Lembah Nirmala 5

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Sabtu, 17 September 2011

Kim Thi sia segera menarik napas panjang-panjang untuk menghindari serangan tersebut
namun hatinya segera dibuat terkejut oleh suara tertawa dingin dan cepat-cepat ia menegur:
"Hey, apa yang kau banggakan?"

Rupanya dibalik suara dinginnya terselip kelicikan dan kekejian yang mengerikan hati hingga
siapapun yang mendengarkan pasti akan dibuat bergidik dan bulu romanyapada bangun berdiri.
Sekali lagi sipedang besi tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh.......sebentar kau akan tahu dengan sendirinya, tak berguna
kau tanyakan sekarang."
Kim Thi sia segera mencoba untuk berpikir dengan seksama, tapi ia tak berhasil menemukan
sesuatu yang tidak menguntungkan bagi dirinya, maka dengan suara lantang dia berseru:
"Kau tak perlu merasa bangga dulu, sebentar lagi akan terbukti bahwa tiada manusia macam
kau didunia inipun tak menjadi persoalan-"
Mendengar ucapan mana, sipedang besi segera membungkam, membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia bermaksud melakukan pengejaran namun ia segera dihadang oleh sipedang kayu Gi
Yu yong.
Sebuah pukulan seratus langkah Pekpoh siu ciang musuh menghapuskan niatnya untuk
melakukan pengejaran, dengan menghimpun ilmu Tay goan sinkangnya ia tangkis datangnya
ancaman dengan kekerasan-
Ditengah benturan keras yang memekik telinga, tubuh sipedang kayu Gi Yu yong terdorong
mundur sejauh berapa langkah.
Kim Thi sia makin bersemangat, secara beruntun dia persiapkan serangan mautnya
dengan jurus " kejujuran mengalahkan batu emas" dan " kekerasan menguasahi seluruh jagad"
dari ilmu Tay goan sinkang.
Tapi sebelum serangan dilepaskan, sipedang besi yang mengundurkan diri tadi telah
membentak keras: "Berhenti semua"
Sewaktu bentakan itu bergema, terdengar jeritan lengking seorang wanita bergema tiba.
Jeritan lengking tersebut hampir saja membuat sukma Kim Thi sia terbang meninggalkan
raganya, dengan perasaan terkejut ia berpaling.
Ternyata sepasang tangan putri Kim huan telah ditelikung kebelakang oleh sipedang besi kuatkuat.
Ditinjau dari rasa sakit yang mencekam wajah sinona, bisa diketahui betapa kejinya sipedang
besi sewaktu turun tangan tadi......
Dengan perasaan gusar yang meluap-luap Kim Thi sia segera membentak keras:
"So Bun pin, ayoh cepat lepas tangan, apa yang hendak kau perbuat hey manusia berhati
binatang....." "^
Sementara itu, pemuda tampan diarena pertarungan lainpun telah menghentikan
pertarungannya melawan sipedang tanah, mereka berdiri saling bertatapan tanpa niat mengalah,
namun wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa kuatirnya terhadap keselamatan jiwa putri
Kim huan.
Betapa tidak. sebab ia memang "dipaksa" untuk turun tangan-Terdengar sipedang besi berkata
dengan suara pelan:
"Mudah saja bila menginginkan kebebasannya, tapi kau mesti membicarakan dulu syaratnya."
Sekalipun hawa amarah yang berkobar didalam dada Kim Thi sia serasa meluap. akan tetapi ia
tak banyak berkutik karena gadis pujaannya sudah terjatuh ketangan musuh dengan suara dalam
diapun bertanya: "Apa syaratmu? katakan saja."
"Aku rasa bila syaratnya amat sederhana lebih baik Kim Tayhiap penuhi saja permintaannya"
sela sipemuda tampan itu tiba-tiba "daripada kekasihmu menderita siksaan toh lebih baik penuhi
saja syarat yang diajukan, bukan begitu?"

"Kau sedang menyindir aku?" sela Kim Thi sia tak senang hati.
"Aaaah, tidak berani" jawab sang pemuda hambar. Kim Thi sia makin tak senang hati, pikirnya:
"Bila tidak kuperoleh jawaban yang memuaskan hati ini, aku harus bertarung habis-habisan
dengan manusia egois ini."
Begitu mengambil keputusan dihati, diapun berkata lagi dengan suara dingin: "kau masih
mencoba membantah? Hmmm, kau anggap aku ini orang tolol........?"
"Aduuuh......Kim Tayhiap. sudah lama kudengar akan nama besarmu itu, hanya selama ini
belum berkesempatan untuk mengenalimu, kau adalah orang yang paling kuhormati masa aku
berani bersikap kurang ajar kepadamu?"
Kim Thi sia kembali mendengus.
"Hmmm^ kalau begitu apa maksud perkataanmu itu?"
Selama ini rasa mendongkol dan jengkelnya tiada pelampiasan, maka setelah diejek oleh sang
pemuda tampan dengan sindiran-sindirannya, seketika itu juga semua rasa jengkel dan tak
puasnya dilampiaskan keluar kepadanya. Ia tidak memperduli So Bun pin dan kembali serunya:
"Apakah anda menganggap cara kerjaku keliru? Apakah aku tidak seharusnya mencari
kerepotan buat sendiri dengan membantu orang lain dari ancaman bahaya?"
Semua ucapannya diutarakan dengan nada berapi-api, sehinga siapapun yang mendengar akan
tahu bahwa seucap kata saja tak cocok, kemungkinan besar akan terjadi pertarungan yang seru.
Berubah hebat paras muka sipemuda tampan itu, dengan suara lantang ia balik bertanya:
"Jadi Kim Tayhiap menegur siaute yang sudah banyak berbicara?Jadi Kim Tayhiap tidak
bersedia menyelesaikan soal keselamatan kekasihmu dalam suasana kedamaian?"
"Soal ini merupakan masalahku dengan So Bun pin, kau tak perlu mencampurinya."
"Baik, anggap saja si sute memang banyak turut campur dalam urusanmu, tetapi....."
Sambil tertawa dingin pemuda tampan itu membetulkan letak bajunya, kemudian sambil
mengangkat mukanya yang penuh hawa tantangan, ia berkata lebih lanjut:
"Kalau toh Kim Tayhiap tidak bersedia membicarakan soal syarat dengan pihak lawan, mengapa
tidak bertarung saja secara langsung? Buat apa kau hentikan tindakanmu ditengah jalan dengan
bersedia mendengarkan syarat lawan? Bukankah persoalan ini menjadi saling bertolak belakang?
Benar bukan perkataan siaute ini?" Kembali Kim Thi sia mendengus.
"Hmmm, ngaco belo tak karuan, aku toh cuma ingin tahu apa gerangan yang sebenarnya telah
terjadi. Kau jangan salah menilai watak aku orang she Kim biarpun golok diletakkan diatas
tengkukku, biar pedang ditempelkan diatas dadaku, aku percaya orang she Kim tak akan berbuat
bodoh."
"Yaa, tentu saja, aku juga tahu kalau nama besar Kim Tayhiap sudah termashur dimana-mana,
kekuasaanmu telah mempengaruhi empat samudra, tentu saja kau tak memandang sebelah
matapun terhadap sembilan pedang dari dunia persilatan"
Begitu ucapan tersebut diutarakan Kim Thi sia segera berkata:
"Bocah keparat, nampaknya kau sudah bosan hidup? Berani amat kau mengadu domba orang
lain-"
Dengan berat mata berkilat sipedang tanahpun berseru pula:
"Sobat, bila kudengar dari ucapan barusan seolah-olah kau anggap sembilan pedang dari dunia
persilatan adalah manusia-manusia yang tak berguna saja.
"Hmmmm.......sekalipun kau adalah putra tunggal sipukulan sakti tanpa bayangan dari Tiang
pek san. Kendatipun ilmu silatmu sangat luar biasa, akan tetapi kami sembilan pedang dari dunia

persilatan masih belum memandang sebelah matapun terhadap dirimu, bila kurang percaya nah
sambutlah dulu beberapa jurus serangan ini."
"Baik, baiklah, orang baik memang tak pernah dibalas baik, lebih baik aku tidak turut campur
dalam persoalan ini......"
Diapun terhitung seorang manusia cekatan yang pintar dan banyak akalnya, begitu menyadari
kalau ucapannya telah salah sehingga menimbulkan amarah orang banyak. Dengan cepat ia
putuskan untuk menahan diri agar tak sampai menimbulkan permasalahan yang justru merugikan
dirinya sendiri.
Dengan pandangan dingin Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, kemudian berkata
singkat:
"Harap saudara jangan menyingkir dulu, persoalan diantara kita harus diselesaikan nanti."
"oooh, dengan senang hati, dengan senang hati" sahut pemuda tampan itu dingin.
Kim Thi sia tidak menggubris dirinya lagi dia berpaling kearah sipedang besi dan berseru:
"sekarang kau boleh kemukakan syaratmu."
Sambil tertawa sipedang besi manggut- manggut. "Nah, begini baru tindakan seorang lelaki
jantan" Setelah berhenti sejenak, lanjutn
"Bila kau menginginkan keselamatan jiwa putri Kim huan, pertama pedang Leng gwat kiam
harus diserahkan dulu kepadaku." Kim Thi sia segera berpikir:
"Pedang Leng gwat kiam merupakan benda mestika warisan keluargaku, bagaimana pun jua
tak bisa kuserahkan kepada orang lain. Hmmm, nampaknya orang ini sedang mengingau......."
Meski dalam hati berpikir demikian, diluar ia menjawab dengan suara berat dan dalam.
"Sebutkan dulu syarat yang kedua"
"Suruh kongcu tersebut menyerahkan nonanya kepada kami" Kim Thi sia melengak, serunya
dengan cepat.
"Tapi......persoalan ini toh tiada, hubungan denganku?"
"Siapa bilang tak ada? Bila kau tidak mencampuri persoalan ini sejak tadi kami sudah berhasil
menangkapnya." Kemudian setelah berhenti sebentar, terusnya:
"Karenanya kau mesti bertanggung jawab atas persoalan ini dengan menyerahkan nona itu
kepadaku."
"Hey bajingan kunyuk" umpat Kim Thi sia marah. "Tak nyana kalian sembilan pedang dari dunia
persilatan hanya sekawan bajingan yang suka menculik dan memperkosa wanita. Hmmm
perbuatan terkutuk semacam ini."
Belum selesai ucapan itu diutarakan, sipemuda tampan itu menimbrung pula dengan gemas:
"Barang siapa berani mengusik seujung rambutnyapun, kami dari partai Tiang peksan akan
bermusuhan dengannya." Pedang besi tertawa dingin.
"Heeeeh.....heeeeh......heeeeh......terus terang aku bilang, ditempat yang sepi dan terpencil
seperti ini. Kami yang tidak kuatir perbuatan ini sampai ketahuan orang"
la melirik sekejap kearah pedang emas melihat pemimpinnya tanpa reaksi, ia semakin lega,
terusnya lebih jauh:
"Orang she Kim, kami hanya mempunyai dua buah syarat saja, bila kau enggan menerimanya
maka putri Kim huan segera akan tewas secara mengerikan dihadapanmu.
Heeeh.....heeeh.....heeeh.....aku tahu cinta kasih kalian berdua telah mendalam, aku yakin kalian
tak akan sanggup menerima pukulan batin seberat ini."
Kim Thi sia termenung dan berpikir sebentar, tiba-tiba katanya: "Lanjutkan kata-katamu."

"Kau maksudkan syarat yang ketiga?" tanya sipedang besi dengan perasaan girang, tapi diluar
ia tetap bersikap dingin dan hambar. "Padahal permintaanku ini lebih gampang lagi, kau cukup."
" orang she Kim, kau berani memenuhi permintaannya......." teriak pemuda tampan itu amat
besar.
Saking gusarnya sekujur badannya sampai gemetar keras, paras mukanya pucat pias, sorot
matanya yang menatap Kim Thi sia penuh dengan pancaran sinar benci dan dendam.
Sesungguhnya ia sudah amat membanci Kim Thi sia, karena ia menganggap pemuda tersebut
sebagai "musuh cinta" nya, apalagi setelah ada kejadian seperti ini, ia tak mampu lagi
membendung semua rasa benci dan dendamnya yang menumpuk selama ini. Dengan geramnya
dia berseru:
"orang she Kim, aku telah berupaya untuk mengendalikan diri dengan tidak menganggap
sebagai musuh besar, siapa tahu sikapmu sangat mengecewakan hati. Baiklah, sejak kini."
Kim Thi sia hanya memandang sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, ia tidak berbicara
ataupun menjawab^
Pemuda tampan itu semakin semakin tak tahan teriakannya keras-keras:
"Hey orang she Kim, katakan sebenarnya beranikah kau menerima permintaannya?"
"Mengapa tidak?" jawab Kim Thi sia hambar.
Sipedang besi tertawa keras, cepat-cepat serunya:
"Kim Thi sia memang benar-benar seorang manusia hebat, sungguh mengagumkan sungguh
mengagumkan. Memang bukan lelaki kalau tak kejam, tindakanmu tepat sekali, tentang syaratku
yang ketiga. AKu harus minta kau menyerahkan semacam ilmu silat kepadaku."
"llmu silat yang mana?"
Kim Thi sia berlagak pilon, bahkan habis bertanya dia menatap lawannya dengan pandangan
tak mengerti.
sipedang besi menjadi tak senang hati, katanya singkat:
"Kau tak usah berlagak bodoh, ilmu silat yang kuminta adalah Tay goan sinkang."
"Baik" jawab Kim Thi sia tanpa gusar. "Aku bersedia memenuhi permintaanmu, sekarang
katakan syarat yang keempat."
Sipedang besi segera manggut- manggut sambil tertawa. Para jagi pedang yang lainpun
menunjukkan rasa kegirangan, terutama sipedang emas. Sorot matanya yang memancar keluar
nampak berkilat-kilat, jelas dia merasa sangat kegirangan-Semua orang mulai berpikir dihati kecil
masing-masing: "Bila sudah kuperoleh ilmu sati itu." setelah berhenti berapa saat, sipedang besi
berkata lagi:
"Syaratku yang keempat adalah putri Kim huan tetap akan kami bawa serta menanti ilmu Tay
goan sinkang, pedang Leng gwat kiam serta nona itu sudah kau serahkan- Putri Kim huan pun
akan kukembalikan kepadamu."
"ooooh jadi kau tetap akan menyandra dirinya?" tanya Kim Thi sia.
"Benar" jawab sipedang besi gembira. "Sesungguhnya syarat-syaratku amat sederhana dan
mudah dilaksanakan, kau tak akan repot-repot untuk memenuhinya......."
"Apakah masih ada yang lain, apakah syaratmu yang kelima So Bun pin-.......?^
"Sudah tak ada lagi" sipedang besi tertawa. "Asal kau bersedia memenuhi berapa syaratku ini,
putri Kim huan tentu akan memperoleh kembali kebebasannya"
"Aku amat bersyukur atas kebesaran jiwamu itu, cuma........"

JILID 37
Kim Thi sia sengaja menghentikan kata-katanya dan tersenyum, kemudian pelan-pelan maju
dua langkah kedepan.
Sekilas perasaan heran memancar dibalik wajah sipedang besi setelah mendengar perkataan
itu, buru-buru tanyanya: "cuma kenapa?"
Sikap Kim Thi sia kelihatan amat tenang, dengan sikap yang luar biasa ia berkata: "cuma
sayang saatnya tidak cocok sehingga susah untuk memenuhi pengharapanmu......"
"Apa maksud perkataanmu itu?" tanya sipedang besi tertegun.
Sekalipun ia dapat menangkap maksud yang tak beres dibalik perkataan tersebut, namun untuk
sesaat ia tak tahu apa yang dimaksudkan orang itu. Dengan senyuman dikulum kembali Kim Thi
sia berkata:
"Seharusnya kau tahu, seorang perempuan belum tentu bisa melenyapkan semangat jantan
seorang lelaki. Dalam keadaan dan situasi seperti apapun, seseorang perlu mempertahankan
harga dirinya yang tak ternilai. Hey pedang besi, haruskah kau sayangkan bahwa aku Kim Thi sia
bisa tenar karena kebenaran dan kesetian kawanku?"
Sipedang besi menjerit tertahan, agaknya ia sudah mulai memahami arti sesungguhnya dari
pemuda tersebut.
Tapi sayang......segala sesuatunya telah terlambat.
Dalam waktu singkat, Kim Thi sia yang tenang dan termenung sudah kehilangan seluruh
senyumannya disusul kemudian terlihat bayangan pukulan menyambar dan menari didepan mata.
Jeritan ngeri yang memilukan hati pun bergema memecahkan keheningan, tahu-tahu sipedang
besi sudah terkapar tewas dengan tujuh lubang inderanya mengucurkan darah segar.
Rupanya Kim Thi sia telah mempergunakan dua jurus " angin mencabut pohon siong" dan "
kejujuran mengalahkan batu emas" untuk menggempur jalan darah Khi hay hiat dan Ki bun hiat
didada lawan-
Segulung tenaga pukulan yang sangat kuat dan maha dahsyat segera menggempur dadanya
serta menghancurkan isi perutnya. Bayangkan saja, dalam keadaan begini bagaimana mungkin
lawannya bisa tetap melanjutkan hidup?
Perubahan yang sama sekali tak terduga itu seketika menggemparkan kawanan jago pedang
lainnya, serentak mereka membentak gusar sambil meloloskan pedang masing-masing. Bagaikan
orang kalap mereka menerjang dan menyerang secara membabi buta.
Hanya pedang emas seorang tetap berdiri tak bergerak diposisi semula, yang lebih aneh lagi
disaat orang lain menyerang musuh secara membabi buta dengan semangat yang berkobar-kobar,
maka ia sendiri justru membungkukkan badan sambil merintih kesakitan-
Mungkinkah pemimpin dari sembilan pedang dunia persilatan ini telah kehilangan tenaga
dalamnya akibat termakan oleh pukulan Kim Thi sia? Bukan, bukan demikian keadaannya.
Saat ini ia sedang menderita siksaan "pertarungan antara langit dan manusia" yang merupakan
kunci penting bagi seseorang yang belajar ilmu silat, sering kali keadaan demikian timbu dalam
situasi yang tak terduga.
Apabila sang penderita berhasil mengatasi keadaan tersebut maka biasanya tenaga dalam yang
diperoleh akan mendapatkan kemajuan pesat. Tapi bila gagal semua hasil latihannya selama
puluhan tahun akan gagal. Apalagi jika cara mengatasinya tak sempurna, salah-salah akan
menderita siksaan jalan api menuju neraka yang mengakibatkan kelumpuhan total.
Kebetulan sekali sipedang emas mengalami keadaan tersebut dalam situasi demikian seketika
itu juga rasa kaget, risau dan gembira bercampur adui didalam dadanya.

Maka diapun menghentikan semua gerak geriknya, dengan tenang ia berusaha mengatasi masa
sulit tersebut.
Ia sadar, apabila berhasil mengatasi keadaan tersebut maka tenaga dalamnya akan peroleh
kemajuan yang amat pesat, tapi bila gagal. Tenaga dalamnya akan penuh dan keempat anggota
badannya menderita cacad total.
Sementara itu, sipemuda tampan tersebut telah memahami maksud hati Kim Thi sia ia sangat
berterima kasih atas kebesaran jiwa pemuda itu.
Dengan langkah lebar dia mau beberapa tindak kedepan dan menghadang didepan sipedang
tanah kemudian katanya dengan suara dalam:
"Kami orang-orang dari Tiang pek san cukup jelas membedakan mana budi dan mana dendam.
Kim Tayhlap telah bersikap ksatria dengan menyelamatkan kami dari bahaya, dia merupakan tuan
penolong pihak kami, maka aku hendak peringatkan kepada kalian, jika kalian masih melakukan
tindakan yang tak menguntungkan- Sekalipun berhasil hari ini, dikemudian hari pihak Tiang pek
san tetapi akan mencarinya sampai dapat."
Saat ini, kecuali sipedang emas, pedang kayu, pedang tanah dan pedang air yang masih berdiri
tegak. sipedang tembaga dan pedang bintang telah dibunuh Dewi Nirmala, sipedang besi dan
pedang api tewas oleh pukulan Tay goan sinkang milik Kim Thi sia. Sipedang perakpun terluka
parah dalam keadan sekarat, boleh dikata sembilan pedang dunia persilatan telah mengalami
nasib yang sangat tragis.
Dengan pancaran sinar benci dan dendam sipedang kayu, pedang tanah dan pedang air
mengawasi Kim Thi sia tanpa berkedip. semua penderitaan dan dendam mereka melampiaskan
pada Kim Thi sia seorang.
Itulah sebabnya perkataan dari pemuda tampan itu sama sekali tak digubris, tak heran pemuda
itu menjadi berkerut kening dan merasa amat gusar.
Dalampada itu Kim Thi sia telah meningkatkan kewaspadaannya setelah menyaksikan sikap
ketiga orang musuhnya, ia berpikir: "Jangan-jangan mereka berniat mengajak ku beradu
jiwa........?"
Mendadak tampak sipedang kayu Gi ceng yung menghantam tubuh putri Kim huan hingga jatuh
terjerembab keatas tanah, jalan darah sinona yang tertotok membuat gadis tersebut tak mampu
berteriak, kontan saja seluruh badannya kotor oleh debu.
Pemuda tampan membentak keras sambil menerjang kedepan, tapi gerakan itu segera
dihadang oleh pedang emas yang menerobos maju dari samping sambil melepaskan sebuah
pukulan-
Tak terlukiskan rasa kaget sipemuda tampan itu, dia tak mengira dalam waktu yang begini
singkat tenaga dalam sipedang emas telah peroleh kemajuan yang amat pesat.
Ia pernah bertarung melawan sipedang perak. atas dasar kepandaian silat dari sipedang perak
sebagai orang kedua dalam urutan sembilan pedang, ia berpendapat ilmu silatnya tidak selisih
jauh bila dibandingkan pedang emas.
Tapi setelah sipedang emas turun tangan sekarang, dimana dalam sebuah gempuran yang
amat sederhana ternyata mampu menjebolkan hawa khikang pelindung badannya. ia menjadi
tercengang, kaget dan tak habis mengerti, tergopoh-gopoh tubuhnya melompat mundur
kebelakang.
Sipedang emas mendengus dingin, dengan sorot mata berkilat tajam ia berseru:
"Sute sekalian, jaga perempuan itu baik-baik. Biar aku yang menghadapi dua orang bocah
keparat yang tak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi ini."
"Toa suheng, kau tidak apa-apa bukan?" seru sipedang tanah sangat gembira.

Baru sekarang ia berani mengemukakan rahasia toa suhengnya, sebab tadi ia takut musuh
mengetahui keadaan yang sebenarnya hingga membunuh atau mencelakai toa suhengnya itu.
Dan kini setelah menyaksikan gerak geriknya cekatan dan penuh disertai tenaga dalam yang
sempurna. ia tahu toh suhengnya telah memperoleh kembali kekuatan badannya.
"Aku tidak apa-apa" sahut pedang emas.
Sambil berkata ia menerjang maju kedepan bagaikan sukma gentayangan-
Belum sempat Kim Thi sia mengambil sikap untuk menghadapi situasi tersebut, tahu-tahu
telapak tangannya telah menepuk diatas bahunya.
Tak terlukiskan rasa terkejut Kim Thi sia menghadapi kejadian ini, tubuhnya mencelat sejauh
satu kaki lebih oleh serangan tadi.
Sebaliknya pedang emas tidak melanjutkan serangannya ketika serangan yang pertama tadi
berhasil mengejar lawannya. Agaknya ia sudah menganggap Kim Thi sia pasti akan tewas
ditangannya saja, tampak ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
Gelak tertawa yang keras dan nyaring bergema memenuhi seluruh angkasa, begitu keras dan
tajamnya sehingga terasa menusuk pandangan-
Diam-diam Kim Thi sia merasa amat terkejut oleh kepesatan yang dicapai musuh dalam tenaga
dalamnya, ia tak mengira kekuatan musuhnya bisa berlipat kali lebih hebat hanya didalam waktu
singkat.
Namun ia tak rela mengaku kalah dengan begitu saja, sambil mempersiapkan tenaga Tay goan
sinkangnya, ia berseru kembali:
"Kau jangan keburu merasa gembira, coba rasain dulu sebuah pukulanku ini"
Telapak tangannya segera diayunkan kedepan melepaskan sebuah bacokan kilat yang
didalamnya mengandung perubahan jurus " kecerdikan menguasahi seluruh langit" yang amat
hebat.
Tampak bayangan pukulan yang menyilaukan mata memancarkan keempat penjuru, dalam
waktu singkat bagaikan mematikan disisi kiri tubuh pedang emas sudah terkurung dibalik
bayangan serangannya.
"Hmmm, nasibmu sudah hampir berakhir. Apa gunanya membuang tenaga dengan percuma?"
jengek sipedang emas dingin.
Sementara berbicara, telapak tangannya sama sekali tidak menganggur, tidak sampai serangan
musuh mencapai sasaran, dia telah melancarkan sebuah babatan kilat kedepan.
Serangan tersebut mengandung kekuatan yang luar biasa, itulah sebabnya sebelum jurus
serangan dari Kim Thi sia berhasil menyentuh ujung baju lawan, lengannya sudah kena digetarkan
oleh kekuatannya yang maha dahsyat hingga terasa linu, kaku dan mundur sempoyongan-
Menyaksikan hal ini diam-diam Kim Thi sia bergidik, segera pikirnya:
"Tak usah dicoba lagi, jelas tenaga dalam yang diperoleh sipedang emas telah memperoleh
kemajuan yang amat pesat. Aaaa i...... kalau begitu aku telah sia-sia membuang tenaga......."
Dalampada itu, sipedang air, pedang tanah dan pedang kayu telah menatap sekejap kewajah
pemuda tampan itu dengan sorot mata marah dan dendam. Kematian dari sipedang besi dan api
serta lukanya sipedang perak membuat perasaan dendam mereka berkobar-kobar. Tiba-tiba
mereka membentak keras:
"Kami tak ambil perduli siapakah kau, pokoknya hari ini kalau ada kau tak ada kami."
Hampir pada saat yang bersamaan mereka berpekik nyaring, suara pekikannya tinggi
melengking dan menusuk pendengaranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat tampaklah ketiga orang itu sudah duduk bersila diatas tanah. Sementara
asap putih yang tipis menyembur keluar dari lubang hidung dan mulutnya.
Kim Thi sia yang bermata tajam menjadi sangat terkejut setelah melihat keadaan mereka yang
mengerikan hati itu, teriaknya cepat-cepat:
"Lekas mundur, mereka telah menggunakan tenaga dalam ci yang ceng khi"
cepat-cepat pemuda tampan itu mundur tiga langkah, tapi secara tiba-tiba seperti teringat akan
sesuatu. Dia balik kembali keposisinya semula, paras mukanya yang putih nampak berubah
menjadi buas dan bengis. Pikirnya kemudian:
"Bila aku tak berhasil menyelamatkan nona itu, jelas Hay jin yang akan meninggalkan aku demi
dia......aku harus berjuang dengan sepenuh tenaga. Aku percaya seandainya terjadi sesuatu
musibah atas diriku. Dia pasti akan sangat terharu dan berterima kasih kepadaku......."
Sementara dia berpikir, sipedang kayu dengan sorot matanya yang tajam seperti elang telah
berbisik kepada rekannya:
"Aku akan menyerang dari kanan suheng dari kiri dan sute dari belakang........."
Bersamaan dengan ucapan itu, ketiga orang tersebut mulai melancarkan serangan dengan
sekuat tenaga.
Tampak tiga sosok bayangan manusia berkelebat kedepan laksana sambaran petir, mereka
langsung menerjang pemuda tampan itu sementara desingan angin pukulan yang menderu- deru
terdengar amat memekikkan telinga.
Dalam waktu singkat terdengar sipedang kayu menjerit ngeri sambil mundur dengan
sempoyongan-
Sebaliknya pemuda tampan itupun mendengus tertahan sambil mundur dengan sempoyongan
kekanan-
Kim Thi sia yang berada tak jauh dari situ mendengar pemuda tampan tersebut bergumam
dengan napas memburu:
"IHmmm.......bukan perbuatan lelaki gagah......main bokong secara licik....."
Ditinjau dari kata "main bokong" jelas bisa disimpulkan bahwa kecuali mereka yang hadir dalam
arena, disekitar situ masih terdapat pula jago-jago lihay lainnya yang sengaja bersembunyi disana.
Sebagai seorang pemuda yang cukup teliti Kim Thi sia segera menyadari apa yang terjadi,
sambil menarik muka teriaknya kepada sipedang emas:
" cepat kau suruh para begundalmu unjukkan diri, mari kita bertarung secara terang-terangan-
Jangan bertindak macam manusia pengecut saja."
Waktu itu, sipedang emas sudah bersiap-siap melancarkan serangan, ia segera menggunakan
niatnya setelah mendengar perkataan dari Kim Thi sia, diawasinya pemuda itu agak termangu, ia
tak mengerti apa yang dimaksudkan-
Kim Thi sia sendiripun tidak sempat berpikir panjang, ia segera membalikkan badan menerjang
kearah pemuda tampan.
Berkilay sepasang mata sipedang tanah tiba-tiba dia mengangkat tangannya melancarkan
serangan-
Pedang air tidak ambil dlam, dia melancarkan bacokan pula dari arah samping.
Kim Thi sia sama sekali tak gugup kendatipun harus menghadapi gempuran dari muka maupun
belakang, ia membentak keras sambil mengangkat tinggi sepasang telapak tangannya, lalu
melepaskan pukulan dengan jurus "mati hidup ditangan nasib" dan "kepercayaan menguasahi
seluruh jagad."

Kalau jurus yang pertama memiliki perubahan gerakan yang luar biasa, maka jurus kedua
mengutamakan kekuatan yang keras dan dahsyat.
Dua jurus serangan yang dilancarkan secara beruntun memaksa sipedang tanah dan pedang air
terdorong mundur sejauh berapa kaki dari posisinya semula.
Pedang air mendengus dingin, kabut putih yang tebal menyelimuti seluruh badannya dan tidak
buyar walau terhembus angin- Kini tubuhnya kokoh bagaikan batu karang, jauh berbeda dengan
kelincahan semula. Setiap kali melancarkan serangan pasti disertai dengan desingan angin tajam
yang memekikkan telinga.
Waktu itu tangan Kim Thi sia telah menyambar pinggang pemuda tampan itu dan berniat
menahan tubuhnya yang sempoyongan, namun karena serangan dari pedang air sudah keburu
menyambar tiba, terpaksa ia harus menghimpun segenap kekuatan tubuhnya dan tanpa berpaling
menyongsong datangnya ancaman tersebut. "Blaaaaammmmmm. ......"
Dalam bentrokan kali ini Kim Thi sia tidak lebih menguntungkan lagi posisinya, ia termakan oleh
getaran tenaga pukulan sipedang air yang maha dahsyat sehingga terdorong maju kedepan-
Tatkala jidatnya menyentuh diatas wajah pemuda tampan tadi, tiba-tiba saja ia merasakan
wajah orang itu dingin seperti es. Kenyataan ini sangat mengejutkan hatinya, begitu kagetnya
sehingga luka sendiripun sama sekali tak digubris lagi.
Dibawah sinar rembulan, tampak paras muka pemuda tampan itu pucat pias bagaikan mayat,
sepasang matanya terpejam rapat napasnya lemah dan keadaannya berada dalam keadaan tak
sadar.
Dengan cepat Kim Thi sia berhasil menemukan sebatang jarum hitam yang menancap diatas
bahunya, jarum itu lembut bagaikan rambut dan susah ditemukan-
Bila ditinjau dari luka yang diderita sang pemuda tampan tersebut tanpa sebab yang jelas, bisa
disimpulkan racun yang dipoleskan diujung arum itulah sebagai penyebabnya, tapi dari mana
datangnya jarum beracun itu?
Kim Thi sia berusaha memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, namun tak sesosok
bayangan manusiapun yang ditemukan-
Pemuda itu sadar, keadaan daripemuda tampan ini sangat kritis dan berbahaya. Jiwanya
berada diujung tanduk. namun situasi yang begitu gawat membuatnya tak berkesempatan untuk
memberi pertolongan- Lagi pula diapun tidak mengerti ilmu pertabiban hingga sekalipun ada
kesempatanpun ia tak tahu apa yang mesti diperbuat. Untuk sesaat Kim Thi sia berdiri tertegun
dengan pikiran bingung dan kalut. Saat itulah sipedang tanah mengayunkan pedangnya
melepaskan sebuah bacokan maut.
Dalam keadaan bingung dan bercabang pikiranya, nyaris Kim Thi sia termakan oleh bacokan
tersebut.
Dalam benci dan dendamnya ia segera menghimpun ilmu ciat khi mi khinya untuk mementalkan
pedang ditangan pedang tanah.
Dengan kemampuan sipedang tanah, bagaimana mungkin ia sanggup menahan gempuran
dahsyat itu? Tubuhnya seketika terdorong mundur dengan sempoyongan-
Mendadak kesempatan yang sangat baik ini terburu-buru ia membopong pemuda tampan itu
serta membaringkannya diatas rumput setelah itu ia baru membalikkan badan menerjang kearah
pedang air.
Dalampada itu si pedang air sudah kehabisan tenaga karena pertarungan yang baru
berlangsung, belum sempat angin serangannya menghantam tubuhnya, ia sudah jatuh terduduk
diatas tanah dengan lemas.
Angin pukulan yang maha dahsyat segera meluncur kedepan dan siap menghajar mampus
sipedang air.

Disaat yang kritis itulah sipedang emas berhasil menyusul tiba ia segera melepaskan sebuah
pukulan untuk membendung ancaman tersebut.
Tenaga dalam yang dimiliki sipedang emas saat ini betul-betul hebat dan luar biasa. Pukulannya
seketika memaksa tawanannya terdesak keluar dari dalam hutan-
Diam-diam Kim Thi sia menggertak giginya kencang-kencang, walaupun pertarungan yang
berlangsung cukup lama sempat menguras tenaganya, namun serangan dari sipedang emas yang
kuat dan hebat justru memberikan kekuatan pula baginya untuk mempertahankan diri lebih jauh.
Sambil bertarung ia mulai memikirkan tempat persembunyian gadis cantik berbaju putih itu,
sebab diapun mengerti, dengan robohnya pemuda tampan ini berarti pula gadis tersebut
kehilangan pegangannya .
Sebagai jago kawakan yang berpengalaman dengan cepat pedang emas berhasil melihat ia
bersiap-siap mengerahkan segenap kekuatan ceng yang khikangnya untuk melenyapkan pemuda
tersebut.
Mendadak.
Dari balik hutan bergema datang suara langkah kaki manusia yang segera memotong jalan
pemikirannya yang licik dan keji. Ketika berpaling, tampaklah serombongan jago persilatan
bermunculan dari balik hutan dan berjalan menghampirinya dengan langkah lebar.
Yang mula-mula terlihat adalah empat orang kakek berjenggot pendek. bermata tajam dan
berwajah sangat dikenal, seperti pernah bersua disuatu tempat tapi lupa siapa namanya.
Ia mencoba untuk mengingat-ingat siapa gerangan keempat orang tersebut ketika seorang
kakek diantara keempat orang tersebut telah berseru dengan lantang: "Selamat bersua sembilan
orang gagah dari dunia persilatan-"
Sipedang emas segera teringat kembali akan asal usul orang-orang itu, dengan cepat dia
menyahut:
"Selamat berjumpa, panglima andalan dari Pek kut sinkun."
Nada suaranya dingin dan hambar, sudah jelas ia memandang rendah orang-orang tersebut.
Dibelakang keempat orang kakek itu berdiri serombongan jago persilatan yang terdiri dari
puluhan orang lebih, mereka mempunyai perawakan tubuh yang tidak merata namun memiliki
pancaran sinar mata yang tajam dan tenaga yang hebat.
Dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa kawanan manusia tersebut bukan
manusia sembarangan-
Kim Thi sia segera berpikir:
"Jelaslah sudah, si kongcu berwajah tampan itu terluka oleh bokongan mereka" karena ingin
mengetahui duduknya persoalan yang pasti, diapun segera membentak:
"Hey apa sebabnya kalian melukai sobatku tanpa sebab? Sebetulnya apa maksud tujuan kalian
yang sebenarnya? Ayoh cepat utarakan-" Keempat orang itu menjengek dingin.
"Hmmm, besar amat bacotmu, tapi sayang kami tidak mengenal siapa anda, apakah kau pun
terhitung seorang jagoan hebat dari dunia persilatan?"
Dengan ucapan mana, jelas ia hendak menerangkan bahwa semua orang berbakat dan "orang
ternama" dalam dunia persilatan dikenal semua olehnya.
Sedangkan Kim Thi sia yang dinilai berkata besar, dalam kenyataan cuma seorang manusia
yang sama sekali tak ternama.
Sebagai pemuda yang pintar tentu saja Kim Thi sia dapat menangkap sindiran tajam dibalik
perkataan tersebut, ia tak senang hati serunya kemudian sambil mendengus:

"Ya aabetul, memang setiap orang bisa berkelana didalam dunia persilatan, apakah aku ini
seorang enghiong atau bukan, sekaranglah kuminta kepada ciangyee berempat untuk
membuktikan sendiri."
Dengan perkataan tersebut dia artikan, bila keempat orang tersebut tidak puas, maka mereka
dipersilahkan untuk mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk mencoba. Sipedang
emas menyela secara tiba-tiba dengan suara dingin:
"Juan tiong supa empat macam kumbang dari luar perbatasan cuma bisa berkelana
diwilayahnya sendiri. Bila ingin turun gunung dan berkelana.... hmmmm, masih ketinggalan jauh"
Rupanya dia merasa amat gusar ketika melihat keempat orang tersebut dengan sorot mata
yang sinis dan pandangan yang menghina sedang mengawasi keadaan sipedang besi, pedang api,
pedang perak dan pedang air yang tergeletak ditanah dalam keadaan memilukan itu tanpa
berkedip. Ia sadar mereka sedang mengolok-olok dirinya dengan perkataan tersebut.
Saking mendongkolnya maka dia pun mengeluarkan kata-kata pedas itu untuk menyindir
keempat orang tersebut.
Juan tiong supa segera tertawa terbahak-bahak. mereka tidak menanggapi sindiran sipedang
emas, sebaliknya bertanya kepada Kim Thi sia: "Apakah mereka yang tergeletak ditanah......adalah
hasil karya anda.......?"
Kali ini, mereka berempat tidak lagi menunjukkan sikap memandang rendah, sebab hanya
orang yang berilmu silat tinggi saja yang mampu memporak-porandakan sembilan pedang dari
dunia persilatan hingga dalam keadaan demikian-
Sebagai manusia-manusia licik yang banyak tipu muslihatnya, sudah barang tentu mereka tak
ingin menanam bibit permusuhan dengan musuh setangguh ini. Dalam kagetnya, tanpa terasa
nada pembicaraanpun berubah menjadi lemah lembut dan ramah.
Tapi sayang sekali Kim Thi sia adalah seorang manusia kasar, ia tak bisa menerima
penyelesaian tersebut dengan begitu saja. Sesudah termenung sebentar, kembali bentaknya:
"Hey, jawab dulu. Kaliankah yang telah mencelakai sobatku itu?"
Nada tegurnya keras dan tidak sungkan-sungkan- Hal inipun dikarenakan ia selalu berprinsip
"bila orang lain tidak mengusikku, akupun tak akan mengganggu orang lain-"
Ia tak ingin diganggu dan diusik orang, sekali orang mencari gara-gara dengannya, maka
biarpun dia seorang kaisarpun, ia tetap akan menghadapinya sebagaimana terhadap orang lain-
Dengan suara pelan Juan tiong supa menjawab:
"Yaa betul, tapi tindakan kami ini bukan dikarenakan sikap permusuhan kami terhadapmu.
Ketahuilah, sudah berulang kali orang ini memusuhi kami, sikap maupun perbuatannya amat
menggemaskan- Bila tidak diberi pelajaran yang setimpal, ia tentu akan mengira kalau setiap
orang dalam dunia persilatan bisa dipermainkan sesuka hatinya."
"Aku tak perduli" tukas Kim Thi sia. "Pokoknya dia sudah terluka ditangan kalian, maka
kalianlah yang berkewajiban menolongnya. Kalau tidak. aku Kim Thi sia akan membalaskan
dendam bagi sahabatku itu."
Selesai mendengar perkataan tersebut, juantiong supa segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa keras:
"Haaaah.....haaaah.......haaaah......rupanya anda adalah Kim Thi sia. Kim Tayhiap. maaf..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Tapi kau mesti maklum, orang ini adalah musuh besar kami semua. Persoalan ini tiada sangkut
pautnya dengan Kim Tayhiap. karenanya kuminta Kim Tayhiap suka mengalah agar kamipun bisa
mempertanggung jawabkan diri sekembalinya dari sini nanti."

Sembari berkata, mereka berempat dengan delapan matanya sama-sama mengawasi wajah
Kim Thi sia tanpa berkedip. Agaknya mereka sedang menyelidiki jalan pemikiran pemuda itu.
"Sudah kukatakan sejak tadi, aku tak mau mencampuri urusan pribadi kalian" ucap Kim Thi sia.
"Tapi dia datang kemari bersamaku, berarti dia adalah rekanku. Bila kalian ingin membalas
dendam, kesempatan dikemudian hari masih banyak sekali. Mengapa kalian justru melakukannya
sewaktu berada dihadapanku?"
"Kim Tayhiap, bila ditinjau dari ucapan itu bisa diketahui Kim tayhiap tidak mempunyai
hubungan yang akrab dengan orang itu. Apalah artinya memusuhi kami dengan urusannya? Harap
Kim tayhiap sudilah untuk memakhlumi kesulitan kami, lagi pula sudah lama kami mengagumi
nama besar Tayhiap dan bersedia menjalin tali persahabatan denganmu." Kim Thi sia segera
berpikir:
"cerewet betul orang ini, rasanya biar berbicara sampai mulutjebolpun belum tentu ada
penyelesaian yang baik. Lebih baik aku hadapi secara tegas saja." Begitu mengambil keputusan,
diapun segera membentak keras: "Sebetulnya kalian bersedia menuruti perkataanku atau tidak?"
Berubah hebat paras muka keempat orang itu, dengan suara dalam mereka segera berseru:
"Maaf, perintah majikan susah ditentang."
Mendengar itu, kembali berpikir:
"Nyata kalau dugaanku memang benar, ternyata mereka memang tidak berniat menyelesaikan
persoalan ini secara baik-baik."
Sambil tertawa tergelak ia segera berseru:
"Mengapa tidak kalian ucapkan sedari tadi? Haaaah.....haaaah.....haaah......beginikan lebih
enak....."
Setelah berhenti sejenak, terusnya:
"Kita tak usah banyak berbicara lagi, banyak bicarapun hanya membuat kesabaranku habis,
mari kita buka kartu saja dengan bicara blak-blakan. Kalau hendak bertarung kita segera
bertarung, kalau mau damai kita segera damai........"
"Maaf, kami tak bias menentukan kehendak sendiri" sahut Juan tiang supa cepat.
Selesai berkata, mereka berempat segera berdiri menyebarkan diri, sementara puluhan orang
jago persilatan yang berada dibelakangnya meraba gagang senjata masing-masing sambil
mengawasi pemuda itu tanpa berkedip.
Situasi bertambah kritis dan nampaknya pertarungan tak bisa dielakan lagi.....
Biarpun jumlah musuh lebih banyak. namun Kim Thi sia tidak gentar ataupun takut. Sambil
tertawa terbahak-bahak serunya:
"Haaaah......haaaah......haaaah......bagus sekali, mari kita selesaikan persoalan ini dengan
pertarungan"
Pelan-pelan ia berjalan mendekati Juan tiang supa, kemudian berkata lebih jauh: "Siapa yang
akan maju duluan? Ataukah....."
"Sesungguhnya kami tidak berniat mengikat tali permusuhan dengan Kim tayhiap" ujar Jua n
tiong supa mencoba menerangkan- "Tapi........"
"Tak usah menyebut tapi, tapi lagi" tukas Kim Thi sia cepat. "Kalau tidak mau bertarung berarti
damai, kalau tak mau damai berarti bertarung, bukankah urusan amat sederhana? Aku paling
benci dengan mereka yang berpura-pura."
"Baik, baiklah. Kalau begitu kita selesaikan persoalan ini dengan pertarungan-"

Begitu selesai berkata, orang yang berdiri disebelah kiri menerobos maju dengan menyelinap
kebelakang Kim Thi sia. Disusul orang yang berdiri disebelah kanan menyusup pula kesisi kanan
pemuda itu.
Mereka berdua mempersiapkan diri dengan menghimpun tenaga dalamnya, jelas pertarungan
segera akan berkobar. Pada saat itulah mendadak sipedang emas berseru: "Tunggu sebentar,
tungguh sebentar"
"Apa yang hendak kau sampaikan?" tegur Juan tiong supa dengan kening berkerut.
"Kim Thi sia merupakan musuh besar kami suheng te, jadi sepantasnya bila akulah yang
menyelesaikan persoalan ini lebih dulu."
" Kuharap kalian tunggu sebentar. Bila aku tak mampu membereskan dirinya nanti, kalian baru
boleh menggantikan aku, sebab peristiwa ini bukan timbul karena urusan kalian jadi aku merasa
berhak untuk turun tangan lebih dulu."
"tentu, tentu saja" Juan tiong supa segera tersenyum. "Sudah lama sekali kukagumi nama
besar anda tentu saha kami akan menuruti permintaan itu....."
Padahal empat macan kumbang inipun enggan bermusuhan dengan Kim Thi sia, tapi mereka
terpaksa haris melayaninya karena didesak oleh keadaan-
Setelah sekarang sipedang emas tawarkan diri untuk menyelamatkan persoalannya lebih dulu
dengan Kim Thi sia, tentu saja dengan senang hati mereka mengundurkan diri dan membiarkan
sipedang emas menyelesaikan persolaan itu lebih duluan-Sementara itu Kim Thi sia pun sedang
berpikir:
"Mereka semua adalah orang-orang yang punya nama serta kedudukan, bagaimanapun jua kau
tak boleh kehilangan pamor dihadapan mereka. Kalau tidak. begitu kabar tersebut tersiar luas,
selama hidup jangan harap aku bisa mengangkat kepala kembali."
Menyadari gawatnya persoalan tersebut diam-diam ia menghimpun tenaga sakti Tay goan
sinkangnya kedalam lengan lalu sepasang tangannya direntangkan dan siap menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan-
Mendadak........
Tampak sesosok bayangan abu-abu berkelewat lewat dan meluncur ketengah arena. Begitu
cepatnya gerakan tubuh orang tersebut sampai manusia seperti sipedang emas Juan tiong supa
maupun Kim Thi sia sekalian merasa amat terperanjat.
Ketika bayangan abu-abu itu sudah mencapai diatas tanah, terlihatlah jelas bahwa orang itu
adalah seorang kakek botak.
Tak seorangpun yang mengetahui siapa gerangan kakek botak ini, dia mewakili wajah merah
segar dan kulit tubuh yang putih bersih, keanehan yang memancar menunjukkan bahwa orang ini
memiliki asal usul yang luar biasa.
Selain tubuhnya gemuk, kepalanya botak kakek inipun memiliki perawakan badan yang pendek
seperti anak kecil.
Begitu munculkan diri, dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu dan dia mengawasi
sekejap sekeliling arena.
Sekali lagi semua orang dibuat terkesiap satu ingatan yang samapun melintas didalam benak
mereka.
"Dari ketajaman sorot matanya, bisa diketahui bahwa tenaga dalamnya telah mencapai
tingkatan yang amat sempurna."
Diantara sekian orang, sipedang emaslah yang merasa paling malu, ditinjau dari gerak gerik
kakek botak itu, jelas dia adalah seorang "angkatan tua" dari dunia persilatan namun
kenyataannya ia tak berhasil menduga asal usulnya.

Satu hal lagi yang membuat semua orang tak habis mengerti adalah apa maksud kedatangan "
angkatan tua" tersebut kemari?
Padahal biasanya manusia aneh seperti ini paling tak senang mencampuri urusan orang lain-
Kalau dibilang kedatangannyapun karena tertarik oleh suara pertarungan, hal inipun tidak mirip.
sebab semenjak kehadirannya ia selalu sedang mencari orang.
Padahal dari mereka yang hadir disitu, tak seorangpun yang kenal dengannya, lantas siapa
yang sedang ia cari? Terdengar kakek botak itu berseru keras: "Dimana anak ku? Dimana anak
ku?"
Suaranya nyaring dan lantang, tapi begitu ucapan tersebut bergema, kecuali dicekam perasaan
heran semua orangpun merasa amat geli hingga hampir saja tertawa. Mana ada seorang ayah
yang begitu pikun hingga kehilangan anak?
Sementara itu sikakek telah mendekati Kim Thi sia, bertatapan mata dengan sorot matanya
yang tajam, tanpa sadar Kim Thi sia mundur beberapa langkah kebelakang.
Tapi entah gerakan tubuh apa yang dipergunakan kakek botak itu, hanya sedikit dia
menggerakkan tubuhnya tahu-tahu kakek itu sudah berada hanya tiga depa dihadapannya. Kontan
saja Kim Thi sia dibuat sangat terkejut.
Dengan mempergunakan sorot matanya yang keheranan dia mengawasi Kim Thi sia sekejap.
lalu berkata:
"Hey bocah cilik, tampang mu paling polos dan jujur diantara yang hadir. Aku tahu kau tentu
lebih jujur ketimbang mereka. coba katakan kepadaku, dimanakah anakku sekarang?"
"Aku toh tidak mengetahui siapa nama anakmu, bagaimana mungkin aku bisa memberitahukan
kepadamu?"
Mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba saja sikakek itu mencaci maki kalang kabut.
Kim Thi sia mengira dia sedang dimaki, hatinya menjadi tak senang, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, kakek itu teriah bergumam kembali:
"Bocah keparat, benar-benar tak becus. Aku suruh kau berkelana mencari nama, tak nyana
sudah mengembara sekian lamapun belum berhasil meraih gelar apapun- Betul-betul berbapak
harimau berputra anjing, manusia tak berguna." Mendengar hal ini, Kim Thi sia seketika
terbungkam, pikirnya:
"Aneh betul kakek ini, masa putranya yang disuruh berkelana harus mendapatkan nama besar
dalam dunia persilatan?"
Sementara dia masih termenung, sambil menghentakkan kakinya keatas tanah kakek botak itu
berseru lagi:
"Betul- betul telur busuk. tiga bulan sudah lewat namun belum kudengar namamu bergema
dalam dunia persilatan, sampai untuk mencari jejakmupun susahnya setengah mati. Hmmmm,
padahal aku hanya membutuhkan waktu tidak sampai sebulan untuk menjadi tenar dalam dunia
persilatan dimasa lalu tak nyana anakku justru tak becus dan tak berguna sama sekali."
Kim Thi sia tak mampu menahan diri lagi, dia segera bertanya: "Empek tua, siapa sih
namamu?"
"Apa? Kau bertanya duluan kepadaku......?" gembor sikakek botak itu. "Tidak. tidak seharusnya
aku yang bertanya dulu kepadamu."
Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan suara yang parau dia berseru lantang:
"Terus terang saja aku bilang, aku menjadi gemas setiap kali melihat orang muda yang tak
berguna, hey siapa namamu anak muda?"
"Aku bernama Kim Thi sia"

Kakek botak itu berpikir sebentar, kemudian sahutnya:
"Bagus, rasanya akupun pernah mendengar nama Kim Thi sia, kuanggap kau memang cukup
hebat......"
Kim Thi sia segera berseru lagi:
"Empek. sekarang kau boleh menyebutkan gelarmu......."
"Aku bernama Ang Bu im"
Kim Thi sia termenung sebentar, tapi segera serunya:
"Aneh, kalau menurut penuturan empek tadi hanya sebulan turun gunung namamu sudah
menjadi tenar, seharusnya nama locianpwee diketahui setiap umat persilatan, mengapa aku belum
pernah mendengar nama besarmu itu?"
Kontan saja kakek botak itu mencak-mencak macam anjing kebakaran jenggot, teriaknya
lantang:
"Bocah muda ini menunjukkan telingamu congek tuli, banyak kotorannya. Siapa bilang orang
tak mengenali Ang Bu im? Hmmm, kau memang telur busuk......"
Kim Thi sia sangat tak senang hati, dia balas berteriak:
"Lebih baik empek tidak usah mengibul, ketahuilah setiap jago kenamaan dalam dunia
persilatan boleh dibilang kuketahui semua. Tentang nama besarmu itu......hmmm, rasanya kok
belum pernah kudengar, tapi bila kau kurang percaya, coba tanya kepada yang lain-Apakah
merekapun pernah mendengar nama Ang Bu im"
Tampaknya kakek botak itu mudah naik darah, dalam gemas dan jengkelnya seluruh tubuhnya
gemetar keras.
Dengan sangat berangasan ia cengkeram bahu Kim Thi sia, lalu bentaknya keras-keras:
"Hey anak muda, bosan hidup nampaknya? Hmmmm, namaku Ang Bu im boleh kau sebut
semaunya?"
Begitu bahunya kena dicengkeram, Kim Thi sia segera merasakan keempat anggota badannya
gemetar keras dan sakitnya bukan kepalang, hampir saja dia matanya jatuh berlinang.
Tapi dasar berwatak kerbau, sekalipun kakek botak itu sudah mengerahkan tenaga yang lebih
besarpun ia sama sekali tidak mengeluh, malah sebaliknya umpatnya keras-keras:
"Maknya, aku tak percaya kalau namamu tak boleh disebut-sebut. IHmmm......"
"Ang Bu im.....Ang Bu im......Ang Bu im."
Secara beruntun ia menyebut nama kakek botak itu sampai beberapa kali.
Kakek botak itu semakin mendongkol, cengkeramannya makin kencang hingga jari jemarinya
menancap kedalam daging.
Entah siapa yang kemudian tahu akan asal usul kakek tersebut, tiba-tiba teriaknya lantang:
"Kim Thi sia, kau benar-benar manusia yang tak tahu diri. Ang caianpwee tak lain adalah ketua
Tiang pek san, sipukulan sakti tanpa bayangan"
Mendengar nama tersebut, Kim Thi sia pun segera tersadar kembali, segera teriaknya: "cepat
lepas tangan, kalau tidak putra mu bakal mampus."
"Apa?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan wajah berubah hebat. "Putraku akan
mampus? Apa maksudmu? Apakah kau telah......"
Sementara itu Juan tiong supa pun merasa terperanjat sekali, dengan perasaan tak tenang
pikirnya:

"Aduh celaka, jangan-jangan bocah keparat yang tak dikenali identitasnya itu adalah putra
tunggalnya?"
Mereka berempat adalah orang pintar, begitu berpikir merekapun segera menyadari apa yang
terjadi.
Sadarlah mereka berempat bahwa ancaman bahaya maut telah berada didepan mata. sekarang
mereka baru menyesal mengapa tidak menuruti saja nasehat dari Kim Thi sia tadi.
Dalam pada itu Kim Thi sia telah berseru lagi:
"Hey kau bersedia melepaskan tangan tidak? Kau harus tahu, aku selamanya bicara satu tetap
satu."
Kali ini Ang Bu im atau sipukulan sakti tanpa bayangan menuruti dan segera melepaskan
cengkeramannya.
Mendapatkan kembali kebebasannya, Kim Thi sia segera mengatur pernapasan untuk
memulihkan kekuatannya, setelah itu baru katanya: "Bukankah putramu berwajah tampan?"
Pukulan sakti tanpa bayangan berdiri dibelakangnya sambil mengawasi pemuda itu lekat-lekat,
ia memiliki keyakinan untuk mencegah musuhnya melarikan diri dari lingkungan wilayah seluas
sepuluh kaki, karenanya dia tak kuatir musuh "pembunuh putra" nya mampu meloloskan diri.
Biarpun sekarang dia merasa gelisah, cemas karena menguatirkan keselamatan putranya,
namun dikala Kim Thi sia mengatakan putranya tampan, sebagai ayahnya, sedikit banyak timbul
juga perasaan gembiranya.
"Yaa betul" sahutnya cepat-cepat. "Setiap orang yang pernah bertemu dengannya selalu
berkata begitu."
Berbicara sampai disini, mendadak ia berpaling kearahJuan tiong supa serta mengawasinya
dengan mata yang tajam bagaikan sembilu.
Kim Thi sia agak melengak dan segera berpaling, rupanya juan tiong supa beserta puluhan
orang jago persilatan sedang bermaksud ngeloyor pergi dari situ secara diam-diam.
Mau tak mau timbul juga perasaan kagumnya terhadap ketajaman pendengaran sipukulan sakti
tanpa bayangan-
Sementara itu sikakek botak telah berseru sambil tertawa dingin:
"Kalian masih tersangkut dalam kecurigaanku, apakah ingin ngeloyor dengan begitu saja?"
Berbicara sampai disitu lengannya segera diayunkan kedepan, tidak terdengar apapun tapi Juan
tiong supa seperti terhajar panah saja, mereka berteriak keras dan serentak menghentikan
langkahnya.
Tedengar sipukulan sakti tanpa bayangan berkata lagi:
"Jangan mencoba bergerak lagi, siapa berani melanggar perintah akan kusuruh dia mampus
tanpa liang kubur disini."
Kemudian dia berpaling lagi kearah Kim Thi sia dan berseru lebih lanjut: "Sekarang katakan,
dimanakah putraku?"
"Ia keracunan hebat saat ini, aku rasa saat kematiannya sudah mulai menjelang tiba"
"Kau yang melakukan?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan perasaan terkejut
bercampur gusar.
cepat-cepat Kim Thi sia gelengkan kepalanya berulang kali. "Bukan, kau salah menuduh"
" Lantas siapa yang telah meracuni putraku?" desak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan
gelisah.

Mendadak sorot matanya yang tajam dialihkan kewajah Juan tiong supa beserta para jagonya,
kemudian dengan kemarahan yang meluap-luap teriaknya lagi:
"Pasti kalian yang melakukan, kalau tidak mengapa kalian bermaksud melarikan diri tadi.
IHmmmm....."
"Tepat sekaali, merekalah yang melakukan perbuatan itu" sambung Kim Thi sia cepat.
Pukulan sakti tanpa bayangan seegra mendongakkan kepalanya dan tertawa nyaring tanyanya
lagi: "Dimana anakku sekarang?"
"Ditanah berumput sana"
Pukulan sakti tanpa bayangan berpaling kearah yang ditunjuk, benar juga disisi batu besar
tergeletak sesosok tubuh manusia.
Dalam sekilas pandangan saja dia segera mengenali orang itu sebagai putra kesayangannya.
Tersentuh oleh perasaan sayang orang tua terhadap anaknya cepat-cepat dia memburu kedepan
sambil bergumam: "Kasihan benar anakku......kasihan benar anakku......"
Sampai ditengah jalan mendadak dia membalikkan badan, seperti teringat akan sesuatu,
sebuah pukulan segera dilontarkan ketubuh Kim Thi sia.
Tentu saja Kim Thi sia dibuat keheranan setengah mati oleh perbuatan lawannya, segera
pikirnya: "Apa yang hendak ia perbuat?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat segulung tenaga pukulan yang lembut telah
menghantam jalan darah Ki bun hiatnya, namun pukulan tersebut sama sekali tidak menimbulkan
luka dalam isi perutnya.
Dari sini bisa diketahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki pukulan sakti tanpa bayangan telah
mencapai tingkatan bisa dilepaskan dan ditarik sekehendak hatinya. Terdengar orang tua itu
berkata:
"Terpaksa aku harus menyiksamu sebentar, disaat duduknya persoalan yang telah menjadi
jelas nanti, tentu saja aku akan membebaskan dirimu lagi."
Kemudian sambil menatap sekejap kearahJuan tiong supa, dia berseru lagi dengan bengis:
" Kalian jangan mencoba melarikan diri ketahuilah aku sipukulan sakti tanpa bayangan sanggup
melukai sasaranku dalam jarak sepuluh kaki, siapa berani menentang perintahku, pohon inilah
yang menjadi contoh."
Nampak dia mengayunkan tangannya sebatang pohon yang berada lima kaki dihadapannya
telah patah menjadi dua bagian dan tumbang keatas tanah.
Serangan tersebut dilakukan amat sederhana dan sama sekali tidak menggunakan tenaga yang
besar, namun kenyataannya pohon yang tumbuh lima kaki jauhnya bisa tumbang ketanah. Bisa
diketahui sampai dimanakah kehebatan dari ilmu pukulan saktinya.
Juan tiong supa berdiri mematung ditempat, kendatipun dihati kecil mereka sangat ingin
melarikan diri, namun tak seorangpun bernyali untuk melakukannya. Sebab berani menentang
perintah sipukulan sakti tanpa bayangan berarti mencari kematian buat diri sendiri.
Rasa kaget, ngeri dan putus asa segera menyelimuti perasaan hati mereka semua.
Sipedang emaspun baru pertama kali ini menyaksikan kehebatan ilmu silat dari ketua Tiang pek
san- Dalam terkejut dan tertegunnya dia mulai berpikir bahwa jagoan berilmu tinggi didalam dunia
persilatan ternyata banyak sekali.Jelas ambisinya untuk menguasahi dunia persilatan bukan suatu
pekerjaan yang mudah untuk tercapai.
"Yaa, dengan kemampuanku sekarang, ambisiku tak mudah dicapai. Tapi bila aku berhasil......"

Berpikir sampai disitu tiba-tiba ia berpaling kearah Kim Thi sia, dia tahu ilmu Tay goan sinkang
memiliki kehebatan yang luar biasa. Bila kepandaian tersebut dilatih dengan bersungguh-sungguh,
paling tidak tenaga dalamnya akan mencapai tingkatan yang lebih hebat lagi.
Iapun membayangkan bagaimana Kim Thi sia yang baru terjun kedalam dunia persilatan
dengan tenaga dalam yang begitu minim, ternyata dengan bantuan ilmu Tay goan sinkang bisa
mencapai tingkatan sedemikian rupa didalam waktu singkat.
Seandainya ilmu tersebut dipelajari olehnya, dengan dasar kekuatan yang dimilikinya sekarang,
bukankah dalam wakti singkat tenaga dalamnya sudah bisa mencapai ketingkatan yang luas biasa
sekali.
Berpikir sampai disitu, napsu serakahnya segera berkobar, secara diam-diam ia mulai
menggeserkan kakinya mendekati Kim Thi sia.
Saat itu jalan darah Kim Thi sia berada dalam keadaan tertotok hingga sekujur badannya tak
mampu berkutik. Dalam keadaan begini dia hanya bisa mengawasi musuh besarnya mendekati
tanpa mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya sambil pejamkan matanya rapat-rapat dia menyumpah didalam hati:
"Sipukulan sakti tanpa bayangan memang telur busuk. Gara-gara ulahnya aku terancam bahaya
maut."
Sementara itu sipedang emas telah mencapai belakang tubuhnya dengan jari tangannya yang
tajam ia mengancam jalan darah Yang seng hiat yang merupakan jalan darah kematian ditubuh
Kim Thi sia.
Dalam keadaan begini, asal dia mengerahkan sedikit tenaga saja, niscaya Kim Thi sia akan mati
konyol.
Begitu musuh berhasil dikuasahi dengan wajah tak berubah, dia berkata dingin: "Apa katamu
sekarang?"
Kim Thi sia mendengus, dia sama sekali tak gentar, dengan wajah sinis serunya cepat: "Ayoh
bunuhlah, aku tidak takut"
"Tentu saja akan kubunuh dirimu, kau berani membunuh abang seperguruan sendiri, dosamu
amat besar dan tak bisa diampuni lagi" kata sipedang emas. Tapi kemudian dengan nada yang
lebih lembut dia menambahkan-
"Tapi kau masih mempunyai kesempatan untuk melanjutkan hidup, cuma saja tergantung
padamu sendiri apakah bersedia memanfaatkan kesempatan baik ini atau tidak."
Tanpa membuka matanya Kim Thi sia tertawa dingin. " Omongan setan, kau jangan harap bisa
membohongi aku lagi."
"Kau tahu, aku bersungguh hati mengajakmu berunding, tapi kau selalu saja menaruh
prasangka jelek kepadaku ataukah kau benar-benar ingin mampus dan tak ingin bertemu dengan
sanak keluargamu lagi?"
"Sialan" pikir Kim Thi sia cepat. "Memangnya kau anggap aku masih mempunyai sanak
keluarga? Biar kau bicara sampai bacotmu sobekpun, jangan harap bisa mengubah jalan
pikiranku."
Namun.......
Tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan putri Kim huan yang begitu cantik dan romantis. Kini
diantara mereka berdua sudah terjalin hubungan batin yang sangat erat. Bisa diduga kebahagiaan
hidup mereka dimasa mendatang telah terbentang didepan mata.
Sementara dia masih terbuai dalam lamunan, sipedang emas telah berkata lagi sambil tertawa
dingin:
"Bila kau tak bersedia diajak berunding, terpaksa aku harus menotokmu sampai mampus."

"Berunding bagaimana? coba katakan-....." ujar Kim Thi sia tiba-tiba sambil membuka matanya
kembali.
"Sederhana sekali, kau cukup,......" dengan wajah yang licik sipedang emas mengerdipkan
matanya berulang kali. "Kau cukup menerangkan rahasia ilmu Tay goan sinkang kepadaku, begitu
rahasia tersebut kudapat, kaupun akan peroleh kembali kebebasanmu." Kim Thi sia mendengus
dingin.
"Hmmm, lagi-lagi ilmu Tay goan sinkang, aku sudah tahu kalian memang menaruh ambisi yang
besar terhadap kepandaian tersebut." sekali lagi sipedang emas tertawa licik.
"Kalau permintaan yang diajukan sute keempat tadi kelewat banyak sehingga memberi kesan
kebangetan, maka aku cuma mengajukan sebuah permintaan saja. Aku rasa bila dibandingkan
dengan keselamatan jiwamu yang begitu berharga, syarat yang kuajukan terhitung tidak terlalu
merugikan dirimu. Ketahuilah seorang manusia hanya memiliki selembar nyawa, bila ia sudah
mampus maka benda apapun tak mungkin bisa diperoleh. Karenanya kuharap pandanganmu bisa
terbuka, bila kau masih berpikir wajar, aku percaya keselamatan jiwa sendiri merupakan masalah
utama yang terpenting." Dengan pandangan menghina memandang sekejap kearahnya, lalu
berkata:
" Kau tak perlu membujukku dengan kata-kata yang manis, akupun mengerti. Bila ilmu sakti
tersebut telah kuserahkan kepadamu, berarti kematian akupun akan tiba. Kelicikanmu memang
mengagumkan, sayang aku tidak gampang terperangkap oleh tipu muslihatmu lagi."
Pedang emas tertawa dingin, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya kedalam lengan-
Kontan saja Kim Thi sia menjerit-jerit bagaikan babi yang disembelih, pandangan matanya
menjadi gelap dan tubuhnya bergoncang keras, seakan-akan setiap saat bakal roboh.
"Bagaimana?" ancam sipedang emas. "Apa yang kuperbuat barusan hanya merupakan
peringatan, bila kau tetap membande tindakan yang lebih keji akan segera menyusul datang"
sambil menggertak gigi, Kim Thi sia menahan derita tersebut, peluh dingin bercucuran
membasahi seluruh tubuhnya......
Namun apa yang bisa dan berani diperbuat sipedang emas hanya terbatas sampai disitu saja,
sebab ilmu sakti Tay gian sinkangnya sangat berpengaruh besar sekali bagi kehidupannya. ia
memang bisa membunuhnya secara mudah, namun akibatnya dia sendiripun tak akan
memperoleh apa-apa.
Maka diapun mulai merubah taktik siksaannya, ia berusaha untuk melenyapkan semangatnya.
Menggunakan penderitaan dan siksaan untuk menghilangkan rasa percayanya terhadap
kemampuan guru mereka.
Semula sipukulan sakti tanpa bayangan masih belum mengerti apa yang sedang diperbuat
kedua orang itu, disaat Kim Thi sia mulai menjerit kesakitan, dia mulai dan mengerti duduk
persoalan yang sebenarnya. Kini dia baru sadar bahwa manusia berkerudung itu sesungguhnya
adalah musuh besar Kim Thi sia.
Dia mulai menyesal, tidak seharusnya dia totok jalan darah Ki bun hiatnya sehingga
menyebabkan pemuda tersebut terjatuh ketangan lawan-
Dipihak lain diapun merasa gusar sekali, paling tidak tindakannya simanusia berkerudung yang
"mengerjai" tawanannya dianggap sebagai perbuatan yang tak sopanoleh
sebab itu begitu ia mengetahui kalau putra kesayangannya hanya menderita luka beracun
yang umum dan untuk sementara waktu tidak membahayakan jiwanya, dengan perasaan lega
diapun mengalihkan perhatiannya kepada sipedang emas.
"Tinggalkan dia jauh-jauh, mendengar tidak?" bentaknya kemudian keras-keras.
Pedang emas melengos kearah lain menghindari tatapan matanya yang tajam, lalu menjawab
dengan suara dalam" "Dia adalah musuh besarku."

"Aku tak perduli siapakah dia, pokoknya kubilang lepas, kau harus melepaskannya"
Bagaimanapun jua sipedang emas merupakan seorang manusia angkuh yang tinggi hati,
mendengar kata-kata sekasar itu kontan saja amarahnya berkobar, sambil tertawa dingin ia
berseru:
"Betul, sipukulan sakti tanpa bayangan sebagai ketua Tiang pek san memang memiliki
kedudukan yang tinggi serta dihormati banyak orang. Tapi sayang kau lupa bahwa wilayah ini
merupakan wilayah Tionggoan, disini bukan tempat yang sesuai bagimu untuk berlagak sok."
Mimpipun sipukulan sakti tanpa bayangan tidak mengira kalau ada orang berani menentangnya,
dengan amarah yang meluap segera teriaknya:
"Baik, kau mengatakan aku tak berhak memberi perintah kepadamu, akan kupaksa dirimu
untuk tunduk dibawah telapak kakiku."
Selesai berkata dia segera melepaskan pukulan yang tak berwujud maupun suara kedepan,
itulah ilmu pukulan sakti tanpa bayangannya.
Pedang emas mundur setengah langkah kebelakang, setelah memperkokoh kuda-kudanya, dia
menghimpun segenap tenaga dan kekuatan yang dimilikinya dan balas melepaskan sebuah
pukulan juga.
Ketika dua gulung ilmu pukulan yang maha sakti itu saling bertumbukan satu dengan lainnya,
tidak terdengar suara benturan maupun letusan yang terjadi, nyata sekali hal tersebut berbeda
sekali dengan keadaan yang sesungguhnya.
Dalam sedetik itulah, para jago yang hadir diarena sama-sama mempunyai pengharapan yang
berbeda.
Kalau Juan tiong su pa sangat berharap kekalahan diderita oleh sipukulan sakti tanpa bayangan
menderita kekalahan berarti jiwa mereka terjalin keselamatannya, paling banter mereka hanya
akan menjilati pantat sipedang emas.
Sekalipun harus menjilat pantat satu hal namun bisa peroleh kembali jiwa mereka dalam
perhitungan Juan tiong supa, hal ini dianggap amat sesuai dan tidak rugi.
sebab bagi pandangan mereka, yang penting adalah keselamatan jiwa saat ini, toh kesempatan
untuk membalas dendam masih panjang dikemudian hari.
Sebaliknya Kim Thi sia sangat berharap kemenangan sudah berada dipihak sipukulan sakti
tanpa bayangan, sekalipun dia sadar sesaat menjelang afalnya sipedang emas masih
berkemampuan untuk membunuhnya, namun dia bukan manusia yang takut mati. Paling tidak dia
tidak ingin dibunuh dalam keadaan terhina.
JILID 38
Andaikata dia tidak merisaukan keselamatan putri Kim huan, andaikata jalan darah Ki bun
hiatnya tidak tertotok sehingga sama sekali tak berkekuatan untuk mengerahkan tenaga, dalam
keadaan begini bisa jadi ia akan menghabisi nyawa sendiri daripada dirinya terhina ditangan orang
lain.
Perhatian semua orang tertuju ketengah arena, masing-masing menahan napas untuk
mengendalikan perasaan tegang yang mencekam perasaan setiap orang.
Tampak sipedang emas berdiri sempoyongan, seakan-akan tergempur oleh segulung kekuatan
tak berwujud yang maha dahsyat, tubuhnya terdorong mundur sejauh dua langkah lebih.
Mendadak......

Kain kerudung yang dikenakan olehnya tersapu oleh sisa kekuatan pukulan yang dilancarkan
sipukulan sakti tanpa bayangan hingga terjatuh keatas tanah, seketika itu juga terlihatlah raut
mukanya yang jelek, seram dan mengerikan hati.
Dalam sekejap mata, semua orang terbelalak dibuatnya dengan mulut melengos, mereka
rasakan darah yang mengalir dalam tubuhnya seakan-akan membeku.
Yaa, berbicara sesungguhnya, raut muka orang ini jauh lebih jelek dan menyeramkan daripada
wajah memedih atau dedemit sekalipun. Begitu jelek dan seramnya sehingga susah untuk
dilukiskan dengan perkataan.
Selama ini, para umat persilatanpun belum pernah melihat raut wajah aslinya selain berita yang
tersiar, maka hampir pada saat yang bersamaan mereka sama-sama berpikir:
"Konon dia berwajah tampan dan amat menarik hati, jangan-jangan berita tersebut hanya
bernada menyindir akan keseraman raut wajahnya....? Yaa......bila dilihat dari tampangnya yang
merah berdarah, panca inderanya yang tak utuh serta mimik mukanya yang begitu seram
bagaikan dedemit. Dimana letak "ketampanan" serta "daya tarik" nya.......?"
Sekalipun semua orang tidak mengemukakan jalan pemikiran tersebut, namun ingatan
semacam itu telah menyelimuti perasaan mereka semua.
Hanya Kim Thi sia seorang yang mengetahui keadaan sebenarnya, pikirnya kemudian:
"Inilah pembalasan bagi manusia jahat yang terkutuk macam dia. Siapa suruh dia berniat
mencelakai guru sendiri."
"Toa suheng......" terdengar sipedang tanah menjerit dengan suara yang amat memilukan hati.
Segala sesuatunya telah terbongkar wajah asli sipedang emas pun telah diketahui oleh umum.
Dalam keadaan begini dia hanya bisa menahan perasan sedih dan sakit hati yang luar biasa.
Pukulan terakhir si Malaikat pedang berbaju perlente telah menghancur lumatkan wajahnya
yang tampan- Selain sepasang matanya masih tetap utuh, yang lain telah terjadi perubahan besar.
Ia benci.......benci........benci........
Perasaan "malu" yang lebih banyak dipengaruhi perasaan rendah diri membuat pedang emas
menutupi wajahnya secara tiba-tiba dengan kedua belah tangan dan menjerit lengking bagaikan
tangisan setan-
Suara jeritannya yang seram dan memedihkan hati itu cukup membuat semua orang
merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Disusul kemudian ia memukul dada sendiri sambil menangis keras-keras.
Sementara itu, sipukulan sakti tanpa bayangan telah bisa menilai usia sipedang emas dari
tubuhnya. Ketika melihat pemuda terseut sangat menderita, diapun menegur: "Hey kau murid
siapa? Siapakah yang telah merusak wajahmu itu?"
Dari bentuk daging merah yang meliputi wajah pedang emas, diapun bisa menduga kalau
wajahnya bukan berbentuk begitu semenjak dilahirkan, tapi terluka oleh serangan dari luar.
Dengan suara keras penuh geram, pedang tanah menyahut:
"Tua bangka Ang, dengarkan baik-baik. Hari ini kau telah menyingkap raut wajah toa suheng
ku sehingga membuatnya sangat menderita. Hal ini membuat kami semua menaruh dendam
kepadamu, untuk membalas sakit hati ini. Hmmm, tunggu saja tanggal mainnya."
"Boleh- boleh saja" sahut pukulan sakti tanpa bayangan sambil tertawa dingin. " Kalian boleh
menyerangku bersama-sama buktikan saja siapa yang akhirnya bakal mampus."
Sebagai pentolan suatu perguruan besar sipukulan sakti tanpa bayangan memang memiliki
watak yang sangat aneh, ditambah lagi putra kesayangannya yang ditemukan dalam keadaan
terluka parah, maka semua rasa mendongkol dan jengkelnya pun segera dilampiaskan keluar.

Begitu selesai mengucapkan kata-kata itu dengan sorot mata yang tajam diawasinya orangorang
itu tanpa berkedip. Dia telah bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak
diinginkan.
Mendadak sipedang emas berhenti menangis, sambil mengalihkan sorot mata buasnya menatap
sekejap kearah sipukulan sakti tanpa bayangan, dia membentak:
"Setan tua Ang, bila sipedang emas tak ammpu menghancur lumatkan tubuhmu, hari ini aku
bersumpah tak akan menjadi manusia."
Pukulan sakti tanpa bayangan berkerut kening kemudian tertawa dingin lagi.
"oooh rupanya kau adalah anak murid dari Malaikat pedang berbaju perlente. bagus sekali
kalau ebgitu. Sudah lama aku tak puas akan nama besar si Malaikat pedang berbaju perlente,
hanya sayang selama ini tak berkesempatan untuk mencobanya, kalian sebagai anak muridnya
sudah pasti memiliki ilmu silat yang tangguh, kalau begitu akupun bisa memenuhi pengharapanku
itu. "
"Heeeeh......heeeeeh........heeeeeh.......bagus, bagus sekali" sipedang emas tertawa seram.
"Aku tak percaya kalau ketua dari Tiang pek san memiliki kepandaian yang sangat luar biasa"
Sambil menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dia melepaskan sebuah pukulan
dahsyat kedepan-
"Tunggu sebentar" mendadak Kim Thi sia berteriak keras.
Mendengar seruan tersebut, sipedang emas segera menarik kembali serangannya sambil
menegur dengan marah:
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Kau tidak berhak untuk mewakili suhu, sebab kau tak lebih cuma seorang murid murtad.
Akulah yang lebih berhak untuk menghadapi pertarungan ini"
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh......bukankah kau ingin mempergunakan kesempatan yang baik
ini untuk memulihkan kembali kebebasanmu?" jengek sipedang emas sambil tertawa dingin-
Kim Thi sia menjadi sangat mendongkol teriaknya:
"Kau jangan menilai rendah orang lain dengan kaca mata anjingmu, aku Kim Thi sia bukan
manusia rendah seperti apa yang kau bayangkan-"
Dengan perasaan heran sipukulan sakti tanpa bayangan segera menimbrung dari samping.
"Mengapa sih hanya kau yang berhak untuk mewakili Malaikat pedang berbaju perlente? Apa
hubunganmu dengannya."
"Aku adalah muridnya yang terakhir bila kau tak puas, lebih baik carilah aku."
"ooooh, jadi kaupun anak muridnya?" nampak jelas sipukulan sakti tanpa bayangan amat
terkejut. "Aku hanya mendengar kalau Malaikat pedang berbaju perlente cuma mempunyai
sembilan orang murid. Aneh, kenapa aku tak pernah mendengar kalau kau Kim Thi sia juga
merupakan anak muridnya?"
"Masalah ini merupakan urusan pribadi perguruan kami. Kau sebagai orang luar memang tak
pantas untuk mengetahuinya, lagi pula biar diterangkanpun belum tentu kau akan mengerti.
Pokoknya aku berhak mewakili suhuku karena mereka semua murid murtad, mereka sama sekali
tidak berhak untuk mencampuri urusan budi dan dendam perguruan-......"
"Mengapa begitu?" desak sipukulan sakti tanpa bayangan dengan perasaan tak mengerti.
"Seingatku, Malaikat pedang berbaju perlente belum pernah mengumumkan kepada umum kalau
ia sudah mengusir sembilan pedang dunia persilatan dari perguruannya, menurut adat
sepantasnya murid pertama yang mewakili gurunya, mengapa tanggung jawab tersebut malah
terjatuh ketanganmu?"

"Aku rasa, masalah yang penting itu tak perlu disinggung kembali. Katakan saja sekarang, kau
masih ingin mencoba kemampuan silat dari Malaikat pedang berbaju perlente atau tidak?"
Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan nada tak sabar dia berkata lebih jauh:
"Jika kau tak berani, tarik kembali kata-katamu yang mengatakan "tak puas" terhadap guruku
tadi, kemudian sifat ekor dan cepat angkat kaki dari tempat ini."
"Telur busuk" umpat sipukulan sakti tanpa bayangan teramat gusar. "Sudah lama aku ingin
beradu kepandaian dengan Malaikat pedang berbaju perlente, hanya sayang selama ini kami tak
berjodoh untuk saling bertemu. Kau anggap aku bakal kembali dengan tangan hampa? Paling
tidak. aku harus pulang dengan membawa sebuah telinga milik murid kesayangannya lebih
dulu......"
Kim Thi sia semakin gusar lagi setelah mendengar perkataannya makin membual dan latah,
tanpa sungkan-sungkan lagi dia berseru:
"Banyak berbicara tak ada gunanya, bila kau memang merasa bernyali, silahkan saka mencabut
nyawaku ini, tapi sebelum itu kau mesti membebaskan jalan darahku lebih dulu yang tertotok.
sebab kalau tidak biar menangpun tidak jantan- Tentunya kaupun tahu bukan bahwa aku tak
mampu bergerak sekarang."
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.....haaaah......haaaah......bocah muda, kau jantan dan bersemangat. Belum pernah
kujumpai pemuda setinggi hati dirimu, baik akan kuturuti semua keinginanmu itu."
Seraya berkata, diapun mengayunkan tangannya siap membebaskan jalan darah Ki bun hiat
ditubuh Kim Thi sia yang tertotok.
Tapi sipedang emas segera menangkis dengan cepat, terdengar ia membentak nyaring:
"Sebelum mendapat persetujuanku, atas dasar apa kau si setan tua Ang hendak membebaskan
jalan darahnya yang tertotok?" Sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar naik darah, ia
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram, kemudian balik bertanya:
"Baik, kalau begitu akupun ingin bertanya, apa pula yang kau andalkan sehingga berani
mengajukan pertanyaan tersebut kepadaku?"
"Aku?" sipedang emas tertawa seram. "Heeeh.....heeeh.....sebagai murid terakhir dari Malaikat
pedang berbaju perlente, aku yang menjadi toa suhengnya berhak untuk menghukum kekurang
ajaran adik seperguruanku ini." Kim Thi sia tertawa dingin.
"Huuuh, siapa sih yang menjadi adik seperguruanmu? Hmmm, kalian bersembilan telah
berkomplot untuk membunuh guru sendiri. Apakah kalian masih punya muka untuk mengaku
sebagai murid suhu? Aku ikut malu oleh ulah kalian ini."
Waktu itu, sipukulan sakti tanpa bayangan sedang gelagapan karena tak mampu mengucapkan
sepatah katapun, dia menjadi sangat kegirangan setelah mendengar perkataan tersebut, segera
serunya sambil tertawa tergelak:
"Haaaah.....haaaah......haaaaah.......bagus, bagus sekali. Nah manusia-manusia kurcaci,
sudahkah kalian mendengar perkataan itu?"
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, mendadak terlihat olehnya sipedang emas sedang
melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah Kim Thi sia dengan wajah penuh amarah.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar hebat serta mengandung
tenaga yang luar biasa, bila sampai terkena serangan itu biar tak mampuspun paling tidak akan
terluka parah.
Sesungguhnya sipukulan sakti tanpa bayangan memang tidak menaruh kesan jelek terhadap
Kim Thi sia, baik untuk kepentingan umum atau pribadi, dia merasa berkewajiban untuk
melindungi keselamatan jiwa anak muda itu

Karenanya cepat-cepat dia melancarkan pula sebuah pukulan dahsyat, gulungan tenaga lembek
yang sangat hebat tanpa menimbulkan sedikit suarapun menyambar kedepan dan memaksa
sipedang emas tergetar mundur dua langkah kebelakang.
Menyusul kemudian tampak sesosok bayangan abu-abu menerjang kebawah, dengan jurus
"sepasang gunting memapas ranting", ia desak mundur sipedang emas, pedang tanah, pedang air
dan pedang kayu secara bersama.
Ia tak berani berayal lagi, sepasang kakinya begitu melayang turun keatas tanah dengan suatu
gerakan cepat dia menotok bebas jalan darah Ki bun hiat ditubuh Kim Thi sia yang tertotok.
seketika itu juga Kim Thi sia memperoleh kembali kebebasannya.
Dengan cepat dia meluruskan otot-otot tubuhnya yang kaku sambil mengatur pernapasan,
setelah terbukti bahwa tenaga dalamnya telah pulih kembali seperti sedia kala, diapun berkata
kepada sipedang emas sekalian-
"Terus terang saja kubilang, kalian sama sekali tidak berhak untuk mewakili suhu nah
tunggulah sebentar disini, setelah menang kalah antara aku dengan dia telah ditentukan, akan
kuajak kalian untuk berduel pula."
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan berdiri menghadang didepan pedang emas,
pedang tanah dan pedang kayu. Asal seorang saja diantara mereka berani bertindak secara
gegabah, niscaya dia akan melancarkan pukulan untuk melakukan penghadangan.
Dengan kemampuan ilmu pukulan sakti tanpa bayangannya, dia percaya pedang emas, pedang
air, pedang tanah maupun pedang kayu tak akan mampu melewati rintangannya.
Sebaliknya putra kesayangan sipukulan sakti, yakni sipemuda tampan itu telah sadar kembali
dari pingsannya setelah mendapat pertolongan dari ayahnya, namun berhubung tubuhnya masih
lemah, maka dia hanya berdiri menonton saja.
Kemudian pelan-pelan dia berjalan menuju kesuatu tempat yang amat rahasia tempat itu penuh
dengan batuan karang yang berserakan dengan rumput ilalang tumbuh setinggi lutut, tempatnya
amat rahasia.
Tapi pemuda tersebut berjalan terus tanpa berpaling, entah apa yang sedang diperbuatnya
disana?
Setelah berjalan sejauh lebih kurang puluhan kaki, mendadak dia berhenti disamping
setumpukan batu cadas dan berbisik pelan:
"Hay sin, keluarlah. Kita sudah aman sekarang."
Ketika sampai lama sekali tidak nampak juga sesuatu gerakan, dia maju lebih kedepan dan
memperhatikan dengan lebih seksama. Mendadak serunya lagi sambil tertawa geli:
"Aaaah, rupanya kau telah tertidur, tak heran kalau suasananya begitu sepi dan hening."
Ketika sipukulan sakti tanpa bayangan berpaling dibawah cahaya rembulan dan bintang yang
redup terlihat sepasang muda mudi munculkan diri dari balik semak belukar.
Yang pria adalah putra kesayangannya sedang yang perempuan berwajah cantik jelita bak
bidadari dari khayangan, namun sama sekali tak dikenal. Tanpa terasa iapun menegur:
"Diakah nona Hay jin yang datang dari Lembah Nirmala?"
"Benar ayah" sahut pemuda tampan itu sambil manggut- manggut.
Dengan cepat gadis cantik berbaju putih itu maju memberi hormat seraya berseru:
"Siauli Hay jin memberi hormat untuk kesehatan empek Ang"
Sembari berkata, dengan sengaja tak sengaja dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia. Ketika
tidak dijumpai kehadiran putri Kim huan disitu, selapis hawa marah segera menghiasi wajahnya.

Terdengar sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah......haaaah.......haaaah......betul, betul keponakan perempuan memang amat cantik dan
menawan hati, tak malu menjadi putri kesayangan si Dewi Nirmala."
Setelah memuji berulang kali, ia baru berpaling kembali kearah Kim Thi sia, sambil berkata
lebih jauh:
"Silahkan dimulai, aku ingin menyaksikan sampai dimanakah kehebatan ilmu simpanan dari
Malaikat pedang berbaju perlente. Demi kejayaan perguruamu, kau sianak muda harus
mengeluarkan segenap kepandaian silat yang kau miliki. Hmmm, kutemukan bahwa kau sedang
menyembunyikan ilmu silatmu, akan kujatuhi hukuman kepadamu."
Selesai berkata, tubuhnya yang tinggi besar nampak bergetar dua kali, tampaknya sedang
menghimpun tenaga, kemudian sambil bersenyum dia berdiri sekokoh batu karang dan tak
nampak melakukan suatu gerakan lagi.
Kim Thi sia memandang sekejap sinona cantik berbaju putih itu, tiba-tiba dia berseru:
"Sebelum pertarungan dilangsungkan aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan lebih dulu.
Apakah empek bersedia menjelaskan?"
" Katakanlah"
Sambil menuding kearah nona cantik berbaju putih itu, Kim Thi sia segera bertanya:
"Apakah dia adalah calon menantu empek?"
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.......haaaah........haaaah........bocah muda, kau terlalu senang mencampuri urusan
orang lain- Masalah perkawinan tersebut tergantung pada reaksi dari kedua belah pihak. tapi sejak
bertemu dengan nona ini, aku telah menyenangi kepolosannya, tapi.......hay anak muda, mengapa
kau bertanya soal ini?"
Sambil menunduk sahut Kim Thi sia:
"Memang beginilah tabiatku, suka mencampuri urusan orang lain-"
Lalu setelah berdiri tegak dan menatap lawannya tajam-tajam, dia berkata lebih jauh:
"Baiklah, kita mulai sekarang juga, kalau ditunda-tunda lagi niscaya empek akan marah."
Sambil tertawa sipukulan sakti tanoa bayangan manggut- manggut, ucapnya cepat: "Kau boleh
melancarkan serangan lebih dulu."
"Baik" bentak Kim Thi sia dengan suara rendah.
Sepasang kakinya segera direntangkan lebar-lebar, telapak tangannya diputar kencang,
kemudian dengan jurus " menimpuk batu merontokkan burung" dari ilmu pukulan panca Buddha,
dia mencoba kemampuan musuhnya.
"Hey bocah muda, seranganmu cukup mantap" puji sipukulan sakti tanpa bayangan sambil
tertawa.
Tubuhnya yang tinggi besar bergerak cepat dengan merubah posisinya dari hadapan musuh
menjadi sisinya, lalu dengan tangan sebelah dia memusnahkan serangan lawan secara jitu dan
manis.
Kim Thi sia amat terperanjat, sesaat menarik kembali ancamannya, dia berpikir:
"Bila dilihat dari gerak jurus serangan yang digunakan sipukulan sakti tanpa bayangan untuk
memusnahkan serangan-seranganku, rasanya sulit untuk meraba maka serangan sungguhan dan
mana tipuan, dari sini dapat disimpulkan bahwa ilmu silatnya memang sangat hebat, agaknya dia
menganut prinsip menghadapi "kekerasan" dengan "kelincahan" dengan "kelembutan"
mematahkan "keganasan"......."

Berpikir demikian, secara beruntun dia melancarkan dua buah serangan berantai dengan jurus
"Buddha tumbuh dimimbar suci" serta "cahaya Buddha memancar dijagad" dari ilmu pukulan
panca Buddha.
Angin pukulan yang menderu-deru dengan membawa suara guntur yang memekikkan telinga
segera menyambar kedepan dan mengancam lambung musuh.
Dia tahu si pukulan sakti tanpa bayangan memiliki tenaga dalam yang amat sempurna karena
itu dia berusaha menghindari suatu pertarungan beradu tenaga dengannya.
"Bocah muda itu memang cerdik" puji sipukulan sakti tanpa bayangan lagi keras-keras.
Ditengah teriakan tersebut, tubuhnya yang tinggi besar berkerut kencang, pinggangnya seakanakan
terbuat dari bola karet saja, dengan mudah sekali dikempeskan untuk menghindari sergapan
msuuh.
Melihat keampuhan tersebut, Kim Thi sia segera berpikir.
"Bila ditinjau dari keluwesannya mempermainkan pinggang sendiri untuk mematahkan
serangan musuh, jelas ilmu tersebut telah dipelajarinya semenjak kecil. Kalau tidak. bagaimana
mungkin bisa mencapai tingkat kesempurnaan seperti ini?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, pukulan yang dilancarkan sipukulan sakti tanpa
bayangan telah menggulung datang dengan cepatnya.
Kim Thi sia segera menundukkan kepalanya rendah-rendah, dengan membawa sedingan angin
tajam serangan tersebut segera menyambar lewat dari atas kepalanya, keadaan amat
mengerikan-
Setelah berhasil lolos dari ancaman tersebut, diapun mulai berpikir.
"Aneh, andaikata dia menumbuk tubuhku dengan lengan kiri sementara membacok dengan
tangan kanannya niscaya akan sulitlah bagiku untuk menghindarkan diri mengapa ia tidak berbuat
demikian, mungkinkah dia tidak mengerti? Aaaa h.......tak mungkin, tak mungkin."
Sipukulan sakti tanpa bayangan adalah manusia luar biasa, mustahil dia tidak memahami hal
tersebut, lalu mengapa ia tak berbuat demikian? Yaa, dia pasti mempunyai maksud tujuan yang
lain, ia memang sengaja berbuat begitu......."
Ketika ingatan mana masih melintas didalam benaknya, serangan dari sipukulan sakti tanpa
bayangan telah menyergap kembali dengan hebatnya. Kali ini serangan datang dari atas menuju
kebawah.
Dengan tubuhnya yang amat pendek. sewaktu melancarkan serangan tersebut ia mesti berdiri
dengan ujung kakinya, maksudnya agar tubuhnya bisa lebih tinggi lagi.
Sikap dan tindakan yang sangat bodoh ini dengan cepat menimbulkan kecurigaan dalam hati
Kim Thi sia, diam-diam ia meningkatkan kewaspadaannya untuk menghindari serangan mematikan
yang mungkin akan datang menyerang secara tiba-tiba.
Apa yang diduga ternyata memang benar, belum habis serangan yang dipergunakan sipukulan
sakti tanpa bayangan itu, tahu-tahu sudah dibatalkan ditengah jalan-
Serangan yang semula mengancam dari atas kebawah, menanti Kim Thi sia sudah menghindari
ancaman tersebut, tahu-tahu berubah lagi menjadi sergapan dari bawah menuju keatas.
Dengan serangan tersebut bukan saja pertahanan Kim Thi sia dibagian bawah tubuhnya
menjadi terbengkalai, jalan darah penting ditubuh bagian atasnyapun menjadi terancam.
Keadaannya saat ini benar-benar mengenaskan sekali.
Baru sekarang dia mulai mengerti bahwa sipukulan sakti tanpa bayangan yang tersohor dalam
dunia persilatan karena ilmu pukulannya memang nyata memiliki ilmu simpanan yang luar biasa,
kali ini dia tak berani bertindak secara gegabah lagi.

Setelah berputar setengah lingkaran dengan cepat hingga posisinya berdiri disamping musuh,
tiba-tiba ia melepaskan pukulan dengan jurus " melempar pedang kebalik hutan-serta
"menyucikan diri menjadi Buddha" dari ilmu pukulan panca Buddha. Sipukulan sakti tanpa
bayangan segera tertawa tergeletak.
"Haaaah......haaaah......haaaaah.......tidak benar, serangan berikut kau mesti menyerang
dengan lebih rendah lagi"
Sementara Kim Thi sia masih tertegun dibuatnya, tiba-tiba ia merasakan telapak tangan telah
menyentuh keatas pinggangnya dalam keadaan terperanjat cepat dia mundur dua langkah sambil
pikirnya :
"Yaa, perkataannya memang betul, seandainya seranganku dilancarkan satu inci lebih kebawah,
niscaya tiada kelemahan lagi dalam gerak seranganku itu....."
Baru saja dia hendak mengeluarkan jurus serangan "tumbuh api dibalik batu" tiba-tiba
pandangan matanya sudah menjadi kabur, dan sebuah tangan yang kasar telah menempel diatas
pinggangnya.
Dalam keadaan demikian, cepat-cepat dia berganti jurus dengan mengeluarkan gerak "panca
Buddha munculkan diri" diciptakan selapis jaring-jaring pukulan untuk membendung datangnya
ancaman-
Sementara itu kakinya bergeser kekiri, dan gerakan "panca Buddha munculkan diri" dirubahnya
menjadi gerakan "Buddha hidup naik diawan", pinggangnya ditekuk dengan tubuh begini atasnya
dibuang kemuka, lengannya menyambar kebawah.
Sebaliknya tubuh bagian bawahnya berselisih jarak lima depa dari tangan musuh, hal ini
membuat lengan lawan tak cukup mencapai sasaran-
Siapa sangka perhitungannya kali ini ternyata meleset, tahu-tahu kelima jari tangan sipukulan
sakti tanpa bayangan telah menerobos masuk melalui sela-sela angin pukulannya, langsung
mencengkram kearah dada.
Tak terlukiskan rasa terperanjat Kim Thi sia kali ini, cepat-cepat dia menarik napas panjangpanjang
sambil menghimpun tenaga dalamnya kedalam pusar.
Dengan ditariknya napas dalam-dalam secara otomatis dadanya tersedot kebelakang dengan
cara beginilah dia melepaskan diri dari ancaman musuh yang amat membahayakan itu
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak. belum habis gelak tertawanya tiba-tiba
membalikkan badan sambil melesat kemuka dengan kecepatan luar biasa.
Dikala tubuhnya masih melambung diudara, sepasang lengannya diayunkan bersama kedepan,
dua gulung tenaga pukulan yang hebat dan dahsyat pun segera menyambar keempat penjuru.
Untuk sesaat Kim Thi sia dibuat tertegun, pikirnya:
"Heran, kenapa dia melancarkan pukulan dengan membelakangi aku? Apakah tenaga
pukulannya bisa memutar balik dan menyergapku secara tiba-tiba?"
Tapi setelah diamati dengan lebih seksama, ia segera menjadi sadar apa gerangan yang
sebenarnya telah terjadi.
Rupanya juan tiong supa hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri.
Belum lagi ingatan tersebut selesai melintas, disebelah sana sudah berkumandang datang tiga
kali jeritan ngeri yang memilukan hati disusul suara robohnya tubuh manusia.
Dalam waktu singkat tampaklah bayangan manusia berkelebat diudara dan memencarkan diri
keempat arah delapan penjuru.
Tampaknya mereka telah mempersiapkan diri secara baik-baik, kecuali tiga orang rekan mereka
yang telah binasa, lainnya berusaha menarik selisih jarak sejauh-jauhnya dengan rekan lainnya,
masing-masing berusaha menyelamatkan diri dari situ.

"Bajingan keparat berhati licik, kalian anggap dengan cara begitu bisa meloloskan diri dari
kematian?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan penuh kegusaran-
Ditengah bentakan keras, sepasang tangannya dirapatkan menjadi satu, kemudian diayunkan
sejajar dengan tanah.
Desingan tajam menderu d iatas permukaan tanah menimbulkan pusaran angin kencang dan
pasir yang beterbangan-
Mendadak terdengar kawanan jago persilatan yang berada disebelah timur dan utara menjerit
kesakitan dengan suara yang memilukan hati, disusul kemudian tubuh mereka bertumbangan
keatas tanah dan tewas seketika.
Mimpipun Kim Thi sia tidak menyangka kalau sipukulan sakti tanpa bayangan memiliki
kepandaian silat yang begitu hebat dan luar biasa, bukan saja sanggup menyergap musuhnya
yang berada dijarak jauh, bahkan sanggup menggempur musuh pada posisi yang berbeda,
perasaan hatinya benar-benar tercekat.
Kawanan jago persilatan yang berada disebelah barat dan selatan segera dibuat ketakutan oleh
kehebatannya, mereka berdiri tertegun dan sama sekali lupa untuk berusaha meloloskan diri.
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera merentangkan sepasang lengannya sambil menyerang,
jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hatipun bergema saling menyusul, disusul kemudian terlihat
tubuh manusia bertumbangan keatas tanah dihancurkan pukulan dahsyat tersebut.
Melihat kehebatan lawannya, tiba-tiba saja Kim Thi sia berpikir:
"Menurut keadaan ini, agaknya ilmu Tay goan sinkang pun belum tentu mampu menandingi
kehebatan ilmu pukulan sakti tanpa bayangan-"
Sementara itu sipukulan sakti tanpa barangan baru mendengus dingin dan berkata setelah
selesai membasmi musuh-musuhnya.
"Manusia- manusia keparat yang kepingin mampus, sudah kuberi kesempatan yang baik bagi
kalian untuk melanjutkan hidup kalian justru tak mau menuruti nasehatku dengan melarikan diri.
Hmmm......beginilah akibatnya bila berani membangkang perintah."
Kim Thi sia mencoba untuk memandang sekejap sekeliling tempat itu, menyaksikan mayat
bergelimpangan memenuhi seluruh permukaan tanah, timbul perasaan iba dihati kecilnya. Sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali ia berkata: "Empek kau terlalu kejam"
Perkataan yang diucapkan tanpa maksud itu segera ditanggapi tak senang oleh sipemuda
tampan, dengan suara dingin ia menimbrung:
"Sahabat Kim, lebih baik engkau jangan mengeritik dia orang tua daripada kau sendiripun akan
mendapat celaka."
"Aku toh berbicara sejujurnya" sahut Kim Thi sia tak senang hati. "Hanya karena marah, Ang
locianpwee sudah menghabisi belasan jiwa manusia, tidakkah perbuatan tersebut merupakan
tindakan keji?"
Pelan-pelan sipukulan sakti tanpa bayangan mengalihkan sorot matanya yang tajam kewajah
pemuda itu, lalu bertanya:
"Perbuatan yang bagaimanakah kau anggap tak kejam? Bocah muda, coba kau terangkan"
"Yang pantas dibunuh, bunuhlah, yang tak pantas dibunuh ampunilah"
"oooh......begitu?" sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa dingin. "Kalau begitu aku perlu
bertanya lagi, siapakah diantara mereka yang hadir sekarang pantas dibunuh dan siapa pula yang
tidak pantas dibunuh?"
Kim Thi sia memang tahu akan keanehan watak orang tua itu, diapun mengerti dalam
marahnya besar kemungkinan sikakek akan melakukan pembantaian, namun sebagai seorang

lelaki sejati, dia pantang menyerah, ia tak sudi menunjukkan sikap pengecut. Dengan suara keras
ia menjawab:
"Justru persoalan inilah yang ingin kutanyakan kepada empek. sebab empek telah membunuh
mereka sekaligus. Hal ini membuat aku menjadi sulit untuk membedakan mana baik mana jahat.
Aku ingin bertanya empek diantara puluhan orang ini sebenarnya berapa banyak sih yang
mempunyai dosa yang tak terampuni lagi?"
Merah padam selembar wajah sipukulan sakti tanpa bayangan, ujarnya kemudian dengan
wajah tak senang hati:
"Anak muda, lebih baik tak usah banyak bicara lagi, jangan membuat amarahku meledak
sehingga kau pun turut kubantai."
Kim Thi sia sama sekali tak gentar, dia tertawa tenang.
"Aku mengerti bila empek hendak membunuhku maka bisa kau lakukan hal ini semudah
membalikkan telapak tangan sendiri tapi kau harus melakukannya sendiri."
"Kau anggap aku tak berani?" teriak pukulan sakti tanpa bayangan teramat gusar.
Seraya berkata dia segera mengayunkan tangannya, seketika itu juga muncul segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat menerjang kedepan.
Kim Thi sia mendengus tertahan, dia sambut datangnya serangan dengan mengerahkan ilmu
Tay goan sinkangnya.
Dalam waktu singkat, tubuh Kim Thi sia mencelat ketengah udara dan jatuh tertunduk diatas
tanah.
Sebaliknya sipukulan sakti tanpa bayangan pun merasakan hatinya amat terkesiap dengan rasa
kaget dia menerjang kemuka seraya bertanya: "Anak muda, ilmu pukulan apakah yang kau
pergunakan?"
Belum sempat bagi Kim Thi sia untuk berdiri tegak. tahu-tahu musuh tangguh telah muncul
didepan mata, dalam keadaan begini, tak ragu lagi dia menyerang dengan jurus "kecerdikan
menguasahi seluruh jagad" dari ilmu Tay goan sinkang.
Angin pukulan bercampur deruan guntur menggelegar diudara.
Sekali lagi sipukulan sakti tanpa bayangan merasakan hatinya tergetar keras sesudah
menyambut datangnya ancaman tersebut, sekarang bukan saja dia merasa kaget, bahkan
gusarnya bukan siang kepalang.
Tubuhnya melejit keudara seperti burung elang kemudian menerkam kebawah dengan
garangnya, diantara putaran telapak tangannya, sbeuah pukulan sakti tanpa bayangan telah
dilepaskan-
Kim Thi sia tak berani bertindak gegabah, cepat-cepat dia mengerahkan pula ilmu Tay goan
sinkangnya untuk menghadapi ancaman tersebut. Sementara itu perasaan heran mencekam pula
perasaannya, dia berpikir:
"Banyak orang bilang, siapa yang terkena pukulan sakti tanpa bayangan, dia tentu akan
mampus, padahal tenaga dalamku selisih jauh bila dibandingkan dengannya. Kenapa steelah
kusambut serangannya dengan ilmu Tay goan sinkang, isi perutku sama sekali tidak menderita
luka?"
Tentu saja dia tak pernah menyangka bahwa kesaktian ilmu pukulan Tay goan sinkang bukan
hanya terletak pada tenaga pukulannya saja. Sering kali dalam pertarungan tingkat tinggi
kepandaian tersebut sanggup merusak dan menghancurkan tenaga dalam musuh secara diamdiam.
Begitu pula keadaan sipukulan sakti tanpa bayangan sekarang, setiap kali terjadi bentrokan
kekerasan, secara tanpa sadar ia merasakan tenaga dalamnya menderita kerugianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Sekalipun kejadian seperti ini yang dianggap adalah masalah kecil yang tak perlu dikuatirkan
olehnya, namun dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, dimana tak mempan dengan api
maupun air. Setelah tenaga dalamnya mendapat kerugian otomatis perasaannya menjadi
terperanjat, paling tidak selama ini belum pernah dia menjumpai manusia yang sanggup
mengalahkan dirinya secara begini.
Begitulah watak manusia, semakin tak habis mengerti, semakin besar pula hasratnya untuk
menyelidiki duduk persoalan yang sebenarnya.
Didalam waktu yang amat singkat, mereka telah empat kali beradu tenaga pukulan-selisih jarak
kedua belah pihak pun makin menjauh sehingga gempuran demi gempuran harus dilancarkan
dengan mengerahkan tenaga dalam.
Akhirnya sipukulan sakti tanpa bayangan menghentikan semua gerakannya, ia betul-betul tak
habis mengerti, apa sebabnya setiap kali terjadi bentrokan kekerasan dengan musuh, tenaga
dalamnya selalu bertambah lemah sebagian?
Ia seperti merasakan munculnya suatu tenaga penghisap yang menghisap tenaga murninya.
Sebagai manusia yang cerdik dan cekatan, ia segera menyadari akan ketidak beresan itu,
karena itulah cepat-cepat dia menghentikan pertarungan dan tak berani melancarkan serangan
lagi.
Ia cukup sadar, bila pertarungan dilanjutkan lagi niscaya tenaga murninya akan semakin rusak
dan hancur oleh tenaga pukulan Kim Thi sia tersebut.
sementara itu sipedang emas turut mengikuti jalannya pertarungan dengan seksama, hanya dia
seorang yang tahu bahwa ilmu Tay goan sinkang memang memiliki daya perusak yang bisa
menghancurkan tenaga dalam orang secara tak sadar.
Terbukti sekarang, ilmu pukulan sakti tanpa bayangan yang begitu lihaypun bukan
tandingannya bisa diduga sampai dimanakah taraf kehebatan yang dimiliki kepandaian tersebut.
Justru karena itulah hasratnya untuk mendapatkan ilmu tay goan sinkang semakin besar, satu
akal licikpun segera disusun sementara senyuman licik menghiasi ujung bibirnya.
Dalam pada itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah menegur dengan gusar: " Katakan
kepadaku ilmu pukulan apakah yang telah kau pergunakan?"
"oooh, soal ini mah merupakan rahasia perguruan, maaf aku tak bisa memberitahukan
kepadamu."
Sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar dibuat kehabisan akal, mukanya hijau membesi
saking mendongkolnya, dengan gusar dia membentak lagi: "Kau benar-benar tak bersedia untuk
berbicara?"
"Tentu saja tak bersedia" sahut Kim Thi sia sambil tertawa. "Bila kau merasa berkemampuan
hebat, silahkan saja untuk memaksaku mengungkap rahasia tersebut."
Ia sudah menduga kalau sikakek ini keras diluar lembek dihati kecilnya, maka dalam
berbicarapun dia tak sungkan-sungkan, kembali katanya:
"Bila enggan bertarungpun boleh saja, toh guruku belum sampai kehilangan muka"
Mendadak.......
Terdengar jeritan lengking bergema memecahkan keheningan-
Dengan wajah berubah hebat Kim Thi sia segera berpaling, ia segera menyaksikan jalan darah
putri Kim huan telah dibebaskan oleh sipedang emas, namun sebilah pedang mestika kini sudah
ditempelkan diatas tengkuknya yang halus dan putih itu.
Sbeelum ingatan kedua sempat melintas lewat, sipedang emas yang berdiri disamping gadis itu
telah berkata sambil tertawa seram:

" Dengarkan baik-baik Kim Thi sia, dia hendak meninggalkan pesan terakhirnya padamu."
"Hey pedang emas" Kim Thi sia segera berteriak keras-keras. "Jika kau berani mengganggu
seujung rambutnyapun, aku Kim Thi sia bersumpah akan menghancur lumatkan tubuhmu."
Sipedang emas merasa amat gembira, apa lagi setelah melihat kecemasan yang mencekam
wajahnya, dia sengaja mendengus dingin dan berkata lagi:
"Aku tak akan termakan oleh gertak sambalmu, aku cukup mengetahui akan kepandaian
silatmu yang terbatas Aku berani mengatakan dalam sepuluh gebrakan saja bisa memenggal
batok kepalamu."
Kemudian setelah tertawa seram, terusnya:
"Hanya ada satu kesempatan bagimu untuk menyelamatkan jiwanya, terserah kau yang
memilih sendiri"
"Kesempatan apa?" seru Kim Thi sia serius. "Huuuh, paling banter toh menyuruh aku
menyerahkan ilmu sakti tersebut."
"Lebih bauk lagi bila kau sudah tahu. Nah cepatlah tentukan pilihanmu, tidak banyak waktu
yang tersedia."
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia merasa dirinya seakan-akan dipaksa untuk mengambil
tindakan tegas, rasa sedih dan gusar yang meluap-luap membuat perasaan dendamnya berkobar.
Ditatapnya sipedang emas tanpa berkedip. kemudian serunya:
"Pedang emas, aku bilang terus terang. Anjing yang dipojokkan pun akan melompati pagar,
apalagi manusia. Aku bisa membunuhmu secara keji. IHmmm, bila kau mendesak terus menerus,
aku bisa berbuat nekad. Ayoh lekas bebaskan dia, aku berjanji mengampuni selembar jiwamu. "
"Manusia sombong yang tak tahu diri" sipedang emas tertawa dingin. "Untuk melindungi
keselamatan jiwa sendiripun tak sanggup, masih berani bicara sesumbar? Bila aku tidak melihat
pada ilmu saktimu itu, hmmm cukup dengan ucapanmu barusan, aku sipedang emas sudah
membunuhnya sejak tadi kemudian membunuhmu."
Sambil berkata secara diam-diam dia mengawasi terus reaksi dari lawannya, melihat pemuda
itu sangat gusar, seakan-akan ia sudah mengambil keputusan hendak mengambil tindakan tanpa
memperdulikan soal apapun, diapun sadar bila tidak dipergunakan cara yang keji dan ganas,
niscaya lawan enggan menuruti permintaannya.
Maka dengan mempergunakan ujung telunjuknya dia mengetuk tilang bahu putri Kim huan
keras-keras.
Sebagai seorang gadis yang pada dasarnya bertubuh lemah, bagaimana mungkin putri Kim
huan bisa menahan ketukan jari tangan yang keras dan kuat itu?
seketika ia menjerit kesakitan dan terbungkuk- bungkuk sambil melelehkan air mata. Semakin
berkilat sepasang mata Kim Thi sia melihat kejadian tersebut, teriaknya keras-keras:
"Hey pedang emas, sebagai seorang jago persilatan kenamaan kerjamu hanya mempermainkan
dan menyiksa seorang gadis lemah? Terhitung manusia macam apa dirimu itu?"
Pedang emas sama sekali tidak menggubris, sekali lagi dia mengetuk tulang bahu putri Kim
huan keras-keras.
Pucat pias selembar wajah putri Kim huan karena kesakitan, dia merasa seluruh badannya
seakan-akan mau remuk.
Sambil merintih kesakitan, tiba-tiba serunya kepada Kim Thi sia:
"Engkih Thi sia, cepat balaskan dendam bagiku. Aku....... biar matipun tidak mengapa."

Kim Thi sia sangat sakit hati, perasaan sedih dan matah bercampur aduk didalam benaknya,
tanpa sadar dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Sambil menggertak gigi keraskeras
dia segera berseru:
"Lepaskan dia, asal kau membebaskan dia semua permintaanmu kupenuhi......."
Pedang emas menurut dan mengendorkan cengkeramannya atas diri putri Kim huan, kemudian
menarik pula pedangnya yang dipulangkan diatas tengkuk gadis tersebut namun dia tetap berdiri
mendampinginya takut gadis tersebut melarikan diri secara tiba-tiba.
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan hanya bisa mengawasi kedua orang itu dengan
wajah tertegun, untuk beberapa saat dia tidak mengetahui apa gerakan yang terjadi.
Tapi secara lamat-lamat diapun bisa menduga, ilmu silat yang diinginkan sipedang emas dari
Kim Thi sia bisa jadi merupakan suatu kepandaian yang luar biasa. Mendadak perasaannya
bergetar keras, pikirnya kemudian:
"Jangan-jangan ilmu sinkang yang diinginkan tak lain adalah kepandaian sakti yang barusan
dipergunakan Kim Thi sia?"
Saat itu juga timbul ambisinya untuk turut merebut kepandaian sakti itu, sebab dia sadar ilmu
tersebut merupakan satu-satunya kepandaian silat yang mampu menandingi ilmu pukulan sakti
tanpa bayangannya.
Semenjak terjun kedalam dunia persilatan berapa puluh tahun berselang, sipukulan sakti tanpa
bayangan belum pernah menjumpai musuh yang berarti, sebab itu dia selalu membanggakan
kehebatan ilmu silatnya.
Siapa tahu, hari ini dia telah bertemu dengan tandingannya, membuat ilmu silat yang dibanggabanggakan
selama ini kehilangan daya kemampuannya. Tak heran kalau kejadian tersebut
membuatnya sifat dan timbul keinginan jahat dalam hatinya.
Tiba-tiba dia melirik sekejap kearah Kim Thi sia, satu ingatanpun segera melintas lewat.
"Dia tahu gadis cantik yang disandera sipedang emas sekarang merupakan satu-satunya benda
yang bisa memaksa Kim Thi sia untuk tunduk dibawah perintahku tak disangkal gadis cantik itu
adalah kekasih hati Kim Thi sia, sebab kalau bukan begitu tak mungkin pemuda tersebut
menunjukkan perasaan gusar yang meluap." Diam-diam ia berpikir:
"Ilmu pukulan sakti tanpa bayanganku sama sekali tak berdaya menghadapi serangan, agaknya
untuk bisa mendapatkan ilmu sakti tersebut, aku harus dapat merampas gadis tersebut........"
Tapi sekarang, putri Kim huan dijaga oleh sipedang emas bersama saudara-saudara
seperguruannya, kecuali dia sanggup menggempur sipedang emas sekalian, mustahil gadis itu bisa
terjatuh ketangannya.
Begitu mendapat gambaran yang nyata atas keadaan didepan mata, diapun sengaja berseru
kepada sipedang emas sambil tertawa dingin-
"Menang kalah diantara kami belum lagi selesai, apa maksudmu mengganggu pertarungan ini?"
"Masalah ini merupakan urusan pribadi kami sendiri, kau sebagai orang luar tak usah turut
campur."
Jawabannya sangat ketus dan amat tak sedap didengar.
Kontan saja sipukulan sakti tanpa bayangan berkerut kening, serunya kemudian-
"Kalau begitu.......kau sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap aku sipukulan
sakti tanpa bayangan?"
"Hmmm^ soal itu mah sulit untuk dibicarakan-..." dengus pedang emas sinis.

Ia sama sekali tidak menyangka kalau sipukulan sakti tanpa bayangan memang bermaksud
mencari gara-gara, ketika mendengar perkataan kakek botak itu sangat angkuh, dia menjadi
mendongkol dan berhasrat memberi pelajaran yang setimpal kepadanya.
Siapa tahu tindakan tersebut justru memenuhi pengharapan sipukulan sakti tanpa bayangan-
Terdengar kakek botak itu berseru dengan lantang:
"Bagus, bagus sekali. Aku sipukulan sakti tanpa bayangan memang sudah tua, sudah tak
berguna, sampai manusia cecunguk macam dirimupun berani mencari gara-gara denganku."
Kepada sipemuda tampan yang berada disampingnya ia segera berkata:
"Berdiri baik-baik ditepi arena, sebelum mendapat perintahku jangan bertindak secara
Sembarangan. Selama aku memberi pelajaran kepada manusia cecunguk yang punya mata tak
berbiji ini, kau perhatikan baik-baik semua jurus serangan yang kugunakan-"
Sepintas lalu, orang mengira dia sedang berbicara kepada putranya, padahal dengan perkataan
tersebut dia justru bermaksud memancing kobaran hawa amarah sipedang emas agar dia bisa
melaksanakan rencananya tanpa disadari lawan-
Apa yang diduga ternyata memang benar, ketika mendengar perkataan tersebut, sipedang
emas menjadi sangat gusar. cepat-cepat dia serahkan putri Kim huan kepada adik
seperguruannya, kemudian dengan langkah lebar tampilkan diri ketengah arena.
"Pedang emas siap menerima pelajaran dari Ang locianpwee" serunya dengan suara dingin-
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa nyaring, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia maju
kedepan seraya melepaskan pukulan tanpa bayangannya.
Kali ini sipedang emas tidak menghadapi datangnya ancaman dengan kekerasan, dia
meloloskan senajta andalannya, kemudian menjejakkan kakinya keatas tanah dan melejit keudara.
Ditengah angkasa, pedangnya digerakkan membiaskan cahaya bianglala yang amat
menyilaukan mata, secepat petir serangan tersebut mengurung seluruh tubuh musuhnya.
Pukulan sakti tanpa bayangan menggetarkan tubuhnya yang gemuk berulang kali. Sungguh
aneh, meskipun dia memiliki perawakan badan yang gemuk dengan gerak gerik yang bebal,
ternyata pertarungan berkobar, gerak geriknya menjadi lemas seakan-akan tak bertenaga dan
lincahnya bukan kepalang.
Hanya didalam berapa kali gerakan saja, dia telah menghindari tiga gerak serangan maut dari
sipedang emas.
Sekali lagi pedang emas melejit keudara, cahaya bianglala memancar makin meluas. Sementara
pedangnya dialihkan ketangan kiri, rupanya dia telah mengeluarkan ilmu pedang tangan kiri yang
maha dahsyat.
Ilmu pedang tangan kiri sebagai kepandaian andalan si Malaikat pedang berbaju perlente
dimasa lalu memang nyata keampuhannya, apalagi dipergunakan sipedang emas dalam keadaan
gusar. Deruan angin serangan yang dihasilkan seketika merasa sipukulan sakti tanpa bayangan
seorang tokoh persilatan yang tersohor pun menjadi kalang kabut dibuatnya.
Tapi bagaimana dalam menghadapi pertarungan seperti ini, berapa gebrakan kemudian dia
mulai bisa meraba dan menguasahi kehebatan dari ilmu pedang tangan kiri. Serunya kemudian
dengan suara lantang:
"Bagus sekali, malaikat pedang berbaju perlente memang terbukti seorang tokoh dalam ilmu
pedang, ternyata ilmu pedang keluarga Tiap yang termashur dimasa lalupun sudah terjatuh pula
ketangannya, tak heran kalau setiap orang memuji kehebatannya, sayang sekali kau bicah ingusan
masih belum cukup sempurna menguasahi ilmu tersebut. Sayang. sayang sekali......."
Habis berkata dia segera mengincar gerak laju serangan lawan dengan merubah gerakan
tubuhnya, kali ini dia melayani serangan pemuda itu dengan ilmu pukulan hian thian kiu ciang
hoatnya.

Ilmu pukulan sembilan bentakan ini merupakan sejenis pukulan tenaga Yang yang
mengutamakan kekerasan- Setiap pukulan dan gerakannya selalu berat, mantap dan penuh
kekuatan.
Betapapun lihaynya ilmu pedang keluarga Tiap. begitu berjumpa dengan gerak serangan lawan
yang bebal dan lamban, ternyata tak satupun yang berhasil menembusi pertahanannnya. Makin
bertarung sipedang emas makin gusar, tiba-tiba bentaknya keras:
"Siluman tua, kau jangan berbangga hati lebih dulu, rasain sebuah tusukan pedang ini."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja pedangnya melepaskan diri dari kurungan angin pukulan
musuh dan langsung menerobos masuk kedalam.
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya, ketika sampai ditengah jalan
dia mendengus, lalu dengan melipat gandakan tenaga serangannya dia melancarkan tusukan lebih
hebat lagi.
Pukulan sakti tanpa bayangan cepat-cepat melompat kesamping untuk menghindarkan diri,
agaknya ia tak berani menyambut datangnya serangan dengan kekerasan-
Sebuah pukulan yang berkekuatan dahsyat segera menggetarkan pedang itu hingga miring
kesamping.
"Huuuh, ternyata kemampuan dari Ang locianpwee hanya begitu-begitu
saja........heeeh.......heeeeh....."
Karena kuda-kudanya gempur dia mundur selangkah kebelakang, baru saja bersiap-siap akan
melepaskan serangan dengan jurus "selaksa pedang menembusi hati" yang merupakan serangan
terhebat dari ilmu pedang keluarga Tiap. tahu-tahu sipukulan sakti tanpa bayangan telah melejit
keudara dan menerjang kearah pedang tanah, pedang kayu dan pedang air.
Untuk sesaat sipedang emas tertegun, tapi ia segera menyadari apa yang terjadi, pikirnya
cepat:
" Rupanya dia hanya pura-pura bukan tandingan-"
Sayang sekali keadaan sudah terlambat, terdengar sipedang tanah menjerit kesakitan dengan
suara yang memilukan hati, tubuhnya mencelat sejauh tiga kaki lebih terhajar oleh pukulan tanpa
bayangan yang maha dahsyat itu.
Sebetulnya ilmu silat yang dimiliki sipedang tanah cukup tangguh dan tak mungkin bisa
dibinasakan oleh sipukulan sakti tanpa bayangan hanya dalam satu gebrakan saja.
Sayang pemuda ini terlalu gemar bermain perempuan, semenjak melihat kecantikan putri Kim
huan yang begitu menawan bak bidadari dari kahyangan, sukmanya seraya melayang
meninggalkan raganya, timbul ambisi dalam hatinya untuk memiliki nona itu.
Maka dengan manfaatkan kesempatan disaat medapat tugas untuk menjaganya, dia mencoba
membelai dan merabai sekubur badan sinona yang cantik.
Akibat dari ulahnya itu, dia menjadi kehilangan kontrol dan kurang waspada, disaat pukulan
sakti tanpa bayangan melancarkan serangannya ia menjadi gelagapan-
Begitulah tak sempat lagi melihat raut wajah musuhnya secara jelas, tahu-tahu tulang dadanya
sudah remuk tergempur serangan musuh hingga tewas seketika.
Yaa, inilah pembalasan bagi perbuatan mesumnya selama ini dengan merusak banyak wanita.
Siapa yang jahat, dia harus menerima hukumnya.
Dengan tewasnya pedang tanah, pedang air serta pedang kayu menjadi ketakutan setengah
mati, tanpa banyak berbicara mereka membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit.
Keadaan sipedang kayu terhitung paling mengenaskan, tadi ia telah melancarkan pukulan
kearah Kim Thi sia dengan mengerahkan ilmu ci yang Ceng khinya meski berhasil menghajar

lawan hingga sekarang tenaga dalamnya belum pulih kembali, sudah barang tentu dia tak berani
menghadapi serangan dari ketua Tiang pek san yang maha dahsyat itu.
Mungkin saking tergopoh-gopohnya berusaha melarikan diri, dia sampai menubruk batang
pohon, dan jatuh terjengkang keatas tanah.
Dengan perasaan gusar sipedang emas memburu kedepan, ketika dilihat tampaklah sipedang
tanah telah tewas dalam keadaan mengerikan. Sepasang matanya terpejam rapat, darah
bercucuran keluar dari lima lubang inderanya.
Tanpa terasa sinar matanya dialihkan kesekeliling arena, ketika melihat saudara-saudara
seperguruannya yang mati telah mati, yang terluka telah terluka, suasana begitu mengenaskan-
Meski dia adalah manusia berhati buas, namun setelah melihat keadaan yang begini
mengenaskan, tak urung becucuran juga air matanya.
Sementara itu sipedang pukulan sakti tanpa bayangan tak berani berayal lagi, dengan suatu
gerakan cepat dia menyambar pinggang putri Kim huan, kemudian tertawa terbahak-bahak.
Putri Kim huan yang ketimpa kemalangan lagi-lagi terjatuh ketangan majikan- yang berbeda.
Ketika Kim Thi sia menyaksikan kejadian tersebut, dengan gembira ia segera berseru: "Ang
locianpwee, terima kasih banyak atas bantuanmu."
Ia tidak mengetahui kalau sipukulan sakti tanpa bayangan pun mempunyai rencananya dengan
merampas putri Kim huan dari tangan musuh, dia masih menyangka kakek botak itu menolong
putri Kim huan dengan maksud baik.
Pukulan sakti tanpa bayangan nampak agak tertegun sesudah mendengar seruan itu. Biji
matanya segera berputar, agaknya ia sudah mengetahui maksudnya, maka sambil menarik muka
ujarnya dingin:
"Tak usah berterima kasih akupun hendak mengajukan permintaan kepadamu......."
" Katakan saja terus terang?" Kim Thi sia tertawa. "Pokoknya asal aku sanggup melakukan
tentu akan kupenuhi........"
Setelah mengetahui bahwa putri Kim huan telah terlepas dari " mulut harimau", pikiran maupun
perasaan hatinya menjadi sangat lega, perasaan terima kasih yang meluap membuat ia tidak
mempertimbangkan lagi semua permintaan yang mungkin akan diajukan kakek botak itu.
Selalun daripada itu, diapun tidak menyangka kalau pukulan sakti tanpa bayangan merupakan
seorang manusia yang berambisi pula, dalam anggapannya permintaan- yang diajukan paling
banter hanya terbatas pada bantuan tenaga.
Demi kekasih hatinya, sekalipun ia harus kelelahan sampai kehabisan tenagapun dia merasa
rela.
Melihat kepolosannya pemuda tersebut, tiba-tiba saka timbul perasaan yang tak tega dihati
kecil sipukulan sakti tanpa bayangan-
Tapi dengan cepat dia menguasahi gejolak perasaan tersebut, sengaja katanya dengan suara
dingin dan hambar:
"Belum tentu kau bisa penuhi permintaanku itu"
Kakek ini memang sengaja menunjukkan sikap ketus dan dingin dengan maksud agar bila
terjadi "bentrokan" nanti ia bisa bersikap dan bertindak lebih gampang, paling tidak bila
permintaannya diajukan disaat Kim Thi sia sedang gusar. Hal ini akan lebih menenteramkan
hatinya.
Kim Thi sia tidak menduga sampai kesitu, sambil tertawa tergelak serunya:
"Haaaah.......haaaah......haaaaah........hal ini lebih baik lagi, aku memang sangat berharap bisa
mendapat kesempatan untuk membalas budi kebalkan Ang locianpwee?"

Sipukulan sakti tanpa bayangan yang segera berkerut kening, diang-diam ia berpikir bagaimana
caranya merangsang amarah pemuda tersebut agar api kegusarannya memuncak, kemudian
"permintaan" nya baru diajukan-
Sementara itu, nona cantik berbaju putih tersebut sedang berkata kepada pemuda tampan:
"coba lihat, tugas yang kuberikan kepadamu akhirnya diselesaikan oleh ayahmu, apakah kau
tidak merasa malu?"
"Aku benar-benar tak habis mengerti, kenapa sih kau memaksa aku untuk menyerempet
bahaya menolongnya? Apa maksud dan tujuanmu yang sebenarnya........?"
JILID 39
"Kita hidup sebagai manusia harus bisa membedakan antara budi dan dendam secara jelas. Kita
tak boleh menerima budi orang, tak mau pula disakiti orang lain."
"Padahal seharusnya kau selalu berdoa agar dia selalu terancam jiwanya."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Sang pemuda tampan tidak segera menjawab, katanya tergagap: "Aaaah, aku.......aku tidak
bermaksud apa-apa."
Nona cantik berbaju putih itu segera tertawa dingin.
"Heeeh.... heeeeh...... heeeeh.......sekalipun tidak kau katakan akupun mengerti, harap kau
jangan salah menilai orang. Aku tak menaruh perasaan dengki atau iri atas hubungan mereka
yang harmonis......."
Merah padam selembar wajah pemuda tampan itu, dengan kepala tertunduk kembali bisiknya:
"Aku tidak bermaksud demikian."
Sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah muncul sambil menggandeng tangan putri
Kim huan, sembari mendekati putranya, kakek itu berpesan: "Jaga dia baik-baik, jangan beri
kesempatan kepadanya untuk melarikan diri" Lalu sambil berpaling, katanya pula kepada Kim Thi
sia yang masih kebingungan: "sekarang, dengarkan baik-baik. Aku akan mengajukan
permintaanku........"
"Apa.......apa maksudmu......cepat......cepat serahkan dia......." Kim Thi sia sangat tergagap.
Mendadak seperti memahami akan sesuatu, mendadak dia melompat kemuka dan menatap
wajah kakek botak itu lekat-lekat teriaknya lantang.
"Ang locianpwee apakah kau....... apakah kau sama seperti mereka, menghendaki ilmu Tay
goan sinkang?"
Pukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaah......haaaah......tepat sekali, kau memang pintar tanpa kuterangkanpun kau sudah
mengerti."
"Ayah......." sipemuda tampan itu berteriak pula.
Perasaan kaget, bingung, gugup dan perasaan tak habis mengerti berkecamuk dibalik seruan
itu, ia benar-benar tidak menyangka kalau ayahnya akan berbuat demikian-
Belum lama dia membual tentang kebajikan serta kebijaksanaan ayahnya siapa sangka kini
telah terjadi perubahan yang begitu besar, ia tak berharap ayahnya melakukan perbuatan tidak
terpuji seperti ini, paling tidak selama berada d ihadapan sinona kekasih hatinya.
Benar juga, baru saja ingatan tersebut melintas lewat, sinona cantik berbaju putih itu telah
bertanya keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Apakah ayahku bukan berniat sungguh-sungguh untuk menolongnya dari ancaman bahaya?"
Pemuda tampan itu memperhatikan sekejap wajah putri Kim huan, untuk sesaat dia tak tahu
bagaimana mesti menjawab pertanyaan dari nona cantik berbaju putih itu.
Setelah tergagap berapa saat, dia baru berkata:
"Mung kin...... mungkin ayahku mempunyai maksud lain."
"Maksud apa?" desak Hay jin lebih jauh.
Dibalik nada pertanyaannya jelas tersisip perasaan memandang hina atas kakek botak tersebut.
Pemuda tampan itu jadi pusing tujuh keliling, untuk berapa saat dia tidak berhasil menemukan
kata-kata yang tak cocok untuk menjawab pertanyaan itu, tak kuasa lagi ia berdiri tertegun-
Tiba-tiba terdengar sipukulan sakti tanpa bayangan berkata dengan suara dalam: "Setuju atau
tidak tergantung dirimu, ayoh pertimbangkan secepatnya......."
Lalu setelah berhenti sejenak dia melanjutkan-
"Atas jawabanmu tadi aku merasa amat puas, bukankah kau mengatakan asal kau sanggup
melakukannya tentu aka dipenuhi. Nah sekarang aku akan melihat sampai dimanakah katakatamu
dapat dipercaya......."
Putri Kim huan amat sedih, belum lama dia lolos dari cengkeraman iblis sipedang emas, kini dia
terjatuh pula ketangan sipukulan sakti tanpa bayangan, perasaan sedih yang luar biasa membuat
gadis itu menangis tersedu-sedu.
Sekarang Kim This ia baru tahu bahwa umat persilatan tak bisa dipercaya, siapa kuat dia bisa
berbuat semena-mena.
Maka sambil mengacungkan tinjunya dia berteriak:
"Hey sipukulan sakti tanpa bayangan, kuhormat dirimu sebagai seorang Bulim cianpwee. tak
kusangka kaupun sama bajingannya dengan mereka. Ayoh maju, asal kai mampu menangkan aku
dengan kungfumu sejati, tanpa ragu akan kuserahkan ilmu Tay goan sinkang kepadamu. Kalau
tidak- biar dibunuhpun jangan harap aku bersedia mengucapkan sepatah katapun?"
Sipedang emas yang menyaksikan adegan tersebut segera menimbrung pula sambil tertawa
tergelak.
"Haaaah.....haaaah......haaaah.......kau sudah mendengar belum hey simakhluk tua. Terus
terang aku bilang, adik seperguruanku ini bukan manusia yang gampang ditipu." Kim This ia yang
mendengar perkataan itu segera berpikir pula:
"Hmmm, semua gara-gara kau, coba kau tidak berbuat begitu, mustahil sipukulan sakti tanpa
tandingan akan mengincar ilmu Tay goan sinkang ku."
Berpikir demikian, hawa amarahnya segera berkobar, dengan suara keras bentaknya: "Hmmm,
siapa yang menjadi sutemu, betul-betul manusia yang tak tahu malu"
Dengan menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya, dia melepaskan sebuah bacokan maut
kedepan.
Sipedang emas sama sekali tak menyangka kalau pemuda tersebut akan bertindak begini,
diapun membentak gusar sambil menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras melawan
" Duuuukkkk. ......"
Akibat dari bentrokan yang terjadi, kedua orang itu sama-sama tergetar mundur satu langkah.
Sipedang emas merasakan pusarnya sangat sakit bagaikan ditusuk dengan jarum tajam, tak
kuasa lagi dia berseru tertahan-"Tunggu sebentar, aku hendak berbicara dulu."
Kim Thi sia yang sudah teria njur membenci sama sekali tidak menggubris teriakannya itu,
sekali lagi dia melancarkan sebuah gempuran dengan ilmu Tay goan sinkangnya.

Dalam keadaan terkejut bercampur gugup, sipedang emas tak berani menyambut serangan
dengan keras melawan keras, buru-buru dia menghindarkan diri kesamping.
Kim Thi sia sudah nekad hendak mengajak musuhnya mengadu jiwa, tak sampai berdiri tegak.
dia maju kembali kedepan sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Jurus "kekuasaan menguasahi seluruh dunia" ini merupakan jurus yang ampuh, ganas dan
amat dahsyat. seketika sipedang emas terdesak mundur lagi sejauh berapa langkah.
Dari malunya sipedang emas jadi naik darah, dia maju menyerang dengan pedangnya, tapi lagilagi
tubuhnya tergetar mundur dengan sempoyongan terhajar dengan jurus "mati atau hidup
ditangan nasib" yang dilancarkan pemuda Kim, keadaannya bertambah mengenaskan-
Melihat Kim Thi sia menyerang secara bertubi-tubi bagaikan orang kalap. sipedang emas
terperanjat sekali, dalam gugupnya dia memindahkan pedangnya ketangan kiri dan melancarkan
sebuah tusukan dengan jurus "selaksa panah menembusi hati."
Kim Thi sia bendung datangnya serangan lawan dengan tangan kirinya yang memainkan jurus "
kecerdikan mencapai tingkatan langit", sementara telapak tangan kanannya dengan jurus
"hembusan angin mencabut pohon" mencengkeram dada musuh.
Pedang emas sama sekali tak menyangka akan datangnya ancaman tersebut, seketika itu juga
dadanya kena dicengkeram oleh kelima jari tangan lawan yang kuat bagaikan jepitan besi, kontan
separuh badannya menjadi kaku dan kesemutan-
Baru saja Kim Thi sia hendak menggerakkan tenaga dalamnya untuk membunuh lawan d isaat
itu juga dia merasakan datangnya semburan cahaya pelangi yang amat menyilaukan mata.
Berada dalam keadaan begini, dia tak sempat lagi mengurusi musuhnya, buru-buru
cengkeramannya dibetot kedepan dan-..... "Braaat" pakaian yang dipakai sipedang emas sudah
tertarik hingga robek. Mendadak......
Sebuah benda hitam dari balik saku bajunya dan terjatuh ketanah, buru-buru sipedang emas
berusaha merebutnya, namun sebuah tendangan dari Kim Thi sia membuat benda tersebut
mencelat ketempat yang jauh.
cepat-ceoat sipedang emas, menengok kearah dimana benda tersebut terjatuh agaknya ia
sudah tak bersemangat lagi untuk melanjutkan pertarungan, tergopoh-gopoh sebuah bacokan
dilancarkan, setelah itu dia cepat-cepat menerjang kemuka.
Menyaksikan sikap musuhnya yang panik, satu ingatan segera melintas didalam benak Kim Thi
sia:
"Benda itu pasti penting sekali artinya kalau tidak mustahil dia kelihatan begitu tegang dan
panik"
Berpikir demikian, dia segera mengerahkan tenaga dalamnya dan melancarkan sebuah pukulan
dengan jurus "kelincahan menguasahi empat samudra."
Menggunakan kesempatan disaat sipedang emas tertegun karena datangnya ancaman itu, Kim
Thi sia menyerbu benda yang terjatuh tadi.
kemudian tanpa diperiksa lagi apa isinya dia masukkan bungkusan tersebut kedalam sakunya.
Pemuda itu memang berdiri tak jauh dari sipedang emas, apalagi diapun mendapat bantuan
yang amat besar dari ilmu Tay goan sinkang, karenanya ia berhasil mendapatkan benda tadi jauh
mendahului sipedang emas.
Tak terlukiskan rasa gusar sipedang emas melihat kejadian ini, dengan gemas dia melotot
sekejap kearah lawannya, lalu sambil menjulurkan tangannya kemuka dia berteriak: "Kembalikan
kepadaku"
"Hmmm, tidak akan semudah itu" sahut Kim Thi sia sinis.

Raut muka sipedang emas yang jelek nampak mengejang berapa kali, tapi akhirnya dia
berusaha membujuk dengan suara yang lebih lunak.
"Benda tersebut sama sekali tak berguna bagimu, kembalikanlah kepadaku"
"Tidak bisa" sahut Kim Thi sia lantang. "Tatkala kau berhasil membekuk putri Kim huan
tadi,akupun pernah memohon kepadamu dengan sikap yang lembut dan halus, namun kau sama
sekali tak menggubris, bahkan menuntut kepadaku untuk menukarnya dengan ilmu Tay goan
sinkang. Nah sekarang aku harus memberi pelajaran kepadamu."
"Kalau dihitung-hitung, kita masih termasuk sesama saudara seperguruan- Betapapun jeleknya
hubungan kita, toh tidak pantas bergurau sehebat ini, lagi pula........"
Baru berbicara sampai separuh jalan, tiba-tiba ia menerjang maju kedepan sambil melakukan
cengkraman kilat.
Nyaris Kim Thi sia termakan sambaran itu, amarahnya semakin memuncak. tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya hingga mencapa
delapan bagian, lalu melepaskan sebuah serangan dengan jurus " kejujuran mengalahkan batu
emas."
Sejak menderita luka pada pusarnya, sipedang emas tak berani menghadapi musuhnya dengan
kekerasan, dengan perasaan apa boleh buat ia terpaksa menarik diri kebelakang. Kim Thi sia tidak
melakukan pengejaran lebih jauh, dia berdiri sambil termenung. Rupanya pada saat itulah, dia
telah merasakan suatu kejadian yang sangat aneh.
Kalau pada mulanya, setiap kali dia beradu tenaga dengan sipedang emas, pihaknya selalu
didesak mundur secara mudah, maka sekarang keadaan justru terbalik, bukan saja ia berhasil
mendesak musuh bahkan mampu membuatnya gelagapan setengah mati, lantas apa yang
sebenarnya telah terjadi?
Kalau dibilang dia berbakat kelewat bagus sehingga kemajuan yang dicapai amat cepat. Hal ini
mustahil bisa diterima dengan akal sehat, sebab kejadian satu dengan kejadian lainnya hanya
terpaut dua jam, rasanya selama seribu tahun sejarah dunia persilatan belum pernah ada kejadian
seperti ini.
"Atau mungkin dialah yang mengalami kemunduran secara drastis?" ingatan ada sempat
melintas didalam benaknya.
Tapi hal inipun tak mungkin sipedang emas tidak terluka, diapun tidak kehabisan tenaga,
bagaimana mungkin ilmu silatnya bisa menderita kemunduran sebesar itu? setelah berpikir berapa
saat akhirnya ditemukan satu titik terang tentang persoalan ini.
Sebagaimana diketahui sebelum dia bertarung melawan sipukulan sakti tanpa bayangan tadi
setiap serangan yang dilepaskan olehnya selalu berhasil dipukul balik oleh pedang emas, namun
setelah berlangsung pertarungan sengit, ia justru berhasil mendesak musuhnya secara mudah,
jelas kunci dari jawaban persoalan ini terletak padadiri sipukulan sakti tanpa bayangan-
Dia masih teringat dengan jelas bagaimana situasi pada awal pertarungan, serangan demi
serangan yang dilancarkan kakek botak itu selalu dahsyat dan mematikan, kehebatannya sukar
dilukiskan dengan kata-kata, namun setelah berlangsung berapa saat, bukan saja musuhnya
bertambah lemah, bahkan diapun mulai mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan
balasan-
Ketika sipukulan sakti tanpa bayangan menemukan keadaan yang tak beres ini, dia segera
menghentikan pertarungannya .
seingatnya, peristiwa semacam ini belum pernah dialami sebelumnya. Diam-diam Kim Thi sia
berpikir:
"Sudah pasti dia menderita kerugian karena ilmu Tay goan sinkangku menurut ciang sianseng,
kepandaianku ini sanggup menghancurkan tenaga dalam musuh tanpa wujud dan gejala apapun,

agaknya apa yang dia katakan memang menjadi kenyataan sekarang" Kemudian dia berpikir lebih
jauh:
"Sipukulan sakti tanpa bayangan sebagai seorang tokoh sakti dari Tiang pek san nyata memiliki
ilmu silat yang luar biasa hebatnya, kini aku telah banyak menghisap tenaga murninya dengan
ilmu ciat khi mi khi, tak heran banyak manfaat yang berhasil kuperoleh sehingga sipedang
emaspun merasa tak mampu menandingiku."
Berpikir demikian, rasa percaya pada kemampuan sendiripun semakin meningkat, dengan
sangat berani dia mengambil keluar bungkusan milik sipedang emas itu serta membuka
bungkusannya .
Ternyata benda itu berbentuk segi empat ketika dibuka maka dibawah sinar rembulan yang
redup tampaklah benda tadi berupa sebuah kotak besi.......
Begitu kotak tadi diamati dengan seksama, tiba-tiba saja ia berseru tertahan-"oooh, rupanya
lentera hijau."
Dia masih teringat dengan jelas betapa " lentera hijau" tersebut pernah menyelamatkan
jiwanya, waktu itu dua sudah terkapar ditempat yang terpencil, bila tidak datang pertolongan
niscaya dalam berapa hari kemudian jiwanya akan melayang.
Siapa tahu d isaat yang kritis itulah dia berhasil menemukan kasiat " lentera hijau" sehingga
jiwanya terselamatakan, tak disangka setelah benda itu terlepas dari tangannya berapa saat, kini
terjatuh kembali ketangannya, inikah yang dinamakan berjodoh?
Diapun teringat kembali dengan pembicaraan antara ciang sianseng dengan Dewi Nirmala, dia
tahu benda tersebut merupakan benda mestika yang amat langka, kasiatnya selain mampu
mengobati luka juga untuk memanjangkan usia seseorang.
Lebih-lebih bagi orang persilatan yang mengalami keadaan "jalan api menuju neraka" benda ini
sanggup memulihkan kembali kekuatannya.
Tak heran kalau ciang sinseng dan Dewi Nirmala sekalian berusaha dengan segala
kemampuannya untuk mendapatkan benda ini.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak dia membungkus kembali benda tersebut dan dimasukkan
kembali kedalam sakunya. Kini diapun telah mengambil sebuah keputusan, pikirnya:
"Rasanya untuk bisa menyelamatkan jiwa putri Kim huan tanpa kehilangan ilmu saktiku, satusatunya
jalan cuma menyerempet bahaya."
Dia amat percaya dengan kemampuan serta kasiat dari "lentera hijau", sebab benda itu pernah
menyelamatkan jiwanya, ini berarti benda ini jauh lebih bisa diandalkan daripada benda apapun-
Maka dengan nada pembicaraan yang lebih meyakinkan dia berseru kepada sipukulan sakti
tanpa bayangan dingin-
"Empek Ang, bila kau ingin menggunakan keselamatan gadis tersebut untuk ditukar dengan
ilmu silatku, maka rencanamu itu pasti akan gagal total, sebab hubungan ku dengannya tal lebih
cuma teman biasa.Jadi sama sekali tiada hubungan yang istimewa, bila kau mendesakku terus
menerus, sama artinya memaksaku membuka kartu lebih awal."
"Kau betul-betul kelewat polos dan kekanak-kanakan, kau anggap dengan berkata demikian,
maka aku akan membebaskannya?"
"Aku tak perduli, pokoknya aku tak ambil pusing dengan keselamatannya toh kau pun tak
mampu berbuat apa-apa kepadaku?"
"Kau jangan sembarangan mengaco belo lagi bila amarahku sampai berkobar, akan kuhajar
sampai mampus" ancam sikakek geram. Kim Thi sia sengaja tertawa sinis sahutnya:
"Alahkan, silahkan"
"Kau mengira aku tak berani?" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan lagi dengan gemas.

Sambil tertawa dingin jari telunjuk dan jari tangannya segera ditempelkan diatas jalan darah
Tay gi hiat ditubuh putri Kim huan- Dalam keadaan begini, asal dia mengerahkan sedikit tenaga
saja, niscaya gadis tersebut akan mampus dalam keadaan yang mengenaskan.
"Kau harus tahu" ancam slkakek lagi, "Sepanjang hidupku, aku selalu menganggap nyawa
orang bagaikan rumput, bila amarahku sudah berkobar, aku bisa membacoknya sampai mampus,
tanpa perduli siapakah dia."
Walaupun dihati kecilnya Kim Thi sia amat tegang, namun dia berniat menyerempet bahaya,
buru-buru dia unjukkan lagak "acuh tak acuh" nya, malah sambil tertawa teriaknya:
"Ang locianpwee, kau memang seorang algojo yang amat hebat,
haaaah......haaaah.....haaaah......"
Sipukulan sakti tanpa bayangan berwatak berangasan, setelah bersabar terus akhirnya dia tak
mampu lagi menahan diri pikirnya:
"Perduli amat dengan ilmu Tay goan sinkang, keparat ini amat menggemaskan, dia berani
memperolok-olok diriku, biar kubunuh gadis tersebut terlebih dulu."
Napsu membunuhnya segera memancar keluar dari balik mata, baru saja dia akan
mengerahkan tenaga dalamnya, mendadak terdengar seseorang berseru dari belakang: "Empek
harap tunggu sebentar"
Dengan wajah tertegun sipukulan sakti tanpa bayangan berpaling, setelah mengetahui siapa
orangnya, dengan wajah tertegun ia bertanya: "Keponakan perempuan, ada urusan apa?"
Ternyata orang yang berseru barusan tak lain adalah sinona cantik berbaju putih, putri dari
Dewi Nirmala.
Terdengar gadis itu berkata dengan pelan:
"Empek dia toh sama sekali tak bersalah, harap kau sudi mengampuni selembar jiwanya"
Ketika Kim Thi sia mendengar perkataan tersebut, dalam hati kecilnya segera timbul perasaan
tak senang hati disamping rasa terima kasih, pikirnya cepat:
"Aku justru sengaja memaksanya berbuat demikian, siapa tahu kau malah menghalangi
perbuatannya, sungguh menjengkelkan-......."
Sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan telah bertanya agak keheranan:
"Maksudmu, aku harus membebaskan dirinya?"
"Yaa benar" gadis itu mengangguk.
Sambil menarik mukanya kakek botak itu berseru lagi:
"Mengapa sih kau mencampuri urusanku ini?"
"Keponakan perempuan tidak ingin menyaksikan orang yang tak bersalah......"
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera memahami maksud dihatinya, setelah memandang
sekejap wajahnya yang cantik dan polos itu, dia berpikir:
"Gadis ini berwajah halus, lembut dan saleh, nyata sekali dia memang seorang nona yang
lembut dan berwelas kasih........"
Karena itu diapun segera memaafkan tindakannya itu, katanya pelan:
"Aku tahu, kau merasa tak tega melihat orang yang tak bersalah menemui ajalnya tapi........"
Sesudah berpikir sebentar, kembali dia melanjutkan:
"Kau tentu menganggap diriku sebagai seorang manusia yang gemar membunuh, tapi aku
benar-benar tak habis mengerti, kau adalah putri dari Dewi Nirmala, sedangkan perbuatan
maupun sepak terjang Dewi Nirmala sepanjang hidupnya justru berlipat ganda lebih kejam dan
buas ketimbang aku. Kau yang tambah dewasa dalam suasana begini, mengapa masih bisa

mempertahankan kewelas kasihanmu itu? Apakah kau belum pernah melihat semua kekejaman
dan kebuasan dilembah Nirmala? Atau mungkin gadis ini adalah sahabatmu.......?"
Air mata segera bercucuran keluar dari mata sinona ketika ia selesai mendengar perkataan itu,
dengan kepala tertunduk katanya pelan:
"Aku tak tahu kalau ibuku sangat gemar membunuh orang, dia tak pernah menyinggung
persoalan ini kepadaku. Aku........."
sementara itu, putri Kim huan yang menghadapi saat kematiannya justru dapat mengendalikan
gejolak perasaannya, dia menghela napas dengan sedih, lalu sambil memandang rembulan
diangkasa, selanya pelan:
"Adikku, aku matipun tak menjadi soaL paling-paling cuma mengurangi beban baginya. Kalau
bukan begini, dikemudian hari dia pasti akan bertambah repot karena aku."
Kim Thi sia paling suka melihat wajah gadis tersebut disaat ia sedang termenung, memandang
wajahnya yang cantik dan begitu menawan hati, hampir-hampir saja dia akan berubah pikiran-
Dalam pada itu sipukulan sakti tanpa bayangan kelihatan mulai ragu, tapi kemudian ia berkata:
"Bagaimanapun juga, aku tak kuat menahan diri melihat lagak bocah keparat tersebut."
Hay Jin, sinona cantik berbaju putih itu mengangkat kepalanya dan memandang sekejap kearah
putri Kim huan dengan sepasang matanya yang keji, sesudah menghela napas katanya: "cici, aku
tak berdaya membuat ia......."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, air matanya telah jatuh bercucuran membasahiu
wajahnya. Dia menutupi mukanya dengan kedua belah tangan kemudian berpaling kearah lain,
agaknya dia tak tega melihat gadis tersebut mati secara mengenaskan-Kim Thi sia cepat-cepat
mengeraskan hatinya seraya membentak nyaring: "Hey sipukulan sakti tanpa bayangan, kalau
memang bernyali, cepatlah turun tangan"
Mencorong sinar tajam dari balik mata sipukulan sakti tanpa bayangan, dengan gemas dia
melotot sekejap kearahnya, lalu menegur:
"Sekali lagi aku ingin bertanya kepadamu, kau menyanggupi permintaanku atau tidak?"
"Tidak" sahut Kim Thi sia lantang.
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera mendengus, jari tangannya disodokkan kuat-kuat
keatas jalan darah Tay gia hiatnya.
Tanpa sempat mengeluarkan sedikit suara pun, putri Kim huan segera roboh terjungkang
keatas tanah.
Dengan sinar mata yang tajam Kim Thi sia memandang sekejap tubuh putri Kim huan yang
tergeletak tak berkutik diatas tanah. Perasaan gugup, tak senang, kaget dan marah bercampur
aduk didalam benaknya. Sampai berapa saat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun.
Tindakannya "menyerempet bahaya" telah tercapai setengah bagian, ini berarti masih ada
keadaan yang lebih berat dan lebih mengejutkan hati yang belum sempat dilaksanakan. Bila hal ini
sampai gagal berarti dia tak akan memperoleh ketentraman hidup lagi dikemudian hari.
Menghadapi pilihan yang begini kritis dan menyeramkan, sekalipun pemuda itu berjiwa luar
biasa pun tak urung juga dibuat bergidik juga hatinya.
sementara itu sipukulan sakti tanpa bayangan yang sedang mengawasi putri Kim huan dengan
wajah yang cantik jelita, telah roboh ditangannya. Betapapun gusarnya kakek tersebut tak urung
timbul juga perasaan menyesalnya.
Dengan wajah yang lesu kakek itu menggelengkan kepalanya berulang kali, sambil menghela
napas ia berbisik: "Aaaah, dia telah tewas."

Kim Thi sia melompat maju kemuka, teriaknya keras-keras:
"Yaabetul, dia memang sudah mati, tapi urusanmu denganku belum selesai."
Teriakan ini seketika melenyapkan perasaan menyesal yang muncul didalam hati sipukulan sakti
tanpa bayangan, dia berseru dingin: "Biar mampus, siapa suruh kau menolak permintaanku?"
Dengan penuh amarah Kim Thi sia menghimpun tenaga murni Tay goan sinkangnya,
sekarang tiada persoalan yang merisaukan lagi, dalam keadaan gusar dan dendam yang
meluap-luap. tenaga serangannya menjadi dua kali lipat lebih hebat.
Tergopoh-gopoh sipukulan sakti tanpa bayangan menghimpun tenaga dan melepaskan pula
sebuah pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut.
Dua gulung tenaga pukulan yang sangat kuat, tanpa menimbulkan suara ataupun desing suara
segera bertumpukan satu dengan lainnya.
Akibat dari benturan tersebut, kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur kebelalang, air
mukanya berubah menjadi merah membara.
Kim Thi sia tahu bahwa ilmu tay goan sinkang memiliki kemampuan untuk merusak ten-dalam
lawan, maka begitu tergetar mundur sekali lagi dia menubruk kemuka.
Sepasang telapak tangannya disilangkan kekiri kanan, dan secara beruntun dia melancarkan
dua buah serangan sekaligus dengan jurus "menyapu rata seluruh bumi" serta "kepercayaan
menguasahi seluruh dunia."
Untuk sementara waktu sipukulan sakti tanpa bayangan menempati posisi diatas angin, namun
dihati kecilnya dia merasa amat sedih danpedih hatinya, sebab setiap kali terjadi bentrokan
kekerasan, ia segera merasakan tenaga dalamnya makin lemah dan berkurang.
Makin bertarung pikirnya semakin risau, sepuluh gebrakan kemudian, tenaga serangannya
sudah tidak selancar awal pertarungan lagi, kenyataan tersebut kontan saja membuat hatinya
sangat terkejut.
Waktu itu kentongan kelima sudah menjelang tiba, secercah fajar muncul diufuk timur.
Dibawah cahaya sang surya yang redup tampaklah dua sosok bayangan manusia sedang saling
bertarung dengan serunya, untuk beberapa saat sukar untuk diketahui siapa bakal menang dan
siapa bakal kalah.
Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan menarik diri kebelakang seraya berserur "TUnggu
sebentar"
"Ada apa?" tegur Kim Thi sia sambil menghentikan pula serangannya.
Suara pembicaraannya memburu, persis seperti dengusan napasnya yang memburu dan cepat,
ditengah pagi hari yang dingin, jidatnya justru basah oleh peluh sebesar kacang kedelai.
Ternyata keadaan dari sipukulan sakti tanpa bayangan tidak jauh berbeda, sekujur badannya
telah basah oleh keringat. Dengan napas tersengkal-sengkal dia berkata: "Lebih baik pertarungan
hari ini kita tunda dulu sampai besok........."
Baru berbicara sampai disetengah jalan, mendadak teringat kembali olehnya akan kedudukan
serta pamornya dalam dunia persilatan, cepat-cepat dia menutup mulutnya kembali.
Tapi semua jago yang hadir dalam arena dapat memahami maksud dan arti dari perkataannya
itu.
Kim Thi sia sama sekali tidak mengejek ataupun mencemooh dirinya, dengan suara dalam dia
berkata:
"Baik, kita lanjutkan pertarungan ini besok"

Dia memang terbuuru-buru ingin menyelesaikan persoalan terakhir putri Kim huan maka
setelah mendengar usul lawannya, semangat tempurnya ikut mengendor pula.
Tampaknya sipukulan sakti tanpa bayangan tak ingin membuang waktu terlalu lama disitu, dia
segera berpaling kearah pemuda tampan itu dan berseru keras: "Ayoh berangkat"
Dari wajah ayahnya yang letih dan murung, pemuda tampan ini mengerti kalau orang tua
tersebut butuh waktu untuk beristirahat, diapun tidak menunggu terlalu lama lagi. Sambil
menggandeng tangan nona cantik berbaju putih itu, cepat-cepat mereka pergi meninggalkan
tempat tersebut.
Sepeninggal ketiga orang itu, ternyata bayangan tubuh dari sipedang emas sekalianpun sudah
tak nampak lagi disitu.
Kim Thi sia mencoba melakukan pencarian disekeliling tempat itu, namun sesosok bayangan
setanpun tak nampak. dengan perasaan heran ia segera berpikir: "Aaaaah, sungguh aneh, kenapa
mayat pun sudah dipindahkan semua?"
Padahal diarena pertarungan masih terdapat puluhan sosok mayat, tapi semuanya berasal dari
pihak Juan tiong supa.
Sebaliknya mayat-mayat dari pihak sembilan pedang dunia persilatan, kini sudah lenyap tak
berbekas, jelas sudah semuanya ini merupakan hasil karya dari sipedang emas, pedang air dan
pedang kayu.
"Beginipun ada baiknya juga, biar persoalan ini diperhitungkan kembali dikemudian hari......"
pikir pemuda itu cepat.
Pelan-pelan dia berjalan menuju kearah putri Kim huan, sesuai berlangsungnya pertarungan
sengit, tiba-tiba saja dia merasakan setiap langkah kakinya sangat berat.
Setiap langkahnya seakan-akan diberi beban ribuan kati beratnya.
Dengan wajah yang teramat letih dia mendekati putri Kim huan, tampak gadis itu memejamkan
matanya bagaikan bidadari sedang tidur, hatinya tercekat, pikirnya segera:
" celaka, rupanya lentera hijau telah kehilangan kasiatnya, aku terlalu menyerempet bahaya,
kini semua telah berakhir......."
Ia mulai menyesal, menyesal telah menyerempet bahaya yang amat besar.
Dia mencoba mengulurkan tangannya untuk memayang bangun gadis tersebut siapa tahu
tenaganya seakan-akan sudah membuyar semua, tangannya lemas dan tak berkekuatan lagi,
dengan lunglai dia terduduk kembali diatas tanah.
sebagaimana diketahui, dia sudah bertarung setengah harlan lamanya tanpa berhenti, terutama
sekali pertarungan sengitnya melawan sipukulan sakti tanpa bayangan, seandainya dia tak
memiliki watak tinggi hati, niscaya sejak tadi ia sudah roboh terjungkal diatas tanah dan mampu
bangun kembali....
Sekarang, sekujur badannya terasa lemas dan sama sekali tak bertenaga, kelopak matanya
terasa berat sekali ingin terpejam tak tahan lagi gumamnya sambil menghela napas:
"Aaaa i....... mengapa keadaanku berubah selemah ini? Bila muncul musuh dalam keadaan
begini, bagaimana caraku untuk menghadapinya?"
Pelan-pelan dia merangkak kesamping tubuh putri Kum huan dan duduk bersandar diatas batu
besar, matanya buru-buru dipejamkan kemudian mengatur pernapasan untuk memulihkan kembali
kekuatannya.
Tapi rasa mengantuk yang datang menyerang membuat dia tak sanggup menahan diri lagi,
akhirnya dia terduduk dan tidur nyenyak. Tak lama kemudian-....
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, tiba-tiba terdengar suara derap kaki kuda
yang amat ramai berkumandang datang dari kejauhan sana.

Disusul kemudian muncullah serombongan penunggang kuda yang semuanya mengenakan
baju hijau dengan ikat kepala berwarna biru, wajah mereka nampak keren dan sorot matanya
amat tajam Jelas orang-orang itu merupakan sekawanan manusia yang berilmu tinggi.
Namun Kim Thi sia sudah tertidur nyenyak dalam keadaannya begini kendatipun ada sebuah
batu besar yang jatuh menindihi tubuhnya pun, belum tentu ia akan terjaga dari tidurnya.
Derap kuda yang amat ramai semakin mendekat, gulungan pasir dan debu memancar keempat
penjuru.
Mendadak rombongan jago persilatan itu menghentikan perjalanannya dan terdengarlah
seseorang berteriak keras:
"Hey coba lihat,Juan tiong supa, empat macan kumbang dari Juan tiong telah habis ditumpas
orang"
Kawanan jago itu segera berpaling kearah yang ditunjuk. bergemalah kemudian teriakan gusar
dan suara orang yang melompat turun dari kudanya memburu ketempat kejadian tersebut.
Terdengar mereka berseru keras:
"Sudah pasti peristiwa ini merupakan hasil karya dari bocah keparat itu, nyata benar kelihayan
dari keparat tersebut......."
Tak lama kemudian terlihatlah ada tiga orang lelaki kekar berjalan menuju kearah Kim Thi sia.
Rupanya mereka segera menemukan jejak anak muda tersebut, tiba-tiba mereka berhenti sambil
berbisik: "Jangan berisik, sasaran kita berada disini."
Dengan berjalan pelan ketiga orang itu menyusup maju kedepan, sementara tangan mereka
merogoh kedalam saku dan mengeluarkan sebuah tongkat tulang dan segulung tali agaknya
mereka hendak menangkap sang pembunuh dalam keadaan hidup,
Tak lama kemudian, empat arah delapan penjuru disekeliling Kim Thi sia telah berdiri puluhan
orang manusia berbaju biru yang rata-rata bersinar tajam. Mereka adalah jago-jago pilihan dari
dunia persilatan dengan ilmu silat yang luar biasa, bila orang-orang itu sampai turun tangan
bersama-sama, kemungkinan besar kekuatan mereka sanggup untuk melenyapkan kawanan jago
yang tiga kali lebih hebat daripada mereka.
Tampaknya rombongan tersebut mempunyai disiplin yang tinggi dengan pengalaman yang
hebat, mereka tidak langsung melancarkan serangan, tapi meninggalkan empat orang untuk
mengurusi kuda-kudanya.
Dalam waktu singkat puluhan ekor kuda itu sudah diperintahkan berjongkok keatas tanah tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, jelas kuda-kuda itu merupakan jenis unggul yang hebat.
Sementara puluhan orang penunggangnya dengan sorot mata yang tajam mengawasi sang
pembunuh yang masih tertidur itu tanpa berkedip.
Mereka tidak tahu kalau Kim Thi sia sudah kehabisan tenaga hingga tertidur nyenyak. Mereka
mengira musuhnya sengaja berbuat demikian untuk menjebak mereka masuk perangkapnya.
Maka semua orangpun tidak berani bergerak secara sembarangan, setiap orangpun berusaha
menjaga jaraknya sejauh tiga kaki dari Kim Thi sia, dengan begitu seandainya Kim Thi sia
melancarkan serangan secara tiba-tiba mereka tidak akan sampai dibuat kacau.
Tunggu punya tunggu, Kim Thi sia belum bergerak juga dari posisi semula, napasnya tetap
teratur, matanya tetap terpejam, sikap seperti ini persis dengan sikap yang dikata orang "biar
gunung meletuspun wajah tidak berubah", tentu saja hal mana semakin meningkatkan
kewaspadaan kawanan jago itu hingga siapapun tak berani bertindak secara sembarangan-
Mendadak salah seorang diantara mereka maju selangkah kedepan dan menegur:
"Sobat, kau benar-benar manusia luar biasa. Ditinjau dari keteranganmu ini bisa diduga bahwa
kau bukan manusia sembarangan tapi........"

Setelah tertawa dingin berulang kali, lanjutnya:
"Dalam semalam saja sobat telah membantai mereka hingga punah, tindakan semacam ini
benar-benar merupakan tindakan yang kelewat batas, kau anggap dibawah pimpinan Pek Kut
sinkun sudah tiada orang pandai lagi?"
Kim Thi sia sama sekali tidak mendengar perkataan itu, entah sedang apa bermimpi atau
mengingau, tiba-tiba ia berteriak keras: "Telur busuk. mau apa kau?"
Bentakan tersebut seketika menggemparkan semua jago yang hadir, sebagai manusia berilmu
tinggi dan tak pernah percaya dengan segala tahayul, sebetulnya mereka sudah bersiap-siap
melancarkan serangan, karena musuhnya tak bergerak sama sekali.
Siapa sangka sebelum tindakan tersebut dilakukan, sang pemuda telah membentak keras,
kontan saja orang-orang itu menjadi amat terperanjat dan segera mengurungkan niatnya untuk
menyerang.
Sambil tertawa dingin orang itu berseru:
"Sobat, kaupun terhitung seorang lelaki jantan dari dunia persilatan, sepantasnya kau tahu
bahwa siapa membunuh orang dia harus membayar dengan nyawa sendiri. Apa gunanya kami
banyak bicara, haaaaah.....haaaaah........"
Suasana hening untuk berapa saat, mendadak terdengar Kim Thi sia berseru lagi: "Maknya, bila
kau berani maju lagi, jangan salahkan kalau toaya akan bertindak keji."
Mungkin dalam impiannya dia sedang mengalami kejadian yang sama, terdengar ia bergumam
lagi:
"Huuuuh, apa sih hebatmu, kau tak lebih hanya seorang manusia kurcaci yang tak berguna.
Aaai....berani amat berlagak dihadapanku, apakah kau tak tahu kalau Kim Thi sia adalah manusia
paling susah dilayani."
Gumaman itu cukup keras, apalagi ditengah tanah lapang yang sepi seperti sekarang, hampir
semua orang dapat mendengar nama Kim Thi sia dengan jelas sekali. Perasaan terkejut, ngeri dan
tergetar menyelimuti mereka semua.... "Aaaah, rupanya dia adalah Kim Thi sia........"
Tampaknya lelaki bermuka kuning yang tampilkan diri kedepan itupun sudah pernah
mendengar nama besar "Kim Thi sia", ia segera berpikir:
"Orang bilang Kim Thi sia adalah manusia bernyali yang paling susah dilayani, betapapun
lihaynya ilmu silat seseorang, bila sudah berurusan dengannya pasti akan dibuat pusing
kepalanya. Tak nyana apa yang dikatakan orang memang benar, cukup dilihat dari sikapnya yang
begini tenang, hati orang sudah cukup dibuatnya menjadi keder......."
Ia mencoba memperhatikan wajah Kim Thi sia dengan seksama, tampak ia memiliki wajah yang
lebar dengan alis mata tebal, mukanya meski tak terhitung tampan namun cukup menarik hati.
"Tak heran orang lain ngeri kepadanya, ia memang memiliki wajah yang cukup keren dan
menyakinkan......" demikian dia berpikir lebih jauh.
Ketika melihbat Kim Thi sia tidak menggubris mereka lagi setelah bergumam tadi, ia semakin
tak senang hati, pikirnya lebih jauh:
"Sekalipun pamormu cukup besar, namamu cukup tersohor, tapi sikap memandang rendahmu
sangat menjengkelkan- Aku tak percaya kau benar-benar mempunyai tiga kepala enam lengan
sehingga tak takut mati......."
Sambil maju mendekat, ia menegur keras:
"Perkataan Kim tayhiap memang benar, aku tak lebih cuma seorang manusia tidak bernama
yang tak berkemampuan apa-apa. Tapi biar tak bernamapun masih terhitung seorang manusia.
Kim tayhiap. perbuatanmu membantai puluhan orang saudara kami telah menimbulkan amarah

khalayak ramai, betapapun hebatnya asal usulmu, betapa lihay ilmu silatmu, kami bertekad akan
membalaskan dendam bagi kematian saudara-saudara kami."
Suasana hening untuk sesaat, lalu terdengar Kim Thi sia menjengek sambil tertawa dingin:
"Hmm, kau benar tak tahu diri, hari ini aku bertekad akan menghancur lumatkan tubuhmu
menjadi berkeping-keping."
Lelaki bermuka kuning itu gusar sekali, mendadak dia mengayunkan telapak tangannya sambil
menyerbu kedepan, sebuah pukulan dahsyat siap dilontarkan ketubuh lawan-
Namun baru mencapai tengah jalan tiba-tiba ia buyarkan serangan sambil melompat mundur
kebelakang.
Rupanya pada saat itulah Kim Thi sia telah mengayunkan pula telapak tangannya seolah-olah
hendak membendung serangannya.
Untuk sesaat lamanya lelaki berwajah kuning itu menjadi tertegun, beginikah cara Kim Thi sia
yang termashur namanya itu menghadapi serangan musuhnya?
Sekalipun ia belum pernah menyaksikan sendiri kehebatan ilmu silat Kim Thi sia namun sering
mendengar dari cerita rekan-rekannya, beginilah cara Kim Thi sia menghadapi lawannya?
Bertarung dengan sikap kemalas-malasan? Atau mungkin musuhnya memandang rendah dirinya
dan merasa tak sudi bertarung seorang lawan seorang dengannya? Sementara dia masih
kebingungan, tiba-tiba terdengar Kim Thi sia berseru lagi:
" Keparat, tak nyana kau punya ilmu simpanan juga. Haaaah......haaaah.......haaaaah........"
Gelak tertawanya penuh diliputi perasaan bangga, seakan-akan ia memiliki kemampuan cukup
untuk membasmi musuhnya.
Lelaki bermuka kuning itu dibuat terperanjat sekali oleh gelak tertawa itu, rasa takut yang tibatiba
muncul membuat paras mukanya berubah hebat, tergopoh-gopoh dia melompat mundur
kebelakang.
Biarpun saat ini dia didampingi oleh keempat orang rekannya yang terkenal sebagai "chin nia
su coa" atau empat ular dari tebing chin, namun bila dipertimbangkan kekuatan gabungan
mereka, jelas masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan kehebatan Kim Thi sia.
Empat ulat dari tebing chin segera saling bertukar pandangan ketika melihat rekan mereka ini
menyusut mundur dengan wajah ngeri.
Agaknya mereka telah dapat menebak jalan pikiran rekannya itu, sambil mendengus marah,
serentak mereka maju mendekati Kim Thi sia, lalu teriaknya keras-keras:
"Hey Kim Thi sia, apa sih hebatmu. jangan harap kau bisa menakuti orang lain dengan
andalkan pamormu itu, kalau ingin hebat, tunjukkan dulu kepandaian silatmu yang
sebenarnya........"
Sambil berkata serentak mereka meloloskan golok masing-masing.
Ucapan dari keempat orang ini kontan saja membuat lelaki bermuka kuning itu menjadi tersipusipu
malu, sekalipun dihati kecilnya dia tahu maksud dan tujuan keempat ular dari tebing chin ini,
namun tak urung timbul juga rasa tak senangnya. Tiba-tiba Kim Thi sia menggeliat, lalu berkata
dengan kemalas-malasan-"Siapa yang barusan membicarakan diriku?"
Tampaknya dia belum tersadar kembali dari tidurnya, sehingga sewaktu bertanya matanya
masih tetap terpejam.
Empat ular dari tebing chin tidak mengetahui keadaan sebenarnya, bahkan mereka
menganggap pemuda tersebut berada dalam keadaan sadar selama ini, melihat lagaknya itu
kontan mereka tertawa dingin seraya menjawab:
"Kim tayhiap. orang yang membicarakan dirimu berada disisimu sekarang........"

Kim Thi sia segera mengenyitkan alis matanya yang tebal, baru sekarang dia merasakan
sesuatu yang tak beres. Dia merasa bukan lagi bermimpi maka sambil membuka matanya ia mulai
Celingukan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu.
Dengan cepat terlihat olehnya serentak wajah-wajah asing yang belum dikenalnya selama ini.
Keempat lembar wajah yang hitam kemerah-merahan itu sedang menyeringai dan tertawa
seram, sorot matanya berkilat penuh amarah. Mimik muka yang menyeramkan ini kontan saja
mengejutkan hatinya.
cepat-cepat dia melompat bangun sambil mengawasi lagi sekeliling arena, segera dilihatnya ada
sekelompok manusia yang tak dikenal telah mengepungnya ditengah arena.
Untung saja reaksinya cukup cepat, dari mimik wajah kawanan manusia itu, ia segera
mengetahunya kalau memang orang-orang itu datang dengan " maksud tak baik", dengan
perasaan terkesiap buru-buru ia membuat persiapan-
"Sobat, apa maksud kalian datang mencari aku orang she Kim?" dengan suara yang keras
tegurnya.
"Kim tayhiap. apakah kau masih akan berlagak pilon?"jengek keempat ular dari tebing chin
dingin. "Apakah orang-orang yang mati mengenaskan itu bukan merupakan hasil karyamu?"
Sembari berkata mereka menuding kearah mayat-mayat yang terkapar ditanah, mati oleh
sipukulan sakti tanpa bayangan itu.
Sebelum Kim Thi sia sempat mengucapkan sesuatu, keempat ular dari tebing chin telah berkata
lagi:
"Kim tayhiap. setelah membunuh orang kau masih bisa berbaring dan tiduran disini tanpa
menggubris apapun, memangnya kau anggap manusia yang terbunuh itu sama sekali tak
bernyawa?"
"Telur busuk sialan" umpat Kim Thi sia dihati. "Orang lain yang membunuh sahabat kalian,
masa aku Kim Thi sia yang kena getahnya? Betul-betul sekawanan manusia bodoh." Ia tidak
langsung menanggapi perkataan terse but, sebaliknya malah bertanya: "Apakah sobat adalah
saudara-saudara mereka?"
"Betul" jawab empat ular serentak. "Kami memang sengaja datang kemari untuk mengganggu
Kim tayhiap sebentar"
Yang dimaksud " mengganggu" disini jelas adalah hendak melakukan "pembalasan dendam".
Sebagai pemuda yang tak bodoh tentu saja Kim Thi sia dapat menangkap arti dari perkataan
itu, dia segera tertawa terbahak-bahak.
"IHaaaah......haaaaah.......haaaaah.......rupanya kedatangan sobat untuk menuntut balas,
sayang kalian telah salah mencari orang....."
Dengan nada tak senang hati empat ular dari tebing chin berseru:
"Seorang lelaki sejati berani berbuat berani pula bertanggung jawab.Jawaban dari Kim tayhiap
sangat mengecewakan hati kami semua."
"Apa maksud perkataanmu itu?" Kim Thi sia segera menegur.
"Sudah lama kami mendengar akan nama besar Kim tayhiap. dalam anggapan kami Kim
tayhiap pasti seorang lelaki j antan yang berani berbuat berani pula bertanggung jawab. Siapa
tahu setelah bertemu muka sekarang, kami jumpai dirimu hanya seorang gentong nasi belaka.
Tahu begini, kamipun tak usah banyak bicara lagi." Kim Thi sia merasa kegelian setelah
mendengar perkataan itu, segera katanya:
"Sobat Jangan salah sangka, mereka semua tewas dibunuh oleh si Pukulan sakti tanpa
bayangan, ketua dari Tiang pek san" Empat ular dari tebing chin kembali mendengus:

"Hmmm, mayat belum diangkat, kenyataan masih terpampang didepan mata, tidakkah Kim
tayhiap menganggap sangkalanmu itu sungguh menggelikan hati?"
Melihat kawanan manusia itu menuduh dirinya terus menerus sedangkan dia sendiri tak mampu
memberikan penjelasan, lama kelamaan Kim Thi sia menjadi naik darah, dengan nada tak senang
hati ia berseru:
"Aku sudah mengatakan yang sesungguhnya namun kalian tak mau percaya, hmmmm Tentu
saja kalian tak berani mempercayainya karena orang yang melakukan pembunuhan adalah tokoh
tersohor dari dunia persilatan- Kini kalian telah meninggalkan musuh besar yang sebenarnya
dengan mencari gara-gara kepadaku. Perbuatan kalian inilah yang benar-benar menggelikan hati"
"Ngaco belo" teriak empat ular dari tebing chin dengan wajah berubah dan nada penuh
amarah?
Kim Thi sia tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh......si pukulan sakti tanpa bayanganpun yang memang
mempunyai nama besar yang termashur, nama besarnya didengar dimanapun- sekarang kalian
tak berani pergi mencarinya, sebaliknya malah berkaok-kaok dihadapanku, memangnya kau
anggap aku adalah manusia tak berguna yang mudah dipermainkan?"
"Siapa membunuh orang, dia harus membayar dengan nyawa sendiri. Betapapun liciknya Kim
tayhiap untuk menyangkal peristiwa inijangan harap bisa mengelabuhi aku. Hmmm kenyataan
masih terpampang didepan mata, siapa yang melihat peristiwa ini pasti akan menganggap kau
sebagai pembunuhnya, tentu saja kecuali kalau orang itu adalah orang tolol.........."
sekali lagi Kim Thi sia tertawa dingin.
"Baiklah, kalau toh kalian bersikeras menuduh diriku sebagai pembunuhnya, rasanya biar aku
bicara apapun kalian tak akan percaya, sebelum kalian hendak bertindak lebih jauh, aku harap
kamu semua bersedia untuk berpikir lagi dengan kepala dingin. Sebetulnya kalian menyaksikan
dengan mata kepala sendiri atas kejadian ini ataukah ada orang lain yang memberitahukan soal ini
kepada kalian?"
Sesungguhnya ia tak pernah bersikap mengalah seperti hari ini, tapi berhubung keselamatan
putri Kim huan masih menjadi tanda tanya, kedua iapun merasa terfintah, maka pemuda tersebut
berusaha untuk mengendalikan gejolak hawa amarahnya.
Untuk sesaat lamanya keempat ular dari tebing chin terbungkam dalam seribu bahasa, lama
kemudian mereka baru berkata lagi:
"Bagaimanapun juga, kematian dari saudara-saudara kami itu tak akan terlepas dari
dirimu.......siapa suruh kau berbaring ditempat ini?"
Dengan geram Kim Thi sia mengumpat dihati kecilnya:
"Hmmmm... kurang ajar betul, nampaknya manusia-manusia ini memang sengaja mencari
gara-gara dihadapanku"
Walaupun amarahnya telah berkobar, namun sikapnya tetap tenang sekali, pelan-pelan dia
berkata:
"Jadi persoalan ini biar dijelaskanpun tak akan menjadi jelas?"
"Benar, sekalipun bukan perbuatanmu, namun berdasarkan kehadiranmu ditempat ini. Kau tak
mungkin bisa menjelaskan apa-apa lagi, kau hanya bisa mengatakan nasibmu lagi sial." Tak
terlukiskan rasa gusar Kim Thi sia sehabis mendengar ucapan ini, pikirnya lagi:
"Kalian betul-betul punya mata, tak berbiji, selama ini aku sudah cukup sadar dan memberi
muka kepada kalian, tak disangka kalian justru membuat gara-gara terus. HHmmm, nampaknya
kalian memang sudah bosan hidup lagi didunia ini." Berpikir sampai disitu, diapun berkata:

"Bila kalian bersikeras hendak mencari gara-gara denganku, akupun tak bisa berbuat lain
kecuali melayani kalian dengan sepasang telapak tanganku."
Tampaknya pemuda ini sadar bahwa pertarungan tak mungkin bisa dihindari lagi, maka ia
mengeluarkan "lentera hijau", membuka bungkusannya dan menempelkan lentera tersebut diatas
hidung putri Kim huan-
Setelah itu dia baru berpaling kembali kearah keempat ular dari tebing chin sambil bentaknya:
"Agaknya pertarungan memang tak bisa dihindari lagi, sekarang coba sambut dulu sebuah
pukulan ini"
Empat ular dari tebing chin sebagai manusia-manusia tinggi hati pada hakekatnya telah
berhasrat untuk membunuh lawannya karena dengan berbuat demikian kemungkinan besar nama
besar mereka akan menanjak tinggi.
Karenanya, tidak sampai lawannya sempat melepaskan pukulan, serentak mereka bertindak
lebih dulu dengan melepaskan pukulan yang maha dahsyat.
Dengan bertindaknya keempat orang itu, kawanan jago persilatan lainnya berteriak pula sambil
mengayunkan senjata masing-masing dan ikut menyerbu kedepan-
Dengan sebuah pukulan yang kencang Kim Thi sia menghalau keempat ular tersebut, kemudian
katanya sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah......haaaah......haaaah......ternyata kemampuan kalian hanya begini-begini saja."
Sejak meninggalkan Lembah Nirmala, tenaga dalam yang dimilikinya hari demi hari mendapat
kemajuan yang semakin pesat. Kemampuannya saat ini boleh dibilang sudah mencapai tingkatan
yang luar biasa.
Itulah sebabnya serangan dahsyat yang dilancarkan kali ini kontan menyapu hilang semua
kecongkakan dan kejumawaan empat ular dari tebing chin, baru sekarang mereka sadar bahwa
apa yang tersiar dalam dunia persilatan selama ini nyata bukan kosong belaka.
Sementara itu, lelaki berwajah kuning itu sangat berharap kematian dari keempat rekannya,
kendatipun ia mempunyai hubungan persahabatan dengan keempat ular dari tebing chin, namun
bila keempat orang rekannya tak mampus dalam pertarungan ini, berarti dia akan kehilangan
muka untuk selamanya atas sifat kepengecutannya tadi.
Pertarungan ditengah arena berlangsung makin seru, sebuah tendangan kilat dari Kim Thi sia
yang dikombinasikan dengan sebuah pukulan dahsyat langsung dilancarkan kearah lima orang
lelaki bermuka merah yang berdiri disisi kiri.
Kelima orang lelaki bermuka merah itu memiliki perawakan badan yang tinggi kekar, ketika
melihat datangnya serangan tersebut, serentak mereka sambut datangnya ancaman dengan keras
melawan keras.
Dalam sekejap mata, kuda-kuda kelima orang itu menjadi tergempur, tergesa-gesa mereka
melompat mundur kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman maut.
Kim Thi sia sadar kini bahwa musuh yang dihadapi sekarang merupakan jagi pilihan dari dunia
persilatan, namun ia sama sekali tak gentar, serangan demi serangan yang dilancarkan olehnya
selalu memaksa musuhnya mundur dengan mandi keringat dingin.
Tak lama kemudian puluhan gebrakan telah lewat, Kim Thi sia yang harus bertarung melawan
puluhan jago lihay, bukannya bertambah lemah, sebaliknya makin bertarung ia nampak semakin
perkasa. Tiba-tiba bentaknya lantang:
"Hey, apakah kepandaian yang kalian miliki cuma bisa makan nasi saja? Ayoh keluarkan
simpanan yang lain-"
Paras muka empat ular dari tebing chin berubah hebat, sambil mendengus mereka
mengeluarkan ilmu toya menghancur bukitnya.

Bayangan toya yang berlapis-lapis meluncur keempat penjuru bagaikan amukan ombak besar
ditengah samudra, kelih ayannya sungguh mengagumkan-
Kim Thi sia tidak gentar, dia menyerobot maju kedepan sambil mencengkeram sebatang toya
yang mengancam tubuhnya, lalu membetot kebelakang kuat-kuat.
Jerit kesakitan segera bergema memecahkan keheningan, ternyata telapak tangan orang itu
pecah dan berdarah, sementara senjatanya sudah mencelat entah kemana.
Dalam keadaan begini, orang itu menjadi bergidik dan ketakutan setengah mati sambil
berteriak keras buru-buru ia melompat mundur dan melarikan diri terbirit-birit.
Kim Thi sia tertawa tergelak. dengan toya hasil rampasannya dia menghajar serangan toya
orang lain-.... "Traaaangg....."
Kembali terjadi bentrokan nyaring, orang itu menjerit tertahan, lengannya menjadi lunglai
kebawah dan ternyata tak mampu diangkat kembali.
Untuk sesaat kawanan jago itu saling berpandangan dengan perasaan ngeri, ketika semua
orang menjadi bimbang dan tak tahu apa yang mesti dilakukan, mendadak tampak seorang kakek
berjenggot pendek melompat kedepan dengan langkah lebar sambil membekuk nyaring.
"Berhenti semua!!"
JILID 40
Begitu suara bentakan bergema, serentak puluhan orang jago persilatan itu menarik kembali
senjata masing-masing sambil melompat mundur kebelakang, suasana dalam arenapun menjadi
hening, sepi dan tak kedengaran suarapun.
Menanti semua jago telah mundur teratur, kakek berjenggot pendek itu baru berkata lagi:
"Harap kalian mendengar perkataanku dulu......."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak terdengar seseorang berseru sambil
tertawa merdu:
"Ayoh bertarung lagi..... kenapa sih kalian menghentikan pertarungan ini?"
Begitu mendengar suara merdu tersebut, bagaikan disengat kalajengking beracun, dengan
cepat berpaling dan mengawasi sekeliling tempat itu dengan sorot matanya yang tajam, kemudian
dengan wajah kaku dan serius ia membentak: "Sungguh tak disangka Dewi Nirmalapun telah hadir
disini. Bagus, bagus sekali......."
Tiba-tiba nampak sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan bagaikan
sambaran petir, sedemikian cepatnya gerakan tubuh orang itu membuat bukan saja kawanan jago
itu menjadi terkejut, Kim Thi sia sendiripun amat terperanjat jadinya.
Ternyata orang itu adalah seorang perempuan berbaju ungu, begitu munculkan diri dan semua
orang dapat melihat wajahnya dengan jelas, kawanan jago persilatan itu segera berpikir dengan
perasaan kaget.
"ooooh, benar-benar amat cantik......sungguh tak disangka perempuan secantik ini ternyata
memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya......."
Perempuan cantik itu memang tak lain adalah Dewi Nirmala, sambil tertawa terkekeh ia
berkata:
"Wahai Kim Thi sia, aku sudah tahu kalau kau tak bakal mampus"

Kim Thi sia seperti sudah melihat panah beracun yang tersembunyi dibalik senyuman manisnya
itu, bukan saja ia tidak terpikat oleh kecantikan wajahnya, malahan dengan perasaan muak dan
sebal dia tertawa dingin.
"Heeeh..... h eeeeh...... h eeeeh.......perkataanmu memang benar. Takdir belum menentukan
Kim Thi sia harus mati, tentu saja aku tak akan mati konyol"
"Aku dengar, kau berhasil mengobrak abrikan sembilan pedang dari dunia persilatan semalam?"
kata Dewi Nirmala sambil tertawa.
"Terima kasih atas perhatianmu" dengus sang pemuda makin sebal.
"Kau memang seorang lelaki hebat, hanya didalam semalaman saja, sembilan pedang dari
dunia persilatan yang begitu termashur ternyata berhasil dikalahkan......."
Berbicara sampai disitu ia tertawa terkekeh-kekeh, kemudian baru lanjutnya lebih jauh:
"Bukan cuma begitu, konon sipedang besi, pedang tanah, dan pedang api tewas pula
ditanganmu......"
"Hmm, kau tak usah gembira karena tragedi yang menimpa orang lain" dengus Kim Thi sia
sinis. "cepat atau lambat kau......"
Gelak tertawa Dewi Nirmala bertambah keras, berapa saat kemudian ia baru berkata:
"Bagaimanapun juga, aku patut berterima kasih kepadamu, sebab kau telah membantuku untuk
mengurangi banyak kerepotan."
"Masalah ini merupakan masalah budi dan dendam dari saudara seperguruanku tak usah kau
berterima kasih kepadaku. Kaupun tak usah mencampurinya......."
"Tidak!! kedatanganku hari ini adalah untuk menyampaikan rasa terima kasihku....."
Kim Thi sia mengetahui kekejaman serta kebuasan hatinya. Ketika mendengar perkataan
tersebut, tak kuasa lagi ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah......haaaah.......haaaaah.......kau hendak menggunakan ilmu Tay yu sinkang untuk
berterima kasih kepadaku?"
" Keliru,aku justru hendak menggunakan "darah" untuk membalas kesungguhan hatimu itu....."
"Apa kau bilang?" seru Kim Thi sia tertegun.
Sebagai seorang yang pintar, dari perkataan tersebut secara lamat-lamat ia bisa menarik
kesimpulan, kontan saja hatinya bergetar keras. Selapis awan hitam yang tidak menguntungkan
pun secara menyelimuti sekeliling tubuhnya.....
sementara itu kawanan jago persilatan lainnya telah meninggalkan tempat itu secara diamdiam,
mereka pergi sejauh-jauhnya dari tempat kejadian tersebut.
Biarpun nama "Dewi Nirmala" belum lama muncul didalam dunia persilatan, namun mereka
dapat menyadari dan memahami manusia macam apakah perempuan tersebut.
oleh sebab itulah dikala semua orang tahu bahwa perempuan yang berada dihadapannya
adalah "Dewi Nirmala", pikiran dan perasaan merekapun segera berubah.
Mereka sudah sering kali mendengar orang bercerita bahwa Dewi Nirmala adalah seorang
perempuan yang cantik rupawan namun berhati keji bagaikan ular berbisa.
Itulah sebabnya mereka segera mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat tersebut
sejauh-jauhnya.
Kemunculan Dewi Nirmala mendatangkan pula pelbagai kesulitan bagi Kim Thi sia, dengan
kehadirannya bukan saja semua rencananya selama ini mengalami kegagalan total lagi pula
memberikan ancaman yang lebih sering bagi keselamatan putri Kim huan.

Ia sengaja tidak menggubris keadaan putri Kim hUan, dengan berbuat begitu dia berharap
Dewi Nirmala tidak mengetahui akan kekuatirannya sehingga turun tangan mencelakai gadis
tersebut.
Tiba-tiba Dewi Nirmala bertepuk tangan nyaring, disusul kemudian dari balik hutan tak jauh
dari situ muncul tiga orang kakek berambut putih yang kepalanya mengenakan gelang emas.
Ketiga orang itu munculkan diri dengan langkah lebar dan tegap. jelas ilmu silat yang mereka
miliki amat hebat.
Kim Thi sia mengalihkan sorot matanya kearah orang yang berdiri dipaling kiri dari ketiga orang
tersebut, mendadak serunya kaget: "Aaaah......bukankah dia adalah Nirmala nomor tujuh?"
Nirmala nomor tujuh memang orang yang bersikap paling baik terhadapnya. andaikata tiada
bantuan dari orang tua ini, bisa jadi dia tak akan berhasil lolos dari Lembah Nirmala untuk
selamanya.
Kini, Nirmala nomor tujuh yang tegap dan gagah sama sekali tak bergerak ditangan rekanrekannya,
jelas orang tua itu sudah mendapat celaka. Tampak Dewi Nirmala menarik kembali
senyumnya, lalu berkata dingin: "Yaa betul, dia memang Nirmala nomor tujuh."
"Kenapa dia? Kenapa ia berada ditangan-....."
Paras muka Dewi Nirmala berubah sangat cepat, terdengar ia tertawa dingin tiada hentinya
kemudian berkata:
"Bila ditinjau dari kegelisahan yang mencekam wajahmu, rasanya apa yang kuduga memang
benar. Hmmm^ hmmm......ia berani berhianat dan bersekongkol dengan musuh, dosanya tak bisa
diampuni lagi"
"Mengapa ia tak mampu berkutik? Sebetulnya apa yang telah kau lakukan kepadanya?" seru
Kim Thi sia semakin terkejut.
"Ia sudah mampus" jawab Dewi Nirmala singkat.
Kata-kata itu muncul dari bibirnya tanpa sesuatu reaksi, pada hakekatnya ia tak menganggap
peristiwa ini sebagai suatu kejadian yang berarti. Menyaksikan hal mana, tanpa terasa para jago
berpikir:
"Apa yang diduga ternyata benar, kekejaman siluman perempuan ini melebihi ular berbisa."
Sementara itu Kim Thi sia telah berteriak keras:
"Apa? Sudah mati? Kau yang membunuhnya?"
" omong kosong, memangnya aku harus bertanya dulu kepada orang lain bila hendak
menghukum anak buahku sendiri?" jengek Dewi Nirmala sambil tertawa dingin. Kim Thi sia
semakin gusar, teriaknya:
"Siluman perempuan, kau jahat, kau kejam. Berani amat kau mencabut nyawanya....."
Sementara berteriak. titik air mata tanpa terasa jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Dipandangnya mayat Nirmala nomor tujuh sekejap dengan pandangan tertegun, kemudian
sambil berusaha mengendalikan kobaran api dendamnya, dia bertanya: "Dosa dan kesalahan apa
yang telah diperbuatnya? coba kau terangkan kepadaku"
"Ia telah berhianat, telah bersekongkol dengan musuh" dengus Dewi Nirmala.
"Siapa yang kau maksudkan sebagai musuh?"
"Kau"
"Apa?" bagaikan peluru yang dibidikkan Kim Thi sia melompat keatas, lalu teriaknya lagi. "Atas
dasar persoalan inikah kau telah membunuhnya secara keji?" Kembali Dewi Nirmala mendengus
dingin.

"Hmmm, aku bukan orang tolol, terus terang sudah lama aku ini menaruh curiga kepadanya,
sejak ia gagal menemukan tubuhmu didalam kolam, kecurigaanku makin bertambah. Aku curiga
kau belum mampus dan atas bantuannya kau berhasil meloloskan diri. Hmmm kini terbukti kau
masih hidup, bukankah hal ini membuktikan bahwa dugaanku memang benar?"
"Jadi ia mati lantaran aku?"
"Boleh dibilang begitu" mencorong sinar tajam dari balik mata Dewi Nirmala yang jeli. " Nirmala
nomor tujuh telah menghianati diriku, bersahabat dengan musuh, dosanya tak bisa diampuni lagi.
Hmmm gara-gara ulahnya kau sikeparat yang meraih keuntungan-"
"Jadi ia mati lantaranaku. ...... dia mati lantaran aku.......oooh Nirmala nomor tujuh aku telah
mencelakai dirimu......" gumam Kim Thi sia amat sedih.
Mendadak api dendam dan benci membara didalam dadanya, dengan mata berapi-api pemuda
itu segera membentak keras:
"Dewi Nirmala , bila kau tak mampus hari ini, akulah yang akan tewas"
Seusai berkata, dengan menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya sebesar sepuluh bagian, ia
lancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat ketubuh lawan-
Belum lama berselang, Dewi Nirmala sudah pernah bertarung melawan pemuda ini, dia cukup
mengetahui sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimilikinya, iapun mengerti kecuali ilmu
Tay goan sinkang, pemuda itu tidak memiliki ilmu silat lain yang patut dikuatirkan-
Atas dasar pandangan itulah, dengan suatu gerakan yang santai dia melontarkan pula sebuah
pukulan kedepan-
Benturan keras yang kemudian terjadi seketika membuat perasaan kedua orang itu sama-sama
bergetar keras.
Dengan sempoyongan Kim Thi sia mundur kebelakang hingga bahunya menumbuk diatas
batanga pohon, walaupun tubuhnya berhasil untuk berdiri tegak. namun menimbulkan rasa sakit
yang luar biasa.
Tapi Dewi Nirmala lebih terkejut lagi, ia dapat merasakan bahwa kekuatan yang dimiliki Kim Thi
sia sekarang sudah jauh berbeda dari keadaan semula, kemajuan yang berhasil dicapainya sama
sekali diluar dugaan- Kejadian mana seketika menimbulkan perasaan ngeri yang baru pertama kali
ini timbul dalam hatinya.
Sementara itu Kim Thi sia sama sekali tidak ambil perduli dengan keadaan luka yang
dideritanya, kembali ia membentak keras:
"IHey Dewi Nirmala manusia keparat, jika bernyali ayoh sambut sekali lagi pukulanku ini" ^
sambil berkata dia menghimpun kembali tenaga dalam Tay goan sinkangnya, kemudian
melepaskan sebuah pukulan lagi.
Dewi Nirmala mendengus dingin, hawa napsu membunuh telah menyelimuti wajahnya, dia
sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras......
Kini, ia sudah bertekad akan melenyapkan "bocah keparat" tersebut secepatnya, sebab ia
sadar, kehadiran pemuda itu sudah menjadi sebuah ancaman yang mengerikan baginya, terutama
kemajuan ilmu silat yang berhasil dicapainya dalam waktu singkat, jelas hal ini merupakan suatu
momok baginya.
Bentrokan demi bentrokan segera berlangsung susul menyusul, setiap kali bentrokan kekerasan
terjadi, diluarnya Kim Thi sia nampak tak tahan dan mundur dengan sempoyongan Padahal setiap
kali sehabis terjadi bentrokan tenaga dalam yang dimilikinya mendapat kemajuan yang lebih
hebat.
Disaat bentrokan keenam selesai berlangsung, Dewi Nirmala mulai merasakan akan gejala
tersebut, mendadak ia berteriak keras: "Tunggu dulu"

"Mau apa kau?" tegur sang pemuda sambil menghentikan serangannya.
"Aku ingin bertanya kepadamu"
"Apa yang ingin kau tanyakan?" seru Kim Thi sia tak sadar. "Ayoh cepatlah sedikit, toaya tak
sabar untuk menunggu lebih lama lagi."
Untuk pertama kali ini Dewi Nirmala harus menahan sabar, sekalipun dia merasa tak terbiasa
dengan sikap tersebut, tidak urung dia harus berusaha untuk mengendalikan diri, katanya dengan
tenang:
"Selain ilmu Tay goan sinkang, kepandaian apa lagi yang diwariskan Malaikat pedang berbaju
perlente kepadamu?"
"Buat apa kau menanyakan tentang persoalan ini?" tanya Kim Thi sia keheranan-
"Tak usah bertanya, jawab dulu pertanyaanku itu"
"Aku tak mau menjawab"
Berubah hebat paras muka Dewi Nirmala teriaknya dengan marah:
"Bila kau tak bersedia menjawab, akan kuperintahkan orang untuk mencincang mayat Nirmala
nomor tujuh hingga hancur berkeping-keping........."
Kim Thi sia sama sekali tidak menyangka kalau perempuan tersebut akan berbuat serendah ini,
untuk sesaat dia menjadi terbelalak dengan mata melotot, untuk berapa waktu lamanya tak
sepatah katapun yang mampu diucapkan-
Melihat pemuda itu " masuk perangkap". Dewi Nirmala segera mengetahui bahwa lawannya
adalah seorang setia kawan yang tak tega melihat sobatnya mengalami keadaan tragis. Maka
sambil tertawa puas ia berkata:
"Bersedia untuk menjawab atau tidak silahkan kau pertimbangkan sendiri......."
Karena terdesak oleh keadaan, terpaksa Kim Thi sia berkata:
" Ilmu pukulan Panca Buddha"
Dewi Nirmala segera manggut-manggut.
"Yaa benar, ilmu pedang dan ilmu pukulan ini merupakan kepandaian silat yang luar biasa, batu
emaspun tak akan mampu membendungnya." Kemudian setelah berhenti sejenak. ia bertanya
lagi: "Kecuali ilmu pukulan panca Buddha, masih ada yang lain?"
"Aku rasa, hanya satu itupun sudah lebih dari cukup," cepat-cepat Dewi Nirmala menggeleng.
"Yang kumaksudkan adalah semuanya, ayoh cepat sebutkan semua ilmu yang telah diwariskan
Malaikat pedang berbaju perlente kepadamu."
"Kau kelewat memojokkan orang, aku tak sudi menjawab" seru Kim Thi sia mulai marah. Dewi
Nirmala tertawa dingin.
"Heeeeh......heeeeh......heeeeh.......aku mampu untuk memaksamu agar memberi jawaban"
Ia segera mengulapkan tangannya, seorang kakek berjenggot panjang yang berdiri disisinya
segera tampilkan diri dengan langkah lebar, tanyanya dengan hormat: "Sincu ada perintah apa?"
"Turunkan nirmala nomor tujuh"
Orang yang disebelah kiri menurut dan turunkan jenasah tersebut, lalu berdiri tegap dengan
sikap yang menghormat.
"Siap menunggu perintah selanjutnya dariSincu" katanya kaku.
" Loloskan pedang" hardik Dewi Nirmala.

orang yang berada disebelah kanan segera meloloskan sebilah pedang, tampak tubuh pedang
tersebut bergetar keras hingga mendengung nyaring, jelas senjata itu merupakan sebilah senjata
mestika.
Dengan kaku orang itu mengangkat pedangnya, lalu berkata singkat: "Siap melaksanakan
perintah Sincu"
Dewi Nirmala tertawa terkekeh-kekeh, setelah memandang sekejap kearah Kim Thi sia pelanpelan
ia berkata:
"Inilah peraturan pertama dari lembah kami, cincangan pedang menembus hati"
"Aku mengerti."
Sembari berkata matanya dipejamkan, sikapnya seakan-akan tak acuh, namun butiran air mata
sempat bercucuran keluar membasahi pipinya. Terdengar pemuda itu berkata:
"Apa yang hendak kau perbuat, lakukanlah sesuka hatimu."
"Kau benar-benar tak bersedia untuk menjawab?" Kim Thi sia mengangguk.
"Aku tak berhak untuk membocorkan rahasia perguruanku"
Mendengar perkataan mana, tiba-tiba saja Dewi Nirmala tertawa dingin, serunya lantang:
"Turun tangan"
Suara tertawa dinginnya yang bergema nyaring, ibarat tusukan jarum yang menembusi hati
siapapun yang mendengarnya, bukan saja seluruh badan terasa tak sedap perasaan hatinya pun
ikut bergetar keras.
Ditengah gelak tertawa yang mengerikan hati itu, dua orang kakek berjenggot panjang yang
nampaknya sudah kehilangan sukma itu, tanpa perasaan mengangkat senjata masing-masing dan
siap melaksanakan hukuman "cincangan pedang penembus hati."
Ketika ujung pedang sudah tinggal tiga inci diatas jantung Nirmala nomor tujuh, tiba-tiba Kim
Thi sia merasa hatinya amat sakit, segera teriaknya keras-keras: "Berhenti.....berhenti......."
Pada saat yang hampir bersamaan, Dewi Nirmala berteriak keras: "Berhenti"
Dengan gerakan yang kaku, kakek berjenggot panjang itu menarik kembali gerakan pedangnya
dan diangkat tinggi-tinggi keatas. Wajahnya termangu- mangu, sorot matanya kaku, seakan-akan
ia sedang menunggu perintah berikutnya. Dengan suara keras Kim Thi sia berteriak lagi:
"Bila kau berani merusak tubuh Nirmala nomor tujuh, dikemudian hari pasti akan mati secara
mengenaskan-..." Dewi Nirmala tertawa dingin.
"Heeeh.....heeeeh......heeeeh...... .jangan kau anggap setelah mengatakannya keluar berarti
kau telah membocorkan rahasia perguruan, ketahuilah Malaikat pedang berbaju perlente adalah
abang seperguruanku, sedang kau masih terhitung keponakan muridku. Mengungkap keadaan
yang sebenarnya dihadapanku, boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang lumrah?"
"Aku tidak mengakui dirimu sebagai paman guruku, kau tak usah banyak lagak lagi" seru Kim
Thi sia marah.
Bukan marahi Dewi Nirmala malahan tertawa tergelak.
"Haaaah......haaaaah.......haaaaaah......kau memang tak malu disebut seorang enghiong hohan
yang berhati lurus dan jujur. Malaikat pedang berbaju perlente memang benar-benar bernasib
baik."
Setelah berhenti sejenak dan menarik kembali senyumnya, dengan suara dalamnya ia berseru
lebih jauh:
"Soalnya ini tak usah diperbincangkan lagi, yang penting jawab dulu kepandaian silat apa saja
yang pernah kau pelajari darinya."

"Ilmu Tay goan sinkang"
"Kau ingin mengulur waktu?" Dewi Nirmala menegur dengan nada tak senang hati. "Aku sudah
lama mengetahui kepandaian tersebut."
Kim Thi sia melirik sekejap kearah Nirmala nomor tujuh, lalu sambil mencoba menahan diri
katanya:
"Ilmu sim hoat ciat khi mi khi"
Apa yang dibicarakan selama ini antara perempuan itu dengan sang pemuda, boleh dibilang
hanya diketahui mereka berdua, oleh karena itu dikala Kim Thi sia mengungkapkan ilmu sakti yang
pernah dipelajarinya dari Malaikat pedang berbaju perlente, kawanan jago lainnya hanya berdiri
melongo tanpa memahami maksudnya.
Apakah ilmu Tay goan sinkang itu? Apa pula ilmu pukulan panca Buddha serta sim hoat ciat khi
mi khi?jangan lagi memahami, mendengarpun baru pertama kali ini.
Untuk berapa saat lamanya semua orang cuma bisa saling berpandangan tanpa bicara,
sementara dihati kecilnya tambah semacam pemikiran yang sangat aneh.
Tentu saja pemikiran yang aneh itu bukan disebabkan nama-nama ilmu silat yang dilaporkan
Kim Thi sia itu, melainkan pengakuan Dewi Nirmala sebagai paman guru Kim Thi sia.
Selama ini, orang persilatan hanya tahu kalau Kim Thi sia adalah murid terakhir dari Malaikat
pedang berbaju perlente, siapapun tak pernah mendengar kalau pemuda tersebut mempunyai
hubungan yang erat dengan Dewi Nirmala, bahkan perempuan iblis itu masih terhitung paman
gurunya.
Maka, dikala rahasia tersebut tersiar kedalam pendengaran para jago, semua orang merasa
tertegun dan diluar dugaan, siapapun tidak menduga kalau perempuan iblis Dewi Nirmala yang
begitu termashur namanya dalam dunia persilatan sebetulnya adalah adik seperguruan dari
Malaikat pedang berbaju perlente.
"Tak aneh kalau ilmu silat yang dimilikinya begitu hebat dan luar biasa, rupanya dia mempunyai
asal usul yang hebat" pikir para jago dengan perasaan ngeri. Sementara itu Dewi Nirmala telah
berkata lagi:
"Belum pernah kudengar ilmu silat tersebut, rupanya sisetan tua berbaju perlente sengaja
merahasiakan ilmunya ini......"
Sebagai adik seperguruannya, dia memang cukup ber "hak" untuk mengatakan demikian
terhadap Malaikat pedang berbaju perlente. Mendengar ucapan mana, Kim Thi sia segera berteriak
gusar: "Hey, kalau bicara jangan mencoba menghina atau memperolok-olok guruku."
"Heeeeh......heeeeeh......kau memang seorang muridnya yang baik" jengek Dewi Nirmala
sambil tertawa dingin.
Dengan sorot matanya yang tajam ia memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kawanan
jago persilatan yang bersembunyi disekeliling tempat tersebut menjadi sangat terkejut, tanpa
terasa pikirnya:
"Jangan-jangan dia telah mengalihkan sasarannya kepada kami?" Ternyata Dewi Nirmala tidak
berniat untuk berbuat begitu, terdengar ia berkata lagi: " Keponakan muridku, apa sih yang
dinamakan ilmu ciat khi mi khi?"
"Meminjam kekuatan musuh untuk menyerang musuh."
"Ehmmm, jawabanmu amat berterus terang, aku sangat gembira" senyuman manis kembali
tersungging diujung bibir Dewi Nirmala. "Tapi aka sih kegunaan serta manfaatnya?"
"Soal ini. ......aku sendiripun kurang begitu jelas, aku hanya dapat merasakan, tak dapat
mengemukakan alasannya."

"Kau benar-benar aneh....." tegur Dewi Nirmala dengan perasaan mendongkol. "Baru saja
kupuji akan keterus teranganmu. sekarang kau sudah berubah pendirian-"
Sewaktu marah, kecantikan wajahnya makin menawan hati, terutama sepasang lesung pipinya
yang tampak jelas, menambah daya tarik dan pesona siapapun yang memandangnya.
Namun Kim Thi sia cukup memahami tabiatnya itu, dia tahu perempuan tersebut adalah
seorang siluman wanita yang berhati kejam karenanya hatinya sama sekali tidak tertarik. "Aku
telah berbicara secara terus terang" katanya.
"Apakah ilmu ciat khi mi khi dapat menambah tenaga dalam seseorang?" tanya Dewi Nirmala
kemudian-
Tiba-tiba saja ia teringat dengan "sikap aneh" Kim Thi sia, dimana tenaga dalamnya dapat
tumbuh dengan aneh, mungkinkah hal ini dikarenakan ilmu ciat khi mi khi?
"Yaa, kepandaian tersebut mampu menghisap tenaga murni musuh untuk memperkuat tenaga
sendiri......" sahut Kim Thi sia menerangkan.
Iapun tak ingin banyak berbicara, demi keuntungan jenasah Nirmala nomor tujuh, banyak
sudah pengorbanan yang dilakukan olehnya. Ketika mendengar perkataan tersebut, tergelak hati
Dewi Nirmala, pikirnya:
"Ternyata dugaanku tidak meleset, "sikap aneh" bocah keparat ini disebabkan ilmu ciat khi mi
khi nya, kalau begitu ilmu simhoat tersebut bukan kepandaian sembarangan-......"
Segera timbullah tekadnya untuk merebut kepandaian tersebut, namun diluaran ia sama sekali
tidak menunjukkan perubahan apapun- Katanya sambil tertawa terkekeh:
"Tak aneh kalau aku tidak takut menghadapi pertarungan apapun, rupanya kau memiliki
kepandaian untuk melindungi badan-"
"Sudah selesai pertanyaanmu?" tegur Kim Thi sia sambil memandang sekejap kearahnya
dengan pa ndangan dingin. "Apakah sudah tak ada yang lain?"
"Apa yang kau pelajari selama ini hanya terbatas sampai disini, tapi semua kepandaian tersebut
cukup kugunakan seumur hidupku."
"Betul" Dewi Nirmala sependapat dengan pikirannya. "Semua kepandaian yang kau pelajari
memang termasuk ilmu pilihan dari dunia persilatan, kepandaian tersebut memang cukup untuk
seumur hidupmu." Kim Thi sia mendengus dingin.
"Hmmm, sekarang kau harap mengubur jenasah Nirmala nomor tujuh dengan sebaik-baiknya.
Kau harus memberi jaminan tak akan mengusik seujung rambutnya lagi."
"ooooh, tentu saja......tentu saja" Dewi Nirmala tertawa. "Tapi setelah kau selesai
mengucapkan permintaanmu, akupun hendak mengajukan permintaan pula agar adil" Diam-diam
Kim Thi sia terkesiap. namun tanyanya juga dengan suara dingin dan berat: "Apa yang kau
inginkan?"
Dewi Nirmala tersenyum.
"Tidak banyak. cuma Tay goan sinkang serta sim hoat ciat khi mi khi tersebut."
Tidak sampai ia selesai berkata, Kim Thi sia sudah mendonggakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak.
"Haaah.....haaaah......haaaah.......ternyata kalian memang satu komplotan.....haaah.....haaaah"
Gelak tertawa kalapnya itu mengandung suara yang amat tak sedap didengar, terselip juga
perasaan gusar yang amat tebal.
Dewi Nirmala nampak agak tertegun sejenak. lalu tanoa terasa tegurnya keras-keras:
"Apa yang kau tertawakan? Apa sih yang perlu ditertawakan?"

Kim Thi sia tertawa kalap tiada hentinya dengan suara lantang dia menyahut:
"Rupanya kalian memang berasal dari satu golongan- Haaah.....haaaah........lebih baik tak usah
kubicarakan lagi, sebab kalau dibicarakan membuat aku teringat pula dengan dua orang yang lain-
Haaah.......haaaah......merekapun mempunyai maksud yang sama denganmu, sungguh kebetulan
sekali."
"Siapakah kedua orang itu?" tanya Dewi Nirmala agak tertegun.
"Yang seorang adalah sipedang emas sedangkan yang lain adalah sipukulan sakti tanpa
bayangan, sobat lama mu" Dewi Nirmala semakin tertegun.
"Apa? Sipukulan sakti tanpa bayangan pun telah turun gunung?"
"Benar" Kim Thi sia berhenti tertawa dan melanjutkan dengan lantang. "Si tua bangka itu selalu
memaksaku untuk menyerahkan Tay goan sinkang. Akhirnya dia kebentur batunya, tak disangka
kaupun demikian juga, hmmm Agaknya kalian memang sealiran dan sependirian."
Dewi Nirmala tidak menggubris soal itu, cepat dia berseru: "Kalau begitu, kaupun telah bertemu
dengan putriku Hay jin?"
Menyinggung soal Hay jin, paras muka sianak muda tersebut segera berubah hebat sambil
tertawa dingin serunya:
"Tentu saja, dia mendapat perintah darimu untuk pergi bersama pemuda tersebut."
Tampaknya Dewi Nirmala rikuh sekali, buru-buru tanyanya lagi:
"Kau melihat kemanakah mereka telah pergi? Sudah lamakah kepergian mereka?"
"Tak usah terburu-buru, gampang sekali bila kau ingin mencari jejak mereka" ucap Kim Thi sia
dengan suara dalam. "Tengah malam nanti, sipukulan sakti tanpa bayangan telah berjanji
denganku untuk meneruskan pertarungan yang belum selesai semalam ditempat ini"
"Sungguh?" Dewi Nirmala sedikit agak tak percaya. "Pertarunganmu dengan sipukulan sakti
tanpa bayangan belum selesai dilaksanakan? Jadi ilmu pukulan saktinya juga tak mampu berbuat
banyak terhadap dirimu?" Kim Thi sia mendengus dingin.
"Hmmm, tua bangka itu cuma pandai mengibul, padahal kepandaian aslinya belum tentu
sangat hebat"
Dari mimik wajah serta sikapnya, Dewi Nirmala dapat merasakan sikap "tidak menghormat"
pemuda tersebut terhadap sipukulan sakti tanpa bayangan, jelas ilmu silat yang dimiliki sipukulan
sakti tanpa bayangan tak mampu mengejutkan hatinya, itulah sebabnya menyinggung soal kakek
botak ini. Nada pembicaraannyapun berubah tak menghormat. "Apakah malam nanti sipukulan
sakti tanpa bayangan pasti datang?"
Kim Thi sia sendiripun dapat menangkap ketidak tenangan perempuan tersebut, hal mana
membuat hatinya jadi bingung, segera pikirnya:
"Toh putrinya sudah dijodohkan kepada keluarga Ang, memangnya dia mempunyai perselisihan
dengan kakek botak itu?"
Berpikir sampai disitu, diapun menjawab:
"Tentu saja dia akan datang, tapi kenyataannya sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar
akan kehilangan muka." Terdengar Dewi Nirmala bergumam lirih: "Ternyata dia.......tak lebih
hanya begitu, hmmm......"
Sewaktu berbicara, hawa pembunuhan telah menyelimuti seluruh wajahnya, seakan-akan
setiap saat ia bisa membunuh orang untuk melampiaskan hawa amarahnya itu hal mana tentu
saja membuat Kim Thi sia keheranan dan tidak habis mengerti. Pada saat itulah mendadak,
terdengar suara rintihan lirih bergema datang....

Kim Thi sia terperanjat sekali setelah mendengar suara itu, dengan satu gerakan cepat dia
melompat kesamping putri Kim huan lalu sambil menghimpun tenaga dalamnya dia berdiri sering
disitu sambil berusaha menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan-
Dewi Nirmala kelihatan agak tercengang, ia tak mengerti apa sebab terjadinya gerak gerik yang
aneh itu.
Sementara itu putri Kim huan yang berbaring tak bergerak. kini secara pelan-pelan telah
bangun dan duduk.
Perasaan sedih, kaget, gembira berkecamuk didalam benak Kim Thi sia. Keberaniannya
meningkat, dengan suara amat nyaring dia membentak:
"Dewi Nirmala, dengarkanlah baik-baik bila kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan
kalau ilmu Tay goan sinkang ku tak mengenal belas kasihan-"
Dewi Nirmala merasa amat terkejut oleh kecantikan wajah putri Kim huan, pikirnya segera:
"Bila dibandingkan dengan Hay jin, kecantikan perempuan ini boleh dikata seimbang, tapi
darima na datangnya wanita secantik ini?"
Terdorong oleh perasaan ingin tahunya, sambil tertawa merdu ia segera menegur: "Siapa kau?"
tanya putri Kim huan tertegun.
"Aku bernama Dewi Nirmala."
Dengan sepasang matanya yang jeli putri Kim huan memperhatikan sekejap sekeliling arena,
lalu sahutnya sambil tersenyum:
"Namamu memang bagus sekali, aku rasa kau pasti seorang perempuan yang lembut suci
bersih dan romantis."
Lalu dengan suara yang amat santai, ia memperkenalkan diri:
"Aku berasal dari Negeri Kim, orang-orang menyebutku putri Kim huan-"
"oooh, kalau begitu kau adalah tuan putri dari negeri Kim?" tanya Dewi Nirmala tertegun.
Putri Kim huan segera tersenyum.
"Ehmm, sudah lama kukagumi daratan Tiongg goan, itulah sebabnya aku sengaja datang
kemari untuk menikmatinya."
"Kau pernah berkunjung ke Lembah Nirmala?"
"ooooh, sbeuah nama yang amat menawan hati" puji putri Kim huan tersenyum. "Meski belum
pernah kesana, tapi dari namanya sudah pasti tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang
indah dan sangat menawan hati. Dewi Nirmala, betul bukan perkataanku ini?"
"Perkataanmu memang tepat sekali, pemandangan alam di Lembah Nirmala memang nomor
wahid didunia."
Ia seperti merasa cocok dengan perempuan tersebut, dengan cepat katanya lagi: "Bersediakah
kau untuk berpesiar ke Lembah Nirmala?"
Melihat pihak lawan memberikan undangan dengan hati tulus, putri Kim huan siap-siap
menyanggupi sambil mengucapkan terima kasih, tapi sebelum perkataan itu sempat diucapkan,
mendadak terdengar Kim Thi sia yang berada disisinya telah menimbrung: "Jangan kesitu, jangan
kesitu, tempat itu tak baik"
Putri Kim huan yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya ternyata menurut sekali,
dengan nada minta maaf, ujarnya kepada Dewi Nirmala:
"Aku harus minta maaf, karena dia menyuruh ku jangan pergi, akupun tak ingin kesitu."
"Apa sih hubunganmu dengannya?"

Mendapat pertanyaan ini putri Kim huan menjadi tersipu-sipu dan tanpa terasa menundukkan
kepalanya.
"Kami adalah teman" Kim Thi sia segera menjelaskan-Dewi Nirmala tersenyum.
"Kau.......kau tidak seharusnya mengganggu kegembiraan orang lain, kalau toh kalian cuma
teman biasa, siapapun berhak untuk menetapkan kebebasan sendiri, benar bukan perkataan ini?"
Mendengar perkataan itu, dengan perasaan keheranan Kim Thi sia segera berpikir: "Kenapa sih
perempuan ini? Mengapa secara tiba-tiba ia berubah sikap dan nada pembicaraannya?
Mungkinkah"
Ia cukup memahami sifat kekejian dan kekejaman dibalik senyuman manis si Dewi Nirmala,
karena itulah dia berpikir lebih jauh, ia sadar bahwa perempuan itu mempunyai maksud yang
jahat, tapi rencana keji apakah yang sedang diperbuat perempuan ini? Karena tak bisa menebak
jalan pemikirannya, terpaksa dia berkata: "Kau memang benar, tapi sayang dia sudah sama sekali
tak berniat untuk berpesiar."
Pelan-pelan putri Kim huan bangkit berdiri, perawakan tubuhnya yang indah menawan segera
mendapat perhatian yang serius dari Dewi Nirmala. Terdengar perempuan keji itu memuji. "Kau
benar-benar amat cantik"
Dengan tersipu-sipu putri Kim huan menundukkan kepalanya, tapi ia merasa amat senang,
sebab pu Jian dari sesama kaum memberikan bobot yang berbeda, tanpa terasa kesan baiknya
terhadap perempuan inipun semakin bertambah..... "Apakah kau yang merasa lebih baikan?"
Dengan perasaan tak habis mengerti putri Kim huan balik bertanya: "Apa maksudmu?"
"Maksudku, apakah tubuhmu sudah jauh lebih segar?" Kim Thi sia segera memberi penjelasan-
"Yaa, aku merasa agak baikan"
Lalu sambil melemparkan sekulum senyuman manisnya, dengan sikap tersipu-sipu dia
melanjutkan:
"Aku sudah tertidur sesaat, bagaimanapun jua kesegaranku sudah jauh lebih membaik."
Kim Thi sia manggut-manggut, dengan cepat dia mengambil " lentera hijau" dari atas tanah
dan cepat-cepat dimasukkan kembali kedalam saku.
Dia tak ingin orang lain tahu kalau "lentera hijau" berada ditangannya, tapi tindakannya ini
justru menimbulkan kecurigaan Dewi Nirmala. Terdengar perempuan itu menegur sambil tertawa
merdu:
"Hey, gerak tanganmu cepat benar, benda apa sih yang kau sembunyikan itu?" Merah padam
selembar wajah Kim Thi sla, sahutnya segera: "Sebuah benda milikku sendiri, kau tidak berhak
untuk mengetahuinya." Dewi Nirmala semakin curiga, pikirnya kemudian:
"Sudah pasti benda tersebut menyangkut diriku, kalau tidak tak mungkin sikapnya setegang
itu......."
Terdorong oleh rasa ingin tahu, tanpa terasa dia maju beberapa langkah kedepan sambil
gumamnya: "Rasanya benda itu seperti......"
Kim Thi sia makin terkejut, tanpa terasa ia berpikir: "Jangan-jangan ia sudah mengetahui?"
Tatkala Kim Thi sia melihat Dewi Nirmala mendekatinya ia lantas mengira peremuan kejam itu
sudah mengetahui kalau benda yang disembunyikan adalah lentera hijau dan sekarang siap
merampasnya, secara diam-diam diapun menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya untuk berjagajaga
terhadap segala kemungkinan yang diinginkan-
Sudah barang tentu segala tindakan serta gerak gerik dari Kim Thi sia ini tak bisa mengelabuhi
Dewi Nirmala, sambil tersenyum ia segera menegur: "Apakah kau hendak bertarung melawanku?"
"Kau hendak merampas barangku"

Mendengar ucapan ini, Dewi Nirmala semakin curiga, dia tahu apa yang diduganya besar
kemungkinan benar, maka dengan berlagak tidak mengerti katanya: "Barang apa yang pantas
kurampas?"
"Sekali salah berbicara, tak mungkin buat Kim Thi sia menariknya kembali" paras mukanya
berubah menjadi merah padam karena gelisah, untuk berapa saat lamanya dia berdiri tertegun
dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Dewi Nirmala tahu, saat itu disekeliling tempat tersebut hadir banyak sekali anak buah dari Pek
kut sinkun. Dia merasa rahasia pribadinya tak boleh sampai ketahuan orang laun, maka kepada
para utusan Nirmala ia menitahkan:
"cepatlah kalian usir semuanya kurcaci- kurcaci disekeliling tempat ini, jangan biarkan siapapun
memasuki wilayah seluas tiga li disekitar tempat ini barang siapa berani melanggar,jatuhi
hukuman sesuai dengan peraturan kita"
Ketiga orang kakek berjenggot panjang yang berdiri disisinya serentak menjawab dengan kaku:
"Siap melaksanakan perintah sincu."
Dengan pedang terhunus mereka segera beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Tak
selang berapa saat kemudian suasana disekeliling tempat itu dicekam kegaduhan yang luar biasa.
Anak buah Pek kut sin kun pada melarikan diri terbirit-birit. Dalam waktu singkat tak seorangpun
yang masih tertinggal disana.
Kini yang masih hadir dikawasan tersebut tinggal Dewi Nirmala, Kim Thi sia , putri Kim huan
beserta Nirmala nomor tujuh yang sudah terkapar diatas tanah dalam wujud mayat.
Dengan sorot matanya yang tajam Dewi Nirmala memandang sekejap kesekliling tempat itu,
setelah dirasakan amat sesuai dengan kehendak hatinya, dengan senyuman dikulum ia baru
berkata:
"Mengapa kau tidak menjawab pertanyaan ini?"
" Kau...... kau hendak merampas putri Kim huan ku" tiba-tiba Kim Thi sia memberikan jawaban
yang amat cerdik.
Baru pertama kali ini dia berbicara bohong, hal mana membuat perasaan hatinya amat tidak
tenang.
Sebaliknya putri Kim huan segera memandang sekejap kearahnya dengan pandangan penuh
rasa cinta yang mendalam. Agaknya dia merasa amat terhibur oleh perkataan anak muda
tersebut.
Sambil tersenyum Dewi Nirmala berkata lagi:
"Kau tak perlu curiga, aku tak akan merebut putri Kim huan mu"
Apa yang dikatakan Kim Thi sia sesungguhnya merupakan alasan yang dibuat-buat untuk
mengatasi situasi sesaat, sudah barang tentu diapun tahu bahwa Dewi Nirmala tak akan
merampas putri Kim huan-
Ketika situasi telah berkembang lain, diapun berseru lagi dengan suara cepat:
"Kalau toh kau tak berniat merampasnya, biar aku mohon diri lebih dulu........"
Sekali lagi Dewi Nirmala tersenyum.
"Kau hendak pergi dari sini? HHmmm^ tidak akan semudah itu"
"Aneh benar" Kim Thi sia berseru tertegun. "Aku toh punya sepasang kaki yang tumbuh
ditubuhku sendiri, kenapa tak boleh pergi? Baik, akan kuperlihatkan bahwa aku dapat pergi sendiri
dari sini"
Dewi Nirmala tidak mengucapkan perkataan apapun, dia cuma tertawa terkekeh-kekeh.

Gelak tertawanya itu mendatangkan perasaan yang amat tak sedap bagi Kim Thi sia, dan
kakinyapun sudah disiapkan untuk kabur meninggalkannya, tanpa terasa ditarik kembali, serunya
gusar:
"Hey, apa yang kau tertawakan?"
Suara tertawa Dewi Nirmala semakin keras, sesaat kemudian dia baru berkata:
"Apakah orang yang termashur dalam dunia persilatan sebagai manusia yang paling susah
dilayani pun berniat hendak melarikan diri" Kim Thi sia sangat mendongkol, teriaknya keras-keras:
"Kau mengatakan aku, Kim Thi sia bermaksud melarikan diri?"
"Benar"
"Mengapa aku harus melarikan diri?" seru Kim Thi sia gusar. "Hari ini bila kau tak bisa
menrangkan alasannya yang tepat kepada ku, jangan harap pertikaian diantara kita akan
berkahir."
"Heeeh......heeeeh......heeeeh......sesungguhnya diantara kita memang terjalin pertikaian yang
tak ada akhirnya" jengek Dewi Nirmala sambil tertawa dingin. Selesai berkata dia segera berjalan
mendekati putri Kim huan.
Terhadap Dewi Nirmala, putri Kim huan sama sekali tidak menaruh kesan jelek. melihat
perempuan tersebut menghampirinya, dengan lembut dia berkata: "Dewi Nirmala, sesungguhnya
dia adalah seorang yang baik"
Dewi Nirmala sama sekali tidak menggubris perkataannya itu, sambil menggenggam tangannya
yang putih dan halus, dia memuji: "Nona, tubuhmu betul-betul putih, halus dan amat
lembut........"
Mendadak.......
Dewi Nirmala merasakan datangnya desingan angin tajam dari belakang tubuhnya, ketika ia
berpaling secara tiba-tiba, tampaklah Kim Thi sia sedang melancarkan sebuah bacokan kilat tanpa
menimbulkan sedikit suarapun.
Melihat datangnya ancaman itu, dengan suatu gerakan yang sangat ringan Dewi Nirmala
mengayunkan telapak tangannya melancarkan pula sebuah pukulan untuk membendung
datangnya ancaman tersebut.
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling beradu satu sama lainnya, segera terjadilah suara
benturan keras yang amat memekikkan telinga.
Kim Thi sia segera merasakan datangnya segulung tenaga tekanan yang menghimpit dadanya,
hal mana membuat kuda-kudanya tergempur dan tak kuasa lagi ia mundur tiga langkah dengan
sempoyongan-
Sambil tersenyum Dewi Nirmala segera berseru:
"Hey, aku rasa lebih baik simpanlah tenagamu baik-baik"
Kim Thi sia tidak mengucapkan sepatah katapun, sambil membungkukkan badan dia menyerbu
maju kemuka, sepasang telapak tangannya diayunkan bersama, agaknya sikap Dewi Nirmala telah
membuat berkobarnya api kegusaran didalam dadanya, sehingga dia melanggar pentungan
terbesar dalam suasana pertarungan melawan jago tangguh.
Dewi Nirmala masih berdiri tetap ditempat semula, tiba-tiba saja dia membalikkan badan, lalu
sambil menghimpun tenaga dalamnya sebesar enam bagian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
kedepan-
Kim Thi sia membenci ucapannya yang penuh sindiran, menyembunyikan golok dibalik
senyuman serta kelicikan akal muslihatnya karenanya dalam serangan kali ini dia telah
mengeluarkan jurus "kekerasan menguasahi seluruh jagad" dari ilmu Tay goan sinkangnya yang
amat dahsyat itu.

Melihat berkobarnya pertarungan sengit antara kedua orang tersebut putri Kim huan hanya bisa
merasa amat cemas dan gelisah. Teriaknya tiba-tiba dengan suara keras:
"Hey, kalian jangan berkelahi, bila ada persoalan mari kita bicarakan dengan sebaik-baiknya"
"Blaaaammm......."
Sementara itu terjadilah kembali bentrokan keras yang memekikkan telinga rupanya kedua
orang itu sudah beradu tenaga lagi.
Terdengar Kim Thi sia mendengus tertahan tubuhnya mundur dua langkah secara beruntun, ia
merasakan hawa murninya bergejolak keras, matanya berkunang-kunang dan telinganya
mendengung nyaring.
Sebaliknya Dewi Nirmala seperti tidak merasakan sesuatu yang aneh, dengan santai dia malah
mengejek:
"Hey anak muda, jangan terburu napsu, mari kita bertarung secara pelan-pelan-...." Kim Thi sia
tertawa dingin-
"Heeeeh.....heeeeh.......heeeeh.......pokoknya sebelum kau memberi keterangan sejalannya.
Kita bakal bertarung sampai salah satu diantara kita mampus"
Sehabis berkata, kembali dia mengeluarkan jurus "mati hidup ditangan nasib" dan "kejujuran
melebihi batu emas" dari ilmu Tay goan sinkang untuk melepaskan serangan-
Terlihatlah selapis bayangan, pukulan yang berlapis-lapis menyelimuti seluruh angkasa dan
mengurungi tubuh Dewi Nirmala rapat-rapat.
Dewi Nirmala amat terkejut, dari menotok serangannya dirubah menjadi bacokan, dia segera
menciptakan pula selapis bayangan telapak tangan untuk melindungi diri dari ancamanjurus
serangan yang dipergunakan kali ini adalah jurus "selaksa lentera menyemburkan api, dari
ilmu pukulan nirmala nya, dibalik kelembutan terselip perubahan yang luar biasa, kemanapun
musuhnya menghindar, serangan tersebut akan segera menerobos masuk serta menarik
musuhnya terjerumus kedalam lingkaran pengaruhnya.
Baru saja Kim Thi sia merasakan serangannya mengenai sasaran yang kosong, tahu-tahu bahu
kirinya sudah tersambar oleh ujung jari tangan Dewi Nirmala rasa sakit, panas dan linu segera
menyelimuti seluruh tubuhnya.
Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, sambil tertawa genit Dewi Nirmala berseru:
"Anak muda, kau harus berhati-hati" Secara beruntun dia melancarkan serangkaian serangan,
lalu dengan jurus "tangan suci menggapai sukma" dia mengancam jalan darah Thian leng hiat dan
Tiong hu hiat ditubuh Kim Thi sia.
Dua buah jalan darah tersebut merupakan jalan darah kematian- Barang siapa terkena totokan
niscaya jiwanya akan melayang.
Keadaan dari Kim Thi sia pun segera terancam dalam bahaya maut, jiwanya amat kritis.
Putri Kim huan yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat hingga menjerit keras.
Kim Thi sia memang amat hebat, walaupun jiwanya terancam bahaya maut ternyata ia sama
sekali tak gugup atau kelabakan. Sepasang kakinya dijajakkan keatas tanah lalu pinggangnya
ditekuk dan tubuhnya dilemparkan kebelakang, maksudnya untuk menjauhkan diri dari jarak
totokan tersebut.
Dengan tindakan tersebut, maka serangan Dewi Nirmala yang seharusnya dapat mencapai
sasaran, kini malah selisih sejauh tiga inci dari sasaran yang sesungguhnya.
Pemuda tersebut segera manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini dengan sebaik-baiknya,
mendadak kaki kanannya melancarkan telapak tangannya melancarkan pukulan bersama dengan
menggunakan jurus "kelincahan menguasahi empat samudra."

Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi bunga pukulan dan hujan serangan yang
amat gencar.
Bergidik juga perasaan Dewi Nirmala menghadapi serangan itu, ia tak berniat untuk beradu
kekerasan, terpaksa ia memutar tubuhnya secepat petir dan menghindari sejauh lima depa dari
posisi semula.
Kim Thi sia tidak berniat memberi kesempatan kepada musuhnya untuk berganti napas,
kembali dia melancarkan serangan dengan jurus- jurus "kepercayaan menguasahi dunia",
"kekerasan mengurungi seluruh jagad" dan "hembusan angin mencabut pohon-"
Berada dalam keadaan begini, ternyata Dewi Nirmala tidak berniat untuk beradu kekerasan, dia
hanya berputar dan melompat kian kemari menghindari setiap ancaman yang tiba.
Begitulah pertarungan pun segera berkobar dengan hebatnya, untuk berapa saat keadaan tetap
berimbang, siapapun tak berhasil menentukan menang ataupun kalah....
Dalam pada itu, kegelapan malam sudah mulai mencekam seluruh jagad, kentongan kedua
telah lewat, rembulan bersinar dengan terangnya menyelimuti angkasa.
Dewi Nirmala yang melihat keadaan tersebut diam-diam merasa amat girang, dengan cepat
ilmu Tay yu sinkangnya dihimpun siap melancarkan serangan maut. Seperminum teh kembali telah
berlalu. "B laaaaaammmmmmm. ......"
Mendadak terdengar suara benturan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terlihat Kim
Thi sia mendengus tertahan dan roboh terjungkal kebelakang.... Putri Kim huan segera menjerit
keras:
"Engkoh Thi sia"
Dewi Nirmala sendiripun berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaannya, pelanpelan
dia berkata:
"Nona, kau tidak usah terkejut ataupun gugup,"
seraya berkata, dia segera berjalan menghampiri Kim Thi sia.
Tiba-tiba........
Dari balik kegelapan terdengar seseorang membentak nyaring: "Jangan sentuh orang itu."
Belum lagi orangnya muncul, angin pukulannya telah menyambar datang dengan hebatnya,
serangan tersebut amat kuat dan segera menghadang jalan pergi Dewi Nirmala.
Tak terlukiskan rasa terkejut Dewi Nirmala menghadapi kejadian ini, satu ingatan segera
melintas didalam benaknya, dia sadar sang penyergap adalah seorang tokoh persilatan yang
berilmu sangat tinggi.
Berada dalam keadaan begini, ia tak berani berayal lagi, ilmu Tay yu sinkang segera dilontarkan
keluar.
Dua gulung tenaga pukulan yang sangat dahsyat dan hebat itu segera saling bertemu ditengah
udara. "B laaaaaammmmmmm"
Ledakan dahsyat yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan ditengah hujan
pasir dan batu. Tubuh putri Kim huan serta Kim Thi sia segera tergulung sejauh tiga kaki lebih dan
jatuh berguling keatas tanah.
Bersamaan waktunya......
Dari balik kegelapan, muncullah kakek botak berwajah penuh senyuman menyeramkan-Begitu
tahu siapa yang datang, Dewi Nirmala segera menegur dengan suara ketus: "TUa bangka celaka,
baik- baiklah kau selama ini?"
"Hey besanku, kau terlampau serius"

Ternyata orang yang baru saja munculkan diri tak lain adalah ketua Tiang pek san sipukulan
sakti tanpa bayangan Ang Bu im. Dewi Nirmala segera tertawa dingin, kembali ia berseru: "IHey
tua bangka celaka, kemana perginya putriku Hey Jin?"
"Besanku, kau tak usah kuatir, putrimu berada bersama putraku" jawab pukulan sakti tanpa
bayangan Ang Bu im gembira.
"Hmmm, kau harus membawa putriku kemari. Aku ada urusan hendak disampaikan
kepadanya."
Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan Ang Bu im menarik muka lalu dengan wajah masam
dia berkata:
"Ehmmm, aku rasa persoalan ditempat ini jauh lebih penting daripada urusan apapun biar
kuselesaikan dulu masalah ditempat ini sebelum mengajakmu pergi mencari putrimu." Selesai
berkata, dia segera berjalan mendcekati Kim Thi sia.
"Berhenti kau" mendadak Dewi Nirmala membentak nyaring.
Ternyata kali ini sipukulan sakti tanpa bayangan sangat menurut, ia segera berhenti, berpaling
sambil tertawa dan tegurnya:
"Besanku, kau masih ada pesan apa lagi?"
"Jadi kau yang telah menyergapku barusan? Ayoh katakan, apa maksud tujuanmu yang
sebenarnya?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.......haaaaah.......aku takut kau akan melukainya, karena itu seranganku
tadi berusaha menghalangi hal tersebut sampai terjadi. Aku sudah cukup merasakan sampai
dimanakah kehebatan dari ilmu Tay yu sinkang mu itu." Ketika mendengar perkataan ini, diamdiam
Dewi Nirmala berpikir:
"Nampaknya ilmu pukulan sakti tanpa bayangan yang dimiliki situa bangka ini memang bukan
nama kosong belaka, nyatanya ilmu Tay yu sinkang tak mampu berbuat banyak terhadapnya....."
Berpikir demikian, dia segera berusaha keras untuk mengendalikan hawa amarahnya lalu
dengan wajah senyuman dia berkata lagi:
"Kim Thi sia mempunyai hubungna yang amat besar denganku, karenanya aku bermaksud
hendak membawanya pulang ke Lembah Nirmala. IHey tua bangka, urusan penting apakah yang
sedang kau risaukan? Mari kita selesaikan persoalan ini didalam Lembah Nirmala saja........."
Seraya berkata dia melanjutkan perjalanan lagi menghampiri Kim Thi sia.
Mendengar perkataan itu, sipukulan sakti tanpa bayangan Ang Bu im segera mendengus dingin-
"Hmmm, aku telah berjanji dengannya untuk melanjutkan pertarungan pada kentongan ketiga
ini. Besanku, lebih baik kau mengalah saja untukku........"
Dewi Nirmala segera tertawa dingin.
"lHeeeh.....heeeeh......heeeeh......ia sudah tergetar pingsan oleh ilmu Tay yu sinkang ku, dalam
tiga jam dia tak bakal sadar kembali. Aku lihat perjan Jian diantara kalian terpaksa harus
diundurkan pelaksanaannya."
Seraya berkata dia segera membungkukkan badannya sambil merogoh kedalam saku Kim Thi
sia dan mengeluarkan bungkusan persegi empat itu, selanjutnya bungkusan itupun dibuka satu
persatu.
Dibawah cahaya rembulan terlihatlah dengan jelas bahwa benda tersebut berupa sebuah kotak
terbuat dari besi.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak perempuan itu, baru saja dia hendak membuka
kotak tadi. Pada saat itulah, tiba-tiba........

Sipukulan sakti tanpa bayangan membentak dengan suara keras:
"Benda tersebut merupakah hadiah bagiku. Hey besanku kau jangan menyentuhnya"
Bersamaan waktunya, dia mendorong sepasang telapak tangannya kemuka, dua gulung tenaga
pukulan yang lembut dan kuat tanpa mengeluarkan sedikit suarapun segera meluncur kedepan
dan menggempur tubuh Dewi Nirmala.
Dalam keadaaan tak siap Dewi Nirmala menjadi sangat terperanjat, dalam keadaan begini ia
tak sempat memperdulikan kotaknya lagi, serta merta sebuah pukulan Tay yu sinkang dilontarkan
kemuka.
Akibat dari bentrokan tersebut, ternyata Dewi Nirmala tergetar mundur sejauh tiga langkah
lebih, wajahnya berubah menjadi merah padam seperti orang mabuk.
Jelas terlihat dalam bentrokan kali ini, sipukulan sakti tanpa bayanganlah yang berhasil
menempati posisi diatas angin-Dewi Nirmala segera membentak keras:
"Tak kusangka kau situa bangkapun mempunyai rencana serapi ini" Sipukulan sakti tanpa
bayangan mendengus dingin.
"Kau tahu apa maksudku turun dari bukit Tiang pek san dan jauh-jauh datang kedaratan
Tlonggan ini........tidak lain adalah disebabkan benda tersebut, bukan cuma aku seorang yang
mengincar benda ini, aku tidak lebih hanya salah seorang diantara sekian banyak manusia yang
datang lebih duluan-"
JILID 41
Sembari berkata dia hendak menyambar kotak besi yang berada dalam saku Kim Thi sia itu.
"Tua bangka celaka, tak kusangka hatimu licik. Baik, hutang piutang diantara kita harus
diperhitungkan lebih dulu" teriak Dewi Nirmala dengan wajah mendongkol.
Pukulan dengan ilmu Tay yu sinkang kembali dilancarkan dengan hebatnya, kali ini kedua belah
pihak telah membuat persiapan- Karena itu pertarungan yang berlangsungpun makin dahsyat dan
seru. Hawa pukulan yang memancar keempat penjuru membuat tubuh putri Kim huan dan Kim Thi
sia terlempar sejauh berapa kaki dari tempat semula. Lentera hijau pun terjatuh keatas tanah.
Saat itu kentongan kelima telah menjelang tiba, sinar sang surya sudah mulai muncul diufuk
timur, angin dingin yang menderu-deru serasa tak digubris oleh dua orang tokoh silat yang
bertarung itu. Mereka saling menyerang secara gencar dan hebat. Untuk sementara waktu sulit
rasanya untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah. Pada saat itulah, mendadak.....
Disisi arena muncul seorang manusia berkerudung, dengan gerakan yang amat cekatan
bagaikan seekor burung elang yang menyambar anak ayam, dalam waktu singkat ia telah
melayang turun disisi "lentera hijau" kemudian sekali menyambar benda tadi telah dimasukkan
kedalam sakunya.
Setelah itu dia menyambar pula putri Kim huan yang masih tergeletak tak sadar dan didalam
dua tiga lompatan kemudian, tubuhnya sudah berada sejauh sepuluh kaki dari tempat semula.
Waktu itu sipukulan sakti tanpa bayangan masih bertarung seru melawan Dewi Nirmala. Kedua
orang itu tak ada kesempatan lagi untuk mengurusi persoalan lain-Tiba-tiba........
Dengan suara nyaring Kim Thi sia membentak: "Pedang emas hendak lari kemana kau?"
Sambil berseru dia melompat bangun dan siap melakukan pengejaran-
Pada saat itulah, tiba-tiba teriihat dua sosok bayangan manusia mencelat ketengah udara
sambil serempak mengejar kearah Kim Thi sia.

Menyusul kemudian terdengar sekali bentakan dan dua kali dengusan tertahan, tampak dua
sosok bayangan manusia meluncur jatuh ke atas tanah.
Rupanya ditengah udara ketiga orang tersebut telah saling melancarkan tiga pukulan dan dua
tendangan-
Sementara sipukulan sakti tanpa bayangan dan Dewi Nirmala siap bertarung kembali mendadak
terdengar Kim Thi sia membentak keras: "Anak jadah, lenteraku telah hilang."
Teriakan ini kontan saja mengejutkan hati sipukulan sakti tanpa bayangan serta Dewi Nirmala
yang sedang bertempur. Sadar kalau usaha mereka tak akan mendatangkan hasil, serentak
mereka menghentikan pertarungan.
Dengan hati gelisah Ang Bu im segera bertanya: "Hey anak muda, sungguhkah perkataanmu
itu?"
Waktu itu Kim Thi sia sedang melakukan pencarian disekeliling tempat itu, ketika mendengar
pertanyaan tersebut, buru-buru dia menjawab: "Hilang yaa hilang, memangnya aku sedang
membohongi dirimu?"
"Kalau memang sudah hilang, hey bocah kunyuk mengapa kau tidak melakukan pengejaran
secepatnya?" tegur sipukulan sakti tanpa bayangan dengan marah.
Seraya berseru, ia bersiap-siap melakukan pengejaran kearah mana manusia berkerudung tadi
melenyapkan diri. Tiba-tiba Dewi Nirmala berkata:
"Kakek celaka, tunggu dulu, sipedang emas tak akan berhasil meloloskan diri"
"Keparat" umpat sipukulan sakti tanpa bayangan sambil menjejakkan kakinya. "Ternyata aku
sudah terperangkap oleh siasat kalian berdua"
Dengan cepat dia melancarkan dua buah pukulan, satu ditujukan kepada Dewi Nirmala, sedang
yang lain mengancam Kim Thi sia.
Merasakan dirinya diserang, Kim Thi sia membentak dengan marah: "Memangnya kau anggap
aku takut dengan tua bangka macam dirimu?"
Dengan mempergunakan jurus "kepercayaan menguasahi seluruh dunia" dari ilmu Tay goan
sinkang. ia sambut datangnya ancaman itu dengan keras melawan keras.
Sebaliknya Dewi Nirmala melayang mundur sejauh enam depa sambil melepaskan sebuah
pukulan pula.
"Blaaaaammmm......."
Suara benturan yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan.
Seketika itu juga sipukulan sakti tanpa bayangan tergetar mundur sejauh empat langkah.
sepasang bahunya bergetar keras, mukanya merah padam. Jelas tak kecil kerugian yang
dideritanya.
Kim Thi sia sendiripun tergetar mundur sejauh tiga langkah, napasnya tersengal-sengal.
Hanya Dewi Nirmala seorang tetap berdiri tenang dengan sikap yang amat santai. Diawasinya
kedua orang itu sambil tersenyum tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba........
Suara pekikkan yang amat nyaring bergema datang.......
Paras muka Dewi Nirmala segera berubah hebat, tanpa memperdulikan lagi pertarungan antara
sipukulan sakti tanpa bayangan melawan Kim Thi sia, ia membalikkan badan dan melejit setinggi
empat kaki ketengah udara, lalu meluncur kearah mana datangnya suara pekikkan itu.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan sana.

Rupanya suara pekikkan nyaring itu berasal dari anak buah Dewi Nirmala yang memohon
bantuan, tentu saja sipukulan sakti tanpa bayangan maupun Kim Thi sia tidak mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya sambil mengatur pernapasan mereka siap sedia melakukan
pertarungan untuk kedua kalinya.
Tiba-tiba Kim Thi sia memutar biji matanya dan mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, ketika
ditemukan bahwa disitu tinggal bersama sipukulan sakti tanpa bayangan saja, hatinya menjadi
gelisah, segera teriaknya keras-keras: "Putri Kim huan Putri Kim huan."
Suasana disekeliling tempat itu amat hening, sepi dan tak kedengaran suara jawaban. Kim Thi
sia semakin gelisah, serunya kemudian:
"Hey orang tua, persoalan kita lebih baik dibicarakan dikemudian hari saja, sekarang aku harus
mencari putri Kim huan serta lentera hijau........"
"Baiklah" sipukulan sakti tanpa bayangan menanggapi. "Hari ini aku bersedia memberi
kesempatan kepadamu, kita bersua lagi di Lembah Nirmala setengah bulan kemudian"
"Bagus, kita tetapkan dengan sepatah kata ini, setengah bulan kemudian kita berduel lagi di
Lembah Nirmala"
Waktu itu matahari sudah muncul diufuk timur dan memancarkan sinar keemas-emasannya
keempat penjuru dunia.
Sambil berpekik nyaring, Kim Thi sia segera berangkat meninggalkan tempat tersebut.
Belum jauh ia berjalan, mendadak ditepi jalan ditemuinya tubuh seorang kakek bergelang emas
dikepalanya yang penuh dengan luka bacokan, agaknya kakek itu tewas setelah melangsungkan
pertarungan yang seru dan menderita luka parah.
Dari dandanan kakek itu, Kim Thi sia segera mengenalinya sebagai utusan Nirmala dari Lembah
Nirmala.
Kim Thi sia tidak berniat memperhatikan kejadian itu lebih jauh, sekarang dia hanya
menguatirkan keselamatan putri Kim huan dan lentera hijau. Sambil mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dia bergerak makin kencang kedepan.
Baru saja melewati sebuah bukit, tiba-tiba dari balik hutan lebat disebelah kiri jalan lamat-lamat
terdengar suara pertarungan-
Kim Thi sia segera mempercepat langkahnya, dalam waktu singkat ia telah sampai ditepi hutan,
suara pertarunganpun kedengaran makin jelas.
Tanpa berpikir panjang lagi Kim Thi sia menerobos masuk kedalam hutan dengan cepat ia
mendapat tahu siapa yang sedang terlibat dalam pertarungan tersebut. Untuk berapa saat
lamanya, pemuda kita menjadi tertegun-
Rupanya dua orang yang sedang bertempur snegit itu adalah sipedang kayu Gi cu yong serta
sipelajar bermata sakti, muridnya si Malaikat pukulan ciang sianseng.
Untuk sesaat lamanya Kim Thi sia berdiri termangu. Sipedang kayu adalah abang
seperguruannya, tapi penghianatan dan kemurtadannya merupakan dosa yang besar, orang ini
harus dibunuh untuk menebus dosa-dosanya itu.
Sebaliknya sipelajar bermata sakti termasuk lelaki sejati, akan tetapi gurunya ciang sianseng
telah berkomplot dengan Dewi Nirmala melakukan pelbagai kejahatan-
Ini menunjukkan kalau kehadiran sipelajar bermata sakti yang sangat tiba-tiba ini pasti
dikarenakan sesuatu alasan yang tidak sederhana, bisa jadi dia mempunyai suatu maksud atau
tujuan tertentu.
Untuk berapa saat pemuda itu hanya berdiri kaku tanpa mengetahui apa yang mesti
diperbuatnya.

sementara itu sipedang bermata sakti dan sipedang kayu nampak semakin loyo dan lemah
tampaknya pertarungan telah berlangsung cukup lama, atau dengan kata lain menang kalah sukar
untuk ditentukan dalam waktu singkat.
Kemunculan Kim Thi sia yang sangat tiba-tiba ini amat mengejutkan hati kedua orang tersebut,
sebab asal Kim Thi sia membantu salah satu pihak niscaya pihak yang lain akan tewas seketika.
Agaknya keadaan dan situasi semacam ini cukup dipahami dan dimengerti oleh sipelajar
bermata sakti maupun sipedang kayu. Karena itu sipedang kayu buru-buru berseru:
"Sute, kebetulan sekali kedatanganmu, ayoh cepat bantu suhengmu untuk melenyapkan
bajingan keparat ini."
sementara sipedang kayu harus memecahkan perhatiannya untuk berbicara, sipelajar bermata
sakti segera manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, sambil mengerahkan sisa
kekuatan yang dimilikinya dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Sipedang kayu terkesiap. sekuat tenaga dia berusaha menghindar kesamping untuk meloloskan
diri dari ancaman tersebut. Walaupun akhirnya ia dapat menghindari sergapan langsung yang
tertuju ketubuhnya, tak urung badannya tergetar juga keras-keras. Sipelajar bermata sakti berseru
kemudian:
"Sampah masyarakat bermulut besar, tampaknya semua anak murid si Malaikat pedang berbaju
periente hanya manusia-manusia kunyuk semua. Ayolah kalau hendak maju, majulah. Lihatlah
saja aku sipelajar bermata sakti membasmi kalian serentak." Mendengar seruan mana buru-buru
Kim Thi sia berseru:
"Kau jangan sembarangan melukai perasaan orang lain, aku Kim Thi sia adalah seorang lelaki
sejati yang tak sudi melakukan perbuatan rendah dan terkutuk"
Mendadak sipedang kayu melepaskan sebuah bacokan kilat, angin pukulan yang kuat dan
tajam laksana anak panah menerobos kedepan.
Tak kuasa, sipelajar bermata sakti mundur selangkah untuk menghindari ancaman yang tiba.
Rupanya serangan tersebut telah membangkitkan amarah sipelajar bermata sakti, tiba-tiba saja
dia melancarkan sebuah tendangan kilat, telapak tangan kirinya diayunkan berulang kali
melepaskan sebuah pukulan dahsyat. Sementara sorot matanya memancarkan sinar tajam yang
amat menggidikkan hati. "Blaaaaammmmmm........."
Ketika dua gulung tenaga pukulan saling bertemu satu dengan lainnya, terjadilah suara ledakan
yang amat memekikkan telinga.
Dalam waktu singkat sipedang kayu merasakan datangnya segulung tenaga raksasa yang
menumbuk dadanya, tak kuasa lagi ia mundur selangkah dengan sempoyongan-
Sipelajar bermata sakti memang tak malu menjadi anak murid dari ciang sianseng. Sesudah
melepaskan sebuah pukulan, posisinya yang semula terdesakpun segera berubah. Terdengar ia
berseru sambil tertawa dingin:
"Sudah melarikan anak gadis orang disiang hari bolong, masih berani bicara semaunya hati,
benar-benar perbuatanmu kelewat batas."
"Kau tak usah mengaco belo" bentak Kim Thi sia marah.
Sipedang kayu segera menimpali:
"Hmmm, kau sudah main todong dan membagul, sekarang masih memfitnah lelaki sejati. Sute,
cepat kita bereskan bocah keparat ini."
Seraya berkata ia mendesak maju lagi dengan kelincahan seperti kucing. Sepasang telapak
tangannya satu didepan yang lain dibelakang segera menciptakan beribu-ribu kuntum bunga
pukulan yang menerjang kedepan bagaikan amukan guntur.

Tampaknya sipelajar bermata sakti cukup mengetahui bahwa ilmu silat dari sipedang kayu
sangat lihay, dia tak berani bertindak gegabah setelah menarik napas panjang-panjang, ia segera
menggetarkan lengannya dan menyambut datangnya ancaman dengan jurus "menyambut
malaikat ditengah awan" serta "udara sakti menembus langit" dari ilmu silat andalan
perguruannya, ilmu pukulan tenaga sakti api guntur.
Dua gulung bayangan pukulan secepat kilat membentuk selapis dinding hawa sakti dan
membendung datangnya serangan lawan-
Dalam waktu singkat sipedang kayu merasakan pandangan matanya menjadi kabur oleh ilmu
pukulan sipelajar bermata sakti yang maha dahsyat itu, sepasang tangannya terdesak hingga mau
tak mau dia harus menghindar sejauh tiga depa dari posisi semula. Kenyataan tersebut seketika
membuat perasaan hatinya amat terperanjat......
Ketika untuk kesekian kalinya sipelajar bermata sakti berhasil mendesak mundur musuh
tangguhnya, tak kuasa lagi dia berseru sambil tertawa nyaring:
"Haaah.....haaaah......haaaah......kau menuduhku malu todong dan mainjambret, apakah ada
buktinya?"
"Hmmm, kau gagal menjambret barang kami, karenanya dari malu menjadi naik darah" seru
sipedang kayu cepat.
Kim Thi sia yang mengikuti jalannya pembicaraan tersebut tiba-tiba teringat akan sesuatu, ia
segera bertanya kepada sipedang kayu:
"Suheng, benda apa sih yang hendak dirampasnya?"
"Dia ingin merebut "lentera hijau......."
Begitu jawaban tersebut meluncur dari mulutnya, pedang kayu segera sadar bahwa dia telah
membocorkan rahasia tersebut, buru-buru katanya lagi: "ooooh......bukan-......bukan-......"
Dengan gemas dan jengkel Kim Thi sia melotot sekejap kearah sipedang kayu, lalu bentaknya
nyaring: "Keparat, rasain sebuah pukulan ini"
Sambil menggetarkan tangannya, dia melepaskan serangan dengan jurus "kelembutan
mengatasi air dan api" dari ilmu Tay goan sinkang.
Angin pukulan yang maha dahsyat langsung menyapu keatas tubuh sipedang kayu.
Waktu itu, sipedang kayu baru saja kena didesak oleh sipelajar bermata sakti hingga
menghindar sejauh tiga depa yang kebetulan persis berada didepan Kim Thi sia. Mimpipun dia tak
menyangka kalau Kim Thi sia akan segera melepaskan serangannya begitu mengatakan mau
menyerang.
Padahal pertahanan tubuhnya waktu itu sama sekali terbuka, serangan Kim Thi sia yang
muncul secara mendadak dan amat cepat itu langsung menerjang keatas dadanya.
"Blaaaammmmm"
Sipedang kayu menjerit tertahan, tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga langkah. Hawa
darahnya bergolak sangat keras dan sukar sekali untuk dikendalikan-
Ketika sipelajar bermata sakti menyaksikan Kim Thi sia melancarkan sergapan secara tiba-tiba,
ia segera menarik kembali serangannya dan mengundurkan diri kesamping.
Tampaknya tidak enteng serangan yang bersarang ditubuh sipedang kayu, tampak ia duduk
bersemedi dan mengatur pernapasannya.
Kim Thi sia yang berhasil menyarangkan serangannya diatas jalan darah Hoat hek hiat
ditubuhnya dapat pulih kembali seperti sedia kala, maka ia membiarkan abang seperguruannya itu
mengatur pernapasannya . Terdengar sipelajar bermata sakti berkata sambil tersenyum: "Kau tak
boleh mengampuni sampah masyarakat seperti ini......."

Kim Thi sia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa, ia sama sekali tidak memberi
tanggapan apa-apa. Sampai lama kemudian-..... Kim Thi sia baru berkata kepada sipedang kayu:
"Suheng, lebih baik berterus teranglah. Kalau tidak. jangan salahkan bila aku akan bertindak
keji kepadamu"
Sipelajar bermata sakti yang mendengar perkataan tersebut nampak agak tercengang katanya
kemudian dengan wajah tak habis mengerti:
"Jadi kau berniat melepaskan harimau pulang gunung? Aaaah, tidakkah kau sadari bahwa
perbuatan itu sama artinya meninggaikan bibit bencana dikemudian hari?"
Dengan gemas dan penuh kebencian sipedang kayu melotot sekejap kearah kedua orang itu,
lalu memejamkan kembali matanya dan sama sekali tidak menggubris lawannya lagi. Kim Thi sia
segera menegur kembali:
"Suheng, bila kau masih berlagak bisu dan tuli terus menerus, aku tak akan bersikap sungkansungkan
lagi kepadamu"
Sipedang kayu tetap duduk tak berkutik, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Amarah Kim Thi sia segera memuncak sambil mengayunkan kepalan kirinya ia segera
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Andaikata sipedang kayu terhajar oleh pukulan tersebut, paling tidak batok kepalanya pasti
akan hancur berantakan dan tewas seketika.
Tampaknya sebentar lagi sipedang kayu akan tewas ditangan sianak muda tersebut.
Mendadak.........
Sipelajar bermata sakti melakukan suatu gerakan yang cepatnya luar biasa. Sepasang
tangannya bergerak bagaikan ular lincah, meliuk kesana kemari bagaikan petir saja menyerangkan
dua buah serangan yang luar biasa.
Sebuah serangan mengancam jalan darah nang seng hiat danpek hwee hiat, sementara
serangan yang lain mengancam hoat hiat dan Hong wi hiat, keempatnya merupakan jalan darah
kematian ditubuh manusia.
Bukan saja serangannya lincah dan cekatan, bahkan sama sekali tidak menimbulkan sedikit
suarapun.
Merasakan dirinya disergap. mau tak mau Kim Thi sia harus menarik kembali telapak tangan
kirinya, sementara tangan kanannya dengan cepat mengeluarkan jurus "kecerdikan menguasahi
seluruh langit" untuk membendung datangnya ancaman itu. Tak teriukiskan rasa gusar Kim Thi sia
teriaknya sengit: "Pelajar bermata sakti, mau apa kau?" Sipelajar bermata sakti mendehem pelan,
lalu sahutnya:
"Bila kau membunuhnya dalam sekali gebukan, lantas kepada siapa hutangku harus ditagih?"
"Tagih saja kepadaku"
"Ditagih kepadamu?" jengek sipelajar bermata sakti dingin.
"Mengapa tidak?"
"Kau cuma bisa membayar rentenya, lantas kepada siapa aku mesti menuntut modal
pokokknya?"
"Akan kubayar"
"Kau mampu untuk membayarnya?"
"Tentu saja mampu"
"Ehmm.....perkataan yang enak didengar kalau begitu harap kau keluarkan dulu "lentera hijau"
sebagai tanda bukti"

seketika itu juga Kim Thi sia dibuat terbungkam dalam seribu bahasa. Kembali sipelajar
bermata sakti berkata:
"Saudara cilik, betul bukan perkataanku bahwa kau tak mampu untuk membayarnya?"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia karena malu, buru-buru ia menjelaskan: "Baru saja
benda itu dicuri orang"
"Baru saja dicuri?" jengek pelajar bermata sakti sambil tertawa dingin.
"Maksudku semalam........." pemuda Kim benar-benar tergagap.
Dia enggan menyinggung kembali peristiwa semalam, sebab kejadian itu benar-benar sangat
memalukan-
Tapi dengan setengah mendesak sipelajar bermata sakti berkata lagi: "Siapa yang telah
mencurinya?"
Agaknya pertanyaan tersebut membuat Kim Thi sia menjadi gelisah, tiba-tiba ia berteriak keras:
"Persoalan ini merupakan urusan pribadiku, buat apa kau menanyakan terus?"
"Urusan pribadimu? IHmmm, betul-betul tak tahu malu, justru persoalan ini merupakan urusan
pribadiku sendiri."
"Bagaimana bisa kau katakan sebagai urusan pribadimu?" tanya Kim Thi sia tak habis mengerti.
Sambil menuding kearah sipedang kayu yang masih duduk bersila diatas tanah, kembali
sipelajar bermata sakti berkata:
"Sejak kemarin malam hingga sekarang aku selalu berada bersamanya, hal ini tidak lain
disebabkan "lentera hijau". Sekarang kau datang mengacau, apakah aku tidak berhak untuk
menanyakan persoalannya? "
"Bila kau bertanya kepadaku, aku tak akan mengetahuinya dimanakah lentera hijau itu
sekarang berada" kata Kim Thi sia pelan-
"Siapa yang hendak bertanya kepadamu?"
"Lantas kau hendak bertanya pada siapa?"
"Aku hendak bertanya kepadanya" kata sipelajar bermata sakti sambil menunjuk kearah
sipedang kayu.
sekarang Kim Thi sia baru memahami duduk persoalan yang sebenarnya, segera katanya:
"Kalau ingin bertanya, silahkan bertanya"
Sipelajar bermata sakti melirik sekejap kesamping, dia tahu sipedang kayu belum sembuh
kembali seperti sedia kala. Maka setelah mendehem katanya lagi:
"Gi cU yong, kau tak usah bermain gila dihadapanku, aku bertanya sepatah kau harus
menjawab pula sepatah dengan sejujurnya. Kalau tidak, aku akan menyuruhmu merasakan
peredaran darah yang terbalik akibat ilmu cung goan sam coat sinkang" Sipedang kayu masih
tetap duduk tanpa berbicara.
"Hmmmm, tampaknya kau sedang mencari penyakit buat diri sendiri" umpat sipelajar bermata
sakti dingin.
Bersamaan waktunya dia mengerahkan telapak tangan kanannya dan menotok jalan darah Hun
tian hiat diatas lutut sipedang kayu.
Sebagaimana diketahui, jalan darah Huan tian hiat merupakan salah satu diantara dua belas
buah jalan darah kaku ditubuh manusia. Begitu sipedang kayu yang tertotok jalan darahnya,
seketika itu juga seluruh badannya tak mampu bergerak lagi.
Tangan kiri sipelajar bermata sakti sama sekali tidak menganggur pada saat yang bersamaan
dia menekan pula jalan darah Hiat oong hiat dilambung musuh. Seperminum teh kemudian-.....

Butiran keringat sebesar kacang kedelai sudah bercucuran membasahi seluruh jidat sipedang
kayu, giginya saling menggertak menahan rasa sakit yang luar biasa, jelas ia sudah berusaha
sekuat tenaga untuk menahan diri dari siksaan tersebut. Sampai lama kemudian-......
Sipedang kayu baru berbisik lirih: "Berilah kematian yang cepat kepadaku"
Kim Thi sia menjadi tak tega setelah menyaksikan keadaan sipedang kayu yang begitu
mengenaskan, desaknya kemudian: "Suheng, lebih baik katakan cepat"
"Ya betul" sambung sipelajar bermata sakti. "Bila ingin mampus secara wajar, lebih baik
katakan secepatnya."
"Apa yang mesti kukatakan?" tanya sipedang kayu.
"Gampang sekali, asal semua pertanyaan yang kuajukan kau jawab dengan jujur dan aku
merasa puas dengan jawabanmu, otomatis penderitaanmu semakin berkurang."
"Kalau begitu tanyalah dengan selekasnya" desak Kim Thi sia. Pelajar bermata sakti mendehem
beberapa kali, lalu dengan suara nyaring ia berkata: "Kaukah yang telah mencuri lentera hijau?"
"Bukan"
"Lantas siapa?"
"Toa suhengku."
"Hmmm, rupanya benar-benar perbuatan dari pedang emas" sela Kim Thi sia dengan gemas"
kalau begitu aku tak salah melihat orang."
Mendengar itu, dengan perasaan yang tak senang hati pelajar bermata sakti menegur:
"Eeeeh, selagi aku bertanya, lebih baik kau jangan ikut menimbrung. Kalau kau ingin bertanya,
tunggulah sampai nanti kalau pertanyaanku telah selesai" Kim Thi sia segera mendengus dingin,
pikirnya:
"Hmmm, sekarang kau boleh bergaya dulu, tunggu sampai saatnya, aku pasti akan
mengajakmu untuk berduel mati-matian-" Sementara itu terdengar sipelajar bermata sakati
bertanya lagi: "Apa kegunaan toa suhengmu mencuri lentera hijau tersebut?"
Tampaknya penderitaan sipedang kayu sudah jauh lebih berkurang, pelan-pelan ia menjawab:
"Toa suheng ingin menggunakan lentera hijau untuk memulihkan kembali ketampanan
wajahnya."
"Selain itu?"
"selain itu, aku kurang tahu."
"Sungguh?" jengek sipelajar bermata sakti sambil tertawa dingin, kembali butiran keringat
sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah sipedang kayu, sambil
menahan rasa sakit sahutnya lirih: "Sungguh"
"Baiklah, untuk sementara waktu aku percaya dengan ucapanmu itu, katakan sekarang
dimanakah sipedang emas berada?"
"Aku tidak tahu."
Serta merta sipelajar bermata sakti mengerahkan tenaganya dan menekankan tangannya kuatkuat,
hingga membuat sipedang kayu menjerit kesakitan-
"cepat katakan?" hardik pelajar bermata sakti. Setelah menghembuskan napas panjang pedang
kayu baru berkata:
"Jejak Toa suheng susah diketahui secara pasti. Aku benar-benar tak tahu dimanakah ia berada
sekarang."
"Kalau begitu sebutkan saja beberapa tempat yang kau ketahui"

"Bukit sepuluh laksa selat bunga Tho"
Agaknya sipelajar bermata sakti sudah puasa dengan pertanyaan yang diajukan, kepada Kim
Thi sia ujarnya kemudian: "sekarang kau boleh bertanya."
Selesai berkata, ia segera meninggalkan kedua orang itu dan beranjak pergi, Kim Thi sia
berpikir:
"Kini lentera hijau sudah kuketahui, rasanya persoalan ini tak perlu ditanyakan kembali."
Maka dengan rasa kuatir ia bertanya: "Dimanakah putri Kim huan berada sekarang?"
"Pergi bersama Toa suheng"
"omong kosong" bentak Kim Thi sia gusar. "Tak mungkin ia mau pergi bersama Toa suheng."
"Toa suheng berjanji akan mengajarkan ilmu silat kepadanya, dan diapun bersedia pergi
bersamanya"
Mendengar sampai disini, Kim Thi sia segera menghela napas panjang. "Aaaai, semua
perempuan memang tidak dapat dipercaya"
Tiba-tiba sipedang kayu berkata: "Nona Lin lin sedang mencarimu kemana-mana."
Menyinggung soal Lin lin, tanpa terasa Kim Thi sia terbayang kembali kejadian dimasa lalu.
Ia pernah memeluk tubuhnya kuat-kuat, memeluknya hingga gadis tersebut tak bisa bernapas.
Ia pernah mencium wajah Lin lin yang cantik jelita dengan mulutnya yang berbau arak,
mencium matanya yang jeli dan kening.
Diapun pernah mencium bibirnya yang kecil mungil, basah dan hangat itu......
Kim Thi sia tak dapat berpikir lebih lanjut. Mendadak ia berteriak dengan suara keras: "cepat
katakan, dimanakah Lin lin sekarang?"
"Ia berada disekitar sini"
"Disekitar mana?"
Pedang kayu berpikir sebentar, lalu sahutnya:
"Disuatu tempat yang berjarak tidak sampai seratus li dari sekeliling tempat ini."
Berkilat sepasang mata Kim Thi sia, ditatapnya wajah sipedang kayu sekejap lalu katanya
dengan suara dalam:
"Mengingat pemberitahuanmu ini, aku bersedia mengampuni jiwamu untuk kali ini, tapi bila kita
bersua lagi dikemudian hari aku tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja." Setelah
membebaskan jalan darah kakunya, sbeelum berangkat Kim Thi sia berpesan lagi: "Moga- moga
suheng bisa memperbaiki perbuatanmu dan menjaga diri baik-baik."
Selesai berkata, ia segera berangkat meninggalkan tempat itu dengan kecepatan luar biasa.
sepanjang jalan, pelbagai persoalan berkecamuk didalam benaknya.
Setengah bulan kemudian, dia harus pergi memenuhi janjinya dengan sipukulan sakti tanpa
bayangan di Lembah Nirmala tapi apa sebabnya simakhluk tua itu menantangnya justru di Lembah
Nirmala? Apakah dia mengira dirinya pasti tak berani memenuhi?
Lentera hijau yang telah hilang berhasil ditemukan kembali dan sekarang telah dicuri lagi.
Benda yang kelihatannya tidak menarik ternyata sangat aneh sekali, sudah tiga kali jiwanya
berhasil diselamatkan oleh benda tersebut. Dan kini ternyata Dewi Nirmala, ciang sianseng, si
Pukulan sakti tanpa bayangan, sipelajar bermata sakti, pedang emas........serta sekalian jago-jago
kelas satu dari dunia persilatan bertekad akan mendapat lentera tersebut, sesungguhnya kasiat
apa yang terdapat dibalik benda ini?
-oodwooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Putri Kim huan telah kabur bersama sipedang emas, sekarang terbukti sudah bahwa setiap
perempuan memang tak bisa dipercaya, ia mulai menganggap wanita bagaikan tahi kerbau. Sejak
kini ia bersumpah tak akan bersua lagi dengan gadis tersebut.
Dari sembilan pedang dunia persilatan kini tinggal empat orang lagi yang masih hidup.
Sipedang emas merupakan dalang dan otak dari semua peristiwa kejahatan, ia bertekad akan
membunuhnya sampai mati.
Lin lin sedang mencarinya kemana-mana iapun berjanji pada diri sendiri akan menjaga gadis
tersebut baik-baik. Sekarang dia telah memutuskan untuk mencari Lin lin teriebih dulu.
Begitu keputusan telah diambil, Kim Thi sia segera mempercepat langkah kakinya menuruni
bukit.
Ketika senja menjelang tiba, sampailah pemuda itu ditepi sebuah sungai dengan aliran air yang
deras. ia berjalan menelusuri sungai itu, ketika kakinya mulai terasa panas didepan sana
muncullah sebuah kota.
Baru beberapa gang ditelusuri, malam pun telah menjelang tiba, merasa perutnya mulai lapar,
ia mencari sebuah rumah makan dan bersantap.
Seperminum teh kemudian, ia sedang bersantap dengan penuh kenikmatan, ketika secara tibatiba
muncul dua orang lelaki kekar yang berjalan menghampirinya.
Tanpa terasa Kim Thi sia mengangkat kepalanya, ketika merasa ada dua orang lelaki sedang
mengawasinya dengan mata melotot ia balas melotot, begitu empat mata bertemu, tiba-tiba saja
paras muka kedua orang lelaki itu berubah hebat, mereka saling berpandangan sekejap kemudian
cepat-cepat beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia sedang murung, dia tak bisa menebak slapa gerangan kedua orang itu, segera
pikirnya:
"Gerak gerik kedua orang ini sangat mencurigakan, lebih baik cepat bersantap dan segera
menyelesaikan urusan sendiri."
Baru saja ia selesai bersantap dan siap membayar rekening, mendadak......
Dari luar pintu rumah makan telah muncul belasan sosok manusia yang semuanya bersenjata
lengkap. Dua orang yang berjalan dipaling depan tak lain adalah dua orang lelaki tadi.
Terdengar orang itu berteriak keras:
"Itu dia orangnya, cepat kita cincang bocah keparat tersebut" Kim Thi sia menjadi amat
terkejut, sambil mendengus pikirnya:
"Entah dari mana datangnya kawanan cecunguk itu? Aku tidak kenal dengan mereka mengapa
mereka datang mengusikku? jangan-jangan mereka telah salah mengenali orang?"
Sementara itu, dari balik rombongan manusia itu telah muncul dua orang lelaki kekar, seorang
bersenjatakan sepasang poan koanpit, berperawakan sedang dan langkah gesit.
Sedangkan yang satunya lagi berperawakan lebih pendek lagi dan bersenjatakan sebuah golok
besar.
Terdengar orang yang bersenjata poan koanpit itu berseru: "Hey kunyuk, bila tahu diri, ayo
cepat menggelinding keluar"
Teriakan tersebut kontan langsung membangkitkan hawa amarah Kim Thi sia dengan sebuah
lompatan lebar dia menerjang kehadapan kedua orang tersebut lalu sambil meloloskan pedang
Leng gwat kiam, ia berseru lantang:
"Kalian kawanan anjing geladak yang tak tahu diri, sebutkan dulu slapa kalian- Hari ini taoaya
harus memberi pelajaran yang setimpal kepada kalian-........"
Lelaki pendek yang bersenjata golok itu segera berkaok-kaok.

"Bocah keparat, kau sombong. Toayamu adalah sibangau sakti dibalik asap Khu Kim hiong,
sedangkan dia adalah loji dari sepasang ular Tiong ciu, siular putih Si Thian coat. Hey keparat,
ayoh kita keluar kota, tempat ini bukan tempat untuk berduel."
"Baik" sahut Kim Thi sia sambil tertawa dingin. "Kau boleh berjalan dimuka."
Pemuda kita mengerti, sekalipun Khu Kim tiong mempunyai tampang yang sidak menarik,
sesungguhnya dia merupakan salah satu jago andalan dari perkumpulan sinar emas.
Sedangkan sepasang ular dari tiong ciupun merupakan kawanan jago tangguh dari kawasan
Kang lam.
Terdengar sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong mendengus dingin lalu berkata: "Saudara
Si, aku akan berjalan duluan, kau mengikuti dari belakangnya." Siular putih Si Thian coat segera
manggut-manggut.
Tanpa membuang waktu lagi sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong segera menjejakkan
kakinya keatas tanah dan bagaikan asap ringan saja, secepat sambaran petir telang berangkat
menuju keluar kota.
Menyaksikan kepandaiannya ini mau tak mau Kim Thi sia harus mengaguminya juga. ia segera
menghimpun tenaga dan menyusul dibelakangnya.
Siular putih Si Thian coat tidak membuang waktu, dia menyusul pula dipaling belakang.
Berbicara soal ilmu meringankan tubuh, ternyata kepandaian Kim Thi sia masih kalah setingkat,
betapapun ia telah berusaha mengejar dengan sepenuh tenaga, ternyata dia hanya sanggup
mengikuti dibelakang mereka.
Tampaklah tiga sosok bayangan manusia meluncur kedepan secepat sambaran petir, tak selang
berapa saat kemudian mereka telah tiba diluar kota.
Sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong berhenti disebuah tanah lapang yang luas, dia
berpaling dan menatap sekejap kearah Kim Thi sia, kemudian sambil tertawa dingin serunya:
"Bocah keparat, kau tak usah sombong, lihat serangan."
Habis berkata, sepasang penanya direntangkan kedua belah sisi, denganjurus "ular panjang
menjulurkan lidah" secara terpisah dia mengancam tenggorokan dan lambung Kim Thi sia.
Dari senjata poan koanpit yang dipergunakan, Kim Thi sia dapat menebak bahwa orang ini
memiliki keahlian didalam menotok jalan darah, kewaspadaannya segera ditingkatkan-"Serangan
yang bagus" serunya dingin.
Tiba-tiba pedang Leng gwat kiamnya dibabat kemuka membentuk sekilas cahaya putih,
langsung membacok sepasang pergelangan tangan musuh.
Berbicara sesungguhnya, kedudukan sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong dalam
perkumpulan sinar emas cukup tinggi, sudah barang tentu diapun cukup berpengalaman dalam
pertarungan.
Melihat kilatan cahaya putih yang terpancar dari hawa pedang musuh ia segera tahu bahwa
senjata lawan merupakan sebilah senjata mestika.
Ia tak berani menyambut datangnya serangan dengan sepasang senjatanya, cepat-cepat
pergelangan tangannya ditekuk pena ditangan kanannya mengancam pergelangan tangan musuh,
sementara pena ditangan kirinya menotok jalan darah Siau yau hiat dipinggang Kim Thi sia.
Dengan cekatan Kim Thi sia mengingos sambil menyelinap kesamping, ia sempat melihat si ular
Si Thian coat dengan golok bersiap siaga disisi arena.
Melihat itu dia segera berpekik nyaring, dengan mengembangkan ilmu pedang Panca
Buddhanya, ia ciptakan gulungan cahaya putih disekelilingnya tubuhnya untuk melindungi diri dari
ancamanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat puluhan gebrakan telah lewat......
Posisi bangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong lebih rugi dari musuhnya karena sepasang
senjatanya tak berani saling membentur dengan pedang musuh, terpaksa dia harus mengandalkan
jurus totokannya yang lihay serta pengalamannya yang matang untuk mendesak dan mengurung
musuh.
Kim Thi sia sendiripun merasakan harinya tercekat, ia sadar bahwa ilmu silat yang dimiliki orang
ini sangat tangguh, tapi siapa gerangan mereka? ia tidak merasa kenal dengan orang-orang itu,
mengapa mereka menyerangnya tanpa menjelaskan dulu duduk persoalan yang sebenarnya?
Ketika pertarungan berlangsung berapa puluh gebrakan kemudian, lambat laun posisi Kim Thi
sia mulai menempati kedudukan diatas anginsi
ular putih Si Thian coat yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena segera
merasakan gelagat yang tidak menguntungkan, melihat Khu Kim tiong terancam bahaya, ia segera
mengeluarkan tiga batang senjata rahasia Kim cheepiau sambil serunya lantang:
"Sobat, sambutlah seranganku ini"
Tangan kirinya segera diayunkan kedepan, desingan tajam segera membelah angkasa dan
menyambar ketubuh lawan-
Waktu itu Kim Thi sia sedang mengeluarkan jurus "membunuh hati tampak wataknya" dari ilmu
pedang panca Buddha dengan perubahan yang luar biasa, nampaknya musuh akan segera dapat
dikalahkan ketika secara tiba-tiba terdengar Si Thian coat berteriak dan senjata Kim chee piau
telah menyambar tiba
Pemuda kita segera berteriak keras, cepat-cepat pedangnya memainkan jurus "Buddha
berkembang kejahatan sirna" diantara kilauan cahaya pedang Leng gwat kiam, tiga pasang
senjata rahasia Kim cheepiau itu bagaikan tertahan oleh selapis dinding yang kuat, tanpa
menimbulkan sedikit suara pun segera rontok keatas tanah.
Tapi dengan terjadinya hambatan tersebut, sibangau sakti ditengah asap Khu Kim tiong
bagaikan terlepas dari badan berat, dia segera menghembuskan napas lega.
Sementara itu si ulat putih Si Thian coat yang sengaja melepaskan senjata rahasia dengan
maksud memukul mundur serangan Kim Thi sia menjadi amat terkejut setelah menyaksikan cara
yang dipakai pemuda itu untuk memusnahkan serangan aneh sekali. Buru-buru dia memutar
goloknya dan ikut terjun kearena pertarungan.......
Kim Thi sia yang mesti melayani dua orang musuh sekaligus menjadi berkobar semangatnya,
jurus-jurus sakti ilmu pedang panca Buddhanya dilancarkan secara beruntun.
Tampak cahaya putih berkilauan memenuhi seluruh angkasa. Hawa pedang menyelimuti setiap
sudut ruangan, hawa pedang memancar kemana-mana. dibandingkan dengan pertarungan
melawan Khu Kim tiong keadaannya sama sekali berbeda.
Baik sibangau sakti ditengah asap Khu Kim tiong maupun si ular putih Si Thian coat, keduanya
merupakan jago persilatan yang berilmu silat tangguh melihat jurus serangan yang digunakan
lawan begitu aneh dan luar biasa kontan saja perasaan hati merasa menjadi tercekat.
Untung saja pengalaman yang dimiliki kedua orang itu cukup matang, tenaga dalam yang
dimiliki pun amat sempurna, karena itu dengan kerja sama yang cukup serasi diantara mereka
berdua, setengah memaksakan diri mereka masih mampu bertahan sambil dua puluhan jurus.
Ditengah bayangan pedang dan cahaya golok, tiba-tiba siular putih Si Thian coat menjerit keras
sambil melompat mundur dari lingkungan pertempuran.
Ternyata golok andalannya telah patah menjadi dua bagian, buru-buru dia merogoh
segenggam senjata rahasia Kim cheepiau sambil teriaknya keras-keras: "Saudara Khu, mari kita
mundur."

Belum selesai perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar lagi suara gemerincing nyaring.
"Traaaaangggg"
Ternyata sepasang koanpit ditangan sibangau sakti asap Khu Kim tiongpun sudah terpapas
kosong menjadi dua bagian.
Si ular putih Si Thian coat segera mengayunkan tangannya berulang kali, senjata rahasia Kim
cheepiaupun meluncur secara gencarnya mengancam tubuh pemuda itu.
Dengan memanfaatkan kesempatan inilah Kho Kim tiong melompat mundur kebelakang lalu
melarikan diri terbirit-birit.
Melihat musuhnya melarikan diri dalam keadaan begitu mengenaskan, Kim Thi sia menjadi
kegelian setengah mati.
Setelah menyarungkan kembali pedangnya, dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
mengawasi kedua orang itu hingga lenyap dari pandangan mata. Kemudian ia memandang
sekejap cuaca menentukan arah dan berangkat pula menuju kedepan-
Waktu itu kentongan pertama sudah menjelang tiba, dibawah timpaan sinar rembulan Kim Thi
sia menempuh perjalanan dengan cepat, dia ingin selekasnya menemukan Lin lin.
Sementara ia masih melakukan perjalanan, mendadak dari sisi sebelah kirinya dijumpai ada
seseorang sedang melakukan perjalanan malam, selisih jarak diantara mereka berdua hanya
sepuluh kaki, namun dibawah sinar rembukan semuanya tampak amat jelas. Ternyata orang yang
menempuh perjalanan malam itu adalah seorang wanita.
Berdebar keras perasaan Kim Thi sia, dia segera mempercepat larinya untuk melakukan
pengejaran-
Begitu pengejaran dilakukan, ternyata perempuan sipejalan malam didepan berlarian semakin
kencang.
Kejadian tersebut tentu saja memancing rasa ingin tahunya, ia segera berpikir:
"Biarpun kejadian aneh sangat banyak. rasanya tidak sebanyak malam ini, aku harus
menyelidiki persoalan ini hingga tuntas"
Berpikir sampai disitu, ia segera melakukan pengejaran dengan makin cepat lagi. Baru melewati
sebuah bukit, ternyata Kim Thi sia telah kehilangan jejak orang itu.
Untuk berapa saat lamanya pemuda itu termangu, perasaan mendongkol, gemas dan jengkel
bercampur aduk menjadi satu. Sudah bersusah payah melakukan pengejaran ternyata usahanya
hanya sia-sia belaka.
Dalam keadaan begini, dia cuma bisa memperlambat langkahnya menelusuri jalan bukit.
Mendadak.......
Terasa desingan angin tajam menyambar datang dari belakang, ternyata sebilah pedang tajam
dengan membawa suara desingan yang luar biasa telah mengancam batok kepalanya.
Waktu itu Kim Thi sia berada dalam keadaan tidak siap. menanti dia sadar akan datangnya
serangan tersebut, keadaan sudah terlambat. "Sreeett........"
Tahu-tahu ujung bajunya usdah robek tersambar pedang, lengan kirinya teriuka sepanjang tiga
inci dengan kedalam dua inci darah segar segera jatuh bercucuran membasahi sebagian tubuhnya.
Sementara itu, sipenyergap segera melarikan diri terbirit-birit begitu berhasil dengan
serangannya.
Dengan cepat Kim Thi sia menutup seluruh jalan darahnya untuk menghentikan aliran darah,
ketika melihat penyergapnya sedang melarikan diri, ia segera berteriak keras:
"Telur busuk. biarpun kau lari sampai ujung langitpun, aku Kim Thi sia tetap akan mengejarmu
sampai dapat"

Dengan meloloskan kembali pedang Leng gwat kiamnya, ia segera melakukan pengejaran-Tibatiba
sipenyergap itu membalikkan badan dan berlarian mendekat. Melihat hal ini, kembali Kim Thi
sia berteriak:
"Nah, begini baru bernyali, mari, mari mari, kita tentukan mati hidup ditempat ini."
Sebelum mendekat orang itu telah berteriak lagi: "Benarkah kau Kim Thi sia."
"Selama hidup aku tak pernah berganti nama, Kim Thi sia adalah aku, aku Kim Thi sia" Tibatiba
orang itu menangis terseduh-seduh, suara tangisannya sangat memilukan hati.
Dengan cepat Kim Thi sia mengawasi orang itu dengan lebih seksama, ia segera berteriak:
"oooh, rupanya kau"
"Aku adalah Nyoo Soat hong" seru orang itu sambil menangis semakin sedih.
"Mengapa kau membacokku tanpa menjelaskan dulu duduk persoalan yang sebenarnya?" tegur
Kim Thi sia dengan mendongkol.
"Aku menjadi mata gelap karena pertarungan-" sahut Nyoo soat hong sambil berhenti
menangis.
"Kau berkelahi dengan orang?"
Nyoo Soat hong mengangguk, pelan-pelan dia berjalan mendekati pemuda itu dan memeriksa
keadaan lukanya, kemudian dengan rada minta maaf, katanya lagi:
"Peristiwa malam ini merupakan peristiwa kedua kalinya aku melukai tubuhmu. Aku, aku minta
maaf."
Mimik mukanya yang mengenaskan dan memedihkan hati ini seketika membuat api amarah
Kim Thi sia mereda dengan sendirinya, cepat-cepat dia menyahut: "Luka sekecil ini sama sekali tak
ada artinya, kau berkelahi dengan musuh."
"Ya a, siaumoay sudah bertarung semalam suntuk."
"Kau telah bertarung semalam suntuk?" seru Kim Thi sia kaget.
"Yaa benar."
"Bertarung dengan siapa?" desak pemuda itu dengan perasaan kuatir dan tak habis mengerti.
Diapun berharap bisa mendapatkan sebuah jawaban yang pasti, hingga teka teki yang
menyelimuti pikirannya selama ini dapat terpecahkan-
Nyoo Soat hong tidak langsung menjawab, dia celingukan dan memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu kemudian baru katanya:
"Sudah tak ada yang mengejarku lagi, mari kita mencari tempat untuk beristirahat dulu, nanti
akan kuceritakan secara pelan-pelan"
"Apakah ceritamu memakan banyak waktu? Aku masih ada urusan yang mesti diselesaikan
secepatnya."
Sambil menggandeng tangan sia nak muda itu, Nyoo Siat hong berkata dengan lembut:
"Kau tak perlu terburu napsu, bila kau hendak menyelesaikan urusanmu, akupun tak akan
mengganggumu dengan tidak membiarkan kau pergi."
Mendengar itu, Kim Thi sia pun mengikuti ajakan gadis tersebut duduk diatas sebuah batu
besar.
Setelah duduk, Nyoo Soat hong baru berkata:
"Bersama abang, kami pergi mencari Pek Kut sinkun......."
"Kemana kalian hendak mencari Pek kut sinkun?" timbrung Kim Thi sia.

"Ia toh sudah dibunuh oleh sipedang emas?"
"Kau jangan terburu napsu dulu, dengarlah cerita sejak awal"
"Baik, baik, berceritalah sejak awal"
"Tenryata belum sampai kami berhasil menemukan sarang Pek kut sinkun, jejak kami sudah
ketahuan anak buahnya sehingga gerak gerik kami selalu dikuntil dan diawasi."
"Huuuh, sudah mampuspun masih sok" gumam Kim Thi sia dengan perasaan tak puas.
"Kau harus mengetahui, saat ini telah muncul seorang tokoh silat yang jauh lebih lihay dari Pek
kut sinkun yang memimpin umat persilatan dikawasan Kanglam."
"Aku pernah bersua dengan semua anak buah Pek kut sinkun, darimana munculnya seorang
jagoan yang lebih hebat?" Nyoo Soat hong segera tertawa misterius. "Kujamin kau pasti belum
pernah bertemu dengan orang ini"
"Aku belum pernah bertemu dengannya, apakah kau pernah bertemu dengannya?"
"Tentu saja, aku telah jatuh pencundang ditangannya."
"Hey, sudah setengah harian lamanya kau berbicara, sebetulnya siapakah orang itu? Aku Kim
Thi sia pasti akan pergi mencarinya" seru sang pemuda tak sabar.
"Apa yang hendak kau perbuat setelah bertemu dengannya?"
"Tentu saja membalaskan dendam bagimu"
"Terima kasih banyak"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, desaknya kemudian:
"cepat katakan, siapakah dia?"
"Dia adalah putri kesayangan Pek kut sinkun."
"Oooh, rupanya dia adalah seorang wanita"
"Apakah kau memandang hina kami kaum wanita?" tegur Nyoo soat hong dengan wajah serius.
"Kau tahu, ilmu silatnya lihay sekali."
"Aaaah.......aku........aku bukan bermaksud begitu" cepat-cepat pemuda kita berseru agak
tergagap.
"Lantas apa maksudmu?"
"Aku hanya khusus mencari orang yang berilmu silat lebih hebat daripada diriku untuk diajak
berduel. Kalau ilmu silatnya lebih rendah daripada diriku, lalu apa artinya?"
"Seandainya kau bertemu dengan seseorang dengan ilmu silat yang sangat lihay, sedangkan
tak mampu mengunggulinya, lantas apa yang hendak kau perbuat?"
"Tidak usah kuatir, mereka tak akan mampu membunuhku."
"Waaah, kalau begitu kau punya nyawa rangkap?" seru sang nona dengan gembira.
"Bukan hanya begitu, bila aku sering bertarung dengan orang-orang semacam ini, maka tenaga
dalamkupun akan mendapat kemajuan yang lebih pesat lagi"
"oooh, rupanya begitu" kata Nyoo Soat hong sambil manggut- manggut.
Kim Thi sia segera bertanya lagi:
"Siapa sih perempuan itu? Kau tahu dia berasal dari perguruan mana?"
"Aku sendiripun kurang tahu, konon dia adalah anak murid dari Raja langit berlengan delapan-"
"Raja langit beriengan delapan?" berubah hebat paras muka Kim Thi sia. "Ayahku pernah
berkata, nama besar orang ini sudah termashur semenjak enam puluh tahun berselang ilmu

melepaskan senjata rahasianya merajalela disegala penjuru dunia persilatan dan tak pernah ada
tandingannya."
"Bila kau sudah tahu, akupun tak usah menerangkan lagi."
"Apakah masih ada yang lain?"
"Sudah tak ada lagi"
Kim Thi sia segera bangkit berdiri, lalu bertanya lagi: "Bagaimana persoalan selanjutnya?"
" Kemudian-.....aku tertangkap dan digusur oleh seorang manusia yang bernama lelaki berpipi
licin, dan selanjutnya.......selanjutnya......"
Tiba-tiba saja paras muka berubah menjadi merah padam, nampaknya dia merasa malu sekali.
"Bagaimana selanjutnya?" desak Kim Thi sia lagi.
"Aaaah, kalian orang lelaki memang bukan manusia baik-baik"
Kim Thi sia yang dikatai begitu jadi tertegun, buru-buru dia berseru dengan wajah keheranan:
"Aku toh tak pernah berbuat salah kepadamu, kenapa akupun turut kau maki?"
"Siapa sih lelaku berpipi licin itu?"
"Dia adalah orang jahat, dia telah mempermainkan aku"
"Mempermainkan? mempermainkan bagaimana?" tanya Kim Thi sia keheranan, "agaknya dia
belum mengerti apa yang dimaksudkan aku?"
"Aaaah, masa soal inipun tidak kau mengerti?"
"Aku berani bersumpah, aku benar-benar tak mengerti?" Kim Thi sia berkata serius.
Dari keseriusan pemuda itu, Nyoo Soat hong percaya kalau pemuda itu benar-benar tak
mengerti, agak tergagap iapun berkata:
"Mempermainkan adalah.....adalah.....aaah, memalukan- Aku tak mau menerangkan"
Kim Thi sia membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, diawasinya gadis itu tanpa berkedip.
dia sangat keheranan-
Lama kelamaan Nyoo Soat hong menjadi rikuh sendiri karena ditatap secara begitu, dengan
kepala tertunduk ia berbisik: "Dia..... dia hendak mencium pipiku"
Setelah mendengar perkataan ini, Kim Thi sia baru memahami apa yang dimaksud. Dia pernah
mempunyai pengalaman semacam ini, karenanya meski masih ada berapa persoalan yang tidak
dipahami olehnya, dia agak rikuh untuk mengajukan keluar. Untuk berapa saat pemuda itupun
berdiri termangu disitu.
Nyoo Soat hong sangat keheranan melihat sikap termangu anak muda ini, tiba-tiba desaknya:
"Hey, apa yang sedang kaupikirkan?"
"Apakah kau menangis waktu itu?" tanya sang pemuda acuh tak acuh. Dengan gemas Nyoo
Soat hong segera meninju pemuda itu, serunya dengan mendongkol: "Buat apa sih kau
menanyakan persoalan tersebut begini jelas?"
"Kau jangan marah. Baik, baiklah aku tak akan bertanya." Setelah berhenti sejenak. kembali dia
berkata: "Bagaimana seterusnya?" Dengan kening berkerut Nyoo Soat hong berkata:
"Disaat sitelur busuk itu sedang gembira dan lupa diri, tiba-tiba dari luar muncul seseorang.
ilmu silatnya sangat hebat, dalam tiga gebrakan saja ia telah behrasil memukul mundur telur
busuk itu dan menolongku lolos dari bahaya."
"ooooh, baik benar orang yang menyelamatkan dirimu itu, siapa sih orang itu?
"Ia bernama Yu Kiem"

"Apa? Dia adalah Yu Kiem?" Kim Thi sia segera berseru tertahan-
"Jadi kau kenal dengannya?" tanya Nyoo Soat hong sambil melotot.
"Ya a, aku memang kenal dengannya."
"Hmmm, nampaknya tidak sedikit gadis cantik yang kau kenali"
"Dia adalah putri sulung Thi ki ci locianpwee, dia masih mempunyai seorang adik perempuan
yang berwajah mirip sekali dengannya. ibarat pinang dibelah dua susah sekali untuk membedakan
mana sikakak dan mana adiknya." Nyoo Soat hong tertawa dingin.
"Begitu jelas kau mengetahui tentang mereka. Kau tahu, kemungkinan besar enci Yu mu
sedang terancam bahaya saat ini"
"Mengapa dengan Yu Kiem?" tanya Kim Thi sia cemas. Nyoo Soat hong tertawa lagi, tertawa
misterius.
"Apakah kau sangat menguatirkan keselamatannya?"
"cepat katakan, bagaimana keadaannya?"
"Aku keluar dari ruangan bersamanya tapi belum jauh berjalan, dia yang telah berada dengan
beberapa orang tongcu dari perkumpulan Tay sang pang, tanpa banyak berbicara lagi mereka
segera saling gontok-gontokan, dengan andalkan jumlah yang banyak mereka bertarung sampai
setengah malaman, akibatnya kami berduapun menjadi terpencar. Aku takut keadaan enci Yu
amat berbahaya, bisa jadi ia telah ditangkap hidup-hidup oleh berapa orang itu."
"Darimana kau bisa tahu?"
"Aku dengar mereka hendak membawanya pulang agar dijatuhi hukuman oleh ketuanya"
JILID 42
"Jadi kau meninggalkan Yu Kiem seorang diri untuk menyelamatkan diri sendiri?" tiba-tiba Kim
Thi sia menegur.
"Huuuuh, kau jangan sembarangan bicara." bentak Nyoo Soat hong panik, "Aku seorang diri tak
sanggup menghadapi kerubutan mereka, posisiku amat terdesak hingga untuk melarikan diripun
tak mampu..... itulah sebabnya tadi aku telah salah menganggap dirimu sebagai salah seorang
yang mengejarku sehingga secara diam-diam kuhadiahkan sebuah tusukan kepadamu"
"Tak apa, sekarang kau boleh beristirahat sendiri disini, aku segera pergi mencari orang-orang
itu."
"Kau hendak mencari siapa?" tanya sinona penuh perhatian-
"Tentu saja mencari orang-orang yang mengejarmu itu untuk membuat perhitungan." Nyoo
Soat hong segera tertawa manis, pesannya:
"Mereka pasti masih berada dibelakang sana, tempat disekeliling sini merupakan daerah
kekuasaan mereka, kau mesti berhati-hati, cepat pergi dan cepat kembali, aku akan menantimu
disini"
"Kau tak usah kuatir"
Selesai berkata, dengan langkah cepat pemuda itu meluncur kedepan menelusuri jalan setapak
tersebut.
Kim Thi sia berjalan amat cepat, perasaan gusar dan benci yang bercampur aduk membuat
semangat tempurnya makin berkobar, dia bersumpah akan mencari orang-orang dari perkumpulan
Tay sang pang dan melampiaskan seluruh rasa benci dan mendongkolnya itu kepada mereka.
Tiba-tiba terdengar ia berseru keras:

"Yaa...betul betul sudah pasti semuanya ini hasil perbuatan dari komplotan yang sama" Waktu
itu fajar mulai menyingsing, setitik cahaya terang mulai muncul diufuk timur.
Dibawah sinar matahari yang masih samar-samar, terlihatlah ada tiga sosok bayangan manusia
munculkan diri dari depan sana.
Selisih jarak ketiga orang tersebut dengan dirinya masih teramat jauh, namun secara lamatlamat
dapat terlihat bahwa ketiga orang itu berbaju hijau, mempunyai langkah yang tegap dan
cepat.
cukup ditinjau dari kepandaian tersebut, dapat diduga bahwa mereka adalah sekawanan jago
persilatan yang berilmu silat tinggi. Dalam waktu singkat........
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu tiga orang lelaki setengah umur
berwajah dingin kaku telah munculkan diri dan berdiri menghadang dihadapannya. Menyusul
kemudian-.....
Dari belakang ketiga orang tersebut, bermunculan lagi belasan sosok bayangan manusia.
Seorang diantaranya sedang membopong tubuh Yu Kiem.....
Menyaksikan adegan ini, meledak hawa amarah Kim Thi sia, tanpa mengucapkan sepatah
katapun dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiam dari sarungnya.
Salah seorang diantara ketiga orang jago tersebut, seorang lelaki setengah umur yang berkulit
agak hitam, segera mendengus dingin seraya menegur:
"Anda adalah sobat dari golongan mana? Ayoh cepat sebutkan dulu namamu. Kami coat bun
kiam Ban Sang Teng pasti akan memenuhi semua pengharapanmu......"
Kim Thi sia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah......haaaah......haaaaah........aku adalah manusia yang hidup dibumi ini. Hey, bila
kulihat dari tampang serta dandanan kalian, tampaknya kamu semua berasal dari pukulan Tay
sang pang? Nenek busuk dengan kemampuan dari ketua kalian Khu It Cing pun aku masih belum
memandang sebelah mata, kalian tiga manusia rongsokan sudah berani sesumbar dihadapanku.
Hmmm Betul-betul manusia tak bermata, permainan kalian ini masih belum dapat menggertak jari
aku Kim Thi sia"
Begitu nama "Kim Thi sia" disebutkan, kontan saja Ban Sang teng dan kedua orang rekannya
menjadi terperanjat hingga tanpa terasa mundur selangkah kebelakang. Berapa saat kemudian,
Bang Sang baru berseru dengan suara dalam:
"Antara perkumpulan Tay sang pang dengan diri anda sama sekali tak terjalin perselisihan
apapun, ketua kami pun sudah beberapa kali berjumpa dengan Kim tayhiap. Aku harap Kim
tayhiap jangan mencampuri urusan ini"
Mendengar perkataan mana, Kim Thi sia segera tertawa dingin tiada hentinya.......
"Heeeeh.....heeeeh......^heeeeh........bila aku tak mau menuruti anjuranmu?"
Ban Seng segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, serunya dengan gusar:
"Kim Thi sia, aku bermaksud baik dengan menganjurkan dirimu tidak mencampuri urusan ini,
hal mana dikarenakan mencari nama bukan pekerjaan yang gampang, lagipula kau pernah
mempunyai hubungan dengan ketua kami, maka kamipun tak ingin menyusahkan dirimu, namun
bila anda menganggap partai Tay sang pang kami hanya macan kertas, maka hal ini sama artinya
dengan mencari penyakit buat diri sendiri" Seorang jago yang berada disampingnya segera
membentak pula:
"Hey orang she Kim, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain, bila kau menolak arak
kehormatan dengan memilih arak hukuman, aku Sam kiam coat hun sitiga pedang mencabut
nyawa Ho cuan pasti akan memberi pelajaran kepadamu"

"Haaaah....haaaah......haaaah......" Kim Thi sia kembali tertawa tergelak. "orang bilang aku
adalah manusia yang paling susah dilayani, nyatanya kalian lebih susah dilayani ketimbang aku,
orang bilang aku tak takut mampus, rupanya kalian lebih tak takut mampus daripada aku"
Sementara ketiga orang itu masih tertegun, karena perkataan tersebut sambil tertawa tergelak
tiba-tiba saja Kim Thi sia sudah melancarkan serangan dengan jurus "Guntur menggelegar angin
berhembus" serta "awan muncul kabut membuyar" dari ilmu pedang panca Buddha.
Tampaklah pedang Leng gwat kiam dengan kecepatan bagaikan sambaran petir secara
langsung menyerang ketiga orang tersebut.
Semenjak tadi ketiga orang tersebut telah membuat persiapan yang matang, dua pedang dan
sepasang telapak tangan serentak melancarkan serangan pula bersama-sama.
Kim Thi sia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk berganti napas,
serangan demi serangan dilancarkan dengan mempergunakan jurus-jurus serangan paling ampuh
dari ilmu pedang panca Buddhanya.
Suatu ketika, dia menyerang kekiri dan kanan secara bersamaan sehingga penjagaan pada
tubuh bagian depannya terbuka sama sekali.
Salah seorang dari lelaki setengah umur itu segera mendengus dingin, tangan kirinya disapu
kedepan kuat-kuat, segulung tenaga pukulan yang kuat langsung menerjang kedepan.
Kim Thi sia tak mampu berdiri tegak lagi, secara beruntun tubuhnya mundur dua langkah
kebelakang.
Terdengar lelaki itu segera menjengek dingin:
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh......tak disangka kau cuma seorang gentong nasi yang sama
sekali tak berguna"
Kim Thi sia gusar sekali, pedangnya diputar kencang dan secara beruntun melancarkan
serangan dengan jurus jaring langit perangkap bumi dan batu merekah bukit merekah dari ilmu
pedang panca Buddha.
Begitu kedua jurus serangan tersebut dilancarkan, hawa pedang yang menyayat badanpun
memancar bagaikan jaring laba-laba yang menyelimuti seluruh angkasa.
Ditengah jeritan ngeri yang bergema secara beruntun, dengan suatu gerakan sangat cepat Kim
Thi sia telah merampas Yu Kiem dari tangan musuh.
Anak buah perkumpulan Tay sang pang menjadi tertegun semua ketika mereka mendengar
suara jeritan ngeri yang menyayat hati bergema susul menyusul diikuti robohnya bayangan
manusia.
Begitu mereka tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, kontan saja rasa kaget dan ngeri
mencekam perasaan setiap orang.
Ternyata orang yang roboh paling duluan bukan lain adalah sipedang sakti.
Ban Seng, pedang andalannya telah terpapas kutung menjadi dua bagian dan tergeletak diatas
tanah. Lengan kanan hingga kepinggangnya telah robek dan merekah besar, darah segera
bercucuran keluar dengan derasnya.
Kalau dilihat dari keadaannya, mungkin tipis harapan baginya untuk tetap hidup, sementara itu
Kim Thi sia dengan mata melotot dan pedang terhunus masih berdiri angker ditempat semula.
Sitiga pedang pencabut nyawa Ho cuanpun berdiri tertegun setelah melihat rekan-rekannya
kalau tidak tewas, tentu berada dalam keadaan luka parah. Ia sadar apabila keadaan seperti ini
dibiarkan lebih jauh, niscaya dia sendiri pun akan menjadi korban-
Kontan saja semua kebengisan dan kebuasannya lenyap tak berbekas, katanya cepat: "Tak
nyana kau betul-betul berhati keji, kami mengaku kalah"

Selesai berkata ia segera mengulapkan tangannya segenap anak buahnya serentak
menggotong orang-orang mereka yang terluka dan tewas dan cepat-cepat kabur meningalkan
tempat tersebut.
Waktu itu hawa amatah berkobar dalam dada Kim Thi sia, sebetulnya dia enggan menyudahi
persoalan tersebut sampai disitu saja, namun setelah melihat sekejap Yu kiem didalam
bokongannya yang masih belum sadarkan diri, semua semangatnya mengendor kembali.
"Betul" bentaknya kemudian- "Kaupun bukan si penanggung jawab dalam peristiwa ini. Toaya
tak akan menarik panjang persoalan- Untuk kali ini aku bersedia mengampuni jiwamu, tapi lain
kali, jika sampai kamu semua terjatuh lagi ketangan toaya. Hmmmjangan salahkan kalau aku akan
bertindak kejam"
Selesai berkata, dia memandang sekejap kawanan jago itu dengan pandangan gusar tentu saja
kawanan manusia itu menjadi ketakutan setengah mati dan secara beruntun mundur berapa
langkah.
Dengan angkuh Kim Thi sia maju beberapa langkah kedepan, mendadak ia membalikkan badan
lagi sambil bentaknya kepada Ho cuan:
"Enyah dari sini dan beritahu kepada ketua kalian, suruh dia menunggu, dalam sebulan
mendatang akan kusuruh ketua kalian tahu akan kehebatanku"
Tiga pedang pencabut nyawa Ho cuan tak berani banyak bicara, dia hanya bisa mengawasi
bayangan tubuh Kim Thi sia menjauhi tempat tersebut.
Mendadak......
Kim Thi sia melayang kembali dengan gerakan amat cepat.
Pada mulanya Ho cuan mengira pemuda tersebut tak bersedia mengampuni jiwa mereka
semua, baru saja akan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
tahu-tahu Kim Thi sia sudah menggeledah saku Ban Seng dan mengeluarkan berapa buah
bungkusan kecil dari balik dadanya yang basah oleh darah.
Kemudian tanpa mengucapkan sepatahpun, dia berlalu lagi dari situ, sekejap mata kemudian
bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata.
sementara itu Kim Thi sia dengan membopong Yu Kiem telah menempuh perjalanan sekian
waktu, setelah tiba disuatu tempat yang jauh dari keramaian manusia. Dia baru membaringkan
tubuh gadis itu keatas tanah dan meneliti berapa buah bungkusan yang diperolehnya dari Ban
Seng.
Tapi sayang, biarpun sudah diteliti setengah harianpun, ia tak berhasil menemukan obat
penawar racun itu.
Menjumpai Yu Kiem tetap tak sadarkan diri, sedang kemungkinan datangnya serangan dari
perkumpulan Tay sang pang juga bisa muncul setiap saat. Cepat-cepat ia membopong kembali
gadis itu dan muncul ditepi jalan raya.
Secara kebetulan lewat sebuah kereta kuda, ia segera menghadangnya dan naik kedalam
kereta tersebut.
Belum berapa puluh mil mereka berjalan tiba-tiba dari depan situ terdengar seseorang
membentak keras, disusul kereta itu berhenti berlari.
Kim Thi sia menjadi amat tertegun, cepat-cepat dia mengintip dari balik tirai kereta, tampak
olehnya sikusir kereta sedang berdiri termangu- mangu ditepijalan mengawasi dua batang pohon
besar yang roboh melintang ditengah jalan raya.
Kedua batang pohon itu besar sekali, paling tidak harus ada tiga orang yang mengangkat untuk
menggesernya dari situ, jelas ada orang yang sengaja berbuat demikian disana.

Ketika sikusir melihat Kim Thi sia sedang melongok keluar, dengan nada murung diapun
berkata:
"Toaya, coba lihatlah, jalanan ini menjadi buntu. Apa daya kita sekarang.....?"
Sambil tertawa dingin Kim Thi sia melompat turun dari kudanya, kepada sang kusir dia berseru:
"Beristirahatlah sebentar, biar aku yang menyingkirkan batang pohon itu......"
"toaya, aku rasa lebih baik kita memutar kejalanan yang lain saja"
Tergerak perasaan Kim Thi sia setelah mendengar perkataan itu, tapi segera pikirnya lebih
jauh:
"Aaaah, aku tak boleh berbuat begini, jelas perbuatan ini merupakan hasil permainan busuk
dari perkumpulan Tay sang pang. Bila aku mengambil jalan melingkar, bukankah sama artinya aku
pengecut? Mereka tentu akan mentertawakan aku"
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berkata dengan suara pelan: "IHey
kusir kuda, kau tidak usah gelisah, aku punya rencana sendiri" Sambil berkata, pelan-pelan dia
berjalan mendekati pohon tersebut.
Sikusir kelihatan agak melongo setelah mendengar perkataan tersebut, seperti orang ingin tahu
seperti juga hendak maju membantu, dengan membawa pecutnya ia menyusul dari belakang.
Kim Thi sia sama sekali tidak menaruh perhatian akan hal itu, dihampirinya ujung pohon lalu
sambil merentangkan sepasang tangannya, ia mendorong batang pohon tersebut kesamping.
Terdengar bunyi gemericik yang amat nyaring, belum sempat sikusir melihat secara jelas, tahutahu
batang pohon yang besar itu sudah mencelat ketepi jalan.
Siapa sangka, baru saja Kim Thi sia berhasil mengangkat batang pohon tersebut, mendadak
kakinya terasa mengendor dan tubuhnya segera terjerumus kebawah dengan cepatnya.
Pada waktu itu, seluruh perhatian Kim Thi sia sedang dipusatkan pada batang pohon tersebut,
maka sewaktu tanah injakannya amblas kebawah. Pemuda itu sama sekali tidak menaruh
perhatian khusus.
Siapa sangka menyusul amblasnya tanah injakan terdengar pula suara gemuruh yang amat
keras, diikuti pasir dan ranting pohon yang berguguran dimana-mana, batang pohon tersebut
ambruk kembali kebawah dan menekan badannya. Tak ampun tubuhnya langsung terjerumus
kebawah.
Menghadapi perubahan yang sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini, mustahil bagi
Kim Thi sia untuk menghindarkan diri.
Untunglah disaat yang begitu berbahaya, tiba-tiba muncul sebuah akal dalam benaknya, sambil
menghimpun tenaganya kedalam tangan, ia tempelkan badannya pada batang pohon tersebut,
dengan begitu badannya segera terjerumus kebagian liang tanah yang melekuk kebawah.
Andaikata ia tak berbuat begitu, niscaya badannya akan segera tertindih oleh batang pohon
yang amat berat itu, bahkan badannya akan penuh berlubang begitu terhujam ketanah dan
menghajar batang-batang tombak runcing yang agaknya telah dipersiapkan dibawah liang
tersebut.
Berada dalam keadaan begini, dengan perasaan terkejut bercampur gusar Kim Thi sia
meloloskan pedang Leng gwat kiam nya sambil membabat kian kemari. Setelah bersusah payah
sekian waktu akhirnya berhasil juga dia melompat keluar dari liang tanah.
Tapi begitu lolos dari ancaman dan memandang sekejap sekeliling tempat itu kontan saja
pemuda kita dibuat malu bercampur gusar.
Ternyata disitu sudah tak nampak lagi bayangan kereta berkuda itu, jelaslah sudah sekarang
bahwa ia sudah terjebak oleh siasat licik perkumpulan Tay sang pang.

Masih beruntung ia tak sampai terluka oleh jebakan musuh sehingga kesempatan baginya
untuk membalas dendampun tetap ada.
Dengan geram bercampur penasaran dia segera berlari menelusuri jalan dengan mengikuti
bekas roda kereta diatas tanah.
Tak lama kemudian sampailah dia dibawah kaki bukit, disana bekas roda kereta sudah makin
kabur dan susah diikuti lagi.
Kim Thi sia kehilangan akal, dalam terkejut bercampur gugupnya mendadak dari tebing bukit ia
saksikan kereta kuda terguling ditepi jalan-Dengan gerakan cepat ia segera memburu kedepan-
Tak selang berapa saat kemudian-.....
Kim Thi sia telah tiba ditepi kereta tersebut, namun disana tak dijumpai lagi bayangan tubuh
dari Yu Kiem, akibatnya dia semakin naik darah. Sambil mengepal tinjunya dia menghantam
kereta tersebut keras-keras. "Braaaakkk......braaakkkk......."
Dalam waktu singkat ruangan kereta itu sudah hancur berantakan tak berwujud lagi.
Tiba-tiba......
Ditengah suara benturan keras, bergema pula suara benturan senjata yang amat nyaring, jelas
ada orang yang sedang bertarung sengit sekitar tempat tersebut.
Kim Thi sia merasakan semangatnya bangkit kembali, dengan cepat dia memburu kearah mana
datangnya suara tersebut.
Setelah melalui dua buah gunduk bukit kecil, suatu pertarungan terdengar makin lama semakin
dekat. Selain itu dari balik suara bentrokan senjata secara lamat-lamat terdengar suara seorang
pria sedang berseru keras: "IHey budak. tak usah bertempur lagi......."
Kata selanjutnya tak terdengar dengan jelas karena segara tenggelam dibalik suara bentrokan
senjata yang ramai.
Buru-buru Kim Thi sia memburu kedepan, kali ini suara pembicaraan semakin jelas. Terdengar
lelaki itu berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Masa kau belum tahu, coba lihat lentera hijau pun tidak menarik perhatianku. Sebaliknya aku
malah tertarik kepadamu. Kau sibudak malah tak tahu diri, kenapa sih mesti begitu?"
Kemudian terdengar ia berkata lagi:
"Sekalipun pertarungan dilanjutkan, kau toh akhirnya tetap menjadi milikku. Disini tak ada
seorang manusiapun, kau anggap mampu untuk melarikan diri dari cengkramanku?" selesai
berkata, kembali ia tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu, jarak antara Kim Thi sia dengan mereka sudah makin dekat, namun belum
nampak bayangan tubuh mereka, tapi ia bisa menduga besar kemungkinan sinona yang dimaksud
adalah Yu Kiem.
Akan tetapi, ketika dia tidak mendengar suara bentakan atau umpatan dari Yu Kiem lama
kelamaan timbul juga rasa herannya.
Dengan langkah cepat dia memburu kemuka, setelah melalui sebuah tikungan tebing, maka
muncullah didepan mata bayangan tubuh dari sepasang lelaki dan perempuan-
Sang pria bersenjatakan tombak berantai, sedangkan yang perempuan menggunakan sebilah
golok besar. Bila ditinjau dari potongan badannya, perempuan itu adalah Yu Kiem yang sedang
dicari.
Sementara itu sang nona sedang melancarkan serangkaian serangan yang gencar, namun tak
berhasil menempati posisi diatas angin, sedang yang pria dengan tombaknya menangkis kekiri
menyodok kekanan, serangan demi serangan, gerakan demi gerakan, semuanya dilakukan secara
tingan dan amat santai.

Meninjau dari keadaan tersebut, tahulah Kim Thi sia bahwa sang pria sedang mengalah.
Andaikata ia benar-benar berniat memenangkan pertarungannya melawan Yu Kiem, hal tersebut
bisa dilakukan olehnya semudah membalikkan telapak tangan sendiri.
Begitulah, sambil berjalan sambil mengamati jalannya pertarungan, tanpa terasa selis ih jarak
mereka tingal satu panahan-
Waktu itu, Kim Thi sia merasa amat lega hatinya dan tak bermaksud turun tangan cepat-cepat
steelah dilihatnya Yu Kiem berada dalam keadaan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun,
sebaliknya kedua orang itupun sama sekali tidak mengetahui kehadirannya, sehingga pertarungan
masih berlangsung dengan sengitnya.
Makin lama Kim Thi sia berjalan semakin dekat, suatu ketika secara kebetulan pria itu
membalikkan badan dan melihat kehadiran pemuda tersebut, ia nampak agak terperanjat
menyusul kemudian sambil menarik muka tertawa seram tiada hentinya.
Kim Thi sia yang melihat kejadian tersebut segera mengetahui bahwa lelaki itu mempunyai
maksud tertentu, buru-buru serunya kepada Yu Kiem: "Nona Yu, berhati-hatilah, biar aku saja
yang membereskan bajingan keparat ini"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, pedang Leng gwat kiamnya dengan jurus "bintang lenyap
rembulan hilang" segera menciptakan berkuntum- kuntum pedang dan langsung menghadang
senjata tombak berantai dari lelaki tersebut.
Agaknya sinona itu belum sempat melihat dengan jelas sipendatang, ia tetap memutar
goloknya sedemikian rupa dengan melancarkan serangkaian serangan beradu jiwa yang
mematikan.
Tampaknya lelaki itu menganggap ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi sehingga sama sekali
tak memandang sebelah matapun terhadap orang lain, sekalipun sedang diserang oleh Kim Thi sia
, dia bersikap acuh tak acuh, bahkan memandang sekejappun tidak.
Ketika serangan dari Kim Thi sia sudah meluncur datang, ia segera menggetarkan pergelangan
tangan kirinya dengan tombak berantai dia gulung pedang lawan, sementara tangan kanannya
menggunakan ilmu merampas senjata untuk mencengkeram bacokan golok dari sinona.
"Kurang ajar" terdengar dia membentak gusar. "Dari mana datangnya pemuda liar, toaya harus
memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"
Habis berkata, tombak berantainya dengan mengerahkan tenaga sebesar delapan bagian
langsung menyerang Kim Thi sia.
Pemuda itu tertawa dingin, pedang ditangan kanannya mengikuti gerak menggulung tombak
berantai itu langsung menusuk kedalam dengan jurus "batu merekah bukit ambruk", seketika itu
juga dua macam senjata saling menggulung satu sama lainnya.
Kim Thi sia merasa terkejut juga sewaktu melihat senjata musuh tak berhasil dikutungi. Buruburu
tangan kirinya menyambar kedepan mencengkeram ujung tombak yang menggulung dan
segera berhasil mencengkeramnya erat-erat^
Tindakan tersebut sama sekali diluar dugaan lelaki mimpipun dia tidak menyangka kalau
musuhnya berani berbuat seberani ini, pikirnya:
"Kurang ajar benar orang ini, nampaknya toaya mesti beradu jiwa denganmu....."
Berpikir demikian, ia segera membetot senjatanya kuat-kuat lalu dengan suatu gerakan yang
amat lincah dia menghindarkan diri dari bacokan golok Yu Kiem.
Setelah itu sambil membentak dia mengerahkan seluruh kekuatannya kedalam tangan,
maksudnya dia hendak menggulung pergi pedang Kim Thi sia dan berusaha membinasakan dirinya
diujung senjata tombak berantainya.
Dipihak lain bacokan golok Yu Kiem baru saja mengenai sasaran yang kosong dan belum
sempat membalikkan badan, ia sudah mendengar lelaki tersebut membentak keras:

Ketika dia mencoba melirik sekejap. tampaklah Kim Thi sia masih berdiri tegak d itempat
semula, ujung tombak berantai itu masih melilit pedangnya kencang-kencang dengan ujung yang
lain masih tergenggam ditangannya.
Senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya Kim Thi sia, namun kedua belah pihak sama-sama
membungkam diri dalam seribu bahasa, agaknya mereka telah saling beradu tenaga dalam.
Entah apa sebabnya, tahu-tahu dari atas pedang dan tombak berantai itu mengepulkan asap
panas kemudian terlihat lelaki itu menunjukkan rasa kaget dan rasa kesakitan yang luar biasa,
seakan-akan dia sudah berusaha melepaskan senjatanya namun entah mengapa tangannya
seperti tertempel kuat-kuat pada senjatanya itu.
Menyaksikan mimik wajahnya itu, Yu Kiem segera mengerti bahwa kesempatan baik tak boleh
disia-siakan dengan begitu saja. Sambil membalikkan badan ia segera melancarkan sebuah
bacokan maut.
Tampaknya bacokan golok itu segera akan memenggal kutung batok kepala pria tersebut,
ketika secara tiba-tiba terdengar orang itu menjerit kesakitan dan senjata rantainya sudah
terputus-putus menjadi beberapa bagian.
Menanti bacokannya sudah hampir tiba pria itu telah roboh terjungkal lebih dulu keatas tanah
akibatnya babatan golok itu cuma memapas kulit kepalanya saja.
Baru saja peria itu roboh keatas tanah, Yu Kiem kembali telah mengayunkan goloknya
melakukan bacokan- Kali ini nampaknya lelaki tersebut tak akan mampu lagi untuk meloloskan diri.
siapa tahu, disaat kritis inilah.....
Mendadak terdengar Kim Thi sia membentak keras, sambil melancarkan sebuah pukulan
dahsyat ia berseru:
"Nona Yu, jangan bunuh dia. orang ini masih ada kegunaannya"
Berbareng dengan seruan itu, bacokan goloknya seketika itu terdorong kesamping hingga
meleset dari sasaran-
Merah padam selembar wajah nona itu dengan termangu- mangu dia mengawasi sekejap
wajah Kim Thi sia tanpa berkata-kata.
Dalam pada itu lelaki yang roboh terjungkal diatas tanah itu sudah melompat bangun sambil
menahan tubuhnya yang gemetar ia berseru:
"Baiklah, anggap saja ilmu silat toayamu memang kurang sempurna, tapi awas kau bocah
keparat. selama gunung nan hijau dan air tetap mengalir, kita akan bersua lagi lain waktu" Habis
berkata, ia cepat-cepat angkat kaki meninggalkan tempat tersebut.
"Berhenti" dengan suara keras, tiba-tiba Kim Thi sia membentak.
"Bocah keparat, mau apa kau?" teriak lelaki itu sambil melotot penuh amarah.
"Hey, kalau kulihat tampangmu, agaknya lagakmu masih lebih besar ketimbang aku. Apakah
kau kira bisa pergi dari sini dengan begitu saja?"
"Hari ini, aku siraja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong memang sudah jatuh pecundang
ditanganmu, anggap saja nasibku memang jelek. Hey bocah keparat, apa lagi yang kau kaokkaokkan?
"
"Aku ingin bertanya, apakah kau berasal dari perkumpulan Tay sang pang?"
Sambil membusungkan dadanya si Raja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong segera menjawab
dengan angkuh:
"Ehmm, hitung-hitung kau memang bermata jeli. Betul, toaya memang seorang hiocu dari
perkumpulan Tay sang pang. Bila kau serahkan kembali nona itu kepadaku, maka kau pasti akan
memperoleh banyak keuntungan"

Mendadak......
Kim Thi sia tertawa dingin tiada hentinya, dengan sekali ayunan pedang tahu-tahu batok kepala
si Raja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong sudah terbabat putus dan berpisah dengan badannya.
Semua rasa mendongkol, gusar dan mangkelnya selama ini, seketika sudah terlampiaskan
keluar semua.
Sesaat kemudian, ia baru bertanya dengan lembut: "Nona Yu, apakah kau masih ketakutan?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah tersipu-sipu malu, mulutnya
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Kim Thi sia tidak habis mengerti, sambil menggandeng tangannya kembali ia berkata: "Nona
Yu, apakah sudah terjadi sesuatu denganmu?"
Paras muka nona itu berubah makin merah seperti kepiting rebus, ia semakin malu, setelah
meronta dan melepaskan diri dari genggaman tangan Kim Thi sia, ia membetulkan letak bajunya
dan menuding kesana kemari.
Untuk sesaat Kim Thi sia cuma melongo. Dia tidak memahami apa yang dimaksudkan gadis itu.
Melihat pemuda itu tetap tak mengerti, sinona segera mendelik, kemudian setelah mencari
tempat duduk diatas sebuah batu besar, diapun memberi tanda kepada Kim Thi sia agar duduk
pula.
Kim Thi sia segera menyarungkan kembali pedang Leng gwat kiamnya, setelah duduk
disampingnya dia menghibur:
"Bila aku bertemu lagi dengan orang-orang Tay sang pang dikemudian hari, pasti akan kubantai
mereka satu per satu, akan kulihat apakah mereka masih berani mengganggu dirimu atau tidak"
Gadis itu tersenyum dan manggut- manggut. Kembali Kim Thi sia berkata:
"Gara-gara mesti menolong adik angkatku Nyoo Soat hong, nona baru mengalami nasib seperti
ini, kejadian mana benar-benar membuat perasaanku menjadi tak enak."
Melihat gadis itu tetap melengos tanpa menggubris dirinya, pemuda kita menjadi amat
mendongkol. Dia segera merangkul pinggang sinona dengan tangan kirinya, sementara tangan
kanannya digunakan untuk memutar kepalanya.
Gadis itu berusaha meronta dari pukulannya, tapi sayang tenaga pemuda itu kelewat besar
sehingga ia sama sekali tak mampu meloloskan diri.
Kim Thi sia segera menundukkan kepalanya memandang sekejap wajahnya, tapi dengan cepat
ia dibuat tertegun-
Ternyata gadis itu menunjukkan wajah tersipu-sipu malu disamping rasa gusar. Dibalik rasa
jengahnya terselip pula kewibawaan yang membuat orang tak berani mengusik secara
sembarangan-
Tanpa terasa Kim Thi sia mengendorkan genggamannya. Bangkit berdiri dan berdiri
menjauhinya.
Melihat pemuda itu menjauh, sinona segera mengambil goloknya dari atas tanah, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun menggoreskan goloknya keatas tanah.
Lama sekali gadis itu menanti, namun Kim Thi sia tetap berdiri membelakanginya tanpa
bergerak.
Lama kelamaan gadis itu tak sabar lagi menunggu, dia mendekati dan mendorong tubuh Kim
Thi sia, tapi pemuda itu tetap tidak menggubris.
Agaknya sinona menjadi gelisah, sambil mendelik ia segera menjewer Kim Thi sia dan
menyeretnya.

Mimpipun Kim Thi sia tak mengira kalau gadis tersebut akan berbuat begini, tak kuasa lagi
badannya terseret kebelakang, tapi begitu ia melihat keatas tanah, hatinya menjadi terkejut.
Rupanya diatas tanah tertera berapa huruf yang berbunyi begini:
"Kim siangkong, terima kasih atas pertolonganmu, tapi aku bukan Yu Kiem yang sedang kau
cari. Ia telah ditangkap orang-orang Tay sang pang"
Ketika Kim Thi sia selesai membaca, gadis tersebut melepaskan cewerannya.
Dengan perasaan terkejut anak muda itu membalikkan badan dan menatap sinona dengan
lebih seksama.
Gadis itu berdiri dihadapannya dengan wajah bersemu merah dan penuh nada minta maaf.
Tapi yang aneh, baik potongan badan, raut wajah maupun dandanannya tak berbeda seperti Yu
Kiem.
Kalau dibilang ada perbedaan, mana bedanya hanya terletakpada sikap. Gadis ini nampaknya
lebih binal dan galak.
Tiba-tiba......
Kim Thi sia seperti teringat akan sesuatu buru-buru ia bertanya: "Nona, siapa namamu?
Rasanya kita pernah bertemu muka."
Sambil tertawa gadis itu manggut- manggut, dengan goloknya dia segera menulis sebuah huruf
"hong" diatas tanah.
Membaca tulisan ini, Kim Thi sia berseru tertahan sambil manggut- manggut. "oooh....rupanya
nona adalah Yu Hong, adik kandung Yu Kiem" Kembali Yu Hong manggut- manggut. Tiba-tiba Kim
Thi sia menegur: "Nona, mengapa kau tidak berbicara?"
Yu Hong tertawa getir, dengan jari tangannya ia menuding jalan darah bisu dibelakang
tengkuknya.
"Apakah jalan darah bisumu tertotok?" Kim Thi sia segera bertanya. Yu Hong manggutmanggut
membenarkan.
"Ditotok oleh siapa? Apakah bisa dibebaskan?" kembali pemuda itu bertanya cepat.
Sambil tertawa getir Yu Hong menggelengkan kepalanya berulang kali, namun sepasang
matanya mengawasinya wajah Kim Thi sia dengan pandangan sangsi serta tak habis mengerti.
Dengan wajah kebingungan Kim Thi sia bertanya lagi:
"Masa kau sendiri pun tak tahu siapa yang telah menotok jalan darahmu itu?"
Kembali Yu Hong mengangguk.
"Nona, aku lihat ilmu silatmu cukup tangguh." kata Kim Thi sia tercengang. "Apakah kau sudah
menduga siapa yang menotok jalan darahmu itu?" Dengan wajah serba susah Yu Hong
mengangguk.
"Siapakah dia?" desak sang pemuda. Tapi Yu Hong telah menggeleng kembali. Dengan
perasaan gelisah Kim Thi sia berseru: "Bagaimana sih kau ini, jangan membuat aku gelisah........"
Lama sekali suasana menjadi hening, akhirnya Yu Hong menuding kearahnya.
"Siapa orang itu? Nona mengatakan aku orangnya?" seru Kim Thi sia keheranan-
Sambil tersenyum Yu Hong manggut- manggut.
Kim Thi sia betul-betul dibuat tak habis mengerti, katanya cepat:
"Nona, jangan salah menuduh, buat apa aku mesti bergurau denganmu?"
Dengan wajah serius, Yu Hong menggelengkan kepalanya berulang kali.

Kim Thi sia berpikir bahwa keadaan seperti ini kalau dibiarkan berlangsung terus, niscaya tak
akan ada habisnya, maka dia pun berseru kemudian:
"Nona, aku akan memeriksa dulu tubuhmu, kemudian baru berusaha untuk membebaskan
totokan jalan darahmu."
Habis berkata ia segera memeriksa tengkuk sinona dengan seksama, diatas jalan darah bisunya
ia segera menemukan sebuah titik berwarna hitam, tapi tak diketahui olehnya tertotok karena ilmu
apa.
Sesudah termenung sebentar, diapun berkata kemudian:
"Aku segera akan membebaskan jalan darahmu dengan menggunakan tenaga dalam." Yu Hong
memandang sekejap kearahnya dengan pandangan kaget.
Kim Thi sia sama sekali tak menggubris apakah gadis itu setuju atau tidak. Sambil menghimpun
tenaga dalamnya dia menempelkan telapak tangannya diatas tangan sinona.
Dalam waktu singkat Yu Hong merasakan munculnya aliran hawa panas yang menyusup
kedalam telapak tangannya bagaikan aliran listrik, kemudian dengan melewati pusar membalik
keatas menembusi bagian-bagian penting dibadannya hingga akhirnya terhimpun dibalik telinga
dan tidak mampu lagi mengalir lewat.
Makin lama hawa panas yang terhimpun disitu makin banyak dan deras, tapi kenyataannya
jalan darah bisunya belum berhasil juga ditembusi.
Yu Hong mulai merasakan kepanasan setengah mati, hampir saja dia tak mampu menahan diri.
Melihat kejadian ini, Kim Thi sia segera menarik kembali sebagian tenaganya untuk mengurangi
penderitaan dari Yu Hong.
Pada saat itulah tiba-tiba dari belakang tubuhnya muncul sesosok bayangan manusia.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat orang itu menyusup kebelakang punggung Kim Thi sia,
lalu menempelkan ujung pedangnya dipunggung pemuda tersebut.
Dalam keadaan begini, asal orang tersebut menghujamkan senjatanya, niscaya Kim Thi sia
akan tewas seketika.
Namun Kim Thi sia masih tidak menyadari hal tersebut, seluruh perhatian dan tenaganya
sekarang telah terhimpun untuk berusaha menembusi jalan darah bisu Yu Hong.
Mendadak dia mengerahkan kembali tenaganya kuat-kuat. Yu Hong yang sama sekali tak
menyangka akan hal ini menjadi terperanjat sekali tahu-tahu segulung hawa panas yang luar biasa
hebatnya menerjang tembus jalan darah bisunya dan memancarkan peredaran darah dengan
hebatnya.
Yu Hong tak mampu menahan diri lagi ia segera berseru tertahan, kemudian teriaknya: "Sute,
cepat hentikan perbuatanmu"
Sementara itu Kim Thi sia pun merasa hatinya lega setelah mendengar Yu Hong dapat
berteriak. Hawa murninya segera membuyar dan tubuhnya tertunduk lemas diatas tanah.
Berada dalam keadaan begini, dia sama sekali tidak menaruh perhatian lagi atas teriakan gadis
tersebut. Dia hanya tahu duduk bersila dan segera mengatur kembali pernapasannya .
Yu Hong pun tidak mengusiknya, kepada orang yang dipanggil sute tadi ia memberi tanda agar
menyingkir dari situ.
Lelaki yang disebut sute tadi bernama Li Beng poo, dengan gelisah segera bertanya: "Sute, kau
tidak terluka bukan?"
"Luka sih tidak" jawab Yu Hing. "Tapi aku sudah tiga hari tak berbicara Untung dia telah
membantuku membebaskan totokan jalan darah bisuku." Seraya berkata, dia segera memandang

sekejap kearah Kim Thi sia dengan mesrah. Dengan perasaan tak habis mengerti Li Beng poo
bertanya lagi:
"Bukankah dia berada bersama mereka?Jangan-jangan orang ini mempunyai maksud dan
tujuan tertentu?"
Yu Hong tertawa dingin.
"Sekarang, kekuatanku sudah pulih kembali seperti sedia kala. Seandainya ia berniat melakukan
sesuatu, memangnya kekuatan kita berdua tak mampu untuk menghadapinya?"
"Suci" Li Beng poo segera berbisik, "Mengapa kita tak manfaatkan kesempatan yang baik saat
ini untuk membelkuknya dulu, bila duduk persoalan yang sebenarnya telah jelas, kita baru
melepaskannya kembali?" Dengan cepat Yu Hong menggeleng.
"Bila kita membekuknya sekarang, dia tentu akan menuduh kita benar-benar rakus. Hmmm,
aku tak sudi berbuat begitu" Kemudian setelah mendengus lagi, dia berkata lebih jauh: "Sute,
apakah kau telah berjumpa dengan ayahku?"
"Semenjak berpisah dengan suhu, aku tak pernah bersua lagi dengan dia orang tua.
Kemungkinan besar suhu sedang mengejar jejak sipedang emas......."
"Dengan kekuatan ayah seorang, aku kuatir kena dicelakai mereka......." kata Yu Hong risau.
"Yaa, anak murid si Malaikat pedang berbaju perlente memang rata-rata berakal busuk dan
kejam. Dengan kemampuan suhu seorang, belum tentu ia sanggup menghadapi kerubutan orang
banyak akupun amat menguatirkan keselamatannya" Mendadak terdengar Kim Thi sia membentak
keras:
"Hey, kau jangan bicara sembarangan- Siapa bilang anak murid Malaikat pedang berbaju
perlente semuanya orang jahat?"
"Maksud anda semuanya orang baik?"jengek Li Beng poo dengan suara keras.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia setelah mendengar ucapan ini, cepat-cepat dia
berkata:
"Paling tidak aku, Kim Thi sia toh bukan manusia sebangsa apa yang kau katakan"
"Aaaah, tahu muka, tahu wajah belum tentu tahu hatinya" sela Yu Hong tersipu-sipu.
"Siapa tahu kaupun mempunyai rencana lainnya?"
Dengan wajah serius Kim Thi sia segera berkata: "Siapa bilang aku mempunyai maksud
tertentu? Kau jangan memfitnah orang baik"
"orang baik?" Yu Hong tertawa dingin. "Tak nyana kau berani menempeli wajah sendiri dengan
emas. Huuuh, tak tahu malu"
"Apakah nonapun tidak percaya kepadaku?" seru Kim Thi sia gelisah. "Bukankah aku telah
membebaskan-...."
"Jadi kau anggap setelah menolongku lantas kau menganggap dirimu sebagai orang baik?
IHmmm, apa yang telah kauperbuat dengan ciciku?" Sambil melompat bangun Kim Thi sia
berseru:
"cicimu telah ditangkap orang-orang Tay sang pang. Sekarang pun aku sedang bersiap-siap
pergi menolongnya. coba tidak bertemu denganmu, aku telah pergi mencarinya. Nona bagaimana
kalau kita bersama-sama pergi menolong cicimu?"
"Kalau hendak pergi, kau boleh pergi sendiri" kata Yu Hong sambil mencibirkan bibirnya. "Aku
hendak pergi mencari ayah. Bila kau tak berhasil menolong ciciku, tanggung ada orang yang akan
datang untuk membunuhmu."
"Hmmm, siapa orangnya? Orang-orang dari Tay sang pang? Aku sih tak bakal takut"

"Orang itu bukan anggota Tay sang pang"
"Lantas siapa?"
LoBeng poo menyela secara tiba-tiba:
"Suci, tak usah ribut dengannya, mari kita mengurusi pekerjaan sendiri." Dengan mata melotot
Kim Thi sia segera menegur:
"sewaktu aku berbicara dengannya, lebih baik kau jangan turut menimbrung......"
"Hmmm, kau tak usah berlagak sok sekarang." jengek Li Beng poo sinis. "Andaikata suci tidak
melarang ku tadi, semenjak tadi pedangku telah menembusi punggung mu"
"oooh, rupanya kau berbuat begitu?" seru Kim Thi sia sambil tertawa dingin dengan angkuhnya.
"Mari, mari kita coba sekarang dan buktikan bersama, punggung siapa yang bakal ditembusi
pedang"
Seraya berkata dia segera mencabut ke luar pedang Leng gwat kiamnya siap melancarkan
serangan.
Li Beng poo menyiapkan pula pedangnya seraya berkata: "Memangnya kau anggap aku takut
kepadamu?"
Kedua belah pihak sama-sama telah meloloskan pedang masing-masing, nampaknya
pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi..... Dengan perasaan gelisah Yu Hong segera berseru:
"Kalian jangan berkelahi dulu, bukan suteku yang berniat membinasakan kau......."
Dengan pedang terhunus Kim Thi sia segera berpaling kehadapan gadis itu, katanya dengan
perasaan mendongkol:
"Bila kau tidak menerangkan hingga jelas, jangan harap bisa pergi dari sini"
Dengan geram Li Beng poo maju selangkah kedepan, tapi ia segera ditarik oleh Yu Hong dan
melarangnya untuk turun tangan-
"Hey, jangan kau halangi dirinya" teriak Kim Thi sia setelah melihat kejadian itu.
"Terus terang saja aku katakan kepadamu, si pelajar bermata sakti ang berniat membunuhmu."
"ooh, rupanya orang ini" Kim Thi sia segera tertawa tergelak^ "Haaah.....haaah....haaah.....
cepat atau lambat aku memang akan mengajaknya untuk berduel serta menentukan siapa mati.
Baiklah, sehabis menyelamatkan jiwa cicimu nanti, aku segera akan pergi mencarinya"
Belum lagi pergi meninggalkan tempat tersebut, tiba-tiba dia berpaling dan tanyanya lagi:
"Apalagi yang telah dia katakan kepadamu?" Yu Hong tertawa misterius.
"Dia bilang, selama kau masih berkelana didalam dunia persilatan, maka tak pernah ada
kedamaian ditempat ini, tapi bila kau telah menolong jiwa ciciku, akupun bersedia membantumu
untuk menengahi masalah tersebut......."
"Hmmm, siapa yang kesudian dengan maksud baikmu itu?"
Selesai berkata ia segera membalikkan badan dan beranjak pergi dengan perasaan
mendongkol.
Dari kejauhan sana kedengaran Yu Hong sempat mengomel. "Huuuh, betul-betul manusia yang
tahu diri"
Dengan membawa perasaan mangkel dan mendongkol, Kim Thi sia berangkat meninggalkan
kedua orang itu, dia tak menyangka air susu telah dibalas dengan air tuba.
Kini dia berencana untuk berangkat mencari Nyoo Soat hong terlebih dulu, ia kuatir gadis
tersebut menunggunya terlalu lama.

Baru berjalan sejauh empat, lima li angin terasa berhembus amat kencang. Pemuda kita
merasa haus, ketika melihat ada warung teh dikejauhan situ, cepat-cepat dia berjalan
menghampirinya .
Diluar kedai teh parkir sebuah kereta kuda, semenjak pandangan pertama Kim Thi sia sudah
menaruh perhatian atas kereta tersebut dan berkeinginan untuk melongoknya, namun diapun
merasa rikuh untuk melongok kereta orang tanpa sebab musabab yang jelas, untuk berapa saat
lamanya dia menjadi bimbang dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Tiba didalam warung, terdengar si kusir kereta sedang menggerutu dengan keringat bercucuran
membasahi wajahnya.
"Menyuruh orang lain menempuh perjalanan siang malam, tapi enggan membayar mahal, apaapaan
ini....."
Kim Thi sia yang mendengar omelan itu segera berpaling dan memandang lagi kearah kereta
yang diparkir didepan pintu, pikirnya: "Entah barang apa yang diangkat didalam kereta tersebut."
Karenanya dia semakin menaruh perhatian atas kereta tersebut.
Ketika si kusir kerera melihat pemuda kita berbaju kotor karena debu, dia tahu orang ini pasti
sedang menempuh perjalanan jauh, maka segera tegurnya: "Siangkong, apakah kau hendak
menuju kebarat pula?"
Kim Thi sia segera manggut- manggut dan bersiap-siap mengadakan perkenalan dengan si
kusir kereta itu.
Terdengar si kusir kembali berkata:
"Kebetulan sekali keretaku akan menuju kebarat juga. Siangkong, bila kau bersedia memberi
uang arak untukku, mari ikut menumpang diatas keretaku saja."
Kim Thi sia segera merasakan pucuk dicinta ulam tiba, serta merta dia mengangguk tanda
setuju. Selesai minum teh diapun duduk disisi si kusir kereta itu.
Mendadak.....
Dari balik kereta terdengar seseorang mendengus dingin dengan suara yang tinggi melengking.
Dengan cepat Kim Thi sia menghentikan langkah kakinya.
Menyusul kemudian dari balik kereta menongol sebuah kepala orang. Sebetulnya wajah orang
itu diliputi hawa amarah, tapi setelah melihat Kim Thi sia, semua amarahnya seperti lenyap tak
berbekas.
Kim Thi sia memperhatikan kembali wajah orang itu, dia menjumpai tamu tersebut beralis mata
tipis, mata yang tajam bagaikan kilat, hidung mancung mulut kecil dan suatu perpaduan yang
serasi sekali.
Segera pikirnya cepat:
"Aaaah, rupanya aku telah salah sasaran-"
Baru saja hendak mengundurkan diri dari situ, orang tersebut telah manggut- manggut sambil
tertawa kepadanyha, dengan kejadian ini terpaksa dia harus keraskan kepala dan naik keatas
kereta.
Ketika saling memperkenalkan diri, orang itu mengaku bernama Lam wi, sedang Kim Thi sia
memperkenalkan nama yang sebenarnya.
orang itu kelihatan sangat aneh, agaknya dia belum pernah mendengar nama Kim Thi sia
bahkan sama sekali tak memandang sekejappun kearah pedang Leng gwat kiamnya.
Menjelang tengah hari, ketika kereta mereka melalui sebuah kota. Lam wi berkata sambil
tersenyum:

"Saudara Kim, tempat ini bernama Ban kian, si sute berniat beristirahat dulu disini, kemudian
baru meneruskan perjalanan lagi magrib nanti"
Terpaksa Kim Thi sia harus manggut- manggut menyetujui, selain itu dia sendiripun merasa
amat penat dan berniat manfaatkan kesempatan tersebut untuk beristirahat.
Kereta berhenti didepan sebuah rumah penginapan, kedua orang itu segera turun dari kereta.
Lam wi langsung menuju kesebuah tumpukan batu diluar rumah penginapan agaknya ia sedang
menghitung hari.
Kim Thi sia masuk kedalam penginapan lebih dulu dan memesan sebuah kamar. Lam wi segera
menyusuk pula dari belakang dan berseru pelan: "Pelayan, kami memesan dua buah kamar"
Kim Thi sia yang mendengar perkataan itu menjadi tertegun segera pikirnya:
"Aneh, mengapa mesti memesan dua kamar? Atau mungkin dia enggan tidur sekamar
denganku?"
Karenanya diapun membungkam dalam seribu bahasa.
Agaknya Lam wi dapat menebak jalan pemikiran pemuda kita, dia segera berpaling dan berkata
sambil tertawa:
"Saudara Kim, siaute sudah terbiasa tidur sendirian, harap kau jangan marah"
"Aaah, mana, mana, silahkan saudara Lam."
Setelah masuk kedalam kamar, Kim Thi sia segera membaringkan diri keatas ranjang. Menurut
perhitungannya sudah beberapa hari dia tak dapat tidur nyenyak maka saat ini tanpa berpikir
panjang lagi ia tidur dengan nyenyaknya.
Ditengah kegelapan tidurnya, mendadak terdengar suara yang pelan mengejutkan hatinya
ketika pemuda itu membuka matanya, ia seakan-akan melihat ada sesosok bayangan manusia
berkelebat lewat.
Melihat kejadian ini Kim Thi sia segera melompat bangun, ia menjumpai pintu kamar masih
tertutup rapat. Pedang Leng gwat kiampun masih utuh dibawah ranjangnya.
Maka diapun menghembuskan napas lega, ketika mendekati jendela, ternyata sore telah
menjelang.
Keluar dari kamar ia segera bertanya kepada seorang pelayan:
"Hey pelayan, apakah siangkong yang datang bersamaku belum bangun?"
"Siangkong itu belum bangun, apakah perlu hamba memanggilnya?"
"ooh, tidak usah, biarkan ia tidur......"
Pelayan itu mengiakan berulang kali.
Sampai sekarang Kim Thi sia masih teringat dengan bayangan manusia yang
membangunkannya dari tidur tadi. Pelan-pelan dia berjalan keluar dari penginapan dan
memandang sekejap sekeliling tempat itu.
Mendadak ia melihat dari seberang jalan sana terdapat dua orang yang membalikkan badan
segera tiba-tiba kemudian beranjak pergi dengan langkah tergesa-gesa. Melihat kejadian ini timbul
rasa curiga dihati kecilnya, ia segera berpikir: "Kebetulan sekali, aku memang sedang risau karena
tak dapat mencari jejak kalian-" Maka sambil menguntil dibelakang kedua orang tersebut, dia
melakukan pengejaran-baru berjalan berapa langkah, tiba-tiba pikirnya lagi:
"Mereka mempunyai banyak akal muslihat, aku tak boleh terperangkap oleh siasatnya, lagi pula
pedang Leng gwat kiam tidak kubawa. Aku tidak boleh bertindak gegabah."
Maka diapun meninggalkan kedua orang tersebut dan cepat-cepat balik kembali kedalam rumah
penginapan.

Belum lama ia tiba didalam kamar, pelayan telah muncul menghantarkan hidangan dasar sudah
laparpemuda itu segera bersantap dengan lahapnya.
Tiba-tiba pintu kamar didorong orang dan muncul seseorang, ternyata orang itu adalah Lam wi.
Dengan cepat Lam wi duduk disisinya seraya berseru: "Saudara Kim, bagaimana kalau aku
turut bersantap?"
Buru-buru Kim Thi sia mengangguk ketika melihat wajah dan kulit tubuh rekannya yang putih
bersih dan halus itu, untuk sesaat ia nampak tertegun dan termangu-mangu.
Lam wi kelihatan berkerut kening, dengan pancaran sinar tajam dia mengawasi pemuda itu
lekat-lekat.
Kim Thi sia segera menyadari kehilafannya, sambil tertawa minta maaf katanya: "Selesai
bersantap nanti, kita harus melanjutkan perjalanan, setuju bukan-....?"
"Tentu saja......"
Kim Thi sia memang ingin cepat-cepat berangkat, mendengar jawaban tersebut ia segera
mengambil pedangnya dan siap berangkat.
Keluar dari kota, sampailah mereka ditepi sungai, terdengar Lam wi berkata secara tiba-tiba:
"Saudara Kim, bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan dengan menumpang perahu?"
"Bagus sekali" sahut Kim Thi sia sambil mengangguk.
"Mari kita mencari perahu." Lam wi segera mencari perahu lalu mengajak Kim Thi sia keatas
sebuah perahu kecil.
Tak lama kemudian perahu mulai berlayar, ketika Lam wi melongok ketepi pantai tiba-tiba saja
dia mendengus dingin.
Kim Thi sia pun melihat ditepi pantai berdiri dua orang manusia yang sedang mengawasi gerak
gerik mereka, tanpa terasa dia berpikir: "Besar kemungkinan kedua orang itu datang mencari
gara-gara denganku"
Berpikir begitu, hatinya pun menjadi gusar bercampur mendongkol sehingga tanpa terasa dia
turut mendengus.
Lam wi segera berpaling dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu dia awasi sekejap
pemuda kita. Sekulum senyumanpun segera tersungging diujung bibirnya.
Waktu itu senja telah menjelang tiba, setelah berlayar sekian waktu sampailah perahu itu ditepi
sebuah dermaga.
Tiba-tiba Kim Thi sia menemukan lagi ada tiga, empat lelaki sedang mengawasi gerak gerik
mereka dengan tindak tanduk yang sangat mencurigakan-
Dengan perasaan amat mendongkol Kim Thi sia melotot sekejap kearah beberapa orang itu,
kemudian dengan langkah lebat berjalan mendekatinya.
Paras muka ketiga, empat orang lelaki itu berubah hebat. Tanpa banyak bicara mereka segera
terjunkan diri kedalam sungai.
Melihat kawanan manusia itu bernyali sekecil tikus hingga kabur dalam keadaan mengenaskan,
tanpa terasa lagi Kim Thi sia tertawa bangga. Sekembalinya keatas perahu, terdengar Lam wi
menyapa sambil tertawa terkekeh: "Saudara Kim, mengapa sih kau mengusir orang-orang itu
kedalam air?" Sambil mengangkat bahu Kim Thi sia tertawa nyaring, sahutnya:
"Siapa suruh kawanan cecunguk itu mengikuti diriku terus? Aku memang bermaksud
membekuk mereka untuk ditanyai keterangan- Aaah slapa tahu mereka telah terjun semua
kedalam air"
"Jadi kau tak kenal dengan mereka?"

"seorangpun tak kukenal, memang aneh sekali."
"Aku sih tahu" batin Lam wi. "Kejadian semacam ini sama sekali bukan kejadian aneh"
Tapi diluaran dia tersenyum, lalu sambil menyambar pedang Leng gwat kiam ditangan pemuda
itu, katanya hambar:
"Kelihatannya pedangmu ini bukan barang sembarangan"
Kim Thi sia sama sekali tak menduga sampai kesitu, dia amat terperanjat dan buru-buru
merebut kembali pedang tersebut dari tangannya.
"Soal ini......bukan......." saking gelagapannya dia sampai tak tahu apa yang mesti dikatakan-
Melihat kepanikan pemuda itu, Lam wi kembali tertawa geli.
"Buat apa kau panik dan gelisah macam cacing kepanasan? Aku toh cuma melihatnya sebentar.
Bila sampai diambil orang-orang tadi, bagaimana jadinya......?"
"sore tadi.........siapakah dia?"
Tanpa terasa dia teringat kembali dengan bayangan manusia yang lamat-lamat terlihat sewaktu
mendusin dari tidurnya sore tadi. Dengan rasa curiga bercampur keheranan dia segera mengawasi
rekannya lekat-lekat
Kembali Lam wi tertawa misterius.
Mendadak.......
Dari arah pantai sana berkumandang datang suara langkah kaki manusia yang ramai sekali. Kali
ini Kim Thi sia tak bisa menahan diri lagi, dengan membawa pedang Leng gwat kiamnya, ia
melompat keatas daratan-
Sementara itu, kawanan manusia tersebut sudah mendekat ketika Kim Thi sia mengamati
dengan lebih seksama, terlihat olehnya jumlah mereka semua mencapai belasan orang, maka dia
pun segera menghadang jalan perginya.
Mendadak terdengar seseorang berseru: "Yaa betul, dia orangnya"
Kim Thi sia mengalihkan perhatiannya ternyata orang yang berbicara tak lain adalah sipendek
yang bertarung dengannya kemarin.
JILID 43
Rombongan jago itu serentak menghentikan perjalanannya. Salah seorang diantara mereka,
seorang pendek yang tangan kanannya masih dibalut kain putih segera berseru lagi keras-keras:
"Keparat ini satu rombongan dengan bajingan tersebut, sewaktu aku hendak mengambil
pedangnya sore tadi, bajingan itu mengacau secara diam-diam....." Mendengar pembicaraan ini,
tanpa terasa Kim Thi sia berpikir:
"Bangsat, rupanya kalian mempunyai maksud untuk mengincar pedang Leng gwat kiam ini.
Bagus hari ini aku harus memberi pelajaran yang setimpal kepada kalian."
Berpikir sampai disini, diapUn bersiap sedia untuk memberi pelajaran yang setimpal kepada
mereka.
Pada saat itulah, seorang lelaki setengah umur berbadan bungkuk yang berdiri ditepi arena
telah berkata dengan serius:
"Tutup mulut, kau jangan membuat aku kehilangan muka."
Bila didengar dari nada pembicaraan, jelas dia adalah pemimpin dari rombongan tersebut.

Seorang lelaki setengah umur yang lain segera tampailkan diri pula, serunya sambil menuding
kearah Kim Thi sia:
"Sembilan pedang dunia persilatan mengandalkan ilmu silatnya untuk membantai rekan-rekan
perguruan dan melukai banyak diantaranya. Untuk itu aku khusus datang untuk minta petunjuk.
Harap sobat jangan bersungkan-sungkan lagi."
Selesai berkata dia berdiri dengan angkuh siap menanti serangan dari Kim Thi sia.
Baru sekarang Kim Thi sia dapat menangkap bahwa dibalik pembicaraan terselip arti lain,
segera pikirnya:
"Entah dari mana datangnya rombongan manusia ini, kenapa urusan dari sembilan pedang
dunia persilatan diselesaikan denganku."
Makin dipikir dia semakin keheranan, baru saja akan menanyakan persoalan ini hingga jelas.....
Mendadak terdengar lelaki setengah umur itu berkata lagi sambil tertawa dingin.
"Sobat, apakah kau merasa ketakutan karena berada seorang diri? Sebutkan kau adalah
pedang yang mana dari sembilan pedang? Aku bersedia memberi waktu satu dua hari kepadamu,
bila kau telah menghimpun kembali rekan-rekanmu yang lain, barulah perhitungan kita mulai
dengan begitu perkumpulan kamipun tak usah membuang banyak waktu lagi untuk mencari kalian
satu persatu......."
Ucapan yang berbau memandang rendah ini dengan cepat mengobarkan hawa amarah Kim Thi
sia, sambil menarik muka serunya hambar
"Kau jangan bicara sembarangan, memangnya kau anggap aku takut kepadamu. Sambutlah
seranganku ini......"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, dia telah melancarkan serangan dengan jurus
"kelembutan mengatasi air dan api" dari ilmu Tay goan sinkang. Gerakan tubuhnya cepat bagaikan
sambaran petir, cengkeraman mautnya lansung mengancam tubuh lelaki setengah umur itu
dengan membawa desiran angin tajam.
Lelaki setengah umur itu adalah seorang Liong bon thamau dari perkumpulan cahaya emas
yang bernama sipeluru perak Si Goanpah.
Sesungguhnya dia sama sekali tak kenal dengan Kim Thi sia, tentu saja dla tak mengira kalau
musuhnya akan menyerang begitu mengatakan hendak menyerang, bahkan serangannya begitu
cepat dan ganas.
Keadaannya waktu itu benar-benar, sangat kritis dan berbahaya sekali.
Dalam waktu singkat angin serangan dari Kim Thi sia telah menghimpit didepan dadanya,
membuat thamcu dari perkumpulan bahaya emas ini tak sampai lagi melancarkan serangan untuk
menyambut datangnya serangan tersebut.
Untung saja kepandaian silat yang dimilikinya cukup tangguh, berada dalam keadaan begini dia
harus memikirkan keselamatan diri lebih dulu.
Mendadak sepasang lengannya ditekan kebawah. perawakan tubuhnya yang tinggi besar
segera dijatuhkan kesisi kanan- Secara nyaris sekali dia meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Kendatipun berhasil lolos dari kematian, tak urung seluruh badannya kotor juga dibuatnya,
keadaannya waktu itu sungguh mengenaskan.
Akhirnya si Goanpah melompat bangun dan melihat Kim Thi sia masih berdiri tak bergerak dari
posisi semula, dari diam dia menjadi naik darah, serta merta ruyung baja beruas tiganya diloloskan
dari pinggang, lalu teriaknya keras-keras:
"Bocah keparat, mari kita beradu kepandaian dengan senjata"

Kim Thi sia sama sekali tak ambil pusing atas teriakan lawan, melihat senjata ruyung musuh
meluncur datang dengan kekuatan dahsyat, dia segera tahu bahwa musuh memiliki tenaga dalam
yang sempurna.
Ia tak berani Berayal lagi, sambil membalikkan badan, pedang Leng gwat kiam segera
diloloskan dari sarungnya.
Kedua belah pihak sama-sama telah menghimpun tenaganya, agaknya mereka bermaksud
menentukan menang kalah dalam satu gebrakan. Pada saat itulah,
mendadak.......
Tampak seseorang melompat turun diantara kedua orang itu, dengan pedang terhunus orang
itu berseru nyaring:
"Si thamcu, beristirahatlah dulu untuk sementara waktu biar kongcu yang menghadapinya "
si Goanpah segera mengenal orang itu sebagai ciu thong kongcu Kim Si dari perkumpulannya,
tahu kalau ilmu pedang orang ini sangat lihay, diapun menyahut:
"Kalau toh kongcunya berniat turun tangan, tentu saja aku orang she Si akan menuruti
perintah."
ciu thong kongcu Kim Si segera berpaling dan melotot sekejap kearah Kim Thi sia, lalu katanya
dingin.
"Selama ini kami orang-orang dari perkumpulan cahaya emas cukup jelas membedakan mana
budi dan mana dendam, tapi nyatanya selama ini sembilan pedang dari dunia persilatan selalu
mencari gara-gara dengan ulah dimana-mana dosa dan kejahatan sudah melampaui batas. Nah
sobat, sebutkan terlebih dahulu siapa dirimu, kau adalah pedang yang mana diantara pedang
emas, besi, tembaga, perak, kayu, air, api, tanah dan bintang?"
Kim Thi sia segera dibuat kebingungan setengah mati oleh perkataan tersebut, padahal dari
sembilan pedang, sudah lima orang diantaranya telah mati. Namun kenyataan mereka masih
belum mengetahuinya, maka dari itu diapun menjawab lantang: "Aku bukan pedang yang
manapun dari sembilan pedang" Begitu perkataan tersebut diutarakan, para jago pun menjadi
gempar dibuatnya. Tiba-tiba terdengar salah seorang diantara mereka berteriak: "Hey sobat,
apakah kau hendak menyangkal?" Dengan amarah yang meluap-luap sahut Kim Thi sia:
"Aku bernama Kim Thi sia, aku adalah murid kesepuluh dari Malaikat pedang berbaju perlente"
ciu thong kongcu segera tertawa dingin.
"Asalkan saja kau masih anak muridnya Malaikat pedang berbaju perlente, hutang piutang ini
masih menjadi bebanmu, sungguh tak disangka anak-anak murid dari Malaikat pedang ternyata
telah menjalin hubungan dengan kelima naga dan seorang burung hong dari raja langit berlengan
delapan, silahkan mulai menyerang"
Sehabis berkata dia segera menudingkan pedangnya keluar, menanti Kim Thi sia melancarkan
serangannya.
Kim Thi sia semakin kebingungan setengah mati, biarpun dia mencoba memikirkan persoalan
ini namun belum juga peroleh jawabnya:
"Ia memang pernah mendengar nama si Raja langit berlengan delapan dari Nyoo Soat hong,
tapi siapa pula kelima naga dan burung hong yang dimaksud? Apa pula hubungan dengan
dirinya?"
Biarpun demikian, beberapa patah kata lawan sempat membangkitkan juga hawa amarahnya,
tanpa berpikir panjang lagi dia menggetarkan pedang Leng gwat kiamnya dan berseru lantang:
"Hey orang she Kim, akan kusuruh kau rasakan kelihayan ilmu silat dari si Malaikat pedang
berbaju perlente"
"Bocah keparat, kau jangan takabur" seru ciu thong kongcu sambil tertawa dingin.

"Dalam sepuluh gebrakan bila aku tak berhasil mengungguli dirimu, aku bersedia dihukum
menurut keputusan kalian-"
Mendengar itu, ciu thong kongcu segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak.
"Haaaah....haaaaah......haaaaah.......sungguh tak disangka di kawasan Kanglam terdapat begitu
banyak orang gila, bila dalam sepuluh gebrakan kongcu sampai menderita kalah ditanganmu,
mulai saat ini jangan anggap diriku sebagai anggota perkumpulan cahaya emas. Kecuali dendam
sakit hati ini bisa terbalas, kalau tidak aku tak akan menginjakkan kaki lagi diwilayah Kanglam ini,
tapi bila hari ini kongcu bisa mengungguli dirimu, maka kau mesti meninggalkan selembar
nyawamu"
Kim Thi sia tidak banyak berbicara lagi, pedangnya segera dipersiapkan dengan jurus "awan
muncul kabut membuka" dari ilmu pedang panca Buddha. Ujung pedangnya menuding kelangit
sementara kakinya melangkah kedepan, ia siap mengancam alis mata ciu thong kongcu.
Sebaliknya ciu thong kongcu pun tak malu menjadi anak didik ketua perkumpulan cahaya emas
serta Kim seng nio-nio pedangnya segera digetarkan pula sambil serunya lantang:
"Ilmu pedang bagus, selama ini kongcu selalu membanggakan ilmu pedangku, sungguh
beruntung aku bisa menjumpai anak murid dari Malaikat pedang berbaju perlente untuk mencoba
kemampuannya."
Pedangnya segera digetarkan dan melancarkan serangan dengan jurus "Malaikat bengis sukma
dingin pekikan beku". Pedangnya dengan membawa suara guntur segera mendesing kedepan-
Sebaliknya ilmu pedang panca Buddha dari Kim Thi sia yang merupakan sejenis ilmu pedang
yang luar biasa hebatnya dibalik setiap jurus serangan terselip banyak perubahan-Tampak ia
menyambut serangan musuh dengan ujung pedang ditujukan keujung pedang.
Waktu itu kendatipun ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya, namun ia selalu berpendapat tiada kekuatan yang bisa digunakan- Melihat pedang
musuh berulang kali mengejar dirinya bagaikan bayangan badan hatinya benar-benar amat
terperanjat dibuatnya.
Tak salah lagi Kim Thi sia memang mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya yang khusus
digunakan untuk menghisap sari hawa murni pihak lawan sebagai orang yang awam tentu saja ciu
tong kongcu tak sempat menduga sampai kesitu....
Diam-diam perasaan hati ciu tong kongcu tersekat dalam waktu singkat dia telah merubah
jurus serangannya menjadi gerakan "awan menyelimut dipuncak bukit."
Tampak berpuluh-puluh jalur cahaya pedang yang memancarkan hawa pedang menyelimuti
angkasa seperti gulungan ombak dahsyat.
Kim Thi sia segera melakukan gerakan pancingan dengan pedang Leng gwat kiamnya,
kemudian dengan gerakan kedua "bintang lenyap rembulan sirna" dia menangkal pergi pedang ciu
tong kongcu.
Dalam keadaan begini, ciu tong kongcu segera merubah jurus serangannya menjadi "Bangau
berpekik terbang tinggi". Pedang berikut tubuhnya berputar kencang melingkari tubuh musuh.
Kebetulan sekali Kim Thi sia telah merubah gerak serangannya menjadi Jaring langit perangkap
bumi." kabur hawa pedang yang menyelimuti angkasa segera menyambar kebawah dengan
hebatnya.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung tiga jurus enam gerakan-Sementara
para penonton menyaksikan jalannya pertarungan dengan mata terbelalak mulut melongo. Selama
hidup belum pernah mereka saksikan pertarungan setegang dan sesengit ini.
Tampak kedua orang itu saling menempel kemudian berpisah. cahaya putih hawa perak amat
menyilaukan mata, pertarungan kedua orang ini benar-benar tegang dan mencekam perasaan.

Berapa gebrakan kemudian, Liong hou tha meu Si Goanpah serta dua orang jago lihay dari
perkumpulan cahaya emas lainnya dapat melihat gelagat yang tidak menguntungkan pihaknya,
dengan mata melotot besar mereka menggenggam senjata masing-masing lebih kencang dan
bersiap sedia untuk turun tangan memberi bantuan.
Sekejap kemudian, antara ciu tong kongcu dengan Kim Thi sia telah bertarung sebanyak
delapan jurus.
Kini, ciu tong kongcu telah mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, dengan jurus
"mencari pahlawan memburu naga" terlihat cahaya perak memancar rata diatas permukaan tanah,
hawa serangan memercik bagaikan gulungan ombak yang terhembus angin-
Kim Thi sia mendengus dingin, sambil mengerahkan ilmu ciat khi mi khinya, dengan jurus
"Buddha mengembang kejahatan sirna" pedang Leng gwat kiamnya memancarkan berpuluh
cahaya putih yang langsung menerobos masuk kebalik sinar keperakan musuh.
Ditengah bentorkan inilah terdengar ciu tong kongcu menjerit kesakitan dan terhuyung mundur
kebelakang.
Hampir pada saat yang bersamaan Si Goanpah sekalian tiga orang jago membentak keras dan
secara beruntun melompat ke arena langsung menerjang Kim Thi sia.
Mendadak terdengar lagi suara bentakan nyaring, tiga titik cahaya emas secara terpisah
menyergap ketiga orang itu.
Sebagai jago-jago lihay dari dunia persilatan, rata-rata mereka bermata tajam, dalam sekilas
pandangan saja ketiga orang itu tahu kalau senjata rahasia yang mengancam mereka merupakan
sejenis senjata rahasia yang paling lihay, yaitu jarum emas penembus jalan darah.
Tergopoh-gopoh mereka menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri dan melompat
mundur sejauh tiga depan.
Terlihatlah seseorang melayang turun dari atas sebatang pohon tak jauh dari arena
pertarungan-
Ketika Kim Thi sia memperhatikan dengan lebih seksama, dia segera mengenali orang itu
sebagai Lam Wi, tentu saja hal ini membuatnya terkejut bercampur keheranan, diam- diam
pikirnya :
"Jangan-jangan orang inipun memiliki ilmu silat yang sangat tangguh.......?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, Lam Wi telah berkata dengan nada santai:
"Kalian beberapa orang adalah kawanan jago yang datang dari utara, tak disangka rupanya
jagoan dari utara cuma bisanya mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak. Bila
kalian ingin berbuat sesuatu, silahkan saja mencari gara-gara denganku."
Waktu itu, meskipun ciu tong kongcu belum menderita kekalahan secara total, dalam
kenyataan sudah kalah satu jurus. Paras mukanya nampaknya amat tak sedap dipandang.
sewaktu mendengar perkataan itu, ia segera berkata: "Jadi kaupun bermaksud membuat
perselisihan dengan kami....."
"Heeeeh......heeeeh.......heeeeh.......berkelahipun sudah, apalagi soal persilatan?" jengek Lam
wi sambil tertawa dingin. Liong hou tamcu Si Goanpah turut menimbrung:
"Bila dilihat dari gerak gerikmu, agaknya sobat mempunyai asal usul yang besar. Aku bersedia
untuk memenuhi keinginanmu itu." selesai berkata, diapun, bersiap sedia untuk turun tangan.
"Si thamcu, tunggu dulu." mendadak ciu tong kongcu mencegah. "Apakah kongcu masih ada
pendapat lain?"
"Kedatanganku keselatan kali ini tak lain adalah hendak menyelidiki duduk persoalan yang
sebenarnya hingga tuntas sehingga sekembalinya dari sini bisa memberi laporan kepada kongcu
nio-nio. Padahal apakah betul dua orang yang berada didepan kita adalah orang yang sedang

dicari, hingga kini persoalannya belum jelas, karena itu aku pikir kita tak usah membuang waktu
dengan sia-sia" Mendengar perkataan itu, Lamwi segera mendengus dingin. "Perkataan kongcu
memang benar, silahkan anda mengambil keputusan." ciu tong kongcu mendehem pelan,
kemudian katanya kepada kedua orang lawannya:
"Aku selalu membedakan mana budi, mana dendam serta tidak melakukan pembunuhan secara
mengawur, sekarang aku ingin mengajukan pertanyaan kepada kalian, bersediakan kalian untuk
menjawabnya?"
Sekarang, Kim Thi sia pun sudah mulai jelas dengan masalah yang dihadapinya, mengetahui
bahwa persoalan dapat diselesaikan secepatnya, buru-buru dia berseru sesudah mendengar
perkataan ini:
"Bila hendak bertanya, cepat ajukan pertanyaanmu"
Sebaliknya Lam wi dengan mata melotot dan menghentakkan kakinya keatas tanah segera
berseru kepada Kim Thi sia: "Hmmm, kau hanya tahu berkentut"
Kemudian sambil berpaling kearah, ciu tong kongcu serunya lagi:
"Kalau ingin bertanya, lebih baik ajukan saja kepadaku" ciu tong kongcu tertawa tergelak.
"Haaah........haaaah.......haaaah........sobat memang seorang yang amat terbuka"
"Sudah tak usah banyak ngebacot lagi" tukas lam wi tak sabar. Merah padam selembar wajah
ciu tong kongcu, katanya kemudian:
"Tiga hari berselang, kantor-kantor cabang perkumpulan kami disepanjang sungai Tiang kang
telah menerima selembar kartu undangan secara tiba-tiba yang menerangkan bahwa pemimpin
dari sembilan pedang dunia persilatan yakni sipedang emas dengan membawa pusaka lentera
hijau dan seorang wanita yang punya asal-usul besar hendak melewati daerah disekitar sini
apakah sipenulis surat tersebut adalah anda?"
"Benar" jawab Lam wi lantang.
"Apakah kau telah mencatut nama perkumpulan kami untuk melakukan banyak perselisihan
dengan sembilan pedang dunia perselisihan hingga menimbulkan serangan dari sembilan pedang
yang melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap anggota perkumpulan kami, dengan
peristiwa tersebut perkumpulan kami jadi bermusuhan dengan sembilan pedang sedang kau
berpeluk tangan saja menonton kami saling gontok-gontokan. Apakah perbuatan inipun
merupakan hasil karyamu?"
"Benar......"
"Hmmm, semua orang yang dikirim perkumpulan kami untuk menguntilmu akhirnya
dipecundangi semua. Sekalipun hatimu keji, namun cara kerjamu kurang bersih hingga
meninggaikan bekas yang sengaja memancing anak buah kami datang kekawasan Kanglam,
apakah perbuatan inipun benar-benar dilakukan olehmu?"
"Benar.........."
"Benarkah anda telah membuat persiapan disekeliling kawasan kota Kanglam ini, yang
membuat sobat-sobat dari perkumpulan kami yang tidak mengetahui persoalan sebenarnya
menjadi bermusuhan dengan pelbagai partai dan perkumpulan lain?"
"Memang begitu."
"Dari nada jawabanmu, aku percaya kau telah menjawab jujur, tapi aku ingin bertanya.
Sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu dengan semua perbuatan ini?"
"Soal ini kau tak perlu turut campur"
"Kau harus tahu, sejak perkumpulan cahaya emas muncul didalam dunia persilatan kami tak
pernah takut dengan siapa saja. Apakah kau tak berani mengutarakannya keluar?"

"Kenapa tak berani?"
"Kalau memang berani, ayoh katakan"
"Aku hanya melaksanakan perintah."
Mendengar jawaban tersebut semua orang menjadi terperanjat dibuatnya.
Bukan hanya orang-orang dari perkumpulan cahaya emas yang dibikin tercengang, bahkan Kim
Thi sia timbul kecurigaan didalam hatinya. Diam-diam iapun berpikir:
"Kalau dibilang dia melaksanakan perintah dari Dewi Nirmala, lantas Nirmala nomor berapakah
dia? Semua utusan Nirmala memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, bahkan sipedang
tembagapun tewas ditangan Nirmala nomor tujuh."
"Tapi setahuku, para utusan Nirmala rata-rata sudah berusia lanjut, sedangkan dia baru
berumur dua puluhan tahun, mana mungkin? Tapi..... Kalau dipikir-pikir Dewi Nirmalalah yang
paling mencurigakan-"
"Atau mungkin juga dia sedang melaksanakan perintah dari ketua perkumpulan Tay sang pang,
sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing, Tapi setahuku perkumpulan Tay sang pang tidak
mempunyai ikatan dendam yang terlalu dalam dengan sembilan pedang dunia persilatan, jadi
kemungkinannya kecil."
"Selain kedua orang ini, rasanya cuma si Pukulan sakti tanpa bayangan serta ciang sianseng
yang berhasrat merebut lentera hijau......tapi siapakah atasan orang ini?"
Sementara dia masih berpikir, ciu tong kongcu telah berkata lagi sambil tertawa dingin:
"Seorang lelaki sejati tak akan melakukan perbuatan gelap. perduli perintah siapa yang sedang
kau laksanakan- Perkumpulan cahaya emas pasti akan menanggapi peristiwa ini dengan serius.
Nah, apakah anda bersedia memberi penjelasan lebih dulu?"
"Tak perlu terburu napsu" tukas Lamwi dingin. "Sampai waktunya kalian toh akan mengetahui
dengan sendirinya" Mendadak terdengar seseorang berseru keras:
"Bajingan ini sangat menggemaskan, biar siaute yang membereskan dirinya lebih dulu" Lam wi
segera tertawa terkekeh-kekeh, serunya mendadak.......
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....benar-benar menggelikan, katanya saja dari perkumpulan
cahaya emas, ternyata ilmu jarum emas penembus jalan darah pun tidak dikenali, sungguh
mengenaskan. Benar-benar mengenaskan-"
Sambil berkata ia menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah mengejek.
orang itu sangat gusar, dnegan mata melotot besar ia membentak dan menyiapkan senjatanya
untuk melancarkan serangan-
Siapa tahu dia cepat, Lam wi jauh lebih cepat lagi, tampak dia mengayunkan tangan kanannya,
beberapa titik cahaya emas segera meluncur kedepan dengan kecepatan luar biasa.
"Kawanan tikus yang tak tahu diri" serunya sambil tertawa. "coba kau rasakan dulu bagaimana
hebatnya jarum emasku"
Waktu itu selisih jarak antara kedua belah pihak tidak terlalu jauh, walaupun orang itu
menyerang lebih dulu namun serangan dari Lam wi ternyata mengenai sasaran duluan.
Terdengar orang itu menjerit kesakitan, tubuhnya terbanting keatas tanah berikut senjata dan
tak mampu merangkak bangun lagi. Ternyata jalan darahnya sudah ditotok oleh Lam wi.
Tidak menunggu sampai orang lain berbicara, kembali Lam wi mengayunkan tangan kanannya
berulang kali. Lagi-lagi tampak berapa kali cahaya emas berkelebat lewat dan menyerang
kawanan jagoan tersebut.
Dalam waktu singkat suasana menjadi kalut sekali, kembali ada dua orang yang roboh terluka
oleh serangan jarum itu.
Anda sedang membaca artikel tentang Lembah Nirmala 5 dan anda bisa menemukan artikel Lembah Nirmala 5 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/lembah-nirmala-5.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Lembah Nirmala 5 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Lembah Nirmala 5 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Lembah Nirmala 5 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/lembah-nirmala-5.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar