Cersil : Kampung Setan 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 23 September 2011

Dari gerak gerik mereka. Ho Hay Hong sudah merasa
khawat ir, orang-orang yang kelihatannya t idak berarti
itu, sesungguhnya merupakan lawan terberat.
Terhadap orang-orang demikian, sudah tentu ia t idak
berani bert indak gegabah dengan resiko yang sangat
besar, hingga ia kini benar-benar sudah berada dalam
kepungan yang susah ditembus.
Beberapa kali ia mengadu kekuatan dengan orang-
orang berpakaian kuning, kini harus menghindarkan
sedapat mungkin, jangan sampai menghamburkan
tenaganya.
Pada saat itu, Mendadak ia dapat lihat bahwa orang
tua berjenggot panjang yang sombong berdiri dibagian
barat itu sudah berjalan dan sebentar kemudian sudah
t idak kelihatan bayangannya.
Dengan penuh keyakinan, Ho Hay Hong lompat
melesat set inggi lima tombak lebih dan dengan
menggunakan ilmu meringankan tubuh, terus lari keatas
bukit . Musuh ternyata tidak mengejar, berkata dengan nada
suara dingin:
"Anjing kecil t idak tahu diri, kau hendak kabur, ya ?"
Ho Hay Hong tidak menghiraukan, ia sedang berusaha
naik kebukit
Ia kenal baik keadaan tempat itu. asal berhasil melalui
bukit itu dia masuk kedalam rimba.
Tapi pada saat itu, mendadak muncul sesosok
bayangan put ih, yang tak lain dari pada kakek berambut
panjang itu tadi. Ho Hay Hong terkejut, terpaksa
menghent ikan usahanya, siap sedia untuk menghadapi
segala kemungkinan.
Kakek itu memandang padanya dengan sinar matanya
yang tajam, kemudian berkata sambil tertawa.
"Heran, aku kira kau seorang pintar, tak dinyana ada
jalan yang menuju ke-sorga kau t idak mau. sebaliknya
menuju ke-neraka !"
Ho Hay Hong t idak menghiraukan ejekannya, ia
berkata:
"Aku kira cianpwee bukanlah orang dari kawanan
binatang anjing itu. sungguh tak kusangka cianpwee
yang memiliki tulang-tulang bagaikan dewa, ternyata
juga sudi berkelompok dengan kawanan berandal!"
"Hahahaha disebelah utara sungai Toa kang orang
yang berani mengatakan perkataan demikian terhadap
aku, barangkali hanya kau seorang saja. Kau tentunya
belum tahu siapa aku ini."
"Cianpwee berani menganggap diri sendiri seorang
kuat nomor satu, daerah mana tentunya memiliki kepandaian yang sangat t inggi. Baiklah, sekarang aku
ingin minta pelajaran satu dua jurus saja."
Karena ia melihat empat penjuru sudah terkurung
rapat , dalam keadaan cemas dan gusar, ia sudah t idak
pikirkan lagi dengan nasibnya.
"Anak muda, kau ingin minta pelajaran dariku, aku
bersedia mengiring kehendakmu. Kau boleh coba
sambut i serangan tanganku ini, kalau kau sanggup,
barulah kau ada hak untuk mencoba kepandaian ilmu
silatku. Jika tidak, ini berarti salahmu sendiri, kau jangan
sesalkan aku berlaku kejam !"
Ho Hay Hong mengerahkan seluruh kekuatan
tenaganya, menyambut i serangan tangan kosong orang
tua itu. Tiba-tiba bagian dalam tubuhnya terpukul oleh
kekuatan tenaga yang sangat lunak, hingga seket ika itu
juga lantas menyemburkan darah dari mulut .
"Usiamu masih demikian muda, tetapi sanggup
menyambuti seranganku. Sesungguhnya satu bakat yang
sangat baik." berkata orang tua itu.
Ia mengangkat kembali tangannya, melancarkan
serangan tangan kosong.
Serangannya itu nampaknya t idak bertenaga, tetapi
setelah beradu, dengan mendadak berubah menjadi
suatu serangan yang amat dahsyat .
Ho Hay Hong sejak mendapat bantuan kekuatan
tenaga si kakek penjinak garuda, kekuatan tenaga
dalamnya sudah banyak bertambah. Diluar dugaannya,
baru saja bergebrak sudah terluka dalam tubuhnya.
Maka ket ika diserang untuk kedua kalinya, ia berlaku nekad. Sambil mengeluarkan siulan panjang, ia sambut i
serangan itu.
Kali ini lebih hebat akibatnya, darahnya dirasakan
bergolak, matanya berkunang kunang. Sekarang ia baru
tahu betapa hebat kekuatan tenaga orang tua itu.
Tanpa menggeser kakinya setapakpun juga, orang tua
itu berkata dengan singkat:
"Aku lihat usiamu masih sangat muda sekali, hari
depanmu t idak terbatas, maka kuberikan kesempatan
padamu satu jalan hidup. Asal kau mau menyerahkan
salinan kitab ilmu silat Garuda Sakt i, kau pergi dengan
bebas!"
Ia lihat Ho Hay Hong diam saja, lantas berkata lagi
sambil tersenyum:
"Kalau kau mempunyai cita-cita besar, supaya
namamu kesohor, aku juga suka memberi bantuan
padamu. Kau boleh masuk golonganku. Dengan
kepandaianmu ini, aku akan memberikan kau satu
jabatan penting!"
"Apakah Tan Song sudah menjadi anggota golongan
cianpwee?" demikian Ho Hay Hong balai menanya. "Dia
sekarang sudah menjabat pangkat komandan pasukan
lima bagian, mengurus segala urusan pent ing dalam
golonganku. Kalau kau bersedia menjadi anggota
golonganku, aku juga akan berikan kau pangkat t inggi."
Mendengar perkataan itu, alis Ho Hay Hong berdiri,
katanya: "Apa kau kira aku ini seorang sebangsa Tan Song yang
menjual martabatnya untuk mendapatkan nama dan
kedudukan? Kau jangan salah melihat orang."
"Kalau begitu, kau serahkan salinan kitab garuda sakt i,
jikalau t idak, jiwamu dalam bahaya."
Ho hay Hong pikir bahwa salinan kitab Garuda Sakt i
itu adalah milik suhunya, kitab itu merupakan suatu
pelajaran ilmu silat yang t idak ada taranya, sudah tentu
t idak boleh terjatuh ke tangan sembarang orang.
Apalagi kalau sampai terjatuh di tangan orang jahat ,
maka ia harus melindungi sebaik-baiknya, sekalipun
jiwanya sendiri melayang, ia juga merasa bangga.
Karena berpikir demikian, ia telah siap dan kalau perlu
ia korbankan jiwanya.
Pada saat itu, dari jauh t iba-tiba terdengar suara
nyanyian berani: "Angin puyuh baru mulai, kawanan
siluman sudah ketakutan setengah mat i Angin puyuh
t imbul lagi jagad menjadi bersih."
Suara nyanyian itu menggema diangkasa yang sunyi
dan ket ika orang tua itu mendengar suara nyanyian itu
matanya t iba t iba ditujukan ke arah jauh, mulutnya
mengguman: "Ehm, kiranya pasukan angin puyuh sudah
datang."
Ho Hay Hong segera berpikir, apabila saat itu t idak
pergi, tunggu apalagi ? Selagi orang tua itu alihkan
perhat iannya kepada pasukan angin puyuh, dengan t iba
t iba ia lompat meleset set inggi lima tombak. dengan
melalui atas kepala orang tua itu, pergi melarikan diri. Sekal igus ia lari sejauh sepuluh tombak lebih, ketika ia
menoleh ke belakang, orang tua itu ternyata t idak
mengejar. Hanya sepuluh lebih pasukan orang-orang
berbaju ungu dan beberapa ekor harimau yang coba
mengejar dirinya.
Meskipun hat inya merasa lega, tetapi ia t idak berani
berlaku gegabah. Dengan menahan rasa sakit dalam
dadanya, ia menggunakan ilmu meringankan tubuh
perguruannya, lari turun bukit dan menuju ke selatan.
Gerak kakinya sangat pesat , dalam waktu sekejap
mata sudah menempuh jarak sepuluh pal lebih, hingga
rombongan orang yang mengejar tert inggal jauh
dibelakangnya. tapi, sebentar kemudian, ia merasakan
bahwa luka didalam dadanya semakin berat , hingga ia
terpaksa mengendorkan tindakan kakinya.
Ia sangat gelisah, karena melihat , rombongan orang
orang yang mengejar dirinya semakin dekat, suara
mengaumnya binatang buas itu juga sudah terdengar
samar samar.
Dalam keadaan demikian, apa mau perjalanannya itu
kembali telah terhalang oleh sungai yang melintang
dihadapan matanya.
Sungai itu cukup luas, kira kira sepuluh tombak lebih,
airnya mengalir demikian deras, sekalipun pandai
berenang, juga t idak dapat mengarungi air yang
mengalir demikian deras, maka ia diam-diam mengeluh
sendiri.
Di depan matanya terhalang oleh sungai sedang di
belakangnya dikejar oleh musuh, sekalipun ia seorang
berani, juga merasa gelisah. Sambil mendongakkan kepala, ia berkata sendiri: "Apakah aku Ho Hay Hong
harus binasa di tempat ini .?"
Pada saat itu, lukanya semakin berat , rasa sakit
menusuk ulu hat i dan tulang-tulangnya, hingga ia
berhent i lari dan duduk di tanah.
Beberapa t it ik bayangan hitam, dari jauh nampak lari
mendatangi ke arahnya. Ho Hay Hong mendadak
mendapatkan satu akal. Ia t idak berani berlaku ayal,
dengan cepat membuka sepatunya, diletakkan di tepi
sungai. Kemudian merobek bajunya yang penuh tanda
darah, dibuangnya ke pantai, tanah pasir ditepi sungai
sengaja dibikin kalut .
Semua selesai, ia memeriksanya lagi dengan seksama,
benar saja mirip dengan orang yang bekas menyeburkan
diri kedalam sungai. Kemudian menahan rasa sakitnya, ia
lari dan sembunyi dibelakang batu besar.
Tak lama kemudian, rombongan orang-orang berbaju
ungu itu t iba ditempat itu. Dengan cepat mereka
mendapat tahu bekas tanda yang dit inggalkan oleh Ho
Hay Hong. Satu diantaranya berkata:
"Mungkin anjing kecil itu sudah ceburkan diri kedalam
sungai"
Yang lainnya menyahut. "Ya, badannya sudah terluka
parah, mungkin ia sudah tahu bahwa sudah t idak ada
harapan lolos dari sini. maka lalu mengambil keputusan
membunuh diri."
Orang-orang itu masih coba mencari, tetapi t idak
menemukan jejaknya. Orang yang tadi itu kembali berkata: "Air sungai ini
mengalir deras sekali, anjing kecil pasti sudah tergulung
olah arus ombak, mari kita bawa pulang saja barang-
barangnya, untuk diberitahukan kepada loya!"
Usul itu segera diterima baik, maka mereka lantas
beramai-ramai meninggalkan tempat itu!
Ho Hay Hong menunggu sampai orang-orang itu
sudah t idak kelihatan, baru berani keluar dari tempat
sembunyinya. Meskipun ia merasa puas dengan akalnya
yang berhasil mengakali musuhnya, tetapi karena dalam
tubuhnya terluka, masih belum bisa ia bersenyum.
Ia menghela napas panjang, dari jalan kecil berjalan
menuju kejalan raya, dengan membawa dirinya yang
sudah terluka, pelan-pelan menuju ke kota.
Ia juga mengunjungi beberapa tabib dalam kota,
tetapi mereka itu jika t idak mengatakan bahwa lukanya
terlalu parah, ada juga yang mengatakan belum
menemukan sebab-sebabnya, hingga t idak bisa
memberikan obat yang tepat . Ia juga tahu bahwa luka
bekas terpukul orang berkepandaian t inggi, t idak dapat
disembuhkan oleh tabib biasa, maka akhirnya ia merasa
kecewa.
Dengan langkah sangat lambat sekali ia berjalan
dijalan raya dengan hat i risau.
Dengan t iba-tiba telinganya menangkap suara derap
kaki kuda, dari jauh semakin mendekat.
Delapan penunggang kuda melarikan kudanya dengan
pesat, seolah-olah bukan berjalan ditengah-tengah kota. Menyaksikan keadaan orang gagah itu, hat i Ho Hay
Hong diam-diam mengeluh.
Delapan penunggang kuda itu karena membedal kuda
masing-masing dengan sesukanya, membuat banyak
orang, yang berjalan kaki pada lari menyingkir.
Tetapi mereka t idak menghiraukan, bahkan
nampaknya sangat gembira.
Tetapi orang-orang banyak itu nampaknya t idak
menyesalkan perbuatan para penunggang kuda itu,
bahkan ramai-ramai melambai-lambaikan tangan kepada
mereka, agaknya merasa bangga.
Ho Hay Hong diam-diam merasa heran maka ia lalu
menanya kepada salah seorang: "Para penunggang kuda
itu malaikat dari mana?"
Mendengar pertanyaan itu, orang itu menunjuk sikap
heran kepadanya, ia t idak menjawab, sebaliknya balas
menanya:
"Apakah sahabat dari daerah selatan?"
Ho Hay Hong tercengang, dari sikap orang itu agaknya
mengandung maksud menghina. tetapi ia t idak marah,
bahkan menjawab sambil menganggukkan kepala:
"Benar, aku yang rendah dari daerah selatan."
"Oh, pasti! saudara t idak tahu riwayat mereka. Mereka
delapan orang adalah rombongan dari pasukan Angin
puyuh yang namanya sangat kesohor didaerah utara."
Ho Hay Hong segera teringat kepada suara nyanyian
beramai yang didengarnya di Hong gwat teng, ketika
dirinya sedang terkurung oleh musuh-musuhnya. "Apa yang dilakukan oleh pasukan Angin puyuh?"
Orang itu mengacungkan ibu jarinya dan berkata
dengan sikap bangga:
"Pasukan Angin puyuh adalah pasukan terkuat
didaerah utara, pasukan yang melindungi keamanan
daerah utara yang paling gigih. Bagi orang-orang kang
ouw yang sering bergerak di rimba persilatan, hampir
t iada seorangpun yang tidak kenal!"
"Ow, benar mereka. Bolehkah aku numpang tanya,
siapakah pemimpin mereka?"
"It-jie Hui-kiam!"
"Apakah It Jie Hui kiam berdiam dikota."
"Benar." jawab orang itu sambil menganggukkan
kepala. "dia seorang tua sejak membentuk pasukannya
Angin puyuh ini karena usahanya menumpas kawanan
penjahat yang menjadi pokok tujuannya yang utama,
maka keamanan daerah ini sangat baik, kawanan
berandal dan penjahat terpaksa lari ketempat lain. Hari
ini kebetulan mereka hendak mengadakan pertemuan,
kau boleh menyaksikan sendiri. mungkin dapat
menambah pengetahuan."
Ho Hay Hong mengucapkan terima kasih, lantas
berjalan menuju kebarat daya.
Tiba di suatu tempat, ia melihat banyak orang sedang
berkerumun, mengitari sebuah panggung adu silat atau
yang biasa disebut "lui tai". Dibelakang panggung berdiri
sebuah gedung besar yang megah. Ia segera mengert i
bahwa gedung megah itu past ilah kediamannya It-Jie Hui
kiam, maka dengan cepat menghampirinya. Ia t idak mencari Ie jie Hui kiam lebih dulu, tapi
menuju ke rombongan orang banyak.
Benar saja, disitu ia segera melihat delapan
penunggang kuda tadi duduk diatas panggung, beberapa
muda-mudi berpakaian perlente berdiri di belakang
delapan penunggang kuda tadi.
Disebelah kiri diatas sebuah kursi kebesaran duduk
seorang Imam tua berusia kira-kira lima puluh tahun.
Disamping Imam tua itu adalah seorang tua tinggi besar
berusia enam puluh tahun yang nampaknya sangat
agung.
Dibelakang orang tua itu, tampak seorang tua
berkumis pendek, diatas perisai terlukis gambar dua bilah
pedang bersilang. Dari lukisan itu ia mau menduga
bahwa itu adalah tanda dari It-jie Hui-kiam!
Disamping orang tua berkumis pendek, ada seorang
gadis berbaju ungu, gadis itu bukan saja berparas cant ik
sekali, tetapi juga seorang gagah perkasa.
Ho Hay Hong t idak berani banyak bergerak, takut
lukanya kambuh, maka ia mencari tempat yang t idak
banyak orang, menonton sambil berduduk.
Ia mengeluarkan sapu tangan, membersihkan debu
dan kotoran dimukanya, sehingga tampak wajahnya
yang cakap tampan.
Ia sedang memikirkan bagaimana nant i bertanya
kepada It Jie Hui kiam. setelah bertemu muka
dengannya?
Diatas panggung, gadis cant ik berbaju ungu itu
mendadak bangkit dari tempat duduknya, dari tangan orang tua berkumis pendek mengambil perisai perak,
kemudian berkata:
"Sumoay disini ingin minta beberapa jurus pelajaran
dari suheng, harap maafkan kalau perbuatanku ini
rasanya kurang sopan!"
Suaranya demikian halus dan sangat menarik, hingga
diam-diam Ho Hay Hong merasa heran, gadis cant ik yang
lemah gemulai seperti ini, apakah memiliki kepandaian
t inggi?
Ia diam diam juga khawatir keselamatan diri gadis itu,
karena dalam pertandingan senjata selalu t idak ada
matanya, apabila kelengahan tangan, bisa membawa
akibat sangat hebat.
Ia ingin mengetahui sampai dimana t inggi kepandaian
gadis itu, maka mulai perhatikan keadaannya. Tetapi
parasnya yang cant ik dan bentuk badannya yang indah,
sesungguhnya t idak didapatkan tanda tanda memiliki
kepandaian t inggi.
Seorang laki laki muda berusia kira kira t iga puluhan,
yang memakai pakaian warna kuning, pelan-pelan
berjalan menuju kepanggung, kemudian berkata sambil
tertawa.
"Sumoay jangan terlalu merendahkan diri, dalam
pertandingan ilmu silat , yang diutamakan adalah
kepandaian yang sesungguhnya, kau boleh
mengeluarkan seluruh kepandaian-mu dan jangan
memikirkan karena aku adalah suhengmu, boleh
bertanding denganku!"
Dit ilik dari gerak kaki dan badan laki-laki itu, Ho Hay
Hong dapat memast ikan bahwa laki-laki itu pasti memiliki kepandaian t inggi. Ia t idak habis mengert i bagaimana
gadis lemah gemulai itu berani menghadapinya.
Ia t idak ingin menyaksikan pertandingan itu, matanya
ditujukan keatas panggung, Dan ia melihat kain
berwarna warni yang terpancang t inggi, dengan tulisan
tulisan huruf.
"Dengan mengadakan Pertandingan Ilmu Silat untuk
Mencari Kawan dan Pertemuan Orang-Orang Gagah."
Menyaksikan bunyinya tulisan-tulisan itu, ia baru
insyaf bahwa panggung itu didirikan untuk mengadakan
pertandingan ilmu silat. Pikirnya: apakah It Jie Hui kiam
mengadakan pertandingan ini untuk mencari anggota
pasukan Angin Puyuh?
Pikiran itu sepintas lalu berkelebat dalam benaknya
mendadak ia bangkit dari tempat duduknya.
Tetapi, ia ingat lagi dengan luka didadanya, ia tahu
bahwa saat itu ia belum dapat melakukan pertandingan.
Ia duduk lagi sambil menghela napas panjang.
-ooo0dw0ooo-
Bersambung Jilid 14

Jilid 14
SAAT ITU diatas panggung sudah ada yang mulai
melakukan pertandingan, dua bayangan orang bergerak
kesana kemari dengan gesitnya, hingga menimbulkan
suara angin. Menyaksikan pertandingan itu, Ho Hay Hong
membuka lebar matanya dan berkata kepada diri sendiri:
"Hah, tak kusangka ia memiliki kepandaian set inggi itu."
Telinganya mendengar suara tepukan tangan riuh
orang-orang yang berteriak-teriak bertepuk tangan itu
adalah suporter kedua fihak.
Tiba-tiba suara benda terdengar nyaring dua
bayangan orang yang sedang bertanding memencarkan
diri, Gadis berbaju ungu itu nampaknya sepert i t idak
mengeluarkan tenaga sama sekali, mukanya t idak merah,
napasnya juga t idak memburu.
Ia mengucapkan kata-kata merendah kepada
suhengnya, kemudian balik kembali ketempat duduknya.
Dari sikap dan kata-kata gadis itu, sudah jelas bahwa
yang kalah, dan dalam pertandingan itu bukanlah sigadis
melainkan laki-laki berbaju kuning itu.
Ho Hay Hong masih dalam keheranan. Tiba-tiba
terdengar laki-laki itu berkata: ”Pelajaran sumoay
ternyata sudah mendapat kemajuan banyak, seranganmu
terakhir geledek benar-benar sangat hebat. Barang kali
itu adalah ilmu simpanan Siauw Locianpwee yang t idak
diwariskan kepada sembarang orang maka suhengmu
meskipun kalah, juga merasa bangga !"
Ho Hay Hong diam diam berpikir, ”orang ini benar-
benar berjiwa kesatria, meskipun ia kalah, tetapi t idak
marah atau mendendam, benar-benar harus kita hargai."
Laki-laki tua t inggi besar yang sangat agung itu,
mendadak bangkit dari tempat duduknya. Sambil
menghadap kearah penonton dibawah punggung ia
berkata: "Saudara-saudara sahabat-sahabat, dengarlah, kali ini
siorang tua mendirikan panggung untuk mengadakan
pertandingan ilmu silat ini. bukan saja berlaku bagi
orang-orang golongan kita. Jikalau diantara sahabat-
sahabat ada yang memiliki kepandaian t inggi, atau
mempunyai kegembiraan untuk ambil bagian,
dipersilahkan mendaftarkan nama dibelakang panggung.
Siapa-siapa yang memiliki kepandaian berarti, akan kita
terima menjadi anggota pasukan Angin Puyuh."
Pasukan Angin puyuh, didaerah utara merupakan satu
golongan yang terkuat jumlahnya, anggautanya t idak
banyak tetapi set iap anggautanya memiliki kepandaian
ilmu silat sangat t inggi, hingga dalam masyarakat dan
rimba persilatan mendapat nama baik. Banyak diantara
penonton yang ingin menggunakan kesempatan itu untuk
mendapat nama dikalangan kangouw. Ketika mendengar
ucapan itu, nama nama mereka menuju ke belakang
panggang untuk mendaftarkan nama.
Dibelakang panggung itu terdapat sebuah meja
persegi, disitu duduk seorang laki-laki tua t inggi kurus.
Sinar matanya yang tajam agaknya dapat menembus
hat i dan perasaan, serta menebak t inggi rendahnya
kepandaian orang-orang yang datang padanya untuk
mendaftarkan diri.
Ho Hay Hong yang juga mengikuti rombongan orang-
orang itu ke belakang panggung setelah semua orang
selesai mengurus pendaftarannya, baru pelan-pelan
mendekat i meja orang tua itu dan berkata padanya:
"Cianpwee, sudilah kiranya cianpwee menolong
boanpwee untuk memberitahukan kepada It ji Hui-kiam, boanpwee ada urusan pent ing hendak berunding
dengannya!"
Orang tua kurus t inggi itu memandang padanya
dengan perasaan heran, kemudian berkata:
"Tidak bisa, saat ini diatas panggung sedang repot , Ia
t idak ada waktu terluang!"
"Boanpwee datang dari daerah selatan mohon"
berkata Ho Hay Hong. Dengan sikapnya yang sangat
merendah itu, ia mengharap dapat menggerakkan hat i
orang tua itu. Tetapi orang tua itu ternyata masih tetap
dengan pendiriannya, jawabnya sambil menggelengkan
kepala:
"Kau boleh tunggu sehingga pertandingan selesai,
nant i kau boleh menjumpai dia!"
Ho Hay Hong terpaksa undurkan diri meskipun hat inya
merasa kurang senang, tapi apa boleh buat.
Pada saat itu, diatas panggung sudah berlangsung tiga
pasang pertandingan. Dipajang terdahulu, yang kalah
terpaksa undurkan diri dengan perasaan masgul, sedang
yang menang boleh tetap berada diatas panggung untuk
pemilihan terakhir.
Ho Hay Hong yang menyaksikan pertandingan itu,
ternyata hanya merupakan suatu hal biasa itu, maka ia
diam saja. Tidak begitu menarik, maka ia tidak menonton
lagi.
Diam-diam ia memutar kebelakang panggung, dari
bawah panggung ia menggapaikan tangan kepada gadis
baju ungu seraya berkata: "Aku ada urusan pent ing hendak bertemu dengan It-
jie Hui kiam locianpwee, sudilah kiranya nona
menolongku memberitahukan kepadanya ?"
Gadis itu terkejut, matanya mengawasi padanya
sejenak, kemudian bertanya:
"Kau mencari dia, ada urusan apa ?"
"Aku ada urusan pent ing, tolong aku satu kali ini saja!"
kata Ho Hay Hong.
"Kau beritahukan padaku juga boleh, urusan apakah
sebetulnya ?"
Ho Hay Hong pikir: ’urusan ini mana boleh
diberitahukan padanya?’
Memang sukar buat baginya untuk membuka rahasia
itu, maka ia diam saja.
"Kau ini benar-benar sangat aneh" demikian gadis itu
berkata. Lalu membalikan badan dan memperhat ikan
jalannya pertandingan, t idak menghiraukan Ho Hay Hong
lagi.
Ho Hay Hong terpaksa kembali dengan perasaan
kecewa. Ia merasa t idak senang, karena untuk
menjumpai seorang saja demikian susahnya.
Darah mudanya bergejolak seket ika, jika t idak luka
pada bagian dalamnya, mungkin ia sudah mengamuk.
Ia duduk menghadap kearah selatan membelakangi
panggung pertandingan.
Pada saat itu, diatas panggung sedang berlangsung
suatu pertandingan seru, yang dibarengi oleh suara
tepuk tangan dan teriakan ramai. Selagi semua mata para penonton ditujukan keatas
panggung, sebilah pedang panjang mendadak meluncur
keatas kepala Ho Hay Hong.
Pedang itu adalah pedang salah seorang yang sedang
bertanding, yang terlepas dari tangannya. Untung Ho
Hay Hong bisa berlaku sigap, sebelum pedang jatuh
keatas kepalanya dengan cepat disambarnya dengan
tangan kanan.
Ia hendak menyambitkan kembali pedang kepada
pemiliknya diatas panggung, baru mengangkat
tangannya, mendadak teringat kepada kepandaiannya
mengendalikan pedang,
Sikap memandang rendah gadis baju ungu tadi, telah
membangkitkan perasaan harga dirinya. Sesaat itu
t imbullah pikirannya hendak menunjukkan
kepandaiannya, untuk menarik perhatian gadis tadi.
Maka Ia lalu batalkan maksudnya hendak
mengembalikan pedang tadi, dengan menahan rasa sakit
dalam dadanya ia sambitkan pedang itu keatas
panggung.
Pedang itu meluncur lurus keatas panggung dan orang
diatas panggung yang kehilangan pedangnya tadi, buru
buru menyambutnya, selagi hendak mengucapkan
perkataan terima kasih, tak ia duga bahwa sebelum
tangannya berhasil menyentuh gagang pedang, pedang
itu bagaikan naga terbang berputaran dan kemudian
terbang kekiri.
Setelah membuat satu lingkaran lebar, melayang turun
lagi, dengan tenang jatuh ketangan Ho Hay Hong. Perbuatan Ho Hay Hong itu segera menarik perhat ian
semua orang, semua mata ditujukan kepadanya, dengan
penuh keheranan Sebab dengan munculnya ilmu pedang
terbang didalam rimba persilatan, bagi orang-orang Kang
ouw daerah utara, sudah yang pertama kalinya, t idak
heran kalau hal itu segera menarik semua perhat ian
orang, hingga pertandingan diatas panggung t idak ada
yang perhatikan lagi.
Orang tua berkumis pendek yang memegang perisai
perak mendadak bangkit dari tempat duduknya dan
berkata:
"Oh, tak disangka disini masih ada orang yang
mempunyai kepandaian yang berart i!"
Orang tua itu adalah ditugaskan untuk menjaga
keamanan selama pertandingan berlangsung, perbuatan
Ho Hay Hong itu dengan sendirinya merupakan suara
perbuatan yang mengganggu, keamanan pertandingan
diatas panggung.
Dengan adanya tugas itu maka orang tua berkumis
pendek itu setelah mengucapkan perkataan demikian,
lantas turun dari atas panggung dan lari menghampiri Ho
Hay Hong.
Ho Hay Hong masih tetap duduk ditempatnya sambil
memegangi pedang, ia sambut kedatangan orang tua itu
dengan kata-kata:
"Tunggu dulu, aku t idak hendak mencari setori
denganmu!"
"Kau telah mengacaukan panggung pertandingan,
terang-terangan mencari onar denganku mengapa sekarang berlaku sopan?" berkata orang tua berkumis
pendek.
"Aku hanya ingin bertemu dengan It-jie Hui-kiam,
tetapi orang-orang kalian semua t idak mengijinkan,
dalam keadaan terpaksa aku menggunakan akal ini,
kalau kau anggap melanggar peraturan, aku minta maaf
sebesar-besarnya!" berkata Ho Hay Hong.
Orang tua itu terkejut . "Kau t idak kenal dengan orang
tua itu?"
"Apa maksudnya dengan pertanyaanmu ini?" tanya Ho
Hay Hong heran.
"Kau kata Hendak bertemu muka dengannya, padahal
kau telah menonton pertandingan ditempat ini. bukan
hanya sudah melihat wajahnya satu kali saja, bahkan
sudah berpuluh puluh kali, ratusan kali"
"Ucapan cianpwee, aku benar benar t idak mengert i,
tolong cianpwee jelaskan!"
"It Jie Hui kiam cianpwee tokh berdiri diatas
panggung, kalau kau ingin melihat saja ? sejak tadi kau
sudah melihatnya, mengapa tanpa sebab kau
menimbulkan kekacauan, perbuatanmu ini sudah jelas
menghina orang yang mendirikan panggung
pertandingan Ini!"
Dengan mengikut i petunjuk orang tua itu tadi,
pandangan mata Ho Hay Hong ditujukan kepada orang
tua t inggi besar yang berada diatas panggung, lalu
bertanya tanya kepada diri sendiri: ’apakah dia ini yang
dinamakan It Jie Hui kiam?’
Sementara itu mulutnya berkata: "Harap cianpwee jangan salah paham, boanpwee ingin
menjumpai It ji Hui kiam locianpwee, sesungguhnya ada
urusan pent ing boanpwe hendak minta keterangan
darinya!"
"Oh mari ikut aku!" berkata orang tua itu.
Dibawah mata banyak orang Ho Hay Hong mengikut i
orang tua berkumis pendek naik keatas panggung.
Orang tua itu langsung menghampiri orang tua t inggi
besar, ditelinga berbisik-bisik sejenak, orang tua t inggi
besar itu menunjukkan sikap kaget , mengawasi Ho Hay
Hong sejenak, kemudian berkata:
"Suruh dia kemari !"
Ho Hay Hong maju menghampiri, lalu berkata
memberi memberi hormat:
"Kau barangkali adalah It Jie Hui kiam locianpwee !
Boanpwee ada sedikit urusan minta keterangan, tetapi
sekarang ini ada banyak orang disini, boanpwee kurang
leluasa."
"Baik, kau tunggu disini sebentar, nant i setelah
pertandingan selesai, kita bicara lagi," berkata It Jie Hui
kiam sambit menganggukkan kepala.
"Sebetulnya sudah lama boanpwe? ingin menjumpai
locianpwee namun hari ini baru mendapat kesempatan
untuk mencapai cita cita boanpwee itu!"
Dengan t iba t iba ia mendengar suara perempuan
tertawa, sepasang mata gadis berbaju ungu itu ditujukan
kepada kakinya, hingga ia sadar bahwa saat itu kakinya
t idak memakai sepatu, karena sepatunya dit inggalkan ditepi sungai. Wajahnya yang putih saat itu lantas
menjadi ke merah merahan.
Ia t idak tahan berdiri terlalu lama, maka minta pada
orang tua berkumis pendek supaya disediakan kursi,
kemudian duduk diatasnya sambil memejamkan mata.
Orang tua berkumis pendek itu t idak tahu kalau Ho
Hay Hong sedang menderita karena luka-luka dalam
dadanya dianggapnya terlalu sombong dan t idak
pandang mata padanya Meskipun dalam hat i merasa
t idak senang, tetapi karena memandang It Jie Hui Kiam
Ia t idak berani menegur.
Ho Hay Hong yang sudah mendapat waktu untuk
beristirahat , membuka matanya lagi, ketika ia
memandang kebawah, banyak mata ditujukan
kepadanya. Ia mengert i, itu adalah karena tadi ia pernah
mempertunjukan kepandaian ilmu pedang terbangnya.
Kalau bukan karena terluka dalamnya ia ingin juga
ambil bagian dalam pertandingan itu. Namun maksud itu
terpaksa t idak diwujudkan karena terhalang oleh
lukanya.
Tiba-tiba telinganya mendengar suara orang tertawa,
gadis baju ungu itu entah sejak kapan sudah berdiri
disampingnya.
"Tak kusangka kau mahir ilmu pedang terbang, suatu
ilmu yang sudah lama menghilang dari dunia rimba
persilatan." demikian kata gadis itu.
"Mana, aku hanya mengerti sedikit saja." Hay Hong
merendah. "Kau terlalu merendahkan diri, aku kira kau tentunya
dari golongan ngo bie pay!"
"Nona keliru, aku seorang yang tidak berpartai."
"Ow, ini lebih mengherankan lagi selagi pertandingan
masih berlangsung, aku ingin belajar kenal dengan
kepandaianmu, bagaimana pikiranmu?"
Ho Hay Hong yang sudah pernah menyaksikan
kepandaiannya, meskipun ia t idak takut akan kalah,
tetapi karena lukanya belum sembuh, terpaksa menolak.
Jawabnya sambil menggelengkan kepala:
"Maaf, aku t idak ingin bertanding denganmu "
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. ”Apakah aku
t idak sepadan untuk bertanding denganmu?"
"Nona jangan salah faham, karena aku memang t idak
mungkin dapat menandingi kepandaianmu!"
Mendengar jawaban itu, hat i gadis itu merasa senang.
Dibibirnya tersungging satu senyuman puas, dan sujen
dikedua pipinya nampak jelas sekali. Dua sujen dipipinya
itu menambah kecant ikan gadis itu, hingga siapa saja
yang melihatnya past i tergerak hatinya.
Sikap nona itu dalam mata Ho Hay Hong segera
menimbulkan goncangan hebat dalam jantungnya,
karena pada saat itu mendadak ia teringat kepada gadis
kaki telanjang yang berada jauh didaerah selatan.
Dua-dua sama cant iknya, kalau suruh ia memilih,
barangkali t idak dapat mengatakan pilihan.
Gadis baju ungu itu tiba t iba berkata: "Kau l ihat orang itu dibawah panggung semua pada
perhat ikan kau. "
Ho Hay Hong memang sudah tahu, tetapi karena gadis
itu mengatakan demikian, mau t idak mau ia lantas
melihat kebawah kemudian bertanya:
"Mengapa mereka perhat ikan diriku?"
"Ilmu pedang terbangmu tadi merupakan suatu ilmu
gaib yang luar biasa. Dalam mata mereka kau sudah
dipandang sebagai seorang pendekar.”
Ho Hay Hong mengira bahwa ucapan gadis itu
mengandung ejekan terhadap dirinya, maka ditatapnya
wajah gadis itu Ketika dua pasang mata saling beradu,
maka gadis itu seketika merah membara.
Semula Ho Hay Hong merasa heran, tetapi akhirnya ia
sepert i tersadar.
"Nona, bolehkah aku numpang tanya, andaikata aku
ingin menjadi anggota pasukan Angin puyuh, apakah
kemungkinan bisa diterima?"
"Kau boleh mendaftarkan nama dibawah panggung,
kemudian ikut pertandingan! Dengan kepandaian ilmu
silatmu yang setinggi itu, aku pikir kau past i berhasil!"
Ho Hay Hong tertawa menyeringai, selagi hendak
menjawab, tiba-tiba terdengar suara orang berkata:
"Belum tentu. baik anggota pasukan Angin puyuh,
diharuskan memiliki dua rupa ilmu, keras dan lunak yang
sama baiknya, ilmunya dan kekuatan tenaga dalamnya
memang cukup sempurna, tetapi ilmunya keras, rasanya
belum cukup." Suara itu t idak nyaring, tetapi dalam telinga Ho Hay
Hong sangat jelas.
Ia buru buru berpaling, orang yang berbicara itu
ternyata adalah imam tua yang duduk diatas kursi
kebesaran.
Imam itu merasa kurang senang, tetapi diluar ia masih
mengunjukkan muka berseri-seri.
"Bolehkah boanpwee menanyakan nama julukan
tot iang?" demikian ia bertanya.
"Dia adalah Hud sim Tot iang dari partai Ceng-shia pay.
Kepandaiannya t inggi sekali. Kau jangan berlaku salah
terhadapnya!" kata gadis baju ungu itu dengan suara
perlahan.
Ho Hay Hong diam diam berpikir: “mengapa ia
demikian perhatikan diriku?"
Dengan perasaan heran ia menatap wajah gadis itu,
dan gadis itu dengan cepat menundukkan kepalanya.
"Terima kasih atas kebaikan nona," demikian ia
berkata.
Hud sim Tot iang t iba-tiba tertawa terbahak-bahak
kemudian berkata:
"Kau t idak usah menanyakan namaku, ku lihat diatas
alismu ada tanda tanda guram, ini suatu tanda bahwa
kau sedang menderita luka dalam. Kau sudah t idak lama
hidup dalam dunia, mengapa mencari kesulitan!"
Ho Hay Hong terkejut, cepat dia menanya: "Apa
art inya ucapan Tot iang ini ?" “Tahukah kau bahwa jiwamu dalam bahaya?" kata
Hud sim Tot iang sambil menghela napas.
"Apa betul demikian hebat?"
"Hingga sekarang kau masih belum sadar, ini
merupakan suatu bukt i bahwa hidup manusia ditangan
Tuhan, t idak dapat dipaksa oleh tangan manusia! Semula
kau mendapat luka berat didalam tubuhmu, seharusnya
kau beristirahat baik, untuk menyembuhkan lukamu,
atau set idak-tidaknya mencegah jangan sampai lukamu
semakin parah. Ah tetapi adatmu yang keras, bukan saja
t idak mau memelihara badanmu sebaik-baiknya bahkan
menggunakan kekuatan tenaga dalam mu, sehingga
lukamu menjadi semakin parah Aih, sekarang sudah
terlambat untuk ditolong."
"Ucapan Tot iang ini berdasar atas apa?"
"Partai Ceng shia pay adalah satu partai yang terkenal
dengan ilmunya obat-obatan, pinto sendiri sudah t iga-
puluh tahun lebih mempelajari ilmu ketabiban. Pinto
yakin segala luka dan penyakit t idak akan lolos lari mata
pinto. Pertanyaanmu ini sesungguhnya terlalu bodoh !"
Ho Hay Hong mengerutkan alisnya, diam-diam
berpikir: ’buat aku sendiri, mati t idak menjadi soal, tetapi
bagaimana dengan kitab garuda sakt i ini ?’
Tiba-tiba ia ingat kitab garuda sakt inya yang menjadi
milik suhunya. Karena suhunya itu suruh ia mencari It Jie
Hui-kiam, guna mencari tahu ayah bundanya. Ia
menduga pasti orang tua itu kenal betul dengan ayah
bundanya. Mengapa ia t idak menanyakan padanya,
kemudian kitab itu diberikan padanya supaya
dikembalikan kepada suhunya ? Ia juga ing in sekali mengetahui di mana ayah
bundanya, maka tanpa banyak pikir lagi ia lantas berjalan
menghampiri It-jie Hui kiam dan berkata padanya
dengan suara perlahan:
"Cianpwee, boanpwee ingin minta keterangan yang
sebenarnya !"
Ia mengucapkan kata-katanya sambil menggulung
lengan bajunya, tanda cacah burung garuda ditangannya
itu ditunjukan pada It- jie Hui-kiam.
It Jie Hui-kiam yang menyaksikan tanda itu, sesaat
lantas tertegun.
Setelah berusaha keras menahan getaran jantungnya,
orang tua itu berkata:
"Siapa namamu ?"
"Boanpwee Ho Hay Hong," jawabnya terus terang.
"Siapa suruh kau mencari aku ?"
Waktu orang tua itu mengucapkan perkataannya,
suaranya gemetar, jelas bahwa jantungnya berdebar
keras.
Ketika orang tua itu mengerutkan alisnya. Ho Hay
Hong melihat sepert i usianya mendadak bertambah tua
sepuluh tahun, Ia diam-diam merasa heran, entah hal
apa yang membuat jago dari utara itu mendadak sedih ?
Ia tahu bahwa dalam persoalan yang menyangkut
dengan dirinya, pasti ada sebab musababnya dengan
jago tua itu, maka lantas menjawab dengan terus terang:
"Dewi ular dari gunung Ho lan-san !" "Dewi ular dari gunung Ho-lan-san.?" It Jie Hui kiam
berkali-kali menyebut nama itu, "siapakah sebetulnya
orang itu ? Aku t idak kenal padanya !"
"Ia adalah suhu boanpwee!" jawab Ho Hay Hong agak
kecewa.
"Suhumu itu lelaki ataukah perempuan?"
"Suhu termasuk yang belakangan"
It Jie Hui kiam mengamat-amati wajah Ho Hay Hong
sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang:
"Mari kau ikut aku . . ."
Ho Hay Hong mengikuti It-jie Hui-kiam berjalan turun
dari atas panggung pertandingan langsung menuju
kesebuah gedung bertingkat . Ketika ia menampak It Jie
Hui kiam mengeluarkan air mata, hat inya juga merasa
pilu, tetapi ia t idak tahu mengapa orang tua itu
menangis?
Tiba di ruangan tamu, ia persilahkan duduk. Saat itu It
Jie Hui kiam sepert i seorang yang sudah kehilangan
semangat, duduk diatas kursinya sambil berpikir,
agaknya sedang mengenangkan apa yang telah terjadi
dimasa yang lampau . . .
Ho Hay Hong t idak berani mengganggu sebentar
kemudian, jago tua itu perlahan angkat muka, dan
berkata sambil menghela napas:
"Semua ini adalah salahku, kesalahan yang berakibat
suatu dosa Kau jangan tanya, akan kuceritakan
padamu."
"Dahulu, ada seorang berandal bulim yang
menamakan dirinya Manusia tanpa bayangan. Baru beberapa bulan ia muncul di kalangan Kang ouw, tetapi
sudah menggentarkan seluruh rimba persilatan daerah
utara, ia t idak menentu jejaknya, perbuatannya selalu
membasmi kejahatan dan membantu rakyat yang
tertindas, sehingga mendapat penghargaan dan
penghormatan dari rakyat jelata."
"Tidak lama kemudian, ia telah menyatakan hendak
mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. diwaktu hari
upacara cuci tangan, banyak sahabatnya yang datang
memberi selamat, tetapi diantaranya juga ada musuhnya
yang paling lihay.
”Musuhnya itu sudah lama terkenal dengan
kejahatannya, ia pernah mendapat luka-luka ditangan
Manusia tanpa bayangan. Selanjutnya t idak berani unjuk
muka, tetapi bertekun melatih diri, hendak menuntut
pembalasan.
”Beberapa tahun kemudian, setelah pelajaran ilmunya
yang berhasil ia keluar lagi dan datang mencari manusia
tanpa bayangan.
"Menurut peraturan dunia Kangouw seorang Kang-
ouw yang sudah menyatakan cuci tangan sudah
dianggap meninggalkan dunia Kangouw. dan segala
permusuhan yang lalu dianggap habis semua.
”Tetapi musuh itu tetap t idak mau mengerti, ia
sesumbar bahwa dalam lima kali pukul sudah cukup
menyelesaikan urusannya, Apabila dalam lima kali pukul
t idak berhasil membinasakan lawannya, ini berarti ia
sendiri yang akan membereskan dirinya sendiri.
”Dalam keadaan terpaksa Manusia tanpa bayangan
mengumumkan dihadapan semua sahabat sahabatnya tentang permusuhan itu. ia juga bersedia menyelesaikan
urusan itu dalam batas waktu lima jurus.
”Demikianlah kedua pihak dibawah orang banyak
sebagai saksi mengadakan pertempuran mati-mat ian.
"Akhirnya musuh itu meski sudah bertekun melatih
ilmu beberapa tahun, masih belum sanggup menjatuhkan
lawannya. Dengan adanya yang keras, seket ika itu juga
lantas bunuh diri.
”Karena soal itu sudah selesai, Manusia tanpa
bayangan mengundurkan diri dengan hat i lega, set iap
hari kerjanya mendidik anak-anaknya dan hidupnya juga
berbahagia.
”Tak disangkanya anak perempuannya yang sulung
ketika berusia tujuh belas tahun, telah mengalami
kejadian diluar dugaannya. Anak perempuan itu memang
seorang yang suka bergerak, tapi sejak suatu hari ia
keluar rumah dan waktu malam baru pulang,
kelakuannya sangat banyak berubah. Setiap hari ia
menutup pintu dan selalu nampak murung.
”Manusia tanpa bayangan yang menyaksikan
perubahan anak perempuannya, semula diam saja, tetapi
lama kelamaan ia t idak sabar lagi.
”Pada suatu malam, ia panggil menghadap anaknya
itu, dan ditanyakan apa sebabnya selalu murung? Semula
anak itu t idak mau memberi keterangan, tetapi setelah
didesak oleh ayahnya, akhirnya mengaku.
”Ternyata anak perempuan itu diluaran mempunyai
seorang kawan laki-laki, yang menjadi kekasihnya.
Karena t idak tertahan goda hat i muda, akhirnya melakukan hubungan gelap, dan kini gadis itu sudah
mengandung.
"Dalam keadaan sudah terlanjur seperti itu, Manusia
tanpa bayangan hanya dapat mendamprat anaknya,
kemudian suruh ia memanggil kawan lelakinya itu datang
menghadap sang ayah itu ingin melihat apakah lelaki itu
ada harganya atau t idak."
"Tak lama kemudian, kawan laki anaknya itu benar
saja datang menghadap. Manusia tanpa bayangan yang
menyaksikan anak laki sopan santun, diam-diam merasa
girang, juga bersedia menerima padanya sebagai
menantu.
”Apa mau, satu kejadian yang t idak sangka sangka
telah terjadi. Diwaktu diadakan pesta makan minum, laki-
laki tampan bakal menantu Manusia tanpa bayangan itu
dalam mabuknya telah mencari keterangan urusan yang
sudah lain, bahkan mengejek manusia tanpa bayangan
sebagai seorang yang t idak baik kelakuannya.
”Manusia tanpa bayangan yang dimasa mudanya
mendapat nama baik dikalangan Kang ouw, ketika
mendengar ucapan t idak beres itu, sedapat mungkin
kendalikan diri dalam medan pesta itu ia t idak berani
minum arak, dengan kepala dingin memperhat ikan
maksud ucapan bakal menantunya itu."
"Pemuda itu sembari minum arak telah membeberkan
sifat-sifatnya sendiri yang busuk dan akhirnya dengan
mata melotot ia memberitahukan bahwa ia adalah anak
laki-laki musuhnya manusia tanda bayangan, maka
kedatangannya itu hendak menuntut balas dendam. ”Manusia tanpa bayangan yang mendengar ucapan
itu, bukan kepalang terkejutnya. Akhirnya mereka
bertempur sengit dengan beruntun pemuda itu
melancarkan serangan pedang dan tangan kosong yang
ganas tetapi semua dapat dielakkan oleh Manusia tanpa
bayangan.
”Ketika manusia tanpa bayangan hendak melakukan
serangan pembalasan, pemuda itu mengetahui gelagat
t idak baik lantas melarikan diri, meninggalkan anak
perempuan Manusia tanpa bayangan yang remuk redam
hat inya.
"Kejadian itu menyulitkan Manusia tanpa bayangan,
sebab anak perempuannya sudah mengandung dengan
anak laki laki bekas musuhnya, kemudian hari anak yang
akan dilahirkan pasti juga mengandung darah
permusuhan."
"Setelah mengalami pukulan hat in yang sangat hebat
itu, anak perempuannya perlahan-lahan berubah
pikirannya segera orang gila, ket ika Manusia tanpa
bayangan mengetahui perubahan itu, ternyata sudah
terlambat.
”Entah dengan kabar dari siapa, anak perempuannya
itu pada suatu malam telah melarikan diri, pergi
kegunung Kat nia untuk menjadi isteri si Kakek penjinak
garuda.
”Manusia tanpa bayangan menyusul kegunung Kat nia
hendak mencegah, tapi kakek penjinak garuda ada
menerima padanya sebagai isteri, hingga sang ayah
terpaksa balik kembali dengan hampa." "Selama itu, pemuda musuhnya itu pernah datang
kerumah manusia tanpa bayangan dua kali, pertama kali
bertempur lagi dengan Manusia Tanpa Bayangan sampai
beberapa puluh jurus, t idak ada yang kalah dan yang
menang, dengan perasaan marah ia pergi.
”Kedua kali datang ia menyatakan hendak menghapus
semua permusuhan yang sudah lalu, dan bersedia
menikahi anak perempuan Manusia tanpa bayangan,
tetapi perempuan itu kini sudah menjadi istri si-kakek
penjinak Garuda, dalam marahnya Manusia tanpa
bayangan telah membeberkan semua, apa sebabnya
anak perempuannya sampai mengambil keputusan itu.
”Pemuda itu setelah mendengar keterangan itu,
wajahnya berubah seketika, agaknya sangat menyesal,
terkejut dan marah, hingga ia pergi lagi dan selanjutnya
t idak muncul lagi, entah kemana perginya."
"Tak lama kemudian, anak perempuan manusia tanpa
bayangan telah melahirkan sepasang anak kembar laki-
laki. Kakek penjinak garuda rupanya girang sekali, tanda
burung garuda yang dibuat bangga selama hidupnya
telah dicacahkan diatas lengan dua bayi itu.
”Tetapi, keberuntungannya kakek itu t idak
berlangsung lama, entah apa sebabnya, pada suatu hari,
ketika kakek itu pulang dari pesiar t iba-tiba marah besar.
”Orang utan yang menjaga rumahnya dibunuh, tujuh
ekor burung garuda kesayangannya dilepaskan semua,
dan memaki isterinya t idak set ia, akhirnya berlalu
meninggalkan rumah tangganya"
Berkata sampai disitu, It Jie Hui-kiam memesut air
matanya yang mengalir keluar, jantung Ho Hay Hong yang mendengar cerita kisah menyedihkan itu, samar-
samar sudah jauh mengert i bahwa kisah itu menyangkut
dirinya sendiri.
Ia merasa seperti disambar pet ir, matanya berkunang-
kunang, otaknya ruwet, hampir saja ia jatuh pingsan.
It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya:
"Perempuan yang bernasib malang itu dengan hat i pilu
dia membawa dua oroknya pergi mencari suaminya,
dengan susah payah ia mencari dimana-mana hampir
semua gunung dan lautan sudah didatangi, tetap selama
dua tahun ia mencari, masih t idak berhasil menemukan
suaminya. Apa mau ia sendiri lantas jatuh sakit .
"Ia tahu benar sudah t idak ada harapan hidup lagi,
dengan sisa tenaganya yang masih ada, ia pergi mencari
kawan akrabnya semasa masih kanak-kanak,
diberitahukannya semua pengalamannya dan
menyerahkan kedua anaknya itu kepadanya, dan ia
sendiri kemudian menutup mata untuk selama-lamanya."
It Jie Hui kiam tidak sanggup melanjutkan ceritanya, ia
menangis seperti anak kecil.
Ho Hay Hong t iba-tiba berkata: "Ibu." Semangatnya
mendadak runtuh, jantungnya berdebar keras, lalu jatuh
tengkurap dan tak ingat orang orang lagi.
Entah beberapa lama telah berlalu, ket ika ia perlahan-
lahan sadar kembali, hari sudah malam. Diluar angin
meniup kencang, ia seperti orang bingung, otaknya
kosong melompong.
It Jie Hui kiam masih belum berlalu, dengan suara
lemah lembut: "Anak, tanda burung garuda dilenganmu itu suatu
bukt i bahwa kau adalah keturunanku yang terdekat ."
Ho Hay Hong yang sudah sepert i orang linglung,
ucapan It Jie Hui kiam hanya masuk kedalam telinganya,
tetapi t idak mengert i maksudnya. Lama ia duduk
termenung, baru pelahan-lahan membuka mulut .
"Aku sudah hampir mati, barang ini tolong locianpwse
sampaikan kepada suhuku Dewi ular dari gunung Ho lan-
san, dia adalah teman karib ibu dimasa hidup."
Ia mengeluarkan salinan kitab ilmu silat garuda sakt i,
diberikan kepada It Jie Hui Kiam dan berkata pula.
"Kitab ini mungkin barang yang dibawa keluar oleh ibu
dari gunung Kat nia, jikala locianpwee t idak dapat
menemukan suhu boleh simpan saja sebagai barang
peringatan!"
"Kau t idak akan mati. Hud sim Tot iang sudah
menyembuhkan penyakitmu." berkata It-jie Hui kiam
sambil menggelengkan kepala.
Mendengar perkataan itu, Ho Hay Hong lompat
bangun dan bertanya:
"Benarkah?"
Belum lagi It Jie Hui kiam menjawab, sudah didahului
oleh gadis baju ungu:
"Kalau kau t idak percaya, kau boleh coba bernapas,
betul luka dalam dada sudah sembuh atau belum ?"
Ho Hay Hong kini baru tahu bahwa dalam ruangan itu
kecuali It Jie Hui kiam masih ada gadis berbaju ungu,
Hud sim Tot iang, orang tua kuras t inggi, orang tua
berambut pendek dan diapun anggauta pasukan angin puyuh serta laki-laki setengah umur berpakaian kuning
yang dikenalnya sebagai suhengnya gadis berbaju ungu
itu.
Ia merasa sangat malu, tetapi ia tahu bahwa orang-
orang itu memandang dirinya dengan kacamata lain,
mungkin karena pengaruhnya It Jie Hui kiam.
"Dada kirinya terdapat tanda jari tangan yang biru, itu
adalah perbuatannya pemimpin Liong houw hwee. Thian
lam Lo jin, tanda itu adalah serangannya dengan ilmu
khi-kangnya yang dinamakan Siao ciu thian khie kang
yang membuat namanya terkenal. Set iap orang yang
pernah diserang olehnya pasti meninggalkan bekas
tapakan tangannya!"
Begitu mendengar keterangan Hut si Tot iang, delapan
anggauta pasukan Angin puyuh mendadak lompat
bangun dan berkata dengan suara serentak:
"Liong houw hwee juga begitu berani sewenang-
wenang, kita sekarang hendak pergi membuat
perhitungan dengan mereka !"
Tetapi maksud mereka itu dicegah oleh It Jie Hui
kiam, katanya sambil menggeleng kepala:
"Saudara-saudara silahkan duduk dulu, soal ini lambat
atau cepat harus kita bereskan, tidak perlu tergesa-gesa.
Kabarnya digunung Soat giam-san set iap tengah malam
memancarkan sinar berkilauan yang bisa dilihat dari
tempat jauh. Mungkin disitu terdapat benda pusaka,
malam ini kau delapan orang coba mendaki gunung itu,
untuk pergi melihat apa sebetulnya benda itu !" Delapan orang itu menerima baik perintah
pemimpinnya, lalu dengan serentak meninggalkan
ruangan.
Gadis berbaju ungu itu mendadak berkata:
"Kongkong, aku juga hendak pergi !" It Jie Hui kiam
mengerutkan keningnya, baru hendak menjawab, gadis
itu sudah bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Kau mau pergi atau t idak ?"
"Aku mungkin t idak sempat !" jawab Ho Hay Hong,
tetapi ket ika melihat gadis itu menundukkan kepala
dengan perasaan kecewa, segera memberi penjelasan:
”tetapi kalau kau t idak ada kawan, aku boleh menemani
kau !"
Gadis itu lantas berkata sambil tertawa: "Bagus,
kongkong, ia bersedia menemaniku, kongkong izinkan
atau t idak ?"
"Kau ini memang nakal, baiklah. malam ini biar kau
pergi pesiar, tetapi harus berlaku hat i-hati, sekarang
keadaan kurang aman. t idak sepert i dulu" menjawab It
Jie Hui kiam sambil tertawa.
"Aku tidak takut , para toako dari pasukan Angin puyuh
semua merupakan orang yang kesohor namanya, siapa
berani mengganggu? Apalagi Ho koko juga pandai
menggunakan ilmu pedang terbang, asal ia
mengeluarkan pedang pusakanya, musuhnya past i
gemetaran!" berkata gadis baju ungu sambil tertawa.
Ho Hay Hong yang jarang mendapat perlakuan
hangat, mendapat perlakuan mesra seperti itu, sudah
tentu merasa senang, apalagi orang yang berlaku mesra
itu adalah satu gadis cant ik manis bagaikan bidadari. It Jie Hui-kiam dengan muka berseri-seri bertanya
padanya:
"Hay Hong. usiamu sudah cukup besar diluar kau
sudah mempunyai pandangan kawan wanita atau
belum?"
Mendengar pertanyaan itu, wajah Ho Hay Hong merah
seket ika, ia lihat gadis berbaju ungu itu mengawasi
dirinya dengan sinar matanya yang tajam, agaknya
sangat perhat ikan urusan itu.
"Aku belum pernah memikirkan soal itu !" demikian
jawabnya.
"Perlukah bantuan kongkongmu untuk mencarikan ?"
Gadis baju ungu itu t iba t iba nyeletuk. "Kau siorang
tua selalu suka menggoda orang, jalan, mari kita jalan
jangan hiraukan dia."
Sehabis berkata demikian, ia berlalu sambil menarik
tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong merasa terharu, ia mengert i ucapan It
Jie Hui kiam tadi adalah suatu pernyataan cinta kasih dari
seorang tua terhadap cucunya. Bukan menggoda.
Dari istal kuda gadis baju ungu itu mengeluarkan dua
ekor kuda t inggi besar, kemudian berkata kepada Ho Hay
Hong sambil tertawa:
"Ho koko, seekor ini untukmu !"
"Aku tak mau naik kuda" menjawab Ho Hay Hong.
Gadis itu membuka lebar matanya dan bertanya
dengan perasaan heran.
"Benarkah kau t idak bisa naik kuda ?" Ia mengira bahwa pemuda itu merendahkan diri.
Diluar dugaannya, Ho Hay Hong menganggukkan kepala,
hingga ia benar-benar merasa heran. Sebab Ho Hay
Hong memiliki kepandaian t inggi sekali, tentunya pandai
segala ilmu, diluar dugaannya, naik kuda saja tidak bisa.
Ia berpikir sebentar, kemudian berkata "Kalau kau
t idak bisa menunggang kuda, biarlah aku menunggang
bersamamu !"
Dengan sangat lincah ia lompat keatas adanya,
kemudian menggapai Ho Hay Hong. "Lekas naik. Ho
koko!"
Sejenak Ho Hay Hong merasa ragu-ragu, akhirnya
naik juga keatas kuda.
Tiba-tiba kuda itu karena terkaget hingga melonjak
t inggi. Ho Hay Hong yang tidak berjaga-jaga hampir saja
jatuh terpelant ing dari atas kuda. Ia buru-buru memeluk
diri si nona.
Ia sudah lupa bahwa diri nona itu masih gadis, yang
belum pernah bersentuhan dengan laki laki, apalagi
dipeluk demikian rupa,maka seket ika itu ia merasa malu
sendiri, jantungnya berdebaran, mukanya merah
membara.
Tetapi entah apa sebabnya, gadis itu ternyata t idak
marah, hanya berpaling mengamat i padanya sejenak,
tanpa berkata apa apa lantas bedal kudanya.
Ho Hay Hong ingin melepaskan tangannya, apa mau
kuda itu larinya sangat pesat hingga menimbulkan
kegoncangan hebat , terpaksa ia memeluk terus. Ia kini
baru merasa menyesal yang dahulu t idak pernah belajar
menunggang kuda. Kuda dilarikan sangat pesat , dalam waktu sangat
singkat, sudah keluar pintu kota.
Gadis itu berkata padanya dengan suara pelahan:
"Para toako dari pasukan angin puyuh sudah jalan
jauh, kita harus lekas menyusul!"
Suaranya itu sangat pelahan sekali, kalau t idak
mempunyai daya pendengaran sangat tajam, susah
mendengar, Ho Hay Hong tahu bahwa perasaan malu
gadis itu masih belum lenyap, maka ia lantas menjawab:
"Ya, kita harus lekas mengejar!" Dengan t iba-tiba, dari
suatu tempat agak jauh, Ho Hay Hong dapat dengar
suara nyanyian pasukan Angin puyuh, yang sudah t idak
asing lagi baginya. Namun kali ini, diiringi suara
beradunya senjata tajam.
Gadis baju ungu itu kembali berkata dengan suaranya
yang masih tetap perlahan:
"Oh, pasukan Angin puyuh sedang bertempur dengan
musuh!"
Ho Hay Hong belum menjawab, didepan sudah ada
orang menyahut:
"Turun turun, untuk kedua kalinya kita berjumpa,
seharusnya berlaku sedikit ramah!"
Suara itu sangat asing, tetapi sangat nyaring. Gadis
baju ungu itu tercengang, kemudian berkata kepada Ho
Hay Hong:
"Lekas kita pergi, dia adalah musuh besar pasukan
Angin puyuh, namanya Te-coan hong, Tok Bu Gouw.
Orang ini muncul dirimba persilatan belum ada satu
bulan, sudah mengeluarkan ucapan terkebur, katanya hendak membasmi pasukan Angin puyuh dan It Jie Hui
kiam. Ia berkepandaian t inggi dan bernyali besar. Muncul
dan menghilangnya t idak menentu hingga saudara-
saudara pasukan Angin puyuh t idak berdaya
terhadapnya. It Jie Hui kiam juga pusing
menghadapinya."
"Benarkah demikian hebat orang itu, apa yang
diandalkan olehnya?" bertanya Ho Hay Hong heran.
"Kepandaian ilmu pedang Tee soan Sin kiam orang itu
pada dewasa ini sudah t idak ada tandingannya. Sejak
dibentuknya pasukan Angin puyuh, pertama kali jatuh
ditangannya.”
"Dengan pasukan Angin puyuh dia ada permusuhan
apa?"
"Aku tidak tahu, tetapi ia selalu datang mencari setori,
itu memang benar, Semula pasukan Angin puyuh masih
berlaku sabar, t idak menghiraukan tantangannya. Tetapi
ia semakin didiamkan semakin melunjak, sehingga
seorang sabar sepert i It Jie Hui kiam juga sampai marah.
Kedatanganmu sangat kebetulan, ilmu pedangnya Tee-
soan Sin-kiam yang sangat ampuh, hanya dengan ilmu
pedang terbang, barulah t idak akan terkalahkan!"
Ho Hay Hong terperanjat, "Barangkali aku belum
yakin."
"Kau takut ?"
"Meski aku belum yakin atas kemampuanku, tetapi
aku t idak takut !" Sehabis berkata demikian, gadis itu mendadak
menghent ikan kudanya dan lompat turun, segera diikut i
oleh Ho Hay Hong.
Kini tampak delapan anggauta pasukan angin puyuh
sedang berhadapan dengan seorang lelaki pertengahan
umur yang berwajah put ih bersih dan berambut panjang
sampai kebahu.
Dengan wajah merah dan nada suara dingin laki-laki
itu berkata:
"Siapa suka mengabarkan kepada It ji Hui kiam, aku
nant i akan ampuni jiwanya t idak akan kubunuh!"
Gadis baju ungu berkata kepada Ho Hay Hong dengan
suara perlahan:
"Ho koko, kau dengar, betapa sombongnya manusia
itu!"
Mendengar suara dan sebutan yang manis itu,
semangat Ho Hay Hong terbangun, seketika dengan
berani ia maju t iga langkah dan menegurnya:
"Tuan adalah Tee-soan hong. Tok Bu Gouw?"
Tee soan hong Tok Bu Gouw memandangnya dengan
sinar mata dingin. Dari sinar mata itu, Ho Hay Hong
mengetahui bahwa orang setengah umur itu memang
benar-benar memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah
cukup sempurna.
Tee soan hong mengeluarkan suara dari hidung, t iba-
t iba melintangkan pedangnya dan menggulungnya,
sesaat kemudian t imbullah sinar berkilauan. Ho Hay Hang terkejut. mundur t iga langkah, walaupun
ia sudah cukup gesit , tetapi tidak urung celananya masih
kesambar oleh ujung pedang.
Dengan alis berdiri Ho Hay Hong berkata kepada gadis
baju ungu.
"Boleh aku pinjam pedangmu?"
Gadis itu mengert i maksud Ho Hay Hong hendak
pinjam pedang, serta merta menjawabnya sambil
tersenyum manis:
"Kau harus berlaku hat i-hati!"
"Aku tahu!" jawab Ho Hay hong mengangguk.
Pedang gadis itu ternyata sangat berat , tapi sungguh
tepat digunakan untuk ilmunya pedang terbang.
"Tee-soan hong, jangan kira bahwa ilmu pedangmu
Tee-soan Sinkiam sudah t iada orang yang sanggup
melawan, aku siorang she Ho t idak takut padamu!"
demikian ia berkata.
Matanya ditujukan kepada ujung pedang, diam-diam
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya kepada gagang
pedang, kemudian tangannya bergerak dan pedang itu
mendadak mendengung.
Setelah mendapat kepast ian bahwa luka didalam
dadanya sudah sembuh, semakin tebal keyakinannya,
maka lantas berkata kepada anggauta pasukan Angin
puyuh.
"Toako sekalian silahkan menyingkir sebentar,
sekarang aku hendak belajar kenal dengan ilmu pedang
Tee soan Sin kiam!" Anggauta pasukan Angin puyuh rupanya masih
merasa khawatir, tetapi menurut i kehendak Ho Hay
Hong, Semua pada menyingkir kesamping, hendak
menyaksikan bagaimana anak muda itu memberi
perlawanan kepada musuh tangguh itu.
Ho Hay Hong mendadak mengeluarkan suara siulan
panjang Dengan sepenuh tenaga menyambitkan
pedangnya, hingga pedang panjang itu meluncur kearah
Tee-soan hong.
Tee soan hong juga mengerahkan tangannya, sinar
pedang ditangannya membuat lingkaran hendak
menggulung pedang Ho Hay Hong, tetapi t idak berhasil.
Ho Hay Hong mengempos kekuatan tenaga dalamnya,
pedang yang meluncur dengan cepat itu mendadak
melesat set inggi setengah kaki, kemudian memutar dan
menikam punggung Tee-soan hong.
Tee-soan hong tahu bahwa Ia salah hitung, terlalu
memandang rendah kepada lawannya yang masih muda
belia itu. Tetapi sudah agak terlambat, sebab pedang
lawannya sudah t iba dibelakang punggungnya.
Dalam keadaan tergesa-gesa, Tee soan hong segera
berbalik, pedangnya terhadap lawannya, sebab pedang
yang disambitkan itu bukanlah sepert i menyambitkan
senjata rahasia, melainkan ilmu mengendalikan pedang
yang sudah lama menghilang dari rimba persilatan untuk
menghadapi dirinya.
Sebagai seorang yang berpengetahuan luas, ia buru-
buru lompat melesat set inggi t iga tombak lebih, baru
berhasil mengelakkan serangan pedang itu.
Tetapi pedangnya sendiri sudah terjatuh di tanah. Ho Hay Hong maju selangkah, pedangnya dikedut
keatas, hingga pedang itu mengarah dua bagian jalan
darah dikaki Tee-soan hong.
Serangan kali ini lebih hebat dari yang pertama Tee-
soan hong t idak menduga lawannya yang masih muda
belia itu, ternyata memiliki kepandaian luar biasa
t ingginya.
Sehingga seket ika itu wajahnya berubah seketika.
Dengan menggunakan lengan jubahnya dikebutkan
kebawah.
Kebutan dengan lengan baju ini, adalah serangan Tee
soan hong dengan kekuatan tenaga dalam yang paling
hebat . Ho Hay Hong tertahan gerakannya oleh serangan
itu terpaksa merandek dan mundur t iga langkah.
Tee soan hong mengandalkan kesempatan itu terus
meluncur turun dan menyerang dengan t injunya.
Ho Hay Hong sangat penasaran. Selagi hendak
menyambitkan pedangnya lagi t iba-tiba hembusan angin
dari serangan jari tangan lewat dibawah ketiaknya,
langsung mengarah jalan darah Khie hay hiat Tee soan-
hong.
Tee soan-hong tahu apabila totokan jari tangan itu
mengenakan dirinya, ia pasti binasa. Tetapi ia masih
mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya yang sudah
sempurna.
Sedikitpun t idak takut, ia segera mengempos kekuatan
tenaga dalamnya keseluruh tubuhnya, untuk melindungi
seluruh tubuhnya. Dengan gerakan yang tetap t idak
berubah, masih menyerang Ho Hay Hong. Gadis baju ungu itu lantas berseru:
"Kau berani membandel!"
Kembali jari tangannya bergerak, menotok jalan darah
Tee soan hong.
Tee soan hong mendadak tarik kembali serangannya
dan menegur gadis itu:
"Budak hina kau masih pernah apa dengan It Jie Hui
kiam ? Lekas jawab!"
Dengan sinar mata penuh kebencian memandang
gadis itu, hingga gadis itu bergidik dan menundukan
kepala.
"Kau t idak perlu tahu." demikian jawabnya.
"Apakah kau muridnya It Jie Hui kiam?" bertanya Tee
soan hong kepada Ho Hay Hong.
Selagi Ho Hay Hong hendak menjawab, gadis itu
berkata ditelinganya: "Jangan beritahukan padanya,
orang itu terlalu kurang ajar!"
Ho Hay Hong tercengang dalam hat inya berpikir:
apakah antara ia dengan It Jie Hui kiam ada permusuhan
yang sangat dalam atau rahasia yang t idak diketahui oleh
orang luar?
Tee soan hong maju selangkah bertanya kepada Ho
Hay Hong sambil menudingkan ujung pedangnya:
"Lekas jawab bocah, kalau kau hendak menjadi
seorang gagah yang kesohor namanya, t idaklah patut
kau sembunyikan namamu.”
"Dia adalah familiku, kau mau apa?" jawab Ho Hay
Hong marah. "Aneh, aku hanya dengar It Jie Hui kiam hanya
mempunyai dua anak perempuan, anaknya yang sulung
dulu sudah kawin dengan kakek penjinak garuda, anak
Gadisnya yang kedua, lima tahun berselang telah
meninggal dunia karena sakit . Belum pernah dengar
mempunyai anggauta famili sepert i kau!" berkata Tee
soan hong sambil tertawa dingin:
Tee soan hong masih belum menjawab gadis baju
ungu itu sudah nyeletuk dengan heran:
"Bagaimana dia tahu bibiku, kawin dengan kakek
penjinak garuda ?."
Tee-soan-hong tertawa terbahak-bahak "Oh, kiranya
nona adalah cucu perempuan It Jie Hui kiam. Ini lebih
aneh lagi. Anak perempuan yang besar It Jie Hui kiam
t idak pernah melahirkan anak perempuan sedang anak
perempuannya yang kedua juga belum kawin, apakah
hahahaha, bagus benar didikan rumah tangga keluarga It
Jie Hui-kiam .haha"
Kata-katanya itu mengandung penuh ejekan, terutama
kata-katanya didikan rumah tangga keluarga It Jie Hui
kiam. diucapkan dengan tegas.
Ho Hay Hong diam diam bertanya tanya kepada diri
sendiri: ‘mengapa ia mendadak berubah sepert i orang
gila, seperti terpukul bathinnya.’
Gadis baju ungu itu marah ket ika mendengar
perbantahan itu mendadak maju menghampiri dan
menyerang dengan jari tangannya Tee soan-hong segera
berhent i tertawa, buru-buru lompat kebelakang gadis itu
dan menyerang dengan membalikkan tangan. Gadis itu t idak menduga akan diserang dengan cara
demikian, setelah mengeluarkan suara jeritan, badannya
lemas dan rubuh dalam pelukan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru menghadapi dan berkata Tee
soan hong dengan suara gusar:
"Tee soan hong, kau benar-benar sudah turun tangan
jahat kepadanya?"
Wajah gadis pada saat itu tampak pucat pasi, matanya
dipejamkan, mulutnya merint ih, ia berkata dengan suara
terputus-putus:
"Ho koko, aku terluka. parah"
Ho Hay Hong segera naik darah, sambil mengeluarkan
suara bentakan keras, pedangnya di sambitkan kepada
Tee soan hong.
Tee soan hong tahu hebatnya serangan anak muda
itu, dengan mengempit pedangnya badannya
bergulingan di tanah, hingga tanah dan batu-batu pada
berterbangan tidak tertampak orangnya.
Delapan anggauta pasukan Angin puyuh yang sudah
kenal baik semua sepak terjang Tee soan hong, buru-
buru memperingatkan Ho Hay Hong:
"Ho siaohiap lekas mundur, itu adalah ilmu pedang
Tee soan hong Sin kiam!"
Ho Hay Hong meskipun terkejut, tetapi ia t idak mau
mundur begitu saja. Diam-diam ia mengerahkan
kekuatan tenaga dalamnya, pedang yang disambitkan itu
ketika berada ditengah jalan, t iba-tiba melesat dengan
pesat, dengan menembus putaran pedang Tee soan
hong menyerang orangnya. Suara ser ser terdengar nyaring. Tee-soan hong
mendadak lompat melesat set inggi lima enam tombak,
berkata dengan suara:
"Bocah dari Ngo-bie, benarkah kau berani bermusuhan
denganku?"
Saat itu delapan anggauta pasukan Angin puyuh
sudah tahu bahwa lengan baju Tee-soan-hong sudah
berlubang. Lengan tangannya terluka. darah bertetesan
membasahi bajunya. Jelas bahwa luka itu bekas
serangan pedang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong t idak menghiraukan pertanyaan Tee
soan-hong, lagi sekali mengempos tenaganya,
menggerakan pedangnya. Pedang itu bagaikan naga
terbang dari atas menukik kebawah, kemudian melayang
lagi keatas, mengarah tapak kaki Toe-soan hong.
Sudah dua kali Tee-soan hong menghadapi serangan
hebat ilmu pedang terbang Ho Hay Hong, hingga
kesombongannya lenyap seketika, ia t idak berani
memberi perlawanan lagi, dengan terbirit-birit kaburkan
diri.
Pasukan Angin puyuh mendadak memencarkan diri,
membuat satu lingkaran, mengurung Ho Hay Hong
dengan serentak berkata.
-oo0dw0ooo-
Bersambung Jilid 15

Jilid 15 ”HO SIAOHIAP, harap ingat baik-baik pantangan dunia
Kang ouw jangan mengejar musuh yang melarikan diri
kedalam rimba!"
"Kalian rela membiarkan musuh besar itu kabur ?"
demikian Ho Hay Hong balas menanya dengan perasaan
heran.
"Bukan begitu, tetapi itu adalah pantangan dalam
dunia Kang ouw, kita t idak boleh melanggar!" jawab
mereka.
Ho Hay Hong mengawasi bayangan Tee soan hong
yang pelahan-lahan menghilang tempat gelap
menggumam sendiri. ”Jangan membohongi aku! Dari
sikap kalian, sudah jelas menunjukan isi hat i kalian. Aku
pikir kalian sengaja melepaskan musuh besar itu dengan
dalih yang kalian kemukakan tadi, tentunya ada
tersembunyi sebab sebab yang kalian t idak dapat
menjelaskan secara terang-terangan. Benarkah ucapanku
ini?"
Delapan anggota pasukan angin puyuh itu diam saja,
t idak berani menjawab.
Ho Hay Hong merasa t idak senang, sinar matanya
yang tajam menyapu orang-orang itu kemudian berkata:
"Dengan sebetulnya, kalian delapan orang, setiap
orang memiliki kepandaian yang cukup t inggi, juga
bernyali besar. Meskipun Tee Soan hong Tok Bu Gouw
kuat dan berkepandaian t inggi, tapi belum tentu bisa
mengalahkan kalian dengan mudah. Jikalau dugaanku
t idak keliru, toako sekalian jelas sengaja mengalah."
Mendengar celaan itu, delapan anggota pasukan Angin
puyuh itu agaknya t idak dapat menahan sabar lagi selain memandangnya dengan wajah keren, dengan serentak
berkata:
"Ho siaohiap jangan coba mencari-cari sebabnya, kita
bert indak hanya menurut perintah saja, maaf kita t idak
bisa menjawab?"
"Apakah itu perintahnya It Jie Hui kiam locianpwee?"
Delapan orang itu saling memandang, kemudian
melompat keatas kuda masing-masing, barulah
menyahut:
"Maaf. kita masih perlu segera berangkat ke gunung
Siau giam-san untuk menyelidiki benda pusaka itu. Kalau
siaohiap suka boleh segera berangkat !"
Ho Hay Hong terheran-heran tetapi orang-orang itu
semua menutup mulut. Ia juga t idak berdaya. Terpaksa
menjawab sambil menggelengkan kepala:
"Siaote t idak bisa pergi, ia terluka parah perlu lekas
ditolong."
Baru berkata sampai disitu, suatu pikiran aneh
terlintas dalam otaknya: ”Gadis itu adalah cucu
perempuan It Jie Hui kiam, dan orang-orang itu
melakukan tugasnya atas perintah It Jie Hui kiam,
seharusnya, betapapun pentingnya urusan itu, tokh t idak
lebih pent ing dari pada jiwa cucu perempuan
pemimpinnya, dan sudah seharusnya pula kalau mereka
ambil perhatian. Tetapi, mengapa mereka berlalu
demikian dingin, bahkan nampaknya acuh tak acuh,
sedangkan menanya sajapun t idak.” Sementara masih berpikir, delapan anggota pasukan
angin puyuh itu sudah bedal kuda masing-masing
meninggalkan dirinya.
Ho Hay Hong diam-diam menghela napas, dengan
membimbing gadis baju ungu, pulang kembali kerumah.
Dalam perjalanan ia selalu berpikir: ”dari rumah ia dalam
keadaan sehat dan baik-baik. Sekarang pulang dalam
keadaan terluka. Kalau kongkongnya tahu, bukankah
anggapan aku t idak mampu melindungi
keselamatannya?”
Sebagai orang gagah yang berjiwa ksatria, ia bersedia
memikul tanggung jawab dan sendiri! Demikianlah Ia
sambil mengepal-ngepal t injunya, berkata kepada diri
sendiri: "Tidak bisa, aku harus jaga nama baikku, aku
harus mengandalkan tenagaku sendiri, untuk
menyembuhkan lukanya!"
Gadis baju ungu yang mendengarkan ia berkata
seorang diri, bertanya dengan perasaan heran:
"Apa yang kau katakan?"
Ho Hay Hong buru-buru menggunakan kesempatan itu
balas menanya:
"Apa kau suka kalau aku dipandang enteng oleh
orang?"
"Sudah tentu t idak suka!" jawabnya singkat, dengan
perasaan semakin heran ia balas menanya: "Mengapa
kau bertanya demikian Ho koko?"
"Kau terluka parah, kalau aku antar kau pulang, ini
berarti akan mengunjukkan kelemahanku, yang t idak
mampu melindungi keselamatanmu. Maka aku pikir jangan pulang dulu, nant i setelah lukamu sembuh, baru
pulang. Dengan demikian, kita tidak sampai dihina orang
kau anggap bagaimana?"
"Baiklah, Ho koko, kau ingin bagaimana, terserah
pikiranmu sendiri." jawab si gadis sambil tersenyum.
Waktu ia mengucapkan jawaban demikian, wajahnya
kemerahan-merahan hingga tampaknya semakin
menggiurkan.
Ho Hay Hong yang menyaksikan sikap demikian,
jantungnya mendadak berdebar keras. Dalam
perjalanannya menuju kedaerah Tionggoan kali ini,
dengan beruntun ia sudah berkenalan dengan t iga gadis
cant ik, hal itu sesungguhnya belum pernah diimpikannya.
Tiga gadis cant ik yang dikenalnya itu masing-masing
memiliki sifat tersendiri. Dalam soal kecant ikan, kalau ia
suruh memilih sesungguhnya berat untuk mengadakan
pemilihan. Tetapi kini ia merasa bahwa gadis baju ungu
itu dalam segala hal selalu mengiringi kehendaknya, ini
merupakan t ipenya seorang wanita yang bersifat wanita
penurut .
Lengannya memeluk erat erat pinggang gadis itu,
dalam waktu singkat , sifat halus gadis itu berhasil
memikat hat i Ho Hay Hong.
Ia berusaha melupakan gadis kaki telanjang, tetapi
t idak berhasil.
Oleh karenanya, ia ingin coba menenangkan
pikirannya meskipun dalam pelukannya terdapat tubuh
seorang gadis cant ik, namun t idak berani t imbul pikiran
yang bukan-bukan. "Nona sejak kecil kau dilahirkan disini, tentunya
mengenal baik keadaan disini. Tahukah kau dimana ada
tabib pandai?" demikian ia bertanya kepada sinona.
"Di kota sebelah barat . Kek Seng To si seng adalah
akhli penyakit bagian dalam, ia sanggup menyembuhkan
segala luka dalam tetapi..." menjawab sang gadis tetapi
ia mendadak mengerutkan keningnya dan berkata pula:
"luka dalam tubuhku ini terkena pukulan t inju dengan
menggunakan ilmu Khie kang tabib biasa t idak bisa
menolong."
"Ya, kita harus mencari tabib pandai yang juga pandai
ilmu silat!"
"Dengan terus terang ditempat ini mestinya t idak ada
orang pandai luar biasa!"
"Kalau begitu kita terpaksa minta pertolongan kepada
Hud-sim Tot iang, betul t idak?"
"Ini kurang baik, mungkin lantaran aku, nant i akan
mencemarkan nama baikmu."
"Lukamu pent ing, harus segera diobat i. Bila aku
sendiri t idak berarti apa-apa. Asal kau selamat, hat iku
merasa lega !"
Gadis itu menundukkan kepala, hatinya goncang.
"Tidak apa, aku pelahan-lahan bisa sembuh."
"Kalau dari semula aku tahu Tee soan-hong seorang
demikian ganas, kau tadi bunuh mati saja dia dengan
pedang terbangku, sekalipun aku harus menghamburkan
banyak tenaga!"
Mendadak ia ingat sesuatu katanya pula: "Mengenai diri orang itu, aku merasa sangat curiga.
Sebab jelas para toako dari pasukan Angin puyuh,
mempunyai cukup kekuatan menundukkan dia, tetapi
tokoh-tokoh itu nampaknya selalu mengalah. Bahkan
t idak mengizinkan aku mengejar, ketika ia terluka
ditanganku, dengan dalih yang t idak masuk akal. Hal ini
aku benar-benar t idak mengert i. Tetapi aku percaya nona
pasti lebih mengert i dari padaku, bolehkah kau
memberitahukan sedikit saja sebab musababnya ?"
Gadis itu membuka matanya lebar-lebar. "Kau terlalu
banyak pikiran Tee soan hong itu sejak muncul dirimba
persillatan daerah utara, belum pernah mendapat
tandingan. Sudah lama namanya disegani oleh orang-
orang rimba persilatan. Kabarnya pada waktu yang
belakangan ini, lantaran hendak merebut kedudukan.
Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara, telah
bentrok dengan kepala penyamun Kay see Kim kong.
Kepala penyamun ini karena mengetahui kepandaian Tee
soan hong t inggi sekali, pernah mengalah t idak berani
berbuat apa-apa. Coba kau pikir, dengan orang sepert i
Kay see Kim kong yang biasa melakukan kejahatan dan
keganasan, tokh masih mengalah terhadapnya,
jangankan pasukan Angin puyuh."
"Bukankah kau pernah katakan bahwa Tee soan hong
belum lama muncul di dunia rimba persilatan, mengapa
sekarang kau katakan sudah lama namanya terkenal ?"
"Mungkin aku salah kata."
"Aku tahu nona hat inya lembut, t idak mungkin salah
kata. Pasti ada rahasia yang kau t idak inginkan aku
tahu." "Perlu apa diungkat lagi? Semua ini untuk
kebaikanmu."
"Hal ini ada hubungan apa denganku?"
Gadis itu menggelengkan kepala, t idak menjawab,
matanya berkaca-kaca.
"Kau past i t idak pandang mata aku yang tidak berguna
ini, maka ada banyak rahasia t idak memberitahukan
padaku!" berkata Ho Hay Hong sambil tertawa getir.
Mendengar perkataan itu, gadis itu angkat muka dan
berkata:
"Ho koko, mengapa kau berkata begitu. Mana aku
mempunyai pikiran begitu?"
Sewaktu ia mengucapkan perkataan itu, wajahnya
mengunjukan perasaannya yang pilu, jelas bahwa ia
memang t idak mempunyai pikiran demikian. Ia sepert i
tersinggung perasaannya, sehingga tanpa disadari sudah
mengeluarkan air mata.
Ho Hay Hong berusaha keras mengendalikan
perasaannya, katanya.
"Kau t idak mau menerangkan ya sudah, aku mau
mencari Tee soan hong sendiri untuk menanyakan
padanya."
"Aku Ingat , ditempat dekat ini ada seorang tabib
pandai, sudah banyak mengobat i orang-orang rimba
persilatan yang terluka dalam maupun luar. Tetapi
adanya sangat aneh, ia t idak mau menerima bayaran,
kalau t idak dibayar dengan pedang pusaka atau benda
mustika lainnya ia t idak mau menyembuhkan
penyakitnya." Ho Hay Hong menghela napas, t idak berkata apa-apa,
hanya bertanya:
"Dia bernama siapa?"
"Dia adalah familie jauh Kay see Kim-kong, nama
julukannya Hoa chiu Hwa tho, dahulu ia belajar ilmu silat
dan ilmu tabib dikelenteng Koan-im Sin bio, gunung Kie
lian san. ia sudah mendapat semua warisan pemimpin
kelenteng itu, Chie chiu Sin kun, tetapi adanya keras dan
suka membawa caranya sendiri, maka sudah beberapa
kali Kay see kim kong mengundang selalu t idak berhasil"
"Orang itu sudah berani menggunakan nama julukan
Hoa chiu Hwa tho, ilmunya dalam ketabiban tentunya
luar biasa. Lukamu meski parah, barangkali juga masih
bisa disembuhkan. Mari kita lekas mencarinya!"
Tetapi setelah berkata demikian, ia merasa menyesal
katanya pula sambil menghela napas: "Kita minta obat
sepert i minta belajar ilmu kepandaian, sedikitpun t idak
boleh memaksa. Aku t idak memiliki barang pusaka apa-
apa, bagaimana bisa menginjak rumahnya?"
"Kau t idak perlu gelisah, disini aku masih mempunyai
barang peninggalan ayahku, mungkin dapat kita
gunakan!"
Dari lehernya ia melepaskan liont in kalungnya yang
merupakan sebuah batu giok, ia letakan di tangannya
dan dielus-elusnya, entah apa sebabnya, perasaan sedih
t imbul seketika, hingga matanya kembali berkaca-kaca.
"Ini adalah barang pusaka satu-satunya peninggalan
keluargaku. It-jie Hui kiam kongkong berikan padaku,
suruh aku pakai sejak aku mengert i urusan. Dia pesan padaku supaya menggunakan barang ini untuk mencari
keterangan tentang diriku."
Mendengar perkataan itu. Ho Hay Hong terkejut.
"Apa? Kau bukan cucu perempuan It Jie Hui kiam?"
"Tee soan hong, Tok Bu Gouw juga pernah berkata si
orang tua hanya mempunyai dua anak perempuan, yang
satu sudah kawin dengan Kakek penjinak garuda, satu
lagi meninggal dunia karena sakit , bagaimana kau bisa
menjadi cucu perempuannya?"
"Batu giok ini adalah barang peninggalan keluargamu,
betapa pent ingnya bagimu, janganlah lantaran aku, kau
bikin hilang. Aku kehilangan muka t idak menjadi soal,
bagaimanapun juga aku tokh bukan seorang besar yang
sudah kesohor namanya. Kau simpan barangmu, jangan
kau berikan kepada Ho chiu Hwa tho!"
"Orang laki-laki t idak dibandingkan dengan orang
perempuan, yang terpent ing adalah nama baik. Kau
berkepandaian t inggi, mungkin bisa menjadi seorang
besar, jangan lantaran aku kau lantas putus asa!"
Ho Hay Hong sangat terharu mendengar ucapan itu,
dalam hat inya berpikir: "kau perlakukan aku sedemikian
baik, bagaimana aku harus membalas budimu?"
Memasukkan tangannya kedalam sakunya
mengeluarkan kitab Salinan ilmu silat garuda sakt i dan
sepotong batu kaca yang ia dapatkan dari dasarnya
danau Liok ing ouw. berpikir bulak balik, kecuali kitab
salinan ilmu silat garuda sakti yang masih ada harganya,
sudah tidak ada barang apa-apa lagi. Tetapi kitab Ilmu silat garuda sakt i itu adalah milik
suhunya, ia tidak berhak memberikan kepada orang lain.
Dalam sengitnya, batu kaca itu dilemparkannya ketempat
jauh, pikirnya barang itu sudah lama disimpannya, tapi
tokh t idak ada gunanya.
Diluar dugaannya, batu kaca itu ketika berada diatas
batu keras, mendadak mengeluarkan sinar terang,
kemudian menggelinding ke dalam rerumputan.
Ho Hay Hong tertarik oleh kejadian gaib itu, ia buru-
buru lompat turun dari atas kudanya dan memungut lagi
batunya. Batu yang kebentur oleh batu kacanya tadi
masih bercahaya terang.
Ia juga segera mengetahui bahwa sekitar tempat
dimana batu kaca itu terletak, terdapat cahaya terang
hingga matanya hampir menjadi silau.
Ia buru-buru memungutnya kembali dan dibungkus
dalam sapu tangannya, lalu disimpannya lagi kedalam
sakunya.
Gadis baju ungu yang menyaksikan semua perbuatan
itu, lantas menegurnya:
"Itu siapa?"
"Lekas simpan kembali batu giokmu, kita sudah ada
barang untuk diberikan kepada Hwa chiu Hwa tho!"
menjawab Ho Hay Hong dengan perasaan girang.
Ia sungguh t idak sangka bahwa batu kaca yang ia
dapat dari dasar danau Liok ing ouw itu, ternyata adalah
batu pusaka yang belum dijamah oleh tangan manusia.
Ia sendiri meski belum dapat menilai berapa harganya tetapi dari sinarnya yang berkilauan, dapat menduga
bahwa barang itu bukanlah barang sembarangan.
Gadis itu menyimpan kembali batu gioknya berkata
sambil tersenyum manis:
"Kau salah jalan, ini jalan yang menuju ketimur,
sedang kita seharusnya menuju ke barat !"
Ho Hay Hong mencari jalan, sambil memondong tubuh
gadis baju ungu, Ia mengerahkan ilmunya meringankan
tubuhnya lari kebarat .
Lari belum berapa jauh, dari dalam rimba t iba-tiba
muncul t iga orang laki-laki menegur dan membentak
padanya:
"Sahabat, siapa namamu?" Ho Hay Hong mengawasi
senjata tembaga dalam tangan t iga orang itu, karena
waktu itu sudah tengah malam buta, dianggapnya
berpapasan dengan kawanan begal.
Dengan kepandaian ilmu silatnya sendiri yang sudah
cukup t inggi, sudah tentu t iga orang tu t idak dipandang
di mata, maka ia lantas menyahut sambil tertawa:
"Namaku Ho Hay Hong, tuan-tuan ada keperluan apa
?"
Tiga orang itu t idak menjawab, sebaliknya balas
menanya:
"Boleh kami numpang tanya, Ho thayhiap mewakili
golongan mana?"
Mendengar pertanyaan itu, Ho Hay Hong tercengang,
karena ia t idak mengert i makna pertanyaan itu. Selagi hendak menanya, gadis baju ungu itu berbisik
ditelinganya: "Ho koko, kita sudah menginjak daerah
kawanan rimba hijau, pertanyaan mereka tadi adalah
istilah dalam dunia Kang ouw, kau boleh menjawab salah
satu nama dari suatu tempat , hingga kita t idak dapat
rintangan lagi."
Ho Hay Hong baru sadar, bahwa dirinya sedang
berhadapan dengan kawan berandal karena harus segera
mencari obat untuk menyembuhkan luka gadis itu, ia
juga t idak mau menimbulkan onar, maka lantas
menjawab seenaknya:
"Oh. siaotee datang dari Liok cui" Tiga orang itu
tampaknya terkejut , tapi mereka t idak berani
mengganggu, katanya sambil memberi hormat:
"Kiranya adalah sahabat dari Liok cui, silahkan!"
Ho Hay Hong merasa bahwa suasana tempat itu agak
berbeda, tempat dimana ia lewat selalu mendapat
pengawasan, baik secara terang maupun secara
menggelap, seolah-olah khawat ir ada orang asing yang
masuk kedaerahnya. Ia lalu berkata kepada gadis dalam
pondongannya dengan suara pelahan:
"Tahukah kau mereka sedang main sandiwara apa?"
"Aneh, sudah begini malam, orang-orang dari rimba
hijau semua berkumpul disini, apakah didepan sana ada
terjadi apa-apa?"
Ho Hay Hong t idak ingin mencari urusan, Ia usulkan
mencari jalan lain. Tapi gadis itu berkata.
"Disini hanya ada satu jalan, kecuali jalan ini, yang
lainnya semua merupakan daerah rimba. Kalau kita mencari jalan lain mudah kesasar, sebaliknya kita
mengambil jalan yang ada, asal kita t idak menimbulkan
onar, biarpun ada terjadi apa-apa, kita jangan
perdulikan, mungkin t idak akan ada bahaya."
"Aku mengerti maksudmu."
Belum menjelaskan perkataannya, t iba-tiba ada
serombongan orang laki-laki yang masing-masing
membawa senjata tajam, berjalan menghampiri dan
menghadang didepannya.
"Sahabat, t inggalkan senjatamu, ini adalah peraturan
dalam pertemuan ini, harap sahabat maafkan!" demikian
rombongan orang-orang itu berkata.
Ho Hay Hong memandang tempat sekitarnya, ia baru
lihat ditempat t idak jauh dari rombongan orang-orang itu
berdiri, terdapat sebuah meja persegi besar, diatas meja
terdapat rupa-rupa senjata tajam, yang jumlahnya lebih
dari sepuluh potong, hingga ia diam-diam berpikir:
apakah orang-orang yang datang menghadiri pertemuan
ini ada demikian banyak jumlahnya? Pertemuan apakah
ini sebetulnya?
Gadis itu kembali berbisik ditelinganya. "Ho koko, aku
lihat malam ini gelagatnya kurang baik. Sudah jelas kita
kesasar, hingga seperti sudah membuka rahasia mereka.
Lekas serahkan pedangmu kepada mereka kita sudah
berada digua macan, mau t idak mau harus berlaku
tenang dan bertindak melihat gelagat, jangan sampai
membuat kekeliruan!"
Dalam hal ini, pengetahuan Ho Hay Hong sangat
sedikit sekali, maka ia menurut kehendak gadis itu,
pedang panjang diloloskan dan diserahkan kepada orang-orang itu. Dari mereka ia dapat sepotong papan
yang sudah diukir dengan tanda masuk mereka.
"Simpan baik-baik kedalam sakunya." berkata kepada
sigadis dengan suara perlahan.
"Apakah kita tidak boleh berkata terus terang dengan
mereka bahwa kita kesasar dan kemudian kita
meninggalkan tempat ini?"
"Orang-orang rimba hijau paling pantang orang luar
golongannya turut hadir dalam pertemuan mereka,
terutama pertemuan seperti ini, yang mungkin hendak
merundingkan suatu urusan pent ing. Jikalau t idak, kita
nant i akan membangkitkan kemarahan orang banyak, ini
lebih sulit bagi kita."
Ho Hay Hong pikir bahwa hal itu memang benar,
karena ia memondong tubuh gadis itu. Apalagi terjadi
pertempuran sudah tentu t idak leluasa. Apalagi pihak
mereka jumlah orangnya terlalu banyak, sudah tentu
lebih susah untuk keluar dari kancah pert ikaian ini.
Oleh karenanya, maka ia empos semangatnya,
berjalan dengan t indakan lebar.
Tak lama kemudian, telinganya mendadak dapat
menangkap suara dekat yang sangat tebal.
Suara itu sangat keras dan nyaring, t idak mungkin
dilakukan oleh satu dua orang saja.
Pandangan matanya yang tajam, segera dapat melihat
di lapangan sebuah kelenteng yang letaknya dikaki bukit,
ada sekelompok orang sedang duduk mengitari
pelataran. Dari sinar api itu ia juga bisa melihat wajah
orang-orang yang hadir dalam pertemuan itu Orang-orang itu meskipun diluarnya berlaku tenang,
tetapi sifat orang Kang ouw itu memberi kesan dalam
hat i Ho Hay Hong.
Selagi memikirkan bagaimana harus melewati pos
penjagaan rahasia itu, gadis baju ungu itu sudah
berusaha turun dari pondongannya, kemudian berkata
padanya:
"Kau boleh pura-pura menggandeng tanganku, cukup
menggunakan kekuatan tenaga dalammu untuk
membimbing aku!"
"Kau lihat , penjagaan sepanjang jalan yang menuju
ketempat pertemuan itu nampaknya sangat ketat
bagaimana supaya kita bisa melaluinya dengan aman ?"
"Kita jangan ganggu mereka, untuk sementara kita
menyelinap kedalam rombongan orang banyak, nant i kita
mencari ketempat air untuk lewat !"
Ho Hay Hong yang t idak membawa senjata apa-apa
harus menghadapi demikian banyak jumlahnya orang-
orang dari kalangan rimba hijau yang nampaknya terdiri
dari orang orang berkepandaian t inggi, Sedikit banyak ia
merasa agak gentar. Dengan sangat hat i-hati ia
menggandeng tangan gadis itu berjalan terus.
Dengan t iba-tiba tombak panjang dari orang-orang
yang melakukan penjagaan disilangkan dihadapannya,
dua belas mata memandangnya dengan sinar tajam.
Ho Hay Hong agak bingung. Ia t idak bisa berkata apa-
apa. Untung gadis itu cerdik, dengan suara perlahan
memperingatkan padanya supaya mengeluarkan tanda
kayu. Bagaikan patung hidup Ho Hay Hong mengeluarkan
tanda kayu dari dalam sakunya. Dilihatkannya kepada
rombongan penjaga, kemudian tanpa mengucapkan
sepatah katapun juga, ia ajak gadis baju ungu duduk di
belakang banyak orang.
Setelah duduk, ia baru lihat disudut kanan ada sebuah
muka yang dikenal baik olehnya. Orang itu adalah Tok
gan Sin cu, satu penjahat besar yang terkenal dalam
dunia Kang ouw, yang pada waktu Ho Hay Hong baru
t iba didaerah Tiong goan, pernah mencegat ditengah
jalan dan pernah bertempur hebat dengannya.
Ia mengerutkan keningnya, matanya langsung kepada
wajah-wajah yang lain. Benar saja, ia lantas menemukan
komplotan To gan Sin cu. Bok khek ceng Hui pat Tojin
Cit seng Koay khek. Menemukan itu memberikan firasat
t idak baik dalam hatinya.
Gadis baju ungu itu ketika melihat perubahan muka
Ho Hay Hong, lalu menanya dengan suara sangat
pelahan sekali:
"Kau kenapa?"
Ho Hay Hong tersenyum get ir sambil menggelengkan
kepala, ia t idak mau memberitahukan firasat t idak baik
itu.
Pada saat itu, seorang tua dengan membawa pipa besi
panjang tampil diatas mimbar, lebih dulu orang tua itu
menghisap pipanya yang panjang dan kemudian
mengepulkan asapnya ketengah udara, barulah
membuka suara:
"Aku anggap Kay see Kim kong t idak tepat memegang
tugas berat ini!" sinar matanya yang tajam ditujukan kepada seorang laki berkepala botak yang tubuhnya
t inggi besar Kay see Kim kong, "kau harus berani
mengakui bahwa adatmu terlalu berangasan, t idak bisa
mengendalikan hat i orang banyak. Jabatan bengcu ini
bukanlah jabatan sembarangan, besar sekali
hubungannya dengan mati hidupnya golongan rimba
hijau daerah utara, harus dipikir masak-masak.
Mata Ho Hay Hong ditujukan kepada Kay see Kim
kong, tentang diri kepala berandal ini, ia sudah
mendapat sedikit gambaran dari mulut si gadis baju
ungu. Kalau dilihat dari potongan muka dan badannya,
memang bukan orang sembarangan.
Pelan-pelan Kay see Kim kong bangkit dari tempat
duduknya, dengan sikap keras berkata:
"Ucapan Tok heng Tayhiap meskipun benar, tetapi
anak buahku tersebar hampir seluruh pelosok daerah
utara, pengaruhnya sangat besar, jabatan Bengcu itu,
aku tetap hendak pertahankan."
"Soalnya bukan begitu, kita harus tahu meskipun
pengaruh anak buahmu sudah cukup besar dan
menguasai sebagian daerah pent ing, tetapi ingatlah kau
sejarahnya kawanan rimba hijau daerah-daerah Ho
siang. See san Khian heng dan Oak bun, yang
pengaruhnya sudah menguasai hampir seluruh daerah itu
dan t idak kalah dengan kawanan rimba hijau tujuh
propinsi daerah selatan, tetapi karena berkali-kali terbit
onar antara anggautanya sendiri, sehingga sering diejek
oleh orang-orang rimba hijau daerah selatan Apakah hal
yang semacam ini kita terus telan begitu saja." berkata
orang tua tadi. "Kalau demikian halnya, Tok heng Tayhiap tentunya
meragukan kepandaianku?" bertanya Kay see Kim kong
sambil tertawa besar.
"Bukan, bukan: Apa selamanya berlaku dan berbicara
sangat hat i-hati, lebih baik t idak diadakan pemilihan,
daripada semakin kalut " kata orang tua itu sambil
menggelengkan kepala dan duduk lagi dengan tenang.
Kay see Kim kong merasa t idak senang, menepuk
tangan dengan keras seraya berkata:
"Kalau aku beruntung terpilih jadi Bengcu rimba hijau
enam propinsi daerah utara, ku jamin dalam waktu dua
bulan akan berhasil menyapu bersih kekuatan Liong
houw-hwee dan Ceng gie hwee. kecuali pasukan angin
puyuh yang dipimpin oleh situa bangka It Jie Hui Kiam,
juga termasuk dalam rencanaku yang harus dibasmi."
Mendengar ucapan takabur itu, benar saja
mengejutkan gadis baju ungu dan Ho Hay Hong. tetapi
para hadirin juga merasa tertarik, banyak diantaranya
yang pada kasak-kusuk, ada yang pro, tetapi ada juga
yang kontra.
Bagi Ho Hay Hong, sudah tentu mengharap agar
supaya Kay see Kim kong ini t idak terpilih, sebab
ucapannya yang sombong ini bukan saja membahayakan
kedudukan partai-partai dari orang-orang golongan baik-
baik, tetapi juga mengancam keselamatan It Jie Hui
Kiam.
Seorang imam pendek kecil beroman buas. t iba-tiba
berseru:
"Siao tee setuju rencana Kay see Kim kong. Dengan
hak apa perkumpulan Liong houw hwee dan Ceng gie hwee saban-saban menyusahkan kita ? lagi pula pasukan
Angin puyuh itu juga bukan orang baik, mari kita
bersatu, mengusir mereka keluar dari daerah utara !"
"Kawan ini orang gagah dari mana?" demikian seorang
tua bertanya dengan sangat tenang. "aku kira saudara
saudara dari golongan rimba hijau enam propinsi daerah
utara sejak peristiwa yang terjadi antara orang sendiri,
t idak mempengaruhi kekuatan tenaga kita. Seharusnya
kita semua prihat in sama-sama membina kekuatan
sendiri, janganlah dipengaruhi oleh angkara murka,
hendak membasmi Liong houw-hwee dan Ceng gie-hwee
se-ih, salah salah kita akan dihina lagi oleh saudara-
saudara kita dari daerah selatan."
Seorang laki-laki pertengahan umur dengan sikapnya
yang agung, menyetujui pikiran orang tua itu, katanya:
"Ucapan Kat-lo memang beralasan, sejak kesalahan
pimpinan Bengcu yang lama, sehingga terjadi
pemberontakan didalam sendiri, kekuatan kita banyak
berkurang. Karena kekuatan kita sendiri masih belum
teguh, sekali-kali jangan menggunakan kekerasan.
”Jikalau t idak beberapa puluh tahun kemudian, kita
akan ludes sendiri hingga kita menyesalpun sudah
terlambat!" dengan sikapnya yang tenang ia mengibas-
ngibaskan kertasnya. "pada waktu belakangan ini. aku
dengar dalam golongan rimba hijau tujuh propinsi daerah
selatan, orang-orang dari kelompoknya si Raja
pembunuh, ingin menggabungkan diri dengan golongan
kita diutara.
”Dalam hal ini, apabila t idak ada suatu rencana busuk,
sesungguhnya merupakan suatu kabar baik bagi kita.
Akhirnya kita harus menerima mereka dengan hat i sungguh-sungguh, biar orang orang rimba hijau daerah
selatan t idak menghina atau mengejek kita lagi !"
Ho Hay Hong sangat tertarik oleh perdebatan itu, t iba-
t iba mendengar suara rint ihan gadis baju ungu, maka
segera menanya dengan perasaan kaget.
"Apa kau merasa t idak enak?"
"Tidak, tidak ." jawab gadis dengan badan gemetaran.
Ho Hay Hong tidak mau percaya, ia tanya pula dengan
suara perlahan:
"Mengapa kau harus menyusahkan diri sendiri. apa
salahnya kau berkata teras terang."
"Aku. hanya merasa kepalaku puyeng." jawabnya
dengan napas memburu.
Ho Hay Hong mengawasi orang-orang yang hadir
disitu, saat itu semua sedang pusatkan perhat ian mereka
kepada orang-orang yang sedang berdebat , t iada
seorangpun yang memperhatikan keadaannya sendiri,
hingga ia merasa lega.
Tetapi kesulitan baru muncul. ia pikir, gadis itu tokh
t idak bisa duduk disitu sehingga pertemuan selesai
dengan keadaan sakit . Seandainya pertemuan itu
berlangsung terus beberapa hari, apakah ia juga
menunggu! Bukankah itu akan membahayakan gadis itu?
Ia berpikir bolak-balik, belum menemukan suatu akal
yang baik untuk meloloskan diri. Dalam keadaan gelisah,
t imbullah pikirannya hendak menggunakan kekerasan.
Pikirnya: ’kalau aku bertindak dengan mendadak
kemudian menggunakan ilmu meringankan tubuhku,
mungkin ada harapan untuk kabur’ Dengan cepat ia mengambil keputusannya. Tanpa
memberitahukan lebih dulu maksudnya itu kepada si
gadis, ia sudah hendak memondong tubuhnya. Di luar
dugaannya mendadak ada orang menegur dengan suara
dingin:
"Sudah lama kita t idak berjumpa!" Dengan wajah
berubah, ia membalas maksudnya. Cepat ia berpaling.
Dibelakang dirinya tampak seorang laki-laki kira kira t iga
puluhan, menghampirinya dan pelahan, ia duduk
disampingnya. Laki-laki itu dengan tertawa bangga
mengawasi gadis baju ungu seraya berkata:
"Tak kusangka nona juga berada disini,." Kata-katanya
itu diucapkan dengan suara sangat perlahan, agaknya
takut didengar oleh orang-orang lain. Kecuali Ho Hay
Hong dan gadis itu, t iada seorangpun tahu apa yang
sedang dikatakannya.
Mata gadis baju ungu itu menatap wajah laki-laki itu.
Wajahnya mendadak berubah, lama ia t idak bisa
mengucapkan apa-apa.
Laki-laki itu berpakaian sangat perlente, wajahnya
putih bersih, tetapi sepasang matanya sangat liar
terhadap kaum wanita. Jelas merupakan seorang laki-laki
yang gemar pipi licin"
"Hadiahmu satu tamparan tangan pada berapa hari
berselang, sehingga kini masih belum terlupakan, aku
t idak menduga bisa berjumpa denganmu ditempat ini,
mari kita berunding untuk mengadakan perdamaian!"
demikian laki-laki itu berkata pula.
Gadis itu dengan cepat sudah tenang tapi ia menahan
rasa sakitnya, katanya dengan nada suara dingin. "Kau ingin menuntut balas dendam tamparanku pada
beberapa hari berselang, silahkan mengumumkan
kehadiranku dan siapa adanya aku. Hai, nonamu sudah
berani seorang diri memasuki guha harimau, sudah tentu
sudah tidak menghiraukan soal mati hidup sendiri.”
Mendengar ucapkan tersebut , Ho Hay Hong terkejut .
Pikirnya: ’mengapa ia menyatakan demikian kepada
orang itu? Apakah ia sudah terlalu sulit untuk keluar dari
tempat ini, hingga sengaja berkata demikian, supaya aku
berhasil melarikan diri ? Tetapi sebagai seorang lelaki,
bagaimana telah memikirkan kepent ingan diri sendiri dan
membiarkan kawan wanitanya berada dalam sarang
harimau seorang diri ?"
Apalagi jika diingat bahwa gadis itu keluar dari rumah
bersama-sama dengan dirinya, dengan sendirinya harus
bertanggung jawab atas keselamatannya, seandainya
harus menghadapi bahaya, juga harus dihadapi bersama,
bagaimana boleh melarikan diri seorang diri ? .
Karena berpikir demikian, maka ia diam saja, sedang
matanya terus mengawasi orang-orang yang sedang
berdebat ramai tetapi diam-diam ia perhatikan gerak-
gerik lelaki ceriwis itu.
Lelaki itu berkata lagi :
"Dengan terus terang, aku tadi sudah melihat kau.
Semula aku kira itu ada suatu kejadian kebetulan saja,
tak kuduga benar-benar adalah kau!" sambil tertawa
dingin ia memandang wajah gadis yang cant ik itu,
kemudian berkata pula dengan kelakuannya yang sangat
ceriwis. "Dalam perjalananmu ini pasti mendapat hasil baik,
kalau aku mengumumkan namamu, orang-orang jahat ini
pasti t idak akan membiarkan kau hidup. Tetapi dengan
demikian, bukankah aku akan dicap seorang lelaki yang
t idak kasihan terhadap kaum wanita?"
Ho Hay Hong yang mendengarkan kata-katanya yang
mulai melantur itu, lantas naik pitam. Tetapi ia masih
t idak mengunjukan sikap apa-apa. Diam-diam ia telah
mengambil putusan hendak menempuh bahaya,
melindungi si gadis untuk melarikan diri.
Lelaki itu mendadak menepok bahunya seraya
berkata:
"Kawan, tolonglah kau minggir sedikit berikan aku
tempat duduk !"
Ho Hay Hong semula hendak menyerang dengan
tangannya, atau menotok jalan darahnya, tetapi
kemudian batalkan maksudnya, karena mendadak ia
sadar, bahwa bila ia bertindak sembrono, bukan saja
t idak menguntungkan pihaknya bahkan merunyamkan
keadaan. Maka ia terpaksa berlaku sabar, sambil
menggeser badannya ia memberi tempat kepada laki-laki
itu.
Laki-laki itu lalu duduk disisi gadis baju ungu, dengan
penuh perhat ian ia berkata:
"Eh, melihat keadaanmu, kau sepert i sedang terluka,
mengapa t idak pergi berobat.? kau benar-benar hebat,
dengan badan masih terluka demikian parah, masih
berani datang kemari untuk mencuri rahasia!" Gadis itu melirik kepada Ho Hay Hong agaknya
meminta supaya pemuda itu memast ikan kejadian itu,
katanya dengan suara pelahan:
"Kabarmu pamanmu pandai mengobat i orang sakit ,
bolehkah kau bawa aku kepadanya? Aku bersedia barang
pusaka sebagai balas jasanya"
"Kau ingin minta pertolongan dariku maka kau
bersikap merendah demikian rupa-rupa, aku masih ingat
betul, bagaimana sikapmu pada beberapa hari berselang,
yang sangat mengecewakan hat iku"
Ho Hay Hong t idak mengert i mengapa gadis itu
berlaku demikian sabar terhadap laki-laki ceriwis itu?
Seketika itu ia merasa sangat t idak senang, dan hampir
t idak sanggup mengendalikan hawa amarahnya.
Ketika dengan t idak disengaja laki-laki itu menoleh
kepada Ho Hay Hong, segera tampak olehnya mata Ho
Hay Hong bersinar guram hingga dalam hat inya t imbul
perasaan curiga.
Gadis itu mendadak berkata pula sambil tertawa:
"Hay, kukatakan terus terang juga t idak apa, kalian
orang laki-laki, kebanyakan bangsa mata keranjang,
kalau t idak berlaku sedikit bengis, benar-benar bisa
dianggap aku gampang diperhina!"
Sehabis berkata demikian, ia sengaja berlaku manis.
Laki-laki itu belum pernah mendapat perlakuan demikian
manis dari gadis. Sudah tentu ia sangat kegirangan
sehingga lupa segala-galanya. Katanya sambil tertawa:
"Sesungguhnya, aku bukan t idak menghargai dirimu,
oleh karena kau terlalu cant ik sehingga membuatku lupa daratan Kau tentunya juga tahu, aku bukannya bangsa
orang-orang gelandangan bagaimana t idak menghargai
diri sendiri?"
"Luka dalam tubuhku akan bekerja, sekalipun kau
membenci aku, juga t idak bisa berbuat apa-apa
terhadapku, Mengapa kau t idak menunjukkan sikapmu
ksatria, menghantarkan aku kepadamu?"
"Kau tunggu sebentar, aku akan beritahukan dulu
kepada ayah, setelah itu, segera membawa kau kepada
Hoat chiu Hwa tho!"
Buru-buru ia bangkit , dengan wajah berseri-seri
berjalan menghampiri Kay see Kim kong.
Setelah lelaki itu berlalu, gadis baju ungu itu berkata
dengan suara pelahan kepada Ho Hay Hong:
"Hei! lekas kau kabur..." Ho Hay Hong merasa sangat
terharu, tapi ia pura-pura perhatikan perubahan suasana
t idak menghiraukan perkataannya.
Dengan mendadak Ho Hay Hong berpaling dan
berkata:
"Aku ingin mendengarkan perdebatan mereka
sebentar Lagi, luka kamu pent ing segera diobat i,
berusahalah supaya bisa berlalu dari sini lebih dulu!"
Gadis itu tidak mengert i maksud Ho Hay Hong maka ia
bertanya:
"Ho koko, mengapa kau bersikap demikian
terhadapku?"
Apa bedanya dengan kelakuan yang biasa?" jawab Ho
Hay Hong. Gadis itu menundukan kepala, katanya dengan suara
sedih.
"Dari sikapmu aku dapat menduga, kau pasti marah
terhadap aku."
"Tidak sama sekali, kau jangan salah paham." jawab
Ho Hah Hong.
Sehabis berkata demikian, kembali matanya ditujukan
keatas mimbar. Waktu itu Kay see Kim kong sudah
berkata dengan suara keras sambil membusungkan
dada:
"Begini salah begitupun salah, saudara-saudara hanya
mengeluarkan pendapat tanpa memikirkan akibatnya
dikemudian hari. Benar-benar sangat menjengkelkan."
"Kay see Kim kong, berlakulah dengan tenang, urusan
ini ada menyangkut mati hidupnya rimba hijau dari
propinsi daerah utara t idak dapat dibereskan hanya
dengan menurut i hawa napsu saja!" kata Tok heng Lo
jin.
Suasana semakin tegang, ketika para hadirin
mendengar ucapan jago tua itu.
Kay see Kim kong berkata dengan tegas.
"Tok heng Tayhiap, kalau kau mempersulitkan siaotee
lagi, terpaksa siaotee minta tayhiap keluar dari sini. Jika
t idak, aku akan undurkan diri, t idak mau campur tangan
lagi!"
Wajah Tok heng Tayhiap berubah seket ika, selagi
hendak membuka mulut, diantara para hadirin t iba-tiba
tampak seorang memakai kerudung kain. bangkit dari tempat duduknya dengan suaranya yang serak orang itu
berkata:
"Aku berdiri dibelakang Tok heng Tay hiap,
menentang Kay see Kim kong ambil bagian!"
Dengan pernyataan terus terang dari orang itu,
membuat keadaan semakin terpecah belah, meskipun
Kay see Kim kong cukup kuat, tapi saat itu juga merasa
jeri.
"Saudara bernama siapa? Bolehkah kau
memberitahukan kepada kita!" demikian ia berkata.
"Tentang ini kau t idak perlu tahu, biar bagaimana aku
ada hak untuk menghadiri pertemuan ini!" jawab orang
itu.
"Saudara menggunakan kerudung untuk menutupi
muka, ini saja sudah menimbulkan rasa curiga orang
banyak. Aku harap kau akan memberitahukan nama dan
kedudukanmu, supaya kita semua bisa mengambil
keputusan!" kata Kay see Kim-hong.
"Tok heng Tayhiap pernah kata bahwa kau suka
membawa caramu sendiri, susah mendapat dukungan
besar saudara, hal ini nampaknya memang benar. Aku
selamanya suka bebas, sudah biasa menggunakan
kerudung untuk menutupi mukaku. Mengapa tak boleh
menghadiri pertemuan ini, harap kau jelaskan sebab-
sebabnya!" kata orang itu sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu, aku Kay see Kim kong hendak
mengundurkan diri dari rimba hijau daerah utara, t idak
mau campur tangan segala urusan lagi. Dikemudian hari
apabila ada orang minta aku masuk persekutuan, jangan
menyesal kalau aku menolak!" Keterangan Kay-see Kim kong itu menggemparkan
medan pertemuan, semua hadiri ramai
memperbincangkan keputusan itu.
Tok-heng Tayhiap bangkit lagi, katanya dengan suara
dalam:
"Tunggu dulu, Kay see Kim kong tunggulah dulu
keputusanmu!"
Kemudian ia berpaling dan berkata pada orang
berkerudung:
"Saudara ini, biar bagaimana aku harap suka memberi
tahukan namamu, apakah kau ingin melihat saudara-
saudara kita dari rimba hijau terpecah belah ?"
Ucapan terakhir itu suaranya penuh nada memohon
sehingga membangkitkan rasa simpatik dari para hadirin.
Karena sebagai seorang jago tua yang berkedudukan
sangat t inggi dalam kalangan rimba hijau masih demikian
merendahkan diri memohon kepada orang supaya semua
jangan membikin keruh suasana.
Semua ini semata mata untuk kepent ingan bersama.
Maka para hadirin dengan serentak meminta supaya
orang berkerudung itu segera memberitahukan
namanya.
Orang berkerudung yang dengan mendadak berdiri
terpencil, lantas berkata sambil tertawa dingin:
"Sudahlah, aku lihat jabatan pangcu, ini sebaiknya
diberikan saja kepada Kay see Kim kong!"
Berulang-ulang ia perdengarkan suara tertawa dingin
kemudian berlalu meninggalkan medan pertemuan. Perbuatan yang seenaknya itu mengejutkan semua
orang yang hadir, tetapi t iada orang yang berani
merintangi perginya orang itu.
Dengan t iba-tiba, seorang bermuka merah maju
menghampiri tangannya menyambar tangan orang
berkerudung, sementara mulutnya membentak dengan
singkat:
"Balik!"
Orang berkerudung itu membalikkan tangannya
mendorong orang muka merah, si orang muka merah itu
lantas terdorong mundur sampai lima langkah, tapi masih
belum berhasil mempertahankan kakinya.
Orang berkerudung itu berkata sambil tertawa dingin.
"Bangsa kantong nasi, dalam medan pertemuan
kemasukan mata-mata masih t idak tahu, sebaliknya
hendak mencari mampus!"
Orang muka merah itu adalah seorang jagoan dari
daerah gunung Haow nia-san, banyak hadirin yang kenal
padanya, tak diduga dengan didorong saja oleh orang
berkerudung itu sudah mundur terhuyung huyung
demikian rupa, hingga semua pada terheran-heran.
Justru karena kekuatan tenaga yang diperlihatkan itu,
maka ucapannya tadi menarik perhat ian para hadirin.
Kay-see Kim kong dengan sinar matanya yang tajam
menatap wajah orang berkerudung sejenak, kemudian
beralih kepada set iap orang yang berada disitu. Matanya
set iap kali berhent i ketika menatap set iap wajah orang,
sehingga orang itu menyebutkan namanya sendiri,
barulah beralih lagi kelain orang. Pada saat itu, Ho Hay Hong diam-diam merasa
khawat ir, apabila t idak menyembunyikan wajahnya,
mungkin akan membawa bahaya.
Dilain pihak, ia juga merasa curiga terhadap ucapan
orang berkerudung tadi, apakah ucapan orang itu
ditujukan kepada dirinya Kalau benar demikian, orang itu
pasti kenal dirinya, ini lebih berbahaya lagi.
Tiba-tiba Kay see Kim kong mengeluarkan suara
bentakan keras, "Huh, tanda siapa? Rasanya belum
pernah muncul dalam rimba hijau daerah utara."
Dia adalah pemimpin dalam pertemuan itu, suaranya
itu sudah tentu sangat berpengaruh. Semua mata kini
ditujukan kepada tempat Ho Hay Hong duduk.
Bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong, kalau
bukan seorang berkepandain t inggi dan bernyali besar,
barangkali sudah terbuka kedoknya.
Wajah gadis baju ungu seketika pucat pasi, diam-diam
ia mengeluh, ia khawatir apabila Ho Hay Hong
tertangkap, bagaimana ia harus memberi pertolongan?
Ia ingin sekali Ho Hay Hong memberi isyarat t indakan
apa yang akan diambil, tetapi pemuda itu masih tetap
berdiam dengan tenang, sedikitpun t idak
menghiraukannya, sehingga gadis itu semakin gelisah.
Laki laki ceriwis tadi sudah balik lagi dan duduk di
hadapan gadis baju ungu.
Dengan demikian, hingga wajah gadis itu teraling oleh
dirinya. Gadis itu mengert i maksud laki-laki itu, tetapi
dalam keadaan cemas sepert i itu, mana ada waktu untuk
bicara dengannya? Sementara itu, Ho Hay Hong masih tenang-tenang
saja, sedikitpun t idak mengunjukkan sikap cemas atau
bingung.
Dengan t iba-tiba dihadapannya ada orang bicara.
"Apakah Kay-see Kim kong mencurigai diriku sebagai
mata-mata?"
Ho Hay Hong tidak bisa melihat nyata orang itu, hanya
dari belakangnya ia menduga bahwa orang itu sudah
lanjut usianya.
Terdengar pula terdengar suara orang tu "Memang
benar sudah lama aku t idak terjunkan diri dirimba hijau
daerah utara, tetapi tanda ku Ngo jiaw leng sudah cukup
untuk membersihkan diriku."
Ho Hay Hong mendadak terkejut, suara nyaring dan
agak serak orang itu, rasanya pernah didengarnya.
Tetapi ia sudah t idak ingat dimana pernah bertemu
dengan orang itu.
Kini ia merasa lega, sebab mata orang banyak tadi
ternyata tidak ditujukan kepadanya, melainkan ditujukan
kepada orang lain.
"Tanda Ngo-jiauw leng adalah tanda kebesaran
pemimpin kita dahulu, boleh saudara keluarkan untuk
melihat?" kata Kay see Kimkong.
Orang berkerudung tadi berdiri ditempat agak jauh,
masih belum berlalu. Ketika mendengar percakapan dari
dua pihak, ia hanya perdengarkan suara tertawa dingin
berulang-ulang.
Ho Hay Hong sementara itu bahwa manusia yang
berkerudung itu disengaja atau t idak, berkali-kali memandang dirinya, hingga diam-diam merasa heran.
Apakah orang itu kenal dirinya, dan siapakah sebetulnya
orang itu?
Ia sengaja arahkan pandangan matanya kepada Kay-
see Kim kong, memperhat ikan segala gerak-geriknya.
Orang itu terpaksa bangkit dan mengeluarkan tanda
Ngo jiauw lengnya untuk diperlihatkan kepada orang
banyak, kemudian berkata.
"Sekarang apakah semua saudara sudah percaya
tentang diriku?"
"Bawa kemari untuk kulihat !" berkata Kay see Kim
kong.
Orang itu menganggukkan kepala, dengan langkah
lebar berjalan menghampiri Kay see Kim kong, lalu
memberikan tanda Ngo jiauw-leng.
Kay see Kim kong memperhat ikan dengan telit i,
kemudian berkata:
"Benar, barangnya memang tulen!"
Tetapi, ia t idak mengembalikan tanda itu kepada
orang tersebut , bahkan dimasukannya kedalam saku
sendiri.
Orang itu menyaksikan perbuatan Kay see Kim Kong
nampak sangat cemas, mendadak menyambarnya dan
berkata:
"Kay see Kim kong, kau harus menjaga nama dan
kepercayaanmu!"
Kay see Kim kong mengibaskan lengan bajunya yang
gedrombongan, kekuatan tenaga yang meluncur keluar dari situ telah mendorong orang itu hingga beberapa kaki
jauhnya.
"Tanda Ngo jiauw leng ini untuk sementara biarlah aku
yang simpan, kau mundur!" demikian ia berkata dengan
bengis.
Orang itu t idak mau mengert i, katanya: "Tidak bisa,
aku t idak berhak untuk diberikan kepada lain orang."
"Bengcu yang dahulu sejak terjadinya pengkhianatan
golongan sendiri, kekuatannya lantas lumpuh. Apakah
masih ingin meminta saudara dari golongan rimba hijau
daerah utara?" berkata Kay see Kim kong sambil tertawa
dingin.
Ucapan itu segera menimbulkan perbincangan lagi,
salah seorang diantara hadirin berkata:
"Tanda ini masih bisa digunakan untuk menggerakkan
orang-orang gagah daerah See-an barat , aku kira
sebelum jabatan Bengcu diputuskan dipegang oleh siapa,
tanda ini sebaiknya kita jaga bersama!"
"Saudara bolehkah aku ingin tanya, tanda ini hanya
sebuah, bagaimana harus dijaga oleh orang banyak?
Cara bagaimana menjaganya.”
"Kalau begitu, kau hendak mengangkangi sendiri
benda itu?" kata orang itu.
"Tutup mulut !" kata Kay-see Kim ko marah, "dengan
hak apa kau berani berkata demikian terhadap aku?"
Orang itu sedikitpun t idak takut, ia berkata sambil
mementangkan dada:
"Aku berkata atas nama keadilan, yang lurus harus
kukatakan lurus. Bengkok harus kukatakan bengkok. Aku t idak suka menghina orang dengan menggunakan
pengaruh!"
Mata Kay-see Kim kong menyapu kearah para hadirin,
katanya sambil tertawa dingin:
"Saudara benar-benar seorang jantan, benar-benar
mengagumkan!"
Baru saja Kay see Kim kong menutup mulut ,
disamping orang tadi. tampak dua orang sudah bangkit
dan mengulurkan tangannya diletakan diatas bahu orang
itu seraya berkata:
"Kawan harap jangan terburu napsu silahkan duduk!"
Orang itu jatuh duduk ditanah, lama t idak dengar lagi
suaranya.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kejadian itu, diam-
diam berpikir! Kay see Kim kong berani berlaku
sewenang-wenang, kiranya mengandalkan pengaruhnya
dan jumlah orangnya yang banyak untuk menindas para
hadirin dengan kekerasan. Nampaknya jabatan Bengcu,
itu mau t idak mau past i akan jatuh ditangannya.
Ia juga tahu bahwa orang-orang dari golongan hitam
ini, selalu menggunakan hukum rimba. Kekuatan berarti
keadilan. Maka ia juga t idak menghiraukan soal ini lagi.
Tetapi ketika matanya tertuju kewajah orang yang
jatuh itu, t idak kepalang terkejutnya. pikirannya
melayang dan tanya-tanya kepada diri sendiri: "Mengapa
dia?"
Semula ia t idak melihat tegas wajah orang yang
membawa tanda Ngo jiauw leng itu, tetapi sekarang
setelah jatuh duduk t idak berdaya, ia baru melihat mukanya, Orang itu ternyata adalah orang tua
kepercayaan It Jie Hui kiam yang pernah ditemuinya
diatas panggung pertandingan.
Ia masih ingat ket ika ia menonton pertandingan ilmu
silat, orang tua kurus kering itu duduk diatas panggung
belakang meja pertandingan, menerima orang-orang
yang hendak turut ambil bagian dalam pertandingan
diatas panggung.
Sungguh t idak disangka orang tua itu ternyata ada
hubungan dengan musuhnya It Jie Hui kiam.
Perasaannya dirasakan seperti disambar petir, diam-diam
merasa bergidik.
Ketika ia berpaling kepada gadis baju ungu, entah
sejak kapan gadis itu rebah dalam pelukan laki-laki
ceriwis dalam keadaan pingsan. Rambutnya yang
panjang terurai kebawah, matanya tertutup rapat,
agaknya sedang tidur nyenyak.
Hatinya tercekam, hawa amarahnya meluap seketika.
Laki-laki ceriwis itu memandang paras sinona dengan
matanya yang liar, tangan kirinya menunjang janggut,
agaknya sedang mencari akal untuk menyadarkan.
Sebentar kemudian Ho Hay Hong mendadak menghela
napas dan berpaling lagi memperhat ikan perubahan
selanjutnya, ia anggap bahwa gadis itu dengan rela
diperlakukan demikian. bagaimanapun ia tidak berhak tak
merintangi.
Sementara itu, maka Kay see Kim kong terus mencari-
cari wajah wajah yang dicurigakan dengan sikapnya yang
tetap tenang, sedikitpun t idak menghiraukan urusan
orang tua kurus kering itu tadi. "Tanda Ngo jiauw leng Bengcu kita yang dahulu kini
sudah berada dalam tanganmu, saudara tentunya orang
kepercayaan Bengcu yang lama !" demikian Tok heng
Tayhiap bertanya kepada orang tua kurus kering.
-ooo0dw0ooo-
Bersambung jilid 16

Jilid 16
MATA orang tua kurus kering ditujukan kepada Kay
see Kim kong dengan perasaan bimbang, sedang
mulutnya menjawab pertanyaan Tok heng Tayhiap:
"Ucapan Tayhiap benar, aku yang rendah ini memang
benar adalah orang kepercayaan Bengcu kita yang lama."
Tok heng Tayhiap batuk-batuk sebentar, ia berkata:
"Aku duga saudara ada membawa tugas."
"Bengcu kita yang lama telah kalah ditangan It Jie Hui
kiam, dan aku yang rendah ini adalah orang
kepercayaannya, sudah terus hamba berusaha untuk
membalas dendam!"
Kata-katanya itu diucapkan demikian mantap dan
tegas benar-benar mengejutkan Ho Hay Hong.
Ia merasa bersyukur bahwa dengan secara kebetulan
mengetahui rahasia besar itu, ia telah bertekad hendak
membuka membuka kedok orang tua itu dihadapan It Jie
Hui-kiam.
Suara bentakan keras yang keluarnya mendadak, telah
memutuskan lamunannya. Saat itu mata Kay see Kim kong ditujukan kepada diri
seorang jago muda, kemudian bertanya sambil tertawa
dingin:
"Kau datang dari mana ?"
"Siaoseng datang dari Pak-sun. anak murid Cui seng
Siang kaow." Jawab jago muda itu.
"Ow bagus anak didikan Ciu seng Siang kauw t idak
akan kalah dengan murid-murid jago kenamaan!" kata
Kay see Kim kong.
Ia agaknya sudah hilang rasa curiganya, perlahan-
lahan mengalihkan perhatiannya ke arah lain orang:
Tetapi kemudian ia seperti teringat apa-apa, pandangan
matanya ditujukan lagi kepada jago muda itu dan
katanya:
"Ciu seng Siauw kauw selamanya menaati janjinya
sendiri, jauh sebelum diadakan pertemuan ini sudah
diberitahukan, mengapa t idak tampak mereka berdua
yang datang sendiri ?"
"Suhu berdua karena ada urusan pent ing, sedang
melakukan perjalanan keluar kota, sehingga t idak bisa
hadir sendiri. Oleh karena itu, maka suhu telah mengutus
Siaoseng untuk mewakili !"
Kay see Kim kong mengangguk-anggukan kepala
seraya berkata:
"Beralasan juga, tetapi aku t idak percaya Cui seng
Siauw kauw sampai begitu malas, tempat ini terpisah
dengan kediamannya hanya beberapa puluh pal saja,
betapapun pent ing urusannya, juga t idak mungkin t idak
memberitahukan." Dengan sinar mata dingin ia memandang si jago muda
dan sambungnya: "untuk mencegah terjadinya hal hal
yang t idak diinginkan harap kau tunggu sebentar, aku
akan suruh orang mengadakan penyelidikan."
Tangannya menggapai, dua lelaki bertubuh tegap
bangkit dan lari menuju kedepan.
Ho Hay Hong memperhatikan keadaan jago muda itu,
diwajahnya yang putih bersih terlintas suatu
kekhawat iran, Ho Hay Hong tanya tanya kepada diri
sendiri: "apakah ia mengaku-aku saja ?"
Ia merasa bahwa mata Kay see Kim kong kini
ditujukan kepadanya, Ho Hay Hong terperanjat. Dalam
keadaan gelisah, t iba-tiba mendapat suatu akal, Ia buru-
buru menepuk bahu lelaki ceriwis dan berkata padanya
sambil tertawa:
"Nona dalam pelukanmu ini sangat cant ik, dengan
saudara merupakan pasangan yang setimpal benar!"
Lelaki ceriwis itu semula agak kaget, tapi setelah
mendengar ucapan Ho Hay Hong yang memuji padanya
demikian rupa dalam hati merasa sangat girang, maka ia
juga t idak marah, bahkan menyahutnya sambil tertawa:
"Mana. saudara terlalu memuji."
Dengan wajah t idak berubah Ho Hay Hong berkata
sambil tertawa:
"Dari bentuk badan dan pandangan saudara, jelas
saudara memiliki kepandaian sangat t inggi. Jikalau
saudara t idak keberatan bagaimana kalau kita mengikat
tali persahabatan?" Laki-laki ceriwis itu paling senang di sanjung orang,
maka ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong yang
memuji padanya set inggi langit, hat inya sangat gembira.
Ia segera balas menanya:
"Berapa usiamu tahun ini?"
"Dua puluh lima tahun!" jawabnya.
"Wajah saudara masih sepert i sangat muda sekali, tak
disangka sudah berusia dua puluh lima tahun. Dari sini
membukt ikan bahwa saudara pandai menjaga diri,
sesungguhnya merupakan suatu bakat yang sangat baik.
Aku lebih tua beberapa tahun, baiklah aku panggil kau
lotee saja!"
Ho Hay Hong harus berbahasakan toako dengan
seorang yang t idak disukainya, Dalam hat i ia merasa
jemu. Tetapi keadaan mendesak, terpaksa pura-pura
berlaku gembira.
"Jika saudara t idak anggap rendah diri siaotee maka
siaotee akan panggil anda toako!"
"Lotee jangan merendahkan diri, pepatah ada kata,
empat penjuru lautan, semua adalah saudara. Mengapa
aku harus anggap rendah dirimu?"
Ho Hay Hong pura-pura berlaku girang, berkata sambil
menganggukkan kepala:
"Toako sangat ramah, siaote sangat menyesal baru
hari ini bertemu dengan toako."
Menggunakan kesempatan itu, matanya melirik Kay-
see Kim kong, benar saja pandangan matanya sudah
beralih kepada orang lain. Karena Kay see Kim kong sudah t idak mencurigai
dirinya, Ho Hay Hong kini t idak di banyak bicara lagi
dengannya. Tapi laki-laki ceriwis itu juga t idak perhat ikan
perubahan sikap Ho Hay Hong itu, ia juga ingin
mendapat banyak waktu untuk menikmati kecant ikan
gadis baju ungu.
Wajah cant ik jelita itu saja waktu pernah membuatnya
mabuk. Kini ia mendapat kesempatan menikmatinya
sepuas-puasnya, mengapa t idak puas?
Sementara itu, orang berkerudung t iba-tiba membuka
mulut lagi:
"Orang-orang ini benar-benar sepert i rombongan
kaledai bodoh, apa gunanya debat demikian sengit?"
"Hm"
Suaranya itu diucapkan sangat nyaring agaknya
disengaja supaya semua orang mendengarkan. Tetapi
ketika semua mata berpaling kearahnya, orang itu
dengan tergesa-gesa sudah angkat kaki.
Seorang diantara para hadirin loncat bangun dan
berseru padanya:
"Kurang ajar, kau benar benar terlalu menghina,
jangan lari, nant i kuhajar kau!"
Tetapi, perbuatan orang itu segera dicegah oleh Tok
heng Tayhiap Ia berkata sambil menggoyangkan
tangannya:
"Saudara jangan gegabah biarlah pergi!"
Kay see Kimkong menggumam sendiri "Tak mungkin
kau t idak unjukkan muka heh?" Tangannya menggapai, dua laki laki segera lari
menghampiri.
Kay see Kim-kong berkata kepada dua laki-laki tua itu:
"Lekas tanyakan kepada orang tua yang menerima
tanda masuk, tanyakan padanya senjata apa yang
dibawa oleh orang berkerudung tadi."
Dua laki laki itu berlalu, sebentar kemudian mereka
sudah kembali memberi laporan:
"Loya, senjata yang dibawa oleh orang itu tadi adalah
sebilah pedang pusaka!"
Mendengar laporan itu Kay see Kim-kong
membelalakkan matanya, katanya kepada diri sendiri:
"Apakah dia itu Tee soan ong Tok Bu Gouw?"
Ucapannya yang cukup terang itu, menarik perhatian
semua hadirin, satu diantara memperdengarkan
suaranya: "Past i dia! Meskipun dia tadi bicara dengan
suara yang dibikin-bikin, tetapi aksennya masih belum
berubah."
Ho Hay Hong pikir ucapan orang itu memang
beralasan, sebab Tee soan hong pernah bertempur
dengannya, maka memeta keadaannya.
Teringat diri Tee soan-hong, pikiran melayang
ketempat jauh: mengapa pasukan Angin puyuh selalu
berlaku sabar dan mengalah saja terhadapnya? mengapa
gadis baju ungu yang tahu siapa sebenarnya orang itu
t idak mau memberitahukan padanya? Bahkan
mengatakan ada hubungan dengannya, hubungan
apakah sebetulnya? Ia terus memikirkan soal itu, tetapi selalu t idak
menemukan jawabannya. Sebab ia sendiri memang t idak
kenal dengannya, bagaimana dapat memecahkan
persoalan itu?
Pada saat itu, dia laki-laki lari mendatangi dengan
napas tersengal-sengal, sebelum orangnya sampai,
suaranya yang keras sudah terdengar lebih dahulu:
"Jangan lepaskan bocah itu tadi dia adalah mata-mata!"
Jago muda itu agaknya mendapat i firasat t idak baik,
dengan mengeluarkan suara bentakan keras, ia bertindak
lebih dulu, dua tangannya bergerak, menyerang orang-
orang disekitarnya.
Wajah semua hadirin berubah seket ika, orang-orang
yang duduk dekat dengannya, karena t idak menduga
terjadinya t indakan jago muda itu, banyak yang jatuh
oleh serangan yang dilancarkan oleh jago muda itu,
sedang ia sendiri menggunakan kesempatan kalut itu,
sudah melarikan diri.
Dalam keadaan marah, Kaysee Kim-kong
memerintahkan anak buahnya mengejar.
Ho Hay Hong mendadak terbuka pikirannya, ia anggap
itu adalah kesempatan yang paling baik untuk melarikan
diri. Sambil membentak: "Bocah, jangan lari." ia
mengerahkan ilmunya lari pesat , mengejar jago muda
tadi.
Beberapa anak buah Kay see Kim kong yang bergerak
duluan, pada akhirnya ternyata ketinggalan semua oleh
Ho Hay Hong.
Ilmu lari pesat Ho Hay Hong masih jauh diatas jago
muda itu, maka beberapa saat kemudian, t inggal terpisah sejarak lima tombak saja. Sementara itu hat inya
berpikir: ’kalau aku lari sendiri tanpa perdulikan cucunya,
bagaimana aku harus menjawab kepada It Jie Hui kiam?’
Hal ini menyulitkan kedudukannya
Pada saat itu ia dengan jago muda itu terpisah
semakin dekat, dari lima tombak, pelahan menjadi empat
t iga dua dan akhirnya hanya tinggal kurang satu tombak.
Asal ia mau mengeluarkan serangan dengan kekuatan
tenaga dalam jago muda itu past i terluka.
Anak buah Kay see Kim kong yang berada
dibelakangnya semua berkaok-kaok supaya ia lekas
menangkapnya.
Ketika melalui jalan t ikungan Ho Hay Hong sengaja
memperlambat larinya tetapi kemudian terus mengejar
lagi hingga jarak yang sama. Dalam keadaan demikian ia
diam-diam sesalkan kepandaian ilmu lari pesat jago
muda itu, yang kurang mahir sehingga menempatkan
dirinya dalam kedudukan sulit .
Sebuah sungai selebar kira-kira enam tombak, telah
terbentang dihadapan jago muda itu mengeluh dan
merandak.
Ho Hay Hong dapat mendengar dengan tegas suara
keluhan jago muda itu dalam keadaan demikian, kembali
ia mendapatkan satu akal. Ia mengerahkan seluruh
kekuatan tenaga dalamnya kepada kedua tangannya,
kemudian mendorongnya sambil berseru:
"Pergi kau." jago muda itu punggungnya terdorong,
dengan mengeluarkan jeritan keras, badannya melayang
ke tengah udara. Tetapi kemudian ketika Ia melayang turun ke
seberang sungai dalam keadaan selamat, ia baru
mengert i bahwa Ho Hay Hong tidak melakukan serangan
sesungguhnya, melainkan menolong jiwanya.
Sebagai seorang cerdik, jago muda itu juga lantas
berpura-pura memandang marah kepada Ho Hay Hong,
kemudian tanpa berkata apa-apa, lantas mengundurkan
diri.
Rombongan yang mengejar akhirnya tiba d itempat itu,
tetapi mereka yakin t idak mampu menyeberangi sungai
itu, terpaksa membiarkan jago muda itu pergi. Salah satu
diantara orang-orang itu menyesalkan Ho Hay Hong,
katanya:
"Benarkah saudara membiarkan ia kabur?"
"Jangan khawat ir ia telah terkena pukulan tanganku,
dalam tubuhnya sudah terluka. Sekalipun Ia sekarang
bisa lolos dari tangan kita tetapi juga tidak mungkin lolos
dari tangan maut , heh.heh" jawab Ho Hay Hong.
Salah seorang setelah melihat tegas muka Ho Hay
Hong mendadak berseru:
"Eh, kau !"
Ho Hay Hong ketika mendengar suara teguran itu,
menyapu wajahnya sejenak kemudian berkata:
"Ow, kiranya Chit-seng Koay khek, sudah lama kita
t idak bertemu!"
Sementara itu ia sudah mengambil keputusan karena
Chit-seng Koay khek sudah membuka kedoknya, past i
menimbulkan bahaya bagi dirinya maka ia harus ber t indak lebih dulu. Sebelum Chit seng Koay khek
membuka mulut , sudah diserang lebih dulu.
Chi-seng Koay-khek t idak keburu menangkis atau
mengelak, hingga serangan itu mengenainya dengan
telak. Seketika itu juga Chit seng Koay khek rubuh, tak
bisa bangun lagi.
Dahulu sewaktu Ho Hay Hong baru turun gunung, Chit
seng Koay khek sudah t idak sanggup melawan, apalagi
kini setelah Ho Hay Hong mendapat bantuan tenaga
dalam si kakek penjinak garuda.
Setelah berhasil merubuhkan Chit seng Koay khek, Ho
Hay Hong t idak t inggal diam, dua tangannya bergerak
berbareng, menyerang dua orang yang lain.
Satu diantaranya, yang agak lemah, seket ika itu juga
terpukul mundur, dan yang satu lagi terpental dan
kecebur dalam sungai.
Satu yang terpukul mundur tadi masih berusaha
hendak melarikan diri. tetapi berhasil ditangkap kembali
oleh Ho Hay Hong dan dilemparkan kedalam sungai.
Sekaligus ia membinasakan t iga orang, dalam hat i
merasa t idak enak, tetapi kalau mengingat bahwa orang-
orang itu biasanya suka memeras rakyat dan melakukan
kejahatan, ia bisa merasa senang
Tiba-tiba sesosok bayangan orang muncul dari dalam
rimba dan berkata padanya sambil tertawa dingin:
"Sungguh hebat , kau anak muda."
Ho Hay Hong terkejut, ketika ia berpaling hawa
amarahnya meluap, katanya dengan nada suara gusar: "Apakah tuan masih ingin merasakan pedang
terbangku?"
"Sungguh tak kusangka pandangan matamu demikian
tajam, sehingga dapat mengenali diriku." kata orang itu,
yang bukan lain daripada orang berkerudung yang
sangat misterius.
"Bukan cuma aku saja yang mengenali, tetapi Kay see
kim kong dan lain-lainnya juga sudah tahu siapa adanya
kau!"
"Benarkah ucapanmu ini?"
"Walaupun kau menggunakan kain untuk menutupi
mukamu, merobah aksen suaramu, tetapi senjata yang
kau t inggalkan tak dapat mengelabui mata mereka."
"Begitupun baik, sekalipun Kay see Kim kong telah
mengetahui diriku, ia juga t idak berani berbuat apa-apa
terhadap aku!" katanya sambil tertawa dingin, "anak
muda, kau jangan merasa bangga dulu, ketahuilah
olehmu aku sudah mengetahui dirimu, hanya kawanan
kantong nasi itu saja yang berhasil kau kukelabui. Hai,
dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku t idak
akan membuka kedokmu dihadapan mereka, biarlah kau
bisa pulang dalam keadaan hidup. Coba kau pikir sendiri,
apabila aku membuka kedokmu dihadapan mereka,
apakah kau kira saat ini kau masih bisa hidup?"
"Kalau kau merasa menyesal tadi t idak membuka
kedokku, sekarang saja kau umumkan kepada mereka,
juga masih keburu!"
"Anak muda, kau ternyata juga pandai omong besar,
t idak kecewa kau menjadi si anak It Jie Hui kiam.
hahaha" „Kalau kau masih berani menghina sembarangan
terhadap dia orang tua, jangan sesalkan aku berlaku
kurang sopan terhadapmu!"
"Pulanglah beritahukan kepada It Jie hui kiam, suruh
dia lekas menyelidiki dimana anakku, jikalau t idak, aku
akan mencari balas sakit hat iku yang sudah kupendam
berapa tahun."
Sinar masanya yang tajam menatap wajah Ho Hay
Hong. entah apa sebabnya, matanya mendadak berkaca-
kaca.
Ho Hay Hong masih berada dalam kesan keheranan
tetapi orang itu sudah berlalu dan sebentar sudah
menghilang kedalam rimba.
Ia lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "apakah It
Jie Hui kiam merampas anaknya? Tetapi orang tua itu
bukan seorang macam itu. Namun dari ucapan Tee soan
hong jelas mengandung maksud demikian. Heran.“
Ia balik kembali kedepan kelenteng, kabut t ipis yang
meliput i gunung, jauh di depan matanya, terhadap sinar
ungu, sehingga memberikan suatu pemandangan yang
indah.
Pemandangan aneh itu juga dilihat oleh semua hadiri
dalam pertemuan itu, hingga mereka sudah lupa
tugasnya, semua mata diarahkan kearah gunung.
Ho Hay Hong diam-diam tergerak untuk pemandangan
alam yang aneh itu, mengalihkan perhatian orang banyak
jikalau t idak entah bagaimana ia harus mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Tiba-tiba Kay see Kim kong berkata kepada diri
sendiri: "Ow, arah itu adalah arah gunung Set giam san.
Kabarnya diwaktu belakangan ini, sering tampak sinar
magis, semula aku anggap desas-desus saja, tak
kusangka ternyata benar."
Kata-katanya itu juga didengar oleh Ho Hay Hong, ia
segera teringat kepada diri delapan anggota Angin
puyuh, apakah mereka berhasil menemukan benda
pusaka yang dicari?
Jika dit ilik dari sinar aneh yang masih melayang
diudara itu, jelas bahwa delapan pasukan Angin puyuh
itu belum berhasil mendapatkan barang pusaka yang
dicari. Dan dari kata kata Kay see Kim kong tadi, urusan
itu agaknya juga sudah diketahui luas oleh set iap orang
Kangouw.
Dapat diduga bahwa orang-orang Kang ouw yang
pergi mencari benda pusaka itu, pasti t idak sedikit
jumlahnya. Dapatkah delapan pasukan Angin puyuh
melakukan tugasnya dengan baik ?
Karena mengingat kepandaian delapan orang itu,
diam-diam ia merasa cemas.
Tiba-tiba terdengar suara siulan tajam dan panjang,
yang terbawa oleh t iupan angin. Suara itu meskipun
t idak keras, tetapi terpisah dari jarak yang sangat jauh.
suara itu masih bisa didengar dengan tegas, dapat
diduga betapa t inggi kepandaian orang yang
mengeluarkan suara siulan itu.
Kay see Kim kong dan Tok heng Taihiap yang
mendengar suara itu mendadak bungkam. Dengan
sangat hat i-hati memperhat ikan suara itu. Semua hadirin dikejutkan oleh sikap dua jago tua itu
hingga semua pandangan mata dialihkan kepada mereka
berdua.
Pelahan-lahan Kay see Kim kong yang menunjukkan
perasaan terkejutnya lebih dulu, kemudian Tok heng
Tayhiap juga nampak terperanjat. Keduanya saling
berpandangan, dengan serentak mereka berkata:
"Celaka, makhluk aneh si tua bangka itu benar-benar
masih hidup."
Semua orang yang mendengar ucapan itu, t idak
mengert i apa yang mereka maksudkan, orang-orang
hanya menampakkan dua jago tua itu wajahnya pucat
pasi, dapat diduga bahwa urusan ini bukanlah urusan
biasa. Terutama Ho Hay Hong yang memikirkan
keselamatan delapan anggauta pasukan Angin puyuh,
hat inya semakin gelisah.
Ketika pandangan matanya beralih ketempat dimana
gadis baju ungu tadi duduk, gadis itu ternyata sudah
t idak ada ditempatnya, begitupun dengan laki-laki ceriwis
tadi, bukan kepalang terkejutnya, ia pikir gadis itu pasti
memerlukan pertolongan dengan segera, mungkin sudah
pergi berobat bersama laki-laki tadi.
Mengingat diri laki laki ceriwis itu, Hay Hong merasa
muak. Matanya yang liar, sifatnya yang ugal-ugalan,
sikapnya yang ceriwis, segala-galanya jelas menunjukan
t ipenya seorang laki-laki yang t idak bermoral. Bagaimana
juga, tidak sesuai menjadi pasangan gadis baju ungu.
Ia terpaksa memberanikan diri, den t indakan lebar
berjalan menghampiri Kay see Kim-kong, dan bertanya
padanya: "Cianpwee, kemana perginya anakmu, bolehkah
cianpwe memberi tahukan kepada boanpwee?"
Kay see Kim kong yang sudah melihat anak muda tadi
bercakap-cakap dengan mesra bersama anak lakinya,
dianggap sahabat karib laki-laki ceriwis tadi, maka tanpa
banyak pikir lantas menjawab:
"Ia pergi berkunjung kepada pamannya."
Ho Hay Hong segera teringat dari Hoa-tho Hwa thio, ia
menggunakan kesempatan selagi semua orang curahkan
perhat iannya kepada cahaya benda pusaka itu, dengan
cepat pergi kebelakang kelenteng, kemudian dengan
melalui rimba kejalan raya. lalu menuju ke barat .
Tiba dekat empang, tampak olehnya sinar lampu dan
keluar dari deretan rumah bambu. Tanpa banyak pikir, ia
segera menghampiri dan mengetok pintunya.
Tak lama kemudian, dari dalam terdengar suara
menegur: "Siapa ?"
"Paman, numpang tanya, dimana tempat t inggal Hoa
ciu Hwa tho locianpwee?" jawab Ho Hay Hong.
"Ada urusan apa ?"
Ho Hay Hong terkejut pikirnya: ”ia bebas menanya
demikian, apakah ia adalah Hoa ciu wa tho sendiri ?"
Ia t idak berani berlaku kasar, maka lantas bertanya.
"Apakah paman adalah Hoa chiu Hwa tho locianpwee
sendiri?"
Lama t idak terdengar suara jawaban, Ho Hay Hong
terpaksa menggedor lagi. Diluar dugaannya, pintu yang
terbuat dari papan itu ternyata keras sekali. Tidak lama ia menggedor, terdengar pula suara orang
tadi, kali ini nadanya penuh kemarahan, jelas merasa
t idak senang atas perbuatan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru bertanya pula. "Maaf
numpang tanya apakah paman Hoa ciu Hwa tho
locianpwee?"
Mendengar pertanyaan itu, dari dalam rumah t idak
terdengar suara lagi. Beberapa kali ia memanggil, tetapi
t idak mendapat jawaban, hingga ia naik darah.
Tapi mendadak ia ingat sifat aneh hwa Chiu Hoa tho,
mungkin pertanyaan yang diajukan berulang-ulang tadi
menimbulkan kemarahannya, maka t idak mau
menjawab.
Oleh karena itu. maka ia segera mencari akal. Ia t idak
mau menggedor lagi, diam-diam undurkan diri.
Lama ia duduk dibawah sebuah pohon besar, setelah
menganggap waktunya sudah cukup, ia balik kerumah itu
lagi dan mulai mengetok pintunya.
Tak lama kemudian diri dalam terdengar pula suara
pertanyaan: "Siapa?"
Ho Hay Hong buru-buru merubah suaranya, jawabnya:
"Numpang tanya apakah Hoa Chiu Hwa tha
locianpwee berdiam disini?"
"Ada urusan apa?"
Ho Hay Hong diam-diam merasa geli katanya:
"Aku hendak menukarkan barang pusakaku dengan
ilmu obat-obatan locianpwee!" "Suaramu sepert i bukan orang yang sedang sakit .
Apakah ada orang lain yang perlu diobat i?"
"Benar bolehkah locianpwee membuka pintu, supaya
kita bisa masuk untuk berunding"
"Orang yang perlu diobat i itu laki-laki ataukah
perempuan?"
"Perempuan."
"Aku Hoa chiu Hwa tho selamanya t idak mengobat i
orang perempuan!"
Ho Hay Hong merasa cemas, "Tolonglah locianpwee
sekali ini saja boanpwee bersedia membayar dengan
benda berharga!"
Orang tua dalam rumah itu mendadak membentak:
"Bangsat, kau berkali kali mengganggu orang, apa
maksudmu?"
Ho Hay Hong baru ingat bahwa dalam keadaan gelisah
telah lupa merubah suaranya hingga dapat dikenali oleh
orang tua yang berada didalam rumah itu.
Maka setelah ditegur demikian, ia menjadi gelagapan
dan tidak bisa menjawab.
Sesaat ia menjadi bingung lagi, t idak tahu bagaimana
harus berbuat , Mendadak pada saat itu pintu telah
terbuka, seorang lelaki tua kurus kering berada
dihadapan matanya, yang mengusir dirinya dengan
perkataan kasar.
Dengan cepat mata Ho Hay Hong melirik kedalam
ruangan rumah itu, keadaannya ternyata sangat berhasil, diatas meja terdapat banyak tumpukan buku. suatu
tanda bahwa penghuninya adalah seorang terpelajar.
Tetapi ia t idak melihat lelaki ceriwis anaknya Kay see
Kim kong dan gadis baju ungu. Dengan perasaan kecewa
ia menjawab:
"Boanpwee adalah teman Kongcu Kay see Kim kong,
tolong locianpwe beritahukan dimana adanya sekarang,
karena boanpwee ada urusan hendak mencari dia."
Hoa ciu Hwa tho memandang padanya dengan sinar
mata dingin, kemudian berkata.
"Aku t idak peduli kau sahabat siapa lekas pergi?"
Ho Hay Hong yang beberapa kali sudi mengalah,
tetapi masih mendapat perlakukan demikian kasar dari
tuan rumah, darah mudanya bergolak, katanya dengan
suara keras.
"Boanpwee menghormat i kau sebagai orang t ingkatan
tua, maka dengan sikap merendah aku minta
pertolonganmu. Sungguh tak kusangka sikap cianpwee
masih tetap tak memandang mata orang, sehingga
boanpwee kehilangan muka. Malam ini kalau cianpwe
t idak mau memberitahukan dimana adanya anak lelaki
Kay see Kim kong, boanpwee terpaksa hendak
menggunakan sepasang tangan kosong, untuk belajar
kenal dengan locianpwe"
Sambil berpeluk tangan, ia berdiri di hadapan Hoa chiu
Hwa tho. Matanya memandang tajam.
"Bocah, kau sebetulnya memiliki beberapa banyak
kekurangan, berani berlaku bertingkah dihadapanku?"
kata Hoa chiu Hoa tho dingin. "Dengan kepandaian ilmu obat-obatan locianpwee
mendapat nama baik di kalangan Kang ouw, tetapi dalam
hal ilmu silat belum pernah dengar tentang kepandaian
yang istimewa."
Hoa chiu Hwa tho tertawa dingin berulang-ulang,
kemudian berkata:
"Kalau kau berani merendam diri dalam empang itu
dalam waktu kira-kira seperminum secangkir teh panas
saja aku akan memberitahukan jejak keponakanku!"
"Apa kau kira aku t idak berani?" kata Ho Hay Hong
sambil angkat muka. Lalu berjalan menuju ke empang.
Empang itu airnya biru, bening, tanpa banyak pikir. Ia
lantas terjun kedalam air.
Hoa chiu Hwa tho berkata sambil tertawa dingin:
"Air dalam empang ini sudah kumasukkan ramuan
obat , sehingga dinginnya luar biasa. Bagi orang biasa,
sekalipun diwaktu tengah hari, sinar matahari sedang
panasnya, juga t idak berani mencoba, aku lihat kau
baiknya kenal diri sedikit !"
Ho Hay Hong yang sudah berada dalam air, badannya
dirasakan sangat dingin mendengar ucapan itu, semakin
menggigil. Tetapi adanya yang keras, ia t idak mau
menyerah mentah-mentah. Meskipun ia sudah tahu
bahwa air itu bukan air biasa, tetapi ia masih tetap
hendak pertahankan diri.
Sebentar kemudian, ia mengawasi lengan tangannya
ternyata sudah mulai bengkak, otot-ototnya dilengan
tangannya sepert i ada binatang cacing berjalan, Ia
mengert i sudah kena dit ipu oleh orang tua itu. Karena air bukan saja sangat dingin, tetapi juga bisa
mengakibatkan darah dalam daging bergolak hingga
dagingnya membengkak dan akhirnya urat-uratnya pada
putus."
Ia sudah ketelanjuran menunjukkan sikap keras, t idak
mau menyerah, kalau t idak bisa bertahan sampai waktu
seperminuman secangkir teh saja, benar-benar akan
kehilangan muka !
Sejenak ia merasa bimbang, tetapi akhirnya ia
mengambil keputusan hendak mencoba dengan
mempertaruhkan jiwanya.
Dengan mendadak, rasa hangat t imbul dari dalam
badan, hawa itu mengalir terus ke seluruh tubuhku,
hingga rasa dingin lenyap seket ika. Ia merasa heran dan
bertanya-tanya kepada diri sendiri, ”Barang apakah yang
bisa menimbulkan perubahan ini"
Mendadak ia ingat kepada batu kaca yang aneh,
mungkinkah batu itu yang mengeluarkan khasiatnya ?
Hoa chiu Hwa tho yang menyaksikan dari samping,
ketika melihat wajah dan sikap Ho Hay Hong sedikitpun
t idak berubah, dia diam merasa heran. Pikirnya:
”Beberapa hari berselang Hoa san Lo wan masih t idak
sanggup menahan serangan hawa dingin dari situ
sehingga terpaksa keluar lagi dalam empang. Tapi bocah
ini yang usianya masih sangat muda sekali, bisa bertahan
sekian lama, benar-benar sangat mengherankan. Barang
apakah yang membuat dirinya dapat bertahan terhadap
serangan hawa dingin itu ?”
Sementara itu terdengar suara Ho Hay Hong bertanya:
"Hoa chiu Hwa tho, waktunya sudah cukup atau belum?" Hoa chiu Hwa tho menghitung-hitung waktunya,
sebetulnya sudah lewat, tapi Ia tahu bahwa kekuatan
hawa dingin dari air itu, semakin lama semakin kuat ,
maka ia pura-pura balas menanya:
"Hah, bocah, apa kau sudah t idak sanggup bertahan?"
"Hm! Bukan aku omong sombong, sekalipun
merendam t iga jam lagi, bagiku juga bukan soal apa-
apa." jawab Ho Hay Hong.
Ia sudah mengert i khasiatnya batu mujijad dalam
sakunya, adalah batu pusaka yang dapat menolak hawa
dingin, maka ia berani menjawab demikian.
Hoa chiu Hwa tho membuka lebar matanya dan
berkata:
"Bocah, apakah kau mengandalkan kekuatan tenaga
dalamnya, melawan hawa dingin ?"
"Jangan banyak bicara, waktunya sudah sampai atau
belum?" jawab Ho Hay Hong menyimpang.
Sudah t idak ada alasan lagi bagi Hwa chiu Hwa tho
untuk menolak, maka lalu berkata:
"Naiklah, kau menang!"
Ho Hay Hong lompat keluar dari dalam empang, ketika
angin Meniup, sungguh aneh pakaiannya seket ika itu
juga sudah tert iup kering sendiri.
"Cianpwee, sekarang harap cianpwee beritahukan
dimana jejak keponakanmu!" demikian ia berkata.
"Ia datang kemarin dengan membawa orang kawan
wanita, minta obat dariku. Karena aku menolak, ia lantas berlalu menuju kebarat !" jawab Hoa chiu Hwa tho sambil
menghela napas.
Dalam hat i Ho Hay Kong merasa cemas tanyanya
pula:
"Mendengar cianpwe t idak mau memberi pertolongan
kepada keponakanmu?"
"Dalam melakukan ilmu tabibku, selama ini t idak
pernah aku melanggar tradisiku sendiri. Karena
keponakanku itu t idak membawa barang pusaka sebagai
upah dan lagi pula orang yang dibawanya berobat adalah
orang perempuan, yang aku t idak boleh mengobat inya,
maka aku tobat."
"Pendirian cianpwee yang demikian kukuhnya,
sehingga melihat orang yang sudah hampir mati juga
t idak mau menolong, benar-benar sangat
mengagumkan!" kata Ho Hay Hong t idak senang.
"Bocah kau jangan mengejek aku, sekarang aku ingin
tahu apa sebabnya kau masuk dalam air dingin t idak
terluka?"
”Baik, aku hendak majukan suatu permintaan!"
"Katakanlah."
"Boanpwee ingin tanya dulu, luka luka perempuan itu
cianpwee pernah melihatnya betul tidak?"
"Kau benar-benar terlalu menghina aku si orang tua,
kau harus tahu bahwa aku sudah mendapat gelar Hoa
chiu Hwa tho, bagaimanapun hebatnya penyakit atau
luka itu, jelas t idak lolos dari sepasang mataku,
jangankan hanya luka kecil yang t idak berarti itu!" Ho Hay Hong diam-diam merasa girang, tetapi ia tidak
unjukan diluar dan masih menanya terus:
"Apakah cianpwee sudah tahu dengan obat apa untuk
menyembuhkan luka-lukanya?"
"Itu soal sepele, perlu apa kau tanyakan?"
"Inilah permintaan boanpwee. Boanpwe bersedia
memberitahukan rahasianya dan apa sebabnya
boanpwee tidak terluka meskipun merendam sekian lama
dalam air dingin. Tetapi cianpwee juga harus
membuatkan obatnya untuk menyembuhkan luka luka
perempuan itu!" Hoa chiu Hwa tho berpikir sejenak baru
berkata:
"Dia pernah apa dengan kau?"
"Cianpwee jangan tanya soal ini, harap jawab mau
atau t idak, sudah cukup!"
Hoa ciu Hwa tho yang ingin sekali mengetahui sebab-
sebab dari rahasia diri Ho Hay Hong yang tahan dengan
air dingin, lalu berpikir: "dengan t idak langsung aku
mengobat i lukanya, ini t idak berarti aku melanggar
tradisiku sendiri."
Oleh karena itu maka ia lantas berkata:
"Baiklah kau boleh ceritakan rahasianya!"
"Tapi cianpwee harus berjanji t idak akan...."
Hoa-ciu Hwa tho mengert i maksudnya, mendadak
membentak dengan suara keras:
"Apa art inya ini? Apakah namaku diluaran t idak cukup
sebagai jaminan, supaya kau percaya ?" "Maaf, karena boanpwee harus berlaku hati-hati, maka
hendak minta ketegasan cianpwee, harap cianpwee
maafkan kesalahanku!"
Dari dalam sakunya Ho Hay Hong mengeluarkan batu
pusakanya.
Hoa cin Hwa-tho yang seumur hidupnya belum pernah
melihat batu pusaka demikian besar seketika itu matanya
terbuka lebar. Lama ia baru bisa bertanya:
"Itu benda apa ?"
"Batu wasiat tahan hawa dingin, boanpwee berendam
dalam air dingin t idak terluka itu adalah karena
khasiatnya batu ini."
Hoa-ciu Hwa tho menggumam sendiri. "Batu ini
memang merupakan barang yang luar biasa, koleksiku
benda-benda pusaka-pusaka dan barang wasiat cukup
banyak, tetapi t idak ada satu yang dapat dibandingkan
dengan ini Aih! Aku benar-benar sepert i kodok didalam
sumur"
"Harap cianpwee berikan resep obat seperti apa yang
cianpwee sudah janjikan." kata Ho Hay Hong.
Hwa ciu Hwa tho membalikan badan, masuk kedalam
kamar, tak lama kemudian balik kembali dengan
membawa sebungkus obat dan diberikan kepada Ho Hay
Hong seraya berkata:
"Obat ini sifatnya keras, satu hari makan satu kali
sudah cukup. dalam waktu t iga hari lukanya akan
sembuh." Ho Hay Hong menerima bungkusan obat dari tangan
tabib aneh itu, setelah mengucapkan terima kasih, lantas
lari menuju ke barat .
0odwo0
Malam itu, rembulan terang, cahaya ungu yang
bersinar diatas gunung Suan giam-san, saat itu
mendadak lenyap, Ho Hay Hong terperanjat, diam-diam
mendoakan agar pasukan Angin puyuh t idak mendapat
halangan satu apa.
Tak lama kemudian, mendadak ia merasakan ada
orang mengikuti jejaknya. Ketika ia melalui jalan
t ikungan, matanya melirik, tampak olehnya orang yang
mengikut i jejaknya itu ternyata seorang berpakaian
pendek ringkas, gerakkannya gesit , bagaikan kucing
hendak menerkam t ikus.
Karena bentuk potongan orang itu mirip dengan Hoa
ciu Hwa tho, kalau benar dia mungkin tertarik benda
pusakanya hingga t imbul maksud jahat.
Ia mempercepat gerak kakinya t iba-tiba tampak
sesosok bayangan orang berkelebat dihadapannya.
Dengan cepat ia memburu.
Jalan raya yang dilalui itu luas tanpa rintangan
dikedua sisi juga t idak terdapat pohon maka matanya
dengan mudah bisa lihat kearah jauh. Ia telah
menampak dengan tegas bahwa bayangan orang itu
adalah seorang t inggi besar, bentuknya agak aneh
agaknya mirip dengan manusia.
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran dalam otaknya,
mungkinkah bayangan orang itu adalah bayangan orang
yang sedang memondong tubuh seorang lagi hingga bentuknya agak aneh. Seketika itu semangatnya
terbangun, segera mengerahkan ilmunya lari pesat untuk
mengejar bayangan itu.
Dibelakangnya t iba-tiba terdengar suara orang berkata
dengan nada suara dingin: "Kau berani lari ?"
Mendengar suara itu, bukan kepalang terkejutnya Ho
Hay Hong bukankah itu suaranya Hoa ciu Hwa tho?
Ho Hay Hong merandek dan menoleh kebelakang, ia
lihat orang itu memiliki potongan badan sangat gagah,
alisnya keren, matanya tajam, ternyata asing baginya
maka lantas menegur:
"Saudara ada keperluan apa?" Orang itu dengan satu
tangan memegang gagang pedang dipinggangnya,
matanya menatap wajah Ho Hay Hong, lama baru
berkata "Apakah kau bukan dia?."
Sementara itu, bayangan orang yang didepannya itu
kini telah lenyap. Ho Hay Hong yang terhalang oleh
orang t idak dikenal itu dalam hati merasa kurang senang,
maka dengan sangat mendongkol ia balas, menanya:
"Dia siapa yang kau maksudkan?"
"Aku benar-benar telah kesalahan!" berkata orang itu
sambil meminta maaf, "aku yang rendah adalah anggota
perkumpulan Ceng gie hwee yang sedang bertugas
meronda, tadi aku melihat ada orang lari sambil
memondong tubuh seseorang, orang dalam
pondongannya itu adalah seorang wanita muda maka
siautee anggap orang itu past i orang jahat, hingga lantas
mengejarnya. Tak kusangka ilmu meringankan tubuh
orang itu sangat mahir sekali, lagi pula juga sangat
cerdik. Mungkin ia tahu ada orang mengejar, maka dengan menggunakan jalan yang berliku-liku sebentar
sudah menghilang, Siaotee merasa penasaran dan terus
mengejarnya, tetapi kesalahan anggap saudara sebagai
penjahat maka siao tee harap saudara suka maafkan
kekeliruanku ini!”
Mendengar kata-katanya yang sangat merendah.
amarah Ho Hay Hong agak reda. Katanya:
"Aku sudah dengar bahwa perkumpulan Ceng gie
hwee itu adalah perkumpulan orang-orang dari golongan
baik baik. Terus terang, aku juga sedang mencari orang
yang saudara maksudkan tadi itu. Marilah kita sekarang
mencari secara berpencaran. saudara boleh mencari
menuju kearah t imur!"
Sehabis berkata demikian dengan satu gerakan
burung bangau melesat keudara, sekali bergerak set inggi
t iga tombak, kemudian melayang kearah barat.
Ketika kakinya menginjak tanah, baru saja hendak
melanjutkan perjalanannya, telinganya mendadak
menangkap suara halus yang t imbul dari t impukan batu,
yang terpisah t idak jauh dengannya. Ia buru-buru
merandek dan memandang kearah tersebut.
Tempat itu banyak tumpukan batu besar-besar,
sekitarnya kosong. Dari tempat itu dapat memandang
keadaan disekitarnya kira-kira sepuluh tombak, Ho Hay
Hong tertarik oleh situasi tempat itu. pikirnya: ”kecuali
dibelakang tumpukan batu itu yang mungkin dapat
digunakan untuk sembunyikan diri, tempat kosong yang
sangat luas itu t idak mungkin dapat digunakan untuk
sembunyikan diri. Mungkinkah orang itu sembunyi
dibelakang batu itu?” Dengan perasaan bimbang ia berjalan menghampiri
tempat itu dengan sangat hat i-hati.
Tiba-tiba dari belakang tumpukan batu itu melesat
keluar bayangan seseorang yang lalu menegur dirinya:
"Lotee apa perlunya seorang diri kau datang kemari?"
Mendengar teguran itu Ho Hay Hong marah. Apa yang
diduganya ternyata benar, walaupun demikian, diluar ia
masih t idak menunjukan sikap marah. Dengan sabar dan
sambil tertawa ia berkata.
"Siaotee tadi baru dengar kata orang bahwa nona itu
bukanlah kekasihmu loko, kalau begitu loko sudah
membohongi siaotee. benar-benar pandai bergurau, ha
ha!"
"Apa art inya perkataanmu ini?" tanya laki itu dengan
perasaan tak senang.
Ia sudah t idak keburu mencegah, hingga Ho Hay Hong
sudah mengetahui semua, gadis baju ungu itu masih
menyender ditengah batu besar dalam keadaan pingsan,
pakaian bagian dadanya yang montok, juga tertampak
samar-samar.
Ho Hay Hong yang menyaksikan pemandangan itu,
darahnya bergolak, ia berkata sambil tertawa mengejek:
"Loko benar-benar sangat pintar."
Lelaki itu menunjukkan muka t idak senang, katanya.
"Hiantee, kau jangan mengurusin urusan orang lain,
jikalau t idak aku nant i."
"Loko. siaotee tidak menyalahkan, tetapi dalam hal ini
loko agaknya terburu napsu sedikit . Nona ini sedang terluka parah, apabila ada apa-apa bukankah itu berarti
loko yang mencelakakan dirinya?"
"Hiantee t idak usah mengurusi urusan orang lain, kau
dengar atau t idak?" kata lelaki itu marah.
Ho Hay Hong t iba-tiba tertawa terbahak-bahak.
"Apakah lantaran satu perempuan loko lantas
meretakkan perhubungan dengan siautee?"
"Aku t idak ada itu maksud, hanya mengharap kau
jangan coba merintangi urusanku."
"Setiap orang harus mempunyai perasaan
prikemanusian. Meskipun siaotee adalah orang dari
golongan hitam, tetapi masih mengert i mana yang lurus
dan mana yang bengkok. Perbuatan loko ini, bukan saja
melanggar prikemanusian tetapi juga terlalu t idak tahu
malu, t idak ubahnya dengan perbuatan binatang."
Laki-laki itu ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong
seket ika marah besar, tanpa banyak bicara lagi, lantas
menyerang dengan t injunya.
Ho Hay Hong tahu bahwa lelaki itu adalah anak lelaki
Kay see Kim kong, yang terkenal dengan t injunya yang
keras. Sebagai anak, sudah tentu mendapat warisan
kepandaian ilmu silat ayahnya, Maka ia tak berani
berlaku gegabah.
Dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya, ia
menyambuti serangan laki-laki itu.
Dua-duanya sama-sama menggunakan tenaga penuh,
maka ket ika kekuatan kedua pihak saling beradu, segera
t imbul suara hebat . Kesudahannya lelaki itu terpental mundur t iga
langkah, mulutnya banyak mengeluarkan darah.
Ia sebetulnya memiliki kepandaian cukup t inggi dan
kekuatan tenaga dalamnya juga sudah cukup sempurna.
Tetapi oleh dan karena tenggelam dalam air kata-kata
pipi licin, hingga percuma saja ia mendapat latihan
kepandaian ayahnya, sebetulnya hanya merupakan satu
macan kertas saja.
Maka ket ika mengadu kekuatan dengan Ho Hay Hong
dalam tubuhnya terluka oleh serangan Ho Hay Hong,
seket ika itu juga t idak sanggup memberi perlawanan lagi.
"Dengan satu t inju siaotee saja loko masih t idak
tahan, bagaimana masih hendak omong besar? Lekaslah
berlalu dari sini, jangan sampai aku turun tangan lagi!"
kata Ho Hay Hong.
"Baik baik hiantee demikian caranya perlakukan d iriku,
dilain waktu pasti ada waktu aku membalasnya, sampai
ketemu kembali dilain waktu." berkata lelaki itu gemas.
Setelah itu, ia berlalu dengan t indakan sempoyongan.
Ho Hay Hong mengawasi berlalunya kawan, itu,
kemudian berkata sambil tertawa dingin:
"Kalau bukan karena aku pernah anggap kau sebagai
toako, bagaimana aku dapat membiarkan kau berlalu
dengan tenang!"
Ia menghampiri dan berjongkok di samping gadis baju
ungu, yang ternyata masih belum ingat orang. Mendadak
ia sadar dan berkata kepada diri sendiri!
"Pantas tadi ia seperti t idur pulas dalam pelukan laki-
laki itu, kiranya ditotok jalan darahnya.” Dengan cepat ia membuka totokannya, gadis itu
benar-benar saja lantas mendusin. dengan membuka
sepasang matanya yang di ikut i oleh berbagai
pertanyaan, ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, kita berada dimana ini?" Hati Ho Hay Hong
sangat terharu, Ia t idak tahu bagaimana harus
menjawab.
Ketika pandangan matanya tertuju kebagian dada
gadis itu, jantungnya berdebar keras untung ia bukan
bangsa Don Juan.
Maka tak sampai terganggu perhat iannya. Dengan
cepat ia ulur tangannya membereskan baju gadis itu,
kemudian ia duduk disebuah batu, matanya memandang
kearah jauh.
Dengan perasaan bingung gadis itu mengawasinya,
kemudian memandang keadaannya sendiri. Perasaan
malu mendadak t imbul serta merta ia menangis.
Ho Hay Hong memandang dengan sinar hambar,
kemudian berkata padanya.
"Aku sudah memintakan obat untukmu." ia t idak dapat
melanjutkan lagi, pikirannya terganggu. Meskipun dalam
hat i ingin menghiburi, tetapi ia t idak dapat menunjukkan
sikapnya dengan terus terang, terpaksa berkata.
"Kau ist irahat lah baik-baik, jangan banyak memikir."
Gadis itu tahu bahwa Ho Hay Hong kesalahan paham,
lantas ia berkata.
"Aku aku t idak pikirkan apa apa Ho. koko."
Pikiran Ho Hay Hong merasa sangat kalut , ia sendiri
juga t idak mengerti apa sebabnya. Gadis itu yang t idak mendapat jawaban Ho Hay Hong,
semakin malu, menangisnya semakin menjadi-jadi. Kalau
diwaktu biasa, keadaan menyedihkan gadis itu,
bagaimana keras hati Ho Hay Hong, juga akan tergerak.
Tetapi kini keadaan berlainan. Ia mendadak merasa
bahwa sikap kebingungannya itu t idak ada gunanya,
sikapnya mendadak berubah, dengan suara agak keras ia
berkata:
"Jangan menangis lagi, lekas minum obat ini."
Ia membuka bungkusannya. Obat bubuk dimasukkan
kedalam mulut gadis itu, kemudian berkata:
"Ini adalah obat buatan tangan Hoa chiu wa tho
sendiri, pasti manjur, legakanlah hat imu."
Tapi pada saat itu matanya mendadak melihat secarik
kertas putih dimana terdapat tulisan yang berbunyi.
"Tulisan ini ditujukan kepada bocah, obat ini terbuat dari
getahnya ular berbisa yang usianya sudah ribuan tahun,
barang siapa yang memakannya, t idak akan tertolong
jiwanya. Kuberi waktu padamu t iga jam, lekas kau bawa
orang yang sakit itu kepadaku. Kalau sampai lewat batas
waktunya dan ada kejadian apa-apa atas diri perempuan
itu, ini adalah salahmu sendiri, aku t idak mau menerima
lagi!"
Dibawah terdapat tanda tangan Hoa chiu Hwa-tho.
Sehabis membaca Ho Hay Hong mendadak berseru
dan melompat t inggi, kemudian berkata dengan nada
suara gusar:
"Tua bangka kau benar benar berhat i kejam, aku Ho
Hay Hong akan adu jiwa denganmu." Gadis itu mengambil kertas yang dilemparkannya itu.
Setelah dibacanya sebentar, wajahnya berubah, tetapi
sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut . Katanya sedih:
"Aku mat i t idak apa, Ho koko, harus di jaga baik-baik
dirimu sendiri!"
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong merasa sangat
terharu, tetapi sebentar kemudian ia sudah bisa berlaku
tenang lagi. Ia pikir Hoa chiu Hwa tho itu hanya
menginginkan batu wasiatnya lain t idak. Asal batu itu
diberikan padanya, semuanya tentu beres!
Kembali ia berpikir: ”jiwanya sekarang dalam keadaan
berbahaya, dan tokh masih berkata demikian, apakah ia
benar-benar telah jatuh cinta padaku?”
Pikiran semacam itu ia sebetulnya t idak berani
membayangkan, tetapi saat itu ketika menyaksikan
keadaan menyedihkan gadis itu, hat inya tergerak juga.
Ia menyesal atas kelakuan hambar yang ditunjukkan
tadi. Dengan perasaan terharu ia berkata:
"Waktu dengan cepat akan berlalu, mari kita lekas cari
dia!"
Sehabis berkata tanpa menunggu jawaban sinona, ia
sudah menyambar tubuhnya dan dipondongnya,
kemudian dibawa lari menuju kearah t imur.
Dengan menyandarkan kepalanya didada Ho Hay
Hong, gadis itu berkata:
"Ho koko. andai kata Hoa chiu Hwa tho t idak mau
menerima bagaimana?" "Kalau ia t idak mau menyembuhkan kau, aku akan
bunuh mati dia!" jawab Hay Hong dengan hat i panas,
hingga wajahnya nampak sangat menakutkan.
"Dia adalah seorang tamak, ia tentu ngincar batu
wasiatmu, sehingga menggunakan akal keji demikian, Ho
koko sekali-kali jangan terbit onar dengannya."
"Aku t idak pent ingkan batu wasiatku, asal kau
sembuh, hat iku merasa lega!"
"Berkali-kali kau demikian membela diriku, hat iku
merasa sangat t idak enak!"
"Jangan begitu, itu adalah suatu hal yang sudah
seharusnya!"
Saat itu dasar hatinya sudah tergerak oleh sikap lemah
lembut dan sungguh-sungguh dari gadis itu, beberapa
kali ia hendak mengutarakan isi hat inya, tetapi selalu
terganggu oleh bayangan wajah gadis kaki telanjang
yang sebentar terbang sebentar menghilang.
Ia t idak dapat menimbang mana satu yang lebih berat
diantara dua jelita ini, yang menempat i hatinya. Ia masih
selalu merasa bahwa gadis kaki telanjang itu menant ikan
kabarnya dalam kesepian ditempat kediamannya
didaerah selatan.
Kalau ia mengalihkan cintanya, didaerah selatan
kepada gadis lain ini berarti suatu penghianatan terhadap
cinta gadis itu.
Diam-diam ia menarik napas panjang. Dengan
menindas perasaannya sendiri, ia kaburkan diri sambil
menundukkan kepala. Tidak lama kemudian, deretan rumpun bambu yang
teratur rapi itu sudah tampak dihadapan matanya, Ho
Hay Hong sangat marah dengan kepalan t injunya ia
menggedor pintu dan berkata dengan suara keras:
"Hoa chiu Hwa tho, orang yang kau hendak ketemui
sudah datang!"
Karena t idak mendapat jawaban dari dalam, ia
mendorong pintu dengan sekuat tenaga sehingga rumah
yang terdiri dari bambu itu tergetar. Pintu yang
terdorong kuat telah terbuka, Hoa chiu Hwa tho dengan
muka berseri-seri mengawasinya seraya berkata!
"Oh, kiranya kau. Aku siorang tua sudah lama
menunggu, silahkan masuk!"
Ho Hay Hong melangkah masuk dengan langkah lebar.
Setelah meletakkan gadis baja ungu diatas sebuah kursi
bambu, ia berkata:
"Akal cianpwee sangat bagus, boanpwe sangat
kagum. Sungguh tak kusangka kau adalah seorang yang
semacam itu!"
Hwa chiu Hwa tho t idak menghiraukan ejekan itu. Ia
berkata dengan tenang:
"Kau ada urusan minta pertolongan dari ku, sebaiknya
sedikit sabar, jangan kau mengumbar napsumu, nant i
kalau aku sudah naik pitam, batu wasiatmu itu aku juga
t idak inginkan lagi!"
Ho Hay Hong dapat mengert i maksud ucapan orang
tua itu, dalam hat inya berpikir: ”bagiku sendiri
kehilangan batu wasiat adalah urusan kecil, tetapi apabila tua bangka ini nant i marah dan t idak suka
berunding dengan ku, bagaimana nasibnya gadis ini?"
Dengan cepat ia dapat mempertimbangkan urusan
besar itu, untuk sementara ia terpaksa mengalah,
dengan menindas perasaan sendiri ia berkata.
"Baiklah, kau sembuhkan dia, aku akan menyerahkan
batu wasiatku!"
"Tidak bisa, kau yang minta tolong dariku, harus lebih
dulu menyerahkan batu wasiatmu," kata Hoa chiu Hwa
tho sambil menggelengkan kepala.
"Jikalau cianpwee melanggar janj i lagi, bukankah
berarti aku akan kehilangan orang dan barang kedua-
duanya?" kata Ho Hay Hong marah.
"Kalau begitu kau boleh keluar, aku t idak sudi dengan
barangmu lagi."
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong segera naik
pitam.
"Kau berani berbuat begitu, aku akan hancur leburkan
seisi rumah tanggamu."
Hoa chiu Hwa tho memandang padanya dengan sinar
mata dingin, lantas berlalu sambil berkata: "Terserah."
Dilihat dari sikap orang tua itu jelas sekali bahwa
sedikitpun ia t idak takut dengan ancaman Ho Hay Hong,
hingga terpaksa berlaku sabar lagi, dengan nada suara
lunak ia berkata:
"Begini saja, aku akan meletakkan batu wasiatku ini
diatas meja dan cianpwee menyembuhkan lukanya,
setelah ia sembuh, batu wasiat itu kau boleh ambil!" Hoa chiu Hwa tho yang mendengar tawaran itu,
sejenak nampak berpikir, kemudian menerima baik.
Ho Hay Hong mengeluarkan batu wasiatnya dari
dalam sakunya, lalu diletakkan di atas meja, dari atas
meja itu ia mengambil sebilah belati tajam yang ada
disitu, kemudian mengundurkan diri kesamping sambil
berkata:
"Sekarang waktunya t idak bisa diundur lagi, harap
cianpwee lekas turun tangan."
"Untuk apa kau mengambil belati itu?" Ho chiu Hwa
tho sambil tertawa dingin.
"Cianpwee jangan anggap boanpwee hendak
menggunakan benda ini untuk menghadapimu,
boanpwee tahu benar bahwa kekuatan tenaga dalammu
sudah sangat sempurna sehingga sudah kebal dari
senjata tajam, t idak akan aku berbuat begitu gila.
Dengan terus-terang aku hanya khawat ir cianpwee nant i
melanggar janj i lagi, maka aku harus waspada, jikalau
terjadi apa apa, aku akan menggunakan belati ini untuk
menghancurkan batu wasiat ini supaya kedua pihak tidak
mendapatkan apa-apa."
-ooo0dw0ooo-
Bersambung Jilid 17

Jilid 17
”SEANDAINYA aku berhasil menyembuhkan luka-
lukanya, dan kau karena rasa bencimu yang sangat
dalam mungkin kau menggunakan kesempatan merusak batu wasiat itu, dengan demikian bukankah berarti aku
repot tanpa mendapat hasil apa-apa?"
"Cianpwee menghendaki cara bagaimana?"
"Mungkin aku terlalu khawatir, dengan sebetulnya
nona ini setelah sembuh lukanya namun nyawanya masih
tetap berada ditanganku, dengan satu pukulan tangan
kosong saja sudah cukup aku mengirim dia kelain dunia."
Ho Hay Hong semakin curiga, ia t idak mengert i
maksud dan tujuan dari ucapan orang tua itu. Tetapi
sebentar kemudian mendadak sadar, orang tua itu
sengaja menakut-nakut i dengan perkataan, tentunya
dengan maksud supaya ia menurut perintahnya.
"Jangan khawat ir, aku bukanlah orang yang suka
melanggar janji, cianpwee boleh turun tangan!" demikian
ia berkata.
Hoa chiu Hwa tho berjalan menghampiri lemari, dari
dalam mengeluarkan sebuah peti kayu, dalam pet i itu
penuh obat-obatan. Ia mengambil beberapa rupa obat
ramuan hingga sebentar kemudian dihadapannya sudah
penuh tumpukan obat ramuan.
Obat ramuan itu dihancurkan olehnya sehingga
menjadi bubuk, kemudian dari dalam ia mengambil
sebuah perapian, obat itu dimasaknya.
Tidak lama kemudian, bau obat sudah memenuhi
ruangan rumah itu, Ho Hay Hong kepalanya mendadak
merasa puyeng, Hampir saja dia pingsan, dalam
terkejutnya, ia buru-buru menutup jalan pernapasannya
dan menggunakan kekuatan tenaga dalam mengusir
keluar bau obat dari dalam tubuhnya Hoa chiu Hwa tho dengan sinar mata dingin
memandang padanya, kemudian berkata: "Bocah,
kekuatan tenaga dalammu boleh juga, kalau orang lain,
hm hanya bau obat itu saja sudah cukup membuatnya
menyerah !"
Kembali dari dalam pet i obat ia mengambil beberapa
rupa obat-obatan dimasukkan kedalam panci obat yang
sedang dimasaknya sebentar kemudian bau obat yang
tebal itu telah lenyap.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: ”setan tua ini benar-
benar banyak akalnya, untung aku tadi sadar dengan
cepat kalau t idak past i sudah rubuh ditangannya.”
Kini ia lebih berhat i-hati menilik gerak-geriknya,
karena ia khawatir orang tua itu akan menggunakan
kesempatan untuk mencelakakan dirinya.
Sementara itu gadis berbaju ungu itu sudah t idak
ingat orang sama sekali, nampaknya seperti sedang t idur
nyenyak.
Ho Hay Hong yang menyaksikan Ho chiu Hwa tho
repot masak obatnya, agaknya t idak menghiraukan orang
yang sakit , hat inya merasa cemas, maka lalu bertanya:
"Cianpwee bolehkah aku numpang tanya, kapan
kiranya obat itu bisa dimakan?"
"Tidak dapat ditentukan waktunya, mungkin sebentar
lagi sudah masak, mungkin juga masih memerlukan
waktu tiga jam lebih!" jawabnya hambar.
"Mana boleh jikalau racunnya bekerja sebelum obat
datang, bukankah sangat berbahaya?" "Tidak usah kau cemas, apakah aku Hoa chiu Hwa tho
harus dipersulitkan oleh obat racun buatanku sendiri?"
Orang tua itu meniup-niup asap yang mengepul diatas
panci obat . Lalu memeriksa obat yang dimasaknya, t iba-
t iba mengambil kotak jarum emas jarum itu dimasukan
ke dalam obat yang sedang dimasaknya lalu diangkatnya
dan secepat kilat ditusukan kebeberapa bagian jalan
darah diperut gadis itu.
Gadis itu seolah-olah t idak merasakan sama sekali,
hampir seluruh jalan darah di sekujur badannya ditusuk
oleh jarumnya, namun ia tetap masih dalam keadaan
pingsan, t idak lama kemudian, Hoa-chiu Hwa tho berkata
sambil menarik napas:
"Tindakan pertama sudah selesai, harus melalui dua
kali perawatan saja sudah t idak menjadi soal."
Setelah itu tangannya mengambil beberapa ramuan
obat lalu diborehkan diatas dada si gadis.
Beberapa saat lamanya Hoa chiu Hwa tho mengurut-
urut tubuh gadis itu, jari tangannya dengan mendadak
menotok salah satu bagian jalan darah diatas dada gadis
itu.
Gadis itu menjerit dan tersadar, matanya t iba-tiba
berlinang-linang, mulutnya berkata.
"Ho koko, aku tidak berbuat perbuatan itu, kau jangan
salah paham!"
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong terkejut , ia heran
mengapa gadis itu mengucapkan perkataan demikian?
Ketika mata gadis itu beradu dengan matanya sendiri, t iba-tiba ia merasa bahwa ia sepert i dalam kebingungan,
sehingga merasa malu sendiri.
Ho Hay Hong menduga gadis itu pasti sedang
mengigau maka lantas berkata:
"Kau jangan bicara yang bukan-bukan, Hoa chiu Hwa
tho cianpwee segera akan menyembuhkan lukamu."
Hoa chiu Hwa tho memperlihatkan jarum mas
ditangannya kepada gadis itu seraya berkata.
"Tutup matamu!"
Gadis itu memejamkan matanya, Hoa hiu Hwa tho
kembali menusukkan jarumnya diatas tubuh gadis itu,
Gadis itu rupanya merasakan sakit , beberapa kali
merint ih, Ho Hay Hong t idak tega menyaksikan keadaan
demikian, ia menundukan kepala dan mengalihkan
pandangan matanya kebawah.
Dibagian yang bekas ditusuk oleh jarum itu nampak
mengeluarkan asap hitam yang mengepul keluar dan
buyar tertiup angin. Keadaan demikian itu berlangsung
beberapa saat lamanya, wajah gadis itu perlahan-lahan
tampak warna merah.
Hoa chiu Hwa tho mencabut i jarum-jarum yang
berada ditubuh gadis itu kemudian berkata sambil
menunjuk tanda hitam yang terdapat diujung jarum.
"Ini adalah racunnya ular berbisa yang usianya sudah
ribuan tahun, racun semacam ini sedikit saja sudah
cukup untuk membinasakan binatang buas sepert i singa,
harimau, banteng dan lain lainnya!"
"Apakah ia sudah sembuh sama sekali." bertanya Ho
Hay Hong. "Benar, sebentar lagi ia bisa bergerak dengan bebas!"
jawab Hoa chiu Hwa tho, sambil berkata tangannya
mengambil batu wasiat diatas meja.
Ho Hay Hong dengan cepat membalik belati
ditangannya dan berkata dengan suara keras:
"Tunggu dulu, aku hendak menyaksikan dengan mata
kepala sendiri keadaan setelah ia sembuh sama sekali."
Hoa chin Hwa tho dengan cepat menutuk jalan darah
dileher gadis itu dan berkata dengan bingung:
"Bocah, apakah kau hendak melanggar janjinya?"
"Aku t idak percaya sepenuhnya padamu, harap tunggu
sebentar, biar ia yang mengatakan sendiri."
Tidak lama kemudian gadis baju ungu itu melompat
bangun, dengan bersemangat ia berkata kepada Ho Hay
Hong:
"Ho koko, Ia benar-benar sudah menyembuhkan
penyakitku!"
"Hoa chiu Hwa tho, batu wasiat ini sekarang menjadi
milikmu, aku harap dalam hidupku ini tidak akan bertemu
lagi denganmu!" berkata Ho Hay Hong. Ia lemparkan
belati diatas meja, lalu bersama gadis berbaju ungu
meninggalkan rumah bambu itu.
Hoa chin Hwa tho sambil memegangi batu wasiat
bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Dimana keponakanku sekarang?"
Gadis baju ungu yang mendengar pertanyaan itu t iba-
t iba marah, Ho Hay Hong buru-buru menjawab: "Keponakanmu yang rendah daripada binatang itu
sudah kupukul dan mungkin sudah terluka parah,
barangkali t idak lama lagi pasti akan datang minta
pertolonganmu, nant i setelah bertemu muka kalian boleh
bicara sendiri."
Sambil menarik ujung baju gadis baju ungu, Ho Hay
Hong berkata padanya:
"Kau boleh coba lagi, benar atau t idak Hoa chiu Hwa
tho sudah memenuhi janjinya."
Gadis baju ungu itu menganggukkan kepala sambil
tersenyum, kemudian lompat melesat set inggi t iga
tombak dan lari, Ho Hay Hong mengikut i dibelakangnya,
dalam waktu sekejap mata dua muda-mudi itu sudah lari
sejauh sepuluh pal lebih.
"Ho koko, aku benar-benar harus berterima kasih
padamu oleh karena aku bukan saja kau sudah
kehilangan barang wasiatmu bahkan turut bersusah
hat i!" berkata gadis itu.
Ho Hay Hong diam saja t idak menjawab, sedang
pikirannya melayang kediri gadis kaki telanjang, entah
bagaimana keadaannya. Mengingat gadis kaki telanjang,
ia benar-benar merasa t idak enak lagi.
Dua orang lari dengan berdampingan, dengan waktu
singkat sudah t iba dihadapan sebuah kelenteng tua yang
sudah rusak keadaannya. Saat itu mereka sudah merasa
lelah, haripun sudah malam pula. tempat itu yang tadi
dijadikan tempat untuk mengadakan pertemuan orang
orang dan tokoh tokoh rimba hijau, kini ternyata sudah
sepi sunyi, t idak tertampak bayangan seorangpun juga. Selagi Ho Hay Hong berdiri tertegun, pintu kelenteng
mendadak terbuka dari dalam, tampak bayangan orang,
hingga dua orang terkejut .
Orang itu setelah berada dihadapan mereka lantas
berkata sambil tertawa dingin:
"Bocah, sudah lama aku menunggu, tak kusangka
sampai sekarang kau baru t iba.
Gadis baju ungu itu mendadak berseru.
"Kau Tee soan hong Tok Bu Gouw?"
"Benar, kau heran?" jawab orang itu.
Ho Hay Hong bertanya dengan suara tenang:
"Tuan, ada keperluan apa?"
"Kalau kau pulang, kau beritahukan kepada It Jie Hui
kam, Kay see Kim kong Hoa Hiong telah mengambil
keputusan, t iga hari kemudian, akan memimpin anak
buahnya menyerbu rumahnya." berkata Tee soan hong.
Ho Hay Hong terperanjat, sedangkan gadis baju ungu
itu wajahnya pucat seketika, ia bertanya dengan
perasaan terkejut: "Benarkah ucapanmu ini?"
"Seumur hidupmu aku belum pernah ngibul, percaya
atau t idak terserah padamu sendiri, biar bagaimana aku
sudah menunaikan tugasku untuk memberitahukan apa
yang aku dengar dan aku rela membantu untuk kabarkan
It Jie Hai kiam. Aku hanya mengharap agar It Jie Hui
kiam tergerak hat i nuraninya, supaya aku t idak
menderita bathin seumur hidup." berkata Tee soan hong.
Sinar matanya yang bercahaya mendadak berkaca,
dua butir airmata menetes turun. Ho Hay Hong merasa tertarik oleh kejadian itu, ia
maju menghampiri dan berkata:
"Katakanlah terus terang, kau dan dia siorang tua itu
sebetulnya masih ada hubungan apa, mengapa kau
berlaku demikian baik hati terhadapnya ?"
"Aku berlaku baik hati?" berkata Tee-soan hong sambil
tertawa, "ha, ha, ha, kau tahu apa. Lekas pulang dan
beritahukan kabar ini kepadanya, supaya lekas
mengadakan persiapan." Dari pinggangnya ia membuka
sebilah pedang panjang dan berkata pula: ”Ujung
pedang ini ada tanda dari darahku, tetapi aku bukanlah
orang yang mudah dan sembarang an menuntut balas,
dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku ampuni
kau satu kali ini, Nah. ambillah."
Ho Hay Hong mengulurkan tangannya menyambut i
pedang dari tangan Tee soan hong, ia masih mengenali
bahwa pedang itu adalah pedang yang ia dapat pinjam
dari tangan gadis baju ungu, yang kemudian digunakan
untuk menyerang orang itu.
"Bagaimana kau tahu pedang ini kut it ipkan kepada
mereka?" demikian ia bertanya dengan heran.
"Mengapa aku t idak tahu? Hem, jangan banyak tanya
lagi, pulanglah!"
Setelah berkata demikian, Tee soan hong lantas
berlalu.
Ho Hay Hong yang t idak mendapat jawaban orang
aneh. Oleh karena saat itu pikirannya merasa khawatir
keselamatan It Jie-hui kiam, maka ia t idak bisa berlaku
ayal, buru-buru mengajak gadis baju ungu pulang. Pada saat itu, hari sudah menjelang pagi, ufuk t imur
sudah mulai terang. Ketika Ho Hay Hong t iba didepan
rumah, sinar lampu didalam ternyata masih menyala,
hingga menimbulkan keheranannya, ia bertanya-tanya
kepada diri sendiri: "Apakah sudah terjadi apa-apa ?"
Dengan cepat dia maju dan menggedor pintu, tetapi
pintu itu ternyata t idak terkunci hingga lantas terbuka.
Apa yang dilihatnya didalam ruangan membuatnya
terkejut , seketika ia berdiri tertegun.
Delapan anggota dari pasukan angin puyuh yang
namanya menggemparkan daerah utara, masing-masing
dalam keadaan lesu. sambil menundukkan kepala mereka
duduk diatas kursi tanpa berkata apa-apa.
Sedang pakaian semua orang sudah robek t idak
karuan macamnya, kecuali terdapat banyak kotoran
tanah juga masih terdapat banyak tanda darah yang
masih basah.
Beberapa diantaranya sudah di balut bagian kepala
bahu. Lengan tangan atau paha, hampir t iada
seorangpun yang utuh badannya. Dilihat sepintas lalu,
orang sudah pasti menduga bahwa mereka habis
melakukan pertempuran hebat dan mengalami kekalahan
hebat pula.
It Jie Hui kiam duduk diantara mereka, wajahnya yang
sudah keriputan yang biasanya ramah tamah nampak
sedih, alisnya yang panjang dikerutkan, agaknya sedang
berpikir keras.
Sedangkan Hud sim Tot iang yang juga terdapat
diantara mereka, dalam keadaan lesu jaga, hingga dalam
ruangan yang luas itu tidak terdengar suara apa-apa. Mata Ho Hay Hong mengawasi wajah set iap orang
yang ada disitu, ketika pandangan matanya jatuh
kewajah orang tua kurus kering, diam-diam ia merasa
mendongkol. Ia teringat apa yang terjadi dalam
pertemuan orang-orang rimba persilatan dimuka
pekarangan kelenteng tua, ia merasa gemas ingin sekali
segera mengumumkan rahasia orang tua itu, yang
menjadi penghianat didalam tubuh golongan angin
puyuh.
Tetapi sebelum membuka mulut pikirannya mendadak
berubah, sebab bagaimanapun juga masih banyak waktu
lagi hingga t idak perlu tergesa-gesa supaya t idak akan
t imbul kejadian yang tidak diingini.
Dibelakang orang tua kurus kering itu berdiri
serombongan anak muda. Sepert i juga yang lainnya,
sikap mereka nampak tertawa. Tidak satupun yang
membuka suara, hanya menganggukkan badan saja.
Ho Hay Hong t idak sabar lagi, ia segera membuka
mulut bertanya:
"Apakah sebetulnya yang telah terjadi. Kepala Toako
pasukan angin puyuh mengapa demikian lesu
keadaannya, itu perbuatan siapa ?"
"Ai, panjang ceritanya” berkata Hud-t im Tot iang
sambil menghela napas panjang mendadak berubah
nadanya, "Kalian berdua pergi kemana ? Mengapa hingga
sekarang hampir pagi hari baru pulang ? Tahukah kamu
kakek kamu lantaran ini sampai sangat gelisah ?"
Ho Hay Hong memandang kepada It ji Hui kiam,
dalam hati merasa malu. Khong Lio, salah satu anggota pasukan angin puyuh,
bangkit dan berkata sambil tertawa getir:
"Belum lama berselang, muncul seorang tua aneh
dengan tangan membawa sepasang kuali. Thian lam
Lojin mendadak dipukul olehnya sehingga hancur tulang
bahunya, dua kawan kita maju hendak menolong juga
dipukul terluka olehnya. Orang tua aneh itu t inggi sekali
kepandaian ilmu silatnya. Sifatnya sangat aneh.
mengambil jiwa manusia mudah sepert i memites semut,
kita semua orang t idak satu yang sanggup melawan
dirinya, dan akhirnya."
Orang itu berhent i dan menarik napas, selagi hendak
melanjutkan keterangannya, telah didahului oleh Hud sim
Tot iang:
"Sudah, sudah, kau harus beristirahat dulu sebentar,
nant i boleh cerita lagi."
Sekali berkata matanya tajam menatap wajah Kong
lip, orang itu ditatap demikian rupa menundukkan
kepala, t idak berani membuka mulut lagi.
Ho Hay Hong mendadak mendapat firasat bahwa
tatapan Hud sim Tot iang itu ada mengandung maksud
dalam, seolah-olah t idak ingin dirinya mengetahui sampai
jelas urusan yang telah terjadi itu, Diam diam ia merasa
t idak senang karena perbuatan itu berarti memandang
rendah dirinya.
Perasaan t idak senang itu lantas bergolak dalam
hat inya, darah mudanya kembali menguasai dirinya,
maka lantas berkata dengan suara nyaring:
"Dalam keadaan aman, bagaimana sepert i siluman
dan iblis dibiarkan berbuat seenaknya? Rasanya siapa pun ada hak untuk mengetahui urusan ini, jikalau Hud
sim Tot iang takut boanpwee mengetahui urusan
tersebut, itu t idak apa. Boanpwee sanggup dengan
mengandalkan kekuatan tenaga sendiri untuk menyelidiki
jejak orang Itu, boanpwe bersedia dengan seorang diri
dan tenaga kekuatan sendiri untuk menyelidiki jejak
orang itu!"
"Apa sebetulnya yang telah terjadi mengapa para
toako dari pasukan angin puyuh nampaknya semua
kehilangan semangat? Perbuatan siapakah ini
sebetulnya?"
"Hai, hal ini sangat panjang ceritanya." berkata Hud
sim tot iang sambil menghela napas panjang, dengan
t iba-tiba nadanya berubah:
"Kalian berdua pergi kemana saja? Mengapa hampir
pagi hari baru pulang, sehingga lo enghiong sangat
gelisah, hampir semalam suntuk tak bisa tidur!"
Kata-katanya itu diucapkan dengan semangat
menyala-nyala sehingga menarik perhat ian semua orang
yang ada disitu.
Gadis baju ungu juga tak dapat mengendalikan
perasaannya, ia bertanya kepada It Jie Hui kiam:
"Kong kong, apalah sebetulnya telah terjadi, sehingga
para toako kita berubah demikian rupa?"
"Anak-anak sebaiknya jangan mencampuri urusan
orang tua." berkata It Jie Hui kiam sambil menghela
napas. "Kongkong benarkah kau masih anggap aku sebagai
anak-anak? Andaikata aku tahu, apakah itu salah?" kata
gadis baju ungu.
Ho Hay Hong teringat suara siulan yang panjang dan
halus digunung Soat nian san. lalu bertanya.
"Mahluk tua yang aneh itu entah siapa namanya,
menurut kabar yang tersiar dikalangan Kangouw agaknya
sudah lama meninggal, Tak disangka ia masih hidup!"
Diam-diam ia perhatikan muka set iap orang yang ada
disitu. Benar saja tampak olehnya wajah Hud sim Tot iang
agak berubah, maka ia sengaja berkata dengan nada
suara gemas:
"Aku kira para toako dari pasukan angin puyuh past i
terjungkal ditangan mahluk aneh itu. Aku Ho Hay Hong
bersumpah selama masih ada nyawa aku akan
membersihkan kehinaan ini sekedar untuk menyumbang
tenaga bagi rimba persilatan daerah utara."
Gadis berbaju ungu yang mendengar perkataan itu
lantas berkata sambil tertawa.
"Ho koko benar-benar seorang gagah berani yang
patut dibuat teladan!"
It-jie Hui kiam berkata dengan nada suara kurang
senang:
"Hay Hong aku t idak suka kau mencampuri urusan ini.
Aku khawatir kau masih terlalu muda dan berdarah
panas, nant i menimbulkan akibat yang t idak baik."
Gadis baju ungu membantah: "Kongkong aku anggap
seorang lelaki sudah semest inya bercita-cita besar, Ho
koko justru menunjukan cita-citanya seorang lelaki jantan, apakah Kongkong ingin pendam cita-citanya
sehingga untuk selamanya t idak unjuk muka?"
Kata-katanya itu diucapkan dengan nada suara lemah
lembut yang sangat menarik sehingga menggerakkan
hat i Ho Hay Hong.
It Jie Hui kiam dengan perasaan t idak tenang menatap
wajahnya sejenak, kebetulan beradu dengan sinar mata
Ho Hay Hong yan menyala-nyala, sehingga dalam hat i
diam-diam terkejut. Mau t idak mau ia dipaksa menurut
kehendaknya, maka lalu berkata sambil menghela napas:
"Baiklah, aku tak akan menghalangi kau mengetahui
urusan ini, tetapi segala perbuatan harus dipikir dulu
masak masak baru dilakukan,sehingga t idak sampai ada
kesalahan!"
Hud sim Tot iang diam-diam memberi isyarat
pandangan mata kepada Khong Lip, maka Khong Lip lalu
berkata:
"Benda pusaka itu adalah sebilah pedang pusaka yang
terbuat dari emas murni. Oleh karena lama terpendam
oleh salju diatas gunung, sehingga memancarkan
sinarnya yang berkilauan, kita ketika menyaksikan
pedang itu, rasanya agak mirip dengan pedang Kim mo
Sin kiam yang pada seratus tahun berselang membuat
Kim mo Taysu mendapat nama di kalangan Kangouw.
"Maka aku pesan kepada saudara sekalian supaya
beramai-ramai mengambil benda wasiat itu, diluar
dugaan kita Orang tua aneh itu tanpa berkata apa-apa
lantas menyerang kita. ia memiliki kekuatan tenaga
dalam yang sudah mencapai t ingkat tert inggi, meskipun kita lawan dengan tenaga beramai, tetapi belum sepuluh
jurus sudah jatuh ditangannya.
”Orang tua aneh itu sangat ganas dengan senjatanya
ia mengobrak-abrik barisan yang dibentuk oleh orang
dari perkumpulan Ceng gee-hwee, kemudian
mengejarnya sehingga orang orang itu kucar-kacir.
”Setelah itu orang tua aneh itu dengan ilmunya
menyedot dengan telapak tangannya telah berhasil
memiliki pedang pusaka itu. Dengan demikian semua
orang yang datang kegunung itu hendak mencari benda
pusaka tersebut, terpaksa pulang dengan tangan hampa.
”Semua orang merasa heran, jelas bahwa orang tua
itu mempunyai kepandaian dan kekuatan untuk
membinasakan semua orang yang datang kesitu, tetapi
ia t idak berbuat demikian, ia hanya menyerang dan
membuat kucar-kacir semua orang lalu suruh orang-
orang itu pulang.”
Hud sim Tot iang memandang Ho Hay Hong sejenak
lalu berkata.
"Dia adalah Engsiu, pada enam puluh tahun berselang
sudah menjagoi rimba persilatan daerah utara, Menurut
apa yang ku ketahui ia keturunan seorang rendah,
kepandaian ilmu silatnya didapatkan dari seorang aneh
dari gunung Tiang pek san, kecuali pernah kalah
ditangan kakek penjinak garuda, aku belum pernah
dengar ada orang yang bisa mengalahkan padanya!"
"Kalau begitu Thian t ie Lojin yang merupakan kepala
dari lima orang kuat , juga bukan tandingannya?"
bertanya gadis berbaju ungu. "Memang t idak semuanya benar, kita harus tahu
bahwa usia Eng siu jauh lebih tua beberapa puluh tahun
daripada Thian t ie Lojin. Waktu Eng sui namanya sudah
terkenal dikalangan Kang ouw, dia masih merupakan
satu anak kecil, sudah tentu t idak dapat disamakan
dengannya!"
Orang yang mendengar jawaban itu sebagian besar
merasa kurang puas, sebab mereka t idak dapat
memast ikan siapa yang lebih unggul dan lebih kuat
diantara dua orang itu. Sementara itu gadis baju ungu
bertanya pula:
"Apakah mereka berdua belum pernah mengadu
kekuatan?"
"Tentang, ini kurang jelas bagiku. Aku hanya dengar
berita bahwa Eng sui pernah kalah di tangan kakek
penjinak garuda."
It Jie Hui Kiam t iba-tiba berkata: "Eng-siu dilahirkan
dengan bentuknya yang aneh, t inggi badannya hanya
delapan kaki, tetapi mulutnya lebar kepalanya besar,
kumisnya seperti sapu lidi, sehingga mirip dengan Cho Po
Ong, di jaman dahulu yang menit is lagi. Oleh karena kulit
mukanya putih halus, maka orang-orang yang
melihatnya, semua orang memberikan nama julukan
padanya Eng siu! Permusuhan antara ia dengan kakek
penjinak garuda aku mengetahui sangat jelas. Jikalau
kalian ingin dengar, aku boleh ceritakan dari asal-
usulnya?"
"Kongkong kau benar-benar pandai memutar lidah,
lekaslah ceritakan!" berkata gadis baju ungu sambil
tersenyum. "Eng siu mempunyai sepasang saudara kandung, satu
sama lain wajahnya sangat mirip sehingga t idak dapat
dibedakan satu dengan lainnya. Dahulu mereka bertiga
berkelana didunia kang ouw sebelah utara, dalam waktu
singkat namanya dapat menanjak. Sehingga orang-orang
dunia kangouw memberikan julukan mereka t iga
serangkai keluarga Ing.”
”Oleh karena nama julukan itu dalam sebutan agak
mirip dengan julukan kakek penjinak garuda, bagi orang
biasa sering menyebut keliru. Hal itu membuat kakek
penjinak garuda merasa t idak senang, dari daerah
selatan ia memerlukan datang ke utara untuk mencari
Eng siu, dan minta supaya merubah nama julukannya."
”Pada waktu itu justru nama "Eng Siu” sudah sangat
terkenal didalam rimba persilatan, sudah tentu t idak
menerima permintaannya itu. Dalam keadaan marah
keduanya lantas bertempur diatas gunung Tiang Pek
San. Seratus jurus kemudian akhirnya kakek penjinak
garuda dapat mengalahkan Eng-siu !"
"Nama baik yang dipupuk selama itu oleh Eng siu,
dalam waktu sekejap telah runtuh. Dia adalah seorang
yang keras kepala, sudah tentu t idak mau menyerah
begitu saja, ia lalu pergi mengasingkan diri kesuatu
gunung yang sepi sunyi.”
”Disana dengan tekun ia mempelajari ilmu kepandaian
perguruannya yang terampuh. Beberapa tahun kemudian
ia turun gunung mencari jejak kakek penjinak garuda.”
”Antara dua musuh itu t imbul pertempuran lagi,
akhirnya ia masih dikalahkan oleh kakek penjinak garuda.
Dalam marah dan malunya Eng siu hampir menyeburkan
diri kedalam sumur." "Akhirnya sepasang saudara kandung itu telah
mengambil keputusan mengorbankan jiwa mereka untuk
membantu saudara tuanya melawan kakak penjinak
Garuda.”
”Semula saudara yang kedua telah memusatkan
seluruh kekuatan tenaganya ditelapak tangannya di
salurkan kedalam tubuh Eng siu lalu ia sendiri
menghabiskan jiwanya.”
”Bersamaan dengan itu saudara yang termuda juga
membunuh diri setelah menyalurkan seluruh kekuatan
tenaganya kepada saudara yang tertua. Dengan
demikian dalam waktu satu hari kekuatan tenaga Eng siu
berarti bertambah t iga kali lipat ."
Berkata sampai disitu It Jie Hui kiam menunjukkan
perasaan kagum, begitupun semua orang yang
mendengarkan juga tergerak hat inya oleh pengorbanan
dua saudara Eng-siu itu.
It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya.
"Eng siu setelah mengubur jenazah dua saudaranya,
t idak lama kemudian dengan terang-terangan menantang
kakek penjinak Garuda.
”Dua musuh lama itu bertempur satu hari satu malam,
sehingga tenaga mereka hampir habis, barulah Eng siu
dikalahkan lagi oleh ilmu silat garuda sakt i kakek
penjinak garuda.
”Eng siu sangat sedih maka lantas membuang
senjatanya dan berlalu. Tak disangka kalau Eng siu telah
muncul lagi. Ai, rimba persilatan daerah utara
nampaknya benar-benar akan menghadapi bencana besar, aku It Jie Hui kiam mungkin juga t idak dapat
mempertahankan kedudukanku lagi."
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu bukan
kepalang terkejut , ia buru-buru berkata:
"Kongkong harap jangan menempuh bahaya, aku."
Suatu pikiran yang terlintas dalam otaknya, ia lalu
bertanya :
"Kongkong bukankah pernah mengatakan hanya ilmu
silat garuda sakt i yang dapat menundukkan orang tua
itu?"
"Benar, untuk apa kau menanyakan soal ini?"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Aku ada membawa
salinan kitab ilmu garuda sakti itu apakah memuat ilmu
garuda sakt i, jikalau benar ada memuat ilmu silat itu,
segala persoalan akan menjadi beres."
Diluarnya ia masih tenang-tenang saja t idak berani
menunjukkan sikap apa-apa, jawabnya:
"Tidak apa-apa, aku hanya menanyakan saja."
"Saudara tulang-tulangku yang sudah tua ini kalau
t idak patah juga akan karatan, aku mati t idak apa apa
hanya kamu semua yang masih muda belia, yang masih
mempunyai hari depan yang cerah, bagaimana boleh
terlibat dalam pertikaian ini?" berkata It-jie Hui kiam
sambil menghela napas panjang.
Pada waktu itu perasaan semua orang telah
terpengaruh oleh ucapan It Jie Hui kiam terutama gadis
baju ungu yang menampak kongkongnya demikian sedih,
air matanya mengalir keluar. Ho Hay Hong t idak berani melaporkan lagi tentang
maksud Kay see Kim kong yang hendak menggempur
pasukan angin puyuh, lebih-lebih kalau ia menceritakan
itu semua, itu berarti memberi pukulan hebat kepada
bathin orang tua itu.
Tetapi kalau hal itu t idak dilaporkan apabila Kay see
Kim kong datang menyerbu serumah tangga It Jie Hui
kiam pasti terancam, Ho Hay Hong mengert i bahwa
dengan kekuatan tenaganya sendiri t idak sanggup
menahan serangan musuh, maka saat it ia menjadi
sangat bingung.
Dilain pihak orang tua kurus kering yang sejak tadi
duduk diam itu telah membuka mulut:
"Lo enghiong t idak perlu terlalu gelisah. Eng-siu
adalah orang yang jujur, kalau orang t idak mengganggu
dirinya sudah tentu ia tidak akan mengganggu kita !"
"Ini bukan suatu saran yang baik, aku It Jie Hui kiam
adalah seorang pemimpin, yang oleh semua orang sudah
dianggap sebagai ketua dari golongan persilatan yang
menegakkan kebenaran, yang tujuannya membasmi
kejahatan membantu rakyat yang lemah."
”Jikalau lantaran omongan Eng-siu lalu merobah cita-
citaku, bukankah kau akan menjadi tertawaan orang
banyak?" berkata It Jie Hui kiam sambil menggelengkan
kepala.
"Eng sin muncul lagi, pasti akan menimbulkan
kekacauan. kita t idak boleh t inggal diam." berkata Hud
sim Tot iang.
Orang tua kurus kering itu berkata pula: "Tot iang
jangan anggap siaotee seorang penakut. Sebetulnya orang-orang dari perkumpulan Ceng gie hwee dan
pasukan angin puyuh sudah mengalami sendiri, kita
melawan juga t idak ada gunanya."
Ho Hay Hong yang mendengarkan lantas naik pitam.
Dengan pandangan matanya yang merah membara ia
menatap wajah orang tua itu lalu berkata dangan suara
keras:
"Musuh datang harus kita lawan, sudah seharusnya,
Eng siu belum tentu merupakan orang yang mempunyai
t iga Kepala dan enam tangan, mengapa kita harus takut
padanya?"
Gadis berbaju ungu segera menunjang pendapat Ho
Hay Hong, ia berkata:
"Betul, ucapan Ho koko sedikitpun t idak salah, kita
t idak perlu takut i"
It Jie Hui kiam lantas berkata:
"Hay Hong, dengarlah kata-kataku, jangan terlalu
mengandalkan kegagahanmu sendiri!"
Ho Hay Hong mengert i perasaan orang tua itu. ia
berjalan menuju kedalam sambil menundukan kepala.
It Jie Hui kiam t iba-tiba merasa bahwa pemuda itu
keras kepala, t idak mudah dielus, mirip sekali dengan
ayahnya
Didalam kamarnya ia memasang pelita, dari dalam
sakunya mengeluarkan salinan kitabnya Ilmu silat garuda
sakt i. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ia buru-
buru menyimpannya lagi kitabnya kedalam saku, baru
berkata:
"Masuk!" Gadis berbaju ungu mendorong pintu kamar dan
melangkah masuk. Katanya dengan suara sedih:
"Kau marah terhadapku?"
Ho Hay Hong terkejut , "Aku tidak ada itu maksud."
"Kalau begitu mengapa dengan mendadak kau
meninggalkan aku dan masuk ke kamar?"
Ho Hay Hong baru hendak menjawab: "Ini ada
hubungan apa denganmu?" tetapi belum lagi diucapkan
mendadak melihat mata gadis itu sudah basah dengan
air mata sikapnya sangat menyedihkan.
Seketika itu dipertahankan sekuat tenaga, tangan
gadis itu ditariknya dan dipeluk erat-erat .
Ia merasakan bahwa tangan gadis dalam pelukannya
itu gemetaran, jantungnya berdebaran.
Gadis baju ungu itu mandah dipeluk, airmata
kegirangan mengalir keluar, tapi ia t idak berkata apa-
apa.
Ho Hay Hong merasa menyesal atas t indakannya yang
sudah meninggalkan gadis itu sendirian, maka ia berkata
sambil menundukkan kepala:
"Maafkan aku, aku sangat menyesal atas
perbuatanku."
Tanpa berkata apa-apa, gadis baju ungu memutar
tabuh dan lari keluar dari kamar.
Tinggal Ho Hay Hong duduk seorang diri menghadapi
pelita, pikirannya melayang jauh.
Ia mulai t idak berani menghadapi kenyataan, ia
sesalkan dirinya sendiri bahwa dahulu sudah jatuh cinta kepada gadis kaki telanjang, sehingga kini ia tidak berani
menyatakan cintanya dengan terus terang kepada gadis
dihadapan matanya.
Ia tertawa masam, membiarkan perasaan kasihnya
terpendam dalam lubuk hat inya.
Ia mengeluarkan lagi kitab dari dalam sakunya mulai
dibuka lembarannya. Lembaran pertama terdapat tulisan
dengan kata-kata:
"Barang siapa yang hendak masuk menjadi
golonganku, lebih dahulu harus melakukan upacara
hikmad. berlutut menghadap arwah Hay thian Kow yan
Couwsu."
Sebagai seorang jujur, Ia lantas menghadap kearah
t imur dan berlutut. Dengan sangat hormat sekali ia
memanggutkan kepalanya sampai t iga kali, setelah itu, ia
baru bangkit dan membuka lagi lembaran yang kedua.
Dalam lembaran yang kedua itu terdapat tulisan yang
berbunyi :
"Haythian Kow-yan dengan sifat-sifatnya yang kasar
dan bodoh, tulang-tulangnya yang buruk, belajar ilmu
silat: Orang banyak pada mengatakan padanya: kayu
rapuh bukanlah bahan yang baik untuk diukir. Tetapi
akhirnya ia berhasil ! Kepandaian ilmu silatnya yang luar
biasa, telah menggemparkan dunia rimba persilatan.
Apakah ini suatu kemujijatan? Bukan, melainkan rajin
dan tekun belajar!"
Ho Hay Hong mengangguk-anggukkan kepala dan
berkata sendiri. "Benar, kalau rajin segalanya akan
tercapai!" Lembar ketiga ditulis :
”Orang yang mempelajari ilmu silat, hingga lupa
makan dan lupa t idur, rajin belajar seumur hidup, apa
benar ada hasilnya. Kataku t idak, pada akhirnya tulang-
tulangpun t iada, yang ada hanya semangatnya."
Lembar keempat ditulis:
"Ketika aku mengarungi lautan Timur, aku lihat
sebuah tumbuhan rumput aneh yang tumbuh diatas
gunung yang t inggi kira-kira ratusan tombak. Menurut
orang-orang daerah situ, rumput it namanya Hee lang,
tetapi nama sebenarnya adalah Chiu oey. Maka itulah,
apa yang benar dan apa yang salah dalam rimba
persilatan kalau orang yang mengatakan benar ya benar,
orang mengatakan salah ya salah. Apa yang dikatakan
benar sebetulnya salah. Manusia terutama harus bisa
menghargai dirinya sendiri."
Tulisan-tulisan yang terdapat dalam lembaran-
lembaran selanjutnya, juga merupakan kata-kata
mut iara, yang mungkin cuplikan dari sana sini.
Ho Hay Hong merasa agak kecewa, apa lagi setelah
membaca sekian banyak, masih t idak menemukan
pelajaran ilmu silat yang sedang dicari. Maka ia mulai
putus asa.
Dengan tangan gemetaran ia membaca selembar demi
selembar, sementara itu pikirannya teras diliput i olah
kekhawat irannya.
Ketika membaca sampai di bagian hampir penghabisan
diri kitab itu matanya t iba-tiba menemukan tulisan
dengan kata-kata: "Lima Gerakan ilmu Garuda Sakti."
Wajahnya berubah seketika dalam kegirangannya, ia
segera bangkit dan dengan bersemangat ia baca berkali-
kali kalimat itu, seolah-olah takut akan menghilang dari
depan matanya.
Lama sekali ia baru membuka lembaran berikutnya,
lalu lembaran itu hanya terdapat lukisan lima orang.
Dengan penuh perhat ian ia memperhatikan lukisan
dari bentuk gerak-gerik orang dalam berbagai rupa,
disamping set iap lukisan terdapat sebaris tulisan huruf
kecil, yang merupakan penjelasan dari gerak gerik t ipu
silat itu.
Ia t idak sempat membaca dengan telit i diluar pintu
terdengar suara t indakan kaki orang, buru-buru ia
menyimpan kitabnya dan membuka pintu kamar. Orang
yang datang itu adalah It-jie Hui kiam.
"Kau masih belum t idur?" tanya It ji Hui kiam.
"Pikiranku sedang kalut, hingga t idak bisa t idur!""
jawab Ho Hay Hong.
It Jie Hui kiam mengulurkan tangannya mengusap
usap rambut kepalanya dan berkata dengan suara lemah
lembut!
"Ho Hay Hong aku suruh kau jangan sok berlagak
gagah-gagahan, karena ini semata-mata hanya untuk
kepent inganmu dikemudian hari, mengertikah kau
maksudku?"
"Aku tahu Kongkong sangat memperhat ikan diriku,
tapi...." It Jie Hut kiam menggelengkan kepala dan memotong
ucapannya.
"Tidak perlu kau menjelaskan, aku telah mengambil
keputusan besok suruh kau pergi ke daerah selatan
untuk mengungsi sementara waktu!"
"Aku t idak ingin pergi, aku hendak berdiam disini
mengawani Kongkong!" berkata Ho Hay Hong cemas.
"Anak kau jangan menurut i kemauanmu sendiri,
benarkah kau hendak mengorbankan hari depanmu yang
gilang gemilang?"
"Tidak aku kira ini justru waktunya unjuk diri!"
It Jie Hui kiam kala itu yang menyaksikan sikap Ho
Hay Hong yang demikian teguh, perasaannya mendadak
mendelu, ia berkata:
"Dalam rumahku ini hanya kau seorang anak laki-laki,
sekalipun kau t idak memikirkan dirimu sendiri, set idak-
t idaknya juga harus memikirkan keluargaku?"
"Kongkong, teras terang aku beritahukan padamu, kau
masih ada seorang cucu lain laki-laki yang masih hidup,
dia adalah murid kepala Lam kiang Tay bong Tang siang
Sucu!"
Menyebut diri Tang siang Sucu, dalam hat inya lantas
t imbul pertentangan sendiri, karena perbuatan dan sepak
terjang Tang siang Sucu. Ia seharusnya t idak boleh
mengakui sebagai saudaranya sendiri, tetapi dilain pihak
perasaan lain mencegahnya ia berlaku demikian.
It Jie Hui kiam membelalakkan matanya dan bertanya
dengan suara kaget: "Benarkah? Lam kiang Tay bong selamanya tak akur
dengan kakek penjinak garuda, mengapa ia mau pungut
Tang siang Sucu sebagai murid?"
"Mungkin ia hendak menggunakan itu untuk memaksa
kakek penjinak garuda, Dari mulut Chim kian Sianseng
aku dapat tahu tentang itu, Lamkiang Tay-bong dahulu
adalah Lam kie Gwat cu."
Wajah It Jie Hui kiam nampak guram, agaknya sedang
memikirkan apa apa lama tidak bisa bicara.
Ho Hay Hong yang telah mengetahui bahwa dalam
kitab yang ia bawa ada memuat pelajaran ilmu silat
garuda sakt i, maka nyalinya semakin besar, tanpa ragu-
ragu sedikitpun juga ia berkata.
"Kongkong, masih ada suatu hal aku belum
beritahukan padamu, aku dengar Tee soan hong, Tok Bu
Gouw kata, Kay see Kim kong t iga hari kemudian hendak
pimpin anak buahnya untuk datang menyatroni kemari?"
Wajah It Jie Hui kiam berubah seketika, lama baru
bisa berkata:
"Apa? Ucapan itu keluar dari mulut Tee-soan hong?"
Menggunakan kesempatan itu Ho Hay Hong bertanya:
"Kongkong, siapakah sebetulnya dia itu?"
"Kau jangan tanya aku, dikemudian hari kau jangan
perhubungan dengannya mengert i?"
Perasaan curiga Ho Hay Hong semakin tebal, namun ia
t idak berani bertanya langsung, maka lalu berkata:
"Dia minta kepada Kongkong mempunyai belas
kasihan, supaya lekas memberitahukan padanya dimana jejak anaknya sendiri, agar ia t idak menderita hat in
seumur hidup. Kong kong kau tahu jejak anaknya tetapi
mengapa t idak mau memberitahukan padanya? Aku
melihat orang itu meskipun luarnya sepert i buas dan
t idak aturan tetapi sifatnya baik. Jikalau t idak ia tentu
t idak akan memberitahukan padamu tentang maksud
Kaysee Kim-kong yang hendak datang menyerbu!"
"Hay Hong. kau jangan coba membela dirinya lagi
orang itu adalah seorang rendah yang t idak tahu malu,
segala kejahatan ia bisa lakukan, maka kau jangan dekat
dengannya!"
Karena matanya tajam menatap Ho Hay Hong
demikian rupa, maka Ho Hay Hong terpaksa menurut
namun dalam hat i tetap t idak mengert i mengapa orang
tua yang sabar dan baik hati itu begitu membenci kepada
Tee soan hong.
Ia t idak ingin kakek luarnya itu t idak senang dan
marah, maka lantas mengalihkan pembicaraannya ke lain
soal:
"Aku lihat orang tua kurus kering itu bukanlah seorang
yang baik orang itu luarnya sudah menunjukkan sifatnya
yang licik. Kongkong harus berhati hat i sedikit
terhadapnya, jangan sampai terjebak akal muslihatnya."
It Jie Hui kiam kaget, "Ho Hay Hong, apakah
sebetulnya yang telah kau lihat?"
Dengan suara sangat perlahan Ho Hay Hong
menceritakan semua apa yang telah disaksikannya
dihadapan kelenteng tua itu kepada kakeknya, It Jie Hui
kiam lantas berkata sambil tertawa:
"Hay Hong kau past i salah lihat !" "Tidak, orang itu benar adalah dia, sedikitpun aku
t idak salah lihat!"
"Aku tahu adatmu keras, kau past i t idak mau mengaku
salah kau harus tahu bahwa Kong locianpweemu itu
sudah mengikuti aku banyak tahun, belum pernah terjadi
sesuatu dengan dirinya, t idak mungkin karena
kedatanganmu ini lantas begitu kebetulan ia berubah.
kau jangan anggap lantaran diluarnya kelihatannya
sepert i orang licik, kau lantas menganggap keliru
terhadap sifatnya !"
Karena melihat kakeknya itu tetap t idak mau percaya,
maka ia tidak mau berkata apa apa lagi.
"Kau t idurlah! Kongkongmu juga perlu beristirahat ."
berkata It Jie Hui kiam.
Ho Hay Hong mengantar keluar kakeknya, kemudian
balik lagi kedalam kamarnya dan mengeluarkan lagi
kitabnya. Dibawah sinar pelita, ia mulai mempelajari
dengan tekun ilmu silat yang sudah lama menjadi
idamannya itu.
Semalam suntuk ia tidak mendapat kesempatan untuk
mengaso, meskipun merasa agak let ih, tetapi karena
bahaya sudah berada didepan matanya, ia
menggertakkan gigi, untuk menelan rasa kantuknya.
Waktu matahari pagi muncul, ia t idak melihat lagi
gadis baju ungu, entah kemana ia pergi.
Ia telah mengambil keputusan t idak akan
meninggalkan rumah itu setapakpun juga. karena rumah
tangga keluarga kakeknya sedang menghadapi ancaman
bahaya, maka siang malam ia terus mempelajari ilmu
silat garuda sakt i tanpa mengaso. Disamping itu ia diam-diam juga mengawasi gerak-
gerik orang tua kurus kering itu, tetapi penghianat yang
sangat licin itu: Gerakkannya tetap seperti biasa,
sedikitpun t idak menunjukkan tanda-tanda yang
mencurigakan, betul-betul merupakan seorang Kang-ouw
kawakan yang sangat berbahaya.
Dalam waktu satu hari satu malam, ia sudah berhasil
memahami dua rupa gerakan, lalu mulai mengadakan
latihan diruangan kamar dalamnya.
Pada hari berikutnya, ketika ia berada diluar, ia telah
menyaksikan adanya perubahan yang t idak wajar.
Orang-orang yang berada didepan rumahnya yang
dahulu biasanya adalah pedagang pedagang biasa, kini
mendadak datang rombongan orang-orang kasar sepert i
dari kawanan penjahat .
Orang-orang itu berjalan sambil menundukkan kepala,
walaupun demikian, tokh t idak merobah sifatnya, air
mukanya yang buas dan kejam t idak dapat ditutupi.
Ho Hay Hong dalam hat i berpikir: ”Orang-orang ini
pasti rombongan yang dikirim oleh Kay-see Kim kong
untuk menyelidiki keadaan rumah kakeknya.”
Dilain fihak, It-jie Hui kiam juga mengundang banyak
kawan-kawannya yang masih asing bagi Ho Hay Hong,
orang-orang itu yang melihat Ho Hay Hong masih muda
belia, ket ika ia sedang melatih ilmu silat dengan
membuka baju luarnya, t iada satupun yang ambil
perhat ian dirinya.
Ho Hay Hong sedikitpun t idak ambil pusing, ia masih
tetap bertekun melatih ilmu silatnya garuda sakt i. Karena beberapa malam ia t idak pernah t idur, maka
matanya agak merah. It Jie Hui kiam yang menyaksikan
itu segera menitahkan padanya supaya menghent ikan
latihannya.
Ho Hay Hong meskipun menerima baik perintah
kakeknya, tetapi ketika berada di kamarnya, ia masih
terus melanjutkan latihannya.
Gerak t ipu yang ketiga berhat i! dipahami diwaktu
lohor bukan kepalang capainya, hingga sore itu juga ia
melanjutkan pelajarannya digerak t ipu ke empat.
Ilmu silat garuda sakt i itu nampaknya sangat
sederhana, hanya terdiri dari lima macam gerak t ipu,
tetapi set iap gerak ada mengandung perobahan gerak
t ipu yang sangat luas sedikit kesalahan juga membawa
kegagalan total, inilah yang membuat Ho Hay Hong yang
pintar dan cerdas itu merasa sulit .
Gerak t ipu keempat berhasil juga dipecahkan setelah
memikir hampir setengah malam, dalam keterangannya
ia berlatih didalam kamarnya hingga meja kursi dalam
kamarnya banyak yang hancur berantakan oleh
pukulannya.
Hari ket iga pagi-pagi sekali, ia sudah merasa terlalu
let ih maka ket ika duduk di atas pembaringan ia lantas
tertidur.
Entah beberapa lama ia tert idur telinganya t iba-tiba
mendengar suara orang memanggil:
"Hokoko, Hokoko, kau lekas bangun!" Dengan pikiran
masih belum sadar betul-betul ia membuka matanya dan
bertanya: "Ada urusan apa?" Orang yang memanggil padanya itu bukan lain
daripada gadis berbaju ungu yang selama beberapa hari
itu ia belum pernah melihatnya.
Ketika Ho Hay Hong melihatnya lalu bertanya.
"Selama beberapa hari ini kemana kau pergi?"
Gadis itu t iba-tiba saja berseru kaget: "Ah. bukan saja
matamu begitu merah, suaranya juga tidak berubah.”
Ho Hay Hong waktu itu t idak melihat bahwa udara
sudah gelap, maka dalam hat inya berpikir. "Waktu aku
tertidur, aku ingat hari masih pagi sekali, apakah aku
sudah tidur satu hari lamanya?"
"Kongkong suruh aku pergi kedaerah selatan untuk
mengungsi, aku dipaksa sehingga t idak berdaya sama
sekali, tetapi." berkata gadis itu, wajahnya mendadak
menjadi merah. "Tetapi aku ingat kau masih berada di
sini, aku merasa berat maka aku memaksa pulang."
Mendengar ucapan itu hat i Ho Hay Hong sangat
tergerak. Lama tak dapat ia berkata apa-apa.
Semula ia mengira gadis itu marah dan menjauhkan
diri dari padanya, tak disangka gadis itu bukan saja tidak
menyesalkan perbuatannya yang t idak sopan sebaliknya
menunjukkan cinta kasihnya sedemikian dalam, dengan
berani ia datang mengunjungi meski pun tahu bahwa
dirinya sedang menghadapi bahaya. Cinta kasih yang
ditunjukkan oleh gadis itu sesungguhnya sangat
mengharukan.
"Apakah Kongkong mu tahu kalau kau kembali?"
demikian ia bertanya. "Aku masuk dari pintu belakang, kecuali kau, aku kira
t idak ada orang lain yang tahu! Kongkong mengira pasti
aku sudah pergi jauh ke daerah selatan, ia tentu t idak
menyangka aku sekarang ini masih berada disini, Kalau
ia tahu, entah bagaimana marahnya!"
"Aku pikir hendak sembunyikan dulu, tetapi dimana
harus kusembunyikan supaya jangan sampai ketahuan
orang luar?"
"Aku pikir gudang belakang itu paling baik. asal pesan
yang menjaga pintu jangan berkata apa-apa, siapa pun
t idak bisa tahu!"
"Baiklah kau berdiam disana untuk beberapa hari,
setelah urusan selesai, aku nant i datang menjemput
kau!"
Gadis itu menganggukkan kepala dan tersenyum,
setelah itu dengan sekali enjot ia sudah melesat melalui
lobang jendela.
Ho Hay Hong dengan semangat yang baru mulai
mempelajari gerak t ipu kelima.
Baru saja lewat jam t iga malam, ia sudah berhasil
memahami seluruhnya. Dengan semangat menyala-nyala
ia mengadakan latihan di tengah lapangan.
Latihan itu menimbulkan perasaan takjub dan kaget
baginya, karena set iap gerak kaki dan tangannya, selalu
menimbulkan hembusan angin demikian hebat, sehingga
tempat disekitar lima tombak, pasir-pasir dan batu-batu
pada berhamburan dan beterbangan.
Esok tengah hari. It Jie Hui kiam telah mengutus
orang untuk panggil padanya. Ia menemui kakeknya diruangan tamu, disitu sudah berkumpul tujuh atau
delapan orang-orang rimba persilatan yang masih asing
baginya. Mereka itu menunjukkan sikap sangat serius,
t iada sepatah kata keluar dari mulut masing-masing.
Dari keadaan dan sikap orang-orang itu, ia telah
menduga bahwa bahaya telah mengancam, maka ia juga
t idak berani membuka mulut . Menurut perintah
kakeknya, ia duduk disisinya.
Saat itu ia baru melihat bahwa diatas meja persegi,
terletak sebuah sampul merah yang dikirim oleh Kay see
Kim kong. dibawah nama Kay see Kim-kong masih
terdapat beberapa nama yang ditulis dengan huruf kecil,
hingga t idak dapat dilihat olehnya.
Hud sim Tot iang mulai memecahkan kesunyian itu
dengan kata-katanya:
"Ucapan Ho siauwhiap pada beberapa hari berselang,
kini telah menjadi kenyataan. Tadi Kay see Kim kong
telah mengutus anak buahnya untuk mengirim surat
tantangan, t idak lama lagi barangkali akan disusul oleh
pasukan perangnya. Pinto minta supaya saudara saudara
tetap berlaku tenang, kita lihat dahulu kekuatan musuh,
barulah mengambil keputusan!"
Pada waktu itu orang tua kurus kering itu keluar dari
dalam ruangan membawa minuman teh. Dengan
sikapnya yang sopan ia menganggukkan kepala kepada
set iap tamunya, kemudian memberikan set iap tamunya
secangkir teh.
Ho Hay Hong yang selalu waspada dan
memperhatikan segala gerak-gerik orang tua itu, ketika
itu, dapat melihat bahwa sinar mata orang tua itu mengandung napsu membunuh, maka tergeraklah
hat inya, ia khawat ir bahwa dalam teh itu ada racunnya.
Pikiran itu hanya sepintas lalu terlintas dalam otaknya,
tatkala melihat It Jie Hui kiam mengangkat cangkir
mempersilahkan para tetamunya minum, tangannya
segera bergerak menyampok cangkirnya hingga jatuh
ketanah.
Perbuatan Ho Hay Hong itu menimbulkan kericuhan
dengan sorot mata terheran-heran semua orang
memandangnya. Sedang It-jie Hui kiam t idak menyangka
bahwa cucunya berani melakukan perbuatan yang
memalukan dirinya, maka seket ika itu ia lantas marah
dan katanya:
"Ho Hay Hong, apa maksudnya perbuatanmu ini ?"
"Dalam air teh ini ada racunnya, tidak boleh diminum!"
jawab Ho Hay Hong.
Jawaban ini kembali mengejutkan dan mengherankan
semua orang sementara orang tua kurus kering itu lantas
berkata dengan nada suara dingin:
"Apa maksudnya ini? Kau harus tanggung jawab
dengan ucapanmu ini!"
"Kau masih hendak menyangkal? Hari ini aku akan
membuka kedokmu dihadapan orang banyak, tahu!" Kata
Ho Hay Hong.
Orang tua itu masih tetap berlaku tenang, ia berkata
kepada It-jie Hai kiam sambil tertawa sinis:
"It Jie Hui kiam lo enghiong, apakah ini adalah
perintahmu?" It-jie Hui kiam membentak kepada Ho Hay Hong
dengan suara keras:
"Hay Hong mengapa kau mengacau di sini? Lekas
keluar!"
Ho Hay Hong sudah bertekad hendak membuka kedok
orang tua itu, maka ketika mendengar perintah kakeknya
ia t idak keluar, sebaliknya malah berjalan menghampiri
orang tua kurus kering, lalu berkata padanya dengan
nada suara dingin:
"Manusia licik yang sangat rendah martabatnya, kau
benar-benar sungguh pandai main sandiwara, jikalau
perbuatanmu yang kau unjukkan dihadapan kelenteng
tua, benar-benar juga akan kau kelabui Sekarang t idak
perlu banyak bicara, aku tanya padamu, beranikah kau
mengeluarkan apa yang kau simpan dalam sakumu,
untuk diperlihatkan kepada orang banyak!"
Orang tua itu marah, ia berkata kepada It Jie Hui
kiam:
"It Jie Hui kiam, sudah bertahun-tahun aku mengabdi
kepadamu, aku anggap selama itu sudah cukup berlaku
set ia membela dirimu, tak disangka cucumu ini demikian
kasar perlakukan diriku, apakah ini peraturan dalam
rumah tanggamu?"
Dengan wajah merah padam It Jie Hui-kiam
memerintahkan anak buahnya supaya menangkap Ho
Hay Hong dan dihukum rotan lima puluh kali.
Delapan pasukan Angin puyuh segera bergerak
hendak menangkap Ho Hay Hong, tetapi Ho Hay Hong
menyapu dengan dua tangannya, seraya berkata dengan
suara keras. "Tunggu dulu!"
-ooo0d-w0ooo-
Bersambung Jilid 18

Jilid 18
KARENA gerakan tangan Ho Hay Hong itu
mengandung hembusan angin demikian hebat , delapan
orang dari pasukan angin puyuh yang setiap orang sudah
merupakan orang-orang yang banyak pengetahuan dan
pengalaman, t idak berani mendekat i anak muda itu,
semua lompat mundur dan membatalkan maksudnya
hendak menangkap.
Ho Hay Hong dengan hawa amarah yang sudah
meluap, telah berkata dengan suara keras sambil
menuding orang tua kurus kering:
"Kau sebetulnya berani mengeluarkan benda dalam
sakumu untuk diperlihatkan pada orang banyak atau
t idak?"
"Jikalau barang yang kukeluarkan dari dalam sakuku
t idak cukup untuk membukt ikan kesalahanku, bocah, kau
mau apa lagi." berkata orang tua kurus kering itu sambil
tertawa dingin.
"Kalau memang begitu, aku akan mengutungi kedua
tanganku sendiri sebagai hukuman rumah tangga!"
Tindakan dari perkataan Ho Hay Hong itu, sangat
menarik semua perhat ian orang, It Jie Hui kiam berkata
dengar suara gusar:
"Hay Hong, apakah kau sudah gila?" Hud sim Tot iang lantas bangkit dan berkata:
"Hay Hong berani berbuat dan mengeluarkan
perkataan demikian, pasti mengetahui benar sebab
musababnya, aku bersedia menjadi wasit antara kalian
berdua!"
Orang tua kurus kering itu lantas berkata:
"Baik, begitulah kita tetapkan."
Sehabis berkata, ia lalu mengeluarkan semua isi
barang dalam sakunya, diletakkan diatas meja.
Pada waktu itu, semua orang pada berdiri dengan
mata ditujukan keatas meja, barang-barang itu hanya
terdiri dari barang yang tak berarti, antaranya sepotong
sapu tangan, t iga tail uang perak recehan, sebuah cermin
kecil dan sebungkus obat bubuk tetapi t idak ada tanda
perintah Ngo jiauw leng.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu agak terkejut , ia
bertanya kepada diri sendiri apakah tanda perintah itu
sudah disembunyikan?
Hudsim Tot iang yang bertindak sebagai wasit , saat itu
juga mengulurkan tangannya merogoh kedalam saku
orang tua itu, kemudian berkata sambil menggelengkan
kepala: "Kecuali barang-barang ini, sudah t idak ada
barang lain. Hay Hong coba kau ceritakan apa yang telah
kau lihat !"
Orang tua kurus kering itu berkata: "Sekarang
katakanlah, barang yang mana yang kau anggap
merupakan bukti kesalahanku? Jikalau kau t idak
menjelaskan duduk perkaranya, kau harus menepat i
janjimu mengutungi sepasang lenganmu sendiri!" Pada waktu itu, keadaan mendadak berubah besar, Ho
Hay Hong yang menganggap akan dapat membukt ikan
kesalahan orang tua itu, sekarang berbalik t idak
menguntungkan pihaknya sendiri, sebagai tanda perintah
Ngojiauw ling t idak terdapat dalam saku orang tua itu.
Maka ia lantas berpikir:
"Apakah Kay see Kim kong belum mengembalikan
padanya? Tidak mungkin, aku telah menyaksikan sendiri
Kay see Kim kong diam-diam sudah mengembalikan
tanda itu. tetapi mengapa sekarang t idak ada?"
It Jie Hui kiam agaknya dapat memahami maksud Ho
Hay Hong, diam-diam ia merasa sedih, karena satu-
satunya cucu yang diharapkan akan mengangkat nama
baiknya, sekarang telah menghadapi kesulitan, sebentar
lagi akan kehilangan dua tangannya.
Orang-orang rimba penilaian selalu menghargai dan
menjunjung t inggi kepercayaan, set iap ucapan yang
sudah dikeluarkan t idak boleh ditarik kembali, baikpun ia
seorang yang berkedudukan t inggi, juga t idak boleh
membela keluarganya yang salah dihadapan orang
banyak.
Sementara itu orang tua kurus kering itu terus
mendesak dengan kata-katanya:
"Lekas jawab, jikalau t idak kau harus lekas buntungi
lengan tanganmu sendiri!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Jika aku melanggar
janji, pasti akan membuat nama baik kakekku tercemar."
Oleh karena berpikir demikian maka ia lantas berkata
dengan tegas. "Baik, hari ini aku jatuh ditanganmu, hitung-hitung
nasibku yang sial, tetapi kau juga jangan merata bangga
lebih dulu, kau harus tahu bahwa kalau kau
menghendaki orang lain t idak tahu perbuatanmu,
janganlah kau berbuat. Mengenai kedokmu cepat atau
lambat past i akan terbuka!"
Ho Hay Hong sudah menghunus pedangnya, pedang
itu sudah akan digunakan untuk menebas lehernya
sendiri, dengan t iba t iba, salah seorang dari t iga kakek
tua mendadak mengeluarkan suara jeritan, kemudian
jatuh roboh ditanah.
Ketika semua mata orang-orang yang disitu dengan
heran dialihkan kepadanya, orang itu ternyata sudah
binasa dengan mengeluarkan banyak darah dari lubang
telinga, hidung dan mulut .
Kejadian itu menggemparkan semua tamu It Jie Hui
kiam, mereka t idak tahu apa sebabnya orang itu mat i
mendadak dengan mengeluarkan banyak darah?
Ho Hay Hong berseru dengan suara keras:
"Itu adalah akibat dari racun dalam teh."
Mendengar perkataan itu, wajah semua orang
berubah, air teh dalam cangkir yang di pegangnya
dilemparkan kelantai, Hud sim To t iang dengan cepat
bergerak berada diambang pintu seraya berkata:
"Lotee, benarkah kau sudah menaruh racun didalam
teh?"
Pada saat itu salah seorang yang berdiri didekat
dinding tembok sebelah t imur juga jatuh binasa dalam keadaan serupa, kejadian itu telah disusul lagi oleh yang
lainnya.
Serentetan kejadian itu sudah cukup jelas untuk
membukt ikan kejahatan orang tua kurus kering itu,
karena orang-orang yang berada disitu adalah orang-
orang dari tokoh rimba persilatan yang masing-masing
mempunyai nama baik, sudah tentu sangat marah maka
dengan serta merta menatap orang tua itu.
Orang tua itu sedikitpun t idak takut, bahkan masih
berani berkata sambil tertawa dingin:
"Kay see Kim kong sebentar akan datang kalian semua
sudah sepert i ikan dalam jala, mengapa perlu banyak
mulut menanya kepadaku"
Ho Hay Hong sangat marah, dengan cepat tangannya
bergerak menyerang padanya.
It-jie Hui kiam takut cucunya t idak sanggup melawan
orang tua itu, maka lantas berkata:
"Ho Hay Hong jangan gegabah, biarlah pasukan angin
puyuh yang turun tangan!"
Khong Lip yang menjadi ketua barisan Angin puyuh
lantas bergerak, dengan beruntun ia mengirim dua kali
serangan dengan t injunya, orang tua kurus kering itu
memperdengarkan suara dihidung tangannya yang kurus
di tekuk sedikit , kemudian menangkis serangan itu, dilain
pihak Khong Lip mendadak mundur dua langkah.
Orang tua kurus kering itu berdiri di tengah-tengah
kurungan orang banyak, tetapi sikapnya t idak berubah, ia
berkata dengan nada suara dingin: "Siapa yang berlaku t idak sopan lebih dulu
terhadapku, Kay see Kim kong akan mengambil jiwanya
lebih dulu!"
It Jie Hui kiam sangat marah, ia berkata: "Kong Cie,
aku selalu anggap kau sebagai orang yang jujur dan
set ia, t idak kusangka kau adalah seorang penghianat!"
"Tua bangka kau boleh sesalkan matamu sendiri yang
sudah lamur, t idak setajam si anjing kecil itu!" berkata
orang tua itu sambil tertawa dingin.
Mendadak dibelakang dirinya terdengar suara siulan,
orang tua kurus kering itu wajahnya berubah seket ika,
ketika kepalanya menoleh kebelakang, tampak olehnya
mata Ho Hay Hong berapi-api, membuat suatu posisi
yang agak aneh bentaknya.
Ho Hay Hong dalam keadaan marah sudah t imbul
nafsunya hendak membunuh orang tua itu posisi kuda
kuda yang dipertunjukkan itu merupakan pembukaan
dari gerak t ipu ilmu silat garuda sakt i. Dalam gerak t ipu
garuda sakt i yang terdiri dari lima macam perubahan,
hanya gerak t ipu yang pertama yang memperagakan
bentuk kuda-kuda yang berdiri di atas tanah menghadapi
musuhnya.
Empat gerak t ipu yang lainnya, semua dilakukan
dengan tubuh melayang ditengah udara, menyerang
sambil menukik. Oleh karena itu orang tua kurus kering
itu sama sekali belum tahu bahaya maut sudah berada
dihadapan matanya, ia masih berani buka mulut besar.
"Anjing kecil yang t idak tahu diri, aku aku akan suruh
kau lebih dulu merasakan tanganku !" Dengan mendadak Ia mengulurkan tangannya, tapi
disetengah jalan dua jari tangan mendadak menyent il
keatas menotok jalan darah pent ing Ho Hay Hong!
Ho Hay Hong sedikitpun t idak bergerak, ia menunggu
sampai jari tangan itu t iba dibadannya t inggal jarak t iga
dim saja, tangannya melingkar dengan t iba-tiba. Gerakan
tangan itu menimbulkan serangan yang sangat hebat,
hingga mengejutkan orang tua itu.
Sebab gerak t ipu pembalasan yang nampaknya sangat
sederhana itu, bukan saja sudah berhasil menutup
serangannya sendiri, tetapi juga membuat dirinya t idak
bisa menarik kembali serangannya lagi.
Ini berarti sudah meletakkan dia kesuatu sudut dan
yang t idak berapa. Walaupun sudah beberapa puluh
tahun ia hidup didunia Kangouw dan pengalaman dalam
pertempuran, tetapi masih merasa t idak sanggup
memecahkan serangan yang aneh itu.
Dalam keadaan t idak berdaya maka siulan itu
terdengar pula, tetapi kali ini agak nyaring melengking
ditengah udara, ia masih belum tahu apa sebetulnya
yang telah terjadi, dan t idak tahu bagaimana lawannya
yang masih sangat muda itu bergerak, badannya sudah
merasa sakit , dan kemudian jatuh menggeletak di tanah.
Ho Hay Hong maju selangkah, dengan jari tangannya
ia menotok jalan darah kematian diatas tubuhnya, orang
tua kurus kering itu hanya mengeluarkan suara keluhan
tertahan, jiwanya sudah melayang.
Hud sim Tot iang hendak mencegah tetapi sudah t idak
keburu, ia hanya bisa menghela napas panjang saja. Kepala pasukan Angin puyuh Khong Lip,
mengundurkan diri dengan perasaan malu, sebab ia
belum berhasil mendekat i musuhnya, tapi musuh itu
sudah binasa di tangan Ho Hay Hong.
Dengan kepandaian yang dimainkan oleh Ho Hay
Hong itu, semua orang dengan cepat berubah
pandangan terhadap dirinya. Ia t idak lagi dianggap
sebagai satu anak muda yang tidak tahu apa-apa.
Sementara itu It Jie Hui kiam sendiri juga terheran-
heran, orang t idak tahu bagaimana perasaan orang tua
pada saat itu, karena sekian lama ia t idak bisa berkata
apa-apa.
Ho Hay Hong lalu berkata:
"Dia adalah salah seorang kepercayaan Bengcu rimba
hijau enam propinsi daerah utara yang dahulu, sebab
Bengcu yang dahulu sudah jatuh ditangan tuan-tuan
sehingga kehilangan kedudukannya ia lalu menggunakan
cara yang licik dan rendah hendak membasmi tuan-
tuan.”
Setelah itu mendadak ia ingat tanda perintah Ngo
jiauw leng, maka lalu mengadakan penggeledahan
dibadan orang tua itu, kosong t idak terdapat barang apa-
apa lagi.
Ia semula mencurigakan diri Hud sim Tot iang,
dianggapnya membantu pihak orang tua itu, tetapi
setelah digeledahnya sendiri, baru tahu bahwa dugaan
sendiri itu keliru.
Ia memeriksa lagi dengan sangat hat i-hati, dibagian
pinggangnya ia meraba benda yang sangat keras, maka diam-diam merasa girang, karena barang itu ternyata
disembunyikan didalam lapisan baju.
Selagi hendak mengeluarkan benda itu, t iba-tiba
terdengar suara orang tertawa nyaring, suara itu
mengejutkan semua yang ada disitu tak lama kemudian,
terdengar pula suara kata-katanya. "Bengcu rimba hijau
daerah utara, Kay see Kim kong bersama anak buahnya
telah datang untuk menjumpai It Jie Hui kiam
locianpwee!"
It Jie Hui kiam bangkit dari tempat duduknya dan
berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Siapa yang datang adalah tetamu, tuan-tuan mari
lekas keluar menyambut padanya!"
Set iap orang dengan wajah serius berjalan keluar.
Kay see Kim kong memberi hormat dan berkata sambil
tertawa:
"Mari, mari, aku perkenalkan kepada tuan-tuan
sekalian, saudara ini adalah Ciang-cin Thian cing."
Tangannya menunjuk seorang tua berbaju kuning
yang hidungnya bengkok dan sinar matanya tajam.
Orang tua berbaju kuning itu lantas berkata sambil
memberi hormat:
"Sudah lama aku mendengar nama besar It Jie Hui
kiam, hari ini setelah bertemu muka, benar saja
keadaanmu masih tak ubah semasa mudamu."
Kay see Kim kong berkata pula sambil menunjuk
seorang tua yang alisnya tajam dan jidanya lebar. "Saudara ini adalah pembantuku yang pent ing,
sahabat-sahabatnya memberikan nama gelar padanya
Bambu hijau."
Kemudian ia perkenalkan si Bambu hijau kepada It Jie
Hui kiam.
Bambu hijau memberi hormat dengan kata katanya
yang memuji kepada It Jie Hui kiam.
Kay see Kim kong menunjuk lagi kepada beberapa
orang seraya berkata.
"Saudara ini adalah Koan lok Sie gee, ini adalah Sutee
Ciang thian Oh Gwat Seng, ini adalah Ciok bing sianseng,
ini adalah Cee pek Ong jin, ini adalah si jago Pemabokan
dia pun, ini adalah t iga serangkai dari keluarga Sin ini
adalah Ban j in Siusu, ini adalah Toat hun Sie seng. set iap
kali tangannya menunjuk satu orang, orang yang
ditunjuk itu mengangkat tangan memberi hormat.
Meskipun dua pihak merupakan musuh, tetapi saat itu
diluarnya masih menunjukan sikap sangat menghormat
dan ramah tamah.
Orang-orang dari pihak It Jie Hui kiam sangat terkejut
mendengar nama-nama yang disebut oleh Kay see Kim
kong, karena orang-orang itu semuanya merupakan
orang-orang yang namanya sudah terkenal dalam
golongan hitam didaerah utara.
Orang-orang itu diwaktu biasa sangat susah untuk
dijumpai, tetapi kini telah muncul semuanya, jelaslah
sudah bahwa Kay-see Kim kong sudah bertekad hendak
membasmi pengaruh It Jie Hui kiam.
Tidak kecewa It Jie Hui kiam sebagai seorang jago
kenamaan dan seorang pemimpin dari satu perkumpulan yang berpengaruh di daerah utara, meskipun dikitari oleh
musuh-musuh yang sangat tangguh, ia masih berlaku
tenang.
Setelah Kay see Kim kong selesai memperkenalkan
orang-orangnya, ia lalu balas memperkenalkan orang-
orang dipihaknya sendiri.
Pertama ia menunjuk imam yang berdiri disisinya dan
berkata:
"Ini adalah Hud sim Tot iang dari Ceng shia-pay, ini
adalah si kepalan besi Ciam Sie, ini adalah murid kepala
Oey touw Lo hud Pek ie Mo lek, ini adalah murid ketua
Khong tong pay Cian hoa j in, ini adalah pemimpin rumah
perguruan Eng hiong koan di Ho siok Kim Ciang Tayhiap,
ini adalah Ciok tee Ko sim poei Touw, ini adalah
anggauta pasukan Angin puyuh, ini adalah mur idku yang
t idak berguna, dan ini...”
Ketika matanya melihat Ho Hay Hong yang berdiri
dibelakang orang banyak sambil memondong mayat
orang tua kurus kering wajahnya berubah seketika. Dan
katanya:
"Dia adalah cucu luarku, namanya Ho Hay Hong!"
Kay see Kim kong baru hendak membuka mulut ,
ketika menampak mayat orang tua kurus kering dalam
pondongan Ho Hay Hong, sikapnya mendadak berubah ia
berkata sambil menunjuk Ho Hay Hong.
"Dia adalah cucu luar enghiong?"
"Benar, ada keperluan apa dengannya?" kata It Jie Hui
kiam.
"Orang yang berada dalam pondongannya?" "Dia adalah penghianat dalam rumahku, dan
menggunakan kesempatan selagi semua orang sibuk
diam-diam telah meracuni persaudaraan keluarga Teng
dan Co siang hui bertiga, hingga aku hukum mati
padanya!"
Ho Hay Hong berkata dengan suara keras:
"Ho Hay Hong, seorang lelaki berani berbuat juga
berani tanggung jawab. Kau harus berani mengakui
bahwa perbuatan itu adalah atas perintahmu."
Hud sim Tot iang juga berkata.
"Tuan datang dengan demikian banyak pembantu,
apakah hendak mencari kerewelan dengan Lo
enghiong?"
"Tindakan Lo enghiong yang sewenang-wenang, telah
membuat kita tidak berdaya melanjutkan kehidupan kita.
Maka aku Hong-Lan Hiang terpaksa turun tangan
mencampuri urusan ini!" jawab Kay see Kimkong sambil
tertawa dingin.
"Kalau begitu t idak perlu banyak bicara, kau sebutkan
saja cara penyelesaiannya." berkata It Jie Hui kiam.
Dari rombongan Kay see Kim kong, Ciang ci thian ceng
Baju menghampiri seraya berkata:
"Aku yang rendah seorang yang t idak berguna, ingin
minta pelajaran ilmu kepandaian Lo enghiong yang t idak
diwariskan kepada siapa pun juga."
Kepala rombongan pasukan Angin puyuh Khong Lip
dari belakang dirinya mengambil sebuah perisai perak
dan sebilah pedang panjang berkilauan, dengan sikap
sangat hormat diberikan kepada It Jie Hui kiam. Tetapi It Jie Hui Kiam sebagai seorang pemimpin yang
t idak mau menurunkan gengsinya, lantas bertanya
kepada orang-orang pihaknya sendiri:
"Siapakah diantara saudara yang sudi melayani Ciang-
cin Thianceng main-main beberapa jurus saja?"
Pek ie Mo lek segera maju keluar dan berkata sambil
memberi hormat:
"Sudah lama aku mendengar nama besar tuan, boan
seng yang t idak berguna dengan memberanikan diri
untuk menemani tuan main-main beberapa jurus saja!"
Kepandaian ilmu silat murid Oey touw Lo hud ini
sebetulnya sudah mencapai taraf yang tert inggi,
terutama ilmunya Pek hui lee Sin keng, sudah amat
sangat terkenal dalam rimba persilatan daerah utara.
Ciang cin Thian ceng t idak berani berlaku gegabah, ia
telah melakukan gerakan sedikit , dengan mendadak
tangannya melancarkan satu serangan, sedang dari
mulutnya tercetus satu bentakan keras: "Tayhiap awas
aku mulai lebih dulu?"
Dengan tangan kiri Pek ie Mo lek menutup serangan
itu, lalu di susul oleh serangan dengan dari kakinya.
Ciang cin Thian ceng diam-diam terkejut , babak
pertama lawannya sudah menyerang bagian bawah,
apakah ia sudah tahu bahwa bagian bawah Ciang cin
Thian ceng merupakan bagian yang paling lemah?
Dalam keadaan terheran-heran. Ciang-cin Thian ceng
lompat melesat set inggi satu tombak lebih,
menghindarkan serangan kaki itu, Sebagai seorang tokoh
persilatan yang terkenal dengan serangan tangan geledek, kembali menggunakan tangan kosong
menyerang musuhnya.
Tetapi serangannya kali ini juga dapat lelakon oleh Pek
ie Mo-lek dengan gaya yang sangat tegas.
Selanjutnya, dua lawan itu bertempur sengit dalam
ruangan yang luas.
Kay see Kim kong melirik kepada para pembantunya,
Suat Cee Ciang thiam dan Ciok beng Sianseng lantas
lompat keluar dan berkata dengan suara keras:
"Siapa yang hendak bertanding dengan kita berdua ?"
Sikepalan sakt i Ciam Sie keluar dari rombongannya
menghampiri dua orang yang jumawa itu seraya berkata:
"Aku Ciam Sie sudah lama t idak berlatih, tulang
tulangku rasanya sudah pada karatan, jika kalian t idak
keberatan, salah satu diantara kalian boleh main-main
denganku!"
Sebelum pihak lawannya menjawab, Kim ciang
Tayhiap sudah lompat keluar dan berkata:
"Saudara Ciam jangan terburu napsu, mari kita bagi,
seorang lawan satu !"
Suat tee Ciang thian maju menghampiri Ciam Sie,
sedangkan Ciok beng Sianseng tanpa banyak bicara,
sudah menyerang Kim-ciang Tayhiap dengan senjata
kipasnya.
Dua pasang musuh itu segera bertempur sengit.
Kay see Kim kong mengandalkan jumlah orangnya
yang banyak, kembali memberi isyarat dengan lirikan
mata kepada Cee pak Ong jin dan si Pemabukan Tiat Pun. Dua orang itu mengerti, dengan beruntun lompat
kedalam kalangan dan menantang kepada musuhnya.
Murid dari partay Khong tong pay Cian hoa jin segera
keluar dan berkata pada si Pemabuk sambil tertawa
dingin:
"Pemabukan Tiat Pun, apakah kau masih kenali
diriku?"
Si Pemabukan memandang Cian hoa jin sejenak,
wajahnya mendadak berubah, katanya dengan suara
gemas:
"Oh, kiranya kau sibocah ini juga ada disini, heh heh!
Sungguh kebetulan, tuan besarmu hendak menagih
hutang serangan pecutmu pada tahun yang lalu!"
Sehabis berkata, dengan secara kalap menyerang
Ciam hoa jin.
Dengan cepat Ciam hoa jin sudah mengeluarkan
senjata pecutnya yang lemas, diputar keatas, sehingga
mengeluarkan suara tar, tar yang amat nyaring.
Si Pemabukan terkejut dan merandak ia agaknya
masih ingat kekalahannya pada tahun yang lalu,
pikirannya mulai goncang.
Kay see Kim kong mengert i bahwa si Pemabukan itu
merasa jeri, maka lantas membentak padanya dengan
suara keras:
"Tiat Pun kau berani mencemarkan nama baikku,
hah?"
Tiat Pun ketakutan, dengan secara nekad dan t idak
menghiraukan jiwanya sendiri, melakukan serangan
membabi buta kepada lawannya. Cian hoa-jin perdengarkan beberapa kali suara dingin,
pecutnya dikedut berulang-ulang sehingga Tiat Pun harus
berputaran bagaikan gasing untuk mengelakkan
serangan pecut yang hebat itu.
Ciok tee Kouw sim menghampiri Cee pak Ong jin
dengan t indakan lebar, dua musuh itu masih
menggunakan tata tert ib kesopanan lebih dulu saling
memberi hormat dengan menyoja, barulah saling
menyerang.
Sementara itu, Kay see Kim kong sudah berkata lalu
kepada Koan lok Sie gee
"Koan lok Sie gee. kalian berempat sudah mengikut i
aku banyak tahun, selama itu belum pernah mendirikan
pahala apa-apa, sekarang ini adalah saatnya bagi kalian
untuk mengeluarkan semua kepandaian kalian!"
Koan lok Sie gee menganggukkan kepala, berempat
menghampiri It Jie Hui-kiam.
Empat orang itu adanya sombong, seolah-olah sudah
t idak ada orang yang lebih kuat lagi. Mereka hendak
mendirikan pahala besar, maka menghampiri It Jie Hui
kiam.
Dalam hat i mereka, apabila berhasil menangkap hidup
atau membinasakan It Jie Hui kiam, yang menjadi
pemimpin dari pasukan Angin puyuh, jasa itu lebih besar
dari pada merubuhkan satu diantara pembantunya.
Tetapi mereka sudah lupa bahwa lawannya itu adalah
orang t ingkatan tua yang namanya sudah terkenal
didaerah utara, jadi bukan seorang lawan sembarangan. Bagi It Jie Hui kiam yang harus pertahankan
gengsinya, sudah tentu t idak mau meladeni segala
manusia rendah begituan, maka lantas memberi isyarat
kepada empat muridnya untuk melawan.
Tiga serangkai dari pihaknya Kay see Kim kong, yang
sudah tahu t idak dapat menghindarkan diri dalam
pertempuran hebat itu, juga lantas lompat keluar dan
bersuara dengan suara keras:
"Siapa sudi melayani kita bert iga saudara ?"
It Jie Hui kiam melihat bahwa dipihak musuhnya
masih ada Bun ciu Siu an, Toat-hun Sie seng dan sepuluh
lebih tokoh-tokoh rimba hijau yang belum keluar,
sedangkan dipihaknya sendiri kecuali delapan pasukan
Angin puyuh, Hudsim Tot iang, Ho Hay Hong dan ia
sendiri, sudah t idak ada orang lain lagi.
Maka saat itu ia t idak bisa lantas mengambil putusan
untuk memilih orangnya yang harus melawan t iga
serangkai itu.
Dengan t idak bicara apa-apa Hud sim Tot iang
bert indak keluar dan berkata:
"Mari, mari. aku merasa t idak enak berdiri
menganggur saja biarlah menemani kalian main-main
beberapa jurus!"
Tiga serangkai keluarga Sin meskipun sudah tahu
bahwa imam tua itu adalah tokoh senior satu dari partay
Ceng shia pay, sekali pun dipihaknya sendiri ada t iga
orang yang akan maju berbareng, juga belum tentu bisa
mendapat kemenangan. Tetapi mereka sudah terlanjur menantang, sudah
tentu t idak bisa mundur begitu saja, terpaksa dengan
mengeraskan kepala, masing-masing menghunus senjata
yang membuat mereka terkenal, maju menyerang.
Kay see Kim kong sementara itu sudah mengeluarkan
perintah kepada dua belas pelindung pribadinya, supaya
mengepung delapan pasukan Angin puyuh.
Dua belas laki-laki tegap yang berdiri dibelakang
dirinya, dengan serentak bertindak keluar menghampiri
delapan pasukan Angin puyuh.
Delapan pasukan angin puyuh itu tanpa menunggu
perintah pemimpinnya, sudah menghunus senjata
masing-masing dan menyerang dua belas orang itu
sehingga terjadilah pertempuran sengit delapan lawan
dua belas!
Ho Hay Hong merasa bahwa dirinya seperti dianak
t irikan, maka lantas maju dan menantang. "Siapa yang
berani melawan aku?"
It Jie Hui kiam buru-buru membentak. "Hay Hong,
kembali !"
Tapi pada saat itu, dari pihak musuhnya sudah maju
menghampiri empat laki-laki berbaju ungu, maka Ho Hay
Hong lalu menjawab kakeknya:
"Biarlah aku turut menyumbangkan sedikit tenaga."
Nampak sikapnya yang sungguh-sungguh, sang kakek
terpaksa meluluskan keinginannya seraya berkata:
"Kau harus berlaku hat i-hati, mereka semua adalah
orang-orang yang ganas dan kejam."
Ho Hay Hong mengangguk dan berkata. "Harap kongkong jangan khawat ir. Ho Hay Hong t idak
akan mengecewakan kau!"
Dengan t iba-tiba ia menggerakkan kepalan tangannya,
dengan menggunakan salah satu gerak t ipu dari ilmu
Khun-hap Sam-kay yang dinamakan langsung menyerbu
ke lawan menyerang orang yang menjadi kepala dari
rombongan empat orang itu.
Kekuatan tenaga dalamnya yang sudah mendapat
kemajuan sangat pesat, ditambah lagi dengan pengaruh
ilmu silat garuda sakt i, hingga kekuatan itu semakin
sempurna.
Tidaklah mengherankan kalau musuhnya itu
menangkis dengan kepalan tangannya, t iba-tiba terpental
mundur.
Bukanlah kepalang terkejutnya Kay see Kim kong yang
menyaksikan kejadian itu, dalam hatinya berpikir: "bocah
ini usianya masih mula belia, nampaknya juga sangat
sederhana, mengapa memiliki kekuatan tenaga demikian
hebat , apakah ia sudah mendapat warisan tua bangka
itu?
Saat itu, Ho Hay Hong kembali sudah menggerakkan
tangannya, menyerang empat musuhnya secara
berbareng dengan kekuatan yang lebih hebat .
Pandangan Kay see Kim kong terhadap Ho Hay Hong
sesaat lantas berubah, pikirnya: "bocah ini usianya paling
banter baru dua-puluh tahun, tetapi kekuatan tenaga
dalamnya seperti seorang yang sudah mempunyai latihan
beberapa puluh tahun, benarkah tua bangka itu
berkepandaian sedemikian t inggi, sehingga dapat
mendidik cucunya demikian rupa." Ia sebetulnya sudah akan turun ke gelanggang untuk
melakukan pertempuran yang menentukan dengan It Jie
Hui kiam, tetapi kini setelah menyaksikan pertempuran
itu, perasaannya mulai bimbang, ia t idak berani berlaku
gegabah lagi.
Dengan penuh perhat ian yang menyaksikan jalannya
pertempuran, terutama terhadap kepandaian Ho Hay
Hong.
Mendadak Ho Hay Hong merubah gerak t ipunya lagi,
satu lengannya menekan bahu orang yang menjadi
kepala dari empat orang itu, orang itu seketika juga
lantas mengeluarkan jeritan ngeri, dengan badan
sempoyongan ia mundur dan kemudian rubuh di tanah.
Kay see Kim kong benar-benar hampir t idak percaya
kepada matanya sendiri, sebab orang itu terkenal dengan
ilmu silatnya dari golongan keras, biasanya sudah kebal
dengan senjata tajam, mengapa demikian mudah rubuh
ditangan pemuda itu ?
Dengan cepat dihampirinya dan diperiksa luka-
lukanya, ternyata tulang-tulang bagian bahu sudah
remuk, hingga ia semakin terkejut dan terheran-heran.
Dit ilik dari keadaan ini, jelaslah sudah bahwa bocah ini
sudah memiliki kekuatan tenaga dari golongan orang
kuat kelas satu, tapi mengapa ia belum pernah dengar
namanya jago muda ini ?
Dipandangnya dengan penuh perhat ian muka Ho Hay
Hong, mendadak ia sepert i pernah kenal dengan muka
itu. agaknya sudah pernah bertemu muka dengannya,
tapi entah di mana? Ia sudah t idak ingat lagi. Sementara itu Ho Hay Hong sudah melancarkan satu
serangan lagi kembali satu korban telah jatuh, kali ini
orang yang kena diserang sudah hancur bagian
dalamnya dan mati seketika itu juga.
Kaysee Kim kong kini t iba-tiba ingat bahwa bocah itu
adalah sahabat anaknya sendiri, yang malah pertemuan
itu pernah dilihatnya sedang bercakap-cakap dengan
mesra bersama anaknya sendiri, ia t idak menduga sama
sekali bahwa sahabat anaknya itu adalah cucu luar It Jie
Hui kiam.
Mengingat akan itu, hawa amarahnya meluap,
dadanya dirasakan mau meledak!
Bun jiu Sinsin yang menyaksikan dalam waktu sekejap
Ho Hay Hong sudah merubuhkan dua lawannya dengan
lantas lompat maju dan membentak dengan suara keras:
"Bocah, kau jangan bangga, aku hendak mengambil
jiwamu!"
Tanpa banyak bicara, Ho Hay Hong menyambutnya
dengan serangan telapak tangan yang menghembuskan
sambaran angin hebat .
Dada Bu jin Siu sin seperti digenjot dengan palu besar,
tanpa disadari sudah mengeluarkan seruan tertahan,
mulutnya menyemburkan darah segar.
Ho Hay Hong maju t iga langkah dan berkata sambil
menuding hidungnya:
"Mari, mari ! Berapa t inggi kepandaianmu, berani
membentur aku?"
Bun jiu Siu sin mimpipun t idak menduga bahwa bocah
ini memiliki kekuatan demikian hebat , dalam keadaan kaget dan ketakutan dan menahan rasa sakit di dadanya,
ia tarik mundur dirinya.
Toat hun Sia su sebetulnya juga hendak menggunakan
kesempatan itu untuk membinasakan Ho Hay Hang.
tetapi setelah menampak Bu jin Sio su keadaannya
demikian mengenaskan terpaksa membatalkan
maksudnya, tidak berani buka suara lagi.
Dua lawan Ho Hay Hong yang masih hidup, sudah
ketakutan setengah mat i, buru-buru lompat mundur
kebelakang Kay see Kim-kong.
Kay see Kim kong t idak memberi peringatan lebih
dulu, t iba-tiba mengangkat tangannya menyerang Ho
Hay Hong.
Kay see Kim kong yang bertenaga kuat dari
pembawaan alam, selama berkelana di dunia Kang ouw,
barang siapa yang terpukul olehnya, set idak-tidaknya
pasti terluka parah.
Ho Hay Hong yang t idak menduga sama sekali akan
diserang secara pengecut , dalam keadaan tergesa-gesa
menangkis dengan tangannya, tetapi t idak urung masih
terpental mundur beberapa langkah.
"Kau adalah seorang Kang ouw yang sudah kesohor
namanya. sungguh tak kusangka perbuatanmu demikian
rendah. Heh. aku Ho Hay Hong t idak percaya, sekalipun
orang-orang pada sohorkan kau mempunyai ilmu gaib,
tetapi aku hendak mencobanya!"
It Jie Hui kiam lompat maju dengan pedang terhunus
di tangan, ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Hay Hong lekas mundur, disini tidak ada urusanmu!" Kemudian ia berkata kepada Kay see Kim kong:
"Kay see Kiam kong kau berani datang mengganggu
rumah tanggaku, tentunya mengandalkan kepandaianmu
yang t inggi, mari, mari, tulang-tulangku yang sudah tua
ini biarlah kujajal padamu!"
Suara jeritan mengerikan mendadak terdengar
sehingga memutuskan pembicaraan tadi. Ternyata Suat
tee Ciang thiam sudah rubuh terlentang dengan mulut
menyemburkan darah, sedangkan lawannya, Ciam Sie
berdiri dengan muka pucat lesu dan tangan menekan
berat, jelas bahwa pertempuran antara mereka telah
berkesudahan seri, dua-duanya dalam keadaan terluka !
Ho Hay Hong yang masih penasaran, t idak
menghiraukan perintah kakeknya, dengan satu tangan
mendorong kakeknya, hingga It Jie Hui Kiam yang t idak
terjaga juga lantas mundur selangkah.
Sementara itu Ho Hay Hong lantas berkata padanya
dengan suara perlahan .
"Kongkong, kau sudah tua, beristirahat lah."
Tetapi It Jie Hui kiam yang terdorong mundur olehnya,
disamping terkejut, ia lantas marah, bentaknya:
"Hay Hong, apakah art inya ini?"
"Usia Kongkong sudah terlalu lanjut, permainan yang
sangat berbahaya ini harus cucumu yang melakukan.
beristirahat lah dulu.”
Dengan alis berdiri It Jie Hui kiam berkata dengan
suara bengis: "Haha, orang datang menghina, apakah aku It Jie Hai
kiam harus menyerah mentah-mentah ? Kau anak-anak
tahu apa ? Lekas mundur!"
Dengan langkah lebar Kay see Kim kong maju
menghampiri dan berkata padanya:
"It Jie Hui kiam, t idak kecewa kau menjadi jago
didaerah utara, dengan ucapanmu tadi, sudah cukup
untuk menundukkan aku. Mari. mari! Marilah kita
melakukan pertempuran yang memutuskan!"
Sebelum It Jie Hui kiam menjawab, Ho Hay Hong
dengan satu gerakan manis yang dilakukan secara t iba-
t iba, telah merebut perisai dan pedang dari tangan
kakeknya, kemudian berkata kepada Kay see Kim kong
dengan suara keras:
"Hong Lan Hiong, dengar! Aku adalah cucu luar, yang
juga merupakan keturunan It Jie Hui kiam. kalau kau
mempunyai kepandaian, kau boleh coba-coba bertanding
dengan aku dulu!"
Kay see Kim kang tertawa terbahak-bahak dan
berkata:
"Aku Kay see Kim kong mendapat nama dengan cara
yang t idak mudah, bagaimana aku sudi terusak
dibadanmu ? Haha, apalagi, aku menangkan kau juga
berarti menghina satu anak anak, cuma cuma menjadi
buah tertawaan orang saja. Bocah, sekalipun kau mem
punyai nyali cukup besar. tetapi sayang cita citamu t idak
akan terlaksana, lebih baik kau minggir saja!"
Sementara itu, It Jie Hui kiam semakin marah,
katanya: "Hay Hong, kau mau dengar perintahku atau t idak?
Lekas jawab!"
Jago tua ini sudah marah benar-benar, ia sudah
hendak menggunakan pengaruhnya untuk menundukan
cucunya, tetapi semua anak buahnya termasuk delapan
pasukan Angin puyuh sedang repot menghadapi musuh
masing-masing, hingga t idak bisa berbuat apa-apa.
Ho Hay Hong t idak menghiraukan kemarahan
kakeknya, dengan pedangnya menyerang Kay see
Kimkong.
Kay see Kimkong perdengarkan suara di hidung,
dengan membalikan badan ia mengibaskan serangan
pedang itu, kemudian balas menyerang dengan t injunya.
Ho Hay Hong terdorong oleh kekuatan hebat , hingga
mundur t iga langkah, ia diam-diam memuji kekuatan
tenaga dalam yang sangat hebat dari lawannya.
Kini ia t idak mau mengadu kekuatan lagi, sebaliknya
lompat melesat set inggi lima enam tombak sambil
mengeluarkan siulan panjang, kemudian melayang turun.
Kay see Kimkong merasa gemas karena diganggu
teras menerus, kembali me lancarkan satu serangan
tangan yang lebih hebat.
Tetapi, dalam waktu sangat cepat , Ho Hay Hong yang
berada ditengah udara sudah melakukan perubahan
gerakan sampai t iga kali, gerak t ipu yang terakhir
merupakan satu serangan yang ditujukan kepada bahu
lawannya.
Kaysee Kimkong terkejut dan terheran-heran, ia pikir
serangannya itu mengandung kekuatan ratusan kat i beratnya, hembusan angin yang keluar dari tangannya,
cukup untuk menangkis serangan yang betapapun
hebatnya.
Tetapi, mengapa pemuda itu berhasil menembusi
hembusan angin hebat itu, dan menyerang dirinya?
Ia masih belum mengert i apa sebabnya sementara itu
Ho Hay Hong sudah melayang lebih t inggi lagi, kemudian
menyambitkan pedang panjangnya.
Sinar put ih bagaikan sinar geledek menyambar kearah
kepala Kay see Kimkong, pemimpin golongan rimba hijau
ini yang belum mengert i maksud Ho Hay Hong, buru-
buru menundukkan kepalanya dan ket ika sinar put ih itu
menyambar, hanya terpaut sedikit saja. kepalanya
hampir terpisah dengan tubuhnya.
Kay see Kimkong t idak menduga bahwa Ho Hay Hong
pandai menggunakan ilmu pedang terbang, maka ia tidak
berani memandang ringan lagi. Sambil mengeluarkan
suara bentakan keras, ia maju menyerang lagi.
Dilain pihak, Ho Hay Hong t iba-tiba mengeluarkan
suara dari hidung sampai dua kali.
Pedang yang meluncur kearah Kay see Kim kong,
ketika t idak mengenakan sasarannya, seolah-olah
mendapat perintah, dengan cepat memutar balik, tetapi
kali ini t idak lagi menyerang Kay see Kimkong, sebaliknya
meluncur kearah Giok beng sianseng yang berada
disebelah kiri.
Kejadian itu menimbulkan kecurigaan Kay see
Kimkong, ia menghent ikan gerakannya dan matanya
ditujukan kepada Giok beng-sianseng. Waktu itu. Kim ciang Tayhiap yang menjadi lawan
Giok beng Sianseng. Wajahnya nampak pucat pasi
tangannya menekan perut dalam keadaan tengkurep
sedang sikutnya digunakan untuk menunjang badannya,
agaknya terluka parah bagian dalamnya. Sedangkan Giok
beng sianseng berdiri disamping sambil perlihatkan
tertawa iblis, tangannya sudah akan bergerak untuk
menamatkan jiwa lawannya:
Justeru pada saat itulah, sinar perak berkelebat , mata
Kay see Kimkong belum melihat tegas, pedang terbang
itu sudah meluncur kebelakang punggung Giok beng
Sianseng.
Ciok beng Sianseng yang sedang memusatkan
perhat iannya hendak menamatkan jiwa lawannya sendiri.
Kay see Kim kong yang mengetahui bahaya mengancam
orangnya, baru saja hendak memberi peringatan, tetapi
sudah t idak keburu dengan disaksikan oleh matanya
sendiri pahlawannya yang menjadi tangan kanannya itu
sudah mengeluarkan suara jeritan ngeri dan jatuh rubuh
di tanah.
Kay see Kim kong kesima, ia berdiri tertegun sambil
berpikir: ”dia masih begitu muda, darimana kepandaian
yang luar biasa itu?"
Dengan kecepatan luar biasa, Ho Hay Hong
mengulapkan tangannya mencabut pedangnya yang
sudah mengambil korban, muncratnya darah dari badan
Ciok beng Sianseng telah mengejutkan dan menakutkan
orang-orang pihak Kay see Kim kong.
Ciok-beng Sianseng yang masih belum binasa,
bergulingan ditanah sambil menjerit-jerit , dan akhirnya
mati dibawah kaki Kaysee Kim kong. Ciok beng Sianseng mat i dalam keadaan masih
memegang senjata kipas di tangannya, sehingga
membuat Kay see Kim kong teringat jasa-jasanya di
masa lampau dimana pahlawan itu pernah
menyumbangkan tenaga yang tidak sedikit kepadanya.
Sementara itu, Kim ciang Tayhiap pelahan-lahan
sudah bangkit lagi dan balik ke belakang It Jie Hui kiam.
It-jie Hui kiam baru hendak bert indak untuk mencegah
Ho Hay Hong, Kim ciang Tayhiap yang sudah mengert i
maksudnya buru-buru mencegahnya dan berkata sambil
menghela napas:
"Loenghiong sudahlah, dewasa ini dikalangan
Kangouw banyak bermunculan jago muda, jago-jago
muda itu rupa-rupanya sudah waktunya hendak
menggant ikan kedudukan orang-orang yang sudah tua.
Biarlah kau memberi kesempatan padanya!"
"Mengapa Tayhiap membela dia?" tanya It Jie Hai
kiam heran.
“Lo enghiong tentu sudah tahu sendiri. Dengan
kepandaian yang diperlihatkan itu tadi, dari semua orang
yang ada disini, mungkin dialah yang kepandaian paling
t inggi!"
"Dari mana Tayhiap mendapat kesimpulan itu."
"Dengan terus terang, ketika cucumu mulai menunjuk
kepandaiannya, aku sudah memperhatikannya dari
samping, oleh karena terbokong oleh Ciok beng
sianseng” Kim c iang Tayhiap, dari mulutnya mendadak
menyemburkan darah, setelah itu baru berkata lagi: "Dari pihak lawan. orang yang berkepandaian paling
t inggi adalah Kay see Kimkong Ho Lan Hiong, tetapi telah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri, cucumu
melesat set inggi lima enam tombak, dengan gerak t ipu
serangannya yang luar biasa anehnya berhasil
menyerang bahu Kay see Kim kong. Lo enghiong, aku
lihat cucumu pasti mendapat didikan dari orang berilmu
t inggi, kau jangan sangsikan kepandaiannya lagi!"
"Memang benar, ketika ia menyerang Kay see
Kimkong, aku juga melihatnya dengan tegas. Aih,
benarkah bocah ini dapat mempertahankan kedudukan
kita.?"
Hingga saat itu, Ia masih setengah percaya setengah
t idak, Tetapi Kim ciang Tayhiap mengert i bahwa, jago
tua itu karena perhatian terhadap cucu satu-satunya
maka masih belum merasa lega.
Ia lalu menghiburnya sambil menepuk-nepuk
bahunya: "Loenghiong, ingatlah kau dan aku dahulu,
sewaktu masih muda, apakah bukan juga dianggap
kurang sempurna atau kurang matang latihan kita, oleh
orang-orang t ingkatan tua, sehingga menyia-nyiakan
banyak waktu, barulah bisa unjuk muka? Dan sekarang
mengapa kita harus mengulangi t radisi buruk itu lagi?"
Kata-kata Kim Ciang Tayhiap ini agaknya
mengingatkan kenangannya dimasa muda dengan
bersemangat ia berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Tetap sepatah kata-kata lotee telah menggugah aku
yang masih sedang mengimpi. memang, kita diwaktu
muda juga dengan penuh ambisi hendak
memperkembangkan kepandaian, tetapi selalu mendapat
rintangan dari orang-orang t ingkatan tua sehingga kepandaian kita terpendam beberapa tahun lamanya.
Jikalau t idak, hasil yang kita capai sekarang mungkin
lebih besar lagi."
Kini ia t idak merintangi Ho Hay Hong lagi, sambil
tersenyum ia mengawasi gerak gerik cucunya.
Ho Hay Hong merasa besar hati, karena baru pertama
mencoba ilmu kepandaian yang baru saja habis
dipelajari, ternyata sudah membawa hasil yang sangat
memuaskan.
Dengan ilmunya mengendalikan pedang, dia sudah
berhasil membinasakan salah seorang tangan kanan
Kaysee Kimkong, hingga ia semakin t idak ragu-ragu lagi,
dengan tindakan lebar menghampiri Cee pak Ong-jin.
Ia memilih lawannya t idak memandang kepandaiannya
yang lemah atau yang kuat , ia hanya merasa jemu
menyaksikan t ingkah laku Cee pek Ong-jin yang congkak
dan jumawa, maka hendak disingkirkannya lebih dulu.
Kematian Ciok beng sianseng yang mengerikan dan
keadaan yang bergulingan ditanah sebelum putus
nyawanya, membuat ngeri musuh musuh Ho Hay Hong.
pandangan mereka terhadapnya telah berubah, t idak lagi
dipandang sebagai bocah yang masih ingusan melainkan
sebagai malaikat jibril.
Ketika ia berjalan menghampiri Cee pak Ong-jin, orang
tua yang licik dan banyak akalnya serta tengik t ingkah
polanya itu, juga merasa jeri, sehingga mundur beberapa
langkah.
Ciok tee Kouw sim yang menjadi lawannya, semula
agak susah mencari jalan untuk menjatuhkan, sedangkan t ingkah lakunya semakin congkak. Tetapi kini mendadak
sepert i orang ketakutan, maka lantas diejeknya:
"Tua bangka. percuma saja kau sudah hidup hampir
enam puluh tahun, masih takut terhadap bocah yang
masih ingusan? Haha. aku lihat , kemana kau hendak
membuang mukamu"
Cee pek Ong-jin yang mendapat gelar Manusia
sombong, sifatnya memang sangat sombong sekali.
Ketika diejek demikian rupa oleh lawannya, dan seketika
lantas naik pitam. Rasa takutnya lenyap seketika, ia maju
menghampiri Ho Hay Hong seraya berkata dengan
sombong:
"Bocah, minggir sedikit , jangan mengganggu aku.
Nant i setelah aku membereskan orang ini, barulah
menyusul kau, juga masih belum terlambat."
Ho Hay Hong yang mendengar kata-katanya yang
terlalu sombong, t idak menjawab, sebaliknya
mengeluarkan siulan panjang dan lompat melesat
set inggi lima tombak lebih.
Di tengah udara ia mendongakkan kepalanya dan
mementang kedua tangan dan kaki nya, seolah-olah
burung garuda yang sedang terbang.
Kay see Kim kong yang menyaksikan suara dan
gerakan itu, menggumam sendiri: "Suara itu lagi, tadi
ketika ia menyerang aku juga demikian gerakkannya."
Cee pak Ong jin yang belum merasakan lihaynya anak
muda itu, telah membacok dengan menggunakan tangan
kosong. Ho Hay Hong berputaran ditengah udara, kakinya
digunakan sebagai gant i tangan, satu tendangan yang
telah mengenakan pergelangan tangan orang tua itu,
Cee pek Ong jin hanya merasakan sakit , hingga mulutnya
mengeluarkan suara rint ihan kesakitan, lantas menarik
kembali serangannya.
Tetapi gerakan Ho Hay Hong yang aneh itu t idak
berhent i sampai disitu saja, sebelum lawannya berhasil
memperbaiki posisinya, ia sudah menyerang lagi, hingga
orang itu buru-buru mundur sejauh satu tombak lebih.
Tetapi Ho Hay Hong terus mengejar dengan
serbuannya, sekalipun Cee pek Ong jin sudah lompat
mundur setombak lebih, masih terkejar juga. Dalam
marahnya, t imbullah kekejamannya dengan
mengarahkan tenaga sepenuhnya, ia melancarkan
serangan ke tengah udara.
Tetapi, serangan yang ganas itu sebagian besar telah
dipunahkan oleh Ho Hay Hong, meski kaki kiri Ho Hay
Hong terkena serangannya, namun kaki kanannya
berhasil menendang jalan darah Khie hay hiat lawannya,
hingga Cee pak Ong jin rubuh binasa seketika itu juga.
Sewaktu Ho Hay Hong melarang turun, kaki kirinya
masih merasa sakit , hingga jalannya agak sempoyongan.
Kay see Kim kong t iba-tiba membuka mulut bertanya
kepada orangnya:
"Suat-tee Ciang thian, tahukah ini kepandaian ilmu
apa ?"
Suat tee Ciang thian adalah seorang yang banyak
pengalaman dan banyak pengetahuan berbagai ilmu silat
merupakan orang yang paling dihargakan oleh Kay see Kim kong. Dan orang itu juga banyak membantu dirinya
dalam usahanya mendirikan Kerajaan dalam rimba Hijau.
Suat tee Ciang thian yang luka-luka bersama-sama
dengan lawannya, justru t idak mau ada orang yang
menggant ikan, maka ketika mendengar pertanyaan itu
lantas berkata:
"Sianseng, lekas suruh orang menggant ikan aku, aku
hendak perhat ikan gerakannya."
Tanpa menunggu perintah Kay see Kimkong, Kan hun
sieseng sudah lompat keluar menghampiri Ciam sie.
Kepandaiannya sendiri meskipun t idak sebanding
dengan lawannya, tetapi karena lawannya sudah terluka
bagian dalamnya, sekali pun t idak bisa menangkan
padanya set idak-tidaknya juga t idak bisa dikalahkan.
Selain dari pada itu, ia juga khawatir Kay see Kim kong
suruh ia menghadapi Ho Hay Hong.
Dibawah perlindungan Bun-jin Siusu, Suat-tee Ciang
thian dengan selamat t iba disisi Kay see Kim kong. Baru
saja ia hendak berbicara, Ho Hay Hong sudah
menghampiri sambil tertawa dingin, mau t idak mau, ia
terpaksa melepaskan niatnya hendak mencari keterangan
tentang diri anak muda itu dan maju menyambut.
Suat tee Ciang thian pada saat itu telah berkata.
"Tadi ia pernah menggunakan ilmu mengendalikan
pedang. Itu adalah kepandaian ilmu Kim kong Hweshio
dari Ngo bie pay!"
Kay see Kim kong tercengang, ia berkata dengan
suara gusar: "Kim Kong Hweeshio masih berani bermusuhan
denganku? Itu adalah suatu perbuatan yang sangat
bodoh?"
Si Pemabukan Tiet Pun mendadak lompat dari medan
pertempuran dan berkata dengan suara nyaring:
"Apa kau murid dari golongan Ngo bie-pay?"
Sementara itu, Cian hoa jin sudah menyerang dengan
tangan kosong, Tiat Pun mendadak membalikkan badan
dan balas menyerang dengan satu gerak t ipu yang aneh,
hendak mematahkan dua tangannya.
Cian hoa jin t idak menduga ia lawannya masih bisa
menggunakan gerak t ipunya yang aneh itu. hingga untuk
sesaat ia terkejut .
Ho Hay Hong bertanya sambil tertawa dingin:
"Aku ingin tanya kepadamu, siapakah sebetulnya Kim
Kong hweeshio itu?"
"Bocah, kau pandai berlagak benar-benar sangat
menjemukan. Hari ini aku akan paksa kau berkata
sebenarnya!" kata Kay see Kim Kong.
Tangannya lalu bergerak, cahaya merah mendadak
meluncur dari belakang telapak tangannya, Ho Hay Hong
hanya merasa seperti terdorong oleh suatu kekuatan
tenaga dalam yang hebat sekali, hingga tanpa dirasa ia
sudah mundur lima langkah.
It Jie Hui kiam yang menyaksikan kejadian itu, lantas
berkata dengan marah:
"Hong Lan Hiong, menghadapi satu bocah kau sudah
menggunakan kekuatan hawa murni San hwa kie, apakah kau masih ada muka berkecimpungan di dalam
dunia Kang-ouw ?"
Ho Hay Hong t idak mengert i sebabnya ia hanya
merasa bahwa darah sekujur tubuhnya bergolak, dirinya
sepert i mengapung di tengah udara, hingga t imbul rasa
curiganya apakah sudah terluka oleh serangan musuhnya
tadi.
Kay see Kimkong t idak menghiraukan protes It Jie Hui
kiam. kembali melancarkan serangannya yang dahsyat
itu.
Ho Hay Hong melihat tangan Kay see Kimkong
bersinar merah, meskipun ia t idak mengert i sebabnya,
tetapi ia tahu bahwa serangan itu mengandung
hembusan angin luar biasa hebatnya maka buru-buru
lompat mundur, mengetatkan serangannya.
It Jie Hui kiam lompat maju sambil menyambar
perisainya dan berkata dengan nada marah:
"Hong Lan Hiong, biarlah kuserahkan tulang tulangku
yang sudah tua ini, mari kita berdua mengadu
kepandaian!"
"Tua bangka, kau kubur dulu cucumu, nant i bicara
lagi." kata Kaysee Kimkong dingin.
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu. diam-diam
terkejut . Apakah sebetulnya ilmu pukulan yang
dinamakan San hwi khie itu? Mengapa demikian ganas?
Berbareng pertanyaan t imbul dalam hat inya, akhirnya
ia t idak dapat mengendalikan dirinya hingga bertanya
kepada Kim ceng Tayhiap: "Lopek, apakah sebetulnya ilmu pukulan Sin hwa
cianlek itu?"
Kim ciang Tayhiap sangat terharu mendengar
pertanyaan itu, ia menggelengkan kepala t idak
menjawab.
Melihat demikian, wajah Ho Hay Hong berubah, ia
bertanya pula:
"Lopek, mengapa kau t idak menjawab? Apakah aku
benar-benar harus mat i?"
Kim ciang Tayhiap menundukkan kepala wajahnya
murung, katanya dengan suara pelahan sekali:
"Aih! Anak, kau jangan tanya lagi, semua ini adalah
aku yang mencelakakan dirimu ?"
Suatu firasat jelek terlintas dalam otak Ho Hay Hong
mendadak ia lompat dia berkata dengan suara nyaring:
"Bagus bagus aku sudah dekat mati. Hong Lan Hiong.
kau benar-benar hebat , tapi." ia tertawa sinis kemudian
berkata lagi.
"tetapi aku juga bukan orang lemah, sudah tentu aku
t idak mau menjadi setan penasaran kembalikan j iwaku!"
Kim ceng Tayhiap berkata sambil menghela napas:
"Anak, sungguh t idak kusangka selagi namamu
hendak menanjak, telah digagalkan oleh tangan iblis.
Aih, sungguh kasihan dan menggemaskan. Sekarang
umurmu hanya t inggal t iga hari saja, kau hendak berbuat
apa, lakukanlah sesuka hatimu. Kau boleh menggunakan
sisa waktumu yang sangat terbatas ini, berbuat lah apa
yang kau sukai. Pergilah anak yang patut dikasihani, dosa ini adalah aku yang menciutkan, bagaimana aku
harus menghadap It Jie Hui kiam loenghiong."
Sehabis berkata demikian orang tua yang biasanya
t inggi hat i itu pelahan-lahan membalikan badan, diam
diam mengucurkan air mata.
Dari kata-katanya orang tua itu Ho Hay Hong mengert i
semua, sesaat darahnya mendidih, bagaikan orang kalap
ia menyerbu Kay see Kim kong.
It Jie Hui kiam hendak mencegah, tetapi, kata katanya
belum keluar dari bibir mulutnya, sudah menangis
terisak-isak, hingga mengundurkan diri sambil menghela
napas.
Ho Hay Hong sudah melupakan jiwanya sendiri yang
terancam maut , ia pikir hidupku ini sebagai memimpi,
t idak apa kalau aku memang harus mati, tetapi kawanan
iblis ini harus kubasmi habis lebih dahulu.
-Odw-oo-wiO-
Bersambung Jilid 19

Jilid 19
IA mendongakkan kepala dan bersiul nyaring, seolah-
olah hendak mengeluarkan semua kekesalan,
kedongkolan dalam hat inya. Ia membiarkan dirinya
berubah menjadi penuntut balas berhati dingin, atau
bangkai hidup yang t idak berjiwa untuk melaksanakan
cita-citanya.
Gerak t ipu kedua dari ilmu silat garuda sakt i, yang
dinamakan garuda sakt i terbang ke udara, telah
digunakan dalam keadaan pikiran ruwet seperti itu. Ketika tangan dan t injunya bergerak segera minta
korban Ban jin Sin lie heng berdiri terdekat dengannya.
Selanjutnya, serangannya yang hebat sudah membuat
terpental diri si pemabukan Tiat-Pun sejauh t iga tombak.
Kasihan bagi si pemabukan ini, ket ika ia merayap bangun
lagi, baru tahu bahwa seluruh kekuatan dan kepandaian
ilmu silatnya sudah lenyap dengan mendadak. Dalam
terkejutnya, ia lantas menangis menggerung-gerung
bagaikan anak kecil.
Ia sudah menjadi seorang cacad yang sudah t idak
bertenaga sama sekali, semua kepandaian dan kekuatan
tenaganya yang dilatih dengan susah payah selama
beberapa puluh tahun, kini telah habis seluruhnya.
Pukulan ini, lebih hebat dari pada kematian. Seketika
otak dan matanya lantas gelap dan akhirnya ia jatuh
pingsan.
Dengan mata beringas Ho Hay Hong melancarkan
serangannya yang ketiga, sepasang tangannya dengan
t iba t iba meluncur kearah jalan darah Seng jie-hiat
ditubuh Kay-see Kim kong.
Kay see Kim kong terperanjat, dengan tergesa-gesa
menggunakan ilmu serangannya San hwa Cian lek,
hingga Ho Hay Hong yang terkena serangan itu sampai
bergulingan ditanah
Tetapi, ilmu silat garuda sakt i itu sungguh ajaib,
sekalipun ketemu dengan lawan yang kekuatan tenaga
dalamnya lebih t inggi juga t idak akan terluka oleh daya
tenaga kekuatan tenaga lawannya, sebab setiap gerak
serangan ilmu garuda, sudah mengandung kekuatan
tenaga dalam yang sangat hebat , sehingga t idak
terpengaruh oleh kekuatan tenaga dalam lawannya. Maka meskipun Ho Hay Hong terpukul sehingga
bergulingan, namun sedikitpun t idak mempengaruhi
kekuatan tenaganya.
Ia tahu bahwa jiwanya hanya t inggal t iga hari, dalam
marahnya t imbullah kenekatannya. Maka begini bangun,
ia sudah melesat terbang lagi ketengah udara dan
menggunakan gerak t ipu keempat balas menyerang
musuhnya.
Dilihat dari luar, gerak badannya itu nampak sangat
ringan sekali, tetapi begitu kakinya menjejak, lantas
menimbulkan kekuatan tenaga dalam yang hebat sekali.
Dengan kekuatan tenaga t iga kali lipat dari lawannya, ia
menyerang musuhnya.
Pada saat itu, Kay see Kim kong baru mengetahui
bahwa gerakan dan ilmu kepandaian anak muda itu, jauh
berbeda dengan ilmu silat biasa. Kini ia merasa bingung
hingga pertahanannya mulai goyah.
Sewaktu melakukan serangan Ho Hay Hong t iba-tiba
mengeluarkan suara hebat, hingga membuat hat i Kay
see Kim kong terkesiap. Dalam keadaan demikian tangan
Ho Hay Hong sudah berada didepan mukanya.
Kay see Kim kong berusaha untuk menutup serangan
itu, tetapi sudah terlambat, ketika suara siulan Ho Hay
Hong berhent i, jalan darah Thay- heng hiat dijidatnya
sudah tertotok oleh dua jari tangan Ho Hay Hong.
Sebagai satu jago tua rimba hijau yang sudah banyak
makan asam garam dunia Kang ouw, meskipun dalam
hat i terkejut , tetapi mulutnya sedikitpun t idak
mengeluarkan suara rint ihan karena rasa sakit diatas
jidatnya hanya dimata orang banyak jago rimba hijau yang menganggap penitisan Cho Pa Ong perlahan-lahan
telah rubuh, tanpa berkut ik lagi.
Rubuhnya pemimpin rimba hijau itu, telah
membuyarkan impian muluk anak buahnya, semuanya
yang masih bertempur, lalu meninggalkan musuh
masing-masing dan lompat dari kalangan, untuk
menolong jiwa pemimpin mereka.
Tetapi sudah terlambat, Kay see Kim-kong hanya
berkelojotan sejenak, jiwanya sudah melayang ke lain
dunia.
Semua orang yang ada disitu belum pernah
menyaksikan kejadian aneh sepert i itu, sebab betapa
hebat dan kuatnya Kay-see Kim kong yang sudah
menjagoi rimba hijau selama beberapa tahun, tetapi
sungguh t idak disangka bisa binasa ditangan seorang
muda, yang belum pernah dikenalnya.
Selanjutnya, semua mata ditujukan semua korban
bergelimpangan di tanah korban-korbannya itu ketika
datang merupakan orang-orang gagah berani yang
sombong sikapnya tetapi kini sudah rebah t idak
bernyawa dalam keadaan yang menyedihkan.
Pertempuran selesai, suasana dalam ruang itu hening
luar biasa, hanya suara bernapas orang saja yang
terdengar. Tetapi keheningan itu menimbulkan perasaan
ngeri.
Tiat tee Ciang thian dari pihak Kay see Kim kong yang
semula masih bisa berdiri, mendadak sempoyongan dan
akhirnya jatuh di tanah.
Wajahnya pucat pasi, matanya tertutup rapat , ia telah
binasa karena luka-lukanya. Tetapi, semua orang t idak tahu sebab-sebab
kematiannya.
Ciam see yang sejak tadi bertempur dengannya, dia
dalam hat i berpikir, "aku tadi mengadu kekuatan sampai
t iga kali dengannya, dua pihak terluka parah. Tetapi agak
mustahil kalau luka itu bisa membawa kematiannya.”
Bagi orang yang sudah memiliki kepandaian t inggi dan
kekuatan tenaga dalamnya sudah cukup sempurna,
kematian itu masih terlalu mudah baginya. Tapi siapakah
yang turun tangan lagi, sehingga mengakibatkan
kematiannya.
Semua orang t idak tahu, bahwa kemat ian Suat tee
Ciang thian itu sebetulnya karena akibat terlanggar oleh
serangan Ho Hay Hong. karena sewaktu Ho Hay Hong
menyerang musuhnya, Kay-see Kim-kong ia justru
berada paling dekat, meskipun serangan itu t idak
mengenakan diri secara langsung tetapi sambaran
hembusan angin yang luar biasa telah membuat kambuh
luka dalamnya, sehingga membawa kemat iannya.
Dengan demikian, orang-orang kuat yang dibawa oleh
Kay see Kim-kong kecuali Koan lok Sie gee, t iga
serangkai keluarga Sim dan dua belas pelindung pribadi
Kay see Kim kong yang masih hidup, yang lainnya semua
mati di tangan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong sambil berdiri tegak, dengan sinar
matanya yang tajam menyapu semua wajah-wajah
musuhnya, tetapi musuh-musuhnya t idak seorangpun
berani memandang dirinya, barang siapa yang
dipandangnya, buru-buru menundukkan kepala. Saat itu, mata It-jie Hui kiam sudah penuh air mata,
meskipun cucunya sudah berhasil membinasakan semua
musuh-musuhnya, juga berarti ini menyingkirkan bahaya
besar yang mengancam kedudukannya dan nama
baiknya tetapi ia tidak berdaya menolong jiwanya.
Dia telah berhasil membinasakan jago plus pemimpin
rimba hijau yang kenamaan, ini berarti suatu prestasi
luar biasa bagi jago muda yang masih sangat muda belia
sepert i ia, juga berarti suatu kemenangan yang paling
gemilang dalam sejarah rimba persilatan. Hal itu akan
membuat namanya cepat terkenal, tetapi apa art inya itu
semua, karena nyawanya hanya t inggal t iga hari saja.
Dengan sikap dan nada suara dingin, Ho Hay Hong
bertanya pada Koan lok Sie gee.
"Apakah kalian ingin pulang dalam keadaan hidup?"
Tetapi sesaat kemudian agaknya telah t imbul
perubahan dalam perasaannya yang seolah-olah sudah
mati, t idak menunggu jawaban yang ditanya, sudah
berkata lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala:
"Tidak bisa, t idak bisa, diwaktu datang kalian telah
bermaksud hendak membasmi kita sehingga habis baru
puas, sekarang bagaimana aku dapat membiarkan kalian
pulang dalam keadaan hidup? Heh heh."
Suara tertawanya itu sangat menyeramkan, hingga
Koan lok cie gee yang mendengarkan, wajahnya mereka
berubah seketika. Tanpa banyak pikir lagi, semua
melompat melesat set inggi setombak lebih, hendak
melarikan diri. Tangan Ho Hay Hong bergerak, sinar put ih meluncur
keluar, sebentar kemudian sudah menembusi belakang
punggung seorang yang berada paling belakang.
Suara jeritan sangat mengerikan keluar dari mulut
orang yang malang itu, untung orang-orang itu masih
cukup tahan, begitu melihat gelagat buruk, masing-
masing mengerahkan ilmunya meringankan tubuh, buru-
buru melarikan diri.
Kalau menurut watak dan kebiasaan It-jie Hui kiam,
t idak mau membasmi musuh-musuhnya sehingga habis-
habisan, maka ket ika musuh sudah kalah, ia t idak
memerintahkan orang-orangnya untuk melakukan
pembasmian.
Tetapi ia mengert i keadaan dan hat i cucunya, Ia
sengaja t idak mau mencegah perbuatan Ho Hay Hong
yang sudah melakukan pembunuhan besar-besaran,
supaya jangan mengganggu pikirannya yang sudah
gelap.
Tiga serangkaian dari keluarga Sin, sudah tahu kalau
t idak ada harapan hidup lagi, maka lalu berkata kepada
It Jie Hui kiam:
"Sungguh t idak disangka It Jie Hui kiam juga hanya
seorang jago yang t idak sesuai dengan perbuatannya.
Kau melakukan pembasmian terhadap musuh-musuhku,
di kemudian hari pasti akan mendapat pembalasan yang
set impal."
Tiga saudara itu sudah bersatu hat i, mereka sengaja
mengejek It Jie Hui kiam dengan kata-kata, dengan
pengharapan supaya jago tua itu mencegah t indakan cucunya, atau memberikan kesempatan kepada mereka
untuk melarikan diri.
Tak disangkanya jago tua itu diam saja, sedikitpun
t idak menghiraukan ocehan mereka, hingga t iga saudara
itu menjadi bingung.
Tiga saudara itu saling berpandangan saling
berpandangan sebentar mereka tahu tidak akan lolos dari
tangan Ho Hay Hong maka lantas pada membunuh diri
sendiri.
Ho Hay Hong yang menyaksikan kemat iannya mereka
secara mengenaskan itu, t iba-tiba berpaling dan bertanya
kepada It Jie Hui-kiam:
"Kongkong, musuh yang sudah kalah apakah t idak
seharusnya kita bunuh?"
"Dalam hal ini, apabila kita hendak berlaku bijaksana,
seharusnya berikan kesempatan kepada musuh yang
sudah kalah untuk melarikan diri." jawab It Jie Hui kiam.
Ho Hay Hong berpikir sejenak, kemudian berkata
kepada musuh-musuhnya yang masih belum sempat
melarikan diri.
"Baik, kalian sekarang boleh pergi tetapi awas, kalian
jangan membikin susah kepada rakyat lagi!"
Orang-orang itu sepert i mendapat pengampunan
besar, buru-buru memberi hormat sambil mengucapkan
terima kasih, kemudian meninggalkan gedung itu.
Setelah semua musuh-musuhnya berlalu Ho Hay Hong
mulai menggali tanah dengan menggunakan pedangnya,
It Jie Hui kiam heran. bertanya padanya:
"Hay Hong, kau mau berbuat apa?" "Mengubur bangkai" jawab Ho Hay Hong.
"Tidak perlu kau capekan hat i, lekas beristirahat dulu!"
kata sang kakek.
Ho Hay Hong angkat muka memandang kakeknya,
kemudian berkata:
"Kongkong, sejak cucumu masuk rumah mu. selama
ini belum pernah melakukan sesuatu kewajiban apa-apa,
namun dalam hat iku ingin sekali bisa melakukan sesuatu
pekerjaan untukmu. Sekarang, umurku hanya t inggal t iga
hari saja, aku hendak menggunakan sisa dari umurku
yang sangat pendek itu, hendak melakukan apa-apa
untuk membalas budimu. Besok aku hendak berangkat
menuju ke selatan, harap kongkong jangan mencegah."
It Jie Hui-kiam yang mendengar kata-kata itu, air
matanya mengalir turun. Ia sebetulnya ingin menanya,
ada keperluan apa pergi ke selatan ? Tetapi sebelum
membuka mulut , mendadak berubah pikirannya.
Mengingat umurnya yang hanya t inggal t iga hari, ia
hendak memberi kesempatan padanya supaya berbuat
sesuka hatinya.
Maka ia tidak mencegah perbuatannya, membiarkan ia
menggali lubang dan mengubur semua jenasah.
Setelah melakukan pekerjaannya, tanpa berkata apa
apa ia berlalu dan berjalan menuju ke gudang dibelakang
gedung.
Petugas yang menjaga gudang mengenali Ho Hay
Hong maka mereka t idak melarang, membiarkan ia
membuka gudang dan masuk kedalam. Gadis baju ungu dengan tenang rebah di atas
tumpukan karung teh, setengah dari mukanya tertutup
oleh rambutnya yang panjang dan hitam jengat.
Ketika melihat Ho Hay Hong datang, buru-buru lompat
dan berkata sambil tertawa:
"Ho koko kau baik ?"
"Musuh telah pulang setelah menderita kekalahan
besar. Kecuali Koan lo Sie-gee dan dua belas pengawal
pribadi Kay see Kimkong. yang lainnya, termasuk Kay see
Kimkong sendiri, semua sudah binasa dan telah kukubur
sendiri. Dalam pertempuran ini, pihak kita hanya terluka
dua orang ialah Ciam Sie dan Kim-ciang Tayhiap!"
Ia menceritakan semua yang telah terjadi, hanya
tentang dirinya sendiri yang terluka ditangan Kay see
Kimkong oleh ilmunya San hwa ciang lek, ia sengaja
sembunyikan supaya t idak menyusahkan hat i gadis itu.
Gadis itu setelah mendengar keterangan Ho Hay
Hong, semakin girang, wajahnya berseri-seri.
"Hah, Ho koko, kau benar hebat , kesudahan
pertempuran ini sudah cukup menggemparkan rimba
persilatan, namamu juga segera terkenal!"
"Tidak, aku sedikitpun t idak merasa bangga." kata Ho
Hay Hong.
Gadis baju ungu melihat sikap Ho Hay Hong agak
aneh maka lalu berkata pula:
"Ho koko, dalam waktu satu hari kau akan menjadi
seorang kenamaan, seharusnya gembira mengapa kau
nampaknya kesal hat i? Apakah semua itu hanya t ipu
belaka?" Ia membuka matanya lebar, pikirannya semakin heran
kepedihan meliput i mukanya. Akhirnya Ho Hay Hong
berkata:
"Dengan terus terang, aku hendak meninggalkan
tempat ini, kedatanganku kemari hanya hendak minta
diri padamu!"
Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu terperanjat,
katanya cemas:
"Apa katamu? Ho koko, apakah kau tak akan kembali
lagi?"
Ho Hay Hong menggelengkan kepala, selagi hendak
menjawabnya, tetapi ketika menampak wajah gadis itu
sangat gelisah dan seperti seorang putus asa, ia t idak
dapat mengeluarkan perkataannya. Akhirnya ia
menjawab:
"Belum tentu, kalau nasib baik, mungkin akan kembali
lagi!"
Gadis itu sangat cerdik, ia dapat menduga Ho Hay
Hong past i terganggu oleh apa-apa maka lantas berkata:
"Kau rupa-rupanya mempunyai kesulitan jikalau t idak
tentu t idak memakai perkataan kalau nasib baik, harap
kau berkata padaku dengan terus terang, jangan
mengelabui aku."
Berat baginya untuk membuka mulut , lama ia berdiam
kemudian baru berkata:
"Kujelaskan duduk perkaranya semua, kau akan
merasa t idak enak, perlu apa di katakan?"
Gadis itu sepert i mendapat firasat buruk, hat inya
mendadak merasa pilu, tanpa sadar sudah mengucurkan air matanya, menggenggam tangan Ho Hay Hong
kemudian berkata dengan nada suara sedih:
"Ho koko, apa selama ini kau masih belum mengert i
perasaanku? Maka kau t idak mau memberi keterangan
tantang kesulitanmu kepada ku?"
Ketika ia mengucapkan perkataan itu, ia merasa
sepert i tert ipu oleh Ho Hay Hong hingga air matanya
mengalir deras.
Dengan tenang Ho Hay Hong memperhatikan semua
gerakan gadis itu, ia juga seorang cerdik. Dari sikap
gadis itu ia segera dapat mengetahui betapa pent ing
kedudukannya dalam hat i gadis itu, Ia t idak menduga
gadis itu demikian besar cintanya terhadap dirinya
hingga seketika itu hat inya merasa terharu.
"Dengan terus terang, aku tadi terkena serangan ilmu
San hoa ciang lek Kaysee Kim kong, nyawaku hanya
tanggal t iga hari, jikalau racunnya bekerja, aku akan
mati!"
Wajah gadis itu pucat pasi, ia bertanya termangu-
mangu.
"Benarkah ucapanmu tadi?"
Menyaksikan sikap duka gadis itu, ia merasa t idak
enak hat i, sehingga t idak berani memandang mukanya,
perlahan-lahan menundukkan kepala.
Pikirannya sudah kalut , ia tidak tahu bagaimana harus
menjawab, sedang gadis itu sudah menangis lagi dengan
sedihnya.
Sejak ia berangkat dewasa, ia sudah ditinggalkan oleh
ayah bundanya, hingga harus menumpang kepada kakeknya, selama berdiam bersama kakeknya, baru
pertama kali ini mencicipi madunya cinta, sekarang baru
mengetahui bahwa madu cinta yang dianggapnya manis
itu ternyata lebih pahit daripada empedu.
Melihat keadaan yang menyedihkan itu, Ho Hay Hong
tergerak hat inya, ia merasa menyesal bahwa ia sudah
t idak mempunyai rejeki untuk menerima cinta gadis
cant ik didepan matanya itu.
Dalam keadaan gelap pikirannya semakin bingung. Ia
masih sangsi apakah gadis itu benar-benar sudah jatuh
cinta kepada dirinya? Ataukah hanya diluarnya saja?
Mendadak dalam otaknya t imbul suatu pikiran aneh. Ia
hendak menggunakan perbuatan untuk mencoba gadis
itu, maka lantas berkata sambil tertawa getir.
"Sungguh ucapanku adalah benar, kalau kau t idak
percaya boleh tanya kepada kong-kong."
Dengan lengan bajunya ia menghapus air mata gadis
itu, katanya pula:
"Dengan sejujurnya, aku t idak mengert i perasaanmu,
pikir saja, kita bertemu dan berkenalan baru beberapa
hari saja dan kau seorang gadis dewasa yang masih
belum nikah, baru mendengar kabar buruk dari mulutku
saja sudah begitu sedih, apabila hal ini diketahui oleh
orang lain, pasti menimbulkan kecurigaan mereka,
dianggapnya kita berbuat yang bukan-bukan, aku lihat
sebaliknya kau jangan terlalu bersusah hati !"
Mendengar perkataan itu, gadis baju ungu mendadak
angkat muka dan bertanya.
"Apa art inya ucapanmu ini ?" Nampak gadis itu marah, Ia mengert i bahwa
ucapannya tadi sudah menusuk hat inya, maka jawabnya
juga kelabakan:
"Aku...aku.t idak bermaksud apa-apa."
"Apakah hingga saat ini kau masih belum mengert i
perasaanku?" kata gadis itu sedih.
Ho Hay Hong berlaku pura-pura t idak mengert i dan
balas menanya:
"Kau suruh aku bagaimana harus mengert i
perasaanmu ?"
Gadis itu terkejut , ia t idak menduga Ho Hay Hong
menggunakan perkataan demikian melukai hat inya,
sesaat merasa mendongkol, ia berkata dengan singkat.
"Baiklah, kalau kau mau pergi pergilah!"
Ho Hay Hong sesalkan kebodohannya sendiri,
sehingga menyakit i hatinya.
Ia berdiam untuk menenangkan pikirannya, t iba-tiba
mendapat pikiran, bagaimana harus memperbaiki
kejalannya, maka lalu berkata:
"Aku tahu sangat baik perlakukan diriku, tetapi selama
itu aku t idak pernah perhatikan, sekarang setelah jiwaku
dalam bahaya, dan aku menyesal juga sudah terlambat,
Aku hanya mengharap, semoga kau baik baik jaga
dirimu, jangan sampai terjadi apa apa, hingga hat iku
merasa lega."
Sehabis berkata, ia hendak berlalu, tetapi bahunya
ditekan oleh gadis itu, sehingga ia tidak bisa bergerak. Ia terperanjat, dalam perasaannya, maka ia lalu
menanya:
"Kau masih ada pesan apa lagi ?"
"Setelah kau berlalu dari sampingku kau hendak
kemana?" tanya gadis itu dingin:
"Ke selatan". jawabnya singkat.
Setelah memberi jawaban dengan terus terang
mendadak ia salah faham maksud si-nona. berkata lagi
sambil tertawa getir:
"Jangan khawat ir, aku bisa mencari tempat yang
tenang untuk bersemayamku!"
Jantung gadis itu tergoncang hebat , tetapi ia coba
kendalikan, katanya.
"Untuk apa kau pergi ke selatan ?"
Ia pikir Ho Hay Hong tentunya ada urusan yang lebih
pent ing dari pada dirinya, jikalau t idak, andaikata benar
ia harus mati, mati di utarakan juga t idak halangan,
mengapa harus pergi ke selatan.
Ho Hay Hong t idak bisa menjawab, bagaimana ia
harus membuka rahasia dalam hat inya sendiri ?
Sepasang mata dingin memandang wajahnya, ia tidak
dapat memahami isi hat i gadis jelita yang sifatnya sukar
dijajaki ini, Sehingga saat itu, dimana ia sudah mendekat i
ajalnya, apa yang dikenalnya dari gadis itu hanya bagian
luarnya saja, tetapi gadis itu ternyata memiliki daya
penarik luar biasa, yang telah memikat hat inya, hingga
pada saat hendak meninggalkan tempat itu, ia juga
merasa perlu untuk menemui sekali lagi. Ia juga terkenang kepada pergaulannya yang sangat
mengesankan kepada gadis itu terutama ket ika bibirnya
mengecup bibir gadis yang gemetar. Semua itu ia t idak
akan melupakan untuk selama-lamanya, walaupun waktu
itu dan hingga saat ini, ia sendiri masih belum
mengetahui nama gadis itu.
Semua ini. kini hanya t inggal menjadi suatu kenang-
kenangan saja, ia menyesal tak berani menyatakan hat i
sendiri, yang ternyata juga sudah jatuh cinta padanya.
Dengan mulut membisu gadis baju ungu memandang
muka Ho Hay Hong, ia dapat lihat dengan tegas
kepedihan pemuda itu, banyak kenangan yang
menggembirakan di masa yang lampau, semua seolah-
olah sudah berubah menjadi asap, hat inya remuk redam
kesedihannya t idak dapat dilukiskan dengan pena.
Sejenak ia kenal dengannya, ketampanan dan
kejantanan Ho Hay Hong telah memikat hat inya, semua
harapannya ditumpukan kepada diri lelaki Itu. Tetapi,
hingga saat itu, ia baru tahu bahwa kekasihnya itu masih
belum mengert i isi hatinya.
Sebagai gadis yang baru pertama jatuh cinta kepada
lelaki, sudah tentu t idak dapat menyatakan cinta
kasihnya secara terus terang, ia merasa gemas maka
akhirnya ia berkata dengan suara dingin.
"Pergilah ke selatan, maaf aku t idak dapat
mengantar!"
Ia mengucapkan kata-katanya sambil membalikkan
muka karena t idak dapat membendung mengalirnya air
mata. Ho Hay Hong t idak ingin menyatakan apa apa, ia
percaya betul bahwa gadis itu bukan marah sebenarnya.
Dari dalam sakunya, ia mengeluarkan lambang
kebesaran pemimpin rimba hijau yang dahulu ialah
lambang Ngo Jiauw leng, ia pikir: benda ini adalah milik
pemimpin rimba hijau yang terdahulu, ia berdiam
didaerah utara, benda ini mungkin sangat berguna
baginya.
Sudah beberapa kali ia menghadapi maut, terhadap
kematian ia sudah t idak merasa.
"Diutara aku t idak mendapat hasil apa-apa, benda ini
adalah benda satu-satunya yang dapat digunakan
sebagai barang peringatan, kalau sudi simpanlah baik-
baik."
Sambil mendorong tangan Ho Hay Hong, gadis itu
menjawab:
"Aku t idak sudi barangmu, berikanlah kepada
kekasihmu di selatan."
"Aku diselatan t idak mempunyai kekasih, kau jangan
sembarangan menuduh!" kata Ho Hay Hong cemas.
Karena ia t idak biasa membohong, maka setelah
mengucapkan perkataan demikian, mukanya lantas
merah.
Gadis itu t idak menghiraukan. sehingga Ho Hay Hong
merasa serba salah, katanya pula sambil paksakan diri
untuk tertawa:
"Aku seorang yang sudah dekat mati. apabila dimasa
yang lalu aku ada kesalahan kau juga t idak perlu marah
sampai begitu. Dengarlah kataku terimalah barang ini!" "Apa art inya kau menghadiahkan barang orang lain
kepadaku?"
"Aku sendiri t idak memiliki barang apa-apa yang dapat
kuhadiahkan padamu sebagai peringatan, terimalah
seadanya!"
Tetapi gadis itu tetap menolak, oleh karena itu ia juga
t idak berdaya. Mendadak ia ingat, didalam sakunya
masih ada sebungkus obat bubuk, sisa obat yang bekas
digunakan terhadap gadis kaki telanjang. Lalu
dikeluarkannya dan diberikan kepadanya seraya berkata:
"Sebetulnya aku t idak begitu suka bergaul dengan
kaum wanita, obat bubuk ini sebetulnya digunakan untuk
menghadapi wanita yang galak, judes dan sombong,
tetapi kau baik terhadapku, hingga pandanganku
terhadap wanita menjadi berubah seluruhnya. Sekarang
obat ini kuberikan padamu sebagai barang peringatan,
rasanya paling tepat!"
Paras gadis itu menunjukan perasaannya yang terkejut
dan terheran-heran, karena ia t idak menolak, bahkan
mengulurkan tangannya, menerima bungkusan itu, dan
kemudian dibukanya, isinya ternyata adalah bubuk
berwarna kuning.
Bau pedas segera masuk ke hidungnya. alisnya
nampak berdiri, kemudian bertanya.
"Dari mana kau dapatkan obat ini?"
Tanpa banyak pikir Ho Hay Hong lantas menjawab:
"Aku dapat beli dengan harga t iga puluh tail perak dari
tangan seorang Kang ouw, di sebuah rumah penginapan
didaerah selatan." Gadis itu ternyata banyak pengetahuan dari baunya
bubuk itu tadi sudah dapat menduga obat apa babak
warna kuning itu. sambil mengerutkan alisnya ia berkata:
"Tahukah kau bahwa barang ini adalah barang yang
dibenci oleh orang-orang rimba persilatan?"
"Apa jahatnya barang itu? Mengapa kau anggap
begitu serius?" tanya Ho Hay Hong t idak mengerti.
Pada saat itu, kesedihan gadis itu mendadak lenyap,
dengan mata bersinar memandang Ho Hay Hong.
"Bubuk ini semacam obat bius yang banyak digunakan
oleh kawan penjahat atau bangor untuk memikat kaum
wanita, sudah lama dianggap oleh orang-orang rimba
persilatan sebagai barang yang hanya digunakan oleh
orang-orang yang rendah moralnya. Aku t idak sangka
kau juga menggunakannya."
Ia sebetulnya hendak memberi teguran dengan kata-
kata yang lebih pedas, tetapi ketika menyaksikan
sikapnya yang jujur, agaknya memang t idak mengert i
barang apa itu lantas betulkah maksudnya.
Dengan sangat hat i-hati gadis itu membungkus lagi
bubuk itu, kemudian dilemparkan keluar jendela.
"Ho koko, apa kau pernah menggunakannya?"
tanyanya.
Ho Hay Hong sebetulnya hendak mengaku terus
terang, pernah menggunakan satu kali terhadap gadis
kaki telanjang, tetapi karena menyaksikan sikap t idak
senang gadis itu, ia terpaksa membohong.
"Belum!" demikian jawabnya sambil menggelengkan
kepala. Gadis itu menarik napas lega.
"Masih untung kau belum gunakan, jikalau t idak, nama
baikmu akan ludas!"
Berkata sampai disitu, dalam tubuhnya t iba-tiba t imbul
perasaan aneh, suatu perasaan yang ia belum pernah
merasakan. Bukan kepalang terkejutnya, ia bertanya-
tanya kepada diri sendiri, apakah pengaruh obat itu
sudah melanda dirinya?
Biasanya, obat obat jenis obat untuk bikin mabok
orang, kebanyakan dimasukkan ke dalam minuman atau
barang makanan, begitu obat berada didalam perut,
yang makan lantas menjadi mabuk atau t idak sadarkan
diri, sehingga membiarkan dirinya dipermainkan orang
lain.
Tetapi obat buatan Yo Hong jauh berlainan dengan
obat-obat yang biasa digunakan orang jahat pada masa
itu, maka gadis itu baru saja mencium baunya, meskipun
di luarnya masih nampak tenang, tetapi sebetulnya
sudah kemasukan pengaruhnya obat .
Gadis itu belum sadar bahwa pengaruh obat bius
sudah masuk ke dalam tubuhnya diam-diam masih
memperhatikan Ho Hay Hong.
"Ho koko, aku minta supaya kau mengatakan
perkataan yang menyenangkan hat iku, inilah barang
peringatan yang paling baik bagiku!" demikian ia berkata.
Sikapnya yang dingin mendadak berubah sepert i
orang sedih, yang hendak dit inggal jauh oleh kekasihnya.
Ho Hay Hong mengert i maksudnya, sepasang matanya
mendadak bersinar terang. Ketika pandangan mata gadis itu bertemu dengan
pandangan mata Ho Hay Hong ia merasa sepert i tertarik
oleh daya luar biasa hingga hatinya berdebaran.
Dua pasang mata saling berpandangan sekian lama
gadis itu merasa bahwa pandangan mata Ho Hay Hong
sepert i mengandung perasaan sedih, tetapi juga
mengandung perasaan t idak terbalas.
Tanpa dapat menguasai perasaannya lagi ia lantas
sesapkan kepalanya di dada Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong ingin menghibur, tetapi bau harum dari
tubuh gadis itu telah mengalutkan pikirannya, hingga
t idak bisa kendalikan perasaanya sendiri dan akhirnya
memeluk tubuhnya.
Dua tubuh menjadi satu. darah mereka mengalir
semakin kencang, dua fihak sudah t idak dapat
menguasai pikiran masing-masing, dua-duanya
tenggelam dalam arus asmara.
Ho Hay Hong t idak tahu bahwa gadis itu sudah
terkena pengaruhnya obat bius. dianggapnya bahwa
kelakuan gadis itu disebabkan karena hendak ditinggal
pergi, maka ditelinganya ia berkata bisik-bisik:
"Adikku, aku merasa sangat malu t idak mempunyai
barang apa-apa untuk ditinggalkan padamu sebagai
barang peringatan, aku hanya dengan hat iku yang
meluluinya untuk menyintai kau selama lamanya."
Muka gadis Itu merah membara, ia berkata dengan
napas memburu:
"Ho koko, aku .Juga demikian terhadapmu." Kekuatan obat perlahan-lahan bekerja semakin keras,
hingga pikirannya semakin kalut . Suatu kekuatan aneh
agaknya mendorong keberaniannya, tangannya bergerak
dan balasi memeluk pinggang Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong t iba-tiba dapat merasakan napas gadis
itu memburu jauh berbeda dengan biasanya, tetapi ia
t idak memikirkan yang bukan-bukan. Sebab ia sendiri
juga sudah terpengaruh oleh cinta kasih demikian besar
dari sang gadis, sehingga t idak dapat mengendalikan
perasaannya lagi.
Gadis itu merasa bahwa kekasihnya adalah orang yang
paling t idak beruntung, ia hendak mendapatkan cintanya
yang sepenuhnya sebelum ia meninggalkan dunia ini,
supaya ia dapat meninggalkan dunianya tanpa
penasaran.
Ho Hay Hong sendiri juga seolah-olah melupakan
nasibnya yang buruk, yang melupakan segala-galanya,
tangannya mulai menggerepe dan akhirnya terjadilah
suatu adegan yang seharusnya t idak dilakukan oleh
muda-mudi yang belum menikah dengan resmi.
Dalam suasana gelap, terdengar suara rint ihan si
gadis. "Ho koko setelah kau meninggal dunia, asal anak
kita lahir aku masih merasa sepert i melihat kau lagi."
Walaupun Ho Hay Hong merasa sepert i seorang
berdosa, tetapi pikiran dan segala perasaan waras waktu
itu seolah-olah sudah runtuh semua, sehingga melakukan
perbuatan yang seharusnya t idak boleh dilakukan itu. Ia
merasa berdosa karena dalam keadaan demikian ia telah
merebut kesucian gadis itu. Tak lama kemudian, diluar pintu gudang yang gelap
gulita t iba-tiba tampak sinar terang, lalu terdengar suara
orang yang memanggil dirinya: ”Ho SiauwHiap, It Jie Hui
kiam loya minta kau lekas menghadap."
Dengan sikapnya yang lemah lembut gadis itu
rebahkan dirinya didada Ho Hay Hong, sekarang ia
merasa sekujur badannya lemas, tetapi pikirannya
pelahan-lahan mulai jernih, ket ika ia mengetahui apa
yang dilakukan olehnya dengan Ho Hay Hong, ia mulai
bingung.
Diam-diam ia berpikir, tetapi t idak mendapatkan suatu
jalan keluar. Ia mengerti baik bagaimana nasib sendiri
untuk selanjutnya, Ia akan menjadi janda untuk selama-
lamanya, meskipun hal itu t idak terlalu ditakut i, tetapi
desas-desus atau omongan orang diluaran bukanlah
seorang wanita yang masih muda belia sepert i ia, yang
sanggup menerimanya.
Ia t idak mengert i mengapa ia sendiri mendadak
demikian, samar-samar ia masih ingat bahwa hal itu
terjadi mungkin karena pengaruhnya obat bius tadi,
tetapi, bagaimana pun juga rasa cintanya yang begitu
besar terhadap Ho Hay Hong adalah sebab utamanya,
jikalau ia sendiri t idak cinta padanya mungkin tak akan
terjadi kesalahan seperti itu.
Diam-diam ia mengenakan pakaian lagi, diam2 ia juga
merasa malu atas perbuatannya sendiri, mengapa Ho
Hay Hong t idak diberi umur panjang, sehingga ia t idak
bisa lama berada disampingnya, apakah itu yang
dinamakan takdir?
Ia t idak berani memikirkan lagi, kejadian yang akan
datang past i banyak penderitaan baginya. Diluar gudang saat itu terdengar pula suara orang
yang memanggil kekasihnya, karena suara agaknya
sangat cemas, mungkin kakeknya hendak merundingkan
soal pent ing maka diam-diam memperingatkan Ho Hay
Hong.
Ho Hay Hong seperti baru bangun dari t idurnya,
sekarang ia harus menghadapi kenyataan, t iba-tiba ia
lompat bangun dan berkata dengan suara tajam.
"Beritahukan kepadaku, apa yang sudah dilakukan."
Sudah tentu gadis itu t idak berani menceritakan, ia
merasa sangat malu, hingga menundukkan kepalanya.
Ho Hay Hong sepert i orang kalap, ia memanggil sambil
menggoyang-goyangkan kepala tubuhnya dan terus
menanya.
Gadis itu t idak berdaya, air matanya mengalir keluar
lagi, Ho Hay Hong yang menyaksikan itu, sepert i baru
sadar dan baru tahu apa yang telah terjadi, ia memukuli
dadanya sendiri sepert i orang gila.
Gadis itu akhirnya membuka mulut dan berkata
dengan terisak isak:
"Ho koko, kau boleh sesalkan aku, semua ini adalah
aku yang t idak baik."
Ho Hay Hong menatap wajahnya dengan perasaan
terharu, kulit mukanya beberapa kali berkeringat, ia
benar-benar t idak menduga bahwa sesaat hendak
meninggalkan usianya, ia telah merusak kesucian
seorang gadis yang masih put ih bersih.
Karena terlalu menyesal atas perbuatan sendiri, ia
memukuli dada dan menarik-narik rambutnya sendiri. Gadis itu masih terus menangis dengan sedihnya,
walaupun ia sangat pintar, tetapi juga t idak tahu
bagaimana harus menyelesaikan persoalan itu.
Ketika Ho Hay Hong membuka pintu gudang, penjaga
gudang itu ternyata sudah t idak ada, yang ada hanya
beberapa orang yang membawa lentera yang sedang
mencari dirinya.
Lalu ia berkata kepada mereka: "sebentar aku akan
kesana, kalian beritahukan dulu kepada kongkong."
Ia balik untuk menemui gadis itu, ketika keduanya
saling berpandangan. Kedua fihak agaknya sama-sama
memahami soal itu, tetapi Ho Hay Hong merasa sangat
t idak enak. Ia berpikir: ”Ia telah memberikan tubuhnya
yang paling berharga padaku, bagaimana aku harus
meninggalkan begitu saja?”
Akhirnya ia berkata:
"Begini saja, kau masih disini menunggu aku. kalau
nasibku baik bisa mendapatkan obat, dalam waktu
beberapa hari aku pasti pu lang kembali menengok kau,
jikalau aku t idak pulang. itu berarti aku sudah mati di
kampung orang. Kau juga t idak perlu berduka, baik-
baiklah merawat dirimu"
Kini ia merasa bahwa kewajibannya tidak seringan lagi
sepert i ketika ia baru menginjak dunia kang ouw. Ia
sekarang sudah berkeluarga, ia harus tanggung jawab
sepenuhnya
Ia keraskan hat i meninggalkan gadis itu, pergi
keruangan untuk menjumpai kakeknya. Didalam ruangan tamu, waktu itu sudah berkumpul
banyak orang, beberapa diantaranya merupakan muka-
muka baru yang belum pernah dikenal.
Orang-orang ini ket ika menampak wajah Ho Hay Hong
pucat semua merasa heran, pertama Hay Hong memberi
hormat terlebih dulu kepada kakeknya kemudian kepada
Hud sim Tot iang dan lain lainnya setelah itu duduk
disamping kakeknya.
Orang-orang yang baru dikenalnya hari itu semuanya
delapan orang, mereka sementara merupakan orang-
orang yang memiliki kepandaian t inggi, Ia t idak mengert i
atas kedatangan tamu-tamu ini, It Jie Hui kiam juga t idak
berkata apa-apa, hanya dengan sorotan matanya yang
penuh cinta kasih memandang dirinya.
Ia merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh tamu-tamu
itu, wajah mereka sepert i menunjukkan perasaan heran,
agaknya t idak percaya pemuda itu seorang
berkepandaian sangat t inggi.
Seorang tua bermuka hitam dan tangan membawa
pipa panjang, bangkit lebih dulu dari tempat duduknya
seraya berkata.
"Saudara muda ini kusangka adalah Ho Siauw Hiap!"
Ho Hay Hong kini mulai perhatikan diri orang tua itu.
Tiba-tiba ia terkejut . Orang tua ini bukanlah Pok hong
lojin, yang merupakan salah seorang pemimpin dari
golongan rimba hijau?
Meskipun dalam hat inya diliput i oleh berbagai
pertanyaan, tetapi mulutnya buru-buru menjawab. "Benar aku yang rendah ini adalah Ho Hay Hong,
bolehkah aku numpang tanya, kedatangan Locianpwee
ada urusan apa?"
"Aku adalah wakil dari saudara-saudara rimba hijau
daerah Ou khun dan Ciang hing. nama gelarku Tang
Hiang loj in," jawab orang bermuka hitam itu.
"Nama besar locianpwee sudah lama aku dengar!"
kata Ho Hay Hong.
"Belum lama berselang sahabatku Kay see Kimkong
datang mengganggu bersama orang-orangnya, tetapi
akhirnya jatuh ditangan SiauwHiap, apakah itu betul?"
Ho Hay Hong mendadak bangkit dari tempat
duduknya dan berkata sambil tertawa nyaring:
"Kenapa? Apakah Locianpwee hendak menuntut
balas?"
"SiauwHiap silahkan duduk, kedatanganku ini bukan
untuk itu, dengarlah dulu ucapanku."
Ho Hay Hong pelahan duduk lagi ditempatnya dan
berkata.
"Harap locianpwee jelaskan maksud kedatanganmu!"
"Benarkah SiauwHiap mendapatkan lambang
kebesaran ngo jiauw leng pemimpin rimba hijau kita
yang terdahulu?"
"Benar, lambang itu sekarang berada ditanganku
untuk apa locianpwee menanyakan lambang itu?"
"Dengan terus terang saudara-saudara kita didaerah
sana dan daerah-daerah yang dahulu pernah dikuasai
oleh Bengcu kita yang dahulu semua t idak merasa puas terhadap sepak terjang Kay see Kim kong, maka
saudara-saudara itu mengutus aku siorang tua datang
kemari untuk menyampaikan permintaan mereka?"
"Maksud locianpwee?"
"Saudara-saudara dari daerah itu bermaksud minta
Siauwhiap menggant ikan jabatan pemimpin mereka.
Sebab ditangan Siauwhiap ada lambang Ngo jiaw leng,
ini sudah cukup untuk memerintah atau menggerakkan
saudara-saudara golongan rimba hijau di daerah itu dan
kedua ketika Kay see Kimkong datang menyerbu kemari,
akhirnya telah binasa ditangan Siaohiap. Ini berani
Siauwhiap sudah menyingkirkan seorang yang t idak
disukai sepak terjangnya oleh saudara-saudara kita itu,
maka ket ika mereka mendengar khabar bahwa
Siauwhiap sudah berhasil menyingkirkannya, semua
merasa girang dan bersukur, maka mereka setuju untuk
minta Siauwhiap menjadi pemimpin golongan rimba hijau
enam propinsi daerah utara. Bagaimanakah pikiran
Siauwhiap?"
Ketika mendengar perkataan itu, Ho-Hay Hong
melengak, lama t idak tahu bagaimana lagi menjawab.
Orang tua itu berkata lagi: "Dengan sejujurnya,
golongan rimba daerah utara sejak sepuluh tahun lebih
berselang sudah t idak bisa bersatu. Mereka saling cakar-
cakaran sendiri, masing-masing menjagoi dan kerja
untuk kepent ingan sendiri-sendiri, sehingga sering
ditertawakan dan diejek oleh saudaranya didaerah
selatan.
”Bengcu kita yang lalu menguasai daerah bagian atas
sungai dan bagian barat daerah pegunungan, sedangkan
Kay see Kimkong menduduki daerah sebelah utara dan sebagian daerah barat. Aku sendiri mempertahankan
kedudukan dunia daerah Oh hun dan Kim hing, kita
saling bertentangan, masing-masing mement ingkan diri
sendiri.
”Jika keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, berapa
puluh tahun lagi mungkin tetap t idak dapat dipersatukan.
Sekarang Siauwhiap sudah berhasil membasmi kekuatan
Kay-see kim kong, itu saja sudah cukup menggemparkan
rimba persilatan daerah utara, apalagi kau juga sudah
mendapatkan lambang kebesaran Ngo jiau leng.
”Hal ini rasanya bukan suatu hal yang kebetulan saja,
maka kita anggap dapat dipergunakan untuk
mempersatukan kekuatan rimba persilatan daerah utara.
”Aku si orang tua anggap kecuali Siauwhiap, mungkin
t idak ada orang lain yang memiliki kekuatan untuk
melakukan usaha besar ini, maka aku harap supaya
Siauwhiap suka pikir masak-masak?"
Perkataan itu telah diucapkan oleh orang tua bermuka
hitam itu dengan sikap merendah dan sungguh-sungguh
sehingga menarik perhatian semua orang.
Ho Hay Hong sungguh tidak menyangka bahwa dirinya
telah menanjak demikian pesat , dalam waktu belum
cukup satu hari sudah diangkat menjadi pemimpin besar
golongan rimba hijau daerah utara. Maka saat itu ia
malah termangu-mangu.
Orang tua itu kembali berkata:
"Aku hanya menyampaikan maksud dan permintaan
orang banyak, yang minta Siauwhiap supaya suka
menjadi pemimpin mereka sedikitpun aku t idak
mengandung maksud untuk kepent ingan diriku peribadi. ”Kau harus tahu bahwa set iap orang sudah t idak
mempunyai rasa harga diri, itu berarti bangkai hidup
yang berjalan atau orang yang t idak berguna lagi.
Saudara saudara kita sudah lama dijelekkan, dihina oleh
golongan rimba hijau daerah selatan, tetapi selama itu
terpaksa mandah karena mengetahui tiada seorang yang
dapat mempersatukan kekuatan sendiri.
”Siauwhiap adalah seorang yang berkepandaian luar
biasa, hanya dengan sepasang tangan kosong kau dapat
merubuhkan satu jago terkuat sepert i Kay see Kimkong.
ini sudah membukt ikan betapa jauh lebih t inggi
kepandaian Siauwhiap kalau dibanding dengan Kaysee
Kimkong.
”Dengan sendirinya Siauwhiap menjadi pujaan orang
banyak, dan jikalau Siauwhiap dapat menggunakan
kesempatan itu sebaik-baiknya, untuk mempersatukan
kembali kekuatan rimba hijau daerah utara, bukan saja
aku sendiri akan merasa beruntung, tetapi saudara-
saudara kita di daerah utara juga akan mengucap
bersukur!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir. Orang golongan
rimba hijau sebagian besar terdiri dari orang-orang yang
berkekuatan jahat, aku Ho Hay Hong adalah seorang
golongan baik-baik, bagaimana karena ingin mendapat
kedudukan tinggi lantas bercampuran dengan mereka?
Oleh karena itu maka ia lantas menjawab: "Terima
kasih atas penghargaan locianpwee dan saudara-saudara
sekalian, Ho Hay Hong adalah seorang bodoh yang t idak
mengert i apa-apa, sebetulnya t idak bedanya dengan
manusia biasa, jabatan pemimpin itu maafkan aku t idak
sanggup dan t idak berani menerima, hal ini aku harap supaya locianpwe dan saudara-saudara sekalian suka
maafkan!"
Mendengar jawaban itu, bukan saja orang tua
bermuka hitam itu merasa sangat kecewa, begitupun
tujuh orang yang mengikut inya juga menarik napas
sambil menggelengkan kepala menunjukkan kekecewaan
mereka.
"Dalam hal ini aku siorang tua hanya meminta dengan
sangat supaya Siauwhiap suka mengingat kegelisahan
hat i saudara-saudara kita didaerah utara. Cobalah
t imbang sebaik-baiknya." berkata siorang tua bermuka
hitam.
"Sangat menyesal sekali, keputusanku ini susah
dirobah!" berkata Ho Hay Hong sambil menggelengkan
kepala.
Ketika berpaling memandang kakeknya, diluar
dugaannya It Jie Hui kiam berkata padanya sambil
menarik napas:
"Ho Hay Hong, jikalau bukan karena tubuhku terkena
serangan ilmu serangan san hoa-ciang-lok. dan jiwamu
sedang menghadapi maut, urusan ini benar-benar
merupakan suatu kehormatan bagimu."
"Kongkong, apa kau suka jikalau aku berkawan
dengan orang-orang jahat?" bertanya Ho Hay Hong t idak
mengert i.
"Sebenarnya bukan begitu. Jahat atau baik itu
tergantung kepada orangnya, manusia sejak dilahirkan
dalam dunia, semua sebetulnya merupakan manusia-
manusia yang putih bersih, asal hatimu t idak dipengaruhi
oleh kejahatan, dan perbuatanmu kau dasarkan atas kebenaran, sekalipun mereka banyak yang jahat, tetapi
mungkin bisa merubah kelakuannya." berkata It Jie Hui
kiam.
Pembicaraan antara mereka, dilakukan dengan sangat
perlahan sekali, sehingga t idak dapat didengar oleh
orang lain. Orang tua bermuka hitam itu mengira It Jie
Hui kiam sedang membujuk cucunya, maka diam-diam
merasa girang.
Sampai disitu ia merasa t idak sabar lagi, tangannya
lalu menggapai. Dari rombongannya muncul keluar
seorang laki-laki yang penuh berewok. Didalam
tangannya laki laki ini membawa sepucuk sampul merah,
yang lantas diberikan kepada Ho Hay Hong dengan
kedua tangan.
Ho Hay Hong menyanggupi sampul merah itu,
diatasnya tertulis: "Menyambut dengan hormat
kedatangan Bengcu kita yang baru saudara Ho Hay
Hong."
Dalam surat itu tertulis beberapa kata-kata
permohonan yang sangat , yang disertai oleh nama-nama
orang terkemuka dalam golongan rimba hijau, yang
jumlahnya beberapa puluh banyaknya.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir:
"Orang-orang ini pasti merupakan tokoh-tokoh
terkemuka dari golongan rimba hijau daerah utara,
sehingga berhak menuliskan namanya didepan surat
undangan ini."
Dugaan itu memang tepat, orang-orang yang
menuliskan nama itu, semua adalah tokoh-tokoh terkenal
golongan rimba hijau daerah utara. Mendapat sambutan demikian hangat dari orang
terkemuka golongan rimba hijau, sebetulnya merupakan
suatu kehormatan yang sangat besar. Akan tetapi, saat
itu ia berada dalam kesulitan yang sangat besar, sebab
akibat dari serangan Kay-see Kim kong, sehingga jiwanya
hanya t inggal t iga hari saja.
Ia pikir hendak mengembalikan surat undangan itu,
tetapi orang tua bermuka hitam, bersama tujuh
kawannya lebih dulu sudah membungkukkan badan
memberi hormat secara kebesaran.
Dalam keadaan demikian betapapun kerasnya hat i Ho
Hay Hong, berat baginya untuk menolak. Apalagi dari
mulut kakeknya ia juga mengetahui bahwa kedudukan
pemimpin golongan rimba itu belum tentu membuat
namanya tercela, maka akhirnya ia mengambil keputusan
untuk menerima gagasan tersebut .
Selagi hendak menyatakan kesanggupannya orang tua
bermuka hitam itu dengan muka berseri seri dan berlaku
yang sangat menghormat berkata padanya:
"Siauwhiap sekarang sudah menjadi Beng cu rimba
hijau daerah utara, kita mengharap supaya dalam waktu
yang singkat dapat dilakukan upacara t imbang terima,
dan selanjutnya nasib seluruh saudara-saudara kita di
daerah utara kami serahkan ditangan Siauwhiap!"
Laki-laki berewokan itu diberi isyarat oleh orang tua
bermuka hitam, kembali mengambil sebuah kotak hitam
tembaga setengah kaki persegi. Kotak itu dibukanya, dari
dalamnya mengeluarkan sebuah plat emas, diberikan
kepada Ho Hay Hong. Plat itu diukir dengan lukisan sepasang naga yang
sedang berebutan sebutir mut iara. Dikebalikkannya
terukir sebuah lukisan burung Hong dan naga yang
sedang menari-nari.
Dalam keadaan demikian, berat bagi Ho Hay Hong
untuk menolak, maka pemberian itu diterimanya.
Orang tua bermuka hitam setelah melihat usahanya
berhasil, t idak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Ia
berkata kepada Ho Hay Hong:
"Jikalau Bengcu ada keperluan apa-apa harap
memberikan perintah dengan mengunjukkan emas itu,
kami sekalian sekalipun harus menerjun kelautan t idak
akan menolak."
Sehabis berkata, bersama tujuh kawannya memberi
hormat , kemudian minta diri.
Ho Hay Hong masih berdiri kesima, setelah semua
orang sudah berlalu, ia baru sadar. Tetapi ibarat beras
sudah jadi nasi, biar bagaimana sudah t idak bisa
menolak lagi.
Ia memeriksa emas ditangannya, emas itu
memancarkan cahaya berkilauan, hingga membuat
kagum dari orang-orang yang ada disitu.
It Jie Hui kiam, berkata sambil menghela napas
panjang:
"Sayang Ah, anak, sayang kau t idak ada rejeki untuk
menikmati kebahagian itu"
Ia juga tahu bahwa Ho Hay Hong dengan plat emas
ditangannya, sudah merupakan satu pemimpin rimba
hijau didaerah utara, tetapi kehormatan besar itu dalam keadaan sepert i sekarang itu bagaimanapun juga sepert i
diliput i oleh kabut tebal.
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil : Kampung Setan 3 dan anda bisa menemukan artikel Cersil : Kampung Setan 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-kampung-setan-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil : Kampung Setan 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil : Kampung Setan 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil : Kampung Setan 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/cersil-kampung-setan-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar