Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Kamis, 19 Juli 2012

-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-

Diiain saat Ho Tiong Jong sudah membuka totokannya
nona Seng.
Pelahan-lahan Seng Giok Cin siuman, ia nembuka matanya
dan mengawasi pada HoTiong Jong yang sedang duduk
disisinya sambil bersenyum-senyum.
"Eh, Engko Jong, kenapa kau tadi menotok aku ?"
tanyanya.
Ho Tiong Jong tertawa, "Nah, coba kau tebak- dari sebab
apa aku barusan menotok padamu ?"-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-
Seng Giok Cin membuka lebar-lebar matanya. ia dapatkan
Ho Tiong Jong begitu bersemangat dan segar sekali. Hatinya
menjadi sangat girang, Pikirnya, apakah Tiong Jong sudah
ditolong oleh Kong Yat Sin?
"Aku tahu." kata si nona bersenyum, "Kau tentu sudah
ditolong oleh Kong locianpwee betul tidak ?"
Sipemuda geleng-geleng kepala.
"Hei, kau jangan menggoda aku. Keadaan mu begini seger
dan bersemangat terang kau tentu sudah dapat ditolong oleh
si Dewa obat itu, kenapa kau masih geleng-geleng kepala "
"Adikku, kau keliru menebak."
"Habis bagaimana?"
"Sabar dahulu, jangan tergesa-gesa, nanti engkomu
menuturkan duduknya perkara, adikku... au... kenapa kau
nyubit?" Ho Tiong Jong mengusap-usap lengannya sambil
bersenyum.-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-
Seng Giok Cin sebenarnya seorang gadis yang bersifat
serius dan bertindak tegas, tapi belakangan ini ia galang
gulung dengan sipemuda yang selalu gembira. Jenaka hatinya
menjadi lembek dan banyak berubah adanya.

Mendengar kata-katanya sipemuda yang berkelakar,
hatinya sangat geli, tidak tahan kalau ia tidak memberikan
cubitan mesra.
"Rasakan" terdengan si gadis berkata, "Kalau kau masih
mau berbelit-belit lagi bicara, nanti adikmu akan mencubit
lebih sakit lagi? mengerti?"
Si nona berkata sambil kerlingkan matanya diiring oleh
senyuman memikat, hingga Ho Tiong Jong berdebar keras
hatinya. Dia betul-betul cantik... katanya dalam hati sendiri.
"Baiklah, akan kuceritakan-" lantas ia berkata pula pada si
nona, "supaya jangan kena dicubit, kenapa adik Giok jadi kaya
kepiting bisa..."-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-
Nona Seng tidak sabaran karena Ho Tiong Jong kembali
berkelakar bicaranya, maka ia sudah mencubit lagi, hingga
sipemuda berjengit pura-pura.
"Ini baru seperti kepiting, nanti cubitan berikutnya seperti
kalajengking, kau boleh rasakan-.. hihihi..." Ho Tiong Jong
tertawa gembira sekali.
Dua orang muda itu berkelakar penuh bahagia untuk
sementara melupakan saat "genting" yang tengah menanti.
"Adik Giok. kau masih belum menebak dari sebab apa aku
menotok padamu," kata Ho Tiong Jong.
si nona berpikir, "Aku tahu, kau menotok aku supaya aku
tidak turut naik gunung, karena disana kalau tidak menjumpai
Kong lo-cianpwee pikiranmu tentu aku akan bersusah hati,
Kau terlebih dulu melihatnya kesana, begitu bukan?"
Setelah berkata sinona tundukkan kepalanya, mukanya
kemerah-merahan-
"Adik Giok. tebakanmu tepat sekali. Betul-betul kau pintar
tidak percuma menjadi anak masnya pocu dari Seng kee-po."

"Awas, ya" sinona mengancing tangannya diulur hendak
mencubit lagi, tapi Ho Tiong Jong pegang tangan yang halus
dan ketawa gembira. Tapi kemudian ia lepaskan cekalannya
dan sodorkan tangannya untuk di cubit seraya berkata.
"Biarlah, lebih banyak mendapat cubitanmu, lebih banyak
aku mengenangkan wajahmu yang elok ditempat baka...."
"Engko Jong," si gadis berseru, sambil menekap mulutnya
sipemuda, "Kau jangan cerita yang begituan, seram aku..." Ho
Tiong Jong ketawa nyengir.-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-
" Habis bagaimana selanjutnya? Kau mendapat pertolongan
siapa jadinya?" tanya nona seng.
Ho Tiong Jong lantas menceritakan pertemuannya dengan
Kie Hia Sianjin, oleh ia di beri pil yang mujijat, hingga
tubuhnya dirasakan segar bugar dan semangatnya menyala.
"Aku seumur hidupku, belum pernah berlutut d ihalapan
orang." sipemuda menutup ceritanya, "Akan tetapi ketika
ketemu dengan Kie Hia Sianjin entah bagaimana pikiranku
lantas aku menekuk lutut meminta pertolongan-"
Setelah mendengar penuturannya sipemuda, Seng Giok Cin
kerutkan alisnya yang lentik, seakan-akan yang berpikir la
bengong sejenak.
"Aku mau menemui Kie Hia Sanjin..." katanya berbareng ia
lompat bangun dan lari mendaki gunung menuju kearah
rumahnya si orang pandai. Ho Tiong Jong mengejar dan
menghalang halangi perjalanannya si gadis.
"Hei, kenapa kau mencegah aku kesana?" teriak Seng Giok
Cin.
Ho Tiong Jong, Kiranya ia hanya main-main saja,
menggoda nona Seng, sebab setelah itu ia lepas lagi sinona
untuk meneruskan perjalanannya.

"Awas kau tunggu ya sebentar kau akan mendapat cubitan
kalajengking" terus si nona sambil lari naik gunung.
Ho Tiong Jong hanya tertawa dan mengawasi bayangan si
nona yang semakin lama semakin jauh dan lenyap dari
pemandangan-nya.-Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4-
Kembali kedukaan mengaduk dalam hati-nya setelah nona
Seng tidak ada didampingnya.
Dengan lesu ia menghampiri kebawahnya pohon, dimana ia
sambil melamun menantikan baliknya Seng Giok Cin.
Tidak lama ia menanti, dari atas gunung meluncur turun
Seng Giok Cin laksana bidadari saja. Dengan berseri Ho Tiong
Jong datang menghampirinya. Tapi heran, wajahnya si nona
tidak segembira seperti tadi ketika ia naik gunung.
"Bagaimana?" tanya Ho Tiong Jong. Seng Giok Cin hanya
gelengkan kepala.
"Mari kita turun gunung saja." kata Ho Tiong Jong.
"Kita pergi kemana?"
"Hidupku tinggal beberapa jam lagi saja, pikirku hendak
mengadakan perjamuan berduaan dengan kau pikir?"
Seng Giok Cin tertawa tidak wajar.
"Ya sesuka hatimu saja, kau mau ajak kemana aku juga
menurut saja."
Ho Tiong Jong bercekat hatinya, ia melihat perubahan sikap
Seng Giok Cin, maka lalu ia menanya, "Hei kenapa kau ini?
Apa ada hal-hal yang tidak menyenangkan hati- mu?"
"Mung kin." jawab sinona singkat, sambil terus putar
tubuhnya jalan pelahan-lahan turun gunung.
Ho Tiong Jong menyusul. "Mari aku antar kau pulang."
katanya.

Tangannya diulur hendak menyekal tangannya Seng Giok
Cin, tapi sinona berkelit kemudian berkata dengan suara,
"Bahwa kau akan datang kerumahku, memang aku sudah
menduganya. Aku tidak ingin melihat kau membuang-buang
tempomu yang berharga..." Ho Tiong Jong heran mendengar
kata katanya Seng Giok Cin yang membingungkan. Kenapa si
nona mendadakan saja jadi berubah sikapnya.
Pikirnya, perempuan itu memang sukar diraba
kemauannya, ia seperti menyesal sudah mengikuti padanya,
Giok Cin memang anak manja dan dari kalangan atas, tentu
saja tidak betah melayani dirinnya yang sudah dekat mati, ia
bukan satu tingkatan dengan-nya, bagaimana juga susah
diciptakan pergaulan yang akrab.
Selagi Ho Tiong Jong terbenam dalam lamunannya, tidak
terasa sudah mendekati kudanya yang dicancang pada sebuah
pohon-
Mereka datang kesitu dengan naik seekor kuda, tatkala
mana disepanjang jalan mereka bercakap-cakap dengan
gembira. Tapi sekarang ketika hendak meninggalkan tempat
itu mendadak si nona sikapnya berubah dingin.
Betul betul Ho Tiong Jong tidak habis mengerti.
Si nona loloskan tali kuda yang melihat dipohon kemudian
berkata pada Ho Tiong Jong. "Nah, sekarang begini saja,
kalau kau datang kerumahku. tentu tidak begini enak hati,
Lebih baik aku sampaikan padanya supaya dia datang
menjumpai kau, dengan begitu kau berdua bisa leluasa."
Sampai disini ia tidak bisa melampiaskan bicaranya,
disambung oleh mengucurnya air mata, ia menangis
sesenggukan, entah karena apa ia sampai demikian sedih dan
semua kata-katanya masih belum dapat mengerti oleh Ho
Tiong Jong.
"Adik Giok..." Ho Tiong Jong berkata pelahan, "apa artinya
perkataanmu itu?"

Sambil berkata sipemuda datang lebih dekat dan hendak
menyekal lengannya si gadis, tapi Seng Giok Cin mengelakan
tangannya, kemudian dengan kegesitannya ia sudah lompat
keatas pelana kuda, Dengan satu kali cambukan saja sang
kuda sudah lari terbang.. Ho Tiong Jong mengejar, ia tidak
puas dengan sikapnya si nona yang aneh.
Kuda dilarikan dengan kencangnya, akan tetapi Ho Tiong
Jong dengan menggunakan ilmu lari cepatnya yang istimewa,
dengan mudah sudah dapat menyandak. Kemudian dengan
sekali enjot tubuhnya melayang dan sebentar lagi tampak ia
sudah duduk nangkring dibelakangnya Seng Giok Cin.
Sambil peluki tubuhnya sijelita, ia berbisik "Adikku, kau
kenapa ngambek? Kau anggap aku ini orang macam apa? Ada
apa-apa urusan sebaiknya kau bicarakan blak-blakan, jangan
bikin aku menebak-nebak..."
"Kau... kau..." si nona meronta-ronta dari pelukannya si
pemuda, akan tetapi berontaknya itu hanya separuh hati saja,
sebab biar bagaimana juga ia merasa bahagia di peluk rapatrapat
oleh pemuda pujaannya itu.
"Aku kenapa, adik yang baik...." Ho Tiong Jong berbisik
pula dikupingnya.
"Kau senantiasa tidak melupakan dirinya, sehingga kau
berani menaruhkan jiwamu untuk dia..." si gadis menjawab
sambil terisak-isak.
"Demi kau adikku. aku berani mengorbankan jiwaku
dengan ikhlas..." jawab si pemuda yang masih belum mengerti
kemana juntrungannya perkataannya si gadis.
Seng Giok Cin menjadi sengit karena Ho Tiong Jong masih
belum mengerti akan bicaranya, "IHm..." ia menggeram.
"mungkin aku tidak demikian baik nasibnya. Dengan alasan
apa kau dapat berkorban untukku? jiwamu sudah ditukar
dengan jiwanya, mana ada jiwamu lagi dan bersedia
berkorban untukku."

Kini baru Ho Tiong Jong dapat merabah-rabah kemana
arahnya perkataan si nona. Ia sekarang sudah tidak bingung
terhadap perubahan sikapnya si gadis.
Seng Giok cin cemburuan karena Kim Hong Jie, rupanya
ketika ia naik ke Po kay-san, menemui Kie Hia Sanjin,disana ia
sudah mendapat keterangan tentang Ho Tiong Jong sudah
mempertaruhkan jiwanya kepada Souw Kie Han guna
menolong nona Kim.
Kie Hia Sanjin tentu menasehati pada Seng Giok cin, untuk
ini mempertimbangkan matang-matang sikapnya terhadap si
pemuda, karena Ho Tiong Jong sudah punya Kim Hong Jie,
yang telah ditolongnya dari tangan si kakek aneh
denganpertaruhkan jiwanya ditusuk dengan jarum mautnya si
kakek.
Tidak heran, barusan ketika turun gunung Pok-kay-san
ketemu lagi dengan Ho Tiong Jong parasnya si nona tampan
lesu dan tidak gembira lagi. "ooh, urusan adik Hong yang bikin
kau ngambek?" kata sipemuda.
Seng Giok Cin tidak menjawab. "Adik Giok, kau jangan
keliru membedakan urusan- Kalau aku berani pertaruhkan jiwa
ku untuk menolong adik Hong dari tangan si kakek, itulah
karena terdorong oleh perasaan membalas budi, Adik Hong
banyak menolong aku bagaimana baik ia ketika pada lima
tahun berselang aku berada dirumahnya belajar silat.
Pengorbanan untuknya karena disebabkan membalas budi,
Tapi, misalnya aku rela mengorbankan diriku untukmu, adik
Giok, ini lain lagi sifatnya."
" Lainnya?" tanya si nona pelahan.
"Lain, bukan karena budi, tapi karena cintaku besar
terhadap dirimu...."
"Engko Jong, kau..." hanya ini perkataan yang meluncur
dari mulutnya, sementara air matanya berlinang-linang bahna
sangat girang dan bangga hatinya.

Seng Giok Cin tidak sempat menyeka air matanya karena
kedua tangannya repot memegangi tali kendali kuda^ Pelahan
lahan dengan sapu tangannya, Ho Tiong Jong menyeka air
mata kegirangan itu dari mata dan pipinya si jelita.
Begitu telaten perlakuan Ho Tiong Jong, hingga si nona
merasa sangat berterima kasih dan memuji Tuhan, bahwa
pilihannya tidak keliru. Awan kedukaan dan perasaan cemburu
yang meluap-luap tadi telah lenyap entah kemana.
Kini kembali tampak wajahnya yang ramai dengan
senyuman Kerlingan matanya yang memikat, senyumannya
yang menawan, semua itu tak dapat dilupakan oleh si
pemuda, Tidak heran kalau ia, setelah menyeka kering air
mata yang berlinang-linang tadi, lantas pererat pelukannya.
"Adik Giok, kau marah aku memeluk tubuhmu?" bisiknya
pelahan-
"Ah, Engko Jong, aku bahagia." jawabnya hampir tak
kedengaran-Keduanya bersenyum, Dengan begitu perjalanan
diteruskan dengan sangat gembira.
Untuk sementara mereka melupakan bayangan malaikat
elmaut yang akan mengambil jiwanya Ho Tiong Jong dalam
tempo beberapa jam saja saja.
Tahu-tahu mereka sudah sampai di Po-hong, sebuah distrik
yang hanya Seng Giok cin yang mengenalnya. sementara itu
perutnya Ho Tiong Jong sudah keroncongan-
"Adik Giok. omong-omong perutku kini sudah minta diisi,
bagaimana kalau kita mampir disebuah rumah makan dalam
kota?"
"Bagus, akupun lapar." jawab si jelita ketawa. "Tapi..."
"Tapi apa ?"
"Bagaimana, tempomu sangat singkat sekali."

"Ah.... adik Giok, kau jangan mengingatkan itu, biarlah
sang tempo lewat, kita anggap saja seperti tak akan ada
kejadian apa-apa."
Sesuatu detik yang lewat sebaiknya disia-siakan untuk kita
beromong-omong dengan gembira, Aku ingin tempoku yang
singkat ini di gunakan untuk hidup berkumpul bersama-sama
kau disuatu tempat. Tapi oh, adik Giok maafkan ucapanku ini
ada melanggar batas kesopanan-"
Hati Seng Giok cicperih mendengar perkataan pemuda
pujaannya.
"Engko Jong, seumurku aku belum pernah tunduk kepada
siapapun juga, Belum pernah aku melayani dengan penuh
kesabaran, tapi terhadap kau... entahlah, aku sendiri tidak
mengerti, kenapa aku bisa jinak..."
".. itulah cinta, adik Giok.^ bisik sipemuda dengan mesra.
Hati Seng Giok cin tertegun, perasaan bahagia yang belum
pernah dialamkan sebelumnya telah meliputi dirinya, ketika
mendengar kata-katanya sipemuda diiring dengan pelukan
yang erat dan ciuman pada pipinya.
Seketika itu wajahnya sinona menjadi merah jengah,
tangannya bergemetar dan hampir tali kendali kuda terlepas
dari cekalannya.
Pipinya dirasakan panas dengan tiba-tiba, tangannya
kepingin merabah pipi bekas ciuman tadi, tapi tak berani
karena malu. Kuda terus berjalan-
"Adik Giok. hidupku mungkin hanya tinggal dua jam lagi,
Aku ingin serahkan padamu tempo ini untuk kau memilih saatsaat
kita bergembira, bagaimana ?"
Kembali Seng Giok cin merasa hatinya seperti disayat pisau,
perih rasanya mendengar ucapan sipemuda, "Engko Jong...."
suaranya hampir tidak kedengaran karena menahan sedihnya,

"aku tak dapat menetapkannya. aku serahkan padamu dan
aku hanya menuruti saja." Ho Tiong Jong mengelah napas.
Segera mereka sudah masuk kedalam kota pik-hong yang
ramah Didepannya satu rumah makan si gadis hentikan
kudanya, mereka pada turun dan masuk kedalam rumah
makan tersebut.
Waktu itu keadaan sudah melatih Seng Giok Cin memesan
makanan yang lezat-lezat guna menjamu pemuda pujaannya
untuk penghabisan kali.
Wajahnya dipaksa bergembira, tapi tak dapat mengelabui
matanya Ho Tiong Jong, yang mengawasi padanya dengan
penuh kasih, bahwa diwajah yang cantik itu ada tersembunyi
kesedihan luar biasa.
Meskipun hidangan yang dihadapi semua ada terdiri dan
hidangan pilihan dan arak yang paling bagus, ternyata Ho
Tiong Jong tidak bernapsu makannya ia hanya terus-terusan
menenggak araknya.
Pikirannya sangat kalut, Dan nona yang dikasihi akan ia
tinggalkan dalam tempo singkat ini, karena malaikat elmaut
rupanya sudah tak mengasih kelonggaran lagi.
Tanpa terasa arak itu sudah banyak setali ditenggaknya,
hingga mukanya menjadi merah. Seng Giok Cin tidak berani
mencegahnya ia tahu karena saat itu adalah untuk
penghabisan kalinya Ho Tiong Jong menenggak ajak.
Ia terus melayani sipemuda dengan telaten, beberapa kali
ia minta Ho Tiong Jong makan, tapi sipemuda hanya ganda
ketawa saja.
Sinona sendiri paksakan makan, tapi hidangan yang
demikian lezat itu tak mau masuk ke perutnya, seolah-olah
mandek ditenggorokannya. Hatinya sangat pilu, mana dapat
makanan masuk dengan mudah.

"Adik Giok...." terdengar sipemuda berkata, "sebaiknya kita
mencari rumah penginapan supaya kita bisa bercakap-cakap
dengan leluasa, bagaimana apa kau..."
"Baik, mari kita pergi " memotong sigadis.
Berbareng ia bangun dari duduknya, lantas panggil pelayan
untuk perhitungkan makanan yang masih utuh restannya itu.
Kemudian ia mengajak Ho Tiong Jong, ke satu rumah
penginapan yang tidak banyak tetamu-nya.
Ketika mereka sudah berada dalam kamar Ho Tiong Jong
lantas rebahan diranjang karena kepalanya dirasakan agak
pusing.
Ia minta teh panas pada sinona, Kebetulan teh masih
panas betul ketika dituang dicangkir, Sambil meniup teh
supaya agak dingin, si nona duduk ditepi pembaringan-
Seumurnya Seng Giok Cin baru kali ini melayani lelaki, ia lebih
banyak dilayani dari pada melayani orang.
Betul-betul cintanya sinona sangat murni, ia mengasih
pelayanan yang menyenangkan sekali hatinya Ho Tiong Jong,
selagi sinona meniupi teh yang masih mengebul sipemuda
mengawasi mukanya yang cantik tapi dirundung duka. Hatinya
sangat pilu, sebab tidak lama lagi akan meninggalkan nona
yang dikasihinya ini.
"Nah, teh ini sudah agak dingin, mari bangun-.." terdengar
sinona berkata. Ho Tiong Jong bangun, berduduk menghadapi
si nona.
Sambil menyodorkan cawan teh ke bibirnya untuk diminum,
air matanya Seng Giok cin tampak bercucuran deras sekali.
Tangannya bergemetaran dan hampir tak kuat memegang
cawan yang sedang diirup oleh Ho Tiong Jong. Teh itu sangat
harum ketika masuk dicenggorokannya dirasakan enak sekali
dan segar. Rasa pusingnya pelahan-lahan hilang, kini ia
mengawasi si nona yang sedang menangis sesenggukanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ho Tiong Jong dekati duduknya pada si nona, lalu ular
tangannya memegang pundaknya si gadis, katanya "Adik Giok,
buat apa kau menangis. Aku seorang yang bernasib celaka,
tidak ada harganya ditangisi, Kau sangat cantik, banyak
pemuda yang ingin mendekatimu, maka tidak susah untuk kau
dapati satu pemuda yang unggul segala-galanya dari..."
Ho Tiong Jong, karena mulutnya di tekap tangannya si
gadis yang mungil, Dengan air mata berlinang-linang, si nona
berkata "Engko Jong, hatiku sudah menjadi kepunyaanmu...
Meski ada pemuda yang seratus kali lebih unggul darimu juga
tidak akan menggerakan hatiku yang sudah dingin, mana kala
kau sudah tidak ada lagi didalam... ah, engko Jong... kau..."
Seng Giok cin tidak tahan dengan kesedihannya, maka ia
sudah menangis keras.
Ho Tiong Jong datang memeluk dan membisikannya, "Adik
Giok kau sadar, Di sini tempat apa, jikalau kau nangis keraskeras
nanti orang punya dugaan ada keliru tentang kita
berdua."
"Tapi Engko Jong, aku tidak ingin berpisah dengan kau,"
jawabnya terisak-isak. ia menurut juga pelahan nangisnya.
Ho Tiong Jong dongakan mukanya sigadis yang tengah
mendongakan kepalanya menangis, hingga dua pasang mata
saling pandang, Air mata berlinang dikedua belah pipinya,
membuat Ho Tiong Jong perih hatinya.
Demikian besar kecintaan hati sinona terhadap dirinya yang
bernasib celaka.
Setelah sejenak saling pandang, tiba-tiba sipemuda
memeluk lebih erat dan mencium bibirnya si cantik, "Adik
Giok.... maafkan aku..."
Berbareng si gadis tubuhnya menjadi lemas, karena kena
totokan urat tidurnya. Si nona jatuh pulas, dengan pelahanlahan
direbahkan di atas pembaringan-Ho Tiong Jong

memandang wajah nona Seng dengan hari seperti diiris-iris
pisau.
Air matanya bercucuran tak tertahan, seumurnya Ho Tiong
Jong belum pernah mengalami kesedihan demikian hebat.
Ia sangat kasihan pada si nona, tak mau nona Seng
menyaksikan dalam kematian, maka sengaja ia menotok urat
tidurnya supaya si nona pulas dan ia sendiri dapat
meninggalkannya .
Kalau totokannya nanti terbuka sendirinya si nona
mendusin, ia sudah tidak ada pula disitu dan mayatnya berada
dilain tempat, Demikian maksudnya sipemuda menotok si
gadis.
Setelah sekali lagi ia memandang parasnya si nona yang
cantik, ia sudah berjalan keluar dari kamar itu pelahan-lahan
dengan saban-saban menyeka air matanya yang lantas
mengalir dengan lengan bajunya. kemudian mengunci pintu
dan padamkan penerangan
Belum lama ia berjalan keluar, tampak ada satu bayangan
berkelebat dan dengan berindap-indap masuk kedalam kamar.
Pintu lantas dirapatkan dan sebentar kemudian
peneranganpun telah padam.
Aaaa....siapa dia? Berani nyelonong masuk kedalam kamar
justru si jelita Seng Giok Cin tengah rebah dipembaringan
dalam keadaan tertotok?
Kejadian ini akan dituturkan kemudian sekarang marilah
kita ikuti jago kita, Ho Tiong Jong yang jalan dengan pikiran
kalut. Kemana ia menuju ia juga tidak tahu, ia hanya menuruti
kakinya saja berjalan pikirnya lebih jauh jaraknya dengan
rumah penginapan ada lebih baik ia menemui kematian-nya.
Dengan begitu, Nona Seng yang ia kasihi tak usah
menyaksikan dimana mayatnya berada. jalan punya jalan

akhirnya sang kaki membawa ia keluar kota dengan masuk kedaerah
pegunungan
XXIV. PERTOLONGAN GAIB.
TIBA-tiba ia hentikan kakinya dan berdiri sekian lamanya
dan memandang kesekitarnya tempat, keadaan sangat sunyi
hanya terdengar suaranya burung hantu dan binatang
binatang liar yang menyeramkan-
Ia jalan lagi beberapa lamanya, lantas ia menghadapi
sebuah gunung, entah gunung apa ini namanya. Tidak jauh ia
nampak ada satu pohon siong tua yang tinggi cepat ia
menghampiri dan memanjat pohon itu, ia melihat dari
terangnya suasana malam dan berbintang, dijalan untuk
mendaki gunung itu ada sangat licin-
Dari pohon siong itu, pikirnya ia dapat melompat kejalanan
gunung itu, akan kemudian mendaki lebih jauh, jaraknya
mungkin tidak seberapa jauh untuk sampai ke puncaknya.
Pikirnya tempat dipuncak gunung itu ada sangat cocok untuk
tempat mayatnya, tidak mudah diketahui orang.
Mungkin ada orang yang nanti menemukannya, akan tetapi
tentu pada saat itu ia sudah berubah menjadi tulang belulang
dan tidak dapat dikenali dirinya siapa.
Ia tidak menghiraukan licinnya jalanan, yang membuat ia
terpeleset dan jatuh mati,
karena ia pikir, sebentar mati sekarang mati sama saja.
Memikir ini maka ia menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya
melompat dari pohon siong tadi dan sebentar saja ia sudah
berjalan mendaki gunung.
Benar hebat ilmu mengentengi tubuhnya karena jalanan
yang demikian licinnya dapat dilalui oleh Ho Tiong Jong
dengan selamat sampai dipuncaknya.

Tiba-tiba matanya Ho Tiong Jong dibikin heran, karena ia
melihat dipuncak gunung itu ada sebuah rumah kecil mungil
bertingkat. Gentengnya berwarna biru, sedang dindingnya
merah, sekitarnya dipagar oleh batu batu putih, didepan
rumah ada satu pekarangan yang cukup lebar, jalanan yang
menuju kepintu meriah ditanami pohon pohon bambu dikedua
sisinya, tampaknya indah sekali dan senang untuk yang
mengasingkan diri tinggal disini.
Di pekarangan rumah kelihatan ada dua orang sedang tarik
urat, yang satu hweshio dan yang lain ada orang biasa
berbaju kuning. si hweshio pengawakannya kurus kering dan
orang tua berbaju kuning sebaliknya ada tinggi besar dan
keren sekali kelihatannya.
Dengan menggunakan ilmunya jalan tanpa bersuara, Ho
Tiong Jong diam-diam menghampiri dua orang yang sedang
tarik urat itu, ia sembunyi dibalik sebuah pohon yang rindang
yang cukup aman untuk dirinya tidak sampai diketahui oleh
mereka. Tiba-tiba ia mendengar si baju kuning berkata.
"Hm... dengan tegas kukatakan, aku tak kenal hal
kebencian Bagaimana, apa masih belum mau menyerah kalah
?"
Berbareng ia menyerang hingga si hweshio jatuh meloso.
Keduanya kira-kira berumur enam puluh tahun, Entah apa
sebabnya mereka bertengkar dan sibaju kuning menyerang
hingga si hweshio jatuh meloso ? Ho Tiong Jong jadi
terbengong.
Ternyata si hweshio tidak mau bangun lagi, ia tetap
berbaring ditanah.
Tiba-tiba si orang tua baju kuning lompat menghampiri
pohon bambu, ia poteskan sebatang pohon bambu panjang,
kemudian ia menghampiri lagi si hweshio yang sedang rebah
di tanah dan memukuli dengan bambu tadi, hingga si kepala

gundul bergulingan menahan sakit, akan tetapi sekalipun ia
tak mengeluarkan suara merintih.
Ho Tiong Jong tidak senang menyaksikan keganjilan ini
pikirnya orang tua baju kuning benar-benar kejam. hweshio
yang berbadan kurus kering itu dipukuli demikian hebatnya,
Mana ada itu aturan orang tidak melawan dihajar pergi
datang, Maka dalam tidak teganya, ia sudah hendak melompat
dari tempat sembunyinya guna menolong si hweshio tapi
mendadak ia mendengar si orang baju kuning berkata pula.
"Hnm... kau bisa berbuat apa sekarang padaku? Lima kali
aku berpindah tempat, meskipun sebenarnya hendak
menyingkir dari gangguanmu adalah yang penting karena aku
tidak merasa cocok ditempat ini. Kini aku sudah berdiam
dipuncak Pit seng hong ini merasa betah, tapi mendadak kau
datang mengadu biru lagi, Kau selamanya mengganggu aku
saja, apakah kau kira aku tidak berani membunuh kau."
Mendengar bicara si orang tua baju kuning membuat Ho
Tiong Jong heran, ia tidak jadi lompat keluar untuk bantu
menolongi si hweshio karena ia ingin mendengarkan lebih jauh
duduknya perkara.
Ia tidak menunggu lama, karena si hweshio terdengar
berkata.
"Ya, aku sudah duapuluh tahun menderita siksaannya, apa
itu belum cukup untuk menggerakkan hatimu jadi sadar."
Si baju kuning ketawa terbahak-bahak. "Urusanku adalah
urusanku sendiri, untuk apa kau hendak turut campur?"
katanya.
"Kita ada saudara sekandung, apalagi kita ada saudara
kembar, maka tahu kau berbuat kejahatan mana aku bisa
tinggal peluk tangan melihatinya?"
Si baju kuning marah besar, Secepat kilat ia menendang
tubuhnya si hweshio, sehingga terbang setengah tumbak

tingginya dan kemudian jatuh ditanah pula dengan mendapat
luka parah.
Napasnya tampak sudah empas- empis.
Melihat keadaannya si hweshio, orang tua batu kuning itu
tampak yang sangat menyesal atas perbuatannya tadi, Tatkala
ia menghampiri, matanya si hweshio kelihatan dipentang
lebar-lebar mengawasi kepadanya, Dengan suara perlahan ia
berkata.
"Sebetulnya aku semestinya sudah matj, tapi sukur masih
diberi tenaga oleh Tuhan untuk berbicara pula dengan kau.
Aku lihat kau agaknya sudah insyaf melihat kedudukanku
membuat aku teringat pada 20 tahun berselang, Kau dengan
aku ada begitu akur dan bersatu hati, Tapi sejak kau
meyakinkan itu ilmu celaka, Diluar kemauan hati sejati dari in
Kie Lojin, pikiranmu lantas berubah dan hubungan kita seperti
sudah terputus. Mengingat kita ada bersaudara sedarah
sedaging, maka atas kelakuanmu yang jahat saban malam aku
berdoa didepan sang Budha supaya kau sadar dari
perbuatanmu itu dan kembali menjadi orang baik-baik."
"Persetan sama kau punya doa-doa" menyelak si orang tua
baju kuning.
"Ya, aku hampir saban malam mendoakan supaya kau insaf
dan kembali menjadi orang baik-baik."
"Tutup mulutmu" memotong si orang tua baju kuning. "Aku
sebal mendengarnya bukan ratusan kali tapi sudah ribuan kali
kau mengatakan demikian- Siang-siang sebenarnya aku
hendak membunuhmu"
hweshio itu ketawa getir. Napasnya sudah sengal-sengal
tampaknya seperti yang kecapaian- Melihat dari bajunya yang
tambalan disana sini, orang mengira ia ada satu hweshio
pengemis yang harus dikasihani.

"Tidak halangan kau membunuh aku, asal kau bisa insaf
akan perbuatan yang jahat dan kembali menjadi o ... "
Bicaranya tidak sampai lampias, sebab satu tendangan
dahsyat mampir lagi pada tubuhnya, hingga ia melayanglayang
diudara, Sesudahnya jumpalitan sebentar ia sudah
jatuh kedalam jurang yang curam.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan kejadian itu dengan
kecepatan kilat sudah melesat dan menjambret si hweshio
sebelum tubuhnya nyungsep dijurang yang curam.
Si orang tua baju kuning tidak melihat perbuatannya Ho
Tiong Jong karena saat itu ia sedang menundukkan kepalanya
dan berpikir akan perbuatannya yang kejam itu.
Semakin dipikir hatinya menjadi pilu, ia bersaudara kembar
dengan sihwesio kakaknya, kenapa ia yang menjadi adik
demikian kejamnya? Apalagi mengingat usia mereka yang
sudah sama-sama tua. membikin hatinya sangat menyesal dan
mengembang air mata.
Justru ia sedang berdiri menjublek memikirkan
perbuatannya yang tidak selayaknya terhadap saudaranya
yang hendak bermaksud baik, tiba-tiba dihadapannya muncul
Ho Tiong Jong sambil memayang tubuhnya si hweshio yang
sudah jadi mayat.
" Locianpwee, aku menyerahkan saudara kandungmu ini."
kata Ho Tiong Jong dengan sangat hormat.
Matanya si orang tua baju kuning terbelalak dan menatap
wajahnya sianak muda yang tampan dan gagah.
Tapi ia tidak sempat untuk menanya siapa anak muda itu
karena hatinya yang sangat berduka, ia maju dua tindak
menyambut mayatnya sang kakak dari tangannya Ho Tiong
Jong, sambil bercucuran air mata.
Ia peluki mayat saudara tuanya itu, dengan suara
ditenggorokan ia berkata, "Engko, adikmu sangat berdosa...

oh perbuatanmu sangat baik, tahan sengsara karena
perlakuan adikmu yang tidak berbudi, Semua itu kau hendak
meng insafkan adikmu supaya kembali kejalan yang benar,
Tapi ah... adikmu yang tidak berbudi sebaliknya sadar telah
membuat kau menderita dan sekarang oh sekarang kau sudah
mati... mati tidak bisa hidup kembali, oh, engko..."
Si orang tua baju kuning telah menangis meng gerunggerung.
Ho Tiong Jong yang menyaksikan telah te-turutan
mengucurkan air mata, karena tidak tahan merasa pilu
hatinya.
Melihat si baju kuning terus-terusan nangis tidak
menghiraukan kehadirannya di situ, maka Ho Tiong Jong
sudah meninggaikan tempat itu. Tapi siorang tua sambil
memayang tubuh kakaknya terus mengejar padanya dan
minta ia hentikan langkahnya.
Sipemuda hentikan tindakannya dan ketika sudah
berhadapan, orang tua tadi menanya, "Laote, kakak lohu tidak
sampai jatuh kejurang, cara bagaimana kau dapat
menolongnya, oh, kau baik sekali sudah menolongnya."
"Ah, itu boanpwe hanya keluarkan sedikit kepandaian yang
tidak berarti."
" Kenapa kau menolong dia ?"
"Karena boanpwee mendengar pembicaraan kedua
cianpwee dan tahu bahwa kakak cian-pwee ada seorang yang
berhati mulia, maka dengan melupakan kepandaian boanpwee
yang rendah sudah coba menolongnya jangan sampai
tubuhnya menjadi hancur lebur jatuh ke- dalam jurang."
Orang tua baju kuning itu memandang wajahnya sipemuda.
"Laote perbuatanmu itu sungguh membuat lohu sangat
berterima kasih, sebab kalau tidak kau datang menolong

niscaya mayatnya kakak lohu kini sudah menjadi makanannya
binatang liar."
"Ah, itu tidak ada artinya, pertolongan boanpwee itu hanya
disebabkan merasa simpati kepada kakak cianpwee dan
boanpwee beruntung sudah dapat menolong dirinya, hati
boanpwee sudah merasa sangat girang, Boanpwee tidak
mengharap cianpwee punya ucapan terima kasih, Tapi
boanpwee ingin juga tahu sedikit urusannya, kenapa cianpwee
berbuat demikian kejam kepada saudara sendiri"
si orang tua baju kuning unjukkan roman sedih.
"Lohu bernama Ie Boen Hoei," orang tua itu menutup
"Pada duapuluh tahun yang lampau lohu sangat akur dengan
kakak. tapi setelah lohu mendapatkan ilmu yang dinamai
"Diluar kemauan hati sejati" tabeat lohu berubah menjadi
penjahat besar sangat ditakuti.
Kecuali lima tokoh, dalam rimba persilatan semua jago
dikalangan hitam maupun putih jerih terhadap lohu. Nama
lohu dalam dua puluh tahun belakangan ini menjadi sangat
busuk. Kakak lohu yang mendengarnya merasa tidak tega
saudaranya melakukan perbuatan-perbuatan kejam dan jahat,
maka dia sudah berulang kali datang menasehati pada lohu
dan terus-terusan berdoa supaya lohu kembali menjadi orang
baik-baik. Hal mana membuat lohu menjadi jemu dan akhirnya
dia mendiamkan kematian ditangan lohu menjadi adiknya
yang tidak berbudi."
Ho Tiong Jong diam-diam mengutuk perbuatan si orang tua
baju kuning.
Lalu terdengar pula Ie Boen IHoei berkata, "Laote, lohu
sangat menyesal atas perbuatan lohu tadi, Kakak lohu
sebenarnya ada calon kepala dari gereja Siauw lim sie, tapi dia
tidak mau memangku jabatan itu karena terus-terusan dia
mengikuti lohu sebagai bayangan, maksudnya yalah hendak
mengincarkan perbuatan lohu yang tidak punyaperi

kemanusiaan- syukur sebelumnya dia mati, dia tahu bahwa
lohu sudah menyesal."
"Ya, tidak apa," menyelak Ho Tiong Jong "cianpwe
sekarang sudah menyesal, maka kakak Cianpwee juga
abahnya tentu sudah merasa senang dialam baka."
"Lote, perkataanmu tepat betul. Kau sebenarnya hendak
kemana? Kalau tidak keberatan marilah mampir dahulu
dirumah lohu." demikian mengundang Ie Boen IHoei.
Waktu itu keadaan sudah lewat tengah malam, Pikirnya,
semestinya jam sembilan tadi jiwanya sudah melayang, tapi
kenapa sampai sekarang ia belum mati ?
Ho Tiong Jong terima baik undangannya si orang rua baju
kuning. Sesampainya didalam rumah, tampak mukanya Ho
Tiong Jong sangat pucat. Ia merasakan terus terusan eneg
kepingin muntah.
Ie Boen Hoei yang melihat demikian lantas menanya, "IHei,
laote, wajahmu kelihatan pucat sekali, kenapa apa kau kurang
enak badan ?"
Ho Tiong Jong hanya anggukkan kepala, ia sudah tidak
tahan kepingin muntah tapi tidak berani muntah dalam orang
punya rumah, kelakuannya itu membuat Ie Boan Hoei merasa
heran, maka ia setelah meletakan mayat kakaknya
dipembaringan, lantas menghampiri sianak muda dan
dipandangnya dengan teliti, Diam-diam ia merasa kaget, tanpa
berkata baa biii bu lagi, lantas saja menyekal baju Ho Tiong
Jong dibagian tengkuk dan sebelah bawah pinggangnya,
kemudian diangkat ditunggingi,
celaka pikir Ho Tiong Jong ia menyaksikan kekejaman si
orang tua baju kuning ini, pikirnya, mungkin saat itu ia sudah
timbul hati jahatnya dan hendak membunuh dirinya, makanya
ia angkat tubuhnya diterbaliki demikian.

oleh karena itu, maka sipemuda itu sudah berontak- rontak,
Kakinya menendang tangannya menyerang dengan hebat,
Tiba-tiba Ie Boan Hoei membentak. lantas tubuhnya si
pemuda dilempaikan keluar rumah hingga jatuh duduk. Bukan
main sakit pantatnya, matanya dirasakan berkunang-kunang.
Ia merangkak bangun lagi, ketika ia terdiri dihadapannya
sudah berdiri Ie Boan Hoei dengan muka bengis. Kemudian ia
merasakan mau muntah tapi ia terus menahannya. Pikirnya,
sebelumnya mati ia hendak menunjukkan kepandaiannya yang
istimtwa kepada orang tua dihadapannya. maka seketika itu ia
telah mencabut goloknya "Maen-tian-to". Dengan senjata
mana ia lantas bergerak menyerang pada Ie Boen Hoei.
Ilmu golok keramat yang dua belas jurus telah
diperlihatkan oleh si pemuda, akan tetapi ternyata tidak dapat
menyentuh meskipun ujung bajunya saja si orang tua.
Ternyata kepandaiannya sangat lihay, semua gerakan
goloknya seperti yang sudah diketahui lebih dahulu kemana
arahnya.
Ho Tiong Jong menjadi jengkel, makanya rasa "nak"
semakin menjadi jadi saja, ia lantas keluarkan ilmunya "Tokliong
ciang-hoat" warisan Tok-kay Kang clong, ilmu ini sangat
bagus dimainkan olehnya, akan tetapi sayang sekali ia tidak
tahan lama bertempur. Karena rasa "nak" semakin tak
tertahan dan akhirnya ia muntah-muntah.
Menggunakan kesempatan ia sedang muntah, Ie Boen
IHoei menghampiri dan menepuk punggungnya dan satu
benda segede kepalan keluar dari mulutnya.
"Ha ha ha..." demikian terdengar Ie Boen IHoei ketawa,
"Selamat, selamat, kau kini sudah baik dari penyakitnya."
Ho Tiong Jong terbelalak matanya. ia heran melihat
kelakuannya Ie Boen Hoei sebab tadi melek-melek ia melihat
orang tua itu demikian beringas dan menyerang kepadanya
dengan tanpa sungkan-sungkan dalam pertempuran barusan,

tapi kini mendadak saja sudah berubah sikapnya menjadi
ramah tamah sebagai seorang sahabat. Ie Boen Hoei mengerti
apa yang dipikirkan oleh sipemuda maka ia lalu berkata.
"Laute, maafkan lohu sengaja seperti yang benar- benar
mau mengambil jiwa mu, supaya kau dengan sungguhsungguh
menempur lohu. Dengan begitu perasaan "nak"
kepingin muntah lebih hebat lagi, ini ada maksud lohu supaya
oleh karena racun yang mengeram dalam tubuhmu dapat
terdorong keluar.
Barusan, ia sudah hendak keluar kau masih mau tahanmesti
lohu jadi tidak sabaran dan menepuk punggungmu
sehingga ia mencelat juga keluar. Kau tahu itu benda yang
bergumpal dari mulutmu itu ada racun yang sangat berbisa,
yang membuat dan jadi merasa hidupmu."
Mendengar keterangan ini, barulah Ho Tiong Jong mengerti
sikapnya siorang tua baju kuning yang sebenarnya bermaksud
baik untuk dirinya.
Berbareng ia rasa "nak" hilang, malah seluruh badannya
dirasakan sangat segar dan bukan main bersemangat setelah
benda yang bergempal sebesar kepalan tadi sudah dikeluarkan
dari mulutnya.
"cianpwee, boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee
dapat menyatakan terima kasih baonpwee atas pertolongan
Cianpwe ini." kata Ho Tiong Jong hormat.
Ie Boan Hoei tertawa bergelak-gelak.
"Laote." katanya, "seperti barusan kau bilang, pertolongan
pada kakak lohu tidak memerlukan terima kasih, maka lohu
juga tidak perlu terima kasihmu, Lohu merasa senang telah
berbuat suatu untuk kebaikanmu."
Ho Tiong Jong melongo. orang tua ini benar-benar kocak.
masih ingat saja perkataannya tadi. Kemudian dengan
bersenyum ia menanya.

"cianpwe, cara bagaimana cianpwee tahu bahwa dalam
tubuh boanpwee ada mengeram racun?"
"Laote, itu mudah sekali, Lohu yang sudah banyak
pengalaman dalam kalangan kangouw sekali lihat saja
keadaanmu, lantas sudah dapat menebak seratus persen apa
yang diderita olehmu, Tadi, kalau lohu mengatakan terus
terang, tentu kau tidak akan percaya, maka juga lohu sudah
berpura-pura seperti orang jahat menghendaki jiwamu, hingga
kau menempur lohu dengan mati-matian.
Ini perlu karena dengan keluarkan banyak tenaga, rasa
kepingin muntah semakin menjadi-jadi dan akan mendorong
racun lebih lekas keluar. Buktinya kau lihat sendiri barusan-..."
Ho Tiong Jong kembali membuka mulutnya hendak
mengucapkan terima kasih, akan tetapi urung, karena si orang
baju kuning geleng-gelengkan kepala sambil goyang
tangannya.
"cianpwee, boanpwee sudah menerima budimu," demikian
Ho Tiong Jong rubah perkataan yang mau diucapkan tadi,
"biar bagaimana boanpwee tidak akan melupakannya. Nah
sampai disini kita berpisahan, karena ada mempunyai urusan
lain yang meminta perhatian boanpwee."
orang tua itu tidak bisa menduga karena urusan Ho Tiong
Jong itu, hanya ia memesan kalau seandainya Ho Tiong Jong
ada urusan apa apa yang memerlukan pertolongan lupa
datang kepadanya di gereja Siauw lim-sie di gunung Ko-san.
"Terima kasih." jawab Ho Tiong Jong. "boanpwee akan
perhatikan ini."
Kemudian dia angkat kaki berlalu, tapi belum berapa
tmdak. mendadak dipanggil balik oleh Ie Boen Hoei dan
kemudian diajak masuk pula kedalam rumah.
Ie Boen IHoei menghampiri mayatnya sang kakak. dari
sakunya ia mengeluarkan sebuah gelang dari batu kumala

berwarna hijau, lalu disertakan kepada Ho Tiong Jong sambil
berkata.
"Laote, kau terimalah ini barang wasiat sebagai warisan
dari kakek lohu yang sudah meninggal dunia. Sejak kakek
sebagai murid Siauw lim sie, menerima gelang kumala hijau ini
terus-terusan dibawa di badan-nya. Gelang ini merupakan
benda kepercayaan dari Siauw lim pay, siapa saja orang-orang
dari Siauw lim-pay melihat ini akan tunduk dan menghormat
seperti juga ketemu dengan ketuanya."
Benda kepercayaan ini ada berbagai warna, yang termulia
adalah warna putih, lalu merah, kemudian hijau, hitam dan
lainnya. Semua ada lima warna untuk membedakan tingkatan,
sekarang dikalangan hweshio Siauw lim-pay yang memegang
benda kepercayaan itu, kecuali kakak lohu adalah Beng Ti
Taysu, seorang yang berilmu silat tinggi dan ilmu Budha-nya
juga sangat dalam...."
"Beng Ti Tay-su ada mempunyai gelang warna hitam, dia
ada sutit (keponakan murid) dari kakak lohu, Yang memiliki
gelang batu kumala tingkatannya paling atas, lainnya gelang
demikian terbikin dari emas, perak dan selanjutnya. Semua
ada benda benda kepercayaan yang harus di hormati."
Ho Tiong Jong pandang bulak-balik gelang dari batu
kumala hijau itu.
"cianpwee, benda ini ada miliknya Taysu yang telah
meninggal tidak seharusnya berada pada boanpwee, juga
boanpwee tidak memerlukan, maka boanpwee harap
cianpwee suka menyimpannya saja,"
"Kau keliru, laote " jawab Ie Boen Hoei, " Dalam kalangan
Kang ouw itu, tidak sedikit bahayanya. Soal sedikit bisa ditiuptiup
menjadi besar maka dalam perjalananmu sebagai seorang
Kang-ouw yang masih belum berpengalaman perlu memiliki
benda serupa itu. Bukan saja lohu, tapi kakak lohu yang sudah
jadi orang halus tentunya akan merasa senang memberikan

itu untuk melindungi dirimu. Misalnya dalam bentrokan karena
salah paham, kau tak dapat mengatasinya karena lawan ada
jauh lebih kuat, mudah saja kau perlihatkan benda itu kepada
Beng Ti Taysu dari gereja Siauw-lim si, bilang padanya kau
dapat itu dari kakak lohu, pasti dia akan membuang waktunya
untuk mengurus urusanmu. Kalau kau ada dipihak betul, kau
akan mendapat perlindungan dari semua orang Siauw limpay."
Sebagai jago muda yang belum berpengalaman menuruti
hatinya yang polos, maka tadi Ho Tiong Jong sudah mau
mengembalikan barang berharga itu kepada Ie Boen IHoei.
Kini setelah mendengar keterangannya si erang tua baju
kuning, bagaimana berharganya benda itu ada dalam
badannya, maka hatinya sangat kegirangan
Ia tahu Sauw- lim-pay ada satu partai terbesar diantara
partai-partai lainnya, orangnya sangat banyak dan ilmu
silatnya juga sangat tinggi termashur dalam duni persilatan.
Kalau dalam menjelajah dunia kangouw, berbuat banyak
kebenaran, ia tidak usah kuatirkan dirinya, pasti mendapat
perlindungan partai besar itu.
Sambil memasukan benda berharga itu ke dalam
kantongnya ia berkata pada Ie Boen Hoei, "cianpwee, terima
kasih, Nah, sampai ketemu lagi..."
Setelah berkata Ho Tiong Jong sudah hendak bertindak
keluar, akan tetapi kembali telah di cegah oleh Ie Boen Hoei
yang menanya kepadanya. "Eh, laote sudah lama kita bicrp.
tapi lohu lupa menanyakan namamu ?"
"ouw, boanpwee bernama Ho Tiong Jong."
"Siapa suhumu yang mulia."
"Boanpwee tidak mempunyai suhu."
"Tapi ilmu silatmu barusan boleh juga, malah kau ada
keluarkan itu ilmu golok delapan belas jurus dari Siauw- limTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pay. Hanya sayang kau cuma dapat meyakinkan dua belas
jurus saja, enam jurus lagi kau tidak yakinkan-"
"Betul, memang boanpwee hanya belajar dua belas jurus
saja."
"Dari siapa kau belajar?"
"Maaf, boanpwee tidak bisa kasih tahu namanya siapa?"
Ie Boan Hoei, sebagai murid dari siauw- lim-pay, tentu saja
tahu ilmu golok termasyhur itu dari partay ia, maka tadi ketika
Ho Tiong Jong mencecar padanya dengan golok Lam thian to,
sama sekali tidak dapat menemui sasarannya karena Ie Boan
Hoei sudah yakin dengan bagaimana memusnahkannya.
"Sayang." kata Ie Boen Hoei setelah sejenak ia terdiam,
"Kalau kau mendapat didikannya seorang pandai seperti In Kie
Lojin, kau pasti akan menjadi jago tanpa tandingan dalam
kalangan Kangouw, Kau ada mempunyai bakat yang baik
sekali, dengan meyakinkan ilmu dari kitab " Kumpulan ilmu
silat sejati."
"Eh, cianpwe," menyelak Ho Tiong Jong.
"Ada apa?" tanya siorang tua.
"Itu kitab yang barusan cianpwe sebut ada pada
boanpwee." sambil mengeluarkan kitab tersebut dari saku
babunya. Ie Boen Hoei menyambuti dan periksa.
"lni benar ada kitabnya, kau dapat dari mana?" tanyanya.
"Boanpwe dapat dari Tok-kay Kang ciong" jawabnya.
Ia menuturkan dengan singkat pertemuannya dengan Tok
kay dikuil bobrok dan kitab itu sudah disambit nyangkut diatas
pohon dan kemudian diambil olehnya karena merasa sayang
kitab itu dipatuki burung.
Sambil mendengarkan Ho Tiong Jong cerita Ie Boen Hoei
telah bulak balik lembarannya kitab tersebut, "Ini memang

kitab tulen, hanya sayang bagian kedua yang menceritakan
keistimewaannya berbagai ilmu silat, sedang pelajarannya dan
bagaimana mempraktikkan ilmu silat yang tersebut
didalamnya tidak ada, sebab itu dimuat dalam jilid kesatu.
Sayang, tapi dalam buku ini juga ada disebut ilmu yang lohu
yakinkan yalah "Diluar kemauan hati sejati" sayang kau tidak
memiliki yang ke satu."
IHo Tiong Jong berpikir sejenak. setelah mendengar
bicaranya si orang tua baju kuning. "cianpwee," katanya,
"kitab itu boleh cianpwee ambil, boanpwee senang kasih,
cuma boanpwee mohon bantuan cianpwee suka menurunkan
ilmu golok keramat Siauw-lim-sie. semuanya ada delapan
belas jurus, boanpwee hanya paham dua belas jurus saja,
yang enam jurus lagi ini yang boanpwee mohon cianpwee
suka menurunkan pelajarannya untuk mana boanpwee merasa
sangat berterima kasih sekali." Ie Boen Hoei ketawa ngakak
mendengar perkataannya si pemuda.
"Ho Laote," katanya gembira sekali, "permohonanmu aku
terima dengan baik, tapi buku ini kau terima kembali saja,
sebab ada pada lohu juga tidak ada gunanya. Lohu sudah tua,
otaknya sudah macet untuk belajar ilmu kepandaian lebih
tinggi lagi, apalagi dalam buku ini semua yang tertulis dari
berbagai partai punya ilmu silat rasanya lohu sudah cukup
paham. Kau simpan saja, untuk kau ada gunanya, diwaktu ada
tempo lowong kau boleh meyakinkannya, lohu percaya otak
mu yang encer dapat belajar dengan sempurna."
Ho Tiong Jong tidak menyangka bahwa orang tua itu
menolak dikasih kitab "Kumpulan ilmu Silat Sejati." Ketika ia
ulangi lagi maksudnya hendak memberikan kitab dengan
setulus hati ditolak. maka ia lalu sisipkan lagi dalam sakunya.
"Mari, kau boleh belajar itu enam jurus lagi dari ilmu
golokmu." Ie Boen Hoei mengajak sipemuda hingga Ho Tiong
Jong bukan main girangnya.

Ie Boen Hoei telah menurunkan kepandaiannya dengan
sungguh-sungguh, tambahan otaknya Ho Tiong Jong mudah
menerima pelajaran yang orang berikan dengan beberapa
pengujuknya saja, maka enam jurus kekurangannya itu Ho
Tiong Jong sudah dapatkan, Dengan mana ilmu golok
keramatnya Ho Tiong Jong sekarang sudah menjadi lengkap
delapan belas jurus. saking tekunnya ia belajar hingga lupa
sama sang waktu, tahu-tahu hari sudah menjelang pagi.
Tiba-tiba Ho Tiong Jong hentikan latihannya dan berdiri
bengong. Hal mana membuat Ie Boen Hoei menjadi heran, ia
lalu menanya, "Laote kenapa kau? Apakah ada apa-apa yang
tiada beres lagi?"
Ho Tiong Jong bengong berdiri, karena saat itu sudah
hampir pagi, tapi kenapa racun dalam tubuhnya belum juga
bekerja dan merenggut jiwanya? inilah yang ia buat pikiran
tidak habis mengerti, maka ia sudah berdiri bengong. "
cianpwee, memang ada yang tidak beres, aku telah kena
keracunan..."
Selanjutnya ceritakan tentang kena racun Tok kay,
kemudian ceng ciauw Nikouwpunya Tok-kim-chi, lalu paling
belakang jarum mautnya sikakek aneh dari Liu soa- kok juga
tentang hubungan Seng Glok cin dan Kim Hong Jie, ia telah
ceritakan dengan terang kepada Ie Boan Hoei.
Dengan tenang siorang tua baju kuning mendengarkan
ceritanya Ho Tiong Jong.
"Boanpwe heran, kenapa racun itu sampai sekarang belum
ada reaksinya?" tanya Ho Tiong Jong sebagai penutup
ceritanya. Terdengar Ie Boan Hoei tertawa terbahak-bahak.
"Ho laote, kau benar-benar ada seorang yang sangat
beruntung, Dua jelita sudah berbareng sudah menyintai
dirimu, rasanya tak akan sia-sia pengharapannya . . . ."
" cianpwee, boanpwee bakalan mati, bagai mana bisa
bilang demikian ?"

"Anak muda," kata pula Ie Boan Hoei dengan ketawa
girang, "kau kini sudah selamat, kesananya kau hanya akan
menempuh bahagia saja..."
" cianpwe, kenapa bisa begitu?"
"Barusan, ketika lohu menepuk punggungmu dan kau
memuntahkan benda sebesar kepalan, itulah ada racun yang
bergempal dan akan membinasakan dirimu kalau saja tidak
bisa dikeluarkan dari perutmu. Kini ia sudah keluar, maka
dalam tubuhmu sudah tidak ada racun lagi. Umurmu bisa jadi
seratus tahun, percayalah kepada lohu" Ho Tiong Jong
terbengong mendengarkan keterangan si orang tua baju
kuning.
" Laote." kata pula Ie Boan Hoei, " lohu sudah banyak
pengalaman dalam dunia Kang ouw, kejadian apa saja sudah
tahu, Bahwa dalam dirimu akan mengeram racun lohu juga
sudah tahu siang-siang, Melihat air mukamu, lohu tidak perca
yakau bisa mati karena racun. Kau mestinya panjang umur,
bukan mustahil kau nanti mengangkat namamu termashur
dalam rimba persilatan-"
Ho Tiong Jong kegirangan mendengar kata-katanya si
orang tua baju kuning.
Tidak dinyana ia bisa sembuh dari keracunan dengan cara
kebetulan ketemu Ie Boen IHoei, ia percaya omongannya si
orang tua karena ia merasakan sendiri tubuhnya merasa
sangat segar dan kuat sekali, pertolongan gaib.
" Laote," Ie Boen Hoei berkata pula. " racun ketemu racun
dalam tubuhmu telah berhantam dan saling bergempal, sukur
kau ketemu lohu, kalau tidak rasanya sukar ketolongan
jiwamu kalau tidak ada si Dewa obat Kong Jat Sin yang
memberikan pertolongan dengan obatnya yang istimewa. Tapi
Laote, lohu sudah mendapat keyakinan, bahwa ilmu tenaga
dalammu sangat hebat sekarang, jalannya darah sudah ncrmal

kembali, semangatmu juga sudah berubah, bagaimana apa
kau tidak merasakan itu semua?"
Mau tidak mau Ho Tiong Jong telah anggukan kepalanya,
memang benar apa yang di katakan oleh orang tua itu
Dengan suara terharu saking berterima kasih dan
kegirangan Ho Tiong Jong telah berkata. " cianpwee,
boanpwee tidak tahu dengan apa boanpwee harus membalas
budi cianpwee yang sangat besar ini, hingga jiwa boanpwee
terluput dari kematian-"
"Ho laote." memotong Ie Boen Hoei, "pertolongan yang
keluar dari hati yang tulus tidak memerlukan terima kasih,
bukankah kau ada mengatakan demikian?"
Ho Tiong Jong tidak bisa menjawab, hanya matanya
memandang si orang tua dengan mengembang air mata
terima kasih.
Dilain saat Ho Tiong Jong sudah riang gembira. Mereka
satu dengan lain cocok pikiran, maka tidak heran mereka telah
mengikat tali persahabatan-
Ketika sudah terang tanah, Ho Tiong Jong dan Ie Boan
Hoei jalan sama-sama sampai sepuluh li jauhnya, kemudian
mereka berpisahan, Ie Boan Hoei meneruskan perjalanannya
ke barat daya dengan membawa jenazah nya sang kakak.
selang Ho Tiong Jong telah mengambil jurusan lain-
Sepanjang jalan Ho Tiong Jong pikirkan, sekarang ia harus
menuju kemana? Menemui Seng Giok cin? Menyambangi Kim
Hong Jie?
Dua nona yang sekaligus menyintai dirinya sungguh ia
harus merasa bangga, tapi ia tidak berani untuk mengunjungi
salah satu diantara nya.
Pikirnya, sekarang masih belum waktunya, paling baik
sekarang ia menuju ke Yang-ce untuk menemui sahabat
tuanya co Kang cay. Siapa tahu orang tua sudah bersiap-siap

dengan rencananya untuk menyelidiki gunung-gunungan yang
mengandung riwayat istimewa ialah didalamnya ada tersimpan
baskom ajaib yang bisa membuat uang yang sedikit ditaruh
didalamnya bisa berubah banyak dan satu patung wanita
cantik, kalau dapat tidur bsrsama-sama dengannya akan
merasakan kehangatan dan semangat segar serta kekuatan
tenaga dalam juga dapat bertambah.
Demikianlah setelah mengambil keputusan, ia telah
membeli pakaian baru dan seekor kuda untuk perjalanannya.
Dalam pakaian yang baru, tentu saja Ho Tiong Jong punya
paras yang tampan semakin menyolok saja.
Roman cakap. pengawakan gagah, dengan sebilah golok
digantung diatas kuda. Ho Tiong Jong telah menarik banyak
orang yang mengagumi dirinya. Setelah menangsel perutnya,
pemuda gagah itu telah melanjutkan perjalanannya.
Disepanjang jalan ia mengenangkan dua jelita, yang saat
itu entah bagaimana keadaannya, karena mereka
menganggap dirinya akan mati karena racun, sekarang ia
tidak sampai mati maka seandainya ketemu dengan mereka,
bagaimana girangnya mereka itu, sukar untuk dapat
dibayangkan-
Rumahnya co Kang cay ada dalam sebuah desa termasuk
bilangan kota jang-ce.
Jauh juga perjalanan yang ditempuh oleh Ho Tiong Jong,
akhirnya ia sampai juga ke-desanya co Kang cay. Kebetulan
sekali ketika ia sampai, didepan sebuah rumah tampak berdiri
seorang tua dan ia bukan lain dari co Kang cay sendiri.
Sambil melambai-lambaikan tangannya orang tua itu
agaknya hendak menyongsong kedatangannya belum leluasa
dan masih pakai tongkat, maka Ho Tiong Jong agak terkejut.
Ia bedal kudanya dan sebentar saja sudah berada di muka
rumahnya co Kang cay. cepat-cepat ia turun dari kudanya dan

menubruk si sahabat tua. Mereka saling peluk dengan penuh
kegirangan.
"co lopek. memang tidak salah dugaanku, kau sedang
membangun rumah" kata Ho Tiong Jong dengan roman
girang.
"Tiong Jong, kita bicara didalam." kata co Kang cay, sambil
menarik tangannya si pemuda.
"Eh, nanti dahulu, bagaimana dengan kudaku?" kata Ho
Tiong Jong Jenaka.
"Ah, itu mudah saja, kasihkan saja orangku yang urus."
co Kang cay berkata demikian sambil panggil orangnya,
disuruh merawat kudanya Ho Tiong Jong. Mereka kemudian
berjalan masuk kedalam rumah.
"Kan bagaimana tahu aku selang membangun rumah?"
tanya co Kang cay. ketika mereka sudah pada ambil tempat
duduk di-pertengahan rumah.
"Ah, lopek mudah saja. Tadi aku melihat banyak orang
yang mengangkuti batu ke rumah lopek."
"Kau pintar menebak, Tiong Jong. Memang tidak hentinya
aku berusaha membangun rumah tapi sama sekali tidak
menduga kalau penemuan kita kembali ada begini cepat,
sungguh menggirangkan sekali hatiku."
co Kang cay ajak sahabatnya melihat rumah yang sedang
dibangun.
Masih tinggal dindingnya saja dalam taraf penyelesaian,
lainnya boleh dikatakan rumah co Kang cay sudah beres,
Rumah itu besar dan lebar, cuma tidak mewah, hanya seperti
rumah biasa saja rumah desa.
"Lopek, kau benar lihay, Rumahmu dibangun dengan
sederhana sekali. Meskipun ada besar dan luas. Bagus, karena

dengan demikian tidak menyolok dan membangunkan orang
punya rasa curiga."
co Kang cay ketawa nyengir dipuji si anak muda.
orang tua itu memang membangun rumahnya selain
sederhana juga ada banyak rahasianya disebelah dalam, inilah
untuk menyelamatkan dirinya dari cengkeramannya orangorang
dari Perserikatan Benteng Perkampungan yang
menghendaki jiwanya.
Setelah diajak melihat-lihat kebeberapa bagian, dimana
jalannya berbulak biluk membingungkan, lalu Ho Tiong Jong
dibawa ke ruang tetamu yang cukup lebar, tinggi dan
menyenangkan hati.
" Lopek benar-benar kau sudah siap sedia menghadapi
mereka, sebab bicara terus terang kalau orang tidak diberi
pengunjukan, masuk kedalam banyak ruang tadi, bisa masuk
orang tidak bisa keluar lagi."
"Ha ha ha..." orang tua itu tertawa bergelak-gelak.
Mereka lalu pada mengambil tempat duduk.
" Lopek setelah kau mengalami banyak penderitaan
memang seharusnya kau hidup dengan tentrem dan bahagia,
Bagaimana dengan kakimu yang separuh lumpuh apakah
sudah sembuh?"
XXV. SIKAP ANEH DARI IBLIS CANTIK..
"KARENA pertolonganmu Tiong Jong, sehingga aku dapat
selamat, Belum tahu budi ini aku dapat balasnya dengan
apa?"
"Lopek tidak ada soal budi diantara kita, kita berdua
mengalami satu nasib dalam penjara Seng Eng, apa
halangannya kalau kita satu sama lain saling tolong, bukan?"

"Ya, tentang kakiku, meskipun tidak sembuh betul, aku
masih bisa jalan dengan menggunakan tongkat, Tapi, eh,
Tiong Jong bagaimana dengan racun yang mengeram dengan
dirimu, apa sudah dapat disembuhkan?""
Ho Tiong Jong ketawa, ia lalu tuturkan dengan ringkas
pada sang sahabat tua, tentang pengalamannya sejak mereka
berpisahan.
Pertolongan pada Kim Hong Jie, diinjeksi dengan jarum
mautnya si kakek aneh, perjalanannya dengan Seng Giok Cin.
Tapi soal mencium bibir orang tentu saja tidak menceritakan.
Pertemuannya dengan Ie Boen Hoei satu penjahat ulung
yang sadar dari kejahatannya setelah membunuh kakaknya
sendiri. oleh siapa ia telah disembuhkan keracunan didalam
tubuhnya diluar dugaan-
Setelah mendengar habis bicaranya si pemuda, co Kang cay
tampak kerutkan alis.
"Tiong Jong, aku sangat girang tentang dirimu sudah
sembuh dari bahaya kematian karena racun racun yang
mengeram dalam tubuhmu, akan tetapi kau sudah berbuat
gegabah dengan meninggalkan nona Seng dalam keadaan
tertotok dipenginapan-" Ho Tiong Jong terkejut.
"Tapi totokanku itu hanya untuk sementara waktu saja dan
akan terbuka sendirinya." katanya pada sahabat.
"Ya, itu betul. Tapi harus curiga juga, dalam keadaan pulas
demikian kalau ada orang jahat masuk kedalam kamarnya,
bagaimana? Haa, kalau kehormatannya kena dicemarkan
orang? Nona Seng tentu tidak mau mengerti terhadapmu dan
akan mencari kau untuk mencuci malunya"
"Lopek. ah, masa sampai ada kejadian begitu?" menyelak
Ho Tiong Jong dalam terkejutnya, mukanya seketika telah
berubah pucat dan dadanya berombak keras, karena pikirnya,
memang ada kemungkinan ada kejadian demikianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Ya, mudah-mudahan tidak sampai ada kejadian demikian,"
menghibur si orang tua.
Ho Tiong Jong tidak menjawab, Diam-diam dia memikirkan
juga akan dirinya nona yang dicintanya itu. Kalau benar
seperti katanya si orang tua kejadian, celaka sama juga ia
mencelakakan dirinya si gadis pujaannya itu.
Tengah ia menjublek. Co Kang cay sudah berkata pula
dengan air muka berseri seri. "Ah, Tiong Jong, itu hanya
dugaan saja. Tapi masa bisa jadi, nona Seng ilmu silatnya
tinggi. Tentu dalam sedikit waktu ia sudah bisa mendusin. Lagi
pula ia ada puterinya Seng Eng, Pocu dari benteng Seng-keepo
yang sangat ditakuti, betul tidak? Nah, mari, kita minum
teh."
co Kang cay suguhkan secangkir teh pada kawan mudanya
itu, sambil berkata pula. "Tiong Jong legakan hatimu, apa
yang aku kata barusan hanya dugaan saja dan rasanya tak
mungkin kejadian-" Kembali si orang tua.
Ho Tiong Jong merasakan, tapi kejadian sudah berjalan
begitu rupa, ia kobarkan hatinya dengan kata-kata si orang
tua tadi.
Hatinya mulai lega dan tak percaya si nona akan
mengalamkan malapetaka yang tidak enak atas dirinya.
Dengan begitu, pembicaraan diantara dua sahabat yang
senasib tempo hari dalam penjara air, kini dapat berjalan
dengan gembira.
"co lopek, bagaimana halnya dengan gunung-gunungan itu,
apakah kau sudah dapat menemukan kuncinya untuk masuk
kedalamnya?" tanya Ho Tiong Jong sewaktu ia ingat akan
riwayat menarik dari gunung-gunungan di kota Jang-ce itu.
"Belum." jawab Co Kang cay, " rumah ku baru saja jadi,
mana aku ada tempo untuk pergi kesana? Kebetulan kau
sudah datang di sini, maka baiklah kau beristirahat saja

dahulu dalam rumahku dua tiga hari, nanti kita bersama-sama
kesana, bagaimana kau pikir."
"ow, tentu saja aku dengan senang hati ikut melihatnya."
jawab Tiong Jong,
"Bagus, bagus . . ."
Bicaranya co Kang cay belum lampias, sudah dibuat
berhenti dengan muncul satu pelayannya yang mengabarkan
bahwa diluar ada seorang nona yang hendak ketemu dengan
Ho Tiong Jong.
"Seorang nona?" kata co Kang cay, "Eh Tiong Jong apa kau
ada membawa teman perempuan kesini?"
"Tidak." -jawab Ho Tiong Jong.
"Tapi katanya ada satu nona yang ingin ketemu denganmu
bagaimana pikiranmu?" Ho Tiong Jong terdiam sejenak.
"Baik, silahkan dia masuk ketemu aku," akkirnya ia berkata.
co Kang cay tampak berduka romannya, ia kuatirkan bahwa
yang datang itu ada orangnya Perserikatan Benteng
perkampungan yang hendak mencari onar. Ho Tiong Jong
mengerti akan kedukaan nya si orang tua, maka ia lalu
menghibur.
"co Lopek, kau jangan kuatir, Aku bukannya sombong, asal
ada orang datang hendak mengganggu ketentramanmu, aku
si orang she Ho yang nanti akan mengusirnya. Legakan
hatimu, dan percayalah padaku^"
"Ya aku juga tidak takut. cuma saja kalau benar nanti
terjadi pertempuran pasti akan mengambil banyak korban
jiwa. inilah yang membikin aku tidak tega hati." jawab si kakek
sambil menghela napas.
Sebentar lagi tampak sipelayan muncul mengantarkan si
nona tetamu masuk diruangan tamu.

"Hei, enci Ie." seru Ho Tiong Jong, ketika melihat
tetamunya itu masuk. Memang benar ada Li-lo-sat ie Ya yang
datang.
"Ya, aku yang datang." jawab si nona sambil kerllingkan
matanya yang tajam.
"Enci ie. bagaimana kau tahu perjalananku dan datang
kesini, silahkan duduk." mengundang Ho Tiong Jong, sambil
menyodorkan sebuah kursi.
Kemudian sipemuda berkata pada co Kang cay. "co lopek.
apa kau sudah tidak mengenali lagi pada nona ie?"
"Siapa dia, Tiong Jong?" siorang tua balik menanya.
"Enci ie masa kau lupa? Dengan pertolongannya pada itu
malam, selamatlah kau sampai di kota Yang cie. Kalau
bukannya enci Ie yang menolong, niscaya sampai sekarang
kau masih nyantel saja di Seng kee-po. Ha ha ha..." co Kang
cay kini baru sadar, maka ia buru-buru minta maaf.
"Nona ie, maafkan lohu yang sudah kurang terang
matanya, tambahan malam itu ada gelap. hingga aku
melupakan wajahmu.Maafkan, nona dan terima kasih atas
pertolonganmu itu,"
co Kang cay tutup kata-katanya sambil menjura memberi
hormat, tapi ie Ya cepat-cepat mencegah. " Lopek jangan
pakai banyak peradatan didepanku. Aku paling benci sama
segala peradatan yang mengikat kemerdekaan bergerak."
co Kang cay urungkan maksudnya tapi ia dengan sangat
hormat sekali telah menyilahkan si nona ambil tempat duduk.
Setelah si nona berduduk. Ho Tiong Jong menanya. "Enci,
kau sungguh baik sekali, selamanya aku merasa berhutang
budi padamu. cuma, bagaimana tentang kedatanganmu ini,
ada urusan apa, enci ie?""

Ie Ya tertawa tawar. Wajahnya dingin, mengawasi pada Ho
Tiong Jong dengan sorot mata memandang rendah.
"Tiong Jong kedatanganku ini boleh dianggap teman dan
juga boleh diangap akan menjadi lawan, Kejadian antara kita
yang sudah tidak perlu diingat-ingat lagi." Ho Tiong Jong
heran mendengar kata-katanya ie Ya.
Ia memandang parasnya si nona yang cantik dan botoh,
yang biasanya menawan hati, kini tampak beringas dan
wajahnya seperti yang memandang hina padanya.
"Enci ie, aku penasaran menghadapi sikapmu yang tidak
biasanya ini, Kau kenapa? Apkah aku si orang she Ho pernah
berbuat kesalahan terhadap dirimu?"
"Kesalahan terhadapku tidak. tapi kau sudah berbuat salah
terhadap orang lain-"
"Aku sudah berbuat salah apa?"
"Hmm...." ie Ya menggeram. "Kau ini dimukanya saja
seperti orang jujur dan polos, tapi tidak tahunya hatimu lain
dari wajahmu, Kenapa kau masih belum terus terang
kesalahanmu, kalau hendak mengaku aku ini encimu?" Ho
Tiong Jong bingung mendengar bicaranya Ie Ya.
Sikapnya yang luar biasa dan kata-katanya yang dingin
seperti es, membuat ia sangat penasaran, Sebab apa si nona
cantik ini menjadi marah-marah terhadap dirinya dan
mengatakan ia sudah berbuat kesalahan terhadap orang lain?
Siapa itu orang lain? Dan apa salahnya?
Sementara itu, co Kang cay yang melihat suasana buruk.
diam-diam ia angkat kaki hendak menyembunyikan dirinya,
karena ia tidak berkepandaian silat. Tapi tidak disangka, Ie Ya
dengan mata melotot membentak padanya. "Hentikan
langkahmu. jangan meninggalkan ruangan ini"
Ho Tiong Jong tidak senang dengan ucapanya si nona.
Pikirnya, betul betul si nona membentak seorang tua, hingga

oleh karenanya menjadi menggigil tubuhnya dan hampir
hampir jatuh lemas.
"Enci Ie," kata sipemuda dengan suara heran, "hati-hatilah
sedikit dengan perkataanmu. Meskipun aku bukannya satu
pendekar tapi aku tidak ijinkan orang menghinakan
sesamanya didepanku, apalagi orang yang dihinakan itu ada
seorang yang ketahuan jujur dan baik hatinya, Dapat orang
berbuat demikian, tapi harus..."
"Harus apa?" Menyelak Ie Ya.
"Harus membunuh dahulu aku" jawab Ho Tiong Jong tegas.
"Hihihi..."si wanita telengas tertawa. Meskipun tertawanya
merdu, tapi romannya menyeramkan, karena kelihatan ia
seperti sedang mendongkol sekali. "Tiong Jong, apa kau kira
kau seorang gagah tanpa tandingan?" tanyanya.
"Bukannya maksudku untuk menonjolkan diri sebagai
jagoan, tapi aku tidak senang kau perlakukan co lopek
semacam itu."
"Habis kau mau apa?"
"Aku akan membelanya."
Li-lo sat Ie Ya kertak gigi. ia gemas sekali terhadap si anak
muda, sebab pikirnya, ia sudah banyak membuang budi
menolongi anak muda itu, akan tetapi Tiong Jong saban-saban
membela orang lain saja. Ia perdengarkan tertawa dingin.
"Tiong Jong," katanya. "sekali aku marah tidak seorangpun
yang berani menghalang-halangi maksudku, maka sekarang
kau mau apa."
Ie Ya sambil berkata menyerang co Kang cay hingga ia ini
ketakutan setengah mati. Tapi sebelumnya tangan Ie Ya
menyentuh dirinya, Ho Tiong Jong dengan gesit sudah lompat
dan menangkis, hingga Ie Ya terhuyung-huyung mundur.

Bukan main marahnya si iblis Wanita, dengan muka bengis
ia sekarang menyerang pada Ho Tiong Jong. Tangan dan
kakinya bergerak dengan berbareng, tepisi pemuda hanya
mengegos dan berkelit saja dari semua serangan Ie Ya, tidak
mau balas menyerang.
Hatinya tidak tega, sebab ia banyak hutang budi kepada
perempuan galak ini, Biar bagai mana ia diserang hebat, selalu
Ho Tiong Jong dapat mengegoskan dirinya dengan mudahnya.
Tapi melihat serang-serangan Ie Ya mengarah bagian yang
tidak mematikan, seolah-olah tak memikirkan
persahabatannya pada waktu yang lampau, diam-diam si
pemuda merasa tidak senang. Pikirnya, jikalau ia minta
penjelasan juga tak ada gunanya Karena si nona sedang
sengit dan marahnya.
Segera ia merobah gerakannya, kini ia mencoba menyerang
dengan angin pukulan telapakan tangannya ternyata si nona
tidak tahan, ia mundur sampai empat enam tindak
"Gila kau" bentak nona Ie, sambil menyender pada dinding.
Tiong Jong hanya bersenyum, Amarahnya si nona makin
memuncak. maka ia sudah gerakan tubuhnya lompat keatas
dan menyerang dari arah ini kebatok kepalanya Ho Tiong
Jong, tapi si pemuda dengan gesit sudah menghindarkan
dirinya, kemudian ia menyusul melesat dan mereka saling
menyerang diudara kosong, akhirnya Ie Ya tak tahan juga.
Ia jatuh kelantai, sebelumnya ia bergerak Ho Tiong Jong
sudah menekan bahunya dan kemudian menotok jalan
darahnya, hingga si nona jatuh lemas.
"orang she Ho." kata sinona gemas. "Kalau kau menghina
aku, nanti akan kucaci maki habis-habisan-"
Si nona sangat gemas, bicaranya yang seperti hendak
menangis karena tidak berdaya untuk mengatasi
kepandaiannya Ho Tiong Jong, yang tidak sangka-sangka

sama sekali dalam tempo pendek saja ada demikian hebat
ilmu silatny^ Ho Tiong Jong melihat sinona seperti mau
mewek merasa tidak tega.
Rambutnya menjadi kusut bekas tadi bertarung, dalam
keadaan seperti hendak menangis dan mengawaskan
sipemuda dengan sorot mata panasnya, tampaknya Ie Ya
yang memang cantik wajahnya ada lebih cantik berlipat
ganda.
Pertama kali Ho Tiong Jong melihat kecantikannya si nona
sudah menggetarkan hatinya, kini untuk kedua kalinya ia
menyaksikan dengan tegas kecantikannya orang bagaimana ia
coba menekan debarannya tiang hati ternyata tidak menolong.
Maka dengan cepat ia menarik tangannya yang menekan
orang punya pundak yang halus lunak seperti kapas dan
membuka totokannya. Parasnya agak jengah, kemudian
berkata dengan hormat, "Enci Ie, bukannya maksudku berlaku
kurang ajarpada enci, Dari sebab kau menyerang keterlaluan
mengarah bagian yang berbahaya, maka terpaksa aku
membela diri dari seranganmu yang bertubi-tubi tadi."
Si pemuda menutup bicaranya dengan bersenyum manis.
Wajah si pemuda yang tampan menawan dan
pengawakannya yang gagah menimbulkan rasa suka, memang
sudah lama menjadi kenangan wanita telengas.
cuma ia tidak bisa mengikat hatinya sipemuda itu, karena
kelihatannya Ho Tiong Jong hatinya sudah jatuh pada Seng
Gick ciu dan Kim Hong Jie, dua gadis jelita dan putri dari dua
orang ternama, yalah putri dari Seng-keepo dan Kim-Liong-po"
Meskipun demikian, satu tempo ia suka melamun dan
merasa dirinya tidak kalah dalam kecantikan maupun dalam
ilmu silat dari dua dara itu, hanya bedanya dirinya sudah
terkenal sebagai iblis, maka ia merasa sangsi apakah Ho Tiong
Jong dapat dipincuk oleh gaya tarik kecantikannya kalau
mengingat kedudukannya ada kurang harum.

co Kang cay dilain pihak merasa heran kepada Ho Tiong
Jong yang dengan tiba-tiba saja dapat berbicara begitu halus
dan sopan santun-Melihat sicantik diam saja, maka Ho Tiong
Jong berkata pula.
"Enci ie, coba tolong ceritakan dari sebab apa kau marahmarah
terhadapku dan tak memberi kesempatan untuk aku
membela diri."
"Hmm" menyahut nona ie, masih kelihatan sombong
sifatnya. Tapi Ho Tiong Jong ganda dengan penuh kesabaran-
"Sekarang begini," kata Ie Ya, "aku mau tanya kau
bagaimana perlakuannya adik Seng terhadapmu ?"
Ho Tiong Jong terkejut Tapi lantas menjawab dengan
sejujurnya.
"Baik, baik sekali, Adik Giok sangat baik dan berbudi
terhadapku, untuk mana sukar aku melukiskannya."
Hati cemburunya Ie Ya meluap dengan tiba-tiba, maka
wajahnya berubah lantas cemberut setelah mendengar
jawabannya si nona.
"Hu..." kata si nona sambiljebikan bibirnya, "Sangat baik,
sukar dilukiskan, sekarang aku mau tanya kau, dia ada begitu
baik terhadapmu tapi apa balasmu terhadap kebaikannya itu?"
Ho Tiong melongo. Diam-diam ia bergidik, pikirnya,
"apakah adik Giok mengalami kejadian seperti yang
dibayangkan oleh co lo-pek?" Sebelumnya ia membuka mulut,
ie Ya berkata lagi.
"Jawab, jawab pertanyaanku apa balasnya kau atas
kebaikan adik Giok?"
"Enci ie, aku masih belum paham akan bicaramu ini."
"Hmm... belum paham..." ie Ya menjebikan bibirnya, " Kau
tentu tidak berani berterus terang padaku, Nah, biarlah aku
sendiri tidak bisa berbuat apa apa padamu, tapi nanti ada lain

orang yang akan membereskan jiwamu." setelah berkata ie Ya
lantas berjalan keluar.
Tapi seperti angin saja cepatnya Ho Tiong Jong sudah
menghadang dipintu keluar, maka ketika ie Ya bertindak ia
sudah dihalang-halangi, Ie Ya tertawa dingin melihat
kelakuannya Ho Tiong Jong. "Kau ingin menahan aku disini,
bukan?" tanyanya gemas sekali.
"Bukan, aku tidak berani menahanmu."
"Nah, kasih jalan buat aku berlalu dari sini."
Ho Tiong Jong tidak berdaya, Melihat sikapnya ie Ya yang
dingin dan saban-saban unjuk sikap yang mengandung
amarah, maka ia tidak berani menanyakan lagi soal yang ia
masih belum mengerti dari kata-katanya Ie Ya tadi.
Si pemuda jadi berdiri menjublek sambil mengawasi ie Ya
naik kuda berlalu, sampai tidak kelihatan bayangannya.
"Tiong Jong, kau kenapa berdiri bengong saja?" tanya co
Kang Cay, yang seketika itu telah menyusul keluar.
Ho Tiong Jong kaget mendapat teguran sahabat tua.
"Tidak apa-apa, aku hanya belum mengerti apa maksudnya
perkataan Ie Ya tadi."
"Kalau dilihat dari pembicaraannya, dapat dipastikan ada
banyak orang yang akan mencari dirimu, Entah, lantaran apa
kau bisa dicari mereka. Apakah mereka itu ada orang-orang
dari Perserikatan Benteng perkampungan? "
Menyebut nama Perserikatan Benteng Perkampungan tanpa
merasa Co Kang Cay badannya menjadi menggigil seperti
yang kedinginan.
IHo Tiong Jong yang menyaksikan itu merasa kasihan pada
si kakek.

Pikirnya, orang boleh mencari dirinya dan membuat
perhitungan dengannya, tapi jangan mengganggu pada
dirinya si orang tua, jangan mengaduk-ngaduk rumahnya
yang barusan saja selesai di bangun, ia sangat kasihan pada
orang tua itu, yang disiksa sampai dua puluh taihun lamanya
oleh Seng Eng dan baru saja mendapat kemerdekaannya lagi,
lantas nanti dapat ditangkap kembali.
Ia tidak lepaskan Ie Ya sebab ie Ya tentu akan
mengundang banyak kawannya yang datang kesitu, maka
juga seketika itu ia lantas lompat melesat kekandang kuda,
dimana kudanya ada dipelihara.
Cepat-cepat ia pasang pelananya dan lantas lompat naik di
atasnya, kemudian membedal lesnya supaya sang kuda lari
keras menyusul Ie Ya yang sudah lama pergi.
Co Kang Cay berteriak-teriak, seperti mau memesan apaapa,
akan tetapi Ho Tiong Jong tidak perduli, iapesatkan
kudanya dan dilarikan sekencangnya supaya bisa menyusul si
iblis cantik yang telah datang kepadanya dengan membawa
teka-teki. Tidak lama ia kaburkan kudanya, tampak
didepannya Ie Ya sedang larikan kudanya. Si nona juga
mendengar kerapan kaki kuda, ia menduga pasti bahwa
dibelakangnya Ho Tiong Jong yang menguber padanya, Maka
ia sudah siap sedia dengan senjata ikat pinggangnya untuk
menempursi pemuda.
Ketika sudah datang dekat, Ho Tiong Jong berkata.
"Enci ie, harap kau suka terangkan kedatanganmu tadi.
Apakah kau datang membawa bala bantuan untuk membikin
susah pada Co lopek?"
Ie Ya tak menjawab, hanya ia menyerang dengan ikat
pinggangnya yang panjang.
si nona memang sangat mahir memainkan senjata itu, ia
menyalurkan tenaga dalamnya ke ikat pinggang sehingga
kelihatan seperti sedang menari-nari diatas kuda.

Kelihatannya bagus sekali, sedang Ho Tiong Jong yang
saban-saban disatroni oleh ikat pinggang itu telah berkelit
kesana-sini menggunakan kelincahan kudanya, Tapi ternyata
ia tak dapat mencegah ketika ikat pinggangnya Ie Ya melibat
dirinya sampai sepuluh libatan, hingga ia tidak berdaya.
Ie Ya kegirangan, pikirnya kali ini Tiong Jong akan
menyaksikan kelihayannya.
Tapi dibalik rasa bangga itu, iapikir juga apakah, Ho Tiong
Jong kena dilibatoleh ikat pinggangnya itu hanya pura pura
kalah saja?
Tapi biar bagaimana ia harus selesaikan kemenangannya
itu, maka sebentar lagi ia mengentak ikat pinggangnya dan
tubuhnya Ho Tiong Jong mencelat dari tunggangannya
melayang kedekat si cantik.
cepat Cepst Ie Ya turun dari kudanya dan menghampiri Ho
Tiong Jong yang masih tidak berdaya, ia telah memberikan
totokan pada jalan darahnya, tapi alangkah herannya ketika ia
merasakan jarinya yang halus ditusukkan pada tubuhnya Ho
Tiong Jong seperti juga ia menusuk papan baja.
Ie Ya menjadi jerih, Pikirnya. Ho Tiong Jong sekarang
bukan tandingannya, maka sebelum Ho Tiong Jong berdaya
lebih baik ia cepat-cepat melarikan diri. Maka seketika itu,
tanpa menghiraukan ikat pinggangnya lagi ia sudah lompat
pula keatas kudanya dan kabur dari sana dengan kecepatan
kilat.
Ho Tiong Jong melihat Ie Ya meninggaikan ikatpingganya
yang panjangnya tujuh-delapan tumbak melibat tubuhnya,
sudah lantas hendak memutuskan dengan kekuatan tenaga
dalamnya yang dahsyat, tetapi urung karena dipikir lagi kalau
ia berbuat demikian Ie Ya tentu tidak senang hatinya, ikat
pinggang yang sangat disayangnya itu, jika ia putuskan pasti
Ie Ya tentu tidak senang hatinya, tidak mandang muka
pemiliknya.

Dari sebab itu, maka ia sudah menggunakan ilmu
mengkeratkan tubuh untuk meloloskan diri dari gubetan ikat
pinggang.
Setelah mana, lalu ia gulung lagi dengan baik baik barang
si cantik, kemudian ia bawa naik kuda mengejar si nona,
Pikirnya, ie Ya melarikan kuda tentu akan mengundang
teman-temannya untuk membikin susah Co Kang Cay.
Maka hatinya merasa cemas, ketika kudanya hanya dapat
sepuluh li saja dan telah mogok. karena kakinya terluka,
Terpaksa IHo Tiong Jong turun dan kudanya. ia berdiri
celingukan mencari cari Ie Ya, tapi orang yang dicari tidak
kelihatan mata hidungnya,
Tidak tahunya ie Ya sudah masuk kedalam rimba untuk
menghindarkan diri kecandak Ho Tiong Jong.
Dalam hatinya ie Ya berpikir, bahwa seumur hidupnya
belum pernah jadi pecundang dan diuber-uber oleh lelaki.
Baru kali ini ia mengalaminya, jadi sangat malu.
Meskipun Ho Tiong Jong tidak menaruh cinta padanya,
akan tetapi ia sangat mengagumi akan tenaga dalamnya Ho
Tiong Jong sekarang ini. Entah dari mana Ho Tiong Jong
sudah belajar ilmu kepandaian sedemikian tinggi, sehingga ia
sudah bisa menutup jalan darahnya tidak dapat ditotok orang.
Sedang ia jalankan kudanya sambil ngelamun, tiba-tiba
mendengar orang menguber padanya dengan menggunakan
ilmu jalan cepat yang hebat. Ketika ia mencleh, dilihatnya itu
bukan lain dari Ho Tiong Jong.
Ia jadi gemas dan nekad, maka ia lantas hentikan kudanya
dan turun menantikan kedatangannya IHo Tiong Jong.
Tatkala mereka sudah berhadapan dengan suara dingin Ie
Ya menanya. "Tiong Jong, kau terus terusan menguber-ku,
apa maksudmu ?"

"ow, aku tidak berani mengganggu enci, Aku menyesal enci
tidak mau menceritakan duduknya urusan sehingga aku
menjadi bingung, Tapi, tidak apalah, hanya aku minta
pertolongan enci, setelah kembali berkumpul dengan orangorang
dari Perserikatan Benteng perkampungan harap enci
tidak menceritakan tentang tempat tinggalnya co lopek, Aku
tidak tahu apakah selainnya enci masih ada lain orang pula
yang mengetahui tempat tinggalnya co lopek..?"
"Kenapa kau begitu sungguh-sungguh melindungi orang
tua itu?" memotong si nona.
"Ya, enci, seperti tempo hari aku pernah cerita, bahwa co
lopek sudah dua puluh tahun lamanya disiksa oleh Seng Eng.
sekarang dia sudah dapat kemerdekaannya pula dan dengan
susah payah dapat membangun rumah-nya, sepantasnya dia
dapat kebahagiaannya dalam melewati sisa hidupnya yang
sudah tua."
"Selainnya aku, masih ada lagi seorang yang tahu, tapi dia
orangnya sembarangan, aku kuatir dia tak dapat memegang
rahasia."
"Siapa dia, enci ie "
"Aku tak bisa mengatakan padamU, karena kaU tentu akan
membunuh dia sekeluarga bukan ?"
"Tak mungkin aku akan berlaku sekejam demikian ?"
"Tapi Tiong Jong, aku heran sekali, kau mau korbankan diri
untuk co Kang cay, tapi kenapa berlaku demikian terhadap
adik Giok cin...?"
Hatinya IHo Tiong Jong curiga, Pikirnya, tentu ada kejadian
yang tidak beres dengan dirinya Seng Gick Cin. Makanya ie Ya
saban-saban timbulkan nama si nona yang menjadi
kekasihnya itu.

"Enci ie," katanya, "sejak tadi kau menuduh aku bersalah
saja. sebenarnya ada kejadian apa dengan adik Giok? sudilah
enci yang baik memberitahukan kepadaku yang rendah."
Ho Tiong Jong bergurau sembari mesem, ia mengambil
tindakan itu, dengan pengharapan nona ie akan ceritakan
duduknya urusan karena dengan sikap serius ada ia menanya
tidak juga mendapat keterangan yang tidak di ingini.
Mendengar kata katanya sipemuda, mau tidak mau Li lo sat
ie Ya ketawa juga, "Kau ini pengecut aku benci benar,"
katanya, "di hadapanku kau masih berpura-pura tidak tahu
saja. Kau boleh mengelabuhi adik Seng Gick Cin dan Hong Jie,
tapi aku hm..."
Ho Tiong Jong betul-betul kewalahan menghadapi Ie Ya
yang masih terus terputar-putar bicaranya, tidak mau diajak
berunding kelihatannya, Apalagi mendengar dirinya dikatakan
pengecut, hatinya Ho Tiong Jong merasa sangat perih.
Ia tidak menjawab kata-katanya Ie Ya tadi, hanya sebentar
lagi terdengar ia mengelah napas dan tundukan kepalanya.
Untuk membuka mulut lagi, rasanya tidak ada harapan
nona ie akan cerita duduknya perkara, maka pikirnya lebih
baik ia balik lagi saja kerumahnya Co Kang Cay, sahabat
tuanya itu.
Mengingat si orang tua kedudukannya ada berbahaya,
karena tempatnya sudah ketahuan maka ia mengambil
putusan minta si orang tua menyingkir dari gangguannya
pihak Seng Eng. setelah mana ia akan mencari tahu hal nya
Giok Cin, sebab ada kemungkinan besar si nona sedang
ngalamkan kesusahan, jikalau dilihat kata-katanya ie Ya yang
selalu menyesalkan padanya karena tidak menaruh perhatian
kepada nona Seng.
Setelah kembali ia mengelah napas, lalu putar tubuhnya
balik kerumahnya co Kang cay, sambil tundukan kepala

denganpikiran kusut. Ie Ya melihat kelakuannya si pemuda
merasa kasihan juga.
Sebenarnya ia sudah cukup mengocok si pemuda yang
terus menghadapi teka teki karena kata-katanya yang selalu
tidak ada juntrungannya.
Ia berjalan kira-kira sepuluh lie, tiba-tiba ia mendengar dari
sebelah belakangnya ada suara kaki kuda yang dilarikan.
Keruan ia menoleh itulah kuda putih yang dinaiki Ie Ya.
Ketika Ie Ya hentikan larinya sang tunggangan dan
memandang pada Ho Tiong Jong yang terus berjalan dengan
tunduka n kepala, seolah-olah ia tidak menghiraukan pada si
iblis cantik yang jalan disisinya.
"Waduh, lagi ngambek nih?" kata ie Ya dengan suara
merdu. Ho Tiong Jong tinggal terus berjalan tanpa
menolehkan mukanya.
Ie Ya melihat sikapnya Ho Tiong Jong tidak menghiraukan
padanya, tidak menjadi marah, malah ia berkata lagi. "Aku
tidak kira si orang she Ho yang berparas tampan menawan
gede ambeknya...."
Ho Tiong Jong kini menoleh pada si iblis cantik, setelah
memandang paras Ie Ya yang bersenyum-senyum memikat,
lalu tundukan lagi dan berjalan terus.
Ie Ya merasa menyesal telah berlaku keterlaluan kepada
pemuda ini, yang parasnya cakap dan pengawakannya yang
kokoh kuat selalu merupakan bayangan didepan matanya.
Mungkin si pemuda tidak bersalah, kenapa ia terus-terusan
mendesak dan menyalahkan padanya? ia memang tidak kasih
kesempatan kepada Ho Tiong Jong untuk membela diri,
karena hatinya merasa gemas atas perbuatannya Ho Tiong
Jong yang disangkanya telah membalas budi kebaikannya
Seng Giok Cin dengan kejahatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Tiong Jong, kan jangan marah, apa kau ingin tahu
duduknya urusan?" Ho Tiong Jong masih terus berjalan tanpa
menoleh.
"Tiong Jong, betul-betul kau marahan sama encimu?" tanya
Ie Ya dengan suara merdu.
Baru si pemuda menoleh kepadanya, sambil tertawa getir ia
berkata, "Enci ie, sebaiknya kau jangan ganggu aku lagi.
Pergilah kau mengundang kawan kawanmu."
"Ngaco" kata Ie Ya. "Siapa yang hendak mengundang
kawan? Aku mengundang kawan-kawan untuk apa ?"
"Untuk mencelakakan Co lopek."
"Hi hi hi...." Ie Ya tertawa, "Aku yang bergelar Li lo-sat,
kalau mau, tak usah mengundang kawan-kawan, Co Kang Cay
sudah lama celaka ditanganku, Kenapa mesti menanti
kedatanganmu dahulu ?"
IHo Tiong Jong melengak, perkataannya Ie Ya benar juga,
kalau memang ia hendak membikin susah kepada Co Kang
Cay tidak perlu menanti kedatangannya.
"Tapi kenapa barusan kau hendak menyerang Co lo-pek
dan perlakukan padanya dengan tidak mengenal aturan?" ia
menanya.
"Itulah karena menuruti hatiku yang sedang angin-anginan,
aku gemas padamu dan situa bangka yang jadi sasaran-.."
"Hei, enci le, kau gemas padaku, kenapa co lopek dibuat
sasaran?"
Ie Ya membungkam wajahnya kemerah-merahan-
"Kenapa enci ie?" tegur s i pemuda.
"Karena aku..."
"... tidak tega, bukan?"

"Oh, kau Tiong Jong..."
XXVI. MASUK PERANGKAP
SAMBIL berkata seraya turun dari kudanya dan kini dengan
menuntun tunggangan-nya ie Ya berjalan di sisinya sianak
muda.
Ho Tiong Jong sambil berjalan matanya melirik- lirik pada si
cantik dengan wajah bersenyum-senyum karena merasa geli
dalam hatinya.
Ia tahu, bahwa iblis cantik ini ada jatuh hati kepadanya,
beberapa kali ia sudah mengulurkan pertolongannya, tentu
bukan tidak ada sebab musababnya. Dan ini dapat dipahami
oleh Ho Tiong Jong, cuma saja ia tak dapat membagikan
cintanya kepada wanita ketiga, ia tidak ingin Ie Ya menjadi
cemas dalam cita-citanya sebab ia menghadapi dua jelita Giok
Cin dan Hong Jie saja sudah cukup memusingkan kepalanya,
Dua dua ada besar cintanya terhadap dirinya, ia tak dapat
memilih yang satu dan mengabaikan yang lainnya, sebab itu
berarti akan parahnya orang punya hati juga untuk mengambil
dua-duanya, ia merasa ragu ragu akan keikhlasan masingmasing,
kalau ia melihat Giok Cin ada begitu besar
cemburunya ketika di Po-kay-san-
Disamping tabeatnya yang jujur dan polos wajahnya yang
tampan dan pengawakannya yang kuat tegap Ho Tiong Jong
orangnya Jenaka, suka membanyol dan bikin orang ketawa.
oleh karenanya Giok Cin dan Hong Jie menjadi lengket
padanya.
Ie Ya juga sebenarnya sudah lama menaruh hati pada si
pemuda, cuma ia tidak mempunyai kesempatan untuk
mengutarakan isi hatinya dan lagi ia merasa bahwa dirinya
ada lebih tua dari Ho Tiong Jong.

Cuma, bagaimana juga wajahnya Ho Tiong Jong yang
cakap dan kelakuannya yang Jenaka, tak dapat ia singkirkan
dalam lamunannya mencicipkan kebahagiaan hidup.
Demikianlah ketika berjalan berendeng, Ie Ya melihat IHo
Tiong Jong saban-saban ketawa kepadanya seperti yang
merasa geli hatinya, lantas menegur. "Hei, Tiong Jong, kenapa
kau cengar-cengir saja?"
"Tidak apa apa, hanya aku merasa geli, kau marah padaku
tapi yang menjadi korban mengapa orang lain"
"Habis bagaimana?"
"Kau harus hajar aku."
"AKU, aku. ..ti... ."
"....dak tega, bukan? Kalau kau menghajar aku dengan
telengas, tentu saja bisa bikin aku semaput. kau
menghajarnya harus..."
"Harus apa..?" memotong Ie Ya dengan senyuman mesra.
"Harus menggigit..."
"Gigit apanya?"
". . . . pipinya, .."
"Gila kau...." Ie Ya melotot matanya, tapi mulutnya yang
mungil menyungging senyuman-Diam-diam hatinya nona le
merasa bahagia dengan banyolan si pemuda. Dilain pihak Ho
Tiong Jong tertawa ngakak enak sekali.
"Aduh. . . " tiba tiba ia menjerit, sambil usap-usap
tangannya "Kok encie Ie nyubit?"
"Enak, ya? ini baru cubitan sementara."
"Kalau cubitan aseli."
"Mulutmu akan Kucubit kalau kau berani lagi kau omong
ngaco."

"sakit nanti encie Ie?"
"Aku tidak perduli..."
"Aduh .. .. kejamnya . . . ."
"Nih, Kejam, .. . " Ie Ya ulur tangannya hendak mencubit
lagi.
Ho Tiong Jong berkelit sambil ketawa ngakak. Ie Ya juga
teturutan ketawa, mereka kini adalah baik lagi dan bercakapcakap
dengan gembira dalam perjalanannya.
Bagaimana bahagia hatinya Ie Ya berjalan berendeng dan
bercakap-cakap dengan pemuda pujaan-nya itulah dapat kita
bayangkan sendiri.
Tiba tiba Ie Ya seperti ingat sesuatu, "Eh Tiong Jong, mari
kita berhenti sebentar duduk meneduh diatas batu itu
dibawahnya pohon, aku hendak cerita yang penting padamu.
Mari, mari..." sinona seraya tuntun tangannya si pemuda.
Ho Tiong Jong menurut saja dituntun oleh sicantik,
sebentar lagi mereka sudah pada duduk diatas batu
dibawahnya pohon yang rindang.
"Ada kabar apa enci ie?" tanya si pemuda.
"Dari halnya adik Giok"
"Dia kenapa, enci le ?"
"Tiong Jong, aku mau tanya padamu, apa benar benar kau
tidak berbuat yang menyusahkan adik Giok."
Ho Tiong Jong geleng gelengkan kepala, "Adik Giok sangat
baik, aku merasa hutang budi kepadanya, bagaimana aku
dapat berbuat yang memuaskan dirinya."
"Ya, adik Giok telah mengalamkan kesulitan dari ayahnya
sendiri. Ketika aku meninggalkan tempatnya adik Giok masih
belum apa-apa, entah sekarang bagaimana nasibnya?

Ayahnya sangat kejam, dalam murkanya bukan mustahil ia
bisa membunuh mati anaknya yang sangat dimanjanya itu."
Ho Tiong Jong kaget bukan main, "Enci ie, dari sebab apa
Seng Eng sampai begitu marah." tanyanya.
" Dalam kamar hartanya dia kehilangan satu benda wasiat,
entah benda apa itu, Menurut pendapatan Seng Eng, hanya
adik Giok Cin yang dapat keluar masuk dalam kamar harta itu,
orang lain tak mungkin- oleh karenanya adik Giok yang
dituduh sudah menyunglap benda wasiat itu."
"Habis, apa katanya adik Giok?" tanya sipemuda sangat
gelisah,
"Adik Giok tidak mengaku bahwa ia pernah membawabawa
benda wasiat itu, Katanya benar ia pernah jalan samasama
dengan kau dan ditotok urat tidurnya olehmu dalam
rumah penginapan, tapi dalam badannya tidak membawa
benda wasiat yang dimaksudkan itu."
"ow, lantaran kehilangan benda itu saja Seng Eng sampai
hati membunuh anaknya sendiri." kata Ho Tiong Jong sambil
kertak gigi.
Ie Ya melihat kegelisahan Ho Tiong Jong, rasa cemburunya
hidup lagi. Sambil tertawa dingin berkata.
"Tiong Jong, kau jangan sampai begini gelisah akan
nasibnya adik Giok, mungkin dia sekarang sudah mati
ditangannya sang ayah."
Ho Tiong Jong beringas mendengar perkataan "mati".
Matanya melotot pada ie Ya hingga si nona tergetar hatinya,
karena merasa seram, ia belum pernah melihat sebelumnya
Ho Tiong Jong unjuk sikap yang demikian beringasan. Tibatiba
saja tubuh si pemuda melesat dan lari meninggaikan si
nona. Ie Ya kelabakan, ia berteriak teriak sambit menyusul
dengan naik kuda.
"Hei, kau hendak ke mana, Tiong Jong?"

"Aku hendak pergi membelah batok kepalanya Seng Eng,
itu ayah berhati binatang seorang ayah yang demikian kejam
terhadap anaknya, untuk apa dikasih tinggal enak-enakan
hidup didunia?" Ho Tiong Jong menjawab sambil terus lari
pesat.
"Kau berhenti dahulu, aku akan kasih tahu kabar penting"
teriak Ie Ya.
Ho Tiong Jong menurut dan telah hentikan larinya,
menunggu sampai kuda putihnya si nona datang dekal, Begitu
sampai Ie Ya lantas turun dan memburu pada Ho Tiong Jong.
sambil menyekal kedua tangannya.
"Ho Tiong Jong, tindakanmu sebagai seorang gagah aku
sangat bangga, Tapi, kau harus waspada. Menurut
keterangan, Seng Eng dengan mengepalai anak buahnya
sedang mendatangi kesini hendak mencari kau."
"Terima kasih, encie ie." jawab si pemuda, sambil
memegangi erat-erat kedua tangan yang putih halus dari si
cantik.
"Kau tak perlu mengucapkan terima kasih kepada diriku
yang tidak berharga." jawab Ie Ya dengan suara tergetar "
Dengan menyampaikan hal ini kepadamu sebenarnya aku
sudah berarti berkhianat kepada Perserikatan, tapi tak apa, itu
aku tanggung sendiri..." Ie Ya berkata dengan kedua matanya
mengembeng air.
Hatinya Ho Tiong Jong pilu, ia merasa sangat berterima
kasih kepada nona ie, yang sangat ditakuti orang, sebab iblis
cantik telengas tapi terhadap dirinya ada sangat menyayang.
Ho Tiong Jong paham akan pengorbanannya Ie Ya itu
disebabkan cintanya yang besar kepada dirinya.
Ie Ya ada satu nona cantik, tubuhnya langsing dan
menggiurkan tidak heran kalau banyak yang tekuk lutut
padanya. Lain dari itu, kedudukannya sebagai kepala dari
golongan wanita iblis ada sangat tinggi. Tapi herannya, begitu

banyak pemuda yang tertarik hatinya dan bersedia
mengorbankan segala apa asal cintanya disambut oleh Ie Ya,
si nona ternyata tidak menghiraukan itu semua, seolah-olah
dianggap sepi saja.
Hanya terhadap dirinya kelihatan ada lain, Si cantik telah
jatuh cinta benar kepadanya, buktinya dari tempat yang jauh
ia datang khusus mencari dirinya untuk mengabarkan bahaya
yang mengancam padanya.
Ia ada seorang gelandangan, apakah pantas mendapat
cintanya satu nona yang demikian cantik menarik seperti Lilosat
Ie Ya? Tapi kenyataannya memang ada begitu.
Diam-diam ia merasa heran, kenapa dirinya ada demikian
beruntung dicintai oleh banyak wanita cantik? Entahlah, siapa
diantaranya yang nanti akan menjadi pasangannya seumur
hidup?
Melihat kecintaannya Ie Ya yang demikian besar, Ho Tiong
Jong berduka dalam hatinya, karena ia tak dapat menyambut
dengan semestinya. Hatinya sudah ditempati oleh dua jelita
terlebih dahulu. Dengan menghela napas ia berkata pada si
nona.
"Encie Ie, kau tidak boleh berkata demikian merendah. Aku
Ho Tiong Jong, sebegitu jauh masih bernapas tidak akan
melupakan budimu yang besar. Nah coba terangkan, Seng
Eng itu dengan anak buahnya berjalan kejurusan mana untuk
mengetahui tempatku? Harap enci Ie menjelaskan?"
Ie Ya sebenarnya tadi keterlepasan membuka rahasia,
hatinya agak menyesal, sukur, Ho Tiong Jong tidak
menanyakan hal-hal yang lebih penting. Kepalanya yang tadi
terus ditundukkan, tampak sekarang didongakan dan
memandang sipemuda dengan sorot mata mesra. Hatinya Ho
Tiong Jong tergetar ia tidak berani mengadu pandangan mata
dengan sijelita, karena takut akan menimbulkan urusan cinta

lagi yang runyam, maka ia sudah angkat kepalanya
mengawasi awan diangkasa.
"Tiong Jong, begitu kau muncul dikota, lantas anak
buahnya Seng Eng yang sangat banyak sudah mendapat tahu
jejakmu dan mengabarkan pada kepalanya..."
Ie Ya berkata sambil terus memandang pemuda
lamunannya yang berdiri didepannya, yang masih tetap
memegangi kedua tangannya, ia kelihatannya segan untuk
menarik tangannya yang dicekal erat-erat oleh sipemuda.
Kedua saling pegang dengan yang satu tidak mau
menariknya terlebih dahulu. Dua pasang mata kebentrok
ketika si cantik sambil mendengarkan keterangan tadi-Duadua
tergetar hatinya.
HO Tiong Jong mengelah napas, Sambil lepaskan
cekalannya pada tangan si nona, Ho Tiong Jong berkata.
"Pergilah kau jauh-jauh dahulu enci- sebentar aku
meninggalkan tempat ini untuk pergi ke Seng-kee-po bikin
huru-hara disana."
Ie Ya terkejut tercampur girang, ia terkejut karena
sipemuda hendak membuat huru bara di Seng-keepo, satu
perbuatan yang berbahaya sekali, sebab disana banyak orangorang
yang berilmu silat tinggi sedang Ho Tiong Jong hanya
sendirian.
Ia girang, karena pikirnya, tidaklah sia-sia iapun sudah
payah datang kesitu mengisiki pada sipemuda, sebab Ho
Tiong Jong kelihatan ada memperhatikan ia punya
keselamatan.
"Ya, Tiong Jong," kata Ie Ya dengan suara halus "aku tidak
berani pastikan adik Giok sekarang apa masih hidup apa
sudah mati, kau kesana jangan datang- datang bikin onar
saja, selidiki dulu tentang dirinya Giok Cin, kau jangan
sembarangan mencari urusan dengan anak buahnya Seng

Eng. Kalau adik Giok masih hidup sebaiknya kau serahkan saja
itu benda yang kau ambiL..."
"Kau keliru, enci Ie," memotong sipemuda dengan roman
muka kurang senang, "Aku sama sekali tidak pernah
mengambil benda itu. Aku menotok urat tidurnya adik Giok
dalam rumah penginapan karena aku tidak mau dia mengikuti
aku...."
"Kenapa tidak mau diikuti Giok Cin?" menyelak Ie Ya
dengan heran.
"Aku tidak mau dia bersusah hati menyaksikan aku
menemukan kematiannya."
Ho Tiong Jong selanjutnya lantas menuturkan dengan
ringkas, halnya ia jalan sama-sama dengan Seng Giok Cin
untuk mencari pemunah racun dalam dirinya, akan tetapi
ternyata gagal Karena kuatir si nona nanti terus-terusan
mengikuti padanya dan akan bersusah hati menyaksikan saat
ajalnya sampai, maka ia telah menotok urat tidur sinona.
Kemudian ia pergi meninggalkannya. Halnya benda yang
dimaksudkan itu betul betul ia tidak tahu sama sekali-
Ie Ya angguk-anggukan kepalanya "Ya, sebenarnya
mengherankan sekali, karena Seng pocu tetap menuduh kau
yang mengambilnya benda pusaka itu."
Ho Tiong Jong kertek gigi. Hatinya sangat gemas pada
orang tua itu, karena dirinya yang tidak dosa salah dituduh
mencuri benda pusaka.
"Nah baiklah, Biar aku nanti kesana untuk memberikan
keterangan agar mereka jelas bahwa aku bukan pencurinya
benda pusaka itu. Kalau aku tidak datang sendiri kesana, siapa
yang dapat menerangkannya bukan?"
"Tiong Jong, kau tak dapat kesana."
"Kenapa begitu?"

"Sebab kau mengambil benda itu. keteranganmu itu hanya
aku sendiri yang percaya penuh, sedang mereka itu orangorang
tua kejam, mana mau mengerti dengan keteranganmu.
Kau datang kesana, sama saja ular mencari penggebuk. Mana
mereka mau melepaskannya lagi? jangan kau jangan kesana."
"Putusan sudah tetap enci Ie, biarkan aku harus menerjang
goa harimau dan gunung golok, aku sedikitpun tidak merasa
gentar?"jawab Ho Tiong Jong dengan ketawa getir. Ie Ya
menjadi kewalahan.
Akhirnya mereka berdua balik dahulu ke rumahnya Co Kang
Cay untuk memesan pada si orang tua, supaya ia menjaga diri
baik-baik. jangan sembarangan keluar, paling baik berdiam
saja sembunyi didalam kamar rahasia, sebab kini orangorangnya
Seng Eng tersebar luas untuk mencari jejaknya.
Kemudian muda-mudi itu telah berangkat kearah utara.
Ie Ya tahu bahwa orang-orang dari Perserikatan Benteng
Perkampungan sudah bersatu hati untuk mencari Ho Tiong
Jong yang disangkanya telah mencuri benda pusaka itu.
Pikirnya keadaannya Ho Tiong Jong sangat berbahaya,
meskipun ia berani dan berilmu silat tinggi, mana dapat
melawan banyak orang yang juga bukan orang-orang
berkepandaian rendah.
Ia mencari akal bagaimana baiknya untuk meringankan
bahaya yang mengancam atas dirinya Ho Tiong Jong, pemuda
yang menjadi impian itu?
Ia sendiri telah terikat dengan sumpah Ketika Ie Ya masuk
dalam komplotannya Khee Po-cu (Khee Ciang), telah
mengangkat sumpah bahwa ia akan bersetia terhadap
golongannya, tidak akan menyeleweng yang berakibat untuk
kerugian golongannya itu.
Oleh sebab itu, Ie Ya tak dapat menyertai Ho Tiong Jong
menyatroni Seng-keepo. Kesulitannya ini dijelaskan kepada Ho

Tiong Jong, dan anak muda itu telah mengasih nasehat,
memang sebaiknya Ie Ya jangan ikut campur urusannya,
karena nanti akan menempuh bahaya untuk membikin bersih
namanya Seng Giok Cin yang dituduh bersekongkol
dengannya sudah memberikan itu benda pusaka kepadanya.
Demikianlah, setelah melewati kota Yang-cie mereka lalu
berpisahan.
Ho Tiong Jong sangat risau hatinya, cepat-cepat ingin
menemui Seng Giok Cin, gadis cantik jelita yang menjadi buah
hatinya.
"Apa adik Giok masih hidup? Entahlah. Mungkin dia sudah
mati karena kekejaman ayahnya yang bersifat binatang itu.
Hmmm.." ia menggeram sendirian, tangannya dikepalkan eraterat
dan giginya kedengaran bercatrukan saking menahan
amarahnya. Dalam perjalanan ini, Ho Tiong Jong sangat
berhati-hati- Ia tidak berani sembarangan menyikat makanan
dan minum arak. Ia gunakan jarum perak untuk mengetahui
apakah makanan dan arak itu tidak ada racunnya. Kalau
misalnya ada mengandung racun, jarum perak itu berubah
hitam, Benda ini ia dapat dari Tok kay, semasa ia galanggulung
dengan Si pengemis berbisa itu.
Mampir di rumah penginapanpun ia tidak tidur nyenyak,
kuatir kena dibokong oleh orang-orangnya Seng Eng.
Terutama ia menjaga betul- betul terhadap kemungkinan
diserang dengan obat pulas, ia mengaso hanya sebentaran
didalam rumah penginapan sebab begitu letihnya hilangan,
sudah lantas meneruskan perjalanannya meskipun diwaktu
malam. la lakukan perjalanan dengan berkuda, Suatu malam
ia meninggalkan rumah penginapan, setelah menempuh
perjalanan tujuh puluh lie kira-kira, saat itu sudah jam tiga
malam. Keadaan sangat dingin, diwaktu terang tanah pikirnya
ia sudah akan sampai di rumahnya Seng Eng.
Selagi ia enak jalankan kudanya, tiba-tiba ia melihat sebuah
kuil, ia berpikir, kini sudah dekat dengan tempat tujuannya,

sebaiknya ia mampir mengaso dahulu dalam kuil ini, jejaknya
sudah tentu telah diketahui oleh anak buahnya Seng Eng dan
mereka tentu dengan menggunakan burung dara sudah
memberi kabar kepada ketuanya. ia ingin membuat anak
buahnya Seng Eng terkejut melihat ia ada masuk kedalam
kuil. Ketika ia sampai dipekarangan belakang kuil lantas turun
dari kudanya.
Pikirnya ia mengasoh dibelakang kelenteng saja, supaya
jangan bikin repot pada kawan dari penghuninya. Tidak
tahunya setelah ia meninggalkan kudanya yang terus mencari
rumput,jalan belum berapa lama ia melihat ada seorang
hweshio yang sedang berlutut di bawah sebuah pohon yang
rindang. Cepat ia menghampiri. ia lihat orang sedang
bersujud, tak berani datang mengganggu hanya diam saja
berdiri disitu, Menunggu sampai si hweshio habisan
bersujudnya. Tapi ia tidak menunggu lama, karena si hweshio
sudah berlututnya dan ketika melihat dirinya lantas menanya.
"Ow, sicu malam-malam berkuda datang ke sini tentu
kesasar jalan, bukan? Mari, mari masuk kedalam...."
"Terima kasih suhu, Kedataaganku ini hanya membuat
repot suhu saja."
"Oo, tidak, tidak.... mari masuk, Tahu sendirilah, kami disini
tidak berpenghasilan apa-apa, mengandal orang punya
dermaan dan orang orang yang datang kesini membantu
sedikit untuk membeli minyak dan hio. Aku bernama Kong Ci,
kedatangan sicu membuat hatiku girang. Dan nama sicu, siapa
?"
Ho Tiong Jong senang terhadap hweshio yang ramah
tamah ini. "Aku she Ho bernama Tiong Jong, "jawabnya.
"Bagus... Ho sicu jalanlah duluan." Ho Tiong Jong menurut,
diikuti dari belakangan oleh Kong Ci-
"Nah, ini harus waspada, Apa maunya dia mengikuti
dibelakang, bukannya jalan di depan?" Demikian pikirnya Ho

Tiong Jong. Tengah ia menduga-duga, tiba tiba mendengar si
hwesio berteriak.
"Sicu, awas itu ada ular berbisa."
Betul saja ada ular tidak jauh dari padanya sedang legatlegot
datang menghampiri. Belum Ho Tiong Jong bergerak,
ular itu sudah nyamber dan menggigit pahanya si anak muda.
Tapi heran, Ho Tiong Jong bukan saja tidak terluka, malah
si ular jahat tadi terpental dari tubuhnya.
Kenapa? inilah tidak herani selainnya daging Ho Tiong Jong
kuat seperti baja, juga kebanyakan kena racun tempo hari,
hingga si ular bukan saja tak dapat menggigit dagingnya ia
sendiri kaget bukan main hingga terpental sendirinya.
Racun ketemu racun, tak dapat berbuat suatu apa, seperti
yang ketakutan, ular tadi cepat-cepat telah mabur kedalam
pepohonan.
Ular itu sangat berbisa, semacam ular belang. Orang yang
kena gigitnya bisa terus pingsan seketika itu juga dalam
tempo tujuh hari tak sadarkan diri. Kalau setelah siuman, tiga
hari lagi si korban menderita dari reakei racunnya terus mati
tidak ada obatnya lagi.
Ho Tiong Jong sendiri tidak takut ular tadi akan tetapi Kong
Ci kelihatan merasa jerih. Apa mau ular tadi seperti yang
penasaran telah muncul lagi dan kini coba menyambar pada
Kong Ci hingga si hweshio menjerit kaget.
Untung Ho Tiong Jong dapat lihat dengan satu kebutan
lengan bajunya saja ular itu sudah mental balik kegerombolan
tadi dan kini ia kabur serta tidak berani muncul lagi-
"Berbahaya..." terdengar si hwesio berkata, mukanya
tampak pucat. "Sukur ada sicu yang menolong, kalau tidak,
tentu aku akan menjadi makanan ular kurang ajar itu tadi,
Terima kasih Ho sicu."

"ltu tidak apa." kata Ho Tiong Jong merendah "Perbuatan
tadi hanya dengan cara kebetulan saja. Kalau tidak
mendengar jeritan suhu tentu aku juga tidak bisa berbuat
apa2."
Diam-diam si hweshio mengagumi sipemuda yang bukan
saja kebal dagingnya, tapi juga kepandaian silatnya tentu ada
sangat tinggi. Dilain saat mereka sudah berada didalam kuil.
Kong Ci dengan hormat telah berkata. "Ho sicu, harap kau
beristirahat sebentar, aku hendak sembahyang pada sang
Buddha yang sudah melindungi aku tadi-"
Setelah berkata, dengan tersipu-sipu ia menghampiri
tempat sembahyang dan berlutut. Ho Tiong Jong yang melihat
kelakuannya si hweshio, tapi ia diam-diam merasa senang
karena Kong Ci sangat ramah tamah dan jujur kelihatannya.
Tanpa merasa ia sendiri menghampiri dan berlutut
bersama-sama Kong Ci- Kong Ci ketika berbangkit ia juga
mengikuti bangun berdiri, akan tetapi kepalanya dirasakan
sangat pening napasnya sesak dengan tiba-tiba.
"Kepala gundul." bentaknya, ketika ia rubuh lemas, "Kau
berani main gila pada tuan mudamu, awas kau" berbareng ia
hendak menyerang, tapi tenaganya sudah lemas. la tidak bisa
sekehendak hatinya yang sangat marah.
"Ha ha ha... Ho Tiong Jong, kan sudah terjatuh dalam
tanganku, ha ha ha..."
Bukan main marahnya Ho Tiong Jong, ia masih mencoba
merangkak mendekati bangku panjang, dengan sisa
tenaganya yang ada ia angkat bangku dilontarkan kepada
Kong Cisambil
membentak. "Hweshio jahat, makan nih hasil
perbuatanmu." Bangku panjang meluncur dengan cepatnya
kearah Kong Ci-
"Hmm... Ho Tiong Jong, kau bisa berbuat apa?"

sambil tangannya diulur menyambuti bangku yang
diluncurkan sipemuda, ia tidak mengira tenaganya Ho Tiong
Jong istimewa, sekalipun ia dalam keadaaan lemas, masih
dapat meluncurkan bangku itu dengan kekuatan yang cukup
membikin tangannya Kong Ci tergetar dan merasa kesemutan
tubuhnya sendiri terdorong mundur terhuyung-huyung. Ia jadi
ketakutan setengah mati- apa lagi melihat Ho Tiong Jong
dapat berdiri dan jalan sempoyongan menghampiri padanya,
semangatnya sudah terbang, tapi untung sianak muda hanya
dapat melangkah beberapa tindak saja dan lantas rubuh.
Melihat kejadian ini, hatinya yang tadi ketakutan dan
semangatnya sudah terbang sekarang sudah berbalik
kegirangan dan semangatnya berkumpul kembali. Kini ia bisa
ketawa ngakak, perlahan lahan ia menghampiri tubuhnya
sipemuda yang telah pingsan, sambil tolak pinggang ia berdiri
didekat Ho Tiong Jong, berkata pada orang yang sedang tidak
ingat orang
"Aku hweshio miskin maka tak dapat menolak uang hadiah
yang disediakan oleh Seng pocu, bagi siapa yang dapat
menangkap dirimu. Kini aku yang beruntung ah, uang
sebanyak sepuluh ribu tail entah bagai mana aku dapat
menggunakannya. Ha ha ha " ia tertawa bergelak-gelak. Uang
sepuluh ribu tail sudah berbayang didepan matanya. Kiranya
ia sudah dapat membikin rubuh Ho Tiong Jong dengan
menggunakan obat tidur yang tidak ada baunya sama sekali-
Pantasan sipemuda tidak curiga, hanya datang-datang ia
merasakan kepalanya pusing dan badannya merasa sangat
lemas.
Demikianlah, meskipun bagaimana hati2-nya Ho Tiong
Jong, kalau sedang "apes" akhirnya ia kena juga dikerjai Kong
Ci Hweshio yang temaha itu.
Tengah ia enak ketawa, mendadak tubuh Ho Tiong Jong
bergerak dan mengirim pukulan dengan angin telapak

tangannya, sehingga si kepala gundul terpental sampai
setumbak jauhnya.
Ketika ia jatuh, ia tidak bergerak lagi pura-pura mati- takut
dikejar oleh Ho Tiong Jong dan jiwanya dihabisi.
Sebenarnya ia tak usah ketakutan, karena Ho Tiong Jong
sudah rubuh lagi dan tak ingat orang, karena pengaruhnya
obat tidur si kepala gundul masih bekerja.
Kong Ci setelah sesaat memperhatikan Ho Tiong Jong tidak
bergerak, hatinya mulai berani lagi- pelahan-lahan ia
menghampiri bantalan untuk orang sembahyang ia duduk
diatasnya bersemedi mengumpulkan pula jalan napasnya,
yang tadi merasa sesak kena angin pukulan Ho Tiong Jong
yang hebat. Ia terluka didalamnya, Diam-diam ia menghela
napas dan berkata sendiri.
"Ya, tidak begiru mudah untuk dapat sepuluh ribu talihampir-
hampir saja jiwaku melayang oleh Ho Tiong Jong."
Sambil berkata ia menelan pil untuk mencegah luka
didalam menjalar lebih luas. Apa mau, seiring ditelannya pil
dan menjalankan pernapasannya, tiba-tiba ada meluncur dua
buah batu kecil sebesar jari jempol menghantam ia punya
jalan darah Tay-ih hiat dan Thian su hiat, jalan pernapasan
menjadi mandek lagi- kemudian dirasakan seluruh badannya
gatal dan-... ia terus-terusan ketawa seperti yang dikitik-kitik
urat ketawanya. Karena kecapaian ketawa, tenaganya menjadi
habis dan ia jatuh pingsan-Sebentar lagi tampak ada dua
hweshio lain yang masuk kedalam ruangan itu, mereka
semuanya kena diserang obat tidur yang masih bekerja dalam
ruangan itu. Kiranya yang melontarkan batu tadi adalah Li-losat
Ie Ya.
Ketika melihat ketiga hweshio sudah pada rubuh maka si
nona baru berani keluar dari tempat persembunyiannya.
Sambil menekap hidungnya dengan setangan, ia masuk
kedalam ruangan dan mengambil Ho Tiong Jong keluar

diletakkan disebuah pohon kecil yang terdapat disamping kuil
itu. Setelah mana ia balik lagi dan sembunyi dibaliknya pintu.
Tidak lama kemudian masuk satu hweshio tua diiringi oleh tiga
hweshio muda. Melihat keadaan Kong Ci dan dua orang
lainnya hweshio tua itu mengerutkan alisnya dan berkata pada
satu hweshio muda yang bernama Kong Goan.
"Kong Goan, mereka rupanya kena obat tidur, Kau angkat
suhengmu, Kong Ci, yang lainnya boleh menolong dua orang
lainnya di bawa kebelakang dan dikasih obat kita supaya
mereka pada sadar kembali- Entah apa yang terjadi dalam
ruangan ini-" Berkat ketajaman hidungnya, diam-diam si
hweshio tua sudah mendapat tahu bahwa didalam ruangan itu
ada disebar obat tidur bikinan gerejanya itu yang tidak dapat
dibade oleh sang korban, ia heran, karena senjata itu jadi
makan tuan, bukannya orang lain yang menjadi korbannya.
Tiga hweshio muda itu telah menjalankan tugasnya masingmasing.
Setelah dua saudara seperguruannya sadar lebih dahalu,
Kong Goan yang berbadan tinggi- telah mengangkat Kong Ci
hendak menyusul kawannya. Tapi tiba-tiba terdengar ia
menggerendeng sendirian-
"Apa benar suheng telah kena obat tidur? Tidak bisa jadi
kalau melihat keadaannya. Dia seperti telah berkelahi dengan
orang?"
Gerendengannya Kong Goan dapat didengar oleh si
hweshio tua, siapa sekali lompat saja sudah berada
dihadapannya Kong Goan yang sedang hendak membawa
Kong-Ci kedalam.
"Tahan" katanya, sambil datang dekat dan memeriksa
keadaannya Kong Cie. hweshio tua itu telah geleng kepalanya
setelah memerikea keadaan muridnya.
"Memang tidak salah apa yang kau katakan, Kong Goan-"
katanya.

Kemudian ia menepuk punggungnya Kong Cie tiga kalisegera
si hweshio temaha sudah siuman daripingsannya. ia
kembali tertawa-tawa tak sudahnya. cepat si hweshio tua
membuka totokan pada urat ketawaan-nya dan sekarang
Kong Cie dengan ketakutan telah menghadap gurunya.
"Kong Cie," kata si hweshio tua, "kau telah melanggar
larangan, dengan sembarangan telah menggunakan obat tidur
Lian hun hiong, Kau sebetulnya hendak membunuh siapa?
Lekas cerita terus terang, kalau berdusta sedikit saja, akan
menghukummu dengan hukuman paling berat, mengerti."
Kong Cie menggigil tubuhnya, ia takut benar kepada
gurunya yang bengis dan tak pernah mengampuni pada
muridnya yang nyeleweng dari peraturannya. Terdengar ia
mengalah napas, kemudian dengan suara lemah berkata.
"Suhu, tecu harap suhu jangan marah dulu, sebenarnya
tecu sangat menyesal sekali telah melakukan ini perbuatan
yang melanggar peraturan suhu."
"Lekas cerita, tak perlu berputar-putar" bentak si hweshio
tua dengan bengis.
"Duduknya urusan, yalah tecu ada mempunyai sahabat
bernama Lauw Tek Cong, yalah orang bawahannya Louw
Thungcu yang termasuk dalam Persekutuan Benteng
Perkampungan. Menurut katanya, Seng Pocu dari Seng-kee-po
ada kehilangan satu benda wasiat dan yang dituduh sebagai
pencurinya adalah seorang anak bernama Ho Tiong Jong. Dia
minta tecu membantunya. Karena katanya, kalau bisa
menangkap Ho Tiong Jong dalam keadaan hidup dan benda
wasiat itu bisa didapatkan kembali- maka orang yang
berpahala itu akan mendapat hadiah sepuluh ribu tail perak.
Tecu mendengar itu telah gelap mata dan janjikan pada Louw
Tek Cong akan membantu sehingga berhasil. Apa mau Ho
Tiong Jong telah datang sendiri kesini sebelumnya tecu
bersusah payah mencari- carinya.

"Karena Ho Tiong Jong ini ada berkepandaian sangat
tinggi- Saya tidak ungkulan menangkapnya dengan jalan
kekerasan maka tecu sudah pasangkan obat Liap hun hiong.
Tecu mohon belas kasihan suhu, mengingat akan
perhubungan kita antara guru dan murid sudah begitu lama,
memberi ampun kepada tecu dan tecu berjanji selanjutnya
tidak berani melanggar larangan suhu."
Kong Cie berkata sambil berbuat,jidatnya sampai
membentur lantai mengharap belas kasihan sang guru.
hweshio tua itu hatinya tergetar, merasa kasihan juga
melihat kelakuannya sang Murid yang memang sangat
disayang olehnya, Tapi ia tak dapat membebaskan murid yang
melanggar peraturan itu demikian saja. Untuk menjaga tata
tertib supaya dipegang teguh oleh murid- muridnya, maka
mau tidak mau harus ia menghukum Kong Ci- sebagai contoh
untuk yang lain-lainnya.
"Kong Ci- perbuatanmu sungguh tidak tepat dengan
namamu Kong Cie (menolong seluas-luasnya). Baiklah,
hukuman mati kau dapat bebas akan tetapi tak terluput dari
hukuman hidup" kemudian ia meneruskan kata katanya
kepada Kong Goan-"Kong Goan kau bawa suhengmu ini dan
jebloskan dalam tahanan lm mo teng, tiap hari boleh kasih
makan nasi jelek dua mangkok dan secangkir air putih. Biarlah
dia dalam tahanan dapat memikirkan kedosaannya dan
menjadi insaf."
"Terima kasih suhu, suhu sudah bermurah hati mengasih
tinggal hidup pada tecu yang berdosa ini." tiba-tiba Kong Ci
memotong bicaranya sang suhu, terus angguk-anggukan
kepalanya hingga jidatnya membentur lantai. Hatinya sang
guru tidak tega melihat muridnya yang tersayang itu akan
menjalani hukuman, tapi ya, apa boleh buat, ia harus ambil
tindakan tegas sebagai contoh untuk murid yang lainnya
. "Kong Ci, kau laki laki dalam tahanan memikirkan akan
dosamu dan insaf, supaya hukumanmu mendapat

keentengan." demikianlah katanya sang murid dibawa oleh
Kong Goan yang menjadi sutenya. Lie lo sat Ie Ya dibalik pintu
mendengar tegas pembicaraan diantara guru dan murid itu. ia
terkejut ketika mendengar disebutnya obat tidur Liap hunhiong,
karena ia tahu bahwa obat ajaib ini adalah bikinannya
Tay Hong Hosiang, satu hweshio yang gentayangan didalam
kalangan Kang-ouw di kenal termasuk golongan hitam
(golongan yang menjalankan kejahatan).
Ajaibnya obat itu karena kalau dibakar tidak memberi rasa
bau apa- apa. Setelah asap itu masuk kedalam hidung, tak
ampun lagi sang korban akan jatuh pingsan-
Tay Hong Hmtang berkepandaian sangat tinggi ia memiliki
ilmu silat rahasia dari Siauw limpay. Sayang dengan
kepandaiannya yang tinggi ini- karena ia tergolong seorang
murid murtad.
Nona Ie heran apakah dalam kuil itu semua ada anak
muridnya Tay Hong Hosiang, makanya ada mempunyai obat
tidur Llap-hun-hiong yang manjur itu.
XXVII. IE YA UNJUK KEPANDAIAN
HATINYA nona Ie gelisah, ia ingin membawa Ho Tiong Jong
menyingkir dari situ, akan tetapi melihat sikap si hweshio
seperti yang mempunyai kepandaian yang tinggi- pikirnya
kapiran pekerjaannya itu, sebab tentu akan dikejar olehnya.
Tapi mengingat lagi- kalau tidak berani meneejang bahaya,
sampai kapan ia dapat meloloskan diri? Maka ia nekad dan
akan membawa sipemuda pergi kalau sudah ada kesempatan
baik. Kong Ci digiring oleh Kong Goan diikuti juga oleh
suhunya.
Ketika mereka berjalan hendak melewati pintu belakang
mana ada bersembunyi Ie Ya, tiba-tiba Kong Ci berkata,
"Suhu, pada saat apa tecu boleh keluar dari hukuman?"

"Hmm.... bagus kau menanya demikian, tapi terlebih
dahulu tanya pada diri sendiri dahulu, apa kau katakan dalam
sumpahmu untuk tidak sembarangan menggunakan obat Liaphun-
hiong ?"
Kong Ci berubah pucat mukanya, "Ya,"jawabnya, "suhu
sudah dapat mengampuni jiwa, mana tecu lupa akan katakata
dalam sumpah itu ialah, Menggunakan obat Llap hunhiong
tanpa ijin dari suhu, dengan rela hati menerima
hukuman mati-"
hweshio tua itu adalah Tay Hong Hongsiang, ia ingin
menjadi orang baik dan telah menjadi kepala dalam kuil itu,
muridnya banyak juga.
Tay Hong Hosiang setelah mendengar muridnya
mengatakan kata kata sumpahnya, lalu berkata pada sang
murid, "Kong Ci- kata-kata sumpah itu betul demikian
bunyinya. Kau dari sebab disayang olehku, masakau sudah
berani sembarangan menggunakannya obat tidur itu, kau
sama sekali tidak mengindahkan kata sumpahmu itu. Aku
tidak berani berdusta pada sang Budha. Kalau kau mau tahu,
saat apa kau boleh keluar dari hukuman, adalah pada saat
kematianku, inilah berarti- bahwa aku telah mewakili hukuman
matimu, kau mengerti ?"
Kong Ci kaget bukan main, badannya menggigil seperti
orang diserang penyakit panas dingin- Tapi Tay Hong Hosiang
tidak perduli perubahan itu hanya terus mendorong ia jalan
lebih jauh.
Lie-lo sat Ie Ya mendengar bicaranya Tay Hong Hosiang
diam-diam berpikir, Kong Ci itu ada satu murid yang
nyeleweng, untuk apa dikasih tinggal hidup? Lebih baik dia di
hukum matipada
waktu ia hendak meninggalkan tempa
tpersembunyiannya, ia dibikin kaget oleh kata- kata nya Tay
Hong Hosiang seperti yang sedang berdoa.

"Sahabat, jangan sembunyi-sembunyi unjukkanlah dirimu.
Aku Si padri tua selamanya menyambut tetamunya dengan
tidak ada kecualian tinggi rendahnya kedudukan yang
datang."
Ie Ya terkejut dibelakang pintu, ia pikir hweshio tua ini
benar lihay lantas saja mendapat tahu ada orang sembunyi
dibalik pintu, ia lebih kaget lagi ketika Tay Hong Hosiang
menyambung perkataannya. "Aku menghukum muridku
dengan cara ini apakah itu termasuk mengeloni murid
sendiri?"
Betul- betul Lie lo-sat Ie-Ya tidak habis mengerti dengan
kepandaiannya si hweshio tua yang bisa menebak apa yang
dipikirkannya barusan, ia seolah-olah dewa saja yang dapat
mengetahui orang punya isi hati-Karena mana, Ie Ya tak
dapat bersembunyi lebih lama, ia lantas unjukkan diri
dihadapannya Tay Hong Hosiang, yang saat ini ada bersamasama
dengan dua muridnya yang lain, yalah Kong Cie dan
Kong Goan di sampingnya si murid nyeleweng Kong Cie.
Kawanan hweshio itu kaget melihat yang muncul dari
belakang pintu ada satu wanita jelita yang jarang
tandingannya, Lincah dan gesit sekali ia lompat keluar dari
tempat sembunyinya, kemudian menjura pada Tay Hong
Hosiang sambil berkata. "Ie Ya dengan julukannya Lie lo sat
datang berjumpa dihadapan Taysu sekalian."
"Oh, kiranya nona Ie," kata Tay Hong Hosiang pelahan, tapi
kedengarannya seperti lonceng ditelinganya Ie Ya disebabkan
tenaga dalamnya yang hebat sekali-Ie Ya kaget, pikirnya.
"Hweshio tua ini tidak boleh dibuat gegabah, aku harus hatihati
untuk melayaninya supaya dapat membawa Ho Tiong
Jong keluar dari sini dengan selamat..."
Matanya Tay Hong Hosiang mengawasi dengan tajam, tapi
tidak mengandung maksud lain dari pada menakeir orang
punya kepandaian sampai dimana. Tapi sebaliknya dengan
Kong Ce si murid nyeleweng dan sute nya itu, begitu melihat

Ie Ya yang cantik jelita, lantas saja hatinya berdebaran,
Pikirannya, "cantik betul ini wanita telengas, tidak surup
dengan julukannya . "
Mereka suheng dan sute memang biasa diluaran suka main
perempuan dan main mabok mabokan, Sampai sebegitu jauh
Tay Hong Hosiang sebagai gurunya, bukannya tidak tahu
kelakuan dua muridnya ini- akan retapi karena mereka sangat
disayang si hweshio tua telah pura pura tidak tahu saja.
Cuma tempo-tempo dengan jalan memutar ia memberikan
nasehat supaya mereka yang sudah masuk kalangan agama
jangan melupakan kesujudannya, Tapi nasehat itu, masuk
dikuping kanan keluar di kuping kiri.
Mereka terus melakukan perbuatannya yang terkutuk, tapi
dengan yang lebih hati- hati pula jangan sampai kena
diketahui oleh gurunya.
Ie Ya mengerti kedua kelakuan dua hweshio cabul itu,
dilihat dari tingkah lakunya dan cengar cengir seperti monyet
kena terasi kata orang Jakarta. Ia sebal melihatnya, lalu
menanya pada Tay Hong Hosiang. "Numpang tanya, apakah
obat Liap hun-hiong itu bikinan Taysu?"
"Hahaha," terdengar sihweshio tua berkakakan ketawa,
"tidak salah pertanyaan nona barusan. Aku Tay Hong Hosiang,
sebenarnya sudah lama ingin kembali menjadi orang baik-baik
makanya juga telah mendirikan kelenteng disini. Cuma sayang
tabeat busukku masih terus saja melengket didadaku, Oleh
karena nya aku tidak dapat kembali ke Siauw lim-sie karena
aku kuatir ditertawakan oleh saudara-saudara disana."
"Tidak apa, kalau memang ada ingatan umuk kembali
kejalan yang baik, aku rasa dalam sedikit waktu lagi Taysu
akan berhasil dengan maksud Taysu."
"Mudah-mudahan perkataan nona itu mendapat perhatian
sang Buddha, Nah sekarang kita bicarakan apa yang terjadi
disini."

"Urusan apa?" tanya si nona cepat,
"Barusan yang membuat onar dalam kuil ini tentu adalah
nona sendiri, Nona menggunakan muridku Kong Ci, ini sama
juga tidak memandang mata padaku."
Ie Ya kaget sekali mendengar kata-katanya si hweshio tua,
Pikirrya, celaka, ini kepala gundul bangkotan mau cari urusan
dengannya. Apakah ia ungkulan melayaninya, itulah masih
dalam pertanyaan. jikalau mengingat kegagahan dan
kemashuran nama Tay Hong Hosisng dalam kalangan
Kangouw.
Dengan suara sabar dan tenang Ie Ya menjawab "Taysu,
kau ada seorang beragama yang sudah banyak tahun
membaca kitab suci tentunya juga tidak akan turun tangan
terhadapku seorang perempuan tidak ada gunanya."
"Sejak dahulu aku ada memegang peraturan, siapa saia
yang menghina muridku aku akan bikin perhitungan kesalahan
dari muridku, hanya aku saja sebagai gurunya yang dapat
menghukumnya tidak memperkenalkan orang lain mengacakacak
peraturanku. Maka sekarang, kau dengan sengaja datang
kemari membuat onar, harus kau berani mempertanggungjawabkan
perbuatanmu itu."
"Ooo,jadi Taysu tidak perkenankan aku berialu dari sini ?"
"Kecuali kalau kau tahan menyambuti sepuluh jurus
seranganku ?"
Ie Ya pikir, ia tidak dapat lolos sebelum unjuk sedikit
kepandaian maka ia berkata.
"Baiklah, kalau Taysu mau lihat seorang muda berlaku
kurang ajar didepan orang tua."
"Bagus,bagus..... memang sudah lama aku mendengar
munculnya seorang wanita bernama dengan gelar Li-losat,
yang beroperasi di sekitar Sungai Kuning, sekarang aku

beruntung menghadapinya dan dapat mencoba
kepandaiannya."
Ie Ya kertek gigi mendengar si hweshio tua berkata
demikian-
"Silahkan Taysu menyerang" menantang, Ie Ya saat itu
sudah siap sedia memasang kuda-kudanya untuk menyambut
serangannya si hweshio tua.
"Awas, serangan pertama" teriak Tay Hong Hosiang.
Ia menyerang dengan telapakan tangannya yang kurus,
tapi Ie Ya menggunakan kelincahannya untuk menyingkir dari
serangan lawan.
"Bagus...." kata Tay Hong Hosiang, ketika melihat serangan
pertamanya dapat dihindarkan oleh si nona.
"Awas, serangan kedua " teriaknya pula.
Kali ini serangannya disambuti dengan telapakan tangan
juga, tampak telapakan tangan Ie Ya mengeluarkan sinar
hijau, yalah ilmu "Telapakan tangan Api Setan" yang ia
yakinkan sudah lama.
Itulah ada ilmu nyeleweng yang ampuh, maka Tay Hong
Hosiang yang sudah lama dalam kalangan Kaugouw tidak
berani gegabah untuk mengadukan telapakan tangannya
dengan api setan itu, maka ia menarik serangannya.
"Taysu, sudah dua jurus" teriak Ie Ya. Si hweshio tua
terkekeh-kekeh ketawa.
"Serangan ketiga, awas" teriaknya lagi.
Kali ini Tay Hong Hosiang telah menggunakan tenaga
dalamnya menyerang, tampak tangannya didorong
mengeluarkan angin hebat sekali, Ie Ya tidak mau kalah ia
coba kekuatan si hweshio tua menyambut dengan kedua
telapakan tangannya digabung menjadi satu. Kesudahannya

sungguh tidak enak bagi Ie Ya, sebab si iblis telengas sudah
terdorong tujuh-delapan tumbak.
Ie Ya merasakan dadanya seperti menyesak, tapi ia tahan
dan berdiam sejenak untuk memulihkan tenaganya. Kemudian
ia loloskan ikat pinggangnya, dengan senjata mana ia
menyerang hweshio tua itu.
Tapi ternyata Tay Hong Hosiang sangat tinggi
kepandaiannya susah diukur, sebab dengan mudah saja ia
telah berkelit kesana sini untuk menghindarkan serangan ikat
pinggang si nona yang sangat diandalkan sebagai senjatanya
yang ampuh dalam setiap pertempuran.
Untung Ie Ya dapat bertahan sampai sepuluh jurus dari
serangannya si hweshio tua kemudian ia melompat keluar dari
kalangan pertempuran ia menjura seraya berkata.
"Taysu, sudahlah Ie Ya mengaku kalah..."
Tay Hong Hosiang ketawa. "Bagus" katanya. "kau telah
dapat tahan sampai sepuluh jurus dari seranganku bukannya
urusannya yang mudah. Aku persilahkan kau boleh berlalu
dari sini. Nah pergilah..."
Tapi Ie Ya tinggal berdiri terpaku ditempatnya.
"Kenapa kau tinggal berdiri saja, bukannya lantas berlalu?"
tanya si hweshio itu,
ketika menyaksikan si nona berdiri menjublek. "Maaf Taysu,
aku baru mau pergi dari sini, kalau Taysu suka bermurah hati
untuk memberikan pemunah obat tidur bagi Ho Tiong Jong
yang menjadi korban murid Taysu ialah Kong Ci suhu."
Tay Hong Hosiang kerutkan alisnya. "Oo, itu tidak apa,
dalam tempo enam jam ia akan siuman sendirinya, obat itu
tak membikin luka apa apa pada tubuhnya Tiong Jong."
sampai disini ia berkata, ia memikir pula bahwa benar obat
itu akan membuat si korban siuman dengan sendirinya, akan

tetapi tenaga si korban akan hilang dan kaki tangannya
menjadi lumpuh, maka ia lalu menanya pada Ie Ya.
"Ya, nona Ie sebenarnya kau ini ada sangkut paut apa
dengan Tiong Jong, karena kelihatannya kau sangat
memperhatikan padanya?"
"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dia,"jawab Ie Ya
agak kikuk, "Aku pernah bersumpah dengan Khu Pocu, bahwa
aku tidak akan membuat nama jelek pada keluarga Khoe, tapi
sekarang aku telah menolong Tiong Jong, bagaimana baiknya
ya."
Tay Hong Hosiang heran. Sedang Kong Ci yang
mendengarnya ketawa nyengir, pikirnya, "Hmmm.... sekarang
kau kebingungan. Kau menolong Tiong Jong bukan tidak ada
maksudnya, tentu kau menyintai dia."
Kemudian ia berkata pada gurunya "Suhu, perempuan ini
sangat tidak hormat kepada kita, maka sebaiknya tecu
memberi dia hajaran supaya dia tahu rasa"
"Oh, suhu jangan salah mengerti " Ie Ya buru-buru berkata
pada Kong Cie.
"Aku terpaksa menolong dia karena tempo hari aku pernah
ditangkap olehnya. Tiong Jong sangat gagah, aku tak dapat
meIawannya. Maka itu waktu aku pernah bersumpah akan
melindungi dirinya dalam sepanjang perjalanannya, asal dia
mengampuni aku, Dia telah setuju, maka aku terpakea
melindungi dia. Suhu tentu bisa menimbang, bahwa dalam
kalangan Kang ouw bukankah aku si gagah dapat berkuasa
atas si lemah? Aku memang ada orang dari Perserikatan
Benteng (Perkampungan) ." Tay Hong Hosiang mendengar
keterangannya Ie Ya telah kerutkan alisnya dan berpikir
sejenak, kemudian berkata pada muridnya. "Hei Kong Goan,
kau ambil itu obat bubuk Hoti hun-sau (obat mengembalikan
jiwa), cepat cepat berikan kepada nona Ie."

Sambil menyuruh muridnya, ia berpaling kepada Ie Ya dan
berkata.
"Nona Ie. obat bubukku itu meskipun tak dapat
memunahkan sekaligus racun Liap hun hiong, karena obat
pemunahnya yang aseli tapi boleh diharap dalam tempo satu
tahun Ho Tiong Jong akan sembuh kembali seperti semula..."
Li-lo-sat Ie Ya kelihatan kurang puas. Tapi dalam hatinya
pikir, lebih baik ia terima saat itu untuk membikin Tiong Jong
mendusin dahulu, selanjutnya bagaimana nanti akan dipikirkan
pula . Mengingat itu, maka ia tidak mengucapkan apa apa
kepada Tay Hong Hosiang.
Hal mana membuat Kong Cie Hweshio menjadi sangat
mendongkol hatinya ia lalu berkata pada gurunya, "Suhu,
perempuan ini tidak mengenal aturan, sebetulnya kita tak
usah ambil perduli kepadanya, Masa dikasih bantuan tidak
mengucapkan terima kasih, perempuan apa dia..."
Li-io sat Ie Ya mendelik matanya sejenak, tapi lantas putih
kembali wajahnya yang ramai dengan senyuman.
Ie Ya sebagai Ketua dari golongan wanita Iblis, telah
malang melintang di sekitar Sungai Kuning dengan tiada
seorangpun yang berani membentur padanya.Begitu galak
adanya ia, tapi dalam kelenteng ini ia dapat bersabar dan
menyesuaikan diri, karena kekuatannya kalah jauh.
Cuma saja si ceriwis Kong Tie kelakuannya yang tengik
membuat ia sebagai kepingin muntah, apalagi perkataannya
yang paling belakangan membuat Ie Ya menjadi hilang sabar.
Tampak ia tertawa manis sekali. Ie Ya sekali tertawa manis,
artinya ia sudah marah, lebih manis lagi- tertawanya lebih
meluap-luap amarahnya dan sedikit sekali orang yang tahu
akan tabeatnya yang aneh ini.
Kong Cie yang melihat si nona cantik di-depannya ketawa
manis, dikiranya takut padanya, maka lagaknya sudah
menjadi-jadi saja tengiknya.

"Hm....". Ie Ya menggeram, "Perkataanmu benar-benar
tidak ada sungkannya, kalau saja aku tidak memandang Lo
taysu, malam ini aku sudah hajar kau sampai tahu rasa. Kau
jangan keterlaluan ya "
"Memang kau tidak tahu aturan, siapa takut padamu?"
Menantang Kong Tie dengan jumawa dan membawa aksinya
yang tengik. Tay Hong Hosiang melihat muridnya ingin
menempur si nona, tampak mengkerutkan alisnya. Pikir Ie Ya.
"Mau apa ini si kepala gundul tua? Apa dia mau menangkap
aku? Gelagat kelihatannya tidak menguntungkan"
Terus ia berkata pada Tay Hong Hosiang, "Taysu, hal
bertanding sudah biasa dikalangan Kang ouw. Taysu juga
jangan sungkan-sungkan terhadapku. Tapi- nah itu dia Kong
Goan suhu datang membawa obat."
"Nona Ie. sebaiknya kau bertanding dulu memberi hajaran
pada muridku, supaya dia tahu rasa, setelah ia babak belur
kau barulah ia menerima obat, bagaimana?"
Li-lo sat lo Ya kerutkan alisnya yang lentik indah, cantik
sekali rupanya saat itu.
Ia mana takuti Kong Tie Hwesio yang ceriwis, hatinya
sudah benci, maka keelokan-nya makin menonjol saja.
Ketawanya malah makin manis menarik hati.
"Terima kasih, Taysu," katanya dengan tersenyum, "atas
perintah Taysu mana Ie Ya dapat menolak? Nah Kong Tie
suhu, marilah apa kau sudah siap sedia?"
Kong Tie memang dari setadian sudah siap sedia, ia pikir,
meskipun namanya Ie Ya sudah sangat tersohor, rasanya dia
ungkulan menjatuhkannya, Nanti, setelah ia peroleh
kemenangan barulah ia dapat mempengaruhi sinona jelita ini,
Siapa tahu muslihatnya akan berhasil dan dapati sicantik,
biarpun umurnya dipendeki beberapa tahun rasanya ia rela
asal dapatkan Ie Ya yang menggiurkan segala-galanya.

"Aku sudah siap sejak tadi, nona. Silahkan." kata Kong Tie
jumawa. Ie Ya tidak sabaran, lantas saja ia menyerang kearah
bahunya lawan.
Tapi Kong Tie cukup gesit untuk menghindarkan diri, ia
sebenarnya sudah belajar silat dua puluh tahun lamanya,
makanya ia jadi sangat sombong.
Diantara muridnya Tay Hong Hosiang, ada tiga orang yang
tersayang dan dapat pelajaran tinggi, yalah pertama Kong Ci,
kedua Kong Tie dan ketiga Kong Goan. Antara tiga orang ini,
adalah Kong Goan yang tertinggi kepandaiannya.
Kong Ci dan Kong Tie karena suka main perempuan dan
main mabok-mabokan, maka tenaga dalamnya kurang
sempurna.
Serangan susulan dari Ie Ya mengejutkan Kong Tie hingga
ia mundur tiga tindak.
Tay Hong Hosiang marah melihat murid-nya keteter, ia
sesalkan Sang muridnya tidak mau belajar dengan betul,
sehingga serangan Ie Ya yang mudah saja ditangkisnya
membuat ia mundur beberapa tindak.
Dalam bingungnya, Kong Tie dibikin terkejut ketika Ie Ya
telah perlihatkan serangan dengan telapak "Api Setan," yang
mengeluarkan sinar warna hijau, ia tidak berani menerjang
bahaya, karena serangan dengan telapakan tangan hebat itu,
bisa membuat jiwanya melayang menemui raja akherat, maka
sambil menangkis ia sambil mundur hingga gurunya yang
melihat kejadian itu menjadi sangat murka, wajahnya pucat
seketika dua mencaci muridnya.
"Hei, Kong Tie, murid busuk. Kau lantaran malas belajar
dan suka berfoya foya inilah hasilnya ketemu tandingan berat,
Kau rasakan sendiri. Hmmm... sayang aku punya nama yang
harum jatuh karena murid semacam kau yang tidak berguna
ini." Kong Tie semakin bingung mendengar gurunya memaki
kalang kabutan.

"Kong Tie." terdengar pula Tay Hong Hosiang memaki, "kali
ini, kalau kau tidak mati, aku akan jebloskan dirimu kedalam
tahanan Im mo tong untuk menemui suhengmu kau
mengerti?"
Perkataannya sang guru bukannya membuat semangatnya
terbangun. tapi ternyata ia berkelahi makin kacau. Tidak heran
kalau ia kedesak terus-terusan oleh Ie Ya yang tidak mengasih
kesempatan padanya .
Wajahnya Ie Ya sudah kelihatan pucat, karena menahan
amarahnya pada lawannya yang jumawa dan ceriwis itu.
Segera suatu pukulan kearah dada yang menentukan tak
dapat di tangkis olen Kong Tie, ia merasakan dadanya sesak
dan matanya berkunang-kunang. Hatinya ketakutan, karena
pikirnya ia sudah kena pukulan "Api Setan" dari telapakan
tangannya Ie Ya.
Tanpa malu-malu ia telah menjerit. "Oh, suhu tolongilah
jiwa murid mu akan melayang..." sambil sempoyongan
memegangi dadanya yang barusan kena dihajar Ie Ya. Sang
guru sama sekali tidak bergerak dari tempat berdirinya. Di lain
pihak Ie Ya geli melihat lawannya menjerit minta tolong. Ia
segera lompat mundur dan segera sudah berada ditempatnya
Tay Hong Hosiang.
"Taysu," katanya, "maafkan Ie Ya kurang hormat membuat
Kong Tie suhu barusan menjerit minta tolong."
Tay Hong Hosiang ketawa-tawa. "Nona Ie tidak
apa."jawabnya, "memang sepantasnya murid yang tidak
berguna itu mendapat pelajaran dari kau."
Saat itu tampil kemuka, Kong Goan Hweshio yang merasa
penasaran atas kelakuan Kong Tie, ia berkata pada suhunya.
"Suhu Biarlah tecu mau minta pelajarannya beberapa jurus
pada nona Ie...."
Tay Hong Hosiang memang tahu bahwa muridnya yang
lain, maka ia ingin juga menyaksikan bagaimana Kong Goan

akan menandingi Lie lo-sat Ie Ya yang termasyur namanya
maka ia menjawab. "Aku tidak keberatan kau maju, harap kau
suka hati-hati-" Ie Ya tidak menampik untuk bertanding
dengan Kong Goan-
"Silahkan mulai, suhu" katanya, ketika mereka sudah
berhadapan satu dengan lain-Kong Goan tak sungkan-sungkan
lagi telah turun tangan, Angin pukulannya ternyata ada sangat
hebat,jauh bedanya dengan Kong Tie. Lawan yang sekarang
lain gerakannya gesit dan lincah juga tenaganya ada jauh
lebih kuat, hingga sukar kalau dilawan keras dengan keras,
maka Ie Ya telah memberikan perlawanannya dengan sangat
hati-hati. Beberapa tipu pukulan dari Siauw-lim-pay telah
dikeluarkan oleh Kong Goan-Ie Ya menggunakan ilmu
mengentengi tubuhnya yang mahir, ia setiap kali
menghindarkan pukulan Kong Goan yang berat dengan bagus
sekali, hingga Tay Hong Hosiang yang melihatnya telah
angguk-anggukan kepalanya. Diam-diam dia mengakui bahwa
Lie lo sat Ie Ya kepandaiannya tak dapat dipandang enteng.
Beberapa jurus telah dilewati, Ie Ya masih tetap
memberikan perlawanan dengan roman yang tenang sekali,
hingga Kong Goan Hwesio mengeluh dalam hatinya.
Perempuan ini, kepandaiannya tinggi, pantasan banyak orang
sungkan mencari urusan dengannya, demikian pikir Kong
Goan.
"Nona Ie." tiba-tiba Kong Goan berkata. "Kepandaianmu
benar-benar hebat, Nah permisi aku menaruh bungkusan obat
dahulu, kemudian kita bertempur lagi...." Kiranya Kong Goan
bertempur dengan sebelah tangan yalah tangan kanan, sebab
tangan kirinya mencekal bungkusan obat. Ia tadinya
memandang sangat enteng pada Ie Ya makanya juga ia
menempur dengan satu tangan saja, siapa kiranya wanita
yang dijadlkan lawannya itu bukannya wanita sembarangan
yang hanya tahu dua tiga jurus saja dari serangannya yang
dahsyat. Oleh karena itu ia minta pertandingan sebentar untuk

ia menaruh dulu bungkusannya. Ie Ya lompat mundur dan
berkata, "Silahkan"
Kong Goan setelah menaruh bungkusan obatnya, lantas
menghadapi pula Ie Ya.
"Suhu, sebaiknya kau boleh keluarkan senjatamu untuk
bertanding " kata Ie Ya dengan manis bersenyum. Kong Goan
mendelik matanya, ia merasa dipandang rendah oleh sinona.
"Baiklah" katanya, "Nah sekarang aku mau mencoba dahulu
dengan tangan kosong apakah aku bisa menjatuhkan nona
atau tidak?"
Ia berkata berbareng menyerang dengan gaya pukulan
yang banyak perubahannya,jari tangannya saban-saban
diulur, hendak menotok jalan darah yang berbahaya pada
tubuhnya Ie Ya.
Pelahan-lahan kelihatan Ie Ya seperti di kurung oleh gaya
pukulan Kong Goan- Kong Goan seperti yang sudah berlaku
nekad akan mengambil jiwanya si nona. Melihat jalannya
pertandingan Tay Hong Hosiang diam-diam merasa girang dan
kuatir.
Girang karena menyaksikan muridnya benar-benar telah
meyakinkan pelajarannya dengan betul, ilmu pukulan pukulan
yang diwariskan tidak percuma, sebab Kong Goan dapat
menjalankan semua jurus jurus pelajarannya dengan baik
sekali-
Kuatir, oleh karena ia sudah lama mensucikan diri untuk
menebus dosa, tidak bisa melihat Kong Goan itu membunuh
sasarannya, Pantangan membunuh ia sudah pegang lama,
selama ia berbalik pikir ingin menjadi orang baik-baik.
Kong Goan diatas angin, tapi karena terus-terusan ia
mengeluarkan tenaga keras, maka ia jadi lelah juga. Melihat
perubahan itu, Ie Ya mengambil over serangan. Dengan
tenaga lunak ia saban-saban menyerang lawannya.

Satu kali kedua kekuatan tenaga beradu, membuat Kong
Goan merasa kaget, sedang Ie Ya telah mundur dikiranya
kalah tenaga, maka dengan cepat ia memburu dan menyerang
dengan hebat.
Ie Ya memutar badannya setengah lingkaran, menangkis
perlahan, kemudian berkelit hingga serangannya Kong Goan
mendapat tempat kosong.
Kong Goan hweshio tertawa dingin, pikirnya ia pasti
menang, maka ia sudah menyimpan separuh tenaganya. Tapi
tiba-tiba suhunya berteriak. "Kong Goan awas."
Belum sampai ia engah ternyata sudah teriambat, sebab Lie
lo sat sudah menyerang laksana kilat dengan telapakan
tangan, "Api Setan" Kong Goan mundur sempoyongan dua
tindak, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh si nona, untuk
dengan kecepatannya yang luar biasa, ia sudah menyambar
obat bubuk tadi dan melesat keluar kuil.
Tapi Kong Goan juga tidak mau tinggal diam, ia melesat
menyusul, hingga si nona tidak sampai keburu melewati pintu
keluar. "Nona Ie." tegurnya. "Aku Kong Goan masih belum
kalah, kenapa kau kabur siang-siang?"
"Hmm." Ie Ya mengeram sambil tolak pinggang. "Aku
barusan sudah berlaku murah tidak turun tangan kejam, tapi
ternyata kau tidak tahu diri. Aku masih memandang mukanya
Taysu, kan tahu?"
"Ha ha ha..." Kong Goan tertawa, "kau jangan omong gede
nah lihat aku unjuk kepandaian."
Berbareng ia menyerang dua macam tipu pukulan- Tangan
kiri menyerang dengan gelak tipu "Pencarkan bunga dengan
cabang liu" dan tangan kanannya menyerang dengan tipu
"Orang sakti membunuh naga." Dua macam serangan yang
amat lihay dan dilakukan secepat kilat. Ie Ya agak gugup,
sebelumnya ia berdaya tahu-tahu bungkusan yang ada

ditahannya sudah kena dirampas kembali oleh Kong Goan
Hweshio. Si nona merasakan tangannya amat sakit.
Saat itu Ie Ya mundur tiga tindak dan memerikea sikunya
yang bertanda bekas tiga jari berwarna biru kehitam-hitaman
ia terkejut, kiranya lawannya mahir dengan ilmu pukulan
"Telapak tangan hitam", Baik juga lawannya tidak kejam,
kalau tidak jiwanya sudah melayang atau sedikitnya, sikunya
menjadi putus oleh serangan lawan yang demikian hebatnya.
Tiba-tiba ia mendengar suara tertawanya Tay Hong
Hosiang. "Nona Ie, kau tidak begitu merampas obat dari kita."
Ie Ya sangat mendongkel hatinya. Ia sudah unjuk
kepandaiannya demikian rupa, malah tadi dengan menyolok ia
sudah dapat mengampuni jiwanya Kong Goan, tapi
kelihatannya Tay Hong Hosiang tidak rela memberikan
obatnya itu. Pikirnya, sulit ia dapat menolong Ho Tiong Jong.
Ia periihatkan tertawanya yang manis luar biasa, itulah
tandanya Ie Ya sudah sangat marah, ia memandang pada
Kong Goan dengan sorot mata halus, tapi tajam dan membuat
Kong Goan diam-diam merasa bergidik bulu tengkuknya.
"Aku barusan lengah, lantaran kuatir Taysu turut campur
tangan dalam urusan muridmu, sebab dua tangan melawan
empat tangan mana bisa menang? Nah sekarang baik kita
bertempur satu lawan satu, aku nanti dapat memperlihatkan
kepandaianku yang istimewa."
"Kau jangan omong gede." menyelak Kong Goan dengan
gusar. "Suhuku tidak nanti turun tangan mengeroyok kau
meskipun beliau melihat aku dibinasakan olehmu. Nah,
sekarang kau jangan banyak rewel lagi- mari kita bertempur
lagi, untuk memastikan siapa yang lebih unggul. Kau boleh
turun tangan jangan sungkan-sungkan terhadapku."
Tay Hong Hosiang juga mendongkel mendengar katakatanya
Ie Ya tadi, maka ia berkata pada muridnya, "Ya, Kong
Goan, kau boleh bertempar dengannya jangan sungkansungkan
lagi-"

Kong Goan anggukkan kepalanya dengan pikiran lega
suhunya mengijinkan ia turun tangan telengas, ia maju dua
tindak dan lantas menyerang pada si nona dengan teIapakan
tangannya.
Lie-lo-sat Ie Ya kembali gunakan ilmu mengentengi
tubuhnya yang istimewa untuk menyingkir dari serangan
lawan- Kemudian, membarengi lawan tangannya menyerang
tempat kesong ia menyerang, hingga Kong Goan terpaksa dari
menyerang telah membela diri.
Kedua pihak saling menyerang dengan seru, sepuluh jurus
dengan cepat telah dilewati, pertandingan selanjutnya makin
lama makin menarik hati, Kedua pihak telah mengeluarkan
tipu-tipu pukulan simpanannya dan masing-masing tak mau
mengalah terhadap lawannya. Betul mereka ada tandingan
yang setimpal sekali-
Dengan sangat hati-hati Kong Goan memberikan
perlawanan atas serangan telapakan tangan Api Setan Lie losat
Ie Ya yang ampuh. Ia tidak berani sembarangan
memandang rendah lagi musuhnya, karena barusan ia sudah
dapat pengalaman dan hampir-hampir ia rubuh di tangan si
iblis wanita telengas. Si nona mengetahui musuhnya ada
sangat gagah dan ulet, maka ia juga tidak segera dengan
melakukan serangannya. Kalau tidak pasti- ia tidak
melancarkan serangannya, karena itu berarti membuangbuang
tenaga percuma saja.
Tay Hong Hosiang duduk dikursi menonton didampingi oleh
dua muridnya Kong Ci dan Kong Tie. dua hweshio yang hanya
omongnya gede tapi kemampuannya tidak berarti- Mereka
menyakeikan sutenya begitu kekeh memberikan perlawanan
pada lawannya, bahkan merasa kagum dan diam-diam saja
menyesalkannya memandang diri-nya yang sudah berlaku
malas tidak belajar dengan sungguh-sungguh dari gurunya,
hingga kepandaiannya kalah jauh apabila dibandingkan
dengan kepandaiannya sang sute. Tay Hong Hosiang

sementara menyaksikan jalannya pertempuran, diam-diam
dalam hatinya dak dik dak juga menguatirkan muridnya akan
menjadi pecundangnya Ie Ya. Dengan tidak terasa
pertandingan sudah berjalan sampai dua ratus jurus.
Betul-betul ada itu pertandingan yang hebat sekali dan
mempesonakan dua-dua kelihatan masih kuat dan
memperlihatkan perlawanan yang sama baiknya. Entah
sampai berapa lama lagi pertandingan itu akan berjalan?
Kong Goan Hweshio tidak percuma menjadi murid
kesayangannya Tay Hong Hosiang, sebab seluruh
kepandaiannya yang diajarkan oleh gurunya kepadanya, ia
sudah dapat membuktikan semua itu telah diyakinkan dengan
sebaik-baiknya, ia bertempur kali ini dengan sangat hati-hati
dan tidak mengobral tenaganja dengan percuma oleh sebab
mana sebagai lelaki ia ada lebih tahan lama bertempur,
sebaliknya dengan Ie Ya kelihatan dengan tentu sudah mulai
keteter dan lelah.
XXVII. PENGARUHNYA GELANG BATU KUMALA.
LI LO-SAT IE YA mulai kedesak.
Tiba-tiba terdengar Kong Gosn membentak berbareng
tubuhnya Ie Ya kelihatan sempoyongan. Ternyata ia kena
pukulan telak. Kong Goan menggejar, satu pukulan keras
mampir kena bahunya si nona, Ie Ya menjerit kesakitan,
badannya tak tahan berdiri dan lantas rubuh semaput.
"Bagus,bagus Kong Goan, kau betul-beul ada murid ku
yang paling jempol" terdengar si hweshio mengalem muridnya
sambil unjukkan jari jempolnya. "Tapi lekas-Iekas kau berikan
obat padanya, kuatir nanti dia cacat hidupnya, Nah ini ambil
sebutir pil dari botol" sambil keluarkan dari sakunya sebotol
obat piL. Kong Goan menurut dan lalu menjemput sebutir
kemudian diserahkan kepada Ie Ya untuk ditelannya. Bermula
Ie Ya menolak, akan tetapi ketika dibujuk dan ia sendiri

merasa tidak tahan dengan sakitnya pada bahunya yang
barusan kena dipukul oleh Kong Goani maka ia terima juga
dan lalu ditelannya.
Ternyata obat pil itu benar benar manjur sebab dalam
waktu sedikit saja Ie Ya rasakan rasa sakit dibahunya pelahan
lahan telah hilang, hanya tinggal kesemutannya saja.
Kemudian dengan roman bengis ia menyapa pada sekalian
hweshio yang ada disini, lalu perdengarkan ketawa dingin-
"Hmm..." si nona menggereng, "kalian telah menghinakan
aku, bagus,bagus. Satu hinaan yang aku tak dapat
melupakannya, Kalau aku masih bernapas ada satu hari aku
akan datang kesini lagi untuk membasmi kalian dan membikin
rata ini kuil dari kawanan kepala gundul jahat."
Mendengar perkataannya si nona, bukan main marahnya
Kong Goan dan saudara saudara seperguruannya, tidak
terkecuali Tay Hong Hosiang sendiri. Kepala kuil itu dengan
mata mendelik telah berkata.
"Hei kau ini betul-betul jahat hatimu, Baru saja ditolong
jiwamu, lantas sekarang mengeluarkan perkataan yang bukan
bukani betul-betul jahat"
Ie Ya tertawa terkekeh kekeh, inilah tanda dari
kemarahannya yang meluap luap.
"Bagus, kau hweshio tua," katanya dengan nada dingin,
"kau kira dengan kepandaianmu sudah tidak ada yang berani
membentur kau Hi hi hi-. kau keliru, Coba Tiong Jong tidak
pingsan karena obat pulasmu yang celaka, tentu kalian tidak
berani menghinakan aku."
"Tiong Jong kenapa?" memotong si hweshio tua.
"Hi hi hi . . .dengan satu Ho Tiong Jong saja cukup akan
membasmi kalian kepala gundul yang jahat"jawab Ie Ya
dengan suara mengejek. Tay Hong Hosiang tertawa bergelakgelak

"Nona Ie." katanya, "kalau kau sendiri, biarpun kau belajar
lagi dua puluh tahun masih bukan tandinganku, Nah, kau
barusan bilang Ho Tiong Jong yang dengan seorang diri dapat
membasmi kuilku, aku kepingin lihat apa betul omonganmu?"
"Tidak percaya? Kau boleh buktikan sendiri kalau Ho Tiong
Jong siuman dari pingsan." jawab Ie Ya dengan mantap.
"Kong Goan- panggil sang suhu. "Ambil obat pemunah
yang aseli- kasihkan pada Ho Tiong Jong supaya dia siuman
dari pingsannya. Biarlah dia mengadu tenaga dengan aku apa
benar seperti katanya nona Ie dan sangat gagah dan dapat
membasmi kita semua. Lekas jalan."
Kong Goan masih ragu-ragu karena kuatir ditipu oleh Ie Ya.
Tapi gurunya melotot kepadanya dan berkata lagi. "Lekas
pergi, kenapa? Apa kau takut? Kita malang melintang didunia
kang-ouw tidak takut akan segala orang, masa oleh satu Ho
Tiong Jong saja takut?"
Kong Goan terpaksa menurut perintah, sebentar lagi ia
sudah kembali dan atas pengunjukan Ie Ya, Kong Goan pergi
ke tempat Ho Tiong Jong digeletaki. Di sana ia telah
memberikan obat pemunah itu dicekeki kemulutnya. Tidak
lama, Ho Tiong Jong sudah mendusin dan bebangkis beberapa
kali- semangatnya pulih kembali- rasa mabok hilang. Matanya
menyapu kesekitarnya dan melihat ada Kong Goan tidak jauh
berdiri dari padanya. Cepat Ho Tiong Jong melompat bangun,
Kong Goan kaget dan lompat mundur.
Ho Tiong Jong mengawasi pada si kepala gundul. Pikirnya,
barusan sudah kena ditipu Kong Cie Hweshio, maka kepala
gundul yang berdiri didepannya ini tentu juga ada kambratnya
dan kuil disitu diberdirikan bukan tempat orang mensucikan
diri, tapi dipakai untuk melakukan kejahatan.
dalam beberapa tahun ini entah berapa banyak korban
sudah terjatuh dalam kuil busuk ini? Demikian ia menanya

pada dirinya sendiri. Seketika itu matanya melotot mengawasi
pada Kong Goan-
"Kepala gundul," bentaknya "Sudah berapa banyak kalian
menjebak orang dan dibikin susah? sekarang kau disini
berjumpa dengan aku si orang she Ho. jangan harap bisa
berlalu lagi dari tempat ini sebelumnya mendapat persen
tendanganku"
Pemuda menutup bicaranya dengan satu serangan hebat.
Kong Goan Hweshio miringkan badannya danpasang kudakuda
yang dinamai Cit-seng.poo, (tindakan tujuh
bintang)jarinya berbareng diulur untuk memotong sikunyu Ho
Tiong Jong,
"Bagus." kata Ho Tiong Jong, "ilmu silatmu baik sekalisayang
kau gunakan untuk kejahatani" sambil berkata ia
menyodorkan sikunya dengan sengaja untuk ditotok Kong
Goan Hweshio ada murid tersayang dari Tay Hong Hosiang,
kepandaiannya sudah tinggi- ia mahir dalam ilmu Telapakan
tangan hitam "Cengkeraman Rajawali dan Dengan jari
menaklukan naga. Pikirnya salah satu saja ilmu ini ia gunakan
pasti akan dapat merubuhkan musuhnya. Maka ketika ia
melihat Ho Tiong Jong menyodorkan sikunya yang diarah,
dalam hatinya pikirnya, "Kau cari mati sendiri." Tapi ternyata
tidak begitu gampang Kong Goan dapatkan makeudnya
karena begitu -jarinya hampir menyentuh siku lawan, Ho
Tiong Jong dengan gesit menarik pulang dan berbareng ia
menyerang dengan telapakan tangannya. Kakinya juga tak
tinggal nganggur dan melayang kepada Kong Goan-Serangan
secepat kilat itu diluar dugaannya si kepala gundul, hingga
saat itu ia rasakan pahanya sangat sakit dan tubuhnya
terbang sampai dua tumbak jauhnya. Hebat tendangan Ho
Tiong Jong, sebab Kong Goan terdengar merintih kesakitan
tulang pahanya patah.
Ho Tiong Jong mengawasi hweshio yang ia tendang
terbang tadi dengan mata beringas "Kau bukankah kepala

gundul yang membikin aku pingsan tadi kemana dia perginya,
hayo kau lekas kasih tahu."
Kong Goan Hwesho tidak menjawab, ia terus merintihrintih
kesakitan-
"Hei- kau diam saja? Lekas kasih tahu, ada siapa lagi
kepala gundul jahat dalam kuil ini- boleh panggil keluar
supaya dapat membalas sakit hatimu?"
"Tiong Jong," katanya Kong Goan dengan sangat gusar
"Kau jangan pergi dahulu, sebentar kalau guruku datang kau
boleh rasakan pembalasan atas perbuatanmu yang sudah
melukai aku..."
"Tidak perduli kau punya guru atau su-couwmu sekali aku
si orang she Ho tidak akan gentar barang seujung rambut
dan-.." Ho Tiong Jong berhenti bicaranya karena mendengar
suara orang ketawa panjang, itulah suara ketawa dari seorang
yang mempunyai tenaga dalam yang mahir sekali-Pemuda biar
bagaimana juga agak terkejut mendengarnya.
Cepat ia menoleh kebelakang, disitu ternyata sudah berdiri
Tay Hong Hosiang tengah bersenyum-senyum kepadanya.
Kong Goan Hweshio saat itu sudah menelan pil untuk
menghilangkan rasa sakit, ia berkata pada gurunya "Suhu,
maafkan tecu yang tidak berguna, barusan dijatuhkan oleh Ho
Tiong Jong."
"Tidak apa. memang kau bukan tandingannya. Biarlah aku
yang akan membalas kekalahanmu," demikian kata si hweshio
tua kemudian ia berpaling kepada Ho Tiong Jong dan berkata,
"Tiong Jong kau terlalu kejam terhadap muridku yang telah
menolong kau dari pingsanmu."
Ho Tiong Jong agak kaget mendengar perkatannya Tay
Hong Hosiang.

"Aku tidak tahu dia telah menolong aku, karena dia tidak
mau omong ketika aku menyerang padanya?"jawab Ho Tiong
Jong.
"IHmm... kau memang satu pemuda sombong." kata Tay
Hong Hosiang^
"Aku bukan sombong. aku benci kepada kalian yang
membokongku dengan obat tidur. Kalau benar kalian laki-laki
boleh maju satu demi satu atau sekaligus menghadapi aku
siorang she Ho, jangan membokeng orang."
"Tutup mulut" bentak Tay Hong Hosiang yang mendongkel
hatinya. "Mari mari, ikut aku ketempat yang lebar. Aku
memang hendak menjajal kepandaianmu yang disohorkan
sangat jempolan"
Ho Tiong Jong tidak takut, "Baiklah dimana saja kau
menantang aku berkelahi aku akan iringi dengan senang hati."
Sesampainya disatu tempat yang cukup lebar untuk
berkelahi, tampak tidak jauh dari Ho Tiong Jong ada Li-lo sat
yang sedang berdiri dengar muka marah, karena masih
merasa ngilu bekas luka tadi bertanding dengan Kong Goan-
"Hei- enci Ie Ya ada disini?" kata Ho Tiong Jong ketika
matanya menyapu kearah-nya.
Perkataannya sipemuda disambut dengan anggukkan
kepala, pikirnya malam itu pasti Ho Tiong Jong dapat
menghajar si hweshio tua dan anak buahnya.
Hatinya Nona Ie girang melihat si pemuda dalam keadaan
segar, Matanya lalu melirik pada Kong Goan Hweshio, sambil
tertawa geli ia berkata.
"Kong Goan suhu, apa aku bilang? Kau kini rasakan
kelihayannya Tiong Jong, bukan saja kau merasakan
kesakitan, tapi tulang-tulang pahamu sudah remuk Rasakan
sendiri enak tidak dalam keadaan begitu Hi hi hi" Kong Goan
sangat g usar, matanya mendelik.

"Budak hina, kau jangan banyak bacot, Kau juga boleh
merasakan hadiahku barusan bukan?"
Ho Tiong Jong kaget, Pikirnya, apa Ie Ya telah mendapat
luka? ia mengawasi lebih teliti pada Ie Ya, lantas ia dapat
kepastian bahwa Ie Ya tentu mendapat luka parah tulangnya,
karena tampak telah mengucurkan banyak keringat
disebabkan menahan rasa sakit pada lukanya itu.
"Enci Ie, apa kau terluka oleh mereka?" tanyanya dengan
hati gelisah. Ie Ya pake akan bersenyum, kepalanya
dianggukkan.
Ho Tiong Jong menggereng. "Enci Ie, kau jangan banyak
berjalan- Tunggu aku disitu, aku akan membalaskan sakit
hatimu" ia berkata dengan gagah.
"jangan jumawa Ho Tiong Jong," kata Tay Hong Hosiang
sambil tertawa dingini "Kau tidak perlu membuang banyak
tempo bercakap-cakap dengan budak jahat itu. Nah.
bersiaplah untuk menerima seranganku"
"Hweshio tua,"jawab Ho Tiong Jong "kau yang jahat, tapi
mengatakan orang lain jahat, sebenarnya api artinya
perkataanmu itu?"
"Dia budak jahat, seperti juga dengan kau. Sudah ditolong
masih berani mengeluarkan perkataan yang bukan-bukan...."
"Hwesio tua, Keluarkan kepandaianmu. Kau jangan banyak
membusuki orang" menantang Ho Tiong Jong dengan gagah.
Tay Hong Hosiang yang selama malang melintang dalam
kalangan Kangouw belum pernah mendapat hinaan seperti itu,
bukan main marahnya. Dalam hatinya berpikir, malam ini ia
harus membuka pantangan membunuh, ia harus mengambil
jiwanya anak muda didepannya yarg sangat sombong itu.
Kalau tidak diberi rasa, tentu ia akan mengelunjak terusterusan
kepada orang yang lebih tua. Memikir ini lantas ia
salurkan tenaga dalamnya ke telapakan tangannya.

Berbareng dengan bentakan "awas" ia menyerang hebat
sekali- Angin pukulannya ada begitu dahsyat, apa lagi kalau
orang kena pukulan telapakan tangannya yang dahsyat itu.
Disekitar satu tumbak terasa sekali menyambarnya angin
pukulan hweshio itu.
Ho Tiong Jong terperanjat, ia tidak menduga kalau lawan
tuanya ini ada mempunyai kepandaian demikian tinggipikirnya
ini tidak boleh sembarangan.
Serangan Tay Hong Hosiang tadi disambut dengan ilmu
Kim ci Gin-ciang yang ia dapat pelajari dari Kho Kie, si orang
aneh yang bisa masuk kedalam tanah.
Tay Hong Hosiang tidak menduga sianak muda dapat
memunahkan serangannya begitu mudah, diam-diam ia
mengagumi juga kepandaiannya sang lawan yang muda belia.
Pikirnya pantasan ia tekebur, Kalau begitu ia ada isinya?
Mereka serang menyerang dalam jarak setumbak,
keduanya melancarkan pukulannya dengan tidak sungkansungkan
lagi tapi sangat hati-hati sebab masing-masing
mengetahui lawannya ada berkepandaian sangat tinggi.
Setiap kali Tay Hong Hosiang melancarkan serangannya,
telah menerbitkan suara keras. Batu dan pasir pada
beterbangan karena kesampok oleh anginpukulannya.
Lihay sekali ilmu silatnya, Kalau saja yang menjadi lawan
bukannya Ho Tiong Jong, terang-terang sudah dibikin
terjungkal atau dibikin terbang tubuhnya kena angin
pukulannya si hweshio tua yang luar biasa hebatnya.
Melihat kepandaiannya lawan ada demikian tinggi, Ho
Tiong Jong memberikan perlawanan lebih hati-hati lagi,
jangan sampai kena dipecundangi mentah-mentah. Malah
hatinya sudah mengambil keputusan, ia harus menang, ia
mesti dapat menjatuhkan lawannya untuk mencuci hinaan
atas diri-nya enci Ie nya.

Sayang maksudnya tak tercapai, karena hweshio tua yang
dihadapannya itu bukan sembarang jago silat, ia sangat lihay
karena ia sudah menguasai ilmu Tat Mo Sin-kang (tenaga saki
Tat Mo) dari Siauw lim-pay.
Bagaimana juga Ho Tiong Jong coba mendesak dan
menguasai musuhnya, ternyata telah gagal. Ketika ia hendak
mencabut goloknya untuk dipakai bertempur, ternyata sudah
terlambat. Karena serangan dahsyat dari Tay Hong Hosiang
yang dibarengi dengan tenaga dalam yang ampuh membuat
Ho Tiong Jong terpental sampai dua tumbak. Ia merasakan
dadanya sesak dan darah hidup hendak keluar dari mulutnya.
Ho Tiong Jong sebisa-bisa menelan lagi darah hidup yang
hendak keluar dari mulutnya itu, sambil mendengarkan Tay
Hong Hosiang berkata.
"Hmm Ho Tiong Jong, kini kau tak dapat mengunjuk
kesombonganmu lagi- pukulan barusan tidak sembarangan
orang dapat menangkisnya. Dalam dunia Kangouw yang dapat
menahan seranganku itu boleh di hitung dengan jari."
"Kepala gundul" bentak Ho Tiong Jong, "Aku Ho Tiong Jong
baru terhitung kalah kalau sudah tidak bernapas lagi- Siapa
takuti dengan pukulanmu, mari maju lagi" ia menentang
sambil menghunus goloknya. Tampak tubuhnya Tay Hong
Hosiang melesat tinggi seperti burung garuda saja. dengan
jubahnya yang berkibaran ditiup angin, ia turun dan berdiri
tegak didepan Ho Tiong Jong yang sudah siap dengan
goloknya.
Ho Tiong Jong tidak banyak rewel lagi, lantas saja mulai
menyerang dengan hebat, ilmu golok keramatnya yang terdiri
dari delapan belas jurus telah dimainkan dengan bagus sekali-
"Iiih...." seru Tay Hong Hosiang heran. "Dari mana Tiong
Jong dapat ilmu golok Siauw lim pay ini?" tanyanya dalam
hati. Pikirnya, ilmu golok keramat dari Siauw lim pay
dimainkan begini bagus oleh Tiong Jong, sukar didapatkan

keduanya diantara murid- murid. Siauw lim-pay dari tingkatan
yang sepantaran dengan sipemuda . Meskipun demikian bagus
dan hebat tipu-tipu serangan dari ilmu golok delapan belas
jurus itu, menghadapi Tay Hong Hosiang ternyata tidak ada
gunanya, sebab hweshio tua sudah mahir dengan ilmu
pemunahnya dan setiap kali Ho Tiong Jong menyerang selalu
mendapat sasaran kosong. Diam-diam ia menjadi heran,
Pikirannya, "kepala gundul tua ini sangat hebat ilmu silatnya."
Tapi Ho Tiong Jong tidak tahu bahwa lawan dihadapannya itu
ada murid Siauw limpay yang pandai dan tinggi ilmu silatnya.
Ie Ya dilain sudut berdiri menjublek, terpesona oleh
kepandaian Ho Tiong Jong, pemuda itu ternyata lebih hebat
jauh kepandaiannya dibanding dengan waktu tempo hari telah
ketemu dengannya. Apa lagi kalau di ingat, Ho Tiong Jong
maju dalam pertempuran itu adalah hendak membela pada
dirinya, pikirnya ia rela dirinya mendapat luka oleh pukulannya
Kong Goan Hweshio, lantaran membela si pemuda, sebab
sekarang ia menyakeikan dengan mata kepala sendiri Ho
Tiong Jong bertempur mati matian adalah untuk kepentingan
dirinya.
Melihat ilmu golok keramatnya tak dapat menyentuh ujung
jubahnya saja si kepala gundul yang lihay, Ho Tiong Jong
lantas merubah ilmu silatnya dengan Tok liong Ciang hoat
dicampur dengan ilmu silat lain-nya, serangan yang
dilancarkan olehnya sangat hebat dan indah sekali,jalannya
begitu cepat dan sukar diduga lawan-Diam-diam Tay Hong
Hosiang berpikir anak muda ini tidak dinyana sudah
mencangkok banyak kepandaian dari berbagai partai,Baiknya
saja ia yang melayani dan kalau saja orang lain, siang-siang
sudah tentu akan menjadi pecundang Ho Tiong Jong.
"Bocah" bentaknya, "Kau sudah mencuri banyak ilmu
serangan hebat dan berbagai partai, boleh dikatakan kau lihay
juga, Nah sekarang kau kembalikan itu ilmu golok delapan
belas jurus dari Siauw-lim-pay..."

Ia berkata sambil merubah gerak serangannya lebih cepat
dan lebih berat menindih musuh-nya, itukah ilmu "Tat Mo Sin
kang" yang jarang ia gunakan, kalau tidak terpaksa karena
menghadapi musuh berat.
Dari situ sudah terbukti bahwa Ho Tiong Jong masuk kelas
berat, makanya Tay Hong Hosiang sudah mengeluarkan ilmu
simpanannya itu.
Kini Ho Tiong Jong benar dibikin terkejut. ia tak menduga
sama sekali kalau hweshio tua ini ada tinggi kepandaiannya
Diam-diam ia mengeluh dalam hatinya karena pengharapan
ada sangat kecil untuk merebut kemenangan. Kalau bisa
berakhir seri saja sudah bagus.
Tapi bagaimana juga tentu si kepala gundul tidak
mengampuni kepadanya karena ia sudah berkata sombong
dihadapannya.
Lie lo sat Ie Ya melihat jagonya keteter, bukan main cemas
hatinya. Sayang ia tidak bisa bergerak, coba kalau ia tidak
terluka, niscaya ia akan ceburkan diri membatu Ho Tiong Jong
melawan Tay Hong Hosiang mati-matian. Ia hanya bisa
menjerit-jerit saja memaki kalang kabut kepada Tay Hong
Hosiang.
Mendengar jeritan jeritan Ie Ya, membuat banyak hweshio
dalam kuil itu sudah pada keluar datang menonton
perkelahian yang sangat seru itu.
Tekanan Tay Hong Hosiang makin dirasakan berat, Ho
Tiong Jong sudah tidak tahan melayaninya, Pikirnya untuk
mencegah kekalahannya ia harus kembali mainkan ilmu golok
keramatnya yang dapat melindungi dirinya dari kekalahan Tapi
kegesitannya Tay Hong Hosiang, ternyata ada lebih hebat dari
matanya Ho Tiong Jong.
Karena seketika ia menyerang dengan telapakan tangannya
laksana kilat dan sipemuda tubuhnya sudah dibikin melayang
sampai jauh tiga tumbak baru jatuh ia terhuyung-huyung

dengan memuntahkan darah segar, matanya berkunang
kunang dan ia tak tahan berdiri lama, lantas rubuh tidak
sadarkan dirinya lagi-Li-lo sat Ie Ya menjerit.
Ho Tiong Jong tampak menggeliat ditanah dengan
didampingi oleh goloknya, tangannya mengeluarkan darah,
rupanya kena goresan senjata tajam itu. Darah berceceran
bekas tadi ia muntahkan dari mulutnya. Mukanya pucat
seolah-olah ia sudah jadi mayat saat itu.
Lie lo-sat Ie Ya dengan paksakan diri perlahan-lahan jalan
menghampiri sipemuda, kemudian jatuhkan diri memeluk
tubuh sipemuda dan menangis.
"Tiong Jong, ah, kau... kau selalu menderita saja dalam
hidupmu. Karena hendak mencuci maluku maka kau sudah
berkorban begitu. Oh Tiong...." Li-lo-sat Ie Ya nangis
menggerung-gerung.
Sebenarnya ada sangat ganjil kejadian saat itu. dimana Ie
Ya keluarkan tangisan menggerung-gerung, Karena Ie Ya
yang terkenal dengan julukannya Wanita Telengas dan Kejam,
belum pernah mengucurkan air mata, apa lagi menangis
menggerung gerung seperti itu.
Itulah karena rasa cintanya yang sangat besar terhadap
dirinya Ho Tiong Jong yang kini menggeletak dalam keadaan
setengah mati.
Tangannya yang halus meraba-raba pipi-nya dan matanya
yang tertutup coba dibukanya, sambil dengan suara pelahan ia
memanggiL "Tiong Jong kau jangan tinggalkan aku... Tiong
Jo.... ng..."
Keadaan Ie Ya saat itu mengharukan sekali siapa yang
lihat.
Tiba-tiba terdengar suara bentakan keras, "Hayo kalian
pergi dari sini!!" Itulah kata suaranya Tay Hong Hosiang yang
menyuruh semua muridnya pada pergi meninggalkan tempat

itu, hanya disitu ketinggalan ia dan muridnya yang tersayang,
yalah Kong Goan Hweshio, bersama Ie Ya dan Ho Tiong Jong
yang dalam pingsan-
Lie Io sat Ie Ya yang sedang menangisi Ho Tiong Jong
tidak merasa kalau Tay Hong Hosiang sudah berdiri
didekatnya.
Terdengar ia tertawa dingini "IHm kau juga ingin
merasakan pukulanku seperti yang dirasakan oleh Tiong Jong
?"
Li-lo sat Ie Ya susut air matanya, kemudian mengawasi
pada Tay Hong Hosiang dengan sorot matanya yang gusar
sekali- "Hweshio tua, kau boleh bangga dengan ilmu
pukulanmu yang kejam itu, tapi ada satu hari aku Ie Ya akan
datang kembali kesini akan membuat perhitungan."
"Ha ha ha...." tertawa Tay Hong Hosiang "Kau mau
membuat pembalasan? Lagi dua puluh tahun kau belajar
masih bukan tandinganku kau mengerti?"
Ie Ya tak menjawab ia kertak gigi dan gigit bibirnya sampai
berdarah saking menahan rasa gusarnya yang meluap luap,
Sayang ia dalam terluka didalam tubuhnya, coba ia dalam
keadaan segar, meskipun tahu dirinya tidak bakalan menang,
ia pasti akan menerjang si hweshio tua dengan nekad.
Sambil membongkekkan badannya mengambil golok
wasiatnya Ho Tiong Jong, Tay Hong Hosiang telah berkata
"Aaa... ini golok Lam thian to. memang tadinya ada milik
keluarga Seng, tapi sekarang akan menjadi miliknya gereja
Kong ben sie disini, Ha ha ha..."
"Tak tahu malu" membentak Ie Ya.
"Sudah membunuh orangnya, sekarang mau merampas
miliknya, apakah itu yang dinamai seorang pemeluk agama
Buddha? Hmm..." Tay Ho Hosiang mendelik matanya.

"Kau tangisi juga percuma dia tokh bakalan mampus,
Bocah macam begini..." kakinya berbareng diangkat hendak
menendang tubuhnya sipemuda tapi mendadak kaki itu cepat
ditarik pulang karena pandangan matanya kebentur dengan
suatu benda yang keluar dari sakunya Ho Tiong Jong.
Dekat tangannya yang berdarah ada nongol dari sakunya
Ho Tiong Jong itu gelang batu kumala hijau yang membuat
matanya si kepala gundul menjadi terbelalak heran.
Entah apa sebabnya, dengan lantas saja jatuhkan dirinya
dan menjemput keluar benda tadi dari sakunya Ho Tiong
Jong. Setelah diselidiki dengan seksama bahwa benda itu ada
yang tulen, maka seketika itu juga sambil menjunjung gelang
batu kumala dengan kedua tangannya diatas kepalanya ia
berlutut tambil mengucapkan rasa menyesal yang sangat
besar, katanya.
"Susiokcouw, maafkan tecu yang berdosa, Tecu tidak
mengenali kalau Tiong Jong ada utusan susiokcouw, oh..^.
tecu telah berbuat dosa besar sekali..."
Kong Goan Hweshio yang berada tidak jauh diri situ,
melihat gurunya dengan tiba-tiba berlutut sambil menjunjung
gelang batu kumala, ia lantas mengerti dan ia juga turut
berlutut sambil kemak kemik berdoa supaya perbuatan
suhunya pun diampuni oleh susiok-cownya paman dari guru
sang suhu.
Kong Goan berlutut dengan susah payah, peluh mengucur
deras, karena ia menahan rasa sakitnya ia di kena ditendang
oleh Ho Tiong Jong.
Lama keduanya suhu dan murid pada berlutut menghormat
benda kepercayaan partai itu, hingga Ie Ya yang tidak lahu
sebab-sebabnya menjadi keheran-heranan.
Ia tidak berkata apa-apa karena perhatiannya terus
ditujukan kepada Ho Tiong Jong yang keadaannya sangat
berat. Entah, pemuda itu dapat ketolongan atau tidak

jiwanya? Tapi dilihat keadaan lukanya demikian rupa, rupanya
pengharapan ada kecil sekali-
Hatinya si nona sangat gelisah, perasaan duka, menyesal
dan marah mengaduk jadi satu dalam otaknya, hingga ia juga
hampir pingsan tak dapat menahan perasaan demikian itu.
Tak lama Tay Hong Hosiang diikuti oleh muridnya telah
bangkit berdiri dan berkata pada Ie Ya.
"Nona Ie,kau ada sahabat dari utusan susiokeouw kamikini
kau juga terluka, betul-betul membuat hatiku sangat
menyesal. Tapi Nona Ie, harap kau jangan kuatir jiwanya
Tiong Jong sebab dia tidak apa-apa."
Dengan tidak menanti Ie Ya menjawab lagi, Tay Hong
Hosiang sambil membawa gelang batu kumala hijau tadi telah
berlalu dan masuk kedalam ruangan kelenteng.
Setelah ia berlalu, Ie Ya lalu memeriksa jalan darahnya Ho
Tiong Jong, ia girang, karena jalan darahnya si pemuda ada
normal, ia rupanya hanya pingsan saja, sekarang dapat ia
pikirkan kejadian barusan dimana Tay Hcong Hosiang dengan
muridnya telah beriutut menghormat kepada benda yang
keluar dari saku bajunya Ho Tiong Jong.
Perkataan si hweshio tua tadi ketika meninggalkan ia.
apakah bermaksud hendak memberi pertolongan kepada
Tiong Jong atau bagaimana, ia tidak tahu, ia terus menanti
disitu sambil saban-saban mengusap-usap pipinya sipemuda
yang telah memikat hatinya itu.
"Dia cakap dan gagah, sungguh jarang didapatkan lelaki
seperti dia." demikian ie Ya berkata dalam hatinya sendiri.
Ia memeluk pemuda tampan yang sedang pingsan
itupelahan-lahan menempelkan mulutnya itu yang kecil mungil
diatas pipi yang cakap itu, lalu rapatkan pipinya pada pipi si
pemuda dan air matanya kelihatan bercucuran mengalir pada

pipinya yang halus menyebrang kepipinya pemuda pujaannya
itu.
oh. Semua kecintaan yang tulus murni dari seorang wanita
yang kejam telengas dinyatakan oleh air matanya dan oleh
kelakuannya yang sangat menyayang dan memuja, Entah lah,
bagaimana hatinya tiong long akan berdebaran atau seperti
hendak lompat dari tempatnya, apabila ia hadapkan dalam
keadaan sadar itu ciuman halus dari mulut yang kecil mungil
dan pipi cantik yang halus ditempelkan kepada pipinya?
Sebentar lagi Ie Ya terkaget dan lepaskan pelukannya pada
tubuh si pemuda, ketika mendengar tindakan orang
mendatangi
Kiranya yang datang itu ada empat orang hweshio muda
dengan membawa usungan untuk membawa Ho Tiong Jong,
Sampai didepannya Ie Ya, salah satu antaranya empat hweihlo
itu berkata.
"Nona, atas perintah suhu, kami berempat hendak
membawa Ho sicu kedalam untuk diberi pertolongan lukanya
yang parah itu."
"Terima kasih " kata Nona Ie dengan penuh rasa sukur,
"silahkan suhu sekalian membawanya dia ketempatnya
Taysu."
Empat hweshio muda itu dengan sebat sudah angkat
tubuhnya Ho Tiong Jong dibaringkan diatas usungan,
kemudian digotong oleh mereka berempat ke dalam kelenteng
dengan diikuti oleh Ie Ya sambil mengucurkan air mata.
Entahlah, air mata yang mengalir saat itu dari kedua tela
kupan matanya yang indah itu, apa air mata kedutaan atau air
mati kegirangan ?
Ho Tiong Jong dibawa kedalam satu ruangan yang cukup
besar, keadaannya sangat bersih, dimana hanya terdapat satu

tempat pembaringan dari batu pas untuk seorang. Diatas
pembaringan ini tubuhnya Ho Tiong Jong direbahkan-
Lain dari itu ada satu meja dekat pembaringan ini,
diatasnya ada satu koper entah isinya apa? Beberapa kursi
ditaruh berjauhan dengan pembaringan dan meja tadi.
Ie Ya duduk pada salah satu kursi tadi senang hweshio
muda menanti disekitarnya IHo Tiong Jong berbaring. Kiranya
itu ada pembaringan untuk orang dioperasi, sedang koper
diatas meja itu berisi perkakas untuk melakukan pembedahan
itu.
Tak lama muncul Tay Hong Hosiang diantar oleh Kong
Goan, Hanya satu hweshio yang menggotong Tiong Jong tadi
dikasih tinggal terus dalam kamar itu, yang lainnya disuruh
keluar.
Kemudian Tay Hong Hosiang membuka jubahnya,
tangannya menggunakan sarung tangan- . menyuruh Kong
Goan untuk membuka pakaiannya Ho Tiong Jong untuk
diperiksa di bagian tempat lukanya.
Jago muda itu ternyata mendapat luka di bagian dadanya
kedapatan ada tanda biru yang selang berubah menghitam.
"Nona Ie. Kau tidak boleh datang dekat "kata Tay Hong
Hosiang pelahan, ketika melihat si nona bangkit dari duduknya
dan menghampiri.
Kiranya si nona merasa kaget ketika pakaiannya sipemuda
dibukai, curiga sipemuda akan di aniya oleh dua hweshio itu.
Tapi Ie Ya tidak mau berlalu, "Maafkan Tay-su, bagaimana
juga aku tak dapat ber-jauhan dengannya, Dia ada sahabatku
yang paling baik..." demikian ie Ya berkata dengan suara yang
seperti mau menangis.
Tay Hong Hosiang terharu mendengarnya ia merasa
kasihan pada si nona yang juga perlu harus di tolong lukanya.

Maka ia biarkan saja si nona mengikuti jalannya, ia
membedah lukanya Ho Tiong Jong, Meski Ie Ya tidak pernah
berkedip bila membunuh orang, kini ia melihat pemuda
pujiannya dibedah, tak tahan merasa ngeri dan menutupi
mukanya dengan tangannya, sambil terisak-isak menangis
pelahan-
Ternyata Tay Hong Hosiang rupanya sudah biasa
membedah cara demikian, ia sangat sebat, sebab sebentar
saja Ho Tiong Jong sudah dibalut lukanya setelah pada bagian
yang dibedah diberi obat yang manjur.
Setelah beres, memberi pertolongan pada Tiong Jong,
lantas ia suruh muridnya yang ada disitu mengambil kursi.
Kapan tempat duduk itu sudah berada didekatnya lantas
berkata pada Ie Ya. "Nona Ie, kau juga harus kutolong. Kau
duduklah dan buka bajumu." Ie Ya tampak bingung.
Matanya mengawasi pada Tay Hong Hosiang kemudian
pada Kong Goan dan sutenya, Tay Hong Hosiang lantas saja
mengerti, sambil ketawa ia berkata. "Kong Goan dan Seng
Hay keluar dulu sebentar "
Dua orang itu tidak disuruh sampai dua kali, karena mereka
juga lantas mengerti sendiri. Mereka lalu keluar dan
merapatkan pintunya lagi
Kini Tay Hong Hosiang tinggal berduan saja dengan Ie Ya,
dikecualikan Ho Tiong Jong yang masih rebah pingsan.
"Taysu, kau benar pintar." si nona ketawa manis sambil
menekap mulutnya yang mungil.
Kemudian tanpa disuruh lantas menghampiri kursi dan
duduk disitu.
Tay Hong Hosiang hanya ketawa saja, Kiranya Ie Ya
merasa malu barusan, kalau ia harus membuka baiknya
disaksikan oleh dua hweshio muda tadi. Kini ia hanya
berhadapan dengan Tay Hong Hosiang yang sudah lanjut

usianya dan boleh dijadikan engkongnya, ia tidak malu-malu
lagi.
"Nona Ie, bukalah bajumu....!" menyuruh Tay Hong
Hosiang, ketika si nona masih diam saja duduk dikursinya.
"Taysu, maafkan aku, Rupanya aku harus membuat Tay su
berabe juga untuk menolong lukaku, karena aku sendiri tak
dapat membukanya sendiri, karena tanganku dirasakan linu
dan sakit..."
"ooo, begitu...."
Berbareng sihweshio tua mendekati Sinona dan membuka
sebagian bajunya di bagian bahunya yang terluka. Bahu yang
putih mulus dan lengan yang halus lunak lantas tertampak
didepan matanya Tay Hong Hosiang.
Ia kesima menyaksikan apa yang dilihatnya. Matanya ketika
kebentrok dengan sepasang matanya si nona yang halus
merayu dan senyumannya yang membuat ia melamun, tibatiba
dirasakan hatinya tergoncang. "No..na..., Ie, kau ..."
"Aku kenapa, Taysu ."
Li lo sat Ie Ya sebagai iblis wanita yang banyak
pengalaman dalam kalangan Kang-ouw sudah lantas dapat
menangkap perkataan yang diucapkan dengan gaga gugu itu.
Si kepala gundul kesima oleh kehalusan kulitnya, terpesona
oleh kecantikan dan sorot matanya yang merayu. Tapi ia tidak
keder menghadapi perubahan itu.
"No... na... le, kau.... kau cantik sekali, Wanita yang paling
cantik dalam dunia...kau..."
"Aku sudah bosen mendengar kata kata semacam itu."
"Tapi nona, memang benar kau cantik.."
PENGORBANAN TENAGA DALAM

Ie Ya kerengkan matanya yang galak sambil bersenyum
simpul.
hweshio tua itu berontak hatinya tiba-tiba timbul napsu
jahatnya mengawasi pada si nona dengan mata beringas.
"Aku cantik, habis kenapa?" tanya Ie Ya tertawa.
"oh, nona Ie. kau, kau, .."
Ia sudah tak dapat mengendalikan napsu-nya, seketika itu
ia menubruk sinona dan memeluknya mulutnya menciumi
bahu dan lengan nona Ie dengan bernapsu.
Bahu dengan lengan yang halus laksana kapas itu jadi
sasaran mesra dari hidung dan mulutnya Tay Hong Hosiang,
Herannya Ie Ya tinggal membiarkan saja si hweslo tua
mengumbar napsunya menciumi bahu dan lengannya tapi
ketika Tay Hong Hosiang tangannya mulai menggerayang
hendak membuka kancing bajunya ia mencegah dan berkata
dengan suara dingin. "Tay-su kau sadariah..."
"Tidak. nona Ie..." kata si hweshio tua dengan suara parau,
karena tak dapat menahan getaran napsu birahinya..
"Tay Hong Taysu." terdengar pula suara si nona berkata
dengan suara halus tapi dingin "kau menyebutlah omitohud."
Perkataan- omitohud, yang diucapkan si nona, seolah-olah
kalajengking yang menggigit tangannya si hweshio tua sebab
dengan gemetar seketika itu ia melepaskan pelukannya dan
mundur dua tindak, matanya mengawasi pada si nona seperti
yang ketakutan-
"Tay-su." melanjutkan si nona. "Dua puluh tahun sudah kau
cuci tangan dan hendak kembali menjadi orang baik-baik
apakah tidak sayang ketekunan itu menjadi punah karena
bertindak? Apakah tidak akan menyesal seumur hidupnya,
hanya kesalahan sendiri tak dapat menindas napsu jahat,
membuat kesujudanmu memuji sang Buddha dua puluh tahun
lamanya menjadi hilang seperti tersapu air banjir?"

Tay Hong Hosiang menggigil tubuhnya. Satu demi satu
perkataan Ie Ya seperti juga pisau yang menyayat hatinya,
sangat perih, otaknya diliputi oleh kemenyesalan besar. sorot
matanya menjadi layu dan malah tak berani memandang Ie
Ya, yang saat itu masih tetap duduk dengan tenang dan bahu
serta lengannya yang halus putih masih seperti tadi
keadaannya telanjang yang dapat napsu birahinya si hweshio
tua melonjak.
Keadaan Tay Hong Hosiang saat itu seperti anak kecil yang
sedang mendengari omelannya sang ibu. ia berdiri dengan
kepala ditundukkan, tidak berani mengawasi pada si nona.
Kecantikan Ie Ya bulu mata dan lengannya menggoncangkan
napsunya kini lenyap seperti tersapu angin tak meninggalkan
bekas. Apa yang ada dalam hatinya sekarang kemenyesalan
besar, perasaan putus harapan akan menjali seorang suci.
Pikirannya betul betul saat itu sangat kalut. Tiba tiba
berkelebat dlotaknya suatu keanehan, ia lalu menanya. "Tapi
nona Ie, eh, kenapa kau barusan diam saja ketika aku
memelukmu ?"
"Kenapa aku sudah dapat menebak akan jalan pikiranmu?"
"Eh, apa artinya itu ?"
"Kalau kau berotak dan menolak keras, kebuasanmu yang
dulu akan merajalela dalam hatimu yang sudah mulai balik
dalam kebenaran." Tay Hong Hosiang bungkam.
"Nafsu buasmu harus di beri jalan supaya pikiranmu
menjadi tenang dan nasehatku bisa masuk dalam pikiranmu."
kata pula Ie Ya, dengan tenang.
Kembali Tay Hong Hosiang membisu "Nona Ie." ia berkata
kemudian, "bahumu dan lenganmu yang halus mulus tadi
menjadi sasaran napsu iblisku, apakah kau tidak merasa jijik?"
Ie Ya bersenyum manis. "Apa boleh buat, aku harus
berkorban guna menolong orang jangan terjerumus kedalam
dosa lagi....."

"Apa artinya perkataanmu, nona Ie?"
"Kalau nafsu buasmu tidak mereda karena pengorbananku
itu dan kau berbuat yang melanggar batas, tidakkah sia-sia
untuk waktu selama dua puluh tahun kau sudah bertobat?"
"Nona Ie, oh, kau bukan saja rupamu yang cantik seperti
bidadari tapi juga hatimu cantik dan suci."
Tay Hong Hosiang mengawasi si gadis dengan mata welas
asih dan penuh dengan perasaan terima kasih, Si nona
mengerti apa yang dipikirkan oleh Tay Hong Hosiang, maka ia
membiarkan wajahnya diawasi dengan tajam oleh jago Siauw
lim sie itu. Keadaan hening beberapa lamanya.
"Taysu bagaimana dengan maksudmu untuk mengobati
lukaku?" tiba-tiba si nona memecah kesunyian, sambil ketawa
manis.
"Oh. betul, betul... kenapa aku jadi lupa." kata Tay Hong
Hosiang dengan gugup, ia cepat-cepat memeriksa lukanya si
nona yang sudah siap sejak tadi bahunya yang sudah mulai
menghitam itu untuk diobati.
Ie Ya ternyata tulang bahunya telah patah dan perlu
disambung.
Tay Hong Hosiang menggunakan keakhliannya untuk
menyambung tulang itu.
Tapi biar bagaimana Ie Ya merasakan sangat sakit. Peluh
membasahi sekujur badan-nya bahna menahan rasa sakit,
akan tetapi ia tidak mengeluh oleh karenanya.
Ternyata wanita jagoan itu tahan sakit, sampai kemudian si
hweshio tua sudah selesai mengerjakan pertolongannya.
"Nona Ie." kata Tay Hong Hosiang, "tulang bahumu yang
patah sudah tersambung kembali, dengan pertolongan obatku
yang aku bubuhi pada lukamu, dalam tempo tiga hari kau
akan sembuh kembali sebagaimana semula lagi."

"Tapi, Taysu, terpaksa aku membuat kau berabe lagi ..."
"Urusan apa nona Ie ?"
Ie Ya tidak menjawab, hanya matanya melirik pada
bahunya yang masih telanjang. Kelakuan mana dapat
dimengerti oleh Tay Hong Hosiang.
"Maaf, nona Ie, mari aku tolong pakaikan bajumu lagi."
katanya, berbareng apa yang ia katakan, dan sebentar lagi
tampak Ie Ya sudah memakai bajunya lagi dan berbangkit dari
duduknya.
Ia merasakan rasa sakit luka di bahunya, meskipun barusan
ia rasakan setengah mati sakitnya ketika disambungkan
tulangnya dan dlobati, tapi kini pelahan-lahan sudah hilang
dan rasa semutan juga sudah mereda.
"Terima kasih Taysu atas pertolonganmu." kata sigadis
sambil menjura.
"Tak usah mengucapkan demikian, "jawab Tay Hong
Hosiang, "hanya aku ada satu permintaan, entah apakah Nona
Ie suka meluluskannya?"
"Permintaan apa itu Taysu? Kalau sekira-nya yang pantas
kenapa aku tidak mau meluluskannya?"
"Itulah pernintaanku barusan terhadapmu nona Ie. Aku
minta kau suka tutup rahasia."
"Ow, hal itu jangan kuatir," memotong Ie Ya.
"Percayalah pada ketulusan hatiku, sebab sejak melihat
Taysu insyaf dan merasa menyesal atas kelakuanmu tadi, aku
sudah lantas anggap kejadian itu seperti tak pernah terjadi.
Harap Taysu juga pikir begitu, karena itu hatiku akan menjadi
tentram dan dengan penuh kesujudan Taysu dapat
melanjutkan niatmu yang suci..."
"Nona Ie." kini si hweshio yang memotong "apakah kau
benar berpikiran demikian? oh. benar-benar kau seorang

wanita berhati mulia, tidak serupa dengan julukanmu yang
diberikan oleh dunia Kangouw kepadamu." Ie Ya hanya
bersenyum manis sambil anggukan kepala.
Hatinya Tay Hong Hosiang kini menjadi lega dan kembali
tenang seperti semula. Apa yang terjadi barusan ia melupakan
semua, seperti apa yang dipikirkan juga Ie Ya. Maka ia lantas
membuka pintu kamar dan menyilahkan Kong Goan masuk
bersama Seng Hay.
Tulang pahanya Kong Goan juga patah karena
tendangannya Ho Tiong Jong, maka oleh gurunya ia juga
dlobati seperti ia tadi, setelah selesai lalu semua perabotan
yang dipakai disuruh dibenahi oleh Seng Tay.
Tay Hong Hosiang sambil memakai pula jubahnya telah
berkata pada Ie Ya.
"Nona Ie, kau juga Tiong Jong sebentar, aku akan
menemukan murid-muridku dan tidak lama aku akan kembali."
"Baiklah, "sahut Ie Ya, sambil mengawasi si hweshio tua
berjalan keluar diikuti oleh Kong Goan dan Seng Hay.
Ie Ya menghampiri tempat pemuda Ho Tiong Jong
berbaring.
Ternyata wajahnya sipemuda tidak pucat lagi seperti
semula ia melihatnya ini rupanya karena lukanya sudah diobati
dan sudah diberi pil mujarab oleh Tay Hong Hosiang, Hatinya
Nona Ie sangat girang.
Pikirnya, ia tidak rugi bahu dan lengannya yang halus lunak
menjadi sasaran nafsu buas nya Tay Hong Hosiang, karena Ho
Tiong Jong yang sudah tertolong, dirinya juga sudah
disembuhkan dan yang paling penting si hweshio tua sudah
insyaf akan kekeliruannya dan tidak terjerumus kedalam dosa.
Mari kita lihat apa yang Tay Hong Hosiang berbuat diluar
kamar.

Ia pergi kesebuah ruangan besar, di mana sudah
berkumpul banyak hweshio-hweshio muda yang menjadi anak
muridnya.
Didepan mereka Tay Hong Hosiang angkat bicara,
mengingatkan pada tempo dua puluh tahun berselang
ditempat ini keadaannya masih hutan belukar.
Setelan disitu dibangun kuil Kong beng sle, periahan-lahan
diperbaiki keadaan disekitarnya, sehingga sekarang
keadaannya sudah menjadi indah. Semuanya itu berkat kerja
sama mereka yang sungguh-sungguh.
Sampai waktu itu, mereka sudah bisa berdiri dtatas kaki
sendiri, Tak tergantung pada dan dermaan orang dermawan-
Sawah ladang untuk mereka bercocok tanam dan
kelebihannya dijual, sudah cukup untuk mengongkosi
penghidupan mereka. Dengan suara penuh kemenyesalan ia
berkata dengan tandas.
"Kita ini ada orang Siaw-lim-pay, sudah dua puluh tahun
lebih aku dengan tekun memegang pantangan membunuh,
apa mau malam ini aku sudah salah bertindak. Timbul napsu
membunuhku sehingga hampir-hampir saja aku membunuh
utusan dari su-couwku. Besar dosaku ini, Maka mulai saat ini
aku akan pergi meninggalkan kalian mengasingkan diri untuk
menebus dosa."
Keadaan yang sunyi senyap telah berobah ramai kembali,
bisik-bisik satu dengan lain-Mereka rupanya merasa heran dan
tidak puas akan ditinggalkan oleh sang guru yang demikian
baik hati dan menyayang pada mereka. Tay Hong Hosiang
lantas ulap-ulapkan tangannya dan minta supaya mereka
tenang lagi mendengarkan bicaranya.
Ia menceritakan bahwa Beng Tie Taysu dari gereja Siauwfim
sie adalah ia punya susiok, yang sangat sayang sekali
pada dirinya. Ketika suhunya mau meninggal dunia telah
memberi pesanan pada Beng Tie Taysu, supaya ia digembleng

dengan ilmu ilmu silat yang tinggi keluaran Siauw limpay.
Beng Tie Taysu telah memenuhkan pesanannya sehingga ia
menjadi salah satu orang terpandai dan partai Siauw lim.
cuma sayang sekali, setelah keluar dari perguruan,
perjalanan hidupnya telah menyeleweng sebaliknya dari
membikin harum nama partainya. Belakangan ia sadar akan
perbuatannya yang tidak benar, akan tetapi ia merasa malu
untuk minta ampun ke gereja Siauw-lim-sle, maka ditempat
itu saja ia mendirikan kelenteng dan setiap malam bersujud
kepada sang Budha untuk menebus dosanya, sebagai penutup
bicaranya ia menandaskan "Tentu kalian tahu kelenteng ini
telah berubah indah dan maju dari sebab jasanya Kong Goan
yang rajin- Maka niatku akan mengangkat dia menjadi
penggantiku setelah aku berlalu dari sini, Harap kalian
mupakat, jikalau ada yang keberatan boleh majukan usul
padaku untuk dipertimbangkan lagi."
Keadaan menjadi sunyi senyap. Tidak ada satu hweshio
yang mengeluarkan sepatah katapun, mereka semua berlutut
ketika Tay Hong Hosiang meninggalkan ruangan itu dan
menuju kekamar Ho Tiong Jong berada. Ie Ya menyambut
padanya dengan berseri-seri.
Rupanya Li lo-sat ie Ya juga dapat mencuri dengar akan
putusannya Tay Hong Ho-siang yang hendak meninggalkan
kuil itu, ia memang ada seorang wanita yang matang dalam
pengalaman soal sedikit saja ia ingin dapat tahu, maka waktu
Tay Hong Hosiang ke luar dengan dua muridnya ia juga ingin
tahu apa maksudnya.
Ketika pertemuan diakhiri, maka ia cepat-cepat sudah
berlalu lebih dahulu dan menyelinap masuk lagi kedalam
kamar Ho Tiong Jong. "Taysu, habis bagaimana dengan Tiong
Jong?" tanya si nona.
Tay Hong Hosiang tertawa, "Nona ie, kau kelihatannya
sangat gelisah kalau bicara tentang Tiong Jong, kenapa?"

Li losat Ie Ya melengak ditanya demikian ia tidak pernah
menduga bahwa akan mendapat pertanyaan seperti itu.
Sebentar saja selebar wajahnya menjadi kemerahmerahan-
ia merasa jengah, akan tetapi ia bukan wanita
pemaluan yang tidak dapat menjawab pertanyaan demikian,
sebab ia lantas tenangkan kembali hatinya yang bergoncang
dan menjawab.
"Taysu, kau jangan keliru menebak. Tiong Jong ada
penolong jiwaku, maka aku merasa hutang budi kepadanya.
Kalau dia sampai kenapa-napa, bagaimana aku bisa tinggal
berpeluk tangan saja?"
"Nona Ie, kau pintar menjawab..."
"Habis harus bagaimana aku menjawabnya?"
Tay Hong Hosiang mengawasi si nona sebaliknya Ie Ya
juga pentang matanya balas mengawasi, hingga dua pasang
mata kebentrok dan dua-duanya pada bersenyum. Itulah...
artinya... T S. T..
"Nona Ie." berkata lagi Tay Hong Hosiang dengan roman
sungguh-sungguh, "aku berniat bukan saja menolong
menyembuhkan Tiong Jong dari lukanya, tapi juga aku akan
membuat tenaga dalamnya lebih sempurna lagi."
"Aku mengucapkan terima kasih atas namanya Tiong
Jong." kata si nona.
"Untuk mana aku memerlukan tempo tiga hari tiga malam
berduaan dalam kamar dengan Tiong Jong. Dalam keadaan
seperti itu tak boleh terganggu, karena kalau terganggu akan
sia-sialah maksudku dan Tiong Jong jnga keadaannya bisa jadi
tidak beres, Disini ada Kong Goan yang sedang mengikuti aku
sudah lama dan ada lima saudaranya lagi, akan tetapi kalau
mereka ketemu dengan pendekar ulung rasanya tak dapat
mengatasinya." Tay Hong Hosiang berkata sampai disini telah
menghela napas.

"Taysu, bolehkah aku membantu ?" tanya Ie Ya .
"Terang kau harus membantu, cuma saja kau sendiri belum
sembuh lukanya, seperti juga dengan Kong Goan, Bagaimana
nanti kalau ada gangguan dari luar sementara aku sedang
berada dalam kamar dengan Tiong Jong?"
Ie Ya terdiam. ia mengerti, memang kekuatiran si hweshio
tua beralasan-
"Aku akan membuka pembuluh darah Tiong Jong
melancarkan peredaran darah diseluruh tubuhnya dan
memasukan aku punya tenaga dalam, selanjutnya Tiong Jong
akan menjadi kebal dan tidak takut jalan darahnya kena
totokan lawan, ini aku memeriukan tiga hari tiga malam
bersama-sama dengan dia dalam kamar..."
"Taysu," menyelak si nona, "kau bermaksud hendak
memindahkan tenaga dalammu kedalam tubuhnya Tiong Jong
?"
Tay Hong Taysu bersenyum dan anggukkan kepalanya.
"Taysu.,." kata pula ie Ya dengan mata di buka lebar,
"itulah ada pengorbanan tenaga dalam, Setelah kau habiskan
tenaga dalammu untuk kebaikannya Tiong Jong, kau sendiri
akan menjadi sangat lelah dan tidak bertenaga. Ah, Taysu,
kupikir sebaiknya kau jangan lakukan pengorbanan
sedemikian itu."
"Kenapa tidak, nona Ie?"jawab Tay Hong Hosiang dengan
suara mantap. Li-losat ie Ya bungkam.
"Nona Ie," kata pula Tay Hong Hosiang, "Tiong Jong ada
utusan dari susiokcow, aku berdosa telah melukai utusan yang
mulia maka aku sudah mengambil keputusan untuk
memberikan tenaga dalamku yang telah aku latih banyak
tahun, supaya Tiong Jong merupakan bintang yang cemeriang
dalam dunia persilatan."

"Kalau begitu, biariah aku dengan Kong Goan suhu
menjaga bersama-sama pada kamar kedua, kamar kesatu
boleh dijaga oleh lima suhu lainnya."
"Bagus itulah yang saya harapkan-" kata Tay Hong
Hosiang.
Kemudian ia panggil berkumpul Kong Goan dan lima
sutenya, untuk mendengar pesannya, Mereka telah ditetapkan
melakukan penjagaan seperti yang dikatakan nona Ie tadi,
diberikan kebebasan untuk membunuh sesuatu orang yang
hendak mengacau kedalam kamar dimana ia dengan Tiong
Jong berada.
Setelah beres mengatur orang-orangnya Tay Hong Hosiang
menutup diri dalam kamar operasi bersama-sama Ho Tiong
Jong kamar mana memang ada tempat bersemedi orang kuil
dari Siauw-lim pay itu.
Kamar ini berdinding batu yang kuat, pintunya meski dari
kayu, tapi lebar dan kuat sekali, hingga apa yang terjadi diluar
tak dapat kedengaran kedalam.
Untuk sampai kekamar ini, orang harus melewati dahulu
dua kamar lainnya, yang dijaga oleh lima hweshio muda,
kamar kedua oleh Ie Ya dan Kong Goan- Dua orang yang
tersebut belakangan telah mengambil keputusan akan
membela mati-matian tempat jagaannya itu.
Telah dimupakati oleh keduanya, Ie Ya akan melawan
musuh dari jarak jauh dengan menggunakan senjata ikat
pinggangnya, sedang Kong Goan dapat menempur musuh
dengan jarak dekat, sebab ilmunya menggunakan telapakan
tangan ada hebat sekali.
Kalau pada beberapa saat berselang mereka menjadi
musuh, kini telah menjadi sahabat yang akrab sekali, bersatu
hati untuk melindungi Tay Hong Hosiang dan Ho Tiong Jong
dalam kamar ketiga.

Diluar tiga kamar itu masih ada penjagaan terdiri dari
beberapa hweshio yang ilmu silatnya lumayan juga ialah
mereka ditugas-kan untuk menyambut tetamu. Kalau ketemu
orang jahat jika tidak sangat perlu, dilarang turun tangan
karena ilmu kepandaiannya belum sempurna.
Pada saat Tay Ho Hosiang menutup diri, jam mengunjukan
sudahjam enam pagi tadi, tiga hari kemudian pada jam
demikian Tay Hong Hosiang sudah selesai menyempurnakan
tenaga dalamnya Ho Tiong Jong.
Demikianlah, penjagaan yang diatur dengan sangat
kuatnya itu, melewatkan dengan saat-saat dengan sangat
tegang, Dua hari telah di lewatkan sampai jam dua belas
tengah malam telah berjalan dengan tidak ada apa-apa.
Mereka merasa lega hatinya.
Hanya tinggal melewatkan malam besok, pada jam enam
pagi, tugas mereda sudah beres dan Ho Tiong Jong sudah
sempurna di gembleng tenaga dalam oleh Tay Hong Ho siang.
Apa mau, pada besok malamnya kira2 jam sepuluh
kelenteng itu mendapat kunjungan tetamu yang tidak diingini
yang hendak mencari Ho Tiong Jong.
Tamu itu sangat galak. Ketika dirintangi jalan masuknya,
beberapa hweshio yang menghadang didepannya dengan
mudah saja dirubuhkan oleh karenanya dalam kelenteng
sebentar saja sudah menjadi gempar.
Ie Ya curiga hatinya, bahwa tamu yang datang itu tentu ia
ada dikirim oleh Perserikatan Benteng Perkampungan, untuk
mencari Ho Tiong Jong.
Teriakan-teriakan dari beberapa hweshio memperingati
kawannya supaya berjaga-jaga, Kiranya tamu yang masuk itu
telah menggunakan senjata gelap untuk mencelakakan orang.
Yang menjadi sasaran senjata gelap-nya itu ada orang punya
paha, hingga sang korban harus bergulingan menahan
kesakitanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tamu itu sudah maju sampai kepenjagaan kesatu, dimana
dua diantara lima hweshio yang menjaga disitu sudah kena
dilukai sang tamu yang tidak diundang.
Mereka menghadang dengan gagahnya, tiba-tiba tamu
tidak diundang itu telah perdengarkan ketawanya yang dingin.
"Kalian jangan coba menghadang, karena kalian bukan
tandinganku, aku tidak mau membikin celaka orang yang tidak
tersangkut, aku datang hanya untuk mencari Ho Tiong Jong.
Lekas kasih tahu dimana orang she Ho itu?" Salah satu tiga
hweshio itu bernama Seng ceng telah menjawab.
"kedatanganmu sungguh tidak beraturan, telah membuat
orang bergelimpangan karena senjata rahasiamu,.Hmm....
mencari orang kenapa begitu caranya?"
"Aku tidak perduli, siapa saja yang menghalangi akan
maksudku. mesti tahu sendiri akibatnya, jangan banyak rewel,
lekas kasih keluar Ho Tiong Jong"
Seng ceng dengan dua saudaranya tidak banyak rewel lagi,
ketiganya lantas menyerang berbareng, Mereka menggunakan
golok, pedang dan pentungan, Tapi ternyata tamu itu betulbetul
lihay, Sebab setiap kali menggunakan telapakan
tangannya, senjata kawanan hweshio itu satu demi satu dapat
dipukul jatuh, ia tidak bersenjata, hanya menggunakan angin
pukulan saja yang dahsyat, cukup membuat senjata lawan
terpental dari cekatannya,
KETiKA melihat tiga hweshio pada jatuh senjatanya, tamu
itu tertawa bergelak- gelak. "Hm... kalian kenali aku ini Khoe
cong dari Perserikatan Benteng Perkampungan, Lekas
keluarkan Ho Tiong Jong, barulah aku dapat mengampuni
kalian..."
Suara tertawa dan bicaranya Khoe cong, sampai didengar
oleh Ie Ya dan Kong Goan Hweslo, duanya sangat kaget. Ie Ya
Paling sungkan ketemu Khoe cong justeru yang datang ia
sendiri. Khong Goan pikir lima saudaranya yang menjaga

kamar pertama bukan rendah-rendah kepandaiannya, akan
tetapi mereka kena dijatuhkan demikian mudahnya, tentu
kepandaiannya sang tetamu ini ada tinggi dan ia sendiri
mungkin tak dapat mengatasinya.
Mereka jadi kebingungan, sebab Ho Tiong Jong masih
memeriukan waktu delapan jam lagi baru dapat keluar dari
kamarnya, Kini gangguan ada dari Perserikatan Benteng
Perkampungan yang terkenal banyak orang kuatnya.
Tentu Seng Eng bukan hanya mengirim Khoe cong
seorang, tapi disusul oleh beberapa orang kuat lainnya yang
sukar diusir pergi dari rumah berhala itu. Mereka agaknya
putus asa mengingat akan keadaan itu Ho Tiong Jong yang
masih dalam gemblengan Tay Hong Hosiang, sedang
sihweshio tua sendiri tentunya sudah buang tenaganya dan
tak dapat membantu mereka bertempur dengan gerombolan
orang jahat itu.
Khoe cong yang melihat tiga hweshio di hadapannya tidak
mau memberi jalan dan kelihatannya hendak berlaku nekad
membela penjagaannya, ia telah membentak keras dengan
maksud supaya bentakannya itu kedengaran oleh Ho Tiong
Jong.
"Kalian lekas minggir, aku akan bikin hancur itu kamar pasti
didalamnya ada bersembunyi si maling cilik."
"Kau tak perlu nebak-nebak dalam kamar itu siapa
didalamnya, kau lewati dahulu kami, barulah ada bicara lagi."
kata Seng Hay tenang bicaranya meskipun barusan dengan
angin pukulannya Khoe cong, senjatanya sudah dibikin
terpental, ia tampak berani sekali. Khoe cong menjadi tidak
sabaran.
"Baik." katanya." lihat aku menerjang kau."
Berbareng ia menerjang dengan ganas. Si muka jelek Khoe
cong telah menggunakan pukulan dengan ilmu Telapakan
tangan dewa, untuk membukakan tiga hweshio itu. Hebat ia

mainkan ilmunya yang sangat di andalkan itu sebab buktinya
tiga hweshio itu kewalahan melayaninya.
Satu kali Seng- Hay lengah, Khoe cong sudah menerobos
dari arah sini dan menerjang ke kamar jagaannya Ie Ya dan
Kong Goan hweshio.
"celaka," kata Ie Ya dalam hati. "ini biang keladi sudah
menerobos masuk." Ie Ya cepat-cepat menyelinap kebelakang
kerai.
Khoe cong tampak bengis wajahnya, betul-betul menakuti,
ia mengawasi pada Kong Goan hweshio yang berdiri tidak
bergerak didepan pintu kamar yang ada Ho Tiong Jong dan
gurunya.
Kedua tangan dipalangkan didepan dadanya, seakan-akan
yang sudah bUip untuk menjaga serangan musuh.
Koe cong tertawa bergelak-gelak. Tapi ia tak berani
sembarangan menerjang kepada Kong Goan, karena ia
menduga Kong Goan ini ilmu silatnya tinggi.
Meskipun demikian ia sudah terlanjur masuk kesitu,
bagaimana juga ia harus menerjang masuk ke kamar ketiga
itu, yang didalamnya pasti ada Ho Tiong Jong.
Demikian sewaktu ia mau bergerak. mendadak ia diserang
dengan golok oleh hweshio Seng Hay dan Seng Kok. Hatinya
sangat mendongkol, kembali ia menggunakan ilmunya
"Telapak tangan dewa" untuk membubarkan mereka.
Betul-betul hebat ilmunya itu, sebab hanya beberapa
gebrakan saja, senjata dari kedua hweshio itu sudah pada
terbang dan nancap dipenglari rumah.
Seng Kok dan Seng Hay mundur dan menyender pada
dinding dengan mata dibuka lebar lantaran merasa kagum
akan ketangkasan sang lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tiga hweshio lawannya, dengan menggunakan tangan
kosong coba datang mengeroyok pa ia Khoe cong, ternyata
mereka jugabukan tandingannya sipocu muda Khoe cong.
Hanya dalam beberapa jurus saja mereka juga sudah dapat
ditolak mundur.
Kong Goan hweshio yeug menyaksikan kekalahan dari
saudaranya diam-diam merasa sangat sedih menjadi serba
salah, Kalau ia meninggaikan jagaannya dan menandingi ilmu
lihay itu, dikuatir pintu yang dijaga-jaganya sangat kuat itu
akan bobol oleh serbuan kawannya si tamu lihay.
Kalau ia tidak turun tangan, bagaimana nasibnya lima
saudaranya ini, entahlah. Mereka kelihatannya bukan
tandingan si tamu lihay, sebab dengan hanya bertangan
kosong saja, pukulannya sudah dapat menerbangkan dua
senjata golok lawan sehingga nancap pada tiang penglari.
Ia jadi mengucurkan air mata. Tiba-tiba hatinya dibikin
pedih lagi mendengar jeritannya Seng Sin, salah satu
saudaranya oleh Khoe cong, ia kena ditendang dan terpental
jauh, hingga tulang pahanya patah.
"Ha ha ha..." terdengar Khoe cong ketawa girang, "Kalian
mau coba menahan padaku, nah rasakan akibatnya. Ha..ha.."
Tertawanya paling belakang belum lampias, sudah berhenti
sendirinya, karena ia harus menghindarkan serangan pedang
yang dilancarkan dengan tiba-tiba. siapakah orang yang
menyerang dengan pedang itu?
Kiranya ia bukan hwesio dari gereja disitu, hanya ada
seorang berbadan kecil langsing, wajahnya tertutup dengan
kedok kain kuning. Matanya bersorot tajam, gerakannya gesit
dan serangannya laksana kilat, hingga Khoe cong menjadi
gugup ketika ia menghindarkan serangan orang asing itu. Ia
tidak mengenali siapa ini lawan berkedok kain kuning ?
Saat itu ia sangat gusar, lalu melayani lawannya dengan
menggunakan gerak tipu yang dinamai "Burung rajawali

manggut tiga kali" serangannya ang dilakukan susul menyusul
tiga kali bukan main hebatnya, akan tetapi semua itu dapat
dipunahkan oleh slorang berkedok kain kuning.
Khoe cong amat heran, karena serangan berantai itu
sebenarnya belum pernah luput, tapi kini ternyata dengan
mudah dapat dipunahkan oleh lawan-
"Siapa kau?" bentaknya dengan keras, Tapi sikedok kuning
tak menjawab, hanya mainkan terus ilmu goloknya yang
banyak perubahannya mencecar pada lawannya.
"Kau kenali aku dulu siapa ? Kau berani melawan tuan
mudamu, jangan menyesal kalau tuan mudamu marah dan
tidak memberikan keampunan padamu..."
Bicaranya mendadak berhenti, karena ia sangat kaget
ketika satu tusukan pedang kearah tenggorokannya hampir
saja tak dapat ia hindarkan- Berkat kegesitannya saja, dengan
jalan menjatuhkan diri ke belakang, baru ia dapat menghindari
tusukan pedang sikedok kuning.
Bukan main gusarnya Khoe cong menghadapi lawan lihay
ini. Ilmu "Telapak tangan dewa" yang sangat diandaikan tak
menolong.
orang berkedok kain kuning itu makin lama seranganserangannya
makin santar saja, hingga Khoe ceng menjadi
sangat gugup menangkisnya, serangan yang diarahkan ke
tempat yang berbahaya pada tubuhnya membuat Khoe cong
menjadi keringat dingin.
Seng Kok dan kawannya menyaksikan pertolongan yang
tak diduga-duga itu diam-diam merasa banyak bersyukur
kepada sang Budha yang dipujanya, karena pikirnya tuan
penolong itu sudah didatangkan oleh sang Budha. Mereka
dibikin kagum oleh ilmu silatnya orang berkedok kain kuning
itu karena tamunya yang lihay luar biasa, sudah dibikin keteter
olehnya.

Menggunakan kesempatan sitamu lihay sedang bertarung
dengan tuan penolongnya, Seng Kok ajak kawannya
menolongi pada Seng Sin yang barusan kena ditendang
terbang dan tulang pahanya menjadi patah.
Mereka gotong sang korban kepinggiran dekat dinding.
Kemudian mereka itu padapasang mata lagi, menjaga
kemungkinan munculnya kawan dari si tamu itu. Ternyata ini
tak di tunggu lama oleh mereka, sebab lantas ada berkelebat
masuk ke dalam ruangan itu seorang tinggi besar dengan
membawa sepasang gegaman berupa tongkat yang sangat
berat sekali.
Seng Kok dan kawan kawannya meskipun sudah pada
bersenjata lagi, ternyata tak dapat menahan terjangannya ini
tamu baru. Kelihatannya ada lebih lihay dari yang sudah,
karena saban kali senjatanya menangkis senjata lawan segera
juga sudah dapat membikin terpental orang punya senjata.
Bukan main kagetnya mereka dan merasa sangat cemas
tak dapat mentaati pesan gurunya yang saat itu sedang
berada dalam kamar berduaan bersama Ho Tiong Jong dan
tak dapat diganggu.
"Ho Tiong Jong, pengecut " teriak orang itu dengan kasar
sekali. "Lekas keluar, jangan sembunyikan diri "
Hui Seng Kang jalan menghampiri, tapi dicegah oleh seng
Kok dan Seng Hai.
"Sahabat, tahu aturan sedikit" bentak Seng Hay. "Kuil ini
bukannya kuilmu. boleh punya suka mengumbar adatmu.
Masih ada kita berdua disini, jangan kau sembarangan main
gila, Nah..."
XXX. KUIL KONG BENG SIE DIBAKAR

Baru saja menyebut "nah" atawa tongkatnya si orang kasar
berkelebat dimukanya hingga bukan main terkejutnya Seng
Hay, Dengan goloknya ia coba menangkis. tapi senjata lawan
kelewat berat, hingga ia rasakan tangannya kesemutan dan
hampir saja goloknya jatuh di lantai.
Seng Kok tampil ke muka, tapi cuma tiga gebrakan saja
sudah terpukul sampai sempoyongan, Benar-benar jagoan Hui
Seng Kang ini.
Melihat demikian mudahnya ia memukul mundur
musuhnya, maka hatinya makin besar, ia terus menghampiri
kamar yang dikatakan oleh Khoe cong tadi, tapi sebelum ia
bergerak, satu tusukan pedang dari samping hampir saja
membuat ia lompat mundur. Ternyata yang menyerang tadi
adalah si orang berkedok kain kuning.
Ia sebenarnya sedang menemani Khoe cong, akan tetapi
melihat Hui seng Kang mau menerobos ke dalam kamar yang
dijaga oleh Kong Goan, dengan tiba-tiba saja ia menyerang,
sehingga si orang kasar menjadi kelabakan.
"Kau mau cari mampus" bentak Hui Seng Kang, sambil
mengawasi dengan romai gusar sekali, ia terus menerjang
dengan sepasang tongkatnya yang berat.
Ternyata menghadapi si orang berkedok kain kuning Hui
Seng Kang tidak melempem, serangannya yang bertubi-tubi
dan berat, dengan cekatan di tangkis atau dikelit oleh sikedok
kuning, betul-betul hebat ilmu silatnya dia. Siapakah dia?
Demikian kata Ie Ya dalam hatinya.
Ie Ya sudah sejak tadi mengikutijalannya pertandingan, ia
sebenarnya kepingin turun tangan, akan tetapi mengingat
lukanya masih belum sembuh benar, maka ia tidak berani
sembarangan mengeluarkan tenaga-nya, kalau tidak sangat
terpaksa, misalnya musuh menyerbu masuk kedalam
kamarnya Ho Tiong Jong. Begitu juga dengan keadaannya
Kong Goan hweshio.

Khoe cong juga sangat penasaran kepada si orang
berkedok kain kuning itu, maka melihat Hui Seng Kang
bertempur ia juga tidak tinggal diam dan lantas nyerbu
mengeroyok pada si kecil langsing.
Ternyata kepandaian si kedok kuning tidak sampai disitu
saja sebab melihat dirinya dikerubuti oleh dua jagoan dengan
lantas ia meroboh ilmu silat pedangnya sekarang tampak
pedangnya berkelebatan lebih menakuti lagi, tubuhnya seolaholah
dikurung oleh pedangnya yang dimainkan demikian
cepatnya.
Hui Seng Kang dan Khoe cong sampai tidak punya
kesempatan untuk menyerang lawannya yang gesit dan
pandai itu.
Mereka merasa heran, sampai sebegitu jauh, mereka belum
menemukan tandingan yang demikian hebat, tapi jatuhnya
sampai juga mereka tak dapat mendesak mundur lawannya.
Malah mereka merasa seram sendirinya karena pedang
yang dimainkan si kedok kuning bukan hanya mengeluarkan
suara mengaung, tapi juga mengandung hawa dingin yang
dirasakan nyusup ketulang-tulang.
Kong Goan hweshio nampak si kedok kuning penolongnya,
dikerubuti demikian rupa, sudah tidak sabaran lagi, maka ia
juga lantas keluarpun bentakan dan menyerbu kedalam
kalangan pertandingan dengan golok Seng Kok yang ia
sambar dari tangan sutenya itu.
Ia menempur Hui Seng Kang dengan hebat sekali, ia
menggunakan ilmu golok delapan belas jurus keluaran Siauwlimpay
yang lihay.
"Kurang ajar" teriak Hui Seng Kang, "Kiranya ilmu golok
Tiong Jong itu ada dari siauw lim-pay dan kalian kepala
gundul disini yang mengajarnya? Bagus aku akan membasmi
kuil ini sehingga tidak ada satu manusia yang terluput dari
kematian Ha ha ha..." Hai Seng Kang tertawa kejam, sepasang

tongkatnya yang bernama jantung hati dimainkan cepat sekali
menangkis dan menyerang lawannya yang menggunakan
golok.
Si kedok kuning ini hanya melayani Khoe cong seorang
yang bersenjata golok rupanya dianggap enteng sekali, karena
ilmu pedangnya yang lihay dalam sekejapan saja sudah dapat
mendesak Khoe cong keluar dari dalam kamar.
Khoe cong merasa sangat malu kena didesak keluar oleh
lawannya, ia sejak umur tiga belas tahun sudah terhitung
menjadi salah satu jago dari Perserikatan Benteng
Perkampungan, Dalam sepuluh tahun ia melatih ilmu silat
dengan tekunnya dan merasa dirinya sudah berkepandaian
sangat tinggi, tidak sembarang orang berani menempur
padanya.
Tidak dinyana, kini ia menghadapi lawan yang begitu kecil
pengawakannya kena didesak keluar dari kamar.
Hatinya menjadi sangat panas. Pikirnya, masa iya aku kalah
dengannya?
Tabeatnya yang nekad-nekadan seketika itu telah timbul
dan lantas mengeluarkan ilmu simpanannya untuk melayani
siorang berkedok kain kuning.
"orang asing." terdengar ia berkata pula, "lekas kau
beritahukan namamu, supaya tuan mudamu tidak
mengotorkan tangannya dengan membunuh segala orang tak
ternama. Kalau kau masih membandel, jangan sesalkan aku,
Khoe ..."
Khoe cong tidak diberi kesempatan untuk melampiaskan
omong besarnya, karena sikedok kuning telah menceCer ia
dengan ilmu pedang yang lihay dan membuat ia kelab akan
untuk mengandalkan diri dari serangan-serangan itu.
Kong Goan hweshio tidak tahan melayani senjata Hui Seng
Kang yang berat, lagi pula badannya masih belum sembuh

benar, ia rasakan tangannya kesemutan kalau senjatanya
bentrok dengan senjatanya Hui Seng Kang. Dilain pihak Ie Ya
menjadi sangat gelisah. Diam diam ia berdoa, supaya Khoe
cong dengan kawannya dapat diusir pergi.
Ia mengerti, kalau siorang she Khoe itu mengetahui ia
berpihak pada Ho Tiong Jong, ia akan dianggap sebagai
penghianat dan bisa mendapat hukuman dari kepala
komplotannya, ayahnya Khoe cong sendiri, yalah hukuman
beset kulit dan dibelah hati. Suatu hukuman yang mengerikan
sekali.
Ia terus mengumpat dibelakang kerai, menyaksikan Hui
Seng Kang mengamuk^
Tiba-tiba terdengar ia menjerit, karena kerai yang
mengalingi dirinya sudah jatuh terpukul oleh Hui Seng Kang.
Kini dirinya sudah dilihat oleh si orang she Hui tak dapat ia
menyembunyikan diri lagi.
"ooo, Li-lo-sat Ie Ya juga ada disini?" menyindir Hui Seng
Kang dengan nada dingin, Kemudian ia tidak menghiraukan
lagi si nona, hanya terus berjalan menghampiri pintu kamar
dimana Ho Tiong Jong berada dengan Tay Hong Hosiang. Ie
Ya dan Kong Goan menjadi ketakutan-
Untuk turun tangan mencegah, mereka tidak berdaya,
Maka dengan mata terbelalak mereka menyaksikan Hui Seng
Kang menggempur pintu dengan dahsyat sekali. Suara
bergedubrakan dari pintu yang rubuh digempur terdengar
nyaring.
Hui Seng Kang tiba tiba dibikin kaget, didepannya sekarang
sudah berdiri Ho Tiong Jong, orang yang ia mauin itu.
Anak muda itu berdiri tegak dengan gagahnya, hingga ia
tanpa disadari telah berseru: "Tiong Jong, apa kau kaget ?"
Suaranya halus, menandakan cinta kasihnya yang mesra
serta penuh kasih sayang. Halmana tidak terluput

dariperhatinnya Hui Seng Kang, siapa segera berkata dengan
suara dingin. "^ Ya, lebih baik sekarang kau lari untuk
menyelamatkan dirimu, kalau kelak di kemudian hari
Perserikatan Benteng Perkampungan tidak dapat mencekuk
batang lehermu, benar-benar kau ada satu iblis wanita
jempolan- Ha ha ha ha..."
Li lo-sat Ie Ya bergemetar tubuhnya, ia ngeri kalau
mengingat akan hukuman apa yang ia akan terima karena
telah menghianati perserikatan- Tapi ibarat nasi sudah
menjadi bubur, rahasianya berpihak pada Ho Tiong Jong
sudah diketahui, maka timbullah kenekadannya dan ia
menyahut dengan nada dingin.
"Aku Ie Ya tidak akan mengedipkan mata menghadapi
perbuatannya. Tak usah kau mengancam, orang she Hui"
"Ha ha ha ..." Hui Seng Kang tertawa besar "Bagus-bagus,
kau ada satu wanita kosen dengan gagah berbicara begitu,
Tapi .."
"Seng Kang" menyelak Ho Tiong Jong dengan suara
membentak. "Kau hanya mencari Ho Tiong Jong tidak
berurusan dengan yang lainnya bukan? Nah sekarang kau
sudah menghadapi orang yang dicari, kau boleh berbuat
sesukamu. Tapi aku mau memperingan kau, kalau mau malam
ini tak mampu membunuh aku, maka kau yang akan menjadi
setan tak berkepala."
Ho Tiong Jong berkata sambil menghunus goloknya Lamtian-
to. "Haa ha... bisa omong gede juga, ya?" menyindir Hui
Seng Kang,
Sementara berkata demikian, Hui Seng Kang diam-diam ia
berpikir, kini ia menghadapi Tiong Jong didepan dan ie Ya
dibelakang benar dirinya kejepit, kalau mereka turun tangan
berbareng, ia bakal mendapat kerugian- Maka seketika itu
timbul akal liciknya dan berkata lagi.

"Tiong Jong, disini tempat sempit, Kalau kau satu laki-laki
hendak menempur aku, marilah keluar, bagaimana?"
"Seng Kang, siapa takuti kau? Hmm, jangan buang tempo
terimalah golokmu?"
Ho Tiong Jong keluarkan goloknya menyerang, dengan
sepasang tongkatnya Hui Seng Kan menangkis tapi tidak
urung tubuhnya sempoyongan dan tangannya dirasakan
kesemutan-Hatinya menjadijerih seketika.
"Ha, ha.... Seng Kang, kau masih bukan tandinganku Lekas
kumpulkan kawan-kawanmu untuk mengeroyok aku siorang
she Ho"
Hui Seng Kang bukan main marahnya mendengar hinaan
itu.
Ia pusatkan seluruh tenaganya pada sepasang senjata
pentungannya, Satu pentungan menangkis goloknya Ho Tiong
Jong yang lain nya dengan gerak tipu yang sangat lihay itu.
Suara beradunya senjata nyaring sekali.
"Tiong Jong," tiba-tiba Ie Ya berkata. "orang she Hui ini
sangat jahat, lebih baik jangan kasih dia lolos ..."
Ho Tiong Jong menjawab, hanya ia bersenyum
menganggukan kepalanya. Dilain pihak Hui Seng Kang bukan
main marahnya.
"Budak hina, apa kau kira begitu mudah untuk membuhkan
aku? Hm... kau lihat sebentar aku bikin remuk kepalanya
Tiong Jong ..."
Tapi belum pertanyaan lampias, tangannya tergetar
menangkis goloknya Ho Tiong Jong. ia sangat heran
senjatanya Ho Tiong Jong tidak begitu berat kelihatannya,
akan tetapi di tangkisnya ada demikian beratnya.

Ini sebenarnya tidak heran, karena Ho-Tiong Jong
menggunakan goloknya dibarengi dengan tenaga dalamnya
yang hebat.
Hui Seng Kang terus-terusan bergetar, malah satu
tongkatnya telah terpapas kutung.
Ia semakin jerih menghadapi lawan berat, Karena ini,
pembelaannya makin kalut dan satu saat kembali
pentungannya kena dipapas kutung.
Ia masih memberikan perlawanan dengan nekad, tapi
hanya sebentaran saja sebab sebentar kemudian dadanya
sudah berada dalam ancaman ujung goloknya si pemuda, Hui
Seng Kang tidak berdaya, ia hanya memejamkan matanya
untuk memenuhkan keinginannya ie Ya, akan tetapi dipikir
sebaliknya jikalau ia membunuh Hui Seng Kang satu orang,
akibatnya seluruh hweshio penghuni kuil itu akan di basmi
habis-habisan oleh Perserikatan Benteng perkampungan-
Mengingat ini, ia urungkan ujung goloknya menusuk pada
dadanya si orang she Hui, ia hanya mengancam saja dengan
ujung goloknya kearah dada orang.
Hui Seng Kang sudah ketakutan setengah mati, pikirnya
kali ini melayanglah jiwa nya, Ketika ditunggu-tunggu Ho
Tiong Jong masih juga belum turun tangan- Hui Seng Kang
berkata. "Tiong Jong, lekas kau turun tangan Apa kau kira aku
orang she Hui takut dengan kematian- ."
"cres...." terdengar goloknya Ho Tiong Jong menembusi
dadanya, hingga Hui-Seng Kang matanya terbelalak dan
dengan badan sempoyongan ia rubuh di lantai mandi darah.
Hei, kenapa Ho Tiong Jong membunuh? Bukankah ia tadi
sudah menarik niatnya untuk mengambil jiwanya orang she
Hui itu?
Inilah ada sebabnya pembaca, pada saat Hui Seng Kang
menantang ditusuk golok, tiba-tiba Ho Tiong Jong merasakan

ada angin pukulan yang luar biasa hebatnya menyerang dari
belakangnya,
Ia tidak keburu berbalik maka ia segera mengerahkan
tenaga dalamnya untuk disalurkan sebagai yang diarah musuh
untuk menangkisnya serangan membokong itu.
Meskipun ia dapat memunahkan pukulan dahsyat itu, tapi
tidak urung badannya terdorong kedepan, hingga golok yang
mengarah Hui Seng Kang kontan telah menembusi dadanya si
orang tua she Hui yang apes.
Ketika Ho Tiong Jong berbalik, ia kenali orang yang
menyerang padanya adalah Hui siauw ceng, ayahnya Hui Seng
Kang.
"Bagus perbuatanmu." kata Ho Tiong Jong menyindir.
"lantaran gara-gara pukulanmu membokong orang, akibatnya
adalah kematian dari anakmu sendiri..."
Hui Siauw ceng tanpa menghiraukan kata-katanya Ho Tiong
Jong telah lari menubruk anaknya yang menggeletak mandi
darah dan sudah tidak bernapas. Hatinya bukan main
sedihnya, karena kematian itu disebabkan olehnya sendiri.
Setelah mengucurkan air matanya sejenak. lalu timbul
amarahnya pada Ho Tiong Jong dan berkata pada si pemuda.
"Tiong long, bagaimana juga kematian anakku karena garagara
ancaman golokmu. Maka untuk membalas dendam hati
anakku yang sudah mati, mari kita bertempur diluar. Mari..."
menantang siorang tua.
"Ha ha..." Ho Tiong Jong ketawa dingin. "Kau menantang
bertempur dengan aku di luar, apakah kau tidak takut aku
melarikan diri?"
"Kau jangan mengimpi" jawab Hui siauw cong dengan
suara dingin. "Sekalipun kau mempunyai sayap. tidak nanti
dapat keluar dari dalam kuil ini. Aku hendak membesetmu ha
ha.." ia tertawa seram. Ho Tiong Jong tidak menjawab

Ia mengerti akan kedukaan hatinya si orang tua dan ingin
membalas kematian anaknya, meskipun kematian itu
disebabkan oleh kesalahan kepada orang lain, seakan-akan ini
ada hiburan untuk kedukaannya.
Maka ketika Hui Siauw ceng bertindak keluar, ia juga
mengikuti dengan tidak diminta lagi. Periahan-lahan ie Ya
terdengar berkata. "Tiong Jong, aku tunggu kau di luar kuil,
ya"
Ho Tiong Jong hanya anggukan kepalanya, ia tidak
menjawab karena kuatir Hui siauw ceng mendapat tahu kalau
disitu ada Li lo-sat Ie Ya.
Ie Ya pada waktu melihat Hui Siauw ceng datang, telah
menyembunyikan dirinya lagi, ia hampir menjerit ketika
melihat orang tua itu membokong Ho Tiong Jong, tapi hatinya
bukan main lega dan girangnya tatkala menampak Ho Tiong
Jong tidak kurang suatu apa, malah Hui Seng Kang yang ia
benci telah binasa diujung golok pemuda pujaannya itu.
Ketika Ho Tiong Jong sudah sampai dipekarangan luar, ia
heran disitu ada Khoe cong sedang bertempur dengan
seorang yang berpengawakan kecil yang wajahnya ditutup
dengan kain kuning.
Ia merasa kagum melihat ilmu pedangnya si kedok kuning
yang hebat, hingga musuhnya terdesak mundur. Tapi
herannya, setelah ia muncul disitu, dengan tiba-tiba saja si
kedok kuning permainan silatnya agak kalut dan barbalik
keteter oleh serangan Khoe cong yang hebat.
Ho Tiong Jong berpikir, "Aku tidak kenal orang ini, tapi
kedatangannya pasti hendak membantu aku, maka nya dia
bertempur mati-matian dengan Khoe cong."
"Tapi kenapa barusan ilmu silat pedang nya demikian
bagus, sekarang berubah menjadi kalut? Betul-betul aneh.
Tapi tidak apa, aku harus menolong padanya ..."

Sebentar kemudian tubuhnya melesat dan menyelak
diantara dua orang yang sedang bertempur, hingga duaduanya
tertolak mundur.
"Tiong Jong..." seru Khoe cong heran
"Ya, aku Ho Tiong Jong," jawab sipemuda kemudian ia
berpaling kearah si kedok kuning dan berkata. "Saudara, kau
mundurlah. Biarlah aku yang menempur kawanan kurcaci ini.
Terima kasih atas bantuanmu, lain kali kita ketemu aku akan
membalas budimu."
Si kedok kuning mundur berdiri disamping menonton Ho
Tiong Jong menghadapi bekas lawannya tadi (Khoe cong), ia
tak bergerak apa atas perkataannya Ho Tiong Jong. Khoe
cong perdengar tertawa menghina,
"Segala anak haram berani membentur Siauw- ya (tuan
muda), benar-benar tidak tahu diri."
Kata-katanya belum lampias atau satu serangan golok yang
berat membuat si muka buruk itu gelagapan menangkisnya. ia
merasa linu tangannya ketika senjata goloknya membentur
golok lawan- Bukan main kagetnya ia tidak mengira sama
sekali bahwa Ho Tiong Jong kepandaiannya kini sukar diukur.
Dengan kepandaiannya Ho Tiong Jong seperti tempo hari,
pikirnya ia boleh menghina seenaknya pada pemuda itu, akan
tetapi sekarang setelah mendapat kenyataan kepandaian Ho
Tiong Jong lain daripada yang lain, maka tak berani
memandang rendah lagi dan terus melayani dengan ilmu-ilmu
yang lihay.
Hui Siauw ceng yang ditinggalkan musuhnya, tidak tinggal
peluk tangan, ia buru dan berteriak-teriak. "Anak bau, kenapa
kan meninggalkan aku? Kau jangan mengimpi untuk melarikan
diri dari hadapanku "
Sementara itu Ho Tiong Jong dan Khoe cong sudah
bertempur

Hui Siauw ceng, begitu sampai, ia juga lantas menyerbu, ia
gunakan senjata pitnya untuk menyerang Ho Tiong Jong.
orang muda itu tidakjerih dikerubuti berdua, sambil
memainkan ilmu golok keramat-nya, kini ia sudah mahir
delapan belas jurus berkat kebaikannya Ie Boen Hoei yang
sudah menurunkan enam jurus lagi kepadanya, Ho Tiong Jong
dengan tenang-tenang ia melayani musuh kuat itu.
si kedok kuning yang berdiri menonton, matanya
memancarkan sinar kagum.
"Kau lekas pergi, saudara." kata Tiong Jong tiba-tiba, ketika
melihat sikedok kuning tinggal berdiri menonton saja.
Si kedok kuning hanya anggukan kepala, tapi tak bergerak
dari tempat berdirinya, Hal mana membuat Ho Tiong Jong tak
enak hati nya, karena pikirnya ia bertempur tidak leluasa kalau
harus melindungi kedok kuning.
"Saudara, apa kau masih tak mau menurut permintaanku."
Tanya Ho Tiong Jong.
Seperti barusan, sikedok kuning hanya anggukan kepala,
tubuhnya tidak bergerak barang setindak juga.
"Bocah bau," kata Hui Siauw ceng, "jangan perhatikan
orang, perhatikan diri sendiri yang sebentar lagi akan
menemui Giam lo ong."
Ho Tiong Jong panas hatinya. Tangkisannya dibikin lebih
berat lagi, hingga saban-saban menggetarkan tangannya
lawan kalau kedua senjata beradu. Hui Siauw ceng
mengagumi tenaga dalamnya sianak muda yang hebat.
Pikirnya entah dari mana ini pemuda dapatkan
pelajarannya? Dalam sedikit waktu saja kepandaiannya sudah
melampaui orang-orang yang sudah berlatih puluhan tahun
lamanya, sungguh luar biasa.

Ia gunakan senjata pitnya lebih cepat dan menyerang
bertubi tubi pada Ho Tiong Jong akan tetapi semua itu dapat
dikelit dan di-tangkis dengan mudahnya.
Si kedok kuning kembali memancarkan sinar kagum dari
sepasang matanya yang jernih, ia tidak turun tangan, karena
ia sudah tahu bahwa dua lawannya Tiong Jong itu tidak nanti
dapat menjatuhkan kepandaiannya si pemuda yang setingkat
lebih atas dari mereka.
Sementara ia sedang terkagum- kagum oleh ilmu silatnya
Ho Tiong Jong, tiba-tiba si pemuda lompat menyambar
tubuhnya yang langsing ceking dan dilontarkan sejauh
beberapa tumbak. Lontarannya itu seperti dikendalikan saja,
karena jatuhnya si orang ber-kedok kain kuning berdiri jejak
dan tidak sempoyonganorang
berkedok kain kuning itu kelihatan merasa sangat
kagum akan berkepandaiannya Ho Tiong Jong, sebaliknya
sipemuda agak tertegun karena ketika ia sedang menyambar
pinggang si kedok kuning yang langsing liba tiba hidungnya
mengendus bau harum yang ia sudah dapatkan.
"Apakah..." tanyanya dalam hatinya sendiri.
Khoe cong yang melihat si kedok kuning dilemparkan,
pikirnya musuhnya itu akan melarikan diri, maka ia cepat
lompat menyusul. Tapi ia kecele, sebab dengan enteng sekali
si kedok kuning telah enjot tubuhnya melesat keatas dan
menghilang diatas genteng rumah, ia telah mengumpat di
tempat gelap dan terus menyaksikan jalannya pertempuran
Ho Tiong Jong dengan dua orang lawannya, yang seketika itu
telah dimulai lagi.
Ho Tiong Jong hatinya repot dengan pertanyaan "apakah
dia." tapi disampingnya, tidak lalai melayani dua musuhnya.
Ketika ia hendak merobah serangannya dan membuat dua
lawannya kucar-kacir, mendadak ia mendengar dari atas
genteng ada suara yang ketawa dinginTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Bocah bandel, apakah klau tidak mau lekas menyerah
untuk lohu ikat?"
Berbareng, orangnya melayang turun dan menyerbu dalam
kalangan pertempuran mengerubuti sipemuda. Ternyata ada
Lauw Pek cong, kepala dari Lauw ke Chung (Perkampungan
Lauw), salah seorang terkuat dari Perserikatan Benteng
Perkampungan-
Ho Tiong Jong tidak jerih, malah merasa bangga dirinya
dikerubuti oleh tiga orang kuat dari Perserikatan Benteng
Perkampungan- Semangatnya terbangun dengan mendadak,
gerakannya kelihatan lebih gesit dan menyerangnya lebih
berbahaya.
Pertandingan dikeroyok tiga berjalan sampai tiga puluh
jurus, mereka tidak dapat menjatuhkan si pemuda. Tampak
jalannya pertandingan tak seimbang sekali.
Tiga orang itu lihay kepandaiannya, terutama Hui Siauw
ceng jago menotok jalan darah dengan senjata pitnya yang
khusus untuk menyerang demikian-
Dalam jurus jurus yang dilebatkan, tubuh-nya Ho Tiong
Jong bukannya tidak kena disentuh oleh serangan mereka.
Sudah beberapa kali senjata pitnya Hui Siauw ceng menotok
jalan darahnya, yang penting-penting, akan tetapi heran si
pemuda tidak apa-apa, Ho Tiong Jong seolah-olah badannya
kebal dengan totokan, juga goloknya Lauw Pek ceng sudah
berkali-kali menggores lengannya dan mengeluarkan darah,
tapi Ho Tiong Jong tinggal anteng-anteng saja memberikan
perlawanannya. semua itu seperti juga sudah dihiraukannya .
Tidak heran kalau musuh-musuhnya menjadi kebingungan
Ho Tiong Jong kebal sekali terhadap totokan dan senjata
tajam, harus dengan cara bagaimana mereka dapat
merubuhkannya pemuda kosen ini?
Tiba-tiba terdengar Khoe cong berkata, "Anak bau ini
rupanya ada pakai baju pelindung badannya, maka nya tidak

mempan totokan orang. Baik-baik kita harus menjaga jangan
sampai dia dapat meloloskan diri. Dibelakang hari dia dapat
membikin sulit Perserikatan kita, kalau malam ini kita beri
kebebasan kepadanya." Dua kawannya tidak menjawab,
hanya menyerang lebih gencar lagi.
Ho Tiong Jong sebenarnya tidak punya maksud untuk
melarikan diri, akan tetapi mendengar perkataan Khoe cong
tadi, tiba-tiba hatinya dibikin tergerak, pikirnya perlu ia
melarikan diri dahulu untuk sementara waktu. Belakangan ia
akan menuntut balas kepada mereka satu demi satu sehingga
habis.
Setelah berpikir demikian maka setelah menangkis
senjatanya Hui Siauw ceng, dengan gesit ia menerjang pada
Khoe cong, yang ia anggap diantara tiga lawannya itu adalah
Khoe cong yang paling lemah.
Khoe cong tahu akan maksud Ho Tiong Jong, maka ia
teriaki kawannya, "Hei, awas anak bau ini mau meloloskan
diri"
Berbareng ia menyerang dengan tipu serangan "Hong jauw
Si-liu" atau "Angin menggoyangkan cabang pohon Liu", hebat
sekali serangannya, tapi dengan mudah dapat dipunahkan
oleh Ho Tiong Jong.
Kemudian terdengar anak buahnya itu keluarkan
tertawanya yang panjang. Sambil menangkis serangan golok
Lauw Pek cong dan berkelit dari totokan senjata pitnya Hui
Siaow ceng, ia enjot tubuhnya laksana burung terbang
menciok diatas genteng.
"Tuan-tuan maafkan, lain kali saja kita ketemu lagi..."
katanya, kemudian putar tubuhnya henda benalu dari situ.
Tiga musuhnya dengan penasaran telah menyusul lompat
keatas genteng, akan tetapi satu demi satu dipukul jatuh lagi,
hingga mereka tidak berdaya. "Dia dapat meloloskan diri "

kata Khoe cong sambil banting-banting kaki. Terdengar Ho
Tiong Jong dari atas genteng berkata.
"Tuan-tuan, aku Ho Tiong Jong sudah paham siapa lawan
atau siapa kawan, nanti ada satu hari aku akan datang
kepusat Perserikatan Benteng Perkampungan untuk menguji
kepandaian kalian-Jangan cemas, pasti ada satu hari aku akan
datang pada kalian-.."
Perkataannya ditutup dengan siulan panjang orangnya
yang lantas berkelebat meninggalkan tempat itu
Meskipun dengan sangat geregetan Khoe cong dan kawan
kawannya telah memborbardeer dengan senjata-senjata gelap
mereka yang sangat di andalkan, ternyata Ho Tiong Jong
sudah menghilang dengan selamat.
Khoe cong membanting-banting kaki saking menyesal tak
dapat menangkap Ho Tiong Jong, dilain pihak Hui Siauw ceng
berCatrukan giginya dan tangannya dikepal-kepal dengan
sangat sengit, "Anak haram itu bisa lolos, sungguh sayang
sekali, Aku sebenarnya ingin menangkap hidup-hidup,
kemudian membelah dadanya dan diambil hatinya untuk
menyembahyangi anakku. oh, Seng Kang, kau sudah menjadi
korban anak haram itu..."
Hui Siauw ceng menangis sambil menghampiri mayat Hui
Seng Kang, dimana ia jatuhkan diri memeluk pada tubuh
anaknya yang sudah jadi dingin itu.
sebenarnya tidak selayaknya ia menyesalkan Ho Tiong Jong
dan mengatakan anaknya mati menjadi korbannya Ho Tiong
Jong, sebab kematiannya Hui Seng Kang karena gara-garanya
yang melakukan serangan membokong, Ho Tiong Jong
terdorong kedepan justeru ujung goloknya sedang ditujukan
ke-arah dadanya Hui Seng Kang maka enak saja ujung golok
yang tajam itu menembusi dadanya si orang kasar. Mari kita
lihat kemana Ho Tiong Jong pergi?

Waktu ia lari belum berapa tindak, matanya yang lihai
dapat melihat bayangan orang yang kecil langsing berkelebat
didepannya. ini tentu si dia, pikirnya dalam hati, maka
seketika itu juga Ho Tiong Jong lantas mengejar.
orang yang dikejar ternyata sangat gesit dan juga larinya
cepat sekali.
Karena ketinggalan beberapa tumbak. maka Ho Tiong Jong
tak dapat menyandak dengan lantas, Apa mau ketika jaraknya
di antara mereka tinggal tidak seberapa dengan mendadak
bayangan kecil langsing itu telah nyelusup kedalam rimba dan
menghilang Ho Tiong Jong heran, ia celingukan mencarinya,
akan tetapi orang yang dikejar tadi tidak kelihatan meskipun
hanya bayangannya, ia jadi berdiri bengong.
Ketika ia berpaling kebelakang, alangkah kagetnya karena
melihat dijurusan kuil Kong-beng sie ada terbit kebakaran
besar.
Itulah tidak salah lagi, tentu kuil Kong-beng-sie yang
terbakar, di bakar oleh itu tiga orang jahat. Demikian pikir Ho
Tiong Jong dengan sangat gelisah mengingat akan nasibnya
Tay Hong Hosiang, Padri tua itu sudah kehilangan semua
tenaganya oleh karena sudah diberikan kepadanya, maka
sudah tentu ia tidak bisa menolong dirinya sendiri.
Apakah ia dapat ditolong oleh murid-muridnya? Ya, apa
murid-muridnya tidak menjadi korban keganasan mereka
bertiga?
Pertanyaan-pertanyaan itu mengaduk dalam otaknya Ho
TiongJosg. ia tak sampai hati, maka ia lantas memutar tubuh
hendak kembali kekuil Kong beng-Sie.
Selagi ia baru saja jalan beberapa langkah lantas muncul
bayangan si kecil langsing, siapa ternyata bukan lain siorang
berkedok kain kuning.

Ia menghadang di depan Ho Tiong Jong sambil
menggoyang-goyangkan tangannya. Inilah ada isyarat supaya
Ho Tiong Jong jangan kembali ke kuil, karena ada sangat
berbahaya rupanya.
Ho Tiong Jong mengerti akan gerakan itu tapi ia masih
tetap gelisah dan berkata. "Ya, kalau aku tidak kembali
menolong pada Tay Hong Hosiang, membiarkan dia binasa
dimakan api, apakah itu bukan tandanya seorang tidak
berbudi? Dia telah menolong jiwaku dan mengorbankan
tenaganya untuk kepentinganku, bagaimana aku bisa peluk
tangan saja menonton kematiannya?"
Si kedok kuning menggeleng-gelengkan kepalanya sambil
goyangkan tangannya. Ho Tiong Jong sangsi terhadap orang
didepannya ini apakah dia Seng giok cin?
Dari bau harum tadi, ketika ia menyambar pinggangnya
dan dilempar jauh-jauh supaya dapat kesempatan melarikan
diri, itulah bau harum yang biasa dipakai oleh si cantik dari
Seng keepo, gadis pujaan yang ia tak dapat melupakannya.
Matanya Ho Tiong Jong memandang tajam pada sepasang
matanya sikedok kuning, yang balas memandang dengan
melalui lubang pada bagian mata dari kedoknya, itulah
sepasang mata yang tidak asing lagi bagi Ho Tiong Jong.
Tapi apa benar seng Giok Cin mungkin ia benar sinona,
sebab ia sudah biasa menyaru dalam pakaian lelaki. Tapi, Ho
Tiong Jong sangsi, kalau benar Seng Giok Cin, kenapa ia tidak
mau bicara ? Bukankah pertemuan itu ada menggembirakan
mereka? Kenapa? Apakah Seng giok cin marah kepadanya.
Untuk mendapat kepastian, maka ia lalu berkata.
"Ya, baikah, aku menurut padamu, tapi aku mau lihat
dahulu wajahmu, Nah, bukalah kedokmu."
sikedok kuning menggeleng-gelengkan kepalanya.

Penolakan itu memang sudah diduga teriebih dahulu oleh
Ho Tiong Jong.
Pemuda itu maju menghampiri tapi si kedok kuningpun
mundur menjauhi, maka sipemuda hentikan langkahnya.
"Saudara, kau telah memberikan bantuan padaku. apakah
sebabnya ?"
si kedok kuning tidak menjawab, hanya ia berdiri
memandang pada sipemuda.
"Apa saudara ini gagu?" Tanya Ho Tiong Jong.
Si kedok kuning anggukkan kepalanya. Ho Tiong Jong
melengak. Pikirnya, "pantasan dia dari tadi tak bisa bicara,
kalau begitu memangnya dia gagu?
Tapi pemuda itu sangsi untuk membantah dugaannya
sendiri, bahwa orang asing di depannya itu ada si nona
pujaannya, Apalagi, karena tiupannya angin malam pada saat
itu telah membawa harum yang ia sudah kenal baik menusuk
kehidungnya. Akhirnya Ho Tiong Jong bersenyum tawar.
Ia merasa sedih, karena gadis pujaannya itu kelihatannya
sudah tidak mau kenal lagi kepadanya. itulah mudah
dimengerti karena tingkatan giok cin dengan dirinya ada
seperti bumi dan langit, mana ia surup menjadi timpalannya?
Mengingat akan nasibnya yang malang, Ho Tiong Jong jadi
melamun pada kejadian yang lampau, bagaimana baiknya si
nona terhadap pada dirinya, bagaimana mesra si cantik
menyintai dirinya, Sekarang mungkin ia sudah diusir oleh
ayahnya dan teriunta-lunta disebabkan gara-gara dirinya yang
dituduh mencuri benda pusaka keluarga Seng, ia saat itu
menjadi bengong seketika lamanya.
Pikirnya, apakah ia balik kembali ke kuil untuk bertempur?
Tapi dipikir sebaliknya ia sendiri melawan tiga jago kenamaan
dari Perserikatan Benteng perkampungan ada berat untuk

menang, Mungkin mereka kini sudah mendapat bala bantuan
lagi, tentu akan lebih berat melawannya.
Paling baik ia batalkan niatannya kembali biarlah lain kali,
ada satu hari ia dapat mengunjungi jago-jagonya perserikatan
Benteng perkampungan ini untuk membuat perhitungan dan
disitu barulah mereka akan kenal kelihayan Ho Tiong Jong.
siorang berkedok kain kuning melihat Ho Tiong Jong seperti
orang linglung, agaknya tidak sabaran dan diam-diam telah
meninggalkan si pemuda.
Ketika Ho Tiong Jong tersadar dari lamunannya, ia
celingukan mencari si kedok kuning, ternyata sudah tidak
berada disamping nya lagi Kemana dia ? Terdengar ia
menghela napas beberapa kali.
Meskipun hatinya tidak niat kembali ke-kuil Kong beng sie,
akan tetapi sang kaki tanpa disadari telah membawa dirinya
dengan perlahan-lahan kearah kuil.
Makin dekat makin berkobarnya api makin besar, hatinya
sangat perih, mengingat ia tidak berdaya memberikan
pertolongan kepada Tay Hong Hosiang yang telah berkorban
tenaganya untuk kepentingan dirinya.
Ia berdiri termenung-menung mengawasi lautan api yang
memusnahkan kuil Kong beng sie dari sebelah kejauhan air
matanya beriinang-linang. ia menyesal saat itu tak dapat
membasmi kawanan orang ganas itu, karena kalau ia berlaku
nekad, sekali kena dikepung jiwanya sukar tertolong dan kalau
ia mati, siapa yang nanti akan membalas Tay Hong Hosiang
dengan murid-muridnya yang menjadi korban keganasan
kawanan jahat, untuk menbalaskan sakit hatinya.
Selagi ia termenung tiba-tiba ada sebuah batu menyambar
dari samping atas.
Ho Tiong Jong sudah mahir menangkap suara bagaimana
kecilpun, maka sambaran batu itu sudah lantas diketahui

olehnya, cepat ia berkelit dan tubuhnya berputar kejurusan
batu tadi menyambar. Ternyata di atas sebuan pohon tidak
jauh daripadanya ada si kedok kuning yang sedang
menggapaikan tangannya.
Berbareng si kedok kuning sudah melompat turun dari atas
pohon, hingga ketika Ho Tiong Jong sampai kesitu ia sudah
angkat kaki beberapa tumbak jauhnya. Tangannja terus
menggapai lagi, ketika melihat Ho Tiong Jong berdiri
menjublek.
Sipemuda tergerak hatinya, pikirnya, kalau tidak ada
urusan penting niscaya ia si kedok kuning tidak menggapaigapaikan
tangannya demikian. Berpikir kesitu, cepat cepat ia
gerakkan kakinya menyusul.
Dua orang beriumba-lumba lari, Kelihatan keduanya mahir
dalam ilmu mengentengi tubuh dan lari cepat maka dalam
tempo pendek saja sudah dilebatkan jarak beberapa li. Mereka
sampai pada sebuah lapangan yang rata, dimana ada terdapat
sebuah telaga yang jernih airnya.
Si kedok kuning sudah masuk kedalam rimba, sedang Ho
Tiong Jong merandek di-tepinya telaga dan menyaksikan
pemandangan disitu, hatinya lantas terkenang kepada masa
lampau ketika Seng Giok Cin menyediakan seperangkat baju
baru untuknya setelah ia mandi dalam telaga di Seng-kee-po.
Nona Seng cantik luar biasa, ia pandai bun dan bu (silat
dan sastra), pikirnya bukan timpalannya untuk menjadi kawan
hidup, Lebih lagi, si nona ada turunan orang hartawan, sedang
ia hanya seorang miskin dan tidak tahu siapa orang tuanya. Ia
merasa sedih kalau ia memikirkan nasibnya yang buruk.
Tiba-tiba hatinya mendadak terbuka dan bergembira, ketika
pikirannya melayang kepada saat-saat ia bersama dengan si
nona, berkuda berduaan dan saling peluk dengan mesra.
Meski Seng Giok Cin ada anaknya orang hartawan dan
kecantikannya dapat menundukkan pemuda yang mana saja,

akan tetapi ia tidak angkuh dan sombong terhadap dirinya
yang miskin, malah si nona pernah mengatakan bahwa ia
belum pernah melayani lelaki dan Ho Tiong Jong yang
pertama kalinya dilayani, sedang hatinya pun sangat tunduk
kepadanya, ramah tamah dan telaten ketika merawat dirinya
sipemuda dalam mabuk dalam sebuah hotel.
Melamunkan apa yang sudah lewat, hatinya terus
terkenang kepadanya yang baik hati itu. Pikirnya entah kapan
ia dapat berjumpa lagi dengan nona Seng?"
Saking asyik semangatnya melayang-layang hingga ia tidak
merasa kalau si kedok kuning sudah berada disampingnya
berdiri mengawasi kepadanya.
XXXI PELUKAN YANG HANGAT
SI KEDOK KUNING kelihatan seperti yang merasa sangat
kasihan kepada Ho Tiong Jong yang berdiri termenungmenung
sambil mengawasi kearah telaga.
Ia datang lebih dekat dan mengutik lengannya si pemuda,
saat itu si pemuda baru ingat dan cepat berbalik, kiranya yang
mengutik tangannya adalah si kedok kuning, Ho Tiong Jong
tertawa tawar, "Saudara kau mengajak aku kemari ada urusan
apa ?" tanyanya.
Si kedok kuning tidak menjawab, hanya tangannya
diangkat dan jarinya menunjuk ke sebuah batu besar seakanakan
menyuruh si pemuda duduk disitu.
Ho Tiong Jong tidak mengerti akan maksudnya, akan tetapi
ia tidak banyak menanya, lalu ia menghampiri dan duduk
diatas batu yang ditunjuk tadi. Kemudian si kedok kuning
menghampiri dan datang dekat padanya.
Tangannya segera diulur membukai bajunya si pemuda,
memeriksa luka-lukanya di bagian pundak dan dadanya. Ho
Tiong Jong seperti yang terkena sihir, diam saja dan biarkan si

kedok kuning tangannya memijat-mijat bagian yang terluka
untuk menjalankan darah yan membeku. Rasa sakit bukan
main, akan tetapi tidak dihiraukan oleh Ho Tiong Jong,
matanya terus mengawasi pad si kedok kuing yang seolaholah
tidak tahu bahwa dirinya diperhatikan oleh sipemuda
didepannya, Ho Tiong Jong pelahan-lahan merasa heran dan
aneh juga menghadapi kelakuannya si kedok kuning. Dilihat
dari tangannya yang begitu halus dan lemas, putih laksana
salju, si kedok kuning ini tentu ada seorang yang menyaru
lelaki.
Tapi, kenapa dia begitu memperhatikan dirinya?
Sementara itu ia lihat si kedok kuning mengeluarkan dari
sakunya obat cair, di oleskan pada luka-lukanya, hingga
dirasakan sangat perih oleh sipemuda sebentar lagi, setelah
tangannya yang halus memijit-mijit lagi, lantas ia
mengeluarkan obat bubuk dan di torehkan kebagian yang luka
di bahu dan dadanya. obat bubuk. ini begitu diborehkan,
dirasakan oleh Ho Tiong Jong sangat adem dan rasa sakitpun
telah lenyap pelahan-lahan. sungguh mujarab sekali obat
bubuk itu.
Sementar merasakan kesegaran dari pengaruhnya itu obat
si kedok kuning. diam-diam Ho Tiong Jong hatinya
bergoncang keras. pikirnya kalau bukan si "dia" siapa lagi
yang begitu telaten melayani dirinya?
Maka ketika kedua tangan yang halus itu hendak
merapihkan bajunya sipemuda, Ho Tiong Jong dengan tidak
sabaran telah memegangnya dan menatap wajahnya si kedok
kuning, ia berontak. matanya balas mengawasi sebentara n,
kemudian telah menundukkan kepala.
"A... dik Giok. kau..." terdengar suara Ho Tiong Jong
terputus-putus. Si kedok kuning tergetar hatinya. Pelahanlahan
ia coba menarik pulang tangannya yang dicekal oleh si
pemuda, akan tetapi sudah kasep. karena dengan satu

gerakan yang tidak terduga-duga Ho Tiong Jong sudah bikin si
kedok kuning jatuh dalam pelukannya.
"Adik Giok, hanya kau seorang yang dapat memperlakukan
diriku seperti apa yang barusan kau berbuat mengobati lukalukaku?
Adik Giok, kau..."
Dengan penuh kasih, Ho Tiong Jong dengan pelahan-lahan
telah pegang dagunya si kedok kuning yang menutupi
wajahnya dilain saat sudah terbuka dan-.. satu wajah yang
elok dan menggiurkan tertampak di depannya. "Adik ...
Giok..."
Ho Tiong Jong berdebar keras hatinya.
Debaran itu telah dirasakan oleh si nona yang dipeluk eraterat.
Seng Giok Cin tidak berontak. tapi ia tampaknya tidak
gembira. Mulutnya yang mungil menyungging senyuman
tawar, hingga si pemuda menjadi sangat heran-Pikirnya
apakah gadis pintar ini tidak senang berada dalam
pelukannya.
Maka ia segera melepaskan si nona berkata.
"Adik Giok, sukakah kau membalut lukaku dengan kain
kuning?"
Ia bersenyum dan perkataan itupun banyak main-main
saja. Tapi Seng Giok Cin ternyata bersikap sungguh-sungguh.
Ia tidak menjawab bicaranya Ho Tiong Jong, akan tetapi ia
ambil kain kuning yang dipakai kedok olehnya barusan, lalu
disobek dan dipakai membalut luka lengan si pemuda, yang
terus dalam bingung menghadapi sikap si cantik,
Seng Giok Cin kelihatan bersikap tawar dan dingin, tetapi
dalam pekerjaan menolong luka Ho Tiong Jong tampak ada
sangat telaten. Ia membalut luka sipemuda dengan penuh
perhatian dan hati-hati, hingga Ho Tiong Jong merasa sangat
berterima kasih atas pertolongannya. Selama itu ternyata

Seng Giok Cin sepatahpun tak mengeluarkan kata-kata dari
mulutnya.
Kelakuannya yang berubah begitu jauh jika dibandingkan
dengan dahulu mereka berada bersama-sama telah membuat
Ho Tiong Jong terbenam dalam teka-teki.
Sementara si nona bekerja membalut dan kemudian
merapihkan lagi, otaknya Ho Tiong Jong terus bekerja,
pikirnya, Seng Giok Cin ada satu nona tingkatan atas, paadai
silat dan surat, tentu ia merasa menyesal telah bergaul
dengannya.
Buktinya kini ia bersikap dingin, tak mau membuka suara
menanyakan apa-apa sejak mereka berpisahan. Kafau si nona
tidak mau menanyakan apa apa, bagaimana ia bisa mulai
bicara? Ah, gadis pujaannya sudah mulai dingin hatinya, iapun
hatinya akan berubah dingin-
Lebih baik ia mengasingkan diri kepuncak gunung dan tak
ketemu lagi dengan si nona, yang merasa menyesal mencintai
dirinya seorang bodoh dan miskin-Tiba-tiba hatinya merasa
sangat perih.
"Adik Giok..." akhirnya ia berkata dengan suara di
tenggorokan, "terima kasih atas kebaikanmu. Tapi aku
seorang bodoh dan miskin, tidak sepatutunya mena dapat
perhatianmu seorang gadis..."
Ia hentikan bicaranya sampai disitu, sebenarnya ia
bermaksud melanjutkan bicaranya dengan kata-kata yang
kaya raya dan pintar. Tidak pantas seorang gadis demikian
memperhatikan si bodoh dan miskin yang tidak ada gunanya.
Ia tekan kata-katanya demikian yang hendak meluncur dari
mulutnya, dikuatir akan melukai hatinya si gadis karena ia
belum tahu pasti apa perubahan sikap si nona itu desebabkan
ia ada satu pemuda miskinTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Seng Giok Cin tidak menjawab, hanay sepasang matanya
yang jeli mengawasi kepada si pemuda dengan mengembeng
air matana, mukanya berubah pucat seketika.
Tiba-tiba ia menekap muka dan kemudian putar tubuhnya
pergi meninggalkan Ho Tiong Jong, yang jadi melengak tidak
tahu apa yang ia harus berbuat.
Lantas saja pikiran "diri rendah" telah menguasai dirinya, ia
biarkan si nona berlalu, malah ia jadi sangat mendongkol,
karena pikirnya si gadis benar telah tidak memandang mata
kepadanya.
Ia mengalihkan pandangannya kearah telaga, ia seperti
tidak ingin melihat bayangannya si nona. Tapi cintanya yang
besar atas dirinya si gadis, tak mengijinkan ia berbuat
demikian, sebab dilain saat ia sudah memalingkan pula
pandangannya mengikuti bayangan si nona yang berjalan
dengan agak limbung kelihatannya. Hatinya merasa pilu ia
mengawasi dengan bengong pada bayangan seng Giok Cin.
Pikirnya, saat itu adalah pertemuannya yang penghabisan
kali dengan si nona, selanjutnya tidak akan berjumpa pula.
Sementara Seng Giok cinpun ada pemikiran demikian-
Kini ia sudah ketemu Ho Tiong Jong pemuda yang menjadi
pujaan kalbunya. Selanjutnya tidak akan berjumpa lagi dengan
pemuda itu, yang ia anggap ada seorang yang tak mempunyai
rasa cinta yang teguh. Kalau memang ada mempunyai rasa
cinta yang murni, tentu tidak akan meninggalkan dirinya
mentah-mentah dalam rumah penginapan tempo hari,
sehingga dirinya hampir-hampir menjadi korbannya penjahat
tukang memetik bunga. Memikir begitu, hatinya sangat gemas
pada pemuda cakap ganteng itu, tapi kegemasannya lantas
menjadi lumer kalau mengingat akan cinta kasih yang
dialamkan selama bergaul dengan sipemuda dalam tempo
yang singkat, naik kuda bersama sama dan bergurau dengan
penuh rasa kemesraan, hangat dalam pelukannya tak dapat ia
melupakannya. Begitu cinta Ho Tiong Jong kepada dirinya,

masih dengan tegas ia sudah menyatakan cintanya yang
murni berani mengorbankan dirinya untuk kepentingan si
nona. Tapi kenapa dia berkelakuan demikian rupa terhadap
dirinya?
Kenapa ia menotok urat tidurnya dan kemudian
meninggalkan dirinya dalam kamar tidak terkunci? Apa
maksudnya ?
AAAH... salah paham di antara kedua muda mudi itu.
Yang satu dianggap dirinya dipandang rendah, yang lain
menganggap si pemuda tidak teguh cintanya. Sungguh sulit
sekali diperbaikinya, karena kedua pihak tak mau membuka
mulut untuk menyatakan rasa penasarannya masing-masing.
coba kalau mereka tak sungkan-sungkan menyatakan isi
hatinya yang penasaran, sudah tentu salah paham itu tak
akan terjadi.
sementara berjalan, Seng Giok cin pikirannya sangat kalut,
Air matanya terus turun bercucuran, sapu tangan yang dipakai
menyeka air mata boleh dikata sudah boleh diperas saking
banyaknya air kesedihan-
Jalannya yang agak linglung sudah main terabas saja apa
yang melintang didepannya, seakan-akan ia jalan tanpa mata,
Ho Tiong Jong mengawasi dan kejauhan menjadi sangat
heransebelumnya
ia dapat menduga-duga sebabnya, tiba-tiba ia
dibikin kaget oleh jeritan Seng Giok Cin yang saat itu telah
kesandung oleh batu yang menghadang didepannya dan ia
sempoyongan jatuh tengkurep.
"IHuuusst..." terdengar Ho Tiong Jong berseru, lantas
tubuhnya melesat menghampiri si nona yang jatuh tengkurep.
Ia angkat si nona dengan penuh kasih,

"Adik Giok. kau kenapa?" tanyanya halus, Si nona yang
menyandarkan kepalanya didada yang kekar lebar dari si anak
muda, lalu mendongak dan mengawasi wajah yang tampan
didepannya, kedua belah pipinya berlinang-linang dengan air
mata.
Ho Tiong Jong mengawasi dengan hati heran dan kasihan-
"Adik Giok, kau kenapa?" ia mengulangi pertanyaannya.
Seng Giok Cin tidak menjawab, sebaliknya terdengar
tangisannya yang sedih sekali sambil menyusupkan kepalanya
pada dadanya sipemuda, hingga air mata menembusi dada
yang kekar kokoh itu.
Ho Tiong Jong menjadi bingung, ia hanya dapat mengusapusap
rambutnya sigadis yang hitam jengat dengan tangan
kanannya, sedang tangan kirinya memeluk erat pada tubuh
yang langsing ceking itu.
Tampaknya ia sangat menyinta sekali, kelakuannya seolah
olah takut akan terpisah lagi dari pemudi impiannya itu.
Kelakuan yang demikian itu justeru membuat Seng Giok Cin
merasakan kehangatanya cinta murni pemuda pujaannya,
hatinya sangat girang dan pelahan lahan menangisnya yang
tadi keras menjadi pelahan dan akhirnya hanya kedengarnya
masih terisak-isak.
"Adik Giok..." terdengar Ho Tiong Jong menghibur, "kau
jangan menangis, adik Giok, karena air matamu membuat
hatiku seperti disayat-sayat dengan pisau yang tajam. Aku
cinta padamu dengan setulus hati..."
"Engko Jong, apakah kata-katamu ini betul?" tanya sigadis
masih terisak-isak.
"Apa kau masih belum percaya hatiku?"
"Tapi kenapa kau meninggalkan aku dalam keadaan
tertotok dirumah penginapan ?"
Ho Tiong Jong melengak.

"Itu..itu... itulah..." kata Ho Tiong Jong gugup,
"itu, itu apa? jawab yang tegas, kenapa kau meninggalkan
aku?"
"Baik, mari kita duduk disana, aku akan menutur..." kata si
pemuda, sambil memimpin si gadis diajak duduk diatasnya
sebuah batu besar, dibawah sebuah pohon yang teduh sekali.
Ho Tiong Jong sambil masih terus menyekal tangannya si
gadis, belum mau bercerita lantas, matanya memandang
dengan tidak bosannya pada wajah Seng Giok Cin yang cantik
jelita.
Seng Giok Cin tersenyum, ia tidak marah sebaliknya malah
merasa sangat bangga sang kekasih melepaskan
pandangannya begitu rupa atas dirinya tampaknya seperti
yang sangat mengagumi sekali kecantikannya.
"Engko Jong kenapa kau belum mau cerita?" ia akhirnya
menegur.
"oo, ya, ya.... maaf, adik Giok, Aku beriaku kurang sopan
barusan memandang wajahmu terus-terusan- Baik, baik, aku
akan ceritakan ..."
"Tidak apa." jawab si gadis ketawa manis. "malah aku
merasa bangga wajahku yang jelek mendapat perhatianmu."
"Ah, adik Giok... wajahmu sangat cantik, tidak satu saat
aku dapat melupakannya, betul."
"terima kasih, tapi kenapa kau meninggalkan aku dalam
keadaan tertotok?" memotong si gadis, wajahnya agak guram.
"Adik Giok. maafkan, karena kala itu aku tidak ingin kau
menyaksikan-..?"
"Menyaksikan apa?"
"Menyaksikan kematianku..."

"Tapi kenyataannya sampai sekarang kau toh belum mati
?"
"Ya, aku juga tidak sangka aku bisa panjang umur."
"Kau toch kena racunnya Tok-kay. ceng-ciauw dan souw
Kie Hin punya jarum hati, bagaimana jiwamu bisa terluput dari
kematian?"
"Ha ha itulah ada sebabnya, adikku yang manis..."
Seng Giok Cin deliki matanya yang jeli, tapi tidak urung
mulutnya yang mungil menyungging senyuman mesra. Ho
Tiong Jong ketawa gembira.
"Adikku, dengarlah engkomu akan ceritakan
pengalamannya yang luar biasa." kata nya dengan jenaka
sekali.
Seng Giok Cin ketawa gelak ia menekap mulutnya supaya
jangan ketawa ngikik.
"Awas, ini apa?" kata Seng Giok Cin, sambil unjukkan
jempoi dan telunjuknya dalam sikap menyapit.
"Hei, mau cubit iagL" serunya jenaka.
Seng Giok Cin ulur tangannya hendak mencubit pemuda
jenaka itu. Tapi Ho Tiong Jong malah menyodorkan lengannya
untuk dicubit si gadis.
"Aduh" seru sigadis, ketika cubitannya di rasakan seperti
mencubit papan besi. Matanya terbelalak mengawasi pada
kekasihnya, "Kau, ooooo kau..."
"Kenapa?" tanya sipemuda sambil nyengir ketawa,
"Kulitmu...." kata si nona heran, "kulitmu seperti papan besi
. . ."
Ho Tiong Jong terpingkel-pingkel ketawa, "Makanya, coba
adik Giok dengar dahulu aku menutur, tentu tidak berani
mencoba menyentuh kulit badanku."

"Bagaimana kau bisa jadi begitu, Engko Jong, Lekas cerita."
Ho Tiong Jong lantas menceritakan pengalamannya yang
luar biasa, ketemu dengan Ie Boen Hoei, Racunnya dapat
dikeluarkan kemudian belajar ilmu golok keramat yang kurang
enam jurus lagi, hingga sekarang ia pandai memainkan ilmu
goloknya sampai delapan belas jurus.
Kemudian menceritakan pengalamannya dalam
gemblengan Tay Hong Hosiang, yang tenaga dalamnya
diberikan kepadanya, hingga ia kebal terhadap totokan musuh
pada jalan darahnya dan tenaganya menjadi berlipat ganda
tambahnya.
Dalam ceritanya itu, sudah tentu ia sembunyikan
pengalamannya dengan Li-losat Ie Ya, si iblis cantik yang juga
ada menyintai dirinya. Karena kalau ia menyebut nama Ie Ya
dan diceritakan pengalamannya dalam kuil Kong Beng Sie,
sudah tentu Seng Giok Cin akan merasa tidak enak hatinya
dan cemburuan.
Setelah mendengar ceritanya Ho Tiong Jong, Seng Giok Cin
angguk-anggukan kepalanya dengan berlinang-linang air
mata.
"Allah selamanya memberkahi orang baik-baik." katanya,
sambil menyeka air matanya yang mulai mengalir membasahi
pipinya yang botoh. Ho Tiong Jong terkejut Seng Giok Cin
menangis.
"Adik Gok. kenapa kau menangis ?"
"Inilah ada sebabnya."
"Sebabnya, apa ?"
"Girang, karena jiwamu sudah terluput dari bahaya
kematian-..."
Ho Tiong Jong tergerak hatinya. Duduknya menggeser
lebih dekat, kemudian tangan-tangannya memegang kedua

tangannya si nona dan dibawa kepipinya, matanya menatap
wajah si nona yang elok dengan sepasang matanya yang jeli
jernih, yang saat itu balas menatap kepadanya, bibirnya yang
merah semringah dan kecil mungil bergerak-gerak seolah-olah
yang menantang dicium. Hatinya Ho Tiong Jong bergoncang.
Ingin ia mencium bibir yang merah semringah itu, ingin ia
menyentuh pipi yang putih halus laksana kapas itu dengan
hidungnya tapi pikiran sehat tak mengijinkan ia berbuat
demikian-
Seng Giok Cin masih belum resmi menjadi miliknya.
Ia malah seketika itu merasa jengah, apabila ia mengingat
pada waktu yang lampau ia sudah mencuri mencium pipinya si
gadis karena pikirnya saat itu ada saat yang penghabisan
pertemuannya dengan si nona, karena ia akan menghadapi
kematian karena racun yang ada dalam dirinya.
Maka ia hanya dapat mencium jidatnya si nona dan
mengusap usap pipinya yang botoh.
"Adik Giok...^ katanya berbisik, "kau...kau..."
"Aku kenapa, Engko Jong,.,.? "tanya si gadis pelahan, yang
sementara itu merasakan hangat ciuman mesra sipemuda
pada jidatnya.
"Kau... kau adalah jiwaku yang kedua, adik Giok."
"oo....yaaa..." jawabannya Seng Giok Cin dapatkan dari
pelukannya sipemuda yang hangat.
oh bahagialah dua merpati itu.
Seng Giok cin sambil senderkan kepalanya didadanya Ho
Tiong Jong melamun pada saat-saat yang bakal datang,
bagaimana ia akan hidup penuh bahagia disampingnya Ho
Tiong Jong, pemuda yang menjadi buah kalbunya itu.

Terbenam dalam lamunan kebahagian hidup, tampak
bibirnya bergerak-gerak bersenyum. Ho Tiong Jong sebaliknya
melamun bagaimana nasibnya nanti?
Ia mencintai Seng Giok Cin, tapi disamping itu, ia juga tak
dapat melupakan cintanya Kim Hong Jie dengan sepasang
sujen nya yang memikat hati dan Li losat Ie Ya si iblis cantik
yang berkali-kali menolong dirinya, yang juga ada menyintai
dirinya dengan segenap hatinya.
Dua-dua melamun berbeda-beda, yang satu penuh bahagia
dan yang lainnya penuh dengan keragu-raguan.
Siapa yang akan memiliki Ho Tiong Jong pemuda cakap.
gagah dan tinggi ilmu silatnya? itulah sang nasib yang akan
menetapkan pada kelak kemudian hari.
"Adik Giok." bisik sipemuda dengan tiba-tiba. "bagaimana
dengan pengalamanmu ketika aku tinggalkan dalam rumah
penginapan?"
Mendengar pertanyaan ini, tiba-tiba saja awan kebahagiaan
yang meliputi Seng Giok cin seolah-olah ditiup angin keras dan
tak meninggalkan bekas. Ia berontak pelahan dan meloloskan
diri dari pelukannya sipemuda. Kemudian mengawasi Ho Tiong
Jong sejenak. mukanya berubah guram.
"Engko Jong, pengalamanku sangat getir," katanya sambil
menghela napas, "Sekarang aku tidak diijinkan pulang
kerumah, karena aku sudah diusir oleh ayahku, lantaran-.."
Seng Giok Cin tundukkan kepalanya, dari sela-sela matanya
kontan butiran-butiran air mata laksana mutiara, ia tak dapat
melampiaskan ceritanya.
"Adik Giok, lantaran apa?" tanya Ho Tiong Jong.
"Lantaran aku dituduh membantu kau men..."
"Hei, bicara sedikit terang, adik Giok."

"Dituduh membantu kau mencuri salah satu benda
pusakanya yang paling disayangi." Ho Tiong Jong tercengang,
Sampai disini kita ajak pembaca untuk mengetahui
pengalaman Seng Giok cin yang katanya ada sangat getir.
seperti pembaca tahu, Seng Giok Cin ditinggalkan oleh Ho
Tiong Jong dalam rumah penginapan dalam keadian tertotok
urat tidurnya, hingga si nona jadi tidur pulas, si pemuda
berbuat demikian, karena tidak ingin Seng Giok Cin akan
menderita kesedihan hebat disebabkan menyaksikan
kematiannya karena racun.
Pada waktu itu, Ho Tiong Jong meninggalkan kamarnya
dengan pikiran ling-lung, sedih dan bercucuran air mata
mengingat akan nasibnya yang malang, hingga ia lupa
merapatkan pula pintu kamar dan memadamkan lampunya.
Satu bayangan dikala itu tampak berkelebat begitu Ho
Tiong Jong sudah meninggalkan kamarnya agak jauh.
Bayangan itu menyelinap masuk kedalam kamar yang
pintunya tidak dirapatkan tadi.
Bayangan itu tenyata ada kira kira umur tiga puluh tahun,
pengawakannya kurus tinggi dan wajahnya lumayan juga
tidak termasuk dalam golongan jelek.
orang itu ketika sudah berada dalam kamar, meminjam
penerangan lampu, ia lihat diatas pembaringan ada rebah
wanita cantik luar biar biasa sedang pulas. Ia berlndap-indap
menghampiri pembaringan-
"Ho Tiong Jong si bocah tolol itu, apa-apaan menotok
orang punya urat tidur? Ha-ha ha... dasar ikan bagian aku,
sayang sekali kalau aku menolaknya." Demikian orang itu
berkata kata sendirian dengan suara pelahan-
Ditepi pembaringannya ia duduk mengawasi kecantikan
Seng Giok cin, tubuhnya yang langsing ceking menggiurkan
hatinya dengan mendadak saja napsu jahatnya berontak.

Tangannya diulur untuk mengusap- usap pipi si nona yang
halus.
"Nona Seng, betul-betul kau cantik laksana bidadarl..." ia
memuji, setelah matanya menatap dengan beringas pada
wajahnya Seng Giok Cin sekian lamanya. Kelihatannya ia
mengagumi sekali kecantikannya Seng Giok Cin.
ow, kalau saja sinona sadar dengan mendadak melihat ada
lelaki asing duduk ditepi pembaringannya, niscaya ia akan
lompat bangun dan menyerang tanpa ampun lagi. Tapi justeru
si nona dalam tidur, dalam pulas, tidak ingat keadaan
disekitarnya, hingga sangat leluasa untuk orang berbuat jahat
atas dirinya.
Demikianlah yang terjadi dengan si lelaki tadi, setelah
memandang puas wajah orang dan lengannya mengusap usap
pipi si nona, lantas tanganya menggerayang lebih jauh.
"Nona Seng, siapa suruh kau begini cantik..." katanya
seraya tangannya membukai kancing baju sinona.
Saat itu sudah sebagian kancing bajunya sinona terbuka,
hatinya lelaki jahat itu sudah dakdik, duk. Pikirnya nona Seng
puterinya Seng Pocu yang akan menjadi "makanan" lezatnya,
tapi . . .
Tiba-tiba saja satu bayangan orang tinggi besar telah
masuk melalui jendela kamar, hingga bikin orang jahat itu
menjadi lompat mundur dari pembaringan sambil mengawasi
siapa yang datang.
Hatinya bukan main kagetnya, karena ia kenali siapa yang
datang itu. orang yang baru masuk dari jendela tadi ketawa
dingin.
"Teng Leng" bentaknya, "Betul-betul kau berani mati, Kau
tahu siapa nona yang kau hendak ganggu itu ?"
"Dia Seng Giok cin putrinya Seng Pocu."

"Nah, kau sudah tahu kenapa kau begitu berani mati
hendak mengganggunya " Si penjahat yang ternyata bernama
Teng Leng membangkang.
"Kau sebenarnya ada satu Penjahat pemetik bunga, entah
sudah berapa banyak perempuan baik-baik yang telah menjadi
korbanmu. DiSeng-keepo aku sudah mengenali kau, ketika
mana aku sudah ingin membunuh padamu. Tapi aku harus
bersabar, karena aku masih pandang mukanya tuan rumah,
Seng Pocu. Disini kau ketemu aku,jangan harap kau dapat
meloloskan diri..."
"orang she Kim, jangan banyak bacot, apa sih
kepandaianmu?" memotong Teng Leng dengan sikap jumawa.
"Ha ha ha..." tertawa orang yang dipanggil orang she Kim,
ia ternyata bukan lain dari Kim Toa Ki, murid kesayangan dari
ketua oei-sanpay dan akan menjadi calon ciangbun-jin (ketua)
dari partainya menggantikan ceng coe Goan, ayahnya nona
ceng li yang pada saat itu masih memegang tampuk
pimpinan-
"Kau tertawakan apa?" bentak Teng Leng.
"Aku tertawakan kau, bangsat tolol"
"Bagaimana kan bisa mengatakan aku tolol?"
"Kau menguntit Ho Tiong Jong dan Seng Giok Cin akan
tetapi diri sendiri dikuntit orang tidak berasa ha ha ha..."
Teng Leng berubah wajahnya, ia merasa malu sebagai
penjahat tukang menggerayangi orang perempuan, ia terkenal
sangat gesit dan sukar dicari jejaknya, karena ia sangat licin.
Tempatnya tidak menentu.
Dilain pihak, sebenarnya merasa jerih terhadap Kim Toa Ki,
yang sudah merebut nama dalam kalangan Kang-ouw karena
ilmu pedangnya. Kalau ia sudah unjuk sikap jumawa dan
ucapannya yang dikeluarkan seperti yang tidak takuti Kim Toa
Ki, itulah karena ia paksakan- Pikirnya, kalau ia tidak unjuk

kelemahannya, Kim Toa Ki niscaya tidak begitu memandang
rendah padanya.
"orang she Kim..."
Baru ia mengucapkan demikian, lantas ia seakan angin
serangan telapakan tangan telah mengarah dadanya,
Itulah serangan Kim Toa Ki yang tidak mau mengasih
ketika si bangsat ngoceh lebih lama, jago dari oey-san-pay itu
memang sangat benci Teng Leng, pengrusak kesucian kaum
wanita. Di Seng keepo sebenarnya ia sudah hendak turun
tangan, kalau ia tidak mengingat perbuatannya itu kurang baik
terhadap dirinya tuan rumah.
Sejak meninggalkan Seng- keepo Kim Toa Ki terus
menguntit penjahat cabul itu, tanpa disadari. Kebetulan sekali
ketika penjahat perempun itu memasuki kamarnya Ho Tiong
Jong diikuti Kim Toa Ki dan lantas mengintai perbuatannya
dalam kamar.
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-ngentot-seks-silat-golok-sakti-4.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Ngentot seks Silat : Golok Sakti 4 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-ngentot-seks-silat-golok-sakti-4.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 59 komentar... read them below or add one }

Asiong Farma mengatakan...

waduh artikelnya panjang banget gan, sampai-sampai habis 3 batang r*kok buat baca ini artikel.... tp boleh juga tuh artikel...

Cerita Dewasa Terbaru mengatakan...

ini juga lebih hot

Anonim mengatakan...

Jangan lupa... Manpir ya gan, Dijamin Lebih Hot: ❀◕ ‿ ◕❀
★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

●●► Foto Ngent0t Meki Tante Girang

●●► Foto: kumpulan Foto Cewe Sem0k (Dijamin Mupeng)

●●► Foto: Penari Telanjang (Asli Hot)

●●► Foto Bugil: Kenangan Bersama Mantan (hot)


●●► Foto: Semalam Bersama Tante Cantik

●●► Foto: Croottt Sperma Di Wajah

●●► Aksi Binal Penari Telanjang (19 Foto)

●●► Foto: Ngentit Meki Istri Orang

●●► Galeri Toket Gede ABG Indo


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★ ★





























































































































Obat Herbal Sinusitis mengatakan...

http://goo.gl/lJH0Ax Kerenn cinn

cerita ngentot mengatakan...

cerita ngentot

cerita Ngentot cerita hot cerita sex mengatakan...

cerita hot

Unknown mengatakan...


obat pembesar penis
alat pembesar penis
obat kuat sex
obat perangsang wanita
obat pembesar payudara
alat pembesar payudara
alat bantu sex pria
alat bantu sex wanita

Cara Sembuhkan Gejala Penyakit Pilek Menahun mengatakan...

ijin nyimak ya gan makasih atas sharenya

Jus Kulit Manggis Plus Daun Sirsak mengatakan...

cerita yang ini juga seru dan menarik, dan tentunya membuat celana ketat :D

Cara Mengatasi Penyakit Polip Hidung mengatakan...

thanks ya gan atas sharenya, sangat bermanfaat sekali salam

Cara Cepat Sembuhkan Penyakit Keloid mengatakan...

artikel menarik dan bagus sekali, makasih gan, jadi pengen ikutan ngeblog juga hehehe

Unknown mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Jonny Chan mengatakan...

Domino qq
qq Online
Agen Taruhan
Bandar Bola
Tv Online
Bioskop 21
Film Porno
Tv Indonesia
Film Bokep
Info Bola
Hasil Keluaran Togel
Info Togel
Aplikasi Gratis
Foto Bugil
Cerita Dewasa
Indo Togel
Keluaran Togel
Prediksi Bola
Livescore

reiga satria mengatakan...

http://obatperangsangsex.com/obat-kuat-sex/

cara cepat obati penyakit pengapuran mengatakan...

selamat pagi, salam, terimakasih gan atas share artikelnya, sangat bermanfaat sekali

agen poker mengatakan...

judi poker
poker online
judi poker online
poker online terpercaya
bandar poker

Penyakit Pengapuran Dan Cara Mengobatinya mengatakan...

thanks ya gan atas share nya, salam sejahtera buat kita

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan....

Agen Poker online mengatakan...

artikelnya bagus gan....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

artikelnya bagus gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan........

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus ceritanya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

ceritanya bagus gan.......

Poker Online mengatakan...

bagus ceritanya gan....

Agen Poker Terpercaya mengatakan...

bagus ceritanya gan....

situs poker online terpercaya mengatakan...

bagus ceritanya gan....

agen poker online indonesia mengatakan...

bagus ceritanya gan.....

agen poker mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Poker Online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

agen poker mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

agen poker mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

agen poker online indonesia mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Ganool mengatakan...

bagus artikelnya gan......

agen poker indonesia mengatakan...

bagus artikelnya gan......

agen poker mengatakan...

bagus artikelnya gan........

Ganool mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

dewa poker mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Ganool mengatakan...

terima kasih infonya gan....

situs poker online terpercaya mengatakan...

terima kasih infonya gan....

agen poker indonesia mengatakan...

artikelnya sungguh bagus gan.....

agen poker mengatakan...

Terimakasih banyak atas informasinya...!
salam kenal dan semoga sukses :D

Ganool mengatakan...

informasinya sangat bermanfaat, thanks gan :)

dewa poker mengatakan...

baik gan tipsnya saya akan ikuti untuk itu saya mengucapkan terimakasih banyak atas bantunanya yang sangat bermanfaat

info yang bagus

Ganool mengatakan...

artikelnya sangat menarik sekali gan,, di tunggu artiel yang menarik lainnya...

pokerqq mengatakan...

informasinya sangat bermanfaat, thanks gan :)

Judi Poker mengatakan...

artikelnya sangat menarik sekali gan,, di tunggu artiel yang menarik lainnya...;)

klg asli mengatakan...

Thank you for sharing in this article , you may be useful and successful always .

Mahyong mengatakan...

Join gan mampir juga nih

Posting Komentar