Lembah Nirmala 6

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Sabtu, 17 September 2011

Para jago lainnya yang selamat segera membentak sambil menyerbu kedepan, tak selang
sesaat Kim Thi sia serta Lam wi sudah terkepung rapat-rapat ditengah arena.
Berada dalam keadaan begini, sekalipun Kim Thi sia tidak berniat untuk turun tanganpun tak
bisa. Apalagi tiga orang jago langsung menyerang kearahnya sambil tertawa, pedang Leng gwat
kiam dengan jurus "guntur menggelegar angin berhembus" dengan membawa cahaya putih yang
berkilauan langsung menyambar tiga orang itu. Terdengar salah seorang diantaranya berteriak:
"Bocah keparat, kau jangan takabur, enam harimau dari bukit saiju siharimau hijau bermuka
besi cu Ho tin siap membereskan dirimu"
Dengan mengayunkan senjata ia maju menyongsong datangnya serangan tersebut.
Sebagai seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman dalam pertarungan, begitu melihat
jurus pedang yang digunakan Kim Thi sia membawa segulung tenaga hisapan tak berwujud yang
kuat, ia segera sadar kalau musuhnya memang tangguh dan bukan bernama kosong belaka.
Maka pergelangan tangannya segera diputar, tangan kanannya langsung menyerang pinggang
musuh. Sementara tangan kirinya menotok jalan darah siau yau hat ditubuh pemuda itu.
Dari senjata poan koan pit yang digunakan lawan, Kim Thi sia pun tahu kalau musuhnya
seorang ahli dalam menotok jalan darah. Kewaspadaannya segera ditingkatkan-
Dengan mengandalkan ilmu tay goan sinkang, ilmu pedang panca Buddha serta ciat khi mi khi
dia segera melayani musuhnya dengan cermat dan seksama. Sebab dia sadar, sekali bertindak
kurang hati-hati, niscaya dia akan roboh terjungkal ditangan lawan-
Saat ini, ketika ia melihat sepasang penanya menyodok tiba, cepat-cepat tubuhnya berkelit
kesamping untuk menghindarkan diri. Ketika berpaling ia melihat dua orang lainnya dengan
senjata terhunus sedang bersiap sedia dengan penuh keseriusan-Kim Thi sia yang melihat
kejadian tersebut segera berpikir:
"Mereka berjumlah sangat banyak. bila aku tak menyelesaikan pertarungan ini secepatnya,
rasanya sulit untuk meninggalkan tempat ini secara gampang......"
Berpikir sampai disini, dia segera berpekik nyaring dan mengeluarkan jurus serangan terampuh
dari ilmu pedang panca Buddhanya.
Tampak bayangan pedang yang amat tebal menyelimuti seluruh angkasa dan mengurung
ketiga orang musuhnya rapat-rapat.
Ketiga orang itu sama sekali tak menduga kalau Kim Thi sia bernyali begitu besar. Dimana
dengan seorang diri berani melawan tiga orang musuh sekaligus.
Si Harimau bermuka besi cu ci tin segera mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk melancarkan serangan, sepasang penanya dengan gerakan menotok, memukul, mengetuk,
mencukil dan merejam semuanya ditunjukkan untuk merobohkan musuh. Dalam waktu singkat,
keempat orang itu sudah bertarung puluhan gebrakan lebih.
Sementara itu, dipihak lain Lam wi telah bertarung pula melawan tiga orang musuh, hanya saja
sistim pertarungannya berbeda dengan keempat orang dipihak sini.
Tampak sepasang tangannya diayunkan berulang kali memancarkan bertitik cahaya emas yang
meluncur kedepan sambil menyerang serunya sambil tertawa:
"Aku mah tak ada waktu banyak untuk bermain-main dengan kawanan harimau kertas
semacam kalian."
Mendadak terdengar ketiga orang jago yang mengerubutinya menjerit kesakitan pada saat
yang bersamaan dan serentak melompat mundur kebelakang.
Dipihak sini, begitu merasa gelagat kurang menguntungkan, salah seorang diantaranya seorang
lelaki bergolok besar segera mengayunkan pula tangan kirinya. "criiiiing.....criiiing......criiing......."

Tiga dentingan nyaring berbunyi bersamaan dengan melesetnya tiga batang senjata rahasia
Kim Chee piau mengarah ketubuh Kim Thi sia.
Sementara itu, Kim Thi sia sedang mengeluarkan jurus "bintang lenyap rembulan punah",
melihat datangnya sambaran Kim cheepiau, cepat-cepat dia mengerahkan ilmu ciat khi mi khi
untuk melindungi tubuh.
Aneh memang kalau dibicarakan, tatkala ketiga batang Kim cheepiau tersebut hampir mengena
pada sasarannya, tiba-tiba seperti membentur suatu dinding tak berwujud yang kuat sekali, tanpa
menimbulkan sedikit suarapun segera rontok keatas tanah.
orang yang melancarkan serangan dengan ketiga Kim cheepiau itu bukan lain adalah orang
kedua dari Enam harimau puncak salju, yaitu si harimau sutera berwajah kemala.
Betapa terkejutnya jagoan ini setelah melihat kemampuan Kim Thi sia untuk mematahkan
serangan senjata rahasianya yang begitu aneh. Pada saat itulah, mendadak terdengar suara
teriakan seseorang. "Angin kencang cepat mundur" Ternyata yang berteriak adalah ciu tong
kongcu.
Begitu mendengar teriakan tersebut, serentak orang-orang itu mengundurkan diri dari sana.
Baru saja Kim Thi sia hendak melakukan pengejaran, mendadak Lamwi menghalangi jalan
perginya seraya berseru:
"Saudara Kim, penjahat yang melarikan diri tak perlu dikejar. Dengan siasat licik mereka jangan
bisa lolos dari cengkeramanku. Kenapa kita mesti terburu napsu? sekarang yang penting kita mesti
mencari jejak Yu Kilem lebih dahulu." Kim Thi sia menjadi terperanjat sekali setelah mendengar
kata itu, pikirnya segera: "Aneh, darimana dia bisa mengetahui semua urusanku?"
Tanpa terasa dia mulai mengamati Lam wi yang misterius asal usulnya itu dengan lebih
seksama.
Lam wi segera tertawa rahasia, katanya:
"Saudara Kim, kau tak usah banyak bertanya ikutlah aku"
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia segera merasa bahwa kepandaian silatnya seakan-akan
sama sekali tak berguna lagi, terpaksa dia mengiakan. "Baiklah"
Lamwi pun segera berangkat menuju ketenggara. Gerakan tubuhnya amat cepat dan tak bisa
ditandingi Kim Thi sia. Sampai detik itulah Kim Thi sia baru sadar bahwa Lam wi sesungguhnya
merupakan seorang jagoan yang berilmu silat sangat hebat, hanya saja hingga kini ia masih belum
mengetahunya secara pasti akan asal usulnya.
Setelah menempuh perjalanan berapa saat akhirnya sampailah mereka didekat sebuah bukit
kecil.
Mendadak......
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, terdengar seseorang membentak keras:
"Berhenti"
Baru saja suara itu bergema, tampak bayangan manusia munculkan diri diatas puncak bukit
kecil itu.
Lam wi yang berjalan dimuka segera menghentikan langkahnya, sedangkan Kim Thi sia yang
membuntuti dari belakang turut berhenti pula. Terdengar orang yang berada dibukit itu berseru
lagi:
"Ada urusan apa sobat berdua berkunjung kemari ditengah malam buta begini?"
"Kami datang untuk menjenguk seorang sahabat kami" sahut Lam wi cepat-cepat.
"Kalau toh kedatangan kalian untuk menjenguk seorang teman, lebih baik sebutkan dulu siapa
nama kalian, agar kami bisa memberi laporan dengan segera."

Tampaknya Lam wi sudah mempunyai perhitungan yang masak. ketika mendengar perkataan
itu segera sahutnya dengan suara hambar:
"Boleh saja bila ingin mengetahui namaku, tapi kalian mesti memperkenalkan diri terlebih dulu."
"Kami adalah orang-orang Tay sang pang" sahut orang diatas bukit cepat. "Nah harap sahabat
menyebutkan nama kalian."
Selama ini Kim Thi sia hanya berdiri dibelakang Lam wi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Sewaktu mendengar nama "Tay sang pang", darahnya segera mendidih, hampir saja dia akan
turun tangan melancarkan serangan-Mendadak terdengar Lam wi berkata lagi:
"Kami datang untuk menjenguk si Ulung beracun. Aku bernama Lam wi, sedang dia adalah Kim
Thi sia."
Belum habis perkataan itu diucapkan tampak Lam wi telah menerobos maju kedepan dan
langsung menyerbu keatas bukit. Bersamaan waktunya ia mengayunkan tangan kanannya, dua
titik cahaya emas segera melesat kedepan menghajar tubuh kedua orang tersebut.
Terdengar dua kali dengusan tertahan, tahu-tahu kedua orang itu sudah roboh terjungkal
keatas tanah.
Setibanya diatas bukit ternyata Lam wi sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya,
kembali dia melambung ketengah udara. Sepasang tangannya diayunkan berulang kali masingmasing
diayunkan kebalik semak belukar sana.
Berapa kali jeritan kesakitan dan suara robohnya tubuh berat segera bergema susul menyusuli.
Mendadak.......
Terdengar suara ledakan keras ditengah udara, ternyata ada sebatang anak panah berapi yang
meledak ditengah udara. Cahaya api berwarna merah yang tersebar keempat penjuru dapat
terlihat jelas dari jarak berapa puluh li.
Lam wi tahu, musuh telah melepaskan tanda bahaya, ini berarti jejak mereka segera akan
ketahuan musuh.
Maka sambil berpaling kearah Kim Thi sia yang berada dibawah tebing, serunya lantang:
"Saudara Kim ayoh, cepatlah naik keatas pertunjukkan bagus segera akan dimulai"
Dalam pada itu Kim Thi sia sedang berpikir keras setelah menyaksikan kemampuan Lam wi
untuk mencabut berapa lembar jiwa sekaligus dalam berapa kali gebrakan saja, pikirnya:
"Sepintas lalu ia kesakitan begitu lembut dan halus, tapi nyatanya serangan yang dilancarkan
tidak mengenal ampun- Bahkan kekejamannya melebihi aku, aku mesti bersikap lebih waspada
terhadap sobat kejam seperti ini."
Ketika dilihatnya Lam wi sedang menggapainya, diapun segera melejit keudara dan melompat
naik kepuncak tebing itu. Sambil tersenyum Lam wi segera berkata:
"Bila kulihat dari tampang wajahmu, bukankah dalam hati kau sedang mengumpat kekejaman
hatiku?"
Kim Thi sia yang mendengar teguran mana, dalam hati kecilnya segera berpikir:
"Lihay amat ketajaman mata orang ini. Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, kau sudah
dapat membacanya secara tepat." Berpikir begitu, agak tersipu-sipu iapun berkata:
"Aaaaah, mana, mana. Aku hanya berpikir bahwa kepandaian silatmu ternyata jauh lebih hebat
berapa kali lipat ketimbangan aku......"
Sampai disini tanpa terasa dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.
"Saudara Kim" Lam wi segera menegur lagi dengan wajah gusar. "Diantara kita berdua boleh
dibilang hanya perkenalan biasa, berteman karena cocok dalam pandangan pertama. Sekarang
mengapa kau justru mengucapkan kata-kata semacam ini? Padahal bicara sesungguhnya ilmu

silatmu masih beratus kali lipat lebih hebat ketimbang kemampuanku, cuma tenaga dalamnya saja
belum mencapai kesempurnaan. Dengan usia semuda itu, apakah kau takut dikemudian hari tak
bisa mengejar ketinggalan itu?"
"orang ini benar-benar lihay......." batin Kim Thi sia lagi.
Baru saja dia hendak membantah, mendadak......
"Sreeeettt..... Sreeeettt..... Sreeeet......."
Ditengah desingan angin tajam, tampak ada lima sosok bayangan manusia melayang turun
ketengah arena, seorang diantaranya adalah seorang kakek yang membawa kipas lebar.
Begitu muncul ditengah arena, kakek tersebut segera menegur sambil menuding kearah kedua
orang tersebut
"Bocah keparat, siapa yang menyuruh kalian datang menghantar kematian?"
Kemudian, seorang yang lain menyambung pula:
"Kim Thi sia, tak disangka kita akan bersua kembali disini"
Selesai berkata ia tertawa dingin tiada hentinya.
Kim Thi sia segera mengenali orang tersebut sebagai salah satu diantara dua belas orang
tongcu dari perkumpulan Tay sang pang, tanpa terasa sahutnya sambil tertawa dingin pula:
"Dimanakah ketua kalian? Aku sedang mencarinya."
"Bocah keparat" tukas kakek berkipas lebar itu gusar. "Kau anggap ketua kami adalah orang
yang bisa ditemui secara sembarangan-"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, mendadak ditengah kegelapan malam terdengar lagi
dua kali ledakan yang amat keras. Satu berasal dari arah barat laut, sedang yang lain berasal dari
selatan-
Rupanya kembali ada dua batang panah api yang meluncur ketengah udara dan meledak keras.
Pancaran cahaya merah segera menghiasi kegelapan malam.
Paras muka kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang ini segera berubah hebat,
sebab ditinjau dari tanda bahaya yang dilepaskan hampir saja yang bersamaan waktunya dari dua
arah yang berbeda, menunjukkan bahwa anggota perkumpulan mereka telah bertemu dengan
musuh tangguh hampir pada saat yang bersamaan. Bila keadaan tidak semakin kritis, tak mungkin
orang-orang itu akan melepaskan tanda bahana untuk mohon bantuan-
Pada saat itulah.....
Dari arah jalan raya disebelah selatan, kembali muncul ketiga sosok bayangan hitam yang
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Dalam waktu singkat ketiga orang tersebut telah muncul disisi arena, ternyata mereka terdiri
dari dua pria dan seorang wanita.
Dalam sekilas pandangan saja, Kim Thi sia segera kenali orang yang berjalan dipaling muka
adalah sastrawan bermata sakti, dibelakangnya mengikuti Yu Hong serta adik seperguruannya Li
Beng po.
Begitu tiba, sipelajar bermata sakti segera berseru nyaring:
"Selamat bersua Selamat bersua Rupanya kedatangan kami tepat pada waktunya......."
"Hey pelajar bermata sakti" Kim Thi sia segera menegur. "HHutang piutang diantara kita berdua
harus diperhitungkan lebih dulu."
"Aku harap kalian bersedia menolong ciciku lebih dulu sebelum melakukan perhitungan atas
hutang piutang kalian" seru Yu Hong cepat-cepat.
"Tentu saja begitu" sahut pelajar bermata sakti keras.

Sampai disitu, dia lantas berpaling kearah kelima orang musuhnya dan berseru lagi: "Benarkah
nona Yu Kiem telah kalian tangkap?"
Kakek berkipas lebar itu segera mendehem beberapa kali, kemudian baru menyahut: "Benar
atau tidak. rasanya tak perlu kau campuri urusannya"
Perlu diketahui, kakek tersebut merupakan salah satu diantara dua belas orang tongcu dari
perkumpulan Tay sang pang. orang menyebutnya si Rajawali emas berkipas baha Cu Kim,
kepandaian gwakang maupun kwekangnya begitu hebat, boleh dibilang jarang menjumpai musuh
tandingan dikawasan Kanglam oleh sebab itu sikapnya menjadi sombong, angkuh dan sangat
takabur.
"Kalau aku bersikeras akan mencampuri, mau apa kau?" teriak sipelajar bermata sakti sambil
mendelik.
"Ya a, bila kalian tidak membebaskan ciciku, kalian akan kami bantai sampai ludes" sambung
Yu Hong dengan marah.
"Kalian mau membebaskannya atau tidak" teriak Kim Thi sia pula keras-keras.
Dalam pada itu sikap Lam wi lebih santai, dia berdiri disisi Kim Thi sia dengan senyuman
dikulum. Seakan-akan persoalan tersebut sama sekali tiada sangkut paut dengan dirinya.
si Rajawali emas berkipas besi cu Kim kontan saja tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeh......heeeeeh......heeeeeh........akan kulihat sampai dimana sih kehebatan dari jagoan
yang disebut "manusia yang paling susah dilayani dari dunia persilatan-...."
Kim Thi sia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya dan siap untuk turun tangan-Tapi
saat itulah........
Mendadak dari arah barat laut muncul dua sosok bayangan manusia yang meluncur datang
dengan kecepatan luar biasa, kalau dilihat dari gerak tubuh mereka, dapat diketahui bahwa
mereka adalah sepasang jagoan yang berilmu tinggi. Belum lagi orangnya muncul, terdengar ia
sudah berteriak keras:
"Thian tong, semua orang yang kita cari telah berkumpul disini. Rasanya tidak sia-sia
penjelasan kita ayah beranak kali ini."
Sementara pembicaraan berlangsung, kedua orang tersebut sudah muncul dihadapan banyak
orang.
Hal mana tentu saja amat mengejutkan semua orang tanpa terasa mereka sama berpikir.
"Kenapa si tua bangka inipun bisa mencari sampai disini?"
Ternyata dua orang yang datang tak lain adalah ketua Tiang pek pay, sipukulan sakti tanpa
bayangan serta putra kesayangan Ang Thian tong." Begitulah munculkan diri, sipukulan sakti
tanpa bayangan segera berseru:
"Kalian jangan bertarung dulu, tunggu sampai persoalannya menjadi jelas sebelum kita
membuat penyelesaian hingga tuntas."
"Makhluk tua, kau jangan mencampuri urusanku" teriak Kim Thi sia. Sipukulan sakti tanpa
bayangan segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.......haaaah.....kau masih ada kesempatan hidup selama sepuluh hari lagi.
Sekarang aku tak ingin ribut denganmu."
"Kalau ingin berkelahu, sekarang juga aku dapat melayani" seru Kim Thi sia marah. "Kenapa
kita mesti menunggu sepuluh hari lagi di Lembah Nirmala?"
"Jadi kau benar-benar tak takut mampus? Kau anggap paling susah dilayani?"
Kim Thi sia tertawa dingin. "Hmmm, jadi kau baru tahu sekarang?" Mendadak terdengar Ang
Thian tong menyela.

"Ayah, tak usah banyak cincong dengannya, yang penting kita selidiki dulu jejak Hay Jin"
"Apa? Nona Hay Jin telah lenyap?" sela Kim Thi sia terperanjat.
"Hmmm, soal ini bukan urusanmu. Lebih baik tak usah turut campur" tukas sipukulan sakti
tanpa bayangan dingin.
Lalu sambil berpaling kearah lima orang jago dari perkumpulan Tay sang pang, ia berkata lebih
jauh:
"Apakah kalian telah berjumpa dengan menantuku?"
"Hmmm, kau toh tidak pernah serahkan menantuku kepadaku, dari mana aku bisa tahu?" sahut
si rajawali emas berkipas besi Cu Kim sambil tertawa dingin. Sipukulan sakti tanpa bayangan
kembali tertawa seram.
"Hmmm, menantuku telah hilang di kawasan Kanglam, sedang perkumpulan Tay sang pa
adalah penguasa diwilayah ini. Kalau tidak bertanya kepada kalian, lantas kepada siapa aku mesti
bertanya?"
Tuduhan yang dilontarkan setengah paksa ini tentu saja membuat kelima orang jago dari Tay
sang pang menjadi meringis dan serba salah. Mau mengaku tak bisa, tak mengakupun rasanya tak
mungkin, bisa diduga suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Tiba-tiba terdengar si Pelajar bermata sakti menyela:
"Ang locianpwee, harap jangan gusar dulu. Sekalipun apa yang locianpwee katakan memang
benar, namun sebelum diperoleh bukti yang nyata, kau tidak boleh bersikeras menuduh pihak Tay
sang pang sebagai biang keladinya, kuharap locianpwee suka berpikir tiga kali dulu sebelum
bertindak"
"Bocah keparat, jadi kau hendak membonceng nama besar gurumu untuk mencampuri urusan
orang lain?" seru sipukulan sakti tanpa bayangan dengan wajah merah membara.
"Hmmm, ilmu cakar kucing gurumu masih belum kupandang sebelah matapun.Jika kau berani
mencabut gigi harimau disini, hakekatnya tindakanmu ini benar-benar kelewat memandang rendah
orang." Buru-buru sipelajar bermata sakti menjelaskan-
"Ang locianpwee, aku sama sekali tidak bermaksud begitu, tapi kalau ingin berkelahi kita harus
lihat dulu siapa duluan dan siapa belakangan. Tunggulah sampai kudapatkan kembali orang yang
kucari sebelum locianpwee membuat perhitungan dengan pihak Tay sang pang."
"Kurang ajar........" teriak sipukulan sakti tanpa bayangan semakin sewot. "Jadi hanya kau yang
boleh meminta orang sedang orang lain tidak......?"
"Tentu saja boleh, cuma aku datang menuntut karna dasar dan bukti yang nyata, aku tidak
menuntut secara mengawur"
Agaknya hawa amarah sipukulan sakti tanpa bayangan sudah tak terbendung lagi, dengan
suara keras teriaknya:
"Menantu ku telah hilang tak berbekas. Apakah kejadian ini bukan suatu fakta yang jelas?
Bocah keparat, kalau kau tidak memberi penjelasan yang memuaskan hati ini akan kubunuh
dirimu lebih dulu sebelum membuat perhitungan dengan sisetan tua"
Tampaknya si Pukulan sakti tanpa bayangan sudah mata gelap sehingga siapa saja dituduh
sebagai pembawa lari menantunya.
Sementara itu semua orang membungkam diri tanpa banyak bicara siapapun. Berselisih dengan
sipukulan sakti tanpa bayangan mencari penyakit buat diri sendiri. Hanya Kim Thi sia seorang yang
masih saja tertawa dingin tiada hentinya.
Dalam pada itu, sikap sipelajar bermata sakti nampak lebih tenang dan mantap pelan-pelan ia
berkata:

"Aku merasa beruntung sekali bisa peroleh petunjuk dari cianpwee. Bila aku disuruh memberi
penjelasan, mungkin aku tak berkemampuan begitu, hanya saja aku dapat memberi sebuah
petunjuk kepadamu?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan ingin mengetahui kata-kata selanjutnya dengan cepat, buruburu
dia menyela:
"cepat katakan, asal betul aku pasti akan memberi kebaikan untukmu"
"Itu sih tak perlu, cara pertama yang paling baik tentu saja mencari keterangan langsung
kepada pihak Tay sang pang .Jalan kedua, silahkan locianpwee mengunjungi Lembah Nirmala,
sedangkan cara yang ketiga......rasanya jauh lebih sulit lagi."
"Ngaco belo, benar-benar ngaco belo. Ayoh cepat katakan bagaimanakah caramu yang ketiga
itu" seru sipukulan sakti tanpa bayangan tidak sabar.
"Belakangan ini, didalam dunia persilatan telah muncul Lima naga satu burung hong. Konon
mereka adalah murid-murid kesayangan dari Pat pit thian ong si raja langit berlengan delapan dari
bukit sin bau toa san. Aku dengan orang-orang kenamaan dari daratan Tiong goan, bisa jadi
menantu cianpwee telah diculik oleh lima orang naga satu burung hong"
Paras mukanya Ang Thian tong segera menunjukkan kegelisahan yang amat sangat sesudah
mendengar perkataan ini.
Sedang sipukulan sakti tanpa bayangan nampak termenung sebentar, kemudian serunya:
"Bocah keparat, kenapa bicaramu makin lama semakin melantur"
Lam Wi melirik sekejap kearah sipelajar bermata sakti, lalu serunya pula, sambil mendengus
dingin:
"Hmmm, pendapatmu memang bagus sekali."
Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan melancarkan sebuah pukulan kearah lima orang jago
dari perkumpulan Tay sang pang itu.
Kelima orang jagoan tersebut pun bukan manusia sembarangan- Mereka sudah mengerahkan
tenaga dalamnya untuk bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan, begitu
serangan dilancarkan merekapun serentak melakukan perlawanan.
Pertarungan sengitpun berkobar dengan hebatnya, kedua belah pihak sama-sama
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk merobohkan lawan-
Kim Thi sia gembira sekali setelah menyaksikan peristiwa ini. Diapun bersiap-siap untuk terjun
kearena pertarungan-
Pada saat itulah bergema suara gelak tertawa yang amat keras dari tengah udara. Suara
tertawa itu yang amat nyaring dan menggema tiada hentinya ditengah kegelapan malam, dari sini
bisa disimpulkan bahwa orang tersebut memiliki tenaga dalam yang teramat sempurna.
Walaupun gelak tertawa itu kedengarannya amat mengejutkan hati, akan tetapi para jago yang
hadir disitu rata-rata merupakan jagoan berilmu tinggi. Nyatanya mereka sama sekali tak
terpengaruh oleh gelak tertawa ini.
Ditengah gelak tertawa yang amat nyaring inilah, kembali muncul dia orang manusia.
Ketika melihat kehadiran dua orang tersebut, kelima orang jago dari perkumpulan Tay sang
pang itu segera menunjukkan wajah berseri.
orang yang baru datang itu memiliki perawakan badan setinggi tujuh depa, Jenggotnya panjang
dan jubahnya berwarna hijau, hidung belang, mata tajam dan wajahnya amat licik serta
menyeramkan-
Ternyata orang ini tak lain adalah kelima perkumpulan Tay sang pang, sipukulan sakti
penggetar langit Khu It cing, sedang dibelakangnya mengikuti si utusan beracun Hon chin.

Dengan sorot matanya yang tajam sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing memperhatikan
sekejap kesekeliling arena lalu dengan senyum tak senyum ia berkata:
"Setelah kehadiran sobat sekalian disini, rasanya bila aku tak datang sendiri, kalian akan
menganggap aku Khu It cing kurang bersahabat. Sekarang aku tak ambil perduli apa maksud
kedatangan kalian semua, paling tidak aku adalah tuan rumah disini, mumpung jarak dari sini ke
Siau yan lo tak begitu jauh bagaimana kalian memberi muka kepadaku dengan ikuti aku kesana?"
Sipukulan sakti tanpa bayangan segera tertawa tergelak.
"Haaaaah.....haaaaaah......haaaaah.......sudah lama kukagumi nama siau yau lo. Beruntung
sekali aku bisa membuka mata hari ini" Kim Thi sia tak mau kalah, serunya pula:
"Sekalipun harus memasuki sarang naga gua harimau, aku Kim Thi sia tetap akan
mengunjunginya pula"
"Bagus sekali" seru Khu It cing kemudian- "Kalau toh kalian bersedia memberi muka untukku.
Nah Yap tongcu, Cu tongcu, cepat membawa jalan....."
Dua orang anak buahnya segera mengiakan dan beranjak lebih dulu meninggalkan tempat
tersebut.
Walaupun semua orang tahu bahwa kepergian mereka kali ini tak akan membuahkan
keberuntungan, akan tetapi tak seorangpun yang berbicara, bagaimanapun juga mereka enggan
memperlihatkan kelemahan sendiri dihadapan orang lain- Sebab itu, biarpun harus mendaki bukit
golok terjun ke kuali berminyak mendidih, mereka tidak akan menolak.
Sipukulan sakti tanpa bayangan bersama putranya Ang Thian tong berjalan lebih dulu
mengikuti dibelakang musuhnya sipelajar bermata sakti, Yu Hong dan Li Beng po bertiga menyusul
pada rombongan kedua, sedangkan Kim Thi sia dan Lam wi mengikuti dipaling belakang.
Setelah melewati sebuah tikungan bukit loteng, Siau yau lo telah nampak didepan mata.
Tak lama kemudian sampailah mereka didepan gedung itu, pintu gerbang nampak terpentang
lebar, cahaya lentera memancarkan sinarnya menerangi setiap sudut ruangan-
Ketika para anggota perkumpulan melihat kedatangan tamunya, ternyata tak seorangpun yang
menghalangi jalan perginya .
Dengan menelusurijalan besar, secara mudah mereka tiba dibawah sebuah bangunan loteng
yang amat tinggi. Waktu itu semua orang sudah mengambil tempat duduk maka Kim Thi sia dan
Lam wipun segera mencari tempat duduk yang kosong.
Tak lama kemudian, ketua Tay sang pang sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing bangkit
berdiri dari tempat duduknya, sambil mengangkat cawan arak. ia berseru lantang:
"Jarang sekali aku mendapat kesempatan sebaik malam ini untuk menyelenggarakan suatu
pertemuan, apalagi pertemuan yang dihadiri dua orang murid dari dua tokoh termashur dalam
dunia persilatan, ditambah lagi kehadiran ketua Tay sang pang dari tepi perbatasan- benar-benar
suatu kehormatan besar untukku. Nah, silahkan saudara sekalian mengeringkan secawan arak
lebih dahulu" Selesai berkata dia mengeringkan isi cawannya lebih dulu.
Namun tak seorangpun dari tamunya yang menanggapi ajakan itu, jangan lagi mengeringkan
isi cawan, menyantun cawan arakpun tidak.
Sudah barang tentu Khu It cing dapat menyaksikan kejadian ini secara jelas sekalipun hati
kecilnya tak senang namun ia tak sampai hati untuk mengumbar hawa amarahnya dalam keadaan
begini.
Setelah berhenti sejenak. Khu It cing memperhatikan kembali kawanan jago tersebut dengan
mata siangnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Aku cukup memahami maksud kedatangan anda sekalian, tapi ada satu hal perlu kujelaskan
dulu. Yu Kiem adalah menghianat partai, soal ini menyangkut urusan rumah tangga kami yang tak

bisa dicampuri urusan orang luar. Tentang lenyapnya menantu ketua Ang, aku berani bersumpah
tidak tahu menahu. Kuharap saudara sekalian dapat memahami dan memaklumi keadaan ini."
"Hmmm, maknya" tiba-tiba Kim Thi sia berteriak keras. "Perkumpulan apaan Tay sang pang ini,
aku mah tak ambil perduli urusan rumah tangga atau bukan. Pokoknya jika kalian tidak
membebaskan Yu Kiem maka siauya akan segera membakar habis gedung atau yau lo ini"
Teriakannya yang begitu lantang seketika membangkitkan hawa amarah itu dari para jago
perkumpulan Tay sang pang. Hampir bersamaan waktunya mereka berpaling dan melotot kearah
pemuda tersebut.
Sedangkan sipelajar bermata sakti tertawa dingin tiada hentinya.
Mendadak......
Belasan orang lelaki kekar yang berdiri ditepi arena melompat bangin bersama-sama dan
menghampiri Kim Thi sia, dengan mata mendelik mereka berteriak: "sobat, tak usah berkaok-kaok
terus disini, kalau berani kita berbicara diluar saja."
Kesepuluh orang lelaki kekar itu kesemuanya memakai baju biru dengan senjata tersoren
dipinggang, wajahnya keren dan tenaganya sempurna. Sambil tertawa dingin Kim Thi sia balas
menjengek:
"Apa salahnya kalau berbincang disini saja?"
Belum habis perkataan itu diutarakan seorang lelaki bermata tajam telah mendesak maju
secara tiba-tiba dan secepat kilat mencengkeram jalan darah Sang hi hiat ditubuh pemuda itu.
Dalam waktu singkat belasan orang lelaki kekar itu telah mengepung Kim Thi sia ditengah
arena. Suasana menjadi amat tegang.
Kontan saja Kim Thi sia naik darah setelah diperlakukan begitu, melihat datangnya sambaran
tersebut cepat-cepat doa menarik lengan kirinya kebelakang, sementara telapak tangan kanannya
didorong kedepan-" Duuuuukkkk. ....."
Lelaki kekar itu segera terhantam hingga mundur sejauh dua langkah kebelakang.
Dalam pada itu ketua Tay sang pang Khu It cing cuma tertawa dingin tiada hentinya tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Setelah berhasil berdiri tegak. lelaki kekar tadi kembali membentak nyaring. "Bocah keparat,
kau berani bersikap kasar? Saudara sekalian, beresi bajingan ini"
Dalam waktu singkat deruan angin pukulan telah menyambar kian kemari, tubuh Kim Thi sia
seketika terkepung ditengah arena.
Kim Thi sia berpekik nyaring, dengan cepat dia menggunakan dua jurus terdahsyat dari ilmu
Tay goan sinkang yakni jurus mati hidup ditangan nasib dan kelembutan mengatasi air dan api.
Begitu dua serangan tersebut dilontarkan bayangan pukulan yang berlapis-lapis segera
mengurung sepuluh orang musuhnya ditengah ancaman mautnya. "Duuuukkkkkk Duuuuukkkkk
Duuuukkkkk"
Beruntun kedengaran suara benturan keras yang saling menyusul, berapa orang lelaki kekar
diantaranya segera tergetar mundur sejauh empat lima langkah sembari memegangi dada sendiri,
rasa kaget dan ngeri jelas terpancar dari balik wajahnya.
Mendadak......
"Berhenti" terdengar seseorang membentak keras.
Waktu itu Kim Thi sia sedang asyik bertarung, ia sama sekali tidak menggubris teriakan
tersebut. Bacokan demi bacokan dilancarkan terus secara gencar.

Sebaliknya kesepuluh orang lelaki itu serentak mengundurkan diri setelah mendengar bentakan
ini. Akibatnya beberapa orang diantaranya yang sial kena dihajar oleh Kim Thi sia hingga roboh
terjungkal diatas tanah.
Pelan-pelan muncullah seorang kakek ceking dihadapan anak muda itu.
JILID 44
Begitu melihat tampang muka orang tersebut, sambil tertawa dingin Kim Thi sia segera
berseru:
"ooooh, rupanya kau adalah Yap tongcu bagus sekali, bagaimana kalau kita bertarung berapa
ratus jurus lagi?"
Ternyata kakek ceking itu tak lain adalah satu diantara dua belas tongcu perkumpulan Tay sang
pang, si Utusan langit Yap Jit beng.
Sambil menarik mukanya yang seram Yap Jit beng mendengus dingin, tiba-tiba saja ia
melancarkan sebuah cengkeraman maut kedepan. cengkeraman itu dilancarkan dengan
menggunakan satu diantara jurus-jurus ilmu Thian sim heng.
Kim Thi sia yang tidak mengenal kelihayan lawan sama sekali tidak melakukan sesuatu
tindakanpun. Menanti ia sadar akan datangnya ancaman bahaya, untuk berkelit sudah tak sempat
lagi. "Breeeettt......"
Tak ampun lagi pakaian dibagian bahunya kena tersambar hingga robek besar sekali. Kim Thi
sia sangat gusar, dia segera melancarkan serangan balasan sambil teriaknya:
"Hey si jenggot ceking, cakar setanmu hebat betul. Ayoh coba dilancarkan sekali lagi."
Dengan suatu gerakan yang cekatan Yap Jit beng berkelit kesamping menghindarkan diri dari
serangan Kim Thi sia, kemudian serunya dingin:
"Bocah keparat, kau kelewat sombong tempo hari aku pernah membebaskan dirimu. Tapi hati
ini.... hmmmm, jangan harap bisa lolos kembali. Hari yang sama pada tahun mendatang
merupakan hari ulang tahun kematianmu yang pertama"
Selesai berkata ia mendesak maju kemuka, tiba-tiba saja sepasang telapak tangannya diputar
balik sambil mendorong kedepan- Dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera saling
bertemu satu sama lainnya. "Blaaaaammm....."
Ditengah benturan yang amat keras Kim Thi sia tak sanggup lagi berdiri tegak. Tubuhnya roboh
terpelanting diatas tanah.
Semua jago menjadi gempar, Lam wi menggerakkan pula tangan kanannya siap
membangunkan pemuda tersebut.
Namun Kim Thi sia telah merangkak bangun dengan amat cepatnya, merah padam selembar
wajahnya, tanpa mengeluh ataupun mengucapkan sepatah katapun dia menerjang kembali
kedepan sambil melepaskan pukulan dahsyat. Dengan penuh kegusaran Yap Jit beng segera
membentak: "Bocah keparat, nampaknya kau benar-benar sudah bosah hidup."
Ia menarik napas panjang, dada dan lambungnya segera ditarik lima inci kedalam, kemudian
sambil membentak nyaring, telapak tangannya diputar sambil mendorong kedepan-Angin pukulan
yang maha dahsyatpun segera meluncur kedepan dengan cepatnya.
Kali ini Yap Jit beng telah menggunakan sepuluh bagian tenaga dalamnya. ia berhasrat
membinasakan Kim Thi sia diujung pukulannya, maka begitu sepasang tangan mereka saling
bertemu. Kim Thi sia yang memang lemah dalam tenaga dalam kontan saja tergetar hingga
mencelat sejauh berapa kaki kebelakang, kepalanya menjadi pusing tujuh keliling. Matanya

berkunang-kunang dan hampir saja ia tak sanggup merangkak bangun kembali. Anggap semua
orang waktu itu, Kim Thi sia pasti akan mampus saat ini.
Pelajar bermata sakti yang melihat peristiwa itu kontan saja berseru sambil mendengus dingin.
"Hmmm, sampai akupun merasa kehilangan muka karena perbuatanmu itu......"
Ternyata serangan yang dipergunakan Kim Thi sia barusan adalah jurus serangan yang
diajarkan ciang sianseng kepadanya. Tapi sayang berhubungan tenaga dalamnya kurang
sempurna, dia tak mampu menunjukkan kehebatan dari serangannya itu. Yu Hong segera berseru
tertahan-
Tapi saat itulah mendadak terdengar Yap Jit beng mendengus tertahan dan ikut roboh
terjungkal keatas tanah.
Pelan-pelan Kim Thi sia merangkak bangun, sewaktu melihat Yap Jit beng roboh terkapar, dia
masih mengira hal itu merupakan hasil serangannya.
Dipihak Tay sang pang, suasana pun menjadi gempar setelah melihat tongcu mereka roboh
terjungkal, serentak mereka maju kedepan-
"Jangan bertindak sembarangan" tiba-tiba terdengar seseorang berteriak nyaring. Rupanya
ketua Tay sang pang Khu It cing yang mencegah anak buahnya maju kedepan-
Hampir pada saat yang bersamaan, dari luar gedung kedengaran suara suitan yang berpekik
saling bersahutan.
Mendengar suara suitan itu, sambil tertawa seram Khu It cing segera bergumam:
"Heeeeh.....heeeeeh......heeeeeh.......entah darimana lagi yang datang berkunjung?"
Kemudian dengan suara keras dia berseru:
"Apa yang hendak kusampaikan telah diselesaikan kuutarakan, kalian boleh pergi sekarang"
Habis berkata dia segera mengundurkan diri dari situ.
"Jangan kabur" teriak Kim Thi sia tiba-tiba.
Dengan suatu gerakan cepat dia mengejar dari belakang.
Lam wi menggerakkan badannya pula menyusul dari belakang pemuda tersebut. Saat itulah
dari luar kedengaran ada orang berteriak keras:
"ciu tong kongcu dari Kim kong kau serta thameu harimau naga Si Goanpah datang
berkunjung"
Lam wi segera nampak bangga dan gembira setelah mendengar seruan nyaring tadi.
Ketika tiba diluar lorong, mereka berdua melihat Khu It cing masih berlarian dimuka, segera
pengejaran dilakukan dengan lebih ketat.
"Hey bajingan tua, mau kabur kemana kau?" teriak Kim Thi sia keras-keras.
Mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus "kejujuran meretakkan batu emas".
kelihatannya serangan tersebut segera akan mencapai sasaran secara telak. Disaat yang kritis
inilah, tiba-tiba.... "Aduuuuuh........"
Lam wi yang mengikuti dari belakang menjerit tertahan, kemudian bayangan tubuhnya lenyap
tak berbekas.
dalam keadaan begini tak mungkin lagi buat Kim Thi sia untuk melanjutkan pengejaran-Dia
segera membalikkan badan melakukan pemeriksaan, tapi aneh sekali, keadaan disitu tetap seperti
sedia kala tanpa gejala apapun untuk sesaat pemuda itu jadi tertegun dan tidak habis mengerti.
Tiba-tiba......
Dari atas tiang besar disisinya muncul sepasang tangan raksasa yang mengancam tubuhnya.

Kim Thi sia tidak begitu menaruh perhatian terhadap hal tersebut, tak ampun pinggangnya
kena dirangkul sepasang tangan raksasa itu erat-erat. Menyusul kemudian tiang besar itu
terperosok jatuh kedalam tahan- dalam waktu singkat tibalah ditengah sebuah ruang bawah
tanah.
Kim Thi sia segera sadar kalau terjebak. serentak dia meloloskan pedang Leng gwat kiamnya
sambil membacok lengan raksasa itu secara bertubi-tubi, begitu mencapai atas tanah, ia melihat
ada sebuah jalan setapak membujur kesana, maka diapun berjalan menelusurinya .
Sementara dia masih berjalan, tiba-tiba terlihat olehnya Lam wi dengan tubuh basah kuyup
sedang berjalan keluar dari sudut ruangan-
Kim Thi sia kegirangan setengah mati, selesai berunding mereka berduapun melanjutkan
perjalannnya menelusuri jalan setapak tadi.
Sepanjang jalan Lam wi menyeka wajahnya dari butiran air, sementara tangannya kelihatan
gemetar keras.
Rupanya meski ia memiliki ilmu silat yang luar biasa, tapi sayang tidak mengerti ilmu berenang.
Akibatnya begitu terjebur kedalam penjara air, tubuhnya menjadi basah kuyup dan keadaannya
mengenaskan sekali.
Kim Thi sia tak tega melihat keadaan rekannya itu, cepat-cepat dia menyeka wajahnya dengan
ujung bajunya.
Dengan manja Lam wi menjatuhkan diri bersandar diatas dadanya, lalu sambil mendekap
pemuda itu erat-erat serunya gemetar: "oooh........dingin........dingin sekali......."
Kim Thi sia mengira rekannya masih dicekam rasa kaget, dengan lembut diapun menghibur:
"Saudara Lam tak usah takut, kalau memang takut dingin, lepaskan dulu pakaianmu yang
basah itu."
"Kalau kulepas pakaianku yang basah, lantas aku mesti memakai apa?"
"Kalau begitu pakailah jubahku lebih dulu mau bukan?" sambil berkata Kim Thi sia melepaskan
jubah luarnya.
Tapi Lam wi mendekap Kim Thi sia semakin erat katanya lagi:
"ogah, aku tak mau memakai bajumu"
sikap maupun gerak gerik tak berbeda seperti anak gadis.
Terpaksa Kim Thi sia mengurungkan niatnya, ia menyaksikan pakaian yang basah membungkus
tubuhnya yang kecil ramping. Wajahnya nampak agak putih kepucat-pucatan-Ketika melihat
bagian dadanya, ia seperti menyaksikan dua gumpalan bola daging yang cukup besar menonjol
disitu. Yang jelas ia merasa tak memiliki gumpalan bola daging seperti itu.
Dasar bodoh, Kim Thi sia tidak berpikir lebih lanjut, dia hanya menganggap kejadian tersebut
wajar saja.
Saat itulah tiba-tiba terdengar Lam wi berkata:
"Aku sangat lelah bagaimana kalau beristirahat sebentar sebelum meneruskan perjalanan?"
Sebenarnya Kim Thi sia bermaksud kabur dulu dari ruang bawah tanah sebelum berbuat lain,
tapi setelah melihat wajah Lam wi yang penat, pakaiannya yang basah kuyup, diapun berpikir:
"Sebagai seorang lelaki, ia benar-benar tak becus, baru tercebur kedalam air, keadaannya
sudah berubah begini rupa. percuma saja dia belajar ilmu silat"
Mendadak.....
Dari langit-langit ruangan itu terdengar ada dua orang sedang berbincang-bincang, salah
seorang diantaranya terdengar sedang berkata:

"Yap tongcu telah berpesan untuk menangkap hidup, hidup dua orang tawanan kita yang
terjerumus kebawah. Li Piau, kita harus segera masuk melalui gua nomor tiga."
Agaknya orang yang dipanggil Li Piau tidak sependapat dengan rekannya, terdengar dia
berkata:
"Apa sesungguhnya menangkap hidup,hidup? Kim Thi sia sudah tertangkap tangan Buddha,
jelas jiwanya tak akan melayang, berbeda dengan orang yang tercebur kedalam penjara air. Kita
mesti menolong lebih dulu, kalau kita sampai membiarkan dia banyak minum air, wajah kita bakal
berani. Hey si antik, aku rasa kita mesti pergi kepenjara air dulu, untuk pergi kepenjara air
seharusnya kita jangan lewat gua nomor tiga bukan?"
"Betul...Betul... Nampaknya kau lebih pintar dari padaku, baru saja aku minum berapa mangkuk
arak, sekarang kepalaku mulai pusing.....yaaa, kita mesti lewat jalan yang mana......?"
"coba lihat, makin lama kau semakin tak berguna saja" terdengar Li Piau berkata lagi. "Bicara
soal ilmu silat, aku Li Piau memang tak mampu mengunggulimu, tetapi takaran arakku jauh lebih
hebat dari padamu. Aku rasa kita mesti turun lewat gua nomor tujuh"
"Li Piau, kau jangan ngoceh terus, selesai bertugas nanti bagaimana kalau kita beradu seratus
cawan arak lagi"
Sementara itu Kim Thi sia telah dibuat terperanjat sekali setelah mendengar pembicaraan itu,
langsung dia mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu. Ternyata seluruh
dinding gua tersebut dari baja murni, hal ini menunjukkan bahwa usahanya untuk keluar dari situ
bukan suatu pekerjaan yang mudah.
cepat-cepat Kim Thi sia menerobos maju kedepan, dia melihat dari tempat tersebut mencorong
masuk cahaya rembulan, cepat-cepat tubuhnya melejit keatas. "Bluuuukkk"
Tampak Kim Thi sia terjatuh kembali sambil memegangi batok kepala sendiri dan berkaok-kaok
kesakitan-
Ternyata diatas lubang kecil itu dipasang terali besi yang amat besar, karena sama sekali tak
menduga akan hal tersebut, tentu saja batok kepala anak muda itu menjadi kesakitan setengah
mati.
Sementara itu Lam wi telah berjalan mendekat sambil menghibur dengan suara lembut:
"Saudara Kim, lebih baik berhematlah dengan tenagamu"
Kim Thi sia tidak menggubris anjuran tersebut, sekali lagi dia mengerahkan tenaganya untuk
menggempur, tapi akibat dari gempuran tersebut kembali kepalanya terasa pusing tujuh keliling.
Pandangan matanya berkunang-kunang dan telinganya terasa mendengung keras sekali.
Sekali lagi usahanya untuk menerobos keluar dari tempat tersebut mengalami kegagalan total.
"Nah, coba lihat sendiri" seru Lam wi kemudian- "Siapa suruh kau tak menuruti perkataanku,
akibatnya mencari penyakit buat diri sendiri."
Hawa amarah berkobar dengan hebatnya didalam dada pemuda itu, dengan gemas dia melotot
sekejap kearah rekannya, lalu berseru angkuh: "Saudara Lam, lihat saja nanti"
Kali ini dia telah menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya sambil melejit keatas.
"Blaaaaammmm......."
Benturan keras yang terjadi kali ini segera membuat anak muda itu roboh terkapar diatas tanah
dan untuk berapa saat lamanya tak mampu untuk merangkak bangun kembali. Agaknya anak
muda itu sudah jatuh pingsan-
Sebagaimana diketahui Kim Thi sia merupakan seorang pemuda yang keras kepala serta tak
pernah mengaku kalah kepada siapapun. Akibatnya dia terlalu tak tahu diri serta tak ammpu
menilai kekuatan sendiri.

Lam wi menjadi amat terperanjat setelah melihat kejadian ini, buru-buru dia menotok dua buah
jalan darahnya. Tak selang berapa saat kemudian.....
Kim Thi sia berseru tertahan dan merangkak bangun dari atas tanah.
Steelah beristirahat sejenak. tiba-tiba saja dia teringat kembali dengan pedang Leng gwat
kiamnya, diam-diam ia berpiklr. "Dasar tolol, kenapa aku lupa dengan senjataku itu"
Dengan suatu gerakan cepat dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya.
Dibawah cahaya rembulan terlihat pancaran cahaya tajam berkilauan dari tubuh pedang
tersebut serta menyebar kemana-mana.
Dengan memnggenggam pedangnya kencang-kencang, ia segera maju kedepan sambil
melakukan babatan-
Pedang Leng gwat kiam memang nyata sebilah pedang mestika yang tajam sekali. "Sreeeet
Sreeeet Sreeeeet"
Diiringi tiga kali desingan tajam, ketiga batang terali besi sebesar kepalan diatas
langit-langit gua itu seketika terpapas kutung dan rontok keatas tanah.
Tak terlukiskan rasa girang Kim Thi sia setelah menyaksikan keberhasilannya itu.
Sedangkan Lam wi memuji dengan suara hambar:
"Pedang mestikamu memang nyata sekali sebilah pedang hebat"
"Saudara Lam, mari kita keluar dari sini secepatnya" seru Kim Thi sia cepat-cepat.
Steelah menyimpan kembali pedangnya kedalam sarung, dia menerobos keluar lebih dulu
melalui lubang gua tadi.
Mendadak.......
"Bocah keparat, kau berani menjebol penjara untuk melarikan diri?" suara bentakan keras
bergema memecahkan keheningan-
Menyusul suara bentakan itu, tampak empat lima sosok bayangan hitam berkelebat lewat
dengan kecepatan luar biasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah menahan rasa mendongkolnya dan tak ada tempat pelampiasan-
Melihat datangnya musuh yang menyerang, kontan saja dia menghimpun kekuatan tubuhnya serta
melepaskan dua buah serangan berantai yang amat gencar.
Mencorong sinar tajam dari balik mata keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu, setelah
mengawasi sekejap sekeliling tempat itu mereka segera mengepung Kim Thi sia ditengah arena.
Empat gulung angin pukulan yang maha dahsyat menyambar tiba dalam waktu singkat Kim Thi
sia segera terdesak mundur sejauh satu kaki lebih.
Melihat musuhnya tergetar mundur, keempat, lima orang lelaki berbaju biru itu mendesak maju
lebih kedepan sambil tertawa dingin mereka menjengek sinis: "Bocah keparat, hendak kabur
kemana kau?"
Sementara mengejek. tubuh mereka sama sekali tak menganggur. Dengan menghimpun
kekuatan yang dimilikinya, kembali delapan gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat bak
gulungan ombak ditengah samudra melanda kedepan-
Kim Thi sia membungkam diri dalam seribu bahasa, diam-diam ia mengerahkan ilmu ciat khi mi
khinya, meski akibat gempuran tersebut tubuhnya tergetar mundur berulang kali, namun secara
paksakan diri ia masih sanggup untuk menahan diri.
Melihat kemampuan musuhnya, kelima orang lelaki kasar itu saling berpandangan sekejap. lalu
sambil tertawa dingin sekali lagi mereka ayunkan tangan melancarkan seranganTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Kim Thi sia segera mengincar salah seorang musuhnya, lalu melepaskan sebuah serangan
balasan-
Dengan sikap lelaki kekar berbaju biru itu mengayunkan tangannya menyambut ancaman tadi.
"Blaaaammmm....."
Begitu empat tangan saling beradu satu sama lainnya, terjadilah suara benturan keras yang
memekikkan telinga, seketika itu juga lelaki kekar tadi tergetar mundur sejauh dua langkah.
Diiringi caci maki yang sengit kelima orang lelaki itu segera melancarkan serangan kembali.
Mendadak......
Salah seorang diantara mereka berteriak keras:
"cepat kejar, keparat yang satunya berusaha melarikan diri, cepat kalian hadang jalan
perginya......."
Belum habis teriakan itu, dua orang rekannya sudah melejit kedepan serta melakukan
pengejarandalam
repotnya Kim Thi sia sempatkan diri untuk melirik sekejap kedepan, ia menemukan Lam
wi sedang berusaha melarikan diri dari sana.
Rasa gusar dan gemas segera berkecamuk dalam benak Kim Thi sia, ia segera mengubah
semua perasaannya itu menjadi kekuatan, diiringi bentakan keras, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan ketubuh seorang lelaki berbaju biru.
Lelaki kekar itupun bukan jagoan yang berkepandaian lemah, serta merta dia melontarkan pula
sepasang tangannya kedepan. "Blaaaammmm......."
Ledakan keras kembali menggelegar memecahkan keheningan, diantara pasir dan batuan yang
beterbangan kemana-mana, lelaki berbaju biru itu nampak terpental kebelakang, memuntahkan
darah segar dan tak mampu merangkak bangun kembali.
Melihat keberhasilannya ini, ia tertawa seram, sekali lagi dia melepaskan serangan dengan jurus
"angin menggoncangkan pohon siong" dari Tay goan sinkangnya.
dalam serangan kali ini, dia telah sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, belum lagi
ancamannya tiba, batu dan pasir yang beterbangan memenuhi angkasa telah mencekatkan hati
kedua orang lawannya.
Dengan cepat enam tangan saling beradu satu sama lainnya, lelaki-lelaki berbaju biru itu
segera tergetar mundur sejauh tiga kaki lebih lalu rontok keatas tanah dan tak mampu merangkak
bangun lagi.
Sebaliknya Kim Thi sia sendiripun terpental jauh sekali, punggungnya menumbuk diatas
sebatang pohon besar.
"Blaaaammmm"
Daun dan ranting berguguran ketanah, tapi pemuda itu tertawa keras, dengan cepat dia
melompat bangun dan selangkah demi selangkah maju mendekat kemuka.
Biar suara tertawanya amat nyaring, sayang langkahnya kelihatan mulai gontai, mukanya
penuh berpelepotan darah, jelas luka yang dideritanya cukup parah.
Mendadak.......
Beberapa kali suara bentakan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terdengar desingan
angin tajam dan muncullah tiga sosok bayangan manusia ditengah arena.
"Aku akan beradu jiwa dengan kalian" bentak Kim Thi sia keras-keras.
Dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, dia melancarkan sebuah pukulan kedepan-
Tapi dengan cepat pemuda itu berseru tertahan. lalu roboh terjungkal keatas tanah.

Rupanya dibawah kerubutan beberapa orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang tadi, Kim
Thi sia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya berusaha menghalau serangan
musuh dan menanti bala bantuan dari rekannya Lam wi.
Siapa tahu belum sempat serangan tersebut dilontarkan keluar, lima gulung tenaga serangan
yang maha dahsyat bak bukit Tay san yang runtuh saja, serentak menggempur keatas dadanya.
dalam keadaan begitu, buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan ilmu ciat khi mi khinya untuk
menahan serangan mana.
Sayang sekali keadaan sudah terlambat dia mendengus tertahan dan tubuhnya roboh terpental
keatas tanah.
Tapi pada saat yang bersamaan, kelima enam orang jagoan dari Tay sang pang pun turut
roboh terjungkal keatas tanah.
Pada saat itulah Lam wi muncul kembali ditepi arena, terdengar ia berseru sambil tertawa
dingin:
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh.....siapa saja yang bosan hidup silahkan maju kedepan-"
Disaat dia berbicara, Kim Thi sia kembali merangkak bangun sembari memegangi batok kepala
sendiri, terdengar ia bergumam:
"Huah, sungguh tak kusangka beberapa orang cecunguk dari Tay sang pang memiliki tenaga
dalam yang begini sempurna."
"Saudara Lim, kau tidak terluka bukan?" tanya Lam wi sambil maju menghampirinya.
"Hmmm, hanya mengandalkan kemampuan dari beberapa orang cecunguk ini, bagaimana
mungkin ia mampu melukai diriku?"
Tiba-tiba dia menyaksikan keenam, tujuh orang jagoan dari perkumpulan Tay sang pang itu
sudah roboh binasa semua, dengan perasaan tak habis mengerti pemuda itu berpikir lagi:
"Munginkah mereka tewas karena pengaruh ilmu ciat khi mi khi ku? Tapi hanya kepandaianku
tak seberapa hebatnya." Sementara dia masih termenung, Lam wi telah menjelaskan:
"Saudara Kim, tak usah diperiksa lagi, mereka tewas karena jalan darah sang Hiatnya sudah
terhajar sebatang jarum emasku." Mendengar itu, Kim Thi sia segera berpikir: "Sungguh keji
caramu membunuh orang."
Tapi setelah melihat keadaan rekannya yang begitu mengenaskan, ia pun berseru pula: "Ya a,
mereka memang pantas dibunuh, pantas dibunuh." Menyusul kemudian dia berkata lagi:
"Saudara Lam, lebih baik kita tinggalkan tempat ini secepatnya"
Waktu itu Lam wi memang merasa amat letih, mendengar ajakan tersebut ia segera
mengangguk seraya berkata:
"Ya a, bajuku yang basah kuyup memang harus ditukar secepatnya, kalau hendak pergi kita
harus pergi sebelum bala bantuan mereka tiba. Kalau tidak. kita pasti akan kerepotan sendiri,
bukan begitu saudara Kim?"
Sesungguhnya Kim Thi sia berniat melakukan penyelidikan digedung Siau yau lo tapi setelah
Lam wi berkata begitu, diapun tidak bersikeras lagi, maka berangkatlah mereka berdua
meninggalkan gedung ini.
dalam keadaan begini Kim Thi sia tidak memperhatikan arah perjalanan lagi, begitu
meninggalkan gedung atau yau lo, mereka segera menempuh perjalanan hampir satu jam
lamanya.
Makin berjalan Lam wi semakin merasakan keadaan yang tak beres, saat itu mereka berdua
telah tiba ditepi sungai, sebuah perahu kecil sedang membuang sauh disitu. sambil menghentikan
perjalanan Lam wi berbisik:

"Saudara Kim, bagaimana kalau kita beristirahat diatas kapal saja? Aku rasa disitu tentu lebih
aman?"
Kim Thi sia memang lagi kebingungan, mendengar itu diapun mendekati perahu tadi dan
berseru:
"Hey pemilik perahu, kami ingin menyewa perahumu"
Tampaknya sipemilik perahu terjaga dari tidurnya karena teriakan Kim Thi sia, dia membuka
mata dan memandang sekejap keadaan cuaca. Lalu sahutnya kemalas-malasan: "Tuan, sekarang
hari masih gelap. kami tak bermaksud untuk berlayar." Tak sampai perkataan itu selesai
diutarakan, Lam wi telah menyela:
"Tak apa kalau tak ingin berlayar sekarang, tapi kami sudah memastikan diri untuk menyewa
perahu ini. Hey pemilik perahu, kau boleh tidur sekarang dan baru berangkat esok pagi. Hantar
kami kekota terdekat, pokoknya akan kubayar sewa perahunya lipat dua."
Lalu tanpa menunggu persetujuan dari pemilik perahunya lagi, Lam wi ikut melompat naik
keatas perahu disusul Kim Thi sia.
Walaupun sipemilik perahu nampaknya keberatan, tapi setelah memegang uang, iapun tak
banyak bicara lagi dan segera bergeser dari tempatnya.
Lam wi memandang sekejap kearah Kim Thi sia, mendadak ia mendorong pemuda itu sambil
serunya:
"Sekarang masuklah dulu dalam ruangan perahu, aku hendak mengeringkan pakaian dulu
diluar."
Kim Thi sia memandang sekejap kearahnya, lalu tanpa banyak bicara masuk keruang dalam.
Memandang bayangan punggungnya sekulum senyuman segera menghiasi wajah Lam wi,
diapun duduk diujung perahu bermaksud mengeringkan pakaiannya yang basah.
Tapi gara-gara perbuatannya ini, tanpa ia sadar racun keji telah menyusup kedalam tubuhnya
serta mengancam jiwanya.
Ternyata air yang berada didalam penjara air gedung Siau yau lo telah dicampuri racun yang
amat keji sebab Khu It cing sadar bahwa penjara air yang umum tak mungkin bisa mengurung
jagoan lihay apalagi melukai serta membunuhnya.
oleh sebab itulah diapun memohon bantuan dari si utusan racun Goa chin sebagai seorang ahli
racun untuk mencampuri sejenis racun kedalam air penjara itu. Barang siapa tercebur kesitu dan
meneguk air penjara niscaya dia akan keracunan yang menyebabkan kematian-
Sejak didirikan, entah sudah banyak jiwa yang melayang dalam penjara air tersebut.
Ketika Lam wi tercebur tadi, beruntung seali ia tak sampai meneguk air penjara tersebut,
namun tubuhnya cukup lama berendam dalam air beracun itu ditambah lagi setelah basah kuyup
dia enggan tukar pakaian-
Bukan hanya begitu, dalam keadaan demikian ia sempat bertarung pula dengan jag-jago dari
perkumpulan Tay sang pang, akibatnya sari racunpun secara pelan-pelan menyusup masuk
kedalam tubuhnya melalui pori-pori badannya.
Masih untung tenaga dalam yang dimiliki Lam wi cukup sempurna sehingga sari racun tersebut
sempat dibendung untuk sementara waktu, tapi bibit racunnya sempat tertanam dalam tubuhnya
tanpa dia sadari.
Sementara itu Kim Thi sia telah menerobos masuk kedalam ruang perahu dan merebahkan diri
untuk beristirahat.
Setelah melakukan pertarungan sengit dan menempuh perjalanan cukup jauh, Kim Thi sia
merasa tubuhnya agak penat, begitu pejamkan mata diapun tertidur dengan nyenyaknya.

Entah berapa lama sudah berlalu, tatkala ia membuka matanya kembali secercah cahaya pagi
telah mencorong masuk melalui celah-celah jendela.
Pelan-pelan Kim Thi sia menggeserkan badannya, mendadak ia merasa ada orang tidur
disisinya, orang itu tertidur dengan napas yang amat berat.
Satu ingatan segera melintas didalam benaknya, dengan cepat dia membalikkan badan untuk
memeriksa.
Ternyata Lam wi tidur melingkar disisinya, napas berat yang terdengar tadi tidak lain berasal
dari hidungnya.
Kim Thi sia mencoba memeriksa air mukanya, tampak wajah Lam wi merah dadu bagaikan
bunga tho, ketika ia mencoba meraba jidatnya, segera tangannya menyentuh jidat yang amat
panas.
Kim Thi sia segera sadar bahwa Lam wi telah jatuh sakit, perasaan hatinya mulai tak tenang.
Mendadak Lam wi menggerakkan tubuhnya dan pelan-pelan membuka matanya kembali,
sewaktu menyaksikan Kim Thi sia berada disisinya, sekulum senyuman segera tersungging diujung
bibirnya. Tiba-tiba Lam wi merintih: "Dingin-.....dingin-....."
Mendengar itu cepat-cepat Kim Thi sia melepaskan jubah luarnya dan diselimutkan diatas
tubuhnya tapi Lam wi masih saja berteriak kedinginan-
Kim Thi sia menjadi kebingungan setengah mati, akhirnya karena kehabisan akal diapun
memeluk tubuh Lam wi erat-erat, maksudnya hendak menghangatkan tubuh rekannya dengan
panas tubuhnya.
Ternyata cara tersebut memang amat manjur, begitu tubuh Lam wi sudah dipeluk erat-erat
iapun tidak berteriak kedinginan lagi.
Tak lama kemudian fajarpun telah menyingsing, Kim Thi sia mencoba memperhatikan wajah
Lam wi, tiada rasa sakit atau mengeluh yang terpancar dari balik mukanya. Keadaan mana sedikit
banyak melegakan juga hatinya.
Sementara itu sipemilik perahu telah bangun dari tidurnya dan mendayung perahu itu
menelusuri sungai.
Kim Thi sia tak ingin membangunkan rekannya, diapun tidak melepaskan pelukannya karena
takut membangunkan Lam wi dari tidurnya.
Waktu itu kebetulan sekali tangan kanan Kim Thi sia berada diatas dada Lam wi, setelah
dipeluk sekian lama, mendadak pemuda kita menemukan sesuatu yang aneh.
Tiba-tiba saja dia merasa tangannya menyentuh suatu gumpalan bola daging yang empuk.
montok dan aneh kalau dipegang. Yang lebih mencekam hatinya, ia merasa tidak memiliki
gumpalan bola daging semacam itu pada dadanya.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Kim Thi sia segera memegang bola daging itu serta
meremasnya berapa kali, ia segera merasakan suatu perasaan yang amat aneh, makin diremas
gumpalan bola daging itu, perasaannya terasa makin nyaman saja.
Dengan perasaan semakin keheranan, pemuda itu mulai menggerayangi seluruh dada Lam wi,
ia segera menemukan bahwa rekannya memiliki sepasang payudara yang montok. padat berisi
serta sepasang puting susu yang mengeras tegang, sepasang payudara yang indah dan nikmat
dipegang.
Kim Thi sia semakin bernapsu lagi setelah meraba sekarang dia ingin melihat sendiri apa
gerangan gumpalan bola daging itu serta bagaimanakah bentuk sebenarnya.
Pelan-pelan ia bangkit dari tidurnya dan mulai meraba kancing baju Lam wi kemudian secara
berhati-hati sekali berusaha melepaskan kancing baju itu serta membuka pakaiannya. Tapi saat
itulah Lam wi telah menggerakkan badannya.

Kim Thi sia tahu rekannya telah terjaga dari tidurnya, maka diapun segera menegur: "Kau
masih kedinginan?"
Lam wi menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu menggeserkan badannya, kali ini dia tidak
membiarkan tangan pemuda tersebut berada diatas dadanya.
Kim Thi sia segera bertanya lagi: "Saudara Lam, apakah kau merasa haus?" Lam wi
mengangguk.
cepat-cepat Kim Thi sia mengambil secawan air dan memberikan kepadanya, selesai meneguk
air tersebut Lam wi menghembuskan napas panjang dan menatap pemuda itu dengan pandangan
yang lembut dan mesrah.
sudah beberapa kali Kim Thi sia mengalami tatapan mata selembut dan semesrah ini. Mula
pertama, Lin lin yang memandang begitu kepadanya.
Kemudian Nyoo soat hong pun pernah memandangnya dengan sinar mata hangat, lembut dan
penuh rasa cinta.
Selanjutnya putri Kim huan pernah memandang mesrah pula dirinyha, pandangan yang
membuat perasaan hatinya tak karuan-
Terakhir pandangan dari Hay Jin putri tunggal Dewi Nirmala sempat membuat perasaan hatinya
kebat kebit.
Teringat kesemuanya itu, Kim Thi sia seperti menyadari akan sesuatu, ia segera balas menatap
rekannya.
Lam wi segera menyadari akan hal itu, merah padam selembar wajahnya secara tiba-tiba
bisiknya kemudian:
"Saudara Kim, sekarang kita sudah tiba dimana?" Setelah berhenti sejenak, kembali dia
berkata:
"Tak usah perduli sudah sampai dimana yang penting kau harus tidur dulu dengan perasaan
lega."
Sekali lagi Lam wi memandang sekejap kearahnya dengan pandangan berterima kasih,
kemudian baru ujarnya: "Aku tak ingin tidur lagi."
Selesai berkata, ia menyandarkan kembali tubuhnya dalam pelukan Kim Thi sia dan pejamkan
matanya rapat-rapat.
Berapa saat kemudian terdengar s ipemilik perahu berseru keras: "Tuan, sudah sampai
ditempat tujuan"
Kim Thi sia segera membangunkan Lam wi dan membantunya naik kedaratan, dari sakunya
Lam wi mengeluarkan sekeping uang dan diserahkan kepada pemilik perahu sambil berkata:
"Uang kembalinya tak usah diberikan kepadaku, anggap saja sebagai hadiah untuk minum
arak."
Tentu saja pemilik itu kegirangan setengah mati, cepat-cepat dia berterima kasih kepada kedua
orang tersebut.
Tiba didaratan, Kim Thi sia berdua menelusuri jalan masuk kedalam kota, kota itu sangat ramai
dan banyak orang berlalu lalang. Setelah menempuh perjalanan berapa waktu, tiba-tiba Lam wi
berbisik: "Saudara Kim, mari kita mencari rumah penginapan untuk beristirahat."
Melihat ada rumah penginapan dengan merek "Sim-an" dikejauhan sana, Kim Thi sia mengajak
Lam wi menuju kesitu.
setibanya didalam penginapan, Lam wi baru berbisik kepada Kim Thi sia:
"Kita pesan sebuah kamar saja"

Kim Thi sia menurut dan segera berteriak:
"ciangkwee, kami pesan sebuah kamar kelas satu yang baik dan tenang......."
Pemilik penginapan mengiakan berulang kali, ia perintahkan pelayan untuk menghantar
tamunya kekamar terbaik diruang timur.
Melihat kamar itu luas lagi dan bersih, Lam wi sangat puas, ia segera memerseni pelayan tadi
sambil bertanya:
"Apakah disitu ada tabib kenamaan? Tolong undang dia kemari secepatnya......"
Pelayan itu menyahut dan beranjak pergi cepat-cepat.
Tak lama kemudian pelayan telah muncul kembali dengan membawa obat yang dipesan-Malam
itu mereka berdua bersantap d idalam kamar, kemudian masing-masing pergi tidur. Keesokan
harinya, Lam wi berkata kepada Kim Thi sia:
"Saudara kim, aku memang benar-benar tak berguna, baru terendam air saja sudah jatuh sakit,
sampai sekarang kepalaku masih terasa pening dan lemas badan- Sudah berapa kali aku mencoba
untuk mengatur pernapasan, tapi setiap kali usahaku selalu gagal." Kim Thi sia tidak berbicara, ia
membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat itu, Lam wi segera berkata lagi sambil tertawa:
"Perutku agak lapar, bersediakah kau keluar sebentar untuk membelikan berapa macam
hidangan lezat untukku?"
Kim Thi sia memang ingin berjalan-jalan keluar, mendengar itu segera sahutnya: "Tentu boleh
saja, aku segera berangkat"
Dengan riang gembira Kim Thi sia keluar penginapan dan membeli berapa macam hidangan,
kemudian dengan riang gembira balik kembali kekamar. Begitu melangkah masuk kedalam kamar
segera teriaknya keras-keras:
"Saudara Lam, aku sudah membeli banyak hidangan, bila kau berminat akan kucarikan berapa
kati arak"
Siapa tahu suasana dalam kamar tetap sepi dan sama sekali tak terdengar suara jawaban ia
melangkah masuk kamar, namun kamar itu kosong dan tak nampak seorang manusiapun.
Kim Thi sia mengira Lam wi sedang pergi kekamar kecil, diapun menghidangkan sayur yang
dibeli keatas meja, lalu menanti rekannya kembali.
Siapa tahu tunggu punya tunggu Lam wi tak nampak muncul kembali bahkan hingga malam
menjelang tibapun bayangan tubuh Lam wi masih tak nampak muncul kembali. Kim Thi sia mulai
gelisah, pikirnya:
"Jangan-jangan ia sudah tertimpa musibah atau suatu kejadian yang tak diinginkan? Kalau
tidak- mengapa kini belum muncul kembali?"
Sampai keesokan harinya, Lam wi belum juga nampak muncul kembali, dalam keadaan begini
Kim Thi sia segera membereskan rekening kamarnya, dan berjalan menelusuri jalanan kota.
Entah berapa lama sudah dia berjalan menelusuri setiap sudut kota, ketika tengah hari
menjelang tiba dan udara terasa panas, diapun memasuki sebuah rumah makan dan memesan
berapa macam sayur.
Sementara dia masih bersantap. mendadak dari meja samping terdengar seseorang berkata:
"Saudara sekalian jangan minum kelewat banyak. kalau sampai mabuk kau tak bisa bangun
lagi. Kita bisa berabe, ingat malam nanti kita masih ada tugas penting."
"Lotoa, kau jangan ribut melulu" terdengar seorang yang lain berteriak. "Bicara soal akal
muslihat mungkin aku simacan kumbang bukan tandinganmu, tapi soal takaran minum arak, aku
masih jauh lebih hebat ketimbang dirimu." Ucapan tersebut segera didukung oleh beberapa orang
rekan lainnya. Terdengar orang pertama tadi berkata lagi:

"Pangcu telah menginstruksikan kepada seluruh kantor cabang agar tingkatkan kewaspadaan,
sebab bila urusan malam nanti sampai menemui kegagalan, maka perkumpulan kita tak bisa
menancapkan kaki lagi didalam dunia persilatan-"
"Mengapa sih pangcu mesti bersikap tegang seperti ini?" teriak seorang yang lain tak puas.
"Toh dalam peristiwa beberapa hari berselang perkumpulan kita sama sekali tak dipecundangi
musuh." Seorang lagi berteriak:
"Lau hiocu, kau tak usah menempel emas diwajah sendiri, orangnya toh sudah ditolong musuh,
apakah peristiwa semacam ini bukan suatu musibah buat kita?"
Kim Thi sia yang mencuri dengar pembicaraan tersebut segera merasakan semangatnya
berkobar kembali, segera pikirnya:
"Bersusah payah aku melacak jejak mereka, akhirnya kuperoleh secara begini gampang."
Maka diapun segera memusatkan seluruh perhatian untuk mencuri dengar lebih jauh.
Sementara itu Lau hiocu telah berkata lagi:
"Apa artinya orang tersebut ditolong mereka? Toh malam nanti sibocah perempuan tersebut tak
akan lolos dari tangan kita. Apalagi dalam keadaan peristiwa kemarin dulu, banyak sekali jago-jago
kenamaan dari dunia persilatan yang menderita kekalahan total serta melarikan diri terbirit-birit"
"Betul, perkumpulan cahaya emas yang pengaruhnya menyebar sampai lima propinsi diutara
pun tak mampu berbuat banyak terhadap kita, buktinya thamcu naga harimau hidup, hidup,
Sedang ciu tong kongcu untung berilmu tinggi dan cepat merasakan gelagat tidak menguntungkan
sehingga bisa kabur secepatnya, yang lain nyatanya toh menjadi korban diujung golok kita."
seorang yang lain segera menyambung pula:
"Sipukulan sakti tanpa bayangan juga bukan manusia yang luar biasa, apalagi putri
kesayangannya itu benar-benar seorang gentong nasi yang tak berguna, kini tak berhasil
ditemukan hampir saja nyawanya hilang ditangan pihak kita"
"Aku dengan pang cu telah beradu pukulan tiga kali dengan sipukulan sakti tanpa bayangan-
Tidak ringan luka yang dideritanya" kata seseorang dengan nada kuatir.
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Luka pangcu tidak seberapa hebat, hey kau jangan bicara sembarangan diluaran- Bisa
merusak martabat ketua kita" tegur orang pertama tadi dengan suara lengking. Kemudian setelah
berhenti sejenak ia berkata lagi:
"Yang hebat adalah murid si Malaikat pukulan, dialah yang berhasil menyelamatkan jiwa Yu
Kiem"
"Huuuuuu, apanya yang hebat dnegan sipelajar bermata sakti itu? coba kalau jagoan kita cukup
banyak jumlahnya, tak mungkin dia akan berhasil menyelamatkan perempuan tersebut."
"Tapi aku rasa yang paling hebat adalah Kim Thi sia, setelah terperangkap oleh alat jebakan
kita, ia masih mampu melukai enam orang hiocu kita sebelum melarikan diri, menurut laporan dari
pihak kantor cabang, konon dia belum pergi jauh, masih berada disekitar tempat ini."
Kim Thi sia yang mendengar pembicaraan tersebut, diam-diam menjadi kegelian-
Mendadak terdengar suara kegaduhan dari ruang samping, lalu terdengar suara seorang asing
berseru:
"Hey, rupanya kalian sedang mencari kenikmatan dengan bersembunyi disini, aku jadi repot
semalaman-......."
"Song hiocu, Tan hiocu apakah terjadi suatu peristiwa besar dimarkas kita?" tanya orang yang
pertama tadi dengan suara melengking.
"Aku sedang lapar nih, kita bersantap dulu sebelum berbicara" sahut orang itu lantang.

Menyusul kemudian terdengar suara orang yang bersantap dengan rakusnya. Beberapa saat
kemudian baru terdengar seseorang bertanya:
"Song hiocu, pertunjukan apakah yang sedang berlansung dimarkas besar kita? Tanganku
sudah mulai gatal."
"Tak ada gunanya kau ikut keramaian dimarkas besar, bila tanganmu sudah gatal, lebih baik
pulang kerumah sana untuk menggerayangi tubuh binimu"
"Hey si pipi licin, kau jangan menghina toayamu, kemarin dulu toaya mampu membunuh empat
orang jagoan lihay dari perkumpulan cahaya emas"
"Bukan aku memandang rendah kalian, maksudku dimarkas besar kita telah dilengkapi dengan
pelbagai alat jebakan yang sangat hebat, jangan lagi orang lain tak mampu menyusup masuk
kedalam. Biar orang sendiripun tak berani berjalan sembarangan disana, lantas buat apa kita mesti
bersusah payah untuk kesitu?"
"Hey toako, jangan sesumbar dulu kalau mau bicara" seru orang yang dipanggil Song hiocu
dengan suara keras. "Bukankah kemarin dulu kita sudah kehilangan muka?"
"Apakah sipukulan sakti tanpa bayangan telah muncul kembali?" terdengar orang yang bicara
pertama tadi bertanya dengan suara melengking. "Ehmmm........situa b angka itu memang tak
mudah dihadapi, putranya sudah kita lukai. Aku lihat perselisihan ini tak akan berakhir dengan
begitu saja. Bila kita bersua lagi dengan situa bangka tersebut dikemudian hari, kita semua harus
bertindak lebih berhati-hati." Song hiocu segera mendehem beberapa kali lalu katanya:
"Seandainya situa bangka itu yang datang lagi, kita tak akan kehilangan muka"
"Kalau bukan sipukulan sakti tanpa bayangan, siapa lagi yang memiliki keberanian serta
kemampuan semacam itu?"
"Jangan-jangan sipelajar bermata sakti?"
"Jangan-jangan sembilan pedang dari dunia persilatan?"
Mendadak terdengar slorang asing itu berseru:
"Saudara sekalian, jangan menebak secara sembarangan"
"orang itu tentu Kim Thi sia" seru slorang pertama dengan suara melengking.
Kim Thi sia yang menyadap pembicaraan tersebut hampir saja tertawa tergelak saking gelinya.
"Lotoa, dugaanmu sudah hampir benar." ujar Song hiocu.
"Jadi orang itu bukan Kim Thi sia?" agaknya sisuara lengking tak percaya kalau dugaannya
meleset.
"Sesungguhnya orang itu bukan manusia yang punya nama didalam dunia persilatan-" Song
hiocu menerangkan agak kurang sabar.
"Song hiocu" sela si suara asing itu cepat. "Darimana kau bisa tahu kalau sipendatang semalam
bukan manusia yang punya nama?"
"Hmmm, kalau aku tidak tahu, memangnya kau tahu?" Melihat terjadi percekcokan, buru-buru
si suara melengking menukas.
"Tan hiocu, kalau toh kau sudah tahu, cepatlah katakan agar kita semua turun mengetahuinya .
"
Tah hiocu mendehem berapa kali seperti hendak menjernihkan suaranya, lalu baru sahutnya:
"Baiklah, kita sebagai sesama saudara sendiri memang tak salahnya untuk bicara terang, cuma
kalian jangan sembarangan bicara diluaran-"
"Tentu saja, tentu saja" sahut orang cepat-cepat. Tan hiocu segera berkata lebih jauh:

"orang yang datang semalam adalah sibocah keparat macam perempuan yang datang bersama
Kim Thi sia tempo hari itu."
"Huuuh, rupanya siprajurit tak bernama itu" seru Song hiocu.
"song hiocu" seru Tan hiocu cepat. "Kalau tak tahu jelas lebih baik jangan sembarangan bicara,
darimana kau tahu kalau dia adalah seorang prajurit tak bernama?"
"Kalau bukan prajurit tak bernama mengapa aku tak kenal?"
"Song hiocu, tidak mengenal orang atau orang yang tak mengenal dirimu? Tahukah kau siapa
orang tersebut?"
Melihat terjadi percekcokan lagi, sisuara lengking cepat-cepat mengalihkan pembicaraan,
serunya:
"Mari, mari, mari kita keringkan secawan arak lebih dulu."
Setelah meneguk arak. suasanapun jauh lebih mereda, Tan hiocu pun melanjutkan kembali
keterangannya.
"Lebih baik aku terangkan saja kepada kalian-" Bicara sampai disini, diapun merendahkan
suaranya.
Untuk bisa mendengar lebih jelas terpaksa Kim Thi sia harus menempelkan telinganya diatas
dinding.
Terdengar Tan hiocu berkata lebih jauh:
"Semalam, entah dari mana datangnya bocah keparat tersebut ternyata ia berhasil menyusup
kedalam markas besar kita serta melukai beberapa orang hiocu dengan jarum emasnya sebelum
pergi dia meninggalkan sepucuk surat. Konon pangcu menjadi tak tenang sehabis membaca
tulisan-"
"Eeeeeh, siapa yang mengetahui pula tentang cerita ini.......?" sela Song hiocu.
"Song hiocu" si suara lengking segera napsu. "Lebih baik biar Tan hiocu menerangkan lebih
jauh."
"Yaa, yaaa. Tan hiocu, lanjutkan ceritamu......" buru-buru semua orang berteriak.
Melihat hal ini, Tan hiocu pun melanjutkan kembali kata-katanya, ia berkata:
"Ternyata bocah keparat itu adalah anak buah siraja langit berlengan delapan, dia datang
dengan membawa kartu undangan dari siraja langit bertangan delapan- Apa isi surat tersebut
tidak begitu kutahu, tapi aku tak tahu dnegan fakta bahwa pikiran dan perasaan pangcu menjadi
sangat tak tenang"
Untuk berapa saat lamanya suasana menjadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Sampai lama kemudian-.......
Si suara lengking baru berkata:
"dalam setengah bulan belakangan ini, Raja langit berlengan delapan sigembong iblis ini sudah
banyak melakukan perbuatan yang menggemparkan dunia persilatan- Aku dengar anak buahnya
yang disebut Lima naga satu burung hong sering kali melakukan keonaran dimana- mana, entah
apa yang menjadi maksud dan tujuan mereka yang sesungguhnya?"
"Kalau begitu bocah keparat yang datang semalam adalah.......Lima naga burung hong
tersebut?"
Ketika mengucapkan kata yang terakhir, kedengaran sekali nada suaranya menjadi kurang
leluasa.
Waktu itu Kim Thi sia sudah lupa untuk bersantap. apalagi saat ini, dia memasang telinga
dengan lebih seksama lagi.

Terdengar Tan hiocu berkata lagi setelah termenung sebentar:
"Aku rasa bukan burung hong pasti seorang wanita, sedangkan lima naga sudah diundang
sipedang kayu dari sembilan pedang dunia persilatan untuk menjadi tamu agung diistana
pembesar Kanglam pada enam hari berselang."
"Kalau begitu, bocah keparat tersebut sudah pasti hasil penyaruan dari siburung hong" sela
seseorang. Yang lain segera menyambung:
"Kalau begitu, manusia yang bernama Kim Thi sia benar-benar punya rejeki bagus."
Kim Thi sia merasa gusar sekali setelah mendengar pembicaraan mana, baru saja dia hendak
berbuat sesuatu......
Mendadak terdengar seseorang berkata lagi:
"Bujiko, andaikata bocah keparat itu benar-benar hasil penyaruan dari siburung hong, kau bakal
berebut rejeki dengan Kim Thi sia."
"IHuuuuuuh, apa sih hebatnya dengan Kim Thi sia?" dengan penuh kegusaran BU jiko
berteriak. "Sekalipun dia belajar silat sejak kecil, usianya tak akan lebih panjang dengan usia
sianak jadah yang dikandung oleh perempuan busuk mu Lim Man huu."
"Hey, jangan memandang enteng kemampuan Kim Thi sia" seseorang segera berseru.
"Walaupun tenaga dalamnya kurang becus, namun orang lain tak akan sanggup untuk
membunuhnya, apalagi memiliki pedang mestika yang amat tajam, ilmu pedang yang
dipelajaripun luar biasa hebatnya. Bila kalian bertemu dengannya lain waktu, bersikaplah lebih
berhati-hati."
"Hmmmm, Tan hiocu, baru berapa hari sih kau datang kemari?" seru Bu jiko dengan
angkuhnya. "Aku lihat kau seperti lebih memahami soal Kim Thi sia ketimbang aku? Ketika jiwa
mulai bertarung melawan Kim Thi sia, mungkin kau masih ingusan waktu itu."
Kim Thi sia betul-betul naik pitam karena mendengar ucapan tersebut, dengan cepat dia
melompat bangun......
Pada saat itulah, tiba-tiba dari ruang sebelah kembali terdengar seseorang berteriak keras:
"Apalagi yang bisa dibicarakan tentang Kim Thi sia? Bocah keparat itu sudah berhasil diringkus
oleh orang-orang dari kantor cabang Tou kang....."
Tentu saja berita tersebut sangat mencengangkan hati Kim Thi sia. "Bukankah ia duduk tenang
ditempat tersebut, dari mana datangnya orang yang mengaku sebagai Kim Thi sia?"
"Benar-benar suatu peristiwa yang sangat aneh" demikian ia berpikir didalam hati.
Sementara itu, suasana dlkamar sebelah menjadi sangat gempar, semua orang pada berteriak
keras.
"Ku tocu, benarkah perkataanmu itu?"
"Memangnya buat apa kubohongi kalian?Jika kurang percaya, silahkan saja datang berkunjung
kekantor cabang Tou kang. Aku yakin Ku Lay hong tidak pernah berbohong"
"Waaaah.......kalau begitu kita mesti kasih ucapan selamat buah Bu jiko......" teriak beberapa
orang lainnya.
"Yaa betul" seseorang menimpali. "Si burung hong tersebut tentu akan menjadi milikmu"
Kedengaran orang yang disebut Bu jiko itu tertawa tergelak penuh kegirangan sahutnya agak
tersipu:
"Tak usah kuatir, pokoknya asal burung kong sudah terjatuh ketanganku dan sudah kucicipi,
pasti kalian akan turut mencicipi pula." Gelak tertawapun bergema kembali dengan ramainya.

dalam keadaan begini, Kim Thi sia enggan mendengarkan lebih lajut ia segera membereskan
rekeningnya dan beranjak pergi dari situ dengan langkah cepat. Waktu itu udara amat cerah,
matahari bersinar dengan terangnya ditengah angkasa.
Dengan langkah lebar dia berjalan menelusuri jalan raya, kini Yu Kiem telah diselamatkan
sipelajar bermata sakti, berarti diapun tak usah repot-repot untuk pergi menolongnya lagi.
Lam wi yang dikenal ternyata adalah siburung hong, anak buah Raja langit berlengan delapan-
Padahal kelima naga mengadakan hubungan yang akrab dengan abang sepergurua sipedang
kayu, ditinjau dari persoalan ini rasanya persoalan inipun tak akan mudah diselesaikan.
Disamping itu dia menguatirkan juga tentang orang yang mencatut namanya, apa yang
menjadi maksud dan tujuan orang itu?
"Mengapa aku tidak pergi kesana untuk melihatnya sendiri? Siapa tahu bakal ada keramaian
disana?" ingatan tersebut melintas lewat didalam benaknya dengan cepat. Berpikir begitu diapun
menghembuskan napas panjang dan meneruskan perjalanan kedepan-
Ketika berjalan hingga mendekati suatu tikungan, tiba-tiba dia melintas ditepi jalan berbaring
seorang lelaki bertubuh pendek, ceking, berlutut lebar, mata besar, hidung mancung, telinga lebar
seperti kipas dan sebuah mulut lebar dengan sebaris gigi tikus berwarna kuning kehitam-hitaman-
......
Tampang muka seperti ini tidak asing lagi buat Kim Thi sia, sudah baran tentu ia segera
mengenalinya dalam sekilas pandangan saja. Dengan wajah agak tertegun, segera pikirnya:
"Sungguh aneh, ditengah siang hari bolong begini, mengapa situa bangka celaka itu berbaring
ditepi jalan? Jangan-jangan dia telah mampus?"
Ia tahu, manusia tersebut paling susah dilayani, bahkan lebih sudah dilayani ketimbang dirinya,
atau lebih tegasnya dia merasa rada takut dengannya.
Maka sambil mempercepat langkahnya dia bermaksud meninggalkan situa bangka celaka itu, si
unta secepatnya. Siapa tahu.......
Baru dua langkah dia berjalan, terdengar olehnya suara dengkuran si unta yang amat nyaring,
agaknya ia sedang tertidur dengan nyenyaknya.
Kim Thi sia pernah menderita kerugian besar ditangan si unta ini, setelah tahu kalau lawannya
belum mati, dia semakin sadar bahwa usahanya untuk meloloskan diri tak mungkin akan berhasil,
daripada mencari penyakit buat diri sendiri, terpaksa dia menghentikan langkahnya sambil
membalikkan badan.
Waktu itu, meskipun cahaya matahari yang bersinar diangkasa tak begitu terik. namun udara
panas sekali.
Anehnya siunta dapat tidur ditepi jalan dengan begitu nyenyaknya, seakan-akan sedang tidur
diatas pembaringan yang empuk saja. Pada saat Kim Thi sia menghentikan langkahnya itulah.....
Mendadak terdengar si unta mengingau:
"Jangan-jangan barang berharga yang hendak kubegal telah tiba?"
Kim Thi sia menjadi terkejut sekali setelah mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya:
"Situa bangka keparat ini benar-benar pikun, masa hendak membegal barang berharga milik
orang lainpun dia bicarakan secara blak-blakan? Untung aku yang sedang dihadapi, andaikata
orang lain, bukankah selembar jiwanya bakal melayang?"
JILID 45

Dengan langkah lebar dia maju beberapa tindak kemuka, lalu serunya lantang: "Hey tua b
angka, kita telah berjumpa lagi"
Siapa tahu si unta sama sekali tidak menggubris, malahan suara dengkurannya makin lama
semakin bertambah nyaring.
Mendongkol juga perasaan melihat lagak musuhnya, dengan gemas dia menginjak kaki si unta
keras-keras, kemudian serunya:
"Hey si tua bangka, aku sedang menunggumu disini, mengapa kau tidak segera bangun untuk
berbicara?"
Biarpun sudah diinjak kakinya keras-keras, namun si unta masih mendengkur dengan kerasnya.
Melihat lagak lawannya ini, habis sudah kesabaran, dia segera mengayunkan telapak tangannya
dan siap melancarkan pukulan-Pada saat itulah si unta baru melompat bangun dan berteriak:
"Hey kunyuk kecil, mau apa kau kemari? Apakah ingin berebut dagangan dengan abangmu?"
Melihat dia sudah bangun, sambil menahan diri berkata:
"Hey tua bangka, aku menantimu bangun dari tidur untuk diajak berangkat bersama."
"Hey bocah keparat, siapa yang mengutusmu kemari untuk menungguku? Aku harus
membunuhnya sekarang juga."
Tapi secara tiba-tiba dia menghentikan pembicaraannya kemudian berseru pelan-"Hey jangan
berisik dulu, ada orang datang kemari"
Secara lamat-lamat pun mendengar suara derap kaki kuda yang bergema datang dari kejauhan
sana.
dalam waktu singkat rombongan manusia berkuda itu sudah berada didepan mata. Mendadak
terdengar si unta berteriak lagi: "Aduh celaka, aku salah melihat orang"
dalam waktu singkat belasan ekor kuda jempolan itu sudah berada didepan mata, berada
dalam keadaan begini tak sempat lagi buat kedua orang itu untuk melarikan diri. Si unta segera
berteriak lagi:
"Kim Thi sia berada disini, kenapa kalian sukma-sukma gentayangan tidak segera turun dari
kuda?"
Sebetulnya rombongan itu sudah hampir melintas lewat dari situ, tapi begitu mendengar
teriakan dari si unta, separuh dari rombongan itu serentak menghentikan lari kudanya dan
melompat turun dari kuda masing-masing.
Sebelum Kim Thi sia sempat melihat dengan cepat siapa gerangan yang datang, si unta telah
berbisik:
"Hey bocah keparat, coba bantulah aku menahan serbuan mereka, kawanan cecunguk
pencabut nyawa itu telah berdatangan semua."
Dengan cepat Kim Thi sia membalikkan tubuhnya, kini dihadapannya telah berdiri tujuh,
delapan orang lelaki kekar berbaju hijau.
Terdengar salah seorang diantara mereka berteriak keras: "Kim Thi sia, kau hendak kabur
kemana lagi?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, deruan angin pukulan telah dilontarkan ketubuh
siunta serta Kim Thi sia. Buru-buru si unta berteriak lagi: "Bocah keparat cepat kau sambut
serangan itu."
Buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan jurus "kecerdikan menyelimuti seluruh langit" dari ilmu
Tay goan sinkang untuk menyambut datangnya ancaman musuh. dalam waktu singkat pemuda
itupun bertarung melawan tiga, empat orang musuhnya.

Ketika melihat pertarungan telah berlangsung, si unta segera membalikkan badan dan
melarikan diri dari situ meninggalkan Kim Thi sia seorang yang masih bertempur. Melihat itu, buruburu
Kim Thi sia berteriak: "Hey tua bangka celaka, kaujangan kabur dari sini" Dari kejauhan sana
kedengaran suara si unta menyahut:
"Hey bocah kunyuk, apalagi aku datang terlambat, barang berharga itu bisa diketahui orang
lain, lebih baik kau bantulah aku untuk mengundang mereka sejenak."
Lari si unta memang amat cepat, sementara pembicaraan berlangsung, bayangan tubuh-sudah
lenyap dari pandangan mata.
dalam keadaan begini mustahil buat Kim Thi sia untuk meloloskan diri dengan begitu saja.
Melihat si unta kabur meninggalkan taman tersebut dia cuma bisa menggertak gigi menahan diri.
Sesungguhnya sianak muda itupun tidak berminat untuk melanjutkan pertarungan- Akan tetapi
ketiga, empat orang musuhnya ternyata bukan manusia sembarangan, untuk berapa saat lamanya
Kim Thi sia dipaksa sampai kalang kabut dan terdesak dalamposisi yang amat berbahaya.
Betapapun mendongkol dan gelisahnya Kim Thi sia ketika itu, semua perasaannya tak mampu
terlampiaskan keluar, saking gelisahnya dia seperti seekor semut yang kepanasan diatas kuali
panas, tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Mendadak terdengar salah seorang penunggang kuda itu berteriak dengan suara keras:
"hiocu sekalian, tak usah menunda waktu gara-gara bocah keparat itu lagi, ayoh kita harus
berangkat secepatnya"
"Tapi orang yang mengaku sebagai Kim Thi sia ini harus dibekuk sekalian-....." sahut seseorang
lantang.
Secara beruntun Kim Thi sia melepaskan dua buah serangan dahsyat dengan jurus "mati hidup
ditangan takdir" serta "kelincahan menguasahi empat samudra", kontan saja ketiga orang
musuhnya berhasil didesak mundur.
Begitu melihat ada kesempatan yang sangat baik didepan mata, Kim Thi sia segera manfaatkan
dengan sebaik-baiknya, dia membalikkan badan kemudian kabur dari situ menuju kearah mana si
unta pergi tadi.
Biarpun baru pertama kali ini dia mengambil sikap untuk melarikan diri dari suatu pertarungan,
akan tetapi dalam keadaan begini Kim Thi sia tak ingin berpikir panjang lagi.
Sayang sekali walaupun Kim Thi sia dapat lari dengan cepat, para pengejarnya bukan manusiamanusia
kemarin sore yang tak mampu berlari cepat, dalam sekejap mata ada delapan orang
lelaki kekar berbaju hijau yang membuntuti dari belakangnya secara ketat.
Sudah sekian lama Kim Thi sia mencoba kabur selekasnya, tapi ia tak pernah berhasil
melepaskan diri dari kejaran mereka.
Pada saat itulah dia sampai disuatu tebing yang tinggi, dengan dasar ilmu meringankan tubuh
yang tak seberapa Kim Thi sia tak berani melompat kebawah, akibatnya sementara dia masih
ragu-ragu. Kedelapan orang pengejarnya telah mengepung datang dari empat penjuru.
Empat gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung dilontarkan kearah pemuda itu.
dalam gugup dan kalutnya buru-buru Kim Thi sia mengeluarkan ilmu ciat khi mi khi sinkangnya
untuk menahan serangan, sementara sepasang tangannya diayunkan kemuka menyambut
serangan musuh dengan jurus "Kelincahan menguasahi empat samudra"
"Blaaaaammmm......."
Ditengah getaran keras yang diselingi empat, lima kali benturan nyaring, tampak air dan debu
beterbangan diangkasa, tahu-tahu tubuh Kim Thi sia sudah terpental sejauh lima kaki lebih
danjatuh terjungkal keatas tanah.

Saat itulah seorang lelaki berbaju hijau mengangkat tinggi-tinggi sebuah tanda perintahnya
seraya berteriak keras:
"Tanda perintah Tay sang leng hu berada disini, kuperintahkan kailan segera berangkat barang
siapa berani melanggar perintah ini segera dijatuhi hukuman sesuai dengan peraturan
perkumpulan- "
"Turut perintah" sahut kedelapan orang lelaki berbaju hijau itu serentak.
Sebelum berangkat meninggalkan tempat tersebut, terdengar kawanan jago itu melirik sekejap
kearah Kim Thi sia dan berseru:
"Ternyata orang ini cuma gadungan, Kim Thi sia terkenal sebagai manusia yang paling sukar
dilayani dalam dunia persilatan, mana mungkin dia akan melarikan diri dari pertarungan?"
"Ucapan Tan hiocu memang benar, orang ini pasti gadungan- Ayoh kita teruskan perjalanan"
sambung yang lain-
Tak lama kemudian suasana disekeliling tempat itupun pulih kembali. dalam keheningan, diatas
pasir yang gersang tinggal Kim Thi sia seorang masih terkapar disitu, sekalipun dia anggap
sebagai gadungan, namun jiwanya berhasil diselamatkan dari lubang jarum.
Waktu itu senja telah menjelang tiba. Tiba-tiba dari arah jalan raya sana muncul seorang
perempuan-
Ketika perempuan itu melihat ada orang terkapar ditepi jalan, ia segera mendekati sambil
memeriksa keadaannya, Tapi tiba-tiba saja ia berteriak kaget: "Bocah, kenapa bisa kau?"
Sambil berseru dia memeriksa keadaan Kim Thi sia dengan lebih seksama lagi, sewaktu tak
berhasil ditemukan tanda luka, dengan perasaan lebih lega dia bergumam: "Rupanya cuma jatuh
tak sadarkan diri."
setelah itu ia bergumam lagi:
"Disini tak ada air, bagaimana caraku untuk menyadarkan dia.......tapi menolong orang paling
penting, terpaksa aku harus bertindak menurut keadaan-"
Bicara sampai disitu dia memandang sekejap sekeliling tempat itu, setelah yakin disana tak ada
orang, perempuan tadi segera melepaskan celananya dan berjongkok diatas kepala Kim Thi sia.
Tak lama kemudian pancaran air kencingnya telah menyirami seluruh tubuh Kim Thi sia hingga
basah kunyup,
dalam suasana beginilah pelan-pelan Kim Thi sia tersadar kembali dari pingsannya, dia
mencoba memperhatikan sekejap sekitar situ. Tubuhnya masih berbaring diatas pasir, tapi lima
kaki disisinya telah bertambah dengan seorang perempuan-
Perempuan itu sangat dikenal olehnya, begitu bersua dengannya, Kim Thi sia segera melompat
bangun seraya berteriak keras: "Lin lin, Lin lin........"
Dengan air mata bercucuran, perempuan itu berseru pula: "Engkoh Thi sia, aku telah
mencarimu dengan bersusah payah."
Kim Thi sia segera memeluk tubuh Lin lin dalam rang kulannya, menciumi pipi dan bibirnya, lalu
berbisik: "Kau semakin kurus."
"Kau pun bertambah kurus" sahut Lin lin penuh rasa cinta. Mendengar itu Kim Thi sia segera
tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah......haaaaah......hampir setiap hari aku berkelahi dengan orang bagaimana
mungkin tubuhku tidak bertambah kurus?"
"Engkoh Thi sia, mengapa sih setiap hari kau mesti berkelahi?"
"Hmmm kawanan telur busuk itu selalu mencari gara-gara denganku" sahut Kim Thi sia
menahan rasa dongkol.

"Engkoh Thi sia, bukankah ilmu silatmu sangat hebat, masa masih ada orang yang berani
mencari gara-gara denganmu?"
"Sekalipun memiliki ilmu silat bukan berarti bisa menjamin keselamatan hidup sendiri. Hal ini
masih tergantung pada sikap serta watak orang tersebut. Apakah cukup jujur dan terbuka atau
tidak- seperti misalnya kesembilan orang abang seperguruanku itu, bukankah nama besar mereka
tersohor diseantero jagad, bukankah ilmu silat mereka sangat hebat dan luar biasa? Tapi nyatanya
dari sembilan orang ada lima orang diantaranya telah mampus secara konyol. Apakah hal ini
bukan merupakan contoh yang jelas sekali?" Lin lin segera menghela napas sedih.
"Aaaah, rupanya begitu, aku masih menganggap hanya kaum wanita seperti kami saja yang
sering dianiaya orang."
"dalam persoalan ini tak ada bedanya antara pria dan wanita, semuanya sama saja. seperti
perempuan yang bernama Dewi Nirmala, lelaki seperti mana yang tidak menaruh tiga bagian rasa
takut kepadanya?"
"Apakah kaupun takut dengan Dewi Nirmala?" tanya Lin lin penuh rasa kuatir.
"Siapa bilang aku takut kepadanya, aku sempat bertarung sebanyak dua kali melawan dia. Dia
tak bisa berbuat apa-apa denganku, bahkan sekarang dia sedang mencari-cari jejakku"
"Dia toh seorang wanita, buat apa mencari dirimu? Hmmm, kalian orang lelaki memang tak ada
yang baik" seru Lin lin tak senang hati, nada suaranya jelas mengandung nada cemburu.
cepat-cepat Kim Thi sia memeluk pinggangnya erat-erat dan berseru memberi penjelasan-
"Adik Lin lin, mengapa kau memaki diriku juga? Dewi Nirmala mencari diriku karena alasan
yang lain-"
Lin lin berusaha meronta namun usahanya tak pernah berhasil, terpaksa katanya sengit: "Hmm,
kalau seorang wanita mencari seorang lelaki, alasan apa lagi yang digunakan?"
"Tapi adik Lin.....kau jangan salah paham" Kim Thi sia merasa sangat gelisah. Melihat pemuda
itu panik, Lin lin segera berkata serius:
"Pokoknya jika kau tidak mengaku sendiri, jangan salahkan bila aku tak akan menggubris
dirimu lagi." selesai berkata dia segera melengos kearah lain.
"Adik Lin, kau memang keterlaluan, Dewi Nirmala mencari aku karena dia sedang mengincar
ilmu silatku" Tapi Lin lin tetap tak percaya, serunya dingin:
"Bukankah ilmu silatmu tak mampu mengungguli dirinya, buat apa dia mengincar ilmu silatmu
itu? Sudahlah, kau tak perlu membohongi aku dengan kata-kata yang manis, sekalipun aku tak
mengerti ilmu silat, kalau teori semacam itu mah cukup kupahami"
Kim Thi sia memang seorang pemuda yang tak pandai berbicara, apalagi dalam keadaan panik
begini, dia semakin kebingungan dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Lama kelamaan watak kerbaunya segera kambuh kembali, dengan suara lantang dia segera
berteriak:
"Adik Lin, aku tak akan berbicara lagi denganmu, pokoknya aku berbuat demikian demi dirimu.
Aku bersedia angkat sumpah."
Sambil bicara ia segera berlutut diatas tanah dan bersumpah dengan suara nyaring:
"Demi Thian diatas langit, Kim Thi sia bersumpah tak punya hubungan apa-apa dengan
perempuan yang bernama Dewi Nirmala. Biar aku berbohong biar guntur menyambarku sehingga
aku mati secara mengenaskan"
Menyaksikan keseriusan Kim Thi sia disaat mengangkat sumpahnya, dari marah Lin lin menjadi
kegirangan setengah mati. Tidak menunggu sampai Kim Thi sia bangkit berdiri seperti seekor
burung yang pulang sarang dia segera menubruk kedalam pelukannya.

Dipeluk oleh gadis pujaan hatinya secara hangat dan begitu mesrah, kontan saja semua
kesalahan dan kemasgulan yang dialami Kim Thi sia selama berapa hari ini tersapu lenyap hingga
tak berbekas.
Lin lin sendiri pun harus bersusah payah selama belasan hari lamanya sebelum berhasil
menemukan kembali jejak kekasih hatinya, dalam gembiranya yang meluap-luap tanpa terasa air
matanya jatuh bercucuran.
Kim Thi sia benar-benar mencintai Lin lin, melihat gadis itu menangis, ia segera menjilati air
matanya hingga mengering. Rasa asin yang bercampur aduk mendatangkan suatu perasaan yang
aneh dalam hati kecilnya.
Lin lin merasa kegelisahan setengah mati, dia menggeliat kian mesrah dalam pelukan pemuda
tersebut.
Akibatnya Kim Thi sia merasa amat terangsang, dia segera memeluk tubuh Lin lin semakin
kencang lagi membuat gadis tersebut hampir saja tak dapat bernapas. Sampai lama kemudian-
......
Dengan napas tersengkal-sengkal, Lin lin berbisik: "Engkoh Thi sia, aku benar-benar tak tahan."
Tentu saja Kim Thi sia enggan melepaskan gadis tersebut dengan begitu saja, dia tetap
memeluknya dengan amat kencang. Akhirnya Lin lin berbisik dengan napas terengah-engah:
"Engkoh sayang, hari sudah hampir gelap. lepaskanlah aku dari pelukanmu. Toh waktu
dikemudian hari masih panjang, buat apa kau mesti tergesa-gesa dalam keadaan begitu?"
Mendengar perkataan tersebut, bagaikan baru sadar dari impian dengan sepasang mata merah
membara Kim Thi sia mengawasi wajah Lin lin tanpa berkedip. Kembali Lin lin berkata dengan
suara lembut:
"Engkoh yang baik, ampunilah aku dikemudian hari aku pasti menuruti semua permintaanmu,
tapi jangan sekarang......."
Kim Thi sia segera memeluk tubuh sinona dan mengecup bibirnya dengan mesra h setelah itu
katanya:
"Adikku sayang, kau sendiri yang berjanji begitu, lain kali jangan sangkal lagi yaa......"
"Koko, aku tak akan ingkar janji......"
Setelah peroleh janji dari gadis tersebut, Kim Thi sia baru melepaskan pelukannya dan
mengajak Lin lin meneruskan perjalanan menelusuri jalan raya.
Setelah menempuh perjalanan sekian lama akhirnya sampailah kedua orang itu ditepi sebuah
dermaga, kebetulan disana terdapat sebuah perahu yang siap berlayar. Melihat itu, dari kejauhan
Kim Thi sia telah berteriak keras: "Eeeeeh, tunggu sebentar, aku mau menumpang perahu kalian"
Sambil membopong tubuh Lin lin, dia segera berlarian dan melompat naik keatas perahu.
Tentu saja kejadian tersebut sangat menggemparkan semua orang, tak heran kalau orangorang
yang berada diatas perahu sama-sama mengawasi gerak gerik mereka dengan pandangan
terkejut.
Sampai Kim Thi sia melotot kearah mereka, orang-orang itu baru melengos kearah lain dan tak
berani banyak mencari urusan-
Tali pengikat perahu telah dilepaskan tukang perahu sudah mulai menggerakkan bambu
galanya untuk mendorong perahu menuju ketengah sungai.
Tiba-tiba......
Saat itulah terdengar seseorang berteriak keras dari tepi pantai.
"Tukang perahu, tunggu sebentar, lolap juga ingin menumpang perahu kalian-"

Teriakan orang itu amat nyaring bagaikan suara genta, suaranya jauh lebih hebat dari pada
teriakan Kim Thi sia tadi.
Semua penumpang perahu segera berpaling kearah mana berasalnya suara teriakan itu,
tampak diatas daratan lebih kurang sepuluh kaki dari dermaga tampak sepasang pendeta sedang
berlarian mendekat dengan langkah tergesa-gesa. Kim Thi sia menjadi agak tertegun, pikirnya:
"Besar amat lagak Hwesio itu....."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, langka h perjalanan pendeta itu tampak semakin
bertambah cepat lagi, dalam waktu singkat mereka telah tiba ditepi pantai. Ternyata mereka
adalah seorang pendeta setengah umur dan seorang pendeta muda.
Yang setengah umur berusia antara tiga puluh tahunan, tubuhnya tinggi besar dan mengerikan
sekali, kepalanya amat besar dengan pinggang yang amat kasar dan gemuk.
Pada batok kepalanya yang gundul licin tertera sembilan buah bekas cap yang dalam, mukanya
bulat gemuk dandanannya seperti sebuah patung dalam kuil saja. Sebaliknya Hwesio yang
seorang lagi justru mempunyai dandanan yang bertolak belakang.
Kalau ditinjau dari usianya mungkin dia baru berumur dua puluh tahunan, bertubuh kecil,
ramping dengan hidung yang mancung dan bibir yang kecil, terutama sekali sepasang matanya
nampak amat jeli dan bening.
Bila kedua orang itu berjalan bersama, maka dapat dibilang yang satu gemuk yang lain ceking,
satu tampan, dua perbedaan yang menyolok sekali.
Saat itu mereka berdua telah tiba ditepi pantai, jaraknya dengan perahu tinggal satu kaki lagi.
Mendadak......
Diiringi desingan angin tajam, tahu-tahu sepasang pendeta itu sudah berlompatan naik diatas
perahu, langkah tubuhnya ringan bagaikan daun kering, ternyata perahu kecil itu sama sekali tidak
bergerak sedikitpun.
Agaknya semua penumpang perahu tahu kalau ditempat itu banyak terdapa tjagoan lihay, tak
seorangpun diantara mereka yang banyak komentar atau memperhatikan dengan seksama.
Hanya Kim Thi sia dan Lin lin saja yang memandang berapa kejap terhadap dua orang Hwesio
tersebut.
Dengan cepat Lin lin menundukkan kepalanya rendah-rendah dengan wajah merah padam, ia
tak berani memandang kedua orang Hwesio itu lagi.
Kim Thi sia yang seksama segera menyaksikan bagaimana si Hwesio gemuk itu dengan
sepasang mata bajingannya sedang mengawasi tubuh Lin lin dari atas hingga kebawah, tanpa
terasa lagi dia mendengus dingin dan semakin memperhatikan gerak gerik mereka.
Setelah mengambil tempat duduk. tiba-tiba Hwesio tampan itu berkata kepada sHwesio gemuk:
"Suheng, kenapa perahu inipun ada tikusnya?"
Agaknya untuk berapa saat si Hwesio gemuk itu tidak memahami apa yang dimaksud. ia
nampak agak tertegun sejenak setelah mendengar perkataan itu, kemudian sambil tersenyum
katanya:
"Sute, mengapa kau selalu gemar bergurau, perahu ini tidak terbang melayang tidak pula
menginjak daratan, darimana bisa muncul tikus? Sebetulnya kau telah melihat dimana?"
Dengan pandangan ngeri Hwesio tampan itu melotot sekejap kearah Kim Thi sia, lalu sengaja
berteriak keras:
"Suheng, bukankah yang berjongkok disitu adalah seekor tikus?"
Hwesio gemuk itu mengira rekannya maksudkan Lin lin, merasa rahasia hatinya sudah
terbongkar, diapun berseru:

"Sute, mana mungkin tikus itu berani berjongkok untuk dipertonton orang lain?"
Bicara sampai disitu dia segera membisikkan sesuatu disisi telinga rekannya membuat Hwesio
tampan tadi tertawa terkekeh-kekeh, nampaknya perkataan tersebut telah membangkitkan rasa
gelinya. Saat itulah........
Kebetulan Hwesio gemuk itu melotot kembali kearah Kim Thi sia, ketika dilihatnya pemuda
tersebut sedang mengawasi si Hwesio tampan tanpa berkedip. dia segera mendelik dan dengan
wajah berubah hebat bentaknya:
"Anjing budukan, jika kau berani sembarangan melotot lagi, jangan salahkan bila kukorek
keluar sepasang mata anjingmu itu"
Tentu saja Kim Thi sia menjadi panas hatinya setelah mendengar ucapan mana, baru saja dia
akan mengumbar hawa amarahnya, Lin lin telah menghalangi niatnya itu dengan cepat.
Terdengar Lin lin berseru sambil tertawa:
"Koko, coba lihatlah betapa indahnya bianglala senja......"
Kim Thi sia mengetahui maksud tujuan gadis tersebut mendengar perkataan mana terpaksa ia
harus menahan rasa gusarnya dan melengos kearah yang lain-
Terdengar Hwesio tampan itu berkata lagi:
"Waaah......tikusnya sudah kabur, suheng Tikus manakah dikolong langit ini yang tidak takut
dengan manusia?"
Bicara sampai disitu ia segera tertawa, wajahnya kelihatan sangat bangga.
Kim Thi sia tetap berpura-pura tidak mendengar, ia sama sekali tidak menggubris ajakan lawan-
Tak lama kemudian....
Ketika secara kebetulan Lin lin berpaling tiba-tiba saja dia menyaksikan dibalik jubah pendeta si
Hwesio tampan yang agak tersingkap. lamat-lamat dia melihat ujung gaun berwarna merah yang
berkibar terhembus angin.
Sebagai seorang wanita sudah barang tentu Lin lin mengetahui apa arti dari ksemuanya itu,
dengan cepat diapun mengetahu bahwa si Hwesio gemuk tampan tersebut merupakan hasil
penyaruan dari seorang wanita. Buru-buru bisiknya kepada Kim Thi sia: "Koko, sipendeta kecil itu
hanya pendeta gadungan"
Baru selesai ucapan dari Lin lin, terdengar si Hwesio gemuk dan Hwesio tampan itu sudah
tertawa dingin tiada hentinya, jelas perkataannya itu sempat terdengar juga oleh kedua orang
tersebut.
Dengan angkuh Kim Thi sia berpaling, ia saksikan Hwesio tampan itu menundukkan kepalanya
dengan cepat. Sepasang pipinya berubah menjadi merah padam, jelas ia merasa sangat malu
hingga keadaannya nampak mengenaskan sekali.
Sebaliknya si Hwesio gemuk itu melotot bulat-bulat seperti mata kerbau saja, dengan cahaya
merah berapi dia mengawasi lawannya tanpa berkedip. sepasang giginya saling beradu
gemerutukan-
Kim Thi sia menjadi sangat kegelian sekali, tak kuasa lagi serunya sambil tertawa: "Adik Lin,
sebetulnya tikus yang takut manusia, atau manusia yang takut tikus?" Lin lin melotot sengit, dia
menyalahkan pemuda kekasihnya yang banyak bicara. Tapi Kim Thi sia tak ambil perduli, sekali
lagi dia tertawa angkuh.
Tak lama kemudian-......
Perahu sudah merapat didaratan, para penumpangpun beruntun turun kedarat, agaknya kedua
orang Hwesio itu sengaja berjalan dipaling belakang. Mereka menunggu sampai Kim Thi sia yang

membimbing Lin lin melangkah naik kepapan penyebrangan lebih dulu sebelum mereka berdua
membuntuti dari belakang.
Dasar kaum wanita berhati kecil, Lin lin melewati papan penyebrang tersebut menuju
kedaratan.
Kim Thi sia sendiripun takut sinona kekasih hatinya tercebur kedalam air, dengan berhati-hati
sekali dia membimbingnya melewati papan penyeberangan itu.
Dengan susah payah akhirnya Kim Thi sia berhasil membimbing Lin lin mencapai setengah
jalan-
Pada saat itulah tiba-tiba Hwesio gemuk yang berjalan dibelakangnya melepaskan sebuah
pukulan dengan jurus "naga sakti muncul dilaut" sodokan tangan kanannya langsung menghajar
telak diatas punggung Kim Thi sia.
dalam keadaan tak bersiap sedia, sama sekali mustahil bagi Kim Thi sia untuk menghindarkan
diri. Tak ampun lagi dia bersama Lin lin segera terjungkal dari atas papan penyeberangan dan
tercebur kedalam air.
Melihat serangannya berhasil dengan baik Hwesio gemuk itu segera menarik tangan Hwesio
tampan dan melarikan diri dari situ.
Masih untung tempat dimana Kim Thi sia dan Lin lin tercebur masih berada didekat pantai, dan
lagi pula air sungai itu tidak begitu terlalu dalam dengan cepat pemuda itu telah menarik Lin lin
dan mengajaknya naik keatas daratan-
Lin lin mengira pemuda tersebut berjalan kurang berhati-hati hingga terpeleset jatuh kesungai,
dengan penuh rasa kuatir ia bertanya: "Koko, apakah kau terluka?"
"Tidak- aku tak apa-apa, bagaimana dengan keadaanmu sendiri?"
"Aku hanya merasa sepasang kakiku rada sakit" Dengan gemas Kim Thi sia berseru:
"Aku harus membunuh kedua orang itu serta mencincang tubuhnya hingga hancur berkepingkeping
. "
"Koko, siapa yang hendak kau bunuh?" tanya Lin lin dengan wajah tak habis mengerti.
"Siapa lagi kalau bukan sepasang pendeta bajingan itu"
Peristiwa tersebut dengan cepat menarik perhatian banyak orang, hampir semua mata tertuju
pada kedua orang muda mudi yang basah kuyup itu.
Setibanya diatas daratan, Kim Thi sia mencoba mencari jejak kedua orang Hwesio tadi
namun tak terlihat lagi, dalam keadaan basah kuyup terpaksa kedua orang itu beranjak pergi
dari situ dengan langkah tergesa-gesa.
Setibanya dalam rumah penginapan, Kim Thi sia dan Lin lin bertukar pakaian sambil merubah
dandanan mereka, sewaktu muncul kembali mereka berdua telah berubah seolah-olah dua
manusia yang berbeda.
Karena lapar mereka berduapun memasuki sebuah rumah makan yang memakai merek "Bian
kang cu lo", suasana disitu amat ramai.
Baru naik keatas loteng, Kim Thi sia telah melihat bahwa kedua orang pendeta tadi berada pula
disitu waktu itu mereka sedang bersantap dengan lahapnya, bukan saja hidangannya masakan
berjiwa, lagipula minum arak.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Kim Thi sia mencari tempat duduk yang bersebelahan
dengan mereka.
Kebetulan si Hwesio gemuk itu mendongakkan kepalanya, ketika melihat Kim Thi sia serta Lin
lin duduk disamping mereka, ia nampak tertegun dan berpikir:

"Heran, mengapa seranganku tadi tak berhasil membunuh bocah keparat itu? Hmm, kini
mereka datang mengantarkan diri lagi, betul-betul jalan kesurga tak ditempuh. Jalan keneraka
justru dipilih jangan salahkan kalau aku akan bertindak kejam nanti." dalam gembiranya ia segera
meneguk habis tiga cawan arak sekaligus.
Mungkin karena terpengaruh oleh arak^ ternyata pendeta gemuk itu tak sempat berpikir apa
sebabnya serangan yang biasanya berhasil menghancurkan isi perut orang lain, kini tidak
membaringkan hasil yang baik bagi pemuda lawannya.
Begitulah, tak sampai setengah jam kemudian Kim Thi sia pun sudah selesai bersantap. Lin lin
meski merasakan ketegangan suasana disekitar sana, namun dia tak tahu apa yang bakal terjadi
selanjutnya, oleh sebab itu dia cuma mengikuti perubahan situasi dengan tenang.
Mendadak.......
Ketika si Hwesio gemuk itu sedang bersantap dengan lahapnya, ia mendengus tertahan secara
tiba-tiba.
Rupanya dia merasa mulutnya dijejali dengan sebuah benda yang empuk, berminyak dan panas
sekali rasanya.
Saking banyaknya benda itu menyumbat mulutnya, untuk sesaat dia tak mampu untuk
mengeluarkannya sekaligus, akibatnya keadaan Hwesio itu menjadi lucu sekali. Dia harus
mengeluh sambil repot mengorek keluar benda tadi dari mulutnya.
Setelah berusaha sampai lama sekali, benda-benda itu baru dapat terkorek keluar semua.
Kim Thi sia yang melihat kejadian itu kontan saja mengejek sambil tertawa:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....inilah yang disebut daging terbang memberi makan tikus"
Tak terlukiskan rasa gusar sipendeta gemuk itu, darah panasnya serasa mendidih, tanpa
banyak bicara lagi dia melompat bangun dari tempat duduknya dan langsung menerjang kearah
Kim Thi sia.
Sepasang telapak tangan raksasanya dengan menggunakan jurus "jenderal langit memberi cap"
secepat samba ran petir langsung dihantamkan keatas batok kepala lawan-
Waktu itu, Kim Thi sia sendiripun telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, dengan jurus
"kedamaian menenangkan sembilan langit" dari ilmu Tay goan sinkang, ia sambut datangnya
serangan lawan-
Agaknya Hwesio gemuk itu tak mengira akan kelihayan musuhnya, begitu sepasang tangan
saling beradu sama lainnya, kontan saja tubuhnya yang gemuk besar terpental mundur sejauh
lima langkah dan tidak mampu lagi berdiri dengan tegak. sesudah terhuyung sesaat akhirnya ia
jatuh terduduk diatas tanah membuat mangkuk dan cawan bertumpahan diatas tanah.
Untung saja si Hwesio tampan itu tak bersikap lebih cekatan, dengan cepat dia membangunkan
rekannya, dan kepada Kim Thi sia serunya lengking: "Tempat ini kelewat sempit, kalau berani mari
kita berbicara diluar saja"
Agaknya Kim Thi sia sudah mempunyai perhitungan yang matang, tanpa mengucapkan sepatah
katapun dia menuntun Lin lin dan diajak beranjak meninggalkan tempat itu.
Setelah turun dari loteng rumah makan, kedua orang Hwesio itu segera mempercepat
langkahnya mengejar Kim Thi sia berdua. Mendadak Kim Thi sia membentak:
"Keledai gundul, kalau berani kita berbicara diluar kota saja"
"Binatang kecil, tunggu saja sampai tanggal mainnya, akan kusuruh kau rasakan kelihayan"
sahut Hwesio gemuk itu sambil menahan rasa geramnya.
Tak lama kemudian sampailah mereka berempat disebuah tempat yang sepi dan jauh dari
keramaian manusia.

Melihat disekitar tempat itu tak ada orang lagi, Hwesio gemuk itu segera mendengus dan maju
kedepan menghantam tubuh Kim Thi sia.
Waktu itu Kim Thi sia takut Hwesio gemuk itu melukai Lin lin, dia tidak sempat lagi untuk
menghindarkan diri, dengan mengerahkan ilmu ciat khi mi khinya ia siap menerima serangan
tersebut dengan kekerasan-
Tentu saja Hwesio gemuk itu tak mengira kalau kepandaian yang paling diandalkan Kim Thi sia
adalah ilmu ciat khi mi khi.
Begitu serangannya yang gencar menghajar telak diatas bahu Kim Thi sia, tiba-tiba saja dia
merasa seperti menghantam sebuah kapas saja, semua tenaganya seakan-akan lenyap dengan
begitu saja.
Bukan hanya begitu, saking besarnya tenaga yang dipergunakan, ia tak sanggup lagi untuk
menahan diri, badannya langsung menyerunduk kearah Hwesio tampan itu. cepat-cepat si Hwesio
tampan memegangi tubuhnya sambil berbisik: "Suheng hati-hatilah, tikus itu cukup tangguh"
Tampaknya Hwesio tampan itu jauh lebih teliti, dalam sekilas pandangan saja ia sudah
mengetahui kalau kepandaian silat yang dimiliki Kim Thi sia cukup tangguh itulah sebabnya dia
memperingatkan rekannya agar bertindak lebih hati-hati.
Setelah berhasil berdiri tegak, dari malunya Hwesio gemuk itu menjadi naik darah, sambil
memutar senjata sekopnya ia segera membentak: "Bocah keparat, hendak kabur kemana kau?"
Dengan menggunakan jurus serangan tertangguh "naga marah menggulung samudra" dia
melepaskan sebuah sapuan maut kedepan.
dalam waktu singkat angin pukulan yang menderu- deru seperti amukan topan menyambar
kian kemari dan mengepung seluruh arena.
Kim Thi sia sama sekali tidak menjadi gugup ataupun gelagapan, pedang Leng gwat kiamnya
telah dipersiapkan sejak tadi, dengan jurus "batu merekah bukit membelah" dari ilmu pedang
Panca Buddha, ia sambut datangnya serangan lawan-"Traaaaaaanggg......."
Ditengah dentingan nyaring yang menimbulkan percika n bunga api, tahu-tahu senjata sekop
ditangan Hwesio gemuk itu sudah berubah lebih pendek separuh bagian-
Kontan saja kejadian mana membangkitkan hawa amarahnya, sambil menggertak gigi dia
berkaok-kaok marah, caci maki yang kotorpun berserakkan keluar dari balik mulutnya.
Melihat serangannya yang pertama mendatangkan hasil, dengan cepat Kim Thi sia
mengeluarkan jurus "guntur menggelegar angin menderu" untuk melancarkan serangan berikut.
Sementara itu si Hwesio tampan telah meloloskan senjata kebutannya begitu melihat senjata
rekannya terpapas kutung oleh senjata lawan, bulu-bulu senjata kebutannya yang menyebar luas
bagaikan bidadari menyebar bunga, dalam waktu singkat tampak percikan cahaya keperakperakan
menyebar kemana-mana dan menggulung pedang Leng gwat kiam tersebut.
Melihat si Hwesio tampan telah turun tangan menghadang Kim Thi sia, si Hwesio gemuk itu
segera tertawa dingin, dari sakunya dia mengeluarkan tiga batang jarum sin lo teng dan segera
diayunkan kedepan seraya membentak keras: "Kena"
Tiga cahaya bintang dalam posisi segi tiga langsung menyambar ketubuh Kim Thi sia serta Lin
lin.
ujung jarum sin lo teng itu amat tajam lagipula beracun amat ganas, begitu mencium darah,
darah itu segera akan bekerja dan menewaskan korbannya, boleh dibilang senjata tersebut
merupakan senjata andalan Hwesio gemuk itu.
Sebagaimana diketahui, Kim Thi sia paling tak becus dalam soal senjata rahasia, melihat
datangnya ancaman tersebut, tergopoh-gopoh dia melejit keudara untuk menghindarkan diri. Tapi
saat itulah mendadak.......

"Aduuuuh"
Lin lin menjerit kesakitan lalu tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia menjadi terkejut sekali, cepat-cepat dia mengeluarkan dua jurus serangan berantai
untuk mendesak mundur sepasang pendeta itu.
Dengan manfaatkan kesempatan yang ada Kim Thi sia melompat mundur sambil memeluk
tubuh Lin lin, tampak olehnya paras muka gadis itu pucat pias bagaikan mayat, darah segar
bercucuran keluar dari bahunya yang teriuka parah.
Terkejut bercampur gusar Kim Thi sia melihat kejadian itu, dia tahu Lin lin sudah kena
bokongan musuh, dalam keadaan begini dia tak berminat lagi untuk melanjutkan perjalanan,
untuk kedua kalinya dia mengambil langkah seribu untuk kabur dari situ.
Hwesio gemuk itu segera berteriak:
"Bocah keparat, kau hendak kabur kemana.......?"
Tiba-tiba.......
Dari balik kegelapan malam terdengar seseorang berseru:
"Kurang ajar, siapa yang begitu beryali, berani berkaok-kaok sembarangan disini?"
Menyusul kemudian terdengar Kim Thi sia berteriak marah:
"Tua bangka celaka gara-gara ulahmu, aku cukup menderita dibuatnya."
"Tak usah takut bocah kunyuk. biar aku yang membereskan semua persoalan ini."
Ternyata orang yang munculkan diri saat itu adalah si Unta.
Kembali terdengar Kim Thi sia membentak gusar:
"Tua bangka celaka, aku harus membacok mampus dirimu untuk melampiaskan keluar semua
rasa mangkel dan mendongkol dalam hatiku"
"Huuuuh, kau sibocah kunyuk benar-benar manusia tak tahu diri, bukan berterima kasih dulu
kepada lo toako mu, sekarang malah mengancam akan membacokku, benar-benar dunia sudah
terbalik."
"Hmm, mengapa aku harus berterima kasih kepadamu?"
"Kau si kunyuk benar-benar tolol, kalau bukan lo toako membantumu, bagaimana mungkin kau
bisa temukan kembali perempuan dalam boponganmu itu. Betul-betul manusia tak tahu budi"
Untuk berapa saat lamanya Kim Thi sia dibuat terbungkam oleh perkataan si unta itu, dia tak
tahu bagaimana mesti menjawab.
dalam pada itu, Hwesio gemuk tadi sudah mengejar semakin mendekat, si Hwesio tampan yang
mengikuti dari belakangnya tiba-tiba berteriak keras: "Suheng, jangan lepaskan bocah keparat itu"
Kim Thi sia pun makin berang, dia berteriak pula: "Hey tua bangka, cepat jagakan keselamatan
adik Lin lin ku"
Seraya berkata dia menurunkan gadis tersebut dari bopongannya, kemudian sambil meloloskan
pedang Leng gwat kiamnya dia maju menyongsong kedatangan lawannya.
Dengan hilangnya beban yang merisaukan hatinya, Kim Thi sia segera merasakan semangatnya
semakin berkobar, jurus-jurus serangan yang sangat ampuh dari ilmu pedang panca Buddha yang
dikombinasikan dengan ilmu pukulan Tay goan sinkang segera dilontarkan secara beruntun.
Mimpipun si Hwesio gemuk itu tak mengira kalau serangan dilancarkan Kim Thi sia bisa
berubah seganas itu secara tiba-tiba. dalam waktu singkat dia dibuat kalang kabut tak karuan dan
terdesak hebat.
Suatu saat dia bersikap lengah hingga sebuah babatan kilat menyambar diatas tengkuknya....

Tak sempat menjerit kesakitan lagi, batok kepalanya yang gemuk besar tahu-tahu sudah
terpapas kutung dari tubuhnya dan menggelinding jatuh keatas tanah, tamat pulalah riwayat
hidup Hwesio gemuk itu.
HHwesio tampan tersebut menjadi ketakutan setengah mati, tiba-tiba saja paras mukanya
pucat pias bagaikan mayat, sambil menjadi kaget dia membalikkan badan dan melarikan diri
terbirit-birit.
Waktu itu Kim Thi sia sudah terlanjur naik darah, tentu saja tak sudi melepaskan musuhnya
dengan begitu saja, dengan suatu lompatan cepat ia mengejar kemuka, lalu pedangnya
menyambar lagi kedepan. "Aduuuuh"
Kasihan si Hwesio tampan itu, batok kepalanya segera terlepas pula dari tubuhnya tentu saja
selembar jiwapun ikut melayang menyusul arwah suhengnya kealam baka.
Si unta segera maju kedepan menendang batok kepala itu, tiba-tiba kain penutup kepalanya
terlepas hingga rambutnya yang panjang terurai, melihat itu iapun berseru tertahan:
"Waaaah, rupanya betina......."
"Hey tua bangka" dengan gelisah Kim Thi sia berseru. "Siapa suruh kau datang kemari, mana
adik Lin lin ku?"
Si unta segera mendehem berulang kali, lalu menjawab:
"Hey bocah kunyuk, lebih baik jangan bersikap kasar dihadapan lo toako mu, kalau aku sampai
mendongkol dan kabur dari sini, kau bisa celingukan macam tikus kepanasan"
Dengan gemas Kim Thi sia mendesak maju kedepan, dan mencengkeram tengkuk si unta,
setelah itu teriaknya:
"Tua bangka, akan kulihat kau hendak kabur kemana?"
Si unta sama sekali tak menduga sampai kesitu, terpaksa katanya:
"Siapa bilang aku hendak kabur? Padahal bila aku pingin kabur dari sini, dalam keadaan begini
pun sama saja."
Kim Thi sia segera mengerahkan tenaganya mencengkeram tengkuk orang itu makin keras,
tentu saja si unta segera menjerit kesakitan-
Kim Thi sia belum puas sampai disitu, kembali dia mencengkeram dengan lebih keras lagi.
Akibatnya si unta kesakitan setengah mati, air matanya sampai bercucuran keluar, tiba-tiba
sepasang kakinya menjejak kebawah kemudian tak bergerak lagi. Kim Thi sia takut rekannya itu
tercekik mati, buru-buru dia mengendorkan tangannya.
Siapa tahu begitu dia mengendorkan cengkeramannya, si unta segera meronta dan melepaskan
diri dari cengkeraman, kemudian melarikan diri terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Sebelum pergi jauh, dia sempat berpaling seraya mengancam.
"Bocah kunyuk, kau benar-benar manusia tak tahu diri, tunggu saja pembalasanku"
Kim Thi sia tak berani mengejar lebih jauh, apalagi mati hidup Lin lin belum diketahui, terpaksa
dia membiarkan si unta kabur meninggalkan tempat tersebut.
Kembali ketempat semula, Lin lin sudah berada dalam keadaan tak sadar, tubuhnya terbanting
kaku diatas tanah seerti orang mati.
Menyaksikan kejadian ini, Kim Thi sia segera mendepakkan kakinya berulang kali dan menghela
napas seraya mengeluh:
"ooooh adik Lin, akulah yang menyebabkan dirimu jadi begini........."
"Adik Lin, kau tak boleh mati........"

"Adikku yang kusayang, biarpun Kim Thi sia harus mengarungi ujung langitpun, aku harus
menyelamatkan dirimu dari kematian."
"Adik Lin, biar kita tak dilahirkan pada saat yang sama, aku ingin mati pada saat yang sama
denganmu serta dikubur dalam satu liang yang sama......."
Begitulah keadaan Kim Thi sia waktu itu, dia hanya bisa merintih, mengeluh dan menelusuri
jalan itu sambil membopong tubuh Lin lindalam
keadaan begini, dia tak ingin memikirkan persoalan yang lain, menyelamatkan jiwa Lin
lin merupakan satu-satunya persoalan penting baginya sekarang.
Malam sudah lewat, fajarpun mulai menyingsing.
Kim Thi sia masih saja berjalan terus, dia tak mengenal arti lelah, juga tak mengenal arti lapar,
sebab saat pertemuannya dengan Lin lin dirasakan terlalu pendek.
Mendadak........
Ia teringat kembali dengan lentera hijau yang berada ditangan sipedang emas, dengan "lentera
hijau: itulah dia baru bisa menyelamatkan jiwa Lin lin dari kematian-
"Tapi.....dimanakah sipedang emas sekarang? Kemanakah dia harus mencari dirinya?"
Dengan termangu- mangu dia berdiri sambil termenung, akhirnya teringat olehnya akan
gedung pembesar Kanglam dimana sipedang kayu berada.
"Ya a, mengapa aku tidak datang kesana untuk melacaki jejak toa suhengku.......?"
demikian ia berpikir.
Karena dianggapnya hal tersebut merupakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh, Kim Thi
sia segera mengambil keputusan untuk menyerempet bahaya.
Dengan menempuh perjalanan siang malam tanpa berhenti, akhirnya Kim Thi sia berhasil tiba
ditempat tujuan-
Kemudian tanpa banyak berpikir panjang dia melompati dinding pekarangan dan langsung
menerobos masuk kedalam gedung.
Belum jauh dia menelusuri halaman rumah, mendadak dari balik kegelapan terdengar
seseorang membentak keras:
"Manusia dari mana yang berani mendatangi tempat ini? Hayo cepat berhenti"
Ketika Kim Thi sia mendongakkan kepalanya dia segera mengenali orang yang berdiri
dihadapannya adalah Kan Jin.
Agaknya Kan Jin segera mengenali pula orang itu sebagai Kim Thi sia, sambil mengubah nada
suaranya dia berseru:
"ooooh, rupanya Kim sauhiap yang telah datang"
"Tuan Kak" Kim Thi sia menegur kemudian- "Apakah suhengku berada disini?"
"Kedatangan sauhiap sangat kebetulan baru saja suhengmu tiba disini, kau telah menyusul tiba,
cuma saja......."
"cuma kenapa?" tukas Kim Thi sia tak sabar. "Aku ada urusan hendak pergi mencarinya."
"Saat ini Tuan Gi sedang menemani tamu agung, aku rasa ia tak punya waktu sekarang......"
"Aku tak ambil perduli apakah suheng punya waktu atau tidak, pokoknya aku harus menemui
dia sekarang juga" sambil berkata anak muda itu menerjang kangsung kedalam halaman rumah.
"Kalau memang begitu, biar kulaporkan kedatanganmu itu kepadanya" seru Kan Jin cepat.
seryaa berkata ia segera bertepuk tangan dua kali.

Dari balik kegelapan dengan cepat muncul dua orang lelaki kekar berbaju ringkas. Kepada
kedua orang itu, Kan Jin berseru:
"Lim Ji, cepat kau laporkan kepada Tuan Gi bahwa Kim sauhiap telah datang berkunjung" Lim Ji
menyahut dan buru-buru beranjak pergi dari situ.
Tak lama kemudian, sipedang kayu Gi Cu yong telah munculkan dirinya didepan mata. Belum
tiba orangnya, suara teguran telah bergema datang.
"Sute, angin apa yang menghembusmu kemari? Benar-benar tumben-....... benar- benar tak
kusangka."
Sewaktu melihat dalam bopongannya memeluk seorang wanita, ia segera berseru lagi dengan
terkejut:
"Sute, siapakah perempuan itu? Apakah perempuan itu lagi"
dengus Kim Thi sia gusar. "Lantas siapakah dia?" desak sipedang kayu.
"Lin lin"
Mendengar nama itu Kan Jin serta pedang kayu segera menjerit kaget, agaknya hal tersebut
sama sekali tak terduga oleh mereka.
"Apakah Lin lin sudah tertimpa suatu musibah?" tanya Kan Jin lagi dengan perasaan ingin
tahu^
"Ia telah tewas"
"Aaaah, mana mungkin?" seru Kan Jin tak percaya.
"Lin lin baru belasan hari minggat dari gedung ini, bagaimana mungkin dia bisa mati?"
Kim Thi sia tidak menanggapi pertanyaan tersebut, kepada sipedang kayu kembali ujarnya:
"Aku sedang mencari toa suheng, tahukah kau dia berada dimana sekarang? cepat beritahu
kepadaku"
Agak ngeri juga sipedang kayu melihat wajah seram dari adik seperguruannya itu, namun
diluaran dia berusaha untuk menenangkan diri, katanya cepat:
"Sute, kita tak usah membicarakan persoalan ini lebih dulu, mari biar kuselenggarakan sebuah
perjamuan untuk menjamu kedatanganmu." Sampai disitu, iapun berteriak keras:
"Hey, cepat kalian siapkan perjamuan untuk menghormati adik seperguruanku ini" Tapi Kim Thi
sia tetap berdiri tak bergerak dari posisi semula, kembali ia bertanya:
"cepat katakan kepadaku dimana toa suheng berada sekarang. Aku ada urusan hendak
mencarinya."
"Sute, mengapa kita tak membicarakan persoalan ini selesai perjamuan nanti?"
"sudah kubilang aku tak akan bersantap"
"Aaaah, hal ini mana boleh terjadi? Kita sudah lama tak karuan, dengan menggunakan
kesempatan ini aku ingin berbicara sebaik-baiknya dengan sute."
Mendadak Kim Thi sia meloloskan pedang leng gwat kiamnya, lalu berseru dengan gusar.
"suheng, jika kau enggan berbicara jangan salahkan kalau aku akan bertindak kejam"
Melihat kejadian ini buru-buru sipedang kayu memutar haluan menurut arah angin, katanya
sambil tersenyum:
"Sute tak perlu gelisah, aku benar-benar tidak tahu dimanakah toa suheng berada sekarang,
tapi kalau toh sute ingin mencarinya segera, silahkan berdiam barang dua hari dulu disini."
"Tidak. menolong nyawa sama dengan menolong kebakaran" tukas Kim Thi sia tidak sabar.
"Aku tak bisa menunggu terlalu lama."

Sipedang kayu Gi cu yong segera termenung berapa saat lamanya, setelah itu baru katanya:
"dalam tiga hari mendatang toa suheng pasti akan singgah ditempat ini, bila sute bersedia
tinggal disini, bukankah kau akan segera bertemu dengannya?"
Sementara itu Kan Jin tidak mengetahui kalau antara sesama saudara seperguruan itu sudah
terjadi perselisihan- Kalau semua dia merasa tak leluasa untuk turut menimbrung maka sekarang
dia bantu membujuk.
"Kim sauhiap, lebih baik tinggallah barang dua hari lebih dulu disini."
Kim Thi sia berpikir sebentar sewaktu dianggapnya memang tak ada jalan lain, terpaksa dia
manggut-manggut.
"Baiklah, kalau dalam tiga hari mendatang toa suheng belum muncul juga, akan kubakar
tempat ini hingga rata dengan tanah."
"Sute, jangan gusar, jangan gusar dulu......" buru-buru sipedang kayu berseru agak tergagap.
"Yaa" sambung Kan Jin- "Kim sauhiap jangan bergurau macam begitu......."
"Hmmmm, aku tak ambil perduli, pokoknya apa yang telah kuucapkan, akan kubuktikan dengan
kenyataan-"
Sipedang kayu segera mengajak Kim Thi sia menuju keruang tamu, pemuda itu mengenali
kamar tersebut sebagai ruangan yang pernah didiami tempo hari, tanpa terasa dia menundukkan
kepala memandang sekejap wajah Lin lin, setelah itu menghela napas panjang. Pedang kayu yang
melihat hal ini, dengan cepat berseru:
"Sute, cepat baringkan dulu Lin lin keatas pembaringan, biar kutolong dulu apakah dia bisa
tertolong atau tidak"
"Suheng tak perlu repot-repot, maksud kedatanganku mencari toa suheng tak lain adalah untuk
menolong Lin lin"
Baru sekarang sipedang kayu dapat menghembuskan napas lega, sambil tersenyum diapun
berkata:
"Biar kuperiksa sebentar saja, kau tak usah kuatir"
"Baiklah, kau boleh memeriksanya, tapi dilarang menyentuh tubuhnya secara sembarangan"
Sipedang kayu mencoba untuk memperhatikan beberapa saat lamanya, kemudian ia berkata:
"Aku rasa Lin lin terluka oleh sejenis senjata rahasia beracun, kemudian tertotok pula jalan
darahnya......."
Kim Thi sia menjerit kaget, serunya cepat:
"Yaaa h, sudah pasti situa bangka itu yang melakukan- Hmmm, bila aku bertemu dengannya,
dikemudian hari, pasti akan kukuliti tubuhnya dan kucincang dagingnya......."
"Sute, kau jangan salah menuduh orang, seandainya orang itu tidak menotok jalan darah Lin
lin, mungkin selembar jiwa Lin lin sudah lama melayang dari tubuhnya."
"Kalau begitu aku harus berterima kasih kepadanya?" tanya Kim Thi sia tak habis mengerti.
"Yaa memang seharusnya begitu"
Kim Thi sia menjadi sangat gembira, tanpa terasa diapun semakin mempercayai sipedang kayu,
tanyanya lagi:
"Suheng, menurut pandanganmu apakah Lin lin masih bisa diselamatkan jiwanya?"
Paras muka sipedang kayu segera berubah menjadi amat serius katanya dengan nada sungguhsungguh
:
"Soal ini.....soal ini......aku tak berani sembarangan berbicara......"

"Ya a, asal lentera hijau itu sudah kudapat, nyawa Lin lin pasti dapat tertolong......." gumam
pemuda itu.
Begitu mendengar gumaman tersebut, tiba-tiba saja paras muka sipedang kayu berubah hebat,
cepat-cepat dia mencari alasan untuk mengundurkan diri dari sana. dalam keadaan begini,
terpaksa Kim Thi sia harus sabar menanti.
Pada malam hari kedua itulah, disaat Kim Thi sia sedang berjaga-jaga disisi Lin lin, mendadak
dari luar menerobos masuk seorang pemuda yang berwajah tampan-
Kim Thi sia tak kenali orang ini, dengan langkah cekatan ia segera melompat bangun dan
membentak:
"sobat, mau apa kau datang kemari?"
"Bukankah kau hendak mencariku?" seru orang tersebut lantang.
Tentu saja Kim Thi sia tercengang sekali dibuatnya, dia segera balik bertanya:
"Siapa yang hendak mencarimu? Jangan-jangan kau salah mencari orang.......?"
"Hmmm, kaulah yang salah mengenali orang" jengek orang tersebut sambil tertawa dingin-
Tiba-tiba tangan kirinya meloloskan pedang dan langsung menusuk tenggorokkan Kim Thi
Berada dalam keadaan tak siap. Kim Thi sia segera terdesak mundur sejauh tiga langkah lebih
kebelakang sebelum berhasil meloloskan pedang Leng gwat kiamnya. Kemudian sambil
melancarkan serangan balasan, dia berteriak keras-keras: "Bagaimana sih orang ini? Sudah gila
nampaknya? Hey, aku tidak mengenali dirimu."
orang itu sama sekali tidak berbicara, dengan mulut membungkam secara beruntun dia
melancarkan tiga buah seragan berantai yang segera mendesak anak muda itu kelab akan
setengah mati.
Mimpipun Kim Thi sia tidak menyangka kalau orang tersebut begitu lihay, terpaksa dia harus
mengeluarkan dua jurus serangan dari ilmu pedang Panca Buddha untuk menyelamatkan diri dari
ancaman bahaya maut. Terdengar orang itu berseru:
"Hmmm, tak kusangka ilmu pedangmu kembali memperoleh kemajuan yang sangat pesat."
Kim Thi sia yang diserang secara terus menerus akhirnya naik darah juga. ilmu pukulan Tay
goan sinkang dan ilmu pedang Panca Buddha segera dipergunakan secara bergantian.
Belasan gebrakan kemudian, orang tadi sudah kena terdesak hebat hingga berada pada posisi
dibawah angin.
Kembali kedua orang itu bertarung belasan gebrakan, ketika orang itu mulai sadar bahwa
kemungkinan untuk menang tak ada tiba-tiba saja dia melancarkan dua buah serangan gencar
mendesak musuhnya, kemudian cepat-cepat dia melompat mundur dari ruangan dan berlalu dari
situ.
Kim Thi sia pun tidak melakukan pengejaran, dia hanya berdiri termangu-mangu tak tahu apa
yang harus diperbuatnya.
JILID 46
Tak selang berapa saat kemudian, sipedang kayu baru nampak munculkan diri dengan langkah
tergesa-gesa, begitu masuk kedalam kamar, ia segera berseru: "Sute, apakah kau telah bertemu
dengan toa suheng?"

Dengan mata terbelalak Kim Thi sia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak, aku tak
bersua dengan suheng"
Pedang kayu segera menghela napas panjang, katanya lagi: "orang yang barusan datang
kemari tak lain adalah toa suheng"
"Suheng, kau jangan membohongi aku" teriak Kim Thi sia berang. "Aku bukannya tak pernah
bersua dengan toa suheng........."
"Buat apa aku membohongimu?" kata pedang kayu sambil menghentakkan kakinya keatas
tanah. "orang itu tak lain adalah sipedang emas yang tulen......."
"Aaaai baiklah, biar kuceritakan keadaan yang sebenarnya kepadamu......"
^^ooo
Pedang emas mengajak pedang perak. pedang kayu, pedang air dan putri Kim huan menuju
kesuatu tempat yang sangat rahasia, disitulah tiba-tiba terlintas suatu pemikiran yang sangat aneh
didalam benaknya.
Pemikiran yang sangat aneh ini membuat sipedang emas tertawa terkekeh-kekeh tanpa
disadari.
Dengan perasaan tertegun bercampur keheranan putri Kim huan segera berpaling seraya
menegur:
"Pedang emas, apa yang kau tertawakan?"
"Apa urusanmu dengan gelak tertawaku?" sahut pedang emas sambil menarik muka. Putri Kim
huan agak tertegun, kemudian katanya lagi:
"Aku hanya merasa keheranan, mengapa kau harus bersikap begitu dingin dan menyeramkan- "
"Kau tak usah berlagak sok dihadapanku" ujar sipedang emas dengan wajah serius.
"Dihadapanku kau bukan putri akan permaisuri, pokoknya setelah mengikuti aku, lebih baik jangan
banyak bicara......"
Saat itulah pedang kayu berkata lirih kepada putri Kim huan:
"Tabiat toa suheng kami memang sangat aneh, lebih baik kau jangan mencari gara-gara
dengannya........."
Putri Kim huan sangat tak puas dengan keadaan itu, tak tahan dia menggerutu lagi:
"Aku hanya menganggap gelak tertawanya tidak pada tempat, bukankah sipedang perak
saudara seperguruan kalian? Kini dia menderita luka yang begitu parah, jiwanya tak mungkin bisa
diselamatkan sebagai orang yang berperasaan mengapa dia malah tertawa dalam keadaan
begini."
Belum habis perkataan itu diutarakan, dengan marah sipedang emas telah berkata:
"IHmmm, kau hanya tahu berkentut, seandainya aku tidak menguatirkan keselamatan pedang
perak. mengapa aku gunakan "lentera hijau" untuk menyembuhkan lukanya?"
Putri Kim huan jadi tertegun dan terbungkam. Terdengar sipedang emas kembali berkata:
"Putri Kim huan, lentera hijau memiliki kasiat yang luar biasa sekali, aku yakin tak sampai
setengah jam kemudian, luka yang diderita sipedang perak telah sembuh kembali."
Waktu itu sipedang kayu telah meletakkan "lentera hijau" diatas tubuh pedang perak, kalau
semula tubuh pedang perak basah oleh darah yang menguncur keluar tiada hentinya, maka dalam
waktu singkat aliran darah tersebut telah terhenti semua. Menyusul kemudian kelihatan tubuh
pedang perak mulai bergerak.
Pedang air sebagai orang yang berperasaan paling baik diantara sembilan pedang segera
kegirangan setelah melihat kejadian itu, serunya tak tertahan:

"Lentera hijau benar-benar merupakan benda mestika dari dunia persilatan, kelihatannya jiwa
pedang perak bakal tertolong, haaah...haaah...haaah..."
"Apa yang kau tertawakan" mendadak pedang emas membentak. "Sekalipun pedang perak
dapat sembuh kembali, apa yang perlu kau girangkan?"
Sekalipun kata-kata itu tanpa alasan, namun pedang air segera terbungkam dalam seribu
bahasa, sekalipun dia masih ingin berbicara sesuatu, terpaksa kata-kata itu ditelan kembali
kedalam perut.
Sementara itu sipedang emas mulai tertawa, ia tak mengira lentera hijau memiliki kasiat yang
begitu dahsyat sehingga seseorang yang hampir tewas pun dapat disembuhkan kembali.
Tanpa terasa dia teringat pula dengan wajah sendiri yang rusak dan buruk akibat perbuatan
suhunya dulu. Bila lentera hijau tersebut dapat digunakan untuk menyembuhkan wajahnya yang
jelek. bukankah dia akan mendapatkan kembali ketampanannya seperti dulu?
Sementara itu sipedang emas telah berpaling kembali kearah putri Kim huan dan menatapnya
lekat-lekat.
Merah padam selembar wajah putri Kim huan ketika ditatap seperti itu, dengan mulut cemberut
serunya:
"Pedang emas, sekalipun kain kerudung wajahmu menutupi selembar wajahmu hingga aku tak
tahu perubahan perasaanmu sekarang tapi......"
Berbicara sampai disitu, ia menundukkan kepalanya lagi rendah-rendah.
Sebetulnya sipedang air hendak mengucapkan berapa patah kata untuk mencegah putri Kim
huan membangkitkan amarah pedang emas tapi sebelum ia sempat berbicara, pedang emas telah
berkata:
"Hey tuan putri, apakah kau ingin melihat wajahku?" Putri Kim huan tertawa hambar.
"Aku tak usah melihat wajahmu, sebab dari sepasang matamu itu dapat menebak jalan
pikiranmu"
"oya? Lantas apa yang berhasil kau lihat dari balik mataku itu?"
"Yang berada dibalik matamu, semuanya hanya kesesatan dan kejahatan-......"
"Kesesatan? Bagus sekali, aku memang seorang manusia sesat yang banyak melakukan
kejahatan-"
Pelan-pelan putri Kim huan mengalihkan pandangan matanya ketempat kejauhan, kemudian
katanya lebih jauh:
"Kau bukan seorang manusia sesat, aku pernah mendengar ayah Baginda berkata disaat
seseorang merasa bahwa dirinya berdosa, maka orang itu bukan orang yang berdosa lagi."
"Kenapa? "tanya pedang emas keheranan
"Sebab disaat dia merasa dirinya berdosa berarti dia telah mengakui dosanya, manusia, dia
pasti akan berusaha menghindarkan perbuatan dosa untuk mencari kebajikan."
Padahal dia sendiripun tidak tahu apa sebabnya kata-kata seprti itu bisa meluncur keluar dari
mulutnya, tapi putri Kim huan merasa kata-kata tadi seperti melompat keluar dari mulutnya secara
spontan. Dengan gemas pedang emas segera mendengus. "Hmmm, dasar pendapat seorang
perempuan" Tiba-tiba putri Kim huan berseru lagi:
"Hmmm, akupun tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang?"
"Kau tahu apa yang sedang kupikirkan?"
Dalam mendongkolnya putri Kim huan segera berseru:

"Hmmm, yang kaupikirkan semuanya adalah perbuatan-perbuatan cabul yang kotor" Kali ini
pedang emas tertawa tergelak.
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......betul memang itulah tabiatku yang sebenarnya.....cabul
Haaaah.....haaaah......memang kau tepat menebak watakku, sebab kau sendiripun orang cabul
hanya orang cabul yang memahami jalan pemikiranku. Terus terang saku bilang aku ingin makan
dirimu"
Pada saat inilah mendadak sipedang kayu berkata kepada pedang emas:
"Toa suheng, menurut pendapatku meski luka bacokan yang diderita pedang perak sudah
disembuhkan oleh lentera hijau namun kerusakan tenaga dalamnya masih cukup memusingkan
kepala......"
"Yaa betul" sipedang air segera menyambung. "Aku rasa luka dari suheng tak bisa
disembuhkan sama sekali dengan lentera hijau."
Untuk berapa saat lamanya suasana menjadi hening, semua orang tak tahu bagaimana mesti
menanggapi perkataan itu.
Akhirnya dengan perkataan agak terbata-bata, sipedang air berkata:
"Toa suheng, aku rasa...... untuk menyembuhkan luka yang begitu parah dari suheng..... maka
dia mesti ditolong oleh seseorang yang memiliki tenaga dalam sempurna....... kalau tidak........
sekalipun kita bisa menyembuhkan lukanya dengan mengandalkan lentera hijau.....tapi dia....dia
tetap akan cacad seumur hidup,.....ilmu silatnya tetap akan musnah."
"Ehmmmm, ucapanmu memang benar" pedang emas manggut-manggut sambil berjalan kian
kemari. "coba lanjutkan kata-katamu itu." Pedang air berkata lebih jauh:
"Dari sembilan orang bersaudara banyak diantara kita telah tewas. Sekarang yang tersisapun
tinggal tak seberapa, bila suheng sampai lumpuh, hal ini pasti mempengaruhi kekuatan kita
dikemudian hari....."
Setelah berhenti lagi untuk menukar napas, terusnya lebih jauh:
"Aku kuatir bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus, pandangan umat persilatan
terhadap sembilan pedang akan mengalami perubahan yang besar, mungkin merka tak akan takut
lagi kepada kita. Lagipula Kim Thi sia yang baru munculkan diri itu akan semakin tenar dimanamana.
"Yaa betul" pedang kayu segera menimpali. "Kim Thi sia pasti akan bertambah angkuh dan
meraja rela dimana-mana."
Mendadak pedang emas berhenti berjalan, teriaknya keras-keras:
"Huuuh, manusia macam apakah Kim Thi sia itu, seorang bocah ingusan kemarin sore. Kenapa
mesti kita takuti?"
Pedang air dan pedang kayu segera saling bertukar pandangan tanpa berkata-kata. Kembali
pedang emas berkata:
"Tapi aku memang setuju untuk menyembuhkan pedang perak selekasnya, sebab persoalan ini
amat penting buat kita"
Sementara pembicaraan berlangsung, terdengar sipedang perak mulai merintih kesakitan-
Tentu saja hal ini merupakan gejala baik, karena dengan merintih kesakitan berarti pedang
perak telah mendapatkan kembali perasaannya. Pedang air segera berkata:
"Toa suheng, berbicara menurut keadaan saat ini, walaupun tempat kita ini terletak sangat
rahasia tapi aku kuatir akan segera ditemukan oleh para begundalnya Dewi Nirmala"
"Kalau ditemukan lantas kenapa?"
"Aku takut pertemuan itu bakal mengobarkan kembali suatu pertarungan yang amat seru"

"Yaa betul" putri Kim huan menimpali. "Jika sampai terjadi pertarungan sengit, siapa yang akan
mengurusi pedang perak? Bukankah riwayat hidupnya bakal kiamat?"
"Sungguh aneh"jengek pedang emas kemudian- "Kenapa sih kau menaruh perhatian yang
begitu besar terhadap pedang perak. Jangan-jangan-...."
"Hmmm, ngaco belo tak karuan" bentak putri Kim huan sengit. "Kau jangan menilai seorang
kuncu dengan pandangan sempit seorang manusia kurcaci...." Pedang emas tertawa terbahakbahak.
"Haaaah......haaaaah......haaaaah......maaf, maaf, rupanya kau masih terhitung seorang lelaki
sejati?"
Merah padam selembar wajah putri Kim huan dibuatnya, kembali ia berseru dengan sengit:
"Aku toh cuma bicara seadanya, mau menolong sipedang perak atau tidak, itu mah urusan
kalian sendiri, apa sangkut pautnya dengan diriku?"
"Tapi sipedang perak terhitung seorang lelaki jantan juga" seru sipedang emas dengan suara
dalam.
"Huuuh, dasar manusia cabul" umpat sigadis.
Sipedang air dan pedang kayu yang mendengar umpatan tersebut sama-sama tertegun
dibuatnya. Mereka menduga sipedang emas pasti tak senang hati dan akan mengumbar hawa
amarahnya.
Ternyata dugaan mereka melesat sama sekali tidak menjadi gusar oleh umpatan tersebut
sebaliknya malah tertawa cengar cengir belaka.
"Sesungguhnya apa yang telah terjadi?"
Rupanya tanpa disadari sipedang emas telah jatuh cinta kepada putri Kim huan-
Memang begitulah kalau manusia sedang dimabuk cinta. Sekalipun putri Kim huan memakinya
sebagai manusia "cabul" dihadapan orang banyak. lagi bagi pendengaran pedang emas, umpatan
tersebut justru amat sedap didengar.
Sementara itu pedang perak telah menggeliat sambil mengingau terus dengan suara lemah.
Melihat itu, pedang emas segera berkata:
"Aaaai, bila ditinjau dari keadaan sipedang perak sekarang, tampaknya bila tiada seseorang
yang bertenaga dalam sempurna membantunya, tak mungkin kesehatan tubuhnya dapat pulih
kembali dalam waktu singkat, persoalannya sekarang kemana kita harus mencari orang yang
bertenaga dalam amat sempurna.....?" Pedang air dan pedang kayu serentak berseru:
"Didalam kolong langit dimasa ini, rasanya hanya toako seorang yang memiliki tenaga dalam
paling sempurna."
"Jadi maksudmu, kau berharap aku menolong pedang perak dengan menggunakan tenaga
dalamku?" tanya pedang emas seraya berpaling kearah pedang kayu.
"Tentu saja begitu" dengan cepat pedang air manggut-manggut.
"Bagaimana dengan dirimu?" tanya pedang emas lagi sambil berpaling kearah pedang kayu.
"Apakah kaupun berpendapat demikian?"
Pedang kayu tak bisa meraba jalan pemikiran pedang emas, terpaksa dla mengangguk juga.
"Yaa benar"
Mendadak pedang emas mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. suaranya
keras menusuk pendengaran.
Seperminum teh kemudian ia baru berhenti tertawa, lalu sambil menuding kearah pedang air
danpedang kayu, serunya:

"Bagus sekali, rupanya kalian dua manusia busukpun sedang menyusun rencana untuk
mengerjai diriku?"
Untuk berapa saat lamanya pedang air dan pedang kayu cuma saling berpandangan saja,
mereka ingin mengucapkan sesuatu, namun tak tahu apa yang mesti dikatakan. Terdengar
sipedang emas berkata lagi:
"Tapi kalian coba pikir kembali, seandainya para utusan dari Lembah Nirmala menyerbu datang
secara tiba-tiba, siapakah yang akan melawan mereka.......?"
Seandainya dihari biasa, pedang air dan pedang kayu tentu akan menuruti adatnya dengan
berteriak begini:
"Apa yang mesti ditakuti, tentara datang menyerang kita cegat, air bah datang kita bendung,
apa yang mesti kita takuti semua?"
Tapi berada dihadapan dipedang air dan pedang kayu tak berani mengucapkan perkataan
seperti ini.
oleh sebab itulah mereka terbungkam dalam seribu bahasa dan untuk sesaat lamanya hanya
bisa saling berpandangan belaka.
Sementara itu terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Padahal menurut keadaannya saat ini, luka yang diderita sipedang perak bukannya masalah
yang dapat ditunda lagi......"
Belum selesai perkataan itu diutarakan sipedang air telah menimbrung dengan cepat:
"Itulah sebabnya kami jadi teringat akan toa suheng, dengan kesempurnaan tenaga dalam
yang kau miliki....."
"Hmmm, kentut anjingmu" teriak sipedang emas sewot.
"Tapi aku berbicara sejujurnya....." seru pedang air sedikit agak ketakutan-
"Berbicara sejujurnya, kaulah yang seharusnya mengeluarkan tenaga untuk membantu
sipedang perak"
"Aku?" pedang air tertegun-
"Yaabetul, memang kau" pedang emas menegaskan-Saat itulah putri Kim huan menimbrung:
"Pedang kayu, kaupun seorang jagoan kenamaan, apakah kaupun berniat untuk pekerjaan
mulia ini?"
Pedang emaspun segera memerintahkan:
"Pedang air, cepat pergunakan ilmu Siaut cut thian kui goan tong hian hoat mu untuk
membantu abang seperguruanmu....."
Begitu perintah dikeluarkan, paras muka pedang air segera berubah sangat hebat.
Seperti diketahui, ilmu yang dimaksudkan abang seperguruannya adalah sejenis ilmu tenaga
dalam yang sering kali dipakai untuk membantu orang lain menembusi dua jalan darah penting
ditubuh manusia.
Tapi cara tersebut paling banyak menghabiskan tenaga dalam biasanya apabila sudah
digunakan maka tenaga dalamnya akan menderita kerusakan hampir sepuluh tahun hasil latihan-
Dengan keadaan seperti ini siapakah yang bersedia mengorbankan tenaga latihannya selama
sepuluh tahun untuk menolong orang lain?
Tentu saja kecuali orang tersebut adalah ayah atau ibu kandungnya sendiri.
Untuk berapa saat lamanya sipedang air sendiri termangu-mangu dengan mulut membungkam,
dia tak tahu apa yang mesti dikatakannya sekarang. Terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Pedang air, apakah kau sudah mendengar perintahku?"

Terpaksa pedang air menyahut: "Sudah mendengar"
"Kalau toh sudah mendengar, mengapa masih belum kau lakukan?"
Tanpa terasa pedang air berpaling kearah pedang kayu, dia berharap pedang kayu bisa
mengucapkan sepatah dua patah kata, sehingga dia terlepas dari kesulitan tersebut.
Tapi pedang kayu hanya menolongakkan kepalanya memandang ketempat lain, ia
membungkam dalam seribu bahasa.
Dalam keadaan begini terpaksa pedang air merengek.
"Toa suheng, biarlah kita mengurut jalan darahnya menggunakan tenaga panas, toh kita tak
perlu terburu napsu."
"Kentut busuk. cara semacam itu membutuhkan waktu selama tiga hari, siapa yang kemudian
berdiam hampir tiga hari lamanya ditempat seperti setan ini......"
"Tapi....tapi......" suara sipedang air kedengaran sangat gemetar keras.
"Kurang ajar" pedang emas mulai marah.
"Memangnya kau belum pernah mempelajari ilmu Kui goan tong hian hoat tersebut." Begitu
ucapan tersebut diutarakan, sipedang air menjadi kegirangan setengah mati. Dengan cepat dia
menyahut: "Yaa betul, aku memang tak bisa." Pedang emas segera mendengus dingin.
"Baiklah, kalau memang kau tidak bisa, biar ku ajarkan cara tersebut kepadamu"
"Pedang air" sipedang kayu segera menimbrung. "Mengapa kau tidak segera menyembah toa
suheng dan mengucapkan terima kasih kepadanya karena mewariskan kepandaian sakti itu
kepadamu?"
Padahal sipedang air sebagai seorang jago kenamaan, tentu saja dapat menggunakan ilmu Lui
thian tong goan hiat hoat tersebut. Hanya saja ia sengaja mengatakan tak bisa agar terhindar dari
tugas yang sangat berat itu.
Tapi urusan telah berkembang menjadi begini, hal mana membuatnya kehabisan daya dan apa
boleh buat.
Sambil tertawa kering buru-buru pedang air maju berlutut dan berkata dengan sikap yang
seolah-olah serius.
"Terima kasih toa suheng, atas pelajaran yang akan kau wariskan kepadaku."
Tanpa sungkan-sungkan lagi pedang emas segera berseru:
"cepat bangkit berdiri, mendekati pedang perak. pegang jalan darah pada pergelangan
tangannya, Ngo khi kui sim, Lo song siau goan-....."
Dalam keadaan begini terpaksa pedang air harus melaksanakan perintah kakak seperguruannya
itu, tapi perasaan hatinya dibuat terkejut juga setelah mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba
serunya:
"Toa suheng, kenapa kau suruh aku menggunakan cara "lo song tiau goan- tersebut? bukankah
hal ini sama artinya dengan mengurangi masa hidupku didunia ini?" Pedang emas sama sekali
tidak menggubris, kembali dia melanjutkan-"Hian thian oh tee, Pat piau ji sim."
Ternyata yang diwariskan kepada sipedang air waktu itu hampir semuanya merupakan cara
menyalurkan tenaga dalam yang paling merusak kekuatan inti sendiri serta merugikan usia hidup
pribadi.
Pedang air benar-benar mengeluh dihati namun tak berani membantah diluar, terpaksa dia
harus menuruti semua perintah tersebut.
Bagi putri Kim huan yang menyaksikan semua kejadian tersebut, mungkin saja dia tak
merasakan sesuatu keistimewaan atau keanehanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Tapi bagi sipedang kayu, dia justru terbelalak dibuatnya dengan hati terkesiap dan jantung
berdebar keras:
sementara itu pedang emas masih mengoceh tiada hentinya, makin bicara suaranya semakin
nyaring.
Sedangkan sipedang air menggetarkan tangannya berulang kali menuruti semua petunjuk yang
diberikan abang seperguruannya itu.
Makin cepat pedang emas berbicara, semakin cepat pula gerakan yang dilakukan pedang air.
Sampai pada akhirnya, bukan saja putri Kim huan tak melihat bayangan tubuh sipedang air,
sekalipun bayangan tubuh pedang perakpun sudah tertutup oleh bayangan badan pedang air.
Mendadak terdengar suara jeritan kesakitan yang amat keras.
Bersamaan itu juga terdengar suara bentakan keras dari pedang emas dan teriakan kesakitan
yang muncul dari mulut pedang air.
Pedang kayu yang menyaksikan adegan tersebut selain merasa girang, diapun menghela napas
panjang.
ia bergembira karena melalui cara pengobatan semacam itu, kesehatan badan pedang perak
akan segera pulih kembali seperti sedia kala.
Dia menghela napas karena sejak peristiwa tersebut, sipedang air telah ditakdirkan akan
kehilangan usianya hampir belasan tahun lamanya.
Selain itu, bila sipedang air bertindak kurang hati-hati, niscaya dia akan hidup dalam keadaan
cacad mental dan cacad badan-Dalam pada itu, sipedang emas telah membentak keras: "Berhenti"
Tiba-tiba saja tampak pedang air terjatuh keatas tanah dengan mandi keringat, napasnya
tersengkal-sengkal dan mukanya pucat pias bagaikan mayat. sebaliknya sipedang perak tertidur
bagaikan bayi tidur tanpa bergerak sedikitpun jua.
Dengan air mata bercucuran pedang kayu segera melangkah maju mendekatinya lalu berbisik:
"Wahai pedang perak. untung sekali pedang kayu bersedia untuk berkorban demi
menyelamatkan jiwamu. ......"
Sedangkan putri Kim huan berebut maju mendekati pedang air dan memeluknya erat-erat
sambil berbisik:
"Pedang air, bagaimana keadaanmu sekarang?"
Menghadapi pelukan sigadis cantik ini, pedang air jadi terbelalak dan napasnya semakin
memburu.
"Pedang air, kau terlalu lelah....." kembali putri Kim huan berpikir lembut. Pedang air
memaksakan diri untuk tersenyum sambil mengiakan.
"coba kau lihat" kembali putri kim huan berbisik. "Sekujur badanmu basah oleh keringat, seperti
baru tercebur kedalam air kolam saja." Baru selesai kata-kata tersebut diutarakan pedang emas
telah berteriak keras: "Tuan putri, kemari kau. Mau apa kau?"
Dengan suara lembut pedang emas berkata:
"Kemarilah kau, ada urusan penting hendak kubicarakan dengan dirimu." Terpaksa putri Kim
huan bangkit berdiri dan berjalan menghampirinya.
Tapi setelah gadis itu tiba dihadapannya, ternyata tiada sesuatu apapun yang dikatakan pedang
emas.
Dalam keadaan begini terpaksa gadis itu mengambil tempat duduk dan duduk dengan kesal
disitu.

Setelah duduk sejenak. putri Kim huan baru berkata lagi: "Apakah kau hanya menyuruh aku
duduk disampingmu?"
"Benar" pedang emas mengangguk.
Putri Kim huan segera berkerut kening, tapi mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Pedang emas segera berseru pula kepada pedang kayu. "Pedang kayu, kaupun kemarilah."
Tentu saja pedang kayu tak berani membantah perintah itu.
Untuk berapa saat lamanya mereka bertiga duduk bersama, sampai lama sekali tak seorangpun
yang berkata-kata.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran putri Kim bhuan, mendadak serunya dengan sengit:
"Pedang emas, sebenarnya apa maksud tujuanmu?"
Pedang emas membungkam diri, sipedang kayupun tak berani mengucapkan sesuatu, suasana
tetap hening dan sepi.
Senja sudah menjelang tiba, namun suasana tetap hening dan tak terdengar suara apapun.
Putri Kim huan benar-benar tak mampu menahan sabar lagi, teriaknya kembali secara tiba-tiba.
"Pedang emas, sebenarnya apa maksudmu?"
Pedang emas tetap membungkam dia malah pejamkan mata dan mengatur pernapasan-Tentu
saja pedang kayu tak berani membantah perintah itu.
Untuk berapa saat lamanya mereka bertiga duduk bersama, sampai lama sekali tak seorangpun
yang berkata-kata.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran putri Kim huan, mendadak serunya dengan sengit:
"Pedang emas, sebenarnya apa maksud tujuanmu?"
Pedang emas membungkam diri, sipedang kayupun tak berani mengucapkan sesuatu, suasana
tetap hening dan sepi.
senja sudah menjelang tiba, namun suasana tetap hening dan tak terdengar suara apapun.
Putri Kim huan benar-benar tak mampu menahan sabar lagi, teriaknya kembali secara tiba-tiba.
"Pedang emas, sebenarnya apa maksudmu?"
Pedang emas tetap membungkam dia malah pejamkan mata dan mengatur pernapasan-
Ketika menengok kearah pedang kayu, ternyata orang itupun sedang duduk bersemedi tanpa
bergerak.
melihat itu putri Kim huan segera berseru dengan sengitnya:
"Hey pedang emas, kalau kau tak bicara lagi, bila ada orang masuk ketempat ini."
"Tuan putri, kau takut?" sela pedang emas.
"Aku tak takut, hanya........"
"Apa yang kau pikirkan?"
"Aku pikir, bila ada orang lewat disini, mereka tentu akan mengira kalau kita...."
"Mengira apa?"
"Mereka akan mengira aku serta pedang kayu sedang belajar ilmu semedi darimu."
Begitu perkataan tersebut diutarakan, pedang emas dan pedang kayu menjadi kegelian hingga
tertawa terbahak-bahak. ^
Terutama sekali pedang emas, dia tertawa sampai terpingkal-pingkal. Terdengar putri Kim huan
berkata lagi:

"Aaaaah, kalian hanya tahu tertawa, tak seorangpun diantara kalian yang menggubris pedang
perak maupun pedang air."
"Siapa bilang kami tidak menggubris? Bukankah pedang perak telah memperoleh pertolongan,
sekarang dia butuh beristirahat secukupnya, buat apa kita mesti mengganggu ketenangannya? "
"Bagaimana dengan pedang air?"
"Pedang airpun membutuhkan ketenangan untuk memulihkan kembali kekuatan tubuh
dimilikinya."
"Dia nampak begitu kelelahan, mengapa kau tidak pergi menghibur hatinya, agar dia merasa
sedikit terhibur."
Waktu itu sipedang air tetap merintih dan mengeluh kesakitan, kelihatan sekali kalau dia amat
tersiksa.
"Dia tak boleh dihibur" tampik pedang emas.
"Kenapa?"
"Sebab bila dia berani berbicara dengan orang lain dalam keadaan seperti ini, berarti dia akan
kehilangan usianya dengan lima tahun lagi."
"Aaaah....." putri Kim huan menjerit kaget. "Dia sudah kehilangan usianya hampir sepuluh
tahun, bila ditambah lima tahun lagi, bukankah menjadi lima belas tahun?"
"Yaa, begitulah keadaan yang sebenarnya itulah sebabnya dia tak boleh diganggu sekarang."
"Aku benar-benar tidak habis mengerti" kata putri Kim huan setelah termenung sebentar.
"Apanya yang tak mengerti?" kata pedang kayu. "Seandainya pedang air bisa hidup sampai usia
delapan puluh lima tahun, maka sekarang dia hanya bisa hidup sampai usia tujuh puluh lima
tahun."
"Benar-benar tak kusangka kalau persoalan demikian serius dan gawatnya."
"Apakah kau senang melihat pedang air cuma bisa hidup sampai usia tujuh puluh tahun?"
ancam pedang emas.
"Antara dia dengan aku sama sekali tiada jalinan permusuhan atau sakit hati apapun, kenapa
aku mesti memperpendek usia hidupnya?"
"oleh sebab itulah kau tak boleh mendekatinya, tak boleh mengajaknya berbicara untuk
sementara waktu....."
Putri Kim huan segera memandang sekejap kearah pedang emas dengan pandangan
mendalam, kemudian serunya:
"Sungguh tak kusangka kau adalah seorang yang baik hati." Pedang emas tertawa dingin.
"Hmmmm..... bukankah kau menuduhku sebagai seorang manusia rendahan yang cabul?"
Ternyata sindiran tersebut tidak mendatangkan reaksi apapun, putri Kim huan hanya tertawa
saja.
Pedang emas segera berkata lagi:
"Tuan putri, apabila kau menyukai sipedang air, aku bisa memerintahkan kepadanya....."
Siapa tahu belum selesai perkataan itu diutarakan, putri Kim huan telah berteriak keras:
"Kentut busukmu"
"Ya a, bau sekali kentutmu......." pedang emas menimpali.
Pedang kayu tak tahan untuk ikut tertawa pula, selanya:

"Belum pernah kujumpai toa suheng menunjukkan kegembiraan seperti hari ini. Tuan putri, kau
seharusnya mengerti."
"Pedang kayu, kau tak ada sangkut pautnya dengan persoalan ini, lebih baik kau tak usah
banyak bicara" tiba-tiba pedang emas berseru.
"Baik......baik......." buru-buru pedang kayu mengiakan.
Sementara itu putri Kim huan telah berkata lagi:
"Seandainya ada orang hendak mencari pedang air untuk diajak berkelahi, apa yang akan
terjadi dengannya?"
"Seandainya benar-benar terjadi peristiwa semacam ini. Hmmm, anggap saja nasibnya memang
lagi sial" kata pedang emas dengan wajah bersungguh-sungguh.
"Apakah dia akan mati?"
"Sekalipun dia tak akan mati terbunuh ditangan lawan, dalam kehidupan selanjutnya pedang air
pasti akan menjadi setan penyakitan yang lemah dan hingga mati tetap sengsara......tapi apa
maksudmu bertanya begini?"
"Aaaah, aku hanya bertanya seadanya saja."
Mendadak terdengar pedang kayu berseru:
"Aduh celaka, ada orang yang menemukan jejak kita ditempat ini"
"Yaa betul" sahut pedang emas sambil meraba gagang pedangnya. "Aku lihat orang itu memiliki
ilmu meringankan tubuh yang sangat lihay kita tak boleh memandang enteng dirinya"
sementara itu "lentera hijau" masih berada diatas kepala pedang perak, ketika pedang kayu
menyaksikan hal tersebut, diapun segera berbisik: "Toa suheng, perlukah kita ambil kembali
lentera hijau?"
Baru saja sipedang emas hendak pergi mengambilnya, tiba-tiba muncul seorang gadis muda
yang cantik sekali bak bidadari dari khayangan menghampiri tempat tersebut.
Gadis cantik itu muncul dengan pedang terhunus, begitu melihat lentera hijau, ia segera
berteriak kaget:
"Aaaaah.....bukankah benda itu lentera hijau, benda mestika dari dunia persilatan?"
Sesaat kemudian kembali muncul seorang kakek berambut putih, dengan wajah berseri dia
segera berteriak pula:
"Benar-benar tak kusangka benda yang kucari kemana-mana tak berhasil ditemukan, akhirnya
kutemukan disini dengan tanpa sengaja. Anak Kian, cepat ambil benda itu"
Begitu perkataan tersebut diutarakan gadis cantik tersebut benar-benar berjalan mendekati
pedang perak dan siap mengambil lentera hijau tersebut.
sejak munculkan diri hingga detik itu, ternyata dua orang tamu yang tak diundang itu sama
sekali tak menggubris akan kehadiran orang-orang lain disitu seakan-akan mereka sama sekali tak
memandang sebelah matapun terhadap orang-orang itu.
Pedang emas menjadi mencak-mencak kegusaran, dengan suara keras bagaikan guntur ia
membentak. "Tunggu dulu"
Sambil membentak dia segera menerobos maju kedepan menggunakan gerakan bintang lewat
mengejar rembulan-
Dalam waktu singkat ia telah tiba disisi pedang perak dan merebut kembali lentera hijau
tersebut.
Gadis cantik itu kedengaran berseru tertahan lalu serunya:
"Sungguh tak kusangka kau memiliki ilmu gerakan tubuh yang begitu indah dan luar biasa"

Pedang emas hanya mendengus dingin tanpa memberikan tanggapan apapun jua. Sebaliknya
sipedang kayu segera mengumpat: "Budak ingusan, besar amat bacotmu"
"Hey anjing keparat" teriak sikakek berambut putih itu mendadak. "Selama hidup belum pernah
kusebut putriku sebagai budak ingusan, tampaknya kau sudah bosan hidup?"
ooooooooo
Pedang kayu segera tertawa terbahak-bahak, sikapnya sinis dan memandang hina. Kakek
berambut putih itu segera berseru lagi:
"Anak Kian, bocah keparat itu sangat kurang ajar, coba beri tiga kali tempelengan keras pada
mulutnya"
Gadis cantik yang biasa dipanggil "Anak Kian", itu segera mengiakan dan berjalan menghampiri
pedang kayu.
Nampaknya dia benar-benar bermaksud memberi hadiah tiga kali tamparan keras diwajahnya,
tentu saja pedang kayu tidak membiarkan musuhnya berbuat sekehendak hati sendiri.
Melihat gerak maju sinona yang begitu mantap dan tegas, mau tak mau pedang kayu berpikir
juga.
"Maknya, dua orang ayah beranak ini tangguh sombong dan takabur, aku harus bersikap lebih
berhati-hati."
Berpikir demikian, diapun segera berseru:
"Budak ingusan, apakah kau mempunyai kemampuan tersebut? Baiklah, jika kau mampu
menampar mulutku tiga kali......."
sementara berbicara sampai disitu, gadis cantik itu telah tiba dihadapannya dan siap
menampar, karena itu terpaksa dia harus menghentikan pula kata-katanya.
"Ayoh lanjutkan perkataanmu, kau bermaksud untuk berbuat apa?"jengek kakek berambut
putih itu.
Sambil mendengus dingin, pedang kayu segera berseru:
"Sejak hari ini, biarlah namaku sipedang kayu ditulis orang secara terbalik"
"oooh, rupanya kau adalah pedang kayu, anak murid Malaikat pedang berbaju perlente" kata
sikakek berambut putih itu sambil tertawa.
"Betul"
"Bagus, bagus sekali"
Sementara itu meskipun sipedang emas tidak ikut berbicara namun dari samping arena secara
diam-diam dia awasi terus gerak gerik musuhnya.
Ia segera menyimpulkan bahwa ayah dan anak berdua ini memiliki tenaga dalam yang amat
sempurna, jelas ilmu silat yang mereka milikipun luar biasa hebatnya.
sementara itu, kakek berambut putih tersebut telah berkata lagi kepada gadis cantik itu.
"Anak Kian, dengan dasar kepandaian yang dia miliki, yakinkah kau untuk bisa menampar
mulutnya tiga kali."
Dalam perkiraan pedang kayu semula, setelah ayah beranak dua orang itu mengetahui identitas
dirinya yang sebetulnya, mereka tentu akan takut atau paling tidak tak berani memandang akan
menampar mulutnya.
Siapa sangka apa yang diduganya semula ternyata meleset sama sekali. Terdengar gadis cantik
itu menyahut sambil tertawa:
"Tak usah kuatir ayah, bila putrimu berniat menampar pipi kirinya, tak nanti aku akan salah
menampar pipi kanannya"

Dengan bergemanya ucapan mana, bukan saja sipedang emas dan mulai dicekam rasa gusar
yang meluap-luap.
"Baik" seru pedang kayu kemudian, "Aku akan berdiri disini budak cilik, akan kulihat sampai
dimanakah taraf kemampuanmu"
Dengan memperkokoh kuda-kudanya dia sengaja menjulurkan kepalanya kemuka siap
menantikan tamparan lawan-
Biarpun ia bersikap demikian, sesungguhnya secara diam-diam ia telah mempersiapkan diri
dengan sebaik-baiknya. Dengan sorot mata yang tajam dia awasi terus gerak gerik sinona itu
tanpa berkedip.
Apabila gadis cantik itu turun tangan menamparnya, maka pedang kayu telah bersiap sedia
membabat tubuhnya hingga kutung. Mendadak terdengar pedang emas berteriak keras:
"Pedang emas tak perlu sungkan-sungkan lagi terhadapnya, ia begitu memandang hina kita
semua, bunuh saja tanpa ampun."
"Tentu saja" sahut pedang kayu dengan bersemangat. "Budak cilik ini tak tahu tingginya langit
dan tebalnya bumi. Aku mesti memberi ganjaran yang setimpal kepadanya."
Dalam pada itu Kiau ji telah mengalihkan pedangnya ketangan kiri, kemudian teriaknya nyaring.
"Nah, berhati-hatilah sekarang, akan kugunakan tangan kananku untuk menampar pipi kirimu"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tubuh Kian ji telah berkelebat lewat kemuka dengan
kecepatan luar biasa.
"Plaaaaakkk....."
Tahu-tahu saja bunyi tamparan keras telah bergema memecahkan keheningan-Terdengar
kakek berambut putih itu berseru sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaaah.....haaaaah......haaaaah......bagus sekali tamparanmu kali ini selain cepat pun amat
cekatan-"
Sebaliknya paras muka pedang emas berubah sangat hebat, dia sama sekali tak mengira kalau
musuhnya memiliki kecepatan gerak tubuh yang begitu luar biasa hebatnya.
Pedang kayu yang kena ditampar tergetar mundur sampai beberapa langkah jauhnya dari posisi
semula, wajahnya telah berubah pucat bercampur semu merah. Sambil tertawa dan
mempermainkan kuncirnya, Kian Ji segera menjengek:
"Nah, bagaimana hasil tamparanku ini pedang kayu? Bukankah aku boleh menulis namamu
secara terbalik sekarang?"
Pedang kayu benar-benar berdiri kaku ditempat semula. Rasa malu, menyesal, kesal,
mendongkol dan gusar bercampur aduk menjadi satu dalam perasaannya sekarang. Putri Kim
huan yang selama ini membungkam, mendadak berseru:
"Tidak bisa, kalian telah berjanji dengan tiga kali tamparan, sekarang kau baru satu kali
tamparan-"
"Kalau begitu akan kutampar dua kali lagi pipinya, dengan begitu jumlahnya akan menjadi tiga"
sahut Kian Ji ringan.
Berbicara sampai disitu, tiba-tiba saja dia segera mendesak maju kemuka dengan kecepatan
tinggi.
"Hati-hati" teriak pedang emas cepat. "Gerakan tubuh yang digunakan budak ini adalah ilmu
langkah tanpa bayangan pembingung sukma"
Pedang kayu mengiakan, buru-buru dia sambut datangnya terjangan musuh dengan ayunan
pedang.

Berbicara seharusnya, dengan kemampuan pedang kayu sekarang, tidak sepantasnya kalau ia
sampai kena tertampar oleh Kian Ji sebab bagaimanapun jua dia masih terhitung seorang jagoan
tangguh dari dunia persilatan-
Tapi sayang pedang kayu terlalu memandang rendah kemampuan musuhnya, sehingga sifat
memandang entengnya membuat ia kurang sigap dan waspada.
Tapi sekarang rasa memandang rendah musuhnya telah hilang sama sekali, ia telah
menghadapi musuhnya secara bersungguh-sungguh. Sudah barang tentu Kian Ji tak bisa
memenuhi pengharapannya secara gampang. Sementara itu sipedang emas telah berseru lagi:
"Pedang kayu, cepat pergunakan ilmu pedang awan guntur untuk melancarkan serangan
dengan gencar"
Perlu diketahui, ilmu pedang awan guntur merupakan salah satu ilmu simpanan dari Malaikat
pedang berbaju perlente, kelihayannya luar biasa.
Dalam waktu singkat berkobarlah suatu pertarungan yang amat sengit ditengah arena.
"Anak Kian" kedengaran kakek berambut putih itu memberi petunjuk. "cepat kau pergunakan
jurus naga marah menembusi langit untuk meloloskan pedangmu, lalu gunakan ilmu pedang ular
emas untuk mengancam batok kepalanya."
Kian Ji segera menuruti petunjuk itu, dibawah kepungan cahaya emas dari pedang kayu, tubuh
gadis tersebut melejit keudara dengan kecepatan luar biasa.
Berada diudara, Kian Ji berjumpalitan beberapa kali dengan pelbagai gaya, menggunakan
kesempatan tersebut dia meloloskan pedangnya dari dalam sarung.
Pedang kayu tak berani berayal, ia menerjang maju kemuka dengan menggunakan jurus
"Bunga berguguran putik bertumbangan."
Tapi sayang gerakan tubuh Kian ji jauh lebih cepat. tiba-tiba saja terjadi benturan yang amat
keras. "Traaaaangggg......."
Ditengah dentingan nyaring yang bergema terdengar Kian Ji berseru dengan keras: "Ayah,
bolehkah kupenggal batok kepalanya?"
"Tentu saja boleh" sahut sikakek.
Maka pertarunganpun kembali berkobar dengan sengitnya.
Dipihak lain, kemarahan sipedang emas sudah mencapai pada puncaknya dengan suara keras
dia membentak:
"Tua bangka celaka, sebetulnya apa maksud tujuanmu?"
"Aku menghendaki lentera hijau" jawab sikakek terang-terangan-
Kontan saja pedang emas tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeeeeh......heeeeeh......heeeeeh.......aku lihat kau belum mempunyai kemampuan yang
cukup untuk berbuat begitu"
"Haaaaah.....haaaaah......kau tahu, waktu itu Ko Anjin sendiripun pernah menderita kekalahan
sebanyak tiga jurus ditanganku, sekarang kau baru berhasil mempelajari kulitnya saja dari
Malaikat pedang berbaju perlente, tapi nyatanya lagakmu luar biasa" Perlu diketahui, Ko Anjin
yang dimaksud adalah ayah kandung sipedang emas.
Mendengar perkataan mana, pedang emas menggertak giginya kencang-kencang menahan
emosi, serunya kemudian-
"Rupanya kau sitelur busuk tua masih punya perselisihan dengan ayahku?"

"Ko Hong liang, kepandaian apa sih yang kau miliki?" jengek kakek berambut putih itu. "Apa itu
pedang emas? IHuuuuh, kalau hendak digunakan untuk menakut-nakuti seorang bocah cilik mah
pantas, tapi kalau untuk mengancam diriku? Waaaah, masih ketinggalan jauh."
Rupanya nama asli sipedang emas adalah Ko Hong liang, teguran secara langsung itu semakin
mengobarkan hawa amarahnya. Terdengar kakek berambut putih itu berkata lagi: "Ko Hong liang,
ayoh cepat serahkan lentera hijau itu kepadaku"
Didalam gusarnya pedang emas segera mengerahkan lentera hijau ketangan putri Kim huan,
lalu serunya:
"Hey tua bangka celaka, sekarang juga akan kuserahkan lentera hijau ini kepada putri Kim
huan."
"oooh, rupanya kau masih mempunyai pendukung yang tangguh?" kata sikakek sambil
mengelus jenggotnya dan tertawa.
Dalam pada itu putri Kim huan telah menerima lentera hijau itu seraya berseru: "Hey, mana
boleh jadi, aku tak sanggup melindungi benda mestika tersebut."
Untuk berapa saat lamanya gadis itu kebingungan setengah mati dan tak tahu apa yang mestu
diperbuat.
Sambil tertawa dingin pedang emas segera berseru:
"Aku toh berada disampingmu, siapa yang berani merebut lentera hijau itu dari tanganmu?"
"Siapa lagi? Tentu saja aku" sambung sikakek sambil tertawa terkekeh-kekeh suaranya sangat
aneh.
"Bagus sekali" dengus pedang emas. "Asal kau memiliki kemampuan tersebut, tentu saja
lentera hijau akan kuserahkan kepadamu"
"Kalau begitu, aku akan segera merebutnya"
Dengan suatu gerakan cepat pedang emas menghadang dimuka gadis tersebut, lalu katanya:
"Tua bangka celaka, sebelum kau berhasil merampas benda tersebut, coba melangkahi dulu
mayatku"
"Haaaah.....haaaaah^.....haaaaaah.......kalau itu mah gampang sekali"
Seraya tertawa tergelak. selangkah demi selangkah kakek berambut putih itu maju mendekat.
"Tua bangka celaka" kembali pedang emas membentak. "Tahukah kau, siapa yang berdiri
dihadapanmu sekarang?"
"Hey pedang emas Ko Hong liang, buat apa sih kau berkaok-kaok terus macam kera
kepanasan-"
"Kalau sudah tahu, mengapa kau tidak segera meloloskan senjata andalanmu itu?"
Dibelakang punggung sikakek tersoren sepasang senjata poan koanpit,jelas benda itu
merupakan senjata andalannya, tapi kakek itu sama sekali tidak mencabutnya keluar.
Pedang emas segera menganggap tindakan musuh sebagai suatu penghinaan terhadapnya,
dengan geram ia berseru:
"Tua bangka busuk. bila kau enggan mencabut keluar senjatamu, jangan menyesal kalau mati
konyol nanti."
"Haaaah.....haaaah......haaaaah......untuk menghadapi manusia seperti kau, kenapa aku mesti
mempergunakan senjata andalanku?"
Sikapnya amat angkuh dan sama sekali tak memandang sebelah mata pun terhadap lawannya.
Putri Kim huanpun turut tertegun sehabis mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya:

"Kalau dibilang siapakah manusia paling latah dikolong langit dewasa ini, rasanya orang
tersebut adalah kakek ini, ia betul-betul sombong dan takabur" Sementara itu kakek berambut
putih tadi telah berkata lagi:
"Ko Hong liang, kau jangan kuatir, asal aku betul-betul tak sanggup menghadapi dirimu nanti,
aku akan pergunakan senjata. Nah cabutlah pedangmu sekarang."
Sebagai seorang jago kenamaan, sudah barang tentu pedang emas enggan menunjukkan
kelemahannya dihadapan orang lain, dengan cepat dia menyarungkan kembali pedangnya,
kemudian berkata:
"Baiklah, jika kau tak pergunakan senjata akupun tak akan menggunakan pedang ku."
"Hey, kalau pedang mu tak dipergunakan jangan menyesal bila sampai mampus diujung
telapak tanganku nanti"
Berbicara sampai disitu, kedua belah pihak sama-sama mulai bergerak menuju kedepan.
Gerakan tubuh mereka berdua sama-sama diluar dengan kecepatan luar biasa dalam waktu
singkat mereka telah terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Suatu ketika sepasang telapak tangan mereka saling beradu satu sama lainnya tanpa
menggerakkan posisi semula, dan hal ini dilanjutkan dengan gerakan saling menggempur. Berapa
saat kemudian seluruh badan pedang emas sudah basah kuyup oleh keringat.
Begitu pula keadaan sikakek berambut putih itu, badannya basah kuyup bagaikan baru tercebur
kedalam air.
sementara tanah yang mereka injak pun kian lama melesat kian kedalam dari sini dapat
dibayangkan petapa serunya pertarungan adu jiwa yang berlangsung saat itu.
Dalam pada itu pertarungan antara pedang kayu dengan Kian Ji pun berlangsung tak kalah
serunya:
Sesudah bertempur seperminum teh lamanya dengan cepat pedang kayu menemukan bahwa
jurus serangan yang digunakan Kian Ji meski sangat hebat dan luar biasa namun tenaga dalam
yang dimilikinya amat bersahaja.
Berhasil menemukan titik kelemahan itu pedang kayu segera memanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Kian Ji bukan orang bodoh, dengan cepat diapun berhasil menebak jalan pemikiran lawannya,
serta merta dia mengandaikan kelincahan dan kegesitan tubuhnya untuk bergerak kian kemari.
Makin bertarung pedang kayu semakin gemas karena usahanya tak pernah berhasil seperti
yang dlinginkan, akhirnya sambil bertarung dia mengumpat tiada hentinya. Suatu ketika, tiba-tiba
pedang kayu berpikir:
"Jika aku tak berhasil membunuh sibudak ingusan, dan merobek mulutmu yang kotor, aku
bersumpah tak akan hidup sebagai manusia dikemudian hari....."
Begitu amarahnya makin berkobar, tanpa disadari dia semakin terperangkap oleh jebakan Kian
Ji.
Rupanya Kian Ji memang bermaksud hendak membangkitkan hawa amarah lawannya sebab
dengan berkobarnya amarah musuh, berarti kekuatan serangannya akan bertambah mengendor.
Mendadak terdengar suara ledakan keras yang amat memekikkan telinga bergema
memecahkan keheningan-
Rupanya pertarungan antara sipedang emas dengan kakek berambut putih itu sudah mencapai
pad a puncaknya, dua kekuatan yang saling beradu menimbulkan ledakan yang amat dahsyat.

Pasir dan debu berguguran dimana-mana, bukan saja seluruh badan pedang emas
berpelepotan lumpur, bahkan kakek berambut putih itupun menjadi mengenaskan sekali
keadaannya, baik badan maupun jenggot putihnya penuh dengan pasir dan tanah.
"Hey tua bangka" seru pedang emas kemudian- "Pertarungan semacam ini benar-benar
memantapkan hati bukan?" Kakek itu tertawa tergelak.
"Haaaaah.......haaaaah.......haaaaaah........Ko Hong liang, ilmu Tay jiu eng hoatmu memang
benar-benar luar biasa hebatnya"
"Hey tua bangka celaka, kau tak usah banyak bicara lagi, bagaimanapun juga ilmuku masih
seimbang dengan ilmu pukulan Tui mo jiu mu bukan?"
Mendengar perkataan tersebut berubah hebat paras muka sikakek berambut putih itu dia sama
sekali tak mengira kalau musuhnya dapat mengenali ilmu pukulan andalannya secara tepat.
Setelah menghela napas panjang, akhirnya kakek itu mengeluh: "Aaaai, dasar sudah tua, dasar
sudah tua....."
"Bagaimana? Sekarang kau harus meloloskan senjata andalanmu bukan?" jengek sipedang
emas lagi.
"Kau anggap ilmu pedangmu memiliki kemampuan yang luar biasa?"
"Tentu saja,aku justru akan menyuruh kau rasakan kehebatan ilmu pedang tangan kiriku"
Pelan-pelan kakek berambut putih itu meloloskan senjata poan koan pitnya lalu bergumam:
"Sudah lama sekali aku tak pernah menggunakan sepasang penaku ini....."
"Oleh sebab itu kau pasti akan teledor dengan latihanmu dan aku percaya kau bukan
tandinganku lagi."
"Aaaah, belum tentu begitu"
Meski berkata begini, namun ia sudah tak berani memandang enteng kemampuan lawannya
lagi.
Dalam pada itu pedang emas pun telah meloloskan dan melepaskan sebuah serangan gencar
kedepan.
Kakek berambut putih itu sama sekali tak menjadi gugup, dengan cekatan dia menggetarkan
senjata poan koan pitnya lalu melancarkan bacokan balasan-Pertarungan sengitpun berkobar
dengan serunya.
Dalam pada itu, pedang perak masih belum sembuh sama sekali, dia tetap tertidur dengan
nyenyaknya.
Sebaliknya pedang air telah sadar kembali sepasang matanya sedang mengawasi kearena
tanpa berkedip.
Walaupun dia melihat bagaimana sipedang kayu terdesak hebat dan saban kali menghadapi
ancaman bahaya maut, tapi sayang kekuatan tubuhnya sudah banyak menderita kerugian hingga
ia tak berani maju kemuka untuk memberikan bantuannya. Putri Kim huan yang melihat kejadian
ini kontan saja berseru:
"Hey pedang air, bagaimanapun jua pedang kayu adalah sesama saudara seperguruanmu.
Apakah kau hanya akan berpeluk tangan belaka membiarkan saudaramu dibunuh orang?" Ucapan
mana dengan cepat membangkitkan kembali semangat didalam dada pedang air.
Tanpa memikirkan resikonya lagi, pedang air segera melompat bangun, meloloskan pedangnya
dan langsung membacok tubuh Kian Ji.
Dengan ikut sertanya pedang air didalam pertarungan ini, keadaan situasi perta runganpun
segera mengalami perubahan besar.

Pedang kayupun merasakan semangatnya berkobar kembali, serangan demi serangan segera
dilancarkan makin bersemangat dan bertenaga.
Dibawah gencetan sipedang kayu dan pedang air yang hebat, pelan-pelan keadaan Kian Ji
makin terdesak. Posisinya makin terjepit dan keselamatan jiwanya berada diujung tanduk.
Tak selang berapa saat kemudian tiba-tiba terdengar Kian Ji menjerit kesakitan lalu roboh
terjungkal keatas tanah dengan tubuh berlumuran darah.
Kasihan gadis yang cantik jelita itu, jiwanya segera melayang meninggalkan raganya.
Melihat putri kesayangannya tewas, kakek berambut putih itu menjadi amat gusar, teriaknya
keras-keras:
"Bocah keparat, aku bersumpah akan mencincang tubuh kalian berdua hingga hancur
berkeping- keping . "
Sayang sekali serangan demi serangan yang dilancarkan pedang emas dengan ilmu tangan
kirinya terlampau cepat dan luar biasa, sehingga untuk berapa saat kakek berambut putih sama
sekali tak mampu bergeser dari kedudukannya semula.
Belum lagi kakek berambut putih itu sempat menyerang pedang kayu dan pedang air,
sebaliknya kedua orang lawan tangguhnya ini telah menyerbu masuk kearena pertarungan dan
mengerubutinya dari empat penjuru.
Dengan demikian, kakek berambut putih itu harus menghadapi serbuan dari tiga orang
musuhnya sekaligus.
Mendadak terdengar pedang emas berteriak:
"Kalian tak usah membantu aku, ayoh cepat mundur."
Padahal perkataan itu hanya diucapkan untuk melindungi dirinya dari rasa malu, sebab yang
benar dia memang sangat mengharapkan bantuan dari pedang kayu danpedang air.
Bagaimanapun jua kepandaian silat mereka berimbang, ini berarti tanpa bantuan dari kedua
orang saudara seperguruannya mustahil baginya untuk bisa meraih kemenangansementara
itu sikakek berambut putih itu paling benci terhadap pedang kayu, sebab dengan
mata kepala sendiri dia menyaksikan bagaimana sipedang kayu membunuh putrinya.
oleh sebab itu begitu pedang kayu terjunkan diri kedalam arena pertarungan, ia segera
mengalihkan seluruh serangannya ketubuh pedang kayu.
Jalan darah Hu tiong hiat merupakanjalan darah penting yang mematikan, saat itu sikakek telah
memusatkan perhatiannya untuk menghajar jalan darah itu ditubuh pedang kayu dengan
senjatanya.
Bisa dibayangkan, andaikata jalan darah tersebut sampai terhajar, niscaya selembar jiwa
pedang kayu akan melayang.
Namun pedang kayu sama sekali tak gentar, dengan memutar pedangnya menggunakan jurus
sukma gentayangan dalam neraka, dia sambut datangnya ancaman tersebut.
"Traaaaannnggggg......"
sepasang senjata saling beradu menimbulkan suara benturan yang amat nyaring.
Akibat dari bentrokan tersebut, tubuh sipedang kayu tergetar mundur sejauh beberapa langkah
dari posisi semula.
Tapi pada saat itu pula sipedang emas dengan jurus "delapan penjuru angin berhembus"
langsung melepaskan ancaman maut ketubuh kakek berambut putih itu.
Serangan itu datangnya sangat cepat dan sama sekali diluar dugaan menanti kakek berambut
putih itu menyadari akan datangnya ancaman, ia tak sempat lagi untuk berkelit kesamping.

JILID 47
Dalam keadaan begini terpaksa dia harus menggetarkan senjatanya untuk menyambut
ancaman mana dengan kekerasan.
Tapi sayang pada saat yang bersamaan pula sipedang air telah melepaskan serangan mautnya
pula dengan jurus ombak dahsyat memecah dipantai. Tak terlukiskan rasa kaget kakek berambut
putih itu, tiba-tiba ia menjerit lenking: "Habis sudah riwayatnya kali ini......"
Disusul kemudian terdengar suara badan yang tersambar senjata, semburan darah segar
memercik keluar dari tubuh kakek berambut putih itu.
Tatkala pedang emas mencabut keluar pedangnya yang berlumuran darah, kakek berambut
putih itu tak mampu menahan diri lagi. ia mundur tiga langkah dengan sempoyongan dan tak
pernah bangun kembali.
Ditengah keheningan yang mulai mencekam seluruh ruangan, tiba-tiba terdengar seseorang
memuji:
"Bagaimanapun juga pedang emas masih tetap pedang emas"
Ketika semua orang berpaling, ternyata orang yang berbicara barusan adalah pedang perak.
Waktu itu dia sudah bangkit berdiri dengan semangat yang lebih segar kembali. Sebaliknya
sipedang air terbatuk-batuk keras sambil berbisik:
"Habis sudah.....habis sudah riwayatnya..... oooh.....oooh......aku benar-benar tak sanggup
menahan diri lagi."
"Siapa suruh kau banyak mencampuri urusan orang lain?" tegur pedang emas dengan kening
berkerut.
Kemudian setelah mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap sekeliling ruangan,
dia berkata lagi:
"Sudahlah, sekarang kalian segera mengikuti aku"
Dalam keadaan begitu, meski mereka enggan menuruti, namun tak seorangpun yang berani
membantah.
Maka pedang emaspun membopong putri Kim huan dan berlarian meninggalkan tempat
tersebut dengan kecepatan tinggi.
Pedang perak serta pedang kayu dan pedang air terpaksa harus mengikuti dari belakang.
Sepanjang jalan tak seorangpun berani berbicara, kalaupun ada suara yang terdengar maka
suara itu hanya pedang air yang makin lama makin bertambah parah.
Semakin cepat mereka melanjutkan perjalanan, semakin kepayahan sipedang air untuk
mengikutinya .
Tapi pedang air tak berani banyak bicara, terpaksa dia harus pertaruhkan nyawa sendiri untuk
mengikuti terus.
Waktu itu, putri Kim huan yang berada dalam bopongan pedang emas merasa kegirangan
setengah mati, terdengar ia berkata:
"Tak disangka kau mampu berlarian secepat ini, betul-betul sangat menarik hati, kalau aku bisa
berbuat seperti dirimu. ooooh..... betapa bahagianya hatiku"
"Jadi kau ingin berlarian secepat aku?" tanya pedang emas.

"Mengapa tidak?"
"Kalau begitu kau harus melatih diri dengan tekun."
"Sebetulnya aku ingin berlatih, sayang tak ada orang yang mau mengajarkan kepadaku,
bersediakah kau mengajarkan ilmu itu kepadaku?"
"Tentu saja, tapi kau harus mengangkat diriku sebagai guru?"
"Aku bersedia"
"Bukan masalah yang gampang untuk bisa diterima sebagai murid" kata pedang emas tertawa.
"Boleh saja bila kau ingin, tapi ada sebuah syarat yang harus dipenuhi dulu."
Putri Kim huan memang berhasrat sekali belajar ilmu silat, dengan wajah bersungguh-sungguh
ia segera bertanya: "Apa syaratmu? cepat katakan-"
"Dekatkan telingamu kemari, akan kuberitahukan kepadamu."
Putri Kim huan segera menempelkan telinganya diatas bibir pemuda itu.
oleh karena mereka berdua memang berjalan dalam jarak yang begitu dekat maka pedang
emas perlu berbicara dengan suara keras.
Bukan saja pedang kayu, pedang perak danpedang air yang mengikuti dari belakangnya tidak
mendengar apa yang dibicarakan, rasanya para membacapun tidak akan mendengarnya bukan?
Apa yang sebenarnya dibisikkan oleh pedang emas?
Tiba-tiba saja terlihat paras muka putri Kim huan berubah menjadi merah padam seperti
kepiting rebus, lalu serunya gemas: "Huh, dasar cabul"
Perjalanan kembali dilanjutkan hampir selama berapa jam lamanya sebelum akhirnya tiba
didepan sebuah gua yang rahasia sekali letaknya. Sambil menghentikan perjalanannya, pedang
emas berkata:
"Tuan putri, disinilah rumahku, orang menyebutnya gua sembilan tikungan, sukakah kau
dengan tempat ini?"
Waktu itu pedang kayu, pedang air danpedang perak telah menghentikan pula perjalannnya
dan berdiri mematung disamping. Mereka tak habis mengerti apa sebabnya pedang emas
mengajak mereka datang kesitu, sebab sebelum hari ini tak seorangpun diantara mereka yang
pernah berkunjung kemari.
Putri Kim huan memeriksa sebentar sekeliling tempat itu, lalu serunya tertahan: "Woo..... gua
ini betul-betul aneh"
Pedang emas merasa sangat gembira mendengar gadis itu memuji tempat tinggalnya dengan
bangga dia berkata lagi:
"Disini mah belum seberapa, setelah masuk kedalam nanti, kau pasti akan menjumpai hal-hal
lain yang lebih menarik lagi"
Putri Kim huan benar-benar amat gembira apalagi tujuan kedatangannya kedaratan
Tionggoanpun untuk berpesiar, maka cepat-cepat katanya: "Bagus sekali, cepat kau ajak aku
masuk kedalam."
Pedang emas tidak menanggapi perkataan itu, sebaliknya kepada para adik seperguruannya dia
menjelaskan:
"Gua ini disebut gua sembilan tikungan karena ditempat ini terdapat sembilan buah tikungan
gua, tapi yang benar-benar bisa tembus sampai keruang tidurku hanya tiga buah saja."
Pedang perak, pedang kayu danpedang air tidak memahami maksud abang seperguruannya,
maka sahutnya bersama-sama: "Mengerti.......mengerti......"

"Sesungguhnya aku mengajak kalian datang kemari karena kubutuhkan bantuan dari kalian
semua" kembali pedang emas menerangkan-
"Silahkan toa suheng memberi perintah."
"Aku hendak meminta kepada kalian masing-masing menjaga pintu masuk ketiga mulut gua
tersebut, barang siapa saja yang berani datang kemari, kalian harus berusaha untuk
menghalaunya pergi."
Untuk sesaat ketiga orang itu saling berpandangan tanpa berkata-kata.
Sebagaimana diketahui, baik pedang perak. pedang kayu maupun pedang air, mereka semua
merupakan orang-orang sibuk yang mempunyai pekerjaan serta kepentingan sendiri. Tentu
mereka segan menjadi anjing penjaga pintunya pedang emas. Tapi perintah dari pedang emas
pun tak berani dibantah atau ditentang oleh siapapun.
Tak heran kalau untuk berapa saat lamanya semua orang berdiri menjublak dengan wajah
serba salah.
Terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Tapi kalian tak usah gelisah, sebab aku hanya minta bantuan kalian selama tiga hari saja."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua orang segera merasa hatinya amat lega, buru-buru
sahutnya: "Kami bersedia, kami bersedia."
"Bagus sekali kalau kalian bersedia, mulai sekarang pedang perak menjaga dimulut gua sebelah
timur pedang kayu menjaga diutara danpedang air dibagian selatan .Jangan biarkan siapapun
memasuki tempat ini sekalipun dia adalah Baginda raja, mengerti?" Ketiga orang itu segera
mengangguk bersama. Kembali pedang emas menjelaskan:
"Pada ketiga buah mulut gua itu masing-masing terdapat sebuah ruang batu, disitu telah
kusiapkan semua kebutuhan yang diperlukan, termasuk pula bahan rangsum."
"Aku percaya pekerjaan ini tidak terlalu melelahkan, asal tak biarkan orang lain masuk. aku rasa
kalian pun tak usah menguatirkan keselamatan jiwa kalian lagi."
Ketiga orang itu cukup memahami watak abang seperguruannya, apa yang telah diucapkan
dapat pula dilaksanakan, dengan membawa beban pikiran yang berat merekapun bergerak
menuju ke posnya masing-masing.
Pedang emas sendiri dengan mengajak putri Kim huan langsung memasuki gua tersebut
melalui mulut gua sebelah timur.
Setelah menempuh perjalanan yang berliku-liku sekian waktu, akhirnya sampailah mereka
didalam sebuah ruangan.
Ruangan itu amat indah dengan perabot yang mewah, cahaya lentera menerangi setiap sudut
ruangan-
Pedang emas mengajak putri Kim huan menuju kesebuah pembaringan, lalu katanya: "Kita
sudah sampai ditempat tujuan"
"Mau apa kau mengajakku kemari?" tanya putri Kim huan-
"cepat letakkan lentera hijau disana"
Putri Kim huan menurut dan meletakkan lentera hijau itu diujung pembaringan.
Pada saat itu pedang emas sudah berjalan makin mendekat, bau aneh yang terpancar keluar
dari tubuh pedang emas segera menggetarkan perasaan putri Kim huan-Tiba-tiba gadis itu seperti
menyadari akan sesuatu, segera teriaknya tertahan-"IHey......mau.......mau apa kau?"
"Masa kau masih belum mengerti?" pedang emas balik bertanya sambil tertawa terkekehkekeh.

Putri Kim huan semakin terperanjat, dengan wajah ketakutan cepat-cepat berteriak:
"Jangan..... jangan-......aku tidak mengerti"
Sambil berkata ia berusaha menahan gerak maju pemuda tersebut dan menolak
permintaannya.
Tapi dengan kemampuan yang dimiliki pedang emas, mampukah gadis tersebut untuk menolak
keinginannya?
Dalam keadaan apa boleh buat terpaksa putri Kim huan harus mencakar, menyambar dan
mendorong dengan menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya.
Suatu ketika karena bersikap kurang hati-hati, dia telah menyambar kain kerudung muka
pedang emas hingga terlepas.
Raut muka pedang emas yang jelek dan menyeramkan pun segera muncul didepan mata. Putri
Kim huan menjerit histeris, teriaknya keras-keras: "Kau.......kausetan-.....kau bukan manusia"
Pedang ems tertawa keras, suara gelak tertawanya lebih mengerikan daripada jeritan
kuntilanak. ditengah malam.
"Bagus, bagus sekali" serunya dingin. "Setelah kau melepaskan kain kerudung mukaku, rasanya
akupun tak perlu merahasiakan wajahku lagi dihadapanmu."
Putri Kim huan merasa takut bercampur sedih, sambil menangis tersedu-sedu pintanya:
"Lepaskanlah aku....bebaskanlahaku.... kumohon-.. lepaskan aku........"
"Membebaskanmu? IHuuuuh, gampang amat kalau bicara" jengek pedang emas dengan suara
dalam.
"Setan busuk. kau......kau setan biadab"
"Hmmm, apakah kau menganggapku kelewat jelek? Siapa suruh nasibmu kurang beruntung,
salahmu kau masih mau ikut bersamaku"
"Tidak. jangan-... jangan sentuh aku" sekuat tenaga putri Kim huan berusaha memberikan
perlawanan. "cepat lepaskan aku, lepaskan aku......"
Pedang emas tertawa seram gelam tertawanya kian lama kedengaran makin mengerikan hati.
"Haaaaah....haaaaaah......bukankah kau mengatakan aku cabul? Baik, anggaplah aku memang
cabul, sekarang akan kubuktikan kecabulanku dihadapanmu"
Putri Kim huan menjerit sambil menangis, dia masih berusaha memberikan perlawanan yang
terakhir, meski perlawanan tersebut sama sekali tak ada artinya.
Sesungguhnya pedang emas berniat memulihkan wajahnya lebih dulu dengan menggunakan
lentera hijau.
Namun setibanya dalam ruangan tadi, ia tergiru oleh kecantikan wajah putri Kim huan sehingga
tak mampu untuk mengendalikan diri lagi.
Kini, pedang emas telah dipengaruhi oleh kobaran api birahi, tiada hentinya dia tertawa seram.
Putri Kim huan merasa mual, dia ingin muntah, gelak tertawa yang begitu mengerikan dari
pedang emas membuat perutnya seperti diaduk-aduk. dia tak mampu menahan diri lagi, dia
mencoba memberi perlawanan sekuat mungkin-
"Kau....kau setan biadab, kau setan jelek...... lepaskan aku......kau setan terjelek didUnia ini....."
teriak-teriakan keras bergema mengiringi isak tangisnya yang memilukan hati.
Pedang emas tetap tertawa, ia tertawa terus dengan suaranya yang mengerikan hati.
"Haaaah....haaaaah.....haaaaah.....memang aku memang jelek. aku memang manusia terjelek
dikolong langit......."

Sambil berseru dengan sepasang tangannya yang kuat dia mulai merangkul tubuh putri Kim
huan dan memeluknya kencang-kencang.
Putri Kim huan sudah berusaha untuk melawan, tapi tubuhnya seketika terpeluk oleh rangkulan
pedang emas sehingga tak berkutik lagi.
Tangannya yang halus lembut sudah tertindih dibalik tubuh pedang emas yang keras berotot, ia
tak mampu berkutik saat itu dia hanya bisa merasakan aliran darahnya yang mendidih.
"Setan jelek. setan busuk. lepaskan aku, cepat lepaskan aku......." jerit putri Kim huan lagi
sambil menangis.
"Melepaskan kau? Haaaah.....haaaah..... takdirlah yang telah mengatur kesemuanya itu,
takdirlah yang mengirim kau dari negeri Kim yang begitu jauh kesisi tubuhku, mengapa aku harus
menentang takdir dengan membebaskan dirimu?"
"Tapi aku....aku tak sudi bersama setan jelek seperti kau....." putri Kim huan masih mencoba
meronta.
"Haaaah.....haaaaah.....aku tak perduli kau bersedia atau tidak, pokoknya saat ini kau harus
melayani aku" gelak tertawa pedang emas semakin keras.
ooo0ooo
Putri Kim huan merasa napasnya sesak. pelukan pedang emas membuatnya sukar bernapas,
sambil meronta terus kembali teriaknya:
"Aku tak mau, aku tak mau..... apa artinya kau memaksaku untuk melayani dirimu?"
"Justru keadaan beginilah baru asyik, semakin kau menolak. semakin asyik bagiku."
"Aku benar-benar tak mengerti, mengapa kau harus berbuat begini? Uuuuh......uuuh.....aku
sama sekali tak suka kepadamu"
"Jadi kau ingin tahu? "jerit pedang emas. "Baik, akan kuberitahu, aku berbuat begini karena
kau perempuan dan aku laki-laki."
"Apakah seorang laki-laki harus menganiaya seorang perempuan?"
"Memang begitulah seharusnya, setiap lelaki harus dapat menaklukkan kaum wanita."
"Kuharap kau jangan berbuat demikian, jangan-.... kumohon kepadamu.... jangan-" Kembali
pedang emas tertawa seram.
"Heeeeh......heeeeh.....heeeeh......tuan putri, semestinya kau bangga karena kutaklukkan,
sebab akulah lelaki diantara kaum lelaki, sedang kau adalah perempuan diantara kaum
perempuan- Kita memang sudah ditakdirkan untuk berpasangan-"
"Hmmm, siapa yang sudi berpasangan denganmu? Kau manusia kotor, manusia rendah cabul"
Pelan-pelan pedang emas menarik napas panjang-panjang, katanya kemudian-
"Kau tak usah takut karena tubuhmu berhasil kucicipi, sebab disaat kaum lelaki berhasil
menaklukkan kaum wanita, kaum wanita belum menderita kekalahan total, sebab wanitapun bisa
membentak kaum lelaki semua dengan keinginan hatinya."
Berbicara sampai disitu secara setengah paksa dia menempelkan wajahnya yang jelek dan
rusak itu keatas wajah putri Kim huan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan itu.
Tiba-tiba saja putri Kim huan merasakan jantungnya berdebar keras, bau lelaki yang khas
serasa menyusup kelubuk hatinya, membuat dadanya terasa sesak. Tak lama kemudian suasana
pun menjadi hening dan sepi.
Yang terdengar hanya dengusan napas dan rintihan kenikmatan dari pedang emas yang sedang
merasakan kenikmatan hidup,...

Sampai lama kemudian-....pedang emas baru menghembuskan napas panjang hembusan napas
kepuasan-....
Saat itu pula terdengar putri Kim huan berteriak dengan penuh amarah:
"Kau setan jelek. manusia biadab berhati busuk. kau pasti akan mati konyol, mati secara
tragis....." Pedang emas tertawa tergelak.
"Haaaah.....haaaaah.....haaaaah......apakah aku kurang baik terhadap dirimu? Kau toh bisa
menciptakan aku sebagai lelaki yang sesuai dnegan kehendak hatimu?"
"Tidak, tidak, aku tak sudi bersama lelaki semacam kau? Kau lelaki cabul, lelaki biadab" putri
Kim huan menangis terisak.
"Tak usah takut" bujuk pedang emas sambil merangkul pinggang gadis itu erat-erat. "Bila kau
bisa melahirkan seorang putri untukku, aku percaya putri kita pasti merupakan seorang gadis
paling hebat dikolong langit dewasa ini."
"Tapi sayang aku tak sudi" tampik putri Kim huan tegas-tegas.
"Tidak usah kau kelewat keras kepala, putri kita pasti yang akan mewarisi kecantikan wajahmu
dan kecerdikan setiap orang didunia ini tentu akan mengagumi mereka."
"Tidak- bila aku melahirkan anak dengan kau, sudah pasti bocah itu akan menjadi manusia
yang paling dikasihani dikolong langit."
"Kenapa?" tanya pedang emas keheranan-
"sebab bocah itu akan mewarisi wajahmu yang jelek dan watak yang lemah dariku"
Mendengar sampai disitu, pedang emas tak bisa menahan diri lagi, ia segera tertawa terbahakbahak.
Gelak tertawa mana segera membuat wajahnya yang jelek kelihatan lebih seram dan
menggidikkan hati.
Memandang raut muka pedang emas yang rusak dan jelek seperti setan itu kembali putri Kim
huan merasa muak dan ingin muntah segera bentaknya sinis: "cepat lepaskan aku, kau manusia
jelek." Pedang emas berbicara, dia hanya tertawa tiada hentinya. Kembali putri Kim huan berkata:
"Kumohon kepadamu, lepaskan aku, aku percaya tak akan ada seorang manusiapun yang
bersedia hidup secara baik-baik dengan manusia jelek macam dirimu itu."
Pedang emas kelihatan tertegun, lalu tanyanya serius: "Kau selalu mengatakan aku jelek
benarkah kau tidak menyukai diriku......"
"Tentu saja"
Pedang emas segera tertawa seram.
"Toaya toh tidak harus memaksamu untuk mencintai aku, lagi pula tampang ku jelek atau
tidak- toh merupakan urusan pribadiku sendiri"
"Tapi sayang tampangmu kelewat jelek andaikata aku menjadi dirimu......."
"Mau apa kau?" sela pedang emas gusar.
"Aku pasti akan menjauhi setiap orang aku pasti akan membebaskan semua perempuan,
daripada mereka merasa muak dan ingin muntah, daripada orang menyumpahi dirimu, ini
merupakan langkah pertama."
Pancaran sinar amarah mulai mencorong keluar dari balik mata pedang emas, tiba-tiba jeritnya:
"Apa langkah yang kedua?"
"Langkah kedua, aku akan pergi kelautan timur dan menceburkan diri kedalam laut untuk
menghabisi hidup sendiri, daripada kejelekannya dicaci maki orang dan disumpahi orang
sepanjang masa"

Perlu diketahui, titik kelemahan yang terbesar bagi manusia adalah disaat kelemahannya
dikorek-korek orang, apalagi buat pedang emas yang selalu menganggap dirinya hebat dan luar
biasa, kata-kata putri Kim huan diterimanya bagaikan sebuah tamparan keras.
Untuk berapa saat lamanya pedang emas berdiri tertegun, memandang wajah putri Kim huan
dengan termangu- mangu sementara kobaran api kegusarannya makin membara didalam
dadanya.
Putri Kim huan yang menyaksikan peristiwa ini menjadi tertegun, katanya kemudian:
"Hey......kenapa......kenapa kau?"
"Kau tak usah mencampuri urusanku"
"IHuuuh, siapa yang akan mencampuri?"jengek putri Kim huan dengan nada menghina. "Benarbenar
manusia tak tahu diri cepat lepaskan aku" Dengan berangnya pedang emas segera
berteriak:
"Kau anggap dirimu adalah perempuan yang luar biasa, siapa yang kesudian denganmu?"
Sambil berkata ia segera membebaskan pelukannya dan mendorong gadis itu kebelakang.
Putri Kim huan sama sekali tak menyangka kalau pedang emas akan membebaskannya secara
tiba-tiba lalu mendorongnya, seketika itu juga tubuhnya terlempar keujung pembaringan, dan
kepalanya menumbuk ditepi ranjang hingga terasa pusing sekali. Kembali pedang emas berseru
sambil tertawa dingin:
"Sebenarnya aku menyukai dirimu, tapi sekarang....seka rang aku sudah berubah pikiran- Aku
benci dirimu, tidak.....aku muak kepadamu, aku bosan kepadamu....."
"Aku tak ambil perduli kau bosan kepadaku atau muak kepadaku....." seru putri Kim huan
sambil menangis.
"Lalu apa yang kau minta?" teriak pedang emas sambil menggertak giginya kencang-kencang .
"Aku hanya berharap kau jangan menggubris diriku lagi." Pedang emas segera meludah.
"cuuuh, sekalipun kau berlutut dihadapanku dan merengek-rengek, tak nanti aku tak akan
menggubris dirimu lagi."
"Bagus, sepanjang hidup kau tak usah berpikir untuk mengusik diriku lagi....." putri Kim huan
tertawa dingin.
Pedang emas agak tertegun, tapi segera teriaknya gemas:
"Apa kau bilang? Aku belum sempat mendengarnya dengan jelas."
Dengan angkuh putri Kim huan melengos kearah lain, sambil membelakangi pedang emas dia
berkata:
"Kecuali kau menggunakan kekerasan untuk menggagahi diriku, jangan harap aku bisa berbuat
baik kepadamu."
Tapi....saat itulah mendadak pedang emas menerjang kemuka seperti harimau kelaparan yang
menerkam domba, dengan suatu gerakan cepat ia mencengkram tubuh putri Kim huan-Dengan
perasaan terkejut putri Kim huan berpaling, jeritnya kaget: "Kau.......mau apa kau?"
Dengan kasar pedang emas menarik celananya hingga robek. teriaknya keras-keras:
"Akan kurobek kulit luarmu yang palsu itu, agar kau bisa mengetahui dirimu yang sebenarnya."
Tidak menanti reaksi dari putri Kim huan ia menarik celana itu keras-keras hingga kerobek
sama sekali.
Tubuh putri Kim huan yang indahpun segera muncul didepan mata dalam keadaan bugil, diatas
kulit tubuhnya yang putih, kini telah membekas sambaran jari kuku yang panjang.

Keadaan pedang emas saat itu seperti orang kalap. dia menarik dan merobeki semua pakaian
yang dikenakan putri Kim huan dari atas sampai kebawah sehingga dalam waktu singkat gadis
tersebut berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa secuwil benangpun.
Putri Kim huan berusaha menutupi tubuh bagian rahasianya dengan jari tangan, ia merasa
malu, gusar dan mendongkol, sambil menangis terseduh-seduh teriaknya:
"Apa maksudmu....... kau.......kau tak ubahnya seperti hewan, kau binatang berkedok
manusia."
Melihat keadaan putri Kim huan yang begitu mengenaskan, pedang emas merasa amat puas
dan bangga, serunya sambil tertawa terbahak-bahak:
"H^aaah......haaaaah......haaaaah......sekarang boleh bercermin, coba lihat siapa yang lebih
mirip hewan"
Secara kasar dia menarik tangan putri Kim huan dan diajak berdiri didepan cermin, setelah itu
kembali katanya:
"coba lihatlah, beginikah tampang seorang tuan putri dari negeri Kim? Betul-betul tak mirip..."
Dalam keadaan dicengkeramnya tak mungkin buat putri Kim huan untuk membungkukkan
tubuhnya, tapi diapun enggan melihat keadaannya yang bugil didepan cermin, maka sambil
menjerit-jerit teriaknya:
"Kau bajingan keparat, manusia laknak suatu ketika kau bakal mati konyol disambar geledek"
Pedang emas sama sekali tak menanggapi dia malah tertawa terbahak-bahak. Kembali putri
Kim huan berteriak:
"Setan jelek. cepat lepaskan aku, jepitan tanganmu membuat aku merasa kesakitan."
"Kau takut kesakitan" jengek pedang emas sambil menyeretnya kembali kearah pembaringan.
Kembali putri Kim huan didorong hingga roboh tertelentang diatas pembaringan, melihat itu
dengan suara gemetar gadis tersebut berseru: "Kau.....kau jangan mengulangi lagi perbuatan
biadabmu itu."
Pedang emas tidak menggubris, dia masih tertawa dengan seramnya.
Dalam keadaan begini, putri Kim huan tak bisa berbuat banyak kecuali tidur terlentang dengan
badan gemetar keras, ia takut ia ngeri tapi diapun merasa marah dan mendongkol.
Pedang emas masih berdiri diujung pembaringan bagaikan seekor serigala yang sedang
mengincar mangsanya, ia tidak berbuat lain kecuali melayangkan pandangan matanya dari atas
hingga kebawah, dia seperti hendak menikmati keindahan tubuh sinona yang bugil sepuaspuasnya
.
Saat ini putri Kim huan memang berada dalam keadaan telanjang bulat, seluruh lekukan
tubuhnya yang paling rahasia tertera dengan jelas.
Dalam keadaan begini, dia bukan lagi seorang bangsawan putri darisuatu kerajaan.
Kini dia tal lebih hanya seorang wanita.
seorang buruan yang sedang diincar serigala lapar.
"Kau setan jelek, binatang rakus......" putri Kim huan mengumpat tiada habisnya.
Kalau bisa, dia ingin menggunakan semua kata-kata yang paling kotor dan paling keji untuk
menghina dan memaki pedang emas. Dengan suara dalam pedang emas menyahut:
"Yaabetul, aku memang jelek, sekalipun aku mirip binatang rakus, kaupun belum tentu mirip
manusia baik. Hmmm, kau sendiripun tak lebih cuma seekor rase yang licik"
"Aku memang rase, lebih baik kau jangan mengusikku lagi"
"Kalau aku senang, mau apa kau?"

Putri Kim huan betul-betul merasakan seluruh badannya lemas, tulang belulangnya seperti
sudah terlepas dari kerangka tubuhnya, dengan perasaan apa boleh buat akhirnya dia memohon:
"Lebih baik.....berilah......berilah kematian secepatnya kepadaku, agar aku terbebas dari siksaan
secepatnya......."
Melihat rasa takut yang mulai membayangi wajah gadis itu, tanpa sadar sekulum senyum
kemenangan tersungging diujung bibir pedang emas.
Semula putri Kim huan mengira permohonannya percuma saja, tak mungkin pemuda tersebut
akan memenuhi permintaannya.
Diluar dugaan, tiba-tiba saja pedang emas menarik tangannya hingga terbangun dari
pembaringan.
Dengan wajah tak percaya putri Kim huan segera berseru: "Apa? Kau bersedia membebaskan
aku?"
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......omong kosong, kau anggap aku benar-benar berniat
memaksamu? "
"Tapi kau tadi......" putri Kim huan berbisik ragu-ragu.
"Hmmm, tadi toaya cuma bermaksud menjajal dirimu."
"Apa yang hendak kau coba?"
"Aku ingin tahu apakah kau benar-benar seorang perempuan suci yang saleh dan jujur."
"Hmmmmm, ngaco belo."
"Biar kau menuduh apa saja, buktinya kau memang tak bisa menahan diri nyatanya kau tak
sanggup mengendalikan rangsanganku. Kau memang seorang perempuan rendah yang murahan?"
Merah padam selembar wajah putri Kim huan karena ucapan trsebut serunya kemudian:
"Rupanya kau sengaja hendak mempermainkan aku?"
"Haaaah.....haaaaah.....haaaaah.....memang begitulah niatku. Padahal sekalipun kau berlutut
dihadapanku dan mohon kepadaku untuk memuaskan dirimu, belum tentu aku
bersedia......hmmmm, kau anggap dirimu itu manusia macam apa? Masih ketinggalan jauh sekali."
Putri Kim huan tak tahan menghadapi ejekan tersebut, dia segera membantah:
"Aku adalah tuan putri dari negeri Kim sedang kau manusia macam apa? Huuuh kau tak lebih
cuma manusia gelandangan dari dunia persilatan, berani amat kau menghina aku?"
"Jadi kau merasa terhina bukan?" jengek pedang emas. Setelah berhenti sejenak. dengan
wajah serius terusnya:
"Tapi tahukah kau siapakah aku sipedang emas? Semenjak masih kecil dulu aku yang telah
berkelana didalam dunia persilatan mencari nama besar dan banyak mendapat cinta kasih dari
gadis-gadis cantik, tapi tak seorangpun yang kusenangi. IHmmm, sedang kau manusia macam apa
dirimu itu?"
"Aku toh tak pernah memohon kepadamu untuk mengusikku" teriak putri Kim huan
mendongkol.
Dengan geram pedang emas menyambar pakaian putri Kim huan yang kini sudah terkoyakkoyak
tak karuan itu dan dilemparkan kearahnya sambil berseru penuh kegusaran-
"Lebih baik tutup tubuhnya yang jelek itu secepat mungkin, kemudian enyah dari tempat ini"
Putri Kim huan tak kuasa menahan rasa sedihnya lagi, dia menangis tersedu-sedu.
"IHey, sudah kau dengar perkataanku?" kembali pedang emas berteriak nyaring. "Sekarang
juga enyah dari sini, enyah dari hadapanku"

Ternyata apa yang telah diucapkan itu benar-benar pula dilaksanakan, tanpa menggubris
apakah putri Kim huan bersedia atau tidak- ia segera mencengkeram tubuh gadis itu kemudian
mendorongnya keluar.
Putri Kim huan adalah seorang gadis yang lemah dan tak pandai bersilat terpaksa ia
membiarkan pemuda tersebut berbuat sekehendak hatinya.
Tak selang beberapa saat kemudian, putri Kim huan sudah didorong dari ruangan itu.
"Blaaaaammmmm......"
Terdengar pintu ruangan dibanting keras-keras, dengan penuh amarah pedang emas telah
menutup kembali pintu kamarnya.
Kini, tinggal putri Kim huan seorang diri tersekap diluar ruangan dalam keadaan telanjang
bulat.
Sesungguhnya putri Kim huan ingin meninggalkan tempat itu secepatnya, berusaha menjauhi
cengkeraman iblis hingga tak sampai diperkosa kembali oleh pedang emas.
Tapi kini, dia berada dalam keadaan telanjang bulat, bagaimana mungkin ia dapat
meninggalkan tempat tersebut dalam keadaan begini?
Membayangkan apa yang baru saja dialaminya, putri Kim huan tak sanggup menahan diri lagi.
Rasa malu, menyesal, marah dan jengkel bercampur aduk menjadi satu dalam hatinya. Sebaliknya
pedang emas kelihatan amat senang, ia tertawa terbahak-bahak. Sambil menahan rasa malu, putri
Kim huan berteriak:
"Pedang emas, jikalau kau masih berperasaan, seharusnya kau memberi sebuah pakaian
untukku......"
"Pakaian?" jengek pedang emas sambil tertawa tergelak. "Untuk apa kau minta pakaian?"
"Kau betul-betul biadab" umpat sinona sambil menggertak gigi. "Tak ada manusia didunia ini
yang tak bermoral semacam dirimu."
"Bagus sekali, bukankah kau merasa muak melihat wajahku yang jelek? Nah sekarang kau
boleh pergi dari sini, coba buktikan sendiri adakah orang didunia luar yang menganggap dirimu
cantik"
Selesai mengucapkan perkataan itu, suasana menjadi hening dan tak terdengar suaranya lagi,
jelas hal itu merupakan keputusannya yang terakhir.
Betapapun sedihnya putri Kim huan menangis dan berteriak^ pedang emas sama sekali tidak
menggubris.
Sampai lama kemudian-.....setelah yakin kalau permintaannya tak mungkin terkabul, dengan
perasaan sedih terpaksa putri Kim huan meninggalkan tempat itu.
Gua sembilan tikungan memang aneh sekali bentuknya, bukan saja tikungannya berliku-liku,
terdapat pula banyak cabang jalan yang membingungkan-
Berada dalam keadaan yang amat mengenaskan inilah putri Kim huan meneruskan
perjalanannya menelusuri gua.
Sambil berjalan, tiada hentinya dia berpikir:
"Bagaimanapun juga aku adalah seorang putri bangsawan, kenapa aku tak mau hidup senang
dalam istana, sebaliknya malah mengembara kedaratan Tionggoan dan mengalami nasib setragis
ini."
"Pedang emas sisetan jelek. manusia biadab itu benar-benar terkutuk, dia telah menodai diriku
secara biadab."
"Setan jelek ini memang lelaki yang paling busuk didUnia saat ini, mungkin semua lelaki sama
jahatnya seperti dia...."

Berpikir sampai disitu, mendadak terlintas bayangan seorang lelaki didalam benaknya:
"Lelaki itu kekar, jujur, polos dan mengandung jiwa kelakian yang jantan serta perkasa."
"Rasanya hanya lelaki seperti dialah merupakan lelaki yang baik......"
Lelaki yang dipikirkan sekarang tak lain adalah Kim Thi sia.
"IHmmm, bila lelaki macam pedang emas dibandingkan dengan Kim Thi sia maka mereka
berdua ibarat iblis dan Malaikat"
Diapun mulai membayangkan, seandainya orang yang merobek-robek pakaiannya tadi adalah
Kim Thi sia, sekalipun pemuda itu berbuat lebih jauh pun akan dia layani dengan hati rela dan
gembira.
Berpikir demikian tanpa terasa merah padam selembar wajah putri Kim huan, kembali pikirnya:
"Heran, mengapa aku mempunyai jalan pemikiran seperti ini? Kim Thi sia tak nanti akan
berbuat sekurang ajar pedang emas, tak mungkin dia akan mempergunakan cara yang licik dan
kotor semacam itu......"
Tiba-tiba terasa angin kencang berhembus lewat dia merasa menggigil dan bersin berulang kali.
Rupanya tanpa disadari ia telah berjalan keluar dari gua itu.
Dengan mempercepat langkahnya gadis itu segera berhambur keluar dari situ, dia ingin
secepatnya meninggalkan tempat itu.
Mendadak......
Dihadapannya tahu-tahu telah muncul seorang jago pedang yang masih muda, putri Kim huan
segera mengenali siapakah orang itu serunya tertahan: "Pedang perak, rupanya kau"
Dengan sepasang mata yang tajam tak berkedip. pedang perak sedang mengawasi dirinya
terus menerus, senyuman menghiasi ujung bibirnya. Putri Kim huan menjadi sangat keheranan
pikirnya: "Sungguh aneh, mengapa dia mengawasi diriku terus menerus?" Berpikir demikian iapun
segera menegur: "Hey apa yang kau lihat?"
"Aaaah, tidak apa-apa....." sahut pedang perak sambil tertawa. Putri Kim huan semakin
keheranan oleh tingkah lakunya itu.
"Mengapa kau tidak bersama-sama toa suheng?" tanya pedang perak kemudian dengan suara
lembut.
Mendengar ia menyinggung kembali soal pedang emas, putri Kim huan menjadi tak senang
hati, ia tidak menjawab selain menggeleng:
"Jadi dia telah melepaskan dirimu dengan begitu saja?" sambung pedang perak lebih jauh.
"Lebih baik jangan kau singgung tentang sisetan jelek itu lagi, aku membencinya setengah
mati"
"ooooh, rupanya kalian sedang cekcok?"
"Bukan hanya cekcok. pokoknya selama hidup aku tak sudi bertemu lagi dengannya"
Untuk sesaat pedang perak menjadi tertegun, diawasinya gadis tersebut dengan pandangan
termangu-mangu.
Mendadak putri Kim huan menjumpai sorot mata yang sangat aneh dari balik pandangan mata
pedang perak.
cahaya tersebut bagaikan sambaran petir yang menyambar hatinya seketika membuat hatinya
bergidik dan merasa ngeri.
Penampilan cahaya mata yang terpancar dari balik mata pedang perak saat ini lebih mirip
dengan pandangan rakus seekor binatang buas yang sedang mengawasi mangsanya.

Putri Kim huan pernah menyaksikan pandangan rakus ini belum lama berselang yakni disaat
pedang emas sedang menerkamnya secara brutal dan memperkosanya secara keras.
Sungguh tak disangka, setelah bersusah payah meloloskan diri dari terjangan harimau lapar,
kini harus berhadapan kembali dengan serigala buas.
"Pedang perak" gadis itu segera menegur. "Apa yang sedang kau tertawakan?"
Pedang perak segera mendorong dinding batu dibelakang tubuhnya dan membuka pintu
rahasia menuju keruangannya, kemudian menyahut:
"Tidak apa-apa, aku hanya akan mengajakmu memasuki kamar penjaga disudut timur gua
sembilan tikungan-"
Begitu pintu ruangan terbuka, maka tampaklah sebuah ruangan yang indah dengan segala
perabot yang mewah.
"Hey, apa maksudmu?" tegur putri Kim huan dengan wajah tercengang.
"Aku hanya berniat baik, aku ingin mempersilahkan dirimu untuk tidur dulu disini" kata pedang
perak lagi sambil tertawa. Putri Kim huan jadi tak senang hati, ia segera menegur: "Mengapa aku
harus tidur disini?"
"sebab kau butuh istirahat."
"Tidak, aku tak mau beristirahat."
Pedang perak segera menengok sekejap kearah luar ruangan, kemudian katanya lagi:
"sekarang sudah menjelang tengah malam, kau ingin pergi kemana......?"
"Kau tak usah mencampuri urusanku" tukas putri Kim huan sambil cemberut. Selesai berkata,
dia segera melanjutkan langkahnya menuju keluar gua.
Dengan suatu gerakan cepat pedang perak segera melompat kedepan dan menghalangi jalan
perginya, dia berseru: "Tapi aku hanya bermaksud baik"
"Tidak. kaupun bukan orang baik-baik" bentak sinona nyaring.
"Sekarang tengah malam sudah tiba, bila kau berada seorang diri ditempat luar, bisa jadi akan
bertemu dengan orang yang lebih jahat daripada aku.......apa jadinya bila sampai demikian?"
"Aku benar-benar tak habis mengerti, permainan busuk apakah yang sesungguhnya sedang kau
rencanakan?"
Pedang perak segera tertawa nyaring.
"Apakah kau ingin pergi keluar untuk memikat hati semua lelaki didunia ini?"
"Kau anggap aku sudah gila....." jerit putri Kim huan dengan geramnya.
"Kau memang belum gila, tapi lelaki-lelaki yang bertemu denganmu akan menjadi gila semua."
"IHmmm, rupanya kau pun seorang manusia rendah yang cabul dan bejad moralnya."
"Bukan aku yang sudah bejad moralnya atau cabul......" kata pedang perak cepat.
Kemudian setelah menelan air liur terusnya:
"Sebaliknya keadaanmu sekaranglah yang membuat orang tak bisa menahan diri dan menjadi
gila."
"Apa istimewanya dengan keadaanku sekarang?" tanya putri Kim huan sambil berkerut kening.
"Apakah kau sendiripun tidak tahu?"
Perlu diketahui, sejak putri Kim huan dicemooh dan dipermainkan pedang emas mungkin
karena cekaman rasa tegang, kaget dan ngeri yang kelewat batas, hal ini membuatnya seperti
melupakan keadaan dirinya yang sesungguhnya.

Ia sudah lupa kalau pakaian yang dikenakan telah dicabik-cabik oleh pedang emas hingga tak
karuan lagi bentuknya.
Dia lupa kalau dirinya saat ini berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa selembar
pakaianpun yang melekat ditubuhnya.
Sekalipun kemudian ia telah bertemu dengan pedang perak. namun saat itu yang terpikir
olehnya hanyalah berusaha melepaskan diri dari tempat itu, sehingga dia sendiripun lupa kalau
dirinya saat itu belum berpakaian sama sekali.
Seandainya dia tahu kalau dirinya sekarang sedang berdiri dihadapan seorang pria dalam
keadaan bugil, niscaya ia sudah dibuat malu sekali^
Begitulah, ketika pedang perak mengingatkan dirinya, dengan cepat gadis tersebut memeriksa
tubuhnya.^
Begitu mengetahui keadaan dirinya, dia segera menghembuskan napas dingin seraya berseru:
"Aduh celaka, aku lupa kalau tak berpakaian...." sebaliknya pedang perak tertawa terbahakbahak
kegelian.
cepat-cepat putri Kim huan berusaha menggunakan sepasang tangannya untuk melindungi
bagian tubuhnya yang paling rahasia dan terlarang.
Sayang dalam gua tersebut hanya terdapat berapa butir batu kecil saja, sekalipun batu kecil itu
bisa diambil namun tak mungkin bisa digunakan untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling
rahasia.
Dalam keadaan begitu, dia hanya bisa berjongkok diatas tanah sambil menutupi alat vitalnya.
Pedang perak tertawa makin keras, malah sambil bertepuk tangan serunya:
"Bagus, bagus sekali, dalam gaya begitu kau nampak lebih cantik dan menarik hati"
Putri Kim huan merasa malu selain mendongkol, cepat-cepat dia mengambil segenggam pasir
kemudian diayunkan kewajah pedang perak.
Pedang perak tidak menyangka kalau gadis itu akan berbuat demikian matanya kemasukan
pasir hingga mesti dikucak cepat-cepat.
Menggunakan kesempatan itulah putri Kim huan segera melarikan diri masuk kedalam ruangan-
Sambil berlarian, gadis itu berteriak tiada hentinya:
"Pedang perak. kau setan menjemukan, kau betul-betul bukan manusia."
Dengan cepat pedang perak menyusul dari belakangnya, sambil berlarian ia menyahut:
"Baru saja aku bicara, kau sudah menjadi begini tegang, padahal tak perlu kau sembunyikan
lagi, aku toh sudah melihat semua bagian tubuhmu dengan amat jelas."
"Apa yang kau lihat, apanya yang bagus dilihatnya?" jerit si nona.
Meskipun berkata begitu, dia merasa tak rela membiarkan tubuhnya yang telanjang bulat
ditonton oleh pedang perak.
Sambil tergesa-gesa masuk kedalam ruangan dia mencoba menemukan sesuatu guna menutupi
bagian tubuhnya yang rawan-
Tapi untuk berapa saat dia menjadi bingung, apa yang harus dicari untuk digunakan menutupi
badannya?
Tak sedikit benda yang terdapat dalam kamar itu, tapi sedikit sekali yang bisa digunakan untuk
dipaksa menutupi badannya.
Setelah mencari kesana kemari dengan susah payah, akhirnya putri Kim huan berhasil
menemukan selembar handuk kecil untuk mencuci muka.

Dengan cepat dia menyambar handuk tersebut, tapi kembali kesulitan lain dijumpai.
Bila handuk kecil itu dipakai untuk menutupi tubuh bagian atasnya, maka bagian bawah
tubuhnya akan kelihatan, kalau dipakai untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, bagian atasnya
akan terlihat jelas.
Belum lagi dia sempat berbuat sesuatu, pedang perak telah tertawa tergelak sambil berteriak:
"Waaaah..... jangan, jangan kau gunakan handuk tersebut, handuk itu kupakai untuk mencuci
muka, masa kau memakainya untuk menutupi anumu...waah, mukaku bakal ikut bau jadinya....."
Putri Kim huan sungguh merasa malu bercampur mendongkol, dalam gemasnya ia segera
melemparkan handuk itu kearah pedan perak.
Secara kebetulan sekali handuk tadi terjatuh menimpa batok kelapa sipedang perak. Melihat itu
kembali pedang perak berteriak:
"Habis sudah, aku bakal sial selamanya, masa handuk yang kau pakai untuk menutupi anumu,
sekarang kau lemparkan keatas kepalaku?"
Sementara dia membuang handuk itu keatas tanah, putri Kim huan telah melompat naik keatas
pembaringan dan menyembunyikan diri dibalik selimut yang tebal.
Pedang perak segera menutup rapat pintu ruangan, lalu sambil tertawa ia berjalan
mendekatinya :
"Tuan putri yang cantik" katanya pelan- "Rupanya takdir menghendaki demikian...."
Dengan tubuh gemetar keras putri Kim huan melindungi badannya dibalik selimut, serunya
agak tertegun:
"Kau......mau apa kau mendekati aku? Jangan, kau jangan menyentuh tubuhku."
Kembali pedang perak tertawa.
"Apa salahnya kau tidur denganku? Thian lah yang telah mengaturkan kesempatan baik ini
untuk kita, anggap saja kita berdua memang berjodoh"
"Pedang perak" jerit putri Kim huan keras-keras. "Kau tak boleh meniru perbuatan sipedang
emas yang biadab, dia amat jahat...."
"Tidak- aku pasti berbeda dengan toa suheng" kata pedang perak sambil mendekati
pembaringan- "Aku bisa melayanimu secara baik-baik, aku tak akan membuatmu menderita biar
sedikitpun."
Putri Kim huan benar-benar tersudut, dia tak mampu untuk melarikan diri lagi.
Sementara itu pedang perak telah melompat naik keatas pembaringan dan memeluk tubuh
putri Kim huan erat-erat.
Tubuh yang lembut dan halus serta gemetar keras itu segera membangkitkan napsu birahi
dalam tubuhnya, terutama sekali bau khas kewanitaan yang terpancar keluar dari tubuh gadis itu,
pedang perak semakin terbuai dalam api birahinya.
"Jangan, jangan Kumohon janganlah kau berbuat demikian, jangan berbuat demikian"
pinta putri Kim huan setengah merengek.
Pedang perak sama sekali tidak menggubris, dia malah tertawa tergelak penuh rasa senang.
Manusia macam pedang perak memang merupakan manusia yang banyak melakukan kejahatan
didalam dunia persilatan, tak ada perbuatan jahat yang tak berani ia lakukan- Bagaimana mungkin
dia bersedia menuruti permintaan dari putri Kim huan-
Disaat pedang perak sudah mulai bersiap-siap melakukan tindakan lebih lanjut......mendadak
tubuhnya nampak bergetar keras.
Getaran keras yang muncul sangat mendadak ini hampir saja mengejutkan hati putri Kim huanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Rupanya dari balik pintu ruangan terdengar gema suara keleningan yang amat nyaring.
ooooooo
Paras muka pedang perak segera berubah hebat, serunya tertahan: "Aduh celaka."
"Apa yang terjadi?" tanya putri Kim huan dengan perasaan terperanjat pula.
Pedang perak sama sekali tidak menjawab, dengan suatu gerakan yang amat cepat sekali dia
melompat bangun dari atas pembaringan-
Kemudian sambil menyambar pedangnya dia berhambur menuju kepintu ruangan-
Putri Kim huan benar-benar tercengang dibuatnya, dengan perasaan ingin tahu kembali dia
bertanya:
"Kenapa sih kau ini? Soal kecil saja dibesar-besarkan, bikin orang kaget saja?"
Tapi sikap pedang perak bagaikan berhadapan dengan musuh tangguh, ia segera berbisik:
"Kau jangan mengurusi aku, untuk sementara waktu lebih baik kau beristirahat dulu disini?"
Kemudian setelah mengencangkan bajunya, dia membuka pintu dan melompat keluar dari
dalam ruangan-
Menanti putri Kim huan menyusul kedepan, pedang perak sudah lenyap dari pandangan mata.
cepat-cepat gadis itu melompat bangun dan memeriksa isi ruangan tersebut, ketika dari bawah
ranjang ditemukan pakaian lelaki, buru-buru dia mengenakannya.
Setelah merapikan bajunya, putri Kim huan mendekati jendela dan melongok keluar dengan
cepat hatinya dibuat sangat gembira.
Rupanya pada waktu itu pedang perak sedang bertarung seru melawan seorang kakek
berambut putih yang mengenakan gelang emas diatas kepalanya.
Kakek berambut putih itu mempunyai wajah berwarna merah darah, kepandaian silat yang
dimilikinya sangat hebat.
Putri Kim huan tahu, kakek berambut putih yang berwajah merah ini sudah pasti anak buah
Lembah Nirmala, ini berarti bukan pekerjaan yang mudah bagi pedang perak untuk
mengalahkannya . Diam-diam gadis itu berpikir:
"Mengapa aku tidak manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk keluar dari sini dan
meloloskan diri?"
Berpikir begitu ia segera mendekati pintu ruangan dan mendorongnya.
Siapa tahu pintu ruangan amat kuat dan berat, sekalipun sudah didorong dengan sepenuh
tenaga, pintu itu sama sekali tak bergerak. Putri Kim huan adalah gadis yang cerdik, dengan cepat
dia berpikir.
"Ya a, betul sudah pasti pintu ruangan ini dikendalikan oleh alat rahasia, bila aku berhasil
menemukan tombolnya, sudah pasti dapat keluar dari sini....."
Maka diapun mulai melakukan pemeriksaan disekeliling dinding ruangan, dia tahu waktu sangat
berharga pada saat ini, dia harus dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sebab bila harus
menunggu sampai pedang perak selesai bertarung melawan kakek bermuka merah itu, akan
hilanglah kesempatan baik baginya untuk meloloskan diri. Dalam pada itu, pertarungan diluar
berlangsung amat serunya.
Apa yang diduga putri Kim huan memang benar, kakek bermuka merah itu memang anak buah
si Dewi Nirmala.
Ketika pedang perak munculkan diri dengan pedang terhunus tadi, kakek bermuka merah itu
sudah menanti dimuka gua. Dengan perasaan terkesiap pedang perak segera berpikir.

"Sungguh sempurna tenaga dalam yang dimiliki kakek bermuka merah ini, kehebatan ilmu
meringankan tubuhnya boleh dibilang telah mencapai taraf sama sekali tidak bersuara, aku tak
boleh memandang enteng kemampuannya."
Sementara dia masih berpikir, kakek bermuka merah itu telah tertawa terbahak-bahak seraya
berseru:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......hebat betul persiapan rahasia yang ada ditempat ini."
Belum selesai perkataan itu diutarakan pedang perak telah maju kedepan sambil membentak:
"Tua bangka celaka, lebih baik tak usah banyak bicara ditempat ini" Kakek itu tetap tertawa.
"Sudah cukup banyak ilmu barisan yang kutemui, tapi kalau dibandingkan dengan tempat ini,
rasanya tempat ini merupakan tempat yang paling hebat....."
"Apa maksudmu?" tegur pedang perak sambil menatapnya lekat-lekat.
"Aku lihat alat rahasia ditempat ini berhubungan langsung dengan ruang dalam, buktinya baru
saja aku datang kemari, ternyata sudah ada orang yang menyambut kedatanganku, kewaspadaan
yang begitu tinggi sungguh mengagumkan diriku"
"Huuuh, kau ini manusia macam apa? Siapa yang kesudian dengan kagumanmu itu?" jengek
pedang perak sambil tertawa sinis.
Mendadak paras muka sikakek yang sudah merah nampak lebih merah lagi, untuk sesaat dia
terbungkam dalam seribu bahasa. Terdengar pedang perak berkata lagi:
"Bila ditinjau dari dandananmu itu, semestinya kau adalah anak buah dari Dewi Nirmala
bukan?"
"Betul" kakek itu mengangguk. "Aku adalah Nirmala nomor sembilan."
"Bagus sekali" teriak pedang perak nyaring. "Setiap anak buah siluman perempuan itu yang
bertemu dengan aku, jangan harap bisa pulang lagi dalam keadaan hidup" Selesai berkata, ia
segera maju kedepan melancarkan serangan-
Sudah cukup banyak penderitaan yang dialami pedang perak ditangan Dewi Nirmala, rasa
bencinya boleh dibilang sudah tak terbendung lagi, tak heran kalau begitu melancarkan serangan,
ia segera pergunakan jurus serangan yang paling tangguh. Kalau bisa, dia ingin membunuh
lawannya didalam sekali bacokan pedang saja.
Sayang sekali kakek bermuka merah itu bukan manusia sembarangan, sebagai Nirmala nomor
sembilan dia memiliki kepandaian silat yang luar biasa hebatnya.
Begitu melihat datangnya serangan, dengan cekatan Nirmala nomor sembilan berkelit
kesamping lalu melejit keudara.
Sementara itu serangan dari pedang perak sudah terlanjur dilontarkan, ia tak sempat lagi untuk
menarik diri, buru-buru tubuhnya berputar sambil memutar pedangnya melindungi badan,
serunya: "Aduh celaka......"
Baru selesai ia berseru, segulung angin pukulan yang kuat telah mengancam tiba.
Ternyata Nirmala nomor sembilan telah menyerang dengan telapak tangannya, sementara
kelima jari tangannya yang dipentangkan lebar-lebar secara terpisah mengancam jalan darah Khi
hay hiat, Hu tiong hiat, lo teng hiat, yu hun hiat, dan Koan hiat ditubuh lawan-
Dalam serangannya ini bukan saja Nirmala nomor sembilan menyerang dengan pukulan, lagi
pula mengancam jalan darah lawan sekaligus, kelihayan dan kehebatannya benar-benar tak
terlukiskan dengan kata-kata.
Namun sipedang perakpun tak malu menjadi murid Malaikat pedang berbaju perlente, sekalipun
menghadapi ancaman maut, dia tidak menjadi gugup karenanya. Sambil tertawa dinginjengeknya:
"Serangan yang amat bagus."

Dengan gerak langkah "pemabuk melangkahi mayat" dia berjalan sempoyongan kian kemari
dan menyusup kedepan.
Tanpa terasa berubah hebat paras muka Nirmala nomor sembilan melihat kejadian itu, segera
teriaknya:
"Aaaah, teringat aku sekarang rupanya kau lah yang disebut orang sebagaipedang perak."
Dimulut ia berbicara, gerak serangannya sama sekali tak terhenti, dalam waktu singkat kembali
dia melancarkan tiga buah serangan berantai.
Pedang perak sama sekali tidak menghindar atau mengalah dengan mengandalkan sim hoat
perguruannya ia halau semua ancaman yang datang kemudian serunya keras-keras:
"IHmmm, akan kusuruh kau situa bangka celaka merasakan juga kelihayan dari pedang perak"
Dikala pergelangan tangannya digetarkan keras-keras, bayangan pedang yang berlapis-lapis
telah menyelimuti seluruh angkasa.
Ilmu pedang dari pedang perak memang amat termashur dalam dunia persilatan, begitu
serangan dilancarkan, nyata sekali kehebatannya.
Tampak bayangan pedang berlapis-lapis bagaikan bukit, berkuntum-kuntum bunga pedang
yang aneka ragam berhamburan dimana-mana.
JILID 48
Agaknya Nirmala nomor sembilan dapat merasakan gawatnya situasi yang dihadapi sekarang,
dia tidak berani berbicara lagi, tapi memusatkan seluruh perhatiannya untuk menghadapi serangan
musuh.
Dengan gerakan-gerakan yang lincah dia berkelit kiat kemari, semua gerak serangan yang
dipergunakan kelihatan sangat aneh tapi amat gesit dan lincah sekali. Pedang perak merasakan
gerak gerik Nirmala nomor sembilan bagaikan monyet yang berlompatan diantara lapisan
bayangan pedangnya yang membukit. Dilihat hanya sepintas lalu, gerak gerik Nirmala nomor
sembilan memang amat tak beraturan, sebentar keatas sebentar kebawah, lalu kiri dan mendadak
kekanan, tapi pukulan-pukulan kombinasinya betul-betul hebat, semuanya ditujukan ketubuh
bagian mematikan lawan.
Seperminum teh kemudian dua puluh gebrakan sudah lewat dengan begitu saja. Tapi gerak
gerik Nirmala nomor sembilan masih tetap lincah dan cekatan, bayangan pukulan dan serangan
jari tangannya kian lama pun kian bertambah gencar.
Walaupun saat itu posisi pedang perak nampaknya berada diatas angin, sesungguhnya ia
berada dalam keadaan yang amat sulit. Tiba-tiba ia membentak keras:
"Hm-mm, jika aku sipedang perak tak mampu menaklukkan seorang manusia semacam dirimu.
apalah artinya berkelana lagi didalam dunia persilatan.......?"
Selesai membentak, ia segera mengayunkan pedangnya sambil menghindar lalu mundur sejauh
tiga depa lebih dari posisinya semula. Nirmala nomor sembilan seperti tidak memahami tujuan
musuhnya, tapi seperti juga telah mempunyai perhitungan yang masak, ketika melihat musuhnya
mundur, ia justru mendesak maju lebih kedepan. Dalam pada itu pedang perak yang telah mundur
senjauh tiga langkah telah mempersiapkan serangan yang gencar tiba-tiba saja pedangnya
diayunkan ketengah udara membentuk sebuah gerakan busur. Gerakan busur itu sama sekali tidak
meninggalkan bekas apa-apa, namun tahu-tahu saja ujung pedangnya telah mengancam dada
lawan. Jurus serangan dari sipedang perak boleh dibilang amat dahsyat, sakti dan
membahayakan.

Nirmala nomor sembilan menjadi amat terkesiap, untuk menghindarkan diri jelas sudah tak
sempat lagi.
Nampaknya serangan pedang dari pedang perak segera akan menembusi dada lawan serta
merenggut nyawa Nirmala nomor sembilan.
Disaat yang amat kritis itulah tiba-tiba terlihat Nirmala nomor sembilan memutar tubuhnya
dengan kecepatan tinggi, lalu dia melejit ketengah udara hingga ketinggian berapa kaki.
Pedang perak bukan manusia sembarangan, melihat musuhnya hendak meloloskan diri dengan
melejitkan diri keudara, serta merta dia menggetarkan kembali pedangnya dengan gerakan
"Bunga pedang memenuhi angkasa." "Sreeeettt......"
Kedengaran suara baju yang robek tersambar pedang, tampakiah pakaian yang dikenakan
Nirmala nomor sembilan telah tersambar robek, bahkan ujung pedang tersebut sempat melukai
tubuh lawan sedalam berapa inci.
Melihat serangannya berhasil melukai lawan, pedang perak segera tertawa terbahak-bahak,
Belum habis gelak tertawanya, mendadak ia merasa datangnya desingan angin tajam dari
belakang kepalanya, ingatan kedua belum sempat melintas lewat, jalan darah Im seng hiatnya
sudah digempur Nirmala nomor sembilan keras-keras.
"Aduh celaka" keluh pedang perak dihati. Cepat-cepat dia menghimpun tenaga dalamnya
sambil mundur delapan langkah dengan sempoyongan, walaupun akhirnya dapat berdiri tegak, tak
urung darah segar mengucur juga membasahi ujung bibirnya.
Menanti ia memandang kearah Nirmala nomor sembilan, sekujur tubuhnya terlihat telah basah
oleh darah, napasnya tersengkal-sengkal bagaikan dengusan napas kerbau. Pedang perak nampak
agak tertegun, kemudian bentaknya dengan suara dalam:
"Kakek celaka, apakah kau.......kau adalah Pangeran berkaki sakti Khu Kong?"
Nirmala nomor sembilan membungkam diri dalam seribu bahasa. Melihat lawannya
membungkam, dengan napas terengah-engah kembali pedang perak berseru:
"Seingatku, hanya pangeran berkaki sakti Khu Kong seorang yang mampu mempergunakan
ilmu sakti lompatan dewa. Kau pasti sipangeran sakti bukan.....?"
"Aaaaai......apakah kaupun mengetahui tentang Pangeran berkaki sakti Khu Kong?"
tanya Nirmala nomor sembilan menghela napas panjang. Sewaktu pedang perak baru belajar
silat dari Malaikat pedang berbaju perlente, dia pernah mendapat keterangan tentang pelbagai
ilmu silat yang berada didalam dunia persilatan, dari situlah dia pernah mendengar tentang si
Pangeran berkaki sakti Khu Kong beserta kepandaian tunggalnya. Menurut penuturan gurunya,
Pangeran berkaki sakti Khu Kong amat lihay didalam ilmu meringankan tubuh, terutama sekali
ilmu "lompatan dewanya". Konon sangat hebat dan tiada tandingannya.
Sekalipun selama ini pedang perak belum pernah bersua dengan si Pangeran berkaki saktu Khu
Kong, namun penampilan yang barusa dilihat olehnya membuktikan bahwa apa yang didengarnya
dulu memang nyata selalu.
Sementara itu Nirmala nomor sembilan masih berdiri termangu disitu dengan sepasang
matanya berkaca-kaca.
Cepat-cepat pedang perak berkata lagi:
"Hey tua bangka celaka, Ketahuilah meski aku belum pernah bersua dengan Pangeran berkaki
sakti Khu Kong, namun kuketahui dia adalah seorang tokoh silat yang terhormat serta mempunyai
harga diri, tak mungkin dia menjadi cecunguknya siluman perempuan Dewi Nirmala dan
membantunya berbuat pelbagai kejahatan." Nirmala nomor sembilan kembali menghela napas.
"Yaa, kau memang benar, aku memang bukan Pangeran berkaki sakti Khu Kong."
"Lantas darimana kau pelajari ilmu lompatan dewa itu?" bentak pedang perak,

Nirmala nomor sembilan tertawa pedih. "Soal ini lebih baik tak usah kau urusi"
"Hmmm, tua bangka celaka"jengek pedang perak sinis. "Padahal kau tak usah merahasiakan
identitasmu lagi, akupun tahu bahwa kaulah si Pangeran berkaki sakti Khu Kong. Aku benar-benar
merasa malu atas perbuatanmu itu, akupun ikut bersedih hati atas nasibmu yang tragis"
begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka Nirmala nomor sembilan segera berubah
hebat, dengan penuh amarah bentaknya: "Aku katakan sekali lagi, aku bukan Pangeran berkaki
sakti Khu Kong, dia adalah seorang enghiong hohan, seorang lelaki sejati yang tak mau tunduk
kepada siapapun, tapi sayang umurnya tak panjang, sebab.....Pangeran berkaki sakti Khu Kong
sudah mati"
"Lalu siapakah kau?" jengek pedang perak lagi sambil tertawa dingin.
"Bukankah sudah kukatakan sedari tadi, aku adalah Nirmala nomor sembilan....."
"Yaa, aku memang tahu kau adalah Nirmala nomor sembilan, tapi akupun tahu bahwa Nirmala
nomor sembilan adalah Pangeran berkaki sakti Khu Kong" Nirmala nomor sembilan menjadi
teramat gusar, paras mukanya merah membara seperti kobaran api, tiba-tiba saja dia melepaskan
sebuah serangan dahsyat kedepan.
Waktu itu, walaupun pedang perak masih bisa berbicara sampai tertawa, sesungguhnya jalan
darah Im teng hiatnya telah terluka dan darah segar mengucur keluar tiada hentinya, ataw
dengan perkataan lain dia hanya mampu menahan diri secara paksa agar Nirmala nomor sembilan
tak tahu kalau ia sudah terluka. Oleh sebab itu disaat serangan lawan menyambar tiba, pada
hakekatnya dia tak mampu lagi untuk menghindarkan diri.
Tampaknya sipedang perak segera akan tewas diujung tangan Nirmala nomor sembilan. Pada
saat yang terakhir inilah, mendadak terdengar seseorang membentak keras:
"Kawanan tikus darimana yang berani membuat keonaran disini?" Bersamaan dengan
bergemanya bentakan itu, terdengus desingan suara nyaring bergema tiba, dan segulung hawa
pedang yang menyayat tubuhpun mengancam datang. Nirmala nomor sembilan segera merasa tak
sanggup menahan diri lagi, ia segera roboh terjungkal keatas tanah.
"Siapa kau?" Nirmala nomor sembilan segera menegur.
"Bila tahu diri, cepatlah menggelinding pergi dari sini. Hmmmm Jika aku sipedang emas sampai
naik darah,jangan salahkan bila kucabut selembar nyawamu"
"Apa? Kau adalah pedang emas?" seru Nirmala nomor sembilan dengan perasaan terperanjat.
Pendatang adalah seorang pemuda gagah yang berwajah tampan, andaikata ilmu silatnya tidak
amat hebat, siapapun tak akan percaya bahwa orang ini adalah sipedang emas, pemimpin dari
sembilan pedang dari dunia persilatan.
"Bagus sekali, kalau toh kau mengaku sebagai pedang emas, aku percaya kau memang
orangnya." kata Nirmala nomor sembilan lagi.
"Mau apa kau datang kemari?"
"Aku segera akan melaporkan kejadian ini kepada Dewi Nirmala, ia akan segera kemari untuk
mencarimu"
Perkataan tersebut seperti diutarakan sebagai gumaman, tapi begitu selesai berkata ia segera
beranjak pergi meninggalkan tempat itu.
Dalampada itu sipendatang sudah tak sabar lagi, tiba-tiba dia membentak keras:
"Hmmm, manusia macam apakah Dewi Nirmala itu, mau dia datang kemari?"
Seraya berkata, sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilontarkan kemuka. Angin
serangan yang gencar dan kuat seperti amukan angin puyuh, dengan secepatnya menyambar
kemuka.

Tapi sayang Nirmala nomor sembilan sudah keburu beranjak pergi dari situ, bukan saja
serangan mana tak berhasil melukainya malahan membantu Nirmala nomor sembilan untuk
meninggalkan tempat tersebut jauh lebih cepat lagi. Dalam waktu singkat bayangan tubuh Nirmala
nomor sembilan sudah lenyap dari pandangan mata.
Agaknya sipendatang tidak berniat untuk melakukan pengejaran; dengan langkah pelan dia
berjalan menghampiri sipedang perak, Saat itu walaupun sipedang perak roboh terlentang diatas
tanah namun kesadarannya masih jernih dia hanya merasa peredaran darahnya saja kurang
lancar.
Maka Ketika dilihatnya orang itu berjalan menghampirinya, dengan perasaan gelisah segera
menegur: "Be.....benarkah kau adalah sipedang emas, toa suko?"
Orang itu tersenyum sambil mengangguk.
"Betul, masa sampai akupun tidak kau kenali lagi?"
Ternyata orang ini memang benar-benar adalah sipedang emas. Setelah mengusir putri Kim
huan tadi, seorang diri ia mengobati luka wajahnya dengan lentera hijau.
Dalam perhitungannya semula, dia mengira paling tidak membutuhkan waktu selama berapa
hari untuk mengembalikan wajah jeleknya seperti bentuk wajah semula.
Diluar dugaan ternyata kasiat lentera hijau memang sangat hebat, tidak sampai dua belas jam,
wajahnya telah berubah sama sekali, kesegarannya pun jauh melebihi keadaan semula.
Begitulah, setelah kenyataan membuktikan bahwa orang yang berada dihadapannya adalah
sipedang emas, dengan perasaan gembira pedang perak segera berseru: "Toa suko, maaf kalau
aku pangling, aku harus mengucapkan selamat atas keberhasilanmu kali ini"
Pedang emas tidak berkata apa-apa, dia hanya tertawa hambar.
Setelah mengatur sebentar napasnya yang terengah-engah, kembali pedang perak berkata:
"Toa suko, tidak seharusnya kau lepaskan bajingan tua tadi"
"Mengapa?"
"Dia bukan manusia sembarangan."
"Aku tahu akan hal ini, dia adalah anak buah Dewi Nirmala."
"Bukan itu maksudku" sela pedang perak cemas. "Kau tahu sesungguhnya orang itu adalah
Pangeran berkaki sakti Khu kong."
"Apa hubungannya dengan diriku?" pedang emas balik bertanya sambil tertawa.
"Besar sekali hubungannya"
"Apa maksudnya?"
Sembari berkata dia segera mengawasi wajah pedang perak dengan lebih seksama. Ternyata
paras muka pedang perak nampak pucat pias bagaikan mayat jelas kalau isi perutnya terluka
parah.
"Aduh celaka" pekik sipedang emas kemudian. "Rupanya jalan darah Im teng hiatmu telah
tertotok olehnya."
"Itulah sebabnya aku bilang, melepaskan orang itu merupakan tindakan yang salah." Pedang
emas manggut-manggut pelan, kemudian gumamnya:
"Tak kusangka Pangeran berkaki sakti Khu Kong telah menjadi anak buahnya Dewi Nirmala,
lantas kemana larinya semua kegagahan dan keperkasaannya dulu?"
Pedang perak segera berkata lagi: "Orang itu telah membantu lembah Nirmala melakukan
pelbagai perbuatan, bisa jadi dia akan mengajak sepasukan besar anggota Lembah Nirmala untuk
menggempur kita...."

"Kenapa aku mesti takut kepadanya?" jengek sipedang emas dengan angkuhnya. Cepat-cepat
pedang perak tertawa paksa.
"Bukan begitu maksudku......"
"Sudahlah, tak usah memperbincangkan masalah lain lagi, yang penting sekarang peredaran
darahmu harus disembuhkan lebih dulu......"
Seraya berkata, dia mengeluarkan lentera hijau dari sakunya dan mengobati luka pedang
perak, Sembari melakukan pengobatan, merekapun berbincang-bincang kian kemari, pedang
perakpun segera menceritakan masalah sekitar putri Kim huan kepada kakak seperguruannya ini.
Walaupun ada sementara persoalan telah dirahasiakan olehnya, tapi pada garis besarnya dia
telah menuturkan apa adanya. Ketika pedang emas mendengar kalau putri Kim huan masih
tersekap didalam ruangan, dengan cepat dia menarik tangan pedang perak sambil serunya: "Ayoh
jalan, kita tengok kedalam." Dengan langkah yang amat cepat, pedang emas dan pedang perak
berlarian memasuki gua. Siapa tahu apa yang kemudian terlihat sama sekali diluar dugaan.
Pintu rahasia ruang batu itu sudah berada dalam keadaan terbuka lebar, ternyata putri Kim
huan telah berhasil menemukan tombol rahasianya sehingga berhasil pula melarikan diri dari situ.
Melihat kejadian mana, sambil menghela napas panjang sipedang perak segera berkata: "Tak
kusangka perempuan ini betul-betul sangat cerdik dan hebat sekali."
"Bagaimana cerdiknya?" tanya pedang emas dengan wajah agak tertegun.
"Bukan saja dia telah berhasil menemukan tombol rahasia sehingga berhasil melarikan diri,
lagipula......"
"Lagi pula kenapa?" sela pedang emas lagi. "Lagi pula ia dapat merobek kain seprei ranjangku
untuk menutupi anggota badannya, bahkan dengan cara tersebut dia mencoba meloloskan diri
dari tempat ini."
Perkataannya memang benar, karena seprei ranjangnya berada dalam keadaan kacau balau tak
karuan.
Pedang emas segera termenung dan berpikir sejenak, kemudian berkata:
"Ehmmmm....yaaa betul juga perkataanmu, disaat putri Kim huanpergi meninggalkan aku tadi,
ia memang berada dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun yang melekat
ditubuhnya."
"Betul, dia memang muncul disini dalam keadaan demikian." Pedang emas segera menarik
mukanya, dengan bersungguh-sungguh dia menegur:
"Ditengah malam buta begini, apa yang sedang kalian lakukan ditempat ini?"
"Ti....tidak.....tidak.....kami tidak berbuat apa-apa......." sahut pedang perak dengan perasaan
tegang, jawabannya sampai terbata- bata. Pedang emas kembali mendengus:
"Hmmm, lebih baik kau tak usah membohongi aku"
"Toa suko, kau tak usah kuatir...." pedang perak mencoba untuk tertawa paksa.
"Tak usah menguatirkan apa?"
"Aku toh tahu bahwa putri Kim huan adalah perempuan yang paling disukai toa suko. masa aku
berani berbuat sesuatu yang kurang sopan terhadap dirinya?"
"Hmmm, memangnya aku belum cukup memahami perangaimu?"jengek pedang emas sambil
tertawa dingin.
Cepat-cepat pedang perak menjura dan memberi hormat, serunya gelisah: "Toa suko-, kau tak
boleh menaruh kecurigaan kepadaku, aku sungguh-sungguh tidak berbuat sesuatu dengan putri
Kim huan."

"Kecurigaan apa? Kau toh bukan patung yang sama sekali tidak berperasaan, mungkinkah
seorang lelaki akan tetap alim bila ia berada dalam satu kamar dengan seorang wanita telanjang,
cantik lagi rupanya?"
Seperti diketahui, pedang emas memang merasa tak senang hati karena penolakan putri Kim
huan untuk bercinta dengannya. Diapun sadar, bila putri Kim huan yang meninggalkannya
kemudian berbaikan dengan pedang perak, atau mungkin juga mereka berdua malah saling
bercinta. Dapat dipastikan kejadian tersebut akan merupakan sebuah tamparan yang cukup keras
baginya. Begitulah perasaan pedang emas sekarang, walaupun ia tak bisa membuktikan bahwa
pedang perak telah bercinta dengan seorang gadis pujaannya, namun rasa kesal dan
mendongkolnya tak bisa dihilangkan dengan begitu saja. Pedang perakpun bukan orang bodoh,
sebagai orang yang teliti dan pandai membaca perasaan orang lain, dengan cepat dia dapat
memahami perasaan pedang emas saat itu, maka kembali serunya: "Toa suko, kau tak usah
gelisah"
"Kenapa?"
"Kau tak usah cemas, karena aku dan putri Kim huan benar-benar tidak melakukan sesuatu
perbuatanpun."
Mendengar perkataan mana, dari malunya tiba-tiba saja pedang emas menjadi naik darah,
segera bentaknya keras-keras: "Apa maksud perkataanmu itu? Apa yang tak perlu kucemaskan?
Apa pula yang perlu kau jelaskan kepadaku.......Hmmm, dihadapanku, lebih baik kau tak usah
menggunakan cara seperti ini......"
"Baik, baik....." pedang perak harus menahan sabar dengan mengiakan berulang kali.
Pedang emas semakin naik darah, kembali bentaknya:
"Lebih baik kau jangan memancing kemarahanku, jika aku sampai marah betul-betul....hmmm,
tentu akan kubuat kau tersiksa jadinya." Pedang perak sendiripun merupakan seorang jago
kenamaan yang tinggi hati, akan tetapi berada dihadapan pedang emas sekarang boleh dibilang
semua kewibawaannya seperti hilang lenyap tak berbekas.
Sewaktu mendengar perkataan itu, paras mukanya berubah menjadi hijau kepucat-pucatan, ia
benar-benar merasa sakit. Kembali pedang emas berkata dengan hambar:
"Ayoh bicara, sebenarnya kau masih mempunyai alasan apa lagi? Permintaan busuk apa lagi
yang belum kau gunakan?" Betapapun tebalnya iman seseorang, bila rasa harga dirinya mulai
tersinggung, dia tak akan tahan juga apa lagi beberapa patah kata itu jelas menunjukkan sikap
yang kelewat keterlaluan.
Pedang perak tak bisa menahan diri lagi, dengan nada melawan dia berseru: "Lantas kau
inginkan aku berbuat apa?" Pedang emas semakin naik darah lagi setelah mendapat pertanyaan
ini, teriaknya:
"Sungguh tak kusangka kau berani berdebat dihadapanku. Hmmm, sesungguhnya apa
maksudmu?"
"Aku tidak bermaksud apa-apa, aku justru sedang mendengarkan perkataanmu."
"Bagus sekali" bentak pedang emas kemudian. "Aku perintahkan kepadamu untuk segera enyah
dari hadapanku, makin jauh kau pergi semakin baik, mengerti?"
Merah padam selembar wajah pedang perak dibuatnya sambil berusaha menahan kobaran
hawa amarah didalam hatinya dia berkata: "Toa suko, sungguh tak kusangka gara-gara seorang
wanita, kau menjadi begitu marah kepadaku?"
"Aku bukan marah karena urusan wanita"
"Lalu karena apa?"

"Karena aku muak melihat tampangmu, muak melihat kecerimisanmu, muak melihat segala
tingkah lakumu, mengerti? Nah, sekarang kau boleh enyah dari hadapanku, enyah secepatnya dari
sini"
Kali ini pedang perak tak bisa menahan ledakan hawa amarahnya lagi, dengan perasaan yang
tak karuan dia menjawab:
"Baik, pergi yaa pergi....."
Begitu selesai berkata, dia segera membalikkan badan dan beranjak pergi meninggalkan tempat
itu.
Sebagaimana diketahui, sesungguhnya pedang perak memang enggan menjadi sipenjaga
pintunya pedang emas, setelah keadaan berkembang menjadi begini rupa, dia pun segera
manfaatkan kesempatan baik ini untuk pergi meninggalkannya.
Gara-gara persoalan putri Kim huan, akhirnya hubungan persaudaraan harus menjadi retak
seperti ini, sesungguhnya pedang emas sendiripun tidak menduga sampai disini. Tapi karena nasi
sudah menjadi bubur, peristiwapun telah berlangsung, maka pedang emaspun tidak berusaha
untuk mencegahnya lagi. Menanti pedang perak sudah pergi jauh, pedang emas mulai merasa
kesepian, iapun berpikir:
"Aaaaai.....mengapa harus terjadi begini? Yaaa, watak pedang perak memang terlalu
berangasan, mengapa sih dia tak mau mengalah kepadaku?" Darimana dia tahu bahwa bencana
sering kali disebabkan urusan wanita, setiap masalah wanita sudah muncul, maka berbagai
kesulitan dan kerumitanpun akan berdatangan. Begitulah dengan membawa perasaan yang
murung dan masgul pedang emas berjalan menuju kegua sebelah utara.
Gua sebelah utara dijaga oleh pedang air.
Waktu itu dia bermaksud menuju kegua sebelah utara untuk mengobati luka dalam yang parah
dari si pedang air dengan menggunakan lentera hijau mestika itu.
Tapi dikala pedang emas tiba digua sebelah utara dan belum lagi memasuki ruangan batu, ia
sudah dibuat naik darah lagi.
Waktu itu, bukan saja ia sudah tak berniat mengobati luka dalam dari pedang air lagi. Bahkan
kalau bisa ingin membacok mampus adik seperguruannya ini. Apa yang telah terjadi?
Seperti apa yang telah disebutkan tadi, wanita adalah sumber dari segala bencana. Rupanya
disaat pedang emas tiba dimulut gua sebelah utara, dari luar ruangan dia telah mendengar suara
pembicaraan sepasang lelaki perempuan yang memanaskan hatinya. Tak salah lagi yang lelaki
adalah sipedang air sedang sang perempuan adalah putri Kim huan.
Terdengar pedang air sedang berkata waktu itu. "Apa salahnya kalau mengikuti aku?
Huuuh.....aku telah mencarikan pakaian untukmu, mempersilahkan kau tidur diatas
ranjangku......huuu....huuu.....apakah kurang baik pelayananku ini kepadamu?"
"Setan kau, kau jahat sekali tadi....."
"Bagaimana jahatnya?" Putri Kim huan segera mengucapkan sesuatu dengan suara rendah,
namun karena suaranya kelewat kecil sehingga sama sekali tak terdengar secarajelas.
Walaupun begitu sipedang air yang berada disampingnyajustru tertawa terbahak-bahak. Selang
sesaat kemudian, suasana didalam ruangan gua itu pulih kembali dalam keheningan, tidak
kedengaran suara apapun disitu.
Pedang emas yang berada diluar gua segera merasakan hatinya tersiksa hebat, dia tak dapat
membayangkan bagaimanakah perasaan hatinya sekarang......
Mendadak terdengar suara putri Kim huan berseru kembali:
"Jangan....jangan berbuat begitu"
"Tadi saja kau mau dibeginikan, mengapa kau menolak sekarang?" tanya pedang air.

"Tidak, aku tak mau......" seru putri Kim huan dengan manjanya.
"Apakah aku membohongimu? Tak usah kuatir, aku pasti akan mewariskan ilmu silatku
kepadamu, agar kaupun bisa lari secepat terbang seperti aku.....uuuhuuu.....uuuhhuuu.....apakah
semua perbuatanku ini bukan untuk memenuhi keinginanmu?"
Sewaktu berbicara, seringkali ia harus berhenti sejenak karena terbatuk-batuk, nampak luka
yang dideritanya masih cukup parah.
Namun putri Kim huan tidak memperdulikan hal itu, malahan nampaknya lebih bergembira.
Pedang emas yang mengikuti jalannya pembicaraan itu semakin mendongkol lagi, tanpa terasa
umpatnya:
"Mak-nya benar perempuan ini, bedebah terkutuk, karena melihat wajahku jelek, dia berlagak
seperti perempuan suci yang alim dan tak suka begituan. Siapa tahu setelah bertemu dengan
pedang air yang bertampang agak mendingan, meski keadaannya seperti orang yang terserang
penyakit, ia sudah memperlihatkan sifat lontenya......?"
Rupanya disaat putri Kim huan berhasil kabur keruang tempat tinggal pedang air tadi, ia sudah
berada dalam keadaan lemah dan lelah, itulah sebabnya dia tak mampu menolak kehendak
pedang air sewaktu menyetubuhi dirinya tadi. Bagi seorang wanita yang sudah terlanjur ternoda,
biasanya dia tak akan menampik untuk disetubuhi lagi oleh pria lain disaat keadaannya lemah dan
tak mampu menolak,
terutama sekali berada dihadapan pedang air yang pandai merayu dan merangsang. Sementara
itu terdengar putri Kim huan telah berkata lagi:
"Aku merasa agak takut, kalau sampai diketahui pedang emas, bagaimana jadinya?"
"Apa salahnya kalau diketahui oleh toa suko?"
"Dia pasti akan cemburu dan membencimu, dia pasti akan berusaha merusak hubungan kita
dan bahkan mencelakai kita berdua." Mendengar sampai disitu, pedang emas sudah tak sanggup
menahan diri lagi, tiba-tiba ia membentak keras:
"Kentut busuk!!! Siapa yang akan cemburu siapa yang berminat untuk mencelakai dirimu.
Hmmm, perempuan macam apa sih dirimu itu?"
Dua orang yang berada dalam ruang gua itu menjadi tertegun setelah mendengar perkataan
ini.
Buru-buru sipedang air berkata:
"Toa suko, rupanya kau sudah datang." Sebaliknya putri Kim huan ketakutan setengah mati, air
mulanya pucatpias seperti mayat, untuk berapa saat lamanya dia tak tahu bagaimana mesti
berbuat. Terdengar sipedang emas berkata lagi:
"Yaa benar, memang aku telah datang, tapi sekarang aku tak berniat bertemu lagi dengan
kalian, lebih baik kalian sepasang laki perempuan anjing segera enyah dari hadapanku"
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa pedang air mengajak putri Kim huan berjalan keluar
dari ruangan. Sambil menyembunyikan diri dibalik kegelapan, pedang emas berkata lagi: "Hey
pedang air, sebenarnya aku bermaksud mengobati luka dalammu dengan menggunakan lentera
hijau, tapi kenyataannya sekarang kau telah lalai didalam menjalankan tugas, bahkan kaupun
berani berbuat mesum dengan perempuan tersebut disini, kau.....perbuatanmu benar-benar
kurang ajar."
"Toa suko" seru pedang air agak gemetar. "Aku mengaku salah, tapi aku benar-benar kelewat
mencintai putri Kim huan, itulah sebabnya tak kuasa lagi aku telah...." Sementara itu putri Kim
huan pun sadar bahwa pedang emas akan naik pitam, maka dengan nekad dia menyela:
"Akupun sangat mencintai pedang air, bila kau ingin membunuhnya, lebih baik bunuhlah kami
berdua bersama-sama, aku tak akan kerdipkan sepasang mata ku......."

Baru berbicara sampai separuh jalan, pedang air telah menukasnya dengan cepat:
"Toa suko....kau....uuuhuuu.....uuuhuuu....kau harus mengampuni kesalahanku?"
Pedang emas segera tertawa dingin.
"IHaaaah.....haaaah.....haaaah......pedang air, bila kujatuhkan hukuman berat kepadamu hanya
disebabkan urusan perempuan semacam putri Kim huan, aku rasa tindakanku ini kelewat cepat
pikirannya."
"Yaa, betul-betul....." buru-buru sipedang air mengiakan berulang kali.
Baru saja putri Kim huan hendak menimbrung, buru-buru pedang air mendekap mulutnya
seraya berkata lagi:
"Toa suko, kuharap kau jangan menjadi marah hanya dikarenakan berapa patah perkataan tadi
seorang wanita"
Kali ini pedang emas tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaaah....haaaah.....aku tak akan marah, tapi aku berharap kaupun jangan
menjumpai diriku lagi seumur hidupmu. Cepat ajak perempuan itu dan pergi dari sini sejauhnya,
aku tak akan menarik panjang persoalan ini lagi"
Sambil terbatuk-batuk pedang air mengiakan berulang kali, kemudian ia berkata lagi:
"Tapi kuharap toa suko sudi menyembuhkan penyakit batukku ini dengan lentera hijau,
aku......"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, terdengar pedang emas telah membentak keras: "Lebih
baik tak usah berangan-angan yang muluk, enak betul jalan pemikiranmu itu, bila kau tidak segera
angkat kaki dan enyah dari sini sekarang juga ,jangan salahkan bila aku akan berubah pikiran
serta bertindak keji kepadamu" Pedang air dan putri Kim huan benar-benar dibuat kelabakan
setengah mati.
mereka jadi bingung dan tak tahu apa yang mesti dilakukan. Sementara itu pedang emas hanya
menyembunyikan diri dibalik kegelapan, dia tak pernah munculkan diri, hal mana menambah
suramnya situasi disekitar sana. Akhirnya putri Kim huan berseru:
"Pergi yaa pergi, apalagi yang memberatkan hatimu?" Agaknya pedang airpun cukup tahu
bahwa pedang emas bukan manusia yang gampang dihadapi, setelah ia perintahkan kepadanya
untuk pergi dari situ, lebih baik dituruti saja kemauannya daripada ditentang. Karenanya sambil
menjura diapun berkata: "Toa suko, aku akan pergi duluan, bila bertamu kembali dikemudian hari
aku tentu akan memberikan penjelasan kepadamu atas kesalahan paham yang terjadi hari ini"
Selesai berkata, sambil terbatuk-batuk dia segera mengajak putri Kim huan beranjak pergi
meninggalkan tempat itu. Suasanapun pulih kembali dalam keheningan dan kesepian yang luar
biasa. Pedang emas merasakan pikirannya kosong dengan langkah yang sedikit gontai akhirnya
dia berjalan menuju kepintu gua sebelah selatan. Tapi sebelum ia mencapai tempat tujuan,
seseorang telah munculkan diri dari depan situ.
Ternyata orang itu adalah sipedang kayu. Pedang kayu memang mendapat perintah untuk
menjaga kawasan tersebut. begitu bertemu dengan pedang emas, sambil tertawa paksa pedang
kayu segera berkata: "Kionghi toa suko atas keberhasilanmu pulihkan kembali raut mukamu, aku
yakin ilmu silatmu pasti akan peroleh banyak kemajuan ketimbang keadaan dahulu?"
Berkat lentera hijau, pedang emas memang memperoleh banyak manfaat dan kemajuan dalam
ilmu silatnya.
Tapi dengan suara dingin ia segera menyahut: "Tak ada urusan yang perlu diberi selamat"
"Tapi toa suko, selama bertugas disini, segalanya berjalan dengan lancar......"
pedang kayu mencoba memberi penjelasan.

"Sudahlah, tak usah banyak bicara lagi" tukas pedang emas cepat. "Darimana kau bisa tahu
kalau aku telah mencapai kesuksesan?"
Sebenarnya pertanyaan ini diutarakan tanpa maksud, tapi pedang kayu segera menyahut:
"Tadi......."
Baru berbicara sampai setengah jalan, tiba-tiba saja dia menelan kembali kata berikut.
Pedang emas segera mendesak lebih jauh: "Kenapa tadi? Apakah pedang air dan putri Kim
huan telah datang kemari? Atau kah mungkin putri Kim huan sudah datang kemari lebih duluan?"
Pedang kayu adalah seorang lelaki yang cerdas dan panjang pikirannya, mendengar ucapan
mana, sambil tertawa paksa ia segera menjawab:
"Dugaan toa suko memang sangat hebat, aku rasa segala sesuatunya pasti sudah kau ketahui,
sehingga rasanya akupun tak usah banyak berbicara lagi."
"Hmmm, memang tak ada yang perlu dibicarakan lagi." Selama ini dia selalu menganggap
penampikan putri Kim huan untuk bercinta dengannya sebagai suatu peristiwa yang sangat
memalukan, karena itu setelah pedang kayu enggan membicarakan persoalan mana, sudah
barang tentu diapun tak ingin mengorek luka sendiri.
Maka setelah hening sesaat, diapun bertanya: "Kini tugasmu telah selesai, apa rencanamu
selanjutnya?"
"Aku mempunyai kedudukan digedung pembesar Kanglam, oleh sebab itu aku harus pergi
kesana untuk menjenguk keadaan ditempat tersebut."
Pedang emas termenung berapa saat lalu sahutnya:
"Yaa, begitupun ada baiknya juga ." Pedang kayu kembali berkata:
"Selama berapa hari terakhir, didalam dunia persilatan pasti sudah terjadi perubahan besar,
entah permainan busuk apa lagi yang sedang dilakukan Kim Thi sia sisetan kecil itu, aku ingin
mencari berita tentang semuanya itu."
"Bagus sekali, tapi kau mesti berhati-hati dalam perjalananmu kali ini, bila ada suatu berita
penting cepat laporkan kepadaku, tak sampai tiga hari aku tentu akan datang kegedung pembesar
Kanglam untuk mencarimu......"
Pedang kayupun segera mohon diri dan pergi meninggalkan tempat tersebut.
sepeninggal pedang kayu, pedang emas manfaatkan sisa tiga hari yang ada untuk menambah
tenaga dalam sendiri dengan bantuan lentera hijau, lagi pula dia mencoba melatih kembali semua
kepandaiam silat yang pernah dipelajarinya. Hingga dia merasa puas dengan hasil latihannya,
berangkatlah pemuda ini menuju kegedung pembesar Kanglam. Setibanya digedung istana
tersebut dan bertemu dengan pedang kayu, ia menjumpai adik seperguruannya datang melapor
dengan gugup.
"Aduh celaka toa suko, Kim Thi sia bocah keparat itu sedang datang mencarimu katanya dia
hendak mengambil kembali lentera hijau tersebut untuk mengobati seorang wanita yang bernama
Lin lin." Mendapat laporan itu, sipedang emas segera tertawa terbahak-bahak,
"Haaaah.....haaaah......haaaah.....kebetulan sekali kedatangannya, aku memang bermaksud
pergi mencarinya serta minta kembali pedang mestika Leng gwat kian, agar dua mestika dari
dunia persilatan, pedang Leng gwat serta lentera hijau bisa berkumpul menjadi satu ditanganku"
Maka diapun mengikuti petunjuk pedang kayu pergi mencari Kim Thi sia serta mencoba
kepandaian silatnya.
Siapa tahu ilmu silat yang dimiliki Kim Thi sia pun telah peroleh kemajuan yang amat pesat,
hingga tak mungkin buat pedang emas untuk menangkan pertarungan itu dalam waktu singkat.
Karenanya dia berlari keluar dari ruangan dengan maksud mencari tempat lain guna
melanjutkan perta rungan ini. Diluar dugaan Kim Thi sia sama sekali tidak mengenali dirinya

sebagai sipedang emas hingga tidak melakukan pengejaran, sampai pedang kayu muncul kembali
dan menjelaskan duduknya persoalan, Kim Thi sia baru memahami apa gerangan yang telah
terjadi. Karena ingin menolong Lin lin dengan menggunakan lentera hijau, begitu mendengar
penuturan tersebut Kim Thi sia segera berangkat meninggalkan ruangan untuk melakukan
pengejaran.
Tak lama kemudian sampailah disebuah tempat yang sepi dan jauh dari keramaian manusia,
disitulah dia mendengar suara pekikkan nyaring yang bergema memecahkan keheningan.
Kemudian ia mendengar sipedang emas membentak keras: "Bocah keparat, memang kebetulan
sekali kedatanganmu, hari ini aku hendak mengajakmu untuk berduel serta menentukan siapa
yang lebih unggul diantara kita, akan kulihat seberapa banyak kepandaian silat yang berhasil kau
pelajari dari suhu."
Kim Thi sia yang bertemu kembali dengan pedang emas, dengan suara keras berseru pula:
"Hey pedang emas, tak kusangka kau telah merubah tampang mukamu seperti ini dengan
menggunakan lentera hijau."
Pedang emas tertawa tergelak, "Haaaah....haaaah....haaaah.....bukan cuma tampang mukaku
yang berubah, lagipula ilmu silatku telah peroleh kemajuan yang amat pesat, kau jangan samakan
keadaan sekarang dengan keadaan dulu"
"Kionghi, kionghi....." buru-buru Kim Thi sia menjura memberi selamat.
"Hmmm, tak usah banyak adat"
Setelah hening sesaat, kembali Kim Thi sia berkata:
"Sesungguhnya lentera hijau itu merupakan benda milikku yang hilang, sekarang kau harus
mengembalikan kepadaku" Pedang emas tidak menjawab, dia malah mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak.
Gelak tertawanya amat keras dan mengandung nada bangga selain sindiran yang tajam.
Hingga sepertanak nasi lamanya dia baru menghentikan gelak tertawanya itu.
oooOooo
Selama ini, Kim Thi sia hanya berdiri tenang disamping tanpa mengucapkan sepatah katapun,
agaknya dia memang sengaja memberi kesempatan buat pedang emas untuk tertawa sepuasnya.
Sampai lama kemudian, Kim Thi sia baru menegur: "Apa yang kau tertawa kan selama ini?"
"Kau ingin kembali meminta lentera hijau tersebut dari tanganku?"jengek pedang emas sambil
tertawa geli.
"Benar" jawaban Kim Thi sia tegas dan keras.
"Tahukah kau apa maksud kedatanganku kemari mencarimu?"
"Darimana aku bisa tahu?"
"Aku justru kemari untuk meminta pedang Leng gwat kiam tersebut dari tanganmu"
Tanpa terasa Kim Thi sia meraba gagang pedang Leng geat kiamnya, lalu menjawab: "Omong
kosong, benda ini milik keluargaku, mengapa aku harus serahkan kepadamu?"
"Atas dasar apa kau mengatakan bahwa pedang Leng gwat kiam tersebut milikmu?"
"Sekarangpun masih tergantung dipinggangku, inilah bukti yang paling jelas."
"Oooh, lentera hijaupun saat ini berada disakuku, apakah benda inipun milikku?" jengek pedang
emas sambil tertawa hambar.
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia ia segera mengumpat:
"Kau benar-benar kurang ajar." Sebagai seorang pemuda yang polos dan jujur, dia memang
takpandai berdebat, karenanya dia berteriak lagi:

"Hmmm, kau hanya membuat-buat alasan saja"
"Oya? Lantas apa alasanmu?"
"Pedang Leng gwat kiam merupakan mestika dari keluargaku sejak turun temurun"
"Oooh......begitu? Bagus sekali, kebetulan lentera hijau inipun merupakan pusaka keluargaku
sejak turun temurun."
"Mengapa aku belum pernah mendengar tentang soal ini?" teriak Kim Thi sia dengan
mendongkol.
"Akupun belum pernah mendengar kalau pedang leng gwat kiam merupakan benda pusaka dari
keluarga Kim kalian."
"Mungkin telingamu sudah tuli sehingga berita inipun belum pernah kau dengar."
"Hey Kim Thi sia, terus terang aku bicara kepadamu, Leng gwat kiam maupun lentera hijau
merupakan benda mestika dari dunia persilatan, kau tak perlu mengaku-ngaku lagi" bentak
pedang emas nyaring.
"Siapa yang tak mengerti tentang soal ini?"
"Tapi mungkin kau belum pernah mengerti tentang sepatah kata......."
"Perkataan apa?"
"Benda mestika dari dunia persilatan hanya diperoleh bagi mereka yang berbakat serta
berjodoh dengan benda tersebut......"
Mendengar ucapan ini, Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahakbahak,
"Haaah....haaah....hey pedang emas, apakah kau anggap dirimu adalah seorang manusia yang
berbakat serta berjodoh dengan benda mestika itu?"
"Tepat sekali perkataanmu itu"
Dengan gemas Kim Thi sia segera meludah, serunya: "Aku jadi malu karena mendengar
ucapanmu itu, kau betul-betul seorang manusia latah yang tak tahu diri."
Tiba-tiba pedang emas menarik mukanya lalu dengan serius dia berseru: "Itu mah menurut
pandanganmu pribadi, apa sangkut pautnya dengan diriku? Tapi......"
Berbicara sampai disitu dia sengaja termenung sampai lama sekali, tingkah lakunya kelihatan
amat rahasia. "Tapi kenapa?" Kim Thi sia yang tak sanggup menahan diri segera bertanya dengan
rasa ingin tahu.
"Siapa yang membawa benda mestika, dia bisa ketimpa malapetaka, pernah kau dengar ucapan
ini?"
"Apa maksudmu?"
"Artinya bila kau tidak segera menyerahkan pedang mestika Leng gwat kiam tersebut
kepadaku, maka bencana besar mungkin akan segera menimpa dirimu."
"Bencapa apa?"
"Bencana kematian."
Mendengar itu, Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak,
"IHaaah....haaah....haaaah....justru kau si penghianat perguruan, murid durhaka yang bakal
ketimpa bencana kematian."
"Kentut busuk."
"Tidak kau akuipun percuma, sebab kenyataan toh demikian, nah cepat serahkan lentera hijau
itu kepadaku atau kalau tidak......"

"Kalau tidak kau bisa berbuat apa kepadaku?"
"Kau toh sudah tahu sejak dulu, aku adalah murid kesepuluh dari Malaikat pedang berbaju
perlente."
"IHuuuuh, terhitung jagoan macam apaan dirimu itu?" kembali pedang emas menjengek sinis.
"Aku mendapat pesan terakhir dari suhu untuk mengirim kalian semua berangkat keakhirat."
Kali ini pedang emas tertawa menyeramkan. "IHeeeehh.....heeeeeh.....heeeeeh......sebaliknya
aku justru akan mengirim nyawamu untuk berpulang kealam baka, agar bisa bersua kembali
dengan gurumu itu"
Tanpa meloloskan pedangnya lagi, tiba-tiba saja dia menerobos maju kedepan sambil
melepaskan sebuah pukulan gencar. Kim Thi sia tidak menyangka kalau musuhnya akan
melancarkan serangan secara tiba-tiba dengan kekuatan demikian dahsyatnya, dia tak sempat lagi
menghindarkan diri buru-buru ilmu Ciat khi mi khi dikerahkan untuk menahan datangnya
gempuran tersebut.
begitu ilmu Ciat khi mi khi dikerahkan, segenap kekuatan tubuhnya terhimpun menjadi satu.
Tapi serangan yang dilancarkan sipedang emas ini benar-benar mengandung kekuatan yang
mengerikan, ibarat amukan topan yang menggulung ombak ditengah samudra, dengan dahsyat
dan hebatnya menyambar dan melanda kemuka.
Kim Thi sia sama sekali tak gentar, ia memang sengaja mengandalkan ilmu Ciat khi mi khinya
untuk menerima gempuran musuh, sebab dia ingin mencoba sampai dimanakah taraf kemampuan
yang berhasil dicapai pedang emas. Sebab ia mendengar pedang emas berhasil mendapat
kemajuan yang pesat dalam bagian tenaga dalamnya berkat bantuan dari lentera hijau tersebut.
Siapa tahu begitu dicoba, ia segera menyadari betapa dahsyat dan luar biasanya kekuatan
lawan.
Sementara itu serangan yang dilancarkan pedang emas telah menerobos kemuka siap
menghajar bahu kiri Kim Thi sia. Serta merta sianak muda itu menggetarkan bahu kirinya siap
menghisap kekuatan inti musuh.
Akan tetapi diluar dugaan kekuatan yang dimiliki pedang emas sekarang sudah jauh berbeda
dengan keadaan dulu. "Blaaaammm......"
Bentakan keras yang memekikkan telinga pun segera bergema memecahkan keheningan.
Ditengah berhamburannya pasir dan debu keempat penjuru, terdengar Kim Thi sia berseru
tertahan, sambil muntahkan darah segar tubuhnya terpental kebelakang. Seketika itu juga ia
merasakan perutnya terguncang hebat, kepalanya pusing tujuh keliling dan kesadaranya mulai
kabur. Melihat musuhnya mundur dengan sempoyongan, pedang emas menjadi kegirangan
setengah mati, kembali ia tertawa tergelak, Apa bila menuruti adatnya semula, pedang emas tentu
akan menganggap Kim Thi sia pasti akan mati oleh serangannya dan saat itu akan merasa
bergembira. Tapi ilmu Ciat khi mi khi yang dimiliki Kim Thi sia sudah cukup termashur dalam dunia
persilatan, terutama sekali pedang emas sudah beberapa kali menderita kerugian ditangan
lawannya, sudah barang tentu dia tak mau menyudahi serangannya sampai disitu saja.
Belum habis gelak tertawanya bergema, pedang emas telah melompat kemuka dengan
menggunakan jurus "delapan langkah mengejar comberet" sekali lagi ia mendesak maju kemuka.
Tak sampai darah yang muntah keluar dari Kim Thi sia selesai mengucur, dan tak sampai
pemuda itu sempat merangkak bangun, kembali sebuah serangan telah dilancarkan kedepan.
Perlu diketahui, ilmu Ciat khi mi khi memiliki daya kemampuan sangat hebat, betapa pun
besarnya tenaga serangan yang mengancam datang, kepandaian tersebut mampu untuk
menghisap sarinya tanpa merugikan tubuh sendiri. Tapi seandainya tenaga dalam yang dimiliki
pihak musuh jauh lebih dahsyat dan kuat, sekalipun kepandaian tersebut tetap berfungsi
menghisap sari kekuatan lawan, namun paling tidak keadan pada saat itu amat tidak
menguntungkan. Begitulah posisi Kim Thi sia saat ini, berhadapan langsung dengan musuh seperti

pedang emas yang sama sekali tidak memberi peluang baginya untuk istirahat, ia benar-benar
kewalahan dibuatnya. Baru saja serangan yang pertama membuat dia memuntahkan darah segar,
serangan kedua kembali menggelora darah panas didalam dadanya hingga menerobos naik lagi
keatas tenggorokan.
Tapi berhubung darah panas yang bergolak pertama tadi belum sempat ditumpahkan secara
keseluruhan, sedang darah berikut sudah menerjang naik bergumpalnya dua gulung darah panas
membuat muka dan mulut Kim Thi sia menggelembung besar. Tampak tubuhnya menggelinding
diatas tanah bagaikan bola sambil bergulingan dia menjerit tiada hentinya.
Pada saat itulah dari sekeliling arena pertarungan bergema gelak tertawa yang ramai. Rupanya
sipedang kayu sambil mengempit tubuh Lin lin dengan sebilah pedang ditempelkan diatas
tengkuknya telah muncul disana, disekelilingnya berdiri pula lima orang pria dan seorang wanita.
Kelima orang pria itu rata-rata berperawakan tinggi besar dan bermata amat tajam, jelas
mereka adalah sekawan jago pedang yang berilmu silat sangat tinggi. Sedangkan yang perempuan
bertubuh ramping, berkulit putih bagaikan sayu dan berwajah cantik jelita bak bidadari dari
khayangan.
Sementara itu sipedang kayu sedang bersorak memuji: "Toa suko, tenaga saktimu benar-benar
luar biasa hebatnya" Kelima orang pria dan seorang wanita itu turut bertepuk tangan tiada
hentinya, mereka sama-sama memperlihatkan rasa kagum dan hormatnya kepada sipedang emas,
karena dalam dua buah serangan beruntun telah berhasil merobohkan Kim Thi sia. sebetulnya
waktu itu sipedang emas berniat menyusulkan tiga buah serangan lagi untuk segera
membinasakan Kim Thi sia diujung telapak tangannya, namun sesudah mendengar tempik sorak
yang gegap gempita dari sekeliling tempat itu, dia segera mengurungkan niatnya dan tertawa
terbahak-bahak penuh rasa bangga.
Dipihak lain, Kim Thi sia sedang merangkak bangun dari atas tanah dalam keadaan yang amat
mengenaskan.
Melihat Kim Thi sia telah berhasil merangkak bangun, pedang emas segera sadar bahwa
usahanya selama ini bakal sia-sia belaka. Kontan saja ia menjadi tak senang hati agak marah dia
menegur:
"Pedang kayu, apa maksudmu datang kemari?"
Buru-buru sipedang kayu tertawa paksa sahutnya: "Aku takut toa suko menjumpai suatu
peristiwa yang tak diinginkan, maka aku sengaja datang kemari sambil membopong badak ini
maksudku bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan, maka akan kubunuh budak ini lebih dahulu"
Kim Thi sia baru saja memuntahkan keluar darah kental yang mendesak keluar dari rongga
dadanya, dia menjadi gusar sekali sesudah mendengar perkataan itu. serunya kemudian:
"Bajingan keparat, kau licik, kau busuk berani amat menggunakan cara yang begini licik dan
memalukan untuk menghadapiku"
Sementara itu sipedang emas telah menuding kearah lima orang pria dan seorang gadis itu
sambil bertanya: "Siapa pula orang-orang ini?"
Perlu diketahui, kelima orang lelaki dan seorang gadis itu berdiri agak jauh dari arena sehingga
dari kejauhan tak begitu terlihat jelas raut wajah mereka. Cepat-cepat sipedang kayu menjawab:
"Toa suheng, mereka adalah lima naga seekor burung hong, anak buah raja langit berlengan
delapan."
Kim Thi sia yang mendengar ucapan mana segera berseru tertahan, kemudian teriaknya:
"Bagus sekali, rupanya kalian sekawanan anjing budukan telah berkumpul menjadi satu
komplotan"
Pedang kayu sama sekali tidak menggubris ejekan Kim Thi sia itu kembali ia berkata: "Lima
naga satu burung hong sengaja datang kemari untuk menyambut kedatangan toa suko"

Dengan cepat pedang emas berpaling kearah keenam orang tersebut, lalu tegurnya ketus:
"Siapa suruh kalian datang menyambut kedatanganku?"
Si nona atau burung hong itu segera menjawab: "Sudah lama kami mendengar tentang nama
besr sembilan pedang dunia persilatan yang menjagoi seluruh dunia, karena itulah kami sengaja
datang untuk menggabungkan diri" Kim Thi sia merasa suara perempuan ini seperti amat dikenal
olehnya, dengan cepat dia menyela: "Hey, apa tujuan kalian?"
Dalam pada itu kelima naga dan burung hong telah berjalan semakin mendekat. Burung hong
kembali berkata:
"Kami berniat untuk bekerja sama dengan sembilan pedang dunia persilatan dan bersama
membangun pekerjaan besar didunia persilatan."
Sementara itu Kim Thi sia telah mencoba meminjam sinar rembulan untuk mengamati wajah
gadis itu, kemudian pikirnya lagi:
"Heran, kenapa perempuan ini berwajah mirip sekali dengan saudara Lam wi?"
Dalam pada itu sipedang emas telah menyahut sambil tertawa nyaring: "Orang bilang siburung
hong dari Leng han. Lam Peng pandai sekali berbicara, nyata sekali berita tersebut memang bukan
omong kosong belaka, kau memang tak malu pula menjadi putri kesayangan dari Pek kut sinkun."
Siburung hong Lam Pang segera memberi hormat sambil tertawa-tawa, sahutnya:
"Terima kasih pujian itu, aku tak berani menerimanya." Kim Thisia adalah seorang pemuda
yang polos dan terbuka, melihat tingkah laku mereka itu ia menjadi kesal, mendadak teriaknya:
"Huuuuh, lebih baik tak usah bertingkah laku tengik" Si burung hong Lam Peng melirik sekejap
kearahnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Kami tak berani dibandingkan dengan Kim sauhiap, kau selalu menjagoi dunia persilatan
dengan mengutamakan kesetiaan kawan, sudah lama kami kagum akan hal ini."
Biarpun ucapan ini ditujukan kepada pedang emas, sesungguhnya mengandung arti dari
perkataan tersebut, dengan mendongkok ia segera berseru: "Kenapa aku dibilang tak setia
kawan?"
Pedang kayu segera menyela: "Jika kau mengutamakan soal kesetiaan kawan, sudah tidak
sepantasnya kau berani menentang bahkan melawan toa suheng."
"Kenapa?" tanya Kim Thi sia lagi gemas.
"Bukankah suhu sudah lama meninggal dunia, ini berarti kedudukan toa suheng sama seperti
kedudukan suhu, sudah sepantasnya bila kau menaruh hormat kepadanya." Mendengar ucapan
mana, Kim Thi sia segera tertawa terbahak-bahak,jengeknya:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....kalian telah berkomplot untuk mencelakai suhu, membuatnya
menderita sepanjang akhir hayatnya dan mati secara mengenaskan, dosa kalian sudah tak
terampuni lagi. Kenapa aku mesti menaruh hormat kepadanya?"
"Hmmmm, itukan merupakan tuduhanmu sepihak" seru pedang kayu lagi.
"Sudahlah, lebih baik kau tak usah membicarakan soal orang lain, bukankah kau sendiripun
terlibat dalam peristiwa ini? IHmmm, kau lebih munaflk, kau manusia hina."
"Hmmm, omong kosong"
"Siapa bilang? Kau telah mendapat tugas berat dari negara untuk mengurusi bahan pangan
negara, tapi kenyataannya kau tidak berbakti untuk rakyat banyak sebaliknya malah menindas dan
mempermainkan rakyat jelata secara semena-mena, perbuatan ini lebth terlutuk."
"Bocah keparat, lebih baik kau tak usah mencampuri urusan ini" teriak pedang kayu marah.

JILID 49
"Hmmm" kembali Kim Thi sia berkata sambil mendengus, "Kau telah mendapat budi dan
pendidikan dari pihak istana pembesar Kanglam, kaupun diberi kedudukan yang terhormat, besar
sekali budi kebaikan yang ia berikan kepadamu, tapi nyatanya kau justru membalas air susu
dengan air tuba, engkau manusia keparat yang tak mengenal budi"
Mimpipun si pedang kayu tak mengira kalau Kim Thi sia akan membongkar rahasia
kemunafikannya dihadapan orang banyak. kontan saja ia menjadi tak senang hati, katanya Cepat:
"Ayoh katakan, kesalahan apa lagi yang telah kuperbuat?"
Dalam anggapannya Kim Thi sia tak pandai berbicara, sekalipun hendak memaki orang lainpun
tak akan mampu banyak bicara, maka dia berusaha menahan diri sebisa mungkin, agar hal
tersebut justru membangkitkan amarah si pedang emas sekalian hingga mereka menyerang si
pedang emas sekalian hingga mereka menyerang seCara bersama-sama dan menghabisi nyawa
Kim Thi sia. Terdengar Kim Thi sia membentak lagi:
"Apa dosa dan kesalahan nona Lin lin terhadap dirimu? Mengapa kau mengancam jiwanya
dengan ujung pedang disaat dia berada dalam keadaan tak sadar? Hmm, bukankah tindakan
seperti ini membuktikan pula kemunafikan dan kelicikanmu?" Dari malunya si pedang kayu
menjadi naik darah ia segera mengancam.
"Hey bocah keparat, bila kau berani banyak cincong lagi, jangan salahkan bila kubacok Lin lin
sampai mampus"
Sambil berkata, dia segera mengayunkan pedangnya dansiap melancarkan sebuah bacokan
yang mematikan.
Kim Thi sia menjadi sangat gelisah, buru-buru serunya: "Eeeeh.....tunggu dulu"
Siburung hong Lam Peng yang mengikuti adegan tersebut, tiba-tiba saja merasakan hatinya
kecut, serunya cepat:
"Kenapa? Kau merasa sakit hati bukan Kim Thi sia?"
"Aku sih tidak merasa sedih hati" sahut sang pemuda cepat.
Padahal sewaktu melihat pedang si pedang kayu hendak membacok tubuh Lin lin tadi, ia sudah
ketakutan setengah mati hingga mandi keringat dingin. Sambil tertawa licik si pedang kayu
berkata:
"Hmmm, aku tahu meskipun diluar kau mengatakan tak sakit hati, padahal tubuh sudah
gemetar keras."
"Mengapa engkau harus gemetar keras?" teriak Kim Thi sia sambil menahan geramnya.
"Sebab kauamat mencintai Lin lin" kata siburung hong Lam Peng dengan suara lantang. "Sebab
kau merasa tak tegamelihat ia mati diujung pedangmu, maka setelah melihat jiwanya terancam
bahaya, kau segera berteriak-teriak seperti orang kerasukan setan."
Waktu itu, Kim Thi sia benar-benar merasa amat gelisah, sebagai orang yang polos dan jujur,
beleh dibilang ia tak berhasil menemukan sesuatu carapun untuk mengatasi keadaan.
Ia cukup tahu, manusia sebangsa pedang kayu merupakan manusia yang keji dan berhati buas,
apa yang telah diucapkan sanggup pula dilaksanakan-
Itu berarti jika ia bersikap kurang hati- hati atau terpengaruh oleh emosi, maka akibatnya akan
susah dihayangkan dengan kata-kata.
Maka untuk berapa saat lamanya ia cuma berdiri tertegun dengan perasaan cemas, peluh
sebesar kacang kedele bercucuran membasahi seluruh wajahnya. Wajah si pedang kayu kelihatan
seram dan mengerikan hati, sambil menatap kearah pedang emas ia bertanya:

"Toa suheng, menurut pandanganmu perlukah bagi kita untuk menghabisi nyawa Lin lin
Sibudak ingusan ini?"
pedang emas berdiri tegak ditempat semula sambil memandang kelangit, wajahnya nampak
amat serius.
Sementara itu siburung hong Lam Peng telah melihat sesuatu yang tak beres, ia segera
berkata:
"Jangan kau naik dirinya, saat ini pedang emas sedang memutar otak memikirkan suatu
masalah penting yang amat besar"
"Baik, kalau begitu biar kubacok mampus dulu Lin lin" kata si pedang kayu kemudian-Kim Thi
sia makin gelisah, buru-buru teriaknya keras: "Eeeeh, tunggu dulu"
"Haaah....haaaah....haaaaah.....sungguh tak kusangka ternyata Kim Thi sia adalah seorang
lelaki romantis yang banyak menebarkan benih cinta" jengek siburung hong Lam Pang sinis.
Kim Thi sia tak ambil perduli terhadap sindiran tersebUt, buru-buru katanya lagi:
"pedang kayu, apakah kau benar-benar tak ingin bertahan lebih lanjut digedung pemerintahan
Kanglam?"
"Itu urusan pribadiku, lebih baik tak usah kau campuri"
"Kim sauhiap. tak usah berkeras kepala" sela siburung hong Lam Peng lagi. "Aku dapat melihat,
bila Lin lin sampai mati, sudah pasti kau akan bersedih hati, malah bisa jadi akan mengakhiri
hidupmu sendiri."
Kim Thi sia yang mendengar perkataan tersebut segera tertawa terbahak-bahak.
"Hey setan cilik, apa yang kau tertawa kan?" si pedang kayu segera menegur keras.
"Aku sedang mentertawakan ketololanmu, lebih baik janganlah melakukan perbuatan yang
bakal merugikan diri sendiri"
"Ngaco belo."
"Ketahuilah pedang kayu, andaikata kau sampai membinasakan Lin lin, maka jangan harap kau
bisa tancapkan kaki terus dalam gedung istana pemerintahan Kanglam ini"
"Tapi aku rasa, seandainya kau bersedia menyerahkan pedang Leng gwat kiam kepada kami,
bisa jadi dia tak akan membunuh Lin lin" seru burung hong Lam Peng.
"ooooh, rupanya kalian mengincar pedang mestika Leng gwat kiamku......?"
"Tepat sekali dugaanmu itu."
"pedang tersebut berada ditanganku sekarang, bila menghendakinya, silahkan mencoba
merampasnya dari tanganku."
"Hmmm, sekarang juga kami akan merampasnya dari tanganmu" kata si pedang kayu hambar.
Berbicara sampai disitu, dia melirik sekejap kearah si pedang emas.
Waktu itu si pedang emas masih berdiri tak bergerak. keadaannya tidak berbeda seperti
pendeta tua yang sedang duduk bersemedi, suasana terasa sangat hening.
Dalam keadaan seperti ini, si pedang emas seolah-olah menganggap orang yang hadir dalam
arena sekarang bagaikan rerumputan atau batang kayu.
Sebaliknya para jago yang hadir diarena pun seakan-akan telah melupakan kehadiran si pedang
emas disitu.
Dengan suara lantang Kim Thi sia berseru lagi:
"Bila ingin merebut pedang Leng gwat kiam dari tanganku, mengapa tidak kalian pergunakan
cara yang jujur dan terbuka?"

"Kami toh memintanya secara blak-blakkan, apakah tindakan seperti ini kurang jelas dan
terbuka?"
"Hmmm, menyandera orangpun cara yang jujur?"
"Tentu saja, menyandera orang merupakan salah satu tindakan yang jujur dan terbuka."
"Kalau begitu tak ada perbuatan yang rendah dan memalukan lagi dikolong langit ini" teriak
Kim Thi sia jengkel.
"Mencuri baru perbuatan yang memalukan, main cinta dimana-mana atau menipu orang lain
juga merupakan perbuatan yang memalukan-"
"Oooh, rupanya itulah prinsipmu?"
"Ya, terutama sekali manusia semacam kau, tak setia dalam bercinta dan menipu orang
dimana-mana, perbuatan semacam inilah baru merupakan yang memalukan-"
Pada dasarnya Kim Thi sia memang tidakpandai berbicara, setelah menghadapi pemutar
balikkan fakta oleh Lam Peng, ia menjadi sangat pusing tujuh keliling dan tak tahu bagaimana
mesti berbuat.
Sementara itu si pedang kayu telah mendesak lebih jauh: "Hey orang she Kim, lebih baik kau
sedikit tahu diri"
Dalam cemas dan bingungnya mendadak Kim Thi sia teringat kembali dengan sikap yang
diambilnya sewaktu menghadapi Dewi Nirmala tempo hari, maka sambil berlagak acuh tak acuh ia
segera berkata:
"Hmmm, aku rasa sekalipun pedang leng gwat kiam tidak kuberikan kepada kalianpun tak akan
berpengaruh apa- apa denganku." Sedang dihati kecilnya ia berpikir:
"Bagaimanapun juga meski pedang ini kuserahkan kepada mereka, tapi karena lentera hijau
berada ditangan si pedang emas, tak mungkin aku bisa menolong Lin lin, alangkah baiknya jika
kutunjukkan sikap acuh tak acuh saja, tentu mereka tak akan mengancam diri ku lagi dan untuk
berapa saatpun mereka tak bakal mencelakai Lin lin." Berpikir demikian, Kim Thi sia pun
mengambil keputusan untuk menyerempet bahaya.
pedang kayu menjadi bertambah sewot lagi melihat sikap lawannya yang acuh tak acuh, segera
ancamnya:
"Perduli amat kau mengacuhkan atau tidak, atau kubacok dulu Lin lin sampai mampus" Sembari
berkata dia segera menggetarkan pedangnya dan siap membabat leher Lin lin.
Kim Thi sia merasa tak mungkin untuk menolong kekasihnya, cepat-cepat ia melengos kearah
lain sambil berteriak:
"Kalau ingin membacok. silahkan saja membacok. toh mati hidup Lin lin tak ada
sangkutpautnya denganku."
"ooooh, jadi nyawa Lin lin tak senilai sebilah pedang mestika Leng gwat kiam?" desak siburung
hong Lam Peng.
Kim Thi sia amat terdesak. tubuhnya sampai menggigil menahan diri, namun ia mencoba
menggigit bibir seraya berkata:
"Biarpun ara seratus orang perempuan semacam Lin linpun tak akan bisa menandingi nilai
pedang Leng gwat kiamku ini"
Mendengar perkataan ini, siburung hong Lam Peng segera berkerut kening sambil melototkan
matanya bulat-bulat.
Pada saat itulah, kembali si pedang kayu membentak keras:
"Bocah keparat, bila kau memang bernyali coba berpaling dan menengoklah sendiri."

Kim Thi sia memang sudah tak tahan untuk berpaling, maka sahutnya segera: "Berpaling yaa
berpaling, memangnya aku takut?"
Tapi apa yang kemudian terlihat seketika membuat paras mukanya berubah menjadi pucat pias
seperti mayat.
Ternyata diujung pedang si pedang kayu itu sudah ternoda oleh percikan darah segar.
Sementara leher Lin lin sudah terluka, darah segar masih bercucuran keluar dengan derasnya
dari mulut luka tersebut, keadaannya kelihatan mengerikan hati.
"Nah bocah keparat, sudah terlihat jelas?" jengek si pedang kayu dengan suara bangga.
Paras muka Kim Thi sia seketika itu berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, untung saja
sinar rembulan agak redup sehingga perubahan wajahnya tidak terlihat lawan-
"Tentu saja sudah kulihat dengan jelas." sahutnya sambil berusaha menahan diri.
"Kini aku telah merobek tenggorokan Lin lin sedalam setengah inci"
"Bagus, bagus sekali, setengah inci memang merupakan ukuran yang paling ideal" sahut Kim
Thi sia sambil memaksakan tertawa^ Dengan serius pedang kayu segera berseru:
"Aku sengaja berbuat demikian dengan maksud memberi jalan mundur untuk mu tapi bila kau
tetap tak mau sadar dan berkeras kepala terus......"
"Hmmmm...."
Si burung hong Lam Peng menyambung pula:
"Yaa, kecuali kau memang menghendaki kematian Lin lin. Kalau tidak. lebih baik serahkan
pedang Leng gwat kiam tersebut kepada kami."
"Tidak, aku tak akan menyerahkan pedang ini kepada kalian,jangan mimpi disiang hari belong."
"sebenarnya apa maksud tujuanmu yang sebenarnya?"
"Sederhana sekali, pedang Leng gwat kiam merupakan benda mestika dari dunia persilatan,
sedangkan Lin lin tak lebih hanya seorang wanita."
"Seorang wanita? Apa maksudmu?"
"Didunia ini terdapat banyak sekali kaum wanita."
"Kurang ajar" umpat si pedang kayu dengan gemas. "Bila kau berani bicara sembarangan lagi,
jangan salahkan kalau sekali ayunan pedang kubacok mampus perempuan ini."
"Huuuh, paling banter juga mati, apa lagi yang mati toh bukan aku tapi Lin lin, kenapa aku
mesti takut?"
"Kau.......kau benar-benar manusia yang tak berperasaan didunia ini....." dengan agak terkejut
siburung hong Lam Peng berseru.
Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. menggunakan
kesempatan itu kembali dia berpaling kearah lain-
Ia kuatir si pedang kayu menunjukkan kembali sikap garang dan buasnya sehingga membuat ia
merasa amat bersedih hati.
Sebaliknya si pedang kayu menjadi mendongkol setengah mati, teriaknya agak sewot:
"Baik, kalau toh kau tidak acuh, kenapa aku mesti segan-segan untuk membacok mati
perempuan ini?"
Seraya berkata, pedangnya kembali diayunkan kebawah membabat tubuh Lin lin. Disaat yang
amat kritis inilah, mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Ampuni selembar jiwanya"
Ketika semua orang berpaling, tampaklah Kek Jin telah munculkan diri disitu dengan langkah
tergesa-gesa.

"Hey, melihat seluruh badanmU basah kuyup dengan keringat, apa sih yang membuat hatimu
risau?"
pedang kayu segera menegur. "Apakah kau...... kau sudah gila?" tegur Kek Jin keras- keras.
Perlu diketahui Kek Jin masih termasuk anak buah si pedang kayu, dihari-hari biasa ia selalu
bersikap menghormati serta mengiakan semua perkataannya.
Tak disangka sikapnya hari ini berubah sama sekali, bahkan sempat mengumpat si pedang
kayu sebagai gila.
Bisa dibayangkan betapa gusarnya si pedang kayu mendengar makian tersebut, segera
bentaknya: "Apa kau bilang?"
"Mengapa kau hendak mencelakaijiwa Lin lin?" tegur Kek Jin lagi dengan wajah bersungguhsungguh
.
Sementara itu Kim Thi sia telah berpaling, cepat-cepat dia menyambung:
"Sungguh kebetulan kedatanganmu, hampir saja nyawa Lin lin terbang meninggalkan raganya,
mati hidupnya sekarang tergantung pada keputusan si pedang kayu."
"Tidak bagaimanapun juga Lin lin tak boleh dicelakai jiwanya" tukas Kek Jin lagi. Seraya
berkata, ia segera berjalan menghampiri si pedang kayu.
"Dari mana kau tahu kalau aku hendak mencelakaijiwa Lin lin?" seru pedang kayu kemudian-
"Aku toh bertindak begini sebagai suatu tipu muslihat saja?"
cepat-cepat Kek Jin merebut tubuh Lin lin dari bopongan si pedang kayu, setelah itu baru
katanya:
"Bagaimanapun juga jiwa Lin lin tak boleh dianggap sebagai barang permainan"
Dari sakunya dia segera mengeluarkan obat luka serta membubuhi mulut luka Lin lin dengan
obat.
Melihat itu, dengan gemas si pedang kayu segera berseru:
"Kek Jin, kau boleh dibilang merupakan manusia paling tolol dikolong langit dewasa ini."
Sedangkan Kim Thi sia tertawa terbahak-bahak seraya berseru:
"Haaaah......haaaaah......haaaaah......sedari tadi aku sudah menduga perbuatanku ini hanya
berupa tipu muslihat belaka."
"Siapa yang mengusulkan tipu muslihat ini?" Kek Jin segera menegur.
"Aku" si burung hong Lam Peng menjawab lantang. Kepada si pedang kayu kembali Kek Jin
menegur:
"Andaikata benar-benar sampai terjadi sesuatu, bagaimana kau akan memberikan
pertanggunganjawabnya? Apakah perbuatan seperti ini bukan merupakan suatu perbuatan tolol?"
"Sudahlah, tak usah dibicarakan lagi" tukas pedang kayu sengit. "Jadi kau menganggap dirimu
sebagai manusia paling pintar dikolong langit?"
"Tapi aku toh tidak salah bertindak?" Kek Jin membantah.
"Hmmmm, tahukah kau bahwa perbuatanmu itu telah menggagalkan sebuah rencana besar
kita?"
Dengan suara dingin si burung hong Lam Peng menyambung pula:
"Walaupun kita gagal dalam rencana ini, tapi aku berhasil mendapatkan suatu hasil yang diluar
dugaan."
"Apa yang telah kau peroleh?" tanya si pedang kayu keheranan.
"Sekarang aku telah mengenali perasaan hati seseorang secara jelas dan nyata."

"Perasaan siapa?" tanya Kek Jin pula.
"orang itu berhati keji dan buas bagaikan bisa, kebuasannya boleh dibilang tiada ternyata
didunia ini"
Pada saat itulah mendadak terdengar si pedang emas berseru sambil tertawa keras:
"Haaah....haaaah bagu sekali, bagus sekali....tak kusangka rupanya begitu"
begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua yang hadir segera dibikin tertegun dan berdiri
melongo.
sebaliknya paras muka siburung hong Lam Peng berubah menjadi pucat kemerah-merahan:
"Eeeeei, apa yang kau gelikan?" dengan rasa heran Kim Thi sia segera menegur.
Si pedang emas tidak menjawab, kembali wajahnya berubah menjadi amat serius dan berat
sekali.
"Haaaaah, dasar sinting" umpat Kim Thi sia kemudian sambil meludah ketanah.
Si burung hong Lam Peng segera mengangkat kepalanya lagi dan ia menegur dengan marah.
"Dasar orang kasar, kenapa sih tanpa sebab musabab kau selalu mencaci maki orang dengan
seenaknya saja?" Kim Thi sia jadi tertegun.
"Aku kan tidak memaki mu, aneh betul kenapa sih kau selalu mencari gara-gara denganku?"
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......aku merasa tidak leluasa meyakinkan segala tingkah laku
mu" jengek si burung hong sambil tertawa dingin.
Boleh dibilang Kim Thi sia dibuat tak habis mengerti oleh sikap maupun tingkah laku gadis
berwajah cantik tapi bermulut tajam ini, dia tak tahu mengapa gadis tersebut selalu mengusiknya.
Setelah termenung sejenak. akhirnya diapun berkata:
"Aku adalah seorang lelaki yang terbuka dan jujur, aku tak ambil perduli kau merasa leluasa
atau tidak menyaksikan tingkah polaku."
"Hmmm, tentu saja kau tak acuh, sampai mati hidup teman wanita sendiri yang paling akrab
dan intimpun tak ambil perduli apakah perbuatan semacam ini bukan merupakan perbuatan orang
kejam yang tidak berperasaan?"
"Itu merupakan urusan pribadiku sendiri kenapa kau mesti turut campur.....?" seru Kim Thi sia
jengkel.
Burung hong Lam Peng membenahi rambutnya yang kusut, kemudian menjawab:
"Tentu saja aku tak akan turut campur, tapi aku sudah menaruh perasaan seram dan bergidik
terhadapmu"
"Tak menjadi soal, karena selamanya aku Kim Thi sia tak pernah melupakan sahabat sejak aku
terjun kedunia persilatan sampai sekarang, kejadian semacam ini belum pernah kualami."
"Haaaah.....haaaaah......haaaaah.......benarkah itu?Jadi kau masih ingat dengan orang yang
pernah menempuh perjalanan bersamamu tempo hari? Hmmm...... aku rasa kau sudah lama
melupakan dirinya?"
Untuk berapa saat Kim Thi sia tak bisa mengingat kembali siapa yang dimaksudkan, karena itu
segera tanyanya: "siapa yang kau maksud kan?"
"Tentu saja kau tak akan teringat kembali, bukankah dihati kecilmu sekarang hanya ada
bayangan nona Lin lin seorang?"
"omong kosong, aku tak pernah berbuat salah keapda siapa saja" Kim Thi sia mulai berkerut
kening.
Dalampada itu......

Secara tiba-tiba si pedang emas tertawa tergelak lagi, sambil melompat kegirangan teriaknya
nyaring:
"Bagus sekali, bagus sekali, akhirnya kau berhasil juga memahami hal tersebut."
"Toa suheng, apa yang berhasil kau pahami?" tegur si pedang kayu keheranan.
"pedang kayu, masih ingatkah kau disaat kita masih bersama-sama belajar silat dulu? Setiap
pagi, suhupasti melatih diri dibukit belakang, ia selalu melarang kita semua untuk melihatnya?"
"Yaa benar, waktu itu kita selalu menaati perintah suhu dan tidur diatas pembaringan."
"Tapi aku tak pernah berbuat begitu, sering kali aku mencuri lihat dibelakang, sehingga semua
ilmu silat yang dilatih suhu secara diam-diam kulatih pula seorang diri siapa tahu akibat
perbUatanku itu darah segarku susah beredar dengan lancar hingga nyaris mengalami jalan api
menuju neraka....."
"Ilmu silat apaan itu? Apakah ilmu sakti Tay goan sinkang?"
"Betul, memang ilmu Tay goan sinkang" si pedang emas Ko Hong liang menyahut sambil
tertawa hambar.
"Kau tidak mendapat petunjuk dari suhu tentu saja setiap saat bisa mengalami keadaan jalan
api yang menuju keneraka" timbrung Kim Thi sia dengan suara yakinla
cukup menyadari akan kehebatan ilmu Tay goan sinkang, barang siapa melatih ilmu tersebut
kurang berhati-hati niscaya akan mengalami marabahaya yang membahayakan jiwanya.
Malahan dia sendiripun nyaris mengalami jalan sesat apa bila tidak segera mendapat tuntunan
dari gurunya.
Sementara itu si pedang emas telah berkata lebih jauh:
"Tapi semenjak aku mendapatkan pergobatan lewat lentera hijau, semua pikiranku yang
tersumbat telah terbuka sama sekali, semua kesulitan yang semula mencekam ku kini sudah
tertembus semuanya"
"Kalau begitu kaupun telah berhasil mempelajari ilmu Tay goan sinkang?" tanya Kim Thi sia
tertegun.
Si pedang emas segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah......haaaaah^....dengarkan baik-baik bocah keparat, sejak kini ilmu Tay
goan sinkang bukan hanya milikmu seorang......"
Rupanya selama ia berdiri termenung disisi arena tadi, pemuda tersebut sedang menggunakan
semua kecerdikannya untuk menyaring kembali semua inti sari kepandaian Tay goan yang
dlingatnya, dan ternyata ia berhasil memahami semua rahasia kepandaian tersebut bisa
dibandingkan betapa gembiranya dia sekarang.
Menggunakan kesempatan itulah siburung hong Lam Peng segera menyela.
"Sungguh mengherankan, rupanya kedatangan kita semua ketempat ini seperti hanya
bertujuan untuk cekcok mulut saja"
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?" tanya si pedang emas.
"Bila aku merasa yakin kalau ilmu silat yang kumiliki jauh mengungguli lawan, sedari tadi aku
telah turun tangan untuk merampas benda yang kuharapkan."
"Yaa betul toa suheng" sambung si pedang kayu cepat. "Ia sedang memperingatkan kepadamu
agar tidak melepaskan bocah keparat she Kim tersebut dengan begitu saja."
"Sudah,jangan ribut dulu" tukas si pedang emas cepat, "Aku cukup memahami persoalan ini,
aku akan segera memaksanya untuk menyerahkan pedang Leng gwat kiam tersebut kepadaku"

Sambil berkata ia segera berjalan mendekati Kim Thi sia, kini ia merasa yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya sehingga terhadap kemampuan Kim Thi sia, ia tidak memandang
sebelah mata lagi.
"Tunggu dulu" bentak Kim Thi sia tiba-tiba.
"Mau apa lagi kamu?" tegur pedang emas agak melengak.
"Barusan kau mengakui telah berhasil menguasahi ilmu Tay goan sinkang, padahal kepandaian
itu memiliki daya kemampuan yang luar biasa, nampaknya kau seperti yakin bisa menangkan aku
secara mudah?"
"Tentu saja" sahut si pedang emas bangga.
"oleh sebab itulah tak ada salahnya bila kita berduel dengan mengandalkan ilmu Tay goan
sinkang itu?"
"Memang cara tersebut paling baik"
"Seandainya aku yang kalah, aku bersedia menyerahkan pedang Leng gwat kiam itu kepadaku"
"Haaaah.....haaaah.....haaaah.....bukan kau yang berhak menentukan hal tersebut, sebab
bagaimanapun jua, pedang tersebut harus kau serahkan kepadaku." ucap si pedang emas Ko
Hong liang sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bagaimana kalau kau yang kalah?" tanya Kim Thi sia lagi.
"Aku tak mungkin kalah" si pedang emas menegaskan dengan nada yang meyakinkan.
"Aku rasa, penemuan yang berhasil kau peroleh tanpa sengaja tentu tak akan terhindar dari
segala kebocoran dan kesilafan, terus terang saja aku bilang, diantara kita berdua, masing-masing
memegang separuh kemungkinan untuk meraih kemenangan-"
"Itu toh menurut jalan pemikiranmu sendiri."
"Aku tak perduli bagaimana jalan pemikiranmu, tapi kau harus menyebutkan dulu bagaimana
tindakanmu seandainya kau yang menderita kalah."
Si pedang emas tidak menjawab pertanyaan itu, dia malah mendongakkan kepalanya dan
tertawa keras.
Kembali Kim Thi sia mendesak:
"Bila kau yang menderita kekalahan, maka kau harus memenuhi sebuah syaratku."
"Apa syaratmu?" tanya si pedang emas sinis.
"Serahkan lentera hijau kepadaku dan ijinkan aku membawa pergi nona Lin lin dan mengobati
lukanya."
"Hmmm, nampaknya kau sedang bermimpi disiang hari belong"
"Berhasil atau tidak^ itu urusanku sendiri." Tiba-tiba siburung hong Lam Peng menimbrung:
"Seringkali didalam suatu pertarungan antara jago- jago lihay, menang kalah hanya selisih
sekali, apakah kau berani mengaku kalah bila benar-benar menderita kekalahan nanti?"
Kim Thi sia tertawa nyaring.
"Hmmm, itu mah soal gampang, pokoknya aku tak bakal menyangkal bila terbukti aku memang
kalah?"
"Yaa, kalau ngomong sih gampang sekali, tapi kalau sudah sampai waktunya aku takut kau bisa
mengingkari janji."
"Begini saja kalau begitu biar kau yang menjadi jurinya?"
"Apa kau bilang?" seru Lam Peng tercengang.

"Biar kau yang menjadi wasitnya serta menentukan siapa menang dan siapa kalah dalam
pertarungan melawan si pedang emas nanti."
"Kau benar-benar percaya kepadaku?" tanya siburung hong sambil tertawa-tawa.
Belum sempat Kim Thi sia memberikan jawabannya, dengan tak sabar si pedang eams telah
menukas.
"Nona Lam, kau tak usah menampik lagi"
Dengan langkah pelan siburung hong Lam Peng segera tampilkan diri kedepan diikuti kelima
naga dibelakangnya. Si pedang emas segera berkata lagi:
"Setelah menjadi wasit, kuharap nona Lam jangan berat sebelah didalam keputusanmu nanti,
berilah keputusan yang jujur dan adil." Sementara berbicara, ia mengerdipkan matanya kepada
nona itu.
Padahal siburung hong sudah mempunyai perhitungan sendiri didalam hati kecilnya iapun
segera berkata:
"Kalau dilihat dari sebutannya, ilmu Tay goan sinkang, aku pikir pertarungan ini tentu
dilangsunkan dengan saling beradu tangan kosong. Nah sekarang kuharap kedua belah pihak
sama-sama menjulurkan lengannya bersiap sedia. Disaat aku berteriak mulai nanti kalian boleh
mulai melangsungkan pertarungan."
Baik si pedang emas maupun Kim Thi sia segera menuruti perkataannya dan bergerak maju
kedepan.
Agar bisa mengikuti jalannya pertarungan dengan lebih seksama, tanpa sadar si pedang kayu
maju berapa langkah kemuka.
Sebaliknya Kek Jin kuatir gelombang angin pukulan yang dihasilkan dari pertarungan tersebut
akan mencelakai nona Lin lin yang tak sadar, maka cepat-cepat dia membepong gadis itu dan
menyingkir kebawah pohon besar.
Ditengah keheningan yang mencekam seluruh arena tiba-tiba terdengar si burung hong
Lampeng berseru: "Yaa dimulai"
Sambil berseru dia segera melompat mundur sejauh berapa kaki kebelakang dengan gerakan
cepat.
Kim Thi sia dan si pedang emas segera mulai saling menyerang, kedua belah pihak sama-sama
mengandalkan ilmu Tay goan sinkang untuk menggepur musuhnya, mereka sama-sama berusaha
untuk mendapatkan lentera hijau, dan pedang Leng gwat kiam sekaligus.
Sebab merekapun tahu, barang siapa bisa mendapatkan lentera hijau dan pedang Leng gwat
kiam sekaligus, besar kemungkinannya dia akan memimpin dunia persilatan-
Pertarungan inipun merupakan pertarungan yang pertama bagi Kim Thi sia dalam menghadapi
musuhnya dengan mempergunakan ilmu Tay goan sinkang.
Tak selang berapa saat kemudian, baik siburung hong Lam Peng, maupun si pedang kayu, Kek
Jin serta kelima naga, mereka semua sama-sama mengikuti jalannya pertarungannya yang
berlangsung diarena dengan pandangan terkejut dan mulut melongo.
Rupanya si pedang emas dan Kim Thi sia telah berdiri saling berhadapan, mereka berdua samasama
membungkam dengan wajah serius, sementara sepasang tangannya saling menempel satu
sama lainnya secara ketat dan kencang sekali.
Bukan hanya begitu, dari atas ubun-ubun mereka berduapun, mengepul keluar asap putih yang
amat tebal.
Melihat adegan ini, diam-diam siburung hong mengeluh.
"Habis sudah riwayat Kim Thi sia kali ini, dia tentu akan kalah secara mengenaskan."

"Atas dasar apa kau berkata begitu?" tanya Kek Jin. Si pedang kayu menyela.
"Toa suheng memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, bagaimana mungkin Kim Thi sia
sanggup menandinginya?"
ooooooo
"Kalau sudah tahu begitu, apa sebabnya Kim Thi sia bersikeras hendak memberi perlawanan?"
tanya Kek Jin lagi. "Apakah kau merasa sayang dan kuatir baginya?"
"Seandainya aku menjadi dia, tak nanti akan kulakukan perbuatan bedoh ini, sudah tahu tenaga
dalam sendiri bukan tandingan musuh, aneh dia malah mengajak lawannya beradu tenaga dalam,
apakah perbuatan semacam ini bukan perbuatan tolol?" Sementara itu Kim Thi sia sendiripun
sedang mengeluh.
Sesungguhnya dia sendiripun tidak bermaksud mengajak si pedang emas untuk beradu tenaga
dalam.
Rupanya disaat siburung hong Lam Peng menyuruh sepasang tangan mereka saling menempel
tadi, si pedang emas telah menggunakan akal licik untuk menjebak pemuda tersebut.
Begitu sepasang tangan mereka saling menempel tadi, si pedang emas segera memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk mengalirkan tenaga dalamnya untuk menggencet musuh.
Dalam keadaan begini, Kim Thi sia hanya bisa mengeluh didalam hati, sebab tahu-tahu saja dia
merasakan datangnya segulung tenaga kekuatan yang menggencet serta menggempurnya .
Bila ia tidak memberi perlawanan dalam keadaan begini, niscaya isi perutnya akan terluka
parah, atau bahkan bisa merenggut selembar jiwanya.
berada dalam keadaan apa boleh buat terpaksa Kim Thi sia harus membungkam diri serta
melakukan perlawanan dengan menggunakan ilmu Toa kim kong leknya.
Menanti semua orang dapat melihat kejadian tersebut, sesungguhnya mereka berdua sudah
cukup lama saling menggempur.
Walaupun banyak ocehan dan pendapat dari para jago yang terdengar oleh Kim Thi sia waktu
itu namun keadaannya tak berbeda seperti si bisu empedu, biar kepahitanpun tak mampu
mengeluh.
Sebaliknya si pedang emas merasa gembira sekali setelah mendengar pelbagai pendapat itu,
sambil tertawa tergelak segera serunya:
"Bocah keparat, kau sendiri yang mencari mampus, hmmm jangan sala h kan bila aku bertindak
kejam."
Menggunakan kesempatan itulah Kim Thi sia berjumpalitan secara tiba-tiba kebelakang seperti
sebuah bola yang menggelinding.
Padahal si pedang emas sedang menggempur dengan sekuat tenaga, begitu musuhnya
mengendor, ia jadi gelagapan hingga nyaris jatuh terjerembab keatas tanah.
Masih untung kepandaian silat yang dimiliki si pedang emas cukup tangguh sehingga secara
paksa ia mampu mengendalikan keseimbangan badannya. Sebaliknya keadaan Kim Thi sia waktu
itu sungguh mengenaskan sekali.
Secara beruntun dia berjumpalitan sampai belasan kali sebelum akhirnya jauh terduduk diatas
lumpur, badannya berubah jadi kotor sekali, keadaannya menggelikan.
"Aduh celaka" tiba-tiba terdengar siburung hong Lam Peng menjerit kaget:
"Ada apa?" si pedang kayu menegur dingin.
"Tampaknya Kim Thi sia menguasahi ilmu menyembah Kwan Im"

Sebagaimana diketahui, bila sepasang jago sedang beradu tenaga dalam, maka peristiwa
tersebut hanya bisa diakhiri bilamana salah satu pihak sudah terluka atau mati. Sebaliknya ilmu
menyembah Kwan Im merupakan ilmu peringankan tubuh tingkat tinggi.
Ketika Kim Thi sia berhasil menggunakan kepandaian yang luar biasa untuk meloloskan diri dari
gencatan senjata musuh tadi, kejadian tersebut boleh dibilang jarang terjadi dalam dunia
persilatan, tak heran bila orang-orang menjadi terperanjat dibuatnya. Si pedang kayu pun dapat
menyaksikan peristiwa itu, ia segera berkata:
"Huuuh, apanya yang luar biasa, toh toa suheng masih tetap mampu untuk membinasakan
dia."
Dalampada itu si pedang emas Ko Hong liang telah melejit maju kedepan, kemudian sambil
mengayunkan telapak tangannya ia melepaskan sebuah bacokan dahsyat kedepan-
Kim Thi sia melejit dengan kecatan, tubuhnya berputar kencang bagaikan putaran roda lalu
meluncur kesamping.
si burung hong yang melihat itu, diam-diam berpikir dihatinya:
"orang ini memiliki tenaga dalamnya yang hebat, kemajuan yang dicapai dalam ilmu silatnya
benar-benar mengagumkan-" Sementara itu si pedang kayupun sedang berpikir:
"Bila bangsat ini tidak dilenyapkan secepatnya, dikemudian hari dia tentu akan menjadi bibit
bencana, itu berarti sebuah ancaman yang berbahaya sekali bagi kami." Dalam pada itu Kim Thi
sia telah melayang turun keatas tanah seraya berteriak keras: " pedang emas, kau terlalu kurang
ajar, mengapa kau mengingkari janji?"
"Hmm, bukankah kau sedang bertarung dengan menuruti peraturan yang telah ditentukan"
"Kau seharusnya bertarung dengan mengandaikan ilmu Tay goan sinkang.....^"
"Kepandaian silat yang kugunakan sekarang tak lain adalah ilmu Tay goan sinkang" sahut
pedang emas cepat.
Begitu selesai berkata, ia kembali mendesak maju kedepan, sebuah pukulan yang maha
dahsyat dilancarkan ketubuh musuh.
Ternyata jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus "kecerdikan menguasahijagad dari
ilmu Tay goan sinkang.
Pada dasarnya Kim Thi sia memang tak pandai bicara sehingga biarpun mempunyai alasan
yang kuat namun ia tak mampu mengutarakannya keluar.
Sebetulnya dia hendak menegur pedang emas mengapa begitu dimulai musuh telah
mengajaknya beradu tenaga dalam.
Tapi tindakan serta desakan si pedang emas kelewat cepat sehingga pada hakekatnya dia tak
berkesempatan untuk memberi reaksi.
Hal ini masih ditambah lagi dengan sikap berat sebelah dari Lam Peng sebagai wasit,
kesemuanya itu membuat posisinya menjadi sangat tidak menguntungkan. Kim Thi sia merasa
amat gusar, darah panas serasa mendidih didalam dadanya.
Maka dikala melihat si pedang emas telah melancarkan serangan lagi, Kim Thi sia pun segan
untuk banyak berbicara. Diam-diam pikirnya dihati:
"Baiklah, bertarung yaa bertarung, percuma banyak bicara lagi biar menang kalah yang
menentukan Segala Sesuatunya."
Dengan menggunakan jurus yang Sama dia Sambut datangnya serangan musuh itu.
sewaktu berhembus datang tenaga serangan dari kedua belah pihak sama-sama tidak
menimbulkan suara.

Tapi begitu bertemu maka terjadilah benturan demi benturan meski suara benturan itu kecil
sekali.
Sebagai akibat dari benturan- benturan ini kawasan selUas tiga kaki disekeliling tempat itu
segera tercekam dalam daya pengaruh tenaga sakti Tay goan sinkang.
Melihat kedahsyatan tersebut, semua jago menjadi tertegun dibuatnya, terutama sekali kelima
naga, untuk sesaat mereka sampai saling berpandangan dengan wajah tertegun.
Perlu diketahui, kelima naga itu termasuk anak buah dari si Raja langit berlengan delapan yang
berdiam dikawasan Biau, suatu daerah yang jauh dari daratan Tiong goan-
Untuk kawasan Biau dan sekitarnya, kelima orang itu memang mempunyai nama serta reputasi
yang luas biasa.
oleh karena selama ini belum pernah menjumpai lawan tandingan yang hebat, selama ini
mereka selalu berpendapat bahwa ilmu silat sendiri amat tangguh dan tiada taranya dikolong
langit.
Siapa tahu setelah menginjakkan kakinya didaratan Tionggan dan menyaksikan kedahsyatan
dari ilmu Tay goan sinkang tersebut, mereka baru sadar bahwa diatas langit masih ada langit,
diatas manusia pandai masih ada manusia pandai lainnya.
Dalam pada itu pertarungan antara Kim Thi sia melawan pedang emas sudah mencapai tingkat
yang amat sengit.
Kini mereka makin bertarung makin lamban, setiao gerakannya kelihatan amat berat dan
ngotot.
Peluh sebesar kacang kedelai pun telah bercucuran membasahi seluruh wajah dan tubuh
mereka.
Pada saat inilah mendadak terdengar siburung hong Lam Peng berseru dengan bahasa yang
sangat aneh.
Bahasa yang digunakan gadis itu sangat aneh, baik si pedang kayu maupun Kek Jin sama-sama
tidak mengerti.
Tapi kelima naga itu segera memencarkan diri menjadi dua rombongan, dua orang diantaranya
langsung mendekati Kek Jin.
Belum sempat Kek Jin memberikan reaksinya, tahu-tahu kedua orang tersebut telah merampas
Lin lin dari bopongannya.
Kejadian yang sama sekali tak terduga ini kontan saja membuat Kek Jin menjadi kelabakan
setengah mati, buru-buru serunya: "Heeeeey......mau apa......mau apa kalian?"
Kedua orang itu tidak menjawab, seorang diantaranya yang berhasil merampas tubuh Lin lin
segera melompat mundur kebelakang, sedang rekannya dengan cepat mengeluarkan sebuah ilmu
pukulan yang sangat aneh tapi dahsyat, langsung menggempur Kek Jin.
Dalam keadaan tidak siap sama sekali Kek Jin menjadi semakin gelagapan, dia terdesak
mundur terus kebelakang.
Dipihak lain, pada rombongan kedua yan terdiri dari tiga orang, saat itu sudah mengambil
posisi dan mengepung si pedang kayu.
Menanti salah satu dari lima naga itu berhasil mendesak Kek Jin mundur hingga kesisi si
pedang kayu, keempat naga tersebut baru memencarkan diri pada posisi empat penjuru dan
mengepung Kek Jin serta si pedang kayu ditengah arena.
Keempay orang itu tidak berbicara apa- apa, namun wajah mereka nampak bangis, sorot
matanya memancarkan sinar yang menggidikkan hati^

"Hey, apa- apaan kalian ini?" Kek Jin segera menegur dengan perasaan kesal bercampur
menyesaL
sedangkan si pedang kayu membentak penuh amarah:
"Lam Peng, sebenarnya apa maksud tujuanmu?"
Sahut siburung hong Lam Peng sambil tertawa dingin.
"Aku rasa, lebih baik kalian berdua jangan sembarangan bergerak."
Bicara sampai disitu kembali dia berkata dengan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti.
Lelaki yang menyerobet Lin lin tadi segera mengiakan berulang kali, dengan cepat dia
menyandarkan tubuh Lin lin diatas sebatang pohon, kemudian lelaki itu maju kemuka dan
menggabungkan diri dengan keempat orang rekannya.
Semua perbuatan dan tingkah laku mereka ini membuat Kek Jin maupun si pedang kayu
menjadi tertegun, keheranan dan tidak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Selang berapa saat kemudian-.....
Kelima naga itu sudah membuat posisi pengepungan yang amat ketat, dari depan, belakang,
kiri maupun kanan, mereka menempati lima posisi yang berbeda. Dengan suara lantang siburung
hong Lam Peng berseru:
"Hey Go yong, orang menyebutmu si pedang kayu, tahukah kau akan perubahan dari barisan
ngo heng?"
"Kalau mengerti kenapa? Kalau tidak mengerti kenapa pula?" sahut si pedang kayu dengan
kening berkerut.
"Dengan dialek suku Biau aku telah memberitahukan kepada lima naga agar mengurung kalian
dengan menggunakan barisan naga beracun ular emas........."
"Hmmmm Aku tahu barisan naga beracun ular emas memang termasuk sebuah barisan yang
besar dan hebat, tapi aku takut barisan tersebut belum cukup tangguh untuk mengurungi diriku"
"Kau jangan memandang kelewat rendah kemampuan dari lima naga dari wilayah Biau ini.
Sejak terjunkan diri kedalam dunia persilatan, belum pernah ilmu pukulan naga beracun ular emas
mereka menjumpai tandingan. Kau tahu, pendekar besar dari Hong san, Ko An Jin sendiripun
pernah dikurung oleh kelima naga tua dari wilayah Biau didalam barisan naga beracun ular
emasnya hampir setengah bulan lamanya , kini putra dari kelima naga tersebut muncul pula
didaratan Tiong goan setelah melatih diri sekian waktu nah bila kau tetap tak tahu diri serta
mencoba untuk melawannya, itu berarti kau sudah bosan hidup terus didunia ini"
Mendengar uraian tersebut, Kek Jin merasa sangat tegang, buru-buru bisiknya kepada si
pedang kayu:
"Waduh celaka, jagoan yang begitu lihay seperti pendekar bukit Hong san, Ko AnJ in kena
terkurung, apa lagi manusia macam kau dan aku......?"
Si pedang kayu terhitung seorang jagoan yang tinggi hati, ketika mendengar perkataan mana
buru-buru bentaknya:
"Benar-benar omong tak karuan, kenapa sih kau mesti merasa bingung dan tegang?" Kemudian
dengan suara lantang serunya:
"Sudah cukup lama aku si pedang kayu melakukan perjalanan didalam dunia persilatan, aku tak
pernah percaya dengan segala macam tahayul...."
Seraya berkata dia segera meloloskan pedangnya dan melancarkan serangan dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir.
Serangan tersebut dilancarkan tanpa dibebani perasaan takut barang sedikitpun jua, malahan
dengan mengandung kekuatan penuh dia langsung menyergap kelima naga itu.

Tampaknya Kek Jin merasa terangsang oleh semangat si pedang kayu yang tinggi serta merta
dia meloloskan juga senjata andalan sambil berteriak keras:
"Bagus sekali, akupun akan mencoba kepandaian mereka, aku tak percaya kalau kita berdua
bakal dipecundangi oleh beberapa orang kurcaci dari wilayah Biau ini"
Dengan semangat yang berkobar dia segera melancarkan serangkaian bacokan ketubuh
musuh.
Kelima naga tersebut sama sekali tak gugup, tampaknya mereka telah mempersiapkan diri
secara baik-baik untuk menyambut datangnya serangan dari si pedang kayu serta Kek Jin.
Tanpa gugup barang sedikitpun jua, kelima orang tersebut mulai menggerakkan barisannya
melakukan pengepungan.
Tampaknya lima bayangan manusia bergerak kesana kemari, setiap kali bergerak mereka saling
mempersempit ruang gerak lawan-
Begitu kuat dan tangguhnya pertahanan mereka, sehingga betapa pun lihay dan gencarnya
serangan yang dilancarkan si pedang kayu serta Kek Jin, ternyata tak sebuah seranganpun dari
mereka yang berhasil menembusi pertahanan barisan itu.
Sebaliknya si pedang kayu dan Kek Jinpun jangan harap bisa menembusi pertahanan musuh
untuk meloloskan diri dari sana.
Dalam waktu singkat, pertarungan sengit telah berlangsung dengan hebatnya disana.
Dalam pada itu, pertarungan antara si pedang emas melawan Kim Thi sia telah mencapai
puncaknya, kedua belah pihak sama-sama merasa lelah dan kehabisan tenaga.
Dalam keadaan beginilah siburung hong Lam Peng menampilkan diri menghampiri mereka
berdua, kemudian ucapnya:
"Kim Thi sia, keadaanmu sekarang sudah amat berbahaya, tahukah kau akan keadaan
tersebut?"
"Saat ini aku masih memiliki sisa tenaga, aku rasa kau pasti akan menderita kekalahan total"
sambung si pedang emas Ko Hong liang dengan napas tersengkal.
Kim Thi sia membalikkan telapak tangannya dengan cepat menyongsong serangan musuh,
sahutnya gagah:
"Silahkan saja menyerang terus, kecuali aku sudah mampus, kalau tidak......"
Belum selesai perkataan tersebut diutarakan keluar, serangan dari si pedang emas telah
menyambar datang, serangan tersebut langsung mengancam jalan darah Leng tay hiatnya.
"Kalau tidak kenapa kau?" jengeknya lebih lanjut.
Kim Thi sia segera menghindarkan diri dengan jurus "angin berhembus menimbulkan reaksi",
lalu sahutnya:
"Kalau tidak. aku tak akan bertekuk lutut untuk selamanya"
Sementara kedua orang itu masih melangsungkan pertarungannya yang amat seru, siburung
hong Lam Peng telah berkata lagi: "Kim Thi sia, aku bersedia membantumu"
pedang emas yang mendengar seruan tersebut menjadi naik darah buru-buru teriaknya:
"Kurang ajar, kau berani menghianati aku."
"Menghianati atau bukan, rasanya bukan urusanmu" jengek siburung hong sambil tertawa.
"Hey, sebetulnya apa maksudmu?" tegur Kim Thi sia pula dengan wajah keheranan-
"Maksudku? Dalam sebuah pertempuran, toh tak ada salahnya bila seseorang menggunakan
strategi perang bukan? "
Dengan amat mendongkol si pedang emas berseru:

"Kim Thi sia kau jangan mau diperalat olehnya, dia bisa memperalat diriku lagi kemudian
menghianati aku, sampai waktunya kaupun bisa diperalat olehnya, dan kemudian dihianati pula
olehnya ..... "
Kim Thi sia jadi tertegun dibuatnya, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Menggunakan kesempatan disaat pemuda tersebut sedang tertegun, kembali si pedang emas
melancarkan gempuran dengan menggunakan jurus "tenaga murni menembusi jagad."
Perlu diketahui, jurus "tenaga murni menembusi jagad" tersebut merupakan sebuah jurus
serangan yang paling dahsyat dan keji dalam ilmu Tay goan sinkang.
Agaknya si pedang emas hendak memanfaatkan kesempatan disaat lawannya teledor untuk
menghabisi nyawanya dalam serangan tersebut.
Sayang sekali Kim Thi sia bukan orang bedoh, lagi pula sejak kecil ia telah memperoleh didikan
yang tinggi dari guru kenamaan.
Dalam kagetnya ia tidak menjadi gugup, cepat-cepat dia mengeluarkan jurus "gaya burung
hong menganggukkan kepala" untuk memusnahkan ancaman lawan-
Lalu dengan suatu kecepatan luar biasa dia melancarkan serangan balasan dengan
menggunakan jurus "membacok runtuh bukit timur."
sekali lagi kedua orang tersebut terlibat dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Burung hong Lam Peng yang menyaksikan peristiwa ini segera tertawa cekikikan, serunya
kemudian:
"Kim Thi sia, kau seharusnya dapat berpikir lebih jelas bukan?" Dengan geramnya si pedang
emas berseru:
"Perempuan sialan,awas kamu, bila bersua kembali dikemudian hari, itulah saat kematian
bagimu"
Si burung hong Lam Peng tidak menanggapi ancaman tersebut, sebaliknya berkata lagi:
"Kim Thi sia , kita tak usah membicarakan soal peraturan persilatan untuk menghadapi manusia
semacam si pedang emas......"
"Aku mengerti" sahut Kim Thi sia sambil bertarung terus, "Sekalipun kau bersedia menolong ku,
itupun disertai dengan syarat bukan?"
"oooh, sudah barang tentu demikian."
"Apa syaratmu?"
"Bukankah kau ingin menolong Lin lin?"
"Benar."
"Dan kau ingin mendapatkan kembali lentera hijau tersebut dari tangan orang ini?"
"Tentu saja."
"Bila kau mengharapkan bantuanku, maka kau jangan berharap bisa mendapatkan kembali
lentera hijau tersebut."
"Tapi.....tapi.....tanpa lentera hijau, bagaimana mungkin aku bisa menolong Lin lin?" seru Kim
Thi sia cemas.
"Soal itu sih tak perlu dikuatirkan, aku mempunyai cara yang lain." Sementara itu si pedang
emas telah membentak penuh amarah:
"Hmmm, dasar perempuan, rupanya benakmu cuma dipenuhi dengan segala macam akal
busuk."

Si burung hong Lam Peng tetap tidak menggubris umpatan tersebut, kembali dia berkata:
"Setelah kubantu dirimu untuk mengalahkan si pedang emas...."
"Saat itulah waktu ajalmu telah tiba" sambung si pedang emas segera sebelum Kim Thi sia
sempat berbicara.
Si burung hong Lam Peng segera tertawa cekikikan.
"Haaaah.....haaaaah....haaaaah......demi menjaga keseimbangan kekuatan dalam dunia
persilatan, aku tak akan membunuh siapapun diantara kalian berdua."
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Kim Thi sia.
"Aku akan membantumu untuk menyembuhkan Lin lin-"
"Tapi kau akan membawa pergi lentera hijau tersebut, mana mungkin janjimu itu bisa
terwujud?"
"Bukan hanya itu saja permintaanku" kata Lam Peng cepat.
"Apakah kau masih ada syarat yang lain?" tanya Kim Thi sia sambil berkerut kening.
"oleh karena ilmu silatmu terlalu hebat dan melebihi siapa saja....."
"Apakah kau ingin memusnahkan ilmu silatku?" tanya sang pemuda agak terperanjat.
"oooh tidak. aku tak bermaksud begitu?"
"Lantas apa keinginanmu?"
"Asal kau bersedia ditotok jalan darah kakunya saja, itu sudah lebih dari cukup,"
"Kau hendak menotok jalan darah kaku ku?"
"Yaa, selain itu kaupun harus bersumpah untuk tidak menangis soal lentera hijau lagi
kepadaku."
"Aku bukan bermaksud begitu, maksudku tadi...."
"Buat apa sih kau banyak bicara lagi?" sela si pedang emas cob amenghasut. "Saat itu kau pasti
akan menjadi seekor anak domba yang siap untuk dijagaL......"
"Apa kau bilang?" seru Kim Thi sia marah. "Kau tak pernah melepaskan setiap kesempatan
untuk membinasakan aku. Hmmm, kau anggap aku akan termakan oleh hasutanmu itu?"
Sementara pembicaraan tersebut berlangsung pertarungan masih berjalan terus dengan
serunya.
Selama ini si pedang emas masih tetap berusaha untuk membinasakan Kim Thi sia secepat
mungkin.
Siapa sangka gara-gara kerakusannya itu, sekarang siburung hong Lam Peng lah yang bakal
meraih keuntungan.
Sementara itu siburung hong Lam Peng telah berkata lagi sesudah memutar biji matanya
sebentar.
"Kim Thi sia, kau tak perlu cemas, aku sudah memahami maksud hatimu itu" Dengan cepat Kim
Thi sia berkata lagi:
"Bagaimanapun juga aku toh tak bisa berada dibukit ini untuk selamanya karena pengaruh
totokanmu tersebut......"
"Bukankah kau masih ada nona Lin lin yang akan mendampingimu?" tanya siburung hong
dengan perasaan kecut.
"Bagaimana mungkin dia sanggup menolongku?"

"Soal itu mah bukan urusanku, pokoknya jawab saja sekarang mau atau tidak kau terima
syaratku ini......"
Dalam pada itu, serangan yang dilancarkan si pedang emas kian lama kian bertambah gencar,
segenap tenaga yang dimiliki telah dipergunakan, rupanya ia sadar bahwa mengulur waktu lebih
lama hanya akan merugikan pihaknya sendiri.
oleh sebab itulah mumpung perjanjian antara kedua orang itu belum terwujud, dia berusaha
keras untuk membinasakan lawannya lebih dulu.
Kim Thi sia segera terdesak hebat, dalam waktu singkat keselamatan jiwanya sudah terancam
berulang kali. Terdengar siburung hong kembali berseru:
"Ayo cepat beri jawaban, bersedia atau tidak kau menerima syarat yang kuajukan?"
Sambil tertawa terbahak-bahak si pedang emas mencoba menghasut lagi:
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah......Kim Thi sia merupakan seorang jago kenamaan, seorang
lelaki sejati, manusia segagah dia mana mau menuruti bujuk rayu seorang wanita?"
Waktu itu Kim Thi sia benar-benar sudah merasa tak sanggup lagi untuk mempertahankan diri
segera serunya:
"Lam Peng mari kita rundingkan persoalan ini secara baik-baik." Burung hong Lam Peng
tertawa hambar.
"Bila kau bersikeras tak mau menerima syaratku tadi, terus terang saja aku sendiri pun tak
ingin menyalahi si pedang emas lebih jauh."
Selesai berkata, ia segera membalikkan badan dan siap pergi meninggalkan tempat tersebut.
Dalam gelisah dan cemasnya, buru-buru Kim Thi sia berteriak keras "Baiklah Lam Peng, mari
kita robehkan si pedang emas lebih dulu"
Mendengar jawaban tersebut, siburung hong Lam Peng menjadi kegirangan setengah mati.
JILID 50
cepat-cepat dia membalikkan badan sambil meloloskan senjatanya, kemudian seCepat kilat
menyerang sipedang emas sambil bentaknya nyaring: "coba kau saksikan kehebatan permainan
ilmu pedang awan bergerak ku ini..^..."
Belum selesai bentakan itu bergema, tubuhnya telah mendesak maju kedepan sementara ujung
pedangnya telah mengancam didepan mata.
Sipedang emas hanya merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu berkuntumkuntum
pedang yang amat rapat telah memancar diseluruh angkasa dan mengancam bagianbagian
mematikan ditubuh lawan-
Dengan terjadinya sergapan ini, situasi dalam arena pertarunganpun segera mengalami
perubahan besar.
Keadaan Kim Thi sia saat itu bagaikan harimau ganas tumbuh sayap. semangat tempurnya
nampak berapa kali lipat lebih membara.
Ilmu pedang awan bergerak dari siburung hong Lam Peng mengutamakan kelincahan serta
keringanan badan, serangannya lebih mengandalkan kegesitan tubuh ketimbang kekuatan badan,
biar begitu serangan demi serangan yang dilancarkan hampir semuanya mengandung daya
ancaman yang menggidikkan hati...

Waktu itu sesungguhnya sipedang emas sudah berada dalam keadaan lemah dan lelah, ketika
secara tiba-tiba harus menghadapi seorang musuh yang begitu tangguh lagi, kontan saja dia
menjadi kelabakan setengah mati dan tak sanggup untuk mempertahankan diri lebih jauh.
dalam waktu singkat dua puluh gebrakan sudah lewat.
Memanfaatkan peluang yang sangat baik ini, Kim Thi sia segera melancarkan sebuah gempuran
dahsyat dengan jurus "harimau serigala merajalela."
Jurus serangan tersebut amat dahsyat dan hebat, begitu hebatnya hingga persis menghantam
diatas jalan darah Thian teng hiat ditubuh sipedang emas tersebut.
Sebagaimana diketahui jalan darah Thian teng hiat merupakan salah satu jalan darah penting
ditubuh manusia, bilamana sampai tergempur maka orang akan kehilangan kesadarannya.
Tampak sipedang emas memuntahkan darah segar akibat gempuran yang bersarang telak itu.
Menyusul kemudian ia berteriak keras, suaranya seram dan menggidikkan hati membuat
siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri.
Jeritan itu hanya berlangsung sebentar, tahu-tahu badan sipedang emas sudah roboh
terjengkang keatas tanah dalam keadaan tak sadar, ia sudah kehilangan sama sekali tenaga untuk
perlawanan.
Dengan napas terengah-engah Kim Thi sia segera meloloskan pedang Leng gwat kiamnya dan
siap menghabisi nyawa musuhnya itu.
"Jangan" teriak siburung hong Lam Peng secara tiba-tiba sambil menghalangi perbuatannya.
"Kenapa?" tanya Kim Thisia agak tertegun.
"Tadi akukan sudah bilang, demi menjaga keseimbangan kekuatan didalam dunia persilatan,
aku tak ingin membinasakan sipedang emas"
"Tapi itukan merupakan pandanganmu, pandangan tersebut tiada sangkut pautnya dengan
aku?"
"Tapi kau tidak berhak untuk membunuhnya" Dengan gemas Kim Thi sia segera berseru:
"Tapi sipedang emas merupakan penghianat perguruanku, dia adalah murid murtad yang harus
mempertanggung jawabkan semua kejahatan serta kebejadannya. Aku wajib membunuhnya
Sekarang juga ."
"Bila kau ingin membalaSkan dendam bagi gurumU, sudah barang tentu aku merasa segan
untuk menghalangi niatmu."
"Kalau toh kau merasa tak keberatan, mengapa kau halangi usahaku untuk membunuhnya?"
"Sebab kau tidak menantangnya untuk berduel secara jujur, terang-terangan dan terbuka."
"Tapi apa salahnya kalau kubunuh dirinya sekarang juga ?"
"Hmmm, kau harus ingat, paling tidak kau belum tentu bisa mengunggulinya tanpa bantuanku"
Mendengar perkataan ini, Kim Thi sia termenung berapa saat lamanya, kemudian baru
mengangguk.
"Yaa benar juga perkataanmu itu."
"Maka dari itu bila kalian bisa bersua kembali dikemudian hari dan kau berhasil mengungguli
dirinya, sekalipun kau hendak menghabisi nyawanyapun aku pasti tak akan mencoba untuk
menghalangi."
Berbicara sampai disitu, ia segera membungkukkan badan dan mengambil lentera hijau
tersebut dari dalam saku sipedang emas.
Menyaksikan kesemuanya ini, Kim Thi sia segera menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian:

"Sungguh tak kusangka akhirnya kaulah yang keluar sebagai pemenang terakhir" Siburung
hong Lam Peng tertawa tergelak.
"Haaah....haaah....haaaah.....tujuan kemunculanku didalam persilatan kali ini adalah
mendapatkan Lentera hijau, coba bila aku mengincar pedang Leng gwat kiam tersebut, mungkin
semenjak dulu benda tersebut telah terjatuh ketanganku."
"Bagaimana kau bisa berkata begitu?"
Siburung hong tertawa hambar. "Kau masih ingat dengan Lam Wi?"
"Tentu saja masih ingat"
"Seandainya dia yang mengambil pedang Leng gwat kiam tersebut dari tanganmu, tolong tanya
apakah kau mampu untuk melindungi benda mestika tersebut?"
Kim Thi sia menjadi tertegun, selang sesaat kemudian dia baru menyahut agak tergagap:
".......Yaaa, rasanya....rasanya aku memang tak sanggup untuk melindungi benda tersebut."
Kembali siburung hong Lam Peng tertawa.
"Kalau begitu aku perlu memberitahukan kepadamu, orang yang bernama Lam Wi tersebut tak
lain adalah aku sendiri"
"Aaaah, rupanya kau adalah wanita yang sedang menyaru sebagai pria"
Ia segera menengok kearah lain, tampaknya kelima naga dari suku Biau tersebut masih terlibat
dalam suatu pertarungan amat seru.
Waktu itu sipedang kay userta Kek Jin sudah kehabisan tenaga dan merasa amat penat,
serangan demi serangan yang mereka lancarkan sudah tidak pakai aturan lagi keadaannya amat
kritis.
Bila keadaan saat itu dibiarkan berlangsung lebih lanjut, tak bisa disangkal lagi mereka berdua
pasti akan tewas dalam keadaan yang amat mengerikan hati.
Untunglah pada saat itu siburung hong Lam Peng telah memberikan perintahnya dengan
memakai bahasa suku Biau.
Tampaknya kelima naga tersebut amat tunduk dibawah perintah Lam Peng, begitu perintah
diturunkan serentak mereka menarik kembali serangannya sambil melompat mundur kebelakang.
Sebetulnya sipedang kayu dan Kek Jin merasa amat penasaran, mereka berniat mengejar
musuhnya lebih lanjut.
Tapi sayang meski ada kemauan namun tenaga kurang, baru berjalan dua tiga langkah tubuh
mereka telah gontai dan akhirnya roboh terjungkal keatas tanah.
Dalam keadaan begitu mereka cuma bisa saling berpandangan saja dengan wajah tertegun,
napasnya kelihatan tersengkal-sengkaL
Ditengah keheningan, tiba-tiba terdengar si burung hong Lam Peng berkata lagi kepada Kim Thi
sia:
"Nah, sekarang kita harus melaksanakan janji yang telah disepakati tadi....."
"Sebagai seorang lelaki sejati, tentu saja aku takakan memungkirinya, silahkan turun tangan"
Baru selesai perkataan tersebut diutarakan Lam Peng telah menotok jalan darah kaku ditubuh
Kim Thi sia keras-keras.
Seketika itu juga Kim Thi sia merasakan peredaran darahnya membeku, tubuhnya terasa lemas
dan ia segera roboh terjungkal keatas tanah.
"Maaf!" kata siburung hong kemudian sambil tertawa hambar.

Waktu itu, kendatipun Kim Thi sia merasa amat tak puas dengan cara kerja siburung hong
terutama terhadap dirinya, namun ada satu hal yang membuatnya merasa amat berterima kasih.
Karena Lam Peng telah memerintahkan kelima naga dari suku Biau untuk mengobati luka Lin lin
dengan mempergunakan lentera hijau.
Bersamaan itu juga , siburung hong telah membopong tubuh Kim Thi sia dan membawanya
pergi dari situ dengan gerakan tubuh secepat sambaran petir.
Setelah melewati beberapa bukit dan sampai didalam sebuah hutan yang lebat, gadis tersebut
menurunkan Kim Thi sia keatas tanah.
Walaupun Kim Thi sia tak mampu bergerak saat itu, namun kesadarannya masih tetap jernih.
Dia dapat mengendus bau harum kegadisan yang terpancar keluar dari tubuh Lam Peng, diapun
dapat mencium bau harum rambut sinona tersebut, tanpa disadari ia menaruh rasa senang atas
keindahan serta kecantikan dari gadis tersebut. Diam-diam pikirnya :
"Aaaaai, andaikata hatinya tidak selicik dan sekeji ini, alangkah baiknya gadis ini.."
Ketika dia mencoba untuk menengok kearah lain, tampak olehnya Lin lin telah dibaringkan juga
tak jauh dari tubuhnya, waktu itu wajahnya kelihatan merah segar. Terdengar siburung hong
berkata:
"Sepanjang jalan menuju kemari tadi, Lin lin telah memperoleh pengobatan dengan
menggunakan lentera hijau."
"Terima kasih atas bantuanmu"
"Kau tak perlu berterima kasih kepadaku, tak sampai setengah jam kemudian, kesehatan
tubuhnya akan pulih kembali seperti sedia kala."
"Aaai, tak kusangka kau begitu pandai mengatur urusan" puji Kim Thi sia sambil tertawa.
Burung hong Lam Peng ikut tertawa pula.
"Aaaai, aku tak berkemampuan apa-apa, yang kuharapkan sangat adalah kau masih bisa
teringat akan diriku"
"Selama hidup aku tak akan melupakan dirimu....." janji sang pemuda sambil tertawa.
Kembali burung hong Lam Peng tertawa hambar, ia segera memberi tanda kepada kelima naga
dari suku Biau untuk pergi dari situ, sebelum berangkat katanya lagi lembut.
"Kim sauhiap. sampai jumpa lagi dikemudian hari"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat bagaikan hembusan angin, berangkatlah gadis itu
meninggalkan tempat tersebut, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya telah lenyap dikejauhan
sana. Setengah jam kemudian-.......
Akhirnya Lin lin sadar kembali dari pingsannya.
Tapi pada saat yang bersamaan, tiba-tiba saja Kim Thi sia mendengar ada suara langkah
manusia yang berjalan mendekati tempat tersebut.
Ia tak tahu apakah musuh atau teman yang muncul ditempat tersebut, andaikata musuh yang
munculkan diri dalam keadaan lemah tak berkekuatan begini bukankah dia bakal dibunuh secara
mudah oleh lawan?
Kim Thi sia menjadi amat gelisah, keluhnya berulang kali: "Waduh, bisa celaka, bisa celaka......"
"Kenapa sih kamu ini?" Lin lin yang tak tahu apa yang terjadi bertanya agak tercengang.
Gadis ini sama sekali tidak mengira kalau ancaman bahaya maut telah berada didepan mata.
"Sttt, jangan berisik Lin lin ayo jangan bergerak secara sembarangan-...." bisik Kim Thi sia lagi.
sikapnya amat serius dan tegang seolah-olah menghadapi sesuatu yang amat gawat.

Lin lin yang baru sadar dari pingsannya menjadi tertegun setelah menyaksikan keadaan itu.
Sejak sadarkan diri dan melihat dirinya berada ditempat yang sepi, gadis tersebut sudah
merasa gugup dan takut.
Apalagi sekarang ia melihat Kim Thi sia begitu tegang dan serius, tentu saja hatinya makin
terperanjat lagi, saking kagetnya untuk berapa saat ia tak mampU berbuat apa-apa.
Menanti Kim Thi sia sudah memberi tanda dan minta Lin lin berjalan mendekat, gadis itu baru
memberanikan diri untuk maju menghampirinya.
Tapi sayang Lin lin berjalan kurang hati-hati, kakinya menginjak diatas berapa buah ranting
pohon sehingga menimbulkan suara berisik.
Ditengah hutan yang begitu sepi dan leng gang, biarpun suara tersebut sebenarnya amat
pelan, tapi dalam keadaan begitu justru kedengarannya cukup nyaring. Lin lin amat menyesal, ia
menjadi tertegun untuk berapa saat lamanya.
Kim Thi sia lebih tegang lagi, buru-buru ia menarik tangan Lin lin agar cepat menghampirinya .
Mungkin karena terlalu tegang hingga tenaga betotannya kelewat keras, atau mungkin juga
keseimbangan tubuh Lin lin kurang baik. Begitu tertarik, tak kuasa lagi tubuh gadis itu terjatuh
kedalam pelukan Kim Thi sia.
Dengan cepat anak muda itu merasakan sebuah tubuh yang empuk dan halus terjatuh
menindihi tubuhnya.
Sebaliknya Lin lin sendiripun tiba-tiba merasa bau lelaki yang khas menerobos masuk kedalam
penciumannya .
dalam waktu singkat kedua orang ini saling berpelukan satu sama lainnya, walaupun dalam
suasana tegang dan seram, namun rasa malu, manis, hangat dan terangsang bercampur aduk
didalam perasaan hati mereka.
Paras muka Lin lin seketika berubah menjadi merah padam lantaran amat jengah.
Sebaliknya Kim Thi sia merasa terangsang sifat kejantanannya, sambil mengawasi wajah sinona
ia berteriak:
"Lin lin, kau tak usah takut, aku pasti akan melindungi mu sebisa mungkin."
Berbicara sampai disitu, dia segera merentangkan tangannyalebar-lebar dan memeluk gadis
tersebut erat-erat.
Lin lin sendiripun segan mengeluarkan banyak tenaga, dengan manjanya diapun menjatuhkan
diri bersandar dalam pelukan pemuda itu.
Sementara sepasang matanya yang bulat besar dan jernih menatap wajah Kim Thi sia tanpa
berkedip.
Sekalipun ia tak berkata-kata, namun pandangan matanya itu seakan-akan sedang berkata.
"Lindungilah aku engkoh Thi sia, aku rela menerima perlindungan seperti ini......"
Begitulah, untuk berapa saat lamanya kedua orang itu bagaikan terbuai dalam mabuk cinta,
seakan-akan sudah melupakan keadaan disekelilingnya lagi.
Tapi hal tersebut hanya beriangsung sebentar, tak selang berapa saat kemudian Kim Thi sia
dan Lin lin sudah terjaga kembali dari lamunan mereka.
Dengan suara lirih Lin lin segera berbisik:
"Engkoh Thi sia, apa yang sedang engkau takuti? Mengapa aku bisa sampai disini? Seingatku,
aku telah terluka ditangan seorang hwesio gemuk. apakah kau yang telah menolongku?
Bagaimana caramu menolongku.....?"

Serangkaian pertanyaan diajukan secara bertubi-tubi, seakan-akan semua persoalan ingin
diketahui dalam waktu singkat.
Kim Thi sia tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dia masih dicekam perasaan
tegang, sebab jalan darahnya masih tertotok hingga sekarang, berarti bila yang muncul adalah
musuh tangguh maka keselamatan jiwa mereka akan terancam. Sampai lama kemudian, pemuda
itu baru menjawab gelagapan-"Lin lin, kau....kau......"
"Kenapa dengan aku?" tanya Lin lin terheran-heran-
Dengan peluh membasahi seluruh tubuhnya karena cemas, Kim Thi sia berbisik: "Kuminta kau
jangan berbicara lagi....."
Ia tak berani berbicara terlalu keras, namun dia berharap gadis itu bisa mendengar dengan
jelas tak heran kalau wajahnya nampak lucu dan menggelikan hati. Sambil mencibirkan bibirnya
Lin lin berseru manja: "Tapi kau belum menjawab semua pertanyaan yang kuajukan tadi?"
Dengan jelas Kim Thi sia memeluk tubuhnya dengan mesrah kemudian berbisik pelan:
"Pertanyaanmu terlalu banyak, aku tak tahu bagaimana mesti menjawabnya......."
"Tapi......sebenarnya apa maumu?"
Sementara itu suara langkah manusia kedengaran semakin mendekati tempat tersebut.
Didengar dari langkah kaki yang kacau balau, bisa diketahui bahwa pendatang bukan terdiri
dari seorang saja.
Rombongan pendatang itu berjalan kesitu dengan langkah cepat, bila yang muncul adalah
sipedang emas, pedang perak atau pedang kayu sekalian, maka bagaimana akhirnya pasti susah
dibayangkan dengan perkataan.....
Mengetahui etapa gawatnya situasi waktu itu, buru-buru Kim Thi sia berbisik lagi:
"Lebih baik kau jangan bergerak dulu dan jangan berbicara, berbaringlah saja dalam
pelukanku"
Mungkin saking cemasnya, pembicaraan tersebut tanpa disadari telah diutarakan dengan suara
agak keras.
Baru selesai perkataannya diucapkan, terdengar suara langkah manusia itu telah berhenti
secara mendadak.
Disusul kemudian terdengar seorang berseru keras:
"Bagus sekali, tingkah laku sibocah keparat ini benar-benar menarik hati, rupanya dia sedang
bermesrah-mesrahan disini...."
Jelas sudah, rombongan pendatang itu telah melihat kehadiran mereka disana.
Waktu itu Lin lin masih belum sadar kalau bahaya sedang mengancam, dia malah berseru
dengan manja.
"Engkoh Thi sia, kau jangan memelukku begitu kencang......"
Diam-diam Kim Thi sia mengeluh, tanpa terasa dia mengendorkan pelukannya atas gadis
tersebut.
Ketika ia berpaling kembali, maka terliharlah didepan mata telah muncul tiga orang jagoan
persilatan.
sebagai orang pertama, ternyata ia tak lain si Unta, musuh bebuyutannya.
Dibelakang si unta mengikuti dua orang lelaki lagi, yang seorang bertubuh jangkung sedang
lainnya bertubuh ceboL
Yang jangkung bertubuh kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, mukanya panjang
dengan sepasang mata menonjol keluar persis seperti mata ikan emas.

Sedangkan yang cebol bertubuh gemuk seperti babi, mukanya bulat dan mempunyai sepasang
mata yang sipit tinggal sebuah garis.
Melihat sipendatang adalah si unta, diam-diam Kim Thi sia berhembus napas lega, serunya
kemudian:
"Hey tua bangka, tak disangka kita akan bersua lagi disini"
"Ya betul" sahut si unta tak acuh. "Kita telah bersua kembali, tapi rasanya pertemuan kali ini
bukan pada saat yang baik."
"Kenapa?" tanya Lin lin polos.
Si unta mendehem beberapa kali, kemudian baru sahutnya:
"Kalian berdua sedang bermesrah-mesrahan disini, rasanya aku situa bangka jadi iri hati."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, sijangkung dan sicebol sama-sama tertawa tergelak. Gelak
tertawa mereka amat keras dan seakan-akan membutuhkan banyak tenaga, begitu habis tertawa
napas mereka kedengaran tersengkal-sengkaL
Paras muka Lin lin kontan saja berubah menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus.
Ilmu meringankan tubuh ketiga orang tersebut memang kelewat sempurna, dengan gerakan
yang cepat sekali mereka munculkan diri didepan mata sehingga tidak memberi kesempatan
kepada kedua orang muda mudi itu untuk memberikan reaksinya.
Waktu itu Lin lin hanya memusatkan perhatiannya untuk berbicara, dia seperti lupa kalau
tubuhnya masih berada dalam pelukan mesrah Kim Thi sia.
Seorang gadis tanggung ternyata tertangkap basah sedang bermesrahan dengan seorang lelaki
ditengah gunung yang sepi, kejadian seperti ini boleh dibilang merupakan peristiwa yang
merikuhkan.
cepat-cepat Lin lin melompat bangun dari pelukan, lalu serunya kepada Kim Thi sia dengan
gemas:
"Huuuh, semuanya gara-gara kau"
Saking malunya dia tak berani mendongakkan kepalanya lagi, cepat-cepat gadis itu
bersembunyi dibalik pepohonan-Melihat itu, si unta segera berseru sambil tertawa: "Tadi, apa
yang dia lakukan terhadapmu?"
"Dia.....minta kepadaku....." Lin lin merasa amat malu, kepalanya sampai tertunduk rendahrendah.
Ternyata si unta tak ambil perduli apakah gadis itu merasa malu atau tidak, kembali desaknya:
"Dia minta apa kepadamu?"
"Dia yang menyuruh aku berbaring dalam pelukannya...." sahut Lin lin seraya menutupi
wajahnya dengan kedua belah tangan. Si unta segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.....haaaah.....haaaah.....bagus, suatu permintaan yang bagus......."
Sementara itu sijangkung dan si cebolpun ikut tertawa terpingkal-pingkaL
Lin lin sigadis polos ini masih belum sadar apa yang sebenarnya sedang mereka tertawa kan-
Dia malah mengira Kim Thi sia telah melakukan suatu gerakan yang lucu sehingga memancing
gelak tertawa mereka. Tanpa sadar dia melirik sekejap kearah pemuda itu.
Tampak Kim Thi sia masih berbaring diatas tanah agaknya diapun dibuat tersipu-sipu oleh
godaan si unta sambil menuding orang itu serunya gemas: "Hey tua bangka, kau.....kau........"
"Kenapa aku?" tanya si unta cepat. "Aku mah sudah tua, sudah tak berguna lagi, mana
mungkin aku bisa seromantis dirimu?"

"Apa itu romantis atau tidak?" teriak Kim Thi sia dengan wajah memerah, "Tadi aku takut....."
"oooh, takut?" si unta kembali menggoda.
Setelah berseru keheranan, ia segera berkata lagi kepada sijangkung dan sicebol:
"Wah......hebat betul dia, rupanya setelah memeluk seorang gadis dengan mesrah maka semua
rasa takut bisa hilang. Ehm, tentu cara ini bagus sekali....."
Kim Thi sia amat mendongkol, ia ingin membantah, tapi sebelum sempat berbicara, kembali
siunta telah berkata lagi:
"Sayang aku sudah tua, tak laku mencari nona lagi, coba kalau tidak....."
"Eh tua bangka, kau tidak memahami maksudku" seru Kim Thi sia dengan cemas.
"Kenapa aku tak mengerti? Akupun takut......" seru si unta.
"Apa gunanya kau merasa takut?" teriak siceboL Sambil melotot si unta segera berseru:
"Kalau aku takut, akupun bisa memeluk seorang nona untuk menghilang rasa takutku itu."
"Aaaah, kalian tidak mengerti....." teriak Kim Thi sia keras- keras.
"Bagaimana mungkin aku tidak mengerti tentang perbuatan kaum muda seperti kalian? Dulu
aku masih muda dan mengalami hal yang sama....."
"Aku......kau tahu, jalan darah kaku ku telah ditotok oleh siburung hong Lam Peng hingga tak
mampu berkutik, oleh sebab itu aku takut jejakku diketahui musuh hingga dicelakai jiwanya oleh
mereka......." tutur Kim Thi sia cepat.
"Apa kau bilang?" si unta berseru sambil menarik muka.
"Saat ini aku tak mampu berkutik"
"Aduh celaka......" pekik siunta kemudian dengan wajah tertegun.
Ucapan tersebut diutarakan dengan wajah serius, seakan-akan menghadapi suatu kejadian
yang gawat.
Lin lin yang mendengar seruan itu menjadi terkejut sekali.
Tanpa ambil perduli persoalan lain lagi ia segera berlutut didepan Kim Thi sia dan bertanya
dengan rasa kuatir. "Engkoh Thi sia, gawatkah keadaanmu?"
"Tidak ada yang gawat" sahut Kim Thi sia sambil tertawa dingin.
Dengan penuh kasih sayang Lin lin membelai rambutpemuda itu, menyeka peluhnya dengan
sapu tangan, lalu katanya lagi: "Mungkinkah ...... "
Tapi berbicara sampai disitu ia segera berhenti berkata, sedih sempat melintas diatas wajahnya.
dalam keadaan begini ternyata si unta belum dapat menghilangkan juga sifat menggodanya,
cepat dia berkata:
"Hey bocah kunyuk. nona ini menguatirkan dirimu apakah kau bakal mampus atau tidak......"
"Aku tak bakal mati" Kim Thi sia tertawa nyaring.
Anda sedang membaca artikel tentang Lembah Nirmala 6 dan anda bisa menemukan artikel Lembah Nirmala 6 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/lembah-nirmala-6.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Lembah Nirmala 6 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Lembah Nirmala 6 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Lembah Nirmala 6 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/lembah-nirmala-6.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar