula si hweesio tujuh jari ini adalah musuh besar dari Lie Loo
jie.
Selama ini Lie Loo jie sama sekali tidak pernah membalas
dendam karena menurut apa yang ia ketahui musuh besarnya
sudah binasa, kini mendengar perkataan tersebut sudah tentu
dia orang merasa terperanjat sekali.
Sebaliknya di jalan pikiran si penjahat naga merah malah
sebaliknya si hweesio tujuh jari terjatuh ke dalam jurang
karena terpukul oleh cambuk iblis dari Suo Kok Thaysu,
sedangkan si penjahat naga merah adalah anak murid dari
Suo Kok Thaysu itu berarti juga si penjahat naga merah ini
adalah anak murid dari musuh besar pembunuh si hweesio
tujuh jari.
Sebaliknya si perempuan tunggal Touw Hong pun sudah
berpikir dengan amat kerasnya, karena si hweesio tujuh jari ini
adalah satu satunya musuh bebuyutan dari suhunya Lok-Yong.
Mereka bertiga tanpa terasa lagi sudah merasa tegang, dan
kini pada menanti jawaban dari manusia aneh berkerudung
hitam itu.
Terdengar manusia aneh berkerudung hitam itu sekali lagi
tertawa dingin, dengan perlahan lahan dia melepas kerudung
yang menutupi wajahnya sehingga seketika itu jaga tampaklah
sebuah wajah yang putih bersih dengan mulut yang kecil
hidungnya mancung dan merupakan seorang pemuda yang
sangat tampan sekali.
Cuma sayang di atas wajahnya yang putih bersih iru secara
samar samar tampak warna kehijau bijauan yang menghiasi
pipinya, walaupun senyuman menghiasi bibirnya tetapi
tampaklah senyuman itu amat dingin dan kaku sekali.
Si hweesio tujuh jari ada atau tidak, di dalam dunia ini
adalah sama suja. Dendam berdarah tersebut dapat dihituug
oleh aku orang, ujarnya dengan perlahan.
Selesai berbicara dia melirik sekejap ke arah Lie Loo jis,
lantas sambungnya lagi.
Si hweesio tujuh jari mempunyai dendam dengan dirimu,
kau orang boleh cari aku orang saja . aku tidak menolak,
tetapi kau harus tunggu dulu, biar aku bereskan hutang
piutang dengan orang itu terlebih dahulu kemudian baru pergi
mencari kau.
Lie Loo jie sama sekali tidak menyangka kalau dia orang
akan mengatakan hal itu seperti sudah merencanakan hal ini
masak masak tak terasa lagi dia mengerutkan alisnya rapat
rapat.
Lalu kau adalah apanya si hweesio tujuh jari itu? tanyanya.
Soal ini kau orang tidak usah ikut campur sambut pemuda
itu sambil memperlihatkan satu senyuman yang amat tawar
dan dingin sekali. Aku orang berani memikul bebannya sudah
tentu tidak akan ada sebabnya mencari gara gara buat diriku
sendiri.
Baiklah ujar Lie Loo jie kemudian dengan ketus Aku tentu
akan khusus mencari dirimu untuk membalas dendam ini.
Selesai berkata dia kebutkan ujung bajunya lantas hendak
berlalu dari loteng tersebut.
Tahan tiba tiba terdengar Thiat Bok Thaysu membentak
dengan suara yang amat keras.
Sambil membentak tangannya dia diayunkan ke depan
sehingga terasalah segulung angin pukulan yang amat
dahsyatnya menghalangi Lie Lo jie.
.
Lie Loo jie segera menghentikan lanngkahnya dengan
gusar.
Hae . hee . .Thiat Bok Hweesio kau orang tidak usah jual
lagak dihadapanku, mendadak terdengar pemuda berbaju
hitam itu membentak dengan suara yang amat keras.
Pedang hitam dengan cepat berputar hingga membentak
hawa pedang yang amat rapat sekali mendesak kearah depan
tetapi baru saja sampai di tengah jalan mendadak dia sudah
menarik kembali serangannya dan maju satu langkah ke
depan.
Tubuhnya berputar dengan amat cepatnya ke samping
sedangkan tangannya dengan mengikuti gerakan tersebut
kirim satu tamparan yang amat nyaring ke atas pipi dari si
penjahat naga merah yang berdiri disampingnya itu.
Tiga hari kensudian diatas puncak gunurg Hauw Ya san aku
orang akan khusus menantikan datangan kalian berdua,
ujarnya kemudian. Jika kalian tidak berani datang . .H m m,
aku rasa kalian tidak akan mudah lolos dari bawah serangan
pedangku.
Si penjabat naga merah yang kena ditampar sehingga
pipinya terasa amat sakit dalam hatinya menjadi amat gusar,
dia meraung keras. Cambuk naga merah ditangannya dengan
cepa dibabat ke depan menerjang tubuh pemuda
berbajuhitam itu.
Tubuh pemuda berbaju hitam itu sama sekali tidak
bergerak, dia cuma memandang dirinya sambil tertawa dingin.
Kelihatannya serangan dari si penjahat naga merah sudah
hampir mengenai sasarannya, mendadak Thiat Rok Thaysu
yang ada disampingnya bergeser satu langkah ke depan dan
menyambar cambuk naga merah tersebut.
"Ayoh pergi !" bentaknya dengan keras.
Selesai berkata dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas
lalu melayang pergi dari loteng tersebut dan lenyap ditengah
kegelapan.
Di kala petnuda berbaju hitam itu melihat kedua orang itu
sudah pergi dia segera mendengus dengan amat dinginnya
lalu putar badannya dan melirik sekejap ke arah Lie Loo jie
serta si perempuan tunggal Touw Hong, mulutnya sedikit
bergerak agaknya mau membicarakan sesuatu tetapi
kemudian ditutup kembali dan putar kepalanya berjalan pergi
dari sana.
Kini tinggal Lie Loo jie serta si perampuan tunggal Touw
Hong yang saling pandang memandang tanpa ada yang
mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya si perempuan tunggallah yang menjatuhkan diri
ke depan memberi hormat kepada diri Lie Loo jie.
"Terima kasih atas budi pertolongan dari suheng" ujarnya
dengan sangat hormat.
Lie Loo jie yang mendengar perkataan dari gadis yang ada
dihadapannya ini memanggil dirinya dengan sebutan suheng
dia orang menjadi melengak dan berdiri melongo, lama sekali
dia tidak mengucapkan sepatah katapun tetapi matanya
dengan terpesona memperhatikan diri si perempuan tunggal
Touw Hong itu.
Akhirnya sinar matanya berhenti diatas medali perak yang
tergantung dibagian dada perempuan tunggal tersebut,
mendadak dia menjadi sadar kembali.
Nona apakah bukan si perempuan tunggal Touw Hong yang
baru saja mengalahkan lociang suami istri dari Kiem Thien Pay
di daerah Selatan? tanyanya kemudian. Kepadaku kau orang
memanggil si orang tua dengan sebutan suheng?
Dengan sedihnya si perempuan tunggal menundukkan
kepalanya.
Pada empat puluh tahun yang lalu suhu sudah menyepi di
atas gunung Boe Liang san tidak mau mencampuri urusan
dunia kangouw lagi sudah tentu suheng sudah tidak
mengenalnya lagi, sedangkan tindakan dari sumoay untuk
mengalahkan si Auw Hay Ong suani istri di dalam tiga jurus
kemudian menuju kearah Selatan tidak bukan karena sumoay
ingin mencari jejak dari ciciku, aku tidak bisa berbuat apa lagi
dan terpaksa harus melakukan tindakan ini
Mendengar perkataan itu tampak sepasang mata dari Lie
Loo jie sedikit bsrkedip kedip mendadak dia menjerit kaget
Ahhh...apakah Lok susiok masih ada di dalam dunia?
tanyanya dengan cepat.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang teringat kembali
dengan jerih payah suhunya Gong Gong Ni Kouw selama
sepuluh tahun mendidik dirinya tidak disangka belum lama
turun gunung berturut turut di dalam satu malaman sudah
menderita kekalahan di tangan Liem Tou serta pemuda
berbaju hitam itu.
Mendengar perkataan tersebut dia jadi amat sedih sehingga
tidak tertahan lagi air matanya mengucur dengan amat
derasnya.
Dia orang tua masih berada dalam keadaan sehat walafiat.
sahutnya sambil mengangguk.
Lie Loe jie sama sekali tidak menyangka kalau angkatan tua
yang sudah lenyap empat puluh tahun lamanya, secara tidak
disengaja sudah diperoleh beritanya. Saat ini di dalam hatinya
tidak terkira girangnya dia segera tertawa terbahak bahak
dengan amat kerasnya, lantas mencekal sepasang tangan dari
si perempuan tunggal kencang kencang.
Sungguh tidak disangka dia orang tua masih hidup di dalam
dunia, serunya sambil melelehkan air matanya Pada puluhan
tabun yang lalu I heng beserta Cong te pernah menjelajahi
seluruh tempat untuk mencari berita dari kedua orang
loocianpwee kurang lebih kami berkelana selama tiga tahun
lamanya tetapi tidak memperoleh hasil juga.
Akhirnya kami menganggap mereka berdua orang tua
sudah menemui ajalnya, karena itu aku lantas berdiam di atas
gunung Wo bie heeei . . siapa sangka Lok Susiok masih dalam
keadaan sehat sehat saja sungguh hal ini sangat di luar
dugaan.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang mendengar
perkataan ini hatinya merasa amat terharu, dengan cepat dia
berusaha menahan rasa sedih yang mencekam di dalam
hatinya lantas bertanya.
' Sumoay pernah mendengar perkataan dari suhu, kecuali
suheng seorang masih ada jie suheng dia orang sekarang
berada dimana?
Lie Loo jie yang ditanyai dengan pertanyaan tersebut
akhirnya tidak kuasa lagi menahan menetesnya titik titik air
mata dari kelopak matanya.
Jie suhengmu aku rasa sudah lama meninggal, sejak Jie
suso meninggal dia orang sudah uring uringan terus akhirnya
di atas pertemuan puncak para jago diatas gunung Hoa san
dia menemui kekalahan di tangan Thian pian Siauw cu
membuat hatinya semakin tidak keruan, sejak kepergiannya
sampai saat ini tidak kembali juga, aku rasa suhengmu itu
tentu sudah menemui ajalnya.
Tetapi. . .sambungnya kemudian setelah menghembuskan
napas panjang. Sekalipun Cong te sudah pergi tetapi pada
waktu waktu dekat ini dia mempunyai seorang keturunan yang
bisa mengangkat tinggi nama keluarganya, hal ini boleh dikata
merupakan satu peristiwa yang patut digembirakan.
Mendengar perkataan tersebut si perempuan tunggal
segera merasakan hatinya tergetar amat keras, tidak kuasa
lagi dia nyaletuk.
Keturunan yang Lie Loo jie suheng maksud, apakah dia
bernama Liem Tou?"
Mendengar disebutnya nama Liem Tou dengan pandangan
yang amat tajam Lie Loo jie memperhatikan diri si perempuan
tunggal membuat dia orang saketika itu juga menjadi malu
sehingga air mukanya berubah memerah.
Bagaimana kau orang bisa tahu? apa kau sudah bertemu
dengan dia orang? tanya Lie Loo-jie kemudian.
Si perempuan tunggal yang teringat kembali sifat dari Liem
Tou yang amat jumawa itu dalam hati segera merasa
mendongkol lagi.
"Bagus sekali" serunya keras. Ternyata Jie-suheng
mempunyai seorang putra yang begitu baiknya, aku hampir
hampir saja terluka ditangannya. Hmm, kepandaian silat yang
dia orang miliki sungguh amat lihay sekali.
Aaaa. . .tentu kau orang sudah salah melihat bantah Lie
Loo jie dengan cepat dia gelengkan kepalanya berulang kali.
Mana mungkin kepandaian silat yang dimilikinya pada saat ini
sangat lihay?? tetapi bakatnya memang sangat bagus.
Si perempuan tunggal yang mendengar Lie-Loo jie berkata
kalau kepandaian silat dari Liem Tou tidak tinggi dia orang
segera membantah dengan ngotot.
Subeng terlalu memandang rendah dirinya, bila dia orang
disuruh bertempur melawan pemuda berbaju hitam itu
mungkin dia masih dapat merebut kemenangan.
Lie Loo jie memang tidak mengetahui kalau Liem Tou
sebetulnya memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, ketika
teringat kalau kepandaian silat pemuda berbaju hitam itu
seimbang dengan dirinya tidak terasa lagi dia tertawa
terbahak bahak.
Aku bilang, sekalipun Cong te mempunyai seorang
keturunan yang bagus tetapi kepandaian silatnya belum jadi,
bagaimana sumoay memandang begitu tinggi terhadap
dirinya.
Si perempuan tunggal yang mendengar Lie-Loo jie terus
menerus tidak mau percaya, dia lantas mengganti dengan
bahan pembicaraan yang lain.
"Suheng, kau mau pergi ke mana?" tanyanya. Dengan
perlahan Lie Loo jie menghembuskan napas panjang.
Aku telah menguntit si penjahat naga merah palsu selama
sebulan dan boleh dikata ini hari baru dianggap selesai.
Setelah ini aku mau pergi memenuhi janji dengan si
pemuda berbaju hitam keturunan dari hweesio tujuh jari itu
lantas pergi juga ke Cing Jan untuk memenuhi janji seorang
jagoan berkepandian tinggi. Sumoay maukah kau orang
berjalan bernama sama dengan I-heng?
Si perempuan tunggal segera mengangguk dan tersenyum,
dengan bergandengan tangan mereka berdua segera
meninggalkan loteng setan tersebut
Malam semakin kelam . , , angin musim semi sepoi sepoi . .
. bintang yang kecil memancarkan sinar yang terang dari
tengah udara menyinari permukaan tanah secara samar
samar.
Suara gonggongan anjing dengan ramainya bergema
memecahkan kesunyian dan menambah keseraman pada
malam hari itu.
Diatas jalan raya yang amat sunyi itu mendadak tampaklah
dua sosok bayangan hitam yang lerkelebat dengan amat
cepatnya, kedua sosok bayangan itu walaupun kelihatan
sangat enteng tetapi gerakannya sangat cepat sekali laksana
berkelebataya sinar kilat, mereka berdua adalah Lie Loo jie
serta si perempuan tunggal Touw Hong.
Si perampuan tunggal tersebut sejak kecil yang sudah
kehilangan orang tua sejak turun gunung belum pernah
merasa gembira seperti hari ini. dia telah menganggap Lie Loo
jie sebagai orang tuanya sendiri, sambil tersenyum dia
mencekal erat erat lengan dari Lie Loo jie sedang mulutnya
tiada hentinya berbicara.
Suheng, bukankaa kau orang mau pergi ke Cing Jan untuk
menemui jagoan berkepandaian tinggi itu, sabetulnya
kepandaian dia orang telah mencapai seberapa tingginya ?
Lie Loo jie yang melihat perempuan tunggal itu
memandang dirinya dengan begitu mesra diapun sudah
menganggap dirinya sebaga putrinya sendiri, mendengar
pertanyaan tersebut dia segera tertawa.
Heeeiii . . . jika dibicarakan sungguh hatiku merasa kecewa
sekali, bukan saja I heng tidak mengetahui bagaimana
macamnya orang itu bahkan sampai seberapa tinggi
kepandaian silat yang dimiliki olehnya aku sendiripun tidak
tahu, cukup kita bicarakan tentang aku yang cuma mendengar
suaranya saja hal ini sudah jelas memperlihatkan kalau ilmu
meringankan tubuhnya sudah dilatih hingga mencapai pada
taraf kesempurnaan, ternyata I heng telah kehilangan sebuah
tameng baja tanpa aku rasa, coba kau pikir seberapa
tingginya kepandaian orang ini.
Sampai waktunya aku pun ingin menemu orang ini, ujar
perempuan tunggal setelah mendengar perkataan tersebut.
Aku tidak percaya dengan ketajaman mataku dia orang masih
bisa lolos juga.
Lie Loo jie cuma tersenyum tidak mengucapkan kata kata
lagi.
"Suheng, seru si perempuan tunggal Touw-Hong medadak,
agaknya dia sudah teringat akan sesuatu Pertemuan di atas
puncak pertama Cing Jan bukankah pada tanggal lima bulan
lima?"
Mendengar perkataan ini Lie Loo jie jadi terperanjat.
Aku tidak memberi tahu waktunya kepadanya bagaimana
dia bisa tabu? pikirnya. Tetapi dia mengangguk juga.
Sumoay mengetahui dari mana? tanyanya.
Bukankah taggal itu adalah janji Liem Tou kepadaku, aku
melihat dengan mata kepala sendiri dia orang mengerahkan
tenaga saktinya mengukir di atas batu sedalam beberapa
coen, jelas kepandaian silatnya amat tinggi sekali, bagaimana
kau orang bisa berkata demikian kalau ilmu silat yang
dimilikinya biasa saja.
Lie Loo jie yang mendengar dua tiga kali si perempuan
tunggal Touw Hong mengatakan kalau kepandaian yang
dimiliki Liem Tou sangat tinggi, pula keanehan dari sang
kerbau waktu ada di kuil Siang Lian si kemarin malam, pikiran
di dalam hatinya jadi goyang juga.
Bangsat cilik, kau berani juga mempermainkan diriku?"
Dia segera mendengus dingin dan tidak mengucapkan
sepatah katapun
Si perempuan tunggal yang melihat air muka Lie Loo jie
memperlihatkan sikapnya yang kurang sanang dia segera
menyingkirkan urusan itu jauh dari pembicaraan, sejak waktu
itu dia cuma menceritakan bagaimana sewaktu dia belajar
ilmu silat dari suhunya di atas gunung Bo Liang san.
Kedua orang itu kembali berlari lagi beberapa saat
lamanya. Mendadak di hadapan mereka sudah terhalang
kembali dengan sebuah gunung yang amat besar sekali.
Mendadak Lie Loo jie seperti sudah teringat akan sesuatu
hal, dia segera menghentikan langkahnya lalu berkata kepada
si perempuan tunggal.
Sumoy, tiga hari kemudian aku mau pergi kegunung Hauw
Ya san untuk melihat pertempuran antara utusan dari hweesio
berjari tujub serta Thiat Bok Thaysu dan si panjahat naga
merah, di sana aku mau melihat dulu kepandaian dari pemuda
itu, kau rasa bagaimana?"
Jikalau suheng mau pergi sudah tentu sumoay akan
mengiringinya, sahut si perempuan tunggal sambil tertawa.
Tetapi aku harus pergi meninggalkan pesan dulu dsngau Ciang
Cau suami istri kalau sejak hari ini aku tidak kembali lagi ke
sana.
Kau orang memang seharusnya berbuat demikian sahutnya
membenarkan.
Siapa tahu baru saja dia selesai berkata mendadak dari
belakang gunung terdengar suara bentrokan senjata tajam
amat ramai sekali, tidak terasa lagi dia jadi merasa sangat
heran sekali.
Di tengah malam buta seperti ini siapa yang sedaag
bertempur di tempat itu??"
Pada saat itulah dari puncak gunung tampaklah sesosok
manusia meloncat turun dengan amat cepatnya, walaupun
berada i kegelapan malam yang amat buta tetapi mereka bisa
melihat jelas sewaktu orang itu memainkan ujung jubahnya
tampaklah jubahnya berwarna merah yang dipakainya
berkibar tertiup angin, diikuti dari belakang badannya kembali
ada orang yang menguntit.
Orang itu mempunyai perawakan yang kurus tinggi dan
amat kaku, sekali pandang saja Lie Loo jie sudah tahu
siapakah orang itu sehingga tanpa terasa lagi sudah menjadi
kaget.
Aaaah.. si pembesar buta serta si hweesio mayat hidup,
bagaimana mereka bisa berada disini? pikirnya keheranan.
Si perempuan tunggal yang tiba tiba melihat orang yaug
sedang dikejar oleh si pembesar buta serta si hweesio mayat
hidup itu tak terasa serunya dengan keras.
Suheng cepat pergi, malam ini aku orang mau suruh kau
melihat sendiri bagaimana lihaynya kepandaian silat dari Liem
Tou.
Di tempat kejauhan terlihatlah si pembesar buta serta si
hweesio mayat hidup itu berkumpul jadi satu.
Tunggu dulu, ujar Lie Loo jie dengan cepat. Kita coba
dengarkan dulu apa yang sedang mereka katakan.
Sambil berkata dengan cepat dia membawa si perempuan
tunggal untuk bersembunyi di balk sebuah batu gunung yang
besar di bawah kaki gunung itu.
Tidak lama kemudian tubuh si pembesar buta serta si
hweesio mayat hidup sudah semakin mendekat.
Terdengar sihweesio mayat hidup dengan amat gusar
memaki.
Kurang gajar, malam ini aku sudah bertemu dengan setan.
Si pembesar butapun menghembuskan napas panjsng.
Heeei ombak belakang dari sungai Tiang-Kiang mendorong
ombak didepan orang. orang lama sudah diganti dengan
orang orang baru. Tidak kusangka cuma beberapa saat saja
Liem Toa si bocah pengangon kerbau itu sudah memiliki
kepandaian silat yang demikian lihaynya
Hemm, jikalau orang ini tidak dibasmi secepatnya, aku lihat
sekalipun Ong ya sendiri juga tidak akan sanggup menandingi
dirinya seru si hweesio mayat hidup dengan gusarnya. Jikalau
dibiarkan terus, maksud kita untuk menjagoi seluruh Bu lim
tentu merupakan satu urusan yang sukar untuk dilaksanakan.
Perkataanmu sedikitpun tidak salah sahut si pembesar buta
sambil menghela napas panjang. Jika dlihat dari situasi ini
hari, kita orang bisa loloskan diri saja sudah boleh dikata
sangat untung.
Saat itulah si perempuan tunggal yang bersembunyi di baiik
batu besar sudah menyenggol diri Lie Loo jie
Suheng sudah dengar sendiri bukan.? ujarnya sambil
tertawa. Aku bilang tenaga dalam dari Lim Tou sudah
mencapai pada taraf kesempurnaan dan bukanlah omongan
kosong bukan.?
Lie Loo jie cuma merasa amat mengkel sekali terhadap diri
Liem Tou tidak seharusnya dia orang menyelimuti dirinya
tetapi saat ini dia cuma mengangguk tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Jarak dari si pembesar buta serta hweesio mayat hidup saat
ini tinggal dua kaki saja dari tempat persembunyian mereka
sehingga tasbeh serta tongkat besi yang mereka bawa bisa
kelihatan dengan amat jelasnya.
Mendadak terlihatlah si pembesar buta menghajarkan
tongkat besinya ke atas tanah.
"Saudara mayat hidup" ujarnya dengan amat gusar. Jikalau
mataku tidak buta, sekalipun Lien Tou si bangsat cilik itu
mempunyai tiga kepala enam tanganpun aku pasti akan
menantang dia untuk bertempur satu lawan satu.
Siapa tahu baru saja dia selesai berbicara mendadak
tongkat besinya dihajarkan keatas batu besar yang ada
disampingnya bersamaan pula bentaknya gusar.
"Bajingan kau jangan mengira aku orang buta bisa
dipermainkan sesukanya.
Si pembesar buta ini memang benar benar sangat lihay
sekali, sekalipun sepasang matanya sudah buta tetapi
ketajaman telinganya jauh lebih tajam beberapa kali lipat dari
orang biasa, karena itu begitu si perempuan tunggal
memperdengarkan suaranya dari tempat kejauhan dia sudah
mendengarnya.
Cuma saja karena sifatnya yang amat licik dan tidak pernah
memperlihatkan perubahan pada wajahnya sehingga sekalipun
mau turun tangan dia berbicara dulu soal urusan lain untuk
menutupi maksud tersebut kemudian dengan mengambil
kesempatan sewaktu orang tidak bersiap siap dia melancarkan
serangan bokongannya.
Jikalau caranya ini ditujukan pada orang lain mungkin bisa
berhasil tetapi sayangnya kedua orang itu bukanlah manusia
sembarangan.
Dengan cepat Lie Loo jie menarik tangan perempuan
tunggal untuk diajak muncul, siapa sangka tarikannya ini
ternyata sudah mencapai sasaran yang kosong.
Lie Loo jie tidak berani berdiam terlalu lama lagi, tubuhnya
dengan cepat meloncat mudur ke belakang menghindarkan
diri jauh jauh dari batu besar tersebut.
Belum sampai dia berhasil berdiri tegak terdengar suara
ledakan yang amat keras, batu yang amat besar itu segera
hancur berantakan jadi empat lima bagian oleh gebukan
tongkat besi dari pembesar buta ini.
Lie Loo jie yang merasa khawatir terhadap keselamatan
dari si perempuan tunggal Touw Hong itu, dengan cepat dia
menoleh ke arah sana untuk mencari dirinya dan siapa tahu
jejaknya sudah tidak tampak lagi, ketika dia angkat kepalanya
ke atas, saat itulah dia baru bisa melihat sesosok bayangan
hitam yang berkelebat dengan amat cepatnya menuju puncak
gunung itu.
Saatt itulah dia baru sadar kembali, pikirnya.
Sungguh menyesal sekali, tidak kusangka ilmu silat dari
sumoay bisa begitu dahsyatnya.
Dia tidak mau berdiam lebih lama lagi ditempat itu, hawa
murninya dengan cepat ditarik lalu dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh yang paling lihay dia mengejar dirinya ke
atas.
Sebaliknya si pembesar buta serta si hweesio mayat bidup
hampir hampir boleh dikata tidak dapat melihat jelas keadaan
dari bayangan manusia itu mereka menganggap tongkat
besinya itu sudah menghajar batu sehingga mengejutkan dua
ekor burung yang lantas terbang keangkasa karena kaget.
Sewaktu Lie Loo jie tiba di atas puncak, Touw Hongitu
sudah menantinya di atas, begitu dia sampai tiba di sana
sambil menuding ke arah sebuah bukit kecil.
ujar si perempuan tunggal dengan cepat. Suheng, kita tidak
boleh membuang waktu lebih lama, tidak perduli bagaimana
pun sebelum meninggalkan Kiem Thien Pay, Ciang Cau suami
istri tidak dapat menderita luka di tangan Liem Tou.
Lie Loo jie mengangguk.
Memang seharusnya begitu, ayoh cepat pergi ke sana.
Mereka berdua tidak berani membuang waktu, dengan
cepat tubuhnya meloncat setinggi satu dua puluh kaki lantas
berjumpalitan di tengah udara amat lincahnya, bagaikan dua
ekor burung malam dengan cepatnya mereka menuju ke arah
lembah gunung tersebut.
Ketika hampir tiba di tempat itu mendadak Lie Loo jie bisa
melihat si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie
sedang duduk di atas sebuah batu besar dengan tenangnya,
mereka pada saat itu sedang ngobrol dengan gembira,
sedikitpun tidak kelihatan rasa kaget atau jeri.
Tetapi pada jarak beberapa kaki dari kedua orang itu
tampaklah delapan, sembilan puluh orang sedang berputar
putar saling desak mendesak dengan amat kacaunya, senjata
tajam yang ada di tangan setiap orang tampak berkelebat
saling tusuk dengan ramainya, keadaan mirip sekali dengan
pertempuran yang amat sengit, tapi sama juga seperti dengan
satu permainan belaka.
Lie Loo jie dengan perempuan tunggal dengan cepat
melayang turun di samping badan si gadis cantik pengangon
kambing serta Lie Siauw Ie.
Si gadis cantik pengangon kambing serta Lie Siauw Ie yang
melihat dari tengah udara mendadak melayang turun dua
orang dalam hati mereka merasa terperanjat sekali, tetapi
setelah mengetahui siapa yang baru datang itu mereka jadi
amat terperanjat bercampur girang.
Belum sempat mereka mengucapkan sesuatu Lie Loo jie
sudah keburu berkata.
Wan jie, Ie jie nyali kalian berdua sungguh besar sekali,
kenapa kalian duduk tenang tenang di sini??
Tia, bagus sekali kedatanganmu, coba kau lihat Liem koko
sedang bermain dengan kera, serunya sambil menunjuk ke
tengah kalangan.
Wan jie, kau jangan sembarangan ngomong, seru Lie Loo
jie kebingungan. Siapa yang sedang main dengan kera?
Coba kau lihat disana! Sahut si gadis cantik pengangon
kambing sambil menunjuk kembali ke tengah kalangan itu.
Orang itu dibikin kocar kacir oleh Liem koko, mereka tidak
sanggup mengalahkan Liem koko tetapi untuk melarikan
diripun tidak sanggup .... Aaaah-
Kepandaian silat dari Liem koko sungguh lihay sekali.
Lie Loo jie yang mendengar perkataan tersebut segera
mendengus, ketika memandang ke tengah kalangan dia bisa
melihat Auw Hay Ong suami istri, si gadie berbaju hijau Ciang
Beng Hu, Hweesio, pengemis serta empat orang pemuda
berbaju hitam cuma bisa berputar putar seluas beberapa kaki
saja, bahkan pada kening setiap orang sudah dibasahi oleh
keringat yang mengucur keluar dengan derasnya.
Dibawah sinar rembulan yang samar samar dia orang
hanya dapat melihat jago jago yang terkurung itu sedangkan
bayangan dari Liem Tou sama sekali tidak kelihatan.
Saat itu terdengar si Auw Hay Ong Ciang Cau dengan amat
gusarnya berkoak koak keras.
"Liem Tou" teriaknya keras. "Kau bangsat cilik liar, kalau
mau bunuh cepatlah bunuh diri kami, aku orang sekalipun
sudah tua tapi tidak takut mati.. Hum, jikalau pada suato hari
aku tidak hancurkan badanmu sampai berkeping keping aku
orang tidak akan puas dengan dendam ini.
Hmra, cuma gemas aku Loo nio tidak berhasil melatih
ilmuku sehingga mencapai kesempurnaan terdengar Auw Hay
Bong pun sedang berteriak. Jikalau kau orang mempunyai
nyali lepaskanlah kami saat ini, tiga tabun kemudian jikalau
aku tidak berhasil mengorek keluar jantungmu aku sumpah
tidak akan jadi manusia.
Jika di dengar dari suara makian Auw Hay Ong suami istri,
sekalipun ditengah kalangan tidak kelihatan bayangan dari
Liem Tou tetapi si perempuan tunggal serta Lie Loo jie
percaya kalau orang yang sedang bertempur ditengah
kalangan itu bukan lain adalah diri Liem Tou tidak terasa lagi
beratus ratus macam pikiran bersama sama kerkumpul di
dalam benaknya, diam diam dia menduga tentunya Liem Tou
si bocah cilik ini sudah mempelajari kitab pusaka To Kong Pit
Liok.
Baru saja dia berpikir sampai di sini mendadak dari tengah
kalangan pertempuran terdengar suara tangisan yang amat
keras si hweesio itu, sembari menangis keras dia menggerak
gerakkan keki tangannya yang tidak leluasa itu dan memohon
tak henti hentinya.
Kongcu ya, kau lepaskan diriku, coba bayangkan aku masih
punya sakit hati yang belum terbalas jikalau ini hari aku
menemui ajalku karena kecapaian bukankah aku mati dengan
hati tidak tenteram.
Dari tengah kalangan pertempuran segera terdengarlah
suara tertawa yang amat ringan sekali.
Plaaak. . .Di atas pipi si rase salju secara tiba tiba sudah
kena tamparan yang amat keras sekali sehingga membuat
wajahnya ketika itu juga membekas lima jari dengan amat
jelasnya.
Para pembaca sekalian tentu menganggap Liem Tou sudah
memiliki ilmu melenyapkan diri bukan? padahal pikiran
saudara saudara sekalian salah besar, gerakan tubuhnya tidak
sampai kelihatan hal ini disebabkan saking cepatnya gerakan
tubuh dari dia orang sehingga pandangan mata orang yang
menonton serasa kabur dibuatnya.
Saat ini Lie Loo jie benar benar sudah merasa tidak tega,
dia melirik sekejap ke arah si perempuan tunggal.
Suheng, terdengar si perempuan tunggal memohon dengan
perlahan, cepatlah suruh dia orang berhenti.
Liem Tou. Teriak Lie Loo jie dengan cepat Memandang di
atas wajah ayahmu si pancingan emas sakti Liem Cong yang
mempunyai persahabatan sama seorang musuh besar kau
lepaskanlah dirinya satu kali.
Selesai berkata Lie Loo jie menganggap tentunya Liem Tou
akan memberi jawaban, siapa tahu sekalipun sudah ditunggu
beberapa saat lamanya tetap tidak mendengar jawabannya,
pikirannya segera berputar, teriaknya kembali dengan lantang.
Liem Tou aku tahu tentu dalam hatimu masih ragu ragu,
jikalau kau tidak per caya cobalah pikirkan kata kata ini.
Hutan Belantara (Liem) lebat bagaikan sutera gunung
bersalju (Han San) dan daerah sekitarnya membawa ke
pedihan hati . . bukankah syair itu ayahmu Liem Ham San
paling suka membacanya? syair itu ayahmu si pancingan emas
sakti setelah istrinya meninggal dia sering baca dan akhirnya
dengan membawa putranya dia orang meninggalkan gunung
Go bie aku pikir dia orang mengubah dirinya dengan Liem Han
San dan sudah tentu hasil gubahan dari kedua patah syair
tersebut coba kau pikir . . . betul tidak perkataanku itu?
Selesai berkata Lie Loo jie memandang kembali ke tengah
kalangan untuk menantikan jawaban dari Liem Tou.
Mendadak dari tengah kalangan berkumandang suara
suitan panjang yang menggetarkan seluruh lembah tersebut
membuat setiap orang telinganya terasa sakit sekali, seluruh
dedaunan serta ranting pada berguguran sedang pepohonan
pada bergetar dengan amat keras sekali.
Sebentar kemudian segera terlihatlah sesosok bayangan
hijau yang datang bagaikan kilat cepatnya meluncur ke tengah
udara, hanya di dalam sekejap saja dia sudah melewati punca
gunung dan berlalu dari sana diiringi suitan panjangnya yang
amat mengerikan itu.
Si perempuan tunggal yang melihat Liem Tou tidak mau
bertemu babkan berlalu dari sana dengan diiringi suara suitan
panjang yang secara samar samar membawa kepedihan
hatinya dia segera tahu kalau dia orang sudah teringat akan
ayahnya setelah mendengar penjelasan tersebut, dia merasa
bahwa orang ini rada aneh sekali .
Ketika teringat pula kalau dia orangpun mempunyai medali
perak, hatinya semakin dibuat bingung lagi, hanya di dalam
sekejap saja berpuluh puluh pikiran bersama sama saling
desak mendesak dalam benaknya.
Mendadak dia sadar kembali dan serunya pada Lie Loo jie
yang ada disampingnya.
Suheng sumoay mau pergi mengejar dirinya.
Kemudian serunya kepada Auw Hay ong yang berdiri
termangu mangu di tengah kalangan, ujarnya dengan keras.
Budi kebaikan dari kalian suami istri berdua aku orang
merasa sedih tidak bisa membalasnya, keagungan serta
perkembangan dari Kiem Thien Pay selanjutnya aku serahkan
pada kalian, kalian berusahalah untuk tancapkan kaki kalian di
dalam Bu lim dengan mengandalkan kepandaian sendiri. Aku
orang disini minta diri dulu, nanti lain waktu jika ada jodoh
kita bertemu bembali.
Selesai berkata tanpa menanti jawaban dari orang Kiem
Thien Pay lagi dia segera tersenyum kepada Lie Siauw Ie serta
si gadis cantik pengangon kambing lantas bagaikan sambaran
kilat cepatnya dia berkelebat menuju dimana Liem Tou tadi
pergi.
Kita balik kepada diri Liem Tou setelah berhasil
mengalahkan si perempuan tunggal di atas loteng. lar>ias
melihat orang orang dari Kiem Thian Pay pada lenyap, dia
tahu mereka tentulah sedang pergi mengejar si gadis cantik
pengangon kambing serta Lie Siauw Ie dua orang.
Karena takut mereka berdua menemui bencana, dia
melepaskan diri dari si perempuan tunggal untuk mengejar
keluar.
Tsrayata dugaannya sedikitpnn tidak salah, orang orang
dari Kiem Thien Pay dengan mengandalkan jumlah banyak
telah mengerubuti si gidis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie didalam sebuah lembah gunung.
Dikarenakan Auw Hay Ong mengingat hubungannya
dengan Lie Loo jie. maka dia orang tidak sampai turun tangan
jahat terhadap mereka. Dia cuma memerintankan anak
buahnya untuk menawan mereka hidup hidup, waktu itulah
keadaan dari si gadis cantik pengangon kambing serta Lie
Siauw Ie jadi amat bahaya.
Pada saat yang amat kritis itulah Liem Tou tiba di tempat
tersebut, untung saja dikarenakan pikiran yang baik dari Auw
Hay Oog ini, Liem Tou pun tidak ingin turun tangan jahat
terhadap diri mereka, sebaliknya dengan menggunakan ilmu
sakti meringankan tubuh yang amat libay yang berhasil
dipelajari dari kitab pusaka To Kong Pit Liok dia mengurung
dan mempermainkan mereka.
Sat itulah setelah Liem Tou mendengar suara dari Lie Loo
jie yang meminta dia orang melepaskan diri Auw Hay Ong,
dalam hati dia merasa amat keheranan. Setelah mendapat
penjelasan dari Lie Loo jie yang menerangkan asal usul dari
ayahnya dan dia pikir perkataan tersebut sedikitpun tidak
salah, waktu itulah dia merasakan kepalanya seperti dipukul
dengan martil dan terasa di dalam hatinya amat sedih sekali.
Dia teringat kembali pesan ayahnya yang melarang dia
orang belajar silat tetapi menjelang kematiannya dia sudah
menyerahkan kitab pusaka Toa Loo Cin Keng dan dia disuruh
mempelajari dengan teliti, bukankah semua urusan itu ada
sebab sebabnya?
Kiranya sejak kekalahan di tangan Thian Pian Siauw cu
mulai saat itu dia tidak pernah mempelajari lagi ilmu silat
malah sebaliknya dia terus menerus mempelajari ilmu surat . .
Liem Tou dengaa amat cepatnya berlari terus, entah sudah
seberapa jauh dia berlari tetapi dia orang tidak tahu juga ...
Saat iti cuaca sudah terang . . . pandangan di depannya
cuma tampak sinar keemas emasan yang mulai menyinari
empat penjuru disertai suara deburan ombak yang amat
perlahan.
Kiranya dia sudah tiba ditepi sungai, taapa banyak berpikir
panjang lagi dia segera jatuhkan diri ditepi sungai itu dan tidur
dengan nyenyaknya.
Jilid 23
Satu jam kemudian burung burung pada berkicauan
memecahkan kesunyian di pagi hari. Bayangan layar dari
perahu yang berlalu lalang di atas sungai pun mulai berlalu
dengan tidak henti hentinya, dengan perlahan Liem Tou sadar
kembali dari pulasnya dan menghembuskan napas panjang,
dengan pandangan terpesona dia memandang ke arah burung
yang beterbangan di atas langit dengan perahu layar yang laju
bergerak diatas sungai.
Tiba tiba dia melihat beberapa kaki dari tepi sungai
tampaklah seorang pemuda tampan berbaju hitam dengan
seorang diri berdiri di atas sebuah sampan yang sedang laju
bergerak dengan lincahnya.
Yang mengherankan di atas perahu itu ternyata tidak
berlayar tidak ada pula yang mendayung sebaliknya pemuda
yang berdiri di ujung perahu itu tidak memperlihatkan gerakan
apapun, jelas tenaga dalam yang dimilikinya amat tinggi sekali
sehingga cukup menggerakkan tenaga dalamnya perahu
tersebut sudah dapat bergerak sendiri.
Sudah tentu dengan kepandaiannya seketika itu juga
mendapat tepukan serta pujian dari para nelayan lainnya.
Tetapi hanya dalam sekejap saja suara pujian itu sudah
berubah menjadi suara teriakan kaget dan kagum, karena
para tetamu yang semula ada didalam perahu kini pada keluar
semua dan menonton kejadian yang amat aneh itu dengan
mata terbelalak lebar lebar.
Liem Tou yang berdiri di tepi sungai dapat melihat setiap
kali pemuda berbaju hitam itu mengayunkan tangannya
kebelakang sehingga sampan itupun bergerak ke depan
dengan amat lajunya, tidak bisa diragukan lagi gerakan
perahu tersebut tentunya disebabkan oleh tekanan angin
pukulan itu diam diam pikirnya.
Orang ini sungguh keterlaluan sekali, di hadapan orang
banyak ternyata dia sudah pamerkan ilmu silatnya.
Saat itu tetapi si lelaki berbaju hitam itupun sedang
menoleh ke arah tepi sungai, ketika dilihatnya seorang berbaju
hijau berdiri disana dia agak tertegun sebentar.
Liem Tou segera tersenyum dan anggukkan kepalanya,
siapa tahu orang itu bukannya membalas anggukan kepala,
sebaliknya malah melengos keluar bahkan secara samar samar
Liem Tou bisa mendengar orang itu sudah memperdengarkan
suara dengusannya yang amat dingin sekali.
Liem Tou yang ketanggor batu dalam hati merasa sangat
mendongkol sekali, pikirnya lagi.
Jikalau orang ini berasal dari aliran lurus dia orang tentulah
tidak akan memperlihatkan sikapnya yang demikian jumawa,
apalagi sikapnya yang amat sombong itu bukanlah sifat dari
orang orang dunia kangouw sejati dia bangga atas kepandaian
silat yang dimilikinya dan tidak memandang sebelah matapun
kepada orang lain, Hmmm.. .hmm.. .ini hari aku mau lihat kau
orang sebenarnya seberapa lihaynya? aku harus ngasih sedikit
hajaran kepadanya.
Berpikir akan hal ini dia orang cepat cepat menyelinap
masuk ke dalam semak dan melepas jubah panjangnya, ketika
dilihatnya orang itu suaah berada pada ratusan kaki jauhnya
dalam hati dia segera mengambil satu keputusan.
Aku harus dapat mengejar dirinya, demikian pikirnya dalam
hati.
Tubuhnya dengan cepat terjun ke dalam sungai dan
meyelam ke dalam dasar sungai untuk melakukan pengejaran
dengan amat cepatnya.
Sejak Liem Tou berhasil mempelajari kitab pusaka To Kong
Pit Liok. ilmu menyelamnya sudah tentu memperoleh
kemajuan yang amat pesat sekali, tidak sampai seperminum
teh kemudian dia sudah berhasil menyandak beberapa kaki di
belakang sampan tersebut.
Saat itulah dia bisa melihat ombak yang dihasilkan oleh
tenaga pukulan orang itu terasa amat hebat sekali, melihat hal
tersebut di dalam hati dia merasa terperanjat sekali, pikirnya.
Ombak yang dihasilkan oleh tenaga pukulan orang ini di
atas permukaan sungai kelihatan kecil sekali, siapa tahu
ombak yang terjadi di dalam air sungguh begitu dahsyat, jelas
sekali tenaga dalamnya benar benar amat sempurna.
Tetapi diapun merasa kalau orang itu sedikit keterlaluan.
"Biar aku coba coba tenaga pukulannya secara diam diam"
pikirnya lagi.
Berpikir sampai disini badannya dengan Cepat berenang
mencapai di belakang perahunya, melihat dari atas permukaan
air menggulung datang angin pukulan yang amat keras
mendadak dia mengangkat telapak tangannya menyambut - ..
"Byuuurrr . . . seketika itu juga dari permukaan air muncul
semburan tiang air setinggi dua kaki lebih ke atas udara.
Pemuda berbaju hitam yang ada di ujung perahu agaknya
sama sekali tidak siap, mendapat serangan tersebut badannya
segera terhuyung huyung dan mundur tiga langkah ke
belakang dan hampir hampir jatuh terduduk di atas perahu
teesebut.
Tidak terasa lagi di dalam bati dia merasa sangat
terperanjat dan memandang ke atas permukaan air secara
terpesona, perlahan lahan pada wajahnya yang pucat pasi
secara lambat laun timbul warna kehijau hijauan yang samar
samar, dari sinar matanya muncullah nafsu untuk membunuh.
Siapa yang berani membokong Kongcuyamu dari dalam air?
bentaknya dengan amat gusar.
Jikalau betul betul bernyali ayoh keluar., .-dan naik ke sini
untuk bergebrak seribu jurus dengan aku orang.
Tetapi walaupun dia sudah memperhatikan permukaan air
itu beberapa saat lamanya tetapi keadaan disekeliling tempat
itu masih tenang tenang saja sampai gelembung udarapun
tidak tampak.
Sekali lagi dia menanti beberapa saat lamanya, sewaktu
melihat tidak ada gerakan yang mencurigakan dan melihat
pula sampannya sudah terkena cipratan air sehingga basah
kuyup terpaksa dengan melancarkan pukulan melanjutkan
kembali perjalanannya ke depan.
Siapa tahu begitu perahunya mulai bergerak mendadak dari
ujung perahu serta buritan terjadi getaran yang amat keras
lagi. Dia orang yang sama sekali tidak mengerti ilmu di dalam
air saking khekinya seluruh tubuhnya jadi gemetar amat keras,
diiringi suara bentakan yang amat keras, dari pingangnya dia
mencabut keluar sebilah pedang hitam yang amat tajam sekali
dan ditebaskan sekeliling perahu.
Jikalau dia tidak melancarkan serangan masih baikan.
Begitu dia bergerak tubuh perahu itu goncang semakin keras
lagi.
Pemuda berbaju hitam itu tidak bisa berbuat apa apa lagi,
terpaksa dia meloncat ke bagian tengah dari perahu itu dan
mengerahkan ilmu bobot seribu kati untuk menenangkan
goncangan tersebut.
Pada saat itulah tiba tiba tubuh perahu miring ke samping
dan mendadak terbalik ke dalam air.
Untung saja pemuda berbaju hitam itu bisa melakukan
tindakan dengan cepat. Sambil ber teriak keras dia menutul
ujung perahu lantas melayang setinggi tiga kaki ke atas
kemudian bersalto ke atas beberapa kali.
Dengan berjalan di atas permukaan air dia melirik sekejap
kearah perahu tersebut kemudian tertawa tawar, hanya di
dalam beberapa kali lompatan saja dia sudah melayang ke tepi
sungai tanpa badannya terkena cipratan sedikit air pun.
Dengan gerakannya ini secara tidak disengaja sudah
mendemonstrasikan semacam ilmu kepandaian,seketika itu
juga membuat orang yang ada di atas perahu disekeliling
tempat itu pada sorak memuji.
Tetapi air mukanya sama sekali tidak memperlihatkan
perubahan apapun dengan termangu mangu dia
memperhatikan perahu kecil yang tenggelam separoh itu, dia
orang benar benar dibuat keheranan daa jengkel oleh kejadian
ini.
Sudah tentu kesemuanya itu hasil perbuatan dari Liem Tou
yang ada didalam air sungai, akhirnya sewaktu dilihatnya
pemuda berbaju hitam itu sudah mendemontrasikan ilmu men
agankan tubuh berjalan diatas permukaan air di dalam hati
diam diam merasa sangat kagum se kali, pikirnya.
Tida kusangka perbuatanku ini sama sekali tidak bisa
memberi kelihayan kepadanya, aku harus mencari cara yang
lain untuk mempermainkan dirinya, pokoknya mulai hari ini
aku mau paksa dia uatuk mengetahui kalau orang sakti yang
ada di dalam dunia kangouw sangat banyak jumlahnya
sehingga dia orang sampai begitu sombong dan tidak
memandang sebelah matapun kepada orang lain.
Berpikir sampai disitu, dengan cepat telapak tangannya
ditempelkan ke dasar perahu tersebut kemudian dengan
mengerahkan tenaga saktinya perahu di dorong ke atas.
Dorongannya kali ini sama dengan kekuatan seribu kati,
seketika itu juga perahu tersebut didorong dari permukaan
sungai dan melayang setinggi satu kaki lebih di tengah udara,
tubuhnya membalik lagi menumpahkan air sungai yang
memenuhi ruangan perahu tersebut kemudian kembali ke atas
permukaan sungai di dalam keadaan semula.
Dengan kejadian ini walaupun sudah membuat pemuda
berbaju hitam itu menjadi amat gusar tetapi dia orang yang
mengetahui telah bertemu dengan lawan tangguh tidak berani
banyak bertingkah, dengan diam diam dia mempersiapkan diri
untuk menghadapi sesuatu.
Lama sekali pemuda berbaju hitam itu berdiri di tepi sungai
menantikan kedatangan musuhnya tetapi dari dasar sungai dia
orang tidak melihat adanya orang yang keluar dan juga tak
terasa lagi sambil mendepakkan kakinya ke atas tanah
makinya dengan amat gusar.
Kongcu ya mu selamanya tidak berganti nama, aku adalah
Ai Lau Tiauw atau si elang sakti dari gunung Ai Lau, Sun Ci Sie
adanya, jikalau kau benar benar berilmu nanti malam pada
kentongan ketiga aku menanti kau orang di tepi sungai di luar
kota disebelah barat dari kota Ciat Ciang.
Selesai berkata tanpa menoleh lagi dengan langkah yang
lebar dia barjalan meninggalkan tempat tersebut.
Ltem Tou yang mendengar pemuda berbaju hitam itu
ternyata sudah menyebutkan namanya sebagai Sun Ci Sie
dalam hati dia segera berpikir.
Aaaaa, kiranya kau orang kalau begitu aku tidak usah
susah payah mencari dirimu lagi.
Kiranya Sun Ci Sie nama ini adalah nama orang yang harus
dicari oleh Liem Tou sesuai dengan pesan orang yang
ditemuinya, kalau musuh besar mereka adalah Kioe Lang Wan
Kauw, atau dengan perkataan lain dialah satu satunya sanak
saudara dari si perempuan tunggal Touw Hong itu.
Tetapi si pemuda berbaju hitam yang sejak kecil sudah
menemui bencana membuat dia itu sama sekali tidak
mengetahui asal usul dia sendiri, sudah tentu di dalam
persoalan tersebut iapun tidak mengerti.
Liem Tou yang tahu dia adalah orang yang sedang dicari
sudah tentu tidak mau melepaskan dengan begitu saja,
dengan cepat dia berenang ke tepi untuk berganti pakaian
kemudian dengan langkah lebar dan tergesa gesa dia berjalan
menuju ke depan.
Kurang lebih sejam kemudian ternyata di hadapannya
kelihatan ramai juga. Tempat itu ternyata adalah suatu bandar
yang cukup besar.
Liem Tou dengan cepat masuk kota. Pada saat itu pagi hari
baru saja menjelang sehingga terlihatlah jalan raya penuh
sesak dengan manusia yang lalu lalang, suasana terasa amat
ramai sekali.
Walaupun Liem Tou selama satu malampun tidak tidur
tetapi menjelang pagi hari dia sudah tertidur sebentar
sehingga semangatnya pada saat inipun sudah segar kembali.
Dengan wajah yang tampan serta memancarkan sinar
berkilauan dengan seenaknya dia berjalan ditengah jalan
sehingga menimbulkan perhatian khusus dari orang orang
yang berada disana, terutama sekali gadis gadis dusun yang
melihat wajahnya tak terasa lagi hatinya pada berdebar debar
dengan sangat kerasnya.
Dengan langkah yang perlahan lahan Liem-Tou berjalan
melalui dua buah jalan kemudian tibalah dia orang di depan
sebuah loteng yang amat besar, di atas loteng itu
tergantunglah sebuah papan nama yang bertuliskan "Kie Sian-
Tong" tiga kata.
Disamping papan nama itu tergantunglah dua papan nama
yang bertuliskan kata kata.
"Tempat berkumpul para eaghioog. Mabok empat lautan"
Liem Tou segera tahu kalau tempat itu adaIah sebuah
loteng penjual arak, dengan langkah yang perlahan dia
berjalan naik ke tingkat ketiga lantas minta beberapa macam
sayur dan arak dan mulai bersantap dengan tenangnya.
Sembari bersantap pikirannya terus menerus sedang
berpikir akan kata kata dari Lie Loo jie kemarin malam,
semakin lama hatinya terasa semakin panas sehingga akhirnya
dia orang benar benar terasa amat gusar.
Arak yang dihabiskannya semakin lama semakin banyak,
akhirnya dia orang benar benar dibuat mabuk oleh air kata
kata.
Mendadak dia menghajar meja di hadapannya, sambil
makinya gusar.
Kiranya kau adalah anaknya iblis, jikalau aku sejak dulu
tahu begini tentu saja aku orang akan suruh kau binasa pada
saat itu juga atau sedikit dikitnya kau menjadi cacad, kau
anaknya iblis ternyata kau sudah mencelakai ayahku,
mengurung ayahku dan menyiksa dirinya.
Setelah memaki maki sampai kenyang, dia berganti tertawa
keras.
Haaa haaa, pokoknya kau orang tidak bakal lolos dari
tanganku biarlah kau orang hidup sebentar lagi tidak
mengapa. Hmm saat kematianmu sehari demi sehari akan
semakin mendekat.
Air mukanya mendadak berubah membesi, lalu gumamnya
seorang diri.
Hutan belantara lebat bagaikan sutera, gunung bersalju
membawa kepedihan hati, malam hari memandang rembulan,
termenung di atas loteng. Aaah ayah, kenapa kau orang tak
mau memberi tahukan kepadaku kalau kau orang mempunyai
kisah hidup yang demikian mengenaskan kalau tidak sejak
semula anak iblis she Ko itu sudah aku pukul hancur sebagai
pembalasan atas kematian kau orang tua.
Berbicara sampai disini tidak kuasa lagi dia meneteskan air
matanya kemudian menangis tersedu sedu...
Beberapa tamu di atas loteng itu ketika melihat Liem Tou
menangis dengan begitu sedihnya, dengan pandangan
keheranan pada mengalihkan matanya memandang ke
arahnya, ada di antara yang menduga tentu dia orang sedang
memikirkan pengalaman pahitnya, adapula yang merasa
tidak senang karena sudah diganggu ketenangannya.
Dengan tangisannya ini Liem Ton malah jadi sadar kembali
dari pengaruh air kata kata (mabok) itu
baru saja dia menghapus kering air matanya mendadak
terdengarlah suara seseorang yang sedang berkata dengan
suara yang amat dingin sekali.
Seorang lelaki sejati tidak akan menangis sedih karena
memikirkan pengalaman yang menyedihkan hatinya, apa kau
berbuat seperti seorang bocah cilik?
Liem Tou yang mendengar perkataan tersebut barnadakan
mengomeli dirinya dalam hati merasa sangat tidak senang,
dengan cepat diaangkat kepalanya melotot ke arah orang
tersebut.
Aku mau menangid atau tidak apa sangkut pautnya dengan
kau orang? serunya dengan gusar. Kau orang tidak usah
banyak bacot dihadapanku.
Baru saja dia selesai berkata mendadak dia merasakan ada
serentetan sinar mata yang amat tajam sedang menyapu ke
arah dirinya
Liem Tou menjadi amat terkejut, pikirnya di dalam bati.
Dengan ketajaman matanya itu yang mengejutkan, jelas
kepandaian silat yang dimilikinya sudah mencapai pada taraf
kesempurnaan. Bahkan diantara ketajaman matanya itu
secara samar samar membawa nafsu membunuh yang amat
tebal srkali. dan sungguh dahsyat sekali.
Hatinya segera bersiap sedia dan secara diam diam
menyalurkan hawa murni untuk mengelilingi seluruh
tubuhnya.
Saat itulah dia baru bisa melihat kalau orang tersebut
bukan lain adalah si pemuda berbaju hitam yang ditemuinya
sewaktu di sungai tadi, pada waktu ini dengan pandangan
yang amat dingin sedang memperhatikan dirinya.
Empat buah sinar mata berbentur menjadi satu, pemuka
berbaju hitam itu agak tertegun dibuatnya.
Mendadak dia bangkit berdiri dan ujarnya dengan suara
yang amat dingin.
Terang terangan Loo heng memiliki kepandaian silat yang
amat tinggi sekali kenapa ksu orang menangis sedih di tempat
ini? bahkan aku rasa di suatu tempat aku pernah bertemu
dengan Loo heng, cuma saja untuk beberapa saat lamanya
aku sudah tidak teringat kembali.
Liem Tou selesai mendengar perkataannya dia segera
mengangguk dengan perlahan, lantas jawabnya.
Cayhe cuma seorang terpelajar saja yang baru gagal
menempuh ujian mana bisa memiliki kepandaian silat? jikalau
aku betul betul mempunyai ilmu aku orang tidak akan sampai
bernasib begini, heeei. . .bukankah Heng Thay adalah orang
yang tadi pagi mendemontrasikan perahu terbang?"
Ketika pemuda berbaju hitam itu mendengar dia orang
tidak lebih cuma seorang siucay saja di dalam hati dia agak
kecewa tetapi kemudian setelah mendengar Liem Tou
mengungkap kembali peristiwa tadi pagi sewaktu ada di
sungai dengan cepat diapun sudah teringat kembali kalau
orang yang ada dihadapannya ini bukan lain adalah si pamuda
berbaju hijau yang ditemuinya di tepi sungai tadi pagi, dia
segera mengangguk.
Aaaah . .kiranya kau orang, Loo heng tidak usah berputus
asa berjuanglah terus akhirnya tentu kau orang akan
mencapai sukses juga.
Sebenarnya si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san, Sun Ci
Sie ini adalah orang amat congkak dan dingin sekali sikapnya
tetapi dikarenakan perbuatannya yang secara tidak sengaja
dengan Liem Tou membuat dia orang mau tak mau harus
berbicara juga beberapa patah kata.
Liem Tou sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau
pihak lawan bisa mengucapkan kata kata memuji dirinya, dia
segera memperlihatkan senyuman yang amat girang sekali.
Terima kasih. . .terima kasih. . .serunya berulang kali.
Dengan mengambil kesempatan ini dia pindah tempat dan
duduk semeja dengan dirinya lalu menanyakan nama dari si
rajawali sakti Sun Ci Sie ini, mengaku terus terang namanya,
sebaliknya Liem Tou sudah karangkan satu cerita palsu
kepadanya.
Sun heng mendengar secara tiba tiba Liem Tou memuji
dirinya. Menurut pandangan Siauw te, Sun heng manusia yang
paling aneh dan paling sakti pada saat ini, ini hari aku bisa
bersahabat dengan Sun heng hatiku merasa sangat bangga
sekali, tetapi sampai saat ini Siauw te masih ada satu hal yang
masih belum paham benar, entah maukah Sun heng
memberikan penjelasannya??"
Si rajawali sakti dari gunung Ai San Sun Ci Sie sewaktu
mendengar dia orang dipuji puji dan disanjung hatinya
semakin gembira lagi.
Aaaih, cuma sedikit kepandaian tak berarti mana bisa
dianggap sebegitu lihaynya? sahutnya sambil tertawa. Entah
Liem heng ada urusan apa yang kurang paham? bilamana
Siauw te tahu tentu akan aku jawab.
Mendengar jawaban tersebut diam diam didalam hati Liem
Tou merasa geli.
Hee...hee kau jangan keburu bangga, aku mau suruh kau
merasakan bagaimana rasanya keguyur air dingin.
Sewaktu Sun heng bermain perahu di atas sungai tadi, ujar
Liem Tou menyambung. Bukankah perahu bergerak dengan
amat lajunya? dengan kepadaian silat yang dimiliki Sun heng
sekarsng ini bagaimana secara tiba tiba perahu tersebut bisa
terbalik? peristiwa ini sangguh membuat Siauwt. kurang
paham.
Mendengar perkataan dari Liem Tou ini air muka si rajawali
sakti dari gunung Ai Lau san ini seketika itu juga berubah jadi
merah padam, senyuman yang menghiasi bibirnyapun segera
lenyap berganti dengan satu lembar wajah yang sangat adem,
di antara perubahan yang secara mendadak itulah pada
alisnya jelas muncul nafsu membunuhnya yang amat tebal.
Liem Tou yang melihat kejadian itu dalam hati segera
berpikir.
Jika ditinjau dari keadaan serta tindak tunduknya jelas Sun
Ci Sie ini bukan nerasal dari kalangan lurus, jika dilihat dari
antara alisnya jelas sekali memperlihatkan akan kekejaman
hatinya yang melebihi binatang. Hmm . . aku harus baik baik
mengadakan penyelidikan.
Hmmm, ,aku sama sekali tidak menyangka kalau di dalam
sungai tersebut bisa terdapat sebegitu banyak ikan besar.
Teriak Sun Ci Sie tiba tiba sambil menghantam meja. Ikan
ikan terkutuk itu ternyata sudah membalikkan sampan kecilku
kedalama air, aku cuma gemas karena sama sekali tidak dapat
menggunakan ilmuku didalam air, kalau bisa hmm, hmm, aku
tentu akan seret dia ketepi pantai dan kuhancurkan badannya
hingga bisa menghilangkan rasa mengkel yang mengganjal di
dalam dadaku.
Liem Tou segera tertawa tergelak dengan sangat kerasnya.
Aduuuhh, kiranya ada seekor ikan yang begitu besarnya?
Teriaknya dengan kaget. Jikalau Sun heng benar benar
menarik dia ke tepi sungai aku rasa ikan tersebut tentunya
ikan yang paling besar didalam sungai itu dan paling
mengejutkan semua orang, tetapi ada sesuatu hal lagi yang
aku tidak paham, kenapa perahu tersebut mendadak bisa
terbang kelangit? Apakah ikan tersebut bisa menyembur
sebegitu hebatnya?.
Untuk sesaat lamanya Sun Ci Sie tidak bisa mengucapkan
sepatah katapun sepasang matanya dengan melotot lebar
lebar memperhatikan diri Liem Tou, lama sekali dia baru
mengangguk.
Ehmm, boleh dikata perkataan dari Liem-heng itu memang
benar, mungkin perkataan dari Liem heng benar.
Terpaksa Liem Tou pun harus menutup mulutnya kembali,
padahal saat ini dia sudah bisa tahu bagaimana macamnya
manusia yang bernama Sun Ci Sie ini, dia semakin
memandang rendah dirinya lagi.
"Sun-heng," lama sekali Liem Tou baru bertanya lagi, kau
orang datang ke kota Ciat Ciang ini ada keparluan apa????
Tiga hari kemudian aku mempunyai satu urusan kecil di
tempat sebelah sana sahut si rajawali sakti dari gunung Ai Lau
San itu perlahan.
Selesai berkata dia menuding keluar jendela.
Liem Tou dengan mengikuti arah yang dituding segera
menoleh keluar, terlihatlah sebuah gunung berdiri dengan
megah dihadapan-nya, dengan puncak yang sangat tinggi
sehingga menembus awan. itulah yang disebut sebagai
gunung Hauw Ya San.
Gunung Hauw Ya San ini terletak di sebelah Barat dari
keresidenan Auw Kiang dan bersebelahan dengan kota Ciat
Ciang ini, sehingga Sun Ci Sie sekali menuding ke arah luar
jendela sudah bisa menunjukkan gunung Hauw Ya San
tersebut
.
Buat apa dia orang pergi ke gunung Hauw-Ya San?? pikir
Liem Tou di dalam hati.
Aaaa. . .Sun heng sungguh bersemangat sekali, di bawah
sorotan sinar matahari yang demikian lembutnya memang
waktu yang paling tepat untuk berpesiar ke atas gunung,
Siauwte pun kini sedang menganggur, bagaimana kalau aku
temani Sun heng pergi berpesiar kesana??"
Dengan cepat Sun Ci Sie gelengkan kepalanya.
Liem heng adalah seorang terpelajar tidak seharusnya naik
ke gunung yang begitu tingginya, apalagi kepergianku ini
diliputi oleh mara bahaya., .aku orang sama sakali bukan
sedang berpesiar.
Kalau begitu San heng naik ke gunung mau membinasakan
ular besar? teriak Liem Tou sengaja memperlihatkan rasa
kagetnya yang tak terhingga. Ataukah mungkin Sun heng naik
ke atas gunung mau membasmi binatang binatang berbahaya
lainnya??"
Bukan, .bukan begitu, sekali lagi Sun Ci Sie gelengkan
kepalanya. Hari itu aku sudah janji dengan dua orang manusia
yang amat lihay sekali untuk pergi ke atas puncak gunung Hay
Ya pan untuk bertanding silat.
Wach, Aku semakin ingin ikut pergi lagi, teriak Liem Tou
dengan cepat. Kesempatan yang baik sukar untuk ditemui
selama hidupku tentuaya Sun henh mengizinkan aku untuk
pergi menotou peristiwa yang sangat besar bukan??
Sembari berkata Liem Tou di dalam hatiny berpikir terus.
Siapakah orang yang sudah mengadakan perjanjian dengan
dirinya?? Aku harus mengadakan penyelidikan dengan
seksama.
Wajahnya segera memperlihatkan keragu raguannya,
dengan rasa terkejut bercampur heran tanyanya.
Sun-hang bisa berjalan di atas permukaan air dengan
tenangnya bahkan bisa lari bagaikan kilat, boleh dikata itulah
pekerjaan seorang dews atau malaikat. Di dalam kolong langit
pada saat ini ada siapa lagi yang berani mencari gara gara
dengan diri Sun heng??? Kalau memangnya orang itu berani
menantang Sun heng untuk bertempur sudah tentu
kepandaian mereka tidak sembarangan . . •
Sun Ci Si segera menganggukkan kepalanya.
Pada masa yang lalu kedua orang ini juga termasuk
manusia yang amat lihay sekali, kali ini jikalau mereka bekerja
sama. Dapatkah aku orang memperoleh kemenangan, hal ini
masih sukar untuk di duga sebelumnya.
Lalu siapakah kedua orang itu? apa sangat fihay sekali ilmu
silatnya?.
Sskalipun aku bsritahu kepadamu kau orang tentu tidak
tahu, baiklah biar aku beritahukan kepadamu. Yang satu
adalah Thiat Bok Thaysu yang sudah angkat nama bersama
sama dengan si cambuk iblis Suo Kok Thaysu tempo hari,
sedang yang lain adalah si penahat naga merah anak murid
dari Suo Kok Mo Pian. ke dua orang ini semuanya merupakan
penjahat-penjahat berhati kejam yang sudah melakukan
banyak kejahatan baik merampok, membunuh maupun
memperkosa, tetapi kali ini aku sengaja pergi mencari mereka
bukanlah dikarenakan kejahatan kejahatan yang dilakukan
oleh mereka melainkan hendak membereskan sedikit sakit hati
yang sudah terjadi empai puluh tahun yang lalu.
Mendengar jawaban tersebut diam diam Liem Tou merasa
sangat terperanjat, pikirnya.
Oooh kiranya dia mau pergi menemui kedua orang itu,
kalau begitu aku harus menyelidiki urusan yang sudah terjadi.
Mendadak dia bangkit berdiri, air mukanya jadi membesi
lalu serunya dengan keras.
"Sun heng jangan sekali kali melepaskan ke dua orang itu
lagi, tentang Thiat Bok Thaysu siauw te tidak tahu siapakah
dia orang, tetapi si penjahat naga merah itu bukan saja siauw
te pernah mendengar sekalipun kaum perempuan serta bocah
cilik dari penduduk di sekitar tempat itupun tahu kalau dia
adalah penjahat kejam, diapun merupakan seorang bajingan
pembasmi keluarga, pada dua puluh tahun yang lalu menurut
perkataan dari orang orang tua, dia pernah mengumbar
nafsunya itu tetapi sebentar kemudian sudah lenyap dari
muka bumi, tidak kusangka sama sekali pada akhir-akhir ini
dia sudah munculkan dirinya kembali bahkan aku dengar
tindakannya semakin ganas lagi
Hei . . jikalau orang ini tidak dibasmi secepatnya, maka kita
sebagai rakyat biasa tentu ada sehari tidak tidur tenang, entah
Sun heng punya ganjalan sakit hati apa dengannya?"
Dengan perlahan Sun Ci Sie angkat cawannya dan diteguk
isinya hingga habis. Dari sepasang matanya tampak
memancar keluar sinar yang amat tajam sekali berkelebat tak
henti henti nya.
Baru saja dia gerakkan mulutnya mau berbicara mendadak
dia menarik kembali kata katanya itu dan meloncat bangun.
Peristiwa ini panjang sekali bila mana d ceritakan, ujarnya
kemudian. Lebih baik kita bicarakan dikemudian hari saja, bila
mana Liem heng benar benar ingin ikut pergi dengan aku.
maka di dalam tiga hari ini kau harus baik baik beristirahat
sampai waktunya kamu boleh ber&embunyi disamping untuk
menonton aku pergi membasmi kedua orang siluman aneh
tersebut.
Liem Tou segera mengangguk.
Setelah membayar rekening arak Sun Ci Sie lalu turun dari
loteng dan Liem Toupun mengikuti dari belakang.
"Sun heng, kau menginap dimana?" tanyanya.
"Ikuti saja diriku" sahur Sun Ci Sie sambil melanjutkan
terus perjalanannva ke depan.
Terpaksa Liem Tou mengikuti dirinya dari belakang, setelah
berjalan melalui jalan besar dia itu keluar melalui pintu kota
sebelah barat. Tidak terasa di dalam hati Liem Tou merasa
ragu ragu juga, pikirnya.
"Aaaaahh . . . dia mau pergi kemana?"
Tetapi sekalipun dia berpikir demikian, mulutnya tetap
membungkam, dia ikuti terus dirinya dari belakang menuju ke
tepi sungai.
Kurang lebih sepertanak nasi kemudian mereka berdua
sudah lama berjalan mengikuti aliran sungai tersebut, ketika
dilihatnya mereka sudah cukup jauh mnninggalkan kota
tersebut mendadak terdengar Sun Ci Sie bergumam seorang
diri.
Malam ini aku mau menemui dirinya di tempat ini.
Liem Tou tahu yang dimaksudkan olehnya adalah dia orang
sendiri, tetapi pada mulutnya sengaja dia bertanya.
Sun heng kau sedang membicarakan apa??? dan malam
hari ini kau mau bertemu dengan siapa?"
Agaknya Sun Ci Sie sangat gusar sekali dibuatnya, setelah
mendengar perkatan tersebut dia segera tertawa dingin.
Lebih baik Liem heng jangan terlalu banyak bertanya,
ujarnya dengan amat dingin sekali.
Harusnya kau orang ketahui sejak aku si rajawali sakti dari
gunung Ai Lau san terjunkan diri ke dalam dunia kangouw,
kecuali kau seorang belum pernah aku bersikap demikian
sungkannya kepada siapapun, kau orang harus sedikit berhati
hati jangan sampai membuat diriku marah.
Liem Tou yang disemprot dengan kata kata tersebut dia
sama sekali tidak menjadi marah, dia tersenyum, tetapi dalam
hati tidak urung memaki juga.
Kau manusia goblok, jikalau bukannya ibumu mempunyai
budi yang amat besar kepadaku sehingga aku orang bisa
mendapatkan kitab pusaka To Kong Pit Liok, aku segera kasi
lihat pertunjukan yang amat bagus padamu.
Tetapi perkataan tersebut tidak sampai dia ucapkan keluar,
dengan berdiam diri dia mengikuti dirinya dari belakang.
Semakin lama suara deburan ombak dari sungai itu
terdengar jauh lebih kencang beberapa kali lipat, dari pada
deburan ombak yang ada di sekitar kota Ciat Ciang tadi.
Liem Tou yang sudah sangat hafal sekali terhadap aliran
sungai tersebut sudah tentu jauh lebih tahu dari dirinya, dia
tahu dirinya sudah memasaki selat Sie Leng Shia.
Tetapi Sun Ci Sie masih terus melanjutkan perjalanannya
menuju ke depan, semakin lama dia berjalan, jalan yang
tadinya lebar itu berubah menjadi sempit dan akhirnya jadi
jalan seusus kambing yang amat kecil sekali.
Sebenarnya Liem Tou mau bertanya kembali kepadaaya
tetapi dia takut Sun Ci Sie jadi gusar oleh tindakannya itu,
terpaksa dia bungkam diri. sedang di dalam hatinya diam diam
pikirnya,
Perduli amat dia orang mau pergi ke mana. Aku ikuti saja
terus bukankah beres???
Supaya dia orang tidak banyak berpikir lagi dengan
berdiam diri dia terus menerus mengikuti di belakangnya.
Tidak lama kemudian mereka sudah menaiki sebuah bukit
kecil, Liem Tou segera melayangkan pandangannya melihat
sungai yang berombak sangat besar itu ....
Saat itulah terdengar Sun Ci Sie sudah berbicara sambil
menuding kearah sungai.
Selama tiga hari ini Liem-heng boloh tinggal ditempat ini
saja.
Liem Tou yang melihat dia menuding ke tengah sungai
dalam hati merasa amat tidak paham.
Sun-heng kau orang jangan berguyon, seru nya. Aku orang
bukanlah sebangsa makhluk yang hidup didalam air,
bagaimana mungkin bisa tinggal di dalam sungai itu??
Haaaa . . . haaaaa . . . aku orang sama sekali bukan
menyuruh Liem heng tinggal di dalam air, sahut Sun Ci Sie
sambil tertawa. Coba kau lihat, bukankah di tikungan sebelah
sana ada sebuah perahu yang masih baru?
Dengan terburu buru Liem Tou mengalihkan pandangannya
ke tengah sungai dan mulai mencarinya, akhirnya dia
menemukan juga di tengah sungai tersebut memang terdapat
sebuah perahu yang berhenti tak bergerak, di dalam perahu
tersebut nampaknya tidak ada orangnya, tampak dua buah
tiang layar berdiri dengan tegaknya di tengah tiupan angin.
Sewaktu Sun Ci Sie melihat Liem Tou sudah dapst
mengetahui perahu tersebnt mendadak dengan beberapa kali
loncatan dia menubruk ke arah perahu tersebut.
Saat itu walaupun Liem Tou memiliki ilmu silat yang sangat
tinggi tetapi dia tidak dapat menggunakannya.
Tampaklah jarak antara bukit kecil dan tengah sungai
masih ada satu atau dua puluh kaki tingginya, bahkan
kelihatan tak ada jalan lainnya lagi.
Terpaksa dia orang berdiri tidak bergerak di atas bukit
tersebut dan berteriak teriak dengan sangat keras.
Sun heng. bagaimana Siauw te harus turun ke sana?
Dia berteriak dua kali tetapi tidak tampak juga orang naik,
ketika dia berteriak untuk ke tiga kalinya saat itulah baru
tampak Sun Ci Sie meloncat naik kembali ke atas bukit.
Liem heng tidak usah cemas, serunya sambil tertawa,
Sudah tentu aku takkan membiarkan diri mu tinggal seorang
diri di atas bukit itu.
Selesai berkata dia memeluk pinggang Liem Tou dan
kembali dengan beberapa kali loncatan naik ke dalam
perahunya.
Liem Tou dapat melihat perahu tersebut masih sangat baru
sekali, ruangan perahu di atur dengan rapi dan mewahnya,
pada samping kiri dari ruangan tersebut terdapatlah dua buah
jendela yang masih tertutup rapat.
Dengan perlahan Sun Ci Sie membuka pin tu ruangan
tersebut sehingga tampaklah tirai yang terurai menghalangi
pandangan, di balik tirai tersebut terbentuklah sebuah
ruangan yang disusun amat mewah dan megah sakali,
keadaan ini mirip dengan sebuah ruangan istana.
Didepan ruangan perahu Sun Ci Sie melepaskan sepatunya
lalu baru masuk ke dalam ruangan, Liem Tou pun segera
melepaskan juga sepatunya.
Tak kusangka ternyata Sun heng begitu gemar akan
berpesiar, ujarnya sambil tertawa. Tidak kusangka pula
ternyata engkau mempunya sebuah perahu besar yang benar
benar sangat menarik dan megahnya, siancay . siancay bila
mana mana siauw te bisa tinggal selama tiga hari di tempat ini
boleh dikata rejekiku sungguh
amat mujur sekali,
Sun Ci Sie segera tertawa.
Liem heng jangan begitu sungkan sungkan jikalau kau akan
ikut menonton pertempuran di atas gunung Hauw Ya san
terpaksa cuma ada tiga hari saja kau bisa menginap disini.
Sembari bercakap cakap sepasang mata dari Liem Tou
dengan amat tajamnya memperhatikan terus keadaan di
sekeliling ruangan tersebut.
Terlihatlah bantal seprei disulam dengan amat indah sekali.
dan diatur dengan begitu rapi dan menarik, di sebelah kiri dari
ruangan tersebut bertumpuklah beberapa buah peti besar
yang berwarna hitam, kecuali peti yang terbawah di kunci
yang lainnya sama sekali tidak digembok.
Entah dimanakah rumah dari Sun heng? aku rasa kau
orang tentu sangat kaya sekali dan merupakan putra seorang
hartawan.
Si rajawali sakti dari gunung Ai Lau San ini cuma tersenyum
ringan saja dia tidak menjawab.
Segera dia orang menunjukkan dimana terletak bahan
makanan dimana terletak bahan minuman dan beritahu juga
kepadanya kalau mau tidur suruh lantas tidur saja akhirnya dia
menambahi.
Untuk sementara Liem heng tinggallah ditempat ini. aku
orang masih ada urusan yang harus diurus di tepi sungau
sana.
Sun heng silahkan berlalu jawab Liem Tou dengan cepat.
Aku orang sudah terialu mengganggu diri Sun heng, dalam
hati aku merasa tidak enak.
Sun Ci Sie tidak memberikan jawabannya, dia segera
memakai sepatunya lalu meloncat naik ke tepi hanya dalam
sekejap saja sudah lenyap tak kelihatan.
Menanti setelah Sun Ci Sie pergi jauh Liem Tou baru diam
diam berpikir
.
Orang ini sungguh amat aneh sekali, jika dilihat dari gerak
geriknya yang sangat terburu buru dan sama sekali tidak mau
berhenti agaknya dia orang mempunyai satu kesedihan yang
benar benar menggoncangkan hatinya sehingga dia berbuat
demikian.
Berpikir sampai disini dia tidak ragu ragu lagi, dangan cepat
dia berjalan mendekati beberapa buah peti hitam itu dan
membuka peti yang pertama.
Pandangannya menjadi terang, tampaklah di dalam peti
tersebut dipenuhi dengan uang perak yang menyilaukan mata.
Sewaktu membuka peti yarg kedua dia menemukan peti
tersebut juga penuh berisikan uang perak putih yang
menyilaukan mata.
Berturut turut sampai pada peti yang keempat dia baru
menemukan kalau peti tersebut penuh berisikan uang emas
yang bertumpuk tumpuk memenuhi seluruh tempat.
Pada peti yang kelima berisikan satu peti mutiara dan intan
permata yang mahal harganya
Tidak kuasa lagi Liem Tou dibuat berdiri tertegun di tanah,
lama sekali dia baru berpikir.
Sungguh hebat, darimana dia orang mendapatkan uang
emas perak dan intan permata yang demikian banyaknya?
cukup dengan beberapa peti ini saja sudah bernilaikan satu
kota bagaimana mungkin harta ysng sebegitu banyaknya ini
bisa muncul ditangan seorang jagoan tukang pukul Bu lim
yang asal usulnya tidak diketahu jelas.
Berpikir sampai disini otaknya diperas lebih keras lagi,
mendadak di dalam benaknya terbayang satu ingatan hingga
tidak terasa lagi seluruh tubuhnya bergidik dengan amat
kerasnya
Apa mungkin dia orang, .apa mungkin di orang,
.gumamnya seorang diri.
Saat ini tinggal peti hitam yang paling bawah belum dibuka,
pikir Liem Tou lagi.
Turggu dulu. Aku sama sekali tidak memiliki kepandaian
untuk membuka kunci itu, jikalau harus dirusak sudah tentu
setelah Sun Ci Sie kembali dia akan mengetahuinya, aku tidak
boleh mencari gara gara dikarenakan urusan yang kecil ini
saja, bagaimanapun juga waktu yang akan datang masih
panjang sekalipun dibuka lain kali juga belum terlambat.
Setelah dia mengambil keputusan di dalam hatinya deagan
cepat peti peti yang sudah terbuka ditutupnya kembali seperti
sedia kala lantas ditumpuk seperti semula.
Setelah semuanya selesai untuk membuang waktu yang
amat senggang ini dia duduk bersila dan mulai memusatkan
perhatiannya untuk bersemedi.
Sebentar kemudian hawa murninya sudah mengalir
mengelilingi seluruh tubuhnya badan terasa menjadi segar
sedang pendengarannya semakin tajam.
Saat ini kecuali suara deburan ombak yang menggulung tak
henti hentinya terdengar sedikit suara - - - tidak lama
kemudian Liem Tou sudah berada dalam keadaan lupa
segalanya.
Semakin dia bersemedi hatinya semakin tenang,
pendengarannya pun semakin tajam, setiap suara yang di
dengar di tepi sungai sampai rontoknya dedaunan pun dia bisa
mendengar dengan amat jelasnya.
Dari siang hari sampai malam Liem Tou terus menerus
duduk sama sekali tidak bergerak, waktu itu sudah menjelang
magrib tidak hentinya angin sungai bertiup berlalu membawa
rasa dingin yang menggigilkan.
Tidak lama kemudian secara samar samar Liem Tou bisa
mendengar suara tersampoknya ujung baju terkena angin, dia
taha si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san, Sun Ci Sie sudah
kembali ke perahu.
Dengan cepat Liem Tou jatuhkan diri berguling dan
menutupi tubuhnya dengan selimut pura pura tidur.
Sebentar kemudian segera terasalah tubuh perahu tersebut
sedikit bergoyang, Sun Ci Sie dengan berpakaian hitam sudah
muncul dihadapanuya air mukanya yang pucat pasi secara
samar samar membawa warna kehijau hijauan, dengan air
muka yang amat tawar dia berjalan masuk ke dalam ruangan
perahu lalu mendorong jendeia dan dengan termangu mangu
memperhatikan ke tengah sungai.
Sedikit jejakpun tidak kelihatan, gumamnya seorang diri.
Sungguh suatu urusan yang amat aneh sekali, di dalam Bu
Lim pada saat seperti ini orang yang bisa memiliki tenaga
dalam yang sebegitu tingginya aku rasa tidak begitu banyak,
apa mungkin si tua bangka itu yang mencari gara gara di
belakang diriku?
Liem Tou yang berbaring di dalam selimut segera bisa
meraba dari pembicaraannya itu siapa orang yang dimaksud,
cuma sayang tidak tahu siapakah tua bangka yang
dimaksudkan itu.
Lewat beberapa saat kemudian Sun Ci Sie bergumam
kembali.
Perduli siapakah dia orang, setelah malam ini bertemu
dengan dirinya aku mau mengambil keputusan lagi, jikalau dia
orang yang mempunyai kepala dan muka tentu akan
menunjukkan dirinya dengan terang terangan.
Saat itulah Liem Tou merasa yakin kalo apa yang
dibicarakan selama ini adalah bukan lain hanya orang yang
berada didalam air itu, diam diam Liem Tou tertawa geli.
Orang itu tidak akan munculkan dirinya, saya rasa kau
orang takkan bertemu dengannya pikirnya di dalam hati
Berpikir sampai disitu dia segera mengulet dan berseru
dengan keras.
"Aaaah sungguh nyaman .... sungguh nyaman sekali, eeh
kapan Sun heng puiang? selama beberapa tahun ini aku belum
pernah merasakan tidur yang demikian nyamannya ternyata
aku sudah tidur dengan begitu pulas sungguh tidak genah ....
sungguh tidak genah.
Sembari berkata Liem Ten segera merangkak bangun
Liem heng tentu sudah lapar bukan ? ujar Sun Ci Sie sambil
menoleh. Bagaimana kalau kita mengambil keluar makanan
serta arak kita nikmati dengan perlahan lahan? setelah
kentongan kedua kita bisa berlayar mengikuti aliran sungai
lalu kau tinggal di dalam perahu dan aku akan pergi menepati
janji untuk menemui orang tersebut.
Liem Tou tertawa, tetapi di dalam benaknya sedang
memikirkan cara cara untuk memecahkan siasat ini, pikirnya.
Dia minta, supaya aku menjalankan perahu untuk
mengikuti dirinya lalu bagaimana aku bisa naik ke tepian
masuk kota dan berganti pakaian??
Tetapi dengan terpaksa dia berjalan menuju ke gudang dan
membuka pintunya nampaklah arak, daging, ayam dan banyak
bahan makanan yang sudah tersedia di dalam gudang
tersebut, bahkan bergentong gentong arak tersedia pula
disana.
Dengan cepat dia mengambil barang barang tersebut dan
mereka berdua mulai minum arak sambil memandang ke
tengah sungai.
Cuma saja arak ini diminum terlalu sepi karena di antara
mereka berdua tidak ada yang mau berbicara, masing masing
sedang memikirkan urusannya sendiri sendiri.
Kurang lebih satu jam kemudian malam semakin kelam,
tampaklah sinar rembulan berbentuk sabit muncul dengan
perlahan lahan dari balik awan, dengan meminjam
kesempatan ini Liem Tou segera bertanya.
Sun heng, walaupun kau dan aku telah berkenalan belum
lama tetapi aku rasa kita memangnya berjodoh, apalagi
kepandaian silat dari Sun heng yang begitu tingginya
membuat aku benar benar merasa sangat beruntung sekali.
Tetapi entah Sun heng berasal dari aliran perguruan mana?
siapakah suhumu?.
Sun Ci Sie yang selama setengah harian penuh pergi
mencari orang yang sudah mengganggu dirinya di dalam air
tanpa berhasil di dalam hati sebetulnya dia sudah merasa
mendongkol, saat ini dengan meneguk beberapa cawan arak
dia orang sudah dibuat setengah mabok, mendengar
perkataan tersebut dia segera menjawab
Jikalau orang lain yang bertanya kepadaku mungkin aku
akan marah, kalau memangnya Liem heng yang mengajukan
pertanyaan ini aku akan memberitahukan juga kepadamu
tetapi kau harus jaga rahasia aku sudah belajar ilmu silat
selama dua belas tahun lamanya dit ebing Tak berbudi di atas
gunung Ai Lau san, guruku bukan lain adalah si bweesio tujuh
jari yang pada empat puluh tahun yang lalu pernah
menggetarkan seluruh dunia kangouw dengan mengandalkan
sebilah pedang hitam yang kemudian membinasakan salah
satu dari Auw Hay Siang-Hiap.
Liem Tou yang pengalamannya cetek mana tahu siapakah
si hweesio berjari tujuh itu? jikalau dia orang tahu kalau si
hweesio berjari tujuh bukan laia adalah pembunuh dari suhu
ayahnya Hoa Siong Hiap pada saat ini kemungkinan sekali dia
sudah menyerang diri Sun Ci Sie dengan amat gencarnya.
Lalu di manakah suhumu sekarang berada? terdengar Liem
Tou bertanya lagi sambil tertawa. Jika ditinjau dari kepandaian
silat dari suhumu amat dahsyat sekali.
Haaai, terdengar Sun Ci Sie meghela napas panjang,
sekalipun suhu masih sehat waalfiat tetapi dikarenakan pada
tempo hari sudah terhajar jatuh ke dalam jurang, sepasang
kakinya sudah cacat walaupun kepandaian silatnya masih ada
tetapi sudah tidak dapat bergerak lagi, tujuanku kali ini turun
gunung bukan lain adalah hendak menuntut balas dendam
tersebut, musuh besarku bukan lain adalah Si Suo Kuk Mo
Pian serta Thiat Bok Thaysu dua orang, karena si penjahat
naga merah adalah anak murid dari Suo Kuk Mo Pian itu maka
aku sudah menghitungnya sekalian.
Liem Tou cuma berdiam diri tidak menjawab tetapi dalam
hati mengingat seluruh perkataannya.
Ketika dia menoleh memandang keluar jendela mendadak..
. .tampak sesosok bayangan hitam dengan amat cepatnya
berkelebat di tepi sungai, walaupun Liem Tou melihat akan hal
tersebut tetapi dia sama sekait tidak memperlihatkan sedikit
perubahan apapun, dia pura pura tidak melihatnya sama sekali
dan berjalan mendekati kearah jendela.
Tampaklah bayangan hitam itu mendadak ber henti di atas
tepian tersebut.
Karena jaraknya amat jauh apalagi berada di dalam malam
yang gelap sekalipun Liem Tou bisa melihat bayangan
tersebut tetapi tidak mengetahui siapakah orang itu.
Dia cuma melihat perawakan orang itu tidak begitu besar,
tubuhnya kecil langsing dan berdiri tidak bergerak di atas bukit
kecil itu'
Dalam hati Liem Tou segera berpikir. Biarlah aku
beritahukan adanya orang berjalan malam ini kepada diri Sun
Ci Sie agar dia menganggap dia orang adalah orang yang
sudah mengganggu dirinya di dalam air sungai tadi sehingga
dengan demikian dia akan pergi melakukan pengejaran.
Berpikir akan hal ini dia segera buka mulutnya siap
berbicara. . .mendadak. . .Bluuk. . sebuah batu sudah disambit
kearah air sungai sehingga menimbulkan suara yang agak
nyaring.
Sun Ci Sie memiliki kepandaian silat yang amat tinggi
segera merasakan akan hal itu, tubuhnya dengan cepat
melayang keluar dari ruangan perahu dun menyapu sekejap
sekeliling tempat itu.
Tampaklah di atas bukit diseberang tepian sungai berdirilah
seseorang dengan amat tegak nya. dia orang tidak malu
disebut si rajawali sakti tubuhnya deagan kecepatan bagaikan
kilat sudah melayang dan menubruk ke atas bukit.
Liem Tou dapat melihat seluruh kejadiaa itu dengan amat
jelasnya Dia melihat orang yang ada diatas bukit itu agaknva
sudah mengadakan persiapan, baru saja tubuh dari si rajawali
sakti meloncat kedepan orang itu sudah putar tubuh dan
melarikan dirinya.
Menanti sewaktu Sun Ci Sie tiba di atas bukit itu orang
tersebut sudah berada ditempat yang amat jauh sekali.
ZTerdengar si rajawali sakti dari gunung Ai Lau san
mendengus dengan dinginnya, ujung kakinya dengan cepat
menutul permukaan tanah lantas melakukan pengejaran ke
depan.
Dalam hati Liem Tou jadi keheranan, tanpa memakai
sepatu lagi tubuhnya dengan cepat melayang melalui jendela,
kemudian dengan menutul ujung perahu bagaikan kilat
cepatnya dia melayang sejauh dua puluh kaki lebih menuju ke
arah bukit tersebut, kemudian dengan mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya yang amat lihay tubuhnya berkelebat
kembali menuju kearah di mana bayangan dari Sun Ci Sie tadi
lenyapkan dirinya.
Beberapa saat kemudian dari tempat kejauhan dia bisa
melihat adanya dua bayangan yang sedang berkelebat saling
susul menyusul dengan jarak lima puluh kaki lebih.
Dengan cepat Liem Tou meloncat ketempat kegelapan dan
mengejarnya dari belakang, tidak sampai seperminum teh
kemudian dia orang sudah berhasil menyusul mereka berdua
tetapi diapun tidak bisa melampaui diri Sun Ci Sie, terpaksa
dari belakang dia membuntuti dirinya terus menerus.
Lewat beberapa saat lagi tampaklah di depan mereka
terbentanglah sebuah hutan yang amat lebat sekali, tampak
bayangan yang ada di paling depan dengan amat cepatnya
secara tiba tiba berkelebat menuju ke sana.
Sun Ci Sie yang berhasil mencapai di depan hutan itu agak
ragu ragu sebentar, akhirnya dia pun menubruk masuk ke
dalam.
Heey. . manusia itu sungguh besar nyalinya, pikir Liem Tou
yang ada di belakangnya.
Terpaksa Liem Tou berhenti di samping hutan tersebut dan
bersembunyi dibalik pepohonan, apabila dia tidak berbuat
demikian pasti Sun Ci Sie menoleh ke belakang dan jejaknya
akan diketahui
Saat itulah terdengar Sun Ci Sie membentak dengan amat
kerasnya.
Kau manusia tanpa kepala, jika berani ayoh keluar dan
bertempur dengan diriku, buat apa bersembunyi seperti cucu
kura kura?
Lihat serangan ! Baru saja dia selesai berbicara
terdengarlah suara searang perempuan sudah membentak
keras. Rasakan kelihayan senjata rahasia dari nonamu.
Selesai berkata segera terasalah suara desiran dari senjata
rahasia yang memecahkan kesunyian menyambar datang.
Sun Ci Sie jadi amat gusar sekali. Kau perempuan rendah,
ayoh cepat mengge inding keluar.
Diikuti suara meayambarnya angin pukulan yang amat
keras sekali menghajar pepohonan sehingga dahan serta
ranting pada rontok ke atas tanah.
Lonte busuk perempuan maki Sun Ci Sie lagi dengan amat
gusarnya..
Siapa kau orang? berani benar kau mencari gara gara
dengan Kong cu yamu, aku mau tanya orang yang sudah
mengganggu aku di dalam sangai pagi tadi apakah
perbuatanmu.
Siapa aku orang kau tidak perlu ikut campur, jawab
perempuan itu dengan dingin. Jikalau kau betul betul
mempunyai kepandaian ayoh cepat keluarkan semua. Eeei
kenapa kau tidak mengeluarkan sekalian pedang hitam milik
suhumu yang gundul itu? terus terang saja aku beritahukan
kepadamu suhumu si hweesio berjari tujuh masih mempunyai
hutang dengan diriku.
Mendengar perkataan tersebut Sun Ci Sie jadi bertambah
gusar, dia meloncat loncat saking gemasnya.
Siapakah kau? jikalau kau tidak berterus terang lagi jangan
salahkan aku tidak akan berlaku sungkan lagi terhadap dirimu.
Perempuan itu segera tertawa cekikikan dengan amat
gelinya.
Akupun tidak ingin banyak bercakap dengan dirimu,
serunya sambil tertawa. Di dalam hutan ini aku rasa kau tidak
akan bisa mengapa apakan diriku.
Pada saat itulah secara tiba tiba Liem Tou dapat melihat
seseorang menerjang keluar dari dalam hutan, gerakannya
amat cepat sekali bagaikan kilat berkelebat menuju ke jalan
yang semula.
Liem Tou yang melihat kejadian itu segera mengetahui
kalau dia orang sedang menggunakan siasat untuk meloloskan
dirinya dan menipu Sun Ci Sie untuk tetap tinggal di hutan
tersebut, sebaliknya dirinya sudah menubruk ke arah
perahunya.
Liem Tou pun tidak pergi memberi peringatan kepada diri
Sun CL Sie. tnbuhnya dengan cepat mengikuti dari belakang.
Dengan kecepatan gerakan tubuhnya hanya di dalam
sekejap saja dia sudah berhasil menyusul diri perempuan
tersebut yang berada dua tiga puluh kaki di belakang
tubuhnya.
Dia mengikuti terus sampai tiba di perahu tersebut,
ternyata tidak salah terlihatlah orang itu dengan cepatnya
sudah meloncat naik ke atas perahu.
Liem Tou tidak ingin jejak dari dirinya diketahui pihak sana
karena itu. Dengan diam diam diapun mengikuti dirinya
dengan menyeberangi sungai ini secara perlahan lahan kemu
dia bersembunyi di balik ruangan.
Saat itulah dia bisa melihat orang tersebut bukan lain
adalah si perempuan tunggal Touw Hong yang sudah dua kali
bergebrak dengan di rinya.
Pada saat ini si perempuan tunggal itu dengsn pandangan
sangat terperanjat sedang berdiri di ruangan perahu yang
sangat megah,dan mewah itu, matanya dengan terbelalak
lebar lebar memandaag ke kanan dan ke kiri memperhatikan
seluruh isi ruangan itu dengan amat telitinya.
Mendadak sinar matanya berhenti di atas brberapa buah
peti hitam yang bertumpuk tumpuk di pojok ruangan tersebut,
tanpa berpikir panjang lagi sebuah demi sebuah prti hitam itu
dibukanya semua.
Liem Tou yang melihat kejadian itu di dalam hati menduga
orang itu tentu akan dibuat terbelalak matanya ketika melihat
uang perak yang begitu banyaknya itu. siapa tahu dia cuma
memandang sejenak dengan sinar mata yang amat tawar
kamudian menutup kembali peti tersebut dan
memperdengarkan suara tertawa dingin nya yang tiada
hentinya.
Setelah menutup kembali peti peti besi itu dia memandang
pula peti terakhir yang terkun ci tetapi tidak sampai
dibukanya, dia berdiri berpikir sejenak mendadak tubuhnya
meloncat keluar dari ruangan perahu dan melepaskan tali
perahu itu.
Liem Tou yang melihat kejadian itu di dalam hati diam diam
merasa terperanjat sekali, pikirnya.
Sungguh pintar si perempuan tunggal Touw-Hong ini, suatu
ide yang bagus sekali.
Menanti setelah dilihatnya perempuan tunggal itu selesai
melepaskan talinya dia baru tertawa ringan.
Aduuuhh . . . tidak kusangka diatas perahu ini bisa
kedatangan seorang tetamu terhormat, hey nona, angin apa
yang sudah bisa meniup kau sampai ditempat itii? Ujarnya
perlahan.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang secara tiba tiba
mendengar dari belakang badannya muncul suara seseorang
dengan amat cepatnya dia meloncar sejauh tiga depa ke
depan kemudian baru putar kepalanya.
Telapak tangannya disilangkan di depan dada lantas
mengambil ancang ancang siap melancarkan serangan.
Tetapi sewaktu dilihatnya orang itu bukan lain adalah Liem
Tou adanya, wajahnya segera dihiasi suatu senyuman yang
sangar manis
Ditengah malam buta yang demikian sunyinya buat apa kau
orang mengejutkan hati orang iain? serunya mengomel.
Sikapnya yang tidak memperlihatkan permusuhan ini
seketika itu juga membuat Liem Tou merasa melengak, hal ini
benar benar di luar dugaannya.
Selama ini dia selalu menganggap si perempuan tunnggal
Touw Hong yang sebanyak dua kali dikalahkan olehnya, kali
ini tentu akan mengumbar hawa amarahnya, siapa tahu sikap
dari perempuan tunggal ini ternyata sama sekali sudah
berubah bahkan tidak tampak rasa permusuhan sedikitpun
juga.
Liem Tou masih tidak percaya atas sikap dari perempuan
tunggal ini, dia mengira dia orang yang suka sambil tersenyum
akan melancarkan serangan dan tidak bisa dipercaya seratus
persen, karenanya dengan amat waspada sekali dia
memperhatikan dirinya.
Apakah nona masih ada maksud untuk berkelelahi dengan
diriku? serunya sambil tertawa. Bilamana kau memangnya
bermaksud demikian, siauw seng tentu akan mengiringinya.
Si perempuan tunggal Touw Hong segera ter tawa geli.
Liem Tou, serunya. Kau orang tidak boleh bersikap begitu
kurang ajar terhadap diriku, sekalipun kepandaian silatmu
tidak kau peroleh dari Auw Hay Bun kita tetapi kau masih
diharuskan memanggil diriku dengan sebutan susiok.
Nona Hong, seru Liem Tou sambil tertawa setelah
mendengar perkataan tersebut. Bagaimana kau bisa berbicara
demikian coba kau pikir aku Liem Tou sama sekali tidak punya
suhu bagaimana bisa kedatangan seorang susiok? bukankah
omongan itu merupakan suatu guyonan saja?
Kau orang cuma tahu satu tidak tahu dua, ujar si
perempuan tunggal tertawa. Sekalipun kau orang tidak punya
guru, tetapi apakah ayahmu tidak punya guru? aku dengan
ayahmu adalah satu perguruan dan sama sama merupakan
anak murid dari Auw Hay Siang Hiap, coba kau bilang patut
tidak kau memanggil diriku dengan sebutan susiok?
Sepasang mata dari Liem Tou segera berubah memerah,
dengan termangu mangu dia memperhatikan diri si
perempuan tunggal itu sedangkan bibirnya tertutup rapat
tidak mengucapkan sepatah katapun.
Hatinya pada saat ini benar benar bergolak dengan amat
kerasnya, di dalam hati diam diam dia sedang memikirkan,
benarkah kata kata yang diucapkan si perempuan tunggal ini?
dia cuma tahu sewaktu dirinya mengurung orang orang dari
Kiem Thien Pay dia sudah datang mengejar bersama Lie Loo
jie.
Jilid 24
Menurut apa yang didengarnya dari Lie Loo jie itu apakah
benar ayahnya bernama si pancingan emas sakti Liem Ciong?
Tetapi Liem Tou mau tidak mau harus mempercayai juga
apa yang diucapkan oleh Lie Loo jie itu karena Toa Loo Cin
Keng serta kedua baris syair itu memang sama sekali tidak
salah, kalau tidak bagaimana Liem Tou bisa merasa begitu
sedihnya setelah mendengar perkataan tersebut.
Saat ini muncul kembali seorang perempuan tunggal yang
mengaku sebagai susioknya, bagaimana Liem Tou mau
percaya dengan demikian saja??
Setelah termenung berpikir beberapa saat lamanya
mendadak dia bertanya.
Kau menyebut dirimu sebagai susiok, lalu si cangkul pualam
Lie Sang itu apamu?
Sudah tentu dia adalah Suhengku, sahut si perempuan
tunggal dengan cepat. Tetapi dia adalah anak murid dari Hoa
supek sedangkan aku adalah ahli waris dari Lok Yong. Hoa
supek dengan suhuku orang orang dunia kangouw
menyebutkan sebagai Auw Hay Siang Hiap, akhir nya Hoa
supek menemui ajalnya di tangan si hweesio tujuh jari
sedangkan suhuku mengasingkan diri di atas gunung Boe
Liang san, tiga puluh tahun kemudian baru menerima aku
sebagai murid maka itu aku orang sama sekali tidak mengenal
diri Lie Suheng, sampai kali ini dia menolong nyawaku waktu
itulah aku baru tahu, dan aku tahu pula kalau jie Suheng
sudah menemui kekalahan di tangan Tbian Pian-Siauw
sehingga dia mengasingkan dirinya, aku benar benar ikut
bersedih hati atas kejadian yang dialaminya itu.
Lien Tou yang mendengar dia sedang membicarakan
tentang perguruan dari ayahnya dan mendengar pula kalau
perkataan Lie Loo jie yang mengatakan sudah tentu dia mau
percaya atas perkataan tersebut, mendadak dia merasakan
keringat yang mengucur keluar semakin deras air mukanya
berubah jadi pucat pasi keadaannya seperti baru saja
menderita satu penyakit yang smat berat.
Si perempuan tunggal Touw Hong yang melihat wajahnya
ada sedikit tidak beres dia menjadi sangat terperanjat sekali.
Sute kau kenapa?? tanyanya.
Liem Tou tidak menjawab, lama sekali dia memperhatikan
diri si perempuan tunggal itu kemudian bagaikan kilat
cepatnya dia jatuhkan diri berlutut di hadapannya.
Susiok harap suka memaafkan segala pcrbuatan dari Liem
Tou yang telah menyakiti hati susiok, ujarnya dengan
tersengguk sengguk menahan isak tangisnya. Bilamana dilain
waktu aku berbuat salah kembali kepada susiok harap susiok
suka memaafkan.
Selamanya si perempuan tunggal ini belum pernah
mendapatkan penghormatan sedemikian rupa, apalagi Liem
Tou pun merupakan orang yang dirindukan siang malam tidak
terasa lagi wajahnya berubah jadi merah padam.
Cepat bangun, Cepat bangun, serunya dengan gugup.
Tidak usah Banyak adat, tidak usah banyak adat.
Dengan cepat dia mengulur tangannya untuk membimbing
Liem Tou bangun tetapi tak jauh dari badan Liem Tou
mendadak dia menarik kembali tangannya ke belakang sedang
air mukanya berubah semakin merah lagi.
Kalau, .kalau, .kalau sutit sudah tahu kedudukanku, lain kali
kenapa harus terbuat salah lagi kepadaku? apa maksud dari
perkataanmu itu? ujarnya terputus putus. Liem Tou segera
bangun berdiri, ujarnya dengan nada gemetar.
Kiranya orang yang baru saja mengejar dirimu itu adalah
anak murid dari si hweesio tujuh jari yang sudah mencelakai
Sucouwku, sekarang aku sudah tahu dia adalah musuh
besarku, aku punya alasan untuk membalas dendam ini.
Sekalipun sute tidak membunub dirinya, aku beserta
suhengpun akan membinasakan dirinya. Ujar si perempuan
tunggal sambil tertawa. Apa lagi pembunuhan serta
perampokan yang terjadi baru baru ini dunia kangouw di
mana setiap kejadian itu meninggalkan tanda ular merah
adalah perbuatan dari dirinya, orang yang sudah menemui
ajalnya di bawah serangan dari pedang hitamnya itu sudah
amat banyak sekali, bilamana orang ini tidak dibunuh buat apa
meninggalkan bencana di kemudian hari.
Oooh . . kiranya begitu, ujar Lem Tou jadi paham kembali
duduknya perkara. Tidak aneh kalau di dalam petinya
berisikan penuh dengan emas serta uang perak, kiranya harta
tersebut dia dapatkan dengan jalan merampok.
berbicara sampai disini mendadak dengan pandangan mata
yang amat tajam, Liem Tou memperhatikan diri si perempuan
tunggal itu,
lama sekali baru terdengar dia menghela napas panjang.
"Susiok, apa kau benar benar mau membunuh dia orang?"
tanyanya ragu.
Mandengar perkataan tersebut si perempuan tunggal jadi
merasa keheranan.
Sute, jika didengar dari ucapanmu agaknya kau tidak punya
maksud untuk membinasakan dirinya? tanyanya.
Aku bukannya bermaksud demikian, bahkanm aku sudah
bisa melihat kalau dia bukanlah manusia dari kalangan lurus.
Sahut Liem Tou gelengkan kepalanya lantas menhela napas
panjang.
"Sudahlah .. biar aku lepaskan dia orang supaya dia orang
bisa membalas dendamnya tarlebih dahulu, sambungnya
kemudian.
Susiok. sampai waktu itu kau janganlah menyalahkan aku
sudah turun tangan kejam tarhadap dirinya.
Saat ini si perempuan tunggal Touw Hong, sudah
menangkap kalau di dalam perkataan dari Liem Tou ini
mengandung maksud maksud tertentu, sepasang matanya
dipentangkan lebar lebar dan memandang dirinya dengan
sangat tajam sekali.
Sute, serunya keras. Inilah kesalahanmu bila mana ada
urusan cepatlah beritahu dengan berterus terang, buat apa
kau ragu ragu.
Jikalau susiok memerintahkan aku berkata, aku terpaksa
akan mengatakannya keluar, ujar Liem Tou kemudian dengan
wajah yang serius sekali. Tahukah susiok siapakah nama dan
orang ini.
Mendengar perkataan itu si perempuan tunggal segera
merasakan hatinya tergerak seluruh tubuhnya gsmetar dengan
amat kerasnya sedang air mukanya berubah sangat hebat,
agaknya dia sudah merasa amat tegang sekali.
Aaa . . apa? tanyanya sepatah demi sepatah. Apa dia orang
She Sun? apa namanya Sun Ci Sie?
Sehabis berkata deagan pandangan matanya yang amat
tajam sekali dia memperhatikan diri Liem Tou dan menantikan
jawabannya, tetapi diapun takut kalau perkataan dari Liem
Tou ini akan menusuk hatinya.
Pada saat ini Liem Tou pun dengan sepasang matanya
yang amat tajam sedang memperhatikan diri si perempuan
tunggal, empat buah mata bertemu jadi satu masing masing
merasakan hatinya tergetar dengan amat kerasnya, tetapi
sebentar kemudian sudah diliputi oleh rasa yang amat tegang
dan berat sekali.
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar