memperkecil semangat kita, mungkin dia adalah mata2
yang sengaja dikirim kedalam benteng kita sebagai mata2 !"
"Stttt... jangan bicara sembarangan." Tukas Sie Liong
dengan badan lemas. "Dia..."
"Aku lihat dia bukan seorang manusia baik !" Sambung
Sie Soat Ang dengan hati cemas.
"Aaaai... sewaktu ia datang kemari, sama sekali tidak
memperkenalkan diri, ia hanya mengaku she Yu, akupun
tidak tahu apa maksudnya mendatangi benteng Thian It
Poo kita, namun di tinjau dari keadaannya tidak mungkin
membawa maksud jahat oleh karena itu selama ini akupun
tidak pernah mengungkapkan soal asal usulnya."
Berbicara sampai disini Sie Liong merandek sejenak dan
menyapu sekejap kearah para jago, kemudian lambat2
ujarnya lebih jauh:
"Namun. tidak lama setelah ia tiba aku sudah tahu kalau
dia bukan lain adalah salah seorang dari Tionggoan Su
Koay yang tersohor itu."Baru saja Sie Liong mengucapkan kata2 itu air muka
beberapa orang jago yang hadir disana sudah berubah
hebat, tanpa sadar mereka sama2 berseru.
"Si Koay Chiu atau Manusia Bertangan aneh Yu Put
Ming!"
Air muka Se Liong makin memberat, ia mengangguk
tiada hentinya.
"Benarlah, dia oranglah sebenarnya."
Seketika timbul kegaduhan diantara para jago yang hadir
disana, tidak lama kemudian muncul empat lima orang
berkata sambil tertawa.
"Sie Poocu, Terima kasih atas sanjungan Poo-cu selama
ini sehingga kami memperoleh makan dan tempat tidur
dalam benteng Thian It Poo ini, namun... kini... kini,
sampai si manusia bertangan aneh Yu Put Ming yang
demikian lihaynya pun tidakHeee... heee... kami... kami..."
Kembali Sie Liong menghela napas panjang.
"Aaaai, kalian tak usah berbicara lebih lanjut aku sudah
tahu! barang siapa diantara kalian tidak ingin tinggal
didalam benteng Thian It Poo lagi, silahkan segera
meninggalkan tempat ini, aku tidak akan menghalangi niat
kalian?"
Bagaikan mendapat pertolongan saja, sinar kegirangan
terpancar keluar dari wajah mereka.
Pada mulanya ada beratus2, orang jago yang
berkerubung disekitar Sie Liong, sikap mereka se-olah2
begitu jantan dan tidak takut menghadapi musuh sebagai
tangguhpun.
Tetapi kini, setelah semua orang tahu sikakek kurus
kering yang baru saja melarikan diri bukan lain adalahsimanusia bertangan aneh Yu Pit Ming salah seorang dari
Tionggoan Su Koay yang amat tersohor itu, air muka
mereka baru berobah hebat.
Nama besar Yu Pit Ming sudah tersohor dimana2,
wataknya kukoay dan ilmu silatnya sangat lihay, bahkan
boleh dikata sulit menemui tandingan dikolong langit
dewasa ini. Namun kini setelah mendengar dalam benteng
Thian It Poo terjadi peristiwa, untuk melarikan diripun
orang she-Yu itu takut tidak dapat, hal ini bisa dibayangkan
betapa luar biasanya musuh tangguh yang menyerang.
Semua orang sadar, bahwa ilmu silat mereka tak dapat
menandingi ilmu silat Yu Pit Ming, apalagi orang she-Yu
itupun sudah jauh sebelumnya melarikan diri ter birit2.
Hanya saja untuk sementara waktu mereka tidak enak
untuk mohon diri, kendari pikiran untuk melarikan diri
sudah memenuhi benak mereka.
Lain halnya setelah Sie Liong mengucapkan kata2 itu,
suasana jadi gempar, kontan para jago membubarkan diri
dan melarikan diri ter-birit2, ada diantara berwajah baik,
masih mengucapkan terima kasih, tetapi sebagian besar
membungkam, seakan2 mengucapkan sepatah dua patah
kata hanya akan menghalangi jalan pergi mereka saja.
Melihat para jago membubarkan diri, Sie Soat Ang jadi
sangat mendongkol sampai badannya gemetar keras, sesaat
suasana dalam seluruh benteng Thian It Poo jadi gempar,
ringkik kuda gonggongan anjing bergema gegap gempita.
Namun suasana kacau seperti itu tidak berlangsung
lama, sebentar kemudian semuanya sudah berubah tenang
kembali.
Setelah semuanya berubah hening, Benteng Thian It Poo
jadi kelihatan lebih mengerikan, tak kedengaran sedikitsuarapun menggema kecuali hembusan angin yang
menambahkan keseraman suasana disekitar sana.
Sebenarnya Sie Soat Ang sedang gusar sampai badannya
gemetar, namun sekarang badannya masih gemetar hanya
badannya saat ini rasa takut jauh lebih banyak dari rasa
gusar.
Lambat2 Sie Soat Ang putar badan memandang kearah
ayahnya, tampak orang tua itu masih berdiri disana tak
berkutik, segera tegurnya sambil mendepakkan kakinya
keatas tanah.
"Ayah ...!" seluruh tubuh Sie Liong gemetar keras,
dengan cepat ia berpaling.
"Soat Ang, mengapa kau masih juga berdiri disana?
mengapa kau tidak ikut berlalu?"
Belum pernah gadis she Sie ini melihat ayahnya
kebingungan seperti ini, haru hampir2 saja ia menangis
tersedu, namun dasar wataknya yang keras hati ia berusaha
menahan diri.
"Tia, bagaimana dengan kau? apakah kau tidak ikut
pergi?" balik tegurnya pula.
"Aaaah benar, akupun harus pergi." Seru Sie Liong
dengan napas ter-engah2, bagaikan baru saja sadar dari
impian. "Kita... berangkat bersama, Soat Ang, Apakah
mereka... mereka semua sudah pergi?"
Hampir saja tangisannya meledak tetapi gadis ini masih
mempertahankan diri.
"Benar!" jawabnya lirih. "Mereka semua telah..."
Sebelum kata "Pergi" diutarakan, ia berdiri tertegun.
Sebab dugaannya meleset, tidak benar kalau dikatakan
semua orang telah melarikan diri.Sebab diujung tembok masih tertinggal satu orang, dia
berjongkok ditanah dan kebetulan berada ditempat
kegelapan sehingga kalau tidak di perhatikan sukar untuk
menemukan orang itu.
"Tia, masih ada yang belum pergi, disini masih ada satu
orang yang tidak ikut melarikan diri."
Sie Liong tertegun, jelas peristiwa ini berada diluar
dugaannya, dengan cepat ia berpaling ke arah mana yang
dituding oleh Sie Soat Ang.
Dalam pada itu orang yang berjongkok ditanah lambat2
bangun berdiri.
Gerakannya amat lambat dan kelihatan aneh sekali,
mendatangkan sesuatu perasaan ngeri buat yang melihat.
"Siapa ?" Tegur Sie Liong setelah menarik napas
panjang.
Orang itu mempunyai perawakan tinggi lagi kurus,
namun bayangannya serasa dikenal, bukan seorang asing,
melihat hal tersebut sedikit banyak Sie Poocu rada berlega
hati juga.
"Sie Poocu, aku !" jawab orang itu lirih.
Suara orang itu lemah tak bertenaga, namun terasa
sangat dikenal, hanya saja Sie Liong belum teringat kembali
siapakah dia.
Dalam pada itu Sie Poocu sudah putus asa, seandainya
orang yang masih tertinggal disana adalah seorang jago
lihay sebangsa si manusia bertangan aneh Yu Put Ming,
semangatnya tentu akan bangkit kembali, ia pasti akan
bulatkan tekad untuk mempertahankan benteng Thian It
Poo mati2an.Lain halnya setelah ia mendengar suara, itu lemah tak
bertenaga, jelas seorang prajurit tanpa nama yang-tidak
berguna.
Ia lantas tertawa getir dan menghela napas panjang,
katanya:
"Sobat, bencana besar akan menimpa benteng Thian It
Poo, semua orang akan melarikan diri..."
Teringat jerih payahnya selama ini hancur berantakan,
rasa pedih memenuhi benak pocu dari benteng Thian It Poo
ini, setelah merandek sesaat ia baru bicara lebih jauh:
"Sahabat kau tidak pergi, apa yang kau nantikan lagi?"
Dengan tidak bertenaga orang itu tertawa, sambil tertawa
selangkah demi selangkah maju mendekat, menanti ia
sudah keluar dari tempat kegelapan wajahnyapun dapat
kelihatan amat jelas.
Orang itu berusia tiga puluh tahunan, wajahnya pucat
pias dan kurus, pakaiannya warna abu2 sudah tua sehingga
kelihatan begitu rudin beda dengan kementerengan para
jago lainnya.
Orang itu berhenti kurang lebih enam tujuh depa di
hadapan Sie Liong, karena tidak kenal dengan orang itu Sie
Liong lantas menjura.
"Harap saudara suka memberi maaf kalau cayhe tidak
kenal siapakah anda..."
"Nama kecilku tiada berharga diutarakan." jawab orang
itu hambar.
Karena pikiran Sie Liong saat ini lagi kacau, mendengar
orang itu tak mau mengutarakan nama nya. ia pun tidak
mendesak lebih jauh, hanya ujarnya:"Tiada berguna anda masih tetap tinggal dibenteng Thian
It Poo, semua orang telah pergi !"
Kembali orang itu tertawa hambar.
"Sie Poocu, orang lain pergi itu urusan orang lain. Poocu
telah melepaskan budi kepadaku, sekarang benteng Thian It
Poo sedang menghadapi mara bahaya, tidak sanggup
bagiku untuk melarikan diri dalam keadaan seperti ini."
Walaupun suaranya lemah tak bersemangat namun apa
yang diucapkan sangat gagah, membuat Sie Soat Ang tak
kuasa berseru memuji:
"Kau benar2 seorang lelaki jantan !"
Agaknya orang itu sangat gembira, ia berpaling kearah
Sie Soat Ang dan mengangguk,
"Terima kasih atas pujian siocia, sepanjang hidup tak
akan kulupakan kata2 pujian itu !"
Ketika Sie Soat Ang berpaling tadi, kebetulan orang
itupun sedang berpaling pula kearah-nya, empat mata
bertemu jadi satu menimbulkan debaran keras dalam hati
gadis tersebut. Dalam pada itu Sie Liong dibikin
kebingungan setengah mati oleh ucapan orang itu, sambil
mengetuk kening sendiri ia bertanya.
"Saudara, apa yang kau ucapkan kenapa tak kuingat
kembali akan persoalan ini."
"Sie Pocu, masih ingatkah pada setengah tahun berselang
ada serombongan pedagang kulit yang lewat disini dan
menitipkan seorang manusia yang hampir sekarat kepada
diri Pocu?"
"Aaah...!" Sie Pocu berseru tertahan, sekarang ia sudah
teringat kembali. Sedikitpun tidak salah, setengah tahun
berselang memang benar ada serombongan pedagang kulityang mampir dalam benteng mereka sewaktu hendak
masuk ke Tionggoan.
Bagi benteng Thian It Poo kejadian itu merupakan suatu
kejadian lumrah, sebab Sie Poocu mempunyai hubungan
yang erat dengan para pedagang itu.
Tetapi, suatu kali pedagang itu bukan saja memberi
beberapa hadiah kepadanya bahkan masih menitipkan pula
seorang lelaki yang hampir sekarat.
Menurut pedagang2 itu, mereka temukan orang ini
menggeletak ditengah jalan dengan badan berlepotan darah,
napasnya tinggal satu dan hanya tunggu ajalnya.
Mereka tahu kalau orang ini tiada harapan, namun
teringat bahwasanya menolong selembar jiwa menangkan
berbuat kebajikan apapun, lagi pula tidak jauh dari benteng
Thian It Poo maka mereka bawa serta orang itu kedalam
benteng.
Ketika itu Sie Poocu hanya memandang sekejap
kearahnya, melihat air muka sudah berubah pucat pasi
bagaikan mayat, napas sudah tinggal satu2nya, ia lantas
suruh seorang Tabib dalam benteng untuk mengurusinya,
bagian manakah yang menderita luka tak pernah diperiksa
sendiri.
Kemudian dalam anggapan Sie Liong orang itu sudah
mati, Tak disangka bukan manusia ia masih hidup bahkan
dia pula satu2nya manusia yang masih tetap tinggal dalam
Benteng disaat Thian It Poo menjumpai bencana.
Timbul perasaan terharu dan rasa terima kasih dalam
hati Sie Poocu, serunya: "Oooow..! kiranya anda bukan lain
adalah orang yang terluka pada setengah tahun berselang,
yang menyelamatkan anda bukan aku tapi rombonganpedagang itu, seharusnya kau ucapkan terima kasih kepada
mereka."
"Memang benar, kalau bukan ditolong rombongan
pedagang itu cayhe sudah menemui ajal-nya," jawab orang
itu lambat2 "Namun setelah tiba dibenteng, kalau Poocu tak
sudi menerima diriku, bukankah selembar jiwaku tetap
akan melayang?"
"Hal ini tidak terhitung seberapa, sekarang tahukah anda
bahwa benteng Thian It Poo kita sudah kedatangan seorang
musuh tangguh?"
"Poocu, sekalipun terhitung aku benar2 tidak tahu,
melihat bagaimana Yu Thayhiap melarikan diri dengan
terbirit aku bisa menduganya separuh. Apalagi aku sudah
lama tahu hal ini."
"Lalu, mengapa kau tidak pergi." Tanya Sie Liong sambil
tertawa getir.
"Tentu saja aku tidak pergi apakah Yu Pit Ming sudah
pergi lantas akupun harus ikut pergi."
Walaupun Sie Liong amat berterima kasih atas kesediaan
pemuda itu berkorban namun iapun merasa tidak sabaran,
sembari hela napas panjang katanya: "Aku orang she Sie
mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan anda
berkorban namun Thian It Poo.. Aai! aku sudah ambil
keputusan untuk menuruti nasehat dari Yu Put Ming dan
terbang jauh keangkasa, apa gunanya anda tetap tinggal
disini?"
Mendengar ayahnya mau melarikan diri. Sie Soat Ang
jadi kaget dan segera berteriak:
"Tia, benarkah kita hendak melarikan diri ?"Lambat2 Sie Liong berpaling memandang benteng Thian
It Poo yang megah dan mentereng, kesemuanya ini
dibangun dengan jerih payahnya selama puluhan tahun,
kini kebanggaan tersebut harus dilepaskan begitu saja,
hatinya terasa amat pedih...
"Kita masih ada cara apa lagi ?" Tanyanya dengan suara
pedih.
"Tia, sebenarnya siapakah pembunuh sadis itu ?" tanya
Sie Soat Ang dengan nada tidak puas.
Air muka Sie Liong pucat pasi bagaikan mayat,
mulutnya tetap bungkam dalam seribu bahasa.
"Sie Poocu" ujar pemuda itu kembali, "Kau ingin
melarikan, tapi pernahkah kau berpikir, bisa berhasilkah
kau melarikan diri dari sini ? sekalipun kau bisa lari, tentu
tak punya muka untuk menghadapi orang lagi, kau harus
menghabiskan sisa hidupmu ditengah pegunungan yang
sunyi, walaupun nyawamu masih hidup namun
penderitaanmu lebih hebat daripada mati."
Ucapan sang pemuda itu membuat tubuh Sie Liong
gemetar keras.
"Lalu bagaimana menurut pendapat anda ?" tanyanya.
Bukan saja pemuda itu berbadan kurus, bicara tak
bertenaga, bahkan ia datang kebenteng Thian It Poo dalam
keadaan setengah hidup setengah mati, selamanya Sie
Liong tak pernah memandang sebelah matapun terhadap
dirinya.
Tetapi sekarang, setelah pikirannya kabur, tanpa terasa ia
sudah mohon petunjuk dan pemuda tersebut.
"Tidak pergi, kita hadapi serangan musuh disini !" jawab
pemuda itu sepatah demi sepatah.Sie Liong tertawa getir, ia tidak berbicara.
"Seandainya kita menang dalam pertarungan ini, maka
nama besar Thian It Poo akan tersohor di empat samudra"
ujar pemuda itu lebih jauh.
"Nama Thian It Poo sudah tersohor diempat penjuru !"
buru2 Sie Soat Ang menimbrung.
"Nona Sie !" pemuda itu segera tertawa dingin . "Ucapan
tersebut hanya bisa diucapkan dalam benteng Thian It Poo
sendiri, seumpama kau menganggap nama besar Thian It
Poo sudah tersohor diempat penjuru, nanti setelah kau
berada dalam Bu-lim akan kau rasakan betapa sulitnya
berkelana di dunia yang luas !"
Sama halnya Sie Liong, gadis She Sie inipun tidak
pandang sebelah matapun terhadap pemuda tersebut,
mendengar pemuda itu menasehati dirinya dengan kata2
itu, ia jadi naik pitam.
"Kau berani pandang rendah benteng Thian It Poo kami
?" teriaknya.
"Sekalipun aku ingin pandang tinggi Thian It Poo juga
tak bisa jadi" jawab sang pemuda sambil angkat bahu.
"Coba kau lihat begitu ada musuh tangguh hendak
menyerang datang, sebelum bayangan musuh muncul para
jago dalam benteng sudah pada melarikan diri, pada
dasarnya orang2 itu memang kejadian kecil yang tidak
becus, kita tak usah bicarakan soal mereka lagi tapi bahkan
Sie Poocu sendiripun hendak melarikan diri, coba suruh
aku secara bagaimana sudi memandang tinggi Benteng
Thian It Poo kalian."
Ucapan ini membuat hawa amarah dalam hati Sie Soat
Ang makin berkobar, tetapi berhubung apa yang diucapkan
ini, suatu kenyataan, maka ia tak dapat membantah."Maksud anda sudah kupahami" Terdengar Sie Liong
angkat bicara, "Namun aku sadar bahwa aku bukan
tandingan orang itu !"
"Benar. tentu saja kau bukan tandingan dari orang !"
pemuda tersebut manggut2 membenarkan.
"Hemm ! apakah kau adalah tandingannya ?" jengek Sie
Soat Ang sambil mendengus. "Hmm ! sungguh tak tahu
malu, pintarnya cuma bicara kosong, siapa yang kesudian
ngomong dengan kau?"
Dengan sepasang mata yang tajam pemuda itu melototi
diri Sie Soat Ang, sementara gadis itu pun balas meloloti
sang pemuda dengan sinar mata ber-api2.
Lama sekali, pemuda itu baru berkata : "Aku ? tentu saja
akupun bukan tandingan orang itu, bahkan sekalipun aku
turun tangan ber sama2 Sie Poocu pun masih bukan
tandingannya namun jika kita bertiga turun tangan
berbareng mungkin masih bisa mengatasi masalah
tersebut!"
Mendengar ucapan itu Sie Soat Ang jadi kegirangan
karena dengan ucapan tadi bisa ditarik kesimpulan kalau
pemuda itu sangat memandang tinggi dirinya.
Siapa sangka, sewaktu ia masih tersenyum dengan penuh
kebanggaan pemuda tadi sudah berkata kembali:
"Nona Sie, aku lihat kau tentu sudah menaruh salah
paham, kau anggap yang dimaksudkan kami bertiga
termasuk juga dirimu ?"
"Tentu saja demikian" sahut Sie Soat Ang melengak.
"He he he tentu saja tidak, macam ilmu silat yang
dimiliki nona, walau ada delapan sampai sepuluh orangpunpercuma saja, bukan bisa membantu malah merepotkan
saja."
Kontan-air muka Sie Soat Ang berubah hebat, segera
bentaknya dengan penuh kegusaran: "Tutup mulut. besar
benar nyalimu !"
Badannya dengan cepat bergerak maju untuk memerseni
beberapa tempelengan keatas wajah pemuda tersebut.
Sie Liongpun ikut kheki, ia tahu pemuda tersebut tentu
akan menderita kerugian besar.
Namun berada dalam keadaan seperti ini, ia tidak ingin
beribut dengan orang lain, karena itu buru2 tegurnya. "Soat
Ang, kita..."
Belum habis ia berbicara telapak tangan gadis itu sudah
diayun kedepan menyapu pipi pemuda tersebut.
Mungkin disebabkan ia sedang mendongkol maka tenaga
yang digunakan sangat keras sehingga angin pukulan men-
deru2, asalkan terkena pukulan ini, pemuda tersebut
niscaya akan roboh menggeletak.
Diam2 Sie Liong menghela napas panjang, ia ada
maksud mencegah maksud putrinya, namun waktu sudah
terlambat.
Ketika telapak Sie Soat An hampir mengenai pipi kiri
pemuda itu, mendadak tampak pemuda tadi angkat tangan
kirinya, jari tangan dengan cepat mencapit pergelangan
lawannya.
"Kraaak...!" hanya tiga empat tjoen diatas pipi lelaki tadi,
serangan gadis tersebut tak dapat dilanjutkan kembali,
bukan berkutik sedikit pun tak sanggup."Nona Sie." terdengar pemuda itu berkata sambil tertawa
hambar: "Kau sudah terbiasa di manja, hati2 lho kalau
tanganmu terluka."
Sie Soat Ang kaget sebab tangannya tak bisa ditarik lagi,
seluruh badan jadi lemas dan hawa murni susah disalurkan
kembali, ingin sekali ia tarik kembali tangannya, namun tak
sanggup sebab dari telapak pemuda tadi seakan muncul
suatu tenaga hisapan yang kuat dan dahsyat.
Rasa kejut yang dialami Sie Soat Ang kali ini bukan
alang kepalang, teriaknya sembari meronta:
"Cepat lepas tangan, cepat lepas tangan?"
Tetapi pemuda itu menggeleng.
"Nona Sie, aku tidak mencengkeram tanganmu, coba
kau lihat." dan Sie Soat Ang sangat cemas bercampur kaget,
pihak lawan cuma menggunakan satu jari tangan untuk
menempeli urat nadinya, tetapi ia tak sanggup melepaskan
diri, napasnya mulai ter-sengal2.
Sie Liong yang menjumpai peristiwa itu jadi tertegun,
disamping merasa kuatir bagi keselamatan putrinya, iapun
sangat gembira, sebab manusia macam inilah yang sangat
dibutuhkan olehnya pada saat ini untuk mempertahankan
keutuhan Thian It Poo.
Sebab dari cara pemuda itu mencekal urat nadi orang
lain hanya dengan satu jari sudah menunjukkan betapa
dahsyatnya ilmu silat yang ia miliki, sebab menurut apa
yang diketahui olehnya bisa menguasai urat nadi orang
dengan dua jari saja, sudah tanpa tandingan apa lagi hanya
satu jari.
Karena itu buru2 ia maju kedepan dan menjura kearah
pemuda tersebut, ujarnya: "Manusia sejati jarang mauunjukkan diri, detik inilah cayhe baru tahu kalau anda
adalah seorang manusia lihay !"
Buru-buru pemuda itu memberi hormat.
"Sie Poocu, kau tak usah sungkan2, aku tidak kuat
menerimanya."
Ketika pemuda itu sedang balas memberi hormat, Sie
Soat Ang merasakan segulung tenaga yang amat besar telah
mendorong badannya sementara itu ia menarik kembali jari
tangannya tak kuasa sang badan mundur beberapa langkah
kebelakang.
Dengan susah payah akhirnya ia berhasil juga berdiri
tegak, rasa malu, kaget dan gusar bercampur aduk dalam
benaknya.
"Tia..." ia menjerit melengking.
"Soat Ang." bukan dibela ayahnya malah menegur,
"Cepat kemari dan memberi hormat kepada tokoh lihay
itu."
Sie Soat Ang tertegun, ia berdiri menjublek. "Soat Ang,
mengapa kau masih belum juga datang kemari?" bentak Sie
Liong sambil mendepakkan kakinya keatas tanah.
"Dapatkah benteng Thian It Poo dipertahankan, kita masih
butuhkan bantuan tokoh lihay ini, ayoh cepat ke mari."
Pada saat ini Sie Soat Ang terkejut bercampur gusar, ia
lebih rela benteng Thian It Poo hancur lebur dari pada
harus tunduk dihadapan pemuda itu, karena itu bukan saja
ia tidak menghampiri ayahnya, malahan tertawa dingin.
"Soat Ang... kau?"
"Sie Poocu, kau tak usah menyebut aku sebagai tokoh
lihay" tukas pemuda itu dengan cepat, "Seumpama Poocu
tidak sudi menerima diriku, mungkin aku sudah lamamenemui ajalnya. Sekarang benteng Thian It Poo
menjumpai peristiwa, untuk membalas budi sudah
seharusnya aku memberi bantuan, harap Poocu suka
berlega hati !"
Setelah mendapat kesanggupan dari tokoh lihay ini, Sie
Liong bisa berlega hati, kembali ia ber tanya: "Siauw-hiap
kau mirip siapa ? ilmu silat mu begitu lihay, mengapa
tempo dulu bisa menderita luka separah itu ?"
Wajah yang sudah tak sedap dipandang, pada saat ini
berubah makin hebat.
"Sie Poocu, lebih baik tak usah kau tanyakan lagi
persoalan tersebut, mau bukan ?"
"Baik, baik !"
Sie Soat Ang makin mendongkol lagi melihat ayahnya
begitu menaruh hormat atas pemuda tadi, ia segera tertawa
dingin tiada hentinya. "Cis, apanya yang luar biasa,
seandainya kau tidak ditolong oleh pedagang2 itu kemudian
ayah ku tidak menerima dirimu merawat luka dalam
benteng, niscaya sejak semula nyawamu sudah melayang,
mayatmu sudah mengering !"
"Ucapan nona Sie sedikitpun tidak salah." Melihat
pemuda itu tidak dibikin gusar oleh ucapannya, Sie Soat
Ang jadi tertegun.
"Memang tidak salah! Hmmm.!"
Tiba2 pemuda itu tertawa manis terhadap diri Sie Soat
Ang kemudian berpaling kearah Sie Liong dan berkata:
"Sie Poocu, putrimu boleh dikata..."
Mendadak ia tutup mulut dan tidak meneruskan kembali
kata2nya."Apa yang hendak kau ucapkan?" tegur Sie Soat Ang
sambil mendekati pemuda itu. "Mengapa hanya bicara
sampai separuh jalan dan tidak kau lanjutkan kembali."
Dengan ter-mangu2 pemuda itu melototi Sie Soat Ang
yang segera membuat jantung gadis itu berdebar keras,
Lama sekali pemuda itu membungkam dan akhirnya ia
menghela napas panjang, helaan napas itu penuh dengan
kemurungan kekesalan dan kepedihan.
Mengikuti helaan napas tadi, pemuda itu putar badan
dan berkata:
"Sie Poocu, tadi aku pernah berkata, seumpama kita
bertiga bisa turun tangan berbareng maka musuh tangguh
itu bisa kita atasi."
"Benar, benar. hanya belum kuketahui siapakah orang
ketiga yang siauw-hiap maksudkan ?"
"Dalam benteng Thian It Poo selamanya tersembunyi
seorang tokoh maha sakti. mengapa poocu sudah tahu
sekarang pura2 bertanya lagi ?"
"Apa ? maksudmu...dia...dia?" teriak Sie Liong sangat
terperanjat, ia ragu2 dan tak sanggup menyelesaikan kata2.
"Sedikitpun tidak salah" tukas sang pemuda tegas2. "Dia
bukan lain adalah perempuan yang selama ini kau sebut
sebagai CiangOh !"
Mendengar nama itu seluruh tubuh Sie Liong gemetar
sangat keras.
"Soal im...soal ini...aaa...aku lihat...tiii...tidak mungkin,
Ciang Oh...dia...dia...mana sudi membantu kita ?"
"Sie Poocu, apakah kau pernah mencelakai dirinya ?"
tegur pemuda itu sambil melototi Sie Liong tajam2.Tanpa terasa Sie Liong mundur selangkah ke belakang,
kemudian mundur lagi kebelakang, keadaannya mirip sekali
seorang tukang copet yang ketangkap basah.
"Benar...aku...membawanya pulang dari daerah Biauw
Ciang..." jawabnya sambit tertawa getir. "Ketika itu aku
dengar didaerah Biauw Ciang ter.. terdengar sebuah kitab
ilmu silat yang maha sakti, karena itu aku berangkat kesana,
siapa sangka setibanya didaerah Biauw Ciang aku telah
berjumpa dengan dirinya, tanpa kusadari aku telah
membawanya pulang."
"Heeeee... heeee... heee... ucapanmu sukar dipercayai."
jengek sang pemuda sambil tertawa dingin "ilmu silatnya
sangat lihay bahkan ber-puluh2 kali lipat dari
kepandaianmu, secara bagaimana kau bisa membawanya
pulang kemari ?"
"Ketika itu ia tidak mengerti akan ilmu silat, dan benar2
tak bisa main silat barang sedikitpun juga, jauh2 menempuh
ribuan lie aku membawa nya pulang kedalam benteng
Thian It Poo, sebenarnya aku ingin mengawininya jadi
istriku ke-dua. namun ditengah jalan ia sudah jadi gila !"
Sie Liong menceritakan kisahnya dengan napas ter-
engah2, sementara putrinya Sie Soat Ang dengan sepasang
mata terbelalak memandangi ayah nya tak berkedip, ia
merasa seakan dirinya masih berada dalam impian.
Karena apa yang diceritakan oleh ayahnya tak pernah
diduga barang sedikitpun juga.
Sie Liong tertawa getir, kembali ujarnya:
"Setelah membawanya kembali ke dalam benteng Thian
It Poo, maka aku mengurung perempuan itu didalam
ruangan rahasia, entah bagaimana tiba2 ia mengerti ilmusilat, bahkan tenaga dalam yang dimilikinya makin hari
makin lihay !"
Mendengar ucapan itu pemuda tersebut tertegun
beberapa saat lamanya, sesaat kemudian ia baru berkata:
"perduli bagaimanapun kau harus berusaha untuk
memohon bantuannya, kalau tidak dengan kekuatan kita
berdua jangan harap bisa menahan serangan orang itu !"
"la sudah gila, lagi pula sangat membenci diriku..." Kata
Sie Liong sambil tertawa getir.
Ia merandek sejenak, kemudian tambahnya:
"la baru akan sadar kembali jikalau aku mengucapkan
suatu peristiwa kepadanya !"
"Peristiwa apakah itu ?"
Sie Liong tertawa getir, setelah ragu2 sejenak ia berkata:
"Kalau kita membicarakan soal putrinya, maka ia akan
sadar kembali."
"Putrinya ?" Seru sang pemuda setelah tertegun sejenak,
"Dia punya seorang putri ?"
Agaknya Sie Liong sangat tidak ingin membicarakan lagi
peristiwa tersebut, namun dikarenakan ia sendiri yang
mulai membicarakan hal itu maka tak mungkin berhenti
diseparuh jalan. Dalam pada itu Sie Soat Ang sudah
bertanya sampai ketiga kakinya:
"Tia, sebenarnya apa yang sedang kau ucapkan?
benarkah perempuan gila itu mempunyai seorang putri?"
"Benar, dia mempunyai seorang putri" dalam keadaan
terpaksa Sie Liong mengaku. "Sewaktu aku membawanya
pulang dari daerah Biauw Tjiang, ia sudah mengandung,
suaminya adalah sitelapak berdarah Tang Hauw yang
tersohor dalam kalangan kaum sesat tempo dulu."Agaknya Sie Soat Ang pun baru pertama kali ini
mendengar rahasia tersebut, ia berseru tertahan.
"Aaaah, tidak aneh kalau perempuan gila itu selalu
menyebut-nyebut nama sitelapak berdarah Tang Hauw."
"Kiranya begitu" pemuda itupun menimbrung. "Tidak
aneh sitelapak berdarah Tang Hauw sudi menyaru sebagai
seorang kakek tua dan berdiam disekitar benteng Thian It
Poo sampai banyak tahun."
"Apa? kau sudah tahu akan peristiwa ini jauh
sebelumnya?" seru Sie Liong sangat terperanjat.
"Benar, ketika aku melewati benteng Thian It Poo
setahun berselang aku sudah tahu akan persoalan ini, dan
tahu pula kalau ia membawa maksud2 tertentu, sewaktu
aku merawat luka dalam benteng Thian It Poo tempo dulu,
sudah beberapa kali aku ingin menjelaskan persoalan ini
kepada Pocu, namun poocu sangat repot dan aku hanya
seorang prajurit tanpa nama maka sulit bagiku untuk
menjumpai anda."
Diam-diam Sie Liong amat kecewa: "Sudah hampir dua
puluh tahun lamanya si telapak berparah Tang Hauw
tinggal disekitar benteng Thian It Poo, aku sama sekali
tidak tahu, sebaliknya pemuda ini malah mengetahui lebih
dahulu, dapat kutinjau kalau dia pastilah seorang manusia
luar biasa!"
Karena berpikir demikian, buru2 ujarnya: "Ketika itu aku
kurang hormat padamu, harap anda jangan menaruh
dendam kepada kami."
"Soal yang sudah lalu tak usah kita bicarakan lagi, coba
kau teruskan kisahmu."
"Tidak lama setelah tiba dibenteng Thian It Poo, ia
melahirkan seorang anak putri, namun ketika ituperempuan tadi sudah gila sekali, sudah tentu saja aku tidak
menyentuh dirinya lagi tetapi mengurungnya diatas pagoda.
Setelah melahirkan seorang putri ia sadar selama beberapa
hari dan ribut ingin berjumpa dengan diriku, aku pergi
menjumpai dirinya, dan waktu itu ia berkata asalkan aku
suka merawat putrinya maka ia tak akan mengungkap
kembali soal perbuatanku yang telah menceraikan
hubungan suami istri mereka berdua serta memaksa ia jadi
gila."
Berbicara sampai disitu Sie Liong merandek.
Air muka pemuda itu pucat pasi bagaikan mayat, jelas ia
menganggap persoalan ini sebagai suatu masalah serius.
Sebaliknya Sie Soat Ang membelalakkan sepasang
matanya bulat2, ia merasa gembira karena bisa mengetahui
banyak perbuatan jahat yang pernah dilakukan ayahnya
pada masa lampau, ia merasa gembira sebab ayahnya
pernah berbuat jahat, apa bila ia pun melakukan perbuatan
jahat, ayah nya tak akan menegur dirinya.
Semula Sie Soat Ang masih merasa sangat kuatir apabila
ayahnya tahu akan perbuatannya membinasakan Kan Tek
Lin, memaksa Liem Hauw Seng serta Giok Jien sekalian.
tapi sekaranglah boleh berlega hati.
Sie Liong yang melihat wajah pemuda itu sangat serius,
ia jadi rada gugup, setelah tertegun beberapa saat lamanya
ia baru berkata kembali:
"Ketika itu ia sangat sadar. sedikitpun tidak gila seperti
keadaan seperti ini.”
"Kalau begitu anak perempuannya masih berada dalam
Benteng Thian It Poo ini?" tanya sang pemuda.
"Benar.""Tia, siapakah orang itu?" sela Sie Soat Ang.
"Aaaaai... dia, dia adalah Giok Jien."
"Oooouw kiranya orang itu" Seru Sie Soat Ang dengan
badan tergetar keras, "Hmm! sejak semula sudah kuketahui
kalau ia tidak mempunyai asal usul yang lurus, perempuan
rendah semacam itu sudah seharusnya dibuang kegunung
sejak dulu2 biar disantap srigala."
"Tutup mulutmu!" belum selesai ia berkata pemuda itu
sudah membentak keras:
Sie Soat Ang rada tertegun, diikuti iapun membentak
keras:
"Aku suka bicara akan bicara, tidak suka bicara akan
membungkam siapa yang berani mengurusi persoalanku."
Sambil bertolak pinggang ia pelototi pemuda itu tak
berkedip. Wajahnya galak dan buas sedikitpun tak ada
tanda jeri.
Melihat putrinya cekcok dengan pemuda tersebut Sie
Liong merasa amat cemas, ia hentakkan kakinya berulang
kali ke atas tanah, sudah terlalu biasa ia memanjakan
putrinya, sekarang sekalipun mau diurus juga tak bisa.
Pada saat ia masih merasa gelisah pemuda tadi tanpa
putar badan secara tiba2 ayunkan telapak tangannya
menggaplok pipi Sie Soat Ang, tamparan ini datangnya
sangat cepat...
"Plok" Tahu2 gaplokan tersebut sudah bersarang dengan
telak.
Sie Soat Ang menjerit tertahan saking kerasnya gaplokan
itu, ia mundur sempoyongan dan jatuh terjengkang keatas
permukaan salju,Sejak dilahirkan dari kandungan ibunya belum pernah
gadis ini dihina semacam ini, hari saking gusarnya hampir2
saja ia jadi gila, Sambil meloncat bangun dengan pipi yang
sembab bengkak jeritnya lengking.
"Keparat busuk, kau berani menghantam diriku?"
"Sreet..." tangannya dengan cepat digetarkan ke depan,
cambuk lemas yang semula terlibat dipinggangnya telah
diayun kedepan membabat tubuh pemuda tersebut.
Siapa sangka gerakan pemuda itu jauh lebih cepat,
sebelum ia sempat menghajar musuhnya, cambuk lemas
tadi sudah dicekal erat2 oleh pemuda itu. Dengan sekuat
tenaga Sie Soat Ang meronta, namun sama sekali tak
gemilang, bahkan sebaiknya ia malah kena ditarik sehingga
maju beberapa langkah kedepan dengan sempoyongan.
Bersamaan dengan badannya maju ke depan, kembali
pemuda itu melancarkan sebuah gaplokan menampar
pipinya yang kiri.
Gaplokan ini jauh lebih keras dari semula, kepalanya
kontan pusing tujuh keliling dan ber kunang2 dibuatnya,
tanpa terasa ia mengendor kan cekalan pada senjatanya dan
jatuh terguling diatas permukaan salju.
"Hmmm! suruh kau bungkam ikuti saja bungkam" tegur
pemuda itu dengan suara dingin, "Kalau kau tetap
membangkang, akan kutampar terus sampai kau tidak
bersuara lagi, dengar tidak?"
Sie Liong tahu bagaimana ketusnya watak putrinya, ia
tahu gadis tersebut tak akan sudi mendengarkan ucapan
dari pemuda itu. Dan tahu pula bahwasanya dia bukan
tandingannya, terpaksa dengan nada memohon ia berkata:
"Tjuang su harap sabar, tjuang-su harap sabar !"."Sie Poocu, putrimu terlalu tidak kenal adat, kini aku
beri pelajaran kepadanya justru karena memikirkan
nasibmu dimasa yang mendatang." jawab pemuda itu
dengan nada mengejek.
Sie Soat Ang yang menggeletak diatas tanah, walaupun
dalam hati amat membenci pemuda tersebut dan ingin
menggigit dagingnya, namun ia tak ingin menerima
kerugian yang ada didepan mata, sedikitpun tidak salah, ia
seketika bungkam dalam seribu bahasa:
Melihat Sie Soat Ang membungkam, Sie Liong rada
tertegun dan merasa urusan ada diluar dugaannya, ia segera
maju menghampiri dengan maksud membangunkan
putrinya, namun baru saja ia maju selangkah pemuda itu
telah menegur: "Jangan gubris dirinya lagi, kita masih ada
banyak urusan penting yang harus diselesaikan Sie Poo cu,
cepat undang datang Giok Jien siocia cepat!"
"Soal ini... soal ini... aku rasa sulit untuk dilaksanakan"
jawab Sie Liong setelah tertegun sejenak.
"Mengapa ?"
"Selama ini Giok Jien selalu melayani siauw li, namun
pada dua hari berselang ia sudah melarikan diri ber sama2
keponakanku Liem Hauw Seng."
Mendengar perkataan itu. dengan sinar mata yang
menggidikkan pemuda itu melirik sekejap ke arah Sie Soat
Ang membuat hati sang gadis tercekat.
"Apakah Poocu tidak kirim orang untuk mengejarnya
kembali ?" ia bertanya.
"Sudah kukirim orang untuk kejar kembali tetapi
sewaktu siauw-li menjumpai mereka...""Apa yang telah terjadi ?" Sie Liong hanya tahu putrinya
pergi mengejar Liem Hauw Seng serta Giok Jien, apa yang
telah ia lakukan terhadap kedua orang itu dia tidak
mengerti, karena itu lama sekali tak dapat menjawab.
Kena didesak oleh pemuda tersebut, terpaksa Sie Liong
tertawa getir, dan menjawab: "Soal ini kau harus bertanya
kepada... kepada siauwli !"
Pemuda itu segera berpaling dan membentak : "Ayoh
bicara, dimana Giok Jien siocia saat ini?"
Saking khekinya Sie Soat Ang gigit bibirnya keras2,
kemudian dengan suara tegas serunya:
"Siapa tahu dia berada dimana ? aku sendiripun ketika
itu sedang melarikan diri, siapa yang tahu dia berada
dimana ? buat apa kau bertanya kepadaku ?"
"Kau hanya tahu melarikan diri sendiri ? kau anggap bisa
lolos dari kematian ? kalau tak ada dia, maka selembar
jiwamu pun akan melayang ditempat itu."
Sie Soat Ang benar2 amat gusar, saking tak kuat
menahan diri ia segera jerit melengking:
"Gelinding pergi, ayoh cepat gelinding, pergi dari sini
aku bisa lolos atau tidak itu urusanku pribadi. Ayoh kau
cepat gelinding pergi dari sini..."
Seandainya ia tidak merasakan kesakitan pada beberapa
saat berselang, pada saat ini ia tentu sudah menubruk
kedepan dengan ganas.
Tetapi pada saat ini ia tak berani turun tangan, sepasang
kepalannya hanya diremas sekencang-kencangnya sehingga
tulang berbunyi gemerutukan.
Dengan perasaan apa boleh buat pemuda itu angkat
bahu."Baiklah, kalau kau suruh aku pergi malah kebetulan
sekali bagiku" sahutnya dingin, "Kau jangan salahkan aku
lupa budi dan meninggalkan kalian disaat kalian menemui
bahaya, jikalau benar pihak benteng Thian It Poo kalian
tidak sudi menerima budiku. aku tak ada perkataan lain lagi
!"
Sembari bicara, ia putar badan, dengan bergendong
tangan lambat2 berlalu kedepan.
Melihat pemuda ini berlalu Sie Liong amat sedih, namun
ia tak berani menahan pemuda itu lebih jauh, sebab ia sadar
putrinya sangat benci terhadap orang itu.
Sementara Sie Liong sedang merasa serba susah,
mendadak dari tempat kegelapan muncul suara yang amat
aneh, suara itu mula2 muncul di tempat kejauhan dan lama
kelamaan makin mendekat:
Suara itu sangat kukoay, seakan2 seperti seseorang lagi
tertawa, namun didengar lebih teliti lagi mirip orang sedang
menangis, suaranya begitu sedih dan mengerikan, susah
dilukiskan dengan kata-kata.
Sie Liong maupun Sie Soat Ang yang mendengar suara
itu jadi tertegun, lama sekali tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun sedangkan sang pemuda yang sedang
bergerak kedepan, pada saat itupun secara mendadak
berhenti tak berkutik.
Suara itu amat aneh dan dengan cepatnya menggema
makin mendekat, pemuda tadi tiba2 mendongak kemudian
tertawa terbahak2.
"Haaa... haaa... haaa... orang itu sudah datang !"
serunya.
"Kawan, kau cepatlah carikan sebuah akal buat kami..."
ujar Sie Liong dengan hati yang gelisah."Bukankah sejak tadi sudah kukatakan, dengan tenaga
gabungan kita bertiga mungkin dengan susah payah masih
bisa melayani kepandaiannya, namun kau tak mau mohon
bantuan perempuan gila itu, apa yang harus kita bicara kan
lagi pada saat ini."
"Kau... tunggulah sebentar" suara Sie Liong semakin
gemetar "Akan kupergi coba2, mungkin masih ada
harapan."
"Kalau begitu cepatlah pergi!"
Pada saat ini Sie Liong sudah kehilangan kewibawaan
seorang Poocu, kena dibentak oleh pemuda itu buru2 ia
manggut.
"Baik! baik."
Dalam sekejap mata, bayangan tubuhnya sudah lenyap
dibalik kegelapan dan tidak kelihatan lagi.
Sepeninggalnya Sie Liong, tempat itu tinggal Sie Soat
Ang serta pemuda itu berdua belaka, dengan pandangan
dingin pemuda itu lantas melirik sekejap kearah sang gadis
dan berkata:
"Didalam benteng Thian It Poo apakah ada tempat
persembunyian yang baik? cepat kau pergi kesana dan
bersembunyilah untuk sementara waktu."
"Urusanku, lebih baik kau tak usah ikut campur." teriak
gadis she Sie itu dengan suara kegusaran.
"Heee... heee... kalau kau benar2 punya nyali, tidak
seharusnya melarikan diri dengan terbirit2, seharusnya kau
hadapi sendiri manusia tersebut."
Sie Soat Ang kena ditegur pedas, karena apa boleh buat
terpaksa serunya dengan nada mendongkol."Aku suka melarikan diri akan melarikan diri, mau
bersembunyi bisa bersembunyi sendiri, kalau kau ingin
mengurusi diriku, lebih baik bercerminlah lebih dulu."
Pemuda itu tertawa dingin, suaranya memecahkan
kesunyian yang mencekam seluruh benteng Thian It Poo.
sebab ketika itu suara aneh tadi sudah sirap, Sementara
masing2 pihak sedang dipenuhi dengan pikiran masing2,
mendadak dari tembok sebelah depan meluncur datang
segulung bayangan hitam.
Bayangan ini munculnya sangat mendadak, dalam
pandangan Sie Soat Ang boleh dikata jauh berada diluar
dugaannya, ia jadi amat tertegun.
Buru2 ia berpaling kearah pemuda tadi namun orang itu
tetap berdiri tenang2 saja ditempat semula. Dengan cepat
Sie Soat Ang alihkan kembali sinar matanya kearah benda
yang menggeletak diatas tanah, seketika tubuhnya jadi
gemetar keras, se akan2 baru saja dibangunkan dari air es.
Kiranya benda yang menggeletak diatas tanah pada Saat
ini bukan lain adalah sesosok mayat manusia.
Kebetulan sekali mayat itu menggeletak dengan kepala
menghadap keatas langit, walaupun ditengah kegelapan
masih dapat dilihat dengan jelas sekali.
Wajah orang itu sudah hancur berantakan, cara matinya
tak berbeda sama sekali dengan kematian yang dialami para
penjaga dibenteng ronda.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 6
YANG paling membuat Sie Soat Ang terperanjat adalah
orang itu sendiri, walaupun wajahnya sudah hancursehingga sukar dibedakan siapakah dia namun dari
dandanan serta bajunya Sie Soat Ang dapat dikenali sebagai
salah seorang dari sepasang harimau Sio To Siang Hauw.
Sio To Siang Hauw tadi melarikan diri ber-sama2 orang
lain, namun akhirnya ia tak berhasil melarikan diri. Ia mati
juga, bahkan mati dalam keadaan mengerikan.
Dalam hati kecil gadis she Sie ini benar2 tidak ingin
memandang orang itu lebih lanjut lagi, namun sinar
matanya tak mau juga beralih dari sosok mayat yang sudah
hancur itu.
Ketika itu kembali sesosok bayangan hitam terbanting
masuk kedalam halaman, mayat tadi tepat berbaring disisi
mayat pertama. dan mereka bukan lain adalah Sio To Siang
Hauw.
Melihat sepasang harimau sudah mati, bahkan
kematiannya sama dengan kematian dari orang2 lain, Sie
Soat Ang merasa amat terperanjat, tanpa terasa lagi ia
bergerak mendekati pemuda tadi.
Walaupun ia sangat membenci terhadap pemuda
tersebut, namun berada dalam keadaan seperti ini pemuda
itu adalah satu2nya orang yang bisa dimintai
perlindungannya.
Setelah ia bergeser dua langkah mendekati pemuda itu,
ia ingin sekali berteriak memanggil ayahnya, namun
berhubung ia sangat tegang maka kendari sudah pentang
mulutnya lebar2 ia masih juga belum bersuara.
"Hee hee...hee.. takut ?" jengek pemuda itu sambil
tertawa dingin.
"Kau tidak takut ?""Tentu saja aku tidak takut, sebab belum pernah aku
melakukan perbuatan terkutuk !"
Ucapan ini membual jantung Sie Soat Ang berdebar
sangat keras, perkataan dari pemuda itu se-olah2 jarum
yang menusuk ke dalam hatinya.
"Haa . haaa . . . bukankah kau merasa takut ?"
Sie Soat Ang merasa terkejut bercampur gusar, ia ingin
mengumbar hawa amarahnya namun melihat jenazah
sepasang harimau yang menggeletak diatas tanah dengan
berlumuran darah, ia jadi batalkan niatnya. Sebab hanya
pemuda tersebut satu2nya orang yang bisa dimintai
perlindungannya.
Terpaksa dia tertawa getir katanya: "Aku... hitung2 aku
benar2 takut, apakah kau merasa girang ?"
Ucapan ini diutarakan tanpa disadari, setelah berkata
demikian ia jadi melongo dengan sendirinya, hampir2 saja
ia tak percaya kalau barusan saja ia telah berkata demikian,
boleh dikata sepanjang hidupnya baru kali ini ia tunduk dan
menyerah kalah dihadapan seseorang.
"Nona Sie" Pemuda itu tertawa ringan. "Sudah cukup
asalkan kau suka mengaku salah kau sedang takut."
"Apa sebabnya kau ingin tahu ?"
"Hal ini bisa memberi gambaran kepadamu kalau dalam
kenyataan sebenarnya kau bukan apa2, bahkan kau pun tak
punya sesuatu apapun yang bisa kau banggakan, kau hanya
seorang bocah cilik yang memiliki ilmu silat kucing kaki
tiga belaka."
Perkataan dari pemuda itu boleh dikata sudah benar2
menyinggung perasaan serta kehormatan Sie Soat Ang hal
ini membuat ia amat gusar, napasnya mulai ter-sengkal2...Namun sebelum ia berbuat sesuatu, dari luar tembok
kembali melayang datang dua sosok mayat.
Kedua sosok mayat itu menggeletak disisi jenasah
sepasang harimau, wajah merekapun hancur dan rusak
penuh berpelepotan darah.
Sie Soat Ang merasa hatinya tercekat, sekalipun ia
sangat membenci terhadap pemuda itu, bukannya menjauh
ia malah bertambah mendekati pemuda itu lebih dekat lagi.
"Aaaai... !" Seru pemuda itu sambil menghela napas.
"Agaknya manusia2 yang lari dari benteng Thian It Poo tak
seorangpun berhasil meloloskan diri kecuali Yu Put Ming
seorang."
Baru saja ucapan tadi diutarakan, mendadak terdengar
jeritan aneh yang sangat mengerikan berkumandang dari
tempat kejauhan, mengikuti jeritan tadi muncul sesosok
bayangan manusia yang kecil mungil berkelebat mendekat.
Sie Soat Ang menjerit, saking takutnya menjatuhkan diri
kedalam pelukan pemuda tersebut.
"Jangan kaget... jangan kaget" hibur pemuda tersebut,
sementara tangannya memeluk pinggang gadis tadi semakin
erat. "Coba lihat siapa yang datang.”
Rasa kejut dalam hati Sie Soat Ang perlahan-lahan bisa
teratasi ketika ia menengok ke arah orang itu, maka
terteralah bahwa orang tadi bukan lain adalah Yu Put
Ming, salah seorang dari Tionggoan Su Koay.
Ketika itu air muka Yu Put Ming pucat bagai mayat.
tubuhnya gemetar keras sambil menuding kearah Sie Soat
Ang seakan-akan ia hendak mengucapkan sesuatu, namun
tak sepatah katapun bisa diutarakan keluar.
Yu Pit Ming ini adalah salah seorang dari anggota
Empat Manusia aneh dari Tionggoan yang sudah tersohorakan ilmu silatnya namun pada saat ini keadaan manusia
she Yu itu mengenaskan sekali, ia tidak mencerminkan
barang sedikitpun sikap seorang jagoan lihay.
"Yu sianseng, bukankah kau sudah melarikan diri?
mengapa balik kembali?" tegur pemuda itu memecahkan
kesunyian.
"Tak bisa lari, tak mungkin lari." jerit Yu Put Ming
dengan suara melengking "Anggota Thian It poo tak
seorangpun bisa melarikan diri dari sini."
Mendadak dari arah sebelah Timur laut berkumandang
kembali jeritan ngeri yang menyayatkan hati.
Jeritan itu ada yang tinggi melengking, ada pula yang
rendah dan berat, namun kendari suaranya berbeda namun
nadanya sama yaitu mencerminkan keputus-asaan serta
ketakutan membuat bulu roma setiap orang yang
mendengar ikut bangun berdiri.
Jeritan ngeri itu saling susul menyusul tiada hentinya, Yu
Put Ming menjerit keras sambil berseru:
"Seorangpun tak akan berhasil lolos, seorang
manusiapun tak bakal lolos, semua anggota benteng Thian
It Poo bakal musnah !"
Sie Soat Ang sangat terperanjat, ingin sekali ia
membentak Yu Put Ming agar jangan buka suara, namun
tak sedikit suarapun bisa diutarakan keluar.
"Yu sianseng..." mendadak pemuda itu berseru.
Baru saja ia menyapa, mendadak dari sisi sebelah
samping berkumandang datang gelak tertawa aneh, suara
itu muncul dengan kecepatan laksana kilat dan jelas suara
seorang wanita."Siapa yang melarang aku meninggal benteng Thian It
Poo ?" seru orang itu.
Dalam sekejap mata sesosok bayangan manusia telah
muncul di depan mata, perempuan itu berwajah pucat,
rambutnya tidak keruan dan biji matanya melotot sayu.
Begitu tiba di tengah kalangan ia segera menuding
kearah Sie Soat Ang serta pemuda itu sambil berseru : "Kau
yang melarang aku pergi dari sini ?"
Mengikuti tudingan tadi, Sie Soat Ang merasakan
adanya segulungan angin serangan mendesir datang,
napasnya kontan jadi sesak.
"Bukan... bukan kami !" jawab pemuda itu cepat.
Perempuan gila itu segera berputar memandang kearah
Yu Pit Ming, kembali serunya sambil menuding kedepan:
"Tentu kau !"
Yu Put Ming tertegun lalu geleng kepala, dalam waktu
singkat tersebut wajahnya kelihatan begitu bodoh se akan2
baru saja bangun dari tidur. setelah menoleh keempat
penjuru ia perlihatkan wajah ketakutan kemudian putar
badan dan berlalu.
Gerakannya sangat cepat, begitu berkata hendak pergi
segera berlalu Namun walaupun gerakannya cepat
perempuan gila itu jauh lebih cepat.
Sementara ia sedang bergerak kedepan, perempuan gila
tadi sudah berkelebat dan menghadang dihadapannya.
"Mengapa kau melarang aku tinggalkan benteng Thian It
Poo ?"
Sewaktu berlari masuk tadi Yu Put Ming bingung dan se-
olah2 jadi gila karena mempunyai suatu peristiwa yang
sangat memukul perasaannya tetapi sekarang ia jauh lebihsadar, terdengar jawabnya: "Sekarang, kau anggap aku
meninggalkan benteng Thian It Poo, bagaimana malah
menuduh aku yang melarang kau meninggalkan benteng
Thian It Poo ?"
Perempuan gila itu tertegun, sebelum ia sempat
berbicara, pemuda itu sudah mendahului: "Yu sianseng,
kalau kau sudah tahu tak bakal lolos dari sini, mengapa kita
tidak menggabungkan diri untuk ber-sama2 melawan
kedatangan musuh tangguh tersebut ?"
"Bekerja sama menghadapi musuh tangguh?" seakan2
mendengar cerita paling konyol dikolong langit, Yu Put
Ming mendongak tertawa terbahak2
"Haaa... haa... dikolong langit dewasa ini siapa yang
punya keberanian sebesar itu ? haaa... haaa... kerja sama
menghadapi musuh ?"
Dengan tangan kiri tetap memeluk pinggang Sie Soat
Ang, mendadak pemuda itu enjotkan badannya meloncat
kedepan. Telapak tangannya laksana kilat ditabokkan
keatas leher bagian belakang Yu Put Ming dengan suara
gerakan cepat.
Merasa dirinya diserang. Yu Put Ming tidak putar badan,
ia balas melancarkan cengkeraman menghajar dada
pemuda itu.
Walaupun serangan ini datangnya secara serampangan
namun kecepatannya tidak meleset tahu2 "Plaakk"
cengkeraman itu dengan telak telah bersarang didada
pemuda tadi.
Sie Soat Ang yang berada disisi pemuda itu jadi kaget tak
kuasa ia berseru tertahan.
Sementara gadis she-Sie ini berseru tertahan, Yu Put
Ming pun menjerit keras, buru2 ia lepas tangan dan putarbadan dengan kecepatan laksana kilat, dengan sepasang
mata melotot ia perhatikan pemuda itu tajam2, "Kau... kau
adalah Si Thay Sianseng?"
"Yu sianseng, ternyata kaupun bukan manusia
sembarangan" tukas Sang pemuda sambil tersenyum.
Yu Put Ming segera tertawa getir dan bungkam dalam
seribu bahasa. Sebaliknya Sie Soat Ang tertegun, tentu saja
ia tahu bahwasanya ilmu silat yang dimiliki pemuda itu
sangat lihay namun ia menyangka sang pemuda yang masih
begitu muda belia telah disapa orang lain sebagai Si Thay
sianseng.
Agaknya pemuda itu dapat menebak apa yang dipikirkan
sang gadis, sambil berpaling kearah-nya dan tersenyum ia
berkata:
"Si Thay sianseng adalah guruku, anda bisa menebak
asal usul perguruanku hanya dalam sekali coba saja, boleh
dikata kau sangat luar biasa sungguh kagum, sungguh
kagum!"
Per-lahan2 Yu Put Ming menghembuskan napas
panjang.
"Apakah gurumu Si Thay sianseng pun berada disekitar
sini?" ia bertanya.
"Suhuku bagaikan burung bangau yang terbang
dimanapun, berada dimanakah beliau pada saat ini, aku
sendiri pun tidak tahu."
"Sejak kapan anda berada dibenteng Thian It Poo? dan
apa yang kau lakukan didalam benteng ini?"
"Apa yang kulakukan didalam benteng Thian It Poo ini
asalkan bertanya pada dirimu sendiri sudah cukup, apa pula
yang kau lakukan selama berada didalam benteng ini ?"Dengan ter-sipu2 Yu Put Ming tertawa, terhadap
pertanyaan pemuda tersebut ia tidak menjawab.
"Siapa nama anda?" tanyanya kemudian setelah lewat
beberapa lamanya.
"Seorang prajurit tak bernama, namaku buat apa
dibicarakan ? lebih baik tak usah diucapkan."
"Diantara anak murid Si Thay sianseng, tak ada manusia
tanpa nama, tetapi kami hanya kenal dengan murid tertua
dari Si Thay sianseng. sigolok baja Lok Thay yang tempo
dulu pernah melakukan pertarungan sengit melawan tujuh
puluh dua orang malaikat dipinggiran propinsi Su Tzuan
dengan propinsi In Lam, ketika membinasakan orang yang
keenam puluh sembilan ia kehabisan tenaga dan binasa.
sejak kematiannya aku belum pernah dengar Si Thay
sianseng terima murid lagi."
"Yu sianseng." dengan nada tidak senang pemuda itu
berseru, "Aku adalah anak murid siapa bukan kuakuinya
sendiri, melainkan kau sendiri yang menyerukan,
bagaimana pun perkataan itu bukan sengaja kuutarakan
untuk mengibuli orang lain bukan ?"
Merah padam selembar wajah Yu Pit Ming buru2
katanya:
"Berhubung anda tidak mau beritahu siapakah nama
anda, maka timbullah perasaan curiga dalam hatiku: harap
anda jangan salah sangka."
Sebelum pemuda itu berkata kembali, terdengar Ciang
Oh telah berteriak aneh:
"Siapa yang tidak memperkenankan aku meninggalkan
benteng Thian It Poo ? siapa ?""Nona Sie..." sembari melepaskan pelukannya pemuda
itu berseru. "Ia sudah datang, mengapa ayahmu belum
datang juga, coba kau pergi ke sana dan periksalah sejenak
!"
Sie Soat Ang mundur selangkah kebelakang berpaling
kesamping, melihat tempat itu begitu gelap gulita se akan2
ditempat mana tersembunyi roh2 yang gentayangan, air
mukanya kontan berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat,
buru2 ia gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku... aku... seorang diri aku tak berani pergi kesana."
"Hmm, bukankah kau tidak takut langit tidak takut bumi
? mengapa tidak berani pergi kesana ?"
Sekali demi sekali pemuda itu sudah menyinggung
kehormatan Sie Soat Ang, membuat gadis ini amat
membenci dirinya, namun pada saat ini ia tahu bahwa
orang tersebut adalah anak murid Si Thay Sianseng yang
merupakan jago tersohor dikolong langit dewasa ini, apalagi
situasi sangat tidak menguntungkan baginya, ia masih
membutuhkan tenaga orang ini untuk mengatasi persoalan.
Karena itu kendari hawa amarah sudah memuncak,
namun ia masih tetap bersabar diri.
"Aku sangat takut, aku tidak berani pergi ke sana seorang
diri."
Seakan akan pemuda itu sangat gembira sebab
maksudnya menggoda Sie Soat Ang tercapai, ia tertawa
terbahak-bahak.
"Ha... ha... kalau begitu kami harus merepotkan Yu
sianseng suka pergi kesana sebentar untuk memeriksa
apakah Sie Poocu sudah mati ataukah masih hidup!"Ucapan ini seolah-olah menandakan bahwa Sie Liong
sebagian besar sudah menjumpai peristiwa diluar dugaan,
seketika membuat tubuh Sie Soat Ang gemetar sangat keras.
"Soal ini... soal ini... lebih baik aku berdiam disini saja"
buru2 Yu Put Ming menolak seraya goyangkan tangannya
berulang kali.
Sepasang alis pemuda itu berkerut kencang, karena apa
boleh buat terpaksa ia berpaling ke arah Ciang Oh dan
bertanya.
"Bukankah kau dipanggil datang oleh Sie Pocu?
mengapa sampai sekarang orang itu belum juga munculkan
diri?"
Ciang Oh mendongak tertawa ter kekeh2, suaranya
sangat aneh, rambutnya yang panjang dan kacau bergoyang
tiada hentinya mengikuti gelak tertawa tersebut, sehingga
keadaannya mirip iblis ganas yang baru muncul dari neraka,
sungguh menyeramkan sekali.
"Kau bertanya tentang bangsat keparat Sie Liong ?"
teriaknya sambil tertawa tergelak "Dia ha ha haaa ia sudah
merampas diriku dari daerah Biauw... dia... ha ha...!"
sementara masih tertawa tergelak, mendadak ia
membungkam kemudian memperdengarkan jeritan
lengking yang sangat menusuk telinga:
"Telapak berdarah TongHouw !"
Suaranya begitu sadis, ngeri dan sukar dilukiskan dengan
kata2, membuat setiap orang yang mendengar ikut bergidik
dan tanpa terasa bulu kuduk pada bangun berdiri.
Ditengah jeritan lengking itu, mendadak dari balik ujung
tembok sebelah depan berkumandang datang pula bentakan
dingin yang tidak kalah ngerinya:"Loei San keparat cilik, cepat keluar jangan menyeret
orang lain dalam masalah ini !"
Jeritan Ciang Ooh tinggi melengking membuat jantung
tiap orang berdetak keras, tubuh gemetar namun masih bisa
ditahan.
Sebaliknya suara yang muncul dari tempat kegelapan
dibalik tembok, walaupun tidak begitu keras namun dingin,
kaku dan menyeramkan membuat semua orang serasa
seluruh tubuhnya masuk kedalam gentong berisi air dingin,
sang hati jadi tercekam
Suara itu bukan saja membuat orang lain jadi terperanjat
bahkan Ciang Ooh yang sudah berubah ingatanpun segera
menghentikan jeritan ngerinya.
Dalam pada itu suara tadi masih tetap berseru:
"Loei Sam keparat cilik, kau sudah menyeret banyak
jiwa, apa saat ini masih juga ingin menyeret orang lagi ?"
Yu put Ming serta Sie Soat Ang saling berputar
pandangan sekejap, mereka pada heran siapakah
sebenarnya manusia yang bernama "Loei Sam keparat cilik"
itu.
Walaupun tak ada orang beritahu kepadanya, namun
meninjau dari sikap yang sangat aneh itu, Mereka berdua
segera paham "Loei Sam keparat cilik" itu pasti dia.
Dalam sekejap mata, rasa benci yang timbul dihati Sie
Soat Ang mencapai titik puncak dan sukar dilukiskan
dengan kata2
Suara seram ini sudah pernah berkumandang berulang
kali mengikuti melayang datangnya mayat2 jago benteng
Thian It Poo, jelas dia adalah tokoh tangguh yang datang
mencari gara2 itu. Selama ini baik Sie Soat Ang maupunSie Poo-cu berpendapat orang ini datang kebenteng Thian It
Poo, sengaja hendak cari gara2 dengan mereka.
Maka dari itu kendari gadis itu sangat membenci pemuda
itu, ia masih menaruh rasa terima kasih kepadanya,
berterima kasih karena ia mau tetap tinggal disana
membantu mereka.
Tapi sekarang, setelah mendengar dari ucapan orang itu,
ia baru tahu bencana yang menimpa benteng Thian It Poo
bukan lain karena gara2 keparat tersebut.
Teringat sampai soal ini. Sie Soat Ang tak kuasa
menahan diri lagi ia tertawa ter-kekeh, sambil menuding
kearah pemuda itu jengeknya:
"Ada orang sedang memanggil dirimu, apakah kau tidak
mendengar? mengapa tidak kau hampiri orang itu?"
Air muka pemuda tersebut seketika berubah hebat.
Hal ini membuktikan kalau dugaan Sie Soat Ang tidak
salah, kembali ia membentak:
"Kau takut? kau pun pernah mengenal rasa takut?"
Ia sama sekali tak tahu siapakah yang telah datang, dan
tidak tahu apa sebabnya orang itu tidak munculkan diri
namun memerintahkan Loei Sam pergi kesana, yang dipikir
pada saat ini adalah balas mengejek orang itu, menuntut
balas atas penghinaan yang pernah diterima barusan.
"Tutup mulutmu!" akhirnya pemuda itu tak tahan dan
menghardik.
"Haa...haa...haa..,kenapa aku harus tutup mulut ?
bukankah kau merasa ketakutan ? kalau kau tidak takut
mengapa ada orang panggil kau kesana, kau tidak berani
kesana ?""Plook...!" sebuah tamparan keras dengan cepat
bersarang diatas pipi Sie Soat Ang, membuat gadis ini
mundur kebelakang dengan sempoyongan.
Ia tahu keadaan sangat genting, seandainya ia buka suara
lagi tidak bisa diramalkan tindakan apa yang bakal
dilakukan pemuda tersebut terhadap dirinya lagi.
Sebagai seorang perempuan cerdik ia tidak ingin
menerima kerugian yang ada diambang pintu, karena itu ia
segera mundur selangkah kebelakang dan membungkam.
"Loei Sam keparat cilik, kau masih mau unjuk kan
keganasannya ?" suara dingin menyeramkan yang muncul
dari tempat kegelapan kembali berkumandang keluar,
"Ayoh cepat kemari, apa yang kau takuti lagi ?"
Pemuda itu tidak menggubris terhadap ucapan yang
muncul dari tempat kegelapan itu, sebaliknya mendekati
Ciang Ooh dan secara mendadak mencengkeram
pergelangannya.
Ditinjau sepintas lalu, Ciang Ooh berdiri kaku bagaikan
patung. namun setiap kali mendapat serangan ia segera
menunjukkan reaksinya.
Baru saja jari tangan pemuda itu bergerak ke depan,
Ciang Oh sudah menunjukkan pula reaksinya, pergelangan
tangannya mendadak menekan kebawah, kemudian jari
tengahnya menyentil ke depan balas menghantam urat nadi
pemuda itu.
Merasakan datangnya serangan balasan, pemuda itu
sangat terperanjat, buru2 ia tarik kembali tangannya sambil
mundur kebelakang.
Melihat pemuda itu mundur, Ciang Oh pun melototkan
sepasang matanya bulat2 memperhatikan pemuda tersebut
tajam2 namun iapun tidak menyerang lebih jauh.Per-lahan2 pemuda itu tarik napas panjang2, kemudian
ujarnya lirih: "Ciang Oh, dimana putri mu ?" Ciang Oh
tertegun, biji matanya seketika jadi berputar kembali.
"Aku. . . putriku ?" ia balik bertanya.
"Benar, setelah kau dirampas bangsat Sie Liong dan
dibawa kedalam benteng Thian It Poo, tidak lama
kemudian telah melahirkan seorang putri, dimana putrimu ?
Sekarang berada dimana ?"
Sepasang alis Ciang Oh berkerut kencang wajah yang
sudah menyeramkan ini kelihatan lebih seram.
"Putriku? ? ? putriku? ?" terdengar ia bergumam seorang-
diri.
"Benar, putrimu !" sambung pemuda itu dengan cepat.
Mendadak Ciang Oh angkat kepalanya dan berkata dengan
suara parau:
"Putriku, putriku berada dimana ? ia berada dimana ?"
"Aku tahu putrimu saat ini berada dimana !"
Si Soat Ang yang berada disamping dalam anggapannya
pemuda itu benar2 hendak beritahu kepadanya dimanakah
Giok Jien pada saat ini berada, hatinya tercekat dan tanpa
terasa mundur kebelakang. Ketika ia mundur sampai empat
lima langkah jauhnya. mendadak terlihat olehnya Ciang Oh
telah mendekati pemuda tersebut, sembari menghardik:
"Dimanakah putriku ?"
Ditengah bentakan, jari tangannya bagaikan cakar
burung elang menghajar sepasang bahu pemuda tersebut.
Dengan sebat pemuda itu berkelit kesamping. kemudian
buru2 menuding ke arah mana berasalnya suara dingin tadi.
"Ha... ha... disana." serunya sambil terbahak2 "Sejak
lahir putrimu disembunyikan oleh manusia yangbersembunyi dibalik kegelapan itu, sekarang ia ingin
mencelakai putrimu kembali, apakah kau tidak ingin cari
dia untuk menuntut balas ?"
Belum selesai pemuda itu berkata, terdengar Ciang Ooh
menjerit ngeri dan menubruk kearah tempat kegelapan yang
ditunjukkan kepadanya.
Gerakan Ciang Ooh sangat cepat, menanti badannya
sudah lenyap dibalik kegelapan mendadak terdengar suara
bentrokan keras berkumandang datang, batu pasir
beterbangan jelas dalam gerakannya barusan tembok
dinding sudah jebol diterjang olehnya.
Pada saat inilah Se Soat Ang baru tahu maksud pemuda
tersebut ternyata bukan lain ingin menggunakan tenaga
Ciang Ooh untuk menghadapi musuh tangguh dibalik
kegelapan itu, untuk sementara persoalan ini tiada sangkut
pautnya dengan dia pribadi.
Teringat akan soal ini, ia menghembuskan napas lega.
Mendadak pada saat itulah pundaknya serasa ditekan oleh
sebuah tangan yang dingin kaku itu. la ingin menjerit,
namun mulutnya hanya bisa di pentangkan lebar2 tanpa
sedikit suarapun berhasil dipancarkan keluar, bulu kuduk
bangun berdiri dan ia dibikin berdiri mematung.
Makin lama Sie Soat Ang semakin ketakutan sehingga
akhirnya sepasang giginya mulai beradu dengan amat
kerasnya, saking takutnya maka ketika itu baik Loei Sam
maupun Yu Put Ming tak seorangpun yang memperhatikan
dirinya, semua perhatian telah dicurahkan ke mana Ciang
Oh melenyapkan diri.
"Braaak...!" kembali suara bentrokan keras
berkumandang memenuhi angkasa, batu pasir beterbangan,
laksana kilat Ciang Oh telah muncul kembali dengan
sepasang mata melotot besar."Kau berani membohongi aku, disana sama sekali tak
ada seorang manusiapun."
"Aku tak akan membohongi dirimu" Buru2 Loei Sam
berseru "Kuberitahukan kepadamu, manusia yang
merampas putrimu ada tiga bagian mirip manusia tujuh
bagian mirip kera, badannya pendek kecil, kepalanya kurus
dan panjang, asal kau berjumpa tentu segera dapat
mengenalinya."
"Sekarang ia berada dimana ?"
Dengan cepat Loei Sam putar badan, mendadak ia
berhenti, diatas wajahnya memperlihatkan rasa kaget yang
bukan alang kepalang, arah yang dilihatnya bukan lain
adalah arah dimana Sie Soat Ang berdiri.
Gadis ini sadar, yang dilihat pemuda tersebut bukan
dirinya melainkan manusia yang berada dibelakangnya.
Ia mengempos napas ingin berteriak, namun disebabkan
badannya makin lama semakin dingin suaranya tak
sanggup diutarakan keluar, terpaksa sepasang tangannya
bergerak cepat, apa yang telah digerakan bahkan ia
sendiripun tidak paham.
Dalam pada itu kesadaran Ciang Oh agaknya sudah jauh
lebih sadar, bahkan reaksinya amat cepat:
Ketika Loei Sam alihkan sinar matanya ia pun mengikuti
gerak Loei Sam memandang pula kearah depan
"Aaah... dia !" mendadak ia menjerit dan meloncat
kedepan.
Diam2 Sie Soat Ang mengeluh, ia tahu manusia yang
berada dibelakangnya tentu manusia monyet yang barusan
dimaksudkan, bahkan orang itu bukan lain adalahpembunuh sadis yang membasmi seluruh isi benteng, pada
saat ini tangannya telah menekan diatas pundaknya.
Seluruh tubuh gadis itu gemetar keras, sebelum ia sempat
melakukan sesuatu terdengar Loei Sam telah jerit
melengking:
"Tidak salah, dialah manusianya, Yu sianseng dengan
kekuatan kita bertiga pasti kita berhasil menghadapi
dirinya."
Siapa sangka Yu Put Ming dengan cepat telah
goyangkan tangannya berulang kali.
"Apa maksudmu berkata demikian, ia datang hendak
mencari dirimu, kau pernah melakukan kesalahan terhadap
dirinya, apa sangkut pautnya persoalan ini dengan diriku?"
Loei Sam amat gusar, seraya tertawa dingin kembali
jengeknya.
"Yu sianseng, coba kau pikir kau berani cari gara2
dengan diriku? berani cari gara2 dengan guruku?
seandainya aku bergebrak melawan dirinya dan aku
mendapat cidera, apakah ia mau membocorkan berita ini
keluar ? agar suhupun tahu?"
Yu Put Ming tertegun, akhirnya sambil tertawa paksa
katanya:
"Aku pasti akan menjaga rahasia ini baik2. Sin Koen
pasti akan percaya kepadaku bahwa aku tak akan bicara
sembarangan!"
"Haaaa . . . haa . .. lebih baik sekarang ia sudah
mempercayai dirimu, agar setelah kejadian ini kau lebih
banyak menerima pahit getir, kalau kau tidak ingin turun
tangan yaa sudahlah, kau anggap aku sangat membutuhkan
tenagamu?"Air muka Yu Put Ming berobah sangat hebat, terpaksa ia
mundur beberapa langkah kebelakang, ia tidak pergi
sebaliknya berdiri tegak disisi kalangan, sementara itu
selangkah demi selangkah Ciang Oh berjalan mendekati
manusia tersebut.
Sie Soat Ang yang masih ditekan pundaknya oleh
sepasang tangan manusia itu jadi umat gelisah, ia tahu
seandainya terjadi pertarungan sengit antara kedua orang
ini maka yang konyol lebih dahulu adalah dia sebab ia
berada ditengah.
Setelah berjalan beberapa langkah kedepan mendadak
Ciang Ooh mengeluarkan tangannya sembari berseru:
"Dimana putriku ? dia berada dimana ?"
"Putrimu ? haa..haa.. secara bagaimana kau tahu kalau
kau punya seorang putri ?" jengek orang itu dengan suara
yang dingin menyeramkan. "Bagaimana kau tahu kalau dia
masih sudi mengakui dirimu sebagai ibunya ?"
Ciang Oh menjerit keras badannya meloncat kedepan
melancarkan sebuah tubrukan maut.
Pada saat2 kritis. nendadak orang itu mengirim segulung
tenaga yang amat besar melemparkan badan Sie Soat Ang
kesamping, sehingga membuat gadis itu terpental dan jatuh
terjengkang keatas tanah.
Namun ketika itulah, ia dapat melihat jelas wajah
manusia aneh yang selama ini berdiri di belakang tubuhnya.
Wajah dan raut muka dari orang itu sungguh persis
seperti apa yang digambarkan Loei Sam barusan.
Tubuhnya pendek kecil dengan sepasang lengan yang
luar biasa panjangnya, yang paling aneh batok kepalanya
lancip lagi gepeng seakan2 waktu dilahirkan ke kolonglangit, batok kepalanya pernah terjepit diantara dua lembar
papan.
Walaupun pada saat itu cuaca telah gelap, namun Sie
Soat Ang dapat melihat jelas potong an orang itu dengan
sangat jelas.
Diatas wajah maupun tangannya memakai selapis bulu
berwarna coklat yang pendek, dengan raut mukanya
keadaan orang ini persis seperti yang dilukiskan Loei Sam
"Tiga bagian mirip manusia, tujuh bagian mirip monyet."
Dalam pada itu, setelah orang itu mendorong Sie Soat
Ang kesamping, bagaikan kalap Ciang Oh telah menubruk
datang, kelima jari tangan nya bagaikan pancingan
mencengkeram batok kepala orang itu.
Merasakan datangnya serangan manusia monyet tersebut
sama sekali tidak menghindar, sebaliknya malah
memperhatikan jari tangan Ciang Oh dengan sikap
mengejek.
Gerakan Ciang Ooh teramat cepat.. "Sreet ! sreet !"
ditengah desiran tajam kelima jarinya sudah mencengkeram
dengan telak batok kepala orang itu.
Sebenarnya, bagi seseorang yang ingin mencengkeram
batok kepala orang lain merupakan suatu perbuatan yang
paling sulit. Namun disebabkan bentuk dari batok kepala itu
lancip lagipula gepeng, maka bagi Ciang Ooh dengan
sangat mudahnya berhasil menangkap dengan telak.
Kelima jari segera memperketat cengkeramannya,
"Pleetak... pleetak ..." persendian jari tangan Ciang Ooh
bergemerutukan, jelas membuktikan kalau ia sudah
mengerahkan seluruh tenaganya.Wajah orang itu sangat aneh, sepasang alisnya berkerut,
giginya berdetak keras, seakan2 ia sedang mencoba
kekerasan batok kepalanya.
Kurang lebih seperminum teh kemudian, barulah orang
itu memaki dengan suaranya yang aneh: "Neneknya
sungguh lihay !"
Mendadak sepasang telapaknya bergerak cepat
melancarkan sebuah serangan kilat kearah depan.
Keanehan serta kedahsyatan dari serangan ini boleh
dikatakan suatu serangan yang sulit dicarikan tandingannya
dikolong langit.
Ketika itu Ciang Oh sedang mencengkeram batok
kepalanya, jarak antara masing2 pihak tentu saja amat
dekat, bagi orang itu seharusnya serangan yang dilakukan
dengan mudah bisa bersarang di tubuh Ciang Oh dengan
telak. Namun tangannya amat panjang, bahkan sendirian
terlalu kaku, mendadak sepasang lengannya menyambar
lewat dari sisi tubuh Ciang Oh dan menghantam punggung
perempuan gila itu.
Merasakan desiran tajam mengancam punggungnya
Ciang Oh ayunkan tangannya kebelakang menyambut
datangnya serangan tersebut.
Namun gerakannya terlambat setindak . . .
"Plaakk, plaakkk." dua serangan tadi dengan telak
bersarang dipunggungnya.
Sie Soat Ang yang ada disisi kalangan tak dapat
membayangkan seberapa besar tenaga pukulan tersebut,
tampak olehnya tubuh Ciang Oh mendadak maju selangkah
kedepan dan saling berbenturan dengan orang itu.Jeritan aneh berkumandang memenuhi angkasa, kelima
jari tangan yang mencengkeram batok kepala orang itu
mendadak mengendor. Dalam sekejap mata telapak tangan
berayun memenuhi angkasa, ia balas melancarkan tujuh-
delapan belas buah serangan kearah orang itu.
Ketujuh delapan belas serangan tadi merupakan jurus2
serangan jarak dekat, kecepatannya melebihi kilat dan sukar
dibayangkan dengan kata-kata.
"Plaak, plook... plaaak... ploook" Tujuh-delapan buah
serangan ada separuhnya bersarang ditubuh orang itu.
"Aduuh... suatu ilmu pukulan Thay Yau Ciang yang
amat cepat !" teriak orang itu dengan suara lengking.
Sembari berteriak badannya bergerak ke depan mengitari
Ciang Oh dan berputar kencang.
Sementara itu Ciang Oh masih tetap melancarkan
serangan maut, serangannya makin lama semakin cepat
semakin lama semakin ganas.
Sie Soat Ang yang berdiri satu tombak dari kalangan pun
merasakan desiran angin pukulan menderu-deru, jurus
serangan apa saja yang telah digunakan Ciang Oh ia tak
dapat melihat jelas.
Mengikuti gerakan tubuh Ciang Oh yang makin
menyerang semakin cepat, tubuh orang itu-pun berputar
kencang, Tampak dua sosok bayangan satu tinggi satu
pendek sebentar kesana sebentar kesini bagaikan bayangan
setan belaka, bagi para jago yang hadir dikalangan hanya
melihat bayangan belaka yang bergerak kencang.
Sementara Sie Soat Ang masih ber-debar2 hatinya
melihat pertarungan itu, mendadak dari sisi nya terdengar
suara bisikan seseorang:"Apanya yang bagus dilihat? ayoh cepat melarikan diri
ambil kesempatan baik ini!"
Buru2 Sie Soat Ang berpaling padahal sekali pun tak
usah berpalingpun ia tahu orang yang dibelakangnya bukan
lain adalah Loei Sam.
Saat ini gadis she Sie sudah amat jelas sekali kedatangan
orang itu mengacau benteng Thian It Poo adalah
disebabkan Loei San, dan sama sekali tak ada sangkut
pautnya dengan benteng Thian It Poo.
Nyalinya makin besar, mendengar bisikan dari Loei Sam
ini, ia segera mendengus dingin.
"Hmm! apa yang perlu aku takuti lagi ? kalau kau takut
boleh sana sipat kuping melarikan diri ambil kesempatan
ini."
Loei Sam kerutkan alisnya, mendadak ia cengkeram
lengan Sie Soat Ang.
Gadis itu sangat gusar, ia balik tangan menempeleng pipi
Loei Sam namun dengan mudah sekali pemuda itu berhasil
mencengkeram urat nadinya dan dengan paksa menyeret
gadis itu berlalu dari sana.
Walaupun ia harus membawa seorang, namun badannya
masih juga mencelat setinggi dua, tiga tombak dan
melewati tembok pekarangan.
Ketika badannya melayang keluar dari halaman
terdengar orang itu berteriak kembali dengan jeritan
lengking.
"Loei Sam keparat cilik, sekalipun kau melarikan diri
kelangit aku kejar kelangit, kau menerobos kedalam tanah
aku kejar kau ketanah, dan kulihat lebih baik kau jangan
melarikan diri lagi."Tetapi Loei Sam pura2 tidak mendengar, ia enjot badan
dan didalam sekejap mata telah keluar dari benteng Thian It
Poo.
Sudah jauh ia keluar dari benteng Thian It Poo namun
suara jeritan itu masih juga berkumandang masuk kedalam
telinganya, bahkan amat nyaring, jelas orang itu sudah
terkurung oleh serangan Ciang Oh sehingga ia tak sanggup
mengejar diri Loei Sam.
Pemuda itu lari terus kearah utara, setelah lewati
puluhan li suara yang dingin menyeramkan itu tidak
kedengaran lagi, pada saat itulah baru berhenti berlari.
Ketika urat nadinya dicengkeram tadi, Sie Soat Ang
merasakan sekujur badannya kaku, bahkan tenaga untuk
berteriakpun tak ada. Menanti Loei Sam berhenti berlari
dan mendorong badannya kedepan, ia baru terguling keluar
seperti layang2 yang putus benang.
"Brukk...!" untung permukaan tanah sudah dilapisi oleh
salju yang saat tebal, sehingga badannya walaupun
terbanting keatas tanah sama sekali tidak menderita luka.
Dengan tangan menekan diatas tanah, ia merangkak
bangun namun ketika itulah Loei Sam sudah berada
dihadapannya.
Pada saat ini rasa bencinya sukar dibendung lagi,
mendadak ia cengkeram baju Loei Sam dengan tangan
kanan, kemudian kepalan kirinya meninju badan pemuda
itu keras2.
Kena digebuk, Loei Sam bukannya meringis kesakitan
bahkan malah mendongak tertawa ter bahak2
Lima, enam puluh tinjuan sudah bersarang di tubuh Loei
Sam, tetapi pemuda itu masih tenang saja, bahkan napas
gadis itu yang ter-engah2."Sungguh lihay." seru sang pemuda berulang kali. "Coba
kau lihat, aku sudah kau pukuli sampai seperti ini, mana
ada istri yang berani pukuli suami sendiri... wah, memang
perempuan yang galak sekali!"
Ucapan tersebut membuat Sie Soat Ang amat
terperanjat, buru2 ia mundur selangkah kebelakang.
Sewaktu berada didalam Benteng Thian It Poo, Loei
Sam pernah memandang kearahnya dengan sinar mata
aneh, ketika itu ia masih belum merasa, namun sekarang
ucapan dari Loei Sam begitu blak2an, bulu kuduknya
segera pada bangun berdiri.
Ketika ia mundur selangkah kebelakang. Loei Sam
memandang kearahnya lebih berani lagi, bahkan tatapnya
lebih ganas.
"Kau., apa yang hendak kau lakukan ?" Seru Sie Soat
Ang dengan jantung berdebar keras.
"Nona Sie." kata Loei Sam. sambil memperhatikan gadis
itu dengan sinar mata kurang ajar. "Gadis manis diluar
perbatasan amat banyak, namun hitung2 kaulah gadis yang
paling menarik hati !"
Kalau pada hari2 biasa ucapan tersebut tentu akan
membuat setiap gadis2 merasa girang hati, tetapi pada saat
ini bukan saja ucapan tersebut tidak mendatangkan rasa
senang dalam hatinya, bahkan malah membuat sang hati
jadi tercekat.
Buru2 ia mundur kembali selangkah kebelakang.
"Benarkah begitu ?" tanyanya sambil tertawa paksa.
Baru saja ia mundur selangkah kebelakang, dengan
sangat berani Loei Sam telah mendesak ke depan.Sie Soat Ang makin terperanjat, buru2 ia mundur
kebelakang berulang kali.
"Mengapa kau mundur terus ? apakah takut melihat
aku?" seru Loei Sam sambil tertawa cabul.
"Apa yang perlu kutakuti ?" jawab Sie Soat Ang dengan
keraskan kepala.
"Benar. kenapa mesti takut padaku ? bukankah kau jadi
marah dan penasaran karena memikirkan orang lelaki ? aku
lihat engkohmu jauh lebih lemah kalau dibandingkan
dengan permainanku, coba kau lihat aku kan lebih bagus
daripadanya?"
Mendengar ucapan itu hampir2 saja Sie Soat Ang jatuh
tidak sadarkan diri, sepasang matanya jadi gelap.
"Engkoh misanku...dia...dia tak ada sangkut paut apapun
dengan diriku" jawabnya gugup.
Loei Sam tertawa seram.
"Kau anggap mataku picik ? setiap orang dalam benteng
Thian It Poo siapa yang tidak tahu kalau disebabkan Liem
Hauw Seng dicintai Giok Jien, membuat siocia kesayangan
dari benteng Thian It Poo jadi marah2 ? haa...haa...sungguh
tak disangka Giok Jien adalah putri kesayangan Ciang Oh,
permainan dibalik semuanya ini sungguh tidak sedikit,
sekarang kau sudah apakan mereka berdua? bagaimana
kalau kau ceritakan kembali?"
Sembari berkata, selangkah demi selangkah Loei Sam
berjalan kedepan, Setiap kali ia melangkah setindak
kedepan, Sie Soat Ang mundur pula selangkah kebelakang
sehingga akhirnya ia terdesak kebelakang sebuah pohon
Kok yang tua lagi kering.Menanti punggung Sie Soat Ang sudah menempel diatas
pohon dan tidak dapat mundur lagi kebelakang, mendadak
sepasang lengan Loei Sam disodokan kedepan menekan
kearah batang pohon itu sementara tangannya dengan cepat
memeluk tubuh gadis itu.
"Haaa... haaa... nona Sie, kau tak bakal bisa melarikan
diri lagi bukan? coba kau melarikan diri lagi."
Air muka Sie Soat Ang berubah pucat pasi bagaikan
mayat. dengan wajah penuh kecabulan Loei Sam makin
merapatkan mukanya keatas wajah gadis tersebut.
Sebenarnya Sie Soat Ang adalah seorang gadis yang
amat lincah dan tidak takut langit dan bumi, pekerjaan jelek
apapun pernah ia lakukan, tentu saja ia tahu apa yang
hendak dilakukan Loei Samterhadap dirinya.
Ia gigit bibirnya kencang2 badannya yang montok. Sie
Soat Ang baru tertawa paksa dia menegur: "Kau... kau
anggap cantikkah wajah ku ?"
"Benar, sudah lama aku tak pernah berjumpa dengan
nona secantik kau, wajahmu benar2 cantik jelita."
"Sekalipun terhitung kau suka padaku, seharusnya kau
ajukan pinangan dihadapan ayahku" buru2 Sie Soat Ang
menambahi. "Kau adalah murid dari Si Thay sianseng,
ayahku sangat menghargai dirimu, ia pasti akan
mengabulkan permintaanmu itu ?"
Loei Sam segera tertawa gelak.
"Sayangku... siapa yang bilang aku ada niat meminang
dirimu dihadapan Sie Liong ?"
Sie Soat Ang makin terperanjat lagi.
"Kau... bu... bu... bukankah kau berkata suu... suka
kepadaku? mengatakan aku cantik?""Benar, memang kau cantik, namun dapatkah sepanjang
hidup kau cantik terus seperti ini?" seru Loei Sam sambil
tertawa, "Sekarang aku memang suka kepadamu, namun
beberapa hari lagi siapa yang tahu kalau aku masih suka
kepada mu atau tidak? kau ingin jadi suami istri sepanjang
hidup dengan diriku? siociaku yang terhormat, kau sedang
bermimpi disiang hari bolong."
OOOoodwooOOO
BAB 5
HAMPIR2 saja Sie Soat Ang jatuh tidak sadarkan diri,
dengan sekuat tenaga ia menahan dada Loei Sam mencegah
pemuda itu lebih mendekati tubuhnya lagi.
Tapi tenaga Loei Sam amat besar dengan kekuatannya
mana ia sanggup mempertahankan diri? dalam sekejap
mata ia merasakan sepasang lengannya bagaikan ditekan
dengan tenaga beribu-ribu kati beratnya, kalau lengannya
tidak ditarik kembali niscaya akan putus jadi dua.
Mau tak mau terpaksa Sie Soat Ang tarik kembali
tangannya, badan Loei Sam mendekat makin kedepan, ia
tangkap pakaian Sie Soat Ang, menariknya kedepan dan
menciumi wajahnya. Gadis dari benteng Thian It Poo ini
hanya merasakan badannya jadi lemas tak bertenaga,
sepasang lututnya membengkok dan tanpa sadar badannya
meluncur kabawah, namun dengan cepat Loei Sam
memeluk kembali badannya.
"Ehmm, sungguh wangi sekali" seru Loei Sam sambil
menciumi seluruh lekukan tubuh gadis tersebut.
Sie Soat Ang merasa badannya makin lemas, namun
otaknya masih sadar, mimpipun ia tidak menyangkaakhirnya ia akan menjumpai peristiwa terkutuk semacam
ini.
Ia coba meronta dan pelukan Loei Sam makin kencang,
sementara badannya dibopong siap hendak dibawa lari
kedepan mendadak...
"Loei Sam, letakkan perempuan itu dan berpalinglah !"
suara bentakan dari dua manusia asing berkumandang dari
arah belakang.
Suara orang itu berkata dan membuat hati setiap orang
tergetar keras, buru2 Loei Sam berpaling namun ia tidak
melepaskan Sie Soat Ang sebaliknya menggunakan tubuh
gadis itu sebagai perisai.
Setelah itu badannya mundur selangkah kebelakang dan
punggungnya menempel diatas dahan pohon.
Dalam perkiraan Sie Soat Ang, ia tak akan lolos dari
perbuatan terkutuk tersebut. siapa sangka kembali peristiwa
berubah diluar dugaan, hal ini membuat ia tercengang.
Setelah tarik napas panjang2, sinar matanya segera
dialihkan kearah dua orang itu.
Kedua orang yang munculkan diri secara tiba2 ini
berusia tiga puluh tahunan dengan alis mata tebal, wajah
mereka berdua hampir mirip dan didalam sekilas pandang
dapat diketahui kalau mereka berdua adalah saudara
sekandung.
Dalam pada itu dengan sinar mata penuh kegusaran
mereka berdiri melototi Loei Sam tak berkedip.
Sie Soat Ang yang digunakan sebagai perisai oleh Loei
Sam tentu saja tak dapat melihat bagaimanakah perubahan
wajahnya, namun ia merasa badan Loei Sam gemetar keras
jelas pemuda itupun sedang ketakutan dibuatnya."Saudara berdua, cepat tolong aku !" karena muncul
harapan, gadis she Sie ini berteriak keras.
Begitu ia berseru, tubuh kedua orang itu kembali
bergerak, lima enam depa lebih kedepan.
Pada waktu itulah Sie Soat Ang merasakan sebuah
telapak tangan dari Loei Sam telah ditempelkan keatas
batok kepalanya.
"Kalau kalian berani maju selangkah lagi ke-depan, akan
kubunuh budak keparat ini !" Loei Sam-pun membentak
keras.
Kena diancam kedua orang itu segera berhenti dan
berkata hampir berbareng: "Loei Sam, cepat lepaskan gadis
itu, menyerahlah dan mandah kami belenggu, ikut kami
pulang gunung dan terima hukuman !"
"Heeee... heeee... heeee... suheng berdua kalau aku ikut
kalian pulang kegunung maka yang bakal kuterima hanya
suatu kematian belaka" seru Loei Sam sambil tertawa
dingin, "Bukankah kau tahu seekor semutpun masih
menyayangi jiwanya, apa lagi manusia ? kau anggap aku
suka menyerah dan mengorbankan jiwaku dengan percuma
? lebih baik kalian berdua tak usah banyak bicara !"
Mendengar ucapan itu kedua tertawa dingin.
"Loei Sam, kau anggap dirimu masih bisa melarikan diri
dari sini? sudah hampir dua tahun lamanya kami mengikuti
jejakmu, dengan susah payah akhirnya kujumpai juga
dirimu, kau hendak membangkang perintah kami dan tak
mau ikut kembali kegunung?"
"Hal ini masih tergantung bagaimanakah kepandaian
serta kelihaian kalian berdua.""Loei Sam." kembali kedua orang itu berkata. "Kau
sudah melanggar pantangan terbesar dari perguruan,
dengan membawa dosa kau melarikan diri dari gunung,
bukannya menyesali perbuatan yang pernah kau lakukan
sebaliknya malah mencatut nama suhu melakukan
perbuatan jahat di mana2, bahkan pada sepuluh bulan
berselang kau telah memperkosa dan membinasakan putri
kesayangan Hiat Goan Sin Koen, benarkah telah terjadi hal
ini?"
"Haaa.. haa... yang memperkosa sih benar aku, tapi yang
membunuh bukan aku sendiri." jawab Loei Sam begitu tak
tahu malu, sebaliknya malah tertawa terbahak2.
"Karena nona cilik itu tak bisa memecahkan persoalan
yang ia hadapi sendiri akhirnya bunuh diri apa sangkut
pautnya soal ini dengan diriku?"
Sie Soat Ang yang mendengar ucapan itu, hatinya
kontan terjelos, seluruh tubuh gemetar.
Yang membuat ia terperanjat. pertama, seandainya
kedua orang itu tidak datang tepat pada waktunya, mungkin
akibat yang ia terima sama halnya dengan kejadian yang
menimpa putri kesayangan Hiat Goan Sin Koen
Kedua, setelah mendengar nama "Hiat Goan Koen"
Atau Malaikat sakti Monyet berdarah, pikirannya seketika
jadi terang kembali ia ingat manusia aneh yang muncul di
benteng Thian It Poo dan melakukan pertarungan sengit
melawan Tjiang Oh itu bukan lain adalah Hiat Goan Sin
Koen, manusia paling lihay dikolong langit dewasa ini.
Terhadap putri kesayangan Hiat Goan Sin koen pun
Loei Sam berani turun tangan, apalagi terhadap dirinya?
Tentu saja ia tak akan sungkan2 untuk mengerjakannya.Bahkan jika ditinjau dari nada ucapan kedua orang itu,
Loei Sam melarikan diri dari perguruan, berhubung telah
melakukan suatu perbuatan terkutuk, itu berarti dia adalah
seorang manusia yang paling jahat paling terkutuk dan
paling keji.
Dalam pada itu terdengar Loei Sam sudah berkata:
"Suheng berdua, kalau kalian bisa melepaskan diriku kali
ini, selama hidup aku Loei Sam tak akan melupakan budi
kalian berdua, Gunung nan hijau kesempatan berjumpa
dikemudian hari masih panjang, mengapa suheng berdua
harus mendesak diriku terus menerus?"
Air muka kedua orang itu makin lama berubah semakin
gusar. salah satu diantaranya tak dapat menahan diri lagi
dan menghardik:
"Loei Sam kau masih juga tidak sadarkan diri ? apakah
kau tidak sadar seandainya kau ikut kami pulang kegunung
Go bie kemungkinan hidup bagimu masih ada, sebaliknya
kalau kau tidak pulang maka tidak bakal bisa menandingi
kepandaianHiat Goan Sin Khoen!"
"Haaa... haaa... terima kasih atas perhatian yang telah
suheng berdua limpahkan kepada diriku, seandainya aku
pulang ke gunung Go-bie sekalipun masih memperoleh
kesempatan untuk hidup tetapi sepanjang masa harus
menyalahi sumoay seorang. Waa... sungguh membosankan
sangat menjemukan, jauh lebih baik berada ditempat luaran
sambil mencicipi disini merasakan disana."
Air muka kedua orang itu seketika berubah hebat,
mereka berbareng mendengus keras:
"Kau...Kau benar2 sudah rusak dan tak bisa ketolongan
lagi ! kalau demikian adanya kamipun tak usah memikirkan
ikatan perguruan lagi !"Sie Soat Ang yang ada disamping merasakan hatinya
makin terperanjat, sebab ia dapat merasakan apabila Loei
Sam telah melanggar pantangan memperkosa bahkan yang
jadi korban adalah sumoaynya sendiri.
Dan didengar nada ucapan kedua orang suhengnya
barusan, seakan2 kalau pemuda itu mau menikah dengan
sumoaynya maka hukuman mati bisa dihindari tetapi ia tak
mau, jelas Loei Sam adalah seorang manusia terkutuk yang
sudah tak ketolongan lagi.
Kembali Loei Sam tertawa.
"Terima kasih atas perhatian kalian berdua, hingga detik
ini juga kalian berdua masih mau memandang diriku
sesama saudara seperguruan tapi jikalau kalian berdua
masih juga hendak mendesak diriku semacam ini, bukankah
sama artinya kalian sudah memandang aku sebagai orang
luar ?"
"Loei Sute !" seru kedua orang itu setelah tertegun
sejenak. "Sewaktu kami turun gunung, suhu serta subo telah
memberi pesan wanti2 kepada kami berdua..."
"Apa yang suhu katakan?"
"Bagaimanakah tabiat suhu aku rasa tentu sudah kau
ketahui bukan? karena tempo dulu ia pernah angkat
sumpah maka dia orang tua tak bisa turun dari gunung Go
bie lagi, mereka telah berpesan kepada kami asalkan
bertemu dengan dirimu segera suruh turun tangan
membinasakan dirimu!"
Agaknya Loei Sam sama sekali tak gentar dengan
ancaman tadi, sambil angkat bahu katanya.
"Kesemuanya itu sudah berada didalam dugaanku, lalu
apa yang dikatakan Subo?"Kedua orang itu merandek sejenak kemudian
meneruskan kembali kata2nya:
"Subo berkata, sumoay sudah menjadi milik-mu, ia
berharap setelah kami berjumpa dengan dirimu, maka kami
harus berusaha keras menasehati dirimu agar pulang
kegunung, ia pasti akan mohonkan ampun dihadapan suhu
dan tidak menjatuhkan hukuman mati."
Diam2 Sie Soat Ang menghela napas panjang, Saat ini ia
baru tahu sumoay yang telah diperkosa Loei Sam bukan
lain adalah putri kesayangan dari Si Thay sianseng sendiri.
"Ehmm..! lalu bagaimana dengan pendapat kalian
berdua?" akhirnya Loei Sam bertanya.
"Seandainya kau tidak mau ikuti kami pulang kegunung,
maka terpaksa kami berdua harus melaksanakan tugas
sesuai dengan perintah suhu kami!"
Mendengar ucapan itu Loei Sam tertawa terbahak 2
"Haa... haa... suheng berdua benar2 seorang lelaki sejati,
aku tidak ingin mencelakai kalian berdua!"
"Apa maksudmu mengucapkan perkataan tersebut."
tanya kedua orang itu rada melengak.
"Perjalanan dari sini hingga ke gunung Gobie ada
laksaan lie jauhnya, perjalananpun mungkin harus
ditempuh selama beberapa bulan, seandainya aku sanggupi
permintaan kalian dan ikut kalian pulang ke gunung,
maka... heee... heee kau harus tahu macam manusia apakah
diriku ini, pekerjaan keji macam apakah bisa aku lakukan,
apakah kalian tak bisa bayangkan sewaktu berada ditengah
jalan aku memperlihatkan sedikit permainan setan,
mencelakai jiwa kalian... apakah jadinya nanti."Air muka kedua orang itu berubah hebat, sang badanpun
tanpa terasa tergetar sangat keras.
"Maka dari itu..." sambung Loei Sam lebih jauh. "Aku
tidak suka berangkat ber-sama2 kalian, sebab aku masih
ingat bahwa kita adalah saudara seperguruan, aku merasa
tidak enak hati kalau sampai terpaksa harus mencelakai
jiwa kalian berdua."
Kedua orang itu saling bertukar pandangan, sepatah
katapun tak dapat diutarakan keluar.
Mereka sadar, apa yang diucapkan Loei Sam sedikitpun
tidak salah, dalam melakukan perjalanan sejauh laksaan li
dan berjalan bersama2 dirinya, pelbagai mara bahaya
kemungkinan besar bisa terjadi, kendari mereka berjaga2
dengan penuh waspada, pada suatu saat bisa teledor juga,
dalam keadaan seperti itu kemungkinan besar jiwa mereka
berdua bisa dicelakai.
Melihat kedua orang suhengnya tidak bicara, dengan
sangat bangga Loei Sam berkata kembali: "Suheng berdua,
lebih baik diantara kita tak usah saling ikut campur dalam
urusan masing2, kalian pulanglah kegunung Gobie dan
laporkan saja tidak pernah berjumpa dengan diriku,
bukankah dengan berbuat demikian kalian bisa cuci tangan
disamping tak akan terancam jiwanya. Sumoay mempunyai
wajah yang cukup cantik. sedang kalian berdua pun cukup
tampan, diantara kalian berdua boleh saja salah satu
diantaranya meminang dia sebagai istri, bukankah urusan
segera bisa dibereskan?"
Semakin berbicara ia semakin bangga, pemuda itu tidak
memperhatikan orang yang ada di sebelah kiri air mukanya
makin lama berubah semakin menghebat, menanti ia
menyelesaikan ucapannya orang itu sudah membentak
keras:"Tutup mulut, kau berani bicara ngaco belo?" Air muka
orang itu sudah berubah hijau membesi, sepasang matanya
memancarkan cahaya berapi wajahnya kelihatan begitu
mengerikan.
Se-akan2 menyadari akan sesuatu, Loei Sam berseru
tertahan.
"Aaaah! Siok Toako aku tahu mengapa kau begitu gusar
terhadap diriku?" katanya perlahan "Selama ini kau selalu
menghormati serta menyayangi Sumoay, tidak disangka
sumoay telah kena dipatil, kau jadi begitu gusar bukankah
begitu?"
Tubuh orang itu gemetar semakin keras, namun wajah
yang semula penuh diliputi kegusaran pada saat ini berubah
jadi amat sedih sekali.
"Kau... kau tak usah bicara lagi. lebih baik kau jangan
membicarakan soal ini lagi ."
"Siok Suheng !" ujar Loei Sam sambil tertawa "Watak
sumoay amat tinggi dan sombong, terhadap suheng2nya tak
seorangpun dipandang sebelah mata olehnya, kau tentu
tahu bukan akan hal ini ? justru karena aku mendongkol
maka kulakukan perbuatan tersebut, sekarang kau boleh
segera kembali kegunung dan pinanglah sumoay di
hadapan suhu, Sumoay dia orang pasti akan menerima
pinanganmu itu, bukankah dengan berbuat demikian aku
sudah menyempurnakan harapanmu ? seharusnya kau
berterima kasih kepada aku yang sudah menjadi mak
comblang mu !"
Orang yang berwajah sedih tadi membungkam dalam
seribu bahasa, sebaliknya yang berseru sepatah demi
sepatah kata:"Loei Sam, kau masih mempunyai perasaan malu tidak
?"
Wajah Loei Sam benar2 sangat tebal, sambil tertawa ia
menjawab: "Terhadap manusia macam aku, tentu saja tidak
kenal apa itu yang di sebut perasaan malu."
"Siok sute ! tak berguna banyak bicara dengan dirinya
mari kita bekerja sesuai dengan perintah suhu !" seru orang
itu dengan suara berat.
"Baik !"
Bersamaan dengan ucapan tadi, kedua orang itu ber-
sama2 maju dua langkah kedepan.
"Tahan ! jangan turun tangan lebih dahulu !" Bentak
Loei Sam keras2, senyuman yang semula menghiasi
bibirnya saat ini telah lenyap tak berbekas.
Ketika itu sepasang telapak dari kedua orang itu sudah
diayun ketengah udara, mendengar beritakan dari Loei Sam
ini mereka segera menunda gerakannya dan berhenti
bergerak.
"Terus terang saja kuberitahukan kepada kalian berdua,
sebab setengah tahun berselang sesaat putri kesayangan dari
Hiat Goan Sin Koen menemui ajalnya, ia pernah adu jiwa
dengan diriku sehingga aku menderita luka parah dan
hampir2 saja menemui ajalnya hingga pada lukaku belum
sembuh, aku bukan tandingan kalian berdua lagi."
"Kalau begitu, hari naasmu sudah tiba dan masamu
berbuat jahatpun telah berakhir !"
"Tidak salah. Namun sebelum aku menemui ajalnya
akan kuseret seseorang untuk menemani keberangkatanku
ini jikalau kalian berani ingin turun tangan terhadap diriku
maka nona Sie akan kubinasakan terlebih dahulu, diaadalah putri kesayangan Sie Poocu dari benteng Thian It
Poo."
"Kau... kau... apakah kau ada urusan sakit hati atau
dendam dengan dirinya ?" tanya kedua orang itu rada
tertegun.
"Sama sekali tak ada dendam maupun sakit hati, jikalau
aku binasakan dirinya maka sama arti dia sudah mati
ditangan kalian berdua !"
Kedua orang ini sekalipun merupakan saudara
seperguruan dengan Loei Sam keji, licik, banyak akal,
perbuatan apapun bisa ia lakukan, sebaliknya kedua orang
itu jujur dia berwelas asih.
Mendengar ucapan dari Loei Sam, mereka berdua
seketika tertegun dan berdiri menjublak.
Mereka berbareng mengalihkan sinar matanya kearah Sie
Soat Ang, tampak olehnya air muka gadis itu pucat pasi
bagaikan mayat, titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya, pakaian yang dikenakan sudah robek separuh
sehingga kelihatan kulitnya yang putih bersih, keadaannya
amat mengenaskan sekali.
Mereka berdua tidak tahu kalau Sie Soat Ang pun bukan
seorang manusia baik2, melihat jiwanya terancam timbul
rasa kasihan kedua orang itu.
"Loei Sam! cepat lepaskan!" serunya hampir berbareng.
"Haaa... haaa... suheng anggap aku adalah seorang
bocah gampang dibohongi?" Loei Sam sambil bergelak
"Seandainya aku melepaskan kemudian kalian menyerang
diriku, aku bisa mati konyol? kalian sedang menjalankan
perintah suhu untuk mencabut jiwaku, hal ini sudah
sepantasnya kalau kalian laksanakan, tapi kalau dilakukan
pada saat ini, maka jiwa nona Sie pun akan ikut musnah!"Mendengar jiwanya akan digunakan sebagai jaminan,
Sie Soat Ang jadi kaget bercampur gelisah, namun dalam
keadaan seperti ini ia tak dapat berbuat apa2, sebab tak
mungkin baginya untuk memohon kedua orang itu turun
tangan terhadap Loei Sam tanpa hiraukan jiwanya sendiri.
Ia tahu Loei Sam adalah seorang manusia berkeras
kepala, apa yang telah diucapkan dapat saja dilakukan..
Seandainya kedua orang suheng benar-benar turun tangan
terhadap dirinya, maka yang akan mati lebih dahulu adalah
ia.
Pertama2 yang akan mati lebih dahulu adalah ia sendiri.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan dengan wajah
serba salah, lama sekali mereka tak memperlihatkan reaksi
apapun.
Air muka Loei Sam berubah memerah, kembali ia
membentak:
"Pada waktu2 yang lampau kalian tak mau turun tangan
terhadap diriku, buat apa kalian begitu bersikeras hendak
turun tangan pada saat ini sehingga harus mengorbankan
pula selembar jiwa nona Sie yang sama sekali tiada ikatan
dendam dengan diri kalian berdua?"
Walaupun terang2an kedua orang itu tahu ucapan
tersebut hanya gertak sambal belaka, namun justru yang
dikatakan adalah kematian Sie Soat Ang disebabkan
mereka berdua hal ini membikin kedua orang ini semakin
ragu2 lagi.
"Suheng berdua!" mendadak Loei Sam berteriak keras,
"Hiat Goan Sin Koen berada dibenteng Thian It Poo,
kemungkinan besar setiap waktu bisa tiba disini, aku tidak
akan banyak berbicara dengan dirimu lagi, akan kuhitung
sampai tiga, kalau kalian belum juga mau meninggalkan
tempat ini, maka nona Sie akan segera kubunuh, dankematiannya ini sama halnya disebabkan oleh kalian
berdua."
Selesai bicara ia merandek sejenak kemudian mulai
menghitung.
"Satu!"
Sembari berseru telapak tangannya mulai disaluri tenaga
murni dan ditempelkan keatas batok kepala Sie Soat Ang.
Gadis itu kontan merasakan adanya segulung tenaga
murni yang maha dahsyat menerjang masuk melalui jalan
darah Pek-hwee hiatnya langsung menyebar keseluruh
tubuh mendatangkan rasa sakit yang luar biasa. tak tahan ia
mulai merintih kesakitan.
Rintihan tersebut membuat dua orang itu menghela
napas panjang dan bersama sama mundur kebelakang.
Loei Sam tertawa terbahak bahak. "Haaa... haa... kalian
harus mundur dua puluh tombak lagi!" perintahnya.
Kedua orang itu dibikin apa boleh buat, terpaksa mundur
kembali dua puluh tombak kebelakang.
"Didalam satu jam kalian dilarang berkutik." Teriak Loei
Sam keras2 "Relakan aku pergi bersama2 nona Sie. Sudah
dengar belum?"
Kedua orang itu membungkam. kecuali menghela napas
panjang dengan perasaan apa boleh buat, Loei Sam tertawa
aneh, ia menyeret Sie Soat Ang dan berkelebat kedepan,
dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap tak
berbekas. Lama sekali kedua orang itu berdiri tertegun,
kemudian salah satu diantaranya baru berkata memecahkan
kesunyian.
"Su site, bagaimana dengan kita?""Jie suko, aku lihat... aku lihat... terpaksa satu jam lagi
kita baru mengejar keparat tersebut."
"Sekalipun kita berhasil menyandak dirinya." kata lelaki
yang disebut Adik seperguruan keempat sambil tertawa
getir, "la akan menggunakan sanderanya nona Sie untuk
menggertak kita. sama pula kita tak bisa turun tangan...
ba... bagaimana kita bisa memberi laporan kepada suhu?"
Orang itu menghela napas, mendadak selintas rasa
girang berkelebat lewat.
"Aaah, tidak menjadi soal, dia., dia tidak akan bertahan
lama terhadap seorang gadis, beberapa hari lagi ia pasti
akan meninggalkan nona Sie".
"Sekalipun ia tinggalkan nona Sie, apakah tak bisa
mencari perempuan lain ? persoalan ini.. persoalan ini.."
Kedua orang itu sangat murung dan hati terasa sedih,
pada saat itulah mendadak terdengar jerit lengking seorang
gadis berkumandang datang dari tempat kejauhan.
"Jie suko !..su suko.."
Mendengar panggilan itu kedua orang lelaki tersebut
amat terperanjat.
"Aah, siauw sumoay !" serunya hampir berbareng.
Tapi dengan cepat pula mereka membantah sendiri:
"Aah tidak mungkin, mana mungkin siauw sumoay bisa
sampai disini ? suhu serta sunio mana mengijinkan dia pergi
?"
Dari balik hutan tampak sesosok bayangan merah
berkelebat mendekat, gerakannya cepat laksana kilat, dalam
sekejap mata bayangan tadi sudah tiba dihadapan mereka
berdua. dia bukan lain adalah seorang gadis bermantel
merah dengan potongan wajah yang cantik jelita.Umurnya baru tujuh, delapan belas tahun, wajahnya
potongan kwaci dengan sepasang mata yang jeli dan
bening, mantelnya terbuat diri bulu rase hanya sayang gadis
ini kelihatan begitu murung dan kucel.
"Chen Sumoay ! "seru kedua orang pemuda itu dengan
gelagapan sewaktu dilihatnya gadis itu menghampiri
mereka. "Kaupun datang kemari ? apakah suhu tahu akan
kedatanganmu..."
Gadis ini bukan lain adalah adik seperguruan dari kedua
orang pemuda itu, atau merupakan putri tunggal dan Si
Thay sianseng manusia aneh dalam dunia persilatan
dewasa ini nama lengkapnya Si Chen. sementara ia
gelengkan kepalanya.
"Tia tidak tahu akan kepergianku!" jawabnya.
"Lalu sunio tahu bukan? seharusnya dia orang tua
diberitahu !" seru kedua orang itu dengan hati gelisah.
Kembali Si Chen menggelengkan kepala, butir air mata
jatuh berlinang membasahi wajahnya, namun ia tidak ingin
kedua orang kakak seperguruannya tahu, ia mendongak dan
menjawab:
"Ibupun tidak tahu !"
"Sumoay, hal ini mana boleh jadi ? kau berkelana
seorang diri dalam dunia persilatan.. Aaai dari gunung Go
bie sampai disini ada selaksa lie, kau berjalan seorang diri
mana boleh?"
"Suko berdua, apa yang harus kutakuti lagi ? coba kalian
jawab, apa yang harus kutakuti lagi?" air mata jatuh
berlinang makin deras.
"Chen sumoay !" Kedua orang pemuda itupun tak dapat
menahan diri dan ikut mencucurkan air mata.Suasana jadi hening, tak kedengaran sedikit suarapun,
akhirnya Si Chen-lah buka suara lebih dulu, ujarnya: "Aku
lepaskan pakaianku ditepi dinding jurang, pura2 bunuh diri
dengan terjunkan diri kedalam jurang, kemudian secara
diam2 turun gunung."
"Sumoay, kau berbuat demikiam apakah tidak takut suhu
serta sunio amat bersedih hati ?"
"Tentu saja aku berpikir sampai disitu" sahut Si Chen
sambil tertawa sedih. "Tapi aku pikir merekapun sudah
terlalu sedih, seandainya tahu aku telah mati, rasa sedih
mereka tidak akan lebih jauh, terutama sekali Tia, nama
besarnya sudah tersohor di mana2, setiap orang Bu lim
tentu menaruh rasa jeri kepadanya "
Mendadak ia membungkam dan tidak teruskan lagi
kata2nya. Kembali suasana jadi hening, kecuali hembusan
angin yang menderu.
Akhirnya Si Chen tertawa getir serunya:
"Sepanjang jalan aku mengejar kemari, suatu saat aku
berhasil temukan kabar beritanya, aku tahu ia berada
dibenteng Thian It Poo dan segera kukejar."
Kedua orang pemuda itu tertegun mereka cuma bisa
mengangguk. "Akupun tahu si Hiat Goan Sinkoen sedang
mencari dia, bukankah begitu?"
Sekali lagi kedua orang pemuda tersebut mengangguk.
"Tetapi ketika aku tiba dibenteng Thian It Poo" lanjut Si
Chen "Benteng tersebut sudah kacau balau, Hiat Goan
Sinkoen-sedang bertarung mati2an melawan seorang
perempuan gila, Yu loo-koay lah yang beritahu kepadaku
bahwa dia berangkat keutara. Jie suko, Su Suko, apakah
kau berhasil menyusulnya?"Kedua orang ini tukar pandangan dan membungkam,
merasa sulit untuk buka suaranya.
Melihat kejadian itu timbul rasa curiga dalam hati Si
Chen.
"Suko berdua, apakah kalian ada urusan yang sedang
mengelabui diriku?" tanyanya.
"Tidak ada... tidak ada?" buru2 kedua orang itu
goyangkan tangannya berulangkali, Si Chen menghela
napas-panjang.
"Aku tahu kalian tak akan berbuat demikian, bencana
yang kualami sudah cukup mengenaskan kalian... kalau
kalian masih mengelabuhi diriku tentang satu persoalan
maka . . . aai . . . kalian sedikit keterlaluan."
Ucapan ini betul2 tajam, kedua orang itu semakin
kelabakan dibuatnya.
"Loei Sam dia . . . dia . . . barusan saja kami berjumpa
dengan dirinya" ujar kedua orang itu dengan gelagapan.
Seluruh tubuh Si Chen tergetar keras. "Lalu, mengapa
kalian tidak hadang jalan perginya ?" ia berseru.
"Tentu saja kami sudah menghalangi jalan perginya"
jawab salah seorang pemuda itu sambil tertawa getir,
"bahkan siap sedia menangkapnya pulang kegunung, cuma
dia menangkap nona Sie sebagai sanderanya, kalau kami
akan turun tangan menangkap dirinya, ia akan
membinasakan nona Sie lebih dahulu, oleh karena itu kami
. . . kami . . ."
"Karena itu kalian lepaskan dia pergi, bukan begitu ?"
sambung Si Chen sambil menghela napas panjang.
Dengan rasa jengah kedua orang itu mengangguk."Kalian terlalu berbelas kasihan, sedang dia terlalu jahat"
Kata gadis itu sambil tertawa getir. "Nona Sie itu..."
"Dia adalah putri kesayangan dari Thian It Poocu !"
"Mengapa kalian tidak kejar dirinya ? baik, aku akan
pergi mengejarnya, sekalipun tak bisa mengapa-apakan
dirinya, paling sedikit harus menolong nona Sie itu !"
Ucapan ini seketika menyadarkan kedua orang itu,
mereka terkesiap dan berseru berbareng: "Ucapan sumoay
sedikitpun tidak salah, mari kita kejar dirinya !"
Demikianlah ketiga orang itu segera mengejar kearah
mana Loei Sam melarikan diri tadi.
Menanti ketiga bayangan tubuh itu sudah lenyap dari
pandangan, mendadak terdengar gelak tertawa Loei Sam
berkumandang memecahkan kesunyian dari atas sebuah
pohon muncullah pemuda itu sambil membopong Sie Soat
Ang.
Setelah melayang keatas tanah, ia tertawa bergelak dan
berkata: "Nona Si, coba kau lihat bagaimanakah tipu
muslihat ku ? kau bisa berkenalan dengan manusia
sepertiku, hitung2 tidak rugi jadi manusia !"
Kiranya pemuda itu tidak berlalu, sebaliknya cuma
bersembunyi diatas sebuah pohon.
Karena jalan darahnya tadi tertotok, Si Soat Ang tak
dapat berteriak sekarang ia bebas dari pengaruh totokan
menjeritlah gadis ini se-jadi2nya.
Namun Loei Sam tertawa tergelak sambil menjengek.
"Nona manis, sekalipun kau berteriak sampai serakpun
percuma saja tak mungkin ada orang yang mendengarkan
jeritanmu itu!"
Sie Soat Ang berhenti berteriak, serunya:"Kau... bukankah gadis tadi adalah sumoay mu? dia
begitu cantik, kalau kau bisa jadi suami istri dengan dirinya,
bukankah bagus sekali?"
"Hiii... hihi . . . cantik sih cantik, cuma kalau
dibandingkan dengan engkau, maka ia ketinggalan jauh
sekali"
Diam2 Sie Soat Ang mengeluh, ia tidak menyangka
perubahan yang terjadi semalaman bisa demikian besar.
Ingin sekali ia meronta namun tenaganya musnah sama
sekali, bahkan ketika itu bibir sang pemuda dengan paksa
mencium bibirnya.
Sekali lagi Sie Soat Ang menjerit kali ini ia menjerit
sekeras kerasnya namun baru dua kali ia berteriak bibirnya
sudah tersumbat kembali oleh bibir Loei Sam napasnya
mulai ter-sengkal2 dan keadaan amat kritis.
"Aduuh, sungguh romantis." tiba2 terdengar orang
berseru.
Loei Sam terkesiap, dengan cepat ia berpaling.
Tampak olehnya, tidak jauh dibelakang tubuhnya diatas
permukaan salju yang tebal berdiri seseorang.
Orang itu berusia tiga puluh tahunan, berdandan siucay,
wajahnya kurus panjang dengan sebuah codet dikening
kirinya, hal ini membuat potongan mukanya kelihatan jauh
lebih panjang.
Melihat munculnya seseorang. Si Soat Ang segera
berteriak minta tolong.
"Ooouw enghiong tolonglah diriku!" sastrawan itu tetap
berdiri dibawah pohon, bajunya berwarna putih bagaikan
salju, keadaannya amat aneh sekali.Mendengar Si Soat Ang berteriak, Loei Sam segera
menghardik.
"Kalau kau menjerit lagi akan kutotok jalan darah
gatalmu!"
Tentu saja Sie Soat Ang tahu, bila seseorang tertotok
jalan darah gatalnya maka seluruh tubuh akan terasa kaku
dan gatal, lebih sengsara dari pada mati, karena takut pada
ancamannya ia segera membungkam.
Ketika itulah sisastrawan berbaju putih itu berkata:
"Memandang keadaan anda mentereng dan terpelajar tak
disangka perbuatanmu ternyata begitu rendah dan terkutuk
!"
"Hmmm, apa sangkut pautnya dengan urusan mu ?"
jengek Loei Samsambil tertawa dingin.
"Eeeei ? bukankah anda adalah seorang ahli silat ?"
"Omong kosong, apakah aku tak dapat melihat sendiri ?"
"Nah, melihat ketidak adilan maka sebagai seorang
pendekar haruslah turun tangan menyelesaikan persoalan
itu secara bijaksana, kalau anda seorang ahli silat, kenapa
bertanya kepadaku apa sangkut pautnya dengan urusan
tersebut ?"
"Oooouw. . . kiranya kaupun seorang ahli silat, Hmm,
ingin sekali kulihat sampai dimana kehebatanmu itu !"
Sebelum ia bertindak sesuatu mendadak serasa segulung
angin berhembus lewat, bayangan tubuh sastrawan tadi
laksana kilat telah meluncur datang.
Loei Sam terkesiap. ia merasa kejadian ada di luar
dugaan, untung sebelumnya sudah bikin persiapan. telapak
kiri dibalik kemudian melancarkan sebuah hantaman
kedepan.Angin pukulan men deru2, belum sampai sasarannya
terkena, bayangan tubuh orang itu kembali lenyap tak
berbekas diikuti pergelangan tangan nya tiba2 jadi kaku.
Ternyata tubuh sisastrawan yang menerjang ke depan
walaupun cepat laksana kilat namun secara tiba2 ia sudah
berputar ke sebelah kanan Loei Sam dan menyentuh urat
nadinya.
Serangan ini terkena telak, Loei Sam kontan merasakan
urat nadinya kaku dan tak kuasa lagi kelima jari tangannya
mengendor.
Perubahan jurus dari sastrawan itu amat cepat sekali,
baru saja Loei Sam kendorkan tangannya sisastrawan itu
sudah menyambar tangan Sie Soat Ang dan didorongnya ke
depan, dengan ringan dan mantap tubuh gadis itu meluncur
beberapa tombak jauhnya dan kalangan.
Melihat korbannya dirampas, Loei Sam amat gusar
sambil kesempatan waktu sisastrawan mendorong tubuh Si
Soat Ang keluar kalangan, jari tangannya bergerak cepat
menotok jalan darah "Hoa Kay Hiat" ditubuh lawan.
Jalan darah Hoa-kay hiat merupakan satu jalan darah
penting ditubuh manusia, tindakan dari Loei Sam ini
menunjukkan kalau ia ada maksud membinasakan lawan
dalam satu jurus serangan belaka.
Dengan cepat sastrawan itu menyusup tubuhnya
kebelakang, sepasang alis berkerut dan tegurnya:
"Kau adalah anak murid dari Si Thay sianseng ?"
Loei Sam melakukan pengacauan digunung Go-bie, ini
sama hal sudah diusir dari perguruan, namun nama Si Thay
sianseng sangat berpengaruh di dunia persilatan, oleh sebab
itu setiap orang yang mengatakan dia adalah muridnya SiThay sianseng, selamanya pemuda ini tak pernah menolak,
ia segera tertawa.
"Kalau sudah tahu asal usulku, kenapa kau tidak sipat
ekormu dan melarikan diri dari sini?"
"Benarkah kau anak murid dari Si Thay sianseng ?"
kembali sastrawan itu bertanya, sementara sepasang
matanya melototi pemuda itu tajam2. "Ditinjau dari jurus
serangan tersebut kau memang ahli waris dan Si Thay
Sianseng, tapi memandang dari tindak laku dirimu yang
rendah serta memalukan. tidak mungkin seorang pendekar
sejati punya murid macam kau."
Terhadap makian ini Loei Sam tidak marah, yang
membuat ia naik pitam adalah tindakan Sie Soat Ang yang
melarikan diri ter-birit2 setelah di tolong oleh sastrawan
tadi, ia segera menghardik:
"Ayoh cepat minggir !"
"Criing..." dari balik ujung bajunya mendadak meluncur
keluar sebatang pedang pendek, senjata nya langsung
mengarah tenggorokan lawan.
"Aaai . . . ilmu silatmu tidak terhitung jelek" seru
sastrawan tersebut sambil menghela napas panjang, ia
mundur kebelakang meloloskan diri dari ancaman.
Melihat serangannya gagal Loei Sam makin gusar, sebab
waktu itu Si Soat Ang sudah jauh melarikan diri sehingga
sebuah titik hitam belaka.
"Tingkah lakumu amat mencurigakan sekali" Seru
sastrawan tadi setelah berhasil meloloskan diri dari
ancaman maut, "Aku lihat kebanyakan kau berhasil
mencuri dapat satu dua jurus ilmu silat dari Si Thay
sianseng, kemudian sengaja melakukan keonaran dalam Bu-
lim dengan maksud merusak nama baik Si Thay sianseng,akan ku tangkap dirimu untuk kemudian diserahkan ke
pada Si thay sianseng."
Mendengar ucapan itu Loei Sam teramat gusar
bercampur kaget, namun ia sadar ilmu silat lawan amat
lihay sekali, segera ujarnya dengan nada dingin:
"Bagus sekali, kulihat sampai dimanakah ilmu silatmu
sehingga bisa membawa aku pergi."
Tubuh sisastrawan yang sudah mundur berulang kali
mendadak menerjang kembali kedepan dengan kecepatan
laksana sambaran kilat, kali ini Loei Sam pun sudah bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan.
Melihat terjangan sastrawan itu amat cepat, diam2 Loei
Sam kegirangan. pikirnya:
"Bagus...bagus...makin cepat kau datang semakin
bagus..." tubuhnya mendadak merandek, kemudian
pedangnya diayun kedepan mengirim sebuah tusukan
ganas.
Siapa nyana mendadak pandangan matanya jadi kabur,
bayangan lawan sudah lenyap tak berbekas diikuti segulung
angin tekanan yang amat keras menekan tubuhnya.
Loei Sam terperanjat jangan dikata setengah tahun
berselang ia pernah terluka parah, kendari ilmu silatnya
sudah pulih semuapun tak akan ia sanggup menghadapi
keadaan semacam ini.
Dalam keadaan gugup dan terdesak, ia tak sempat
berkelit lagi. terpaksa pedangnya berputar kencang
melancarkan sebuah tusukan kembali.
Tusukan ini amat cepat, serangannya dahsyat, namun
bagaimanapun juga terlambat satu langkah, mendadakpergelangannya jadi kaku dan urat nadinya sudah dicekal
lawannya erat-erat.
"Trang. . !" pedang pendeknya terlepas dari cekalan
diikuti suara ejekan dari sastrawan berbaju putih itu
bergema datang: "Hemm ! kiranya pedangmu sudah
direndam racun keji, dari aliran lurus tak ada manusia
macam kau!"
Diatas pedang pendek milik Loei Sam memang sudah
dipolesi racun keji, bahkan suatu racun yang ganas dan
segera mencabut nyawa seseorang apabila berjumpa dengan
darah, tetapi tanda2 tersebut amat samar sekali, tak
mungkin bisa ketahuan oleh orang biasa.
Kini orang bisa menunjukkan bahwa pedang nya
beracun, hal ini bisa ditarik kesimpulan be tapa tajamnya
sepasang mata orang ini, kejadian tersebut membuat Loei
Sam semakin terperanjat.
Tapi urat nadinya sudah dicekal orang, tak sedikit
tenagapun masih tersisa, dalam keadaan keritis ia tidak jadi
bingung, sambil tertawa2 jengeknya: "Oooouw...
kepandaian anda tidak jelek juga. entah kau berasal dari
perguruan mana."
"Guruku adalah sahabat dari Si Thay sian-seng, padahal
dari gerakanku barusan sudah sepantasnya kau tahu siapa
diriku !"
Pikiran Loei Sam jadi terang, ia semakin terperanjat
sebab teringat olehnya ia pernah mendengar dari suhunya
yang menyatakan diantara sahabat2 lamanya terdapat
seorang manusia jelek yang suka memakai baju warna
putih, sifatnya berangasan dan bongkok, orang2 Bu lim
menyebutnya sebagai Lieh Hwie Sin Tho atau si Bongkok
Sakti berangasan.Sekalipun wajahnya jelek, ia punya seorang istri yang
kecantikan wajahnya sulit dicarikan tandingannya, karena
perbedaan yang menyolok inilah ia sering diejek orang.
Diantara tiga macam ilmu sakti yang dimiliki Si
Bongkok Sakti Berangasan ini terhadap suatu ilmu langkah
yang lihay disebut "Mie Tjong Sin Poh" atau ilmu langkah
sakti penghilang jejak, gerakan yang dipergunakan
sastrawan tersebut.
Teringat akan kepandaian itu Loei Sam kaget sampai air
mukanya berubah hebat, walaupun ia berusaha untuk
menenteramkan hatinya.
"Ooouw... sekarang aku paham sudah, bukankah Heng
thay adalah anak murid dari si Bongkok Sakti Berangasan?"
tegurnya sambil tertawa.
"Hmmm siapa yang kesudian menyebut saudara dengan
dirimu." hardik sisastrawan.
"Hiii... hihi soal ini tak bisa salahkan diriku, anda punya
hubungan sama si Bongkok.berangasan, tentu saja kita
harus saling menyebut saudara, siapa suruh antara Si Thay
sianseng dengan si Bongkok Sakti Berangasan mengikat tali
persaudaraan ?"
Sastrawan berbaju putih ini bukan lain adalah putra
kesayangan si Bongkok Sakti Berangasan mendengar
ucapan itu dia lantas mendengus.
"Hmm ! tingkah lakumu hanya merusak dan menodai
nama baik gurumu saja !" serunya.
"Haa...haa...haa...kelihatannya nama besar si Bongkok
Sakti Berangasan bukan nama kosong belaka, aku lihat
Heng-thay pun sudah ketularan beberapa bagian watak
berangasannya. coba lihat. bekerja tanpa membedakan
mana putih mana merah !""Eeei., apa maksudmu berkata begini, bagian manakah
yang kau rasa tidak benar ?"
"Tahukah kau siapakah gadis yang barusan kau tolong
itu ?"
Pertanyaan ini membuat si sastrawan berbaju putih
seketika tertegun, waktu itu ia cuma melihat Loei Sam
menangkap Si Soat Ang dan gadis itu hendak diperkosa,
sedangkan siapakah Sie Soat Ang ia tidak tahu.
Karena itu mendapat pertanyaan tersebut ia jadi
tertegun, kemudian gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tidak tahu siapakah dia, tapi tidak pantas kau
bersikap macam itu terhadap seorang nona?"
"Haaa... haaa... haaa..." Loei Sam segera mendongak
tertawa terbahak2 dengan kerasnya, "Apa itu nona atau
bukan nona, diakan istriku!"
"Apa kau katakan ?" sastrawan itu amat terperanjat.
"Dia adalah istriku, dia adalah nyonya ku !"
"Kaaa, , . kalau dia adalah hujienmu, lalu mengapa ia
menjerit ?" sastrawan tersebut dibikin gelagapan.
"Aku rasa Heng thay tentu belum menikah, bukankah
begitu ?"
"Benar, aku belum menikah."
"Nah itulah dia, justru karena Heng thay belum menikah
maka tak akan tahu perbuatan apa saja yang sering
dilakukan antara suami dan istri, ia minta aku untuk
kerjakan suatu persoalan aku tidak setuju, karena itu
hatinya jadi dongkol dan tak mau bermesraan dengan diriku
kalau bukan perbuatanmu yang gegabah niscaya persoalan
sudah selesai !""Tidak benar, sewaktu aku berjumpa dengan kalian.
akupun mendengar dia. . . dia berkata agar kau mengawini
sumoaymu saja."
"Benar, ia memang seorang yang cemburuan, rasa
dengkinya terlalu besar."
"Tapi aku mendengar ia minta tolong apakah aku sudah
salah mendengar?".
"Tentu saja kau tidak salah mendengar, wataknya
memang begitu suka mendatangkan kerepotan buat diriku
karena ia dongkol maka dipanggilnya dirimu untuk diadu
dengan aku."
"Kalau Heng thay tidak percaya mari kita kejar dirinya.
Setelah kau bertanya sendiri urusan akan jadi jelas,
bagaimana ?"
Perkataan Loei Sam yang lihay ini membuat pikiran
sisastrawan goncang, setelah termenung sejenak ia
mengangguk.
"Baiklah !"
Sembari berkata ia kendorkan tangannya. Tujuan Loei
Sam banyak berbicarapun bukan lain agar sisastrawan suka
lepaskan tangannya.
-oo0dw0ooo-
Jilid 7
SEJAK semula Loei Sam sudah bikin persiapan ketika
sastrawan itu kendorkan tangannya, ia segera putar
badannya cepat2.
Dengan perputaran ini hampir2 saja ia saling
bertempelan muka dengan pihak lawan, ilmu silatsastrawan itu tidak lemah, melihat gerakan tersebut ia
segera sadar bahaya, badannya buru2 mundur kebelakang.
Ketika itulah diiringi segulung angin pukulan Loei Sam
menghantam dada sastrawan tersebut, namun berhubungan
lawannya sudah keburu mundur maka kendari serangan
tadi bersarang telak namun tenaganya sudah jauh
berkurang, bokongan ini tidak sampai membuat lawannya
cedera.
Namun Loei Sam betul berhati keji, ia sudah menduga
serangannya pasti mengenai sasaran kosong, karena itu
dalam genggamannya sudah tersedia sebatang senjata
rahasia sewaktu serangannya gagal, senjata rahasia yang
tipis bagaikan kertas dan panjangnya beberapa coen itu
dengan disertai desiran tajam menyambar keiga sastrawan
tersebut.
Serangan tersebut bersarang telak, hanya dikarenakan
lempengan baja itu amat tipis maka dari mulut luka tidak
mengucurkan darah, Sastrawan itu hanya merasakan
iganya jadi dingin tersambar sesuatu.
Melihat serangan bersarang telak, Loei Sam bersuit
panjang, badannya berkelebat lari kedepan ia tahu
sastrawan itu pasti mengejar, tapi justru tujuannya adalah
memancing sastrawan itu agar mengejar.
Karena setelah terhajar senjata rahasia seperti itu, asal ia
tidak bergerak mulut lukanya akan rapat seperti sedia kala,
lain halnya kalau ia mengejar, darah akan bergerak cepat
membuat lempengan baja tadi bergeser sehingga
mengakibatkan mulut luka semakin besar.
Karena itu sambil melarikan diri, Loei Sam tertawa
mengejek tiada hentinya memancing pengejaran dari
sastrawan tersebut.Melihat dirinya terbokong, sastrawan itu mendendam, ia
pun segera sadar apa yang diucapkan Loei Sam tadi hanya
kata2 bohong belaka, tentu saja ia mengejar kedepan.
Demikianlah, dua sosok bayangan manusia laksana
sambaran kilat meluncur kedepan dengan kecepatan
laksana kilat, dalam sekejap mata lima tujuh li sudah
dilewati sementara jarak antara mereka berduapun semakin
dekat.
Tiba2 sastrawan itu mengepos napas, badannya mencelat
kedepan mendekati Loei Sam hanya berapa depa
dibelakangnya.
Sayang seribu kali sayang, pada saat itulah iganya terasa
amat sakit, selembar lempengan besi menyembur keluar
menyambar lewat dari balok kepala Loei Sam.
Bersamaan dengan menyembur keluar lempengan besi
tadi, darah segarpun muncrat keluar dari mulut luka
bagaikan sumber mata air, sastrawan itu seketika
merasakan hawa murninya menyusut berbareng dengan
semburan darah dari tubuhnya.
Rasa kejut yang dirasakan sastrawan tersebut bukan
alang kepalang, buru2 ia berhenti mengejar. sepasang kaki
terasa jadi lemas dan akhirnya jatuh mendeprok diatas
tanah, hawa murninya sudah menyusut enam, tujuh bagian.
Menanti ia sudah menotok jalan darahnya untuk
menyetop penyemburan darah secara sia2, bayangan tubuh
Loei Sam telah lenyap tak berbekas, bahkan gelak
tertawanya pun sudah tak kedengaran lagi.
Sastrawan itu mulai merasakan kepalanya pusing tujuh
keliling, ia roboh keatas tanah sementara permukaan salju
yang putih telah berubah merah oleh ceceran darahnya, iamenghembuskan napas panjang dengan sekuat tenaga
dicobanya angkat kepala.
Lama sekali ia berusaha, ketika itulah ia temukan dari
balik pohon siong dipinggir jalan muncul seorang gadis
wajahnya pucat pasi dan penuh rasa terperanjat dengan
sepasang mata terbelalak lebar2 sedang memandang
kearahnya, orang itu bukan lain Sie Soat Ang.
Si Soat Ang kelihatan ragu2 beberapa saat lamanya,
setelah yakin disekitar sana tak ada orang lain, ia baru
berjalan keluar dan menghampiri sastrawan tersebut,
serunya sambil memayang bangun orang itu.
"Kau . . . bagaimana kau bila menderita separah ini ?"
Sastrawan itu tertawa getir.
"Aku . . . karena kurang hati2, aku kena di bokong
olehnya !"
Sebetulnya watak Si Soat Ang tidak lebih baik daripada
perbuatan Loei Sam, hanya disebabkan berulang kali ia
mendapat bencana, bagaimanapun juga saat ini muncullah
serangkaian kata2 yang keluar dari liang-simnya:
"Kau . . kau . . kalau bukan demi menolong diriku,
kaupun tidak akan dicelakai olehnya !"
"Kau . . . bimbinglah aku bangun !"
Sekuat tenaga Si Soat Ang memayang bangun sastrawan
tersebut, namun karena goncangan tersebut darah segar
kembali menyembur keluar dengan derasnya dari mulut
luka membuat seluruh badan Si Soat Ang berlepotan darah.
Si Soat Ang terperanjat, ia menjerit keras dan buru2 lepas
tangan mengundurkan diri ke belakang.
Sekali lagi badan sastrawan tadi roboh keatas tanah,
darah segar mengucur keluar semakin deras lagi.Ia tak tahu siapakah sastrawan berbaju putih ini, rasa
terima kasihnya orang ini pun tidak seberapa, apa yang
dipikirkan saat ini adalah cepat-cepat tinggalkan tempat itu.
Sebelum ia bertindak, tiba2 muncul sesosok bayangan
manusia dari tempat kejauhan, gerakan orang itu cepat
bagaikan sambaran kilat, dalam sekejap mata sudah hampir
dekat dengan tempat tersebut sementara sastrawan baju
putih itu jatuh tidak sadarkan diri.
Menanti Sie Soat Ang dapat melihat siapakah orang itu,
sepasang kakinya jadi lemas, tenaga untuk melarikan diri
seketika lenyap tak berbekas.
Orang yang munculkan diri saat ini bukan lain adalah
Hoat Goan Sinkoen yang punya wajah lima bagian mirip
manusia tujuh bagian mirip setan itu.
Hoat Goan Sinkoen menyapu sekejap wajah sastrawan
itu, mendadak ia melangkah setindak kedepan, sepasang
tangannya bergerak cepat menotok tujuh delapan tempat
jalan darah ditubuh sastrawan tersebut.
Setelah itu dengan sepasang mata yang tajam ia melototi
wajah Si Soat Ang, mulutnya menyeringai seram membuat
gadis itu ketakutan sampai jantungnya berdetik semakin
keras.
"Hmm! kembali kau yang turun tangan terhadap
dirinya!" hardik Hiat Goan Sinkoen.
"Bukan, bukan . . . perbuatanku! Loei Sam yang turun
tangan kepadanya peristiwa ini tak ada sangkut paut dengan
diriku," buru2 goyangkan tangannya berulang kali.
Mendengar disebutnya nama Loei Sam, air muka Hiat
Goan Sinkoen berubah hebat, "Dimana sekarang ia
berada?" tegurnya."Ia melarikan diri kearah depan sana."
Hiat Goan Sinkoen bersuit nyaring, tubuhnya laksana
sambaran kilat meluncur kearah mana yang ditunjuk oleh
Sie Soat Ang.
Baru saja gadis itu bisa berlega hati mendadak Hiat Goan
Sinkoen yang sudah berlalu balik lagi kehadapannya.
Begitu tiba disana, sepasang tangan Hiat Goan Sinkoen
bergerak cepat mencengkeram bahu Si Soat Ang membuat
gadis ini merasakan seluruh tubuhnya sakit bukan main.
"la betul2 lari ke sana . . . Loei Sam . . . Loei Sam
memang lari kearah situ!" serunya dengan gemetar.
"Kau tak usah urusi kemana Loei Sam pergi, orang ini
terluka parah, kau harus mengantar pulang kerumah
gurunya, aku hendak mengejar Loei Sam dan tak bisa urusi
dirinya, kau bisa lakukan pekerjaan ini ?"
"Aku tahu, kau bisa lakukan pekerjaan ini" buru2 gadis
itu menyahut, sementara hatipun biia lega.
"Hmm ! kau jangan anggap pekerjaan gampang, pertama
lukanya sangat parah setiap saat bisa mati, sepanjang jalan
kau harus hati2 merawat dirinya."
Yang dipikirkan Si Soat Ang hanyalah bagai mana
meloloskan diri, oleh sebab itu buru2 ia menyahut : "Aku
tahu, aku bisa baik2 merawat dirinya."
Mendadak Tiat Goan Siakoen menyeringai keji
ancamnya :
"Kalau kau bisa lakukan pekerjaan ini baik2 aku tidak
akan banyak bicara, kalau tidak . . . Hmm ! akan kubongkar
dan kusiarkan peristiwa pembunuhanmu atas diri Kan Loo
jie."Si Soat Ang tertegun dan jatuh mendeprok ke atas tanah
dengan badan lemas, sementara Hiat Goan Sinkoen tertawa
dingin, ia berputar kehadapan sastrawan berbaju putih itu
dan menjejalkan sesuatu kedalam mulutnya, setelah itu
laksana kilat badannya meluncur kembali kedepan, dalam
sekejap mata saja sudah lenyap tak berbekas.
Si Soat Ang yang mendeprok diatas tanah segera
meronta bangun setelah dirasakan Hiat Goan Sinkoen telah
pergi jauh, ia menghembuskan napas panjang, putar badan
dan angkat kaki melarikan diri dari sana.
Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya
membuat ia kaget dan berhenti, pikirnya.
"Aduh celaka, ilmu silat Hiat Goan Sinkoen sangat lihay
wataknya pun sangat kukuh bahkan tahu pula rahasiaku, ia
memerintahkan aku kirim orang ketempat gurunya kalau
aku membangkang sampai konangan, bukankah aku yang
bakal berabe."
Tetapi pikiran lain berkelebat pula dalam benaknya "Aku
tidak tahu dimanakah rumah guru nya, sedangkan Hiat
Goan Sinkoen pun tidak beri tahu kepadaku. aku harus
menghantarnya ke mana? Nah inilah kesempatan bagiku
untuk melarikan diri, sedangkan tanggung jawab lelaki ini
pun tidak akan terjatuh kepundakku."
Ia segera putar badan dan enjotkan badan untuk angkat
kaki.
"Nona. jangan pergi dulu" tiba2 sastrawan berbaju putih
itu merintih dan berseru.
Si Soat Ang tertegun kemudian berhenti, terlihat olehnya
ketika itu si sastrawan sedang meronta bangun, ingin duduk
namun setiap kali gagal untuk memenuhi keinginannya.Lama sekali gadis itu tertegun, akhirnya karena takut
Hiat Goan Sinkoen muncul kembali disana, ia maju dan
memayang pemuda itu duduk.
"Nona, terima kasih atas kesudianmu untuk menghantar
aku pulang kerumah guruku, budi ini tak akan kulupakan
sepanjang hidup" kata sastrawan berbaju putih itu dengan
napas ter-engah2.
Si Soat Ang kembali terkesiap, ia tidak menyangka apa
yang diucapkan dengan Hiat Goan Siokoen dapat didengar
semua olehnya.
Hatinya sangat mendongkol, namun tak berani diumbar
terpaksa ia tertawa.
"Aaah, kenapa kau bisa bicara begini." serunya. "Demi
menolong aku, kau telah terluka parah apakah tidak pantas
kalau aku menghantar diri mu pulang ?"
"Aah, kalau begitu terima kasih atas kesediaan nona"
kata sastrawan itu penuh rasa terima kasih.
"Guruku adalah si Bongkok Sakti berangasan berdiam
dibukit sebelah timur gunung Lok Ban San, perjalanan dari
tempat ini sangat jauh sekali."
Si Soat Ang adalah putri Thiat It Poocu-yang amat
tersohor diluar perbatasan, orang Bu-lim yang singgah
ditempat mereka amat banyak, tidak aneh kalau
pengetahuan gadis ini amat luas sekali.
Ketika mendengar disebutnya nama "Sibongkok
berangasan" air mukanya berubah hebat, ia merasa untung
tadi tidak ditinggal pergi, kalau tidak sekalipun Hiat Goan
sinkoen bisa dihindari, bilamana si Bongkok Sakti
Berangasanpun tahu persoalan ini, maka jalan kematian
yang bakal ia terima.Setelah merandek sejenak, ia baru berkata : "Aaah,
kiranya Cuang su adalah keturunan Si bongkok Sakti
Berangasan, aku she Si bernama Soat Ang, ayahku bernama
Si Liong."
"Jadi kau adalah putri kesayangan dari Si Poocu? kenapa
keparat tadi bilang. . ."
"Dia bilang apa ?"
"Dia bilang nona Si adalah istrinya !"
"Cis ! mukanya begitu tebal, berani mengaku seenak hati
sendiri Hmm, siapa yang sudi jadi istrinya !"
Sementara Si Soat Ang amat gusar, sastrawan berbaju
putih itu menghembuskan napas panjang seakan2 telah
melepaskan suatu tanggungan berat belaka.
Si Soat Ang tidak memperhatikan sampai disitu, ia
bertanya kembali:
"Cuang-su, kau bisa berjalan ?"
"Nona Si jangan panggil aku Cuang-su. aku she Tong
Poei bernama Pek."
Si Soat Ang mengiakan. sedang otaknya berputar
kencang, ia merasa tugas menghantar sampai kegunung Lak
Ban San agaknya tak terhindar lagi, sekalipun begitu ia
harus pulang ke benteng Thian It Poo dahulu untuk
menjumpai ayahnya.
Dengan paksakan diri Tong Poei Pek merangkak
bangun, badannya serasa sangat berat sekali, baru saja ia
bangun berdiri badannya jadi lemas dan tak kuasa roboh
kearah mana gadis itu berdiri.
Buru2 Si Soat Ang memayangnya."Aah. tak kusangka aku bisa kena dikecudangi orang
sampai terluka demikian parah !" desis Tong Poei Pek
sambil tertawa getir.
"Kau...apakah kau kena dikecudangi oleh Loei Sam
sampai terluka macam begini ?"
"Apa? Loei Sam ? orang tadi bernama Loei Sam ?" seru
Tong Poei Pek dengan tubuh tergetar keras.
"Benar dia adalah anak murid Si Thay sian-seng, tetapi. .
."
Bagaimanapun juga Si Soat Ang adalah seorang gadis, ia
merasa kurang enak untuk bercerita bagaimana Loei Sam
telah menodai sumoay nya, karena itu sembari
membungkam wajahnya berubah merah jengah.
"Aku sudah tahu." Tong Poei Pek segera menyambung,
"Si Thay sianseng telah mengabarkan kepada semua orang
Bu-lim agar menangkapnya kembali kegunung Go bie,
Aaai! agaknya pembalasan dendam atas bokongannya ini
tak bisa kutuntut dengan tangan sendiri !"
Maksud ucapan tersebut amat jelas sekali pada akhirnya
Loei Sam tidak bakal lolos dari tangan Si Thay sianseng.
Si Soat Ang yang mendengar ucapan itupun merasa
berlega hati, sebab sepanjang hidupnya ia tak pernah takut
kepada orang lain kecuali seorang yaitu Loei Sam. .
Sambil gertak gigi serunya:
"Manusia macam ini sudah seharusnya mendapat
pembalasan yang setimpal. . ."
Tiba2 seluruh tubuhnya gemetar keras teringat akan
kata2 "Pembalasan yang setimpal" iapun teringat kembali
perbuatan terkutuk yang pernah ia lakukan, segera ujarnya:"Lukamu sangat parah, bagaimana kalau kita beristirahat
dahulu didalam benteng Thian It Poo?"
"Nona Si, aku . . . aku ingin cepat2 kembali ketempat
kediaman guruku, kalau tidak aku pasti takkan kuat
menahan diri!" buru2 Tong Poei Pek berseru sambil tertawa
sedih.
"Tentu saja kita tak boleh lama2 dibenteng Thian It Poo,
bagaimana juga berangkat keselatan kita harus melalui
benteng Thian It Poo, disana kita persiapkan kereta serta
kuda bukankah perjalanan malah semakin cepat lagi?"
Karena ucapan ini sangat cengli, Tong Poei Pek pun
tidak membantah lagi, ia mengangguk.
"Terima kasih atas perhatian nona Si yang mau pikirkan
cara tersebut!"
Demikianlah dengan dipayang Si Soat Ang dan dibantu
oleh sebatang ranting kayu sebagai tongkat, selangkah demi
selangkah Tong Poei Pek bergerak ke depan, berhubung
lukanya amat parah mereka sangat lambat sekali untuk tiba
dibenteng Thian It Poo mereka membutuhkan beberapa jam
lamanya.
Benteng Thian It Poo yang pada hari2 biasa selalu ramai
dikunjungi orang, saat ini sunyi senyap tak kelihatan
sesosok manusiapun, pintu tebal yang besar kini tinggal
sebelah, sepi. . . hening kelihatan amat menyeramkan.
Melihat kesemuanya itu Si Soat Ang tertawa getir,
serunya keras2: "Tia ! Ayah ! kau ada di mana ?"
Suaranya menggema di seluruh benteng yang kosong,
namun tak ada jawaban, suasana tetap sepi, sunyi bagaikan
di kuburan.Melihat tiada jawaban yang muncul, firasat jelek segera
berkecamuk dalam benak Sie Soat Ang, seluruh badannya
jadi merinding.
Dengan memayang Tong Poei Pek mereka masuk
kedalam benteng, beberapa saat kemudian tibalah didepan
ruang tengah, tangga batu sudah banyak yang hancur akibat
pertarungan sengit antara Ciang Oh melawan Hiat Goan
Sinkoen tadi.
Dalam ruangan semakin tidak keruan, semua barang
hancur berantakan dan tinggal puing2 yang berserakan.
Melihat kesemuanya ini, Tong Poei Pek terkesiap,
serunya tak tertahan:
"Nona Si, sebenarnya apa yang telah terjadi ?"
"Aai...kisahnya amat panjang, kau beristirahatlah
dahulu. aku hendak pergi mencari ayahku"
Dengan terpaksa Tong Poei Pek mengangguk, namun
ditambahi pula dengan beberapa patah kata:
"Nona Si. aku lihat ayahmu sudah tidak berada disini
lagi, lebih baik kita cepat2 tinggalkan tempat ini !"
Kontan Si Soat Ang naik pitam setelah mendengar
perkataan itu, pikirnya:
"Bangsat ! yang kau pikirkan cuma cepat2 sampai
digunung Lak Ban San dan menyelamatkan selembar jiwa
anjingmu, kau anggap jiwa ayahku bukan jiwa manusia ?"
Walaupun ia tak berani mengumbar hawa amarahnya,
namun ia depakkan kakinya juga keatas tanah sambil
berseru ketus:
"Tidak bisa jadi, sehari aku tidak temukan ayahku, satu
hari pula tak akan kutinggalkan benteng Thian It Poo ini !"Melihat kekerasan hati gadis itu, Tong Poei Pek cuma
bisa menghela napas panjang. sementara Si Soat Ang telah
berkelebat keluar.
Gadis ini masih ingat, ayahnya tertarik oleh ucapan Loei
Sam dan pergi mencari Ciang Oh untuk selanjutnya tidak
pernah muncul kembali. Kemungkinan besar ia masih
berada disana.
Karena itu segera berkelebat kearah tembok pekarangan
yang tinggi itu, dari sana ia berteriak memanggil ayahnya.
Tapi ia tidak memperoleh jawaban, gadis itu mulai
mendengar se olah2 ada seorang sedang menghembuskan
napas, ia segera mundur dua langkah kebelakang kemudian
enjotkan badannya melayang kedalam.
Keadaan halaman dibalik tembok tinggi itu luar biasa,
seluruh permukaan salju telan berubah merah oleh darah,
dua orang manusia penuh berlepotan darah berguling2
diatas tanah.
Dalam sekilas pandang, siapapun akan tahu kalau
mereka berdua sudah kehabisan tenaga, karena itu gerak
gerik mereka sangat lambat, sambil berguling masing2
pihak berusaha untuk merobohkan lawannya, tetapi
serangan mereka sama sekali tak bertenaga, walaupun
bersarang telak di tubuh lawan, namun tidak mendatangkan
reaksi apa2 kecuali dengusan napas mereka makin keras.
Melihat peristiwa tersebut Sie Soat Ang terkesiap sebab
dalam sekilas pandang ia kenali salah satu diantara mereka
berdua bukan lain adalah ayahnya Thiat Poocu.
Si Soat Ang berteriak keras, ia meloncat turun dan
menginjak punggung orang itu keras2 kemudian sekali
sambar ia angkat badan orang tadi dan dilemparkan jauh2
dari kalangan.Ternyata orang itu bukan lain adalah sitelapak berdarah
Tong Hauw adanya.
Segera tubuh ayahnya dipayang, namun badan Si Liong
sudah lemas tak bertenaga, seluruh wajahnya penuh dengan
darah beku.
Melihat keadaan dari ayahnya, Si Soat Ang tercelos
hatinya, ia merasa seluruh badannya gemetar keras,
mulutnya terbentang lebar namun tak sepatah katapun
dapat diutarakan.
"Soat Ang . . ." Akhirnya Si Lionglah yang buka suara
lebih dahulu, "Aku . . aku tak bisa . . tak bisa mengurusi
dirimu lagi, sungguh menggemaskan . . Liem Hauw Seng . .
keee . . . keparat licik itu . . ."
Berada dalam keadaan seperti ini ternyata ayahnya
masih mengingat Liem Hauw Seng, hal ini membuat Si
Soat Ang amat sedih, ia gertak giginya kencang2.
"Tia. kau tak bakal mati!" serunya.
Si Liong tertawa sedih.
"Aku sudah hampir mati, Ang-jie, ada suatu persoalan
ini tak pernah kuceritakan kepadamu kau . . . kau . . ."
Napasnya terengah-engah, sulit baginya untuk
meneruskan kembali kata2nya.
"Tia. bicaralah per-lahan2?" ujarnya kemudian setelah
tertegun beberapa saat.
"Tidak bisa, aku harus berbicara dulu lalu baru. . . baru
mati, Ang-jie, sewaktu tempo dulu aku . . aku pergi
kedaerah Biauw tujuan terutama bukan lain untuk mencari
kitab pusaka Sam Poo Cinkeng yang diberitakan orang
lenyap di daerah tersebut, banyak orang Bu lim berangkat
kedaerah Biauw untuk mengadu untung termasuk akusendiri, setibanya disana, aku gagal menemukan kitab
pusaka Sam Poo Cin-keng tetapi membawa pulang seorang
perempuan, dia adalah Ciang Ooh . . ."
"Tentang kisah itu aku sudah tahu." tukas Sie Soat Ang
sambil memayang ayahnya kepinggir tembok, "Tia, kau tak
usah bercerita aku sudah mengerti."
Si Liong mencekal sepasang tangan putrinya erat2 lalu
ujarnya.
"Tidak, ada satu persoalan yang belum aku ketahui
selama banyak tahun ini ilmu silat dari Ciang Ooh sehari
lebih lihay dari hari2 berikutnya tetapi ia jadi makin gila,
aku curiga . . . . curiga..."
"Tia, apakah kati curiga kitab pusaka Sam Poo Cin keng
tersebut sudah terjatuh ketangan Ciang Oh ?" seru Si Soat
Ang tersebut.
"Bukannya curiga, tapi suatu kenyataan" jawab Si Liong
sambil mengangguk. "Soat Ang, Ciang Oh adalah seorang
nenek gila, ia tidak tahu kehebatan dari kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng tersebut, hanya menirukan lukisan yang
adapun sudah berhasil melatih dirinya selihai itu, apa lagi
mempelajarinya secara sungguh2 . . . Soat Ang, kau harus
berusaha untuk mendapatkan kitab pusaka Sam Poo Cin
keng tersebut. . ."
"Tia, saat ini Ciang Oh berada dimana ?" buru buru Si
Soat Ang bertanya dengan jantung dag dig dug.
Namun Si Liong tidak menggubris pertanyaan putrinya
ini, ia meneruskan kata2nya:
"Kitab pusaka Sim Poo Cin-keng tersebut memuat
rahasia ilmu hawa murni tingkat tinggi, seandainya kau bisa
mendapatkannya kemudian membuang waktu beberapa
tahun untuk mempelajarinya, niscaya kau jadi manusiatanpa undangan dikolong langit, kaupun tak . . tak usah
dibawah orang. ."
Bicara sampai disitu mendadak seluruh tubuhnya
menjadi kejang. sepasang jari tangannya yang mencekal
diatas lengan kiri Si Soat Ang makin keras sehingga terasa
amat keras sehingga terasa amat sakit diikuti ia
menghembuskan napas panjang, sepuluh jarinya
mengendor badannya roboh keatas tanah dan tak berkutik
lagi.
Buru2 gadis itu memeriksa pernapasannya ternyata
orang tua she-Si itu sudah menghembuskan napas yang
terakhir.
Lambat2 Si Soat Ang bangun berdiri, dalam sedetik
waktu tersebut ia tak tahu harus menangiskan atau tidak...
Dua hari berselang dia masih seorang nona besar yang
dimanja dan dihormati setiap orang, dua hari kemudian
perubahan yang terjadi amat besar seakan2 dikolong langit
yang demikian luas nya ini hanya tertinggal dia seorang.
Lama sekali ia berdiri mematung sambil menangis hatin
entah berapa waktu sudah lewat ia sendiripun tak tahu
mendadak terdengar gelak tertawa aneh dari Ciang Ooh.
Pada mulanya gelak tertawa Ciang Ooh yang
menyeramkan itu membuat seluruh badannya gemetar
keras, diikuti teringat kembali olehnya akan pesan terakhir
Si Liong sesaat putus nyawa.
Ia tarik napas panjang, saat ini gadis tersebut sadar
persoalan paling penting yang harus segera ia kerjakan
adalah mendapatkan kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng"
tersebut.Setelah memandang sejenak jenasah ayahnya ia enjot
badan kemudian meluncur kearah mana berasalnya suara
tertawa itu.
Dalam benteng Thian li Poo banyak terdapat ruangan,
namun Sie Soat Ang sudah sangat hapal, dalam beberapa
belokkan saja suara gelak tertawa dari Ciang Oh sudah
kedengaran semakin nyata.
Menanti ia keluar dari balik tembok tinggi, tampaklah
Ciang Oh sedang berdiri ditengah halaman sambil tertawa
ter-gelak2.
Ia merandek sejenak, kemudian selangkah demi
selangkah mendekati perempuan itu sampai akhir ya
berhenti empat, lima depa dibelakangnya.
Tiba2 Ciang Oh putar badan, dengan sepasang mata
melotot ia awasi Sie Soat Ang, hingga membuat gadis itu
mengkirik rasanya. tetapi sewaktu teringat kembali akan
kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng" rasa takutnya kontan
lenyap tak berbekas, sambil keraskan kepala ia tertawa dan
berkata.
"Kau . . . apakah kau ingin bertemu dengan putrimu?"
Ia tahu Ciang Ooh sangat kuatir terhadap keselamatan
putri kandungnya, karena itu dengan ucapan tersebut ia
coba memancing perempuan itu buka suara.
Sedikitpun tidak salah, Ciang Ooh segera tertawa
menyeringai sehingga kelihatan sebaris giginya yang putih.
"Dia berada dimana?" tanyanya.
"Aku dapat membawa kau untuk pergi menjumpai
dirinya, tetapi aku tak mau membantu dirimu dengan sia2
belaka." buru2 Si Soat Ang menyahut.Agaknya Ciang Ooh tidak tahu apa maksud gadis itu
berkata demikian lewat lama sekali ia berkata: "Kau . . ."
Si Soat Ang tertawa paksa.
Mendadak dari belakang tubuh Ciang Ooh
berkumandang datang gelak tertawa yang amat nyaring,
gelak tertawa tersebut membuat selembar nyawa Si Soat
Ang seraya melayang dari rongga badannya dan tak kuasa
ia mundur selangkah ke belakang, hampir2 saja gadis ini tak
sanggup angkat kepalanya.
Sebab dari suara tersebut, ia dapat tahu kalau Loei Sam
telah tiba disana, lama sekali ia baru berani angkat kepala.
Tampak Loei Sam sedang duduk diatas tiang penglari
sambil memandang kearahnya, wajah maupun sikapnya
tenang sekali.
Mungkin sejak semula Loei Sam sudah berada disana,
hanya saja berhubung perhatiannya ditujukan kepadaCiang
Ooh seorang, maka ia tidak menaruh perhatian.
Hatinya tercelos, sebab ia tahu saat ini Tong Poei Pik
terluka parah, tak mungkin ada orang yang bisa menolong
dirinya kecuali Ciang Ooh siperempuan gila tersebut
seorang.
Setelah berusaha untuk menenteramkan hati nya ia
berkata:
"Ciang Oooh, dengarkan perkataanku bukankah kau
hendak menjumpai putrimu ? nah! hajar dahulu orang yang
duduk diatas tiang penglari tersebut"
Perlahan-lahan Ciang Ooh berpaling, dan memandang
sekejap kearah Loei Sam, sementara pemuda itu sambil
tertawa hahahihi memandang kearah perempuan tersebut
tanpa menunjukkan sikap apapun.Tiba2 Ciang Oh berpaling, dengan wajah penuh
kegusaran ia menghardik "Omong kosong!"
Mendengar secara tiba-2 Ciang Ooh menegur dirinya, Si
Soat Ang amat terperanjat buru2 serunya.
"Kau. . bukankah kau ingin menjumpai putrimu ?"
"Omong kosong !"
Si Soat Ang jadi amat cemas, pada saat itulah terdengar
Loei Sam tertawa ter bahak2. ia melayang turun dari atas
tiang penglari dan berseru:
"Nona Si, sungguh amat sayang rencana kejimu untuk
pinjam golok membunuh orang menemui kegagalan total!"
Melihat Loei Sim meloncat turun dan Ciang Ooh tak
mau mendengarkan perkataannya. Si Soat Ang semakin
terperanjat sehingga sukar di lukiskan dengan kata2, buru2
ia mundur ke belakang.
"Tangkap gadis itu !" mendadak Loei Sam berseru.
Terhadap ucapan Si Soat Ang, perempuan gila itu sama
sekali tidak menggubris sebaliknya begitu Loei Sam berkata.
Ciang Ooh segera bergerak kedepan dibarengi kelima jari
tangannya laksana cakar elang mencengkeram pundak
gadis itu.
Serangan ini bukan saja cepat laksana kilat bahkan
diiringi segulung angin serangan yang amat tajam membuat
Si Soat Ang tak dapat bernapas, sedikit ia merandak
pundaknya terasa sakit dan ia sudah kena dicengkeram oleh
Ciang 0h.
Cengkeraman tersebut makin lama semakin kencang, Si
Soat Ang merasakan tulang bahunya hampiri saja retak,
saking tak tahannya ia menjerit keras2.Di tengah jeritan itulah selangkah demi selangkah Loei
Sam berjalan menghampiri ia tertawa menyeringai.
setibanya di hadapan gadis itu dengan tangan ia meraba
pipinya kemudian mengecup bibirnya yang kecil.
"Nona Si !" katanya, "Aku sudah tahu bahwa suatu
ketika kau pasti akan kembali kebenteng Thian It Poo, eeei.
ternyata dugaanku sedikitpun tidak meleset !"
Bahu Si Soat Ang kena dicengkeram tak sanggup ia
meronta, terpaksa buru2 gadis ini melengos.
Tetapi dengan paksa Loei Sam putar kembali kepala
gadis itu sehingga berhadap2an kembali dengan dirinya.
"Nona Si !" ia berkata "Rencanamu sungguh bagus
sekali, hendak meminjam tenaga untuk menghadapi diriku,
hanya sayang tindakanmu itu sungguh sangat terlambat
selangkah, ia sudah percaya hanya aku seorang yang bisa
temukan putrinya, bukan begitu ?"
Perempuan gila itu mengangguk tiada henti nya. "Tentu
saja cuma kau seorang !"
Sie Soat Ang serunya, ia tahu kali ini benar2 ia
mengantar diri kemulut macam.
Dengan bangga Loei Sam tertawa tergelak, tiba-tiba ia
mencengkeram pergelangan tangan Sie Soat Ang dan
serunya terhadap CiangOh:
"Lepas tangan !"
Ciang Oh sangat penurut, ia segera melepaskan jari
tangannya dan mengundurkan diri dari kalangan.
"Nona Si !" Seru Loei Sam kemudian sambil tertawa
cabul. "Kamar tidurmu berada dimana ? bawalah aku
kesana, bagaimana kalau kita guna kan kamar tidurmu
sebagai kamar pengantin kita?"Mendengar ucapan itu Sie Soat Ang merasakan
pandangan matanya jadi gelap, hampir2 saja ia jatuh tidak
sadarkan diri.
"Heeeee... heee... nona Si, apakah kau merasa malu?
heee... semakin malu. kau kelihatan semakin cantik."
Sambil berkata, ia cekal dahi gadis itu dan siap
diciumnya kembali
Mendadak...
"Loei... Sam.... !" seruan seseorang muncul memecahkan
kesunyian.
Suara itu lemah sama sekali tak bertenaga, walaupun
cuma dua patah kata namun diantara nya orang itu harus
merandek sejenak guna tukar napas.
Loei Sam berpaling tampak olehnya orang itu bukan lain
adalah Tong Poei Pek, air mukanya pucat pasi bagaikan
mayat, pakaiannya yang berwarna putih separuh bagian
sudah dilepoti darah. Waktu itu ia berdiri dengan bantuan
tongkat, seluruh badannya gemetar dan sempoyongan boleh
dikata setiap saat kemungkinan bisa roboh kembali keatas
tanah.
Melihat keadaan tersebut Loei Sam tertawa ter bahak2.
Sie Soat Ang pun tahu Tong Poet Pek sudah terluka parah
tak mungkin pemuda itu menolong dirinya namun ia masih
mempunyai harapan dengan napas ter-engah2 serunya:
"Loei Sam ! dia adalah putra si Bongkok Sakti
Berangasan, kau telah melukai dirinya dengan senjata
rahasia masih juga kau berani berada disini ? ayoh cepat
melarikan diri."
Mendengar disebutnya nama "si Bongkok Sakti
Berangasan", air muka Loei Sam berubah hebat.Melihat hal tersebut, timbul harapan didalam hati Sie
Soat Ang.
Namun kejadian itu hanya berlangsung sekejap mata.
kembali Loei Sam mendongak sambil tertawa ter bahak2.
"Haaa... haaa... haaa... terima kasih atas peringatanmu,
dengan adanya ucapan tersebut maka akupun harus
membasmi rumput ke akar2 nya. kalau tidak besok
dikemudian hari hanya mendatangkan banyak kerepotan
saja buatku."
"Loei Sam !" Seru Tong poei Pek dengan napas ter-
engah2, "Hiat Goan Sinkoen sudah berada disekitar sini ."
"Aku tahu, Hiat Goan Sinkoen sudah datang, namun ia
bisa dihadapi oleh CiangOh, apa yang perlu ditakuti?"
"Loei Sam lepaskanlah Sie Soat Ang, aku tidak akan
pikirkan soal luka ini didalam hati, dan... akupun tidak
akan mengungkapnya kepada orang lain."
Loei Sam mendongak tertawa ter bahak2.
"Haa...haa...haa...suruh aku melepaskan dirinya? hal ini
tak bisa kulakukan, aku lebih suka kau pikirkan soal
terlukamu itu didalam hati."
Selesai bicara ia ayun telapak tangannya melancarkan
sebuah babatan kedepan
Angin pukulan men-deru2 dan meluncur kearah mana
Tong Poei Pek sedang berdiri . walaupun pemuda itu masih
ada kesempatan untuk meloloskan diri namun berhubung
lukanya sangat parah tak sanggup ia berkelit
Tidak ampun lagi badannya tersapu oleh serangan
tersebut dan mencelat beberapa tombak jauhnya. kemudian
menggeletak tak berkutik lagi.Sehabis menghajar Tong Poei Pek, Loei Sam berpaling
kembali sambil tertawa tengik godanya:
"Nona Si. sekalipun kau tak mau beritahu kepadaku
dimanakah letak kamar tidurmu, akupun bisa
menemukannya sendiri"
Sambil menyeret Si Soat Ang ia berjalan kedepan. belum
beberapa langkah ia berpaling kembali dan pesannya
kepada CiangOoh:
"Kau tunggu saja aku disini, jangan pergi !"
Ciang Oh mengangguk. Demikianlah Loei Sam segera
menyeret Si Soat Ang berjalan masuk ke dalam ruangan,
setiap menjumpai kamar ia memeriksanya dengan teliti
sampai terakhir sampailah mereka di sebuah kamar yang
indah dan menyiarkan bau parfum perempuan, sekilas
pandang siapapun tahu kamar ini adalah kamar tidur
seorang gadis.
"Ha ha ha ha bukankah berada disini ?" ujar Loei Sam
sambil tertawa terbahak2.
Si Soat Ang menjerit keras, ia berusaha untuk meronta,
namun usahanya gagal sebab seluruh tenaganya serasa
lenyap tak berbekas.
"Kalau kau tidak mau turuti kemauanku, aku bisa
menotok jalan darahmu. bahkan akupun masih punya cara
lain untuk membuat malu diri mu, ayoh kau berani menjerit
lagi tidak ?" ancamnya.
Seluruh tubuh gadis she Si itu gemetar keras,
"Kau. . . lepaskanlah diriku !"
"Tidak dapat, aku tidak akan melepaskan setiap gadis
yang sudah aku pilih, kau tak usah berpikir yang bukan2
lagi !""Kau... kau..."
Ia cuma bisa berkata "Kau" belaka. atau secara tiba2
Loei Sam mencengkeram badannya kemudian membanting
tubuhnya keatas pembaringan.
Ambil kesempatan itu ingin sekali Si Soat Ang meloncat
bangun, namun gerakan Loei Sam jauh lebih cepat
sepasang tangannya telah bergerak menekan bahunya
sambil menunjukan senyuman menyeringai.
Berada dalam keadaan seperti itu hampir2 saja Si Soat
Ang jatuh semaput, dengan sekuat tenaga ia coba meronta
namun gagal, teriaknya:
"Cepat lepaskan diriku, aku . . . aku akan beritahu
kepadamu berita tentang kitab pusaka Sam Poo Cin-keng!"
Perkataan ini sungguh manjur sekali, tiba2 Loci Sam
lepas tangan dan mengundurkan diri. Buru2 Si Soat Ang
bangun berdiri sambil membereskan rambutnya ia ter
engah2.
"Ooouw... kiranya kitab pusaka Sam Poo Cinkeng
berada dibenteng Thian It Poo..." Kata Loei Sam sambil
tertawa seram, "Bagus sekali, asalkan kau serahkan kitab
pusaka Sam Poo Cin keng tersebut kepadaku, kau akan
kulepaskan."
Soat Ang bangun berdiri dan melangkah keluar, ujarnya:
"Kan lebih baik perkataanmu bisa dipercaya."
"Haa.haa...haa...padahal kaupun seorang gadis perawan
yang suci dan patut disayang, berapa kali kau serahkan diri
buat Liem Hauw Seng dan minta pemuda itu menjamah
badanmu, namun Liem Hauw Seng tidak mau. kau kira aku
tidak tahu tentang persoalan ini ?"Ucapan ini sangat menghina dan menusuk perasaan Sie
Soat Ang, sebab justru perkataan inilah tak ingin ia dengar
orang lain mengungkapnya.
Namun berada di bawah ancaman Loei Sam. sekalipun
hawa amarah sudah serasa mau meledak, gadis itu tidak
berani banyak berkutik ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Baiklah" ujar Loei Sam kembali sambil tertawa.
"beritahu kepadaku dimana kitab pusaka itu berada, asalkan
Sam Poo Cin-keng berhasil kudapat, tak akan kuganggu
dirimu barang seujung rambutpun"
Si Soat Ang pun tabu siapa yang mendapatkan kitab
pusaka Sam Po Cin-keng tersebut, berarti dialah yang bisa
malang melintang dikolong langit tanpa tandingan,
seandainya Loei Sam berhasil mendapatkan kitab tersebut,
maka ia tak jeri terhadap Hiat Goan Sinkoen maupun Si
Thay sian seng, tetapi dalam keadaan seperti ini ia merasa
menolong diri sendiri jauh lebih penting, karena itu ujarnya
dengan cepat:
"Kau... kau harus mengangkat sumpah keji lebih dahulu,
kemudian akan kuberitahukan soal ini kepadamu!"
"Bocah bagus, kau janganlah tidak tahu diri kalau
membuat aku jadi mendongkol akan kunodai dahulu
badanmu, setelah kau jadi milikku, akupun tidak akan takut
kau tak suka beritahu kepadaku dimana kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng tersebut disimpan."
Mendengar ancaman itu Si Soat Ang sangat terperanjat
buru2 ia goyangkan tangannya berulang kali.
"Jaa... jangan... jangan... aku akan berbicara kitab
pusaka Sam Poo Cing keng tersebut berada didalam kamar
rahasia dipuncak pagoda yang biasanya digunakan untukmengurung Ciang Ooh, ayahkulah yang meletakkannya
disitu."
Apa yang diucapkan Si Soat Ang bukan kata2
sejujurnya, namun berada dalam keadaan seperti ini,
terpaksa dengan keraskan kepala ia menambahkan:
"Aku tak akan membohongi dirimu".
"Haah... haa... haaa... aku percaya kau tidak akan berani
berbohong, tetapi kau harus tahu watakku sangat kukoay
sekali. kalau suruh aku mempercayai perkataanku begitu
saja sih tidak begini mudah kau katakan kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng berada dipuncak pagoda kalau begitu mari
kita bersama2 setelah kitab tersebut kudapatkan tentu saja
aku tidak akan menyusahkan dirimu."
Mendengar perkataan itu Sie Soat Ang mengeluh, ia
hanya bermaksud membohongi Loei Sam agar ada
kesempatan baginya untuk melarikan diri, siapa sangka
pemuda itu minta ia pergi berbareng.
Namun gadis inipun cukup cerdik, ia bersikap masa
bodoh dan seakan2 tidak pernah terjadi sesuatu
peristiwapun.
"Baik, mari kita pergi ber -sama2 !" jawabnya.
Loei Sim adalah seorang manusia licik, sewaktu
mengutarakan beberapa patah kata tersebut dengan telitinya
ia memperhatikan perubahan wajah Sie Soat Ang, ia
temukan gadis tersebut sama sekali tidak kelihatan gugup,
se olah2 apa yang diucapkan adalah kenyataan, hatinya jadi
sangat kegirangan.
Sebab apabila kitab pusaka Sam Poo Cin-keng berhasil
didapatkan, maka ia ingin berbuat apa semuanya akan
berhasil"Bocah-manis mari kita pergi cari bersama" serunya
sambil tertawa dan menarik tangan gadis tersebut. Berada
dalam keadaan seperti ini Sie Soat Ang pun tidak
membantah. ia segera berjalan keluar lebih dahulu.
Tidak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka
dibawah pagoda, pintu pagoda tertutup rapat, namun
dengan sekali tendangan pintu tadi terbuka lebar. Suasana
dalam pagoda gelap gulita, bau apek segera tersiar keluar
begitu terbuka lebar.
"Mengapa kuncinya sudah putus ?" tanya Loei Sam
dengan nada curiga.
Si Soat Ang tertawa getir, ia tahu mulai sekarang ia
harus bertindak lebih hati2 lagi, sedikit saja ia bertindak
salah berarti mendatangkan bencana buat diri sendiri.
"Ruang rahasia ini sebenarnya merupakan tempat tinggal
Ciang Ooh." ia menjawab perlahan "Se... sekarang ia sudah
pergi. tentu saja kuncinyapun putus !"
Loei Sam tidak banyak bicara lagi, ia menarik tangan Si
Soat Ang dibawanya masuk ke dalam pagoda.
Suasana dalam pagoda tersebut bukan saja berbau apek
dan lembab bahkan gelap gulita sehingga hampir tak
kelihatan apapun. Sie Soat Ang dan Loei Sam berdiri
dengan menempel di dinding, setelah lewat seperminum teh
kemudian mereka mulai dapat melihat secara lapar2,
ruangan tersebut dihubungkan dengan sebuah tangga yang
menghubungkan ketempat tadi dengan tingkat lebih atas.
Dari tingkat pertama menuju ketingkat kedua tingginya
ada tujuh, delapan tombak. dengan cermat Loei Sam
memeriksa keadaan disekitar sana, kemudian tanyanya."Apakah benda itu ada ditingkat paling atas?" sampai
saat inilah Si Soat Ang belum berhasil menemukan cara
untuk meloloskan diri.
Perasaannya sangat kalut, terpaksa ia mengangguk.
"Benar!"
"Baik, kalau begitu mari kita naik keatas " ujar Loei Sam
sambil tertawa "Seandainya dalam ruang rahasia itu tidak
ada. Hmm... hmm apa yang bakal terjadi dalam ruangan
tersebut tentu kau paham bukan?"
Sembari berkata Loei Sam mencengkeram pergelangan
tangan Si Soat Ang erat2 kemudian menyentaknya sekuat
tenaga, seketika itu juga gadis tersebut merasakan seluruh
tubuhnya jadi kaku.
"Aku tahu aku tahu!" serunya berulang kali, ia ingin
sekali menangis tersedu-sedu, namun sekuat tenaga
ditahannya maksud tersebut.
Sambil menarik gadis Soat Ang, Loei sam berkelebat
naik keloteng dalam sekejap mata mereka sudah berada
diseparuh pagoda sementara Si Soat Ang belum berhasil
juga mendapat kesempatan untuk meloloskan diri hatinya
mulai kebat kebit.
Sebentar kemudian mereka sudah tiba dipuncak paling
atas, sambil berhenti didepan pintu tanya Loei Sam:
"Apakah ditempat ini?"
Dengan hati kebat kebit terpaksa Si Soat Ang
mengangguk.
"Benar, memang ada disitu namun kau tak boleh masuk
kedalam begitu saja, disana banyak dipasang alat rahasia."
Mendengar perkataan itu Loei sam tertegun, namun
sebentar kemudian ia sudah tertawa."Nona Si. buat apa kau membobongi diriku? seandainya
dalam ruang rahasia ini, ada alat rahasianya pantai kalau
kau suruh aku masuk kedalam, mengapa kau malah suruh
aku berhati-hati?"
"Kalau kau tidak percaya ya sudahlah, silahkan dorong
pintu dan masuk sendiri kedalam."
Ucapan ini diutarakan dalam keadaan apa boleh buat,
namun bagi Loei Sam perkataan itu malah menggerakkan
hatinya, mungkinkah dalam ruangan benar2 ada alat
rahasianya ?
Ia segera tertawa dingin.
"Bagus sekali, kalau begitu, kau masuklah lebih dahulu !"
Ia ayun tangannya mendorong tubuh Si Soat Ang
kedepan ruangan, gadis itu tidak menyangka sang pemuda
tersebut bisa melakukan hal ini, tak tahan lagi dengan
sempoyongan ia terjatuh kedalam ruang rahasia itu.
Si Soat Ang adalah seorang gadis cerdik, begitu terjatuh
kedalam pintu ia segera sadar inilah kesempatan baik
baginya untuk meloloskan diri.
Begitu badannya terjatuh kedalam ruangan, kaki kiri dan
kaki kanannya berputar cepat menutup pintu itu kemudian
sang badan berputar kencang menyantek pintu tersebut
rapat2.
Loei Sam yang ada diluar sadar dirinya tertipu sambil
meraung keras ia melancarkan sebuah pukulan dahsyat
keatas pintu, Betapa dahsyatnya tenaga pukulan itu, sampai
Si Soat Ang yang ada di balik pintupun terpental mundur
tiga, lima langkah dan jatuh terlentang diatas sebuah
pembaringan.Berhubung besarnya tenaga pantulan itu, maka sewaktu
badannya terjatuh diatas pembaringan dengan
menimbulkan suara keras pembaringan tersebut patah jadi
dua, barang2 yang ada disekitarnya menindih badannya
semua.
Buru2 ia mengesampingkan barang2 yang menindihi
badannya kemudian meloncat bangun.
Ketika ia meloncat bangun, mendadak gadis ini
menemukan selembar kain sutera menggeletak diatas tanah,
diatas kain mantera tadi terlukislah pelbagai macam bentuk
manusia yang aneh, sekalipun lukisan itu amat sederhana
namun dapat dilihat semuanya berdandankan toosu!
Kain sutera adalah benda tipis seandainya di cekal
mungkin cuma segenggam. namun kalau dibentangkan
tentu panjang sekali, Hati Si Soat Ang rada bergerak, segera
ia ambil benda tadi lebih dekat, tampak beratus ratus tulisan
kecil tertera disana.
Jantung Si Soat Ang berdebar keras, tidak sempat dibaca
lebih jauh ia segera masukkan benda tadi kedalam saku dan
angkat kepala mencari jalan keluar.
Sementara itu Loei Sam sedang mengetuk pintu dengan
sekuat tenaga, dengan menimbulkan getaran keras
menggoncangkan pintu tiada henti.
Setiap saat ada kemungkinan terpukul jebol, Si Soat Ang
yang belum berhasil menemukan jalan keluar diam2
mengeluh.
Dalam ruang rahasia itu kecuali sebuah pintu hanya
terdapat sebuah jendela kecil. sedang diatas jendela
terpancang besi yang kuat dan kasar.."Braak..." tiba2 pintu ruangan terpukul jebol sebuah
lubang, namun Loei Sam tidak langsung masuk kedalam,
sambil mengintip kedalam ia tertawa haha hihi.
"Hai nona Si. apakah kau baik2 saja ?"
Si Soat Ang tersudut, tak mungkin baginya untuk
meloloskan diri dari ruangan itu, segera di sambarnya
sebuah rak lilin kemudian sekuat tenaga disambit kedepan.
Loei Sam menyengir, tangannya bergerak cepat
menangkap rak lilin tadi kemudian berseru kembali:
"Nona Si, mengapa kau buang rak lilin ini ? nanti lilin
pengantin kita akan dipasang dimana?"
Si Soat Ang makin ketakutan, tiba2 teriaknya: "Kalau
kau berani masuk, aku...aku akan bunuh diri !"
"Haa...haa...haa...baik, baik kalau begitu aku tidak akan
masuk kedalam"
Sembari berkata pemuda itu benar2 menarik kembali
badannya.
Si Soat Ang tertawa getir, mungkinkah nasibnya begitu
baik ? sementara ia masih berpikir mendadak . . , Plak !
jalan darah lemas dipinggangnya jadi kaku, diikuti seluruh
badannya tak dapat berkutik
Kiranya sembari mengundurkan diri kebelakang tadi
Loei Sam telah mengambil sekeping kayu dan disambit
kedepan, seketika itu jalan darah Si Soat Ang tertotok dan
badannya tetap tersandar diujung tembok.
Melihat mangsanya tak berkutik lagi. Loei Sam kerahkan
tenaganya mendorong pintu ruangan itu dan menerobos
masuk kedalam.
Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati Si Soat Ang.
tangan kirinya bekerja keras memeluk pinggang gadis itusementara tangan kanannya dengan berani menerobos
bajunya dan siap menggerayangi alat vital gadis iiu,
Sejak dipeluk oleh Loei Sam, Si Soat Ang merasa
kepalanya pusing tujuh keliling, hampir2 ia jatuh tidak
sadarkan diri, saat ini kena digerayangi alat vitalnya ia
semakin lemas.
Bagaimanapun dia masih seorang gadis perawan, selama
hidup belum pernah ada laki-laki yang pernah menjamah
badannya namun apa gunanya cemas atau gelisah dalam
keadaan seperti ini ? jalan darahnya telah tertotok.
Tangan Loei Sam yang telah berada didalam dada Sie
Soat Ang mendadak tersentuh dengan kain sutra tersebut,
pada mulanya pemuda itu tidak menaruh perhatian, sambil
tertawa gelak ujarnya: "Ooouw, banyak benar benda yang
ada didalam sakumu."
Ia ambil keluar kain sutra tadi kemudian di buang,
namun pada saat itulah ia telah menemukan gambar
manusia diatas kain tersebut
Ia agak tertegun, buru2 Sie Soat Ang dilepaskan dan
memungut kembali kain sutra tadi, dengan cepat ia
membentang kain tadi, berhasil menemukan empat tulisan
kuno yang bertuliskan Sam Poo Cin Keng.
Loei Sam kegirangan setengah mati saking girangnya
sampai sukar dilukiskan dengan kata2.
Lama sekali ia tertegun, kurang lebih seperminuman teh
kemudian ia baru bisa tenangkan hati dan angkat kepala.
Tiba2 ia tersentak kaget, sebab entah sejak kapan
didepan pintu telah berdiri Ciang Oh dengan seramnya:Terpaksa Loei Sam menunjukkan senyuman paksa,
namun sepasang mata Ciang Oh dengan tajam
memperhatikan terus diatas kain sutera itu.
"Lepaskan" serunya dengan suara dingin. "Barang itu
milikku !"
"Eeeei . . . apakah kau tidak ingin aku carikan kembali
putrimu ?"
Ciang Oh tertegun, tetapi dengan cepat kembali
membentak:
"Lepaskan, aku suruh kau letakkan kembali barang itu.
jangan kau ambil barang milikku itu !"
Pada saat ini Loei Sam betul serba salah, sekarang ia
telah mendapatkan kitab pusaka "Sam Poo Cin-keng" asal
dilatih beberapa tahun lagi kepandaian silatnya tentu
memperoleh kemajuan pesat. suruh ia lepas tangan tentu
saja tidak sanggup.
Otaknya berputar keras, mendadak ujarnya sambil
tertawa:
"Baiklah, letakkan kembali ya letakkan kembali, barang
ini memangnya bukan barang berharga."
Sembari berkata ia letakkan kembali kitab pusaka Sam
Poo Cin-keng itu keatas meja, ia ada maksud sewaktu
Ciang Ooh tidak perhatikan nanti, kitab tersebut akan dicuri
kembali.
Siapa sangka baru saja ia letakkan kain tadi keatas meja,
laksana kilat Ciang Ooh telah merampasnya kembali.
"Kaupun bukan manusia baik" teriaknya dengan mata
melotot, "Terang2an benda ini adalah barang mustika,
kenapa kau katakan tidak berguna."Diam2 Loei Sam terperanjat, namun wajahnya tetap
tenang2 saja.
"Apa anehnya dengan barang semacam ini, apakah kau
suka karena sulamannya indah ? sulaman itu kalah jauh
dengan permadani."
"Kau tahu barang apakah ini ?"
Loei Sam menduga Ciang Ooh hanya seorang gadis suku
Biauw yang tak tahu kalau benda itu adalah kitab Sam Poo
Cin-keng suatu mustika dalam belajar silat, karena itu ia
tertawa.
"Barang apakah itu? kan tidak lebih cuma kain siluman
belaka!" sahutnya.
"Haa , , haa , . kain siluman? terus terang kuberitahu
kepada-mu, benda ini adalah Sam Poo Cin-keng kalau kita
lakukan seperti gambar yang tertera diatas kain ini maka
bertemu dengan siapapun tidak akan takut."
Loei Sam makin terperanjat ia tahu kesempatan untuk
mendapatkan kitab Sam Poo Cin-keng itu semakin tipis,
keringat dingin mulai mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya.
Namun ia masih tertawa paksa.
"Aaah, kau sedang bergurau. siapa yang bilang?" ia
berseru.
"Loo Liong-tauw yang bilang."
"Siapakah Loo Liong tauw itu?"
"Loo Liong-tauw adalah seorang manusia aneh di karang
bunga bwee, katanya ia telah berusia seratus dua puluh
tahun, dia paling suka diriku karena itu benda ini
dihadiahkan kepadaku sedangkan dia dapatkan barang itu
dari seorang toosu tua yang hampir mati, waktu itu akubaru berusia sepuluh tahun, ia pesan kepadaku agar jangan
bercerita kepada siapapun."
"Lalu apa sebabnya sekarang kau berbicara padaku,"
Balik tanya Loei Sam sambil tertawa. Pada dasarnya Ciang
Ooh memang gila, kena ditanya Loei Sam ia tak dapat
menjawab akhirnya ia berkata:
"Tadi kau bilang hendak membawa aku mencari putriku,
sekarang putriku ada dimana cepat katakan?"
Suatu ingatan berkelebat dalam benak Loei Sam,
mendadak ia menuding keluar pintu.
"Coba kau lihat, bukankah dia adalah putri
kesayanganmu!"
"Dimana!"
Sambil berseru ia berpaling, pada saat itulah secepat kilat
Loei Sam mencabut keluar pisau belatinya kemudian
menubruk kedepan melancarkan sebuah tusukan.
Serangan bokongan ini datangnya laksana kilat. lagi pula
Ciang Ooh tidak bersiap sedia, tusukan pisau belati itu
dengan telak bersarang di punggungnya sementara pukulan
telapak kirinya pun mengenai sasarannya.
Tubuh Ciang Ooh terpental kedepan diikuti tubuh Loei
Sam berkelebat keluar terdengar, suara hiruk pikuk dianak
tangga, lama sekali suara itu baru sirap.
Walaupun Si Soat Ang tertotok jalan darahnya namun
semua peristiwa dapat dilihat dengan jelas, ia melihat pisau
belati itu bersarang di-punggung Ciang Ooh hingga
terbenam seluruh-nya. bahkan sebuah hantaman Loei Sam
bersarang pula ditubuhnya.
Ia menduga Ciang Ooh tak bakal bisa hidup, kitab Sam
Poo Cin keng pasti terjatuh ke tangan Loei Sam,mungkinkah pemuda itu suka lepaskan dirinya setelah
mendapatkan kitab mustika?
Inilah kesempatan baik bagi dia untuk melarikan diri,
namun justru pada saat ini sedikit tenagapun tak sanggup
dikerahkan, hatinya jadi sangat gelisah.
Mungkinkah Loei Sam naik keloteng lagi ? maukah
pemuda itu melepaskan dirinya ? dua pertanyaan ini
berbolak balik tiada hentinya didalam hati.
Suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun , ,
. begitu sepi se akan2 dunia sudah kiamat.
Dengan hati berdebat Sie Soat Ang salurkan hawa
murninya mengelilingi seluruh badan, beberapa saat
kemudian jalan darahnya telah bebas, ia segera meloncat
bangun dan melongok kebawah loteng.
Suasana tenang sunyi, tak kelihatan sesosok bayangan
manusiapun.
Sie Soat Ang berkelebat turun kebawah, sampai tingkat
terakhir, namun bukan saja Loei Sam tidak kelihatan,
jenasah CiangOh pun lenyap tak berbekas.
Suatu misteri menyelimuti benaknya, namun dalam
keadaan seperti ini tak ada waktu baginya untuk berpikir,
kembali ia berlari ke depan.
"Kemana aku harus pergi ?" ingatan tersebut berkelebat
dalam benaknya.
Benteng Thian It Poo sudah buyar, ayahnya sudah mati
dan tak mungkin ia berdiam disitu lagi, kemana ia harus
pergi ?
Tiba2 bayangan Tong Poei Pek berkelebat dalam
benaknya, suhu pemuda ini adalah si Bongkok Sakti
seorang jago yang tersohor dikolong langit, seumpama iadapat mengantar si pemuda itu sampai gunung Lak Ban
San, bukan dengan demikian si Bongkok sakti akan
berhutang budi kepadanya ?
Teringat akan hal ini dengan cepat ia lari kedepan
tembok dimana Tong Poei Pek menggeletak, ternyata
pemuda itu masih belum putus nyawanya, dengan cepat
gadis itu memayangnya bangun.
"Tong Poei Toako !" ia berseru keras.
Sie Soat Ang tidak sempat berpikir panjang lagi, buru2 ia
lari kedalam kamarnya untuk membereskan sedikit
buntalan obat2an, kemudian mencari sebuah kereta,
melayang Tong Poei Pek kedalam kereta, menjejalkan
obat2an kedalam mulut pemuda itu dan melarikan
keretanya meninggalkan benteng Thian It Poo.
Kereta dilarikan kearah selatan, sehari semalam berjalan
terus tiada hentinya sampai senja hari kedua sampailah
mereka disebuah kota kecil.
Sie Soat Ang langsung menjalankan keretanya kedepan
sebuah rumah penginapan, menanti ia loncat turun dari
kereta dan memeriksa keadaan Tong Poei Pek, pemuda itu
dalam keadaan keritis, napasnya sudah tinggal sedikit,
bahkan sebentar lagi nyawanya bakal melayang.
Ia segera berpaling kearah pemilik rumah penginapan itu
dan berkata:
"Temanku sedang sakit parah, apakah disini ada tabib
kenamaan ?"
"Ada, ada, silahkan beristirahat dahulu kedalam"
Dengan dipayang sang gadis, Tong Poei Pek dibawa masuk
kedalam rumah penginapan, walaupun kedai itu kecil
namun bersih dan nyaman,Ketika itulah mendadak pemuda she-Tong Poei merintih
lirih.
Mendengar suara itu, Si Soat Ang kegirangan, buru2
teriaknya:
"Tong-poei Toako !"
Ia berteriak beberapa kali, namun tak kedengaran
jawaban. sepasang mata pemuda itu per-lahan2
membentang, wajahnya pucat pias dan kelihatan kurus
sekali, matanya cekung, sinar matanya pudar, lama sekali ia
memandang Si Soat Ang dengan terpesona namun
mulutnya tetap membungkam.
Beberapa saat kemudian ia pejamkan matanya kembali
dan mendesis lirih:
"Aku.. aku ada dimana ?"
"Kau berada dirumah penginapan aku sedang
menghantar kau pulang kegunung Lak Ban-san."
Namun sayang apa yang dikatakan gadis itu tidak
terdengar. pemuda itu kembali bergumam seorang diri:
"Aku... aku ingin bertemu dengan seseorang aku...
sebelum mati aku ingin berjumpa sekali lagi dengan dia..."
Si Soat Ang tertegun, ia tak tahu apa yang dimaksudkan
dengan Tong-poei Pek... Terdengar pemuda itu
menghembuskan napas berulang kali, lalu ujarnya kembali.
"Suhu, aku... aku ingin bertemu dengan nona Si... Si
Soat Ang... nona Si!"
Merah padam selembar wajah dan itu dalam keadaan
seperti ini timbul suatu perasaan aneh pula dihati Si Soat
Ang buru2 dicekalnya tangan Tong-poei Pek yang dingin
bagaikan es itu."Tong poei toako, aku ada disini, aku berada disisimu."
Perlahan-lahan Tong poei Pek buka matanya, biji
matanya berputar kesana kemari dengan payah, seakan-
akan sedang mencari sesuatu namun ia tidak melihat bahwa
gadis yang dicari sebenarnya ada didepan mata.
Melihat kejadian itu Si Soat Ang amat bersedih hati.
"Tong poei toako, aku sudah berpesan kepada pemilik
rumah penginapan untuk mengundang tabib, baik2lah kau
beristirahat."
Tong poei Pek menghembuskan napas panjang matanya
dipejamkan kembali sementara mulutnya tetap bergumam
memanggil nama Si Soat Ang.
Walaupun Soat Ang seorang gadis keji, namun ia tetap
seorang dara muda, sejak kehilangan Liem Houw Seng ia
selalu merana, merana seorang diri, sekarang tiba2 dalam
hatinya yang kosong terisi oleh pemuda lain, timbul suatu
perasaan aneh dalam benaknya perasaan itu makin lama
semakin menebal, tiap kali Tongpoei Pek menyebut
namanya, rasa aneh itu semakin menebal.
Kurang lebih setengah jam kemudian terdengar suara
langkah manusia berkumandang datang diikuti seorang
sang pemilik rumah penginapan:
"Nyonya cilik, tabib sudah datang."
Sekali lagi merah padam selembar wajah Si Soat Ang,
hatinya mangkel dan ingin marah namun teringat bahwa
dia benda sekamar dengan Tong-poei Pek, tak bisa
disalahkan kalau pemilik rumah penginapan itu menyebut
demikian kepadanya.Dalam pada itu si pemilik rumah penginapan dengan
membawa seorang kakek tua kurus berusia enam puluh
tahunan berjalan masuk kedalam kamar.
Kakek tua itu melirik sekejap ke arah Tong Poei Pek,
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Orang ini sudah tak berguna lagi buat apa panggil aku?"
"Barusan saja dia masih bicara dengan diriku siapa yang
bilang sudah tak berguna ?" Kontan Si Soat Ang sangat
gusar.
Melihat dandanan Soat Ang mengerikan dimana bajunya
singsat dengan sebilah pedang menggembol
dipunggungnya, buru2 tabib itu mencekal urat nadi Tong
Poei Pek dan memeriksa denyutan jantungnya, namun
kembali ia menggeleng.
"Thayhu, bagaimana?" gadis itu bertanya.
"Sudah tidak ketolong lagi, paling banter tinggal satu
jam."
"Thay hu coba carikan akal agar ia bisa hidup beberapa
hari lagi asalkan bisa hidup tujuh delapan hari lagi, aku bisa
menghantar dia kesuatu tempat yang pasti dapat
menyelamatkan jiwanya."
Sekali lagi tabib itu menggeleng, "Raja akhirat sudah
tentukan mati pada kentongan ketiga, siapa yang dapat
menahan sampai kentongan kelima ? namun... namun...
seandainya kau bisa mendapatkan jinsom berusia seratus
tahun dan setiap hari menolongnya dengan cairan jin som
kental maka usianya mungkin bisa diperpanjang tujuh
delapan hari lagi."
"Kalau begitu bagus sekali, apakah jinsom semacam itu
bisa dibeli dikedat obat ?""Nyonya cilik j insom semacam itu adalah benda mustika
mana mungkin bisa dibeli pada kedai obat biasa?" tabib itu
tertawa, "Beruntung daerah ini adalah penghasil jinsom
yang paliag banyak, kalau kau ingin mencari mungkin
masih didapat..."
Bicara sampai disitu mendadak tabib itu membungkam.
Melihat tabib itu ragu, Si Soat Ang tidak sabaran segera
serunya:
"Hey, katakan saja jinsom itu terdapat dimana, kenapa
bicara tidak keruan begitu?"
Melihat alis gadis itu berkerut walaupun kelihatan cantik
namun galak. tabib itu ketakutan, buru2 sambungnya:
"Nyonya cilik, dengarkan dulu perkataanku sampai
selesai."
"Baik, cepat katakan!" Seru Si Soat Ang mendongkol.
"Diujung jalan kota sebelah barat terdapat satu keluarga
she Ciang yang kaya raya dan khusus berdagang jinsom
kemungkinan besar dirumah mereka tersimpan jinsom
berusia seratus tahun, asalkan nyonya cilik punya uang
emas, tidak sulit untuk mendapatkan delapan, sembilan
batang . . . ."
Belum habis ia bicara Si Soat Ang sudah cabut keluar
pedangnya, kepada pemilik rumah penginapan itu pesannya
"Baik2 merawat dirinya aku sebentar lagi akan kembali!"
Laksana kilat ia meluncur keluar dari ruangan kemudian
dalam sekejap mata lenyap tak berbekas.
Sementara itu setelah ada diluar rumah penginapan,
dengan mengikuti jalan raya gadis itu lari terus ke sebelah
Barat, akhirnya sampailah didepan sebuah bangunan yangmegah dan kukuh, sepintas lalu kelihatan begitu
mengerikan.
Ketika dia tiba didepan pintu masuk, empat orang
pelayan segera maju menyambut kedatangannya sambil
mengamati gadis itu dari atas sampai kebawah.
Melihat sikap serta lagak yang tengik dari pelayan2 itu,
dalam hati Si Soat Ang sangat mendongkol namun teringat
kehadirannya untuk mohon bantuan, maka ia tahan rasa
dongkol tersebut.
"Apakah majikan kalian ada dirumah ?" ia bertanya.
"Hi...hii... hii... nona mencari majikanku ada urusan apa
?" Goda seorang pelayan sambil tertawa menyengir.
"Asalkan kau membawa aku berjumpa dengan
majikanmu sudah cukup !"
"Majikan kami sangat peramah, sedang nona berwajah
cantik..."
Ucapan tengik selanjutnya belum sempat diutarakan Si
Soat Ang sudah tak tahan lagi, tangannya membalik
langsung memerseni sebuah tempelengan keatas wajah
pelayan tadi.
"Plook!" pelayan itu menjerit kesakitan dan jatuh
terjengkang kebelakang, darah segar tetes demi tetes
mengucur keluar dari ujung bibirnya, tamparan tersebut
amat berat sekali.
Tiga orang pelayan lainnya melihat kejadian itu
bersama2 meraung dan menunjuk ke depan, Si Soat Ang
tidak kasih hati, pedangnya diloloskan dari sarung
bersamaan itu pula tangan kiri nya meraba cambuk
dipinggang, asalkan mereka bertiga meluruk berbareng, dia
akan menghajar orang itu habis2an.Disaat tegang itulah mendadak dari dalam ruangan
muncul seseorang yang langsung menjura kearah Si Soat
Ang.
"Nona tunggu sebentar, ada perkataan kita rundingkan
per-lahan2"
Si Soat Ang melirik sekejap kearah orang itu dia adalah
seorang lelaki berusia empat puluh tahunan, wajahnya
putih dan halus, sepintas lalu seakan2 seorang pelajar,
namun sepasang matanya bersinar tajam, siapapun akan
tahu kalau ia memiliki ilmu silat sangat lihay.
Gadis itu terkesiap, sewaktu datang pertama kali tadi,
dalam hatinya menganggap rumah itu adalah milik
pedagang biasa, siapa nyana pedagang tersebut bukan
pedagang biasa.
Dalam pada itu lelaki setengah baya itu sudah menjura
dan bertanya:
"Nona datang kemari entah ada maksud apa ?"
"Aku ingin berjumpa dengan majikan rumah ini, ada
sedikit permintaan yang ingin kuajukan" Sahut gadis itu
sambil balas menjura.
"Aaah, benar. Eeei pelayan, siapkan dua puluh tail perak
dan berikan kepada nona ini sebagai ongkos jalan."
Merah padam selembar wajah Si Soat Ang, dengan agak
jengkel segera teriaknya:
"Hey. siapa yang bilang aku datang kemari untuk minta
ongkos jalan ? apa maksudmu yang sebenarnya ?"
Lelaki setengah baya itu tertegun, sebelum sempat
menjawab, terdengar dari dalam ruangan berkumandang
datang suara yang tidak sedap di dengar."Ciang Loo sam, kau sungguh keterlaluan sekali,
terhadap nona Si dari Benteng Thian It Poo masa kau cuma
kasih dua puluh tahil perak, bukankah hal ini keterlaluan
pandang enteng dirinya."
Kata2 itu sangat menusuk perasaan namun terasa
dikenal, gadis itu berpaling, terlihatlah olehnya didepan
pintu telah muncul seorang manusia kate berbadan gemuk
dan berwajah buas, orang itu bukan lain adalah siMalaikat
Kelabang Emas Li Siauw.
Sementara Sie Soat Ang masih tertegun, lelaki setengah
baya itu sudah mendongak tertawa ter bahak-bahak.
"Haaa.. haaa... haaa... aku betul2 punya mata tak kenal
gunung Thay san, kiranya anda adalah Sie Soat Ang, nona
Si, kalau bukan ditegur Li Sin koen, mungkin aku
sendiripun tidak mengenali diri nona."
Sie Soat Ang belum tahu pihak lawan berasal dari aliran
mana, namun ditinjau dari kehadiran si Malaikat Kelabang
Emas disana, ia tahu pihak lawan bukan manusia baik.
"Andakah tuan rumah bangunan ini ?" gadis itu bertanya
dengan nada berat.
"Ooouw bukan... bukan kalau masalah besar biasanya
diputuskan oleh toako, namun kalau cuma masalah tetek
bengek biasa. cayhe bisa memutuskan sendiri."
"Baik, kalau begitu aku bicara terus terang saja, aku
dengar orang bilang kalian berdagang jinsom. Seorang
sahabatku terluka parah, atas petunjuk tabib ia
membutuhkan tujuh delapan batang jin som seratus tahun.
karena itu sengaja aku datang kemari untuk mohon dari
kalian."
Air muka Ciang Loo sam berobah hebat haruslah
diketahui sejak kecil Si Soat Ang dibesarkan dalamlingkungan kemewahan ia tidak tahu bagaimana susahnya
seseorang mendaki gunung untuk memetik jinsom, bahkan
kadang kala harus mengorbankan jiwa, sebatang jinsom
kalau dijual kedalam perbatasan mungkin harganya
mencapai selaksa tahil perak, tentu saja mereka jadi kaget
setelah gadis itu buka suara minta tujuh-delapan batang
sekaligus.
"Tentang soal ini., tentang soal ini...hee...hee... entah
sahabat anda telah menderita luka apa?" kata Ciang Loo-
sam tergagap, "Kemungkinan sekali kami mempunyai obat
lain yang bisa menyembuhkan lukanya. Jinsom seratus
tahun hanya bisa perpanjang usia, tak mungkin bisa
digunakan menyembuhkan luka."
"Soal itu tidak mengapa. asalkan sahabatku bisa hidup
sepuluh hari saja sudah cukup, aku hendak menghantar
kerumah suhunya digunung Lak Ban-san. gurunya tentu
bisa turun tangan menyembuhkan lukanya."
Kata2 "Lak Boan San" seketika membuat air maka Ciang
Loo-sam berubah hebat, namun Si Soat Ang sebagai
seorang jago yang tidak berpengalaman sama sekali tidak
memperhatikan hal tersebut.
"Apakah sahabatmu itu tinggal digunung Lak Boan san?
entah siapakah namanya?" tanya Ciang Loo sam setelah
menanti gadis itu selesai berbicara
"Dia adalah Tonghong Pek murid dari Si Bongkok Sakti
berangasan."
"Apa dia?" Teriak Ciang Loo sam sambil mundur
selangkah kebelakang- "Sekarang dia ada dimana?"
Walaupun merasa urusan sedikit aneh, Si Soat Ang tidak
ambil perhatian.
"Dia berada dirumah penginapan Thay lay . ." sahutnya.Baru saja perkataan itu diutarakan, dari balik pintu
muncul dua puluh orang bersenjata lengkap, diikuti Ciang
Loo sam berteriak keras:
"Tong poei Pek ada dirumah penginapan Thay lay, ia
terluka pula, namun kalian harus bekerja hati-2"
Seorang lelaki berbaju hitam dengan sebuah sulaman
tengkorak di depan dadanya munculkan diri pula dari balik
pintu, gerakannya cepat lagi gesit bagaikan bayangan setan,
tahu2 ia sudah berada disisi gadis itu.
"Loosam !" serunya, "Apakah Tong-poei Pek
menghantarkan diri ? dia ada dimana . . ."
"Jie-ko, dia berada dirumah penginapan Thay lay, kali
ini kita tak boleh dia loloskan diri dalam keadaan selamat."
Lelaki itu menjerit aneh kemudian berkelebat lenyap.
Sewaktu menjumpai lelaki itu munculkan diri, hati Si
Soat Ang sudah kebat kebit, saat ini ia tak tahan diri lagi
serunya.
"Dia. . . dia bukan . . . bukan dia adalah Soat San Hwie
Mo ? si Tengkorak emas Ciang Ling im."
"Ketajaman mata nona Si luar biasa, dia memang Jie-ko
ku," sahut lelaki setengah baya di hadapannya.
Hati gadis itu tercekam.
"Lalu anda adalah, . . kau adalah ."
"Cayhe Ciang Huan, orang2 menyebut diriku Tengkorak
kumala."
Si Soat Ang kaget, tak kuasa ia mundur dua langkah
kebelakang, namun bagaikan bayangan setan si Tengkorak
kumala telah mengikuti maju kedepan.Ia tidak menyangka orang2 yang semula diduga
pedagang jinsom biasa ternyata adalah sarang iblis keji
bahkan orang yang dijumpai pertama kali bukan lain adalah
si tengkorak kumala yang paling memusingkan kepala.
Si Soat Ang sangat cemas, tiba2 teriaknya keras-keras:
"Li Sin koen!"
Si Malaikat kelabang emas pura2 berlagak pilon, ia
melengos dan tidak menggubris, hal ini membuat Si Soat
Ang makin cemas, keringat dingin mulai mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
-ooo0dw0oo-
Jilid 8
SI TENGKORAK kumala Ciang Huan mendengus
dingin ujarnya :
"Nona Si. kau tak usah kaget. walaupun kami bertiga
sangat mengerikan, namun selalu bekerja pakai cengli. yang
kami cari cuma Tong-poei Pek seorang, kenapa nona harus
begitu cemas dan gelisah ?"
Mendengar ucapan itu, Si Soat Ang rada berlega hati,
namun ia berkata pula:
"Lalu...kalian...kalian hendak apakan Tong poei Pek ?"
"Heee. . . heee . . . mungkin kubeset kulitnya mungkin
dijebol oleh tarikan lima ekor kuda, mungkin pula "kubedah
isi perutnya pokoknya kami suka berbuat bagaimana akan
kami lakukan. nona Si. aku lihat kau adalah seorang gadis
cerdik lebih baik jangan campurkan diri dalam persoalan ini
sehingga mendatangkan kesialan buat dirimu.""Tetapi . . . tetapi ia menderita luka parah aku hendak
menghantar dirinya kegunung Lak Boan sao, rumah
kediaman si Bongkok sakti Berangasan gurunya."
"Kalau begitu katakan kepada si Bongkok sak ti
berangasan katakan muridnya telah ditahan oleh kami tiga
bersaudara." tukas Ciang Huan dengan nada keras.
Sembari berkata, ujung bajunya dikebas kedepan,
segulung tenaga dahsyat menggulung tubuh gadis itu
membuat Si Soat Ang tak tahan mundur tujuh, delapan
langkah kebelakang dengan sempoyongan.
"Cepat pergi," kembali si tengkorak kumala menghardik.
Bentakan itu bagaikan guntur membelah bumi. Si Soat Ang
tercekat tanpa banyak bicara lagi ia putar badan dan
melarikan diri ter-birit2 dari situ.
Menanti ia sudah tiba diluar kota dan tidak melihat ada
yang mengejar barulah gadis itu berhenti berlari, ia tahu
Tong-poei Pek yang ada di rumah penginapan tentu
ditawan atau dibunuh oleh Soat-san Sam Mo. apa yang
harus ia lakukan sekarang ? memberi kabar kepada si
Bongkok sakti Berangasan digunung Lak boan-san ?
Lama sekali ia berdiri ragu2, akhirnya gadis itu menghela
napas panjang dan ambil keputusan untuk berangkat
kegunung Lak-boan-san.
Setelah ambil keputusan, malam itu juga ia kembali
kerumah penginapan, melepaskan kuda tunggangan sendiri
dan kaburkan binatang tunggangan itu cepat2.
Empat hari kemudian ia sudah keluar dari perbatasan,
sepanjang jalan gadis ini menjumpai banyak hal yang baru
dan belum pernah dilihat sepanjang hidupnya.
Hari itu, tepat satu bulan ia tinggalkan Tong-poei Pek.
sampailah ia digunung Lak Boan san, ia tahu sibongkoksakti berangasan tinggal dibukit sebelah selatan, namun
tempatnya dimana ia kurang tahu.
Per-lahan2 Si Soat Ang maju kedepan, sampai tengah
malam tibanya ditepi telaga yang jernih, air telaga tidak
begitu dalam dan bening, sambil memandang riak
dipermukaan ia menghela napas panjang.
Pelbagai persoalan berkecamuk dalam benaknya, ia
teringat bagaimana hidup di benteng Thian It Poo dengan
riang gembira bagaimana Liem Hauw Seng melarikan diri
bersama Giok Djien, kemudian teringat Loei Sam dan
akhirnya Tong poei Pek.
Terbayang Tong-poei Pek, ia jadi memikirkan diri
sendiri, sejak melewati perbatasan boleh di kata dia tak
bersanak dan berkeluarga, apakah dikemudian hari ia harus
melewati sisa hidupnya sebatang kara ?
Teringat sampai disitu tak kuasa ia menghela napas
panjang, tiba 2 suara bentakan keras berkumandang dalang
dari tempat kejauhan, bentakan itu keras seperti guntur
yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat ia
begitu terkejut sampai lama sekali berdiri mendelong.
Menanti ia berhasil tenangkan hati, terdengar suara yang
keras tapi kembali berkumandang datang.
"Perempuan sialan mana yang datang mengacau kesini ?
hela napas panjang pendek disitu, hanya mengacau
ketenangan orang saja !"
Si Soat Ang kembali kaget, ia merasa telinganya
berdengung keras sehingga hampir2 saja ia tak sanggup
angkat kepala.
Dibawah sebatang pohon siong, tampaklah dua orang
sedang duduk saling berhadapan, diantara kedua orang itu
terletak sebuah papan persegi seperti papan catur, salahseorang diantaranya sedang pusatkan perhatiannya keatas
catur sementara yang lain melotot bulat2 kearah Si Soat
Ang.
Jarak diantara kedua orang itu dengan sang gadis terpaut
empat lima tombak jauhnya, lagi pula waktu itu malam hari
telah tiba, suasana sangat gelap, wajah kedua orang itu tak
terlihat jelas, namun sepasang matanya kelihatan begitu
tajam bagaikan dua buah lampu lentera, hal ini
menunjukkan betapa sempurnanya tenaga lwekang yang ia
miIiki.
Si Soat Ang paksa diri untuk tenang, lalu ujar nya
tergagap:
"Aku sedang memikirkan banyak urusan, hatiku kesal,
dan tak tahu disini ada orang, seandainya mengganggu
harap kalian suka memberi maaf."
"Hmmm. kalau kau berani berbicara sekali lagi coba lihat
saja bagaimana kurobek bibirmu itu."
Dalam pada itu orang yang berada dihadapannya sambil
tertawa telah berkata:
"Eei bongkok, kau terlalu kasar dan cari menang sendiri.
kau anggap gunung Lak-Boan san milikmu seorang, orang
lain sedang menghela napas, apa salahnya terhadap dirimu
? kau kalah sepuluh kali atas diriku. kalau mau marah,
marah lah kepadaku, kenapa harus dilimpahkan kepada
orang lain ? perbuatan ini bukan perbuatan seorang laki2
sejati !"
"Emangnya aku bukan lelaki sejati, kau bicara demikian
kepadaku bukankah sama saja seperti lagi kentut ?" teriak
orang itu marah2.
Mendengar orang itu dipanggil "Si bongkok" hati Si Soat
Ang rada bergerak, buru2 serunya:"Apakah anda adalah Si Bongkok Sakti Berangasan ?"
"Kalau sudah tahu diriku, lebih baik cepat enyah dari
sini, dari pada mendapat perlakuan kasar dariku." teriak
orang itu dengan suara kasar.
Si Soat Ang terkejut bercampur girang, baru2 teriaknya:
"Si bongkok cianpwe aku memang datang ke mari untuk
mencari dirimu, aku datang dari luar perbatasan, dengan
ribuan li datang kemari..."
Belum habis ia bicara, terdengar si bongkok sakti
berangasan telah berteriak keras:
"Sudah..sudah, tidak main lagi, tidak main lagi. aku ada
urusan. anggap saja permainan catur kali ini aku yang kalah
!"
Diikuti bagaikan segulung angin puyuh ia meluncur
turun kebawah.
Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran kilat.
sebelum Si Soat Ang sadar apa yang telah terjadi,
dihadapannya telah bertambah dengan seorang lelaki
bercambang, berambut awut2an dan berwajah bengis,
sepasang matanya tajam bagaikan kilat, pokoknya
mengerikan sekali.
Si Soat Ang tarik napas panjang2, ia mundur selangkah
kebelakang, sebelum sempat mengucapkan sesuatu, si
Bongkok Sakti berangasan itu sudah membentak keras:
"Aku sama sekali tidak kenal dengan dirimu. apa
maksudmu datang mencari aku ?"
Si Soat Ang mengeluh, pikirnya:
"Kalau tahu sibongkok sakti begitu mengerikan, aku
tidak akan datang.."Namun urusan sudah ada didepan mata, terpaksa
ujarnya dengan cepat:
"Aku adalah sahabat Tong-poei Pek, kami berkenalan
diluar perbatasan."
Mendengar disebutnya nama Tong-poei Pek. sikap
sibongkok sakti rada lunak sedikit namun ia bertanya
kembali dengan nadi menekan.
"Kiranya kau adalah sahabat keparat cilik itu kalau dia
masih ingat diriku, masih berapa lama ia baru pulang?"
"Dia . . . dia . . ."
"Ayoh cepat jawab!" hardik si bongkok sakti berangasan
tidak sabaran lagi, "Kalau bicara dihadapanku lebih baik
berterus terang dan lancar, kalau mandek2 lagi, jangan
salahkan aku kalau kutampar pipimu!"
"Baik, baik," jawab Si Soat Ang ketakutan. wajahnya
pucat menghijau, "Maksudku . . . Tong poei Pek tidak bakal
pulang lagi."
"Hmm! tidak akan pulang lagi? kenapa? apakah dia
sudah angkat guru lain?"
"Bukan, dia sudah mati." jawab sang gadis dengan hati
sedih.
"Apa?" teriak sibongkok sakti, badannya mencelat dua
tombak ketengah udara, kemudian se cepat kilat kelima
jarinya mencengkeram bahu gadis itu erat2.
Si Soat Ang merasakan kelima jari tangan si bongkok
sakti itu kuat bagaikan jepitan besi, saking sakitnya seluruh
badan gemetar keras, tak kuasa lagi ia menjerit keras.
Namun jeritannya sirap oleh teriakan aneh dari si
bongkok sakti yang keras bagaikan geledek itu."Apa yang kau katakan?" teriak si bongkok sakti, "Tong
poei Pek telah mati? bagaimana dia bisa mati?"
Sementara itu dari atas pohon siong kembali melayang
turun seseorang, sambil mencelat datang iapun berseru.
"Tongpoei Pek bagaimana bisa mati? eeeeeii bongkok,
lepaskan nona itu, biarlah dia berbicara per-lahan2.
Waktu itu saking sakitnya hampir2 Si Soat Ang jatuh
tidak sadarkan diri, untung orang itu datang tepat pada
waktunya.
Mendengar teguran tersebut, si bongkok sakti segera
lepaskan tangannya, dengan sempoyongan ia mundur
beberapa langkah kebelakang.
Ketika itulah ia dapat melihat orang yang berada disisi si
bongkok sakti adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan yang punya perawakan tinggi kurus, bajunya
sederhana namun kelihatan sangat berwibawa.
"Nona, siapakah namamu ?" tanya orang itu halus.
"Aku bernama Si Soat Ang."
"Ooouw . , . . nona Si, kau datang dari luar perbatasan
entah apa sangkut pautnya dengan Si Liong dari benteng
Thian It Poo ?"
Mengungkap soal ayahnya, gadis itu teramat sedih.
"Dia adalah ayahku almarhum !"
"Aaaah, kiranya Si Poocu sudah meninggal, kapan
terjadinya peristiwa itu ?"
Si Soat Ang amat sedih, isak tangisnya menjadi keras,
belum sempat ia menjawab, si bongkok sakti sudah tidak
sabaran lagi ia naik pitam, sambil menarik tubuh kakek tua
itu teriaknya:"Eeeei Cioe Lo-jie, dari mana datangnya begitu banyak
omongan tak berguna ?"
Dasarnya Si Soat Ang cerdik, mendengar sebutan "Cioe
Loo-jie" itu, ia teringat akan seseorang buru2 serunya:
"Cianpwee, bukankah anda adalah Im Tiong Hok atau
burung Bangau ditengah Mega Tjioe Jie-hiap diantara
Tiong Tiauw Sam Yu ?"
"Benar, aku pernah berjumpa muka dengan ayahmu
beberapa tahun berselang ?"
Kini Si Soat Ang jadi gembira, sebab ia tahu ilmu silat
Tiong Tiauw Sam Yu amat lihay, lagi pula si elang ditengah
megah Tjioe Piao Thian adalah sahabat ayahnya,
kemungkinan besar ia dapat belajar silat darinya.
Karena ada rencana ini. buru2 ia jatuhkan diri berlutut.
"Menjumpai paman Tjioe Jie Siok."
Sibongkok sakti makin tidak sabaran lagi, ia mencak2
kegusaran, teriaknya kalang kabut.
"Maknya, , . neneknya, . . kenapa sih kalian bicara
melulu, bagaimana dengan nasib Teng-poei Pek, kenapa
tidak disebutkan terus?"
"Hey bongkok, kenapa kau mencak2 terus ." tiba2 Tjioe
Pian Thian berpaling dan menegur gusar, "Tong-poei Pek
sudah mati, buat apa kau begitu gelisah ? dianggapnya
setelah berbuat begitu lantas dia bisa hidup lagi ?"
Si bongkok sakti amat mendongkol, ia gertak giginya
keras 2.
"Tong poei Pek bergebrak dulu melawan Loei Sam" tiba2
Si Soat Ang menimbrung,
"Neneknya, siapakah Loei Sam itu ?""Dia adalah murid dari Si Thay sianseng."
"Apa . . . " Si bongkok Sakti menjerit keras badannya
mencelat lima, enam tombak ketengah udara, telapak
tangan bergerak berbareng , . . , Kraaak sebuah batang
pohon yang amat besar tak ampun lagi kena terbabat putus
jadi dua bagian.
"Si Thay , , , Si Thay , , , kurang ajar. lihat saja nanti.
aku akan adu jiwa dengan dirimu" teriaknya keras 2.
Sementara itu Coe Pian Thian cuma menggeleng
berulang kali,
"Hian tit-li. Si Thay sianseng adalah tokoh sakti dari
aliran lurus" katanya "Mana mungkin muridnya bila
bergebrak melawan Tong-poei Pek ? mungkin kau salah
mendengar."
"Tadi aku belum habis bicara." Si Soat Ang tertawa getir,
"Loei sam memang anak murid Si Thay sianseng, namun ia
sudah memperkosa putri kesayangan Si Thay sianseng dan
kemudian melarikan diri, Si Thay sianseng sendiripun
sudah mengutus anak muridnya untuk menangkap ia
kembali."
Setelah menghantam patah batang pohon tadi, tubuh si
bongkok sakti langsung meluncur keluar, ditinjau dari
sikapnya jelas ia hendak berangkat kegunung Go bie untuk
bikin perhitungan dengan Si Thay sianseng.
Namun, beberapa patah kata terakhir dari sang gadis
menahan badannya bergerak lebih jauh, sambil berpaling
teriaknya:
"Seberapa lihay ilmu silat yang dimiliki keparat cilik itu ?
kok begitu hebat bisa merobohkan Tong-poei Pek ?""Dia bukan tandingan Tong-pei Pek, toako terbokong
olehnya sehingga terluka parah. Si Hiat goan-sin koen lah
yang memerintahkan aku mengirim dia balik kegunung Lak
Boan san"
"Ehmm , . , si monyet tua ini rada baikan hati." Si
bongkok sakti mengangguk. ”Akhirnya bagaimana ia bisa
mati ?"
"Setibanya di kaki gunung Soat San, napas Tong-poei
Pek tinggal senin kemis, aku dengar orang bilang hanya
dengan jinsom seratus tahun saja dapat menahan jiwanya
sampai sepuluh hari, aku lantas pergi cari j insom, siapa
sangka salah memasuki sarang Soat-san Sam Mo, sedang
Tong poei Pek pun ada ikatan dendam dengan mereka..."
"Kalau begitu Tong poei Pek mati ditangan orang itu"
kembali si Bongkok sakti berteriak.
"Aku tidak tahu, aku hanya melihat si tengkorak emas
Ciang Ling membawa anak buahnya berangkat kerumah
penginapan untuk menangkap Tong poei Pek aku duga
Toog-poei Pek pasti sudah terjatuh ke tangan mereka aku...
aku tidak tahu bagaimana keadaannya yang pasti..."
"Setelah jatuh ke tangan mereka bertiga tentu saja mati,"
gembor sibongkok sakti marah2, "Neneknya. apa yang kau
lakukan? mengapa tidak kau selamatkan jiwanya? bukankah
kau mengatakan dirimu adalah sahabatnya?"
Si Soat Ang tidak menyangka Si bongkok sakti dapat
menegur dirinya, pucat pias selembar wajahnya, ia tunduk
rendah rendah.
"ilmu silatku rendah, aku sadar bukan tandingan mereka,
adu jiwapun percuma saja !"
"Sudahlah..." buru 2 Tjioe Pian Thian me nimbrung
"Kalau diapun ikut adu jiwa, siapa yang datangmengabarkan kematian Tong poei Pek kepadamu, kalau
sampai diapun mati, kan Soat-san SamMo yang enakan?"
"Baik, kalau begitu aku akan berangkat kesana, akan
kubeset kulit kepala Soat-san SamMo."
Sambil berteriak ia melotot kearah Tjioe Pian Tbian,
seakan-akan sedang berkata:
"Kali ini kau hendak mengucapkan apa lagi untuk
mencegah kepergianku."
Tjioe Pian Thian tertawa.
"Eeeeei bongkok, bukan saja Soat san Sam Mo berani
mengganggu anak muridmu, berani pula melepaskan gadis
ini untuk memberi kabar kepadamu, aku lihat mereka tentu
mempunyai tulang punggung dibelakangnya."
"Aaaah benar," Si Soat Ang segera menambahi, "Aku
lihat si Malaikat kelabang emas Li-Siauw pun berada
disana."
"Hmm. manusia macam apakah malaikat itu? mau apa
kalau kubeset sekalian kulit kepalanya"
"Bukannya aku tak suruh kau kesana, seandainya mau
berangkat sudah sepantasnya kalau beri kabar dulu pada
hujien sana." ujar Tjioe Pian Thian, "Lagi pula persoalan ini
menyangkut murid murtad dari Si Thay sianseng, sudah
sepantasnya kalau kaupun kasi kabar pula kepada Si Thay
sianseng."
Begitu Tjioe Pian Tbian mengungkap soal istrinya, sikap
sibongkok sakti ini seketika jadi luluh, bahkan nada
perkataanpun jauh lebih halus.
"Aaah benar ucapanmu sedikitpun tidak salah " ia
membenarkan, "Namun apa yang harus kukatakan ? kalaumengatakan Tong-poei Pek bocah keparat ini terjadi
peristiwa diluar dugaan ia tentu bersedih hati."
"Ajukan saja alasan yang rasa2nya rada sesuai."
"Baiklah, tentang Si Thay sianseng sana, terpaksa harus
merepotkan dirimu untuk memberi kabar." kata si Bongkok
sakti sambil mengangguk. "Nona cilik, kemarilah kau
sangat berguna untukku."
Si Soat Ang tidak mengerti apa maksud ucapan dari si
bongkok sakti, belum sempat ia bertanya tangannya sudah
ditarik untuk diajak pergi, gerakannya cepat seakan2 diajak
terbang di angkasa saja.
Angin men deru2. entah berapa jauh telah mereka lewati,
tahu2 si bongkok sakti itu berhenti disuatu lembah gunung
yang indah.
Sekeliling lembah tertutup oleh bukit yang menjulang
tinggi keangkasa, ia tak tahu si bongkok sakti itu masuk dari
mana ditengah lembah terdapat dua sumber air yang
menciptakan sebuah sungai kecil langsung menuju sebuah
telaga yang indah dan berair jernih, pohon siong merata di
seluruh bukit, puluhan ekor burung bangau ber-main2 ditepi
telaga, suatu pemandangan yang menawan hati.
Sebelah timur telaga terbentang sebuah tanah lapang
yang penuh dengan bunga aneka warna, maju tidak
seberapa jauh merupakan sebuah hutan bambu, ditengah
hutan bambu berdiri beberapa petak rumah bambu.
Sejak kecil Si Soat Ang dibesarkan diluar perbatasan
yang dingin dan gersang, walaupun sejak memasuki
perbatasan banyak pemandangan indah yang telah ia lihat,
namun pemandangan seindah dan sehebat ini belum pernah
dijumpai.Yang membuat ia tercengang adalah bangunan rumah
sibongkok sakti itu, ditinjau dari wataknya yang begitu
berangasan dan kasar, tak nyana bisa memiliki tempat
kediaman begitu tenang, indah dan menawan hati.
Setelah berhenti berlari. si bongkok sakti berpesan:
"Heei, dengarkan baik2. berada dihadapan istri ku jangan
sekali2 kau sebut tentang kematian Tong poei Pek, kalau
tidak akan kukubur dirimu hidup2, bisa diingat ?"
Wajah sibongkok sakti yang sadis dan seram ditambah
ancaman yang begitu mengerikan, membuat seluruh tubuh
sang gadis gemetar keras.
"Aku tahu, aku tahu" buru2 sahutnya.
Demikianlah Si Bongkok Sakti lantas menarik tangan Si
Soat Ang untuk diajak memasuki hutan bambu.
"Toako. apakah kau sudah pulang ?" tiba2 terdengar
suara seorang nyonya yang lembut, halus dan merdu
berkumandang datang.
"Benar, Cioe Loo jie bukan tandinganku hanya dalam
sekejap mata aku berhasil menangkan tiga set permainan
akhirnya ia berlalu dengan kepala terlunglai"
Suatu hal membuat Si Soat Ang kaget bercampur
tercengang. sewaktu mengucapkan kata2nya barusan si
bongkok sakti menunjukkan sikap halus, ramah dan begitu
menarik. Jauh berbeda dengan sikapnya yang bengis sadis
dan kasar semacam tadi.
"Nah . . . nah . . . toako, kembali kau membohongi diriku
agar hatiku gembira." terdengar perempuan itu tertawa
merdu "Aku tahu, dalam permainan catur melawan Tjioe
jie-ko yang kalah tentu kau, tidak mungkin kau bisa
menang."Merah padam selembar wajah si bongkok sakti, ia jadi
begitu jengah, se akan2 bocah cilik yang ketangkap basah
sedang melakukan perbuatan salah, keadaannya sangat
menggelikan sekali.
Setelah berdiri dengan beberapa saat lamanya si bongkok
sakti maju mendekat dan berkata:
"Adikku sayang, ada satu persoalan ingin kuberi tahukan
kepadamu ".
"Kau ada urusan apa ? katakan saja kepadaku didengar
dari suaramu, kembali kau hendak membohongi diriku,
toako, benar bukan ?"
Makin merah selembar wajah si bongkok sakti sehingga
hampir2 seperti babi panggang, buru2 ia goyangkan
tangannya berulang kali.
"Bukan, . . bukan ?"
Si Soat Ang yang selama ini berdiri disamping, hatinya
dibikin keheranan setengah mati, pikirnya:
"Persoalan aneh yang ada dikolong langit sungguh
banyak sekali macam si bongkok sakti yang tak takut langit,
tak takut bumi, ilmu silatnya begitu lihay dan sifatnya
begitu kasar dan berangasan, ternyata begitu penurut, halus
dan dibikin gelagapan didepan istrinya, Sungguh aneh."
Dalam pada itu terdengar suara langkah kaki dari balik
hutan bambu, diikuti munculnya seorang perempuan
berbaju putih dengan membawa sebuah bambu, langkahnya
amal lambat sekali.
la memakai baju warna putih mulus dan tipis,
langkahnya lambat. ditengah hembusan angin gunung yang
sepoi2 keadaannya mirip bidadari turun dari kahyangan.Perempuan itu berusia empat puluh tahunan, kulitnya
putih mulus, wajahnya cantik, sepasang matanya
memandang kedepan dengan mendelong, sedangkan biji
matanya sama sekali tidak bergerak, siapapun akan tahu dia
adalah seorang buta.
Ketika melihat istrinya munculkan diri, sibongkok sakti
makin gelisah dibuatnya, ia garuk sana garuk kemari
dengan hati tak tenteram.
Perempuan itu terus berjalan kedepan dan berhenti lima,
enam depa dihadapan sibongkok sakti, wajahnya halus,
tenang dan penuh senyuman, sama sekali berbeda dengan
keadaan suaminya.
Setelah berdiri tegak ia berkata:
"Baiklah, toako. kau hendak mengucapkan persoalan apa
? sekarang katakanlah kepadaku."
Sibongkok sakti makin jengah buru2 sahutnya: "Adikku
sayang aku bukan sedang berbohong, kau tahu bukan kalau
disampingku ada orang lain ?"
"Aku tahu" perempuan itu mengangguk, "Didengar dari
hembusan napasnya, dia tentu seorang nona yang amat
cantik, lincah dan cerdik !"
Begitu ucapan tadi diutarakan, Si Soat Ang tersentak
kaget, buru2 ia maju kedepan sambil menjura:
"Menjumpai Loo-cianpwee !"
Sembari berkata dalam hati ia tercengang, terang2an ia
tahu perempuan itu adalah seorang buta, sedang ia berdiri
disana bukan saja tidak buka suara bahkan maju
selangkahpun tidak. bagaimana dia bisa tahu kalau dia
adalah seorang perempuan ? suatu kejadian yang
mencengangkan hati."Nona, aku rasa kaupun pernah belajar silat, bukankah
begitu ? tak usah banyak adat ," ujar perempuan itu sambil
lantas menjura.
"Benar, aku pernah ikut ayah belajar ilmu silat."
"Adikku sayang." ujar si bongkok sakti sambil
kesempatan itu, "Ayahnya dibunuh mati oleh musuh
besarnya, ia datang mohon diri ku untuk balaskan dendam
tersebut mau tak mau aku harus pergi, karena itu paling
sedikit aku harus tinggalkan dirimu selama setengah bulan."
Dengan tenang perempuan itu mendengar perkataannya
sampai selesai, setelah itu baru tersenyum.
"Toako, cerita bohongmu ini disusun kurang sempurna,
tak dapat membohongi diriku."
"Bagaimana kurang sempurna susunannya ?" tanya si
bongkok sakti cemas.
Begitu ucapan ini diutarakan, bahkan Si Soat Ang pun
hampir2 tertawa dibuatnya, terang2an ia sudah mengaku
telah berbohong dalam ucapan barusan, sementara ia
sendiri masih belum merasa.
Tentu saja Si Soat Ang tak berani tertawa, dengan sekuat
tenaga ia menahan rasa geli itu dalam hatinya.
"Toako, kau jangan marah." ujar perempuan itu sambil
tertawa "Coba kau pikir, seandainya ayah nona ini tidak
kau kenal, mana kau suka membalaskan dendamnya sedang
kalau kau kenal mengapa aku tidak tahu?"
Si bongkok sakti tersudut oleh ucapan itu, seketika itu
juga ia membungkam dalam seribu bahasa Kembali
perempuan itu tertawa.
"Toako sebenarnya apa sebabnya kau hendak
meninggalkan tempat ini? cepat katakan padaku."Si bongkok sakti amat malu, mendadak dari rasa malu ia
jadi gusar teriaknya keras2:
"Neneknya... mak nya... lebih baik kau jangan bertanya."
"Aaaai..." perempuan itu menghela napas panjang.
"Toako, kau adalah suamiku, sedang aku adalah istrimu,
kau hendak meninggalkan diriku seumpama aku tidak
bertanya hal ini mana boleh jadi."
Hati si bongkok sakti melunak kembali.
"Benar . , benar harus bertanya . . harus ditanya . .
memang patut ditanya . . patut ditanya . . ."
"Nah kalau begitu katakanlah sekarang."
"Tentang soal ini. . . aaai adikku Tong-poei Pek telah
mengalami celaka diluar perbatasan!"
Sewaktu mengajak Si Soat Ang memasuki hutan bambu
tadi. ia berpesan wanti2 kepada gadis itu untuk jangan
mengungkap persoalan tentang Tong poei Pek, bahkan
mengancam hendak menguburnya hidup2.
Namun sekarang, setelah ia berbohong rahasia itu malah
ia sendiri yang mengaku terus terang dihadapan perempuan
itu.
Mendengar Tong poei Pek mengalami celaka. seluruh
tubuh perempuan itu gemetar keras, air mukanya berubah
pucat pias bagaikan mayat.
"Apa ? Pek Jie mengalami celaka ? dia. . . kenapa dengan
dia ? Aaai. . . peristiwa apa yang menimpa dirinya ?"
"Nona ini yang datang memberi kabar."
Tiba2 perempuan itu maju kedepan dan menangkap
tangan Si Soat Ang, gerakannya lambat sekali namun
sangat tepat dan telak."Nona" ujarnya dengan suara gemetar. "Apa-apa . .
kejadian apa yang telah menimpa dirinya? cepat beritahu
kepadaku?"
Dalam keadaan seperti ini Si Soat Ang dibikin serba
salah, seumpama ia mengaku secara terus terang, si
bongkok sakti tentu naik pitam namun kalau tidak
diutarakan ia merasa salah, tak kuasa ia melirik sekejap
kearab sibongkok sakti berangasan.
Pada saat itu si bongkok sakti pun sedang mengerling
kearahnya memberi tanda.
Bagainanapun dasarnya Si Soat Ang adalah seorang
manusia cerdik, ia segera dapat menangkap makna lirikan
itu, tanpa ragu2 lagi sahutnya:
”Tong poei toako terluka !"
"Aaah. dia terluka? apakah sangat parah?"
"Tidak, tidak terlalu parah?"
"Lalu apa sebabnya tidak kau hantar pulang kerumah?
mengapa kau berangkat seorang diri"
"Walaupun lukanya tidak begitu parah, namun tak
sanggup melakukan perjalanan jauh sebab hal ini bisa
mendatangkan celaka baginya."
"Dia. . . sekarang dia berada dimana ?" Kembali Si Soat
Ang melirik sekejap kearah si Bongkok Sakti Berangasan.
sementara dalam hati mengeluh.
"Dia . . . dia ada dikaki gunung Soat san" sahutnya
kemudian "Sekarang sedang merawat lukanya dirumah
seorang teman."
Setelah mengetahui pemuda itu selamat perempuan itu
melepaskan sang gadis dan putar badan kepada si bongkok
sakti serunya:"Toako, nah berangkatlah cepat ?. bawa dia pulang, lebih
baik merawat lukanya dirumah saja, toako, aku mohon
kepadamu !"
"Adikku, apa maksud ucapanmu ? tentu saja aku segera
berangkat, dan kemudian cepat2 kembali."
Si Soat Ang kembali dibuat tercengang, ia tahu Tongpoei
Pek adalah murid Si bongkok Sakti Berangasan, dengan
demikian istri sibongkok sakti adalah Su-nio dari Tong poei
Pek.
Tapi apa sebabnya perempuan itu malah mohon bantuan
sibongkok sakti untuk menolong Tong poei Pek ?
mungkinkah diantara mereka bertiga pernah terdapat suatu
hubungan yang aneh sekali ?
Meskipun dalam hati menaruh curiga, gadis itu tak
berani banyak bertanya.
"Adikku, aku hendak berangkat !" kembali si bongkok
sakti berseru.
"Kau... kau sendiripun harus ber-hati2, seandainya aku
memiliki ilmu silat tentu akan kusertai kepergianmu ini."
”Lebih baik kau menantikan kabar baikku disini saja,
aku akan tinggalkan nona Soat Ang untuk menemani
dirimu, asalkan Tiong-tiauw Sam Yu ada waktu, tentu
mereka datang menjenguk diri mu, Nah, aku pergi dahulu
!"
Sembari berkata dengan berat hati ia mundur selangkah
demi selangkah kebelakang, kemudian putar badan dan
laksana kilat berlalu dari sana, dalam sekejap mata lenyap
tak berbekas.
Setelah sibongkok sakti berlalu, dalam hutan bambu itu
tinggal Si Soat Ang serta perempuan itu dua orang.Sambil mencekal tangan sang gadis, ujar perempuan itu:
"Kemarilah, ceritakan kisah tentang Tong poci Pek
kepadaku?"
Si Soat Ang amat bersedih hati, namun ia menjawab
juga:
"Baik cianpwee !"
"Ah tak usah menyebut diriku sebagai cianpwee
bagaimanapun aku tak kenal ilmu silat, sedang si
berangasan she Aow... nona Sie, coba ceritakan bagaimana
kau bisa kenal dengan Tong-poei Pek?"
"Bibi Hu. berhubung Tong-poei toako harus menolong
aku, maka ia mengikat dendam dengan seorang yang
bernama Loei Sam !"
"Aaaai...manusia yang bernama Loei Sam itu apakah
berkepandaian sangat lihay ?"
"Kepandaiannya sih tak bisa menandingi Tong poei
toako, namun siasat serta akal liciknya banyak sekali. Tong-
poei toako kena dibokong olehnya, karena itu ia terluka
parah."
Sembari berkata kedua orang itu berbareng menerobosi
hutan bambu, beberapa kali Soat Ang ingin membimbing
perempuan itu namun setiap kali ditolaknya dengan halus.
Begitulah mereka berdua memasuki hutan bambu dan
tiba didepan beberapa pucuk rumah bambu yang sunyi dan
bersih itu.
Perempuan itu berhenti didepan rumahnya, kemudian
berkata:
"Nona Si beritahu kepadaku, sebenarnya bagaimana
keadaan Tong poei Pek?"Mendapat pertanyaan seperti ini secara mendadak,
jantung Si Soat Ang berdebar keras ia jadi kelabakan
dibuatnya.
"Kan tadi sudah kukatakan dia... dadanya terluka
parah!"
"Nona Si apakah hubungan kalian berdua sangat erat?"
tanya perempuan itu lagi sambil mencekal tangan Si Soat
Ang.
"Be. . . benar!"
"Aaaai . . . engkoh berangasan memang sangat baik
terhadap diriku, namun... namun seandainya Tong poei Pek
tertimpa nasib malang maka aku , , . aku...."
Bicara sampai disitu ia menangis terisak, walaupun
ucapannya tidak diteruskan, namun Si Soat Ang pun
mengerti apa yang hendak di ucapkan lebih jauh.
Rasa curiga yang menyelimuti benak Si Soat Ang makin
tebal sejak semula ia dapat menemukan kalau adanya
hubungan istimewa antara perempuan ini dengan Tong
poei Pek, kini setelah melihat dia menangis, curiganya
makin menghebat.
Pastilah hubungan kedua orang itu bukan terbatas
sampai hubungan murid dengan ibu gurunya belaka.
Walaupun dalam hati keheranan, Si Soat Ang tidak enak
banyak bertanya, ia tetap membungkam dalam seribu
bahasa.
Setelah menangis beberapa saat lamanya, perempuan itu
baru melanjutkan langkahnya masuk kedalam ruangan dan
duduk diatas sebuah kursi bambu.
Si Soat Ang rada kelabakan dibuatnya, terpaksa ia hanya
berdiri tegak dihadapannya dengan wajah mendelong.Lewat beberapa saat kemudian terdengar perempuan itu
berkata kembali, "Nona Si, mungkin kau tidak tahu, Tong
Poei Pek adalah putraku!"
Si Soat Ang sangat terperanjat, untuk sesaat ia tak tahu
apa yang harus dilakukan, beberapa waktu kemudian ia
baru berkata.
"Kau, . . tadi bukankah kau beritahu kepada ku, kalau
Lie Hwiee cianpwee she Auw ?"
"Benar, namun Tong-poei Pek kulahirkan sebelum
menikah dengan toako bongkok !"
Si Soat Ang merasa amat jengah, bagaimana pun dia
masih gadis perawan bahkan barusan saja berkenalan
dengan perempuan ini namun perempuan itu sudah
mengajak dia untuk membicarakan banyak persoalan yang
seharusnya tidak pantas diceritakan kepada orang lain.
Si Soat Ang tak bila mengatakan ia ia kecuali berseru.
"Ooooow . . kiranya demikian."
Kembali perempuan itu menghela napas panjang.
"Nona Si, perkataan semacam ini sebetulnya tidak pantas
bagiku untuk menceritakan kepada orang lain, namun
berhubung kau sangat baik terhadap Tong poei Pek maka
kuutarakan kepadamu."
"Bibi, kau terlalu merasa kuatir, aku pikir. . setelah
cianpwee berangasan tiba diluar perbatasan, ia tentu bisa
membawanya pulang."
"Nona Si seandainya kau berjumpa lagi dengan dirinya,
jangan sekali2 menceritakan apa yang kuutarakan
kepadamu barusan kepadanya, selama ini ia tak tahu kalau
aku adalah ibu kandungnya.""Bibi, mengapa kau mengelabuhi dirinya ?" tanya gadis
itu dengan nada tercengang.
Perempuan itu menghela napas panjang, ia
membungkam dalam seribu bahasa.
Mengetahui perempuan itu tentu mempunyai rahasia
yang tidak enak diceritakan kepada orang lain, Si Soat Ang
pun tidak bertanya lebih jauh.
Kedua orang itu duduk saling berhadapan dengan mulut
membungkam, suasana hening, sunyi . . . sepi...
Beberapa saat kemudian perempuan itu baru berkata
lagi:
"Berada bersama diriku, tak usah kau repot melayani
segala keperluanku, walaupun sepasang mataku buta.
namun sudah lama tinggal disini, ketajaman perasaanku
tidak kalah dengan pandangan mata orang lain, hanya
sayang aku tak bisa melihat dirimu."
Bicara sampai disitu mendadak ia membungkam dan
pusatkan perhatiannya untuk mendengar.
"Eeei... sungguh aneh sekali, kenapa ada orang datang ?"
Pada saat ini Si Soat Ang tidak mendengar apapun juga,
ia jadi tertegun dibuatnya.
"Apa yang telah berhasil kau dengar ? apakah ada
sesuatu ?"
"Benar, ada dua orang datang mendekati rumah kita."
"Mungkin Tiong tiauw Sam Yu datang menjenguk
dirimu ?"
"Tidak, tidak mungkin" buru2 perempuan itu
menggeleng. "seandainya orang yang sudah kenal, maka
sejak semula mereka sudah buka suara.Si Soat Ang jadi sangat terperanjat.
"Apakah ditempat ini seringkali kedatangan orang yang
tidak dikenal ?" tanyanya.
"Tidak, selama sepuluh tahun aku berdiam di sini baru
untuk pertama kali ini tempat kediamanku kedatangan
orang luar. ditinjau dari langkah kakinya yang ringan dan
cepat, jelas orang itu adalah tokoh dunia persilatan, kau tak
usah gelisah biarlah aku yang menghadapi kedatangan
mereka."
"Kau... bagaimana kau bisa tahu kalau hatiku sedang
gugup dan gelisah ?" tanya gadis itu sambil tertawa getir.
"Dari napasmu yang memburu, walaupun aku tak dapat
melihat bagaimanakah perubahan air mukamu pada saat
ini, namun aku dapat mendengar semua gerak gerikmu
dengan jelas, coba kau dengar, bukankah langkah kaki
kedua orang itu sudah semakin mendekati kediaman kita ?"
Dengan pusatkan perhatiannya Si Soat Ang
mendengarkan namun kecuali angin sepoi2 yang
berhembus lewat menimbulkan suara berisik dari bambu
yang bergoyang tiada suara lain bergema memecahkan
kesunyian.
Lama sekali ia memperhatikan namun tidak menangkap
sesuatupun.
"Tidak ada aku . . tidak ada..."
Belum selesai ia berbicara, mendadak ia mendengar
adanya suara langkah kaki manusia berkumandang datang,
langkah kaki itu datangnya sangat cepat dan gesit, dalam
sekejap mata mereka sudah makin dekat, diikuti dari luar
hutan bambu berkelebat lewat bayangan manusia.
"Mereka sudah datang !" bisik Si Soat Ang lirih."Apakah kau sudah menemukan mereka ?" tanya
perempuan itu dengan suara lirih pula.
"Tidak begitu jelas, sebab hutan bambu terlalu rapat,
namun aku sudah dapat melihat warna pakaian yang
mereka kenakan agaknya mereka memakai baju warna biru.
Aaaah, , . salah satu diantaranya mencekal sebilah golok
yang memancarkan cahaya tajam."
Perempuan itu segera tertawa getir.
"Barusan saja engkoh bongkok berangkat, sudah ada
orang asing mendatangi tempat ini, sungguh aneh sekali !"
"Apakah perlu aku kejar kembali si cianpwee berangasan
yang barusan Berangkat ?"
"Tidak usah, kau takkan berhasil menyandak dirinya,
kita lihat saja apa yang hendak dilakukan kedua orang ini"
Kembali Si Soat Ang- menoleh kearah kedua orang itu,
tampak mereka berdua sedang menyingkap daun bambu
dan berjalan makin mendekat.
Tingkah laku mereka berdua sangat hati2 selangkah demi
selangkah mereka maju mendekat, sementara senjata tajam
disiapkan dalam cekalan.
Tidak selang beberapa saat kemudian sampai lah mereka
didepan rumah, sementara Si Soat Ang dapat melihat jelas
raut wajah mereka berdua, ke dua orang itu adalah lelaki
setengah baya.
Perawakan kedua orang itu tidak begitu tinggi namun
kekar penuh berotot, mereka berhenti dua tombak didepan
rumah.
Setelah saling bertukar pandangan sekejap, salah satu
diantaranya berteriak lantang...
"Apakah sibongkok sakti berangasan ada dirumah ??"."Tentu saja tak ada dirumah" jawab nyonya sibongkok
dengan suara halus dan tenang. "Seandainya dia ada
dirumah, kalian berdua tak mungkin bisa mendekat tempat
ini bukankah begitu ??",
Si Soat Ang yang bersembunyi disamping jendela dapat
melihat keadaan diluar dengan amat jelas, tampak air muka
kedua orang itu berubah hebat, salah satu diantaranya
kembali bertanya:
"Kalau begitu anda tentunya nyonya sibongkok sakti
bukan ?".
"Sedikitpun tidak salah, entah siapakah kalian berdua ?"
Kedua orang itu sama2 tertawa kering, selangkah demi
selangkah kembali mendekati gubuk itu sampai lima enam
langkah.
"Hujien tak usah bertanya siapakah kami, ada seseorang
mengundang hujien untuk pergi menjumpainya." kata
mereka berbareng.
"Sepasang mataku sudah buta, siapapun tak dapat
kulihat lagi, lebih baik kalian pergi saja dari sini."
"Tidak bisa jadi, orang itu sudah berpesan kepada kami
seandainya hujien tak mau pergi maka terpaksa kami harus
mengundang dengan kekerasan, harap hujien jangan
menyalahkan kami."
"Heee, heee, , . hee, walaupun Tuow cu toako tak ada
dirumah, namun ia bakal pulang juga, diantara kalian
berdua apakah merasa sanggup untuk menandingi dirinya
?" seru nyonya si bongkok sakti sambil tertawa dingin, "Aku
lihat lebih baik kalian berdua cepat2 berlalu, setelah ia
kembali aku akan menganggap tak pernah terjadi suatu
persoalan apapun, saat itu kalian berdua masih bisa
melewati hidup dengan aman tenteram ."Air muka kedua orang itu berubah tiada hentinya, lewat
beberapa saat kemudian mereka baru menghela napas
panjang.
"Kamipun dipaksa orang untuk berbuat demikian."
katanya.
"Keadaan kami serba salah entah bagaimana baiknya,
kami harap hujien suka pergi sejenak saja. kami tanggung
takkan terjadi peristiwa apapun."
Sementara itu Si Soat Ang telah mempersiapkan cambuk
lemasnya ditangan, tempat mereka berdiri tepat dibelakang
pintu seandainya kedua orang itu bertindak nekat dan
menerjang masuk kedalam ia siap melancarkan serangan
bokongan. Oleh karena itu ia tahan napas agar jangan
kedengaran sedikit suarapun.
"Sudah kukatakan aku tidak ingin berjumpa dengan
siapapun, mengapa kalian banyak bicara ?" seru nyonya
sibongkok. Kedua orang itu saling tukar pandangan
kemudian berjalan kedepan.
"Seandainya hujien benar2 tak mau pergi, terpaksa kami
berdua harus membuat salah kepada sibongkok sakti dan
paksa hujien untuk pergi kesana."
Mendengar ancaman itu nyonya sibongkok tertawa geli,
terhadap ketenangan yang diperlihatkan perempuan itu,
diam2 Si Soat Ang yang ada di samping merasa sangat
kagum.
Karena ia tahu kedatangan kedua orang itu membawa
maksud tidak baik, jelas suatu bencana kemungkinan besar
akan menimpa dirinya, namun nyonya sibongkok sakti ini
masih tertawa se akan2 tak pernah terjadi suatu apapun,
suatu ketenangan yang patut dipuji."Bagus sekali !" terdengar perempuan itu berseru,
"Tolong tanya siapakah nama besar kalian berdua ? Berani
benar menyalahi sibongkok sakti, aku pikir kalian tentu
manusia luar biasa !".
Kedua orang itu tertawa sahutnya:
"Kami hanya prajurit2 tak bernama, lebih baik tak usah
kami sebutkan siapakah nama kami".
Bicara sampai disitu salah seorang diantaranya telah
mendorong pintu ruangan tersebut setelah membuka pintu
ia tidak langsung masuk badannya berhenti diluar
sedangkan pedangnya segera didorong kedalam, ujung
pedang mengancam depan dada nyonya sibongkok sakti itu.
Pada waktu itu Si Soat Ang sedang berdiri di belakang
pintu, jaraknya dengan pedang tersebut cuma terpaut dua
depa belaka.
Ia bisa melihat pihak lawan, sebaiknya orang itu tak
dapat melihat dia yang bersembunyi di situ.
Setelah orang itu menempelkan ujung pedang nya
didepan dada perempuan tadi, kembali serunya:
"Nyonya sibongkok, terpaksa kami harus melakukan
kesalahan terhadap dirimu."
Belum habis ia berbicara, mendadak Si Soat Ang putar
pergelangannya, cambuk lemas yang berada ditangannya
dengan disertai hembusan angin tajam menyambar kearah
lengan orang itu.
Kepandaian Si Soat Ang dalam permainan cambuk tidak
lemah. sewaktu berada dibenteng Thian It Poo seringkali ia
berlatih ilmu cambuk tersebut melawan puluhan ekor anjing
srigala, dengan telak serangan cambuk tadi bersarang diatas
pergelangan tangan orang itu."Trang . ." cekalannya jadi kendor, dan pedang itu jadi
terjatuh keatas tanah, sementara diatas pergelangannya
tertera bekas cambuk yang merah sebab membengkak
sakitnya luar biasa.
Saking tak tahannya orang itu menjerit keras dan
meloncat mundur kebelakang dengan sempoyongan.
"Cepat lari... cepat lari..." teriaknya keras-2. "Si bongkok
sakti ada didalam rumah !"
Namun rekannya masih tetap tenang terdengar ia
berseru:
"Eeeei... kenapa kau ? bukankah sibongkok sakti telah
berlalu, bukankah kita berdua melihatnya dengan mata
kepala sendiri ?".
Tangan orang itu gemetar keras badannya sempoyongan
keringat dingin setetes demi setetes mengucur keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
"Coba kau lihat" ia berseru, "Pergelangan tanganku jadi
begini, kemungkinan besar si bongkok sakti telah kembali
dengan melalui bukit sebelas belakang".
"Jangan bicara sembarangan." hardik rekannya
"Seumpamanya sibongkok sakti berada disini, niscaya ia
sudah tunjukkan diri dan me-robek2 kita jadi dua bagian,
apakah kau lupa akan gelarnya, dia disebut orang si
Bongkok sakti yang berangasan ? aku lihat mungkin ada
orang lain sedang main gertak terhadap kita."
Bicara sampai disitu ia lantas pertinggi suaranya dan
berteriak:
"Sahabat dari aliran manakah yang berada didalam
ruangan ? persoalan ini tidak ada sangkut pautnya dengandirimu, aku harap kalian jangan campur tangan, kalau tidak
niscaya kami tak akan sungkan2 lagi terhadap dirimu !".
Ingin sekali Si Soat Ang buka suara menjawab
pertanyaan itu, namun dengan cepat si-nyonya bongkok
sudah memberi tanda kepadanya agar jangan bersuara,
diikuti perempuan itu berkata:
"Kalian berdua sudah tahu lihay dia adalah seorang
sahabat karib dari toako bongkok, selama hidup orang ini
paling pantang berjumpa dengan manusia2 asing macam
kalian berdua oleh karena itu barusan memberi sedikit
peringatan kepada kalian, kalau kamu berdua masih nekad
juga... yaa apa boleh buat lagi."
Diam2 Si Soat Ang kagum akan ucapan nyonya bongkok
ini, maka ia membungkam, keadaannya semakin misterius,
pihak lawanpun semakin was-was terhadap dirinya.
Terdengar kedua orang itu dengan wajah merengek
berseru:
"Nyonya bongkok kau pasti tahu bukan bagaimanakah
tabiat orang itu, seandainya kami gagal mengundang
kehadiranmu... mungkin baru saja tinggalkan tempat ini,
jiwa kami berdua sudah melayang."
Air muka perempuan itu dalam sekejap mata berubah
pucat pias bagaikan mayat, tubuhnya gemetar keras sedang
keringat mulai mengucur keluar.
Melihat hal tersebut Si Soat Ang keheranan, ia tahu jelas
perempuan itu sama sekali tidak takut, namun apa sebabnya
secara tiba2 berubah jadi begini ? tentu dibalik ucapan
orang2 itu terselip suatu masalah yang tak ingin dia ketahui.
Namun apa yang diucapkan kedua orang itu ? mengapa
ia gagal untuk menemukan keistimewaan tersebut ?Terdengar lelaki yang terluka pergelangan tangannya itu
berkata:
"Nyonya bongkok, hitung2 kau telah mengorbani jiwa
kami, bagaimanapun juga kau kan kenal dengan dirinya,
sedang sibongkok sakti pun tak ada dirumah, pergilah
jumpai sekejap dirinya...”
Belum habis ia berkata, nyonya bongkok yang duduk
diatas kursi mendadak jatuh tertelungkup keatas tanah,
ternyata ia jatuh tak sadarkan diri.
Si Soat Ang terkesiap, buru2 ia maju dan memayang
nyonya itu.
Namun, baru saja ia memayang bangun perempuan itu,
mendadak dari belakang punggung terasa angin tajam
menyambar datang, jelas ada orang sedang melancarkan
bokongan.
Si Soat Ang terkesiap cambuknya kontan dibalik balas
menyerang kebelakang diikuti badannya berputar kencang.
Tampak kedua orang lelaki itu sudah berada didalam
ruangan ketika menjumpai diri Si Soat Ang, tak kuasa
mereka berseru berbareng:
"Siapakah nona ?"
Si Soat Ang tidak ingin banyak bicara dengan orang2 itu,
pergelangannya berputar cepat. Sreet ! Sreet ! Sreet ! secara
beruntun ia mengirim tiga buah serangan berantai.
Angin serangan men-deru2 cahaya kilat menyambar kian
kemari, bayangan cambuk memenuhi angkasa, kedua orang
itu terdesak hebat, dan mundur ke belakang dengan
sempoyongan,
Pepatah kuno mengatakan: Sekali bergebrak akan
diketahui berisi atau tidak, tiga buah serangan berantai dariSi Soat Ang walaupun gencar dan dahsyat, permainan
cambuknya boleh dikata sempurna, namun bukan termasuk
ilmu silat kelas satu.
Dalam sekilas pandang, kedua orang itu berhasil
menemukan banyak titik kelemahan diantara permainan
cambuknya.
Kedua orang itu saling bertukar pandangan, kemudian
salah satu diantaranya berkata:
"Nona, kami tiada bermaksud jahat terhadap diri nyonya
bongkok, harap kau berlega hati."
"Kalian tak usah banyak bicara." Teriak Si Soat Ang
dengan gusar. "Tadi nyonya bongkok sudah berkata tidak
akan berlalu mengikuti kalian, buat apa kalian ngaco belo
terus disini?"
Melihat gadis itu tak bisa ditundukkan dengan kata2,
orang itu segera mencabut keluar pedangnya dan maju
mendekat dengan langkah lebar.
Si Soat Ang semakin gusar, tiba2 teriaknya sambil
memainkan cambuk.
Cambuknya kembali menyapu ke depan disertai angin
tajam, namun gerakan tubuh musuhnya cukup lincah
berkelit ke samping diikuti pedangnya menusuk secara
beruntun mengirim dua tusukan ke arah belakang.
Mengambil kesempatan bagus itulah, orang tadi bergerak
kedepan, sekali sambar ia telah memayang tubuh nyonya
bongkok kemudian dibawa keluar dari dalam ruangan.
Gerakan orang itu cepat bagaikan kilat, menanti gadis itu
berhasil menegakkan tubuhnya, orang itu dengan
memayang nyonya si bongkok telah mengundurkan diri
keluar ruangan.Si Soat Ang tidak menyangka ilmu silat kedua orang itu
sangat lihay, hatinya terperanjat dan buru2 mengejar keluar.
Baru saja badannya bergerak, lelaki yang berdiri didepan
pintu itu segera memapaki kedatangannya, Sreeet Sreeett
Beruntun tiga tusukan kilat dilancarkan kedepan, hawa
pedang memenuhi ruangan, jalan maju Si Soat Ang
seketika terbendung rapat.
Si Soat Ang makin terperanjat, saat itulah ia baru sadar
dia bukan tandingan dari kedua orang itu, namun nyonya si
bongkok kena ditangkap oleh mereka, bagaimana
pertanggungan jawabnya jika si bongkok sakti kembali ? dia
pasti akan celaka.
Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia teringat
untuk pergi dari sana.
Mendadak suara gelak tertawa berkumandang dari
tempat kejauhan, suara itu makin lama makin mendekat
dan cepatnya sukar dibayangkan dengan kata2, gelak
tertawa tersebut amat nyaring dan lantang membuat
siapapun merasa hatinya ber-debar2.
Buru2 Si Soat Ang mendongak ke-luar, tampak seorang
sastrawan berusia setengah baya tahu2 sudah muncul
didalam hutan bambu itu.
Walaupun usia si sastrawan setengah baya itu sudah
hampir mendekati lima puluh tahunan, namun wajahnya
masih kelihatan ganteng, gagah dan romantis, gerak
geriknya menimbulkan simpatik bagi siapapun.
Begitu tiba disana, sastrawan berusia setengah baya itu
tertawa tergelak, kemudian tegurnya.
"Gwat Hun, kau masih saja seperti dahulu, gemar akan
tanaman bambu!"Mendadak ia berseru tertahan, kepalanya berpaling
memandang kearah kedua orang lelaki itu lalu tegurnya:
"Aku kan suruh kalian berdua mengundang perempuan
ini secara hormat dan ramah? siapa suruh kalian main seret
seperti itu?"
Sambil bicara tangannya menuding kearah lelaki
tersebut, seketika itu juga air muka mereka berubah jadi
pucat ke-abu2an, sepasang lutut jadi lemas hingga tak kuasa
lagi mereka jatuh berlutut diatas tanah:
"Dia... dia jatuh... jatuh pingsan, oleh karena itu aku...
aku memayangnya keluar”
Sepasang alis lelaki setengah baya itu berkerut selintas
hawa membunuh yang menggidikkan hati terlintas
terbayang diatas wajahnya.
Sekalipun hanya sekilas mata namun cukup membuat
siapapun bergidik dan ter kencing2.
Lelaki yang berlutut diatas tanah itu gemetar semakin
keras, dengan gigi saling beradu ia anggukkan kepalanya
berulang kali, serunya: "Ampun... ampun. . ampun..."
Jelas saking takutnya sampai tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun, Waktu itu Si Soat Ang telah berada
didalam ruangan, namun ia tertegun setelah menjumpai
kejadian itu, ia tidak tahu siapakah kedua orang lelaki yang
datang mengundang nyonya si bongkok sakti itu, namun ia
mengerti ia sadar ilmu silat kedua orang ini sangat lihay dan
jauh berada diatasnya, atau paling sedikit ilmu silatnya
sejajar dengan kepandaian silat ayahnya almarhum, atau
dengan perkataan lain mereka adalah jago kelas wahid
dalam dunia persilatan.
Tapi apa sebabnya mereka begitu ketakutan sampai
menunjukkan keadaan macam begini ?Berada dalam keadaan seperti ini, Si Soat Ang
sendiripun bingung, haruskah ia munculkan diri atau
bersembunyi terus ? jantung berdebar keras menahan
ketegangan yang mencekam.
Selintas hawa membunuh telah lenyap dari wajah
sastrawan setengah baya itu, dengan sepasang alis berkerut
ia berkata:
"Kaupun terhitung jago kelas wahid didalam dunia
persilatan kenapa begitu jeri macam gentong nasi ? baik...
baiklah mengingat kalian bersikap hormat kepadaku selama
ini akan ku beri jenasah yang utuh buat kalian !"
Ketika itu sambil anggukkan kepala, orang itu me
rengek2 minta ampun. namun setelah ucapan ini diutarakan
badannya jadi kaku, mata terbelalak mulut melongo
sementara keringat dingin mengucur makin deras.
Begitu selesai bicara, sastrawan setengah baya itu segera
mengebaskan ujung bajunya kedepan.
Kebutan ini tidak begitu kuat terdengar... "Sreeet !" angin
dingin menyambar lewat, ujung baju lelaki setengah baya
tadi tahu2 sudah berkelebat lewat melalui batok kepala
orang itu.
"Kraaak !" kebutan yang lemah lembut dan disangka
suatu gurauan oleh Si Soat Ang tadi bersarang diatas batok
kepala orang itu dengan telak sekali, tanpa banyak suara
lagi orang itu roboh keatas tanah, diatas batok kepalanya
muncul sebuah bekas luka yang dalamnya ada setengah
coen. seperti batok kepala itu terjepit oleh papan besi
belaka.
Demikianlah, tanpa mengeluarkan suara dan didalam
waktu singkat, selembar jiwa telah melayang.Begitu rekannya mati, lelaki kedua jadi ketakutan
setengah mati, air mukanya berubah semakin hebat,
terdengar orang itu dengan suara serak merengek lirih:
"Kami tidak melakukan kesalahan, kau... mengapa kau
turun tangan begitu keji ?"
"Oouw... jadi kau tidak puas ?" jengek sisastrawan
setengah baya itu dengan suara dingin, lambat2 ia angkat
kepala.
Orang itu menjerit aneh, mendadak sepasang tangannya
bergerak berbareng, tujuh, delapan macam senjata rahasia
berkilauan memenuhi angkasa dengan dahsyat mengurung
tubuh orang itu, sementara pedangnyapun bergerak cepat
menusuk ke ulu hati sastrawan tadi.
Melihat datangnya serangan sastrawan setengah baya itu
tertawa dingin, ujung bajunya bergerak cepat.
Braak...braak...braak.. diiringi tujuh delapan kebasan,
ketujuh delapan macam senjata rahasia itu berbareng
menancap diatas ujung bajunya namun dengan cepat
memental dan rontok semua keatas tanah.
Se-akan2 senjata rahasia tadi telah menumbuk dinding
baja, tak sebatangpun berhasil menembusi tubuh lelaki
sastrawan itu.
Ketika itulah serangan pedang lelaki itu sudah meluncur
datang.
Ditinjau dari sikap serta air muka orang itu, tusukan
pedangnya ini jelas sudah menggunakan segenap tenaga
yang dimilikinya, "Breeet!" ujung baju sastrawan itu kena
tersambar dan robek jadi dua bagian! Tidak sampai disitu
saja, ujung pedang lelaki itu dengan penuh meneruskan
sasarannya menutuk kedada lelaki sastrawan itu.Tiba2 sastrawan setengah baya itu menghela napas
panjang tangannya bergerak kedepan, dengan jari tengah
serta ibu jarinya ia menjepit ujung pedang orang itu.
Teriakan kesakitan bergema memecahkan kesunyian,
mendadak ia lepaskan pedangnya sambil meloncat mundur
kebelakang dari kelima jarinya darah segar mengucur keluar
dengan sangat deras sementara ia mundur kebelakang
sastrawan setengah baya itu menyentil pedang rampasan itu
kedepan.
"Criiit!" tidak ampun bagaikan anak panah terlepas dari
busurnya pedang tersebut membalik langsung meluncur
kearah orang itu menembusi dadanya dan terbenam hingga
tinggal gagangnya belaka.
Seluruh tubuh orang itu gemetar keras darah segar
muncrat keempat penjuru sambil mencekal pedang untuk
dicabut keluar dari dadanya.
Matanya melotot giginya saling gemerutukan, namun ia
gagal mencabut keluar pedang itu, akhirnya sambil menjerit
ngeri badannya mundur ke belakang dengan sempoyongan
kemudian roboh terjengkang keatas tanah.
Demikianlah. jiwanyapun berakhir di ujung pedang
sendiri.
Dalam sekejap mata sastrawan berusia pertengahan itu
membinasakan dua orang, air mukanya sama sekali tak
berubah dengan wajah penuh senyuman ia melanjutkan
langkahnya mendekati perempuan istri sibongkok sakti itu.
Sejak orang yang memayang perempuan itu berlutut,
nyonya sibongkok sakti ini menggeletak di atas tanah,
namun tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah
siuman dan bangun berdiri sampai sekarang.Sastrawan setengah baya itu dengan wajah penuh
senyuman berjalan kedepan nyonya sibongkok sakti,
kemudian dengan suara halus sapanya:
"Gwat Hun, Gwat Hun. apakah kau sudah lupa dengan
diriku ?"
Suara sastrawan itu lembut dan menarik hati, begitu
mempersonakan hingga sukar dilukiskan dengan kata2,
membuat siapapun yang ikut mendengar akan merasa
nyaman dan terpikat.
Si Soat Ang yang ada didalam rumah tentu saja tahu
sastrawan setengah baya itu sedang ber bicara dengan
nyonya sibongkok sakti, namun tanpa sebab jantungnya
ikut berdebar setelah mendengar ucapan itu.
Terdengar sisastrawan setengah baya itu berkata
kembali:
"Aku suruh kedua orang itu datang untuk mengundang
dirimu, tak nyana mereka begitu berani menyalahi dirimu
coba kau lihat, aku telah membinasakan mereka berdua."
Perempuan itu berdiri kaku, ia tak berkutik sama sekali,
air mukanya pucat pias. titik2 air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya.
"Gwat Hun kau menangis? kau tidak ingin menangis
bukan ?" rayu sastrawan itu kembali dengan suara halus,
"Ataukah mungkin karena bisa berjumpa kembali dengan
aku, hatimu kegirangan sehingga mengucurkan air mata ?"
Bibir nyonya sibongkok itu bergetar, pada mukanya tak
kedengaran sedikit suarapun, namun akhirnya meletup juga
suara yang begitu tenang, halus dan sama sekali berada
diluar dugaan.
"Aku sama sekali tidak dapat melihat dirimu" ia berkata."Gwat Hun, apa maksud perkataanmu ?" Seru
sisastrawan itu setelah melengak sejenak.
"Apakah kau tak mau memaafkan diriku ? Aaai , .
ataukah kau tak ingin berjumpa lagi dengan aku?"
Suara nyonya sibongkok semakin tenang, bahkan ia
tertawa dingin.
"Aku sama sekali tak dapat melihat dirimu, sepasang
mataku sudah menjadi buta."
"Apa? sepasang matamu..." teriak sastrawan itu amat
terperanjat.
Sambil berseru ia maju kedepan, kemudian sambungnya
dengan nada cemas.
"Apakah bongkok sibangsat itu bersikap kurang ajar
kepadamu mencelakai dirimu jadi be-gini? bongkok bangsat
. . "
Belum selesai ia bicara, mendadak nyonya itu ayunkan
tangannya kedepan Ploook! sebuah tempelengan keras
dengan telak bersarang diatas pipi sastrawan setengah baya
itu.
Walaupun nyonya ini tak paham ilmu silat, namun
gaplokan ini cukup berat, ketika itu juga muncul lima buah
bekas telapak yang merah dan sembab bengkak diatas pipi
lelaki itu.
Walaupun hanya merah membengkak, cukup
membuktikan betapa kerasnya tempelengan nyonya itu
barusan.
Dengan mata kepala sendiri Si Soat Ang melihat betapa
sastrawan berusia pertengahan ini membunuh dua orang
jago lihay Bu-lim sekaligus, kini melihat ia digaplok kerasoleh nyonya si bongkok, diam2 ia ikut kuatirkan buat
keselamatan perempuan itu.
Terdengar nyonya itu dengan wajah pucat pias berseru
sepatah demi sepatah kata.
"Aku melarang kau maki toako bongkok dihadapanku,
siapapun kularang memaki dirinya di-hadapanku, dia hanya
seorang yang benar2 bersikap baik kepadaku."
Sastrawan setengah baya itu tidak gusar, suaranya masih
tetap lemah lembut, halus, merdu dan memikat hati.
"Bagaimana dengan aku Gwat Hun ?" ia bertanya,
"Apakah aku kurang baik terhadap diri mu ?"
"Dimana pedangmu ?" seru nyonya si bongkok dengan
suara gemetar.
"Ada di punggungku !"
"Berikan kepadaku !"
"Baik !" buru2 ia singkap bajunya dan sreeet! Sebilah
pedang segera diloloskan dari sarungnya.
Begitu pedang tersebut dicabut keluar, jantung Soat Ang
berdetak makin keras ia lihat pedang itu luar biasa dan jauh
berbeda dengan pedang biasa, panjangnya hanya dua depa
namun memancarkan cahaya tajam yang menyilaukan
mata, tajamnya pasti bukan main, jelas merupakan sebilah
pedang kelas satu.
Dengan amat tenang sastrawan setengah baya itu
membalik pedang itu, kemudian gagang pedang tadi
diserahkan ketangan nyonya sibongkok.
Setelah mencekal pedang ditangan, seluruh tubuh
nyonya sibongkok gemetar keras, ia cekal pedang itu erat2
kemudian menempelkan ujung pedang tadi keatas ulu hati
sisastrawan tadi.Ia tarik napas panjang2, tangannya yang mencekal
pedang lambat2 didorong kedepan ujung pedang makin
lama semakin mendekati ulu hati sastrawan itu, dilihat
keadaannya seakan2 ia hendak membinasakan orang itu
dalam sekali tusukan.
Si Soat Ang yang melihat kejadian ini jadi melengak, tak
kuasa ia berdiri menjublak.
Orang Bu lim, siapapun tahu kalau nyonya si bongkok
sakti tak pandai bersilat, sedangkan ilmu silat sastrawan
berusia pertengahan itu sangat lihay dan dibuktikan sendiri
oleh Si Soat Ang dengan mata kepala sendiri.
Sewaktu ditampar tadi ia sudah tidak marah bahkan
menyerahkan pula pedangnya agar ditusuk oleh perempuan
itu. Apa sebabnya yang terjadi? mengapa sastrawan itu rela
dirinya ditusuk? sebenarnya apa hubungan nyonya dengan
sisastrawan?
Sementara Si Soat Ang disibukkan oleh pelbagai
pertanyaan yang mencurigakan, terdengar nyonya
sibongkok berkata dengan suara lamban.
"Sejak dahulu aku sudah ambil keputusan untuk
membinasakan dirimu, sekarang aku benar2 hendak
membunuh dirimu."
"Kalau benar kau hendak binasakan diriku, mengapa aku
harus melarikan diri." sastrawan itu tertawa hambar,
"Asalkan kau senang, sekalipun aku harus mati
ditanganmu, kenapa aku harus takut? Nah, silahkan turun
tangan."
Tubuh nyonya itu gemetar semakin keras.
"Kau jangan anggap aku tak berani turun tangan."
serunya. "Aku hendak membinasakan dirimu, dengan
tanganku sendiri!"Ujung pedang yang dicekal ditangan makin mendekati
ulu hati si sastrawan itu
Namun sastrawan itu tetap tak berkelit, ia hanya
menyapa: "Aaai. . . Gwat Hun !"
Mendadak nyonya sibongkok itu mengerahkan tenaga
dan mendorong pedangnya menusuk ke-depan, disaat
pedang itu berkelebat datang, sastrawan setengah baya itu
miringkan badannya kesamping.
"Criiit !" tusukan ini kendali tidak mengenai dada
sastrawan itu namun menembusi iganya dengan telak.
Ujung pedang mencabut iganya sedalam tiga coen, darah
segar segera mengucur keluar membasahi tubuhnya.
Si Soat Ang yang melihat kejadian itu jadi terkesiap.
Ilmu silat yang dimiliki sastrawan setengah baya ini
sangat lihay, namun apa sebabnya ia tak berkelit sama
sekali ketika ujung pedang nyonya si bongkok sakti itu
menusuk datang ?
Seluruh tubuh nyonya si bongkok itu gemetar keras
badannya mundur selangkah kebelakang, kelima jarinya
mengendor dan tidak ampun pedang tadi terjatuh keatas
tanah.
". . . kau tertusuk ?" ia bertanya dengan nada gemetar.
"Benar, tusukanmu telah menembusi igaku... seumpama
kau ingin menusuk diriku sampai mati, nah pungut kembali
pedang mustika itu, tambahi satu kali tusukan."
Tubuh nyonya itu gemetar semakin keras, terdengar
suaranya berubah makin melengking tajam dan tak sedap
didengar.
"Mengapa kau tidak menghindar?" teriaknya "Mengapa
kau tidak merampas pedang itu? mengapa kau tidak . . . ""Kau ingin menusuk aku sampai mati?" tukas sastrawan
setengah baya itu dengan tenang "Aai . . . mati ditanganmu
memang bukan suatu pekerjaan yang enak, namun bisa
dirindukan dan diingat selalu olehmu jauh lebih baik
daripada aku tetap hidup namun kau selalu . . . selalu
membenci diriku."
Belum habis sastrawan setengah baya itu bicara, dari
sepasang mata nyonya itu mengucurkan air mata dengan
derasnya tak tertahan ia maju kedepan sambil bertanya:
"Kau... kau berada dimana ?"
Sastrawan setengah baya itu merentangkan sepasang
tangannya selintas senyuman licik dan keji berkelebat diatas
wajahnya.
"Aku berada disini?" sahutnya.
Nyonya sibongkok menjerit keras, ia segera menubruk ke
dalam pelukannya dan menangis tersedu2, sedang
sastrawan setengah baya itu dengan wajah dihiasi
senyuman licik merentangkan tangannya memeluk nyonya
itu erat2.
Ketika itulah Si Soat Ang dapat melihat bahwa darah
sudah berhenti mengalir dari iga sastrawan setengah baya
itu, pakaian dibagian iganya robek, namun justru karena
berlubang gadis itu dapat melihat bahwa diantara iganya
tergantung sebuah kantongan kulit, dari kantongan itulah
darah mengalir keluar.
Dia sendiri, sebenarnya sama sekali tidak terluka, tidak
aneh kalau senyuman licik menghiasi wajahnya ternyata ia
berhasil menipu nyonya sibongkok itu untuk terpikat
kedalam pelukannya.
Sebelum terjadinya peristiwa, ia telah menggantungkan
kantongan kulit itu lebih dahulu.Hal ini menunjukkan kalau ia sudah tahu bahwa nyonya
sibongkok telah buta, dan sengaja ia datang kemari untuk
menipu nyonya itu.
Tetapi, kalau ia sudah tahu bahwa perempuan itu telah
buta mengapa sewaktu nyonya itu mengatakan bahwa
matanya buta, sastrawan setengah baya ini masih
memperlihatkan sikap tercengang ? apa sebabnya ?
Jelas terbukti sekarang, dia memang ada maksud
membohongi nyonya sibongkok ! menipu dia agar terjebak
kedalam perangkapnya.
Berpikir sampai disitu, tak tahan Si Soat Ang merasakan
jantungnya dag dig dug, belum pernah ia menjumpai orang
yang menipu seseorang dengan cara licik, menipu seseorang
sampai dia begitu percaya.
Si Soat Ang tak tahu apa sebabnya sastrawan setengah
baya itu membohongi si nyonya bongkok, namun ia tahu
saat ini nyonya itu sudah tidak membenci diri sastrawan itu
lagi sedikitnya tidak salah, terdengar nyonya itu sambil
terisak nangis sedang berkata:
"Bagaimana lukamu? apa . . apakah serius?"
"Aaaah tidak mengapa, walaupun sedikit sakit, namun
siapa suruh tempo dulu aku terpikat perempuan siluman
itu, sekalipun lebih sakit juga sudah mestinya."
"Dimana perempuan siluman, Kiem Lan Ho!"
"Setelah mereka ibu dan anak berlalu, aku baru sadar,
aku telah berbuat suatu kesalahan besar, segera kucari
kalian berdua diujung langit dasar lautan, sampai waktu
dekat inilah aku mendapat sedikit kabar tentang dirimu, aku
lantas berangkat kemari.Gwat Hui, tak usah kita ungkap kembali kejadian masa
silam, sekarang sibongkok ada dimana? aku hendak
menjumpai dirinya, hendak kuberitahu kepadanya kalau
dirimu akan kubawa kembali, kalau ia tidak setuju maki
akan kuajak dia untuk berduel sampai salah satu diantara
kita mati."
"Tempo dulu, kau mengusir kami ibu dan anak, hatiku
amat sedih, sambil gendong bocah aku siap terjunkan diri
kedalam sungai untuk bunuh diri namun ditolong oleh
toako bongkok." seru nyonya sibongkok itu dengan
menahan isak tangis, "Selama banyak tahun, kami berdua
saling menyebut sebagai suami istri namun tak pernah
hidup sebagai suami istri sebenarnya, seumpama kau
hendak membawa aku pergi, dia tak akan menghalangi, ia
akan gembira sekali, hanya sayang saat ini dia tak berada
disini."
"Aaaai... Gwat Hun, lalu dimanakah anak kita itu?"
Sembari berkata ia angkat kepala dan menengok keempat
penjuru, ia berpaling, Si Soat Ang menduga seandainya ia
ketahuan keadaan nya bakal runyam. Namun saat ini
hatinya sedang kaget bercampur takut untuk beberapa saat
tak sanggup gadis ini menguasai diri, sebelum ia sempat
bergerak jejaknya sudah ketahuan.
Pada mulanya sastrawan setengah baya itu berdiri,
kemudian sepasang matanya laksana pisau belati yang amat
tajam memperhatikan Si Soat Ang tak berkedip.
Hati Si Soat Ang tercekat, jantungnya dag dig dug,
badannya jadi kaku dan tak sanggup menguasai diri
keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh
tubuhnya.
Lama sekali suasana hening, kemudian barulah
terdengar sastrawan setengah baya itu berkata: "Gwat Hui,sebenarnya apa yang telah terjadi ? bukankah anak kita
adalah seorang bocah pria?"
"Benar memang bocah pria, tentu saja seorang bocah
lelaki, tahun ini ia telah berusia dua puluh empat tahun."
"Lalu siapakah bocah perempuan itu ?"
"Ooouw! Hampir saja lupa kuberitahukan kepadamu dia
adalah nona Si, sahabat karib Pek jie, berhubung Pekjie
terluka parah diluar perbatasan maka ia berangkat datang
kemari untuk memberi kabar, sekarang si bongkok toako
telah berangkat untuk menolong jiwanya."
Sastrawan setengah baya itu mengangguk ia payang
tubuh nyonya sibongkok dan lambat-2 berjalan masuk
kedalam rumah.
Sambil berjalan ia bertanya:
"Gwat Hun. mengapa kau hanya memberi Pek saja
kepada bocah kita ?"
"Benar, aku memberi nama Tong-poei Pek kepadanya,
dengan harapan suatu hari kau bisa kembali, waktu itu
hatiku sudah berubah hebat maka aku berharap hari cepat
jadi terang, karenanya kuberi nama Pek kepadanya, kau
tabu akupun beri she Tong Poei juga kepadanya.
"Bagus, bagus sekali !"
Walaupun ia sedang berbicara dengan nyonya
sibongkok, namun sepasang matanya melototi diri Si Soat
Ang tak berkedip, hal ini membuat seluruh bulu kuduk
gadis itu pada bangun berdiri.
Ingin sekali dara itu mundur beberapa langkah
kebelakang, namun sepasang kakinya seakan2 terpantek
diatas lantai, sedikitpun tak dapat berkutik, suatu siksaan
hatin yang hebat sekali."Gwat Hun, coba kau lihat apakah masih ada barang
yang perlu dibereskan ?" akhirnya sastrawan setengah baya
itu berkata.
Berulang kali ia menyebut perempuan itu dengan
sebutan "Gwat Hun... mungkin itulah nama sebenarnya
dari nyonya sibongkok.
"Sekarang aku sudah mendapat kembali dirimu, barang
apa lagi yang perlu dibereskan!" terdengar ia menyahut.
"Hanya saja Pek jie dia... dia masih berada diluar
perbatasan."
"Soal itu gampang sekali bagaimana kalau sekarang juga
kita berangkat keluar perbatasan untuk menyusul dirinya?"
Air mata nyonya bongkok bagaikan hujan gerimis
mengucur keluar tiada hentinya, namun kali ini ia
mengucurkan air mata bukan karena sedih melainkan
karena gembira kegirangan.
"Nona Si." ujarnya sambil membesut air mata. "Aku
tahu kaupun ingin cepat2 bertemu dengan Tong-poei Pek,
namun aku ada satu persoalan ingin mohon kepadamu."
Si Soat Ang ingin menjawab tetapi lidahnya terasa
seperti kaku tak sepatah katapun bisa di utarakan,
Lewat beberapa saat kemudian ia baru bertanya:
"U . . . uuuu . . , urusan apa."
"Saat ini juga kami akan menyusul keluar perbatasan,
namun belum tentu bisa berjumpa dengan bongkok toako,
aku mohon agar kau suka menunggu disini seandainya
sibongkok toako kembali, katakan seluruh yang kau jumpai
kepada dirinya."
"Semua... semua yang kulihat ?" tanya Si Soat Ang lagi
dengan nada gemetar.Apa yang dilihat olehnya termasuk juga siasat licik
sastrawan setengah baya itu menipu dan menjebak nyonya
sibongkok, namun ia tahu yang dimaksudkan perempuan
itu bukan seperti apa yang dipikir karena itu tak tertahan ia
balik bertanya.
Nyonya bongkok itu sendiri tak mengerti apa yang
dimaksudkan, ia hanya berkata kembali: "persoalan masa
silam sudah diketahui semua oleh si toako bongkok, cukup
kau ceritakan apa yang kau lihat barusan, ia bakal menjadi
paham sendiri !"
Si Soat Ang menunduk, namun ia merasa sepasang mata
sang sastrawan yang tajam bagaikan pisau itu masih
menempel dibadannya tak berkedip dalam keadaan seperti
ini tak ada perkataan lain kecuali mengangguk.
"Baa . . . baik."
"Nona Si, jangan lupa dengan ucapanku ini, sekalipun
toako bongkok tidak kembali, setelah Pek-jie berhasil kita
temukan, kami pasti akan kembali kesini. Nah selamat
tinggal."
"Selamat tinggal." pikiran Si Soat Ang sedang kalut, ia
hanya bisa mengucapkan kata2 itu belaka.
"Gwat Hun, mari aku bimbing kau keluar dari sini."
sastrawan setengah baya itu segera berseru dengan nada
lembut. "Dahulu bukankah kau paling senang kalau aku
membawa kau melakukan perjalanan dengan mengerahkan
ilmu meringankan tubuh ? seringkali kau berkata, berlari
dengan ilmu meringankan tubuh se akan2 terbang ditengah
awan, bukankah begitu ?"
Sambil berkata ia bimbing tubuh nyonya itu dan berjalan
keluar langkah kakinya makin lama makin cepat, dalamsekejap mata ia sudah menerobosi hutan bambu dan lenyap
tak berbekas.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 9
MENANTI sastrawan setengah baya dan nyonya
sibongkok itu sudah lenyap dari pandangan Si Soat Ang
menghembuskan napas panjang. otot2 diseluruh badannya
serasa jadi mengendor.
Secara tiba2 ia merasa tidak kerasan untuk tetap tinggal
disana, menanti kemblainya sibongkok sakti dari luar
perbatasan namun apa yang harus ia lakukan ?
Sekarang ia sudah tahu kiranya sastrawan setengah baya
itu adalah bekas suami nyonya sibongkok, bukan saja bekas
suami istri bahkan mereka telah berputra, Tong-poei Pek
adalah putra mereka.
Entah kemudian sastrawan itu terpikat oleh seorang
perempuan yang bernama Kiem Lian Hoa, ia lantas
mengusir Gwat Hun ibu dan anak, dalam keadaan putus
asa Gwat Hun hendak bunuh diri dengan terjunkan diri
kedalam sungai, kebetulan ia ditolong oleh sibongkok sakti.
sejak itulah mereka lantas mengikat diri jadi suami istri.
Kesemuanya ini dapat didengar oleh Si Soat Ang dari
pembicaraan sisastrawan setengah baya dengan nyonya itu.
Sekarang ia baru tahu apa sebabnya nyonya itu jauh
lebih gelisah dari pada sibongkok sakti setelah mengetahui
Tong poei Pek terluka parah, kiranya pemuda itu adalah
putra kandungnya.
Begitu tega sastrawan setengah baya itu mengusir Gwat
Hun ibu dan anak dari rumah, dari sini dapat ditarikkesimpulan orang itu tentu kejam dan tidak berperasaan,
sekarangpun ia berhasil menipu nyonya itu, bahkan dengan
cara yang licik dan memalukan, apa sebenarnya maksud
tujuan yang terkandung dihati pria itu ?
Yang paling membuat Si Soat Ang bingung adalah
kelihayan ilmu silat yang dimiliki sastrawan setengah baya
itu, entah siapakah orang itu ? menurut kata2 perempuan
tadi, seharusnya sastrawan itu she Tong-poei...
Mendadak perasaan bergidik menyelimuti seluruh tubuh
gadis itu, bulu kuduk pada bangun berdiri, ia merasa ngeri
seram dan ketakutan, gigi mulai beradu dan seluruh badan
menjadi lemas.
Sekarang ia tahu sudah siapakah sebenarnya sisastrawan
setengah baya itu.
Walaupun selama ini ia berdiam terus didalam benteng
Thian It Poo yang jauh diluar perbatasan, namun
pengetahuannya sangat luas, setelah mengetahui kalau
orang itu she "Tong poei." teringatlah olehnya akan seorang
gembong iblis yang paling ditakuti jago2 kangouw, orang
itu paling keji, paling ganas orang itu she Tong poei
bernama Pa-cu, dialah pemimpin dari perguruan Thian Bun
Kalau dari aliran lurus, jago paling lihay adalah Si Thay
sianseng, maka dari golongan sesat Tong-poei Pa-culah
yang paling jagoan, ia tak terkalahkan dan belum pernah
menjumpai tandingan.
Rasa takut makin menyelimuti seluruh benaknya, tiba2
gadis itu menjerit keras.
"Kenapa kau masih berada disini ? kalau tidak lari,
apakah aku harus menantikan kematian mu disini ?" Sambil
menjerit ia putar badan dan melarikan diri ter birit2 keluar
rumah.Hatinya kacau, lelah dan ketakutan, sekuat tenaga ia lari
terus kedepan...saking cepatnya ia berlari akhirnya tak bisa
ditahan badannya terpeleset dan jatuh terguling keatas
tanah.
Buru2 ia merangkak bangun, coba berdiri untuk
melanjutkan larinya., mendadak sesosok bayangan manusia
berkelebat datang, tahu2 dihadapan matanya telah berdiri
seseorang.
Si Soat Ang merasa jantungnya se akan2 berhenti
berdetak, seluruh tubuhnya jadi kaku, sukma nya terasa
terbang dari raganya, ia benar2 ketakutan...ngeri dan
akhirnya terkencing2.
Pandangan matanya mulai kabur, kepala pusing tujuh
keliling, ingin sekali ia buka suara untuk mohon ampun,
namun tak sepatah katapun bisa diucapkan, ia jadi kaku,
seakan2 sebuah patung batu.
Pada saat itulah, orang yang berdiri dihadapannya buka
suara menegur:
"Eeei...bukankah kau adalah nona Si ? Nona Si !
sebenarnya apa yang telah terjadi ?"
Begitu orang itu buka suara, Si Soat Ang tak kuasa
menahan diri lagi, ia menjerit se-jadi2nya.
Semula ia mengira Tong-poei Pa-cu sigembong iblis
nomor wahid dikolong langit itu muncul disana dan siap
membasmi dirinya, tapi sekarang ia boleh berlega hati,
sebab orang itu bukan gembong iblis yang disangka, dia
adalah Tjioe Pian Thian, Tjioe Jie hiap.
Dengan susah payah ia merangkak dan coba berdiri,
namun badannya masih lemas, baru saja kakinya akan
berdiri, sekali lagi ia terbanting keatas tanah."Nona Si, apa yang telah terjadi? mengapa kau begitu
ketakutan?" tanya Tjioe Pian Thian dengan nada
tercengang.
Tadi Si Soat Ang sudah bersiap sedia untuk melarikan
diri lagi sekuat tenaga, namun sekarang Tjioe Pian Thiao
telah tiba, ia bisa menghembuskan napas lega, setelah
istirahat ia merangkak bangun dan duduk mendeprok diatas
tanah.
"Tjioe Jie-hiap, aduuh celaka... celaka tiga belas! telah
terjadi peristiwa diluar dugaan!"
Suaranya masih gemetar dan penuh diliputi ketakutan,
keseraman dan kengerian.
"Apa yang telah terjadi.." seru Tjioe Pian Thiao
terperanjat.
Namun belum sempat Si Soat Ang menjawab sinar
matanya telah terbentur dengan dua sosok mayat yang
menggeletak diatas tanah dengan cepat ia meloncat kedepan
mendekati mayat itu.
Tapi air mukanya segera berubah hebat. "Aaah,
bukankah mereka adalah sepasang Manusia gagah dari Yu
Tiong? bagaimana bisa mati disini?"
Mendadak suatu ingatan berkelebat dalam benaknya
kembali ia berseru: "Enso apakah kau merasa terkejut?"
"Nyonya sibongkok telah diculik orang." ujar Soat Ang
lambat2 sambil bangun berdiri.
Tjioe Pian Thian semakin terperanjat sejak menemukan
mayat dari sepasang manusia gagah dari Yu tiong, ia sudah
merasa telah terjadi suatu peristiwa diluar dugaan, kematian
mereka berdua pasti menyangkut suatu masalah yang amat
besar.Sekarang, setelah mengetahui nyonya si bongkok sakti
diculik orang lain, ia sadar suatu badai angin puyuh mulai
melanda mereka.
"Siapa?" Buru2 serunya dengan cepat, "Siapa yang
menculik nyonya sibongkok? apakah kau melihat dengan
mata kepala sendiri?"
"Dia... dia adalah see... seorang sastrawan setengah
baya, aku duga dia tentu adalah Tong poei Pa-cu."
Begitu kata2 "Tong poei Pacu" meluncur keluar dari bibir
gadis tersebut, air muka Tjioe Pian Thiao berubah pucat
pias, sekalipun dia termasuk salah satu onggota dari Tiong
tiauw Sam Yu yang menjagoi Bu-lim, namun iapun sadar
ilmu silatnya masih bukan tandingan dari Tong poei pacu,
gembong iblis nomor wahid dari kolong langit itu.
"Dimanakah orang itu ?" ia bertanya dengan wajah pucat
bagaikan mayat, sepasang matanya melirik kesana kemari.
"Ia sudah pergi jauh, namun aku tahu dia pasti akan
datang lagi, sebab ia tidak ingin aku tetap hidup, ia tidak
ingin rahasianya yang tak boleh diketahui orang lain terlihat
olehku, ia pasti datang lagi kemari untuk mencabut
nyawaku!"
Membicarakan soal "Mencabut nyawa" seluruh tubuh
gadis itu gemetar keras.
"Kalau begitu kau cepat lari, . . cepat lari !" seru Tjoei
Pian Thiao, ia tarik tangan Si Soat Ang dan berkelebat ke-
depan, dalam sekejap mata kedua orang itu sudah
menerobosi hutan bambu.
Ilmu silat Tjoei Pian Thiao tidak lemah, bagaikan anak
panah yang terlepas dari busurnya, tujuh li telah dilewati
dengan cepat,Baru saja mereka berdua menghembuskan napas lega
dan berhenti berlari, mendadak.
"Aduuuh... aduuuh... Tjoei jiehiap, sungguh hebat ilmu
meringankan tubuhmu, aku benar benar kagum " dari
belakang tubuh mereka berkumandang datang suara
teguran.
Sementara itu tubuh Tjoei piau Thian masih berada
ditengah udara, mendengar teguran itu badannya dengan
cepat ber-salto beberapa kali, tangannya menyentak dan ia
lempar badan Si Soat Ang kearah luar kalangan.
Tenaga sentakan itu amat besar, tidak tahan badan Si
Soat Ang terpental dan melayang jauh kedepan.
Sekalipun gerakan Tjoei Piao Thian dalam usahanya
menyelamatkan jiwa sigadis itu dilakukan sangat cepat
namun sayang seribu kali sayang ketika tubuh gadis itu
melayang ditengah udara, sebuah batu kecil dengan disertai
desiran tajam telah meluncur datang.
Plaaak ! tidak ampun jalan darah lemasnya terhajar
telak, tubuh Si Soat Ang segera terpental dan jatuh kebawah
tepat terjepit diantara dahan2 pohon dibawahnya. Semua
kejadian ini dapat diikuti Tjoai Piao Thian dengan jelas,
namun pada saat ini dia tak bisa menggubris gadis itu lagi
sebab waktu ia putar badan kebelakang, sinar matanya telah
bertemu dengan tubuh Tong Poei Pacu yang berdiri
dihadapannya sambil menyeringai seram.
Kalau Si Soat Ang ia masih menduga kemungkinan
besar sastrawan setengah baya itu adalah gembong iblis
nomor wahid Tong poei Pacu, tetapi bagi Tjioe Pian Thian,
sekilas pandang dia segera mengenalinya.Dengan hati tercekat Tjioe Pian Thian mundur
selangkah kebelakang, tangannya bergerak cepat
melemparkan sebuah bom keangkasa.
ooOdwOoo
BAB 7
"TJIOE JIE HIAP!" jengek Tong poei Pacu sambil
tersenyum. "Setelah kau lepaskan tanda bom udara itu
harus membutuhkan berapa waktu saudara2mu Seng It hiap
serta Huang Sam hiap baru bisa tiba disini!"
Jantung Tjioe Pian Thian berdebar keras namun
bagaimanapun juga dia adalah jago kangouw kelas satu, air
mukanya masih tetap tenang seperti tak pernah terjadi
sesuatu apapun.
"Soal itu sih belum tentu" jawabnya berat. "Seandainya
mereka berada disekitar sini, tentu saja lebih cepat tiba
disini, seandainya tanda bom udara itu tidak mereka lihat,
maka mereka tak akan bisa kemari."
"Ha..haa.. haa.,.aku jadi orang memang aneh sekali,
makin orang takut kepadaku aku masih tidak mengapa
sebenarnya bisa saja aku tunggu kehadiran saudara2mu itu
kemudian baru kulayani kalian bertiga, namun sayang
seribu kali sayang waktuku tidak banyak, masih ada orang
lain menunggu kedatanganku sedangkan kau harus mati ini
hari juga, maka dengan berat hati terpaksa aku harus turun
tangan sekarang juga !"
Air muka Cioe Pian Thian berubah hebat namun ia tetap
mempertahankan ketenangannya.
"Baiklah kalau begitu silahkan kau mulai turun tangan !"
ia menjawab.Tong-poei Pa cu tidak sungkan lagi, ia segera menjura
kemudian ujung bajunya dikebas kedepan dengan gerakan
melintang, segulung angin tajam langsung menggulung
tubuh Cioe Pian Thian.
Manusia she Cioe inipun bukan manusia lemah, ia
jejakkan kakinya keatas tanah dan meloncat ke tengah
udara.
Gerakannya sangat indah dan cukup gesit, namun Tong-
poei Pa-cu tidak kasih hati.
Kebutan pertama gagal, ujung bajunya kembali menyapu
kebawah kemudian meloncat pula ketengah udara
memukul lawannya.
Melihat Tong poei Pacu menyusul ketengah udara, Tjioe
Pian Thian terperanjat, dalam keadaan gugup telapak
kirinya segera dibabat ke luar sementara tangan kanannya
siap meloloskan senjata tajam.
Tong poei Pacu sama sekali tidak berkelit melihat
datangnya serangan telapak itu, ia malah memapaki
datangnya serangan tadi.
"Ploook . , " dengan telak serangan tersebut bersarang
diarah dada Toog poei Pacu.
Namun suatu kejadian aneh telah berlangsung bukan
Tong poei pacu yang menjerit kesakitan adalah Tjioe Pian
Thian sendiri yang menjerit ngeri, keringat sebesar kacang
kedelai mengucur keluar membasahi tubuhnya, telapak
tangan yang digunakan untuk menghantam dada lawannya
itu terasa sakit, se akan2 seluruh tulangnya telah hancur
berantakan.
Sebaliknya Tong poei Pacu tenang2 saja seperti tak
pernah terjadi apa2, dengan cepat ujung baju kanannyaditebas kedepan menghantam batok kepala Tjioe Pian
Thian.
Tubuh orang she Tjioe masih ada ditengah udara, dalam
keadaan seperti ini tak mungkin baginya untuk berkelit lagi.
Pandangan matanya jadi gelap, tahu2 seluruh batok
kepalanya telah terbungkus kedalam ujung baju Tong poei
Pacu.
Selama berlangsungnya pertarungan seru antara Tong
poei Pacu melawan Tjioe Piau Thian, Si Soat Ang yang
badannya tersangkut diatas dahan pohon dapat mengikuti
dengan sangat jelas, setelah ia melihat batok kepala Tjioe
Pian Thian terbungkus ke dalam ujung baju Tong poei
Pacu, ia dengar orang she Tjioe itu mendengus berat, kaki
dan badannya jadi lemas dan harapannya jadi tipis sekali.
Ia melihat tubuh Tong poei Pacu melayang turun keatas
tanah bersama badan Tjioe Pian Thian, diikuti orang she
Tong poei itu kebaskan ujung bajunya, tubuh Tjioe Pian
Thian terpental dan jatuh direrumputan. Tjioe Pian Thian
jagoan kelas satu dalam Bu-lim, namun kalau dibandingkan
dengan Tong-poei Pacu ia masih terpaut jauh.
Karena itu selama bertarung melawan gembong iblis itu,
semua serangannya berhasil dipatahkan dengan gampang,
bahkan tidak sampai dua tiga jurus jiwanya telah melayang
ditangan iblis ini.
Sungguh kasihan Tjioe Pian Thian, tidak sempat
menjerit kesakitan jiwanya telah melayang dari raganya...
Setelah melemparkan tubuh Tjoei Pian Thian tadi, per-
lahan2 Tong-poei Pacu angkat kepala, Dalam pada itu jalan
darah Si Soat Ang tertotok, badannya tak dapat bergerak
sedikitpun, tentu saja tiada harapan baginya untuk
melarikan diri.Ingin sekali gadis itu mengutarakan pelbagai alasan agar
jiwanya diampuni, namun justru tak sepatah katapun bisa
diucapkan.
Sambil tertawa ter bahak2 Tong-poei Pacu meloncat
kebawah pohon, telapak tangganya bergerak cepat
membabat dahan pohon yang menjepit tubuh gadis itu.
"Kraaak !" Dahan pohon terbabat patah, tubuh Si Soat
Ang pun terbanting jatuh keatas tanah. Walaupun
bantingan ini sangat berat namun jalan darahnya yang
tertotok tiba2 jadi bebas.
Dengan cepat ia merangkak bangun, serunya dengan hati
gelisah: "Kau . . kau jangan. . . jangan bunuh diriku..."
Waktu itu Tong-poei Pacu sudah mempersiapkan ujung
bajunya untuk di kebas kebawah, mendengar jeritan ini ia
tarik kembali serangannya.
"Mengapa ?"
Jantung Si Soat Ang berdetak makin keras, se akan2
hendak terlepas dari tubuhnya, dengan napas ter-sengkal2 ia
berseru:
"Kalau kau binasakan diriku, seumpama nyonya si
bongkok menanyakan diriku, apa yang hendak kau katakan
?"
"Mengapa ia tanyakan dirimu ?" tanya Tong-poei Pacu
rada tertegun.
Saking takutnya hampir2 Si Soat Ang menangis se-jadi2
nya, namun ia sadar dalam keadaan seperti ini ia tak boleh
menangis.
"Ia bisa tanyakan diriku...ia bisa tanyakan diriku !"
teriaknya dengan suara serak.Tong poei Pa cu tidak menjawab, sepasang matanya
dengan sinar yang menggidikkan melototi terus wajahnya
tanpa berkedip.
Si Soat Ang meronta bangun, kembali teriaknya:
"Aku bersumpah tidak akan bicara soal apapun, aku
tidak akan bercerita kepada siapapun tentang kejadian yang
telah berlangsung. tidak ! aku tidak akan bicara !"
Tong poei Pacu hanya mendengus, senyuman
menyeringai menghiasi bibirnya.
Melihat orang itu membungkam, timbul harapan hidup
dalam hati gadis itu, kembali ia berseru.
"Aku pasti tak akan bicara, kau boleh berlega hati, aku
tidak akan bicara kepadanya pun kepada siapapun"
"Haa...haa...sungguh mengherankan apa yang tidak akan
kau ucapkan kepada orang lain ? coba katakan aku punya
rahasia apa yang tak boleh di ketahui orang lalu ?"
Mendapat pertanyaan itu Si Soat Ang tertegun: "Rahasia
apa ?" serunya gemetar.
"Bagus, terus terang kuberitahukan kepadamu, selama
hidup aku tak pernah percaya kepada siapapun, aku tidak
ingin diriku kalah, coba kau pikir bisakah aku mempercayai
dirimu ?"
Sepasang lutut Si Soat Ang jadi lemas, tidak kuasa lagi
badannya terjatuh keatas tanah, badannya serasa tak
bertenaga, untuk bangkitpun tak sanggup lagi, namun
hatinya berteriak:
"Ayoh cepat bangun, ayoh cepat melarikan diri, aduh
mak, kenapa dengan kakiku ? ayoh bangun, melarikan diri
."Tetapi badannya tetap mendeprok diatas tanah dengan
lemas, bahkan mulai gemetar sepatah katapun tak bisa
diucapkan, bergerak sedikitpun tak sanggup.
Menanti Tong Poei Pacu untuk kedua kakinya angkat
ujung bajunya ketengah udara, Si Soat Ang baru menjerit
keras, entah dari mana datangnya tenaga mendadak ia
menggelinding di-atas tanah, menggelinding sekuat tenaga
menerobosi semak belukar.
Tentu saja sekalipun ia menggelinding sampai didalam
semak sekalipun tak akan bisa meloloskan dari kejaran
Tong Poei Pacu, akhirnya ia bakal kecandak dan mati di
tangan si iblis.
Namun pada saat itulah mendadak terdengar gelak
tertawa yang sangat aneh berkumandang datang dari
tempat kejauhan, gelak tertawa itu bergerak cepat sekali,
dalam sekejap telah berada didekat mereka.
Diikuti sesosok bayangan manusia meloncat datang
dengan sebatnya.
Si Soat Ang yang berhasil menggelinding ke dalam
semak segera tentramkan hatinya dan menengok ke depan,
ia dapat melihat jelas orang yang barusan munculkan
dirinya bukan lain adalah musuh bebuyutan yang paling ia
benci, dia lah simanusia yang punya wajah mirip monyet
Hiat Goan Sin-koen adanya.
Kemunculan Hiat Goan Sin-koen sungguh berada diluar
dugaan Soat Ang, seandainya manusia monyet ini tidak
mengejar Loei Sam, dan kebetulan Loei Sam berada
dibenteng Thian It Poo, benteng miliknya akan tetap ramai
dan jaya, tentu saja jiwanya tidak akan terancam seperti ini
hari.Hiat Goan Sin-koen berdiri membelakangi Soat Ang,
tampak ia mundur dua langkah kebelakang setelah tiba
disana, mungkin pada waktu itu simanusia monyet tersebut
sudah melihat jelas siapakah yang berada dihadapannya.
Haruslah diketahui walaupun Hiat Goan Sin-koen
termasuk sebagai jago yang amat lihay, namun
kedudukannya masih terpaut jauh kalau dibandingkan
dengan Tong poei Pa-cu.
Tidak aneh kalau manusia monyet itu sangat terperanjat
setelah diketahui olehnya gembong iblis nomor wahid yang
ditakuti semua jago sedang berdiri dihadapannya, setelah
mundur dua langkah kebelakang ia tertawa serak tegurnya:
"Eeeei... sungguh aneh sekali, ini hari tanggal berapa sih
? masa begitu banyak jago lihay yang berkumpul disini ?
mungkinkah ditempat ini akan diselenggarakan suatu
pertemuan puncak para jago Bu lim ?"
"Apa maksud Sin-koen berkata begini ?" jengek Tong
poei pacu sambil mengangkat bahu, "Apakah kaupun
merasa dirimu terhitung seorang jago lihay ?"
Seandainya perkataan ini diucapkan orang lain mungkin
simanusia monyet ini sudah mencak2 kegusaran, namun
lain halnya kalau perkataan ini meluncur keluar dari bibir
Tong poei Pacu walaupun dalam hati sangat mendongkol,
ia tak berani banyak berkutik.
"Haa... haa... haaa... tentu saja aku bukan jago lihay"
sahutnya diiringi tertawa paksa "Maksudku disini masih
ada jago2 lihay lain nya.”
"Haaa . . . haaa kecuali aku seorang, benarkah dikolong
langit masih ada jago yang lebih lihay dari pada diriku."Sungguh sombong orang ini, namun tak bisa disalahkan
kalau kita tinjau dari kedahsyatan ilmu silat yang
dimilikinya.
Hiat Goan Sin-koen tarik napas panjang, dengan sangat
hati2 ia menjawab.
"Mungkin, sebab aku lihat Si Thay sianseng dari gunung
Go bie pun berada disekitar sini!"
Mendengar nama orang itu, air muka Tong poei Pacu
berubah hebat.
Namun perubahan itu hanya berlangsung dalam sekejap
mata, diikuti air mukanya kembali seperti sedia kala.
"Ooouw , . jadi Si Thay sianseng pun berada disekitar
ini?" jengeknya dengan alis berkerut.
Ucapan ini diutarakan disertai tenaga lwee-kang yang
dahsyat suaranya nyaring dan lantang sukar dilukiskan
dengan kata2, entah sampai berapa jauh suara itu
berkumandang namun jelas dan diketahui oleh siapapun,
perkataan itu jelas sengaja ditujukan kepada Si Thay
sianseng. Seandainya Si Thay sianseng ada disekitar sana ia
tentu akan mendengar suaranya.
Sedikitpun tidak salah, belum lama suaranya sirap dari
tempat kejauhan berkumandang datang suara yang tidak
kalah lantangnya:
"Tong poei sianseng, bagaimana keadaanmu sejak
perpisahan ?"
Suara itu nyaring namun amat rendah, sewaktu
menembusi lubang telinga terasa nyaman dan enak.
Pada mulanya suara itu bergema dari tempat yang sangat
jauh, tapi dalam sekejap mata suara berada dekat sekalidiikuti terdengar ujung baju tersampuk angin, dari balik
hutan muncul sesosok bayangan manusia yang tinggi besar.
Perawakan orang itu boleh dikata seimbang dengan
Tongpoei Pa-cu, sama2 tinggi besar dan penuh berotot,
hanya usianya telah mencapai enam puluh tahunan, ia
memakai baju warna abu2 dengan ditangannya mencekal
sebuah tongkat terbuat dari pualam putih.
Diatas wajahnya sudah penuh berkeriput namun masih
memancarkan cahaya yang tajam, setibanya dikalangan ia
segera menjura kearah Tongpoei Pacu.
"Si Thay sianseng, apakah bocah itu masih berada di
tangan mu ?" tegur Tong poei Pacu segera setelah balas
memberi hormat.
Si Thay sianseng tidak menjawab, ia menghela napas
panjang dan berpaling kearah Hiat Goan sin-koen.
Walaupun Hiat Goan Sinkoenpun mendengar dari
pembicaraan kedua orang tokoh Bu-lim itu seakan2
terselimut tabir rahasia, namun ia tak tahu apa maksudnya,
menanti Si Thay sianseng berpaling kearahnya, manusia
monyet ini baru sadar tentunya kedua orang tokoh silat ini
tidak ingin dia ikut serta mendengarkan pembicaraan itu.
Karenanya buru 2 ia berseru.
"Aku datang kemari untuk mencari si bongkok sakti yang
berangasan maaf tak bisa menemani lebih jauh selamat
tinggal."
Sembari berkata selangkah demi selangkah dan mundur
kebelakang, baru mundur beberapa langkah ia sudah berada
ditengah semak dimana Si Soat Ang menyembunyikan diri.Melihat manusia monyet itu mundur kearah nya, buru2
gadis itu merangkak kesamping dengan maksud
menghindar.
Namun sayang tindakannya terlambat satu langkah, Hiat
Goan Sin-koen telah menemukan adanya manusia ditengah
semak, dengan cepat ia berpaling sewaktu dilihatnya orang
itu adalah Si Soat Ang, ia rada tertegun kemudian tertawa
aneh.
"Aaah, kiranya kau!" Sambil berkata tangannya bergerak
cepat mencengkeram bahu gadis itu dan diangkatnya dari
dalam semak.
Air muka Si Soat Ang pucat pasi bagaikan mayat,
giginya saling beradu dengan kerasnya, ia sangat ketakutan:
"Aaah, sungguh sempit jalan didalam dunia ini,
dimanapun kita selalu berjumpa" jengek Manusia Monyet
itu sambil mendengus sinis, "Ada seorang sahabat karibmu
ingin berjumpa denganmu."
"Siapakah . . kedua orang itu?"
Belum sempat Kiat Goan Sin-koen menjawab mendadak
si Thay sianseng menegur: "Hiat Goan heng, harap suka
melepaskan nona cilik itu."
Simanusia monyet tertegun, kemudian dengan cepat
serunya:
"Tapi Si Thay sianseng, kau tidak tahu perempuan ini,
dia . ."
"Hiat Goan heng!" kembali Si Thay sianseng menukas
dengan sepasang alis berkerut. "Kau adalah seorang tokoh
Bu lim yang sudah kenamaan, mengapa sikapmu begitu
kasar terhadap seorang nona cilik? ayoh cepat lepaskan."Air muka Hiat Goan Sin koeo berubah beberapa kali,
akhirnya lepas tangan juga meskipun demikian dengan
gemas ia melotot sekejap ke arah Si Soat Ang.
"Ayoh jalan, kan harus ikuti diriku pergi dari sini"
teriaknya.
"Aku, kenapa harus pergi mengikuti dirimu" tanya gadis
itu dengan napas ter engah2
Setelah dibebaskan oleh Si Thay sianseng dari kesulitan,
nyali perempuan ini semakin berani, bahkan terhadap
simanusia monyet pun ia berani membangkang.
Kontan saja simanusia monyet Hiat Goan Sin koen
mencak2 kegusaran sambil tertawa dingin teriaknya:
"Engkoh misan mu Liem Hauw Seng berada tidak jauh
dari sini, apakah kau tak ingin ber jumpa dengan dirinya?
bukankah kau ingin bertemu dengan bekas kekasih mu itu?"
Nyali Si Soat Ang besar, ia ingin membantah namun
mendengar nama "Liem Hauw Seng" seluruh tubuhnya
gemetar.
Sejak ia melewati perbatasan tak diingat lagi sama Giok
Jien maupun Liem Hauw Seng, sebab menurut dugaannya
kedua orang itu mati ditengah badai salju. Namun sekarang
secara mendadak ia dapat kabar, bukan saja Liem Hauw
Seng belum mati bahkan berada disekitar sana, hatinya jadi
kaget. air mukanya berubah hebat dan tak sepatah katapun
bisa diucapkan.
Kembali terdengar Hiat Goan Sin-koen tertawa dingin.
"Kau tentu menganggap mereka berdoa sudah mati
bukan ? kau anggap nona Giok Jienpun sudah mati bukan ?
namun kenapa kau tak pernah berpikir, perduli kau sudah
menyiksa, menganiaya dan mencelakai mereka dengan caraapapun, asalkan mereka berhasil menjumpai diri ku, maka
jiwanya bisa diselamatkan ?"
Si Soat Ang tertawa getir, pikirnya:
"Aaaah... sungguh sialan, kenapa aku tidak berpikir
sampai disitu."
Karena tak bisa bicara, ia terpaksa membungkam.
"Hiat Goan, sungguh besar omongmu !" tiba2 Tong Poei
pacu mengejek dari samping. Air muka Hiat Goan Sin koeo
berubah hebat, ia sangat jengah, segera manusia monyet ini
mendengus dingin.
"Tong-poei sianseng" Si Thay sianseng-pun buka suara.
"Aku dengar orang bilang, kau munculkan diri disekitar sini
maka sengaja aku datang kemari untuk mencari dirimu,
bagaimana kalau kita menyingkir untuk membicarakan
sesuatu ?"
Sepasang alis Tong poei Pacu seketika berkerut.
"Kiranya Si Thay sianseng datang kemari untuk mencari
aku, apakah dikarenakan bocah itu..."
Belum habis ia berbicara, Si Thay sianseng telah ber
batuk2, tentu saja maksudnya jelas sekali ia minta agar
manusia she Tong-poei itu tidak meneruskan kata2nya.
"Benar, memang sudah terjadi satu peristiwa" sahut Si
Thay sianseng kemudian.
Tong poei Pacu mendengus dingin, ia berpaling dan
melotot sekejap kearah Si Soat Ang kemudian tertawa
dingin. setelah itu sastrawan itu baru putar badan dan
mengikuti Si Thay sianseng berlalu dari sana.
Ilmu meringankan tubuh kedua orang tokoh silat ini
amat lihay sekali, dalam sekejap mata mereka sudah lenyap
dari pandangan.Menanti kedua orang tokoh itu sudah berlalu Hiat Goan
Sin-koen bisa bekerja lebih leluasa, sekali cengkeram
kembali ia tangkap bahu Si Soat Ang kemudian diangkat
keatas.
Sesaat Tong poei Pacu meninggalkan tempat itu, ia
melototi sekejap kearahnya, Si Soat Ang segera mengerti
iblis itu sudah memberi peringatan kepadanya agar jangan
bicara, kalau tidak niscaya jiwanya akan dicabut.
Namun, kendati Tong poei Pacu telah berlalu, kembali ia
ditangkap oleh Hiat Goan Sin-koen, posisinya sangat tidak
menguntungkan sekali.
Dengan sekuat tenaga ia meronta, namun jari2 tangan si
manusia monyet yang kurus dan panjang itu masih
mencekal diatas bahunya kencang-kencang, hal ini
membuat tulangnya serasa mau patah! keringat sebesar
kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya.
"Kau suka ikut aku tidak ?" hardiknya keras.
Si Soat Ang terperanjat, sebelum ia sempat menjawab,
mendadak terdengar desiran angin tajam berkumandang
datang, didalam hutan itu kembali muncul dua sosok
bayangan manusia.
Ditengah rasa terkejut Si Soat Ang berpaling sekejap
kearah mereka berdua, ia temukan salah satu diantaranya
adalah seorang kakek kurus kering sedang yang lain adalah
lelaki tinggi kekar.
"Jie-ko !" tiba2 terdengar lelaki kekar itu meraung keras.
Sambil berteriak lelaki itu memandang kearah jenazah Tjoei
Pian Thian dengan mata mendelong, setelah itu ia meloncat
kedepan langsung menubruk kearah Hiat Goan Sio koen si
manusia monyet.Tubrukan ini sangat dahsyat, angin serangan men deru2,
seakan2 ia ada maksud membinasakan musuhnya dalam
satu kali serangan.
Serangan itu langsung mengancam dada Hiat Goan Sin-
koen, melihat datangnya hantaman ini. ia segera berteriak:
"Hey Huang Loo Sam apa2an kau ini ?"
Tak usah Hiat Goan Sinkoen membentak. Si Soat Ang
pun sudah tahu kedua orang itu pastilah kedua anggota dari
Tiong tiauw Sam Yu si kakek pengail Seng Lok serta
sikepalan baja Huang Seng.
Dalam pada itu sambil membentak keras Hiat Goan Sin
koen tiba2 menyingkir kesamping.
Gerakan ini berhasil menyelamatkan dirinya dari jotosan
Huang Seng, namun jurus serangan orang itu aneh sekali,
tangan kanan tidak mengenai sasaran, kepalan kiri segera
berputar kencang dan meluncur kembali kedepan, dari arah
kiri menuju kekanan mengancam tubuh Hiat Goan Sin-
koen dari arah samping.
Hiat Goan Sia koen menjerit aneh, kelima jari-2 nya
mengendor, ia lepaskan dulu cengkeramannya pada Si Soat
Ang kemudian baru membalik telapaknya balas menabok
dada Huang Seng, gerakan ini memaksa si kepalan baja ini
terpaksa tarik serangan sambil meloncat mundur.
"Toako, kenapa kau belum jaga turun tangan" Teriaknya
keras2.
Sambil berkata kepalannya kembali melancarkan empat
buah serangan berantai.
"Sam-te, kita harus bertanya dulu sampai jelas kemudian
baru turun tangan !" sahut sikakek pengail Seng Lok.
"Apanya yang perlu ditanya lagi ?"Sang badan menubruk kedepan "Bruuk...!" dengan telak
serangannya bersarang dibahu Hiat Goan Sin koen, jelas
simanusia monyet ini ada maksud membiarkan dirinya
terhantam.
Sebab Hiat Goan Sin koen sendiripun tahu Tiong Tiauw
Sam yu adalah manusia luar biasa sekalipun ia tidak takut
seumpama rekening atas matinya Tjioe Pian Thian tercatat
atas namanya. kerepotan dikemudian hari akan banyak
sekali.
Oleh sebab itu ia berharap bisa menguasai Huang Seng,
kemudian menjelaskan duduknya persoalan, siapa sangka
Huang Seng sudah kalap dalam keadaan seperti ini terpaksa
simanusia monyet itu harus menerima kerugian dan biarkan
bahunya dihantam sekali.
oooOdwOooo
BAB 8
MAKSUDNYA setelah kepalan Huang Seng bersarang
ditubuhnya ia pasti agak merandek, dengan ambil
kesempatan itu simanusia monyet ini akan memberi
penjelasan.
Siapa sangka Huang Seng bergelar si "Kepalan baja".
didalam permainan kepalannya ia sangat hebat bahkan
memiliki kekuatan yang luar biasa.
Serangan yang bersarang dibahu Hiat Goan Sin koen itu,
meski tidak sampai mengakibatkan luka, cukup membuat ia
mundur beberapa langkah kebelakang dengan
sempoyongan.
Begitu ia mundur, Huang Seng kembali menjerit keras,
kepalannya yang gede dijotos kedepan dengan dahsyatnya,angin pukulan kembali men-deru2. Bersamaan itu pula dari
tengah udara menyambar lewat serentetan suara yang aneh,
dalam keadaan repot Hiat Goan Sin-koen mendongak.
Tampakah seutas benang2 yang tipis bagaikan rambut
dengan membawa sebuah mata kail yang bersinar
keperak2an telah menyambar datang mengancam
wajahnya.
Hiat Goan Sin koen bukan manusia sembarangan,
sekilas pandang ia segera tahu itulah senjata paling aneh,
senjata kail emas yang digunakan sikakek pengail Seng Lok.
Ditinjau dari sikap mereka jelas kedua orang itu sudah
menganggap dirinya pembunuh dari elang ditengah mega
Tjioe Pian Thian.
Berada dalam keadaan seperti ini, sulit buat manusia
monyet ini, untuk membantah dengan cepat ia
memperendah badannya, lengan yang luar biasa panjang
segera menekan keatas permukaan tanah.
Dengan memperendah badannya, dua kepalan Huang
Seng berhasil dihindari diikuti tangannya menekan tanah.
Weees kaki kirinya mengirim sebuah tendangan memaksa
orang she Huang itu mundur selangkah kebelakang.
Ambil kesempatan itu, badannya segera mental ketengah
udara, dan bersalto beberapa kali.
Gerakan ini sangat indah dan cepat, "Sreeeeet"
pancingan emas dari Seng Lok tahu2 menyambar lewat
hanya beberapa depa didepannya.
Berada ditengah udara, Hiat Goan Sin-koen kembali
berteriak keras.
"Neneknya... maknya... Hey, kalian sudah salah
menuduh?"Namun jenasah Tjioe Pian Thian jelas masih
menggeletak disana, berada dalam keadaan seperti ini sulit
buat Hiat Goan Sin koen untuk membantah, belum selesai
ia bicara terangan dari Seng Lok serta Huang Seng kembali
meluncur datang.
Si Soat Ang berdiri disisi kalangan, menonton jalannya
pertempuran dengan hati berdebar ia berdiri mematung
disana,
Menanti ketiga orang itu sudah bertarung beberapa saat,
ia baru teringat akan sesuatu, kalau tidak lari sekarang, mau
tunggu sampai kapan lagi ?
Buru2 ia putar badan dan menerobos kedalam semak,
tidak perduli bajunya terkait duri... ia menerobos dan
menerobos terus sehingga jauh dari kalangan pertarungan,
keadaannya saat itu mengenaskan sekali.
Ia tidak berhenti, lari beberapa li dengan cepat dilalui
sampai akhirnya ia kehabisan napas dan berhenti sendiri.
Sungai nan tenang terbentang didepan mata, ia tak kuat
menahan diri, segera gadis itu menerobos kedepan siap
terjunkan diri kedalam air.
Tiba2 . . , ia temukan disamping sungai duduk dua
orang.
Melihat ada manusia disana, Si Soat Ang segera
berhenti. buru2 ia bersembunyi dibelakang batu dan
mengintip kedepan.
Kedua orang itu duduk membelakangi dirinya mereka
duduk diatas sebuah batu besar ditepi sungai satu laki dan
satu perempuan yang gadis waktu itu sedang merebahkan
diri dalam pangkuan sang pemuda, sikapnya amat intim
sekali dan mesra, sekilas pandang Si Soat Ang merasakan
bayangan punggung muda mudi ini sangat dikenal olehnya,sebelum ia ingat kembali siapa kah mereka terdengar gadis
itu telah buka suara dan berkata:
"Engkoh Hauw Seng, kau lihat si bongkok Pak li mau
menerima kita tidak?"
"Engkoh Hauw Seng " tiga patah kata ini seketika
membuat Si Soat Ang tertegun kepalanya kontan terasa
pusing tujuh keliling dikala mendengar percakapan mereka.
Tidak aneh kalau ia merasa bayangan punggung kedua
orang ini sangat dikenal, ternyata sang pemuda adalah
engkoh misannya Liem HauwSeng.
Dalam detik itu juga, Si Soat Ang kaget, benci, iri dan
gusar sepasang kepelannya diremas2 pikirannya amat
kacau, terdengar Liem Hauw Seng berkata:
"Giok Jien, aku lihat ia pasti mengabulkan permintaan
kita, menurut Hiat Goan Sin koen, dia sangat cocok dengan
sibongkok itu, aku rasa harapan kita tentu bisa terpenuhi
kau boleh berlega hati."
"Aaaa... aku sungguh tidak paham mengapa ia sendiri
tak mau terima kita sebagai murid?"
"Aku rasa dia berbuat demikian dengan maksud baik ia
tahu pamornya kurang baik dalam dunia persilatan dia
termasuk tokoh lihay dari aliran sesat. ia takut kita salah
ambil jalan, maka dari itu tak mau menerima kita sebagai
murid."
"Dia adalah jago dari kalangan sesat, namun justru
dialah yang menolong kita, dia bukan seperti orang jahat!"
Agaknya Liem Hauw Seng dibuat bungkam oleh
perkataan itu, setelah lama sekali termangu-mangu ia baru
berkata kembali."Mungkin juga ia berbuat demikian karena dahulu
pernah mengikat tali persahabatan dengan ayahku,
berhubung dia adalah sahabat ayahku maka setelah
mengetahui siapakah aku, dia lantas turun tangan
membantu kalau tidak, mungkin ia hanya berpeluk tangan
belaka. Lagipula dia datang kebenteng Thian It Poo karena
mencari orang, sedangkan yang mencelakai kita adalah
putri kesayangan dari Thian It Poocu maka dari itu ia suka
menolong kita."
Si Soat Ang bersembunyi dibelakang batu hanya
beberapa tombak dari mereka berdua, apa yang dibicarakan
Liem Hauw Seng dengan Giok Jien dapat didengar jelas
sekali oleh Si Soat Ang walaupun suara mereka tidak keras.
Sewaktu ia mendengar Liem Hauw Seng menyebut
dirinya sebagai putri Thian It Poocu, hatinya amat sakit
seakan2 ditusuk oleh seribu batang anak panah. Dia
memang tak salah putri kesayangan dari Thian It Poocu
namun Liem Hauw Seng adalah engkoh misannya, tidak
pantas kalau orang sendiripun menyebut demikian
kepadanya.
Atau dengan perkataan lain, ucapan itu membuktikan
kalau dalam hati pemuda itu sudah tidak menganggap dia
sebagai saudaranya lagi.
Sejak mengetahui sepasang muda mudi yang bermesraan
adalah Liem Hauw Seng dengan Giok Jien, gadis she Si
telah cemburu dan benci saat ini napsu benci dan irinya
semakin berkobar
Per-lahan2 ia tarik napas panjang, timbul niat untuk
unjukkan diri dan kasi pelajaran kepada kedua orang itu.
Sebelum maksudnya tercapai kembali terdengar Giok
Jien berkata: "Ayahmu bersahabat erat dengan Hiat GoanSio-koen, kalau begitu ayahmu juga termasuk tokoh silat
dari aliran sesat ?"
"Tentu saja bukan, seandainya ayahku adalah tokoh silat
dari aliran sesat, Hiat Goan Sin koen sudah menerima kita
sebagai muridnya sejak semula, justru ia tak mau menerima
kita berhubung separuhnya untuk menyelamatkan pamor
ayahku."
Se akan2 tidak mengerti yang dimaksudkan, Giok Jien
bertanya: "Bukankah ayahmu sudah meninggal, buat apa
masih membicarakan soal pamor lagi ?"
"Aaaai ! menurut cengli perkataanmu memang tidak
salah namun orang-orang Bu lim tak seorangpun paham
akan persoalan ini, demi mendapat sedikit nama kosong,
bahkan tidak sayang mengorbankan jiwa sendiri Aai.."
Giok Jien tidak buka suara lagi, ia menyandarkan
tubuhnya makin rapat diatas badan Liem Hauw Seng,
sementara pemuda itu rentangkan tangannya dari belakang
punggung gadis itu dan memeluknya erat2.
Si Soat Ang menanti sejenak. tidak terdengar kedua
orang itu bicara lagi ia segera bangun berdiri dan tertawa
dingin.
Gelak tertawa dingin ini seketika menggetarkan tubuh
Liem Hauw Seng serta Giok Jien berdua mereka segera
berpaling.
Menanti kedua orang itu tahu kalau orang yang berdiri
dibelakang mereka adalah Si Soat Ang, rasa tercengang tak
kuasa menahan diri, pertama-tama Giok Jien mendengus
lebih dahulu diikuti Liem HauwSeng berseru tawar:
"0ouw.. kiranya kau !"Si Soat Ang amat benci. namun ia cukup licik, rasa
bencinya tidak sampai diunjukkan pada wajahnya, sambit
tertawa segera tegurnya.
"Hey engkoh Hauw Seng, sungguh tak disangka kembali
kita bertemu disini !"
Jilid 9 Halaman 39/40 Hilang
Si Soat Ang segera menunjukkan wajah penuh senyum
manis.
"Aaaah... aku hanya ingin berbicara sebentar dengan
Giok Jien." katanya halus "Aku ingin beritahu asal usulnya
kepada Giok Jien, kenapa sih kau ngambek macam itu ?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan kontan jantung Giok
Jien dag dig dug.
"Siotjia, asal usulku, kau , , apakah kau tahu?" serunya.
"Giok Jien, jangan dengarkan omongannya." buru2
Liem Hauw Seng berseru.
Si Soat Ang segera tertawa dingin, mendadak ia angkat
jarinya menuding kelangit dan angkat sumpah: "Seandainya
aku Si Soat Ang tidak tahu asal usul Giok Jien yang
sebenarnya, atau saat ini aku sedang bicara ngaco belo,
Thian akan mengutuk aku dan membinasakan diriku
dengan sambaran geledek !"
Secara tiba2 Si Soat Ang angkat sumpah yang begitu
berat, kontan Liem Hauw serta Giok Jien berdiri tertegun.
Menuding kelangit angkat sumpah, hal ini bukan suatu
permainan biasa, sekalipun Liem Hauw Seng sadar dibalik
ucapan liu pasti tersembunyi siasat lain, kali ini dibikin
kebingungan juga.Giok Jien semakin percaya lagi dibuatnya, namun gadis
ini tidak berani maju kedepan, sambil memandang kearah
Liem Hauw Seng serunya:
"EngkohHauw Seng..."
Dengan cepat Liem Hauw Seng rentangkan tangannya
menghalangi gadis itu maju kedepan, serunya:
"Kalau kau tahu asal usul dari Giok Jien. Nah cepat
katakan !"
"Tahu atau tidak itu urusanku, dan mau bicara atau tidak
terserah kepadaku, kalau kau tidak biarkan Giok Jen datang
kemari. akupun tidak akan bicara" kata Si Soat Ang sambil
tertawa.
"Kurang ajar, jangan harap kau bisa mencelakai Giok
Jien" teriak Liem HauwSeng gusar.
Si Soat Ang tidak menggubris, per-lahan2 ia putar badan
dan berkata:
"Giok Jien lebih baik kau ambil keputusan sendiri asal
usulmu sangat luar biasa dan tak mungkin bisa kau
dapatkan dengan akal sehatmu. Seandainya sekarang tak
mau tahu, ya sudahlah, selama hidup jangan harap aku
suka beritahu kepadamu."
"Siocia tunggu sebentar, aku.,.aku datang !"
"Kau..."
Namun pemuda she Liem ini tak sanggup meneruskan
kata2nya, sebab pada waktu itu Giok Jien sedang
memandang kearahnya penuh permohonan, titik2 air mata
membasahi wajahnya tambah mengenaskan hatinya yang
halus.
Liem Hauw Seng mencekal tangan gadis itu erat2,
ujarnya kembali:"Giok Jien kau tak boleh kesana, sekalipun kau ingin
mengetahui asal usulmu, kenapa harus gelisah? akhirnya
kau bakal tahu sendiri".
Giok Jien benar2 seorang gadis yang penurut mendengar
ucapan ini ia menghela napas.
"Aai... baiklah aku menuruti perkataanmu," Melihat
siasatnya gagal Si Soat Ang teramat gusar, kontan ia
tertawa dingin.
"Giok Jien kau anggap aku masih ada maksud untuk
mencelakai dirimu, kalau kau memang sudah begitu baik
terhadap Hauw Seng baiklah selalu kepadanya, Hmm!
kiranya kau sudah anggap aku seperti barang sampah?"
"Hmm! perduli apapun yang hendak kau ucapkan, aku
tidak akan perkenankan Giok Jien mendekati dirimu."
"Baik, bagus, kiranya kaupun sudah anggap aku seperti
kalajengking, seperti ular berbisa."
Teriak Si Soat Ang marah2, air mukanya berubah hijau
membesi, "Haa . . haa . . sungguh sayang Giok Jien tak
tahu siapa ayah dan ibunya, kalian harus tahu, kedua orang
tuanya sangat membantu dirinya."
"Aku tak percaya kau punya liang sim yang begitu baik !"
Setelah mendengar perkataan itu, sadarlah Si Soat Ang,
kendati ia banyak bicara pun percuma, sebab Liem Hauw
Sang sudah amat jelas memahami watak maupun akal licik
nya, ia lantas putar otak cari akal lain. tiba2 ia mendengus.
"Hmmm! baiklah, kalau kalian tak mau percaya,
sudahlah selamat tinggal" Tanpa banyak bicara lagi ia putar
badan dari kedua orang itu.
"Siocia, tunggu!" melihat Si Soat Ang berlalu, dengan
hati cemas Giok Jen berseru.Si Soat Ang terus berkelebat ke depan, kurang lebih
sudah lewat beberapa tombak jauhnya ia baru berhenti dari
berpaling.
"Apa gunanya aku menanti lebih lama ? apakah tak takut
dicelakai olehku?"
"Siocia berbuatlah kebajikan dan beritahu kepadaku,
siapakah orang tuaku yang sebenarnya?" rengek Giok Jien.
"Lebih baik kau tanya sendiri pada Liem Hauw Seng"
sahut Si Soat Ang sambil menggeleng. "Bagaimanapun
kalian sudah anggap aku orang jahat selama hidup banyak
melakukan kejahatan, dan tak pernah berbuat baik, apa
gunanya kau merengek dan mohon kepadaku ?"
Muncul selintas perasaan sangat menderita di atas wajah
Giok Jien, perubahan ini membuat Liem Hauw Seng pun
ikut bersedih hati, Buru2 ia cekal tangan gadis itu sambil
menghibur:
"Giok Jien kau tak usah berduka, seandainya orang
tuamu adalah tokoh silat kenamaan maka cepat atau lambat
asal usulmu bakal kau ketahui juga"
"Aaai...semoga saja begitu !" Melihat Giok Jien begitu
menuruti perkataan Liem Hauw Seng, bahkan sampai2
gadis itu rela melepaskan niatnya untuk mengetahui asal-
usul sendiri Si Soat Ang jadi jengkel, kembali rencananya
gagal total.
Sambil tertawa dingin dan menahan hawa gusar yang
ber-kobar2, ia enjot badannya dan berkelebat pergi.
Meskipun dalam keadaan seperti ini, ia lebih
mementingkan melarikan diri daripada ketangkap Tong-
poei Pacu atau Hiat Goan Sin koen.Namun rasanya benci dalam hatinya melupakan
kesemua itu, ia lebih suka menemui bahaya dan pada
melepaskan Liem Hauw Seng Giok Jien ber-mesra2an
dengan damai.
Oleh karena itulah tidak jauh ia berlalu dengan cepat
badannya berkelebat menerobosi semak belukar dan
bersembunyi disitu setelah di tunggu sebentar dan tidak
kedengaran ada suara yang mencurigakan, dengan
mengendap2 dan gerakan sangat hati2 ia merangkak maju
mengitari hutan dan balik lagi ketepi sungai, kemudian
bersembunyi di belakang sebuah batu besar.
Liem Hauw Seng serta Giok Jien menganggap Si Soat
Ang telah pergi, mereka tetap duduk di tepi sungai dengan
hati lega, mereka tidak menyangka kalau Si Soat Ang justru
telah muncul dan bersembunyi dibelakang mereka.
Walaupun Si Soat Ang ada dibelakang mereka, namun ia
tahu pada saat ini Giok Jien tentu amat bersedih hati, gadis
tundukkan kepalanya dengan mulut membungkam
sementara Liem Hauw Seng menghibur dengan kata2 lirih.
Si Soat Ang sangat mendongkol per lahan2 ia merogoh
kedalam sakunya melepaskan sebilah pisau belati, setelah
dicekal erat2 sambil2 ia merangkak kedepan, dan melihat
berapa jaraknya saat ini tinggal beberapa tombak
dibelakang mereka berdua, asalkan pisau belati itu dilempar
kedepan dengan segenap tenaga niscaya salah satu diantara
mereka berdua akan mati terbunuh.
Tentu saja kalau dia ingin serangannya mengenai
sasaran, ia harus mengincar Giok Jien, sang gadis yang
ilmu silatnya rada rendah. Ke dua, saat inipun gadis itu lagi
melamun, dalam keadaan tidak bersiap siaga lebih mudah
dibokong.Setelah mengambil keputusan Si Soat Ang gigit bibir, ia
cekal pisau belati itu kencang2 kemudian ayun tangannya
keatas.
Ia hendak menggunakan segenap tenaga yang
dimilikinya untuk melemparkan pisau belati ini, maka ia
ayun tangannya sampai dibelakang punggung.
Tetapi... baru saja tangannya siap diayun kedepan tiba2
pergelangan tangannya serasa jadi kencang sekali, seakan2
dijepit oleh jepitan besi dari arah belakang, tangannya yang
siap melemparkan pisau belati itu tak dapat berkutik. Si
Soat Ang amat terperanjat, tak tertahan lagi ia menjerit
keras.
Teriakan ini mengagetkan Liem Hauw Seng serta Giok
Jien yang sedang dibuat oleh lamunan, mereka segera
berpaling.
Dalam pada itu bukan saja pergelangan tangan Si Soat
Ang kena ditangkap orang, bahkan saat ini seluruh
badannya diangkat ketengah udara.
Kelima jari tangannya tak kuat mencekal pisau belati itu
lagi. "Traang ." tak kuasa senjata tajam itu terjatuh keatas
tanah.
Ingin sekali Si Soat Ang berpaling untuk melihat
siapakah yang mencekal dirinya, namun lehernya telah
ditangkap pula, dalam keadaan seperti ini tak sanggup bagi
gadis itu untuk putar kepala.
Namun, sekalipun tak usah berpaling iapun tahu
siapakah manusia yang menangkap dirinya saat ini, sebab
Lien Hauw Seng serta Giok Jien yang berpaling sedang
berseru hampir berbareng:
"Aaaah . . . Hiat Goan Cianpwee !"Seluruh tubuh Soat Ang bergidik, untuk sesaat ia tak
tahu apa yang harus diucapkan ia mengerti nasibnya bakal
jelek, sebab untuk kesekian kakinya perbuatan kejinya
terbongkar oleh simanusia monyet itu.
Mendadak... dari tempat kejauhan berkumandang
datang suara aneh.
Suara aneh itu se akan2 muncul dari dalam sungai, suara
itu begitu aneh seakan2 teriakan manusia, namun mirip
pula suara binatang buas, mirip pula seperti jeritan ngeri
atau nyanyian merdu, pokoknya sangat aneh sehingga
mendatangkan rasa seram ngeri dihati semua orang.
Dengan cepat suara aneh itu bergema makin dekat,
diikuti permukaan air sungai bergolak keras, semprotan air
setinggi beberapa tombak menciptakan suatu pandangan
yang aneh.
Dalam sekejap mata muncullah seseorang dari dalam
sungai itu, gerakannya amat cepat sambil berlari orang itu
memperdengarkan jeritan aneh, sepasang tangannya
menghantam permukaan sungai keras2, untuk sesaat sulit
baginya setiap orang untuk mengenali siapakah sebenarnya
manusia yang ada didalam sungai itu.
Terhadap munculnya manusia aneh ini semua orang
berdiri tertegun, tak seorangpun buka suara, semuanya
memandang kearah sungai dengan mata terbelalak serta
mulut melongo, semua orang dibikin berdiri menjublek.
Akhirnya Hiat Goan Siu koen tak dapat menahan diri
lagi ia segera menghardik keras:
"Heh, siapa kau?"
Bentakan ini segera mendatangkan reaksi, orang itu
berhenti bergerak dan airpun tidak kelihatan lagi mencelat
keempat penjuru, diikuti muncullah seorang perempuandengan rambut awut2an, seluruh badan basah kuyup
wajahnya kurus bagaikan mayat, bermata melotot dan
mulut menyeringai sehingga kelihatan sebaris giginya yang
putih.
Dia bukan lain adalah Ciang oh simanusia tengkorak?
Hiat Goan Siu koen pernah bertarung melawan Ciang
Ooh sewaktu ada dibenteng Thian It Poo tempo dulu, maka
sewaktu bertemu dengan si manusia tengkorak ini, hatinya
langsung mencelos.
Dalam pada itu Ciang Oh telah bangun berdiri dengan
pandangan bodoh ia menatap berapa orang dihadapannya,
kemudian sambil bermain air ia mulai menyanyi.
Ciang Ooh adalah gadis Biauw, apa yang di nyanyikan
tak seorangpun yang paham tapi bisa diduga tentulah lagu
yang dinyanyikan gadis2 suku Biauw sewaktu bermain air.
Kalau lagu ini dibawakan oleh seorang gadis cantik
dengan suara merdu, pemandangan waktu itu pasti amat
mempesonakan tapi saat ini bukan saja wajah Ciang Ooh
amat seram bahkan suaranya serak lagi parau, membuat
orang jadi bergidik dan bulu roma pada bangun.
Tiba2 Ciang Ooh berhenti menyanyi.
Liem Hauw Seng segera berseru:
"Hiat Goan cianpwee, perempuan sinting ini patut
dikasihani jangan kita susahkan dirinya."
"Kau anggap aku bisa menyusahkan dirinya ?" Seru Hiat
Goan Sin Koen sambil tertawa getir. "ilmu silatnya sangat
lihay, boleh terhitung luar biasa sukar dijajaki? jangan
dikata aku tak dapat menyusahkan dirinya, meski Si Thay
sianseng atau Toenghong Pocu pun belum tentu bisa
mengapa-apakan dirinya !"Ucapan ini segera menggerakkan hati Si Soat Ang. buru2
serunya .
"Ciang Ooh !"
Teriakan ini memancing Ciang Ooh berpaling
kearahnya.
"Ciang Ooh, cepat tolong diriku !" Kembali Si Soat Ang
berseru.
Teriakan ini membuat Hiat Goan Sin Koen melengak,
sebelum ia sempat bertindak sesuatu, dengan gerakan yang
amat cepat CiangOoh telah mencelat keluar dari dalam air.
Sungguh dahsyat gerakan tubuhnya, bukan saja
membawa desiran angin tajam bahkan butiran air yang
terbawa oleh badannya segera menyebar keempat penjuru
dengan disertai desiran dahsyat.
Setelah tubuhnya hampir melayang turun di hadapan
Hiat Goan Sin Koen, simanusia monyet ini baru berteriak
keras, telapaknya langsung menghantam tubuh lawan
keras2.
Ilmu telapak Hiat Goan Ciang dari Sin koen boleh
terhitung ilmu telapak tingkat paling atas dalam aliran
hitam, namun Ciang Ooh tetap bersikap tenang bahkan
tidak menggubris dan tidak melirik sekejappun kearah
serangan tersebut.
"Ploook !" dengan telak serangan tersebut bersarang
diatas bahu CiangOoh.
Siapa sangka, ketika telapaknya bersarang di atas bahu
itulah tiba2 muncul segulung daya pental yang luar biasa
kuatnya, daya pental ini langsung menumbuk telapak Hiat
Goan Sin koen membuat manusia monyet ini merasatelapaknya linu dan sakitnya luar biasa, tak kuasa ia tarik
kembali tangannya kebelakang.
Tapi semakin ia tarik tangannya, semakin kuat daya
tekanan tersebut menindih badannya, bahkan cepat tenaga
tekanan tadi mengalir kebahu nya memaksa sang tubuh
tiba2 miring kesamping.
Hiat Goan Sin-koen amat terperanjat, buru2 ia
kendorkan cekalannya pada diri Si Soat Ang dan mundur
selangkah kebelakang.
Dalam perkiraannya dengan mundur selangkah
kebelakang maka tenaga tekanan tersebut akan lenyap tak
berbekas.
Tapi, sungguh luar biasa sekali, tenaga tekanan masih
belum lenyap, daya dorong tersebut tetap mendesak
badannya membuat badan kembali berpusing tiga lingkaran
dengan cepatnya.
Menanti ia dapat berdiri tepak, manusia monyet ini baru
lolos dari pengaruh kekuatan lawan, ia kaget, bingung dan
tercekat, kembali tubuhnya mundur tiga langkah
kebelakang.
Sementara itu Si Soat Ang telah berdiri disamping Ciang
Ooh, kepada perempuan itu ujarnya:
"Ciang Ooh, cepat bawa aku tinggalkan tempat ini !"
"Siapa kau ?" tanya Ciang Ooh seraya berpaling. "Kau
bisa kenali diriku kenapa aku tidak kenal dirimu ?"
"Aku adalah..."
Sebenarnya ia ingin mengatakan bahwa dirinya adalah
Putri dari benteng Thian It Poo, namun sebagai seorang
gadis cerdik ia sadar, berada dalam keadaan seperti iniCiang Ooh tentu akan gusar apabila mendengar "Thian It
Poo" bahkan ada kemungkinan ia bisa mati ditangannya.
Maka ia membungkam, otaknya berputar dan akhirnya
berbisik disisi telinganya dengan suara lirih: "Aku. . . aku
adalah putrimu."
Ucapan ini sangat lirih, kecuali mereka berdua tak
seorangpun yang ikut mendengar.
Seluruh tubuh Ciang Ooh tergetar keras, ia menjerit
tertahan lalu mencengkeram sepasang lengan Si Soat Ang
erat2:
Gadis she Si tak menyangka Ciang Ooh bisa mencekal
lengannya begitu keras, jari tangan yang kuat bagaikan baja
dengan kekuatan yang dahsyat hampir2 membuat lengan
gadis itu ter-cekal putus, saking sakitnya ia menjerit keras,
hampiri saja Soat Ang jatuh tidak sadarkan diri.
"Benarkah?" teriak Ciang Ooh dengan sinar mata
bercahaya meski bicara lengannya masih mencengkeram
lengan gadis itu erat2
"Be... benar... cepat kau lepas tangan." teriak Si Soat Ang
dengan napas ter engah2.
Ciang Ooh lepas tangan, tapi sebelum gadis itu mundur
lengannya kembali bergerak memeluk tubuh gadis itu erat2,
dari mulutnya bergumam suara yang aneh, entah apa yang
diucapkan.
Si Soat Ang yang dirangkul, hampir2 susah bernapas, ia
mencium bau busuk dari tubuh perempuan itu, begitu
busuk, begitu memualkan sampai2 gadis itu kelenger dan
hampir jatuh semaput.
Untung pada saat itu Ciang Ooh lepas tangan sambil
bertanya tiada hentinya:"Sungguhkah ? benarkah ?.,.aah ! sungguhkah? benarkah
?"
Masih banyak yang ia ucapkan, hanya Si Soat Ang ti tak
paham sebab ia berbicara dengan menggunakan bahasa
suku Biauw.
"Tentu saja sungguh!" jawab Si Soat Ang tegas. "Coba
kau pikir yang lain boleh bohong, masa soal inipun aku
ingin membohongi dirimu ?"
Ciang Ooh menjerit histeris, sepasang tangannya
mencekal bahu Si Soat Ang dan mengguncangkan badan
gadis itu keras2, setelah itu menjerit kembali dan akhirnya
memeluk putri Thian It Poocu ini kedalam rangkulannya.
Si Soat Ang benar2 kepingin muntah, tapi ia berusaha
keras untuk mempertahankan diri sebab ia tahu
kesemuanya ini mempengaruhi atas keselamatan jiwanya.
Lama kelamaan Ciang Ooh berhasil tenangkan diri, ia
mendongak dan menatap Hiat Goan Sin koen dengan sinar
mata permusuhan.
Hiat Goan sin koen tak tahu apa yang diucapkan oleh Si
Soat Ang kepadaCiang Ooh.
Tapi menyaksikan sinar mata yang penuh mengandung
permusuhan itu, ia sadar keadaan tidak menguntungkan
dirinya, ia mundur selangkah kebelakang dan siap
menghadapi segala kemungkinan.
Lama sekali Ciang Ooh melototi wajah Hiat Goan Sin
koen, mendadak ia mendengus dan serunya sambil menarik
tangan Soat Ang:
"Mari kita pergi dari sini !"
Tidak menanti jawaban dari gadis itu, ia tarik Soat Ang
berlalu dari sana, gerakan mereka berdua sangat cepat,dalam sekejap mata bayangan mereka itu sudah lenyap dari
pandangan.
Menyaksikan Ciang Ooh berlalu dengan membawa Soat
Ang, simanusia monyet ini teramat gusar, tapi ia tahu
keadaan seperti ini jauh lebih baik daripada harus bergebrak
melawan perempuan tengkorak itu, lama sekali ia tertegun
untuk kemudian lambat2 putar badan.
"Sin koen, apakah kau telah berjumpa dengan sibongkok
sakti ?" buru2 Liem Hauw Seng bertanya.
"Sampai kini belum kutemukan." jawab Hiat Goan Siu
koen dengan alis berkerut." Lebih baik untuk sementara
waktu kita menyingkir dulu."
"Kenapa ?" Liem Hauw Seng bertanya dengan nada
mengelak, Hiat Goan Sin-koen adalah seorang manusia
angkuh, boleh dikata ia tidak takut langit tak takut bumi
kecuali Tong-bong pacu seorang, dan kebetulan manusia
Tong hong berada disekitar sana, maka terpaksa ia harus
menyingkir.
Meski demikian ia tak mau mengaku, maka mendapat
pertanyaan ini sepasang matanya langsung melotot besar.
"Buat apa kau banyak bertanya ?"
Liem Hauw Seng kembali melengak, ia tak tahu apa
sebabnya simanusia monyet ini marah2 terus, tapi ia
bungkam dan menurut:
"Ayoh cepat kita berlalu..." Kembali Hiat Goan Sin koen
berseru.
"Haa . . haa, . . Sin koen, kau hendak pergi kemana ?"
tiba2 dari balik sebuah batu cadas berkumandang gelak
tertawa seseorang.Hiat Goen Sin koen terkejut dan segera mendongak,
dengan cepat hatinya mencelos, sebab orang itu bukan lain
adalah Tong hong Pacu, manusia yang paling disegani.
Setelah munculkan diri, sinar mata Tong hong Pacu
menyapu sekejap keempat penjuru, tiba2 ia berseru
tertahan: "Eeei. . . agaknya kurang seorang !"
"Hiat Goan Sin koen tahu, yang dimaksudkan tentu Si
Soat Ang, setelah tarik napas segera tanyanya:
"Apakah anda menanyakan nona Si ?"
Tong-hong Pacu tersenyum, kembali ia menatap wajah
Liem Hauw Seng serta Giok Jien, terasa sepasang muda
mudi ini berbakat bagus dan amat mempersonakan,
sebaliknya kedua orang itu merasa ada serentetan listrik
bertegangan tinggi menyambar lewat diatas wajah mereka,
baik Liem Hauw Seng maupun Giok Jien sama2 dibikin
terperanjat.
"Siapakah orang ini ?" pikir mereka tanpa terasa.
Dalam pada itu Tong hong Pacu telah mengangguk.
"Tidak salah, dialah yang kumaksudkan"
"Aaah. sayang kedatangan anda terlambat setindak, ia
sudah dibawa pergi oleh seseorang"
"Haa...haa...haa...Sin-koen. kalau mau berbohong
janganlah dihadapanku, siapa yang berani serobot orang
dari tanganmu ?"
Hiat Goan Sin koen tertawa getir, ia tak tahu apa
hubungan gadis she Si itu dengan Tong hong Pacu, tapi ia
sadar kalau tidak memberi keterangan jelas, maka ia bakal
dibikin repot.
Buru-buru sahutnya:"Nona Si dibawa lari oleh seorang perempuan sinting
dari benteng Thian It Poo yang pada hari2 biasa dipanggil
Ciang Ooh, ilmu silat yang dimiliki perempuan sinting ini
sangat lihay, kalau anda tak percaya silahkan ditanyakan
pada mereka berdua.
Tong hong Pacu berpaling untuk kedua kakinya ia
menatap Hauw Seng serta Giok Jien tajam2 membuat
sepasang muda mudi ini jadi bergidik.
"Ooouw . . , kiranya dalam dunia kangouw sudah
muncul seorang tokoh lihay lagi " seru Tong-hong Pacu
sambil tersenyum "Waaah kalau begitu pengalamanku
sungguh cetek sekali. Eeeeei , , . Sin koen aku dengar putri
kesayanganmu telah ternoda, benarkah kabar berita ini? dan
nona ini. ."
Mengungkap tentang putri kesayangannya yang ternoda,
seluruh tubuh Hiat Goan Sin-koen gemetar keras, giginya
saling beradu dengan kerasnya, umpama Loei Sam ketika
itu hadir disana, kemungkinan ia akan menubruk kearah
pemuda itu, Tong hong pacu tertawa.
"Padahal, putrimu pun terhitung salah, pikirnya terlalu
cepat." ujarnya.
"Sudahlah, jangan kita bicarakan persoalan ini aku ada
urusan hendak mencari sibongkok, hei tahukah kau si
bongkok telah pergi kemana?"
"Akupun sedang mencari dirinya " sahut Hiat Goan Sin-
koen, per-lahan2 ia mulai tenang kembali "Aku ada maksud
membawa kedua orang masuk kedalam perguruannya tapi
sampai kini aku masih belum tahu ia sudah pergi kemana?"
"Menurut apa yang kuketahui mungkin ia sudah keluar
perbatasan untuk mencari Soat-san Sam-mo, aku ingin
sedikit merepotkan dirimu pergi untuk mencari dirinya,katakan aku menanti kedatangannya digubuk tempat
kediaman nya, ada urusan penting hendak kubicarakan
dengan dirinya, kalau kau sudah bertemu dengan dirinya
maka datanglah bersama dia."
"Tentang soal ini . . . tentang soal ini . . "
"Kenapa ?" tegur Tonghong Pacu dengan air muka
berubah:
"Sebenarnya persoalan anda sudah sepantasnya
kukerjakan tapi pada saat ini kedua orang muda ini masih
membutuhkan perawatanku."
"Aaaah ini bukan persoalan berat setelah aku berangkat
serahkan saja mereka berdua padaku"
Hiat Goan Sin-koen tertawa getir, ia segera berpaling
kearah Liem Hauw Seng serta Giok Jien dan ujarnya:
"Saudara ini adalah Tonghong Pacu, kalian cepat datang
menghunjuk hormat kepadanya."
Giok Jien si gadis muda tidak begitu kenal dengan situasi
Bu-lim, nama Tong hong Pacu tidak begitu mempengaruhi
dirinya, berbeda dengan Liem Hauw-seng, seluruh
tubuhnya kontan gemetar keras.
Ia bukan seorang penakut. tapi saat ini air mukanya
berubah pucat pias bagaikan mayat. tak sepatah katapun
sanggup diutarakan.
Sementara itu Tong hong Pacu telah membentak
kembali:
"Hey Sin-koen. kau masih belum berangkat ?. kalau
sampai urusanku kacau, awas ! akan kusuruh kau
pertanggung jawabkan persoalan ini."
Setelah diancam, tentu saja Hia Goan Sin-koen tak
berani berayal lagi, buru2 serunya:"Kalian berdua dengarkanlah perkataan Tong hong
sianseng, setelah bertemu dengan sibongkok sakti aku pasti
kembali"
Sembari bicara ia putar badan dan melesat pergi dari situ.
Menanti simanusia monyet sudah berlalu, Tong hong
Pacu baru berjalan menghampiri Liem Hauw Seng berdua
ujarnya sambil geleng kepala:
"Kalian anak murid siapa ? dengan kepandaian silat
seperti itu, buat apa berkeliaran dalam dunia persilatan ?
apakah kalian ingin antar nyawa dengan percuma ?"
"Ayahku adalah "Thian Tie It Kiai" dari gunung Tiang
Pek-san yang bernama Liem Teng." ujar Liem Hauw Seng
setelah berhasil tenangkan hatinya, "Nona ini adalah nona
Giok Jien, belum pernah belajar ilmu silat."
Ayah Liem Hauw Seng bukan manusia sembarangan
dalam dunia persilatan meski sudah mati dipaksa
musuhnya terjun kejurang, tapi Tonghong Pacu tak
mungkin tak pernah mendengar nama ini. Namun orang
she Tonghong cuma mengiakan hambar, lalu menatap Giok
Jien dan berseru:
"Oooouw . ia belum pernah belajar ilmu silat ? aku rasa
belajar mulai sekarangpun masih belum ketinggalan, belum
pernah kutemui manusia dengan bakat demikian bagusnya
!"
Sambil berkata sepasang matanya dengan tajam menatap
gadis itu tak berkedip, Giok Jien jadi jengah, jantungnya
terasa berdebar keras dan akhirnya tunduk kepala rendah2,
sepatah katapun tak bicara.
"Siapa namamu ?" kembali Tong-hong Pacu bertanya
"Giok Jien !""Apa she mu ?"
Giok Jien tertawa getir, "Aku adalah seorang anak yatim
piatu, sejak kecil dibesarkan dalam benteng Thian It Poo.
kecuali Si siocia siapapun tak tahu asalku, tapi ia tak mau
beritahu kepadaku."
"Tentang soal ini kau boleh berlega hati, aku pasti dapat
membantu dirimu untuk mengetahui asal usul sebenarnya."
Ucapan ini sangat mengharukan hati Giok Jien, buru2 ia
menjura.
"Aaaah... kuucapkan terima kasih dahulu atas bantuan
cianpwee"
Tong-hong pacu tertawa ter bahak2. "Kau tak usah
berterima kasih kepadaku, aku bernama Tong-hong Pacu,
ilmu silatku termasuk lumayan juga, dengan bakatmu yang
bagus bagaimana kalau kuangkat dirimu sebagai murid ku
?"
Sejak semula Liem Hauw Seng sudah merasa maksud
yang terkandung dalam hati manusia kosen ini, maka ia
tidak kaget, lain halnya dengan Giok Jien, gadis ini kontan
melengak dan berdiri melongo dengan mata terbelalak,
untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun dapat
diucapkan.
Lewat lama sekali ia baru berkata:
"Hiat Goan Sin koen telah berjanji akan membawa aku
serta engkoh Hauw Seng pergi bertemu dengan si bongkok
sakti berangasan dan mengangkat beliau sebagai guru."
"Ha ha haaa . . . dengan bakatmu yang demikian bagus,
tidak pantas mengangkat sibongkok? Hmm! dengan
kepandaian secetek itu berani terima kau sebagai murid!""Kalau begitu kepandaian silatmu jauh lebih hebat dari
pada si bongkok sakti berangasan?" seru Giok Jien
terperanjat.
Tong-hong pacu mendongak tertawa terbahak-bahak, ia
menuding kearahHauw Seng dan berkata:
"Tak berguna kau tanyakan padaku, coba kau bertanya
pada dirinya."
Buru2 Giok Jieo berpaling kearah Lim Hauw Seng.
Pemuda itu segera mengangguk.
"Giok Jien, boleh dibilang dia adalah tokoh silat nomor
wahid dikolong langit dewasa ini."
Giok Jien tahu pemuda itu tidak bakal membohongi
dirinya, mendengar perkataan itu meledaklah
kegembiraannya.
"Engkoh Hauw Seng," buru2 ia berseru: "Dia adalah
tokoh silat nomor wahid dikolong langit, sekarang sang
tokoh sakti mau terima diriku sebagai murid aku . . engkoh
Hauw Seng, bukankah hal ini bagus sekali ?"
Liem Hauw Seng bungkam dalam seribu bahasa, sulit
baginya untuk memberi komentar. Menyaksikan engkoh
Hauw Seng-nya bungkam, Giok Jien mengira pemuda itu
tidak senang hati, segera ujarnya kembali: "Engkoh Hauw
Seng, kau mohonlah kepadanya, kalau ia mau terima diri
mu sebagai murid bukankah sangat bagus sekali?"
"Aku tidak..."
Belum habis ia berkata, Tong hong Pacu sudah menukas.
"Giok Jien, kau anggap aku sudi menerima murid
seenaknya ? kedua putra kandungku pun tidak kuwarisi
ilmu silatku, hal ini disebabkan mereka tidak berbakat
untuk menerima ilmu silatku ."Mendengar ucapan ini Giok Jien makin terkejut
bercampur girang, saking senangnya ia sampai melongo.
"Kalau begitu, kau suka angkat diriku sebagai guru
bukan ?" kembali Tong hong Pacu bertanya.
"Tentu saja aku suka ?" jawab gadis itu tanpa berpikir
panjang lagi.
"Bagus sekali, tapi ada beberapa soal hendak
kuterangkan dahulu, setelah kau angkat diriku sebagai guru
maka dalam tiga tahun akan ku didik dirimu jadi lihay,
karena itu selama tiga tahun ini kecuali diriku kau tak boleh
bertemu dengan siapapun !"
"Lalu... bagaimana dengan engkoh Hauw Seng ?" tanya
Giok Jien tertegun.
"Apakah kalian sudah jadi suami istri ?"
Merah padamselembar wajah Giok Jien.
"Belum !" ia menggeleng.
"Lalu apa salahnya berpisah selama tiga tahun apa yang
kau pusingkan lagi ?"
Kembali Giok Jien berpaling kearah Liem Hauw Seng
mohon pertimbangannya, pemuda itu segera maju kedepan
dan cekal tangannya erat2.
"Giok Jien, setelah Tong hong sianseng menerima
dirimu sebagai murid, dalam tiga tahun mendatang ilmu
silatmu akan memperoleh ke majuan pesat, hanya saja...
hanya saja..."
Sebenarnya pemuda ini akan menerangkan bahwa Tong-
hong Pacu adalah tokoh sakti dan aliran sesat, menjadi
muridnya meski lihay tapi tingkah lakunya akan ikut2an
sesat, dan ia akan menyatakan ketidak setujuannya.Tapi berada didepan Tong hong Pacu beranikah ia
ucapkan kata2 itu? Belum sampai ia bicara Giok Jien telah
meneruskan: "Hanya saja kita harus berpisah selama tiga
tahun, engkoh Hauw Seng, aku tak tahu bagaimana aku
harus hidup tanpa dirimu?"
Tiba2 Tong hong Pacu menghardik keras:
"Untuk belajar silat, pikiran harus dipusatkan jadi satu
tanpa terganggu oleh masalah lain, waktu tiga tahun akan
berlalu dalam sekejap, tiga tahun kemudian kau boleh
menunggu kedatangannya disebelah barat kota Siang yang."
Bersamaan dengan ucapan itu, Tong hong Pacu
menyambar tangan gadis itu dan mencelat pergi dari sana.
"Giok Jien!" teriak Liem Hauw Seng dengan hati gelisah.
Tapi . . dalam sekejap mata bayangan Tong-hong Pacu serta
Giok Jien telah lenyap tak berbekas.
Kedatangan mereka berdua ke daratan Tiong-goan
adalah bertujuan angkat sibongkok sakti sebagai guru,
sungguh tak nyana dalam sekejap mata telah terjadi
perubahan besar, Giok Jien telah diterima sebagai murid
oleh Tong hong Pacu. sijago kosen aliran hitam.
Perpisahan mendatangkan kesedihan, lama sekali
pemuda Hauw Seng berdiri ter mangu2, ia tak tahu apa
yang harus dilakukan pada saat ini, akhirnya dalam
keadaan apa boleh buat ia berjalan kearah mana Hiat Goan
Sin-koen berlalu tadi.
Setengah jam lamanya ia berjalan diatas gunung,
keadaan medan makin lama semakin curam dan berbahaya,
tebing tinggi menjulang ke angkasa jurang yang dalam
memisahkan puncak yang satu dengan puncak yang lain,
makin berjalan pemuda itu makin tersesat hingga akhirnya
dari tempat kejauhan adanya gemuruh air sungai.Mendengar ada suara air, semangat Hauw Seng berkobar
kembali, segera ia berlari menghampiri sungai itu dengan
maksud beristirahat, tapi ia tertegun. Apa yang terjadi?
ternyata sungai itu bukan lain adalah sungai dimana tadi ia
duduk bersandingan dengan Giok Jien, kiranya setengah
harian ia mendaki gunung akhirnya kembali lagi ketempat
semula.
Pemuda itu tertawa getir ia berjalan mendekati batu
besar dimana tadi ia duduk berduaan, atau mendadak
dijumpainya seseorang berdiri disamping batu tersebut.
Orang itu berdiri tak bergerak disana, bajunya abu2 dan
berusia enam puluh tahunan, perawakannya tinggi dengan
wajah agung, Namun ketika itu sepasang alisnya berkerut
kencang, se akan2 ada satu masalah besar sedang
memusingkan benaknya.
Lama sekali orang itu memandang aliran air dalam
sungai, akhirnya ia menghela napas panjang dan berpaling
kearah Liem Hauw Seng. "Kemarilah kau bocah !" ia
berkata. Nadanya sangat datar, membuat orang sulit untuk
menebak perasaannya ketika itu.
"Cianpwee kau ada urusan apa ?" pemuda itu segera
maju menjura.
Memandang aliran air dalam sungai lama sekali kakek
itu membungkam. lalu menghela napas panjang dan
bertanya:
"Dapatkah kau melakukan suatu pekerjaan buat diriku ?"
Dalam keadaan kesal, sebetulnya Liem Hauw Seng tidak
ingin mencari kerepotan tapi setelah dilihatnya kakek tua
itu makin dipandang makin berwibawa ia lantas menduga
orang ini tentu seorang tokoh silat lihay."Baiklah" sahutnya setelah tertegun sejenak, "Entah
cianpwee ada perintah apa ?"
"Dapatkah kau bantu aku pergi satu kali kelembah Coei-
Hong-Kok digunung Go-bie."
Jantung Hauw Seng berdebar keras. siapa yang tak kenal
dengan lembah Coei Hong-Kok digunung Go bie ? asalkan
seorang akhli silat pasti akan kenal dengan lembah tersebut.
Lembah Coei Hong Kok adalah tempat tinggal Si Thay
sianseng, tokoh silat paling lihay dikolong langit dewasa ini
atau dengan perkataan lain sikakek tua yang berada
dihadapannya bukan lain adalah Si Thay sianseng sendiri.
"Aaaah. . . kiranya cianpwee adalah Si Thay sianseng !"
saking girangnya tak kuasa ia berteriak.
Si Thay sianseng tertawa kering.
"Kau berangkatlah kelembah Coei Hong Kok dan
beritahu seisi lembah, sebelum kutemukan murid durhaka
tersebut tak akan kembali kerumah, dan sebelum aku
kembali apa bila Tong hong Pacu datang, suruh mereka
layani se baik2 nya, jangan sampai bergebrak, suruh mereka
ingat, ingat selalu !"
"Pesan cianpwee pasti akan aku sampaikan tapi
boanpwee belum pernah datang kegunung Go bie, aku
takut orang disana tidak percaya kepadaku."
"Tiiing !" dari balik sakunya Si Thay Sian-seng ambil
keluar sebuah cincin emas kecil, sambil menyerahkan benda
itu ia berkata: "Dengan membawa cincin ini mereka pasti
akan menerima dirimu dia mempercayai ucapanmu, kau
harus berhati2, gelang emas itu jangan sampai hilang !"Dengan sangat hormat Liem Hauw Seng menerima
gelang emas itu lalu mundur selangkah kebelakang dan siap
berlalu.
Tiba2 ia teringat akan sesuatu segera ujarnya kembali:
"Si cianpwee, ada sebuah urusan ingin kumohon
petunjukmu ?"
"Katakanlah terus terang !"
"Aku... aku punya seorang sahabat sehidup semati
kurang lebih setengah jam berselang telah di bawa pergi
oleh Tong-hong Pacu, ia bilang bakatnya sangat bagus
maka hendak menerima dirinya sebagai murid."
Air muka Si Thay sianseng berubah hebat setelah
mendengar ucapan itu.
"Ada kejadian semacam ini ?" serunya.
"Benar ! kejadian ini benar2 telah terjadi, dia... padahal
ia tak pernah belajar silat, dia adalah seorang gadis yatim
piatu yang sudah angkat sumpah setia dengan diriku, tapi
Tong hong Pacu bilang tiga tahun kemudian kami berdua
baru boleh berjumpa lagi, bisa dipercayakah ucapannya ini
?"
Dengan wajah serius Si Thay sianseng mendengarkan
semua penuturan pemuda itu, dari sikap tersebut Liem
Hauw Seng dapat menarik kesimpulan bahwa urusan amat
berbahaya dan serius.
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 1 komentar... read them below or add one }
20151005 junda
Louis Vuitton Bags Outlet Store
Coach Factory Outlet Stores 70% off
Real Louis Vuitton Bags
tory burch outlet
Authentic Louis Vuitton Belts Outlet Store
cheap louis vuitton
canada goose outlet
louis vuitton outlet
Authentic Louis Vuitton Handbags Cheap Online
Oakley Vault Outlet Store Online
true religion outlet
Michael Kors Outlet Online No Tax
abercrombie
ralph lauren
Louis Vuitton Bags On Sale
michael kors handbags
Louis Vuitton Handbags Official Site
fitflops
michael kors handbag
coach factory outlet online
Air Jordan 4 Toro Bravo
Louis Vuitton Handbags Factory Store
Hollister uk
Michael Kors Outlet Online Mall
Coach Factory Outlet Private Sale
Michael Kors Online Outlet Shop
nfl jerseys
New Louis Vuitton Handbags Outlet
air max 90
Christian Louis Vuitton Red Bottoms
Posting Komentar