GOLOK MAUT 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 05 September 2011

Pemilik Golok Maut kembali melancarkan serangan tangannya, kekuatan hebat menggulung
orang2 yang menyerbu padanya. Karena sudah timbul napsunya membunuh, maka caranya turun
tangan kali ini mungkin lebih hebat daripada yang sudah2.
Beberapa kali suara jeritan ngeri terdengar, empat orang yang menjadi sasaran pertama
badannya telah terpental terbang ke-tengah udara, mulut mereka menyemburkan darah segar,
kemudian badan mereka jatuh ketempat sejauh kira tiga tombak dan lantas melayang jiwanya .
Yang lainnya pada Ketakutan setengah mati, maka serangannya dengan sendirinya lantas
menjadi kendor.
Pemilik Golok Maut lalu ulur tangannya, dari dalam bajunya mengeluarkan senjata keramatnya.
Senjata yang berkilauan sudah berada dalam genggamannya.
"Golok Maut "
Suara seruan kaget telah terdengar riuh, orang2 itu tanpa sadar pada mundur dua tindak
dengan perasaan takut yang amat sangat.
senjata aneh itu telah muncul, suatu tanda akan terjadi pembunuhan hebat dan mengerikan.

Pada saat itu, hawa malam dirasakan lebih dingin. Lebih jauh sudah terdengar suara ayam
berkokok. Langit disebelah Timur sudah kelihatan memancarkan cahaya kuning keemasan,
menandakan hari sudah akan menjelang fajar.
Tapi dijalan raya dekat rimba lebat itu akan terjadi pembunuhan besar2an.
Lo Cu Tan dan Kong sun Pa yang sebagai tongcu dari Im mo kauw, dihadapan para anak buah
Im mo kauw, sudah tentu tidak boleh menunjukkan perasaan takut.
Mereka sudah mengetahui kalau mereka tidak akan mampu menandingi, juga terpaksa harus
bertindak secara nekad. Apa lagi saat itu yang menjadi korban sudah ada tujuh orang banyaknya.
Maka ke dua-duanya lantas maju menghampiri pemilik Golok Maut.
Pemilik Golok Maut terus memasang matanya yang bersinar tajam, menatap wajahnya kedua
orang tersebut. Kemudian ia berkata dengan suara dingin
"Kalian berdua jika masih ingin mundur dalam keadaan utuh, jawablah pertanyaan yang akan
lohu sebutkan ini."
"Coba tuan sebutkan." jawab Lo Cu Tan sambil ketawa nyengir.
"Apa sebabnya perkumpulan kalian mengejar aku dan paksa aku mengunjungi perkumpulan
kalian ?"
"Kami hanya berbuat sekedar menurut perintah. Maaf kami tidak dapat memberitahukan apa
sebabnya."
"Benarkah kalian tak mau menjawab ?"
Pemilik Golok Maut maju tiga tindak. sehingga kedua pihak terpisahnya semakin dekat.
Lo Cu Tan wajahnya berubah.
Kong sun Pa mendekati Lo Cu Tan, ia telah bersiap sedia jika kedua pihak tidak mendapat
kecocokan, lantas hendak turun tangan.
Tujuh anak buah Im-mo kauw yang lainnya sambil menghunus senjata masing2 matanya
ditujukan kepada ketiga orang itu. suasana makin tegang.
sementara itu, Kong Jie yang tadinya jatuh, kini sudah mengambil kembali pedangnya. Ia
duduk disuatu tempat tiga tombak jauhnya dari kalangan untuk mengatur pernapasannya.
Kelihatannya ia telah mendapat luka yang tidak ringan. Pemilik Golok Maut membuka mulutnya
berkata pula: " Kalian mau menjawab atau tidak ?"
Matanya Lo Cu Tan seolah-seolah membara, ia menjawab dengan suara keras :
"Kalau kami tidak menjawab, lalu tuan mau apa ?"
"Heh, heh... Kalian siapapun jangan harap bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup.
Dengarkan kalian ?" -
Terdengar riuh suaranya orang yang sedang berada dalam keadaan gusar.
Kong sun Pa dengan tidak banyak bicara lagi lantas mulai melancarkan serangannya.
Serangan yang dilancarkan itu dari sudut yang begitu dekatnya, apa lagi serangannya itu
dilakukan secara tiba2 dengan, kekuatan tenaga sepenuhnya pula, dapatlah dibayangkan sendiri
betapa hebatnya.
Pemilik Golok Maut berseru dengan suara gusar : " Kawanan tikus, kau berani ?"
Ia tidak menyingkir dari serangan itu, bahkan mendesak maju.
Ia menganggap sepi serangan Kong sun Pa yang menggenggam kekuatan begitu hebat.
Lo Cu Tan juga menggunakan kesempatan tersebut, ia sudah melancarkan serangannya yang
hebat. Tetapi selagi ia keluarkan tangannya melancarkan serangannya, tiba2 terdengar suara
jeritan dan muncratnya darah segar.
Ternyata Kong sun Pa sudah binasa dalam keadaan tidak utuh anggota badannya, Dengan
kepandaian dan kekuatan seorang seperti Kong sun Pa, ternyata juga tidak berdaya lagi buat
menyingkirkan dirinya sendiri dari serangan pemilik Golok Maut, ini sesungguhnya merupakan
suatu kejadian yang sangat mengherankan sekali.

Lo Cu Tan yang sudah berpikir bahwa serangannya itu jika mengenakan dengan jitu pada
sasarannya, lawannya itu sekalipun tidak binasa juga tentunya akan terluka parah, siapa nyana
kenyataannya jauh berbeda daripada apa yang ada dalam dugaannya .Justru merupakan
kebalikannya.
Pemilik Golok Maut setelah membereskan jiwanya Kong sun Pa hanya dengan satu jurus
serangannya, dengan tidak menoleh lagi, terhadap serangan yang dilancarkan oleh Lo Cu Tan
yang demikian hebatnya, se-olah2 tidak menganggap apa2, badannya malah digeser maju
menyambuti serangan tersebut.
Setelah terdengar suara benturan sangat hebat, Lo Cu Tan telah terbentur oleh kekuatan
tenaga dalam yang tidak terlibat yang sudah dilancarkan oleh pemilik Golok Maut sehingga
tangannya dirasakan hampir patah.. Ia buru2 mundur dengan terhuyung2 sampai tiga kaki,
wajahnya memperlihatkan perasaan takut yang tidak terhingga.
Sedangkan anak buahnya Im mo kauw yang tadinya pada memperlihatkan sikapnya yang
galak. kini terlihat semuanya berdiri gemetaran dengan mulut terbuka lebar. Kekuatan semacam
ini mereka sesungguhnya belum pernah mendengar.
Pemilik Golok Maut pada saat itu baru per lahan-lahan menggeser tubuhnya dan berpaling ke
arah orang2 itu lalu berkata dengan suara dingin.
"Aku siorang tua selamanya bertindak menurut perkataan yang sudah kukeluarkan. Apakah
kalian mau mencari mati sendiri ?"
setelah mengucapkan perkataannya, badannya bergerak dengan cepat suara jeritan terdengar
saling susul. Darah berhamburan, kaki dan tangan yang terkutung tampak beterbangan ditengah
udara.
Dalam tempo sekejapan mata saja jalan raya itu sudah dibanjiri oleh darah merah dan
kutungan anggota badan manusia yang berserakan disana sini. Semua orang2nya Im mo kauw
yang tadinya datang hendak menolong kawannya telah habis binasa dalam keadaan tidak utuh
anggota badannya dan berlubang dadanya. Keadaan demikian sesungguhnya sangat mengerikan
bagi siapapun yang melihatnya.
Didalam rimba pinggir jalanan saat itu kelihatan bersembunyi seseorang, Agaknya orang ini
sudah dibikin bercekat hatinya oleh sepak terjang dan perbuatan ganas atau pembunuhan yang
bersifat kejam itu, sehingga diam-diam berkata pada dirinya sendiri "Jika dugaanku tidak salah,
dan malaikat elmaut ini benar dia adanya, aku terpaksa harus turun tangan sebelum tumbuh
sayapnya Jikalau tidak demikian, rimba persilatan tidak akan aman"
Bertepatan pada saat itu Kong Jie yang tadinya sedang berduduk untuk memulihkan
kekuatannya, sudah berdiri dengan per-lahan2. setelah memperlihatkan ketawanya yang
menyeramkan, orangnya lantai bergerak dengan perlahan menghampiri pemilik Golok Maut.
Diantara sepuluh orang lebih orang-orang perkumpulan im-mo kauw, dia merupakan satusatunya
orang yang belum binasa.
Pemilik Golok Maut sambil menenteng golok pusakanya, matanya masih kelihatan beringas
mengawasi Kong Jie yang perlahan-lahan menghampiri dirinya.
Terpisah kira-kira beberapa kaki jauhnya, Kong Jie menghentikan tindakan kakinya. Ia
mengawasi bangkai kawannya yang berserakan ditanah dalam keadaan tidak utuh, kemudian
berkata dengan suara bengis: "Perbuatan tuan sebetulnya sangat keterlaluan "
"Heh, heh, kau juga tidak akan terhindar dari kematian "
"Ha, ha, ha Tuan sesungguhnya terlalu tidak pandang mata pada akusi orang she Kong. Hari ini
kalau aku tidak bisa mengundang tuan datang keperkumpulan kami, aku yang rendah terpaksa
akan membawa pulang bangkai tuan untuk memenuhi tugasku." Pemilik Golok Maut itu tertawa
bergelak-gelak, kemudian berkata:

"Kong Jie, kau sedang mengimpi diwaktu tengah hari. Aku lihat kau agaknya ada sedikit
sinting."
Si Pedang berdarah Kong Jie yang mempunyai kedudukan sebagai Tiancu bagian hukum dalam
perkumpulan im mo kauw, sudah barang tentu bukannya sebangsa orang sembarangan. Barusan
ia telah dibikin terluka oleh lawannya, itu disebabkan karena ia agak sedikit lalai, yaitu ia sudah
salah menaksir kekuatan pihak lawannya. Dan sekarang, ia sudah merencanakan suatu rencana
keji dalam hatinya. sudah tentu pula, lain lagi keadaannya, maka ia lantas menjawab sambil
ketawa dingin:
"Kepandaian tuan ternyata lebih tinggi daripada kepandaiannya pemilik Golok Maut yang asli
yang menggetarkan rimba persilatan pada beberapa bulan berselang. Tetapi perlu apa tuan
menyaru orang lain buat melakukan keganasan itu?"
Pemilik Golok Maut agak terperanjat di buatnya, dengan tak terasa ia bergerak mundur satu
tindak.
Ucapan si orang she Kong tadi membikin ia terkejut dan ter-heran2, tetapi setelah pikirannya
tenang kembali, ia lantas berkata dengan suara dingin:
"Orang she Kong, tidak perduli tulen atau palsu, biar bagaimana kau toch sudah ditakdirkan
akan binasa dalam tanganku."
Pemilik Golok Maut meskipun dimulutnya bicara dengan seenaknya, tetapi dalam hatinya masih
belum habis mengerti. Biar bagai mana ia juga tidak dapat memikirkan apa sebabnya Kauwcu Im
mo-kauw harus mengeluarkan perintah untuk mengejar dirinya. bahkan dapat pula memastikan
kalau dia adalah orang yang menyaru sebagai pemilik Golok Maut. Ini benar-benar merupakan
suatu keanehan-Mendadak Kong Jie berseru dengan suara bengis:
"Hari ini aku mau tahu, siapa sebetulnya yang akan mati dan siapa yang akan hidup terus."
Sehabisnya berkata begitu pedang ditangannya dilonjorkan agak miring ujung pedang lurus
kedepan- Mutiara merah yang menghiasi gagangnya pedang tiba2- kelihatan memancarkan sinar
merah yang menyusuri gagang pedang.
Sebentar saja seluruh awak pedang sudah lembah menjadi merah warnanya serta menyiarkan
bau aneh.
Pemilik Golok Maut terperanjat. Kelihatannya ini adalah ilmu Kong Jie sehingga ia mendapatkan
gelarnya Pedang berdarah..
Sewaktu pemilik Golok Maut menarik napas, bau yang sangat harum dan aneh itu telah
tersedot tidak sedikit. seketika itu matanya dirasakan berkunang kunang dan kepalanya pusing.
Kaki dan tangannya dirasakan lemas dengan mendadak, sehingga ia mengetahui gelagat tidak
menguntungkan dirinya.
Tetapi belum lagi lenyap pikirannya itu, pedang ditangannya Kong Jie sudah digerakkan dan
tiba2 menjadi lebih panjang tiga kaki. Bau harum yang agak amis semakin tersiar luas, maka ia
lantas berkata sambil ketawa cengar cengir
"Pemilik Golok-Maut, hari ini aku suruh kau menikmati bagaimana rasanya pedang berdarah ku
ini."
Belum habis ucapannya, dari ujung pedangku sudah menyemburkan hawa merah membara
yang sangat hebat kelihayannya, hawa itu terus meluncur kearah tubuhnya pemilik Golok Maut.
Pemilik Golok maut hatinya tergoncang hebat, dengan cepat orangnya bergerak kesamping
sejauh tiga tindak.
Kong Jie lantas memutar pedang ditangannya, sehingga hawa merah kelihatan berputaran
sambil menyiarkan bau harum tercampur amis se-olah2 gumpalan jaring merah mengurung diri
lawannya.

Pada masa2 yang lalu, orang-orang rimba persilatan yang bisa terlolos dari serangan pedang
berdarah ini jumlahnya tidak seberapa.
Pemilik Golok Maut dalam keadaan kagetnya mendadak mengeluarkan serangan Golok Maut
yang sangat luar biasa. serangannya itu dilakukan cepat laksana kilat.
Tapi Kong Jie sangat cerdik. Ketika ia melihat bahwa hawa merah yang keluar dari pedangnya
ternyata tidak bisa merubuhkan lawannya, diam-diam ia sudah siap siaga untuk menghadapi
segala kemungkinan.
Maka ketika melihat badan lawannya bergerak. ia tidak menantikan sampai lawan turun tangan
sudah menarik kembali pedangnya dan lompat mundur lima kaki jauhnya, sehingga dapat
terhindar dari bahaya maut.
sebetulnya pada saat itu pemilik Golok Maut sudah dibikin mabuk oleh hawa pedangnya Kong
Jie tadi, cuma karena kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat, ia masih bisa bertahan
bahkan masih mampu pula melancarkan serangannya yang maha hebat. Tetapi kalau serangannya
itu dibandingkan dengan keadaan biasanya, sudah dengan sendirinya jauh berkurang banyak
kekuatannya .Jikalau tidak demikian, sekalipun Kong Jie sudah mengetahui dari siang2, juga tidak
akan terhindar dari kematian-
Bagi si pemilik Golok Maut sendiri, setelah ia melancarkan serangannya, mabuknya dirasakan
semakin hebat, sehingga sudah hampir saja orangnya roboh.
Kong Jie yang melihat keadaan lawannya demikian rupa lantas ketawa bergelak-gelak. Ia
menggeser maju kedua kakinya, pedang merah ditangannya kembali diputar dan melancarkan
serangan sekali lagi. Kali ini serangan ini ditujukan kearah jalan darah didepan dada lawannya.
Pemilik Golok Maut meskipun sudah berada dalam keadaan setengah mati, tetapi kekuatan
tenaganya masih tidak boleh dianggap remeh. Ia coba menenangkan pikirannya Sedapat mungkin,
kembali melancarkan serangannya dengan Golok Maut. “Sreeet..”
Suaranya yang nyaring terdengar, kedua lengan bajunya Kong Jie yang lebar telah terbeset dan
terdapat lubang besar dari ujung golok didepan dadanya sehingga Kong Jie merasa kaget dan
ketakutan, ia dapat menyingkirkan diri.
Tetapi pemilik Golok Maut karena hawa racun dari pedangnya Kong Jie tadi sudah masuk
terlalu banyak. maka ia tidak mampu mempertahankan diri lagi dan lantas roboh menggeletak
ditanah.
Jikalau tidak karena pemilik Golok Maut dalam keadaan setengah mabuk. Kong Jie sekalipun
tidak sampai dibikin binasa tetapi sedikitnya juga akan terluka parah, tidak mungkin ia bisa
meloloskan diri dengan begitu mudah.
Kong Jie setelah mundur jauh2, kembali maju menghampiri pemilik Golok Maut. setelah
memperlihatkan ketawanya yang puas, ia lantas berkata:
"Aku si Pedang berdarah juga harus bertindak seperti apa yang telah aku katakan- Aku akan
bawa pulang saja bangkaimu, tentunya lebih aman."
sehabis berkata, ia menggerakkan ujung pedangnya, kembali hendak menyerang.
Pada saat yang sangat membahayakan jiwanya Pemilik Golok Maut, tangan Kong Jie yang
memegang pedang dirasakan seperti terpagut oleh semacam binatang yang begitu sakit
terasanya, dan kekuatannya lantas hilang lenyap sama sekali dan pedangnya juga hampir saja
terlepas dari tangannya.
Ketika ia memeriksa dengan seksama, di pergelangan tangannya telah tertancap sebatang duri
pohon cemara yang menancap didagingnya kira2 setengah dim. Pada saat itu sudah terang tanah.
Kong Jie coba melihat keadaan disekitarnya, tetapi la tidak dapat melihat bayangan seorangpun
juga .
Ia coba memikir- mikir, orang yang menyerang dia dengan duri pohon cemara ini kecuali
sembunyikan dirinya didalam rimba pohon cemara yang lebat itu, sudah tidak ada tempat yang

lebih baik lagi untuk sembunyikan dirinya. Tetapi rimba tersebut terpisah dari tempat berdirinya
sedikitnya ada lima tombak jauh nya.
Kalau mau dikata dari jarak sekianjauhnya orang bisa menggunakan senjata yang begitu ringan
untuk menyerang lawannya tanpa bersuara, maka kepandaian orang itu sesungguhnya sangatlah
mengejutkan sekali.
Oleh karenanya, maka ia lantas berseru ke arah rimba lebat itu: "orang pandai dari mana? Kau
tidak memandang mata kepada aku seorang she Kong, perlu apa harus main sembunyisembunyian?
"
Siapa nyana, perkataannya itu tidak ada yang menjawab
Kong Jie menjadi uring2an sendiri, tetapi kemudian ia berpikir pula: "Perduli apa. Lebih baik
bereskan jiwanya orang ini lebih dulu "
Pedang panjangnya yang sudah berwarna merah dengan cepat sudah terayun ke arah
tubuhnya pemilik Golok Maut yang dalam keadaan mabuk.
Malaikat elmaut yang menggetarkan dunia rimba persilatan itu hampir saja jiwanya melayang
diujung pedang Kong Jie si Pedang berdarah.
Dalam keadaan yang sangat berbahaya itu tiba-tiba ada suatu kekuatan hebat yang tidak
kelihatan meluncur dari samping.
Kekuatan yang hebat itu telah membentur pedangnya Kong Jie sehingga miring dan hampir
terlepas dari tangannya.
Kong Jie yang biasanya kejam dan ganas, kali ini juga merasa terkejut dan rasa takut terlintas
dalam otaknya
Ia yakin orang yang turun tangan secara diam-diam itu ada mempunyai kepandaian jauh lebih
tinggi dari padanya sendiri
Ketika ia memandang keadaan disekitarnya ternyata ia tidak dapatkan gerakan apa2?. Ia yang
mempunyai kedudukan tinggi dalam perkumpulan Im- mo- kauw, ditambah lagi dengan adatnya
yang sombong, sudah tentu tidak mau sudah begitu saja.
Selagi hendak mengeluarkan perkataan untuk memancing keluar orang yang menyerang dua
kali kepadanya tadi, tiba2 didalam rimba itu terdengar suara orang ketawa dingin. suara itu
mengandung ejekan yang sangat hebat
Kong Jie lalu menghadap kearah datangnya suara tadi dan berkata dengan suara nyaring:
"Sahabat, aku si orang she Kong hari ini bisa menjumpai seorang berkepandaian tinggi, sudah
merasa sangat beruntung. Tetapi karena tuan tidak mau unjukkan muka, aku yang rendah
terpaksa hendak menghampiri kau sendiri"
Baru saja perkataan terakhir keluar dari mulutnya, orangnya sudah melesat kedalam rimba.
Tetapi aneh bin ajaib. Dalam rimba itu tampak kosong melompong. satu bayangan manusiapun
tidak kelihatan.
Kong Jie dengan cepat bergerak memutar kedalam rimba sejauh seratus tombak, tetapi ketika
ia keluar dari dalam rimba seketika lantas berdiri melongo.
Karena pemilik Golok Maut yang tadinya menggeletak ditanah kini sudah menghilang dengan
tidak meninggalkan jejak.
Ini sesungguhnya merupakan suatu pengalaman pahit bagi Kong Jie. Karena setelah ribut2
sekian lama, jangankan ketemu orangnya, bayangannya saja belum mampu dilihatnya, dan kini
tahu-tahu sudah menghilang lagi dari depan hidungnya.
setelah pemilik Golok Maut dibawa pergi oleh orang yang penuh rahasia itu, tidak antara lama
disitu kembali muncul serombongan orang2 rimba persilatan- Diantaranya kebanyakan adalah
orang2 Pek-leng-hwee, Cie in-pang dan Ban siu pang. Tetapi apa yang disaksikan oleh mereka
hanyalah keadaan yang sangat mengerikan.

Potongan anggota badan manusia, bangkai yang berserakan disana sini dan darah merah yang
membanjiri tanah.
Di suatu tempat pegunungan terpisah kira-kira lima lie jauhnya dari tempat terjadinya peristiwa
yang mengerikan itu, ada terlihat sesosok bayangan orang yang sedang menggendong seorang
orang tua berambut cputih. se-olah-olah seekor kampret terbang saja layaknya orang ini lari
dengan sangat pesatnya.
Sebentar kemudian bayangan orang itu kelihata berhenti di sebuah bukit curam.
Bukit itu keadaannya tinggi sekali. Mungkin monyet saja masih susah mencapai puncaknya.
Boleh juga dikatakan tempat tersebut merupakan suatu tempat yang jarang diinjak oleh kaki
manusia.
Bayangan orang itu memakai kedok kain merah, sehingga tidak dapat dilihat wajahnya dan tak
dapat ditebak umurnya. siapa dia ?
Dia adalah orang penuh rahasia berkedok kain merah yang menyebut dirinya sebagai pemilik
bendera burung laut. Dengan kepandaiannya yang tinggi sudah ada taranya, ia telah menolong
dirinya pemilik Golok Maut dan membawanya ke suatu tempat yang sangat berbahaya serta jarang
diinjak oleh manusia ini.
orang berkedok kain merah itu setelah meletakkan dirinya orang tua dalam gendongannya
diatas sebuah batu cadas, kemudian memeriksa dengan sangat teliti, mendadak lantas ketawa
ber-gelak2:
"Benar seperti apa yang kuduga, itu adalah dia..."
Dengan tangannya ia lantas mengebut ke mukanya pemilik Golok Maut. Terlihatlah suatu
kejadian gaib.
Dengan hanya kebutan itu saja pemilik Golok Maut tang tadinya merupakan seorang tua
berambut putih, kini telah berubah menjadi seorang muda yang berwajah cakap dan tampan.
Golok Maut
Karya : OPA
Jilid 7-8 : Terharunya orang berkedok kain merah
Anak muda itu masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Pemilik Golok Maut yang menggetarkan seluruh rimba persilatan ternyata adalah seorang
pemuda cakap tampan yang usianya belum lebih dari dua puluh tahun, ini benar2 merupakan
suatu hal yang sangat aneh.
Orang berkedok kain merah itu badannya kelihatan bergemetar, nampaknya hatinya telah
terguncang hebat. setelah berpikir sekian lamanya, ia lalu mengulurkan jarinya dan hendak
menotok jalan darah kematian di badan pemuda tersebut.
Ia bermaksud hendak membunuh pemuda yang ganas menakutkan itu, maksudnya buat
menolong orang2 rimba persilatan supaya terhindar dari bencana di kemudian hari.
Tetapi pada saat jari tangannya itu hendak meluncur turun, orang berkedok kain merah itu
menghela napas. Ia mengurungkan maksudnya, agaknya merasa tidak tega buat turun tangan-
Sebab anak muda masih merupakan satu pemuda yang usianya masih belum cukup dua puluh
tahun-
Selain daripada itu, ada sesuatu perasaan yang sulit dikeluarkan, membuat orang berkedok kain
merah ini tidak bisa turun tangan. Justru oleh karena itulah pemilik Golok Maut dapat terluput dari
bahaya maut, dan orang berkedok kain merah yang merupakan manusia gaib pada masa itu juga
terhindar dari kesalahan terbesar yang hampir saja dilakukannya.
Orang berkedok kain merah itu setelah bersangsi sejenak, lalu berkata kepada dirinya sendiri:
"Bocah ini karena mendapat karunia Tuhan sehingga merupakan suatu bibit luar biasa yang sukar
dicari selama ratusan tahun dalam rimba persilatan. Ditambah lagi dengan penemuannya yang

serba ajaib, sekarang ia telah mempunyai kekuatan yang sudah menyerupai orang kuat yang
mempunyai latihan hampir seratus tahun Jikalau kepandaiannya itu digunakan pada jalan yang
benar, sudah tentu akan menguntungkan dunia rimba persilatan. Tetapi jikalau digunakan pada
tempat yang tidak benar, rimba persilatan tentunya akan mengalami pembunuhan besar2an yang
tidak ada taranya. Hah. seorang yang diluarnya begini tampan dan cakap, tidak tahunya hatinya
begitu ganas dan kejam. Yah, lebih baik aku tolong hidupkan jiwanya dulu untuk menanyakan
sebab2nya Jika ia memang bersifat binatang, terpaksa harus kubereskan menurut maksudku
semula."
Setelah berpikir demikian, ia lantas berjongkok. tangan kanannya menempel di tempat jalan
darah Beng bun hiat. Dua jari tangan kirinya lantas menotok sekujur jalan darah di badannya
pemuda itu.
Orang berkedok kain merah itu hendak menggunakan ilmunya yang tinggi sekali untuk
mengeluarkan racun pedangnya Kong Jie dari dalam tubuhnya si pemuda.
Ketika tangannya sampai di dada orang, mendadak ia telah menyentuh sebuah benda. Cepat ia
mengeluarkan dan melihat benda tersebut, seketika itu matanya gelap berkunang-kunang, hampir
saja ia jatuh rubuh. Ia se-olah2 merasakan seperti disambar geledek. sekujur badannya
bergemetaran.
BAB 22
ORANG berkedok kain merah itu seperti orang yang tengah mengigau layaknya, mulutnya terus
menyebut: " Liong- kuat? oh dosa " Badannya perlahan-lahan berdiri, ia lalu mengangkat
kepalanya, matanya mendongak mengawasi langit.
Mungkin ia sedang mengenangkan semua apa yang telah terjadi di masa yang lampau, ia
agaknya hendak mencari apa2 yang sudah berantakan. Lama sekali, matanya kembali menatap
wajahnya si anak muda. sebutir air mata, menetes turun melalui lubang dikedoknya.
Selanjutnya, air mata mengalir tak dapat ditahan dan akhirnya membasahi kain merah yang
menutupi wajahnya.
Orang berkedok itu setelah terharu sekian lama, perlahan-lahan pikirannya tenang kembali.
Ia berjongkok. dengan tangannya ia mengusap-usap wajahnya si anak muda.
Seolah-olah lakunya seorang ayah, dengan penuh welas asih meng-usap2 anaknya, Mulutnya
berkata sendiri dengan suara sedih:
"Yo Cie Cong? Dia Yo Cie Cong? Kenapa bisa begitu? Dia tidak seharusnya memakai she Yo"
Pemuda itu memang betul adalah Yo Cie Cong, yang asal usulnya sangat mengenaskan
danpada dirinya ada menanggung beban harus melaksanakan penuntutan balas dendam sakit hati
untuk suhunya.
Dimasa anak2 Yo Cie Cong pernah bercampur dengan kawanan pengemis dan dari seorang
pengemis luar biasa ia telah dapat mempelajari ilmu mengganti rupa atau apa yang disebut makeup
pada masa sekarang. Dengan kepandaiannya itu ia bisa menyaru dan merubah dirinya menjadi
Yo Cie Hoan, suhunya atau pangcu Kam lo pang
Rupa-rupa kegaiban telah menimpa dirinya silih berganti, pertama dengan secara kebetulan
telah menelan mustika Gu liong kao, dan kemudian dapat makan telur burung rajawali raksasa,
sehingga menjadikan ia seorang yang kuat seperti sudah mempunyai latihan seratus tahun
lamanya. Kemudian dengan secara kebetulan pula ia berjumpa dengan dua manusia aneh rimba
persilatan Pak hong Pho ngoa hwesio atau si hwesio gila dan Lam tie Kun siu atau pengail
linglung, yang telah menurunkan masing2 ilmu silat mereka yang luar biasa, hingga membuat ia
dalam waktu yang singkat berubah seperti orang lain, bukan lagi Yo Cie Cong.
Dengan bekal kepandaian yang didapatkan secara tak terduga2 itu Yo Cie Cong hendak
memulai melaksanakan tugasnya untuk menuntut balas.

Pemimpin besar delapan belas perusahaan piauw di daerah Kui-lim Ceng Ceng lt yang
mempunyai gelar lutung sakti lengan besi, ada merupakan korban kedua yang binasa di
tangannya diantara musuh2nya Kam-lo-pang.
sekarang mari kita balik lagi kepada orang aneh berkedok kain merah itu, Setelah pikirannya
tenang kembali, lalu melanjutkan lagi usahanya untuk mengeluarkan racun yang mengeram dalam
badan Yo Cie Cong.
Kira2 setengah jam lamanya Yo Cie Ceng perlahan2 mulai siuman.
Ketika membuka matanya, pertama2 yang dilihat olehnya adalah warna merah dari kedok
orang yang sangat menyolok.
Peristiwa berdarah diatas jalan raya antara Kui-lim dan Ho-lam, dengan cepat terbayang
kembali dalam otaknya. Ia lalu merasa bahwa untuk kedua kalinya ia telah ditolong oleh orang
berkedok kain merah ini, maka dengan cepat ia lantai berbangkit.
Begitu ia berdiri, ia telah menjadi kesima, karena pada saat itu ia ternyata berdiri diatas batu
cadas dipuncak sebuah gunung yang tinggi. orang berkedok itu masih tetap berduduk tanpa
bersuara. "Lohu......"
Baru saja mengeluarkan perkataan "lohu" Yo Cie Cong telah dapat lihat rambut dan jengot
palsunya berserakan dibawah kakinya.
Ia tahu bahwa kedoknya sudah terbuka muka wajahnya merah seketika. Dengan suara
merendah ia lantas berkata:
"Boanpwe kembali telah tertolong oleh locianpwe, dengan ini boanpwe ucapkan banyak-banyak
terima kasih "
Orang berkedok kain merah itu mengawasi Yo Cie Cong sejenak. baru berkata:
"Anak. mengapa kau melakukan pembunuhan dengan menyaru sebagai pemilik Golok Maut?"
"Menyaru ?"
Diwajahnya Yo Cie Cong yang kecut dingin, nampaknya sangat gusar. Ia sedang memikir,
apakah ia harus menceritakan hal yang sebenarnya ? setelah berpikir sekian lamanya, ia tahu
bahwa rahasianya tidak dapat ditutup lagi, maka lalu katanya: "Boanpwe sama sekali tidak
menyaru sebagai orang lain-"
"Yo Cin Hoan- pangcu dari Kam lo-pang sudah binasa pada 20 tahun berselang, sekarang kau
telah muncul didunia Kang-ouw dengan wajahnya orang itu ?"
"Pangcu dari Kam lopang itu adalah suhu boanpwe."
"Hmm Tahun ini kau umur berapa ?"
"Kira2 diantara 17 atau 18 tahun-"
"Pangcu Kam lopang sudah binasa pada 20 tahun berselang, apakah orang yang sudah mati
bisa menerima murid?"
"Suhu boanpwe binasa pada dua bulan berselang."
"Apa ? Dua bulan berselang "
"Ya. Beliau telah dibikin celaka untuk ke dua kalinya oleh musuhnya dan binasa pada dua bulan
berselang."
Orang berkedok kain merah itu semakin heran, ia agaknya tidak mengerti apa yang di katakan
oleh Yo Cie Cong.
"Kedua kali ?"
"Ya. Dua puluh tahun berselang, ketika pusat perkumpulan Kam-lopang dihancurkan, orangorang
Kam-lo-pang telah berkorban semua. suhu boanpwe badannya terluka parah, lengan kirinya
terpapas kutung, pingsan dalam tumpukan bangkai manusia. Kebetulan telah di ketemukan oleh
seorang tabib kenamaan Gouw Cee Jin, yang sedang mencari obat2an di gunung Bu leng-san.
Berkat pertolongan tabib itu akhirnya beliau tidak jadi binasa. selain daripada suhu sendiri, masih
ada lagi dua pahlawan Kam lopang yang tidak turut binasa. satu adalah tongcu bagian hukum
bernama Cek Kun yang sudah kutung kedua lengannya, satu lagi adalah tongcu bagian pelindung
ciu Lip Toang sudah dibikin kutung kedua, pahanya."

"Cek Kun didalam kalangan Kang ouw ada sangat terkenal dengan ilmu mengentengi tubuhnya
" kata si orang aneh.
"Ucapan cianpwe ini memang benar. Suhu boanpwe dengan mereka jadi berjumlah tiga orang,
telah sembunyikan diri didalam satu goa digunang Bu leng san. Hidup dalam terasing sampai 20
tahun lamanya, mereka telah bertekad hendak menuntut balas atas sakit hati mereka."
"Dan bagaimana kemudian mendapat celaka?"
"Untuk suatu maksudnya hendak menuntut batas, suhu telah membuat senjata istimewa
kemudian terkenal dengan nama Golok Maut. Disamping itu juga sudah menciptakan satu tipu silat
istimewa yang cuma terdiri dari satu jurus saja. Beberapa bulan berselang suhu telah muncul
didunia Kang- ouw untuk mencari musuh-musuhnya yang lama dan hendak menuntut balas
dendam kepada mereka. Sayang tindakannya kurang hati sampai jejaknya dapat dibaui orang,
salah satu musuhnya mengikuti sampai ditempat sembunyi suhu. Begitulah suhu, dan kedua
susiok Cek Kun dan Ciu Lip To bertiga telah dibunuh mati olehnya semua. boanpwe sendiri pada
saat itu kebetulan baru keluar mencari bahan makanan, jadi bisa terhindar dari malapetaka."
Bicara sampai disitu, suaranya sudah kedengaran sedih sekali, air matanya mengambang
keluar. sebentar kemudian, kembali terlhat tegas perasaan gemasnya. orang berkedok itu agaknya
juga merasa terharu mendengar penuturan itu
"Kalau begitu, tujuh kali pembunuhan yang dilakukan dengan Golok Maut adalah perbuatan
suhumu setelah muncul lagi didunia Kang-ouw ? sedang pembunuhan yang paling belakang ini
barulah kau yang melakukannya dengan jalan menyaru "
"Ketika suhu muncul lagi didunia Kangouw untuk menuntut balas sakit hatinya, baru berhasil
membunuh enam musuhnya lantas menemukan ajalnya. Pembunuhan ke 7 dan ke 8 adalah
boanpwe yang melakukan, sebagai kelanjutan untuk melaksanakan maksud suhu."
Bicara sampai disitu, Yo Cie Cong tiba-tiba seperti ingat satu hal, maka ia lantas menanya:
"Nona Tio Lee Tin yang mempunyai gelar Burung Hong hitam apakah adalah muridnya cianpwe
?"
"Benar "
"Nona Tio pernah berkata hendak mencari pemilik Golok Maut untuk menuntut balas atas
kematian ayahnya, dan sekarang keadaan sudah menjadi terang, bagaimana lo cianpwe hendak
menyelesaikan soal ini?"
Orang berkedok itu tampak berpikir sejenak. lalu menjawab:
"Tin-jie hendak melakukan penuntutan balas sakit hati atas kematian ayahnya, itu memang
selayaknya bagi seorang anak. Tapi ayahnya Tio Ek Chiu dulu juga pernah turut ambil bagian
dalam perbuatan menumpas Kam lo-pang, maka kematiannya itu juga ada akibat atas
perbuatannya sendiri. Harap kau suka ambil perhatian sedikit atas dirinya, aku pasti akan berdaya
untuk menghapuskan tali permusuhan ini "
Yo cie Cong mendengar keterangan orang berkedok yang tegas dan tidak berat sebelah, dalam
hati merasa sangat kagum, maka lantas berkata dengan suara sungguh-sungguh:
"Ucapan locianpwe ini sesungguhnya tidak berat sebelah, boanpwe pasti akan mentaati
perintah locianpwe."
"Anak, apa kau she Yo ? Maafkan kalau aku ada sedikit bawel. bolehkah kau menceritakan
sedikit asal usul dirimu ?"
Yo Cie Cong merasa heran, ia tidak tahu apa maksud orang aneh ini.
Tetapi ketika matanya menatap sinar mata orang berkedok yang terlihat dari kedua lubangnya,
nampaknya sinar mata itu ada mengandung perhatian besar atas dirinya, maka seketika itu ia
lantas terdiam. sinar mata orang itu agaknya mempunyai daya penarik yang begitu kuat, sampai ia

tidak berdaya menentang kehendaknya. Yo Cie Cong sebetulnya ada seorang pemuda yang
beradat tnggi tapi saat itu ia telah berubah menjadi seorang yang jinak sekali.
Penderitaan hidupnya dimasa anak-anak. merupakan suatu kenangan yang pahit. Asal usul
dirinya yang tidak diketahui, merupakan tekanan batin yang tidak mudah dihapus. Maka tatkala
ditanya tentang asal usul hidupnya, untuk sesaat lamanya ia seperti diombang-ambingkan oleh
gelombang kedukaan. setelah menghela napas panjang, ia baru berkata:
"Boanpwe sebetulnya ada satu anak piatu, atau lebih mirip kalau dikatakan anak buangan.
ssjak boanpwe bisa mengingat, boanpwe sudah merupakan satu anak piatu yang hidup seorang
diri saja. Tidak mempunyai nama, tidak mempunyai she, juga tidak mempunyai sanak dan kadang,
boanpwe seolah-olah dijelmakan didalam dunia ini seorang saja tanpa mengenal ibu bapaknya."
Ucapan Yo cie Cong ini se-olah2 sebilah belati tajam menusuk ulu hati orang berkedok itu, ia
merasa hatinya seperti telah terluka dan mengalirkan darah. Badannya kembali gemetaran
Yo Cie Cong dengan air mata ber-linang2 melanjutkan penuturannya :
"Lima tahun berselang, boanpwe telah dipungut oleh suhu, ialah ketua Kam-lopang, Yo Cin
Hoan. suhu telah memberi pelajaran pada boanpwe ilmu silat dan pandang boanpwe sebagai
anaknya sendiri, maka suhu adalah merupakan satu-satunya anggota keluarga buat boanpwe, dan
oleh karena itu boanpwe lantas mengikuti shenya suhu."
Saat itu agaknya terbayang pula peristiwa mengenaskan digoa gunung Bu leng san, kematian
suhunya dan kedua susioknya yang menggeletak diantara lautan darah.
Maka matanya lantas tampak beringas, suaranya mengandung kebencian hebat.
"kawanan iblis itu," katanya meneruskan kembali "sudah merenggutkan jiwa suhu dan susiok
yang merupakan satu-satunya keluarga terdekat dengan boanpwe."
Tangannya dikepal keras, matanya memandang kelangit, ia berkata kepada dirinya sendiri
dengan nada penuh rasa duka dan gemas yang meluap-luap: "Bunuh Bunuh Aku akan bunuh
habis itu semua kawanan iblis yang tidak mempunyai hati perikemanusiaan." orang berkedok itu
agaknya sudah terbenam dalam lamunannya yang menyedihkan, ia sesungguhnya sudah kepingin
sekali merangkul anak muda dihadapannya untuk menjelaskan segala-galanya, tetapi ia paksa
menindas keinginan hatinya itu. Dengan demikian, ia seolah-olah membunuh perasaannya sendiri
Bertahun-tahun lamanya ia selalu mengharapkan akan tibanya keganjilan dalam hidupnya,
tetapi ketika keganjilan itu datang dalam bentuk kenyataan, ia tidak berani menghadapinya, ia kini
malah rela hendak memikul penderitaan seorang diri saja.
Dulu karena kesalahan bertindak. telah membuat ia mengalami penderitaan untuk seumur
hidupnya.
Jikalau ia kini menceritakan lagi semua apa yang telah terjadi, tentu akan menimbulkan akibat
yang menakutkan.
Ia memandang wajah pemuda tampan di depan matanya, didalam penderitaan bathinnya
seolah sudah mendapat suatu hiburan.
Ia takut kalau nada dari perkataannya bisa menimbulkan curiga bagi Yo Cie Cong, maka ia tidak
berani buka mulut. Tapi air matanya kembali mengalir keluar membasahi kain kedoknya.
Kedua orang itu masing-masing terbenam dalam alam pikirannya sendiri-sendiri
Keheningan berlangsung terus sekian lamanya.
Yo cie Cong kembali membuka suaranya memecahkan kesunyian:
"Boanpwe ada suatu permintaan yang tidak layak."
Orang berkedok itu agaknya tersadar dari lamunannya setelah menyahut "oh..." ia lantas balas
menanya :
"Anak, kau ada permintaan apa ?"
"Tentang rahasia diri boanpwe ini harap locianpwe pegang teguh dulu."
"Boleh."

"Perkumpulan Im-mo-kauw mengapa memerintahkan orang untuk mengejar boanpwe? Bahkan
telah memastikan bahwa boaupwe bukan pemilik Golok Maut aslinya, adakah locianpwe tahu
sebab musababnya ?"
"Soal ini ada merupakan suatu teka-teki besar, terpaksa harus diselidiki dengan perlahan-"
"Entah ilmu apa yang digunakan oleh si Pedang berdarah Kong Jie, boanpwe cuma merasa
setelah mengendus bau harum, lantas..."
"Pedang berdarah yang digunakan oleh Kong Jie, adalah benda pusaka peninggalan jaman
peperangan. Pedang itu dulunya ada pedangnya mo-cun cia, entah bagaimana bisa terjatuh
kedalam tangannya..."
Orang berkedok itu bicara sampai disitu, seolah ingat sesuatu maka setelah berhenti sejenak
lalu berkata pula:
"Kehebatan pedang itu terletak pada biji mata mutiara merah darah yang ada digagang
pedang. Mutiara merah itu bisa mengeluarkan kabut harum orang yang dibikin mabuk oleh kabut
harum itu, harus memerlukan waktu dua hari dua malam lamanya baru bisa mendusin. orang yang
memegang pedang, dengan kekuatan tenaga dalamnya, dari tangan yang memegang pedang
mendesak keluar kabut merah dari dalam mutiara itu keluar pedang .Buat orang yang mempunyai
kepandaian sudah tinggi sekali, bisa memancarkan sinarnya pedang sampai lima kaki jauhnya,
ditambah lagi dengan awak pedang dan tangannya sendiri yang panjang, serangannya itu dapat
melukai sejarak satu tombak lebih jauhnya."
Yo Cie Cong agaknya sangat ketarik oleh keterangan itu, ia semakin kagum terhadap orang
berkedok ini yang ternyata memiliki pengetahuan sangat luas dalam rimba persilatan dan segala
rupa senjata.
"Apakah sudah tidak ada benda lainnya yang digunakan untuk menundukkan pedang itu?"
"Ada Cuma sulit sekali "
"Bagaimana sulitnya ? Boanpwe ingin tahu penjelasannya."
"Kalau bisa melatih ilmu kekuatan tenaga hawa serupa 'cao khie' dan sebagainya, diwaktu
menghadapi musuh yang mempunyai senjata demikian, harus dengan menggunakan ilmu 'Cao
khie'nya untuk melindungi sekujur badannya, dan mencegah tersentuhnya sinar pedang dan kabut
merah yarg tidak kelihatan itu, kemudaan dengan kekuatan tenaga tangan yang sangat tinggi,
dikeluarkan serangan secara beruntun, supaya lawan itu tidak berdaya memusatkan kekuatan
tenaga dalamnya ketangan yang memegang pedang. Dengan demikian, maka kabut harum dari
mutiara itu dengan sendirinya juga tidak bisa dikeluarkan. Tapi orang yang melatih ilmu beginian,
selama seratus tahun ini belum pernah ada orang dengar." Yo Cie Cong setelah mendengar
keterangan tersebut, diam-diam merasa malu sendiri.
Dari si Pengail linglung dipulau Batu hitam di Lam hay, ia telah dapatkan pelayaran ilmu Kian
goan cin cao, yang juga termasuk ilmu Cao khie. sebab tidak mengerti untuk menghadapi musuh
yang bagaimana ilmu demikian itu, maka ia tidak pernah gunakan ilmu itu.
Hampir saja ia kehilangan jiwanya .
Dalam hatinya berpikir, tapi mulutnya tidak mengatakan apa-apa. sedang orang berkedok kain
merah itu beberapa kali hendak menceritakan rahasia dalam hatinya, tapi perkataannya yang baru
sampai dimulut lantas ditelan kembali, ia masih kuatir akibatnya yang sangat menakutkan-
Setelah pikirannya berputar sekian lama, ia telah mengambil keputusan hendak membiarkan
kejadian mengenaskan dimasa yang sudah lampau itu terus tertanam dalam lubuk hatinya. setelah
menghela napas dalam, ia baru berkata dengan suara agak gemetar: "Anak Kita sudah waktunya
untuk berpisah"
Yo Cie Cong cuma bisa anggukkan kepalanya.
"Anak. jikalau kau tak menolak. aku ingin menurunkan pelajaran tipu silat. maukah kau?"
Yo Cie Cong tiba-tiba ingat dirinya si hweshlo gila, pengail linglung yang masing-masing telah
menurunkan pelajaran tipu silat istimewa padanya, maksudnya ialah suruh ia mewakili kedua

orang aneh itu untuk memenuhi janji dalam pertandingan dengan muridnya orang aneh dalam
rimba persilatan Leng Jie Hong.
Dan sekarang orang berkedok ini kembali hendak menurunkan pelajaran silat padanya, entah
suruh ia melakukan pekerjaan apa lagi? Maka ia lantas menjawab:
"Cianpwe pernah melepas budi dengan menolong jiwa boanpwe sampai dua kali, jika ada
urusan apa-apa yang memerlukan tenaga dari boanpwe..."
"Eh anak, perkataanku ini apa maksudnya ?"
"Perkataan Boanpwe ada keluar dari hati yang sejujurnya."
"Haha Apa kau kira aku menurunkan pelajaran silat kepadamu ada memerlukan bayaran?" Yo
cie Cong merasa jengah sendiri, ia tadi memang berpikir demikian-
Berkata pula orang berkedok itu:
"Aku menurunkan pelajaran ilmu silat padamu cuma ingin meninggalkan satu peringatan atau
kenangan antara aku dengan kau "
"Meninggalkan satu peringatan ?"
"Ya, anak sekarang barangkali kau masih tidak mengerti maksudku ini, tapi ada satu hari kau
nanti pasti akan mengerti sendiri "
Yo cie Cong bingung. ia tidak mengerti apa maksud perkataan orang berkedok ini yang hendak
meninggalkan satu peringatan baginya. Namun ia juga tidak mau pikir terlalu dalam. Ia hanya
menjawab sekenanya.
Jikalau pada saat itu, Yo Cie Cong mau memperhatikan kelakuan yang luar biasa dari orang
berkedok itu kepada dirinya dan menanyakan sebabnya, mungkin ia dapat memecahkan rahasia
mengenai dirinya. Tapi sayang ia tidak berbuat demikian.
orang berkedok itu kini mulai dengan pelajarannya dengan hafalan dan prakteknya, supaya Yo
Cie Cong faham benar-benar.
Yo Cie Cong ada satu anak cerdik luar biasa, ditambah dengan kegaiban yang ia alami
membuat ia mempunyai kekuatan otak yang luar biasa. Maka untuk mempelajari segala ilmu silat.
sekejapan saja sudah matang betul.
"Anak, tipu silat ini, adalah hasil ciptaanku sendiri yang menggunakan tenaga dan jerih payah
selama hidupku. Tipu silat ini aku namakan 'Menggeser tubuh menukar bayangan' bagi orang
Kangouw biasa saja, nanti akan kau bikin bingung oleh tipu silat ini"
Yo Cie Cong saat itu perhatiannya sudah tertarik benar oleh tipu silat yang aneh luar biasa ini.
ia makin lama memikirkan makin merasa kegaibannya tipu silat ini. Benar2 seperti ilmu setan
menghilang.
Justru ilmu silat itulah yang digunakan oleh si orang berkedok untuk menolong jiwanya pemilik
Golok Maut yang kemudian diketahuinya ada dirinya Yo Cie Cong yang menyaru, dari ancaman
pedang Kong Jie.
Dengan kepandaiannya dan kekuatannya seperti Kong Jie, ternyata masih tidak tahu
bayangannya orang yang menolong jiwa korbannya.
Maksud dan tujuannya orang berkedok itu menolong dirinya pemilik Golok Maut dan kemudian
dibawa ke puncaknya gunung, ialah karena mencurigai Yo Cie Cong yang menyaru dan
menggunakan nama pemilik Golok Maut untuk melakukan kejahatan, perbuatannya itu agak
terlalu ganas, maka ia pikir hendak menyingkirkan dirinya. siapa nyana kenyataannya tidak
demikian- Disatu fihak ia merasa simpatik atas perbuatannya anak muda itu, dilain fihak. ia
sesungguhnya tidak nyana bahwa anak muda berwajah dan bersikap dingin kaku ini, ternyata
merupakan bayangan yang melekat dalam hatinya selama 18 tahun lebih lamanya.
Ia tidak mempunyai keberanian menceritakan semua kejadian yang menyedihkan pada masa
yang lampau kepada anak muda itu, ia rela menanggung sendiri itu segala kesedihan untuk
selama nya.

Ia sungguh tidak memikirkan bahwa dengan berlaku demikian, hampir saja ia melakukan suatu
kesalahan besar.
Yo cie Cong dengan sikapnya yang menghormat sekali menyoja kepada orang berkedok merah
itu, berkata:
"Boanpwee mengucapkan banyak terima kasih atas budi Locianpwee yang telah memberikan
pelajaran kepada Boanpwee ini "
"Anak. kau tak usah mengucapkan terima kasih, semua ini lantaran jodoh, jodoh "
"Kalau cianpwee sudah tidak ada lain urusan apa-apa lagi, Boanpwe ingin minta diri "
"Baiklah, anak. didalam dunia ini memang tak ada perjamuan yang tidak bubaran "
Ucapan orang berkedok kain merah itu kedengarannya sangat memilukan hati.
Yo Cie Cong bercekat. Dalam hatinya diam-diam berpikir, bagaimana orang kuat dalam rimba
persilatan yang merupakan seorang sangat misterius ini mendadak bisa berubah seperti lakunya
kaum hawa yang berhati lemah?
"Cianpwee, sebagai orang Kang ouw yang merantau, kita pasti bisa bertemu lagi"
"Ya, anak, pergilah Harap kau bisa bawa dirimu baik-baik, kecuali untuk membalas dendam,
paling baik jangan terlalu banyak melakukan pembunuhan terhadap jiwanya orang yang tidak
berdosa, agar tidak berdosa kepada Tuhan"
"Boanpwee akan ingat pesan cianpwee ini " Kedua orang itu lantas berpisahan dan
meninggalkan tempatang berbahaya itu.
Tiga hari kemudian.
Pemilik Golok Maut yang sangat misterius dan menakutkan telah muncul dikota Tiang-soa.
Kali ini, dalam waktu tiga hari saja sudah tiga orang kuat yang namanya cukup terkenal, telah
binasa dibawah cincangannya golok Maut.
Yang pertama adalah Gouw Leng Lam yang mempunyai gelar Cit cie seng-kiam atau dewa
pedang jari tujuh.
Yang kedua adalah see bun cun Tek. yang mempunyai gelar Burung belibis. Ia adalah
pemirnpin kawanan bajak laut yang sering melakukan operasinya didaerah pengairan telaga Tong
teng. Tempat dimana ia menemukan ajalnya ialah didalam salah satu kamar rumah penginapan
yang paling mewah dikota Tiang-soa.
Yang ketiga adalah Lie Bu shia, yang mempunyai gelar Kiu-thian Hui-peng atau Burung rajawali
terbang.
Sejak munculnya Golok Maut didunia Kangouw sehingga pada saat itu, sudah ada 11 orang
kuat yang terkenal namanya baik di kalangan hitam maupun putih yang menjadi korban, tidak ada
satu yang memberi perlawanan.
Maka, kota Tiang-soa dalam waktu beberapa hari saja sudah menjadi pusat perhatiannya
orang2 dunia Kang-ouw. Peristiwa ini sangat menggemparkan, lebih menggemparkan daripada
yang sudah-sudah.
Dalam waktu tiga hari mengambil tiga korban jiwa manusia kuat, suatu perbuatan yang
mengejutkan.
Orang-orang dunia Kang-ouw dari pelbagai tempat berduyun-duyun menuju kekota Tiang-soa,
mereka mengharap bisa melihat wajah aslinya pemilik Golok Maut yang sangat kejam dan ganas
itu, tapi ada juga yang mengundang lain maksud.
Terutama bagi orang-orang yang dulu pernah ambil bagian dalam pembasmian perkumpulan
Kam-lo-pang, kejadian itu dirasakan seperti duri yang menancap diatas punggungnya. Manusia
ganas itu satu hari saja belum di singkirkan, mereka selalu masih merasa tidak aman.
Hari kedua tengah hari tepat pada waktu see-bun cun Tek menemukan ajalnya.
Di Ceng-yang ciu-lauw, satu rumah besar didalam kota Tiang-soa, nampak penuh sesak dengan
tetamunya dari pelbagai tempat. Rumah makan yang bertingkat dua dan mempunyai tempat luas

yang bisa menampung kurang lebih 30 orang itu, hampir tidak ada satu kursi yang kedapatan
kosong. Cuma apa yang agak luar biasa, ialah tetamu-tetamu itu hampir semuanya terdiri dari
orang2 Kang-ouw.
suara orang bicara terdengar amat riuh, hampir semuanya membicarakan soal Golok Maut.
Apakah Golok Maut itu sudah meninggalkan kota Tiang soa, atau mencari korban lain lagi?
Tidak ada seorangpun yang bisa dapat tahu. Mereka hanya menduga-duga saja secara
sembarangan.
Disalah satu meja pada suatu sudut dekat jendela, saat itu ada duduk seorang pemuda
berwajah tampan tapi sikapnya dingin kecut, ia duduk seorang diri sambil minum dengan sikapnya
yang tenang. Ia adalah Yo Cie Cong.
Daftar nama musuh-musuhnya Kam lo-pang yang berada padanya, kini tiga nama lagi sudah di
hapus. Tapi ia masih belum merasa lega, sebab 5 musuh besar yang tertulis dilembar pertama
dengan nama singkatan IM, YANG, SIU, KUAY dan PO, hanya siluman tengkorak Pek- bin ciangsie-
kuay Lui Bok Thong, yang sudah bertemu satu kali. Yang lainnya, bayangannya saja masih
belum kelihatan.
Musuh- musuh yang binasa ditangannya, diantara musuh- musuhnya Kam-lo-pang, merupakan
orang-orang yang tidak berarti. Dapat dibayangkan sendiri betapa beratnya tugas Yo Cie Cong
yang harus dipikul itu. sekarang, hanya merupakan babak permulaan saja.
Dengan sepasang matanya yang bersahaya, Yo Cie Cong memandang wajahnya setiap tetamu
yang ada di rumah makan tersebut.
Matanya segera dapat melihat 5 laki-laki berbadan tegap yang duduk berkumpul disatu sudut
dekat tembok. orang-orang ini rasanya ia seperti pernah lihat, tapi entah dimana setelah ia putar
otaknya sekian lama, ia baru ingat bahwa laki-laki itu adalah anak buahnya Pek leng hwee.
orang-orangnya Pek leng hwe sudah muncul di kota Tiang soa, orangnya kedua Pang mungkin
juga tidak ketinggalan-
Dalam usahanya untuk menghadapi pemilik Golok Maut, Pek leng hwee dengan kedua pang,
selalu bekerja bersama-sama.
Ketua Pek leng hwee dan kedua Pang, juga terdapat dalam daftar nama musuh-musuhnya Kam
lopang. Yo cie Cong juga masih tidak lupakan perbuatan orang-orang itu ketika hendak
membunuh dirinya ditepi danau Naga.
Itu berarti permusuhan lama ditambah dengan permusuhan baru maka rasa bencinya lantas
berlipat ganda, tidak heran kalau pada saat itu Yo Cie Cong matanya lantas beringas secara
mendadak. ia hampir saja tidak mampu mengendalikan dirinya. Diwajahnya yang tampan, sekejap
saja sudah dipenuhi hawa pembunuhan-'Membunuh' pikiran yang menakutkan itu, telah timbul
dalam otaknya Yo Cie Cong.
Mendadak ditangga loteng ada terdengar orang berjalan- sebentar kemudian lantas muncul
wajahnya dua orang tua yang sangat menjemukan.
Kebetulan disamping Yo cie Cong duduk tadi terdapat tempat kosong. Dua orang tua yang baru
datang itu setelah mencari sana-sini, ia telah dapat lihat tempat kosong itu. Maka keduanya lantas
menghampiri
Ketika Yo Cie Cong menyaksikan wajahnya kedua orang tua itu, dalam hatinya diam-diam
lantas berseru: "Bagus kembali ada dua orang yang hendak mengantarkan jiwanya."
Dua orang tua itu ketika tiba didepan tempat kosong, mendapat lihat dirinya Yo Cie Cong.
semula mereka agak terkejut, kemudian lantas saling mengawasi dengan kawannya dan ketawa
terbahak-bahak.
siura ketawa mereka yang kedengarannya seperti ketawa setan itu, telah menarik perhatian
para tetamu.

Dua orang tua itu setelah duduk ditempatnya, lantas minta pelayan supaya menyediakan
makanan dan minuman,.
"sepasang manusia buas dari Lam hong " begitu terdengar suara berisik diantara para tetamu.
Oleh karena suara ketawanya sepasang manusia buas dari Lam hong tadi, telah membual
orang-orangnya Pek leng hwee dan kedua Pang, yang tadi tidak perhatikan dirinya Yo cie Cong,
kini telah mendapat lihat wajahnya anak muda itu, hingga mereka pada kasak kusuk, entah apa
yang dirundingkan Tapi sudah tentu hal-hal yang mengenai dirinya anak muda itu.
Meskipun mereka tidak mengetahui keadaan anak muda itu yang sebenarnya, tapi 5 laki-laki
dari Pek leng hwee itu nampaknya ambil perhatian besar terhadap dirinya Yo cie Cong, karena
mereka tahu benar bahwa anak muda itu adalah seorang yang dikehendaki benar oleh ketua
mereka.
Mendadak, mata semua tetamu terbelalak memandang kearah tangga loteng.
Yo Cie Cong yang tertarik oleh keadaan demikian, matanya juga mengawasi kearah tangga
loteng. Diwajahnya yang kecut dingin, mendadak tertampak gembira. Dengan cepat ia berbangkit
dari tempat duduknya dan lari menghampiri.
BAB 23
TETAMU yang baru datang itu bukan lain daripada Thian san Liong lie Tho Hui Hong, itu
pendekar wanita setengah umur yang berwajah cantik dan berkepandaian tinggi.
Ia kelihatan berdiri celingukan, agaknya sedang mencari tempat kosong untuk tempat duduk.
Thian san Liong - lie meski usianya sudah setengah tua, tapi kecantikannya masih bisa
menggiurkan hatinya anak muda.
Semua tetamu yang ada disitu, meski pada dibikin silau matanya oleh kecantikan Thian-san
Liong- lie, tapi tidak ada yang berani berlaku ceriwis, karena namanya wanita gagah itu dikalangan
Kang-ouw ada sangat terkenal dan ditakuti baik oleh orang golongan hitam maupun golongan
putih. Apalagi mengingat suhunya berkepandaian sangat luar biasa, meski usianya sudah lebih
dari seratus tahunsuatu
keistimewaan bagi wanita gagah itu, diparasnya yang cantik, selamanya seperti diliputi
oleh kabut kedukaan, namun tidak begitu nyata. Apakah sebab yang sebetulnya ? Tidak ada
seorangpun yang tahu.
Pada saat itu, ia juga sudah dapat melihat Yo Cie Cong yang berbangkit dan lari menghampiri
kepadanya.
Ia juga merasa sangat girang akan pertemuan itu. Dengan bersenyum manis ia berjalan
menyongsong Yo Cie Cong.
Wajahnya Yo Cie Cong ada mirip benar dengan kekasihnya 10 tahun berselang dan yang
sehingga saat itu masih belum hapus dan ingatannya. Maka didalam matanya, Yo Cie Cong adalah
merupakan seorang yang dapat meringankan penderitaan hatinya.
Maka ketika anak muda itu mendapat kesulitan ditepi danau Naga, dengan tanpa menghiraukan
jiwanya sendiri ia berusaha untuk melindungi dirinya.
Yo Cie Cong ketika binasa dibawah serangannya iblis berwajah singa, ia telah mengubur
jenazahnya bersama-sama Siang-koan Kiauw, itu gadis baju merah, anak tirinya Cin Bie Nio.
selanjutnya, ia dengar ramai dikalangan Kangouw tentang beritanya Yo Cie Cong yang sudah mati
telah hidup kembali. Ia pernah mencari kemana-mana, tidak nyana hari ini telah bertemu dirumah
makan itu.
Begitu pula dilihatnya Yo Cie Cong, yang selalu berwajah kecut, ketika melihat dirinya Thian san
Liong lie lantas menjadi girang, karena ia seolah-olah sudah bertemu dengan ibunya sendiri
Masih jauh ia sudah berseru dengan suara girang: "Bibi Tho Mari disini ada tempat kosong."
Ia memegang erat tangannya Thian san Liong lie diajak kemejanya.

Ia memang duduk dan minum seorang diri saja, kedatangan Thian san Liong lie ada sangat
kebetulan-
Thian-san Liong lie setelah duduk dikursinya depan Yo cie Cong, ia mengawasi wajahnya anak
muda itu sejenak. baru berkata:
"Anak. sungguh tidak dinyana aku bisa bertemu lagi dengan kau "
"Terima kasih atas perhatian bibi, Boanpwee juga selalu ingat diri bibi."
Dua manusia dari Lam hong yang telah dapat melihat Yo Cie Cong, dalam hati mereka sudah
menganggap bahwa itu ada satu kesempatan yang paling baik yang diberikan oleh Thian-
Ternyata mereka masih belum melupakan mustika Gu-liong kauw yang berada didalam perutnya
Yo cie Cong
Tapi kini, mereka lihat dirinya Thian-san Liong- lie yang duduk disatu meja dengan Yo Cie
Cong, dalam hati merasa cemas dan sangat gelisah.
Lotoa yang tua dari kedua manusia buas itu duduk membelakangi Yo cie Cong, maka tidak
dapat dilihat bagaimana sikapnya. Tapi Lojie (adiknya) ada duduk berhadapan dengan Yo cie
Cong.
Dengan matanya yang seperti mata tikus, Lo jie terus mengawasi Yo Cie Cong dengan tanpa
berkedip.
Sikapnya manusia buas yang demikian itu, bagi Yo Cie Cong sudah tidak asing lagi.
Ketika kawanan manusia iblis berebutan hendak membelek perutnya ditepinya danau Naga, ia
sudah banyak melihat sikap demikian itu. Itu ada satu sikap kombinasi antara kejahatan,
kekejaman dan ketemahaan.
Yo cie Cong yang dibikin sebal oleh sikap demikian itu otomatis wajahnya menjadi dingin kecut
lagi.
Thian san Liong lie yang menyaksikan Yo cie Cong baru saja bicara, mendadak wajahnya sudah
berubah demikian rupa, diam-diam juga merasa heran- Ketika ia mengikuti pandangan mata Yo
Cie Cong, wajahnya juga mendadak berubah^
Yo cie Cong setelah mengeluarkan suara dihidung, lantas berkata kepada dua manusia buas
dari Lam hong itu. "Adakah kalian masih ingat akan diriku ?"
Lojie lantas menyahut sambil ketawa cengar-cengir: "Bocah pertemuan kita ini memang sudah
jodoh "
"Bocah Manusia dimana saja bisa bertemu, pertemuan kita hari ini bukan merupakan suatu
kejadian yang ganjil " menyambung Lotoa.
Thian san Liong ie nampak mulai naik darah, wajahnya berubah pucat, selagi hendak buka
mulut tidak jadi karena melihat Yo Cie Cong melarang.
Yo Cie Cong mencegah dengan kedipan matanya kemudian sepasang matanya sangat tajam
telah menyapu pada kedua manusia buas itu.
Sepasang manusia luas itu nampaknya di bikin terkejut oleh pandangan mata Yo Cie Cong itu.
Dalam hati mereka diam-diam berpikir: "Heran, bocah ini yang baru saja dua bulan tidak ketemu,
sekarang seolah-olah sudah berubah menjadi lain keadaannya."
Thian san Liong lie tidak perhatikan sinar matanya Yo Cie Cong, hanya dengan sorot matanya
yang gusar terus mengawasi dirinya kedua iblis itu. Ia sudah tahu benar kejahatan dan
kebuasannyakedua manusia itu.
Ia kuatir bahwa kejadian ditepinya danau Naga tempo hari akan terulang lagi dirumah makan
ini. sebab Yo Cie yong pernah menelan mustika Gu liong kauw, dan mereka tahu, bahwa mustika
itu masih mengeram dalam perutnya Yo Cie Cong.
Bila benar-benar terjadi gaduh, akibatnya akan lebih menakutkan pikir Thian san Liong lie.
Sudah tentu Thian san Liong lie tidak tahu kalau keadaannya Yo Cie Cong pada saat itu, ada
sangat berlainan dengan Yo cie Cong pada tempo hari.

Berbareng dengan itu, orang-orang dunia Kang-ouw yang hari itu berkumpul dan makan minum
dalam rumah makan itu, satupun tidak tahu bahwa manusia misteri ini, atau si pemilik Golok Maut
yang ganas dan menakutkan, adalah itu pemuda berwajah tampan tapi kecut dingin, yang kini
beradu didepan mata mereka sendiri
sementara itu, Yo Cie Cong setelah mengawasi kedua manusia buas itu,lalu berkata pula:
"Apa yang kalian ucapkan memang tidak salah. Hari ini kita benar-benar ada jodoh, apa yang
kalian lakukan kepada diriku tempo hari tidak ada satu hari aku bisa lupakan. Aku justru sedang
mencari kalian berdua "
Lojie setelah tercengang sebentar, lalu menjawab:
"Bocah, kita berdua saudara dapat memenuhi kehendakmu "
"Bagus, sekarang juga atau harus mencari tempat lain ?"
Thian san Liong lie merasa kaget dan heran sebab ia tahu benar tentang keadaan dan
kekuatannya Yo Cie Cong tidak nanti mampu menandingi kedua iblis itu. Namun ia sekarang
berani menantang kedua manusia buas itu, ini benar-benar tidak habis dimengerti. Belum lenyap
pikirannya, terdengar Lotoa nyeletuk sambil ketawa.
"Bocah, nanti malam sesudah rembulan muncul, kita bertemu lagi di Cit lie peng, kira-kira 7 lie
diluar kota sebelah Timur bagai mana ?"
"Baik tempat yang kalian pilih tepat sekali, disitu sangat indah pemandangan alamnya"
Dua manusia buas itu memandang Yo Cie Cong dengan mata mendelik. Karena sebisa- bisa
menahan sabar, dalam hati mereka menyumpahi dirinya anak muda itu. Thian-san Liong lie
dengan penuh rasa kuatir berkata kepada Yo Cie Cong: "Anak, kau...."
Yo Cie Cong sambil bersenyum menjawab dengan tenang:
"Bibi Tho, jikalau bibi ada kegembiraan nanti malam boleh juga turut menyaksikan keramaian
itu "
"Anak. dua manusia itu sangat ganas dan telengas, kepandaiannya juga tidak dapat di pandang
ringan-
"Itu boanpwee mengerti, bibi Tho, harap bibi tak usan kuatir, Boanpwe tidak nanti berlaku
ceroboh"
"Tapi kau toch masih belum mampu menandingi mereka, apa lagi hari ini dikota Tiang-soa ada
banyak orang-orang gagah dari berbagai golongan- apabila hal ini nanti menarik perhatian
kawanan iblis yang temaha mengingini mustika Gu long-kauw itu bukankah.."
"Itu ada lebih baik, biarlah mereka semua nanti tahu bahwa dalam rimba persilatan masih ada
keadilan "
Thian-san Liong lie dengan penuh keheranan mengawasi Yo Cie Cong. Hanya beberapa bulan
saja tidak bertemu, anak muda itu seperti sudah berubah menjadi orang lain.
Berita tentang kedua manusia dari Lambong telah menbuat perjanjian dengan Yo cie Cong
untuk mengadakan pertempuran, dari satu mulut kelain mulut, sebentar saja sudah diketahui oleh
seluruh tetamu yang ada disitu.
Kejadian gaib yang dialami oleh Yo Cie Cong ditepi danau Naga pada beberapa bulan
berselang, sudah lama memang pernah menggemparkan dunia Kang-ouw. Tapi sedikit sekali
orang yang mengenal dirinya anak muda itu. Dan kini, setelah disebut-sebut lagi orang-orang yang
bersangkutan, maka Yo Cie Cong lantas menjadi pusat perhatian para tetamu.
Jago-jago Kang-ouw itu, dikota Tiang-soa sebetulnya karena tertarik eleh peristiwa Golok Maut.
sayang mereka tidak menemukan bayangan si pemilik Golok Maut, sebaliknya bertemu dengan
pemuda asam kecut yang ternyata adalah itu pemuda yang pada beberapa bulan berselang
pernah menelan mustikanya Gu-liong-kauw.
Dipengaruhi oleh kelemahan, ada beberapa kawanan iblis yang diam-diam sudah memikirkan
rencananya yang keji.

Diantara para tetamu itu, adalah Thian san Liong lie merupakan orang satu-satunya yang
merasa paling gelisah. Peristiwa perebutan mustika Gu- liong kauw yang terjadi ditepi danau Naga
pada beberapa bulan berselang, kekejamannya dan keganasannya masih menggores dalam hati
sanubarinya, dan nampaknya peristiwa kejam itu akan terulang lagi sekali pada malam nanti.
Yo Cie Cong dalam matanya Thian san Liong lie sudah merupakan duplikat dari kekasihnya
yang menghilang pada 10 tahun berselang. Maka terhadap dirinya anak muda itu timbullah
perasaan welas asihnya yang sangat tebal sekali. Maka atas keselamatannya anak muda itu, ia
agaknya sudah merasa ikut tanggung jawab yang tidak dapat dielakan lagi.
Kedua manusia buas itu setelah puas makan minum, lalu berbangkit dan berkata pula kepada
Yo Cie Cong:
"Bocah perjanjian di Cit lie peng pada nanti jam tujuh malam, kau tentunya tidsk akan salah
bukan "
"Haha, memang itu yang aku nantikan bagaimana bisa bikin kalian kecewa ?"
" Kalau begitu bocah, nanti malam kita ke temu "
Kedua manusia buas itu kembali memandang Yo cie Cong dengan mata melotot, lantas berlalu.
Para tetamu yang lainnya juga nampak sudah pada mulai pergi, hingga keadaan dalam rumah
makan itu kini kelihatan mulai sepi lagi.
Tapi Yo Cie Cong yang masih mengandung maksud hendak menantikan kedatangannya ketua
Pek leng hwee dan kedua Pang, maka belum mau meninggalkan tempat duduknya. Ia tetap duduk
sambil minum dengan sabar, seolah-olah tukang berburu yang menantikan mangsanya.
Tapi sebegitu lamanya, kecuali itu lima orang dari Pek leng hwee, sudah tidak kelihatan orang
lain yang datang lagi. Maka dalam hatinya dia lantas berpikir: "hari ini aku harus mencari tahu
sebab musababnya."
Tidak antara lama, diatas loteng kembali muncul orang tua yang dandanannya sangat ganjil.
Mereka datang benama seorang yang berbadan tinggi kurus.
Thian san Liong lie ketika melihat kedatangnnya orang aneh itu, lalu berkata kepada Yo Cie
Cong dengan suara sangat perlahan-
"Lima orang tua yang dandanannya sangat ganjil itu adalah jago-jago kenamaan dari daerah
Biauw yang biasanya disebut Biauw-ciang Ngo tok. sedang orang tua tinggi kurus itu adalah si iblis
yang mempunyai gelar Bok tok Kiesu, yang biasanya matang melintang didaerah Thian lam.
Mereka masing-masing mempunyai kepandaian ilmu silat yang luar biasa -
Yo Cie Cong hanya mengangguk saja, kemudian menyahut: "Kedatangan mereka barangkali
karena peristiwa Golok Maut "
"Ng... bencana hebat mungkin akan timbul semata-mata karena gara-garanya Golok Maut!"
Yo Cie Cong mendengar kata-kata Thian san Liong lie itu, hatinya diam-diam merasa
terperanjat. Pikirnya: "bibi Tho, maafkan aku tidak bisa memberitahukan keadaanku yaag
sebenarnya, karena aku sendiri juga mempunyai kesulitan"
Pada saat itu Biauw ciang Ngo tok dan Bo tok Kiesu sudah mulai duduk.
oleh karena datangnya 6 kawanan iblis itu keadaan dirumah makan itu mendadak menj sunyi.
Yo Cie Cong tiba-tiba ingat sesuatu, maka lantas berkata kepada Thian san Liong lie: "Bibi Tho,
dulu ketika Boanpwee mengalami kesukaran ditepi danau Naga, mengapa bibi hendak menolong
dan melindungi diri Boanpwee tanpa menghiraukan keselamatan jiwa bibi sendiri ?"
Thian san Liong lie hatinya terguncang, ia memandang wajahnya Yo Cie Cong dengan mata
mendelu. Apa yang terjadi atas dirinya pada masa yang lampau, seolah-olah ular berbisa yang
menyemat dirinya pada masa yang lampau, seolah-olah ular berbisa yang menyemat hatinya.
Lama ia berada dalam keadaan demikian, akhirnya baru bisa menjawab sambil ketawa getir:
"Anak. itu hanya untuk membela keadilan didalam rimba persilatan "

"Dari sorot mata bibi yang sayu dan agaknya ada menderita kedukaan dalam hati serta sikap
bibi ketika pertama kali berbicara dengan Boanpwee. Tapi ini hanya duga-dugaan Boanpwee
sendiri Malah Boanpwee masih ingat ketika bibi menanya nama Boanpwee,, waktu Boanpwee
menyebutkan nama Yo Cie Cong, bibi mengulangi pertanyaan sampai dua kali, bahkan
mengunjukkan perasaan kecewa"
"Ah anak Kau terlalu banyak memikir"
"Mungkin itu benar, tapi Boanpwee selalu merasa bahwa bibi agaknya ada menyimpan rahasia
apa-apa?, yang tentunya agak menyedihkan"
"Anak, kau ingin aku menceritakan?"
"Boanpwe hanya mengharap bisa mengetahui sedikit saja, tapi ini juga tidak berani memaksa
bibi "
Diwajahnya Thian san Liong lie nampak awan kedukaan, dengan susah payah ia baru bisa
mengatakan:
"Anak, pertama karena disebabkan kau..... ah.."
Yo Cie Cong pentang lebar matanya, ia menanya dengan heran-
"Bibi Tho Boanpwee kenapa ?"
"Kalau kau memang benar kepingin tahu, baiklah aku beritahukan padamu. Sebab kau ada
mirip benar dengan seseorang "
"Mirip dengan siapa ?"
"Seseorang aku katakan, ya, mirip benar. Baik wajahmu maupun sikap dan gerak-gerikmu,
tidak ada yang tidak miripi. Hanya usianya saja yang berbedaan jauh"
"Orang itu tentunya ada mempunyai hubungan erat sekali dengan bibi ?"
Thian-san Liong lie wajahnya mendadak berubah merah, ia anggukkan kepalanya, sebagai
Jawaban.
"Bibi Tho, dia itu siapa ?"
"Anak, Adakah kau pernah dengar nama julukan 'Giok bin Kiam-khek-Jago pedang berwajah
kumala'?"
Yo Cie Cong agaknya merasa tertarik dengan penuturan bibinya, maka ia lantas menanya pula:
"Boanpwee mirip dengan dia ?"
"Benar mirip sekali "
"Dan sekarang, dimana orangnya ?"
"Hilang tanpa kabar ceritanya, mungkin juga sudah binasa. sepuluh tahun berselang, peristiwa
hebat telah menimpa dirinya "
"Peristiwa hebat apa ?"
"Anak. pertanyaanmu sudah cukup banyak"
Yo Cie Cong yang tidak ketahuan asal-usulnya, asal ada apa-apa yang mungkin ada
hubungannya dengan dirinya sendiri, ia tidak mau lepaskan begitu saja. Ketika ia mendengar
cerita bibi Thonya yang nampaknya ada mengandung rahasia besar, lantas unjukan perhatian
sepenuhnya .
Thian-san Liong- lie agaknya juga terpengaruh perasaannya, setelah pikirannya tenang
kembali, ia baru bisa berkata lagi: "Aku bisa beritahukan sedikit saja pada mu"
"Silahkan "
"Dia adalah muridnya Leng Gie Hong dari see gak. itu manusia gaib dalam rimba persilatan
serta merupakan satu orang kuat nomor satu didalam dunia "
Mendengar keterangan itu, hampir saja Yo Cie Cong lompat dari tempat duduknya, karena si
hweshio gila Phoa-ngo Hweshio dan Pengail Linglung ut-tie Giok ciang, itu dua manusia aneh dari
rimba persilatan, masing-masing telah menurunkan kepandaiannya yang luar biasa, kepada
dirinya, maksudnya ialah untuk menepati janji untuk mengadakan pertandingan dengan muridnya
manusia gaib itu.
"Bibi Tho, dia ada digunung Hoa san "

"Bagaimana kau bisa tahu ?"
"Menurut waktunya yang ditetapkan oleh fihak Leng Gie Hong, dalam waktu- tahun akan
ditunggu di gunung Hoa-san- sekarang ia telah mendapat keterangan bahwa orang yang mirip
benar dengan dirinya itu ternyata ada satu jago pedang nomor satu, bahkan ada hubungan sangat
erat dengan bibi Tho-nya, bagaimana kalau ia tidak terkejut? Maka seketika itu ia kelepatan
omong berkata:
"Tengah-tengah see gak - bukankah ada gunung Hoa san ?"
Karena kegirangan, hampir saja ia menceritakan soal perjanjian itu. "Anak. kau tidak tahu, aku
sudah pergi kegunung Hoa-san sampai 3 kali"
"Bagaimana ?"
"Dia belum kembali kegunung Hoa-san"
Yo Cie Cong merasa agak bingung. Dalam hatinya lalu berpikir menurut keterangan Pengail
Linglung yang diberikan padaku. Leng Gie Hong pernah mengabarkan, bahwa karena dirinya
sendiri sudah bercacad gara-gara melatih ilmunya, maka soal perjanjian adu kepandaian akan
dilanjutkan oleh murid tunggal-nya. Dalam waktu 5 tahun akan ditunggu di gunung Hoa san-
Kalau menurut keterangan ini, dia bukan saja belum hilang, bahkan masih berada di gunung Hoa
san, Ada rahasia apakah dalam soalnya bibi Tho ini ?"
Selagi pikirannya masih bekerja keras, mendadak terdengar suara orang bicara dengan nada
sangat brutal.
"Hihi, ibunya cantik seperti bidadari, anaknya tampan bagai batu kumala, sungguh bisa
membuat setiap orang mengiri " Terdengar pula suaranya seorang lain:
"Daerah Tionggoan meskipun banyak wanita cantik, tapi orang yang se-elok ini, baru pertama
kali ini aku melihat"
Thian-san Liong-lie dan Yo Cie Cong pada berpaling dengan berbareng, orang yang bicara itu
ternyata ada dua orang diantara Biauw-ciang Ngo toks Dengan mata ceriwis sedang mengawasi
mereka.
Lalu terdengar suaranya Bok-tok Kiesu berkata:
"Saudara2, kalian tahu bahwa kembang ini telah ditelantarkan, cuma saja aku tidak berani
menyentuhnya"
"Ha ha Apa iya saudara terhadap satu orang perempuan saja tidak berani menyentuh Apakah
dia...."
"Saudara tidak tahu, dibelakang dia si setan tua itu sungguh menakutkan "
Ketika Bok-tok Kiesu membicarakan tentang setan tua, sikapnya seperti benar-benar ketakutan,
tapi nampaknya sangat menjemukan-
Yo Cie Cong yang menyaksikan tingkah lakunya kawanan iblis itu, baru tahu kalau mereka
sedang membicarakan dirinya Thian-san Liong-lie, maka darahnya lantas naik seketika.
Thian-san Liong lie dengan merah padam suatu tanda hawa amarahnya sudah memuncak,
telah berbangkit dengan pelahan-lahan. sambil menuding pada Bok-tok Kiesu ia berkata:
"Bok-tok Kiesu, kau juga terhitung seorang yang mempunyai nama dikalangan Kang ouw,
sopan sedikit tingkah lakumu kenapa sih ?"
"Thian san Liong lie, apakah kau kira aku berlaku tidak sopan terhadap dirimu ?" jawabnya Boktok
Kiesu sambil ketawa cengar cengir.
Biauw-ciang Ngo tok juga lantas perdengarkan suara ketawa yang menyebalkan. Yo Cio Cong
dengan mata beringas, menggeram:
"segala kawanan kurcaci dari daerah luar, juga berani jual lagak didaerah Tionggoan "
Biauw ciang Ngo - tok ketika mendengar ucapan Yo Cie Cong, matanya lantas melotot dan
berbangkit dari tempat duduknya. satu diantaranya dengan suaranya yang aneh membentak:
"Bocah, apa kau sudah bosan hidup?"

Suasana dirumah makan kini mendadak menjadi tegang. Para tetamu yang tabah dan masih
belum berlalu, semua pada pasang mata untuk menonton, sedang para pelayan yang bernyali
kecil, sudah pada lari kalang-kabutan-
"Kalian bangsa kurcaci dari daerah luar ini masih ada muka berkata demikian?" kata Yo cie
Cong dengan sikap menghina.
Biauw-ciang Ngo-tok pada berubah wajahnya, bukan kepalang rasa gusarnya, sehingga
wajahnya merah padam, badannya gemetaran.
Mereka berlima didaerah Biauw merupakan tokoh-tokoh terkemuka dalam dunia Kang-ouw
namanya sangat dimalui oleh bangsa mereka. sungguh tidak nyana hari itu dhadapannya begitu
banyak orang-orang Kang-ouw, ia telah diperhina oleh seorang muda yang usianya belum cukup
20 tahun. Biar bagaimana, sudah tentu mereka tidak bisa menelan begitu saja.
Salah seorang dari mereka yang tadi buka suara, kakinya lantas bergerak menendang meja,
hingga meja itu terbalik berikut cawan, piring dan mangkuk yang ada di atasnya. Kemudian ia
sendiri lantas lompat melesat menerjang Yo cie Cong. Thian-san Liong lie dengan wajah pucat,
lantas hendak ayun tangannya. Para tetamu juga pada berdiri, hendak menonton pertandingan
antara kedua orang itu.
"Balik" demikian terdengar suara bentakan nyaring, tangannya Yo cie Cong bergerak, dari situ
lalu meluncur keluar kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat, untuk memapaki dirinya iblis
dari Biauw yang sedang menerjang dirinya itu.
Serangannya Yo cie Cong kali ini dibarengi dengan kekuatan ilmunya Kan goan cin-cao kira-kira
enam bagian.
Diantara suara bentakan terdengar suara seruan tertahan iblis tua Biauw-ciang itu, dirinya
lantas terpental sejauh kira-kira 5 tumbak lebih, dan kemudian jatuh tersangkut dilangkannya
loteng.
Keadaan dalam rumah makan itu sebentar saja lantas menjadi gempar, siapapun tidak akan
menduga kalau anak muda itu ada mempunyai kekuatan demikian rupa hebatnya.
Perasaan Kaget, malu, gemas dan gusar saat itu meliputi dirinya Bok-tok Kiesu dan kawankawannya
.
Thian-san Liong-lie sendiri juga terpesona, dengan terheran-heran menanya kepada Yo cie
Cong:
"Anak kau ?"
Yo Cie Cong sudah mengerti apa yang akan diucapkan oleh Thian san Liong-lie, maka lantas ia
berkata:
"Bibi Tho, kalau ada kesempatan nanti Boanpwee ceritakan pengalaman Boanpwe selama
beberapa bulan ini."
Bok-tok Kiesu saat itu perdengarkan suara ketawanya yang aneh. "Bocah, kau ternyata boleh
juga, lihat aku" katanya nyaring.
sehabis bicara, dengan tindakan sangat perlahan ia berjalan menghampiri Yo Cie Cong.
Biauw-ciang Ngo tok. termasuk orang yang dibikin jatuh tadi, semua lantas maju bersama-sama
Bok-tok Kiesu, mereka mengawasi Yo Cie Cong dengan sorot mata buas.
Yo Cie Cong masih tetap dengan sikapnya yang dingin, berdiri ditempatnya dengan tanpa
bergerak barang sedikit. sikapnya yang jantan itu membuat orang melongo dan kuncup nyalinya.
Ketika Biauw Ciang Ngo tok berjalan sampai didepan Yo Cie Cong, mendadak lantas berhenti.
Lengan baju 5 iblis itu tiba-tiba bergoyang, tapi sebentar saja sudah pulih kembali seperti biasa.
Salah satu diantara 5 orang tua itu mendadak berkata sambil ketawa girang:
"Bocah, kali ini kau akan tahu rasa. sekarang kau sudah terkena racun Ngo tok Bok-keng sin
ciang dari kita berlima. Kau pasti akan mengalami siksaan hebat, mati tidak hiduppun tidak, Hehe,
heh kau coba bernapas"

Thian san Liong lie yang sudah banyak pengalamannya, tahu benar lihaynya racun serupa itu.
Asal sudah masuk kedalam tubuh orang, jika racunnya digerakkan, orang yang terkena racun itu
akan binasa setelah nyalinya dimakan oleh racun jahat itu.
Racun itu ada mempunyai hubungan erat dengan orang yang melepaskannya, sekalipun sang
korban itu berada sejauh ratusan lie, asal orang yang melepaskan racun tadi gerakan pikirannya.
lantas berkerja hingga jiwanya sang korban seolah-olah benda ditangannya orang yang melepas
racun itu, Kecuali di tarik kembali oleh orang yang melepaskan racun tadi, sudah tidak ada lain
obat yang bisa melenyapkan racun itu dan dalam badannya.
Yo Cie Cong yang diwaktu kecilnya hidup bergelandangan dengan kawanan jembel, pernah
dengar juga tentang racun yang sangat ganas dan berbisa itu. Maka saat itu hatinya lantas
bercekat. ia buru-buru atur pernapasannya, benar saja merasakan seperti ada benda halus yang
bergerak didalam badannya.
seketika itu juga lantas timbul napsunya hendak membunuh, maka ia lantas berkata dengan
suara gusar:
"Setan tua, hari ini sekalipun siaoyamu jatuh, tapi kalian juga jangan harap bisa berlalu dari sini
dalam keadaan hidup "
"Hahaha" terdengar mereka ramai ketawa.
"Bocah tutup mulutmu, kau sudah tidak mempunyai kesempatan hidup lagi " kata satu diantara
5 iblis itu
Biauw-ciang Ngo-tok lalu bergerak menjalankan ilmunya jubahnya kelihatan bergerak gerak.
sekujur badannya Yo Cie Cong mendadak dirasakan seperti digeremeti binatang ular atau kutu,
rasa sakit dan gatal menusuk ke tulang-tulangnya dan hatinya.
sebentar saja keringat dingin sudah menbasahi tubuhnya Yo Cie Cong. Dalam keadaan cemas,
ia buru-buru mengeluarkan ilmunya, hawa dingin dan hawa panas lantas berputaran disekujur
badannya, benar saja ia rasakan agak kendor tekanan rasa sakitnya. Maka diam-diam ia lantas
berpikir: apakah ilmuku Kan-goan caokhie bisa membasmi racun ini?
Sesungguhnya ia masih belum mengerti, bahwa dua rupa benda mustika Gu- liong kauw dan
telurnya burung rajawali raksasa, ada mengandung dua rupa sifat yang sangat dingin dan angat
panas, yang merupakan kekuatan satu-satunya untuk membasmi racun Bok bea sin ciang.
Karena ia sudah mendapat kenyataan bahwa kekuatan tenaga dalamnya itu dapat digunakan
untuk melawan racunnya kelima orang tua, maka ia lantas perhebat gerakannya.
Biauw ciang Naotok semula ketika menggerakan tenaganya untuk mendesak racun dalam
dirinya Yo cie Cong agak berubah, tapi kemudian pulih seperti biasa, agaknya tidak takut
menghadapi racunnya. Maka mereka lantas merasa heransedang
Bok tok Kiesu yang menyaksikan Thian-san Liong lie sedang kesima mengawasi dirinya
Yo cie Cong, diam-diam lantas bergerak mendekati pendekar wanita itu.
Jari tangannya yang kurus kering, sudah akan menyambret pundaknya Thian-san Liong lie.
Thian-san Liong lie sendiri masih belum mengetahui kalau dirinya terancam bahaya. tapi Yo Cie
Cong yang mendadak dapat lihat itu, semula ia hendak bersuara untuk memperingatkan Thian-san
Liong lie, tapi sudah tidak keburu. Dalam keadaan yang sangat krisis itu, dengan cepat ia lantas
membabat dengan tangannya yang mengandung kekuatan tenaga dalam Kan-goan Cin-cao.
Bok tok Kiesu yang sedang kegirangan karena gerakannya membokong itu sudah akan berhasil,
mendadak merasakan ada suatu kekuatan tenaga yang sangat hebat menyerang padanya dari
samping. Kalau ia tidak tarik mundur dirinya, meski Thian san Liong lie akan terjatuh dibawah
kekuasaannya, tapi dirinya sendiri juga akan terluka oleh serangan kekuatan tenaga dalam yang
sangat hebat itu.
Untuk menyelamatkan diri, terpaksa ia harus lompat mundur 5 kaki jauhnya.

Thian-san Liong-lie kini sudah tahu kalau dirinya sedang terancam, maka lantas menghunus
pedangnya, dengan cepat menyerang dirinya Bok-tok Kiesu.
Dalam waktu sekejapan ia sudah menghujani tikaman prdang pada Bok-tok Kiesu sampai 15
kali banyaknya.
Bok tok Kiesu yang masih belum tancap kakinya, mendadak dihujani serangan pedang oleh
Thian san Liong lie, sudah tentu jadi kelabakan.
Badannya yang kurus kering seperti linting, setelah pontang panting kesana kemari, akhirnya
berhasil juga lolos dari ujung pedangnya Thian san Liong lie.
Pada saat itu, orang-orang Kang-ouw yang berada dirumah makan tersebut sudah pada
hentikan minumnya, mereka semua pada minggir kepojok dinding, hingga di-tengah-tengah
terbuka satu tempat yang cukup luas.
Yo cie Cong yang tadi bergerak membantu Thian-san Liong-lie, kekuatan tenaga dalamnya agak
kendor, hingga racun dari lima orang tua itu dirasakan bekerja lagi.
Ia sekarang sudah merasa benci sekali terhadap lima orang tua dari daerah Biauw itu, maka ia
gunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya untuk mengusir racun didalam badannya. Usahanya
itu berhasil bukan saja rasa sakitnya lantas lenyap seketika, bahkan semangatnya bertambah
meluap-luap.
Biauw ciang Ngo tok sejak berkelana didunia Kang-ouw beberapa puluh tahun lamanya, belum
pernah mengalami kejadian aneh serupa itu. Meski mereka menggerakkan tenaganya sepenuhnya,
tapi lawannya itu tetap seperti tidak pernah mengalami kejadian apa-apa. Maka mereka diam-diam
lantas merasa jerih dan bergidik.
Racun Bok-heng sin-ciang itu ada berhubungan erat dengan orangnya yang melepaskan racun
itu.
Maka jika racun itu musnah, jiwanya orang yang melepaskan juga turut musnah. oleh karena
Yo Cie Cong melancarkan serangan tenaga dalamnya dengan sepenuh tenaga, maka racun yang
masuk kedalam badannya, per-lahan-lahan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi Jika orang
tua tidak lekas-lekas tarik kembali, maka mereka juga akan terbinasa.
Biauw-ciang Ngo-tok saat itu sudah mengetahui keadaan tidak menguntungkan maka lantas
tarik kembali racunnya. Berbareng dengan itu, secepat kilat mereka mengirim serangannya kepada
diri Yo cie Cong.
Si anak muda yang tidak menduga akan diserang secara demikian, masih tetap dalam usahanya
untuk mengusir racun dalam dirinya. Dan ketika ia mengetahui tapi sudah tidak keburu menyingkir
atau menyambuti serangan lawan- Dalam keadaan kepepet, ia paksa menggunakan ilmunya Kan
goan cin-cao untuk melindungi dirinya.
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar. Yo Cie Cong dengan telak badannya menerima
serangan yang dilancarkan oleh orang tua itu, ia mundur beberapa tindak baru bisa tancap
kakinya, sedang "Kan goan cin cao" yang melindungi dirinya hampir saja buyar. Tapi difihaknya
Biauw-ciang Ngo tok juga terpental mundur. semua orang Kang-ouw yang menyaksikan
pertempuran itu pada melongo.
Biauw ciang Ngo tok mengimpi juga tidak bahwa serangan yang dilancarkan dengan kekuatan 5
orang itu, ternyata masih tidak mampu membereskan dirinya bocah yang masih baupupuk bawang
itu ini sebetulnya sudah merupakan satu kekalahan yang sangat hebat bagi diri mereka.
Ketika Yo Cie Cong berpaling kearahnya Thian-san Liong-lie, ternyata tidak kelihatan, begitu
pula dirinya Bok-tok Kiesu.
Diam-diam ia merasa sangat gelisah, karena ia tahu benar bahwa Bok tok Kiesu ada
mengandung maksud tidak baik terhadap Thian san Liong lie, apa lagi kepandaian dan kekuatan

Bok tok Kiesu masih jauh lebih tinggi dari pada Thian-san Liong lie Jika dibiarkan manusia jahat itu
berhasil berbuat apa-apa atas dirinya Thian san Liong lie, bukankah akan merupakan suatu
kemenyesalan besar bagi dirinya ?
Maka dengan cepat ia sudah meninggalkan Biauw ciang Ngo-tok dan melesat keluar melalui
jendela .
Ketika ia berada diatas genteng, benar saja lantas dapat lihat satu bayangan orang sedang lari
dengan pesatnya sambil mengempit benda apa-apa. Dengan tanpa banyak pikir, ia lantas
mengejar bayangan tersebut.
Dibelakang dirinya saat itu. terdengar suaranya Biauw ciang Ngo-tok yang memaki-maki kalang
kabutan. Tapi karena mengingat keselamatan dirinya Thian-san Liong-lie terhadap lima orang tua
ini, ia tidak mau ambil pusing lagi. Maka sebentar saja kelima orang tua itu sudah ketinggalan
jauh.
Yo Cie Cong dengan seluruh kepandaiannya, bergerak secepat meluncurnya anak panah yang
terlepas dari busurnya.
Bayangan orang yang dikejar itu sebentar kelihatan sudah melalui tembok kota dan lari menuju
kedalam rimba lebat.
Dengan tanpa banyak pikir, la juga mengejar masuk kedalam rimba.
Rimba itu ternyata sangat lebat, betapapun hebatnya daya lihatnya, juga tidak mampu
menembusi sejarak 3 tumbakjauhnya. Ditambah lagi dengan keadaannya yang gelap dan suara
angin yang kencang meniup, telah menghalangi suara lainnya, maka ia juga tidak mampu mencari
jejak orang tadi dengan menggunakan telinganya. Yo Cie Cong hatinya cemas tidak dapat lihat
apa apa.
Terpaksa ia mencari-cari tanpa tujuan, kakinya digerakan perlahan-lahan, tapi mata dan
telinganya, terus dipasang.
Mendadak ia dapat menangkap satu suara aneh. Dalam kagetnya ia pasang telinganya.
Suara itu seperti suaranya orang ketawa. Untung Yo cie Cong ada seorang berkepandaian
tinggi, kalau buat lain orang, mungkin tidak mendengar suara itu. Ia dengar dengan seksama,
suara itu keluar dari sebelah kirinya. Dengan tanpa mengeluarkan suara barang sedikit, Yo Cie
Cong maju menghampiri.
Apa yang ia lihat ? hampir saja dadanya meledak. napsunya membunuh telah berkobar
seketika.
Astaga. Thian-san Liong-lie nampak rebah terlentang, baju bagian dadanya sudah robek.
hingga kelihatan badannya yang putih meletak.
Bok-tok Kiesu sedang jongkok mengawasi bakal korbannya sambil ketawa bergelak.
Yo Cie Cong baru saja hendak turun tangan, tiba-tiba hatinya berpikir. "Kalau aku majukan diri
dalam keadaan sebenarnya, bukankah bibi Tho nanti malu menemui aku lagi, mengapa aku tidak
berbuat.."
Dengan cepat ia keluarkan kedoknya, tangan kirinya dimasukkan dalam lengan bajunya, hingga
kelihatan seperti kutung.
Bok-tok Kiesu seperti orang yang sudah lupa daratan, sambil ketawa bergelak-gelak, ia berkata:
"Thian san Liong-lie aku Bok-tok Kiesu ada mempunyai kepandaian luar biasa, aku tanggung
kau akan mendapat kepuasan, ha ha ha ha"
Thian-san Liong-lie mendadak buka matanya, ia mengawasi manusia biadab itu dengan sorot
matanya sangat gusar, tapi apa daya? Ia sudah tertotok jalan darahnya, ia tidak berdaya memberi
perlawanan. ia gelisah ketika tangan Bok-tok Kiesu menggerayangi dan hendak memeluknya...
Dalam saat yang sangat berbahaya itu, mendadak ada suara orang mengerang.

Bok tok Kiesu sungguh tidak nyana bahwa dalam keadaan demikian ada orang yang datang itu
nampaknya ada mempunyai kepandaian tinggi sekali.
Bok tok Kiesu didaerah Thian lam juga merupakan salah satu orang terkuat, kepandaian tidak
boleh dipandang ringan-
Bok-tok Kiesu urungkan maksud kejinya dan geser kakinya ke samping. Ketika ia berpaling,
badannya mendadak dirasakan lemas, sebab dihadapan matanya ada berdiri seorang tua yang
rambut dan jenggotnya sudah putih semua, sedang lengan tangannya cuma tinggal sebelah.
orang tua itu sepasang matanya memancarkan sorot yang menakutkan, mengawasi padanya
dengan tanpa berkesip. Dilihat dari sikap dan bentuknya, orang tua itu seperti apa yang kini
sedang ramai dibicarakan-
"Golok Maut" ia berseru tanpa terasa.
BAB 24
ORANG tua rambut putih dengan lengan sebelah itu lantas berkata sambil ketawa dingin:
"Tidak salah, itu adalah lohu sendiri"
Bo tok Kiesu hatinya berdebaran, dengan tanpa berasa telah mundur satu tindak.
"Golok Maut, kau mau apa ?"
"Ambil jiwa mu"
Kembali Bo tok Kiesu mundur satu tindak.
Meskipun ia ada seorang berkepandaian sangat tinggi dan banyak akalnya, tapi terhadap
seorang sangat misterius dan menakutkan seperti pemilik Golok Maut ini, ia merasa jeri. Namun ia
tidak mau unjukkan kelemahannya, dengan melawan kemauan hatinya ia coba berkata dengan
sombongnya:
"Pemilik Golok Maut, sungguh kebetulan,aku justru hendak mencari kau "
"Mencari aku?"
"Benar Kauwcu kami telah memerintahkan aku bersama-sama Biauw ciang Ngo tok datang
kemari khusus mengundang kau supaya mengunjungi pusat perkumpulan kami, karena Kauwcu
kami saat ini sedang membutuhkan bantuannya orang pandai.."
"Hahaha" pemilik Golok Maut tertawa.
Suara ketawanya amat nyaring telah memutuskan perkataannya Bok tok Kiesu.
Thian-san Liong-lie yang menampak pemilik Golok Maut telah muncul dengan tiba-tiba, hatinya
merasa girang bercampur malu. Dengan mata membelalak ia mengawasi orang tua aneh itu.
sayang mulutnya tidak bisa bicara dan badannya tidak mampu bergerak.
Pemilik Golok Maut setelah puas dengan ketawanya, lalu berkata:
"Bok-tok Kiesu, apa kau juga sudah masuk menjadi anggota perkumpulan Im-mo kauw?"
"Ya, bahkan aku sudah diangkat sebagai Tongcu bagian ceng liong-tong, kalau bukan..."
Pemilik Golok Maut itu, yang bukan lain adalah Yo Cie Cong sendiri, dalam hatinya lantas
berpikir: "Aku dengan im- mo- kauw tidak mempunyai sangkut paut apa-apa, mengapa
Kauwcunya mengutus begitu banyak anak buahnya yang terkuat untuk mengejar-ngejar aku?"
sambil pelototkan matanya, ia potong bicaranya Bok tok Kiesu: "Bok-tok Kiesu. kau ingin mampus
atau ingin hidup?"
"Apa artinya pertanyaan tuan ini ?"
"Kalau kau masih kepingin hidup, jawablah terus terang pertanyaanku, hari ini aku akan
lepaskan kau dalam keadaan hidup. Dan kalau ingin mampus, mudah sekali, aku sekarang juga
bisa kirim jiwamu keneraka, supaya kau tidak bisa berbuat kejahatan lagi dikalangan Kang-ouw "
Bok tok Kiesu ada seorang sombong dan banyak akalnya, meski dalam hati merasa jeri, tapi
hatinya merasa sangat mendongkol karana orang tua itu telah menggagalkan maksudnya hendak
mencemarkan dirinya Thian-san Liong lie, maka ia hendak berlaku nekad.

"Kau terlalu jumawa, sahabat Tahukah kau bahwa aku Bok-tok Kiesu bukan seorang penakut
yang bisa ditakut-takuti dengan gertakanmu saja ?"
"Kalau begitu aku harus beritahukan padamu, hari ini kau harus mati "
"Belum tentu "
"Nah, boleh lihat "
Baru saja menutup mulutnya, pemilik Golok Maut dengan kecepatan bagaikan kilat sudah
berada didepan Bok-tok Kiesu sejauh seuluran tangan selanjutnya, tangan kanannya dikebutkan-..
Bok-tok Kiesu belum sempat memikir, beberapa bagian jalan darah dibadannya tahu-tahu
sudah merasa kesemutan karena kena tertotok. Dengan tanpa mengeluarkan suara, badannya
lantas rubuh ditanah.
Pemilik Golok Maut atau Yo Cie Cong sendiri, dengan kepandaian gabungan yang didapatkan
dari orang berkedok merah, Phoa-ngo Hweshio dan Pengail Linglung, dalam tempo sekejapan saja
sudah bikin Bok tok Kiesu tidak berdaya.
Karena betapapun tingginya kepandaian ilmu silat Bok tok Kiesu, sudah tentu tidak mampu
menghadapi ilmu-ilmu luar biasa yang dipunyai oleh Yo Cie Cong.
Pemilik Golok Maut dengan perlahan mengeluarkan senjata golok mautnya yang berbentuk
sangat aneh.
Bok tok Kiesu, seorang iblis kenamaan yang pernah malang melintang didunia Kang-ouw dan
belum pernah menemukan tandingan, saat itu dalam keadaan terkapar karena jalan darahnya
sudah tertotok. ketika menampak senjata aneh bentuknya yang memancarkan sinarnya
berkilauan, matanya menunjukkan rasa kaget dan ketakutan minta diampuni jiwanya.
Pada saat itu, mendadak suara daun berkeresekan serta dibarengi oleh suaranya orang telah
terdengar nyata.
Yo Cie Cong berpikir: "totokan bibi Tho belum dibuka. Dalam keadaan demikian rupa, jika
dilihat oleh orang bukanlah sangat runyam? sebaiknya aku buka dulu totokannya."
Setelah berpikir demikian, cepat ia menghampiri Thian-san Liong lie. Dengan menggunakan
ilmunya 'Hui-siu Kai-hiat' pelajaran dari Phoa ngo Hweshio, ialah membuka totokan jalan darah
dengan lengan baju, ia sudah berhasil membebaskan dirinya Thian san Liong lie.
Setelah bebas, Thian san Liong lie dengan cepat lantas lompat bangun. Dengan perasaan
sangat malu ia membereskan bayunya, kemudian hendak berlutut dihadapannya pemilik Golok
Maut.
Sudah tentu ia tidak tahu bahwa orang tua rambut putih yang dianggap ada pemilik Golok Maut
itu adalah Yo cie Cong sendiri
Sudah tentu saja Yo Cie Cong tidak sanggup menerima kehormatan demikian. ia lintangkan
tangannya dari mana lantas meluncur keluar satu kekuatan tenaga yang tidak kelihatan untuk
mencegah Thian san Liong lie menjalankan peradatan tersebut, kemudian berkata padanya:
"Sebentar lagi ada orang datang, kau lekas-lekas berlalu dari sini "
"Terima kasih atas bantuan cianpwe, sehingga diri siaoli tidak sampai ternoda ditangannya
manusia busuk"
"Sudahlah "
Thian san Liong lie sekali lagi memandang orang tua yang rambut dan jenggotnya sudah putih
semua itu, dalam hati merasa sangat bersyukur. selagi hendak mengucapkan beberapa patah kata
lagi, mendadak ingat dirinya Yo Cie Cong yang sudah ditinggalkannya entah bagaimana
keadaannya ?
Berpikir demikian, ia lantas hendak berlalu. Mendadak ia dapat lihat Bok tok Kiesu yang
terkapar ditanah dalam keadaan tidak berdaya, saat itu lantas timbul perasaan gusarnya hendak
membunuh dirinya manusia busuk itu. Dengan cepat ia hunus pedangnya dan hendak membabat
kepala Bok tok Kiesu.

Pemilik Golok Maut angkat tangannya mencegah perbuatannya Thian san Liong lie kemudian
berkata:
"Lohu ada mempunyai cara sendiri untuk menghukum dia, kau lekas pergi "
Thian san Liong lie terperanjat, dengan cepat putar tubuhnya dan berlalu dari depannya 'orang
tua' itu.
Yo Cie Cong ternyata sudah pikir masak-masak. Ia kuatir 'im mo kauw' nanti akan memusuhi
Thian san Liong lie, maka ia mendesak padanya supaya lekas berlalu.
Pada saat itu, malam mulai tiba, keadaan dalam rimba itu semakin gelap.
Suara orang tadi itu kedengarannya semakin dekat, dari suaranya yang agak ribut, orang itu
agaknya ada membawa banyak kawan-
Yo Cie Cong ingat perjanjiannya dengan dua manusia buas dari Lam hong yang akan
mengadakan pertandingan di Cit lie peng, maka ia pikir hendak membereskan jiwanya iblis cabul
itu lebih dulu, sekalipun hendak memberi peringatan kepada Im mo kauw. setelah mengambil
keputusan demikian, ia lalu kebutkan lengan bajunya. Bok tok Kiesu merasa terbuka totokannya
secara tiba-tiba, lantas lompat bangun-
Tapi pada saat ia baru saja berdiri, Yo Cie Cong sudah melancarkan serangannya dengan golok
mautnya. serangan itu ada sangat aneh dan ganas yang tidak ada taranya terutama setelah Yo Cie
Cong punya kekuatan tenaga bertambah hebat karena chasiatnya mustika Gu liong kauw dan
telurnya burung rajawali raksasa, maka jarang sekali ada orarg yang mampu menghindarkan diri
dari serangannya itu.
sebentar kemudian lantas terdengar suara jeritan ngeri, kedua lengan tangannya Bok tok Kiesu
sudah terpapas kutung, dadanya berlobang dan binasa seketika itu- juga.
Tepat pada saat suara jeritan itu terdengar, beberapa bayangan orang sudah melesat
mendatangi.
Dengan mata yang tajam luar biasa, Yo Cie Cong sudah dapat lihat bahwa bayangan orarg
yang baru datang itu adalah Biauw-ciang Ngo tok. Tapi oleh karena hatinya memikiri perjanjiannya
dengan dua manusia buas dari Lam hong, ia tidak mau membuang waktunya lebih lama lagi,
maka tidak mau menghadapi 5 iblis itu.
Dengan kecepatan yang luar biasa, ia menyambar bangkainya Bok tok Kiesu, kemudian melesat
menghilang kedalam rimba. Biauw ciang Ngo tok yang tepat pada saat itu tiba cuma merasa ada
bayangan berkelebat lewat didepan mata mereka, tapi mereka tidak dapat lihat tegas siapa
orangnya. Ketika lima orang tua itu coba memburu, namun sudah tidak dapat melihat apa-apa
lagi.
Yo Cie Cong sambil membawa bangkainya Bok tok Kesu dengan cepat kabur kedalam kota. saat
itu sudah tiba saatnya untuk pasang lampu.
Ia memilih satu tempat didekat pintu kota sebelah Timur, disitu ada terdapat sebatang pohon
besar. ia lalu cantelkan bangkainya Bok tok Kiesu diatas pohon besar itu setelah mengunjukkan
ketawa puas, lalu ia buka rambut dan jenggotnya yang palsu, hingga terlihat pula wajah aslinya
yang cakap tampan. setelah selesai semua, ia lantas lari menuju ke Cit lie peng.
Ketika Yo Cie ycng tiba ditempat tersebut, ternyata tidak kelihatan bayangannya seorangpun
juga hanya rembulan purnama yang menyinari bumi dan suara burung malam yang kedengaran
disana sini.
Yo Cie Cong dengan tegak berdiri ditanah gundukan itu, ia mendongak memandang rembulan,
pikirannya terus bekerja:
Ia ingat keadaan dirinya sendiri, permusuhan suhunya, potongan kayu pusaka 'ouw bok po lok'
yang ternyata sudah jatuh ditangannya siluman tengkuk Lui Bok Thong, ia juga ingat dirinya
sendiri yang beberapa kali telah menemukan kejadian mujijat.

Ia ingat halnya perkumpulan im mo kauw yang selalu menguntit dirinya, siapakah Kauw-cunya
? Mengapa mengetahui kalau pemilik Golok Maut bukan pangcu Kam lopang sendiri ? Teka teki
yang sulit dipecahkan ini terus menggoda hatinya.
Dan kalau ia ingat tentang dirinia siang-koan Kiauw, itu gadis baju merah yang mati ditelan
badai dilautan Lam hay, hatinya dirasakan hancur luluh.
Ia masih tidak lupa sumpahnya sendiri, maka setelah semua urusannya sendiri nanti selesai, ia
akan pergi lagi ke Lam hay untuk menyusul arwahnya siang koan Kiauw.
Selagi ia masih terbenam dalam lamunannya, dua bayangan orang tiba-tiba sudah berada
sejarak kira-kira 3 tombak didepan dirinya.
Yo cie Cong tersadar dari lamunannya, dengan matanya yang ia menyapu kedua lawannya,
kemudian berkata sambil ketawa dingin: "Jiwie ternyata telah pegang janji" orang yang baru tiba
itu menang benar adalah dua manusia buas dari Lam-hong.
"Setan cilik, lohu berdua saudara sudah kata hendak menyempurnakan dirimu, bagaimana bisa
tidak datang ?" jawab Lojie.
"Hu..Huh orang yang namanya telah di- daftar oleh Giam lo-ong (raja akherat) kalian bisa lari
kemana?" berkata Yo cie Cong.
"Setan cilik, kau tak usah jual lagak. kau ingin meninggalkan pesan apa-apa atau tidak ?" kata
Lotoa dengan suara menghina.
Yo cie Cong alisnya berdiri, dengan sorot matanya yang bengis menatap wajah kedua orang tua
itu.
Dua manusia buas itu terkejut. Dalam ingatan mereka, kekuatannya Yo Cie Coug ada biasa
saja, apakah mungkin baru beberapa bulan tidak kelihatan mendadak bisa berubah ?
"Jiewie hendak menghabiskan jiwa sendiri atau ingin aku yang turun tangan ?"
Dua manusia buas itu, ketika Mendengar perkataan Yo cie Cong itu bukan kepalang gusarnya.
Dengan berbareng mereka lantas maju menghampiri
"setan cilik, aku sebetulnya hendak memberi kau suatu kematian yang secara menyenangkan,
tapi karena mengingat lagak lagumu yang terlalu jumawa, terpaksa aku hendak berikan dulu
sedikit rasa dan "Pek coa Coao-sim ciang"ku (ilmu gaib seperti ratusan ekor ular menembusi ulu
hati)."
Wajahnya Yo Cie nampak semakin gusar, dengan suara bengis ia berkata:
" Kawanan buas dari Lam-hong, ditepinya danau Naga, kalian kawanan iblis ini karena tidak
berhasil dalam usaha kalian untuk merebut mustikanya Gu liong kauw lantas timbul maksud keji
hendak membelek perutku untuk mengambil mustikanya. Perbuatan keji dan buas itu ada mirip
dengan julukan kalian, yang mempunyai sifat kejam dan ganas melebihi binatang berbisa. Malam
ini, diwaktu ini dan ditempat ini, adalah saatnya bagi kalian untuk pergi menemui Giam lo ong."
Kedua manusia buas itu menggeram berbareng dan maju lagi satu tindak.
cit lie peng yang semula sangat sepi sunyi saat itu di empat penjuru sudah kelihatan banyak
bayangan manusia yang pada datang untuk menonton, tapi kebanyakan ada mengandung maksud
jahat.
Yo Cie Cong dengan matanya yang tajam menyapu keadaan sekitarnya, hatinya diam-diam
telah berpikir: "bagus, nampaknya peristiwa ditepi danau Naga malam ini akan terulang lagi
ditempat ini. Biarlah malam ini kawanan iblis yang sangat buas ini akan mendapat ganjaran yang
setimpal dengan kebuasannya, hitung-hitung aku menyingkirkan sejumlah kutu busuk bagi dunia
Kang ouw."
Maka ia lantas berkata pula kepada kedua manusia buas itu:
"Apakah jiwie ingin meninggalkan pesan apa-apa untuk keluarga jiwie sebelum berangkat ke
akherat ?"

Kedua manusia buas itu juga sudah dapat melihat datangnya banyak orang, mereka sangat
kuatirkan kalau-kalau orang-orang itu nanti turun tangan terlebih dulu, maka keduanya setelah
saling memandang dengan tanpa banyak bicara, lantas menerjang pada Yo Cie Cong dengan
berbareng.
Sambil ketawa dingin Yo Cie Tiong sudah kerahkan ilmunya Kan goan cin-cao. ia bermaksud
sekaligus hendak merenggut jiwanya kedua manusia buas itu.
Pada saat itu mendadak muncul sesosok bayangan orang, dengan kecepatan bagaikan kilat
bayangan orang itu nyerobot dirinya kedua menusia buas itu dari samping.
Dua manusia buas dari lam-hong yang tadi menerjang dirinya Yo Cie Cong dengan sekuat
tenaga, sungguh tidak nyana kalau dirinya sendiri diserobot sudah tidak berdaya menarik kembali
serangannya, dalam keadaan tergesa-gesa mereka membabat dengan tangan-
Dua kali suara benturan keras lantas terdengar, kemudian disusul oleh dua kali suara jentan
ngeri.
Tubuhnya dua manusia buas dari Lam-hong telah dibikin terpental sampai dua tumbak jauhnya
oleh bayangan orang yang muncul secara mendadak itu Ketika badan mereka jatuh di tanah,
jiwanya lantas melayang seketika. orang-orang disekitarnya yang menyaksikan keadaan demikian,
semua lantas urungkan niatnya untuk maju.
Yo cie Cong dengan perasaan heran mengawasi orang yang melayang turun dihadapannya.
Ternyata ia ada seorang imam yang wajahnya pucat pasti, kedua matanya menonjol keluar.
Imam itu setelah berdiri tegak. matanya lantas memandang keadaan disekitarnya, kemudian
berkata dengau suaranya yang seperti gembreng pecah: "Bocah Bagaimana dengan seranganku
tadi ?"
Yo Cie Cong yang sebetulnya masih belum tahu benar bagaimana dua manusia buas tadi
menemukan ajalnya, dalam hati meski merasa heran caranya si imam turun tangan yang sangat
aneh, tapi ia merasa mual melihat wajahnya yang menjemukan itu
Dilihat dari sepak terjangnya dan wajahnya, imam itu tentunya juga bukan orang dari golongan
baik-baik,
Maka atas pertanyaan tersebut, Yo Cie Cong lantas menjawab dengan suaranya yang dingin
ketus: "Boleh juga "
"Apa?, boleh juga ?"
"Ng "
"Bocah, mulutmu gede benar, kalau tidak salah kau ini adalah itu bocah yang tempo hari
menelan mustika Gu liong kauw ditepinya danau Naga ?"
Yo Cie Cong ketika mendengar imam itu kembali menyebut halnya, mustika Gu liong kauw,
lantas bangkit rasa gemasnya terhadap kawanan manusia durhaka yang berusaha hend membelek
perutnya. Maka setelah mengawasi imam itu dengan sorot matanya yang tajam, ia lantas
menjawab dengan suaranya yang tetap dingin: "Kalau ya bagaimana ?"
"HeHeh, bocah, tidak kecewa kau dipanggil sebagai seorang berwajah kecut, benar saja surup
dengan orangnya "
"Memangnya kau mau apa ?"
"HeHeh Tahukah kau siapakah toyamu ini ?"
"Tidak tahu "
"Apakah kau pernah dengar namanya Khong tong Sin hong Tojin ? ? (Sin hong Tojin darl Khong
thong pay)"
"Belum pernah dengar "
"Hm Itulah toyamu sendiri "
Kawanan manusia iblis yang berada disekitar tempat tersebut, ketika mendengar pernyataan
imam itu, segera menjadi riuh, terang mereka pada terperanjat ketika mendengar namanya Khong
thong Sin hong Tojin itu.

BAB 25
SIN HONG TOJIN adalah susioknya Tieng Hie Cu, ketua partay Khong tong-pay pada saat itu.
orangnya jahat dan kejam, namun mempunyai kepandaian ilmu silat yang luar biasa tingginya.
Kejahatannya sudah bertumpuk-tumpuk, hingga didalam kalangan Kang-ouw, siapa saja kalau
mendengar disebutnya nama itu, lantas lari terbirit-birit.
Tapi Yo Cie Cong yang usianya belum cukup 20 tahun, sedikitpun tidak merasa takut atau
keder menghadapi itu, bahkan masih berani mengucapkan perkataan begitu keras, hingga
membuat gusar hatinya imam jahat itu.
Imam yang nama dan kejahatannya sudah sangat terkenal itu, dalam waktu sekejapan sudah
menamatkan jiwanya dua manusia buas dari Lam-hong, yang juga merupakan sepasang iblis
kenamaan serta mempunyai kepandaian ilmu silat cukup tinggi, dari sini saja dapat diukur berapa
hebatnya kepandaian dan kekuatan imam dari Khong tong itu.
Yo Cie Cong yang baru muncul dikalangan Kang-ouw. terhadap nama dan keyahatan si imam
itu, memang sebenarnya tidak tahu, tapi sekalipun tahu, dengan adatnya yang tinggi serta
kepandaiannya sendiri yang luar biasa, ia juga lantas menjawab dengan sikapnya yang seperti
orang acuh tak acuh. "Kau pikir hendak bagaimana?"
"HeHeh toya mu sudah bertindak menyingkirkan dua musuhmu yang sangat kuat, itu toch tidak
bohong bukan ?"
"Ini ada soalmu sendiri yang sudi gawe. Dengan kepandaiannya seperti dua manusia buas dari
Lam hong itu saja, apa kau kira mereka bisa berbuat apa terhadap diriku ?"
"Bocah yang terlalu jumawa, dengan terus terang toyamu hendak memberi tahukan padamu,
oleh karena melihat bakatmu yang sebagus itu. maka toyamu ingin mengambil kau sebagai
muridku..."
"Apa kau kira ada pantas mengucapkan perkataan demikian?" memotong Yo Cie Cong.
"Haha setan cilik, kau ada mempunyai berapa lembar jiwa?"
"serupa dengan kau "
"Apakah kau merasa kepanjangan umur mu"
"Kaulah yang sudah bosan hidup, maka kau datang minta siaoyamu untuk mengantarkan kau
menghadap kepada Giam lo ong"
Bukan kepalang gusarnya sin-hong Tojin, sampai mukanya merah padam.
"Bocah kau cari mampus " demikian ia menggeram, yang kemudian lantas pentang kedua
tangannya, jari tangannya yang seperti gaetan dengan cepat menyengkcram Yo Cie Cong.
Sin-hong Tojin mengira bahwa gerakannya itu pasti berhasil menyambar dirinya Yo Cie Cong,
siapa nyana ketika jari-jari tangannya sudah akan mengenakan sasarannya, orang yang di arah itu
sudah menghilang entah kemana perginya. Hanya suara ketawa dingin yang seolah-olah
menyambut gerakannya itu.
Dengan kegesitannya, Sin hong Tojin mendapat nama dikalangan Kang-ouw, hingga ia
mendapat gelar sin hong yang berarti Malaikat Angin.
Ia sungguh tidak nyana bahwa satu bocah yang usianya masih begitu muda, ada mempunyai
kegesitan melebihi dirinya sendiri Bukan saja dengan secara mudah sekali sudah mengelak
sambaran tangannya yang dinamakan sin hong Kui ciauw atau malaikat angin dan kuku setan,
bahkan sudah molos kebelakang dirinya. Kegesitannya ini benar-benar merupakan suatu gerakan
yang tidak habis dipikir.
Dalam keadaan kaget dan ketakutan setengah mati, buru-buru ia tarik mundur serangannya
dan memutar tubuhnya.
Yo cie Cong dengan sikapnya yang tenang mengawasi padanya.

Kawanan iblis yang pada datang dengan maksud jahat terhadap Yo Cie Cong, kini ketika
melihat caranya Yo Cie Cong menghindarkan dirinya dari serangannya imam jahat itu, seketika itu
juga lantas pada merasa kuncup nyalinya, Kelihatannya bocah ini ada mempunyai kepandaian ilmu
gaib, demikian mereka pada berpikir. setelah hening sejenak. Yo cie Cong baru berkata pula :
"Sin-hong Tojin, apa benar kau hendak mencari mampus ?"
Pertanyaan Yo Cie Cong ini membuat kalap sin-hong Tojin, karena pemuda itu bukan saja
sudah tidak pandang mata dirinya, bahkan melunjak menyebut namanya tanpa bahasa. Hal serupa
ini baru pertama kali dialami oleh sin-hong Tojin.
Dengan tanpa banyak bicara, ia lantas kepal kedua tangannya, sebentar saja ia sudah
melancarkan serangkaian serangan sampai 10 kali.
Gerak serangannya itu bukan saja sangat aneh, tapi juga mengandung kekuatan tenaga dalam
yang sangat hebat, seolah-olah ada beberapa orang yang melakukan serangan secara berbareng.
Yo cie Cong saat itu merasa agak kewalahan juga untuk membendung serie serangannya imam
jahat itu, kembali ia menggunakan ilmu silat menggeser tubuh menukar bayangan ajarannya
orang berkedok merah, seolah-olah setan yang bisa menghilang ia sudah lompat keluar
kalangan....
sin-hong Tojin dengan cepat tarik mundur serangannya dan orangnya mundur 3 tindak.
Dengan mata kesima ia mengawasi Yo Cie Cong, pikirannya terus bekerja, ia coba memikirkan asal
usulnya ilmu silat Yo Cie Cong yang sangat aneh itu
Tiba-tiba sinar merah berkelebat diangkasa, kira-kira beberapa lie jauhnya dari tempat
pertempuran itu.
Begitu melihat tanda sinar merah itu, Yo Ce Cong lantas dapat tahu bahwa sinar merah itu
adalah api pertandaan yang dilepaskan oleh orangnya Im mo kauw.
Sin hong Tojin wadahnya mendadak berubah, sejenak kelihatan ia agak bersangsi, kemudian
berpaling dan berkata kepada Yo Cie Cong:
"Bocah. toyamu sekarang ada urusan penting, persoalan kita ini kita tunda dulu, lain kali kalau
bertemu kita perhitungkan lagi"
Sehabis mengucapkan perkataannya, orangnya lantas lompat melesat dan sebentar saja sudah
hilang dari pemandangan-
Dalam kagetnya Yo Cie Cong lantas berpikir, orang-orang Im-mo kauw itu entah ada kejadian
apa lagi, sehingga perlu mengumpulkan orangnya yang berkepandaian tinggi ?
Belum lenyap pikirannya, diantara suara menderunya angin malam, kembali melayang satu
bayangan orang yang turun dihadapannya.
Yo Cie Cong dengan cepat menyingkir, ketika ia pasang matanya, lantas berseru: "Bibi Tho "
Memang benar, orang yang baru tiba itu adalah Thian san Liong-lie Tho Hui Hong
"Anak, kau tidak ada halangan suatu apa-apa? Aku menduga kau pasti ada disini. Eh Mana itu
dua manusia buas dari Lam hong ?..."
"Sudah binasa"
"Bukan binasa ditanganmu ?"
"Bukan, mereka dibunuh mati oleh Khong tong sin hong Tojin "
"Sin hong TOjin ?"
"Ya"
"Imam jahat itu kepandaiannya sukar dijajaki, bagaimana dia juga muncul disini? Dan malahan
membunuh mati dua manusia buas itu, apakah imam jahat itu....?"
"Mengandung maksud serupa dengan iblis wajah singa ditepi danau Naga "
"Hm sungguh menjemukan. Dan kemana orangnya ?"
"sudah pergi sudah dipanggil oleh orang-orangnya Im-mo-kauw dengan panah api
pertandaan."
"Apa imam jahat itu juga anggautanya Im-mo kauw ?"

"Mungkin begitu "
Pada saat itu, sinar rembulan nampak semakin terang, hingga keadaan disitu seperti dipasangi
lampu.
Kawanan manusia iblis yang tadi menonton disekitarnya tempat tersebut, kini sudah pada
menghilang dengan secara diam-diam.
Yo Cie Cong setelah mengawasi Thian san Liang- lie sejenak. la pura-pura tidak tahu dan
menanya:
"Bibi Tho, tadi didalam rumah makan mengapa bibi mendadak menghilang ?"
Thian san Liong lie mengingat apa yang telah terjadi atas dirinya, yang hampir saja tercemar
ditangannya Bok tok Kiesu, wajahnya merah seketika dengan suara mendongkol ia menjawab:
"Aku telah ditotok oleh itu iblis Bok-tok Kiesu dengan ilmunya totokan yang istimewa, kemudian
dibawa kabur kedalam rimba, untung saja keburu ditolong oleh pemilik Golok Maut"
"Pemilik Golok Maut?" tanya Yo cie Cong yang berlaga heran
"Ng "
"Bagaimana macamnya ?"
"Seorang tua berambut dan berjenggot sudah putih seluruhnya, dan tangannya cuma tinggal
sebelah. Namun kepandaian ilmu silatnya luar biasa tingginya "
"Bibi Tho, dalam kalangan Kang-ouw telah tersiar bahwa pemilik Golok Maut itu ada seorang
iblis yang kejam dan ganas luar biasa sebab caranya membunuh musuhnya ada terlalu kejam, bibi
anggap bagaimana ?"
"Ucapan orang tidak selamanya betul.Jika dia benar-benar ada pangcu Kam lo pang,
pembunuhan secara ganas itu, dia telah lalukan cuma terhadap musuh-musuhnya yang dulu
melakukan pembasmian terhadap orang-orang Kam lo pang dan semua keluarganya. Maka boleh
dianggap sebagai tindakan pembalasan atas keganasan musuh-musuhnya itu "
Dalam hati Yo Cie Cong merasa lega.
"Menurut pemandangan bibi, apa benar pemilik Golok Maut itu adalah pangcu Kam lo pang ?"
"Dalam hal ini agak sulit untuk menentukan- cuma saja, mengapa menurut kabar yang tersiar
dalam kalangan Kang ouw, ketika pemilik Golok Maut itu muncul di kampung Hui- liong- chung
untuk ke enam kalinya mengambil jiwanya Tio Ek Chiu, kabarnya pernah menyebut dirinya sebagai
pangcu Kam-lo pang. Benar atau tidaknya agak sulit dipastikan "
"Kedatangan ke kota Tiang soa ini, apakah juga karena peristiwa Golok Maut itu?"
"Benar Tapi aku sekarang sudah melihat wajahnya?, bahkan sudah ditolong olehnya, maka aku
sudah tidak ada perlunya berdiam lebih lama ditempat ini "
"Kemana bibi hendak pergi?"
"Untuk mencari jejaknya satu orang, sudah sepuluh tahun lebih aku merantau di kalangan Kang
ouw "
Ia ucapkan perkataannya itu dengan wajah murung. "Bagaimana macamnya orang yang bibi
cari itu ?"
"Ah sudahlah jangan kita bicarakan lagi"
"Apa bukan muridnya itu manusia gaib dari rimba persilatan yang bernama Hoan Thian Hoa
bergelar Giok bin Kiam-khek.? Yang bibi katakan ada mirip dengan boanpwe"
"Anak. aku sudah- mulai kehilangan kepercayaan terhadap diriku sendiri "
"Bibi Tho, biarlah boanpwee melakukan sesuatu untuk bibi "
"Melakukan sesuatu untuk aku ?"
"Benar, boaapwee pasti akan berdaya untuk mencari dia "
"Anak. maksud baikmu aku merasa berterima kasih. Tapi dimisalkan kau bisa menemukan
lantas bagaimana ?"
"Bukankah bibi hendak mencari dia ?"
"Ya, aku kepingin mencari dia, tapi tidak ingin menemui padanya "

Yo Cie Cong bingung. ia tidak dapat memahami perkataan bibinya yang bertentangan
maksudnya itu.
setelah berdiam sejenak, ia lantas berkata pula:
"Bibi Tho, boanpwee pasti mencarikan untuk bibi, setidak-tidaknya boanpwee juga akan
menyampaikan berita ini kepadanya. Tentang bibi suka menemui dia atau tidak. itu ada lain soal "
Tiba-tiba suatu pikiran mendadak terlintas di-otaknya, Yo Cie Cong bertanya: "Manusia gaib
dalam rimba persilatan itu sebetulnya ada mempunyai berapa murid?"
"Hal ini aku sendiri tidak begitu jelas " jawab Thian-san Liong lie.
Kalau Yo Cie Cong berani majukan pertanyaan demikian, disebabkan karena ia hendak mewakili
kedua manusia aneh dari rimba persilatan untuk menepati janjinya mengadakan pertandingan
dengan muridnya manusia gaib dari rimba persilatan-
Pada saatnya ia pasti bisa bertemu muka dengan orang itu. Kini mendadak ia merasa bersangsi
apabila manusia gaib itu muridnya bukan hanya seorang, bukankah persoalannya menjadi ruwet?
Disamping itu, ia juga sama sekali masih belum mengetahui bagaimana hubungannya Thian-san
Liong-lie dengan Giok-bin Kiam khek...
"Anak. waktu sudah malam, kita harus pergi "
Terhadap bibi Tho-nya yang manis budi itu, Yo Cie Cong mempunyai perasaan suka yang tidak
bisa dikatakan- Ia sebetulnya merasa berat berpisahan dengannya, tapi itu tidak mungkin, maka ia
lantas berkata dengan suara sember:
"Bibi Tho, semoga Tuhan melindungi dirimu, boanpwee pasti akan mencari dia untuk bibi"
"Anak. semoga kita bisa bertemu lagi dalam keadaan selamat "
Thian-san Liong lie sedikitpun tidak menduga bahwa pemuda didepan matanya yang ia selalu
sebut 'anak' itu, adalah pemilik Golok Maut yang namanya menggegerkan rimba persilatan dan
yang pernah menolong dirinya dari cengkeramannya Bok tok Kiesu.
Yo Cie Cong setelah berpisahan dengan Thian san Liong lie, terus balik ke kota Tiang-soa.
Ketika ia melalui di jalan pintu kota sebelah Timur. bangkainya Bok tok Kiesu yang di cantelkan
diatas pohon, ternyata sudah lenyap. Diam-diam ia anggukan kepalanya.
Bok tok Kiesu adalah Tongcu bagian ceng liong tong, barusan im mo kauw telah melepaskan
api pertandaan warna merah mungkin karena menemukan bangkainya Bok tok Kiesu yang
terbinasa ditangannya Golok Maut maka lantas mengumpulkan semua anggautanya Im-mo kauw
untuk mengadakan rapat kilat.
Golok Maut sudah mengambil satu korban lagi, dan bangkainya korban itu di gantung diatas
pohon dipinggir jalan, terang itu ada merupakan satu tantangan buat perkumpulan Im mo kauw.
Im mo kauw ada merupakan satu perkumpulan agama besar yang baru saja muncul didunia
Kang-ouw. siapa pemimpin (Kauwcu)nya ? Tidak ada orang yang tahu. Tapi dari sepak terjangnya
dan orang-orangnya yang ditarik serta kemudian diberikan kedudukan tinggi dalam perkumpulan,
hampir semuanya dari orang-orang kuat yang merupakan hantu atau iblis dikalangan Kang-ouw,
Kauwcu itu tentunya bukan orang sembarangan Jikalau tidak, orang-orang seperti Biauw- ciang
Ngo tok, sin-hong Tojin, si Pedang Berdarah Kong Jie, Bok tok Kiesu dan lain-lainnya, yang pada
menjagoi di daerah masing-masing, bagaimana mau tunduk dibawah perintahnya ?
Perkumpulan tersebut kian hari kian besar pengaruhnya, nampaknya sang Kauwcu ada begitu
napsunya hendak menjadikan perkumpulan im mo kauw sebagai perkumpulan terbesar dikalangan
Kang-ouw. Dan kini pemilik Golok Maut sudah berani melakukan pembunuhan terhadap orangorangnya
Im mo kauw, jika tidak segera diambil tindakan pembalasan, maka hal tersebut tentunya
akan membikin merosot wibawanya Im mo kauw.
Disamping itu, ini juga merupakan satu bukti bahwa pemilik Golok Maut pada saat itu masih
berada dikota Tiang soa.

Maksud dan tujuannya Yo Cie Cong menggantungkan bangkainya Bok tok Kiesu diatas pohon,
disatu fihak merupakan jawaban bagi tindakannya Im mo kauw yang mengutus orang-orangnya
untuk mengejar jejaknya. Dilain fihak, Ia hendak menggunakan dirinya Bok tok Kiesu yang
dibinasakan secara demikian, sebagai pancingan agar perkumpulan tersebut begerak lebih aktif.
hingga banyak kemungkina bisa terbuka rahasianya diri pemimpinnya.
Benar saja, perkembangan selanjutnya telah berjalan seperti apa yang diharapkan oleh Yo Cie
Cong. Im mo kauw kirim lebih banyak utusannya yang berkepandaian tinggi-tinggi, malam itu juga
menuju kekota Tiang soa untuk menghadapi pemilik Golok Maut.
Dewasa ini orang-orang Kang ouw dan kawanan manusia iblis yang sudah unjukkan diri dikota
Tiang soa, kecuali orang-orangnya Im mo kauw, masih ada orang-orangnya Cie in pang, sejumlah
kira-kira 16 orang dibawah pimpinannya pangcu sieBun Hao sendiri
Ketua Pek leng hwee Cin Bie Nio dan pangcu Ban siupang Thio phan, juga tidak ketinggalan,
mereka pada memimpin anak buah masing-masing datang kekota Tiang soa.
Disamping itu, masih ada lagi, Ceecu dari 36 perkumpulan bajak laut didaerah Tong teng ouw,
Tiang lo atau golongan tua dari perkumpulan kawanan pengemis (Kaipang) cabang Thian lam dan
lain-lainnya lagi.
orang-orang Kang ouw dari golongan putih maupun hitam yang belum unjukkan diri masih
belum ketahuan jumlahnya.
Dengan demikian, maka kota Tiang soa dalam waktu beberapa hari saja sudah menjadi
sarangnya orang-orang dunia Kang-ouw atau kawanan iblis dari sebala jenis. Kedatangan orangorang
itu semua karena gara-garanya Golok Maut
suasana dikota Tiang soa pada saat itu seperti hendak menghadapi suatu peristiwa besar.
Jikalau semua kawanan iblis yang berada dikota Tiang soa itu bisa bersatu padu menghadapi
pemilik Golok Maut, betapapun tingginya kepandaian pemilik Golok Maut rasanya juga sukar
melindungijiwanya dari tangan kawanan iblis itu. satu hari telah liwat tanpa ada kejadiam apaapa...
Dua hari...
Masih tetap belum kelihatan bayangannya pemilik Golok Maut.
Hati kawanan iblis itu mulai ragu-ragu, mungkinkah pemilik Golok Maut itu sudah kabur dari
kota Tiang soa ?
Andaikata benar bahwa pemilik Golok Maut itu sudah kabur dari kota Tiang soa karena melihat
gelagat tidak baik, maka di dalam dunia Kang ouw yang begitu luas, ke mana harus mencari
jejaknya manusia yang sangat misterius itu.
Ini bukan satu soal mudah
Jilid 10 : Perseturuan dengan Im-mo-kau
ADA berapa orang sudah mulai putus harapan, sebab mereka anggap sudah tidak dapat
menyaksikan kejadian besar dari dunia Kang-ouw. orang-orang dari golongan ini tidak mempunyai
maksud tertentu, kedatangan mereka hanya tertarik oleh perasaan heran saja.
Ada orang-orang yang merasa cemas dan mendongkol, orang-orang ini terdiri dari mereka yang
datang dengan tekad membinasakan dirinya manusia yang menakutkan itu.
Ada pula orang-orang yang merasa ketar-ketir hatinya, sebab orang-orang semacam ini pernah
berbuat dosa, jika pemilik Golok Maut itu tidak dapat disingkirkan pada kali ini dengan bantuannya
banyak orang kuat, maka di kemudian hari akan merupakan satu bencana bagi mereka sendiri.
Hari ketiga...
Peristiwa yang menggemparkan telah terjadi.
Pemilik Golok Maut bukan saja belum pergi dari kota Tiang soa, bahkan sudah bertindak.

Pangcu dari Ban siu pang, Thio Phan telah kedapatan mati dalam rumah penginapannya dalam
keadaan terkurung kedua lengan dan kedua pahanya serta berlobang bagian dadanya.
orang-orang dari Ban-siu-pang ada tinggal bersama-sama dalam satu rumah penginapan
dengan orang-orang Cie in pang dan Pek leng hwee. Di bawah pimpinan pemimpin masingmasing,
orang-orang itu jumlahnya tidak kurang dari 50 jiwa.
Apa yang mengherankan, di bawah penjagaan keras dari begitu banyak orang. Golok Maut
sudah bisa mengambil jiwanya Thio Phan, pangcu dari Ban-siu-pang. Kepandaian serupa itu, benar
menggetarkan hatinya semua orang kuat dari golongan Kang-ouw.
Menurut kebiasaan Golok Maut, kalau mengambil jiwa korbannya, selalu dipereteli dulu kedua
tangan tangannya atau kedua paha kakinya, yang sudah pasti ialah dibikin berlobang bagian
dadanya. Tapi terhadap pangcu dari Bau siupang kali ini nampak ada kecualian, ia telah mati
dalam keadaan kutung satu lengan tangannya dan satu paha kakinya serta berlobang di dadanya.
Kembali ini ada merupakan satu hal yang tidak dapat dimengerti.
Siapa yang hendak dijadikan korban untuk selanjutnya? Tidak ada orang yang tahu. Tapi yang
sudah nyata ialah: pemilik Golok Maut itu terang tidak pandang mata pada semua orang kuat atau
kawanan iblis yang saat itu berada di kota Tiang soa. Ini berarti pula bahwa peristiwa
pembunuhan kejam serupa itu tidak akan berakhir sampai di situ saja. juga merupakan suatu
tantangan buat semua orang-orang kuat atau kawanan iblis. Kota Tiang soa saat itu seperti diliputi
oleh suasana ketakutan yang sangat hebat.
Semua orang dapat merasakan, dapat menduga, satu pembunuhan besar-besaran akan terjadi
di kota itu.
Kecuali kalau pemilik Golok Maut sudah berlalu dari kota tersebut, kalau tidak, pembunuhan
kejam dan besar-besaran itu pasti tidak dapat dicegah lagi. sedang dari kejadian yang diunjukkan
oleh pemilik Golok Maut, terang bahwa manusia aneh itu sudah menerima tantangan semacam
itu.
Hampir setiap pelosok kota siang hari malam dilakukan penjagaan sangat kuat.
Diantara orang-orang, golongan-golongan dan kawanan iblis yang saat itu berada dikota Tiang
soa, yang paling kuat pengaruhnya adalah perkumpulan im mo kauw. Yang sudah mengunjukkan
diri secara terang-terangan saja semuanya terdiri dari orang-orang kuat nomor satu dikalangan
Kang ouw.
Dalam rumah penginapan dimana ada tinggal orangnya Pek-leng-hwee, Ban-siu-pang dan Cie
in pang, disuatu kamar yang letaknya ada dipaling belakang rumah penginapan tersebut, ada
menginap seorang pemuda gagah dan tampan, namun wajahnya nampak selalu kecut asam.
Ia itu adalah Yo Cie Cong yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut.
Pada malam itu, rembulan nampak terang benderang menyinari pohon-pohon kembang yang
ada di daLam pekarangan rumah penginapan-
Yo cie Cong sambil bertopang dagu, duduk di bawah jendela mengadangi sang puteri malam.
Nampak pikirannya sedang bekerja keras.
Di atas genteng terhadang kedengaran suaranya orang berjalan malam, tapi ia berlagak tidak
dengar, otaknya sedang memikirkan satu persoalan yang sangat penting.
Persoalan yang dihadapi, pada dewasa itu ialah: ia harus unjukkan diri terang-terangan
menerima tantangan semua orang kuat dari golongan hitam atau pilih saat itu berada di kota
Tiang soa, ataukah menahan sabar untuk sementara waktu supaya ia bisa menjalankan rencana
secara teratur?
Ini ada merupakan satu ujian yang sangat berat, ia sudah dapat membayangkan kekuatannya
pihak lawan yang tidak boleh dipandang remeh, sedang dipihaknya sendiri hanya seorang diri saja.

Lama sekali ia duduk dalam keadaan demikian, mendadak ia buka matanya dan memancarkan
sinar yang menakutkan- Kemudian dengan tangan kanannya ia menggebrak meja, rupanya ia
sudah mengambil suatu keputusan penting.
sifatnya yang tinggi hati dan dingin laksana es serta perasaan dendam kepada musuh- musu h
suhunya, telah membuat ia mengambil keputusan yang menakutkan-
Dengan pelahan ia menutup pintu jendela, kemudian geser kursinya dan duduk di bawahnya
penerangan lampu.
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sejilid buku kecil, ialah buku daftar musuh-musuhnya Kam
lopang yang tertulis dengan huruf merah.
Ia membuka lembaran yang pertama, di situ terdapat huruf yang berbunyi : IM, YANG, SIU,
KUI, Po.
Dalam lima huruf itu, hanya si siluman tengkorak (ciang sie-kuay) Lui Bok Thong yang sudah
bertemu muka, bahkan ia masih mencari padanya, sebab potongan kayu pusaka Kam-lo-pang
telah berada didalam tangannya.
Selain dari pada itu, Giok- bin Giam-po Phoa Cit Kow, ia telah dapat dengar dari phoa-ngo
Hweshio bahwa iblis wanita itu adalah gurunya Cin Bie Nio.
Sedang Cek-hoat Im-mo atau iblis rambut merah yang namanya berada paling atas, adalah itu
orang yang melakukan pembunuhan kedua kalinya terhadap suhunya dan kedua susioknya.
Hanya musuh-musuhnya yang tercatat dalam huruf Yang dan siu, ia masih belum tahu siapa
orangnya.
5 iblis yang nama-namanya tercantum dilembar pertama ini yang merupakan musuh-musuhnya
yang paling tangguh diantara semua musuh-musuhnya Kam-lo-pang. Maka terhadap mereka, Yo
cie Cong akan menghadapi suatu tugas yang maha berat. Ia membuka lagi lembar kedua... Disitu
terdapat 20 nama, ia baca dengan suara pelahan: "Tiang-goan It-go siangkoan In kie... To- liongchiu
Koo Goan.... Tok gan kai (Pengemis mata satu) Gouw Cu Ceng... Chian chin Jie lay (Jie lay
tangan seribu) Ban Goan Thong. Hek giam lo (malaikat wajah hitam) Kiang Hie... In liong sam
hian (Naga dalam awan) Tio Ek Chiu...
Nama-namanya enam orang di atas itu sudah dicoret dengan tinta merah, itu adalah musuhmusuhnya
Kam lopang yang sudah dibinasakan oleh suhunya sendiri Yo Cin Hoan, sebelum ia
menemukan ajalnya yang mengenaskan-selanjutnya......
Tui hong kiam (Pedang pengejar angin) siang koan Kin-..
Siang koan Kin adalah ketua dari Pek leng hwee, sudah lama meninggal dunia. orang yang
sudah binasa tidak perlu dibongkar kuburannya, tidak perlu dikorek dosanya. Apalagi ia adalah
ayahnya Siang koan Kiauw, itu gadis baju merah, yang korbankan jiwanya dilautan Lam-hay
karena ikut ia pergi mencari obat. Maka nama Tui-hong kian siang koan Kin juga dicoret.
Lalu, nama-namanya musuh-musuh yang terbinasa di tangannya: Tiauw-bin Cu ho (Buli-buli
arak wajah burung) Liauw Ciang... Thie-pie sin-wan (Lutung sakti lengan besi) Coa Cang It. Cuiyauwcu
(Belibis dalam air) see bun cun Tek. Kiu thian Hui peng (garuda terbang) Li Bu Cia Hoat
pangcu (Pangcu hidup) Thio Phan.
Di wajahnya Yo Cie Cong yang asam, telah terlintas satu senyuman, tapi sebentar saja sudah
diganti dengan wajah yang menakutkan, matanya mengawasi nama berikutnya, dan kemudian
berkata kepada diri sendiri:
selanjutnya adalah Cie san khek (Tetamu baju ungu) Lie Bun Hao, ketua dari Cie in pang Ia ada
serupa dengan Thio Phan, harus dipereteli kaki dan tangannya. sepasang tangannya untuk
menebus dosa atas perbuatannya terhadap Kam lopang, sedang kedua kakinya sebagai ganjaran
atas perbuatan terhadap diriku ditepinya danau Naga."
Sejenak ia berdiam, kemudian berkata pula dengan ganas: "Hm Terhadap Cin Bie Nio aku harus
membunuh mati dia dengan unjukan wajah asliku "

Terhadap wanita cantik genit itu, Yo Cie Cong bencinya bukan main- Karena iblis wanita itu
pernah turun mangan terhadapnya ketika berada ditepi danau Naga, selain dari pada itu, ia juga
berusaha hendak membelek perutnya untuk mengambil mustikanya Gu- liong- kauw.
Yang terakhir, kalau bukan si hweshio gila Phoa-ngo Hweshio yang menolong Yo Cie Cong
mungkin cuma tinggal namanya saja, karena terbinasa dibawah pengaruhnya obat sorga dunia
dari wanita cabul itu.
Tiba-tiba, di belakangnya terdengar suara elahan napas pelan.
BAB 26
BUKAN kepalang kagetnya Yo cie Cong, ia buru-buru berbangkit dan berdiri nempel ditembok.
Selanjutnya, ia lantas kerahkan ilmunya 'Kan goan cin cao' disatukan ke sepasang telapak
tangannya. sebab orang itu sudah mengetahui rahasianya, maka orang itu harus dibinasakan-
Terang bahwa suara tadi ada di belakang dirinya, tapi pintu dan jendela tertutup semua,
bagaimana orang itu bisa masuk ke dalam kamarnya ? Bahkan tidak diketahui olehnya, ini benarbenar
luar biasa.
Ketika ia sudah lihat tegas siapa orangnya yang bukan lain adalah itu orang sangat misterius
yang memakai kedok kain merah. kekuatirannya lenyap seketika. Ia buru-buru memberi hormat
seraya berkata:
"Kiranya adalah Lo cianpwee yang berkunjung, entah ada keperluan apa ?"
Orang berkedok kain merah itu ada mempunyai kepandaian tinggi luar biasa, ketika tadi Yo cie
Cong menutup pintu kamar, diam-diam sudah menyelusup masuk ke dalam, terhadap semua
gerak-geriknya Yo cie Cong, ia telah mengetahui dengan jelas. Ia yang selalu memperhatikan
dirinya anak muda itu, maka dengan tanpa sadar sudah menghela napas perlahan
"Anak, kau harus berlalu dari kota Tiang soa ini" demikian orang berkedok itu berkata, suaranya
penuh kasih sayang.
Orang berkedok itu adalah satu-satunya orang yang mengetahui rahasianya Yo Cie Cong.
"Kenapa ?" tanya Yo Cie Cong.
"Orang-orang kuat yang berkumpul di kota ini, jumlahnya sudah lebih dari seratus orang.
Mereka semua belum puas kalau belum mendapatkan dirimu. Kau tidak boleh mengandalkan
keberanian saja, nanti akan membuat kemenyesalan untuk seumur hidupmu."
Yo Cie Cong sendiri bukannya tidak tahu kalau dirinya berada dalam keadaan sangat
berbahaya, tapi adatnya yang tinggi dan pantang menyerah, membuat ia semakin mengalami
kesulitan semakin keras dan tabah menghadapinya.
Disamping itu ia juga harus menjaga nama baik dan kewibawaannya Golok Maut.
Meskipun ia merasa berat untuk menolak permintaannya orang berkedok itu, yang penuh kasih
sayang dan dengan hati sejujurnya, tetapi sifat kejantanannya dan kesombongannya rupa-rupanya
lebih kuat menguasai perasaannya. Dengan perasaan berat ia menjawab dengan suara pelahan:
"Maksud baik cianpwee telah boanpwe ketahui dengan baik, tapi boanpwe tidak bisa berlalu
dari sini"
"Kenapa?"
"Untuk nama baik dan kewibawaannya Golok Maut, boanpwe tidak akan tunduk terhadap
pengaruh jahat "
"Nama baik da kewibawaan? Benar, Anak, berapa banyak orang gagah didunia Kang-ouw yang
hancur karena hendak mengejar nama dan kewibawaan?".
"Boanpwe bukan hendak mengejar nama kosong, melainkan berat meninggalkan kota ini, yang
berarti mengelakkan diri dari ancaman mereka?"
"Tapi kau hanya dengan sepasang kepalan agak sulit untuk melawan empat tangan ?"

"Untuk kepentingan usaha boanpwee dalam penuntutan balas dendam terhadap musuh suhu
almarhum, untuk kepentingan keadilan dunia Kang-ouw, boanpwe bersedia dengan kemampuan
yang boanpwee ada, akan menghadapi mereka dengan sepenuh tenaga "
"Aku tidak menentang kau hendak menuntut balas untuk suhumu, tapi bukan pada saat ini, kau
harus mengetahui gelagat"
"Sekarang atau nanti toch sama saja "
"Keadaan pada dewasa ini tidak menguntungkan buat kau "
"Boaspwee tadi sudah katakan, boanpwe akan menggunakan kepandaian yang boanpwee
punyai, akan melawan mereka sampai titik darah penghabisan "
"Anak. kau terlalu keras kepala "
"Menyesal sekali boanpwee telah mengabaikan maksud baik cianpwee "
"Anak. kalau kau hendak bertindak menuruti perasaan hatimu sendiri, mungkin akan
menimbulkan bencana hebat. Apakah kau sudah pikirkan akibatnya nanti ?"
"Akibatnya ?"
"Benar. Kau akan menjadi musuhnya dunia rimba persilatan"
"Perbuatan boanpwee inijika tidak dapat dimengerti oleh dunia rimba persilatan, yah apa boleh
buat "
"Ai " orang berkedok itu kembali keluarkan suara elahan napas pelahan dan geleng-gelengkan
kepalanya.
suara itu meski perlahan, tapi dalam telinganya Yo Ce Cong seolah-olah satu martil besar yang
mengetuk ulu hatinya.
Ia merasa sangat duka karena tidak dapat menerima nasehat yang diberikan oleh orang
berkedok itu, padahal itu ada satu nasehat untuk kepentingan dirinya. Ia tundukkan kepala sambil
membisu.
Lama sekali kedua orang itu saling berhadapan dalam keadaan membisu, Akhirnya orang
berkedok itu berkata dengan suara terharu:
"Anak, apa kau sudah ambil keputusan hendak berbuat demikian?"
Yo Cie Cong anggukkan kepala, sebagai tanda membenarkan pertanyaan orang berkedok itu.
"AH " orang berkedok itu kembali menghela napas, dengan pelahan ia mendorong terbuka
pintu kamar dan lantas menghilang ditempat gelap "Cianpwee "
Yo Cie Cong memanggil, tapi orang berkedok itu sudah tidak kelihatan bayangannya. Apa yang
ketinggalan ialah satu perasaan menyesal, ia agaknya merasa berbuat satu kekeliruan besar
Ia berdiri dipintu kamar sambil mengawasi sang puteri malam, hatinya seperti menangis.
"Sst"
Dilorong depan- mendadak terdengar suara orang ketawa dingin.
Dalam kagetnya Yo Cie Cong lantas berpaling, saat itu matanya lantas dapat lihat dirinya
seorang perempuan cantik berpakaian putih, sedang menghampiri padanya dengan tindakan
pelahan.
Ketika ia sudah melihat tegas siapa adanya perempuan cantik itu, hatinya bercekat, diwajahnya
yang tampan tapi asam timbul napsunya untuk membunuh.
"Hihi manisku, kembali kita bertemu di sini " ujar si cantik.
Ucapan yang merayu itu bukan merupakan madu, sebaliknya membuat Yo Cie Cong berdiri bulu
romanya.
"Hm Cin Bie Nio kau manusia rendah, ada satu hari nanti siaoyamu pasti hendak mencincang
dirimu "
Perempuan cantik itu memang benar adalah Cin Bie Nio, ketua Pek-leng-hwee yang juga
menginap didalam rumah penginapan tersebut.
Ia agaknya belum melupakan perbuatan mesum yang hendak dilakukan terhadap dirinya Yo Cie
Cong tempo hari, maka disemprot secara kasar demikian, ia sedikitpun tidak gusar sebaliknya

malah mengunjukkan kegenitannya yang luar biasa menyoloknya. Dengan suara yang manis
merayu ia berkata:
"Yoy engko kecil yang manis. Baru saja bertemu sudah mengucapkan perkataan begitu kasar,
nampaknya sedikit perasaanpunt idak ada " sembari bicara, badannya digeser makin dekat kepada
Yo Cie Cong. Anak muda itu sangat gusar, dengan wajah merah padam ia membentak: " Cin Bie
Nio, kalau kau berani maju tiga tindak lagi, aku nanti bunuh kau di sini"
Cin Bie Nio sebetulnya siang-siang sudah tahu kalau Yo Cie Cong juga berdiam dirumah
penginapan itu. oleh karena terhalang oleh kematiannya Thio Phan di bawah Golok Maut, maka
sebegitujauh ia belum pergi mencari padanya. Malam itu karena udara baik, timbul napsunya. Ia
teringat dirinya Yo Cie Cong yang cakap muda dan tampan, maka dengan tanpa malu-malu lantas
menyamperi ke kamarnya.
Meski sudah diancam oleh Yo Cie Cong ia masih belum hentikan tindakan kakinya, dengan
wajah berseri-seri ia menghampiri makin dekat.
Yo cie Cong mendadak timbul napsunya membunuh, pikirnya, aku sebetulnya hendak
membiarkan kau hidup lagi beberapa hari tapi kau ternyata sudah tidak sabaran Baiklah, sekarang
aku antarkan kau menghadap kepada Giam-lo ong.
Setelah berpikir demikian, ia lalu kerahkan kekuatannya ke dalam kedua tangannya.
Tapi mendadak ia ingat bahwa di situ ada tempat penginapan umum.Jika terjadi peristiwa
berdarah, orang-orang kuat yang menginap itu tentu akan dibikin terkejut, hingga menjadi runyam
akibatnya. Maka terpaksa ia menahan sabar, dengan mata mendelik ia mengawasi Cin Bie Nio,
kemudian putar tubuhnya hendak masuk ke kamarnya.
Tapi Cin Bie Nio bisa bergerak sangat gesit, sebelum Yo Cie Cong bertindak masuk. la sudah
merapat dirinya anak muda itu dan menghadang di depan pintu. " Cin Bie Nio, kau hendak berbuat
apa ?"
"Yoy manis, mengapa kau selalu mengawasi aku dengan muka mendelik ? Aku toch tidak akan
menelan dirimu? Kedatanganku ini adalah hendak memberi penjelasan kesalahan paham antara
kita "
"Haha kesalahan paham?"
"Benar, urusan yang sudah lalu itu telah terjadi karena suatu kesalahan paham yang sangat
besar "
"Cin Bie Nio, kau tak usah banyak lagak, lekas keluar dari sini ."
"Ah Kau ini bagaimana sih?"
Sehabis berkata, ia malah lompat masuk ke dalam kamar dan duduk di pinggir pembaringan.
Dengan lagaknya yang centil ia berseri-seri mengawasi anak muda yang dirinduinya.
Yo Cie Cong rasakan dadanya hampir meledak saking jengkel, sambil menuding ia membentak
dengan suara keras:
"Cin Bie Nio, apa kau mencari mampus?"
"Cari mampus belum tentu, hanya dengan kepandaianmu seperti itu"
"Kalau begitu tocu kan boleh coba "
"Tunggu dulu, kau dengar perkataanku dulu"
"Heheheh, Cin Bie Nio siaoyamu hampir saja binasa di bawah pengaruhnya obat mu yang
terkukuk itu"
Cin Bie Nio terperanjat. Tapi sebentar saja sudah pulih seperti biasa. Sepasang matanya yang
genit, memancarkan sinarnya yang memikat hati, dengan tidak berkedip ia menatap wajahnya Yo
Cie Cong.
"Engko kecil yang manis, aku sebetulnya sangat cinta kau, karena takut kau tidak mau
menurut, maka terpaksa telah mengambil itu tindakan rendah "
Sehabis berkata ia perlihatkan senyumannya yang menggiurkan- Ia memang mempunyai paras
cantik, dengan ketawanya itu, telah menambah kecantikannya tidak sedikit. Tapi Yo Cie Cong yang

sikapnya dingin kaku, apalagi terhadap dirinya wanita cantik genit itu sudah mempunyai kesan
buruk begitu dalam, sudah tentu tidak merasa ketarik oleh kecantikan yang memikatmu. "Pui tidak
tahu malu "
Kali ini Cin Bie Nio benar-benar sudah tidak tahan hinaan itu lagi maka sikapnya juga lantas
berubah, lalu berkata dengan suara mendongkol: "Yo Cie Cong, kau jangan bertingkah "
"Jikalau kau masih ingin hidup lagi beberapa hari, kau lekas pergi dari sini. Kalau tidak.."
"Kalau tidak bagaimana ?"
"Aku akan bikin mampus kau "
"Haha, kau masih belum mempunyai itu kemampuan "
Yo Cie Cong sudah kalap benar-benar, ia lalu angkat tangan kanannya.
Cin Bie Nio ketawa mengejek. la juga ayun tangannya, lengan bajunya lantas menyambar.
Yo cie Cong tiba ingat bahwa dalam lengan baju perempuan genit itu ada senjata rahasianya
yang sangat ampuh. Dalam kagetnya, ia buru-buru menutup jalan pernapasannya, badannya
dengan secara gesit sekali sudah lompat mundur sampai 5 kakijauhnya. Cin Bie Nio kembali
unjukan ketawanya yang menawan hati.
"Bagaimana ? sebaiknya kau dengar kata saja" demikian katanya yang lantas geser lagi
tubuhnya untuk mendekati Yo cie Cong.
Yo Cie Cong sangat mendongkol, selagi hendak bertindak...
Tiba-tiba di luar pekarangan ada terdengar suara orang berkata dengan dibarengi suara
ketawanya yang aneh.
"Haha, kupu-kupu yang manis telah bertemu dengan sang kumbang yang buas, suatu
pemandangan yang sangat ganjil "
Cin Bie Nio meski ada seorang perempuan genit yang sudah tidak kenal apa artinya kesopanan
dan malu, tapi biar bagaimana ia ada menjabat kedudukan ketua dari satu perkumpulan besar.
Perbuatan demikian jika diketahui oleh orang luar, sudah tentu merasa kurang pantas.
Serta merta lantas merah wajahnya dan badannya lantas melesat keluar.
Dalam pekarangan keadaannya ternyata sepi sunyi, hanya sinar rembulan yang menyinari
taman bunga, tidak kelihatan bayangannya seorangpun juga. Cin Bie Nio pucat seketika, ia hampir
tidak mampu kendalikan perasaan gusarnya. Dan ketika ia berpaling kekamarnya Yo Cie Cong,
kamar itu ternyata sudah ditutup.
Sambil banting-banting kaki ia berkata kepada dirinya sendiri: "setan cilik, kau tidak bisa
terbang dari tanganku. Kalau aku Cin Bie Nio tidak mampu dapatkan dirimu, percuma saja aku
menjadi muridnya Giok bin Giampo"
sehabis berkata ia lantas tinggalkan taman bunga itu dengan perasaan sangat mendongkol.
Baru saja Cin Bie Nio meninggalkan taman tersebut, dari atas sebuah pohon besar dalam taman
itu tiba-tiba melayang turun sesosok bayangan. Waktu tiba di tanah bayangan itu seperti
setangkai daun yang jatuh di tanah. Tidak kedengaran suaranya.
Bayangan yang baru turun itu ternyata ada seorang pengemis tua yang mukanya sangat
mesum. Pengemis itu nampaknya tidak mirip manusia, selain wajahnya jelek dan mesum,
gegernya juga bongkok. tapi sepasang matanya ternyata begitu tajam, suatu tanda bahwa
pengemis itu ada mempunyai kepandaian sangat tinggi.
Pengemis tua itu ketika melihat di situ tidak ada orang, lalu berjalan menghampiri pintu
kamarnya Yo Cie Cong, kemudian memanggil-manggil: "Giok wajie keluar "
Selanjutnya, ia lantas perdengarkan suara ketawanya yang aneh .Justru suara ketawa inilah
yang tadi mengusir Cin Bie Nio pergi.
Yo Cie Cong ketika mendengar sebutan nama Giok wajie, diam-diam terperanjat, tapi juga
lantas teringat pengalamannya dimasa kanak-kanak.

Dimasa kanak-kanak Yo Cie Cong hidup dengan anak-anak pengemis. sebab ia kulitnya putih
bersih dan wajahnya tampan, maka diantara kawan-kawannya lantas mendapat julukan 'Giok wa
jie', yang "berarti " boneka dari batu kumala. Dan oleh karena ia tidak mempunyai she dan nama
maka sebutan 'Giok wajie' itu lantas menjadi popular sekali namanya.
Panggilan demikian, sudah 20 tahun lamanya ia belum pernah dengar lagi. "Giok-wajie, kau
tahu aku siapa ?"
Pengemis tua itu mengulangi pertanyaannya, tapi masih belum mendapat jawaban- Ia lalu
menggerutu sendiri: "Eh terang memang dia, apakah aku kesalahan mata ?"
"Tidak, kau tidak salah lihat "
Tiba-tiba ia dengar satu jawaban, dan tahu-tahu pundaknya sudah dicekal oleh satu tangan
yang kuat.
Pengemis tua itu rasakan sekujur badannya tergetar, seolah-olah terpagut ular, Dengan cepat
ia lompat melesat sejauh 3 tumbak.
Ia merasa sudah dirubuhkan oleh orang yang muncul secara tiba-tiba itu, sebab ada orang
berada dekat disampingnya ia sudah tidak berjaga sama sekali.
Ketika ia berpaling ia lihat orang yang tadi memegang pundaknya adalah satu anak muda cakap
dan gagah, namun sikapnya dingin kaku.
Ia balas berseru: "Kau....kau bukankah kau ini ada itu anak yang dulu dipanggil Giok wajie ?"
"Benar, dan cianpwee siapa ?."
"Ha ha, beberapa tahun tidak ketemu, kau ternyata sudah mempunyai kepandaian ilmu silat
begitu tinggi. Kau lihat aku..."
Sehabis berkata, tangannya mengusap wajahnya dan membuka rambut dikepalanya, kemudian
berdiri dengan tegak.
Ternyata ia bukan seorang pengemis tua dengan geger bongkok, melainkan ada seorang
pemuda kulit hitam yang sebaya umurnya dengan Yo cie Cong.
Dengan sepasang matanya yang aneh, memandang berputaran, sambil ketawa girang ia
menghampiri lebih dekat kepada Yo cie Cong.
Ketika Yo Cie Cong mengenali siapa adanya orang itu, hatinya merasa sangat girang. "Oh, kau
siao hek " serunya.
"Haha, aku tadinya mengira kau sudah melupakan sahabat lamamu "
"Siao hek. mari, kita omong-omong didalam kamar "
"Baiklah "
Dengan jalan berdampingan, kedua kawan lama itu berjalan masuk kekamar, lalu duduk
mengobrol di pinggir meja.
"Siao-hek. apa suhumu ada baik ?" Yo Cie Cong mulai menanya.
"Suhu sudah meninggal dunia..." jawabnya si siao-hek dengan suara duka.
"Apa ? suhumu sudah meninggal dunia ?"
"Ya, diwaktu hendak melepaskan napasnya yang penghabisan, suhu pernah menyebut-nyebut
kau, suhu kata bahwa hari kemudian kau tiada berbatas "
Yo Cie Cong tundukkan kepala, semua kejadian yang sudah lalu kembali terbayang di depan
matanya.
Siao-hek adalah kawan Yo cie Cong di masa kanak-kanak. suhunya siao- hek sering
mengatakan bahwa Giok wa-jie ada mempunyai bakat dan tulang-tulang luar biasa bagi orang
persilatan. Karena ia tidak mau merusak bakatnya yang bagus itu, maka ia tidak mau menerima
sebagai murid, hanya diberi warisan satu-satunya kepandaian yang saat itu cuma dipunyai sendiri
olehnya didalam rimba persilatan.

Kepandaian itu ialah suata cara untuk merubah wajah dan bentuk badan sehingga menjadi lain
rupa. Hanya siao-hek seorang yang menjadi murid satu-satunya dari jago tua dalam kalangan
pengemis itu.
Pada masa kanak-kanak, Yo Cie Cong sangat kepingin bisa belajar silat, terhadap siao-hek yang
dapat didikan ilmu silat, ia merasa kagum dan mengiri.
Siao-hek ada satu anak berandalan, tapi Yo cie Cong adatnya pendiam, maka sifat kedua anak
itu merupakan satu kontras yang sangat menyolok.
sejak Yo Cie Cong hidup di kalangan pengemis, hampir selalu berada bersama sama dengan
siao hek.
Sudah beberapa tahun mereka tidak saling bertemu, sekarang masing-masing sudah menyadi
orang dewasa. oleh karena pengalamannya berlainan, Yo cie Cong telah mengalami perubahan
besar dalam sejarah hidupnya. Dari satu anak yang tidak diketahui asal usulnya, telah berubah
menjadi seorang kuat, aneh, misterius dan menakutkan.
"Giok-wa-jie, bagaimana kau bisa berobah menjadi pemuda berwajah dingin Yo Cie Cong? Aku
tadinya hampir tidak percaya kalau benar Yo cie Cong adalah kau. Barusan aku coba beranikan
hati memanggil kau, sungguh tidak nyana benar-benar adalah kau "
Kalau kawan dimasa kanak-kanak saling bertemu lagi, dalam kegembiraannya, apa saja
dibicarakan-
"Karena aku mengikuti she suhuku, maka aku memakai she Yo, nama Cie Cong ada pemberian
dari suhuku "
"Hihi, sangat unik sekali. selanjutnya aku harus panggil kau Yo Cie Cong!"
"Itu terserah kepada kau sendiri "
"Eh suhumu tentunya ada seorang yang mempunyai kepandaian sangat hebat"
"Bagaimana kau tahu?"
"Kepandaian yang barusan kau unjukkan, aku sedikitpun tidak nempil. Aku siao-hek baru
pertama kali ini merasa telah terjungkal, karena pundakku dicekal orang sedikitpun tidak berasa,
untung adalah kau sendiri, kalau lain orang?"
"Kalau lain orang bagaimana ?"
"Sudah mati konyol Aku siao- hek jangan harap bisa gelandangan didunia Kang-ouw lagi"
"Hahaha Itu cuma satu kepandaian yang tidak berarti, bung "
"Oya. siapakah sebetulnya suhumu. Giok wajie, eh Cie Cong ?" Yo cie Cong bersenyum. setelah
berpikir sejenak. lalu menjawab:
"Sangat panjang kalau hendak dibicarakan, biarlah lain hari saja aku ceritakan padamu "
siao hek meski orangnya kecil, tapi pengalamannya dalam dunia Kang ouw sudah matang.
Mendengar jawaban kawannya, segera mengetahui bahwa sang kawan itu ada mempunyai
kesulitan yang tidak dijelaskan, maka ia tidak mau mendesak terus.
"Sekarang aku sudah bukan bernama siao hek lagi, tapi perhubungan kita ada lain dari pada
yang lain, kau boleh panggil sesukamu saja "
"Ooh Mohon tanya nama saudara yang mulia ?"
"Maaf. aku yang rendah adalah itu orang yang mempunyai sebutan Hok-bin sin-kie atau
Pengemis kecil sakti berwajah hitam."
"Bulak-balik masih tidak terlepas dari perkataan hitam- hahaha "
"Hahahaha "
"Siao hek. ada keperluan apa kau datang ke kota Tiang-soa ?"
"Mencari pemilik Golok Maut untuk membuat perhitungan "
Yo cie Cong terperanjat, wajahnya berubah seketika, tapi sebentar saja sudah pulih seperti
biasa.
Siao hek yang sedang gembira dapat menjumpai kawannya diwaktu kanak-kanak. sudah tentu
tidak perhatikan perubahan sikap sahabatnya itu.
"Perhitungan apa " Yo Cie Cong pura-pura menanya.

"Ketua (Tocu) Kai-pang cabang Thian- lam, Tok-gan kui (setan mata satu) Gouw Cu Ceng telah
binasa di tangannya Golok Maut, kau kata rekening ini harus dibikin perhitungan apa tidak ?"
"Perkumpulanmu Kai pang bagaimana bisa bermusuhan dengan Golok Maut?" tanya Yo Cie
Cong pura-pura tidak mengerti.
"Kalau diceritakan sebetulnya ada satu hal yang sangat memalukan perkumpulan kita. Dulu,
Gouw Cu Ceng sebetulnya tidak seharusnya ambil bagian daLam peristiwa pembasmian partai
Kam-lo-pang. Maka penyakit itu sebetulnya ia yang mencari sendiri "
"Balas membalas, entah kapan habisnya ? Kalau betul perkumpulanmu sudah mengerti bahwa
kematian Gouw Cu Ceng itu ada salahnya sendiri, sedangkan pemilik Golok Maut itu juga tidak
melakukan pembunuhan terhadap orang- mu yang tidak berdosa, buat apa kau perlukan buang
waktu dan tenaga banyak kawan pergi jauh-jauh untuk menuntut balas?"
"Menurut apa yang tersiar dalam kalangan Kang-ouw, pangcu dari Kam-lo-pang sudah binasa
pada 20 tahun berselang, tapi pemilik Golok Maut yang mengganas itu telah menyebut dirinya
sendiri sebagai pangcu dari Kam lo pang maka terang sekali kalau dalam hal ini pasti ada apaapanya..."
"Sekarang perkumpulannya bersedia ambil tindakan apa ?"
"Mencari tahu keadaan yang sebenarnya. Jikalau pemilik Golok Maut itu benar adalah pangcu
Kam lo pang dulu yang menuntut balas sakit hatinya, perkumpulan kita yang selalu utamakan
kebajikan dan tegas bertindak terhadap kejahatan dan kebaikan, sudah tentu tidak akan campur
tangan "
"Dan kalau bukan ?"
"Hutang darah terpaksa ditagih dengan darah "
"Dengan jalan bagaimana perkumpulanmu dapat membedakan tulen atau palsu?"
"Anggauta tertua dari perkumpulan kita, Ciu Cong Jin yang bergelar si pengemis welas asih
pada 20 tahun berselang pernah mempunyai hubungan dengan pangcu dari Kam-lo pang itu. Asal
melihat, ia lantas bisa kenali betul atau tidaknya "
Yo Cie Cong merasa lega.
"Tindakan tegas dari perkumpulanmu, sesungguhnya sangat mengagumkan "
"Mana ? Peraturan atau disiplin perkumpulan kita ada sangat keras. Gouw Cu Ceng kalau tidak
dibinasakan oleh Golok Maut juga akan menerima hukuman dari perkumpulannya sendiri "
"Orang yang sudah bersalah begitu, bagaimana membiarkan padanya menjadi ketua cabang di
daerah Thian-lam ?"
"Tentang kesalahannya itu, setelah dia di binasakan oleh Golok Maut baru diketahui oleh
perkumpulan kita "
"Ooh begitu Eh ? kabarnya dari perkumpulan ada datang tiga orang dari angkatan tua "
"Benar, Ciu Cong Jin adalah satu diantara mereka, satu lagi adalah sam-gan sin-kie (Pengemis
sakti mata tiga) Li Ceng Hong "
"Dan yang satunya lagi ?"
Siao-hek ketawa cekikikan sambil menunjuk hidungnya sendiri
"Nah yang ketiga adalah aku sendiri yang rendah si Pengemis kecil wajah hitam."
Yo Cie Cong tertegun, Ia tidak habis mengerti bagaimana si siao-hek yang usianya sebaya
dengan dirinya sendiri bisa dihitung orang angkatan tua dalam perkumpulan pengemis itu. "Kau,
siao hek ?"
"Kau tidak percaya? Kuberitahukan padamu, suhu didaLam perkumpulan Kai-pang
kedudukannya tinggi sekali, ketuanya yang sekarang panggil suhu "su-couw", dan aku yang
menjadi muridnya, sudah tentu turut mendapat penghargaan sebagai orang angkatan tua
(tianglo)"
"Oow, kiranya begitu. kalau begini aku harus memberi selamat padamu"
"Edan kau Mari kita keluar minum kopi, bagaimana ?"
"Baiklah Aku yang traktir"

"Tidak usah, masa seorang Tiang lo dari perkumpulan Kaipang, minum saja minta dibayari
orang ?"
"Eh ? sombong kau. Mari kita jalan "
Seorang pemuda berparas putih cakap, jalan bersama-sama dengan seorang pengemis hitam
seperti pantat kuali, tidak heran kalau menimbulkan perhatian banyak orang, mereka agaknya
pada terheran-heran ada 'Kopi susu jalan-jalan'
Tapi dua pemuda itu tidak mau ambil pusing, di sepanjang jalan mereka terus mengobrol
sembari ketawa-ketawa.
Tidak antara lama, mereka sudah tiba di salah satu rumah minuman yang paling terkenal dikata
Tiang soa, Ceng yang lauw.
Pelayan rumah makan begitu melihat dua pemuda itu, masih kenali bahwa pemuda putih cakap
itu adalah pemuda yang pernah berkelahi dirumah makan tersebut dan hampir membikin rubuh
lotengnya. Maka dalam hati merasa agak kurang senang, apalagi ketika melihat di sebelahnya
pemuda itu ada seorang pengemis, tambah merasa tidak senang. Tapi ia tidak bisa berbuat apa..
Pada saat itu, sekelompok kawanan pengemis yang ada di depan pintu rumah makan tiba-tiba
pada minggir untuk memberijalan, mereka pada anggukkan kepala tiga kali kepada pengemis
hitam itu.
selanjutnya, seorang pengemis setengah umur, telah datang menghampiri.
BAB 27
PENGEMIs muda wajah hitam itu nampak bicara beberapa patah kata dengannya, dan
pengemis pertengahan umur itu dengan sikapnya yang sangat menghormat, setelah anggukanggukkan
kepala lantas berlalu.
semua kejadian itu telah dapat disaksikan dengan tegas oleh pelayan rumah makan. Pada
umumnya, orang yang mencari penghidupan sebagai pelayan rumah- makan, kebanyakan kenal
baik segala manusia dari berbagai tingkat dan golongan. Maka begitu menyaksikan keadaan
demikian, ia lantas mengetahui bahwa pengemis muda yang hitam wajahnya itu tentunya ada
seorang penting dalam perkumpulan kaum pengemis.
Jangan dipandang ringan kepada perkumpulan kaum jembel, meski mereka terdiri dari orangorang
yang hidupnya minta-minta dengan pakaiannya yang mesum dan banyak tambalan, tapi
kalau berani berlaku salah kepada mereka, tahu sendiri akibatnya.
Dengan tidak banyak tingkah lagi, pelayan itu lantas mempersilahkan kedua tetamunya itu
masuk ke dalam.
Dua pemuda itu mencari tempat yang paling sepi. Di situ mereka makan minum sembari
mengobrol.
Si pelayan yang meski dalam hati merasa takut, tapi masih tidak puas, mukanya kelihatan
kecut.
Hek bin siao sin kie ketika menampak keadaan demikian lantas menegur sambil ketawa.
"Hei, pelayan Mari, aku hendak tanya kau"
"Tuan hendak tanya apa ?"
"Apa dalam rumah tanggamu kematian orang."
Pertanyaan itu membuat si pelayan merasa bingung. Tapi ia tidak berani marah, terpaksa
menjawab sambil melototkan matanya: "Tuan pandai membanyol "
"Siapa bilang ? Aku lihat kau sejak tadi kelihatan asam saja, maka lantas menduga kalau kau
kematian keluarga "
Yo Cie Cong yang mendengarkan itu, hampir saja ketawa besar. Ia ulapkan tangannya dan
berkata kepada si pelayan: "Kau pergilah " Pelayan itu mengawasi lagi kepada siao hek sejenak
lantas berlalu.

Kedua orang itu sesudah mengobrol ke barat ke timur, kembali alihkan pembicaraannya ke
soalnya Golok Maut.
"Siao hek. menurut pikiranmu, jika pemilik Golok Maut berani terang-terangan menerima
tantangan orang-orang dunia Kang-ouw yang sekarang berada dikota Tiang-soa ini, bagaimana
kesudahannya ?"
"Betapapun tingginya kepandaian ilmu silat pemilik Golok Maut juga sukar melawan begitu
banyak musuh kuat "
"Aku lihat belum tentu seperti yang kau kira"
"Hm, kau masih belum tahu. Khabarnya itu manusia hantu dari seng sut-hay, Liat yang Lo
koay, yang pada 10 tahun berselang namanya sangat ditakuti oleh orang-orang golongan hitam
dan golongan putih, juga datang ke kota Tiang-soa"
Yo Cie Cong ketika mendengar namanya "Liat yang Lokoay" darahnya mendidih, napsunya
membunuh timbul seketika. Tapi ia kuatir perubahan sikapnya itu nanti diketahui oleh siao hek.
maka ia coba berlaku tenang.
Liat yang Lo koay ini ternyata dalam daftar musuh-musuhnya Kam lopang termasuk dalam
urutan huruf YANG pada lembar pertama.
Si siao hek yang tidak mengetahui perasaannya Yo Cie Liong lantas melanjutkan perkataannya:
"Hanya itu satu 'Liat yang Lo koay' saja. sudah cukup membikin pusing pemilik Golok Maut"
"Khabarnya kepandaian pemilik Golok Maut itu sangat tinggi sekali, belum tentu kalau tidak
dapat menandingi itu hantu yang kau sebut 'Liat yang Ko koay' "
"Boleh jadi, tepi kau tahu selain dari pada itu hantu tua dari Liat yang masih ada banyak lagi
orang-orang kuat dari berbagai cabang dan golongan yang tersembunyi disekitar kota ini, dan
masih ada lagi yang masih berada didalam perjalanan. semakin lama, jumlah yang datang semakin
banyak."
Yo Cie Cong dalam hatinya lantas berpikir: "Ucapan siau hek ini memang benar. semakin lama,
semakin tidak menguntungkan bagi diriku. Dengan keadaan seperti dewasa ini saja sudah
memusingkan kepala, apalagi kalau ditambah banyak orangnya. Tapi ia ada seorang muda keras
kepala yang selalu pantang mundur."
"Jikalau pemilik Golok Maut itu ada seorang cerdik dan tahu gelagat, untuk sementara ini dia
seharusnya menyingkir dulu," berkata pula si siao hek.
"Barang kali belum tentu dia berbuat begitu" jawab Yo cie Cong dengan mengandung arti.
"Eh Kau seperti merasa simpati terhadap pemilik Golok Maut itu ?"
"Mungkin benar. Kabarnya dulu diatas gunung Bu leng-san pusatnya perkumpulan Kam lo pang
telah diserbu secara mendadak oleh orang rimba persilatan dari golongan hitam dan golongan
putih. Dalam penyerbuan secara besar-besaran itu, orangnya Kam lopang hampir binasa
semuanya, begitu pula pangcunya dan semua keluarganya. Hanya dalam waktu satu malam saja,
Kam lo-pang telah tersapu bersih, dan kalau sekarang pangcu itu datang untuk menagih hutang
darah itu, sudah tentu soal sewajarnya saja. orang-orang yang dulu turut ambil bagian melakukan
serangan secara keji itu sudah sepantasnya kalau dibunuh mati semuanya "
Yo Cie Cong nampaknya sangat bernapsu mengucapkan kata-katanya, sampai matanya merah
membara.
Siao- hek yang menyaksikan keadaan demikian dalam hatinya lalu berpikir, mengapa bocah ini
begitu bernapsu? Kalau kau sebagai pemilik Golok Maut, dunia akan menjadi gempar.
Ia tidak tahu bahwa sahabat diwaktu kanak-kanak itu, memang adalah itu orang yang
memegang peranan sebagai Pemilik Golok Maut. Kalau pada saat itu ia tahu, entah bagaimana
perasaannya?
"Mari, jangan banyak pikir, persetan urusan orang Mari keringkan arakmu" demikian ia berkata:
"Mari "

"Banyak orang-orang kuat dari rimba persilatan telah berkumpul, hanya untuk menghadapi satu
orang saja, ini sebetulnya merupakan suatu kejadian yang sangat langka" berkata pula siao-hek.
"Aku kira pemilik Golok Maut akan membuat satu surprise bagi rimba persilatan"
"Ng. kalau benar begitu, mungkin akan terjadi pembunuhan besar-besaran yang tidak ada
taranya "
"Siao hek. si hantu tua 'Liat yang Lokoay' yang kau sebut tadi ada apanya sebetulnya yang
dapat dibanggakan?"
"Hal iri aku hanya dengar orang kata saja, khabarnya hantu tua itu ada mempunyai ilmu
pukulan tangan yang sangat luar biasa, namanya 'Liat yang ciang'. Pukulan tangannya itu ada
mengandung angin panas seperti bara, katanya bisa membakar lumer barang logam "
Yo Cie Cong diam-diam merasa kaget. Pikirnya: lokoay ini mungkin merupakan satu lawan yang
paling tangguh, ia ada mempunyai ilmu pukulan demikian rupa, apa aku mampu menandingi
padanya atau tidak. masih merupakan satu pertanyaan-setelah berpikir demikian, ia lantas purapura
menanya:
"Ilmu pukulan 'Liat yang ciang' itu, apa betul sudah tidak ada orang yang mampu
memecahkan? "
"Ada, menurut apa yang aku tahu, hanya semacam ilmu pukulan Thay im ciang yang bisa
memecahkan ilmu pukulan hantu itu. Ilmu pukulan "Thay im ciang" justru merupakan musuh yang
paling ditakuti oleh ilmu pukulan 'Liat yang ciang', karena ilmu pukulan yang tersebut duluan itu
melulu terdiri dari kekuatas "Im", Kalau terkena pukulan tersebut, seketika itu juga darahnya
lantas menjadi dingin dan beku, hingga sekujur badan lantas menjadi kaku dan binasa. Tapi
didalam rimba persilatan kabarnya cuma seorang saja yang menyakinkan ilmu pukulan serupa itu".
"Siapa ?"
"Cek hoat Im mo" (iblis rambut merah).
Kembali Yo cie Cong dibikin kaget, hampir saja ia lompat dari tempat duduknya. sebab nama itu
juga terdapat dalam daftar, musuh-musuhnya Kam lo pang..
Bukan cuma begitu saja, iblis itu malah melakukan pembasmian untuk kedua kalinya kepada
pangcu Kam lo pang dan kedua-dua pahlawannya yang sudah bercacad di dalam goa di gunung
Bu leng san, ketika jejaknya pangcu itu diketahui oleh iblis itu.
Peristiwa mengenaskan di atas gunung Bu leng-san ketika langit sedang turun salju lebat,
kembali terbayang di depan matanya Yo Cie Cong.
Ia telah lupakan dirinya sendiri, kalau saat itu sedang mengobrol dengan kawannya, seketika
itu lantas mengunjukkan rasa gusarnya.
Siao hek merasa heran atas perubahan sikap kawannya itu, maka lantas menanya padanya "Eh.
kau kenapa ?"
Yo Cie Tong baru sadar atas kekeliruannya, ia buru-buru menenangkan lagi pikirannya,
kemudian baru bisa menjawab:
"Ooh tidak kenapa- napa, aku cuma merasa heran didalam dunia ini bagaimana ada kepandaian
aneh serupa itu ?"
"Ya dunia memang lebar segala apa bisa terjadi "
"Siao hek. kauw ternyata mempunyai pengetahuan luas, apa saja kau tahu "
"Hihi kau terlalu memuji "
"Siao hek. tahukah kau dimana adanya si iblis rambut merah Cek hoat Im-mo itu sekarang ?"
"Hal ini aku belum pernah dengar, iblis itu sudah sepuluh tahun lebih tidak muncul lagi didunia
Kangouw"
Yo Cie Cong tiba-tiba ingat suatu hal, pikirnya: Siao hek ternyata luas sekali pengetahuannya,
mungkin ia dapat membantu aku memecahkan beberapa kesulitan, mengapa aku tidak mencari
keterangan dari mulutnya ?

"Siao hek. tahukah kau Kauwcu perkumpulan agama Im mo kauw yang baru saja muncul di
dunia Kang ouw ?" demikian ia menanya, matanya terus menatap wajahnya siao hek.
"Im mo kauw, makin hari makin besar pengaruhnya. Khabarnya perkumpulan itu sudah berhasil
menarik dirinya beberapa orang kuat yang jumlahnya tidak sedikit. Tapi siapa dan bagaimana
rupanya sang Kauwcu, barangkali tidak ada seorangpun yang bisa memberi keterangan- Kau tahu
perkumpulan kita Kaipang hampir di seluruh pelosok dunia tersebar mata-matanya dan toh masih
belum berhasil membuka kedoknya Kauwcu itu. Cuma menurut dugaan kita, Kauwcu itu tentunya
ada seorang yang mempunyai kepandaian dan kecerdikan luar biasa "
Yo cie Cong agaknya sangat kecewa.
"Kabarnya sudah ada tiga orang Tongcu dari Im mo kauw yang terbinasa di bawah Golok Maut
"
"Tentang ini ada terselip sebab-sebab apa didalamnya, buat orang luar sukar untuk mendapat
tahu. Tapi Golok Maut sudah berani menantang terang-terangan terhadap Im mo kauw, tentu
pemilik Golok Maut itu sendiri juga bukan seorang sembarangan"
Dua kawan lama itu mengobrol hampir satu jam lamanya, saat itu diluar sudah terdengar
kentongan 3 kali. Keadaan dalam rumah makan itu sudah sepi, yang ketinggalan hanya mereka
berdua.
Yo Cie Cong mengawasi ruangan yang sudah kolong melompong itu, lantas tertawa sendiri dan
berkata kepada kawannya: "Siao hek, mari kita pulang "
"Ah, mengapa terburu-buru? Kalau kita mengobrol terus, mungkin akan berpapasan dengan
tetamu yang hendak bersantap pagi Mari kita jalan "
"Aku hendak bayar uang makannya dulu "
"Tak usah, sudah ada orang yang membayarnya "
Dua kawan itu ketika keluar dari rumah makan, keadaan dijalan raya sudah tepi sunyi, tidak
kelihatan seorangpun juga. "siao hek. dimana kita bisa bertemu lagi?"
"Hihi. Kawan, ditempat mana ada terdapat orang-orang pengemis, di situ kau bisa mendapat
tahu tempatku"
"Sampai ketemu "
"Sampai ketemu "
Pengemis sakti wajah hitam itu nampak membelok disatu tikungan jalan, sebentar lantas lenyap
dari pemandangan.
Yo Cie Cong mengawasi bayangannya kawan dimasa kanak-kanak itu, rupa-rupa pikiran timbul
dalam otaknya.
Jalannya penghidupan sungguh aneh. Dua kawan kanak-kanak yang dulu bergelandangan
dalam kalangan pengemis kini telah menjadi tokoh-tokoh penting dalam rimba persilatan yang
tindak tanduknya dapat mempengaruhi nasibnya rimba persilatan.
Yo Cie Cong memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut, seorang misterius yang ditakuti
oleh hampir semua orang.
Sedang siao hek sudah menjadi salah satu pemimpin golongan tertua dari partai pengemis,
yang kedudukannya tidak boleh diabaikan begitu saya dalam rimba persilatan. semua ini, hampirhampir
sukar dipercaya kebenarannya.
Dengan seorang diri Yo Cie Cong berjalan pelahan-lahan dijalan raya yang sudah menjadi sepi
sunyi. Kesunyian dalam hatinya semakin terasa.
Dalam keadaan sunyi seperti itu, mudah menimbulkan kenangan dimasa yang lampau dan
mengingat dimasa yang akan datang. Dengan tanpa berasa Yo Cie Cong mengalirkan air matanya.
Ia tanya kepada dirinya sendiri: "Apakah aku datang sendirian didalam dunia ini ? Tidak Aku
seharusnya mempunyai ayah mempunyai ibu Tapi, dimana adanya mereka?

Apakah masih hidup didunia atau sudah meninggal ? Mengapa aku harus di terlantarkan
seorang diri ? Apakah bencana alam yang mememencarkan nasib kita..?" Karena pikirannya kalut,
tindakan kakinya agak limbung
"Bocah kita berjumpa lagi disini " demikian satu suara yang berat telah menyadarkan Yo Cie
Cong dari lamunannya.
Di depan matanya, saat itu berdiri 5 orang tua yang dandanannya sangat aneh. Mereka adalah
Biauw-Ciang Ngo-tok dari Im-mo-kauw.
Yo cie Cong hentikan kakinya, lamunannya lenyap seketika dan diganti oleh perasaan gusar. ia
lalu menanya dengan suara dingin: "Kalau sudah berjumpa mau apa ?" salah satu diantara 5
orang tua itu lantas menjawab.
"Setan cilik, tempo hari didalam rumah makan kau bisa lolos dari tangan kami, tapi malam ini,
huh. Kau jangan harap bisa berlalu dalam keadaan hidup Jikalau kami tidak mampu membereskan
jiwamu, selanjutnya nama Biauw-ciang Ngo-tok boleh dihapus saja "
"Hm Aku lihat, sudah tiba saatnya nama kalian harus dihapus "
"Setan cilik, dijalan raya kita bertempur, mungkin akan mengagetkan orang, mari kita keluar
kota "
Itu memang yang diharapkan oleh Yo Cie Tong, karena ia sudah mempunyai rencana masakmasak.
ia tidak sudi berhadapan sebagai musuh besar-besaran dengan Im mo kauw. Disamping
itu dalam kota juga ada terdapat banyak orang-orang kuat, jika mengejutkan mereka, banyak
kemungkinan akan menyulitkan pekerjaannya di kemudian hari. Maka ia lantas menjawab sambil
ketawa dingini
"Bagus kalian boleh menerima satu tempat yang bagus sekali letaknya untuk tempat kuburan
kalian "
Biauw-ciang Ngo-tok dengan serentak menjadi gusar, orang yang buka suara itu berkata lagi:
"Setan cilik, kau jangan mengandalkan lidahmu yang tajam, mari jalan " Enam bayangan orang
dengan beruntun lari menuju keluar kota bagian Barat.
Disitu terdapat sebidang tanah ladang yang sangat luas dan beberapa gubuk dari kaum petani.
Karena saat itu hari sudahjum tiga pagi, para penduduknya tentu masih tidur semua. Keadaan ada
sangat sunyi.
Ke enam orang itu telah berhenti di suatu tempat kira-kira setengah lie terpisahnya dari kota.
Dengan mengambil sikap mengurung, Biauw ciang Ngo-tok berdiri berpencaran sehingga
membuat Yo cie Cong berada ditengah-tengah antara mereka.
Dengan sikapnya tenang luar biasa. Yo cie Cong berdiri di-tengah-tengah dengan tegak. sama
sekali agaknya tidak memandang mata pada kelima iblis tua itu. salah satu diantara lima orang tua
itu yang bercambang lebat berkata:
"Setan cilik, lebih baik kau tamatkan riwayatmu sendiri, barangkali bisa mati dalam keadaan
utuh."
"Ha, ha.. sombong benar kau. Malam ini kalian berlima barangkali ingin mati dalam keadaan
utuh saja masih susah."
"Setan cilik, apakah kau masih mau menantikan kita berlima turun tangan ?"
Yo cie Cong setelah tertawa bergelak-gelak lantas berkata:
"Dengan mengandalkan kepandaian kalian berlima kawanan setan tua ini masih belum pantas
mengeluarkan perkataan semacam itu."
"Haha.. Anjing cilik Malam ini kau harus dicincang, baru kami bisa merasa puas," sehabis
berkata, tangannya diayun berbareng.
"Aku akan mengambil kau sebagai contoh dulu " berkata Yo Cie Cong dan dengan
kecepatannya yang sangat luar biasa ia menyerang kearah orang tua yang bicara tadi. Gerakannya
itu ada tipu silat kombinasi dari Liu im Hut hiat pelajarannya Phoan-ngo Hweshio dan 'Menggeser

tubuh menukar bayangan', pelajarannya orang berkedok kain merah, sedangkan kedua-duanya itu
sudah merupakan tipu silat yang tidak ada taranya lagipada masa itu.
Maka dengan tidak ada ampun lagi salah satu iblis tua dari Biauw-ciang Ngo tok telah menjadi
korban. Belum sampai serangannya meluncur keluar tiba-tiba matanya dirasakan gelap dan
beberapa bagian jalan darah penting di badannya telah kena tertotok oleh suatu kekuatan hebat
yang tidak dapat dilihat mata, maka dengan tidak mengeluarkan sedikit suarapun juga badannya
lantas rubah di tanah.
Ke empat kawannya sudah dibikin terkejut dan terheran- heran oleh gerakan Yo cie Cong itu.
Mereka masih belum mengetahui dengan cara bagaimana Yo Cie Cong turun tangan tadi, tahutahu
salah satu kawannya sudah binasa. oleh karena gerakannya yang gesit dan aneh luar biasa
itu, maka mereka sama sekali tidak sempat memberikan pertolongan pada kawannya.
Menyaksikan kepandaian Yo cie Cong yang seolah-olah perbuatan iblis menerkam jiwa manusia,
hati mereka seketika itu lantas menjadi keder.
Namun mereka tidak mau tinggal diam begitu saja, maka setelah keluarkan geraman hebat
keempat-empatnya lantas menyerang Yo cie Cong dengan berbareng.
Bertempur di suatu tempat yang luas itu, sudah tentu banyak bedanya dengan keadaan
bertempur dirumah makan yang terbatas. Apa lagi empat iblis tua itu sedang berada dalam
keadaan kalap, maka serangan mereka berempat sesungguhnya sangat hebat tak dapat di
ucapkan dengan kata-kata.
Kekuatan dari serangan tergabung ke empat orang itu telah menyerang Yo Cie Cong dari empat
penjuru.
Yo Cie Cong sedikitpun tidak merasa takut akan serangan itu, ia sengaja tidak mau berkelit
maupun menyingkirkan diri, ia hanya menunggu sampai kekuatan serangan tersebut sudah datang
dekat benar, barulah badannya melesat ke atas sambil berputaran, kemudian dengan secara
ringan sekali orangnya melayang turun kebawah.
Gerakan Ye Cie Cong macam ini telah membuat bimbang hatinya kawanan iblis tersebut.
"Kalian masih menyimpan kepandaian macam apa lagi, lekas keluarkan semua. Kalau terlambat
sedikit saja nanti tidak keburu di keluarkan," kata Yo cie Cong sambil ketawa dingin.
Biauw-ciang Ngo-tok itu ada merupakan tokoh terkuat didaerah Biauw. Mereka sudah menjagoi
dan malang melintang didaerahnya sendiri. sungguh tidak disangka, setelah ditarik menjadi
anggotanya Im mo-kauw, baru saja turun tangan sudah terjungkal ditangannya seorang bocah
cilik.
Bahkan hanya dalam segebrakan saja si bocah sudah membinasakan salah satu kawannya.
Dapatlah dibayangkan sendiri bagaimana perasaan gusar kawanan iblis dari daerah Biauw itu,
maka ketika mereka mendengar ejekan Yo cie Cong, seolah-olah api di siram minyak, perasaan
gusarnya semakin meluap-luap.
Empat iblis itu dengan berbareng memendekkan badannya, tiba-tiba pakaian dibadan mereka
pada melembung.
Yo Cie Cong sudah kenali gerakan ini ketika mereka berada dirumah makan, kawanan iblis itu
kembali hendak menggunakan cara tempo hari melepaskan ilmu gaibnya, Bok-beng in cong.
Tetapi karena Yo cie Cong sudah bersiap siang, sedikitpun ia tidak merasa takut. Dengan
ilmunya Kan-goan cao-kie ia telah menutup rapat sekujur badannya.
Ilmunya itu selainnya dapat menolak serangan hawanya racun, juga bisa dipakai untuk
menghancurkan daya kekuatan yang melakukan serangan padanya.
sebentar kelihatan hawa putih seperti kabut menutupi sekujur badannya, maka racun dari ilmu
gaib keempat iblis itu sedikitpun tidak berdaya menghadapinya.

Kawanan iblis itu segera mengetahui gelagat kurang menguntungkan bagi pihaknya, mereka
lalu berduduk semuanya, dengan kekuatan sepenuhnya mereka melanjutkan serangan mereka.
Dengan demikian, keadaan menjadi berubah.
Yo cie Cong merasa seperti ada bau harum sedap yang datang dari empat penjuru dengan
tidak berhenti- hentinya mencoba menyusup kedalam badannya.
Bahkan perasaan itu makin lama makin hebat, maka ia juga menggunakan seluruh kekuatannya
untuk memberikan perlawanan.
sekejapan saja kedua pihak kelihatan sudah mengucurkan keringat deras.
Racun yang digunakan dalam ilmu gaib Bo-beng sin cong itu merupakan salah satu racun yarg
paling ganas .Jikalau tidak menghadapi musuh yang sangat tangguh ilmunya tidak digunakan
secara sembarangan, karena racun ini terdiri dari binatang kutu hidup yang disalurkan dengan
kekuatan dan hawa dari orang yang menggunakan. Apabila racun itu binasa, orangnya juga pasti
turut binasa.
Ke empat iblis dari daerah Biauw itu meskipun sudah mengetahui bahayanya menggunakan
racun tersebut, tetapi mereka masih tetap nekad dengan tidak menghiraukan jiwanya sendiri lagi.
Kedua pihak kini kembali berkutetan sekian lamanya.
Yo Cie Cong tidak mau membuang waktu terlalu lama, ia sengaja mengendurkan
pertahanannya, maka sebentar saja sudah ada satu racun kutu telah menyusup masuk dalam
badannya.
Salah satu dari kawanan iblis itu yang melancarkan serangannya ketika mengetahui bahwa
racun kutunya sudah menyusup masuk ke dalam badan lawannya, diam-diam merasa girang. Ia
lantas memperhebat gerakannya dan racun kutu itu mulai bekerja dibadan lawannya.
Tetapi Yo Cie Cong yang sengaja memancing lawannya melakukan perbuatan demikian setelah
racun kutu itu masuk ke dalam dirinya, ia lantas menggunakan kekuatan Kan-goan-cao khienya
Untuk menggempur racun tersebut.
Iblis yang menyerang tadi mendadak merasakan keadaan tidak beres, cepat-cepat ia menarik
kembali serangannya, tetapi sudah terlambat sedikit. Racun kutunya sudah dibinasakan musuh
oleh kekuatan lawannya.
Dengan tidak ada ampun, lagi darah di badannya lantas mengalir keluar dari lubang hidung,
kuping dan matanya, kemudian disusul dengan badannya rubuh.
Dengan demikian, lima orang iblis dari daerah Biauw itu sekarang hanya tinggal tiga orang lagi
saja yang masih hidup.
Ketika mereka bertiga mengetahui keadaan tidak baik, cepat-cepat mereka menarik mundur
serangannya, dengan mata melotot mereka mengawasi Yo Cie Cong, kemudian memutar
tubuhnya hendak kabur.
Yo Cie Cong yang sudah tentu tidak membiarkan 3 orang tua itu berlalu begitu saja.. Dengan
cepat ia sudah menghadang di depan mereka, kemudian berkata dengan suara bengis: "Kalian
bertiga hendak berlalu dari sini, tidak begitu mudah "
Tiga orang tua beracun itu wajahnya berubah seketika, matanya mendelik semakin lebar. satu
diantaranya lantas berkata: "setan cilik, kau hendak berbuat apa ?"
"Kalian mau berlalu, boleh, tapi harus menjawab pertanyaanku dulu "
Tiga orang tua itu karena kedua kawannya sudah binasa, lagi pula mereka memang terdiri dari
manusia-manusia yang kejam dan buas, maka setelah didesak begitu rupa oleh Yo Cie Cong,
lantas timbul pikiran nekadnya, masing-masing dengan kekuatan sepenuhnya menyerang Yo cie
Cong.
serangan gabungan dari ketiga orang itu hebatnya luar biasa.

Yo Cie Cong ketawa dingin, lalu ia memusatkan kekuatannya Kan-goan cin cao dikedua
tangannya untuk menyambuti serangan dari ketiga orang tua itu.
Suara benturan keras lantas terdengar amat nyaring. suara itu dibarengi oleh suara jeritan
tertahan dari tiga orang.
Yo Cie Cong badannya terhuyung-huyung kebelakang beberapa tindak baru bisa berhenti.
Tetapi Biauw-ciang sam-tok itu masing-masing sudah terpental mundur lima tindak. sehingga
badan merekapun sempoyongan, mulut masing-masing mengeluarkan darah segar, wajah mereka
pucat pasi.
Yo Cie Cong kembali membentak dengan suara keras
"Dengar Pertanyaanku pertama, siapakah Kauwcu kalian" Ketiga orang tua itu dengan napas
memburu dan mata mendelik mengawasi Yo Cie Cong, tetapi tidak ada seorangpun yang memberi
jawaban.
Yo Cie Cong mengulangi lagi pertanyaannya:
"Aku ulangi sekali lagi, siapa Kauwcu kalian ?jikalau tidak mendapat jawaban, satu diantara
kalian bertiga pasti tidak akan bernyawa lagi. Ingat siapa nama dan gelar Kauwcumu "
Ketiga orang tua itu kembali terdiam tidak menjawab.
Yo cie Cong segera berubah wajahnya lantas bergerak dengan cepat.
Diantara suara jeritan ngeri, satu diantara ketiga orang tua itu telah rubuh ita nah, jiwanya
melayang seketika.
Dua orang yang lainnya, wajahnya lantas memucat seperti mayat, seorang diantaranya sambil
kertak gigi berkata:
"Setan cilik Tak perlu kau berbuat begitu kejam. sekalipun kau berhasil membunuh mati kami
semuanya, tetapi pertanyaanmu itu kami memang tidak tahu." Yo Cie Cong tidak mau percaya
keterangan ini, ia lalu berkata pula:
"Sekarang pertanyaan kedua .Jikalau kalian masih tetap tidak menjawab, diantara kalian berdua
hanya seorang saja yang boleh hidup, Dengar biar terang Apa sebabnya Im-mo-kauw mengejarejar
dirinya pemilik Golok Maut ?"
Dua orang tua ini saling pandang, tidak ada seorangpun yang dapat menjawab.
Terhadap dua pertanyaanku itu, lima orang tua dari Biauw itu memang sebetulnya tidak
mengetahuinya, sejak mereka menjadi anggota Im mo-kauw sehingga saat itu, mereka masih
belum pernah melihat wajahnya Kauwcu mereka. Tentang tindakan mereka yang mengejar-ngejar
pemilik Golok Maut, juga diperbuatnya hanya sekedar untuk menunaikan tugas mereka.
Justru kedua pertanyaan yang sudah lama mengeram dalam hatinya Yo Cie Cong kini tidak
mendapatkan jawaban yang memuaskan lagi maka berkobarlah napsu membunuhnya.
Kembali suara jeritan ngeri terdengar lagi, satu diantara kedua orang tadi telah rebah
menggeletak dalam keadaan tidak bernyawa.
"sekarang kau harus menjawab kedua pertanyaanku tadi.Jikalau tidak. kau akan mendapat
perlakuan yang serupa seperti kawan-kawanmu."
satunya orang tua yang masih tetap hidup itu dengan perasaan sedih dan gusar lantas
menjawab :
"Lohu akan adu jiwa dengan kau" Badannya lantas bergerak, Yo Cie Cong cepat mengeluarkan
senjatanya Golok Maut.
sambil membolang-balingkan senjata yang aneh bentuknya dan yang memancarkan sinar yang
kemilau itu, ia menanya pula: "Ku mau jawab atau tidak?"
Orang tua itu dengan perasaan takut setengah mati lantas mengurungkan gerakannya dan
mundur satu tindak. Dengan suara gemetar ia berkata:
"Kau.... Kau.... Kau ini adalah pemilik Golok Maut ?..."
Pada saat itu dari jauh terdengar suara helaan napas yang sangat perlahan.

Yo Cie Cong tidak akan menduga kalau di tanah belukar dan diwaktu tengah malam buta
seperti itu, ternyata masih ada orang yang sembunyi di sekitarnya, bahkan ada kemungkinan
besar sudah menyaksikan segala sepak terjangnya barusan.
Mengingat sampai di situ, bukan kepalang rasa kagetnya, maka ia lantas lompat melesat
menuju ke arah datangnya suara tadi.
Gerakan badan Yo cie Cong sudah cukup gesit, tetapi ternyata masih tidak berhasil melihat
suatu apa, hanakesunyian malam saja yang saat itu membungkus keadaan di sekitarnya.
Tiba-tiba ia teringat, masih ada seorang tua yang ada disitu. Ia karena sudah menunjukkan
Golok Mautnya, itu berarti sudah mengunjukkan siapa dirinya, maka jikalau orang tua itu tidak
dibereskan sekalian, tentunya nanti akan membawa akibat yang sangat hebat.
Dengan cepat ia lari balik. Tetapi Apa yang di saksikan telah membuat ia melongo. satusatunya
orang dari Biauw ciang Ngotok yang masih hidup saat itu ternyata juga sudah
menggeletak di tanah dalam keadaan tidak bernyawa.
Rupa-rupa pertanyaan timbul dalam otaknya Yo Cie Cong. siapakah orangnya yang
mengeluarkan suara elahan napas perlahan tadi?" siapakah orangnya yang membinasakan orang
tua ini?"
Pertanyaan itu tinggal merupakan suatu pertanyaan yang tidak terjawab, sebab sesungguhnya
ia memang tidak akan menduga dan tidak bisa menduga siapa adanya orang itu
Jikalau mau dikatakan bahwa orang yang membunuh mati sisanya orang tua dari Biauw ciang
Ngo-tok adalah itu orang yang telah mengeluarkan suara helahan napas perlahan, maka
kepandaiannya orang tersebut boleh di kata sudah tidak ada taranya lagi dalam dunia ini. segala
sepak terjangnya barusan juga sudah tentu semuanya sudah disaksikan olehnya.
Jikalau orang yang sangat misterius itu adalah pihak musuhnya, mengapa harus membunuh
mati orang tua itu? Tetapi jikalau bukannya dari pihak musuh, mengapa harus berlaku begitu
misterius dan tidak mau mengunjukkan muka didepan matanya ? siapakah sebetulnya dia itu ?
Andaikata orang yang sangat aneh itu masih mengandung maksud lain- hal ini sesungguhnya
sangat menakutkan.
Sebab pada dewasa ini, didalam kota Tiang soa yang seolah-olah sudah menjadi sarangnya
macan dan kedungnya naga, kedatangan semua orang gagah itu ialah semata-mata karena
munculnya pemilik Golok Maut disitu. Jikalau Yo cie Cong yang memegang peranan sebagai
pemilik Golok Maut itu diketahui oleh mereka maka sungguh hebat sekali akibatnya.
Ia memikirkan soal ini bolak balik, tetapi masih tetap belum berhasil memecahkan persoalan
yang merupakan teka-teki itu.
Akhirnya ia telah mengambil keputusan tetap, hendak berbuat seperti apa yang sudah
direncanakan-
Dengan senjata Golok Mautnya, ia telah mempreteli tangan kakinya Biauw ciang Ngo tok.
Bangkai dari lima orang tua itu dibuat sedemikian rupa sehingga kelihatannya seolah-olah sudah
dibunuh mati oleh Golok Maut, kemudian ia membawa bangkainya mereka pergi den lalu
digantungkan di atas sebuah pohon besar didekat pintu kota. setelah selesai semuanya, ia pulang
kembali kerumah penginapannya.
BAB 28
BELUM LAMA Yo Ce Cong meringkuk dipembaringan dalam kamarnya, cuaca sudah mulai
terang.
Yo Cie Cong bangun dari tempat tiduran, Ia dapat menghela napas lega. "Siangkong, selamat
pagi."
Yo Cie Cong terperanjat. Ketika ia berpaling, orang yang menegur padanya itu ternyata adalah
pelayan rumah penginapan.
"Ng. Pagi-pagi kau sudah bangun. Aku hendak pergi buang air."

Pelayan itu berkata sambil tertawa cengar cengir: "siangkong juga pagi-pagi sekali sudah
bangun."
Yo cie Cong cuma mengganda ketawa lantas meninggalkan pelayan itu. Ketika baru saja berlalu
pelayan itu tiba-tiba berkata pada dirinya sendiri:
"Aku sibotak sudah cukup banyak melihat orang, tetapi belum pernah melihat perempuan
secantik itu. siang kong ini sungguh beruntung. Aku si botak sekalipun sepuluh tahun lagi juga
jangan harap bisa dapatkan perempuan begitu cantik." sehabis berkata begitu, ia lantas berlalu.
Yo Cie Cong dapat menangkap perkataannya pelayan tadi yang terang ada ditujukan pada
dirinya sendiri, lain timbul perasaan curiganya.
Ketika ia hendak menanya pelayan itu sudah berlalu, maka ia lantas melanjutkan tindakannya
ke-wc. dan tidak lama kemudian ia balik lagi ke dalam kamarnya. Ketika ia membuka pintu
kamarnya, seketika ia lantas melongo.
Diatas pembaringannya tampak rebah seorang wanita muda yang menghadap ke dinding
tembok. sehingga tidak bisa dilihat wajahnya. Yo cie cong bingung.
Mengapa tidak lama ia keluar pintu wanita itu sudah tidur di atas pembaringan ? ini
sesungguhnya ada merupakan suatu hal yang sangat ganjil. siapa sebetulnya wanita ini ?
Mengapa ia berani tidur diatas pembaringan seorang laki-laki ?
Didalam keadaan demikian rupa itu. Yo Cie Cong tidak bisa berbuat lain, kecuali dengan
sengaja berdehem.
Wanita itu tempaknya terkejut mendengar deheman Yo cie Cong, ia lantas lompat bangun dan
lompat melesat kepinggiran tembok. Kedua tangannya sudah disiapkan untuk menghadapi segala
kemungkinan- Dilihat dari setiap gerakannya, wanita itu terang ada mempunyai kepandaian tinggi.
Untuk sesaat lamanya Yo Cie Cong juga dibikin terkejut oleh gerakannya wanita itu. "Engko
Cong. Kau? Hampir semalam suntuk aku menantikan kau "
"Dengan susah payah aku mencari kau sampai disini. Tetapi ketika aku tiba dikamarmu kau
ternyata sudah tidak ada. Kemana saja tadi malam kau pergi ?"
"Ooooh. Aku telah bertemu dengan kawanku semasa kanak-kanak dan makan minum sampai
hampir pagi."
Kiranya wanita itu adalah Ut tie Kheng, cucu perempuannya Pengail Linglung dari pulau Batu
Hitam.
"Engko Cong, apakah kau masih ingat ketika kau meninggalkan pulau Batu Hitam, aku yang
mengantarkan kau mendarat? Didalam pernah berkata apa padamu"
Nona itu berkata sambil tersenyum simpul sehingga terlihat kedua sujen dikedua pipinya, yang
membuat dia semakin menarik kelihatannya. "Adik Kheng, aku sudah, lupa." jawab Yo Cie Cong
sambil ketawa.
Ut-tie Kheng parasnya kelihatan sedikit berubah, ia lalu berkata setelah monyongkan mulutnya
yang kecil mungil:
"Hmmm. Aku tahu. Kau tentunya sudah melupakan diriku"
"Mana bisa ? Engkong mu telah melepas budi kepadaku karena dia sudah mewariskan pada ku
semacam pelajaran kelas tinggi ketika aku berada dipulau Batu Hitam itu juga adalah adik Kheng
sendiri yang merawati segala kebutuhanku. Bagaimana semuanya itu bisa kulupakan? Hanya..."
"Hanya apa?" tania Ut tie Kheng sambil ketawa geli.
"Hanya ingatanku kurang baik."
"Hh. Justa. Didalam hatimu mungkin sudah tidak ada lagi bayanganku."
ut tie Kheng ketika mengucapkan perkataannya itu, mendadak ia merasakan sudah
keterlepasan. sebagai seorang gadis remaja yang masih putih bersih, bagaimana ia boleh
mengucapkan perkataan macam itu ? Tetapi karena sudah terlanjur diucapkan, maka ia tidak bisa
menariknya kembali.

Cuma seketika itu ia merasa sangat malu sehingga parasnya menjadi merah padam dan
kepalanya lantas ditundukkan-
Yo Cie Cong bukan tidak mengerti kecintaan hati Ut tie Kheng terhadapnya, cuma saja hatinya
sudah diberikan kepada siang-koan Kiauw yang sudah binasa didalam lautan sewaktu mengikuti
peryalanannya ke Lam-hay.
Yo Cie Tiong yang merasa bertanggung jawab atas kematiannya Siang koan Kiauw, ia
menganggap adalah suatu kedosaan besar terhadap Siang-koan Kiauw. jika ia menyintakan dirinya
lain gadis.Jikalau bukan karena urusannya sendiri yang masih belum selesai mungkin ia sudah
menyebutkan dirinya ke dalam lautan yang untuk menyusul kekasihnya.
Maka terhadap cinta kasihnya Ut-tie Kheng, ia bukannya tidak mau menerimanya, ia merasa
bahwa perasaannya sendiri saat itu sudah hampa.
"Adik Kheng, harap kau jangan gusar.. Benar-benar ingatanku kurang baik."
"Hmm siapa yang gusar ? Apa perlu aku lagi yang mengingatkan ?"
"Baik. Coba kau sebutkan-"
"Aku pernah mengatakan bahwa ada satu hari aku akan datang keTiong-goan untuk mencari
kau."
Ut tie Kheng mengangkat kepalanya, dengan sangat mesra ia melirik Yo Cie Cong sejenak. lalu
kembali menundukkan kepalanya.
"Benar. Kau pernah ucapkan perkataan demikian-" berkata Yo Cie Cong. "Adik Kheng, mari kita
duduk beromong-omong"
Ut tie Kheng tersenyum, ia lantas duduk di pinggir pembaringan. Yo Cie Cong menarik sebuah
kursi dan duduk di hadapan si nona.
Beberapa detik lamanya keduanya membisu, seolah-olah kehilangan bahan yang harus
diucapkan, padahal ut tie Kheng ingin mengutarakan semua isi hatinya, dengan segala perkataan
yang sudah disiapkan dalam hatinya. Tetapi sebagai seorang perempuan, ia merasa tidak enak
jikalau harus menyatakan hatinya kepada sang kekasih, maka Akhirnya ucapannya tidak berani
dikeluarkan-
Sebaliknya bagi Yo Cie Cong yang memang benar-benar tidak ada apa-apa yang harus
diucapkan hanya dalam hati saja ia merasakan tidak enak.
setelah pada membisu sekian lamanya, akhirnya Yo Cie Cong jugalah yang memecahkan
kesunyian.
"Adik Kheng, bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada di sini ?"
"Peristiwa Golok Maut telah menggempatkan seluruh rimba persilatan. Aku menduga mungkin
kau juga bisa datang kemari untuk menonton keramaiannya, maka aku lantas tujukan kakiku
kekota Tiang soa ini. Baru saja aku sampai dikota ini aku sudah mendengar ramai orang
membicarakan halnya pemuda kecut Yo Cie Cong yang dengan seorang diri melawan Biauw ciang
Ngo tok, lima orang kuat dari daerah Biauw dan Thian-san Liong lie membuat geger dirumah
makan ceng yang ciu lauw. Bukankah itu mudah sekali untuk mencari jejakmu?"
Yo Cie Cong menganggukkan kepalanya, mendadak suatu pikiran terlintas dalam otaknya:
"Apakah Pengail Linglung itu juga ikut datang? Jikalau orang tua itu turut datang dan mau turut
campur tangan dalam peristiwa ini, sesungguhnya agak berabe. Maka ia lalu menanya dengan
suara perlahan: "Dik Kheng datang seorang diri ataukah..."
"Ng. Aku datang hanya seorang diri saja. Kata yaya, dia mau menunggu beberapa waktu lagi
baru bisa datang. Dia malah betkata hendak menyelesaikan sedikit persoalan yang sudah lama,
tetapi aku tidak tahu entah persoalan apa yang dimaksudkannya itu."
Hati Yo cie Cong merasa lega. Tentang persoalan yang dikatakan oleh nona ini, yang
dimaksudkan barang kali persoalan perjanjian pertandingan ilmu silat dengan muridnya seorang

dari rimba persilatan, tetapi saat itu ia tidak menjelaskannya. setelah hening sejenak, barulah ia
betkata pula:
"Adik Kheng ketika meninggalkan pulau Batu Hitam apakah sudah mendapatkan
persetujuannya ut tie Lo cianpwee?"
"Kau tanya ini apa perlunya ?" ut tie Kheng balas menanya sambil monyongkan mulutnya yang
mungil.
"Kalau begitu, kau tentunya kabur dengan diam-diam."
"Hmmm. Kabur ? Apa bukan-.."
Ut tie Kheng seolah-olah merasa diperlakukan tidak manis oleh Yo cie Cong.
Karena rasa cintanya yang sangat besar, diam-diam ia telah kabur dari pulau Batu Hitam.
Dengan tidak takut mengarungi laut Lam-hay yang luas dan meninggalkan engkongnya yang
sudah tua seorang diri di atas sebuah pulau yang sepi sunyi, tetapi apa yang diterima dari Yo cie
Cong sekarang tidak lain daripada sikap yang dingin- Ia tadinya bermaksud mau menjawab:
"Bukankah lantaran kau?" tetapi perkataannya itu tidak berani di keluarkan dari mulutnya.
Lain lagi halnya dengan apa yang dipikirkan oleh Yo Cie Cong. Ia sangat menguatirkan kalau
soal ini nanti akan menjadi persoalan yang berlarut-larut tidak ada habisnya. Di samping itu juga ia
sekarang sedang memainkan dua peranan dalam dunia Kang-ouw dan sekitarnya merupakan
kawanan orang gagah semuanya.Jikalau ada dirinya nona ini disampingnya. bukankah ia nanti
akan merasa sangat berabe ? Benar-benar ia tidak mengetahui bagaimana harus mengatur dirinya
Ut tie Kheng. "Adik Kheng, kau menginap dirumah penginapan mana ?"
"Aku belum dapat rumah penginapan-"
Saat itu tiba-tiba dari luar terdengar suara riuh ramai.
Terdengar orang tarik urat.
"Kau benar-benar menghina orang. Apakah karena aku hanya seorang pengemis cilik tidak
boleh menemui sahabatku ?"
"Diruangan belakang, kebanyakan ditempati oleh para tetamu yang beruang jikalau terjadi
kegaduhan, sangat tidak enak tentu akibatnya,"
"Bohong Aku hendak cari sendiri itu pemuda wajah putih. Apakah perbuatanku itu dikatakan
hendak membuat gaduh?"
"Kau mencari orang juga harus melihat tempatnya."
"Hih i...Aku pengemis kecil justru hendak melihat tempat ini."
"Kau ingin gebukan ?"
"Hi, hi.... Aku si pengemis kecil tidak mempunyai kepandaian apa-apa, tetapi kalau untuk
betkelahi saja aku masih sanggup melayani,"
"Jangan banyak bicara dengan dia. Usir saja, Habis perkara." terdengar pula suara orang lain
dengan nada sombong.
Begitu mendengar, Yo cie Cong sudah mengenali bahwa yang ngotot itu adalah suaranya siao
hek. sipengemis kecil wajah hitam, maka ia lantas betkata kepada ut tie Kheng. "Adik Kheng, aku
akan keluar dulu sebentar. aku akan segera kembali." setelah betkata demikian, ia sudah lari ke
luar menuju pekarangan.
Ketika sampai didepan pintu dilihatnya ada beberapa pelayan dengan sikapnya yang garang
sedang mengurung dirinya siao hek yang masih ketawa cengar cengir.
Yo Cie Cong lalu berseru sambil ketawa.
"siao-hek tidak perlu ribut-ribut dengan mereka. Mari sini " sambil ketawa besar ia lantas
berjalan menghampiri Yo Cie Cong.
Para pelayan itu ketika ada tetamu yang mengajak siao-hek masuk. semuanya menduga bahwa
pengemis kecil itu tentunya tidak bohong, maka mereka juga tidak mau mengambil tindakan apaapa
lagi.

Siao hek ketika melangkah masuk kepintu kamarnya Yo Cie Cong, sudah lantas dapat melihat
adanya seorang gadis cantik sedang duduk diatas pembaringan, maka ia cepat-cepat mundur
teratur.
Yo Cie Cong cepat-cepat mencekal tangannya seraya berkata: "Siao hek, kita bukan orang luar.
Mari aku perkenalkan-"
"Ayaaa. o Mi To Hud. Aku si pengemis kecil seumur hidupnya tidak boleh menemui orang
perempuan-"
Kata-kata siao hek tadi telah membuat Yo cie Cong merasa jengah sendiri. ut-tie Kheng yang
berada didalam kamar juga sudah dapat mendengarnya, maka cepat-cepat ia berbangkit dan
melihat keluar. Ternyata ada seorang pengemis kecil hitam, berpakaian compang camping sedang
berdiri berendeng dengan Yo cie Cong, sehingga dalam hatinya diam-diam merasa heran.
"Engko Cong bagaimana bisa berkenalan dengan pengemis cilik ini?"
Ut-tie Kheng yang sejak masih kanak-kanak mendapat asuhan dari engkongnya, terhadap
kejadian-kejadian dikalangan Kang-ouw meskipun ia masih belum melihat dengan mata kepalanya
sendiri, tetapi apa yang didengarnya sebenarnya sudah banyak sekali.
Justru karena itulah maka ia tidak pernah memandang rendah pada kawanan pengemis.
setelah berdiam dan bersenyum sejenak. la lantas mempersilahkan Siao hek masuk.
Pengemis kecil wajah hitam itu membuka matanya dan mulutnya menyengir kepada Yo Cie
Cong, kemudian masuk kedalam.
Setelah berduduk Yo cie Cong petkenalkan mereka satu sama lain-
Ut-tie Kheng baru tahu bahwa pengemis cilik hitam ini ternyata besar pengaruhnya dan tinggi
kedudukannya dalam partai pengemis.
Ia tidak nyana bahwa pengemis yang masih muda ini ternyata ada salah satu Tiang lo (orang
tingkatan dua) dalam golongannya, dan sang susioknya ketua partai pengemis pada dewasa ini.
Maka ia lantas pandang hormat padanya.
Pokoknya siao-hek pandang nona cantik ini ada Cucu perempuannya Pengail Linglung, satu
jago kenamaan yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia Kangouw. Hanya ini saja maka
siao-hek tidak berani pandang enteng padanya. Yo cie cong menanya kepada Siao-hek: "Ada
urusan apa kau pagi-pagi mencari aku?"
"Hihi, aku lihat kau seperti maling kesiangan"
"Ada urusan apa sebetulnya sampai berlaku begitu tergesa-gesa?"
"Lima tiancu bagian hukum Im mo kauw, ialah itu manusia beracun dari daerah Biauw ciang
Ngo-tok. tadi malam telah di bunuh oleh Golok Maut. Bangkainya digantung di atas pohon besar
dekat pintu kota sebelah Barat. Peristiwa ini kini telah menggempatkan seluruh kota Tiang-soa"
"Haa Ada terjadi hal demikian ?" Yo cie Cong pura-pura kaget.
"Memangnya aku bicara bohong ?"
"Dalam perjalananku dari Lam-hay kemari dunia Kang-ouw ramai membicarakan sepak
terjangnya Golok Maut. Nampaknya manusia misterius dan sangat menakutkan ini akan membuat
geger dunia Kang-ouw " berkata ut-tie Kheng.
"Kalau di hitung-hitung, orang-orangnya Im mo-kau yang terbinasa dibawah Golok Maut sudah
4 orang banyaknya. Entah ada permusuhan apa perkumpulan agama itu dengan Golok, Maut ?"
kata siao-hek.
"Sudah tentu kalau tidak ada angin tidak akan timbul ombak, terjadinya semua hal tentu ada
sebabnya. Kita orang luar bagaimana bisa tahu ?" jawab Yo Cie Cong hambar.
"Kabarnya Golok maut itu sangat ganas dan telengas, pemilik Golok Maut itu kepandaian ilmu
silatnya tinggi sekali. Dalam perbuatannya menyingkirkan jiwa musuhnya, belum pernah kesalahan
tangan- sepak terjangnya sangat rahasia, seperti juga hantu atau setan " kata ut tie Kheng.
Yo Cie Cong yang mendengar itu cuma bersenyum saja. kemudian ia berkata kepada siao hek.

"Siao-hek. pusatnya perkumpulan Im mo kauw itu sebetulnya terletak dimana sih?"
"Hal ini sehingga sekarang aku sendiri masih belum jelas. Cuma tiga cabangnya Im mo kauw
yang masing-masing didirikan digunung Kiu leng-san, ln-thay-san dan ceng liong-peng, sudah
diketahui oleh anak buah kita, memang sesungguhnya ada."
"Bagaimana reaksinya Im mo kau terhadap Golok Maut yang telah berkali-kali mengambil jiwa
anggotanya ?"
"Kabarnya Kauwcu Im mo kauw ketika mendengar tentang berita itu, dia sangat gusar sekali
dan segera mengutus beberapa kelompok orang-orangnya yang kuat untuk menghadapi Golok
Maut. Umpamanya, yang sekarang ini telah berada didalam kota Tiang-soa saja jumlahnya orang
kuat dari Im mo kauw sudah tidak sedikit."
Yo Cie Cong masih gelap. apa sebabnya Im mo kauw hendak menghadapi dirinya dengan
sepenuh tenaga, bahkan sudah menyiatkan berita pula bahwa pemilik Golok Maut bukannya
pangcu Kam lo-pang yang asli. soal ini terus mengganggu hatinya saja, maka akhirnya ia telah
mengambil keputusan hendak mencari tahu apa yang menjadi sebabnya perbuatan Im mo kauw
itu.
selain daripada itu, kemarin malam ketika Yo Cie Cong membinasakan dirinya Biauw ciang
Ngotok diluar pintu kota sebelah barat, ia mendapatkan kenyataan bahwa seorang diantara Ngotok
itu sudah binasa ditangan orang lain. Tentunya pembunuh ini sudah mengetahui dengan jelas
segala sepak terjangnya, hal ini juga membuat ia sangat betkuatir.
Selagi ketiga orang itu enak-enakan mengobrol, dari arah pekarangan tiba-tiba terdengar suara
orang ketawa cekikikan dan suara orang yang tertawa kasar dan aneh. Dua macam suara itu
bergabung menjadi satu, terdengarnya sangat tidak enak sekali. Yo cie Cong yang tertarik oleh
suara tadi segera menoleh.
Matanya segera melihat pula Cin Bie Nio, si perempuan genit, dengan dikawani oleh seorang
tua tinggi besar dan berwajah merah.
Jilid 11 : Tewaskah Pemilik Golok Maut ?
DISEPANJANG jalan Cin Bie Nio terus memperhatikan gayanya yang genit, mulutnya sabansaban
tersungging senyuman.
Yo Cie Cong ketika melihat wajahnya Cin Bie Nio sudah lantas berkobar lagi napsu
membunuhnya. Ia menyesal tidak bisa lantas menghabiskan jiwanya perempuan yang centil genit
itu.
Siao-hek yang menyaksikan aksinya Cin Bie Nio sudah lantas berkata dengan suara perlahan:
"Cie Cong, kau lihatlah biar tegas. Itu orang tua yang berbadan tinggi besar dan yang sangat
galak nampaknya, adalah itu hantu tua yang dipanggil Liat yang Lokoay. Hantu ini usianya sudah
sembilan puluh tahun lebih, tetapi kelihatannya masih seperti seorang yang belum cukup lima
puluh tahun usianya.
"Liat-yang Lo-koay?" tanya Yo Cie Cong beberapa kali.
"Cie Cong, hantu tua itu didalam kalangan Kangouw benar-benar merupakan seorang kuat
yang dimalui."
Yo Cie Cong berpikir: 'Lo-koay ini merupakan musuh kuat nomor dua dari Kam lo-pang. Tetapi
entah bagaimana dan sampai dimana pula tingginya? Apakah mampu menandingi kepandaiannya
... "
Ut-tie Kheng mendadak menanya Yo Cie Cong dengan penuh perhatian:
"Engko Cong, aku melihat keadaanmu ini seperti seorang yang sedang melamun atau banyak
pikiran Apakah kau lelah? Aku lihat kau mengaso dulu sebentar tentu ada baiknya." Siao-hek purapura
berkata dengan nada sedih:
"Aihh. Aku si pengemis kecil yang tidak mempunyai sanak kadang serta hidup sebatang kara,
tidak ada seorangpun yang mengambil perhatian atas diriku. Tetapi begitu dijelmakan aku sudah

mempunyai jiwa mengemis. Jikalau sampai mendapat perhatiannya orang bukankah itu berarti
hendak mengurangi umurku. Aku lihat seharusnya aku balik kembali ke dalam kuil, kalau ada
pembicaraan antara orang tua itu dengan aku, boleh dibicarakan belakangan." sehabis berkata,
orangnya hendak lantas berbangkit.
"Siao-hek, apa benar kau hendak berlalu ?" tanya Yo Cie Cong.
"Kalau aku tidak pergi, cuma menghalang maksud kalian berdua saja." sambil ketawa cengar
cengir pengemis cilik itu lantas berlalu.
Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng yang digoda sedemikian rupa oleh Siao-hek. mereka merasa
tidak enak. hingga wajahnya pada merah.
setelah Siao-hek berlalu Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng mengobrol lagi sampai lama, kemudian
Yo Cie Cong minta kepada pelayan supaya menyediakan sebuah kamar untuk Ut-tie Kheng
menginap.
Selama tiga hari, Yo Cie Cong terus berdiam dalam rumah penginapan
Ut-tie Kheng terus menunggui Yo Cie Cong, hingga semua tindakan selanjutnya yang sudah
direncanakan baik-baik oleh Yo Cie Cong, terpaksa tidak dapat dijalankan- Untuk sementara itu ia
tidak berhasil melepaskan diri dari pengawasannya Ut-tie Kheng.
Manusia tetap manusia yang terdiri dari daging dan darah, sudah tentu mempunyai perasaan.
Yo Cie Cong lambat laun telah tergerak hatinya oleh kecintaannya Ut-tie Kheng yang begitu besar,
tapi karena masih belum bisa melupakan dirinya siang koan Kiauw, ia masih bimbang untuk
menyambut cintanya Ut-tie Kheng.
Kalau saat itu ia menerima cintanya Ut-tie Kheng, baginya merupakan satu penderitaan,
bukannya bahagia. sebab perasaan hatinya seluruhnya sudah ditumpahkan kepada dirinya Siang
koan Kiauw. sedang nona baju merah itu kini sudah tiada di dalam dunia, dan binasanya juga
karena mengikuti dirinya ke Lam hay. Cinta pertama memang susah dihapus begitu saja. sekalipun
orang yang dicintai itu sudah tiada, perasaan cinta itu masih begitu besar melekat dalam hatinya,
maka ia tidak boleh menipu dirinya sendiri.
Tapi, kalau ia menolak kecintaan Ut-tie Kheng secara getas, ia akan melukai beban hatinya
nona itu maka ia juga tidak mau berbuat demikian-Penderitaan itu terus mengganggu batinnya.
Ut-tie Kheng yang masih putih bersih dan berhati mulia, bagaimana bisa tahu kalau dalam
benak sang kekasih itu sedang menderita begitu rupa ? Ia terus kelelap dalam lamunannya sendiri
yang sangat muluk-muluk. begitu besar rasa cintanya. kepada Yo Cie Cong, pemuda yang
pertama-tama merebut hatinya, ia selalu membayangkan hari kemudian yang penuh bahagia.
Hari itu pagi-pagi sekali seperti biasanya, Yo Cie Cong setelah membersihkan badannya, ia
menantikan Ut-tie Kheng di kamarnya untuk makan pagi bersama-sama. Tapi ditunggu sampai
tengah hari masih belum kelihatan si nona itu muncul.
Yo Cie Cong yang mula-mula masih menantikan dengan segala kesabarannya, akhirnya menjadi
cemas. Ia lantas menduga bahwa nona itu tentu telah mengalami apa-apa yang tidak enak.
Ia lalu pergi ke kamarnya Ut-tie Kheng yang letaknya dibagian sebelah barat, tapi kamar itu
ternyata sudah kosong.
Bukan kepalang rasa kagetnya, Karena ia tahu benar, tidak nanti nona itu bisa berlalu begitu
saja tanpa pamitan dengannya. Tapi kenyataannya memang begitu, kemana sebetulnya ia pergi ?
Hilangnya Ut-tie Kheng ini kembali membuat pusing kepalanya Yo Cie Cong.
satu hari kembali telah berlalu, ia menduga bahwa perginya Ut-tie Kheng tanpa pamit, mungkin
ada keperluan yang sangat mendesak yang membuat ia tidak ada kesempatan untuk
memberitahukan padanya. Disamping kecemasan, perlahan-lahan ia mulai lega pikirannya, karena
dengan demikian ia bisa melanjutkan rencananya semula.

Sama sekali ia tidak menduga bahwa pada saat itu Ut-tie Kheng tengah mengalami nasibnya
yang sangat menakutkan-Ia sudah terjatuh dalam tangannya kawanan iblis....
Kota Tiang-soa...
Seolah-olah sedang menghadapi datangnya angin ribut dan hujan lebat, hawa udara nampak
seram.
orang-orang rimba persilatan yang datang karena munculnya Golok Maut, sesudah melakukan
penyelidikan berhari-hari, tetap masih tidak menemukan jejaknya itu pemuda misterius, seram dan
menakutkan
Mereka itu seolah-olah lakunya tukang menangkap ikan yang memasang jalanya dimana-mana,
tapi sang ikan sudah molos entah kemana arahnya.
Apakah Golok Maut masih berada didalam kota Tiang soa atau sudah kabur ke lain tempat ?
Tidak ada seorangpun yang tahu.
Ada sementara orang yang sudah mulai kendor napsunya, mengincar, menunggu dan mencari
secara tidak ke urusan, membuat mereka tidak sabaran. Itu ada hari ke 9 sejak munculnya Golok
Maut dikota Tiang soa.
Peristiwa hebat yang mengejutkan telah terjadi peristiwa itu menggetarkan hatinya setiap
orang.
Selain daripada itu, ini juga merupakan satu alamat akan berlangsungnya suatu penumpahan
darah secara besar-besaran.
Ooo
BAB 29
Di ATAS tembok rumah makan Ceng - yang Ciu - lauw, satu rumah makan yang paling besar
didalam kota Tiang soa, mendadak terdapat sehelai kertas selebar kira-kira dua kaki persegi, di
atas kertas itu ada terdapat sebuah lukisan yang melukiskan bentuknya satu senjata serupa golok
dan gergaji yang sangat aneh. Di tengah-tengah kertas ada tertulis huruf besar yang berbunyi:
"BESOK JAM 3 MALAM, MENUNGGU DI CIT LIE-KENG"
Ini ada merupakan satu tantangan yang sangat brutal
Golok Maut sudah menyampaikan tantangan kepada semua orang gagah dari golongan hitam
dan golongan putih dari rimba persilatan yang saat itu berkumpul di kota Tiang soa. Perbuatan ini
agak mirip dengan perbuatan seorang gila.
Kecuali dia ada satu dewa, kalau tidak. dengan kekuatannya seorang sekalipun mempunyai
kekuatan luar biasa, juga tidak berani berlaku begitu jumawa, seolah-olah tidak pandang mata
pada itu semua orang-orang kuat yang berada dikota Tiang-soa, sehingga berani menantang
secara terangkan Tapi, kenyataannya Golok Maut sudah berbuat demikian Maka seluruh kota
lantas menyadi gempar.
Semua orang-orang gagah dari berbagai partai atau golongan yang datang kekota Tiang-soa
karena hendak menangkap pemilik Golok Maut, sesungguhnya tidak menduga kalau Golok Maut
berani berbuat demikian. Maka perbuatan Golok Maut itu selain mengejutkan mereka, juga mereka
mulai merasa jeri atas keberaniannya. Mereka hampir semuanya mempunyai satu pikiran-
Golok Maut sudah tahu kalau di sekitarnya diputari oleh orang-orang kuat dari berbagai
golongan, tapi ia masih berani menantang secara terang-terangan, sudah tentu dalam dirinya
sendiri ada mempunyai kekuatan yang dapat diandalkan- Maka dalam dugaan mereka, jikalau
hendak meringkus dirinya manusia misterius seram, ganas dan menakutkan itu, pasti harus
membayar dengan harga sangat mahal. Itu berarti suatu penumpahan darah besar-besaran.
Cit-lie-peng...
Letaknya 2 lie diluar kota Tiang-soa.

Pada saat itu, menjelang jam 1 pagi hari. Di lapangan sebuah bukit kecil yang disebut Cit-liepeng,
di sekitarnya sudah penuh dengan bayangan manusia. Yang sudah mengunjukkan diri
secara terang-terangan, jumlahnya tidak kurang dari 100 orang, entah berapa banyak jumlahnya
yang pada sembunyikan diri, mereka semua telah datang untuk menantikan kedatangan pemilik
Golok Maut.
Rembulan nampak bundar dan terang benderang, angin malam meniup sepo^sepoi, hingga
kedengaran suara berkereseknya daun-daun pohon yang tertiup angin.
Dalam suasana yang sunyi sepi itu diliputi ketegangan yang mulai menanyak setiap detik, sebab
begitu kentongan kali 3 terdengar, akan berkobarlah pertempuran besar-besaran yang tidak ada
taranya. semua orang yang ke Cit-lie peng malam itu meski maksudnya adi berlainan tapi
tujuannya ada sama. Melenyapkan dirinya Golok Maut, manusia yang dianggap sangat ganas dan
menakutkan-Waktu sedetik demi sedetik telah berlalu. Rembulan dari timur telah mendoyong ke
barat.
Hati dan perasaan orang-orang gagah yang berada disekitar tempat itu sudah semakin
menegang.
Dari dalam kota, tiba-tiba terdengar suara kentongan 3 kali.
Belum lagi lenyap suara kentongan itu mendadak terlihat sesosok bayangan orang, laksana
bintang yang meluncur dari langit, lari menuju ke Cit lie keng.
Ketika bayangan orang itu berhenti dan berdiri di atas suatu gundukan tanah dari empat
penjuru lantas terdengar suara riuh: " Golok Maut... Golok Maut "
Orang yang baru tiba dan disebut sebagai pemilik Golok Maut itu ternyata ada seorang tua
yang rambut dan jenggotnya sudah putih semuanya, tangannya cuma tinggal sebelah, ia tampak
berdiri tegak ditengah-tengah lapangan, seolah-olah satu dewa saja.
Setelah suara seruan mulai reda, dari empat penjuru lantas muncul bayangan orang yang pada
datang mengerubungi pemilik Golok Maut. Ketegangan dengan lantas menjadi meningkat.
Pertumpahan darah secara besar-besaran rasanya sudah tak dapat dihindarkan lagi.
Orang-orang gagah dari berbagai tempat itu telah membentuk tembok pagar manusia di sekitar
kira-kira lima tumbak ditempat berdirinya pemilik Golok Maut.
Orang aneh itu masih berdiri tegak dengan tenangnya, seolah-olah sebuah patung tetapi di
dalam hatinya ada berkobar api permusuhan yang sangat hebat..
Ia membunuh orang semata-mata hanyalah untuk menuntut balas belaka, tetapi kawanan
manusia itu tidak mengerti dan tidak mau melepaskan padanya begitu saja. Apa sebabnya?
perbuatan itu adalah apa yang dinamakan keadilan dalam rimba persilatan ataukah suatu
peraturan yang di telorkan- oleh itu orang-orang yang mengaku dirinya sendiri sebagai pendekar
budiman? sungguh ia tidak habis mengerti.
Didalam kalangan pertempuran, saat itu kelihatan sunyi senyap. Semua orang pada menahan
napas menghadapi orang tua yang dianggapnya sebagai manusia biadab, ganas dan menakutkan.
sedikit banyak dalam hati mereka sudah diliputi oleh suatu perasaan ketakutan hebat.
Mendadak dari dalam rombongan orang-orang itu telah muncul keluar dua orang tua dan
seorang anak muda dari golongan pengemis. Mereka bertiga ternyata adalah tiga golongan tua,
Tiang lo dari partai pengemis (Kay-pang) ialah Li Ceng Hong, ciu Cong Jin dan pengemis sakti
wajah hitam Siao-hek.
Ketiga orang itu berdiri kira-kira sejarak satu tumbak di depannya pemilik Golok Maut.
Dari rombongan orang-orang itu terdengar suara riuh sebentar, tetapi kemudian tenang
kembali.

Ciu Cong Jin yang menjabat sebagai ketua dari para Tiang-lo, dengan sepasang matanya yang
amat tajamnya mengawasi wajah pemilik Golok Maut sejenak. Tongkat di tangannya digedrukan
perlahan di tanah, lalu berkata: "Yo Pa ngcu, apakah masih kenali aku si pengemis tua ?"
Pemilik Golok Maut itu bukan lain dari pada Yo Cie Cong yang memegang peranan sebagai Yo
Hin Hoan, bekas ketua Kam lo-pang yang juga merupakan gurunya sendiri
oleh karena dari kawan kecilnya si siao- hek. Yo Cie Cong sudah mengetahui keadaan dari
kedua Tiang-lo itu, maka dalam otaknya sudah mempunyai suatu rencana yang sempurna. saat itu
ia lantas menjawab sambil anggukan kepala:
"Sudah beberapa puluh tahun tidak bertemu, ternyata kesehatan saudara Cia masih tetap
seperti sediakala."
"Murid- murid dari partai kami sesungguhnya tidak semestinya turut mengambil bagian daLam
peristiwa pembasmian Kang lopang. Aku si pengemis tua bertiga telah mendapat perintah dari
ketua kami sengaja datang ke tempat ini jikalau benar ketua cabang daerah Thin Lam si setan
mata satu Go Cie Ceng binasa ditangan Yo Pangcu, itu memang sudah seharusnya untuk menebus
dosa perbuatannya sendiri Tentang persoalan ini, sampai di sini sebaiknya kita bikin habis."
"Ketua saudara sesungguhnya ada seorang arif bijaksana. Aku si orang she Yo di sini
menghaturkan banyak-banyak terima kasih." jawab pemilik Golok Maut dengan suara terharu.
Ciau Cong Jin mengawasi semua orang-orang gagah di sekitarnya, kemudian berkata pula
dengan suara sungguh-sungguh:
"Aku si pengemis tua ada sedikit perkataan yang mungkin tidak enak didengar. Apakah saudara
Yo suka dengar ?"
"Silahkan "
"Saudara Yo yang hendak menagih hutang darah kepada orang-orang yang pada dua puluh
tahun berselang, turut ambil bagian dalam pembasmian Kam lo pang, memang kami tidak dapat
menyesalkan. Tetapi menurut pikiranku yang bodoh, sebaiknya saudara tujukan kepada orangorang
yang bersangkutan saja dan sedapat mungkin menghindarkan pembunuhan terhadap
orang-orang yang tidak berdosa."
"Maksudku memang begitu. Tetapi keadaan telah memaksa aku berbuat sedapat mungkin
untuk membela diri. Bagaimana aku harus menghindarkan diri dari pertumpahan darah itu."
"Ah. Memang itu agak sulit dilakukan, namun bagaimanapun juga saudara harus batasi dia
sebisanya. selain daripada itu, keadaan malam ini ada sangat gawat. saudara Yo meskipun
mempunyai kepandaian tinggi luar biasa, tetapi sedapat mungkin saudara harus berlaku hati-hati
dalam menghadapi mereka semua. Maafkan kalau aku si pengemis tua terlalu banyak mulut dan
sekarang aku permisi meninggalkan tempat ini."
Ketiga orang Tiang-lo dari partai pengemis itu lantas berlalu dari depannya pemilik Golok Maut.
Setelah mereka bertiga berlalu, beberapa puluh bayangan orang segera maju dengan serentak.
Dengan hati kurang tenteram pemilik Golok Maut mengawal datangnya orang-orang tersebut.
Ia mengepal kencang tangannya, sepasang matanya memancarkan sinarnya yang menakutkan-
Beberapa puluh orang yang terdiri dari orang-orang tua dan muda itu dengan wajah gusar dan
bengis pada berdiri kira-kira dua tumbak di hadapannya pemilik Golok Maut.
Salah seorang diantara mereka, yaitu seorang tua yang berkumis lebat kelihatan maju dan
berkata dengan suara agak gemetar:
"Pemilik Golok Maut, si Belibis Air see-bun cun Tek apa benar terbinasa ditangan mu?"
"Tidak salah "
"Hmmm.. Peribahasa ada kata, hutang uang bayar uang, hutang jiwa bayar jiwa"
"Kematian see bun cu Tek adalah karena dosanya sendiri"
Beberapa puluh orang disitu lantas memperdengarkan suaranya yang berisik, tetapi lantas
dibikin sirap oleh orang tua tadi.

"Malam ini, cee-cu dari tiga puluh enam perkumpulan bajak laut dari telaga Tong teng-ouw
hendak minta keadilan untuk see bun cun Tek. pemimpin pusat kami."
"Harap tuan-tuan juga pikirkan masak-masak dulu baru bertindak."
"Ini sudah merupakan suatu keputusan dari semua ketua tiga puluh enam perkumpulan bajak
laut yang harus minta keadilan kepada tuan,"
"Aku si orang tua sebenarnya tidak suka melakukan pembunuhan kepada orang-orang yang
tidak berdosa, maka aku harap supaya tuan-tuan suka memikirkan masak-masak dulu."
Siapa nyana, perkataan itu sebaliknya malah membuat gusarnya putra ketua dari tiga puluh
enam perkumpulan bajak laut itu semuanya pada mengeluarkan seruan gusarnya, kelihatannya
mereka sudah siap untuk segera turun tangan. orang tua tadi lantas berkata pula sambil ketawa
dingin:
"Perkataan tuan sebetulnya terlalu jumawa. Bagaimana pandangan tuan terhadap kami semua,
ketua dari tiga puluh enam perkumpulan bajak laut?"
"Ini sebetulnya adalah maksud baikku."
"Ha, ha, ha... Maksud baik, Pemilik Golok Maut kiranya juga kenal istilah maksud baik,."
"Aku ulangi sekali lagi, kematiannya si Belibis Air see-bun ciun Tek adalah karena salahnya
sendiri. Dalam peristiwa pembasmian Kam lopang pada dua puluh tahun berselang ia juga turut
ambil bagian. seperti apa yang ku katakan tadi, hutang jiwa harus bayar jiwa. sebab see-bun Cun
Tek ada hutang jiwa pada orang-orang Kam lopang, maka dari sebab itu ia juga harus
membayarnya dengan jiwanya sendiri"
"Maju" berseru si orang tua.
Teriakan maju ini disambut dengan sorak ramai oleh tiga puluh enam ketua perkumpulan bajak
laut itu, mereka maju dengan serentak. Tujuh cee cu yang sudah tidak sabaran berbareng
menyerbu dirinya pemilik Golok Maut.
Ke tujuh orang itu masing-masing telah melancarkan serangannya yang maha hebat.
orang tua yang tadi bicara juga termasuk dalam tujuh orang yang melancarkan serangan
tersebut.
Tetapi pemilik Golok Maut mendadak sudah menghilang dari depan mereka, sehingga serangan
dari ketujuh Cee Cu ini hanya menemui tempat kosong. Tetapi ketika mereka pentang lebar
matanya, ternyata pemilik Golok Maut itu masih tetap berdiri tegak di tempatnya.
Perasaan kaget dan takut lantas menunduk otak mereka masing-masing, sebab caranya pemilik
Golok Maut menghindarkan serangan mereka tadi seolah-olah lakunya iblis saja.
"Cee cu yang lain-lainnya hanya menyaksikan dari samping juga masih belum mengetahui
dengan cara bagaimana pemilik Golok Maut tadi menghindarkan serangan kawan-kawannya.
Jikalau pemilik Golok Maut tidak mempunyai ilmu gaib, maka kepandaian serupa itu
sesungguhnya merupakan kepandaian ilmu silat yang sudah tidak ada taranya.
Dari sini dapatlah dinilai betapa tingginya kepandaian ilmu silat pemilik Golok Maut ini, oleh
karenanya maka para ketua dari perkumpulan bajak laut saat itu dengan sendirinya lantas sudah
merasa keder.
"Sekali lagi aku peringatkan kepada kalian, sebaiknya kalian mundur saja." berkata pula pemilik
Golok Maut.
Tetapi ketiga puluh enam cee-cu (kepala) perkumpulan bajak laut itu berikut anak buahnya
yang berjumlah empat ratus jiwa lebih serta dengan barisannya yang kuat untuk mundur begitu
saja sudah tentu akan mesti buat tertawanya orang-orang dunia Kang-ouw, apa lagi kedatangan
mereka itu justru hendak meminta keadilan bagi pemimpin pusatnya.
Tujuh orang cee-cu yang barusan turun tangan, setelah mengeluarkan seruan geramnya,
kembali melakukan serangan berbareng.
Pemilik Golok Maut dengan mata beringas lalu memutar tangannya yang hanya tinggal sebelah,
menyambuti serangan ke tujuh orang itu.

Beberapa kali suara benturan hebat telah terdengar, disusul oleh suara jeritan dan seruan
tertahan yang memedihkan.
Tujuh orang cee-cu itu, empat diantara sudah dibikin terguling di tanah dan yang lainnya
mundur sempoyongan sampai satu tombak lebih.
Dari rombongan kawanan bajak laut segera muncul beberapa orang menolong empat cee-cu
yang terluka itu dengan membawanya mundur ke samping.
Para cee-cu yang lainnya setelah memperdengarkan suara riuh masing-masing lalu menghunus
senjatanya dan dengan serentak menyerbu pada lawannya yang tangguh.
Pemilik Golok Maut dengan sikapnya yang masih tetap tenang, telah menghadapi setiap
serangan dari musuh-musuhnya, tetapi dalam hatinya saat itu sudah berpikir: Keadaan hari ini
jikalau belum ada yang tewas jiwanya mungkin mereka tidak mau sudah begitu saja, apa lagi di
bawah ancaman begitu banyak orang kuat, maka caranya yang paling baik ialah bereskan mereka
secepat mungkin.
Ia segera mengambil putusan. Ia kerahkan ilmunya Kan-goan cin-cao dipusatkan pada tangan
kanannya dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Tiga puluh orang lebih ceecu mengurung dirinya pemilik Golok Maut, suasana nampak semakin
menegang.
Sementara itu, orang-orang gagah yang berada di sekitarnya, masing-masing hanya berdiri
menonton dengan tujuan yang berlainan.
Pemilik Golok Maut yang sudah berani menantang terang-terangan kepada semua orang gagah
yang mencari padanya, perbuatan itu tidak bedanya seperti mencari kematian sendiri Bagi orangorang
yang bermaksud hendak menyingkirkan jiwanya, hal ini memang merupakan suatu
kesempatan yang terbaik, sebab si pemilik Golok Maut bagaimana tinggi sekalipun kepandaiannya,
ia hanya seorang manusia biasa yang terdiri dari daging dan darah, bagaimana mampu
menghadapi seratus lebih orang-orang kuat dari rimba persilatan yang bercampur secara
bergiliran. Maka dalam anggapan mereka, malam ini pemilik Golok Maut pasti tidak berlalu dari citlie-
peng dalam keadaan hidup.
Suara bentakan-bentakan nyaring, golok. pedang, dan sambaran angin dari serangan tangan
kosong seolah-olah lautan yang bergelombang telah menyerang dirinya pemilik Golok Maut. Tiga
puluh orang ceecu lebih yang mempunyai kepandaian tinggi telah bergandengan tangan hanya
untuk menghadapi seorang pemilik Golok Maut saja.
Pemilik Golok Maut tiba-tiba mengeluarkan suara ketawanya yang nyaring menusuk dan
menyeramkan.
Diantara suara ketawanya yang menyeramkan itu, tangannya sudah melancarkan serangannya
yang maha dahsyat.
Suara benturan-benturan hebat lantas terdengar amat nyaring.
Segera jeritan terdengar saling susul.. kemudian tampak bayangan orang yang terpental jauh
bergelimpangan, darah manusia berhamburan disertai potongan lengan tangan atau senjata tajam
yang berterbangan ditengah udara.
Dalam segebrakan itu saja, tiga puluh cee-cu lebih yang melancarkan serangan berbareng tadi,
separuh diantaranya telah terluka berat atau binasa.
orang-orang gagah yang menyaksikan kehebatan-pertempuran tersebut telah dibikin melongo
dan ketakutan setengah mati.
Kekuatan yang diperlihatkan oleh Pemilik Golok Maut itu sesungguhnya tidak masuk diakal pikir
mereka.
Sepuluh orang lebih dari kawanan cee-cu yang terhindar dari maut tadi setelah menenangkan
pikirannya masing-masing sudah lantas menyerbu lagi dengan tidak menghiraukan jiwa sendiri.

Pemilik Golok Maut tadinya memang tidak bermaksud melukai tiga puluh enam orang- ceecu
itu, tetapi karena dari pihak ceecu terus mendesak. maka terpaksa pula ia harus turun tangan-
Sebab kalau ia tidak mau membunuh, berarti orang lainlah yang akan membunuhnya..
Maka dalam keadaan demikian rupa, ia sudah tidak mempunyai pilihan lain daripada turun
tangan secara kejam.
Setelah suara jeritan dan suara patahnya senjata yang saling beradu itu sirap. keadaan menjadi
sunyi kembali.
Kesunyian yang dibungkus oleh kedukaan, karena di situ terlihat suatu pemandangan yang
sangat mengerikan.
Potongan tangan dan kaki manusia berserakan di sana-sini..
Bangkai manusia tampak bergelimpangan dalam keadaan menyedihkan.
Darah merah membanjiri rumput hijau di tanah Cit lie-peng.
Tiga puluh enam ceecu perkumpulan bajak laut yang biasanya malang melintang di telaga
Tong-teng-ouw, hanya dalam beberapa gebrakan saja semuanya sudah binasa ditangan pemilik
Golok Maut, Ini sesungguhnya merupakan suatu hal yang sangat mustahil. Namun kenyataan
sudah demikian rupa, sehingga sudah merupakan kemustahilan lagi.
Semua orang yang menyaksikan kejadian itu di sekitarnya masing-masing hanya bingung
mengawasi, siapapun tidak berani maju lebih dahulu untuk menghadapi pemilik Golok Maut yang
berkepandaian sangat hebat itu.
Masing-masing hanya mengandung maksud supaya lain orang yang maju dulu kemudian baru
turun tangan secara membokong.
Dengan demikian, keadaan ditempat itu kembali sunyi senyap.
Tetapi dalam kesunyian macam ini, setiap saat dapat gula terjadi suatu pertumpahan darah
yang terlebih hebat.
Dalam keadaan sesunyi itu, terdengar suaranya pemilik Golok Maut berkata:
"Tuan-tuan tentunya tidak akan menyangkal bahwa kedatangan tuan-tuan sekalian ini melulu
untuk menghadapi diriku si orang tua. Aku si orang-tua malam ini tidak akan membikin kecewa
pengharapan tuan-tuan, maka setiap saat aku bersedia menghadapi tuan-tuan sekalian- Baik
bertempur secara seorang lawan seorang maupun secara mengeroyok. itu terserah atas kehendak
tuan-tuan sekalian-"
"Ha, ha...... sombong sekali" terdengar suara mengejek.
Dan antara orang banyak itu kelihatan muncul seorang setengah umur yang berdandan
sebagus anak sekolah. Pinggangnya menyoren pedang panjang yang diatas gagangnya terdapat
sebuah mutiara merah, kelihatannya sangat menyolok mata. orang itu ternyata ada musuh
lamanya pemilik Golok Maut. Dengan mata beringas pemilik Golok Maut berkata sambil ketawa
dingini "Kong Tiancu, selamat bertemu pula.".
Orang laki-laki pertengahan umur yang berdandan sebagai anak sekolahan itu memang benar
adalah Kong Jie, si Pedang Berdarah, Tian cu bagian hukum dari Im mo kau. "Roh setan
gentayangan dari bawah pedang ternyata masih bisa omong besar." jawabnya.
"Kong Jie, malam ini aku si orang tua akan membereskan kau dulu."
"Ha, ha..... Golok Maut, Tiancu- mu malam ini akan menelanjangi dirimu." demikian Kong Jie
berkata sambil mendekati pemilik Golok Maut.
Pemilik Golok Maut tercengang. Mengapa si orang she Kong ini tetap mengatakan padanya
bukan Pangcu dari Kam lopang yang tulen? Apa gerangan yang menjadikan pegangan bagi orang
ini yang dapat menduganya dengan jitu ?
"Kong Jie, kau anggap aku si orang tua ini siapa ?"
"Manusia tidak tahu malu yang menyaru nama orang lain."
jawaban Kong Jie ini telah menggemparkan orang-orang yang berdiri disekitar tempat tersebut.
"Orang she Kong, perkataanmu ini berdasarkan atas apa ?"

"Setelah binasa kau nanti akan tahu sendiri"
Dalam gusarnya pemilik Golok Maut membentak dengan suara bengis:
"Kong Jie Malam ini jikalau kau tidak mau menjelaskan duduknya perkara, aku si orang tua kini
bersumpah hendak membunuh habis semua orang-orang Im mo kauw. Kau boleh pikir-pikir
sendiri sampai dimana kekuatan tenagaku "
"Hei... Kau mengimpi sahabat. sinarnya binatang kunang-kunang juga hendak menyaingi
sinarnya rembulan. Aku beritahukan padamu, malam ini sekalipun kau mempunyai sayap juga
tidak mungkin bisa terbang. Tian-cumu hendak mematahkan tulang-tulangmu dan membeset
kulitmu untuk membalas sakit hati kawanku yang terbinasa dalam tanganmu."
"Dengan kepandaian yang kau punyai itu saja ?"
"Sudah cukup untuk menghadapi kau."
Sehabis mengucapkan perkataannya, pedang panjang sudah berada dalam tangannya.
Bertepatan pada saat itu, dari dalam rombongan orang banyak mendadak melesat ke luar dua
puluh lebih bayangan orang yang pada berdiri disampingnya Kong Jie.
Salah seorang diantara mereka, seorang laki-laki berbadan tegap dengan wajahnya yang jelek
dan menakutkan, setelah mengawasi Kong Jie sejenak. lantas berkata sambil memberi hormat.
"Tiancu, binatang tua ini tadi telah sesumbar hendak membunuh habis orang-orang Im mokauw.
Aku Tiat Bu hendak mencoba dulu kekuatannya."
"Kau bukan tandingannya..."
Laki-laki tegap yang mengaku dirinya bernama Tiat Bu itu matanya mendelik, mulutnya
berkauwk-kauwk.
"Tiancu sebenarnya terlalu memandang rendah pada diriku si Tiat Bu."
"Hmm, kau tidak percaya? Boleh coba saja sendiri"
Tiat Bu sangat girang. Dengan cepat ia maju menghampiri pemilik Golok Maut, kemudian
melancarkan satu serangan dahsyat.
Pemilik Golok Maut telah mengenali bahwa laki-laki tegap ini begitu turun tangan sudah lantas
menggunakan kepandaian ilmu Cuipay ciang (Tangan menghancurkan batu bata) dari golongan
siao lim-pay, dalam hatinya merasa kaget juga. Diam-diam ia berpikir. orang ini tentunya dari
golongan siao- lim-pay.
Ia lalu mengegoskan dirinya menghindari serangan Tiat Bu yang amat hebat.
Tiat Bu melihat serangannya mengenai tempat kosong sudah menggeram keras dan kemudian
kembali melancarkan dua kali serangan-
Pemilik Golok Maut tertawa dingin, lalu menggeser tubuhnya menghilang seperti setan. Tiat Bu
yang tiga kali melancarkan serangannya selalu dapat dihindarkan dengan caranya yang aneh
sudah lantas merasa gelagat tidak menguntungkan dirinya.
Baru saja ia memikir bagaimana caranya hendak menghadapi musuh tangguh itu tiba-tiba ada
semacam kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat menyerang dirinya dari belakang.
Dengan cepat ia coba menggeser kakinya ke samping, tetapi ternyata sudah terlambat. Ia
hanya merasakan di belakang gegernya seperti digempur oleh senjata berat. setelah suara jeritan
ngeri, badannya Ciat Bu yang sebesar kerbau lantas terpental dan jatuh sejauh dua tumbak lebih
dan kemudian ternyata jiwanya sudah melayang.
Orang dari Im-mo-kauw menyaksikan Tiat Bu sudah binasa lantas menjadi gusar dan dengan
serentak mereka menyerbu pada pemilik Golok Maut.
Pemilik Golok Maut yang saat itu sudah berkobar napsu membunuhnya sudah menyambuti pula
datangnya serbuan orang banyak itu dengan serangan tangannya yang mengandung kekuatan
ilmu Kan goan cin-cao.

Dengan tangannya yang mempunyai kekuatan tenaga dalam yang sangat ampuh itu, tidak
heran kalau setiap orang yang tersambar olen serangan angin pukulannya lantas rubuh binasa
seketika itu juga.
Sebentar saja ditanah sekitar tempat itu sudah ada sepuluh lebih orang Im-mo kauw yang
rubuh menggeletak menjadi bangkai. Hampir semuanya terbinasa karena kekuatan Kan- goan cincao,
telah mengalirkan darah segar, Keadaan serupa itu sungguh mengenaskan, sehingga
membuat orang-orang sekitarnya yang menyaksikan berdiri bulu romanya.
Tetapi semakin ganas perbuatan pemilik Golok Maut, semakin keras pula napsu orang baniak
itu hendak menyingkirkan dirinya pemilik Golok Maut.
Dalam hati mereka berpikir, jika tidak mau menggunakan kesempatan ini, dimana telah
berkumpul semua kekuatan para jago dari pelbagai tempat untuk menyingkirkan bahaya untuk
hari kemudian, tentu lain hari akibatnya tidak dapat dibayangkan hebatnya .Jikalau malam ini
pemilik Golok Maut bisa lolos dari tangan mereka, di kemudian hari pasti ia akan membuat
perhitungan, satu persatu dengan orang-orang yang malam ini turut ambil bagian dan mengepung
padanya.
Kong Jie dengan suara keras melarang orang-orang itu bertindak semaunya sendiri. Dengan
pedang terhunus ia melesat maju menghampiri pemilik Golok Maut.
sambil memperdengarkan suara ketawanya yang seram ia berkata kepada pemilik Golok Maut:
"Tidak perduli kau ada pangcu dari Kam lopang yang tulen atau palsu, Tian-cu-mu tetap akan
menghantarkan jiwamu menghadap pada Giam-lo-ong."
Kong Jie berbareng menggerakkan pedang di tangannya, sebentar saja awak pedang itu sudah
lantas berubah menjadi merah darah serta menyiarkan bau harum yang luar biasa.
Dengan kecepatan bagaikan kilat ia melancarkan serangan ke arah pemilik Golok Maut,
sedangkan anak buah Im-mo-kauw yang saat itu berdiri disampingnya masing lantas lompat
mundur ke belakang tiga tumbak.
Pemilik Golok Maut yang sudah mempunyai rencana segera mengeluarkan ilmu Kang- goan Cin
caonya untuk melindungi dirinya. sekujur badannya ditutup ilmu itu guna mencegah jangan
sampai terserang oleh pedang yang amat lihay itu. sebelah tangannya tangan kekuatan tenaga
delapan bagian secepat kilat sudah melancarkan serangannya secara bertubi-tubi.
Angin cao khie yang meluncur keluar dari dalam tangannya itu telah menimbulkan rasa sakit
seperti ditusuk pisau oleh lawannya.
si Pedang Berdarah Kong Jie yang mengetahui bahwa racun pedangnya yang bersinar merah
ternyata tidak lagi mampu mendekati dirinya sang lawan, ditambah dengan dilancarkan serangan
dari lawannya dengan tidak henti-hentinya, telah membuat tidak berdaya memusatkan kekuatan
tenaga dalamnya kepada tangannya yang memegang pedang, maka mutiara merah darah itu
lantas lenyap semua khasiatnya. Hanya tiga sampai lima jurus saja Kong Jie sudah merasa
kewalahan dan hampir saja hatinya meledak saking jengkel.
Pemilik Golok Maut mengetahui, kesempatan semacam ini tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Mendadak ia memusatkan seluruh kekuatan tenaganya. Dengan tangan kanannya ia mengebut
dari tengah udara menyerang Kong Jle.
Kong Jie sebagai Tiancu bagian hukum Im-mo-kauw sudah dengan sendirinya juga mempunyai
kekuatan hebat luar biasa.
Tepat pada saat pemilik Golok Maut itu mengebut dengan lengan bajunya, Kong Jie segera
mengenali bahwa ilmu silat yang digunakan oleh pemilik Golok Maut itu ternyata adalah ilmu silat
Hui siu Hut hiat dari Phoa ngo Hweshio yang dikabarkan sudah menghilang dari dunia Kang-ouw,
maka seketika itu ia lantas ketakutan setengah mati dan cepat-cepat menghindarkan diri

Pemilik Golok Maut melihat Kong Jie bisa menyingkirkan diri secara begitu bagus terhadap
serangannya Hui siu Hut-hiat dalam hati juga merasa kaget dan terheran-heran.
Tetapi ia terus menyerang dengan tidak berhenti- hentinya. Dengan kecepatan yang sudah
tidak ada taranya ia mengeluarkan senjatanya Golok Maut, kemudian meluncurkan serangannya
yang selalu membawa akibat memutuskan tangan dan kaki lawannya.
Serangan yang maha hebat itu meskipun hanya satu jurus saja tetapi orang-orang dunia Kangouwpada
dewasa itu yang dapat meloloskan dirinya dari serangan tersebut jumlahnya tidak
seberapa.
Kong Jie menyaksikan pemilik Golok Maut itu sudah mengeluarkan lagi serangannya yang
sangat aneh, bukan saja cepat bagaikan kilat, tetapi juga aneh luar biasa.
sama sekali ia tidak berdaya, maka rasa takutnya pun lantas menjadi-jadi. Dalam kagetnya, ia
lantas melintangkan pedangnya di depan dadanya, siapa nyana kalau perbuatannya tadi telah
menolong jiwanya sendiri.
"Tidak boleh melukai orang " terdengar suara teriakan-
Diantara suara seruan yang riuh itu, beberapa sosok bayangan orang dengan kecepatan
bagaikan kilat coba menyerbu kedaiam kalangan, tetapi ternyata sudah tidak keburu menolong
dirinya Kong Jie.
Setelah terdengar suara jeritan ngeri, Kong Jie yang tidak berhasil membela diri dengan
kepandaiannya yang luar biasa, lengan kirinya sudah terpapas kutung.
Dengan cepat ia mundur beberapa tindak. rasa sakit telah membuat badannya sempoyongan.
Dengan wajah menakutkan Kong Jie mengawasi pada pemilik Golok Maut.
Lima sosok bayangan orang pada saat itu sudah lompat maju dan berdiri dihadapannya pemilik
Golok Maut.
Mereka itu ternyata adalah seorang imam dan empat orang tua.
Imam itu matanya menonjol keluar, wajahnya pucat. Ia berdiri ditengah-tengah antara ke
empat kawannya.
Terhadap imam itu Pemilik Golok Maut sudah tidak asing lagi, sehingga diam-diam ia merasa
heran.
Imam itu mendelikkan matanya yang menonjol keluar, dengan juaranya yang seperti gembreng
pecah ia berkata:
"Pemilik Golok Maut, saat kematianmu sudah tiba "
Pemilik Golok Maut menjawab dengan suara dingin:
"Sin Hong Tojin, dengan mengandalkan kepandaian macam apa kau berani bermusuhan
dengan aku si orang tua ?"
"Ha, ha, ha,.. Yang lain tak usah dibicarakan- Hanya beberapa puluh jiwa yang binasa
denganmu apakah mereka harus mati secara cuma-cuma begitu saja dan tidak minta ganti jiwa
dari dirimu ?"
"Sin Hong Tojin Urusanku dengan Im mo kauw masih belum selesai. Jikalau kau tidak mau
memberikan penjelasan apa sebabnya Im mo kauw menghendaki jiwaku, aku masih akan terus
melakukan pembunuhan terhadap mereka."
Jawaban ini telah membuat berubahnya wajah keempat orang tua tadi. sin Hong tojin
perdengarkan suara ketawanya yang aneh, kemudian berkata: "Kau sudah tidak ada kesempatan
membunuh orang lagi."
"Dengan hanya mengandal kepandaianmu kau masih belum berhak mengatakan itu."
Keempat orang tua yang berada di kedua sisinya sin Hong Tojin agaknya sudah merasa tidak
sabar. setelah masing-masing membentak dengan suara keras semuanya pada bergerak maju dan
masing-masing melancarkan serangan.

Serangan itu sedemikian hebatnya, sampai-sampai anginnya saja sudah menyambar seperti
angin puyuh yang datang menggulung.
Tetapi Pemilik Golok Maut sedikitpun tidak menyingkirkan diri, maupun berkelit, badannya
malah digeser maju tiga tindak. Golok Mautnya kembali telah bekerja.
suara jeritan yang mengerikan terdengar, salah satu dari ke empat orang tua itu kedua
pahanya sudah terpapas kutung, dadanya berlubang dan orangnya jatuh menggeletak sebagai
bangkai.
Sedangkan pemilik Golok Maut sendiri juga terpental tiga tindak karena serangan kuat dari ke
empat lawannya tadi.
Kiranya sin Hong Tojin setelah menjadi anggotanya Im mo-kauw oleh Kauwcu sudah diangkat
sebagai Tancu (ketua) cabang daerah Kui ling dan ke empat orang tua itu adalah empat Hiocu di
bawah penilikannya.
Tiga orang Hiocu yang masih hidup telah mengetahui bahwa perbuatannya tadi bukan saja
sudah tidak berhasil merubuhkan lawannya, tetapi sebaliknya malah mengantarkan satu jiwa
kawannya sendiri, dalam gusarnya, setelah mereka mundur sudah lantas maju lagi dan menyerang
pula dengan kekuatan sepenuhnya.
Pemilik Golok Maut yang bertujuan hendak membereskan pertempuran itu secara kilat, lalu
menyimpan Golok Mautnya.
Kekuatan tenaga dalam lalu dipusatkan ke satu tangannya, kemudian melancarkan satu
serangannya yang maha hebat.
Ia berniat sekaligus hendak menamatkan jiwanya ketiga orang tua itu.
BAB 30
PADA saat itu tiba-tiba terdengar suaranya sin Hong Tojin, " Kalian mundur "
Bersamaan dengan seruannya, imam tua dari Khong-tong-pay itu secepat kilat gerakkan
badannya melesat maju dan tangannya lantas melancarkan serangan berat.
sebagai seorang yang sudah mempunyai banyak pengalaman, sin Hong Tojin tahu bahwa tiga
orang Hiocunya itu tidak mampu menandingi kekuatan pemilik Golok Maut, maka ia lantas turun
tangan sendiri
Tetapi ternyata ia sudah datang terlambat sedetik saja.
Tiga orang tua itu yang disuruh mundur oleh sin Hong Tojin, serangannya lantas mengendur,
sedangkan serangannya Kan goan cin cao dari lawannya saat itu sudah menyerbu mereka bertiga.
Maka setelah terdengar suara jeritan ngeri tubuh ketiga orang tua itu lalu terbang ke tengah
udara seperti layangan putus talinya. setelah jatuh pula dari tengah udara, tubuh ketiga orang tua
itu telah hancur lebur mengerikan.
Bersamaan pada saat itu pula serangan Sin Hong Tojin yang sangat hebat sudah menggempur
badannya pemilik Golok Maut.
Tubuhnya pemilik Golok Maut telah terbawa terbang oleh serangan hebat tersebut.
orangnya melayang ke suatu tempat kira-kira dua tumbak jauhnya, tetapi tidak menderita luka
sedikitpun juga.
Kiranya, dengan ilmunya yang sangat luar biasa, pemilik Golok Maut telah berhasil menolong
dirinya dari serangan hebat tadi.
Sin Hong Tojin hanya melongo menyaksikan pemilik Golok Maut selamat terkena pukulannya
yang hebat.
Sedangkan para jago yang menonton di empat penjuru telah memperdengarkan suara sorak
ramai dan terheran-heran.
Pemilik Golok Maut setelah kakinya menginjak tanah dengan cepat sudah menghampiri lagi
lawannya, lalu berkata dengan suara bengis:

"Sin Hong, imam bangsat Kau harus menjawab terus terang pertanyaanku ini, Im mo kauw
telah mengutus orang-orangnya yang kuat untuk mengejar-ngejar aku, apa sebabnya ? Jikalau
kau tidak menyawab.."
"Bagaimana ?"
"Aku hendak bunuh mati kau di Cit lie peng ini."
"Tidak begitu gampang sahabat."
"Benarkah kau tidak mau menjawab ?"
"Tidak "
"Kalau begitu kau harus menerima kematianmu,"
Pemilik Golok Maut menutup bicaranya dengan melancarkan serangan berantai.
Sin Hong Tojin ada salah satu orang kuat dan menjadi susiok dari ketua Keng thong pay pada
saat itu, kekuatannya sudah tentu tidak dapat dipandang ringan jikalau tidak Im mo kauw tentu
tidak akan mengangkat dirinya sebagai ketua cabang.
Serangan berantai dari pemilik Golok Maut telah ia punahkan dengan bagus, kemudian ia balas
menyerang sampai empat kali.
Kedua pihak lalu saling menyerang hebat, sehingga terjadilah suatu pertempuran yang sangat
langka dapat disaksikan dalam rimba persilatan-saking hebatnya pertempuran tersebut
terdengarlah angin menderu- deru.
Dalam suasana malam sesunyi itu, kedua pihak tampaknya sudah pada mengeluarkan
kepandaian simpanannya masing-masing sehingga pertempuran itu telah membuat jago di
sekitarnya yang menyaksikan pada terheran-heran-
Selewatnya dua puluh jurus, badannya Sin Hong Tojin kelihatan mundur satu tumbak lebih, ia
coba mengatur jalan pernapasannya.
Kedua jari tangannya lalu ditekuk seperti gaetan, badannya mulai bergerak lagi dan mulutnya
memperdengarkan suara ketawa dingin-
Pemilik Golok Maut yang menyaksikan keadaan demikian, lantas mengetahui bahwa imam tua
itu tentunya akan melancarkan serangannya yang maha hebat.
Selagi pemilik Golok Maut masih menduga-duga, badannya sin Hong Tojin tiba-tiba melesat ke
atas. Di tengah udara badannya kelihatan berputaran, kedua tangannya diputar begitu rapat dan
kemudian menyambar dirinya pemilik Golok Maut.
serangan itu adalah serangan sin Hong Tojin yang dinamakan tipu serangan sin-hong KuiJiauw
(Angin sakti dengan Kuku setan) yang membikin sin Hong Tojin mendapat nama baik dalam
kalangan rimba persilatan.
Pemilik Golok Maut yang sudah memusatkan seluruh kekuatan Kan-goan cin cao ke tangannya
yang hanya tinggal sebelah itu, sudah lantas diayunnya tangan itu berulang-ulang sehingga
kekuatan tenaga dalam meluncur keluar dari dalam tangannya menyambut serangan si imam yang
amat dahsyat itu.
setelah terdengar beberapa kali suara benturan hebat, serangan sin Hong Tojin telah berhenti
secara mendadak.
Sin Hong Tojin sangat gusar sehingga matanya mendelik, rambutnya pada berdiri. Ia hanya
bisa berdiri tegak seperti patung, mungkin inilah untuk pertama kalinya ilmu serangannya yang
sangat ampuh itu mengalami kekalahan mutlak. Dengan suara ketus dingin pemilik Golok Maut
berkata:
"Sin Hong Tojin, aku berikan kesempatan terakhir untukmu. Kalau kau mau menjelaskan
maksudnya In-mo-kauw yang menghendaki diriku, aku akan mengampuni jiwamu dari kematian.
Tetapi kalau tidak mau menjelaskan, jangan harap kau bisa berlalu dari tempat ini."
"Toyamu bisa berlalu dari sini atau tidak. aku juga tidak bisa hidup lagi."
"Kalau begitu baik, aku terpaksa hendak sempurnakan dirimu."

Setelah mengucapkan perkataannya tadi badannya pemilik Golok Maut tiba-tiba menghilang
dari pemandangan dan kemudian setelah menampakkan diri kembali, ternyata tubuhnya sin Hong
Tojin sudah rebah terjengkang dalam keadaan tidak bernyawa. Cara membunuh orang yang
demikian aneh ini benar-benar tidak habis dimengerti.
Dari empat penjuru kembali terdengar suara gemuruh, mereka tampaknya pada merasa jeri.
Bagaimana sebetulnya sin Hong Tojin menemukan ajalnya itu, tidak ada seorangpun yang dapat
tahu.
Jikalau dilihat daripada apa yang telah terjadi maka maksud orang-orang itu yang malam itu
hendak menyingkirkan jiwanya manusia ganas dan menakutkan itu barangkali sudah tidak ada
harapan lagi.
Kiranya, cara membunuh yang digunakan oleh pemilik Golok Maut tadi telah menggunakan
ilmunya Menggeser tubuh mengganti bayangan-, itu ilmu silat yang sangat luar biasa, dengan
kecepatan bagaikan kilat ia membuat suatu lingkaran, kemudian dengan ilmu silat Liu-in Huthiatnya
ia menotok jalan darah kematian di depan dada sin Hong Tojin, maka terlihatlah seperti
bayangan pemilik Golok Maut yang menghilang dan muncul lagi, tetapi diam-diam ia sudah
menurunkan tangan jahat.
Bertepatan pada saat rebah binasanya sin Hong Tojin, angkasa raya tiba-tiba terlihat sinar
merah.
Itulah adalah tanda s.o.s. (minta pertolongan) bagi Im-mo-kauw.
Dalam rombongan Im mo kauw kali ini yang menjadi kepala adalah sin Hong Tojin, kini ia
sudah binasa, antara orang-orang kuat yang saat itu masih ada, hanya tinggal Kong-jie seorang
yang tangannya sudah terkutung dan sisanya yang masih belum mau turun tangan- Mereka ini
insyaf, jika hendak turun mangan percuma saja, hanya berarti akan mengantarkan jiwa secara
cuma-cuma, maka lantas mengeluarkan seruan tertahan.
Pada saat itu hari sudah menjelang pagi, rembulan sudah hampir tidak kelihatan. Angin pagi
meniup amat dingin.
Ciet lie-peng yang tadinya sunyi senyap. kini terlihat darah yang berceceran dan bangkai
manusia pada bergelimpangan di tanah.
Pemilik Golok Maut mengerti apa bila waktunya diulur lebih lama lagi, pasti tidak
menguntungkan bagi dirinya sendiri, maka ia sudah ingin mengundurkan diri, ia lalu berkata pada
orang-orang di sekitarnya:
"Tuan-tuan masih mempunyai keperluan apa lagi ?Jikalau tidak aku hendak berlalu dari sini."
Matanya bersinar mengawasi keadaan di sekitarnya, tetapi tidak ada seorangpun yang berani
menjawab.
Pemilik Golok Maut lalu ketawa, tetapi baru saja orangnya hendak berlalu, tiba-tiba terdengar
suara orang berkata: "Iblis tua Tunggu dulu l"
Suara itu ada begitu nyaring dan merdu terdengarnya, kemudian disusul oleh munculnya
sesosok bayangan orang kecil langsing yang menyerbu ke arah dirinya pemilik Golok Maut yang
baru saja hendak berlalu meninggalkan tempat tersebut.
Pemilik Golok Maut ketika mengenali orang yang baru datang itu, diam-diam merasa kaget. Ia
lu bertanya kepada dirinya sendiri: Bagaimana Tio Lee Tin juga bisa muncul di sini? ia adalah
muridnya orang berkedok kain merah. sudah tentu aku tidak boleh melukai dirinya. Tetapi kalau ia
terus mencari setori dengan aku sesungguhnya merupakan soal yang sangat runyam."
Orang yang baru muncul itu memang betul Tio LeeTin, ia mengenakan pakaian hitam seperti
biasa, Dengan pedang terhunus ia membentak dengan suara gusar: "Iblis tua, serahkan jiwamu"
Sehabis mengucapkan perkataannya, dengan tidak menunggu jawaban lawannya lagi ia terus
menyerang secara bertubi-tubi. setiap serangannya ditujukan kebagian-bagian tubuh yang sangat
berbahaya.

Pemilik Golok Maut dengan sangat gesit dan lincah telah berhasil menghindarkan setiap s
erangan pihak lawannya. Dengan pura-pura tidak tahu ia menanya: "Nona, kau ada murid siapa?
Dengan aku si orang tua ada permusuhan apa?"
"Iblis tua, nonamu adalah anak perempuan Tio Ek Chiu. Malam ini aku sengaja datang hendak
menuntut balas sakit hati atas kematian ayahku. Kau tokh tidak bisa tahu bukan?" setelah berkata,
kembali ia menyerang secara kalap. Tetapi pemilik Golok Maut kali ini hanya terus berkelit, tidak
balas menyerang.
Dari antara orang banyak yang menonton di sekitarnya, tiba-tiba ada seorang berseru: "Mari
kita beramai-ramai menangkap iblis ini" seruan itu ternyata mendapat sambutan ramai. sehingga
sebentar saja, keadaan menjadi genting.
orang-orang kuat dari dunia Kang-ouw yang tadi pada turun tangan kini tampak berkerumun
maju dari empat penjuru.
Oleh karena jumlah mereka ada sangat banyak. maka pertempuran kali ini mungkin saja akan
meminta korban jiwa yang tidak sedikit.
Tio Lee Tin yang menjadi muridnya orang berkedok kain merah merupakan seorang kuat
nomor satu diantara rombongan orang-orang kuat itu.
Kedatangannya juga adalah bermaksud menuntut balas atas kematian ayahnya, tidaklah heran
kalau setiap serangannya dilancarkan sangat ganas dan kejam, sehingga membuat pemilik Golok
Maut merasa agak ripuh dibuatnya.
Tetapi pemilik Golok Maut tetap tidak membalas menyerang, ia hanya mundur, menyingkir atau
berkelit saja. Apa sebabnya?
Sudah tentu tidak diketahui oleh orang luar.
Orang-orang kuat yang jumlahnya tidak kurang dari seratus orang telah mengurungnya makin
rapat. Mereka sudah bertekad bulat hendak menyingkirkan jiwanya manusia menakutkan itu
dengan secara mengeroyok.
Karena pemilik Golok Maut sejak muncul di dunia Kang ouw tindak tanduknya seperti setan
atau hantu saja, maka jarang sekali orang yang bisa melihat wajah aslinya.
Malam itu adalah merupakan suatu kesempatan yang paling baik, sudah tentu mereka tidak
mau melepaskannya begitu saja.
Terhadap Tio Lee Tin, pemilik Golok Maut agaknya merasa segan turun tangan, dan kini
menyaksikan banyak musuh hendak menyerbu dirinya, sudah tentu ia mengerti kalau dirinya
tengah terancam bahaya.
Saat itu matanya lantas nampak beringas, ia meninggalkan Tio Lee Tin, dan menghampiri
orang-orang yang mulai maju mendekati dirinya, kemudian ia menghunus Golok Mautnya.
Pertempuran hebat, tapi lebih mirip kalau dikatakan pembunuhan besar-besara telah terjadi
seketika itu.
sebentar saja, tangan dan kaki manusia berterbangan-Darah merah berhamburan-Bangkai
manusia bergelimpangansuara
jeritan tercampur suara orang berkauwk-kauwk, kedengarannya sangat mengerikan-
Suatu pemandangan yang membikin hati mencelos dan mengerikan, telah terbentang di atas
lapangan yang penuh dengan tumbuhan rumput hijau.
orang yang tadinya kelihatan begitu banyak jumlahnya, pelahan-lahan mulai berkurang.
Bangkai manusia, kian meningkat jumlahnya.
Pemilik Golok Maut sekujur badannya sudah penuh darah, seolah-olah ia sudah berubah
menjadi manusia berdarah. Pikiran waras agaknya sudah terpengaruh oleh napsunya membunuh,
hingga ia cuma tahu membunuh, membunuh secara gila. Kemana tangannya dia pasti di situ ada

jatuh korban, sedikit-dikitnya harus ada dua orang korban yang binasa. Ini ada suatu pembunuhan
besar-besaran dalam sejarah rimba persilatan-
Pembunuhan besar-besaran itu selagi masih berlangsung dengan hebatnya, tiba-tiba terdengar
suara bentakan nyaring: "Semua mundur"
Orang-orang kuat yang mengepung dirinya pemilik Golok Maut, telah dibikin kaget oleh suara
bentakan itu, hingga semua pada hentikan gerakannya.
Begitu mengetahui siapa orangnya yang datang itu, lantas pada menyingkir ke samping. Pemilik
Golok Maut dengan mata beringas mengawasi orang yang baru datang itu Ia adalah seorang tua
berwajah bengis, pakaiannya berwarna merah bara. Dengan tindakan pelahan ia memasuki medan
pertempuran.
"Liat-yang Lokoay," demikian terdengar suara orang berseru.
Pemilik Golok Maut nampaknya juga terperanjat, sinar matanya semakin buas. Dengan tindakan
mantap ia berjalan menghampiri orang tua yang disebut Liat yang Lokoay, dan baru berhenti
sejarak kira-kira satu tumbak di depan orang tua itu.
Liat yang Lokoay memang merupakan salah satu orang musuhnya Kam-lopang yang terkuat,
iblis tua ini sudah sepuluh tahun lebih tidak muncul di kalangan Kang ouw. Tidak nyana malam itu
bisa muncul di Cit-lie-peng, sesungguhnya ada di luar dugaan semua orang.
Liat yang lokoay setelah mengawasi bangkai-bangkai manusia yang berserakan di tanah itu
sejenak. tiba-tiba ulapkan tangannya kepada beberapa puluh orang yang tadi mengepung pemilik
Golok Maut dan berkata: "Kalian menyingkir jauh-jauh" .
orang-orang itu ternyata juga dengar kata, dengan cepat sudah pada mundur sejauh kira-kira
10 tumbak.
Iblis tua ini usianya sudah lebih dari 90 tahun, tapi kelihatannya seperti seorang yang baru
berusia kira-kira 50 tahun- Beberapa puluh tahun berselang, namanya sudah menggetarkan dunia
Kang-ouw.
Ia ada melatih semacam ilmu gaib yang dinamakan 'Liat-yang-ciang' atau pukulan telapakan
tangan panas membara. Hawa panas yang keluar dari serangan tangannya itu bisa membikin
hancur batu dan membikin lumer barang logam.
Pemilik Golok Maut mengerti bahwa ia ada berhadapan dengan musuh tangguh, maka
napsunya mendidih, badannya nampak gemetar.
Liat-yang Lokoay, setelah mengundurkan orang banyak. dengan sepasang matanya yang tajam
dan merah membara, tanpa berkesip memandang dirinya pemilik Golok Maut, kemudian berkata
sambil ketawa ha ha hi: "sahabat, kiranya kan masih belum binasa"
"Lokoay, jikalau tuanmu binasa, hutang darah ini siapa yang akan menagih?" jawab pemilik
Golok Maut dengan gemas.
Iblis tua itu ternyata masih anggap bahwa pemilik Golok Maut yang malam itu berdua di depan
matanya adalah pangcu dari Kam-lopang yang dulu. sudah tentu ia tidak tahu, siapa sebetulnya
orang yang memegang peranan sebagai Golok Maut ini ?
"Hihihihi sahabat, tidak nyana malam ini setelah 20 tahun kita tidak bertemu, kau masih
menghendaki aku si orang tua repot turun tangan lagi. Jikalau kau tidak suka badan dan tulangtulangmu
menjadi abu, kau boleh bicara terus terang, aku masih bisa memberikan kau
kelonggaran, supaya kau mati dalam keadaan utuh. Kau pikir bagaimana ?"
Orang yang sudah pada menyingkir jauh-jauh itu ketika mendengar perkataan Liat yang
Lokoay, diam-diampada merasa girang. sebab dengan adanya iblis tua ini yang mau turun tangan
sendiri, pemilik Golok Maut itu pasti tidak bisa terhindar dari kematian. Dengan demikian, mereka
tak usah takut akan jiwanya terancam oleh Golok Maut lagi.

"Lokoay, tuanmu sungguh merasa penasaran kalau tidak bisa makan nyalimu dan membeset
kulitmu "
"Keinginan hatimu ini kau cuma bisa menantikan dalam penirisan saja. Buat sekarang ini
kaujangan harap "
"Hmm... "
"Apa kau tetap menghendaki aku turun tangan ?"
"Pui... siluman tua, hutang darah harus kau bayar dengan darah Tuanmu tidak akan
melepaskan kau begitu saja "
Liat yang Lokoay kembali ketawa bergelak-gelak. kedua tangannya diangkat pelahan-lahan
sampai batas dada, sepasang telapakan tangannya mendadak berubah merah seperti bara,
sepasang matanya juga merah, ditambah lagi dengan dandanan dan pakaiannya yang serba
merah, sehingga nampaknya seperti sebatang tiang merah yang sedang membara. Pemandangan
ini sesungguhnya sangat menakutkan.
Pemilik Golok Maut juga telah pusatkan seluruh kekuatannya pada sebelah tangannya, matanya
memandang beringas. Ia berdiri dengan sikapnya yang keren, nampaknya sudah siap untuk
menghadapi segala kemungkinan.
Kedua pihak kelihatannya sudah bertekad bulat hendak membinasakan lawannya, satu sama
lain sudah bermaksud begitu turun tangan, segera dapat merenggut jiwa lawannya.
Orang-orang tadi yang sekarang pada berdiri disekitar tempat tersebut sebagai penonton, pada
menyaksikan keadaan itu dengan perasaan tegang.
suasana kembali menjadi sunyi, hingga hampir terdengar suara bernapasnya orang-orang yang
berada di situ.
Tapi dalam kesunyian itu ada mengandung hawa napsu pembunuhan yang setiap saat bisa
meledak.
Andaikata Liat yang Lokoay tidak bisa membinasakan lawannya, akibatnya sungguh hebat.
sebab semua orang yang ada di situ, barangkali akan binasa semua di tangannya Golok Maut.
Pada saat itu, di luar kalangan justru ada seseorang yang mengawasi kedua musuh dalam
kalangan itu dengan perasaan cemas. Ia nampak seperti sedang menggertak gigi, sepasang
tangannya dikepal erat-erat, rupa-rupanya segera akan turun tangan jikalau perlu.
Ia dengan pemilik Golok Maut ada mempunyai hubungan erat, sekalipun harus berkorban jiwa
untuknya, ia juga tidak akan menolak. Andaikata pemilik Golok Maut benar-benar tidak mampu
menandingi Liat-yang Lokoay, ia akan segera turun tangan dengan tanpa ragu-ragu lagi. sebab ia
sudah menganggap pemilik Golok Maut itu lebih penting daripada dirinya sendiri siapa orang itu ?.
Ia adalah pemilik bendera Burung Laut, itu manusia misterius yang kalau muncul di kalangan
Kang-ouw selalu menggunakan kedok merah.
Mendadak berkelebat sinar merah, kemudian disusul oleh suara keras seolah-olah yang berdiri
sejauh 10 tumbak lebih, masih tidak bisa berdiri tegak.
Itu adalah akibat dari pemilik, Golok Maut dengan Liat-yang Lokoay yang mengadu kekuatan
dengan sepenuh tenaga.
Orang-orang banyak yang menonton setelah di bikin kaget oleh suara keras itu, lantas pada
menengok ke dalam medan pertempuran, untuk menyaksikan apa yang telah terjadi.
Segera dapat melihat bahwa jarak antara pemilik Golok Maut dengan Liat-yang Lo koay, kini
sudah kira-kira 3 tumbak jauhnya. Kedua orang itu masih berdiri tegak dengan berhadapan.
Tapi kalau dilihat dengan seksama, keadaannya ternyata ada sedikit aneh.
Liat-yang Lokoay kedua tangannya lurus ke bawah. ujung bibirnya mengalirkan banyak darah
badannya gemetar.
Sedang pemilik Golok Maut pakaiannya bagian atas sudah berubah hangus, mulutnya juga
mengucurkan darah Tanah kira-kira satu tumbak di depan kakinya, semua sudah seperti terbakar
hangus keadaannya.

Kedua lawan tangguh setelah mengadu kekuatan tadi, nampaknya kedua pihak sudah terluka
parah.
Ilmunya Liat-yang-ciang si iblis tua itu dapat menghancurkan batu dan membikin lumer logam,
tapi mengapa pemilik Golok Maut...
"Bluk "
Tubuhnya pemilik Golok Maut tiba-tiba rubuh di tanah
"Dia binasa " demikian suara riuh terdengar dari empat penjuru.
Liat yang Lokoay dengan tindakan sempoyongan maju menghampiri, ia berdiri di sisi badannya
pemilik Golok Maut, setelah mengawasi sejenak. mendadak ia ketawa bergelak-gelak kemudian
berlalu meninggalkan tempat itu.
Tepat pada saat berlalunya Liat yang Lo koay, sesosok bayangan orang telah melayang turun di
medan pertempuran- Di belakangnya bayangan orang itu ada menyusul pula satu bayangan orang
kecil langsing.
Orang-orang yang menonton di sekitarnya yang semula pada berdiri dalam keadaan kesima,
kini seolah-olah dibikin sadar, hingga dengan serentak pada menyerbu ke dalam kalangan-
Bayangan yang melayang turun tadi ternyata ada seorang berkedok merah. sedang bayangan
kecil langsing yang menyusul belakangan- adalah nona Tio Lee Tin yang datang hendak menuntut
balas atas kematian ayahnya. seperti telah diketahui, ia adalah murid kesayangannya orang
berkedok merah itu.
Setibanya di medan bekas pertempuran tadi, Tio Lee Tin lantas berseru: "Suhu "
Kemudian ia telah menghunus pedangnya dengan tiba-tiba.
Orang berkedok merah itu bungkukkan badannya untuk memeriksa jalan pernapasannya
pemilik Golok Maut, badannya lantas gemetar, hampir saja rubuh.
Saat itu, hatinya dirasakan hancur luluh, tanpa disadari airmatanya lantas mengalir ke luar.
Orang banyak setelah maju mengerumun, lalu tujukan matanya kepada dirinya pemilik Golok
Maut yang sudah hangus. Mereka agaknya pada merasa heran, sebab dalam dugaan mereka,
orang yang terserang oleh ilmu 'Liat yang ciang'-nya Liat-yang Lokoay, pasti akan hancur lebur,
tapi mengapa badannya pemilik Golok Maut ini sedikitpun tidak nampak terluka ? Hanya bajunya
saja yang terbakar hangus, ini benar-benar merupakan suatu keganjilan. Tapi, orang yang sudah
binasa, biar bagaimana toh tidakperlu dicari tahu melit-melit.
Orang berkedok merah itu dengan suara parau berkata kepada orang-orang yang mengurung
diri:
"Dia sudah binasa, tuan-tuan boleh berlalu "
Orang banyak itu sudah tercapai tujuan-nya, apa perlunya harus mencari setori dengan orang
berkedek yang sangat misterius ini? Maka setelah mendengar perkataannya, tanpa di minta lagi,
lantas pada bubaran.
Di sebelah Timur saat itu sudah tertampak sinar putih, dari jauh sudah terdengar ramai suara
burung berkicau. Suatu tanda bahwa hari sudah menjelang pagi.
Di atas tanah Cit-lie-peng, bangkai manusia nampak bergelimpangan di sana sini dan darah
berceceran di sana sini.
Tapi semua itu sudah lewat, dan sekarang cuma ada orang berkedok kain merah dengan
muridnya, yang menghadapi dirinya pemilik Golok Maut yang sudah menjadi bangkai juga.
Malam yang gelap gulita setelah berlalu, sebagai gantinya adalah pagi hari. Tapi sebelum pagi
hari itu tiba, masih ada jangka waktu gelap untuk sementara.
Diwaktu menjelang pagi yang keadaannya masih belum terang betul itu, nampak berkelebat
pedang panjangnya Tio Lee Tin, yang hendak membacok dirinya pemilik Golok Maut....

Orang berkedok merah dengan cepat lantas menghadang di depannya dan berkata padanya
dengan suara s ember: "Tin-jie, kau hendak berbuat apa ?"
"Murid hendak membabat kutung tangan dan kakinya "
"Tapi dia toch sudah binasa "
"Dia harus mendapat bagian seperti apa yang dia lakukan terhadap dirinya orang lain "
"Tin-jie, orang yang sudah mati, semua kebencian lantas lenyap. Benarkah kau hendak
melakukan suatu perbuatan kejam terhadap satu bangkai? Apalagi dia.. ai dia sama sekali bukan
itu orang yang kau cari "
"Apa? suhu, kau kata... ?"
Pada saat itu, beberapa puluh bayangan manusia tiba-tiba melayang turun dari beberapa
jurusan.
orang berkedok itu dengan kecepatan bagaikan kilat telah memondong dirinya pemilik Golok
Maut, kemudian menghilang ditempat gelap.
Tio Lee Tin cuma bisa menggerendeng dengan perasaan mendongkol tapi tidak bisa berbuat
apa-apa. setelah kedrukan kakinya, ia juga lantas berlalu.
Beberapa puluh bayangan orang itu kemudian muncul dengan beruntun didalam medan bekas
pertempuran tadi. Tapi mereka cuma dapat menyaksikan bangkai manusia yang bergelimpangan
di tanah, karena pertempuran itu ternyata sudah selesai.
Mereka itu adalah dari perkumpulan im mo kauw yang mendapat lihat api tanda permintaan
tolong, semua lantai datang dari berbagai penjuru untuk menghadapi pemilik Golok Maut Tapi
mereka ternyata sudah datang terlambat, pertempuran hebat itu sudah tamat.
Untuk selanjutnya, kematian pemilik Golok Maut di bawah tangannya Liat-yang Lokoay,
sebentar saja sudah tersiar luas di kalangan Kang-ouw. Ada orang yang merasa girang, ada pula
yang merasa sayang. sebab pemilik Golok Maut itu kalau benar-benar ada pangcu Kam-lopang
yang muncul lagi di dunia Kang-ouw setelah terhindar dari malapetaka, untuk menagih hutang
kepada musuh-musuhnya, tidak perd uli bagaimana kejam caranya membinasakan musuhmusuhnya,
tetap mendapat simpatik orang banyak.
Sekarang kita balik lagi kepada si orang kedok merah yang membawa kabur jenazahnya pemilik
Golok Maut. Dengan hati hancur lebur, dengan ilmu lari pesatnya yang sudah tidak ada taranya, ia
terus kabur ke tempat belukar, untuk mencari tempat guna mengubur jenazahnya pemilik Golok
Maut.
Di sepanjang jalan, orang berkedok merah itu terus sesalkan dirinya sendiri ia menangis tapi
tidak bisa keluar air matanya Jika saat itu ia tanpa ragu-ragu lantas turun tangan pada waktunya
yang tepat, pemilik Golok Maut ini mungkin tidak akan binasa, tapi sekarang, semua sudah habis.
Hari sudah mulai terang, ketika kabut putih mulai buyar dan sinar matahari pagi muncul, orang
berkedok merah itu sudah tiba diatasnya sebuah puncak gunung yang tinggi.
Dengan perlahan ia letakkan dirinya pemilik Golok Maut, kemudian mengusap wajahnya orang
tua yang matanya tertutup rapat, segera tertampak wajah yang sangat tampan dan menarik hati.
Orang berkedok merah dengan perasaan mendelu mengawasi wajahnya anak muda tampan
yang sudah menjadi mayat, lalu berkata: "Anak. kau terlalu keras kepala, kesombonganmu
sesungguhnya hampir membuat orang tidak percaya. sekarang kau telah mengaso untuk selamalamanya,
tapi anak. aku menyesal selagi kau masih hidup aku tidak berani memberitahukan semua
hal yang terkandung dalam hatiku. Aku takut akan melukai hatimu, maka aku simpan sendiri
segala rahasia dan penderitaan hidupku. sekarang apakah kau bisa dengar ucapanku.."
Perkataannya itu diucapkan dengan nada yang sangat sedih, hampir setiap patah perkataannya
dibarengi oleh tetesan air mata.

Setelah berhenti sejenak. kembali ia berkata tapi seolah-olah mendoa: "Anak. nasibmu patut
dikasiani, kau sudah dewasa, tapi she dan nama saja kau tidak punya. Kau sebetulnya bukan
seorang she Yo, kau juga bukan bernama Cie Cong"
Ooo
BAB 31
Y0 CIE CONG dan Liat yang Lo koay...
Satu ada seorang jago angkatan muda, seorang luar biasa bakatnya dalam rimba persilatan,
dan penemuannya yang gaib telah membuat ia menjadi seorang kuat tidak ada taranya. Yang lain
adalah satu hantu angkatan tua, yang sudah mendapat nama sejak beberapa puluh tahun sebagai
orang kuat nomor satu pada masa itu sehingga saat ini.
Kedua fihak dengan kekuatan sepenuh tenaga, telah mengadu kekuatan dan kepandaian. Yo
Cie Cong karena sudah ada ilmunya 'Kan goan cin cao' yang melindungi dirinya, maka tidak bisa
terbakar oleh ilmu gaibnya Liat yang Lo koay. Namun meski demikian, ilmunya Kan goan cia cao
juga hampir dibikin buyar, hingga binasa pada saat itu juga. Sedang Liat yang Lo koay sendiri juga
terluka parah oleh ilmunya Kan goan cin cao Yo Cie Cong. Matahari pelahan mulai naik tinggi
orang berkedok merah dengan sabar dan tidak berhenti- hentinya mengusap-usap wajah dan
badannya Yo Cie Cong. Hatinya dirasakan hancur luluh, airmatanya sudah hampir dikuras habis. Ia
sudah lupa diam, lupa segala-galanya, ia sudah kelelap dalam kedukaan hebat.
Di bawah sinarnya matahari pagi itu, terjadilah suatu kegaiban.
Tubuhnya Yo Cie Cong yang sudah dingin, ketika terkena sinar matahari kembali menjadi
hangat. Wajahnya yang sudah pucat pasi, pelahan-lahan mulai merah kembali. Begitu pula
jantungnya juga kelihaian berdenyut lagi dan darah mulai berjalan normal.
Tangannya orang berkedok merah yang masih menempel di badannya Yo Cie Cong, mulai
gemetar. ia kini telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, pengaruhnya mustika Gu liongkauw
yang sangat mujijat, suatu keganjilan yang belum pernah terjadi pada sebelumnya....
manusia sudah mati bisa hidup kembali.
Sekarang ia ingat bahwa Yo Cie Cong pernah menelan mustikanya Gu liong kauw. Mustika itu
tergolong 'dingin atau 'Im' meski mustika itu sendiri sudah lumer karena telurnya burung rajawali
raksasa, hingga berubah menjadi kekuatan yang sangat hebat, tapi pengaruhnya masih ada. Asal
dijemur di bawahnya matahari kira-kira satu jam lamanya, mustika itu masih bisa mengeluarkan
khasiatnya yang mujijat, hingga orang yang sudah binasa bisa hidup lagi.
Untung ia tidak terburu napsu mengubur jenazahnya Yo Cie Cong, kalau tidak, tamatlah
riwayatnya anak muda gagah perkasa itu.
Sebetulnya Yo Cie Cong juga belum mati benar-benar. semua kekuatan dalam badan yang
mengendalikan jiwanya, untuk sementara telah tertutup dalam beberapa bagian jalan darah, asal
melihat sinar matahari, kekuatan 'Im dan Yang' saling bekerja, hingga jalan darah yang tertutup
itu terbuka dengan sendirinya, maka ia juga lantas bisa hidup lagi.
Oleh karena pertempuran hebat kali ini, membuat dua macam mustika yang berada dalam
dirinya Yo Cie Cong berkesempatan berkumpul menjadi satu dan beruban menjadi kekuatan murni
yang sangat hebat.
Ini sesungguhnya diluar dugaan Yo Cie Cong semula.
Memang sesungguhnya kejadian ini merupakan suatu hal yang sangat ganjil, sebab bencana
yang menimpa dirinya tadi telah berhasil menjadi suatu sumber kekuatan yang tidak ada
batasnya.
Jikalau tidak ada pertempuran hebat seperti tadi itu. sedikitnya ia harus mengalami latihan
sepuluh tahun lagi barulah khasiat dari kedua macam kekuatan tadi dapat disatukan dan dapat
pula digunakan secara leluasa.

Yo Cie Cong yang saat itu masih berada dalam keadaan rebah, dadanya sudah terlihat
berombak. napasnya mulai berjalan teratur nyata, kaki tangannya juga mulai bergerak-gerak.
Orang berkedok kain merah itu dengan termangu-mangu menyaksikan kejadian aneh itu, air
matanya kembali mengalir keluar, Tetapi kali ini air mata itu merupakan air mata kegirangan,
bukannya air mata kedukaan.
Didalam keputus- asaannya ia telah menemukan kembali pengharapannya.
Kira-kira setengah jam kemudian. Yo Cie Cong pelahan-lahan membuka matanya. Dengan
heran ia mengawasi keadaan di sekitarnya, matanya yang saya itu kemudian menatap pada orang
berkedok kain merah.
Perlahan-lahan ia mulai ingat apa yang telah terjadi di Cit-lie-peng. setelah melakukan
pertempuran hebat dengan kawanan iblis, ia lalu mengadu kekuatan dengan Lit yang Lokoay.
Saat itu ia cuma merasakan satu getaran hebat dan hawa panas, lapat-lapat ia masih ingat pula
bahwa dipihak lawannya kelihatan mengalirkan darah dari mulutnya. tetapi apa yang terjadi
selanjutnya ia sudah tidak bisa ingat lagi. Dengan suara agak tergetar ia bertanya: "Ciannwee,
kembali kau telah menolong jiwaku." orang berkedok kain merah itu mengangguk.
"Beberapa kali Cianpwe telah mengulurkan tangan untuk menolong diriku, sehingga membuat
boanpwee seolah-olah hidup kembali dari lubang kubur. Budi dan kebaikan itu sesungguhnya
besar sekali. Mungkin selama hidup boanpwee, tidak mampu membalas habis budi sebesar itu"
"Anak. tak usah kau mengucapkan perkataan demikian- sekarang kau coba atur dulu
pernapasanmu, masih ada yang tidak beres atau tidak?" berkata orang berkedok kain merah
dengan suara lemah lembut seolah-olah sikapnya seorang ayah.
Yo Cie Cong mengawasi orang misterius itu dengan sorot mata penuh perasaan terima kasih.
Kemudian ia bangun dari duduk. Ia coba mengatur pernapasannya, ternyata tidak mendapat
gangguan apa-apa, bahkan sebaliknya ia merasa bahwa kekuatan tenaga dalam dirinya seolaholah
telah bertambah lipat ganda.
Dalam kegirangannya, ia lantas jatuhkan diri dan berlutut dihadapannya orang berkedok kain
merah seraya berkata:
"Terima kasih atas budi Cianpwee yang telah sudi menolong diri boanpwe "
orang berkedok kain merah itu juga tidak menolak pernyataan terima- kasih dan penghaturan
hormat anak muda itu, sambil membimbing bangun padanya ia berkata: "Anak bangunlah."
Yo Cie Cong setelah memberi hormat lalu berbangkit.
Orang berkedok kain merah itu lalu berkata dengan suara sungguh-sungguh: "Anak. sekali lagi
kau sudah mengalami kematianmu."
"Boanpwee ?........"
"Benar jikalau tidak karena kau sudah pernah menelan mustikanya Gu liong kauw, mungkin
dewa sendiri tidak mampu mengembalikan rohmu. Dan saat ini mungkin juga kau sudah rebah
dalam liang kubur."
Bukan kepalang kagetnya Yo Cie Cong, sampai keringat dingin dengan tidak dirasa, sudah
mengucur keluar.
Sudah tentu perkataan orang berkedok kain merah itu bukanlah perkataan kosong belaka.
"Anak. jikalau terjadi apa-apa atas dirimu.. maka sakit hati perguruanmu siapa yang harus
menuntut balas? Dia Lam baka barangkali kau nanti juga tidak ada muka untuk menemui
suhumu."
"Boanpwee mengerti telah berbuat suatu kekeliruan besar."
"Kita yang hidup idaLam dunia Kang-ouw, jika sekitar diri kita sedang terancam oleh musuhmusuh
yang terlalu kuat, tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengandal kekuatan dan
keberanian seorang diri saja."
"Menurut apa yang kuketahui, diantara musuhmu, kalau tidak salah juga terdapat orang-orang
yang namanya termasuk dalam urutan huruf IM, YANG. sIU. KoAY dan po, lima iblis itu satu saja

sudah cukup membantu kau pusing untuk melayaninya. Apa lagi kelimanya sekarang masih
ada.Jikalau kau tidak memikirkan dan merencanakan lebih dulu dalam usahamu, barangkali
sebelum usahamu itu berhasil jiwamu sendiri sudah terancam bahaya."
"Boancwee tahu kesalahan boanpwee sendiri, maka selanjutnya tentu akan boanpwee ubah."
"sekarang ada sesuatu hal aku hendak memberitahukan padamu,"
"Boanpwee ingin dengar."
"Di Cit lie peng di bawah matanya orang banyak. pemilik Golok Maut sudah binasa di tangannya
Liat-yang Lokoay, maka untuk selanjutnya kau harus muncul lagi dengan lain rupa, berbareng
dengan itu kau harus ingat pula, sekali-kali tidak boleh hanya mengandalkan keberanian dan
kegagahanmu seorang diri saja. Dalam sebala hal kau harus pikir itu masak-masak dulu baru
bergerak."
"Boanpwee akan ingat betul pesan cianpwee ini."
"Anak, kau... Kau..."
Badannya orang berkedok kain merah itu kelihatan agak terguncang, suaranya juga parau dan
gemetar. la tadinya ingin membuka rahasia mengenai hubungan dirinya sendiri dengan Yo Cie
Cong, tapi suatu perasaan berkuatir telah mencegah maksudnya.
"Apa Cianpwee masih ada urusan penting?"
"Ah anak. semoga kau bisa bawa dirimu baik-baik. sekarang aku hendak pergi."
"Cianpwe, kau..."
Belum lagi habis ucapan Yo Cie Cong, orang berkedok kain merah itu sudah menghilang dari
depan matanya.
Ia memang orangnya cerdik luar biasa, terhadap perbuatan orang berkedok kain merah itu
yang berkali-kali telah menolong dirinya dari ancaman bahaya maut, bahkan sudah pula
menurunkan kepandaian yang tertinggi dalam rimba persilatan, ia sudah merasa curiga terhadap
dirinya orang misterius itu. Ia merasa bahwa dalam hal ini pasti ada apa-apanya yang menjadi
sebabnya pula. Dan kini ketika melihat sikapnya dan pembicaraannya orang berkedok kain merah
itu yang agak ragu-ragu dan tidak jelas seolah-olah masih mengandung suatu rahasia besar yang
tidak dapat dikeluarkan tetapi entah rahasia apakah yang disimpannya itu ? Itu ia tidak dapat
memecahkannya.
Dengan termangu- mangu ia memandang ke arah menghilangnya orang berkedok kain merah
itu ia terus berdiri menjublek sekian lamanya.
Lama sekali ia berada dalam keadaan demikian, kemudian ia baru ingat tindakan apa
selanjutnya yang harus diambilnya.
Pertama-tama ia harus mencari dirinya siluman tengkorak Lui Bok Tong untuk mendapatkan
kembali pusaka peninggalan suhunya, ouw-bok po-lok Cin kuat, barulah bisa merupakan ia rangkai
ilmu silat yang sangat hebat, jika digabungkan dengan ouw-bok Po-lok Cin-kay yang ada pada
dirinya. setelah ia berhasil mempelajari ilmu silatnya itu, barulah ia nanti mencari dan membuat
perhitungan lagi dengan lima manusia iblis yang sangat tangguh.
Soal kedua ialah mengenai asal usul dirinya sendiri yang harus dicari tahu keterangannya
sendiri, tetapi jika hanya mengandalkan pada sebuah batu Liong kuat yang terdapat pada dirinya
saja, untuk mencari keterangan, mungkin agak sulit. Ia ingat bibi Tho-nya pernah berkata:
Bahwa ia ada mirip benar dengan Giok bin Kiam khek Hoan Thian Hoa, jago pedang nomor satu
yang sudah sepuluh tahun lebih menghilang dari dunia Kang-ouw.
Ia tahu, bahwa Hoan Thian Hoa itu adalah muridnya Leng Jie Hong dari see gak, manusia gaib
dari rimba persilatan.
Sedangkan ia sendiri sudah menyanggupi permintaan secara tak langsung dari kedua manusia
aneh dari rimba persilatan ialah Pengail Linglung dan phoa ngo Hweeshio untuk menepati janjinya
mengadakan pertandingan dengan orang itu, maka jikalau saat itu sudah sampai, mungkin ia
dapat menemukan Giok bin Kiam khek Hoan Thian Hoa.

Akhirnya ia ingat dirinya nona Ut-tie Kheng yang telah menghilang dari dalam rumah
penginapan-
Biar bagaimanapun juga ia harus turut tanggung jawab atas keselamatannya nona itu sebab
kedatangan sinona kekota Tiang-soa adalah melulu gara-gara dirinya.
Meskipun disebabkan siang koan Kiauw ia tidak dapat menerima cintanya nona Ut-tie kheng,
tetapi biar bagaimanapun ia tetap tidak dapat membiarkan dirinya nona itu begitu saja, apalagi ia
sudah menerima budi yang sangat besar dari kakeknya yang telah memberikan pula hadiah
berupa darahnya kura-kura yang sudah berumur ribuan tahun dan juga mewariskan padanya ilmu
silat Kan- goan cin-cao.
Kembali ia membuka buku daftar musuh-musuhnya Kam lo pang. la lalu berkata pada dirinya
sendiri: Kali ini seharusnya adalah LieBun Hao pangcu dari Cie In pang yang akan mendapat
giliran-
Setelah berkata demikian semangat terbangun secara mendadak. maka dengan cepatpula ia
terus turun gunung.
Cie in pang...
Pusatnya berkedudukan dibukit Ciang tiangnya di daerah Po kheng perbatasan propinsi 0uw
lam.
Hari itu, di atas jalanan raya yang menghubungkan kota Tiang-soa dengan Po Kheng telah
terlihat seorang muda cakap tetapi sikapnya dingin kecut dengan tenang berjalan seorang diri
Dilihat dari segala gerak geriknya yang gesit dan ringan, pemuda itu tentunya mempunyai
kepandaian ilmu silat yang luar biasa, tetapi kedua mata kelihatannya tidak banyak bedanya
dengan mata orang-orang biasa, tidak seperti orang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam
sangat hebat. siapakah pemuda itu ?
Pemuda itu tidak lain adalah Yo Cie Cong pemuda yang memegang peranan sebagai pemilik
Golok Maut.
Hari itu matahari sedang panasnya, di atas jalan raya itu seperti dibakar.
Yo Cie Cong meskipun mempunyai kepandaian tinggi dan tidak takuti segala hawa panas
maupun dingin, tetapi ketika ia melihat ada sebuah pohon besar dengan daunnya yang rindang
yang ada di pinggir jalan raya itu, ia lantas berhenti dan meneduh di bawah pohon tersebut.
Sebentar kemudian tiba-tiba dijalan raya kelihatan mengepul debunya, beberapa ekor kuda
terlihat sedang berlari mendatangi dengan cepatnya.
Penunggang kuda yang terdiri dari lima orang laki-laki berbadan tegap setelah tiba dibawah
pohon, masing-masing juga turun dari kudanya.
Lima orang laki-laki tegap itu matanya dapat melihat Yo Cie Cong, dengan berbareng lantas
berseru: "Eeeeh..."
Yo Cie Cong yang sebetulnya tengah mengawasi ke arah lain, agaknya tidak mau ambil pusing
atas kedatangannya kelima orang itu, tetapi ketika mendengar seruan mereka, ia juga lantas
menoleh dan kemudian menjadi kaget.
Kiranya kelima orang laki-laki itu adalah lima orang dari antara sepuluh orangnya Cin Bie Nio,
ketua Pek Leng hwee.
Yo Cie Cong lalu mendekati kelima orang laki-laki itu, dengan matanya yang tajam ia
memandang kelima orang itu dengan tidak berkedip.
Tepat pada saat itu di atas jalan raya kembali terlihat joli yang dipikul oleh empat orang. Di
belakang joli itu kembali terlihat pula penunggang kuda.
sebentar saja rombongan itu sudah sampai juga di bawah pohon dan lima orang laki-laki yang
sampai duluan tadi lantas pada menyingkir ke samping.

Joli tadi di sekitarnya kelihatannya tertutup rapat, sedangkan lima penunggang kuda yang ada
di belakang joli ternyata adalah lima orang wanita muda yang menyoreng pedang semuanya dan
saat itu juga pada lompat turun dari kuda tunggangannya dan berdiri berbaris di belakang joli.
Yo Cie Cong sudah tahu sekarang siapa orangnya yang berada daLam joli itu, tetapi apa yang
membuat heran ialah pada hari yang hawanya panas demikian rupa mengapa joli itu tertutup
demikian rapatnya ? Apakah didalamnya ada apa-apanya yang mencurigakan ?
Lima orang laki-laki tegap tadi cepat-cepat maju menghampiri joli dan berkata dengan suara
pelahan-
Dari daLam joli lantas terdengar suara ketawa cekikikan yang disusul oleh suaranya wanita
yang sangat merdu. "Aku tahu."
Yo Cie Cong ketika mendengar suara ketawa itu segera mengetahui bahwa apa yang diduganya
semula tidak keliru maka wajahnya kelihatan semakin kecut, napsu membunuh lantas berkobar.
Dengan suara dingin ia berkata pada orang yang duduk dalam joli.
"Cin Bie Nio, musuh bebuyutan kembali bertemu disini."
Dari dalam joli ini terdengar suaranya Cin Bie Nio:
"Tidak salah, aku juga sedang mencari kau. Ini sungguh kebetulan."
"Cin Bie Nio, lekas kau keluar."
Lima orang laki-laki dan lima orang wanita muda yang berbaris disekitar joli tadi, semua
kelihatan pada berubah wajahnya. Dengan tanpa menunggu perintah lagi pedang masing-masing
lantas dihunus keluar.
Tampaknya jikalau Yo Cie Cong berlaku tidak sopan lagi mereka lantas akan turun tangan.
Yo Cie Cong dengan sorot matanya yang tajam menyapu anak buahnya Cin Bie Nio lalu
memperlihatkan tertawa dingin. Cin Bie Nio dalam joli membentak dengan suara perlahan:
"Kalian mundur "
sepuluh orang anak buahnya dengan perasaan mendongkol mundur kebelakang joli.
Jilid 12 : Ut-tie Kheng bergirang hati
EMPAT TUKANG joli dampaknya juga mempunyai kepandaian ilmu silat, saat itu mereka juga
turut mundur kebelakang, sehingga hanya ketinggalan sebuah joli yang tertutup rapat yang
berhadapan dengan Yo-Cie Cong.
"Yo Cie Cong, kau telah bermusuhan dengan aku. Bagimu tidak ada faedahnya." demikian
terdengar suaranya Cin Bie Nio dari dalam-joli.
"Cin Bie Nio, jikalau kau tidak mau keluar, jangan sesalkan kalau nanti tanganku terlalu
telengas"
"Kau hendak berbuat apa?"
"Aku hendak membikin hancur Jolimu. Aku ingin lihat kau nanti unjukkan diri atau tidak."
"Yoy Galak benar bicaramu. Barangkali kau nanti tidak tega turun tangan-"
"Kau lihat saja"
Sehabis berkata tangannya lantas hendak bergerak.
"Yo Cie Cong. kau tentunya tidak menghendaki sibudak cilik Ut-tie Kheng akan turut binasa,
bukan ?"
Yo Cie Cong terperanjat. pikirnya: Kiranya Ut-tie Kheng telah terjatuh dalam tangannya wanita
jahat ini. Entah apa maksudnya wanita berbisa ini ?
"Cin Bie Nio, nona Ut-tie sekarang ini berada dimana ?"
"Yoy Kau jangan keburu napsu, ia sekarang sedang duduk dengan aku secara baik-baik, dalam
satu joli. "
"Hmm Kau hendak apakan dia ?"
" Hatimu menjadi perih bukan?"
"Jikalau kau berani mengganggu seujung rambutnya saja..."

"Habis kau mau apa ?"
"Pek-leng-hwee akan kuhancur leburkan, tidak ada seorangpun yang dapat hidup lagi,
termasuk kau sendiri."
"Hi, hi hi, hi.... sombong benar,"
"Tidak percaya kau boleh tunggu dan lihat"
"Hh"
"Cin Bie Nio apa maksudmu kau menculik nona Ut-tie?"
"Bocah. Kau baik-baik ikut aku, semua nanti dapat kita rundingkan secara baik-baik"
"Aku mau kau sekarang juga lepaskan tawananmu."
"Jikalau aku tidak mau turut?"
"Termasuk kau tentunya sebelas orang, jangan harap bisa berlalu dari sini dalam keadaan
hidup."
"Kau lihat "
Jendela tiba-tiba terbuka, lalu terlihat dirinya Ut-tie Kheng dalam keadaan seperti orang
linglung. ia duduk disampingnya Cin Bie Nio, sedangkan Cin Bie Nio kelihatan berseri-seri, agaknya
ia tidak mauperdulikan ancaman Yo Cie Cong.
si anak muda dadanya hampir saja meledak. ia lalu berseru dengan suara nyaring: "Adik Kheng
"
Tetapi Ut-tie Kheng sama sekali tidak memperlihatkan reaksi apa-apa, agaknya si dara tidak
kenal lagi pada pemuda itu.
Yo Cie Cong merasa cemas dan gusar, ia lalu berkata dengan suara bengis:
"Cin Bie Nio, kau apakah dirinya."
Cin Bie Nio mendadak wajahnya berubah dan dengan suara keren ia menjawab:
"8ocah, kau tidak usah kuatir. Dia tidak akan mati. Cuma jikalau kau tidak mau terima baik
permintaanku itu ada susah dibilang, Kau lihat saja nanti"
Diwajahnya Yo Cie Cong yang asam dingin terlintas napsunya hendak membunuh. IA lalu
membentak sambil kertak gigi:
"Cin Bie Nio, aku mau kau lepaskan tawanannmu."
"Tidak bisa."
Yo Cie Cong sudah mulai tidak sabar, badannya tiba-tiba bergerak maju.
sepuluh orang anak-anak buahnya Pek-leng hwee sudah lantas maju dengan berbareng
menghalang didepan joli, dengan pedang masing-masing mereka menghalangi majunya Yo Cie
Cong.
Yo Cie Cong sudah tidak dapat mengendali hawa amarahnya.
"Kalian cari mampus" bentaknya keras.
setelah membentak, dengan cepat ia mengayunkan tangan kanannya.
serangannya itu dilakukan tenaga delapan bagian. Dilihat dari kekuatan Yo Cie Cong pada
serangan itu sudah cukup dahsyat kalau untuk menggempur satu bukit saja.
Sepuluh orang anak buahnya Pek Leng hwee baru saja hendak bergerak menyerang, tahu-tahu
kekuatan serangan Yo Cie Cong yang sangat hebat sudah sampai lebih dulu, sehingga pedang
ditangan masing-masing tidak mampu lagi di gerakkan. Barulah semuanya merasa kaget dan
ketakutan setengah mati.
Sebentar kemudian lalu terdengar suara jeritan ngeri diantara suara jeritan itu darah tampak
berhamburan.
Dua orang laki dan dua wanita dan anak buahnya Pek leng hwee sudah rebah menjadi mayat.
Enam orang yang lainnya telah terpental sejauh setombak lebih.
Cin Bie Nio sesungguhnya tidak menduga bahwa anak muda itu sudah mempunyai kekuatan
yang begitu hebat. Gara-gara perbuatannya yang memandang rendah pihak lawannya itu ia sudah
mengantarkan empat jiwa anak buah.
Ia lalu membentak kepada enam orang anak buahnya yang masih ada: "semua mundur "

Kemudian ia berpaling dan berkata kepada Yo Cie Cong:
"Bocah, jikalau kau berani maju lagi satu tindak. aka akan mengambil jiwanya anak ini lebih
dulu."
Sehabis berkata sebelah tangannya lalu menekan jalan darah Leng-bun hiat . ditubuh Ut-tie
Kheng. Asal tangan itu bergerak saja, jiwanya Ut-tie Kheng akan melayang seketika.
Perbuatan Cin Bie Nio itu sesungguhnya terlalu keji.
Yo Cie Cong kuatirkan sangat kalau jiwanya Ut-tie Kheag melayang, benar saja ia lantas tidak
berdaya.
setelah berdiam sekian lama barulah ia berkata lagi:
" Cin Bie Nio, percuma saja kau menjabat ketua dari suatu perkumpulan. Ternyata kau masih
mau berbuat begitu rendah. Apa kau kira aku Yo Cie Cong benar-benar tidak bisa berdaya
menghadapi kau ?"
Cia Bie Nio sambil kerlingkan matanya yang jeli dengan cepat juga mengeluarkan sebutir obat
yang lalu dimasukkan kedalam mulut Ut-tie Kheng, kemudian lompat keluar dari dalam jolinya dan
berdiri dihadapan Yo Cie Cong sambil ketawa cekikikan.
Yo Cie Cong mendadak mengeluarkan ilmu Menggeser tubuh menukar bayangannya, dengan
kecepatan luar biasa ia telah berhasil merebut dirinya Ut-tie Kheng dari dalam joli.
Tindakan luar biasa dari Yo Cie Cong ini telah membikin semua anak buahnya Pek Leng hwee
yang menyaksikan pada terheran- heran.
Cin Bie Nio yang semula kelihatan wajahnya berubah, dengan cepat sudah pulih lagi pada
keadaan sediakala dan memperlihatkan sifatnya yang genit. Terhadap dirinya Ut-tie Kheng yang
ditolong oleh Yo Cie Cong, agaknya ia tidak memperdulikan sama sekali.
Yo Cie Cong mengetahui bahwa wanita itu banyak akalnya, hatinya juga kejam, ketika melihat
sikapnya yang acuh tak acuh, hatinya lantas merasa curiga, maka itu ia lantai berkata:
"Cin Bie Nio, kau barusan berbuat apa atas dirinya ?"
Cin Bie Nio setelah memperdengarkan suara ketawa cekikikannya lalu menjawab:
"Bocah, kau ternyata pintar sekali. Aku tadi sudah memberikan padanya sebutir obat pil yang
dinamakan "siao sun sie kut tan, Dalam waktu tiga hari saja tulang dan dagingnya akan berubah
menjadi darah dan orangnya mati seketika. Aku memperingatkan padamu, didalam kolong langit
ini, kecuali aku dan anak muridku, tidak ada lagi orang yang mampu melenyapkan racun itu"
Yo Cie Cong yang terpengaruh pikirannya, hampir saja rubuh tidak ingat orang.
"Cin Bie Nio, kau terlalu kejam"
"Kau cinta padanya? Betul tidak?"
Yo Cie Cong dengan perlahan meletakkan tubuhnya Ut-tie Kheng yang sudah tidak ingat orang,
sepasang matanya kelihatan mengembeng air.
Kiranya, itu hari, didalam rumah penginapan didalam kota Tiang soa, Yo Cie Cong dan Ut-tie
Kheng masing-masing mengambil sebuah kamar dalam rumah penginapan tersebut. Dengan
kamarnya Cin Bie Nio cuma terpisah satu lorong dan satu pintu tengah.
Cin Bie Nio yang tidak berhasil memikat hatinya Yo Cie Cong akhirnya dibikin kaget dan kabur
oleh sao-hek. Tetapi terhadap dirinya Yo Cie Cong, wanita genit itu kelihatan semakin besar
cintanya, maka ia telah bertekad bulat hendak mendapatkan dirinya pemuda itu, kemudian setelah
mengetahui Ut-tie Kheng mempunyai hubungan rapat dengan Yo Cie Cong, lantas saja timbul
perasaan mengiri dan jelusnya.
Diam-diam ia masuk nyelundup kedalam kamarnya Ut-tie Kheng, dengan menggunakan obat
mabuk ia telah berhasil membuat Ut-tie Kheng tidak berdaya. Ia bermaksud hendak membawa Uttie
Kheng kepusat perkumpulan Pek leng hwee, kemudian dengan menggunakan dirinya nona ini
sebagai umpan ia mau supaya Yo Cie Cong masuk dalam perkumpulannya Pek leng hwee, dengan
begitu akan tercapailah segala cita-citanya dan keinginannya.

Sesungguhnya ia tidak menduga kalau mereka akan bertemu satu dengan lainnya ditempat
itu.Jikalau ditimbang dari kekuatannya, Ut-tie Kheng yang mendapat warisan kepandaian ilmu silat
dari engkongnya kalau hendak dibandingkan dengan CmBie Nio rasanya masih lebih tinggi
setingkat. sayang ia masih belum banyak mempunyai pengalaman dalam dunia Kang-ouw.
ditambah lagi ia tidak menduga sama sekali kalau begitu bertemu sudah lantas dibikin tidak
berdaya oleh lawannya dengan senjatanya yang beracun, maka dengan mudah sudah tertawan
oleh musuhnya.
Sekarang mari kita balik kembali pada jalannya cerita.
Setelah meletakkan tubuhnya Ut-tie Kheng, Yo Cie Cong lantas berkata dengan suara gusar:
"Adik Kheng lihat aku nanti bunuh wanita genit dan jahat ini untuk membalas sakit hatimu."
Ia lalu mengangkat kepalanya, dengan mata beringas lantas hendak turun tangan. Cin Bie Nio
kelihatan berubah wajahnya, kemudian berkata dengan tenang:
"Bocah, kau jangan sombong. Terus serang kuberitahukan padamu tidak nanti kau mampu
menyambuti serangan tipu silatku "cut siu Tiauw hua" Jikalau kau menghendaki dia hidup, kau
harus pikir lagi masak-masak"
Yo Cie Cong yang mendengar perkataan itu jadi melongo.
Sebetulnya,Jikalau Yo Cie Cong menggunakan tipu silatnya yang luar biasa, yaitu "Menggeser
badan menukar bayangan" dan menyerang Cin Bie Nio secara tiba-tiba barangkali Cin Bie Nio
sudah tidak berkesempatan melancarkan tipu serangannya. Tetapi karena saat itu Yo Cie Cong
sedang bersedih memikirkan nasibnya Ut-tie Kheng, dalam pikirannya yang kalut ia sudah tidak
dapat memikirkan itu.
sebaliknya Cin Bie Nio, dalam hatinya diam-diam sudah merasa heran, pemuda ini dalam waktu
yang sangat singkat dari mana bisa mendapatkan kepandaian ilmu silat yang begini tinggi? Ia
mengerti bahwa kini ia tidak mampu lagi menandingi dirinya pemuda itu, tetapi iblis wanita ini
banyak sekali akalnya. Ia dapat menggunakan kelemahan lawannya, maka lantas ia mendesak lagi
setindak. katanya:
"Bagaimana ? Itu mudah sekali sebenarnya, asal kau mau menjadi anggota Pek- leng hwee
saja."
Tiba-tiba Yo Cie Cong ingat akan pesannya orang berkedok kain merah bahwa dalam
menghadapi sesuatu hal harus memikirkan masak-masak dulu baru bertindak. maka saat itu ia
lantas tidak bisa menjawab.
Pada saat itu, dari atas pohon tiba-tiba terdengar suara orang disertai oleh suara ketawanya
yang seperti orang gila:
"Rase cilik, apa kau benar-benar tidak takut pembalasan dari tuhan?"
Cin Bie Nio ketika mendengar suara itu wajahnya lantas berubah seketika.
Yo Cie Cong juga merasa pernah dengar suara itu, tapi untuk saat itu ia sudah lupa siapa
orangnya. Dalam kagetnya, ia lantas dongakkan kepalanya melihat kearah pohon yang sangat
lebat dengan daunnya.
Tapi apa yang mengherankan, orang tua setelah perdengarkan suaranya tadi lantas tidak
terdengar suaranya lagi. sebab daun pohon sangat lebat, tidak bisa ditembusi oleh daya
pemandangan mata orang biasa, hingga dapat diketahui dimana tempat sembunyinya orang itu.
Kekuatan mendengar Yo Cie Cong pada saat itu sudah sampai ketaraf bisa mendengar suara
nyamuk terbang sejarak kira-kira 10 tumbak jauhnya. Tapi heran ia tidak tahu kalau ada sembunyi
diatas kepalanya. selain dari pada itu, suara orang yang bicara itu agaknya dari jarak jauh, tapi
juga seperti dari tempat dekat, hingga membuat orang sukar mengenali letaknya. Maka benarkah
tingginya kepandaian orang yang bicara itu, dari sini saja kita bisa ukur sendiri
Cin Bie Nio sebaliknya sudah tahu siapa orangnya yang bicara tadi, maka saat itu ia sudah
menjadi ketakutan, untung orang itu tidak unjukan diri, hingga ia masih dapat kesempatan untuk
lekas-lekas kabur, kalau tidak. akibatnya sangat runyam.

Tapi baru saja ia hendak angkat kaki, Yo Cie Tiong yang sudah murka, lantas menghadang
didepannya. Cin Bie Nio terpaksa mundur satu tindak.
"Kau hendak mabur? Tidak begitu gampang heh" berkata Yo Cie Cong dengan suara dingin. Cin
Bie Nio kuatir kalau orang yang bicara ditempat sembunyi tadi unjukkan diri, hingga tidak
gampang lagi untuk ia kabur, ia harus segera meninggalkan tempat itu. maka ia lantas menjawab:
"Kau hendak berbuat apa?"
"Tinggalkan obat pemunah mu, hari ini aku bebaskan kau, lain waktu kalau ketemu lagi kita
perhitungkan kembali"
"Um, bebaskan aku, kau betul terlalu jumawa."
"Kau mau serahkan obat pemunah mu atau tidak?"
"Kalau tidak kau mau apa ?"
"Kalian sebelas orang jangan harap bisa meninggalkan tempat ini."
Lagi sekali Cin Bie Nio menengok ketempat pohon lebat, kemudian berkata :
"obat pemunah ? Itu gampang sekali."
setelah berkata, dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah botol kecil dan keluarkan sebutir
obat pil sebesar kacang. "Nah, ambillah segera," sambil lemparkan pil itu kepada Yo Cie Cong,
siapa menyambuti dengan dua jarinya.
"Apa masih ada urusan lain lagi?" tanya Cin Bie Nio sambil unjukan ketawanya yang kecut.
"Aku sudah kata, asalkan mau serahkan obat pemunah, aku bebaskan kau sekali lagi, pergilah "
"Gunung hijau tidak berubah, air biru tetap mengalir, sampai ketemu lagi dilain waktu" kata Cin
Bie Nio mendongkol.
sehabis berkata ia lantas lompat masuk ke dalam jolinya, 4 laki-laki yang pemikul joli itu lantas
pikul jolinya dengan cepat. sedang 6 anak buahnya yang lain, dengan membawa 4 mayat
kawannya, juga lantas ikut kabur.
Yo Cie Cong tidak nyana Cin Bie Nio kali ini begitu mudah diajak urusan, hanya dengan
beberapa patah kata gertakan saja sudah mengeluarkan obat pemunahnya.
Ia memikirkan dirinya Ut-tie Kheng yang perlu segera ditolong, maka tanpa banyak pikir lagi
lantas bikin hancur pil obat pemunah itu dan lari menghampiri Ut-tie Kheng.
si nona masih duduk ditanah dalam keadaan linglung, tidak bergerak juga tidak bersuara.
Yo Cie Cong lantas jongkok didepannya, dengan perkataan penuh kasih sayang ia berkata :
"Adik Kheng, kau telan pil pemunah ini, ada satu hari aku pasti balaskan sakit hatimu ini "
Ia berkata sambit sodorkan obatnya kedalam mulutnya Ut-tie Kheng.
"Bocah, kau sudah tidak ingin dia hidup lagi ?" suara itu datangnya secara tiba-tiba, hingga Yo
Cie Cong terpera at dan urungkan maksudnya hendak memasukkan pil itu kedalam mulutnya si
nona.
Ketika ia angkat kepalanya, lantas dapat lihat seorang tua aneh setengah paderi setengah
imam, berdiri disampingnya.
Bukan kepalang girangnya Yo Cie Cong. ia lantas buru-buru maju 3 tindak dan berkata padanya
sambil membungkukkan badan memberikan hormat: "Boanpwe Yo Cie Cong menjumpahi
locianpwee "
orang tua aneh yang baru datang itu adalah Phoa ngo Hweshio, si hweshio gila, salah satu dari
dua manusia aneh dalam rimba pesilatan. Pantasan tadi Cin Bie Nio ketakutan stengah mati dan
buru-buru lari meninggalkan tempat itu.
"Bocah, kau betul-betul sembrono. Apa kau kira si rase kecil itu benar-benar mau memberikan
kau obat pemunah yang tulen ?"
"Apa itu obat palsu ?" tanya Yo Cie Cong terkejut
"Hmm, bocah, kau terlalu kekanak-kanakan, kau kira Cin Bie Hio itu perempuan macam apa ?".
"Hal ini......locianpwee..."
"Apa kau tidak percaya ?"

"Bukan tidak percaya, hanya bagaimana locianpwe bisa tahu kalau obat pemunah ini adalah
palsu?"
"Bagaimana moralnya si rase itu, bisa di ukur dari sifat gurunya. Menurut sifatnya Giok bin
Giampo Phoa Cit Kau suhunya Cin Bie Nio. aku berani pastikan kalau obat itu ada palsu, coba kau
cium bagaimana baunya ? Kalau baunya pedas dan menusuk hidung itu tandanya tulen. Kalau
harum, haha, bocah kau toch sudah pernah makan satu kali, bukan ?"
Yo Cie Cong lantas mencium obat pil itu, benar saja baunya harum, tangannya memuncak.
Dengan suara keras ia berkata pada dirinya sendiri: " Cin Bie No, perempuan kejam, kalau ako
tidak bisa beset kulitmu, aku bersumpah tidak mau jadi orang"
"Bocah, bagaimana ?" tanya si paderi gila.
"Harum baunya "
"Haha, kau sendiri toch sudah pernah makan satu kali, seharusnya tahu itu ada pil apa "
"Apa itu ada pil sorga dunia ?"
"sedikitpun tidak salah "
Yo Cie Cong kepalanya seperti diguyur air dingin, matanya memandang wajah Ut-tie Kheng
sejenak. Tiba-tiba ia berkata kepada Phoa-ngo Hweshio:
"Locianpwee nona Ut-tie ini, dia telah diberi makan obat beracun yang paling jahat didalam
dunia "siao hun sie kutan" dalam waktu 3 hari dia akan binasa dalam keadaan hancur badannya"
"Ini aku tahu "
"Kalau locianpwee tahu nona Ut-tie diberi makan obat beracun, dan tahu pula kalau pil ini ada
palsu, mengapa siang-siang tidak unjukkan diri memperingatkan perempuan jahat tadi? sudah
tentu tadi boanpwee tidak gampang-gampang melepaskan dirinya perempuan jahat itu berlalu
begitu saja. Tapi sekarang..."
"Sekarang bagaimana ?"
"Nona Ut-tie sudah tidak dapat tertolong jiwanya lagi" jawabnya Yo Cie Cong dengan suara
masgul.
Phoa-ngo hweshio melirik pada Yo Cie Cong sejenak, lantas berkata:
"Bocah. ini ada urusanmu sendiri orang kau yang melepaskan, obat palsu juga kau sendiri yang
minta dan yang terima, Hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan aku si hweshio gila"
Yo Cie Cong merasa sangat gelisah, tapi tahu bahwa locianpwe ini ada seorang yang suka
bergurau dan adatnya memang gila-gilaan, barang kali ia masih mempunyai daya lain untuk
menolong dirinya Ut-tie Kheng. Maka ia lalu berkata dengan suara cemas: "Hal ini boanpwe
mengharapkan sangat pertolongan locianpwee"
"Hm, bocah, aku si hweshio gila bagaimana berani berlaku gegabah. Bocah perempuan ini
sudah berani meninggalkan engkongnya pergi menemui kekasihnya, sudah sepantasnya kalau dia
ketularan"
Yo Cie Cong ketika mendengar perkataan phoa- ngo Hweshio, wajahnya merah seketika. Dalam
hatinya diam-diam berpikir: Hweshio gila ini bagaimana bisa tahu kalau adik Kheng itu kabur untuk
mencari aku? Jikalau ada apa-apa telah terjadi atas diri adik Kheng. engkongnya tentu akan
mencari aku. Meski ini ada urusan kecil, tapi aku toch tidak dapat membiarkan adik Kheng mati
begitu saja"
Karena berpikir demikian, hatinya semakin gelisah, akhirnya ia merengek-rengek kepada Phoa
ngo Hweshio:
"Locianpwee jiwanya nona Ut-ti cuma tinggal beberapa hari "
"Habis mau apa?"
"Mau mencari Cin Bie Nio lagi tidak gampang, waktunya barangkali sudah terhambat "
"Habis kau hendak berbuat apa ?"
"Kalau locianpwee tak dapat menolongnya, terpaksa boanpwee hendak mencari Cin Bie Nio lagi
untuk minta obat pemunahnya "
"Kemana hendak kau cari ?"

"Pek leng hwee "
"Kau tahu pasti dia mau memberikan kau obat pemunahnya ?"
"Tentang ini, asal bisa menemukan padanya, boanpwee tidak mau sudah kalau belum tercapai
maksud boanpwe"
"Huh, huh, bocah, hitunglah kau bisa menemukan padanya. Tapi pusat Pek- leng hwe adalah di
Hiu kang. pergi pulang paling sedikit kau harus memerlukan waktu 4 hari, apakah bocah
perempuan ini bisa menunggu begitu lama ?"
Yo Cie Cong sebenarnya dalam perjalanan hendak menuntut balas kepada Cie in-pang, tidak
nyana ditengah jalan menemukan kejadian demikian, yang tidak boleh tidak ia harus turut campur
tangan. Tapi ia sekarang harus sesalkan perbuatannya sendiri yang begitu mudah melepaskan
dirinya Cin Bie Nio.
"Locianpwe, terhadap soal ini sudah tahu betul, tapi bagaimana locianpwee membiarkan
boanpwee melepaskan dirinya Cin Bie Nio dan tidak mau mencegah, sekarang bagaimana dengan
jiwanya nona ut-ti ini?"
"Haha, bocah, kau ternyata pintar menyangkal. Taruh kata jiwanya anak perempuan ini binasa
ditanganku, tapi toch bukan aku yang suruh kau melepaskan dirinya Cin Bie Nio ?"
Si hweshio gila itu nampaknya masih tidak tergerak hatinya barang sedikit, ia masih tetap
dengan membawa adatnya sendiri
Yo Cie Cong menjadi penasaran, maka ia lalu berkata dengan sengit:
"Boanpwee ada satu permintaan yang tidak patut, harap locianpwee suka terima baik"
"Coba kau terangkan"
"Tolong locianpwee menjagai dirinya nona ut-ti untuk sementara..."
"Dan kau sendiri hendak berbuat apa?"
"Mencari Cin Bie nio, kiranya dia masih belum pergi terlalu jauh, boanpwee aka kejar sekuat
tenaga".
"Jikalau tidak kecandak ?"
Untuk sesaat lamanya Yo Cie Cong membisu, tapi sebentar kemudian matanya nampak
beringas, ia lantas menjawab dengan suara keras:
"Jikalau tidak dapat mencandak dan dalam waktu 3 hari tidak bisa dapatkan obat pemunah,
boanpwee akan terus pergi ke Ki kang meng ubrak-abrik pusatnya Pek Leng-hwee guna menuntut
balas sakit hatinya nona ut-ti "
Phoa-ngo Hwesio lantas tertawa terbahak-bahak.
"Bagus bocah, orang beribadat sudah sepantasnya kalau berlaku welas asih. Aku si hweshio gila
kalau tidak mencegah kau melakukan perbuatan gila ini, bukankah nanti akan diceburkan kedalam
neraka?"
Yo Cie Cong merasa gemas dan mendongkol, kalau bukan karena berhadapan dengan orang
berkedudukan begitu tinggi dan pernah menerima budinya begitu besar, barangkali ia sudah naik
darah ketika itu.
saat itu ia cuma bisa memandang si hweshio gila dengan hati mendelu, dengan tanpa disadari
keringat dingin sudah membasahi dahinya...
Phoa-ngo Hweshio rupanya sudah menganggap cukup mempermainkan dirinya anak muda itu,
lantas berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Bocah, jawab pertanyaanku dahulu."
"silahkan "
"Kau pernah menelan mustikanya binatang Gu liong- kauw?"
"Benar?"
"Dan kemudian makan telurnya burung rajawali raksasa ?"
Yo Cie Cong merasa heran, soal ini hanya si Pengail Linglung dan cucu perempuannya serta si
orang aneh berkedok merah bertiga orang saja yang mengetahui, dari mana si hweshio gila ini
bisa dapat tahu? Tapi meski dalam hati merasa heran, ia tokh menjawab juga sambil anggukan
kepala.

"Benar "
"Tahukah kau bahwa saat ini dalam dirimu sudah mempunyai kekuatan tenaga dalam "Lian kek
Cin khie" yang sudah tidak ada tara-nya dalam rimba persilatan ?"
"Hal ini, boanpwe tidak begitu faham "
"Mustikanya binatang Gu liang kauw, termasuk semacam kekuatan yang bersifat dingin, ialah
"Im" murni, sedang telurnya burung rayawali raksasa, termasuk kekuatan yang bersifat panas,
ialah "Yang" murni. Kekuatan "lm" dan "Yang" yang tergabung menjadi satu, berubah menjadi
kekuatan tenaga dalam "Liang kek Cin khie" yang sudah tidak ada taranya..."
Mendengar keterangan itu, Yo Cie Cong diam2 merasa girang, tapi kalau ia mengingat jiwanya
Ut-tie Kheng yang cuma tinggal 3 hari, perasaan sedih tidak dapat dicegah lagi, maka ia hanya
menjawab "Ng, ng" saja.
Phoa ngo Hweshio berkata pula: "Kekuatan tenaga dalam "Liang kak Cin kie" itu, kalau bertemu
keras lantas menjadi lunak, dan kalau bertemu lunak lantas menjadi keras Jika sudah terlatih
benar tenaga dapat digunakan menurut kemauan sang hati, keras atau lunak bisa menurut
kehendak hati sendiri, hingga kekuatannya melebihi dari segala kekuatan tenaga dalam yang
mana saja Terutama untuk menghadap tenaga "Im" yang lunak dan segala kekuatan tenaga Yang
bagaimana berbisa, ada merupakan senjata yang paling ampuh "
Yo Cie Cong merasa tergerak hatinya, mendadak ia ingat jiwanya sendiri hampir saja binasa
didalam tangannya Liat yang Lokoay yang menggunakan ilmunya Liat-yan-ciang"
Jikalau benar seperti apa yang dikatakan oleh si hweshio gila, bahwa bertemu kekuatan keras
bisa berobah lunak, tapi bagaimana saat itu tidak kelihatan khasiatnya? Mungkin ia masih belum
tahu khasiat ini, sehingga percuma saja ia mempunyai kekuatan yang begitu mujijat, yang
ternyata masih belum mengerti menggunakannya.
"Tolong locianpwee suka memberi keterangan bagaimana harus melatih kekuatan ini supaya
bisa digunakan menurut kehendak hati" tanya Yo Cie Cong.
"Sekarang jangan kita bicarakan soal itu dulu, nanti terlantar urusan penting. Yang paling perlu
adalah menolong jiwa orang lebih dulu "
Yo Cie Cong baru sadar, benar jiwa Ut-tie Kheng masih belum ketahuan bagaimana ? ia sendiri
sebaliknya membicarakan soal lain
"Menolong jiwa nona Ut-tie ?"
"sekarang kau malah tidak gelisah ?"
"Bukan begitu, dari mana datangnya obat pemunah racun?"
"obat pemunah racun? Haha, bocah, kau sendiri sudah cukup untuk menolong dia, buat apa
obat pemunah ?"
Yo Cie Cong merasa heran, sampai mundur setindak. "Boanpwee bisa menolong dia ?"
"Benar, kau bisa menolong dia "
"Terhadap segala ilmu ketabiban boanpwe sedikitpun tidak mengerti, apalagi..."
"Aku si hweshio gila, kata kau bisa menolong dia. tidak nanti bisa salah lagi. sekarang kau
pondong perempuan ini, dan ikut aku ketempat yang sunyi. Disini ada jalan raya, kurang pantas "
Yo Cie Cong agak sangsi sejenak. tapi kemudian pondong dirinya Ut-tie Kheng. Phoa ngo
Hweshio secepat kilat sudah berada ditempat 10 tombak lebih jauhnya.
Yo Cie Cong kerahkan seluruh kepandaiannya, dengan cepat ia mengikuti jejaknya hweshio itu,
seolah-olah bintang sapu meluncur kearah kanan jalan raya.
Tidak antara lama, mereka sudah mulai menanyak jalanan keatas gunung. Tapi, betapapun Yo
Cie Cong berdaya kerahkan seluruh kepandaiannya, masih tetap terpisah sejarak sepuluh tumbak
dengan phoa-ngo Hweshio, biar bagaimana ia tidak berhasil mengeyar. Hingga diam ia memuji
"benar, tidak kecewa ia menjadi orang luar biasa dalam kalangan Kang ouw "
Dengan cepat mereka sudah mendaki dua buah bukit dan baru berhenti setelah tiba di satu
tempat dilamping gunung yang agak menonjol bentuknya.

"Letakkan dia, bocah" perintah Phoa ngo Hweshio.
Yo Cie Cong menurut, ia letakkan dirinya Ut-tie Kheng ditanah.
"Bocah, kekuatan tenaga dalammu pada saat ini, didalam dunia Kang ouw sudah sukar mencari
tandingan"
Yo Cie Cong diam, ia ingat pertempuran hebat di Cie lipeng pada beberapa hari berselang,
kalau bukan si orang aneh berkedok merah yang memberi pertolongan, terang ia sudah binasa
didalam tangannya Liat yang lokoay, bagaimana masih dikatakan tidak ada tandingannya ?
"Tapi boanpwee merasa bahwa kepandaian boanpwee masih belum cukup untuk menghadapi
dunia Kangouw.." demikian ia menyawab sambil ketawa getir.
"Haha, bocah, ambekkanmu sungguh besar, apakah kau ingin menjadi orang kuat nomor satu
didalam rimba persilatan ? cuma hal ini juga bukan satu kemustahilan yang kau tidak bisa
dapatkan, itu tergantung dengan keberuntunganmu sendiri" ia berhenti sejenak. kemudian berkata
pula: "Aku sudah kerahkan seluruh kekuatanku, tapi kau dengan memondong dirinya satu orang,
masih bisa mengikuti dalam jarak 10 tumbak tidak sampai ketinggalan. Hal ini, aku si hweshio gila
sungguhnya merasa sangat kagum."
"Cianpwe terlalu memuji "
"Bocah, sekarang aku hendak beritahukan caranya melatih ilmu Liang kek Cin khie ?"
"Locianpwee, menurut pikiran boanpwe, sebaliknya menolong jiwanya nona Ut-tie dulu ada
lebih penting "
"Eh, bocah, bagaimana kau hendak menolong ?"
Yo Cie Cong dibikin melengak oleh pertanyaan ini, pikirnya: "Bukankah tadi ia sendiri yang
berkata bahwa aku bisa menolong dirinya nona Ut-tie, tapi bagaimana sekarang berbalik berkata
demikian ?" Phoa ngo Hweshio lantas berkata sambil ketawa cekikikan:
"Bocah, kau jangan marah dulu, pertama kau harus menggunakan waktu satu hari satu malam,
untuk mengumpulkan dua kekuatan tenaga murni dalam badannu, kemudian dengan kekuatan
tenaga itu kau baru bisa menolong dirinya nona itu " Yo Cie Cong kini baru mengerti.
Wajahnya Phoa ngo Hweshio mendadak berubah menjadi sungguh2.
"Bocah. kau duduk dulu, sebelum kau mulai, aku si hweshio gila masih ada satu hal yang
sangat penting, harus kujelaskan pada mu lebih dulu, supaya lain hari tidak timbul kerewelan "
Yo Cie Cong menurut, ia duduk didepannya si hweshio. Phoa ngo Hweshio lantas berkata:
"Sekarang kau harus menjawab pertandaan ku dengan terus terang, kau cinta kepada bocah
perempuan ini atau tidak ?"
Yo Cie Cong kemekmek. Ia tidak sangka si hweshio gila akan mengajukan pertanyaan
demikian, maka seketika itu wajahnya lantas berubah merah, tidak bisa menjawab. "Heh bocah,
kau tidak cinta padanya ?"
"Locianpwee, cinta atau tidak. ada hubungan apa dengan menolong jiwanya dia?"
"Besar sekali hubungannya. Kau harus jawab dulu, kau sebetulnya cinta atau tidak?" ^
"Boanpwee.. boanpwe... tidak menyangkal memang cinta padanya, cuma saja cinta itu
memang tidak bisa terlaksana "
"Heran, apa sebabnya ?"
"Boanpwe bisa mencelakakan dirinya, karena boanpwee sudah mempunyai kekasih orang lain "
"Seorang yang mempunyai wajah seperti kau ini, sudah tentu tidak terluput dari godaan banyak
orang perempuan. Tidak ini tidak begitu penting, asal kau bisa mencintai dia dengan tulus hati,
urusan mudah dibereskan "
"Tapi, boanpwee tidak bisa berbuat demikian"
"Hai, kenapa? Apa kau sudah gila? Kasih bocah perempuan ini begitu besar cinta kasihnya
terhadap dirimu, dia kabur dari damping engkongnya, perlunya hanya hendak mencari kau. Dan
sekarang jiwanya terancam bahaya, kau sendiri masih bisa mengatakan demikian? Apa kau sudah
tidak mempunyai perasaan tanggung jawab ? Kasian juga nasibnya si Pengail Linglung, bagaimana

perasaannya kalau dia mengetahui hal ini... Kabarnya dia juga sudah ter-birit2 meninggalkan
pulau Batu Hitam untuk muncul lagi didunia Kang-ouw."
"Apa Lam-tie Locianpwee sudah meninggalkan pulau Batu Hitam?"
"orang tua itu cuma mempunyai satu cucu perempuan ini saja, kau pikir sendiri, ia gelisah atau
tidak ketika mengetahui cucu perempuannya itu telah kabur?"
"Dan sekarang dimana adanya dia si orang tua ?"
"Aku dengan dia telah memencar diri untuk mencari anak perempuan ini, kami sudah berjanji 3
bulan kemudian akan bertemu di- kota Tiang-soa, sekarang kau tidak perlu tanyakan hal ini, kau
harus jawab dulu pada ku, kau cinta padanya atau tidak?"
"Boanpwee sebetulnya memang tidak boleh mencintai dia ?"
"oleh karena lebih dulu kau sudah ada mencintai lain perempuan?"
"Ya, tapi dia kini sudak tidak ada lagi didalam dunia "
Diwajahnya Yo Cie Cong nampak sangat berduka, ia dongakkan kepala memandang ke-langit,
agaknya hendak mencari-cari bayangan kekasihnya yang sudah tiada, tapi juga seperti
mengenangkan semua kejadian dimasa lampau yang sangat mengenaskan itu.
Untuk pertama kalinya ia mencintakan satu wanita, dan wanita itu kini sudah berlalu
meninggalkan padanya, meninggalkan, untuk se-.lama2nya. Maka ia telah membawa pergi semua
perasaan hatinya, itu benar2 merupakan satu tragedi yang sangat mengenaskan.
"oleh karena kedukaanmu yang sangat hebat itu, maka kau tidak memikirkan untuk
mencintakan lain orang lagi ?" demikian Phoa ngo Hweshio menanya.
"Ya, sebab dia sudah membawa semua perasaan hatiku. selain daripada itu, boanpwe juga
sudah bersumpah, asal urusan boanpwe sudah selesai, boanpwe akan menyusul arwah-nya ke
alam baka"
Phoa-ngo Hweshio anggukan kepalanya, agaknya juga terharu oleh " cinta sejatinya" Yo Cie
Cong.
setelah hening sejenak. Ia lalu berkata pula: "Bocah, kau suka melihat dia binasa ?"
"Boanpwee tidak mempunyai maksud demikian, asal bisa menolong jiwanya nona Ut-tie Kheng,
boanpwee tidak sayang berkorban "
"Baik Kalau begitu, kau harus berkorban satu kali "
"Boanpwee masih belum paham maksudnya"
"Diwaktu mengobati lukanya, kau harus bersentuhan daging dengan dia. Dengan mulutmu kau
masukan hawa tenaga kekuatan Lian kek Cin-khi melalui mulutnya, dan dengan telapakan
tanganmu kau menyalurkan hawa kekuatan tenaga Yang kek Cin goan melalui jalan darah "Beng
hun hiat". Tindakan berbareng ini dapat mengalirkan kekuatan tenaga Im dan Yang kedalam
badannya, dengan demikian baru bisa mendesak keluar racun yang mengeram didalam badannya.
Coba kau kata, meski anak-anak orang rimba persilatan tentunya tidak terlalu kukuh dengan
peradatan kuno, tapi dengan bersentuhan begitu rupa, apakah dia masih bisa kawin dengan orang
lain ? Apalagi lelaki yang ia cintai adalah kau sendiri "
"Apa sudah tidak ada lain jalan ?"
"Tidak ada "
ooocooo
BAB 31
SEKARANG Yo Cie Cong menghadapi satu ujian yang berat. Ia tidak dapat mengantapi Ut-tie
Kheng binasa begitu saja, tapi ia juga tidak dapat menerima usul si hweshio gila, yang berat
mengadakan perjanjian untuk sehidup semati dengan Ut-tie Kheng
Ia tidak menyangkal bahwa ia sesungguhnya juga menyintai Ut-tie Kheng, tapi ia tidak boleh
menyinta nona itu, sebab kematiannya siang-koan Kiauw, sigadis baju merah yang juga ia cintai,
sudah membawa pergi semua perasaan hatinya.
juga karena ia sudah bersumpah hendak menyusul arwahnya, ia tidak boleh melanggar
sumpahnya sendiri.
Kalau ia terima baik usulnya Phoa-ngo Hweshio, terang ini akan merupakan satu tragedi pula.

Tapi untuk sekarang ini, apa daya ?
Setelah memikir bulak balik, akhirnya ia mengambil keputusan untuk terima saja dulu
permintaan si hweshio gila. Ut-tie Kheng ada satu wanita bijaksana, setelah sembuh dari
penyakitnya, ia nanti akan jelaskan duduknya perkara dengan sabar, rasanya masih tidak
terlambat. Yang sekarang ini adalah menolong jiwanya terlebih dahulu. setelah mengambil
keputusan tetap. ia lantas berkata kepada Phoa-ngo Hwesio: "Boanpwe sekarang bersedia
menurut perintah locianpwee "
"Haha, bocah, kau tidak boleh ragu-ragu. Kalau tidak, di kemudian hari apabila si orang tua
Pengail Linglung mencari aku untuk membuat perhitungan, aku si hweshio gila tidak dapat
mengampuni dirimu"
Yo Cie Cong anggukkan kepala sambil ketawa getir.
"Baiklah, sekarang kau boleh mulai melatih ilmumu " berkata Phoa ngo Hwesio yang lantas
memberi petunjuk bagaimana caranya harus melatih ilmunya yang hebat itu. Yo Cie Cong tiba2
menanya dengan perasaan heran : "Apakah locianpwee pernah melatih ilmu " Liang kek Cin Goan
ini?"
"Aku si Hweshio gila mempunyai rejeki begitu besar ?"
"Bagaimana locianpwee bisa mengetahui begitu jelas ?"
"Pengertianku ini aku dapatkan dari kitab "Bu lim siu kie lok" (Kumpulan segala ilmu silat yang
aneh), dari catatan buku itu aku sekarang ajarkan kepada kau. Menurut catatan dari kitab itu,
harus orang yang mempunyai kekuatan tenaga "Im" dan "Yang" yang cukup kuat baru bisa
melatih ilmu "Liang kek cin goan". ini berarti hanya orang yang mempunyai rezeki dapatkan dua
macam kekuatan itu saja yang bisa mempunyai kepandaian ilmu istimewa ini."
"Kalau begitu, jika tidak kebetulan menemukan pengalaman gaib, lantas tidak ada orang yang
bisa melatih ilmu luar biasa itu ? Dan locianpwee yang menulis kitab itu berdasarkan apa ?"
"Masih ada semacam orang lagi dapat melatihnya."
"orang macam apa ?"
"Dengan dua orang yang mempunyai kekuatan ilmu lweekang yang sangat tinggi, tapi ada
melatih ilmu kekuatan tenaga "Im" dan "Yang" yang sangat berlawanan, kemudian dengan
menggunakan cara dari kalangan Buddha, kedua kekuatan "im" dan "Yang" itu disalurkan kedalam
badannya seseorang, orang itu bisa juga melatih ilmu kekuatan yang sangat hebat ini.
Yo Cie Cong merasa sangat kagum terhadap pengetahuannya Pho ngo Hweshio dalam hal ilmu
silat yang begitu luas.
sambil duduk bersila menundukkan kepala dan mengheningkan ciptanya, ia melatih ilmunya
"Liang kek Cin goan".
Tiga hari kemudian Yo Cie Cong sudah masuk ketingkat seperti orang yang berada di antara
sadar dan tidak sadar.
sang waktu telah berlalu terus tanpa terasa.
Esok hari menjelang tengah hari sekitar badannya Yo Cie Cong telah diliputi oleh selapis hawa
yang berupa asap berwarna putih tercampur merah, kabut merah putih ini adalah tanda2
keistimewaannya ilmu "Liang- kek cin-goan".
Dijidatnya Yo Cie Cong, keringat sebesar biji kacang kedele nampak menetes turun. saat itulah,
merupakan saat2 yang paling genting dan berbahaya Jika terkena goda, bukan saja akan lenyap
segala jeri payahnya, tapi juga ada kemungkinan akan kemasukan iblis jahat, sehingga orangnya
akan menjadi bercacad untuk seumur hidupnya.
Phoa-ngo Hweshio meski kepandaiannya sudah mencapai taraf yang tertinggi, tetap senantiasa
melindungi keselamatan Yo Cie Cong, namun demikian, ia juga tidak berani gegabah. setiap saat
dengan tidak berhenti-hentinya ia meronda disekitar tempat tersebut.

Keadaan nona Ut-tie Kheng masih tetap seperti orang linglung, ingatannya hilang sama sekali,
dengan badan lemah, ia rebah terlentang ditanah tanpa bergerai terhadap segala urusan yang
terjadi didepan matanya sedikit pun ia tidak mengetahui.
Kabut merah putih yang tersebar dari badannya Yo Cie Cong, makin lama makin tebal. sekujur
badannya nampak gemetaran, suatu tanda bahwa kekuatannya " Liang kek Cin goan" sudah
nyelusup keseluruh tubuhnya.
Phoa-ngo Hweshio nampaknya sangat terperanjat terhadap hasil yang telah di dapat oleh anak
muda itu, hingga dalam hatinya diam2 berpikir: "Bocah ini setelah berhasil mendapatkan ilmunya
yang hebat ini, tidak bedanya seperti macan yang tumbuh sayap. Dalam kalangan kang-ouw,
barangkali sudah tidak ada seorangpun yang mampu menandingi si bocah ini meski agak berat
napsunya membunuh, tapi budinya luhur, rasanya tidak sampai teryerumus kedalam kejahatan.
Kalau tidak sungguh menyeramkan sekali akibatnya.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara pekikan yang nyaring memecahkan kesunyian tempat
tersebut, hingga tempat belukar yang sunyi itu seolah-olah berobah menjadi seram keadaannya.
Meski waktu itu sudah tengah hari, tapi suara pekikan yang kedengarannya menyeramkan itu,
cukup membuat berdiri bulu roma.
Phoa ngo Hweshio juga terkejut, entah siapa orangnya yang akan datang itu? Kawan ataukah
lawan ? orang yang lewat secara kebetulan ataukah mencari setori ?
Untuk membuktikan kebenarannya, dengan cepat ia lantas lompat melesat keatas batu cadas.
Dibawahnya batu cadas itu, Yo Cie Cong yang sedang melatih ilmunya "Liang-kek cin goan"
sedang mencapai taraf yang paling genting dan berbahaya, sedang disampingnya masih ada nona
Ut-tie Kheng yang masih menantikan pertolongannya, hingga dua anak muda muda itu sedikitpun
tidak mempunyai kekuatan tenaga untuk melawan bahkan keadaannya sangat menguatirkan.
Suara pekikan seperti suara setan itu makin lama kedengarannya makin dekat. Diantara suara
pekikan itu juga terdengar suara berkibarnya pakaian orang, terang yang datang itu bukan cuma
seorang saja.
Phoa-ngo Hweshio dengan matanya yang tajam, terus mengawasi ke arah orang ini. Makin
dekat bayangan orang itu kelihatan makin tegas. Ternyata jumlahnya ada 8 orang.
Dari gerakan mereka dapat ditarik kesimpulan, bahwa orang2 ini semuanya ada mempunyai
kepandaian ilmu silat yang cukup tinggi.
Baru saja suara pekikan itu berhenti, bayangan orang itu sudah loncat melesat ke puncaknya
batu cadas.
Pho-ngo Hweshio delikkan sepasang matanya, mengawasi orang tersebut.
Ternyata Cin Bie Nio juga terdapat di antara 8 orang itu. Apa maksud kedatangan mereka,
rasanya tidak sukar diduga.
orang yang pertama unjukan diri itu wajahnya sangat jelek dan menakutkan, hingga membuat
orang yang melihatnya seperti menemukan setan diwaktu tengah hari. orang itu tingginya cuma 3
kaki, paha dan lengannya sangat pendek. hingga bentuknya seperti anak2, tapi kepalanya luar
biasa besarnya, sungguh tidak seimbang dengan keadaan badannya, begitu pula keadaan panca
indranya, sepasang matanya kecil sipit dan tidak beralis, sedang hidungnya besar seperti hidung
singa, tapi mulutnya monyong. Diatas kepalanya ada tumbuh rambut warna kuning yang sangat
garang. Dengan itu saja, sudah cukup membuat orang bergidik.
Enam orang lainnya, adalah itu 5 pasang muda mudi pengiringnya Cin Bie nio, yang sepasang
diantaranya sudah binasa di tangannya Yo Cie Cong, hingga kini cuma tinggal 5 pasang atau 10
orang.
phoa-ngo Hweshio setelah ketawa terbahak-bahak lantas berkata sambil mengawasi manusia
jelek itu.

"Ang Put Tan, selamat bertemu sudah beberapa puluh tahun kita tidak bertemu, kiranya kau
masih belum mampus"
Kiranya manusia jelek luar biasa ini adalah Ang Put Tan, si Manusia jelek nomor satu yang
namanya pernah menggetarkan dunia Kang-ouw. Manusia jelek ini sampai dimana tinggi
kepandaiannya sesungguhnya sukar dijajaki. Ia termasuk orang yang berada ditengah-tengah
antara kebaikan dan kejahatan.
Manusia jelek nomor satu itu dengan matanya yang sipit, setelah perdengarkan suara
ketawanya yang aneh dan menyeramkan, baru menjawab:
"Hweshio gila, kau jangan bermain gila terus-terusan, kemana perginya dua bocah cilik itu ?
Mereka ada orang2 yang dimaui oleh ketua kami, maka aku minta dengan hormat supaya kau
suka serahkan saja kepada kami "
sambil ketawa bangga Cin Bie Nio turut bicara:
"Phoa ngo locianpwee, kau toch tidak bisa hilang kalau tidak tahu bukan ?"
Phoa ngo Hwes hio tidak mau ladeni padanya, sebaliknya berkata kepada Ang Pat Tan:
"Eh, bocah, sungguh bagus nasibmu, sejak kapan kau menjabat tugas sebagai pengawal bunga
berjiwa ini ?"
Pertanyaan Phoa ngo Hweshio ini membikin merah wajahnya Ang Put Tan.
Cin Bie Nio menampak Phoa-ngo Hweshio tidak perdulikan pertanyaannya, sangat tidak enak
perasaannya. Ia lalu kerlingkan matanya dan berkata kepada Ang Put Tan:
"Ang hokhoat (pelindung hukum), aku lihat tidak usah kau banyak bicara, sebaiknya kita
geledah saja "
Phoa ngo Hweshio sangat gelisah, ia tahu benar kepandaian dan kekuatannya manusia jelek
nomor satu ini. Dulu dengan ia hanya selisih setingkat saja, tapi kini setelah beberapa puluh tahun
telah lalu, entah ia ada melatih ilmu kepandaian apa lagi?
Jika manusia jelek ini harus mengerocok padanya, sesungguhnya juga sangat runyam, apalagi
Yo Cie Cong saat itu sedikitpun tidak boleh diganggu. Maka seketika itu lantas berkata sambil
ketawa terbahak-bahak. "Rase cilik, tahukah kau siapa adanya bocah perempuan itu ?"
"Siapa dia?" Cin Bie Nio balas menanya.
"Cucu perempuannya si Pengail Linglung Lam tie"
Cin Bie Nio terperanjat. Ia tahu bahwa Lam-tie Kun-siu dengan Pak hong Phoa-ngo Hweshio ini
ada merupakan sepasang manusia aneh dalam rimba persilatan. Baginya, satu saja sudah tidak
berani mengganggu, apalagi dua?
Kedatangannya kali ini, pertama karena ia masih penasaran dan tidak bisa melupakan dirinya
Yo Cie Cong yang cakap tampan, ia belum merasa puas kalau belum bisa dapatkan dirinya anak
muda itu. Dan kedua, karena mengandal "Manusia jelek nomor satu" ini yang membantu, kalau
tidak. biar bagaimana ia tidak berani menemui Phoa-ngo Hweshio.
"Hweshio gila, buat aku si orang she Ang tidak perd uli siapa itu Lam tie atau Pak bong"
berkata Ang Pat Tan sambil goyangkan kepalanya yang besar.
"Hihi, bocah, apa kau memangnya sengaja hendak mencari setori dengan aku si hweshio gila ?"
"Asal kau unjukkan dimana tempat sembunyinya kedua bocah cilik itu, antara kita tidak akan
terjadi apa2 "
"omieToHud, kalau begitu aku si hweshio gila nanti akan berdosa besar "
Ang Put Tan lantas ulapkan tangannya dan berkata kepada Cin Bie Nio: "Hweshio, kalian pergi
geledah." Dengan demikian, suasana menjadi sangat tegang.
sebetulnya tidak perlu digeledah, asal turun kebawah. mereka sudah bisa menemukan orang
yang dicari.
Pada saat itu, Yo Cie Cong yang berada dibawah lobang batu itu sudah mencapai taraf terakhir
dalam latihannya ilmu gaib itu, kabut merah putih yang meliputi dirinya, per-lahan2 sudah mulai
terisap masuk kedalam badannya.

Sementara Cin Bie Nio setelah mendengar perkataan Ang put Tan, lalu ulapkan tangannya
kepada 6 pengiringnya, hingga sebentar kemudian 7 orang itu sudah pada loncat turun kebawah.
Phoa ngo Hweshio dalam cemasnya, dengan cepat mengirim serangannya yang amat dahsyat
untuk mendesak mundur kepada orang itu.
serangannya yang dilancarkan dalam keadaan mendesak itu, dapat diduga betapa hebatnya.
Maka Cin Bie Nio dan 6 pengiringnya telah terdorong balik dan merasa darah di dadanya pada
menggolak hebat.
Tepat pada saat orang itu didorong balik oleh kekuatan tenaga yang dilancarkan oleh Phoa-ngo
Hweshio, Ang Put Tan juga secepat kilat sudah melancarkan serangannya kepada dirinya hwessio
gila.
Phoa ngo Hweshio yang sedang melancarkan serangannya kepada Cin Bie Nio dan
pengiringnya, belum sempat menarik kembali tangannya, serangan si manusia jelek nomor satu
sudah datang mendesak dirinya.
Dalam kagetnya, ia terpaksa lompat ke samping sampai 5 kaki, untuk menghindarkan serangan
Ang Put Tan yang amat dahsyat itu. Ang Put Tan pentang bacotnya sambil ketawa bangga.
"Hweshio gila yang merupakan salah satu dari sepasang manusia aneh dalam rimba persilatan,
kiranya cuma begitu saja"
Tapi Phoa ngo Hweshio ada seorang yang sudah mempunyai kedudukan dan kepandaian tinggi,
dengan sendirinya juga mempunyai kesabaran luar biasa. Maka ia tidak ambil pusing ejekan
manusia jelek itu, ia hanya memikirkan dengan cara bagaimana supaya dapat menahan sampai Yo
Cie Cong selesaikan latihannya.
Jika Yo Cie Coag sudah berhasil dengan ilmunya itu, sudah cukup untuk menghadapi manusia
jelek nomor satu ini, bahkan masih belum ada artinya buat ia. Tapi sekarang dalam keadaan
demikian, sedikit suara saja juga sudah cukup membikin celaka dirinya anak muda itu.
Phoa ngo Hweshio tadi turun tangan merintangi tindakannya Cin Bie Nio, ia seperti juga
memberitahukan bahwa orang2 yang mereka cari itu benar2 ada dibawah batu cadas itu.
Cin Bie Nio sehabis menerima serangan phoa ngo Hweshio yang sangat hebat itu, terus
ketakutan- Beberapa kali ia hendak bergerak lagi, tapi tidak berani melanjutkan- ia sangat
mengharapkan si "Manusia jelek nomor satu" segera turun tangan untuk merintangi si hweshio,
supaya bisa bergerak dengan leluasa.
Phoa ngo Hweshio meski diluarnya kelihatan tenang2 saja, tapi dalam hatinya sebetulnya
sangat gelisah, perasaannya itu hanya Tuhan saja yang tahu. sebab jika sedikit salah bertindak
saja, akibatnya terialu hebat. Namanya sendiri akan runtuh, itu masih merupakan soal kedua, tapi
Yo Cie Cong yang bakal menjadi orang kuat idam-idaman dalam rimba persilatan akan menjadi
batal dan cacad karenanya.
Waktu itu ia lantas kerahkan seluruh kekuatannya, siap untuk menghadapi segala
kemungkinan, siapa saja yang lompat turun kebawah, ia akan bunuh mati dengan lantas.
Suasana pada saat itu, sesungguhnya sangat genting. Mendadak si Manusia jelek nomor satu
itu menggeram. "Geledah "
Perintah ini disusul dengan gerakan sepasang tangannya, yang dengan kecepatan bagaikan
kilat telah meneryang kepada Phoa ngo Hweshio. sedang Cin Bie Nio dan 6 pengiringnya juga
pada saat itu sudah loncat lagi....
Phoa ngo Hweshio yang merupakan salah satu dari dua manusia aneh didalam rimba
persilatan, sudah tentu bukan seorang sembarangan. Apalagi ia sudah siap sedia dengan seluruh
kekuatannya untuk menghadapi segala kemungkinan, maka ketika si manusia paling jelek turun
tangan melancarkan serangannya, seperti kilat cepatnya ia juga mengimbangi serangan tersebut
dengan gerakan badannya yang luar biasa gesitnya, hingga terhindar dari serangan lawannya

yang dilakukan secara tiba2-itu, kemudian dengan sepasang lengan bajunya ia mengebut dari
tengah udara.
Cin Bie Nio yang baru bergerak. segera merasakan suatu kekuatan hebat yang sangat aneh
meluncur dari tengah udara menyerang padanya. Untung ia bisa berlaku cerdik dan sebat, dengan
jalan jungkir balik ia kembali keatas batu cadas.
Enam anak buahnya, dua diantaranya sudah terjungkal kebawah jurang tanpa bisa
mengeluarkan suara, sedang yang 1 lagi bisa menyelamatkan diri dengan jalan bergulingan
ditanah.
Phoa ngo Hweshio setelah berhasil mencegah maksud orang2 itu dengan ilmunya "Liu-in Hut
hiat", lantas balik ketempat dimana tadi ia berdiri, dengan tidak mengunjukan perubahan sikap
apa2.
serangannya si "Manusia jelek nomor satu" yang kembali mengenakan tempat kosong, bukan
kepalang gusarnya, sehingga rambutnya sampai pada berdiri. Ia merasa sangat penasaran, maka
setelah perdengarkan suara geramnya yang bebas, lalu maju lagi, sepasang tangannya dengan
sikap dan gerak yang berisik, telah melancarkan serangan pula dengan berbareng. serangannya
sangat aneh sekali.
Phoa-ngo Hweshio tiba2 menyebut: "oMiToHud", sepasang lengan bajunya lantas dikebutkan
dengan berbareng, untuk menyambuti serangan yang amat aneh itu. Kali ini ia juga menggunakan
serangan tipu silat "Liu in Hut hiat" yang tidak kalah anehnya dari serangan si manusia jelek.
Tapi serangan kedua pihak itu sebetulnya tidak dilancarkan sepenuhnya, asal gerakan pihak
lawan mengunjukan tanda bisa memecahkan serangannya, lantas akan ditarik kembali untuk
merubah gerakannya. Dengan demikian, nampaknya kedua belah fihak tidak bertempur secara
sungguh2, hanya hendak mencoba kekuatan lawannya.
Tapi pertempuran dalam kalangan orang kuat ini, memerlukan pemusatan tenaga, pikiran dan
semangat, sedikit lengah saja, lantas bisa digulingkan oleh lawannya, maka sesungguhnya ada
sangat berbahaya.
Phoa ngo Hweshio benar2 tidak menduga bahwa "Manusia jelek nomor satu" ini sesudah
beberapa puluh tahun tidak bertemu, ternyata mendapat kemajuan begitu pesat kepandaian ilmu
silatnya, dan hampir mengimbangi kekuatannya sendiri, maka ia juga tidak berani memandang
ringan-
Cin Bie Nio dan sisa pengiringnya, saat itu sudah dibikin kesima oleh tipu2 pukulan yang sangat
aneh dari kedua orang itu, sehingga melupakan maksud kedatanganmu ke situ.
"Manusia jelek nomor satu" itu sudah tidak berdaya memperingatkan Cin Bie Nio supaya lekas
bertindak. oleh karena ia sendiri repot sedang bertempur melawan musuh yang amat tangguh,
dan saat itu semua kekuatannya sudah dikerahkan kebatas puncak kemampuannya. Apabila ia
bersuara, pasti akan diserbu oleh lawannya.
Dalam kerepotan mendadak timbul kecerdikannya. selagi melakukan gerak serangannya,
kakinya telah menendang sebutir batu kecil, ditujukan kepada Cin Bie Nio yang sedang berdiri
kesima dan batu itu telah mengenakan dengan tepat.
Rasa sakit telah membuat Cin Bie Nio sadar. Dengan cepat ia lantas bergerak meloncat turun
kebawah. Perbuatan itu lantas ditiru oleh sisa anak buahnya...
Phoa ngo Hweshio yang menyaksikan keadaan demikian, batinya merasa cemas, hingga
lawannya mendapat kesempatan untuk mendesak.
Phoa ngo Hweshio agak ripuh, dengan beruntun ia robah gerak tipu serangannya sampai 8 kali,
baru berhasil mengimbangi serangan lawannya.
Memang tidak mudah bagi si "Manusia jelek nomor satu" untuk mengalahkan lawannya yang
amat tangguh itu, tapi jika hanya hendak melihat saja masih bisa.

Phoa ngo Hweshio sekalipun kepandaiannya sudah mencapai batas yang tidak ada taranya, tapi
juga tidak mampu kendalikan perasaannya yang sudah cemas, sebab Cin Bie Nio dan anak
buahnya sudah pada turun kebawah, entah bagaimana dengan nasibnya kedua bocah itu.
Hal itu justru mempengaruhi kekuatan dan kepandaiannya. Kalau tadi kekuatan kedua pihak
masih kelihatan berimbang, tapi sekarang ia sudah mulai terdesak terus2an oleh " manusia jelek
nomor satu". Dengan sendirinya ia sudah tidak berdaya untuk melepaskan dirinya.
sekarang mari kita tengok kepada Cin Bie Nio dan anak buahnya yang berjumlah 5 orang,
begitu tiba di bawah batu cadas, apa yang dia saksikan, telah membuat ia kegirangan.
Yo Cie Cong nampak masih duduk bersemedi seperti paderi. sedang Ut-tie Kheng masih
menggeletak disisinya dalam keadaan linglung.
Bukan kepalang girangnya Cin Bie Nio, sepasang matanya yang genit terus menatap wajahnya
Yo Cie Cong. Makin lama memandang makin berkobar rasa cintanya terhadap anak muda itu.
Ia sudah kepingin memeluk dan mondong dirinya anak muda itu, untuk melampiaskan hawa
napsunya.
Hawa napsunya itu mendadak berkobar begitu hebat, sehingga ia sudah melupakan dirinya
berada dimana.
Dilainphak. -"Manusia jelek nomor satu" sedang bertempur mati2an melawan phoa ngo
Hweshio di atas batu cadas.
Cin Bie Nio yang rupa2nya sudah tidak mampu kendalikan perasaannya, lantas perintahkan
anak buahnya supaya membawa pergi dirinya Ut-tie Kheng.
Ia sendiri lalu mendekati Yo Cie Cong mulutnya berkata: "Manisku, kali ini kau sudah tidak bisa
terlepas lagi dan tanganku" Tiba2 wanita jahat dan cabul itu berpikir:
"Tidak bisa bikin mabuk dia dulu dengan kebutan lengan bajuku yang mengandung racun dan
dibawa ketempat sunyi? Kalau anak muda ini telah menikmati kesenangan, mungkin dia mau
masuk menjadi anggota Pek leng-hwee Bukankah?"
Berpikir demikian, maka ia lantas angkat tangannya. Tapi baru saja lengan bajunya hendak
bekerja, mendadak pada saat itu Yo Cie Cong sudah berhasil menyelesaikan latihannya untuk
mendapatkan ilmu-yang amat hebat itu. Ia telah membuka matanya secara mendadak.
Sinar matanya yang tajam terus menatap wajahnya Cin Bie Nio, hingga wanita genit itu dengan
tanpa sadar sudah mundur satu tindak
Yo Cie Cong setelah mengetahui siapa orangnya yang berada didepan matanya itu, yang bukan
lain daripada itu wanita genit cabul yang ia paling benci, maka seketika itu lantas timbul napsunya
untuk membunuh.
Dengan cepat ia lompat bangun dan berkata dengan suara dingin kaku: "Cin Bie Nio saat
kematianmu sudah tiba"
Baru saja habis mengucapkan perkataannya, tangan kanannya sudah menyerang secepat kilat
serangan tangannya itu mengunjukan tanda kemujijatan kabut berwarna putih campur merah,
telah meluncur keluar dari telapak tangannya dengan tanpa bersuara.
serangan itu kelihatannya seperti sangat perlahan sekali, tapi sebetulnya cepat laksana kilat,
sebentar saja sudah mengancam didepan matanya.
Cin Bie Nio meski merupakan salah satu orang ternama dalam kalangan Kangouw, tapi seumur
hidupnya belum pernah menyaksikan ilmu kepandaian serupa itu, sedang dengar sajapun tidak
pernah .
Belum hilang rasa kagetnya, hawa serupa kabut merah tercampur putih itu sudah mendekat
dirinya, dan baru saja menyentuh tubuhnya lantas ia merasakan seperti terdampar oleh
gelombang yang sangat hebat..

suara jeritan ngeri tiba2 terdengar amat nyaring, darah segar menyembur keluar dari mulutnya
wanita genit itu, dari badannya terpental sejauh 3 tumbak lebih, kemudian jatuh ditanah tanpa
bisa berkutik.
Yo Cie Cong sendiri juga dikejutkan oleh ilmu serangannya yang amat dahsyat dan aneh itu,
hingga untuk seketika lamanya ia menjadi kesima. sebelumnya serangan tadi ia cuma
menggunakan kekuatan 6 bagian saja, tidak nyana mempunyai kekuatan begitu hebat
Sekarang ia baru percaya ucapannya si hweshio gila yang ternyata tidak bohong. selagi ia
hendak menghampiri dirinya Cin Bie Nio untuk bikin tamat nwayatnya, mendadak ia merasakan
keadaan telah berubah, tubuhnya Ut-tie Kheng yang tadi menggeletak disisi dirinya, kini ternyata
sudah lenyap.
Bukan kepalang kagetnya Yo Cie Cong, ketika ia dong akan kepalanya, lantas dapat lihat
berkelebatnya beberapa bayangan orang yang berada sejauh kira2 10 tombak lebih.
Dengan tidak memperdulikan dirinya Cin Bie Nio lagi yang sudah mampus atau masih hidup.
dengan cepat ia lantas bergerak menyusul kearah bayangan orang tersebut.
Sementara itu, si "Manusia jelek nomor satu^ yang sedang bertempur mati2an dengan Phoa
ngo Hweshio diatas batu cadas, saat itu juga dikejutkan oleh suara jertan ngeri dari Cin Bie Nio,
hingga lantas berhenti bertempur. Kedua-duanya lantas loncat turun ke bawah
Phoa ngo Hweshio mengira suara jeritan itu adalah suara Ut-tie Kheng, kalau benar demikian
halnya, niscaya Yo Cie Cong tentunya juga telah binasa, maka saat itu bancur luluhlah perasaan
hatinya si hweshio gila itu. Tapi ketika ia sudah tiba dibawah, ia jadi berdiri melongo
Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng telah lenyap dua2nya, dan ditempat kira-2 10 tombak jauhnya,
ada menggeletak tubuhnya CinBio nio yang sudah seperti mayat, sedang 4 anak buahnya juga
sudah tidak kelihatan bayangannya.
semua pemandangan ini sudah membikin bingung hwesbio aneh itu, ia tidak tahu apa yang
telah terjadi.
si "Manusia jelek nomor satu" yang baru tiba agak belakangan, dapat lihat dirinya Cin Bie Nio
yang menggeletak dalam keadaan seperti mayat. Ia segera menghampiri dan ketika memeriksa
lobang pernapasannya, ternyata napasnya sangat lemah. Dengan perasaan sangat sedih, ia lantas
pondong dirinya Cin Bie nio.
seorang jelek yang tinggi badannya cuma 7 kaki, ialah memondong tubuhnya wanita cantik
yang bentuk badannya lebih tinggi 2 kali daripadanya, sesungguhnya sangat lucu kelihatannya.
Kiranya si "Manusia jelek nomor satu" ini, selain bentuk wajahnya jelek. tapi ia ada mempunyai
kepandaian luar biasa, Cin Bie Nio yang membutuhkan orang kuat seperti ia itu, maka ia tidak
sayang menyerahkan dirinya kepadanya, meskipun sebenarnya ada sangat ganjil.
Dan untuk menghadapi Golok Maut, Cin Bie Nio lantas angkat dirinya manusia jeiek yang sudah
tidak beda seperti suaminya itu, menjadi pelindung hukum untuk perkumpulannya Pek leng hwe,
tapi masih tetap dibawah perintahnya.
Buat si manusia jelek nomor satu sendiri, yang sudah mendapat perhatian dan penghargaannya
Cin Bie Nio yang cantik serta berpengaruh itu, sudah merupakan suatu keistimewaan, maka ia
lantas terima baik semua permintaan Cin Bie Nio tanpa syarat.
Terhadap sepak terjangnya Cin Bie Nio yang gemar anak muda, ia juga tidak mau ambil pusing.
Maka tidak heran sebegitu lama, kedua orang itu tidak pernah bertengkar.
Dan kini "Manusia jelek nomor satu" itu setelah menyaksikan dirinya Cin Bie Nio berada ditepi
jurang kematian, bagaimana ia tidak cemas dan sedih?
Jikalau tidak lekas ditolong, barangkali jiwanya bisa melayang. Maka seketika ia lantas berkata
kepada Phoa ngo Hweshio sambil kedip2kan matanya yang sipit:
"Hweshio gila, ganjalan antara kita masih belum beres, lain waktu kita bikin perhitungan lagi."
sehabis berkata, ia lantas berlalu sambil pondong tubuhnya Cin Bie Nio.

Phoa ngo Hweshio yang hatinya masih memikirkan nasibnya Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng,
mendengar perkataan si manusia jelek itu, ia juga tidak mau ambil pusing, hanya menjawab "Ng ",
antapi musuh yang sangat tangguh itu berlalu.
-0000000-
BAB 34
DENGAN perasaan bingung phoa ngo Hweshio mengawasi berlalunya si manusia jelek nomor
satu bersama Cin Bie nio yang masih belum ketahuan mati atau hidupnya.
sekalipun ia ada seorang yang sudah kenyang asam garamnya dunia Kang ouw, tapi
menghadapi kejadian aneh didepan matanya saat itu, ia sendiri juga merasa bingung. Cin Bie Nio
sebenarnya terluka ditangan siapa ?
Hilangnya Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng, apa celaka ditangan Cin Bie Nio dan orang-orangnya
atau ada lain sebab lagi ?
sebab mereka yang satu sedang bersemedi melatih ilmunya, sedang yang lain dalam keadaan
linglung jika ada terjadi apa2 atas diri mereka, besar sekali tanggung jawabnya bagi dirinya.
Dengan kedudukannya sendiri yang merupakan salah satu orang terkuat dalam rimba
persilatan, ternyata tidak mampu melindungi jiwanya dua bocah, ini sudah merupakan satu noda
yang tidak mudah dihapus begitu saja. Maka ia semakin memikir semakin gelisah.
Mendadak pada saat itu terdengar suara beberapa jeritan ngeri yang datangnya dari arah
sejarak kira-2 ratusan tumbak.
Phoa ngo Hweeshio hatinya bercekat, dengan tanpa ragu-2 lantas melesat kearah datangnya
suara jeritan tadi.
setelah melalui satu bukit, suatu pemandangan yang mengerikan telah terbentang didepan
matanya.
Empat bangkai manusia telah menggeletak di tanah dalam keadaan hancur tidak keruan
macamnya, keadaannya sangat menggenaskan.
Phoa ngo Hwesio setelah memeriksa keadaannya semua bangkai itu, agaknya seperti terbinasa
didalam tangannya seorang kuat yang mempunyai kekuatan tenaga dalam luar biasa. Maka
seketika itu ia lantas merasa heran, sebab orang yang turun tangan itu selain hebat sekali
kekuatan tenaga dalamnya, juga nampaknya sangat ganas dan telengas.
Ketika ia periksa lebih jauh, bangkai itu terdiri dari seorang wanita dan tiga pria, semuanya
berdandan pakaian ringkas dan mana bawa pedang. Hweshlo gila itu lantas sadar. Bukankah itu
ada bangkainya 4 anak buahnya Cin Bie Nio? Heran, siapa gerangan yang turun tangan begitu
kejam ?
Yo Cie Cong dan Ut-tie Kheng masih tetap belum diketemukan. Hatinya semakin cemas,
perasaannya semakin bingung.
selagi dalam keadaan demikian, didalam rimba sebelah kanannya ia berdiri, tiba2 terdengar
suara aneh.
Dengan cepat ia lompat masuk kedalam rimba tersebut. Dan apa yang disaksikan. Disitu ia
telah dapatkan dirinya Yo Cie Cong yang nampaknya sedang kebingungan, tangannya dengan
tidak berhentinya meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal.
Diatas tanah, nampak dirinya Ut-tie Kheng yang bergulingan sambil merintih dan mengeluh.
Begitu melihat hweshio itu segera mengetahui bahwa obat racun "sia- kut sia huntan"-nya Cin Bie
Nio sedang bekerja, maka ia lantas maju menghampiri dan mengebut dengan lengan bajunya.
Yo Cie Cong yang sedang kebingungan, mendadak melihat datangnya satu bayangan orang,
yang dengan cepat melesat kearahnya Ut-tie Kheng. Dengan tanpa melihat dan berpikir, ia lantas
membentak dengan suara keras: "Kau cari mampus "

Berbareng dengan mara bentakannya itu, tangan kanannya lantas diayun, dari situ lantas
meluncur keluar kabut merah putih, dengan tanpa bersuara meneryang ke arah Phoa ngo Hweshio
yang baru tiba.
"Bocah, aku " demikian si hweshio gila berseru, dengan cepat menghindarkan serangan Yo Cie
Cong tadi...
Yo Cie Cong ketika mendengar seruan itu dalann hatinya lantas berseru. " Celaka "
Dengan cepat ia tarik kembali serangannya, namun demikian, kabut merah putih masih ada
sebagian yang tidak keburu ditarik kembali, saat itu lantas meluncur terus dan menyambar
daunpohon dalam rimba itu, hingga beberapa batang pohon besar pada dibikin tumbang.
Phoa ngo Hweshio yang semula hendak kebutkan lengan bajunya untuk menotok jalan darah
Ut-tie Kheng yang bergulingan di tanah supaya mengurangi penderitannya, tidak nyana hampir
saja ia mati konyol.
Untung ia ada mempunyai kepandaian sangat tinggi yang sudah tidak ada taranya, Jikalau
bukan dia, mungkin tidak mampu menghindarkan serangannya Yo Cie Cong yang sangat hebat itu.
sesudah hilang rasa kagetnya, Phoa ngo Hwesbio lantas berkata:
"Bagus, bocah Jiwaku yang sudah tua bangkotan ini masih perlu menantikan kedatangan sang
Buddha."
"Locianpwee maafkan boanpwee yang kelerlepasan tangan "
"sudahlah bocah, apakah Cin Bie Nio dan 4 anak buahnya semua terluka dibawah tanganmu ?"
"Adakah ilmu mu " Liang kek Cin goan" sudah berhasil dengan sempurna ?"
"Terima kasih atas bantuan locianpwee."
"Hihi, bocah, aku si hweeshio gia cuma menyampaikan apa yang aku dapat baca dari buku
orang lain saja, bantuan apa sampai aku perlu mendapat terima kasihmu. Jikalau bukan karena
kemujijatan yang ada pada dri mu. sekalipun kau mengerti pelajarannya, apa gunanya ? Bukankah
percuma saja ?"
"Eh locianpwee, bagaimana dengan Cin Bie Nio? sudah mampus atau masih hidup?"
"sudah dibawa pergi oleh si "Manusia jelek nomor satu" didalam dunia, barangkali masih belum
tiba saatnya untuk binasa."
Bercekatlah hatinya Yo Cie Cong ketika mendengar disebutnya nama julukan "Manusia jelek
nomor satu didalam dunia ini, maka dengan cepat ia lantas menanya:
"Locianpwee, siapa yang locianpwee sebutkan sebagai manusia jelek nomor satu didalam dunia
itu ?"
"Kenapa ? Apa kau kenal padanya ?"
"oh tidak. boanpwee tidak kenal dia cuma..."
Yo Cie Cong tahu bahwa ia telah keterlepasan omong, tapi sesaat itu ia sudah bisa lantas
perbaiki lagi, maka ketika ditanya oleh si hweshio gila, ia lantas kelabakan tidak mampu
menjawab. sedang dalam hatinya tergoncang keras, hampir tidak mampu kendalikan perasaannya
.
"Cuma apa ?" tanya Phoa ngo Hweshio.
"Boanpwe pernah dengar bahwa iblis itu bentuknya jelek sekali "
"Ng manusia jelek nomor satu didalam dunia Ang put Tan, jelek si memang jelek. tapi
kejahatannya masih tidak seberapa. orangnya termasuk golongan di tengah2 antara kejahatan
dan kebaikan, cuma selama ini bagaimana sepak terjangnya ? Aku sendiri masih belum jelas "
"Bagaimana iblis itu bisa bersama dengan Cin Bie Nio?"
"Manusia jelek nomor satu itu sudah di angkat sebagai pelindung hukum dalam Pek leng hwee
oleh Cin Bie Nio "
"ow, ada kejadian demikian-"
Phoa ngo Hweshio lalu menceritakan semua apa yang telah terjadi diatas bukit itu, Yo Cie Cong
yang mendengarkan sampai rambutnya pada berdiri

Perasaan dendam yang sangat hebat timbul dalam batinnya Yo Cie Cong. sebab dalam rentetan
nama2 musuhnya Kam lopang dalam buku daftar, diantara 5 orang yang termasuk golongan
paling kuat, kecuali si iblis rambut merah dan Giok bin Giam po Phoa Cit Kow yang belum
unjukkan diri, siluman tengkorak Lui Bok Thong, Im yang Lo-koay dan si manusia jelek nomor satu
dalam dunia, satu persatu sudah muncul dikalangan Kang ouw.
Sedang ia sendiri kini sudah berhasil mempunyai ilmu Liang kek Cin-goan yang sangat ampuh,
sehabis membereskan musuhnya yang namanya terdapat didalam lembar kedua, sudah tentu
akan melayani mereka dengan sepenuh tenaga.
Phoa ngo Hweshio tidak perhatikan sikapnya Yo Cie Cong, sembari menuturkan kejadian yang
barusan telah terjadi, ia sudah menotok jalan darah su hiat dibadannya Ut-tie Kheng dengan ilmu
Liu-in hut-hiat.
Ut-tie Kheng- meski sudah ditotok jalan darahnya dan segera hentikan perbuatannya yang
bergulingan di tanah, tapi diwajahnya masih mengunyukan perasaan menderita yang sangat
hebat.
"Bocah, urusan tidak boleh terlambat, sekarang kau harus segera mulai keluarkan racun dari
dalam badannya "
"Baiklah "
"sekarang kaupondong dirinya dan rebahkan dalam keadaan terlentang didalam lobang gua
dibawah pohon besar itu "
Yo Cie Cong berbuat menurut apa yang diperintahkan oleh Phoa- ngo Hweshio, Lobang goa itu
ternyata cukup, luas untuk dua-orang.
"Sedang hoa ngo Hweshio sendiri lantas senderkan diri dibawah pohon besar diluar goa.
"Bocah, setiap aku sebutkan, kau harus lakukan seperti apa yang aku sebut."
"sekarang kau buka bajunya "
Yo Cie Cong nampaknya merasa keberatan.
"Lo... locianpwe,.hal ini..." ia berkata dengan suara gemetar.
"Tidak usah itu itu, lekas buka "
Yo Cie Cong terpaksa melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Phoa-ngo Hweshio.
setelah pakaian si nona dibuka, tangannya mulai gemetar begitu pula hatinya juga berdebar keras.
Yo Cie Cong kini merasakan gawatnya persoalan. ia sungguh tidak menyangka ada cara yang
demikian untuk menyembuhkan penyakit. Kalau tidak mengingat budinya si orang tua yang
menjadi engkongnya si nona ini, ia lebih suka menempuh bahaya untuk dapatkan obat pemunah
nya.
"Lekas bocah " demikian panggilnya si hweshio gila dari luar.
sambil menutup matanya, Yo Cie Cong mulai kerjakan tangannya untuk mengurut seluruh jalan
darah penting dibadannya Ut-tie Kheng.
Perbuatan demikian memerlukan keteguhan batin yang sangat kuat, sebab kalau tidak.
akibatnya runyam.
"Bocah buka totokan jalan darah Sui-hiat nya." terdengar pula suaranya si hweshio gila.
"Baik"
Yo Cie Cong yang baru pertama kali me-raba2 tubuh wanita, hatinya berdebar keras, hampir
saja ia tidak mampu kendalikan dirinya.
Untung saat itu Ut-tie Kheng masih dalam keadaan tidak ingat orang, kalau tidak... bagaimana
anggapannya ?
Kembali terdengar suaranya Phoa- ngo Hweshio.
"Awas kau harus tempelkan badanmu didadanya, bawa kekuatanku kau masukkan melalui
mulutmu kemulutnya, tangan kananmu harus menempel rapat dijalan darah Ben bun-hiat..."
Yo Cie Cong agak sangsi sejenak, tapi akhirnya ia lakukan juga seperti apa yang di katakan oleh
si hweshio gila.

Suatu perasaan yang belum pernah ada, membuat dirinya Yo Cie Cong seperti dibakar.
semangatnya dirasakan terbang melayang jauh entah kemana.
Ia kepingin lari keluar dari dalam goa itu, tapi sudah tidak mempunyai kekuatan dan
keberanian.
Pada saat itu, kembali terdengar suaranya Phoa ngo Hieshio:
"Bocah, singkirkan dulu pikiran yang bukan-2, pusatkan semua perhatian dan kekuatan serta
perasaan, mulai gunakan " Liang kek Cin goan mu."
suara hweshio gila itu telah menggugah perasaannya, ia mencoba melakukan seperti apa yang
dikatakan oleh hweshio itu, tapi sukar menenteramkan pikirannya yang kalut, hingga hampir saja
gila
"Bocah, kau tidak boleh menyesatkan diri orang lain dan dirimu sendiri" lagi2 terdengar uarania
si hweshio gila, yang meski berada diluar goa, tapi agaknya mengetahui segela apa yang terjadi
didalam goa.
Perkataan "Menyesatkan diri orang lain dan dirimu sendiri" dari si hweshio gila itu se-olah2
geledek menyambar kepala, Yo Cie Cong sadar seketika, hingga pikirannya yang bukan2 telah
lenyap semua. Pikiran jernih timbul, kembali, mendadak didepannya terbayang parasnya seorang
gadis baju merah.
Itu adalah parasnya siang-koan Kiauw yang mati tertelan oleh ombak dilautan Lam hay.
oleh karena cintanya yang begitu besar terhadap dirinya siang koan Kiauw telah menempuh
segaia bahaya mengikuti perjalanannya Yo Cie Cong ke pulau Batu Hitam, tapi akhirnya mendapat
kecelakaan dalam lautan lam-ha y, maka Kematiannya gadis itu, dianggapnya gara2 dia yang
bawa.
"Yah, aku tak boleh menyesatkan dirinya lain orang dan diriku sendiri Aku sudah menyesatkan
dirinya seseorang.." demikian Yo Cie Cong berkata kepada dirinya sendiri
Oleh karena pikiran jernih sudah kembali, maka segala pikirannya lalu dipusatkan kepada
usahanya untuk menyembuhkan lukanya nona Ut-tie Kheng.
sebentar sekujur badannya Yo Cie Cong lantas mengeluarkan hawa seperti kabut berwarna
putih campur merah, yang makin lama nampak makin tebal dan kemudian telah meliputi tubuh Yo
Cie Cong dan tubuh Ut-tie Kheng.
Telapakan tangan kanannya juga sudah mulai mengeluarkan hawa "Liang-kek "Cin-goan",
dengan melalui jalan darah Beng-bun hiat, perlahan-lahan menyusup ke sekujur badan Ut-tie
Kheng.
Entah berapa lamanya berlalu, hawa "Liang kek Cin-goan" yang masuk dari mulut dan
telapakan tangan, telah membuat ingatannya Ut-tie Kheng perlahan lahan mulai jernih, semua
racun yang mengeram dalam badannya, juga sudah mulai buyar.
Ut-tie Kheng yang sejak masih kanak2 sudah dilatih ilmu "Kan-goan cin cao" oleh engkongnya,
maka dalam ilmu lwekang sedikit banyak sudah mempunyai dasar yang sempurna.
Dan kini, setelah racun yang mengeram dalam badannya sudah lenyap. Kan goa n cin cao,
yang didesak oleh "Liang kek Cin- goan" segera menimbulkan reaksi yang nyata.
Dua rupa kekuatan hawa lweekang dalam tubuhnya yang membaur menjadi satu dengan cepat
menyusup keurat-urat dan otot2 sekujur badannya dan akhirnya menembus bagian terpenting apa
yang dinamakan "seng-te Hian koan" atau bagian yang merupakan batas antara kematian dan
kehidupan manusia.
Setelah terjadi gelora hebat, jalan darah Jin dan "Tek" tertoblos secara mendadak, hingga uttie
Kheng kembali berada dalam keadaan pingsan.
Yo Cie Cong dibikin kaget oleh getaran itu hingga sekujur badannya turut menggetar, dan
mulutnya dengan tanpa sadar mengeluarkan seruan tertahan- ia sendiri tidak mengira apa
sebabnya bisa terjadi begitu.

Phoa ngo Hweshio juga dikejutkan oleh suara seruan Yo Cie Cong, ia buru2 tongolkan
kepalanya untuk melongok kedalam goa. Begitu melihat, ia lantas mengerti apa yang telah terjadi.
Maka lantas berkata sambil angguk-anggukan kepala:
"Ai, bencana dan rezeki nampaknya salalu berdampingan. Hal ini sesungguhnya diluar
dugaanku si hwethio gila. Budak ini karena mendapat bencana akhirnya menemukan rezeki,
bagian batas kematian dan kehidupannya telah tertoblos. Yah dasar takdir "
Setelah itu, ia lantas membentak dengan suara keras: "Bocah, sudah selesai"
Yo Cie Cong menarik napas lega, selagi hendak berdiri Tepat pada saat itu Ut-tie Kheng telah
mendusin dan membuka matanya
Ketika mengetahui bahwa baju atasnya telah terbuka, sedang Yo Cie Cong rupanya baru habis
menindihkan dirinya, wajahnya lantas merah seketika.
Ia yang sama sekali tidak mengetahui sebab musababnya telah menganggapnya Yo Cie Cong
hendak berlaku tidak senonoh terhadap dirinya. Maka ia lantas mendorong dengan pelahan dan
berkata dengan perasaan malu: "Engko Cong, ini.. ini mana boleh?"
Yo Cie Cong yang mendengar perkataan si nona, hatinya merasa malu serta cemas. ia tahu
bahwa Ut-tie Kheng telah salah sangka. Maka ia buru2 duduk, tangannya mengambil pakaian Uttie
Kheng dan ditutupkan diatas dadanya, lalu berkata dengan suara ter-putus2.
"Adik Kheng, bu....bukan-.."
sebaliknya Ut-tie Kheng telah dibikin terkejut oleh perobahan sikap Yo Cie Cong ini, maka lantas
berkata sambil buka lebar matanya. "Engko Cong, kenapa ?"
"Adik Kheng, bereskan pakaianmu dulu, sebentar kujelaskan lagi."
Ut-tie Kheng yang sudan bermandikan keringat, sambil menahan rasa malunya lantas
mengenakan pakaiannya kembali.
Yo Cie Cong setelah menghela napas lalu berundak keluar goa.
Tidak lama kemudian Ut-tie Kheng juga turut keluar. Begitu berada diluar, kembali ia merasa
ter-heran2.
sebab Phoa- ngo Hweshio sedang mengawasi dirinya sambil ketawa cengar-cengir. Ia merasa
lebih bingung lagi sebentar menengok mengawasi si hweshio gila, sebentar lagi melirik kearah Yo
Cie Cong.
Ketika ia ingat apa yang telah terjadi di dalam goa tadi, pipinya lantas menjadi merah dan
menanya pada Phoa ngo Hweshio dengan suara aleman : "Engkong Hweshio, kalian ini apa
artinya...?"
"Hm. bu... Budak. apa kau tidak senang?"
Perkataan yang bersifat menggoda ini, didalam telinganya Ut-tie Kheng dirasakan sangat
menusuk, sebagai seorang gadis yang masih putih bersih, bagaimana mengerti godaan secara
demikian, maka seketika itu wajahnya antas berubah pucat dia berkata dengan suara keras:
"Kalian telah bersepakat menghina diriku?" sehabis berkata ia lantas mengayun tangannya
hendak menampar muka si hweshio gila.
Barusan ketika Yo Cie Cong menggunakan ilmunya untuk mendesak keluar racun dalam
badannya, dengan tidak disengaja telah berhasil menoblos urat nadi bagian jin" dan "Tok", maka
serangannya itu sesungguhnya sudah hebat sekali.
Phoa-Hgo Hweshio cepat2 berkelit dan berkata pada nona Ut-tie sambil tetap masih tertawa.
"Budak, kau berani bersikap kurang ajar terhadap aku? Aku nanti suruh engkong mu pukul
pantatmu."
Ut-tie Kheng yang sudah gusar menjadi semakin gusar, apa lagi ketika serangannya
mengenakan tempat kosong, maka ia lantas menyerang lagi semakin sengit.
Yo Cie Cong yang berdiri disamping merasa kuatir kalau nanti Ut-tie Kheng yang digoda
keterlaluan menimbulkan kejadian yang tidak diingini, maka cepat ia mencegah: "Adik Kheng,
tahan dulu."

Ut-tie Kheng menarik serangannya kembali, dengan suara geram ia menanya pada Yo Cie
Cong: "Mau apa?"
"Apakah adik Kheng sudah tidak ingat semua apa yang telah terjadi selama ini ?"
"Kejadian apa sebetulnya ?"
"Bukankah kau sudah ditawan oleh si iblis Cin Bie Nio..."
Ut-tie Kheng baru sadar maka dengan tidak menantikan Yo Cie Cong melanjutkan
perkataannya, ia memotong. "oooo, ya, Tapi sekarang bagaimana ?"
Phoa ngo Hweshio lalu menceritakan apa yang terjadi atas dirinya.
Ut-tie Kheng sekarang baru mengerti duduknya perkara, maka ia cepat-2 maju beberapa tindak
dan berkata:
"Kheng jie minta maaf pada engkong Hweshio." sehabis berkata ia sudah hendak berlutut.
Phoa ngo Hwesio ketawa bergelak sambil kebutkan lengan bajunya, sesuatu kekuatan tenaga
yang tidak terlihat telah mencegah Ut-tie Kheng menjalankan peradatan demikian.
"Tidak usah, tidak usah. Asal lain kali kau tidak sembarangan turun tangan kepada orang sudah
cukup," si hweshio berkata masih bergurau. Ut-tie Kheng delikkan matanya lalu menjawab dengan
suara aleman.
"Siapa suruh kau menggoda orang ? Sebagai orang tua masih suka berbuat seperti anak2 saja."
"Ha, ha... Bagus sekali ucapanmu. Tetapi budak. kau harus mengucapkan terima kasih, kepada
engkong mu si hweshio gila ini yang sudah mengatur dirimu."
"Eeeh, Mengatur? Mengatur apa ?"
"Apa kau benar2 tidak mengerti ? - Kau telah kabur dari pulau batu hitam sehingga membuat
engkongmu yang tolol dan linglung itu mencari2 dirimu, sampai hampir2 patah kakinya. Apa
sebabnya yang membuat kau berbuat demikian ?"
Ut-tie Kheng memang orangnya cerdas, maka saat itu ia sudah mengerti apa maksud perkataan
mengatur yang diucapkan oleh si hweshio gila ini, maka seketika itu juga ia menundukkan kepala
kemaluan, sedangkan matanya melirik kearah Yo Cie Cong yang sedang berdiri disamping.
Jilid 13 : Golok Maut memusnahkan Cie-in pang
SEBALIKNYA, bagi Yo Cie Cong saat itu hatinya merasa tidak keruan, sebab hatinya sendiri
seperti sudah mengikuti Siang-koan Kiauw, maka pada saat itu sesungguhnya ia tidak tahu
bagaimana harus membereskan persoalan ini di kemudian hari.
Sejenak ia berdiri dalam keadaan bingung, tetapi kemudian lantas berpikir: "Masih banyak
urusan lagi yang harus kubereskan, sebaiknya aku harus lekas meninggalkan tempat ini."
Tetapi, biar bagaimana ia merasa tidak enak terhadap Ut-tie Kheng. Meskipun perbuatannya itu
dilakukan semata-mata karena hendak menyembuhkan penyakitnya saja, tapi merupakan suatu
tindakan yang luar biasa, karena dua badan sudah bersentuhan begitu rupa, untuk dirinya Ut-tie
Kheng sebagai seorang gadis yang masih suci murni, sudah tentu merupakan satu hal yang
kurang pantas. Tampaknya soal ini akan membawa buntut panjang.
Oleh karena pikirannya itu, maka ia lantas berkata kepada Pho ngo Hweshio:
"Locianpwee, boanpwe masih mempunyai beberapa soal penting yang harus dibereskan, maka
boanpwee ingin..."
"Apa ? Bocah, apa kau tidak bersedia menemui Lam Tie si tua bangka ?"
Sementara itu, Ut-tie Kheng yang mendengar perkataan Yo Cie Cong, hatinya merasa berduka,
maka ia lalu bertanya:
"Engko Cong, kau hendak pergi kemana?"
"Adik Kheng, urusanku masih banyak yang belum diselesaikan. Kemana aku pergi belum dapat
diketahui."

"Bolehkah aku pergi ber-sama2 dengan mu?" tanya si nona. Yo Cie Cong merasa serba salah,
lama ia tidak bisa menjawab.
Ut-tie Kheng yang menyaksikan keadaan demikian lalu menghela napas dan berkata dengan
suara murung: "Pergilah "
"Adik Kheng, setelah urusanku selesai, aku akan mencari kau lagi. Masih ada perkataan penting
yang hendak kujelaskan padamu."
"Hm."
Phoa ngo Hweshio lalu berkata sambil mengamati Ut-tie Kheng.
"Budak. ada aku si hweshio, dia tidak akan bisa terbang kemana, sebaiknya kau ikut aku dan
menemui engkongmu jangan sampai engkong mu menjadi kebingungan tidak keruan. Mengertikah
kau?"
Kemudian ia berkata kepada Yo Cie Cong:
"Bocah apakah kau masih ingat urusan yang dibicarakan oleh Lam tie si tua bangka
kepadamu?.."
Yo Cie Cong setelah berpikir sejenak, lalu menjawab:
"Apakah mengenai soal yang jiwie lo-cianpwee suruh boanpwee mewakili lo-cianpwe berdua
menepati janji melakukan pertandingan dengan muridnya manusia gaib itu?"
"Benar"
"Hal ini tentu boanpwee tidak akan lupakan"
"Bagus Kau tunggu kabarnya saja. Kalau sudah sampai waktunya, nanti kuberitahukan lagi
padamu."
Yo Cie Cong yang pikirannya sedang kalut, agaknya sudah tidak bisa menunggu terlalu lama
lagi.
Sebetulnya ia cinta pada Ut-tie Kheng, tetapi rasanya tidak dapat mewujudkan cintanya itu.
Namun, kenyataan yang telah terjadi membuat ia tidak berdaya untuk mengatur dirinya sendiri,
maka akhirnya ia telah mengambil keputusan untuk menyerahkan peruntungannya kepada sang
nasib. Ia sangat kasihan pada Ut-tie Kheng, ia berkata: "Adik Kheng, harap kau jaga dirimu baik2
sampai kita bertemu lagi." Kemudian ia berkata kepada Phoa-ngo Hweeshio sambil memberi
hormat se-dalam2nya:
"Locianpwee, boanpwee ingin minta diri dulu." sehabis berkata dengan tidak menantikan
jawaban orangtua itu ia sudah lantas berlalu.
sambil menahan mengalirnya airmata Ut-tie Kheng mengawasi berlalunya sang "Kekasih" itu
sampai lenyap dari depan matanya. sebenarnya ia masih mempunyai banyak perkataan yang
hendak dikatakan, tetapi oleh karena terhalang dengan adanya Phoa ngo Hweshio disitu, ia tidak
berkesempatan menyampaikan isi hatinya. Dan sekarang sang " kekasih" itu sudah pergi
meninggalkannya.
Ia seperti merasa sangat penasaran, rasa pedih dan duka telah mempengaruhi pikirannya,
maka dengan tidak sadarkan diri ia lantas menangis sesenggukan seperti anak kecil.
"Budak.tak usah menangis, kita juga harus pergi sekarang, jangan sampai engkong mu
menunggu terlalu lama." kata Phoa-ngo hweshio.
Ia lalu menarik tangannya Ut-tie Kheng dan berlalu menuju kota Tiang-soa.
Yo Cie Cong setelah meninggalkan phoa ngo Hweshio dan Ut-tie Kheng, semangatnya
mendadak bangun kembali. saat itu dalam hatinya sudah merencanakan tindakan apa ya akan
dilakukan selanjutnya, maka dengan tidak ragu2, pula ia terus lari menuju kekota Pho kheng.
-0000000-
BUKIT CIANG TIANG NIA Letaknya disebelah Utara Pho- kheng.
Lembah Cu ngo- kok adalah pusatnya perkumpulan cie inpang. Lembah itu dikitari oleh rimba
yang lebat dan bukit-bukit yang menjulang tinggi.

Hari itu, masih pagi sekali. seorang pemuda yang wajahnya hitam dan jelek. dengan gerak
badannya yang lincah dan gesit seolah-olah melesatnya bintang sapu dari langit lari menuju
kepusatnya perkumpulan Cie in pang. siapa adanya pemuda hitam ini ?
Tidak lain dan tidak bukan, pemuda ini adalah Yo Cie Cong sendiri yang sedang memegang
peranan sebagai pemilik Golok Maut
Sejak jelmaannya pemilik Golok Maut, yaitu orang tua berambut putih dan bertangan satu
binasa ditangannya Liat yang Lo koay di Ciet lie peng, disebelah Timur luar kota Tiang soa, Yo Cie
Cong dengan kepandaiannya mengubah rupa yang luar biasa sudah dapat merubah dirinya
menjadi seorang pemuda yang sangat jelek untuk menamakan diri didunia Kang ouw. Dengan
wajahnya yang baru ini, ia hendak melanjutkan tindakannya untuk menagih hutang jiwa untuk
gurunya.
Kala itu, dikalangan Kang ouw pada umumnya orang telah beranggapan bahwa pemilik Golok
Maut yang mewakili segala keseraman dan kebuasan itu benar2 sudah binasa ditangannya Liat
yang Lokoay, sebab kejadian tersebut sudah disaksikan sendiri oleh orang2 kuat dari pelbagai
golongan yang jumlah keseluruhannya hampir seratus orang.
Namun, tidak ada seorangpun yang mengetahui kalau Yo Cie Cong yang sikapnya kecut dingin
adalah orangnya yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut,
juga tidak ada seorangpun yang mengetahui kalau Yo Cie Cong sudah hidup kembali dari
pelukannya malaekat elmaut.
Marilah kita balik kembali pada Yo Cie Cong yang saat itu sudah menuju keatas bukit tempat
adanya pusat perkumpulan cie- inpang.
Tidak antara lama ia sudah sampai disuatu tempat yang terapit oleh dua buah bukit yang
menjulang tinggi. Ia tahu bahwa tempat itu sudah mendekati pusatnya perkumpulan Cie-in pang.
Maka, ia lalu mengendorkan tindakan kakinya, dengan tidak ragu2 pula ia terus berjalan masuk
ke dalam lembah itu.
Pada saat itu, didalam hatinya hanya ada perasaan benci dan permusuhan, ia sendiri pernah
berkata, bahwa terhadap dua Pang dan satu Hwee ia akan menuntut batas secara berlipat ganda.
sebab peristiwa yang terjadi ditepinya danau Naga membuat ia merasa bertambah bencinya pada
ketiga perkumpulan tersebut.
Diantara ke dua pang dan satu hwee tersebut, Pang-cu dari Ban-sus pang Thio Pan sudah
dibinasakan olehnya. Yang tinggal sekarang hanya Cie in pang dan Pek leng hwee Tetapi, ketua
Pek leng hwee yang lama sudah tidak ada didalam dunia dan ketua yang sekarang ini, yaitu Cin
Bie Nio, permusuhannya sendiri yang tersebut belakangan ini lain lagi sifatnya, maka pangcu Cie in
pang lah yang termasuk sebagai musuhnya Kam lo pang yang sebenarnya.
Pada saat itu, dari dalam lembab tiba2 muncul beberapa bayangan orang. sambil berbaris
mereka semuanya melintang ditengah jalanan didalam lembah.
sebagai pemimpin dalam barisan orang2 itu adalah seorang tua berhidung betet dan bermata
lebar. Dibelakang orang ini berbaris delapan orang yang berbadan tegap semuanya.
Orang tua hidung betet itu setelah berhenti didepannya Yo Cie Cong lalu berkata dengan
suaranya yang menyeramkan:
"Ssahabat datang ke perkumpulan kami Cie- inpang, ada urusan apa ?"
Yo Cie Cong yang lantas menghentikan tindakannya telah menjawab dengan suara dingini
"Aku hendak menemui pemimpin kalian, Li Bun Hao."
Orang tua itu ketika mendengar pemuda jelek yang tidak terkenal ini telah menyebut nama
pangcunya dengan tidak pakai bahasa, untuk sesaat lamanya ia dibikin bingung oleh asal usulnya
pemuda ini, tetapi ia masih menanya lagi sambil menahan perasaan gusarnya: "sahabat hendak
menjumpai padanya untuk memberi hormat atau ada lain urusan?"
"juga ya, tetapi bukan, terserah pada anggapanmu sendiri"

Orang tua itu kembali melongo.
"Apakah sahabat ada membawa kartu nama?"
"Ha ha... Apakah masih memerlukan kartu nama segala ? Tidak ada "
"Dan mana sahabat yang mulia?"
"Kalau sudah bertemu dengan Li Bun Hao sendiri, aku nanti bisa jelaskan pada kalian."
"Oleh karena sahabat tidak mau menjelaskan maksud kedatanganmu, maafkan kalau jalanan ini
tidak dapat sahabat lalui"
Yo Cie Cong lalu menjawab dengan nada suara yang lebih kaku:
"Apa kalian kira sudah cukup kuat semua orang2 ini melarang aku masuk kedalam lembah?"
orang tua itu ketika mendengar perkataan Yo Cie Cong lantas mengetahui kalau anak muda ini
memang sengaja mencari setori, maka ia lalu berkata sambil ketawa mengejek.
"Bocah jelek Disini bukan tempatmu jual lagak. Hari ini kalau kau tidak mau menjelaskan
maksud kedatanganmu, jangan harap kau bisa pulang dalam keadaan utuh. Mengerti."
Delapan orang laki2 yang berbadan tegap semuanya yang berada dibelakangnya orang tua itu,
semuanya telah memperlihatkan kegusarannya. Dengan tidak menunggu perintah lagi mereka
pada menghunus pedang panjang masing2, tampaknya, jika orang tua itu mengeluarkan
perintahnya mereka akan segera menyerbu dengan serentak. Dengan sikap yang memandang
rendah pada orang itu, Yo Cie Cong berkata pula:
"Hanya dengan mengandal kekuatan beberapa orang saja ini kalian hendak merintangi aku?
Kalian benar2 tidak mengukur diri sendiri"
Delapan orang laki2 tegap itu pada saat mana kelihatannya seperti sudah tidak berdaya sama
sekali, mereka hanya bisa berdiri dalam keadaan menggigil.
Dengan suaranya yang dingin Kaku Yo Ci Cong mengucapkan perkataannya sepatah, sepatah.
"Diantara kalian delapan orang hanya seorang yang boleh hidup untuk menyampaikan kabar".
Delapan anak buahnya Cie in pang lantas menjadi pucat mukanya seketika, sebab perkataan
pemuda jelek ini tidak ubahnya seperti putusan dari Giam-lo ong. sekalipun ingin kabur juga
rasanya tidak bisa lagi, sebab dalam segebrakan saja pemuda itu sudah dapat membinasakan
salah satu orang kuat, dalam perkumpulannya.
"Kalian ingin bereskan sendiri atau menunggu aku yang turun tangan ?" salah satu diantara
kedelapan orang itu coba berkata:
"Tuan memasuki pusat perkumpulan kami apa sengaja mencari setori ataukah..."
"Hal ini kau tidak perlu banyak rewel."
"Perbuatan tuan sebetulnya terlalu kejam."
"Hal ini dikemudian hari pangcumu nanti yang akan menjawab kalian di akherat."
Delapan orang itu sudah mengetahui kalau mereka semuanya tidak akan lolos dari kematian,
maka seketika itu lantas timbul pikiran nekadnya. setefah satu diantaranya bergerak, yang
lainnyapun turut pula bergerak.
Delapan bilah pedang panjang lantas menyerang berbareng kearah badannya Yo Cie Cong.
Sambil ketawa dingin Yo Cie Cong menggerakkan sebelah tangannya, dari mana dengan cepat
meluncur desingan angin kuat dibarengi dengan keluarnya kabut merah putih. Suatu kekuatan
gaib mengurung seluruh tubuh delapan orang itu, juga sampai ketempat sejauh lima kaki persegi
disekitar mereka.. Terjadilah suatu keajaiban.
Delapan bilah pedang panjang yang dipakai oleh delapan orang tadi untuk melancarkan
serangannya, ketika menyentuh kabut merah bercampur putih ini dengan mendadak oleh
pemiliknya masing2 dirasakan seperti membentur sebuah dinding teguh kekar sehingga senjata2
itu terpental balik dengan sendirinya.
suara kefuhan, rintihan dan jeritan tercampur dalam suara benturan pedang2, kesemuanya
senjata itu terlepas dari tangan pemiliknya, dengan tangan berlumuran darah tampak badannya
mundur sempoyongan.

Yo Cie Cong cepat menggerakkan badannya dan sekejapan saja sudah berada didekatnya
orang tersebut.
suara jeritan yang mengerikan terdengar saling susul berkumandang dimulut lembah yang
sunyi. Dari delapan orang anak buahnya Cie inpang tujuh orang diantarnnya sudah rubuh
menggeletak sebagaimana tinggal lagi- seorang yang masih hidup, berdiri bagaikan patung saja
layaknya, agaknya baru habis dibikin kesima oleh kepandaian Yo Cie Cong yang sangat luar biasa.
^
"Dengar.. Kau telah kubiarkan hidup sebagai saksi. sampaikan semua kejadian disini pada Li
Bun Hao ketuamu. Katakan padanya, orang yang hendak menagih hutang sudah datang dan suruh
dia singkirkan semua rintangan sepanjang perjalananku kesana nanti." demikian kata Yo Cie Cong.
Orang yang beruntung masih dibiarkan hidup sendiri ini. bagaikan mendapat pengampunan
besar dari hakim, dengan tidak menoleh lagi segera lari terbirit2 hendak menyampaikan semua
kejadian yang dialami oleh kawan2nya dan pemimpinnya kepada Pangcu-nya.
Yo Cie Cong menantikan sampai orang itu berlalu jauh benar baru melanjutkan perjalanannya
lagi dengan perlahan-lahan menuju kedalam lembah.
Lembah itu keadaannya sangat strategis. Di kedua sisinya terlihat gunung2 menjulang tinggi
dengan jurangnya yang curam, tebing di tempat tersebut tidak lagi diperlukan tenaga penjagaan.
Oleh karena Yo Cie Cong mempunyai kepandaian yang sangat tinggi, ia tidak usah takut
melihat keadaan disekitar tempat itu yang boleh dikatakan menguntungkan sekali kalau dipakai
musuh untuk mengurungnya.
Pada saat itu dalam hatinya hanya ada satu pikiran dan satu tujuan yaitu: Menagih hutang jiwa.
Dilain pihak. dalam pusatnya Cie- inpang saat itu sedang diliputi suasana tegang.
Pangcu dari Cie- inpang Li Bun Hao, ketika menerima berita yang mengatakan bahwa ada
seorang muda berwajah jelek hendak menemui dirinya sendiri yang sebelumnya sudah
membunuhi orang2nya, dalam hati merasa heran. Ia tidak dapat menerka siapa gerangan pemuda
yang dimaksud.
Tetapi pemuda jelek itu telah mengaku bahwa kedatangannya disitu untuk menagih hutang
jiwa. Hutang jiwa siapa yang harus ditagih?
Sejak terbunuhnya pemilik Golok Maut oleh Liat-yang Lo-koay di ci-lie-peng, ia sudah
beranggapan bahwa musuh2 besarnya yang paling ditakuti sudah lenyap, sehingga untuk
selanjutnya dapatlah ia melewatkan hari dengan aman tenteram.
Tetapi sekarang, dengan mendadak sontak muncul seorang pemuda ang mengaku hendak
menagih hutang jiwa.
Apa yang membuat Li Bun Hao lebih heran ialah, pemuda itu sampai dimulut lembah hanya
dalam waktu seketika itu sudah berhasil membinasakan salah satu orang terkuatnya dengan
orang2 bawahannya sampai tujuh orang. Menurut apa yang disampaikan oleh orang satu2-nya
yang dibiarkan hidup untuk memberikan kabar, pemuda jelek itu katanya mempunyai kepandaian
sangat tinggi yang sukar dijajaki ketinggiannya. kepandaiannnya itu se-olah2 merupakan suatu
kegaiban dalam rimba persilatan.
Suara lonceng sebagai tanda bahaya tidak lama kemudian berkumandang dengan amat
nyaringnya ditengah udara sekitar lembah. Tanda bahaya ini dilembah daripusat Cie-in Pang.
suara terus menggema disekitar lembah Im-cio kok. sehingga membuat semua anak buahnya Ciein-
pang pada terkejut dan segera lari menuju kepusat perkumpulannya.
Orang2 cie-in-pang yang berkepandaian tinggi yang termasuk dalam tiga bagian penting daLam
perkumpulan tersebut, semuanya ber-lari2an menuju keposnya masing2.
Dari pusat perkumpulan Cie in-pang sampai kemulut lembah jaraknya ada tiga lie, pada setiap
lie-nya terdapat sebuah pos penjagaan. Ini berarti, antara mulut lembah dan pusat ada tiga pos
penjagaan, bagi orang luar yang hendak memasuki lembah, harus melalui tiga pos itu dulu baru
bisa sampai ke pusatnya.

Disetiap pos itu ditempatkan seorang sebagai kepala yang dipanggil Tong cu dengan tiga orang
pembantunya yang disebut Hiocu. Disamping itu masih ada lagi seratus orang lebih sebagai anak
buah pilihan.
Pada saat itu, Pangcu Li Bun Hao sedang berjalan mundar mandiri Alisnya terus dikerutkan, ia
tengah memikirkan sangat siapa adanya anak muda jelek yang katanya hendak datang menagih
jiwa itu ?
Para Tongcu, Hiocu dan anak buah pilihan lainnya yang berkumpulan dalam pusat, dari
wajahnya masing2 dapat dilihat tegas perasaan gusarnya. Mereka menantikan perintahnya
pangcu.
Mendadak seorang anak buahnya Cie-inpang lari mendatangi ke dalam pusat perkumpulan-nya
dengan badan sempoyongan, yang begitu sampai segera berlutut dihadapan pangcunya. Dengau
napas ter-senggal2 orang itu berkata:
"Hunjok beritahu kepada Pangcu, pos pertama sudah bobol. Tongcu. Hiocu dan semua kawan
yang menjaga disana sudah binasa ditangannya seorang pemuda jelek sekarang ini dia sedang
menuju kepos penjagaan kedua."
Li Bun Hio dengan badan gemetar karena gusarnya, segera memberi perintah pada anak
buahnya yang baru datang ini: "Pergi cari keterangan lagi" orang itu segera mengundurkan diri
setelah mengatakan, "Baik."
Suasana dalam pusat Cie-in pang kini tampak semakin tegang.
Kejadian ini merupakan suatu kejadian luar biasa yang baru pertama kali ini dialami semenjak
berdirinya Cie in pang sekian lamanya dalam keadaan aman tenteram.
Agaknya orang muda itu bukan hanya memiliki kepandaian yang sangat tinggi saja, tetapi
tentunya juga ada mengandung permusuhan yang sangat dalam dengan perkumpulan Cie in
pang.
Dengan suara gusar Li Bun Hao segera mengeluarkan perintahnya lagi.
"Tongcu bendera merah dengar perintah "
"Ya."
"Segera pimpin semua anak buah dibawah kekuasaanmu pergi kepos penjagaan kedua "
"Baik."
Tongcu dari bendera merah itu belum lagi berangkat, orang yang tadi diperintahkan mencari
berita baru tiba, sudah muncul lagi dan menyampaikan beritanya:
"Hunjuk beri tahu kepada Pangcu. Pemuda itu sudah melewati pos kedua. Hanya Tongcu
seorang yang masih diberi jalan hidup dan mundur kepos ketiga, sekarang pemuda itu sudah akan
segera sampai dipos ketiga. Mohon Pangcu keluarkan perintah."
"Kau mundur "
"Baik."
"Tongcu dari bendera merah dan bendera putih "
"Tecu sekalian ada disini."
"Segera berangkat kepos ketiga. Beri bantuan seperiunya. Aku akan segera menyusul."
"Baik."
Keadaan Li Bun Hao sudah sangat repot sekali kelihatannya. Dengan alis dan kumis berdiri
serta mata melotot kembali ia mengeluarkan perintahnya: "Tongcu bagian hukum dengar perintah
"
"Tecu menantikan perintah . "
"Penjagaan didalam pusat ini kuserahkan pada kalian dengan tanggung jawab sepenuhnya."
"Baik."
"Yang lainnya ikut aku pergi kepos ketiga."
"Baik,"
"Baik."
"Baik."

Dalam pusat cie inpeng saat itu diliputi oleh suasana ketegangan dan kesedihan.
Cie in pang yang merupakan salah satu perkumpulan besar diantara sekian banyak
perkumpulan besar lain dalam rimba persilatan kini telah dibikin kalang kabut hanya oleh seorang
anak muda saja, ini benar2 merupakan suatu lelucon besar bagi dunia kang ouw.
Tetapi kenyataannya memang demikian hal-nya. seorang anak muda berwajah jelek yang
belum dikenal dalam waktu sekejap saja sudah berhasil menghancurkan dua penjagaan penting.
Banyak anak buahnya Cie-in-pang yang sudah terkenal kekuatannya terbinasa dalam tangannya.
Anak buahnya yang berkepandaian biasa saja yang binasa sudah tidak terbilang lagi jumlahnya.
Ini benar2 merupakan suatu bencana hebat bagi Cie-in pang.
Pangcu Li Bun Hao dengan diiringi elite sejumlah pengawas kelas tingginya berjalan keluar dari
dalam pusatnya..
Baru saja mereka sampai, dilapangan di luar pusat perkumpulan, mereka sudah dapat melihat
sesosok bayangan orang tengah mendatangi sambii ber-lari2an dengan amat pesatnya. sekejapan
saja bayangan orang itu sudah berada didepan mereka. Li Bun Hao dan para pengawalnya lantas
merandek.
Orang itu sesampainya didekat mereka, badannya sudah rubuh tersungkur. Beberapa anak
buahnya Li Bun Hao dengan cepat maju membimbing bangun orang yang jatuh itu, salah seorang
diantaranya dengan suara nyaring berkata:
"Hunjuk beri tahu kepada Pangcu. Tongcu pos ketiga Na Koancu telah terluka parah.
Barangkali..."
Na Koan cu, orang yang rubuh tersungkur dalam keadaan terluka parah tadi, dengan
mendadak melepaskan diri diri tangannya dua orang yang memapahnya dan dengan
sempoyongan ia berusaha maju lagi dua langkah, lalu berkata dengan suara serak.
"Pangcu, orang yang datang menyerbu itu adalah seorang anak muda muka jelek. Kepandaian
ilmu silatnya sangat luar biasa, tidak ada seorangpun juga yang mampu menandingi, Teecu sudah
berusaha mengeluarkan seluruh kepandaian Teecu yang ada, tetapi tetap tidak berhasil
menghadapi majunya pemuda itu..."
Li Bun Hao yang mendapat keterangan demikian, dadanya dirasakan seperti mau meledak.
Dengan perasaan gusar yang takterhingga ia mengawasi anak buahnya, matanya lalu di alihkan ke
arah muka, sebab ia tahu benar bahwa musuh yang kuat itu akan segera muncul didepan
matanya.
Benar saja, tidak lama kemudian sososok bayangan manusia perlahan berjalan mendatangi dari
depannya.
Saat itu anak buahnya Li Bun Hao semuanya berseru ramai.
Sambil mengulapkan tangannya Li Bun Hao mencegah anak buahnya ribut2.
Bayangan orang itu datang semakin lama semakin dekat, suasanapun semakin menegang.
Akhirnya orang itu berhenti kira2 sejauh tiga tumbak dari tempat berdirinya Li Bun Hao.
Tetamu aneh yang dalam waktu sekejapan saja sudah dapat membobolkan tiga pos penjagaan
yang penting dari cie lie-pang yang terkenal kuat ini, dilihat sepintas lalu, hanya seperti seorang
anak muda jelek saja, sedikitpun tidak terlihat apa2nya yang luar biasa.
Para pengawal Li Bun Hao setelah melihat orangnya sendiri, kini sudah tidak seberapa takut
dan kaget lagi, kembali memperdengarkan suara ribut2, semuanya mengawasi pemuda. wajah
jelek itu tanpa berkedip.
Dengan sorot mata beringas Li Bun Hao per-lahan2 berjalan menghampiri pemuda itu. lalu
berkata dengan suara gusar: "Dengan maksud apa saudara membikin ribut2 disini?"
Yo Cie Cong dengan suaranya yang ketus dingin menjawab: "Menagih hutang jiwa."
Li Bun Hao terperanjat.

Semua pengawal2pun memperlihatkan wajah keheranan. "Hutang jiwa siapa yang hendak
sahabat tagih dari kami ?"
"Hutang jiwa orang2nya Kam lo-pang "
Wajah Li Bun Hao berubah mendadak. Dengan tidak sadarkan diri kakinya mundur setindak.
lalu berkata pula: "Kau... Kau.... Kau... Adakah kau...?"
"Pemilik Golok Maut "
"Apa ?"
"Pemilik Golok Maut "
Orang2 yang ada disitu semuanya merasa ketakutan, tetapi juga ada yang agak bersangsi.
Pemuda wajah jelek ini telah mengaku dirinya sendiri sebagai pemilik Golok Maut. Tetapi
pemilik Golok maut adalah seorang orang tua rambut putih berlengan satu dan sudah binasa
dalam tangan Liat- yang Lokoay belum lama berselang. Kematiannya pemilik Golok Maut sudah
disaksikan oleh hampir semua orang2 gagah dari dunia Kang-ouw.
Perkataan pemuda jelek ini sebagai "Pemilik Golok Maut", benar benar merupakan teka teki
yang sukar dijawab.
Tetapi dari kepandaian dan kekuatan ilmu silatnya yang hanya dalam waktu sekejapan mata
saja sudah berhasil membobolkan tiga pos penjagaan penting yang kuat, dapatlah diukur
bagaimana tingginya kekuatan pemuda ini yang rasanya tidak ada dibawahnya kepandaian pemilik
Golok Maut.
Li Bun Hao setelah menenangkan pikirannya lalu berkata sambil ketawa dingin: "Bocah,
Ucapanmu apa tidak nganglong?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Pemilik Golok Maut sudah binasa di Cie lie-peng. Kejadiannya sudah disaksikan oieh banyak
orang2 gagah,"
Yo Cie Cong yang diingatkan pada kejadian itu, terlihat kepalanya didongakkan mengawasi
angkasa luar, kemudian dengan secara tiba-tiba ia ketawa bergelak-gelak, agaknya hendak
melampiaskan rasa penasarannya. setelah merasa puas ketawa ia lantas berkata dengan suara
gemas:
"Li Bun Hao, aku adalah keturunannya pemilik Golok Maut yang sudah binasa itu. sekarang aku
hendak melanjutkan usahanya menuntut balas, menagih jiwa pada orang2 yang berhutang satu
demi satu. siapa saja yang dulu turut ambil bagian dalam pembasmian Kam lo pang, tidak ada
seorang juga yang boleh lolos dari ancaman Golok Maut "
Suaranya yang terakhir ditandaskan sehingga membuat Li Bun Hao terkejut sekali, kembali
kakinya digeser setindak lagi kebelakang. "sahabat mau bertindak bagaimana ?"
Ia ketawa meringis. "seperti biasa, ditambah dengan bunganya "
saat itu, seorang orang tua berewokan lebat mendadak maju dan berkata pada Li Bun Hao:
"Harap Pungcu suka mundur dulu."
Setelah berkata demikian, selanjutnya ia berkata pada Yo Cie Cong:
"Bocah,jiwanya seratus orang2 perkumpulan kami yang kau bunuh bunuh Harus kau ganti
sekarang juga "
"Siang-siang sudah kusampaikan kabar yang minta kanan menyingkarkan semua rintangan
sepanjang perjalananku kemari. Kalian tidak menurut, itu berarti mencari kematian sendiri siapa
yang harus kau salah kan ?"
"Ha, ha... Bocah kau terlalu jumawa"
"Sahabat menjabat kedudukan apa disini."
"Pelindung hukum Cie in pang "
"Sebaiknya kau mundur saja."
Orang tua berewokan itu setelah ketawa ber gelak2, berkata pula dengan suara beringas:

"Bocah, sebagai seorang yang bertanggung jawab melindungi hukum perkumpulan, aku hendak
minta ganti jiwanya orang2 kami yang kau bunuh bunuhi."
"Kau tidak berhak menagihnya."
"Bocah, jangan banyak rewel "
Sambil mengeluarkan bentakan keras orang tua itu menggerakkan kedua tangannya
menyerang Yo Cie Cong dengan sangat hebatnya.
Yo Cie Cong memang bermaksud hendak mendemontrasikan kekuatannya, sengaja ia
membentak dulu "Kau cari mampus", lalu dengan tidak menyingkir, juga tidak berkelit lagi ia
menyodorkan tangannya dengan perlahan. Kabut merah putih terlihat meluncur keluar dari dalam
tangannya.
"Liang kok Cin- goan-."
Demikianlah suara seruan terdengar dari antara orang2 yang demikian banyaknya itu, tetapi
belum lagi lenyap suara seruan ini dari udara, mendadak terdengar satu suara jeritan ngeri.
-0000000-
BAB 36
SUARA ilmu " Liang- kek Cin goan" masih berkumandang di udara, sudah disusul oleh suara
jeritan yang sangat mengerikan. Kemudian kita lihat tubuhnya Pelindung Hukum Cie in pang sudah
terpental jatuh, dari lubang2 mata, hidung, mulut dan teinganya sudah mengeluarkan darah
segar, jiwanya melayang seketika itu juga.
Kekuatan tenaga "Liang kek Cin- goan" ini sesungguhnya merupakan suatu ilmu silat yang
sudah tidak ada taranya, hingga orang ci in pang yang terhitung orang2 kuat dari kalangan
Kangouw, seketika itu mau tidak mau juga dibikin kesima dan tidak berdaya sama sekali.
Suasana seram meliputi seluruh tempat yang menjadi pusatnya perkumpulan Cie In pang, yang
tadinya merupakan sarangnya harimau.
Tidak nyana pengganasnya pemilik Golok Maut yang baru muncul ini pertama2 telah tujukan
sasarannya dan turun tangan kepada Cie ie pang. Bahkan caranya ada lebih kejam ganas dan
telengas dari pada pemilik Golok Maut sendiri yang sudah binasa
Cie in pang, salah satu perkumpulan di dunia Kang ouw yang sudah terkenal namanya, kini
betul2 sudah menghadapi bencana keruntuhan.
semua orangnya yang menyaksikan pertempuran tersebut, tidak ada satu yang berani maju
untuk mencoba rnenyambuti serangan yang begitu hebat dari manusia menakutkan itu
Lie Bun Hao, pangcu dari perkumpulan tersebut, sudah tentu tidak tinggal peluk tangan
menyaksikan semua orang2nya binasa secara mengenaskan ditangannya orang aneh yang
mengaku dirinya sebagai pemilik Golok Maut.
Apalagi kalau diingat bahwa semua ini adalah akibatnya ia sendiri yang telah menanam bibit
bencana pada 20 tahun berselang.
Maka seketika itu ia lantas maju beberapa tindak dan berkata dengan mata beringas:
"Pemilik Golok Maut, hutang piutang harus ditagih kepada orang yang bersangkutan, perlu apa
kau melakukan pembunuhan begitu kejam terhadap orang2 yang tidak berdosa ?"
"Lie Bun Hao, 20 tahun berselang, semua orang2nya Kam lo pang, terhitung ketuanya dan
anak isterinya, boleh dikata hampir binasa seluruhnya. Apakah mereka itu juga berdosa
semuanya? Apakah mereka turut bersalah?" jawab Yo Cie Cong dengan sangat gusar.
Lie Bun Hao bungkam. setelah hening cukup lama ia baru bisa berkata pula dengan suara
bengis:
"Apa hari ini kau bermaksud membasmi habis seluruh anggota Cie in pang?"
"Aku masih belum mempunyai maksud demikian, kecuali..."
"Kecuali apa ?"

"Kecuali jika kau tidak segera membubarkan perkumpulan cie In pang dan lantas meninggalkan
lembah ini. Perintahku selalu tidak mengenal kasian Kau harus mengerti sendiri apa akibatnya."
"Bubarkan Cie in pang ?" Bagi orang2 cie inpang, jawaban ini se olah2 suara halilintar ditengah
hari, se-akan2 ketokan martil disetiap telinga mereka.
Bagi orang2 Kang ouw, ini dianggap ada satu penghinaan yang sudah tidak ada taranya atau
suatu perbuatan yang sudah melewati batas.
Lie Bun Hao masih belum menjawab, dari antara orangnya sudah lompat keluar tiga orang.
Mereka itu adalah orang2 yang memangku jabatan Tongcu dalam perkumpulan cie in pang.
Perbuatan tiga tongcu itu segera disusul oleh hiocu yang pada berdiri berbaris dibelakang 3
tongcu tadi.
Yo Cie Cong ketawa dingin. sepasang matanya memancarkan sinar tajam memandang pada
mereka, sehingga untuk sesaat membikin 12 orang itu ragu.
Melihat demikian, Li Bun Hao lalu berkata dengan suara terharu: "saudara silahkan mundur
dahulu, soal ini akan ku tanggung sendiri" Tongcu Gak Lui Ceng lantas menjawab dengan suara
gusar:
"Silahkan Pangcu mundur kesamping, kita orang lebih suka musnah bersama Cie inpang
daripada hidup terhina"
Para tongcu dan Hiocu yang lainnya juga lantas menyambuti ucapan Tongcu tadi dengan suara
gemuruh.
Yo Cie Cong sebenarnya bukan seorang yang gemar membunuh, cuma oleh karena hendak
menuntut balas sakit hati gurunya, ia terpaksa berbuat demikian. Barusan ketika ia dengan
beruntun menerjang tempat penjagaan, sudah menewaskan jiwanya orang Cie inpang hampir 100
orang, hawa amarahnya juga sudah tidak begitu berkobar seperti ketika ia baru menginjak lembah
yang menjadi pusatnya perkumpulan Cie inpang itu.
Semula ia pikir, bila sudah membinasakan jiwanya orang yang menjadi biang keladi, sudah
cukup, tapi kini keadaannya ternyata tidak begitu mudah seperti apa yang ia kira. Maka ia lantas
berkata kepada Lie Bun Hao dengan nada yang agak lunak:
"Lie Bun Hao, aku tidak akan berlaku keterlaluan, tidak akan melakukan pembunuhan terhadap
orang2 yang tidak berdosa. Asal kau bersedia mau membubarkan Cie inpang, aku berjanji tidak
akan membikin luka dirinya siapa juga, kau lihat saja nanti buktinya "
Tapi perkumpulan cie in pang yang sudah didirikan beberapa puluh tahun lamanya, para
Tongcu dan Hiocu serta anggotanya yang kini masib ada, kebanyakan merupakan orang2 yang
sudah banyak berjasa dalam perkumpulannya sebagai jiwanya sendiri Bagaimana mereka mau
mengerti perkumpulannya yang dibangun dengan susah payah itu dibubarkan begitu saja dengan
hanya menuruti perintahnya pemilik Golok Maut saja ?
Andai kata, sekalipun Lie Bun Hao mau terima baik permintaan pemilik Golok Maut, tapi
anggota Cie inpang yang lainnya juga belum tentu menurut. sebab permintaan perkumpulan itu
kalau diterima akibatnya ada lebih memalukan daripada dibubarkan dengan kekerasan atau
pembasmian.
Lie Bun Hao yang bertindak sebagai ketuanya, biar bagaimana juga tidak bisa terima baik
permintaan pemilik Golok Maut yang berarti menyuruh ia menghianati atau menjual
perkumpulannya sendiri
Maka saat itu ia lantas menjawab dengan suara gusar: "Bocah keparat, dengarlah jawabanku :
Tidak bisa "
"Lie Bun Hao, kalau begitu kau jangan sesalkan kalau aku berlaku keterlaluan " Yo Cie Cong
mengancam.
Belum sampai Lie Bun Hao memberi jawabannya, 12 Tongcu dan Hiocu yang majukan diri tadi
sudah tidak bisa menahan kemarahannya lagi. Meskipun mereka tahu bukan tandingan pemilik
Golok Maut, tapi mereka tidak suka diperhina begitu saja, apa lagi mengingat soal ini ada
mengenai hidup atau musnahnya perkumpulan cie inpang.

Maka diantara suara bentakan riuh, 12 orang kuat dari Cie inpang itu sudah melancarkan
serangannya berbareng dari berbagai jurusan kepada Yo Cie Cong.
serangan tangan yang dilancarkan berbareng itu se-olah2 gelombang laut dengan hebat
menggempur dirinya Yo Cie Cong.
Tapi Yo Cie Cong agaknya menganggap sepi serangan yang sangat hebat itu. sambil ketawa
dingin ia egoskan dirinya, dengan sangat lincah ia melesat tinggi untuk menghindarkan serangan
tersebut, kemudian melancarkan serangannya pembalasan.
Ketika serangan 12 orang itu meluncur ke luar tapi mendadak kehilangan sasarannya, mereka
lantas mengetahui keadaan tidak beres. Belum sempat mereka bertindak. satu kekuatan tenaga
dalam yang amat hebat sudah datang menggulung mereka dengan tidak diketahui dari mana
datangnya.
Dengan cepat mereka menyingkir berpencaran, tapi ternyata masih ada dua orang yang agak
terlambat gerakannya sudah kesambar oleh kekuatan serangan tersebut, seketika itu lantas rubuh
terjengkang tidak bisa berkutik lagi.
Tepat pada saat itu, pangcu Lie Bun Hao secara, pengecut, diam2 telah mengerahkan seluruh
kekuatan tenaganya, dengan kecepatan bagaikan kilat melakukan serangan pembokongan
terhadap dirinya Yo Cie Cong.
Lie Bun Hao yang menjadi ketuanya Cie In pang baik kepandaian ilmu silatnya mau pun
kekuatan tenaganya, sudah tentu tidak dapat dipandang ringan- Dapat kita bayangkan sendiri,
betapa hebatnya serangan yang dilancarkan secara membokong tadi.
Yo Cie Cong yang mengetahui dirinya dibokong, tidak sudi ia menyambuti serangan ini,
sebaliknya lantas lompat melesat tinggi untuk menyingkir dari serangan.
Dengan demikian, Lie Bun Hao menjadi kecele. Ia merasa sangat menyesal dan kecewa niatnya
telah gagal, maka ia lanta2 berjingkrak-jingkrak dan ber-kauwk2 sendiri seperti orang kalap.
Sementara itu, 12 Tongcu dan Hiocu yang melakukan serangan berbareng tadi, setelah dibalas
oleh serangan Yo Cie Cong dan terpaksa mundur tersipu2 bahkan kehilangan jiwa dua orang
kawannya, juga lantas maju menyerbu lagi sambil berteriak-teriak. Kali ini mereka menyerang
dengan menggunakan senjata masing-masing.
Yo Cie Cong agaknya sudah berkobar lagi napsunya membunuh, dari kedua telapakkan
tangannya saat itu sudah mengeluarkan dua uap asap warna putih dan merah, asap yang
merupakan kekuatan tenaga dalam yang sudah tidak ada taranya itu lantas menyambuti serangan
senjata tajam yang dilancarkan oleh orang2 Cie in pang tadi.
Suara beradunya senjata tajam lantas terdengar berulang ulang lalu disusul oleh suara senjata
yang patah dan jatuh kemudian suara rintihan dan jeritan, yang dibarengi oleh menyemburnya
darah segar dan rubuhnya beberapa tubuh manusia.
Ditanah yang sudah menjadi merah karena tersiram darah manusia, saat itu sudah tambah lagi
4 manusia yang rebah menggeletak tidak bernyawa.
Dua belas Tongcu dan Hiocu yang terdiri dari orang-orang terkuat dalam perkumpulan Cie
inpang, dalam dua gebrakan saja sudah kehilangan 6 jiwa, sedang difihak lawannya masih belum
mengeluarkan senjatanya atau menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya. Kalau tidak.
barangkali sudah tidak ada yang bisa tinggal hidup,
Para anggota Cie in pang yang lainnya, rupanya telah mengerti bahwa sekalipun mereka semua
mengeroyok juga tidak ada gunanya, maka semuanya malah tidak berani bergerak.
Enam dari sisanya 12 Tongcu dan Hiocu yang menyerang Yo Cie Cong tadi, kelihatannya sudah
mulai lemas, hanya dengan mata melotot mereka mengawasi Yo Cie Cong, tapi tidak ada satupun
yang berani bergerak lagi.

Lie Bun Hao sambil memandang pada Yo Cie Cong berkata dengan suara mendongkol. "Bocah,
kami bersumpah tidak akan berdiri dibumi ini ber-sama2 dengan kau"
"Li Bun Hao, dengan kepandaianmu seperti sekarang ini masih belum boleh mengucapkan
perkataan demikian" jawabnya Yo Cie Cong dengan suara dingin. Kemudian dengan tenang ia
mengeluarkan senjatanya Golok Maut.
Lie Bun Hao ketika menyaksikan senjata yang aneh bentuknya itu, wajahnya pucat seketika. "
Golok Maut"
Suara seruan itu terdengar amat riuh, sebab senjata yang sangat aneh bentuknya itu, setiap
kali muncul. sedikitnya satu jiwa akan melayang, bahkan belum pernah terdengar ada orang kuat
yang bisa lolos dari golok aneh itu
Munculnya Golok Maut, berarti datangnya bencana kematian yang tidak bisa ditakar lagi.
Sinar berkeredepan yang memancar keluar dari batangnya Golok Maut, sudah cukup untuk
membuat gemetar setiap orang yang melihatnya.. semua orang2 Cie-in-pang yang ada disana,
meski mereka tahu bahwa Pangcu mereka akan- menemukan ajalnya dalam saat tidak lama lagi,
tapi hati mereka saat itu sudah dipengaruhi oleh perasaan-takut yang hebat, maka sampai punbergerak
saja juga tidak berani.
Hanya baru beberapa bulan saja Golok Maut unjukkan diri didunia Kang-ouw, tapi sudah cukup
membuat geger dan menggema pada dunia rimba persilatan. Dalam pertempuran di ci-lie-peng,
berita binasa-nya pemilik Golok Maut ditangannya Liat- yang lo koay. juga menggemparkan dunia
Kangouw, tapi sungguh tidak dinyana, belum lagi sirap berita yang menggemparkan itu didunia
Kang ouw telah muncul lagi dirinya pemilik Golok Maut yang lain, hal mana telah membuat
terkejut dan heran semua orang.
Li Bun Hao setelah sejenak mengawasi Golok Maut yang berbentuk aneh itu, lantas menghunus
pedangnya cie ia kiam yang sinarnya berkeredepan menyilaukan mata.
Pedang cie in kiam ini ada suatu benda pusaka dari jaman purbakala. Tajamnya luar biasa,
maka dijadikan benda pusaka dari perkumpulan cie in pang, dan ini adalah untuk pertama kalinya
digunakan oleh ketuanya untuk menghadapi musuh.
Semua orang cie in pang yang ada disitu ketika menyaksikan senjata pusaka itu keluar dari
sarungnya, se-olah2 geledek menyambar saja, setiap orang lalu tersadar bahwa mereka beserta
perkumpulannya tengah menghadapi bencana keruntuhan, maka rasa sedih, duka telah
menghangatkan perasaan gusar yang me-luap2 terhadap musuhnya ini.
Perasaan takut dan kaget yang tadinya menyelimuti seluruh pikiran mereka, kini telah lenyap
semuanya, berganti dengan perasaan sakit hati dan amarah yang me-luap.
"Maju " demikian terdengar suara seruan dari antara mereka itu.
Seruan yang keluarnya secara mendadak itu telah disusul oleh bergeraknya beberapa puluh
orang yang-dengan senjatanya masing2 serentak menyerbu dirinya Yo Cie Cong. Li Bun Hao
setelah berpekik juga turut menyerang.
Yo Cie Cong Yang menyaksikan keadaan demikian, lantas membentak keras, Golok Maut
tangannya sudah lantas dikerjakan, sehingga sebentar saja terjadilah suatu pertempuran hebat
yang tidak ada taranya...
Suara beradunya senjata dan jeritan manusia diselingi dengan tangan dan kaki beterbangan
ditengah udara serta rubuhnya tubuh manusia yang sudah tidak bernyawa lagi.
Yo Cie Cong yang agaknya sudah kalap. telah melakukan pembunuhan besar-besaran. Tanpa
menghiraukan jiwanya sendiri, dan akibatnya. Darah mengalir tanpa putus2-nya, bangkai
bergelimpangan, sehingga ruangan pusat perkumpulan cie in-pang dalam waktu sekejapan saja
sudah berubah menjadi tempat jagal manusia.
Keadaan demikian itu, jika berlangsung kira2 setengah jam lagi, semua orang2 kuat Cie in-pang
yang berada disitu barangkali seorangpun tidak ada yang bisa hidup, mereka akan terbinasa
seluruhnya dibawah senjata Golok Maut.

Kejadian ini adalah merupakan peristiwa pembunuhan besar-besaran dalam sejarah rimba
persilatan-
Yo Cie Cong rupanya pada saat itu sudah gelap pikirannya, akal budinya sudah dipengaruhi
oleh hawa amarah dan napsu membunuhnya, sehingga tujuan satu-satunya: "Membunuh "
Tipu serangan Golok Maut yang sangat luar biasa, karena harus menghadapi musuh yang
begitu banyaknya yang semuanya juga sudah menjadi kalap. maka Yo Cie Cong telah
menggunakannya sampai ber ulang2, sehingga banyak sudah orang-2 kuat dari Cie in-pang yang
jatuh saling susul.
Kalau bukan lengan mereka yang terkutung, sudah pasti bagian pahalah yang terlepas,
sedikitpun tidak ada yang meleset dari sasarannya.
Lie Bun Hao yang menyaksikan orang2-nya bertempur secara nekad, meskipun sudah banyak
korban yang jatuh, tetapi yang masih hidup masih juga berani maju merangsek terus, ia hanya
bisa mengawasi dengan mata beringas. Percuma saja ia mempunyai senjata pusaka yang
tajamnya luar biasa, karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menghadapi lawannya.
Juga ia tidak berdaya untuk mencegah orangnya berbuat begitu nekad, maka ia hanya
membiarkan peristiwa berdarah itu berlangsung terus, namun dalam hatinya diam-diam sudah
mengeluh: " Habis, tamatlah riwayatnya Cie- in-pang."
Pada saat itu, suara tajam dan berat terdengar diantara suara jeritan dan suara beradunya
senjata2. suara itu tiba-2 masuk kedalam telinganya Yo Cie Cong.
"Anak. kau keterlaluan-" suara itu diulangi sampai tiga kali.
Setiap patah kata dari suara tadi seolah-olah ketukan palu besar didadanya Yo Cie Cong,
setinggi tersadarlah anak muda itu akan perbuatannya yang sudah seperti orang gila. Ia sudah
mengenali benar siapa orangnya yang mengucapkan perkataan itu tadi.
Orang itu adalah si orang berkedok kain merah yang paling dijunjung tinggi dan paling
dihormati oleh Yo Cie Cong.
Perkataan orang berkedok kain merah itu seolah-olah mempunyai pengaruh gaib, sehingga
membuat anak muda itu sadar dan tunduk betul-betul. "Ya, aku keterlaluan." demikian kata
pemuda itu pada dirinya sendiri.
Selanjutnya, Yo Cie Coug lantas mengambil tindakan tegas dan pendek. ia memusatkan seluruh
kekuatan "Liang kek Cin goan" kesebelah tangan, lalu dtayunkun kekanan dan kekiri suatu tenaga
dahsyat yang tidak terlihat telah menggulung orang yang berada di kanan dan kiri dirinya.
Kekuatan itu se-olah2 angin menyapu awan, sebentar saja telah mendorong sisa orang-2 yang
mengeroyok dan yang masih membandel menyerbu kearah. orang-2 itu telah dibikin terpental
sejauh dua tumbak. Yo Cie Cong sendiri dengan kecepatan kilat melayang menghampiri Li Bun
Hao.
Gerakannya itu dilakukan secara tiba2 dan juga diluar dugaannya pangcu dari Cie in pang itu.
Li Bun Hao yang bertindak sangat hati2 dalam menghadapi pemilik Golok Maut, ketika Yo Cie
Cong bergerak secara tiba-tiba meluncur kearahnya, ia sudah siap sedia untuk menghadapi segala
kemungkinan.
Begitu melihat bergeraknya bayangan Yo Cie Cong, ia sudah menggunakan pedang pusakanya
yang tajam luar biasa. Dengan sepenuh tenaganya ia membabat dan menikam dada sianak muda,
dengan beruntun sampai delapan belas kali.
sinar pedang terlihat berkelebat, sedikitpun tidak memberikan kesempatan pada Yo Cie Cong
untuk bertindak.
Yo Cie Cong dengan ilmunya Menggeser tubuh menukar bayanya, se-olah2 gerakan setan dan
angin cepatnya telah berputar disekitar dirinya Lie Bun Hao. Ia menantikan sampai Li Bun Hao
kehabisan tenaga sendiri, baru bergerak.

Tidak lama ia menunggu, saat itu telah tiba. Yo Cie Cong. tertampak telah melancarkan
serangan mautnya. Tetapi baru saja menyerang dua kali, serangannya tiba2 dihentikan
Diantara suara jeritan ngeri dan muncratnya darah merah, telah terbang melejit keudara dua
buah benda dibarengi berkelebatnya sinar biru. orang2 kuat yang tadi terdorong mundur oleh
ilmunya Yo Cie Cong, yang saat itu masih belum lagi bisa berdiri tegak, sudah pada menjerit.
Dua benda yang terbang melesat ketengah udara tadi kiranya adalah dua lengan tangannya Li
Bun Hao yang terpapas kutung oleh Golok Maut. sedangkan benda yang berkeredepan bersinar
biru adalah pedang pusakanya Cie- in- kiam.
Semua kejadian itu kalau dilukiskan dengan kata2, akan memerlukan banyak perkataan, tetapi
sebetulnya hanya terjadi dalam waktu sekejapan saja.
Yo Cie Cong setelah berhasil memapas kutung kedua lengan tangannya Li Bun Hao, tiba-tiba
serangan lanjutannya dihentikan kemudian ia berkata dengan suara rendah kepada pangcu Ciein-
pang itu.
"Li Bun Hao, aku mengutungi kedua lengan tanganmu ini adalah untuk menuntut sakit hatinya
orang2 Kam lo pang. sekarang aku hendak berbuat atas dirimu seperti apa yang aku lakukan
terhadap pangcu Ban siu pang: Aku hendak mengutungi kedua pahamu lagi. Perlu aku
beritahukan lagi padamu, aku ini adalah itu bocah yang kalian, kedua "pang" dengan cin Bie Nio
dari Pek leng hwe, ketika aku di tepi danau Naga tempo hari. Mendengar ini, rasanya kau bisa
mati dengan meram."
Li Bun Hao yang saat itu sedang ter-huyung2 karena kedua lengannya sudah terpapas kutung,
ketika mendengar perkataan Yo Cie Cong itu, mendadak lantas berdiri dan berteriak:
"Kau... kau adalah kau si bocah wajah dingin?" baru mengucapkan perkataan demikian, kembali
terdengar suara jeritannya, dan kali ini kedua pahanya telah terpapas kutung, dadanya berlubang.
Darah segar menyembur keluar dari dadanya, tubuhnya lantas rubuh "berhenti" jadi orang...
Sisa orang Cie inpang yang masih hidup ketika menyaksikan pemimpinnya mati secara demikian
mengenaskan, semuanya cepat2 berteriak gusar dan menyerbu Yo Cie Cong dengan tidak
menghiraukan jiwanya lagi. Tetapi terjangan gerakan mereka sudah terlambat.
Pemuda aneh wayah jelek hitam yang mengaku sebagai pemilik Golok Muat itu sudah
menghilang dari depan mata mereka.
-0000000-
Beberapa hari kemudian dunia Kang-ouw telah dibikin gempar dengan berita tentang
terbasminya habis-habisan perkumpulan Cie- in pang, salah satu perkumpulan terbesar dalam
dunia persilatan.
Dua pang dan satu Hwee yang dulu namanya sangat terkenal di kalangan Kang ow, sekarang
hanya tinggal lagi satu Hwee yaitu Pek leng-hwee yang masih berdiri tegak.
Ban siu-pang, sejak pangcunya, Tio Phan terbinasa diujung Golok Maut di dalam kota Tiang soa
juga sudah lantas dibubarkan oleh orang-2nya sendiri
Tetapi apa yang mengherankan orang2 dunia kang-ouw adalah orang yang bertindak
melakukan pembunuhan terhadap perkumpulan Cie in pang ternyata adalah pemilik Golok Maut
juga yang baru, yang bertindak melanjutkan tugasnya pemilik Golok Maut yang lama, tetapi baik
kepandaian ilmu silatnya, maupun kekuatan tenaganya, kalau dibandingkan dengan kekuatan dan
tenaga pemilik Golok Maut yang asli, pemilik Golok Maut baru ini agaknya masih lebih tinggi
setingkat.
Ketika tersiar berita tentang terbunuhnya pemilik Golok Maut yang ditangannya Liat yang
Lokoay, baru saja orang dunia rimba persilatan merasa tenang terhindar dari bencana yang
mengerikan dan menakutkan. tiba2 dibikin gemetar oleh munculnya pemilik Golok Maut lagi. Tidak
dinyana pemilik Golok Maut yang lama mempunyai pengganti yang meneruskan tugasnya
menuntut balas kepada musuh nya.

Lima partai terbesar dari rimba persilatan- Kini telah berserikat dan mengutus puluhan
orangnya yang paling kuat bawah pimpinannya seorang ketua dari Siau lim pay, Pek Tie siansu
untuk menyelidiki keadaan sebenarnya tentang peristiwa berdarah itu supaya jangan sampai
menjalar lebih luas..
Disamping itu, orang2 kuat dari golongan hitam dan putih juga mulai bergerak kembali.
Maksudnya sudah tentu juga ingin menyingkirkan manusia yang menakutkan itu Di antara orang2
golongan hitam itu, adalah orang dari Im mo kau yang bergeraknya paling aktif.
Sudah tentu pula, dengan terbasminya perkumpulan Cie in pang, orang2 didunia Kang ouw
tidak ada seorangpun yang mengetahui dengan tepat siapa sebenarnya yang memegang peranan
sebagai pemilik Golok Maut baru.
Karena apa yang pernah mereka saksikan, si pemilik Golok Maut, yang pertamanya di pegang
oleh Yo Cie Cong yang menyaru sebagai orang tua, adalah pemimpin Kam lo pang.
Satu2nya orang yang mengetahui rahasia ini, hanyalah si pemilik bendera burung laut, ialah itu
orang penuh rahasia yang selalu mengenakan kedok kain merah. sesudah peristiwa hancurnya
perkumpulan cie in-pang, dengan beruntun sampai tujuh kali pemilik Golok Maut itu telah
unjukkan diri sudah dengan sendirinya pula, setiap kali muncul, Golok Mautnya pasti meminta
korban dirinya musuh2 Kam-lo pang. Tempat munculnya pemilik Golok Maut itu terkadang di
selatan, terkadang pula di Utara, sehingga membuat orang sukar mengikuti jejaknya, seluruh
dunia persilatan telah dibikin gempar, se-olah2 sedang menghadapi dunia kiamat.
Bilakah berhentinya perbuatan gila dan kejam itu? Tidak ada seorangpun yang dapat
meramalkan-
Seandainya perbuatan pemilik Golok Maut itu benar hanya hendak menagih hutang jiwanya
orang2 Kam-lo-pang yang dibinasakan pada dua puluh tahun berselang, tidakkah perbuatan
penuntutan balas itu dilakukan terlalu kejam, hingga dapat metenyapkan perasaan orang2 yang
menaruh simpati ?
Perbuatannya yang telengas dan kejam itu bukankah per-lahan2 akan menimbulkan perasaan
antipati dari orang2 yang tadinya sudah menaruh simpati?
-000000-
Pada suatu hari, jalan raya yang menuju ke kota Lam ciang tampak seorang pemuda cakap
ganteng yang sikapnya kecut dingin.Pemuda ini berjalan seorang diri dengan gerakan sangat
lambat sambil menundukan kepala, agaknya ia sedang berpikir keras.
siapakah pemuda itu? Pembaca tentu lantas kenal, sebab ia bukan lain daripada Yo Cie Cong,
yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut.
Dengan beruntun sampai tujuh kali telah membasmi satu demi satu musuhnya Kam-lo-pang
yang namanya tercatat dalam daftar lembar kedua.
Perbuatannya itu terus dilanjutkan sampai semua nama yang terdapat dalam lembar ke dua itu
terhapus habis. Mereka itu semuanya dibinasakan dengan Golok Mautnya.
Dan kini, tindakan selanjutnya yang akan dilakukan ialah hendak mencari musuh2nya yang
terkuat, yang namanya tercantum paling atas dalam daftar musuhnya Kam lo pang.
Kelima orang kuat itu tentunya merupakan ahli2 yang terkenal karena kejahatannya dikalangan
putih dan hitam.
Ini juga merupakan permulaan bagi Yo Cie Cong menghadapi tugas yang terberat selama
melakukan tugasnya menuntut balas pada semua musuh2nya Kam lo-pang, sebab untuk
selanjutnya ia akan menghadapi musuh2 yang sangat kuat yang tidak begitu mudah dibinasakan
seperti yang lainnya.
Tugas utama bagi Yo Ci Cong pada saat itu ialah, bagaimana dapat mencari jejaknya si siluman
Tengkorak Lui Bok Thong, sebab benda pusaka perguruannya, yaitu ouw bok Pow lok satu bagian
berada ditangannya iblis itu.

Jikalau ia berhasil dapat merebut kembali satu pusaka itu, maka untuk selanjutnya ia dapat
menyatukan dengan sepotong lainnya yang sudah berada padanya. Catatan ilmu silat luar biasa
yang tertulis dalam dua potong kayu pusaka itu dapat membantu tidak sedikit dalam usahanya
menuntut balas dalam menghadapi musuh2nya yang terkuat.
Selain dari pada itu, dua potong kayu pusaka (ouw bok Po lok) itu juga merupakan bibit
bencana dalam peristiwa terbasminya perkumpulan Kam lo-pang pada dua puluh tahun berselang,
maka apa pun yang akan terjadi ia harus berusaha sampai barang tersebut dapat direbut kembali.
Disamping itu semua, ia juga teringat akan dirinya sendiri yang diselubungi banyak rahasia, asal
usulnya yang masih merupakan satu teka teki. Ia harus mencari tahu tentang dirinya dan baru
dapat membuka tabir rahasianya itu.
Banyak lagi urusan yang masih harus diselesaikannya, seperti apa yang telah disanggupi dari
permintaannya Thian-san liong- lie, mencari itu akhli pedang yang wajahnya mirip sekali dengan
wajahnya sendiri
Karena memikir semua persoalannya yang memenuhi otaknya itulah maka ia beryalan sambil
tundukkan kepala.
Selagi enak2nya ia berjalan, satu sambaran angin yang sangat halus dirasa berseliwerkan
disamping nya. Ia lantas menengok Apa yang dirasakannya telah membuat hatinya bercekat.
-0000000-
BAB 37
DUA BAYANGAN putih dengan kecepatan seperti asap terlihat terbang melalui samping dirinya,
lari menuju kearah bukit disebelah kananyalan raya. Bayangan itu hanya dengan beberapa kali
berkelebat saja sudah menghilang kedalam rimba yang terdapat di bawah bukit tersebut. Hanya
bau harum yang masih tertinggal yang menusuk hidungnya Yo Cie Cong.
Dari bau harumnya itu, Yo Cie Cong mengambil kesimpulan, tentunya bayangan putih yang
terbang menghilang seperti asap tadi pasti adalah dua orang wanita atau salah satu di antaranya
ada wanita.
Hanya seorang yang berkepandaian tinggi seperti Yo Cie Cong yang bisa mengetahui, bahkan
dapat membedakan siapa orangnya yang lewat disampingnya tadi. Untuk orang yang kepandaian
Ilmu silatnya belum seberapa tinggi, tidak nanti dapat membedakan kalau bayangan yang melesat
disampingnya tadi benar2 manusia, mungkin pula orang itu akan menganggap setan atau makhluk
jejadian-
Yo Cie Cong merasa tertarik oleh kepandaian yang luar biasa dari dua bayangan putih tadi.
Dalam hatinya lalu timbul pikiran: "Ilmu lari pesat dari dua wanita tadi sangat berbeda dengan apa
yang pernah kulihat didunia Kang-ouw. Ini sungguhnya sangat aneh. Entah kepandaian dari
golongan manakah yang dipelajarinya ? Mengapa aku tidak mau mengejar mereka untuk
mengetahui asal usulnya ?
Karena terpikir demikian, dengan cepat ia lantas lari menyusul kearahnya kedua bayangan
putih tadi.
Yo Cie Cong yang berkali-kali menemukan kejadian gaib dan mujijad, menjadikan dirinya
berubah menjadi seorang terkuat dalam kalangan Kang ouw yang susah dicari tandingannya.
Sejak ia meyakinkan ilmunya "Liang-kek Cin-goan", kekuatannya telah bertambah beriipat ganda,
maka segala gerakan-nya seolah-olah bukan gerakan manusia.
Sebentar saja, ia sudah berada dalam rimba dibawah bukit, dimana kedua bayangan putih tadi
menuju.
Rimba itu kira2 setengah lie lebarnya panjangnya tidak cukup 2 lie. Kalau orang berada diatas,
tengah-tengahnya rimba, bisa melihat keadaan disekitarnya.
Yo cie Ceng setelah berada didalam rimba, ternyata tidak dapatkan apa2. Ia berdiri sejenak.
matanya celingukan memandang keadaan disekitarnya, tapi masih belum mendapatkan tanda

apa2, hingga diam2 hatinya merasa heran. sebab ia tahu benar ilmu lari pesatnya sendiri yang
dikala itu susah dicari tandingannya, tapi mengapa dalam waktu sekejapan saja sudah kehilangan
bayangan orang yang dikejarnya ? Hal ini rasanya benar2 tidak mungkin.
Ia agaknya merata sangat penasaran, dengan cepat ia melesat ke atas pohon yang paling
tinggi didalam rimba itu, Ia coba lagi memandang keadaan disekitarnya, Rimba ini ternyata
berdampingan dengan sebuah bukit di kedua sisinya ada terdapat tanah datar yang luas.
Tapi heran, satu bayanganpun tidak kelihatan
Yo Cie Cong dengan cepat sudah menarik kesimpulan, kedua bayangan orang tadi sudah lari
menuju kedalam bukit sebelum ia bergerak menyusul. sebab kalau tidak. mana mungkin dapat
terlolos dari matanya ?
Perasaan heran telah mendorong padanya untuk mencari tahu se-dalam2nya keadaan ditempat
tersebut.
Tanpa ragu2 ia lantas gerakan badannya menuju keatas bukit.
Baru saja tiba diatas bukit, besar saja ditengah antara dua puncak gunung tinggi, ia dapat lihat
dua titik bayangan putih yang terbang melesat kearah salah satu puncak gunung yang tinggi
menjulang ke langit itu.
Yo Cie Cong lantas kerahkan seluruh kekuatannya, secepat kilat melesat kearah larinya orang
tersebut.
setelah melalui dua puncak. didepan matanya sudah kelihatan puncak yang tinggi ke langit tadi.
Puncak gunung itu berdiri sendiri ditengah-tengah rentetan bukit se-olah2 sebuah pagoda
tinggi. Dan tengah-2 puncak terus menjulang keatas kelihatan diliputi oleh awan dan kabut tipis.
Pada saat itu mata Yo Cie Cong mendadak dapat lihat dua bayangan putih tadi melayang dan
menghilang di-tengah-2puncak gunung yang diliputi oleh kabut tipis.
Dalam hatinya Yo Cie Cong, kecuali merasa heran juga diliputi oleh perasaan yang sangat
rahasia. Ia tidak dapat menduga dari golongan mana sebetulnya dua bayangan putih yang sangat
misterius itu, siapakah gerangan orang yang berdiam dipuncak gunung yang menjulang tinggi
kelangit itu ?
Dari golongan jahat ataukah dari golongan baik ? semua ini masih merupakan suatu teka teki
besar baginya.
Belum lagi hilang rasa herannya, ia sudah sampai didekatnya sebuah puncak gunung. Ketika ia
mengawasi tempat tersebut, ternyata didepan matanya terpentang suatu jurang yang dalam sekali
yang tidak terlihat dasarnya Jurang itu luasnya kira2 lima puluh tumbak.
Ditambah terlihat kabut tebal. Kalau orang berdiri diatas gunung melihat keatas jurang,
keadaannya sangat mengerikan. ia tidak habis pikir bagaimana dua bayangan tadi bisa
menyeberangi jurang ini? cepat ia menghentikan gerakan kakinya, dengan perasaan heran ia
mengawasi rintangan yang terbuat dari alam itu. setelah berpikir sejenak. tiba-tiba ia
mendapatkan suatu akal.
Ia memungut sebuah batu sebesar kelapa yang lalu dilemparkan kedaLam jurang yang tidak
kelihatan dasarnya itu. siapa tahu, setelah menantikan sekian lamanya, masih tetap ia tidak
melihat reaksi apapun juga, sehingga kembali ia dibikin ter-heran2. Dalam hatinya lantas berpikir:
"Kedua bayangan tadi kecuali setan atau siluman sudah tentu tidak mampu terbang melayang
melewati rintangan yang begitu jauh dan begitu dalam."
Yo Cie Cong mengukur tenaganya sendiri. Paling banter ia cuma bisa terbang melesat sejauh
empat puluh tumbak atau lebih sedikit, tetapi jarak antara kedua tebing yang terpisah oleh jurang
yang dalam itu kira-kira jauhnya lima puluh tumbak.
Selain daripada itu, tempat tersebut juga tertutup oleh kabut putih yang tebal, sehingga sama
sekali tidak dapat diketahui dengan jelas apakah dipuncak gunung sebelah sana itu ada tempat

yang baik untuk tancap kaki, sebab sekali saja salah bertindak. akibatnya akan hancur leburlah
dirinya.
Maka untuk sesaat lamanya ia masih berdiri bengong ditempat tersebut.
"Bocah, kau sedang pikirkan apa?" tiba2 terdengar suara seperti suara orang tua yang
kedengaran sangat berwibawa, telah terdengar nyata, terbawa desiran angin.
Yo Cie Cong cuma mendengar suara itu yang menyebut dirinya "Bocah", dengan tepat ia lantas
lompat kebelakang. Dalam hati bukan kepalang kagetnya, sebab ada orang yang berada
didekatnya juga ia masih belum merasa sama sekali.
Ketika ia menegasi, dilihatnya ada seorang tua aneh dengan rambutnya yang digelung kebelakang,
bajunya compang camping dan kakinya telanjang. orang tua itu berdiri tidak jauh dari
tempatnya tadi berdiri.
Sepasang matanya yang tajam dengan tidak berkelip mengawasinya.
Setelah menenangkan pikirannya, Yo Ce Cong lalu menghampiri orang aneh itu dan setelah
memandang dengan seksama ia lalu menyapa: "Tuan siapa ?"
Orang aneh itu memandang Yo Cie Cong dengan matanya yang tajam sejenak. mendadak
berseru kaget : "EH "
se-olah2 sudah melupakan pertanyaannya Yo Cie Cong, terdengar ia menggerutu seorang diri:
"Bocah ini mengapa mirip benar dengan dia?"
Yo Cie Cong dikejutkan oleh perkataan orang aneh itu, maka ia lantas menegur pula:
"Tuan siapa? Tuan kata aku mirip dengan dia, siapakah yang tuan maksudkan dengan dia itu"
Orang aneh itu mundur satu langkah, ia masih tetap berkata pada dirinya sendiri: "Sikap dan
tindak tanduknya, tidak ada yang tidak mirip."
Yo Cie Cong dibikin bingung oleh kelakuan orang aneh ini sehingga dengan tidak sengaja ia
menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dalam hatinya lalu berpikir. "Apakah orang ini gila ? Tetapi dari kepandaiannya barusan, bisa
mendekati diriku tanpa kuketahui terang dia mempunyai kepandaian tinggi. Tetapi mengapa
perkataannya tidak karuan juntrungannya ?"
Ia lalu menanya lagi sambil kerutkan keningnya : "Apa yang tuan ucapkan ? Aku tidak
mengerti.."
Orang aneh itu agaknya seperti baru tersadar dari mimpinya, lantas berkata dengan suara agak
terharu: "Bocah, apa kau ingin melalui jurang ini? Karena apa ?"
"Karena tertarik oleh perasaan ter-heran2."
"Perasaan heran ? Ha ha... Bocah, kau tidak mampu menyeberangi jurang ini. sudah sepuluh
tahun lebih lohu menantikan disini, sampai sekarang juga masih belum mampu menyeberangi
jurang ini." sehabis berkata ia menghela napas panjang.
"Tuan sudah menantikan sampai sepuluh tahun lebih lamanya ?"
"Benar. Malah tepatnya sudah lima belas tahun."
"Untuk apa tuan menantikan sampai begitu lama ?"
"Hal ini tidak perlu kau ketahui."
Yo Cie Cong merasa tidak puas oleh jawaban yang dingin itu, maka ia lantas hendak berlalu.
"Bocah, kau jangan pergi dulu. Aku masih ada beberapa pertanyaan yang hendak ku- ajukan
padamu." orang aneh itu cepat2 mencegah
Yo Cie Cong terpaksa balik kembali. Dengan matanya yang tajam ia mengawasi si orang aneh.
"Ada hal apa lagi yang hendak kau tanyakan padaku?"
"Siapakah namamu?"
"Yo Cie Cong."
Orang aneh itu gelengkan kepalanya, tiba2 telah mengelah napas.
Kelakuan aneh dari orang aneh ini sebaliknya menimbulkan perasaan heran Yo Cie Cong, maka
ia lantas menanya: "Mengapa tuan menghela napas ?"

"Sudahlah, hal ini juga tidak perlu aku jelaskan "
"Tuan barusan mengatakan bahwa aku ada mirip dengan dirinya seseorang, siapakah orang itu
?"
"Akhli pedang nomor satu didunia bernama Hoan Thian Hoa, sahabat karib lohu"
Yo Cie Cong ketika mendengar orang aneh itu mengatakan bahwa dirinya ada mirip dengan
Hoan Thian Hoa, itu ahli pedang nomor satu didunia, bukan kepalang kagetnya. Ia masih ingat
benar, Thian san Liong lie juga pernah mengatakan demikian Apakah dirinya ada mempunyai
hubungan apa2 dengan orang yang bernama Hoan Thian Hoa itu..?
Tapi kemudian ia berpikir pula, dan lantas merasa geli sendiri. Bukankah banyak sekali
jumlahnya orang yang mirip satu sama lainnya ? "Dimanakah sekarang itu orang yang bernama
Hoan Thian Hoa ?"
"Bocah, apakah bisa jadi kau kenal padanya ? Nampaknya usiamu masih begini muda sekali.."
"Tidak. aku tidak kenal padanya, cuma saja ada seorang yang tengah mencari padanya." orang
aneh itu nampak membuka lebar matanya.
"Siapa ?"
"Thian san Liong lie Tho Hui Hong, dia sudah mencari padanya 10 tahun lebih lamanya."
"Ahh.. sejak dahulu kala asmara memang selalu membikin sengsara. Nona Thio sesungguhnya
patut dikasihani "
Yo Cie Cong mendengar ucapan orang aneh ini mungkin tahu jelas persoalan antara Thian san
Liong lie dengan jago pedang yang bernama Hoan Thian Hoa itu. oleh karena ia sendiri sudah
berjanji hendak mencarikan dimana adanya laki2 yang sedang dicari oleh bibi Thionya itu, maka ia
pikir hendak mencari keterangan dari dirinya orang itu.
"Apakah Giok bin Kiam khek Hoan Thian Hoa itu bukannya murid dari jago see gak Leng Jie
Hong Locianpwee ?"
"Benar "
"Dimana orangnya ?"
"Mati atau hidupnya masih belum jelas. Tapi kemungkinan besar sudah binasa ditangannya
wanita cabul yang kejam itu "
Wanita cabul yang dimaksudkan oleh orang aneh itu, sudah tentu Yo Cie Cong tidak tahu siapa
orangnya, tapi suatu pikiran mendadak terlintas dalam otaknya, maka lantas menanya:
"Tahukah tuan jago see-gak Leng Jie Hong itu ada mempunyai berapa murid ?"
"Cuma satu Hoan Thian Hoa "
Jawaban ini benar-2 mengejutkan Yo Cie Cong. Dua manusia aneh dari rimba persilatan telah
menyuruh ia memenuhi janjinya untuk bertanding ilmu silat dengan muridnya manusia gaib dari
rimba persilatan, sedang manusia aneh Leng Jie Hong itu cuma mempunyai satu murid, sudah
tentu ia adalah Giok bin Kiam khek Hoan Thian Hoa, tidak salah lagi.
Tapi menurut keterangannya bibi Thonya, yang pernah mencari ke gunung see-gak,
Hoan Thian Hoa benar2 sudah menghilang Dan sekarang orang aneh ini mengatakan bahwa
mati hidupnya Hoan Thian Hoa masih menjadi satu pertanyaan, ini benar2 membuat orang tidak
habis mengerti.
Dengan orang yang mempunyai kedudukan seperti Lam tie Pak hong, yalah dua manusia aneh
dari rimba persilatan, sudah tentu tidak nanti membohongi dirinya.
Lama berdiri melongo. Dalam hatinya berpikir sendiri, barangkali dari mulutnya orang aneh ini
aku dapat mengetahui sedikit tentang dirinya Hoan Thian Hoa. setelah berpikir demikian, ia lantas
menanya dengan suara lemah- lembut: "Bolehkah tuan memberi tahukan nama tuan yang mulia?"
"Lohu adalah Hui Lui chiu (si tangan geledek) Ngo Yong, saudara angkatnya Hoan Thian Hoa "
Yo Cie Cong ketika mendengar orang aneh ini ada saudara angkatnya Hoan Thian Hoa, seketika
itu lantas timbul perasaan hormatnya maka ia lantas berkata dengan sikapnya yang menghormat:
"Kiranya Ngo Cianpwee, maafkan sikap boanpwee tadi yang agak kurang sopan "

"ow, tidak apa2. Nah bocah, sekarang coba terangkan, cara bagaimana kau bisa datang ke
puncak gunung pit koan hong ini?"
"Karena mengejar jejaknya dua orang sehingga tiba disini "
"Bagaimana orangnya yang kau kejar?"
"Mungkin dua orang wanita, tapi mereka gesit sekali gerakannya, hingga tidak dapat dilihat
dengan nyata "
"Dimana sekarang orangnya ?"
"Ketika boanpwe tiba disini, dua orang itu sudah ada ditepinya tebing puncak gunung
diseberang sana"
"Eh, bagaimana lohu tidak dapat lihat"
Yo Cie Cong tampak berpikir sejenak. kemudian bertanya:
"Menurut pikiran boanpwee, mungkin ada jalanan rahasia yang menuju ke seberang puncak
sana .Jikalau tidak. dengan jarak yang begitu jauh dan tempat yang begitu curam, didalam rimba
persilatan barangkali belum terdapat seorangpun juga yang mampu menyeberangi jurang ini."
"Ng, lohu disini sudah menunggu lebih dari 10 tahun lamanya, belum pernah menemukan
dimana ada jalanan rahasia?"
"Apakah cianpwee menunggu disini juga lantaran ketarik oleh perasaan heran ?" orang aneh itu
mendadak dongakkan kepala dan tertawa sedih.
"Hahaha... Tertarik oleh perasaan heran?, rasanya cuma tepat sebagian saja, Lohu adalah
hendak mencari tahu tentang mati atau hidup saudara angkat lohu Hoan Thian Hoa itu"
"Tentang mati hidupnya Hoan cianpwee apakah ada hubungannya dengan puncak gunung di
seberang sana itu ?"
"Benar, ada kemungkinan besar dia telah mati ditangannya Giok- bin Giam-po Phoa Cit Kow, itu
wanita cabul yang paling kejam di dunia "
Yo Cie Cong seolah-olah terpagut ular, badannya hampir saja melompat, tapi ia coba
kendalikan perasaannya, se-bisa2 jangan sampai naik darahnya.
Ketua Pek leng hwee Cin Bie Nio adalah muridnya Giok bin Giam po Phoa cit Kow. sedang Giok
bin Giam po Phoa Cit Kow ini adalah salah satu musuh besarnya Kam-lopang, yang namanya
terdapat didalam daftar dilembar pertama.
Hui lui chiu Ngo Yong ketika melihat sikapnya Yo Cie Cong nampak aneh, lantas menanya
dengan heran. "Bocah, kau kenapa ?"
Yo Cie Cong coba menekan perasaannya sebisa- bisa, mencoba menjawab sekenanya: "Tidak
kenapa-napa, boanpwee juga sudah lama mendengar namanya siluman wanita itu "
"Bocah, tentang Giok-Bin Giam-po Phoa Ciet Kow yang sembunyikan diri dipuncak gunung Pit
koan-hong ini, orang2 dunia Kang ouw masih belum ada yang tahu.. Lohu sendiri dengan secara
tidak disengaja dapat mempergoki pada puluhan tahun berselang "
"Jikalau Ngo cianpwee tidak berhasil menemukan jalanan yang menuju ketempat tersebut,
barangkali akan menunggu disini untuk selamanya." orang aneh itu ketawa getir, tidak menjawab.
Yo Cie Cong setelah berpikir sejenak, lalu berkata pula:
"Ngo cianpwee tidak menampik, boanpwe bersedia tenaga untuk membantu usaha Cianpwee,
bersama-sama menyelidiki jalanan rahasia disekitar puncak gunung Pit- koan-hong ini tapi belum
tahu bagaimana pikiran cianpwee?"
"Bocah, kita agaknya seperti dijodohkan harus berjumpa satu sama lain, marilah kau ikut ke
tempat kediamanku, aku akan menceritakan suatu kisah untuk kau."
Yo Cie Cong yang justru kepingin tahu persengketaan antara Giok bin Kiam khek dengan Giok
bin Giampo, ia menduga kisah itu tentunya ada hubungannya dengan itu, maka ia lantas terima
baik ajakan Nao Yong.
Keduanya dengan jalan disepandiang tepijurang, terus menuju kesebelah kanan puncak
gunung.

Tidak antara lama, mereka telah tiba di depan sebuah goa kuno.
Hui Lui chiu Ngo Yang lantas berhenti dan berkata: "inilah tempat kediamanku, mari masuk "
setelah berkata, ia masuk terlebih dahulu, Yo Cie Cong mengikuti di belakangnya.
Goa itu tidak dalam, baru berjalan dua tikungan sudah buntu. Dinding goa nampak licin,
luasnya kira-2 5 tombak. Didalam goa itu tidak terdapat barang apa-2, cuma ditengah-tengah
terdapat setumpukan kayu yang masih menyala apinya. Didinding sebelah kanan terdapat
gantungan beberapa potong daging kering. Dua orang itu setelah berduduk ditanak. Ngo Yong lalu
berkata: "Bocah, sekarang kau boleh dengarkan kisah lohu"
"Bonpwee bersedia mendengarkan"
"Pada 20 tahun berselang, didunia Kangouw telah muncul seorang pemuda tampan cakap
seperti kau, dengan sebilah pedangnya ia telah menjatuhkan jago2 pedang di seluruh kolong
langit tanpa menemukan tandingan.
Hanya dalam waktu setahun saja ia telah mendapatkan nama jago pedang nomor satu."
"Boanpwe duga pemuda itu tentunya Giok-Bin Kiam khek Hoan Thian Hoa..."
"Dengarkan cerita lohu, jangan campur mulut. Namanya pemuda tampan itu menggetarkan
seluruh rimba persilatan, berbareng itu juga menggetarkan hatinya banyak wanita muda atau tua.
Banyak wanita dengan secara kalap me-ngejar2 dia, tapi pemuda itu sikapnya sedikitpun tidak
tergerak hatinya. Thian san Liong lie Tho Hui Hong juga merupakan salah satu diantara-nya
wanita cantik dan gagah yang kala itu jatuh hati padanya serta paling aktif mengejar padanya."
Yo Cie Cong diam2 anggukan kepala. Ngo Yong setelah berdiam sejenak, lalu berkata
"Dalam suatu ketika, pemuda gagah dan tampan itu telah berkenalan dengan seorang gadis
yang usianya sebaya dengan ia, tapi mempunyai kecantikan yang bisa membuat siapa saja sekali
melihat lantas tergila gila padanya. Dan pemuda itu lantas jatuh cinta kepada gadis cantik luar
biasa itu..."
"Apakah ia lebih cantik daripada Thian san Liong lie ?" selaknya Yo Cie Cong.
"Benar, bukan saja lebih cantik dari padanya, tapi juga mempunyai kepandaian ilmu silat lebih
tinggi"
"Ow "
Yo Cie Cong agaknya merasa kaget. sebab dalam matanya. Thian-san Liong- lie sudah
terhitung seorang wanita yang mempunyai kecantikan luar biasa, dengan usianya yang seperti
sekarang, sudah setengah tua kecantikannya masih kelihatan nyata, apalagi dimasa mudanya,
entah bagaimana cantiknya ? Tapi gadis yang dikatakan oleh orang aneh itu katanya adalah lebih
cantik daripadanya, hingga sukar dilukiskan sampai dimana kecantikannya gadis jelita itu ?
Selagi Yo Cie Cong masih terbenam dalam lamunannya sendiri, Ngo Yong sudah melanjutkan
ceriteranya:
"Yang lelaki gagah tampan, yang perempuan cantik dan gagah pula, mereka merupakan satu
pasangan yang setimpal. Maka tidak lama kemudian mereka terus terangkap jodohnya menjadi
suami istri dan berdiam di suatu tempat tersembunyi yang mempunyai pemandangan alam indah
permai. Mereka meninggalkan dunia Kang ouw, untuk menikmati penghidupan yang tenang
tenteram."
"Siapakah nama wanita itu ?"
"Wanita itu bernama- Phoa san cian- ..."
"Apakah dia ada itu Giok-bin Giampo ?"
"Kau dengar dulu ceritera lohu" kata Ngo Yong "pemuda tampan- itu kecuali pergi ketempat
perguruannya, tidak membikin perhubungan dengan orang lain lagi. selama itu, lohu karena
sedang melatih ilmu pukulan "Hui lui chiu (tangan geledek), juga sudah beberapa tahun tidak
unjukan diri didunia Kang-ouw, kalau tidak begitu, barangkali saja bila mencegah tragedi yang
mengenaskan ini."
"Lima tahun kemudian, mereka telah melahirkan seorang anak laki2, anak itu begitu cakap.
sama dengan ayahnya, bayi itu dinamakan Hoan sin Cie. Ketika Hoan sin Cie baru berusia 3 tahun,
ayahnya dipanggil oleh perguruannya untuk melatih semacam kepandaian ilmu silat.

Setahun kemudian baru bisa pulang berkumpul lagi dengan anak istrinya. Tapi ketika pemuda
itu kembali, ia telah dapat kenyataan bahwa istrinya telah berubah sikapnya."
"Sang istri yang dulu biasanya beradat lemah lembut dan sopan santun, tapi kini mendadak
berubah menyadi genit centil dan berandalan. Pemuda itu yang lebih memperhatikan
pemeliharaan badan dan ilmu silatnya daripada kesenangan dalam kamar, agaknya tidak
memuaskan istrinya yang sudah berubah sifatnya itu.
Hal ini sangat memusingkan kepalanya anak muda itu, disamping itu, sang isteri itu juga sering
keluar kelayapan, kadang2 sampai beberapa hari tidak pulang.
si pemuda mengingat kepentingan anaknya, terus menahan sabar terhadap tingkah laku
isterinya itu Tapi akhirnya habislah sudah kesabarannya, ia telah kabur meninggalkan rumah
tangga bersama anaknya "
"Dan kemudian?" menyelak Yo Cie Cong tidak sabar.
"Kau jangan cemas, dengarkan cerita lohu. Pemuda tampan itu setelah meninggalkan rumah
tangganya, untuk sementara menitipkan anaknya kepada seorang petani dan ia sendiri mulai lagi
penghidupannya didunia Kang-ouw, sebagaimana umumnya orang2 yang hidup di dunia Kang
ouw, tidak mempunyai tempat kediaman tertentu, sebentar disana sebentar disini.
Kala itu lohu juga sudah berhasil menyelesaikan ilmu silat lohu dan mulai terjun kedalam dunia
Kangouw hingga kita berdua berjumpa lagi. Dari penuturannya, lohu baru tahu nasib apa yang
telah menimpa pada dirinya.
Pada suatu hari, teryadilah suatu kejadian yang tidak di duga-duga, disinilah merupakan
permulaan suatu tragedi yang mengenaskan "
Si Tangan Geledek ketika menutur sampai disitu, matanya mendadak memancarkan sinar
kebencian, agaknya masih merasa gemas tentang apa yang telah terjadi dikala itu, Setelah
berdiam sejenak, ia baru berkata lagi.
"Dalam peryalanan memasuki propinsi Ho lam kita berdua telah mendapat kabar ramai tentang
perjanjian adu silat antara 5 partai besar dengan Giok bin Giam po Phoa Cit Kouw hingga
perjalanan kita lantas dituju kan ketempat pertandingan tersebut.
Ketika kita tiba disana, orang-2 kuat dari pihaknya partai besar, sudah ada 5 lebih jumlahnya
yang binasa didalam tangannya Giok bin Giam po Tapi pemuda tampan itu ketika melihat
wajahnya Giok bin Giam po, seketika itu diuga lantas jatuh pingsan, Lohu terpaksa memondong
padanya kesuatu tempat yang sunyi untuk membikin sadar padanya. Ketika sadar kembali, ia baru
mengatakan bahwa wanita yang menyebut dirinya Giok bin Giam po Phoa Cit Kow itu ternyata
adalah isterinya sendiri, Phoa Sian Ciao "
"Giok- bin Giam-po usianya masih belum tua, mengapa menyebut dirinya Po ( nenek) ?"
menyela Yo Cie Cong heran-
"Mana. wanita cabut itu kala itu usianya sudah mendekati 30 tahun, sebab ia pandai merawat
diri, hingga kelihatannya masih tetap muda belia. Didunia Kang-ouw ia sudah mengacau beberapa
puluh tahun lamanya, kecabulan dan kegenitan serta kekejamannya sudah sangat terkenal, entah
berapa banyak pemuda binasa dibawah obat beracunnya yang dinamakan obat syorga
semalaman- Maka ia disebut sebagai Giok bin Giam-po "
Yo Cie Cong lantas ingat bagaimana dirinya sendiri juga hampir binasa dibawah tangannya Cin
Bie Nio dengan obat beracun itu, maka wajahnya lantas nampak beringas, mulutnya tidak
hentinya mendumel tendiri, se dang dalam hatinya lantas berpikir: "pantas karena gurunya begitu
cabul maka muridnya juga demikian pula"
saat itu ia sudah dengar lagi suaranya Ngo Yong yang nampaknya agak gemas.
"cuma lantaran saudara angkatku itu belum lama muncul didunia Kang ouw, meski pernah
dengar tentang Giok- bin Giampo, tapi belum pernah melihat orangnya, maka terjadilah peristiwa
yang menyesalkan seumur hidupnya. Ia telah minta lohu supaya menilik anaknya yang masih
kecil, ia sendiri hendak berusaha untuk menyingkirkan wanita cabul itu. Karena lohu tidak berhasil
mencegah maksudnya, maka kita lantas berpisahan-
"Sungguh tidak di duga, ketika lohu dapat mencari petani yang dititipi anaknya saudara angkat
lohu, petani itu rumahnya berikut hartanya sudah ludes karena kebakaran yang terjadi pada

beberapa hari berselang sebelum lohu ketemukan, dan yang lebih mengenaskan lagi ialah anak
saudara angkat lohu entah kemana dan dimana sekarang adanya "
Tidak lama kemudian, dikalangan Kang ouw telah ramai tersiar kabar tentang hasilnya
pertandingan antara pemuda tampan dengan Giok bin Giampo, katanya pemuda tampan itu telah
terluka, tapi selanjutnya kedua-duanya lantas menghilang dari dunia Kang ouw itu hingga
sekarang sudah kira-2 10 tahun lamanya ?"
Hui lui chiu bicara sampai disini, lalu berdiam sejenak. kemudian berkata pula:
"Bocah, anaknya pemuda tampan itu kalau sekarang masih hidup daLam dunia, barang kali
sudah sama besarnya dengan kau. Usiamu toh tidak lebih dari 20 tahun bukan? Ketika untuk
pertama kali aku tadi melihat kau, aku benar2 mengira kau mungkin ada anak dia itu, sebab
wajahmu ada mirip sekali dengan wajahnya pemuda tampan itu berselang "
Yo Cie Cong hatinya tercekat.
Jilid 14 : Memciutkan nyali Kauwcu muda Im-mo-kau
DALAM hatinya diam2 berpikir: apakah aku ini benar2 adalah anaknya si pemuda tampan jago
pedang? Tapi rasanya tidak mungkin
Mendadak pikirannya ingat sesuatu, ia lalu mengeluarkan 'Liong kuat' dari balik bajunya
didadanya dan menanyakan kepada orang aneh itu:
"Apakah Cianpwee kenal benda ini? "orang aneh itu mengawasi sebentar, lalu menjawab sambil
gelengkan kepalanja: "Tidak pernah melihat, apa maksudmu menanyakan benda ini?"
Yo Cie Cong anggap bahwa kisah itu mungkin tidak ada hubungannya dengan dirinya sendiri,
maka setelah mendapat kenyataan bahwa orang tua aneh itu tidak mengenali benda satu2nya
yang dapat digunakan untuk membuktikan asal usul dirinya, juga tidak mau banyak bicara lagi,
hanya menjawab :
"Benda ini adalah benda boanpwee bawa dibadan sejak kanak2, entah apa maksudnya
boanpwee hanya ingin mendapat keterangan saja" ia lantas berdiam sejenak, kemudian berkata
pula,
"Pemuda tampan itu bukankah Giok bin Kiam khek Hoan Thian Hoa ?"
"Benar "
"Mengapa Cianpwee berani pasti ia telah binasa ditangannya Giok-bin Giam po ?"
"Diantara mereka pasti ada seorang yang binasa, kalau tidak, tragedi ini tentu tidak ada
Akhirnya. Selain dari pada itu, kira2 dua tahun sejak ia menghilang, dengan tidak sengaya lohu
telah menemukan wanita cabul itu menyembunyikan diri diatas puncak gunung Pit koan-hong ini,
maka lohu berani pastikan Hoan Thian Hoa mungkin sudah binasa."
Yo Cie Cong diam. Tapi dalam hatinya berpikir: "sungguh kasihan nasibnya bibi Tho, oleh
karena seorang laki yang tidak menyintakan dirinya, ia korbankan masa mudanya begitu saja, ini
benar tidak ada harganya. Namun aku sudah janjikan hendak bantu mencarikan kekasihnya itu,
Walaupun bagaimana aku harus mencari tahu sampai kedasarnya, supaya aku tidak
mengecewakan pengharapannya "
"Dengan jalan bagaimana Cianpwee hendak mulai mengadakan penyelidikan jalanan rahasia
yang menuju kepuncak gunung Pit- koan-hong ini?" demikian ia menanya.
"sekarang ini aku masih belum ada rencana apa2. puncak gunung Pit koan-hong ini seputarnya
dikitari oleh jurang yang curam. burung saja sukar terbang diatasnya, apa lagi orang yang ada
diatas puncak gunung itu, dalam waktu setahun tidak kelihatan satu kali nampak unjukan diri
sedangkan ditengah pegunungan ini ada begitu luas, kita hendak menguntit juga bukan soal
mudah "
Yo Cie Cong tundukkan kepala berpikir sekian lamanya, ia anggap bahwa menunggu di situ
juga tidak ada gunanya, apalagi ia masih ada urusan yang belum diselesaikan.

"Cin Bie Nio ada muridnya Gok-bin Giam-po, mengapa kau tidak mengorek keterangan
daripadanya untuk mengetahui jalanan rahasia ini?" demikian ia pikir dalam hatinya.
setelah berpikir demikian, ia lantas barkata kepada Hui-lui-Chiu "Menurut pikiran boanpwee
yang bodoh, boanpwee ingin mengorek keterangan dari dirinya Cin Bie Nio, muridnya Giok- bin
Giam-po. sedang locianpwee tidak halangan tetap menunggu disini.
Dengan begitu berarti kita turun tangan secara berbareng, jika boanpwee berhasil
mendapatkan kabar apa2, selekasnya akan datang untuk menemui loCianpwee, bagaimana pikiran
locianpwee ?"
"Baik, Bocah. begitu saja kita tetapkan, aku menunggu disini dalam batas waktu satu tahun.
sekalipun besok misalnya aku menemukan jalanan rahasia itu, aku juga akan menunggu kau
kembali sampai satu tahun."
"Baik... Nah, sekarang saja boanpwee minta diri "
Yo Cie Cong setelah meninggalkan goa itu terus berpikir. " Heran, orang aneh dari rimba
persilatan itu kalau benar mempunyai seorang murid, sedang sang murid itu sudah hilang 10
tahun lebih lamanya, mengapa masih menjanjikan dua manusia aneh dari dunia Kang-ouw untuk
mengadukan muridnya dalam pertandingan ilmu silat? Apakah belakangan ini ia menerima murid
baru lagi? Untuk itu rasanya baru dapat kepastian diadakan pertandingan digunung see gak nanti.
sebentar saja Yo Cie Cong sudah melalui dua bukit.
Tiba2 matanya dapat lihat dua bayangan putih kira2 50 tombak jauhnya,yang sedang meluncur
kebawah gunung dengan kecepatan bagaikan kilat.
Yo Cie Cong terperanjat. Pikirnja: "bagus, dua bayangan itu bukankah yang tadi memancing
aku naik keatas gunung ini? Entah apa maksudnya mereka turan gunung lagi ? Nampaknya seperti
ada urusan penting, tapi kali ini aku tidak akan lepaskan kalian lagi."
Kemudian ia kerahkan seluruh kepandaiannya. Dengan kecepatan kilat ia sudah mengejar
kedua bayangan tadi. Gerakannya itu sedikitpun tidak menimbulkan suara.
sebentar saja ia sudah dapat menyandak bayangan yang dikejarnya.
Kali ini ia sudah bisa melihat dengan tegas. bayangan itu ternyata adalah dua orang wanita
berpakaian putih, dandanannya sama dengan dandanannya Cin Bie Nio. Tak usah disangsikan lagi,
kedua wanita ini tentunya juga ada muridnya Giok bin Giam-po, sehingga dengan Cin Bie Nio ada
hubungan sebagai saudara seperguruan.
Yo Cie Cong dengan gerakan budannya yang cepat tidak ada taranya, dari samping ia memutar
membuat setengah lingkaran mendahului didepannya kedua wanita baju putih itu, kemudian ia
memutar balik tubuhnya memapaki kedua wanita, tersebut. Dengan demikian, kedua pihak
menjadi lari dari arah yang berlawanan.
Yo Cie Cong dengan sengaya telah menubruk kedua wanita itu. oleh karena kedua pihak
sedang lari dengan kecepatan luar biasa, maka tubrukan itu kelihatannya seperti sukar
dihindarkan-
Tepat pada saat selagi kedua pihak hendak bertubrukan, kedua wanita itu dua2nya lompat
minggir kesamping, kemudian memutar badannya dengan gaya yang indah sekali.
Yo Cie Cong pada saat itu juga memutar Badannya, sehingga kedua pihak kembali berlari
berhadapan
"Eh " demikian kedua wanita itu berseru kaget berbareng. Mungkin mereka dikejutkan oleh
gerakan badan yang luar biasa dari Yo Cie Cong, sehingga keduanya berdiri tertegun-
Yo Cie Cong dengan tidak kalah kagetnya, karena melihat dua wanita yang badannya ceking
langsing itu ternyata adalahlah dua orang wanita muda yang parasnya jelek sekali.
Kejelekannya itu dapat membuat orang yang melihatnya tidak berani melihat lama2.
salah seorang dari kedua wanita jelek itu lantas menegur dengan suara dingin, "Apakah tuan
sengaja mencari setori?"

Yo Cie Cong segera menjawab sambil ketawa. "Masing2 mengambil jalannya sendiri, satu sama
lain tidak saling mengganggu, mengapa kau katakan aku mencari setori ?"
"Kulihat kepandaianmu tidak lemah. Rasanya tidak mungkin kalau menghindarkan diri dari
tubrukan saja tidak mampu."
Yo Cie Cong yang memangnya sengaja hendak mencari setori, lantas menjawab semau2nya:
"Taruh kata aku mencari setori, kalian berdua mau apa ?"
Yang lainnya lagi lantas nyeletuk sambil perdengarkan suara mengejek: "Aku akan memberi
hajaran padamu, orang kurang ajar mata buta "
"Ha, ha......Dengan kepandaian kalian berdua, masih belum pantas mengatakan ucapan hendak
memberi hajaran."
Dua wanita jelek itu masing2 memperlihatkan sikap gusar. sebentar kemudian terlihat dua
bayangan berkelebat, masing2 dari dua sudut yang bertentangan mereka melancarkan serangan
aneh. serangan itu ternyata ada sangat hebat dan ganas sekali. beda jauh dengan ilmu silat yang
terdapat dalam rimba persilatan-
Yo Cie Cong terkejut juga. Ia segera mengeluarkan ilmu Menggeser tubuh mengganti
bayangannya, sebentar saja lantas menghilang.
Kedua wanita jelek itu mimpipun tidak akan menyangka bahwa pemuda cakap didepannya
memiliki kepandaian begitu gesit, begitu luar biasa, yang bisa menghilang seolah-olah lakunya
hantu, sehingga keduanya menarik serangannya kembali.
Ketika melihat lagi, pemuda itu ternyata sedang berdiri dengan tenang di tempat sejauh kirakira
dua tombak. sehingga bukan kepalang rasa kagetnya mereka.
salah seorang diantaranya lalu berkata dengan suara dingin, "jika tuan betul-mempunyai
kepandaian keluarkanlah kepandaianmu itu. Dengan sedikit ilmu menghilang seperti setan itu saja
masih belum terhitung perbuatannya satu enghiong,"
"Apakah ini bukan terhitung dalam salah satu kepandaian?" balas tanya Yo Cie Cong dengan
tidak kalah angkuhnya.
Wanita jelek itu bungkam. lama tidak bisa menjawab.
Yang satunya lagi lalu maju tiga tindak seraya berkata: "se-tidak2nya tuan toch mempunyai
nama bukan ?"
"Sudah tentu. tetapi tidak perlu kuberitahukan pada kalian-"
"Ng. sungguh terlalu jumawa."
Baru saja habis ucapannya tangannya lantas diayun ber-ulang", sehingga suatu kekuatan
tenaga yang tidak terlihat dengan cepat menyambar, se-olah2 gelombang kearah Yo Cie Cong.
Seorang kawannya yang lain juga lantas maju membantu menyerang.
sambil ketawa dingin Yo Cie Cong gerakkan kedua tangannya, hawa asap merah dan putih
kelihatan meluncur keluar dari kedua tangannya menyambuti serangan kedua lawannya.
Dua wanita jelek itu ketika melihat angin serangan tangan anak muda itu agak aneh dan
merupakan suatu kepandaian ilmu silat yang belum pernah mereka saksikan pada waktu
sebelumnya, diam2 keduanya merasa terkejut. Kekuatan serangan mereka lantas ditambah lagi
dua bagian, tetapi dengan demikian, akibatnya lebih celaka lagi untuk mereka sendiri
Perlu diketahui, ilmu serangan 'Liang Kek Cin Goan' yang keluar melalui telapakan tangan Yo
Cie Cong itu, lain dari pada yang lain, Kekuatan itu jika bertemu dengan kekuatan keras, dengan
sendirinya menjadi lunak. tetapi apabila bertemu dengan kekuatan lunak. lantas bisa berubah
menjadi kekuatan keras.
Tetapi daya kekuatan mementalkan kekuatan tenaga lawan adalah sebaliknya,, Apabila
kekuatan lawan lebih hebat, tenaga membaliknya makin hebat lagi, sudah tentu kedua wanita
jelek itu belum mengetahui kalau ilmunya pemuda itu mempunyai daya kekuatan demikian
anehnya.
Ketika dua kekuatan tenaga beradu, lantaa terdengar dua kali suara jeritanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
seorang yang melancarkan serangan dari depan telah terpental mundur sampai sepuluh tindak
jauhnya.Yang menyerang sembari melesat, akibatnya lebih hebat lagi. Ia telah terpental terbang
sampai dua tumbak jauhnya baru jatuh Ketanah.
Untungnya kedua wanita jelek itu masing2 mempunyai kepandaian cukup tinggi, selain dari itu,
Yo Cie Cong juga hanya menggunakan tenaganya kira2 enam bagian saja, maka kedua-duanya
tidak sampai terluka. jika tidak demikian, mungkin mereka berdua sudah mati atau se-tidak2nya
sudah terluka parah
setelah menenangkan pikirannya, salah satu dari kedua wanita itu berkata "Kami berdua
saudara telah mendapat hadiah yang berharga dari tuan- Tidak nanti kami lupakan-Kalau tuan
betul laki2 sejati. tinggalkan nama tuan. Hutang ini nanti kita perhitungkan lagi. sekarang ini kami
tidak ada waktu untuk melayani tuan."
"Ha.ha,...... sebaliknya aku masih punya banyak waktu terluang."
"Kau sebetulnya mau apa ?"
"Aku selamanya tidak suka membuat perhitungan belakangan. Aku lebih suka membuat
perhitungan itu sekarang juga."
Kedua wanita jelek itu sangat gusar, sampai Badannya gemetaran. Kedua2nya lantas berseru
dan segera hendak bergerak pula.
Tetapi Yo Cie Cong lantas membentak dengan suara dingin- "Tunggu dulu. jika hanya kalian
berdua saja, belum dapat menandingi aku. sekarang kita bicara secara terus terang. jawablah
pertanyaanku. jika tidak...."
"jika tidak bagaimana?" memotong salah seorang diantaranya.
"Kalian jangan harap bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup,"
"Hmmm, sombong sekali. Apa kau kira kami berdua saudara takut padamu ?" Kedua2nya lantas
bergerak dan menyerang berbareng dari kanan dan kiri
serangan mereka itu begitu ganas dan aneh sekali, sampai Yo Cie Cong sendiri dibuat terheran2.
Setiap serangan dilakukan secara kerja sama yang baik sekali dan selalu dilancarkan dari sudut
yang tidak terduga sama sekali. jika bukan Yo Cie Cong yang menghadapinya benar2 bisa dibikin
ujatuh dalam beberapa jurus saja.
Tetapi bagi Yo Cie Cong, yang sudah mempunyai kepandaian luar biasa, dapat menghindarkan
serangan kedua wanita itu secara lincah. Dibawah hujan serangan yang gencar dan aneh dari
kedua lawannya. ia masih bisa melesat kesana kemari seperti seeKor ikan yang sedang berenang.
selewatnya dua puluh jurus kemuka, kedua wanita itu sedikitpun tidak mampu menyenggol
ujung bajunya Yo Cie Cong.
Mereka kelihatan semakin gusar, serangan mereka pun dilakukan semakin hebat dan ganas.
Yo Cie Cong meski diluarnya kelihaian tenang, tetapi dalam hatinya diam2 juga merasa
terkejut, serangan kedua wanita itu makin lama ternyata makin hebat, juga semakin aneh.
Kepandaian serupa itu, dalam kalangan rimba persilatan sudah termasuk kepandaian tinggi.
sebab kedua wanita itu wajahnya jelek luar biasa, malahan matanya kelihatannya seperti bukan
wanita genit, maka perlahan-lahan kesannya Yo Cie Cong mulai berubah menjadi agak baik dan
tidak bermaksud menurunkan tangan kejam. sebentar saja tiga puluh jurus sudah dilalui. Yo Cie
Cong lalu berkata dengan suara lantang.
"sekarang aku hendak turun tangan. Diantara kalian berdua ada seorang yang harus rubuh."
Dua wanita jelek itu memang sudah mulai merasa keder. Mereka tidak dapat menduga dari
golongan mana asalnya pemuda cakap yang sikapnya dingin ini?
Mereka juga tidak tahu untuk apa dan dengan maksud apa pemuda ini mencari setori dengan
mereka.
Ketika mendengar perkataan Yo Cie Cong. hati mereka lantas bercekat.
Bersamaan dengan berAkhirnya suara Yo Cie Cong, mereka cuma meraaa didepan matanya
seperti berkelebat satu bayangan orang, satu diantaranya benar2 telah rubuh terjengkang.

Yang lainnya, dengan hati ketakutan lalu menghentikan serangan, cepat menghampiri
kawannya yang rubuh.
Ketika memeriksa segera mengetahui kalau kawannya itu hanya tertotok saja jalan darahnya,
sehingga dengan demikian hatinya mulai merasa lega kembali.
Ia coba membuka totoknya itu, tapi heran, dengan jalan apa juga ia tak mampu membuka
totokan pada tubuh kawannya itu, sehingga diam2 hatinya mulai diliputi rasa ketakutan.
"sekarang kaulah yang harus menjawab pertanyaanku" demikian terdengar suara Yo Cie Cong.
Wanita jelek itu berdiri tegak, dengan sorot mata gemas ia mengawasi Yo Cie Cong sejenak,
lalu berkata. "tanyalah,"
" Kalian berdua apakah murid2nya Giok- bin Giam-po "hoa Cit Kow?"
"Bukan"
"Ng. Bukankah kalian datang dari puncak gunung Pit-koan-hong ?"
Wanita jelek itu dengan sorot mata ter-heran2 mengawasi Yo Cie Cong seujenak, lalu
menjawab^ "Memang benar."
"Bukankan Gok-bin Giam-po berdiam di-atas puncak Pit-goan-hong ?"
"Tidak...."
Yo Cie Cong kelihatan beringas wajahnya. "Kau mau mampus"^ bentaknya bengis,
"Ha, he... Hendak men-cari2 kesalahan orang mudah saja. cuma nonamu akan beritahukan
kau, harus kau bisa menjelaskan sebabnya kau turun tangan terhadap kami berdua saudara. jika
tidak sekalipun kami sudah jadi setan, Kami juga tidak akan mengampuni padamu." suaranya itu
menyatakan keputusan dan kegeramannya membuat orang yang mendengarnya merasa bergidik.
Tetapi Yo Cie Cong yang perasaannya sudah dipengaruhi pikirannya sendiri. masih tetap
berkata dengan suaranya yang dingin, "Aku beritahukan padamu juga tidak ada halangan- Biar
bagaimana kau toch sudah pasti akan mati. Aku hendak mencari Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow
dan mencingcang tubuhnya setiap anak muridnya ada Termasuk orang yang harus juga kubunuh.
Bagaimana? Kau sudah mengerti belum? Dengan begitu kau barangkali bisa mati dengan mata
meram."
Tiba2 wanita jelek itu mengeluarkan suara ketawanya yang mengharukan, kemudian baru
berkata:
"oh. Inikah alasanmu untuk membunuh kami berdua saudara?"
"Benar. sebab kalian berdua adalah muridnya Giok-bin Giam-po."
Wanita jelek itu lantas berseru sambil kertak gigi: " orang sombong Kuberitahukan padamu
kami bukan muridnya Giok-bin Giam-po."
"Kalau begitu kalian sebenarnya murid siapa?"
Wanita jelek itu agaknya mempunyai kesulitan yang tidak dapat diutarakan, lama baru
menjawab: "Hal ini tidak bisa kuberitahukan padamu."
"Kalau kau benar? mau binasa, aku pasti akan mengiringi kehendak kalian berdua." Yo Cie
Cong kata dengan suara tetap dingin.
Wanita jelek itu mendongak memandang langit, mulutnya berdoa. "suhu untuk mentaati
pesanmu kami berdua saudara terpaksa harus korbankan diri."
suaranya terdengar sangat memilukan hati, sahingga Yo Cie Cong sendiri sampai tergerak
hatinya.
setelah habis berdoa, dengan sorot mata gemas lalu ia berkata dengan suara bengis:
"Tidak kusangka kau yang mempunyai kepandaian begitu tinggi dan wajah begitu tampan
ternyata hatinya melebihi serigala kejamnya. sekarang kau boleh turun tangan. Nonamu sungguh
tidak beruntung binasa ditanganmu karena tidak mampu melawan, sehingga aku cuma bisa
sesalkan kepandaianku sendiri yang belum tinggi, cuma Akhirnya perlu juga kuberitahukan
padamu bahwa kami berdua saudara sekali2 bukanlah muridnya Giok-bin Giam-po. orang yang
berdiam diatas puncak gunung Pit koan-hong juga bukan Giok-bin Giam-po. Demikian saja
perkataanku yang terakhir, nah, sekarang kau boleh mulai turun tangan"

Sebabis berkata ia lalu berdiri dan siap hendak mengadu jiwa.
Yo Cie Cong hatinya mulai curiga. diam2 ia berpikir, "Kelihatannya dua wanita jelek ini bukan
dari golongan jahat, Besar sekali kesetiaannya mentaati pesan gurunya. Rupanya tidak mirip
dengan murid2 didikannya Giok-bin Giam-po, Apalagi aku cuma dapat keterangan dari Ngo Yong
sepihak saja, kelihatannya dalam hal ini ada terselip kekeliruan besar."
Matanya Yo Cie Cong mengawasi wajahnya wanita jelek tersebut. Dilihatnya matanya itu
memancarkan sinar yang begitu cemas, tetapi kelihatannya tidak merasa jeri dalam menghadapi
saat2 kematiannya maka pikirannya lama2 terguncang.
"cepatlah turun tangan. Kau tunggu apa lagi?" demikian kata wanita jelek itu.
Pikiran Yo Cie Tiong saat itu lantas berubah. Pikiran waras mulai menguasai otaknya lagi. Benar
saja ia telah menemukan beberapa titik bagian yang mencurigakan- Karena pada waktu
sebelumnya. ia tidak memperhatikannya, hingga hampir saja ia membuat kesalahan yang sangat
besar. seketika itu ia lantas berkata dengan suara lunak:
"Kalau begitu harap nona suka menerangkan jalan yang menuuju kepuncak Pit koan-hong. Aku
yang rendah ingin menemui sendiri suhumu. Bagaimana?"
"Hal ini juga tidak mungkin."
Yo Cie Cong lantas berpikir: "supaya jangan sampai aku melakukan pembunuhan terhadap
orang yang tidak berdosa, biarlah untuk sementara aku melepaskan mereka. Dikemudian hari. jika
terbukti mereka membohong, tentunya tidak akan terlolos juga dari tanganku. Biar bagaimana
maksudku toch hendak mencari Manusia jelek nomor satu itu untuk menuntut balas, aku bisa
pergi ke Pek-long-bwee untuk mencari Cin Bie Nio dan mencari penjelasan lagi."
Maka Akhirnya dengan diam ia mengebutkan lengan bajunya melepaskan totokan pada
tubuhnya wanita jelek yang tertotok tadi kemudian berkata pada yang lainnya: "Baiklah. Untuk
sementara aku percaya perkataanmu. setelah aku menyelidiki keadaan sebenarnya, jika ternyata
apa yang kau ucapkan hari ini tidak betul rasanya, kau juga tidak akan terlepas dari pada
kematian."
sehabis berkata ia lantas gerakan Badannya meninggalkan mereka.
Dalam hati Yo Cie Cong sekarang kembali bertambah satu teka-teki. seaadainya orang yang
berdiam diatas puncak gunung itu, benar2 bukan Giok- bin Giam-po, siapa sebenarnya orangnya
itu?
si tangan geledek Nao Yong dulu juga merupakan seorang terkenal didalam rimba persilatan,
sudah tentu ia tidak perlu membuat cerita yang bukan2, apalagi satu sama lain pernah ketemu.
Perkenalannya dengan Yo Cie Cong itu ada merupakan perkenalan pertama, tidak ada perlunya
ia mengarang cerita yang bukan2 untuk membohongi Yo Cie Cong. Yo Cie Cong makin memikir
makin bingung, pikirannya makin ruwet.
Ia seperti merasa bahwa Giok-bin Kiam khek Hoan Thian Hoa, dengan asal usul dirinya sendiri
ada hubungannya.
Pikiran itu terus menerus berputaran dalam otaknya. Meski pun pikiran warasnya kadang2
membantah sendiri anggapan tersebut, tetapi masih tetap merupakan gangguan dalam pikirannya.
Andaikata Giok-bin Giam-po benar2 ada ibu kandungnya sendiri, bagaimana ia nanti bisa
tancap kaki dikalangan Kong-ouw? Bagaimana ia bisa menjadi orang? Benarkah ia mempunyai ibu
seorang wanita begitu jahat, kejam, cabul, genit dan rendah martabatnya?
Bukan, pasti bukan demikian ia kadang-bantah pikirannya sendiri, sebab Giok-bin Gian-po ada
merupakan salah satu musuh perguruannya, yang ia sudah tetapkan harus binasa dibawah Golok
Maut.
Maka pikiran itu kadang2 membuat takut dirinya sendiri, tapi kadang2 juga membuat ia gila
sendiri

Pada suatu hari kira2 tengah hari, Yo Cie Cong telah tiba di kota Thay-peng-tin, yang letaknya
tidak cukup 50 lie dengan pusatnya perkumpulan Pek leng-hwee.
Dalam hati ia sudah meng-hitung2 bagaimana ambil tempat menginap di kota Thay-peng-tin
dulu, dan setelah kenjang menangSal perutnya, baru berangkat menuuju kepusatnya Pek lenghwee.
Perjalanan itu yang tidak lebih dari 5 lie, buat ia tidak usah memakan waktu lebih dari satu
jam.
oleh karena berpikir demikian, ia telah kendorkan kakinya, dengan jalan sesukanya ia menuju
ke kola Thay-peng-tin-
Mendadak pada saat itu ada beberapa penunggang kuda. dengan larikan kudanya secepat kilat
menerjang datang.
Penunggang kuda itu ternyata terdiri beberapa orang laki dan seorang wanita, diantara laki itu
satu telah mengenakan pakaian seperti anak sekolah, begitu pula topinya. Tapi lengan tangan
bagian kiri nampak gerombongan tidak kelihatan tangannya. Laki2 itu ternyata ada jago dari
perkumpulan agama Im-mo-kauw, si Pedang Berdarah Kong Jie, yang dalam pertempuran di Cit
lio-peng dengan Yo Cie Cong telah terkutung sebelah tangan kirinya oleh golok mautnya Yo Cie
Cong.
sedang sang wanita ada memakai pakaian hitam seluruhnya, ia bukan lain adalah Tio Lee Tin si
burung Hong hitam.
Tio Lee Tin ada muridnya orang misteri berkedok merah, tapi mengapa bisa berada ber-sama2
dengan orangnya Im-mo-kauw? Ini bukan saja sangat mengherankan pada Yo Cie Cong tapi juga
merupakan suatu kejadian yang sangat ganjil.
Yo Cie Cong berpikir: "orang berkedok merah memperlakukan aku seperti anak sendiri, tentang
apabila ada anak muridnya yang menyeleweng bagaimana aku bisa berpeluk tangan? Sejak hari ini
juga harus bikin jelas keadaan sebenarnya, selain daripada itu tentu pihak Im-mo-kauw yang
selalu mengejar-ngejar untuk menangkap dan membunuhnya harus diselidiki.
Yo Cie Cong lantas gerakan tubuhnya, dengan kecepatan kilat ia lompat melesat mengejar
panunggang kuda tersebut.
Sebentar saja ia sudah dapat mencandak. kemudian ia melesat tinggi untuk melampaui
penunggang kuda itu se-olah2 daun kering putus dari tangkainya, ia melayang turun di tengah
jalanan.
Empat penunggng kuda masing2 dengan sekencang2nya telah dikejutkan oleh kejadian yang
tidak di-duga2 ini, hingga masing2 pada tarik tali kendali kudanya. Tapi kuda2 itu yang sedang lari
kencang, ketika ditarik kandalinya, sudah tentu ngusruk. setelah berbenger dan ngusruk kedepan
kira2 tujuh langkah baru berhenti.
Orang yang melayang turun dari atas dan menghadang ditengah jalan itu ternyata ada seorang
pemuda berparas cakap. Empat penungggang kuda itu lantas pada berseru: "Eeee" dengan
berbareng dan pada memandang kaget. ,
Tio Lee Tin ketika melihat dengan tegas bahwa pemuda itu ternyata adalah Yo Cie Cong yang
ia uber sekian lamanya tapi tidak berhasil merebut hatinya, maka diam2 juga bercekat. Untuk
sesaat lamanya, hatinya ber-debar2 keras, entah bagaimana perasaannya pada saat itu? Matanya
lantas memancarkan sinar kebencian dan kemasgulan.
oooo ooooooooo oooo
SETELAH satu lama lain berhadapan, Yo Cie Cong baru dapat lihat dengan tegas, bahwa 4
orang itu kecuali Kong Jie dan Tio Lee Tin yang ia sudah kenal, dua diantaranya ia belum pernah
melihatnya.
Kedua orang itu satu adalah seorang tua berewokan yang usianya kurang lebih 50 tahun
sedang yang satunya ada seorang muda cakap berusia kira2 20 tahun- Pemuda itu kelihatannya
ada mempunyai hubungan rapat dengan Tio Lee Tin, sebab dilihatnya tidak mau berpisah dari
sampingnya si nona.

Anak muda itu memang cakap tampan, tapi dari sinar matanya kelihatan bukan orang dari
golongan baik2.
Kong Jie tidak kenali kalau Yo Cie Cong adalah itu pemuda yang memegang peranan sebagai
pemilik Golok Maut, maka ia juga tidak berkata apa2.
Yo Cie Cong hanya mengawasi Tio Lee Tin dengan menjublek. la tidak tahu bagaimana harus
mulai membuKa mulutnya,
Pemuda cakap didampingnya Tio Lee Tin tiba2 menegor dengan suara bengis: "Hai. Bocah
mata buta, apa maKsudmu ini?"
Dengan sikap menghina Yo Cie Cong mengawasi padanya, kemudian berpaling dan berkata
kepada Tio Lee Tin- "Nona Tio, kau...."
Tio Lee Tin teringat bagaimana dulu telah ditolak pernyataan Cintanya terhadap pemuda itu,
maka seketika itu perasaan gusarnya lantas meluap. dengan alis berdiri dan wajah merah padam
ia berkata: "Yo Cie Cong, ganjalan antara kita hari ini kita akan bereskan- ..."
Yo Cie Cong terperanjat, mendengar jawaban si nona,
"Nona Tio, perkataanmu ini apa artinya? Diantara kita ada ganjalan sakit hati apa yang harus
dibereskan ?" Tio Lee Tin membisu ditanya demikian-
Pemuda cakap disamping si nona mendengar percakapan mereka sudah mengerti sebagian
duduknya urusan, perasaan jelus lantas meluap. maka lalu berpaling dan berkata kepada Tio Lee
Tin- "Adik Tio, kau kenal Bocah ini ?"
"Belum dapat diartikan kenal, dia adalah orang yang paling dicinta oleh suhu "
Yo Cie Cong yang menyaksikan sikap akrab antara mereka berdua, hatinya sudah dapat
menduga beberapa bagian^
Diwajahnya pemuda itu kawan Tio Lee Tin lantas tertampak satu senyuman yang tidak sedap.
dengan suara ketus ia berkata kepada Yo Cie Cong ^
"Bocah, apa maksudmu kau menghadang dijalan? Apakah kau hendak mencari mampus?"
Cie Cong lantas naik darah, sambil kerengkan matanya ia menjawab: "Kau ini terhitung
manusia macam apa sih sebetulnya?"
"Haha, Bocah, kau sungguh pandai bicara. setelah aku memberitahukan padamu aku ini
manusia macam apa, itu berarti namamu sudah didaftar oleh raja akherat, artinya kau diharuskan
mampus" habis berkata ia lantas ketawa ter-bahak2.
Yo Cie Cong keluarkan suara dihidung, katanya: "Hm Tidak tahu malu. Apa gunanya kau
menggonggong seperti anjing gila?"
Bukan kepalang gusarnya pemuda itu, napsunya membunuh timbul seketika maka ia lantas
berkata sambil kertak gigi: "Bocah, dengar, siauw Kauwcu (kauwcu muda) dari perkumpulan Im
mo-kauw yang bergelar Utusan Raja Akherat adalah aku ini"
Yo Cie Cong ketika mendengar jawaban ini, diam2 juga terperanjat, ia lantas berpaling dan
berkata kepada Tio Lee tin: "Nona Tio, apakah kau sudah masuk menjadi anggota perkumpulan im
mo-kauw ?"
"Kalau ya bagaimana?" jawab Tio Lee Tin yang agak berubah, wajahnya.
"Apakah hal ini sudah diketahui oleh suhumu ?"
"Haha, Yo Cie Cong, tahu atau tidak tahu memangnya kenapa ?"
"sebaiknya nona pikir masak2 lebih dulu sebelumnya bertindak apa akibatnya seorang murid
yang mengkhianati perguruannya....?"
Hatinya Tio Lee Tin seperti terketok martil dengan tiba2 Perkataan mengkhianati perguruan itu
didengarnya seperti sebilah pedang tajam menusuk hatinya. Maka wajahnya lantas berubah pucat
seperti kertas.
Seperti pembaca masih ingat benda pusakanya Tio Lee Tin sepotong kayu hitam, ouw-bok-Polok
telah di rampas oleh siluman tengkorak Lui Bok Thong dan ia dibikin terluka parah, tapi

kemudian ditolong oleh Yo Cie Cong dengan menggunakan cara mengurut seluruh Badannya. oleh
karena Tio Lee Tin anggap bahwa sekuujur Badannya sudah di-raba2 oleh Yo Cie Cong, apalagi
anak muda itu ada tampan dan gagah maka diam2 sudah mengambil keputusan untuk
menyerahkan dirinya kepada Yo Cie Cong.
Tapi dipihaknya Yo Cie Cong setelah mengetahui bahwa Tio Lee Tin ada anak perempuannya
Tio Ek Chiu, ialah satu musuh perguruannya yang sudah binasa ditangan suhunya sendiri, ia tidak
berani menyambut Cintanya nona itu.
Tio Lae Tin pernah dijanjikan oleh suhunya bahwa dalam hal itu nanti sang suhu akan bantu
membereskan, Tapi setelah orang aneh berkedok merah itu mengetahui dirinya Yo Cie Cong yang
telah memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut, sudah tentu tidak berani
merekomendasikan perjodohan muridnya. Terpaksa ia menasehatkan kepada muridnya jangan
memaksa perjodohan, sebab perjodohan tergantung pada takdir, tidak bisa menuruti kemauan
sendiri Tapi Tio Lee Tin ada seorang tinggi hati dan beradat sombong maka nasehat ini disambut
dengan perasaan tidak senang.
Selanjutnya ketika dirinya pemilik Golok Maut yang peranannya dipegang oleh Yo Cie Cong,
dibinasakan oleh Liat- yang Lo koay di Cit-lie-peng. Tio Lee Tin yang hendak menuntut balas sakit
hati ayahnya, hendak mencincang tubuhnya pemilik Golok Maut disitu juga, tapi niatnya itu
dicegah oleh suhunya. Dengan demikian- maka ia semakin merasa tidak puas terhadap suhunya.
Tidak lama kemudian, ia telah berjumpa dengan Kauwcu muda dari Im-mo-kauw yang dalam
dunia kang-ouw dikenal dengan nama julukannya Utusan Raja Akherat.
oleh karena Kauwcu muda ini orangnya masih muda dan tampan serta gagah. apalagi pandai
omong manis. maka Tio Lee Tin yang kala itu sedang gagal dalam asmara dengan mudah saja
sudah kepincut oleh lagak lagu-nya Kauwcu muda itu. Ia sendiri juga tidak segan menempuh
bahaya sebagai murid yang mengkhianati perguruannya. kemudian masuk menjadi anggota
perkumpulan im-mo-kauw. Tapi walaupun demikian, hatinya selalu merasa ketakutan, sebab ia
tahu benar apa akibatnya dari perbuatannya itu.
Maka ketika Yo Cie Cong menyebutkan akibatnya dari murid yang berkhianat terhadap
perguruannya, telah menusuk perasaannya dan sudah tentu pula membangkitkan lagi perasaan
takutnya.
Utusan Raja Akherat yang menyaksikan kekasihnya tidak bisa menjawab, lantas menalangi:
"Bocah, kau tak usah banyak bicara. sudah berjumpa dengan aku, ini berarti kau sudah
ditakdirkan binasa ditanganku. Maka pilihlah jalan kematianmu. Kau hendak turun tangan sendiri
atau aku yang menghantarkan rohmu keakherat?"
Yo Cie Cong merasa gusar sekali, tetapi ia masih tertawa terbahak2. "Manusia keparat Kau
jangan mimpi yang bukan2. justru aku tuan mudamu yang akan membantu menyempurnakan.
kau. Ha ha ha....."
orang tua berewokan yang sejak tadi berdiri dengan tenang sebagai penonton saat itu
mendadak membuka mulut: "Siauw Kauwcu, bolehkah Hiotiomu yang mewakili untuk mengambil
jiwanya anjing kecil ini?"
ucapan orang tua itu membuat Yo Cie Cong makin bertambah rasa gusarnya.
Utusan Raja Akherat sebaliknya sudah meng-garuk2kan kepalanya seraya berkata: "Baiklah.
Lauw Hocu. kau boleh turun-tangan tak usah kenal kasihan- Menurut kebiasaan Kauwcu kita,
harus dibelek perutnya dan dicincang tubuhnya sampai hancur tidak boleh ada yang ketinggalan-"
sehabis berkata kembali ia perdengarkan suara ketawa yang menyeramkan.
"Bik," demikian orang tua berewokan itu menyahut, orangnya lantas lompat turun dari atas
kudanya. sambil ketawa cengar cengar ia maju menghampiri Yo Cie Cong, kemudian mengirim
serangannya secara mendadak. serangan itu hebat sekali, sehingga menimbulkan angin puyuh.

Orang tua itu mengira, bahwa dengan serangannya yang sekelebat itu lawannya yang muda itu
tentunya akan binasa, atau setidak-tidaknya akan terluka parah.
Yo Cie Cong sangat benci sekali terhadap manusia jumawa ini, tambah lagi ucapannya si
Kauwcu muda yang terlalu sombong itu maka membuat ia semakin gusar saja.
Dengan-ayunan sebelah tangannya, ilmu kekuatan Kan-goan Cin-Cao terus meluncur keluar
dari lengannya.
Kali ini ia menggunakan kekuatan delapan bagian, tapi ada demikian hebatnya sampai se-olah2
geledek menyambar mangsanya.
Orang tua itu sedkitpun tidak menduga bahwa lawannya yang masih muda belia itu mempunyai
kekuatan tenaga dalam yang begitu hebatnya. Tatkala ia merasa hebatnya serangan lawannya, ia
sudah tidak punya waktu untuk menyingkirkan diri.
setelah terjadi suatu benturan hebat, orang tua itu keluarkan seruan tertahan, kemudian
orangnya mundur sempoyongan sampai lima tindak^ mulutnya menyemburkan darah segar.
Badannya lalu rubuh ditanah dan tidak bisa berkutik lagi.
Utusan Raja Akherat dan si Pedang Berdarah Kong Jie serta Tio Lee Tin. bertiga telah menjerit
berbareng.
Hanya dalam satu kali serangan saja Yo Cie Cong telah membinasakan jiwanya seorang Hiocu
dari Im mo-kauw Kekuatan semacam itu, sesungguhnya bukan termasuk kekuatan manusia biasa.
Ini benar2 ada diluar dugaan mereka bertiga.
Terutama bagi Tio Lee Tin, didalam alam pikirannya, Yo Cie Cong tidak mempunyai kekuatan
begitu hebat. Hanya beberapa bulan saja tidak bertemu anak muda itu se-olah2 berganti raga. ini
benar2 merupakan sesuatu hal yang sangat luar biasa. sudah tentu, jika mereka nmengetahui
bahwa Yo Cie Cong ini adalah pemilik Golok Maut yang mereka telah mendapat tugas untuk
mencarinya kemana pun juga, tidak nanti timbul perasaan sampai begitu ter-heran2".
Tio Lee Tin yang terlebih dulu lompat turun dari alas kudanya yang kemudian disusul dengan
lompat turunnya dua orang yang lainnya. Mereka berdua berdiri berjejer dihadapan Yo Cie Cong.
Diwajahnya Utusan Raja Akherat yang dingin angkuh, tampak napsu membunuh yang tebal
sekali. sambil ketawa Ha, ha, h i, h i ia berkata:
"Bocah, hebat benar kepandaianmu heh Pantas dimatamu sepertt tidak melihat orang lain lagi."
Yo Cie Cong hanya mengganda ketawa dingin.
Saat itu Tio Lee Tin sungguh serba salah kedudukannya. Perasaan duka sukar dilukiskan
dengan pena, sukar diucapkan dengan-kata2. seorang laki2 yang pernah dirindukan, diubar-ubar
dan dicintai, kini telah berubah menjadi musuh mati hidupnya. Apa lagi kalau dipikir bahwa
kekuatan dan kepandaianya Yo Cie Cong agaknya masih jauh diatasnya Kauwcu muda dari Im-mokauw
ini, maka ia kuatirkan sangat, kekasihnya yang baru ini tidak mampu menandingi Yo Cie
Cong.
Agaknya ia merasa sangat menyesal akan perbuatannya sendiri yang terburu napsu. Tetapi
sekarang ia bukannya seorang gadis suci lagi. seandainya Yo Cie Cong berbalik pikirannya
mencinta dirinya, ia sendiri juga tidak bisa menerima lagi Cintanya, sebab ke-suciannya sudah
diberikan kepada Utusan Raja Akherat secara gegabah. Rupa pikiran telah mengganggu otaknya.
Dalam keadaan demikian, rasa bencinya makin kuat mempengaruhi seluruh pikirannya itu
membuatnya menjadi mata gelap.
Tidak dapatkan dirinya dia, kita harus hancurkan dia Demikian pikirnya. Dan itu merupakan
putusan terakhir dari si nona gagah itu, maka seketika itu, napsu membunuhnya lantas berkobar.
Pedangnya lantas dihunus keluar lalu berkata kepada Yo Cie Cong: "Yo Cie Cong, manusia yang
tidak kenal budi. Hari ini sudah sampai saat kematianmu....."
"Nona Tio dengan memandang muka suhumu, aku tidak akan membuat perhitungan dengan
kau. sebaliknya kau berdiri sebagai penonton saja. jika tidak...."

"jika tidak bagaimana ?"
"Kepalan dan kaki tidak ada matanya."
"Puh. sombong benar kau"
Utusan Raja Akherat lantas menyelak: "Adik Tin, kau mundur. Biar aku yang bereskan dia."
"Tidak. Kau mlinggir sedikit."
Utusan Raja Akherat terpaksa diam, tetapi sepasang matanya tidak pernah teralih dari
Badannya Yo Cie Cong.
Ia telah mendapat kenyataan bahwa pemuda ini merupakan salah seorang terkuat yang pernah
diketemukannya.
Tio Lee Tin mungkin bukan tandingannya, maka jika perlu ia akan membantunya.
si Pedang Perdarah Kong Jie agaknya sedang memikirkan sesuatu hal. Gerakan yang aneh dan
hebat tadi yang telah membinasakan dirinya Lauw Hiocu, agaknya pernah dilihatnya.
Tio Lee Tin gerakkan gedang ditangannya, lalu berkata dengan suara nyaring: "orang she Yo,
kau berani bunuh mati Hiocu kami? Rekening lama dan rekening baru antara kita, kita
perhitungkan sekalian sekarang "
Yo Cie Cong merasa serba sulit. orang berkedok kain merah perlakukan dirinya seperti
memperlakukan anaknya sendiri, Terhadap perbuatannya Tio Lee Tin yang sudah menjadi
anggotanya Im mo-kauw, orang itu entah sudah tahu atau belum? Perbuatan yang merupakan
suatu pengkhianatan ini seharusnya dibereskan sendiri oleh sang suhu. sekarang jika ia sendiri
kesalahan tangan sampai membinasakan jiwanya nona ini, sesungguhnya betul-betul merupakan
suatu hal yang sulit dipertanggung jawabkan-
Tetapi sebaliknya, nona ini tampaknya sedang mengumbar amarahnya. Kelihatannya tidak mau
sudah jika orang yang dibenCinya belum dihajar betul-betul.
"orang the Yo. sekarang nonamu akan turun tangan, kau masih ada ucapan apa lagi....^"
Yo Cie Cong lantas menjawab sambil menahan perasaannya: "Apakah nona Tio benar2 hendak
memaksa aku turun tangan?^"
"Ha,ha....Paksa kau? orang she Yo, Kujelaskan padamu, jangan harap kau bisa berlalu dari sini
dalam keadaan masih benapas."
Yo Cie Cong sudah tidak dapat mengendalikan perasaannya lagi, maka lantas berkata dengan
suara dingin- "Baiklah. Kalau begitu kau jangan sesalkan kalau aku berlaku keterlaluan-"
Tio Lee Tin perdengarkan suara dihidUng.
Pedangnya lantas diputar, dengan kecepatan bagaikan kilat ia mengirim serangannya. Begitu
bergerak. secara beruntun sudah berubah lima macam gerakan- serangan itu selain hebat juga
sangat ganas.
Yo Cie Cong dengan kelincahan Badannya luar biasa mangengoskan setiap serangan yang
dikirim oleh sinona. Kadang2 ia membalas menyerang, tetapi serangannya hanya dituujukan
keawak pedang.
Satu kali serangannya itu mengenakan sasarannya dengan tepat, sehingga tangannya Tio Lee
Tin dirasakan kesemutan, pedangnya hampir saja terlepas dari cekalannya.
Ia lantas berseru nyaring, tipu serangannya kembali dirubah. Dengan beruntun mengirim
serangannya sampai dua puluh delapan kali. serangan itu begitu gencar dan rapat, sehingga
membuat lawannya kecuali mundur sudah tidak punya jalan lain lagi Benar saja Yo Cie Cong
terpaksa harus lompat mundur.
Agaknya Tio Lee Tin sudah menduga gerakan lawannya itu dari semula, maka se-olah2
bayangan ia terus membayangi gerakan Yo Cie Cong dan menikam dengan hebat.
Yo Cie Cong matanya menjadi merah, Dengan cepat ia mengeluarkan ilmu ,Menggeser tubuh
mengganti bayangannya, se-olah2 lakunya hantu sebentar kemudian lantas menghilang dari
depan matanya sipenyerang, tetapi sebentar kemudian tiba2 sudah berada di belakang si nona.

Ketika Tio Lee Tin mengetahui bahwa Yo Cie Cong pandai menggunakan ilmu perguruannya
untuk menghindarkan serangannya. hatinya semakin gusar. ia coba menyingkir kira2 setombak
lebih kemudian membalikan Badannya...."
Tetapi ternyata ia sudah terlambat bergerak. sambaran angin yang keluar dari tangan Yo Cie
Cong sudah meluncur laksana angin puyuh datangnya.
Pada saat yang sangat berbahaya itu, Kong Jie dan Utusan Raja Akherat dari samping telah
melancarkan serangan berbareng. Tetapi angin serangan dari kedua orang itu se-olah2 lenyap
ditengah udara tanpa suara, sehingga hati mereka merasa kaget bukan kepalang.
Tetapi dalam kagetnya itu Kong Jie yang tidak lantas putus asa lantas menyusulkan
serangannya lagi dengan serangannya yang kedua, tetapi juga tidak berhasil menahan serangan
Yo Cie Cong.
Ketika serangan kedua pihak saling beradu, Badannya Kong Jie terpental mundur tiga langkah.
sehingga hatinya merasa jeri, sebab kekuatan itu sesungguhnya belum pernah dialaminya pada
waktu sebelumnya.
Tio Lee Tin setelah terlepas dari serangannya Yo Cie Cong kelihatan alisnya berdiri sambil
berseru nyaring kembali ia menyerang lagi.
Yo Cie Cong yang sudah gusar benar2, lantas memutar kepalan tangan kanannya, dengan
kekuatan tenaga Kan-goan Thian-thjio untuk menyambut serangan Tio Lee Tin-
Tio Lee Tin hanya merasakan adanya kekuatan dahsyat yang membendung setiap
serangannya, bahkan telah mendesak dirinya semakin hebat. Apabila ujung pedang ditangannya
menyentuh sedikit saja kekuatan yang tidak terlihat itu, serangannya lantas dibikin punah,
sehingga gerakannya selanjutnya lantas mati sama sekali.
Kekuatan hebat Yo Cie Cong ini membuatnya ketakutan setengah mati. Belum sempat ia
memikirkan yang lain, kekuatan tenaga yang tidak kelihatan itu sudah menghampiri dirinya.
Pada saat itu, tangannya dirasakan sakit sekali, pertama-tama pedangnyalah yang terbang
melesat dari dalam tangannya. selanjutnya, nona itu kelihatannya sadar akan rubuh di tangannya
Yo Cie Cong yang mempunyai kekuutan begitu hebat.
"Bocah, kau jangan melukai orang." Demikian terdengar seruan suara orang. Berbareng pada
saat itu pula angin dingin terus meluncur keluar menyerang kekuatan yang tidak kelihatan itu.
"Buk. BukBuk^ terdengar serentetan suara benturan nyaring. Kekuatan yang dilancarkan oleh
Yo Cie Cong sebagian sudah dibikin punah.
Pedang Tio Lee Tin sudah terlepas dari tangannya, dalam kaget dan ketakutannya tiba2 dirinya
telah digulung oleh kekuatan tenaga Yo Cie Cong yang masih ada, sehingga ia harus mundur terhuyung2
sampai sepuluh tindak. baru bisa berdiri jejak lagi. wajah sinona pucat seperti kertas,
napasnya memburu.
serangan yang menahan kekuatan serangan Yo Cie Cong tadi ternyata meluncur keluar dari
dalam tangannya Utusan Raja Akherat. saat itu Utusan Raja Akherat lantas maju satu tindak dan
terus berkata. kepada Yo Cie Cong sambil tertawa dingin: " Hebat sekali kekuatanmu. Masih dapat
menerjang kekuatanku."
"Kau masih bukan tandinganku." jawab Yo Cie Cong dingin.
Jawaban yang sangat jumawa ini telah membuat wajah Utusan Raja Akherat berubah. Ini
adalah untuk pertama kalinya ia berkelana didunia Kang-ouw, ada orang yang berani
mengucapkan perkataan demikian dihadapannya.
"Kau sungguh jumawa^" demikian ia berkata.
"Ng."
Utusan Raja Akherat tadi mula2 menjebutnya 'Bocah'. sekarang menjebut 'kau' Rupanya ia
telah dibikin kagum karena kekuatan yang sukar diukur dari lawannya ini.
Tiba2 ia mendapat suatu pikiran. Ia ketawa dan berkata pada Yo Cie Cong: "Kau suka kita bikin
suatu pertaruhan?"

"Pertaruhan apa ?"
"jika kau yang memenangkan pertandingan, semua ganjalan yang ada diantara kita, kita
habiskan semua."
Yo Cie Cong tidak lantas menjawab ia berpikir 'Bikin habis semua? tidak begitu mudah. Im mokauw
terus mengirim utusannya mengejar pemilik Golok Maut, bahkan me-nyiar2kan cerita bahwa
pemilik Golok Maut bukanlah pemilik Golok Maut yang asli. Dalam hal ini pasti ada tersembunyi
rahasia apa. sebelum soal ini terang, aku dengan Im-mo-kauw tidak bisa tinggal sama2 begitu
saja"
"jikalau kau yang menang, bagaimana?" Yo Cie Cong balik menanya.
"He, he....... Perkumpulan kami sedang membutuhkan tenaga orang pandai, kami sedang
berdaya mengumpulkan orang kuat supaya pimpinan dalam rimba persilatan terjatuh dalam
perkumpulan kami. jika kau tidak beruntung, jatuh ditanganku, maka kau harus menjadi anggota
perkumpulan kami"
Yo Cie Cong ketawa bergelak.
"Perkataanmu itu percuma saja kau ucapkan-" jawabnya pasti.
"Apa artinya ucapan ini?"
"Kau tidak bisa menangkan aku." ujawab Yo Cie Cong tenang.
Bukan kepalang rasa gusarnya Utusan Raja Akherat itu, sebab, kecuali kejam dan licik, ia juga
seorang sombong dan tinggi hati. Tidak nyana hari ini ia bertemu dengan seorang yang lebih
sombong beberapa kali dari padanya, maka ia lantas menjawab dengan suara gusar:
"Apa kau kira pasti mendapat kemenangan."
"sudah tentu."
Kong Jie yang berdiri disamping agaknya sudah tidak sabaran lagi. Ia berkata dengan suara
nyaring: "siao Kauwcu, kasihkan aku yang melayani Bocah ini"
sehabis berkata, pedang berdarahnya lantas keluar dari dalam sarungnya. Dibulang
balingkannya pedang itu sebentar sambil mengerahkan tenaga dalamnya, sehingga awak pedang
lantas berubah menjadi merah darah. ujung pedang seperti ada darah segar menyembur keluar.
Utusan Raja Akherat ini orangnya licik dan banyak akal. sambil ketawa cengar-cengar ia
mundur kesamping.
Biji mutiara merah yang ada digagang pedangnya Kong Jie, kecuali bisa digunakan untuk
menyalurkan darah keujung pedang sehingga dapat melukai lawannya tanpa bisa dilihat, bahkan
masih bisa lagi mangeluarkan bau harum semerbak yang dapat membuat orang mabuk.
Betapa pun tingginya kekuatan lawannya, sukar juga dapat menghindarkan diri dari serangan
bau harum itu.
Kong Jie mampunyai maksud hendak menundukkan Yo Cie Cong dengan akalnya itu dulu, baru
kemudian turun tangan menurut kehendak hatinya.
Ketika Kong Jie untuk kedua kalinya bertanding dengan Yo Cie Cong yang ketika itu ada
memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut, kedua macam senjatanya yang mukjijat itu tidak
dapat menjatuhkan lawannya, sebaliknya malah ia sendirilah yang harus mengorbankan sebelah
tangan kirinya. ini adalah merupakan kekalahannya yang pertama sejak ia muncul didunia Kangouw.
Tetapi dalam hatinya saat itu telah berpikir, bahwa pemilik Golok Maut yang
mengalahkannya itu sudah binasa dibawah tangannya Liat- yang Lokoay, sehingga tidak perlu
takuti orang lain lagi.
Sudah tentu, mimpipun ia tidak akan menduga, bahwa Yo Cie Cong yang didepan matanya itu
adalah si pemilik Golok Maut yang di Cit-lie-peng telah memapas kutung lengan kirinya.
Memang betul ia sudah binasa, tetapi karena khasiatnya biji mustika Gu liong- kauw, ia bisa
hidup kembali untuk melanjutkan usahanya.

Rombongan yang terdiri dari empat orang itu juga merupakan utusan Im mo-kauw yang dikirim
untuk menyelidiki kabar tentang munculnya pengganti pemilik Golok Maut.
Yo Cie Cong dengan sikap dingin memandang Kong Jie, terhadap siapa agaknya ia tidak
memandang mata sama sekali.
Kong Jie lalu gerakkan pedangnya sambil ketawa. Warna merah dan bau harum yang semerbak
kelihatan berkelebatan dan tersiar luas disekitar diri Yo Cie Cong.
Anak muda itu agaknya sudah berpikir masak2, dengan ilmunya Liang- kek Tiin-goan ia
melindungi sekujur Badannya dan seluruh kekuatan tenaganya dan dipusatkan pada sebelah
tangannya, kemudian mengirim serangannya.
Ketika Kong Jie mengetahui ujung pedangnya tidak bisa mendekati badan lawannya, sedangkan
bau harum juga tidak dapat jatuhkan lawannya, dalam hati merasa golagat tidak baik.
Belum hilang rasa kagetnya. kekuatan yang maha hebat telah menyerang dirinya.
Dalam gugupnya, ia coba melesat kesamping. Tetapi, Yo Cie Cong yang sudah mengandung
maksud hendak membunuhnya. sudah tentu tidak mau memberikan kesempatan untuk ia
meloloskan diri, maka dengan cepat serangannya yang kedua lantas menyusul.
Suara jeritan ngeri keluar dari mulutnya Kong Jie, dibarengi dengan semburan darahnya,
Badannya lantas terpental jatuh.
Utusun Raja Akherat menggeram, ia lantas maju, selagi hendak turun tangan, mendadak
terlihat berkelebat sinar terang meluncur ke-arahnya sang lawan.
Yo Cie Cong miringkan badannya sambil ketawa dingin. Tangannya lantas diulur menyambar
benda berkilauan itu, ternyata itu adalah sebilah pedang panjang.
Kiranya. tadi ketika Tio Lee Tin pedangnya dibikin terpental oleh Yo Cie Cong, dalam hati meski
ketakutan setengah mati, tetapi rasa benci timbulnya semakin meluap2. Ia lalu menggunakan.
kesempatan selagi Yo Cie Cong membinasakan Kong Jie, diam2 lantas me-mungut pedang
panjangnya. sambil kertak gigi dilontarkan pedang itu kearah dirinya Yo Cie Cong.
Tidak nyana, serangannya itu tidak mengenai sasarannya, malah pedangnya jatuh ditangan Yo
Cie Cong. wajahnya lantas pucat, seketika hatinya merasa semakin takut.
Yo Cie Cong setelah menyambuti pedang tersebut, sebetulnya hendak dipatahkannya, tetapi
hatinya lantas berpikir: "Ia adalah murid tunggal orang berkedok kain merah. sekarang
keadaannya masih belum jelas. jika pedang ini kupatahkan. barangkali tidak enak akibatnya bagi
orang berkedok kain merah itu." oleh karena berpikir demikian, maka matanya yang tajam lantas
menyapu kearah Tio Lee Tin yang saat itu tengah berdiri menjublek.
"Ambillah." kata Yo Cie Cong sambil melemparkan pedang pada si nona.
Tio Lee Tin menyambuti pedangnya dengan kedua belah tangannya, tetapi hatinya sangat
berduka.
Gadis yang selamanya menbawa cara hidupnya sendiri, bagaimana sanggup menerima hinaan
begitu rupa? Tetapi oleh karena kepandaiannya sendiri tidak ungkulan menghadapi lawantnya,
maka ia hanya dapat mengawasi musuhnya dengan mata sangat penasaran.
Dengan sikap menyayang Utusan Raja Akherat mengawasi Tio Lee Tin sejenak, lalu berkata
pada Yo Cie Cong.
"Kepandaianmu betul2 hebat. sekali lagi kuucapkan perkataanku tadi. kita mengadakan
pertaruhan dengan tiga jurus pertandingan. Kalau kau yang menang, semuanya habis. Masing2
boleh jalan sendiri. Tetapi kalau aku yang menang, kau harus menjadi anggota perkumpulan kami.
Bagaimana?"
Yo Cie Cong diam2 merasa geli dihati, dengan sikap menghina ia berkata: "Aku juga ulangi lagi
sekali ucapanku tadi, kau tidak bisa menangkan aku."
wajahnya Utusan Raja Akherat lantas berubah.
"Kesombonganmu sungguh jarang bisa di dapatkan."

"ouw, begitu ?"
"Kau tidak mau menimbang usulku tadi ?"
"Tidak perlu ditimbang lagi."
"Kau tidak akan menyesal ?"
"Locu sekali seumur hidupku aku belum pernah merasa menyesali atas perbuatanku."
"Bagus... Kauwcumu hari ini....."
Pada saat itu mendadak ada angin mendesir dihadapan dua orang itu tiba2 tertancap satu
bendera segi tiga yang kecil bentuknya.
Kejadian yang terjadinya secara mendadak ini membuat Utusan Raja Akherat yang belum habis
mengucapkan perkataannya, terpaksa ditelan kembali.
Datangnya bendera kecil itu lantas disusul dengan munculnya beberapa orang yang meluncur
turun ketempat tersebut.
Tio Lee Tin menjerit dengan tiba-tiba. wajahnya pucat pasi, Badannya bergemetaran.
OOOOOOOO ooo
SEMUA ORANG yang berada disitu telah dikejutkan oleh kejadian yang datangnya secara tiba2
itu. Bendera kecil segi tiga dengan dasar putih dan pinggir emas, di-tengah2nya terlukis seekor
burung laut merah dadu. Bendera itu kelihatan menancap ditanah, ber-goyang2 ditiup angin.
Beberapa puluh bayangan orang telah melayang turun dan berbaris dibelakangnya bendera
kecil tadi. Mereka itu setelah berbaris rapih, barulah dapat dihitung. semuanya berjumlah dua
belas orang semua berpakaian seragam warna hitam yang ringkas dan bar-kedok kain hitam.
Ditengah2 kedok hitam, ada tersulam seekor burung laut. Diatas Badannya burung laut itu,
masing2 terdapat satu angka, dari satu sampai dua belas.
"Utusan bendera burung laut" berseru Utasan Raja Akherat.
si Burung Hong Hitam, Tio Lee Tin, wajahnya pucat pasi seperti mayat dan badannya
gemetaran.
Yo Cie Cong yang sedang dibikin pusing oleh urusannya Tio Lee Tin yang mengkhianati
perguruannya dengan masuk menjadi anggota Im-mo-kauw tidak menyangka kalau pada saat itu
telah muncul dua belas orang Utusan bendera burung laut. sebab dengan munculnya bendera
tanda perintah itu, berarti suatu tanda bahwa sipemilik bendera yaitu si orang misterius berkedok
kain merah, sudah akan segara unjukan dirinya. orang berkedok kain merah itu munculnya didunia
persilatan di daerah TOnggoan, baru satu tahun lamanya. tidak ada seorangpun yang tahu,
sampai dimana tingginya kepandaiannya. juga tidak ada orang yang tahu asal-usulnya, atau wajah
yang sebenarnya. Dua belas utusan burung laut yang merupakan anak buahnya, masing2 juga
mempunyai kepandaian yang luar biasa.
orang2 didunia Kangouw, apabila mendengar didisebutnya orang berkedok merah saja,
sebagian sudah merasa jeri.
Si Pedang Berdarah Kong Jie, saat itu sedang memejamkan matanya untuk mengumpulkan
tenaga. Ia tidak ambil peduli semua apa yang terjadi disekitarnya.
oleh karena munculnya Utusan bendera burung laut, suasana yang sunyi sepi, berubah menjadi
tegang.
Tio Lee Tin meskipun benar ada muridnya orang berkedok kain merah, tetapi ia sendiri masih
belum mengetahui jelas tentang gurunya itu.
Dalam rombongan Utusan bendera burung laut itu, ada seorang yang mempunyai tanda nomor
satu. ia adalah kepalanya. orang itu telah memecahkan suasana sunyi tersebut. Dialah yang
pertama membuka mulut, menegur Tio Lee Tin:
"Sumoay. benarkah kau sudah masuk menjadi anggota mereka jadi anggota Im mo-kauw ?"
Tio Lee Tin lantas berubah wajahnya, ia tidak bisa menjawab. Ia tidak berani mengaku, tetapi
juga tidak dapat menyangkal.

Utusan Raja Akherat yang berdiri disampingnya Tio Lee Tin, mengawasi Utusan burung laut
Nomor satu itu sejenak. lantas berkata kepada Tio Lee Tin: "Adik Tin. beritahukan padanya."
Tetapi Tio Lee Tin masih tetap membungkam seperti juga orang bisu.
Utusan bendera burung laut Nomor Satu berkata pula: "sumoay, kami sekalian telah mendapat
perintah dari suhu hendak ajak kau pulang."
Tio Lee Tin hatinya terguncang keras, dengan tidak terasa kakinya sudah mundur satu tindak.
^
Utusan Raja Akherat lantas berkata sambil menyengir: "Apa tuan2 hari ini hendak membawa
pergi orang ?"
"Benar." jawab Utusan burung laut Nomor satu.
"Sebaiknya tuan2 mundur saja. Kalau tuan hendak memaksa juga membawa pergi orang,
rasanya tidak begitu mudah."
"Dalam hal ini tuan tidak berhak turut campur tangan" jawab si Nomor satu,
"Ha, ha....Tio Lee Tin sekarang sudah menjadi anggota kami, yang berkedudukan sebagai
Kauwcu muda dari Im-mo-kauw, dengan ini kuberitahukan pada tuan2, soal membawa pergi
orang tidaklah mungkin."
Dua belas orang utusan burung laut itu berbareng menyatakan kegusarannya. si Nomor satu
lantas berkata pula.
"Paling baik tuan tidak sembarangan buka mulut. ini adalah soal peribadi dalam perkumpulan
kami."
"Tuan2 bersedia bermusuhan dengan perkumpulan kami?"
"Hmm, kalau kami bermusuhan, mau apa?"
"Itu tidak bedanya seperti mengadu telor dengan batu, mencari kemusnahan sendiri "
"Ha, ha, ha, ha... Tuan sungguh terlalu jumawa."
"Tidak percaya? Kalian boleh coba sendiri"
Saat itu agaknya utusan nomor dua sudah tidak dapat menahan sabar lagi, ia berkata pada Tio
Lee Tin.
"Sumoy, tahukah kau, apa akibatnya kau berbuat begitu ?"
Tio Lee Tio yang mendengar pertanyaan itu, kembali wajahnya berubah.
saat itu, perasaan hatinya tidak keruan. oleh karena kesalahan bertindak. telah membuat ia
terjerumus kedalam jurang yang dalam, tidak mampu menarik keluar dirinya lagi, ia sekarang
bukan hanya sebagai anggota Im-mo-kauw saja, tapi sudah merupakan kekasihnya Kauwcu muda
dari Im mo-kauw. juga ia bukan seorang gadis suci lagi.
Sekalipun suhunya tidak menghukum karena ia sudah mengkhianati perguruan sendiri, tetapi ia
juga tidak punya muka untuk kembali lagi keperguruannya.
Ia merasa malu terhadap perguruannya, tetapi la tidak berdaya sama sekali untuk memperbaiki
dirinya.
Selain daripada itu sehingga saat itu, dalam hatinya masih tetap ada bayangannya Yo Cie Cong
saja. Ia tidak bisa melupakan anak muda itu, perubahan yang terjadi pada dirinya juga lantaran
gara2nya anak muda itu. tapi sekarang ia sudah tidak mempunyai muka untuk mencinta dirinya
anak muda itu lagi. Begitulah dengan nasibnya nona gagah ini.
Rasa cinta berubah menjadi benci. Ia sekarang merasa benci sekali terhadap Yo Cie Cong tapi
dalam rasa bencinya itu ada bercampur perasaan cinta yang sebenarnya. Rasa cinta demikian
hakekatnya sudah melekat dalam hatinya.
Utusan nomor satu setelah menghela napas panjang, lalu berkata dengan suara bengis: "Tio
Lee Tin. karena kau telah mengkhianati perguruan, persaudaraan antara kita telah putus...."
Utusan Raja Akherat lantas menjelak: "Adik Tin, kau mundur"

ucapannya itu disertai dengan gerakan Badannya, dengan cepat sudah berada disampingnya
Tio Lee Cin, berbareng dengan itu, ia lantas mengirim satu serangan tangan kearah enam utusan
burung laut tersebut.
serangannya yang ada begitu aneh, selain kekuatan yang sangat hebat, juga mengandung
sambaran angin ingin yang menusuk tulang.
Enam utusan burung laut itu tidak menduga sama sekali yang Utusan Raja Akherat ini akan
turun tangan secara tiba2. Angin serangan yang datang secara tiba2 itu baru menyentuh badan,
rasa dingin sudah seperti menusuk kedalam tulang, salah seorang diantara enam utusan itu lantas
berseru: "Ini ilmu pukulan Tay-im-Ciang. Lekas mundur " Enam orang itu dengan cepat lantas
mencar mundar kekedua samping.
Yo Cie Cong telah menyaksikan bagaimana Utusan Raja Akherat itu dalam waktu segebrakan
saja telah mendesak mundur enam orang kuat anak muridnya orang kedok kain merah. Hatinya
lantas tergerak. Pikirnya, "Ilmu pukulan Thay im-Ciang ini pasti adalah semacam ilmu tenaga lunak
yang sangat jahat, sehingga dapat membuat utusan burung laut itu tidak berani sembarangan
menyambutinya."
Ia lantas ingat ilmu pukulan Liat yang-Ciang dari Liat-yang Lokoay. Agaknya dua macam ilmu
pukulan 'Im dan Yang' itu tentunya merupakan ilmu pukulan yang berlawanan...
Utusan Raja Akherat setelah berhasil mendesak mundur enam orang orang utusan burung laut
itu, lantas berkata dengan sangat bangga " Utusan burung laut ternyata cuma begini saja.
Menurut pikiranku, lebih baik cepat2 menarik diri"
Enam orang utusan itu setelah menarik mundur dirinia sejenak. lantas menerjang maju lagi,
dengan masing2 mengirimkan satu. serangan kearah lawan.
Angin serangan dari enam orang itu telah berkumpul merupakan satu gelombang. dengan
hebat mengulung dirinya Utusan Raja Akherat.
Utusan Raja Akherat menarik Tio Lee Tin dengan sebelah tangannya seraya berkata: "Adik Tin
mundur"
sambil kerutkan dahinya, Tio Lee Tin mundur kesamping sejauh kira2 delapan kaki.
Utusan Raja Akherat memuter kedua tangannya yang terus disodorkan. segumpalan angin
dingin keluar dari tangannya menggulung badan lawannya.
Serangan hebat yang keluar sebagai tenaga gabungan dari keenam orang utusan burung laut
tadi, ketika kebentrok dengan kekuatan angin yang kelihatannya biasa saja, ternyata dirasakan
seperti kompor masak kedalam laut, lantas musnah tanpa bekas.
Kejadian ini telah membuat enam Utusan itu berikut Yo Cie Cong, tercengang semuanya.
Utusan Raja Akherat yang sudah berhasil memunahkan serangan gabungan lawannya, lantas
berkata lagi dengan suara dingin: "coba sambuti sekali lagi seranganku."
Kembali tangannya bergerak, keluarlah satu serangan dahsyat. Angin ingin yang hebat telah
menembusi daging dan tulang-tulang.
Enam orang Utusan burung laut itu, semua merupakan orang kuat pilihan dari antara sekian
banyak muridnya orang berkedok kain merah. Tentu saja dapat berlaku gesit dalam menghadapi
segala kemungkinan.
Melihat sang lawan mengirim serangannya, mereka juga terus menyambuti dengan kekuatan
tenaga bergabung, suara benturan keras lantas terdengar nyaring.
Badannya Utusan Raja Akherat kelihatan bergoyang sedikit, tetapi enam Utusan burung laut
telah dibikin menggigil semua karena serangan hawa yang sangat dingin itu.
Utusan Nomor satu lantas memberikan aba-abanya pada lima utusan yang lainnya: " Kalian
maju"
Lima utusan lainnya itu bergerak dengan serentak.
Mereka menyeburkan diri dalam gelanggang pertempuran membantu enam kawannya yang
maju duluan.

Sedangkan Utusan Nomor satu sendiri, dengan kecepatan kilat menyerbu Tio Lee Tin. sebelas
utusan tergabung jadi satu, sudah tentu juga menjadi lain lagi keadaannya.
Kekuatan dari sebelas orang, seolah-olah, gelombang yang maha dahsyat, menyerbu lagi
kearah Utusan Raja Akherat.
Ilmu pukulan Thay-im-Ciang dari Utusan Raja Akherat, biar bagamiana hebat, sudah tidak
mampu melenyapkan kekuatan bergabung dari sebelas orang itu.
Tepat selagi kekuatan tergabung sebelas orang itu menyerbu kearahnya, Badannya Utusan
Raja Akherat dengan ringan sekali mendadak sudah melesat naik keatas setinggi tiga tombak.
setelah berada diatas, dengan gayanya yang sangat manis Badannya berputar untuk melepaskan
diri dari lingkaran angin yang datang menggulung, kemudian tangannya dibalikan mengirim
serangan balasan.
Diantara suara bentakan2. dua orang dari sebelas orang utusan burung laut telah jatuh rubuh
ditanah.
Dilain pihak- Utusan Nomor satu yang menyerbu Tio Lee tin, sudah kena dirintangi oleh pedang
si nona.
Sedangkan si Pedang Berdarah Kong Jie, juga pada saat itu telah siuman. segera ia membantu
mengirim serangan dari samping.
Dengan tidak ammpun lagi Badannya utusan Nomor satu telah terpental mundur sampai tiga
tindak.
Utusan Raja Akherat bersama Kong Jie dan Tio Lee Tin, segera berdiri bahu membahu dengan
membuat lingkaran segi tiga yang menghadap keluar.
Anda sedang membaca artikel tentang GOLOK MAUT 2 dan anda bisa menemukan artikel GOLOK MAUT 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/golok-maut-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel GOLOK MAUT 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link GOLOK MAUT 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post GOLOK MAUT 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/golok-maut-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar