Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 30 Juli 2012

Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2-Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2-Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2-Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2-Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2


Kata Tan Ciu disusul dengan serangannya ia
memberikan satu sapuan pukulan. Hal ini hebat, ia ingin
menyingkap tutup kerudung muka itu dahulu.
Ketua Benteng Penggantungan melesat, maka gagallah
serangan yang Tan Ciu lontarkan kepadanya.
Hal ini sudah dapat Tan Ciu duga. tanpa istrirahat lagi,
Tan Ciu mengejar dan memberi pukulan tangan yang
kedua.
Serangan Tan Ciu dibarengi oleh gerakkan tubuh yang
memegat kepergian lawan. Ketua Benteng pengantungan
tidak berdaya, terpaksa ia memapaki serangan itu. dengan
kedua telapak tangannya.
Terdengar suara beradunya dua tenaga pukulan, debu
berdebur keras, mengulak naik, masing-masing terpukul
mundur dari posisi kedudukan semula. Sehingga berjarak
empat belas tombak, dua orang itu baru dapat membuat
posisi baru.
Tutup Kerudung orang itu telah terbuka.
Tan Ciu tertegun, ia melengak heran. Wajah itu tidak
asing lagi baginya, itulah wajah Kiam Pek.
"Kau ?!" Tan Ciu mengeluarkan suara kaget.
Orang ini bukan ketua Benteng Penggantungan dia
adalah Tan Kiam Pek, pantas berusaha menolong dirinya
dari gempuran si Pendekar Dewa Angin Sin HongHiap.
Lain pikiran menyelusup kedalam benak pikiran Tan
Ciu, diketahui bahwa ayah dan pamannya itu dilahirkan
pada waktu yang sama, istilah yang harus digunakan untuk
menyebut mereka ialah saudara kembar. Tentu mempunyai
wajah yang sama. mungkinkah Tan Kiam Lam asli.
Menurut keterangan Tan Kiam Pek, perbedaan yang
khas ialah andeng-andeng hitam melekat pada daun kuping
kiri Tan Kiam Lam.
Tan Ciu memperhatikan daun kuping kiri orang itu!
"A a a ...!" sipemuda berteriak. "Dia tidak ada tandatanda
hitam pada daun kupingnya. Dia Tan Kiam Pek."
Tan Ciu sedang berhadapan dengan Tan Kiam Pek?
Pamannya sendiri itu?
Atau berhadapan dengan Tan Kiam Lam! Ayah
kandungnya yang belum pernah bertemu muka?
Mari kita mencari jawaban ini pada lembaran
berikutnya.
Tan Ciu berhadapan dengan seorang yang mempunyai
Wajah seperti Tan Kiam Pek wajah ini sangat
membingungkan sipemuda.
Dengan siapakah ia berhadapan muka?
Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam? Atau
sang paman, Tan Kiam Pek yang pernah dijumpainya.
Dari ciri-ciri yang dilihat, orang ini adalah Tan Kiam
Pek.
Orang itu berkata dingin. "Eh, Bagaimana? Kau telah
kehilangan pikiran."
Dengan suara gemetar, Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kau ketua Benteng Penggantungan yang asli?"
"Menuntut pendapatmu apa tidak mungkin?"
"Aku meminta jawabanmu yang pasti."
"Aku bukan ketua Benteng Penggantungan." Orang itu
berkata. "Aku hanya menggunakan nama ini untuk
menakut-nakuti Sin Hong Hiap. Aku Tan Kiam Pek." ia
mendekati Tan Ciu.
Sipemuda mundur, ia masih menaruh curiga.
Tan Kiam Pek mengerutkan keningnya. "Kau tidak
percaya?" Ia bertanya.
"Kau membingungkan orang." Berkata Tan Ciu.
"Aku sengaja tidak membuka kedok, alasan pertama
ialah menghindari Sin Hong Hiap, alasan kedua ialah
mencoba sampai dimana kemajuan ilmu silatmu. Ternyata
kau telah mendapat kemajuan yang sangat pesat."
"Kau sungguh pamanku, Tam Kiam Pek?"
"Ah. hal ini tak perlu kau ragukan lagi."
"Tetapi...."
"Kau kecewa ?"
Tan Ciu memang agak kecewa. Bila orang ini bukan Tan
Kiam Lam, tetapi si ketua Benteng Penggantungan Tan
Kiam Lam, maka segala rahasia ayahnya itu dapat dibuka
segera. Tidak perlu ubek-ubekan mencarinya lagi.
Terdengar Tan Kiam Pek berkata. "Kau juga mendapat
kabar bahwa Tan Kiam Lam akan tiba dipohon
Penggantungan?"
Tan Ciu menganggukkan kepala.
Terdengar lagi suara Tan Kiam Pek. "Bagaimana kau
mengikat tali permusuhan dengan Sin Hong Hiap."
Tan Ciu bercerita bagaimana ia menemui Chio It Cong,
dengan kesudahan matinya pemuda baju yang berkepala
batu itu.
Tan Kiam Pek mengemukakan pendapatnya dan
berkata.
"Chio It Cong memang takut mati. Hanya adatnya Sin
Hong Hiap itu agak luar biasa ia membela golongannya.
tanpa melihat suasana tanpa menimbang untung ruginya.
Kukira ia tak mau menyelesaikan urusannya begitu saja."
"Aku tidak takut," Tan Ciu membawakan sikapnya yang
berdarah panas,
Maka, mereka segera kambali lagi. Disana Jelita Merah
Ong Leng Leng masih menggeletak pingsan, ia terkena
pukulan Chio It Cong terlebih dahulu, dan terakhir dipukul
jatuh oleh Sin Hong Hiap.
Tan Kiam Pek memandang gadis baju merah itu dan
berkata kepada Tan Ciu.
"Kau menolong dirinya. Aku ingin menyusul Sin Hong
Hiap."
Tan Ciu menerima Usul ini.
"Baik." Dan ia menghampiri Ong Leng Leng,
Tubuh Tan Kiam Pek melesat dan sebentar saja sudah
lenyap tidak tampak.
Tan Ciu menghampiri Ong Leng Leng dan menjejal obat
Seng niat-hoan hun-tan kemulut orang, kemudian menotok
beberapa jalan darahnya, mempercepat peredaran darah.
Tidak lama kemudian, Ong Leng Leng sadarkan diri
lagi. Gadis baju merah itu bangkit berdiri, ia mengucapkan
terima kasih.
"Tan siauwhiap, aku berterima kasih kepadamu."
"Akupun pernah menerima budimu," Berkata Tan Ciu.
"Aku harus segera pergi." Berkata Ong Leng Leng.
"Budimu tak nanti kulupakan. Agaknya sulit membalas
budi ini."
"Jangan kau berkata seperti itu."
"Selamat tinggal." Ong Leng Leng melambaikan tangan
dan pergi meninggalkan sipemuda.
Tan Ciu bengong memandang punggung belakang orang,
seolah-olah dia telah kehilangan sesuatu. Beberapa lama
Tan Ciu melamun, sampai pada satu waktu ia dikejutkan
datangnya seseorang yang datang dengan tidak disertai
suara sama sekali.
Cepat ia membalikan kepala, menotok kearah datangnya
bayangan itu, tiba-tiba ia berteriak.
"A a a a a ...!!"
Seorang gadis berbaju hitam telah berdiri disana, diam,
kaku dan tidak bergerak.
Tan Ciu mengucek-ucek kedua matanya tatkala dibuka
lagi, betul-betul ia melihat bayangan gadis berbaju hitam
itu.
Lama sekali mereka saling pandang.
Terdengar suara Tan Ciu yang bergumam.
"Mengimpikan aku ...Mengimpikan aku?"
Akhirnya Tan Ciu berteriak keras. "Cicie ...!!"
Gadis baju hitam itu adalah Tan Sang, kakak perempuan
Tan Ciu yang dahulu telah digantung diatas Pohon
Penggantungan!
Mungkin orang yang sudah dapat hidup kembali.
Mungkinkah ada bantu gelandangan yang mati penasaran?
Mungkin ada arwah seseorang yang dapat menampilkan
dirinya lagi?
Apa yang Tan Ciu lihat, memang tidak salah. Gadis baju
hitam itu adalah kakaknya yang bernama Tang Sang.
"Cicie...." Sekali lagi Tan Ciu memanggil Tan Sang
dengan suara gemetar.
Gadis itu tidak memberikan jawaban.
"Kau... Kau adalah cicieku?" Tan Ciu bertanya.
Kini, baru gadis tersebut memanggutkan kepalanya.
"Cicie ... "
"Tan Ciu ..."
"Aaaa....!" Tan Ciu menubruk gadis berbaju hitam itu,
dan menangis didalam rangkulannya.
Seolah-olah sedang mengimpi, Tan Ciu tak tahu, apa
yang harus diperbuat olehnya.
Tan Ciu berteriak dan menubruk gadis tersebut ia
mengeluarkan air mata gembira. Membiarkan dirinya
berada dalam rangkulannya.
Tatkala Tan Ciu melampiaskan rasa rindunya kepada
sang kakak dan menyenderkan diri didalam pelukan orang,
gadis itu menggerakkan jarinya cepat, tiba-tiba menotok
jalan darah sipemuda.
Didalam tidak ada penjagaan sama sekali, Tan Ciu
tertotok jatuh, ia mendapat totokan tidur. Sebelum ingatan
hilang sama sekali, mulutnya berteriak keras.
"Cicie, kau...!!"
Tetapi suara itu tidak keburu dikeluarkan, si pemuda
sudah menggeliat didalam rangkulan gadis itu.
Disaat ini satu bayangan bergerak datang tanpa suara
sama sekali.
Gadis berbaju hitam telah menggendong tubuh Tan Ciu
yang ditotok olehnya, maka si pemuda tak tahu, apa yang
bakal terjadi,
Orang yang datang, adalah seorang gadis yang
berkerudung.
Gadis yang menggendong Tan Ciu setelah melihat
kedatangan wanita berkerudung itu dan memanggilnya
perlahan.
"Ibu ...."
Wanita berkerudung itu mengeluarkan elahan napas
panjang...
"Bawalah." Ia memberi perintah.
"Tidak memberi tahu kepadanya?" Sigadis mengajukan
pertanyaannya!
"Tidak."
"Hal ini akan membuatnya sangat rindu."
"Apa boleh buat. Belum waktunya." Berkata wanita
berkerudung itu.
"Anakmu kira, lebih baik memberi tahu atas penjelasan
yang tepat."
"Hal ini akan lebih mengganggu dirinya."
"Ibu....."
"Jangan banyak bicara. Bawalah!"
"Baik."
Mereka membawa Tan Ciu dan melenyapkan diri.
Berapa lama kemudian .... Tan Ciu sudah mulai siuman.
Tan Ciu mendapatkan dirinya terbaring ditabnah. Terlihat
ia duduk dan menggeleng-gelengkan kepala, betulkah hal
itu telah terjadi? Hal ini membingungkan dirinya. Maka ia
tidak percaya.
Si pemuda membayangkan dan menggenang kejadiankejadian
yang belum lama terjadi. Hal ini sungguh-sungguh
telah dialami oleh dirinya.
Bagaikan mimpi, bagaikan hidup didalam cerita seriba
satu malam, ia merasakan keanehan dan keajaiban yang
sangat luar biasa.
Tan Sang setelah mati diatas Pohon Penggantungan.
Bagaimana ia dapat hidup lagi?
Samar-samar masih teringat bagaimana kakak itu
menotok dirinya, kemudian jatuh tidurlah jago muda kita
dan tidak sadarkan diri.
Betulkah Tan Sang yang melakukan hal itu?
Sungguh. Dia memang Tan Sang. Tidak salah lagi. Hal
ini dapat dipastikan akan kebenarannya.
Tan Ciu bangun berdiri. Ia membuka matanya.
Dihadapannya terpeta satu gambaran gadis cantik,
wajahnya bulat telur, pakaiannya putih bersih. Semakin
lama semakin jelas, gambar itu terpeta hidup.
Seorang gadis berbaju putih tertawa dan memandang
Tan Ciu yang masih bingung itu.
Samar-samar, Tan Ciu seperti kenal dengan wajah ini.
Maka gadis baju putih itu membuka suara. "Kau telah
bangun?"
Tan Ciu tertegun. Memandang kearah kelilingnya, ia
sudah berada ditempat lain.
"Bagaimana aku dapat berada ditempat ini?" Ia
mengajukan pertanyaan.
"Aku yang membawa kesini." Berkata gadis berbaju
putih itu.
"Kau?"
"Betul. Kulihat kau terbaring tidur dengan tenang sekali.
Kukira Kau menderita luka. Maka kugendong dan bawa
ketempat ini. Disini kuperiksa, dan baru kuketahui bahwa
kau telah mendapat totokan tidur."
"Aaaaaaaa......"
Gadis baju putih itu tertawa. "Mengapa?"
"Tidak." Jawab Tan Ciu singkat.
"Kau yang bernama Tan Ciu?" Bertanya gadis itu.
"Bagaimana kau tahu?"
"Pada satu tahun yang lalu, kita pernah bertemu,
bukan?"
"Aaaaa....."
Tan Ciu teringat. Pada satu tahun yang lalu, dikala ia
hampir menderita penyakit gila, diusir oleh gurunya, gadis
baju putih inilah yang menolongnya dan mempertemukan
dengan si Putri Angin Tornado, Tidak disangka, disini, ia
berjumpa lagi.
Gadis itu tertawa.
"Sudah teringat,?" Ia berjalan mendekati,
"Aaaaa...." Tan Ciu berteriak girang, "Betul. Aku
teringat! Eeh, bilakah hari..."
"Lihatlah, hari telah siang bolong!"
"Apa? Sudah menjadi siang?" Tan Ciu berteriak.
"Betul!" Gadis itu menganggukkan kepala. "Sudah
siang."
Tan Ciu mematung ditempatnya.
Tiba-tiba bagaikan diserang penyakit gila, pemuda itu
melesat terbang, gerakannya cepat sekali.
Gadis itu terkejut, ia berteriak. "Tan siauwhiap!"
Tan Ciu tidak menghiraukan panggilan itu ia lari dan
lari, menuju kearah Pohon Penggantungan.
Sebentar kemudian, Tan Ciu telah berada dibawah
Pohon Penggantungan. Jelas.,.. Lagi-lagi ada seorang yang
menjadi korban keganasan pohon gundul itu. Disana, diatas
Pohon Penggantungan, bergelantung tubuh seorang kakek
yang mati digantung orang, tahun ini terjadi pengecualian,
yang mati di atas Pohon Penggantungan bukan seorang
gadis lagi, tetapi seorang laki-laki tua.
Tahun ini tidak terkecuali. Diatas pohon Penggantungan
tergantung korban tahanan.
Hanya ada sedikit perbedaan dengan tahun-tahun yang
telah lalu, bila pada tahun-tahun dahulu, yang menjadi
korban ialah para gadis cantik berkepandaian silat, hari ini,
yang menjadi Korban Pohon Penggantungan adalah
seorang lelaki tua, umurnya diduga diantara lima puluhan,
Kecuali korban itu, disekitar Pohon Penggantungan
sangat sunyi dan sepi. Tidak ada orang sama sekali.
Tan Ciu merasa heran, kemanakah si pengemis tua
tukang ramal amatir? Kemana perginya si Dewa Angin Sin
Hong Hiap, ketua Benteng Penggantungan, Tan Kiam Pek
dan tokoh-tokoh lainnya yang menjaga pohon maut ini?
Kemanakah perginya orang-orang itu? Sandiwara hebat
telah dilewatkan olehnya. Yang jelas, ada sesuatu tenaga
kekuatan yang tak menginginkan dirinya menyaksikan
kejadian-kejadian diatas Pohon Penggantungan.
Dari manakah datangnya kekuatan ini? Dengan satu
tipu, kekuatan itu telah menidurkan dirinya.Maka dikala ia
kembali, drama Pohon Penggantungan telah dilewatkan.
Semua orang telah meninggalkan tempat itu.
Hanya mayat diatas Pohon Penggantungan yang masih
bergoyang-goyang.
Tan Ciu mengeretek gigi, ia benci kepada gadis yang
menyamar menjadi Tan Sang itu. kalau bukan gadis
tersebut yang menotok jalan darah tidurnya, ia dapat
menyaksikan kejadian-kejadian disana.
Siapakah gadis berbaju hitam itu? Mungkinkah ada
orang yang mempunyai wajah mirip seperti Tan Sang.
Dia pasti Tan Sang.
Tidak mungkin, Tan Sang telah mati diatas pohon
penggantungan.Mana mungkin dapat hidup kembali?
Kejadian yang sudah lewat tidak mungkin ditarik
kembali. Yang penting ia harus segera mencari tahu, apa
yang telah terjadi disekitar Pohon Penggantungan,
manakala tidak ingat diri tadi!
Disini ada menunggu dan hadir pengemis tua aneh dan
Tan Kiam Pek misterius, bila berhasil menemukan satu dari
dua orang itu tentu ia dapat tahu, apa yang telah terjadi.
Tan Ciu harus segera mencari jejak dua orang tersebut.
Kepala si pemuda berdongak lagi, memandang mayat
yang bergoyang diatas Pohon Penggantungan.
Heran. Dengan adanya jago-jago seperti Sin Hong Hiap,
Ketua Benteng Penggantungan dan lain-lainnya, bagaimana
si Pencipta Pohon Penggantungan dapat melakukan sesuatu
dengan bebas, menggantung orang diatas Pohon besinya.
Terdengar suara langkah kaki yang datang dari arah
belakang sipemuda.
Tan Ciu menoleh cepat.
Gadis baju putih ini yang menyusul datang. Siapakah
gadis ini?
Mengapa mengikuti dirinya?
Terlihat sigadis tertawa, sikapnya memang ramah tamah,
dia adalah seorang gadis baik hati, terbukti dari
perbuatannya pada satu tahun yang lalu, dia pernah
menolong Tan Ciu, dikala pemuda itu hampir menjadi gila,
karena tekanan batin yang tidak terhingga.
"Tan siauwhiap, kau menunggu seseorang disini?" Gadis
tersebut mengajukan pertanyaan,
Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak." Ia memberikan jawaban.
"Agaknya ada sesuatu yang kau pikirkan."
"Nona...." Berkata Tan Ciu. “Bolehkah aku mengajukan
pertanyaan?"
"Silahkan!"
"Berapa lama kau berada ditempat ini?"
"Dikala hari menjelang pagi."
"Adakah sesuatu yang kau lihat?"
"Hanya sekelumit dari rentetan cerita yang ingin kau
ketahui."
"Aaa....." Tan Ciu menjadi girang,
Mengapa Tan Ciu bergirang? ...
Siapakah gadis baju putih itu?
Mari kita mencari jawaban ini pada cerita yang
berikutnya.
o.OdwO.o
DIBAWAH Pohon Penggantungan ada 2 orang, mereka
adalah Tan Ciu dan seorang gadis berbaju putih.
Diatas Pohon Penggantungan ada seorang kakek yang
mati digantung, dia adalah korban keganasan Pohon
Penggantungan.
Terdengar Tan Ciu berseru girang,
"Katakanlah, lekaslah katakan kepadaku,"
"Apa yang harus dikatakan kepadamu ?" Bertanya
sigadis berbaju putih itu.
"Katakanlah apa yang kau saksikan ditempat ini pada
hari menjelang hampir pagi."
"Tentang pihak yang mana?"
"Aaaa.,." Dugaan Tan Ciu tidak salah, gadis ini telah
menyaksikan apa yang tidak diketahui olehnya.
"Kau telah melihat sipencipta Pohon Pengantungan?"
Gadis itu menganggukan kepalanya pelahan.
Hati Tan Ciu berdebar keras.
"Bagaimanakah bentuknya tokoh maut itu?" ia bertanya
cepat.
"Dia adalah seorang wanita berkerudung."
"Wanita berkerudung?" Tan Ciu mengerutkan alisnya.
"Pencipta maut Pohon Penggantungan adalah seorang
wanita?".
"Betul"
"Hanya seorang?"
"Tiga,Mereka terdiri dari tiga orang!"
"Bagaimanakah bentuk dua orang kawannya itu?"
"Mereka ialah gadis berpakaian warna hitam."
"Aaaa ... Gadis berpakaian hitam?!!"
"Betul. Seorang diantaranya adalah kakakmu yang
bernama Tan Sang itu."
"aaaa ... kakakku ?"
"Betul."
"Ehh, bagaimana kau tahu?"
"Mereka memanggilnya dengan sebutan seperti itu."
Tan Ciu menjublek ditempatnya. Lama sekali ia
mematung diam. Kejadian dan perkembangan yang seperti
ini berada diluar dugaan sama sekali.
Gadis baju hitam yang menotok jalan darah tidurnya itu
adalah Tan Sang? Haruskah ia percaya kepada keterangan
orang?
Tan Ciu berkata. "Kau tidak berniat menggoda orang,
bukan?"
Gadis itu menggoyang-goyangkan kepala.
"Aku tidak ada niatan untuk menggodamu." katanya,
"Tan Sang memanggil-manggil namamu dengan sedih."
"Kemudian?"
"Dengan cara yang sangat luar biasa. Mereka
menggantungkan orang diatas Pohon Penggantungan."
"Tan Sang juga ikut komplotan Pohon Penggantungan?!"
"Betul. Kecuali komplotan Pohon Penggantungan. Yang
datang terdapat juga orang yang mereka sebut sebagai si
Dewa Angin Sin Hong Hiap dan ketua Benteng
Penggantungan."
"Ketua Benteng Penggantungan tidak berhasil
menemukan ketua Benteng Penggantungan?"
"Tidak."
"Ketua pohon Penggantungan itu lihai sekali"
"Betul. Dia dan dua gadis baju hitam mengenakan
kerudung muka, maka tidak terlihat jelas bagaimana wajah
ketiga orang itu. Yang jelas satu diantara dua gadis baju
hitam yang menjadi pengiring ketua pohon Penggantungan
ialah kakakmu yang bernama Tan Sang itu."
"Bagaimana tiga orang ini dapat menghindari Sin Hong
Hiap dan menggantungkan orang diatas Pohon
Penggantungan?"
"Pertama-tama seorang gadis baju hitam dengan
kerudung muka tampil dibawah Pohon Penggantungan, Sin
Hong Hiap segera menduga kepada pencipta Pohon
Penggantungan maka ia mengejar. Gadis itu lari, maka Sin
Hong Hiap terpancing pergi. Kemudian muncul kakakmu,
dengan cara yang sama, ia juga berhasil memancing pergi
ketua Benteng Penggantungan, baru muncul pemimpin
mereka, dengan malah, Ketua Pohon Penggantungan
menggantungkan orang diatas pohon gundul."
"Sin Hong Hiap dan ketua Benteng Penggantungan tidak
balik kembali?"
"Balik..Tetapi segala sesuatu telah kelar. wanita
berkerudung dan dua orangnya telah tiada disitu. Yang ada
hanyalah korban mereka diatas pohon."
"Sungguh pintar."
"Betul. Mereka mempunyai rencana yang masak.
Perhitungannya tepat."
"Sayang sekali....."
"Kejadian ini ada hubungan dengan dirimu." Gadis itu
mengajukan pertanyaan.
"Betul!" Berkata Tan Ciu. "Orang mengatakan bahwa
ketua Pohon Penggantungan itu adalah jelmaan ibuku."
"Tentang kakakmu Tan Sang!"
"Aku telah melihat bagaimana ia digantung orang diatas
Pohon Penggantungan, tetapi mayatnya hilang lagi, entah
kemana. Aku harus membikin terang kejadian ini."
"Oooo... Maukah kau bekerja sama denganku?." Gadis
itu mengajukan usul.
"Bekerja sama? Bagaimanakah cara bekerja sama itu?"
Tan Ciu belum mengerti akan maksud tujuan orang.
"Aku akan membantu kau membikin terang rahasia
Pohon Penggantungan." Berkata si gadis, "Dan kau
membantu aku mencari seseorang."
"Siapakah orang yang kau cari?"
"Sibungkuk Kui Tho Cu."
"Siapakah si Bungkuk Kui Tho Cu ini? Dimanakah ia
berada."
Gadis itu tertawa.
"Lucu." katanya. "Bila aku tahu dimana ia berada,
mungkinkah aku meminta bantuanmu untuk mencarinya."
"Ng.... Yang kumaksudkan ialah dimana dari lenyapnya
orang yang dapat kau cari itu?"
"Hanya seorang dapat mengetahui, dimana si Bangkok
Kui Tho Cu berada." Berkata gadis itu. "Bila kau dapat
bertemu dengan orang itu mana mungkin berhasil
menemukan Kui Tho Cu."
"Siapakah orang ini?" Bertanya Tan Ciu.
"Tan Kiam Lam."
"Hah?" Tau Ciu tersentak. Lagi lagi Tan Kiam Lam!
"Mengapa?" Gadis itu tidak mengerti. Juga tak tahu
bahwa ia sedang berhadapan dengan putra dari orang yang
baru saja disebut olehnya.
"Akupun sedang mencari Tan Kiam Lam," berkata Tan
Ciu!
"Ng. Bila bertemu dengannya kau boleh sekalian
bertanya, dimanakah si Bungkuk Kui Tho Cu berada, dan
beritahulah kepadaku," berkata gadis itu. "Dimanakah Tan
Kiam Lam itu?"
"Ketua Benteng Penggantungan itulah yang bernama
Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu.
"Hei... sungguh?"
Sigadis pernah melihat ketua Benteng Penggantungan
yang mengenakan tutup kerudung muka, hanya ia tidak
tahu bahwa orang itulah yang bernama Tan Kiam Lam.
"Mengapa harus berbohong kepadamu" Berkata Tan
Ciu. "Hanya aku belum mengetahui pasti akan dugaan ini."
"Sayang." Berkata si gadis. "Bila kutahu kejadian ini.
tentu kutahan orang tadi dan menanyakan kepadanya,
dimana Kui Tho Cu berada."
Gadis itu tertawa manis, senyumnya memang murah
sekali.
Kebetulan Tan Ciu sedang memandang orang, hatinya
berdebar keras, suatu tantangan bagi seorang pemuda yang
masih berdarah panas.
"Hei." Berkata gadis itu. "Mengapa kau tidak ingin
mengetahui namaku?"
"Katakanlah, siapa namamu?"
"Aku bernama Cang Ceng Ceng."
"Ohw, nona Cang. Sungguh beruntung dapat berkenalan
denganmu."
"Panggil saja aku dengan sebutan Ceng-Ceng."
Tan Ciu menganggukkan kepala. Gadis ini terlalu
menarik hati, baik dan mempunyai perangai yang halus.
"Mari kita meninggalkan tempat ini." Berkata Cang Ceng
Ceng.
"Baik."
Mereka meninggalkan rimba penggantungan.
Drama Pohon Penggantungan telah terjadi. Hal ini tidak
dapat ditolak lagi.
Tan Ciu menyesal karena tidak dapat mengikuti
kejadian-kejadian itu. Kini ia bekerja sama dengan seorang
gadis yang cantik menarik, bagaimanakah hasil dari kerja
sama ini?
Bagaimana pula perjalanan mereka ke Benteng
Penggantungan?
Betulkah bahwa Ketua Benteng Penggantungan bernama
Tan Kiam Lam?
Betulkah bahwa orang yang bernama Tan Kiam Lam itu
sebagai ayahnya?
Bagaimana ia harus menghadapinya?
Bagaimana sikap sang ayah kepada dirinya?
Pertanyaan-pertanyaan ini memusingkan kepala si jago
muda.
Benteng penggantungan terletak didalam lembah Siangkiat.
Suatu lembah yang sangat sepi dan sunyi, lembah yang
mempunyai kedudukan bagus, sangat strategis.
Ini waktu, dijalan yang menuju kearah lembah Siang-kiat
terlihat sepasang muda mudi, mereka adalah Tan Ciu dan
gadis yang bernama Cang Ceng Ceng itu.
Pada mulut lembah yang pertama, mereka tidak
menemukan gangguan.
Dikala memasuki mulut lembah yang ke-dua, keadaan
berubah. Jalan menjadi sangat gelap dan sempit, hal ini
tidak menguntungkan mereka. Bila orang yang berjalan
ditempat ini mendapat serangan mendadak, tentu sulit
untuk mempertahankan keselamatan jiwanya.
Cang Ceng Ceng mengerutkan kening. Ia menghentikan
langkah kaki.
Tan Ciu menjadi bimbang. Setelah melewati jalan sempit
ini, mereka segera tiba di Benteng Penggantungan. Tempat
yang sangat berbahaya sekali. Apa akibatnya bila ia gagal
masuk kedalam benteng itu.
"Nona Cang, aku ingin mengemukakan sesuatu
kepadamu." Berkata Tan Ciu.
"Katakanlah." Berkata sigadis itu.
"Lebih baik kita berpisah."
"Maksudmu?"
"Kau tunggu disini. Dan biarkan aku masuk ke dalam,
Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai kita berdua
mengalami sesuatu apa pada saat yang sama."
"Mengapa tidak membiarkan aku yang masuk kedalam
benteng."
"Hal ini sangat berbahaya sekali."
"Kau ingin masuk kesana. Bukankah sangat berbahaya
juga."
"Diantara kita berdua, harus satu yang masuk kedalam
Benteng Penggantungan menemui Tan Kiam Lam."
"Aku tidak setuju. Mengapa tidak masuk bersama-sama
saja?"
"Aku tidak mengharapkan ada sesuatu yang
mengganggumu." Berkata Tan Ciu.
"Aku berani menerjang rimba persilatan, tentu tak takut
mati." Berkata Cang Ceng Ceng. "Dimisalkan terjadi
sesuatu apa, aku tidak akan menuntut ganti rugi
kepadamu."
"Baiklah," Tan Ciu mengalah.
Mereka telah mendapat persepakatan untuk masuk
kedalam jalan sempit yang gelap itu, maka dua-duanya
melangkahkan kaki mereka.
Tiba-tiba ...
Tiga bayangan bergerak cepat, disana telah bertambah
tiga orang, dua wanita dan seorang pria, semua
mengenakan pakaian warna hitam.
Yang berjalan dipaling depan adalah wanita berbaju
hitam, dia adalah kepala dari tiga orang tadi, memandang
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng, ia membentak.
"Apa maksud kalian berdua menuju ke Benteng
Penggantungan?"
"Menemui seseorang." Berkata Tan Ciu.
"Siapa orang yang ingin kalian temui?"
"Ketua Benteng Penggantungan ."
"Dengan maksud tujuan ?"
"Dia tahu."
"Bagaimana sebutan namamu ?"
"Tan Ciu."
"Kau yang bernama Tan Ciu?"
"Betul. Beritahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan
Ciu ingin bertemu dengannya."
"Ketua kami tidak bersedia menemuimu." Berkata
wanita baju hitam itu.
Wajah Tan Ciu berubah.
"Bagaimana ia tahu kedatanganku?"
"Ketua kami tentu tahu. Beliau pernah memberi pesan
bahwa ia tidak bersedia menemui seorang pemuda yang
bernama Tan Ciu."
"Bila aku menerjang masuk dan menemuinya dengan
paksa?"
"Tidak mungkin." Tiga orang baju hitam berkata. "Tidak
mungkin kau berhasil."
"Baik. Buktikanlah, berhasil atau tidak, aku masuk
kedalam Benteng Penggantungan dengan paksa." Berkata
Tan Ciu yang sudah siap bergebrak, mengadu kekuatan.
Tiga orang baju hitam mengeluarkan pedang.
Tan Ciu sudah siap menerjang.
Tetapi Cang Ceng Ceng menarik tangan sang kawan,
dengan, halus ia berkata. "Jangan terlalu cepat marah."
Tan Ciu mengibaskan pegangan tangan itu ia pun telah
mengeluarkan senjata, sudah menjadi pantangan besar di
dalam rimba persilatan bila mengeluarkan senjata tanpa
peperangan.
Ditunjuknya wanita baju hitam yang menjadi kepala dari
tiga orang tadi, dan membentak.
"Apa jabatanmu didalam Benteng Penggantungan?"
"Hiangcu penjaga mulut lembah."
"Bila aku berhasil mengalahkanmu, tentunya dapat
bertemu dengan ketua kalian, bukan?" Tan Ciu mengajukan
pertanyaan.
"Mungkin kau dapat menemui beliau." Berkata wanita
baju hitam itu.
"Nah, terimalah seranganku." Tan Ciu segera mulai
dengan serangannya.
Berhasilkah Tan Ciu menerjang masuk?
Bagaimana kesudahan dari perjalanan ke Benteng
Penggantungan ini?
Mari kita mencari jawaban pada cerita cerita berikutnya.
oo OwO oo
MENGETAHUI bahwa Tan Ciu menyerang, tiga orang
baju hitam melintangi pedang mereka, dengan kekuatan
tenaga tiga orang, mereka menerima serangan sipemuda.
Tragggg.....
Mereka segera terpisah lagi.
"Tan siauwhiap, serahkanlah mereka kepadaku." Ia
meminta.
Tan Ciu menggoyangkan kepala.
"Tidak!" Ia tidak setuju "sebelum mendapat izinku
jangan kau ikut campur."
Terpaksa CangCeng Ceng mundur lagi.
Dua wanita dan seorang laki-laki berbaju hitam itu
mengurung Tan Ciu ditengah.
"Kalian tidak mengijinkan kita masuk ke dalam lembah?"
Tan Ciu masih menghindari pertempuran.
"Tidak." Jawaban ini sangat pasti.
"Baik, bersiap-siaplah untuk menerima seranganku."
"Silahkan..." Tiga orang baju hitam telah
menggabungkan diri menjadi satu.
Tan Ciu membentak keras, pedangnya terayun menyapu
tiga lawannya. Inilah serangan maut, hebat luar biasa, si
pemuda telah mengerahkan semua kekuatannya, ia harus
cepat-cepat menemui ketua Benteng Penggantungan, Maka
tidak mengenal rasa kasihan lagi. Wanita baju hitam
menutup serangan itu dengan pedangnya. Dua kawan
lainnya menyerang dari kanan dan kiri, demikian agar Tan
Ciu tidak dapat memusatkan satu tujuan. Sebentar saja
mereka telah saling gebrak tiga jurus.
Tan Ciu lebih gesit, lebih cepat dan lebih galak, ia berada
diatas angin. Cang Ceng Ceng menunjukkan rasa
girangnya, wajahnya menjadi terang. Tiga orang baju hitam
menjadi terkejut, sungguh berada diluar dugaan mereka.
Seorang pemuda yang baru berumur belasan tahun
mempunyai kekuatan seperti ini.
Trangggg.....
Terjadi lagi benturan pedang, lelatu berterbangan
keempat penjuru. Tanpa menghentikan gerakan senjata.
Tan Ciu menyerang lagi. beruntun sampai dua kali.
Hal ini tidak mungkin diikuti oleh lawan-lawannya,
kecepatan sipemuda adalah kecepatan kilat yang lewat,
hanya terdengar suara jeritan yang mengerikan, kepala
wanita baju hitam itu telah melayang terbang, darah
bertaburan ditanah.
Dua orang berbaju hitam lainnya mengundurkan diri,
wajah mereka menjadi pucat.
"Tidak mau memberi tahu kedatanganku!" Tan Ciu
mengancam.
Dua orang itu gemetaran, tetapi mereka masih ingin
mengadu jiwa, disaat yang hampir sama, dua orang itu
mengayun pedang mereka tanpa memperdulikan
keselamatan diri sendiri.
Tan Ciu menyabetkan pedang. dan menariknya kembali.
Terdengar lagi dua kali jeritan ngeri dua orang itupun
menjadi korban keganasan pedang si pemuda, Tan Ciu
berhasil menyingkirkan tiga pelintang jalan itu, Cang Ceng
Ceng maju dan pemberi pujian,
"Ilmu pedangmu cukup lumayan."
Hati Tan Ciu tergetar. Cukup lumayan? Didalam hati
ini, bukankah mengatakan bahwa ilmu pedang gadis itu
masih berada diatas dirinya? Ia memandang gadis tersebut,
Mungkinkah gadis yang lemah ini mempunyai ilmu silat
yang hebat?
Mereka meneruskan perjalanan dan masuk ke dalam
lembah.
Tiba-tiba.......
Terdengar suara dingin dari celah-celah batu gunung.
"Ilmu pedang yang cukup hebat!"
Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng menghentikan langkah
mereka memeriksa keadaan disekitarnya tidak terlibat orang
yang bicara tadi.
"Mereka bersembunyi dibalik batu." Berkata Cang Ceng
Ceng.
"Ng ..."
Terdengar lagi suara orang Benteng Penggantungan itu.
"Lebih baik kalian keluar dan segera meninggalkan lembah
ini."
Tan Ciu berdengus. "Bila tidak bagaimana?"
"Inilah bagianmu!" Berkata orang itu.
Dari atas mereka, segera turun menggelinding batu-batu.
Cang CengCeng berteriak.
"Serangan datang dari atas!"
Mendahului gerakan sipemuda, ia melompat ke arah
batu yang cekung kedalam, tempat itu memang aman.
Tan Ciu jaga mengikuti gerakan gadis itu. Kemudian ia
berkata.
"Kau tunggu disini."
"Kau hendak kemana?" Bertanya sigadis.
"Membereskan mereka dahulu."
"Aku turut."
"Hendak mencari mati?." Tan Ciu tidak setuju.
"Bila kau mati, akupun tidak akan hidup sendiri."
Berkata Cang CengCeng lemah.
"Sudahlah."
"Sungguh Lebih baik kita menerjang mereka bersama."
Tan Ciu mengeretek gigi. Pemuda ini berkata. "Bila
sampai terjadi sesuatu, janganlah menyalahkan diriku."
"Baiklah."
Dua orang bersama-sama menerjang lembah. Dengan
menghindari pelurukan batu-batu yang bergelinding jatuh
dari atas tebing, mereka masuk semakin dalam.
Tiba-tiba, dua angin pukulan menyerang dua orang itu.
Cepat sekali, hebat kekuatan pukulan itu.
Bila Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng kalah gesit, pasti
mereka menderita luka.
Tan Ciu menyerang dengan tangan kiri, pedang ditangan
kanan pun bergerak cepat. Menyusul datangnya arah
bayangan jahat itu.
Terdengar satu suara jeritan, seorang baju hitam
menggeletak menjadi korban pedang,
Seorang baju hitam lagi gagal menyerang Cang Ceng
Ceng, jaraknya dekat dengan si pemuda, maka ia memukul
Tan Ciu. Berbareng terjadi hujan senjata rahasia, datangnya
dari empat penjuru, mengurung pemuda itu.
Suatu hal yang berada diluar dugaan sipemuda, ia
sedang memusatkan semua perhatiannya kepada musuh
yang datang, tidak tahu masih ada senjata-senjata rahasia
itu. Jiwanya sangat berbahaya.
Disaat ini terdengar suara angin lunak yang memberi
pertolongan, angin ini memukul pergi senjata rahasia yang
mengancam Tan Ciu.
Berbareng terdengar suara jeritan, orang baju hitam itu
telah mati dibawah tangan Tan Ciu.
Senjata-senjata rahasia yang mengancam keselamatan
sipemuda juga berjatuhan, ternyata Cang Ceng Ceng yang
menolong jiwa sipemuda. Tan Ciu tertegun. Cang Ceng
Ceng membentaknya.
"Mengapa berhenti?"
sipemuda tersadar, berdua meneruskan perjalanan. Kini,
bukan saja harus berusaha menyingkir dari hujan batu,
mereka pun harus siap menghadapi serangan-serangan
bokongan.
Datangnya senjata rahasia itu adalah dari celah celah
tebing, orang-orang Benteng Penggantungan bersembunyi
didalam perut gunung itu. Suatu saat, Tan Ciu lompat naik.
Sebongkah batu besar jatuh menutup kepalanya. Kali ini
betul-betul membuat ia tidak berdaya, kecuali batu besar
tadi yang mengancam kepala, tidak sedikit batu-batu yang
menutup seluruh jalan mundurnya. Tan Ciu bingung..
Disaat ini, leher bajunya terasa dijinjing orang, dikala ia
membuka mata, semua itu telah lewat. Hanya gemuruh
suara batu yang memekakkan telinga, debu mengepul
disekitar tempat itu.
Dikala suasana sudah menjadi jernih. Tan Ciu menengok
kebelakang, disana terlihat Cang Ceng Ceng tersenyum
memandangnya,
"Kau?!" ia berseru heran. "Kau yang menolong diriku
dari bahaya itu?"
Cang CengCeng hanya menganggukkan kepalanya.
Sungguh diluar dugaan, gadis ini ternyata mempunyai
ilmu kepandaian yang berada di atas dirinya. Tan Ciu tidak
berani memandang rendah lagi. ia terkesima dan menatap
wajah yang berupa telur manis itu.
"Hei...Mengapa kau menjadi seperti orang kehilangan
ingatan." Inilah suara gadis itu.
Wajah Tan Ciu menjadi merah.
"Ilmu kepandaianmu....."
"Hanya tinggi sedikit diatasmu." Berkata gadis tersebut.
"Terima kasih, Syukur kau berhasil menghindari diri dari
hujan batu tadi!" Berkata Tan Ciu! "Bahkan lebih dari itu,
kau juga menolong jiwaku dari ancaman bahaya, entah
bagaimana harus membalas budimu ini!"
"Siapa yang mengharapkan pembalasan budi?" Gadis itu
sangat ramah sekali. "Aku sudah puas bila kau berlaku baik,
tidak membenci diriku!"
"Siapa yang membenci?" Tan Ciu heran.
"Syukurlah."
Disaat ini. terdengar suara dingin berkata. "Bagus, kalian
yang sudah berada diambang pintu kematian masih ada itu
kesenangan untuk main cumbu-cumbuan."
Seorang bermata tunggal telah melayang datang,
dibelakangnya turut empat orang baju hitam. Mereka
menghadang didepan Tan Ciu dan CangCeng Ceng.
Dari sinar mata lawan yang sangat bercahaya, Tan Ciu
tahu, bahwa ia sedang menghadapi seorang tokoh silat yang
berkepandaian tinggi. Maka siap sedia dengan tangkasnya,
ia harus berhati hati untuk menghadapi lima orang ini.
Orang berbaju hitam dengan mata tunggal itu berkata
dingin.
"Hmm kepandaian kalian memang hebat,"
"Terima kasih kepada pujianmu." Berkata Tan Ciu.
"Didalam sejarah Benteng Penggantungan kalian
berdualah yang baru berhasil menerjang penjagaanpenjagaan
ini."
"Hanya lembah yang seperti ini tidak ada kegunaan!"
"Hm ...."
"Tolong beri tahu kepada ketua kalian, bahwa aku Tan
Ciu telah berkunjung datang"
"Jangan terburu-buru."
"Mengapa?"
"Disini ada aku, kau harus mengalahkan aku dulu."
Berkata kakek picak itu.
"Hm .. Apa kedudukanmu didalam Benteng
penggantungan?"
"Kau tidak perlu tahu."
"Namamu?" Tan Ciu menatap orang berkata satu.
"Tentu mempunyai nama, bukan?"
"Tok Gan Liong"
"Bagus." Tan Ciu mengeluarkan pedang. Ia siap
menghadapi sikakek picak, Tok Gan liong.
Tok Gan Liong bersenjatakan tongkat besi, ujungnya
berbentuk kaitan, khusus melawan senjata yang berupa
pedang.
Maka ....
Terdengar bentakan Tok Gan Liong, bagaikan guntur
yang memecah angkasa. membelah datang.
Tan Ciu telah memapaki dengan satu lemparan pedang.
Trangg.....
Dua bayangan terpisah kembali, masing-masing mundur
kebelakang lima tapak. Dilihat sepintas lalu, kekuatan
mereka seimbang. namun kejadian yang sesungguhnya
tidaklah demikian, Tok Gan Liong seharusnya sudah
mengaku kalah, dengan senjata tongkat yang lebih berat,
terjadinya akhir seperti itu menandakan kekuatannya yang
berada di bawah Tan Ciu.
-oo0dw0oo-
Jilid 9
WAJAH Tok Gan Liong berubah. Tentu saja ia terkejut
atas hasil yang dicapai tadi, Tan Ciu memang hebat.
Tan Ciu juga terkejut. Hanya seorang bawahan Benteng
Penggantungan mempunyai ilmu kepandaian yang
merendengi dirinya, bagaimanakah ilmu kepandaian Ketua
Benteng Penggantungan itu?
"Tenaga dalamnya yang hebat." Inilah suara Tok Gan
Liong memberikan pujiannya.
"Kau juga lumayan." Tan Ciu memberi timpalan.
"Terima lagi seranganku ini." Berkata Tok Gan-liong.
Dan betul-betul ia mengirim serangan yang berikutnya.
Tan Ciu telah mempunyai rencana masak-masak dengan
tenaga lawan yang kuat, dengan senjata yang dikhususkan
untuk menghadapi senjata pedang ia tidak boleh melawan
dengan kekerasan pula, daya lunak cukup ulet untuk
mengalahkan lawan ini.
Tubuh Tan Ciu menyingkir dari serangan, dan dari lain
arah memberi serangan balasan,
Tiga kali Tok Gan Liong menyerang pemuda itu. Tiga
kali juga Tan Ciu menyingkir dari serangan-serangan
balasan lawan.
Pertempuran terjadi cukup seru.
SATU waktu, Tan Ciu melihat kekosongan lawan,
tenaganya dikerahkan penuh, dengan menggunakan ilmu
golok yang keras membacok kearah Tok Gan Liong,
Itulah suatu tipu yang tidak mudah dilaksanakan.
Menggunakan pedang dan memainkan tipu muslihat golok,
bila tidak mempunyai kepandaian yang sempurna. Tidak
mungkin ada orang yang berani menggunakannya.
Tok Gan Liong memapakinya.
Traanggggg-! Lagi-lagi mereka terpisah.
Tan Ciu mengeluarkan suara bentakannya.
"Lekas beri tahu ketuamu."
Tok Gan Liong tidak memberikan jawaban. Sebagai
reaksi dari permintaan Tan Ciu tadi, ia menyerang semakin
gencar.
Lagi-lagi mereka berrempur hebat,
Kita tinggalkan dahulu dua orang ini dan mengikuti
kegaduhan yang terjadi didalam Benteng Penggantungan.
Seorang pengawal baju hitam lari terbirit-birit, tujuannya
pintu benteng.
Dari dalam terdengar satu bentakkan. "Siapa!?"
"Hamba." Berkata orang itu segera memberi hormat.
"Ada laporan?" Inilah suara seorang wanita.
Disana duduk tiga orang. seorang wanita yang berparas
cantik, seorang laki-laki tua dengan wajah dingin dan
seorang pemuda yang berwajah putih.
"Mengapa kau seperti dikejar setan?" Bentak wanita itu.
"Tan ...Tan Ciu telah datang."
"Aaaaa.... Tan Ciu tiba ?"
"Betul."
Tiga orang yang menerima laporan bangkit dari tempat
duduk mereka wajahnya berubah pucat.
"Dimana dia berada?"
"Dipintu bagian pertama."
"Dimana Tok Gan Liong ?"
"Masih berusaha mengusirnya."
"Kulihat Tok Gan Liong bukan tandingan bocah itu."
Berkata laki-laki tua yang berwajah dingin.
"Betul." Sambung wanita cantik. "Mari kita tengok
mereka."
"Serahkanlah kepadaku." Berkata si pemuda putih.
"Kau harus berhati-hati."
"Jangan khawatir."
Tiga orang meninggalkan ruangan itu. Penjaga pintu
segera turut dibelakang mereka.
Tiba-tiba wanita cantik memandang orang yang memberi
laporan tadi dan bertanya. "Berapa banyakkah orang yang
menyertai Tan Ciu itu?"
"Seorang gadis cantik."
"Hanya seorang ?"
"Betul."
Wanita itu menjadi girang, memandang kawan2nya
berkata,
"Ternyata mereka hanya dua orang."
"Keroyok saja beres," Berkata pemuda putih.
"Tapi. ia mencari pocu." Wanita cantik setuju.
"Tapi beliau akan marah besar."
"Jangan beritahu kejadian ini kepadanya!"
Tiba tiba . . .
Terdengar satu suara yang sangat dingin menggereng.
"Hmm...."
Tiga orang itu terkejut. mereka berbalik dan serentak
menjatuhkan diri, berlutut dihadapan seorang yang baru
datang.
"Pocu..." Serentak mereka menyebut nama itu perlahan!
Pocu berarti ketua benteng.
"Berani kalian menyimpang dari jalan yang telah
kutetapkan."
"Kami bersalah." Mereka bertiga tidak berani bangun
dari tempatnya.
"Mengapa mempunyai rencana seperti itu?"
"Menggunakan tenaga Tan Ciu belum tentu akan
membawa hasil." Berkata wanita cantik
Ternyata wanita ini mempunyai kedudukan yang agak
tinggi.
"Aku tahu bagaimana harus menggunakan Tan Ciu."
"Tapi . . . ."
"Aku dapat menggunakan ilmu Ie bun Tay-hoat."
"Ng..."
"Pek-hiangcu." Panggil ketua Benteng Penggantungan
itu.
"Siap." Pemuda putih membawakan sikapnya yang
sergap.
"Kau boleh memancing Tan Ciu datang."
"Baik."
Tubuh sipemuda putih, Pek-hiangcu itu melesat, siap
menjalankan perintah untuk memancing Tan Ciu datang
"Tunggu dulu." Suara ketua Benteng penggantungan
berkumandang lagi.
Pek hiangcu menahan larinya sang kaki. ia menunggu
perintah berikutnya.
"Ingat." Berkata Ketua Benteng Penggantungan, ”Hanya
Tan Ciu seorang, tapi jangan biarkan gadis yang menyertai
pemuda itu turut masuk, tahu?"
"Siap!"
"Jalankanlah perintah segera."
"Baik!" Tubuh Pek-hiancu segera melesat keluar.
Ketua Benteng Penggantungan membiarkan pemuda
putih itu pergi dan memandang wanita cantik!
"Hu po-cu." Ia memanggil.
"Siap!"
Ternyata wanita cantik adalah wakil ketua Benteng
Penggantungan.
"Bila perlu kau boleh membantu Pek-hiancu."
"Baik." Tubuhnya melesat, menyusul pemuda baju putih.
Mereka harus menghadapi Tan Ciu dengan jumlah banyak
orang.
Menyusul perjalanan Pek hiangcu dari Benteng
penggantungan, kini ia telah tiba diluar.
Dilihatnya Tan Ciu telah membunuh dua orang baju
hitam lainnya.Tok Gan Liong telah terluka, demikian pun
masih memberikan perlawanan, empat orang baju hitam
mengeroyok pemuda itu.
Terdengar lagi suara jeritan, pedang Tan Ciu melukai
dua baju hitam lagi.
Pek hiangcu lompat masuk kedalam gelanggang
pertempuran dan membentak. "Hentikan pertempuran ini."
Pemuda putih bernama Pek Hong, dia adalah salah
seorang hiancu Benteng Penggantung yang mempunyai
ilmu pedang bagus, maka dipercaya oleh sang ketua untuk
menghadapi Tan Ciu.
Tok Gan Liong mengajak orang-orangnya
mengundurkan diri, dan membiarkan Pek Hong
menghadapi lawan kelas berat itu.
Tan Ciu memandang pemuda putih itu.
Pek Hong memberi hormat dan berkata, "Atas
penyambutan Benteng Penggantungan yang kurang hormat,
harap saudara tidak menaruh didalam hati."
Tan Ciu mengerutkan keningnya. Untuk menaruh
kepercayaan kepada orang ia menyimpan pedangnya.
"Maksudku ingin berjumpa dengan ketua Benteng
Penggantungan." Ia mengutarakan maksud kunjungan.
"Saudara yang bernama Tan Ciu?" Bertanya Pek Hong,
"Betul."
"Apakah maksud saudara untuk menemui ketua Benteng
kami?"
"Tentunya ia berada didalam benteng bukan?"
"Betul. Dan saudari itu juga ingin menemuinya," Pek
Hong menunjuk Cang CengCeng.
"Betul."
"Bagaimanakah sebutan nona tersebut?"
"Aku bernama Cang Ceng Ceng." Cang Ceng Ceng
memperkenalkan diri .
"Tapi pocu kami tidak ada waktu menemui nona."
Berkata Pek Hong.
"Maksudmu."
"Pocu hanya bersedia menemui saudara Tan Ciu
seorang."
Kemudian memandang Tan Ciu dan berkata. "Mari kau
ikut dibelakangku."
Tan Ciu menandang Cang Ceng Ceng dan berkata.
"Tunggulah disini sebentar."
"Tidak." Cang Ceng Ceng tidak sependapat. "Mungkin
mereka ingin mencelakakanmu. biar aku ikut serta."
Pek Hong membalikkan kepala, dengan tidak sabar
berkata.
"Hei mengapa tidak mau ikut?"
"NonaCang ingin turut serta."
"Tidak mungkin."
Tan Ciu mengambil putusan cepat, ia kata kepada Cang
CengCeng.
"Tiga jam kemudian, bila aku tidak keluar kembali.
Berarti telah terjadi sesuatu apa. Itu waktu, kau boleh
menerjang masuk."
"Baik." Cang Ceng Ceng dipaksa menerima usul ini.
Tan Ciu mengikuti Pek Hong. Mereka masuk kedalam
benteng Penggantungan.
Tentu saja si pemuda tidak tahu bahwa langkah kakinya
sedang menuju kearah tangan elmaut yang akan merenggut
jiwanya.
Mungkin Tan Kiam Lam yang menduduki kursi ketua
Berteng Penggantungan?
Dan bukankah kejadian yang sangat mustahil Tan Kiam
Lam itu menjadi ayah kandung Tan Ciu?
Dimisalkan betul! Adakah kejadian yang sekejam itu?
Seorang ayah yang ingin mencelakakan putra sendiri?
Semua itu masih berada didalam kabut teka-teki.
Berjalan beberapa saat, dari depan mereka mendatangi
seorang wanita cantik, itulah wakil ketua Benteng
Penggantungan. Dibelakang wanita cantik itu terlihat juga
laki-laki tua dingin. Mereka memapaki kedatangan Pek
Hong dan Tan Ciu, memberi hormat kepada sang tamu dan
berkata.
"Kami menyambut kedatanganmu."
Menyaksikan kedatangan wanita cantik itu. mata Tan
Ciu terbelalak,
"Kau. . ."
"Aku adalah wakil ketua Benteng Penggantungan."
Berkata wanita cantik itu, "Atas nama semua isi benteng,
aku mengucapkan selamat datang padamu."
"Wakil ketua Benteng Penggantungan?"
"Betul,"
”Bolehkah mengetahui nama harum Hu pocu?"
"Kukira tidak perlu." Berkata wanita cantik itu.
"Mengapa?"
"Karena maksud tujuanmu bukan kepadaku, bukan?"
"Betul. Aku ingin menemui ketua kalian."
"Kau segera dapat menemui dirinya." Berkata wakil
ketua Benteng penggantungan yang cantik itu.
"Dimanakah ia berada?"
"Sabarlah."
"Kecuali ingin bertemu dengan ketua Benteng kalian,
aku ingin menemui tiga orang lainnya." Demikian Tan Ciu
berkata.
"Siapakah nama dari ketiga orang tadi?"
"Kau tidak tahu."
"Hm! kukira dapat kuduga." Berkata sang wakil ketua
Benteng Penggantungan itu.
"Mengapa?" Tan Ciu bingung.
"Kukira, satu diantaranya adalah aku?"
"Kau?"
"Betul. Aku adalah wakil ketua Benteng
penggantungan."
"Kau Co Yong Yen?" Tan Ciu menatap tajam-tajam
wajah wanita yang sangai cantik itu.
Orang yang ditanya menganggukkan kepala.
Wajah Tan Ciu berubah.
"Diluar dugaan, bukan?" Wakil ketua Benteng
Penggantungan Co Yong Yen tersenyum.
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepala. "Sungguh
diluar dugaan. Kau adalah istri si Cendekiawan Serba Bisa
Thung Lip."
"Itulah kejadian yang sudah silam."
"Hm . . ." Tan Ciu mengeluarkan suara dingin.
"Dimanakah kini suamimu itu?"
"Apa maksudmu mencarinya?" Co Yong Yen
mengajukan pertanyaan.
"Pertanyaan yang aneh seharusnya kau tahu, mengapa
aku ingin menjumpai suamimu itu." Berkata Tan Ciu.
"Sudah kukatakan, kejadian diantara kami telah
berlangsung lama, kini sudah tiada hubungan dengannya!"
"Dapatkah kau memberi tahu, dimana kini ia berada."
Co Yong Yen berpikir lama, untuk memberikan jawaban
itu.
"Kuanjurkan bertemulah dahulu dengan pocu kami."
Akhirnya ia mengalihkan bahan pembicaraan. "Kau tidak
keberatan, bukan!"
"Boleh juga." Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Silahkan masuk."
"Terima kasih." Tan Ciu mengayun langkahnya lebarlebar,
ia masuk kedalam Benteng Penggantungan tanpa
gentar.
Wanita cantik yang menjadi wakil ketua Benteng
Penggantungan Co Yong Yen, orang yang pernah menjadi
isteri Thung Lip membuka jalan.
Sebagai pengawal, turut serta laki2 dingin dan pemuda
Pek Hong.
Tan Ciu diapit oleh kedua orang itu.
Pintu gerbang Benteng Penggantungan bergeser perlahan2,
kemudian tertutup.
Bercerita Tan Ciu masuk kedalam Benteng
Penggantungan iring-iringan dibelakang si pemuda ialah
wakil ketua Benteng penggantungan Co Yong Yen,
Hiangcu bermuka putih PekHong dan si kakek Cie Yan.
Mereka mengajak Tan Ciu masuk kedalam ruangan
tamu.
Memeriksa ruangan itu, wajah Tan Ciu mengalami
bermacam-macam perubahan. sebentar lagi, ia akan
berjumpa dengan ayahnya. orang yang bernama Tan Kiam
Lam itu, Lama sekali Tan Ciu menunggu diruangan tamu
itu, Masih belum juga ada tanda-tanda bahwa Tan Kiam
Lam keluar untuk menemuinya.
Memandang semua orang, Tan Ciu mengajukan
pertanyaan.
"Dimana pocu Benteng Penggantungan?"
"Ketua kami, yang kau maksudkan?"
"Siapa lagi?"
"Kau harus bersabar."
"Lekas panggil dia keluar."
"Dia akan menemui."
"Aku tidak ingin menunggu terlalu lama."
"Tidak lama."
"segera suruh dia keluar menemuiku."
Wakil ketua Benteng Penggantungan Co yong Yen
membuka mulut niatannya mengucapkan sesuatu. Tetapi
disaat inilah terdengar sang ketua, datangnya dari dalam.
"Segera kau dapat bertemu denganku. Jauh-jauh kau
telah berkunjung datang. tentu saja tidak dapat
mengecewakanmu."
Itulah suara pocu atau ketua Benteng Penggantungan.
Tan Ciu memeriksa keliling dinding, tidak tahu dimana
manusia itu berada.
"Mengapa kau tidak segera keluar." Ia membentak.
Tidak ada jawaban.
"Apa artinva permainan yang seperti ini?" Tan Ciu buka
suara lagi.
"Kau tidak puas dengan cara penyambutanku?" Itulah
suara si Benteng penggantungan.
"Aku paling benci dengan orang yang hanya berani main
dibelakang layar."
"Hm... Hm... Sebelumnya, aku ingin mengucapkan
sesuatu."
"Katakan lekas."
"Sebelum menemuiku kau harus melakukan sesuatu."
"Apa yang barus kulakukan?" Bertanya Tan Ciu.
"Kau mempunyai pegangan yang kuat bahwa kau dapat
mengalahkan setiap orang-orangku yang berada ditempat
ini."
"Maksudmu agar aku menerjang dengan kekerasan."
"Memang. haruslah disertai dengan setengah kekerasan,"
"Apa arti dari setengah kekerasan itu?"
"Bila ilmu pedangmu dapat mengalahkan Pek Hong, aku
segera keluar menemuimu”
Tan ciu memandnng pemuda putih Pek Hong.
”Upacara penyambutan aneh”. Ia berkata.
"Betul." Berkata ketua Benteng Penggantungan. "Cara
penyambutanku memang tidak dapat disamakan dengan
orang biasa."
"Harus kau ketahui babwa dia bukan tandinganku."
Berkata Tan Ciu.
Pemuda putih Pek Hong naik darah, ia maju kedepan
dan berkata.
"Siapa yang mengatakan kau pasti menang?"
Tan Ciu menghadapi pemuda putih itu, sikapnya dingin
dan memandang rendah. Pek Hong mengeluarkan senjata.
Tan Ciu juga mengeluarkan pedangnya, ia harus
mengalahkan dulu pemuda ini. baru dapat bertemu ketua
Benteng Penggantungan.
Tidak terdengar lagi suara Benteng Penggantungan itu.
Pek Hong memasang kuda-kuda, ia membuka mulut.
"Tan siauwhiap sudah siap?"
"Silahkan." Berkata Tan Ciu tenang.
Didalam Benteng Penggantungan, ilmu pedang Pek
Hong belum pernah menemukan tandingan, ia sangat
terkenal dengan kecepatannya yang luar biasa, perubahanperubahannya
yang tidak dapat dihitung.
Kini Pek Hong mulai menggoyangkan pedang. ujung
senjata itu bergetar, membuat lingkaran, terjadilah seribu
bayangan.
Tetapi, ia tidak segera mulaj membuka serangan, Pek
Hong menantikan waktu yang paling tepat untuk
mengalahkan lawannya.
Tan Ciu membikin penjagaan yang terkuat, maklum
bahwa kedudukan pemuda tersebut tak mudah untuk
dibobolkan, maka Pek Hong tak mempunyai kesempatan
untuk turun tangan.
Dua anak muda itu sama-sama akhli Pedang, hanya
melihat gerakan yang pertama, mereka sudan dapat
menduga, perlahan-lahan apa yang akan dihadapinya.
Tiba-tiba Pek Hong membentak, ia mulai menyerang
dengan satu kali tusukan, ia menyertainya dengan sembilan
macam perubahan.
Tan Ciu turut menggerakkan senjata.
Dan sinar pedang berkilat-kilat, sehentar kemudian
bergesekan dan terpisah lagi. Didalam satu jurus itu,
masing-masing telah menggunakan tiga macam perubaban.
Setelah terjadi pertarungan ini, hati Pek Hong menjadi
ciut sekali.
Tan Ciu juga mengalami getaran yang sangat hebat.
Tidak disangka, lawan itu mempunyai ilmu pedang yang
terberat.
Kini mereka sudah mulai berhadapan. Mulai mengirim
jurus tipu yang kedua. Ketegangan terlihat sangat jelas.
Terdengar suara ketua Benteng penggantungan memecah
ketegangan.
"Cukup!"
Tan Ciu mengkerutkan jidat. Pek Hong juga tidak
mengerti. Permainan apa yang ketua itu inginkan dalam
pertandingan tadi?
"Pertandingan pedang kalian sudah boleh ditutup."
Berkata suara ketua Benteng penggantungan.
"Siapa yang kalah?" Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Kau menang." Berkata suara Benteng Penggantungan.
Menang? Dirinya telah menang? Sedangkan
pertempuran itu baru berjalan satu jurus. Hal ini sungguh
membuat Tan Ciu tak mengerti.
"Berdasarkan kesimpulan apa, kau memberi pernyataan
yang seperti itu." Berkata Tan Ciu.
Terdengar suara ketua Benteng Penggantungan dari
dalam.
"Ilmu pedang mementingkan kecepatan perobahan.
tetapi harus disertai pula latihan tenaga dalam yang kuat!
Perbedaan tenaga dalam kalian berdua terlalu menyolok
mata. Didalam waktu tiga puluh jurus Pek-hiangcu pasti
dikalahkan olehmu."
Apa yang ketua Benteng Penggantungan itu kemukakan
sangat beralasan, pandangan yang sangat tepat.
Wajah sipemuda putih Pek Hong berubah menjadi
pucat. Terdengar lagi suara ketua Benteng Penggantungan.
"Hu pocu....."
"Siap," Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong
Yen tampil kemuka.
"Ajak pemuda ini masuk." Ketua Benteng
Penggantungan memberi perintah.
Co Yong Yen memberi hormat kepada Tan Ciu dan
menyilahkan pemuda itu mengikuti dirinya, mereka menuju
keruang dalam.
Melewati lorong-lorong yang panjang, Tan Ciu diajak
ketempat ketua Benteng penggantungan.
Tidak dapat disangkal lagi, bahwa orang yang bernama
Tan Kiam Lam itu adalah ayahnya sendiri. Apa yang
dibicarakan nanti?
Tan Ciu melirik kearah Co Yong Yen, tidak terlihat
perubahan wajah wakil ketua Benteng Penggantungan
tersebut. .
"Hu Pocu," ia memanggil perlahan, "Bolehkah aku
mengajukan sedikit pertanyaan?"
Hu Pocu berarti wakil ketua benteng.
"Apa yang ingin kau ketahui?"
"Kau pernah diperistri oleh Thung Lip bukan?"
"Betul."
"Dimanakah Thung Lip kini berada?"
"Sudah kukatakan, bertanyalah kepada pocu kita nanti."
”Thung Lip pernah mengadakan rencana Pembunuhan
kepadamu."
"Hal itu sudah menjadi kenyataan."
"Alasannya?"
"Maaf. Aku tidak dapat memberi tahu kepadamu."
Tan Ciu mengerutkan alis.
"Dengan cara bagaimana kau dapat menjabat wakil
ketua Benteng Penggantungan?" Demikian sipemuda
bertanya.
"Karena pocu kami baik hati. Dia adalah seorang yang
baik,"
"Seorang yang baik?" Untuk pertama kalinya Tan Ciu
mendengar ada orang yang memberikan pujian kepada Tan
Kiam Lam,
"Betul. Dia adalah seorang yang baik."
"Kau juga seorang baik?" Bertanya Tan Ciu.
"Kukira tidak jahat."
"Bagaimana dengan muridmu?"
"Muridku?" Co Yong Yen kurang paham.
Sebentar kemudian ia pun sadar, siapa yang pemuda itu
maksudkan.
"Co Yong yang kau artikan?"
"Berapa banyaknya kau menerima murid?"
"Co Yong adalah seorang gadis baik." Berkata Co Yong
Yen. "Sayang ia menemukan seorang jahat."
"Siapakah yang kau artikan dengan pemuda jahat itu?"
Tan Ciu berkata.
"Kau! Orang yang bernama Tan Ciu."
Tan Ciu memandang wanita itu sekian lama, tiba-tiba ia
tertawa.
"Kau mengatakan bahwa aku yang menyebabkan
kecelakaan?"
"Hal ini adalah suatu kenyataan."
"Kenyataan?"
Ia telah menjadi rusak. Itulah akibat pergaulan
denganmu.
"Kau memutar balik fakta kenyataan. Ia mati dibawah
tangan kejam kalian."
"Tutup mulut!"
Tan Ciu tidak takut, dengan tenang ia berkata.
"Tanggung jawab kematian muridmu berada diatas
kedua pundakmu. Kaulah yang harus bertanggung jawab
atas kematiannya."
"Aku?"
"Betul. Mengapa kau tidak berusaha menolongnya?
Dengan alasan apa kau menangkapnya dan dibawa pulang
kedalam Benteng Penggantungan?"
"Ia wajib menerima hukuman ini." Berkata Co Yong
Yen.
"Hm . .." Tan Ciu mengeluarkan suara dengusan.
Co Yong dipersalahkan karena membuka rahasia
Benteng Penggantungan. Hal itu atas dasar desakannya.
Kini Co Yong telah mati ia harus menuntut ganti rugi atas
kematian gadis itu, orang yang bertanggung jawab ialah
ketua Benteng Penggantnngan, ia harus memberi hajaran
kepadanya.
Mereka telah tiba disebelah pintu rahasia,
Co Yong Yen membuka pintu itu dan berkata. "Tansiauwhiap,
aku hanya dapat mengantarmu sampai disini."
"Silahkan." Tan Ciu masuk kedalam ruangan rahasia
tadi.
Co Yong Yen membalikan badan dan pergi. Maka pintu
rahasia itu tertutup kembali.
Seperti sedia kala tidak ada tanda-tanda bahwa disana
ada sebuah pintu rahasia.
Tan Ciu telah berada didalam kamar rahasia itu, betul
pintu telah ditutup kembali, Ia tak menjadi takut atau
gentar. Langsung bertindak masuk kedalam.
Satu bayangan hitam telah terpeta disana.
Itulah bayangan ketua Benteng Penggantungan Tan
Kiam Lam.
Hati Tan Ciu tergetar. Akhirnya mereka pun berjumpa
muka. Dua orang berhadap-hadapan sekian lama, tidak
seorang pun yang mulai membuka suara.
Rasa benci, dendam, cinta dan kasihan berkecamuk
didalam hati Tan Ciu.
Akhirnya ketua Benteng Penggantungan yang membuka.
"Duduklah." Ia menunjuk kearah sebuah bangku yang
telah tersedia.
Tan Ciu tergetar, suara itu halus sekali, bagaikan seorang
ayah yang sangat menyintai kepada anaknya! Suatu hal
yang lama diharapkan olehnya.
Lupakah bahwa tuan rumah telah menyilahkan ia
duduk.
"Agaknya kau sangat takut kepadaku." Berkata lagi ketua
Benteng Penggantungan.
Kata-kata ini membangkitkan kemarahan sipemuda, Tan
Ciu tidak pernah mempunyai rasa takut, walau kepada
siapapun juga. Maka ia tertawa berkakakan, tertawa itu
panjang sekali, menggema seluruh isi ruangan rahasia.
Ketua Benteng Penggantungan tertegun.
"Apa yang kau tertawakan?" Ia bertanya.
"Aku mentertawakan sikapmu yang terlalu sombong."
Berkata Tan Ciu.
"Aku ?"
"Betul. kau kira semua orang takut kepadamu?"
Ketua Benteng Penggantungan berjalan maju mendekati
pemuda itu! Jarak mereka semakin dekat. sangat dekat
sekali. maka masing-masing dapat melihat jelas. bagaimana
wajah orang yang berada didepannya.
Dimana Tan Ciu dan ketua Benteng penggantungan
berhadapan muka.
Memperhatikan wajah ketua Benteng Penggantungan,
Tan Ciu membelalakkan mata. Itulah wajah yang mirip
dengan Tan Kiam Pek.
Ruangan didalam kamar rahasia itu tidak terlalu terang,
itupun tidak berhadap-hadapan langsung, maka Tan Ciu
tidak dapat melihat jelas didaun kuping kiri orang ini betul
atau tidak ada andang-andang hitam.
Dikatakan oleh Tan Kiam Pek bahwa daun kuping kiri
Tan Kiam Lam ada sebuah andang-andang hitam. Maka
Tan Ciu memperhatikan ciri-ciri itu.
Ketua Benteng Penggantungan buka suara. "Kau tidak
takut kepadaku?"
"Siapa yang mengatakan aku takut?"
"Bagus. Ternyata aku mempunyai seorang putra yang
berani."
"Kau bernama Tan Kiam Lam?"
"Betul."
Hati Tan Ciu hampir mencelos keluar dari tempatnya.
Mulutnya terbuka ingin mengutarakan sesuatu, tetapi gagal.
"Duduklah." Sekali lagi ketua Benteng penggantungan
menyilahkan ia duduk, Tan Ciu mengeraskan hati berteriak,
"Kau tahu sedang berhadapan dengan siapa?"
"Bila bukan seizinku, kau kira mudah masuk kedalam
Benteng Penggantungan?"
"Tahukah maksud tujuanku menemuimu?"
"Kukira tahu."
Tan Ciu menggertak gigi.
"Tidak seharusnya kita bersua." Ia berkata,
"Maksudmu, diantara kita berdua, harus ada seorang
yang mati?" Ketua Benteng Penggantungan itu bertanya.
"Hari ini segera tiba." Berkata Tan Ciu.
"Kau berani berlaku kurang ajar kepada ayahmu, hal itu
sangat tidak patut sekali, ketahuilah seorang anak wajib
berkata pada ayahnya."
Tan Ciu diam.
Tan Kiam Lam berkata. "Bagaimana ?"
"Kau jahat."
"Ingin membunuh ayahmu?" Tan Kiam Lam menatap
tajam wajah anak itu.
"Betul." Tan Ciu menganggukkan kepala.
"Kau tidak tahu bahwa aku tidak ada niatan untuk
membunuhmu?"
"Aku tidak perlu tahu."
"Kau wajib tahu."
"Mengapa?"
"Karena kau adalah putraku."
"Aku tidak mempunyai seorang ayah yang sepertimu."
"Ilmu kepandaianmu masih belum cukup kuat untuk
menandingiku, tahu?"
"Ingin mengadakan ujian?"
"Ha. ha ... Aku bangga mempunyai seorang putra yang
hebat luar biasa."
"Kau tidak patut menjadi ayahku." Berteriak Tan Ciu.
"Karena aku telah melakukan banyak kejahatankejahatan?
Aku di cap sebagai manusia jahat nomor satu?"
"Betul. aku ingin mendapatkan satu kepastian, betulkah
ibuku bernama Melati Putih?"
"Betul." berkata Tan Kiam Lam.
"Mengapa kau berlaku kejam kepadanya?"
"Berlaku kejam?"
"Kau menyangkal? Apa yang telah kau lakukan kepada
ibu telah kuketahui betul,"
"Hal itu dikarenakan salahnya sendiri."
"Beri keterangan yang jelas."
"Baik." Berkata Tan Kiam Lam. "Sebelum membikin
keterangan ini aku ingin mengajukan satu pertanyaan."
"Katakan."
"Bila kau mempunyai seorang istri yang mengadakan
hubungan gelap dengan laki-laki lain, juga merencanakan
lain kejahatan untuk membunuhmu. apa yang kau perbuat
kepada istri yang semacam ini?"
Hati Tan Ciu tergetar.
"Kau mengartikan bahva ibuku mengadakan hubungan
gelap dengan laki2 lain?" ia meminta kepastian.
"Betul," Tan Kiam Lam menganggukkan kepala.
"Siapakah lelaki itu?" Desak Tan Ciu lagi
"Telapak Dingin."
"Apakah keakhlian si Telapak Dingin ini?"
"Seorang akhli make up yang pandai mengubah wajah
sendiri. ada juga orang mengatakan sebagai si Wajah
Pancaroba. Dan kepandaiannya sangat tinggi. boleh dkata
belum pernah menemukan tandingan."
Tan Ciu belum mendapat bukti lain untuk membongkar
tuduhan yang dijatuhkan kepada ibunya.Maka ia diam.
"Ibu juga ingin membunuh dirimu?" ia bertanya soal lain.
"Betul." Berkata Tan Kiam Lam.
"Aku kurang percaya." Berkata Tan Ciu.
"Kau boleh meminta keterangan Thung Lip orang yang
menjadi pembantu ibumu dahulu.”
"Thung Lip tahu akan hal ini?"
Tan kiam Lam menganggukkan kepalanya.
Tan Ciu menjadi bingung. Biar bagaimana ia lebih
percaya kepada sang ibu, dari harus percaya kepada ayah
jahat ini.
"Apa alasanmu tentang membiarkan orang
memperkosa?" ia menegur ayah jahat itu.
"Ia bersekongkol dengan Telapak Dingin, ingin
membunuhku. Satu kesalahan yang terbesar. langkahlangkahku
yang untuk membikin pembalasan kepada
kesalahannya."
"Alasan!"
"Terserah kepada penilaianmu."
"Kau kenal dengan putri Angin Tornado Kim Hong
Hong?"
"Kenal?"
"Apa yang telah kau lakukan kepadanya."
Tan Ciu menatap si ketua Benteng Penggantungan
tajam-tajam.
Tan Kiam Lam mendengus.
"Orang itu bukanlah aku." Ia menyangkal telah
memperkosa Kim Hong Hong.
"Siapa?"
"Dia adalah samarannya si Telapak Dingin."
"Lagi2 si Telapak Dingin..."
"Lupakah bahwa si Telapak Dingin itu pandai mengubah
wajah diri sendiri, dengan mudah ia dapat menjelma
menjadi seorang Tan Kiam Lam."
"Untuk sementara, aku harus percaya kepada
keteranganmu. Tetapi mengapa membiarkan si Telapak
Dingin berbuat sewenang-wenang, mengapa membiarkan
manusia jahat itu menggunakan wajahmu melakukan
kejahatan-kejahatan."
”Sudah kukatakan, bahwa si Telapak Dingin itu belum
pernah menemukan tandingan. Termasuk juga diriku. Aku
masih bukan tandingannya."
"Mendengar keterangan-keteranganmu yang seperti tadi,
ternyata Kau seorang baik, bukan?"
"Aku boleh menjadi puas, bila kau tidak menganggap
diriku sebagai orang jahat."
"Ada sesuatu hal yang hampir kulupakan." Berkata Tan
Ciu.
"Soal apakah itu?" Bertanya Tan Kiam Lam,
"Katakanlah."
"Tentang seorang gadis yang bernama Co Yong,
dimanakah gadis itu?"
"Aku tidak mengerti. Apa yang kau maksudkan."
"Dengan alasan apa kau membunuhnya?" Tan Ciu
mengadakan teguran.
"Dia telah melanggar tata tertib peraturan Benteng
Penggantungan."
"Orang yang melanggar peraturan Benteng
Penggantungan segera dihukum mati?"
Tan Kiam Lam tertawa dingin, dengan adem ia berkata.
"Mencari sesuatu tidak boleh menggunakan kaca.
Didalam hal ini, kau telah melakukan satu kesalahan besar.
Kau terlalu cinta padanya. Maka menganggap diriku
berlaku kejam. Tetapi, bila kau melepaskan kaca mata cinta
itu, kau memahami kesukaranku. Bila tidak berlaku tegas,
sebagai seorang ketua benteng bagaimana pun aku dapat
menguasai ribuan orang."
Lagi lagi alasan yang masuk akal.
Dosa Tan Kiam Lim sudah terlalu banyak, maka alasanalasan
itu belum cukup kuat. kini Tan Ciu mengajukan
persoalan lain, ia berkata.
"Lebih dari satu kali, dia mengutus orang-orangmu untuk
membunuh aku, bagaimana alasanmu hal ini?"
"Belum ada seorang manusia yang tidak melakukan
kesalahan. Termasuk juga diriku. Terus terang kukatakan,
didalam hal ini, aku telah melakukan kesalahan. Terlebih
penting, aku tidak tahu bahwa kau adalah anakku. Sebagai
orang yang berani menentang kekuatan Benteng
Penggantungan, aku wajib membasmi."
Hasil dari perdebatan Tan Ciu dan Tan Kiam Lam ialah
ketua Benteng Penggantungan itu tidak bersalah sama
sekali.
Maka haruskah menetapkan Tan Kiam Lam sebagai
seorang baik?
Tan Ciu tidak menjadi puas. Seorang yang melakukan
kesalahan, tidak mungkin sehingga sampai terjadi dosa
yang ber-tumpuk2.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan. Apa lagi ia
harus mengecek kebenarannya dari keterangan tadi, hal itu
banyak kecurigaannya.
"Apa lagi yang ingin kau ajukan?" Berkata Tan Kiam
Lam.
"Dimanakah ibu berada? Mati atau hidupkah?"
Tan Kiam Lam berkata perlahan.
"Suatu ketika. dia telah kuanggap tiada didalam dunia.
Tapi ..."
"Kau mengartikan bahwa ibu masih hidup?"
"Betul. Ia masih segar bugar."
"Sungguh?"
"Seratus persen tidak salah."
"Dimanakah ia menetap?"
"Tidak tahu!"
Tan Ciu berdengus.
"Kau mengatakan ia masih hidup. Tetapi tidak tahu
dimana beradanya. Alasan dari manakah keterangan tadi?"
Pemuda itu tidak mempunyai kesan baik kepada orang
yang didepannya.
"Kau pernah mendengar pencipta Pohon
Penggantungan?"
"Pernah."
"Dia itulah yang menjadi ibumu. Siapa yang tahu,
dimana pencipta Pohon Penggantungan menetap?"
"Aaaa. . . " mulut Tan Ciu terngaga besar.
Mengapa tidak? Ia mempunyai seorang ayah yang
menjadi ketua Benteng Penggantungan, kini sang ibu pun
menjadi seorang pencipa Pohon Penggantungan.
Mungkinkah mempunyai rejeki yang tidak dapat dipisahpisah
dengan PENGGANTUNGAN? Dengan demikian
bukanhah ia telah diciptakan menjadi seorang Putra dari
DUA PENGGANTUNGAN itu?
Pencipta Pohon Penggantungan adalah seorang wanita
berkerudung, mungkinkah wanita itu yang bernama Melati
Putih?
Tan Ciu agak kurang percaya.
Alasannya cukup kuat. Dimisalkan betul bahwa si
pencipta pohon Penggantungan itu si Melati Putih, dengan
alasan apa sang ibu membunuh Tan Sang? Mungkinkah
seorang ibu mau menggantung putrinya sendiri?
Tan Ciu pernah melihat bagaimana Tan Sang digantung
diatas pohon Penggantungan, Maka mempunyai alasanalasan
seperti itu.
Lain bayangan melintasi pikiran pemuda itu. Belum
lama ia permh melihat bahwa Tan Sang hidup kembali! Hal
ini meragukan kepercayaannya. Membongkar ketetapannya
yang mengatakan bahwa Tan Sang sudah tiada didunia.
Mungkinkah kakak itu tidak digantung mati?
Bila gadis berbaju hitam yang menotok dirinya itu bukan
jelmaan si Telapak Dingin orang yang dikatakan pandai
mengubah wajah, tentu Tan Sang masih hidup didalam
dunia.
"Keteranganmu boleh dipercaya?" Tan Ciu memandang
Tan Kiam Lam dalam mengajukan pertanyaan ini.
"Tentu. Belakangan ini kudapat kabar bahwa ibumu itu
sedang mencariku untuk menuntut balas."
"Kau takut kepadanya?"
"Betul." Berkata Tan Kiam Lam. "Besar
kemungkinannya bahwa ia telah bekerja sama dengan si
Telapak Dingin, maka siapakah yang dapat mengalahkan
mereka berdua?"
"Tidak ada orang yang berani kepada si Telapak
Dingin?"
"Betul. Termasuk aku. Karena itulah aku
menyembunyikan diri didalam Benteng Penggantungan.
Agar tidak ditemukan olehnya."
"Masih ada hutang jiwa seorang yang harus kau ganti."
Berkata Tan Ciu.
"Siapa lagi ?"
"Seorang kakek aneh yang bernama Hu Hay Khek telah
mati dibawah tangan orang2mu. Kau tidak dapat lepas
tangan begitu saja,"
"Tetapi orang-orangku itu sudah mati. kepada siapa
harus kuminta pertanggungan jawaban itu?"
Menghadapi ketua Benteng penggantungan yang licik
ini, tentu saja Tan Ciu menyerah kalah.
"Hai.." Tan Ciu teringat akan pesan Cang Ceng Ceng
yang ingin mencari seorang yang bernama Kui Tho Cu.
Dikatakan oleh gadis itu, hanya Tan Kiam Lamlah yang
mengetahui tempat orang yang sedang dicari. "Kau kenal
dengan si Bungkuk Kui Tho Cu?"
Tan Kiam Lam menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak kenal?” Tun Ciu menjadi heran.
"Betul !"
"Mana boleh tidak kenal dengannya?"
"Percaya atau tidaknya, terserah kepadamu." Berkata
Tan Kiam Lam.
Tan Ciu teregun. Agaknya tidak mungkin Cang Ceng
Ceng. bagaimana Tan Kiam Lam tidak kenal dengan Kui
Tho Cu. Bila tidak kenal, tentu saia tidak tahu dimana Kui
Tho Cu itu berada.
Diputar dibalik, dibalik diputarkan Tan Kiam Lam
menjadi seorang yang tidak jahat.
Tan Ciu menghela napas.
"Aku memang bukan orang jahat."
"Hm.. ."
"Hei, aku ingin mengadakan perundingan denganmu."
"Tentang hal apa?"
"Maukah kau diajak bekerja sama ?"
"Bekerja sama ?"
"Lebih jelas lagi ialah membantu usahaku," Berkata Tan
Kiam Lam.
"Dengan kepintaran dan ilmu kepandaian yang kau
memiliki seperti itu, masih membutuhkan pertolongan
orang?" Tan Ciu agak tidak percaya.
"Jangan kau mengucapkan kata-kata seperti itu." Berkata
Tan Kiam Lam. "Dengan sesungguh hati aku ingin
memberi ilmu pelajaran kepadamu. kemudian dengan bekal
ilmu kepandaian ini, kau membantu usahaku untuk
menuntut balas."
"Aku tidak dapat melulusi permintaanmu. Kepintaran
dan ilmu kepandaian jauh berada diatasku."
"Kepintaranmu berada diatasku." Tan Kiam Lam
memberikan sedikit pujian.
"Terima kasih."
"Harus kau ketahui bahwa aku tidak dapat melihat
semacam ilmu kepandaian kelas tertinggi."
Tan Ciu menjadi heran. "Ilmu kepandaian kelas
tertinggi?" Ia bertanya. "Ilmu kepandaian apakah yang
mempunyai kehebatan seperti itu ?"
"Orang yarg ingin melatih ilmu itu harus mempunyai
'Keperjakaan'. Dan tentu saja syarat yang tidak dapat
kupenuhi."
"Oooo........"
"Maukah kau mendapatkan ilmu kepandaian hebat itu?"
Bila sejarah hidup Tan Kiam Lam tidak mempunyai
selembar cacad, dengan cepat Tan Ciu dapat melulusi
permintaan itu, tetapi diketahui bahwa orang yang
dihadapinya ini sangat licik dan cerdik, tentu ada sesuatu
yang tersembunyi dibalik kebaikannya. Maka ia menolak
cepat.
"Aku tidak mau." Suara Tan Ciu cukup keras.
"Kau tidak mau?" Tan Kiam Lam menjadi heran.
"Betul. Untuk sementara, aku tidak dapat melulusi
tawaranmu ini. Aku harus membikin penyelidikan secara
teliti, bila benar segala keterangan-keteranganmu tadi,
mungkin aku dapat balik lagi dan menerima tawaranmu
itu."
Tan Kiam Lam segera mengasah otaknya. ia berpikir
bagaimana harus dapat menguasai bocah kepala batu ini.
Terdengar lagi suara Tan Ciu.
"Bila hasil penyelidikan tidak memuaskan, aku dapat
balik kembali kemari. tetapi maksud tujuannya ialah...
membunuhmu."
"Kau ingin mengecek kebenaran dari kata2ku tadi ?"
"Betul."
"Kau memang keras kepala."
"Tahap pertama dari pembicaraan kita boleh ditutup
sampai disini, aku meminta diri." Berkaia Tan Ciu.
"Kau ingin pergi ?"
"Betul. Segera meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Lebih baik jangan."
"Kau melarang ?"
"Betul. Aku akan berusaha membujukmu untuk tetap
tinggal disini."
Wajah Tan Ciu berubah.
"Ingin membunuh?" Ia menatap tajam-tajam keadaan
siap sedia!
"Salah..!" Berkata Tan Kiam Lam, "Demi keamananmu,
aku telah menahanmu. Aku tidak ingin kau mati ditangan
orang lain."
Tan Ciu tidak diperbolehkan pergi dari Benteng
Penggantungan.
Apakah maksud tujuan ketua benteng itu?
Tan Ciu belum paham, maka ia bertanya. "Kecuali kau
memiliki dalih alasan untuk memusuhi. Siapakah orang
yang mau membunuhku?"
"Si Telapak dingin itu." Berkata Tan Kiam Lam singkat,
"Bagaimana kau tahu?"
"Karena kau pernah bertemu dan berkunjung kepadaku.
Ia tidak mengharapkan bahwa cerita tentang dirinya tersiar
keluar. Hal ini akan tidak menguntungkan baginya. Ia akan
berusaha membunuhmu. menutup sumber berita."
Tan Ciu tidak percaya.
"Bukalah pintu rahasia ini." Ia meminta, "Aku segera
pergi."
"Aku tidak dapat membiarkan kau meninggalkan
Benteng Penggantungan, Kau adalah putraku. Sebelum
memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sebelum mempunyai
pegangan yang cukup kuat untuk mengalahkan si Telapak
Dingin, aku tidak dapat membiarkan kau pergi dari sini."
"Kau ingin menahan aku?" Tan Ciu mulai naik darah.
"Betul"
"Dengan segala daya upaya."
"Tentu."
"Tekadku sudah bulat, harus menerjang keluar dari
Benteng Penggantungan."
"Tidak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam.
Tan Ciu betul-betul marah. tangan kanannya diayun
memberi satu pukulan, arah tujuannya ialah Pintu rahasia.
Bummmm ....! terdengar suara gemuruh yang hebat,
pintu batu itu pecah berhamburan. Luar biasa tenaga yang
Tan Ciu kerahkan. sampai pintu batu itu pun tidak sanggup
menerimanya. Disana, telah terjadi lubang.
Wajah Tan Kiam Lam berubah, dengan geram ia
membentak.
"Tan Ciu, kau ingin memaksa aku menggunakan
kekerasan?" Suara Tan Kiam Lam geram, membuat orang
yang mendengar bergidik, takut sekali.
Tan Ciu berdehem, katanya. "Ingin membunuh?"
"Bila kau tidak kenal budi, terpaksa, aku harus
membunuhmu, tahu?"
"Terpaksa aku pun harus melawanmu, tahu?" Tan Ciu
tidak mau kalah suara.
"Bila kau berani membongkar pintu itu segera kubunuh."
Untuk membuktikan ancamannya, Tan Kiam Lam
lompat mendampingi sipemuda, maka bila perlu. ia dapat
turun tangan dengan cepat.
Disaat yang sama. Tan Ciu telah mengayun tangan
memukul pintu batu lagi, maksudnya segera meninggalkan
ruangan ini.
Maka tangan Tan Kiam Lam juga bergerak. memukul
tubuh sipemuda.
Tan Ciu segera memberi tangkisannya.
"Hkkk . . ." Tan Ciu terdorong mundur sehingga empat
langkah.
Kini Tan Kiam Lam telah menjaga didepan pintu.
Ternyata kekuatan Tan Ciu belum dapat mengimbangi
kekuatan ayahnya, maka ia harus menerima kekalahan tadi.
Wajah Tan Ciu berubah. "Tan Kiam Lam, berani kau
membunuh anak?"
"Mengapa tidak?" Tan Kiam Lam tidak kalah marah.
"Pukullah." Tan Ciu memasang dada.
"Kau sudah bosan hidup?"
"Boleh dicoba. siapa yang sudah bosan hidup!" Timbul
niatan Tan Ciu untuk mengadu jliwa.
Tan Kiam Lam mendorong telapak tangannya perlahan
maju kedepan, dari telapak tangan itulah keluar tenaga
kekuatan yang dapat mematikan lawan.
Tan Ciu memukul dengan dua tangan, kemudian ia
lompat mundur, hal ini untuk menghindari diri dari tekanan
yang terlalu kuat. Dua tenaga bentrok segera. Kemudian
terpisah lagi.
Kejadian itu terlalu kuat. Kemudian terpisah lagi.
Kejadian itu terlalu cepat untuk diceritakan. Sebelum dapat
melihat jelas, bagaimana hasil kesudahan dari benturan
kilat itu, tangan Tan Kiam Lam sudah bergerak, inilah
untuk kedua kalinya. Tan Ciu dipaksa menerima pukulan
ini.
Bummm . . .!
Setelah terjadi satu dentuman hebat, ruangan itu
dirasakan menjadi sengir, tubuh Tan Ciu terpukul mundur
sampai sembilan tindak. pemuda itu segera jatuh duduk.
Tan Kiam Lam berkata dingin.
"Hebat. . . Hebat . . . Untuk mencari orang yang dapat
menerima pukulanku ini, kau adalah boleh menduduki
urutan yang kedua."
"Urutan keberapa pun tidak menjadi soal. Gunakanlah
pukulanmu itu lagi." Tan Ciu masih memberikan
tantangan.
"Kini kau boleh merasakan totokanku" Berkata Tan
Kiam Lam.
Jarinya dikeraskan, cepat sekali lompat kedepan,
kemudian dari satu posisi kedudukkan yang sulit diduga
orang, ia menotok jalan darah sipemuda.
Tan Ciu lari menyingkir kearah kiri.
Tan Kiam Lam sudah dapat menduga arah dari si
pemuda, maka ia menyusul dengan serangan totokan yang
kedua.
Tan Ciu merasakan bahwa dirinya seperti diserang
semua, kemudian diam tidak bergerak. Sebelum jatuh. ia
masih sempat melihat andeng2 hitam dikuping kiri ketua
Benteng Penggantungan itu.
Betul-betul bahwa orang inilah yang menjadi ayahnya.
Tan Kiam Lam berhasil menotok jalan darah lemas
lawannya.
Tan Ciu jatuh ditanah, mulutnya memaki. "Manusia
iblis, bunuhlah aku."
Wajah Tan Kiam Lam berubah menjadi beringas.
semakin kejam dan semakin kejam, itulah wajah seorang
iblis. sangat menakutkan sekali.
Hampir Tan Ciu menjerit, seluruh bulu sipemuda
bangun berdiri, menggerinding.
Tangan Tan Kiam Lam diangkat tinggi-tinggi, ia
mendekati Tan Ciu dan siap mengirim jiwa sipemula ke
dunia baka.
Tan Ciu memejamkan mata. Perlahan-lahan Tan Kiam
Lam menurunkan tangan itu, tetapi tidak kearah sipemuda,
ia membatalkan niatannya untuk membunuh Tan Ciu.
Lama sekali.....
Tan Ciu hilang sabar, ia membuka mata jang ditutup
rapat itu. Maka terlihatlah sepasang sinar matanya yang
aneh, redup dan cukup untuk membingungkan orang, itulah
sinar mata Tan Kiam Lam. khusus untuk menguasai orang
yang tidak mempunyai imam tidak kuat, ilmu Ie hun Tayhoat.
Dunia seolah-olah berputar, kemudian berhenti lagi, Sepi
sekali..... Segala sesuatu terhenti bergerak. Dirasakan aman
dan tenang.
Ilmu Ie-hun Tay-hoat adalah semacam ilmu sihir atau
hipnotis dijaman sekarang, tidak mudah untuk mempelajari
ilmu tersebut, tapi bila berhasil meyakinkannya, maka
banyak kegunaan untuk menundukkan orang.
Tan Ciu sedang dijejal dengan unsur2 untuk melupakan
diri sendiri, sebentar lagi setelah ilmu Ie-hun Tay-hoat
selesai dikerahkan, pemuda itu akan menjadi seorang yang
tidak mempunyai isi otak, segala sesuatu dikusai oleh otak
sipemegang kunci ilmu tersebut, itulah si ketua Benteng
Penggantungan.
Tiba-tiba....
Terdengar suara kelenengan yang dibunyikan, itulah
tanda bahaya bagi Benteng Penggantungan.
Tan Ciu tersentak sedikit.
Tan Kiam Lam tersentak bangun, bunyi itu mengganggu
usahanya, keringat bertekel-ketel jatuh tidak sedikit tenaga
yang terbuang percuma.
Tan Ciu mematung ditempat!
Tanda bahaya dibunyikan semakin hebat, Terpaksa Tan
Kiam Lam meninggalkan pemuda itu, ia membuka pintu
rahasia.
Didepan pintu sudah berdiri wanita baju hitam Kang
Leng.
"Ada apa?" Tan Kiam Lam membentaknya.
"Maafkan hambamu yang mengganggu," Berkata kang
Leng dengan gemetar.
"Apa yang telah terjadi?"
"Ada orang menerjang Benteng penggantungan."
"Siapakah yang berani berbuat kurang ajar ini?"
"Si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap?"
"Hah?" Tan Kiam Lam kaget sekali. Ternyata nama itu
cukup mengejutkan dan menggetarkannya.
"Sin Hong Hiap tidak mau mengerti." Berkata wanita
baju hitam Kang Leng itu.
"Apa maksud tujuannya datang ke Benteng
Penggantungan?"
"Dikatakan pocu pernah menjanjikannya untuk
menentukannya disini."
"Bilakah aku menjanjikannya?" Tan Kiam Lam menjadi
bingung.
Wanita baju hitam Kang Leng berkata. "Dikatakan pada
tiga hari yang lalu."
"Aneh." Tan Kiam Lam mengerutkan jidatnya.
"Dikatakan olehnya bahwa kau menantangnya, karena
tidak mau mengganggu rencana untuk merusak Pobon
Penggantungan."
"Pohon Penggantungan?"
"Betul. Janji itu dikeluarkan dirimba Penggantungan."
"Dia mencari gara-gara." Tan Kiam Lam marah besar.
Kakinya berjingkrak.
Bilakah Tan Kiam Lam menantang si pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap?
Yang menantang Sin Hong Hiap untuk mengadu ilmu di
Benteng Penggantungan bukanlah Tan Kiam Lam ini,
tetapi seorang yang mempunyai bentuk wajah sama
dengannya, itulah Tan Kiam Pek.
Apa maksud tujuan Tan Kiam Pek memancing Sin Hong
Hiap ke Benteng Penggantungan dan menempur Tan Kiam
Lam?
Didalam hal ini, Tan Kiam Pek mempunyai rencananya
yang sudah dihitung masak-masak. Mendengar laporan
tadi, tentu saja Tan Kiam Lam mencak-mencak.
Tidak ada alasan baginya untuk menempur Sin Hong
Hiap, jago tua itu pernah mengepalai rimba persilatan
sekian waktu, tentu tidak mudah dihadapi.
-ooo0dw0ooo-
Jilid10
BELUM dapat dipastikan, siapakah yang kalah dimedan
pertempuran. Tetapi yang jelas ialah Sin Hong Hiap tidak
dapat dijatuhkan dengan gampang.
Wanita baju hitam Kang Leng berkata lagi.
"Demikianlah Sin HongHiap berkunjung datang."
Hiang-cui memberi tahu kepada sang ketua agar Tan
Kiam Lam tidak melamun terus menerus.
"Lekas beritahu kepadanya, bahwa aku tidak pernah
menjanjikan dirinya untuk bertempur." Berkata Tan Kiam
Lam.
"Sudah diberi tahu. Tapi ia tidak mau mengerti."
"Aneh ...Aneh.... Siapakah yang berani menggunakan
namaku?" Tan Kiam Kiam Lam menggerutu.
"Mungkin ada orang yang ingin melihat adu domba."
"Siapa yang berani?"
"Mengapa Sin Hong Hiap berkata tegas seperti itu?
Dikatakan kau menantangnya di Rimba Penggantungan?"
"Inilah yang kukatakan sangat aneh. Sebetulnya. . . . Aku
tidak ingin menemukan Sin Hong Hiap."
"Maksud Pocu?"
"Berusahalah kalian mengusirnya."
"Lupakah bahwa kita sedang berhadapan dengan si
Pendekar dewa Angin Sin Hong Hiap?"
"Sin Hong Hiap bagaimana?"
"Kita semua bukanlah tandingannya."
Apa yang hiangcu baju hitam itu kemukakan cukup
beralasan, siapakah yang dapat melayani Pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap? Kecuali ketua Benteng
Penggantungan Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam mengeretek gigi.
"Dimana kini Sin Hong Hiap itu?"
"Dipintu benteng."
"Baik. Segera aku berurusan dengannya."
Wanita baju hitam Kang Leng siap mengundurkan diri.
Tan Kiam Lam segera memanggilnya.
"Kang hiangcu. . ."
Kang Leng menghentikan langkahnya.
"Pocu ada perintah lain?" Ia siap menerima perintah lain.
Menunjuk kearah Tan Ciu dikamar rahasia, Tan Kiam
Lam berkata.
"Bawalah pemuda itu kedalam kamar tahanan."
"Tetapi, dia. . ."
"Setelah selesai dengan urusan Sin Hong Hiap. aku
masih harus berurusan dengannya."
"Baik." Kang Leng menerima perintah.
Tan Kiam Lam berkata lagi. Ia menuju kearah luar
Benteng Penggantungan untuk berurusan dengan si
Pendekar Dewa Angin SinHong Hiap!
Wanita baju hitam Kang Leng masuk kedalam kamar
rahasia, ia menghampiri Tan Ciu!
Mendapat kesemparan istirahat yang cukup lama, karena
ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak diselesaikan sehingga tamat,
maka Tan Ciu belum mengalami otak Kosong. Bagaikan
baru sadar dari satu impian buruk, pemuda itu masih
bengong disana.
Sebentar kemudian, ia segera teringat bagaimana sang
ayah, manusia yang bernama Tan Kiam Lam itu
menggunakan ilmu Ie hun Tay-hoat untuk menghilangkan
daya ingatannya.
Dua butir air mata meleleh turun dari kelopak sipemuda.
Wanita baju hitam Kang Leng menarik leher baju
pemuda itu dan berkata. "Mari turut kepadaku "
Tanpa bicara. Tan Ciu mengikuti hiangcu yang bernama
Kang Leng itu.
Hanya beberapa langkah, Kang Leng segera dapat
melihat kesedihan sipemuda, disaksikan bagaimana anak
yang gagah itu mengucurkan air mata.
"Eh. mengapa kau menangis?" Ia mengajukan
pertanyaan.
Mengapa menangis?
Suatu pertanyaan yang tidak perlu diajukan. Bila
seseorang mengalami kesedihan yang luar biasa, bagaimana
ia tidak mengucurkan air mata?
Tan Ciu memandang wanita baju hitam itu.
"Kau belum pernah menangis?" Ia balik mengajukan
pertanyaan itu kepada orang yang bersangkutan.
Mendapat pertanyaan yang seperti itu, Kang Leng
menjadi tertegun.
"Kukira belum pernah ada orang yang tidak menangis..."
ia berkata.
"Bilakah dan didalam keadaan bagaimanakah kau
mengucurkan air mata?" Tan Ciu bertanya lagi.
"Menjelang waktu-waktu yang sangat sedih, sakit hati
dan putus asa.... Diwaktu itu . . . aku dapat mengucurkan
air mata."
"Maka tentunya kau dapat menduga, mengapa aku
menangis." Berkata Tan Ciu.
"Aneh.... Dia tidak menyakiti hatimu, tidak merusakmu,
juga tidak membunuhmu, mengapa harus mengucurkan air
mata?"
Yang diartikan dengan sebutan 'dia' oleh Kang Leng,
adalah ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam.
"Agaknya kau belum dapat menyelami hati orang."
Berkata Tan Ciu.
"Maksudmu ?...."
"Ingin sekali aku dapat mati segera."
"Kau tidak akan mati." Berkata Kang Leng. "Dia tidak
mengijinkan kau mati,"
"Suatu hari aku akan mati."
Kang Leng memperhatikan wajah pemuda itu, tidak ada
cahaya hidup sama sekali, juga tidak ada cahaya terang
untuk bergulat dengan penghidupan dunia. Ternyata ia
telah membenci setiap orang dan segala sesuatu ditemukan
olehnya.
Wanita baju hitam Kang Leng menarik napas, ia berkata.
"Aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu."
"Ajukanlah."
"Kau pernah jatuh cinta?"
"Aku? . .." Tan Ciu berpikir sebentar, kemudian
menganggukkan kepala. "Pernah."
"Siapa gadis yang kau cintai itu. Co Yong?"
Tan Ciu menganggukkan kepala, perlahan sangat lemah
sekali.
Sangkanya Co Yong telah mati, kemudian disusul
dengan kejadian bertemu dengan sang ayah kejam, licin dan
penuh dosa itu, tentu saja Tan Ciu menjadi kecewa dan
bosan hidup.
Betulkah Co Yong sudah tidak ada didalam dunia?
Tan Ciu belum menemukan mayat gadis itu. Dia tidak
tahu bahwa Co Yong masih hidup didalam Benteng
Penggantungan.
Bercerita hilangnya baju hitam Kang Leng mendapat
tugas untuk membawa Tan Ciu kedalam kamar tahanan
rahasia Benteng Penggantungan.
Ditengah jalan, terjadi dialok yang menyinggung soal
cinta dan kesedihan seorang manusia,
Kang Leng bertanya. betulkah Tan Ciu pernah cinta
kepada Co Yong?
Tan Ciu menbenarkan dugaan itu.
"Kau cinta kepadanya sungguh-sungguh?" Kang Leng
meminta ketegasan si pemuda.
"Sungguh-sungguh." Berkata Tan Ciu.
"Kukira kau cinta kepada Co Yong, setelah mendengar
berita kematiannya. Karena merasa berhutang budi, karena
tidak dapar membalas budi itu, maka kau mengatakan cinta
kepadanya?"
"Aku sungguh cinta kepadanya. Sebelum mati pun
demikian didalam baka pun tetap demikian. Pasti akan
kusambung cinta itu."
Bila bukan Tan Ciu memaksa Co Yong untuk membuka
rahasia Benteng Penggantungan, tentu gadis tersebut tidak
mati.Mengingat hal itu, si pemuda menangis lagi.
"Ternyata kau cinta kepada Co Yong dengan sesungguh
hati." Berkata wanita baju hitam Kang Leng.
"Ng......"
"Kau bersedia melakukan sesuatu untuknya?" Bertanya
Kang Leng lagi.
"Tentu."
"Kuberi tahu kepadamu." Berkata hiangcu baju hitam
Kang Leng. "Kau harus berusaha hidup. Demi Co Yong,
kau harus tetap hidup."
"Aku belum ingin mati." Berkata Tan Ciu. "Masih
banyak perkara yang belum kuselesaikan, maka aku harus
tetap hidup."
"Betul. Co Yong akan gembira mendengar kesaksianmu
ini."
"Tahukah asal usul Co Yong itu?"
"Kukira hanya pocu kita seorang saja yang mengetahui
asal usul dirinya."
"Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen itu
juga tidak tahu?"
"Kukira ia tidak tahu."
"Tapi. Co Yong adalah muridnya."
"Betul Ketua Benteng kita sangat merahasiakan asal usul
Co Yong. Maka tidak ada yang tahu. Tapi jangan kau
katakan kepada orang bahwa aku telah menceritakan
kejadian-kejadian ini kepadamu."
"Tentu." Tan Ciu memberikan janjinya.
"Baik. Dekatilah kupingmu."
Tan Ciu memasang telinganya.
"Simpan baik-baik rahasia ini....." Berkata Kang Leng
dengan suara sungguh-sungguh.
"Rahasia apa?"
”Co Yong masih hidup didalam kamar tahanan kita...."
"Aaaa... Co Yong masih hidup?"
"Ssstt,., Perlahan sedikit." Kang Leng memberi
peringatan,
"Masih hidup?" Tan Ciu mengulang pertanyaan.
"Betul."
"Dimanakah kini ia berada?"
Segera kau tahu. Tapi ingat, jangan sebarkan cerita ini,
tidak perduli kepada siapapun juga. Bila kau tidak percaya
dan memberi tahu kepada orang. Bukan aku yang celaka,
tapi Co Yong yang akan binasa terlebih dahulu."
"Aku tahu." Berkata Tan Ciu,
”Harapan untuk bertemu dengannya masih besar." Kang
Leng memberikan hiburan!
"Segera ajak aku kesana." Berkata Tan Ciu.
"Tidak."
"Mengapa?"
"Kau bukan tandingan pocu!”
"Ada hubungan apa dengan Tan Kiam Lam?"
"Tentu saja ada."
"Bila kau bersedia mengajakku untuk menemui Co
Yong?"
”Setelah ilmu kepandaianmu dapat mengalahkan pocu."
Tan Ciu menggertek gigi, katanya. "Suatu hari aku akan
mengalahkan dirinya."
"Jangan sebarkan rahasia ini kepada orang!"
"Pasti." Tan Ciu memberikan janji.
"Dan berhati-hatilah dengan ilmu Ie-hun Tay-hoat jahat
itu." Kang Leng memberi peringatan.
"Bagaimana harus menghindari diri dari ilmu Ie-hun
Tay-hoat."
"Berusahalah menghindari diri dari sinar pandangan
matanya."
"Bila tidak dapat?"
"Ini pun tidak mengapa. Waktu berlaku Ie-hun Tay-hoat
hanya satu bulan. Lewat dari waktu itu, hilanglah kegunaan
ilmu Ie-hun Tay-hoat."
"Ooo... Ilmu Ie-hun Tay-hoat tidak perlu ditakutkan !"
"Bukanlah demikian! Hal itu dapat di sambung lagi. Bila
ilmu Ie hun Tay-hoat diulang untuk kedua kalinya, maka
setiap bulan, ia dapat menggunakannya,"
Mereka telah tiba diruangan dibawah tanah! Itulah
kamar tahanan.
Terlihat undakan yang turun kebawah, Kang Leng
mengajak pemuda itu turun.
Tan Ciu mengikuti dibelakang wanita baju hitam itu
Setelah memasukkan Tan Ciu kedalam sel kamar
tahanan, Kang Leng mengunci kamar itu. dan ia berjalan
keluar dari ruang dibawah tanah.Meninggalkan si pemuda.
Keadaan sangat gelap. . ..
Tan Ciu telah menerima totokan ketua Benteng
Penggantungan, selembar tenaganya pun tidak dipunyai
olehnya.
Ia mengeluarian keluhan napas yang sangat panjang.....
Tiba-tiba. satu suara tertengar menggema didalam
suasana gelap itu.
"Apa yang kau kesalkan?"
Tan Ciu terkejut. Mengikuti arah datangnya suara. ia
dapat melihat tubuh seseoang yang meringkuk didalam
kamar tahanan. Ketika tempat orang itu berada disebelah.
Itulah orang yang belum lama membuka suara.
"Hei, anak muda. mengapa kau cepat putus harapan?"
Berkata lagi orang tawanan yang berada disebelah kamar
Tan Ciu itu.
"Siapa yang putus harapan?" Tan Ciu mendebatnya.
"Siapa yang belum lama menarik napas panjang
pendek?" Orang itu mengeluarkan tertawa dingin.
Tan Ciu bungkam.
"Hei," Panggil lagi suara itu. "Mengapa kau tidak
bicara?"
Bicara? Apa yang harus dibicarakan?
Sedangkan ia belum kenal kepada orang itu. Keadaan
sangat gelap, sehingga sulit untuk membedakannya.
"Hei." Panggil lagi suara tersebut. "Seorang diri aku
disini, sangat sepi sekali. Kini kau datang menemaniku.
sungguh menyenangkan."
"Siapa kau? Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Orang tawanan." Berkata orang itu.
Tan Ciu tertawa.
"Ha, tentu saja orang tawanan," katanya. "Namamulah
yang ingin kuketahui?"
"Nama?" Orang itu seperti tertegun, "Ha, ha!. Terlalu
lama aku menempati kamar ini, sehingga lupa kepada nama
sendiri. Sudah tidak ada orang yang mengenal namaku
lagi."
"Lama?" Tan Ciu mengulang kata-kata itu, "Berapa
lamakah kau disini?"
"Kukira dua puluh tahun. Mungkin juga tiga puluh
tahun. Entahlah. berapa waktu yang pasti itu. Aku tidak
tahu Siang malam didalam keadaan gelap. aku tidak dapat
membedakan hari."
Tan Ciu tahu mengapa orang itu ditawan sekian lama?
Apakah alasannya?
Apakah dosa kesalahannya?
Mereka bungkam lagi.
"Hei." Orang itu tidak sabar. "Bocah, mengapa tidak
bicara?"
"Apa yang ingin dibicarakan?"
"Apa pun boleh. Untuk melenyapkan kesepian Kita.
seharusnya banyak bicara. Dimisalkan bicara tentang ilmu
kepandaian. . . Eh. Tentunya kau berkepandaian tinggi,
bukan?"
"Bagaimana kau tahu?" Berkata Tan Ciu dingin.
"Karena kau disekap didalam kamar tahanan dibawah
tanah yang gelap ini."
"Aku tidak mengerti." Barkata Tan Ciu. "Mengapa
mempunyai dugaan seperti itu?"
"Aku kenal baik sifat ketua Benteng Penggantungan."
Berkata orang itu. "Ia suka pada orang yang berkepandaian
tinggi. Hanya orang berkepandaian tinggi yang dapat
ditaklukkannyalah yang dapat mendiami tempat ini."
Tan Ciu tetawa, katanya,
"Bila aku mempunyai ilmu kepandaian yang lumayan
sajapun, tidak mungkin ia mengalahkanku. Ilmu
kepandaianku tidak berarti. Maka dikalahkan olehnya dan
masuk kurungan."
"Ha, ha....Ingin mempunyai ilmu kepandaian yang dapat
mengalahkannya?Ha, ha.... Kau mengimpi."
"Mengapa?"
"Ketahuilah, belum ada orang yang dapat
mengalahkannya."
"Kau?"
"Seperti keadaan dirimu, akupun telah dikalahkan
olehnya. Siapa yang dapat mengalahkan ketua Benteng
Penggantungan. dia adalah jago nomor satu."
Terdengar keluhan napas yang sangat panjang juga
sangat sedih.
Tan Ciu diam.
Keadaan itu berlangsung lama sekali. Tidak satu pun
dari mereka yang mulai membuka pembicaraan lagi.
Agaknya orang itu telah sangat kesepian. maka ia
membuka suara,
"Hei. bolehkah aku berkunjung ketempatmu situ?"
Tan Ciu menjadi heran. "Kau dapat masuk kedalam
kamar tahananku?" Ia bertanya bingung.
"Tentu . ."
Dibarengi oleh bunyi suara besi yang beradu, "krek..."
Bunyi kunci yang dibuka.
Satu bayangan masuk kedalam kamar tahanan Tan Ciu.
Hal ini mengejutkan pemuda itu! Orang tersebut
mempunyai kebebasan untuk meninggalkan kamar
tahanannya, mengapa tidak mau melarikan diri?
Bayangan yang datang telah berada dihadapan Tan Ciu,
itulah seorang tua yang bungkuk melengkung, wajahnya
cukup menakutkan.
"Aaaae....." Tan Ciu melebarkan mulut.
"Ha ha..." Orang itu tertawa, "Takut?"
Tan Ciu tidak memberikan jawaban!
"Wajahku memang menakutkan orang!" Berkata orang
tua bungkuk itu. "Tidak mengherankan bahwa kau menjadi
takut karenanya."
"Aku heran." Berkata Tan Ciu.
"Apa yang kau herankan ?"
"Mengapa kau mengeram ditempat ini?"
"Kau heran karena aku tidak melarikan diri," bertanja
orang tua bungkuk itu!
"Betul !" Tan Ciu membenarkan pertanyaan orang.
"Itulah sumpah janjiku." Berkata orang tua bungkuk.
"Kau kalah dibawah tangannya?"
"Betul. Kita musuh dendam besar. Kau juga mempunyai
dendam dengannya?"
"Dendam? Tidak. Dia adalah ayahku?"
"Hahaaa?!" Orang tua bungkuk itu sangat terkejut. "Kau
anak Tan Kiam Lam ?"
"Betul.... Bila bukan karena kedatangannya si Dewa
Angin Sin Hong Hiap, tentu aku telah di Ie-hun Tay-hoat
olehnya."
"Hei...!" Orang tua bungkuk itu menjadi sangat tertarik.
"Kau katakan si Dewa Angin Sin Hoag Hiap juga telah
datang kedalam Benteng ini?"
"Betul."
"Apa maksud kedatangan Sin Hong Hiap itu. Membikin
perhitungan dengan Tan Kiam lam. ”
"Betul."
"Tidak Salah?"
Wajah orang tua itu bercahaya terang, satu perubahan
yang sangat aneh sekali.
"Mari kau ikut kepadaku . . ." Ia berkata.
"Ikut? Ikut kemana?" Bertanya Tan Ciu.
"Menonton pertandingan mereka."
"Menonton pertandingan?"
"Tentu. Pertempuran diantara dua tokoh kelas satu jtu
tidak mudah disaksikan. Jangan kita lewatkan kesempatan
bagus ini."
"Kau ingin mengajak aku keluar dari tempat ini?"
Bertanya Tan Ciu. "Dapatkah keluar bebas?"
"Tentu. Tapi kau harus berjanji, setelah keluar kau tidak
boleh melarikan diri, kau harus ikut aku kembali kedalam
kamar ini lagi."
"Baik." Tan Ciu memberikan janjinya, "Aku akan
kembali ketempat ini lagi."
"Mari," Orang tua bungkuk itu telah mengangkat tubuh
Tan Ciu, kemudian meninggalkan kamar tahanan didalam
bawah tanah itu.
Tan Ciu mempunyai kesan yang lain kepada orang
menggendong dirinya. Diketahui ia dapat bebas keluar dari
kamar tahanan, mengapa mencari penyakit didalam
sekapan tangan orang? Bukankah tidak merdeka?
Mengikuti tangga batu, mereka naik keatas, tiba disuatu
tempat, orang itu menikung kearah kanan disana ia
menekan sebuah batu, maka dinding itu bergeser,
menjadikan satu pintu.
"Batu ini . . ."
"Pintu rahasia." Berkata orang tua bungkuk.
"Bagaimana kau tahu?" Tan Ciu meminta ketegasan.
"Tentu saja tahu."
"Ada orang yang memberi tahu?" Tan ciu menduga
kepada Kang Leng yang banyak mulut.
"Bukan. Aku berhasil menemukannya atas kepintaranku
sendiri."
"Tan Kiam Lam tahu kau mempunyai jalan keluar
rahasia?"
"Tentu saja tidak. Tapi ia tidak mempunyai hak
mengekang kebebasanku."
"Mengapa?"
"Lain kali akan kuberi tahu kepadamu."
Dikala mereka hampir meninggalkan goa rahasia itu,
kuping Tan Ciu yang tajam dapat mendengar isakan tangis
seorang wanita sangat perlahan sekali, sesenggukkan.
"Cianpwee, dengar suara tangisan itu?" Berkata
sipemuda.
"Kupingku belum budek, mengapa tidak dengar?"
"Entah siapa yang menangis ditempat ini?"
Tan Ciu tidak tahu bahwa orang itu mempunai
hubungan dekat dengannya.
"Seorang gadis kecil cantik sekali, orang menyebutnya
sebagai nyonya Co."
"Nona Co?" Mulut Tan Ciu berteriak. "Mungkinkah Co
Yong?"
"Betul. Namanya Co Yong." Berkata siorang tua
bungkuk. "Kau kenal dengannya?"
Rasa Cinta Tan Ciu berkobar cepat, dengan berteriak ia
menjerit.
"Aku harus segera menemuinya... Aku harus segera
menemuinya...."
"Hei, bocah tidak sabar, mengapa tidak dapat
menggunakan ketenanganmu?"
"Aku berjanji untuk menemuinya."
"Akan kuajak menemuinya. Tapi bukan sekarang, Nanti,
setelah selesai menonton pertandingan besar. kuajak kau
bertemu dengannya."
"Kau berjanji dapat mempertemukan dengannya?"
"pasti dapat." Berkata orang tua bungkuk itu. "Tutup
mulutmu dahulu. Jangan berteriak-teriak. Pertandingan
besar mungkin sudah dimulai."
"Baik."
Orang tua bungkuk itu tertawa.
"Tentunya kekasihmu." Ia berkata. Dan ia mempercepat
langkah kakinya. keluar dari ruangan dibawah tanah.
000OdwO000
Di lembah Siang-kiat, tempat yang menuju ke Benteng
Penggantungan sedang terjadi ketegangan. Dua gembong
tokoh silat kelas berat segera bertemu muka. Itulah ketua
Benteng Penggantungan contra si Pendekar Dewa Angin
Sin Hong Hiap.
Disana telah berbaris orang-orang berbaju hitam, itulah
anak buah Benteng Penggantungan!
Wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen, si
Pemuda Putin Pek Hong, Tok Gan Liong dan lainnya
mengepalai orang-orang mereka.
Si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap menghadapi
orang2 itu dengan marah.
"Mana itu Tan Kiam Lam?" Ia bergeram. "Bila ia tidak
mau keluar menemuiku, segera aku menerjang masuk
tahu?"
"Sabarlah sebentar." Berkata Co Yong Yen.
Ia segera tahu Sin Hong Hiap mulai hilang sabar.
Betul ia telah hidup malang melintang didalam rimba
persilatan tanpa tandingan, tapi orang yang segera
ditempurnya itu pun bukan tokoh biasa. Tan Kiam Lam
juga belum pernah menemukan tandingan. Belum diketahui
pasti, siapa yang akan memenangkan pertandingan itu.
Mengapa Tan Kiam Lam belum menampilkan diri?
Ternyata ketua Benteng Penggantungan yang cerdik itu
sedang mengatur sesuatu. ia harus memenangkan
pertandingan.
Di semak-semak pohon yang berada diatas mereka dua
pasang mata sedang memperhatikan keadaan tempat itu.
Itulah orang tua bungkuk dan Tan Ciu yang baru saja
keluar dari dalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Memandang si Pendekar Sin Hong Hiap. orang tua itu
berkata. "Betul. Inilah orangnya?"
"Mungkinkah, mereka akan bertempur?"
"pasti."
"Dengan alasan apa cianpwe memberikan kepastian ini?"
"Mereka sama-sama belum pernah menemuikan
tandingan, tapi kini telah bentrok, satu diantaranya pasti
nama yang lebih cemerlang,"
"Siapakah yang akan memenangkan pertandingan itu?"
Bertanya Tan Ciu.
"Belum tahu. Masing-masing mempunyai kekuatan yang
sangat luar biasa. Yang heran. Mengapa Sin Hong Hiap
menantang Tan Kiam Lam?"
Tan Ciu segera menceritakan kejadian di dalam rimba
Penggantungan. dimana Tan Kiam Pek menggunakan tipu,
mengadu domba menantang Sin Hong Hiap didepan
Benteng Penggantungan.Maksudnya ialah mencelakan satu
diantara dua jago itu.
Orang tua bungkuk itu berkata. "Tentu ada sesuatu yang
tersembunyi."
Bercerita dibawah mereka....
Sin Hong Hiap sudah membentak lagi. "Hmm, mana itu
Tan Kiam Lam ?"
Co Yong Yen berkata. "Segera keluar. Sabarlah."
"Hmm . . .Kau kira aku ini manusia apa? Ingin dijemur
disini? Kuberi waktu setengah jam lagi, bila ia tidak mau
menampilkan dirinya, seluruh isi Benteng Penggantungan
akan kuubrak abrik bersih."
Mengapa tidak terlihat mata hidung Tan Kiam Lam?
Mungkinkah ketua Benteng Penggantungan itu
melarikan diri? Takut kepada si Dewa angin Sin Hong
Hiap?
Tidak mungkin.
Jawaban ini segera pecah juga, terdengar suara Tan
Kiam Lam yang tertawa cekikikan.
"Ha-ha . . ."
Dengan lenggang, ketua benteng Penggantungan itu,
menampilkan diri, ia berjalan maju kedepan.
Wajah SinHong Hiap berubah.
Kini, dua gembong akhli silat kelas berat telah
berhadapan.
Tan Kiam Lam menunjukan hormatnya, ia berkata.
"Maafkan penyambutanku yang kurang hormat."
"Ha Ha..." Sin Hong Hiap tertawa.
"Petunjuk apakah yang Sin Tayhiap ingin berikan kepada
Tan Kiam Lam?"
Sin Hong Hiap tertegun. Orang ini menantang dirinya
untuk bertanding silat? Mengapa membawa sikap yang
cepat lupa?
"Tan pocu". katanya. "ucapanmu sangat mengecewakan
orang."
"Ada sesuatukah yang salah?" Tan Kiam Lam tidak tahu
bahwa Tan Kiam Pek telah mempermainkan dirinya.
"Kau menjanjikan aku bertarung dihadapan anak
buahmu, mengapa mungkin jeri?" Pendekar Dewa Angin
mengeluarkan suara bentakan keras.
"Aku menjanjikan kau bertempur disini?" Wajah Tan
Kiam Lam berkernyitan.
"Sungguh pandai kau main sandiwara." Berkata Sin
HongHiap.
"Bilakah aku menjanjikanmu?" Bertanya Tan Kiam Lam.
"Tiga hari yang lalu. Didalam rimba Penggantungan,"
Berkata SinHong Hiap.
Dari Kang Leng, Tan Kiam Lam telah mengetahui
kejadian ini, kini Sin Hong Hiap mengatakan ucapan katakata
yang sama, tidak akan salah lagi, tapi bilakah aa
menjanjikan Pendekar Dewa Angin itu?
Tan Kiam Lam tidak takut. Sin Hong Hiap tidak takut
kepada Tan Kiam Lam, tapi mereka tidak menginginkan
pertempuran, pertempuran tidak membawa banyak
keuntungan, hal itu tidak perlu terjadi, salah satu pasti akan
jatuh nama dan hal itu tidak diinginkan oleh seorang jago
yang sudah mempunyai nama tenar.
Tapi kini mereka telah berhadapan muka, keadaan itu
sangat tegang.
Tan Kiam Lam membuka mulut.
"Kau yakin benar kepada orang yang menjadikan
menempur dirimu itu?"
"Tentu." Berkata Sin HongHiap tanpa berpikir panjang.
"Aku menjanjikan kau bertempur didepan Benteng
Penggantungan?"
"Betul." Sin Hoag Hiap menganggukan kepalanya, dan
diceritakan secara singkat, bagaimana kejadian yang telah
dialami olehnya didalam rimba Penggantungan.
Akhirnya Tan Kiam Lam berkata dingin.
"Aku telah pergi kerimba Penggantungan tapi tidak
berhasil menemukan, juga tidak menjanjikanmu."
Sin Hong Hiap tidak percaya.
"Mungkinkah ada orang yang berani memalsukan
dirimu?" Ia berkata geram.
"Bukan mustahil."
Sin Hong Hiap Berkata.
"Tokoh manakah yang berani memalsukan dirimu?
Apakah manusia yang sudah tidak takut mati? Menyoleknyolek
kumis macan yang sedang tidur?"
Alis Tan Kiam Lam dikerinyitkan semakin dalam sedang
berpikir, manusia manakah yang berani memalsukan
dirinya?
Sin Hong Hiap berkata lagi.
"Tan pocu, mengapa kau harus menempurku?"
"Mana aku berani menempur Pendekar Angin yang
ternama." Berkata Tan Kiam Lam tertawa.
"Tan Ciu telah membunuh muridku. Bila tidak ada
kedatanganmu, aku sudah membunuh bocah sombong itu.
Kini aku gagal membunuhnya, dan hutang ini harus
disaksikan olehmu. Aku menanti kebijaksanaan yang adil."
Tan Kiam Lam berkata. "Bagaimanakah agar aku dapat
mengambil satu kebijaksanaan yang paling adil."
"Mudah." Berkata Sin Hong Hiap. "Kau meminta maaf
segera. Dan untuk selanjutnya, kau berjanji, tidak akan
mengganggu urusanku lagi."
"Aku tidak melakukan suatu kesalahan." Berkata Tan
Kiam Lam. "Mengapa harus meminta maaf kepadamu?"
"Baik. Hanya pertempuranlah yang akan menyelesaikan
sengketa ini." Akhirnya Sin Hong Hiap kehilangan sabar.
"Aku tidak keberatan. Sudah lama aku mengagumi
Kepandaianmu."
"Sama-sama. Ilmu kepandaianmu pun sangat disohorkan
orang, Sungguh satu keberuntungan dapat menyaksikan
kebenaran kata2 itu."
"Betul! Diantara kita berdua. sudah waktunya untuk
menggaris bawahi urusan pasal ini."
"Sudah siap?" SinHong Hiap mulai gatel. tangan.
"Tunggu dulu. Ada satu pertanyaan yang ingin aku
ajukan kepadamu." Berkata Tan Kiam Lam.
"Katakan."
"Setelah bergebrak, satu diantara kita akan mengalami
kemenangan."
"Tentu."
"Dan satunya akan menderita kekalahan."
"Sungguh bawel. Hal ini sangat lumrah." Sin Hong Hiap
masih berdarah panas.
"Sudahkah terpikir, apa akibatnya bila kau menderita
kekalahan itu?"
Hal ini tidak berani dibayangkan oleh sang Pendekar
Angin. Bila ia kalah, jalan satu-satunya jalan ialah bunuh
diri.
Untuk menjaga pamornya, Sin Hong Hiap tertawa, ia
balik mengajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang
bersangkutan.
"Apa akibatmu bila kau yang menderita kekekalahan
itu?"
"Aku? Aku akan mengasingkan diri dari dalam rimba
persilatan."
"Pikiran yang sama," Berkata Sin HongHiap.
"Maukah mendengar saranku?" Berkata Tan Kiam Lam.
"Saran yang bagaimana ?"
Tan Kiam Lam menunjukkan senyum iblisnya. ia
berkata.
"Nama Pendekar Dewa Angin bukan didapat dengan
mudah, kau harus menjaga nama ini baik-baik bukan.
Kukira, bila kau menderita kekalahan, kau segera bunuh
diri. Hal ini untuk melenyapkan rasa malumu kepada
semua orang."
"Kau pandai menduga isi hati orang."
"Aku tidak mengharapkan kematianmu." Berkata Tan
Kiam Lam.
"Belum tentu aku yang mati."
"Aku tahu Maksudku adalah mengganti, akhir babak
tadi."
"Katakanlah."
"Bila aku menderita kekalahan. kau tidak boleh bunuh
diri." Bertanya Sin HongHiap.
"Kau harus menghamba kepadaku." Berkata Tan Kiam
Lam lagi.
Sin Hong Hiap mengkerutkan kedua alisnya, hal ini agak
tidak mungkin.
Seorang lagi yang tidak mengharapkan kejadian itu,
orang ini kakek bungkuk yang mendampingi Tan Ciu, dan
nangkring diatas pohon dimana kejadian itu.
Orang tua bungkuk itu paham, betapa lihai ilmu
kepandaian Tan Kiam Lam, betapa jahat sifat Tan Kiam
Lam, bila saja Sin Hong Hiap mau menyatukan diri, bila
saja sampai terjadi Pendekar Dewa Angin itu barhamba
kepada siketua Benteng Penggantungan, pasti sekali
membawa banyak keuntungan bagi Tan Kiam Lam. Dunia
tidak akan aman seumur hidup mereka.
Terdengar suara Sin Hong Hiap nyaring.
"Bila aku berhasil memenangkan pertandingan?"
"Ketua Benteng Penggantungan kuserahkan kepadamu."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Aku tidak mempunyai maksud untuk menduduki takhta
ketua Benteng Penggantunganmu." Berkata Sin HongHiap.
"Aku bersedia diadili olehmu."
Satu saran yang sangat adil. Bila Tan Kiam Lam
mempunyai itu keberanian untuk mengajukan usulnya,
mengapa Sin HongHiap tidak berani menerima?
Bila Sin Hong Hiap tidak berani menerima saran ini,
maka lenyaplah pamor kependekarannya.
Akhirnya Sin HongHiap menggunakan kepala berkata,
"Baik aku menerima saranmu."
Tan Kiam Lam mengundurkan diri satu tapak, ia
memasang kuda-kuda dan berkata.
"Sudah siap?"
Sin Hong Hiap menjadi tegang, inilah saat2 yang sangat
menentukan. Ia juga membikin persiapan perang.
"Baik!" Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap sudah siap
menerima serangan.
Tan Kiam Lam menekuk lengan tangan, tiba-tiba ia
berteriak.
"Terimalah seranganku." Tubuhnya melesat dan
menyerang lawan tersebut.
Sin Hong Hiap menangkis serangan tadi, kini ia balas
menyerang.
Bayangan Tan Kiam Lam lenyap mendadak dikala
terpeta kembali bentuk tubuhnya sudah mengirim lain
serangan.
Itulah pertempuran kelas berat. Hebat, dahsyat dan
menegangkan.
Diatas pohon, ada dua orang yang turut menonton
pertandingan. Mereka adalah Tan Ciu dan seorang kakek
tua yang bungkuk. Orang tua bungkuk itu tertawa.
"Bagus." Ia memberikan pujian. "Masing-masing telah
mengirim lima kali serangan."
"Aaaaa....." Tan Ciu tidak percaya. "Lima serangan
untuk setiap orang?"
"Betul! Perhatikan baik-baik."
Tan Ciu belum dapat mengikuti pertandingan kelas berat
tadi, ia hanya dapat melihat bayangan-bayangan yang
bergerak-gerak, terlalu cepat, terlalu guram. Tidak
diketahui, siapa yang mempunyai kesempatan menang.
"Siapa yang menduduki posisi menguntungkan?" Ia
mengajukan pertanyaan,
"Belum terlihat." Berkata kakek bungkuk. "Masih sama
kuat."
"Tapi jurus-jurus mereka tidak sama."
"Betul. Gerakan Sin Hong Hiap lebih gesit lebih cekatan.
tapi tenaga dalam Tan Kiam Lam juga lebih berat, lebih
hebat. Masing-masing mempunyai keistimewaan mereka.
tidak mudah untuk mencari kemenangan cepat."
"Bila sampai terjadi ..."
"Kau mengkhatirkan kekalahan Sin Hong Hiap?"
Berkata kakek bungkuk itu, "Jangan takut. Sin Hong Hiap
tidak akan kalah. Tan Kiam Lam juga tidak akan kalah."
"Eeeh . . . "
"Dua-duanya tidak akan berhasil menyelesaikan
pertarungan ini," Mata orang tua bungkuk itu sangat tajam
sekali.
"Tidak ada habisnyakah pertempuran ini?"
"Saksikanlah perlahan-lahan. Dua jago kelas berat itu
masih berkutet masing-masing mencari kemenangan, Tapi
mereka sama kuat, sama ulet, tidak seorang pun yang dapat
mengalahkan pihak lawan."
000-0dw0-000
Bercerita tenteng pertempuran yang terjadi diantara Sin
HongHiap dan Tan Kiam Lam.
Seperti apa yang telah diramalkan oleh siorang tua
bungkuk yang masih mendampingi Tan Ciu tidak satu pun
dari kedua jago itu yang dapat mengalahkan lawan mereka.
Pertempuran masih berlangsung terus.
Deru angin yang ditimbulkan oleh pukulan-pukulan dua
jago itu mendesak semua orang yang menonton pergi jauh.
Dan yang terakhir, wakil ketua Benteng Penggantungan
juga dipaksa menjauhi lapangan.
Tangan Sin Hong Hiap diraihkan, menyakar kearah
wajah Tan Kiam Lam. Cepat sekali gerakan tadi.
Tan Kiam Lam menggunakan tangan kiri. menutup
serangan itu, berbareng, dengan tangan kanannya, ia
mengirim satu pukulan.
Gerakan mereka berada diluar dugaan para
penontonnya. Setiap tangkisan pasti disertai dengan
serangan balasan yang tidak kalah hebatnya.
Terdengar suara beradunya telapak tangan, dua
bayangan itu terpisah.
Wajah dua orang yang bertempur telah menjadi pucat,
masih terlihat ketegangan-ketegangan yang belum selesai,
butiran peluh mulai mengetel turun dari jidat dua jago itu.
Setelah terpisah Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap
mulai mengadakan penyerangan baru. mereka harus
berubah taktik perang, hal itu penting mengingat kekuatan
lawan yang luar biasa.
Kali ini gerakan mereka lambat, masing-masing berputar,
tapi, tidak segera melakukan penyerangan.
Diatas dua orang yang sedang bersitegang itu. Tan Ciu
dan kakek bungkuk melakukan percakapan.
"Lihat!" Berkata orang tua bungkuk. "Bila kau mengikuti
pertandingan tadi ilmu kau akan mendapat kemajuan
pesat."
"Sayang aku tidak dapat mengikuti setiap jurus serangan
mereka." Tan Ciu b>erkata terus terang.
"Didalam rimba persilatan, mungkinkah tidak ada orang
yang dapat mengatasi dua orang ini?" Tan Ciu bertanya.
"Menurut apa yang kutahu, sampai sekarang masih
belum ada seorang yang dapat mengalahkan Tan Kiam
Lam atau SinHong Hiap."
Dua orang yang baru disebut, Tan Kiam Lam dan Sin
Hong Hiap mengeluarkan suara lengkingan mereka,
pertempuran sengit terjadi lagi. Hanya terlihat dua
bayangan yang bergulung-gulung menyelubungi tubuh
mereka.
Tiba-tiba Tan ciu berteriak.
"Celaka."
"Mengapa?" Orang tua bungkuk memandang heran.
"Hampir aku melupakannya."
"Apa yang kau lupakan?"
"Seorang gadis menantikan dimulut lembah."
"Ha... Gadis2 selalu menyelubungimu." Orang tua
bungkuk itu tertawa.
Wajah Tan Ciu menjadi merah.
"Jangan menggoda." Ia berkata. "Bila aku tidak cepat
menemuinya, didalam waktu tiga jam setelah perpisahan
tadi, ia segera menerjang masuk kedalam Benteng
Penggantungan."
"Biar saja mengamuk didalam Benteng Penggartungan.
Tan Kiam Lam tidak sempat menghadapi musuh kedua.
Kau tidak perlu menguwatirkan keselamatannya."
"Hal ini tidak boleh terjadi." Berkata Tan Ciu.
"Mengapa?" Orang tua bungkuk itu tidak mengerti,
"Aku belum mau turut dengannya. Aku harus menemui
Co Yong dahulu."
"Maksudmu."
"Akan kuberi tahu kepadanya tentang kesulitanku."
"Ingin meninggalkan aku?"
"Hanya sementara."
"Huh! Begitn enak?" Bentak orang tua bungkuk itu. "Kau
memang pandai main asmara. Aku melarang kau
meninggalkau Benteng Penggantungan."
"Mengapa?"
"Aku membawa kau keluar dari kamar tahanan dan aku
wajib membawa kau kembali kekamar tahanan itu lagi."
"Kau takut kepada Tan Kiam Lam?"
"Pertanyaan yang lucu." Berkata kakek bungkuk.
"Bila kau tidak takut padanya. bagaimana dapat
dikurung didalam kamar tahanannya?"
Tiba-tiba, terdengar suara benturan yang bergelegar,
itulah tenaga tenaga Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap
yang bergumul menjadi satu.
Setelah itu, dua bayangan terpisah. Tan Kiam Lam di
Utara dan Sin Hong Hiap diselatan. Masing-masing
memandang lawan tanpa berkedip.
Bagaikan dua ekor binatang buas mereka ingin
menemukan mangsanya. Sayang hal itu tidak bisa terjadi,
kekuatan mereka seimbang.
Tangan Tan Kiam Lam dimajukan kedepan, inilah
persiapan untuk meneruskan pertandingan itu.
Sin Hong Hiap mengangkat sebelah tangannya. jago tua
ini pun belum kalah.
Tan Kiam Lam telah dapat melihat kelemahan
lawannya. tenaga dalam lawan bukanlah tandingannya, ia
harus memaksa Sin Hong Hiap mengadu tenaga dalam,
terus menerus, sehingga jago copot tenaga.
Sin Hong Hiap juga dapat melihat kelemahan Tan Kiam
Lam, bila dapat menggunakan ilmu meringankan tubuh,
main putar-putaran beberapa jam, pasti ia mempunyai
banyak kesempatan untuk menjatuhkan si ketua Benteng
Penggantungan.
Pendekar Dewa Angin, Sin Hong Hiap mempunyai
kecepatan yang luar biasa ia harus menggunakan
keahliannya itu.
Tan Kiam Lam juga ingin menggunakan kepusakaannya,
itulah ilmu tenaga dalam.
Masing-masing mempunyai pikiran mereka.
Bila yang satu ingin cepat-cepat menyelesaikan
pertempuran itu, lainnya ingin mengulur waktu.
Tiba-tiba ....
Tan Kiam Lam bergerak terlebih dahulu, ia memukul
kearah Sin Hong Hiap. tiga kali, atas, tengah dan bagian
bawah.
Sin Hong Hiap meluncur keatas kepala orang, dari sana.
ia menurunkan tangannya, mengarah batok kepala ketua
Benteng Penggantungan itu.
Dan sekali lagi, berkutetan ilmu silat itu berlangsung.
Sepuluh juru.....
Dua puluh jurus....
Tiga puluh jurus...
Masih belum ada tanda-tanda baik yang akan
memenangkan pertandingan itu.
Seperti apa yang telah dikemukakan oleh orang tua
bungkuk kedalam Benteng Penggantungan pertempuran
yang seperti itu tidak mungkin mencapai satu hasil
kemenangan.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap tidak boleh kalah.
juga tidak dapat memenangkan pertandingan itu.
Tiba tiba.......
Satu bayangan melesat cepat, langsung menerjunkan
dirinya kedalam pertempuran.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap masih ngotot seru,
mereka tidak memperdulikan masuknya orang itu, dua
pasang tangan mengganti arah, pukulan-pukulan jatuh
kepada orang tersebut.
Tan Ciu menjerit.
Orang tua bungkuk terkejut. bukan mustahil dia orang
jadi gepeng remuk, serangan bersama dan tenaga Tan Kiam
Lam serta Sin Hong Hiap bukanlah tenaga yang mudah
diterima.
Kejadian yang diluar dugaan terjadi, Tan Kiam Lam dan
Sin Hong Hiap terdorong mundur. Pertempuran itu
terhenti, orang yang datang berhasil memisahkan dua jago
itu.
Siapakah yang mempunyai kekuatan luar biasa dapat
memisahkan Tan Kiam Lam dan SinHong Hiap.
Disana berdiri seorang gadis berbaju putih, itulah Cang
CengCeng.
Tan Ciu melebarkan mulutnya besar-besar.
Orang tua bungkuk mengoceh, "Heran. .. ,Heran.., .
Sungguh tidak kusangka . . . Tidak kusangka....."
"Mengapa?" Tan Ciu memandang dengan sinar mata
heran.
"Tidakkah kau lihat, bahwa Tan Kiam Lam dan Sin
HongHiap berhasil dipisahkan olehnya?"
Tan Ciu tidak menyangka bahwa Cang Ceng Ceng
mempunyai kekuatan yang berada diatas Tan Kiam Lam
dan Sin Hong Hiap, maka ditinggalkannya gadis tersebut
didepan Benteng Penggantungan, bila tidak, tentu ia dapat
mengajak dirinya.
Orang tua bungkuk berkata. "Gadis inikah yang kau
maksudkan?"
"Betul."
"Uh, aku telah menjadi katak didalam tempurung.
Ternyata masih banyak tokoh silat muda yang
berkepandaian tinggi."
Berbicara Cang Ceng Ceng yang telah memisahkan
pertempuran itu, memandang dua orang dan berkata
kepada mereka.
"Siapakah ketua Benteng Penggantungan?"
Tan Kiam Lam mengerutkan kedua alisnya, ia membuka
suara. "Ada urusan apa?"
Cang Ceng Ceng berkata. "Aku harus bicara
dengannya."
"Tentang urusan apa?"
"Aku ingin meminta orang."
"Meminta orang? siapakah orang yang ingin kau minta
itu?"
"Tan Ciu."
"Tan Ciu?"
"Betul. Kami telah berjanji, dikatakan olehnya. Ia masuk
kedalam Benteng Penggantungan, bila tidak keluar lagi.
pasti telah terjadi sesuatu, aku harus menolongnya. Dan
ternyata, sehingga saat ini ia belum menampilkan diri lagi."
Tan Kiam Lam tertawa, katanya.
"Tan Ciu telah berhasil menemuiku, kini masih berada
didalam benteng."
"Kau Tan Kiam Lam?" Bertanya Cang CengCeng.
"Mengapa?" Tan Kiam Lam tertawa.
"Beri kesempatan kepadaku untuk menemuinya."
Berkata Cang CengCeng.
"Dapatkah nona menunggu sebentar." Berkata Tan Kiam
Lam. "Urusan kami ini segera selesai." Ia maksudkan
urusan pertempurannya dengan Sin Hong Hiap yang belum
mendapat penetapan.
"Kalian masih ingin meneruskan pertempuran?" Cang
Ceng Ceng bertanya kepada Tan Kiam Lam dan Sin Hong
Hiap.
"Betul." Hampir berbareng, dua orang itu memberi
jawaban.
"Tidak mungkin kalian dapat menghasilkan sesuatu
keputusan." berkataCangCeng Ceng.
"Mengapa?"
"kalian memiliki keahlian yang setaraf. Tidak mungkin
dapat mengalahkan satu diantaranya. Kecuali
menggunakan akal licik. Hal itu pun akan mengakibatkan
kematian. Dan bila seorang yang belum mati itu penasaran,
kemungkinan besar menjadi nekad, mungkin
mengakibatkan kematian seorang lainnya. Hal yang seperti
diatas mempunyai kemungkinan yang paling kecil. Lebih
besar, mati karena kehabisan tenaga, copot sukma."
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap memuji kepintaran
yang seperti ini.Masing-masing diam ditempat.
Dan Cang Ceng Ceng berkata lagi.
"Belum ada permusuhan yang mendalam mengapa tidak
kalian dapat mendamaikan perkara?"
Tan Kiam Lam berkata.
"Kukira sulit."
Cang Ceng Ceng memandang Sin Hong Hiap.
"Bagaimana pendapatmu?"
"Seharusnya ada ketetapan, siapa yang memenangkan
pertandingan ini." Berkata Pendekar Dewa Angin itu.
Cang CengCeng berpikir sebentar, kemudian berkata.
"Baiklah. Tapi ada banyaknya bila kalian bersedia
mengganti cara pertempuran."
"Mengganti cara pertempuran?"
"Betul. Kalian tidak perlu mengadu jiwa. Tapi aku yang
mengeluarkan acara, akan ku pertonton satu gerakan, bila
siapa yang dapat menyebut tepat. Berarti orang itulah yang
mempunyai pandangan mata lebih tajam. Ia ditetapkan
sebagai pemenang pertandingan. Dan bila sama-sama
berhasil menyebut nama itu, aku membuat gerakan2 yang
berikutnya sampai ada satu penentuan."
Tan Kiam Lam menganggukkan, ia menyetujui usul ini.
"Baik." Ia berkata cepat.
Sin Hong Hiap juga tidak keberatan.
"Aku dapat menerima saran ini." Ia berkata.
Tentu saja, saran Cang Ceng Ceng itu sangat
menguntungkan mereka, tanpa berkeringat, mereka dapat
menyebut gerakan tipu silat dari golongan mana juga.
Itulah hasil pengalaman-pengalaman mereka yang lama.
Cang CengCeng sudah mulai siap.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam berkata.
"Tunggu dulu." Dan dipandangnya Sin Hong Hiap
seraya bertanya. "Bagaimana dengan pertaruhan yang telah
kita tetapkan."
"Masih berlaku." Berkata SinHong Hiap.
Cang Ceng Ceng tidak dengar perjanjian yang telah
ditetapkan oleh Tan kiam Lam dan Sin Hong Hiap, maka ia
bertanya kepada mereka.
"Pertaruhan apa?"
"Nona tidak perlu tahu,"
"Baiklah. Kini aku akan mulai."
"Silahkan." Berkata Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tubuh Cang Ceng Ceng melejit tinggi, meluncur cepat,
lurus keatas. Disana ia berjumpalitan dua kali, setelah itu,
dengan enteng melayang turun kebawah, dikala hampir
menginjak tanah, lagi-lagi ia berjumpalitan sangat bagus,
sangat menarik, itulah gerakan meringankan tubuh yang
sempurna.
Kejadian berikutnya ialah, Cang Ceng Ceng berdiri
dihadapan Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk turut menyaksikan
tontonan itu.Mereka meleletkan lidah.
Orang tua bungkuk mengeluarkan ocehan. "Buh,
buh....Ilmu apakah yang dimainkan olehnya."
Tentu saja orang tua bungkuk itu tidak mengetahui ilmu
apa yang dikerahkan oleh Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam
juga tertegun.
Ilmu apakah yang Cang Ceng Ceng gunakan tadi, ilmu
itu bukan tipu Lee ie hoan-seng, juga bukan Teng-tiamseng.
Gerak tipu Le ie hoan-seng berarti ikan emas
berjumpalitan. Ia mementingkan lincahnya gerakan. Tipu
Hee-teng-tiam-seng berarti. Cabang menotol air, ia
mengutamakan lompat dan tipu yang Cang Ceng Ceng
gerakan tadi bukanlah dua macam tipu itu.
Terdengar Cang Ceng Ceng berkata,
"K a t a k a n l a h !"
Tan Kiam Lam mengerutkan keningnya Sin Hong Hiap
mengketapkan mulutnya. Ia pun tidak bisa bicara.
"Katakanlah" berkata lagi Cang Ceng Ceng kepada dua
jago dihadapannya.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin menyebut
nama gerakan itu dengan segera. Tetapi siapapun tidak
dapat menyebutnya ilmu yang digerakkan oleh Cang Cerg
Ceng tadi adalah ilmu yang belum pernah terlihat oleh
mereka.
Cang Ceng Ceng menengok kekanan, disana Tan Kiam
Lam tidak dapat memberikan jawaban.
Gadis berbaju putih itu menengok kekiri, disini Sin Hong
Hiap juga tidak bisa menyebut tipu gerakannya.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap ingin merebut
kemenangan, tetapi tidak dapat menyebut nama gerakan
yang Cang Ceng Ceng perlihatkan kepada mereka, keadaan
itu sangat menegangkan...
Bagi Tan Kiam Lam dan Sin HongHiap, keadaan seperti
itu adalah sangat canggung sekali. Boleh dibayangkan
didalam rimba persilatan. mereka berdua adalah jago yang
belum pernah dikalahkan, tetapi hanya dengan satu gerakan
seorang gadis yang tidak ternama, tidak seorang dari
mereka yang dapat menyebutnya, hal inilah sangat
menjengkelkan sekali.
Yang lebih menjengkelkan lagi, bila tidak dapat
menyebut gerakan Cang Ceng Ceng itu mereka harus
menerima kekalahan. keadaan yang seperti itu
menyebabkan kemarahan Tan Kiam Lam dan Sin Hong
Hiap.
Cang Ceng Ceng tersenyum memandang dua orang
dihadapannya, perbedaan yang sangat menyolok sekali bila
dibandingkan dengan keadaan Tan Kiam Lam dan Sin
HongHiap.
Cang CengCeng berkata.
"Bagaimana?"
Tidak ada jawaban.
Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap telah berusaha
mengolah isi pengalaman mereka, tipu apa yang
diperlihatkan oleh gadis berbaju putih itu? Mengapa sangat
aneh sekali! Tetapi hasilnya sangat mengecewakan, mereka
tak dapat menyebut nama gerakan itu.
Cang CengCeng berkata.
"Katakan, aku mulai menghitung, bila kuhitung hingga
lima puluh, kalian tidak dapat menyebut nama gerakan
tadi, kalian kalah."
Wajah Sim Hong Hiap pucat pasi. wadjah Tan Kiam
Lam matang biru.
"Satu... dua... tiga..." Cang Ceng Ceng terus mulai
menghitung angka2 tersebut.
Tan Kiam Lam dan Sin Hang Hiap masih berusaha
mencari jawaban untuk menyebut nama gerakan Cang
CengCeng tadi, .....
Keadaan sejenak itu tegang lagi.
"Empat puluh... Empat puluh satu.... empat puluh dua. ,
." Cang Ceng Ceng tetap menghitung angka-angka itu.
Tentu saja, Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam tidak
dapat memberikan jawaban mereka. Belum pernah ada
gerakan yang seperti diperlihatkan oleh Cang Ceng Ceng
tadi. tentu saja mereka tidak tahu, apa nama gerakan ilmu
silat itu.
"Lima puluh." Ahirnya Cang Ceng Ceng selesai
menghitung angka yang telah ditetapkan.
Hati Tan Kiam Lam dan Sin Hong Hiap mencelos.
Cang CengCeng berkata. "Kalian berdua kalah."
Putusan gadis berbaju putih itu tepat.
Sin Hong Hiap tidak dapat menyebut nama gerakannya.
Demikian pun Tan Kiam Lam, jago ketua Benteng
Penggantungan itu juga tidak dapat menyebut nama
gerakannya.Maka putusan adalah. Tan Kiam Lam dan Sin
HongHiap kalah, tak ada kemenangan bagi mereka.
Terdengar suara Sin Hong Hiap berteriak, "Aku tidak
dapat menerima putusan ini."
Tan Kiam Lam juga mengajukan protes.
"Aku juga tak dapat menerima putusanmu."
Cang Ceng Ceng memandang dua jago itu alis matanya
berkerut, berkata gadis ini kepada mereka.
"Dengan alasan apa, kalian tidak dapat menerima
putusanku?"
Sin Hong Hiap berkata.
"Didalam ilmu silat, semua orang tidak terbatas pada
sesuatu macam ilmu saja, ribuan macam tipu gerakan yang
aneh sulit dan entah berapa banyak macam lagi. Ilmu yang
kau pelajari tidak dapat kita sebut, demikian pun tipu yang
kami pelajari setiap orang tidak sama."
Tan Kiam Lam berkata.
"Aku pun mempunyai pendapat yang sama dengan apa
yang Sin tayhiap kemukakan."
-ooo0dw0ooo-
Jilid11
CANG Ceng Ceng berkata. "Kalian berdua sungguh
tidak mengenal aturan, aku sudah mengadu tipu dengan
kalian, tetapi maksudku baik. Siapa yang dapat
memenangkan pertandingan. orang itu harus tahu,
mengapa kalian tidak dapat menyebut sama gerakan tipuku.
oleh karena itu seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam dan SinHong Hiap saling pandang.
"Perlihatkanlah lain tipu gerakannya!" berkata Tan Kiam
Lam.
Cang CengCeng memperlihatkan gerakan lainnya.
Seperti juga dengan gerakan yang pertama. Tan kiam
Lam dan Siu Hong Hiap tidak dapat menyebut nama tipu
yang CangCeng Ceng perlihatkan itu.
Kejadian berikutnya ialah Cang Ceng Ceng
memperlihatkan gerakan-gerakan lainnya, sangat aneh dan
sangat luar biasa tipu itu belum pernah terlihat didalam
rimba persilatan. maka dua jago yang memandang dan
menyaksikan tidak dapat menyebut sama sekali.
Cang CengCeng berkata,
"Kalian berdua sudah seharusnya menyerah kalah."
Tan Kiam Lam mengguman, "Dengan demikian, kami
berdua....."
"Siapapun tidak dapat memenangkan pihak lainnya."
Berkata Cang Ceng Ceng memberi keputusan. "Kalian
berdua sama kuat."
Tan Kiam Lam memandang Sin Hong Hiap katanya.
"Bagaimana pendapat Sin Tayhiap?"
"Aku dapat menyetujui putusan ini." Berkata Sin Hong
Hiap dengan nada tawar. Ia sangat kecewa sekali.
Tan Kiam Lam berkata.
"Sin TayHiap, bila masih mempunyai kesempatan. boleh
kita bertanding lagi." Kata-kata si ketua Berteng
Penggantungan itu diajukan kepada si pendekar Dewa
Angin Sin Hong Hiap.
Sin Hong Hiap menganggukkan kepalanya.
"Baik." jawabnya singkat, tapi cukup mengesankan,
Akhirnya pertempuran dari Sin Hong Hiap dan Tan
Kiam Lam tidak mendapatkan ketetapan, tidak seorang pun
dari mereka yang memenangkan pertandingan. Mereka
sama kuat sama ulet.
Cang CengCeng berhasil memisahkan pertandingan itu.
Sin HongHiap dan Tan Kiam Lam telah menghilangkan
rasa idndam mereka. Kini Sin Hong Hiap menghadapi
Cang CengCeng dan berkata.
"Nona, bolehkah aku mengajukan satu permintaan?"
"Silahkan." BerkataCangCeng Ceng.
"Kau kawan Tan Ciu ?"
"Betul."
"Bolehkah aku menyampaikan sedikit kata-kata
kepadanya ?"
"Entah urusan apa ?"
"Satu hari aku akan mencarinya."
"Mengapa mencari Tan Ciu ?"
"Aku akan menuntut balas atas kematian muridku."
Cang Ceng Ceng belum mengetahui apa yang telah
terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Ciu. Maka ia agak
bingung juga mengbadapi kata Sin Hong Hiap tadi.
Sin Hong Hiap tidak banyak memberi keterangan
tentang terjadinya persengketaan dengan Tan Ciu, setelah
berkata, ia membalikkan badan, tubuhnya melesat cepat
bagaikan angin lewat, bayangan itu telah pergi jauh. Sin
HongHiap meninggalkan Benteng Penggantungan.
Tan Kiam Lam masih berdiri ditempatnya. Agaknya ia
sedang memikirkan suatu soal yang sangat rumit. Soal yang
sangat penting baginya. Ia harus baik-baik menghadapi
persoalan itu.
Bercerita kakek bungkuk dan Tan Ciu.
Setelah pertandingan selesai, kakek bungkuk itu berkata.
"Mari kita kembali."
Tan Ciu mengkerutkan keningnya, ia ingin sekali
menemui Cang CengCeng, katanya. "Kembali kemana?"
”Darimana kita datang, kesitulah kita harus kembali."
Berkata kakek bungkuk itu.
"Kembali kekamar tahanan?"
"Tentu."
"Aku tidak mau kesana lagi."
"Mengapa?"
"Aku ingin menemui nona Cang."
"Legakanlah hatimu. ia ingin mencarimu, sudah pasti
kau dapat bertemu dengannya.'
"Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara dengannya,"
berkata Tan Ciu yang ingin menemui Cang CengCeng.
Yah! Tentu saja, orang tiua bungkuk itu tidak
mengijinkan Tan Ciu bicara dengan Cang Ceng Ceng,
karena Tan Kiam Lam masih berada disana. tentu saja
ketua Benteng Penggantungan itu mengetahui rahasia
dirinya, maka orang tua bungkuk itu tak memberi ijin.
"Kembalilah dahulu."
"Mengapa terburu-buru."
"Pasti Tan Kiam Lam mengajaknya kedalam."
"Mengajak Cang Ceng Ceng kedalam Benteng
Penggantungan?"
"Betul, sebelum Tan Kiam Lam masuk kedalam benteng
Penggantungan, kita orang sudah berada dalam kamar
tahanan."
"Aku takut kepadanya. Jangan kau mencelakakan
diriku."
Tanpa banyak memberi kesempatan kepada Tan Ciu,
orang tua bungkuk itu menyeret si pemuda dan kembali
kedalam tahanan Benteng Penggantungan.
Terpaksa Tan Ciu mengikuti orang tua bungkuk tersebut.
Tiba-tiba . . .
Orang tua bungkuk yang menggandeng Tan Ciu
melakukan perjalanan masuk kedalam Benteng
Penggantungan itu menghentikan langkahnya, matanya
yang tajam menyapu kearah rimba seolah-olah ada sesuata
yang aneh.
Tan Ciu tertegun, mengikuti arah pandangan mata
orang. ia menengok kearah rimba tidak terlihat sesuatu.
Orang tua bungkuk mengejar, seraya ia membentak.
"Siapa?"
Satu bayangan melesat cepat, dan lenyap tidak terlihat.
Orang tua bungkuk mengangkat kedua pundaknya,
kepala berangguk-angguk.
Tan Ciu mengadakan pertanyaan. "Siapa orang itu ?"
"Kau tidak melihat ?"
"Tidak." Berkata Tan Ciu.
"Seorang yang mempunyai wajah yang mirip sekali
dengan Tan Kiam Lam." Berkata orang tua bungkuk.
"Oh. dia Tan Kiam Pek." Berkata Tan Ciu,
"Betul."
Sungguh-sungguh Tan Ciu tak mengerti, dengan alasan
apa Tan Kiam Pek juga berada ditempat Benteng
Penggantungan? Dan tentang pertempuran hebat yang telah
terjadi diantara Sin Hong Hiap dan Tan Kiam Lam
disaksikan juga olehnya.
Mengapa? Mengapa Tan Kiam Pek ingin menimbulkan
huru-hara ini?
Dengan alasan apa Tan Kiam Pek memancing
pertempuran SinHong Hiap dan Tan Kiam Lam?
Kakek bungkuk berkata.
"Kau mengatakan bahwa Tan Kiam Pek yang
memancing Sin Hong Hiap ke Benteng Penggantungan?"
bertanya kakek bungkuk.
"Betul." Berkata Tan Ciu.
"Oh..... mengertilah sudah."
"Mengerti tentang apa?"
"Tan Kiam Pek mempunyai maksud-maksud tujuan
tertentu."
"Aku masih belum mengerti." berkata Tan Ciu
memandang orang tua bungkuk itu.
Berkata lagi sikakek bungkuk. "Tan Kiam Pek berada
ditempat ini menyaksikan pertempuran yang sudah terjadi
diantara Tan Kiam Lam Sin Hong Hiap."
"Tentu ....." berkata Tan Ciu.
"Maksud Tan Kiam Pek sangat jelas, menyaksikan dan
mengintip pertempuran dari kedua tokoh tadi, maksudnya
ialah ingin mengetahui perobahan-perobahan tipu silat dari
mereka. Dan bila ia dapat menyaksikan ilmu-ilmu yang
tiada tara itu, bukankah menjadi seorang tokoh silat tanpa
tandingan?"
"Betul, tadi, bila aku mempunyai maksud tujuan yang
sama, aku pun dapat mencuri beberapa tipu silat mereka."
berkata Tan Ciu.
Orang tua bungkuk itu tertawa, Katanya. "Mari kita
kembali kedalam penjara."
Tan Ciu diseret masuk lagi.
Bercerita Tan Kiam Lam didepan pintu Bentengg
penggantungan.
Jago ini masih belum mengerti jelas mengapa Sin Hong
Hiap menantang dirinya, mengapa dikatakan ia yang
menjanjikan pertempuran itu!
Gadis berbaju putih Cang Ceng Ceng tertawa, ia
menggigil.
"Hai mengapa kau?"
Tan Kiam Lam terkejut, tersipu-sipu ia berkata.
"Maafkan."
Cang Ceng Ceng berkata. "Bawa diriku untuk bertemu
dengan Tan Ciu."
Ketua Benteng Penggantungan menganggukkan
kepalanya, dan berpaling kebelakang, disana terdapat
orang-orangnya, satu diantaranya ialah wakil Benteng
Panggantungan, dan berkatalah kepada orang itu,
"Hu-pocu."
"Siap."
"Bawa nona ini masuk kedalam Benteng
Penggantungan." Perintah Tan Kiam Lam.
"Baik," Berkata si wakil ketua Benteng Penggantungan
Co Yong Yen.
Cang Ceng Ceng memandang Tan Kiam Lam dan
mengajukan pertanyaan.
"Bagaimana dengan dirimu,?"
"Aku harus mengurus sesuatu, setelah itu segera masuk
juga."
"Baiklah." berkata Cang Ceng Ceng.
Maka wakil ketua benteng Penggantungan Co Yong Yen
mengajak Cang Ceng Ceng masuk kedalam benteng itu.
Memandang lenyapnya bayangan Co Yong Yen dan
Cang Ceng Ceng, Tan Kiam Lam menyapukan
pandangannya kepada Pek Hong dan Cie Yan. panggilnya
pada mereka.
"Pek-hiancu, Cie-hiancu!"
Pemuda berbaju putih Pek Hong dan orang tua dingin
Cie Yan segera membawakan sikap yang siap siaga.
"Pocu ada perintah!" Berkata mereka berdua segera.
Tan Kiam Lam menganggukkan kepala dan berkata.
"aku mengutus kalian untuk menyelidiki sesuatu hal."
"Urusan apakah itu?"
"Siapa yang berani menggunakan namaku mengundang
si Pendekar Dewa Angin Sin Hong Hiap ke Benteng
Penggantungan."
"Baik."
"Ingat," Berkata Tan Kiam Lam gagah. Dua orang ini
berhenti lagi. "Kuberi waktu sepuluh hari, dan perkara ini
harus jelas, mengerti?"
"Mengerti."
"Manakala kalian berdua tidak dapat menunaikan tugas
dengan baik, kalian akan mendapat hukuman." Berkata Tan
Kiam Lam kepada kedua orang itu.
Pek Hong dan Cie Yan segera menjalankan perintah.
Mereka memberi hormat kepada Tan Kiam Lam dan
meninggalkan Benteng Penggantungan.
Kini Tan Kiam Lam seorang diri, ia berdiri didepan
Benteng Penggantungan, matanya berputar kedatangan
Cang Ceng Ceng yang sangat mendadak itu mengejutkan
dirinya. Apa lagi mengingat ilmu kepandaian gadis itu yang
sangat tinggi sekali, bagaimana ia harus menghadapinya.
Tan kiam Lam segera mendapat suatu akal. Ia
mendengus.
"Hem .... aku harus..." Dengan membawa senyuman
iblisnya. Tan kiam Lam masuk kedalam Benteng
Penggantungan.
Disini telah menunggu Cang Ceng Ceng dengan tidak
sabaran. Sebentar kemudian ia melihat kedatangan Tan
Kiam Lam, segera ia memapakinya dan bertanya.
"Dimana Tan Ciu berada?"
Tan Kiam Lam menggapaikan tangannya berkata.
"Mari kau ikut kepadaku."
Cang Ceng Ceng mengikuti Tan Kiam Lam. Dan ketua
Benteng Penggantungan mengajaknya kedalam ruangan
rahasia dibawah tanah.
Tan Kiam Lam mempunyai maksud menjual dodolnya,
ia tidak mengajak Ceng Ceng ketempat kamar tahanan,
tetapi menuju ke suatu ruangan.
Cang Ceng Ceng mengerutkan kedua alisnya,
memandang kepada ketua Benteng Pengantungan tersebut
dan bertanya kepadanya.
"Dimana Tan Ciu?"
Tan Kiam Lam menunjuk ke suatu bangku dan berkata.
"Silahkan nona duduk."
Cang Ceng Ceng semakin heran, tetapi ia mengikuti
petuniuk Tan Kiam Lam, duduk dibangku yang telah
ditetapkan.
Tan Kiam Lam mengambil tempat dihadapan gadis
berbaju putih itu ia pun duduk.
Cang Ceng Ceng membuka suara. "Tan Kiam Lam.
maksudku untuk menemuimu bukan saja ingin bertemu
dengan Tan Ciu, ada suatu hal lain ingin kuajukan
kepadamu."
Tan Kiam Lam menatap gadis berbaju putih itu tajamtajam
dan ia berkata. "Tentang hal apa?"
"Kau adalah kawan baik Kui-tho cu bukan?" Bertanya
Cang CengCeng.
"Bukan, aku tidak kenal dengan Kui-tho cu." Tan Kiam
Lam menyangkal.
"Sungguh tidak kenal?" Gadis berbaju putih Cang Ceng
Ceng meminta ketegasan.
"Aku memang tidak kenal dengan orang yang kau
katakan itu." Berkata Tan Kiam Lam,
Cang Ceng Ceng menggunakan otaknya berpikir,
seharusnya hanya Tan Kiam Lam yang mengetahui dimana
Kui tho cu itu berada, dan ia harus menemui Kui tho-cu.
Tan Kiam Lam tertawa, ketua Benteng Penggantungan
ini berkata.
"Kini giliranku yang ingin mengajuan pertanyaan ini
kepadamu."
Cang CengCeng mendongakkan kepala. katanya.
"Katakanlah."
"Ilmu kepandaianmu hebat sekali, siapakah yang
menjadi gurumu ?"
"Guruku melarang menyebut namanya." Berkata Cang
CengCeng.
"oh... bolehkah mengetahui nama nona ?"
"Aku Cang CengCeng." berkata gadis itu.
"Ouw... Nona Cing aku ada urusan lain."
"Katakanlah lekas."
"Kau kawan Tan Ciu."
"Betul."
"Kawan baik."
"Hemmmmm."
"Kekasihmu."
Kekasih?... Cang Ceng Ceng agak tertegun mendapat
pertanyaan seperti ini. memang ia belum terpikir sampai
kesitu.
"Aku tidak tahu," akhirnya Cang Ceng Ceng
memberikan jawaban seperti ini.
"Tentunya kau sangat cinta kepadanya bukan?"
"Hemmm ...." Cang Ceng Ceng menganggukkan kepala
lemah.
Tan Kiam Lam dapat menduga tepat, dari sinar mata
gadis itu ia mengetahui bahwa Cang Ceng Ceng cinta
kepada Tan Ciu, hal ini penting bagi dirinya.
"Ehm. Tan Ciu membalas cintamu?" Bertanya lagi Tan
Kiam Lam.
"Aku ... aku tidak tahu." berkataCang CengCeng gugup,
"Tapi, kukira ia tidak benci kepadaku." Sambung gadis baju
putih.
"Maksudmu, besar kemungkinannya. Tan Ciu juga cinta
kepadamu ?" Tan Kiam Lam mengajukan pertanyaan ini
dengan mata tidak berkesiap.
Cang CengCeng menganggukkan kepalanya lagi.
= oo-OdwO-oo =
Bercerita Tan Kiam Lam dan Cang Ceng Ceng dalam
kamar ruangan dibawah tanah.
Tan Kiam Lam telah mendapat kepastian babwa Cang
Ceng Ceng sangat mencintai Tan Ciu, rencananya semakin
masak lagi.
"Nona, sungguh-sungguh cinta kepada Tan Ciu?"
Bertanya Tan Kiam Lam.
"Hei..... mengajukan pertanyaan ini sampai berulang
kali?" Cang Ceng Ceng agak naik darah.
Dengan sabar Tan Kiam Lam berkata. "Kukira kau telah
terperdaya olehnya."
Cang Ceng Ceng tertegun, dengan tidak mengerti ia
bertanya. "Apa arti kata-katamu ini?"
"Ah .... seharusnya tidak boleh kukatakan kepadamu."
Berkata Tan Kiam Lam.
Cang Ceng Ceng bangkit dari tempat duduknya, ia
berkata dengan suara keras.
"Katakan sekali lagi."
Tan Kiam Lam berkata dengan pelahan. "Sebaiknya kau
lupakan kata-kataku tadi."
"Tidak mungkin, katakanlah."
"Aku....." Tan Kiam Lam sengaja tidak meneruskan
kata-katanya, dengan demikian ia lebih menambah minat
gadis itu untuk mengetahui apa yang dikatakan olehnya.
Dengan wajah beringas Cang Ceng Ceng maju setapak,
katanya segera.
"Katakan. bila tidak, dengan sekali pukulan aku dapat
menghancurkan kepalamu."
"Baiklah." seolah-olah Tan Kiam Lam dipaksa.
Cang Ceng Ceng menantikan jawaban ketua Benteng
Penggantungan itu.
"Aku akan berkata, tapi kau jangan bersedih, Tan Ciu
adalah seorang pemuda yang suka mempermainkan
wanita." berkata Tan Kiam Lam.
"Apa?"
"Tan Ciu adalah seorang pemuda yang sering
mempermainkan wanita."
"B e t u l ?"
"Betul, Aku tidak berbohong kepadamu."
Dengan suara yang penuh derita Cang Ceng Ceng
berkata. "Gadis mana yang telah dipermainkan olehnya?"
Dengan menghela napas Tan Kiam Lam berkata.
"Wakil ketua Benteng Penggantungan kami, itulah
wanita yang mengantarkanmu tadi, ia mempunyai seorang
murid yang bernama Co Yong, bersua dengan Tan Ciu,
setelah mereka berkenalan, gadis inilah yang dipermainkan
oleh Tan Ciu, ditinggalkannya begitu saja. . ."
Wajah Cang Ceng Ceng berubah menjadi pucat, ia
berteriak. "Aku tidak percaya .... aku tidak percaya. . . ."
"Tidak percaya, karena permainan Tan Ciu tadi Co
Yong menjadi gila."
"Tidak. .. tidak mungkin.... Tan Ciu bukanlah pemuda
seperti apa yang kau katakan." Cang Ceng Ceng berteriak
suaranya sangat aneh. Penuh dengan ketegangan dan
ketakutan, tidak enak didengar.
Disini letak kejahatan dari Tan Kiam Lam. Sudah jeias
dan gamblang sekali bahwa rentetan kejadian itu adalah
susulan berencana yang telah dikeluarkan. Lebih dari pada
itu, Tan Kiam Lam masih mempunyai rencana jahat babak
ketiga.
Terdengar Tan Kiam Lam berkata. "Kau tidak percaya?"
"Aku tidak percaya." kata CangCeng Ceng,
"Ingin melihat bukti?"
Cang Ceng Ceng memandang ketua Benteng
Penggantungan itu, ingin sekali mengeluh. betul tidaknya
dari kata-kata atau keterangannya.
"Mari kau ikut aku untuk melihatnya." Berkata Tan
Kiam Lam.
"Melihat siapa?"
"Co Yong"
"Baik,"
"Ikutlah dibelakangku."
Tan Kiam Lam mengajak Cang Ceng Ceng turun
Keruangan dibawah tanah, disinilah letak kamar tahanan
Benteng Penggantungan.
Cang Ceng Ceng mengikuti dibelakangnya. Pikirannya
sedih, Tan Ciu adalah seorang pemuda yang gagah dan
cakap, itulah idaman setiap wanita, termasuk juga Cang
Ceng Ceng. Bila betul apa yang Tan Kiam Lam katakan
tadi, Tan Ciu seorang pemuda tukang mempermainkan
wanita, hal itu akan mengecewakan. Maka Cang Ceng
Ceng sangat bersedih.
Tan Kiam Lam menikung kelain lorong, Cang Ceng
Ceng tetap mengikuti.
Kini mereka sudah berada didasar bangunan rahasia,
lapat-lapat terdengar suara tangisan.
Tan Kiam Lam menghentikan langkahnya, Ia menoleh
kearah Cang Ceng-ceng. "itulah tangisannya."
Mereka berjalan maju lagi, disuatu kamar tahanan
terbuat dari pada batu terlihat seorang gadis berwajah pucat
rambutnya kusut, pakaian tidak karuan macam, itulah
murid Co Yong Yen yang bernama Co Yong,
Cang Ceng Ceng harus percaya kepada kenyataan.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan. Tan Ciu adalah
seorang pemuda hidung belang, tukang mempermainkan
wanita. Gadis yang bernama Co Yong ini adalah salah satu
korban-korbannya.
Ia maju mendekati kamar tahanan itu, dan mengajukan
pertanyaan. "Hei. Siapa kau?"
Co Yong masih menangis ia mendoogakkan kepala,
memandang Cang Ceng Ceng, tiba-tiba menubruk.
"Tan Ciu . . ." Berkata Co Yong. "Akhirnya kau juga tiba
. . . akhirna kau tiba, sudah lama Kuharapkan
kedatanganmu ini," hampir saja Co Yong menubruk jeruji
besi kamar tahanan itu, tapi akhirnya ia berhasil
mencengkeram CangCeng Ceng.
Seperti apa yang Tan Kiam Lam katakan Co Yong sudah
menjadi gila, ia tidak sadar siapa orang dihadapannya, ia
tidak dapat membedakan pria atau wanita, kedatangan
Cang CengCeng dianggap Tan Ciu.
Dan Co Yong tertawa besar, itulah tingkah laku seorang
yang sudah berpikiran tidak waras lagi.
Hati Cang Ceng Ceng dirasakan tenggelam. Ia telah
menghadapi kenyataan. Dibiarkan saja tangan Co Yong
mencengkeram dirinya.
Tiba-tiba, Co Yong menarik tangan Cang Ceng Ceng,
dengan histeries ia berteriak, "Bukan ... bukan... kau bukan
dia... kau.. .ada iblis. . . iblis . . . ihh. . . blis. . pergi .. . pergi
. . . kau iblis kepala. . ."
Didorongnya rtbuh Cang Ceng Ceng, dan Co Yong
menangis lagi.
Tubuh Cang CengCeng menggigil keras.
Co Yong menangis, sebentar kemudian tertawa. tidak
lama ia menangis lagi. Tertawa dan menangis silih berganti,
Co Yong memandang Cang Ceng Ceng.
Menyaksikan kejadian itu. Cang Ceng Ceng sangat
bersedih. Ia mendekati Co Yong dan bertanya.
"Kau bernama Co Yong?"
"Hei, hei!.. . Betul! Aku Co Yong ... Heh. bukan. . . aku
bukan Co Yong! ... Namaku Co Yong ? . . .bukan, aku. .
.bukan ha. . ha ... ha, ha ...ha.. ."
Dia tertawa, tertawa histeris, Cang Ceng Ceng
mengucurkan air mata.
Tan Kiam Lam tersenyum iblis, ia sangat puas dengan
sandiwaranya itu ,
Dilain bagian dari kamar tahanan dibawah tanah
Benteng Penggantungan itu. sepasang mata lain mengintip,
menyaksikan kejadian seperti ini.
Terlihat Tan Kiam Lam maju mendekati Cang Ceng
Ceng dengan menepuk pundak gadis berbaju putih itu ia
berkata.
"Kini seharusnya kau harus percaya. Tan Ciu bukanlah
pemuda idaman. percayalah Tan Ciu telah menganggu
banyak gadis. Co Yong hanya satu diantaranya, bila bukan
Tan Ciu yang menganiaya dirinya, tidak mungkin ia
menjadi gila seperti ini."
Cang Ceng Ceng mematung ditempat. Ia kecewa kepada
Tan Ciu. Ia kasihan kepada Co Yong dan ia putus harapan
kepada masa depan dirinya sendiri.
Menarik gadis berbaju putih itu. Tan Kian Lam berkata.
"Mari..."
Cang Ceng Ceng menghindari seretan orang dan tidak
mau pergi. "Tidak, aku tidak mau pergi." Cang Ceng Ceng
berkata.
"M e n g a p a?"
"Aku harus mengobatinya.....ia sangat menderita!"
Menyaksikan kejadian yang dialami oleh Co Yong, Cang
Ceng Ceng sangat bersedih, dan ia mempunyai maksud
untuk mengobati gadis sengsara itu. Maka ia ingin
menolongnya. Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh
Cang Ceng Ceng, kejadian itu bukanlah mustahil, dengan
mudah ia dapat menyembuhkan penyakit Co Yong.
Tetapi, mungkin Tan Kiam Lam melulusi usul Cang
CengCeng itu?
Tidak. Tentu tidak. Co Yong gila karena hasil
perbuatannya Tan Kiam Lam sengaja mempermainkan
gadis itu sehingga pikiran Co Yorg terganggu.
Bila Cang Ceng Ceng berhasil mengobati penyakit Co
Yong, tentu saja segala rahasianya terbongkar, dan apa
yang dapat dilakukan lagi?
Bila Tan Kiam Lam mau, dengan mudah ia dapat
membunuh CangCangCeng. Gadis berbaju putih itu masih
kurang pengalaman tak tahu babwa dirinya sudah berada
dimulut harimau. dimulut srigala berjubah manusia.
Tapi Tan Kiam Lam tidak membunuh Cang Ceng Ceng.
Ia ingin menggunakan Cang Ceng Ceng. Itulah satu dari
sekian banyak rencananya.
Dengan wajah berubah Tan Kiam Lam berkata.
"Kau ingin menolongnya ?"
"Betul?" Berkata Cang Ceng Ceng singkat.
"Mengapa kau ingin menolong seorang gadis yang
menjadi seterumu ?"
"Karena Tan Ciu telah merusak kehidupannya, maka
aku harus menyembuhkan penyakit Co Yong, agar ia dapat
menuntut balas."
Tan Kiam Lam berkata. "Baiklah, sebentar aku akan
memberi perintah kepada orang-orangku untuk
membawanya.Memang Co Yong sangat kasihan ..."
Sangat jelas, maksud Tan Kiam Lam agar Cang Ceng
Ceng menyembuhkan penyakit Co Yong diruang atas.
Bukan dikamar tahanan ini.
Cang CengCeng masih belum bergerak dari tempatnya.
Menggandeng gadis berbaju putih itu Tan Kiam Lam
berkata. "Nona Cang, mari kita naik keatas dahulu."
Dan dengan setengah digandeng oleh Tan Kiam Lam,
Cang Ceng Ceng meninggalkan kamar tahanan batu
dibawah tanah Benteng P^ggantungan itu.
Dan sepasang mata yang menyaksikan drama kejadian
tadi, menunggu sampai Tan Kiam Lam dan Cang Ceng
ceng pergi jauh, dengan satu perasaan yang penuh dendam
mengeluarkan tertawa dingin.
Siapakah orang yang mengintip ini? Untuk sementara,
kita tinggalkan orang ini dan mengikuti perjalanan Cang
Ceng-ceng dengan Tan Kiam Lam.
Sang ketua Benteng Penggantungan telah mengajak
Cang Ceng Ceng naik keatas, mereka menuju kekamar
rahasia.
Didalam kamar rahasia, dengan tersenyum puas Tan
Kiam Lam berkata.
"Sudah percaya?"
Dengan menunjukkan wajahnya yang penuh ketidak
puasan, Cang Ceng ceng berkata.
"P e r c a y a."
Kini sudah waktunya Tan Kiam Lam merealiseir
rencananya yang terakhir. Tentu saja, tidak ada orang
ketiga yang dapat mengganggu usaha itu.
Dengan wajah merah Cang Ceng Ceng berkata.
"Dimana kini Tan Ciu berada."
"Mengapa kau menanyakan dirinya."
"Aku mau membunuh!"
"Ingin membunuh Tan Ciu?"
"Benar. Laki-laki yang semacam ini harus dibunuh!"
"Bagus." Tan Kiam Lam memberi pujian.
Tiba-tiba Tan Kiam Lam mengangkat tangan sangat
tinggi sekali, hal itu mengejutkan Cang Ceng ceng. Dari
mata Tan Kian Lam bercahaya satu sinar yang sangat aneh
sekali.
Cang Ceng-ceng tidak mengerti, ia memandang dengan
penuh perasaan teka-teki.
Setapak demi setapak, Tan Kiam Lan mendekati Cang
Ceng ceng, Cang Ceng ceng mematung, sepasang matanya
tertarik kepada cahaya yang sangat aneh itu.
Inilah ilmu Ie-sin Tay-hoat. Kini Tan Kiam Lam sedang
mengerahkan ilmu Ie sin Tay-hoat mengosongkan isi
pikiran Cang CengCeng.
Sebagaimana layaknya seorang yang kena hypnotis,
sepasang mata Cang Ceng ceng telah menjadi redup,
semakin lama semakin redup dan akhirnya. terketup.
Pikirannya bimbang, daya keperibadiannya lenyap sama
sekali, runtuh berantakan .... ilmu Ie sin Tay-hoat tidak
gagal. Cang Ceng-ceng telah masuk perangkap Tan Kiam
Lam. Ia tidak tahu bahwa ilmu itu sudah mengosongkan
semua pikirannya, maka tidak mengalihkan sepasang sinar
mata, dan karena itulah ia terpedaya.
Hal ini disebabkan karena Cang Ceng-ceng tidak tahu
betapa lihaynya ilmu Ie sin Tay-hoat, dan karena itulah ia
tidak ada persiapan sama sekali. Seharusnya, dengan ilmu
kepandaian yang dimiliki oleh gadis berbaju putih ini, ilmu
Ie sin Tay-hoat tidak mungkin membawa hasil. Tapi hal itu
diharuskan kesiap siagaan, ia harus mengerahkan kekuatan
tenaga dalam melawannya.
Cang Ceng ceng tidak menduga bahwa Tan Kiam Lam
memiliki ilmu Ie sin Tay-hoat yang jahat. kini ia telah
terpedaya.
Tan Kiam Lam mengerahkan terus ilmu jahat itu.
segasang matanya semakin lama semakin tajam, perlahan
demi perlahan, pemikiran Cang Ceng Ceng telah tiada
sama sekali.
Cang Ceng Ceng merasakan dirinya seperti berada
disuatu tempat yang penuh kabut samar-samar segala
sesuatu tidak terlihat lagi.
Kini mulut Tan Kiam Lam terbuka, dan suaranya
terdengar.
"Kau... kau harus mendengar perintahku."
Cang Ceng-ceng menganggukkan kepalanya.
Tan Kiam Lam mengajukan pertanyaan. "Siapa
namamu?"
"Cang Ceng-ceng." berkata gadis yang kena di Ie sin Tayhoat
itu.
"Beirapa umurmu?"
"Delapan belas tahun."
"Siapa gurumu?"
"Aku.. tidak tahu."
"Pria atau wanita?"
"Pria."
Tan Kiam Lam mengeluarkan suara tertawanya yang
seperti iblis dan ia melangsungkan tanya jawab itu.
"Apa yang sedang kau lihat?"
Cang Ceng ceng membuka kedua matanya lagi, tapi
mata ini telah kehilangan cahayanya sama sekali, redup,
kaku dan tipis. Terlihat seorang berdiri dihadapannya,
itulah Tan Kiam Lam. Cang Ceng Ceng melihat Tan Kiam
Lam sedang berdiri. Seolah-olah ketua Benteng
Penggantungan itu menderita sesuatu jatuh dari tebing
tinggi, dan sedang berteriak-teriak meminta pertolongan
orang.
Cang Ceng ceng terkejut, ia membentang matanya lebih
besar lagi, dan samar-samar terlihat tubuh Tan Kiam Lam
penuh dengan darah.... ketua Benteng Penggantungan itu
berteriak.. . menjerit.. . melengking..... sungguh
menyeramkan sekali.
Itu hanya khayalan Cang Ceng Ceng.
Cang Ceng ceng masih melihat Tan Kiam Lam jatuh
kedalam api yang membara. . .teriakannya semakin
seram..... api itu berkobar semakin hebat.
Dan tiba-tiba Cang Ceng-ceng mengeluarkan satu jeritan
juga, tubuhnya melesat menubruk Tan Kiam Lam.
Segala sesuatu samar-samar lagi. Didalam keadaan yang
tidak ingat kepada dia aslinya, Cang Ceng ceng ingin
memberikan pertolongan kepada seseorang yang dilihatnya
seperti jatuh dari tebing tinggi itu, orang itu masuk kedalam
api neraka, dan ia wajib menolongnya.
Tan Kiam Lam berhasil, kini ia dapat menguasai pikiran
Cang Ceng ceng.
Seorang gadis berada didalam rangkulannya seorang
lelaki setengah umur. Itulah Cang Ceng Ceng yang telah
dihypnotis oleh Tan Kiam Lam.
Tan Kiam Lam meletakkan tubuh gadis itu pada sebuah
kursi ia mengeluarkan tertawa iblis.
Cang Ceng ceng melompat lagi, menubruk ketua
Benteng Penggantungan itu. Inilah reaksi dari ilmu Ie-sin
Tay-hoat.
Tan Kiam Lam mengangukkan kepala, kini betul-betul ia
memastikan bahwa ilmunya telah sukses. Ia merangkul
tubuh gadis itu.
"Kau bersedia menjalankan segala perintahku?" Berkata
Tan Kiam Lam.
Cang Ceng ceng menganggukan kepala.
"Bersedia."
"Siapakah yang memperlakukanmu dengan baik sekali?"
"Kau."
"Siapakah yang paling kau benci?"
"Tan Ciu."
"Kau benci kepada Tan Ciu ?"
"Betul, Aku benci sekali kepadanya."
"kau ingin membunuhnya ?"
"Pasti, membunuhnya."
Tan Kiam Lam berkata lagi, "Kau akan taat kepada
segala perintahku ?"
"Tentu saja taat."
"Dengar, dengarkanlah perintahku yang pertama, ingat
baik-baik semua kepandaianmu dan catatlah beri catatan itu
kepadaku, mengerti?"
"Mengerti ?"
"Mulailah."
Cang Ceng-ceng menganggukan kepala. Ia melepaskan
dirinya dari rangkulan ketua Benteng Penggantungan itu.
Mengambil alat-alat tulis, dan mencatat segala ilmu
kepandaiannya. Itulah perintah yang diberikan kepadanya
Perintah yang harus ditaati.
Inilah salah satu maksud tujuan Tan Kiam Lam, seperti
apa yang diketahui, gadis berbaju putih Cang Ceng ceng
mempunyai ilmu kepandaian yang sangat tinggi, dan ia
harus mendapatkan ilmu itu. Cara mendapatkan ilmu Cang
Ceng Ceng itu yang termudah ialah menghipnotis gadis
berbaju putih itu, kemudian dengan membari satu perintah,
dengan mudah ia akan mendapatkan catatan-catatan ilmu
dari Cang CengCeng.
Dengan menyatuhkan ilmu kepandaian yang didapatkan
dari Cang Ceng Ceng, siapakah yang dapat menandingi
dirinya lagi?
Kejadian ini sangatlah berbahaya sekali. Dia adalah
seorang jahat, seorang yang terjahat sekali, dan dengan ilmu
kepandaiannya yang sangat tinggi, beium ada orang yang
dapat menandinginya. Ilmu kepandaiannya itu akan
ditambah tinggi lagi, setelah mendapatkan ilmu kepandaian
Cang CengCeng.
Dan kejadian telah berlangsung.....
Cang CengCeng mencatat ilmu kepandaiannya. ....
Seorang gadis berbaju putih. yang telah kena ilmu Ie-sin
Tay-hoat, Tan Kiam Lam sedang mencatat ilmu
kepandaian yang dimilikinya, ilmu kepandaian itu akan
diserahkan kepada orang yang berada didepannya.
Tan Kiam Lam mengambil bangku dan duduk. ia
menyaksikan kejadian itu, senyuman iblisnya terlihat seram
sekali.
Berceritera didalam kamar tahanan. orang tua bungkuk
telah mengajak Tan Ciu kembali kedalam sel mereka.
Tan Ciu memandang orang tua itu, ia bertanya.
"Cianpwe. mengapa kau rela dikeram didalam tempat
yang seperti in ?"
"Kau ingin tahu alasannya?"
"Ingin sekali."
Orang tua bungkuk itu mendonggakkan kepalanya
keatas, ia sedang mengenangkan masa mudanya.
Tan Ciu menantikan cerita dengan sabar.
Kini orang tua bungkuk itu berkata,
"Aku berada didalam kamar tahanan dibawah tanah ini
hanya karena sesumbarku."
"Sesumbar?" berkata Tan Ciu bingung.
Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepala,
"Betul. Itulah karena kecongkakanku sendiri. Mungkin
kau tidak percaya, tapi inilah kenyataan. Pada tiga puluh
tahun berselang, tidak ada orang yang dapat menandingiku,
bukan saja menandingi, belum pernah ada orang yang
dapat menerima tiga jurus pukulanku."
Tan Ciu bergumam.
"Hanya tiga jurus?"
Orang tua bungkuk itu menganggukkan kepalanya.
"Betul. Aku malang melintang didalam rimba persilatan
tanpa tandingan. Belum pernah ada jago silat yang dapat
menghadapi tiga pukulanku, paling banter mereka hanya
dapat menerima satu atau dua jurus saja, dan pada jurus
yang ketiga pasti mereka kujatuhkan. Termasuk juga jago
kelas satu."
Kata-kata ini terlalu sombong sekali, hampir Tan Ciu
tidak percaya, ia memandang orang tua bungkuk iru dengan
sinar mata yang penuh ragu-ragu.
"Bagaimana kau dapat dikalahkah oleh Tan Kiam Lam
dan dikurung didalam kamar tahanannya?" Bertanya Tan
Ciu.
"Bukan dikalahkan olehnya." Berkata orang tua bungkuk
itu. "Tapi dikalahkan oleh kata-kataku yang sangat
sombong.
"Dikalahkan oleh kata-katamu sendiri?"
"Betul. Aku dikalahkan oleh kata-kataku sendiri, aku
pernah sesumbar siapa yang dapat menerima tiga jurus ilmu
pukulanku aku akan taat kepadanya."
Tan Ciu memandang orang tua itu, keterangannya agak
tidak mudah diterima.
Orang tua bungkuk tertawa, katanya.
"Kau tidak percaya?"
Tan Ciu menyengir. Haruskah ia percaya? Tapi tidak
mungkin ia tidak percaya. Sesaat kemudian, ia menggelenggeleng
kepala.
"Aku kurang percaya."
"Kau tidak percaya bahwa ilmu kepandaianku berada
diatas Tan Kiam Lam?"
"Kau mempunyai ilmu kepandaian dikalahkan oleh Tan
Kiam Lam? Mengapa kau berada didalam tahanan ini?"
"Sudah kujawab tadi kepadamu aku kalah karena katakataku
sendiri."
"Ceritakanlah."
"Sudah kukatakan, siapa saja yang dapat menerima tiga
pukulanku, aku akan tunduk kepadanya dan tidak akan
berjalan didalam rimba persilatan lagi."
"Tapi kau tidak mengatakan bahwa dirimu bersedia
dikurung seperti binatang didalam tempat gelap ini."
"Betul. Dan Tan Kiam Lam itu sangat cerdik sekali.
sebelum bertempur ia meminta syarat lain, dikatakan
olehnya bahwa bila ia dapat menerima tiga pukulanku, aku
diwajibkan melakukan dua hal. Dan aku melulusi
permintaan itu."
"Dua ucapan apakah yang diajukan kepadamu?"
"Permintaan pertama ialah membuat Benteng
Penggantungan ini."
"Hei. . ?!" Tan Ciu terkejut dan berteriak.
"Kau yang membuat Benteng Penggantungan?"
"Mengapa bukan? Akulah yang membuat Benteng
Penggantungan. Maka segala rahasia segala jalan, segala
bangunan yang berada didalam Benteng Penggantungan ini,
tidak satu pun yang luput dari penilaianku.'itulah semua
rencana-rencanaku. Akulah yang mengarsitekinya akulah
yang menjadi insinyurnya."
"Ow. . . . pantas kau dapat keluar masuk dengan bebas."
Tan Ciu mulai percaya.
"Dan permintaan yang kedua ialah, aku diwajibkan
mengurung diri sendiri didalam kamar tahanan ini. tidak
boleh meninggalkan lembah Siang-kiat."
"Tidak ada pengecualian."
"Kecuali bila aku dapat menerima cintanya seorang
wanita, itu waktu aku bebas dari janjiku. Aku bebas
meninggalkan Benteng Penggantungan."
"Aduh. . . . hal ini mana mungkin dapat terjadi?"
Tan Ciu harus percaya keterangan orang tua bungkuk
itu. hal itu menang mungkin terjadi ia dapat keluar masuk
dengan bebasnya, bila tak ada sesuatu yang aneh. hal ini tak
mungkin terjadi. Dan kata akhir, bila orang tua bungkuk ini
meninggalkan Benteng Penggantungan, lebih dahulu, ia
harus menerima cinta seorang gadis. inilah yang tidak
mungkin sama sekali, boleh dibayangkan, seorang tahanan
di bawah tanah yang sangat rahasia, orang yang tidak
pernah mendapat kunjungan orang lain mana mungkin
mendapat cinta, apa lagi cinta seorang wanita?
Penilaian Tan Ciu kepada orang tua bungkuk itu harus
dirubah. Inilah seorang jantan yang dapat menepati janji.
Sunyi beberapa saat, dan akhirnya Tan Ciu yang
membuka suara lebih dahulu.
"Ada suatu yang ingin kutanyakan padamu."
"Katakanlah."
"Telah kau saksikan ilmu kepandaian nona Cang
didepan Benteng Penggantungan tadi."
"Betul."
"Bagaimana penilaianmu tentang ilmu kepandaian Cang
Ceng ceng?"
"Maksudmu, kau membandingkan ilmu kepandaianku
dan ilmu kepandaian nona Cang itu?"
"B e t u l."
"Ilmunya hebat. Kukira kami mempunyai kepandaian
setingkat, mungkin aku berada sedikit dibawah dirinya."
Tan Ciu telah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng
ceng dan itulah ilmu kepandaian yang sangat menakjupkan,
maka bisalah dikatakan, kakek bungkuk ini tidak dapat
memadainya, hal itu memang mungkin sekali.
Percakapan mereka berhenti sampai disitu.
Diketahui Tan Kiam Lam sedang mengajak Cang Ceng
ceng masuk kedalam Benteng Penggantungan.
Maksud dari gadis berbaju putih itu ialah menemui Tan
Ciu, dan seharusnya Cang Ceng-ceng mengajak masuk ke
dalam kamar tahanan dibawah tanah ini.
Tan Ciu melongok kearah pintu masuk, disana tidak
terlihat ada orang yang datangi walau waktu sudah
berselang lama sekali, mengapa masih belumterlihat.
Si pemuda mengerutkan alisnya seraya berkata.
"Mengapa belum terlihat mereka datang?"
Orang tua bungkuk memberikan penyahutan.
"Betul. Seharusnya mereka sudah tiba..."
"Mungkinkah . . .mungkinkah ....ada sesuatu hal diluar
dugaan?" Berkata Tan Ciu.
Mereka menantikan kedatangan Cang Ceng ceng, tapi
gadis berbaju putih itu sedang mengalami suatu
penderitaan. Hal ini tidak diketahuinya.
Tan Ciu dan orang tua bungkuk itu saling pandang .
"Kukira kawan wanitamu itu telah dibius oleh Tan Kiam
Lam." Berkata siorang tua bungkuk.
Sekujur bulu badan Tan Ciu bergidik bangun. Ia
menggigil dingin. Hal ini bukanlah tak mungkin, mengingat
pengalaman dan kejahatan Tan Kiam Lam. Dengan suara
gemetar ia berkata.
"Mengalami pemindahan sukma."
"Hmmm......."
"Dengan ilmu kepandaian yang dimiliki oleh Cang Ceng
ceng. mungkinkah . .. mungkinkah dapat dikalahkan?...."
Berkata Tan Ciu ragu.
Ia pernah menyaksikan ilmu kepandaian Cang Ceng
ceng dan ilmu kepandaian itu tidak perlu diragukan lagi.
Orang tua bungkuk berkata.
"Bila dalam keadaan tidak ada kesiap siagaan hal ini
besar kemungkinan terjadi."
Tan Ciu tertegun. Bila betul apa yang diduga oleh orang
tua bungkuk ini, dimisalkan Cang Ceng ceng mengalami
pemindahan sukma, akibat dan hal itu sangat besar sekali.
"Aku harus segera menolongnya." Berkata Tan Ciu
berteriak keras.
"Sekarang?" Berkata orang tua bungkuk itu memandang
si pemuda.
"Betul." Berkata Tan Ciu singkat.
Orang tua bungkuk menganggukkan kepalanya. seraya ia
berkata.
"Baiklah, Biar kubuka totokan jalan darahmu dengan
gerakannya yang gesit, dengan jari2nya yang lincah orang
tua itu menotok jalan jarah Tan Ciu.
Jalan-jalan darah tersebut telah tertotok oleh Tan Kiam
Lam, hal itu akan mengakibatkan gangguan gerakan dan
kebebasan si pemuda.Maka ia membebaskannya.
Tan Ciu bernapas sebentar, menyalurkan peredaran
darahnya keseluruh tubuh dan terasa sangat baik sekali,
tidak terdapat gangguan.
Mereka berdua meninggalkan kamar tahanan dibawah
tanah.
Ditengah perjalanan. orang tua bungkuk itu menoleh dan
memandang Tan Ciu, seraya ia berkata,
"Segala sesuatu langkah harus dipikirkan masak-masak,
jangan terlalu gegabah. Harus memandang diriku."
"Baik," berkata Tan Ciu singkat.
Dan mereka melanjutkan perjalanannya. Beberapa saat
kemudian, tiba-tiba terdengar suara lengkingan tertawa
yang sangat panjang.
Tan Ciu terkejut, dan memandang orang tua bungkuk ia
berkata.
"Sungguh menyeramkan."
Orang tua bungkuk menghentikan langkahnya, ia
bertanya.
"Kau kenal dengan suara itu?"
"Tidak. Siapakah yang berteriak seperti ini?"
"Gadis she Co itu, Co Yong."
"Ha ha, ha, ...." terdengar lagi suara bising Co Yong.
Tan Ciu melompongkan mulutnya.
"Ia telah gila." orang tua bungkuk itu menambah
keterangan yang lebih jelas.
"Hei? Apa?" Tan Ciu berteriak.
Itulah sesuatu yang terberat bagi si pemuda,
Diketahui Co Yong masih hidup, tetapi ia tidak tahu
bahwa Co Yong telah menjadi gila.
"NonaCo telah menjadi gila?" Tan Ciu bergumam,
Orang tua bungkuk itu menganggukan kepala,
"Mengapa?" Tan Ciu bertanya lagi.
"Inilah salah satu rencana jahat Tan Kiam Lam. Ia
membuat Co Yong gila, seumur hidup ia menjadi gila. Dan
setelah itu ia akan mati karenanya."
Tan Ciu berteriak.
"Aku harus menemuinya, aku harus menolongnya . . ."
Orang tua bungkuk itu berpikir sebentar, kemudian
berkata. "Baik, aku akan mengajakmu bertemu dengan Co
Yong dahulu."
Dan arah mereka berganti, kini menuju kearah
datangnya suara lengkingan Co Yong tadi.
Sebagai arsitektur dari bangunan Benteng
Penggantungan, orang tua bungkuk itu dapat memahami
segala seluk beluk keadaan, dengan mudah ia dapat
mengajak Tan Ciu ketempat Kamar tahanan Co Yong.
Membuka satu pintu rahasia. Tan Ciu dan orang tua
bungkuk itu telah masuk kesuatu ruangan yang sangat
gelap. Dengan menudingkan jari tangan kearah suatu
tempat, orang tua bungkuk itu berkata.
"Itulah Co Yong,"
Tan Ciu memeriksa dengan seksama, matanya dikedipkedipkan,
dan kini ia telah menjadi biasa dengan keadaan
ditempat gelap itu terlihat seorang gadis dengan rambut
tidak terurus, terurai panjang berada dibalik terali besi.
Itulah Co Yong!
Tapi Co Yong yang kini Tan Ciu saksikan bukanlah Co
Yong yang dahulu itu, bila dahulu Co Yong sangat cantik.
gerakannya lincah dan berilmu kepandaian sangat tinggi,
kini tanda -tanda itu sudah tak terduga lagi. Gadis
dihadapannya adalah seorang yang betul-betul menjadi gila,
kumal kotor, dengan rambutnya yang kusut tidak teratur.
pakaiannya yang sobek-sobek dan dekil itu, mungkinkah Co
Yong yang dahulu dikenal olehnya?
Tan Ciu maju mendekati. Kini ia dapat melihat jelas
sekali, gadis gila itu adalah gadis yang pernah dikenal
olehnya, itulah betul-betul Co Yong.
"NonaCo itu betul gila." Tan Ciu bergumam.
"Ng....."
"Mengapa?"
"Orang yang telah dibuat gila oleh Tan Kiam Lam akan
mengalami keadaan yang lain temasuk gadis ini. Ia gila
untuk seumur hidupnya. Dan perlahan-lahan ia mati, mati
karena tidak tahan menderita penyakit gila itu."
Tan Ciu menjerit, keras.
"Tidak.... Tidak boleh terjadi hal seperti ini. Aku harus
segera menolongnya."
Didalam tahanan kamar istimewa. Co Yong yang telah
menjadi lelah karena berteriak-teriak menjerit-jerit tertawa
ha. ha, ha, ha, menangis menggerung-gerung, dan akhirnya
ia tidur berbaring dipojok yang gelap itu.
Tan Ciu mendekati sehingga memegang jeruji besi kamar
tahanan dan ia menggigil.
"NonaCo....."
Co Yoag tidak mendengar suara panggilan ia masih
meringkuk berbaring.
Tan Ciu berteriak lebih keras.
"NonaCo......"
Teriakan ini bergema diseluruh ruangan, Co Yong
tersentak kaget dengan pandangan sinar mata sangat sayu,
ia memandang kearah orang yang memanggil itu.
Tan Ciu dan Co Yong saling pandang.
"Siapa kau?" kata-kata ini keluar dari mulut Co Yong.
"NonaCo, aku Tan Ciu....."
"Tan Ciu.... Hi hi.....ha.....ha. . ha . . .ha. . . ha. ...ha
Siapa Tan Ciu, aku tidak kenal." Berkata Co Yong dengan
wajah pucat sekali.
Bagaikan disayat dengan pisau, hati Tan Ciu terasa
sangat pedih.
"NonaCo, tidak kenalkah kepadaku."
"Ha ha ha ha ha. . . . . kenal?... . oh ya, aku kenal
kepadamu.....kau adalah pemuda jahat itu, kau adalah
pencuri isi hariku, tapi kau jahat, aku harus
membunuhmu!"
Co Yong menubruk kearah pintu. Tan Ciu menyingkir
kebelakang.
Orang tua bungkuk turut menyaksikan segala kejadian
tersebut. Ia menarik napas dalam-dalam.
Co Yong berkata lagi.
"Hayo . ..kemari kau . . . aku cinta kepadamu . . .mari
sini. . ."
Gila! Betul-betul Co Yong sudah jadi gila!
Siapakah yang mengakibatkan kegilaan Co yong ini? Tan
Kiam Lam. Dan siapa yang memaksakan kejadian tersebut?
Tan Ciu tak seharusnya ia memaksa Co Yong membuka
rahasia Benteng Pengantungan, sehingga mengakibatkan
gadis tersebut tersiksa sehingga seperti apa yang dilihat
olehnya.
Tan Ciu mematung ditempat! Hatinya dirasakan hancur
luluh, ia menyesal atas perbuatannya yang telah dilakukan
pada Co Yong, biar bagaimana secara tidak langsung, ia
harus memikul tanggung jawab itu.
Tan Ciu berpaling kearah orang tua bungkuk itu dan
berkata.
"Cianpwe, tolonglah lekas agar ia dapat sembuh
kembali."
Orang tua bungkuk berkata. "Apa yang kau akan
lakukan setelah menolongna?"
"Aku akan segera cari Tan Kiam Lam."
"Menuntut balas?"
"Aku harus membunuhnya."
"Dengan ilmu kepandaianmu, tidak ada bedanya dengan
telur diujung tanduk. Kau bukanlah tandingan Tan Kiam
Lam."
"Seharusnya, . . ."
"Aku bersedia menolong gadis itu. dan setelah berhasil,
kau harus mengajaknya meningsalkan tempat ini."
"Mengajak Co Yong meninggalkan Benteng
Penagantungan?"
"Betul dan harus berjanji, kau harus baik-baik
memeliharanya."
"Aku berjanji akan baik-baik memperlakukan dirinya."
"Baik."
Dengan mudah orang tua bungkuk itu dapat masuk
kedalam sel tahanan. dibukanya segala sesuatu dengan alat
yang telah tersedia, ia harus mengobati gadis sengsara itu.
Menyaksikan ada orang yang datang, tubuh Co Yong
melesat, ia berteriak, "Kau iblis. .. aku akan membunuhmu
....."
Tentu saja gerakan Co Yong tidak membawa hasil,
dengan cepat dan gesit orang tua bungkuk itu telah menotok
Jalan darah si gadis, robohlah tubuh gadis tersebut.
Dari luar kamar tahanan Tan Ciu menyaksikan kejadian
tersebut.
Orang tua menggerakkan jari-jarinya dengan
mengerahkan tenaga dalam menotok beberapa bagian
tubuh gadis tersebut. Dengan kepandaian orang tua
bungkuk itu, tentu saja tidak sulit baginya untuk
menyembuhkan penyakit Co Yong.
Sepasang matanya yang lain turut menyaksikan kejadian
tersebut.
Tan Ciu tidak sadar ia sedang memusatkan seluruh
perhatian kepada gerakan-gerakan jarinja, ia harus dapat
menyembuhkat Co Yong secepat mungkin.
Tiba-tiba ...
Orang yang mengintip mereka mengeluarkan suara.
"Saudara Tan."
Tan Ciu tidak mendengar suara panggilan itu. Seluruh
perhatiannya masih ditujukan kedalam sel kamar tahanan
Co Yong.
"Saudara Tan..,." Memanggil lagi suara tersebut dengan
lebih keras.
Kali ini suara itu menggema diseluruh ruangan. Tan Ciu
membalikkan badannya, ia dapat melihat sepasang mata
yang mengintai kearah mereka lalu segera ia membentak.
"Siapa?"
"Aku! Aku Thung Lip." jawab orang itu.
"Hei.... kau siapa?. .. Thung Lip . ..?"
"Betul. Aku Thung Lip."
Hal itu sungguh berada diluar dugaan Tan Ciu tidak
disangka sicendekiawan Serba Bisa Thung Lip berada
didalam kamar tahanan Benteng Penggantungan.
Tan Ciu mendekati sel kamar tahanan Thong Lip.
Diperhatikannya sebentar, dan segera dikenalinyalah orang
tua yang pernah mengepalai satu rombongan untuk
memecahkan rahasia pohon Penggantungan, tetapi tidak
berhasil itu.
Keadaan Thung Lip didalam kamar tahanan Benteng
Penggantungan tentu saja tidak dapat disamakan dengan
dahulu kala, lebih kurus, pucat dan rambutnya pun tidak
teratur rapi bersih, siapakah yang percaya orang ini seorang
jago tua yang pernah mengepalai rimba persilatan?
Terdengar Thung Lip membuka suara.
"Bagaimana kau berada ditempat ini?"
"Dan mengapa kau ditangkap oleh mereka?" Bertanya
Tan Ciu kepada Thung Lip.
"Aku ditangkap oleh mereka."
"Oleh siapa? Co Yong Yen? atau Tan Kiam Lam?"
"Co Yong Yen."
"Bagaimanakah permusahanmu dengan Co Yong Yen?"
"Sangat panjang untuk diceritakan. Saudara Tan, kau
pernah berkata bahwa kakakmu yang bernama Tan Siang
itu mencari aku?"
"Betul."
"Mungkin! Hal ini mungkin dapat terjadi, Kuduga ia
telah datang berkunjung kerumahku. Tapi ia tidak berhasil
menemuiku."
-ooo0dw0ooo-
Jilid12
"AKU percaya keteranganmu itu. Kini aku telah
mengetahui siapa yang menjadi orang tuamu."
"Aku pun sudah tahu," kata Tan Ciu.
"Coba kau katakan."
"Ketua Benteng Penggantungan Tan Kiam Lam itu
sebenarnya ayahku. Sedangkan Melati Putih adalah ibuku."
"Ternyata kau sudah tahu," kata Thung Lip.
"Ada suatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu,"
berkata Tan Ciu.
"Katakanlah."
"Pernah didesas-desuskan bahwa ibuku melakukan
sesuatu yang tidak patut."
"Hal itu tak kuketahui," berkata Thung Lip.
"Tan Kiam Lam pernah berkata, bahwa kau sudah
mengetahui hal ini. Dikatakannya pula bahwa kau pasti
suka untuk menjadi saksi."
"Kentut." Berkata Thung Lip. "Ia bohong. Jangan kau
percaya keterangannya."
Tan Ciu menganggukkan kepala, tentu saja ia lebih
percaya kepada Thung Lip daripada percaya kepada Tan
Kiam Lam.
Mereka terdiam beberapa saat, dan achirnya Tan Ciu
berkata.
"Bagaimanakah hubunganmu dengan Co Yong Yen?"
Thung Lip memandang kelangit-langit batu kamar
tahanan itu seolah-olah sedang mengenangkan kejadian
lamanya. Beberapa saat kemudian ia berkata.
"Sewaktu-waktu. Co Yong Yen pernah menjadi istriku.
Itulah masa kami menghadapi musuh bersama, orang itu
bernama Permaisuri dari Kutub Utara. Kami berkumpul
digunung Oey san, dan Co Yong Yen berpesan kepadaku
agar aku cepat-cepat kembali menemuinya. tidak disangka
tatkala aku kembali menemuinya telah kulihat Co Yong
Yen dibunuh orang....."
"Siapa yang membunuh Co Yong Yen?" bertanya Tan
Ciu.
"Aku tidak tahu." berkata Thung Lip. "Sehingga hari ini,
setelah aku ditangkap olehnya dan dijebloskan kedalam
kamar tahanan Benteng Penggantungan. dari mulutnya
dapat kuketahui sedikit keterangan, diketahui olehnya
bahwa setelah aku kembali dari pertempuran itu, aku telah
bersetubuh dengannya, kemudian membunuhnya?"
"Tapi kau tidak membunuhnya. bukan?"
"Sudah kukatakan kepadamu, bahwa aku tidak
membunuhnya. Dan aku pun malah telah melihat sendiri ia
telah dibunuh orang."
"Tapi Co Yong Yen kokoh berkata bahwa kau yang
membunuhnya ?"
"Betul." Berkata Thung Lip.
"Siapakah orang yang menggunakan wajahku itu
melakukan kejahatan dugaannya!"
"Hanya Tan Kiam Lam lah yang melakukan kejahatan !"
Menyambung cerita Thung Lip dan Tan Ciu. Mereka
sedang bercakap-cakap didalam kamar tahanan Benteng
Penggantungan dibawah tanah.
Tan Ciu berkata. "Dikatakan bahwa Co Yong Yen
ditolong oleh Tan Kiam Lam.”
"Betul." Berkata Thung lip.
Tan Kiam Lam menolong Co Yong Yen, bagaimana ia
dapat membunuh Co Yong Yen!
Tan Ciu menjadi bingung.
"Pernahkah dengan cerita tentang Permaisuri dari Kutub
Utara?"
"Dikatakan bahwa setelah Permaisuri dari Kutub Utara
dibunuh oleh kalian, mayatnya digantung diatas Pohon
Penggantungan."
"Tidak. Hal ini tidak benar."
"Mungkinkah ada sesuatu rahasia lain?"
"Memang betul kami betul telah mengurung dan
mengeroyok permaisuri dari Kutub Utara, tapi kami tidak
membunuhnya, bahkan ia berhasil melarikan diri dari
kurungan dan bergerak bebas. Ia sama sekali belum mati."
Tan Ciu menjadi bingung, dengan heran ia mengajukan
pertanyaan.
"Siapakah yang digantung diatas pohon
Penggantungan?"
"Inilah yang membingungkan kita orang." berkata Thung
Lip. "Pada pagi hari keduanya, kita mendengar berita
tentang pembunuhan pada diri Permaisuri dari Kutub
Utara. dikatakan bahwa jago wanita telah digantung oleh
orang diatas Pohon Panggantangan."
"Mengapa kalian tidak menyangkal berita tersebut?"
"Demi nama kita orang semua, tidak seorang pun yang
menyangkal berita tersebut."
"Dan akhirnya Permaisuri KutubUtara itu tidak mati."
"Betul."
"Siapa yang menolong Permaisuri dari Kutub Utara
lagi?" bertanya Tan Ciu. "Mungkinkah Tan Kiam Lam?"
"Kukira bukan." berkata Thung Lip. "Aku percaya. Terus
terang kuterangkan kepadamu bahwa Tan Kiam Lam
belum pernah melakukan sesuatu kebaikan. Bia rpun dia
adalah ayahmu, tapi aku harus barterus terang. Jangan
salahkan kepada sifatku ini,"
"Aku tidak menyalahkanmu. Kini Co Yong Yen telah
percaya kepada Tan Kiam Lam bahwa ketua Benteng
Penggantungan itulah yang menolong dirinya, tentu
dianggap berhutang budi kepadanya, segala keterangan
orang tidak akan dipercaya olehnya-"
"Ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan kepadamu,
dikala kau masuk kedalam rimba Pohon Penggantungan,
pernahkah melihat pencipta Pohon Penggantungan?"
"Belum!"
"Belum?"
Tan Ciu menganggukkan kepala. Si Cendekiawan Serba
Bisa Thung Lip berkata.
"Saudara Tan, kuharap kau dapat membikin terang
perkara ini, aku tidak pernah melakukan perbuatan yang
terkutuk itu kepada Co Yong, tetapi dakwaannya tetap
seperti itu harap kau dapat membikjn jelas perkara."
"Baik, aku bersedia melulusi permintaanmu," berkata
Tan Ciu.
"Sebelumnya, aku mengucapkan banyak terima kasih."
berkata Thung Lip.
Tan Ciu memandang orang itu dengan perasaan kasihan.
"Oh.... hampir aku melupakan sesuatu..,,!" berkata
Thung Lip.
"Soal apakah itu?" tanya Tan Ciu.
"Belum lama Tan Kiam Lam mengajak se orang gadis
yang bernama Cang Ceng Ceng, mereka masuk kedalam
kamar tahanan ini dan memperhatikan keadaan nona Co
Yong untuk beberapa waktu, membicarakan persoalan yang
menyangkut dirinya,"
"Kemudian?"
Tan Kiam Lam mengatakan pula kepada nona Cang
CengCeng, bahwa nona Co Yong telah menjadi gila karena
perbuatanmu. Dikatakannya kau adalah seorang pemuda
yang suka mempermainkan wanita."
"Oh ..."
"Berhati-hatilah, Nona Cang Ceng Ceng itu seperti
sangat sedih sekali." berkata Thung Lip.
"Lamakah mereka disini?"
"Tidak? Kini mereka telah berada dilain ruangan,"
berkata Thung-Lip.
Tan Ciu sedang berpikir, mengapa Tan Kiam Lam
mengajak Cang Ceng ceng masuk ke kamar tahanan ini?
Thung Lip berkata lagi,
"Bila dugaanku tidak salah, Tan Kiam Lam akan
melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan nona Cang
Ceng-ceng! Kukira dengan ilmu kepandaian Ie-sin Tayhoatnya
ia dapat membuat orang tidak berdaya. Hal ini
harus mendapat perhatian, dimisalkan Cang Ceng-ceng
berada dibawah kekuasaannya dengan mudah Cang Cengceng
dapat melakukan sesuatu yang tidak
menguntungkanmu. Kau harus berhati-hati. Ah.....aku
curiga kepada orang ini, kukira dia bukan Tan Kiam lam?"
Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya hatinya
mencelos.
"Apa?" teriaknya keras.
"Kau tidak percaya bahwa ketua Benteng Penggantungan
bukan Tan Kiam Lam!" ditatapnya wajah sijago tua yang
kumal itu,
"Betul, Kukira dia bukan Tan Kiam Lam." berkata
Thung Lip.
"Mengapa?"
"Apa yang telah dilakukan kepadamu tidak patut. Itu
bukanlah suatu perbuatan seorang ayah kepada anaknya.
Tidak mungkin Tan Kiam Lam dapat melakukan perbuatan
tersebut."
Kecurigaan ini pernah timbul dalam pembicaraan Tan
Ciu, ia memang meragukan dan mengharap bahwa ketua
Benteng Panggantungan itu bukanlah jelmaan ayahnya.
Tapi kenyataan telah terbentang didepan matanya, ketua
Benteng Penggantungan itu adalah Tan Kiam Lam, itulah
orang tua lelaki.
Mungkinkah seorang ayah dapat melakukan perbuatan
seperti apa yang Tan Kiam Lam lakukan kepada Tan Ciu.
Berpikir sampai disini Tan Ciu mengeluarkan keluhan
napas panjang.
"Kau dapat merasakan keanehan ini ?" Thung Lip
mengajukan suatu pertanyaan.
"Betul," berkata Tan Ciu. "Aku harus mencoba dirinya."
"Apa yang akan kau coba?"
"Aku harus mencoba dan menjajal, betulkah dia yang
menjadi ayahku ?"
Tiba tiba . . !
Terdengarlah suatu suara geseran kaki dari dalam kamar
tahanan! Ternyata orang tua bungkuk itu telah selesai
memberi pengobatan kepada Co Yong, ia telah bangkit
berdiri dan berjalan datang.
Tan Ciu meninggalkan Thung Lip, memapaki orang tua
bungkuk itu dan memanggi, "Cianpwe ... ."
Orang tua bungkuk menyusut keringatnya ternyata ia
telah lelah sekali.
Tan Ciu kemudian memandang kearah Co Yong,
dilihatnya gadis itu tengah berbaring, agaknya sedang tidur
pulas sekali.
Orang tua bungkuk berkata.
"Ia telah bebas dari kesengsaraan. Sebentar kemudian ia
akan sadar. Dan penyakit ingatannya telah kusembuhkan,
kau ada obat untuk penyegar badan?"
"Ada."
Dari dalam saku bajunya Tan Ciu mengeluarkan obat
Seng-biat-hoan-bun-tan diserahkan kepada orang tua
bungkuk itu.
Menerima pemberian obat Tan Ciu, orang tua bungkuk
kembali. Obat Seng-biat-boan-bun-tan dipilihnya sebutir
dan dimasukkan kedalam mulut Co Yong. Dan sekali lagi
ia mengurut-urut.
Beberapa lama kemudian.... tubuh Co Yong yang tidur
pulas itu mengeliat. Perlahan-lahan ia membuka matanya.
Ternyata ia sudah sadar.
Tan Ciu segera masuk kedalam kamar tahanan itu,
dengan menubruk tubuh Co Yong sambil berteriak.
"NonaCo. . ."
Co Yong telah membuka matanya. berputar-putar
disapukan pandangan matanya kesekeliling ruangan. tibatiba
mendengar ada orang yanp memanggil namanya, maka
ia menatap dengan sinar matanya kearah wajah Tan Ciu.
Untuk seketika ia belum dapat melihat dengan jelas,
bagaikan impian yang baru sadar, hal itu masih
membingungkannya.
"Kau ..." berkata sigadis dengan suara sangat lemah.
Tan Ciu menghampiri lebih dekat lagi.
"Siapa kau,. . . ?" bertanya Co Yong, "Ah ..." Co Yong
mengeluarkan keluhan tertahan.
Nama ini telah berkesan didalam hati dan pikirannya,
sudah mendarah daging dan nama inilah selalu dikenang
olehnya. Tanpa ia mendengar lagi, tentu ia tersentak
bangun, urat syarafnya menjadi tegang. ..
Tan Ciu hampir mengucurkan air mata, dengan sedih ia
berkata. "Nona Co, kau . . . tidak kenalkah kepadaku?. . ."
Lama sekali Co Yong memperhatikan wajah Tan Ciu,
dan akhirnya mengenali akan wajah kekasihnya,
"Tan Ciu ..." akhirnya kata-kata ini telah keluar dari
mulut Co Yong, ia telah sembuh dari penyakit ingatannya.
Satu hal yang sangat menggirangkan Tan Ciu. Ia
mengulurkan kedua tangannya.
Co Yong membalas rangkulan itu, dan ia membiarkan
dirinya berada dalam dekapan pelukan Tan Ciu.
Sepasang kekasih yang telah lama tak bersua, kini saling
rangkul-rangkulan. Co Yong menangis sesenggukkan.
Segala sesuatu yang telah dideritanya harus dikeluarkan,
dan hanya air matalah yang dapat mengalirkan segala
kesengsaraan hidup.
Tan Ciu memanggil perlahan.
"NonaCo . . ."
"Oh, . . . Tan Ciu . . . akhirnya kau tiba juga." berkata Co
Yong tiba-tiba.
"Aku akhirnya berhasil menjumpaimu." Berkata Tan
Ciu.
"Aku cukup merasa puas . .."
"NonaCo...."
"Aku sudah merasa puas dapat menjumpaimu kembali.
Mati pun kembali. Mati pun kita aku rela. .. ." berkata Co
Yong lelah.
Tan Ciu juga sedih, ia turut mengucurkan air mata.
Kesedihannya tidak dapat dibendung lagi. Walaupun ia
seorang pemuda, tetapi perasaan semacam itu tetap ada.
Terdengar suara Co Yong berkata.
"Tan Ciu tahukah kau, betapa rinduku padamu?"
"Aku tahu." kata Tan Ciu perlahan.
"Dikala aku sadar kembali, kukira aku tidak dapat
menjumpaimu lagi. . . ternyata aku dapat menjumpaimu. ..
. mungkinkah di alam mimpi? mungkinkah aku sedang
bermimpi..."
"Tidak. Inilah suatu kenyataan."
"Kenyataan? Sungguh-sungguh aku berada disebelahmu
?" Co Yong masih ragu-ragu.
"Betul." berkata Tan Ciu menatap.
"Tan Ciu ..." Co Yong memanggil perlahan namanya
dengan tidak bersikap memandang pemuda itu.
Tan Ciu memegang kedua pipi Co Yong yang telah
menjadi pucat, dan tiba-tiba saja ia menempelkan bibirnya
kewajahnya itu.
Co Yong menggigil dingin. Tapi rasa hangat itu telah
menghilangkan semua-muanya. Ciuman seorang pemuda
membawa kebahagiaan baginja. Dan sesudah itu membawa
harapan untuk dihari kemudian.
Mereka saling rangkul dan kedua pasang bibir itu
bertemu menjadi satu.
Orang tua bungkuk mendehem.
"Hmm. . . masih banyak waktu untuk berkasih-kasihan,
bukan sekarang..."
Co Yong mendorong tubuh Tan Ciu, wajahnya yang
pucat itu bersemu dadu ia menjadi malu.
Memandang kearah orang tua bungkuk itu sebentar dan
dengan penuh tanda tanya ia bertanya kepada Tan Ciu.
"Siapa dia?"
"Dialah yang telah menyembuhkan penyakit
ingatanmu."
"Penyakit ingatan? Apakah aku menjadi gila? Aku telah
gila? Diakah yang menyembuhkan penyakit gilaku?"
"Betul!" berkata Tan Ciu perlahan.
Mengenangkan semua kejadian yang telah lewat
beberapa saat berselang, Co Yong berkata dengan suara
menggumam.
"Oh...... jelaslah kini, Pocu telah melakukan sesuatu
yang jahat kepadaku."
"Betul, ia juga kejam. Bila tidak ada cianpwee ini,
penyakit gilamu mungkin sukar disembuhkan. Lekaslah
menghaturkan terima kasihmu kepadanya."
Co Yong lantas memberi hormat dan mengucapkan
terima kasih yang sebenar-besarnya kepada orang tua
buugkuk tersebut.
Orang tua bungkuk mengulapkan tangannya dan
berkata.
"Lekaslah kalian tinggalkan tempat ini."
"Meninggalkan tempat ini?" Co Yong masih bingung.
Tan Ciu berkata.
"Betul. Aku harus mengajakmu meninggalkan Benteng
Penggantungan."
"Kemana kita pergi?" TanyaCo Yong.
"Kemanapun boleh Co Yong, kita harus selalu bersamasama.
Aku cinta padamu. Maukah kau ikut serta
denganku?"
"Aku bersedia." Co Yong menundukan kepala rendah.
Orang tua bungkuk berkata. "Mari, kalian ikut
dibelakangku."
Mengikuti dibelakang orang tua bungkuk itu, Tan Ciu
dan Co Yong meninggalkan kamar tahanan Benteng
Penggantungan.
Menikung lagi dua kali, orang tua bungkuk itu
menghentikan langkahnya dan berkata kepada mereka.
"Setelah keluar dari suatu pintu rahasia kalian berdua
sudah berada dibelakang Benteng Penggantungan.
Dibelakang gunung ada satu jalan kecil ambilah jalan itu
untuk meninggalkan tempat jahat ini."
Tan Ciu dan Co Yong berjalan pergi.
Tiba-tiba Tan Ciu merasakan bahwa orang tua bungkuk
itu tidak mengikutinya, ia membalikkan badan, dan betul
saja terlihat orang tua tersebut berdiri diam. Ia balik
kembali, katanya.
"Cianpwte mengapa cianpwee tidak turut serta?"
"Aku? aku akan tetap berdiam ditempat ini," berkata
orang tua bungkuk itu.
"Apa akibatnya bila Tan Kiam Lam telah mengetahui
kita melarikan diri? Apa yang akan dilakukannya
terhadapmu?"
"Legakanlah hatimu. Ia tidak dapat berbuat sesuatu
kepadaku."
"Cianpwe entah bagaimana harus kami nyatakan terima
kasih kami kepadamu."
"Sudah! Lekas kalian pergi."
Tan Ciu dan Co Yong meninggalkan kamar rahasia itu,
dan juga meninggalkan orang tua bungkuk itu.
= o OdwO o o =
Meninggalkan cerita Tan Ciu dan Co Yong, dan
mengikuti drama Tan Kiam Lam beserta dengan Cang
Ceng ceng.
Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat jahat. Tan
Kiam Lam telah berhasil menguasai alam pikiran gadis
tersebut. Dengan muiah ia dapat memberikan perintah apa
saja yang dikehendakinya. Apa saja yang dimauinya!
Setelah berhasil memberi perintah kepada Cang Ceng
ceng untuk mencatat semua ilmu kepandaian gadis berbaju
putih yang lihay itu. Tan Kiam Lam mengantongi
catatannya, dan rencana berikutnya sudah mulai akan
dilakukan.
Tan Kiam Lam memandang gadis itu, napsu birahinya
timbul seketika. Ia berkata.
"Bukalah Pakaianmu."
Tidak ada alasan untuk menolak, Cang Ceng-ceng
melakukan perintah itu, satu persatu ia mulai membuka
pakaiannya.
Tan Kiam Lam menyaksikan satu pemandangan yang
bagai membakar hatinya, dadanya bergelora dengan hebat.
"Tidurlah disana." Tan Kiam Lam memberi perintah
selanjutnya.
Dengan tanpa pakaian, Cang Ceng-ceng berjalan
ketempat yang ditunjuk, ia membaringkan dirinya.
Tan Kiam Lam mulai melakukan sesuatu yang diluar
batas manusia bermoral, dengan semau-maunya ia
menciumi seluruh tubuh gadis tersebut, sebentar lagi. ia
akan dapat melampiaskan nafsu kebinatangannya.
Cang Ceng-ceng tidak dapat menahan rasa gelinya, ia
tertawa cekikikan.
Tan Kiam Lam menyerang dengan semakin kalap. segala
dari tubuh gadis itu diserangnya secara membabi buta.
Tertawa Cang Ceng-ceng semakin geli saja tertawanya,
didalam keadaan antara sadar dan tidak ia dapat melakukan
segala apa yang diperintahkan Tan Kiam Lam. Rasa geli itu
masih ada maka cekakak cekikik ia tertawa.
Suara tertawa inilah yang menggagalkan rencana Tan
Kiam Lam.
Tan Ciu yang berpandangan tajam sudah dapat
mendengar suara tersebut. Dan pemuda itu terkejut,
menghentikan langkahnya memasang kuping lebih jauh.
Co Yong menjadi bingung, ia memandang pemuda itu
dan bertanya.
"M e n g a p a ?"
Tan Ciu berkata dengan perlahan.
"Tunggulah disini sebentar, aku akan melakukan sesuatu.
Sekali-kali janganlah kau pergi kemana-mana."
Setelah memberi pesan itu, Tan Ciu melejitkan tubuhnya
meninggalkan Co Yong. Dengan mengikuti arah datangnya
suara ia sudah berhasil tiba diluar kamar Tan Kiam Lam.
Dikala Tan Kiam Lam hampir berhasil, tiba-tiba
terdengar suara jendela didobrak, seorang pemuda telah
muncul dihadapannya.
"Kau?" Tan Kiam Lam membelalakan matanya.
Tan Ciu membentak dengan keras. "Binatang kau!"
Pikiran Cang Ceng ceng telah berada dibawah kekuasaan
Tan Kiam Lam, ia melihat kedatangan pemuda itu, tapi
tidak mengenalinya. Lupa bahwa dirinya tidak berpakaian
sama sekali, ia masih berbaring ditempatnya.
Tan Kiam Lam memberi perintah padanya, "Lekas
berpakaian."
Cang Ceng-ceng mengenakan pakaiannya.
Kini Tan Kiam Lam menghadapi Tan Ciu, ia
membentak pemuda itu,
"Apa maksudmu?"
"Hemm . , ." Tan Ciu mendengus! "Apa maksudmu?"
Tan Kiam Lam tidak mengerti, bagaimana Tan Ciu
dapat keluar dari kamar tahanan bagaimana dapat
membebaskan totokan-totokannya?
"Dengan cara bagaimana kau keluar?” berkata Tan Kiam
Lam.
"Kau tak perlu tahu," kata Tan Ciu singkat.
Berpikir sebentar, dan Tan Kiam Lam dapat menduga
tentang kejadian larinya pemuda itu, dengan adanya
sibungkuk didalam kamar tahanan hatl itu memang suatu
hal yang tidak menguntungkan baginya.
"Ouw ..." Tan Kiam Lam menganggukkan kepala.
"Mengertilah aku."
"Mengerti apa?" berkata Tan Ciu.
"Si bungkuk yang melepaskan dirimu?"
"Betul. Dialah yang membebaskan diriku, Bagaimana?"
"Rejekimu memang bagus." berkata Tan Kiam Lam
kepada Tan Ciu.
Tan Ciu menggeram.
"Tan Kiam Lam, ada satu hal yang ingin kutanyakan
kepadamu."
"Ha, ha, ha,.. " Tan Kiam Lam tertawa.
Tan Ciu maju dua langkah.
"Sebelum kau mati, tanyakanlah semua hal yang kau
tidak tahu, agar kau dapat mati dengan puas.?" Berkata Tan
Kiam Lam.
"Kau ayahku?” bertanya Tan Ciu.
"Bila bukan anakku, sudah lama kau mati tahu?" berkata
Tan Kiam Lam.
Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepala, katanya.
"Kau bukan Tan Kiam Lam!"
Tan Kiam Lam tersentak bangun, ia mengalami satu
getaran hebat, katanya. "Siapa bilang bukan?"
Tan Ciu menatap tajam wajah sang ketua Benteng
Penggantungan, pemuda itu dapat melihat sesuatu yang
tidak beres.
"Kau menyangkal?" Berkata lagi si pemuda.
"T e n t u."
"Mengapa?"
"Karena aku adalah Tan Kiam Lam."
"Kau bukan Tan Kiam Lam." Berkata Tan Ciu lebih
keras!
"Mengapa kau mempunyai pendapat seperti ini?"
Katanya.
"Karena aku dapat melihat seorang Tan Kiam Lam yang
lain." Berkata Tan Ciu.
"Tak mungkin." Berkata Tan Kiam Lam keras.
Tan Ciu memperhatikan segala gerak-gerik dan segala
kelakuan dan sikap ketua Benteng Penggantungan. sangat
teliti sekali, ia mengharapkan bahwa keterangan Thung Lip
yang mengatakan bahwa orang yang dihadapinyal ini
bukan Tan Kiam Lam.
"Tan Kiam Lam," panggil Tan Ciu. "Kau tidak bodoh.
Pikirlah. Mengapa Sin Hong Hiap mengatakan bahwa kau
menantangnya bertanding diluar Benteng Penggantungan."
"Mengapa?"
"Berpikiriah sebentar."
"Aku tidak mengerti."
Tan Ciu tertawa, katanya,
"Itulah Tan Kiam Lam asli yang menantangnya diluar
Benteng Penggantungan."
"Tidak mungkin."
"Mungkin saja."
"Tidak! Itulah Tan Kiam Lam palsu."
"Yang menantang Sin Hong Hiap adalah Tan Kiam Lam
asli. Kau palsu!"
Tan Kiam Lam tertegun, tubuhnya gemetaran. seolaholah
menemukan sesuatu yang paling tegang. Tiba-tiba saja
satu perasaan yang tidak enak menyerang dirinya.
Dengan keterangan ini, dugaan bahwa Ketua Benteng
Penggantungan bukan Tan Kiam Lam semakin besar. Bila
betul dia Tan Kiam Lam, tentunya tahu masih mempunyai
seorang saudara kembar yang bernama Tan Kiam Pek?
Tan Kiam Lam masih tetap menyangkal. "Akulah Tan
Kiam Lam"
Tan Ciu berdengus.
"Siapakah Tan Kiam Lam yang diluar Benteng
Penggantungan?"
"Imitasi! Barang tiruan?"
"Kukatakan bahwa dialah yang asli. Dan kau Tan Kiam
Lam palsu. Tan Kiam Lam tiruan. Tan Kiam Lam imitasi."
Tan Kiam Lam bergumam.
"Tidak mungkin. .. . Tidak mungkin.... Ia telah mati."
"Siapakah yang telah mati?" Bertanya Tan Ciu keras.
Ketua Beateng Penggantungan itu terkejut, cepat-cepat ia
memulihkan dirinya, dengan sinar mata yang sangat merah,
ia menatap anak muda yang berada dihadapannya.
"Pergi! Lekas kau pergi dari tempat ini. Jangan turut
campur urusanku."
Tan Ciu berkata.
"Kau tidak bodoh. Seharusnya mengerti bahwa kau
bukan Tan Kiam Lam. Tan Kiam Lam yang asli telah
menantang Sin Hong Hiap bertempur sedangkan kau tidak
tahu."
"Tidak mungkin. .. ."
Apa yang dikatakan tidak mungkin? Keterangan yang
Tan Ciu berikan kepadanyakah tidak mungkin atau. . .
.Kehadirannya Tan Kiam Lam asli yang tidak mungkin?
Jawaban ini hanya diketahui oleh si ketua Benteng
Penggantungan tersebut.
Tan Ciu berkata.
"Aku masih dapat menyebut alasan lainnya."
"Katakanlah lekas."
"Akan kukatakan, mengapa ada dua Tan Kiam Lam."
"Sudah kukatakan bahwa orang itu adalah pemalsu."
"Mengapa bukan kau katakan kau yang
memalsukannya?'
"Tidak mungkin."
Dengan berbelit-belit Tan Ciu mulai memasuki
pembicaraan acaranya. "Kau tidak mempunyai saudara?"
Yang diartikan dengan tidak bersaudara Tan Ciu
memaksudkan Tan Kiam Pek. Bila Tan Kiam Lam salah
memberi jawaban tidak tahu, tidak tahu akan adanya orang
yang bernama Tan Kiam Pek. Pasti palsu.
Tan Kiam Lam bergumam. "Saudaraku?. . . . ."
"Mungkinkah kau mempunyai saudara?" Bertanya Tan
Ciu.
"Mungkinkah dia?"
"Siapa."
”Tan Kiam Pek!" -
”Tan Kiam Pek itukah saudaramu?"
Tan Kiam Lam menganggukan kepala berkata.
"Betul. Dialah yang sering mengganggu usaha orang.
Saudara kembarku ini sering bersitegang. Puluhan tahun
yang lalu ia telah kembali lagi. Tidak kusangka ia telah
kembali lagi, Pasti dia. Pasti dia...... Ternyata ia telah
kembali."
Tan Ciu bungkam. Apa yang dapat dikatakan lagi?
Sudah jelas bahwa ketua Benteng Penggantungan yang
berada dihadapannya adalah Tan Kiam Lam asli. Bukan
saja mengetahui nama Tan Kiam Pek, lebih dari pada itu
dikatakan juga bahwa orang itu saudaranya. Jelas, ketua
Benteng Penggantungan adalah Tan Kiam Lam.
Tan Ciu berdiri mematung. Apa yang dapat dilakukan
olehnya. Kepada ayah yang sangat jahat?
Tan Kiam Lam membuka suara.
"Kini kau sudah tidak meragukan lagi tentang
keaslianku?"
"Belum. Aku masih kurang percaya." Berkata Tan Ciu.
Tan Kiam Lam menyengir seram, ia mendekati pemuda
itu dan berkata.
"Percaya atau tidak percaya. hal ini sudah tidak menjadi
soal lagi. Yang jelas kau tidak akan hidup lama."
"Kau ingin membunuh?"
"Betul." Berkata Tan Kiam Lam. "Aku tidak mempunyai
jalan lain, terpaksa, aku tidak dapat mengampuni lagi."
"Aku tidak membutuhkan pengampunanmu." berkata
Tan Ciu gagah.
"Bagus," berkata Tan Kiam Lam yang sudah mulai siap.
Tan Ciu juga tidak lengah walaupun orang yang berada
didepannya adalah sang ayah, Diantara kebenaran dan
kejahatan tidak dapat dijadikan satu, mereka sedang
bersitegang,
Tiba-tiba Tan Ciu berteriak.
"Hia, sudah jelas, wajah aslimu terbuka, Telah berulang
kali kau katakan bahwa kau seorang baik. Dan si Telapak
Dingin Han Thiat Ciu orang jahat, Kini kedokmu telah
terbuka! Kau jahat, tentunya kau inilah si Telapak Tangan
Dingin Han Thiat Ciu! Begitu, bukan?"
Tan Kiam Lam terbelalak tangannya yang sudah hampir
bergerak itu berhenti karenanya.
Tan Ciu berkata, "Kau kira aku mudah dihina?".
"Apa maumu?"
"Kini kau telah membuka rahasiamu sendiri, kau telah
melakukan kejahatan yang tiada caranya. Dosamu tak akan
mendapat pengampunan."
"Walaupun aku telah melakukan kejahatan apa yang kau
mau?" Tan Kiam Lam masih bersikap temberang.
"Sebelum aku mati, aku akan berusaha menentangmu."
"Kau segera akan mati." Berkata Tan Kiam Lam.
"Belum tentu." Berkata Tan Ciu gagah.
Diantara kedua orang itu telah terjadi ketegangan yang
memuncak.
Kecuali Tan Kiam Lam dan Tan Ciu, masih ada seorang
lainnya, itulah sigadis berbaju putih Cang Ceng Ceng,
sayang gadis itu telah di Ie-hun Tay-hoat, pikirannya adalah
otak Tan Kiam Lam. Ia berdiri menyaksikan kedua orang
yang berhadapan dekat itu.
Tiba-tiba . . .
Terdengar suara geraman Tan Kiam Lam disertai
dengan gerakan tangan ketua Benteng Penggantungan itu,
ternyata ia itu telah memukul sipemuda, arahnya ialah
batok kepala Tan Ciu.
Tan Ciu menyingkir dari arah serangan itu
mengenyampingkan diri, dari sini ia mengirim satu bacokan
tangannya yang hebat,
Gerakan Tan Kiam Lam sangat luar biasa, diwaktu yang
sama ia telah mengirim serangannya yang kedua.
Mereka saling serang, tempat yang diancam adalah
kedudukan bahaya, masing-masing membatalkan serangan
itu, demikian, sama saja artinya dengan menghindari
ancaman musuh, hal itu bukan berarti menghentikan
pertempuran, sebelum dapat melihat jelas, bagaimana dua
tubuh itu terpisah.Mereka pun telah berhadapan, maka lagi
serangan berikutnya telah lepas. kini tak dapat dihindari
lagi,
Tubrukkan terjadi . . . Bumm . . . Bagaikan ledakan yang
bunyi keras.
Tubuh Tan Ciu terdorong mundur sehingga sepuluh
tombak . . .
Oak!. . . memuntahkan darah segar, tubuhnya
bergoyang-goyang kehilangan posisi keseimbangan badan.
Ternyata tenaga latihan Tan Kiam Lam berada jauh diatas
pemuda itu, maka ia berhasil melukainya.
Tan Ciu mengempos tenaga, tapi tidak berhasil, lukanya
parah, tubuhnya jatuh ketanah, ia duduk numprah.
Tan Kiam Lam menggereng. ia mengangkat tinggi
tangannya, siap menamatkan riwayat hidupnya pemuda
bandel itu.
Tan Ciu memeramkan kedua matanya, ia tidak berdaya,
menyerahkan nasib kepada takdir alam.
Disini terjadi keanehan ....
Tangan Tan Kiam Lam yang turun kearah sasaran itu,
tidak disertai tenaga, sangat perlahan dan kemudian
meninggalkan mangsanya yang tidak berdaya.
Tan Ciu menutup mata terlalu lama, beberapa saat, ia
membuka kedua mata itu, disaksikan kejadian aneh
tersebut, ia menjadi heran.
Mengapa? Mengapa Tan Kiam Lam tidak membunuh
dirinya?
Mungkinkah hubungan keluarga yang memberatkan
putusan jahat si ketua Benteng Penggantungan?
Tan Kiam Lam masih mematung ditempat.
Tan Ciu tidak sabar, ia membuka suaranya yang sudah
menjadi lemah, katanya. "Tan Kiam Lam mengapa tidak
membunuhku?"
Tan Kiam Lim masih mengatup mulutnya.
"Jangan kau melewatkan kesempatan bagus." Berkata
Tan Ciu. "Lewat hari ini, Jangan harap dapat membunuhku
lagi."
Tan Kiam Lam tertawa berkakakan, katanya, "Ha, ha,
ha. ha.......Kesempatan tetap berada dipihakku."
"Ucapanmu ini terlalu besar. Suatu hari, kau akan
menyesalkannya kembali." Berkata Tan Ciu.
"Suatu hari, pasti aku membunuhmu."
"Kukira, kau mengimpi terlalu cepat."
"Mangkinkah kau dapat melawanku?"
"Hari ini tidak. Tapi pada suatu hari entah hari yang
mana, setelah aku berhasil meyakinkan ilmu kepandaian
yang lebih tinggi aku menantangmu."
"Itu waktulah, aku akan membunuhmu." Berkata Tan
Kiam Lam.
"Mengapa tidak sekarang? Mungkinkah takut ada
pembalasan? Takut kepada seseorang."
"Baiklah. Akan kubuktikan kepadamu bahwa aku tidak
pernah takut kepada siapapun juga."
"Ingin membunuh?"
"Tentu."
"Bunuhlah."
"Tidak perlu menggunakan tanganku." Berkata Tan
Kiam Lam tersenyum iblis.
Tan Ciu terbelalak, ia tidak mengerti. Dengan tangan
siapa ketua Benteng Penggantungan itu akan membunuh
dirinya?
"Mungkinkah kau melupakan pada kawanmu?" Inilah
suara Tan Kiam Lam,
Tan Ciu tersentak bangun dari lamunannya.
"Kawanku?" Ia tidak mengerti. "Kawanku yang mana?"
"Lupa bahwa disini masih ada seorang gadis yang
bernama Cang Ceng Ceng?"
Tan Ciu melirik kearah gadis berbaju putih yang baru
disebut oleh Tan Kiam Lam, gadis yang sudah tiada
kesegarannya. Sayu dan lesu, bagaikan sesosok mayat
hidup yang baru bangkit dari tanah kuburan.
Tiba-tiba suatu perasaan menyerang Tan Ciu, seluruh
bulu tengkuknya berdiri. Bergema rinding, ia dapat
memahami arti kata-kata ancaman Tan Kiam Lam tadi.
Bila Tan Kiam Lam menghipnotis Cang Ceng-ceng
untuk membunuh dirinya... Akh..., Sungguh menyeramkan.
Suara Tan Kiam Lam yang seperti iblis itu bergema lagi.
"Tentunya kau cinta kepadaCangCeng-ceng bukan?"
"Apa maksudmu?"
"Yang ini sangat penting. Kukira kau sudah dapat
menduga akan maksud dari kata-kata tadi."
"Kau ingin menggunakan tangan Nona Cang untuk
membunuh diriku."
"Kau pintar. Sekali duga pun tepat. Bila kau mati
dibawah tangan orang yang dikasihi tentunya sangat
penasaran, bukan? Tentunya! Sangat tidak terima, bukan?
Nah rasakanlah getaran jiwa ini."
Tan Ciu menggeretek gigi, dirinya tidak berdaya, ia
membentak. "Kau bajingan."
"Ha, ha, ha....."
Tan Ciu berkerongkol, lupalah kepada luka dirinya, tidak
dapat ia menyabarkan dirinya lagi, tiba-tiba tubuhnya
melesat, dan memukul kearah Tan Kiam Lam.
Orang yang kita sebut itu tersenyum-senyum saja
ditempatnya, jelas diketahui bahwa pemuda itu akan
mengalami kegagalan. maka ia tidak gentar sama sekali.
Tubuh Tan Ciu meninggalkan tanah. tetapi dirasakan
sangat berat, tubuh tersebut segera jatuh kembali,
bergedebruk ditanah.
"Ha, ha ha .. . . Tan Kiam Lam tertawa.
Tan Ciu memplototkan mata. Dan Tan Kiam Lam
membuka mulut, ia memandang targetnya.
"NonaCang. .."
Cang Ceng Ceng terjengit ia mendongakkan kepala dan
memandang Tan Kiam Lam.
"Bunuh orang ini." Tan Kiam Lam memberikan
perintah,
Suara Tan Kiam Lam adalah perintah 'maut'. Cang Ceng
Ceng segera menjalankan perintah itu, ia mendekati
mangsanya.
Tan Ciu telah mati kutu, ia memandang gadis berbaju
putih itu dengan sinar mata yang meminta belas kasihan.
Biar bagaimana, diantara Tan Ciu dan Cang Ceng Ceng
pernah terjalin api asmara. menerima sinar mata sipemuda,
Cang Ceng Ceng tergoyah, kini ia berpaling ketempat Tan
Kiam Lam.
"Membunuh orang Ini?" Ia meminta ketegasan
"Betul," berkata Tan Kiam Lam.
"Mengapa?" BertanyaCang Ceng-ceng
"Jangan banyak tanya." Bentak ketua Benteng
Penggantungan itu. "Lupakah bahwa pemuda inilah yang
menggangu kesenangan kita?"
"Kesenangan kita?"Cang Ceng-ceng berkemat-kemik.
"Betul, bila bukan kedatangannya orang ini kau telah
berada didalam sorga kesenanganmu,"
"Sorga kesenangan?"
"Dia adalah pemuda yang pernah mempermalukan
dirimu, tahu." Menerangkan lagi Tan Kiam Lam.
"Ng ..." Cang Ceng ceng menganggukkan kepalanya, "ia
telah mempermainkan aku? ... . Ng . . . Aku harus
membunuhnya."
"Itulah dengar perintah dan membunuhnya segera."
"Baik. segera kubunuh." Cang Ceng-ceng menuju kearah
Tan Ciu kembali.
"Kau memang pintar." Pujian Tan Kiam Lam kepada
Bonekanya. "Maka aku cinta padamu. Aku adalah orang
baik! Dan dia jahat. Kau harus membunuh orang jahat.
Kau harus cinta kepada orang baik?"
"Kau seorang baik!" Berkata Cang Ceng-ceng, "maka aku
cinta padamu."
Kata-kata tadi ditunjukkan kepada Tan Kiam Lam!
Maka orang yang bersangkutanlah yang diberikan kata-kata
cinta tadi!
Hal ini maklum, mengingat semua perasaan dan ingatan
Cang Ceng-ceng masih berada dibawah kekuasaan ketua
Benteng Penggantungan itu! Cang Ceng ceng sudah ditekad
bulatkan untuk membunuh Tan Ciu. kaki gadis tersebut
menuju kearah Tan Ciu!
Tan Ciu menunggu datangnya malaikat elmaut dengan
perasaan takut. Inilah kematian yang paling disegani oleh
setiap manusia, tidak selayaknya, Kita mati dibawah tangan
orang yang dikasih dan mengasih.
Jarak Cang Ceng-ceng dan Tan Ciu semakin dekat....
Si pemuda berteriak. "NonaCang, inilah aku."
Suara itu adalah suara orang yang sudah berada didepan
pintu kematian.
"Siapa kau?" Berkata Cang Ceng-ceng.
"Aku Tan Ciu."
"Tan Ciu?" Cang Ceng ceng berusaha menarik kesannya
kepada orang ini.
"Betul. Tan Ciu."
Selak Tan Kiam Lam, "Nona orang itu Tan Ciu, pemuda
yang telah mempermainkan cintamu, maka kau harus
membunuh."
"Aku harus membunuh Tan Ciu?" Berkata Cang Cengceng.
"Tentu. Dia adalah orang jabat." berkata Tan Kiam Lam.
"Orang jahat?" Berkata Cang Ceng.ceng. "Orang jahat
harus dibunuh. Aku harus membunuhmu."
"Nona Cang." si pemuda masih berusaha. "Lupakah kau
kepada Tan Ciu?"
"Tan Ciu harus taat kepada perintah nasib, alam telah
mentakdirkan kejadian ini, agaknya tidak dapat ditolak
lagi."
Si pemuda menatap wajah Cang Ceng.ceng, sangat
pucat, tidak bercahaya, itulah wajah seorang mayat hidup.
Cang Ceng-ceng telah berada didepan Tan Ciu, gadis itu
berkata.
"Hayo, bangun. Lekas mengadakan perlawanan. Aku
tidak akan membunuh kepada orang yang tidak dapat
perlawanan,"
Tan Ciu telah kehilangan kekuatan geraknya, ia ngelepot
ditanah, tidak ada niatan untuk menangkis setiap serangan
yang akan dilontarkan kepada dirinya.
"Eh. kau tidak mau melawan?" Berkata lagi Cang Cengceng.
"Melawan?" Tan Ciu menyengir kuda.
"Betul. Kau harus melawan. Tidak mau aku membunuh
orang yang sudah tidak dapat mengadakan perlawanan
sama sekali."
Tan Ciu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia berkata,
"Aku sudah tidak mempunyai kekuatan untuk
mengadakan perlawanan!"
"Tidak ada tenaga?" Cang Ceng-ceng mengkerutkan
kedua alisnya, "Tetapi kau harus berusaha
mempertahankan diri untuk hidup. Larilah. .. Seharusnya
kau berusaha untuk melarikan diri."
"Lari? , . .Melarikan diri?"
"Betul." Jawab Cang Ceng-ceng. "Kau harus melarikan
diri. Maka aku mempunyai cukup alasan untuk
membununmu."
'Aku tidak akan melarikan diri." Berkata Tan Ciu tegas.
"Bagaimana aku boleh membunuhmu?" Cang Ceng-
Ceng berkata.
Tan Kiam Lam segera membentak. "Pukul saja sudah."
Bagaikan didalam kekuasaan oleh seorang iblis, tangan
Cang Ceng Ceng bergerak. memukul Tan Ciu sudah tidak
berdaya itu.
Setiap orang wajib mempertahankan jiwanya dari
kehidupan yang lebih lama, menerima serangan, walaupun
mengetahui bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan
untuk menangisnya Tan Ciu mengangkat tangan memapaki
datangnya pukulan!
Huuuuukkk........
Tubuh Tan Ciu terpukul pergi. Sangat jauh sekali.
Kemudian jatuh diatas tanah lagi, dari mulutnya si pemuda
sudah mengeluarkan darah yang lebih banyak. Mengelepot
beberapa kali, kepala Tan Ciu terkulai, berciuman dengan
tanah dan tidak ingat orang. Ia pingsan.
Cang Ceng Ceng telah kehilangan rasa
prikemanusiaannya, ia melayangkan diri, mengikuti
terbangnya tubuh lawan itu, siap mengakhiri jiwa pemuda
tersebut.
Disaat ini.......
Melayang datang satu bayangan. langsung menubruk
ketubuh Tan Ciu dan berteriak.
Itulah wakil ketua murid Benteng Penggantungan Co
Yong Yen yang bernama Co Yong gadis yang belum lama
disembuhkan penyakit ingatannya,., .
Tangan Cang Ceng Ceng tertarik mundur. Belum ada
perintah untuk membunuh gadis baru datang, maka ia
diam.
Co Yong menengadahkan kepalanya, air mata telah
membanjir kanal dikedua pipinya, ia memandang Tan
Kiam Lam, seolah-olah memohon pengampunan.
Tan Kiam Lam menyengir kejam.
"Tidak kusangka, kau berani melarikan diri, keluar dari
Benteng Penggantungan."
Co Yong membuka suara. "Pocu, bebaskanlah dirinya
dari siksaan."
"Maksudmu ingin meminta pengampunan."
". ..." Co Yong mengiyakan jawaban ini tanpa suara.
"Kau mengimpi." Berkata Tan Kiam Lam.
"Pocu, kau boleh menahanku lagi." BerkataCo Yong.
"Tidak perlu."
"Kau boleh membunuhku." Berkata Co Yong.
"Hm... Enak, he? Ingin mati bersama-sama?" Tan Kiam
Lam memang seorang kejam. Sedikit pun orang tidak boleh
tidak menerima siksaan.
"Pocu, aku memohon kepadamu, Janganlah
membunuhnya."
"Tidak....!"
Didalam keadaan yang serba buntu itu. Co Yong
menjadi nekat, wajahnya berbangkit kembali, timbul
niatannya untuk mengadu jiwa,
"Aku tidak mengiiinkan kau membunuhnya." Sigadis
berkata dengan gagah.
"Kau belum kuat untuk menjaga keamanannya."
"Aku akan berusaha." Berkata Co Yong.
Tan Kiam Lam tidak banyak debat, ia memandang Cang
Ceng-ceng dia berkata. "Bunuh Tan Ciu dahulu."
"Baik." Cang Cang-ceng menotok jalan kematianya
pemuda itu.
Co Yong telah siap sedia, ia menangkis serangan Cang
Ceng-ceng tadi.
Ilmu kepandaian Cang Ceng Ceng berada diatas Tan
Kiam Lam, walau pun berada didalam keadaan otak
kosong, ilmu kepandaian itu belum dilenyapkan, ia tidak
mau mengantarkan dirinya dipukul orang, menyingkir
sebentar dan menyerang dari lain jurusan.
Untuk sementara, jiwa Tan Ciu dapat bebas dari
ancaman.
Bagaikan seekor kucing mempermainkan mangsanya. Co
Yong adalah 'tikus' dari jago wanita muda itu.
Manakala Co Yong sudah tidak dapat mempertahankan
diri, satu aliran tenaga menyelak masuk, menangkis
pukulan CangCeng-ceng, menolongCo Yong.
Itulah si bungkuk dari dalam kamar taha-nn Benteng
Penggantungan.
Tan Kiam Lam sangat terkejut, segera ia membentak.
"Hei, mengapa kau keluar dari kamar tahanan?"
"Betul aku telah keluar dari kamar tahanan." Berkata
otang tua bungkuk tersebut.
"Apa maksud dan tujuanmu meninggalkan tempat itu?"
"Ingin berolah raga sebentar. Tulang-tulangku telah
terasakan sangat pegal, sudah dua puluh tahun aku tidak
memainkan ilmu silat."
Tan Kiam Lam membentak.
"Manusia bungkuk, jangan kau mengganggu. usahaku."
"Aku tidak akan mengganggu usahamu, bila tidak ada
hubungannya dengan pemuda ini, tapi kini telah
menyangkutkan soal ini dengannya, aku harus turut serta."
"Ma k s u d m u ?"
"Bebaskanlah dirinya."
"T i d a k !"
Orang tua bungkuk itu tertawa terkekeh-kekeh. Katanya,
"Tan Kiam Lam, kau lebih kejam dari pada binatang.
Diketahui bahwa harimau tidak akan menelan anaknya
sendiri, tapi, kau, seorang yang sudah menjadi ayah, ingin
membunuh anak kandung?"
"Kau,ingin mengadakan larangan?" Suara Tan Kiam
Lam sangat tidak puas.
"Aku tidak menginginkan adanya tragedi sedih ini
terbentang dihadapan kedua mataku." Berkata orang tua
bungkuk itu.
"Lalu?"
"Kuharap, supaya kau dapat membatalkan maksudmu."
"Manusia bungkuk sudah lupakah kepada janjimu
sendiri?" Tan Kiam Lam memberi peringatan.
"Ha, ha, ha....." Orang tua bungkuk itu tertawa. "Belum
pernah ketelan janji sendiri. Tidak mungkin aku dapat
melupakan janji yang telah kulepas kepada orang. Aku
tidak pernah mengobral janji. Maka dapat mengingat setiap
janji yang kuberikan itu. Kujamin bukan chegue kosong."
"Bagus. Segeralah kembali kedalam kamar tahananmu."
Berkata Tan Kiam Lam.
"Janjiku tidak akan keluar dari Lembah Sing-kiat. Tidak
terbatas berada didalam kamar tahanan saja."
"Putusanmu telah bulat, ingin turut campur urusan ini?"
Bertanya Tan Kiam Lam meminta ketegasan.
"Tentu."
"Perhatikanlah gadis itu baik-baik." Tan Kiam Lam
menunjuk Cang Ceng-ceng.
Orang tua bungkuk menengok kearah gadis yang
ditunjuk dan ia menunjukkan tertawanya.
"Bagus." ia memberikan pujian.
"Matamu belum lamur tentu dapat menyelami betapa
tinggi ilmu kepandaian gadis ini bukan?" Berkata Tan Kiam
Lam.
Orang tua bangkuk menganggukkan kepala, "Tentu
tahu."
Tentu saja ia tahu, ia pernah menyaksikan bagaimana
Cang Ceng-ceng mengetengahi pertempuran Tan Kiam
Lam dan SinHong Kiap diluar Benteng Penggantungan.
"Mungkinkah kau dapat mengalahkan dirinya?" Tan
Kiam Lam buka suara.
"Aku belum pernah menempurnya, bukan?" Berkata
orang tua itu.
"Ilmu kepandaiannya berada diatasku." Berkata Tan
Kiam Lam, "Kukira kau tidak akan sanggup
menandinginya.
"Aku dapat berusaha mengimbangi kekuatan setiap
orang." Berkata orang tua bungkuk.
"Bila aku turut serta pertempuran itu mungkin kau dapat
melayani gabungan dua jago kelas satu."
"Boleh dijajal." Berkata orang tua bungkuk menantang.
"Bagus." Dan Tan Kiam Lam memandang Cang Cengceng
berkata. "Bunuh kakek usil ini."
"Segera kubunuh." Berkata Cang Ceng-ceng.
Membarengi kata-katanya, tubuh gadis yang telah
dimayat hidupkan itu bergerak luar biasa gesitnya,
ketangkasannya belum dipunahkan, ia masjh digolongkan
kedalam jago kelas satu. Didalam sekejap mata, telah
menyerang orang tua bungkuk sampai dua kali. Orang tua
bungkuk itupun seorang yang tanpa tandingan, bila Cang
Ceng ceng dapat menyerang cepat, ia pun dapat menangkis
lebih cepat lebih dari pada itu, tangannya pun tidak kosong
sambil bertahan, ia pun memberi kiriman serangan balasan.
Cang Ceng-ceng dan orang tua bungkuk telah bergulat.
Co Yong membelakangi Tan Ciu yang sudah jatuh
pingsan, ia dapat turut menyaksikan pertandingan hebat itu.
Suatu ketika, orang tua bungkuk melesat. lewat ditempat
yang tidak jauh dari Co Yong, dan berkata kepada gadis
tersebut.
"Lekas bawa Tan Ciu meninggalkan tempat ini." Dan ia
merangsek CangCeng Ceng dengan kekuatan hebat.
Co Yong sadar akan bahaya. Ia menggendong tubuh Tan
Ciu, siap melarikan diri meninggalkan Benteng
Penggantungan.
Tan Kiam Lam tertawa seram, ia menghadang
kepergiannya dan berkata.
"Kau kira mudah meninggalkan tempatku?"
Orang tua bungkuk sudah dapat memperhitungkan hal
ini, sebelum Tan Kiam Lam dapat menahan kepergian Co
Yong dan Tan Ciu. ia mengirim satu serangan maut kearah
ketua Benteng Penggantungan itu.
Gerakan Tan Kiam Lam terhadang.
Co Yong melesat dengan punggung menggendong tubuh
Tan Ciu.
Cang Ceng-ceng tidak tinggal diam, dengan gerakannya
yang gesit, ia pun memukul orang bungkuk. maka kakek ini
dipaksa meninggalkan Tan Kiam Lam,
Gerakan tadi terjadi didalam waktu yang sangat singkat
sekali, boleh dikata pada saat yang sama, karena tidak satu
gerakan pun yang lambat, maka agak sulit diikuti dengan
mata biasa.
Orang tua bungkuk tidak berani lengah, ia harus berhatihati
melayani Cang Ceng-ceng. Tan Kiam Lan mendapat
kebebasan lagi. Tapi bayangan Co Yong dan Tan Ciu telah
lenyap dari pandangan mata. Tanpa membuang-buang
waktu, ketua Benteng Penggantungan itu segera membikin
pengejaran.
Orang tua bungkuk tidak dapat memisahkan diri.
serangan-serangan Cang Ceng-ceng terlalu berbahaya,
lengah sedikit, darahnya akan mengambang ditempat itu.
Meninggalkan pertempuran Cang Ceng-ceng dan orang
tua bungkuk, mengejar kejadian Tan Kiam Lam, Co Yong
dan Tan Ciu.
Ilmu Co Yong jauh berada dibawah Tan Kiam Lam.
Pada tubuh gadis itu pun menggendong orang, hal ini
mengurangi kecepatan larinya.
Tan Kiam Lam telah berhasil mengejar.
Tangan kejam Tan Kiam Lam terjulur ke depan. Dengan
suaranya yang seperti kepala bajingan itu, ia berkata.
"Kemana kau pergi?"
Co Yong menyengot kesamping.
Tapi Tan Kiam Lam lebih cepat, ia memukul gadis
tersebut. . . . Hukkk! . . . Tubuh Tan Ciu lepas dari
gendongan Co Yong sedangkan si gadis jaruh terperosok.
Tan Kiam Lam tidak bernama Tan Kian Lam bila ia
tidak mempunyai kekejaman yang melebihi manusia biasa.
Tangan mautnya menjulur lagi ....
Tiba tiba ....
Terdengar satu suara dingin membentak.
"Hentikan gerakkan itu?"
Seorang wanita berpakaian merah telah menampilkan
dirinya, penuh kewibawaan pada wajahnya terbayang
keagungan,
Tan Kiam Lam gagal membunuh orang. Wajahnya
memandang wanita baju merah itu dan terjadilah
perubahan, wajah si ketua Benteng Penggantungan menjadi
pucat. hampir ia berteriak saking kagetnya, ia terus mundur
sampai tiga tombak.
Kejadian ini belum pernah dialami oleh Tan Kiam Lam
Mahluk manapun tidak pernah ditakuti olehnya. Hanya
munculnya wajah inilah yang paling mengejutkan.
Mengapa?
Mengapa Tan Kiam Lam takut berhadapan dengan
wajah wanita berbaju merah itu ?
Dengan ilmu kepandaiannya yang sangat tinggi dengan
otaknya yang sangat cerdas, mungkinkah masih ada
persoalan yang tidak dapat diatasi olehnya ?
Kunci jawaban berada pada wanita berbaju merah itu.
Jelas, bahwa Tan Kiam Lam kenal kepada wajah tersebut.
Dan munculnya wanita berbaju merah ini sungguh berada
diluar dugaannya.
-ooo0dw0ooo-
Jilid13
MANAKALA Tan Kiam Lam ingin mengadakan
pembunuhan, muncul seorang wanita berbaju merah,
gerakan Tan Kiam Lam berhasil dihentikan olehnya.
Dilihat sepintas lalu, Tan Kiam Lam kenal kepada
wanita berbaju merah ini, sebaliknya. wanita tersebut tidak
mengenali wajah Tan Kiam Lam, terdengar ia berkata.
"Siapa kau?"
Tan Kiam Lam disadarkan dari lamunannya, ia terkejut
sekali, suatu peringatan kepada dirinya bahwa wanita baju
merah itu sudah tidak mengenali wajahnya.
"Kau siapa?" Seolah-olah tidak kenal. Tan Kiam Lam
mengajukan pertanyaan yang sama.
"Kau belum menjawab pertanyaanku." Berkata wanita
baju merah itu.
"Aku adalah ketua Benteng Penggantungan." Tan Kiam
Lam berkata.
"Kesalahan apa yang telah dilakukan oleh mereka? Tega
benar kau menurunkan tangan jahat?" Bertanya wanita baju
merah itu yang menunjuk Tan Ciu dan Co Yong.
"Kau tidak perlu tahu." Berkata Tan Kiam Lam.
"Mengapa tidak boleh tahu?" Berkata wanita baju merah.
"Aku kenal kepada pemuda itu. Namanya Tan Ciu,
bukan?"
"Betul."
"Kau telah melukainya?"
"Ng. . ."
"Aku mempunyai urusan dengannya." Berkata wanita
baju merah, "Aku akan membawa pergi dirinya."
Wajah Tan Kiam Lam berubah.
"Hanya dengan alasan ini, kau ingin mengambil orang?"
Ia tidak puas.
"Alasan apa yang kau mau?" Berkata Wanita tersebut
suaranya sangat dingin.
"Alasan yang harus masuk diakal."
"Huh. Siapa yang berani melarang kemauanku?"
"A k u."
"Bagus! Kau kira, namun itu dapat menakutkanku ?"
"Bila kau berani mengambil dirinya dari tanganku,
mengapa aku tidak berani melarangmu!"
"Bagus . . . Bagus.. . Lihatlah . . . Aku segera mengambil
dan membawa dirinya." kata wanita itu, ia bergeser
langkah, mendekati Tan Ciu.
Tan Kiam Lam ada niatan untuk mencegah, tapi
kepandaian sang lawan luar biasa, dapatkah dia mencegah?
Badannya gemetaran
Wanita itu menoleh, disaksikan gerakkan diam itu, lalu
tertawa,
"Bagaimana?" Ia mengeluarkan suara cemooh,
"Mengapa tidak mencegahku?"
Tan Kiam Lam tidak berhasil menguasai diri tubuhnya
bergerak disertai dengan gerakkan keras ia menyerang
wanita itu.
Wanita berbaju merah itu menyingkir kesamping dari
sini ia mengirim serangan balasannya.
Tan Kiam Lam merendahkan dirinya, maka serangan
itupun tidak mengenai sasaran dari sini, ia menempatkan
dirinya kearah yang menguntungkan, dan mengirim serang
balasan.
Tatkala cepat untuk diceritakan, didalam waktu satu
tepukan tangan mereka telah bergebrak empat kali, masingmasing
mengirim empat serangan dan menghindari empat
ancaman lawan.
Manakala Tan Kiam Lam dan wanita baju merah itu
saling gebrak dengan kecepatan kilat. Co Yong telah
sadarkan diri, lukanya sangat parah, pukulan Tan Kiam
Lam bukanlah pukulan biasa. seluruh isi jereonnya bergergeseran
dari tempat semula. Dilihat olehnya ada dua
gulungan yang saling gumul itu, matanya terbelalak, tidak
diketahui. jago dari mana yang sedan menolong dirinya.
Bertepatan pada saat itu . . .
Dua bayangan yang bergumul itu terpisah, Tan Kiam
Lam mundur dari tempat kedudukannya sampai beberapa
tombak.
Wanita berbaju merah mengeluarkan suara.
"Bagaimana?"
Tan Kiam Lam semakin seram untuk meneruskan
pertandingan, tubuhnya pun mulai bergoyang lagi. Ia tak
menjawab pertanyaan itu.
Wanita tersebut telah memenangkan pertandingan tadi,
dengan puas ia tertawa, kemudian berkata.
"Wahai, ketua Benteng Penggantungan, dengarkan aku
baik-baik, pemuda itu harus kubawa. Dan kau dilarang
mengadakan pengejaran."
Ia menoleh kearah Tan Ciu berbaring.
"Aaaaa... .!"
Tiba-tiba wanita baju merah itu mengeluarkan suara
jeritan. Tempat dimana tadi Tan ciu terbaring sudah
kosong, tidak ada selembar mahlukpun ditempat itu.
"Kemanakah lenyapnya Tan Ciu?" Wanita baju merah
itu bergumam. "Siapa yang melarikan lagi?"
Pertanyaan yang sama sedang menyerang Tan Kiam
Lam. Manusia pandai manakah yang dapat membawa
orang dari samping sisinya dan wanita baju merah ini? Hal
ini sungguh-sungguh memecahkan kepala mereka.
Wanita itu telah mengambil langkah cepat, tubuhnya
melesat dan mengadakan pengejaran.
Tan Kiam Lam terbenam didalam lamunannya, hal itu
berlangsung untuk beberapa saat. Bagaimana ia tidak
terpatung, mengetahui bahwa orang-orang berkepandaian
tinngi mulai bermunculan kembali?
"Dia?... Bagaimana hidup lagi?" Tan Kiam Lam
bergumam, "Aku tak mengimpi? Tapi... ia hidup lagi... Ilmu
kepandaiannya lebih tinggi....Darimana didapat ilmu silat
itu?...Sudah waktunya aku menyembunyikan, diri.... Bila
tidak... Huh... Aku harus melatih ilmu yang dapat
mengatasinya... ilmu yang dapat mengatasinya semua
orang. setelah itu.,, Hm... Aku harus memperdalam
ilmuku...."
Bagaimana sekian lama, Tan Kiam Lam telah
menebalkan keyakinannya, tubuhnya melesat. dan
meninggalkan tempat kejadian.
Pulang kebenteng Penggantungankah orang ini?
Tidak!.
Tan Kiam Lam mengetahui, bahwa penyamarannya
segera terbuka. Benteng Penggantungan tidak dapat
dijadikan sarang lagi. Mengambil arah yang bertentangan
dengan benteng itu, ia pergi.
Sampai disini. cerita telah meningkat kearah klimaks,
cerita berikutnya menanjak langsung keatas.
Menyusul Tan Ciu . . .
Tatkala matahari pagi bercahaya terang.
Tan Ciu telah berada disebuah rumah gubuk, Ia masih
belum sadarkan diri.
Orang yang menolong sipemuda bukan Co yong. Si
gadis juga berada didalam keadaan luka. tidaklah mungkin
mempunyai itu kekuatan untuk menggendongnya.
Siapakah yang menolong kedua orang ini?
Seorang wanita berbaju hitam yang mengenakan
kerudung tutup muka berwarna hitam juga berada diluar
rumah gubuk itu. Wanita inilah yang telah menolong Tan
Ciu dari segala bahaya. Bukan satu kali saja, ia
mengeluarkan tangan bantuannya.
Siapa dia ?
Hal ini masih berupa satu kabut teka teki. Wanita baju
hitam itu melongok kedalam. dilihat dua sosok tubuh masih
terbaring. Itulah Tan Ciu dan Co Yong.
Seorang gadis berbaju hitam berjalan mendekatinya.
Wanita berkeruduug itu diam saja. Si gadis turut melongok
kedalam dan berteriak.
"Adik Ciu!"
Wanita berkerudung cepat mencegah. "Jangan
bangunkan dirinya."
Gadis itu tidak menyetujui usul ini, Ia ingin mengajukan
usul protes, katanya. "Tapi. ..."
Wanita berkerudung membentak. "Jangan membantah."
"Ibu. . ."
"Tan Sang." Bentak wanita berkerudung. "Lupakah
kepada pesanku?"
Tan Sang?
Mungkinkah Tan San tidak mati? Siapa yang tergantung
pada pohon Penggantungan?
Terdengar gadis baju hitam yang dipanggil Tan Sang itu
berkata, "Apa ia bisa mati ditempat ini?"
"Belum waktunya."
"Mengapa?"
"Hal ini akan mengganggu dirinya."
Tan Sang dapat diberi mengerti iapun menganggukkan
kepalanya. Menyetujui pendapat itu. Walau agak berat
untuk berpisah dengan sang adik, Tan Ciu adalah adik
kandung satu-satunya itulah yang membuat ia berat.
"Mari." Berkata wanita berkerudung hitam "Kuatkan
imammu.Mari kita pergi."
Mata Tan Sang basah dengan butiran2 yang bening,
itulah air mata.
Dua wanita itu meninggalkan rumah gubuk dimana Tan
Ciu dan Co Yong masih terbaring.
Beberapa saat kemudian.....
Co Yong sadarkan diri lebih dahulu. dilihat Tan Ciu
yang terbaring disampingnya, ia sangat terkejut segera ia
berteriak.
"Tan Ciu.....!"
Tidak ada jawaban, seolah-olah memanggil sesosok
mayat yang menunggu dikebumikan.
Didorongnya tubuh itu. tidak ada reaksi, Didorongdorongnya
lagi sehingga beberapa kali. Co Yong masih
mengharapkan keajaiban.
Masih tidak ada reaksi.
Co Yong menangis senggukkan. Ia sangat bersedih,
sangkanya Tan Ciu telah meninggal dunia. Manakala ia
memegang denyutan nadi si pemuda, saking lemahnya
gerakaan itu, ia tidak dapat merasakannya.
Tiba tiba ...
Satu suara derap langkah kaki bertindak kearahnya,
datang dari arah belakang sigadis. Co Yong berlompat
balik, segera ia membentak,
"S i a p a?!"
Satu bayangan merah telah berada di dalam gubuk itu,
Co Yong segera mengenali kepada wanita yang ingin
menolong mereka dari cengkraman Tan Kiam Lam.
Co Yong menduga, wanita berbaju merah inilah
tentunya yang menolong mereka dari kesulitan.
Segera ia memberi hormat, berkata. "Cianpwe, terima
kasih kepada pertolonganmu."
Wanita berbaju merah ini mendekati Co yong dan Tan
Ciu. ia menggelengkan kepala katanya. "Bukan aku yang
menolong kalian."
Co Yong sadar, dikala ia mendapat totokkan. wanita
baju merah ini masih menempur Tan Kiam Lam. siapakah
yang menjauhkan mereka dari Tan Kiam Lam?
Wanita baju merah itu masih berjalan maju. Co Yong
menaruh curiga, apa maksud kedatangannya? Segera ia
mengajukan pertanyaan.
"Cianpwe, kau?"
"Aku mencarinya," Tukas wanita baju merah itu yang
menudingkan jari kearah tempat dimana Tan Ciu masih
berbaring.
"Ada urusankah denganya?" Bertanya Co yong.
Wanita baju merah itu tertawa. berkata. "Jangan
khawatir. aku mencarinya bukan mencari urusan."
"Maksud cianpwe?"
"Anak Tan Kiam Lam, bukan?"
"Betul."
"Aku ingin bertanya kepadanya. dimanakah ayahnya itu
berada." Berkata wanita baju merah.
Mata Co Yong terbelalak.
"Cianpwee ingin mencari Tan Kiam Lam." Ia bergumam
tidak mengerti. "Belum lama mereka bertempur seru.
Bagaimana ingin menanyakannya lagi?"
Wanita baju merah tidak dengar akan gumam Co Yong,
ia sudah berada didepan Tan Ciu, memperhatikannya
sekian lama dan berkata.
"Biar kutolong dirinya dahulu." Dari dalam saku
bajunya, mengeluarkan obat berwarna merah diselipkan
kedalam mulut Tan Ciu, dan menepuk-nepuk beberapa
jalan darah pemuda itu.
Sebentar kemudian, Tan Ciu telah siuman, Ia mengeliat
bangun.
Co Yong berteriak girang. "Tan Ciu, akhirnya kau
bangun juga!"
Tan Ciu memandang keadaan disekeliling itu rumah
gubuk tersebut masih terlalu asing baginya.
Co Yong memanggil lagi. "Bagaimana perasaanmu?"
"Agak baik." si pemuda memberi jawaban.
"Syukurlah."
"Eh, bagaimana aku dapat berada ditempat ini?" Tan Ciu
mengajukan pertanyaan.
"Cianpwe inilah yang menolongmu." Co Yong
memberikan keterangan.
Tan Ciu memberi hormat. "Terima kasih kepada
Cianpwe.".
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."
Berkata wanita berbaju merah itu.
"Boanpwe akan memberikan segala jawaban" Berkata
Tan Ciu.
"Namamu Tan Ciu?"
"Betul."
"Putra Tan Kiam Lam.
"Tidak boanpwe sangkal."
"Pertanyaanku yang pertama ialah. pertanyaan tentang
ayahmu. Dan sekalian mengucapkan terima kasih
kepadamu."
"Terima kasih kepada boanpwe?" Tan Ciu mengkerutkan
jidatnya.
"Kau telah menolong Ong Leng Leng, dan aku adalah
gurunya”.Wanita berbaju merah itu memberi keterangan.
Oooo... Ternyata wanita ini adalah guru dari si Jelita
MerahOng Leng Leng!
Tan Ciu mengerti akan duduk perkara, ia berkata. "Nona
Ong baik?"
"Satu tahun lalu, pernah dikatakan olehnya bahwa kau
pernah memberikan pertolongan. Hutang budi ini tidak
akan kami lupakan. Setelah itu ia pergi entah kemana, kami
belum berjumpa lagi."
"Ng..."
"Tentang ayahmu, dimanakah kini ia berada?" Berkata
lagi guru si Jelita Merah.
"Tan Kiam Lam yang cianpwe maksudkan?" Tan Ciu
tidak mengerti.
"Ayahmu bernama Tan Kiam Lam, bukan?"
"Cianpwe ingin mencarinya?"
"Betul. Ada urusan yang belum kuselesaikan
dengannya."
"Ketua Benteng Penggantungan itulah yang bernama
Tan Kiam Lam."
"Hee !?....." Wanita berbaju merah berteriak keras. Bila
diketahui bahwa ketua Benteng Penggantungan itulah yang
bernama Tan Kiam Lam, ia tidak akan melepaskannya.
Co Yong juga sangat terkejut.
Wanita baju merah berkata lagi. "Kau katakan bahwa
ketua Benteng penggantungan itu yang bernama Tan Kiam
Lam?"
"Tidak salah lagi. Cianpwe kenal dengannya!"
"Tidak. Bila kukenal. Tentu tidak akan kubiarkan ia
pergi begini saja."
"Cianpwe berhasil mengalahkannya?"
Co Yong menceritakan kejadian tadi, dimana wanita
baju merah ini menempur Tan Kiam Lam.
"Cianpwe ingin menemui Tan Kiam Lam, ada urusan
apakah yang penting?"
"Aku ingin menanyakan seseorang."
"Bagaimanakah gelar nama orang itu?"
"Si Telapak Dingin Han Thian Chiu"
Tan Ciu terkejut. Bila keterangan Tan Kiam Lam tidak
salah, orang yang bernama Han Thian Chiu itu adalah
musuh dirinya. Bagaimana guru si Jelita Merah bertanya
tentangnnya.
Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Tan Kiam Lam mengetahui tempat bersemayamnya
Han Thian Chiu?"
"Sebarusnya. ia tahu dimana Han Thian Chiu itu
menetap.
"M e n g a p a ?"
"Mereka adalah kawan yang terbaik."
"Kawan yang terbaik?" Lagi-lagi Tan Ciu berteriak.
mungkinkah hal ini terjadi?
Dikatakan oleh Tan Kiam Lam bahwa orang yang
bernama Han Thian Chiu itulah yang ditakuti, maka ketua
Benteng Penggantungan tersebut menyembunyikan diri
didalam lembah sepi, membuat satu benteng kokoh untuk
menghindari diri dari kejarannya.
Bagaimana boleh dibantah bahwa Tan Kiam Lam kenal
baik dengan Han Thian Chiu? Bahkan mereka bersahabat
baik?
-oo-OdwO-oo-
TAN CIU masih bingung dan tidak mengerti.
Wanita baju merah berkata. "Tan Kiam Lam dan Han
Thian Chiu adalah kawan baik, mereka pasti tahu tempat
kediaman dari kawan kawan itu."
"Tidak mungkin." Tan Ciu berteriak.
”Mengapa tidak mungkin?"
"Dikatakan oleh Tan Kiam Lam„ bahwa Han Thian
Chiu itu adalah musuh besar dirinya."
"Keterangan ini tidak benar. Mereka adalah saudara
seperguruan, suheng dan sutee."
"A a a a a a a ...!"
Tan Ciu jelas dan mengerti, ternyata Tan Kiam Lam
telah menipu dirinya, segala obrolan kosong. dasar penipu
ulung.
Dengan alasan apa, Tan Kiam Lam menceritakan
kejadian itu?
Tan Ciu menggoyang-goyangkan kepala, berkata,
"Tidak benar. Kau tahu jelas tentang keadaan Tan Kiam
Lam dan Han Thian Chiu mengapa tidak kenal kepada
wajah mereka?"
Wanita baju merah memberi keterangan.
"Yang kukenal adalah waiah Han Thiam Chiu, dari
orang ini kuketahui bahwa masih ada saudara
seperguruannya yang bernama Tan Kiam Lam. Tapi aku
belum pernah menjumpai Tan Kiam Lam."
Tan Ciu diam tepekur.
Wanita baju merah berkata lagi. "Ong Leng Leng tidak
menceritakan hal ini kepadamu?"
"Ia pernah mengatakan, pada suatu hari ia akan
menceritakan keadaan dirinya. Kukira termasuk juga
kejadjan ini. Tapi sehingga saat ini, ia belum mempunyai
itu kesempatan untuk bercerita."
Wanita berbaju merah berkata. "Ong Leng Leng tidak
pernah menyebut namaku?"
"Belum."
"Pernah dengar nama Permaisuri dari Kutub Utara?"
"Cianpwe pribadikah yang mendapat julukan itu?"
"Kau memang pandai." Permaisuri dari kutub Utara
menganggukkan kepala.
"Aaaaaa. . ."
"Diluar dugaan ?"
"Diceritakan orang bahwa cianpwe telah tiada."
"Sampai hari ini, aku masih dapat bernapas."
"Dikatakan oleh mereka, setelah kau dibunuh orang,
mereka menggantung jenazahmu di atas Pohon
Penggantungan."
"Disana, aku berhasil ditolong orang."
"Siapa yang menggantung cianpwe diatas Pohon
Penggantungan?"
"Si Telapak Dingin Han Thian Chiu."
"Han Thian Chiu!"
"Kukatakan kepadamu, bahwa Han Thian Chiu adalah
orang yang kucintai, itu waktu, aku belum cukup dewasa,
maka mudah masuk kedalam perangkapnya, dergan katakata
yang manis dengan janji-janji yang seperti madu aku
menyerahkan diri. Tidak lama, aku melahirkan seorang
anak perempuan, ternyata Han Thian Chiu tidak cinta
kepadaku, setelah bosan ditinggalkan begitu saja."
Mata si Permaisuri dari Kutub Utara basah dengan air
mata.
"Demikian Ong Leng Leng terlahir?"
"Bukan. Dia bukannya Ong Leng Leng."
"Kemanakah kemudian anak itu?"
"Hampir kubunuh putri yang tak kenal dosa itu. selain
terbayang kenangan wajah ayahnya yang kejam. Karena
kepergian Han Thian Chiu, sifatku berubah, mulai
membenci semua lelaki yang hidup didunia. Tidak sedikit
yang telah kujadikan korban, kematian-kematian orang2
banyak ini menimbulkan kemarahan umum si
Cendekiawan Serba Bisa Thung Lip mengajak orangorangnya
mengeroyok aku, sehingga terjadi drama Pohon
Penggantungan, aku digantung diatas pohon itu.”
"Bagaimana Han Thian Chiu itu menggantung
cianpwe?"
"Suatu hari ia kembali. Tentu saja rasa senangku tidak
kepalang. Kukira ia sudah insaf dan betul-betul cinta
kepadaku, maka ia kembali lagi, Ia pandai membujuk rayu,
dibawah buaian asmara yang sudah hampir menjadi abu,
sekali lagi kuserahkan diriku. Didalam keadaan setengah
sadar dan tidak sadar, ia menotok jalan darahku.
menggantungkan diatas pohon Penggantungan."
Tan Ciu menggeretek gigi. "Sungguh kejam."
"Maka dengan tekun, aku melatih diri maksud ingin
menuntut balas kepadanya." Berkata si Pemaisuri dari
Kutub Utara.
"Hanya Tan Kiam Lam yang mengetahui tempat
persembunyianHan Thian Chiu?"
"Kukira Tan Kiam Lam harus tahu."
"Mudah diselesaikan, kau boleh pergi ke Benteng
penggantungan bertanya kepadanya."
"Segera kudatangi Benteng Penggantungan itu."
"Ketua Benteng Penggantungan itulah yang bernama
Tan Kiam Lam."
"Heran." Tiba-tiba Permaisuri dari Kutub Utara
mengerutkan alisnya. "Tan Kiam Lam adalah ayahmu,
mengapa begitu kejam, ingin menurunkan tangan jahat
membunuh putra sendiri?"
"Diantara kami tak ada keserasian paham."
"Keserasian paham tidak akan memisahkan hubungan
keluarga. Tidak mungkin ada seorang ayah yang ingin
membunuh anaknya, kecuali bukan hasil kandungan ayah
itu?"
"Maksudmu, Tan Kiam Lam itu bukan ayahku ?"
"Aku agak kurang percaya."
Tan Ciu menundukkan kepala, bagaimana ia tidak
bingung menghadapi persoalan yang sangat rumit seperti
ini.
Tiba-tiba si Permaisuri dari kutub Utara membentak.
"Siapa?" Tubuhnya melesat keluar dari gubuk rumah itu.
Tan Ciu dan Co Yong turut lari keluar. disana. terlihat
permaisuri dari Kutub Utara sedang berhadapan dengan
seorang penjemis tua. Itulah pengemis yang mengaku Serba
tahu menyebut dirinya sebagai si tukang Ramal Amatir.
"Kau ? . . ." Tan Ciu agak heran.
Permaisuri dari Kutub Urara menurunkan tangannya
kebawah, dengan patuh memanggil. "Cianpwe . . ."
Tan Ciu mundur satu langkah, tak disangka, dengan
ilmu kepandaian permaisuri dari Kutub Utara yang disegani
itu pun memanggil Cianpwe, bukankah si Tukang Ramal
Amatir mempunyai tingkat derajat yang sangat tinggi?
Terlihat pengemis tua itu tertawa Ha ha-hi hi hi. ia
berkata,
"Eh, kau belum mati?"
Kata-kata itu ditujukan kepada Permaisuri dari Kutub
Utara.
Wanita baju merah itu berkata, "Atas kemurahan hati
Tuhan, kematian boanpwee dibatalkan."
"Masih ingin membunuh orang?" Tegas lagi pengemis
tua itu.
"Mana boanpwee berani."
"Syukurlah! Sipatmu telah dapat berubah."
Tanpa memperdulikan Permaisuri dari Kutub Utara, si
pengemis Tukang Ramal Amatir memandang Tan Ciu dan
berkata.
"Toh. berapa lama kucari-cari dirimu. Tidak kusangka,
kau berani menyelusup masuk kedalam Benteng
Penggantungan. Setengah mati aku meramalkan tempat
pesembunyianmu itu."
Tan Ciu maju mendebat kata-kata si pengemis.
"Di Pohon Penggantungan, kau telah meninggalkan aku
dahulu. Bagaimana menyalahkan orang. Mana kutahu.
kemana kau pergi menyembunyikan diri?"
"Ha, ha . , ."
"Takut kucopot batang lehermu?" Bertanya lagi Tan Ciu
kepadanya.
"Mengapa harus menyerahkan batok kepalaku?"
Cemooh sipengemis. "pertaruhan dikalahkan olehmu.
Akulah yang seharusnya memotes batang leher kecilmu
itu."
"Huh, bagaimana kutahu, aku telah kalah?"
"Suatu hari kau akan tahu bahwa pertaruhan itu telah
dimenangkan olehku."
"Tidak mungkin."
"Ha...ha... kertas cacatanku masih berada padamu?"
"Masih."
"Bagus! Jagalah baik-baik. Nasibmu ditentukan olehnya,
tahu?"
"Huh . . . Hmm . . ."
Si Tukang Ramal Amatir berbalik kearah Permaisuri dari
Kutub Utara kepadanya ia berkata.
"Kudengar kalian sedang memperbincangkan urusan
Tan Kiam Lam maka aku turut campur."
Permaisuri dari Kutub Utara menganggukkan kepala. Ia
membenarkan kata-katanya si pengemis tua.
Pengemis itu berkata lagi. "Juga membicarakan soal Han
Thian Chiu?"
"Betul." Berkata si wanita baju merah. "Semua urusanku
tidak luput dari pada mata cianpwee yang lihay."
"Ha . . .ha . , ." Si pengemis tua tertawa. "Sudah jelas
perkara apakah yang dapat mengelabui mataku? Dan
jangan kalian kaget kutahu Tan Kiam Lam itu sudah tiada!"
"Aaaaa...!"
"Apa?"
Tan Ciu dan Permaisuri dari Kutub Utara berteriak
bareng.
Sebagai seorang yang masih mempunyai hubungan
keluarga. Tan Ciu tidak dapat melepas darah dagingnya
begitu saja. walau sang ayah berbuat jahat, sebagai seorang
anak yang berbakti. ia turut berprihatin.
"Cianpwe mengatakan bahwa ayahku sudah mati?" Ia
meminia ketegasan.
Si Tukang Ramal Amatir menganggukken kepala seolaholah,
ramalannya ini sudah terlaksana.
"Siapakah orang yang menjadi ketua Benteng
Penggantungan itu?"
"Kau percaya. bahwa si Ketua Benteng Penggantungan
sebagai jelmaan Tan Kiam Lam?"
"Mungkinkah bukan Tan Kiam Lam?"
"Dia bukan Tan Kiam Lam!"
Tan Ciu mengerutkan kedua alisnya. Mungkinkah katakata
itu dapat dipercaya?
Segera ia mengutarakan kecurigaannya.
"Bagaimana kau tahu bahwa dia bukan Tan Kiam Lam?"
"Dia tidak mirip Tan Kiam Lam."
"Tidak mirip?"
"Betul. Tidak mirip Tan Kiam Lam."
"Aku tidak mengerti."
"Heem......." Si pengemis tua itu berdehem. "Tahukah
kedatangan si pendekar Dewa Acgin Sin Hong Hiap ke
Benteng Penggantungan?"
"Pamanku yang bernama Tan Kiam Pek itu yang
menjanjikannya bertempur didepan Benteng
Penggantungan."
"Tepat. Tahukah alasannya. mengapa Tan Kiam Pek
menantang Sin Hong Hiap menempurkan dirinya didepan
Benteng Penggantungan?"
"Aku bukan tukang ramal! Aku tak tahu."
"Aku telah bertemu dengan Tan Kiam Pek dan ia telah
bercerita kepadaku." Berkata si tukang ramal Amatir itu.
"Apakah alasan yang dikemukakan olehnnya"
"Alasan pertama, ingin membuktikan bahwa ketua
Benteng Penggantungan bukanlah Tan Kiam Lam."
"Dan ia berhasil?"
"Tentu. Telah dipastikan olehnya bahwa ketua Benteng
Penggantungan itu bukanlah Tan Kiam Lam."
"Alasannya?"
"Sebagai seorang saudara, Tan Kiam Pek tahu jelas akan
kebiasaan sang saudara, dan hal ini tidak terdapat pada Tan
Kiam Lam palsu."
"Apakah kebiasaan Tan Kiam Lam yang paling khas."
"Manakala ia bertempur. pasti ia menggunakan tangan
kanan, sedangkan ketua Benteng Penggantungan itu pandai
menggunakan tangan kiri, ketidakserasian yang paling
menyolok mata."
Tan Ciu dapat diberi mengerti. Pengemis tua itu berkata
lagi,
"Tujuan berikutnya dari rencana Tan Kiam Pek sebagai
berikut, ia ingin mengetahui ilmu-ilmu silat dari kedua
orang yang bertempur itu, dengan demikian ia dapat
menambah pengalaman. Dimisalkan betul, ia berhasil
mempelajari ilmu silat dari kedua jago tersebut. pada suatu
hari, ia dapat menandingi Tan Kiam Lam."
Tan Ciu berkata.
"Jadi. tidak dapat disangsikan lagi, bahwa Tan Kiam
Lam itu adalah Tan Kiam Lam palsu."
"Tentu saja."
"Tapi. . . . Tapi....."
"Masih meragukan keteranganku?" Bertanya sipengemis
tua.
Tan Ciu berkata.
"Mengapa mempunyai wajah Tan Kiam Lam."
"Wajah itu mudah diubah."
"Maksud Cianpwe, wajah siketua Benteng
penggantungan telah diubah oleh seorang tokoh make up
yang lihay?"
Siapakah akhli make up yang sangat lihay ini?
Si Tukang Ramal Amatir tidak segera menjawab
pertanyaan ini, sebaliknya memandang kearah permaisuri
dari Kutub Utara, dengan perlahan-lahan dan tandas, ia
berkata.
"Itulah si Telapak Dingin Han Thian Chiu,"
"Aaaaa . ..!"
Permaisuri dari Kutub Utara mempentang kedua
matanya lebar-lebar.
"Kau menuduh, seolah-olah bahwa ketua Benteng
Penggantungan itu sebagai jelmaan Han Thian Chiu?"
Permaisuri dari Kutab Utara meminta ketegasan.
"Betul." Si pemuda menganggukkan kepala. "Dengan
ilmu kepandaian menghias mukanyaHan Thian Chiu dapat
mengubah siapa pun juga. Termasuk jugaWajah Tan Kiam
Lan."
Permaisuri dari Kutup Utara mengoceh. "Han Thian
Chiu. ..? Han Thian Ciu." Tiba-tiba ia bertepuk keras.
"Betul. ia pandai menggunakan tangan kiri. Tatkala baru
melihat wajahku, ia gemetaran takut. Ternyata ia bingung
karena kehadiran aku, ia bingung karena aku tidak mati."
Si Tukang Ramal Amatir berkata lagi. "Tentunya, Tan
Kiam Lam telah dianiaya olehnya. Dengan demikian,
dengan menggunakan wajah Tan Kiam Lam, ia
memunculkan dirinya didalam rimba persilatan.
Menjadikan dirinya sebagai seorang ketua Benteng
Penggantungan."
Tan Ciu mempunyai pendapat yang sepaham, sangatlah
masuk diakal. bila ketua Benteng Penggantungan itu ingin
membunuh dirinya mengingat bahwa dirinya bukanlah
putra si jahat.
Permaisuri dari Kutub Utara menggerak tubuhnya, ia
melesat jauh.
Terdengar suara bentakan si pengemis tua, "Hei. apa
yang kau ingin kerjakan?"
Tubuhnya turut melesat. sebentar kemudian berhasil
menghadang wanita baju merah itu.
"Ingin ke Benteng Penggantungan?" Demikian ia dapat
menduga isi hati orang.
"Betul, aku harus segera membunuhHan Thian Chiu,"
"Akh..." sipengemis tua menghela napas.
"Telah dua puluh tahun, kunanti-nantikan saat yang
seperti ini." Berkata lagi Permaisuri dari Kutub Utara.
Tan Ciu turut membuka suara. "Aku turut serta."
"Bagus," berkata permaisuri dari Kutub Utara itu. "Mari
kita bersama-sama membikin perhitungan dengannya
Menghindari diri sipengemis tua, Tan Ciu dan
Permaisuri dari Kutub Utara menuju Benteng
Penggantungan.
Si tukang Ramal Amatir tidak mau ketinggalan,
diajaknya Co Yong dan berkata. "Mari kita turut
menyaksikan keramaian."
Co Yong telah mengikatkan hatinya kepada Tan Ciu,
kemana pemuda itu pergi. iapun terus turut serta, kini
diketahui bahwa Tan Ciu harus mencari orang yang telah
memalsukan ayahnya, bagaimana ia tidak turut serta?
Iring-iringan ini menuju kearah Benteng Penggantungan.
Sebagai perintis jalan adalah Permaisuri dari Kutub
Utara, direndengi oleh Tan Ciu. Dibelakang mereka adalah
sipengemis tua menyebutkan dirinya sebagai si Tukang
Ramal Amatir, tidak ketinggalan jugaCo Yong.
Sebentar kemudian.
Tan Ciu beserta ketiga kawannya telah didepan Benteng
Penggantungan.
Keadaan sangat sepi, tidak ada penjagaan juga tidak
terlihat ada orang yang mencegat perjalanan mereka.
Mengapa? Mengapa dapat terjadi kejadian seperti ini?
Ternyata, didalam Benteng Penggantungan telah terjadi
perubahan.Munculnya Permaisuri dari Katub Utara sangat
mengejutKan ketua Benteng itu, mengetahui bahwa
penyamarannya segera terbuka, ia pun segera melarikan
diri.
Keadaan di Benteng Penggantungan sangat tenang.
Tiba-tiba.....
Keempat orang itu dikejutkan oleh terdengarnya suara
rintihan seseorang. Mereka mengikuti datangnya suara dan
menemukan seorag yang menggeletak ditanah dalam
keadaan luka.
Tan Ciu bertindak gesit, segera dikenali orang tua
bungkuk yang telah membantu dirinya melarikan diri.
"Cianpwe....!" Ia berteriak.
Orang tua bungkuk itu tidak dapat melihat, ia berkata
lemah. "Siapa?"
"Aku." Jawab si pemuda. "Aku Tan Ciu."
Permaisuri dari Kutub Utara berteriak.
"Aaaa , . .! Kau berada ditempat ini?" Ternyata ia kenal
pada orang tua bungkuk itu.
Tan Ciu mengajukan pertanyaan.
"Cianpwe kenal dengannya? Siapakah dia?"
"Dia adalah Kui Tho Cu," permaisuri dari Kutub Utara
memberikan jawaban.
"Aaaa,..! si bungkuk Kui Tho Cu?!"
"Betul!"
Tan Ciu tahu betul bahwa Cang Ceng-ceng juga mencari
seorang bungkuk yang bernama Kui Tho Cu, tidak disangka
bahwa orang yang mau dicari oleh gadis berbaju putih itu
telah dilukai olenya juga. Mereka telah bertemu, segera
mereka bertempur, dan tentunya Kui Tho Cu jatuh dibawah
tangan CangCeng Ceng.
Tan Ciu pernah menanyakan keadaan Kui Tho Co
kepada ketua Benteng Penggantungan itu, demikian juga
Cang Ceng Ceng, tapi disangkal dan tidak diberi tahu.
Sehingga terjadi kejadian seperti ini.
Tan Ciu mengeluarkan dua butir obat Seng Hiat Hoan
hun-tan, ditelankannya kedalam mulut Kui Tho Cu.
Permaisuri dari Kutub Utara menggerak-gerakkan
jarinya, menotok beberapa jalan darah orang tua bungkuk
itu, ia ingin mempercepat proses pengobatan.
Luka Kui Tho Co sangat berat. masih ia menggeliat,
tidak ada tenaga untuk menengok lagi.
Tan Ciu memandang wanita baju merah itu dan
mengajukan pertanyaan.
"Masih ada harapan?"
Ilmu kepandaian Permaisuri dari Kutub Utara tinggi
sekali dan lihai, ia tahu bagaimana keadaan luka yang
diderita oleh manusia bungkuk itu, ia berkata.
"Biar kuusahakan sedapat mungkin."
Dikerahkan tenaganya, dan siap memasangkan telapak
tangan kepunggung orang, maksudnya menyalurkan tenaga
dalam.
Si Tukang ramal amatir segera menyusul dan berteriak.
"Tugas ini serahkan kepadaku."
Permaisuri dari Kutub Utara mengundurkan diri,
menyerahkan tugas tersebut padanya.
Pengemis tua itu segera menyalurkan tenaga kearah
sibungkuk.
Permaisuri dari Kutub Utara berkata. "Mari kita
mencarinya."
"Baik!" sahut Tan Ciu yang tidak sabar untuk
mengetahui rahasia ketua Benteng Penggantungan
Co Yong berteriak. "Tan Ciu...!"
Si pemuda menghentikan langkahnya. menoleh kearah
gadis itu dan berkata.
"Ada apa ?"
“Ilmu kepandaian gadis berbaju putih itu tidak berada
dibawah si ketua Benteng Penggantungan. Dibawah
kekuasaan Ie-hun Tay-hoat mana mungkin ia membedakan
kawan dan lawan. Ada lebih baik untuk menunggu
sebentar."
"Jangan takut." Berkata Permaisuri dari Kutub Utara.
"Masih ada diriku bukan?"
Co Yong menggeleng-gelengkan kepala.
"Ada lebih baik menunggu cianpwe ini."
"Masakah aku kalah dengan Han Thian Ciu?" berkata
Permaisuri dari Kutub Utara tidak puas
"Kau akan dikalahkan oleh CangCeng Ceng."
"Belum tentu."
"Ilmu kepandaianmu dapat memenangkan orang tua
bungkuk ini?"
Permaisuri dari Kutub Utara tertegun, ilmu
kepandaiannya berada dibawah tingkat Kui Tho Cu.
sedangkan manusia bungkuk itu dapat dikalahkannya,
bagaimana ia dapat memenangkan pertandingan?
Permaisuri dari Kutub Utara dapat diberi mengerti, ia
harus menungga hasil dari penyembuhan Kui Tho Cu.
Beberapa saat kemudian Si Tukang Ramal Amatir
melepaskan saluran tenaganya, Kui Tho Cu menoleh dan
bersempokan mata dengan pengemis tua itu.
"Eh, kau belum mati?" Ia terkejut sekali.
"Kentut busuk, bila kau mati. Siapa yang
menyembuhkan lukamu?" Bentak pengemis tua yang
mempunyai sifat angin-anginan!
"Untung kau tiba pada saatnya," berkata Si manusia
bungkuk.
Tan Ciu maju mengadakan pertanyaan. "Cianpwe,
bagaimana kau terluka ?"
Kui Tho Cu. mendelikkan mata, katanya. "Telah kau
saksikan, bukan? Aku ditempur oleh kawan wanitamu itu.
Dan tentu saja, aku kalah dibawah tangannya."
”Kini, dimanakah ia berada ?"
"Ia juga menderita luka."
Tan Ciu berteriak girang. "A a a a ... ia juga menderita
luka? Syukurlah, kita segera dapat mengalahkan mereka."
"Lukanya tidak lebih ringan dari luka yang kuderita."
berkata Kui Tho Cu memberi keterangan.
"Pernah lihat ketua Benteng Penggantungan itu?"
"Tidak, entah kemana ia telah pergi."
Bebetapa bayangan melayang datang, mereka adalah
wakil ketua Benteng Penggantungan Co Yong Yen, si
pemuda dingin Pek Hong, wanita berbaju hitam Kang
Leng, Cie Yan dan lain-lain.
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-ngentot-anak-smp-pohon-keramat-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Ngentot Anak SMP : Pohon Keramat 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2012/07/cerita-ngentot-anak-smp-pohon-keramat-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 103 komentar... read them below or add one }

jual obat diare yang ampuh mengatakan...

panjang bener, tapi salut lah sama yang nulis nya.

jual obat kanker payudara yang ampuh mengatakan...

wah tulisan nya panjang banget

obat kurang darah mengatakan...

waduh tulisannya panjang pisan emm... cape saya bacanya

Obat Herbal Penyakit Gagal Ginjal mengatakan...

ser seran gan bacanya :D
terimakasih atas share nya

Obat Herbal Patah Tulang mengatakan...

serem banget gan ceritanya he he .....

Obat Herbal Darah Tinggi / Hipertensi mengatakan...

panjang banget ceritanya ..
tapi bgus ko

hendri prastio mengatakan...

artikelnya bagus sekali sob,,menambah pengetahuan dan wawasan.. terima kasih banyak atas sharenya..semoga selalu menciptakan karya" terbaiknya,,,dan ditunggu UPDATEan terbarunya sob,,,pokoknya mantap deh! keren buat blog ente ! dan saya mohon dukungannya sob buat lomba kontes SEO berikut:
Ekiosku.com Jual Beli Online Aman Menyenangkan
Commonwealth Life Perusahaan Asuransi Jiwa Terbaik Indonesia
terima kasih atas dukungannya sob,, saya doakan semoga ente selalu mendapatkan kebaikan,, dan terus sukses!! amin hehe sekali lagi terima kasih banyak ya sob...thaks you verry much...

Obat Herbal Polip mengatakan...

kepanjangan gan ceritanya

Obat Herbal Gegar Otak mengatakan...

sedikit masukan ya gan ini ceritanya terlalu kepanjangan

obat telat bulan mengatakan...

panjang bener, tapi salut lah sama yang nulis nya.

Obat Darah Tinggi mengatakan...

wualah... panjang teanan..

pengobatan penyakit hepatitis mengatakan...

waw ceritanya nhe bahaya!!

Obat Maag mengatakan...

Menarik sekali..
Artikel yang Anda berikan sangat bermanfaat,,
salam sehat..

deden mengatakan...

kunjungi deden-arpega.blogspot.com

Anonim mengatakan...

Koleksi photo cewek Toge Mulus Lagi Telanjang Full HD


Toket Indah Para ABG Kimcil


Ngentotin ABG Perawan Memek mulus


ABG Bugil Galau Putus Cinta


Toket Anak ABG Ababil SMA


Mandi Basah Tante Toge Malam Jumat


SBG Rokok Seksi Pamer Bulu Jembut


Kumpulan Para ABG Jilbab Bugil


Foto Tante di Entot Sampai Muncrat


Cewe Arab Narsis Pamerin Toket Gedenya






































































































































































.

Grosir Alat Bantu Sex mengatakan...

Grosiralatbantusex

Mantaf gan ceritanya seru bangus nyari yang lebih seru lagi gan

Lobangbokep

Topikpilihan

Radarterkini

Caraklik

Patromanterkini

Beritaukan

Topikkesehatan

Pilihanterbaru

Obat Penghancur Lemak mengatakan...

keren

Slimming Capsule mengatakan...

keren

obat sakit pinggang tradisional mengatakan...

bagus

obat herbal pelangsing mengatakan...

terima kasih informasinya,
ditunngu updatenya!!!

ace maxs mengatakan...

terimaksih informasi menariknya ..

Herbal ace maxs mengatakan...

info yang menraik

obat diet mengatakan...

keren

obat pelangsing badan mengatakan...

terima kasih

obat osteoporosis tradisional mengatakan...

ini baru menarik gan ,,.

obat kanker prostat tradisional mengatakan...

memang mantap :)

obat diare herbal mengatakan...

nice info ..

pengobatan herbal kelenjar gondok mengatakan...

terimakasih atas postingan yang sangat menarik nya gan...
semoga bernabfaat

0bat kanker hati tradisional mengatakan...

thanks for the info very useful

obat leukemia herbal mengatakan...

terima kasih atas informasinya, bermanfaat banget buat saya yang sedang mencari informasi.

obat radang hati herbal mengatakan...

good luck postingannya gan ..

pengobatan herbal penyakit tbc mengatakan...

informasi yang menarik dan bermanfaat ..

obat batu empedu herbal mengatakan...

nice information ..

obat benjolan di vagina tradisional mengatakan...

Wah, bagus nih artikelnya sangat membantu sekali.

pengobatan herbal kanker otak mengatakan...

nice share ,, :)

obat kanker nasofaring herbal mengatakan...

mantap juga infonya,,makasih dan sukses slalu,,

obat katarak herbal mengatakan...

thank for post
i like it

pengobatan herbal hernia mengatakan...

Saya suka posting ini, Terima kasih untuk berbagi.

pengobatan herbal turun berok mengatakan...

Terima kasih untuk artikel
Silahkan kunjungi blog saya.
Terima kasih banyak ...

obat kanker ovarium herbal mengatakan...

Terima kasih untuk posting yang sangat informatif

obat kanker serviks herbal mengatakan...

nice post,thanks for infonya salam kenal gan good luck always

obat vertigo tradisional mengatakan...

postingan yang menarik :)

OBAT TRADISIONAL JANTUNG mengatakan...

postingan yang sempurna :)

OBAT TRADISIONAL JANTUNG mengatakan...

Sangat senang menemukan web site ini. saya ingin mengucapkan terima kasih untuk membaca besar ini.

obat kyphosis tradisional mengatakan...

website ini penuh informasi dan bermanfaat terimakasih ..

obat batu empedu tradisional mengatakan...

makasih banget atas informasi yang sangat berguna ini.

obat kanker leher rahim tradisional mengatakan...

postingan menarik banget nih, salut..
terimakasih…

obat kelenjar getah bening tradisional mengatakan...

artikel yang mengajak kita untuk selalu hidup sehat...
makasih atas infonya..
salam kenal dan salam sehat

pengobatan jantung bocor tanpa operasi mengatakan...

Baru kali ini nih saya baca artikel yang semenarik ini.

obat radang testis tradisional mengatakan...

artikel ini sungguh menarik,makasih banyak untuk kak admin,

pengobatan jantung bocor tanpa operasi mengatakan...

Terimakasih gan atas informasi yang akurat, tajam dan terpercaya ini. Semoga informasi ini dapat memberikan wawasan yang lebih untuk semua pembaca khususnya saya sendiri.. sumpeh dah ane salut sama postingan agan yang satu itu, baguss beneerrr, jadi ngiri
Sukses selalu dah gan buat ente, berikan terus informasi yang menarik seperti ini

pengobatan jantung bocor tanpa operasi mengatakan...

Selamat pagi,, semoga aktivitas hari ini sukses dan menyenangkan yah.. Dan semoga apa yang diberikan bisa berupa informasi yang bermanfaat. Terimakasih dan salam semangat dari yang paling semangat !! :)

OBAT TRADISIONAL JANTUNG mengatakan...

tnxs for sharing :)

obat kanker hati herbal mengatakan...

Informasi yang sangat manrik dan teirma kasih atas informasi yang sudah disampaikan salam sukses selalu aja gan !

pengobatan herbal sinusitis mengatakan...

Makasih Gan Bemanfaat Bnget Infonya....!!

pengobatan keputihan secara alami mengatakan...

informasinya menarik sekali, Terimakasih Gan....

obat osteoporosis tradisional mengatakan...

sebuah artikel yang menarik dan sangat bermanfaat. lanjutkan terus gan sebuah kreatifmu.. saya tunggu...

obat usus buntu tradisional mengatakan...

Terimakasih atas sajian informasi nya sangat bermanfaat, , semoga untuk kedepannya bisa menyajikan informasi yang lebih membangun lagi " salam sehat "

Obat Aborsi Herbals mengatakan...

terimakasih atas informasinya.
semoga cerita nya bermanfaat gan

Anonim mengatakan...

Mantabh ceritanya, kaya kereta api..panjang dan laaama..:D

SMP BUGIL | SMA BUGIL | TANTE KESEPIAN
======================================
TERBOHAY.MEXIMAS.COM/TERBOHAY
======================================

NIKMATNYA MEMEK ANAK SMP YANG PERET

MANDI NIKMAT BERSAMA TANTE ELSY

SMP JILBAB CANTIK BELAJAR BUGIL

TANTE LENY HAUS KONTOL LELAKI

NINJA CANTIK PEMBURU KONTOL



Unknown mengatakan...


obat pembesar penis
alat pembesar penis
obat kuat sex
obat perangsang wanita
obat pembesar payudara
alat pembesar payudara
alat bantu sex pria
alat bantu sex wanita

Unknown mengatakan...

your article is really amazing, Thank you..
please visit our website, hehe ;)
Bandar Bola | Agen Casino

Obat Lemak Darah Tinggi mengatakan...

Menarik sekali gan untuk disimak :)

Obat Peninggi Badan Anak mengatakan...

saya suka banget artikelnya :)

Cara Cepat Mengobati Penyakit Osteoarthritis mengatakan...

makasih banyak ya gan atas infonya, nyimak dulu, sangat bermanfaat sekali

Cara Cepat Mengobati Penyakit Flu Menahun mengatakan...

ijin nyimak gan, makasih atas sharenya

Unknown mengatakan...

The article is very good quality and content is very, very nice and delicious read.
Obat Kuat Pria

mas bawer mengatakan...

INFO KESEHATAN DAN KECANTIKAN MAS BAWER SHOP


Obat Perangsang Wanita
Alat Bantu Sex
Cream Pembesar Payudara
Cream Pemontok Payudara
Bra Pembesar Payudara
Alat Pembesar Payudara
Selaput Dara Buatan
obat perapat vagina
Crystal X Asli
Pemutih Ketiak
Penghilang Bekas Luka
Obat Penumbuh Rambut
Pemerah Bibir
Perontok Bulu Permanen
Obat Penghilang Tatto
Obat Peninggi Badan
Obat Penggemuk Badan
Obat Penghilang Jerawat
Cream Pemutih Wajah
Obat Pemutih Badan
Cream Pemutih Badan
Pemutih Gigi Alami
Pembesar Pantat
Semenax
VmenPlus

Cara Cepat Mengobati Penyakit Asam Urat mengatakan...

thanks ya gan atas sharenya, salam sehat, ijin nyari backlink ya gan

Unknown mengatakan...

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Jonny Chan mengatakan...

Domino qq
qq Online
Agen Taruhan
Bandar Bola
Tv Online
Bioskop 21
Film Porno
Tv Indonesia
Film Bokep
Info Bola
Hasil Keluaran Togel
Info Togel
Aplikasi Gratis
Foto Bugil
Cerita Dewasa
Indo Togel
Keluaran Togel
Prediksi Bola
Livescore

Obat Pilek Menahun Untuk Ibu Hamil mengatakan...

thanks gan, salam salam salam backlink gan

Cara Cepat Menyembuhkan Pilek Menahun mengatakan...

ia gan makasih banyak atas sharenya

Cara Cepat Obati Penyakit Pilek Menahun mengatakan...

siang gan semuanya, salam sehat, ijin backlink gan hehehehe

Unknown mengatakan...

Website of yours is very nice, and it is also good to read. Anyway a success continue to make you the owner of this blog.
Obat Pengurang Nafsu Makan

judi poker mengatakan...

judi poker
poker online
judi poker online
poker online terpercaya
bandar poker

walmer mengatakan...



Nonton Film Online
Film Bioskop Online
Bioskop Online
Nonton Film
Film Bioskop Online
Subtitle Indonesia
Nonton Movies Online
NontonMovie
Bioskops
Nonton Movie

Unknown mengatakan...

incredible experience after I read your blog, each article can surely bring blessings to all who read it, keep your health suplemen tubuh agar kuat puasa

Unknown mengatakan...

Really your blog is very interesting.... it contains great and unique information. I enjoyed to visiting your blog. It's just amazing.... my blog: Penyebab Batuk Kering Disertai Gatal Tenggorokan

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan....

Agen Poker online mengatakan...

artikelnya bagus gan....

agen jamkho mengatakan...

memek sia

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

artikelnya bagus gan.....

Obat Kuat Herbal mengatakan...


Jual Obat Kuat Lelaki
Obat Kuat Cialis 50mg Tadalafil
Obat Kuat Viagra 100 Mg ASLI
Obat Kuat Stud 007 SUPER
Kondom Sambung Jumbo Polos
Kondom Silikon Gerigi
Kondom Badak Silikon Getar
Alat Pembesar Penis Big Long
Cobra Oil Super ASLI
Celana Vakoou Magnetik MURAH
Pelangsing Badan Fruit Plant ASLI
Procomil Spray Asli German
Pelangsing Badan Fatloss ASLI
Obat Kuat Samsu Oil Asli
Obat Perangsang Potenzol Cair
Tissue Magic Super Power
Obat Kuat Cream Play Boy MURAH
Kapsul Getar Elektrik MURAH
Penis Ikat Pinggang Elektrik
Vagina Getar Silikon Elektric MURAH
Celana Hernia Magnetik Butterfly
Perontok Bulu Yofume PERMANEN
Jual Ring Penggeli Wanita
Obat Mata Tetes Pill HERBAL
Obat Kuat Tangerang
Obat Kuat Levitra 20mg
Viagra USA Original
Obat Kuat Procomil Spray
Vakum Penis

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Unknown mengatakan...

Bagus sekali blog-nya, Terus berkarya Gan...!!
Yuk Mampir ke Situs Kami, Byk bonus menanti.
Terima kasih

KONTES SEO
Dewa Poker
Agen Poker Online
Poker Online
Poker uang Asli
Texas Holdem Poker
Agen Poker
Domino Kiu Kiu
Zynga Poker
Poker Online Terpercaya
Agen Poker Terpercaya
PokerV
Agen Poker Terbaik
Bandar Judi Online
Tempat Judi Online
Situs Judi Terpercaya
Agen Judi Aman dan Terpercaya
DewaPokerQQ

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan........

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan......

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus artikelnya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

bagus ceritanya gan.....

Agen Poker online mengatakan...

ceritanya bagus gan.......

agen poker online indonesia mengatakan...

bagus ceritanya gan.....

sixbass mengatakan...

haii,.. Website of yours is very nice, and it is also good to read. Anyway a success continue to make you the owner of this blog. Tips Agar Penis Tidak Mudah Loyo Atau Lemas || Inilah Tips dan Cara Ampuh Mengatasi Ejakulasi Dini || Efek Terlalu Sering Mengeluarkan Sperma || Cara Memperbanyak Sperma || Dampak Terlalu Sering Onani Atau Masturbasi || Berhenti Onani Apakah Bisa Sembuhkan Ejakulasi Dini

icha anggraini mengatakan...

http://www.central-kecantikan.com/obat-kuat-pria-thors-of-hammer.html
Obat pembesar penis vimax asli merupakan obat pembesar penis no.1 di dunia,obat ini sangat cocok untuk anda yang kurang pede dengan ukuran penis anda.
Bagi anda yang mengalami masalah pada ereksi kami sarankan untuk memakai obat kuat herbal pria yang bernama obat kuat herbal thors of hammer obat kuat herbal thors of hammer ini adalah
obat kuat pria terbaik dan terlaris saat ini hammer of thor merupakan obat kuat alami yang aman tanpa efek samping,hammer of thor disini adalah hammer of thor asli kami menjual hammer of thor original dan aman untuk harga obat hammer of thor sendiri cukup terjangkau.

Anonim mengatakan...

Dalam Website Poker Vita menyediakan games seperti Texas Poker, Capsa Susun, Bandar Poker, Domino QQ, Adu Q, dan Bandar Q.



Nikmati Promo Terbesar Dari POKERVITA Situs Judi BandarQ Terpercaya
* Promo Bonus Turnover Harian/Mingguan/Bulanan
* Promo Refferal 15% Seumur Hidup





Promo BONUS Cashback setiap hari!!!!

info Lebih Lanjut
Whatsapp : +62 812-222-2996
WWW.POKERVITA.FUN

nonok mengatakan...

http://biosung.co.id

Posting Komentar