Ebook pdf oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.infoJilid1
Bab 1
BADAI salju bertiup dengan kencangnya membuat
seluruh permukaan bumi hanya tampak sinar putih ke-
perak2an yang menyilaukan mata, di tengah kesunyian
yang mencekam hanya terdengar suara gonggongan anjing
yang amat ramai diselingi suara mengayun nya cambuk
yang amat nyaring.
Seorang gadis muda dengan menunggang kereta yang
ditarik oleh tujuh-delapan ekor anjing dengan amat
cepatnya berlari mendatangi.
Di tengah permukaan salju yang amat sunyi dari kosong
melompong itu cuma kelihatan sebuah rumah gubuk yang
berdiri dengan kuatnya disamping seorang lelaki berewokan
yang baru saja meloncat keluar dari rumah tersebut sewaktu
mendengar suara yang amat ramai....
Didalam sekejap mata gadis muda itu sudah berlari
mendekati lelaki berewok itu, tampak usianya kurang lebih
baru tujuh-delapan belas tahunan dengan potongan wajah
yang amat cantik sekali, tetapi pada hawa seperti ini
kelihatan rada ke-pucat2an, gerak geriknya agak loyo
bahkan kedua belah pipinya jelas tampak bekas air mata
yang menapak, agaknya dia orang baru saja merasakan
kesedihan.
Sesampainya di hadapan lelaki berewok itu dengan suara
yang agak serak tanyanya:
"Apakah mereka ada ditempat ini ?".
Sikap dari lelaki berewok itu ternyata amat hormat sekali
terhadap gadis itu.
"Mereka pasti ada disini" sahutnya sambil menjura."Ehmm!" mendadak pergelangan tangannya membalik
"Sreet !" sebuah cambuk panjang berwarna merah darah
mendadak diayunkan ke depan sehingga mengeluarkan
suara yang amat nyaring.
Cambuk itu besarnya ada satu jari tetapi panjangnya
cuma satu kaki lima, enam, setelah diayunkan keatas
kepala, ketujuh delapan ekor anjing itu segera dia tarik
kembali, gerakannya amat lincah dan cepat sekali.
Dengan diikuti suara bergeletarnya cambuk tersebut
beberapa ekor anjing itu segera berhenti bergonggong.
Suasana menjadi amat sunyi... sunyi tak terdengar sedikit
suarapun.
Dan pada saat yang bersamaan pula dari dalam rumah
gubuk itu terdengar suara yang bercuitan pintu rumah
dengan perlahan dibuka.
Baru saja pintu terbuka, ketujuh, delapan ekor anjing itu
segera siap menubruk kembali kedepan tetapi sang gadis
dengan cekatannya menahan gerakan tersebut membuat
beberapa ekor anjing yang amat ganas itu segera berdiam
diri dan merebahkan diri keatas permukaan salju.
Pintu rumah gubuk itu dengan perlahan terbuka disusul
munculnya sebuah payung yang terbuat dari kertas minyak
yang dipentangkan lebar2, jelas kelihaatan diatas payung itu
sudah ada tiga buah lubang yang cukup besar.
Tampak seorang kakek tua yang memakai kain kulit
yang terbuat dari bulu domba dengan langkah yang amat
perlahan berjalan keluar
Kakek yang masih mengantuk itu dengan menggunakan
payungnya menutupi badan lalu berjalan maju satu langkah
ke depan, terdengar dia sedang bergumam:"Ouww... sungguh hebat hujan salju kali ini."
Sembari berkata ia menongolkan kepalanya sekeliling
tempat itu, sewaktu dilihat hadirnya seorang lelaki berewok
disana mendadak dia berseru tertahan.
"Aaah kiranya Ong Cong-koan ! eeeh Ong Cong-koan
kau membawa sebegitu banyak orang apakah mau pergi
berburu malam ? kulit rase yang bagus apakah harus dicari
dengan berburu pada malam hari ? Ong Cong-koan
silahkan masuk, mari minum dulu secawan teh panas ! mari
... mari ... biar Loo-han pergi masak air."
Semenjak lelaki tua itu muncul sampai saat ini dia terus
menerus beribut tidak keruan tetapi tak seorangpun yang
memberikan langganannya.
Si lelaki berewok maupun gadis itu sewaktu melihat
lelaki tua itu berjalan keluar secara tiba2, pada air mukanya
segera memperlihatkan perubahan hebat, agaknya kejadian
ini berada di luar dugaan mereka, menanti setelah lelaki tua
itu selesai berbicara barulah lelaki berewok itu berseru:
"Tan Loo Tia . . ."
Begitu dia berseru, Tan Loo Tia lantas angkat kepalanya
kembali dan berteriak lagi:
"Aaah !! Bukankah gadis ini adalah Soat Ang Sio-cia dari
Benteng Thian te Poo?? Haa... haa sungguh mirip burung
hong yang melayang turun dari atas langit Soat Ang siocia
sewaktu Loohan melihatmu untuk pertama kakinya,
usiamu masih amat kecil sekali, pada hari kedua Loohan
sudah pergi menangkap tiga ekor rase yang amat besar
hehe... hee aku lihat kali ini belum tentu kau bisa berhasil
menangkap beberapa ekor..."
Baru saja dia berbicara sampai disini tampak gadis muda
itu sudah kerutkan alisnya rapat2."Aah ! Tan Loo Tia" Seru lelaki berewok itu dengan
gugup, "Kau banyak bicara lagi, kami sengaja datang untuk
mencari orang,
"Mencari orang. ooooh .. . kalian mau mencari Loo han
? ? ?" serunya melengak.
Kepalanya didongakkan tinggi2 sehingga tampaklah
pada wajah yang berwarna hitam seluruhnya ditutupi
dengan keriputan, agaknya usianya sudah lanjut sekali
sehingga dirinyapun tidak bisa mengatakan berapa besar
usianya tetapi Ong Cong Koan dari benteng Thian It Poo
ini sebaliknya tahu dengan amat jelas kalau kedua buah
rumah gubuk ini sudah ditinggali olehnya selama hampir
dua puluh tahun lamanya.
Ong Cong Koan sangat senang terhadap Tan Loo Tia
ini, karena sejak Tan Loo Tia berdiam di dalam dua buah
rumah gubuknya dua puluh li diluar benteng Thian It Poo
maka kedudukannya didalam Benteng Thian It Poo pun
sehari demi sehari meningkat sehingga akhirnya menduduki
sebagai Cong-koan.
Orang2 yang berlalu lalang didalam benteng Pek Kian
Poo semuanya pada merasa heran, keamanan serta
penjagaan dari Benteng Thian It Poo amat ketat sekali
bahkan pada dua puluh lima lie sebelum Benteng sudah
disebar pengawal serta mata2 yang pada menyebar disana,
dua puluh li sebelum Benteng semakin mendekat kearah
Benteng penjaganya semakin banyak, jika orang asing
hendak memasuki tempat itu tanpa ketahuan benar2 amat
sulit sekali, bagaikan terbang ke langit, tetapi kenapa pada
deretan penjaga pertama sudah ada orang yang tinggal
disana tanpa dicurigai, bukankah hal itu amat janggal
sekali?Padahal sewaktu Tan Loo Tia untuk pertama kali pindah
kesana para jago dari Benteng Thian It Poo sudah menaruh
curiga terhadapnya bahkan melakukan pengawasan yang
ketat siang malam, tetapi lama kelamaan semua orang dari
Thian It Poo pada mengetahui kalau Tan Loo Tia adalah
seorang yang sedang melarikan dirinya dan tinggal dengan
sengsara seorang diri, Tan Loo Tia ini sama sekali tidak
mempunyai kepandaian lain selain bisa membuat arak yang
paling bagus.
Arak adalah barang yang paling mudah untuk
memperpendek jarak hubungan persaudaraan, lama
kelamaan orang2 dari Benteng Thian It Poo semuanya pada
tahu kalau Tan Loo Tia bukanlah seorang yang patut
dicurigai karenanya penjagaan nya pun menjadi semakin
kendor.
Sedangkan pada waktu itu Tan Loo Tia sudah amat tua,
selama dua puluh tahun ini hampir2 dia orang tidak bisa
berjalan lagi sudah tentu hal ini semakin membuat orang
lain tidak mencurigai dirinya lagi.
Kini melihat si kakek tua sudah salah menyangka kalau
mereka mau mencari dia orang tua tidak terasa lagi Ong
Cong-koan tertawa geli.
"Tuh... buat apa aku orang cari dirimu ?" ujarnya sambil
tertawa. "Kami sedang mengejar dua orang, satu laki satu
perempuan, yang laki tentunya kau sudah pernah bertemu,
dia adalah keponakan dari Toocu".
"Ohh benar, benar, aku memang pernah bertemu"
Potong Tan Loo Tia dengan cepat. "Bukankah bocah itu
putih dan besar perawakannya bahkan pandai memanah".
"Tidak salah !" sahut Ong Cong-koan mengangguk.
"Kami mau mencari dirinya, bukankah mereka ada didalam
rumahmu ?"Tan Loo Tia segera menyipitkan matanya dan tertawa
terbahak2.
"Ong Cong-koan !" serunya, "Kau orang apa mau ajak
aku untuk bergurau ? bagaimana mungkin mereka ada
disini ?"
Mendengar perkataan tersebut Ong Cong-koan segera
palingkan kepalanya kearah gadis itu.
"Nona !" ujarnya dengan suara amat hormat. "Tan Loo
Toa bilang mereka tidak ada disini, lebih baik kita mengejar
terus kedepan saja, bilamana kita harus buang waktu
dengan percuma disini mereka tentu melarikan diri semakin
lama se makin menjauh".
"Tetapi anjing2ku ini sudah berhenti mengejar
sesampainya ditempat ini !" ujar gadis itu dengan wajah
yang adem.
"Benar... benar ! penciuman anjing adalah paling tajam
diantara binatang2 lain, sekalipun berada beberapa li jauh
nya dia masih bisa mencium bau manusia yang sedang
dicari, kini ke tujuh-delapan ekor anjing itu sudah berhenti
mengejar sesampainya disini jika mau dikatakan orang yang
mereka kejar tidak berada disini sebenarnya merupakan
suatu urusan yang sukar dipercayai."
Karenanya Ong Cong-koan segera berseru kembali: "Tan
Loo Tia, urusan ini kau jangan bicara secara guyon, mereka
benarkah tidak ada didalam rumahmu ?"
"Ong Toa-siok ! kau kenapa ?" teriak gadis itu mendadak
dengan amat gusarnya, "Manusia2 itu ada didalam rumah
atau tidak kenapa kau tidak memeriksanya sendiri ?"
Tubuhnya segera melayang menerjang kedalam rumah
itu, sewaktu tubuhnya mencapai ditengah udara cambuk
ditangannya dengan cepat menghajar kearah depanmemaksa ke tujuh-delapan ekor anjingnya ikut menerjang
masuk kedalam.
Menanti setelah tubuhnya melayang turun di depan
pintu rumah dan memukul rubuh pintu tersebut kedua ekor
anjing yang sudah ada dibelakang tubuhnya telah
menerjang kedalamsambil menggonggong tak hentinya.
"Cepat ambil api dan bawa kemari !" perintahnya sambil
berdiri tegak di depan pintu.
Suaranya amat serak sekali bahkan diucapkan keluar
sambil menggigit kencang bibirnya, sepertinya setelah ada
penerangan dia akan melihat sesuatu urusan yang amat
menggemaskan hatinya sehingga dia kepingin sekali
menghancurkannya.
Dia begitu berteriak segera tampak dua orang lelaki
meloncat masuk kedalam pekarangan dan memberikan
sebuah obor kepadanya.
Melihat kejadian tersebut Tan Loo Tia segera menutup
kembali payungnva, serunya sambil pentangkan tangannya
lebar2.
"Eeeeh.. Toa-siok sekalian sebenarnya kalian mau cari
apa ? eeh... Ong Cong-koan.... loo han... loo-han..."
"Kau orang tidak usah banyak bicara lagi" Potong Ong
Cong-koan dengan wajah keren, "Kami cuma mau mencari
orang saja, bilamana orang itu bisa kami temukan disini,
hemm ! hmm beberapa kerat tulang2 tuamu itu jangan
harap bisa tersisa !"
Berulang kali Tan Loo Toa mendepakkan kakinya keatas
tanah, wajahnya yang sudah penuh dengan keriput tampak
memperlihatkan wajah menyesalnya, sewaktu dia putar
badannya kembali tampaklah gadis tersebut mencekal obor
sudah berjalan memasuki rumah gubuk itu.Kedua rumah gubuk itu amat kecil sekali, sewaktu
ketujuh-delapan anjing itu menerjang masuk sebentar saja
seluruh barang yang ada di sana sudah diobrak-abrik tidak
keruan, hanya sekali pandang saja gadis itu sudah bisa
melihat seluruh keadaan isinya.
Didalam rumah itu sudah tidak ada orangnya, tetapi
mendadak tampak ke tujuh-delapan ekor anjing itu
mengumpul menjadi satu dan menciumi tanah sambil
menggonggong terhadap permukaan tanah disekelilingnya.
Melihat itu si gadis tersebut segera tertawa dingin.
"Hmm! Ong Cong-koan" serunya dingin "Kau orang
sudah melihat belum, didalam rumah ini ada jalan rahasia,
Orang tua bangkotan ini pasti bukan manusia baik2, cepat
tangkap dia orang terlebih dulu !"
Tetapi Ong Cong koan sama sekali tidak turun tangan
terhadap diri Tan Loo-toa, sebaliknya dengan langkah
perlahan berjalan kebelakang tubuh gadis itu, ujarnya:
"Nona, tempat ini hanyalah sebuah gudang dibawah
tanah saja yang sudah diketahui oleh semua orang
dibenteng sebagai tempat untuk menyimpan arak wangi
yang dibuat Tan Loo-tia."
"Bagaimana kau bisa tahu didalam gudang ini tidak ada
orang yang sedang bersembunyi ?" bentak gadis itu dengan
amat gusarnya.
Bibir Ong congkoan tampak sedikit bergoyang,
sebenarnya dia mau berkata "Kenapa Tan Loo Tia mau
menyembunyikan orang", tetapi sewaktu dilihatnya wajah
gadis itu sudah diliputi oleh kegusaran dia tidak berani
meneruskannya kembali perkataan yang semula mau
diucapkan ditelan kembali mentah2. Dengan suara yang
amat berat bentak gadis itu kembali:"Bongkar tempat ini, buka gudang tersebut !" Ong Cong
koan segera menyahut dan berjalan melalui dua ekor anjing
yang ada di sana lalu bungkukkan badannya
menyangkolkan jarinya pada satu lubang dan mengangkat
sebuah papan seluas lima depa keatas.Begitu papan itu
terbuka maka secara samar2 segera terbau harumnya arak
yang amat semerbak.
Gadis itu mengangkat obornya untuk menerangi gudang
dibawah tanah tersebut, tampaklah ruangan itu dalamnya
ada satu kaki dengan luas enam tujuh depa yang sudah
penuh diisi dengan gentong-gentong serta guci2 arak.
Dibawah sorotan api obor terlihatlah didalam gudang
dibawah tanah itu sama sekali tidak tampak adanya sesosok
manusiapun
Baru saja papan itu terbuka terlihatlah ketujuh, delapan
ekor anjing tersebut dengan kalapnya menyalak tak
hentinya lalu menubruk ke dalam semuanya.
Gadis itu dengan amat tenangnya berdiri disamping
pintu gudang dibawah tanah itu, tampak air mukanya
penuh diliputi oleh ke-ragu2an, mendadak tangannya
digetarkan cambuknya dengan amat dahsyatnya
menyambar kedalam gudang....
Seketika itu juga sebuah guci yang berisikan arak wangi
sudah tersambar hingga hancur lebur, arak wangi dengan
sendirinya mengalir keluar membasahi seluruh permukaan
membuat seluruh ruangan berbau wanginya arak.
Saat itu ketujuh delapan ekor anjing itu tidak ambil
diam, mereka mencium sana sini sambil menyalak tak
henti2nya.
Sebaliknya cambuk yang ada ditangan sang gadispun
bagaikan naga sakti ber-turut2 melancarkan beberapa kalisambaran, membuat tujuh, delapan buah guci seketika itu
juga menjadi hancur lebur berhamburan diatas tanah,
orang2 yang mengerubungi tempat itu termasuk juga Ong
Cong-koan sendiri dalam hati diam2 merasa amat sayang
sekali.
Begitu ke tujuh-delapan buah guci arak itu terhajar
hancur maka seluruh ruangan gudang itu dapat dilihat
dengan amat jelasnya, ternyata disana sama sekali tidak
tampak adanya bayangan orang.
Waktu itu dengan jalan yang amat tegak Tan Loo Tia
sudah berjalan masuk kedalam ruangan sambil menghela
napas ujarnya dengan nada sayang:
"Nona kau sungguh2 sudah berbuat kesalahan besar, ke
tujuh-delapan buah guci arak itu sudah aku simpan selama
dua puluh tahun lamanya, aiii… coba lihat, bukankah
ditempatku sini tidak bersembunyi seseorang"
Dengan tidak henti2nya dia bergumam seorang diri,
tetapi tak seorangpun yang menggubris dirinya, tiba2 gadis
muda itu berteriak amat keras:
"Ong Cong-koan, coba kau lihat !!"
Sembari berteriak dia menuding kearah gudang dibawah
tanah itu, Ong Cong-koan yang mendengar seruan tersebut
terpaksa melongokkan kepalanya memandang kebawah,
tetapi sebentar kemudian dia sudah dibuat melengak.
Ke tujuh-delapan buah guci arak yang sudah terkena
pukulan cambuk hingga hancur seharusnya diatas tanah
ada genangan arak setinggi dua tiga coen tetapi saat ini
permukaan tanah cuma basah saja sedikitpun tidak tampak
adanya genangan arak.
Ong Cong-koan benar2 dibuat tertegun, serunya:"Nona, ini...."
"Kau masih tidak paham juga ?" Potong gadis itu dengan
amat gusarnya " Dibawah gudang ini pasti ada jalan rahasia
lainnya, kalau tidak arak tersebut tidak mungkin bisa
merembes ke-tempat lain !"
Ong Cong-koan menjadi sangat terperanjat sekali,
"Tan Lo, . ." serunya,
Belum sempat dia mengucapkan "Tia" hurup yang
terakhir seketika itu juga dia berdiri melengak untuk kedua
kalinya,
Tampak tubuh dari Tan Loo Tia didalam sekejap mata
itulah sudah mengembang menjadi sangat besar sekali,
tetapi kejadian yang sudah berlangsung hanya didalam
sekejap mata itu tidak memberi kesempatan buat Ong
Congkoan untuk melihat lebih jelas lagi dengan cara
bagaimana tubuh dari Tan Loo Tia bisa mengembang
sampai begitu besarnya.
Karena pada saat tubuh Tan Loo Tia mengembang besar
dan berkelebat dengan amat cepatnya itulah segera
terdengar suara jeritan ngeri dari ke tujuh-delapan anjing
yang berada disamping badannya disusul terpentalnya
bayangan2 kecil keatas udara, ke tujuh-delapan ekor anjing
itu sudah pada bergulingan diatas tanah dan binasa seketika
itu juga.
Baru saja suasana menjadi hening sebentar kembali
terdengar dua buah pukulan dahsyat berkelebat didalam
ruangan, dua orang terpukul mental kebelakang hingga
menubruk tembok lalu rubuh keatas tanah tidak berkutik
kembali, dari bagian dadanya darah segar mengucur keluar
dengan amat derasnya.Perubahan yang terjadi secara mendadak ini benar2
membuat semua orang menjadi terperanjat, tetapi mereka
sama sekali tidak bisa berbuat apa2, setelah itu kembali
terdengar dua orang secara tiba2 menjerit aneh lalu
tubuhnya berkelebat dengan cepatnya menuju keluar.
Gerakkan mereka amat cepat sekali, hanya didalam
sekejap saja kedua orang itu sudah berada disamping tubuh
kudanya masing2.
Pada saat yang bersamaan pula tampak sesosok
bayangan manusia kembali berkelebat menyusut kedepan.
Gerakan tubuh bayangan itu amat cepat sekali laksana
berkelebatnya bayangan setan.
Hanya didalam sekejap saja dia orang sudah berkelebat
melalui diantara kedua orang itu dan menghadang didepan
mereka sepasang tangannya berkelebat berbareng
menghajar bagian wajah dari kedua orang itu.
Jurus serangannya ini amat aneh sekali, belum sempat
orang yang ada didalam rumah melihat jelas gerakan yang
digunakan, sepasang tangan dari Tan Loo Tia sudah
ditekan ke depan sehingga tampaklah bayangan telapak
memenuhi seluruh angkasa membuat mereka tak dapat
menghindarkan diri kembali.
Dua buah jeritan ngeri segera memecahkan kesunyian
disusul mundurnya mereka berdua dengan sempoyongan.
Sebetulnya mereka sudah berhasil keluar dari rumah
sejauh dari sepuluh langkah tetapi saat ini badannya
mundur dengan sempoyongan hingga masuk kedalam
rumah kembali, setelah itu kakinya baru lemas dan rubuh
keatas tanah.
Wajahnya yang membalik keatas segera terlihatlah
sebuah bekas telapak darah yang masih segar bugar.Telapak tangan itu amat jelas sekali, persis seperti baru
saja dicapkan keatas wajah mereka sehingga membekas
amat dalam sekali.
Ong Cong-koan serta gadis itu sewaktu melihat kejadian
ini pada berdiri melongo, apalagi Ong Congkoan, ketika
melihat bekas telapak berdarah yang membekas di wajah
mereka berdua seketika itu juga dalam hatinya sudah
teringat dengan seseorang, tak tertahan lagi seluruh
tubuhnya gemetar dengan amat kerasnya seperti baru saja
direndamdidalam air dingin.
Dan pada detik2 itu pula Tan Loo Tia sudah berkelebat
kedalam rumah, tubuhnya dengan amat cepatnya kembali
berkelebat didalam ruangan tersebut membinasakan
keempat lelaki kasar lainnya yang masih tersisa.
Didalam sekejap mata empat orang itupun tubuh tanpa
mengeluarkan sedikit suarapun.
Suasana menjadi amat sunyi sekali... sunyi sehingga tak
terdengar suara gemerisik sedikit pun juga, tetapi sebentar
kemudian sudah dipecahkan dengan menggerusnya suara
yang keras kiranya saking takutnya seluruh tubuh dari Ong
Cong-koan sudah gemetar dengan amat kerasnya sehingga
giginya pada beradu dan mengeluarkan suara nyaring.
Sebaliknya wajah dari gadis muda itu walau pun amat
pucat pasi tetapi air mukanya masih tetap terlintas hawa
amarahnya yang bercampur rasa kaget, perubahan
wajahnya jauh berbeda dengan air muka Ong Congkoan
yang sudah berubah menjadi abu2 itu.
Tujuh-delapan ekor mayat anjing serta delapan sosok
mayat manusia menggeletak diatas tanah dengan amat
mengerikan, dibawah sorotan sinar obor kelihatan sangat
menyeramkan sekali.Ketiga orang itu dengan berdiri pada arah yang
berlawanan berdiri tak bergerak sedikitpun juga, lama sekali
baru terdengar Ong Congkoan berkata dengan suara yang
ter putus2: "Tan Loo Tia, kau... kau..." Saking takutnya dia
tidak sanggup meneruskan kembali kata2 selanjutnya.
Tan Loo Tia yang ada dihadapan mereka sekarang ini
bukanlah Tan Loo Tia yang badannya bungkuk dengan
pandangan yang sayu.
Tampak tubuhnya berdiri tegak dengan angkernya,
sepertinya didalam sekejap mata itulah tubuhnya sudah
bertambah tinggi separuh kepala lebih, sedangkan sepasang
matanya memancarkan sinar yang amat dingin sekali
memandang tajam mereka berdua.
Terdengar dia tertawa dingin tak henti2nya membuat
seluruh tubuh Ong Cong-koan gemetar semakin keras,
mendadak dia jatuhkan diri berlutut sambil me-rengek2:
"Kau ampunilah diriku... kau... kau ampunilah jiwaku."
"Tidak dapat!" sahut Tan Loo Tia dengan nyaring
bahkan amat singkat sekali.
Ong Cong-koan menjadi tertegun, dengan perlahan dia
angkat kepalanya.
Tetapi pada saat dia angkat kepalanya itulah tangan
kanan dari Tan Loo Tia mendadak sudah di ulur kedepan
menekan ke atas wajahnya !
Sewaktu telapak tangan Tan Loo Tia ditarik kebelakang
itulah terdengar gadis muda itu menjerit kaget dan
menghembuskan napas dingin. Tampak wajah dari Ong
Cong-koan sudah di seset hingga kulitnya hilang semua,
sedangkan sebuah bekas telapak tangan yang penuh dengan
darah sudah membekas diatasnya.Tetapi nyawanya masih belum melayang, tampak
tubuhnya sedikit bergerak lalu bangkit berdiri, teriaknya
dengan suara serak:
"Nona, ce... cepat... cepat beritakan kepada Poocu,
Hiat..."
Baru sempat dia mengucapkan kata2 "Hiat" tubuhnya
mendadak rubuh keatas tanah tidak berkutik kembali!
Terdengar Tan Loo Tia memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang amat menyeramkan, kepalanya digelengkan
lalu berseru dengan nada yang amat mengerikan.
"Hee... heee... tidak akan ada orang yang bisa
memberitahukan urusan ini kepada Poocu..."
Mendadak dia angkat kepalanya lalu beralih keatas
wajah sang gadis muda itu.
Tanpa terasa lagi gadis itu mengundurkan diri satu
langkah kebelakang.
Tan Loo Tia segera memperlihatkan sebaris giginya yang
putih menyeramkan.
"Tidak akan ada orang yang bisa beritahukan urusan ini
kepada Pocu kalian" ujarnya kembali dengan seram,
"Nona... kaupun tidak bisa hidup lagi karena kau terlalu
cerdik, selama puluhan tahun ini cuma kau seorang saja
tahu kalau dibawah gudang tersebut masih ada jalan rahasia
yang lain !"
Sembari berkata tubuhnya dengan perlahan mendesak
maju kedepan.
Gadis itu sewaktu melihat Tan Loo Tia mendesak
dirinya terus menerus terpaksa mundur kembali kebelakang,
didalam sekejap saja tubuhnya sudah merapat dengan
tembok rumah."Heee... heee... sebelum mati aku bisa beritahukan satu
soal kepadamu" Ujar Tan Loo Tia kembali sambil
memperdengarkan suara tertawa anehnya yang amat
mengerikan "Jalan rahasia dibalik gudang tersebut sudah
membuang waktuku selama dua puluh tahun lamanya dan
merupakan jalan yang menembus sampai ditengah-tengah
Benteng Thian It Poo, semua orang dari Benteng mimpipun
tidak akan menyangka akan hal ini, sudah tentu akupun
tidak boleh meninggalkan kehidupan ditempat ini !"
Tubuh gadis itu mulai kelihaian gemetar, bibirnya yang
pucat pasi sedikit bergerak mengucapkan kata2 dengan ter
potong2:
"Kau... kau berani bunuh aku... orang2 dari Benteng
Thian It Poo tentu akan ada yang datang mencari aku !"
"Sudah tentu... sudah tentu!” sahut Tan Loo Tia sambil
tertawa seram. "sudah tentu mereka akan mencari dirimu,
karena kau adalah burung Hong yang turun dan kahyangan
putri kesayangan dari Poo-cu jika mereka tidak tampak kau
muncul kembali kenapa tidak pergi mencarinya ? haahaha .
. tetapi mereka tidak akan menemukan sesuatu dari tempat
sini, menanti mereka tiba disini apapun sudah tidak ada,
bahkan sampai jejak yang mencurigakan akan lenyap tak
berbekas!"
Sehabis berkata tangan dari Tai Loo Tia dengan perlahan
diangkat keatas lalu diayunkan ke depan.
Gadis itu segera memperdengarkan suara jeritan
kagetnya yang amat tajam dan melengking tinggi, cambuk
ditangannya mendadak dikebutkan menjadi setengah
lingkaran lalu dengan dahsyatnya dibabat keatas tubuh Tan
Loo Tia.
Bersamaan waktunya pula tubuhnya membungkuk
kebawah, punggungnya dengan sekuat tenaga menerjangtembok yang ada dibelakangnya sehingga muncullah
sebuah lubang yang amat besar sekali.
Tubuhnya tanpa membuang tempo lagi sudah
menerobos keluar dan ber-guling2 diatas permukaan salju
untuk cepat2 kabur dari sana.
Gerakan gadis itu boleh dikata amat cepat sekali
bagaikan sambaran kilat, tetapi baru saja dia berhasil
meloncat bangun, tubuh Tai Loo Tia sudah muncul
kembali dihadapannya.
Tangan gadis itu dengan cepat digerakkan kembali,
cambuk panjangnya dengan menimbulkan suara sambaran
yang amat keras kembali membabat kedepan.
Tetapi sayang sekali walaupun serangannya amat
dahsyat tetapi lima jari dari Tan Loo Tia yang
mencengkeram pergelangan tangannya jauh lebih gesit dan
kuat lagi bahkan tenaga tarikannya bagaikan tarikan dua
puluh ekor kuda.
Sang gadis yang meiihat ujung cambuknya terkena
pegang oleh pihak lawan, menjadi sangat bingung sekali,
bila mana dengan cepat dia melepaskan cambuknya
kemungkinan sekali masih tidak mengapa, siapa tahu
justeru cambuk itu terbuat dari kulit seekor ular raksasa
yang amat kuat dan bagus sekali, apalagi benda itupun
sudah digembolnya sejak kecil, untuk mana dia merasa
amat sayang sekali untuk melepaskannya kembali.
Pada saat dia merasa ragu2 itulah tenaga tarikan dari
Tan Loo Tia yang amat dahsyat sudah menerjang datang
membuat tubuh gadis itu tertarik maju beberapa langkah
kedepan, dan jatuh tertelungkup keatas tanah.
Gadis tersebut segera merasakan keadaannya sangat
berbahaya, dengan cepat tangannya mengendor melepaskancekatan pada cambuknya dan mundur kebelakang tetapi
waktu sudah terlambat pundaknya terasa mengencang
tangan dari Tan Loo Tia sudah berhasil mencengkeram
dirinya.
Tan Loo Tia yang sudah berhasil mencengkeram pundak
dari gadis muda itu tangan yang sebelah tidak henti2nya di-
goyang2kan didepan wajah sang gadis sambil
memperdengarkan suara tertawanya yang amat
menyeramkan.
Dengan cepat gadis muda itu angkat kepalanya keatas,
bunga salju selapis demi selapis jatuh berhamburan diatas
wajahnya yang pucat pasi bagaikan mayat, sepasang
matanya terbelalak lebar2-Walaupun air mukanya sudah
diliputi oleh perasaan ngeri serta ketakutan yang luar biasa
tetapi bibirnya tetap tertutup rapat2 tanpa mengucapkan
sepatah katapun.
Lima jari tangan kanan dari Tan Loo Tia yang
terpentang lebar2 sejengkal demi sejengkal semakin
mendekati wajah gadis itu, kelihatannya sebentar lagi diatas
wajah sang gadis yang amat cantik itu sudah akan
bertambah dengan sebuah cap telapak tangan berdarah yang
amat mengerikan.
Pada saat itulah gadis muda itu merasakan hidungnya
tercium bau amis darah yang amat memuakkan sekali,
telapak tangan dan Tan Loo Tia yang ada dihadapannya
kini sudah berobah memerah laksana darah, keadaannya
mirip dengan sebuah telapak tangan yang baru saja
direndam didalam darah segar, benar2 amat menyeramkan
sekali !
Walaupun sifat gadis itu ketus dan keras kepala tetapi
pada saat yang amat kritis dan menyangkut mati hidup
dirinya tidak urung hatinya dibuat ber debar2 juga,napasnya ngos2an tidak teratur sedangkan sepasang
matanya dengan tajam memperhatikan telapak tangan yang
sudah ada kurang lebih tiga-empat coen dihadapannya.
Mendadak dengan menggunakan suara yang amat
gemetar ujarnya:
"Kau... kau... kau bukan Tan Loo Tia !".
"Haaa... haaa... haaa... sudah tentu aku bukan Tan Loo
Tia ! haaa... haa..." seru Tan Loo Tia sambil
memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang amat
aneh sekali.
"Kau... kau... kau adalah "Hiat Ciang" atau sitelapak
berdarah, Tong Hauw ln." Teriak gadis itu kembali sambil
menelan ludah. "Kau!ah si iblis tukang pembunuh si telapak
berdarah, Tong Hauw!"
"Heee... heee... sungguh hebat, sungguh hebat!" Seru Tan
Loo Tia sambil memperdengarkan suara tertawanya yang
amat aneh, "Aku orang sudah ada dua puluh tahun
lamanya tidak pernah munculkan diri didalam dunia
persilatan orang yang berusia seperti kau ternyata
mengetahui juga namaku, sungguh hebat!"
Napas dari gadis itu semakin memburu, dadanya terasa
sesak. kepalanya terasa pening... tetapi dia orang tetap
berusaha untuk mempertahankan ketenangannya bahkan
tidak henti2nya memperdengarkan suara tertawa dingin
yang tidak kalah ketusnya.
"Hmm! bagaimana aku bisa mengetahui nama mu ? Di
dalam Benteng masih ada seorang yang sering mengungkit
dan menyebut namamu si telapak berdarah Tong Hauw,
aku tahu akan hal ini dari ayahku."
Tan Loo Tia... si telapak berdarah, Tong Hauw segera
mendengus dengan amat dinginnya."Orang2 Benteng Thian It Poo sering menyebut
namaku?" Teriaknya keras, "Kecuali Sie Liong si bajingan
tua itu ada siapa lagi yang sering menyebut namaku ?"
"Kau berani memaki ayahku ?" bentak gadis itu dengan
amat gusarnya.
Tong Hauw segera tertawa terbahak2 dengan amat
kerasnya, agaknya dia merasa sangat gembira sekali, ber-
turut2 teriaknya dengan keras:
"Sie Liong bajingan tua.. Sie Liong bajingan tua !"
Mendengar suara makian dari Tong Hauw ini sang gadis
muda itu demikian gusar lagi sehingga akhirnya mencapai
puncaknya, pundaknya kena cengkeram oleh Tong Hauw
membuat sepasang tangannya sama sekali tidak
mempunyai tenaga, sehingga tidak dapat lagi digunakan
untuk menghajar tubuh orang itu, tetapi sambil menggigit
kencang bibirnya mendadak dia orang melancarkan satu
tendangan kilat menghajar tubuh Tong Hauw.
Tong Hauw sama sekali tidak bisa menghindarkan
dirinya "Braak !" dengan disertai suara yang amat nyaring
tendangan kilat gadis itu dengan amat cepatnya berhasil
menghajar kaki dari Tong Hauw.
Tong Hauw segera tertawa panjang... sebaliknya gadis
itu segera merasakan kakinya amat sakit sekali !
Saking sakitnya tidak kuasa lagi gadis muda itu
meneteskan air matanya, tetapi dia orang tetap menggigit
kencang bibirnya sehingga tidak mengeluarkan sedikit suara
mengaduh atau rintihan pun.
Si telapak berdarah Tong Hauw segera tertawa keras.
"He he he tidak kusangka Sie Liong itu bajingan tua yang
tidak berguna seperti gentong nasi bisa mempunyai seorang
anak perempuan yang demikian keras kepalanya.""Kau!ah yang tidak berguna seperti gentong nasi" balas
teriak gadis itu dengan khekinya sehingga seluruh tubuhnya
gemetar amat keras "Jikalau kau orang berguna kenapa
harus menyembunyikan nama aslimu secara rahasia bahkan
berdiam disini selama dua puluh tahun lamanya ?"
Air muka si telapak berdarah, Tong Hauw didalam
sekejap mata itulah sudah berubah sangat hebat, untuk
beberapa saat lamanya dia tidak mengucapkan sepatah
katapun.
Pada saat yang bersamaan pula telapak tangan yang ada
didepan wajah gadis muda itu dengan tidak henti2nya
bergoyang sehingga tercium bau amis darah yang sangat
memuakkan.
Gadis itu merasa hatinya semakin ber-debar2 dengan
amat kerasnya hingga hampir2 melompat keluar dari
tubuhnya, tetapi selama ini dia tetap tutup mulutnya tidak
mengeluh.
Lama sekali baru terdengar telapak berdarah Tong Houw
tertawa dingin.
"Benar selama dua puluh tahun lamanya aku
menyembunyikan nama dan berdiam disini, tetapi Sie
Liong itu bajingan tua apakah pernah melangkah keluar
satu langkahpun dari Benteng Thian It Poonya selama dua
puluh tahun ini?" serunya amat dingin.
"Hmmm" dengus gadis itu sambil kerutkan alisnya
rapat2 "Ayahku sedang melatih ilmu silatnya didalam
Benteng, bagaimana dia orang tua bisa dibandingkan
dengan kau manusia yang tidak keruan, manusia pengecut
cucu kura2 !"
Si telapak berdarah Tong Hauw segera tertawa dingin tak
henti2nya, setiap kali dia memperdengarkan suara tertawadinginnya yang amat keras, tubuh gadis itupun tergetar
dengan hebat.
"Heee... heee jikalau orang yang setiap kali menyebut
namaku bukan itu bajingan tua Sie Liong lalu siapa lagi ?"
ujarnya kasar
"Kenapa aku harus memberitahukan kepadamu ?" balas
teriak gadis itu sambil tertawa dingin pula, agaknya secara
mendadak dia teringat akan sesuatu urusan.
Telapak tangan dari si telapak berdarah Tong Hauw
semakin mendekati wajahnya lagi sehingga tinggal beberapa
coen saja.
"Ayoh bilang, siapa ?" bentaknya.
"Hmmm ! justru aku tidak akan berbicara !" teriak gadis
itu ketus sambil pejamkan matanya rapat2.
Tong Hauw benar2 tidak bisa bersabar lebih lama lagi,
disertai dengan suara dengusan yang amat dingin telapak
tangannya ditekan keatas wajah gadis tersebut.
Mendadak...
Dari tempat kejauhan berkumandang datang suara
ringkikan kuda yang amat panjang sekali.
Suara ringkikan kuda itu kedengarannya sudah tidak
jauh dari rumah gubuk tersebut, Tong Hauw menjadi
melengak dibuatnya, telapak tangannya yang sudah mau
ditekankan keatas wajah gadis itupun mendadak ditarik
kembali, jari tangannya dengan cepat menotok jalan darah
"Ciao Cing Hiat" pada tubuh sang gadis lalu menyeretnya
kembali kedalam rumah dan diletakkan diatas dipan kayu.
Cepat2 dia mengambil sebuah selimut dan menyelimuti
seluruh tubuh gadis itu rapat2 sedang kan dirinya duduk
disampingnya."Eeeei... kalian berdua jangan bergerak dahulu, ada
orang datang !" serunya kemudian ke arah gudang dibawah
tanah itu.
Tetapi dari dalam gudang dibawah tanah tersebut sama
sekali tidak terdengar sedikit suara pun.
Si telapak berdarah Tong Hauw segera mengerutkan
alisnya rapat2, ujarnya lagi:
"Heeei kalian dengar suaraku tidak ?" Kali ini suara
bentakannya amat keras sekali, tetapi dari dalam gudang
dibawah tanah itu sama sekali tidak terdengar suara
sahutan.
Tong Hauw tidak bisa menahan sabar lagi, tubuhnya
dengan cepat berkelebat melayang turun kedalam gudang
tersebut.
Tetapi pada saat yang bersamaan pula terdengar suara
ringkikan kuda yang amat keras di susul menyambarnya
desiran angin keras menggulung kedalam rumah itu, saking
dahsyatnya desiran angin itu membuat kedua buah rumah
gubuk itu hampir2 terangkat dari tempatnya.
Sitelapak berdarah Tong Hauw yang ada di dalam
gudang dibawah tanah untuk sesaat lamanya tidak
mengetahui siapa yang telah datang, dengan ter-buru2 dia
bungkukkan badannya lalu memperdengarkan suara
batukan yang keras.
Belum habis dia berbatuk terdengar dari tempat atas
bergema datang suara bentakan yang amat keras: "Siapa ?"
"Aaa... aku... aku siorang tua she Tan !" jawab Tong
Hauw dengan suara yang amat serak. sembari berkata
sepasang tangannya memegang kepalanya, tubuhnya
berjongkok dan gemetar dengan amat kerasnyaSuara langkah manusia segera bergema diatas nya dan
berhenti disamping gudang dibawah tanah itu.
"Tan Loo Tia, kau ? apa yang sudah terjadi di sini ?"
ujarnya.
Si telapak berdarah Tong Hauw diam2 melirik sekejap
keatas, terlihatlah seorang lelaki kasar berdiri di tepi mulut
gudang itu.
Didalam sekali pandang saja dia sudah mengenal
kembali kalau orang itu adalah murid pertama dari Thian It
Poocu, Sie Liong.
"Aaa ... aku ... aku juga tidak tahu" sahutnya dengan
suara gemetar, "Semula datang seorang lelaki dan seorang
perempuan lalu datang juga banyak orang-yang saling
serang menyerang aaa ... aku ... aku ketakutan dan terpaksa
bersem... bersembunyi disini, aku benar2 tidak tahu, Thio
Thay-ya... aku sama sekali tidak tahu !"
"Ehmm ... kau naiklah !" perintah lelaki berusia
pertengahan itu. Dengan per-lahan2 Tong Hauw memanjat
naik keatas permukaan tanah, baru saja tubuhnya mencapai
separuh jalan mendadak tubuhnya berdiri tegak kembali
sedangkan telapak tangannya dengan kecepatan bagaikan
kilat mengirim satu pukulan dahsyat kedepan.
Pukulan telapak tersebut dengan amat cepatnya
menghajar lambung dari lelaki berusia pertengahan itu.
Pada wajah lelaki berusia pertengahan itu segera
memperlihatkan perasaannya yang amat terkejut, setelah
memandang kearah Tong Hauw selama beberapa saat
lamanya dia menghembuskan napas panjang dan rubuh
terlentang keatas tanah.
Si telapak berdarah Tong Hauw yang didalam satu kali
pukulan saja sudah berhasil membinasakan seseorang, tidakterasa lagi dia orang memperdengarkan suara tertawa
dinginnya yang menyeramkan.
Tetapi pada saat dia tertawa dingin itulah mendadak dari
pintu luar berkumandang pula dua buah suara tertawa
dingin yang tidak kalah seramnya.
Suara tertawa dingin itu kedengaran amat aneh sekali. Si
telapak tangan berdarah Tong Hauw yang merupakan
seorang berkepandaian tinggi setelah mendengar suara itu
tidak terasa lagi sudah bersiul beberapa kali.
Dia orang sama sekali tidak menyangka orang yang baru
saja datang bukan cuma lelaki berusia pertengahan itu saja,
jikalau sejak tadi dia tahu kalau orang yang datang bukan
dia seorang saja sudah tentu dirinya tidak akan turun
tangan membinasakan dirinya.
Saat ini dengan cepat dia dongakkan kepalanya
terlihatlah didepan pintunya sudah berdiri seorang lelaki
dan seorang perempuan.
Yang lelaki mempunyai perawakan yang amat pendek
sekali sehingga kelihatan amat aneh, wajahnya beringas
kejam tetapi pakaian yang dikenakannya amat perlente
sekali, jubahnya yang berwarna putih tampak bersulamkan
beratus2 ekor kelabang dalam gaya yang sama sekali
berbeda dan mengeluarkan sinar yang amat menyilaukan
mata.
Sedangkan perempuan itu mempunyai perawakan yang
amat tinggi bahkan tinggi badan lelaki itu tidak lebih cuma
ada sepinggangnya saja.
Perempuan itu mempunyai wajah seperti kuda, pucat
pasi sedikitpun tidak kelihatan adanya darah sehingga
keadaannya amat menyeramkan sekali, ditengah sepasang
mata yang bulat besar memancar keluar sinar yangmembuat hati orang serasa bergidik, rambutnya awut2an
tidak keruan keadaannya didalam sepuluh bagian ada
sembilan bagian mirip dengan setan gentayangan atau
hantu liar !
Begitu melihat munculnya kedua orang itu tidak terasa
lagi sitelapak berdarah Toog Hauw menghembuskan napas
dingin, hatinya terasa berdesir...
"Hey lelaki busuk kau sudah melihat belum?" Seru
perempuan itu sedikit menggerakkan bibirnya, "lnilah yang
dinamakan Thian membantu manusia yang sedang
kesulitan !"
"Benar !" sahut lelaki itu dengan suara yang amat kasar
dan parau sekali, "Hey Nio cu ! Telapak darah dari Tong
Loo toa sudah mendapatkan kemajuan yang amat pesat
sekali jika dibandingkan sewaktu dia orang membinasakan
anak kita !"
"Eeei lelaki busuk perkataanmu sedikitpun tidak salah."
ujar perempuan itu lagi. "jikalau anak kita tidak binasa
dibawah pukulan telapak berdarahnya, tahun ini mungkin
sudah kawin, kau pun seharusnya sudah membopong
cucu!"
"Heee... heee... heee... Nio-cu, perkataanmu sedikitpun
tidak salah !"
Sitelapak berdarah Tong Hauw yang mendengar mereka
tidak henti2nya berbicara, dalam hatinya merasakan sedikit
tidak sabaran, dia orang segera tertawa keras.
"Heee... hee heee... sungguh tidak kusangka ditempat
yang demikian dingin dan tandusnya ternyata bisa bertemu
dengan Li Sincun serta Loei Sian Hoo suami istri !"
Sekali lagi lelaki serta perempuan ini memperdengarkan
suara tertawa yang amat menyeramkan."Hey Tong Loo-toa !" ujar mereka berbareng, "lnilah
yang dinamakan Thian membantu orang yang berada
didalam kesulitan, kita sudah ada dua puluh tahun lamanya
mencari dirimu, selama dua puluh tahun ini tempat
manapun sudah kita kunjungi, pada tiga empat tahun
dekat2 ini aku dengar orang bilang katanya sejak dulu kau
orang sudah menyingkir keluar perbatasan karena kita terus
menerus berputar2 diluar perbatasan. Heee... heee... jikalau
bukannya pukulanmu tadi, hampir2 kitapun tidak berani
mengenal dirimu kembali"
"Baik... baik... bagus... bagus sekali !" seru Si telapak
berdarah Tong Hauw dengan suara yang berat. "Kalian kini
sudah mendapatkan aku orang, sudah tentu hutang2
lamapun hendak kalian tagih semua bukan ?"
"Sudah tentu !" sahut perempuan itu dengan suara keras.
Tong Hauw menarik napas panjang2,sebentar kemudian
dia baru berkata kembali:
"Tetapi aku ada satu permintaan yang tidak sesuai, harap
kalian mau meluluskan."
"Hiii... hi... hiii... coba kau katakan, bagai manapun kita
sudah ada dua puluh tahun lamanya menantikan dirimu !"
Sahut perempuan itu sambil tertawa seram.
"Aku orang she Tong masih ada sedikit urusan ditempat
ini." ujar si telapak berdarah Tong Hauw sepatah demi
sepatah. "Tetapi urusan ini sudah hampir mendekati
keberhasilan, dua bulan kemudian aku akan menyerahkan
diri di istana Teh Hoo Kong, kalian berdua kira
bagaimana?"
Si lelaki maupun perempuan yang mendengar perkataan
ini mendadak tertawa menjerit dengan sangat seramnyasehingga membuat orang yang mendengar merasakan
seluruh bulu kuduknya pada berdiri.
"Istana Teh Hoo Kong apa masih ada ?"
"Apa arti dari perkataanmu ini ?" tanya Tong Hauw
tertegun.
Mereka berdua tertawa seram tak henti2nya, suara
tertawanya terasa amat mengerikan sekali ditengah malam
buta yang amat sepi,
Terdengar lelaki itu berteriak dengan suara yang amat
dingin:
"Istana Teh Hoo Kong sejak lama sudah tidak ada lagi,
istana Teh Hoo Kong yang amat mewah dan sangat
berharga bahkan menjagoi seluruh Bu-lim sudah terbakar
ludas oleh kami !"
Tidak tertahan lagi tubuh Tong Hauw mundur satu
langkah ke belakang.
"Kenapa ?" tanyanya terperanjat.
Suara dari lelaki itu semakin lama semakin meninggi
semakin lama semakin melengking.
"sewaktu api berkobar dengan hebatnya membakar
istana Teh Hoo Kong, kami suami isteri berdua di hadapan
api yang berkobar sudah mengangkat sumpah untuk
menangkap kembali musuh besar kami, setelah itu
menghancurkan badan serta tulang2nya untuk dicampur
dengan kapur sebagai bahan untuk mengapuri istana Teh
Hoo Kong di kemudian hari !"
Tong Hauw yang mendengar perkataan mereka semakin
lama merasakan hatinya semakin terperanjat, sang lelaki
serta perempuan dua orang ini merupakan jagoan lihay dari
kalangan Hek-to, diatas gunung Mong-san didaerah BiauwCiang mereka mempunyai sebuah istana Teh Hoo Kong
yang amat mewah dan mentereng sekali, semua orang Bu
lim menganggapnya merupakan sebuah istana yang paling
mewah, paling mentereng, jika mengangkat majikan dari
istana Teh Hoo Kong ini si Kiem Uh sincun atau malaikat
kelabang emas Li Siauw serta Hek Hong Sian Hoo atau
Bidadari angin hitamChan Si, siapapun mengenalnya.
Pada tempo hari si telapak berdarah Tong Hauw pernah
bertempur dengan seseorang didekat tembok besar, saat itu
ada seorang pemuda yang usianya kurang lebih dua puluh
tahunan tetapi sikapnya sangat congkak sedangkan
perkataannya atos dan kasar sekali, waktu itu Tong Hauw
tidak tahu siapakah dia orang sehingga terjadi pertempuran
yang amat sengit, kepandaian silat dari pemuda itu ternyata
biasa saja tidak sampai tiga juga jurus dia sudah menemui
ajalnya dibawah telapak berdarahnya.
Setelah Tong Hauw membinasakan pemuda itu dia baru
tahu kalau pemuda tersebut ternyata adalah satu2nya putra
dari majikan istana Teh Hoo Kong didaerah Biauw ciang,
itu si malaikat kelabang emas serta Bidadari angin hitam !
Bencana ini sudah tentu tidak kecil resikonya tetapi
dikarenakan bersamaan waktunya Tong Hauw menemui
pula suatu urusan pribadi yang jauh lebih penting memaksa
dia orang harus menyingkirkan diri jauh2 dari Tionggoan.
Diluar perbatasan itulah dia orang menyamar sebagai
"Tan Loo Tia" dan berdiam dengan tenangnya, oleh karena
itu terhadap urusan ini hampir2 dirinya sudah
melupakannya.
Tetapi... justru ditengah malam salju yang amat
merepotkan sepasang musuhnya munculkan diri disana
bahkan sewaktu mereka munculkan diri Tong Hauw pun
sedang melancarkan pukulan telapak berdarahnyamembinasakan seseorang membuat dia orang untuk
mungkirpun tidak sempat lagi.
Saat ini Tong Hauw benar2 merasakan hatinya amat
cemas sekali, jikalau dia diharuskan bergebrak dengan
kedua orang yang ada dihadapannya ini, kalau cuma satu
melawan satu kemungkinan sekali dengan paksakan diri
masih bisa seimbang tetapi bilamana dia orang diharuskan
satu melawan dua, kiranya sulit buat dirinya untuk
mmemperoleh kemenangan !!
Jika dilihat situasi yang ada dihadapinya saat ini sudah
tentu jalan yang paling selamat buat dirinya adalah merat
dari sana, asalkan dia berhasil melarikan diri kedalam
sebuah hutan lebat sepuluh li dari tempat ini mereka berdua
jangan harap bisa menemui dirinya lagi, tapi.. justeru
pekerjaan ini tidak mudah untuk dilakukan olehnya!
Tetapi selama dua puluh tahun lamanya ditempat ini dia
merahasiakan nama serta asal usulnya bahkan bersusah
payah berusaha, sudah kini pekerjaannya sudah hampir
mencapai hasil jikalau menyuruh dia orang pergi dari situ,
sebenarnya dia orang merasa sayang sekali dan tidak tega
untuk meninggalkan susah payahnya yang dilakukan
selama dua puluh tahun lamanya ini.
Oleh karena itu sambil memperlihatkan tertawa
seramnya didalam hati dia terus menerus memikirkan
langkah2 selanjutnya.
Terdengar si bidadari angin hitam, Chan Sie
memperdengarkan suara tertawanya jang amat tidak enak
didengar, tetapi dari suara tertawanya ini jelas sekali
menunjukkan kegirangan hatinya yang me-luap2, mereka
selama dua puluh tahun lamanya sudah mengunjungi
semua tempat untuk mencari pembunuh putranya, tidak
disangka secara tiba2 bisa menemui dirinya munculditempat itu sudah tentu rasa girangnya saat itu sukar sekali
untuk dilukiskan.
Sembari tertawa keras, tangan kanannya dengan per-
lahan2 diayunkan keatas.
Dia orang yang mempunyai perawakan tinggi kurus
sepasang tangannyapun kurus sekali hingga mirip sekali
dengan cakar burung yang berwarna hitam pekat,
keadaannya sangat jelek dan mengerikan sekali.Melihat dia
orang sudah ber-siap2 untuk turun tangan, dengan cepat
Tong Hauw berteriak:
"Tahan dulu !"
"Heee... hee... kau orang ada perkataan apa lagi?" teriak
Chan Sie sambil tertawa seram.
Si telapak berdarah Tong Hauw tahu kalau urusan ini
tidak mungkin bisa dicegah lagi, tetapi dia pun tidak ingin
untuk bungkam terus.
"Ditempat ini aku ada satu urusan yang amat penting
sekali", ujarnya dengan cepat. "Malam ini atau besok
kemungkinan sekali sudah bisa beres, bagaimana kalau
kalian berdua untuk sementara waktu meninggalkan tempat
ini terlebih dulu untuk kemudian bertemu kembali pada
esok malam di tempat ini juga ?".
Chan Sie maupun Lie Siauw yang mendengar
perkataannya itu segera tertawa terbahak2, suara tertawa
mereka amat keras sekali ditambah pula tenaga dalam
mereka berdua sudah mencapai pada taraf kesempurnaan
membuat suara tertawa itu dengan dahsyatnya mengalun
sampai ditempat yang amat jauh sekali.
Walaupun suara tertawa mereka berdua amat keras
sekali sehingga serasa menusuk telinga, tetapi saat ini secarasamar2 bisa mendengar juga kalau dari pihak benteng Thian
It Poo pun berkumandang datang suara yang berisik.
Tong Hauw merasakan hatinya semakin berat, terdengar
Chan Sie sambil tertawa sudah berbicara kembali:
"Ooouw... kau orang masih ada urusan penting yang
belum diselesaikan ? hee... hee... kalau begitu sebelum
kematianmu dalam hati kau orang tentunya sangat
menderita bukan ?"
Air muka Tong Hauw segera berubah hebat, jelas sekali
perkataan dan Chan Sie sudah menusuk kedalam hatinya
membuat dia orang merasa sangat menderita dan sedih
sekali.
Baru saja perkataan Chan Sie selesai diucapkan Li Siauw
sudah melanjutkan kembali:
"Hee... hee... urusan itu benar2 sangat bagus sekali, aku
orang memang sangat mengharap demikian !"
Perkataannya begitu selesai diucapkan tubuhnya yang
pendek gemuk itu mendadak melancarkan satu pukulan
dahsyat kedepan disusul tubuhnya meloncat keatas
meluncur ke tengah ruangan, seketika itu juga seluruh
ruangan penuh diliputi oleh bau amis yang memuakkan.
Si telapak berdarah Tong Hauw yang melihat tubuh
pihak lawan sudah meloncat dan menubruk kearahnya,
dengan cepat badannya menyingkir kesamping.
"Sreeet !" Tubuhnya persis berada disamping lubang
dimana gadis tadi menerjang keluar, dengan cepat ia
mencelat kedepan.
Sedangkan Lie Siauw begitu tubuhnya menubruk masuk
kedalam ruangan sepasang telapak tangannya ber-turut2
melancarkan dua pukulan dahsyat menghajar kearahnyaKekuatan dari kedua pukulan tersebut benar2 amat
dahsyat sekali, terasa dua gulung angin pukulan laksana
menggulungnya ombak besar ditengah samudra seketika itu
juga membuat seluruh tangan dipenuhi oleh hawa murni
yang membuat rumah gubuk itu tidak kuat untuk menahan
tekanan tersebut dan ambruk kebawah.
Sewaktu sepasang telapak dari Li Siauw melancarkan
serangan tadi, Chan Sie pun sudah maju satu langkah ke
depan melancarkan serangan dahsyat.
Saat itulah seluruh ruangan ambruk kebawah, baik atap
maupun tumpukan salju seketika itu juga menindihi badan
mereka berdua.
Tong Hauw ang baru saja menerobos keluar dari lubang
di samping rumah tersebut diwaktu mendengar dari
belakang tubuhnya bergema suara ambrukan yang amat
keras dengan cepat kepalanya di toleh ke belakang.
Ketika dilihatnya rumah itu ambruk tidak karuan hatinya
menjadi sangat girang sekali, dengan kecepatan yang luar
biasa tubuhnya berlari menuju keluar, hanya didalam
sekejap saja dia sudah ada di tempat sejauh dua tiga kaki
dari tempat semula.
Mendadak tubuhnya melayang tanpa menempel
permukaan tanah, sekali lagi tubuhnya berkelebat tujuh
enam kaki lebih, lalu merendah ke bawah.
Bila orang yang telah berdiam di tempat itu sangat lama
terhadap keadaan di sekeliling tempat itu sudah amat hapal
sekali, tubuhnya yang tiba2 merendah kebawah segera
bergelinding masuk kedalam sebuah liang kecil, seketika itu
juga tubuhnya berbaring didalam liang tersebut dengan
diatas badannya tertutup oleh salju yang amat tebal, orang
yang ada diatas permukaan jangan harap bisa melihat jelas
dirinya.Pada saat itulah terdengar Li Siauw serta Chan Sie
masing2 memperdengarkan suara teriakan yang amat aneh,
tubuhnya dengan cepat muncul dari antara ambrukan
rumah gubuk dan meloncat kedepan.
Mereka berdua sesudah munculkan dirinya tidak terasa
lagi pada mengalihkan pandangannya kearah telapak kaki
yang ada diatas tanah lalu mengejarnya kedepan!
Tetapi baru saja mengejar sejauh tiga kaki mendadak
bekas telapak kaki yang membekas diatas permukaan tanah
telah lenyap tak berbekas, walaupun saat itu salju melayang
turun dengan lebatnya tetapi bilamana diatas tanah ada
bekas telapak kaki tentunya tidak sebegitu cepat tertutup
lenyap.
Sudah tentu dengan kepandaian silat yang dimiliki Tong
Hauw untuk berjalan diatas permukaan salju tanpa
meninggalkan bekas kaki bukanlah merupakan suatu
urusan yang sulit tetapi kenapa permulaannya ada bekas
kaki yang tertinggal...
Chan Sie tertegun sebentar kemudian sadar kembali,
teriaknya dengan keras:
"Heei lelaki busuk, dia sudah merat, cepat kita pergi
mengejar."
Dengan cepat Li Siauw angkat kepalanya memandang
kedepan, salju turun semakin deras membuat pandangan
didepannya cuma kelihatan salju nan putih memenuhi
seluruh permukaan, benda yang ada didua, tiga kaki
jauhnya masih bisa terlihat dengan amat jelas sekali, cuma
saja bayangan Toog Hauwtidak kelihatan sama sekali.
Dia orang yang tidak tahu Tong Hauw merat dengan
mengambil arah sebelah mana dalam hati nya merasasemakin gusar lagi, tidak terasa lagi dia sudah menjerit
aneh.
Pada saat itulah suara orang serta suara ringkikan kuda
dengan amat cepatnya sudah berkumandang datang...
Suara dari Chan Siepun semakin lama berubah semakin
tidak enak, didengar.
"Hey lelaki busuk ," teriaknya keras. "Ada orang datang,
jangan sampai membuang waktu sehingga urusan
berantakan !"
"Orang yang baru datang tentunya orang2 dari Benteng
Thian It Poo," jawab Li Siauw dengan suara yang amat
keras pula, "Lebih baik kita meminta bantuan mereka saja
untuk mencarikan bajingan she Tong itu, aku kira tentunya
mereka mau memberi bantuan kepada kita, jika jumlah
orang yang mencari bertambah banyak sudah tentu
pencariannya semakin mudah."
"Ehmm... perkataanmu sedikitpun tidak salah !" sahut
dan Sie sambil mengangguk.
Tidak selang lama kemudian tampaklah dua ekor kuda
dengan amat cepatnya berlari mendatang, telapak kuda
menyepak tanah membuat bunga2 salju pada berterbangan
keempat penjuru, hal ini menyebabkan siapa yang duduk
diatas kuda tunggangan itu sukar untuk dilihat lebih jelas.
Tetapi suara teriakan yang digemborkan oleh orang yang
ada diatas kuda amat jelas sekali, suara itu amat berat dan
penuh disertai tenaga dalam yang kuat.
"Soat Ang... Soat Ang... kau ada dimana ?"
Tubuh Li Siauw dengan cepat berkelebat menyambut
datangnya kedua orang tersebut.Tubuhnya yang menerjang kedepan melalui bunga salju
yang ber lapis2 memenuhi sekeliling kuda tunggangannya
itu membuat kedua orang yang ada diatas kuda tunggangan
tersebut menjadi sangat terkejut sekali, ditengah suara
teriakan yang amat terperanjat dengan cepat mereka
mencoba menahan tali les kudanya.
Dengan sentakan yang secara mendadak ini kedua ekor
kuda ini segera meringkik panjang lalu mengangkat kakinya
yang depan keatas, ke dua orang yang ada diatas
tunggangannya dengan cepat meloncat keatas
meninggalkan kudanya masing2, satu dari kiri yang lain
dari kanan dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat
kesamping badan Li Siauw dan berdiri tidak bergerak.
"Kau orang siapa ??" Bentaknya dengan suara yang amat
gusar.
Ditengah suara bentakan mereka yang amat keras itulah
tubuh Chan Sie bagaikan segulung asap dengan amat
ringannya sudah berkelebat kesamping badan suaminya,
sedang ditempat yang lain segera terlihatlah berpuluh2
orang lelaki kasar dengan cepatnya sudah menyusul
mendatang.
Tadi dikarenakan Lie Siauw berdiri seorang diri maka
semua orang sama sekali tidak mengenal siapakah orang
itu, tetapi dengan munculnya si bidadari angin hitam Chan
Sie yang berdiri disamping suaminya sehingga kelihatan
satu tinggi satu pendek maka semua orang segera mengenal
kembali siapakah sepasang suami isteri ini, kedua orang itu
tidak terasa lagi sudah mundur setengah langkah
kebelakang.
"Aaah... majikan istana Teh Hoo Cong !!!" Seru mereka
berdua secara berbareng."Benar !!!" Sahut Lie Siauw sambil mengangguk. "Kalian
berdua tentunya orang dari Benteng Thian It Poo bukan ?"
"Benar kami saudara berdua she Tang.." sahut mereka
berdua dengan suara yang amat berat.
Tetapi Li Siauw mana merasa sabaran untuk mendengar
nama mereka berdua, dia orang segera memotong
perkataan yang belum selesai itu.
Perbuatannya ini sudah tentu sama sekali tidak menaruh
hormat kepada kedua orang itu, tetapi dia orang yang sudah
terbiasa bersikap sombong ditambah lagi saat ini hatinya
cinta memikirkan cara untuk menangkap kembali musuh
besarnya, karena takut musuhnya melarikan diri semakin
jauh sudah tentu tidak mau mendengarkan omongan
mereka lebih lanjut.
"Tidak usah banyak omong lagi" serunya dengan keras.
"Cepat kalian membantu aku menangkap seseorang !"
Air muka kedua orang itu segera berubah sangat hebat.
"Kita sedang menyebutkan nama kita apakah ini juga
sedang omong kosong!" teriaknya kurang senang.
"Siapa yang mau mengurusi kalian she Tang atau kuah
atau She Swee atau air asalkan kalian bisa mengejar dapat
seseorang tentu ada kegunaan yang amat besar buat kalian
!" sambung sibidadari angin hitam Chan Se dengan cepat.
Kedua orang itu segera tertawa panjang.
"Bilamana kalian berdua mengira kami orang2 Benteng
Thian It Poo bisa disuruh orang dengan seenaknya hal itu
sungguh terlalu lucu sekali ?? kami juga sedang mencari
orang, urusan ini amat penting sekali untuk dilaksanakan
lebih cepat. maaf selamat tinggal!"Tubuh mereka berdua dengan cepat berkelebat siap naik
kembali keatas kuda tunggangannya masing2.
Tetapi baru saja tubuh mereka sedikit bergerak segera
terdengarlah Chan Sie memperdengarkan suara teriakannya
yang amat keras dan menyeramkan sekali.
Suara teriakan ini tidak perduli siapapun yang
mendengar tentu akan tertegun dibuatnya, mereka
berduapun seketika itu juga dibuat ter-mangu2. Segera
terdengarlah Chan Si memperdengarkan suara tertawanya
yang amat aneh sekali.
"Bilamana kalian menolak permintaanku lagi sehingga
menunda waktu kami untuk mengejar bajingan tersebut,
kami orang pasti akan meratakan Benteng Thian It Poo
dengan tanah !" ancamnya dengan suara yang amat dingin.
Mereka berdua yang mendengar perkataan tersebut
segera tertawa terbahak2.
"Bagus... bagus sekali, silahkan kalian berdua meratakan
Benteng Thian It Poo kami dengan tanah !" sahutnya
berbareng
Sekali lagi Chan Sie menjerit aneh, tangannya dengan
cepat diayunkan kedepan sehingga mengeluarkan suara
sambaran angin yang amat kencang sekali, lima buah
jarinya bagaikan kuku garuda dengan kecepatan yang luar
biasa sudah diayun kedepan mencengkeram dada dari salah
satu lelaki yang ada di sebelah kiri.
Kedua orang itu merupakan jagoan berkepandaian tinggi
yang sangat diandalkan didalam Benteng Thian It Poo dan
merupakan saudara2 angkat dari Sie Liong itu Poocu dari
Thian It Poo, dia orang sebenarnya merupakan orang dari
aliran Tiang Pek Pay yang mengandalkan sebuah golok
tunggal menjagoi seluruh Bu lim sehingga mendapatkanjulukan sebagai "Sin Hauw Siang To" atau sepasang golok
harimau sakti, Tang Hua Tha serta Tang Hua An dua
bersaudara.
Bilamana mereka bukannya mereka memiliki
kepandaian silat amat tinggi dan merupakan seorang jagoan
yang berkepandaian tinggi dari Benteng Thian It Poo,
setelah bertemu dengan Li Siauw serta Chao Sie
sikapnyapun tentu tidak seketus demikian
Diantara mereka berdua sifat Tang Hoa Tha yang paling
berangasan sedangkan Tang Hoa Au sikapnya pendiam
tetapi banyak akal.
Serangan dan Chan Sie tadi dengan cepatnya
mencengkeram kedepan dada Tang Hoa Tha, melihat
datangnya serangan tersebut Tang Hoa Tha menjadi amat
gusar sekali, makinya dengan keras:
"Maknya... kau orang mau ajak berkelahi yaa ?"
Sembari memaki matanya memandang kearah
datangnya serangan tersebut, hanya didalam sekali pandang
saja dia orang segera mengetahui kalau serangan dari pihak
lawannya ini sangat luar biasa, tubuhnya mendadak
mencelat keatas udara lalu berjumpalitan mengundurkan
diri kebelakang.
Mereka berdua bersaudara sejak dahulu sudah malang
melintang beberapa puluh tahun lamanya didaerah
Tionggoan sudah tentu mengetahui juga kelihayan dari
kedua orang dihadapannya didalam sekejap saja dia segera
teringat kembali tugasnya yang diperintahkan oleh Poocu
untuk keluar Benteng mencari dapat putri dari Poocu Sie
Soat Ang, dia tahu dengan munculnya dua orang itu disana
kemungkinan sekali urusan tidaklah begitu mudah.Apalagi kepandaian silat dari kedua orang itu amat tinggi
dan bukanlah tandingan dari dirinya hal ini harus Poocu
datang sendiri baru bisa menghadapinya, karena itu
sewaktu Chan Sie melancarkan cengkeramannya
mengancam tubuh Tang Hoa Tha, tangannya dengan cepat
digetarkan ke atas melepaskan satu panah tanda bahaya.
Panah tanda bahaya itu begitu meluncur sampai
ditengah udara segera meledak dengan amat kerasnya
disusul melayangnya segumpalan warna biru yang amat
tebal sekali semakin lama melayang semakin keatas.
Ditengah curahnya hujan salju yang amat lebat ditambah
dengan meluncurkan asap berwarna biru yang amat tebal
membuat pemandangan kelihatan sangat menarik sekali.
Sebaliknya Tang Hoa Tha yang berdiri didepan kudanya,
saat ini untuk menghindarkan diri dari cengkeraman Chan
Sie ini tubuhnya mendadak melayang ketengah udara lalu
berjumpalitan dan meloncat kesamping kuda yang lain.
Serangan dari Chan Sie ini amat dahsyat dan dilancarkan
amat cepat sekali, begitu tubuh Tang Hoa Tha meloncat
kesamping tangannya dengan amat kerasnya berhasil
menghajar perut kuda tersebut.
Seketika itu juga tangannya dengan dahsyatnya
menembus kedalam perut kuda itu sampai separuhnya
membuat darah segar memancur keluar dengan amat
derasnya memenuhi seluruh permukaan salju nan putih.
Chan Sie yang melihat serangannya mencapai sasaran
kosong, dia orang menjadi teramat gusar sekali, tangannya
direntangkan kesamping, seketika itu juga seekor kuda yang
amat berat terangkat keatas dengan hebatnya, ditengah
ayunan tangannya yang amat cepat kuda tersebut dengan
dahsyatnya sudah melayang keatas tubuh Tang Hoa Tha.Perut kuda itu sebenarnya memangnya sudah berlubang
terkena tusukan tangan Chan Sie tadi, kini tubuh tersebut
dilemparkan kearah Tang Hoa Tha membuat isi perut dari
kuda tersebut dengan amat mengerikan sekali pada
berhamburan diatas tanah, bau amis darah yang amat tidak
mengenakkan segera memenuhi seluruh angkasa diikuti
segulung angin sambaran yang amat kuat menggulung
kearah depan.
Tang Hoa Tha yang berhasil menghindarkan diri dari
cengkeraman itu dengan cepat mencabut keluar goloknya,
saat ini sebenarnya dia masih ada kesempatan untuk
mundur kebelakang tetapi dia orang tidak mau
melakukannya karena pertama, dia tidak ingin kuda
kebaikannya mendapatkan serangan kembali sehingga
menemui ajalnya.
Kedua: jikalau dia kembali mengundurkan diri hal ini
akan memperlihatkan kelemahan dirinya, oleh karena itu
sewaktu melihat dia orang melemparkan kudanya kearah
dirinya dengan cepat dia membentak keras, goloknya
dengan disertai tenaga yang amat besar dibabat kedepan.
Tenaga bacokan ini sangat dahsyat sekali, hanya didalam
sekejap saja desiran angin memenuhi seluruh angkasa
sedangkan sinar golok yang menyilaukan mata melindungi
seluruh angkasa sedangkan sinar golok yang menyilaukan
mata melindungi seluruh tubuhnya kuda yang dilemparkan
kearahnya itu segera terbabat putus menjadi dua bagian,
dari hal ini saja sudah jelas menunjukkan kalau tenaganya
amat besar sekali.
Dengan meminjam tenaga babatan yang amat dahsyat
tadi goloknya segera berputar arah dengan berganti jurus,
ber-turut2 dia melancarkan tiga bacokan menghajar tubuh
Chan Sie.Mereka dua bersaudara mendapatkan julukan sebagai
sepasang golok harimau sakti sudah tentu ilmu goloknya
sangat hebat sekali, setelah sambaran golok yang amat
dahsyat tadi lewat, ber-turut2 dia melancarkan tiga
serangan lagi membuat keadaan semakin membahayakan,
ditengah berkelebatnya sinar golok ang amat menyilaukan
mata serta bayangan sambaran yang memenuhi seluruh
angkasa seketika itu juga membuat seluruh tubuh bidadari
angin hitam hampir terkurung di dalam bayangan golok itu.
Melihat keadaan ini dalam hati Thoa Tha merasa amat
girang sekali, pikirnya.
"Hmm ! j ikalau kali ini aku bisa melukai si bidadari
angin hitam ini sehingga menggeletak di atas permukaan
salju, sudah tentu namakupun akan terkenal di seluruh
dunia kangouw !"
Baru saja dia merasa sangat girang dan mengerahkan
tenaga dalamnya semakin mengencangkan permainan
goloknya, siapa sangka pada saat itulah dari tengah
berkelebatnya bayangan golok mendadak terdengar suara
desiran angin yang amat tajam sekali.
"Criinng.... Criing... Criing...." ditengah suara
gemerincingan yang amat memekikkan telinga Tang Hoa
Tha merasakan dari tangannya ada segulung angin tekanan
yang maha aneh dan dahsyat balik menggetarkan tubuhnya.
Setelah suara gemerincingan itu barulah serangan golok
dari Tang Hoa Tha pun seketika itu juga tersentak berhenti,
tampak ditangan Chan Sie sudah bertambah lagi dengan
sebilah pedang sepanjang dua depa dengan gagang yang
berwarna hitam pekat. itulah pedang Hek Hong-Kiam salah
satu dari empat pedang aneh dari golongan Hek to yang
diandalkan oleh Chan Sie untuk mengangkat namanya
didalam Bu Lim.Dalam hati Tang Hoa Tha tahu kalau pedang Hek Hong
kiam ini sangat tajam sehingga bisa digunakan untuk
memotong emas atau baja, saat ini diapun kembali
bentrokan goloknya tadi sebanyak tiga kali tentu ada
sebabnya, apakah goloknya masih tetap utuh seperti sedia
kala ? ? ?
Sembari menarik kembali goloknya dan mengundurkan
diri kebelakang, tenaga dalamnya dikerahkan kembali
untuk sekali lagi melancarkan serangan kedepan.
Tetapi mendadak dia menjadi sangat terperanjat sekali.
Kiranya golok yang amat tebal dan terbuat dari baja asli itu
sudah terdapat tiga bacokan yang amat besar.
Ketiga bacokan pedang itu amat panjang sekali sehingga
menembus kearah punggung golok dan meninggalkan
tempat sampingan yang amat tipis sekali, bilamana
bukannya dengan cepat dia segera sadar dan sekali lagi
melancarkan serangan tentu goloknya seketika itu juga akan
terputus menjadi empat bagian.
Coba bayangkan saja, jikalau sewaktu melancarkan
serangan mendadak senjata tajam yang digunakan putus
menjadi dua bagian, apa yang bakal diterima sebagai
akibatnya ?
Setelah tertegun beberapa saat lamanya dengan cepat
Tang Hoa Tha meloncat mundur tujuh delapan langkah
kebelakang, sewaktu mengundurkan dirinya itulah dia
segera teringat kembali akan ketiga bacokan yang
membekas diatas goloknya, hal ini membuktikan kalau
pihak lawan bisa mengerahkan tenaga dalamnya sesuai
dengan saat dan tempat yang ditujunya, sebaliknya
serangannya tadi dilancarkan dengan amat cepat sekali,
ternyata musuh didalam keadaan seperti itu bisa
menggunakan tenaga dengan amat cepatnya, jelas kalautenaga dalamnya sudah mencapai taraf yang sukar untuk
dilawan..
Sewaktu teringat akan hal ini dia benar2 tertegun
sehingga berdiri mematung tidak bergerak sedikitpun juga,
air mukanya berubah pucat pasi bagaikan mayat ! dia
benar2 tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki
kepandaian silat yang demikian tingginya.
Sedangkan Tang Hoa An yang berdiri disamping sama
sekali tidak tahu keadaan yang sesungguhnya
"Koko, kau kenapa ?" tanyanya dengan keras.
Tang Hoa Tha tertawa pahit, tangannya di getarkan
golok yang ada ditangannya segera dilemparkan kedepan,
sebelum gagang golok itu mencapai permukaan tanah golok
tersebut sudah terputus menjadi empat bagian.
"Titi, kita sudah dikalahkan orang !" sahutnya dengan
loyo.
Mendengar perkataan dari kakaknya itu Tang Hoa Au
menjadi sangat terperanjat sekali. Saat itulah Chan Si sudah
bertanya lagi dengan suara yang amat dingin:
"Bagaimana ?" kalian mau tidak pergi bantu aku mencari
orang itu ?"
Sepasang harimau she Tang ini segera saling
berpandangan lama sekali mereka tidak bisa mengucapkan
sepatah katapun.
Setelah ter-mangu2 beberapa saat lamanya terdengar
Tang Hoa An baru membuka mulutnya bertanya:
"Entah kalian berdua mau menyuruh kita pergi cari
siapa?"
"Makinya . . nenek sundal !" maki Chan Sie dengan amat
gusarnya, "Kalian sengaja mau meng-ulur2 waktu ya ?bukankah sejak tadi aku sudah bilang suruh kalian mencari
si telapak berdarah TongHauw !"
Tong Hoa Aa sengaja bertanya demikian memang
bertujuan untuk meng-ulur2 waktu karena tanda bahaya
dari Benteng Thian It Poo sudah dilepaskan berarti pula
sebentar lagi Poocu mereka akan segera melihat dan tentu
mengejar kemari
Karena itu dia yang jadi orang amat tenang dan banyak
akal sekalipun di-maki oleh pihak lawan sama sekali tidak
menjadi gusar.
"Si telapak berdarah Tong Hauw ?" tanyanya keheranan.
"Orang ini sudah lama tidak munculkan dirinya didalam
Bulim, kalian suruh kita pergi kemana mencari dirinya ?"
"Kalian sungguh2 tidak tahu atau pura2 tidak tahu ?"
teriak Chan Sie semakin gusar. "Apakah kalian kira ada
yang palsu ? dia sekarang ada disini dan menyamar sebagai
seorang kakek tua!"
-oo0dw0oo-
Jilid 2
"AAAAAH . . . disini memang ada seorang kakek tua !"
seru Tang Hoa An kaget, "Dia orang bernama Tan Loo Tia
dan tinggal disini sudah ada dua puluh tahun lamanya, tapi
dia bukanlah sitelapak berdarah Tong Hauw, mungkin
kalian sudah salah melihat !"
Baru saja dia selesai berkata mendadak terdengar suara
bentakan yang amat keras bergema datang:
"Coba kalian lihat sendiri !"
"Sreeeet... Sreeet..!" dua sosok mayat dengan cepatnya
melayang datang dan terjatuh keatas permukaan salju tepatdihadapannya, di atas wajah mayat tersebut ternyata
sedikitpun tidak salah, masing2 wajah mayat tersebut
dengan amat jelasnya tertera sebuah bekas telapak berdarah
yang amat jelas sekali.
Sepasang harimau she Tang ini segera merasakan
hatinya amat terkejut, tanda tersebut memang benar2
merupakan ilmu tunggal yang paling diandalkan oleh si
telapak berdarah Tong Hauw, walaupun sudah ada
beberapa puluh tahun lamanya Tong Hauw ini tidak pernah
munculkan dirinya didalam Bu-lim tetapi ilmu iblisnya
Telapak berdarah masih diingat oleh semua orang dengan
amat jelasnya.
Kedua orang itu merasakan hatinya ber-debar2 dengan
amat keras, mereka sama sekali tidak segera menyangka
untuk mencari jejak dari putri kesayangan poocu mereka
Sie Soat Ang sudah bertemu dengan Li Chan dua orang saja
bakal amat merepotkan apalagi ditambah dengan seorang
iblis ganas sitelapak berdarah Tong Houw yang sudah lama
tidak diketahui jejaknya itu ? bukankah urusan akan
semakin ruwet lagi ?
"Lalu apakah kalian berdua sudah bertemu dengan nona
Sie ?" tanya mereka berdua dengan cepat.
"Apa nona Sie nona Ang... kami tidak tahu !" bentak
Chan Sie dengan amat kasarnya, "Kalian punya orang
banyak cepatlah menyebar keempat penjuru dan mengejar
dirinya, siapa saja yang berhasil menangkap sitelapak
berdarah Tong Hauw aku segera akan menghadiahkan
sebutir pil sakti "Sin Uh Tan" kepadanya, perkataanku ini
tidak akan aku cabut kembali !"
Mendengar perkataan tersebut sepasang harimau she
Tang merasa hatinya agak ragu2 sebaliknya orang2 yang
ada dibelakangnya segera merasakan hatinya ber-debar2amat kerasnya, "Pil Sin Uh Tan" merupakan sebuah obat
untuk menghindari racun yang paling dahsyat bahkan
diketahui oleh semua orang didalam Bu-lim, cuma disuruh
mencari seorang saja sudah bisa mendapatkan sebutir pil
itu, kesempatan yang demikian baiknya mau dicari kemana
lagi ?
"Tang-ya !" segera terdengar salah seorang di antara
orang2 itu berteriak keras: "Orang yang menemui ajalnya
disini kelihatannya memang mati dibawah serangan telapak
berdarah, aku kira setelah menemukan jejak dari orang she-
Tong itu maka jejak dari nona pun bisa diketahui pula,
bukankah hal ini dinamakan satu kali pukul mendapat dua
hasil ?".
Sepasang harimau she-Tang itu segera saling bertukar
pandangan.
"Baiklah !" ujar Tang Hoa An kemudian, "Semua orang
yang ada disini kita bagi menjadi tiga kelompok, masing2
mengejar kedepan, ohh ya tolong tanya, si telapak berdarah
Tong Hauw apakah pergi dengan menunggang kuda ?".
Lie Siauw serta Chan Sie yang mendengar orang-orang
itu sudah menyetujui untuk membantu diri nya, dalam hati
sangat girang sekali.
"Tidak !" sahut mereka berbareng
"Jikalau tidak menunggang kuda ditengah hujan salju
yang demikian derasnya dia orang tentu belum pergi jauh,
asalkan kita mencarinya disekeliling dua puluh li ditempat
ini sudah tentu dia orang bisa ditemukan kembali".
Selesai berkata sepasang kakinya mengempit kencang
perut kudanya lalu dengan amat cepatnya menyusup
kedepan, disusul Tang Hoa Tha serta orang2 yang
dibawanya pada meninggalkan tempat tersebut.Lie Siauw serta Chan Sie dua orang yang tidak
menunggang kuda dengan cepat berlari ber-sama2 menuju
kedepan.
Tampak sewaktu tubuh mereka berkelebat kedepan
diatas permukaan salju sama sekali tidak meninggalkan
bekas kaki, cuma terlihatlah empat garis panjang yang lurus
meluncur kedepan, kelihatannya kedua orang itu
menggunakan papan di atas kaki mereka untuk meluncur.
Didalam sekejap saja semua orang sudah lenyap dari
tempat itu, Lewat beberapa saat kemudian mendadak dari
atas liang yang tertutup oleh salju kelihatan sedikit bergerak
lalu tampaklah tubuh Tong Hauw merangkak keluar dari
tempat tersebut.
Dia tidak sempat untuk membersihkan bekas salju yang
mengotori bajunya, begitu merangkak keluar dari liang
tersebut tubuhnya dengan cepat meluncar keluar dan
berhenti didepan rumah gubuk nya yang sudah roboh,
tangannya dengan cepat bergerak memindahkan tiang kayu
yang menutupi tempat tersebut.
Tubuhnya dengan cepat melayang dan menerobos
kedalam bawah atap rumah, pertama2 dia meloncat naik
keatas pembaringan kayu untuk mencengkeram tangan dari
Sie Soat Ang kemudian baru menariknya turun dari
pembaringan dan menerobos masuk kedalam gudang
dibawah tanah itu.
Keadaan didalam gudang dibawah tanah itu amat gelap
gulita cuma ada sedikit sinar yang menerobos masuk dari
atas robohan rumah, tetapi Tong Hauw yang sudah ada dua
puluh tahun lamanya berada disana sekalipun pejamkan
mata diapun hapal dengan tepat sekeliling tempat itu.
Dia memindahkan dua buah gentong arak terlebih dulu
kemudian mengangkat sebuah papan ke atas, sedikittangannya digetarkan tubuh dari Sie Soat Ang sudah
dilemparkan kedalam.
Kemudian menyusul tubuhnyapun menyusup kedalam,
saat itulah suara ringkikkan kuda sudah berkumandang
kembali.
Kali ini jumlah orang yang datang tidak sedikit, dari
suara yang bergema datang saja sudah jelas menunjukkan
kalau kekuatan mereka sangat besar sekali.
Mendadak Tong Hauw tertawa ter-bahak2 dengan amat
kerasnya, pada air mukanya muncullah perasaan amat
bangga, tubuhnya menyusup semakin kedalam memasuki
jalan rahasia itu lalu menutup kembali papan yang berada
diatasnya.
Begitu papan itu menutup kembali ketempat asalnya
maka dari atas permukaan tanah sama sekali tidak kelihatan
tanda2 yang mencurigakan.
Apalagi rumah itupun sudah roboh tidak keruan, ada
siapa lagi yang mau memperhatikan keadaan dari gubuk
bobrok yang sudah hancur berantakan itu ?
Walaupun seluruh kejadian yang sudah terjadi hari ini
jauh berada di luar dugaannya bahkan rahasianya
sendiripun sudah diketahui oleh pihak musuh tetapi dengan
kejadian ini malah sebaliknya menguntungkan bagi
usahanya.
Sebetulnya jajan rahasia yang dia gali sudah berhasil
mencapai tengah2 dari Benteng Thian It Poo, pada ujung
jalan rahasia itu ada sebuah batu besar yang menutupi
tempat tersebut asalkan batu itu disingkirkan maka dia
orang segera sudah akan tiba didalam Benteng Thian It
Poo.Tetapi selama ini dia tidak berani membuka batu besar
itu.
Ada kalanya dia berjongkok dibawah batu untuk
mendengarkan langkah kaki yang ada diatas permukaan
tanah serta memperdengarkan kata2 yang diucapkan oleh
mereka untuk mengetahui jelas keadaan dari Benteng Thian
It Poo demi berhasilnya gerakan selanjutnya, tetapi selama
satu bulan ini dia sama sekali tidak memperoleh hasil
apapun.
Tetapi selama ini pula dia orang sudah mendapatkan
satu keterangan dan kesimpulan yaitu tempat tersebut
tentunya merupakan sebuah tempat yang amat penting
sekali karena bukan saja orang yang berlalu lalang di sana
sangat sedikit sekali, bahkan setiap orang yang lewat
melangkah kakinya tentu amat ringan, suara
pembicaraannya boleh dikata perlahan sampai sukar
didengar sekalipun mereka sedang berbicara diapun tidak
tahu apa yang sedang dibicarakan oleh mereka.
Tong Hauw sendiripun juga tidak tahu harus sampai saat
kapan dia baru mempunyai keberanian untuk membuka
batu diatas jalan rahasianya, demikianlah urusan tersebut
semakin hari semakin ber-larut2, setengah tahun, setahun,
dia belum pernah melakukan gerakan apapun juga.
Tetapi peristiwa yang sudah terjadi dihadapannya saat
ini memaksa dia orang mau tidak mau harus melakukan
usahanya tersebut.
Bahkan dengan adanya kejadian ini sudah memberikan
keuntungan buat dirinya, para jago dari Benteng Thian lt
Poo sudah pada keluar dari Benteng kemungkinan juga
sampai poocu benteng Thian It Poo, Sie Liongpun ikut
keluar, bukankah hal ini sangat menguntungkan sekali ?Apa lagi saat ini dia sudah berhasil menawan Sie Soat
Ang !
Keberuntungannya ini sudah seharusnya dia
mengucapkan terima kasih kepada siorang lelaki serta
perempuan yang melarikan diri ke rumah gubuknya.
Dengan menyeret tubuh Sie Soat Ang, Tong Hauw
merangkak melalui jalan rahasia yang amat sempit dan ber-
liku2 itu, sembari merangkak dalam hati dia berpikir terus,
mendadak teringat kembali akan sang pemuda serta pemudi
yang bersembunyi disana, dia menjadi sangat terkejut
sekali, kemanakah mereka berdua ? ?
Apakah mereka berdua sudah merangkak terus
mengikuti jalan rahasia ini ?
Berpikir sampai disitu hatinya tidak tertahan lagi sudah
ber-debar2 dengan amat kerasnya, jika hal ini benar2 terjadi
maka susah payahnya selama dua puluh tahun ini segera
akan hancur berantakan, bahkan dirinyapun pasti tidak bisa
lolos dalam keadaan hidup dari dalam jalan rahasia yang
digalinya selama dua puluh tahun lamanya.
Tetapi sebentar saja rasa terkejut itu sudah tersapu bersih
kembali dari dalam hatinya. Kiranya jalan rahasia ini sama
sekali tidak menembus langsung sampai pada ujungnya,
pada setiap jarak beberapa puluh kaki dia sudah pasang
sebuah batu untuk menutupinya, bahkan setiap batu itu
mirip sekali dengan batu yang ada pada ujung jalan rahasia
itu, sekalipun lelaki serta perempuan itu merangkak terus
kedepan mengikuti jalan rahasia itu tetapi sesampainya
pada batu tersebut merekapun tentu akan berhenti.
Tong Hauw setelah berhasil menenangkan pikirannya
segera tanyanya dengan suara yang amat berat:"Heei kalian berdua apakah masih ada dijalan rahasia ini
?" suaranya halus tetapi keras dan bergema dengan tidak
henti2nya ke tempat yang amat jauh sekali.
Bahkan dari dalam jalan rahasia itu segera dia
mendengar suara dengusan yang amat berat, seperti
seseorang yang terjatuh ketanah.
Tong Hauw berteriak kembali untuk kedua kakinya,
tetapi tetap tidak terdengar suara jawaban, dia agak
melengak dibuatnya dan segera merasakan urusan sedikit
tidak beres, dia tidak berteriak memanggil lagi sebaliknya
menahan napas dan segera berbaring ketanah untuk
mendengar gerak-gerik disana dengan amat telitinya.
Ditengah suasana yang amat sunyi itu walaupun sedikit
suarapun segera bisa didengar olehnya dengan jelas.
Beberapa saat kemudian Tong Hauw sudah bisa mendengar
secara samar2 ada suara hembusan napas yang amat berat
sekali.
Sudah tentu suara hembusan napas itu berasal dan sang
lelaki yang terluka itu.
Kalau adanya sudah tentu mereka masih ada didalam
jalan rahasia ini ! bahkan jika didengar dari suara mereka
sedang berada dibalik batu halangan yang pertama, saat ini
seharusnya mereka mendengar suara teriakan yang amat
keras, tetapi kenapa tidak memberikan sahutannya ?
Per-lahan2 Tong Hauw terik napas panjang2, teringat
kembali bagaimana mengenaskannya keadaan kedua orang
itu sewaktu melarikan diri kedalam gubuknya, seumpama ia
tidak turun tangan menolong mereka berdua, niscaya
rahasia yang dipegang teguh selama dua puluh tahun ini tak
akan konangan, benarkah sedemikian cepatnya orang itu
melupakan budi terhadap dirinya, atau mungkin merekasudah tahu asal usulnya maka mulai saat itu menaruh sikap
permusuhan kepadanya ?
Sambil berpikir selangkah demi selangkah Tong Hauw
merangkak kedepan, tapi tingkah lakunya semakin ber-hati2
Ketika itu rangkakannya kedepan sangat lambat, bahkan
boleh dikata sedikit suarapun tak ada, justeru karena hal itu
maka dengusan napas yang bergema datang dari depan bisa
kedengaran amat jelas sekali.
Sampai akhirnya Tong Hauw berani yakin kalau
dengusan napas itu berada kurang lebih satu tombak
dihadapannya, ingin sekali ia menghardik sekali lagi, atau
secara tiba2 di hadapannya muncul suara teguran seorang
gadis yang mencerminkan betapa gelisah hatinya:
"EngkohHauw Sang, bagaimana perasaanmu ?"
Pertanyaan itu tidak peroleh jawaban, hanya rintihan
semakin kedengaran nyata.
Ditinjau dari rintihan itu, bisa ditarik kesimpulan apabila
orang itu sedang berusaha keras menahan rasa sakit dalam
tubuhnya, karena itu kendari suaranya lirih tetapi
kedengaran amat memilukan.
Terdengar suara gadis tadi kembali bergema datang:
"Ditinjau dari ucapan Tan Loo-ya ... aah tidak, bukan
Tong Hauw, agaknya ia sedang memanggil kita, tapi
mengapa lama sekali tak kedengaran suaranya ? apakah ia
mengira kita tak ada dilorong bawah tanah, maka ia lantas
mengundurkan diri."
Erangan serta rintihan tadi kembali terdengar, kemudian
meluncurlah jawaban dari seorang lelaki:
"Tiii... tidak mungkin"."Kaaa ... kalau begitu bukankah kita habis sudah ?" Seru
gadis itu sambit menahan isak tangisnya.
"Bee ... benar ... kita ... kita habis sudah, kau Adik Giok
Jien aa... apakah kau menyesal?"
Ditengah isak tangis yang sedih, gadis itu tertawa.
"Engkoh Hauw Seng, kalau aku menyesal tak akan
kuikuti dirimu melarikan diri dari dalam benteng".
Lelaki itu menarik napas panjang2, rintihan kembali
berkumandang, Lama sekali baru kedengaran ia berteriak
lantang.
"TongHauw, kau... kau ada dimana?"
Dari pembicaraan mereka berdua, Tong Hauw sudah
tahu akan asal-usul mereka yang sebetulnya, terhadap
perkataan itu ia tidak kaget atau tercengang.
"Aku berada dihadapan kalian." segera jawabnya berat.
Agaknya muda mudi itu tidak menyangka kalau Tong
Hauw berada dihadapannya, karena itu begitu sitelapak
berdarah buka suara, tanpa terasa kedua orang itu berseru
tertahan.
"Kau... kau... siap .. . siap apakah kami berdua ??" tanya
lelaki itu beberapa saat kemudian.
"Mengapa kalian begitu takut kepadaku ?" tegur Tong
Hauw samoil tertawa. " Apakah namaku sudah pernah
kalian dengar ?"
Dalam pada itu dihati kecilnya ia merasa heran
bercampur girang, sebab sudah ada dua puluh tahun
lamanya ia tak berkelana dalam dunia persilatan, tak
disangka masih ada orang yang tahu akan namanya.Disamping girang iapun keheranan, buat para jago
angkatan tua tentu saja tahu akan nama besarnya, tetapi
secara bagai mana seorang angkatan muda dari benteng
Thian It Poo pun tahu akan nama sitelapak berdarah Tong
Hauw ?
Terutama sekali benteng Thian It Poo letaknya terpencil,
peraturanpun sangat ketat, kecuali buat mereka yang
ditugaskan mencari bahan makanan setiap tahunnya, tidak
pernah ada orang yang keluar benteng, apalagi dari
angkatan mudanya.
Jikalau dikatakan poocu mereka Sie Liong yang
mengungkap hal ini semakin tak mungkin lagi, poocu
mereka Sie Liong... teringat akan Sie Liong Poocu dari
benteng Thian It Poo, sepasang gigi sitelapak berdarah
mulai berdetak ia menggertak bibirnya kencang2.
"Tentu... tentu saja... nama besarmu se... sering diungkap
oleh orang2 benteng Thian It Poo" jawab gadis gemetar.
"Hemm ! siapa yang sering mengungkap nama ku,
apakah Sie Liong keparat tua itu ?"
"Bukan, bukan Sie Poocu, sebaliknya Sie Poocu yang
melarang semua orang membicarakan tentang dirimu, suatu
kali ada dua orang membicarakan namamu dan kebetulan
didengar oleh Poocu, tanpa banyak bicara beliau segera
memerseni sebuah tamparan diatas pipi setiap orang. Ada
satu kali lagi, aku dengar siocia bertanya kepada Poocu,
siapakah manusia yang bernama si telapak berdarah Tong
Houw, Poocu yang dihari biasa menyayangi siocia kali ini
naik pitam dan memaki nona kami habis2an !!!"
Ketika gadis itu sedang bercerita, sang pemuda meronta
bangun sambil berseru:"Adik Giok Jien, jangan mengungkat soal... soal siocia
lagi".
"Engkoh Hauw Seng, kau boleh berlega hati" Buru2
gadis itu menghibur dengan suara yang lembut, "Siocia
tidak bakal berhasil menemukan kita sekarang !!!"
"Lalu siapa yang sering mengungkap namaku?" Karena
makin curiga, Tong Hauw mendesak lebih jauh.
Tiba2 suara gadis itu berubah lirih dan penuh nada
ketakutan, seakan2 ia pernah menjumpai sesuatu yang
mengerikan
"Bukan... bukan manusia, dia adalah..."
"Aaai Giok Jien, jangan bicara sembarangan !" sela
pemuda itu.
"Tidak, cepat katakan ?" hardik Tong Hauw.
"Baik, baik, akan kukatakan dia adalah se... seorang...
setan yang ada dalam benteng kami suaranya amat
mengerikan dia... dia berada dipuncak pagoda hitam dalam
benteng kita, tempat itu merupakan daerah terlarang bagi
siapapun, seringkali kami dengar suara yang tak sedap
didengar muncul dari balik pagoda, ia berteriak tiada
hentinya: "Tong Hauw ! Tong Hauw ! si telapak berdarah
Tong Hauw... karena itu setiap anggota benteng Thian It
Poo tahu semua aa... akan nama besarmu, jago2 yang
datang dari Tionggoanpun mengatakan... anda... anda
adalah seorang..."
"Seorang gembong iblis yang membunuh orang tak
berkedip? bukan begitu ?" sambung Tong Hauw sambil
tertawa kering.
"Benar." jawab gadis itu semakin ketakutan "Tapi kau
telah menyelamatkan kami."Kembali Tong Hauwtertawa kering.
"Apakah tak seorang manusiapun dalam benteng Thian
It Poo yang mencurigai orang yang ada diatas pagoda
adalah manusia bukan setan ?"
“Tidak... tidak..." buru2 gadis itu membantah "Dia
benar2 adalah setan, beberapa kali aku melayani siocia yang
ada disisi poocu, setiap kali mendengar suara itu, sampai
Poocu sendiripun berubah air mukanya, coba bayangkan
ilmu silat yang dimiliki Poocu sangat lihay. hampir boleh
dikata tiada seorangpun yang bisa menandinginya, tetapi
sampai diapun ketakutan hal ini bisa ditarik kesimpulan
kalau dia... pasti... pasti setan"
Mendengar perkataan ini si telapak berdarah TongHauw
tarik napas panjang2, saat ini kecurigaannya makin nyata,
keinginannya untuk mengunjungi benteng Thian It Poo pun
semakin membara,
Setelah tertegun beberapa saat lamanya, ia baru berkata:
"Kalian berdua mengatakan baru saja melarikan diri dari
benteng Thian It Poo bahkan salah seorang diantara
menderita luka parah ditangan Sie Soat Ang putri
kesayangan Poocu benteng Thian It Poo, sebenarnya
siapakah kalian? demi kalian berdua aku sudah
mengundang bencana besar buat diriku, kalian harus bicara
terus terang kepadaku?"
"Aku... aku bernama Giok Jien semua orang memanggil
aku demikian, sedang aku sendiri sama sekali tak tahu apa
kan she ku, tapi kebanyakan aku adalah seorang anak yatim
piatu, karena sejak kecil dipelihara dalam benteng maka
sering kali aku dibentak dan dimaki, semua orang
menganiaya diriku".Beberapa patah kata ini diutarakan dengan suara
mengenaskan sampai Tong Hauw gembong iblis pembunuh
tak berkedippun itu menghela napas panjang.
"Setelah aku menginjak dewasa..." sambung gadis itu
lebih jauh. "Aku melayani siocia, hitung2 aku hanya
seorang bawahan, seorang pelayan, seorang manusia yang
tiap hari kena dimaki, di aniaya"
Bicara sampai disitu tak tahan lagi ia menangis terisak.
Tapi dengan cepat ia berhenti menangis, jelas sudah
terbiasa baginya untuk menahan isak tangis disetiap
keadaan.
"Ditinjau dari gerakanmu melayang diatas salju sambil
membopong pemuda tersebut, dapat kuduga kalau ilmu
silatmu sempurna" kata Tong Hauw dengan nada berat.
"Dan siapa kau belajar ilmu silat kalau benar semua orang
menganiaya dirimu lalu siapa yang beri pelajaran ilmu silat
kepadamu?"
Dari suara penuh kesedihan, muncul nada terharu dan
berterima kasih.
"Dalam benteng Thian It Hauw hanya ada seorang yang
sangat baik kepadaku, dia adalah engkohHauw Seng !"
"Oooouw..! sekarang aku paham sudah, lalu siapakah
dia ?"
"EngkohHauw Seng adalah keponakan Poocu kami..."
"Hmmm ! jadi dia adalah putra dari Liem Teng si
makhluk tua itu ?" tukas Tong Hauw cepat.
Nyonya Sie Liong adalah adik perempuan dari Liem
Teng siansu aneh dari Ong Tie, soal ini sudah diketahui
oleh seantero jago Bu-lim, Sie Hujien sudah lama
meninggal, sedangkan Liem Teng yang berkepandaiantinggi dikarenakan harus mempertahankan sebuah teratai
salju yang berbunga setiap lima ratus tahun akhirnya mati
di tangan para pendekar pedang dan partai Bu-tong, kini
putra diri Liem Teng dititipkan dalam benteng Thian It
Poo, kalau dibicarakan pada umumnya bukanlah suatu
peristiwa yang aneh.
Baru saja Tong Hauw bertanya, pemuda itu sudah
menjawab: "Perkataanmu tii. . . tidak salah."
"Kau adalah putra Liem Loo-koay, tidak aneh kalau
ilmu silatnya lihay, tetapi secara bagaimana kau bisa terluka
sedemikian parah dibawah cambuk Sie Soat Ang ?"
Liem Hauw Seng menarik napas panjang, berhubung
lukanya parah maka helaan napas itupun kedengaran
terputus.
"Engkoh Hauw Seng orangnya baik ," buru2 Giok Jien
berkata: "Ia bilang sejak masih orok sampai sekarang selalu
dibesarkan dalam benteng Thian It Poo, budi kebaikan ini
tak boleh dilupakan, maka dari itu dia... dia tidak mau
membalas."
"Hmmm ! tolol..."
Lama sekali ia membungkam, setelah pikirannya
berputar ujarnya kembali:
"Kalian berdua sama2 dibesarkan dalam benteng Thian
It Poo, tentang keadaan dalam benteng tentu tahu jelas
bukan ?"
"Be... benar..."
"Aku punya ikatan dendam sedalam lautan dengan
keparat tua she Sie itu, terus terang saja kuberitahukan
kepadamu untuk membuat lorong rahasia ini aku sudah
mengorbankan waktu selama dua puluh tahun, ujungsebelah sana tepat merupakan tanah dibawah benteng
Thian It Poo!"
"Aaah ! ! !" Baik Liem Hauw Seng maupun Giok Jien
sama2 berseru kaget.
"Sebenarnya rencanaku setelah lorong ini tembus sampai
disana, secara diam2 aku hendak memasuki benteng Thian
It Poo dan turun tangan membinasakan keparat tua itu, tapi
aku sadar ilmu silat keparat tua itu sangat lihay, aku takut
seranganku gagal dan kehilangan kesempatan baik, karena
itu sampai kini belum kulaksanakan"
Setelah merandek sejenak, tambahnya: "Dan kebetulan
sekali aku bertemu dengan kalian, urusanpun lebih
gampang lagi penyelesaiannya".
Suasana hening beberapa saat lamanya, tiba2 Liem
Hauw Seng bertanya: "Apa maksudmu ber... berkata
demikian ?"
"Kalian berdua dibesarkan dalam benteng Thian It Poo,
tentu saja tahu dirumah manakah pada hari2 biasa keparat
tua she-Sie itu berdiam, aku hendak membawa kalian
memasuki benteng Thian It Poo kemudian mencari suatu
tempat yang baik untuk bersembunyi setelah itu cari
kesempatan untuk membinasakan keparat tua she-Sie guna
menuntut batas sakit hatiku selama banyak tahun ini !!"
Semua perkataan Tong Hauw lambat tapi lama
kelamaan keras, terutama ucapan terakhir.
"Setelah kubunuh keparat tua she-Sie, maka aku akan
angkat kaki jauh2" ujar Tong Hauw lagi, "Dengan
sendirinya benteng Thian It Poo akan jadi milikmu."
Tentu saja perkataan ini ditujukan kepada Liem Hauw
Seng.Tetapi tak ada jawaban dari Liem Hauw Seng, saat
itulah Tong Hauw baru merasa keadaan tidak beres.
Lama sekali ia tertegun, kemudian baru berkata:
"Bagaimana ? apakah kau tidak ingin menduduki kursi
Poocu dari benteng Thian It Poo ?"
"Engkoh Hauw Seng, dia... dia sedang bertanya
kepadamu !"
"Giok Jien, menurut perkiraanmu dapatkah aku
menyanggupi permintaannya ?".
"Aku tahu. kau tidak akan menerima permintaannya",
"Giok Jien" Seru Liem Hauw Seng dengan nada
kegirangan "Tidak kecewa kita... bagus sekali, akhirnya kau
bisa menebak isi hatiku juga."
Sebaliknya si telapak berdarah Tong Hauw jadi amat
gusar, teriaknya penuh kegusaran:
"Apa ? kau tidak menerima permintaanku ?".
Ucapan ini kedengaran amat mengerikan terutama
ditengah kegelapan namun Liem Hauw Seng serta Giok
Jien sama sekali tidak dibikin ketakutan hampir bersamaan
waktunya mereka menjawab, suaranya tenang, seakan
sedang menjawab suatu pertanyaan yang sangat biasa.
"Benar !"
Si telapak berdarah Tong Hauw mendongak tertawa
terkekeh-kekeh.
"Kalau begitu aku tidak ingin memaksa kalian, tetapi
lorong bawah tanah ini merupakan rahasia yang paling
besar, aku tak dapat membiarkan kalian berdua tetap hidup
dikolong langit!"Sambil tertawa dingin telapak tangannya perlahan
diayun keatas,
Ketika itu Tong Hauw berdiri empat-lima depa di
hadapan Giok Jien dan Liem Hauw Seng, tetapi berhubung
ruangan bawah tanah sangat gelap maka jarak mereka
sangat dekat namun tidak kelihatan.
Setelah telapak tangan Tong Hauw diayun ke atas,
seluruh lorong penuh dengan bau amis darah yang sangat
menusuk hidung.
Sementara Giok Jien dan Liem Hauw Seng ber sembunyi
diujung lorong, mereka merupakan sebuah pintu besi yang
menghadang jalan perginya, sedang didepan ada Tong Hau
yang siap mencabut nyawa mereka. suatu keadaan yang
amat kritis sekali.
"Apakah kalian sudah pikirkan masak ?" kembali Tong
Hauw menegur sambil ayunkan tangannya.
"Kau tak usah bertanya lagi, persoalan ini tak usah
kupikirkan lagi didalam hati, sejak kecil aku kehilangan
cinta kasih orang tua dan dibesarkan dalam benteng Thian
It Hoo, dipelihara oleh paman dan kini kau adalah musuh
besarnya, aku cuma bisa menyesal mengapa lukaku amat
parah sehingga tak bisa mewakili dirinya menyambut
kedatangan musuh tangguh, tidak sudi aku membantu kau
melakukan kejahatan !"
Setelah mengutarakan kata2 sebanyak itu, napasnya
mulai kempas kempis dan ter-engah2.
"He he he cuma kalian jangan lupa" jengek Tong Hauw
sambil tertawa dingin, "Siapakah yang menghantam kau
sampai terluka parah dan siapa pula yang hendak
membasmi kalian berdua ?""Aaaai !" orang lain boleh tak kenal budi dengan diriku,
namun aku tak ingin melupakan budi orang lain" jawab
Liem Hauw Seng sambil bersikap menghela napas panjang
"Bagaimanapun juga paman terhadap diriku sangat baik,
kalau kau mau membunuh silahkan bunuh, tak usah kita
banyak bicara lagi Giok Jien, kau tak usah takut, kita bisa
mati bersama, kejadian ini... sudah diluar dugaan."
"Benar engkoh Hauw Seng, aku sangat gembira sekali
sebab akhirnya kita selalu bersama, bukankah begitu ?"
Kata Giok Jien sambil bersenggukan, "Akhirnya kita selalu
bersama, mati bersama jauh lebih baik dari pada berpisah,
aku tidak sedih."
Sebenarnya telapak Tong Hauw sudah diangkat siap
melancarkan hantaman, namun sekarang telapaknya
berhenti ditengah udara, se akan2 ada suatu tenaga tak
berujud telah menahan gerakan selanjutnya.
Seandainya pada saat itu Liem Hauw Seng serta Giok
Jien dapat melihat keadaan Tong Hauw yang sebenarnya,
muda mudi ini bakal keheranan. Sebab dari sepasang mata
si telapak berdarah yang tersohor akan kekejiannya ini air
mata jatuh bercucuran, disisi telinga orang she Tong ketika
itu hanya berkumandang terus menerus kata2: "Mati
bersama jauh lebih baik daripada berpisah."
Tong Hauw merasa pernah seorang perempuan lain
mengutarakan kata2 yang sama, namun orang itu bukan
Giok Jien, peristiwa ini sudah berlangsung lama sekali,
Tong Hauw tidak ingin teringat kembali, sebab setiap kali ia
mendengar, rasa sedih susah ditahan dan air mata jatuh
bercucuran.
Siapa nyana kali ini ucapan itu terdengar kembali,
bahkan bukan cuma sekali muncul dari bibir seorang
pemuda serta seorang pemudi yang berada dalam situasikritis, saat ini jiwa orang lain berada ditangannya, Suasana
jadi sunyi-senyap tak kedengaran sedikit suarapun, lama...
lama sekali, akhirnya Liem Hauw Seng berkata:
"Mengapa... mengapa kau tidak lanjutkan seranganmu ?"
"Begitu kukuh kalian menampik perintahku seandainya
aku memaksa dan karena peristiwa ini sampai mencabut
jiwamu, bukankah aku akan jadi seorang pengecut?" kali ini
suara Tong Hauw halus dan lembut. "sekalipun begitu, aku
harus menotok jalan darah kalian agar rahasia ini tidak
sampai bocor ke tangan orang lain"
Tangannya bergerak cepat, dari serangan telapak kini ia
melancarkan serangan totokan merobohkan kedua orang
itu, kemudian merandek ke depan, menekan tombol
rohasia, membuka pintu penghadang dan teruskan
rangkakannya kedepan.
Belum jauh ia pergi, tiba2 ia berpaling kembali, ujarnya:
"Lebih baik untuk sementara waktu kalian berdiam
dalam lorong rahasia ini, menanti aku sudah kembali, jalan
darah kalian berdua pasti akan kubebaskan !"
Demikianlah, sambil membopong Si Soat Ang, ia
merangkak dalam lorong rahasia tersebut.
Tidak lama kemudian tibalah kedua orang itu di depan
pintu penghalang kedua, ia meneruskan rangkakannya ke
depan sekalipun hati terasa semakin menegang.
"Dua jam lamanya ia merangkak dalam lorong tersebut,
akhirnya ia berhenti. mengatur napas dan mulai
menimbang waktu, dalam dugaannya saat itu sudah
kentongan keempat sedang tiga depa di hadapannva sudah
merupakan ujung dari lorong tersebut, dimana pada pintu
masuk gua tadi tertutup oleh selembar papan batu.Asalkan papan tadi tersingkap, mereka akan berada
didalam benteng Thian It Poo.
Tong Hauw ragu2 sejenak, kemudian ia tarik napas
panjang2. telapak diputar dan papan batu lambat2
tersingkap.
Menanti papan tadi sudah terbuka tiga, empat coen
tingginya. ia baru berhenti dan mengintip ke luar, tampak
olehnya tempat itu berupa sebuah halaman kecil yang sunyi
dan terpencil.
Tong Hauw belum pernah mendatangi benteng Thian It
Poo, ia tak tahu tempat itu benarkah benteng yang dituju
atau bukan.
Sepasang telinganya dipentang lebar2, setelah di
dengarnya tak ada sesuatu gerakan apapun disekitar sana
papan penutup tadi didorong semakin ke atas hingga
akhirnya terbuka lebar.
Jantungnya berdetak makin keras, sambil membopong Si
Soat Ang ia meloncat keluar dari lorong rahasia dan
merangkak naik keatas permukaan. Suasana sepi, hening
dan tak kedengaran sedikit suarapun, empat penjuru
tertutup oleh tembok tinggi dengan beberapa buah ruangan
yang gelap gulita beberapa tombak dihadapannya.
Tong Hauw menutup kembali papan batu tadi,
kemudian sambil membopong Si Soat Ang langsung
menuju kerumah tadi.
Bangunan tersebut amat kotor, pintu tertutup rapat dan
dikunci dengan sebuah gembokan berkarat, mungkin waktu
yang sudah berlangsung lama membuat gembokan tadi
sudah lapuk, dalam sekali sentakan gembokan tersebut
patah jadi dua dan pintu segera terpentang lebar.Setibanya didalam ruangan, ia baru menghembuskan
napas lega, sebab paling sedikit untuk sementara waktu
jejaknya belum konangan.
Ia cengkeram bahu Si Soat Ang sementara tangan lain
membebaskan gadis itu dari pengaruh totokan, bentaknya
berat.
"Tempat apakah ini ? ayoh cepat katakan!"
oooo dwoooo
BAB 2
SI SOAT ANG tidak menjawab, secara tiba2 ia menjerit
lengking dengan suara yang aneh sekali.
Waktu itu suasana disekitar sana sepi, hening dan tak
kedengaran sedikit suara pun.
Tong Hauw sendiripun tidak menyangka Si Soat Ang
bisa menjerit lengking begitu jalan darahnya bebas, karena
terperanjat cengkeramannya tanpa sadarpun rada
mengendor.
Ambil kesempatan itu Si Soat Ang meronta kemudian
menggelinding keluar dari pintu, meloncat bangun dan lari
kearah depan.
Melihat kejadian itu Tong Hauw sangat terperanjat,
ujung kakinya segera menutul permukaan tanah dan
meluncur kedepan, tangannya bergerak cepat
mencengkeram kembali urat nadi pada pergelangan gadis
itu.
Si Soat Ang meronta keras, namun gagal, ia lantas
menjerit lengking. Tong Hauw kaget tangannya bergerak
cepat menotok kembali beberapa buah jalan darah ditubuh
gadis itu.Walaupun Tong Hauw berhasil menguasai keadaan,
tetapi rasa gugup dan takutnya pada saat ini sukar
dilukiskan dengan kata2, sebab jeritan gadis tersebut betul2
kedengaran mengerikan sekali ditengah malam buta, ia
takut para jago benteng Thian It Poo mendengar jeritan tadi
dan pada memburu datang.
Makin dipikir Tong Hauw semakin gelisah, ia berputar
beberapa kali didalam ruangan yang gelap, akhirnya ia
merasa kembali dulu kedalam lorong rahasianya sambil
menanti saat yang lebih tepat lagi untuk bekerja lagi.
Ia tarik tangan Si Soat Ang dan diajak lari ke depan,
namun pada saat yang bersamaan tidak jauh dari ruangan
tadi berkumandang suara jeritan aneh. Tong Hauw
terperanjat buru2 ia berkelebat ke ujung ruangan, saking
cemasnya sampai2 Si Soat at Ang pun sudah ketinggalan
didepan pintu.
Punggungnya menempel diatas dinding, telapak
disilangkan didepan dada. ketegangan yang meliputi
benaknya semakin memuncak. sebab pada saat itulah dari
balik dinding muncul sesosok bayangan manusia yang
tinggi dan lembut.
Waktu itu salju telah berhenti, awan hitam buyar dan
sinar rembulan kembali memancarkan cahayanya,
bayangan manusia itu semakin nyata dan bisa ditegaskan,
dia adalah seorang perempuan berambut panjang.
Tong Hauw tarik napas panjang2, ia berdiri menanti
disana dengan tenangnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara gelak tertawa yang
aneh sekali berkumandang datang, gelak tertawa itu sangat
mengerikan membuat bulu kuduk siapapun pada bangun
berdiri.Sementara Tong Hauw masih tegang, mendadak
perempuan itu berhenti tertawa, suasana kembali pulih
ditengah keheningan
Lambat2 Tong Hauw tarik napas panjang2. badannya
sedikit bergeser ingin melihat macam apakah perempuan
yang berada di hadapannya, tiba2..
"TongHauw, telapak berdarah Tong Hauw !"
Perempuan itu menyebut namanya, bahkan nama tadi
diucapkan sangat jelas sekali.
Tetapi Tong Hauw tetap tak berkutik, ia merasa dirinya
pun tak bisa melihat jelas gadis tersebut, tentu saja
perempuan itupun tidak seharusnya menemukan dirinya,
tetapi secara bagaimana perempuan itu dapat menyebutkan
namanya ?
Walaupun sudah setengah umur Tong Hauw berkelana
didalam dunia persilatan, dalam keadaan seperti ini tak
urung dibikin merinding juga, pikirnya:
"Namaku sudah diketahui oleh pihak lawan. percuma
saja aku tetap bersembunyi ... untung Si Soat Ang gadis sial
ini masih berada ditanganku, sekalipun gagal aku masih
bisa mengundurkan diri dengan andalkan sandera ini."
Karena berpikir demikian ia lantas mendongak tertawa
terbahak2.
"Haa... haa haa.. kiranya kedatangan aku orang she-
Tong sudah kalian ketahui !"
Sembari bicara ia melangkah keluar dari tempat
persembunyian, sebelah tangan mencengkeram tubuh gadis
itu sementara telapak lain ditempelkan di atas batok
kepalanya siap menghadapi segala kemungkinan.Dalam pada itu ia sudah berada di luar pintu,
pemandangan disekelilingnya dapat terlihat amat jelas
sekali, mendadak ia bergidik dan menyusut mundur
kembali beberapa langkah kebelakang.
Kiranya keadaan dari gadis berambut panjang itu
mengerikan sekali, separuh rambutnya sudah beruban, dan
wajahnya kurus kering sedikitpun tiada daging keadaannya
lebih mirip dengan sekerat tengkorak hidup yang baru
bangun dari liang kubur sepasang matanya jauh didalam
memancarkan cahaya tajam, se-olah2 sepasang biji mutiara
yang setiap saat kemungkinan bisa terlepas dari tempatnya.
"Tong Hauw ! telapak berdarah Tong-Hauw!" kembali
perempuan aneh itu berseru, badannya lambat2 berputar
dan melototi lelaki tersebut tak berkedip.
"Siapakah anda ?" tegur Tong Hauw setelah tertegun
beberapa saat Iamanya, selama hidup belum pernah ia
jumpai kejadian seperti ini hari
"TongHauw . . ."
"Apakah kau anggota benteng Thian Poo ?" tukas Tong
Hauw kemudian setelah tertegun beberapa saat, Kali ini
perempuan aneh itu tidak berteriak lagi, ia mendongak
tertawa aneh. Tong Hauw benar2 dibikin kebingungan oleh
peristiwa yang terbentang didepan mata, dengan sangat ber
hati2 ia maju dua langkah kedepan.
Mendadak. . dari tempat kejauhan berkumandang datang
suara hiruk pikuk yang ramai sekali, diikuti ada orang
berteriak:
"Aaaa disini . . ia datang kemari, tidak bakal salah lagi,
coba kalian lihat bekas te!lapak kaki yang ada diatas
permukaan salju !" Kehadiran orang2 itu sangat cepatsekali, dalam sekejap mata mereka sudah berada diluar
dinding tembok yang tinggi.
Terdengar seseorang diantaranya berseru: "Dia pasti
sudah meloncat masuk kebalik dinding tembok yang tinggi
ini !"
"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" tanya yang lain.
"Kita tunggu dulu disini, dinding ini kita kurung rapat2.
tunggu saja keputusan dari Poocu sendiri"
Suara seseorang yang tua serak menyambung "Aaaai
keadaan malam ini sungguh tidak menguntungkan benteng
Thian It Poo kita, satu persoalan belum terselesaikan
persoalan lain kembali terjadi ?"
"Aku lihat terpaksa kita kurung saja tempat ini, sebab
cara ini jauh lebih baik dari pada kita harus beramai2
menangkapnya kembali, kalau kita tidak berbuat demikian,
seandainya Poocu datang kita tak bisa menanggung
resikonya !"
"Hmm ! enak sekali kau ngomong, nyalimu sungguh
kecil sekali!"
Beberapa saat kemudian suasana jadi sunyi senyap
kecuali obor2 yang mulai berdatangan mengurung seluruh
dinding tembok itu rapat2, berapa orang yang telah datang
susah diramalkan hanya yang jelas tak seorangpun diantara
mereka berani meloncat masuk kebalik dinding.
Melihat kejadian itu, Tong Hauw jadi lega hati.
Bagaimanapun juga dia adalah seorang jagoan kangouw
yang berpengalaman luas, walaupun belum diketahui apa
sebenarnya yang telah terjadi namun ia dapat memastikan
kalau orang2 benteng Thian It Poo sedang menghadapi
perempuan siluman tersebut.Kembali Tong Hauw mundur kebelakang, telapak
tangannya masih tetap ditekan diatas batok kepala Si Soat
Ang. selangkah demi selangkah ia mundur kembali ke
dalam ruangan gelap tersebut
Suasana diluar tembok tinggi sunyi beberapa saat
lamanya, mendadak terdengar salah seorang berteriak:
"Sudah. . . bagus, bagus sekali Kan Jie ya telah datang I"
Ditengah teriakan tersebut, salah seorang diantaranya
berseru pula:
"Kan Jie-ya dalam persoalan ini terpaksa kita harus
minta bantuanmu !"
"Apa yang terjadi ?" suara seseorang yang nyaring dan
lantang menggema datang.
"Aku hanya datang seorang tamu, tidak seharusnya
banyak mencampuri urusan ini."
"Kan Jieya, kau jangan terlalu merendah, kau adalah
sahabat karib dari Poocu kami, tentu saja terhitung seorang
pembantu setia, Seorang perempuan gila yang terkurung
dalam pagoda entah apa sebabnya telah lolos dari
kurungan, sembilan bagian ia pasti berada didalam tembok
tersebut".
"Ooow, siapakah orang itu?"
"Kami sendiripun tidak tahu cuma ilmu silatnya... sangat
lihay"
"Baik, akan kuperiksa keadaan disana"
Mendengar perkataan itu Tong Hauw buru2 mundur
kebelakang dan bersembunyi dibalik ruangan.Ketika itulah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan
dengan dandanan siucay melayang turun dari atas tembok
pekarangan.
Menjumpai orang itu, Tong Hauw segera berseru dalam
hatinya:
"Aaah kiranya Thian-Ti-Ceng-Ngo Auw atau seruling
Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lim adanya."
Walaupun selama dua puluh tahun lamanya Tong Hauw
mengasingkan diri didaerah luar perbatasan, namun
kebanyakan ia kenal dengan jago tersohor dalam dunia
persilatan, siseruling besi yang menggemparkan lima telaga
Kan Tek Lim merupakan Cay cu dari benteng ditepi telaga
Tong-Ting, wataknya jujur, jantan dan berjiwa besar.
Gerak gerik Kan Tek Lim sangat ber-hati2 sekali, setelah
melayang turun dari atas dinding, punggungnya segera
menempel diatas dinding, setelah merasakan suasana tetap
tenang saja dan melihat perempuan itu sama sekali tidak
menyadari akan kehadirannya ia mendekati perempuan itu
semakin dekat.
Tiba2 ..
"Tong Hauw !" sambil putar badan perempuan itu
menjerit lengking.
"Tong Hauw ?" seru Kan Tek Lim dengan alis berkerut.
"Yang kau maksudkan apakah Si-telapak berdarah Tong
Hauw yang tersohor disekitar Kanglam tempo dulu ? ? ?"
Perempuan itu tidak menjawab, sebaliknya malah
berteriak semakin keras:
"Telapak berdarah Tong Hauw ! telapak berdarah Tong
Hauw !"Mendengar jeritan itu TongHauw semakin keheranan, ia
merasa seandainya dahulu perempuan ini pernah
menjumpainya muka sepanjang masa tak akan dilupakan,
tapi ia merasa belum pernah menjumpai orang ini, tetapi
bagaimana mungkin ia bisa mengucapkan kata2 tersebut?
mungkinkah ia ada sangkut paut atau hubungan dengan
dirinya ?
Pikiran Tong Hiuw segera bergerak, tak kuasa ia bersin
beberapa kali buru2 pikirnya:
"Tidak tidak, tidak mungkin, aku tidak boleh berpikir
sembarangan pasti tak mungkin demikian . ."
Sementara itu perempuan tadi sudah berhenti menjerit
selangkah demi selangkah ia mendekati Kan Tek Lim.
Para jago Thian It poo yang bersandar diatas dinding,
segera pada berdetak keras sewaktu dilihatnya perempuan
itu mendekati diri Kan Tek Lim.
"Kan Ji ya, hati2, ia akan turun tangan,” Belum selesai
peringatan itu diutarakan mendadak kelima jari perempuan
itu bagaikan jepitan telah meluncur kedepan. serangan
perempuan itu cepat, namun Kan Tek Lim pun menghindar
dua langkah ke samping.
Serangan tadi mengenai sasaran kosong dan langsung
menghajar tembok dinding yang ada di hadapannya.
"Braaak. . ." tembok tebal terbuat dari beton tersebut
seketika hancur ber-keping2 dan meninggalkan lima buah
bekas cengkeraman yang dalam sekali, ditinjau dari hal ini,
bisa membuktikan betapa sempurna tenaga Iweekang yang
dimiliki perempuan itu.
Ambil kesempatan bagus itu, Kan Tek Lin segera putar
badan balas melancarkan sebuah cengkeraman mengancam
pergelangan lawan.Terhadap datangnya serangan ini perempuan tersebut
tidak menghindar, melihat peristiwa itu Kan Tek Lin girang
sekali, kelima jarinya dengan cepat mencengkeram
pergelangan lawan.
Siapa sangka ketika itulah ujung telapak tangan
perempuan itu bergetar, diantara sambaran ujung bajunya
segulung angin pukulan yang maha dahsyat mengancam
dada orang she-Kan tersebut.
Segulung tenaga lunak yang besar dan dahsyat bagaikan
gulungan ombak ditengah samudra meluncur tiada
hentinya menekan dada lelaki tersebut.
"Bruukk !" Kan Tek Lin tergetar keras, tak berdaya
badannya mundur selangkah kebelakang sementara
dadanya jadi sesak, kepala pusing tujuh keliling dan mata
ber-kunang2, rasa kaget yang dialami Kan Tek Lin saat ini
susah dilukiskan dengan kata2.
Lengannya segera bergetar cepat, sebatang seruling besi
yang hitam pekat sepanjang dua depa segera diambil keluar,
"Criit, criit, criit" beruntun tiga jurus serangan berantai telah
dilepaskan, serangan itu kelihatan cepat bagaikan kilat
namun dalam kenyataan merupakan jurus pertahanan yang
kuat, sembari melepaskan ketiga jurus tadi iapun mundur
tiga langkah kebelakang.
Menanti ia sudah lolos dari mara bahaya, para jago yang
berada disekeliling dindingpun menghembuskan napas lega,
terdengar diantara mereka ada yang berseru keras:
"Kan Jie hiap, aku lihat lebih baik tunggu saja kehadiran
Pocu kita !"
Tentu saja orang itu berkata demikian karena bermaksud
baik, tapi justru karena perkataan ini pula Kan Tek Lin
membatalkan maksudnya untuk mengundurkan diri, sebabia merasa seandainya dia mengundurkan diri maka nama
besarnya akan kecundang.
Ia mendengus dingin dan berseru:
"Hmm! ternyata ilmu silat perempuan ini benar2 sangat
lihay !"
"Benar." jawab seseorang, "Bahkan Poocu sendiripun. .
."
"Jangan bicara sembarang !" belum habis orang itu
berkata, salah seorang rekannya telah menukas.
Kan Tek Lim tertawa lebar, ujarnya kembali: "Karena
tak kusangka ia memiliki ilmu silat selihay itu, hampir2 saja
aku menderita kerugian besar agaknya ia tidak benar2 gila
!"
Sembari berkata selangkah demi selangkah ia berjalan
mendekat, hanya saja gerakannya kali ini semakin hati2, ia
berhenti kurang lebih tiga-empat depa dihadapan lawan.
Badannya mendadak merendah, serulingnya laksana
kilat meluncur kedepan menotok jalan darah lemas
dipinggang perempuan itu.
Serangan ini ganas, telengas dan cepatnya luar biasa,
pada hari2 biasa serangan ini akan bersarang ditubuh lawan
sebelum pihak musuh merasakan apa sebenarnya yang telah
terjadi.
Senjata seruling ditangan Kan Tek Lin dalam sekejap
mata telah tiba ditempat sasaran sebentar lagi serangan itu
pasti akan menemui sasarannya, tiba2 perempuan itu putar
badan menyambar ke arah seruling besi tersebut.
Sejak Kan Tek Lin berhasil merebut gelar seruling besi
yang menggemparkan lima telaga, entah sudah berapabanyak jago yang roboh ditangannya namun belum pernah
ia jumpai kejadian seperti ini,
Buru2 serangannya dibuyarkan dan senjata seruling
besinya ditarik kembali kebelakang.
Ia cepat, perempuan itu jauh lebih cepat, sebelum dia
sempat menyelamatkan senjatanya, seruling besi itu sudah
kena dicengkeram oleh perempuan tadi.
Setelah berhasil mencekal senjata tersebut, kembali ia
berdiri termangu. disana, kejadian ini makin membuat Kan
Tek Lin malu, sudah beberapa kali ia coba menarik kembali
senjatanya, tetapi tiap kali maksudnya gagal total.
Kan Tek Lin tahu, bila ia tidak lepas tangan pada saat ini
maka kerugian besar akan diterimanya, sebaliknya kalau ia
lepas tangan berarti nama besarnya jatuh kecundang
ditangan orang lain.
Setelah ragu2 beberapa waktu, ia segera ambil keputusan
dengan menggunakan tenaga sembilan bagian ia menarik
serulingnya kuat2.
Tarikan ini tetap gagal merampas senjata tersebut,
namun cukup membuat perempuan itu bergoyang keras.
Terdengar perempuan itu menjerit, tangan kanannya
ditarik kebelakang keras2 membuat badan Kan Tek Lim tak
kuasa lagi terseret kedepan.
Rasa kaget yang dialami Kan Tek Lim bukan alang
kepalang, berada dalam keadaan seperti ini kalau ia tidak
lepas tangan maka keadaan semakin konyol, terpaksa ia
lepas senjata andalannya dan mundur kebelakang, akhirnya
berhenti didepan bangunan gelap.Pada saat ini asalkan ia berpaling maka sitelapak
berdarah Tong Hauw serta Si Soat Ang yang bersembunyi
ditempat kegelapan bakal ketahuan jejaknya.
Tetapi saat ini jantungnya sedang berdetak keras, tak ada
waktu baginya untuk mengurusi persoalan lain, apalagi
Tong Hauw sudah tutup semua pernapasannya.
Sementara itu bukan saja Kan Tek Lin bungkam, bahkan
Tong Hauw serta semua anggota Thian It Poo pun tertegun
dibuatnya, Kan Tek Lin bukan jagoan sembarangan, siapa
nyana dalam satu jurus saja senjatanya berhasil dirampas
orang ini, betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang ini.
Setelah berhasil merampas senjata tersebut seruling tadi
dibolak balik berulang kali seakan tidak tahu benda apakah
itu, kemudian dibuangnya benda tersebut kesamping.
"Criing . . ." dengan diiringi desiran tajam seruling
tersebut meluncur kedepan dan menancap didalam tembok
sehingga lima coen dalamnya.
Begitu melihat senjatanya dibuang, Kan Tek Lio segera
meloncat kesisi tembok dan dicabut nya sekuat tenaga,
kemudian tanpa memperdulikan gengsinya lagi, ia meloncat
naik keatas tembok dinding.
"Poocu menerima tanda bahaya, saat ini sudah
meninggalkan benteng karena takut siocia menjumpai
peristiwa diluar dugaan."
"Siapakah perempuan ini ? apakah diantara kalian tak
seorangpun yang tahu ?" kembali Kan Tek Lim bertanya.
Orang2 itu pada membungkam, mereka saling
berpandangan tanpa seorangpun yang bisa menjawab, lama
sekali . . seorang yang berusia rada lanjut baru buka suara
berkata:"Jian Jie-ya, perempuan ini misterius sekali, hampir
boleh dikata semua anggota dalam benteng Thian It Poo
mengetahui akan perempuan gila ini, tapi tak tahu asal
usulnya, aku dengar aku dengar... sejak ia datang kemari.
Poocu lantas mengusir semua orang yang semula tinggal
dalam benteng Thian It Poo ini, peristiwa tersebut terjadi
setahun setelah Poocu berpesiar keselatan."
Buat Kao Tek Lin yang mendengar kisah ini hanya
mangut2 belaka, tanpa ada perasaan lain.
Tetapi sitelapak berdarah Tong Hauw yang bersembunyi
ditempat kegelapan hampir2 saja berseru tertahan setelah
selesai mendengar kisah tersebut untung dia adalah seorang
jago kangouw kawakan, walaupun terperanjat ia tidak
sampai melampiaskan emosinya, per-lahan2 ia
menghembuskan napas panjang sementara sepasang
matanya dengan ber-kaca2 memperhatikan perempuan gila
yang lebih mirip siluman itu.
Kan Tek Lin setelah berada diatas tembok dengan wajah
ter-sipu2 tertawa kering lalu berkata:
"Ilmu silat yang ia miliki sangat lihay sekali, aku bukan
tandingannya, tetapi kedudukan serta asal usulnya amat
misterius, kemungkinan besar ia ada hubungan dengan
Poocu. . . aku lihat- -aku. . " bicara sampai disitu ia tertawa
kering dan tambahnya:
"Aku lihat lebih baik kita bicarakan lagi setelah Poocu
kalian pulang !"
Sejak Kan Tek Lin menderita kekalahan total, para jago
Thian It Poo sudah pada ketakutan setengah mati, mereka
kepingin sekali mengundurkan diri dari sana. Kini
mendengar ajakan orang she Kan itu, tidak menanti
perkataan kedua diutarakan dalam sekejap mata sudah pada
mengundurkan diri semua.Dalam pada itu suara dari Kan Tek Lin masih terdengar
berkumandang datang dari balik dinding tembok.
"Merepotkan kalian harus ber jaga2 disini, sekalipun ia
meloncat keluar dari dinding ini, kalianpun tak usah terlalu
gugup, aku lihat asalkan tak ada orang yang turun tangan
lebih dahulu, ia tak akan melukai orang !"
"Kalau begitu Kan Jie-hiap, kau . ."
"Aku akan panggil pulang poocu kalian, kalau ia
tinggalkan halaman ini kuntitlah terus dari belakangnya,
coba kalian lihat perempuan gila itu pergi kemana saja,
dengan demikian kalau Poocu pulang, dengan gampang
bisa ditemukan !"
Walaupun orang2 itu sangat takut namun terpaksa
disetujuinya perintah tersebut, suasana jadi tenang kembali
kecuali suara2 menggerutu dari beberapa orang. Menanti
suasana jadi tenang kembali Tong Hauw baru alihkan sinar
matanya kembali kearah perempuan itu.
Ia berusaha untuk menemukan tanda2 persamaan dari
orang yang dibayangkan dalam benaknya saat ini, namun ia
jelas mengerti hal ini tak mungkin terjadi, sebab orang yang
dibayangkan adalah seorang perempuan cantik sedang
perempuan yang berada dihadapannya jelek sekali.
Sekalipun begitu Tong Houw masih ragu2. . . .
Akhirnya ia lepaskan cekalannya pada Si Soat Ang dan
per lahan2 maju kedepan, selangkah demi selangkah tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun mendekati perempuan itu,
pendengaran perempuan itu benar2 tajam mendadak ia
berpaling.
Tong Hauw tetap membungkam, ia maju terus kedepan,
semakin mendekati raut wajah perempuan tersebut yang
jelek seperti tengkorak, perasaan aneh semakin menebal,bahkan seluruh tubuhnya mulai gemetar keras menahan
emosi.
Akhirnya dia berhenti dihadapan perempuan itu
sementara perempuan itupun melototi dirinya tak berkedip,
sepasang biji matanya tak bersinar, sayu dan mendatangkan
rasa ngeri bagi setiap orang.
Tong Hauw berhenti, mengatur napas dan
menghembuskan napas panjang, lalu tegurnya lambat-
lambat:
"Kau . . kau adalah CiangOh ?"
Suara itu rendah dan lirih, sebab ia takut suaranya
kedengaran para jago Thian It Poo yang ada diluar tembok
dinding.
Walaupun suara itu lirih, namun perempuan tersebut
memberi reaksi, tiba2 ia putar badan, dalam sekejap mata
raut wajahnya yang kurus seperti tengkorak menampilkan
suatu perasaan yang susah dilukiskan dengan kata2.
Diikuti terdengar ia menjerit lengking, suara nya tinggi
keras dan memekikkan telinga . . .
Jeritan ini membuat Tong Hauw terperanjat buru2 ia
mundur dua langkah kebelakang sementara suaranya diluar
dinding tembok jadi amat gaduh.
Setelah menjerit perempuan itu tertawa aneh.
Sambil tertawa bibirnya bergetar mengucapkan puluhan
patah kata, namun disebabkan gelak tertawanya amat
memekikkan telinga maka apa yang diucapkan sepatah
katapun tak bisa ditangkap jelas.
Buru2 Tong Hauw bergerak mundur kembali kedalam
bangunan kecil tersebut, pikirannya terasa makin kacau.Apa sebabnya perempuan itu menjerit lengking
kemudian tertawa aneh setelah mendapat pertanyaan itu,
mungkinkah dia adalah Cang Ooh ? mungkinkah dia
adalah Ciang Ooh yang dianggap sudah mati sejak dua
puluh tahun berselang ?
Tidak mungkin ! hal ini tidak mungkin terjadi, Ciang
Ooh adalah wanita tercantik didaerah Biauw, waktu
pertama kali ia berjumpa dengan gadis tersebut tepat
merupakan malam bulan purnama, gadis itu bagaikan
bidadari yang turun dari kahyangan, kecantikan wajahnya
amat mempersonakan karena itulah ia memberi nama
Ciang Ooh kepadanya.
Sedang perempuan yang berada dihadapannya ? Jelek.
menakutkan, bahkan lebih seram dari siluman, mana
mungkin dia adalah CiangOoh?
Lagi pula Ciang Ooh hanya seorang gadis suku Biauw
biasa. ia tidak memiliki ilmu silat, sedangkan perempuan
gila yang ada dihadapannya memiliki ilmu silat yang sangat
lihay, tentu saja dia bukan Ciang Ooh yang di-idam2kan
dan dirindukan selama ini.
Kalau benar dia bukan Ciang Ooh, mengapa perempuan
ini menunjukkan sikap terperanjat sewaktu mendengar
nama tersebut ? dan mengapa pula ia selalu memanggil
namanya ?
Timbul suatu perasaan dalam benak Tong Hauw, ia
merasa sekalipun perempuan itu bukan Ciang Ooh tentu
punya hubungan yang sangat erat dengan gadis biauw
tersebut atau mungkin...dari nada ucapannya bisa ditarik
kesimpulan tempo dulu Ciang Ooh telah sangat
menderita..ia mati karena tersiksa.
Teringat sampai disitu Tong Hauw gertak gigi kerat2,
seluruh tubuhnya gemetar hebat.Seperminum teh lamanya perempuan itu menjerit,
kemudian suasana hening kembali kecuali bibirnya masih
bergerak seperti lagi mengucapkan sesuatu namun tak
kedengaran sedikitpun
Melihat suasana tenang kembali, Tong Hauw ingin sekali
berjalan keluar lagi, se-konyong2 . . suara bentakan keras
berkumandang dari tempat kejauhan makin lama semakin
mendekat dan cepatnya luar biasa.
Bentakan itu mula2 ditempat jauh tapi dalam sekejap
mata sudah berada didepan mata bahkan laksana be-ribu2
ekor kuda berlari berbareng seluruh kalangan tergetar keras.
Tong Hauw berdiri tertegun, ia tertegun bukan karena
kaget oleh bentakan tersebut melainkan ia dapat mendengar
suara itu dipancarkan oleh Si Liong. Poocu dari benteng
Thian It Poo yang didendam dan dibencinya selama dua
puluh tahun.
Sementara ia masih berdiri tertegun, Kan Tek Lim yang
ada diluar tembok sedang berkata:
"Toako, kau telah kembali ? apakah keponakan Soat An
tidak menemui kejadian apa2 ?"
"Hemm !" Si Liong mendengus dingin "Budak itu belum
kutemukan, namun aku telah menjumpai suatu peristiwa
diluar dugaan."
Tong Hauw terkesiap sehabis mendengar ucapan itu, ia
tahu yang dimaksud "peristiwa diluar dugaan" oleh Si
Liong tentu menunjukkan dirinya.
Segera pikirnya didalam hati:
"Walaupun aku punya Si Soat Ang sebagai sandera,
namun tidak mempunyai keyakinan untuk menang, palingsedikit aku harus cari kesempatan untuk mengundurkan diri
dari sini..."
Karena itu ia segera masuk kembali kedalam kamar
gelap itu dan mencengkeram Si Soat Ang kencang2.
Terdengar Si Liong yang ada diluar tembok bertanya
kembali:
"Apakah ia melarikan diri dari kurungan ?".
"Benar." seseorang menjawab, "Kan Jie-ya pergi
menghadapinya... namun... namun menderita kerugian.”
Kan Tek Lin menghela napas panjang.
"Aaaai...Toako. walaupun benteng Thian It Poo terletak
jauh diluar perbatasan, namun nama besarnya benar2
bukan nama kosong belaka didalam sejurus perempuan gila
itu berhasil merebut senjata seruling besiku !".
"Jie-te jangan menggoda. bahkan aku sendiri . . . aku
sendiripun..." Si Liong cuma bicara sampai setengah jalan
untuk kemudian menghela napas beberapa kali dan
membungkam.
"Toako, siapakah perempuan itu ?"
"Kalau dibicarakan amat panjang sekali, persoalan ini
tentu akan kuberitahukan kepadamu, ia bisa melarikan diri
dari kurungan berarti jeriji besi setebal satu coen yang
mengurung dirinya berhasil dipatahkan atau dengan
perkataan lain ilmu silatnya memperoleh kemajuan pesat,
belum tentu aku bisa menangkap dia. Jie-te, mari bantu
diriku !"
"Baik !"
Dua sosok bayangan manusia laksana kilat meloncat
melewati tembok dan melayang turun keatas permukaan.Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan dapat
melihat jelas sekali, orang pertama bukan lain adalah si
seruling Besi yang menggetarkan lima telaga Kan Tek Lin,
sedang orang kedua punya perawakan tinggi besar,
bercambang warna emas serta wajah yang keren terutama
sekali sepasang matanya memancarkan cahaya.
Sudah dua puluh tahun lamanya Tong Hauw tidak
berjumpa dengan orang ini, dia bukan lain adalah Si Liong.
Tong Hauw harus mengerahkan segenap
kemampuannya untuk menahan diri, lambat2 ia tarik napas
dan mengerem langkah kakinya yang hendak melangkah
keluar sementara itu Si Liong telah melayang turun
kedalam halaman, ia menghela napas dan ulapkan
tangannya memberi tanda kepada Kan Tek Lin agar jangan
terlalu mendekati perempuan itu, sedang ia sendiri berhenti
kurang lebih lima enam depa dihadapan perempuan
tersebut.
Setelah itu kembali ia menghela napas panjang dengan
suara yang serius dan keren tegurnya:
"Kau . . . kembali kau melarikan diri, Aaai buat apa kau
menyusahkan diriku terus menerus ?"
Perempuan itu tetap berdiri tak berkutik ditempat
semula.
"Mari. ikut aku pulang kekamarmu !" seru Si Liong
kembali sambil angsurkan tangannya ke-depan.
Gerakannya lambat sekali, siapapun dapat melihat kalau
ia bertindak sangat hati2 dan tak berani gegabah.
Namun perempuan itu tetap berdiri tak berkutik.
Makin lama tangan si Liong semakin mendekati
pergelangannya, ketika itulah gerakan orang itu semakincepat, laksana kilat kelima jarinya mencengkeram
pergelangan perempuan itu.
Gerakan ini betul2 cepat laksana kilat, tahu2 kelima jari
tangannya berhasil mencengkeram urat nadi perempuan itu
erat2, wajahnya terlintas rasa girang bukan main.
"Kita . . ." serunya.
Mendadak situasi berubah diluar dugaan.
Laksana kilat perempuan itu putar badan memandang
sekejap kearah Si Liong, diikuti telapak tangannya diayun
menggaplok pipi lelaki tua itu.
Buru2 Si Liong berkelit, namun gerakannya terlambat
selangkah.
"Plaaak!" dengan telak serangan itu bersarang diatas pipi
Si Liong membuat lelaki tua ini mundur tiga langkah
kebelakang. cengkeramannyapun jadi mengendor.
Menanti ia dapat berdiri tegak, terdengar Kan Tek Lin
berseru tertahan: "Toako, pipimu . ."
Si Liong meraba pipinya, bukan saja terasa panas, linu
dan sakit bahkan bekas gaplokan lima jarinya dapat teraba
nyata.
Air muka Si Liong kontan berubah hebat, ia tarik napas
panjang2 kemudian ambil keluar suatu senjata tajam yang
aneh sekali bentuknya.
Senjata itu berupa cakar naga yang panjangnya tiga depa
dan terbuat dari baja murni, lima sisik cakar memancarkan
cahaya ke-emas2an yang berkilauan.
Setelah senjata ini dikeluarkan maka Kan Tek Lin makin
tegang, senjata serulingnya disiapkan mengarah jalan darah
penting di depan dada perempuan itu. Kali ini ia tak berani
bertindak gegabah.Tong Hauw yang mengintip kejadian itu dari tempat
persembunyiannya jadi terkesiap, keringat dingin serasa
mengucur keluar dengan derasnya.
Waktu itu Si Liong telah mempersiapkan senjatanya,
selangkah demi selangkah ia mendesak kedepan, wajahnya
penuh diliputi ketegangan.. ia mendesak kedepan dari
sebelah kiri perempuan itu, sementara Kan Tek Lin dengan
senjata terhunus dan mengarah kebawah selangkah demi
selangkah maju kedepan.
Akhirnya Si Liong tiba di hadapan perempuan itu, ia
merandek sejenak dan menegur dengan suara berat:
"Kau jangan mengaco belo lagi, ayoh cepat ikut aku
pulang !".
Tenaga lweekangnya amat sempurna. bentakan ini
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong.
Seluruh tubuh perempuan itu tergetar keras, mendadak ia
jerit melengking dan tertawa ter-kekeh2.
"Apa yang kau tertawakan"!" bentak Si Liong teramat
gusar.
Sembari menegur, senjata cakar naganya dengan disertai
sekilas cahaya tajam dari atas kearah bawah menghantam
batok kepala perempuan itu, gerakannya cepat laksana
sambaran kilat.
Tong Hauw yang melihat kejadian itu dari tempat
persembunyian jadi tercelos hatinya, sebab dari jarak sejauh
tiga-empat tombak ia masih kedengaran desiran tajam dari
serangan itu.
"Kau ingin membinasakan diriku ?" mendadak
perempuan itu berteriak aneh.Bersamaan teriakan itu badannya merendah ke bawah,
gerakan ini aneh dan tidak masuk dalam akal.
Sebab serangan Si Liong mengancam batok kepalanya,
sekalipun ia telah merendah kebawah paling banter hanya
memperlambat beberapa saat serangan tersebut, untuk
menghindar boleh dikata percuma.
Melihat hal tersebut diatas, Si Liong memperbesar tenaga
serangannya, senjata cakar naganya bergetar semakin cepat.
Terdengar perempuan itu menjerit aneh, mendadak
badannya makin merendah kebawa untuk kemudian melejit
keatas.
Serangan Si Liong yang menggunakan tenaga amat besar
ini tak sempat ditarik kembali lagi, begitu sasarannya lenyap
senjata cakar naganya tidak ampun menghantam
permukaan tanah keras.
Bunga2 salju beterbangan memenuhi angkasa diiringi
suara bentrokan keras permukaan salju yang tebal beberapa
coen itu hancur ber-keping2.
Perempuan itu setelah melejit ketengah udara sebenarnya
ia punya peluang baik untuk merebut kemenangan namun
perempuan gila itu tidak berbuat demikian ia melayang
turun ke atas permukaan dan berdiri mematung.
Si Liong segera mundur kebelakang, wajahnya berubah
hijau membesi dengan ter-sipu2 ia tertawa apa boleh buat.
"ilmu ... ilmu silatmu benar2 tambah lihay." serunya.
Perempuan itu gelak tertawa. suaranya tinggi
melengking.
Karena gagal menggunakan kekerasan, kali ini Si Liong
menggunakan kelunakan, dengan suara halus ujarnya:"Kau. . . Aaaai . . padahal kalau tidak gila, akupun tidak
akan mengurung dirimu dalam pagoda tersebut seorang diri
!"
Perempuan tadi tetap membungkam se-olah2 terhadap
apa yang diucapkan Si Liong sama sekali tidak mendengar.
Lambat2 Si Liong berjalan makin mendekati lagi.
"Toako, hati2..." melihat tindakan tersebut Kan Tek Lim
segera berseru. Dengan cepat Si Liong goyangkan
tangannya mencegah ia bersuara lebih jauh. ia berjalan
sampai kesisi perempuan tadi kemudian dengan suara halus
sapanya: "Ciang Ooh. . ."
Tentu saja setelah menyebut namanya, ia masih
mengucapkan perkataan lain, hanya si telapak berdarah
Tong Hauw yang bersembunyi ditempat kegelapan tak
mendengar sedikitpun apa yang diucapkan.
Ketika Tong Hauw mendengar kata2 "Ciang Ooh"
tersebut benaknya seperti digodam dengan martil berat,
dalam sekejap pandangan jadi gelap dan telinga serasa
mendengung keras.
Tentu saja kejadian ini hanya berlangsung sedetik, diikuti
jeritan perempuan itu menyadarkan dirinya, ia mulai dapat
menguasai diri dan melihat kejadian didepan matanya
semakin nyata.
Tampak olehnya Si Liong sedang mundur ke belakang
dalam keadaan mengenaskan, sementara sepasang mata
perempuan itu melototi dirinya tak berkedip.
Sepasang biji mata perempuan itu yang benar bukan
mata manusia hidup, biji matanya hampir boleh dikata
berwarna abu2 semua itu kelihatan amat mengerikan sekali.
"Ciang Ooh ? benarkah perempuan seram ini adalah
Ciang Ooh ? tidak mungkin !"Tapi bukankah dengan jelas sekali Si Liong memanggil
perempuan itu sebagai CiangOoh?
Ciang Ooh, adalah nama yang diberikan olehnya kepada
seorang gadis suku Biauw pada dua puluh lima tahun
berselang, sebetulnya gadis itu punya sebuah nama yang
jelek dan susah dibaca, beberapa kali Tong Hauw tidak bisa
menghapalnya, kemudian ia panggil gadis ini sebagai Ciang
Ooh.
Tong Hauw bukan seorang penyair atau pujangga
pandai, ia hanya tahu Ciang Ooh adalah bidadari paling
cantik dirembulan. sedang CiangOh nya adalah perempuan
yang paling cantik pula di kolong langit.
Sewaktu Tong Hauw berkenalan dengan gadis tersebut.
ia sudah berusia tiga puluh tahunan, nama besarnya sudah
tersohor didalam dunia persilatan.
Ilmu telapak berdarah yang ia yakini sebenarnya ilmu
beracun, dan iapun bukan seorang lelaki sejati, maka dari
itu namanya tidak sedap di dengar, setiap orang akan
membayangkan dia sebagai seorang manusia paling sadis,
paling menakutkan, semua orang tahu akan hal ini kecuali
seorang yakni CiangOoh yang ada di daerah Biauw.
Ciang Ooh hanya tahu ia bernama Tong Houw si telapak
berdarah Tong Hauw.
Dalam bayangan Ciang Ooh, lelaki yang bernama Tong
Hauw sama halnya malaikat dari langit, orang yang paling
dicintainya, paling dihormatinya sebab kalau bukan ada
Tong Hauw ia sudah mati ditelan harimau, dan dengan
mata kepala sendiri pula ia melihat bagaimana caranya
Tong Hauw membinasakan harimau tersebut dengan
mudah.Bagi Tong Hauw sendiripun tidak pernah menyangka,
perjalanan yang bermaksud mencari kitab ilmu silat warisan
seorang tokoh silat dari aliran Thiam-cong pay berakhir
dengan perjumpaan tersebut.
Demikianlah mengikuti adat istiadat suku Biauw, ia
kawin dengan Ciang Ooh dan berdiam selama tiga tahun
disana.
Selama tiga tahun ini boleh dikata merupakan masa
paling bahagia baginya, kalau dibandingkan dengan dua
puluh tahun kemudian maka perbedaannya bagaikan
disurga dan dineraka.
Tiga tahun kemudian, tiba2 Tong Hauw teringat dengan
sahabat2 karibnya yang tinggal di Tionggoan, ia ingin
memboyong istrinya pulang negeri leluhur dan dipamerkan
di hadapan rekan2 nya, namun Ciang Ooh tidak mau
meninggalkan desa kelahirannya, karena itu Tong Hauw
lantas berjanji setahun kemudian dia akan kembali lagi ke
daerah Biauw dan sejak itu tidak akan pergi2 lagi.
Seumpamanya waktu itu Tong Hauw tidak
meninggalkan dirinya, mungkin keadaannya akan jauh
berbeda.
Tetapi Tong Hauw telah meninggalkan daerah Biauw, ia
bermaksud melakukan beberapa peristiwa yang
menggemparkan dunia persilatan.
Demikianlah setahun kemudian, dengan penuh
kegembiraan Tong Hauw kembali ke daerah Biauw tapi apa
yang ditemukan?
Pondokannya sudah rata dengan tanah, yang terlihat
hanya puing2 yang berserakan.. berapa jam lamanya ia
berteriak dan mencari namun gagal sehingga akhirnya
beberapa orang Biauw yang masih tersisa muncul daritempat persembunyian dan menceritakan apa sebetulnya
yang telah terjadi.
Kiranya tidak lama setelah ia pergi, ditempat itu muncul
serombongan orang2 Han yang memiliki ilmu silat tinggi,
katanya mereka sedang mencari kitab ilmu silat warisan
seorang tokoh sakti.
Namun sejak mereka berjumpa dengan Ciang Ooh, soal
kitab ilmu silat sudah terlupakan sama sekali. Demi
mendapatkan perempuan cantik ini beberapa orang bangsa
Han itu mulai gontok2an sendiri sehingga akhirnya
dimenangkan oleh seorang lelaki tinggi besar yang berhasil
memboyong pulang CiangOoh.
Sebelum gadis itu diboyong, beberapa orang suku Biauw
melihat dengan mata kepala sendiri betapa Ciang Ooh
mencabut sebilah pisau dan menusuk dada sendiri, banyak
orang menyangsikan mungkin ia sudah lama menemui
ajalnya.
Waktu itu Tong Hauw merasakan badannya seperti
kaku, ia berdiri mendelong beberapa saat lamanya sehingga
beberapa orang berteriak keras, barulah ia mendusin dan
menangis tersedu2.
Tangisannya ini betul2 luar biasa, tiga hari tiga malam
tidak berhenti, makan tidak minum tidak bahkan tidurpun
tidak, beberapa orang suku Biauw yang bersedia menolong
dirinya.
Beberapa hari kemudian ia berangkat meninggalkan
daerah Biauw.
Sejak ia kehilangan Ciang Ooh, dalam dunia
persilatanpun kehilangan seorang tokoh silat yang bernama
sitelapak berdarah TongHouw.Untuk memperoleh bagaimanakah bentuk wajah bentuk
badan manusia yang merampas Ciang Oh tersebut, Tong
Hauw telah mengorbankan waktu setengah tahun lamanya,
ia menyusun lukisan itu berdasarkan gambaran beberapa
orang suku Biauw yang menyaksikan sendiri jalannya
peristiwa tadi.
Kemudian dengan membuang banyak tenaga dan pikiran
pula ia berkelana didalam dunia persilatan untuk mencari
orang yang dimaksud.
Setelah selidiki sana selidiki sini, ia ambil kesimpulan
kemungkinan besar Si Liong seorang pemimpin benteng
Thian It Poo lah merupakan manusia yang dicari.
Begitulah ia lantas berangkat keluar perbatasan dan
tanpa mengucapkan banyak kata2 ia bertarung melawan Si
Liong.
Waktu itu Tong Hauw tidak langsung melaporkan asal-
usulnya, ia cuma bergebrak sebanyak tiga jurus dengan
orang itu, dari sana ia bisa menarik kesimpulan bahwasanya
ilmu silat yang ia miliki masih ketinggalan jauh, untuk
membalas dendam bukan suatu pekerjaan yang ringan.
Disamping itu iapun tahu, penjagaan didalam benteng
Thian It Poo amat ketat, jago lihay banyak terdapat disana,
untuk menyelonong kedalam bentengnya merupakan suatu
pekerjaan yang lebih sukar dari pada terbang kelangit.
Pelbagai kesulitan menimbulkan kebulatan tekadnya
untuk berjuang mati2an. ia lantas menyaru sebagai seorang
pelarian yang kemudian bersemayan diluar benteng Thian
It Poo, disana ia mendirikan sebuah rumah gubuk dan
melewatkan hidupnya dengan susah payah dan
mengenaskan.Selama banyak tahun ini, orang2 benteng Thian It Poo
hanya tahu kakek tua itu bernama Tan Loo-ya, tak
seorangpun yang tahu asal-usul sebenarnya, selama dua
puluh tahun ini setiap ada kesempatan Tong Hauw segera
bekerja keras membuat terowongan dibawah tanah yang
akhirnya berhasil ia tembusi sampai kedalam benteng Thian
It Poo.
Kebulatan tekad serta kekukuhan hatinya ini timbul
karena ia hendak membalaskan dendam kematian Ciang
Ooh, sebab didalam pandangannya Ciang Ooh, istri
tercintanya sudah mati ditangan orang lain.
Namun sekarang apa yang terjadi ?
Dengan jelas sekali ia mendengar Si Liong menyebut
perempuan itu sebagai "CiangOoh" . . .
Mungkinkah perempuan jelek yang lebih mirip siluman
ini adalah Ciang Ooh ? ? istrinya yang tercinta ? seorang
gadis Biauw yang paling cantik dikolong langit. . .
Usia berlalu dengan amat cepatnya laksana sambaran
kilat, hanya sebentar saja dua puluh tahun sudah berlalu
didalam waktu yang sangat lama ini ia sendiri dari seorang
pemuda yang gagah dan tampan kini sudah berubah
menjadi seorang kakek yang kurus kering dan berkeriput,
apalagi diri Ciang Ooh ia berubah jadi begitu sebenarnya
sama sekali tidak mengherankan.
Tetapi . . . pada masa yang lalu Ciang Ooh adalah
seorang gadis cantik yang lemah lembut hanya terkena
tiupan angin saja sudah ber-goyang2, bagaimanapun
sesudah berpisah selama dua puluh tahun ia bisa berubah
setengah gila bahkan memiliki kepandaian silat yang
demikian tinggi nya ??Pikiran si telapak berdarah Tong Hauw pada waktu ini
amat kacau sekali, berbagai persoalan yang menimbulkan
rasa curiga dihatinya mulai memenuhi seluruh benaknya
akhirnya saking bingungnya tak kuasa lagi tubuhnya rubah
beberapa langkah kesamping, menanti tangannya berhasil
memegang tembok tubuhnya baru bisa berdiri kembali.
Sepasang matanya dipentangkan lebar2 memandang
kearah luar, dimana pada waktu itu Si Liong sedang
mundur kebelakang dengan kecepatan bagaikan kilat.
Kiranya Si Liong kena didesak mundur terus kebelakang
oleh tudingan perempuan itu yang semakin lama semakin
mendekati kearah badannya.
"Kaukah yang memanggil aku ?" teriak perempuan itu
setengah menjerit.
Sesudah mendengar ucapan dari perempuan tersebut,
dalam hati Tong Hauw sudah berani memastikan kalau
perempuan jelek yang ada dihadapinya ini benar2 adalah
Ciang Ooh. . Karena ..kendati mereka sudah berpisah
selama dua-puluh tahun lamanya, sehingga nada suaranya
boleh dikata sama sekali berubah. . . berubah semakin
melengking, semakin mengerikan dan membuat bulu kuduk
setiap orang pada berdiri tapi nada keras dalam bahasa Han
yang masih di campuri dengan bahasa suku Biauwnya
belum hilang sama sekali.
-oooo0de-wi0oooo-
Jilid 3
“CIANG OOH ! memang aku yang memanggil dirimu"
sahut Si Liong keras. "Kau jangan mengacau lagi, ayoh ikut
aku pulang dan berpikirlah secara tenang seorang diri.""Siapa yang aku pikirkan ?" mendadak Ciang Ooh
berteriak sambil melototkan matanya kearah siorang tua itu,
"Heee. . . heeh..." Si Liong tertawa dingin tiada hentinya
"Sudah tentu memikirkan orang yang selama ini kau
pikirkan terus!"
Dari bagian tenggorokan Ciang Ooh mendadak
memperdengarkan suatu suara yang amat serak dan aneh
sekali.
"TongHauw... sitelapak berdarah TongHauw" teriaknya.
Tong Hauw yang ada didalam ruangan sewaktu melihat
dan mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan
tersebut, bahkan menjerit dan menyebutkan namanya
dengan suara yang begitu menyeramkan, dalam hatinya
semakin mantap bila dia benar2 adalah Ciang Ooh yang
sudah berpisah selama dua puluh tahun lamanya dengan
dirinya.
Hatinya benar2 merasa tidak tahan lagi, ia merasakan
suara sesunggukan isak tangis mulai berbunyi dari
tenggorokannya, karena tertahan dengan paksa maka suara
tersebut pada saat ini kedengarannya jadi sangat aneh
sekali.
Pada waktu itu Si Liong sedang pusatkan seluruh
perhatiannya untuk menghadapi Ciang Ooh sehingga dia
orang sama sekali tidak mendengar adanya suara aneh yang
berkumandang keluar dari balik ruangan disampingnya.
Lain halnya dengan Kan Tek Lin yang berdiri disisinya,
sewaktu mendengar dari dalam ruangan bergema keluar
suara yang sangat aneh, ia jadi rada tertegun.
"Toako, siapa yang ada didalam ruangan itu?" serunya
tak tertahan, Si Liong jadi melengak, "Aaakh ! tidak ada
orang..." Tetapi belum habis ia mengucapkan kata2nyapada waktu itu iapun bisa menangkap datangnya suara
aneh dari dalam ruangan tersebut.
Tubuhnya buru2 meloncat kesamping kemudian laksana
sambaran kilat berkelebat maju dua tiga langkah kedepan.
"Siapa ?" bentaknya sambil mengayunkan senjata cakar
naga saktinya kedepan.
Pada waktu itu, sekalipun Si Liong tidak membentak,
Tong Hauw dengan sendiripun akan ke luar dan tempat
persembunyiannya.
Menurut pikiran Tong Hauw, kepingin sekali ia
menerjang keluar dan langsung menerjang kehadapan
Ciang Ooh untuk menuturkan seluruh kisah sedihnya
selama perpisahan ini.
Tetapi...penghidupan selama dua puluh tahun yang
terasing membuat sifatnya jauh lebih tenang, ia tahu berada
dalam keadaan seperti ini bilamana ia bertindak secara
gegabah maka nyawanya kemungkinan sekali bakal
terancam bahaya.
Oleh karena itu sewaktu mendengar suara bentakan dari
Thian It Poocu, ini tangannya mencengkeram pergelangan
tangan Si Soat Ang jauh lebih mengencang lagi sedang
telapak kanannya ditempelkan rapat2 diatas batok kepala
gadis tersebut.
Setelah itu dengan langkah yang amat perlahan ia
munculkan dirinya dari balik ruangan ter sebut.
"Si Poocu ! aku adanya !"
Halaman tersebut sudah sangat lama dikosongkan, Si
Liong sebagai Thian It Poocu sudah tentu tidak mungkin
tidak tahu kalau tempat itu sebenarnya adalah kosong.Sewaktu mendengar timbulnya suara aneh tadi dalam
hati ia merasa keheranan apalagi pada saat ini mendengar
suara jawaban rasa terperana dari Si Liong kali ini benar2
luar biasa sekali.
Selama satu malaman ber-turut2 sudah terjadi dua buah
peristiwa yang ada diluar dugaan.
Ditengah suasana yang sunyi dan curahan salju yang
lebat ber-turut2 Si Liong harus mendapatkan dua kali
pukulan keras, apalagi jejak dari putrinya tidak diketahui,
ditambah lagi pada saat ini didalam bentengnya secara
mendadak muncul seorang asing bagaimana mungkin hal
ini tidak membuat hatinya terasa sangat terperanjat ? ?
Haruslah diketahui, penjagaan disekeliling Benteng
Thian It Poo amat ketat sekali, jangan harap ada seorang
manusiapun bisa memasuki benteng tersebut tanpa
diketahui oleh para penjaga.
Tetapi kini, didalam Benteng Thian It Poo ternyata
sudah muncul seorang asing tanpa berhasil diketahui oleh
para penjaga, jelas hal ini menunjukkan kalau kepandaian
silat dari orang itu sangat luar biasa sekali.
Oleh karena itu dalam keadaan sangat terperanjat buru2
ia memberi tanda kepada Kan Tek Lin untuk bersiap siaga
sedang ia sendiri dengan pandangan yang tajam
memperhatikan orang itu.
Tong Hauw sesudah buka bicara, tubuhnyapun dengan
cepat munculkan dirinya dari balik pintu.
Per tama2 yang dapat dilihat oleh Si Liong adalah
munculnya Si Soat Ang dibawah cengkeraman Tong Hauw
. .
Sewaktu melihat putri kesayangannya secara tiba-tiba
munculkan dirinya disana, Si Liong jadi terkejut."Ang-jie!" teriaknya keras.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menubruk kearah
depan !
Tetapi sebentar kemudian ia sudah melihat bila nyawa
putrinya pada saat itu sudah ada di tangan orang lain,
dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan memandang
tajam keatas wajah sitelapak berdarah yang ada dibelakang
putrinya itu.
sepasang mata dari Thian It Poocu yang sangat tajam
dengan tiada berkedip memandang wajah Tong Hauw terus
menerus, lama sekali mereka berdua tak mengucapkan
sepatah katapun.
"Toako ! siapakah dia orang?" akhirnya Kan Tek Lim
ada di sisinya tak bisa menahan sabar lagi dan bertanya.
"Aku rasa kawan ini tentunya bukan lain adalah si
telapak berdarah Tong Hauw yang sudah lama lenyap dari
kalangan Bulim. bukan begitu ?"
"Heee... heeee... sedikitpun tidak salah, aku orang
memang she Tong !" teriak Tong Hauw sambil
memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat
menyeramkan.
"Heee... haaaa... haaa... ternyata saudara bisa
menandingi benteng Thian It Poo seorang diri, peristiwa ini
benar2 sangat mustahil sekali!"
"Hmmm, dikolong langit tak ada urusan yang sukar, asal
dalam hati ada niat !"
Per-lahan2 Si Liong maju satu langkah kedepan.
"Tadi sewaktu aku keluar dari Benteng Thian It Poo dan
berbicara dengan para anggota Benteng serta Teh Hoo
Siang Sah, cayhe baru tahu bila kau sudah menyaru sebagaiseorang kakek tua yang sedang menyingkir dari bahaya dan
berdiam selama dua puluh tahun lamanya diluar benteng
Thian It Poo, agaknya tujuanmu hendak memasuki ke
dalam benteng kami !"
Dalam hati Tong Hauw benar2 merasa amat gusar,
tetapi bagaimanapun dia adalah seorang jagoan yang sudah
lama berkelana didalam dunia persilatan dia tahu setelah
dirinya berhasil mencengkeram Si Soat Ang maka keadaan
situasi sangat menguntungkan terhadap dirinya.
Tetapi sesudah dilihatnya sampai pada saat ini keadaan
masih tidak juga menguntungkan dirinya, dan memerlukan
waktu yang lebih lama lagi untuk bersabar maka dengan
paksakan diri menahan rasa gusar yang berkecamuk
dihatinya ia menjawab:
"Sedikitpun tidak salah !"
Si Liong dongakkan kepalanya tertawa terbahak2, suara
tertawanya ini sangat aneh sekali dan memanjang tiada
henti2nya.
Kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru berhenti
tertawa. teriaknya keras:
"Lalu apakah saudara ada ikatan dendam dengan aku
orang she Si ?"
"Benar ! dendam atas perbuatanmu merebut istriku ?"
Teriak Tong Hauw sambil menggertak giginya kencang2.
Didalam anggapan Sitelapak berdarah, setelah perkataan
tersebut diucapkan keluar maka diatas paras muka Si Liong
tentu akan memperlihatkan perubahan yang sangat hebat,
karenanya dengan penuh perhatian gerak gerik musuhnya
sambil diam2 mengambil persiapan untuk menghadapi
perubahan mendadak.Siapa sangka, peristiwa yang telah terjadi jauh berada
diluar dugaannya, Si Liong hanya melengak saja sesudah
mendengar perkataan tersebut "Apa maksud dari perkataan
saudara ini?" tanyanya kebingungan.
"Apakah kau masih tidak paham ataunya memang pura2
berlagak pilon ?" Bentak Tong Hauw dengan murka, "Siapa
yang pernah kau rebut pulang dari daerah Biauw Ciang
pada dua puluh tahun yang lalu ?"
Air muka Si Liong mendadak berubah menghebat,
"Ciang Ooh ?" serunya tak tertahan.
Sembari berkata ia melangkah mundur satu langkah
kebelakang lalu memandang sekejap kearah Ciong Ooh dan
memandang pula kearah Tong Hauw, agaknya ia menjadi
paham kembali dan mengangguk perlahan.
"Ehmmm...! tidak aneh kalau dia menyebut kan nama
Tang Hauw terus menerus, kiranya dia adalah..."
Tidak menunggu Thian It Poocu menyelesaikan
perkataannya, dengan jantung hampir meledak saking tidak
kuatnya TongHauw menggembor keras:
"Benar! dia adalah istriku !"
Teriakannya kali ini benar2 sangat keras laksana
halilintar yang membela bumi, membuat semua orang
merasa sangat terperanjat !
Bersamaan dengan suara gemborannya itu mendadak
tampaklah telapak tangan kirinya mencengkeram kencang2
urat nadi Si Soat Ang sedang tangan kanannya yang semula
ditekan ke atas batok kepala gadis tersebut pada saat ini per-
lahan2 diayunkan keatas.
Telapaknya per-lahan2 berubah jadi memerah laksana
darah, sambil menarik tubuh Si Soat Ang maju kedepantelapak tangannya langsung melancarkan satu pukulan
dahsyat menghantam dada Si Liong.
Datangnya serangan tersebut benar2 luar biasa cepatnya,
Si Liong yang melihat telapak tangannya sudah berubah
jadi merah padam laksana darah dan sangat menyeramkan
sekali, apabila angin pukulan yang menyambar datang
diselingi dengan bau darah yang amis buru2 meloncat
mundur kebelakang.
Senjata cengkeraman naga saktinya dengan gerakan dari
atas menuju kebawah menghajar pergelangan tangan kanan
Tong Hauw.
Tong Hauw begitu dapat melihat wajah Si Liong yang
ada dihadapannya, dalam benak pun segera teringat
kembali akan pahit getirnya yang diderita selama dua puluh
tahun ini.
Hawa amarah yang memuncak tak dapat di tahan lagi,
dengan penuh rasa dendam dan benci ia mengirim satu
pukulan yang maha dahsyat kearah musuhnya.
Tampak sepasang matanya berubah jadi merah ber-api2,
dari mulutnya memperdengarkan suara jeritan yang sangat
aneh. Melihat serangannya gagal mendadak ia menarik
kembali tangannya kebelakang kemudian tanpa berpikir
panjang lagi kembali ia mengirim satu hajaran keatas batok
kepala Si Soat Ang.
Urat nadi dari Si Soat Ang sudah kena dicengkeram hal
ini membuat dirinya pada saat ini boleh dikata tak memiliki
tenaga lagi untuk me lawan, ditambah pula datangnya
serangan tersebut cepat laksana kilat.
Kelihatannya sebentar lagi batok kepala dari Si Soat Ang
sang gadis tersebut akan hancur di bawah hajaran serangan
telapak berdarahnya itu !Tetapi pada saat2 vang amat kritis itulah, situasi kembali
berubah.
Si Liong Hauw melihat putri kesayangannya bakal
menemui ajalnya ditangan Tong Hauw, saking
terperanjatnya ia jadi berdiri mematung dengan mata
terbelalak dan mulut melongo lebar2 kendari tak ada
maksud untuk berteriak tetapi tak sepatah katapun berhasil
meloncat keluar dari mulutnya.
Kan Tek Lin yang melihat putri kawan karibnya
terancam bahaya segera membentak keras, seruling besinya
dengan disertai suara desiran yang tajam membabat
kedepan memaksa Tong Hauw mau tak mau harus menarik
kembali serangannya kebelakang.
Ketika itu Tong Hauw sudah mengumbar rasa dendam
serta gusarnya yang terpendam selama dua puluh tahun
lamanya ini. bagaikan kalap ia menerjang dan menubruk
kesana kemari bermaksud hendak membinasakan
musuhnya.
Melihat Kan Tek Lim menggagalkan usahanya untuk
membinasakan gadis tersebut ia semakin gusar lagi, sambil
berteriak keras laksana kilat menyambar kembali dia orang
mengirim satu pukulan laksana ombak dahsyat ditengah
tengah samudra.
Kontan saja tubuh Kan Tek Lin kena terhantam sehingga
tak kuasa lagi kena terdesak mundur satu langkah lebar
kebelakang.
Tetapi justru karena ia mundur kebelakang tubuhnya jadi
terbentur dengan CiangOoh yang ada disana.
Kan Tek Lin pernah merasakan pahit getir-nya ditangan
Ciang Ooh, begitu ia merasakan tubuhnya menubrukperempuan tersebut dalam hati lantas mengerti kalau
keadaan sangat tidak menguntungkan bagi dirinya.
Belum sempat ia meloloskan diri dari sana, Tiba2
terdengar Ciang Ooh menjerit aneh, pundaknya terasa sakit
tahu2 ia sudah kena dicengkeramoleh perempuan tersebut.
Kan Tek Lim jadi amat terperanjat, tetapi perubahan
situasi sudah berlangsung dengan cepatnya, belum sempat
ia menjerit kaget telapak tangan Ciang Ooh sudah
digetarkan.
Tanpa ampun lagi tubuhnya melempar keatas udara
kemudian melayang turun menekan ke-arah Tong Hauw.
Seluruh kejadian ini berlangsung dalam waktu yang amat
singkat, bahkan boleh dikata berlangsung dalam saat yang
bersamaan !
Telapak tangan Tong Hauw belum sampai mampir
diatas balok kepala Si Soat Ang, tubuh Kan Tek Lin yang
tinggi besar itu sudah jatuh menindih tubuhnya.
Terhadap Tong Hauw, peristiwa ini merupakan suatu
kejadian yang berlangsung diluar dugaannya, ia ingin
menghindarkan diri tetapi tidak sempat lagi.
Dalam keadaan gugup dan gelagapan buru2 hawa
murninya ditarik mengelilingi seluruh tubuh, pergelangan
tangannya mendadak membalikkan serangannya yang
semula ditujukan keatas batok kepala Si Soat Ang, kini
berbalik menghantam keatas pundak Kan Tek Lin.
"Braak.... aduuuh !" suara benturan serta jeritan
berkumandang ber-sama2 memenuhi angkasa.
Pukulan telapak berdarah dari Tong Hauw benar2 luar
biasa lihaynya sekalipun Kan Tek Lin adalah seorang
jagoan lihay yang memiliki kepandaian silat tinggi takurung tubuhnya kena terhajar pula sehingga kembali
terpental ketengah udara.
Diiringi suara jeritan ngeri yang menyeramkan tubuh
orang itu melayang ketengah udara bagaikan layang2 putus
dan terlempar jauh keluar dari kalangan.
Dan bersamaan waktu itu pula Si Liong berhasil
menenangkan pikirannya.
Bagaimanapun Si Liong adalah seorang jagoan Bu lim
yang mempunyai pengetahuan luas, pada saat itulah ia
dapat melihat telapak kanan Tong Hauw mengayun keatas
sedang tangan kirinya mencengkeram urat nadi Si Soat Ang
membuat bagian dadanya jadi terbuka, inilah suatu
kesempatan yang bagus untuk melancarkan serangan.
Tanpa ragu2 lagi, kakinya menginjak kedudukan "Tiong
Kiong" menuju kepintu "Cong Bun", senjata cengkeraman
naga saktinya laksana serentetan cahaya pelangi langsung
menerjang kearah dada TongHauw.
Baru saja sitelapak berdarah berhasil memukul pantai
tubuh Kan Tek Lin, untuk membalikkan lengan menangkis
datangnya serangan tersebut tidak mungkin lagi . . . ia jadi
bingung setengah mati ! !
Didalam keadaan yang sangat kritis ia merasa jauh lebih
penting mempertahankan nyawanya, mendadak terdengar
Tong Hauw berteriak aneh, kelima jari tangan kirinya yang
mencengkeram Si Soat Ang dilepaskan, lalu melemparkan
tubuh gadis tersebut jauh2 dari tengah kalangan.
Tangan kirinya langsung menerjang kedepan menyambut
datangnya serangan senjata cengkeraman naga sakti
tersebut dengan gerakan menyambar.
Walaupun sambarannya ini dilakukan dalam keadaan
ter-gesa2, tetapi gerakannya sangat tepat dan ganas, tahu2kelima jarinya sudah mengejang dan mencekal senjata
musuhnya erat2.
Mereka berdua ber-sama2 kerahkan tenaga untuk
menarik kearah belakang. Bila membicarakan soal tenaga
dalam maka hawa Iweekang yang dimiliki Si Liong jauh
lebih tinggi satu tingkat dari sitelapak berdarah, oleh karena
itu sewaktu mereka berdua ber-sama2 menarik senjata itu
sekuat tenaga. tubuh Tong Hauw tidak bisa berdiri tegak
lagi, tak kuasa tubuhnya tersentak maju setengah langkah
kedepan.
Ketika itu mereka berdua sama2 mencekal senjata
cengkeraman naga saktinya setiap orang satu ujung yang
berlawanan dengan jarak cuma tiga depa saja, justru
keadaan yang sangat dekat inilah membuat situasi semakin
menegangkan karena pertempuran jarak dekat lebih
mengerikan dari pada pertempuran biasa.
Suara tertawa terbahak2 dari Si Liong tadi sebenarnya
merupakan pertanda bagi jago2 lihay dari benteng Thian It
Poo, pada waktu ini mereka dengan membawa obor segera
berlarian mendatang dan mengurung halaman tersebut
rapat2.
BoIeh dikata hampir seluruh pekarangan sudah dipenuhi
dengan jago2 lihay, hanya saja Tong Hauw serta Si Liong
yang sedang melakukan pertempuran sengit tak ada waktu
lagi untuk memperhatikan hal2 tersebut.
Sebaliknya para jago yang keburu tiba disana ketika
melihat si seruling besi yang menggetarkan lima telaga Kan
Tek Lin kena terpukul pental oleh hantaman musuh dan
melihat pula Pocu mereka sedang melangsungkan
pertempuran jarak dekat dengan pihak musuh, saking
kagetnya mereka pada membelalakkan matanya dan mulut
melongo!Tong Hauw segera melancarkan satu pukulan menghajar
tubuh Si Liong yang berada sangat dekat dengan dirinya
itu.
Dalam hati Si Liong mengerti bila tenaga dalam yang
dimilikinya jauh lebih tinggi dari tenaga lwekang pihak
musuh, kendari begitu ia pun mengetahui pula bila pukulan
telapak berdarah merupakan salah satu ilmu pukulan
beracun yang sangat lihay dari aliran sesat, bila ia berani
menerima datangnya serangan dengan keras lawan keras,
malah tidak urung dirinya akan menderita kerugian juga !
Oleh karena itu sambil menunduk menghindarkan diri
dari datar gaya serangan tersebut, tiba2 ia melepaskan
senjata andalannya dan berputar secepat kilat diatas
permukaan salju langsung menubruk kebelakang punggung
Tong Hauw.
Terlihatlah bunga2 salju beterbangan memenuhi angkasa
dan tersebar keempat penjuru karena terkena gesekan
kakinya itu.
Pada waktu itu Tong Hauw lagi berdiri melengak, Si
Liong yang berhasil menerobos kebelakang punggung
musuhnya kontan mengayunkan sang telapak tangan
melancarkan satu pukulan bebat.
Tong Hauw yang melihat pihak musuhnya secara tiba2
melepaskan senjata andalannya, dalam hati sudah merasa
keadaan tidak beres, apalagi pada saat ini secara mendadak
ia merasakan datangnya angin pukulan dibelakang
punggung, dalam hati merasa semakin terperanjat lagi.
Ujung kakinya buru2 menutul keatas permukaan tanah
untuk menerjang maju kearah depan.Sebenarnya keadaan dari Si Liong pada saat ini sangat
menguntungkan sekali, asalkan pukulannya dikirim
kedepan maka pihak musuh pasti akan terkena hajaran.
Siapa tahu . . pada saat itulah se-konyong2 terdengar Si
Soat Ang putri kesayangannya menjerit keras.
"Aaaaah, , . ayah ! cepat. . . . cepat tolong aku. . .ayah !"
Begitu mendengar suara teriakan itu, tanpa banyak
berbicara lagi Si Liong menarik kembali serangannya dan
buru2 menoleh kearah putrinya.
"Aaah. ." Begitu dapat melihat apa sudah terjadi, Thian
It Poocu segera merasakan hatinya bergidik, bulu roma
pada berdiri semua.
Terlihatlah Si Soat Ang, putri kesayangannya sudah
terjatuh ketangan Ciang Ooh siperempuan gila itu !
cengkeraman Ciang Ooh yang aneh seperti cakar elang
dengan kencangnya mencengkeram pundak sang gadis dan
mengangkat tubuhnya sehingga jauh meninggalkan
permukaan tanah.
Walau Si Soat Ang meronta sekuat tenaga tetapi tiada
berguna, bukannya terlepas dari cengkeraman perempuan
itu, ia malah merasakan pundaknya semakin sakit.
Yang membuat Si Liong lebih terkejut lagi adalah paras
muka Ciang Ooh yang berubah sangat aneh sekali pada
waktu itu.
Sebenarnya paras muka Ciang Ooh sudah amat kurus
sekali sehingga dagingpun sudah habis dan mirip dengan
seperangkat tengkorak, apa lagi pada saat ini bergetar amat
keras membuat setiap orang yang melihat wajahnya terasa
seperti melihat panca indranya sedang bergoyang dan
berpindah tempat tiada hentinya.Terutama sekali sepasang matanya yang memancarkan
cahaya tajam itu !
Melihat peristiwa tersebut saking terperanjatnya Si Liong
hanya bisa berdiri mematung sambil goyangkan tangannya
berulang kali, apa yang ingin dibicarakan sukar untuk
dikeluarkan ia merasa tenggorokannya seperti tersumbat
oleh sesuatu.
Didalam menghadapi situasi semacam ini sudah tentu
tak ada waktu lagi baginya untuk melanjutkan serangannya
kearah Tong Hauw.
Sedang Tong Hauw pun buru2 melayang sejauh
beberapa kaki kemudian memutar badannya, tetapi ketika
melihat kejadian ini diapun dibuat berdiri melengak.
"Eeeei . . . cepat lepaskan dirinya ! cepat lepaskan dirinya
. . . " teriak Thian It Pocu dengan suara yang keras.
Tenaga dalam dari Thian It Poocu sudah berhasil dilatih
hingga mencapai pada taraf kesempurnaan apalagi Si Soat
Ang adalah putri kesayangannya.
Suara teriakannya kali ini benar-benar amat keras sekali
bahkan sangat menyeramkan !
Saking ngerinya membuat Tong Hau yang sudah ber-
siap2 melancarkan serangan kedepan jadi tertegun dan
membatalkan niatnya itu.
Walaupun jago2 lihay dari Benteng Thian lt Poo sangat
banyak, tetapi suatu melihat puteri kesayangan Poocu
mereka terjatuh ditangan siperempuan gila itu, mereka pun
tidak bisa berbuat apa2, dengan wajah pucat dan mata
mendelong mereka cuma bisa berdiam diri.Suasana disekeilling tempat itu segera berubah jadi
sangat tenang sekali, tak kedengaran sedikit suarapun
bergema disana.
Si Soat Ang yang kena dicengkeram Ciang Ooh, dalam
hati benar2 merasa amat takut, dengan napas ter-engah2
dan berusaha meronta sekuat tenaga tiba2 teriaknya keras.
"Tia ! kenapa kau tidak turun tangan menolong aku?
kenapa kau tidak hajar perempuan gila yang terkutuk ini ?"
Butiran keringat dingin sebesar kacang kedelai mulai
mengucur keluar dengan derasnya, membasahi seluruh
tubuh Si Liong ber-turut2 ia maju dua langkah kedepan.
Pada waktu itulah mendadak
"Heee. . . heee, . kau jangan coba2 berjalan maju lagi. . .
kalau tidak, . . Hemm ! aku hajar mati dulu si bocah
perempuan ini !" ancam Ciang Ooh dengan nada suara
yang sangat dingin.
Agaknya pada waktu itu kesadarannya sudah rada jadi
tenang.
Sekalipun Si Liong mempunyai kepandaian silat yang
sangat lihaypun menghadapi keadaan seperti ini ia jadi mati
kutunya.
"Ciang Ooh ! kiranya kau sudah sadar kembali." serunya
pura2 merasa gembira, "Kalau begitu bagus sekali ! mari
kita bicarakan persoalan kita secara per-lahan2 !"
"Hee . . hee, . . selama puluhan tahun ini aku selalu sadar
! kapan aku pernah kehilangan kesadaranku ?" Tegur Ciang
Ooh dingin, "Sejak kapan aku pernah melupakan
perbuatanmu yang seperti binatang terkutuk itu ?"
Beberapa patah perkataan itu diucapkan oleh perempuan
tersebut dengan amat jelas sekali, hal ini membuat keadaandiri Si Liong lebih mengenaskan lagi, tetapi dia orang sama
sekali tidak mengumbar hawa amarahnya.
"Benar. . . benar sekali !" terpaksa jawabnya, "Tetapi
seharusnya kau lepaskan dulu bocah perempuan itu !"
walaupun perkataan dari Ciang Ooh kedengarannya sangat
jelas dan menunjukkan kalau pikirannya masih terang,
tetapi omongnya ternyata kadang2 rada kacau.
Terdengar ia tertawa dengan seramnya "Heee... heeee
kenapa ? aku... aku tidak gampang aku mencari dirinya,
sekarang sesudah kuketemu kan kenapa harus aku lepaskan
kembali ?"
"Ciang Ooh ! kau sudah salah menduga," teriak Si Liong
sembari mengusap kering keringat yang mengucur keluar
"Kau kira orang yang kau cekal pada saat ini adalah siapa ?"
Sepasang mata dari perempuan gila itu mulai berputar2,
sedang dari tenggorokannya memperdengarkan suara yang
amat tinggi melengking.
"TongHauw. . . sitelapak berdarah Tong Hauw..."
Keadaan serta pemandangan yang berlangsung pada saat
ini benar2 membuat Tong Hauw merasa amat pedih dan
seperti di-iris2, saking terpukulnya seluruh tubuh tiada
hentinya gemetar sangat keras.
Kepingin sekali dia orang berbicara banyak dengan
perempuan itu tetapi, kecuali suara aneh yang tiada
hentinya bergema keluar dari bibirnya tak sepatah katapun
bisa diucapkan keluar
Si Liong yang mendengar jawaban dari perempuan gila
itu, per-lahan2 baru menghembuskan napas lega.
"Ciang Ooh ! kau sudah salah mencari orang2 yang kau
pegang pada saat ini bukanlah Tong Hauw !" serunya keras,"Coba kau perhatikan lebih jelas lagi. dia cuma seorang
bocah perempuan yang masih kecil, seorang gadis sudah
tentu tidak mungkin adalah Tong Hauw-mu itu!"
Ciang Ooh jadi melengak, mendadak ia mengangkat
tubuh Si Soat Ang tinggi2 kemudian sambil pentangkan
matanya lebar2 ia memperhatikan gadis tersebut tajam2.
Pada saat itu ujung hidungnya hampir2 saja menempel
dengan hidung dari Si Soat Ang, sepasang matanya yang
sudah sayu dan boleh dikata mati memancarkan cahaya
tajam yang amat menakutkan.
Si Soat Ang jadi sangat ketakutan, ia pejamkan matanya
rapat2 sedang mulutnya menjerit2 terus.
Setelah memperhatikan si Soat Ang beberapa waktu
lamanya, terakhir Ciang Ooh gelengkan kepalanya berulang
kali
"Perkataanmu sedikitpun tidak salah, dia... dia memang
bukan Tong Hauw ku !"
Sembari berkata ia benar2 mengendorkan cekalannya
sehingga membuat tubuh Si Soat Ang jadi jatuh terkulai
keatas tanah, tetapi sebelum tubuh gadis tersebut mencapai
permukaan tanah Si Liong sudah keburu merendahkan
badan sambil melancarkan serangan dengan mendorong
sepasang telapaknya sejajar dada.
"Branak . . !" segulung angin pukulan yang sangat keras
dengan cepat menggulung tubuh Si Soat Ang sehingga jatuh
terpental kearah luar kalangan.
"Jie-te !" teriak Si Liong dengan cepat sehabis
melancarkan serangan tersebut.
Kan Tek Lin menyahut, tubuhnya dengan gesit dan
sebatnya lantas mencelat kedepan mengejar tubuh Si SoatAng dan menerima badan gadis tersebut sebelum terjatuh
kembali ketanah.
Begitu gadis tersebut kena terpegang oleh Kan Tek Lin.
ia jadi lemas dan merintih tiada hentinya. Ternyata ia sudah
kehabisan tenaga saking takut dan tegangnya tadi.
"Jie-te !" teriak Thian It Poocu kembali.
"Tidak mengapa, tidak mengapa ia cuma jatuh tak
sadarkan diri karena saking takut dan terperanjatnya".
Melihat putrinya selamat tanpa kekurangan sesuatu
apapun, Si Liong baru bisa menghembuskan napas lega,
tubuhnya dengan cepat mengundurkan diri kearah
belakang.
"Si Liong, kau jangan pergi !" mendadak Ciang Ooh
menjerit tajam.
Si Liong jadi melengak, telapak tangannya segera
disilangkan kedepan serta kebelakang ber jaga2 terhadap
serangan bokongan dari TongHauw.
"Ada apa kau memanggil aku lagi ?" tegurnya. "Selama
ini aku mengira kau sudah menjadi gila maka itu demi
kebaikanmu aku sudah kurung dirimu didalam pagoda
tersebut kini bilamana kau merasa pikiranmu sudah terang.
suka meninggalkan tempat ini pergilah sesukamu, aku tidak
akan menahan dirimu lagi !"
Untuk beberapa waktu lamanya tegak Ciang Ooh seperti
orang yang sedang kebingungan terhadap perkataan dari Si
Liong tadi. ia menengadah keatas dan terpekur diam.
"Aku.,.aku harus pergi kemana ?" tanyanya kemudian
semudah lewat beberapa saat lamanya.
Mendadak Si Liong berkelebat menyingkir sejauh-jauh,
delapan depa kesamping kalangan."Kau mau pergi kemana, bagaimana aku bisa tahu ?
lebih baik kau tanyakan saja kepada sitelapak berdarah
Tong Hauw !" jawabnya kemudian.
"Tong Hauw?" teriak Ciang Ooh sambil
memperdengarkan tertawa pahitnya yang sangat
menyedihkan, "Dia...dia ada dimana ?"
Sitelapak berdarah Tong Hauw sudah tidak bisa
menahan sabarnya lagi, mendadak ia menjerit aneh dan
berteriak keras:
"Aku...aku...aku ada.,.ada disini !"
Disebabkan golakan didalam hatinya yang sangat hebat
dicampur pula perasaan terharu yang mencengkram seluruh
benaknya, memulai perkataannya tadi jadi gemetar dan
terputus2.
Mendengar jeritan tadi, sekali lagi Ciang Ooh
mendongakkan kepalanya keatas.
Dengan badan gemetar Tong Hauw mulai melangkah
maju kedepan dan akhirnya berhenti di depan tubuh
siperempuan tersebut.
"Ciang Ooh !" sapanya, "Aku adalah Tong Hauw yang
kau pikirkan selama !"
Kali ini, agaknya Ciang Ooh bisa mendengar jelas
perkataan tersebut. sepasang matanya terbelalak lebar2
kemudian memandang tajam seluruh tubuh sitelapak
berdarah itu.
Tong Hauwpun membelalakkan matanya yang pada saat
ini sudah dibasahi dengan kucuran air mata, dalam hati ia
berpikir, Ciang Ooh tentu bisa mengenali dirinya kembali !
dia pasti kenal dirinya !"ia mengira Ciang Ooh yang sedang memperhatikan
seluruh tubuhnya tentu akan membuat perempuan tersebut
mengenali kembali dirinya, hal ini sudah tentu menurut
pikiran serta perasaan dari Tong Hauw sendiri.
Padahal, jangan dikata Ciang Ooh adalah seorang
perempuan yang sudah gila, sekalipun seorang yang masih
segar bugar dan awaspun belum tentu dapat mengenali
dirinya yang tempo dulu merupakan seorang pemuda yang
tampan dan kini telah berubah menjadi seorang kakek tua
yang wajahnya telah dipenuhi dengan keriput dan matanya
memancarkan cahaya berapi2.
Selagi Tong Hauw hendak mengucapkan sesuatu,
mendadak Ciang Ooh siperempuan gila itu mengayunkan
tangannya memerseni sebuah gaplokan keras kearah wajah
Tong Hauw.
Pada ketika itu Tong Hauw sedang memandang wajah
Ciang Ooh dengan rasa terharu, semua pikiran didalam
benaknya sudah kosong melompong ditambah pula ia tidak
menyangka kalau perempuan tersebut bisa melancarkan
serangan kearahnya.
Tanpa ampun lagi: "Plaaak!" pipinya kena terhajar
sangat keras hingga membuat tubuh si telapak berdarah
terpental kesamping dan jatuh terjengkang keatas tanah.
Walaupun dengan sebatnya Tong Hauw berhasil
meloncat bangun kembali, tapi tak urung pipinya jadi
bengkak juga terkena gaplokan yang amat keras itu.
Napasnya masih ter-engah2, sedang matanya terbelalak
semakin lebar, untuk beberapa saat lamanya sitelapak
berdarah yang telah sangat terkenal didalam dunia
persilatan ini tak dapat mengucapkan sepatah katapun.Waktu itulah terdengar Ciang Ooh mulai memaki kalang
kabut
"Hmm ! kau manusia macam apa ? bagaimana mungkin
kau adalah TongHauw yang aku pikirkan !"
"Ciang Ooh ! aku adalah Tong Hauw, aku benar2 adalah
Tong Hauw... coba kau perhatikan lebih teliti, aku memang
banyak berobah tetapi bila kau perbaikan lebih seksama
maka kau pasti akan mengenali diriku kembali, coba ! kau
perhatikan diriku lagi" jerit sitelapak berdarah dengan keras.
Sinar mata yang tajam dari Ciang Ooh tiada hentinya
memperhatikan wajah Tong Hauw, tetapi tempo dulu
sewaktu ia memasuki benteng Thian It Poo ini dalam
keadaan gila, ia sendiri pun sama sekali tidak mengetahui
dirinya pada waktu itu sudah berubah jadi seperti apa
didalam benaknya ia cuma mengingat terus bahwa Tong
Hauw seorang pemuda yang sangat tampan.
Kini secara mendadak seorang kakek tua cela ka
mengakui dirinya sebagai Tong Hauw, hal ini sudah tentu
membuat hawa amarahnya jadi memuncak. Terdengar
perempuan itu tiba2 mem perdengarkan suara jeritan yang
tidak enak didengar.
"Kau berani mengaku lagi !" bentaknya gusar
Ketiga patah kata itu dijeritkan dengan sangat
mengerikan laksana enam batang anak panah yang
menembusi selaput telinga saja membuat paras muka setiap
orang terasa berubah hebat.
Kan Tek Lin serta Si Liong sekalipun buru2
menghindarkan diri beberapa langkah kebelakang, sedang
para jago yang bersembunyi disekeliling tembok pekarangan
tersebut ada beberapa orang yang hatinya tergetar kerassehingga tak terhindar lagi pada jatuh terpelanting keatas
tanah.
Tong Hauw yang pertama2 menerjang kedepan, didalam
sekejap saja merasakan darah panas bergejolak dengan amat
kerasnya didalam dada, ia merasa mulutnya jadi manis,
sambil mundur kebelakang dengan sempoyongan dan
mulutnya memuntahkan darah segar.
Dimana tubuhnya mengundurkan diri tepat merupakan
dihadapan Si Liong berada.
Thian It Poocu yang melihat kesempatan baik ada
didepan mata, ia tidak mau me-nyia2kan lagi, kontan saja
telapak tangannya dikirim kedepan melancarkan satu
pukulan dahsyat menghajar pinggang dari sitelapak
berdarah itu.
Didalam jeritannya tadi sebenarnya Ciang Ooh tidak ada
maksud buat melukai orang, tetapi berhubung tenaga
dalamnya berhasil dilatih hingga mencapai pada taraf yang
sangat tinggi maka jeritannya tadi tanpa terasa sudah
mempunyai daya kekuatan yang mirip dengan ilmu
"Auman singa emas" dari kalangan Buddha serta "Ilmu iblis
pembelot sukma" dari aliran sesat.
Jika dibicarakan dari tingkatan tenaga lwee-kang yang
berhasil dimiliki Tong Hauw pada waktu itu, asalkan
kerahkan tenaga murninya untuk melindungi seluruh
tubuhnya saja tidak bakal sampai terluka dibawah serangan
jeritan keras tadi.
Cuma sayang, sewaktu keadaan mencapai pada saat2
kritisnya, Si Liong sudah menggunakan kesempatan baik
itu untuk mengirim satu pukulan keatas punggungnya.Tak kuasa lagi badan si telapak berdarah itu terpelanting
kearah depan dan muntahkan darah segar dengan amat
derasnya.
Tubuhnya yang rubuh keatas tanah segera melingkar jadi
satu, darah segar yang muncrat ke luar dari mulutnya
dengan cepat mengotori permukaan salju nan putih itu.
Si Liong yang melihat serangannya berhasil merubuhkan
Tong Hauw keatas tanah dalam hati serasa sangat girang,
tubuhnya dengan cepat maju selangkah kedepan siap2
mengirim kembali satu hantaman guna membereskan
nyawanya.
Pada saat itulah mendadak. . .
"Si Pocu! jangan turun tangan jahat" mendadak dari
balik tembok pekarangan berkumandang datang suara
seseorang. "Orang ini kami perlukan dalam keadaan
hidup2!"
Diiringi suara perkataannya, muncullah sesosok
bayangan manusia melayang turun kedalam kalangan.
Orang itu bukan lain adalah sibidadari angin hitam Chao
Sie adanya!
Di belakang tubuh sibidadari angin hitam Chan Sie
menyusul pula suaminya si malaikat kelabang emas Li
Siauw beserta beberapa orang jagoan lihay dari benteng
Thian It Poo seperti Sin To SiangHauw dan lain2nya.
Si Liong yang sedang siap2 melancarkan pukulan
menghajar mati Tong Hauw mendadak tindakannya ini
dicegah oleh Chan Sie, dengan cepat ia menurunkan
tangannya kembali.
"Ooouw...kiranya kaitan berdua sudah datang" ujarnya
perlahan "Apakah kalian berdua pun ada ganjalan sakit hati
sedalam lautan dengan sitelapak berdarah Tong Hauw?""Benar !" sahut Chan Sie membenarkan. "Kami sudah
ada dua puluh tahun lamanya mencari dirinya, ini hari
sesudah menemukan dirinya kembali sangat mengharapkan
Si Poocu suka menyerahkan kepada kami. Budi ini kami
berdua tidak bakal melupakan untuk selamanya".
"Haaa...haaa...Chan Sian Ho terlalu sungkan... bila
orang ini benar merupakan musuh bebuyutan yang sedang
kalian cari, kami orang2 dari pihak benteng Thian It Poo
pasti tidak akan menghalangi perbuatan kalian ini"
"Kalau begitu kami ucapkan terima kasih dulu kepada Si
Poocu !" seru Chan Sie serta Li Siauw berbareng.
Gerakan mereka serempak, sembari berkata tubuhnya
sudah melangkah maju kedepan, masing-masing orang
sambil berjongkok dengan arah yang berlainan mendadak
mencengkeram urat nadi kedua tangan TongHauw.
Diantara getaran sepasang tangannya mendadak mereka
menarik tubuh si telapak berdarah itu dengan paksa dalam
arah yang berlawanan.
Wajah Tong Hauw pada waktu itu sangat menyeramkan
sekali, separuh pipinya sembab bengkak, ujung bibirnya
masih membekas darah segar yang pada waktu ini sudah
membeku saking dinginnya cuaca pada waktu itu.
Agaknya luka dalam yang dideritanya amat parah sekali,
walaupun tubuhnya pada saat ini sudah diangkat oleh Li
Siauw serta Chan Sie tetapi kepalanya masih tertunduk
dengan lemas.
"Ha ha ha hi hi hi Tong Hauw ! tidak di sangka kaupun
bisa jadi begini pada hari ini !" Teriak Chan sie serta Li
Siauw berbareng sambil memperdengarkan suara jeritannya
yang sangat menyeramkan.Per-lahan2 simalaikat kelabang emas Li Siauw
mengangkat telapak tangannya keatas siap2 hendak
ditabokkan keatas batok kepala sitelapak berdarah itu.
Tetapi baru saja tangannya diayunkan keatas mendadak
Chan Sie, istrinya sudah melancarkan serangan menyentil
telapak tangannya itu.
"Hey, apa yang hendak kau lakukan ?" mendadak
bentaknya keras "Bila kau sekali tepuk menghajar mati
dirinya bukankah terlalu enak bagi dirinya ?"
Li Siau yang merasa berpengalaman tangannya kena
disentil, buru2 menarik kembali tangannya
"TongHauw !" teriak Chan Sie.
Tong Hauw tetap menundukkan kepalanya rendah-
rendah, tak sepatah katapun yang diucapkan keluar
olehnya.
"TongHauw !" kembali Chan Sie membentak.
Suara bentakan keduanya ini tetap tidak memperoleh
suara jawaban dari Tong Hauw, sebaliknya menimbulkan
perhatian dari CiangOoh si-perempuan gila itu.
"Siapa kau ? apa kau kira nama Tong Hauw bisa kau
sebutkan seenaknya ?" tiba2 saja ia menegur dengan
suaranya yang sangat dingin.
Mendengar perkataan tersebut kontan sajaChan Sie serta
Li Siauw jadi tertegun, sibidadari angin hitam yang bersifat
lebih berangasan dalam hati segera merasa amat gusar.
Bilamana pada saat ini ia tidak berada didalam Benteng
Thian It Poo mungkin sejak semula dia sudah kepingin
mengumbar hawa amarahnya, tetapi dalam hati ia tahu,
dirinya tidak dapat bergerak secara gegabah bila tidakmenginginkan terjadinya bentrokan2 dengan orang2
Benteng Thian It Poo.
Mereka berdua baru saja datang kedalam Benteng Thian
It Poo dengan dipimpin oleh Sio To Siang Hauw, sudah
tentu tidak mengetahui pula siapakah CiangOoh ini.
Dengan dingin Chan Sie melirik sekejap kearah
perempuan gila itu lalu sambil menoleh kearah Thian It
Poocu tanyanya:
"Eeei, Si Poocu, siapakah orang ini ?"
Pikiran tajam dengan cepat berkelebat didalam benak
siorang tua ini, akhirnya ia tertawa tawar.
"Chan Sian Hoo! pertanyaanmu ini sungguh lucu sekali.
dia datang kedalam benteng Thian It Poo kami ber sama2
dengan Tong Hauw, bagaimana aku bisa tahu siapakah dia
orang ?"
Begitu beberapa patah kata itu meluncur ke luar dari
mulut sang Poocu dan benteng Thian It Poo, kontan saja
membuat Kan Tek Lin beserta Sio To Siang Hauw sekalian
beberapa orang jagoan lihay jadi melengak dan berdiri
melongo, karena mereka tahu bila apa yang sedang
dibicarakan oleh Poocunya sama sekali tidak benar !
Tetapi mereka adalah jago2 dunia persilatan yang
berpikiran cerdik, setelah tertegun beberapa saat lamanya
dengan cepat mereka menjadi paham kembali apakah
maksud yang sebenarnya dari Si Poocu mereka ini.
Karena itu tak seorangpun diantara mereka yang buka
suara, semua orang bungkam diri sambil melihat perubahan
situasi selanjutnya."He he he, kiranya begitu." seru simalaikat angin hitam
sambil tertawa dingin, "Jadi kau lagi turun tangan untuk
menolong Tong Hauw ?"
"Tong Hauw ? Tong Hauw ada dimana ?" teriak Ciang
Ooh kebingungan.
Chan Sie serta Li Siauw diam2 saling bertukar
pandangan sekejap kendari mereka sudah sering berkelana
didalam dunia persilatan sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang amat luas tetapi pada saat inipun tidak
berhasil menebak dari aliran manakah perempuan tersebut.
Sambil menahan hawa gusar yang semakin memuncak
didalam dadanya, Chan Sie tertawa dingin tiada hentinya.
"Tong Hauw ada dimana apakah kau tidak tahu ?" balik
tanyanya.
Ciang Ooh adalah seorang perempuan yang sudah gila,
sewaktu pikirannya tidak boleh di kata urusan apapun tidak
diketahui olehnya kecuali Tong Hauw seorang.
Oleh sebab itu ketika mendengar pertanyaan dari si
bidadari ang"n hitam ini ia jadi menangis tersedu2.
"Aku tidak tahu, aku tidak tahu Tong Hauw ada
dimana..." teriaknya keras.
Melihat kejadian ini perasaan curiga didalam hati Chan
Sie serta Li Siauw semakin menebal.
"Hmm ! Tong Hauw sudah berhasil kami tawan apakah
kau tidak dapat melihat ?" bentak Chan Si lagi.
Sewaktu pikiran Ciang Ooh tidak sadar, biji matanya
memang berwarna abu2 dan sama sekali tak bersinar
sehingga keadaannya mirip sekali dengan seorang buta,
karena itu Chan Sie baru mengajukan pertanyaan tadi."Dimana?" terdengar Ciang Ooh siperempuan gila itu
menggembor keras, "Kalian sudah menawan dirinya ?
mengapa kalian menawan Tong Hauw ku ?"
Sembari menjerit keras tubuhnya segera menerjang maju
ke depan mendesak kearah mereka berdua.
Chan Sie yang melihat pihak lawan mendesak datang,
dengan cepat ia mengirim satu kerlingan mata kearah Li
Siauw.
Li Siauw mengiakan begitu dilihatnya tubuh Ciang Ooh
sudah ada dua tiga tengah dihadapan mereka buru2 ia
melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan si telapak
berdarah itu.
Begitu Li Siauw melepaskan tangannya, Can Sie segera
menyentak lengannya kebelakang dan melemparkan tubuh
Tong Hauw yang sama sekali tak bertenaga itu kearah
belakang.
Pada Waktu itulah Li Siauw sudah merangkap sepasang
telapaknya sejajar dengan dada kemudian langsung
mengirim satu pukulan menghantam dada CiangOoh.
Chan Sie agaknya merupakan seorang yang mempunyai
sifat teliti, karena dalam hatinya ia masih merasa takut
terhadap hubungan perempuan gila itu dengan pihak
benteng Thian It Poo, maka sewaktu Li Siauw melancarkan
serangan dahsyat kearah depan sinar matanya yang tajam
berputar tiada hentinya memandang disekeliling tempat itu.
Diam2 tangannya menggenggam satu genggaman senjata
rahasia. ia ber-siap2 bila orang2 dari Benteng Thian It Poo
memberikan sesuatu gerak gerik yang mencurigakan ia
segera akan menghadapinya dengan menggunakan senjata
rahasia.Sekalipun ia sudah bersiap sedia dan memperhatikan
gerak gerik disekelilingnya tetapi orang2 dari benteng Thian
It Poo itu ternyata benar2 tidak ambil perduli terhadap
peristiwa tersebut, setiap jago pada berdiri ditempatnya
semula tanpa bergerak.
Melihat keadaan tersebut Chan Sie baru merasa berlega
hati, mendadak.
"Braak !" dengan menimbulkan suara yang sangat keras
sepasang telapak tangan dari Li Siauw yang melancarkan
serangan dahsyat tersebut berhasil menghantam dada dari
Ciang Ooh.
Bagaimana kedahsyatan tenaga dalam yang dimiliki
simalaikat kelabang emas pada saat ini sudah tentu Chan
Sie mengetahuinya dengan teramat jelas, sewaktu
dilihatnya serangan yang sangat gencar itu berhasil
mengenai sasaran, didalam anggapannya kendari seorang
jagoan lihaypun belum tentu kuat menahan serangan
tersebut tidak terkecuali Thian It Poocu sendiri Si Liong.
Maka dari itu ia rasa kemenangan sudah pasti berada
didalam pihaknya.
Saking gembiranya perempuan itu mulai tertawa seram
dengan amat kerasnya.
Mendadak terdengar Li Siauw mendengus berat disusul
tubuhnya mundur satu langkah kebelakang dalam keadaan
sempoyongan.
Chan Sie jadi amat terperanjat buru2 ia menoleh dan
memandang kearah-nya. Tampaklah air muka Simalaikat
kelabang emas yang semula merah padam pada saat ini
sudah berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, jelas sekali
ia sudah menderita luka dalam yang sangat parah sekali.Rasa terkejut dari si Bidadari angin hitam kali ini benar2
luar biasa hebatnya, tanpa memperdulikan lagi
bagaimanakah keadaan luka yang diderita oleh suaminya Li
Siauw, pergelangan tangannya mendadak digetarkan enam
batang senjata rahasia beracun dengan kecepatan laksana
kilat segera melesat ketengah udara.
Gerakan dari keenam batang senjata rahasia berkelebat
dengan amat cepatnya kearah depan.
"Plaaak. . . plaaak. . . !" dengan mengeluarkan suara
benturan yang nyaring, keenam senjata rahasia itu dengan
tepat berhasil menghajar diatas tubuh CiangOoh.
Siapa sangka mendadak perempuan gila tersebut
mengulapkan tangannya kedepan, senjata rahasia yang
semula menancap di seluruh tubuhnya pada saat ini sudah
jatuh berserakan diatas tanah kemudian dengan gerakan
yang sangat tenang ia melangkah maju kedepan.
"Tong Hauw ada dimana? apakah kau sudah menawan
Tong Hauwku ?" teriaknya berulang kali
Ketika itu darah segar mengucur keluar dengan derasnya
dari ujung bibir Li Siauw, sedang Chan Sie yang melihat
Ciang Ooh mulai mendesak ke arahnya pun jadi rada
ketakutan, tubuhnya buru2 mengundurkan diri sembari
menarik tangan Li Siauw.
Gerakan dari Ciang Ooh benar2 luar biasa cepatnya,
hanya dalam sekejap mata ia sudah berada di depan mereka
berdua.
"Kau tidak boleh menangkap Tong Hauwku!" kembali
teriaknya keras.
Dimana tubuh Ciang Ooh menyambar datang Chan Sie
hanya merasakan segulung hawa tekanan yang sangat keras
mengurung seluruh badannya, membuat napaspun terasamulai jadi sesak, apalagi pada saat ini suaminya menderita
luka dalam yang amat parah, boleh dikata daya kekuatan
untuk bertempur sama sekali sudah punah.
Sekalipun begitu mereka pun tidak ingin ter-buru2
meninggalkan tempat tersebut, sudah ada dua puluh tahun
lamanya mereka berkelana untuk mencari jejak Tong Hauw
guna membalas dendam atas kematian putranya, kini
mereka sudah menemukan jejak sitelapak berdarah
pembunuh putranya.
Sudah jelas Chan Sie berdua tidak ingin lepas tangan
dengan begitu saja.
Tetapi sewaktu melihat keadaan saat ini yang sama
sekali tidak menguntungkan terhadap dirinya ini, dalam
hati perempuan tersebut merasa sangat terkejut bercampur
gusar. Sembari menyalurkan hawa murninya mengelilingi
seluruh tubuh bentaknya keras:
"Nih. Tong Hauw mu ada disini !"
Begitu perkataan terakhir meluncur keluar dari bibirnya
sang telapak sudah diayunkan kedepan melemparkan tubuh
Tong Hauw kearah tubuh CiangOoh.
Sebenarnya Tong Hauw sudah menderita luka dalam
yang amat parah, kini Chan Sie mencengkeram urat
nadinya dengan mengerahkan tenaga besar, hal ini
membuat lukanya semakin parah lagi, sembari melayang
kearah tubuh Ciang Ooh kembali ia muntahkan darah
segar.
Chan Sie sesudah melemparkan tubuh Tong Hauw
kearah Ciang Ooh sambil menarik tangan Li Siauw, buru2
ia enjotkan badannya berkelebat melewati tembok
pekarangan."Si Poocu, berkat bantuanmu kali ini aku orang tidak
akan melupakan untuk selamanya." teriaknya keras.
Haruslah diketahui pada waktu ini yang diinginkannya
telah lebih bisa mengundurkan diri dari tempat tersebut,
tanpa berani mencari gara2 lagi dengan orang2 benteng
Thian It Poo.
Sio To Siang Hauw sekalian ketika melihat kedua orang
itu berlalu buru2 melirik sekejap kearah Si Liong Poocu
mereka, Si Liong dengan cepat ulapkan tangannya memberi
tanda agar mereka tidak usah melakukan pengejaran.
Melihat Poocu mereka sudah memberi perintah, orang2
itupun lantas berdiri tegak ditempat semula sambil alihkan
pandangannya kearah CiangOoh.
Waktu itu siperempuan gila tersebut sedang
membimbing tubuh Tong Hauw yang sudah amat parah
keadaannya sambil mengucurkan airmata dengan sangat
derasnya.
"Toako! perempuan ini..." seru Kan Tek Lin dengan
suara yang amat lirih.
"Kita tidak nian banyak berbicara, secara diam2 mari
pada keluar dari tembok pekarangan ini " potong Si Liong
sambil ulapkan tangannya.
"Tapi.. Poocu, tindakan ini bukan suatu cara yang benar"
sela Sin To SiangHauw dengan cepat
Si Liong tertawa pahit.
"Apakah tadi kalian tidak melihat sendiri bagaimanakah
kehebatan serta kesempurnaan dari tenaga Iweekang serta
ilmu silatnya ? Siapa diantara kita yang bisa menahan
serangannya ? Aku rasa perempuan itu pasti akan menangis
beberapa saat lamanya, sedang Tong Hauw punkebanyakan tak bisa hidup lebih lama lagi" katanya
kemudian.
"Mari kita mengundurkan diri dulu ke balik tembok
pekarangan dan memerintahkan orang yang lebih banyak
untuk ber-jaga2 disekelilingnya, bila ia memperlihatkan
sesuatu gerakan kembali, barulah kita mengambil langkah2
selanjutnya".
Akhirnya semua orang mengangguk tanda setuju,
demikianlah satu persatu mereka mulai meloncat keluar
dari tembok pekarangan itu dan terakhir Si Liong serta Si
Soat Ang pun meloncat keluar dari sana.
Menanti mereka telah tiba dibalik tembok pekarangan, Si
Soat Ang mendadak menangis tersedu2.
"Ang-Jie! sekarang sudah tak ada urusan lagi buat apa
kau menangis ?" tegur Si Liong dengan cepat
"Tia !" sembiri menangis terisak, "Seorang
perempuanpun kau tidak berhasil menangkan, bila
dikemudian hari waktu berkelana didalam dunia persilatan
bukankah nama kita diluaran akan kurang baik ? bukankah
semua orang bakal mengejek aku sebagai seorang putri dari
Thian It Poocu yang tidak becus ?"
"Ang-jie ! kau jangan sembarangan berbicara lagi"
potong Si Liong dengan rasa amat jengah "Perempuan gila
ini.. sebenarnya aku tidak ingin bergebrak secara terang2an
melawan dirinya !"
"Hmm..!" dengus gadis itu, agaknya ia tidak suka
membicarakan soal itu lagi, sambil mengerutkan dahinya Si
Soat Ang melanjutkan kembali masalahnya dengan
persoalan yang lain."Tia ! lalu bagaimana dengan Liem Hauw Seng serta
Giok Jien kedua orang itu ? aku ingin membawa orang
untuk mengejar mereka berdua !"
"Heeei... Ang jie ! kau dengarkanlah perkataanku dan
jangan mengubris diri mereka lagi." seru Thian It Poocu
sambil menghela napas panjang, "Kalau memangnya
mereka sudah meninggalkan benteng Thian It Poo biarlah
mereka pergi ! bila malam ini kau tidak melakukan
pengejaran terhadap mereka, rasanya tidak bakal pula
sampai menimbulkan banyak persoalan !"
Air muka Si Soat Ang segera berubah hebat sesudah
mendengar perkataan tersebut, wajahnya yang semula
cantik menarik dan mempesonakan pada saat ini sudah
berubah hijau membesi, sepasang matanya memancarkan
cahaya yang sangat buas sehingga membuat paras mukanya
itu kelihatan sangat menyeramkan sekali.
Begitu menanti ayahnya menyelesaikan kata2 nya, ia
menjerit keras dan mendepak-depakkan kakinya keatas
tanah.
"Tidak bisa ! Tidak bisa ! aku pasti akan mengejar
mereka kembali - aku pasti akan mengejar mereka pulang ! !
!".
Si Liong sebenarnya adalah seorang jagoan Bu-lim yang
mempunyai kedudukan amat tinggi didalam dunia
persilatan, tetapi sejak kecil ia sudah terbiasa dimanjakan
putri kesayangannya ini, kini sama sekali tak kuasa baginya
untuk memperlihatkan sikap yang keren terhadap gadis
tersebut.
Setelah ter mangu2 beberapa saat lamanya terakhir
sambil mengerutkan alis rapat2 katanya:"Benteng kita baru saja kacau balau, kitapun
membutuhkan orang untuk menjaga pekarangan tersebut,
lebih baik..".
Tidak kendari Si Liong menyelesaikan kata2 nya Si Soat
Ang sudah mendepakkan kakinya ke atas tanah.
"Baik... baiklah ! tidak ada orang yang ikut aku pergi juga
biarlah, aku bisa pergi sendiri l"
Sembari berkata ia lantas melangkah menuju kearah luar
benteng !
"Ang-jie ! kau jangan cari gara2 lagi" teriak Si Liong
dengan sangat cemas, "Bilamana kau tidak cari gara2
bagaimana mungkin sitelapak berdarah Tong Hauw pun
bisa terpancing untuk memasuki benteng kita?"
"Hmm, kau yang lagi bermimpi disiang hari bolong!"
teriak Si Soat Ang dengan sangat gusar.
"Liem Hauw Seng serta Giok Jien bersembunyi didalam
jalan rahasia dibawah tanah yang digali oleh si telapak
berdarah Tong Hauw, sitelapak berdarah bisa masuk
kedalam benteng tentu mereka berdua yang sudah kasih
petunjuk."
Melihat putrinya berani membentak dihadapannya air
muka Si Liong kontan berubah membesi.
"Soat Ang ! semakin lama kau semakin tidak pakai
aturan, kau tahu pada saat ini siapa yang lagi kau ajak
bicara ?" tegurnya.
"Hemmm, soal ini bagaimana bisa menyalahkan diriku
?" seru Si Soat Ang sambil mencibirkan bibirnya yang kecil
mungil dan menarik hati itu. "Siapa yang suruh kau tanpa
mengetahui sebabnya sudah menuduh orang lain dengan
kata2 yang bukan2 ?"Terhadap putrinya ini Thian It Poocu benar2 kewalahan,
akhirnya ia cuma bisa menghela napas panjang saja.
"Heeeei, . . Ang-jie !" katanya perlahan, "Baik atau buruk
Hauw Seng adalah kakak misanmu."
"Bukan ! aku tidak mempunyai saudara semacam
dirinya" tidak menunggu ayahnya menghabiskan perkataan
tersebut Si Soat Ang sudah menjerit keras.
"Macam apakah dia orang ? Hmm ! aku orang sama
sekali tiada hubungan dengan dirinya !"
Melihat kebandelan dan keketusan dari Si Soat Ang ini,
lama kelamaan Si Liong merasa gusar juga air mukanya
berubah semakin membesi.
"Baik ! sekarang aku mau bertanya kepadamu bilamana
kau berhasil mendapatkan mereka berdua untuk diseret
pulang, apa yang hendak kau lakukan terhadap mereka?"
tanyanya.
"Aku . . aku akan . . akan menghajarnya."
"Sudah! jangan banyak bicara lagi !" bentak Si Liong
kemudian dengan sangat keras.
Walaupun diluarnya ia membentak keras untuk
memotong pembicaraan putrinya, padahal dalam hati ia
merasa amat sedih dan ragu2.
Ibu Si Soat Ang sudah meninggal, untuk merawat putri
kesayangannya ini berpuluh tahun belum pernah dia orang
meninggalkan benteng Thian It Poo barang selangkahpun
Bagaimana sifat dari putrinya ini sudah tentu siorang tua
inipun mengetahui sangat jelas sekali, ia tahu setiap orang
yang sudah melanggar dan bertentangan dengan maksud
hatinya, ia pasti akan mencaci dirinya dan berusaha untuk
membalas dendamtersebut.Dan kali ini Liem Hauw Siang serta Giok Jien telah
melarikan diri ber-sama2. Si Liong mengetahui, bila
didalam hati putrinya tentu menaruh rasa dendam terhadap
mereka berdua, sebenarnya ia tidak ingin mendengar
putrinya menceritakan dengan cara yang bagaimana dia
hendak menyiksa dan menganiaya kedua orang itu.
"Heeee. . . heeee, . . Tia ! harap kau suka berlega hati."
seru Si Soat Ang sang gadis sambil memperdengarkan suara
tertawanya yang sangat menyeramkan, "Asalkan aku
berhasil menawan mereka, aku pasti mempunyai cara untuk
menyiksa mereka berdua !"
"Ang jie !" per-lahan2 Si Liong berjalan mendekati-putri
kesayangannya. "Bukankah sejak kecil kau sudah menyukai
Hauw Seng ? Bagaimana kalau kita ber-sama2 pergi
mencari mereka, lalu biarlah aku yang memberi nasehat,
kemungkinan sekali..."
Si Soat Ang menggigit bibirnya semakin kencang, paras
mukanya sudah berubah jadi pucat si bagaikan mayat, dari
kelopak matanya keluarlah titik2 air mata dengan sangat
derasnya, tetapi ia berusaha keras untuk menahan menetes
keluarnya sang air mata tersebut.
Lama sekali ia baru berteriak:
"Sungguh memalukan sekali! Tia ! kau jangan berbuat
tindakan yang memalukan lagi !"
Si Liong jadi melengak dibuatnya.
"Memalukan ? apa maksud dari perkataanmu itu? kapan
aku pernah berbuat tindakan yang memalukan ?" tanyanya.
Si Soat Ang sama sekali tidak menjawab, sebaliknya
putar badan dan berlalu dari situ.Si Liong dengan cepat mengulur tangannya bermaksud
hendak menarik kembali badannya tetapi sewaktu teringat
bagaimana, kasarnya sifat dari putri kesayangannya ini.
sebelum tangannya berhasil menangkap tubuh sang gadis
tersebut, ia sudah menarik kembali cepat2.
"Bagaimana ?" tanyanya terpaksa.
"Aku.... aku sudah pernah membicarakan persoalan ini
dengan dirinya" ujar Si Soat Ang sambil menarik napas
panjang2.
Semula Si Liong rada melengak, tetapi sebentar
kemudian ia sudah tersadar kembali, bila putri
kesayangannya ini sebenarnya sudah pernah menyatakan
rasa cinta kepada Lie Hauw Seng.
Ia kembali jadi melengak.
"Lalu apa yang dikatakan oleh Hauw Seng, si bocah cilik
itu..?" tanyanya.
Suara dari Si Soat Ang lelah berubah jadi dingin dan
kaku seperti es, suara pembicaraannya amat tawar seperti
sedang membicarakan persoalan orang lain yang sama
sekali tiada hubungan dengan dirinya.
"Apa yang dia katakan ? dia bilang, ia tidak ingin hidup
didalam Benteng Thian It Poo lagi yang se gala2nya
menggantungkan pada orang lain, ia ingin berkelana dan
mengembara ditempat luaran, ia tidak ingin orang lain
menganggap dirinya hanya bisa hidup kalau
menggantungkan benteng Thian It Poo saja !"
Alis yang dikerutkan Thian It Poocu semakin lama
semakin mengencang, sewaktu mendengar kisah yang
dituturkan oleh putrinya ini dalam hati sudah tentu merasa
rada marah, tetapi bagaimana pun dia adalah seorang
jagoan Bu-lim yang sudah punya nama.Setelah mendengar perkataan tersebut kendari dalam hati
merasa marah tetapi iapun merasa bangga pula.
"Ehmm ! bocah cilik itu ternyata punya semangat juga !"
pujinya.
"Benar ! dia memang bersemangat!" teriak Si Soat Ang
dengan suaranya yang melengking meninggi, "Hemm !
kalau ia berkata tidak ingin bersandar pada benteng Thian lt
Poo lagi hal ini sama saja ia sudah tidak maui aku lagi,
aku...aku lantas suruh dia menggelinding pergi dari sini,
aku tidak mengijinkan dia berdiam lagi didalam Benteng
Thian lt Poo."
"Apa ? kau mengusir dia pergi ?" teriak Si Liong sangat
terperanjat.
"Kenapa ?" per-lahan2 Si Soat Ang putar badannya,
"Terang2an orang lain sudah mengatakan bila ia tidak ingin
bersandar pada benteng Thian It Poo lagi, apakah kita
orang perlu me mohon2 dirinya untuk tetap tinggal disini ?
apakah benteng Thian It Poo kita tergantung padanya ?"
"Maksudku bukannya begitu, bukankah selama ini kau
suka kepadanya, dengan perbuatan ini bukankah... heee !
bukanlah terlalu."
"Hi hi hi, aku rasa inilah suatu tindakan yang paling
bagus!" teriak gadis itu sambil tertawa sombong
"Sebenarnya aku masih tidak tahu kalau dia adalah seorang
binatang yang tak berperasaan dan berhati licin, aku
mengira dia adalah seorang lelaki sejati yang patut di puji
dan dibanggakan sekarang... Hmm ! ia sudah menggaet
Giok Jien untuk diajak lari, dia sudah membawa lari
budakku ! Tia, coba kau bilang pantaskah aku melepaskan
dia begitu saja? ayoh kau katakan."Semakin berbicara suara dari gadis itu semakin tinggi
melengking, butiran air matapun mengucur keluar dengan
sangat derasnya, jelas dalam hati ia merasa kheki
bercampur mendongkol. keadaannya sangat mengenaskan.
oooOdwOooo
BAB 3
MELIHAT keadaannya itu Si Liong merasa hatinya
seperti di-iris2 dengan beribu-ribu bilah golok tajam.
"Benar ! bangsat cilik itu memang sangat kurang ajar
sekali !" teriaknya keras.
"Tia ! kalau memang begitu, tentunya kau sudah
mengijinkan aku membawa orang untuk menangkap
kembali kedua orang itu bukan ?" seru Si Soat Ang sambil
menghentikan isak tangisnya. "Aku tahu mereka masih
berada didalam jalan rahasia dibawah tanah, sekalipun
berhasil keluar dari tempat itu kedua orang bangsat itupun
tidak mungkin bisa pergi terlalu jauh, karena Lim Hauw
Seng sudah terluka ?"
"Benar, selama ini selalu mengira rahasia kepergiannya
sangat rapat dan tidak diketahui orang lain, padahal begitu
ia melarikan diri aku lantas tahu, maka aku melakukan
pengejaran ke luar dan bergebrak dengan dirinya."
"Tetapi... tetapi sejak kapan kepandaian silatmu berhasil
melampaui dirinya ?"
Tanya Si Liong dengan pandangan mata penuh ke-
ragu2an.
"Dia..."
Mendadak ia merandek sejenak, setelah lewat beberapa
saat lamanya baru menyambung kembali:"Sebetulnya ia bisa menangkan diri ku, tetapi selama itu
ia selalu melindungi Giok Jien siperempuan rendah itu,
maka dari itu ia baru berhasil aku desak sehingga berada
dibawah angin dan akhirnya kena kulukai. bilamana waktu
itu hujan salju tidak deras dan angin tidak kencang
ditambah pula ia memperoleh bantuan dari sitelapak
berdarah Tong Hauw, bangsat itu pasti tidak bakal berhasil
meloloskan diri !"
"Ooouw . . . kiranya begitu !" ujar Si Liong dengan rasa
setengah percaya setengah ragu2. "kalau begitu, bagaimana
kalau aku suruh paman Kan Jie siokmu saja yang
mengawani dirimu ?"
"Aaak...!" hal itu sangat kebetulan sekali. Paman Jie-siok
!" Teriak Si Soat Ang kegirangan.
Pada waktu itu Kan Tek Lin baru saja berjalan keluar
dan memutari sebuah ujung tembok mendengar suara
panggilan dari Si Soat Ang tersebut dengan cepat ia putar
badan.
"Soat Ang, ada urusan apa?"
"Paman Jie Siok. Tia suruh kau orang mengawani diriku
pergi keluar benteng kau suka bukan?" tanya gadis tersebut
sambil berlari mendekat.
Pada saat ini hatinya sangat penurut sekali, ia tahu kalau
Kan Tek Lin sebagai seorang jagoan Bu lim yang memiliki
kepandaian silat tinggi suka membantu dirinya maka usaha
ini tentu bakal menemui kesuksesan.
"Hal ini sudah tentu saja !" sahut Kan Tek Lin sambil
tertawa.
Si Soat Ang jadi kegirangan dengan cepat ia bersuit
panjang dengan amat kerasnya."Cepat berangkat dan persiapkan kereta salju!"
"Apakah kedua orang yang kau cari adalah Hauw Seng
serta gadis itu ?"
"Benar !" sahut Si Soat Ang mengangguk dan menggigit
kencang bibirnya.
Per-lahan2 Kan Tek Lin menghela napas panjang.
"Heeei...! Soat Ang, walaupun aku belum begitu lama
berada didalam benteng Thian It Poo, tetapi aku rasa Hauw
Seng bukanlah seorang penjahat. Soat Ang ! sekalipun kita
berhasil menemukan mereka, aku berharap agar kau jangan
bertindak keterlaluan terhadap dirinya !"
Dalam hati Si Soat Ang benar2 merasa amat gusar sekali
sewaktu mendengar perkataan tersebut, tetapi rasa
marahnya ini tidak sampai diperlihatkan diluaran
"Paman Jie Siok" katanya. "Kau orang bukan nya
membantu aku untuk mendapatkan kembali mereka
berdua, kini malah bantu mereka untuk ucapkan beberapa
patah kata ! hmmm !"
Kan Tek Lin tertawa, ia lantas putar kepalanya
kebelakang.
"Toako, perempuan yang ada didalam halaman
tersebut..." serunya.
"Heei., aku bisa menghadapi mereka dengan sangat ber-
hati2. Jie-te, kaupun harus ber-hati2 mengawasi Soat Ang !"
"Toako boleh berlega hati aku akan menganggap Soat
seperti putri kesayanganku sendiri" kata Kan Tek Lin
sambil tertawa.
Waktu itu terdengarlah suara gonggongan anjing
bergema memecahkan kesunyian disusul suara seseorang
yang berteriak sambil berlari mendekat."Kereta salju sudah dipersiapkan !"
Kan Tek Lin serta Si Soat Ang segera melangkah keluar
dari pintu benteng, tampaklah enam belas ekor anjing
dengan menarik sebuah kereta salju sudah menanti didepan
pintu.
Mereka berdua dengan cepat menaiki kereta kereta salju
itu. diantara ayunan cambuk dari Si Soat Ang yang amat
keras, keenam belas ekor anjing itu dengan menarik sang
kereta segera berlari sangat cepat menuju kearah depan.
Cuaca makin lama semakin terang benderang, pagi pun
sudah menjelang datang.
Sang surya per-Iahan2 muncul diufuk timur dan
menyinari empat penjuru diatas permukaan salju yang amat
luas tampaklah dua sosok bayangan hitam dengan sangat
perlahan bergerak maju kedepan.
Kedua orang itu bukan lain adalah sepasang muda mudi
yang masih muda.
Yang lelaki memakai sebuah mantel tebal yang terbuat
dari kulit kambing tetapi pada saat ini mantelnya sudah
tersayat robek bahkan diatasnya masih kelihatan bekas
darah yang sudah membeku.
Sedang yang perempuan mempunyai rambut yang amat
panjang terurai sepanjang pundak, disebabkan tubuh lelaki
tersebut hampir2 rubuh keatas badannya maka dengan amat
ngotot dan susah payah sambil membimbing tubuh sang
lelaki tersebut ia melanjutkan perjalanannya.
Kepalanya tertunduk rendah2, sedang rambutnya yang
panjang terurai menutupi seluruh wajahnya dengan
demikian tak dapat terlihat bagaimanakah sebenarnya
wajah dari perempuan tersebut.Kedua orang itu dengan susah payah per-Iahan2
melanjutkan perjalanan diatas permukaan salju.
Akhirnya kakinya terasa lemas. sepasang muda mudi itu
tak kuasa untuk melanjutkan kembali perjalanannya dan
jatuh terduduk diatas permukaan salju.
Perempuan itu buru2 berdiri kembali dan menarik tubuh
lelaki tersebut.
Orang lelaki itu ternyata masih amat muda, usianya
kurang lebih dua puluh tiga, dua puluh empat tahunan,
tetapi badannya amat kurus paras mukanya pucat pasi
bagaikan mayat.
Ditinjau dari bibirnya yang terkancing rapat, jelas dia
sedang menahan suatu penderitaan sakit yang luar biasa.
Ternyata dia adalah seorang lelaki yang benar2 bersifat
jantan, sekalipun rasa sakit dibadan terasa amat menyiksa
dirinya tetapi sedikit pun tidak kedengaran ia merintih.
Sang gadis yang berulang kali tidak berhasil menarik
lelaki itu untuk bangun, akhirnya saking cemas tak tertahan
lagi menangis tersedu2.
Aaaakh . . . ! kiranya perempuan itu adalah seorang
gadis yang sangat cantik sekali, sekali pun sedang menangis
sama sekali tidak menutupi kemolekan paras mukanya itu.
Dia bukan ia ia adalah Giok Jien, budak dari Si Soat
Ang itu putri kesayangan dari Thian It Poocu, dan tidak
usah diterangkan lagi orang lelaki yang rubuh diatas
permukaan salju sudah tentu tidak bukan adalah Liem
Hauw Seng, keponakan dari Poocu Benteng Thian It Poo.
Mereka berdua sedang bersembunyi didalam jalan
rahasia dibawah tanah dari sitelapak berdarah.Sewaktu menunggu lama sekali tidak juga melihat Tong
Hauw balik kesana, maka dalam hati sepasang muda mudi
ini merasa inilah suatu kesempatan yang paling baik bagi
mereka untuk melarikan diri.
Demikianlah, dibawah bimbingan Giok Jien, mereka
berdua mulai melarikan diri dari sana, tetapi berhubung
Liem Hauw Seng terluka parah maka perjalanan dilakukan
dengan sangat lambat sekali.
Kepandaian silat yang dimiliki Giok Jien kebanyakan
berhasil dipelajari dari Liem Hauw Seng bila ada waktu
senggang, sudah tentu apa yang berhasil dimilikipun tidak
seberapa.
Kedua orang itu tahu, mereka berdua tak dapat berdiam
terlalu lama disana, kendari Si Soat Ang tidak datang
mencari mereka lagi, mereka pun harus mati karena
kedinginan serta kelaparan, oleh sebab itu tempat tersebut
buru2 ditinggalkan.
Tampak Lim Hauw Seng yang rubuh keatas tanah per-
Iahan2 membuka matanya.
"Giok Jien. . . kau jangan menangis lagi !" serunya
dengan suara yang keren dan berat "Bukankah kau suka
mendengarkan semua perkataanku ? ayoh. . . jangan
menangis lagi."
"Engkoh Hauw Seng, kita. . . kita bagaimana? apa yang
harus kita lakukan ?" tanya Giok Jien tetap menahan rasa
isak tangisnya.
Dengan sekuat tenaga Liem Hauw Seng
mempertahankan diri sehingga suara pembicaraannya tidak
sampai terputus2, katanya lagi: "Giok Jien ! kau jangan
menangis... asal kau suka mendengarkan perkataanku aku
tentu . . aku tentu punya akal !"Per-lahan2 Giok Jien, si gadis itu berhenti menangis.
"Engkoh Hauw Seng, coba kau pikir kapan aku pernah
tidak mendengar perkataanmu lagi?" katanya.
"Kalau begitu, perkataanmu kali ini tentunya kaupun
suka menurut bukan ?" seru pemuda itu sambil mencekal
erat2 tangan Giok Jien sang gadis cantik yang putih halus
itu.
Giok Jien merasakan bila perkataan dari pemuda
tersebut sangat aneh sekali, menyuruh dia mendengar
perkataannya bukanlah suatu pekerjaan yang sulit, kenapa
ia menanyakan terus berulang kali ? karena itu kepalanya
lantas dianggukkan dengan perlahan.
000Ode-wiO000
Jilid 4
”KAU suruh aku berbuat apa? katakanlah !"
"Bila kau suka mendengarkan perkataanku... itu baa...
bagus," Seru Liem Hauw Seng ter-engah2, "Giok Jien ! kau
pergilah seorang diri !"
Sebenarnya walaupun Giok Jien sudah berhenti
menangis, tapi ia masih terisak tiada hentinya, kini habis
mendengar ucapan dari Liem Hauw Seng, seluruh
tubuhnya terasa tertegun.
Lama... lama sekali baru terdengar Giok Jien berseru
dengan nada gemetar:
"Kau... apa kau kata ? Engkoh Hauw Seng apa kau kata
?"
Per-lahan2 Liem Hauw Seng menghela napas panjang, ia
melepaskan diri dari cekalan gadis tersebut."Tadi kau sudah pernah berkata suka mendengarkan
perkataanku, sekarang cepatlah kau pergi dari sini,
berangkatlah menuju ke selatan dan setelah tiba didaratan
Tionggoan jangan kembali lagi kesini, dengan begitu kau
bakal lolos dari cengkeraman mereka, tapi bila kau ingin
menyeret diriku pula maka... tindakanmu ini hanya akan
mencelakai dirimu sendiri."
Dalam keadaan seperti ini Giok Jien tidak menangis lagi,
bukan saja tidak menangis bahkan gerak geriknya jauh lebih
tenang. sembari membereskan rambutnya kebelakang
tangannya mengusap kering air mata yang jatuh menetes.
"Engkoh Hauw Seng, maksudmu kita berdua pasti tak
akan berhasil lolos dari tangan mereka bukan begitu ?"
"Aku tidak pernah berkata demikian" Seru Lim Hauw
Seng amat cemas, "Maksudku, jika kau suka berangkat
dulu, maka aku bisa berusaha untuk mengikuti dari
belakang."
Tiba2 Giok Jien tertawa sedih.
"Engkoh Hauw Seng, kau sedang membohongi diriku,
kau pernah berkata tak akan membohongi diriku lagi,
kenapa sekarang kau menipu aku ?"
Lim Hauw Seng meronta berusaha bangun berdiri, tapi
baru saja tubuhnya menegang kembali ia roboh terjengkang
kearah permukaan salju.
Lama sekali Giok Jien memandang pemuda itu tajam2,
akhirnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun ia berbaring
di sisinya.
"Giok Jien, kau sedang berbuat apa?" Teriak Lim Hauw
Seng dengan suara yang serak sewaktu melihat perbuatan
kekasihnya."Jika kita bisa melarikan diri, mari berangkat lah ber-
sama2. bila tak bisa lolos bukankah lebih baik kita ber-
sama2 ?"
"Aaaai...! soal ini...buat apa kau cari siksa sendiri ?"
"EngkohHauw Seng ! kau tidak tahu, sejak aku mengerti
urusan belum pernah ada orang yang bersikap demikian
baiknya kepadaku, setiap orang tentu bicara dengan nada
kasar membentak, memaki dan mencemooh diriku, setiap
pekerjaan yang kotor tentu diberikan kepadaku, setiap
orang boleh turun tangan memukuli aku, memaki aku.
Tentunya kau tidak pernah menyangka bukan sewaktu aku
berusia sepuluh tahun pernah satu ingatan ingin mati
memenuhi benakku ?"
Lim Hauw Seng tidak bicara, hanya kulit wajahnya
berkerut sehingga kelihatan amat menyeramkan.
"Malam itu, aku berdiri lama sekali disisi sumur"
sambung Giok Jien lebih lanjut. "Aku berpikir, jika
kuloncat masuk kedalam sumur itu apa jadinya ? sudah
tentu aku bisa mati, tapi setelah mati apa yang bisa
kulakukan ? akupun pernah menjumpai orang mati, setelah
orang mati maka ia tak akan dimaki orang, tak pernah
dipukul orang, ia hanya berbaring...berbaring terus hingga
akhir masa, aku berpikir keras, apa jeleknya jadi seorang
yang telah mati ?"
"Kau...kau jangan bicara lagi, Giok Jien kau ...kau
jangan bicara lagi" potong Lim Hauw Seng terputus2.
"Tidak, aku harus bicara." Seru Giok Jien sembari
menggeleng, "Karena kau ingin mengusir aku pergi, setelah
aku katakan kesemuanya ini, kau tak akan mengusir aku
lagi, kau bakal paham aku adalah seorang perempuan yang
tidak takut mati.""Krooook . . krooook . . !" dari tenggorokan Liem Hauw
Seng mendadak memperdengarkan suara yang sangat aneh,
mulutnya terpentang lebar-lebar tapi tak sepatah katapun
berhasil meluncur keluar, darah segar mengikuti pentangan
bibirnya, mengucur keluar membasahi seluruh tubuh,
permukaan salju dan akhirnya membeku.
Buru2 Giok Jien bangun berdiri dengan menggunakan
ujung bajunya ia membersihkan noda darah disekeliling
bibir Liem Hauw Seng, mukanya pucat pasi bagaikan
mayat, tapi sikapnya luar biasa tenangnya.
"Engkoh Hauw Seng." bisiknya lirih, "Sewaktu aku
berada seorang diri, keinginanku untuk mati sangat besar,
dan sekarang setelah bersama sama dirimu, apa yang harus
kuinginkan lagi ?"
Dengan sekuat tenaga Liem Hauw Seng berusaha
meronta bangun, akhirnya ia berhasil juga mengutarakan
beberapa patah kata.
"Tapi . . . tapi usiamu masih sangat muda."
"Kau sendiri apa sudah jadi kakek2 tua ?" seru Giok Jien
sembari tertawa sedih. "Engkoh Hauw Seng, sejak kau tiba
disana sekalipun hidupku makin tersiksa, hatiku tetap
terhibur, setiap kali kuingat dirimu dalam hati merasa
nikmat dan hangat, kau sungguh bersikap terlalu baik
terhadap diriku."
Wajahnya berubah merah padam bagaikan kepiting
rebus, kepalanya per-lahan2 dijatuhkan kedalam pangkuan
kekasihnya Liem Hauw Seng dan pejamkan matanya
menikmati suasana di sekelilingnya.
Sewaktu berada dalam benteng Thian It Poo,
menggunakan kesempatan sewaktu orang tidak menduga
seringkali merekapun berbuat demikian.Tapi waktu itu, ketika kepalanya disandarkan diatas
dada Liem Hauw Seag dan menempelkan telinganya
kedada pemuda itu. ia dapat menangkap suara detakan
jantung kekasihnya.
Tapi kini, walaupun ia sudah tempelkan telinganya
kedada pemuda tersebut, hampir boleh dikata detakan
jantungnya tak terdengar lagi.
Air mata mengucur keluar setetes demi setetes, dengan
payah Liem Hauw Seng keluarkan tangannya untuk
membelai pipi gadis tersebut.
Saat itulah, tiba2 suara gonggongan anjing
berkumandang datang dari tempat kejauhan...
Begitu gonggongan anjing tadi memancar datang tubuh
kedua orang muda mudi ini kelihatan tergetar sangat keras.
Tetapi mereka hanya sedikit tergetar belaka, setelah itu
membungkam dan tak berkutik lagi.
Gonggongan anjing makin jelas, dengan cepatnya suara
itu sudah berada sangat dekat.Makin lama Giok Jien mulai
dapat menangkap sebuah titik hitam bergerak mendekat
dengan cepatnya, Dalam sekejap mata titik hitam itu makin
lama makin besar dan akhirnya kecuali suara gonggongan
anjing kedengaran pula ayunan cambuk membelah bumi.
Sebuah kereta salju makin jelas tertera didepan mata,
Giok Jien pun dapat menangkap diatas kereta tadi berdiri
dua orang, salah satu diantaranya adalah Si Soat Ang nona
majikannya.
Menanti ia jelas melihat orang itu benar Si Soat Ang,
matanya dipejamkan kembali badanpun tak berani berkutik.
Salju beterbangan memenuhi angkasa terhempas oleh
hancuran kereta, bunga2 salju mulai melayang turun danmenutupi kepala maupun wajah Giok Jien serta Liem
Hauw Seng, tapi mereka berdua tetap tak berkutik.
Tiga, empat tombak jauhnya kereta salju melewati kedua
orang itu, mendadak Si Soat Ang membentak keras seraya
menarik tali les, kereta segera berhenti berlari.
"Soat Ang ! kedua orang itu sudah mati" ujar Kan Tek
Lin seraya berpaling.
"He he he permainan setan kedua orang ini terlalu
banyak, bila cuma begini saja lantas suruh aku
mempercayai bahwa mereka sudah mati Hmm . . . sungguh
menggelikan sekali !"
Saat ini, setelah ia berhasil menemukan orang yang
sedang dicari, suatu senyuman yang menyeramkan,
menggidikkan hati menghiasi seluruh wajahnya.
Perubahan tersebut bukan saja membuat orang lain
merinding, kendari Kan Tek Lin yang berada disisinyapun
ikut terperanjat, ia tidak menyangkapun tidak paham
seorang gadis yang belum pernah berkelana dalam dunia
kangouw bisa tertanam rasa dendam, sakit hati yang
demikian mendalamnya.
Ia tidak tahu, Si Soat Ang yang sudah kebiasaan
memelihara rasa tinggi hati dan selalu dihormati oleh setiap
orang, setelah rasa harga dirinya tersinggung timbullah rasa
dendam, sakit hati yang susah dilukiskan lagi.
Setelah rasa terkejut lenyap dari hatinya, timbullah rasa
simpatik dan iba buat kedua orang yang berbaring diatas
permukaan salju itu.
Kedatangannya kebenteng Thian It Poo tidak lebih
hanya sebagai tamu, walaupun Liem Hauw Seng adalah
kemenakan dari Poocu tapi antara dia dengan pemuda
tersebut sama sekali tiada terikat sangkut paut apapun,perjumpaannya dengan pemuda she-Liem inipun sangat
jarang sekali.
Sedang mengenai Giok Jien, dalam benteng Thian It Poo
dayang maupun pelayan banyak bagaikan mega diawan,
boleh dikata dayang yang bernama Giok Jien mempunyai
raut muka yang bagaimanapun ia sendiri tidak paham.
Dan kini rasa simpatik yang muncul pada dasar hatinya
terhadap Liem Hauw Seng serta Giok Jien bukan
disebabkan perubahan air muka Si Soat Ang sangat
menakutkan, dalam hati ia tahu dalam keadaan seperti ini
kedua orang muda-mudi itu jauh lebih baik mati dari pada
hidup.
Karena bila ditinjau keadaan. jikalau kedua orang itu
belum mati maka Si Soat Ang pasti akan menggunakan cara
apapun untuk menganiaya, menyiksa mereka berdua.
"Sobat Ang ! "ujarnya kemudian, "Berjalan di atas
permukaan salju susah sekali, biarlah aku yang pergi periksa
mereka sudah mati atau belum !"
Tapi ucapan dari Kan Tek Lin ini segera ditolak mentah2
oleh si gadis she-Si."
"Tidak !" seru Si Soat Ang dengan nada berat. "Paman
Kan Jie-siok, setelah menemukan kedua bangsat ini disini,
apa yang harus kulakukan hanya untuk berjalan diatas
permukaan salju saja?" Sembari berkata ia meloncat turun
dari atas kereta.
Semalam salju turun dengan hebatnya, tumpukan bunga
salju diatas permukaan tanah saat ini mungkin mencapai
satu depa lebih.
Ketika Si Soat Ang meloncat turun, badannya segera
sempoyongan hampir saja jatuh, tapi dengan cepat iameloncat bangun dan melayang kesisi Liem Hauw Seng
serta Giok Jien berdua.
Melihat hal tersebut diam2 Kan Tek Lin menghela napas
panjang.
Waktu itu baik Liem Hauw Seng maupun Gok Jien
sama2 pejamkan matanya, Giok Jien sigadis cilik itu masih
bersandar diatas dada sang pemuda kekasihnya.
Napas mereka ter-engah2, oleh karenanya sewaktu Si
Soat Ang tiba di hadapan mereka, gadis tadi segera
mengetahui bila mereka berdua belum mati.
Si Soat Ang benar2 kegirangan setengah mati, sebetulnya
Liem Hauw Seng serta Giok Jien adalah manusia yang
paling ia benci dalam hatinya, tapi berhubung melihat
orang yang paling dibenci masih belum mati dan kini
berada di-hadapannya siap disiksa olehnya, sang hati jadi
kegirangan setengah mati sehingga susah dilukiskan lagi.
Mendadak gadis itu mendongak lalu perdengarkan suara
gelak tertawanya yang aneh dan menyeramkan.
Gelak tertawanya bergema melengking tinggi menjulang
ke angkasa, dalam suasana yang dingin sunyi ditengah
pegunungan yang sepi, suara gelak tertawanya ini benar2
mengerikan sekali.
Kan Tek Lin merasa amat terperanjat, buru2 tegurnya:
"Soat Ang, kenapa kau ?"
"Ha ha ha mereka belum mati" sahut Si Soat Ang
sembari masih tertawa tiada hentinya.
Sekali enjot badan Kan Tek Lin melayang ke sisi gadis
itu, serunya: "Oooow... mereka belum mati ? kalau begitu
mari kita bawa kembali kedalam Benteng, agar ayahmu bisa
jatuhi hukuman kepada mereka.""Tidak !" tolak Si Soat Ang tegas, giginya di gertakkan
kencang2. "Biar aku yang jatuhi hukuman kepada mereka !"
Sembari berkata cambuk ditangannya sekali getar
membentur gerakan satu lingkaran ditengah udara,
kemudian diiringi desiran tajam yang menggidikkan
menjilat leher Giok Jien.
Merasa akan datangnya desiran tajam Giok Jien
membuka matanya, tapi sinar mata si gadis ini sama sekali
tidak memperlihatkan cahaya ketakutan ataupun gugup, ia
hanya membentangkan tangannya melindungi wajahnya.
Siapa nyana baru saja tangannya diangkat ujung cambuk
Si Soat Ang dengan tajam telah berhasil menjirat
pergelangan tangannya, sekali disentak seluruh tubuhnya
terangkat ketengah udara dan terlempar dua-tiga tombak
jauhnya dari tempat semula.
Walaupun Giok Jien pandai bersilat, tapi ilmu silatnya
tidak lebih adalah ajaran Liem Hauw Seng sewaktu masih
berada didalam benteng Thiat It Poo apabila pemuda ini
ada waktu lowong, mana mungkin ilmu silatnya bisa
menandingi kepandaian silat Si Soat Ang ?
Apalagi pada saat ini keadaannya boleh diumpamakan
"Ada kemauan tak ada tenaga", tenaga perlawanan dalam
tubuhnya sama sekali sudah punah.
Ketika ia terbanting sejauh dua, tiga tombak diatas
permukaan salju, dengan sekuat tenaga gadis itu meronta
lalu merangkak bangun.
"Nona...kau...kau jangan menyiksa engkoh Hauw Seng
lagi..." serunya terputus2. "Kau... kau bermurahlah hati
kepadanya, ia...ia...luka yang ia derita sudah terlalu
parah..."Cambuk Si Soat Ang sudah diangkat siap mengirim
hajarannya yang kedua.
Sudah tentu hajarannya kali ini siap ditujukan kearah
Liem Hauw Seng pemuda tampan itu.
Tapi ketika mendengar ucapan Giok Jien tersebut,
tangan yang telah diayun mendadak menjadi lemas
kembali, dalam sekejap mata sikapnya yang galak dan buas
telah berubah jadi bimbang.
Tapi semuanya ini hanya berlangsung dalam sekejap
mata saja, senyum sinis kembali menghiasi wajahnya,
seraya berpaling ke arah Giok Jien serunya:
"Ooooouw... begitu ? kau berkata luka yang ia derita
sangat parah dan sebentar lagi bakal mati ?"
"Benar, kau jangan pukul dia lagi pukul... pukullah
diriku." teriak Giok Jien berusaha merontak bangun.
"Heeeee... heee... cinta kasih kalian boleh dihitung sudah
mendalam bagaikan samudra luas!"
Giok Jien menunduk, air mukanya berubah pucat pasi
bagaikan mayat.
Sekali lagi Si Soat Ang menunduk, tiba2 bentak nya
kearah Liem Hauw Seng yang menggeletak diatas tanah
"Kau masih ingin menggeletak di atas tanah pura2 mati ?
kenapa tidak bangun berdiri saja ?"
Liem Hauw Seng gertak gigi sehingga menimbulkan
suara gemerutukan tubuhnya mulai coba meronta. Tapi
perduli secara bagaimana dia meronta akhirnya tiada
berdaya juga untuk bangkit berdiri, seluruh tubuhnya
hampir boleh dikata terpendam didalam salju, tapi diatas
jidat nya mengucur keluar keringat sebesar kacang.Seraya memandang pemuda she-Liem ini Si Soat Ang
tertawa dingin tiada hentinya. Sedang Giok Jien dengan
napas ter-engah2 lari mendekati kemudian bimbing Liem
Hauw Seng untuk bangun. "Nona aku sudah ada beberapa
tahun melayani dirimu, kau kasihanilah diriku...lukanya
teramat parah, cepatlah kau hantar ia kembali ke
Benteng...un...untuk mengobati lukanya, kau suka aku
berbuat bagaimana. aku pasti akan mengabulkan... aku
mohon... aku mohon nona suka mengabulkan !"
Kata2 terakhir penuh bernadakan gemetar, sepasang
lutut menjadi lemah dan akhirnya jatuh berlutut diatas
tanah.
Perasaan Si Soat Ang pada saat ini benar2 amat puas,
tapi kesemuanya ini masih belum dapat melenyapkan rasa
benci yang telah merasup kedalam tulang sumsumnya.
Dengan dingin ia mendengus.
"Kau bimbing dulu bangsat itu keatas kereta salju !"
perintahnya keren.
Dengan susah payah Giok Jien merangkak bangun dari
atas tanah kemudian membimbing tubuh Liem Hauw Seng
dan bergerak kedepan.
Tapi baru saja berjalan dua langkah, mereka ber-sama2
menggelinding dan roboh keatas tanah.
Melihat kejadian itu Ken Tek Lin kerutkan alisnya,
sekali sambar ia telah menarik Liem Hauw Seng bangun
dari tanah.
Siapa nyana justru tindakannya inilah membuat Si Soat
Ang, sang gadis tersebut menjadi kurang puas.
"Paman Kan Jie-siok. apa yang kau lakukan ?""Apa yang aku lakukan ?" Balik seru Kan Tek Lin
dengan nada melengak.
Air muka Si Soat Ang berubah jadi sangat jelek sehingga
susah dipandang, sembari menuding Liem Hauw Seng
serunya:
"Mengapa kau bimbing ia bangun ?"
Kontan seketika itu juga dari dasar hati Kan Tek Lin
timbul rasa gusar yang susah dikendalikan, jikalau Si Soat
Ang yang ada dihadapannya saat ini bukan putri
kesayangan dari saudara angkatnya mungkin sejak semula
ia sudah umbar bawa amarah.
Air mukanya langsung berubah menghebat.
"Aku hendak bimbing ia naik keatas kereta salju agar
cepat2 bisa tiba dibenteng Thian It Poo."
"Apa perlunya kembali kebenteng Thian It Poo ?".
"Luka yang ia berita amat parah, jika tidak kembali ke
benteng Thian It Poo, bagaimana mungkin lukanya bisa
disembuhkan ?"
"Sungguh sayang aku tidak ingin kembali ke Benteng
Thian It Poo."
Giok Jien yang ada disamping setelah melihat keadaan
tersebut, paling sedikit ia tahu Kan Tek Lin menaruh
simpatik kepada mereka berdua, oleh karena itu
menggunakan kesempatan yang sangat baik ini mohonnya:
"Kan Jien-ya ! Engkoh Hauw Seng terluka parah sehingga
sedikitpun tak dapat bergerak, bila tidak cepat2 dibawa
pulang ke Benteng Thian It Poo maka ia bakal mati
kedinginan. Kan Jie-ya, aku mohon sukalah kau beri belas
kasihan kepada kami, aku akan berlutut dan mengangguk-
anggukkan kepalaku di-hadapanmu !"Seraya berkata Giok Jien siap jatuhkan diri dan berlutut.
Tapi tindakannya ini keburu dicegah oleh Kan Tek Lin.
"Tidak perlu tidak perlu, aku sudah punya rencana sendiri !"
"Paman Jie-siok, kau... kau sungguh ingin mencari gara2
dengan diriku ?" teriak Si Soat Ang dengan air muka
berubah hijau membesi.
"Hauw Seng adalah kakak misanmu, coba kau pikir
apakah ayahmu mengijinkan kau berbuat ngaco belo
macam begini ?"
"Aku tahu ia tak bakal mati, sudah tentu aku punya obat
pemunah yang mujarab untuk menyembuhkan lukanya,
tapi aku tidak ingin kembali ke benteng Thian It Poo"
Ucapan dari Si Soat Ang ini sangat tegas dan kuat,
bahkan sama sekali tidak sopan, agaknya ia ada maksud
mencari gara2 dengan Kan Tek Lin.
Rasa gusar yang muncul dihati Kan Tek Lin makin lama
makin memuncak, makin lama makin mendalam.
"Tidak bisa!" bentaknya keras2. "Maksudmu keluar dari
Benteng adalah mencari kedua orang ini sudah kita
temukan, sudah seharusnya kita bawa pulang kebenteng
untuk menantikan hukuman yang bakal dijatuhkan oleh
ayahmu sendiri !"
Sepasang kepalan Si Soat Ang dirapatkan kencang2
dengan suara yang tinggi melengking memecahkan
kesunyian yang mencekam teriaknya:
"Kau jangan mencari gara2 dengan diriku, terus terang
kuperingatkan janganlah kau orang mencari gara2 dengan
diriku !"
Sejak semula Kan Tek lin sudah dapat tahu Si Soat Ang
gadis cantik ini sudah terbiasa dimanja oleh ayahnya tetapiia tidak menyangka urusan bisa berlangsung jadi begini,
hatinya disamping kheki juga geli.
"Mengapa aku harus mencari gara2 dengan dirimu ?"
tanyanya cepat.
"Kalau begitu kau harus membiarkan aku berlalu dengan
membawa serta kedua orang ini, bahkan peristiwa apa yang
bakal terjadi dikemudian hari tak boleh kau ungkap
dihadapan ayahku." seru Si Soat Ang sembari melangkah
maju.
Mendengar ucapan Si Soat Ang makin lama semakin
keterlaluan Kan Tek Lin tak dapat menahan rasa gusarnya
lagi. segera bentaknya: "Tidak dapat !"
"Sungguh tidak dapat ?" tanya gadis she Si itu setelah
lama sekali membungkam.
Mendadak telapak tangan Si Soat Ang diayunkan
kedepan, dimana tangannya bergerak serentetan cahaya
keemasan dengan membelah angkasa meluncur keluar
Saking cepatnya benda tersebut menyambar lewat, tak
seorangpun yang melihat sebenarnya benda apakah itu.
Bersamaan itu pula tiba2 pandangan mata jadi silau oleh
sorotan cahaya ke-emas2an, be-ratus2 batang jarum tajam
sepanjang lima Coen dengan memancarkan cahaya tajam
ber-sama2 mengurung seluruh tubuh Kan Tek Lin.
Bagi Kan Tek Lin sendiripun, mimpipun ia tidak pernah
menyangka Si Soat Ang keponakan angkatnya bisa turun
tangan keji terhadapnya.
Karena tidak lama setelah ia tiba di benteng Thian It
Poo, atas permintaan Si Liong mereka berdua telah saling
angkat saudara.Menanti jarum2 tajam tadi telah menyambar dekat, Kan
Tek Lin baru tahu benda apakah yang tergenggam ditangan
Si Soat Ang, karena tempo dulu Si Liong pernah
memperlihatkan benda tersebut kepadanya.
Si Liong pernah bercerita benda itu adalah sebuah
tabung baja bercampur emas yang dibuat oleh seorang jago
lihay dari Se-ih, sekali pencet tombol rahasianya maka ada
sembilan puluh sembilan batang jarum tajam ber-sama2
menyebar keempat penjuru.
Bagi seorang jagoan lihay yang memiliki kepandaian silat
amat tinggipun susah untuk menghindarkan diri dari
serangan ini, apalagi Kan Tek Lin.
Kiranya Si Liong yang amat sayang terhadap putrinya
karena takut ia jatuh kecundang ditangan orang lain, maka
sengaja ia persenjatai dirinya dengan sebuah senjata aneh
yang bernama "Si Seng Ciam" atau alat pembidik jarum
bintang.
Dibawah penjelasan Si Liong tempo hari Kan Tek Lin
pun pernah mengagumi kelihayan alat tersebut, ia tidak
pernah menyangka pada suatu hari Si Soat Ang, putri
saudara angkatnya bisa menggunakan alat dahsyat tersebut
untuk menghadapi dirinya.
Diiringi bentakan murka sepasang bajunya di-kebut
kedepan kencang2, sedang badannya ikut bergerak
menubruk kearah gadis tersebut.
Reaksi yang dilakukan boleh dikata amat cepat, tapi
berhubung jaraknya dengan Si Soat Ang tidak terlalu dekat,
Kedua daya tembak alat rahasia Si Seng Ciam sangat kuat
dan sekali tembak sembilan puluh sembilan batang jarum
berbisa meluncur ber sama2 kendari gerakan menghindar
nya cukup cepat, tapi sewaktu badannya berada ditengah
udara bagian bawahnya sama sekali tak terjaga sepasangkakinya tidak ampun lagi termakan hajaran senjata rahasia
tersebut, diikuti rasa sakit yang luar biasa menyerang
seluruh badan, paling sedikit ada tiga empat puluh batang
jarum telah bersarang ditubuhnya.
Hanya saja kepandaian silat yang dimiliki Kan Tek Lin
sangat lihay, sekalipun tubuhnya kena terhajar begitu
banyak jarum rahasia, tubuhnya sempat bersalto pula
ditengah udara dan melayang turun dua tiga tombak lebih
kedepan.
Setelah bangkit berdiri dari atas tanah, dengan penuh
kemurkaan bentaknya keras:
"Soat Ang, kau..."
Hanya ucapan itu yang dapat meluncur keluar karena
pada saat yang bersamaan sepasang kaki nya yang terhajar
oleh jarum mulai terasa gatal2 kaku dan linunya bukan
kepalang.
Rasa terkejut yang dialami Kan Tek Lin kali ini susah
dibayangkan lagi. ber-turut2 ia cabut beberapa batang jarum
rahasia yang bersarang ditubuhnya kemudian diperiksa
dengan cermat.
Begitu dipandang, sukma terasa melayang tinggi di-
awang2.
Pada-ujung jarum yang panjangnya hanya dua coen
kelihatan memancarkan cahaya ke-hijau2an yang berkilap,
sekali lihat setiap jago tentu mengerti kalau jarum2 itu
sudah dipolesi racun ganas.
Tanpa disadari lagi seluruh tubuh Kan Tek Lin gemetar
keras, suara pembicaraanpun dalam sekejap mata berubah
amat serak.
"Serahkan obat pemunahnya !"Tapi dengan air muka hijau membesi Si Soat Ang tetap
berdiri tak berkutik hanya sahutnya dengan suara dingin:
"Aku suruh kau jangan mencari gara2 dengan diriku, kau
tidak suka menggubris ! sudah berapa kali kuperingatkan,
janganlah coba2 memusuhi diriku !"
"Serahkan obat pemunahnya !" sekali lagi Kan Tek Lin
berteriak seraya kertak gigi kencang2.
Sembari berteriak tubuhnya bergerak meloncat kemuka
dan siap menubruk gadis tersebut.
Sungguh sayang, akibat dari loncatannya ini bukan saja
tidak berhasil menubruk sasaran yang dituju, badannya
malah jatuh terpelanting diatas permukaan salju.
Jelas terbukti hanya dalam sekejap itulah sepasang
kakinya sudah menjadi kaku tak berasa sedikitpun juga
bahkan untuk disaluri tenaga murnipun tak sanggup lagi,
tidak aneh kalau badannya jatuh terpelanting dan roboh
diatas permukaan salju.
Begitu Kan Tek Lin roboh, mendadak tangannya
menekan permukaan salju dan berusaha sekuat tenaga
menggunakan tenaga tekanan ini meloncat bangun
sedangkan tangannya yang lain pada saat yang bersamaan
merogoh ke dalam saku mengambil keluar seruling besi
yang telah mengangkat namanya dalam Bu-lim.
Bila ia tidak bergerak mungkin masih tidak mengapa,
begitu badannya kerahkan tenaga kelewat batas darah
bergolak sangat kerasnya didalam rongga dada, daya
bekerja racun itupun makin cepat, rasa kaku kini sudah
merembet hingga kepinggang.
Sekalipun Kan Tek Lin sudah ada puluhan tahun
lamanya berkelana dalam dunia persilatan, belum pernah iatemukan ataupun berjumpa dengan daya bekerja racun
ganas sedemikian dahsyat, sedemikian cepatnya.
Loncatannya barusan sekali lagi membanting badannya
roboh keatas permukaan salju.
Saat itulah tampak seseorang berlari kesisinya dan
berjongkok disamping tubuhnya seraya berseru penuh
kecemasan : "Kan Jie-ya, kenapa kau? kenapa kau ?"
"Kau kah yang bernama Giok Jien ?" seru Kan Tek Lin
dengan napas ter-engah2, "Kau harus ingat, asalkan kau
masih bisa bernapas berusahalah keras untuk
menyampaikan berita buruk ini kee... kee... kepada Poocu,
kaa . . katakan kepadanya a .. aku mati ditangan siapa."
"Kan Jie ya ! kau tak akan mati" Teriak Giok Jien
dengan hati yang pedih. "Nona hanya bergurau saja dengan
dirimu, kadangkala nona pun pernah berkata hendak
membunuh diriku, tapi ia tak pernah turun tangan
sungguh2 biarlah kumohon obat pemunah buat dirimu."
Bicara sampai disitu mendadak Giok Jien membungkam.
Karena walaupun napas Kan Tek Lin masih ter-engah2,
tapi dari sepasang kelopak matanya, dari hidung dan telinga
maupun dari mulut mulai mengucurkan darah beracun
yang hitam matang...
Giok Jien jadi terperanjat bercampur ketakutan, buru2 ia
merangkak mundur satu langkah kebelakang.
Waktu itu Kan Tek Lin masih coba meronta sekuat
tenaga."
"Perrr... perkataanku yang kusampaikan tadi sudah kau i
. . . ingat baik ?"
Kecuali mengangguk tiada hentinya Giok Jien tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.Mendadak Kan Tek Lin memperdengarkan jeritan
lengkingnya yang menyeramkan dan membuat bulu roma
pada bangun berdiri.
Mengikuti jeritan lengking yang menyayatkan hati, darah
segar bagaikan sumber mata air muncrat keluar dari
mulutnya.
Semburan darah segarnya ini sama sekali tiada sangkut
paut dengan keracunan jarum rahasia tersebut, hanya saja
karena ia teringat dengan kegagahan serta kekosenan
dirinya tempo dulu dan kini ternyata harus berakhir disuatu
tempat yang sepi tanpa ada yang tahu, hatinya jadi pedih,
sedih dan kecewa, saking tak tertahan jantungnya jadi
pecah berantakan.
Darah segar muncrat membasahi permukaan salju nan
putih, tubuhnya tergetar sangat keras, mendadak ia
meloncat lagi kedepan tapi baru saja melayang sejauh dua
depa badannya terbanting keatas tanah dan tak berkutik
lagi.
Dengan mata terbelalak besar Giok Jien melototi tubuh
Kan Tek Lin yang mati dalam keadaan sangat mengerikan,
mulutnya terbuka lebar sedang badan gemetar keras, tak
sepatah kata pun bisa diutarakan keluar.
Lama.. lama sekali, akhirnya per-lahan2 ia mendongak
dan memperhatikan wajah Si Soat Ang.
Waktu itu adalah wajah Si Soat Ang berubah hijau
menyeramkan, iapun sedang melototi mayat Kan Tek Lin
yang mati dengan mengerikan tanpa berkutik sedikitpun
juga.
"Nona...nona.. kau...kau sudah membinasakan Kan Jie-
ya !" akhirnya Giok Jien berseru dengan napas ter-engah2.Seluruh tubuh Si Soat Ang gemetar keras, ia mundur dua
langkah kebelakang dengan sempoyongan.
Tadi, karena gusar tanpa memikirkan apa akibatnya, ia
sudah menghadiahkan lelaki itu dengan beberapa batang
jarum beracun dari alat "Si Seng Ciam" nya, tapi menanti
Kan Tek Lin benar2 menggeletak mati diatas permukaan
salju dalam keadaan mengerikan, hatinya baru merasa
terperanjat.
Apa lagi Giok Jien menegur dengan dingin, hatinya
semakin terpukul lagi sehingga tak kuasa badannya mundur
sempoyongan.
Ketika badannya mundur sempoyongan kebelakang,
sepasang tangannya menutupi mulut sendiri. "la... ia mati ?"
teriaknya tersentak kaget.
"Benar, Kan Jie-ya sudah mati, ia mati ditanganmu..."
Seru Giok Jien sedih.
Tapi belum habis sidayang cantik ini menyelesaikan
kata2nya mendadak Si Soat Ang berteriak melengking.
"Tidak... tidak peristiwa ini tiada sangkut pautnya
dengan diriku, aku tak ada hubungannya... sejak tadi sudah
kularang dia orang mencari gara2, ia tak mau tahu . . ia
sen... ia sendiri yang cari gara2."
"Tapi sekarang, ia mati ditanganmu. kau telah
membinasakan dirinya." sambung Giok Jien tegas, nada
ucapannya telah berubah tenang tapi keren dan penuh
wibawa.
Tiba2 Si Soat Ang meng-gerak2kan tangannya ke kanan
kekiri seperti orang gila, entah apa yang sedang dipikirkan
olehnya pada saat ini, juga tak tahu apa yang diucapkan
waktu itu.Yang jelas, Si Soat Ang gadis cantik dan Benteng Thian
It Poo ini penuh diliputi rasa ketakutan.
Ia tahu dirinya sudah membinasakan Kan Tek Lin, bila
peristiwa ini sampai tersiar ditempat luaran maka ayahnya
tak akan berdiam diri. Orang yang paling menyayangi
dirinya bakal ikut tahu kejadian ini.
Sejak kecil hingga menginjak dewasa, entah sudah
beberapa kali Si Soat Ang buat keonaran dan menciptakan
bencana buat bentengnya, sekalipun begitu belum pernah ia
merasa takut.
Namun ini kali, kini ia betul2 ketakutan setengah mati.
Menggunakan saat meng-gerak2kan tangannya ke kanan
kekiri seperti orang gila ini ia bermaksud mencari alasan
yang kuat untuk melindungi diri dari segala tuduhan. tapi
akhirnya ia tak berhasil dengan usahanya, karena Kan Tek
Lin benar2 dan terbukti mati di tangannya.
Lama... lama sekali mendadak ia berhenti bergerak,
serasa memandang Giok Jien tanyanya dengan napas
terengah.
"Dia... dia mati ditanganku ?"
"Benar !" Dengan sangat berani Giok Jien bangun berdiri
lalu menjawab penuh ketegasan.
Tiba2 Si Soat Ang mendongak dan tertawa seram.
"Dia memang aku yang bunuh, tapi siapa yang tahu?
Siapa yang tahu?"
"Aku tahu! engkoh Hauw Seng juga tahu, hati kecilmu
sendiri juga tahu" kembali Giok Jien menjawab penuh
ketegasan.Gelak tertawa Si Soat Ang makin lama kedengaran
makin lengking dan menyeramkan, sembari tertawa ia
menjengek dingin.
"Kau? dia? kalian anggap kamu berdua bisa hidup lebih
lama lagi? aku? Mungkinkah aku ceritakan peristiwa ini
kepada orang lain? hee hee hee dikolong langit tak akan ada
yang tahu, tak seorang manusiapun yang tahu dia mati di
tanganku, tak seorangpun yang tahu akulah
pembunuhnya!"
Sembari berteriak2 badannya menerjang terus kedepan
hingga tiba disisi mayat Kan Tek Lin, lalu berjongkok dan
mulai mencabut jarum yang bersarang dikaki mayat itu satu
demi satu.
Dengan ter-mangu2 Giok Jien berdiri mematung,
matanya memandang gadis itu dengan melongo.
Sudah tentu Giok Jien pun tahu apa yang hendak
dilakukan Si Soat Ang, tapi ia tak bertenaga untuk
menghalangi maksudnya, ia hanya bisa berdiri mematung
disana seraya memandang gadis tadi bekerja.
Pada saat itulah mendadak Giok Jien merasakan ada
seorang menggelinding kesisi kakinya.
Giok Jien yang sedang pusatkan seluruh perhatiannya
untuk memperhatikan gerak gerik Si Soat Ang, tiba2 merasa
ada seseorang menggelinding ke sisinya, ia jadi terperanjat.
Buru2 ia menunduk, dilihatnya orang itu bukan lain
adalah Liem Hauw Seng.
Sepasang gigi pemuda she-Liem ini bergemerutukan
keras, jelas dengan menahan rasa sakit yang luar biasa ia
berusaha mendekati gadis Giok Jien ini.Pemuda itu mendongak, tangannya gemetar keras tapi ia
sempat melakukan gerakan2 tangan seraya menuding kereta
salju yang tidak jauh terletak disisi tubuhnya.
Giok Jien mendongak, ia segera mengerti apa
maksudnya
Maksud Liem Hauw Seng, menggunakan kesempatan
sewaktu Si Soat Ang pusatkan perhatiannya untuk
menghilangkan jejak mayat Kan Tek Liu. mereka meloncat
naik dan melarikan diri.
Tindakan ini memang merupakan satu2nya jalan hidup
bagi mereka.
Asalkan mereka berhasil meloncat naik keatas kereta
salju itu, maka kendari ilmu meringankan tubuh yang
dimiliki Si Soat Ang lebih lihaypun jangan harap bisa
menyandak mereka.
Setelah Giok Jien dibuat paham dengan maksud
kekasihnya Liem Hauw Seng, jantung terasa berdebar
sangat keras.
Buru2 ia membongkok untuk bimbing Liem Hauw Seng
bangun, setelah itu per-lahan2 mundur kebelakang.
Ketika itu Si Soat Ang sama sekali tidak merasa
peristiwa apa yang telah terjadi dibelakang tubuhnya, ia
hanya pusatkan perhatiannya untuk mencabuti jarum
beracun yang bersarang ditubuh Kan Tek Lin sebatang
demi sebatang.
Giok Jien sembari memayang tubuh Liem Hauw Seng
selangkah demi selangkah mundur kebelakang, beberapa
kali mereka terjatuh ke permukaan salju tapi setelah
memperoleh harapan untuk hidup semangat yang berkobar
dalam rongga dada mereka berduapun semakin menyala.Akhirnya setelah bersusah payah, sampai juga sepasang
muda mudi ini diisi kereta salju.
Dengan sekuat tenaga Giok Jien mendorong tubuh Liem
Hauw Seng naik keatas kereta salju sedang ia sendiri
berdiri.
Diiringi bentakan keras, tali les digentakkan kencang,
kesepuluh ekor anjing serigala itu menggonggong ramai
kemudian lari kencang kedepan.
Suara gonggongan anjing mengejutkan Si Soat Ang dari
perhatiannya, bagaikan tersambar ombak ia meloncat
bangun dan berpaling.
Tapi gerakannya ini sudah terlambat.
Sepuluh ekor anjing sembari menggonggong tiada
hentinya telah berlari kencang kemuka, kereta bersalju
dengan meninggalkan muncratan bunga2 salju memancar
delapan tombak jauhnya ke kedua belah samping.
Melihat kereta saljunya dibawa lari, Si Soat Ang
perdengarkan suatu jeritan aneh yang sangat tidak enak
didengar tubuhnya menerjang maju ke-muka.
Sayang, ketika badannya mencapai beberapa tombak
jauhnya, kereta salju itu sudah jauh mencapai dua puluh
tombak lebih meninggalkan gadis itu jauh dibelakang.
Si Soat Ang menjerit melengking tiada hentinya, suara
jeritan tersebut tinggi, dan tajam dan mendebarkan hati.
Walaupun Giok Jien yang berada diatas kereta salju telah
jauh meninggalkan dirinya tapi ia masih dapat menangkap
jeritan lengkingannya yang sangat mengejutkan hati itu.
Hampir2 saja jantung Giok Jien meloncat keluar dari
rongga dadanya, tiada henti ia getarkan tali les agar kereta
saljunya bisa berlari makin cepat.Sekalipun kereta salju sudah berlari bagaikan terbang, ia
masih juga berseru-seru.
"Cepat dikit, cepat dikit ! kita hampir lolos dari
cengkeramannya, cepat dikit, . . ayoh cepat lagi sedikit !"
Bunga2 salju beterbangan menyambar diatas bibir,
hidung dan matanya, tulang terasa linu tersampuk angin
dingin bagaikan pisau tajam yang menyayat tubuhnya, tapi
ia tidak perduli semuanya demi kereta salju dilarikan
bagaikan terbang.
Kurang lebih setengah jam kemudian, daya lari ke
sepuluh ekor anjing-anjing penghela kereta makin lama
makin lambat dan akhirnya sangat perlahan. Dan Giok Jien
berpaling, dilihatnya seluruh penjuru hanya tampak
permukaan salju nan putih, tak terlihat sesosok bayangan
manusiapun yang melakukan pengejaran.
Ia menghembuskan napas panjang, membentak keras
dan menghentikan larinya sang kereta.
Dalam sekejap mata hampir2 ia tidak mempercayai lagi
akan keuntungannya, air mata tak tertahan meleleh keluar
membasahi seluruh wajah, air mata ini adalah air mata
kegirangan
Ia berpaling, dan berseru:
"EngkohHauw Seng, kita..."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan keluar,
mulutnya terasa terkunci bungkam dalam seribu bahasa.
Di atas kereta salju tak ada manusia lain kecuali dia
seorang.
Tidak, seharusnya diatas kereta salju ini kecuali masih
ada orang lain.
Dia adalah engkoh Liem HauwSeng nya !.Seluruh tubuhnya terasa jadi kaku, ia berdiri tertegun,
pukulan yang menghajar dadanya kali ini bukan saja
datangnya sangat mendadak bahkan peristiwa ini sungguh
telengas sekali, kejadian ini telah menghancurkan semua
pengharapan nya untuk hidup lebih lanjut
Ia berdiri mematung ditempat semula, setelah berapa
lamanya ia berteriak keras:
"EngkohHauw Seng !"
Tapi, sekarang ia jadi terkejut setelah mendengar
teriakannya ini. Suara tersebut amat kering, tidak enak
didengar dan kosong... kosong tak berisi, apakah ini suara
yang keluar dari kerongkongannya ? tapi itu bukan
suaranya, lalu suara siapa ? siapakah yang masih ingin
memanggil nama engkoh Hauw Seng dalam keadaan
seperti ini ? ? ?
Mulut Giok Jien terpentang lebar2, ia ingin berteriak dan
menangis tersedu2 tapi sedikit suara tak sanggup
diperdengarkan, ia hanya merasa badan sendiri sedang
melayang, melayang di angkasa sedang hatinya tertekan
terasa berat, berat bagaikan batu ribuan kati.
Ia melihat pemandangan salju di hadapannya seperti
telah berubah warna, cahaya ke-perak2an yang memantul
dari permukaan tanah makin lama berubah makin gelap
dan akhirnya gelap gulita.
Ketika itulah Giok Jien berteriak keras: "Engkoh Hauw
Seng !"
Sebenarnya, matanya sudah ber-kunang2 kepala terasa
pening, badannya hampir rubuh tidak sadarkan diri, tapi
teriakan terakhirnya berhasil menolong gadis ini.
Karena berteriak peredaran darahnya menjadi lancar
kembali, badannya hanya sedikit tergetar dan tetap berdiritegak, dan kerobohannya diatas tanah berhasil
dihindarkannya.
Giok Jien menarik napas panjang2, kemanakah perginya
Liem Hauw Seng ?
Sewaktu ia temukan diatas kereta salju tak kedapatan
Liem Hauw Seng ada disana, hatinya sangat kacau, ia tak
bisa berpikir lagi kemanakah perginya pemuda tersebut.
Tapi kini, ia sudah tahu kemanakah perginya Liem
Hauw Seng kekasih pujaan hatinya.
Tentu kereta salju berlari terlalu cepat sehingga tubuh
pemuda she Liem ini terpental dan jatuh menggelinding
diatas permukaan salju.
Sedangkan ketika mereka melarikan diri menggunakan
kereta salju, Si Soat Ang mengejar dari belakang, maka
jikalau Liem Hauw Seng terjatuh ditengah jalan, ada
kemungkinan besar ia sudah terjatuh ditangan gadis she Si
dari benteng Thian It Poo ini.
Teringat akan hal ini, Giok Jien merasakan seluruh
peredaran darah dalam tubuhnya seperti hampir membeku,
ia merasa seluruh badannya jadi kaku, sepasang kaki lemas
tak sanggup bangun berdiri lagi, ia roboh terjengkang diatas
permukaan salju.
Wajahnya dalam terkubur dibalik tumpukan salju, bunga
salju mencair menjadi air dingin membuat wajah yang
terpendam jadi peri, linu, seperti tertusuk beratus2 batang
jarum.
Ia menghembuskan napas berat didalam tumpuk kan
salju, setiap kali ia menghembuskan segumpal salju ikut
tertelan kedalam perutnya.Entah lewat beberapa saat lamanya.. ia mulai berpikir
kembali, berpikir tentang nasib Liem Hauw Seng.
Ia menduga sekalipun pemuda kekasihnya ini telah jatuh
terpelanting diatas salju, tapi belum tentu berhasil
ditemukan oleh Si Soat Ang.
Jika ia tidak sampai diketahui oleh Si Soat Ang dan ia
sendiri berdiri tertegun disitu bukankah sama artinya ia
sudah memberikan kesempatan bagi malaikat elmaut untuk
mencabut nyawa kekasih nya ?
Teringat akan hal itu, semangat Giok Jien segera
berkobar kembali. ia meloncat bangun dari permukaan salju
dan menggelinding naik keatas keretanya lalu diiringi
bentakan keras serta gonggongan anjing, kereta kembali
bergerak dengan cepatnya.
Ketika itu salju sudah berhenti, Giok Jien yang
melarikan kereta saljunya dengan mengikuti bekas yang
ditinggalkan tadi. tidak sulitlah baginya untuk kembali
ketempat semula.
Selama kereta bergerak cepat, hati gadis ini bagaikan ter-
katung2 ditengah angkasa, dengan cermat diperhatikannya
terus suasana disekelilingnya.
Ia tahu asalkan Liem Hauw Seng terpental jatuh dari
kereta dengan membawa luka yang parah tak akan jauh ia
merangkak pergi.
Kurang lebih seperminum teh kemudian sedikitpun tidak
salah dari tempat kejauhan ia melihat ada seseorang
menggeletak diatas permukaan salju.
Saking girangnya Giok Jien jerit melengking, tidak
menunggu kereta tersebut berhenti lagi, ia meloncat turun
dan ber-lari2an menghampiri manusia yang dilihatnya
menggeletak diatas tanah.Beberapa kali ia harus jatuh bangun sebelum sampai
dihadapan orang tadi, setelah susah payah sampai juga dia
disana.
Tubuh orang itu melingkar jadi satu, tapi Giok Jien
dapat melihat jelas dia bukan lain adalah-engkoh Hauw
Seng nya.
Napasnya memburu, sembari tertawa air mata tiada
hentinya jatuh berlinang.
"Coba kau lihat aku benar2 sangat tolol" teriaknya seraya
lari menghampiri. "Kau terjatuh dari atas kereta tapi aku
masih belum merasa, tapi sekarang baikan sudah, akhirnya
berhasil juga kutemukan dirimu."
Setelah gadis ini menemukan kembali Liem Hauw Seng
masih ada disana, hatinya jadi lega, perkataanpun tak
sanggup diutarakan lagi.
Sekalipun begitu bukan saja Liem Hauw Seng tidak
memberi jawaban kepadanya, bahkan badan pun tak
berkutik.
Kontan Giok Jien membungkam dalam seribu bahasa,
jantungnya terasa berdebar sangat keras, sekuat tenaga ia
membalikkan badan kekasihnya.
"EngkohHauw Seng !" teriaknya keras.
Pada saat itulah Liem Hauw Seng baru bersuara,
terdengar ia menghela napas panjang.
"Aaai...! aaa...apa maksudmu datang mencari diriku lagi
?"
Giok Jien tertegun.
"Engkoh Hauw Seng, kenapa aku tak boleh datang
mencari dirimu ? sekarang aku berhasil temukan dirimu, inisangat bagus sekali. mari kita cepat pergi, sebelum nona
sempat menemukan kita. kita harus cepat2 pergi !"
Liem Hauw Seng pejamkan matanya rapat2, sekali lagi
ia perdengarkan suara helaan napas panjang.
Sekuat tenaga Giok lien memayang bangun tubuh
pemuda tersebut tapi sebelum mereka sempat berangkat
mendadak dari belakang tubuh mereka berkumandang
datang suara teguran yang sangat dingin.
"Sungguh sayang waktu tak mengijinkan lagi, aku telah
menemukan kalian kembali."
Suara itu muncul diri bibir Si Soat Ang.
Waktu itu Giok Jien sudah siap melangkah pergi, tapi
begitu ucapan Si Soat Ang meluncur keluar memecahkan
kesunyian, ia jadi tertegun dan akhirnya berdiri kaku,
bahkan untuk berpaling sekejappun tidak sanggup.
Suara tertawa dingin dari Si Soat Ang berkumandang
tiada hentinya dari belakang tubuhnya, tertawa dingin itu
memberikan perasaan bagi Giok Jien bagaikan selangkah
demi selangkah mendekati liang kubur.
Beberapa saat kemudian, dengan suara yang serak lagi
kering ia berseru lirih:
"Nona kau berhasil menyandak kami ?"
Tubuhnya tetap tak bergerak, tapi ia merasa Si Soat Ang
makin lama semakin mendekati tubuhnya.
Akhirnya tangan Si Soat Ang berhasil menekan
pundaknya, suara gelak tertawa yang diperdengarkanpun
makin menggidikkan hati.
Kelima jarinya semakin mengencang dan terakhir
hampir2 telah menembusi pundak Giok Jien sehingga
menimbulkan rasa sakit yang bukan kepalang.Seluruh tubuh gadis itu gemetar keras, air mata meleleh
keluar membasahi seluruh wajahnya, menanti seluruh
tubuhnya kena diangkat ke tengah udara oleh Si Soat Ang,
ia baru menjerit kaget.
Tapi dengan cepat putri kesayangan dari Poocu Benteng
Thian It Poo ini telah memerseni sebuah tempelengan keras
keatas wajahnya.
Tamparan yang menggunakan tenaga sangat besar ini
membuat tubuh Giok Jien mundur sempoyongan, tapi Si
Soat Ang tidak membiarkan badannya jatuh, sekali
cengkeram ia menyambar lagi dada gadis tersebut.
"Nona..." seru Giok Jien dengan nada gemetar. "Kau...
kau bunuhlah aku seorang tapi aku mohon janganlah kau
mencelakai engkoh Hauw Seng."
Dalam pada itu Si Soat Ang telah mencengkeram Liem
Hauw Seng dikiri dan Giok Jien dikanan, rasa benci yang
terkumpul dalam dadanya selama ini sekarang disalurkan
semua, ia telah berubah hampir mendekati sinting, jeritan
lengkingnya bercampur baur dengan tertawa yang
meringkik.
"Hiiii... hiiii... membunuh dirimu? kau boleh berlega
hati, aku tak akan membinasakan dirimu, tak akan
kulakukan hal sebodoh itu."
Sejak semula Giok Jien tidak memikirkan mati hidupnya
lagi, oleh karena itu mendengar ucapan Si Soat Ang
tersebut ia merasa terlalu gembira.
"Lalu bagaimana dengan engkoh Hauw Seng." buru2
tanyanya cepat.
"Kau boleh berlega hati ," teriak Si Soat Ang dengan
nada meIengking. "ia pun tak akan mati, aku masih ingin ia
hidup agar bisa melihat banyak persoalan."Tak kuasa lagi Giok Jien jatuhkan diri dan berlutut.
"Nona asalkan kau suka menolong engkoh Hauw Seng,
suruh aku berbuat apapun aku sanggup."
Mendadak gadis she Si mendongak dan tertawa ter
bahak2.
"Oooouw benar begitu ? baik, kau boleh payang dia naik
keatas kereta bersalju dan kita segera berangkat !"
Walaupun dalam hati Giok Jien tahu urusan tak akan
beres segampang ini, ia merasa paling sedikit urusan yang
ada didepan mata dibereskan dulu, asalkan Liem Hauw
Seng bisa tertolong semua hal mudah diselesaikan, oleh
karena itu buru2 ia payang pemuda itu naik keatas kereta
salju.
Sembari memayang badannya, tiada hentinya ia
menghibur pemuda kekasihnya:
"EngkohHauw Seng, nona sudah setuju untuk menolong
dirimu, kau tidak usah gelisah, hatimu makin gelisah
lukamu makin sukar untuk sembuh."
Beberapa kali Liem Hauw Seng membuka mulutnya
mau mengucapkan sesuatu, akhirnya tak sepatah katapun
yang diutarakan keluar.
Tidak selang beberapa saat, ketiga orang itu sudah naik
keatas kereta salju, dimana cambuk berayun kereta bergerak
dengan cepatnya kemuka.
Kurang lebih setengah jam kemudian mereka telah tiba
diatas sebuah bukit dengan tujuh, delapan buah bangunan
rumah tembok, Ketujuh delapan buah bangunan rumah
tembok itu melingkari sebuah halaman, ditengah halaman
berdiri sebuah loteng peronda yang tingginya tiga tombak.Kiranya tempat itu bukan lain adalah sebuah pos
penjagaan dari benteng Thian It Poo.
Ketika kereta salju bergerak mendekat, tampaklah
beberapa orang munculkan diri menyambut kedatangan
mereka.
Si Soat Ang melarikan keretanya kehadapan beberapa
orang itu tampak lelaki2 kekar tersebut dengan wajah
kegirangan berteriak keras.
"Aaaah...! nona sungguh2 datang, peristiwa ini tidak
kami sangka sebelumnya."
Si Soat Ang tidak menggubris ocehan2 itu, ia langsung
bertanya dengan nada yang ketus.
"Dimana Oen Su-ko? adakah ia disini?"
Pertanyaan itu baru saja diutarakan, seorang lelaki kurus
tinggi dengan memakai topi terbuat dari kulit binatang
berlari datang seraya menyahut tiada hentinya:
"Ada! ada!"
Lelaki yang bernama "Oen Su Ko" ini punya sedikit
nama besar disekitar daerah Utara, senjata andalannya
sangat luar biasa yaitu sebuah roda bulat yang panjangnya
beberapa depa dengan ujungnya bertaburkan duri2 tajam,
bila digetarkan maka akan menimbulkan suara dengungan
yang sangat aneh.
Ia she Oen dengan gelar Toh Ming Hwi Loen, atau
siroda terbang pencabut nyawa.
Pada saat itu dengan wajah penuh senyuman ia
menyambut kedatangan Si Soat Ang..
"Nona, secara bagaimana kau bisa sampai disini? apakah
Poocu tahu akan kedatanganmu disini?" sapanya ramah."Apakah kedatanganku harus diketahui Poocu dulu ?"
hardik Si Soat Ang kurang senang.
"Ooouw . . . tidak, tidak, sudah tentu tidak dengan
kepandaian silat yang nona miliki saat-ini jangan dikata
hanya berkeliling disekitar benteng Thian It Poo, sekalipun
berkelana di daerah Utara maupun selatan juga sudah
cukup."
Si Soat Ang tertawa senang.
"Oen Su-ko selembar mulutmu betul2 sangat lihay, mari !
bantu aku sebentar disini ada seorang sedang menderita
luka, cepat payang dia masuk kedalam."
Setelah mendengar perintah dari gadis she Si ini Oen Su
ko baru perhatikan bila diatas kereta salju masih ada
seorang yang sedang menderita luka sangat parah, ia jadi
tertegun dan buru2 maju menghampiri untuk payang orang
itu.
Setelah dekat, ia makin terperanjat lagi karena dalam
sekali pandangan manusia she Oen ini lantas mengenali
kembali bila orang itu adalah Liem Hauw Seng keponakan
Poocu mereka juga merupakan kakak misan dari Si Soat
Ang.
Luka yang diderita Liem Hauw Seng sangat parah, tapi
sikap Si Soat Ang amat hambar bahkan masih bisa bergurau
dan tertawa, Kendari Oen Su ko sudah ada setengah umur
berkelana dalamdunia persilatan juga susah untuk menebak
kejanggalan tersebut.
Setelah memayang tubuh Liem Hauw Seng, ia pelototi
terus wajah Si Soat Ang dengan ragu2 dan kebingungan.
"Cepat kami kirim dua orang kembali ke benteng untuk
mintakan obat luka pada ayahku, cepat pergi dan cepat
kembali." perintah Si Soat Ang lebih lanjut "Beritahu jugapada ayahku, katakan untuk sementara waktu aku tak akan
kembali ke benteng dan akan tetap berada disini untuk
merawat luka Piauw-ko."
Mendengar perintah tersebut Oen Su segera menyahut.
"Orang yang pergi mengambil obat harus cepat kembali,
dilarang banyak bicara, jikalau sampai merusak urusanku,
aku akan suruh kalian rasakan bahwa aku adalah manusia
yang tidak gampang diganggu." teriak gadis she Si ini lebih
lanjut dengan wajah membesi.
Sekali lagi Oen Su menyahut, buru2 ia perintahkan dua
orang dengan menunggang kereta berlalu dari sana, sedang
sisanya segera masuk kedalam ruangan.
Setelah masuk kedalam ruangan hawa hangat
menyelimuti badan, Oen Su membaringkan Liem Hauw
Seng keatas pembaringan sedang Si Soat Ang mengeluarkan
sebutir pil, dengan bantuan arak ia paksa obat itu masuk
kedalam perut pemuda she-Liem.
Selama ini Giok Jien selalu berada disisi Liem Hauw
Seng, melihat Si Soat Ang agaknya sungguh2 hendak
menyembuhkan luka kekasihnya, rasa girang dalam hatinya
susah dilukiskan lagi.
Tidak selang beberapa saat kemudian Si Soat Ang
berkata kembali:
"Oen Su-ko, dalam pos perjagaan ini semuanya ada
berapa orang ?"
"Seluruhnya ada delapan belas orang"
"Kecuali dua orang yang pergi minta obat, sisanya
keenam belas orang segera suruh berkumpul aku mau
periksa satu persatu."Oen Su tidak mengerti apa maksud Si Soat Ang dengan
berbuat demikian, iapun tidak berani banyak bertanya,
terpaksa sahutnya:
"Terima perintah." Ia singkap gorden dan berjalan
keluar.
Tidak selang beberapa waktu suara langkah kaki
bergema didepan pintu.
"Cukup... cukup... tak usah suruh mereka masuk, biar
aku yang keluar sendiri" buru2 gadis she Si membentak.
Sembari berkata mendadak ia tarik tangan Giok Jien dan
diajak keluar dari ruangan menuju ketempat luaran,
Tampak di tengah halaman berdiri puluhan lelaki kekar
tinggi pendek tak menentu, sebagian besar berwajah jelek2
dan buas.
Diantaranya ada seorang lelaki yang pendek gemuk,
wajahnya sangat jelek sekali, kepalanya besar bulat seperti
babi, badannya penuh berbulu hitam dan guyur2 lemas.
Giok Jien yang kena ditarik keluar oleh Si Soat Ang, ia
lantas merasakan kejadian tidak menguntungkan bagi
dirinya, tak kuasa lagi jantung terasa berdebar sangat keras.
Waktu itu Si Soat Ang menarik dia menuju kehadapan
lelaki jelek itu, Giok Jien makin curiga dan takut sehingga
badannya gemetar keras.
Dengan pandangan mata yang tajam putri kesayangan
dari Poocu benteng Thian It Poo ini perhatikan lelaki jelek
itu beberapa kejap. lalu tertawa.
"Wajahmu terasa amat asing, siapakah namamu?"
Agaknya lelaki jelek itu dibikin kaget setengah mati
sehingga untuk beberapa waktu hanya berdiri me-Iongo2dengan mata terbelalak, tak sepatah katapun bisa
diutarakan keluar.
Oen Su yang ada disisinya segera mewakili untuk
memberi jawaban:
"Nona, dia adalah "Ci Bian Koei" atau setan berwajah
merah Ciauw Loo-chiet, kepandaian silatnya tidak jelek .
"Ooouw...kiranya Ciauw Cung-su !"
Sisetan berwajah merah Ciauw Chiet sebenarnya tidak
lebih hanya manusia rendah, sedang Si Soat Ang adalah
putri kesayangan poocu benteng Thian It Po, baginya cukup
memandang gadis ini dari tempat jauh saja jantungnya
sudah berdebar keras, apalagi saat ini gadis tersebut bukan
saja berdiri di hadapannya bahkan nadanya halus dan
begitu berbicara lantas memanggil dirinya dengan sebutan
"Ciauw Cung-su", Ciauw Loo-chiet ini makin gelagapan
lagi.
Keringat mengucur deras membasahi seluruh tubuhnya,
ia tidak tahu harus mengucapkan perkataan apa baiknya.
Kawan yang berdiri disisinya segera menjawil dia dan
memberi tanda agar ia jangan membisu terus.
Ciauw Loo chiet pentangkan mulutnya lebar2, lama
sekali ia baru menyahut: "Benar... hemm... aku adalah
pendekar Ciauw !"
Ucapannya ini langsung mendatangkan rasa geli dihati
semua orang, tidak terkecuali juga Si Soat Ang, ia tertawa
ter-kekeh2.
Hanya Giok Jien seorang yang tundukkan kepala,
badannya gemetar sangat keras.Lama sekali gelak tertawa baru sirap, mewakili Ciauw
Loo chiet yang jadi jengah sehingga wajah nya berubah
merah padam seperti babi hangus ujar Si Soat Ang:
"Ciauw Cuang-su benar2 seorang lelaki sejati, kalian
jangan mentertawakan dirinya, pendekar Ciauw, aku ingin
menanyakan satu persoalan kepadamu."
"Uuu . . uru. . . urusan apa ? ? ?"
Si Soat Ang melirik sekejap kearah Giok Jien, lalu
senyuman sinis yang menyeramkan berkelebat diatas
wajahnya.
"Pendekar Ciauw, kau sudah menikah belum?"
Ciauw Loo-chiet berdiri melengak, jelas ia tidak pernah
menyangka Si Soat Ang bisa mengajukan pertanyaan
macam itu kepadanya.
Sisanyapun ikut berdiri tertegun, untuk sesaat suara
manusia, gelak tertawa jadi serap.
Karena pertanyaan yang diajukan gadis she Si ini sangat
luar biasa dan tak seorang pun diantara mereka yang
mengerti maksudnya.
Ketika semua orang berdiri melengak, Ciauw Loo chiet
berdiri me longo2, mendadak Giok Jien menjerit
melengking. "Nona kau berbuatlah kebaikan." sembari
berteriak ia jatuhkan diri berlutut dihadapan Si Soat Ang.
Bagaimanapun Giok Jien bukan hanya sehari dua hari
bergaul dengan majikannya ini, sudah tentu ia tahu
persoalan apakah yang sedang di pikirkan dalam hati Si
Soat Ang.
Semua orang melihat Giok Jien jatuhkan diri berlutut
makin melengak lagi dibuatnya, tapi Si Soat Ang samasekali tidak menggubris bekas budaknya ini, kembali ia
mengulangi pertanyaannya.
Dengan tangan digoyangkan berulang kali, Ciauw Loo
chiet menjawab juga akhirnya: "Belum... belum kawin."
"Kalau begitu bagus sekali." Si Soat Ang tertawa seram.
"Pendekar Ciauw, coba kau lihat bagaimana wajah
dayangku ini ?"
Ciauw Loo-chiet tertegun, buru2 ia alihkan sinar
matanya kearah Giok Jien yang masih berlutut diatas tanah.
Pada dasarnya Giok Jien memang seorang gadis cantik,
kini wajahnya pucat pasi badannya gemetar keras, semakin
membuat orang merasa kasihan.
Melihat wajahnya yang cantik sepasang mata Ciauw Loo
chiet kontan melotot bulat2, ia seperti berada dalam impian
dan hanya bisa tertawa bodoh belaka.
"Jika kau suka, biar aku yang jadi mak comblangnya,
malam ini juga kalian kawin !"
Ucapan ini menimbulkan kegemparan dikalangan para
jago yang hadir disana, ada beberapa orang lelaki segera
mengempit tangan dan kaki Ciauw Loo chiet lantas
diangkat dan di-lempar2 kan ke tengah udara.
Tubuh Ciauw Loo chiet gemuk besar, ia tidak mengerti
apa yang dinamakan ilmu meringankan tubuh, kena
dilemparkan ketengah udara langsung saja menjerit seperti
babi disembelih tangannya bergerak keras dan
menimbulkan suatu sikap yang sangat jelek.
"Sudah jangan ribut" seru Si Soat Ang kemudian sambil
tertawa. "Jangan sampai membuat sipengantin jadi
ketakutan, nanti sipengantin perempuan tak akan
mengampuni kalian."Beberapa orang itu segera turunkan kembali Ciauw Loo
chiet keatas tanah, Oen Su yang ada disisinya dengan cepat
dorong ia kedepan.
"Manusia yang tidak tahu diri" tegurnya keras. "Masih
tidak kau ucapkan terima kasih atas budi nona kepadamu ?"
Tidak usah disuruh kedua kali Ciauw Loo-chiet jatuhkan
diri berlutut dan meng-angguk2 kan kepalanya berulang kali
di hadapin Si Soat Ang.
Waktu itu Giok Jien masih berlutut diatas tanah, sedang
Si Soat Ang tertawa dingin tiada hentinya:
"Eeeii kenapa kalian begitu gelisah, mau memberi
hormat seharusnya menunggu lilin kawin dinyalakan lebih
dulu!"
Ucapan ini kembali mendatangkan gelak tertawa
dikalangan para jago yang ada disana.
Tubuh Giok Jien gemetar semakin keras, ia merangkak
maju beberapa langkah hingga tiba dihadapan Si Soat Ang
lalu seraya memeluk ke dua kaki bekas majikannya
teriaknya ber-kali2:
"Nona... nona..!"
Ditengah suara gelak tertawa yang keras, suara
jeritannya terdengar sangat lemah dan hampir sirap, tapi Si
Soat Ang masih bisa menangkap suaranya, per-lahan2 ia
ayunkan tangan keatas sehingga suasana jadi tenang
kembali.
Lalu dengan pandangan dingin Si Soat Ang mengalihkan
sinar matanya kebawah.
Waktu itu Giok Jien sedang mendongak dan merengek
memohon belas kasihannya, melihat wajah musuh cintanya
ini sangat mengenaskan dan sebentar lagi kesuciannya akanmusnah ditangan orang lain, dalam hati ia merasa sangat
girang dan sangat senang.
"Apa yang ingin kau katakan ?" serunya sepatah kata
demi sepatah kata.
Air mata Giok Jien mengucur keluar semakin deras.
"Nona, kau... kau boleh hajar diriku..! kau boleh bunuh
diriku, aku tak akan murung atau merasa kesal, tapi
sebelum menjatuhi hukuman macam ini kepadaku haruslah
kau ikut memikirkan buat diri engkoh Hauw Seng !"
"Iiih sungguh aneh sekali, aku rada sedikit tidak
mengerti, kau adalah dayangku aku mau kau kawin dengan
siapa, apa sangkut pautnya dengan Hauw Seng Piauw ko ?"
seru Si Soat Ang dengan alis melentik, Giok Jien masih
terus menerus memohon.
"Nona, aku mohon kepadamu jangan..! janganlah
bersikap demikian kepadaku, janganlah bersikap demikian
kepadaku."
Makin gadis itu merengek dan memohon di-hadapannya
Si Soat Ang merasa makin kegirangan, sengaja dengan
perlambat ucapannya ia berseru:
"Oouw ! kalau begitu kau tidak ingin kawin dengan
Ciauw Ciang su ini ?"
"Nona, aku..." Giok Jien mulai terisak nangis.
"Baiklah, sekarang coba bicara sendiri sebenarnya kau
ingin kawin dengan siapa ?"
Sebenarnya seluruh tubuh Giok Jien sedang gemetar
sangat keras, tapi menanti ucapan terakhir dari Si Soat Ang
meluncur keluar tiba2 badannya tidak gemetar lagi,
bersamaan itu pula ia berhenti menangis.Bukan begitu saja, setelah suara tangisannya berhenti
per-lahan2 ia merangkak dan bangkit berdiri
Dalam sekejap mata ia sudah mulai paham, sekalipun ia
merengek terus dihadapan Si Soat Ang, jangan dikata
hanya melelehkan air mata, kendari menangis sampai
kucurkan darah segar pun juga percuma.
Keadaan Si Soat Ang saat ini mirip seekor kucing yang
berhasil menangkap seekor tikus, ia permainkan dulu tikus
itu sehingga akhirnya sedikit demi sedikit menjadi mati.
Setelah Giok Jien bangun berdiri, ia menghela napas
panjang.
"Nona apabila kau ingin paksa aku mati, biarlah aku
mati sekarang juga !"
"He he he siapa yang ingin paksa kau mati ?" jengek Si
Soat Ang sembari tertawa dingin. "apalagi kau tak boleh
mati, jika kau mati maka rasa gemas, benci yang
terkandung dalam hatiku hendak ku lampiaskan kepada
siapa ?"
Sebetulnya dalam anggapan Giok Jien, asalkan ia adu
jiwa sampai mati, maka semua urusan akan selesai dendam,
benci yang tertanam dalam hati gadis she Si ini pun akan
musnah dengan sendirinya.
Tapi kini ia mulai mengerti urusan tak akan segampang
itu.
Bila ia menyetujui kawin dengan Ciauw loo chiet.
Kejadian ini sukar dibayangkan bagaimana akhirnya, maka
ia bakal menerima suatu penghinaan yang amat besar.
kehidupan selanjutnya tak tahu bagaimana jadinya, tapi ada
kemungkinan besar Si Soat Ang tak akan membenci tak
akan menyakiti Liem Hauw Seng lagi.Bila ia memilih jalan mengadu jiwa, dalam keadaan
gusar Si Soat Ang bisa saja menggunakan cara yang paling
keji untuk menyiksa Liem Hauw Seng.
Berpikir akan akibat2 yang bisa terjadi Giok Jien
merasakan badannya merinding, bulu kuduk pada bangun
berdiri.
Ia tak mungkin bisa mati, ia tak boleh mati, jika ia mati
maka Liem Hauw Seng akan tinggal seorang diri dikolong
langit, pemuda itu akan tersiksa hatinnya selama hidup.
Tapi bila ia tak mati, bagaimana jadinya ? harus kawin
dengan seorang lelaki macam babi ?
Giok Jien tidak sanggup untuk berpikir lebih lanjut, ia
merasa badannya jadi kaku, bukan saja seluruh tubuhnya
bahkan hatipun ikut jadi kaku, ia berubah jadi goblok,
berubah jadi manusia tolol. apapun tak bisa dipikir lagi.
Giok Jien berdiri tertegun, sedangkan Si Soat Ang tiada
hentinya memperdengarkan gelak tertawanya yang aneh
dan menyeramkan.
Sembari tertawa. desaknya lebih lanjut: "Kau sudah
setuju bukan ? asalkan kau mengangguk maka malam ini
adalah malam pengantinmu, jika kau tidak setuju, Heeee...
heee... aku masih punya cara yang lain."
Dengan pandangan sayu Giok Jien mendongak, sudah
tentu Si Soat Ang punya cara yang lain, dengan sangat
mudah sekali gadis she Si dapat menotok jalan darahnya
kemudian memberikan badannya yang tak bisa berkutik
untuk dikerjai oleh Ciauw Loo-chiet.
Tapi justru Si Soat Ang paksa dia untuk mengangguk!
paksa ia menyetujui sendiri. Sudah tentu Giok Jien tahu
maksud tujuan dari Si Soat Ang, gadis dari benteng Thian It
Poo ini sengaja berbuat demikian agar Liem Hauw Sengyang ada didalam ruangan rumah bisa ikut mendengar
suara sahutan dari kekasihnya ini, agar Liem Hauw Seng
tahu bila Giok Jien adalah rela sendiri kawin dengan Ciauw
Loo-chiet.
Bila demikian adanya. maka Liem Hauw Seng akan
memandang rendah dirinya, melupakan dia dan tidak
merindukan dia lagi, ia akan menganggap dirinya sebagai
seorang perempuan rendah yang tidak tahu malu.
"Tidak boleh kusanggupi !" Teriak Giok Jien didalam
hatinya, "Bagaimanapun nasib menekan diriku, lebih baik
aku pasrah saja. aku tak boleh mengangguk, tak boleh
mengikuti paksaannya !"
Dengan kaku ia berdiri, disana, seluruh badannya seperti
membeku. sedikitpun tak berkutik lagi.
Si Soat Ang mengulangi kembali pertanyaan itu sampai
beberapa kali. -Tapi Giok Jien tetap tak bergerak.
Lama kelamaan suaranya makin meninggi,
kegusarannyapun makin membakar hatinya.
Oen Su yang berdiri disamping, karena takut Si Soat Ang
sulit turun panggung, dengan maksud mencari muka
ujarnya:
"Nona, ini hari malam semakin kelam, lebih baik kita
bicarakan besok saja."
"Apa yang kau ketahui ? tidak usah banyak bicara !"
teriak Si Soat Ang penuh kegusaran.
Oen Su sama sekali tidak menduga ia bakal ketanggor
batunya, saking takutnya buru2 ia bongkokkan badannya
berulang kali.
"Baik ! Baik ! Baik !"
Badannya segera mengundurkan diri dari sana.Melihat Si Soat Ang jadi naik pitam semua orang yang
hadir disana tak berani menghembuskan napas berat2 lagi,
masing2 orang mulai merasa heran dan bingung, mereka
tidak tahu kenapa Si Soat Ang paksa dayangnya yang
cantik untuk kawin dengan Ciauw Loo-chiet yang jelek
bagaikan babi.
Pada saat itulah mendadak dari belakang tubuh Si Soat
Ang berkumandang datang suara teriakan lirih dan lemah.
"Piauw moay, piauw moay !"
Mendengar panggilan itu, tubuh Si Soat Ang tergetar
keras, per-lahan2 ia berpaling.
Entah sejak kapan Liem Hauw Seng telah merangkak
turun dari atas pembaringan dan kini berdiri didepan pintu
dengan tangan mencekal tiang.
Walaupun sekuat tenaga ia berusaha berdiri tegak, tapi
kelihatan sekali setiap saat dapat roboh ketanah, wajahnya
pucat pasi bagaikan mayat.
Waktu itu, ditengah lapangan kosong telah di buat
seonggokan api unggun, cahaya api yang berwarna kuning
ke emas2an berkobar menjulang tinggi keangkasa, dibawah
sorotan cahaya api wajah Liem Hauw Seng yang pucat pasi
kelihatan sangat aneh sekali.
Setelah Liem Hauw Seng berteriak dua kali, ia tidak
bicara lagi.
Sedangkan Si Soat Ang sejak putar badan iapun
membungkam dalam seribu bahasa, beberapa saat
kemudian baru terdengar ia bertanya: "Kau sedang
memanggil diriku ?"
Diatas selembar wajah Liem Hauw Seng yang pucat
tersungging satu senyuman pahit."Benar aku sedang memanggil dirimu. Piauw moay aku
lihat kau sudah cukup mengacau hubungan kami"
"Hmm, yang ingin kau sampaikan kepadaku hanya ini
saja ?"
Tubuh Liem Hauw Seng menerjang maju lagi beberapa
langkah, bila bukan mencekal pinggiran dinding hampir2
saja badannya roboh terjengkang diatas tanah.
Seluruh tubuhnya mengeluarkan suara gemerutukan
yang keras, sahutnya tegas: "Benar, bila dalam hatimu
masih ada hal2 yang terasa kurang puas, kau boleh
laksanakan siksaan mu itu dibadanku, kau jangan
menyusahkan Giok Jien lagi."
Setelah menyiksa Giok Jien tadi, rasa mangkel dan rasa
gusar yang berkobar dalam dada Si Soat Ang telah banyak
berkurang.
Melihat parahnya luka yang diderita Liem Hauw Seng,
hatinya mulai iba. Bagaimanapun juga ia pernah jatuh cinta
dengan pemuda ini karena pun dalam hatinya ingin cepat2
sembuhkan luka yang diderita pemuda tersebut.
Tapi, setelah mendengar ucapan yang terakhir dari lelaki
she Liem ini, rasa gusarnya kembali berkobar.
"Oooouw, , . cinta kalian berdua benar2 sangat
mendalam sekali," sindirnya diiringi tertawa dingin yang
menyeramkan.
Liem Hauw Seng menghela napas panjang.
"Aaaai . . . kau jangan anggap Giok Jien adalah seorang
anak yatim piatu, aku lihat hatinya suci dan polos ia tentu
mempunyai asal-usul yang besar, aku lihat lebih baik kau
jangan keterlaluan, dan lepaskan dirinya !""Ha ha ha Liem Hauw Seng, kau anggap ucapanmu itu
bisa menakuti diriku ?" tiba2 Si Soat Ang mendongak dan
tertawa terbahak2 "Setelah kau keluar urusan jauh lebih
bagus lagi.”
"Oen Su ! tangkap mereka berdua !" perintah yang
diturunkan dengan wajah hijau membesi siapa yang berani
membangkang ? walaupun Oen Su tahu kedudukan dari
Liem Hauw Seng tapi bagaimanapun juga kedudukannya
tak akan setinggi kedudukan Poocu serta Si Soat Ang.
Oleh karena itu setelah ragu2 sejenak mereka maju juga
untuk memayang LiemHauw Seng dan diseret pergi.
Air muka Si Soat Ang pucat kehijau2an, dengan
tersungging suatu senyuman yang menyeramkan kembali
perintahnya:
"Ambil segentong air panas, jangan terlalu panas, hati2
jangan menyelomoti badan Liem sauw-ya!"
Dua orang berjalan keluar meninggalkan barisan, tidak
lama kemudian mereka kembali dengan membawa
segentong air panas yang masih mengepulkan asap.
Hingga detik ini tak seorang manusiapun paham apa
yang hendak dilakukan oleh Si Soat Ang setelah kedua
orang itu meletakkan gentong berisikan air panas itu keatas
tanah, gadis she-Si ini baru berkata kembali.
"Oen Su, masukkan dia kedalam gentong air panas itu!"
"Nona..." teriak Oen Su melengak.
Tapi tidak menanti ia menyelesaikan ucapannya, Si Soat
Ang sudah berseru kembali.
"Sudah dengar belum?"Oen Su tidak berani banyak bicara lagu terpaksa ia
angkat badan Liem Hauw Seng dan dijebloskan kedalam
gentong air panas.
Air dengan cepatnya membasahi seluruh lutut Liem
Hauw Seng dan merendamnya hangat2.
Tapi cuaca ditempat luaran sangat dingin, sekalipun air
yang diangkut keluar masih panas dalam sekejap mata
panasnya telah berkurang.
Dengan perasaan bangga Si Soat Ang tertawa seram.
"Manusia rendah, sudah kelihatan belum ?" jengeknya
sinis, "Aku lihat paling banter satu jam lagi segentong air
panas ini akan berubah jadi segentong air dingin, waktu itu
sepasang kaki engkoh Hauw Seng mu yang ada dalam
tumpukan salju akan terasa hangat sedap sekali... haa...
haaaa... tentu kau bisa bayangkan bukan, bagaimana
rasanya waktu itu !"
Giok Jien jadi ketakutan.
"Nona, jangan... janganlah berbuat demikian!" teriaknya
gemetar.
"Haaaa... haaa sekalipun kau minta kepadaku juga
percuma saja." Teriak Si Soat Ang agak histeris. "Kapan
saja kau menyanggupi untuk kawin dengan Ciauw Loo-
chiet, saat itu juga Oen Su akan mengangkat dia lepas dari
gentong air ?"
Ia lantas berpaling dan tambahnya: "Liem Hauw Seng,
bila kau tidak ingin sepasang kakimu jadi cacad akibat
kedinginan maka mohon lah bantuan kekasihmu asal suka
menolong jiwamu."
Kembali ia tertawa dingin, kepada Oen Su serunya pula:
"Oen Su, sudah kau dengar belum ?"Sebetulnya Oen Su pun seorang lelaki buas yang kasar
dan berhati telengas, tapi menyiksa orang dengan
menggunakan cara demikian kejinya baru untuk pertama
kali ini ia jumpai, suaranya berubah jadi serak tidak enak
didengar.
"Aaaa.. aku sudah dengar !".
Si Soat Ang tertawa dingin, dengan membawa
kemangkelan ia melangkah masuk kedalam ruangan.
Oen Su yang memayang tubuh Liem Hauw seng tidak
berani berkutik. sedang Liem Hauw Seng sendiri
memejamkan matanya rapat2, nadanya mulai kedengaran
sangat lemah.
Menanti Si Soat Ang sudah berlalu Giok Jien segera
menubruk kesisi gentong air itu, teriaknya setengah
memohon:
"Toa-ya sekalian, kalian sudilah kiranya berbuat
kebaikan, dia adalah seorang yang sedang menderita luka
parah. dia... dia sudah tidak sanggup untuk menerima
siksaan lagi, kalian sudilah berbuat baik, Oen Su-ya ! kalian
sukalah berbuat kebaikan !"
Suaranya begitu mengenaskan, ditengah malam buta
yang dingin mendatangkan perasaan ngeri bagi yang
mendengar.
Lelaki liar yang hadir disana, bukannya tidak
berperikemanusiaan semua, namun Si Soat Ang berada
dalam ruangan, siapa yang berani banyak bertingkah ?
Terdengar Oen Su menghela napas dan coba menghibur:
"Nona. aku lihat Ciauw Loo-chiet pun lumayan juga.."
Tetapi ucapannya sudah terputus oleh isak tangis Giok
Jien, sembari bersedu sedan gadis memasukkan tangannyakedalam gentong air, mendadak ia menjerit kaget dan
berteriak:
"Aaah...! airnya mulai mendingin, airnya mulai
mendingin !"
Barang siapapun dapat melihat kalau air dalam gentong
sudah mendingin, sebab sejak tadi sudah tak mengepulkan
asap lagi.
Sembari berteriak, gadis itu meloncat kesana kemari
dengan sekuat tenaga mendorong Oen Su.
Dari Liem Hauw Seng, seringkali ia memperoleh
petunjuk ilmu silat, lagi pula Oen Su tidak menyangka gadis
itu bermaksud mendorong dirinya, ditambah pula pada saat
ini ia sedang diliputi ketegangan, tenaga dorongan semakin
kuat diluar dugaan.
Dorongannya barusan kontan membuat tubuh Oen Su
terpental selangkah lebar kedepan.
Dalam pada itu Oen Su sedang berdiri sambil memayang
tubuh Liem Hauw Seng, secara tiba2 Oen Su terpental ke
depan membuat tubuh Liem Hauw Seng pun roboh
terjengkang keatas tanah.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 5
BAGAIKAN kalap Giok Jien menerjang ke depan,
memeluk tubuh kekasihnya dan ambil peluang tersebut
menggotong pemuda itu meninggalkan gentong air.
"Engkoh Hauw Seng... engkoh Hauw Seng..." Teriaknya
dengan suara amat memilukan.Karena kaget dan cemas ketika itu Liem Hauw Seng
sudah jatuh tidak sadarkan diri, ia sama sekali tidak
mendengar lagi jeritan Giok Jien.
Ber-kali2 Giok Jien menjerit namun tidak mendengar
jawaban dari kekasihnya, ia lantas menganggap pemuda itu
sudah putus nyawanya, setelah tertegun beberapa saat ia
menjerit... jeritannya mengerikan dan sangat menyayatkan
hati.
Sembari memeluk tubuh Hauw Seng erat, ia putar
badan.
Sementara itu kebetulan Sie Soat Ang sedang melangkah
keluar dari dalam rumah, Giok Jien segera berteriak
lengking:
"Kau sudah... kau sudah membinasakan Kan Djie-ya,
sekarang kembali kau binasakan engkoh Hauw Seng! kau
pembunuh terkutuk!"
Mendengar Giok Jien mengungkap kembali peristiwa
kematian Kan Tek Lin, air muka Sie Soat Ang berubah
hebat, dengan cepat badannya meluncur kedepan menotok
jalan darah "Tjian-cing-hiat" pada bahu gadis hu..
Tubuh Giok Jien tergetar keras, kemudian ber sama2
Liem Hauw Seng roboh menggeletak ke-atas tanah.
Ketika itu Oen Su dengan penuh ketakutan masih berdiri
disisi kalangan, Sie Soat Ang segera membentak dingin:
"Disini sudah tak ada urusan kalian lagi, pada bubar
semua!"
Dalam sekejap mata para jago sudah bubarkan diri,
kecuali Tjiauw Loo tjhiet yang berjalan menghampiri
tuannya sembari berseru:
"Siotjia, aku , , soal perkawinan kami..."Sie Soat Ang sedang mendongkol, mendengar ucapan itu
kontan ia naik pitam, sebuah tendangan kilat bersarang
ditubuh Tjiauw Loo tjhiet membuat lelaki ini mencelat ke
belakang dan jatuh bergelindingan, buru2 orang she Tjiauw
tadi merangkak bangun dan melarikan diri.
Perlahan2 Si Soat Ang putar badan dan menendang
tubuh Giok Jien dengan mata melotot, pelbagai cara keji
untuk menyiksa gadis ini bermunculan didalam hatinya,
tanpa sadar air muka nya berubah menyengir kejam.
Mendadak dari ujung tembok berkumandang datang
suara tertawa dingin yang sinis, dan mengerikan.
Tertawa dingin itu begitu menyeramkan membuat bulu
kuduk diseluruh tubuh Sie Soat Ang bangun berdiri, buru2
ia putar badan dan memandang dengan tajam
Secara lapat2 ia menemukan sesosok bayangan manusia
berdiri diujung tembok dengan sikap yang mengerikan.
Walaupun Sie Soat Ang sadar, tempat ini adalah salah
satu pos penjagaan bentengnya, asalkan ia berteriak maka
puluhan orang akan bermunculan untuk membantu dirinya,
namun entah apa sebabnya ia tidak berani berbuat
demikian, hatinya serasa tercekat.
Lama sekali ia tarik napas panjang2, lalu tegurnya
dengan suara gemetar: "Siii... siapa... siapa kau ?"
Orang itu tidak menjawab, ia masih saja
memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat
menyeramkan.
"Siapa ? siapa yang bersembunyi diujung tembok sana ?"
Kembali ia membentak keras.
Bentakan tersebut memancing kehadiran Oen Su disana,
tampak orang itu berjalan mendekat sembari bertanya:"Siocia, apa yang telah terjadi?"
"Coba kemari, coba kau cepat kemari !"
Oen Su mengiakan, ia segera berjalan mendekati
tuannya.
Setelah ada orang lain yang berada disisinya, nyali Sie
Soat Ang makin besar, ia segera menuding kedepan dan
berkata:
"Coba kau pergi keujung tembok sana dan periksalah
teliti barusan aku lihat seperti ada orang tertawa dingin
ditempat itu."
Ucapan gadis itu mendatangkan rasa ngeri dalam hati
Oen Su, bulu kuduknya pada bangun berdiri, buru2 selanya.
"Mungkin siocia sudah salah mendengar, bukankah
barusan siocia suruh kami masuk kedalam ruangan, siapa
berani tinggal ditempat luaran?"
"Oen Su!" Bentak Sie Soat Ang penuh kegusaran, "Aku
perintahkan kau segera melakukan pemeriksaan kesana,
kau berani membangkang atas perintahku?"
Walaupun dalam hati Oen Su merasa sangat ketakutan,
namun ia tak berani membangkang perintah siocia nya yang
sudah tersohor akan kekejiannya.
"Baik, baik - -" jawabnya kemudian. "Aku kau tidak
berkata tak mau kesana, aku hanya bilang tak mungkin ada
orang didepan sana." sembari berkata, selangkah demi
selangkah ia berjalan kedepan.
Tertawa dingin yang muncul dari balik tembok tadi
dapat didengar oleh Sie Soat Ang dengan sangat jelas, ia
mengerti dibalik tembok tentu ada sesuatu yang tidak beres,
oleh karena itu ketika Oen Su berjalan kedepan, ia pusatkan
seluruh perhatiannya untuk mengawasi.Tidak selang beberapa saat kemudian, Oen Su telah tiba
diujung tembok kemudian selangkah lagi tubuh lelaki tadi
sudah lenyap dibalik kegelapan sekalipun begitu secara
lapar2 masih kelihatan ia berdiri disitu.
"Ada orangkah disana ? Ada orangkah disana ?"
terdengar ia berseru keras.
Ia mengulangi kembali seruan itu sampai beberapa kali,
namun tak kedengaran suara jawaban, akhirnya ia
bergumam:
"Aaakh ! kiranya tak ada orang, tak ada."
Belum sampai ucapan itu diutarakan mendadak tampak
tubuhnya mundur selangkah kebelakang, kemudian
mundur lagi selangkah dengan langkah berat, seakan2 ia
sedang merasa amat gusar.
Menjumpai keadaan tersebut Sie Soat Ang jadi marah
bercampur mendongkol sebelum ia bertindak sesuatu tubuh
Oen Su sudah mundur kehadapannya, ia segera
menghardik:
"Hay Oen Su, apa yang sedang kau lakukan ?"
Kena dibentak badan Oen Su berhenti kemudian
memperdengarkan jeritan yang aneh sekali.
Jeritan itu mirip sedang menangis tapi bukan suara
tangisan. mirip tertawa namun bukan gelak tertawa, atau
boleh dikata mirip jeritan kuntilanak ditengah malam buta.
Sementara Sie Soat Ang masih tertegun, tubuh Oen Su
mendadak jatuh terjengkang keatas tanah.
Walaupun Si Soat Ang dibikin terperanjat oleh jeritan
aneh Oen Su, ia tidak menyangka telah terjadi sesuatu.
Ketika melihat tubuh Oen Su jatuh terjengkang kearahnya,
ia menganggap lelaki itu mengandung maksud tidaksenonoh, ditengah bentakan keras jari tangannya laksana
kilat mencengkeram leher orang itu.
Setelah mencengkeram leher orang itu, lengannya
bergerak cepat membalikkan tubuh Oen Su sementara
tangan kirinya diayun kedepan mengirim sebuah gaplokan.
Tetapi sewaktu tangannya siap mengayun kedepan,
mendadak ia menjerit ngeri, cengkeramannya pada leher
Oen Su terlepas dan ia mundur empat lima langkah
kebelakang.
Ternyata ia sudah menemukan sesuatu yang
menyeramkan diatas wajah Oen Su sewaktu tangannya
hendak menggaplok pipi orang itu.
Wajah Oen Su sudah hancur berantakan, darah segar
mengucur keluar membasahi seluruh badannya, ketika itu
panca indranya sudah tak dapat dibedakan lagi, seakan2
dalam waktu sesingkat itu diatas wajahnya sudah ditancapi
dengan beratus2 batang paku.
Keadaan tersebut benar2 mengerikan sekali, tidak aneh
kalau Sie Soat Ang menjerit keras saking kagetnya.
Ketika ia mengendorkan cengkeramannya tadi, tubuh
Oen Su menggeletak keatas tanah dan tak berkutik lagi,
jelas sewaktu ia menjerit aneh tadi nyawanya sudah
melayang, Sie Soat Ang benar-benar ketakutan setengah
mati, ia tak berani berpaling lagi kearah ujung tembok
tersebut.
Makin ia tak ingin menengok kesana, sinar matanya
selalu beralih ketempat itu, dibalik kegelapan, seakan2
muncul seseorang ditempat itu, namun se-olah2 juga disitu
tak ada orang.
Makin dipikir gadis ini makin ketakutan, sehingga tak
tahan lagi ia menjerit-jerit."Hey kalian semua ada dimana ? Ayoh keluar semua,
ayoh keluar semua !"
Tiada hentinya ia berteriak walaupun hati terasa takut
tetapi teringat sebentar lagi bakal ada orang yang
bermunculan rasa takutnya sedikit banyak masih bisa
diatasi.
Siapa nyana kendari ia sudah berteriak berulang kali
namun tak kedengaran juga suara sahutan, kali ini rasa
takutnya memuncak.
Lambat2 ia mundur kebelakang, terus mundur sampai
kedepan pintu dan menghembuskan napas lega setelah jari
tangannya menempel diatas horden depan pintu,
"Hey, kalian semua sudah tuli? tidak mendengar
panggilanku?" makinya dengan penuh kegusaran.
Sembari berteriak ia membuka kain horden dan
berkelebat masuk kedalam ruangan, namun sekali lagi ia
menjerit lengking.
Dalam ruangan itu terdapat tiga orang. lampu masih
memancarkan cahayanya dengan terang benderang, justru
karena terangnya suasana maka hancurnya wajah ketiga
orang itu dapat terlihat amat jelas.
Kiranya ketiga orang itu sudah lama mati bahkan
keadaannya tiada berbeda dengan kematian Oen Su.
Sembari menjerit2 Sie Soat Ang mundur kebelakang,
ditengah ketakutan ia cabut keluar pedang pendeknya dan
membabat hancur kain horden kemudian menerjang keluar
dari ruangan tersebut memasuki ruangan lain.
Ruangan kedua ini berisi tujuh orang lelaki kekar.Namun semakin banyak penghuninya keadaan mati
mereka semakin mengerikan membuat bulu kuduk pada
bangun berdiri
Berturut2 Sie Soat Ang memasuki empat bilik, enam
belas orang tak segelintir manusiapun hidup, semuanya
mati dalam keadaan yang tak berbeda.
Sie Soat Ang tidak berani berdiam diri dalam bilik terlalu
lama lagi, buru2 ia mengundurkan diri kedalam halaman,
Suasana disekeliling tempat itu amat sunyi, sehingga saking
sepinya gadis itu dapat menangkap hembusan napasnya
yang sangat menusuk telinga,
-ooo0dw0ooo-
BAB 4
HATINYA benar2 ketakutan, seluruh tubuh gemetar
keras, walaupun ia tahu ilmu silat kedelapan belas orang itu
hanya biasa2 saja, namun dalam sekejap mata, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun mati berbareng, kejadian ini
betul2 sangat mengerikan sehingga susah dilukiskan dengan
kata2.
Sie Soat Ang maju beberapa langkah kedepan, pedang
pendek ditangannya diobat-abitkan kesana kemari kendari
disisinya sama sekali tak ada seorang manusiapun.
Akhirnya ia tiba disisi Liem Hauw Seng beserta Giok
Jien, sampai kakinya menyangkut di tubuh gadis tadi, ia
baru teringat. Paling sedikit masih ada seorang masih hidup
dikolong langit, dia adalah Giok Jien sekalipun orang ini
paling dibenci olehnya.
Buru2 ia tundukkan kepalanya, tampak Giok Jien
dengan sepasang mata melotot bulat2 sedang memandangkearahnya, sinar mata gadis itu penuh mengandung rasa
benci dan mendendam!
Sekalipun sinar matanya mengerikan Soat Ang merasa
jauh lebih nyaman dari pada se orang diri menghadapi
kesunyian yang diliputi kengerian, delapan belas jiwa
lenyap dalam sekejap tanpa menimbulkan sedikit suarapun.
Karena itu ia membebaskan jalan darah dayangnya yang
tertotok dan menyapa dengan suara halus:
"Giok Jien..."
Sekali loncat, dayang itu sudah bangun berdiri, ia berdiri
tegak di hadapannya dengan wajah penuh rasa dendam.
Sie Soat Ang tertawa getir, segera tegurnya:
"Giok Jien, apakah kau... kau melihat sesuatu?"
Maksud Sie Soat Ang, adakah ia melihat sesuatu
makhluk aneh yang bisa membinasakan seluruh penjaga
pos tersebut dalam sekejap mata, tanpa meninggalkan
sedikit suarapun
Lambat2 Giok Jien angkat kepala dan menyahut. "Aku...
semua yang terjadi dapat kulihat dengan sangat jelas."
Nada suaranya datar dan berat, namun membawa
keseraman yang menimbulkan rasa bergidik dihati orang.
Mendengar ucapan itu, Sie Soat Ang makin terperanjat.
"Apa yang kau temukan ? manusiakah dia ? siapakah
orang itu ?" serangkaian pertanyaan meluncur keluar secara
bertubi-tubi.
Karena tak dapat menahan rasa ngeri yang mencekam
hatinya, tanpa disadari ia sudah mendekati tubuh Giok
Jien, maksudnya dengan ambil kesempatan tersebut bisa
mengurangi rasa takut dalam hatinya.Siapa sangka, ketika badannya berada didepan Giok
Jien, mendadak gadis itu melancarkan sebuah serangan
mencengkeram bahunya.
"Kau... kau... !" terdengar Giok Jien berteriak sambil
kertak giginya kencang-kencang.
"Kau sudah gila !" Bentak Se Soat Ang dengan rasa kejut
bercampur gusar, "Cepat lepaskan diriku, aku sedang
bertanya kepadamu, apakah kau menjumpai pembunuh
sadis tersebut !"
Sembari berkata ia meronta sekuat tenaga, namun
cengkeraman Giok Jien amat kencang, untuk sesaat sulit
baginya untuk melepaskan diri.
Sie Soat Ang semakin gelisah, tangannya laksana kilat
berkelebat mengirim beberapa kali gaplokan keatas pipinya.
Seluruh wajah Giok Jien sembab bengkak oleh tamparan
tersebut, namun ia masih dapat bicara serunya keras2:
"Kaulah orangnya, pembunuh sadis itu adalah kau
sendiri, kau membunuh Kan Jie-ya lebih dahulu kemudian
membunuh pula engkoh Hauw Seng !".
Sie Soat Ang dibikin kehabisan akal, sepasang
telapaknya segera didorong ke depan menghantam dada
Giok Jien, Tenaga dorongan tersebut amat besar, seketika
membuat badan gadis tersebut mencelat beberapa tombak
kebelakang dan jatuh terjengkang.
Bantingan tersebut amat berat sekali, terbukti beberapa
kali Giok Jien gagal meronta bangun.
Sie Soat Ang menghembuskan napas panjang, makin
dipikir ia merasa makin ngeri. pikirnya:
"Aku tak boleh berdiam terlalu lama disini, lebih baik
cepat2 tinggalkan tempat ini, Giok Jien tak dapat kubawaserta, lebih baik sekali hantam cabut selembar jiwanya.
Kemudian akan kulaporkan bahwa kematiannya, kematian
Kan Tek Lin serta kematian orang2 ini disebabkan seorang
manusia misterius Bukan saja aku bisa cuci tangan bersih2,
bahkan tak usah memikul resiko pula."
Karena berpikir demikian, tubuhnya segera berkelebat
kedepan, sewaktu lewat disisi Liem Hauw Seng melirik
sekejappun ia tidak. sebab ia mengira pemuda tersebut pasti
sudah menemui ajalnya.
Ia tiba di depan Giok Jien dan tertawa dingin tiada
hentinya.
"Giok Jien !" jengeknya sinis, "Aku tak dapat
membiarkan kau tetap hidup dikolong langit, setelah sukma
mu berada diakhirat jangan salahkan diriku."
Baru saja ia bicara sampai disitu mendadak pundaknya
terasa sangat berat seakan2 ada segulung tenaga yang
menekan tubuhnya, kemudian diiringi gelak tertawa seram
muncul dibelakang.
Suara tertawa dingin itu sangat mengerikan, jaraknya
begitu dekat sehingga seakan2 terasa hembusan napasnya.
"Sungguh aneh sekali" terdengar suara yang amat dingin
menggema datang dari arah belakang. "Setelah ia mati dan
tiba diakhirat, kalau bukan salahkan dirimu harus salahkan
siapa ?"
Orang itu pasti berada dibelakangnya, sebab Sie Soat
Ang dapat merasakan hembusan napasnya yang dingin
sewaktu orang itu berbicara, ia ingin sekali berpaling namun
tak ada tenaga barang sedikitpun untuk berbuat demikian,
jantung nya berdetak keras.
Entah lewat beberapa saat lamanya, ia baru bertanya
dengan suara gemetar."Si... sii... siapa kau ?"
Orang itu hanya tertawa dingin tiada hentinya, tak
terdengar suara jawaban.
Tubuh Sie Soat Ang gemetar keras, walaupun ia melihat
Giok Jien masih menggeletak diatas tanah, namun ketika
itu ia sedang angkat kepala dan memandang kearahnya,
sementara orang itu pun berada dibelakangnya, itu berarti ia
dapat melihat manusia misterius itu dengan sangat jelas.
"Giok Jien !" serunya dengan napas terengah-engah.
"Siii... siapa... yang berada dibelakangku ?"
"Dia... dia buu... bukan manusia !" jawab Giok Jien
sepatah demi sepatah.
Ucapan itu seakan2 segentong air dingin yang
membasahi seluruh tubuh Sie Soat Ang, giginya saling
beradu sehingga menimbulkan suara gemeretukan yang
nyaring.
"Dia... kaaa... kalau bukan manusia...... laaa... luu... lalu
siapa ?" serunya lirih.
Pucat pias seluruh wajah Giok Jien, namun raut
mukanya sama sekali tidak kelihatan rasa takut, sebab dia
berada dalam keadaan seperti ini, tak berharga baginya
untuk merasa takut.
"Akupun tak tahu macam apakah dia ?" jawabnya dingin
"Aku hanya tahu dia bukan manusia, mungkin hari naasmu
sudah tiba, Siocia. takutkah kau..."
Mendengar ucapan itu hati Sie Soat Ang merasa terkejut
bercampur gusar, rasa takutnya bisa teratasi beberapa
bagian, ia malah sedikit lebih tenang, ia tarik napas dalam-
dalam, pikirnya:"Yang berada dibelakangku tentu manusia, kalau bukan
manusia mana bisa berbicara ? Giok Jien berkata demikian
tentu sedang me-nakut2i diriku, Budak hina itu sungguh
menggemaskan !"
Jantungnya masih berdetak keras, namun suara
pembicaraannya tidak lagi terputus2 seperti semula.
"Kawan ! aku adalah putrinya Sie Poocu dari Benteng
Thian It Poo, siapa anda ?" dia bertanya.
Setelah mengucapkan kata2 hatinya semakin mantap
sebab dalam anggapannya tidak banyak manusia yang
berani melakukan kesalahan terhadap orang2 Thian It Poo
apalagi putri kesayangannya.
Manusia yang berada dibelakang tubuhnya segera
tertawa seram.
"Heee... heee... aku sudah tahu, kalau kau bukan putri
kesayangan dari Sie Loo-toa, mana bisa membinasakan
Kan Loo jie? heee... heee..."
Seluruh tubuh Sie Soat Ang kembali gemetar keras
setelah mendengar ucapan itu.
"Bukankah saat ini kau ingin cepat2 kembali kebenteng
Thian It Poo?" Terdengar orang itu kembali berkata sembari
tertawa dingin, "Baiklah kau boleh berangkat selangkah
lebih dahulu aku segera akan menyusul datang."
Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, segulung
tenaga yang amat besar meluncur keluar menghantam
tubuhnya, hal ini membuat Sie Soat Ang tak tahan lagi
maju tujuh-delapan langkah kedepan dengan sempoyongan.
Setelah berdiri tegak, ia putar badan dan memandang
tajam kearah orang itu. seandainya tidak melihat masih takmengapa, begitu menengok hampir2 saja ia jatuh tak
sadarkan diri.
Yang berdiri diatas salju benar2 bukan manusia tetapi
makhluk aneh yang berwarna putih dan penuh dengan
bulu.
Jikalau dikatakan orang itu mengenakan mantel bulu,
tidak mungkin kalau keadaannya begitu menakutkan.
Dengan hati kebat kebit selangkah demi selangkah Sie
Soat Ang mundur ke belakang, setelah bersusah payah ia
tiba juga diujung tembok, sembari menjerit tajam ia lari
kedepan.
Gadis ini tidak berani menunggang kuda lagi, dengan ter-
birit2 ia lari tiada tujuan.
Dalam sekejap mata enam, tujuh li sudah dilewati tanpa
terasa.
Selama ini ia sendiri tak tahu apa yang telah dilakukan,
menanti terdengar gonggongan anjing dari tempat
kejauhan, kesadaran Sie Soat Ang baru pulih kembali
seperti sedia kala, ia pun memperlambat larinya.
Dari arah depan muncul sebuah kereta salju., orang yang
ada diatas kereta salju bukan lain adalah lelaki yang dikirim
kembali ke benteng Thian It Poo untuk meminta obat.
Melihat ditempat itu muncul seseorang, Sie Soat Ang jadi
kegirangan, ia segera lari menyambut kedatangan kereta
tersebut.
Dalam sekejap mata kereta sudah berhenti dan dua orang
manusia meloncat turun dari atas kereta. mereka
menghampiri gadis tersebut. sembari memayang tanyanya
berulang kali:
"Apa yang telah terjadi? apa yang telah terjadi?"Perlahan-lahan Sie Soat Ang dapat tenangkan kembali
pikirannya, ia mengenali kedua orang itu bukan lain adalah
Sia To Hwie Hauw. dua bersaudara she Tang.
Sin To Hwi Hauw atau Golok Sakti Harimau terbang
merupakan jago lihay dalam benteng Thian it Poo,
menjumpai mereka berdua bagi Sie Soat Ang sama halnya
telah minumobat penenang, buru2 serunya:
"Sungguh bagus sekali kedatangan kalian, Aaah...
sungguh mengerikan... sungguh mengerikan..."
Melihat wajah Sie Soat Ang begitu gugup, ketakutan dan
pucat, Sigolok sakti harimau terbang berduapun diam2
tercekat segera ujarnya berbareng: "Pocu merasa tidak lega
hati, biarkan kau keluar benteng seorang diri, beliau sengaja
kirim kami datang menjemput dirimu, apa sebenarnya yang
telah terjadi?"
"Sungguh mengerikan, sungguh mengejutkan!" Kata
gadis itu sambil menghembuskan napas berulang kali.
"Bayangan manusiapun tidak kelihatan, Oen Su sekalian
dua puluh orang yang berada dibenteng sebelah depan mati
terbunuh."
Sewaktu melihat wajah Sie Soat Ang pucat, Sigolok sakti
Harimau terbang sudah tahu peristiwa yang menyeramkan.
"Aaaah ! sudah terjadi peristiwa semacam ini?"
Biji mata Sie Soat Ang berputar, ia mengerti inilah
kesempatan paling bagus baginya untuk melepaskan diri
dari pertanggungan jawab atas kematian Kan Tek Lin, oleh
karena itu segera ujarnya kembali: "Buat apa aku
membohongi kalian, bahkan paman Kan Jie siok pun
menemui ajalnya ditangan manusia misterius tersebut !"
Ketika Sie Soat Ang melaporkan Oen Su dua puluh
orang menemui ajalnya ditangan orang lain, walaupun siGolok sakti Harimau Terbang merasa terkesiap namun
masih tidak seberapa.
Lain halnya setelah mendengar kabar bahwasanya Kan
Tek Lin pun ikut menemui ajalnya, Mereka berdua sadar
ilmu silat yang dimiliki masih kalah jauh dari Kan Tek Lin,
manusia selihay itupun menemui ajalnya, apa lagi mereka
berdua ?
Kontan dua bersaudara she Tang ini bungkam dalam
seribu bahasa.
Tentu saja Sie Soat Ang tahu apa sebabnya kedua orang
jago lihay ini ketakutan, sembari depakkan kaki keatas
tanah ia memaki dengan hati mendelu: "Konyol, berengsek,
nyali kalian sungguh kecil ! masa dengan akupun tidak
memadahi... berengsek !"
Sepasang mata Golok sakti Harimau Terbang berputar
kesana kemari memeriksa keadaan disekelilingnya, setelah
yakin disekitar sana tak ada orang mereka baru
menghembuskan napas lega.
"Siocia!" ujarnya berbareng, "Bahkan Kan Jie-ya pun
sudah kehilangan nyawanya, sekalipun kami kesanapun
percuma saja, kau anggap jiwa kami boleh dibuat
geguyonan?"
"Aaah benar, maka dari itu aku ketakutan sekali, untung
sekali telah berjumpa dengan kalian, aku... perlukah kita
menuju kesana untuk melihat apakah orang itu sudah pergi
atau belum?"
"Tidak perlu, tidak perlu." buru2 Golok sakti harimau
terbang goyangkan tangannya berulang kali, "Dari luar
sudah kedatangan musuh tangguh, kita harus cepat2
kembali kebenteng dan laporkan peristiwa ini kepada Poocu
kita."Sie Soat Ang dapat melihat kalau mereka ber duapun
sudah dibikin ketakutan setengah mati, segera ujarnya
kembali: "Aaaai..! hanya sekali saja aku melihat manusia,
hampir2 saja jatuh tidak sadarkan diri, dia... boleh dikata
tidak mirip manusia, seluruh tubuhnya putih berbulu,
jenasah paman Kan Jiesiok masih berada disana, walaupun
kematiannya sangat mengerikan. seharusnya kita bawa
pulang jenasahnya dan di kubur dalam benteng Thia It-poo
secara kebesaran."
Pada saat ini, seumpama golok Sakti Hari mau Terbang
suruh Sie Soat Ang kembali kesana sekali lagi, sekalipun
penggal leher gadis itu tak bakal sudi menuruti kemauan
mereka.
Namun gadis yang cantik dan licik ini sudah dapat
menembusi dahulu rahasia kedua orang itu, karenanya ia
berbicara lebih dahulu, Dengan demikian seumpama lain
hari jenasah Kan Tek Lin tidak dijumpai berada disana,
iapun bisa cuci tangan dari segala tanggung jawab.
Sedikitpun tidak salah, Golok Sakti Harimau Terbang
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak usah kesana. tidak usah kesana, lebih baik kita
kembali dulu kebenteng untuk melaporkan kejadian ini
kepada pocu."
Tanpa banyak bicara lagi, kedua orang itu memayang Sie
Soat Ang keatas kereta dan menjalankan kereta tersebut
kembali kebenteng.
Semakin lama mereka meninggalkan tempat itu. hati Sie
Soat Ang semakin mantap akhirnya dari tempat kejauhan
dapat terlihat cahaya lampu yang memancar keluar dari
dalam benteng Thian It Poo, kemudian beberapa saat lagi
kereta mereka sudah berada didepan pintu."Siocia telah kembali cepat buka pintu." Teriak GoIok
Sakti sepasang Harimau dengan suara keras.
Pintu benteng terbuka, kereta salju segera menerjang
masuk kedalam benteng dan langsung menuju keruang
tengah, Seakan2 baru saja selamat dari lubang jarum, Siu
To Siang Hauw berteriak-teriak keras: "Aduuuh poocu,
celaka, celaka, sudah terjadi peristiwa, sudah terjadi
peristiwa !"
Teriakan mereka berdua segera memancing perhatian
puluhan orang banyaknya, mereka pada berkumpul dan
bertanya apa yang sudah terjadi, suasana jadi sangat gaduh.
Tetap Sio To Siang Hiuw sendiripun tidak tahu peristiwa
apa yang sebenarnya telah terjadi, karena itu mereka hanya
berkata: "Kan Jie-ya mati terbunuh, Oen Su sekalian dua
puluh orang pun mati dibunuh orang !"
Suasana kontan jadi gempar, para jago terkesiap dan
suara gaduh memenuhi angkasa, mengikuti dibelakang Sin
To Siang Hauw serta Sie Soat Ang tiga orang, mereka ber-
sama2 menuju ketempat kediaman Poocu.
Selama ini Sie Soat Ang berjalan ke dalam ruangan
dengan wajah hijau membesi, sepatah katapun tak
diutarakan menanti ayahnya Sie Liong munculkan diri ia
baru berseru dan menangis tersedu: "Tia !" Kontan ia
menubruk kedalam pelukan ayahnya.
Sebelum Sie Liong munculkan diri tadi, ia sudah
mendengar suara gaduh yang mengatakan Kan Jie-ya telah
menemui ajalnya, ia tahu Kan Tek Lin pergi ber sama2
putrinya, kini Kan Tek Lin menemui ajalnya, dan berarti
putrinya pun terancam mara bahaya.
Oleh sebab itulah sewaktu ia berjalan keluar, hatinya se
akan2 tergantung diatas awang2.Menanti ia munculkan diri dan menjumpai putri nya Sie
Soat Ang berada dalam keadaan sehat walafiat ia baru
menghembuskan napas lega dan buru2 memayang putrinya
sembari bertanya: "Sebenarnya apa yang telah terjadi ? siapa
yang berani cari gara2 dengan benteng Thian It Poo kita ?"
"Aku sendiripun tidak tahu" jawab Soat Ang sambil
menangis tersedu2. "Aku serta paman Kan Jie-siok berhasil
menemukan kembali engkoh Hauw Seng terluka parah
karena teringat Oen Su ada disekitar sana maka aku
membawa dirinya kesana dan segera kirim orang untuk
mengambil obat."
"Benar, soal ini aku sudah tahu." Sie Liong mengangguk.
"Karena tidak berlega hati maka aku kirim dua bersaudara
she Thang untuk membawa obat tersebut.”
Sie Soat Ang menangis semakin menjadi, ujarnya-
kembali:
"Siapa sangka engkoh Hauw Seng telah bersekongkol
dengan seorang tokoh lihay dari aliran sesat, dalam sekejap
mata semua orang sudah terbunuh tinggal aku seorang diri."
Walau pun Sie Long terkejut, namun bagaimanapun juga
dia adalah seorang tokoh kenamaan dalam dunia persilatan,
hatinya segera tertegun dibuatnya, "sebenarnya apa yang
telah terjadi? secara bagaimana semua orang bisa mati
dalam sekejap mata?" ia bertanya.
Sejak semula Sie Soat Ang sudah mempersiapkan
jawabannya, ia segera berkata "Ketika itu aku menemani
engkoh Hauw Seng berada dalam ruangan mendadak
terdengar paman Kan Jie-siok berteriak aneh diluar bilik,
aku tertegun kemudian buru2 lari keluar, tampak paman
Kan Jie-siok telah menggeletak mati ditanah sangat
mengerikan sekali."Sekalipun Sie Soat Ang sedang berbohong, namun ada
separuh bagian merupakan kisah nyata ketika mendengar
Sie Liong bertanya mengenai kematian orang itu, gadis she
Sie ini segera teringat kembali peristiwa yang baru saja
terjadi di depan mata.
Setelah bersin beberapa kali ia menjawab:
"Mereka mati dalam keadaan sadis... wajah mereka
hancur berantakan dan penuh berlepotan darah !"
Begitu ia menjelaskan bagaimanakah ngerinya kematian
orang2 itu, para jago yang hadir di-sana pada bergidik.
Air muka Sie poocu berubah hebat, rasa kagetnya bukan
alang kepalang, dengan cepat ia angkat kepala dan berseru:
"Yu heng !"
Dari antara para jago muncul seorang kakek yang kurus
kering, namun dengan cepat ia mundur kebelakang
berulang kali seraya menjura.
"Poocu, terima kasih atas perhatian serta pelayananmu
selama beberapa hari ini, aku orang she Yu ingin mohon
diri !"
Sudah banyak tahun kakek kurus kering ini berada dalam
benteng Thian It Poo, semua orang kenal dengan dirinya,
Berhubung Sie Poo cu sangat menghormati dirinya maka
semua orangpun amat sungkan terhadapnya.
Sebaliknya kakek kurus ini pada hari2 biasa tak suka
menyapa orang karena itu semua orang hanya tahu dia she
Yu dan seorang manusia aneh.
Tetapi pada saat ini, semua orang melihat Poo cu mereka
tidak menyapa orang lain justru hanya memanggil dia
seorang dan melihat ia segera mohon diri, semua orang jadi
tertegun dan tidak tahu apa sebabnya.Mendengar kakek kurus kering itu hendak mohon diri,
Sie Poocu amat gelisah, sekali loncat ia hadang jalan
perginya.
"Yu-heng, kau pernah berkata, seandainya aku
menjumpai mara bahaya maka kau akan membantu diriku
dengan segenap tenaga, mengapa sekarang malah hendak
pergi?" serunya.
Dengan cepat sikakek kurus kering itu gelengkan
kepalanya berulang kali.
"Sie Poocu, aku memang pernah berkata demikian,
namun dalam menghadapi masalah ini aku tidak sanggup
mengatasinya, kalau tidak pergi apa yang hendak
kunantikan lagi ?"
"Yu heng. apakah kau benar2..."
"Banyak bicarapun tak berguna" Dengan cepat kakek
kurus itu menukas kata2nya "Lebih baik kau tak usah
mengungkap soal ini lagi !"
Selesai bicara ia putar badan dan berlalu dengan langkah
lebar.
Melihat kakek itu mau berlalu, seorang lelaki kasar yang
tinggi besar bagaikan pagoda munculkan diri menghadang
jalan perginya, sambil menuding wajah kakek tersebut
tegurnya:
"Hey sudah banyak tahun kau tinggal dalam benteng,
kini dalam benteng Thian It Poo terjadi peristiwa, bukannya
membantu kau malah melarikan diri, akan kuhajar kau
anjing busuk !"
Sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dikeluarkan
menghantam tubuh kakek itu."Sun Cuang-su, jangan !" buru2 Sie Liong berteriak
mencegah.
Namun serangan lelaki itu terlalu cepat, telapaknya
sudah diayunkan kedepan, pada saat itu pula mendadak
sikakek kurus mengeluarkan kelima jari tangannya yang
kurus mencengkeram lengan lelaki tersebut.
Kelihatan sekali.. kendati cengkeramannya mengenai
sasaran asalkan lelaki itu getarkan tangannya niscaya
cekalan tersebut akan terlepas.
Sementara itu para jago jadi puas dan kegirangan dengan
tindakan itu.
Siapa sangka lima jari kurus dari kakek itu benar2 luar
biasa melebihi jepitan besi, urat nadinya begitu terpegang,
lelaki itu mendadak menjerit aneh diikuti lengan kakek tadi
bergerak cepat "Kraak!"
Sebuah lengan lelaki itu putus jadi dua.
Perubahan tersebut boleh dikata terjadi sangat
mendadak, semua orang hanya bisa saling bertukar
pandangan dengan mulut melongo.
"Yu-heng, harap menaruh belas kasihan kepadanya !"
buru2 Sie Poocu berteriak.
Setelah Sie Poocu mohonkan ampun, kakek kurus itu
mengendorkan cekalannya dan memaki sambil menuding
lelaki kekar tersebut: "Seandai nya Poocu kalian tidak
mohonkan ampun, akan kutarik lenganmu sampai hancur
!"
"Cepat mundur kebelakang." kembali Sie Poocu
membentak. "Siapa yang berani kurang ajar lagi terhadap
Yu-heng? bagi sahabat keluarga Sie kami boleh pergi ataudatang semaunya, siapapun dilarang menghalangi niat
tamu2 kami."
Dalam pada itu setelah memaki lelaki tadi dengan
beberapa patah kata kakek Kurus itu putar badan kembali
dan buru2 berlalu.
Dengan cepat Sie Poocu maju mengejar sembari berseru:
"Yu-heng, harap tunggu sebentar."
Kakek kurus itu tak menggubris, badannya berkelebat
cepat keluar, sembari melayang pergi teriaknya: "Bukankah
kau sudah berkata sendiri, bagi sahabat2 keluarga Sie boleh
pergi datang sesuka hati ?"
Dalam sekejap mata bayangan orang itu sudah lenyap
tak berbekas.
"Yu-heng !" teriak Sie Liong cemas. "Mau pergi silahkan
pergi, tetapi sepantasnya kalau kau memberi petunjuk dulu
kepadaku !"
Begitu ucapan ini diutarakan keluar, semua orang makin
tertegun dibuatnya. Dalam pandangan mereka poocu
benteng Thian It Poo adalah seorang jago lihay kelas satu
dalam Bu-lim seorang tokoh silat tanpa tandingan dikolong
langit dewasa ini.
Tetapi sekarang, setelah kakek kurus itu lenyap tak
berbekas, wajahnya berubah pucat pasi bagaikan mayat,
dengan sikap gugup mohon bantuan orang lain, kemana
perginya kegagahan, keangkeran serta kewibawaan seorang
ketua Benteng?..
Beberapa jago tak dapat menahan diri. mereka segera
berseru: "Poocu, tentara datang kita hadapi dengan
panglima, air bah datang kita tahan dengan tanah kita..."Belum selesai jago2 itu berbicara terdengar suara dari
kakek kurus itu berkumandang, datang dari tempat
kejauhan, begitu suara itu bergema Sie Liong segera
ulapkan tangannya sembari membentak:
"Tutup mulut, dengarkan apa yang diucapkan"
Bersamaan itu pula muncul harapan dalam wajah Sie
Liong, jelas ia ingin memperoleh petunjuk dari kakek kurus
itu. Terdengar suara dari kakek kurus tadi berkumandang
datang dari tempat kejauhan:
"Sie Poocu, setelah menerima pelayananmu selama
banyak tahun, aku tak bisa tidak harus memberi petunjuk
kepadamu, setelah kau mengajukan keinginan tersebut. Aku
nasehati dirimu lebih baik cepat2 benahi barang yang
penting kemudian bawa sanak keluargamu melarikan diri
dari sini, makin jauh kau pergi makin baik."
Suara yang berkumandang datang itu makin lama
semasa lirih dan semakin rendah, jelas sembari mengirim
suara kakek itu meneruskan larinya kedepan, sehingga
ketika mengucapkan kata2 penghabisan suaranya amat lirih
sekali.
Air muka Sie Poocu yang pada mulanya penuh dengan
harapan kini berubah jadi sangat kecewa, badannya tanpa
terasa mundur beberapa langkah kebelakang sehingga
menempel diatas dinding, lama sekali ia baru angkat kepala
dan memandang sekejap kearah beberapa orang itu.
Para jago yang berada disekeliling Sie Poocu tak
mengeluarkan sedikit suarapun, menanti ia sudah angkat
kepala suasana baru gaduh.
Terdengar Sie Soat Ang mendengus dingin dan berkata.
"Siapa sih kakek tua yang barusan melarikan diri itu ? ia
hanya biasanya makan minum gratis ditempat kita, buatapa kita dengarkan omongannya ? dalam benteng Thian It
Poo kita masih terdapat banyak jago. Seandainya melarikan
diri, Hmm ! bisa2 ditertawakan orang !"
Walaupun Sie Soat Ang dibikin ketakutan setengah mati
sewaktu menghadapi peristiwa tersebut, namun setelah ia
berada dalam Benteng Thian It Poo, nyalinya jadi makin
besar.
"Poocu !" ada orang berteriak, "Perduli siapa pun yang
sudah datang, masa dengan jumlah kita orang yang begitu
banyak tak sanggup menghadapinya.."
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar