GOLOK MAUT 3

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Senin, 05 September 2011

Diatara dua belas utusan burung laut, dua orang telah terluka terkena pukulan Tay- im-Ciang,
saat itu yang terakhir disebut sedang bersemadi untuk mendesak keluar hawa dingin yang
mengeram dalam tubuh mereka.
Sepuluh orang utusan yang lainnya. setelah bersangsi sejenak lain membagi2 tugas. terpilihnya
empat orang yang paling kuat diantara mereka untuk menghadapi Utusan Raja Akherat seorang
tiga orang untuk menghadapi Tio Lee Tin dan tiga orang lagi untuk menghadapi Kong Jie.
Yo Cie Cong pada saat itu tengah mengerjakan keras pikirannya.
Menurut pantas dengan memandang hubungannya sendiri dengan orang yang berkedok kain
merah. seharusnya ia turut campur tangan membantu pihaknya burung laut.
Tetapi sebaliknya, sebelas orang utusan burung laut itu dalam kalangan Kang-ouw merupakan
orang yang cukup punya nama Apalagi hal ini ada mengenai pemberesan dalam partai sendiri, jika
ia turut campur tangan. sedikit banyak tentu ada kurang pantas juga.
Disamping itu, karena bendera burung laut sendiri sudah muncul. maka dengan sendirinya
pemiliknya pun, si orang berkedok kain merah pasti akan segera muncul. Hanya ia tidak mengerti,
mengapa pemilik bendera itu sekarang masih belum mau unjukkan diri juga ?
jikalau hari ini Tio Lee Tin, murid yang murtad itu tidak bisa dibawa balik untuk diberi hukuman
sebagaimana mestinya, maka nama baik yang begitu gilang gemilang dari orang berkedok kain
merah itu, pasti akan runtuh karenanya.
selagi pikirannya masih me-layang2 jauh keangkasa, dilain pihak orang2 sudah mulai bergerak.
Empat orang utusan burung laut yang ditugaskan menghadapi Utusan Raja Akherat, meskipun
semuanya merupakan tenaga2 pilihan. tetapi dalam menghadapi ilmu pukulan Tay-im-Ciang yang
hebat dan ganas dalam rimba persilatan, agaknya juga merasa kewalahan.
Dua rombongan lainnya, yang masing2 menghadapi Tio Lee Tin dan Kong Jie, sebab pihak
lawannya berdiri bahu membahu dengan saling membelakangi, asal mereka tujukan perhatiannya
kemuka, masing2 tidak memikirkan dapat dibokong, maka sudah cukuplah untuk menghadapi
musuh yang betapa kuatnya pun juga.
Waktu sedetik demi sedetik telah berlalu, Pertempuran dari dua pihak telah berlangsung terus
secara demikian.

Tetapi sudahlah nyata, jikalau Utusan Raja Akherat mau turun tangan benar2 dipandang dari
sudut ilmu pukulannya Tay-im-Ciang, sudah tentu pihaknya utusan burung laut yang akan
dirugikan.
Di dalam otaknya Yo Cie Cong timbul semacam pikiran: "Mengapa aku tidak unjukan diri
sebagai pemilik Golok Maut? orang im-mo-kauw itu tujuannya memang khusus hendak menyelidiki
dirinya pemilik Golok Maut, jikalau aku turun tangan, bukankah cukup beralasan? Berbareng
dengan itu, aku juga bisa terus menyelidiki apa sebabnya Im-mo-kauw telah menggunakan segala
daya upaya untuk menghadapi pemilik Golok Maut?"
Setelah berpikir demikian, dengan cepat ia lantas bertindak. selagi semua orang tengah
asyiknya bertempur, diam-diam ia lantas angkat kaki untuk menghilang.
Tetapi, Utusan Raja Akherat yang ternyata bermata jeli, mendadak berseru: "sahabat, kau
jangan pergi. Urusan diantara kita masih belum dibereskan."
Yo Cie Cong tidak mau berhenti, hanya mulutnya saja yang menyahut: "banyak kesempatan.
Kau tunggu saja."
Ketika ucapan yang terakhir itu masuk dalam telinga Utusan Raja Akherat. Yo Cie Cong sudah
tidak kelihatan bayang2nya
Yo Cie Coag menyingkir kesuatu tempat tersembunyi yang terletak kira2 seratus tombak lebih
dari tempat mereka bertempur. Dengan menggunakan ilmu merubah wajahnya yang didapatkan
dari kawan kecilnya si Pengemis sakti kecil wajah Hitam, sebentar saja ia sudah menjadi seorang
pemuda yang berwajah hitam legam yang sangat jelek.
Selesai merubah wajahnya, Yo Cie Cong hendak balik lagi. Tiba2. dibelakangnya terdengar
suara angin halus menyampok rumput.
suara sambaran angin dengan keresekan rumputnya yang halus itu, kecuali Yo Cie Cong yang
kepandaiannya sudah bisa menangkap suara dalam jarak sepuluh tombak. untuk orang lain, sudah
pasti tidak dapat mendengarnya.
Dengan cepat ia lantas lompat melesat sejauh tiga tombak ketika ia balikan tubuhnya,
dilihatnya didepannya sudah berdiri pemilik bendera burung laut, orang berkedok kain merah.
Yo Cie Tiong belum lagi membuka mulutnya, orang berkedok kain merah itu sudah berkata
padanya: "Anak. apa kau hendak turut campur tangan dalam urusan muridku yang murtad itu....?"
Yo Cie Cong lantas menjawab dengan anggukan kepala: "Ya. Tetapi boanpwee dengan orangorang
Im-mo-kauw juga masih ada lain urusan"
"Urusan apa ?"
"Hendak mencari tahu apa sebabnya perkumpulan itu terus-terusan mencari pemilik Golok
Maut."
"Im mo-kauw tumplekan seluruhnya kekuatannya untuk menghadapi kau seorang ?"
"Ya. Menurut apa yang boanpwee tahu, pertama adalah ketika boanpwee muncul lagi
dikalangan Kangouw, dengan peranan sebagai suhu boanpwee, yaitu pangcu dari Kam-lo-pang
orang2 Im mo-kauw pernah menyiarkan berita bahwa pemilik Golok Maut itu bukannya pangcu
Kam-lo-pang asli. Tentang kematian suhu, dikalangan Kangouw. kecuali pembunuhnya sendiri,
barangkali tidak ada lain orang yang tahu. Tetapi perkumpulan itu sekarang sudah berani
menentukan secara begitu pasti, terang bahwa soal ini tentunya tidak begitu sederhana. Dan lagi,
orang2 pilihannya yang diutus beberapa kali keluar untuk mengejar pemilik Golok Maut,
diantaranya sekarang ini, adalah Utusan Raja Akherat yang merupakan Kauwcu muda dari
perkumpalan itu sendiri"
Orang berkedok kain merah anggukan kepala.
"Perkumpulan im-mo-kauw dalam hari2 belakangan ini kelihatannya makin meluas
pengaruhnya. Keributannya ada mengandung maksud hendak menjagoi rimba persilatan didaerah
Tionggoan. siapakah kauwcunya sampai sekarang masih merupakan suatu teka-teki, tetapi dalam
dugaanku, pasti dia adalah salah satu iblis yang bukan sembarangan."

Yo Cie Cong mendadak mengalihkan pembicaraannya kelai nsoal. "Mengapa nona Tio masuk
jadi anggota Im mo-kauw ?"
orang berkedok kain merah itu agak sangat terharu. Lama sekali baru ia dapat menjawab: "Hal
ini juga aku belum tahu jelas, Mungkin ia telah kepincuk oleh kepandaian dan kecakapan Kauwcu
muda, yaitu Utusan Raja Akherat. Disamping itu, mungkin juga lantaran gagalnya ia dalam
asmara."
"Gagal dalam asmara ?"
"Ya. Itulah karena kau, anak."
"Karena Boanpwee?" tanya Yo Cie Cong kaget.
"Benar."
"Tetapi. boanpwee sedikit pun tidak mengetahui soal itu."
"Sejak itu hari, ia terluka ditangannya si siluman Tengkorak Lie Bok Thong dan ditolong olehmu
dengan jalan mengurut seluruh Badannya, diam2 ia sudah mencintai kau. Ia juga pernah minta
aku membereskan soal ini. Pada saat itu aku juga sudah menyanggupi hendak memberikan
bantuanku padanya."
Yo Cie Cong terdiam. Ia tidak dapat mengutarakan pikiran apa2.
orang berkedok kain merah itu lalu berkata pula: "Tetapi, sejak aku mengetahui rahasiamu, aku
lantas tidak menyetujui lagi ia menikah dengan kau. Disatu pihak karena ayahnya telah binasa
ditangan suhumu, permusuhan diantara kalian tentu masih ada. jika kemudian hari ia mengetahui
kejadian sebenarnya, barangkali akan merupakan bencana dan bukannya bahagia lagi. Dilain
pihak. Bocah itu terlalu dalam perasaan dendamnya terhadap musuh ayahnya. Ia terus berdaya
upaya untuk menuntut balas. Tabiatnya juga suka membawa caranya sendiri"
Terhadap perhatian yang dicurahkan padanya sampai begitu dalam dari seorang berkedok kain
merah ini, Yo Cie Cong merasa terima kasih yang sangat, maka saat itu ia menghela napas
panjang.
"Sekalipun tidak ada sebab2 itu semua, boanpwee juga tidak bisa mencintakan dia."
"Kenapa?"
"Lebih dulu boanpwee telah berkenalan dengan seorang gadis yang bernama siangkoan Kiauw.
Dalam perjalanan boanpwee ke Lam-hay. dia telah binasa karena badai mengamuk. Karena ini
boanpwee telah bersumpah bahwa seumur hidup boanpwee tidak akan kawin kepada perempuan
lain lagi."
"Tapi, anak. pepatah kuno ada kata, orang tidak berbakti itu ada terbagi dalam tiga soal. Dan
soal tidak punya keturunan itulah yang paling utama "
"Boanpwee sangat berduka bila mengingat akan keadaan diri boanpwee sendiri, sampai saat ini
boanpwee masih belum mengetahui asal-usul dan nama sendiri ..."
Badan orang berkedok kain merah itu kelihatan tergetar, lama ia tidak dapat berkata apa.
Dalam hati kecilnya ia berkata: "Apakah harus kuberitahukan padanya? Tidak. tidak boleh. jika ia
mengetahui keadaan yang sebenarnya, barangkali ia akan tidak punya muka lagi tancap kaki
didunia Kangouw. Ini akan berarti rusaklah penghidupannya. Tidak boleh. Biarlah aku sendiri yang
menanggung penderitaan ini."
"Anak. kau jangan begitu bersusah hati. Tentang dirimu, pasti ada suatu hari kau akan tahu
sendiri"
"Ya, terima kasih atas perhatian Cianpwee."
"Anak, aku sekarang mau pergi dulu. Dua belas utusanku itu barangkali tidak bisa berbuat
banyak."
"Bagaimana Cianpwee hendak bereskan soalnya nona Tio ?"
"Ngng, tentang ini, kau boleh lihat sendiri nanti."
Sehabis mengucapkan perkataannya, si orang berkedok kain merah lantas menghilang dari
depan matanya Yo Cie Cong. Yo Cie Cong juga lantas mengikuti dibelakangnya.

Didalam medan pertempuran saat itu sudah ada beberapa orang dari pihaknya utusan burung
laut yang terkena pukulan ilmu Tay-im-Ciang Utusan Raja Akherat, sehingga banyak sudah yang
mundur dalam keadaan terluka.
sedangkan Tio Lee Tin, kelihatan sedang berdiri berdampingan dengan si Pedang Berdarah
Kong Jie.
Utusan Raja Akherat dengan mengandalkan ilmu pukulan Tay-im-Ciang yang sangat ganas dan
yang bukan segala macam ilmu pukulan lainnya dapat menandinginya, dengan seorang diri
melayani tujuh orang utusan burung laut. tetapi tetap kelihatannya ia berada diatas angin.
Sejak bendera burung laut muncul, ini adalah untuk pertama kalinya mengalami kekalahan
hebat.
Utusan Raja Akherat dengan tidak ber-henti2nya ketawa dingin kelihatannya sangat bangga
dan jumawa sekali.
Dengan seorang diri ia dapat menjatuhkan lawan2nya yang semuanya terdiri dari orang2 kuat.
bahkan sampai begitu banyak jumlahnya, kepandaiannya itu cukup sudah boleh dibuat bangga
dalam kalangan Kang ouw.
Tio Lee Tin terus kerutkan alisnya, ia tahu, bahwa orang berkedok kain merah akan segera
unjukan diri
Utusan Raja Akherat, meskipun masih mampu menjatuhkan dua belas utusannya, tetapi
barangkali masih belum mampu menandingi orang berkedok kain merah. Pada saat itu, dimedan
pertempuran itu mendadak sudah bertambah satu orang.
seorang yang memakai kedok kain merah, setelah mencabut bendera burung laut yang
menancap ditanah, kelihatan berdiri tegak di tengah lapangantujuh
orang utusan burung laut yang sedang bertempur, dengan cepat lantas undurkan diri
semuanya membungkukan diri dihadapan orang berkedok kain merah itu, salah seorang
diantaranya, ialah si Nomor satu, lantas berkata dengan sikapnya yang sangat menghormat:
"Teecu sekalian tidak berguna, tidak bisa menyelesaikan tugas yang suhu berikan, maka disini
teecu sekalian bersedia menerima hukuman suhu." orang berkedok itu kibaskan tangannya ia tidak
berkata apa2. tujuh orang utusan itu tadi, telah mundur dengan berbareng.
Saat itu, Tio Lee Tin merasakan debaran keras didadanya. Ia merasa bersalah telah
mengkhianati perguruannya sendiri dan sekarang harus berhadapan dengan suhunya, entah
bagaimana merasa hatinya pada saat itu. Hanya kelihatan perubahan wajahnya saja, yang
sebentar merah dan sebentar pucat.
Utusan Raja Akherat dan Kong Jie, sesaat lamanya juga pada berdiri kesima.
orang berkedok kain merah itu dengan suara rendah dan berat berkata kepada muridnya.
"Tio Lee Tin, aku menyesal tidak hati2 menerima murid, sehingga terjadi peristiwa hari ini,
Melihat bendera perintah, kau masih tidak ambil perduli, bahkan berani turun tangan melawan
suhengmu. Ini sudah nyata, bahwa kau tidak ada maksud bertobat atau menyesal atas
perbuatanmu."
Pada saat itu, Utusan Raja Akherat agaknya sudah dapat menangkap maksud perkataannya
orang berkedok kain merah itu maka lantas memotong, "Nona Tio sekarang sudah menjadi
anggota perkumpulan Im mo-kauw. Aku, sebagai Kauwcu muda perkumpulan kami, ada kewajiban
untuk melindungnya. siapapun tidak akan kuijinkan menyentuh selembar rambutnyapun juga."
"Tutup mulut. Dihadapanku, kau tidak boleh jual lagak" bentaknya orang berkedok kain merah
itu.
"Ha.. ha...Apa tuan anggap diri tuan sendiri sudah terlalu hebat?"
"Ini adalah urusan partai kami yang hendak menghukum muridnya yang berkhianat. Tidak perlu
kau turut banyak bicara."
"Tetapi, murid yang berkhianat yang tuan maksudkan, justru adalah anggota perkumpulan
kami. Harap tuan suka pikir masak2 lebih dulu."

Orang berkedok kain merah itu lantas tertawa ter-bahak2 sambil dongakkan kepala, kemudian
berkata: "Dimana bendera perintah burung laut sampai, tak boleh seorang pun yang
menentangnya."
Sehabis berkata, tubuhnya tiba2 menghilang......
OOOOOO OOOO OOOOOO
TIBA2 suara jeritan terdengar melengking memecahkan suasana kesunyian. orang berkedok
kain merah itu kembali menampakkan diri ditempatnya semula.
Tetapi didepan kakinya, kini sudah ada satu orang yang bukan lain daripada Tio Lee Tin sendiri
Kepandaian serupa itu, benar2 membuat Utusan Raja Akherat dan Kong Jie pada kaget dan
merasa jeri.
Mereka benar2 tidak dapat melihat bagaimana caranya Tio Lee Tin telah dapat dikuasai dalam
waktu sekejap saja.
Utusan Raja Akherat yang menyaksikan keadaan demikian, hatinya sangat gelisah.
Ia lalu berkata kepada orang berkedok kain merah dengan suara keras: "Bagaimana tuan
hendak membereskan soal nona Tio Lee Tin ?"
"Tidak perlu kau turut campur urusan."
"Dia adalah salah satu anggota perkumpulan kami."
"Ha, ha...Kami hanya tahu bahwa dia adalah murid yang mengkhianati perguruan kami"
"Tuan tidak segan bermusuhan dengan Im mo-kauw ?"
"ucapanmu ini cuma boleh dipakai untuk menggertak orang lain, dihadapanku sebaiknya kau
jangan bawa2 nama begituan."
Wajahnya Utusan Raja Akherat memucat seketika. Ia berkata pula sambil maju dua langkah.
"Tuan mengaku telah bermusuhan dengan perkumpulan kami ?"
Orang berkedok merah itu ketawa dingin. " Kalau benar bermusuhan, mau apa?"
"Im- mo-kauw selamanya tidak pernah membiarkan musuhnya berdiri sama satu bumi."
"Hmmm...." .
Kong Jie yang sejak tadi berdiri menonton saja, tiba2 menghunus pedangnya yang lantas
dikibaskan dengan keras. ujung pedang yang sudah berwarna merah darah lantas dikibaskannya
dengan keras. ujung pedang yang sudah berwarna merah darah lantas berubah panjang tiga kaki.
sambil ketawa dingin Kong Jie lalu maju menghampiri dua belas orang Utusan burung laut.
suasana disitu tampaknya sudah dipengaruhi oleh napsu pembunuhan.
Dua belas orang utusannya burung laut kenal betul kejahatan dan kekejaman si Pedang
Berdarah itu, maka masing2 lantas menyedot hawa menutup jalan napasnya masing2 untuk
mencegah jangan sampai racun yang dikibaskan oleh Kong Jie itu masuk kedalam badan mereka.
Maka kecuali tindakannya seperti apa yang tersebut tadi, mereka juga sudah bersiap sedia
menantikan segala kemungkinan.
Raja Akherat memperlihatkan ketawanya yang menyeramkan, mendadak ia menyerang pada
orang berkedok kain merah.
orang berkedok kain merah itu ternyata tidak mau mengegos atau berkelit, ia masih berdiri
tegak ditempatnya.
Angin dingin yang dapat menusuk tulang telah menyambar datang. Badannya orang berkedok
kain merah itu kelihatan ber-kibar2. Tetapi orangnya kelihatan masih tetap berdiri tanpa
bergeming.
Ternyata ia sedang menyambuti serangan ilmu pukulan Tay-im-Ciang yang terkenal sangat
ganas.
Utusan Raja Akhirat terperanjat sekali. Lantas berpikiri " orang ini berani menyambuti
seranganku yang memakai delapan bagian kekuatanku, ternyata tidak mempengaruhi apa2 atas
dirinya. Kelihatannya ia ada mempunyai ilmu kebal yang dapat diandalkannya. Hari ini mungkin
sulit untuk menggondol kemenangan,"

Kong Jie mengerahkan seluruh kekuatannya. Ketika pedangnya diayunkan, diantara
berkelebatnya warna merah, bau harum menyambar kearah dirinya dua belas orang utusan
burung laut.
Mereka ada orang2 yang berkepandaian tinggi. Ditambah lagi mereka sudah mengetahui sifat
ganasnya Kong Jie, maka masing2 sudah menutup jalan darahnya, hingga serangann bau harum
itu tidak ada gunanya. Kemudian, mereka melancarkan serangan berbareng.
Ketika melihat datangnya serangan gabungan yang se-olah2 gelombang menggulung ketepi
pantai dengan hebatnya, sudah tentu Kong Jie tidak berani menyambuti. Dengan cepat ia
mengegos dan lompat melesat sejauh satu tumbak lebih. baru terluput dari serangan dua belas
lawannya.
Orang berkedok kain merah setelah menyambut serangannya Utusan Raja Akherat, lalu
terdengar ia mendumal sendiri, kemudian membuka totokannya Tio Lee Tin.
Tio Lee Tin menghela napas panjang. ia berdiri sempoyongan. ia tidak berani memandang
suhunya, hanya berdiri saja tundukan kepala, hatinya kacau tidak karuan. ia tidak berani
membayangkan nasibnya kemudian yang akan dialaminya.
orang berkedok kain merah itu dengan menekan perasaan hatinya sendiri lama baru berkata.
"Tio Lee Tin, sejak hari ini kau sudah bukan anak murid kami lagi. Aku tidak akan berbuat
keterlaluan- Biarlah kuberi hukuman se-ringan2nya. Aku usir kau dari perguruan kami.
selanjutnya, apabila aku dengar kau berani berlaku dan berbuat tidak karuan di dunia Kang-ouw,
kau akan menerima hukuman seperti apa yang aku pernah lakukan ierhadap manusia busuk dari
dunia Kang-ouw."
sehabis berkata, tangannya lantas dikibaskan dan terus meninggalkan tempat tersebut.
Tindakan itu lantas diikuti oleh kedua belas anak buahnya. Dengan demikian, peristiwa
pengkhianatan terhadap perguruan telah selesai dibereskan-
Tio Lee Tin setelah berlalunya sang bekas suhu, air matanya dengan tidak dapat dibendung lagi
sudah mengalir deras. Entah karena merasa menyesal, atau karena merasa sangat senang karena
mendapatkan hukuman begitu ringan-
Utusan Raja Akherat maju beberapa tindak. sambil mengusap pundaknya Tio Lee Tin ia
berkata:
"Adik Tin, kau tidak perlu kesal. Ada suatu hari, pasti aku nanti bisa cari orang berkedok kain
merah itu untuk menagih rekening ini.
Tio Lee Tin menghela napas, kepalanya didongakkan, air matanya mengembeng. Ia mengawasi
Utusan Raja Akherat, per-lahan2 ia bersenyum.
Kong Jie tiba2 menanya pada Utusan Raja Akherat, "siao Kauwcu, kita sekarang harus menuju
kemana?"
"Sebaiknya kita berjalan menurut rencana semula, Pemilik Goiok. Maut setelah membasmi Cie
in-pang, ada kemungkman besar akan muncul ditempat ini."
"Kabarnya orang yang menyebut dirinya sebagai pemilik Golok Maut kedua itu adalah seorang
pemuda yang jelek mukanya, tetapi kepandaiannya masih lebih tinggi dari pada kepandaiannya
pemilik Golok Maut yang sudah dibinasakan oleh Liat- yang Lokoay. Ini benar2 merupakan suatu
hal yang sukar dimengerti."
"Perduli apa sama dia. Perintah Kauwcu adalah, tidak perduli dengan cara apa saja kita harus
dapat membinasakannya."
"Kulihat, jika kita hendak membinasakannya, dengan kekuatan kita saja, barangkali."
"Ha...haa....Kong Tiancu, betapa pun ganasnya pemilik Golok Maut, barangkali juga tidak
mampu menandingi ilmu pukulan Tay-im-Ciang ku ini. Kau terlalu mengukur tinggi kepandaian
orang. seorang seperti pemilik Golok Maut, jika kita tidak mampu membasminya, jangan harap
perkumpulan kita bisa menjagoi rimba persilatan daerah Tionggoan."
"Betul, tetapi begaimana kesan siao Kauw-cu terhadap kekuatan anak muda muka dingin yang
belum lama berselang pergi menggagalkan kita?"

"Aku dengan dia belum mengadu tenaga benar2. tetapi barangkali juga susah lolos dari
tanganku dalam waktu sepuluh jurus."
Kong Jie yang ber-kali2 mengalami kekalahannya, kesombonganya pun mulai berkurang
dengan sendirinya. Ketika mendengar Perkataan siao Kauwcunya. ia hanya anggukan kepala
sambil bersenyum.
Pada saat itu dari jauh tiba2 terdengar suara orang ketawa ingin yang kemudian disusul dengan
perkataannya yang tidak kalah dinginnya: "omong besar tidak tahu malu"
Ketiga orang itu terperanjat. Mereka celingukan kesana kemari, tetapi tidak dapat melihat
bayangan seorang pun juga.
Utusan Raja Akherat membalas dengan perkataannya yang dingin pula: " Kalau berani, boleh
unjukan muka, Buat apa main sem-bunyi2?"
"Kau sendiri yang ada mata seperti orang buta. siapa yang kau katakan sembunyi?" suara itu
datangnya dari belakangan ketiga orang ini. Mereka dengan cepat membalikan badannya.
Disuatu tempat kira2 tiga tombak jauhnya dari mereka, se-olah2 lakunya hantu, muncul
seorang pemuda berwajah hitam yang jelek sekali.
Pemuda itu meskipun wajahnya sangat jelek, tetapi matanya bersinar tajam. dengan tidak
berkedip matanya mengawasi ketiga orang itu.
Hanya dengan caranya memperlihatkan diri yang demikian tiba itu saja, dapat diduga kalau
pemuda itu bukan orang sembarangan-
Kong Jie yang terlebih dulu membuka suara. "Tuan dari golongan mana?"
"Aku adalah orang yang sedang kalian cari itu."
jawaban itu membuat tiga orang itu tercengang, sehingga masing2 pada berpikir. "Mungkinkah
dia...."
Pemuda jelek itu dengan sikap menghina berkata pula: "Apa kalian benar2 tidak kenal aku?"
Ketiga orang itu belum lagi menjawab, pemuda jelek itu sudah menyambung: "Tetapi aku,
sebaliknya kenal betul kalian siapa, He, ha... Utusan Raja Akherat Kauwcu muda dari Im-mo-kauw.
Pedang berdarah Kong Jie... tiancu bagian hukum dari Im-mo-kauw juga. si Burung Hong Hitam,
Tio Lee Tin- Bekas murid orang berkedok kain merah. yang sudah diusir dari perguruannya.
Bagaimana? Betul tidak? Ha ha ha...."
Pemuda jelek itu dengan sekaligus telah menyebutkan nama serta kedudukan ketiga orang itu,
se-olah2 sudah kenal benar dengan mereka, sudah tentu hal itu membuat mereka menjadi heran.
Utusan Raja Akherat yang wataknya memang sombong, lantas berkata: "Bocah jelek. Kau
sebetulnya dari golongan mana?"
"Ha. ha.,.. Kalau aku sebutkan, kau jangan takut."
"omong kosong Kauwcu mudamu belum pernah berjumpah dengan orang yang ditakuti, apalagi
segala orang macam kau"
"Kalau begitu, hari ini, biarlah kau ku ajar kenal"
"Kau sebetulnya siapa ?"
" Lihat ini" sembari berkata, pemuda itu sudah mengacungkan sebuah golok berkilauan yang
aneh bentuknya.
"Golok Maut...." seru si Pedang Berdarah Kong Jie, wajahnya lantas berobah seketika.
Begitu suara "Golok Maut" itu keluar dari mulut Kong Jie. Utusan Raja Akherat lantas berubah
wajahnya. Dengan tanpa disadari dua jago Im-mo-kau itu mundur satu tindak dan mengawasi
pemuda itu dari atas sampai kebawah dan dari bawah keatas.
sungguh tidak disangka, pemilik Golok Maut yang begitu menakutkan.ternyata hanya seorang
pemuda jelek lagi rupanya.
Utusan Raja Akherat setelah menenangkan pikirannya, lalu berkata: "Apakah kau ini adalah
pemilik Golok Maut yang kedua ?"
"Benar."
"Kedatanganmu sangat kebetulan, sehingga tidak perlu tuanmu mencari kau ke-mana2."

"Ha, ha.... Aku juga merasa senang bisa berjumpa dengan kalian- Mungkin inilah yang
dinamakan jodoh." sehabis berkata, disimpannya kembali Golok Mautnya.
Diwajahnya Tio Lee Tin pada saat itu, nyata benar napsu membunuhnya. Ayahnya sendiri, Tio
Ek Chiu, telah binasa ditangannya Golok Maut. Meskipun Pemilik Golok Maut itu barangkali bukan
pemilik Golok Maut yang sekarang ini, tetapi rasa benci dan permusuhannya masih belum juga
padam, maka ia maju selangkah. dan berkata nyaring: "lblis hutang jiwa pemilik Golok Maut dulu
hendak kuperhitungkan atas dirimu,"
"Sudah tentu. sudah tentu, he he.... cuma saja, aku mau tahu, kau mampu tidak menagih
hutang itu."
Tio Lee Tin menggeram hebat. Pedangnya tiba2 keluar dari serangkanya.
selagi Tio Lee Tin hendak menyerang, tiba2 Utusan Raja Akherat mencegah dan berkata
padanya: "Adik Tin, sabarlah dulu. Aku mau bicara dulu sebentar dengannya."
Terpaksa Tio Lee Tin menyimpan kembali pedangnya, rasa gusar masih me-luap2-.
Utusan Raja Akherat setelah perlihatkan wajahnya dan ketawanya yang seram, lantas berkata
"Siapa nama tuan yang mulia?"
"Pemilik Golok Maut yang kedua."
"Aku menanya namamu "
"Ha ini tak perlu kau tahu."
"Hmmn, kali ini kupersilahkan tuan datAng keperkuMpulAn kami sEbentar."
"jika kurasa perlu, tIdak usAh kau undang juga aku bisa datang sendiri."
"Apa yang tuan maksudkan dengan perkataan, perlu itu?"
"jawab dulu pertanyaanku "
"Silahkan tanya"
"Perkumpulanmu beberapa kali telah mengutus orang kuat untuk menghadapi aku se-orang,
apa sebabnya?"
Utusan Raja Akherat setelah merasa heran sejenak, diwajahnya terlintas suatu perasaan aneh,
ia berkata dengan suara dingin, "jikalau kau sudi ikut keperkumpulan kami sebentar, kau akan
segera dapatkan jawaban yang dikehendaki."
"Aku mau detik ini juga dapatkan jawaban itu,"
"Tidak bisa."
"Mesti bisa "
"Begitu juga. Kauwcu mudamu menghendaki kau segera ikut keperkumpulan sebentar"
"orang seperti kau masih belum pantas mengucapkan perkataan demikian "
"Haha. pemilik Golok Maut Kau kira apa hari ini kau bisa lolos dari tangan kami?"
"Aku bebas kemana saja, tak seorang pun yang mampu merintangi "
"Kau yakin sepenuhnya ?"
"sudah tentu "
"Coba lihat saja"
"Sekarang aku masih belum ingin pergi, kau masih belum menjawab pertanyaanku"
Utusan Raja Akherat kembali maju dua langkah, sambil ketawa menyengir ia berkata: "Kau
tidak bisa mendapat jawaban, lebih baik kau ikut kami saja"
"Kau tidak mau menjawab?"
"Benar "
"Kalau begitu aku beritahukan padamu, untuk selanjutnya, jika orangnya Im mo-kauw bertemu
dengan aku, semua akan kukirim ke- akherat sampai aku mendapat jawaban"
"Barang kali kau sudah tidak punya kesempatan itu lagi" berbareng ia lantas melancarkan satu
serangan-
Yo Cie Cong ketawa dingin, Ilmunya Liang kek Cin-goan segera meliputi dirinya, dengan tegak
ia masih berdiri di tempatnya. Ia memang sengaja hendak mencoba kekuatannya Liang kek Cingoan.

"Duk" suara keras dari benturannya kedua macam kekuatan tenaga dalam telah terdengar
nyaring. Utusan Raja Akherat terpental mundur sampai dua langkah.
Kejadian yang sangat langka ini, bukan cuma si Utusan Raja Akherat sendiri yang merasa
kaget, sedang si Pedang Berdarah Kong Jie dan Tio Lee Tin yang menyaksikan disamping juga
turut terheran- heran.
Tay-im-Ciang sebetulnya termasuk ilmu pukulan tenaga 'Im', kalau keluar sedikitpun tidak ada
suaranya. hingga bisa melukai lawannya tanpa terlihat. Tidak nyana serangannya Utusan Raja
Akherat itu bukan saja tidak mampu melukai pihak lawannya, sebaliknya masih dibikin terpental
oleh kekuatan daya pelindung dari pihak lawan, selain daripada itu, juga ada mengeluarkan suara
benturan begitu nyaring, ini benar2 bukan hal yang tidak bisa dimengerti. Kalau begitu, apa yang
tersiar diluaran ternyata tidak bohong, kekuatan ilmunya pemilik Golok Maut, entah mencapai
ketingkat yang sudah tidak ada taranya.
Karena serangannya sudah tidak berhasil merubuhkan lawannya, Utusan Raja Akherat lama2
kertak gigi, dengan kekuatan tenaga sepenuhnya, kembali melancarkan serangannya yang kedua.
Serangan yang menggunakan tenaga sepenuhnya itu, sesungguhnya ada hebat luar biasa,
kecuali suara mendesirnya angin yang diterbitkan oleh serangan tersebut, ditempat sekitar 10
tumbak juga penuh hawa dingin yang menusuk tulang.
Yo Cie Cong yang menyaksikan hebatnya serangan itu, juga tidak berani terlalu gegabah, ia
telah pusatkan ilmunya Liang Kek Cin-goan sampai beberapa bagian.
pada kedua tangannya saat itu lantas terlihat asap warna pulih dan merah yang keluar meliputi
sekujur badannya.
Kembali terdengar suara benturan keras yang amat nyaring, Utus Raja Akherat tubuhnya
nampak sempoyongan mundur sampai 5 langkah.
Ilmu Tay im-Ciangnya yang ia lancarkan dengan tenaga sepenuhnya. ternyata sudah dibikin
buyar oleh kekuatan tenaga ilmu Liang kek Cin-goan., dan serangannya yang membalik-balik
hampir saja membuat ia muntah darah. Namun Yo Cie Cong sendiri juga sudah terpental mundur
setengah tindak.
Mengadu kekuatan tenaga untuk kedua kalinya ini. telah membuat ber-debar2 hatinya Kong Jie
dan Tio Lee Tin yang menonton disamping.
Jilid 15 : Golok Maut menyerbu Pek-leng hwee
Yo Cie Cong setelah memukul mundur Utusan Raja Akherat, lalu berkata dengan suara dingin:
"Utusan Raja Akherat, hari ini kalau kau tidak mau mengatakan terus terang sebabnya Im-mokauw
me-ngejar2 aku. jangan pikir kau bisa mundur dalam keadaan utuh. Terus terang
kuberitahukan padamu sebelum keadaan yang sebenarnya menjadi terang aku tidak segan2
melakukan pambunuhan besar2an terhadap orang2 Im mo-kauw. Begitu ketemu aku segera kirim
jiwa mereka ke akherat "
Utusan Raja Akherat semula menganggap bahwa ilmunya Tay im-Ciang bisa digunakan untuk
menjagoi dunia Kang-ouw, karena sudah tidak ada orang mampu menandingi, tetapi
kenyataannya sekarang membuat ia sangat cemas. Sejak ia muncul didunia Kang-ouw, ia belum
pernah mendapatkan penghinaan seperti yang dialami saat itu dari pemilik Golok Maut,
Ia benar2 tidak menyangka bahwa hari ini dengan beruntun mengalamkan kekalahan begitu
hebat, sudah tentu kegusarannya lantas memuncak wajahnya merah padam, sepasang matanya
merah membara, Badannya gemetaran-
Sambil kertak gigi ia lantas berkata: "Bocah jelek, kau jangan terlalu sombong dulu, lihat
sebentar"

Sehabis berkata ia lantas melirik dan memberi isyarat kepada Kong Jie. Dengan cepat Kong Jie
lalu mengeluarkan panah api dan dilepaskan keangkasa. Benda bersinar merah lantas meluncur
se-olah2 hendak menembusi langit.
Yo Cie Corg tahu bahwa itu ada panah api untuk mengumpulkan orang2nya Im mo-kauw yang
terkuat untuk menghadapi dirinya, maka ia lantas berkata dengan sikapnya yang menghina.
"Kumpulkan lebih banyak orang yang akan mengantarkan jiwa, boleh juga, aku nanti akan
antarkan mereka satu persatu manghadap kepada Giam lo ong"
Utusan Raja Akherat sangat mendongkol. Ia segera maju lagi, kedua tangannya, diputar
laksana kitiran, hingga hawa dingin mengurung dirinya Yo Cie Cong.
Hebat dan ganasnya serangan tersebut sesungguhnya sukar dilukiskan. Bagaimana caranya ia
menggerakkan tangannya, tidak dapat dilihat dengan jelas, cuma ditempat sekitar satu tumbak
persegi, semua hanya kelihatan bayangan tangan, hingga hampir seluruh jalan darah sekujur
badan Yo Cie Cong, semua berada dibawah ancaman serangan tersebut.
Yo Cie Cong ketawa dingin. Ia cepat mengeluarkan ilmu "Menggeser tubuh menukar bayangannya".
se-olah2 layaknya hantu begitu berkelebat, orangnya sudah menghilang. Tahu2 sudah
berada dibelakang dirinya Utusan Raja Akherat, dari situ, dengan kecepatan kilat ia mengirim
serangan yang maha hebat.
serangannya itu, jikalau mengenakan sasaran dengan tepat, sekalipun sepuluh orang Utusan
Raja Akherat lagi juga pasti akan binasa seketika.
Kepandaiannya Utusan Raja Akherat ternyata juga tidak kecewa. Ketika melihat tubuhnya sang
lawan menghilang, ia lantas mengetahui gelagat buruk. maka dengan tidak merubah gerakannya,
tiba2 ia sudah melesat kedepan kira2 satu tombak. baru memutar balik tubuhnya.
Berbareng pada saat itu, sinar pedang merah putih telah menyerang berbareng mengarah Yo
Cie Cong.
si pedang berdarah Kong Jie dan si Burung Hong Hitam Tio Lee Tin, semuanya merupakan
orang2 kuat kelas satu didunia Kang-ouw, maka gerakkannya juga cukup cepat. Begitu melihat
tubuhnya pemilik Gotok Maut mendadak muncul dan melancarkan serangan dari belakang dirinya
Utusan Raja Akherat, ke-dua2nya lantas menghunus pedangnya masing2 dan lantas juga
menyerang berbareng.
Yo Cie Cong gagal serangannya, sebab tubuhnya Utusan Raja Akherat sudah sempat
melompat, sebaliknya dua batang pedang pada saat itu dengan kecepatan kilat sudah menyerang
dirinya.
Diantara berkilauannya sinar pedang, tersebarlah bau harum semerbak.
seketika itu Yo Cie Cong enjot badannya melesat jauh, sehingga serangan Kong Jie dan Tio Lee
tin hanya mengenakan tempat kosong.
Tatkata Yo Cie Cong melesat menyingkirkan diri tadi, tangannya sudah dibalikkan melakukan
serangan balasan.
Angin hebat keluar dari tangannya itu, dengan tepat mengenai Kong Jie dan Tio Lee Tin
berdua, sehingga pedang ditangan mereka hampir saja terbang keudara.
Dalam kagetnya, cepat2 mereka menarik kembali serangannya dan lompat mundur sejauh lima
kaki. Begitu menancap kaki, dilihatnya bahwa pemilik Golok Maut itu dengan tenang sedang
berdiri ditempat sejauh dua tombak dari tempat mereka berdiri
Saat itu, kedengaran suara geramnya Utusan Raja Akherat, kembali tubuhnya terbang
melayang mengirim serangannya yang lebih hebat.
Yo Cie Cong yang sudah gusar, dengan kecepatan kilat tangannya yang sebelah kanan
mengeluarkan ilmu Kan-goan Cin-Cao, sedang tangan kirinya menggunakan ilmu serangan Liang
kek-Cie-goan. Dua rupa serangan yang merupakan serangan yang maha hebat, telah
digunakannya berbareng.

Utusan Raja Akherat dapat merasakan bahwa serangan tangan lawannya, itu agak aneh.
selainnya keras dan hebat dari kekuatannya yang tidak dapat dijajaki, gerakan dari serangannya
sendiri ternyata sudah tidak mampu lagi dilanjutkan, sehingga saat itu ia menjadi ketakutan
setengah mati. cepat2 ditariknya kembali serangannya dan melesat minggir kesamping.
Bagi orang2 rimba persilatan dewasa itu, barangkali tidak ada seorang pun yang mampu
menyambuti serangan kombinasi yang begitu hebat diri Yo Cie Cong itu. Utusan Raja Akherat
masih terhitung orang cerdik dan yang tahu bahaya. ,
Ketika ia melihat gelagat kurang baik. segera ia sudah mundur dan menyingkirkan diri dari
ancaman bahaya. Tetapi. walaupun demikian, tidak urung sambaran anginnya saja pukulan Yo Cie
Cong sudah membuat ia terpental mundur lompat setombak lebih jauhnya.
Dari sisa kekuatan anginnya pemilik Golok Maut itulah menyapu Kong Jie dan Tio Lee Tin yang
hampir tidak bisa berdiri tegak.
Yo Cie Cong dengan suaranya yang ketus dingin berkata: "Bagaimana? sekarang terpaksa kau
harus menjawab terus terang."
Utusan Raja Akherat yang baru saja hilang rasa kagetnya lantas menjawab dengan napas
masih memburu "Bocah jelek. Im-mo-kauw tidak mau berdiri ber-sama2 dengan kau."
"Im mo-kauw itu perkumpulan macam apa? Buat aku sama sekali tidak ada artinya." jawab Yo
Cie Cong mengejek.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara berisik yang lalu disusul dengan munculnya beberapa
orang Im-mo-kauw.
sebentar saja disitu sudah tambah lagi dua puluh orang banyaknya.
Yo Cie Cong tahu bahwa orang2 yang baru datang ini tentunya adalah orang2 Im- mo-kauw
yang dapat melihat pertanda panah berapi tadi.
orang2 itu baru saja sampai semua lantas memberi hormat pada Utusan Raja Akherat seraya
berkata: "siauw Kauwcu, ada urusau penting apa yang memperlukan bantuan kami?"
Utusan Raja Akherat lantas menjawab sambil menuding Yo Cie Cong: "Apakah saudara2 kenal
Bocah jelek ini?"
Matanya orang2 itu lantas ditujukan ke-arahnya Yo Cie Cong. semuanya pada memperlihatkan
wajah kaget. dan ter-heran2. Kalau dilihat, pemuda yang nampaknya jelek luar biasa ini,
sebetulnya tidak ada apa2nya yang dapat mengejutkan orang. Tetapi mengapa siauw Kauwcunya
telah melepaskan api pertandaan yang sangat penting untuk mengundang mereka ? Ini benar2
merupakan suatu hal yang tidak habis dimengerti oleh mereka.
"Dia adalah pemilik Golok Maut yang kedua." berkata pula Utusan Raja Akherat sambil ketawa.
Begitu mendengar disebutnya Pemilik Golok Maut saja diwajahnya orang itu lantas dapat dilihat
perasaan kaget dan ter-heran2nya mereka. Dalam hati, masing2 kebanyakan berpikir "Kiranya
pemilik Golok Maut kedua yang Kauwcu perintahkan harus dikejar adalah Bocah yang begini jelek
rupanya."
seorang tua bungkuk. salah satu diantara orang2 Im- mo-kauw yang baru datang itu, dengan
seksama mengamat-amati Yo Cie Cong sejenak, lalu berpaling dan berkata pada Utusan Raja
Akherat.
"Siauw Kauwcu biarlah aku melayani dia lebih dulu."
Utusan Raja Akherat itu tampaknya agak bersangsi sejenak, tetapi Akhirnya ia menjawab
sambil angguk2kan kepalanya: "Ie Tongcu, jangan terlalu pandang ringan musuh. Bocah ini
memiliki kepandaian hebat."
si bungkuk yang sudah lanjut usianya itu malah ketawa menghina dan terus maju menghampiri
Yo Cie fjong.
oooooo

TANPA memperdulikan si bungkuk yang sudah tua itu Yo Cie Cong berpaling dan berkata pada
Utusan Raja Akherat: "Aku hendak melaksanakan ucapanku tadi. sekarang aku hendak melakukan
pembunuhan besar2an. Bagaimana pikiranmu? Lekas kau jelaskan. jikalau tidak nanti sudah tidak
keburu lagi."
Utusan Raja Akherat menjawab kenes: "Bocah jelek. jangan jual lagak kau"
orang tua bungkuk itu melihat Yo Cie Cong sama sekali tidak pandang mata padanya, lantas
keluarkan geraman hebat yang kemudian disusul dengan kata2nya: "Pemilik Golok Maut, hari ini,
aku suruh kau merasakan bagaimana rasanya orang yang dipereteli kaki tangannya."
Dengan sikapnya yang dingin Yo Cie Cong memandang orang tua bungkuk itu lalu menjawab:
"Kau toch sudah terhitung orang yang sudah tua. mengapa adatmu begitu berangasan dan
omonganmu begitu besar ?"
"Ha, ha...Tongcu dari bagian sam-tong dalam perkumpulan Im- mo-kauw, Kie Jie cu yang
gelarnya Naga Berewokan, apa belum pernah kau dengar?"
Yo Cie Cong baru tahu bahwa orang tua bungkuk ini ternyata adalah orang bekas berandal
tersohor didaerah suagai Kuning yang bernama Kie Jie Cu dengan gelarnya Naga Berewokan. ia
pernah memimpin kawanan bajak laut disekitar daerah sungai Kuning tiga puluh tahun lamanya.
Kejahatannya sudah ber-timbun2. Tidak nyana, kini juga sudah menjadi anggotanya Im-mo-kauw.
maka dalam hati Yo Cie Cong berpikir: "Hari ini, kalau kusingkirkan dirinya, hitung2 juga
menyingkirkan satu bahaya bagi rakyat sekitar deerah sungai Kuning."
Ia pancing amarah orang katanya: "satu siauwcu jang tidak ada namanya. Belum pernah
kudengar didalam kalangan Kangouw ada orang kuat seperti kau ini."
"Hmm^ Bocah cilik Kesombonganmu benar-benar membuat kau tidak tahu berapa tingginya
langit dan berapa tebalnya bumi."
"Aku mau kau binasa dalam segebrakan."
si Naga Berewokan seumur hdupnya belum pernah mengalami penghinaan begitu rupa. maka
seketika itu dadanya dirasakan hampir meledak.
orang kuat Im-mo-kauw yang lainnya juga dibikin naik darah karena kesombongannya Yo Cie
Cong itu. si Naga Brewokan lantas ber-kauwk2: "Bocah jelek, apa kau bukan sedang mimpi?"
"Aa, ha... Kau selalu mengatakan aku Bocah jelek. Akan kuberikan kau hajaran lebih dulu."
Begitu habis berkata, Badannya Yo Cie-Cong lantas menghilang dan kemudian muncul kembali.
selama ia menghilang dan muncul kembali itu, lantas terdengar suara "Plak" yang nyaring.
Pipi kanannya Kie Jie Cu sudah terkena tamparannya dengan telak. sehingga saat itu pipinya
bengap. mulutnya menyemburkan darah.
Dibawah matanya orang begitu banyak. tidak ada seorang pun juga yang tahu bagaimana
caranya pemilik Golok Maut itu turun tangan menampar pipinya. Kepandaian serupa itu benar2
sangat menakjubkan. Maka dalam hati masing2 lantas berpikir: "Kepandaiannya bocah jelek ini
benar2 sukar diukur sampai dimana tingginya. Kelihatannya sukar sekali untuk dapat
melaksanakan perintah Kauwcu, kecuali jika Kauwcu mau turun tangan sendiri "
Kie Jie Cu yang sudah terkenal kepandaiannya diantara Tongcu dari perkumpulan Im-mo-kauw,
telah Mendapat tamparan sampai bengap oleh Yo Cie Cong, satu anak muda jelek dihadapannya
banyak orang. sudah tentu tak dapat menelan hinaan macam itu begitu saja.
Maka, sehabis ber-jingkrak2 ia lantas berkata dengan suara seperti orang kalap: "Bocah jelek
Aku akan adu jiwa dengan kau"
Lantas tubuhnya terputar, dari kedua tangannya keluarlah serangan yang cepat dan hebat.
Yo Cie Cong lantas juga berkata sambil ketawa dingin: "Perkataanku harus kubuktikan. Aku
ingin kau binasa dalam segebrakan-"
Baru saja mulutnya tertutup, orangnya sudah melesat menghampiri orang tua bungkuk itu,
begitu sepasang tangannya digerakkan- suatu kekuatan yang sangat dahsyat lantas meluncur
keluar dari tangannya.

"jangan melukai orang" tiba2 Utusan Raja Akherat berseru.
Berbareng dengan itu, ia lantas melancarkan dua kali serangannya Tay-im-Ciang. Tetapi sudah
terlambat.
seketika itu telah terdengar suara jeritan ngeri mengulung.
Mulutnya Kie Jie Cu mengeluarkan darah segar. Badannya terpental tinggi sampai setombak
lebih, kemudian jatuh lagi ketanah, jiwanya melayang seketika itu juga.
Hampir berbarengan pada saat itu, serangan yang dilancarkan oleh Utusan Raja Akherat juga
sudah mengenai sasarannya.
Yo Cie Cong yang hendak berkelit, atau menyambuti, juga sudah tidak keburu lagi.
Untunglah, ia memiliki kepandaian dan kekuatan yang sangat hebat. Kekuatan ilmu Tiao- kie
yang melindungi dirinya, setiap saat mampu melindungi dirinya dari bahaya yang bagaimana pun
besarnya.,
Ketika suara "Plak" terdengar nyaring, Badannya Yo Cie Cong kelihatan ber-goyang2. Angin
serangan Tay-im-Ciang meski sudah dibikin buyar sebagian oleh kekuatan ilmu Cao- kie yang
melindungi tubuhnya, tetapi oleh karena terjadinya diluar dugaannya. Yo Cie Cong masih
merasakan juga hawa dingin menyusup tubuhnya, sehingga dalam hatinya diam2 berpikir: "Tayim-
Ciang ini ternyata lihay juga."
Orang2 im- mo-kauw yang lainnya, ketika menyaksikan pemilik Golok Maut itu benar saja sudah
dapat merengut jiwanya Kie Jie Cu dalam segebrakkan, lantas pada menjerit ketakutan-
Utusan Raja Akherat melihat serangannya yang diluncurkan begitu cepat, ternyata masih tidak
dapat menolong jiwanya Kie Jie Cu, disamping kaget timbullah hati kejinya, maka ia lantas berkata
dengan mata beringas: "Pemilik Golok Maut, perkumpulan kami dengan kau tidak akan berdiri
sama2."
Yo Cie Cong dengan sikap mantap masih tidak memandang mata, menjawab:
"Tidak akan berdiri sama2. Hmm Kuberitahukan padamu. jikalau kalian tidak mau menjelaskan
apa maksudnya kalian memusuhi aku, he, he.... Lihat Cie-in-pang adalah contohnya."
Mengenai peristiwa perkumpulan Cie-in-pang dibasmi habis2an oleh pemilik Golok Maut,
memang sudah tersiar luas dikalangan Kang-ouw. semua orang2 im-mo-kauw ketika
mendengarnya berita tersebut. dalam hati masing2 sudah merasa jeri.
"Cie in-pang dengan perkumpulan kami? Kuberitahukan padamu, sekalipun kau tidak cari kami,
perkumpulan kami juga tidak akan melepaskan kau." jawab Utusan Raja Akherat gusar.
"Ha. ha....itulah memang yang paling baik. Hari ini kau akan berbuat apa ?"
"Hmm....Berbuat apa? Hari ini kami mau minta keadilan darimu dan menuntut balas sakit hati
bagi saudara2 kami yang gugur dalam tanganmu."
"macam kalian, masih belum pantas untuk mengucapkan perkataan begitu"
orang2 im mo-kauw yang lainnya. berubah wajahnya semua. dengan serentak mereka pada
berteriak gusar
Memang benar perkumpulan im-mo-kauw muncul dalam dunia Kang-ouw belum lama, tetapi
keganasan dan kejahatannya, sekalipun orang yang cukup besar nyalinya, juga masih merasa
segan berbentrokan dengan orang2nya.
Hinaan yang orang2 im mo-kauw terima hari ini. betul2 merupakan sesuatu hal yang belum
pernah terjadi pada waktu sebelumnya.
Tetapi, apa yang terbentang didepan mata, memang merupakan suatu kenyataan yang tidak
dapat dibantah-.
Kekuatan dan sepak terjangnya pemuda jelek ini yang mengaku dirinya sebagai pemilik Golok
Maut kedua, telah membuat runtuh nyalinya semua orang kuat dan im mo-kauw yang sekarang
ada dilapangan pertempuran itu.
Utusan Raja Akherat yang berkedudukan sebagai ketua muda dari perkumpulan im- mo-kauw
dalam hal kekuatan dan kepandaian ilmu silatnya, sudah tentu merupakan orang yang paling

tinggi diantara orang2 kuat itu. Tetapi hari ini, jikalau masih juga tidak berhasil menundukan
lawannya, bagaimana ia masih punya muka kembali lagi kepusatnya?
Tidaklah heran, kalau Utusan Raja Akherat begitu besar napsunya hendak membinasakan
jiwanya pemuda jelek yang sangat jumawa itu. suasana semakin menegang. Pertempuran hebat
sudah akan dimulai.
Kali ini Im-mo-kauw pasti akan tumplekkan seluruh tenaganya yang aaa disitu dalam
menghadapi musuh tangguhnya ini.
Utusan Raja Akherat setelah perlihatkan roman ketawanya yang seram. lantas berkata sambil
kertak gigi: "Hari ini, siauw Kaucu biar bagaimana juga pasti akan mengambil jiwa anjing mu."
sehabis berkata, Badannya lantas digerakkan dan terus menyerang dengan seluruh kekuatan
yang ada padanya, sebentar saja, angin dingin telah meniup keluar mengikuti sambaran tangan
Kaucu muda itu.
Angin dingin itu mengitari seluruh tempat sampai tiga tombak luasnya.
semua orang2 Im-mo-kauw tahu benar lihaynya ilmu pukulan Tay-im-Ciang ini, maka
semuanya lantas lari kepinggiran-
Yo Cie Cong lantas mengerahkan ilmu Liang kek-ciu-goannya, dengan tenaga penuh
menyambuti serangan Utusan Raja Akherat.
suara benturan hebat dari dua macam kekuatan tenaga yang hebat itu, kedengarannya
menggelegar seperti gunung meledak.
Utusan Raja Akherat terdengar mengeluh tertahan- orangnya terpental mundur terhuyunghuyung
sampai lima tindak. wajahnya pucat seperti mayat, mulutnya menyemburkan darah segar,
Yo Cie Cong juga merasakan dadanya sesak sedikit, Badannya kelihatan bergejang sebentar
tetapi ia masih tetap berdiri tegak ditempatnya.
sedangkan angin dari benturan dua kekuatan tadi, menyampok semua orang2 im-mo-kauw
yang berdiri ditempat tiga tombak jauhnya dari mereka bertempur, hingga hampir tak dapat
mempertahankan dirinya terjungkal dari berdirinya. Hawa dingin dirasakan menusuk ketulang
punggung mereka,
Dimatanya Utusan Raja Akherat, saat itu memancarkan sinarnya yang sangat kejam.
setelah membersihkan darah mengalir dari mulutnya, lalu kembali tangannya diputar dan
melancarkan serangannya yang kedua.
orang2 im-mo-kauw yang tadi hanya berdiri sebagai penonton tidak mau berdiam diri lagi.
semua sudah meluruk mengurung Yo Cie Cong dengan senjata terhunus. Dengan demikian,
terjadilah suatu pertempuran ramai yang bersifat pengeroyokan-
Yo Cie Cong yang diserbu banyak musuh, matanya lantas mendelik, napsu membunuhnya
lantas berkobar.
Dengan cepat ia mengeluarkan senjatanya Golok Maut dan mengamuk didalam rombongan
orang yang datang menyerbu itu.
Disamping Gotok Mautnya yang bekerja. tangan kirinya juga turut bekerja dengan ilmu pukulan
Liang kek-Cin-goannya
Meskipun hanya seorang diri saja, tetapi karena tangan kanan memegang senjata Golok
Maucang hebat- dan tangan kirinya sudah menggunakan ilmu pukulannya yang sangat ampuh.
maka tidaklah mengherankan kalau dalam waktu sekejapan saja disana sini lantas terdengar suara
jeritan ngeri. ,
Darah dan kaki tangan manusia kelihatan serabutan ditengah udara yang lalu disusul dengan
rubuhnya beberapa orang dan binasa seketika.
Dalam pertempuran pengereyokan yang begitu hebatnya itu, orang2 dari pihaknya Im-mokauw
makin lama kelihatan makin sedikit, sedangkan Yo Cie Cong sendiri, kelihatan bagai kerbau
gila mengamuk dan membunuh musuhnya tanpa kenal apa artinya kasihan lagi.

Jka pertempuran itu berlangsung agak lama sedikit lagi saja, semua orang2 Im-mo-kau. kecuali
dua orang yang tinggi kepandaiannya, pasti tidak ada seorang sajapun yang dapat hidup,
Dengan berkurangnya orang yang bertempur, maka keadaan pertempuran itu dengan nyata
dapat diramalkan kesudahannya.
Utusan Raja Akherat dengan badan dan muka penuh berlepotan darah, masih bertempur
mati2ansi
Pedang Berdarah Kong Jie yang dulu dengan jumawa karena senjata pedangnya yang ampuh
kini kelihatannya tidak berdaya sama sekali.
Demikian juga halnya dengan Tio Lee Tin. Kelihatannya ia juga bertempur sengit, sampai
napasnya memburu dan rambutnya awut-awutan.
Diantara orang2nya Im- mo-kauw yang datang belakangan, paling Akhir hanya tinggal ampat
orang lagi yang termasuk paling tinggi kepandaiannya, tetapi dua orang diantara mereka sudah
terluka parah, sekujur Badannya sudah bermandikan darah.
Dipihaknya Yo Cie Cong sendiri, Badannya juga sudah penuh darah. Tetapi serangan tangan
dan goloknya masih tetap hebat. siapa orangnya yang berani mendekat, lantas rubuh binasa
seketika.
sehingga Akhirnya, tujuh orang yang masih coba melawan itu, cuma dapat mengurung
berkitaran dari jarak jauh.
Utusan Raja Akherat yang melihat keadaan demikian, jikalau pertempuran itu dilanjutkan terus,
barangkali tidak ada seorangpun yang bisa pulang dalam keadaan masih bernyawa.
Maka ia lantas bersiul nyaring, tujuh orang dengan berbareng lompat keluar dari dalam
kalangan-
Yo Cie Cong juga lantas hentikan serangannya,
"Pemilik Golok Maut.rekening hari ini, kita perhitungkan lagi dikemudian hari," demikian Utusan
Raja Akherat berkata gemas.
"Kalian mau kabur? Hmm.... sudah tidak gampang2 lagi." jawab Yo Cie Cong dingin.
"Kau mau apa?"
"Urusan sekarang, bereskan dulu. sudah tentu aku akan berikan kalian jalan hidup,"
"Urusan apa ?"
"Hmmm, kau tidak usah berlagak pilon- jawab dulu pertanyaan yang kuajukan tadi."
"Pertanyaan apa?"
"Benar sekali lagi kuulangi, siapa pemimpinnya Im-mo-kauw? Apa maksudnya ia begitu
menghendaki jiwa ku."
Utusan Raja Akherat kelihatan agak bersangsi sejenak, lalu menjawab: "Aku tidak bisa
menjawab."
"Ha, ha........Kalau begitu, kalian bertujuh, jangan pikir bisa berlalu dalam keadaan hidup."
tujuh orang itu wajahnya barubah seketika, dengan berbareng pada mundur satu tindak.
matanya mengawasi Yo Cie Cong. suasana kembali diliputi napsu pembunuhan yang hebat.
Yo Cie Cong dengan tangannya menuding salah seorang yang tangannya sudah terkutung: "Dia
adalah Contoh kalian-"
Dimatanya tujuh orang itu. terlihat jelas perasaan gusarnya. tapi tercampur perasaan jeri. oleh
karena kepandaiannya sendiri tidak dapat dipakai untuk melawan, sekarang apa daya?
Utusan Raja Akherat dengan mata beringas menuding Yo Cie Cong: "Bocah jelek. Apa benar2
hendak kau basmi habis orang2 kami ?"
"Bencana atau bahagia, tergantung atas perbuatannya orang2 itu sendiri. Kejadian ini adalah
kalian sendiri yang mulai lebih dulu. Kujelaskan padamu, apa yang kukatakan, selamanya tidak
bisa ditawar-tawar. jikalau aku tidak dapatkan jawaban yang cukup memuaskan. Ha, ha..."
"Bagaimana ?"
"Ini baru merupakan permulaan saja....."

"Hmmm."
"Kau mau jawab atau tidak?"
"Tidak "
"Baik "
Baru saja habis mengeluarkan perkataan, se-olah2 lakunya hantu, tubuhnya yang besar tegap
tantas menghilang .... Tiba2 terdengar suara jeritan ngeri.
salah seorang dari tujuh orang itu, lengannya sudah terpapas kutung, sehingga orang itu
bergulingan ditanah sambil men-jerit2 mengerikan,
"Kau mau jawab atau tidak?"
"Tidak "
"Dengan begitu, kalau kau masih tetap tidak mau menjawab, Akhirnya akan sampai juga pada
bagianmu. sekarang, setiap kali kau menjawab Tidak. akan kukutungi salah satu diantara
orang2mu."
Begitu habis mengucapkan perkataannya tadi, ia lantas menghilang dan kemudian muncul lagi.
Dan seperti juga tadi, tatkala ia menghilang. lantas terdengar suara jeritan ngeri,
Oang2nya Im-mo-kauw kembali ada seorang lagi yang menjadi korban Golok Maut.
sekarang hanya tinggal lima orang lagi yang belum dapat bagian- Dengan berbareng mereka
berseru dan menggunakan tenaga masing2 sepenuhnya mengirim serangan kearah lawannya
yang ganas.
serangan tergabung dari kekuatan kelima orang itu telah menyambar dengan hebat.
Yo Cie Cong yang sudah menjadi kalap. meskipun merasa bahwa serangnn itu betul cukup
hebat, tatapi masih tetap ia tidak mau menyingkirkan diri. Golok Mautnya cepat disimpannya
kembali, ia menyambuti serangan mereka berlima dengan kedua belah tangan-
Ketika dua aliran kekuatan itu saling beradu, kembali terdengar suara gemuruh yang sangat
hebat. sesudah itu....
Dipihaknya Utusan Raja Akherat berlima, semuanya terpental mundur. Yo Cie Cong sendiri juga
turut terpental mundur dua tindak.
Baru saja berdiri tegak. Yo Cie Cong sudah menanya lagi dengan suara dingin: "Utusan Raja
Akherat, kau sebetulnya mau jawab pertanyaanku tidak?"
"sekali tidak, tetap tidak" jawab Utusan Raja Akherat keras.
"Kalau begitu, terpaksa aku melanjutkan rencanaku tadi hendak mengambil jiwanya salah
seorang diantara kalian."
Diantara kelima orang itu, salah seorang diantaranya tampaknya segera akan menjadi korban
keganasannya Yo Cie Cong.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara bentakan nyaring: "Tahan "
suara itu, meskipun tidak keras, tetapi masuknya kedalam telinga seperti bunyi geledek
menyambar, sehingga hampir memekakkan telinga semua orang yang ada disitu.
Dengan perasaan kaget dan ter-heran2 semua mata lalu ditujukan kearah datangnya suara
tadi.
sebentar kemudian, disitu telah muncul secara tiba2 tiga orang yang ternyata adalah dua orang
tua dan seorang wanita muda.
Stu, adalah seorang tua aneh dengan rambutnya yang putih, dandanannya setengah mirip
padri, setengah mirip imam.
seorang lagi, adalah seorang tua juga yang tangannya membawa sebatang bambu kail,
sedangkan yang muncul paling belakang adalah seorang gadis jelita yang cantiknya seperti
bidadari dari kayangan.
Ketika melihat kedatangannya ketiga orang itu hatinya Yo Cie Cong tergoncang keras. Pikirnya:
"Heran- bagaimana Pak hong. Lam-tie dan adik Kheng ini bisa datang kemari semuanya
berbareng?"

Tetapi Yo cie Cong masih mengandalkan parasnya sendiri yang sudah berubah menjadi seorang
pemuda yang berwajah jelek, ia tidak kuatirkan dapat dikenali oleh Pak- hong dan Lam-tie, maka
ia masih coba berlaku tenang.
Utusan Raja Akherat dan kawan2nya, untuk sesaat lamanya juga tidak dapat mengenali siapa
adanya ketiga orang yang baru datang itu, sebab hweshio setengah gila dan pengail linglung itu
lama sudah mengundurkan diri dari dunia Kang-ouw.
Ut-tie Kheng dengan sikapnya yang masih ke-kanak2an, menarik lengan bajunya Phoa-ngo
Hweishio sembari berkata. "Kong kong, apakah dia ini adanya si Pemilik Golok Maut kedua."
"Ng."
"Dia usianya masih begini muda, tetapi perbuatannya begitu ganas. Kau lihat. Bagaimana
mengerikannya orang2 yang binasa ditangannya itu."
Si pengail linglung dengan sikipnya yang ke-tolol2an lantas nyeletuk. " Kheng jie, jangan
banyak mulut."
Phoa-ngo Hweshio melirik dan berkata pada Yo Cie Cong: "Bocah, perbuatanmu terlalu kejam"
Diluarnya Yo Cie Cong kelihatan tenang saja, tetapi dalam hatinya tergoncang hebat. Ketika
mendengar teguran tersebut, lama baru bisa menjawab: "Aku yang rendah terpaksa harus berbuat
begini."
"Ha, ha.... Enak benar jawabmu. Aku, si Hweshio gila sudah kesalahan mata. Buddha yang
welas asih. teecu karena berpikir kurang hati2, telah menimbulkan pembunuhan begini hebat.
sungguh berdosa." demikian kata-katanya si hweshio gila yang seperti mengoceh sendiri, namun
telah membuat semua orang itu terkejut mendengarnya.
Terutatna Yo Cie Cong yang merasa semakin kuatir. Pikirnya: "Apakah orang tua ini sudah
kenali aku."
si Pedang Berdarah Kong Jie yang pengalamannya agak luas, ketika itu lantas ingat dua orang
dari golongan tua aneh yang sudah lama mengasingkan diri dari dunia Kang-ouw. semakin
dilihatnya, semakin meyakinkan dugaannya, maka dalam hatinya lantas mengambil suatu
keputusan. Pikirnya, "jikalau saat ini tidak mau pergi, tunggu kapan lagi, apa harus mengantarkan
jiwa disini ?"
Ia lantas baritahukan maksudnya pada Utusan Raja Akherat.
Utusan Raja Akherat lalu memberikan isyarat pada orang2nya, sebentar kemudian ia lantas
pimpin kawan2nya dengan tidak meninggalkan sepatah perkataan pun pada ketiga orang yang
baru datang itu.
Yo Cie Cong lantas membentak dengan suaru keras, dan lantas juga hendak mendatangi
berlalunya mereka.
"Jangan bergerak." demikian didengarnya suara orang yang berwibawa, suatu kekuatan tidak
tertampak yang sangat hebat telah mencegah tindakannya Yo Cie Cong. sehingga dengan
terpaksa Yo Cie Cong urungkan maksudnya.
orang yang turun tangan mencegahnya tadi, ternyata adalah Phoa-ngo Hweshio. "Bocah, apa
kau masih belum merasa puas dengan perbuatan membunuhmu itu?"
Yo Cie Cong membisu
Ut tie Kheng dengan perasaan ter-heran2 mengawasi si pemilik Golok Maut yang telah
menggemparkan seluruh rimba persilatan itu Kemudian ia mengawasi dirinya Phoa-ngo Hweshio,
dalam hatinya merasa heran, mengapa engkong hweshionya ini menyebut pemilik Golok Maut itu
Bocah? Dan mengapa pemilik Golok Maut itu sedikit pun tidak membantah?
"Bocah, tidak perlu kau mengelabui aku lagi. Buka kedokmu "
Yo Cie Cong dengan terpaksa lalu membuka kedoknya.... Terlihatlah satu wajah yang tampan
cakap.
Ut-tie Kheng lantas berseru: "Kau .... Engko Cong....Kau adalah itu pemilik Golok Maut ?"
Dengan wajah ke-merah2an Yo Cie Cong mengangguk. kemudian memberi hormat pada kedua
orang tua aneh itu.

Sepasang matanya pengail linglung yang tadi dipejamkan, mendadak kini dibuka lebar. sinar
matanya yang tajam telah menyapu wajahnya Yo Cie Cong, lalu menghelah napas dan kembali
pejamkan matanya.
Ut Tie Kheng kembali menanya pada Phoa-ngo Hweshio sambil menarik-narik bajunya: "Kongkong,
bagaimana kau bisa tahu kalau pemilik Golok Maut tadi adalah engko Cong ini yang
menyaru?"
"Dalam rimba persilatan pada dewasa ini." jawab Phoa-ngo Hweshio, "orang gagah yang
memiliki ilmu kekuatan ampuh Kan-goan Cian-Cao dan Liang- kek Cin-goan, kecuali dia seorang,
tidak ada orang keduanya lagi. Barusan dari jauh aku telah lihat dia turun tangan, maka aku
berani pastikan dia siapa."
Yo Cie Cong lalu berkata pada dua orang tua itu. " Harap jiwie Locianpwee berdua. Ini
disebabkan karena terpaksa."
ooooooo ooooooo ooooooo
Hatinya Ut-tie Kheng berdebaran keras. sungguh tidak disangkanya bahwa kekasihnya itu
ternyata adalah orang yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut yang telah
menggemparkan dunia rimba persilatan. sepasang matanya yang jernih dengan tidak berkedip
mengawasi wajahnya Yo Cie Cong.
Phoa-ngo Hweshio kini telah hilang kebiasaanya yang ke-gila2an- Ia berkata dengan sikap
sungguh2: "Bocah, apakah kau masih ingat perkataan apa yang pernah diucapkan olehku si
Hweshio gila padamu?"
"Harap Locianpwee ingatkan lagi, boanpwee sesungguhnya sudah lupa "
"Ha, ha... Bocah, ketika aku memberikan pelajaran ilmu totokan Liu-in Hut-hiat kan Hui-siu Kayhiat
kepadamu dulu, pernah kukatakan, jikalau kau menggunakan kepandaianmu untuk
melakukan kejahatan didunia Kang-ouw, aku si Hweshio gila tidak akan gampang2
melepaskanmu."
"Benar. Ketika Locianpwee memberi pertolongan terhadap diri boanpwee selagi boanpwee
dalam bahaya, memang pernah mengatakan begitu."
"Untung kau masih ingat."
"Bagaimana boanpwee bisa lupakan?"
"Kalau begitu, perbuatanmu hari ini, bagaimana harus kau katakan terhadapku?"
"Perbuatan boanpwee tidak berlawanan dengan hati nurani boanpwee sendiri, sesungguhnya
boanpwee telah didesak untuk melakukan perbuatan tadi"
"Ha. ha....Apa kau kira aku si Hweshio gila tidak punya mata dan telinga?"
"Harap Locianpwee suka unjukkan kesalahan boanpwee."
"Pembunuhan besar2an di Cit-tie-peng. Pembasmian orang2 Cie in-pang dan pembunuhan
besar2an hari ini. Apakah semuanya itu bohong?"
Yo Cie Cong lalu menjawab sambil ketawa getir: "Boanpwee telah didesak demikian rupa,
sehingga mau tidak mau harus berlaku begitu "
"Ha. ha....dengan kepandaianmu, barang kali tidak ada orang yang bisa mendesak kau."
"Mengapa tidak ada orang yang mampu mendesak? Boanpwce toh pernah binasa ditangannya
Liat Yang LoKoay? Tetapi beruntung bisa hidup kembali."
"Tetapi perbuatanmu yang melakukan pembunuhan itu, toch semuanya merupakan kenyataan
bukan ?"
"Maksud LoCianpwee, apa hendak menghukum boanpwee ?"
"Hapuskan kepandaianmu."
Jawaban itu se-olah2 bunyi geledek disiang hari, membuat Yo Cie Cong sangat terkejut tetapi
juga lantas membangkitkan adatnya yang tinggi dan dingin, maka dengan lantas ia menjawab:
"Boanpwee melakukan pembunuhan itu telah dipakaa oleh karena keadaan. Cianpwee pernah
melepas budi pada diri boanpwee karena pernah menolong jiwa boanpwee dan telah menurunkan
pelajaran pada boanpwee. Dalam hal ini, boanpwee sedikitpun tidak akan bisa melupakan-
Boanpwee bersedia mentaati perintah Cienpwee untuk menepati janji dengan seorang aneh dari

dunia rimba persilatan- sementara itu, ilmu kepandaian yang Cianpwee berdua telah berikan pada
boanpwee, untuk selanjutnya tidak akan boenpwee gunakan lagi. oleh karena boanpwee sedang
memikul tugas menuntut balas sakit hati perguruan boanpwee, maka kehendak locianpwee yang
menghendaki boanpwee hapuskan lagi kepandaian boanpwee, maafkan boanpwee merasa sangat
keberatan-"
Si Pengail Lingkung yang sejak tadi diam saja sambil pejamkan mata, mendadak membuka
lebar2 matanya, dengan tidak berkedip mengawasi Yo Cie Cong, tetapi dari sinar matanya
dapatlah dilihat perhatiannya dan kasih sayangnya terhadap anak muda itu.
Phoa-ngo Hweshio bergerak rambut dan kumis saja. Ia lalu berkata pula: "Baiklah. apa kau
mau menentang perintahku si Hweshio gila?"
"Menentang perintah. tidak berani, Namun kenyataan memang sesungguhna berat bagi
boanpwee menerima usul Cianpwee tersebut."
Dengan wajah kebingungan ut Tie Kheng lalu berkata pada Phoa-ngo Hweshio: "Kong-kong.
benarkah kau hendak melenyapkan kepandaiannya engko Cong ?"
"Apa kau kira aku main2?"
"Kalau begitu, aku kata tidak boleh."
"Ha, ha....Budak, kau kata tidak boleh ?"
"Aku bisa adu jiwa dengan kau" si nona nyegongot.
"Kau hendak adu jiwa dengan aku? Namun aku akan tetap menjalankan apa yang aku
ucapkan."
Sepasang matanya Ut-tie Kheng kelihatan merah, ia berkata dengan suara terharu: "Khongkong,
benarkah kau hendak berbuat demikian ?"
"Sudah tentu. Ada hubungan apa kau dengan urusannya bocah ini?"
Wajah Ut-tie Kheng merah seketika, lama baru ia bisa menjawab: "Tidak perduli. Aku kata tidak
boleh tetap tidak boleh "
Pengail linglung lantas nyeletuk: "Kheng-Jie, kau kemari."
"Tidak." jawab sang cucu.
Yo Cie Cong mengawasi ut Tie Kheng dengan perasaan terima kasih, kemudian dengan suara
tegas ia berkata pula pada Phoa-ngo Hweshio: "Locianpwee, boanpwee hendak mengulangi sekali
lagi keterangan boanpwee, untuk kepentingan boanpwee menuntut balas sakit hati suhu
boanpwee harus mempunyai kekuatan untuk melakukan pekerjaan tersebut."
Ut Tie Kheng lantas menyetuk: "Kong-kong, kau berikan dia dua rupa ilmu silat. orang toch
sudah menjelaskan tidak akan menggunakan kepandaian yang kau turunkan padanya, mengapa
dengan tidak ada alasan yang cukup kau hendak melenyapkan seluruh kepandaiannya ?"
Ucapan ini telah membuat si Hweshio gila melongo.
Ut Tie Kheng berkata pula: "sukakah kau mendengar keterangan orang ?"
sebetulnya Phoa-ngo Hweshio juga tidak ada maksud melenyapkan kepandaiannya Yo Cie
Cong. Ia hanya hendak menggunakan kesempatan itu dengan jalan menggertak supaya dapat
menekan Yo Cie Cong punya napsu membunuh dan jangan sampai anak muda itu berlaku
keterlaluan, maka ketika mendengar perkataan ut Tie Kheng ia lantas putar haluan-"Baiklah.
Bocah, coba kau jelaskan bagaimana duduknya perkara."
Yo Cie Cong lalu menceritakan bagaimana Kam-lo-pang dulu telah dibasmi oleh segerombolan
orang2 jahat dari dunia Kang-ouw. dan bagaimana suhunya, Yo Cin Hoan untuk kedua kalinya
mendapat serangan sehingga sampai pada ajalnya secara mengenaskan-Bagaimana ia telah
mendapat pesan terakhir dari suhunya untuk menuntutkan balas sakit hati dengan berdasarkan
atas orang2 yang namanya terdapat dalam daftar musuh2nya Kam-lo-pang, Akhirnya ia
menceritakan juga bagaimana perkumpulan Im-mo-kauw yang terus-menerus mengirim orang-nya
yang kuat mengejar padanya sehingga dengan terpaksa ia turun tangan terhadap orang2nya Immo-
kauw.
Si Hweshio gila bertiga ketika mendengar cerita Yo Cie Cong itu, juga merasa terharu.

"Bocah, musuh2mu itu sekarang masih tinggal berapa orang?" tanya Phoa-ngo Hweshio.
"Sampai saat ini hanya tinggal lima orang lagi saja."
"Siapa lima orang itu?"
"Mereka itu adalah, si iblis Rambut Merah. Liat Yang Lokoay, Manusia jelek nomor satu, si
siluman Tengkorak dan Giok bin Gam-po"
Begitu mendengar disebutnya kelima orang itu, orang2 yang sudah mempunyai kepandaian dan
kedudukan tinggi seperti Pengail linglung dan Phoa-ngo Hweshio juga pada kerutkan alisnya.
Hanya ut Tie Kheng yang lantas berseru: "Aaa...."
"Lima iblis itu" kata Phoa-ngo Hweshio. "dulu pernah mengacau seluruh dunia persilatan- salah
seorang saja diantara kelima orang itu, susah sudah sekali dihadapinya sekarang, ke-limanya
merupakan musuh2mu semuanya. Hmmm, usahamu untuk menuntut balas sakit hati ini
barangkali... ,"
"Boanpwee tidak akan berhenti berusaha sebelum mencapai maksud boanpwee." memotong Yo
Cie Cong dengan gagah.
"Kau ini anak yang berambekan besar" menggerutu Phoa-ngo Hweshio.
Ut-tie Kheng lantas menyelak sambil ketawa geli. "Hosiang Kong-kong apakah kau masih
hendak memunahkan kepandaian engko Cong?"
si Hweshio gila lantas menjawab sambil ketawa: "Anak nakal, dengan memandang kau, aku si
Hweshio gila mau tarik kembali perkataanku."
"Ng."
Yo Cie Cong lantas menjura dalam2 kepada si Hweshio gila sambil berkata: "LoCianpwee terima
kasih banyak."
Phoa-ngo Hweshio mendadak berkata dengan suara sungguh2: "Bocah, walaupun demikian,
aku mengharap kau suka selalu ingat bagaimana kasih Tuhan pada umat manusia. janganlah kau
melakukan pembunuhan terhadap orang yang sama sekali tidak berdosa."
"Boanpwee akan selalu ingat pesan Cianpwee ini."
Dengan demikian, maka berakhirlah sudah segala kesalahan pahaman tadi-
Ut Tie Kheng sejak berkenalan dengan Yo Cie Cong dipulau Batu Hitam, hatinya sudah
tertambat oleh anak muda itu, Dan kemudian, setelah tubuhnya bersentuhan oleh karena Yo Cie
Cong sudah mengobati dirinya yang terkena racun, membuat seluruh hatinya telah diberikan
kepada anak muda yang gagah itu.
Begitu pula dipihaknya sipengail Ling-lung dan phoa-ngo Hweshio, mereka juga sudah
bermaksud hendak merekokan perjodohan ke dua muda mudi itu.
Barusan, kalau Hweshio gila itu bersikap begitu bengis, sebetulnya hanya sedang main
sandiwara saja, maka sipengail Ling-lung yang menyaksikan tingkah laku sahabatnya itu, sedikit
pun kelihatannya tidak mau ambil pusing.
Kembali Phoa-ngo Hweshio berkata pada Yo Cie Congo "Bocah untuk menghadapi lima iblis
yang nama2nya baru kau sebutkan tadi, kau sudah ada rencana apa ?"
"Liat-yang Lokoay dan si siluman Tengkorak sudah pernah bertempur dengan boanpwee,
sampai sekarang masih belum lagi ketahuan dimana jejak mereka, sedangkan Manusia jelek
nomor satu sekarang ini sudah menjadi pelindung hukumnya perkumpulan Pek-leng-hwee. Hanya
si iblis Rambut merahlah sampai sekarang belum pernah boanpwee lihat orangnya...." ia berdiam
sejenak, kemudian berkata pula: "Giok bin Giam-po Phoa Cit Kow. menurut apa yang boanpwee
tahu dari keterangan2 orang kabarnya sedang sembunyikan diri dipuncak gunung Pit-goan-hong
didekat daerah Lam-ciang."
"Dari mana kau bisa dapatkan keterangan itu?"
"Pada suatu ketika, yang sama sekali tidak boanpwee sangka, boanpwee mengejar dua orang
yang sangat mencurigakan, ketika sampai digunung pit goan-hong boanpwee barjumpa dengan
seorang tua aneh yang mengaku bernama Hui-lui-chiu Nao Yong. Menurut keterangannya orang
tua itu, dipuncak gunung Pit-goan-hong itu, ia sudah menunggu sepuluh tahun lebih lamanya,

tetapi masih tetap tidak berhasil melewati jurang yang curam itu. Ia telah memastikan bahwa
orang yang berdiam diatas puncak gunung Pit-goan-hong itu pasti adalah Giok-bin Giam-po."
"Apa sebabnya Hui-lui-chiu menunggui terus Giok-bin Gam-po ?"
" Hui-lui-chiu mengaku sebagai saudara angkatnya yang tua dari jago gedang nomor satu
didunia. Giok-bin Kiam khek Hoan Thian Hoa. Ia pikir, dari dirinya Giok bin Giam-po hendak
mencari rahasia mati hidupnya Hoan Thian Hoa. Ia juga berjanji dengan boanpwee akan berjumpa
lagi setahun kemudian,"
"oooo," tiba2 si Pengail Linglung menyelak. "Tentang Giok- bin Kiam khek Hoan Thian Hoa,
Bocah itu, pada dua puluh tahun berselang. pernah bertemu dengan lohu beberapa kali. wajahnya
mirip sekali dengan kau."
Yo Cie Cong terperanjat. Ia lantas menanya: "Mirip dengan boanpwee ?"
Mengenai dirinya yang dikatakan mirip dengan Hoan Thian Hoa termasuk dengan Pengail
linglung ini ia sudah dengar tiga orang yang mengatakan demikian, sehingga membuat ia berpikir
pula: "Apakah benar aku ini ada hubungannya dengan Hoan Thian Hoa?"
si Pengail Linglung lantas berkata pula: "Hoan Thian Hoa adalah muridnya jago see-gak Leng
Jie Hong."
"Jago see-gak itu sebetulnya mempunyai berapa murid? " tanya Yo Cie Cong.
"Mengenai ini. malah aku belum tahu betul"
"Kapankah boanpwee dapat memenuhi janji Locianpwee berdua pada Leng Jie Hong?"
Phoa-ngo Hweshio lantas berkata: "justru lantaran inilah maka kami mencari kau. Bulan depan
diwaktu malaman bulan purnama, kau harus datang disuatu tempat yang dinamakan song-goatpeng
dibelakangnya puncak gunung Hoa-san"
"Malaman bulan purnama bulan depan?"
"Benar. Kau harus ingat baik2 jangan membuat soal ini jadi runyam."
"Boanpwee akan ingat betul2 dan pasti sampai disana pada waktunya."
Yo Cie Cong telah menyanggupi dengan perasaan hati tergoncang.
sebab manusia gaib dari see-gak itu, dulu pernah merupakan tokoh kuat satu2nya didalam
rimba persilatan. Kepandaian muridnya sudah tentu tidak boleh dipandang ringan-
Ia kini telah mewakili kedua orang aneh dari rimba persilatan untuk memenuhi perjanjian
hendak mengadakan pertandingan.
Dipandang dari sudut persoalannya, sebetulnya soal itu merupakan suatu soal yang besar.
"Bocah apa kau pernah dengar orang mengatakan persoalannya antara Hoan Thian Hoa
dengan Giok bin Giam-po?" tanya si Pengail Linglung.
"Bagus. Tua bangka gila, kau telah membikin panjang pembicaraan dan sekarang kembali
hendak menceritakan kisahnya orang. Aku si Hweshio gila, yang berdiri sekian lama, sudah merasa
letih. Marilah kita duduk di- bawah pohon sana." nyeletuk Phoa-ngo Hwe-shio sambil ber-kauw2
"Baiklah."
Keempat orang itu, semuanya lantas berjalan dan pindah kebawah sebuah pohon rindang yang
terletak kira2 lima tombak jauhnya.
Yo Cie Cong terus sangsikan dirinya yang mungkin benar ada hubungannya dengan Giok-bin
Khiam-kek Hoah Thian Hoa, maka ingin sekali ia dapat mengetahui semua hal yang bersangkutan
dengan itu jago pedang yang hampir dua puluh tahun lamanya sudah menghilang.
setelah semuanya sudah duduk, Ut Tie Kheng dengan aleman mendesak engkongnya. "
Engkong, lekaslah ceritakan-"
Pengail Linglung itu kelihatan berpikir sejenak. lantas pejamkan mata dan mulai bercerita
sebAgai berikut: "Giok bin Kiam-kek Hoan Thian Hoa, dulu sangat terkenal karena kepandaian,
kegagahan dan ketampanannya. Ilmu pedangnya sesungguhnya sangat luar biasa. Diantara
golongan muda, ia telah dianggap oleh semua orang dunia Kang-ouw sebagai jago pedang nomor
satu. banyak wanita2 tergila2 padanya. Murid perempuannya To-thian Ie siu dari gunung Thian

san, oleh karena dia, telah meninggalkan pelajaran ilmu silatnya setengah jalan dan terjun ke
dunia Kang-ouw mencari dia."
Yo Cie Cong tergerak hatinya. Ia lalu nyeletuk: "Murid perempuannya To-thian Ie-siu itu apakah
bukan Thian-san Liong Lie Tho Hui Hong, ?"
"Mungkin dia. Aku lapat2 masih ingat budak itu seperti she Tho."
Yo Cie Cong lalu sadar bagaimana Thian-san Liong Lie dengan tidak perduli akan jiwanya
sendiri ber-kali2 telah menolong jiwanya, kiranya, wajahnya sendiri begitu miripnya dengan
kekasih wanita gagah itu.
"Dan selanjutnya ?" Yo Cie Cong mohon cerita diteruskan-
"Giok-bin Kiam-khek orangnya tinggi hati, Terhadap banyak Wanita yang mengejarnya, ia sama
sekali tidak mau ambil pusing. Tetap Akhirnya ia telah dibikin lunak hatinya oleh cinta kasih yang
begitu besar dari perempuan she Tho itu."
"Tetapi bagaimana lantas bisa menyangkut dengan dirinya .... Giok bin Giam-po?" nyeletuk Yo
Cie Cong.
"Dengar dulu cerita ku." kata si Pengail Linglung. "kemudian Giok-bin Kiam-khek, pada suatu
ketika yang tidak disengaja, telah bertemu dengan seorang gadis jelita yang kecantikan parasnya
luar biasa. Kecantikannya gadis itu telah membuat setiap kaum pria yang melihatnya pada tergila2."
Ut Tie Kheng lantas menyelak: "Apakah gadis itu namaya Giok-bin Giam-po ?...."
"Kau jangan menyelak. Dengarlah cerita engkongmu. Dan Giok-bin Kiam-khek itu lantas jatuh
cinta kepada gadis cantik jelita tersebut....."
Pada saat itu, Phoa-ngo Hweshio mendadak berkata dengan suara keras kearah sebuah pohon
lebat yang berada sejauh lima tombak dari situ^
"Siapa? Tidak perlu main sembunyi2. Keluarlah "
Pengail Linglung lalu hentikan penuturannya. Yo Cie Cong lalu menengok kearah tempat
tersebut.
Sebentar kemudian, sesosok bayangan manusia telah melesat keluar dari tempat itu dan tiba
dihadapan mereka.
orang itu ternyata adalah seorang aneh, Badannya tinggi besar, kepala dan wajahnya ditutupi
kerudung kainorang
aneh itu setelah memperlihatkan dirinya, lalu berkata sambil ter-tawa2: "Selamat
bertemu. Sepasang manusia aneh dari rimba persilatan mungkin sudah bosan dengan
penghidupannya yang tenang tenteram, dan sekarang hendak muncul lagi didunia Kang-ouw."
Kalau didengar dari ucapannya orang aneh itu agaknya tinggi juga kedudukannya didalam
rimba persilatan, sebab bukan saja lantas ia mengenali kedua manusia aneh itu, tetapi
perkataannya juga sangat jumawa.
sambil ketewa Ha, ha, Hi, hi. si Hweshio gila lantas berkata: "Tuan tentunya toch ada nama?"
"sudah tentu."
"Aku si Hweshio gila. selamanya tidak suka orang main kucing2an Lebih baik lekas kau
beritahukan namamu,"
"Kauwcu dari perkumpulan Im-mo-kauw."
Ketika mendengar keterangan itu, empat orang itu lantas berbangkit semuanya.
Tidak nyana, tetapi orang aneh yang memakai kerudung yang berdiri dihadapan mereka itu
ternyata adalah pemimpin perkumpulan Im-mo-kauw yang dikalangan Kang-ouw dipandang
sebagai orang yang sangat misterius dan kejam perbuatannya, Terutama bagi Yo Cie Cong, yang
saat itu hatinya lantas tergoncang keras.
sekarang ia harus dapat membuka tabir rahasia dari Im-mo-kauw, apa sebabnya perkumpulan
itu terus menghendaki dirinya ?

Pemimpin perkumpulan im-mo-kauw itu berpaling dan berkata pada Yo Cie Cong. "Bocah,
kiranya adalah kau yang mengatakan diri sebagai pemilik Golok Maut itu?"
"Benar." jawab Yo Cie Cong ketus.
"Bagus. Kalau begitu, tidak sia-sia perjalananku ini,"
Yo Cie Cong tidak menjiwab, ia hanya memperdengarkan suara dari hidung.
"Bocah, tidak usah dikata... kau tentunya adalah muridnya Pangcu dari Kam-lo-pang?"
"sedikitpun tidak salah."
Sekarang jelaslah sudah, munculnya pemimpin Im-mo-kauw itu ternyata se-mata2 hanyalah
untuk mencari Yo Cie Cong seorang.
si Hweshio gila, Pengail Linglung dan ut Tie Kheng bertiga matanya semua ditujukan kepada
pemimpin im-mo-kauw itu untuk melihat apa yang akan diperbuatnya selanjutnya.
Pemimpin im-mo-kauw itu sudah dapat mengatakan dengan Yo Cie Cong bahwa pemuda itu
sebagai pemilik Golok Maut, kalau begitu sudah terang bahwa pemimpin itu sudah lama berada
ditempat tersebut, maka ketika itu Hweshio gila suruh Yo Cie Cong membuka kedoknya, tentu
sudah juga diketahui semua olehnya.
Dengan demikian, maka mengenai diri pemilik Golok Maut,sekarang sudah tidak perlu lagi
dirahasiakan-
Yo Cie Cong juga sudah mengakui terus terang.
Kembali Kauwcu itu perdengarkan suara ketawanya yang sangat aneh. "Bocah, dengan
beruntun kau telah membinasakan beberapa puluh orang kuat dari perkumpulan kami, bagaimana
kau hendak bikin perhitungan rekening ini?"
Yo Cie Cong dengan wajah ketus dingin balas menanya: "Perkumpulan im-mo-kauw dengan
aku dulu tidak ada ganjalan apa2 dan juga tidak ada permusuhan apa, mengapa terus2an
mengejar-ejar aku? Apalagi ketika aku baru muncul didunia Kang-ouw, perkumpulanmu telah
berani sesumbar bahwa pemilik Golok Maut bukan Pangcu Kam-lo-pang sendiri Dalam hal ini,
tentu ada sebabnya. oleh karena itu, maka aku tidak bisa tinggai diam mandah dipermainkan-"
"Dan sekarang, kau mau apa?"
"Membuka tabir rahasia"
"Betulkah kau pernah berkata hendak membasmi habis perkumpulan kami?"
"Benar. jikalau tidak mau menjelaskan sebab2nya dari apa yang kutanyakan tadi, aku berani
berkata, juga berani berbuat. semua itu bukan omong kosong saja."
"Pui...Bocah, kesombonganmu benar2 sampai tidak mengetahui tingginya langit dan tebalnya
bumi. Hmmm, Aku juga akan berbuat seperti apa yang kau ucapkan-"
"Kau yakin mempunyai cukup kepandaian untuk berbuat begitu ?"
"Boleh dibuktikan dengan kenyataan."
"Barang kali kau tidak punya kesempatan untuk membuktikan itu."
"Mustahil,"
Si Pengail Linglung dan Hweshio gila saat itu pula tertegun-
Ut Tie Kheng lagi berdiri disampingnya Yo Cie Cong. Matanya dipentang lebar, parasnya merah
padam. Dengan perhatiannya yang sangat besar, seolah-olah hendak memberi dorongan
semangat pada kekasihnya itu,
Yo Cie Cong dengan sikapnya yang masih tetap Ketus dingin- memandang pemimpin Im-mokauw
itu sejenak. lantas berpaling dan berkata pada Pengail Linglung dan phoa-ngo Hweshio
"Harap LoCianpwee suka mundur sedikit dan mohon jangan turut campur tangan. ini adalah
urusan boanpwee pribadi."
Kemudian berkata kepada ut Tie Kheng: "Adik Kheng harap kau juga menyingkir."
Ut-tie Kheng dengan perasaan berat mengawasi kekasihnya . kemudian undurkan diri
Pengail Linglung dan phoa-ngo Hweshio berdua, merupakan orang2 kenamaan didunia Kangouw
setelah saling pandang sejenak, keduanya juga lantas pada mundur sejauh dua tombak.

Yo Cie Cong yang sudah pernah, merasakan bagaimana hebatnya ilmu pukulan Tay-im-Ciang,
dapatlah dibayangkan kekuatan dari kepandaian pemimpin im-mo-kauw ini, yang pasti lebih hebat
dari pada pemimpin mudanya.
Pemimpin im-mo-kauw itu kembali berkata dengan suaranya yang menyeramkan: .Apa kau
sudah siap?"
oooooo ooooooo oooooo
DENGAN TIDAK menggubris Yo Cie Cong berkata: "Tidak ada apa2nya yang perlu disiapkan,"
"Kau jangan kira oleh karena ada sepasang manusia aneh yang menunjang, kau lantas hendak
jual lagak."
"Ha, ha...Kau ada seorang pemimpin dari satu perkumpulan, perkataanmu sebetulnya agak
kurang dipikir. Kau terlalu banyak pikir yang bukan2. Golok Maut sejak muncul didunia Kang-ouw,
sudah banyak menghadapi bahaya besar atau kecil. Kapan pernah dia minta bantuan tenaga
orang lain ?"
phoa-ngo Hweshio yang agaknya sudah tidak sabaran, lantas menyelak: "Kauwcu. kiranya kau
juga bukan seorang yang tidak punya nama. Bagaimana perbuatanmu begitu pengecut? jikalau
kau benar punya nyali, sebutkanlah namamu untuk aku seorang tua dengar."
"He, he Hweshio gila, meskipun kau merupakan salah satu dari sepasang Manusia Aneh dari
rimba persilan, tetapi buat Kauwcumu masih belum ada artinya apa."
"Eeee, sombongnya boleh juga," si Hweshio gila nyengir.
saat itu, si Pengail linglung lantas membuka matanya, ia melihat keadaan disekitarnya sejenak.
lalu berkata dengan suara yang dingin: "orang2mu yang ikut datang, jumlahnya ternyata tidak
sedikit."
" Untuk menbereskan Bocah ini, kami sebetulnya cuma memerlukan waktu segebrakan saja."
jawab Kauwcu Im-mo-kauw jumawa. Yo Cie Cong ketawa ber-gelak2,
"Toa Kauwcu, bukankah kau sedang mengimpi?" tanyanya tenang.
Pemimpin im mo-kau itu pe-lahan2 majukan kakinya dua tindak. menghampiri "Kau tidak
percaya ?"
"Aku kata, kau masih belum pantas bicara begitu."
"He, he,,,. jika kau mampu menyambuti seranganku sampai tiga kali saja, hari ini kita bikin
habis persengketaan kita. Rekening ini kita perhitungkan dilain kali apabila kita bertemu lagi,"
"Enak saja kau mengoceh. Hari ini, jika kau tidak mau bereskan soal yang menjangkut diriku,
jangan harap kau bisa angkat kaki dari sini,"
Pemimpin im-mo-kauw ini lantas menjawab dengan suara gusar: "Bocah, kau benar2 tidak tahu
diri Rupanya sudah kepingin mampus benar2,"
Yo Cie Cong kelihatan semakin dingin wajahnya napsu membunuhnya semakin berkobar,
"Siapa yang akan mati dan siapa yang akan tetap tinggal hidup, nanti bisa diketahui dan
ditentukan oleh kepalan kita."
"Baik."
Pemimpin im-mo-kauw itu lalu bergerak. tangannya terputar dan diayun- ... Hawa dingin lalu
meluncur kaluar dari telapakan tangannya,
Yo Cie Cong juga mengerahkan seluruh kepandainya. Ia menutup dirinya dengan kedua
telapakan tangannya,
Suara Bluk lantas terdengar amat nyaring. Masing2 pada mundur satu tindak.
"Bocah, benar saja kekuatanmu tidak tercela. Awas serangan kedua " Kedua tangannya kali ini
dengan lambat2 didorong kemuka.
Suatu kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat telah meluncur keluar dengan tidak
mengeluarkan suara sama sekali. disertai menyambarnya hawa dingin yang dapat menyusup
tulang2 sampai sejarak lima tombak. hawa itu masih dapat membuat orang menggigil dan susah
bernapas.

Yo Cie Cong kali ini tidak berani berlaku gegabah.
Ilmu Liang-kek Cin goan-nya segera dikerahkan pada kedua tangannya untuk menyambuti
serangan Kauwcu lihay ini dengan sepenuh tenaga.
Tetapi, kekuatan ilmu Liang kek Cin-goan yang sedemikian hebatnya, setelah membentur angin
dingin dari lawannya, ternyata hanya mengeluarkan suara perlahan, yang kemudian sudah dibikin
lenyap tanpa bekas.
sedangkan sisa kekuatan hawa dingin itu, membuat gemetar Badannya Yo Cie Cong.
Bukan hanya Yo Cie Coog seorang saja yang merasa heran si Pengail Linglung dan si Hweshio
gila keduanya pun juga merasa dikejutkan.
Serang pun tidak pernah menduga, bahwa kekuatan tenaga dalam dari pemimpin Im mo-kauw
itu, ternyata ada demikian hebatnya.
Tetapi, bagi sipemimpin im mo-kauw sendiri, dalam hatinya diam2 juga terperanjat. Ilmu
serangan tangan Tay-im-Ciang nya yang dilancarkan dengan sepuluh bagian penuh tenaganya
ternyata masih belum mampu melukai pihak lawannya. Bahkan dari sambutan serangan tadi. ia
telah dapat menilai kekuatan pemilik Golok Maut itu, hebatnya ternyata ada diluar dari pada
dugaannya semula. Pantas beberapa orang yang terhitung kuat yang beberapa kali diutus untuk
mengejar pemilik Golok Maut, kesudahannya, kalau tidak binasa, tentu terluka parah.
Skarang telah ternyata bahwa kalau Hendak menyingkirkan orang ini, sebetulnya bukan suatu
hal yang mudah.
Setelah kedua pihak hening sekian lamanya....
Badannya pemimpin im-mo-kauw itu agak ditarik mundur kebelakang. Kedua tangannya
terangkat pelahan2, kemudian diayunkan dengan cepat. ternyata ia telah mengirim serangan pada
lawannya.
Serangan itu rupanya disengaja supaya membuat Yo Cie Cong mendapat "Rasa", maka ia
menggunakaa tenaga dalam sampai2 melewati takaran-Angin yang keluar dari tangannya kali ini
sudah tentu lain lagi keadaannya.
Diantara sambaran angin yang maha hebat itu, juga dibarengi dengan suara tajam 'serr-ser'
yang menusuk telinga.
Yo Cie Cong juga sudah mengumpulkan seluruh kekuatan tenaganya untuk dapat menyambuti
serangan lawannya tersebut.
Asap merah bercampur putih, se-olah2 awan mendung menutupi sekeliling dirinya.
Phoa-ngo Hweshio segera menarik lengan bajunya ut Tie Kheng, dengan cepat mundur dua
tindak.
Perbuatannya itu segera diikuti oleh si Pengail Linglung. "Dung "
suara gemuruh yang seperti gunung meletus dengan sangat dahsyatnya bergema disekitar
tempat tersebut Udara pun bergelombang karena pengaruhnya benturan dua rupa tenaga,
sehingga pasir dan batu pada beterbangan. Tanah dan rumput pada berhamburan. Kemudian- ...
disusul oleh keluarnya dua seruan tertahan-
Badannya pemimpin im- mo-kauw telah mundur sempoyonyan sampai satu tombak lebih dari
tempat berdirinya semula,
Sedangkan Yo Cie Cong. mundur sepuluh langkah, wajahnya pucat, dadanya dirasakan
bergoncang hebat.
Dari beradunya kedua kekuatan tadi, orang dapat mengira bahwa kekuatan kedua pihak
agaknya berselisih hanya sedikit sekali.
ut Tie Kheng berubah wajahnya, ia lantas menjerit dan lompat menubruk Yo Cie Cong.
Tangannya menggoyang pundak Yo Cie Cong, dengan perasaan cemas ia me-manggil ber-ulang2.
"Engko Cong, engko Cong, apa kau tidak kenapa?"
Yo Cie Cong hanya anggukkan kepala. Kelihatannya seperti sudah tidak bertenaga, ia
menjawab dengan perasaan penuh terima kasih. "Adik Kheng, tidak apa2."

Mendadak ut Tie Kheng berkata pula sambil menuding kesuatu tempat tiga tombak jauhnya:
"Eeee, siapa dia ?"
Orang2 yang ada disitu, hampir rata2 merupakan orang-orang gagah terkuat dari rimba
persilatan, Bagaimana ada orang yang berada ditempat sedekat itu sampai tidak dapat diketahui
oleh mereka?
Itu semua, tidak lain karena disebabkan semua perhatian sudah ditumplekkan pada Yo Cie
Cong yang sedanng bertanding dengan pemimpin Im-mo-kauw. maka semuanya agak lengah
dengan sendirinya.
Walaupun demikian, kepandaian orang yang baru muncul itu juga sudah cukup mengejutkan,
Semua orang, setelah mendengar suara ut Tie Kheng, lalu pada berpaling kearah yang
ditunjuk.
Suatu tubuh yang bentuknya ceking langsing, dengan pakaiannya yang serba merah menyolok
mata tampak berdiri ditempat sejauh tiga tumbak dari medan pertempuran tersebut. wajahnya
tertutup selapis kain merah, sehingga tidak dapat dilihat wajah aslinya Tetapi dari sikap dan
bentuk Badannya yang begitu menarik. dapatlah diduga bahwa orang itu tentunya adalah seorang
perempuan cantik jelita,
Yo Cie Cong yang juga melihat wanita aneh berpakaian serba merah itu, hatinya tergoncang
hebat. Mulatnya lantas berseru "Aaa"....
Orang yang berdiri ditempat tidak jauh dari hadapannya itu, agaknya ia kenal betul. Bentuk
Badannya mirip sekali dengan bentuk badan kekasihnya,yang sampai pada saat itu masih belum
dapat dilupakannya. siang-koan Kiauw, gadis baju merah- demikianlah hati kecilnya men-duga.
Tetapi ia tahu benar, bahwa siang-koan Kiauw sudah ditelan ombak dilautan Lam-hay. Maka,
keadaannya pada saat itu seperti orang linglung, setelah mengucapkan perkataan ."Aaaaa." lantas
menutup mulutnya lagi.
Peristiwa menyedihkan yang terjadi pada masa lampau, sekali lagi terbayang didepan matanya.
Untuk seumur hidupnya ia tidak akan menemukan lagi gadis jelita yang seperti kekasihnya yang
pertama itu dan dengan sia2 sudah bersumpah ber-sama2 mengikat janji.
Gadis aneh berpakaian serba merah itu, ketika mendengar seruan 'Aaaaa' yang keluar dari
mulutnya Yo Cie Cong, Badannya kelihatan sedikit gemetar.
Umumnya wanita itu mempunyai perasaan paling halus. Terutama dalam masa pencintaan.
Perasaan wanita lebih tajam daripada perasaan kaum pria. Gerakan yang meski hanya sepintas
lalu itu. telah dapat dilihat oleh matanya Ut Tie Kheng. Dengan perasaan curiga ia mengawasi Yo
Cie Cong dan menanya pula: "Engko. Cong, apa kau kenal dia?"
Yo Cie Cong pada saat itu, dengan munculnya wanita baju merah telah timbulkan kenangan
lamanya akan nasib yang menyedihkan atas diri kekasihnya. Dalam keadaan demikian itu, maka
pertanyaan ut Tie Kheng sudah tidak didengarnya sama sekali. Ia masih tetap mengawasi
perempuan baju merah itu dengan mata tanpa berkedip.
Dengan demikian, perasaan curiganya ut Tie Kheng semakin hebat. Diwajahnya lantas
kelihatan berduka, sekali lagi ia bertanya pada Yo Cie Cong dengan suara agak keras: "Engko
Cong, kau...."
Yo Cie Cong. se-olah2 baru tersadar dari alam mimpinya, telah mengalihkan pandangan
matanya kearah ut Tie Kheng dan menanya: "Apa? Adik Kheng, kau tanya apa tadi."
"Hm, hm, aku tanya, apa kau kenal dia?"
"Siapa ?"
"Dia"
Dengan perasaan sedih Yo Cie Cong gelengkan kepalanya, "Tidak kenal." jawabnya agak parau
suaranya.

"Apa benar ?"
"Apa aku perlu membohongi kau ?"
"Tetapi aku melihat sikapmu...."
"Dia telah mengigatkan aku pada dirinya seseorang."
"Siapa? Apakah siangkoan Kiauw yang ditelan gelombang lautan Lam-hay ?"
"Ya."
Badannya wanita baju merah pada saat itu kembali kelihatan tergetar oleh karena wajahnya
tertutup kain merah, orang lain tidak dapat melihat perubahan wajahnya.
Tetapi, yang sudah terang, dengan munculnya wanita baju merah ini ditempat tersebut, bukan
tidak ada sebabnya.
Pemimpin Im-mo-kauw dengan Yo Cie Cong, setelah mengadu kekuatan sampai tiga kali, sudah
mengetahui bahwa lawannya itu sesungguhnya bukannya orang yang mudah dijatuhkan-
Meskipun ia berniat hendak membinasakan dirinya Yo Cie Cong, tetapi jika melihat keadaan hari
ini, maksudnya itu mungkin sukar terlaksana. Apalagi disampingnya masih adalagi sepasang
Manusia Aneh dari rimba persilatan itu.
Maka ia lantas berkata: "Kami tadi sudah berkata, asal kau mampu menyambuti serangan
tanganku sampai tiga kali saja, hari ini urusan antara kita, kita bikin habis. Hutang yang kau telah
membunuh mati orang2ku yang terkuat akan kita perhitungkan lagi dikemudian hari."
Sehabis berkata ia lantas memutar Badannya hendak berlalu.
Tetapi Yo Cie Cong dengan cepat sudah bergerak dan tahu2 sudah berada dihadapannya,
kemudian berkata dengan suara dingin-"Kau mau kabur? sudah tidak begitu gampang lagi, heh "
"Kau. mau bikin apa?"
"jelaskan dulu, mengapa Im-mo-kauw selalu mengejar pemilik Golok Maut, baru boleh berlalu."
"jikalau aku tidak mau jelaskan?"
"Aku akan buka kerudung kepalamu. Aka mau lihat, kau mau jawab apa tidak."
sehabis mengeluarkan ucapannya, dengan cepat mengeluarkan ilmu menggeser tubuh menukar
bayangan-nya, menyerbu kearah pe-mimpin im mo-kauw itu, bersamaan dengan itu, tangannya
lantas menyambar kerudungnya pemimpin itu.
Maksudnya Yo Cie Cong ialah, apabila ia sudah berhasil membuka kerudung pemimpin Im-mokauw,
teka-teki yang mengganjal didalam hatinia, mungkin akan dapat jawabannya. Tetapi,
gerakannya itu ternyata sudah menubruk tempat kosong.
sebab gerakan dari ilmu Menggeser tubuh menukar bayangan- yang sangat aneh dari Yo Cie
Cong ini. boleh dikata hanya pemimpin im-mo kauw itulah yang merupakan orang yang pertama
dapat mempunahkan serangan tersebut.
Selagi Yo Cie Cong berada dalam keadaan heran, pemimpin im- mo-kauw itu sudah berada
ditempat sejauh sepuluh tombak lebih yang kemudian menghilang. Kemudian, dari empat penjuru
terdengar suara ser, ser yang tidak henti2nya.
Barangkali itu adalah senjata rahasia yang dilancarkan oleh orang2nya Im-mo-kauw yang
bersembunyi disekitar tempat tersebut.
"Engko Cong biarlah dia pergi. jangan kuatir tidak dapat menemukannya lagi." demikian Ut Tie
Kheng menghibur,
Dengan mengunjukan kasih sayangnya yang demikian besar, ia telah menggeser sampai dekat
kepadanya Yo Cie Cong, agaknya hendak menghibur sang kekasih itu.
Wanita misterius baju merah yang sejak memperlihatkan diri belum pernah mengeluarkan
sepatah perkataan pun juga, saat itu tiba2 menghelah napas panjang.
Setelah itu, ia lantas gerakkan Badannya dan terus menghilang. Tinggal suara elahan napasnya
saja yang masih lapat2 terdengar terbawa angin- Datangnya wanita itu secara mendadak,
perginya pun secara mendadak juga.

Siapa pun tidak ada yang dapat menerka ia muncul disitu, terutama elahan napas panjang yang
kedengarannya sangat menyedihkan sewaktu ia berlalu, membuat orang semakin bingung.
Dengan kepandaiannya yang diperlihatkan ketika berlalu, ternyata ia cukup mempunyai
kepandaian tinggi. siapakah dia itu ?
Didalam hatinya orang2 yang berada disitu, ia telah meninggalkan suatu teka-taki. Terutama
bagi Yo Cie Cong. kelihatan bertambah masgulnya, Pemimpin im mo-kauw sudah pergi, wajah
aslinya, tetap tidak ada orang yang tahu.
Teka-teki yang sudah lama terbenam dalam hatinya Yo Cie Cong. masih tetap tidak
mendapatkan jawaban. Bahkan, ilmu kepandaian silatnya pemimpin itu, ternyata tidak berada
dibawahnya kepandaiannya sendiri.
sedangkan wanita baju merah yang gerak geriknya sangat misterius itu, yang se-olah2 setan,
begitu muncul terus lenyap kembali, membuat Yo Cie Cong kembali menghadapi teka-teki baru.
Dalam keadaan demikian, timbullah pikirannya yang aneh benarkah dia itu tadi adik Kiauw
adanya? Mungkinkah dia belum binasa?Ya, benar. Bukankah aku sendiri juga bisa terlolos dari
gelombang laut yang mengamuk hebat itu? Bagaimana dengan sangat gegabah aku memastikan
dia sudah binasa? Tetapi, kepandaian silatnya adik sampai begitu tinggi.
Wanita baju merah itu sudah berlalu. Tetapi bayangannya masih tetap tergores nyata dalam
otaknya Yo Cie Cong, membuat ia merasa kesal dan lelah.
"Aku pasti akan menyelidiki soal ini sampai kedasar-dasarnya. sekalipun ia bukan adik Kiauw,
tetapi juga harus menjelaskan maksudnya ia unjukkan diri tadi" demikian Yo Cie Cong berpikir
yang kemudian terus memutar Badannya dan berkata pada Phoa-ngo Hweshio:
"Harap locianpwee suka maafkan kalau boanpwee berlaku tidak sopan, Boanpwee masih ada
urusan lagi yang harus boanpwee selesaikan, Bulan depan, pada Waktu malaman rembulan
bundar, boanpwee pasti akan datang tepat pada waktunya digunung Hoa-san untuk menepati janji
lociapwee berdua."
Si Hweshio gila lantas berkata: "Bocah, ingat Menuntut balas tidak salah. tetapi jangan terlalu
banyak membunuh orang yang tidak berdosa,"
"Boanpwee ingat benar pesan locianpwee ini"
Ut Tie Kheng lantas berkata dengan suara terharu dan mata merah: "Engko Cong, kau hendak
pergi lagi?"
"Adik Kheng, mudah2an kita bisa bertemu lagi." jawab Yo Cie Cong sambil anggukkan kepala.
"Engko Cong, kapan kita bisa bertemu lagi ?"
"Hal ini sukar dijawab, maafkan, oleh karena aku masih memikul tugas untuk menyelesaikan
penuntutan balas sakit hati perguruan kami, tidak boleh tidak harus kulakukan."
Ut-tie Kheng se-olah2 hendak berkata lagi yang lebih banyak. tetapi mulutnya rupanya agak
berat untuk mengucapkannya, maka ia hanya tundukkan kepalanya.
Pengail linglung mengawasi keadaannya kedua muda mudi itu sejenak, matanya lalu dialihkan
pada si Hweshio gila.
Phoa-ngo Hweshio agaknya seperti ingat sesuatu. setelah ketawa ber-gelak2, ia lalu berkata
pada Yo Cie Cong.
"Bocah. kau pernah menggunakan ilmu Tiang- kek Cin-goan untuk mengeluarkan racun dari
badannya budak ini, apakah kau masih ingat?" Yo Cie Cong hatinya tergoncang. ia lalu menjawab
sambil ketawa getir "Ingat"
"Itu bagus. jangan kau bikin sampai budak kecil ini merasa kecewa. jikalau tidak, aku si
Hweshio gila tidak mau mengerti." Yo Cie Cong lantas anggukkan kepalanya.
Ia bukannya tidak cinta pada ut-tie Kheng, cuma karena tidak bisa melupakan siangkoan Kiauw
yang telah binasa ditelan air laut lantaran mengikuti dirinya, maka ia tidak berani menerima
cintanya Ut-tie Kheng.
Tapi dilain pihak, ia dengan Ut-tie Kheng perhubungannya ada lain dari pada yang lain, ia juga
tidak dapat meninggalkan ut-tie Kheng begitu saja.

Soal ini membikin ruwet pikirannya. ia makin memikir makin kalut pikirannya. Maka Akhirnya
telah mengambil putusan lebih baik pergi saja meninggalkan mereka. setelah permintaan dengan
kedua orang tua aneh dan Ut-tie Kheng, lantas ia berlalu.
Pada saat Ut-tie Kheng angkat kepalanya, sang kekasih sudah tidak kelihatan bayangan. Rasa
sedih timbul seketika, ia lantas jatuhkan kepala didada engkongnya dan menangis terseduh-seduh.
"Anak tolol, ini apa perlunya?" kata si Pengail Linglung sambil usap2 rambut cucunya.
Sebaliknya dengan si Hweshio gila, ia ini lantas berkata sambil ketawa haha-hihi: "Kheng jie,
ada aku, kuatirkan apa? Lain bulan dalam pertemuan diatas gunung Hoa-san. Cie Cong pasti
datang. Bukankah kamu akan bertemu lagi?" Ut-tie Kheng cuma bisa mendelikan matanya kepada
hweshio yang jahil itu.
"Ya, baik2 dengar kata orang tua. Mari, kita juga sudah harus pergi" kata engkongnya.
Mereka bertiga lantas jalan meninggalkan tempat tersebut.
Mari sekarang kita lihat keadaannya Yo Cie Cong sesudah meninggalkan ketiga orang tadi.
Dengan perasaan setengah duka dan dan setengah heran, ia berjalan mencari wanita baju
merah yang sangat aneh itu.
Menurut rencana semula, ia sebetulnya hendak pergi kepusatnya Pek leng-hwee untuk mencari
si Manusia jelek nomor satu yang kini memangku jabatan pelindung hukum dari perkumpulan
tersebut, untuk menuntut balas dendam. Disamping itu ia juga hendak mencari Ciu Bio Nio untuk
membuat perhitungan serta dari mulutnya wanita genit itu hendak mengorek keterangan tentang
dirinya Giok- bin Giam-po.
Cin Bie Nio adalah muridnya Giok-bin Giam-po, mungkin tahu jejak gurunya.
siapa nyana kini telah muncul dirinya wanita baju merah yang membikin semangatnya melayang2
mengenangkan tempo yang lampau.
Karena hendak mencari tahu rahasianya wanita baju merah itu. untuk sementara ia urungkan
pergi ke Pek-leng-hwee.
Dua jam lamanya ia terus berjalan- sedikitnya sudah melalui jarak dua lie lebin. Tapi wanita
baju merah yang sangat misterius itu tetap tidak diketemukan jejaknya, sedang matahari sudah
mulai mendoyong kebarat.
Mengejar jejaknya orang secara membabi buta demikian, tidak bedanya seperti mencari jarum
didalam lautan.
Dalam keadaan terpaksa, Yo Cie Cong lalu mencari kesalah satu kota dan bermalam disitu.
Satu malam telah dilewatkan dengan sangat cepat.
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, untuk sementara Yo Cie Cong telah melepaskan rencananya
untuk mencari wanita baju merah dan balik lagi pada niatannya semula untuk pergi kepusatnya
Pek-leng-hwee.
Suatu perkampungan yang dinamakan oey Co-pa yang letaknya kira2 sepuluh lie jauhnya
disebelah selatan kota Kiu-kang, adalah tempatnya pusat perkumpulan Peks leng- hwee.
Didalam dunia Kang-ouw umumnya ada cepat sekali tersiar jika ada sesuatu berita yang
menggemparkan. Begitu juga kabar tentang Yo Cie Cong, itu pemuda kecut dingin adalah si
pemilik Golok Maut. telah disiarkan luas oleh orang2nya Im-mo-kauw. Dalam waktu dua hari saja,
berita tersebut sudah menggemparkan dunia rimba persilatan.
Cerita yang sangat mengejutkan ini, membuat orang2 yang dipasang mata-mata didunia Kangouw
dengan cepat sudah pada pulang untuk memberikan laporan kepada ketuanya masingmasing
.
Sudah barang tentu, tidak ada kecualinya untuk Pek-leng-hwee.
munculnya Yo Cie Cong dikota Kiu- kang membuat orang2 dari Pek-leng-hwee dengan cepat
sudah mengetahuinya.

Sebagai seorang pemuda yang tampan dan adem sikapnya, sudah tentu mudah sekali dikenali.
Tetapi, ia sama sekali tidak taruh dihati, malah seolah-olah tidak merasa adanya kegemparan
didunia Kang-ouw.
Perkampungan Oey Co-pa.....
Dibagian belakangnya adalah daerah bukit yang tidak terlalu tinggi. sedangkan dibagian
depannya ada danaunya- Pada tanah datar yang sangat luas, ditengahnya terdapat suatu
perkampungan dengan gedungnya yang berdiri dengan megahnya.
jikalau bukan orang2 rimba persilatan, siapapun tidak tahu bahwa gedung besar yang berdiri
terpencil ditengah-tengah tanah daratan itu adalah gedung pusat dari perkumpulan Pek-lenghwee.
Baru saja kira-kira sepuluh lie Yo Cie Cong memasuki daerah oey Co-pa orang2nya Pek-lenghwee
sudah tidak henti2nya memperlihatkan diri untuk mencegah pemuda Kita masuk terus.
Yo Cie Cong yang masih ingat pesannya Phoa-ngo Hweshio, jikalau tidak terpaksa, jangan
membunuh jiwa orang sembarangan, maka untuk menghadapi orang2nya Pek-leng-hwee yang
menghalang-halangi masuknya itu, ia telah menggunakan ilmu Menggeser tubuh mengganti
bayangan-nya yang sangat luar biasa itu dan kemudian langsung menuju kepusatnya Pek-lenghwee.
Dengan munculnya Yo Cie Cong dipusatnya perkumpulan Pek-leng-hwee. membuat
perkumpulan itu yang biasanya tenteram, telah menjadi panik. suara bunyi tanda bahaya
terdengar berulang-ulang dari mana2.
semua orang2nya Pek-leng-hwee yang biasanya digolongan terkuat, tidak ada seorang pun
juga yang mampu merintangi kedatangannyaitu, maka ia se-olah2 memasuki tempat yang tidak
ada penjagaannya saja.
Apa yang mnngherankan. didalam keadaan demikian paniknya, Cin Bie Nio dan Manusia jelek
nomor satu, kedua orang yang cukup kuat untuk menghadapi Yo Cie Cong, ternyata tidak
memperlihatkan dirinya.
Pemilik Golok Maut yang menggetarkan rimba persilatan, kini sudah sampai dipusatnya Pekleng-
hwee. sehingga membuat semua orangnya Pek-leng-hwee seolah-olah menghadapi hari
kiamat.
Didalam perkampungan oey co-pa, suasana menjadi sangat tegang.
Mengingat peristiwa berdarah yang menimpa perkumpulan Cie- in-pang, sudah cukup membuat
orang2nya Pek-leng-hwee katakutan setengah mati.
Ada kemungkinan, Pek-leng-hwee akan mengalami nasib yang serupa dengan Cie-in-pang.
oooo ooooooo oooo
SEKELOMPOK pohon2 besar dengan daun yang rindang dan bunga2nya yang merah bersemi.
kelihatan mengitari gedung besar yang luasnya beberapa bau.
Yo Cie Cong dengan mukanya yang dingin kecut telah kendurkan kakinya, dengan per-lahan2,
ia berjalan menuju kegedung tersebut.
Pada saat itu, dendam sakit hati yang baru dan permusuhan yang lama telah membuat hatinya
berguncang keras.
Ketuanya Pek-leng-hwee, Cin Bie Nio, telah ber-kali2 berusaha hendak mencelakakan dirinya.
sedangkan pelindung hukum perkumpulan tersebut, yaitu Manusia jelek nomor satu di dalam
dunia, merupakan salah satu musuh terkuat dari suhunya.
Dalam hatinya, Yo Cie Cong diam2 sudah mengambil keputusan. Walaupun apa yang terjadi, ia
tidak akan melepaskan kedua iblis itu. Ia berjalan makin lama makin mendekati gedung tersebut.
Dibawahnya tanaman pohon2 yang merupakan rimba kecil itu, lapat2 sudah kelihatan pintu
gerbang gedung tersebut, Diatas pintu gerbang, ada terdapat tiga hurup besar yang ditulis dengan
warna emas. Matanya Yo Cie Cong yang mempunyai penglihatan sampai sejauh lima puluh

tombak, sudah tentu dapat melihat dengan tegas ketiga huruf emas itu berbunyi "PEK LENG
HWEE".
Yo Cie Cong ketawa dingin. Begitu gerakkan kakinya. sebentar saja sudah berada tidak cukup
tiga tombak dihadapan pintu gerbang.
Dari dalam gedung mendadak terlihat muncul serombongan orang, tua muda. laki2 perempuan,
jumlahnya kurang lebih seratus orang. Mereka berjejer berdiri seperti bentuknya kipas, agaknya
khusus hendak menyambut kedatangannya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong tidak pandang mata, lama sekali orang2 yang jumlahnya besar itu, ia terus
berjalan menghampiri dan berdiri tidak jauh dari mereka.
siapapun tidak pernah menyangka babwa pemilik Golok Maut yang menggetarkan rimba
persilatan, ternyata adalah seorang muda yang wajahnya tampan cakap.
Karena merasa jeri oleh nama besarnya, orang2 kuat dari Pek-leng-hwee semuanya ada
memperlihatkan perasaan kaget dan jeri diwajahnya.
Anak muda ini, dalam waktu sekejapan sudah berhasil melalui sepuluh lebih tempat pos
penjagaan, se-olah2 memasuki tempat yang tidak ada panjagaannya sama sekali. Meskipun
sampai pada saat tersebut masih belum ada seorang pun juga dari pihaknya Pek-leng-hwee yang
korbankan jiwanya. tetapi karena kepandaiannya anak muda itu, dapatlah diduga sampai dimana
kekuatannya.,
Yo Cie Cong baru menghentikan gerakannya, dan antara orang banyak itu lalu muncul tiga
orang tua. salah seorang diantaranya, yang berkumis seperti tikus, lantas berkata: "Tuan ini apa
yang menyebut diri sebagai pemilik Golok Maut ?"
"Benar."
"Dengan maksud apa tuan mengunjungi perkumpulan kami?"
Dengan sorot matanya yang tajam Yo Cie Cong mengawasi orang itu sejenak kemudian berkata
dengan suara dingin: "Aku hendak menemui ketua dan pelindung hukum perkumpulan kalian
untuk memperhitungkan hutang yang lama."
orang tua berkumis seperti tikus itu kelihatan berubah wajahnya, Lantas menjawabi "Barangkali
tuan sukar dapat menemui mereka."
"Kau siapa? Berani mengucapkan perkataan begitu ?"
"Cit sat Sin Koo piauw. Tongcu pertama dari Pek-leng-hwee."
"jikalau tuan2 tidak ingin mengalami nasib seperti Cie in-pang, lebih baik berlaku kenal gelagat
sedikit."
Perkataan sombong yang mengandung maksud mengancam itu, membuat orang2 Pek-lenghwee
pucat pasi wajahnya, sehingga di-antara orang2 itu terdengar suara gaduh sebentar.
Koo piauw berkata dengan wata melotot, "Tuan agaknya terlalu tidak pandang mata pada
orang lain-"
"Aku datang kesini secara terang. ini kuanggap masih menghargai perkumpulan kalian"
"Sekali lagi kujelaskan- Tuan tidak dapat mencari ketua kami."
"Apa dengan tenaga kalian ini kalian hendak merintangi aku? Aku tidak suka melukai orang
yang tidak berdosa, lebih baik kalian tahu diri sendiri."
"Dan jikalau tidak ?"
"Ha... ha....Apakah kalian hendak memaksa aku turun tangan?"
"Pek-leng-hwee ada suatu perkumpulan yang tidak mudah dihina."
Alisnya Yo Cie Cong lantas berdiri, Matanya masih membara, dengan per-lahan2 mengeluarkan
Golok Mautnya.
Senjata yang bentuknya sangat aneh itu lantas dilemparkan di-tengah2 pintu gerbang yang ada
papan huruf nya. tepat menutup diatas huruf 'Pek-leng-hwee', tiga huruf yang terukir dari emas
itu.

semua orang kuat dari Pek-leng-hwee lantas pada berubah wajahnya, sebab perbuatannya Yo
Cie Cong itu, merupakan suatu tanda akan dimulainya pembunuhan besar2an.
Yo Cie Cong setelah menyambitkan Golok Mautnya, Badannya dengan cepat lantas menerjang
masuk melalui pintu gerbang,
Ketika orang tua yang tersebut duluan,. melihat kejadian demikian. lantas membentak
berbareng: "Kemana?"
Mereka barengi dengan serangan mereka yang sangat hebat.
Yo Cie Cong berkata sambil tersenyum dingin, " dengan orang2 seperti kalian, juga hendak
menghalangi perjalananku ?"
Meski mulutnya mengatakan demikian, tetapi kaki dan tangannya tidak berhentinya menahan
serangan tersebut.
Tiga orang tua tadi, masing2 terpental mundur satu tindak, itu hanya disebabkan karena Yo Cie
Cong yang masih selalu ingat pesannya si Hweshio gila, hanya menggunakan separuh dari
kekuatan tenaganya.
Maksudnya Yo Cie Cong dengan menyambitkan Golok Mautnya tadi, se-mata2 hanyalah untuk
menggertak orang2nya Pek-leng-hwee supaya tahu gelagat buruk dan lekas mundur. Tetapi
dengan itu juga, ia bermaksud supaya dapat memancing keluar ketua Pek-leng-hwee. sebab
dengan kekuatan dan kepandaian Yo Cie Cong yang dimilikinya pada dewasa itu, baik seara terang
mau pun secara menggelap. kedatangannya dipusat perkumpulan Pek-leng-hwee itu, sudah tentu
tidak ada orang yang mampu merintangi.
Tetapi kedatangannya Yo Cie Cong kali ini ialah, hendak mengunjungi secara terang-terangan-
Kedua fihak setelah pada mundur sebentar, kemudian mulai bertempur lagi.
Tiga orang tua itu semuanya sudah manjabat pangkat tongcu dalam perkumpulan Pek-lenghwee,
kepandaiannya sudah tentu tidak boleh dipandang remeh. Apalagi dengan kekuatan tenaga
gabungan orang2. maka serangan yang keluar dari ketiga orang tua itu seolah-olah gelombang
lautan yang sedang pasang, bukan kepalang hebatnya.
Menghndapi serangan demikian hebatnya, dalam hati Yo Cie, Cong diam2 lantas memaki:
"Manusia yang tidak tahu diri, nampaknya jika tidak diberi sedikit rasa, barangkali belum mau
mengerti."
Maka ia lantas mengeluarkan serangan dengan dua rupa ilmu serangannya yang amat dahsyat.
Tiga orang tua itu meski juga merupakan orang kuat dari rimba persilatan, tapi sehingga
sebegitu tuanya, belum pernah melihat ilmu pukulan demikian dahsyatnya. Mereka cuma
merasakan bahwa kekuatan angin yang keluar dari serangan tangannya begitu kebentur dengan
kekuatan Yo Cie Cong yang mengeluarkan asap berwarna putih campur merah itu kekuatan
mereka sendiri lantas lenyap tanpa bekas. maka lantas mengetahui kalau gelagat tidak baik.
Namun sang waktu sudah tidak memberikan kesempatan pada mereka untuk berpikir lagi.
Kekuatan yang dahsyat itu, sudah menindih diri mereka, sehingga sudah tidak ada Kesempatan
bagi mereka menyingkirkan diri
Diantara suara jeritan ngeri, Badannya ketiga orang itu terus melesat keatas dan kemudian
jatuh diantara orang banyak. sudah tentu kalau luka yang mereka derita tidak ringan.
orang2nya Pek-leng-hwee yang berkumpul didepan pintu gerbang lantas pada berteriak2 dan
maju menyerbu semuanya,
Dengan demikian, Yo Cie Tiong telah diserbu dengan serangan dari berbagai penjuru.
Saat itu, Yo Cie Cong hanya mempunyai dua jalan yang harus dipilihnya, satu ialah dengan
mengandalkan kepandaian ilmu silatnya yang luar biasa, berusaha meloloskan diri dalam
kepungan dan terus menuju kepusatnya Pek-leng-hwee yang lainnya. yang kedua, ialah balas
menyerang tanpa menghiraukan jumlahnya orang yang mati atau terluka.

Sang waktu tidak memberikan kesempatan untuknya berpikir lagi. Ia harus mengambil
keputusan dengan cepat,
Akhirnya ia telah mengambil keputusan: Turun tangan-
Keputusan yang dipilihnya itu merupakan vonis terakhir bagi orang2 Pek-leng-hwee.
Dengan tidak ragu lagi ia lantas mengeluarkan kepandaian ilmu silat yang sudah tidak ada
taranya.
Dengan tangan kiri ia melancarkan serangan. dengan Kan-goan Cin-tiao, sedangkan tangan
kanannya mengeluarkan juga Liang- kek Cin-goannya.
Dua macam ilmu kekuatan yang sudah tidak ada taranya itu telah digunakan berbareng. Bukan
saja merupakan suatu kejadian yang langka didalam dunia rimba persilatan, tetapi kakuatannya
juga membuat orang jeri.
Dalam waktu sekedipan saja, suara jeritan. suara keluhan dan suara jatuhnya tubuh orang
terdengar saling susul. selagi darah berhamburan dan bangkai manusia bergelimpangan, tiba2
terdengar suara bentakan mundur yang datangnya seperti bunyi halilintar,
Dari dalam pintu gerbang telah muncul seorang orang tua dengan wajahnya yang buruk bentuk
badannya hanya kira2 tiga kaki tingginya.
Manusia aneh itu, tangan dan kakinya pendek Tetapi kepalanya besar sekali. Matanya kecil,
tetapi tidak ada alisnya. sedangkan hidungnya seperti hidung singa dan mulutnya tebal. Di atas
kepalanya tumbuh rambut berwarna kuning yang sangat jarang. Rambut itu seperti juga kering
warnanya.
Bentuk Badannya yang aneh dan wajahnya yang buruk bukan saja mengherankan, tetapi juga
menakutkan-
Orang2 Pek-leng-hwee yang tidak terluka dan yang tidak sampai binasa, lantas pada mundur
kekedua samping.
Korban yang jatuh jumlah seluruhnya hampir lima puluh orang. sedangkan yang terluka dan
belum binasa, terdengar suaranya yang merintih- rintih.
Manusia aneh yang jelek wajahnya itu mengawasi sejenak orang2nya yang menggeletak
ditanah, lantas ulapkan tangaanya pada beberapa orang yang berdiri tegak dipinggir jalan sembari
berkata: "yang luka2 lekas bawa kedalam untuk diberikan pertolongan dan yang binasa lekas
kubur sebagaimana mestinya. Kalian semua boleh mundur "
Orang2 Pek-leng-hwee itu lantas serabutan melakukan perintah yang dititahkan oleh manusia
jelek itu, sebentar saja tempat itu sudah bersih kembali.
Yo Cie Cong yang menyaksikan roman dan bentuk orang yang baru muncul itu, segera
mengetahui bahwa orang ini adalah pelindung Pek-leng-hwee, Ang Kut Tan, si Munusia jelek
nomor satu yang juga merupakan salah satu musuhnya Kam-lo-pang yang terdapat dalam lembar
pertama dari daftar nama musuhnya Kam-lo-pang.
Karena tujuan utamanya dari kedatangan Yo Cie Cong kepusat perkumpulan Pe-leng-hwee itu
memangnya hendak mencari Manusia jelek nomor satu itu untuk menuntut balas, dan sekarang
musuh besar itu sudah berada didepan matanya, maka napsu membunuhnya lantas berkobar
dengan tidak terkendalikan lagi.
Tetapi apa yang membuatnya heran ialah mengapa Cin Bie Nio tidak perlihatkan diri sekalian ?
Manusia jelek nomor satu itu setelah menyuruh orang2nya mundur, tidak ketahuan lagi
bagaimana caranya ia bergerak. tahu2 sudah melesat maju tiga tombak kemuka dan berhenti
dihadapan Yo Cie Cong kira2 satu tombak lebih jauhnya. sepasang matanya yang kecil sipit
memancarkan sinarnya yang tajam.
setelah mengawasi Yo Cie Cong sejenak. lalu ia berkata: "Bocah, apakah kau ini pemilik Golok
Maut ?"
Yo Cie Cong yang sudah hampir tidak dapat menguasai dirinya lagi, lantas menjawab ketus^
"Benar "

"Apa maksud kedatanganmu ini?"
"Menagih hutang darah Kam-lo-pang pada dua puluh tahun berselang."
"Kalau begitu, kedatanganmu ini semata-mata ditujukan padaku seorang, pelindung Hukum
dari Pek-leng-hwee ?"
"Benar."
"Ha, ha., .Bocah, barangkali kau sudah makan nyali singa sehingga berani main gila diatas
kepala singa "
"Setiap musuhnya Kam-loo-pang tidak boleh ada yang terlolos dari Golok Mautku."
"Apa kau hanya mengandalkan dirimu, satu Bocah yang masih bau pupuk bawang saja? Ha ha
ha...."
"Ang Kut Tan, hutang darah harus dibayar dengan darah, tidak perlu kau mengulur tempo lagi.
jiwa dari kau, manusia jelek sudah ditetapkan cuma tinggal hari dan detik ini saja."
Manusia jelek nomor satu Ang Kut Tan selama hidupnya mempunyai pantangan nomor satu
kalau orang mengatakan dirinya ada orang jelek. Padahal si Congornya itu memang luar biasa
jeleknya.
Perkataan 'orang jelek' dari Yo Cie Cong tadi seakan sebuah belati menusuk di ulu hatinya,
maka matanya yang sipit itu lantas kelebatan mendelik, rambut di kepalanya yang seperti rambut
jagung, kelihatan pada berdiri sedangkan mulutnya memperdengarkan suaranya yang berkauw^
2.
"Bocah, kau sebetulnya mempunyai berapa tingginya kepandaian? Eeeem.. kau mengeluarkan
perkataan yang begitu jumawa, sekalipun kau tidak mencari aku orang tua, aku juga hendak
mencari kau. Hari ini kau sudah datang sendiri Itu sama juga seperti selaron menubruk api,
sehingga tak usah aku capai hati untuk turun tangan"
"Setan jelek. Kematianmu sudah didepan mata, perlu apa kau masih banyak bacot ?"
Manusia jelek nomor satu itu kelihatan ketawa meringis. Badannya yang kecil lantas bergerak
dan mengeluarkan serangan tangannya yang sangat hebat.
Yo Cie Cong, meskipun mulutnya mengeluarkan parkataan demikian yang seolah-olah tidak
pandang mata sama sekali pada manusia pendek kecil itu. tetapi sebetulnya didalam hatinya
sangat hati2 sekali, sedikitpun tidak berani pandang rendah kekuatan lawannya.
saat itu. ilmu pukulan Kan-goan Cin-Caonya sudah dipusatkan ditangan kanannya, dengan
tenaga delapan bagian ia menyambuti serangan lawannya.
setelah dua kekuatan beradu, kelihatan Badannya kedua orang itu pada tergoncang dan
terhuyung-huyung .
Kesudahannya dari mengadu kekuatan itu ternyata seri saja. -
Sebetulnya Yo Cie Cong, yang sudah dua kali mengalami kejadian gaib atas dirinya, dalam
dirinya sudah ada kekuatan tenaga dalam seperti orang yang sudah mempunyai latihan beberapa
puluh tahun- Kalau diukur dari kekuatan tenaga dalamnya, ia masih jauh lebih kuat dari Manusia
jelek nomor satu, Tetapi, mengenai cara menggunakan ilmunya, agaknya kalah dari lawannya,
sebab dari gerakan pukulan tangannya, ternyata ia belum pernah mempelajari gerak tipu pukul
yang aneh2. Karena masing2 mempunyai kelebihan dan kekurangan- maka kesudahannya
gebrakan yang kedua, kembali menjadi seri lagi.
Didalam hatinya Manusia jelek nomor satu diam2 juga merasa heran, sebab lawannya yang
usianya masih sangat muda ini ternyata sudah mempunyai kekuatan tenaga dalam yang begitu
hebat.
Ia sendiri yang sudah mempunyai latihan hampir lima puluh tahun lamanya, ternyata sedikitpun
tidak mampu melukai lawannya yang katanya masih bau pupuk bawang, bahkan dua kali sudah ia
mengadu kekuatan, kesudahannya se1alu seri (berimbang),
seketika itu juga ia lantas naik darah. Dengan kakuatan tenaga sepenuhnya, kembali ia
melancarkan serangan tangannya,

Ilmu pukulan Kan-poan Cin-Cao Yo Cie Cong juga dikerahkan sampai sepuluh bagian penuh
untuk menyambuti serangan tersebut.
Kembali terdengar suara benturan hebat. Masing2 telah mundur satu tindak.
"Bocah coba sambut sekali lagi seranganku yang paling lihay ini." Demikian si Manusia jelek
nomor satu. setelah membentak keras, lalu memusatkan seluruh kekuatannya kedalam kedua
tangannya. Lalu diputar dan disodorkan kedepan, kemudian menepuk sampai tiga kali.
serangan yang menggunakan seluruh kekuatan tenaganya itu, hebatnya hampir dapat
merubuhkan bukit kecil.
Yo Cie Cong agak terperanjat ia mengerahkan ilmu pukulan Liang- kek Cin-goannya sampai
melewati takaran, sehingga kedua telapakan tangannya, kecuali atap putih tercampur merahnya,
yang keluar, juga ada suara ser-ser yang meluncur keluar.
Untuk sekian kalinya dua kekuatan saling beradu, sehingga mengeluarkan suara yang hebat
seperti ledakan gunung meletus.
Ilmu Liang-kek Cin-goannya Yo Cie Cong hampir saja dibikin buyar. orang juga sampai
terpental mundur sejauh tiga tombak baru bisa berdiri tegak. Dadanya dirasakan bergolak.
Jilid 16 : Siapa pemenggal kepala Cin-bin-nio
Serangan yang dikeluarkan oleh Ang Kut Tan dengan menggunakan seluruh bagian
kekuatannya, kecuali dibikin musnah, tetapi juga sudah tertembus oleh sisa kekuatan dari
lawannya yang terus meluncur kearah dadanya.
Seketika itu juga ia merasa seperti digempur oleh martil besar. Si Manusia jelek nomor satu
keluarkan seruan tertahan- Badannya, kedua orang itu kelihatannya seperti seri lagi. Tetapi darah
sudah keluar dari mulutnya.
Ang Kut Tan, sebagai seorang Kangouw kawakan, setelah mengadu kekuatan sampai tiga kali
beruntun- sudah tahu kalau lawannya yang muda belia ini tidak mudah dilawani, sebab sekali saja
salah bertindak, mungkin benar ia akan jatuh oleh lawannya itu. Ia tahu, dengan jalan kekerasan,
bukanlah suatu cara yang sempurna.
Maka, setelah berpikir sejenak, kepalanya yang besar lantas dimiringkan, Badannya yang kurus
kecil seperti anak kecil kelihatan ber-goyang2 dan orangnya bergerak maju mendekati Yo Cie Cong
sampai sejarak delapan kaki didepannya. Kemudian tangannya digerakkan dengan tipu yang
sangat aneh luar biasa ia melancarkan serangan kepada Yo Cie Cong.
Anak muda itu lantas menggunakan gerak tipu ilmu silat dari Kim lo pang untuk menghadapi
lawannya, tetapi tarnyata tidak berhasil menghadang serangan tersebut, maka segera merubah
tipunya ia menggunakan ilmu Menggeser tubuh menukar barangan menghilang dari hadapannya
manusia jelek itu.
Ang Kut Tan, yang melihat serangannya tadi hampir berhasil, bagaimana mau melepaskan
musuhnya begitu saja? se-olah2 bayangan. dengan cepat ia memburu dan menyerang lagi.
serangannya itu semakin lama semakin aneh. Dibarengi dengan ilmu hasil ciptaannya sendiri terus
mendesak hebat lawannya.
Untuk sementara Yo Cie Cong merasa ripuh juga melayani serangan aneh lawannya itu, maka
dengan terpaksa ia selalu mengegos sana mengegos sini dengan cara ber-pura2an.
Ang Kut Tin kelihatan sangat bangga, maka lantas berkata dengan sombongnya, "Bocah, nama
Golok Maut yang begitu tersohor ternyata cuma begini saja. Apa kau cuma mampu mengegos
saja? Apa perlunya kau menuntut balas menagih hutang?"
Yo Cie Cong, yang memang orangnya tinggi hati, sebenarnya ia juga sudah merasakan. dengan
caranya itu. sangat tidak memuaskan baginya. maka setelah mendengar ejekan lawannya,
dadanya hampir saja meledak rasanya, sambil kertak gigi ia lalu hentikan caranya ber-lari2an itu,

kemudian memusatkan ilmu Liang- kek Cin-goannya, kedua tangannya ditujukan kearah 'Manusia
jelek nomor satu itu', terus menyapu tanpa berhenti. sehingga asap merah putih dengan
kekuatannya yang maha hebat, se-olah2 gelombang laut pasang menyerang lawannya saling
susul. Gerakannya kali ini, ternyata membawa hasil bagus.
Betapa aneh dan rapatnya serta hebat serangannya Manusia jelek nomor satu dan betapapun
lincahnya gerakan Badannya kini tidak mampu lagi mendekati lawannya,
Yo Cie Cong, dengan adanya barang2 ajaib dari alam serta penemuannya dari seorang manusia
aneh dari rimba persilatan, kekuatan tenaga dalamnya keras mengalir keluar bagaikan aliran air
dari sungai Tiangkang yang tidak kenal putusnya. Dalam waktu sebentar saat saja asap dan hawa
merah putih telah menyelubungi udara sekitarnya. Ditempat sekitar lima tombak dari padanya,
semua daun pepohonan pada rontok. dan rumput-rumput pada kuning, kena pengaruhnya hawa
gaib tadi. suara Buk, buk/ terdengar tidak henti-hentinya.
Asap mukjijat itu makin lama makin menebal, sehingga membuat orang sukar bernapas, seolah2
kelelap didalam gelombang lautan.
Pertempuran dahsyat yang jarang terdapat dalam rimba persilatan ini, benar2 sangat
mengerikan-
Orangnya Pek-leng-hwee, meski sudah di suruh mundur oleh Manusia jelek nomor satu, tetapi
tempat tersebut yang merupakan pUsatnya perkumpulan Pek-leng-hwee dan yang kini sedang
menghadapi musuh kuat, betapa pun juga mereka tidak berani berbuat sembarangan. Mereka
dengan diam2 telah sembunyikan diri ditempat sekitar medan pertempuran. orang2 itu kini satu
demi satu sudah dibikin kesima oleh pertempuran yang luar biasa itu.
Beberapa waktu telah berlalu. Gerakan Ang Kut Tan per-lahan2 mulai mengendor. sedangkan
Yo Cie Cong sendiri juga per-lahan2 mulai lambat gerakannya. Tetapi tenagaa yang meluncur
keluar dari kedua tangannya. masih tetap hebat, sedikitpun tidak ada bedanya dengan waktu
mula2 dilancarkan.
Tapi, manusia ada terdiri dari darah dan daging, betapapun tinggi kekuatan tenaga dalamnya,
ada kalanya bisa lelah juga.
Terutama dalam pertempuran dengan kekuatan kedua fihak ada berimbang, dan bertempur
secara mati2an, kekuatan tenaga yang digunakan sudah tidak terhitung lagi-
Buat orang yang sudah seperti Yo Cie Cong, yang boleh dikata ada satu manusia istimewa
meskipun tenaga dalamnya bisa digunakan tanpa terputus, tapi itu hanya digunakan untuk
menghadapi lawan yang kekuatan tenaga dalamnya dibawah dirinya. hingga bisa bertahan terus
sampai lama, tidak usah kuatir akan kehabisan tenaga. Tapi ini bukan berarti tidak bisa lelah.
Umpama keadaannya Yo Cie Cong pada saat itu setiap serangannya itu harus menggunakan
kekuatan tenaga sepenuhnya, maka lama kelamaan ia kewalahan juga. Kembali beberapa saat
berlalu. Kedua pihak kelihatan sudah mulai lelah.
serangannya Yo Cie Cong sudah tidak seperti semula yang begitu hebat, dahinya sudah
kelihatan banyak keringatnya, napasnya mulai memnuru.
Manusia jelek nomor satu juga sudah merubah serangannya yang aneh dan cepat diganti
dengan serangannya yang bisa menembus tempat kosong. Ia sudah ambil keputusan hendak
bertempur mati2an dengan Yo Cie Cong. Kedua pihak sudah bertekad bulat hendak
membinasakan lawannya.
Yang satu sedang menagih hutang jiwa perguruannya, yang lain hendak mempertahankan
jiwanya maka masing2 berusaha untuk menyingkirkan jiwa lawannya.
Diantara dua musuh itu cuma satu yang boleh hidup, ini berarti suatu pertempuran antara mati
dan hidup.
Yo Cie Cong nampaknya makin lama makin gelisah, jika pada saat itu Tin Bie Nio atau orang
yang sepadan kekuatannya muncul memberi bantuan pada pihaknya Manusia jelek nomor satu

entah bagaimana akibatnya? Mungkin ia bukan saja tidak tercapai tujuan untuk menuntut balas,
bahkan barangkali akan mengantarkan jiwa.
Bagi Manusia jelek nomor satu ini adalah untuk pertama kalinya menemukan musuh kuat. Ia
sudah dapat kenyataan bahwa kekuatan tenaga dalam musuhnya ternyata lebih tinggi daripada
dirinya sendiri, jika bertempur itu berlangsung lama, kemungkinan untuk merebut kemenangan
baginya semakin kecil lagi.
Pertempuran yang tadi tampak gencar dan hebat. Kini nampak sudah kendor. Lama kelamaan,
kedua pihak setiap kaii melakukan serangan, harus diseling dengan sedikit waktu untuk mengaso,
namun setiap serangan itu semuanya ada mengandung kekuatan yang bisa mematikan pihak
lawannya. Pihak mana saja yang tidak sanggup menerima serangan. paati akan segera
menggeletak ditanah menjadi bangkai.
"Manusia jelek. hutang jiwa dibayar jiwa, saat kematianmu sudah tiba" demikian terdengar
suaranya Yo Cie Cong .
"Bocah, apa kau masih mengira bisa keluar dalam keadaaa hidup dari oey to-pa ini? Ha, ha, kau
mimpi ditengah hari bolong "
Apa yang membuat Yo Cie Cong tidak habis mengerti pada saat itu, ialah tidak munculnya Cin
Bie Nio. Karena sebagai ketua, tidak mungkin ia tidak ambil pusing dan unjukkan diri selagi pusat
perkumpulannya diserbu musuh, apalagi terhadap ia sendiri benCinya bukan main.
Apakah dalam hal ini ada rahasia apa? ?
Mungkinkah wanita genit cabut dan banyak akalnya itu kini tidak berada didalam pusat
perkumpulan Pek-leng-hwee?
Matanya Yo Cie Cong dengan tidak henti2nya terus ditujukan kearah gedung yang di kitari
pohon merah itu, ia telah dapat lihat bahwa disekitar tempat tersebut ada tersembunyi banyak
orang2nya Pek-leng-hwee.
"Aku harus lekas menyelesaikan pertempuran ini" demikian pikirnya Yo Cie Cong.
Suatu pikiran segera terlintas dalam otaknya. Melihat keadaannya pada saat itu, apabila ia tidak
menyelesaikan pertempuran itu dengan cepat. hilanglah kesempatan bila mengingat dengan
Manusia jelek nomor satu saja sudah merasa "berat" untuk membereskan, bagaimana jika pihak
Pek-leng-hwee mengerahkan semua kekuatannya?
Disamping itu, lain kekuatiran timbul pula didalam hatinya. Hari ini jika tidak berhasil
membinasakan jiwanya si Manusia jelek nomor satu ini, dikemudian hari makin lebih berat lagi
tugasnya untuk mencari jejaknya orang ini, karena ada kemungkinan besar ia akan meninggalkan
Pek-leng.hwee.
Maka ia lantas mengambil keputusan. hari ini jika tidak bisa membinasakan jiwanya Ang Kut
Tan, ia tidak akan meninggalkan tempat yang merupakan pusatnya perkumpulan Pek-leng-hwee
itu.
Oleh karenanya maka lantas bangunlah semangatnya, pada saat mengadu kekuatan dan lagi
mundur ia lalu kumpulkan sisa kekuatan tenaga dalamnya, dikerahkan kepada kedua telapakan
tangannya mulutnya berbareng membentak:
"Setan wajah jelek. sambuti seranganku" berbareng dengan itu, dari kedua telapakan
tangannya yang mengandung sisa kekuatan tenaga dalamnya, lantas meluncur keluar asap merah
putih dari ilmu pukulannya Liang- kek Cin-goan, dengan amat dahsyat lantas menyerbu kepada
dirinya si manusia jelek nomor satu didalam dunia itu.
Ang Kut Tan juga sudah mengambil keputusan nekad, Badannya yang pendek kecil lantas
mundur setengah tindak, kedua tangannya diangkat hingga menjadi lempang dengan dadanya.
Dengan sisa kekuatan tenaga dalamnya ia mendorong keluar.
suara benturan hebat lantas terdengar nyaring. saat itu keadaan disekitar tempat tersebut seolah2
mengalami bencana gunung meledak.

wajahnya Yo Cie Cong. nampak pucat pasi, namun ia dengan kertak gigi bertahan supaya
jangan sampai mengeluarkan suara. Badannya terhuyung sampai mundur lima langkah. Ia telan
kembali darah yang hendak keluar dari mulutnya. dengan mata beringas ia mengawasi musuhnya.
Ang Kut Tan sendiri nampak keluarkan seruhan tertahan, Badannya rubuh terjengkang. tapi
lantas lompat bangun lagi darah segar mengalir keluar dari mulutnya, wajahnya nampak sangat
seram menakutkan, ditambah lagi karena ia memang ada seorang yang mempunyai wajah maha
jelek. -
"Setan jelek, hari Akhirmu sudah tiba" demikian Yo Cie Cong berkata.
Ang Kut Tan saat itu napasnya memburu, matanya yang sipit hampir meloncat keluar bijinya,
tapi ia tidak bisa menjawabi
Yo Cie Cong tahu benar keadaannya pada saat ini, ia sendiri sudah terluka, tenaga dalamnya
sudah terhambur kelewat banyak. Maka ia buru2 berusaha untuk memulihkan kekuatannya.
Untung ia beberapa kali menemukan kejadian ajaib, sehingga menjadiKan dirinya seorang
'istimewa'. Maka setelah mengatur pernapasannnya sebentar, kekuatan tenaga dalamnya dengan
cepat sudah pulih kembali,
Pada saat itu, dari berbagai penjuru telah muncul orang2nya Pek-leng-hwee yang jumlahnya
lebih dari lima puluh orang.
Menampak kedatangannya mereka, hawa amarahnya Yo Cie Cong lantas berkobar lagi.
sambil kertak gigi, Badannya lantas melesat tinggi, ditengah udara ia memutar balik badannya
dan mencabut lagi golok mautnya yang tadi ditancapkan diatas papan merek Pek-leng-hwee.
Gerakan Yo Cie Cong itu telah mengejutkan semua orang2nya Pek-leng-hwee.
DENGAN satu tangan memegang golok mautnya, Yo Cie Cong berdiri tegak ditengah kalangan,
sikapnya seperti dewa yang baru turun dari langit.
Ia tidak mau melewatkan setiap kesempatan walaupun bagaimana pendeknya. Kembali ia
mengatur pernapasannya dan mengumpulkan kekuatan tenaganya, Ia tahu bahwa ia sedang
menghadapi pergulatan batin yang sangat hebat. Bagaimana ia harus menghadapi orang2nya Pekleng-
hwee yang jumlahnya begitu banyak, apabila ia tidak boleh turun tangan melakukan
pembunuhan?
Orang2 Pek-leng-hwee yang mengurung Yo Cie Cong, sudah tahu kalau pemilik Golok Maut itu
selagi bertempur mati2an dengan Pelindung hukumnya Pak-leng-hwee, ke-dua2nya sudah terluka
parah, maka pikirnya saat itulah merupakan kesempatan yang paling baik untuk menyingkirkan
jiwanya si manusia ganas itu.
Manusia jelek nomor satu Ang Kut Tan yang terkena serangan Yo Cie Cong dengan telak, sudah
mendapat luka didalam yang amat parah, tapi ia ada seorang keras kepala, ia kuatkan Badannya
jangan sampai rubuh.
Kedua pihak berdiri diam, suasana menjadi sangat sunyi, hingga bisa terdengar suara jatuhnya
jarum.
Tapi keheningan itu rupa2nya cuma merupakan selingan saja, sebab dalam keheningan dan
kesunyian itu ada tersembunyi bahaya maut yang setiap saat bisa menerkam jiwa orang.
sejenak kemudian, Yo Cie Cong meski mengawasi orang2 disekitarnya, tapi se-olah2 tidak
pandang mata. "Golok Maut" dalam tangannya digerak2kan dengan perlahan, dengan suara ketus
dingin ia berkata kepada manusia jelek nomor satu: "Setan jelek. serahkanlah jiwa mu "
Ang Kut Tan merasa gusar sekali. "Bocah kau kira hari ini kau bisa keluar dari oey-Co-pa dalam
keadaan selamat ? Ha,ha...jangan mimpi." demikian katanya.
Yo Cie Cong melangkah maju kakinya dua tindak. lalu berkata sambil kertak gigi: "Setan jelek
Dimana Golok Maut muncul, tidak seorang yang mampu lolos dari ujungnya. sekarang aku suruh
kau merasakan ujung golok itu."

sehabis berkata, dengan cepat Badannya lantas bergerak maju lagi. Ia menggunakan Golok
Mautnya untuk menyerang musuh berat itu -
Manusia jelek nomor satu itu, meski habis terluka parah, tetapi kepandaian tidak boleh
dipandang ringan. Dengan kecepatan bagaikan kilat Badannya memutar kekanan dan kekiri,
tangan kirinya melancarkan serangan.
Dengan demikian, ia hendak menggunakan serangan untuk menyambut serangan lawannya.
Tiga gerakan dari ilmu serangan Golok Maut, adalah buah ciptaannya Yo Cin Hoan yang sudah
menggunakan waktu dua puluh tahun lamanya untuk diyakinkan terus. Maksud dari tipu serangan
itu ialah, se-mata2 untuk dipakai dalam menghadapi musuh2nya maka juga merupakan salah satu
tipu serangan yang aneh dan ganas yang sudah tidak ada taranya lagi, maka setiap kali turun
tangan hampir tidak ada seorangpun yang dapat menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Pertempuran antara dua orang kuat itu telah dilakukan dengan cepat lawan cepat.
Manusia jelek nomor satu yang melancarkan serangannya sambil memutar badan, juga
merupakan satu serangan yang ganas. Dianggapnya, dengan menggunakan cara demikian itu ia
dapat menyingkirkan diri dari serangan Golok Mautnya Yo Cie Cong.
Siapa tahu, kenyataan ada lain dugaannya, Begitu bergerak tangan kirinya lantas terkutung.
Rasa sakit menusuk keulu hatinya. Darah menyembur laksana air mancur. Ia lalu menjerit dan
mundur sampai lima kaki.
Serangan Yo Cie Cong yang hanya berhasil memapas lengan tangan musuhnya itu, dalam hati
juga merasa heran, sebab serangan dengan Golok Mautnya itu, jarang ada musuh yang lolos dari
tangannya. Dan sekarang Ang Kut Tan dengan Badannya yang habis terluka parah, ternyata masih
mampu menghindarkan dua serangan lainnya maka kepandaian ilmu silatnya orang jelek itu,
sebetulnya tidak boleh dianggap remeh.
Selagi manusia jelek nomor satu itu mundur dalam keadaan terluka, tiba2 ada tiga bilah pedang
panjang datang menjambar kearah Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong dengan gesit egoskan diri dengan ilmu Menggeser tubuh menukar bayangan-nya,
ia melesat keluar kalangan.
Diserang secara demikian, amarahnya naik seketika, maka dengan tidak ada ampun lagi, Golok
Mautnya dikerjakan dengan beruntun.
Diantara berceceran darah disertai jeritan yang mengerikan, tiga orang yang melakukan
serangan gelap tadi, semua sudah terpapas kutung lengannya dan berlubang dibagian dadanya
serta orangnya binasa seketika itu jugasemua
orang2nya Peng-leng-hwee yang menyaksikan kejadian tersebut pada berseru kaget,
nyalinya copot seketika.
Orang2 itu yang tadinya hanya mendengar saja kekejaman dan keganasannya pemilik Golok
Maut mengambil korbannya, hari ini setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri, barulah
percaya bahwa kabar tersebut ternyata bukan hanya kabar angin belaka.
Yo Cie Cong dengan wajah penuh napsu membunuh dan suara agak serak. berkata pada
mereka:
"tujuan kedatanganku kemari, se-mata2 hanya hendak menuntut balas dan menagih hutang
jiwa. Aku tidak akan membunuh orang2 yang tidak berdosa. jikalau kalian kenal gelagat. lebih baik
lekas2 mundur. tetapi, jikalau kalian tidak mau menurut, Golok Maut ini tidak ada matanya. Itu
berarti kalian cari mati sendiri jangan sesalkan aku."
"Pemilik Golok Maut, kau menghina orang begitu keterlaluan. Apa kau kira, Pek-leng-hwee
sudah tidak ada orangnya lagi?" -demikian terdengar suara orang bicara yang segera disusul
dengan munculnya lima bayangan orang yang lantas berbaris didepannya Yo Cie Cong.
Kelima orang itu, tiga diantaranya adalah orang2 dengan usia lanjut, satu laki2 pertengahan
umur, satu lagi seorang wanita, juga pertengahan umur, semuanya pada mengawasi Yo Cie Cong
dengan mata mendelik,

"Kalian berlima datang ini ada maksud apa?" tanya Yo Cie Cong.
"Pek-leng-hwee bukan satu perkumpulan yang mudah diinjak2 seperti kau kira."
"Kalian barangkali tidak melihat tiga orang yang menggeletak ditanah itu, seperti apa yang
kukatakan sendiri, hutang jiwa bayar jiwa. Apa maksud kalian berlima ini hendak menuntut balas
?"
Kelima orangnya Pek-leng-hwee itu telah dibikin gusar oleh ucapannya Yo Cie Cong yang
sangat jumawa. Maka mereka lantas mengeluarkan serangannya secara berbareng.
Yo Cie Cong karena barusan habis melakukan pertempuran mati2an dengan Manusia jelek
nomor satu dan sekarang, kekuatan tenaga dalamnya yang baru saja pulih separuhnya, sudah
tentu agak berat baginya untuk menghadapi lima orang musuh sekaligus.
Tetapi, adatnya yang keras dan tinggi hati meskipun tahu kalau keadaan berbahaya baginya,
tetapi tetap akan dilayaninya juga kelima orang musuhnya itu.
Diam2 ia kertak gigi, tangan kirinya mengirim serangan menyambut serangan dari serangan
dari lima orang tadi.
setelah serangan kedua belah pihak saling beradu. Yo Cie Cong keluarkan seruan tertahan.
Badannya mundur ter-huyung2 sampai tiga langkah, mulutnya menyemburkan darah.
Sedangkan lima orangnya Pek-leng-hwee, juga bersamaan pada saat itu sudah dibikin terpental
mundur sampai lima tindak.
setelah terpukul mundur sedapat mungkin Yo Cie Cong coba menahan rasa sakitnya, kemudian
secepat kilat menerjang lagi kepada lima orang tersebut, Golok Mautnya ditangan kanannya
sebentaran sudah melakukan serangannya dengan beruntun sampai lima belas kali.
Ia tahu benar, jika ia tidak cepat turun tangan untuk membinasakan lima orang kuat itu,
bahaya selanjutnya akan menyusul dengan segera untuknya.
suara jeritan ngeri lantas tertengar saling susul. Lengan atau kaki manusia pada berterbangan
ditengah udara. Lima orang kuat dari Pek-leng-hwee semuanya sudah menjadi korbannya Golok
Maut.
Orang2 Pek-leng-hwee yang lagi2 menyaksikan kejadiah mengerikan macam itu, semua pada
berdiri gemetar.
sedangkan Manusia jelek nomor satu yang sedang menderita luka parah karena luka dalamnya,
ditambah lagi karena satu lengannya sudah terpapas kutung, untuk sementara susah baginya
untuk mengembalikan kekuatannya maka saat itu sudah lenyap semua semangatnya untuk
bertempur dalam hatinya hanya memikirkan bagaimana caranya supaya bisa kabur.
Yo Cie Cong yang dalam waktu sekejapan mata saja sudah berhasil membinasakan lima orang
lawannya yang tangguh semuanya dan juga membuat orang2nya Pek-leng-hwee bergemetaran,
kelihatan bersangsi sejenak, kemudian dengan menggunakan sisa kekuatannya yang masih ada,
tiba2 ia melesat kehadapannya manusia jelek nomor satu.
Ang Kut Tan yang sedang memikirkan bagaimana caranya yang paling baik untuk melarikan
diri, tidak tahunya Yo Cie Cong sudah melayang turun dihadapannya.
Dalam kagetnya, ia lantas mundur dua tindak. Yo Cie Cong terus merangsak dengan mata
berapa.
Manusia jelek nomor satu karena sudah merasa tidak ada harapan untuk mundur lagi, lalu
timbul pikiran nekadnya.
Diam2 ia memusatkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya ketangan kanannya. dengan tidak
berkata apa2 ia lantas menyerang Yo Cie Cong.
Dalam jarak yang demikian dekatnya, sudah tentu serangan itu sangat berbahaya sekali. Yo Cie
Cong tidak menduga sama sekali kalau musuhnya hendak berlaku nekad demikianTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Karena sudah tidak sempat berkelit, maka terpaksa ia miringkan sedikit Badannya dan dalam
saat itu, ilmu Cao-kienya secara otomatis menutup dirinya. Berkat Cao-kienya yang digjaya itu,
terhindarlah ia dari bahaya maut.
Meskipun demikian serangan itu juga berhasil mengenakan dirinya Yo Cie Cong secara telak.
membuat Badannya pemuda ini terpental mundur dan mulutnya kembali menyemburkan darah,
Serangan Manusia jelek nomor satu tadi meski dilakukannya dengan nekad, tetapi oleh karena
Badannya sendiri sedang terluka parah dan kekuatan tenaganya masih belum pulih kembali, maka
kekuatan dari serangannya secara nekad tadi. hanya keluar tiga bagian saja dari biasanya. jika
tidak begitu. sudah tentu Yo Cie Cong tidak sanggup menyambuti.
Selain dari itu, kekuatan Cao-kienya Yo Cie Cong yang melindungi dirinya yang mempunyai
daya menendang balik membuat Manusia jelek nomor satu itu terpental beberapa tindak. sehingga
menyemburkan darah segar. Badannya kelihatan ter-huyung2, hampir saja jatuh rubuh.
orang2 Pek-leng-hwee yang berada disekitarnya, ketika menyaksikan luka Yo Cie Cong yang
tidak ringan- kembali ingin bergerak menyerang.
Yo Cie Cong. mestki lukanya juga tidak ringan. tetapi dalam hati sudah mengerti bahwa bahaya
belum lenyap seluruhnya, semua betapapun juga karena tekadnya hendak menuntut balas,
membuat ia dapat menghadapi musuh2nya dengan tidak ada perasaan takut sama sekali.
Dengan Golok Maut ditangan kanan ia terus mendesak si Manusia jelek nomor satu.
Ang Kut Tan dengan wajah pucat pasi terus mundur setindak demi setindak. suasana didepan
pintu gerbang itu kelihatan sangat tegang kembali.
semua orang2nya Pek-leng-hwee, saat itu masih memikirkan perlu tidaknya segera turun
tangan-
Pada saat itu, suatu kejadian yang tidak ter-duga2 telah terbentang dihadapan mata mereka.
Diantara berkelebatnya sinar Golok Maut, terlihat menyemburnya darah merah,
terpentalnya lengan, kaki dan suara jeritan ngeripun terdengar mengenaskan- Tubuhnya Ang
Kut Tan Manusia jelek nomor satu sudah rubuh ditanah dalam keadaan mandi darah yang keluar
dari dadanya. Keadaannya sangatlah mengerikanorang2nya
Pek-leng-hwee yang termasuk orang2 kuat yang berjumlah dua puluh lebih, seperti
baru tersadar dari mimpinya, sekarang coba bergerak menyerbu. Yo Cie Cong dengan badan
berputaran menghadap orang2 itu dengan sorot mata gusar.
orang2 Pek-leng-hwee itu kelihatannya sudah dibikin jeri oleh sikapnya Yo Cie Cong, sehingga
masing2 pada merasa ragu.
Yo Cie Cong dengan sangat tenang, dari dalam sakunya mengeluarkan buku daftar musuh2nya
Kam-lo-pang, lantas membuka lembaran pertamanya. Lalu dengan darahnya Manusia jelek nomor
satu ia menghapus dengan jari tangannya Manusia- jelek nomor satu Ang Kut Tan,
Sehabis berbuat begitu lantas dimasukannya lagi buku daftar itu dengan sangat hati2 kedalam
sakunya, kemudian dongakkan kepala dan mendoa: "jika arwah suhu diaLam baka mengetahui ini,
teecu hari ini sudah berhasil menagih hutang dari seorang musuh lagi. sisanya empat orang teecu
pasti akan berusaha sedapatnya, sekalipun harus menerjang lautan api, juga akan melanjutkan
usaha untuk mencari mereka."
Sehabis mendoa disimpannya lagi Golok Mautnya, lalu mengawasi semua orang2nya Pek-lenghwee,
kemudian memutar tubuhnya dan hendak masuk kedalam gedung perkumpulan, orang2nya
Pek-leng-hwee, wajahnya pucat pasi semunya. Dengan secara nekad mereka berusaha merintangi
majunya Yo Cie Cong,
oleh karena Yo Cie Cong hendak menerjang kedalam pusatnya Pek-leng-hwee, maka dengan
terpaksa mereka harus juga merintangi.

Diantara orang2nya Pek-leng-hwee yang termasuk kuat juga. adalah seorang tua yang
kepalanya sudah botak. saat itu ia lantas maju dan berkata dengan sikap gusar "Tuan hendak
bikin apa?"
"Mana ketua kalian? Aku hendak bikin perhitungan dengan dia"
"Ketua kami sedang tidak berada dalam gedung pusat."
"He, h e... Apa dengan menyampaikan sedikit perkataanmu ini kau kira aku mau sudah takut?"
"Kalau begitu, tuan pikir hendak bikin apa lagi ?"
"Aku tidak mau sudah sebelum menjumpai ketua kalian"
"Hari ini barangkali tidak bisa."
"He, he... Tidak bisa? pemilik Golok Maut mampu melaksanakan setiap ucapannya. Tidak ada
suatu hal yang tidak bisa." orang2 Pek-leng-hwee itu pada unjukan roman gusar.
Agaknya, jika Yo Cie Cong hendak memakai cara jalan kekerasan, mereka juga akan melawan
dengan kekerasan pula.
sebabnya ialah karena mereka sudah melihat keadaan pemilik Golok Maut itu. setelah
melakukan pertempuran sengit dengan beruntun, mereka beranggapan kekuatan tenaga
dalamnya tentu sudah habis. Apa lagi kalau diingat, disaat itu ia sudah menderita luka2 yang tidak
ringan, membuat kurangnya rasa takut mereka. jikalau tidak, mana berani mereka menentang ?
suasana kembali menegang.
Pertumpahan darah lagi agaknya sulit dicegah. Tiba2 terdengar auaranya orang berkata
"Anak. kau terlalu mem-buang2 percuma kekuatanmu sendiri" suara itu lalu disusul oleh
munculnya satu bayangan orang.
Yo Cie Cong baru saja mendengar suaranya. sudah mengenali siapa orangnya yang baru
datang itu, maka dengan cepat lantas balikkan badanya tampak disuatu tempat dua tombak
jauhnya berdiri seorang laki2 berkedok kain merah.
orang2nya Pek-leng hwee juga kenal bahwa orang yang baru datang itu adalah pemilik bendera
burung laut yang menggetarkan dunia rimba parsilatan, semua lantas tidak ada yang berani buka
suara. Mereka tidak tahu apa maksudnya dengan mendadak manusia aneh ini bisa datang
ketempat mereka.
Yo Cie Cong sambil bungkukkan badannya berkata: "Cianpwee hendak memberikan petunjuk
bagaimana ?"
"Anak, kau mau bikin apa?" balas tanya orang berkedok kain merah.
"Boanpwee mau cari ketua Pek-leng-hwee Cin Bie Nio, itu wanita rendah untuk bikin
perhitungan dengannya."
"sekarang ini, kau sudah mendapat luka yang tidak ringan Kekuatanmu belum lagi pulih. Apa
kau yakin kau mampu melawan dia ?"
Setelah bersangsi sejenak Yo Cie Cong lantas berdiri dan kemudian menyahut sambil kertak
gigi: "Hari ini, biar bagaimana juga boanpwee tidak akan mau melepaskan dia."
"Tetapi anak. kau tidak usah cari dia lagi. selamanya kau tidak bisa menemukan dia lagi."
Keterangan ini membuat Yo Cie Cong berdiri ter-heran2. ia tidak habis mengerti apa maksud
perkataan orang berkedok itu, maka lantas menanya heran: "Kenapa ?"
"Dia sudah tidak ada dalam dunia ini."
Orang2nya Pek-leng-hwee yang mendengar keterangan tersebut, semua pada berubah
wajahnya. sebab, mengenai hal tersebut, mereka juga masih belum tahu benar.- kecuali orang
Pek-leng-hwee yang berkedudukan tinggi dalam perkumpulannya, yang lainnya tidak ada
seorangpun lagi yang tahu.
sudah tentu juga berita itu tidak boleh disiurkan kedalam dunia Kang-ouw. tetapi entah
bagaimana orang berkedok itu sadah mengetahui hal tersebut. "Anak. kau tinggalkan tempat ini.
Nanti akan kuterangkan lebih jauh padamu."
"Baiklah."
Keduanya lantas meninggalkan tempat tersebut.

Orang2nya Pek-leng-hwee dengan mata terbelalak dan perasaan ter-heran? mengawasi
berlalunya kedua orang itu Bagaimana pikiran mereka ? Hanya mereka sendiri yang tahu.
Yo Cie Cong yang mengikuti orang berkedok itu, setelah meningggalkan oey Co-pa, keduanya
lantas lari laktana terbang.
Satu jam kemudian, mereka telah tiba ditepi sungai yang keadaannya amat sunyi.
setelah masing2 ambil tempat duduk ditepinya sungai, Yo Cie Cong yang sudah lidak sabaran,
lantas menanya
"Cianpwee, mengapa barusan mengatakan Cin Bie Nio sudah tidak ada didalam dunia lagi?"
"Benar"
"Dengan cara bagaimana ia menemukan ajalnya ?"
"Kemarin malam, waktu tengah malam, didalam pusatnya Pek-leng-hwee telah terjadi suatu
peristiwa hebat. Dengan tidak ketahuan datangnya dan cara bagaimana masuknya, seseorang
yang tidak ketahuan asal usulnya telah mengambil kepalanya Cin Bie Nio. Pagi hari ini, kepalanya
itu telah diketemukan orang dipakai untuk sembahjang dikuburannya ketua Pek-leng-hwee yang
dulu, yaitu "siangkoan Kin, yang juga merupakan bekas suaminya sendiri ."
"Siapakah yang melakukan perbuatan itu?"
"Hal ini tidak ada seorangpun juga yang tahu. Tetapi menurut dugaanku, mungkin kematiannya
siangkoan kin ada hubungannya dengan wanita itu. Cin Bie Nio yang kawin dengan siangkoan Kin
sebagai isteri kedua, waktunya tidak lama Perempuan ini begitu genit, jahat kejam, maka
kemungkinan besar sekali ia bermaksud merebut kedudukannya ketua dari Pek-leng-hwee, maka
ia telah membunuh suaminya sendiri" ,
Yo Cie Cong lantas terbenam dalam lamunannya sendiri: Kepandaiannya Cin Bio Nio tidaklah
lemah. Hanya ilmu menggunakan senjata berbisanya itu saja, barangkali sedikit sekali orangnya
yang mampu melawan- Apalagi dengan adanya Manusia jelek nomor satu disitu, maka orang yang
mampu masuk tanpa diketahui dan sampai berhasil memenggal kepalanya perempuan jahat itu,
kepandaiannya sangatlah mengejutkan-
Siang-koan Kin, yang sebetulnya juga merupakan salah satu musuhnYa kam-lo-pang,, tetapi
sebelum Yo Cie Cong muncul, orang2nya sudah tidak ada dalam-dunia lagi. Dengan sendirinya,
tidak perlu ia menuntut balas kepAda orang yang sudah mati.
Ia masih ingat benar, siangkoan Kin yang aneh. Dari sini dapatlah diterka bahwa orang yang
turun tangan mengambil kepalanya Cin Bie Nio itu, mungkin sekali adalah bekas anak buahnya
siangkoan Kin dulu yang setia padanya yang dapat tahu belakangan bahwa kematian siangkoan
Kin itu adalah dilakukan sendiri oleh Cin Bie Nio, maka ia lantas turun tangan untuk menuntut
balas.
Membayangkan ini. ia lantas ingat kembali pada wanita baju merah yang bentuk Badannya
mirip sekali dengan siangkoan Kiauw.
Apakah itu betul siangkoan Kiauw? Tapi mengapa kalau benar dia memandang Yo Cie Cong
seperti orang yang baru melihat pertama kalinya dijalanan? itu rasanya tidaklah mungkin-
Barangkali juga ia mempunyai kesulitan batin yang tidak dapat dijelaskannya, sehingga untuk
sementara ia tidak mau memperlihatkan wajah aslinya.
Tetapi, apabila kejadian benar begitu, terhadap orang lain memang tidak mengapa, tetapi
terhadap Yo Cie Cong sebetulnya tidak seharusnya ia berbuat demikian.
Waktu itu mungkin Siangkoan Kiauw adanya, yang dalam kecelakaan dilautan lam-hay. seperti
juga dengan halnya Yo Cie Cong yang masih terus hidup sampai sekarang karena ditolong orang
dan ia kemudian belajar ilmu silat lagi, lalu balik kembali kedaerah Tionggoan dan disini ia lantas
mengetahui sebab2 kematian ayahnya almarhum, maka,...
Berpikir sampai disitu, dengan tanpa sadar Yo Cie Cong lantas berkata pada dirinya sendiri:
"Atau mungkin itu adalah perbuatannya...."
"Anak. apa yang kau katakan?" orang berkedok kain merah itu menegur.

Yo Cie Cong baru tahu kalau ia sudah terbenam dalam lamunannya sendiri, maka segera
menjawab, "Boanpwae tiba2 ingat seseorang. Menurut dugaan boanpwee, tentang terbunuhnya
Cin Bie Nio ini, kemungkinan benar adalah perbuatannya dia."
"siapa ?"
"Anak perempuannya siangkoan Kin yang bernama Siangkoan Kiauw."
"Hmmm, itu memang bisa saja. Bagaimana kau bisa menduga sampai kesitu? Anak perempuan
itu ...oooo. Apakah itu anak perempuan baju merah yang dulu pernah menolong kau ber-sama2
Thian-san Liong- di ditepinya Danau Naga?"
"Benar."
"Anak, apakah kau kenal baik dengan dia?" Pertanyaan itu, sudah tentu mengandung maksud
apakah Yo Cie Cong sudah menyintai gadis itu.
Diwajahnya Yo Cie Cong lantas terlihat jelas rasa dukanya, ia lalu menceritakan apa yang telah
terjadi dilautan Lam-hay atas dirinya gadis itu, ketika mengikuti ia pergi kepulau Batu Hitam. Ia
juga menceritakan karena ia terkena racunnya Pil sorga kepunyaannya Cin Bie Nio. siangkoan
Kiauw telah mengawaninya pergi kedaerah Liauw. untuk pergi mencari obat. Akhirnya ia juga
menceritakan munculnya wanita aneh baju merah yang baru2 ini unjukan diri didunia Kang-ouw.
Dan apa yang mengherankan ialah bentuk Badannya yang mirip dengan bentuk Badannya,
siangkoan Kiauw.
Orang misterius berkedok kain merah itu, setelah mendengar habis ceritanya Yo Cie Cong,
lantas berkata sambil anggukkan kepalanya: "Anak. dugaanmu ini sangat beralasan-Perempuan
baju merah dengan kedoknya yang sangat aneh juga itu sudah muncul didunia Kang-ouw tidak
usah kau kuatir tidak bisa bertemu lagi. yang sulit ialah, dengan cara bagaimana supaya dia mau
memperlihatkan wajah aslinya. Menurut apa yang kau katakan, kepandaiannya orang itu tinggi
sekali."
Yo Cie Cong setelah barpikir sajenak, lalu berkata: "Tidak benar. jikalau benar dia adalah
siangkoan Kiauw, tidak ada alasan untuknya tunjukan wajah aslinya terhadap boanpwee. jikalau
dia bukannya siangkoan Kiauw. maka apa yang boanpwee duga sekarang ini bukankah cuma
dugaan kosong saja ?"
"Anak, soal ini biarlah dikemudian hari kita bicarakan lagi. sekarang aku hendak tanya kau,
bagaimana dengan soal penuntutan dendam sakit hatimu?"
"Masih ada empat orang lagi yang terkuat."
"Siapa itu?"
"Si iblis rambut merah si Siluman tengkorak. Liat- yang Lokoay dan Giok- bin Giam-po." Ketika
Yo Cie Cong menyebutkan Giok- bin Giam-po Badannya orang berkedok kain merah itu mendadak
terlihat tergoncang. tetapi agaknya Yo Cie Cong tidak perhatikan perubahannya orang itu, masih
tetap melanjutkan penuturannya
"Diantara mereka berempat, hanya si Siluman tengkorak yang sudah pernah bergebrak dengan
boanpwee, begitu juga dengan Liat-yang Lokoay. sedang si iblis rambut merah dan Giok- bin
Giam-po, masih belum ketahuan jejaknya. cuma, mengenai dirinya Giok- bin Giam-po, Phoa Cit
Kow itu, menurut apa yang boanpwee telah selidiki, dia kiranya sedang bersembunyi diatas
puncak gunung, apa yang dinamakan Pit-koan- hong, tetapi hal ini belum dapat dibuktikan benar
tidaknya."
"Apa? Anak. Giok- bin Giam-po sembunyikan diri diatas puncak gunung Pit-koan- hong ?"
"Ya. tidak perduli apa yang akan terjadi. boanpwee telah bersumpah bahwa empat iblis itu,
satu persatu harus binasa diujung Golok Maut"
Hatinya orang berkedok kain merah saat iiu dirasakan bagai ter-iris2 pisau tajam. oleh karena
wajahnya tertutup kedok kain merah, Yo Cie Cong tidak dapat melihat perubahan apa yang terjadi
pada wajahnya orang itu. Pikirannya orang aneh itu kembali kepada Batu tanda yang ada
ditubuhnya Yo Cie Cong, maka ia lalu berkata pada dirinya sendiri: "Liong kuat. ooo, dosa Biarlah
kuberitahukan padanya. Ah Tidak, tidak Aih Anak yang patut dikasihani."

Yo Cie Cong ketika mengetahui orang itu lama tidak bersuara, lantas mengalihkan
pembicaraannya kelain jurusan-
"Benda wasiat ouw bok-Po-lok Cin-kuat yang dibawa oleh nona Tio telah dirampas oleh si
Siluman Tengkorak. Mengenai jejaknya iblis itu, apakah loCianpwee, sudah dapat tahuu ?"
"Belum "
"Benda wasiat ouw bok-Po-lok Cin-kuat itu sebetulnya adalah barang peninggalan dari
perguruan boanpwee. maka boanpwee harus mendapatkannya kembali."
"Anak, hal ini sudah lama aku tahu. Aku sudah mengutus dua belas anak buahku untuk mencari
jejaknya iblis itu. jikalau mereka bisa dapatkan benda itu kembali nanti akan kuberikan padamu."
"Terima kasih atas perhatian loCianpwee, boanpwee setelah bertempur dengan Kaucu dari Immo-
kauw, telah merasa masih mempunyai banyak kekurangan- Baru ini, ketika boanpwee
membinasakan itu Manusia jelek nomor satu Ang Kut Tan, boanpwee dengan menggunanakan
tenaga sepenuhnya, hampir saja tidak berhasil mencapai maksudnya, maka boanpwee sangat
ingin melatih ilmu silat yang tertera didaLam potongan benda wasiat itu. Bukan saja untuk
membasmi semua musuh2 suhu., tetapi juga hendak menepati pesan pada saat hendak menutup
mata."
"Ilmu silat yang tertera dalam ouw-bok-Po-lok Cin-kuat itu, sangat dalam sekali maknanya,
anak. meskipun kecerdasan melebihi dari manusia biasa, tetapi dalam waktu singkat barangkali
juga sudah mengerti apa yang diartikan dalam tulisan itu."
Terhadap orang berkedok kain merah ini. Yo Cie Cong yang sudah mempunyai kesan baik yang
dalam sekali. Ia merasa, apabila ia hendak membohongi orang ini. sesungguhnya akan merupakan
perbuatan dosa saja, maka dengan tidak ragu2 lagi ia lantas berkata:
"Boanpwe dapat memahami."
"Bagaimana kau dapat memahaminya?"
"karena pada boanpwee, masih ada sepotong yang lain dari benda wasiat itu, potongan itu
dinamakan ouw-bok-Pok-lok Cin- kuat."
"oooo. pantas saja, jika cuma menggunakan sepotong saja tidak ada seorang pun juga yang
bisa mengerti apa isinya, Tetapi jika kedua benda itu disatukan. ilmu silat yang tertulis diatasnya
apabila sudah kau dapat mengerti seluruhnya, itu berarti bahwa kepandaianmu akan dapat
kemajuan setingkat lebih tinggi lagi. Didalam rimba persilatan. barangkali benar2 sukar
menemukan tandingan-"
"tujuan boanpwee memperdalam ilmu silat itu, terutama karena boanpwee hendak sendiri
selesaikan tugas yang dibebankan atas pundak boanpwee oleh suhu, boanpwee hendak
membasmi habis semua musuh2 Kam-lo-pang dan kedua ialah, hendak menggunakan itu untuk
merantau didunia Kang-ouw sambil mencari tahu asal-usul diri boanpwee...."
Hatinya orang berkedok kain merah itu kembali tergetar. semua peristiwa yang mengenaskan
dimasa silamnya membuat ia harus mengarungi lautan hidup dalam alam duka hampa. Ia merasa
kalau ia sendiri adalah seorang yang susah dapat keampunan. Dulu, oleh karena kesalahan
bertindak telah membuat ia menderita seumur hidupnya. Tetapi disamping itu. ia juga turut
mencelakakan dirinya orang lain yang sama sekali tidak berdosa.
Selama beberapa tahun ia mengharap- harap munculnya suatu keajaiban. Ia sudah berkelana
didunia Kang-ouw, mengembara disemua tempat untuk mencari2 keajaiban itu.
Dan sekarang. Tuhan rupanya telah mengabulkan permintaannya. Keajaiban itu telah muncul.
Tetapi, ia sendiri tidak berani menghadapi kenyataan- Ia sendiri mandah memikul semua
penderitaan hidupnya.
Ia tidak tahu, itu karena salahnya sendiri ataukah Tuhan yang sudah mengatur semua kejadian
yang menimpa dirinya.
Dengan hati pilu matanya mengawasi wajahnya Yo Cie Cong iang tampan cakap tetapi asam
kecut itu, hatinya dirasakan seperti di-iris2 sembilu.

Beberapa kali ia ingin membuka tabir mengenai dirinya Yo Cie Cong, tetapi selalu perkataannya
yang hendak dikeluarkan kandas ditenggorokannya. Ia takut kalau hal itu akan melukai hatinya,
mungkin juga akan merusak kebahagiaan seumur hidupnya.
Kekuatiran yang terbesar ialah apabila anak itu setelah mengetahui kejadian sebenarnya, nanti
akan membenci padanya untuk se-lama2nya, Tetapi apabila kejadian itu ditutup terus barangkali
nanti akan merupakan suatu tragedi yang sangat mengenaskan. Pikirannya memikirkan persoalan
ini pergi datang, ia masih tidak mempunyai ketabahan hati untuk mengucapkannya.
Yo Cie Cong setelah berdiam sekian lamanya tiba2 teringat pada suatu hal, maka lekas ia
menanyakan : "Cianpwee anda sangat luas pandangannya dan pengetahuannya. Bolehkah
boanpwee minta keterangan suatu hal?"
"Perkara apa? jikalau aku tahu, sudah pasti bisa memberitahukan padamu "
"boancwee ingin menanyakan seorang berkepandaian tinggi yang sudah menghilang dari dunia
Kang-ouw dua puluh lima tahun lamanya."
"siapa ?"
"Giok bin Khiam-khek Thian Hoa,"
Orang berkedok kain merah saat itu hampir saja jatuh pingsan karena kagetnya. Lama sekali
baru ia dapat menindas perasaannya yang bergolak hebat dan kemudian baru dapat menjawab^
"Apa perlunya kau menanyakan soal dia ?"
"Adakah Cianpwee tahu orang gagah dari rimba persilatan ini?"
"coba kau jelaskan dulu apa sebabnya kau minta keterangan tentang dirinya orang tersebut."
"Boanpwee pernah menerima baik permintaan seseorang yang boanpwee junjung tinggi dan
paling boanpwee hargai untuk melakukan suatu hal baginya." "siapa orangnya itu?"
"Thian-san Liong- lie Tho Hui Hong"
"Thian-san Liong-lie ?"^
Suaranya orang berkedok kain merah saat itu sudah agak gemetar. ia sudah mencoba menekan
suaranya se-rendah2nya, supaya jangan sampai terdengar oleh Yo Cie Cong.
oooo ooooo oooo
SETELAH hening sekian saat lamanya. orang berkedok kain merah itu lalu menanya pular "Apa
perlunya dia mencari Giok- bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa ?"
"Cinta kasihnya dia terhadap Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa sangat dalam sekali,
selamanya sepuluh tahun lebih lamanya dia terus berusaha untuk mencari kekasihnya itu. Menurut
keterangannya, wajah boanpwee mirip benar katanya dengan lelaki yang menjadi pujaannya itu."
orang berkedok kain merah itu hampir tidak sanggup lagi menahan perasaan hatinya, maka ia
tidak mampu menjawab perkataannya Yo Cie Cong.
"justru oleh karena wajah boanpwee mirip sekali dengan kekasihnya dimasa mudanya." berkata
pula Yo Cie Cong, "maka kesannnya terhadap boanpwee dalam sekali. Ber-kali2 ia telah ulur
tangan menolong diri boanpwee dari bahaya maut tanpa menghiraukan jiwanya sendiri oleh
karenanya, maka boanpwee telah berjanji padanya untuk mengurus soal tersebut."
"oo, kiranya begitu."
"Apakah Giok-bin Kiam-khek saat ini masih ada dalam dunia ?"
"Menurut dugaanku, mungkin ia sudah tidak ada diantara kita lagi. sekalipun ada, barangkali
dia sudah tidak sudi menemui orang2 dunia Kang-ouw lagi."
"Kenapa ?"
"Dia...dia...dia dahulu pernah melakukan suatu kesalahan. Kesalahannya itu sebetulnya tidak
disengaja, tetapi kemudian telah diketahuinya terjadinya kesalahan besar itu, maka dia merasa
tidak ada muka untuk tancap kaki lagi didunia Kang-ouw, mungkin itulah sebabnya dia menghilang
sampai saat ini."
"Kesalahan apa sebetulnya yang telah diperbuatnya itu?"
Orang berkedok itu kelihatan berpikir sejenak, kemudian baru menjawab sambil menghela
napas "Tentang ini, aku sendiri juga tidak tahu jelas."

"Giok bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa itu apakah muridnya leng Jie Hong, itu jago see-pak ?"
"Benar."
"jago see-gak itu ada mempunyai berapa orang murid ?"
"satu."
"Benarkah cuma satu orang?"
"ya, cuma seorang."
"Eh. Kalau begitu, tidak benar."
"Eee, anak, apa yang tidak benar?"
"Boanpwee pernah menyanggupi permintaan sepasang manusia aneh dari rimba persilatan,
yaitu si Pengail Linglung dan si Hweshio Gila untuk menepati janji mengadakan pertandingan
dengan muridnya jago see-gak Leng-Jie Hong itu sekarang Leng Jie Hong sudah mengeluarkan
undangannya. Katanya, sang murid itu sedang menantikan di gunung Hoa-san. Dengan nama dan
kedudukannya dia dimasa lampau, sudah tentu tidak berani membohong. tetapi, muridnya hanya
seorang saja jikalau mati hidupnya masih belum jelas. Disini bukankah terdapat suatu hal yang
aneh?"
Orang berkedok kain merah itu sama sekali tidak akan menyangka kalau persoalan itu telah
meningkat menjadi begitu aneh dan ruwet. Apa yang dikatakan olehnya, memanglah
sesungguhnya. Leng Jie Hong memang hanya mempunyai seorang murid. sungguh tidak
disangkanya, bahwa sepasang manusia aneh dari rimba persilatan justru memilih Yo Cie Cong
untuk mewakili mereka.
Maka untuk sesaat lamanya ia tidak tahu bagaimana harus menjawabi setelah memutar
otaknya sekian lama, barulah ia dapat membuka suara kembali.
"Menurut apa yang aku tahu, manusia ajaib dari rimba persilatan memang betul hanya
mempunyai seorang murid. Tetapi ada kemungkinan setelah murid satu2nya itu menghilang dia
telah menerima lain murid lagi."
"Ya, boanpwee juga menduga begitu. Dulu sepasang Manusia aneh dan Manusia ajaib itu telah
mengadakan pertemuan dipuncak gunung sin-lie-hong diatas gunung Bu-san untuk mengadakan
pertandingan ilmu silat. Mereka bertanding sampai tiga hari tiga malam lamanya, kesudahannya
hanya selisih setengah jurus sepasang manusia sudah itu sudah kalah oleh manusia ajaib dalam
rimba persilatan. Mereka lalu berjanji dua puluh tahun kemudian mengadakan pertemuan lagi
dipuncak gunung sin lie-hong. Tidak disangka, manusia ajaib itu tiba2 mendapat cacad karena
kemasukan pengaruh jahat selagi melatih ilmunya, Karena dia tahu benar tidak bisa menepati
janjinya, maka dia lantas mengabarkan kepada kedua manusia aneh bahwa perjanjian itu akan
dapat dilanjutkan oleh muridnya. Mengingat kedududukannya yang lebih tinggi, sepasang manusia
aneh itu sudah tentu tidak mau bertanding dengan muridnya si manusia ajaib...."
"Dengan demikian, maka sepasang manusia aneh itu kemudian lantas memilih kau untuk
mewakili mereka" sambung orang berkedok kain merah.
"Ya."
"Kau sudah sanggupi?"
"Mereka masing2 telah menurunkan semacam kepandaiannya yang istimewa pada boanpwee
dan oleh karena kedua locianpwee itu pernah melepas budi besar telah menolong jiwa boanpwee
serta memberi obat selagi boanpwee berada dalam bahaya. maka biar bagaimana boanpwee
merasa tidak bisa untuk tidak terima baik permintaan tersebut."
orang berkedok kain merah itu diam. Dalam hatinya sedang memikirkan suatu persoalan
penting.
Yo Cie Cong ketika melihat orang berkedok kain merah itu lama tidak bersuara, lalu menanya
pula dengan agak heran:
"Locianpwee, apakah dalam soal ini ada apanya yang kurang beres ?"
"Kurang beres sih tidak, dengan kekuatan dan kepandaian yang kau miliki sekarang ini Sudah
boleh digunakan untuk bertanding dengan muridnya manusia ajaib itu. Tetapi manusia ajaib itu
pernah dianggap sebagai seorang kuat nomor satu didalam rimba persilatan- dia toch sudah

menyuruh muridnya untuk mewakilinya menepati janji dengan sepasang manusia aneh, maka
muridnya itu tentunya juga mempunyai kepandaian yang sangat hebat. Untuk mempertahankan
namanya sebagai orang kuat nomor satu dalam rimba persilatan, pertandiagan itu dapatlah
dibayangkan tentunya akan hebat sekali."
"Boanpwee hanya mengandal kepandaian dan kekuatan yang sudah boanpwee punyai, sebisa2nya
mau melayani muridnya orang kuat itu. Menang atau kalah bagi boanpwe tidak ada soal
apa2."
"Anak, didalam rimba persilatan ada berapakah jumlahnya orang yang tidak mau menjunjung
tinggi namanya sendiri? sifat dan pikiranmu ini patut mendapat penghargaan. Tetapi jika sudah
sampai pada saatnya, mungkin kau tidak dapat mengendalikan dirimu sendiri"
"Apa yang cianpwee kuatirkan memang benar. Tetapi boanpwae yakin akan dapat
mempertahankan tujuan dan maksud boanpwee itu."
"8aik. Anak, siapa tahu setelah pertandingan itu nanti kau bisa mendapatkan dan menggantikan
manusia ajaib sebagai manusia kuat nomor satu didalam rimba persilatan."
"Bukan kesitu tujuan boanpwee."
" Kapan kau hendak berangkat untuk menepati janji itu?"
"Lam-tie dan pak-hong, kedua locianpwee suruh boanpwee pada lain bulan dimalaman terang
bulan supaya datang disuatu tempat yang bernama Bonggoat-peng digunung Hoa-san-"
"Ng."
Meskipun jawaban orang berkedok kain merah itu singkat saja, tetapi didalamnya sudah
terkandung maksud yang sangat dalam.
oleh karena Yo Cie Cong sangat menjunjung tinggi dan juga sangat menghormati orang yang
sangat misterius itu, maka beberapa kali perubahan suara dan sikapnya sedikitpun tidak mau
ambil perduli. jikalau Tidak, sedikit banyak ia sudah dapat merasakan adanya perubahan itu.
sampai pada saat itu, Yo Tne Cong masih belum lagi tahu asal usul dan namanya orang
berkedok kain merah yang sangat misterius sepak-terjangnya itu. Ia junjung dirinya orang aneh
itu sebagai locianpwee. jikalau ia tidak memberitahukan padanya sudah tentu ia tidak berani
membuka mulut untuk menanyakan namanya.
setiap kali Yo Cie Cong dalam keadaan bahaya, orang berkedok kain merah yang sangat aneh
itu selalu keluar perlihatkan diri, se-olah2 orang itu terus membayangi dirinya Yo Cie Cong.
Adakah itu satu kejadian yang kebetulan saja, ataukah memang dengan sengaja orang itu terus
membuntuti anak muda itu ?
Yo Cie Cong sudah tentu dapat merasakan hal Itu, tetapi ia tidak bertanya mengapa sebab
semua perbuatannya orang itu maksudnya baik
"Anak, apakah kau sudah punya rencana dalam usahamu itu?" tanya orang berkedok kain
merah yang sangat aneh itu.
"Yang penting pada dewasa ini, ialah menyelidiki dulu jejaknya si siluman Tengkorak Lui Bok
Hiong, Sebab bukan saja iblis itu salah satu musuh besarnya Kam-lo-pang, tetapi benda wasiat
ouw-bok Po-lok yang terjatuh dalam tangannya juga perlu segera diminta kembali. jikalau
boanpwee tidak bisa meyakinkan ilmu silat yang lebih tinggi lagi, rasanya untuk menghadapi
musuh kuat dikemudian hari barangkali akan menemukan kesulitan, sebab sejak boanpwee
bertempur dengan Kauwcu Im-mo-kauw dan Manusia jelek nomor satu boanpwee sudah
merasakan belum cukup kekuatan untuk menghadapi musuh yang lebih kuat dari mereka. Dari sini
kegunung Hoa-san perjalanannya agak jauh. setengah bulan kemudian boanpwee pikir akan
berangkat kesana."
"Anak, baiklah. sampai kita bertemu dilain waktu. Mudah2an kau berhasil dalam usahamu"
orang berkedok kain merah itu setelah ucapkan perkataannya yang terakhir. lantas menghilang
dari hadapan matanya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong juga berbangkit, lama ia berdiri ter-mangu2, kemudian baru meninggalkam tempat
tersebut untuk melanjutkan perjalanannya.
oooooooo

Berita tentang pemilik Golok Maut Yo Cie Cong bertempur mati2an dengan Manusia jelek nomor
satu Ang Kut Tan dan ketua perkumpulan Pek-leng-hwee Cin Bie Nio. kepalanya sudah dipenggal
orang dalam pusat perkumpulan itu sendiri, telah menggemparkan dunia Kang-ouw.
Dua berita ini sangat cepat sekali tersiarnya.
Terutama mengenai perbuatan dan sepak terjangnya pemilik Golok Maut, hampir setiap hari.
setiap detik menjadi buah tutur orang dimana saja. Baik orang-orang Kang-ouw, maupun rakyat
jelata. Pemilik Golok Maut telah digambarkan sebagai satu dewa yang dianggap didalam dunia
Kang-ouw belum pernah ada orang yang mempunyai kepandaian yang demikian tinggi dan
hebatnya. Tetapi orang2 yang pernah melihat wajah aslinya Yo Cie Cong, jumlahnya hanya sedikit
sekali.
Pada suatu tengah hari.....
Yo Cie Cong baru saja keluar dari sebuah kota kecil. Mungkin karena merasa bergembira ia
sudah minum arak agak banyak dari biasanya, sehingga wajahnya yang putih bersih kelihatan kemerah2ansetelah
meninggalkan kedai minuman, ia berjalan per-lahan2 dijalan raja yang menuju ke sansee.
Hari itu udara terang, Angin mengheambus sepoi2.
Yo Cie Cong yang habis minum, tertiup angin sepoi2 merasakan badannya menjadi lebih segar.
Ia berjalan seorang diri, dengan tidak terasa hari sudah mulai sore suara burung berkicau yang
lagi pulang kembali kesarangnya, telah menyadarkan pada Yo Cie Cong bahwa saat itu sudah
menjelang magrib.
Ia ketawa geli sendiri sebab dengan tidak disadarnya tahu2 ia sudah berjalan memasuki daerah
pegunungan.
Didaerah pegunungan itu, jangan kata rumah, sedangkan orang yang berjalan pun tidak ada
yang kelihatan barang seorang.
Maka dalam hatinya lantas berpikir: " Untuk bermalam pada malam ini, barangkali masih tidak
bisa, karena disini memerlukan perjalanan yang sangat jauh." , oleh karena berpikir demikian,
maka ia hendak mempercepat perjalanannya,
Tiba pada saat itu dari jurusan depan telah ber-lari2an beberapa puluh bayangan orang, orang2
itu ber-macam2 bentuknya dengan ber-macam2 pula coraknya, ada padri. ada imam, ada juga
orang biasa. Dan yang terdepan, rupanya adalah seorang hweshio tua.
orang2 itu setelah berjalan semakin dekat, dapat dilihat oleh Yo Cie Cong bahwa orang yang
berjalan paling depan memang benar adalah seorang hweshio tua yang usianya kurang lebih
enam puluh tahun. Dibelakangnya diikuti oleh delapan atau sembilan orang.
Dari gerak badan dan kaki mereka, rupa2nya masing2 ada mempunyai kepandaian ilmu silat
yang cukup berarti.
Rombongan orang itu ketika melihat didepannya ada seorang orang muda cakap dengan
sikapnya yang kaku dingin berdiri ditengah jalan, semua lantas pada berhenti dan mengawasi
wajahnya itu dari atas sampai kebawah lalu dari bawah kembali keatas lagi.
Yo Cie Cong masih tetap berdiri tanpa bergerak. Seolah2 satu patung ia mengawasi tingkah
lakunya orang itu.
Hweshio tua itu yang rupanya bertindak selaku pemimpin rombongan. setelah menyebut nama
Buddha, lantas menanya Yo Cie Cong sambil mengangkat satu tangannya memberi hormat.
"sicu menghalang ditengah jalan ini memang disengaja atau tidak ?".
"Bagaimana kalau disengaja dan bagaimana kalau tidak?" balas ditanya Yo Cie Cong sambil
ketawa dingin.
"jikalau sicu sengaja, harap jelaskan maksudnya. Tetapi jikalau tidak, lolap sekalian sudah tentu
tidak mau menarik panjang urusan ini."
"Ee, aneh Diatas jalan raja, siapa saja toch boleh jalan sesukanya ?"

"Tetapi sicu menghalang ditengah jalan."
"Apa kalian tidak bisa jalan dipinggir? jalanan ini toch tidak sempit bukan?"
sembilan orang yang berada dibelakangnya hweshio tua itu, semuanya sudah memperlihatkan
sikap gusar. sungguh tidak mereka sangka, pemuda yang wajahnya cakap ini sikapnya bicaranya
ketus dan sombong. Benar2 seperti tidak tahu berapa tingginya langit dan berapa tebalnya bumi.
Hweshio tua itu juga wajahnya sudah agak berubah. tapi berkata pula dengan sikapnya yang
masih tetap lunak:
"sicu kalau memangnya tidak sengaja, silahkan jalan. Lolap masih ada urusan penting."
"Aku tidak kata kalau aku tidak sengaja."
" Kalau begitu sicu rupanya memang mau mencari setori?"
"Aku juga tidak mengatakan aku berbuat sengaja."
"Apa maksud sicu sebetulnya? Coba tolong jelaskan."
"Aku cuma ingin tahu maksud tujuan Taysu sekalian."
Diantara orang2 itu ada yang menggeram. mengeluarkan suara gusar tetapi hweshio tua itu
sudah ulapkan tangannya dan berkata pula pada Yo Cie Cong:
"Lolap adalah Pek-tie dari Siauw-lim-sie. Dan yang lainnya ini adalah kawan2 dari lima partai
besar"
Benar diluar dugaan Yo Cie Cong, serombongan orang2 ini kiranya adalah orang kuat dari
partai besar yang diutus oleh masing2 partainya. dan hweshio tua yang bertindak selaku kepala
rombongan itu, ternyata adalah Pek Tie siansu, murid pilihan dari gereja siauw-lim-sie generasi
ketiga puluhan. seketika itu ia lantas berkata pula:
"Lima partai besar telah mengutus orang2nya yang terkuat terjun kedunia Kang-ouw ini
sesungguhnya merupakan suatu kejadian besar. Bolehkah kiranya Taysu memberitahukan maksud
perjalanan ini?"
Pek Tie siansu rupanya agak mendongkol juga. selagi hendak buka mulut, dari belakangnya
tiba tampil kemuka seorang imam setengah tua dengan jubahnya yang berwarna abu dan
menyoreng pedang panjang dipinggangnya. Ia berdiri disamping Pek Tie siansu seraya berkata:
"Siansu,...."
Pek Tie siansu berpaling, kemudian menanya: "Ceng Yang toheng ingin bicara apa?"
Imam setengah tua itu ternyata adalah Ceng Yang Tojin, dengan matanya tajam ia mengawasi
Yo Cie Cong lagi sejenak. lalu berbisik ditelinganya Pek Tie siansu.
Wajahnya hweshio tua itu mengunjuk perasaan sangsi dan tidak enak. Ia mundur satu tindak.
matanya yang tajam menatap wajahnya Yo Cie Cong. Lama baru berkata lagi^ "Mohon tanya
nama sicu yang mulia."
Yo Cie Cong orangnya sungguh cerdik. Begitu melihat orang berbisik, ia sudah dapat menebak
beberapa bagian maka dengan tidak ragu2 lagi ia segera menjawab: "Aku yang rendah bernama
Yo Cie Cong."
Perkataan itu baru saja keluar dari mulutnya Yo Cie Cong, diantara orang2 dari rombongan Pek
Tie siansu itu sudah ada yang berseru:
"Pemilik Golok Maut"
Berbareng dengan suara tadi. diwajahnya orang2 dari lima partai besar itu lantas menunjukkan
sikap yang luar biasa. Ada yang merasa kaget, ada yang merasa gusar, takut. heran dan lain2
perasaan lagi.
Pek Tie siansu setelah menenangkan pikirannya dan menyebut nama buddha, lalu berkata pula:
"Benarkah sicu ini adalah pemilik Golok Maut ?"
"Benar. ini adalah aku yang rendah sendiri, Kedatangan Taysu sekalian ini hanya khusus untuk
mencari aku yang rendah? Ha, ha,.... Hampir saja kesempatan itu lewat begitu saja."
orang2 dari lima partai besar itu mendengar kata2 Yo Cie Cong pada berubah semua wajahnya,

Pek Tie siansu. yang berlaku sebagai kepala rombongan lantas menyahut: "Lolap sebagai murid
Buddha tidak perlu omong bohong. Memang sebetulnya perjalanan kami adalah hendak mencari
sicu "
"Entah apa maksudnya Taysu sekalian hendak mencari aku yang rendah?"
"Mengingat bahwa tindakan sicu ada terlalu telengas dan dikuatirkan nanti akan membuat
penumpahan darah yang tidak habis-habisnya didalam rimba persilatan, maka lima ketua dari lima
partai besar demi kepentingan dunia Kang-ouw, lalu berunding dan kemudian mengambil
keputusan untuk mengutus lolap sekalian sepuluh orang untuk mencari jejaknya sicu...."
"Hendak berbuat apa terhadap aku yang rendah ini ?"
"Pertama, ingin mendapat keterangan yang sebenarnya dan kedua menasehatkan sicu supaya
suka menghentikan perbuatan sicu itu."
"Hal itu tidak mungkin."
JAWABAN yang tegas itu telah membuat Pek Tie siansu tercengang, Begitu juga halnya dengan
sembilan kawan2nya yang lain. Dengan demikian, suasananya kelihatan mulai tegang. "Adakah
sicu tidak pikir masak2 ?"
"Tidak usah dipikir lagi. Aku merdeka berbuat apa yang aku ingin perbuat, karena perbuatanku
itu menyangkut urusan pribadiku sendiri."
"Apa yang sicu maksudkan dengan urusan pribadi itu?"
"Dulu Kam-lo-pang ketika mendirikan pusatnya dibukit Bu-leng-san, telah diserang secara tiba2
oleh beberapa puluh orang2 kuat dari golongan hitam dan golongan putih. Dalam waktu
semalaman orang2 Kam-lo-pang terdiri dari ketuanya sampai pada anak buahnya yang seluruhnya
berjumlah dua ratus orang lebih, tidak ada satu yang diberi hidup, Bangkai maausia ber-timbun2
dipusat perkumpulan Kam-lo-pang, darah mengalir laksana air sungai. Peristiwa berdarah ini
apakah belum pernah Taysu dengar?"
Ketika Yo Cie Cong menuturkan peristiwa yang mengenaskan itu sorot matanya kelihatan
beringas, dalam hatinya penuh rasa gusar.
Pek Tie siansu tundukkan kepalanya. Kembali ia menyebut nama Buddha, kemudian berkata
kepada Yo Cie Cong: "Mengenai peristiwa berdarah ini, Lolap pernah dengar orang cerita.
Munculnya sicu didunia Kang-ouw, jadi untuk menagih hutang jiwanya saudara2 dari Kam-lo-pang.
oMieToHud Balas membalas, entah sampai kapan habisnya....?"
"Taytu tidak perlu pusingkan soal sebab dan akibat dari kalangan Buddha. Perbuatan yang
kulakukan pada dewasa ini justru adalah akibat dari perbuatan orang2 jahat itu sendiri pada tahun
lalu."
"Sicu hendak menuntut balas. Memang kami tidak akan sesalkan- Akan tetapi...."
"Taysu sudah anggap bahwa perbuatan penuntutan balas memang tidak akan disesalkan
apakah masih menyuruh aku meletakkan senjata jangan melanjutkan usahaku itu lagi?" Cie Cong
memotong.
"o Mi To Hud sicu hendak menagih hutang darah terhadap orang2 yang dulu berbuat dosa
terhadap perguruan sicu, sudah tentu tidak patut dibatalkan. Tapi melakukan pembunuhan jiwa
terhadap orang yang tidak berdosa sehingga banjir darah dirimba persilatan, ini agaknya kami
tidak dapat membenarkan"
"Tuduhan Taysu ini terlalu berat."
"Di Cit-lie-pang sicu telah melakukan perbunuhan secara besar2an, kemudian perbuatan itu
diulangi lagi terhadap orang2nya Cie-in-pang. Apakah itu bukan suatu perbuatan membasmi jiwa
orang secara sembarangan? Apakah setiap jiwa orang yang sicu binasakan itu semua ada
bermusuhan dengan Kam-lo-pang?"
"Itu adalah mereka sendiri yang memaksa aku berlaku demikian. Mereka tidak mengukur
kekuatan diri sendiri dan mengangaap dengan cara mengeroyok bisa menggagalkaa usahaku.
Bukan cuma itu saja, mereka bahkan mengingini jiwaku. Maka apabila aku tidak melawan dan
tidak membinasakan mereka, tentunya aku sendiri yang akan menggeletak sebagai bangkai. Maka
dalam hal ini sebetulnya mereka sendiri yang mencari kematian "

"Perkataan sicu ini masih belum cukup dibuat alasan untuk membela diri"
Yo Cie Cong mulai naik darah. ia tidak mau banyak bicara lagi, dengan gusar ia lantas berkata:
"Kalau begitu Taysu hari ini hendak berbuat apa terhadap diriku?"
"Untuk bertindak masih belum perlu, tapi selanjutnya jika sicu masih sembarangan melakukan
pembunuhan seperti yang sudah2?, lolap sekalian terpaksa tidak bisa tinggal peluk tangan-"
"Bagaimana ?"
"Untuk kepentingan rimba persilatan, terpaksa berlaku kurang sopan terhadap sicu "
"Bagaimana caranya berlaku tidak sopan tarhadap diriku "
"Menyingkirkan bahaya besar bagi rimba persilatan "
"Hahahaha."
Yo Cie Cong tertawa bergelak-gelak sambil dongakan kepalanya. suara ketawanya itu ada
begitu seram kedengarannya, agaknya dengan cara begitu ia hendak melampiaskan ke
mendongkolan dalam hatinya.
orang2 dari lima partai besar sampai merasa tergetar hatinya oleh suara ketawanya itu
"sicu tidak boleh berbuat menuruti kehendak hati sendiri "
" Ku-ulangi sekali lagi ucapanku tadi, soal ini adalah persoalanku sendiri, tidak ada seorang pun
yang boleh merintangi tindakanku hendak menuntut balas sakit hati ini"
"Lima partai besar tidak bisa tinggal diam?" Pek Tie siansi kata tegas. Perkataan Pek Tie siansu
itu mengandung ancaman.
"Haha Lima partai besar, aku tidak biasa mandah begitu saja terhadap segala ancaman"
"Sicu jangan menyesal"
"Menyesal? Haha jikalau lima partai besar masih tetap tidak bisa membedakan warna hitam
dengan warna putih dan tetap hendak mencampuri urusanku ini, buat aku tidak berarti apa2. Tapi
semua akibatnya harus menjadi tanggung jawabnya lima partai besar sendiri Begitu saja
keteranganku "
orang2 dari 5 partai besar itu pada merasa tersinggung kewibawaannya, masing2 sudah siap
sedia hendak melakukan pertempuran hebat. Mereka agaknya sengaja hendak mengunjuk
kewibawaannya dari orang2 yang dinamakan partai besar.
Pek Tie siansu dengan alis berdiri lantas berkata dengan suara berat: "Maksud sicu sudah
berkeputusan hendak berbuat demikian ?"
"Benar. Taysu sekalian boleh turun tangan, aku akan melayani setiap serangan"
Ceng Yang Tojin dari Bu-tong-pay yang per-tama2 melesat keluar, dari rombongannya, ia
lantas berkata dengan suara bengis:
"Kau masih muda, tapi besar sekali napsumu untuk melakukan pembunuhan. Kau sudah tidak
mau dengar nasehat orang, malah tidak memandang mata kepada orang lain. Hari ini biarlah kau
tahu rasa sedikit"
"Totiang berani omong besar, tentunya mempunyai kepandaian yang cukup berarti. Maka aku
ingin belajar kenal dengan kepandaian Totiang, cuma kuperlu jelaskan lebih dulu, kaki dan
kepalan itu tidak ada matanya, jika aku kesalahan tangan harap Totiang jangan gusar. Aku yang
rendah ini sebetulnya tidak bermaksud hendak bermusuhan dengan lima partay besar, tapi
kejadian sudah terlanjur begini rupa, terpaksa aku harus melayani kehendak Totiang sekalian, hal
ini kiranya Totiang juga sudah tahu sendiri"
"Kau benar2 terlalu jumawa "
Dalam gusarnya, Ceng Yang Tojin lantas bergerak dan melancarkan satu serangan tangan
kosong tangan kosong yang hebat.
Yo Cie Cong kerahkan tujuh bagian kekuatan tenaganya ditangan kanan, menyambuti serangan
tersebut.
Ketika kedua kekuatan tangan itu saling beradu, badannya Yo Cie Cong nampak tergoncang
sebentar. tapi Ceng Yang Tojin sudah dibuat terpental sampai mundur satu tombak, baju jubahnya
yang gerombongan juga sampai berterbangan.

Ceng Yang Tojin adalah satu orang terkuat dari golongan Bu-tong-pay, kini ternyata sudah
dibikin terpental oleh lawannya hanya dalam waktu segebrakan saja. bahkan hal itu terjadi
dihadapannya orang2 kuat dari partay besar, sudah barang tentu kalau ia merasa sangat malu.
la lantas menggeram, kedua tangannya diangkat sampai batas dada, kemudian didorong
dengan kekuatan sepuluh bagian penuh.
Yo Cie Cong sambil mesem menyambut serangan tersebut dengan ilmunya Kan-goan Cin-cao,
tapi kekuatan tenaganya ditambah dua bagian.
Kembali terdengar nyaring suara benturan hebat dari kedua kekuatan tangan kedua pihak.
Kali ini keadaannya Ceng Yang Tojin lebih mengenaskan, topinya miring sampai hampir terlepas
dan badannya mundur ter-huyung2 sampai beberapa langkah sedang Yo Cie Cong sendiri merasa
sesak dadanya, badannya mundur setengah tindak.
orang2 kuat dari 5 partay besar yang menyaksikan kejadian tersebut Wajahnya pada berubah
seketika, sedang dalam hatinya lantas pada berpikir: "Pemilik Golok Maut ini benar2 bukan cuma
nama kosong belaka, kepandaiannya sungguh sukar dijajaki,"
Yo Cie Cong sebetulnya tidak ingin melukai lawannya. maka ia hanya menggunakan satu
tangan untuk melayani kedua tangannya Ceng Yang Tojin- walaupan demikian Ceng Yang Tojin
tocn masih tidak sanggup menyambuti. jika Yo Cie Cong menggunakan tenaga sepenuhnya,
sekalipun sepuluh Ceng Yang Tojin barangkali juga akan rubuh binasa ditangannya anak muda
luar biasa ini.
Ceng Yang Tojin setelah mengatur pernapasannya sebentar, tiba2 menghunus pedang
panjangnya, yang bersinar berkilauan kena tersorot matahari sore.
Ia buat diam sebentar pedang itu, getaran pedang menimbulkan hawa dingin sampai sejarak 2
tombak jauhnya,
Partai Bu-tong memang sangat terkenal dengan ilmu pedangnya boleh dibilang hampir merajai
dikalangan Kang-ouw.
Pek Tie Siansu lantas kerutkan alisnya dan berkata kepada Ceng Yang Tojin: "Toheng, jangan
sampai terjadi penumpahan darah"
Tapi Ceng Yang Tojin saat itu badannya sudah bergerak, ujung pedang sudah mengarah badan
Yo Cie Cong dengan sangat ganasnya.
Dalam hati Yo Cie Cong diam2 memaki dirinya imam yang tidak tahu diri itu.
Ia segera mengeluarkan ilmunya menggeser tubuh mengganti bayangan- dengan cepat sudah
menghilang dan menyingkir dari ancaman ujung pedangnya Ceng Yang Tojin, Kemudian ulur jari
tangannya, dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar belakang imam dari Bu-tong-pay itu.
oooo ooooooooo oooo
DALAM hal kekuatan tenaga dalam, sudah tentu ceng Yang Tojin bukan tandingan Yo Cie Cong
yang bertenaga sakti dan pengaruhnya mustika Gun-liong-kauw dan telur burung Rajawali
raksasa. Tapi dalam hal ilmu pedang, ia ada lebih mahir dan pada Yo Cie Cong. ilmu pedangnya
imam itu sesungguhnya tidak boleh dianggap enteng.
Ketika serangannya Ceng Yang Tojin tadi tidak mengenakan sasarannya, bahkan kehilangan
jejak lawannya, ia segera mengetahui kalau anak muda itu ternyata ada sangat lihay. Maka
seketika itu secepat kilat pula ia putar tubuhnya bersama-sama pedangnya.
Lima jari tangan Yo Cie Cong yang sudah akan menyentuh badan imam dari Bu-tong-pay itu,
mendadak menghadapi perubahan gerakan dari imam itu, bukan saja badannya si imam sudah
lolos dari bawah jari tangannya, bahkan ujung pedangnya sudah balas menyerang dengan hebat
jikalau Yo Cie Cong meneruskan serangannya dengan jari tangannya, Ceng Yang Tojin sudah
tentu tidak terluput dari bahaya tapi Yo Cie Cong sendiri sudah terluka oleh serangan balasannya
imam itu.
Tapi Yo Cie Cong bukan Yo Cie Cong kalau tidak mampu menyingkirkan diri dan ancamannya
imam Bu-tong-pay itu.

Dengan cepat ia tarik kembali serangannya, kemudian ia menggunakan pula ilmunya
menggeser tubuh menukar bayangan-, sebentar lagi sudah menghilang dan berada dibelakang
dirinya Ceng Yang Tojin lagi, sedang jari tangannya kembali diulur hendak menjambret punggung
imam itu.
Ceng Yang Tojin terpaksa harus memutar pedangnya untuk melindungi dirinya,
Gerakan Yo Cie Cong meski aneh luar biasa, tapi untuk sementara juga belum menjatuhkan
lawannya.
setelah sepuluh jurus lebih berlalu, gerakan serangan pedangnya Ceng Yang Tojin kelihatan
semakin hebat, mantap dan ganas. se-olah2 mengalirnya air sungai, tidak ter-putus2.
sedang sinar dan sambaran anginnya, membuat mata silau dan badan dingin-
Tapi gerak badannya Yo Cie Cong seolah-olah bayangan setan, sebentar kelihatan sebentar
menghilang. sa bentar ditimur sebentar di barat. Dan jika mendapat kesempatan ia lantas
malancarkan serangannya yang dahsjat.
Maka, ilmu pedangnya Ceng Yang Tojin meski sudah termasuk kelas wahid, Namun pada
akhirnya terpaksa banyak melakukan penjagaannya daripada melakukan serangan. Malah jika ia
sedikit lengah saja, segera diserbu oleh lawannya.
orang2 kuat yang menyaksikan pertempuran itu, dalam hati sudah mengerti bahwa dengan
tanpa turun tangan, hanya dengan gerak badan yang lincah dan aneh luar biasa itu Yo Cie cong
sudah cukup membikin lelah dirinya Ceng Yang Tojin-
Pada saat itu, dari rombongan itu mendadak muncul keluar seorang imam lagi dengan pedang
terhunus,
Yo Cie Cong dengan cepat mundur satu tombak. dan berkata dengaa sikapnya yang menghina:
"Apakah kalian hendak mengandalkan jumlah banyak untuk merebut kemenangan?"
Ceng Yang Tojin juga hentikan serangannya, hingga ketiga-tiganya pada berdiri merupakan
segi tiga.
Yo Cie Cong lalu berkata pula dengan suara pedas: "orang2 dari partai besar, cuma juga
mampu menggunakan cara keroyokan. Huh, kalau begitu. sebaiknya kalian semua maju berbareng
saja"
Ucapan Yo Cie Cong ini ada sangat pedas, se-olah2 tidak memandang mata sama sekali kepada
10 orang dari partai besar itu. Tidak heran kalau mereka itu pada merah padam wajahnya.
"Untuk mencegah jangan sampai rimba persilatan mengalami malapetaka, apa salahnya kalau
se-kali2 menggunakan cara pengeroyokan?" kata Ceng Yang Tojin dengan wajah merah.
"Totiang, perkataanmu ini benar juga. Nah, mari majulah." Yo Cie Cong menantang dengan
berani.
sesaat kemudian, dua bilah pedang panjang secepat kilat sudah menyambar kearahnya dari
dua jurusan.
Dalam hati Yo Cie Cong lantas berpikir: "orang2 ini jika tidak dikasih sedikit hajaran, mereka
benar2 belum tahu sampai dimana lihaynya pemilik Golok Maut".
setelah itu, kedua tangannya lalu digerakan berbareng, dengan ilmunya Kan-goan Cin-cao ia
menyerang kearah dua lawannya,
serangan dua pedang dari kedua orang imam itu telah dibikin mandek oleh kekuatan tenaga
Kan-goan Cin-cao, bahkan hampir terlepas dari tangannya. sedangkan orangnya sendiri juga
lantas terpental mundur sampai satu tombak jauhnya.
setelah menyaksikan Ceng Yang Tojin berdua terpental mundur sedemikian jauhnya. Pek Tie
siansu lalu maju menghampiri Yo Cie Cong seraya berkata: " Kekuatan sicu memang benar2
hebat. Lolap mau juga coba2 beberapa jurus."
"Aku yang rendah juga sangat mengharap bisa mencoba ilmu silat siao-lim-pai. silahkan Taysu
turun tangan"
Pek Tie siansu mundur setengah tindak. Kedua tangannya mendadak mendorong keluar. Suatu
kekuatan yang dibarengi sambaran anginnya yang sangat hebat menggulung kearah Yo Cie Cong.

Pemilik Golok Maut masih tetap dengan sebelah tangannya menyambuti serangan lawan
dengan menggunakan ilmunya Kan-goan Cin-cao. setelah dua kekuatan saling beradu, masing2
mundur satu tindak.
Pek Tie Siansu yang menyerang dengan kedua tangannya berbareng, melihat hanya disambuti
oleh Yo Cie Cong dengan sebelah tangan saja, dan kesudahannya terjadi seri, maka dalam hatinya
diam2 juga terperanjat. Ia menggeser mundur kakinya setengah tindak lagi, dua tangannya
diangkat perlahan-lahan. Wajahnya memperlihatkan sikap tegangnya.
Yo Cie Cong tahu bahwa hweshio ini tentunya akan melakukan serangannya yang lebih dahsyat
lagi, maka ia juga memusatkan semua kakuatan dan perhatiannya, diam2 ia juga telah
mengeluarkan ilmunya Liang-kek Cin-goan pada sebelah tangan lainnya, tetapi di wajahnya masih
kelihatan tenang2 saja.
Kedua tangannya Pek Tie siansu ketika diturunkan sampai sebatas dada, wajahnya tiba-tiba
menunjukkan suatu perubaban yang sangat luar biasa. Wajahnya itu kelihatan merah seperti anak
bayi yang baru lahir, sedangkan kedua matanya memancarkan sinarnya yang amat kejam.
Ini adalah ilmu Pan-giok sin-kang diam-dalam hati Yo Cie Cong berkata:
sekarang dalam alam hatinya ia juga. merasakan tegang. sebab ragu-ragu ilmunya Liang-kek
Cin-goan dan Kan-goan Cin-cao dapatkah menandingi kekuatannya ilmu silat dari golongan
Buddha yang paling tinggi itu ?
sembilan orang kuat yang lainnya. dengan mata dibuka lebar2 menyaksikan kedua orang kuat
yang sedang mengadu ilmunya yang sangat hebat itu.
Jikalau ilmunya Pan-giok sin-kang dari Pak Tie siansu masih belum dapat menandingi ilmunya
pemilik Golok Maut itu, maka hal Itu, kecuali mundur secara teratur, sudah tidak ada jalan lain
lagi.
Pek Tie siansu tiba-tiba melancarkan serangannya.
Ilmu silat dari golongan Buddha itu benar2 lain daripada yang lain- Ketika kedua tangannya
baru mendorong keluar, kekuatan sudah meluncur keluar sampai mencapai tempat sejauh tiga
tombak lebih. Kekuatan yang luar biasa hebatnya itu telah menerjang Yo Cie Cong.
Dengan perasaan agak kuatir Yo Tie Cong jugg mendorong dengan kedua tangannya. Pada
saat itu dari kedua tangannya lalu mengeluarkan uap merah bercampur putih.
semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut, hampir saja pada berteriak karena herannya
mereka.
Ilmu Liang- kek Cin-goan dapat berobah lunak jika menemukan lawan keras dan dapat menjadi
keras jka bertemu lawan lunak. Meski diluaran kekuatan itu tidak begitu kelihatan tetapi kekuatan
sesungguhnya yang tersembunyi, sangatlah hebat sekali.
Demikian, ketika kedua macam kekuatan itu saling beradu terjadilah satu peristiwa yang sangat
ganjil.
serangan hebat yang keluar dari tangannya Pek Tie siansu ketika membentur ilmunya si pemilik
Golok Maut, hanya perdengarkan suara benturan yang lembut, sedang serangan itu dirasakan oleh
si penyerang se-olah2 masuk kedalam lautan dan lantas lenyap tanpa bekas.
orang2 kuat dari lima partai itu semuanya lantas beruhah pUcat wajahnya, mereka pada
berseru kaget.
Pek Tie siansu kelihatan pucat pasi wajahnya, kemudian tiba2 tuhuhnya terjatuh duduk ditanah.
Diantara suara jeritan ketakutan, orang2 dari berbagai partai lantas memburu kearah Pek Tie
siansu "Taysu, apakah kau terluka ?"^
"Taysu, kejadian sudah jadi begini rupa. terpaksa kita harus turun tangan berbareng."
Demikianlah orang2 dari lima partai besar itu pada menyatakan pikirannya. Mata
mereka semua ditujukan kearah Yo Cie Cong, agaknya tengah mengikuti segala gerak-geriknya
anak muda itu.

jikalau benar sembilan orang kuat dari lima partai besar itu turun tangan serentak menghadapi
Yo Cie Cong, tentu ia terpaksa turun tangan benar2 dengan tidak mengindahkan segala
perikemanusiaan lagi.
suasana mendadak berubah menjadi tegang. Pertempuran hebat agaknya sudah tidak dapat
dihindarkan lagi.
Yo Cie Cong tetap berdiri tegak dengan angkernya. Dengan wajah ketus dingin dan sorot mata
bersinar tajam ia menghadapi semua apa yang akan terjadi. Ia sudah pikir masak2 hendak
memberi hajaran yang telak pada orang2 yang menganggap dirinya sebagai orang dari golongan
baik2 dan dari partai besar dalam kalangan Kang-ouw.
Dalam saat yang sangat tegang itu tiba2 terdengar suaranya Pek Tie siansu: "Tuan2 silahkan
mundur dulu. jangan berbuat sembarangan."
semua orang ketika mendengar keputusan Pek Tie siansu itu, tidak ada seorang pun juga yang
tidak terkejut. Mereka dapat lihat Pek Tie siansu sudah bangun kembali dan kemudian dengan
menggoyang-goyangkan kedua tangannya ia mencegah supaya orang-orang itu jangan berlaku
secara gegabah.
Padri dari siao-lim-sie tahu benar dirinya ada memiliki kekuatan jauh lebih tinggi daripada
semua orang kuat yang ada disana. Tadi, ketika mengadu kekuatan ilmu dengan Yo Cie Cong,
bukan saja ilmunya sendiri sudah tidak mampu memunahkan kekuatan lawannya, bahkan sisa dari
kekuatan Liang- kek Cin-goan Yo Cie Cong masih dapat menyerang kearah dirinya dengan cukup
hebat, hingga ia terjatuh duduk.
Dan sekarang ia melihat bahwa orang2 dari lima partai besar yang turut bersamanya ini, akan
menyerbu Yo Cie Cong dengan tidak pikirkan resikonya lebih dulu, maka ia cepat mencegah
jangan berlaku sembarangan- sebab jika sampai benar terjadi pertumpahan darah hebat tentunya
tak dapat dielakkan lagi.
Ia sudah tahu pasti, orang-orang yang mengikutinya ini semuanya masih belum mampu
menandingi kekuatan Yo Cie Cong. Ia dengan kawannya hanya ditugaskan untuk menyelidiki
perbuatan kejam dari si Pemilik Golok Maut yang sebenarnya, tapi tidak mendapat perintah untuk
menangkap atau membinasakan anak muda itu, maka untuk apa mereka harus menerjang bahaya
?
orang2 dari lima partai tadi sebetulnya juga karena terdorong oleh perasaan gusarnya melihat
Pek Tie siansu terluka, maka dengan tidak memikirkan apa akibatnya mereka lantas hendak turun
tangan berbareng untuk menghadapi Yo Cie Cong.
Tetapi kini, setelah dicegah oleh Pek Tie siansu, barulah mereka tersadar,
sekalipun dengan kekuatan sembilan orang, rasanya akan percuma saja, Mereka masing2
sudah tahu sendiri, bahwa biar bagaimanapun mereka tidak mampu menghadapi anak muda itu,
maka jika mereka- berlaku gegabah, salah2 bisa menghantarkan jiwa dengan percuma. Tanpa
banyak bicara lagi mereka semua lantas mundur.
Tidak kecewa Pek Tie siansu sebagai murid golongan Buddha yang beribadat tinggi. ia memiliki
ketenangan dan kesabaran luar biasa. saat itu ia lantas maju dan menghampiri Yo Cie Cong seraya
berkata:
"Kekuatan sicu betul2 luar biasa. Lolap sekalian sudah tahu tidak mampu menandingi kekuatan
sicu. tetapi biar bagaimana lolap tetap masih mengharap dan mohon supaya sicu jangan berbuat
terlalu menurut kemauan hati, sehingga dapat menerbitkan bencana besar. Lolap sekalian
sekarang hendak kembali ke-masing2 tempat untuk melaporkan pada Ciang-bunjin masing-2,"
Karena Pek Tie siansu sudah mengaku kalah dan kelakuannya hweshio itu yang bersifat
kesatria itu ada demikian sopan santun, perasaannya Yo Cie Cong menjadi tertarik dan ia lantas
menjawab dengan suara lunak:
"Perkataan Taysu sudah tentu aku akan perhatikan betul2. Tetapi aku yang rendah juga hendak
mohon bantuan Taysu, tolong urusanku menuntut balas ini dijelaskan supaya partai kalian dapat
memahami duduknya urusan, jangan beranggapan keliru dan jangan sembarangan campur
tangan-"

Pek Tie siansu dengan sorot mata lesu mengawasi lagi Yo Cie Cong sejenak. lalu mengibaskan
lengan jubahnya dan rombongan orang2 itu lantas berlalu meninggalkan Yo Cie Cong.
setelah mereka sudah pergi jauh, barulah Yo Cie Cong dapat menghelah napas panjang2 baru
saja ia hendak melanjutkan perjalanannya itu dari bukit sebelah kiri tiba2 terdengar dua kali suara
jeritan ngeri.
Yo Cie Cong menjadi terkejut. Ia coba pasang telinga, tetapi keadaan kembali sunyi. Didalam
hatinya menanya: "Aneh Didalam hutan belukar ini bagaimana bisa terdengar suara jeritan orang."
Pada saat itu, matahari sudah silam kebarat. Keadaan mulai gelap, Dua deretan bukit yang ada
disepanjang jalan raja kelihatannya seperti singa yang mendekam sedangkan angin gunung yang
meniup kencang membuat wajahnya Yo Cie Cong dirasakan dingin-
Yo Cie Cong berdiri menjublek sekian lamanya, ia mengharap dapat menemukan apa. Tetapi
kecuali dua kali suara jeritan tadi sudah tidak terdengar suara apa2 lagi. Namun ia tahu benar
bahwa pendengarannya tadi tidaklah salah.
Mungkin didalam hutan belukar ini saat itu sedang terjadi suatu peristiwa yang mengerikan-
Perasaan heran dan hati mulianya telah mendorong Yo Cie Cong untuk pergi menyelidiki suara
tadi. Ia lantas gerakan kakinya menuju keatas bukit dimana datangnya suara jeritan suara tadi.
setelah berada diatas bukit. dengan kedua matanya yang tajam ia menyapu keadaan
disekitarnya. Bukit itu ternyata ber-jejer2 begitu panjang. Pohon2 siong yang banyak tumbuh pada
bukit itu, tertiup angin malam telah menimbulkan suara men-deru2.
Yo Cie Cong terus berjalan mengitari atas bukit dan naik kepuncaknya. sampai cuaca menjadi
gelap benar ia sudah menjelajah, Kearah bukit itu kira2 lima lie jauhnya, tetapi tidak menemukan
apa2.
Ia jadi penasaran, Tetapi karena lelahnya ia lantas berhenti dan duduk dibawahnya sebuah
pohon siong.
sinar rembulan remang2 menjinari seluruh pegunungan yang sepi sunyi itu. Kadang terdengar
bunyi burang2 dan suara serigala yang kedengarannya menyeramkan-
Beberapa kali ia sudah ingin turun dari gunung, tetapi selalu diurungkan tertahan oleh hatinya
yang penasaran.
jikalau tidak meneruskan matanya berlalu, dengan cara mencari membabi buta, itu sama saja ia
seperti juga menubruk angin menangkap bayanganselagi
berada dalam keadaan sangsi disuatu tempat kira2 tiga puluh tombak jauhnya tiba2 ia
dapat melihat dua bayangan hitam yang ber-gerak2.
Yo Cie Cong yang sudah hampir putus asa, dengan tidak banyak pikir lagi lantas lompat
melesat ketempat tersebut.
Begitu kakinya menginjak ditanah di gerombolan rumput tiba2 terdengar suara keresekan yang
sebentar kemudian lenyap kembali.
Yo Cie Cong pasang mata telinganya. Di dalam gerombolan rumput itu dilihatnya empat sinar
hijau, maka dalam hatinya ia berpikir: "Apakah ini ular berbisa atau binatang buas yang sembunyi
didalam rumput ini ?"
Belum lagi lenyap pikirannya. sinar hijau tadi kelihatan bergerak, dan sesosok bayangan hitam
sudah menerjang kearahnya.
Yo Cie Cong masih belum dapat melihat tegas bayangan hitam itu orang atau binatang,
seketika itu lantas miringkan tubuhnya dan tangannya berbareng menyerang.
suara ngeri lantas terdengar dan bayangan hitam itu termental terbang lagi kedalam
gerombolan rumput.
Yo Cie Cong lalu menghampiri. matanya yang tajam segera dapat melihat bahwa bayangan
yang datang menerjangnya tadi ternyata adalah seekor binatang buas. Dari suaranya dapat
diduga binatang itu kalau bukannya serigala tentunya macan tutul. selanjutnya, sesosok bayangan
hitam menerjang lagi.

seperti juga halnya dengan binatang yang pertama, Yo Cie Cong lantas menyambuti bayangan
itu dengan serangan tangannya.
Tetapi selagi Yo Cie Cong angkat tangannya hendak menyerang, bayangan hitam yang datang
menyerbu tadi dengan cepat sudah berkelit kesamping dan dapat menghindarkan serangan Yo Cie
Cong yang cukup hebat tadi
setelah singkirkan diri dan serangan Yo Cie Cong tadi, bayangan hitam itu datang menyerbu.
Yo Cie Cong diam2 memaki: "Binatang licik," Ia lalu mengangkat tangannya.
Bajangan hitam tadi melompat keatas kepalanya, maka Yo Cie Cong lantas balikkan tangannya
untuk menyambar.
Kembali suara ngeri terdengar dan bayangan hitam itu termental setinggi tiga tombak yang
kemudian jatuh ditanah dengan tidak berkutik lagi.
Ketika Yo Cie Cong datang melihat, ternyata bayangan hitam tadi adalah seekor serigala
sebesar anak sapi, yang saat itu kepalanya sudah hancur remuk dan perutnya berhamburan-
Yo Cie Cong terus mengadakan penjelidikan. Didalam gerombolan rumput tadi tiba2 hidungnya
dapat mengendus bau amis. Ketika ia pasang mata, bulu romanya lantas pada berdiri
Disitu ada menggeletak dua bangkai manusia yang sudah tidak utuh anggota badannya.
Bangkai itu masih bermandikan darah. Kepalanya hancur, perutnya berlubang. Ususnya kelihatan
berhamburan ditanah.
Ditempat tidak jauh dari situ. kembali terdapat beberapa tengkorak manusia. yang masih
kelihatan ada rambutnya, sehingga dapat diduga bahwa tengkorak itu masih belum lama jadi
korban,
Diatas gunung belukar, diwaktu malam yang gelap gulita dan sepi sunyi. bangkai manusia
dengan tengkoraknya itu sudah cukup membuat bulu roma orang yang menyaksikan berdiri
setelah menyaksikan semuanya itu dalam hati Yo Cie Cong lalu berpikir: "Apakah kedua serigala
itu begitu buas? Apakah kedua orang ini telah menjadi korbannya kedua serigala itu?"
Dari keadaannya dua bangkai manusia yang masih ada darahnya, nyata bahwa orang2 itu
belum lama menemukan ajalnya. Apakah suara jeritan dua kali tadi keluarnya dari mulutnya kedua
orang ini?
Tetapi bangkai dan tengkorak2 manusia itu mengapa bisa berada diatas bukit belukar ini? Dan
mengapa sampai menjadi mangsanya kawanan serigala? Ini benar2 merupakan suatu hal yang
sukar dimengerti.
Mendadak matanya Yo Cie Cong dapat melihat diatas sebuah pohon ada benda hitam yang melambai2
tertiup angin- ia lalu menghampiri untuk mengambil benda tersebut. Penemuan ini lebih2
lagi mengejutkan hatinya.
Benda hitam yang me- lambai2 itu ternyata sepotong baju hitam. Di tengah2 potongan kain
hitam itu terdapat sulaman seekor burung laut putih. di-tengah2 badan buruog laut itu tersulam
satu huruf nomor 5.
Ditempat tidak jauh dari situ, kembali Yo Cie Cong menemukan benda serupa itu yang bersulam
dengan tanda huruf nomor 4.
Bukan kepalang kagetnya Yo Cie Cong. Bukankah dua kain hitam itu adalah miliknya Utusan
burung laut ?
Tetapi entah bagaimana utusan nomor 4 dan nomor 5 dapat binasa diatas bukit belukar ini?
Dari pakaiannya kedua bangkai manusia tadi dan dari dua potong kain ini ia lantas memastikan
bahwa dua bangkai tadi adalah lagi2 bangkai Utusan burung laut yang lain.
Dua belas orang yang sebagai Utusan burung laut, adalah anak bauhnya orang berkedok kain
merah. Hampir setiap orangnya mempunyai kepandaian silat yang sangat tinggi. Mustahil sekali
kalau mereka tidak mampu menghadapi dua binatang buas tadi saja.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa nomor 4 dan nomor 5 setelah dibinasakan oleh orang
yang lebih tinggi kepandaiannya, lantas dibuang ketempat ini. Dua ekor serigala tadi mungkin

telah datang karena bau amis dari bangkainya manusia dan itu orang yang mampu membunuh
mati kedua utusan burung laut itu. sudah tentu memiliki kepandaian silatt tinggi sekali.
sekarang yang menjadi persoalan utama ialah utusan burung laut nomor 4 dan nomor 5 ini,
apa sebabnya mereka datang kegunung belukar ini? Kedatangan mereka berdua apakah atas
perintah suhunya ataukah ada lain sebab lagi,
Dan siapakah pembunuhnya kedua orang ini? Dari keadaannya dua korban itu yang sangat
mengenaskan, orang membinasakan mereka itu kalau bukan orang yang sangat jahat, tentunya
adalah se-orang2 kejam dan telengas, Tetapi dengan seorang sebagai orang berkedok kain merah
yang nama kedudukannya sangat terkenal di dalam kalangan Kang-ouw, pembunuh itu ternyata
berani turun tangan juga terhadap muridnya, maka dapatlah di duga bahwa pembunuh itu
tentunya adalah se-orang2 kuat bukan sembarangan dan tentu ada mempunyai andalan
dibelakang dirinya.
sedang itu tengkorak2 manusia. sebenarnya tengkorak2 siapa? Mengapa mereka juga binasa
ditempat tersebut?
Yo Cie Cong makin memikir makin bingung sendiri
"Aku harus melporksn hal ini pada orang berkedok kain merah," demikian ia mengambil
keputusan.
Tetapi. didalam dunia yang sangat luas ini. dimana harus aku mencari jejaknya orang aneh
yang sangat misterius sepak terjangnya.
Apalagi temponya sangat mendesak dan ia harus pergi menepati janji dengan kedua orang
aneh dari rimba persilatan, maka ia teringat pula akan perempuan aneh yang memakai kedok
merah yang baru muncut dikalangan Kang-ouw. siapakah dia ? Apakah benar dia siangkoan Kiauw
?
Dan kematiannya Cin Bie Nio yang dipenggal kepalanya, apakah juga perbuatannya perempuan
berkedok itu?
Kalau mengingat akan musuhnya, ia lantas teringat kedua perempuan jelek yang pernah di
kejar2nya. Mereka tidak mengaku sebagai muridnya Giok- bin Giam-po, tetapi siapakah
sebenarnya orang yang berada dipuncak gunung pit-koan-hong itu ?
Kembaii ia teringat pada Im-mo-kauw. Apa sebabnya perkumpulan ini terus mengirim utusan
yang kuat2 untuk mengejarnya ?
sekarang ia teringat akan dirinya sendiri. Apakah ia akan ada hubungannya dengan Giok-bin
Kiam-khek yang sudah menghilang selama dua puluh tahun lamanja? Dari bahan2 yang tidak
lengkap dapat ditarik kesimpulan bahwa Giok- bin Kiam-khek dan Giok- bin Giam-po mempunyai
hubungan sebagai suami isteri. jikalau benar Giok- bin Kiam-khek ada hubungannya dengan
dirinya sendiri sedang Giok-bin Giam-po itu merupakan salah satu musuh besar dari gurunya, ia
tidak berani memikirkan lebih lanjut. ia merasa kepalanya hampir pecah dan dadanya hampir
meledak memikirkan ini semua. Tiba2 ia bersiul panjang. suaranya menggema ditanah
pegunungan yang sunyi.
Perbuatan Yo Cie Cong itu sebenarnya hanya satu perbuatan yang hanya bermaksud hendak
melampiaskan kekesalan dalam hatinya.
Tetapi siapa nyana, siulan Yo Cie Cong itu telah mendapat suatu reaksi yang tidak di-duga2.
Suara orang ketawa dingin yang kedengarannya seram sekali terdengar masuk dalam telinganya.
Dengan cepat Yo Cie Cong balikkan badannya, ia memandang keadaan sekitarnya tetapi tidak
dapat melihat suatu apa, ia sudah mengira suara itu adalah suara setan, tetapi apakah benar
didalam dunia ini ada setan? Apakah suara tadi adalah suara orang dan orang itu bisa mendekati
sampai tidak diketahuinya, sudah tentu orang itu mempunyai kepandaian cukup berarti.
Jilid 17 : Kematian tabib Go-cee-jin

Dengan cepat Yo Cie Cong balikkan badannya, ia memandang keadaan sekitarnya tetapi tidak
dapat melihat suatu apa, ia sudah mengira suara itu adalah suara setan, tetapi apakah benar
didalam dunia ini ada setan? Apakah suara tadi adalah suara orang dan orang itu bisa mendekati
sampai tidak diketahuinya, sudah tentu orang itu mempunyai kepandaian cukup berarti.
"Hm"
Kembali terdengar suara orang tadi itu. Kali ini Yo Cie Cong telah dapat mendengarnya dengan
jelas.
Suara orang itu datangnya dari sebuah pohon besar yang terletak kira2 tiga tombaknya dari
padanya,
"Manusia atau setan- Lekas unjukkan diri" demikian Yo Cie Cong membentak.
Baru saja Yo Cie Cong menutup mulutnya, dari belakang ponon besar itu sudah melayang turun
sesosok bayangan orang yang badannya tinggi dan kurus kering, tetapi sinar matanya sangat
menakutkan- Dibawah penerangan sinar rembulan, kelihatan wajah orang itu yang pucat seperti
mayat
"Apakah benar ada setan" demikian Yo Cie Cong berpikir yang mau tidak mau bulu romanya
sudah berdiri juga.
"Bocah, kau datang untuk mengantar jiwa." Demikian terdengar suara manusia yang seperti
setan itu, kedengarannya sangat tidak enak.
oleh karena bisa bersuara, maka Yo Cie Cong dapat memastikan bahwa yang ada
dihadapannya itu tentunya ada manusia biasa, bukan setan. Maka seketika itu nyalinya lantas
besar kembali.
Ia menjawab pertanyaan orang aneh itu dengan tidak kalah dinginnya: "Antar jiwa Belum tentu
Mungkin yang benar, adalah hendak mengantarkan kau kepada raja akherat."
"Ha, ha, ha, ha.. ^"
Badannya orang aneh itu lantas maju menghampri satu tindak.
sekarang kedua orang itu berdiri berhadapan dengan jarak yang tidak berjauhanorang
aneh itu pipinya menonjol hidungnya melesak. Wajahnya pucat laksana tidak berdarah.
Kedua tangannya yang kurus kering. diluruskan kebawah, se-olah2 tidak bertenaga. Kuku jarinya
lebih dari satu dim panjangnya. Dipandang sekelebatan. orang itu mirip benar dengan tengkorak
hidup,
setelah mamandang sejenak, tiba2 Yo Cie Cong ingat siapa adanya orang ini, maka seketika itu
juga lantas naik darahnya, napsu membunuhnya juga timbul.
Kiranya orang aneh ini adalah si siluman Tengkorak Lui Bok Thong yang pernah merampas
potongan kayu wasiat ouw-bok-Po-lok Cin-kuat dari tangannya Tio Lee Tin, juga merupakan orang
yang di cari oleh Yo Cie Cong.
Karena manusia tengkorak ini merupakan salah satu musuh besarnya Kam-lo-pang, maka
bukan saja Yo Cie Cong hendak menagih hutang jiwa, tetapi juga hendak minta kembali ouw-bok-
Po-lok yang disebutnya Tio Lee Tin supaya dapat dipasangkan dengan ouw-bok-Po-lok Ciu- kuat
yang ada padanya, sehingga dapat dipelajari lima jurus ilmu pukulan yang luar biasa yang tertulis
pada kedua potongan kayu itu.
sesungguhnya ada diluar dugaan sama sekali dalam keadaan tidak ter-duga2 Yo Cie Cong
dapat menemukan orang aneh itu di tempat tersebut.
Apakah iblis ini sudah dapat memecahkan artinya ilmu pukulan yang terdapat dalam kayu yang
dirampasnya?
Ini adalah salah satu persoalan yang setiap saat dipikirkan oleh Yo Cie Cong. sebab jika si
siluman Tengkorak ini berhasil mempertinggi ilmunya dengan apa yang tercantum dalam potongan
kayu wasiat itu, maka sudah tidak mudah lagi baginya untuk merubuhkan orang tua aneh itu.
OOOO OOOOOOO oooo

SAMBIL perdengarkan suara tertawanya yang aneh, si siluman Tengkorak itu berkata: "setan
cilik, kau benar2 sudah bosan hidup, maka sampai kau lari kemari untuk mencari mampus"
Yo Cie Cong meski dalam hati merasa benci sekali terhadap manusia yang macamnya seperti
tengkorak itu, tapi sebelum mengetahui dengan jelas keadaan orang itu, ia tidak mau umbar dulu
napsunya, mata ia hanya menyahut dengan suara ketus:
"lblis tua, siaoya-mu telah mencari kau hampir disetiap pelosok dunia, sungguh tidak nyana bisa
bertemu disini. Ini seperti juga ada Tuhan yang menentukan aku kemari"
siluman Tengkorak Lui Bok Thong ada seorang yang sangat jahat dan kejam. Kepandaian ilmu
silatnya sampai dimana tingginya, ada sukar dijajaki. oleh karena kekejaman dan kebuasannya,
orang2 golongan hitam dan putih banyak yang merasa segan berurusan dengannya.
Malam itu ketika melihat bahwa Yo Cie Cong yang usianya masih muda belia, dianggapnya
bocah yang masih bau pupuk bawang,
la sungguh tidak nyana bahwa bocah itu berani omong besar dihadapannya, malah agaknya
tidak pandang mata sama sekali terhadap dirinya. Maka ia merasa kaget dan ter-heran2.
oleh karena sejak ia mendapatkan kayu wasiat "ouw-bok-Po-lok Cin-kuat" dari tangannya Tio
Lee Tin, ia terus sembunyikan diri untuk mempelajari ilmu silat yang terdapat dalam potongan
kayu itu, maka terhadap urusan dalam dunia Kang-ouw ia tidak begitu jelas lagi,
Ketika ia dulu merampas potongan kayu itu dari tangannya Tio Lee Tin, saat itu kepandaian
ilmu silatnya Yo Cie Cong ada biasa saja, maka ia tidak pandang mata sama sekali. Kini ia ketemu
pula dengan pemuda yang dulu tidak dipandang mata itu. tapi ia sekarang sudah tidak kenal lagi
Yo Cie Cong.
sudah tentu, jika ia tahu bahwa pemuda sombong didepan matanya ini adalah pemilik Golok
Maut yang mang getarkan seluruh rimba persilatan, ia tentunya akan pikir2 dulu, bahkan ada
kemungkinan akan berusaha untuk lari kabur....
"Bocah, kau kata kau mencari lohu ?"
"Benar"
"Heh...heh... Tahukah kau siapakah lohu ini?"
"siluman Tengkorak Lui Bok Thong. Tidak salah toch?"
Manusia aneh itu nampak terkejut, ia sungguh tidak nyana bahwa bocah ini sudah bisa
menyebutkan nama dan gelarnya sekalian. Malah kelihatannya tidak merasa takut sama sekali.
"setan cilik, kau mencari lohu ada urusan apa ?"
"Aku hendak membunuh mati kau "
siluman Tengkorak heran, matanya terbelalak. Ia seperti tidak percaya kepada talinganya
sendiri.
"Apa kau kata?" tanyanya dengan mata masih terbuka lebar.
"Aku akan ambil jiwamu" jawb Yo Cie Cong tenang.
"Hahahaha. setan cilik, apa kau ada seorang gila? Masa seorang bocah seperti kau ini berani
mengambil jiwa lohu....?"
"Apa kau tidak percaya?"
"Bukan cuma tidak percaya saja, bahkan kuanagap kau sudah gila. Kau tahu, orang yang
binasa ditangan lohu, jumlahnya barangkali masih lebih banyak dari pada yang kau si setan cilik ini
ketahui. seumur hidup lohu baru pertama kali ini mendengar ada orang berani mau hendak
membunuh diri lohu. Ha...hahaha...."
"lblis tua, kau ketawa. apa kau kira omonganku ada satu lelucon? Hmm... Bukan saja buru
pertama kali kau dengar, tapi perkataan yang kau dengar ini ada merupakan tanda berakhirnya
hidupmu. sebab, selewatnya malam ini. kau sudah harus menghadap Giam-lo-ong"
Mendengar perkataan ini. Lui Bok Thong lantas berjingkrak-jingkrak bahwa gusarnya.
sebenarnya memang betul, inilah ada untuk pertama kalinya ada orang berani mengatakan
hendak membunuh mati dirinya.
"setan cilik, siapa suhumu?"

"Hal ini kau tidak usah tanya dulu, sebentar lagi aku sudah tentu bisa memberitahukan
padamu"
Yo Cie Cong pada saat itu mendadak ingat sesuatu, ia masih ingat benar perkataannya orang
berkedok kain merah, bahwa orang aneh itu. sudah mengirimkan Utusannya untuk mencari
jejaknya siluman Tengkorak ini. maksudnya ialah hendak merebut kembali potongan kayu wasiat
ouw-bok-Po-lok yang direbut dari tangannya Tio Lee Tin- "
Apa tidak bisa jadi bahwa utusan nomor 4 dan nomor 5 itu setelah mengetahui jejaknya
siluman ini, lantas dibinasakan oleh orang kejam itu? Mengingat sampai disitu, ia lantas menanya:
"Tumpukan tergkorak manusia ini...."
"Haha, setan cilik, setiap orang yang menemukan jejak lohu, cuma mempunyai satu jalan, ialah
mati" memotong siluman Tengkorak ketawa nyengir.
"Kalau begitu kau sudah mengakui sendiri bahwa orang itu adalah kau yang membunuh mati ?"
"Memangnya kenapa ?"
"Hutang uang bayar uang, hutang jiwa ganti jiwa "
"Haha, setan cilik, seumur hidup lohu, sudah terlalu banyak hutang jiwa manusia, barangkali
tidak bisa membayar lunas. Malam ini mengingat kau ada seorang pemuda yang bernyali besar.
lohu akan berikan kau kematian secara sempurna"
"Tapi asal aku turun tangan, sela manya tidak kenal apa artinya mati secara sempurna" Yo Cie
Cong balas mengejek.
"setan cilik, apakah kau kepingin lekas mampus?"
"lblis tua, aku sekaraag hendak menanyakan, apa kau masih ingat itu kejadian, dimana kau
telah merampas sebuah benda pusaka dari rimba persilatan dari tangannya seorang gadis
berpakaian hitam? Kala itu aku justru berada ditempat kejadian tersebut menonton semua
perbuatanmu "
siluman Tengkorak terkejut dan mundur satu tindak, tiba-tiba lantas berkata sambil ketawa
seram: "oh setan cilik. kau apakah bocah cilik yang hari itu telah lohu lepaskan?"
"Apakah kau masih ingat, apa yang pernah ku bicarakn pada kala itu?"
"Kau pernah bicara apa ?"
"Kala itu aku pernah berkata, jikalau kau tidak membunuh aku, lain kali apabila ketemu lagi aku
pasti hendak bunuh mati kau. Dan sekarang kita telah berjumpa lagi, apa katamu?"
"setan cilik, jangan banyak rewel, lohu nanti sempurnakan dirimu "
siluman Tengkorak setelah mengucapkan perkataannya yang terakhir lantas gerakan tubuhnya,
jari tangannya yang runcing seperti cakar burung dengan cepaat menyambar mukanya Yo Cie
Cong.
Pemilik Golok Maut melesat kesamping sejauh delapan kaki, untuk menghindarkan
serangan2nya siluman Tengkorak yang sangat ganas itu, kemudian berkata dengan suara dingini
"Tungga dulu, aku hendak menanya padamu"
"setan cilik jangan banyak rewel, cepat atau lambat kau toch mampus juga"
sehabis itu, badannya yang kurus kering kembali melesat dengan cepatnya, jari2 kedua
tangannya dari sudut yang sangat aneh, menyerang Yo Cie Cong seperti sambaran kilat cepatnya.
Dalam rimba persilatan kala itu, orang yang mampu menghindarkan serangan siluman
Tengkorak itu barangkali tidak banyak jumlahnya.
Yo Cie Cong hanya ganda dengan mesem, dengan ilmunya menggeser badan mengganti
bayangan, secepat kilat ia sudah menghilang dari depan matanya siluman Tengkorak. Bukan
kepalang kagetnya si iblis dengan cepat ia lantas hentikan gerakkannya.
"lblis tua, tahukah kau, siapa aku ini?"
"Tidak lebih daripada satu bocah jumawa yang pandai menggunakan gerakan aneh saja"
Dari dua kali gerak serangannya Yo Cie Cong sudah dapat mengukur bahwa kekuatannya
siluman Tengkorak ini tidak setinggi yang perlu dibuat takut, ia tahu bahwa iblis tua ini tentu
belum berhasil mempelajari ilmu silat yang tertulis dalam potongan kayu ouw-bokspo-lok itu. Maka
diam2 hatinya merasa lega.

Dengan sangat tenang dan per-lahan2, ia mengeluarkan senjata Golok Mautnya. Kemudian
berkata: "lblis tua, kau kenal barang ini ?"
Se-olah2 melihat hantu ditengah hari si Siluman tengkorak itu lantas berdiri, kesima dengan
mulut menganga dan mata melotot. Dengan tanpa disadari ia lantas mundur satu tindak, lama
sekali ia baru baru bisa berseru: " Golok Maut"
siluman Tengkorak itu meski tidak banyak dengar tentang sepak terjangnya Golok Maut yang
menggemparkan tapi munculnya Golok Maut dikalangan Kang-ouw yang sudah mengambil korban
beberapa jiwa musuh2nya dimasa lampau ia sudah dengar semuanya. Ia merasa ketar-ketir
hatinya, karena ia sendiri juga merupakan salah seorang yang dulu pernah ambil bagian dalam
pembasmian perkumpulan Kam-lo-pang.
surgguh tidak dinyana bahwa bocah yang berada didepan matanya sekarang ini yang
dianggapnya masih bau pupuk bawang, ternyata ada itu pemilik Golok Maut yang menggemparkan
dunia Kang-ouw.
Yo Cie Cong maju mendekati lagi satu tindak, ia bulang-balingkan Golok Maut di ditangannya,
kemudian berkata pula dengan suara bengis: "Lui Bok Thong, kau tak usah merasa menyesal
binasa ditanganku"
siluman Tengkorak tadi ketika melihat Golok Maut, memang benar hatinya menggetar dan
pikirannya merasa jeri. Tapi kemudian ia lantas menganggap bahwa orang yang membawa Golok
Maut itu ternyata cuma satu bocah cilik, maka pikirannya lantas tenang kembali, begitu pula
kebuasannya.
"setan cilik golok itu kau boleh "nimpah" dari mana?"
"Haha...aku adalah pemilik Golok Maut ini "
"Kau pemilik Golok Maut?"
"Apa perlu membohong?"
"Haha, setan cilik, apa kau kira dapat membohongi lohu ?"
"Percaya atau tidak terserah padamu. walaupun bagaimana. hutang darah Kam-lo-pang malam
ini ditempat ini dan pada saat ini juga harus dibereskan, selain daripada itu. kayu wasiat ouw-bokpo-
lok, aku lihat sebaiknya kau serahkan saja secara baik2"
"setan cilik, omongan gedemu boleh juga, hanya sayang kau tidak mampu mencapai
maksudmu Ha ha..ha...."
Tangannya kembali diputar, kali ini ia melakukan suatu serangan yang agak berlainan dari pada
yang tadi.
Suatu kekuatan tenaga dalam yang hebat sekali, se-olah2 gunung gugur atau serbuan ombak
air laut, dibarengi dengan angin men-deru2 dan bau amisnya bangkai manusia telah mengempur
dirinya Yo Cie Cong.
siluman tengkorak sesudah mengetahui bahwa anak muda wajah dingin didepan matanya ini
adalah pemilik Golok Maut, lantas mendapat firasat bahwa pertempuran malam ini ada merupakan
pertempuran antara mati dengan hidup, Maka begitu turun tangan ia sudah mengerahkan seluruh
kekuatannya, maksudnya supaya ia bisa binasakan jiwanya anak muda itu dengan segabrakan
saja. Lagipula dalam serangannya itu ia berikuti ilmu tunggalnya yang dinamakan "Hu-sie kang"
(ilmu kekuatan tenaga dalam yang menggunakan bangkai manusia sebagai latihan) yang ia jarang
sekali gunakan-
Yo Cie Cong tahu ia menghadapi satu musuh yang sangat tangguh, maka saat itu ia sudah
pusatkan seluruh ilmunya Liang- kek Cin-goan dan Kan-goan Cin-cao. Ketika bau amis menusuk
hidungnya, dengan segera ia menutup seluruh jalan darahnya dan mengeluarkan ilmunya
mengentengi tubuh yang luar biasa untuk menghadapi musuhnya itu,
se-olah2 selembar bulu burung, badannya Yo Cie Cong terbang mengikuti aliran kekuatan
sambaran angin serangan siluman Tengkorak. Ketika serangan musuh sudah berhenti, ia lantas
melayang turun ditanah lagi, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat menerjang siluman
Tengkorak. sedang Golok Maut ditangannya juga lantas dikerjakanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Ilmu serangan dengan Golok Maut itu hanya satu jurus saja, tapi sebagai gerakan yang
mengarah kedua lengan tangan- kedua paha kaki dan yang terakhir membuat lobang didada
musuhnya.
Itu ada ilmu Pukulan istimewa ciptaan dari gurunya Yo Cie Cong sendiri, ialah Yo Cin Hoan,
yang disesuaikan dengan keadaannya badan sendiri yang cuma mempunyai sebelah tangansiluman
Tengkorak sungguh mati tidak nyana kalau bocah cilik yang masih bau pupuk bawang
yang mengaku sebagai pemilik Golok Maut ini ada mempunyai kepandaian ilmu silat demikian
tinggi luar biasa. sebab selagi serangannya yang diharap-harap bisa membinasakan musuhnya itu
gagal mengenakan sasarannya, tahu2 musuh itu sudah balas menyerang dengan ilmunya yang
sangat aneh luar biasa.
la merasa bahwa saat itu ia seperti sudah tidak berdaya untuk menyingkirkan diri atau menutup
dirinya.
Akan tetapi, ia yang mempunyai kepandaian ilmu silat sangat tinggi dan kegesitan luar biasa,
dalam keadaan terjepit demikian tapi ia masih mampu menggunakan ujung kakinya untuk menotol
tanah dan badannya melayang miring. Hanya selisih seujung rambut saja, ia sudah berhasil
menghindarkan diri dari serangan mautnya Yo Cie Cong. Namun badannya sudah mandi keringat
dingin karenanya.
Yo Cie Cong melihat musuhnya bisa meluputkan diri dari serangan mautnya dalam hati diam2
juga merasa terkejut. sambil keluarkan geramannya, kembali Yo Cie Cong melakukan serangan
dengan Golok Mautnya.
si siluman Tengkorak yang baru saja dapat bernapas sebentar, serangannya Yo Cie Cong sudah
menyusul lagi.
Tepat ketika badannya Yo Cie Cong bergerak dan selagi serangannya yang kedua hendak
diluncurkan, dengan kecepatan kilat pula si siluman Tengkorak itu sudah lompat melesat lagi
sampai lima kaki jauhnya,
Dengan demikian, maka serangan kedua kalinya Yo Cie Cong kembali mengenakan tempat
kosong.
Ia tahu bahwa kalau malam ini ia tidak berhasil mengambil jiwanya si siluman Tengkorak. maka
untuk selanjutnya barangkali sukar sekali baginya untuk mencari jejak si iblis. Apalagi potongan
kayu ouw-bok Po-lok Cin-kuat itu harus ia rebut kembali dari tangan si iblis.
Apabila kesempatan malam ini dilewatkan begitu saja dan dikemudian hari si siluman tengkorak
benar2 sampai berhasil dalam mempelajari ilmu silat yang tertera pada kayu ouw-bok Po-lok Cinkuat,
maka bukan saja sukar untuk ia menuntut balas, bahkan sebaliknya mungkin ia sendiri yang
akan menemukan kesulitan besar.
Dilain waktu, jika dibiarkan saja seorang yang sangat kejam dan ganas seperti Lui Bok Thong
itu sampai mendapat ilmu yang lebih tinggi lagi, bukankah itu berarti sang macan telah tumbuh
sayap? Tentu juga akibatnya akan membahayakan orang2 dunia rimba persilatan-
Ia lalu menggunakan ilmu Menggeser tubuh menukar bayangan, secepat kilat sudah berada
disampingnya si siluman tengkorak. Tangan kirinya lantas mengebut dengan ilmu 'Liu im Huthiat'nya,
semacam ilmu menotok jalan darah yang tiada tandingannya di dalam rimba persilatan.
si siluman Tangkorak hanya melihat berkelebat bayangan orang didepan matanya. Belum ia
melihat tegas bayangan tadi siapa adanya, serangan totokan Yo Cie Cong hampir menotok jalan
darah Tong-tiong-hiat didadanya.
Dalam kaget dan kekuatan cepat la menggunakan ilmu tunggal dalam perguruannya untuk
menutup jalan darah didadanya.
setelah mengirim serangan kepada musuhnya dengan Liu-im Hut-hiat, Yo Cie Cong tahu benar
bahwa serangannya sudah mengenakan sasaran dengan jitu, tetapi badan iblis tua itu hanya
kelihatan sedikit tergetar, sama sekali tidak rubuh, sehingga diam2 la juga merasa heran.

Ilmu menotok jalan darah Liu-im Hut-hiat itu adalah pelajaran yang diturunkan oleh Phoa-ngo
Hweshio kepada Yo Cie Cong janh Hweshio gila sendiri hampir separuh umurnya telah meyakinkan
ilmu tersebut baru berhasil menciptakannya. Ketika diturunkan kepada Yo Cie Cong Golok Maut itu
waktu itu sudah mahir sekali menggunakannya, mungkin sekarang kepandaiannya sudah sama
tingkatnya dengan si Hweshio sendiri, boleh di katakan setiap menyerang tidak pernah luput dari
sasarannya. Tetapi tidak nyana, iblis tua itu tidak dapat dilukai barang sedikit pun juga olehnya,
Bagaimana tidak kaget kerena itu?
Dilain pihak. si siluman Tengkorak setelah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa
setiap serangan Yo Cie Cong hampir semuanya merupakan tipu2 aneh kelas tinggi, dalam hati
mengerti, jika pertandingan itu dilanjutkan terus juga, baginya tentu agak sulit untuk merebut
kemenangan walaupun kemungkinan dijatuhkan lawannya adalah besar. Maka itu, selagi Yo Cie
Cong berada dalam keadaan tertegun dengan cepat la lantas melarikan diri.
Yo Cie Cong tidak mau melepaskan musuhnya begitu saja, maka dengan dibarengi suara
bentakan keras: "Kau mau lari kemana" badannya juga sudah bergerak mengejar,
Karena si siluman Tengkorak juga mahir sekali menggunakan ilmu lari pesat, walaupun Yo Cie
Cong sudah bergerak cepat, selisih, waktu yang hanya sedikit saja sudah dapat memisahkan jarak
diantara mereka sampai sejauh dua puluh tombak lebih.
Yo Cie Cong coba tancap gas, dengan mengerahkan seluruh kepandaiannya ia terus mengejar
musuhnya dengan sekuat tenaganya.
Kedua orang itu sama2 mahir ilmu lari pesat. Terutama Yo Cie Cong, yang sudah mendapatkan
beberapa kali pengalaman gaib. makin lama mengejar, makin dekat jaraknya.
Mereka lari berkejaran didalam hutan diatas bukit, dibawahnya penerangan sinar rembulan dan
bintang2 dilangit, berkelebatannya dua bayangan orang seperti hantu yang kejar mengejar.
semakin lama waktunya, semakin dekat terpisahnya jarak kedua orang itu, sampai pada suatu
waktu jarak diantara mereka hanya kurang lebih dua tombak saja.
Didepan mata mereka saat itu terbentang gua- suatu tempat yang banyak batu2nya, yang tidak
ditumbuhi sedikit tumbuhanpun juga.
Ketika mendekati sebuah batu cadas besar, se-olah2 burung garuda terbang melayang.
badannya si siluman Tengkorak melesat tinggi keangkasa yang Kemudian menukik turun dengan
cepat dan menghilang.
Yo Cie Cong terus mengejar. tetapi ketika ia sudah sampai diatas batu cadas bekas tadi, si
siluman Tengkorak sudah tidak terlihat lagi bayangnya.
" Heran Apakah iblis itu punya ilmu menghilang.?" demikian Yo Cie Cong bertanya dalam
hatinya sendiri.
sesudah itu, badannya lantas melayang tinggi melewati batu cadas, kearah si siluman
Tengkorak tadi menghilang, sedang matanya jelalatan mencari dengan cermat disekitar tempat
itu.
Didekat salah satu batu cadas yang cukup besar, ia melihat sebuah lubang kecil semacam goa
yang kira2 hanya dapat dimasuki oleh satu orang saja.
Cepat ia menghampiri goa itu dan melongok kedalamnya, Meskipun ia memiliki daya
penglihatan yang luar biasa tajamnya, masih tetap ia tidak berhasil mengetahui keadaan dalam itu
dari luar.
Ketika itu, dalam hatinya Yo Cie Cong lantas berpikiri "Kecuali tempat ini, tidak ada tempat lain
yang dapat dipakai untuk tempat sembunyinya. iblis tua itu.
Memikir kesitu, dengan tidak mem-buang2 waktu lagi, setelah menyimpan Golok Mautnya,
dengan didahului masuknya serangan yang maha hebat kedalam goa, tubuhnya pun dengan cepat
masuk juga kedalam.
Keadaan disebelah dalam goa itu ternyata gelap-gulita. Tetapi dasar memang daja
penglihatannya Yo Cie Cong jauh lebih tinggi daripada daya penglihatan manusia biasa, ia dapat

melihat tegas keadaan didalam tempat tersebut. Dindingnya licin dan rata. Masuk lagi kesebelah
dalam sampai sejauh kira2 tiga tombak. jalanan menjadi semakin lebar. terus melebar. Garis
tengah pelebaran ada kurang lebih satu tombak. Yo Cie Cong siap siaga, per-lahan2 berjalan
masuk terus kedalam goa.
Makin jauh masuk kedalam. makin lebar jalanannya, makin luas pula ruangannya. setelah
melalui dua kali tikungan, didepannya kelihatan tiga persimpangan.
sesampainya ditempat ini, Yo Cie Cong jadi bersangsi. ia harus memilih satu antara. ketiga. Ia
tidak tahu si siluman Tengkorak tadi mengambil jalanan yang mana diantara ketiga jalan simpang
itu. setelah berpikir sejenak. ia mengambil keputusan untuk memasuki jalanan yang kekiri lebih
dulu.
Dengan cepat ia lantas memasuki jalan simpangan kekiri tadi.
jalanan didalamnya ber-liku2. setengah jam kemudian, terlihat satu agak luas yang tidak ada
tembusannya, ia meneliti keadaan disekitarnya sebentar, kemudian menoleh ke-kanan. Disebelah
kanan dari tempat ia keluar, dilihatnya ada lagi sebuah goa yang kira2 adalah tembusan dari
simpangan yang kedua dari muka ketika ia masuk tadi. Mungkin kedua persimpangan itu
berhubungan satu dengan lainnya. Tetapi kalau benar begitu, yang mengherankannya ialah,
mengapa belum dapat juga ia menemukan jejaknya si siluman Tengkorak itu?
Dalam hati Yo Cie Cong lalu berpikir: "Kedua mulut goa tadi tentunya saling menembus dengan
dua yang lain. Kalau ke-tiga2 lubang goa itu setelah kumasuki masih juga belum menemukan
jejaknya, mungkin juga iblis itu tidak tinggal dalam goa ini. jika dihitung waktunya sedari
masuknya iblis tadi sampai sekarang, kira2 sudah hampir satu jam lamanya. Kalaupada saat ini
iblis itu sudah kabur dari lubang goa ketiga, sedikitnya sudah berada di tempat sejauh sepuluh lie
lebih. Ah Kalau begitu sukar untuk mencari dia lagi."
Memikir begitu, cepat2 ia balik kembali dan masuk kedalam lubang goa yang satunya lagi untuk
memburu waktu sambil mencari jejak. Dengan gerakan yang cepat ringan dan lincah, tanpa
mengeluarkan suara sedikitpun juga ia berjalan memasuki goa. tiba2 dilihatnya satu jalanan
silang. Dengan tidak banyak pikir lagi ia memilih jalan yang menjimpang, tidak terus.
Tidak jauh ia berjalan, didepan matanya lalu terlihat sebuah kamar yang lurus. Didalamnya
terdapat segala macam perabot dapur dan alat tidur, lengkap dengan bantal guling serta
kasurnya.
Yo Cie Cong merasa girang. ini sudah merupakan suatu bukti bahwa didalam goa ini ada orang
yang mendiami. malah ada kemungkinan besar orang yang mendiami tempat ini adalah si Siluman
Tengkorak sendiri.
Lantas juga ia mengerahkan seluruh tenaganya kekedua belah tangannya untuk menghadapi
segala kemungkinan, terutama dari serangan bokongan musuh. Ia juga mengerahkan ilmu
mengentengi tubuh, dengan tidak menerbitkan suara sedikitpun juga sudah terus maju kedalam,
Baru saja sampai diambang pintu, dalam kamar itu mendadak dilihatnya satu bayangan orang
yang lantas menghilang lagi dengan cepat.
Yo Cie Cong dengan cepat menerjang masuk kedalam kamar, tetapi bayangan itu sudah lenjap
entah kemana.
Dilain sudut dalam kamar itu kembali ia menemukan sebuah pintu lagi yang segera di masuki.
Ternjata juga ada jalanan goa.
Ia terus berjalan dengan cepat. setelah ber-belok2 lima kali, kembali ia sampai ketempat
semula, tempat mula2 sekali ia masuk, dipersimpangan sebelah kanan ini merupakan suatu bukti
bahwa ketiga persimpangan goa tadi berhubungan satu sama lain, tetapi tetap ia tidak dapat
menemukan suatu apa pun juga kecuali kamar dengan perabotan tadi. Bayangan orang yang
dilihatnya tadi dalam kamar dan kemudian menghilang. mungkin telah lari kelain jurusan.
jikalau ia terus mengejar seperti juga main petak umpat, untuk selamanya barangkali ia tidak
akan berhasil menyandak musuhnya.

selelah berpikir bolak-balik, tiba2 Yo Cie Cong menemukan suatu akal. jika ketiga mulut goa itu
yang dua disumbat dan ia sendiri terus mencari melalui mulut goa ketiga, sudah tentu tidak ada
jalan lain untuk si iblis keluar dan kalau juga ia mau keluar, pasti akan berpapasan dengan ia
ditengah dijalan yang ketiga.... Apa yang dipikir lantas dilakukan.
Badannya mundur dua tombak lebih. Ilmu Kang-goan Cin-caonya dikerahkan kedalam
tangannya lalu dipakai untuk menggempur batu dipinggir mulut goa. Dengan beruntun ia
menggempur sampai tiga kali, sehingga terdengarlah suara gemuruh, yang kemudian disusul oleh
runtuhnya batu2 yang seketika itu juga lantas menutup lubang goa.
setelah kedua mulut goa itu tertutup, Yo Cie Cong lalu memasuki mulut goa ketiga, Ketika
badannya baru masuk kepintu kamar, tiba2 disambut oleh satu serangan angin yang amat
dahsyat.
Yo Cie Cong lantas menyambuti serangan itu dengan ilmu 'Liang-kek Cin-goan'nya, sehingga
serangan yang dilancarkan oleh musuhnya sudah dibikin musnah.
Tatkala ia membuka matanya, bukan kepalang rasa girangnya, sebab ia telah berhadapan
dengan musuh yang sedang dicari, "lblis tua, kau tidak bisa kabur lagi" .
si siluman Tengkorak Lui Bok Thong dengan badannya yang tinggi dan kurus kering kelihatan
berdiri menyender didinding tembok tengah kamar. Dengan wajahnya yang buas dan sepasang
matanya yang biru menatap wajah Yo Cie Cong.
Anak muda itu setelah menenangkan kembali pikirannya, kembali berkata: " Lui Bok Thong, kau
sungguh beruntung Tempat ini bagus sekali untuk kediamanmu se-lama2nya."
Wajahnya Lui Bok Thong yang sudah seperti mayat kelihatan semakin pucat menyeramkan.
sambil kertak gigi ia lantas menjawab:
"Bocah, kau jangan omong besar dulu kau sudah masuk kamar ini, berarti juga sudah masuk
ketempat kematian. Ha, ha.,., Kutanggung badan dan tulang2mu nanti akan hancur lebur."
Yo Cie Cong terkejut dalam hati lalu berpikir: "Apa iblis tua ini sudah memasaan jebakan dalam
kamar ini."
Meski dalam hatinya memikir demikian dan merasa agak kuatir, tetapi mulutnya masih dapat
menjawab dengan suara dingin: "Lui Bok Thong. kau punya akal muslihat macam apa? Keluarkan
semua Biar bagaimana juga kau toch sudah diharuskan mati"
"Bocah, apa kau kira aku menggertak kau dengan omong kosong ?"
"Iblis tua omong kosong atau bukan. kau harus mati"
Tangan kanannya si siluman Tengkorak mendadak mancekal gelangan kecil yang terdapat
didinding batu, sedang tangannya kirinya ditempelkan kedinding tembok. lalu berkata sambil
ketawa menyeramkan,
"Setan cilik Terus terang kuberitahukan padamu, dalam kamar batu ini dengan tiga mulut goa
yang bisa menembus kemari, sudah kutanam obat peledak. Asal aku menarik gelang ini, badanmu
akan hancur lebur jadi abu."
Yo Cie Cong bergidik juga mendengar keterangan itu. Ia menduga bahwa jarak antara ia dan si
siluman-Tengkorak sedikitnya ada sepuluh tombak lebih. Dengan kekuatannya sendiri yang
mampu mencapai dengan sekali lompatan saja, tetapi barangkali tidak mampu mencegah
kecepatan gerakan tangan yang menarik gelang2an tersebut.
Mendadak ia dapat pikiran, jika iblis tua itu hendak menghancurkan kamar batu tersebut, ia
sendiri kemana hendak menyingkirkan diri? Apakah ia sendiri sudah bertekat bulat hendak turut
berkorban?
"setan cilik Kau sudah takut bukan? Malam ini lohu sudah sengaja membuat satu kecualian
selama hidupku. Kau totoklah jalan darahmu sendiri dan musnahkan kepandaianmu, baru berikan
kau jalan hidup, Bagaimana?"
"iblis tua. jangan kau mimpi" teriak Yo Cie Cong gusar.
"Kalau begitu kau sudah ambil putusan membiarkan tubuhmu hancur lebur untuk mengikuti
suhumu dialam baka?"

Sampai pada saat itu, didalam dunia Kang-ouw kecuali beberapa gelintir orang yang
mengetahui, orang2 masih terus menganggap bahwa pemilik Golok Maut yang dulu sudah binasa
ditangannya Liat- yang Lo koay dan Yo Cie Cong yang muncul kemudian untuk menghadapi
musuh2nya dari Cie- in-pang telah menjaru sebagai pemuda bermuka jelek. Tidak tahunya bahwa
semua yang memegang peranan sebagai pemilik Golok Maut itu sebetulnya hanya Yo Cie Cong
seorang.
Yo Cie Cong ketika mendengar si siluman Tengkorak itu menghina nama suhunya, napsu
membunuhnya lantas bergolak hebat. Dengan sorot mata beringas ia lantas berkata, "Lui Bok
Thong siaoya-mu malam ini hendak menghancurkan tulangmu sampai jadi abu."
sehabis berkata begitu, ia mengerahkan seluruh kekuatannya, mendadak ia menggunakan ilmu
Menggeser tubuh menukar bayangannya, dengan kecepatan luar biasa ia menerjang kearah si
siluman Tengkorak.
Dalam pikirannya Yo Cie Cong, sekalipun benar ia tidak akan terlolos dari bahaya kematian
karena ledakan obat pasang, se-tidak2nya ia juga harus membunuh si siluman Tengkorak itu
terlebih dahulu. selain daripada itu, sekarang ini ia juga seperti sedang menghadapi jalan buntu.
sebab kalau benar seperti apa yang dikatakan oleh si siluman Tengkorak. bahwa didalam goa itu
sudah dipasang obat peledak. biar bagaimana juga ia toch tidak bisa lolos seorang diri saja.
si siluman Tengkorak tidak menduga Yo Cie Cong berani melakukan serangan secara, tiba2,
maka seketika itu ia merasa terkejut. Tetapi sebagai seorang yang mempunyai kepandaian cukup
tinggi sekalipun tengah menghadapi bahaya besar, ia masih bisa bertindak cepat. Tangan kiri yang
menempel didinding goa lantas menekan, disitu mendadak terbuka sebuah pintu lagi, kemudian
dengan tangan kanannya ia menarik gelang-gelangan tangan kecil dan dengan cepat badannya
masuk kedalam pintu yang baru terbuka tadi.
Tepat pada saat si siluman Tengkorak menarik gelang gelangan. badannya Yo- cie Cong juga
sudah menerjang sampai.
Yo Cie Cong sudah mengerahkan seluruh kekuatannya dan sekaligus sudah meloncat sejauh
sepuluh tombak lebih, sudah barang tentu harus memerlukan tempo Lagi untuk berhenti
menambah kekuatannya,
Dan siluman Tengkorak, begitu masuk kedalam mulut goa yang baru terbuka, pintunya segera
menutup lagi.
saat itu merupakan suatu saat yang sangat berbahaya bagi dirinya Yo Cie Cong,
sebab ketika pintu goa itu baru tertutup separuh badannya Yo Cie Cong sudah menerobos
masuk kedalam. Karena Yo Cie Cong sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, maka hampir
tidak dapat menguasai daya terjangnya yang begitu hebat. setelah jumpalitan sampai dua kali,
barulah ia berhasil mendekati siluman Tengkorak.
Begitu mendekati, dengan cepat ia lantas mengulur tangannya untuk menyambar tubuhnya si
siluman Tengkorak.
Apa lacur, sambarannnya itu hanya mengenakan ikat pinggang lawannya dan iblis tua itu yang
kena tersambar dirinya, pada saat itu sudah hilang semangatnya. Ia berdaya sekuat tenaga
menggelindingkan dirinya sehingga ikat pinggang itu terputus dan orangnya terlempar jauh.
Yo Cie Cong lompat berdiri lagi. selagi hendak bergerak, Tiba2 terdengar suara gemuruh yang
maha hebat, se-olah2 gunung meledak suaranya yang kemudian disusul oleh runtuhnya batu2 dari
dalam goa itu. Tanah yang diinjaknya ber-goyang hebat, sehingga hampir2 ia rubuh tengkurap.
Ia tahu, bahwa obat peledak itu benar2 sudah meledak. Kalau dipikir, dengan tanpa merasa
berdiri semua bulu romanya. Sebab, jikalau ia tidak bertindak cepat dan tidak berhasil mengikuti
dirinya si siluman Tengkorak tadi, pada saat itu tubuhnya tentu sudah hancur berkeping-keping.
setelah pikirannya dapat dikuasai kembali, kakinya tiba2 menyentuh suatu benda. Dengan
cepat ia lantas perhatikan benda apa itu, tiba2 ia berseru karena giraag bukan kepalang: "Oowbok-
Po-lok Cin-kuat"
OOOOO OOOOOOO ooooo

KIRANYA si siluman Tengkorak yang ikat pinggangnya dibikin putus oleh Yo Cie Cong, bajunya
lantas mengendur dengan sendirinya, sehingga ouw-bok Po-lok Cin-kuat yang disimpan didalam
bajunya terus saja terjatuh kebawah.
Dan si siluman Tengkorak itu sendiri yang lari ter-birit2 mungkin masih belum mengetahui,
bahwa benda wasiatnya sudah hilang.
Tidak dapat digambarkan bagaimana perasaan hatinya Yo Cie Cong pada saat itu, setelah
menemukan ouw-bok Po-lok Cin-kuat. Tidak pernah disangkanya bahwa benda peninggalan dari
perguruannya yang siang hari malam selalu dirindukannya telah didapatkan dengan cara yang
tidak ter-duga2. jikalau ia mampu mempelajari ilmu silat yang tertera dalam dua potong kayu
wasiat itu, ia tidak akan merasa takut lagi untuk menghadapi musuh2nya yang bagaimana pun
tangguhnya.
Tetapi dilain pihak. ia juga merasa sangat masgul. Dengan terlepasnya si siluman Tengkorak
kali ini, entah harus menggunakan berapa banyak waktu dan tenaga untuk mencarinya kembali.
Setelah berdiri bengong sesaat lamanya, ia membersihkan pakaiannya yang penuh dengan
reruntuhan tanah dan batu dari dalam goa.
Dalam goa itu meskipun gelap. tetapi Yo Cie Cong yang mempunyai daya penglihatan yang
tajam luar biasa. masih dapat membaca tulisan2 yang tertera diatasnya kayu ouw-bok Po-lok Cinkuat
itu, yang ternyata hanya ada lima patah perkataan hafalannya saja.
Setelah Yo Cie Cong membacanya dengan seksama, benar saja ia tidak dapat menangkap
artinya yang sangat dalam. sekalipun ia seorang pemuda yang sangat cerdas. tetapi masih juga
belum berhasil memecahkan artinya perkataan hafalan tersebut, jikalau tidak digabungkan atau
dipadu dengan sepotong oow-bok Po-lok yang lainnya, jelas ouw-bok Poi-ok Cin-kuat. Pantas
kalau Tio Ek Chiu dan si siluman Tengkorak yang sudah pernah mendapatkan kayu itu, sedikitpun
tidak mendapatkan faedah apa2 dari padanya.
Cepat2 ia lalu memasukkan potongan kayu mujijat itu kedalam sakunya, kemudian
meninggalkan tempat tersebut untuk keluar dari dalam goa.
Tidak antara lama kemudian. ia sudah sampai diujung goa. Ternjata disitu sudah tidak ada lagi
jalan keluar. Di empat penjuru semuanya terdapat dinding batu yang kokoh kekar, sehingga
membuat hatinya merasa cemas tidak keruan.
oleb karena didepan menghadapi jalan buntu sedangkan dibelakang sudah dipegat oleh
reruntuhan akibat dari ledakan tadi, maka untuk sesaat lamanya Yo Cie Cong menjublak, ia tidak
berdaya. Tetapi jalan keluar itu pastinya ada, sebab jikalau tidak bagaimana iblis tua itu bisa
meloloskan diri?
Mungkin sesudah si siluman Tengkorak itu keluar, ia menutup kembali jalan keluarnya, atau ia
bikin rusak pesawat rahasianya.
Yo Cie Cong yang ingin keluar dari tempat itu sesungguhnya tidak mudah. Betapapun kuatnya
tenaga manusia, juga tidak akan mampu menggempur gunung.
jikalau sang waktu berlalu lebih lama lagi, mau tidak mau Yo Cie Cong pasti akan mati
terkurung dalam goa tersebut.
Yo Cie Cong tenangkan pikirannya sedapat mungkin, ia asah otaknya untuk mencari jalan
keluar. Ia mengharapkan dapat menemukan apa2, tetapi akhirnya ia kecewa. Ia sudah me-raba2
hampir keseluruh dinding yang ada disekitar goa tersebut, tapi ia tidak dapatkan tanda2 yang
mencurigakan. ia telah memastikan bahwa jalan keluar pasti dikuasai oleh pesawat rahasia. Tetapi
saat itu ia tidak dapat menemukan dimana adanya pesawat rahasia tersebut.
Didalam goa itu keadaannya gelap gulita. Ia tidak tahu saat itu sudah jam berapa. tetapi jika
dihitung dari mula2 ia masuk tadi mulut goa sampai sekarang mungkin sudah mendekati pagi hari
saat itu.
Entah berapa lama lagi telah berlalu ia tetap masih belum mendapatkan jalan keluar. Dalam
keadaan sengit, ia lantas kumpulkan kekuatan dikedua belah tangannya, lalu main gempur dinding

disekitarnya. Gempuran itu hebat sekali, sampai batu2 berserakan ditanah. Tetapi hasilnya, hanya
membuang tenaga secara cuma2 saja.
Rasa lapar dan haus mulai menyerang dirinya. saat itu ia hanya merasakan mulutnya haus,
perutnya lapar. Tetapi dalam goa itu, dimana bisa mendapatkan air? setetes airpun tidak bisa
didapatkan. Dalam keadaan demikian itu, rasa lapar dan haus itu dirasakan makin menjadi2.
Agaknya semenitpun tidak sanggup lagi untuk menahan rasa haus dan laparnya.
"Apakah aku Yo Cie Cong harus binasa ditempat ini? Apakah aku akan mati konyol? Tidak- tidak
Aku tidak boleh mati Aku masih harus melaksanakan tugas2ku2." demikian Yo Cie Cong berkata
pada dirinya sendiri.
Memikir demikian, ia lantas berduduk dalam keadaan lesu, badannya menyender.
Rasa haus dan lapar masih sanggup diterimanya, tetapi rasa penasaran dalam hatinya belum
mampu menyelesaikan tugasnya, membuat ia seperti tengah berada di-tengah2 lautan api.
Per-lahan2 ia mulai putus asa. sekalipun ia mempunyai kepandaian luar biasa, dalam keadaan
demikian, apa yang dapat diperbuatnya?
Memikir begitu, Yo Cie Tiong dengan tanpa merasa sudah meloloskan benda kecil yang
dikalungkan dilehernya yaitu 'Liong-kuat'nya. Dengan tangan gemetaran ia memainkan sejenak
benda2 kecil itu, air matanya mengalir bercucuran.
Ia masih ingat jelas, ber-kali2 ia telah diberitahukan oleh suhunya, bahwa benda kecil yang
dikalungkan lehernya itu mempunyai hubungan rapat dengan asal usulnya, maka gurunya telah
menyuruhnya menyimpan benda itu baik2. selelah menemukan pasangannya yang dinamakan
'Hong-kuat' itulah saatnya baginya untuk mengetahui asal-usul dirinya....
Pesanan gurunya itu agaknya masih seperti berkumandang didalam telinganya. Tetapi
sekarang, ia akan binasa secara penasaran bagaimana ia bisa menemukan 'Hong kuat'?
Dan, Liong- kuat itu, yang merupakan tanda pengenal satu2nya bagi dirinya, juga akan lenyap
ber-sama2 dengan dirinya.
Teka-teki mengenai asal- usulnya, akan merupakan teka-teki yang tidak akan terbongkar ucnuk
se-lama2nya.
"Lui Bok Thong, jika aku masih diberi kesempatan untuk hidup terus, aku pasti akan hancur
leburkan dirimu" Dengan sangat gemas ia berkata sendirian.
Akan tetapi, lain suara dari lubuk hatinya, agaknya telah memberitahukan padanya, "Yo Cie
Cong, kau tidak akan dapat melakukan semua itu. Kau tidak dapat keluar dari goa ini untuk selama2nya.
semua dendam sakit hatimu akan ikut terkubur disini ber-sama2 kau."
Putus asa se-olah2 juga ular yang sangat berbisa memagut mangsanya selalu menggoda
hatinya. Ia tidak takut mati, karena ia sudah pernah dua kali mengalami kematian. Pertama kali
ketika ia berada ditempatnya danau Naga, binasa dibawah telapak tangannya iblis Wajah singa,
kedua kalinya binasa ditangannya Liat- yang Lo koay di Cit-lie-peng didalam badannya ada khasiat
Mustika Gu-liong-kauw, maka ia dapat hidup kembali setelah mati.
Kali ini mangkin untuk ketiga kalinya ia akan mati. Ia telah terkurung didalam goa, sehingga
harapan untuk hidup boleh dikata hampir tidak ada sama sekali.
Ia hanya merasa bahwa sekeaang ini ia masih belum boleh mati. jika ia mati sebelum
menyelesaikan semua tugas yang diberikan suhunya, ia akan mati dengan mata tidak bisa meram,
dan roh-nya akan terus gentayangansetelah
dengan tidak merasa ia mencium benda kecil Liong- kuat itu lalu dilakukan lagi dengan
rapih dilehernya.
Pada saat itu dengan tidak sadar jari tangannya telah menyentuh dua potong kayu wasiat ouwbok
Po-lok Cin-kuat dan Cin-kai. Dengan cepat ia lantas mengeluarkan kayu itu kedua-duanya.
Kebiasaannya seorang yang gemar mejakinkan ilmu silat, telah membuat ia dengan sendirinya
tertarik untuk memeriksa arti tulisannya yang tertera dalam potongan kayu itu. Meskipun dalam
keadaan gelap gulita, ia mau mencoba juga kerahkan seluruh Perhatiannya dan dengan matanya
yang tajam ia telah berhasil dapat melihat tulisan2 yang tertera diatas pcoongan kayu kecil itu.

Pertama-tama yang dapat dibacanya ialah, nama2 dari ilmu tipu serangan yang masing2
dinamakan 'Lui-keng Thian-tee' (Geledek mengejutkan langit dan bumi), la la Lip-ciang To- liong
(Dengan telapakan tangan membunuh naga), seterusnya, 'Chiu-hong Lok-yap' (Daun runtuh
tertiup angin musim rontok), 'Lo-hay Hong-po' (Badai gelombang lautan) dan 'Kian-kun sit-sek'
(Langit dan bumi bergoncang).
Dibawahnya setiap nama tipu2 serangan, dijelaskan juga empat patah tulisan hapalannya.
Tatkata Yo Cie Cong membaca tulisan itu, bukan saja terlalu dalam artinya, tetapi juga aneh
luar biasa. Ia membaca terus, sampai sepuluh kali lebih, tetapi sedikitpun belum menemukan
artinya.
oleh karena perasaannya tertarik oleh serangan yang aneh2 itu, telah membuatnya untuk
sementara melupakan penderitaan yang dirasakan saat itu.
Cepat2 ia memeriksa lagi sepotong ouw-bok Po-lok Cin-kai yang lainnya, mula2 seluruh
pikirannya dipusatkan pada tipu serangan yang pertama, yang disebut 'Lui-keng Thian-tee'
sesudah dicocokkan satu dengan yang lainnya, agaknya ia mulai sedikit paham. Ia lalu
mengerjakan keras otaknya untuk memecahkan lebih dalam arti2 dalam setiap perkataan dari apa
yang tertulis itu, makin dipikir ia makin merasa bahwa tipu serangan 'Lui -eng Thian-tee' itu,
kebalik anehnya, maupun kekuatan semua merupakan tipu serangan yang tidak ada
tandingannya.
Tiga jam kemudian, Yo Cie Cong kelihatan mulai kegirangan. ia lompat bangun dan dengan
tidak berhentinya terus ia meyakinkan penemuannya yang baru itu Kembali setelah dua jam
berlalu lagi. Yo Cie Cong lantas berseru dengan perasaan girang: "Benar seharusnya begini? ini
benar2 merupakan suatu pelajaran yang sangat luar biasa"
Sampai pada saat itu, ia baru sadar bahwa ia sendiri meskipun sudah beberapa kali
menemukan penemuan ajaib, mendapatkan kekuatan jasmani yang sangat hebat, tetapi jika tidak
ditambah lagi atau diperlengkapi lagi dengan ilmu ouw-bok sin-kang, itu ilmu silat yang sudah
lama menghilang dan merupakan ilmu silat yang sudah tidak ada taranya mdalam rimba
persilatan, benar2 masih belum boleh dikatakan cukup untuk mengeluarkan seluruh kekuatannya.
Akan tetapi, ilmu silat yang tidak ada taranya itu. juga hanya seorang yang seperti Yo Cie Cong
inilah yang mempunyai tenaga yang melebihi tenaga manusia biasa, yang dapat menggunakan
dan dapat menarik manfaatnya.
Baru jurus pertama saja Yo Cie Cong dalam beberapa jam itu telah mendapatkan hasil yang
tidak ternilai harganya.
Dengan ilmu yang sudah dimilikinya, seperti Kan-goan Cin-cao dan Liang- khek Cin-goan, dua
macam ilmu tenaga dalam yang sudah tidak ada taranya, diperlengkapi lagi dengan ilmu ouw-bok
sim-keng. Kekuatannya yang akan menggetarkan seluruh dunia rimba persilatan.
Yo Cie Cong boleh dikata sudah lupa pada saat itu ia sedang berada dimana. ia sudah lupa
pada rasa lapar dan hausnya serta lelahnya. Badannya mendadak melesat lima tombak lebih, ia
mengerahkan seluruh kekuatannya, ia hendak mencoba ilmu serangan 'Lui-keng Thian-tee'
sebetulnya sampai dimana hebatnya.
Ketika dua tangannya bergerak. sebentar kemudian timbul reaksi yang sangat aneh.
Ia tujukan serangan itu kebawah tanah. Suatu suara seperti gunung rubuh yang gemuruhnya
terdengar hebat.
Tiba2, ketika kekuatan serangan tersebut menggempur lapisan dibawah tanah dalam goa itu,
mendadak keluar suara ledakan yang sangat hebat, sehingga batu2 pada berhamburan. Seluruh
goa tergoncang hebat. Suara ledakan itu menggema dari empat penjuru dinding, membuat Yo Cie
Cong merasakan telinganya sakit, sedangkan badannya telah terpental mundur dan membentur
dinding goa.
Ia merasakan sekujur badannya sakit, matanya ber-kunang2. Ia mengira bahwa atas goa itu
sudah digempur rubuh olehnya. Bukankah itu berarti ia menguruk mati dirinya sendiri?

Setelah pikirannya tenang kembali, matanya celigukan melihat keadaan diseputarnya. Tiba-tiba
ia menjadi kegirangan- Dengan tidak terasa telah berseru: "Aku bisa hidup terus"
Kiranya tepat dibawah tanah dalam goa itu, ternyata adalah pintu goa yang tebalnya lima kaki.
Pantas saja tadi ketika digempur oleh Yo Cie Cong, suaranya begitu keras dan sekarang pintu
itu telah terbuka sebab batunya telah hancur ber-keping2. Sinar terang mulai kelihatan menyorot
masuk dari lubang yang terbuka itu.
Yo Cie Cong setelah menyimpan baik2 dua potong kayu wasiatnya, segera melesat keluar dari
lubang pintu goa itu.
Baru saja meninggalkan pintu goa. mendadak dirasakan ada perubahan pada dirinya.
badannya ternyata seperti terapung ditengah udara, sedangkan dibawahnya terdapat suatu
jurang yang tidak kelihatan dasarnya.
Kiranya mulut goa itu telah dibuka disamping gunung. Yo Cie Cong yang belum tahu
keadaannya, ia masih mengira berada ditanah diatas, maka dengan tidak pikir2 lagi lantas melesat
keluar. sudah barang tentu kakinya tidak dapat menginjak tanah, sebaliknya ter-apung2 ditengah
udara.
Keringat dinginnya lantas mulai keluar. Untung dia mempunyai ilmu silat tinggi. Ditengah udara
ia kerahkan seluruh kepandaiannya, ia tiba2 membelokkan arahnya dan kembali turun diatasnya
sebuah bukit.
Bukit itu meski keadaannya sangat berbahaya, tetapi dimatanya seorang sebagai Yo Cie Cong,
dianggapnya tidak beda dari tanah datar.
Dengan meminjam tanah yang tidak rata diatas bukit itu, untuk menotolkan kakinya, se-olah2
burung garuda itu mengapung tinggi lagi keatas. Hanya dengan beberapa kali gerakan saja ia
sudah berada diatas puncak gunung. setelah melalui beberapa gunung, ia menemukan jalan raya
kembali. Ketika ia melihat keadaan cuaca, ternyata hari sudah pagi dihari ketiga.
Yo Cie Cong coba meng-hitung2 waktunya. Hendak mengadakan pertemuan digunung Hoa-san.
Ternyata sudah semakin dekat. Dihari kelima pada malam harinya ia harus sudah berada ditempat
Bong-goat-peng dibelakangnya puncak gunung Hoa-san, untuk menepati janjinya.
Ia tidak ada kesempatan lagi untuk memikirkan soal ouw-bok-Po-lok. Ia terus lari turun gunung
dan melanjutkan jalannya lagi melalui jalan raya.
Dirumahnya seorang petani, didekat jalan raya ia coba numpang minta makan. setelah tangsal
kenyang perutnya, ia terus melanjutkan perjalanannya ke san-see.
Hari itu, selewatnya tengah hari Yo Cie Cong sudah tiba didaerah Man-coan-ko-koan yang
merupakan perbatasan antara san-see dan im-lam.
Ia hitung2 waktunya. Ternyata masih mempunyai cukup waktu untuk menepati janjinya, maka
dengan tindakan per-lahan2 ia memasuki daerah kota. Ia ingin mencari sebuah rumah makan
untuk tangsal perut, sekalian mencari tempat untuk tempat menginap. untuk melepas lelah selama
beberapa hari ini.
Dua jalanan besar sudah dilaluinya, tetapi masih belum juga berhasil menemukan rumah
makan yang cocok untuknya. semua rumah makan yang ditemukan, kalau tidak terlalu ramai,
tentu terlalu kotor.
selagi ia hendak membeluk kelain jalanan diantara orang yang berjalan tiba2 dilihatnya ada
berkelebat satu bayangan merah yang dari belakangnya kelihatan seperti ia sudah kenal betul
dengan potongan tubuhnya. Hatinya tergerak dan segera menyusul bayangan merah tadi.
Bayangan merah itu sebentar kelihatan sebentar menghilang diantaranya ramainya orang
berjalan, sebab saat itu kebetulan adalah hari pasaran, sehingga banyak orang dari perbagai desa
yang masuk kedalam kota untuk berbelanya, maka jalanan besar diatas kota kelihatan ramai
sekali.

Untuk mencegah jangan sampai menimbulkan onar dijalan besar, Yo Cie Cong terpaksa
menguntit dengan- sabar.
setelah melalui lagi beberapa jalanan,. orang yang berjalan kelihatan semakin sedikit.
Yo Cie Cong lalu mempercepat gerakan kakinya, tetapi orang berbaju merah itu se-olah2
mempunyai mata dibelakangnya, ia juga mempercepat jalannya.
sebentar saja ia sudah berada diatas jalan raja diluar kota. Kedua orang terpisah tidak sampai
sepuluh tombak jauhnya.
Yo Cie Cong sudah dapat mengenali bahwa orang berbaju merah itu adalah itu wanita aneh
yang memakai baju merah dia kedok merah yang sedang dicarinya.
sebab potongan badan dari perempuan itu mirip benar dengan siangkoan Kiauw itu belum lama
munculnya didunia Kang-ouw terjadi peristiwa terbunuhnya Cin Bie Nio. ketua dari perkumpulan
Pek-leng-hwee, maka Yo Cie Cong bertambah kecurigaannya, bahwa wanita aneh ini mungkin
sekali adalah siangkoan Kiauw yang pernah bersumpah akan sehidup sejiwa dengan dia.
Tetapi mengapa wanita itu ketika mula2 bertemu tidak mau mengenali padanya, se-olah2
merasa asing satu dengan lainnya? Itulah yang membuat ia tidak habis pikir.
"Apakah siangkoan Kiauw sudah berubah hatinya? Rasanya tidak mungkin Mungkin ia
mempunyai kesulitan dalam hatinya sehingga untuk sememtara tidak mau memperlihatkan wajah
aslinya. Tetapi kesulitan macam apakah sebetulnya? Biar bagaimana juga aku harus dapat
membuka tabirnya."
Demikianlah setelah Yo Cie Cong mengambil keputusan, badannya lantas lompat melesat,
sampai kira2 terpisah dua tombak dibelakangnya perempuan itu.
Wanita itu mendadak putar balik tubuhnya ia berhenti ditengah jalan. Yo Cie Cong terperanjat,
ia juga lantas berhenti.
Setelah saling berhadapan kedua orang itu Yo Cie Cong merasa bahna wanita itu kecuali bagian
mukanya yang tertutup, seluruh badannya dari atas sampai kebawah tidak ada sebagian juga
yang tidak mirip dengan siangkoan Kiauw, maka itu hampir saja Yo Cie Cong berseru memanggil
namanya.
Wanita berkedok merah itu setelah berdiri tertegun sejenak, mendadak berkata dengan suara
ketus: "Kau ini mengapa tidak tahu aturan, terus mengejar-ngejar aku?"
Yo CIE CONG, mendengar suara itu, seperti tidak asing lagi baginya, tetapi juga tidak mirip
dengan suaranya siangkoan Kiauw, maka untuk sesaat lamanya ia tidak mampu menjawab.
"Eeee, apa kau orang gagu ?"
"siapa yang gagu?"
"Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku."
"Pertanyaan apa?"
"Apa sebabnya kau terus mengejar aku ?"
"Diatas jalan raja, siapa saja toch boleh berjalan? Dengan alasan apa kau kata aku mengejar
kau ?"
"Hmm, apa kau kira nonamu gampang2 kau permainkan? Kuberitahukan padamu. jikalau kau
tahu gelagat, lebih baik kau lekas enyah dari sini. jikalau tidak...."
"Bagaimana ?"
"Nonamu hari ini akan memberi hajaran padamu."
Wajah Yo Cie Cong lantas berubah, ia berkata dengan suara dingin: "Kau hendak menghajar
aku? Ha, ha...."
"orang lain boleh takuti kau pemilik Golok Maut tetapi buat nonamu, tidak"
Yo Cie Cong kaget mendengar jawaban itu, dengan tidak sadar sudah mundur satu tindak.
Dalam hatinya pun ia lantas berpikir: "Heran- sungguh Kenapa ia tahu aku ini pemilik Golok
Maut?"

Akan tetapi, ucapannya nona itu membuat ia tidak sanggup menahan rasa sabarnya, maka ia
lantas menyahut: "Perkataan nona ini apa artinya?"
"Apa artinya? Aku tanya kau, apa sebabnya kau mengejar aku?"
Yo Cie Cong berpikir. "Apa tidak baik aku menggunakan perkataannya untuk menyelidiki
dirinya? Aku toch tidak bisa, oleh karena suaranya tidak mirip lantas pungkiri anggapanku setidak2nya
aku harus tahu asal-usulnya."
setelah berpikir demikian, ia lalu mulai berkata dengan suara sabar: "sebabi .. sebab... kau
mirip dengan seseorang."
"Kau toch tidak bisa melihat wajah asliku? Bagaimana kau tahu aku mirip dengan orang yang
kau maksudkau?" .
"Dari bentuk dan potongan nona, nampaknya memamg mirip sekali dengan dia."
"Mirip dengan siapa ?"
"seorang yang tidak dapat kulupakan seumur hidupku. oleh karena dia, aku lalui dalam
penderitaan-"
Wanita berkedok itu dadanya agak bergetar,
Yo Cie Cong yang mengawasi dengan matanya yang tajam, dapat mengetahui perubahan si
nona.
"Orang itu siapa namanya?"
"Ia bernama siangkoan Kiauw yang suka sekali memakai pakaian warna merah seperti nona."
Yo Cie Cong sehabis mengucapkan perkataannya, matanya terus ditujukan kearah wanita tersebut
untuk mengetahui reaksinya.
Benar saja, badannya wanita itu tergetar, maka dalam hatinya lantas berpikir: "Apa tidak bisa
jadi ia sengaja merubah nada suaranya supaya aku tidak dapat mengenalinya lagi? Tetapi kenapa
begitu?"
Wanita berkedok itu setelah berdiam sesaat lamanya baru berkata "Dimana adanya wanita
yang kau katakan itu?
"Dia telah mendapat kecelakaan dilautan Lam-hay, sampai sekarang aku masih belum tahu
mati hidupnya."
"Apa dia ada harganya sampai kau menderita seumur hidup?"
"sudah tentu."
"Hh Bohong omong kosong Dengan wajah dan kepandaianmu, apa kau tidak bisa dapatkan lain
wanita ?"
"Hatiku hanya Tuhan yang tahu."
"Tetapi itu cucunya Pengail linglung, nona ut-tie Kheng, kau toch tidak bisa pungkir tidak
cintakan padanya ?"
Yo Cie Cong kembali dibikin ter-heran2. Mengapa urusan pribadinya sendiri dapat diketahui
dengan jelas oleh nona berkedok merah ini? "Bolehkah nona beritahukan padaku nama nona yang
mulia ?"
"Tidak ada perlunya,"
"jikalau aku ingin tahu ?"
"Aku tidak akan beritahukan padamu."
Yo Cie Cong tergoncang pikirannya. Mendadak ia berseru: "Kau sendiri adik Kiauw "
Wanita berkedok itu mundur setindak dan berkata dengan suara bengis: "siapa ada adik
Kiauwmu"
"Adik Kiauw, kau boleh tidak perdulikan aku lagi, tetapi kau harus beritahukan apa sebabnya?"
"Kalau kau mengaco belo lagi. jangan salahkan nonamu nanti turun tangan dan tidak akan
kenal kasihan lagi."
"Adik Kiauw, kau tidak perlu main sandiwara lagi. sejak hari itu, untuk partama kali aku melihat
kau, aku lantas...."
"Aku beritahukan lagi padamu, kau jangan omong yang tidak2."
"Peristiwa Cin Bie Nio yang mati dipenggal kepalanya diwaktu malam kau toch tidak bisa
pungkir bahwa ini adalah perbuatanmu?"

"sekali lagi kukatakan, aku bukannya adik Kiauw mu."
"Apa benar bukan?"
"Bukan-"
"Kalau begitu, kau ini siapa?"
"Hal ini tidak perlu kau cari tahu."
" Kalau begitu, harap nona suka buka kedokmu."
"Mau apa ?"
"jikalau terbukti ucapan nona tidak bohong, aku segera akan pergi."
"Tidak bisa."
"Kalau begitu, terpakaa aku berlaku kurang ajar."
Wanita berkedok itu kembali mundur satu tindak. badannya yang langsing kelihatan gemetar.
Yo Cie Cong yang menjaksikan itu semua telah membenarkan dugaannya, maka ia lantas maju
menghampiri tiga tindak.
"Kau mau apa ?"
"Aku selamanya akan berbuat seperti apa yang aku ucapkan. Aku inginkan bukti betul apa tidak
kau ada wanita yang sedang aku cari."
"Kau berani?"
"Kenapa tidak?"
sehabis berkata, dengan cepat ia sudah berada disampingnya wanita itu. Ia turun tangan cepat
menyambar kedoknya yang merah, tetapi wanita itu dengan kelincahan dan kegesitannya yang
luar biasa sudah melesat kesamping mengegos, kemudian dengan balikkan tangannya
melancarkan satu seranganjangan
dikira bahwa serangan yang dilancarkan secara seenaknya saja itu lemah, ternyata
serangan itu mengandung kekuatan yang maha hebat.
Ketika menyambar tempat kosong. Yo Cie Cong diam2 juga merasa terkejut. saat itu angin kuat
sudah menyambar datang kaarahnya. Untung ia mempunyai kepandaian yang sangat luar biasa.
Dengan caranya yang indah sekali ia berhasil menghindarkan serangan tersebut, kemudian
balikkan badannya lagi, tangannya kembali menyambar keduknya sinona.
Wanita berkedok merah itu tiba2 melesat tinggi secepat kilat, kemudian la nmemutar, dengan
gaya seperti alap2 menyambar ayam melayang turun menyambar kepalanya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong ketawa dingin- Dengan cepat ia sudah menghilang seperti setan.
Wanita itu ketika tidak berhasil menyambar kepalanya Yo Cie Cong, badannya melesat lagi
keatas. Ia melihat Yo Cie Cong sudah berada ditempat satu tombak lebih jauhnya, maka ia lantas
ulurkan kedua tangannya, ditengah udara kelihatan sepuluh jari dari kedua tangannya itu dikepal
dan dibuka dari situ mendadak meluncur keluar sambaran angin yang sangat tajam, yang terus
menyambar kearah Golok Maut.
Yo Cie Cong sudah menduga betul bahwa ia adalah siangkoun Kiauw, kekasihnya yang
mendapat kecelakaan dilautan Lam-hay, maka ia tentu tidak berani turun tangan sungguh2
supaya jangan salah tangan mencelakakannya.
Dan kini, ketika mendapat serangan angin hebat yang keluar dari jarinya sinona, kembali ia
menggunakan ilmu menggeser tubuh menukar bayangannya, dengan cepat meluputkan diri dari
serangan hebat tersebut.
Tetapi kepandaian wanita itu benar2 luar biasa tingginya. Kekuatan angin yang keluar dari
sepuluh jari tangannya ternyata hebat sekali. jikalau Yo Cie Cong tidak mempunyai kepandaian
ilmu yang dapat mengelakan serangan itu, mungkin akan rubuh ditangannya.
Wanita kedok merah itu ketika mengetahui bahwa serangannya yang hebat itu mengenakan
tempat kosong, badannya lantas meluncur turun kebumi, kemudian memutar kedua tangannya,
sehingga terlihat seperti banyak bayangan yang dengan secara aneh terus menyerang Yo Cie

Cong sampai sembilan jurus ber-turut2. semuanya itu dengan secara beruntun ia telah
melancarkan dua puluh tujuh kali serangannya,
Dengan mengandalkan ilmu Menggeser tubuh menukar bayangan-nya Yo Cie Cong berhasil
menghindarkan setiap serangan dari wanita berkedok kain merah itu. Tapi setelah mendapat
serangan hebat demikian rupa, ia lantas mengambil keputusan untuk melayani benar2.
Maka selanjutnya, tangan kanannya lantas terayun dengan disertai tujuh bagian kekuatannya.
Hawa merah dan putih meluncur keluar dari tangannya dibarengi dengan meluncurkan
kekuatan yang sangat dahsyat kearah lawannya.
Wanita berkedok kain merah itu diam2 kertak gigi, kakinya lalu memasang kuda2 yang kuat. ia
juga mengeluarkan serangan berat untuk menyambuti serangan Yo Cie Cong.
ooo OOOOO ooo
DUA MACAM kekuatan yang saling beradu telah menimbulkan suara bentakan hebat. Kedua
orang yang mengadu kekuatan itu pada mundur setindak.
Ilmu Liang- kek Cin-goan Yo Cie Cong yang dikeluarkan dengan Kekuatan tujuh bagian,
ternyata masih belum mampu melenyapkan kekuatan serangan pihak lawan, bahkan ia sendiri
sudah dibikin terpental mundur sampai satu tindak. sudah barang tentu ia merasa ter-heran2.
Tetapi oleh karenanya juga, maka timbullah kegusaran dan perasaan tidak mau mengalahnya.
Ia lantas berkata dengan suara nyaring: "Coba sambuti sekali lagi "
Ucapannya itu dibarengi oleh meluncurnya kekuatan yang kedua. Tetapi kali ini ia
menggunakan kekuatan sepenuhnya.
Wanita berkedok kain merah itu agaknya juga sudah menggunakan tenaga sepenuhnya untuk
menyambuti serangan Yo Cie Cong.
Kembali terdengar suara benturan keras. Tetapi kali ini, kekuatan tenaga dalam yang keluar
dari tangannya wanita berkedok kain merah telah dibikin lenyap sembilan bagian oleh ilmu
serangannya Yo Cie Cong, maka kesudahannya, Yo Cie Cong hanya kelihatan bergoyang badannya
sebentar, tetapi wanita baju merah itu terdorong mundur dua tindak.
"sungguh hebat"
Demikian terdengar suara yang keluar dari mulutnya wanita berkedok kain merah itu. yang
kemudian lantas melancarkan serangannya lagi kearah Yo Cie Cong.
serangan yang dilakukan oleh wanita itu, baik dilihat dari sudutnya, maupun dilihat dari tempat
yang diarahnya, semuanya merupakan serangan yang aneh luar biasa dan sangat berlainan dari
kebiasaan serangan orang2 rimba persilatan- sehingga membuat lawannya, merasa ripuh dan
tidak tahu bagian mana yang harus dijaga.
Yo Cie Cong terkejut bukan kepalang. ia tetap menggunakan ilmu Menggeser tubuh menukar
bayangan-nya, se-olah2 lakunya hantu ia melesat sampai lima kaki jauhnya, sedang kaki tangan
kanannya dengan tanpa sadar lantas balas menyerang dengan menggunakan kekuatan sepenuh
tenaganya.
semua gerakan itu dilakukannya secara cepat luar biasa, sehingga membuat lawannya tidak
mendapat kesempatan untuk menyambuti sarangannya. Ketika wanita berkedok kain merah tadi
setelah melancarkan serangannya dan mendadak kehilangan orang yang diserangnya, mengetahui
keadaan tidak beres, tetapi sebelum memikirkan begaimana caranya harus bertindak, kekuatan
hebat sudah mengancam dirinya.
Maka segala daya upaya untuk menyingkirkan serangan tersebut sudah terlambat.......
sebagai kesudahannya, hanya terdengar suara jeritan nyaring, satu bayangan merah tampak
terpental sejauh tiga tombak yang kemudian jatuh rubuh ditanah. Yo Cie Cong diam2 lantas
mengeluh: "Celaka".
"Kau berani melukai Kiongcuku" Kemudian disusul oleh sambaran kekuatan angin yang sangat
hebat menyerang padanya.

Yo Cie Cong karena menuruti hawa napsunya, telah melukai pihak lawannya. Ia sangat kuatir
apabila lawan itu benar2 siangkoan Kiauw adanya, maka kejadian ini tentu sangat sulit baginya
untuk membereskan- seketika itu hatinya dirasakan sangat kalut,
Dalam keadaan demikian, Ia telah terkena serangan orang tadi dengan telak.
Ia lalu keluarkan suara seruan tertahan, badannya hampir saja terpukul rubuh.
oleh karena dalam dirinya Yo Cie Cong ada ilmunya Liang- kek Cin-goan yang melindungi ilmu
itu jika mendapat serangan dari luar, lantas kelihatan khasiatnya, secara reftek. Maka meski
mendapat serangan secara tiba2, juga sukar untuk dapat melukai dirinya. jika tidak adanya ilmu
tersebut, meski tidak membuat dia binasa terkena serangan orang tadi, setidaknya juga tentu
akan terluka parah.
Ketika ia membuka lebar kedua matanya, dilihatnya seorang wanita tua yang jelek wajahnya
berdiri dihadapannya, kira2 dua tombak lebih jauhnya. Dengan sorot matanya yang tajam nenek
itu mengawasi Yo Cie Cong.
Ucapan si nenek yang mengatakan "Kau berani melukai Kiongcuku" telah dapat didengar
sepatah demi sepatah oleh Yo Cie Cong dengan tegas, maka hatinya lantas berpikir: "Kalau begitu,
apa ia benar2 bukannya adik Kiauw? Tetapi nenek ini dari golongan mana? Kenapa kekuatannya
begitu tinggi?" .
Pada saat itu wanita berkedok kain merah itu kelihatan sudah siuman kembali dan lantas
kembali dan lantas bangun berdiri dengan keadaan ter-huyung2.
Nenek itu cepat2 membimbing dirinya, lalu berkata dengan suara yang penuh kasih sayang dan
lemah lembut:
"Kiongcu, apa Kioncu terluka berat? Biarlah aku nanti bunuh bocah ini untuK melampiaskan
kemendongkolanmu"
Ketika mendengar perkataan nenek itu, diam2 Yo Cie Cong sudah bersiap siaga.
selagi hendak membuka mulutnya, wanita berkedok kain merah itu sudah berkata sambil
geleng2kan tangannya: "sudahlah. Mari kita pergi."
Dalam hatinya Yo Cie Cong merasa tidak enak. tetapi sebagai seorang pemuda beradat tinggi,
ia tidak mau menyatakan penyesalannya, ia tidak mau meminta maaf, hanya semua itu dilukiskan
diwajahnya saja.
Nenek itu lantas berkata sambil delikkan matanya: "Kiongcu, apa artinya ini? Apa...,.."
"Bibi Cin, hal ini lain waktu kita bicarakan lagi."
Nenek tua itu yang dipanggil Bibi Cin tadi lantas berkata pula: "Kiongcu, bagaimana, kau bisa
berbuat begitu."
"Biarkan sajalah dulu."
"Apa kau sudah tidak perdulikan nama baiknya kita orang2 dari Pek-soa-kiong ?"
"Ah " wanita berkedok kain merah yang dipanggil Kiongcu itu hanya menghela napas sebagai
jawaban- suara elahan napasnya itu membuat tercengang hatinya Yo Cie Cong. Ia tidak tahu apa
sebabnya wanita itu mengelah napas, bahkan kelihatannya seperti mengandung banyak
kesedihan-
Didalam hatinya, Yo Cie Cong saat itu berpikir^ "Kiranya ia adalah putri dari Pek-soa-kiong dari
golongan Lam-hay pay? Entah apa perlunya ia datang kedaerah Tionggoan? Lam-hay-pay memiliki
kepandaiannya yang tersendiri Hampir setiap generasi terus mengeluarkan seorang yang terkuat
dengan kepandaiannya yang aneh. Cuma serangan si nenek itu tadi saja kelihatannya tidak boleh
dipandang ringan-
" Kiongcu...." demikian terdengar pula suaranya si nenek Cin.
"Bibi Cin, sudahlah. Paling-paling kita urus kerjaan kita lebih dulu."
orang tua yang disebut Bibi Cin itu dengan terpaksa anggukkan kepalanya, kemudian berkata
pula, "Kiongcu, apa kau kira Go Cee Jin itu bisa memenuhi permintaan kita?"
"Bisa saja, kabarnya dia adalah seorang tabib yang berhati mulia."

Ketika mendengar pembicaraan mereka berdua yang menyebut-nyebut nama Go Cee Jin,
hatinya Yo Cie Cong lantas bercekat.
Bukankah Go Cee Jin itu juga merupakan penolong besarnya? Dua puluh tahun berselang
ketika Kam-lo-pang dibasmi oleh musuhnya, hampir semua orangnya terbunuh habis.
Pangcunya, yaitu Yo Cin Hoan, dengan tongcunya Cek Kun dan Ciu Hian To, dalam keadaan
sudah tidak utuh anggota badannya, pingsan diantara timpukan bangkai2 manusia, sesudah
musuhnya semua berlalu. Go Cee Jin yang kebetulan lewat disitu ketika hendak mencari obat2an,
ketika melihat bangkai manusia berserakan ditanah, ia coba memeriksa satu persatu. Ia hanya
dapatkan tiga orang yang nadinya masih bergerak. sebagai seorang tabib pandai yang berhati
mulia, ia terus memberi pertolongan kepada tiga orang yang sudah bercacat itu dari tangannya
malaikat elmaut. Meskipun Yo Cin Hoan bertiga pada tiga puluh tahun kemudian kembali terbunuh
ditangannya iblis rambut merah, tetapi Yo Cin Hoan sudah menghasilkan atau menurunkan
seorang kuat yang berupa Yo Cie Cong, orang yang memegang peranan sebagai pemilik Golok
Maut untuk melanjutkan usahanya menuntut balas.
Semua kejadian itu masih tergores dalam sekali dalam lubuk hatinya Yo Cie Cong. setiap saat ia
memikirkan bagaimana harus mencari tabib budiman itu untuk membalas budinya, Tetapi tabib
yang sangat mulia itu sudah lama menghilang dari dunia Kang-ouw, maka usahanya untuk
mencarinya selalu tersia-sia saja.
Dan kini, kedua wanita itu mendadak me-nyebut2 nama Go Cee Jin, maka dalam kagetnya ia
tidak tahu maksudnya wanita berkedok kain merah itu hendak mencari tabib budiman itu
Diam2 ia berpikir: " Kenapa aku tidak menguntit mereka supaya aku tahu kediamannya Go Cee
Jin dan lain waktu supaya bisa mengunjunginya untuk membalas budinya? Lain dari itu, supaya
aku juga bisa mengetahui bahwa orang2 Pek-soa-kiong dari golongan Lam-hay-pay ini mau minta
apa daripadanya. jika mereka mengandung maksud tidak baik terhadap dirinya tabib mulia itu, aku
juga bisa lantas turun tangan untuk memberi bantuan-"
Nenek tua itu kelihatan mengawasi Yo Cie Cong dengan mata mendelik, lalu berkata pula
kepada Kiongcunya: "Kiongcu, kalau begitu, bukankah akan membuat bocah ini menganggap
bahwa Lam-hay-hay sudah tidak ada orangnya lagi?"
"soal ini lain waktu kita bicarakan lagi."
"Kalau Kiongcu tetap berpikiran begtu, hari ini terlalu enak sekali buat bocah ini."
Yo Cie Cong yang mendengar percakapan kedua orang itu, lantas keluarkan suara di hidung.
Si nenek Cin kembali delikkan matanya sembari membentak: "Bocah, apa kau. merasa
bangga?"
"Hh Percuma saja kau hidup sudah sampai begitu tua. kau masih belum tahu tingginya langit
dan tebalnya bumi."
"Ha, ha....Kau berani memberi nasehat pada nenekmu ?"
Ketika mendengar perkataan 'Nenekmu', wanita berkedok kain merah itu lantas ketawa geli,
kemudian berkata: "Bibi Cin- apa kau sudah pernah dengar bahwa di Tiong-goan sudah muncul
satu bintang malaikat yang dijuluki pemilik Golok Maut?"
"Pertama kali aku menginjak bumi Tiong-goan, aku sudah lantas dengar orang pada
mengatakan Malaikat elmaut itu. Memangnya kenapa ?"
"Itulah dia orangnya."
si nenek itu dalam kagetnya lantas mundur satu tindak. Agaknya ia masih tidak mempercaya:
"Benarkah?"
"Kalau kau tidak percaya, boleh tanya sendiri."
setelah berpikir sejenak, nenek itu lalu berkata pada Yo Cie Cong dengan suara kasar: "Apa
benar kau ini pemilik Golok Maut yang menggetarkan dunia rimba persilatan daerah Tiong-goan ?"
Yo Cie Cong yang semula mengira bahwa wanita berkedok kain merah itu adalah siangkoan
Kiauw, kekasihnya yang dirindukan siang hari malam terus, mulanya ia mengambil sikap
mengalah. sekarang, setelah mengetahui bahwa wanita itu adalah orang dari golongan Lam-hay,

maka sikapnya sudah tidak begitu lunak lagi. Ketika ia mendengar pertanyaan si nenek. wajahnya
kelihatan semakin dingin, lalu balas menanya dengan suara ketus: "Kalau ia, bagaimana?"
"Tidak perduli kau dia atau bukan, aku siok-hun siang- ngo Cing Hong Lan -tidak akan pandang
kau sama sekali."
Yo Cie Cong sekarang baru tahu bahwa nenek yang sangat jelek dimukanya ini ternyata adalah
seorang kuat nomor satu dibawahnya Ketua dari golongan Lam-hay-pay. Pantas suaranya begitu
galak dan sikapnya begitu jumawa.
seketika itu ia lantas menjawab sambil ketawa dingin: "Kau Siok-hun siong-ngo. Boleh saja
menjagoi didaerah Lam-hay. Tetapi, bagiku tidak ada artinya. Kau anggap dirimu sudah cukup
hebat? Hmmm... Aku pemilik Golok Maut ingin belajar kenal"
Cin siok Lan delikkan matanya, ia sudah hendak turun tangan, tetapi kembali dicegat oleh
wanita berkedok kain merah, katanya: "Bibi Cin, marilah kita pergi. Kita urus kepentingan kita
dulu. suhu sedang menantikan kedatangan kita, bukan?"
"Tetapi bocah ini...."
"Kau tidak usah kuatir. Ada satu hari dia nanti pasti akan datang sendiri mencari kita."
Perkataan wanita berkedok kain merah ini bukan saja membikin Yo Cie Cong heran tetapi si
nenek Cin Hong Lan sendiri juga tidak habis mengerti. Apa sebabnya dikatakan Yo Cie Cong
sendiri akan mencari mereka?
"Apa ucapan Kiongcu ini benar?"
"Dikemudian hari kau nanti akan buktikan sendiri. Mari kita pergi."
Wanita berkedok kain merah itu setelah berkata lebih dulu bergerak meninggalkan tempat
tersebut-
Nenek Cin kembali delikan matanya mengawasi Yo Cie Cong baru menjusul majikannya.
Yo Cie Cong setelah ditinggalkan oleh mereka, hatinya kembali dirasakan kosong melompong.
Harapannya semula yang dikiranya telah menemukan kembaii kekasihnya, kini telah ludes.
Wanita kedok kain merah itu terang bukannya siangkoan Kiauw. Ini suatu bukti bahwa
siangkoan Kiauw benar2 sudah terbenam dalam lautan Lam-hay.
Tetapi dalam pikirannya Yo Cie Cong terhadap wanita berbedok kain merah itu telah timbul
kesannya yang sangat aneh. Ia ingin sangat menemukan dia lagi, bahkan bayangannya nona
dengan kedok kain merah itu selalu ada dipelupuk matanya, sebab potongan badannya mirip
benar dengan sang kekasih. sekarang ia mengerti apa sebabnya Thian-san Long-lie Tho Hui Hong
begitu pertama kali melihat dirinya, lantas mencurahkan segenap perhatiannya. sebabnya tentu
saja karena wajahnya mirip sekali dengan wajah kekasihnya yang sudah menghilang sekian tahun
lamanya. Itulah pengaruhnya asmara....
setelah pikirannya dikerjakan keras, ia ingat bahwa tujuannya kali ini ialah hendak kegunung
Hoa-san untuk menepati janji terhadap kedua manusia aneh dari rimba persilatan itu
Kalau di-hitung2, waktunya memang agak kurang, tetapi pikiran hendak membalas budi pada
tabib Go Cee Jin, mendesak ia supaya mengikuti terus jejaknya kedua wanita tersebut duluan.
Suatu perasaan lain yang aneh pula membuat ia mengambil keputusan cepat untuk mengikuti
jejaknya kedua wanita tadi.
Kira2 satu jam kemudian, ia sudah meninggalkan jalan raya dan mulai memasuki jalanan
pegunungan.
setelah melalui dua bukit, didepan matanya terbentang sebuah sungai. Dipinggir sungai itu
banyak sekali ditanami pohon2 bambu. Kalau angin bertiup, daun bambu itu me-lambai2. Tidak
jauh dari dalam rimba bambu itu, lapat2 terlihat sebuah bangunan atap.
Pada saat itu, bayangannya wanita berkedok kain merah dan si nenek Cin sudah menghilang
dalam rimba bambu.
Yo Cie Cong telah menganggap bahwa saat ini sudah sampai ditempat kediamannya Go Cee
Jin, dengan tidak ragu-ragu lagi ia lantas kerahkan ilmu Menggeser tubuh menukar bayangan-nya.

sehingga sebentar kemudian ia sudah berada didalam rimba pohon bambu. Tiba2 didalam rimba
pohon bambu terdengar suara jeritan seorang wanita
Yo Cie Cong tidak perlu sembunyikan dirinya lagi, dengan cepat lari menuju kearah datangnya
suara jeritan tadi, Dan-... Apa yang terlihat olehnya, membuat ia berdiri terkesima.
Dilihatnya ditanah lapang didepan rumah berratap ada sesosok mayat manusia. Itu adalah
seorang laki2 tua yang rambut dan jenggotnya sudah putih semua. Mayat itu kelihatan rebah
terlentang ditanah dengan badan mandi darah. Kematiannya sungguh mengenaskan.
sedangkan wanita dengan kedok merah dan si nenek Cin kelihatan berdiri kesima didepan
bangkai tersebut,
suara jeritan tadi tidak salah lagi pasti keluar dari mulutnya wanita yang berkedok kain merah
itu. sedangkan bangkai manusia itu juga tidak usah dikatakan lagi tentunya adalah penghuni
rumah atap itu sendiri, Go Cee Jin.
Wanita aneh berkedok kain merah itu ketika mendadak melihat Yo Cie Cong unjukan diri juga
merasa kaget dan ter-heran2.
sebaliknya dengan si nenek Cin Hong Lan, dengan mata melotot dan suara gusar berkata "Apa
perlunya kau datang kemari juga?"
Pada saat itu Yo Cie Cong sudah terbenam dalam kedukaan. Dalam otaknya hanya memikirkan:
"Go Cee Jin ada satu tabib yang sangat mulia. selama hidupnya, entah berapa banyak jiwa yang
telah ditolongnya. Ia tidak pernah berebut nama maupun pengaruh didunia luar. siapa orangnya
telah turun tangan begitu kejam?"
Pembunuhan lantaran permusuhankah? Adalah lain kecuali itu?
"satu2nya orang yang sudah melepas budi kepada Kam-lo-pang kini telah menemukan ajalnya
secara begitu mengenaskan. Aku Yo Cie Cong belum dapat membalas budinya dikala ia masih
hidup, sekarang terpaksa harus menuntutkan balas sakit hati ia setelah ia menutup mata."
Demikianlah Yo Cie Cong berjanji pada dirinya sendiri. Ia berdiri lenggong diliput kedukaan.
Atas pertanyaannya si nenek Cin Hong Lan, ia tinggal membisu seolah tidak mendengarnya .
"Hei Kau sedang pikirkan apa? Pertanyaanku tadi kau dengar apa tidak?" tegur si nenek
mendongkol
"Apa?"
"Apa perlunya kau mengikuti kami sampai disini?"
"sungguh aneh. Mengikuti, kau kata? Kalian bisa datang kemari, mengapa aku tidak?"
"Aku... kau, bocah, apa maksudmu kau datang kemari?"
Mendengar pertanyaan demikian, Yo Cie Cong teringat kejadian pada beberapa jam dimuka,
mereka berdua pernah mengatakan hendak minta obat dari Go Cee Jin- Apakah kedatangannya
mereka berdua kemari Ini ada kepentingannya dengan kematiaanya Go Cee Jin ini? jika bisa
mengetahui maksud sebenarnya dari kedatangan mereka, mungkin dapat diusut urusan
pembunuhan ini.
oleh karena berpikir demikian, maka ia lantas balas menanya: "Dan kalian berdua, apa maksud
kalian datang kemari?"
"jawab dahulu pertanyaanku."
setelah berpikir sejenak, Yo Cie Cong lalu berkata dengan suara terharu: " orang yang binasa
itu pernah melepas budi besar terbadap perguruanku. Aku tadi dengar kalian berdua hendak minta
pertologan pada Go Cee Jin, maka aku lantas datang menyusul kemari, maksudku ialah, karena
aku kuatir ada orang yang akan berbuat jahat padanya. Tetapi sekarang....."
"Kau ternyata masih terlambat satu tindak."
"Sekarang giliran kalian harus jelaskan maksud kedatangan kalian yang sesungguhnya."
"Perlu apa harus kami beritahukan padamu ?" jawab si nenek mendongkol.
"Aku cuma membutuhkan jawaban atas pertanyaanku saja"
"Kesombonganmu sebetulnya jarang ada tandingannya dalam dunia ini. Nenekmu sengaja tidak
mau memberitahukan padamu. Kau mau apa?"
"Barangkali kau tidak bisa berbuat sesukamu."
"Bocah, apa kau mau mengadu kekuatan?"

saat itu suasana telah menjadi tegang. Kedua orang itu sudah sama sengitnya mereka siap
untuk segera turun tangan.
"orang semacam kau ini juga berani mengadu tanaga dengan aku? Hmm...." kata Yo Cie Cong
dengan suara dihidung.
"Bagus, bocah Kau boleh tidak pandang orang. Hari ini aku harus beri pelajaran padamu."
si nenek lantas maju menghampiri, lalu mengangkat tangannya dan hendak menyerang.
Tetapi wanita berkedok kain merah itu lantas cepat2 berkata: "Bibi Cin. beritahukanlah
padanya."
Yo Cie Cong lantas berkata dengan suara dingin, "jika kalian tidak mau mengatakan sebab
sebabnya, aku akan anggap kalian berdua sudah berserikat dengan pembunuhnya si korban,
Kalau benar bagitu, aku hendak menuntut balas untuk mendiang Go Cee Jin dan tindakanku itu
akan kubuktikan sekarang ini."
Cin Hong Lan tiba2 turunkan tangannya. ia lantas menanya dengan suara kaget, "Kau mau
menuntut balas untuknya?"
"Benar. sebab ia pernah melepas budi begitu besar terhadap perguruanku."
"Kalau begitu, baiklah, aku beritahukan padamu. Tetapi perlu kuterangkan dahulu, bahwa
untuk aku, Cie Hong Lan, bukan karena takut pada gertakanmu tadi, tetapi lantaran mengingat
maksudmu itu baik sekali, maka aku mau beritahukan juga padamu."
"silahkan."
"Ciang-bun-jin kami telah mengutus kami berdua dengan membawa sepuluh butir mutiara
datang kemari untuk menemui Go Cee Jin, untuk tukar mutiara itu dengan sebotol obat untuk
menyambung tulang dan merapatkan daging. obat itu perlunya untuk mengobati orang yang
terluka diluar. Tapi siapa tahu kami telah jumpai Go Cee Jin sudah binasa. Apa sekarang kau
sudah mengerti?"
sehabis berkata, dari sakunya lalu dikeluarkan sepuluh butir mutiara se-besar2 buah lengkeng
yang diperlihatkan pada Yo Cie Cong.
sekarang mau tidak mau Yo Cie Cong harus percaya juga, dengan demikian, maka kedatangan
mereka berdua sedikitpun tidak ada hubungannya dengan kematian Go Cee Jin-
Dengan alis berdiri Yo Cie Cong lantas bertindak dan melesat kedalam rumah untuk
mengadakan penyelidikan.
Didalam rumah atap itu, tampak perabot rumah tangga keadaannya kalang-kabutan. Botol obat
berserakan ditanah. Terang disitu tadi pernah terjadi pertempuran sengit.
Mendadak. disatu sudut, matanya dapat melihat ada secarik kertas merah yang menyolok
mata.
Yo Cie Cong segera mengambil carikan kertas itu ternyata itu adalah satu surat undangan yang
isinya berbunyi:
"Bersama ini, perkumpulan kami telah mengutus Tancu dari cabang kami di In-tay, yaitu
saudara Go Pa Thian dan lain2nya untuk menemui tuan dengan pengharapan supaya tuan suka
turun gunUng, untuk membantu perkumpulan kami, karena kami membutuhkan seorang tenaga
untuk mengepalai bagian pengobatan. Dengan ini kami mengundang dengan hormat pada tuan
dan besar harapan kami supaya tuan tidak merasa keberatan. Tertanda: Pemimpin Im-mo-kao."
Yo Cie Cong setelah membaca surat undangan tersebut, merasakan dadanya hampir meledak.
Diwajahnya yang dingin kelihatan perasaan sangat gusarnya, sambil kertak gigi ia berkata seorang
diri:
"Kembali perbuatannya orang- Im-mo-kao. Kalau aku tidak mampu membasmi habis kawanan
Im-mo-kao yang biadab itu, aku bersumpah tidak mau jadi manusia."
jika dilihat dari keadaan sekitar tempatnya dancara kematiannya Go Cee Jin yang
mengenaskan, mungkin sekali Go Cee Jin pernah menolak keras undangannya Im-mo-kao, karena
sebagai orang jujur dan mulia, sudah tentu ia tidak mau membantu perbuatannya orang jahat.

Pada saat itu, wanita barkedok kain merah. dengan Cin Hong Lan, diam2 sudah mengikuti
masuk ke dalam gubuk. maka segala gerak geriknya Yo Cie Cong semua telah diketahui oleh
mereka.
Wanita berkedok kain merah tiba2 berkata kepada Cin Hong Lan: "Bibi Cin, penjahat yang
membinasakan Go locianpwee ini sudah tentu adalah perbuatannya Goaw Pa Thian yang menjabat
Tancu cabang daerah In-thay bersama orang2nya."
"Dimana letaknya cabang im-mo-kao daerah In-thay itu?"..
"Ada dikota In-thay-cin didaerah song-ciu."
Yo Cie Cong tergerak hatinya. Perjalanannya kali ini kegunung Hoa san, song-ciu itu merupakan
suatu tempat yang harus dilalui, maka dalam hatinya lantas berpikir: "Mengapa aku tidak
menggunakan kesempatan ini untuk datang ke In-thay-cin guna membalas sakit hatinya Go
Kiesu?"
setelah mengambil keputusan tetap. pikirannya tidak begitu kalap lagi seperti tadi. Dengan
tidak mengucapkan perkataan apakah pada mereka ia terus berjalan keluar, kemudian
memondong jenazahnya Go Cee Jin yang diletakkan di-tengah2 ruangan dalam rumahnya, lalu
berlutut dan menjura sambil berdoa:
"jikalau locianpwee arwahnya masih belum jauh, boanpwee Yo Cie Cong, dengan ini
menyatakan telah bertekad bulat hendak membasmi kawanan penjahat itu untuk menuntut balas
sakit hati locianpwee, sekalian untuk membalas budi locianpwee pada dua puluh tahun
berselang...."
sehabis mendoa, ia lantas berjalan keluar rumah.
Wanita berkedok kian merah dan si nenek Cie Hong Lan yang menyaksikan semua gerak-gerik
dan perbuatan Yo Cie Cong itu keduanya pada anggukkan kepala, diam2 hatinya juga turut
merasa terharu.
Yo Cie Cong lain mencari bahan bakar disekitar rumah itu, lalu menyalakan api. sebentar
kemudian rumah gubuk itu sudah dimakan api, dengan demikan, seorang tabibnya kenamaan
telah turut tamat riwayatnya.
setelah membakar rumah serta jenazahnya Go Cee Jin, dengan tidak memperdulikan si wanita
berkedok kain merah dan nenek Cin lagi, dengan napsu berkobar-kobar Yo Cie Cong meninggalkan
tempat itu.
Wanita berkedok kain merah telah mengawasi kearah mana Yo Cie Cong tadi menghilang,
kemudian terdengar ia menghela napas.
Dua butir air mata sunyi kelihatan menetes keluar melalui kedok kain merahnya. Didalam
hatinya yang hampa, diliputi kesedihan yang tidak terhingga. Apa yang dibuat sedih? Apa
hubungannya dengan Yo Cie Cong?
Mari sekarang kita mengikuti perjalanan Yo Cie Cong. yang dengan napsu yang berkobar-kobar
berlalu meninggalkan tempat tersebut, pada saat itu didalam otaknya hanya ada satu tujuan yang
menakutkan, yaitu: MEMBUNUH
Disepanjang jalan, ia hanya beristirahat sekejap saja, malam2 terus melanjutkan perjalanannya
.
Pagi2 hari dihari kedua. ia sudah berada diatas jalan raya yang terpisah kira2 lima puluh lie dari
kota siong-ciu. Pada saat itu tiba2 ada sepuluh penunggang kuda lebih tampak melarikan kudanya
dengan pesat melewati belakang dirinya. Yo Cie Cong tanpa menoleh lagi sudah melesat
kepinggir.
Penunggang2 kuda itu terus melarikan kuda tunggangannya.
Diantara mengepulnya debu jalanan, lapat2 ia dengan salah seorang diatas kuda itu berkata:
"Pun Tancu, si tua bangka itu benar2 cari mampus sendiri sungguh orang tidak tahu diri"
"Hh, hh....sejak kapan im- mo-kao pernah melepaskan korbannya...."
Yo Cie Cong diam2 memaki: " Kawanan iblis Betul2 itu adalah perbuatan kalian"

seketika itu juga ia lantas bergerak, badannya melesat tinggi. Hanya dengan menggunakan
beberapa kali gerakan saja ia sudah melewati sepuluh lebih penunggang kuda itu, lalu berdiri ditengah2
jalan raya.
OOOOO OOOOOOOOOO ooooo
Penunggang kuda yang kurang lebih berjumlah sepuluh orang itu, ketika melihat ada orang
menghadang ditengah jalan selagi mereka enak2nya melarikan kudanya, terpaksa manahan tali
kekang binatang tunggangannya, sehingga kuda2 itu berjingkrak sambil berbenger keras, lama
baru bisa berkampul lagi.
Melihat orang yang berdiri menghadang ditengah jalan itu ternyata hanya seorang anak muda
saja, bukan main gusarnya mereka.
salah seorang diantaranya. yaitu orang yang badannya tinggi kurus, lantas maju menghampiri
pemuda penghadang itu yang bukan lain daripada Yo Cie Cong adanya. Ia memutar pecutnya
sedemikian rupa, sehingga bunyi menggeletar terdengar nyaring ditengah udara. sambil
pelototkan matanya yang sebesar jengkol, orang tinggi kurus itu menegur Yo Cie Cong dengan
suara keras:
"Bocah siapa kau sudah bosan hidup? Berani kau menghalang jalan kami?"
Yo Cie Cong balas deliki padanya, matanya buas menakutkan. Ia menatap wajahnya laki2 tinggi
kurus itu sampai orang tersebut merasa jeri melihatnya. Dalam hatinya orang itu berpikir:
"sungguh hebat kekuatan tenaga dalam bocah ini."
Tetapi, karena sudah kebiasaan, ia suka berbuat se-wenang2 dan sering jual lagak maka
dengan memikir hendak mengandalkan jumlah yang lebih banyak untuk merebut kemenangan, ia
hanya tercengang untuk sesaat lamanya.
"Bocah," katanya pula, "kau sebetulnya bermaksud apa? jawab semua pertanyaan Toayamu
baik2. Kalau tidak. hati2 jaga dirimu"
Yo Cie Cong tidak mau meladeni orang macam demikian, matanya menyapu kearah orang
banyak dihadapan matanya yang kira2 berjumlah tiga belas orang dan terdiri dari orang2 tua dan
muda.
Diantaranya,yang rupanya menjadi pemimpin rombongan orang2 tersebut, seorang orang yang
wajahnya hitam dengan hidungnya yang pesek seperti hidung singa dan matanya yang besar
bundar serta dengan kumis pendek yang seperti duri landak menghias bibir sebelah atasnya,
tampak duduk berjongkok diatas kudanya. orang itu berbadan tegap. Dengan duduk tegak.
kelihatan orang itu bagaikan pagoda. Dilihat dari bentuk dan tongkrongannya, orang itu
kebanyakan adalah ketua dari cabang im-mo-kao untuk daerah In-thay, yaitu yang bernama Gouw
Pa Thian-
Laki2 tinggi kurus tadi ketika melihat ia tidak digubris oleh Yo Cie Cong. merasa malu bukan
main, dari malu akhirnya ia jadi gusar. Karena itulah maka ia lantas membentak dengan suara
keras:
"Bocah. aku akan berikan kau sedikit hadiah dahulu"
sehabis mengucapkan perkataannya, kedua kakinya lantas mengempit perut kudanya keras2,
sehingga binatang itu nyelonong kemuka, berbareng pecut ditangan kanannya menghajar
mukanya Yo Cie Cong hebat sekali. Yo Cie Cong lantas membentak: "Mau cari mampus, kau"
Tanpa menoleh, sambil berdiri tegak ia menantikan datangnya ujung pecut sampai benar2
dekat diatas kepalanya, lalu dengan cepat bagaikan kilat tangannya menyambar pecut yang lantas
disentak^ sehingga orang tinggi kurus itu terpelanting berserta dengan pecutnya.
Ia tadi sikapnya jumawa sekali dan besar juga omongnya, tetapi, begitu turun tangan ia sudah
dapatkan hinaan begitu rupa, maka dapatlah dibayangkan bagaimana gusarnya ia saat itu.
Tatkala badannya Yo Cie Cong ditarik, kemudian didorong kembali, ia melontarkan pecutnya
kearah si pemuda, badannya juga turut melesat tinggi dan berjumpalitan ditengah udara untuk
kemudian bercokol lagi diatas kudanya. Kepandaian ilmu mengentengi tubuh yang
dipertunjukkannya itu sungguh mengagumkan.

Akan tetapi, Yo Cie Cong yang datang dengan penuh kegusaran dan rasa dendam yang sangat
hebat, sudah tentu begitu turun tangan tidak mau tanggung2.
saat itu, setelah menyambuti pecut orang kurus itu yang didalam genggamannya lantas
berubah lurus seperti tombak. lantas ditimpukkan keatas sebuah batu besar yang terletak dipinggir
jalan-
Hanya dengan terdengarnya sekali suara "Crak" pecut tersebut sudah amblas kedalam batu itu.
Kekuatan ilmu tenaga dalam yang sangat hebat, yang dipertunjukkan oleh Yo Cie Cong,
membuat semua orang yang menyaksikan menjadi duduk kesima diatas kudanya masing2. Tidak
usahlah disangsikan lagi, tentunya kekuatan lweekang peamuda itu sudah mencapai ketingkat
yang tiada ada taranya.^
setelah berbuat begitu, Yo Cie Cong lalu berpaling dan berkata pada laki2 tinggi kurus tadi:
"Biarlah aku kirim kau jalan lebih dahulu"
Baru saja selesai ucapannya, suatu kekuatan yang maha hebat yang tidak terlihat oleh mata
manusia menyerang datang kearah orang tersebut dengan dahsyatnya.
sebentar kemudian lantas terdengar suara jeritan ngeri, laki2 tinggi kurus tadi berikut kudanya
sudah menggeletak ditanah sebagai mayat.
Diantara suara jeritan ngeri, kelihatan dua belas bayangan manusia turun dari kudanya
masing2 lalu mengepung Yo Cie cong rapat2. setiap orang memperlihatkan wajah gusar dan mata
beringas, seperti lakunya binatang buas kelaparan-
Baru saja turun tangan Yo Cie Cong sudah membinasakan salah seorang lawannya. Dari sini
dapat dibayangkan betapa tingginya kekuatan tenaga dalamnya.
Jilid 18 : Berjumpa Giok bin kiam khek
Baru saja turun tangan Yo Cie Cong sudah membinasakan salah seorang lawannya. Dari sini
dapat dibayangkan betapa tingginya kekuatan tenaga dalamnya.
Akan tetapi, oleh karena mereka masih tetap memikirkan hendak mengandalkan jumlah orang
yang lebih banyak untuk merebut kemenangan, maka mereka dengan alis berdiri dan mata
mendelik sudah siap sedia untuk menerkam lawannya.
Sepasang matanya Yo Cie Cong kelihatan merah membara. Di wajahnya yang kecut dingin
tegas sekali kelihatan napsu membunuhnya. ia mengawasi dua belas orangnya Im-Mo kau itu
dengan beringas.
Orang yang duduknya tegak seperti pagoda diatas kudanya tadi, dengan suaranya yang seperti
geledek menyambar telah berkata: "Bocah, apa kau sudah pernah makan nyalinya macan maka
berani meng-utik2 kepala macan?"
"Adakah kalian semua ini orang2nya Im-mo-kao?" balas tanya Yo Cie Cong sengit.
"Kalau begitu, kau tentu adalah orang yang jadi pemimpin didaerah In-thay, yang bernama
GOuW Pa Thian dengan gelar Hek-so Toat-beng (Dengan ilmu hitam mencabut nyawa itu"
"Ha, ha, ha. . . .Bocah, kau sudah kenal aku. Masih berani kau melukai orang2ku ?"
Yo Cie Cong tidak menghiraukan kata2nya, ia malah balas menanya lagi: "Si tabib Go Cee Jin
itu apa betul kalian yang membunuh?"
Dua belas orang Im-mo-kao itu, termasuk Gouw Pa Thian sendiri berubah wajahnya. tanpa
merasa mereka mundur setindak. Dengan dua belas pasang mata mereka terus menatap
wajahnya Yo Cie Cong.
Kiranya, pemimpin cabang Im-mo-kao untuk daerah In-thay Gouw Pa Thian, telah mendapat
perintah rahasia dari Kauwcunya untuk lekas memimpin dua belas orang Haocu dibawah
kekuasaannya dengan membawa surat undangan harus menemui Go Cee Jin, itu tabib kenamaan
minta supaya ia suka menjadi ketua dari bagian pengobatan untuk Im-mo-kao dan kalau orang
tua itu tidak mau menurut atau menolak, katanya harus segera dibunuh. sebetulnya soal itu dapat
mereka lakukan tanpa ada orang yang tahu, tetapi sungguh tidak disangka kalau pemuda yang

dingin kecut sikapnya ini, se-akan2 sudah mengetahui jelas semua perbuatan mereka. Bagaimana
kalau mereka tidak jadi terperanjat ?
Mereka betul2 tidak pernah menyangka kalau tindakan mereka yang sudah mereka lakukan
dengan hati2, tidak tahunya masih ada. juga kelalaiannya.
Mereka sama sekali tidak tahu kalau itu surat undangan yang dibuat oleh Kauwcunya sendiri,
yang harus disampaikan kepada Go Cee Jin, sudah jatuh dalam tangannya pemuda cakap dengan
wajah kecut dingin ini.
oleh karena Go Cee Jin dulu pernah meleps budi besar terhadap perguruannya, sudah lama Yo
Cie Cong ada maksud hendak membalas budinya tabib mulia itu. Tetapi oleh karena ia masih
belum tahu tempat kediaman orang tua tersebut, maka sebegitu lama masih belum juga
terlaksana segala cita2nya itu.
Dengan sangat kebetulan sekali ia telah bertemu dengan itu perempuan berkedok kain merah
dan nenek jelek bibinya itu. Dari mulut mereka sendiri ia telah mengetahui babwa mereka hendak
pergi ketempatnya Go Cee Jin untuk minta obat, maka terus ia menguntit dan akhirnya ia dapat
melihat peristiwa berdarah tersebut.
Kalau tidak ada kejadian yang sangat kebetulan itu, bukankah tabib itu akan mati secara
mengecewakan sekali?
setelah mengetahui siapa2 adanya orang yang membinasakan orang tua itu, Yo Cie Cong telah
bersumpah untuk membinasakan juga musuh si tabib mulia, hitung2 untuk membalas budinya
orang tua tersebut.
Mari sekarang kita tengok kembali orang2 Im-mo-kao yang harus berhitungan dengan Yo Cie
Cong.
Mereka itu sejenak merasa kaget, dengan berbareng lantas timbul maksud jahat mereka.
sebab. jikalau kejadian tersebut sampai dapat tertangkap oleh telinganya sang Kauwcu
bukankah mereka nanti akan mendapat hukuman berat atas kecerobohan mereka? Apalagi Immo-
kao yang sedang siap mengumpulkan orang2 pandai, kalau sampai kejadian itu tersiar luas.
tentu sekali akan membawa pengaruh tidak baik untuk Im-mo-kao.
Tetapi apa yang mereka tidak dapat mengerti adalah tentang asal-usulnya pemuda ini
sebetulnya dari golongan mana.
Gouw Pa Thian lalu berkata sambil ketawa seram: "Bocah, kau mau bikin apa?"
"Aku kuatir akan kesalahan membunuh orang. maka aku sudah tanya dahulu lebih jelas pada
kalian. Kini ternyata kalian sudah mengaku terus terang, maka sudah tidak ada apa2 yang perlu
dikatakan lagi."
Ucapan ini sesungguhnya sangat jumawa, ia tidak pandang mata sama sekali kedua belas
orang kuat itu, agaknya baginya mudah sekali orang2 itu dibuat permainan.
Tidak heran kalau kedua belas orang itu lantas pada berteriak kalap. Diantaranya ada dua
orang tua yang lantas saja maju keluar dari rombongan. seorang yang usianya lebih tua lantas
berkata lalu menuding Yo Cie Cong:
"Bocah, apa kau ini minta keadilan dari kami atas kematiannya si setan tua Go Cee Jin?"
"Benar.. Tidak salah!! Aku mau kalian membayar hutang jiwanya berikut bunganya."
"Hh, hh,. . .Bocah, kau ini apa sudah gila? Kau orang macam apa?"
"orang macam apa? Kalau aku sebutkan, kalian nanti pada terbang semangatnya semua."
orang tua yang lainnya lantas nyelutuk: "Bocah, perkataanmu sungguh sombong sekali.
sebutkan dahulu namamu supaya kami bisa mencatat diatas buku. Ha ha ha. . . ."
Yo Cie Cong per-lahan2 mengeluarkan Golok Mautnya yang lalu dibolang-balingkan
dihadapannya kedua belas orang itu.
"Golok Maut Golok Maut "
Demikianlah dari sana-sini kedengaran suara teriakan. setiap menunjukkan rasa takutnya hati
mereka merasa jeri.

sebentar kemudian hanya terlihat berkelebatnya sinar putih yang membuat silau matanya
orang2 itu, kemudian disusul dengan dua kali suara jeritan ngeri, darah lalu menyembur keluar.
Lengan tangan kedua orang tua itu sudah terpapas kutung. Didadanya masing2 terdapat lubang
besar jiwanya melayang seketika itu juga.
Tidak ada seorang pun juga yang mengetahui dengan cara apa dan bagaimana caranya Yo Cie
Cong tadi turun tangan.
orang2 itu sekarang pada ketakutan setengah mati, badannya pada menggigil macam orang
kedinginan.
selanjutnya disusul lagi oleh tiga orang Hioto yang juga menjadi korbannya Golok Maut.
Gouw Pa Thian dengan mata merah lantas beseru dengan gusar: "maju semua"
sisanya orang2 itu yang masih bernyawa lantas pada berseru. "Baik" lalu masing2 pada
mengeluarkan senjatanya dan dengan serentak menyerbu pemilik Golok Maut,
Yo Cie Cong sedikitpun tidak merasa jeri. Dengan Golok Maut ditangan kanan dan telapakan
tangan kirinya yang ampuh, ia melayani setiap orang yang menyerbu padanya.
saat itu ia sudah mengambil keputusan tetap hendak membasmi habis kawanan penjahat2
Maka. setiap serangannya baik dengan Golok Mautnya, maupun dengan tangan kosongnya,
dilakukan dengan sepenuh tenaga.
se-olah2 seekor harimau didalam rombongan atau kawanan kambing, dalam tempo sekejapan
suara jeritan ngeri terdengar disana sini, darah berhamburan, bangkai manusia bergelimpangan.
sekejap mata saja hampir semuanya sudah tidak ada nyawanya. cuma tinggal Gouw pa Thian
seorang, dengan mata beringas mengawasi malaikat elmaut itu.
Sungguh tidak disangka, hanya dengan berapa kali gerakan saja semua anak buahnya sudah
menggeletak menjadi bangkai. Kepandaian dan kekuatan macam itu benar2 merupakan suatu hal
yang sangat langka.
sebagai Tancu (Ketua cabang) Im-mo-kao, kepandaiannya Gouw Pa Thian sudah tentu tidak
boleh dipandang ringan. Ketika menyaksikan semua anak buahnya dibikin binasa dalam Tempo
segebrakan, bagaimana ia mau mengerti begitu saja? Maka ia lantas mendelikan matanya dan
dengan buas mengawasi Yo Cie Cong, kemudian membentak dengan suara keras:
"setan cilik, Hari ini, jikalau aku tidak dapat mencincang dirimu, aku bersumpah tidak mau jadi
orang lagi."
setelah selesai mengUcapkan perkataannya ia lalu maju menerjang, kedua tangannya
menyerang beruntun. setiap serangan yang dilancarkan mengandung kekuatan yang sangat
hebat. serangan demikian hebat itu terus dilancarkan sampai delapan belas kali.
Untuk Yo Cie Cong, serangan demikian itu sudah tentu tidak ada artinya. Telapakan tangannya
dipakai untuk menyambuti setiap serangan, Tangan itu tampak mengeluarkan hawa mengepul
merah dan putih.
Ber-kali2 terdengar suara benturan nyaring, serangan yang bebat dari Gouw Pa Thian waktu
berbenturan dengan ilmu Liang- kek Cingoannya Yo Cie Cong, se-olah2 lumpur masuk dalam
lautan, lantas musnah sama sekali.
Gouw Pa Thian yang mencecer dengan serangan2nya tadi, ternyata tidak mendapatKan hasil
yang memuaskan, cepat2 tarik mundur serangannya dan mundur teratur. ia lalu pendekkan
badannya dan bungkukkan gegernya. Kedua tangannya diangkat perlahan-lahan.
Ketika sudah lurus dengan dadanya, kedua telapakan tangan itu kini telah menjadi besar
dengan memperlihatkan warna hitam nyengat, matanya malotot seperti genta. Kumis pendek
dibawah hidungnya tampak berdiri dan bergoyang2. wajahnya itu kelihatan sangat menakutkan.
Yo Cie Cong yang menyaksikan perubahan keadaan itu, dalam hati lantas berpikir: "orang ini
bergelar Hok-sa Toat-beng. (Dengan ilmu hitam mencabut nyawa), kelihatannya sekarang ini ia
akan mengeluarkan ilmu Hek-sa-ciang yang dianggapnya paling ampuh. Agaknya ia hendak
bertekad hendak adu jiwa dengan aku. Tetapi agaknya dia juga tidak berani gegabah."

Tetapi Yo Cie Cong juga tidak mau gegabah. Ia turunkan kedua tangannya. Meski diluarnya
kelihatan tenang lakunya, tetapi diam2 sudah mengerahkan ilmu Kan-goan Cin-Caonya untuk
malindungi seluruh badannya. Ia sudah bersedia hendak dengan kekerasan melawan kekerasan
pada lawannya itu. Ia ingin tahu sampai dimana kekuatannya ilmu Hek-sa-Ciang.
Gouw Pa Thian seteiah memusatkan ilmu Hek-sa-Ciangnya lantas berseru keras. "Bocah,
serahkan jiwamu "
Kedua tangannya lantas didorong keluar. Tindakannya kali ini se-olah2 hendak mengadu jiwa
saja, sebab seluruh tenaganya sudah dipusatkan kekedua belah tangannya.
Maka, dengan tanpa cadangan tenaga yang ditinggalkan sedikit pun juga, serangannya itu
hebat sekali, se-olah2 gelombang laut yang menggulung, dibarengi dengan berkesiurnya angin
hebat dan mengepulnya hawa hitam. Ia pikir hendak sekaligus merubuhkan lawannya.
sekalipun tidak sampai binasa, setidak-tidaknya juga harus dibikin terluka parah.
Yo Cie Cong sedikitpun tidak mengeluarkan suara. Ia juga sudah mendorong kedua telapakan
tangannya. Ilmu yang keluar dari telapakan tangannya. se-olah2 angin puyuh menyambuti
gelombang serangan Gouw Pa Thian yang sedang menyerbu.
Tatkala dua kekuatan saling beradu, lantai terdengar suara dahsyat seperti guntur. Batu dan
tanah pada beterbangan sampai keadaan menjadi gelap. kemudian disusul dengan keluarnya
suara seruan tertahan. Gouw Pa Thian mundur terhuyung-huyung sampai lima langkah.
Yo Cie Cong sendiri juga terpental sampai tiga tindak baru bisa tancap kaki. Pikirannya agaknya
sudah dibikin tegang. Ia sekarang baru tahu bahwa kekuatan orang she Gouw ini sebetulnya tidak
boleh dianggap remeh,
Dimana tempat debu berhamburan, bangkai2 manusia yang tadi bergelimpangan ditanah itu,
kini sudah bergulung dan berserakan ditempat sejauh kira2 lima tombak.
sedang kuda2 tunggangan mereka, rupa2nya sudah terlatih baik, meski pada kaget. tapi tidak
lari serabutan, hanya pada mundur kira-2 sepuluh tombak.
Dalam adu kekuatan itu, Gouw Pa Thian sudah tahu kekuatan sendiri yang ternyata masih
belum mampu menandingi kekuatan lawan. Maka ia lantas timbul pikiran hendak kabur.
Pikirannya: "Bocah ini ada pemilik Golok Maut yang sedang dicari-cari oleh kauwcunya, sudah
banyak orang2nya Im-mo-kao yang kuat terbinasa didalam tangannya, apa perlunya harus
mengantarkan jiwa disini, ada lebih baik aku berusaha untuk meloloskan diri, supaya bisa
mengabarkan kepada pusat" .
Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata Sambil ketawa haha hihi: "Bocah, rekening ini lain hari
kita bikin perhitungan lagi "
Dengan tidak menantikan jawaban lawannya, ia sudah melesat sejauh lima tombak lebih. Tapi
selagi hendak melanjutkan perjalanannya, tahu2 si pemilik Golok Maut sudah berada
dihadapannya dengan tanpa bersuara, hingga ia mundur setindak dengan hati ketakutan.
"Apa kau ingin kabur, tidak begitu gampang, he"
"Bocah, Tancumu masih ada urusan penting yang harus diselesaikan, urusan kita lain waktu
kita bereskan lagi "
"Gouw Pa Thian, kau sudah mengaku kalah ?"
Hek-sa Toat-beng Gouw Pa Thian yang kini menjabat ketua dari cabang Im-mo-kao, bagaimana
mau menelan begitu saja hinaan Yo Cie Cong itu? Maka wajahnya yang hitam bagai pantat kuali,
seketika itu lantas menjadi merah padam. Namun kenyataan tidak dapat dibantah, jika berdiam
lebih lama lagi disitu, mungkin akan mengalami nasib serupa dengan dua belas anak buahnya.
setelah berpikir sejenak ia lantas berkata sambil kertak gigi: " Hari ini toayamu mengaku kalah,
tapi lain hari akan mencari kau lagi untuk membuat perhitungan"
"Mengaku kalah juga tidak boleh." jawabnya Yo Cie Cong dengan sikap yang memandang
rendah.
Gouw Pa Thian hampir saja dadanya meledak.
"Bocah, kau hendak berbuat apa?" ia berseru keras.

"Dalam peristiwa pembunuhan tabib mulia Go Cee jin, kau merupakan salah seorang pembunuh
terpenting, maka aku tidak bisa melepaskan kau begitu saja"
Gouw Pa Thian sudah memuncak kegusarannya, tanpa hiraukan apa akibatnya, ia lantas maju
menghampiri dan berkata dengan suara seperti orang kalap.
"Bocah, toayamu akan adu jiwa dengan kau" Kedua tangannya lalu diputar, dengan kekuatan
tenaga sepenuhnya, ia menyerang Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong angkat lempang kedua tangannya, pe-lahan2 disodorkan, tapi gerakan yang
kelihatannya sangat sederhana itu, sebetulnya ada mengandung kekuatan yang sangat hebat.
Kembali terdengar suara benturan yang kemudian disusul oleh suara jeritan ngeri, tubuh
njagouw Pa Thian seperti sebuah bola bundar yang terus menggelinding sejauh satu tombak lebih,
kedua tangannya sudah putus sampai batas penggelangan, darah mengalir seperti air keluar dari
pancuran, Tapi ia masih keraskan kepala untuk bangun berdiri meski dengan badan sempoyongan.
sedang sepasang matanya kelihatan merasa sakit hingga kulit diwajahnya sebentar2 harus
dikerutkan, tapi ia terus menahan rasa sakit itu. jidatnya keluar keringat se-gede2 kacang kedele,
yang mengetel terus tidak ber-henti2nya, ujung bibirnya juga mengalir darah segar hingga
wajahnya makin menakutkan kalau dipandang.
Yo Cie Cong setelah berpikir sejenak, tiba2 berkata: "Gouw Pa Thian, kalau kau mau menyawab
dengan terus terang pertanyaanku. aku nanti akan mengampuni jiwamu "
"Bocah, kau boleh turun tangan. Hutang darah ini cepat atau lambat perkumpulan kami pasti
akan membuat perhitungan dengan kau"
"Hm, hutangnya Im-mo-kao kepadaku masih terlalu banyak sekali, tidak usah diminta aku
sendiri bisa datang menagih "
"Bocah toayamu tidak sudi menjawab pertanyaanmu "
"Benar ?"
"Kau tidak perlu banyak bacot"
"Kalau begitu aku terpaksa aku mengiringi kehendakmu, tapi sebelum kau binasa aku perlu
beritahukan padamu dahulu, cabang im-mo-kao di In-thay sudah ditakdirkan akan mengalami
kehancurannya. Ini adalah sebagai ganjaran atas perbuatanmu yang sudah membunuh mati
seorang tabib mulia seperti Go Cee Jin itu "
"Bocah, apakah kau hendak membasmi habis2an semua keluarga kita?. . ."
sebelum ia bisa melanjutkan perkataannya, hawa merah putih telah meluncur keluar dari
tangan Yo Cie Cong dan terus menjerang dadanya.
Gouw Pa Thian cuma menjerit sebentar, isi perutnya sudah keluar berhamburan ditanah hingga
jiwanya melayang seketika itu juga.
Yo Cie Cong menghitung perjalanannya dari situ kekota In-thay-tin sudah tidak jauh lagi, maka
ia lantas mengambil keputusan hendak membasmi cabang perkumpulannya Im-mo-kao itu
sekalian.
Yo Cie Cong lalu kumpulkan kuda2 tunggangan mereka, kemudian bangkai2 orang2nya Im-mokao
itu diikatkan diatas pelana kuda. sudah itu lantas gebah kuda tersebut hingga pada lari
serabutan dengan diikuti oleh Yo-Cie Cong.
oleh karena kuda2 itu sudah kenal rumahnya, maka terus lari pulang kecabang Im-mo-kao di
In-thay-tin.
ooo ooooo ooo
In-thay-tin. . . .cuma merupakan satu kota kecil yang dibangun disepanjang kaki gunung.
jumlah penduduknya juga tidak banyak,
cabang Im-mo-kao di kota In-thay-tin letaknya disisi lembah dibagian barat, sekitarnya
dihalangi oleh puncak gunung yang menjulang tinggi kelangit, hingga tempat itu merupakan satu
lembah yang cukup pada yang dan strategis. Kalau sudah memasuki perjalanan kira2 tiga lie
didalam lembah itu, lantas kelihatan terbentang sebidang tanah yang luas dan bangunan rumah
beberapa ratus buah banyaknya. Itulah sarangnya cabang Im-mo-kao dikota tersebut-
Waktu lohor hari itu, matahari sudah mulai langsir kebarat, Dalam lembah seperti diselu-ungi
oleh selapis kain sutra berwarna kuniug emas. Awan2 tipis berterbangan diatas lembah, keadaan

didalam lembah kelihatan tenang sunyi, siapa pun tidak akan menduga kalau bencana sudah
berada didepan mata.
suara derap kaki kuda, dari jauh kedengaran semakin dekat. orang2 yang ditugaskan menjaga
di pos penjagaan diluar lembah mereka pada mengenali bahwa itu ada kuda2 dan rombongan
ketua cabang Im-mo-kao yang sedang pulang kelembah, maka buru2 memberikan tanda yang
harus segera disampaikan kedalam lembah,
Dimatanya penjaga2 itu, cuma menampak kuda2 itu lari dengan pesat sedang para
penunggangnya pada tengkurap diatas kuda masing2. Mereka tidak dapat lihat tanda apa2 yang
aneh.
sepuluh lebih kuda2 itu sudah melalui pos penjagaan dan terus lari kedalam lembah. Ditanah
lapang sudah berkumpul banyak anak buahnya Gouw Pa Thian yang menyambut ketuanya.
Kuda2 itu setelah hentikan larinya, napasnya nampak masih memburu, tapi penunggangnya
masih tetap tidak ada yang turun, tampaknya sedikitpun tidak mengunjukan gerakan apa2, hal ini
merupakan suatu keanehan
"Darah". . . begitu terdengar suara orang berseru dari dalam rombongan orang2 yang
menyambut.
sekarang orang2 yang datang menyambut itu mulai merasa curiga. Mereka segera maju
menghampiri, ternyata sepuluh lebih orang-orangnya cabang im-mo kao dari daerah In-thay itu
sudah menjadi majat semua. Darah masih membeku dibadan masing2.
Sekejab saja keadaan lantas menjadi gempar, semua orang tidak tahu bagaimana harus
bertindak,
suara genta tanda bahaya lantas dibunyikan nyaring, membuat suasana dalam lembah yang
semula sepi sunyi telah berubah menjadi riuh gempar.
semua orang2 dari cabang itu lantas berkumpul ditengah lapangan, tapi mereka tidak berdaya
untuk menghadapi kejadian yang terjadinya secara mendadak itu,
cabang im-mo-kao itu pada saat itu juga seperti diliputi oleh ketegangan, seolah-olah
menghadapi hari kiamat.
Wakil ketua si Tangan Geledek cu Khoan, segera mengeluarkan perintah untuk memperkuat
penjagaan disemua pos2nya, kemudian mengadakan perundingan dengan orang2 yang
mempunyai kedudukan Hiocu keatas, untuk merundingkan cara bagaimana supaya bisa
menghadapi kejadian yang mendadak itu.
Kalau dipikiri ilmunya Hek-soa-ciang Gouw Thian, didalam kalangan Kang-ouw boleh dikata
sudah sukar menemukan tandingan, sedang ke-12 hiocu yang mendampingi padanya itu juga
merupakan tenaga pilihan, tidak nyana mereka mengalami nasib demikian rupa, Dan sekarang
harus pulang dalam keadaan tidak bernyawa.
Menurut anggapan mereka, kali ini ketua keluar lembah untuk mengundang tabib Go Cee Jin
turun gunung, sebetulnya tidak perlu membawa pengikut orang kuat begitu banyak, sebab Go Cee
jin cuma pandai dalam ilmu obat2an, tapi kepandaiannya ilmu silat sebetulnya biasa saja.
Kematian rombongan orang2 ini, sudah terang ada perbuatannya orang lain. Tapi siapakah
orangnya? Mungkin juga pembunuhnya bukan cuma seorang sendiri saja.
sebab bisa membinasakan tiga orang yang termasuk golongan orang2 kuat, bahkan bisa
mengikat tubuh mereka diatas kuda yang kemudian dikirim pulang. jika itu ada perbuatannya satu
orang saja, maka orang itu kepandaian dan kekuatannya sudah tentu sudah seperti malaikat.
Apa lagi kalau dilihat dari caranya pembunuhan itu dilakukan mungkin orang sengaya mencari
setori dengan Im-mo-kao. jika benar demikian halnya. maksud dan tujuannya orang itu tidak
boleh dipandang remeh.
jalan satu2nya yang paling baik, kecuali melakukan penjagaan dengan sekuat tenaga ialah
lekas melaporkan kepada pusat untuk minta petunjuk.
selagi wakil ketua cabang dan para hiocu mengadakan pertemuan didalam ruangan rapat,
mendadak terdengar suara orang ketawa dingin, tapi tidak kelihatan bayangan orangnya.

suara itu kedengarannya menyeramkan, se-olah2 suara hantu, hingga membuat berdiri bulu
roma.
Para hiocu yang sedang mengadakan pertemuan itu pada merasa terkejut dan ketakutan,
buru2 pada meninggalkan tempat duduk masing2.
Tiba- terdengar pula "krak" kemudian disusul oleh berkelebatnya sinar putih. diatas penglari
rumah ditengah-tengah ruangan telah manancap satu benda putih yang mengeluarkan sinar
gemerlapan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan, wakil ketua dan para hiocu segera dongakan kepala untuk
menegasi benda apa yang menancap diatas penglari itu ?
Ternyata ada sebuah senjata yang aneh bentuknya, golok bukan golok. gergaji bukan gergaji.
" Golok Maut" demikian wakil ketua, si Tangan Geledek cu Khwan, yang lebih dahulu membuka
suara.
seruan cu Khwan tadi seolah-olah bunyi geledek ditengah hari, membuat terbang semangatnya
para hiocu yang ada disitu.
sebab dimana Golok Maut sampai disitu pasti akan terjadi penumpahan darah. Dan sekarang
senjata pencabut nyawa ini sudah mengunjungi cabangnya Im-mo-kao berarti pula bahwa disitu
akan mencabut jiwa manusia.
Kematiannya ketua cabang Gouw Pa Thian dan rombongannya, sudah pasti ada perbuatannya
pemilik Golok Maut.
selagi orang2nya cabang Im-mo-kao berada dalam ketakutan dan kebingungan, tiba2 muncul
seorang pemuda cakap dengan suara yang kaku dingin. Dengan sinar matanya yang tajamnya luar
biasa, pemuda itu menjapu wajah setiap orang yang ada disitu, kemudian berkata dengan
suaranya yang dingin:
"jika kalian ingin menghindarkan penumpahan darah besar2an, lekas bubarkan cabang
perkumpulan Im-mo-kao ini "
Perkataan yang sangat jumawa dan permintaan yang bukan2 ini, didalam telinganya orang Immo-
kao itu sesungguhnya dirasakan sangat tidak sedap sekali.
Apakah dengan hanya sepatah perkataan dari pemuda ini cabang Im-mo-kao daerah In-thay
harus dibubarkan ?
Walaupun bagaimana, orang dari cabang Im-mo-kao itu masih ingin mempertahankan
derajatnya, maka sebagai jawaban, wakil ketua lantas perintahkan orangnya membunyikan genta
untuk menyatakan bahwa disitu sekarang berada dalam keadaan bahaya.
sebentar saja suara tang tang tang tang . . . .menggema diudara dengan sangat riuhnya.
segenap orang2nya cabang Im-mo-kao lantas datang berduyun-duyun memburu keruangan
rapat, hingga sebentar saja tempat tersebut sudah terkurung rapat.
si Pemilik Golok Maut, didalam kalangan Kang-ouw boleh dikata hampir semua orang tahu.
senjata yang menancap diatas panglari sudah memberitahukan kepada semua orang2 cabang immo-
kao apa artinya wakil ketuanya tadi membunyikan genta tanda bahaya, Mereka nampak pada
kasak-kusuk. wajahnya mengunjukan rasa jeri.
Bagaimana pemilik Golok Maut bisa berada didalam sarangnya cabang im-mo kao daerah Inthay
tanpa diketahui oleh para penjaga, pos penjagaan? itulah yang menjadi pertanyaan dalam
hati hampir setiap orang.
si Tangan Geledek. co Khoan setelah tenangkan pikirannya lantas berkata^ "apa maksudnya
tuan minta pembubaran cabang im-mo-kao disini ?"
"Kau mempunyai kedudukan apa didalam cabang im-mo-kao daerah In-thay ini?" Yo Cie Cong
balas menanya.
"Aku yang rendah adalah cu Khoan bergelar si Tangan Geledek. sebagai wakil ketua dari
cabang im-mo-kao disini."
"Bagus AKU tidak mempunyai banyak waktu, maka dengan singkat kuberitahukan bahwa
berhubung dengan perbuatan orang2 kalian yang telah membunuh mati Gouw Cee Jin itu tabib

mulia yang kenamaan, maka kecuali algojonya sendiri itu orang2 yang sudah kubinasakan, aku
datang kemari untuk minta kalian segera bubarkan cabang perkumpulan ini, sekedar sebagai
peringatan bagi siapa yang melakukan kejahatan" semua orang yang mendengar keterangan
tersebut pada terkejut.
Yo Cie Cong berkata pula kepada cu Khoan. "sekarang juga kau harus keluarkan perintah untuk
membubarkan cabang perkumpulan ini"
cu Khoan ketakutan, ia merasa serba salah bagaimana ia berani membubarkan cabang Im-mokao
itu? sebab dengan berhuat demikian, meskipun ia terhindar dari tangannya pemilik Golok
Maut, tapi juga tidak bisa terlolos dari tangannya Im-mo-kao pusat, yang nanti tentu akan
mengambil tindakan keras terhadap perbuatannya itu.
setelah berpikir lama, akhirnya ia beranikan diri untuk menjawab^ " Ini aku tidak bisa"
"Tidak bisa ?"
"Maaf aku tidak dapat memenuhi permintaanmu ini "
"Kalau begitu kau harus tanggung jawab untuk bencana besar atau pertumpahan darah
besar2an disini."
Binatang kalau berada dalam keadaaan terjepit juga masih bisa menggigit, apa lagi manusia.
Demikian dengan orang2 cabang Im-mo-kao itu meski merasa jeri terhadap dirinya pemilik Golok
Maut, tidak berani mengunjukkan perasaan gusarnya, tapi setelah berada dalam keadaan terjepit,
mereka lantas-berlaku nekad, hingga saat itu keadaan dalam- ruangan lantas menjadi gempar.
oooo ooo oooo
DENGAN sorot matanya yang dingin Yo Cie Cong menyapu semua orang2nya cabang Im-mokao
daerah In-thay ini, kemudian ia berpaling dan berkata kepada cu Khoan: "Kau terima baik
atau tidak permiataanku tadi ?"
Dengan wajah pucat pasi dan sambil kertak gigi cu Khoan menjawab: "Tuan terlalu sekali
mendesak orang "
"Haha, oleh karena aku tidak ingin melakukan pembunuhan terhadap orang2 yang tidak
berdosa. maka aku majukan permintaan ini. Kalau begitu, maksudmu ialah memaksa aku
mengambil tindakan kejam itu?"
Dari sampingnya cu Khoan tiba2 melesat keluar dua bayangan orang yang lantas keluarkan
suara bentakaa keras: "Bocah ganas"
suara bentakan itu lantas disusul oleh berkelebatnya dua bilah pedang yang membabat dirinya
Yo Cie Cong.
"cari mampus, kau" Yo Cie Cong kata.
Dengan tanpa menoleh lagi, satu tangannya lantas bergerak, dua orangnya cabang Im-mo-kao
yang melakukan serangan mendadak tadi lantas keluarkan jeritan ngeri, badan mereka lantas
rubuh ditanah dan binasa seketika itu juga.
Dalam waktu segebrakan saja Yo Cie Cong sudab membinasakan dua orang kuat dari cabang
im-mo-kao daerah In-thay, kekuatan itu seolah-olah bukan kekuatan manusia biasa. orang2 yang
ada disitu kembali dibikin gempar.
Dengan perasaan terharu, cu Khoan lantas turun tangan- secepat kilat ia melancarkan serangan
mengarah jalan darah didada Yo Cie Cong.
Kecepatannya orang she cu itu turun tangan, sesungguhnya sangat mengejutkan, tidak kecewa
ia mendapat gelar si Tangan Geledek. serangannya itu bukan saja cepat tapi juga hebat dan
ganas,
Tapi, sekalipun ia bergerak begitu cepatnya apa mau Yo Cie Cong bergerak lebih cepat lagi.
Ketika diserang, dengan ilmunya "Menggeser tubuh mengganti bayangan" ia sudah menghilang
dari depan matanya cu Khoan, dan tatkala ia balik lagi ditempatnya semula, ditangannya sudah
menggenggam Golok Mautnya yang tadi menancap diatas tiang penglari.

Gerakan itu lebih tepat kalau dikatakan gerakannya satu malaikat.
cu Kboan yang diawasi demikian rupa oleh Yo Cie Cong, hatinya lantas bergidik.
Tapi, keadaan sudah mendesak demikian rupa, ia tidak boleh tidak harus turun tangan,
sekalipun ia tahu benar bahwa tindakannya itu berarti mengantarkan jiwanya sendiri, ia terpaksa
harus berbuat demikian.
Hening sejenak, ia lantas melancarkan serangannya lagi
Yo Cie Cong membentak dengan suara keras: "lni ada kau sendiri yang mencari mampus,
jangan sesalkan aku"
Meski mulutnya bicara, tapi kaki dan tangannya tidak menganggur. Tangan kirinya
mengeluarkan serangan kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, untuk menahan serangan cu
Khoan, sedang tangan kanannya hampir berbareng melancarkan serangan dengan Golok Mautnya.
sekejap kemudian lalu terdengar suara jeritan ngeri, hingga membuat semua orang yang
mendengarnya pada berdiri bulu romanya, kemudian menampak darah merah muncrat keluar dari
tubuhnya cu Khoan, wakil ketua cabang im-mo-kao daerah In-thay itu sudah kutung kedua
pahanya, didepan dadanya terdapat satu lobang besar, darah merah menyembur keluar, jiwanya
melayang seketika itu juga.
Para hiocu lainnya yang menyaksikan cara kematian yang sangat mengerikan dari wakil
ketuanya, masing2 pada maju, menyerbu. Beberapa puluh orang telah melancarkan serangan
tangan berbareng kearah diri Yo Cie Cong.
Anak muda itu sudah hilang sabarnya, dengan golok mautnya ia mengamuk seperti kerbau gila,
sebentar saja suara jeritan ngeri terdengar disana-sini, kemudian disusul oleh muncarnya darah
merah dan jatuhnya kaki tangan manusia yang sudah dipereteli dari tempatnya.
Dalam waktu sekejap mata saja, beberapa puluh hiocu yang menyerang berbareng kepada Yo
Cie Cong tadi sudah pada menggeletak ditanah menjadi bangkai.
sisanya yang masih hidup serta orang2 yang menjaga diluar, karena mereka apabila berani
turun tangan, itu berarti telur menggempur batu, maka tidak ada satupun yang berani membuk
mulut. Mereka pada berdiri seperti patung.
setelah Yo Cie Cong hentikan gerakannya, keadaan menjadi sepi sunyi, suasana diliputi oleh
rasa ketakutan dan bayangan maut.
sesudah sekian lama keadaan sunyi senyap. Yo Cie Cong lalu gerakan kakinya menuju
kelapangan diluar ruangan rapatsemua
orang dari cabang im-mo-kao daerah In-thay yang sudah mati kutunya itu lantas pada
mundur saling serabutan, setiap orang mengunjukan perasaan kuatir yang sangat hebat.
Yo Cie Cong sesudah berdiri ditengah lapangan, lalu berkata dengda suara bengis,
"Pemilik Golok Maut tidak mau berbuat keterlaluan, siapa yang kenal gelagat harap segera
berlalu dari sini dan menuntut penghidupan yang pantas. Aku nanti akan menghitung dari satu
sampai tiga, siapa yang tidak mau berlalu jangan salahkan kalau Golok Maut nanti akan meminta
korban lagi"
"satu" Yo Cie Cong mulai menyebut.
Dalam rombongan orang2 itu lantas terbit suara gaduh.
"Dua"
orang2 lantas pada lari serabutan, belum sampai Yo Cie Cong menyebut angka tiga, semua
orang sudah kabur bersih.
Yo Cie Cong karena mengingat pesannya Phoa-ngo Hweshio maka meski ia tadi terpaksa
melakukan pembunuhan secara kalap, tapi dalam hati masih tahu kira2. jika tidak demikian.
orang2 dari cabang im-mo-kao daerah In-thay ini barangkali semuanya akan mengalami nasibnya
seperti orangnya Cie-in-pang.
Malam itu ada gelap. sedang yang tadinya merupakan markasnya cabang perkumpulan Im-mokao
daerah In-thay keadaannya sunyi senyap. tidak kelihatan lampu menyala seperti biasanya,
juga tidak terdengar suara apa..

Dimalam yang gelap itu, tampak Yo Cie Cong dengan seorang diri mendongak kelangit sembari
menghela napas panjang dan mulutnya mendoa "Gouw iocianpwe, kau boleh merasa puas?"
sehabis mendoa, badannya lantas bergerak, laksana seekor binatang kampret terbang melesat
meninggalkan tempat tersebut.
sekarang tujuannya hanya dipusatkan kepada perjalanannya kegunung Hoa-san untuk
menepati janji dengan dua orang aneh dunia rimba persilatan.
Dalam pertandingan dengan muridnya Leng jie Hong nanti meski namanya saja katanya
menguji kekuatan kedua pihak tapi sebetulnya didalamnya masih mengandung maksud untuk
berebutan nama dan kedudukan. Sebab manusia gaib Leng jie Hong, dalam kalangan Kang-auw
sudah lama dianggap sebagai orang kuat momor satu, maka sepanjang perjalanan itu hatinya Yo
Cie Cong masih merasa berdebaran-
Buat ia sendiri, sedikitpun tidak mempunyai maksud hendak merebut kemenangan dalam
pertandingan itu, supaya mendapat nama harum, Tapi jika benar ia tidak sanggup melawan
muridnya leng jie Hong, sudah tentu akan mengecewakan pengharapannya dua manusia aneh
Pak- leng dan Lam-tie. Ia pikir akan berbuat sekuat tenaga, jangan sampai mengecewakan kedua
orang tua itu, dalam hal ini sudah tentu saja soal menang atau kalah bukan soal mutlak.
Pada waktu lohor dimalaman rembulan purnama, Yo Cie Cong sudah memasuki daerah gunUng
Hoa-san-
Didepan matanya lantas terbentang pemandangan alam yang indah permai dan daerah gunung
tersebut serta keangkerannya puncak2 gunung yang ber-deret2 sangat luas. Tidak antara lama,
cuaca sudah mulai gelap. sang malampun telah tiba.
Yo Cie Cong terus menuju kepuncak yang paling tinggi. Tapi diluar gunung masih ada gunung
nampak yang satu lebih tinggi dari pada yang lain. Gunung yang ber-deret2 itu seperti tidak ada
batas akhirnya. Maka hendak menemukan tempat yang dinamakan Hong gwat-peng yang masih
sangat asing baginya, sebetulnya bukan satu soal mudah. Ia hanya ingat tempat itu letaknya
dibelakang puncak gunung Hoa-san itu
Sinar bintang2 dilangit nampak mulai guram, rembulan sudah mulai muncul dari sela-sela
gunung.
suasana nampak makin sunyi seram.
Yo Cie Cong lari lebih pesat, hatinya merasa berdebaran, sebab sampai pada saat itu ia masih
belum manemukan tempat yang dinamakan Bong-gwat-peng itu
Rembulan sudah berada di-tengah2 langit saat itu Yo Cie Cong berdiri diatas satu puncak
gunung. mengawasi keadaan disekitarnya. Dalam hatinya berpikir "puncak ini rasanya yang paling
tinggi, tapi dimana adanya Bong-gwat-peng?"
selagi Yo Cie Cong masih menengok kesana kemari dalam keadaan kebingungan, mendadak
terdengar suara yang datangnya dari arah suara tempat tidak jauh dari tempat ia berdiri
"Apakah diatas sana adalah Yo Cie Cong? Kita sudah cukup lama menantikan kedatanganmu"
Mendengar suara itu, Yo Cie Cong merasa agak malu, sebab semua tindak tanduknya sudah
dilihat orang tanpa ia merasa. Sedang orang yang melihat itu berada dimana, ia sendiri masih
belum mengetahui.
Dengan memperhatikan dari mana datangnya suara tadi, Yo Cie Cong pasang matanya dari
sela2nya pepobonan yang sangat lebat ia dapat lihat disuatu tempat tidak cukup enam tombak
dari tempat ia berdiri disitu ada terdapat sebidang tanah datar yang tidak seberapa luasnya, yang
menonjol dari tengah2nya lamping gunung. Di-tengah2 tanah datar itu ada berdiri satu bayangan
orang.
Yo Cie Cong setelah menyahuti "Maafkan kedatangan boanpwee yang agak terlambat"
badannya lantas bergerak laksana seekor burung bungau, setelah berputaran tiga kali ditengah
udara dengan gayanya yang manis, ia lantas melayang turun ketanah datar tersebut,
"suatu gerakan mengentengi tubuh yang sangat bagus sekali" demikian satu2nya seorang tua
telah memberi pujian.

segera disusul oleh suaranya saorang jelita yang lembut merdu: "Engko Cong, kami mengira
kau tidak datang, kau benar2 membuat orang gelisah saja "
Kemudian disusul oleh munculnya seorang gadis jelita dengan tubuhnya yang kecil langsing,
yang memapaki Yo Cie Cong.
"Adik Kheng, satu laki2 harus bisa pegang janji, bagaimana aku boleh tidak datang?"
Yo Cie Cong nampak ut-tie Kheng ternyata banyak lebih kurus, matanya tidak berani
memandang langsung pada wajah sinona jelita dengan matanya yang hitam jeli.
Ia lalu alihkan pandangan matanya kearah kedua orang tua, ialah Pek-hong Phoa-ngo Hweshio
dan Lam-tie Kun siu, yang sedang duduk disamping gunung sembari minum arak. Disebelah orang
tua itu ada sebuah kursi kayu panjang diatasnya ada duduk setengah rebahan seorang tua kurus
yang rambut dan jenggotnya sudah putih semua.
Yo Cie Cong lantas menghampiri kedua orang tua itu untuk memberi hormat, kemudian
berpaling dan berkata kepada orang tua duduk setengah rebahan.
"Locianpwee ini tentunya adalah Leng lo-cianpwee yang mendapat gelar sebagai orang gaib
dari rimha persilatan? Boanpwee Yo cie Cong disini memberi hormat"
sehabis berkata ia lantas hendak berlutut, tapi baru hendak jatuhkan dirinya, orang tua itu
lantas ketawa ber-gelak2 dan sambil angkat satu tangannya ia berkata: "Bocah tidak usah pakai
banyak peradatan"
Dari tangannya orang tua itu lantas meluncur keluar kekuatan tenaga dalam (lweekang) yang
sangat hebat, mencegah Yo Cie Cong menjalankan peradatan.
Tapi Yo Cie Cong mendadak timbul pikirannya untuk menguuji kekuatannya sendiri, ia pusatkan
semua kekuatan Iweekangnya melanujutkan maksudnya berlutut dibawahnya orang tua itu.
sehabis menjalankan hormatnya ia lantas berbangkit dengan perlahan se-olah2 tidak pernah
terjadi apa2.
Lam-tie dan Pak-hong yang mengangkat cawan araknya, tidak diminum isinya, sambil
bersenyum mengawasi Yo Cie Cong.
Jago see-gak Leng jie Hong nampak tercengang sejenak. mendadak tertawa ber-gelak2
suaranya sampai menggema ditengah udara, "Bagus bagus bagus " demikian ia memberi pujian.
Yo Cie Cong berdiri dengan tenang, tidak berkata apa2. sedang ut-tie Kheng, saat itu sudah
berdiri berendeng dengan Yo Cie Cong.
Pak-hong Phoa-ngo Hweshio setelah tenggak araknya, lantas berkata kepada jago see-ggk itu:
"Leng loujie, apa yang kau maksudkan bagus tadi?"
jago see-gak itu dengan sinar matanya yang aneh, kembali memandang Yo Cie Cong sejenak.
lalu berpaling dan menjawab Pak-hong: "Hanya ini sauya, aku Leng jie Hong hari ini sudah pasti
akan kalah"
"Apa kau kata ?"
"Naganya manusia, bunga ajaib dalam rimba persilatan. Kau berdua tua bangka setelah gila
dan linglung ini, ternyata mempunyai pandangan mata yang sangat tajam dan peruntungan yang
sangat bagus"
"Tua bangka she Leng, kau tahu bahwa kami berdua tidak mempunyai murid, Bocah ini adalah
aku si hweshio gila yang menemukan. Kemudian aku pikir hendak menggunakan dirinya untuk
mewakili diri kami berdua. Ini hanya sekedar untuk memenuhi perjanjian malam ini. Apa kau
menyesal?"
"Mana boleh, aku toch sudah janji dahulu kalian berdua boleh mencari orang yang akan
mewakili kalian berdua, bagaimana aku bisa menyesal."
"Pertandingan toch sifatnya cuma sebagai ujian saja, untuk menilai siapa sebetulnya yang lebih
kuat. Menang atau kalah tidak menjadi soal. Kita tiga orang yang sudah tua bangka hitung2
menonton keramaian" berkata si Pengail Linglung sambil kedipkan matanya yang sipit.
Leng jie Hong mendadak menggapai tangannya sembari berkata: "Thian Hoa sini, lihat orang
yang bakal menjadi tandinganmu "

Yo Cie Cong kini baru ingat itu orang yang tadi telah memanggil padanya ketika ia masih belum
menemukan tempat tersebut. Ia buru-buru menyongsong seorang laki2 cakap berusia kira2 40
tahunan, yang juga sedang menghampiri padanya.
Laki2 itu meski usianya sudah tidak muda lagi. tapi ada mempunyai wajah potongan yang
cakap. tampan dan sangat menarik,
Yo Cie Cong sebagai orang dari tingkatan muda, buru2 mendahului memberi hormat seraya
berkata: "Boanpwre Yo Cie Cong disini memberi hormat"
Laki2 setengah umur itu matanya mengeluarkan sinar aneh dengan suara agak gemetar ia
menjawab: "Aku yang rendah adalah Hoan Thian Hoa"
Yo Cie Cong hampir saja menjerit kaget, dengan tanpa sadar ia sudah mundur setindak.
kemudian menanya dengan hati berdebaran^ "cianpwee adakah Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian
Hoa?"
"Benar"
Tiba2 Phoa-ngo Hweshio nyeletuk: "Bocah, dia adalah itu jago pedang nomor satu dari
golongan muda yang dikabarkan sudah menghilang dari dunia Kangouw sepuluh tahun lebih
lamanya, Hanya si tua bangka she Leng ada satu permintaan tentang ini tidak boleh disiarkan
dikalangan Kang-ouw" Yo Cie Cong anggukkan kepala sebagai jawaban.
ut-tie Kheng tiba2 berkata: "Kongkong, kau lihat mereka berdua mengapa ada begitu miripnya
satu sama lain, jika tidak karena usianya yang berbedaan begitu jauh, benar2 seperti saudara
kembar saja. . . ."
Bicara sampai disini ut-tie Kheng merasa terlepasan omong. sebagai satu gadis, bagaimana
boleh mengUcapkan perkataan demikian? Maka seketika wajahnya lantas merah, hatinya merasa
tidak enak sendirinya.
Tiga orang tua itu meski juga mempunyai itu perasaan, tapi masing2 pada menyimpan didalam
hati. setelah , mendengar perkataan ut-tie Kheng, sekali lagi pada mengawasi Yo Cie Cong dan
Hoan Thian Hoa yang sudah berhdapan, memang benar mereka berdua ada sangat mirip. seperti
pinang dibelah dua.
Memang, jika tidak karena usianya yang berbeda jauh, mereka benar2 bisa dianggap sebagai
saudara kembar saja.
Dalam hati Hoan Thian Hoa merasa sangat tidak enak sekali, namun ia pura2 ketawa dan
berkata: "Benarkah kita ada mirip satu sama lain? ini sesungguhnya ada satu soal yang sangat
aneh "
Yo Cie Cong pada saat itu telah gelisah pikirannya, ia ingat kembali semua hal2 yang sudah
ada. . . .
Ia pernah menjanjikan Thian-san Liong- lie hendak menguruskan satu hal, ialah hendak
mencari kekerangan tentang dirinya Hoan Thian Hoa yang mati atau hidupnya masih merupakan
satu teka teki. Dan sekarang. ia telah berhadapan dengan orang yang ia hendak cari itu, dengan
demikian, teka teki itu sudah mendapatkan jawabannya. Maka ia perlu segera mengabarkan
kepada bibi Tho-nya itu.
Ia juga ingat tentang saudara angkatnya Hoan Thian Hoa, yang masih menunggu Hoan Thian
Hoa didepan puncak gunung Pit-koan-hong. itu sahabat yang setia, dengan tidak sayang
membuang waktunya yang berharga, maksudnya hanya hendak menantikan munculnya Giok-bin
Giam-po yang sembunyikan diri dipuncak gunung Pit-koan-hong, untuk menanyakan dirinya Hoan
Thian Hoa.
Tapi segala apa didalam dunia ini bisa berubah setiap saat, bukankah Hoan Thian Hoa sekarang
ada berdiri dihadapannya dalam keadaan segar bugar?, Kalau begitu itu wanita yang sembunyikan
diri diatas puncak gunung Pit-koan-hong, mungkin juga bukan Giok- bin Giam-po.
Ia ingat pula bahwa banyak orang mengatakan ia ada mirip benar dengan Hoan Thiao Hoa, dan
orang yang berada didepan matanya ini, dulu pernah mempunyai hubungan suami istri dengan

Giok- bin Giam-po ada satu waklu ia pernah sangsikan dirinya sendiri, yang mungkin ada
hubungannya dengan soal ini tapi sekarang setelah berhadapan satu sama lain, sedikitpun tidak
ada tanda2nya untuk menguatkan dugaannya sendiri itu. . . . setidak-tidaknya, hal ini aku harus
beritahukan kepadanya. Demikian Yo Cie Cong diam2 telah mengambil suatu keputusan.
Phoa-ngo Hweshio setelah tenggak habis arak dalam cawannya, lantas umbar perasaannya
dengan berdendang:
"Angin sejuk rembulan terang, bagaimana kita harus liwatkan malam ini?"
sipengail Linglung masih tetap dalam keadaannya yang mirip benar dengan seorang linglung,
se-olah2 mengoceh sendiri ia berkata kepada Leng jie Hong. "Leng lojie, bagaimana caranya
mereka bertanding? Kau sebutkan saja"
jago see-gak itu lantas ketawa ber-gelak2. "Menurut pikiranmu bagaimana?" ia balas menanya.
"Tamu selamanya mengikuti saja kehendak tuan rumah, terserah kepadamu bagaimana kau
hendak atur"
Giok-bin Kiam-khek saat itu nampak mengkerutkan alisnya, dengan tidak ber-henti2nya melekuk2kan
jari tangannya sendiri sebentar mendongakan kepala, sebentar memandang keadaan
dalam jurang, agaknya seperti orang2 yang sedang berada didalam kesulitan hebat.
jago see-gak Leng jie Hong nampak duduk setengah rebahan diatas kursi kayunya, sebab
kedua kakinya lumpuh akibat kemasukan pengaruh jahat selagi melatih ilmunya. selama lima
tahun itu, meski ia bisa pertahankan terus kekuatannya berkat ilmu lwekangnya yang sudah cukup
sempurna, tapi hanya bagian atas dari anggota badannya yang masih bisa bergerak dengan
leluasa, sedang bagian bawah sudah lumpuh sama sekali.
SAAT ITU ia duduk lempeng, setelah agak berpikir sejenak lalu berkata:
"Kalau begitu aku si orang she Leng terpaksa berlaku lancang aku usulkan mereka masing2
bertanding tiga jurus dan adu kekuatan telapakan tangan tiga kali, kalian pikir bagaimana?"
Usul itu lantas diterima baik oleh Lam-tie dan Pak-hong.
ut-tie Kheng saat itu yang hatinya paling gelisah. ia tidak tahu apakah kekasihnya itu bisa
menangkan jago pedang nomor satu yang dahulu sangat kesohor itu? Maka ia buru2 menghampiri
Phoa-ngo Hweshio dan menanya dengan suara perlahan-lahan-" Engkong hweshio. kau lihat
apakah engko Cong bisa menandingi lawannya?"
Phoa-ngo Hweshio kerengkan matanya. lalu menjawab dengan suara lantang: "Budak, kau tak
usah kuatir, menang atau kalah tidak ada artinya "
Tapi oleh karena suaranya hweshio gila itu, hingga semua mata ditujukan kearah mereka.
ut-tie Kheng merasa jengah. Dengan muka merah ia monyongkan mulutnya yang kecil mungil,
sedang matanya melototi si hweshio gila sejejak, lalu balikan badannya. Leng jie Hong dengan
suara nyaring mengeluarkan perintahnya: "Thian Hoa, mulailah"
Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa setelah menyahut
"Baik" lalu berdoa dan menuju ke-tengah2 lapangan-
Yo Cie Cong segera mengikuti dibelakangnya.
Dua orang berdiri berhadapan terpisah kira2 dua tombak.
Meskipun itu bukan suatu pertandingan mati2an. tapi hanya sekedar untuk menepati janji
pertaruhan antara 3 manusia aneh dari rimba persilatan pada dua tahun- berselang, namun
suasana cukup tegang. Tiga manusia aneh itu meski mulutnya masih ketawa2 , tapi dalam hati
masing2 tidak urung pada tergoncang juga. Kedua pihak sama2 mengharap supaya jagonya bisa
merebut kemenangan-Yo Cie Cong berkata lebih dahulu.
"Kita bertanding apa?."
Giok bin kiam khek Hoan Thian Hoa saat itu dengan sikapnya yang agung, menjawab dengan
suara rendah: "Baik kita mengadu kekuatan tangan lebih dahulu"
"Kalau begitu silahkan locianpwee yang mulai lebih dahulu"
"Aku yang rendah sebagai tuan rumah, seharusnya memberi kesempatan kepada tetamunya
yang mulai lebih dahulu."

Phoa-ngo Hweshio yang menonton di-samping lantas nyeletuk dengan suara nyaring: "Bocah,
kau mulailah lebih dahulu, nanti dalam pertandingan mengadu ilmu pukulan biar dia yang lebih
dahulu, dengan demikian jadi sama2 tidak ada yang dirugikan"
Yo Cie Cong anggukan kepalanya dan berkata: "Kalau begitu boanpwee minta maaf lebih
dahulu atas kelancangan ini"
"Silahkan"
Empat pasang mata diluar kalangan telah memandang kedua jago yang hendak bertanding itu
dengan tidak berkedip. Diantara mereka adalah ut-tie Kheng yang mengunjukan perhatiannya
paling besar. Perasaan tegangnya hampir saja membuat ia susah bernapas.
Dalam hati Yo Cie Cong diam2 berpikir: "Malam ini meski aku tidak ada niatan akan merebut
kemenangan- tapi kedua orang aneh itu sahulu pernah dikalahkan oleh si manusia gaib. dan kini
aku muncul sebagai wakilnya dua orang aneh itu, paling baik kalau dapat merebut ke-menangan
dengan tanpa ada yang luka."
selama berpikir ia kerahkan seluruh kekuatan ilmunya Kan-goan cin-cao, kemudian ia angkat
kedua tangannya dan disodorkan dengan perlahan. Kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat
lantas meluncur keluar dari kedua tangannya.
Giok- bin Kiam-khek juga mengeluarkan kekuatan tenaga dalamnya dari kedua tangannya
untuk menyambuti serangan Yo Cie Cong.
Ketika kekuatan dari kedua fihak saling beradu, lantas menimbulkan suara gemuruh. badannya
kedua orang itu nampak ber-goyang2 sebentar, Tapi lantas diam. Phoa-ngo Hweshio lantas
perdengarkan suaranyam "Pertandingan pertama, seri" semua orang pada bernapas lega.
Yo Cie Cong setelah berdiam sejenak, lalu melancarkan serangannya yang kedua. Kali ini ia
menambah dua bagian kekuatannya Hawa cao-khie yang bisa membuat orang sesak bernapas, seolah2
ombak dari sungai Tiang- kang datang menggulung.
Giok-bin Kiam-khek agak miringkan badannya, kaki kiri maju setengah tindak. dengan kekuatan
serangan penuh ia mendorong tangannya.
Empat orang yang menyaksikan disamping kembali merasa tegang. Mendadak terdengar suara
benturan keras, kedua pihak badannya nampak ter-huyung2, masing2 agaknya hendak berusaha
untuk pertahankan kakinya, tapi ternyata tidak berhasil hingga masing2 pada mundur satu tindak,
Kembali terdengar suaranya Phoa-ngo Hweshio
"Pertandingan kedua kembali seri, kekuatan kedua fihak berimbang"
Yo Cie Cong dengan sungguh2 kerahkan seluruh kekuatannya, kemudian ayunkan tangannya.
oleh karena Yo Cie Cong beberapa kali mengalami kejadian gaib, hingga membuat dirinya
mempunyai kekuatan tenaga lweekang yang sama dengan kekuatannya orang yang mempunyai
latihan hampir seratus tahun, maka hebatnya serangan babak terakhir ini sungguh sangat
mengejutkan
Giok- bin Kiam-khek diam2 menghela napas, ia terpaksa menyambuti serangan itu dengan
sepenuh tenaganya.
si Pengail Linglung, Hweeshio gila dan ut-tie Kheng yang menonton disampingnya pada bangun
berdiri dalam perasaan ter-heran2. sedang jago see-gak juga angkat tinggi2 kepalanya mereka
pada menyaksikan kesudahannya sembari menahan napas.
setelah gemuruhnya suara benturan kedua kekuatan itu, tanah seperti habis mengalami
bencana hebat. hingga batu dan pasir pada berterbangan-saat itu terdengar suara jeritan kaget
dari ut-Tie Kheng.
Yo Cie Cong nampak mundur sampai tiga langkah, baru bisa berdiri tegak. sedang Giok-bin
Kiam-khek terdengar mengeluarkan seruan tertahan, badannya ter-huyung2 sampai satu tindak
jauhnya, masih saja belum bisa berdiri tegak.
Kali ini si hweshio gila tidak mengeluarkan suara, sebaliknya adalah si jago see-gak yang
berseru:
"Thian Hoa kalah" nadanya mengandung perasaan kecewa.

si hweshio gila kini baru terdengar suaranya lagi, "Leng-lojie, masih ada babak lagi. jangan
gelisah"
Yo Cie Cong setelah berdiri tegak dan mengatur pernapasannya sebentar lalu mengangkat
tangan memberi hormat kepada Giok- bin Kiam-khek seraya berkata. "Terima kasih."
Diwajahnya Giok- bin Kiam-khek terlintas suatu perasaan yang aneh, ia hanya tersenyum, tapi
tidak menjawab. Badannya nampak maju lagi, hingga jarak semua pihak kembali menjadi dua
tombak jauhnya.
Yo Cie Cong dengan perasaan mendelu mengawasi wajah lawannya, ia agaknya mendapatkan
semacam perasaan apa dari pancaran mata yang begitu agung. Lama sekali ia baru bisa berkata.
"Tiga babak yang kedua ini seharusnya cianpwe yang turun tangan lebih dahulu"
Giok-bin Khiam-kek hanya menyambut dengan ketawa hambar. setelah mengUcapkan
perkataan "Awas" badannya terus bergerak secepat kilat, kedua tangannya diputar, dari sudut
yang sangat sempit ia membabat miring. caranya menyerang ini sesungguhnya sangat luar biasa
anehnya.
Yo Cie Cong merasa bahwa serangan ini ada luar biasa aneh, bagaimana pun ia berdaya untuk
menahan selalu tidak bisa terlepas dari ancaman serangan tersebut. Tapi sang waktu tidak
memberikan padanya untuk berlaku ayal lagi. Dalam keadaan terdesak ia terpaksa untuk mundur
dirinya dengan cepat hingga mundur kebelakang satu tindak. ut-tie Kheng mendadak berseru:
"Engkong, engko Cong kalah satu babak."
"Ng"
oleh karena seruhannya ut-tie Kheng itu, telah membuat Yo Cie Cong merasa panas mukanya,
mendadak timbul semangatnya untuk merebut kemenangan- . , .. "Awas"
Kembali terdengar suaranya Giok- bin Kiam-khek. yang kemudian disusul dengan serangannya
yang kedua.
SEperti juga yang pertama, bahkan kali ini tampaknya lebih aneh dan lebih hebat, sampai
memnuat lawannya tidak dapat menduga bagian mana sebetulnya yang sedang diarah
serangannya itu bahkan mengandung, banyak perobahan pula. si Pengail Linglung dan si HHwehio
gila wajahnya nampak murung.
Yo Cie Cong tiba2 timbul pikiran aneh, ia menggunakan taktik menyerang dibalik menjadi taktik
untuk menjaga diri.
seluruh kekuatannya dipusatkan kepada telapakan tangan kanan, dengan kecepatan bagaikan
kilat ia melancarkan satu serangan dahsyat
serangan ini ia menggnnakan tipu serangan ciptaan suhunya (Yo cin Hoan), ialah tipu serangan
yang seharusnya menggunakan Golok Maut yang merupakan satu2nya dalam rimba persilatan-
Dalam keadaan terdesak Yo Cie Cong terpaksa menggunakan tipu serangan tersebut, telapakan
tangannya digunakan sebagai gantinya Golok Maut. Betul saja serangan itu ada sangat aneh dan
hebat sekali,
Tipu serangannya Giok- bin Kiam-khek meski didalamnya mengandung banyak perubahan yang
tidak mudah ditangkap oleh lawannya, tapi tipu serangannya Yo Cie Cong kali ini juga membuat ia
tidak berdaya. jika tidak lekas mengambil keputusan tepat, kedua-duanya pasti akan terluka?
selagi kedua fihak sama2 mengeluarkan serangan kilatnya dan selagi bahaya sudah sangat
mendesak. Giok- bin Kiam-khek lantas bertindak dengan cepat, ia mengeluarkan ilmunya
"Menggeser tubuh mengganti bayangan" lompat melesat ketempatnya semula,
Kedua manusia aneh dan jago dari see-gak itu semua merupakan orang2 yang mempunyai
pengetahuan luas dan bermata tajam, sudah tentu mereka lantas pada mengetahui kesudahan
pertandingan itu. si hweshio gila lantas berseru: "Babak kedua ini seri"
ut-tie Kheng masih belum mempunyai banyak pengalaman, ia tidak tahu apa sebabnya
pertandingan itu dinyatakan seri, oleh karena ia terlalu memperhatikan dirinya Yo Cie Cong, maka
lantas menanya.

"Bukankah ini Engko Cong yang menang? Mengapa dinyatakan seri?"
"Budak tahu apa. tutup mulutmu. tanyakan saja kepada engkong mu." ut-tie cheng tidak berani
membantah lagi, ia lantas diam sambil tundukan kepalanya.
Yo Cie Cong dan Giok-bin Kiam-khek dalam hati sama2 mengerti, jika bukan karena Giok- bin
Kiam-khek mengambil keputusan cepat secara tepat dan menggunakan ilmunya yang luar biasa
itu, untuk tarik mundur dirinya, maka ke-dua2nya pasti terluka, Maka ke-dua2nya lantas anggukan
kepala kepada si hweshio gila.
Diantara lima babak pertandingan yang sudah berlangsung itu, kesudahannya: tiga kali seri,
masing2 menang sekali dan kalah sekali maka masih tetap seri Dan babak terakhirlah ini yang
menentukan siapa yang menang atau yang kalah.
wajahnya Gio-bin Kiam-khek nampak sebentar2 berubah. seperti sedang memikirkan suatu
persoalan yang sangat rumit.
Untuk nama baik perguruannya, babak terakhir ini ia harus merebut kemenangan, tapi
disamping itu masih ada lain sebab ....
Ia telah bersangsi. Perasaan antara cinta pada darah dagingnya dan kehormatan perguruannya
bergulatan keras dalam alam pikirannya, hingga ia terbenam dalam keragu-raguan- ...
= = ooo ooooo ooo = =
PERASAAN tegang telah meliputi semua orang yang ada disitu, sebab siapa yang menang dan
siapa yang kalah akan ditentukan dalam babak terakhir ini.
Rembulan sudah mendoyong kebarat, hingga dua bayangan orang yang berada di-tengah2
kalangan ditarik semakin panjang.
Giok-bin Kiam-khek setelah berpikir lama. dalam hati diam2 lantas mengambil keputusan, ia
tidak bisa mengecewakan jerih payah suhunya yang mendidik ia sampai menjadi orang kuat
seperti sekarang ini. Disamping itu, apabila ia coba bermain gila sudah tentu tidak dapat
mengelabui mata tusunya. Apa lagi juga dia ingat, sekalipun tindakannya itu dapat mengelabui
matanya semua orang dengan membiarkan anak muda itu merebut kemenangan, Tapi
kemenangan secara demikian juga merupakan suatu hinaan bagi yang menang.
Maka ia lantas berkata dengan suara lantang .
"Tipu seranganku yang terakhir ini dinamanan Thia-tee Kao-thay."
Tipu serangan yang dinamakan Thian-tee Kao-thay ini adalah tipu serangan hebat yang
diciptakan oleh gurunya Giok-bik Kiam-khek pada baru2 ini. Dalam kehebatan dan dahsyatnya
serangan tersebut, boleh juga dibilang sukar dicari bandingannya. jangankan Yo Cie Cong yang
munculnya dikalangan Kang-ouw masih belum lama, hingga belum pernah dengar itu nama,
sekalipun si Pengail Linglung dan HHweshio gila juga pada melongo.
Tipu serangan ciptaannya jago see-gak ini belum pernah diumumkan atau digunakan
dikalangan Kang-ouw, kecuali penciptanya sendiri dan muridnya, buat orang lain sudah tentu
masih sangat asing.
Ut-tie Kheng dengan perasaan kaget dan ter-heran2 mengawasi engkongnya, lalu mengawasi si
hweshio gila. Tapi ia merasa sangat kecewa, sebab diwajahnya kedua orang tua itu, agaknya juga
menampak kebingungan.
Dalam hatinya kedua orang tua itu masing2 berpikir: -tidak nyana dua puluh tahun kemudian,
masih akan kalah juga ditangannya orang tua she Leng ini"
oleh karena dengan menyebutkannya lebih dahulu nama tipu serangannya Giok-bin Kiam-khek
ini. telah menyadarkan pikirannya Yo Cie Cong.
setelah Yo Cie Cong berhasil dapat merampas kembali potongan kayu wasiat om-bok Po-lok
cin- kuat dari tangannya. siluman tengkorak Liu Bok Thong, selama terjebak dan terkurung oleh
Liu Bok Thong didalam goa, ia telah menggunakan waktunya untuk mempelajari ilmu silat yang
tertera didalam dua potong kayu wasiat tersebut. Dengan secara tidak ter-duga2 ia telah berhasil
menemukan artinya jurus pertama daripada pelajaran ilmu silat yang semuanya ada jurus itu.

jurus ini dinamakan Lui-keng Thian-tee, dan dengan ilmunya yang baru ditemukan itulah baru ia
bisa keluar dari kurungan jdalam goa itu.
Kini setelah ia mendengar Giok-bin Kiam-khek menyebutkan nama tipu serangannya sebagai
Thian-te Kao-thay, ia lantas teringat tipu serangannya yang dinamakan Lui-keng Thian-Tee itu,
dalam hatinya lantas berpikir dipandang dari sudut ini. mungkin tipu serangan "Lui-keng Thiantee"
ini dapat digunakan untuk memecahkan tipu serangan yang dinamakan Thian-tee Kao-thay
itu.
selagi Yo Cie Cong masih ber-pikir2 diantara gelombang Kekuatan tenaga dalam yang keluar
dari tangannya Giok-bin Kiam-khek yang mendadak mengurung dirinya Yo Cie Cong.
Kedua manusia aneh dari rimba persilatan hampir saja pejamkan matanya ketika serangan
yang aneh itu telah meluncur keluar, tidak mau menyaksikan kesudahannya pertandingan itu
yang nampak paling gelisah adalah ut-tie Kheng, kedua tangannya di-kepal2, tidak enak diam
dan keringat dingin mencucur keluar. Tiba2 Yo Cie Cong berseru nyaring. "Lui-keng Thian-tee "
Kembali satu nama tipu serangan yang ganjil dan belum pernah terdengar dalam kalangan
Kang-ouw.
Tiga jago tua dan nona ut-tie Kheng yang mendengar nama itu hampir mengira sedang
mengimpi. hingga lantas pada pentang lebar2 matanya.
Mereka menyaksikan Yo Cie Cong menyilangkan kedua tangannya, dengan secara aneh luar
biasa telah diputar secara beruntun, kemudian menyodok keluar, saat itu juga lalu terdengar suara
seperti ledakan geledek menyambar, sehingga tanah yang mereka injak dirasakan terguncang
hebat.
semua kejadian itu telah membuat ke tiga jago tua itu pada terkejut dan ter-heran2.
setelah suara seperti bunyi geledek itu sirap. badannya Giok-bin Kiam-khek ternyata sudah
pindah dari tempatnya kira2 satu tumbak lebih, ujung bibirnya nampak mentucurkan darah.
Dengan perasaan terkejut dan gugup Yo Cie Cong lalu menubruk dirinya Giok-bin kiam-khek
sembari berkata:
"Harap maafkan boanpweejung sudah kesalahan tangan"
Tapi apa yang mengherankan adalah sikapnya Giok-bin Kiam-khek. disaat itu malah nampak
gembira, hingga membuat Yo Cie Cong merasa sangat heranut-
tie Kheng dengan cepat lantas menghampiri Yo Cie Cong, dengan nada yang penuh kasih
sayang ia berseru: "Engko Cong"
Yo Cie Cong membalas dengan senyumannya. saat itu ia merasa sangat terharu melihat
sikapnya Giok-bin Kiam-khek. sebab sejak semula bertemu muka, ia sudah mempunyai kesan
sangat baik terhadap jago pedang kenamaan ini, maka sekarang ia merasa agak menyesal yang ia
sudah melukai dirinya.
"Bagaimana luka cianpwee ?"
"Ah, tidak apa2"
Pada saat itu. juga dari see-gak Leng jie Hong telah menghela napas, lalu berpaling dan
berkata kepada kedua manusia aneh
"Gelombang air sungai Tiang-kang yang belakang mendorong yang dimuka, orang2 tingkatan
muda sudah waktunya menggantikan kedudukannya orang2 tingkatan tua"
selagi kedua manusia aneh itu masih belum menjawab, dari atas bukit tiba2 terdengar suara
orang ketawa dingin yang sangat menusuk telinga, kemudian disusul oleh Ucapannja "Hoan Thian
Hoa, kau masih belum binasa ?"
suara itu ada tajam dan garing terang keluar dari mulutnya seorang wanita,
Tiga jago tua yang mendengar suara itu lantas pada berubah wajahnya.
sedang Giok-bin Kiam-khek. wajahnya lantas pucat pas i. dengan suara gemas menyahut,
"Hm" secepat kilat ia lantas melesat keatas bukit.

Yo Cie Cong yang tertarik oleh perasaan aneh, juga lantas meneladani tindakannya Giok-bin
Kiam-khek. sebab ia dengar dari nada suaranya orang yang mengeluarkan perkataan tadi,
agaknya ada mengandung maksud tidak baik, sedangkan Giok-bin Kiam-khek sendiri masih dalam
keadaan terluka bekas serangannya tadi, maka dengan tanpa ragu2 dan tanpa memperdulikan
Giok-bin Kiam-khek menjetujui atau tidak atas perbuatannya itu, ia lantas menyusul. Dalam
hatinya telah timbul pertanyaan- "entah orang dari golongan mana yang begitu berani berlaku
kurang ajar dihadapannya jago2 kenamaan?" ut-tie Kheng ketika melihat engko Cong-nya
menyusul, ia juga lantas berseru
"Engko Cong" dan kemudian juga hendak gerakan kakinya, tapi dicegah oleh engkongnya.
Mari sekarang kita mengikuti jejaknya Yo Cie coog yang menyusul dibelakangnya Giok-bin
Kiam-khek.
Ketika ia tiba diatas bukit, disitu ternyata nampak sepi sunyi tidak tertampak adanya bayangan
orang, hanya Giok-bin Kiam-khek yang nampak berdiri seorang diri.
Yo Cie Cong meluncur turun didampingnya Giok-bin Kiam-khek dengan heran ia menanya:
"cianpwee, siapa ia sebetulnya?"
Giok-bin Kiam-khek berpaling mengawasi Yo Cie Cong. Dari sorot matanya orang tua itu, Yo Cie
Cong dapat kenyataan bahwa orang tua ini tengah menderita batin yang sangat hebat.
menyaksikan sikapnya Giok-bin Kiam-khek itu, Yo Cie Cong merasa kaget dan ter-heran2.
Dalam hatinya lantas berpikir persoalan apakah sebetulnya? Apakah wanita yang membuka suara
tadi ada satu iblis yang perlu ditakuti demikian rUpa?. Ataukah dalam hal ini ada rahasianya apa2
yang membuat jago pedang ini sampai menderita demikian hebat?
"cianpwee, apakah ia sudah berlalu?" kembali Yo Cie Cong menanya.
Giok-bin Kiam-khek gelengkan kepala dan menjawab: "Belum, kau turunlah kebawah"
Karena ia merasa bahwa Giok-bin Kiam-khek agaknya tidak suka orang lain mencampuri
urusannya, mungkin didalam hal ini,ada menyangkut persoalan pribadi antara mereka berdua,
maka setelah anggukkan kepalanya, ia lantas hendak berlalu.
Mendadak suara wanita itu terdengar pula dipuncak gunung diseberang sana: "Hoan Thian
Hoa, antara persoalan kita berdua sudah seharusnya kita bereskan, tapi hanya kau seorang diri
yang boleh kemari "
sekarang Yo Cie Cong telah mendapat kepastian bahwa kedatangan orang ini adalah
bermaksud mencari setori, mungkin persoalan sangat rumit.
Dengan wajah sangat duka Giok-bin Kiam-khek berkata pula kepada Yo Cie Cong: "Harap kau
jangan ikut kesana"
sehabis berkata badannya lantas melesat dan sebentar saja sudah tidak kelihatan mata
hidungnya.
sejenak Yo Cie Cong tercenggang hatinya lantas berpikir: "kedatangan orang itu terang ada
mencari permusuhan. Dihadapannya ketiga manusia aneh dari rimba persilatan ia berani
menantang secara terang2an. Tentunya mempunyai kepandaian sangat tinggi. Hoan Thian Hoa
barusan telah terluka ditangannya, mengapa aku harus tinggal diam? Andaikata ia dapat
dikalahkan bagaimana? sebaiknya aku pergi untuk menyaksikan, dan jika perlu
barulah bisa membantu sedikit tenaga.
oleh karena berpikir demikian, maka dengan tanpa menghitung apa akibatnya ia lantas pergi
menyusul.
Diatas puncak gunung. didalam rimba yang lebat, disitu ada sebidang tanah kosong kira2
setengah ban luasnya. Untuk mencegah jangan sampai membuat tidak senang perasaannya Giokbin
Kiam-khek. Yo cie Cong lantas mencari tempat untuk sembunyikan dirinya, dan dari itu ia
pasang mata menyaksikan gerak-geriknya orang yang mencari setori dengan Giok-bin Kiam-khek.
Ia segera dapat lihat dihadapannya Giok-bin Kiam-khek ada berdiri seorang wanita cantik
berusia kira2 dua puluh tahun. Di bawah rembulan purnama. kecantikannya wanita itu bertambah
menyolok. se-olah2 bidadari yang baru turun dari kayangan.

menyaksikan pemandangan itu, Yo Cie Cong merasa jengah sendiri, sebab dilihat dari gerak
geriknya wanita itu, mungkin didalam hal ini ada menyangkut persoalan asmara antara mereka
berdua, maka adalah suatu perbuatan yang tidak selayaknya untuk mengintip urusan pribadinya
orang lain,
setelah berpikir demikian. ia sudah hendak berlalu lagi, tapi, kemadian disusul oleh
perkataannya.
"Thian Hoa, sungguh pintar kau menyembunyikan dirimu. Didalam kalangan Kang-ouw semua
orang telah menganggap mati hidupmu masih belum terang, tidak nyana, haha...."
"Perempuan hina, penghidupanku telah kau rusak, apakah itu masih belum cukup?" demikian ia
dengar suaranya Giok- bin Kiam-khek.
Ketika mendengar mereka berdua itu, Yo Cie Cong lantas urungkan maksudnya hendak
meninggalkan mereka..
"Haha, cian Hoa, setiap malaman terang bulan, aku selalu naik ke gunung Hoa-san, sepuluh
tahun lebih lamanya, belum pernah terputus. Malam ini akhirnya aku menemui juga dirimu,
Hahaha orang she Hoan. kau sungguh kejam"
"Aku menasehatkan kau, sabaiknya kau tinggalkan aku, jikalau tidak...."
"jikalau tidak bagaimana?"
"Aku akan bunuh mati kau"
Kembali terdengar suara ketawa nyaring, tapi suara ketawa itu mengandung perasaan gemas
dan gusar. siapakah gerangan wanita itu?
Apakah hubungannya dengan Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa? Mengapa Giok-bin Kiamkhek
mengancam hendak membunuh mati ia?
Apakah Hoan Thian Hoa ini ada manusia palsu. dan wanita itu dulu pernah dibikin sakit hatinya
atau dicemarkan, hingga sekarang perlu mencari balas dendam?
Tapi, rasanya tidak benar Wanita ini usianya masih sangai muda. sedang Hoan Thian Hoa
menghilang hampir 20 tahun lamanya, apalagi kalau dilihat dari sikap dan lagak lagunya wanita
ini, rupa2nya bukan dari golongan baik2, Tapi mengapa Hoan Thian Hoa mengatakan bahwa
penghidupannya dirusak olehnya?
Serentetan pertanyaan ini telah berputaran mengaduk dalam otaknya Yo Cie Cong sampai ia
sendiri merasa bingung.
Wanita itu setelah puas umbar ketawanya, lantas berkata pula: "Thian Hoa, kau hendak bunuh
mati aku, h m, kau jangan mengimpi"
"Apa kau kira aku tidak bisa bunuh mati kau?"
"Memang betul, jika aku tidak melawan dan sodorkan kepalaku dihadapanmu"
"Perempuan hina, malam ini kalau tidak bisa bunuh mati kau, aku sendiri juga tidak mau
hidup,"
"Thian Hoa, apakah diantara kita tamatlah sudah semua hubungan baik dimasa yang lampau?"
"Diantara kita sekarang yang ada cuma benci, benci Kebencian yang sudah menjadi hitam,
hanya kematian yang bisa membikin bersih rasa benci ini"
"Tidak salah, apa yang kau Ucapkan itu memang benar. Diantara kita berdua yang tinggal
hanya perasaan benci, lain tidak"
Giok-bin Kiam-khek mendongak memandang angkasa, lantas ketawa ber-gelak2. Tapi suara
ketawanya itu lebih mengenaskan daripada suara ketawa tangisan. ia sebetulnya bukan ketawa,
tapi sedang mengumbar perasaan sedihnya yang sudah sekian tahun lamanya terpendam dalam
hatinya. Mengapa....?
Yo Cie Cong yang sembunyikan diri di dalam rimba. se-olah2 dalam impian yang aneh, didalam
dunia sesungguhnya tidak ada kejadian yang begitu aneh seperti halnya kedua orang itu, ia
hampir tidak penjaya kalau tidak menghadapi kenyataan.
"Thian Hoa, aku juga sudah sepuluh tahun lebih tidak unjukkan diri dikalangan Kang-ouw.
sekarang aku akan beritahukan kau dengan terus terang, persoalan besar yang dewasa ini aku

Harus bereskan hanya tinggal dua perkara saja. setelah dua persoalan ini nanti beres, aku
selamanya tidak akan muncul lagi dikalangan Kang-ouw"
"coba kau katakan " suaranya, Hoan Thian Hoa agaknya sudah mulai lunak, tapi sedikit banyak
masih mengandung perasaan pedih. "Pertama, aku hendak menuntut balas terhadap kematian
muridku"
"Dan. yang kedua?"
"sebelum aku mengucapkan soal yang kedua ini, aku perlu menanya kau sekali lagi, tapi kau
harus menjawab dengan sejujurnya "
"tanyalah "
"Betulkah diantara kita sudah putus semua hubungan kasih sayang pada masa yang lampau ?"
"Benar aku benci padamu"
"Apakah itu dengan sebenar-benarnya? sedikitpun tidak salah"
"Kau tidak menyesal ?"
"selama 10 tahun ini, aku terus hidup didalam kemenyesalan dan kebencian. penghidupanku
sudah kau bikin rusak hingga hancur berantakan. sekarang menyesal sudah terlambat, masih ada
apa lagi yang patut disesalkan? Kau katakanlah."
"Kalau begitu aku beritahukan padamu, Thian Hoa Soal kedua yang aku Phoa cit Kow hendak
bereskan ialah membunuh mati kau "
Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa agaknya terperanjat mendengar jawaban itu dengan tanpa
sadar, sampai mundur satu tindak.
sementara itu Yo Cie Cong yang mendengar disebutnya nama Phoa cit Kow se-olah2
mendengar suara petir menggeledek. matanya terbelalak beringas.
Dadanya lantas bergolak, rasa bencinya telah meluap. sesaat itu matanya merah membara dan
giginya bergemerutukan.
Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow memang merupakan salah satu musuh besarnya Kam-lo-pang
yang ia harus binasakan dengan Golok Mautnya sungguh tidak dinyana telah bertemu ditempat ini,
kiranya yang dikatakan hendak menuntut balas sakit hati atas kematian muridnya, yang
dimaksudkan muridnya itu tentu adalah cin Bie Nio yang tengah malam dikutungi dan dibawa
pergi kepalanya oleh musuhnya.
iblis wanita ini tertunya sudah berusia sedikitnya hampir setengah abad, tapi mengapa masih
begitu muda dan cantik seperti gadis berusia dua puluh tahunan? ini benar2 ada satu kejadian
yang sangat langka. Apakah ia ada mempunyai ilmu merawat diri? Pantas tadi Hoan Thian Hoa
suruh dirinya turun dahulu, jangan mencampuri urusan ini, kalau begitu ia sudah tahu siapa
adanya orang yang datang itu.
Dengan tanpa banyak pikir lagi, Yo Cie Cong lantas melesat keluar dari tempat sembunyinya
dan melayang turun ditempat mereka berdua.
Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa dan Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow, dua2nya lantas
menyingkir kesamping, tatkala mereka mengetahui siapa orangnya yang melayang turun dari atas
secara mendadak itu, semua pada berseru: "Eh "
Dengan wajah merah padam dan mata beringas, Yo Cie Cong menatap wajahnya - Phoa cit
kow.
Hoan Thian Hoa rupanya sudah dapat menduga apa yang akan terjadi, maka hatinya semakin
duka, hingga badannya sampai menggigil.
Phoa cit Kow meski usianya telah lanjut tapi kecantikannya sesungguhnya sangat menggiurkan,
boleh dikata bisa meruntuhkan hatinya setiap lelaki.
Yo Cie Cong yang berada dalam kegusaran dan kebencian, tidak urung tergoncang juga
hatinya, tapi itu hanya merupakan reaksi sekedar saja ketika menyaksikan kecantikannya wanita
tersebut.
"Bocah ini siapa?" tanya Phoa cit Kow.
"Kau jangan perdulikan dia siapa...." jawabnya Hoan Than Hok sambil kertak gigi.
"Bocah ini wajahnya ada mirip sekali dengan kau, heiii....sungguh aneh."

"cit Kow tentang urusan kita berdua, kecuali malam ini, kapan saja aku Hoan Thian Hoa
bersedia mengiringi kehendakmu sekarang aku minta supaya kau meninggalkan tempat ini."
"Mengapa aku tinggalkan tempat ini?" tanya Phoa cit Kow,
Yo Cie Cong majukan dirinya 2 tindak. nampaknya sudah akan turun tangan.
Hoan Thian Hoa lintangkan dirinya didepan Yo Cie Cong, kembali ia berkata pada Phuc Cit Kow
,
"Aku minta kau segera tinggalkan tempat ini"
"Thian Hoa, malam ini aku hendak bunuh mati kau, tidak perlu dirobah hatinya lagi" jawabnya
Phoa cit Kow dengan tidak berobah wajahnya.
Yo Cie Cong geser tubuhnya, menyingkir dari alangannya Hoan Thian Hoa, kemu ian berkata
kepada Phoa cit Kow dengan suara dingin "Phoa cit Kow, malam ini sioyamu hendak menagih
hutang padamu "
Phoa cit Kow wajahnya berubah seketika ia menanya dengan-perasaan heran "Bocah, kau
hendak menagih hutang apa?"
"Hutang darah terhadap Kam-lo-pang"
"Kau siapa?" Phoa cit Kow mundur satu tindak karena kagetnya.
"Pemilik Golok Maut"
"ow Kaulah itu orangnya yang bernama Yo Cie Cong yang dikabarkan sebagai orang yang
memegang peranan menjadi pemilik Golok Maut? Haha. sungguh kebetulan sekali dan kau
sekarang mau apa?"
"Hutang darah harus dibayar dengan darah, aku hendak bunuh mati kau" jawabnya Yo Cie
Cong gusar.
Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow ketawa ter-kekeh2. "Kau hendak bunuh mati aku?"
"Benar"
"setan cilik, gede betul mulutmu, he Kini kau telah bertemu dengan aku, sungguh sial nasibmu,
karena kematian sudah berada didepan matamu?"
Sekali lagi Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa coba mencegah tiadakannya Yo Cie Cong
sembari berkata
"sahabat kecil, aku Hoan Thian Hoa ingin majukan sedikit permintaan kepadamu. Perlu aku
jelaskan bahwa tentang tindakanmu hendak menagih hutang darah bagi perguruanmu. aku tidak
punya alasan untuk merintangi, tapi aku harap supaya kau suka mencari tempo lain. Malam ini
biar bagaimana aku harap supaya kau suka meninggalkan tempat ini dahulu"
Yo Cie Cong saat itu se-olah2 sudah dipengaruhi oleh napsunya hendak segera membunuh mati
musuh besarnya itu, perasaan benci sudah melewati takeran. sudah tentu tidak mau terima baik
permintaan Hoan Thian Hoa yang tidak mempunyai cukup alasan kuat itu.
Dengan matanya yang tajam ia menatap wajahnya Hoan Thian Hoa. Ketika ia menampak
wajahnya Hoan Thian Hoa agaknya diliputi oleh perasaan duka dan seperti sedang tertekan oleh
penderitaan bath in yang sangat hebat, hatinya tergerak juga. Tapi akhirnya telah mengambil
keputusan untuk menolak permintaannya orang tua itu.
"Maaf dalam hal ini boanpwe terpaksa tidak dapat memenuhi permimaan locianpwe"
Phoa cit Kow sudah tahu kalau Hoan Thian Hoa ada maksud hendak mencegah anak muda itu
turun tangan terhadap dirinya, tapi ia tidak tahu apa sebabnya. Maka lantas berkata: "Hoan Thian
Hoa, kau sebetulnya sedang main sandiwara apa?"
Yo Cie Cong dengan kecepatan bagaikan kilat memutar- memutar balik badannya, dan
menyerang Phoa cit Kow dengan hebat,
Phoa cit Kow ternyata tidak berkelit atau menyingkir, hanya putar dan ayun tangannya, dengan
mudah sudah mengelakan serangan Yo Cie Cong yang dilakukan dengan bernapsu itu.
Bukan main kagetnya Yo Cie Cong, ia sungguh tidak nyana bahwa iblis wanita itu ada
mempunyai kekuatan begitu hebat.

Hoan Thian Hoa dengan muka merah dan muka pucat pasi telah mengawasi dengan tanpa
berkedip. Kedua orang yang sudah mulai turun tangan itu.
Yo Cie Cong setelah mengetahui bahwa serangannya itu tidak berhasil, sejenak tampak
terkejut, lalu melancarkan serangannya yang kedua. Kali ini ia menggunakan ilmunya Kan-goan
cin-cao untuk menguji sampai dimana kekuatannya iblis wanita itu.
Phoa cit Kow dengan sikap sungguh2 keluarkan tangannya untuk menyambuti serangan Yo Cie
Cong yang ia duga ada cukup hebat.
Diantara suara gempuran nyaring, Yo Cie Cong nampak terpental mundur sampai 3 tindak.
dadanya dirasakan bergolak. Tapi Phoa cti Kow hanya nampak bergoyang sebentar lantas berdiri
tegak kembali.
Phoa cit Kow lantas berkala dengan sikapnya yang menghina:
" Kekuatan pemilik Golok Maut kiranya cuma begitu saja dan telah berani mengeluarkan
Ucapan bcear. setan cilik. aku masih ada urusan penting yang harus dibereskan- hingga tidak bisa
membuang waktu lama2. Kau sudah datang sendiri untuk mencari kematianmu, biarlah aku nanti
sempurnakan dirimu. Haha, untuk selanjutnya dikalangan Kang-ouw tidak akan mendengar pula
namanya pemilik Golok Maut yang kesohor itu."
Baru habis Ucapannya, tangannya lantas bergerak, satu kekuatan yang maha dahsyat lantas
meluncur keluar menggempur dirinya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong terkejut, ilmunya Liang- kek cin-goan dengan sendirinya lantas timbul melindungi
dirinya, maka ketika ia ayun kedua tangannya. hawa asap warna putih tercampur merah lantas
mengalir keluar dari kedua tangannya, menyambuti serangan hebat dari lawannya.
Ketika kedua kekuatan itu saling beradu, lantas timbul suara ledakan yang amat hebat.
serangan dahsyat dari Giok-bin Giam-po ternyata sudah dibikin buyar oleh kekuatan ilmunya
Liang- kek cin-goan Yo Cie Cong. Tapi kedua fihak nampak masih pada berdiri tegak. nyata
kekuatan kedua fihak ada berimbang.
Yo Cie Cong sejenak tampak kemekmek. alisnya lantas berdiri. Dengan tanpa membuang
tempo lagi, ia lantas maju menyerang lagi dengan menggunakan ilmu serangannya yang
terampuh "Lui-keng Thian-tee."
Giok-bin Giam-po tahu hebatnya serangan itu, ia tidak berani menyambuti dengan kekuatan
tenaganya. Dengan gerak badannya yang sangat lincah, ia lantas melesat dan berada disamping
kanannya Yo Cie Cong, sedang kedua tangannya dengan gerak tipu serangannya yang sangat
aneh coba membalas serangannya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong sejenak kehilangan sasarannya. tiba2 disamping badannya merasakan satu
serangan yang aneh, maka dengan cepat ia lantas tarik kembali serangannya dan balikkan
badannya, hingga berhadapan pula dengan Giok-bin Giam-po. sekali lagi ia melancarkan
serangannya "Lui-keng Thian-tee".
Giok- bin Giam-po keluarkan suara ringan, lalu memutar tubuhnya, kembali sudah berhasil lolos
dari ancaman serangan Yo Cie Cong. Dengan cepat ia bergerak. tahu2 sudah berada dibelakang
sianak muda dan menjambret dirinya Yo Cie Cong dengan jari tangannya yang sudah dipentang
seperti gaetan.
Gerak badannya yang sangai aneh, serangan tangannya yang begitu cepat, mungkin susah
dicari tandingannya. Hingga saat itu Yo Cie Cong benar2 sudah berada dalam keadaan yang
sangat berbahaya....
Dalam saat sangat kritis itu, sambaran angin yang meluncur keluar dari 10 jari tangan
mendadak. meluncur kearah beberapa jalan darah penting dibelakang badan Giok-bin Giam-po.
Giok-bin Giam-po terpaksa tarik kembali serangannya, dan hampir berbarengan pula saat itu Yo
Cie Cong juga sudah geser tubuhnya untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman musuhnya.
"cit Kow, malam ini kalau kau berani ganggu seujung rambutnya saja...." sahutnya Hoan Thian
Hoa dengan wajah dan sikap kerenTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Haha. Thian Hoa, kau sudah seperti barang mati, jiwanya sendiri masih belum mampu
menjamin keselamatannya, dan toch kau masih berani mencampuri urusan orang lain "
sehabis mengUcapkan perkataannya. dengan cepai ia menerjang pada Yo Cie Cong. Diantara
gerak jari tangannya yang berseliweran, lantas terdengar suara seruhan tertahan, Yo Cie Cong
lantas mundur sempoyongan sampai lima tindak. mulutnya lantas menyemburkan darah segar.
— ooo ooooo ooo —
DENGAN menggunakan ilmu serangan apa Giok-bin Giam-po. melukai dirinya Yo Cie Cong,
sampai Hoan Thian Hoa sendiri yang berada disampingnya juga tidak tahu. sedang Yo Cie Cong
sendiri cuma melihat berkelebatnya jari tangan yang menyerang berseliweran dari beberapa
sudut, sehingga sukar sekali untuk mengelakan dirinya. Dalam keadaan terpaksa ia menggunakan
ilmu serangannya Golok Maut, ia ingin menggunakan taktik menyerang buat gantinya taktik
menjaga diri.
Dengan taktiknya ini ia berhasil memunahkan sebagian besar serangannya Giok-bin Giam-po,
sehingga jiwanya terlolos dari ancaman bahaya, tapi tidak kurang dadanya masih terkena satu
serangan-
Ia tidak menduga sama sekali bahwa iblis wanita itu ada mempunyai kekuatan begitu hebat
dan begitu tinggi ilmu silatnya,
sejak ia muncul dikalangan Kang-ouw, sudah banyakya menemukan musuh tangguh, tapi tidak
sekuat seperti iblis wanita itu. Diantara 5 musuh besarnya yang terkuat, kecuali siluman rambut
merah yang belum unjukan diri, yang lainnya agaknya masih kalah jauh kekuatannya kalau
dibandingkan dengan Giok-bin Giam-po ini.
Bagi Hoan Thian Hoa, ini merupakan satu pukulan bathin yang lebih berat lagi. ia sungguh tidak
nyana bahwa setelah 10 tahun lebih tidak bertemu Giok-bin Giam-po ini kecuali kecantikannya
yang masih tetap seperti sedia kala, kekuatan tenaganya seperti tambah berlipat ganda.
Ia sudah mengambil suatu keputusan, biar bagaimana ia tidak akan kasih dirinya Yo Cie Cong
dibikin celaka ditangannya wanita cabul ini, kalau sampai terjadi hal sedemikian, ia matipun tidak
bisa meram,
Tapi dilihat dari gelagatnya malam ini, meski dengan kekuatan ia sendiri digabung dengan
kekuatan Yo Cie Cong, barangkali masih belum mampu menandingi wanita cabul ini.
Pikirannya lantas bekerja keras, bagaimana baiknya supaya bisa terlepas dari bahaya ini.
Terhadap perbuatannya Hoan Thian Hoa yang melindungi dirinya begitu nekat, Yo Cie Cong
tidak mempunyai anggapan apa2, ia hanya anggap sebagai perbuatan orang yang menaruh
perhatian besar dan yang berdiri sama2 disatu garis yang sedang berhadapan dengan musuh
kuat. seandai ia tahu hubungan apa antara ia dengan Hoan Thian Hoa, sudah tentu akan menjadi
lain keadaannya.
Giok-bin Giam-po yang parasnya cantik seperti bidadari, tapi hatinya jahat melebihi iblis, ketika
itu lantas unjukan ketawanya yang menyeramkan sembari berkata
"Bagaimana? Thian Hoa, sekarang kau tentunya percaya kalau aku bisa mengambil jiwa kamu
berdua dengan sangat mudah"
"Perempuan hina, ada satu hari kau nanti tentu akan mendapat pembalasan atas dosamu
sendiri" berkata Hoan Thian Hoa dengan sorot mata berapi.
"Haha, taruh kata benar sayang kau sudah tidak bisa menyaksikannya lagi"
Yo Cie Cong saat itu hatinya sangat berduka, ia tidak menduga bahwa dirinya yang telah
beberapa kali menemukan kejadian gaib, ternyata masih belum mampu menandingi kekuatannya
iblis wanita ini, tapi sifat yang keras dan adatnya yang tidak gampang menyerah kalah, membuat
ia tidak memikirkan soal kabur.
Dalam dirinya masih ada menyimpan kitab pelajaran ilmu silat peninggalan perguruannya yang
berupa kayu pusaka "ouw bokPo-lok", tapi ia sudah tidak mempunyai waktu untuk mempelajari

lebih mendalam, hanya dalam waktu ter-gesa2 ia baru dapat memahami satu jurus saja yang dinamakan
"Lui-keng Thian-tee" sedang 4 jurus yang lainnya, ia masih belum tahu sampai dimana
hebatnya, hingga dalam hatinya diam2 berpikir, hendak membereskan jiwanya iblis wanita ini,
barangkali harus memahami seluruh kepandaian ilmu silat yang tertera dalam kayu ouw-bok Polok
itu, baru bisa berhasil.
Tapi, apakah ia masih mendapat kesempatan untuk mempelajari lagi ?
sudah tentu jika diukur kepandaiannya sendiri, apalagi kalau digabungkan dengan
kepandaiannya Giok-bin Kian-khek. untuk meloloskan diri dari tangannya Wanita iblis ini, tidak
merupakan soal apa2, tapi ia tidak sudah berbuat demikian ia lebih suka hancur lebur dirinya
daripada lari secara pengecut.
Dipihaknya Giok-bin Giam-po, kalau ia bertekad hendak menghabiskan jiwanya Yo Cie Cong, itu
memang benar, Tapi terhadap dirinya Hoan Thian Hoa, belum tentu ia tega turun tangan. sebab
walau-pun bagaimana, ia masih tidak bisa melupakan cinta kasihnya dimasa mudanya. selain
daripada itu, ia juga tahu benar apabila kedua laki2 itu ada pikiran hendak kabur, ia sendiri juga
masih belum mempunyai keyakinan dapat menahan kaburnya salah satu diantara mereka,
Karena masing2 fihak berada dalam kesangsiannya sen-diri2, maka untuk sementara. keadaan
menjadi sangat sunyi.
Tapi didalam suasana sunyi itu, masih diliputi oleh perasaan tegang.
Mengenai kekuatan tenaga Yo Cie Cong, buat dewasa itu, didalam rirnba persilatan barangkali
sukar dicarl keduanya. Namun sayang sekali ia masih belum melatih matang dalam hal gerak tipu
serangan, maka ia tidak dapat menggunakan kekuatan tenaga dalamnya dengan leluasa.
Meskipun tadi ia sudah mengeluarkan darah karena terluka dalamnya, tapi sebentar saja sudah
sembuh lagi dan pulih kembali kekuatannya..
"lblis wanita, serahkan jiwamu" demikian Yo Cie Cong berseru, dan segera menggunakan
seluruh kekuatannya, dengan cepat melancarlan serangan terhadap dirinya Giok-bin Giam-po.
Hampir berbarengan dengan itu, Hoan Thian Hoa melihat kesempatan baik yang tidak boleh
dikasih liwat begitu saja, juga ia lantas mengirim serangan yang amat dahsyat. Angin yang
meluncur keluar dari kekuatan tenaga dalam kedua orang kuat itu, boleh dikata bisa merubuhkan
satu anak gunung hebatnya.
Giok-bin Giam-po ada seorang cerdik, sudah tentu tidak mau menyambut serangan berbareng
yang amat dahsyat itu. Dalam terkejutnya, ia buru2 melesat sejauh beberapa tombak,
Angin dari tenaga tergabung tadi telah menimbulkan suara gempuran dahsyat, semua yang ada
disitu hampir tersapu bersiih seluruhnya.
Dalam keadaan demikian Yo Cie Cong tiba2 merasakan kesemutan pinggangnya, kemudian
hilang ingatannya.
Ketika arus dari kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat itu tadi sudah buyar seluruhnya,
Giok-bin Giam-po alisnya berdiri, wajahnya nampak sengit sekali, sebab Giok-bin Kiam-khek dan
Yo Cie Cong sudah pada tidak kelihatan bayangannya.
Dengan cepat ia lantas melesat tinggi ketengah udara, matanya jelilatan men-cari2 seperti
burung elang yang mengincar mangsanya.
Didalam rimba sejauh kira2 30 tombak. la dapat lihat berkelebat bayangan orang.
"Hm Apa kalian kira bisa terlolos dari tangannya Phoa cit Kow?" demikian ia berkata kepada
dirinya sendiri dengan gemas.
Ditengah udara badannya bergerak seperti burung terbang. dengan cepat mengejar kearah
bayangan orang tadi.
Haana beberapa kali berputeran saja, ia sudah berhasil mencandak mangsanya.
"Berhenti" demikian ia berseru dengan suara bengis.
Bayangan itu benar saja lantas hentikan kakinya. Tapi ketika Giok-bin Giam-po melihat
keadaannya tempat itu, hatinya lantas bercekat, badannya lantas meluncur turun.

Ia lihat Giok- bin- Kiam-khek sambil mengempit dirinya Yo Cie Cong sudah tidak ingat orang
berdiri dekat jurang yang dalam.
Hanya beberapa langkah saja ditempat Giok-bin Kiam-khek berdiri ada sebuah jurang yang
tidak kelihatan dalamnya. Betapapun tingginya kepandaian orang, jika terjatuh kedalam jurang itu,
tidak ampun lagi tubuhnya pasti hancur lebur menjadi bubur.
"Perempuan hina, sudah tidak perlu kau turun tangan lagi" berkata Giok-bin Kiam-khek sambil
ketawa getir.
Tapi Giok-bin Giom-po yang tadi nampaknya begitu gusar, kini mendadak seperti kebingungan
sendiri
"Thian Hoa, perkataanku semua tadi jangan kau anggap benar2. Aku tidak ada maksud untuk
mencelakakan kau, aku hanya saking gusar, sehingga tidak mampu kendalikan perasaanku sendiri
..." demikian ia berkata dengan suara lemah lembut.
"Hm, betulkah kau hendak membinasakan jiwa kami berdua baru merasa puas? Tapi maksud
kau ini tidak akan tercapai untuk se-lama2nya"
"Thian Hoa, bolehlah kau tinggalkan tempatmu itu dan kemari sedikit?"
"Haha Perempuan hina, apakah kau suruh aku....."
"Thian Hoa, aku tadinya tidak menyangka bahwa kita mesti berpisah begini... “
"Benar, tapi dalam hatimu penuh dengan kenistaan dan kehinaan yang paling hebat didunia,
karena perbuatanmu satu perempuan hina dina yang penuh dosa ini?"
"Bolehkah kau lupakan dahulu itu kenangan yang tidak menyenangkan?"
"Haha Tidak menyenangkan? Mudah sekali kau bicara. Terus terang kukatakan padamu, tidak
Dalam hatiku kini yang ada hanya perasaan benci, benci untuk se-lama2nya. Kebencian ini hinga
aku mati barangkali juga tidak bisa meramkan mata"
wajahnya Giok-bin Giam-po pucat seketika. iblis wanita ini dahulu pernah mencintai Hoan Thian
Hoa begitu dalam. Tapi cintanya itu bersifat binatang, yang hanya untuk melampiaskan hawa
napsunya sendiri setelah hubungan mereka retak selama sepuluh tahun lebih itu kadang2 masih
mengingat akan dirinya sang kekasih itu, meski hubungan cinta mereka itu tidak wajar bahkan
mengandung dosa, tapi cinta itu tetap cinta, walaupun bagaimana sifatnya hingga membuat iblis
wanita itu tidak bisa melupakan begitu saja.
Tapi setelah mengetahui bahwa pengharapannya itu kandas dan tidak ada barapan untuk
dicapai kembali, ia lantas umbar hawa napsunya dengan jalan permainkan dirinya banyak kaum
lelaki. Namun laki2 yang benar2 ia cintakan, sebetulnya hanya Hoan Thian Hoa seorang saja. Dan
kini, seperti ia telah mendesak laki2 yang ia cintai itu untuk mengakhiri riwayatnya sendiri
Jilid 19 : Diakah Siangkoan Kiauw?
Ia sudah tidak berdaya unluk mencegah suatu tragedi yang mengenaskan yang segera akan
terjadi dihadapan matanya sendiri.
Giok-bin Kiam-khek setelah berpikir sejenak lalu berkata: "Cit Kow, mengingat perhubungan
kita dimasa yang lampau, untuk penghabisan kali aku peringatkan kau aku harap kau bisa segera
merubah kelakuanmu, selanjutnya kau undurkan diri dari dunia Kang-ouw, untuk melewatkan sisa
hidupmu. jikalau tidak kau nanti pasti akan mendapat pembalasan atas segala dosa dan
perbuatanmu. Kau mau dengar atau tidak, terserah padamu sendiri. Selamat tinggal"
Diantara suara jeritannya Phoa Tiit Kow, Hoan Thian Hoa dan Yo Cie Cong ke-dua2nya sudah
terjun kedalam jurang yang tidak kelihatan dasarnya itu.
Ketika Phoa cit Kow melongok kedalam jurang. ia cuma melihat kabut tebal yang menutupi
jurang yang dalam itu, dan selanjutnya tidak melihat apa2 lagi.
iblis wanita yang terkenal kejahatannya dan keganasannya serta kekejamannya itu kini ternyata
masih bisa mengeluarkan air mata. Disini nyata sekali bahwa hati dan perasaan
prikemanuslaannya masih ada.
= = ooo OOOOO ooo = =

Tatkala Yo Cie Cong tersadar dari pingsannya, sinar matahari menyoroti matanya sampai terasa
silau. Ia telah dapatkan dirinya berada dihadapan satu bukit kecil.
Ia lantas lompat bangun, dan melihat kalau Giok- bin Kiam-khek sedang memandang
kearahnya dengan mata guram.
"cianpwee, ini tempat apa?" ia menanya.
"Lamping gunung dibelakangnya gunung Hoa san"
"Dan itu iblis wanita?"
"Sudah pergi"
Setelah pikirannya tenang kembali, Yo-Cie Cong ingat apa yang telah terjadi dalam
pertempuran mati2an dengan iblis wanita itu diatas gunung Hoa-san pada kemaren malam. Lapat2
ia masih ingat bagaimana ia telah menggunakan seluruh kekuatan seluruhnya untuk menghajar
iblis wanita itu, tapi mendadak Hoan Thian Hoa turun tangan menotok dirinya, sehingga ia sudah
tidak mempunyai kesempatan untuk mengelakan diri, Dan urusan selanjutnya, ia sudah tidak tahu
sama sekali.
Maka ia lantas menanya dengan perasaan heran-
"Bolehkah cianpwe menceritakan apa yang telah terjadi dalam pertempuran semalam itu?"
"Aku katirkan kau yang sudah gelap mata nanti celaka ditangannya iblis wanita itu, maka aku
totok jalan darahmu, dan terjun kedalam jurang yang curam...."
"Terjun kedalam jurang yang curam?" tanya Yo Cie Cong heran.
"Benar, ini ada suatu jalanan rahasia yang bisa menuju kejalan raya. Dua puluh tahun
berselang, dengan tidak sengaja aku telah menemukan jalanan rahasia ini. Dibawah lamping
gunung kira2 sepuluh tombak lebih ada sebuah goa, kalau dilihat dari atas, goa itu tidak kelihatan,
maka orang tidak menduga kalau disitu ada terdapat sebuah goa. setelah aku terjun kejurang, aku
lantas membelok kedalam goa. iblis wanita itu dengan mata kepala sendiri telah menyaksikan aku
mengempit dirimu terjun kedalam jurang, dalam anggapannya tentu kita berdua sudah binasa
dibawah jurang"
"Selama boanpwe masih bernapas sekalipun diujung langit, boanpwe juga pasti akan mencari
lagi dirinya iblis wanita itu"
sepintas lalu wajahnya Hoan Thian Hoan tampak berubah, ia lantas putar pembicaraannya
kelain soal.
"Mari kita balik keatas gunung Hoa-san, suhu sekalian tentunya sedang menantikan kita dengan
hati cemas"
Tapi dalam hati Yo Cie Cong berpikir: "Urusanku sendiri masih banyak yang belum
kuselesaikan, jika aku balik keatas gunung nanti pasti terlibat lagi oleh ut-tie Kheng. Adik Kiauw
masih belum ketahuan bagaimana nasibnya, bagaimana aku boleh terlibat lagi dalam urusan
asmara yang hanya akan menyusahkan dirinya orang lain tapi juga berarti menyusahkan diriku
sendiri Maka sebaiknya aku tidak balik saja." setelah mengambil keputusan demikian maka ia
lantas berkata kepada Hoan Thian Hoa
"Budi kecintaan cianpwe, boanpwe tidak bisa lupakan untuk se-lama2nya. Karena boanpwe
masih banyak urusan yang akan dibereskan, maka boanpwe tidak ingin balik keatas gunung."
"Ng, tapi aku ada satu permintaan yang rasanya ada sedikit janggal"
"Katakan saja."
"Aku minta supaya kau anggap bahwa Hoan Thian Hoa semalam sudah kubur dirinya didalam
jurang"
Lama Yo Cie Cong berpikir, ia baru mengerti maksudnya, Maka lalu berkata: "Tapi boanpwe
juga ada ber-sama2 cianpwe terjun kedalam jurang."
"Hidup dan matinya manusia ada ditangan Tuhan. apakah kau tidak bisa menceritakan bahwa
kau telah tertolong jiwamu secara kebetulan?"

"Baiklah, boanpwee nanti akan simpan rapat2 rahasia cianpwe ini, supaya jangan sampai ada
orang yang tahu lagi"
"Dari sini turun kebawah gunung membelok kekanan, adalah jalan besar Hoa im"
"Boanpwee masih ada dua urusan yang cianpwee harus ketahui"
"Baiklah, coba kau ceritakan"
"Pertama, Thian-san Liong-lie yang sekian tahun berkelana didunia Kang-ouw dengan mensia2kan
masanya yang bahagia. maksudnya ialah hendak mencari keterangan tentang diri
cianpwee"
Sepintas lalu wajahnya Hoan Thian Hoan tampak sangat masgul, sejenak hatinya tergoncang
hebat, baru bisa menjawab sambil mengelah napas:
"Penghidupanku telah dibikin tersesat oleh asmara, soal yang sudah lalu. biarlah berlalu untuk
selama-lamanya. Kalau kau nanti berjumpa lagi dengan Thian san Liong-lie, kau boleh beritahukan
padanya bahwa Hoan Thian Hoa sudah kubur dirinya didalam jurang"
Dengan tersebut demikian bukankah akan membikin luka hatinya Thian-san Liong- lie..
"Bolehkah aku memanggil kau anak?"
"Boanpwe senang sekali"
"Anak. kau harus ingat betul tentang pelajaran apa yang dinamakan "dengan pedang tajam
memapas benang asmara" sekali sudah salah jangan kita ulangi kesalahan itu, apalagi usia
manusia toch tidak berbalik muda lagi?"
"Kedua, ialah saudara angkat cianpwee si tangan geledek Ngo Yong, telah menganggap pasti
bahwa Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow ada sembunyikan diri dipuncak gunung Pit-koan-hong.
Karena hendak menyelidiki jejak cianpwee ia telah menggunakan waktunya yang berharga
menunggu dibawah puncak gunung itu sampai sepuluh tahun lebih lamanya"
Hoan Thian Hoa nampak sangat terharu. dikelopak matanya sampai mengembeng air. dengan
suara agak serak ia menjawab : "soal ini aku nanti akan bereskan sendiri"
"Kalau begitu izinkanlah boanpwee permisi dahulu"
"Anak. semoga kali bisa menjaga dirimu. baik2."
"Terima kasih banyak2" Keduanya lantas saling berpisahan.
Yo ce Cong setelah meninggalkan Hoan Thian Hoa, terus lari turun gunung, dalam hatinya yang
masih tidak bisa ia lupakan, ialah tentang musuh2 perguruannya.
Lima musuhnya Kam-lo-pang yang terkuat, kecuali siluman rambut merah yang masih belum
unjukan diri, manusia jelek nomor satu Ang kut Tan sudah dibinasakan- yang lainnya seperti Liatyang
Lo-koay, siluman Tengkorak Lui Bok Thong dan Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow sudah pada
muncul bahkan sudah pernah. bertempur dengannya,
Dalam pertempuran terachir melawan Giok-bin Giam-po baru2 ini, Yo Cie Cong telah merasa
bahwa kekuatannya masih belum cukup untuk menghadapi musuh2nya yang terkuat itu. Maka ia
anggap soal yang terpenting baginya sekarang, ialah menambah kekuatan dan kepandaiannya
ilmu silat. Ia ingin lekas2 supaya bisa memahami kepandaian ilmu silat yang tertulis dalam
potongan kayu pusaka ouw-bok Po-lok itu.
Tapi untuk mempelajari suatu kepandaian atau ilmu apa saja. orang harus mencari suatu
tempat yang tersembunyi dan yang letaknya sangat sunyi serta tenang tentram.
Disepanjang jalan otaknya terus bekerja. sebentar saja ia sudah sampai dijalan raya.
setelah bermalam satu malam didalam kota kecil, esoknya lantas berpikir: "Ya, digunung Hoasan
ada terdapat banyak bukit dan goa. sebenarnya ada merupakan suatu tempat yang paling
tepat ntuk mempelajari ilmu. Mengapa tidak mencari salah satu tempat tersembunyi dalam
gunung itu untuk mempelajari ilmu ouw-bok Po-lok itu." Dengan membekal ransum kering yang
cukup banyak. ia balik lagi kegunung Hoa-san.
setelah melalui beberapa jurang yang curam dan mendaki beberapa bukit yang tinggi, achirnya
telah diKetemukan sebuah goa yang letaknya disamping gunung

Yo Cie Cong sangat girang, dengan tanpa ragu2 ia lantas menuju ketempat tersebut dan
dengan sangat hati2 memasuki goa.
Goa itu tidak luas, kira2 hanya satu tumbak persegi, tapi keadaannya bersih dan kering, seperti
pernah ditinggali manusia.
Ketika Yo Cie Cong berjalan masuk kira2 20 tumbak dalamnya, tiba menemukan sebuah kamar
batu. hatinya mulai bercekat
Tiba2 hawa panas menyambar keluar dari dalam kamar batu itu. oleh karena goa itu memang
tidak cukup luas, hingga Yo Cie Cong sudah tidak ada kesempatan untuk menyingkirkan dirinya.
Ia seperti pernah merasakan hawa panas semacam itu. dimana? ia sudah tidak bisa ingat lagi.
Tapi saat itu sudah tidak ada ketika lagi untuk berpikir, dan perasaan untuk membela diri, dengan
sendirinya lantas timbul. Ketika tangannya mendorang hawa asap merah putih dari ilmunya Liangkhek
cin-goan lantas meluncur keluar dari telapakan kedua tangannya.
Hawa panas yang menyerang dirinya tadi dengan cepat lantas dibikin buyar oleh ilmunya Liangkek
cin-goan-
Yo Cie Cong meski merasa benci terhadap orang yang berada didalam goa itu, karena dengan
diam2 sudah menjerang padanya. Tapi kalau mengingat ia sendiri juga tanpa permisi memasuki
goa yang ada penghuninya. sedikit banyak juga ada kurang pantas. Maka seketika itu ia lantas
pikir hendak berlalu dari tempat tersebut untuk menc ari lain goa lagi.
siapa nyana selagi hendak membalikan badannya. dari dalam goa itu mendadak terdengar
suara orang bicara:
"Siapa yang berani sembarangan memasuki kediamanku ?"
Yo Cie Cong lantas berpikir, diluar tidak ada tanda2 kalau goa itu ada
penghuninya. siapa yang tahu kalau kau berdiam didalamnya ?
Tapi ia masih coba menahan hawa amarahnya. dengan suara agak lunak ia menyahut:
"Aku yang rendah adalah Yo Cie Cong. karena tidak tahu kalau dalam goa ada orangnya. maka
sudah kelancangan masuk. terhadap kelancangan ini, harap kau suka maapkan, dan kini aku
bersedia hendak berlalu"
"Tunggu dulu, kalau dengar dari suaramu agaknya usiamu masih sangat muda, tapi ternyata
mampu menyambuti seranganku ini sesungguhnya sangat ganjil. Bocah, siapakah gurumu? Dari
golongan mana gurumu itu? Lekas jawab terus terang"
sejenak Yo Cie Cong merasa kaget, kemudian ia menjawab: "Tentang guruku dan golonganku,
tidak ada perlunya untuk diberitahukan kepadamu"
sebentar lantas terdengar suara ketawa cekikikan yang sangat aneh, kemudian disusul oleh
suara yang amat seram:
"Bocah yang terlalu jumawa, kalau kau tidak mau menjawab terus terang, jangan harap kau
bisa keluar dari goa"
Yo Cie Cong lantas naik darah, dengan suara ketus dingin ia menjawab: " Untuk keluar dari goa
ada sangat mudah bagiku. apa yang kau bisa berbuat terhadap diriku?"
"Setan cilik, aku hendak bikin hancur tulang2mu " "Rasanya kau masih belum mempunyai itu
kemampuan?"
"Hahaha Tahukah kau siapa adanya aku ini?"
"Aku tidak perduli siapa adanya kau"
"HmBuat beberapa puluh tahun lamanya belum pernah ada orang yang mengatakan
demikian terhadap aku siorang tua."
Yo Cie Cong dalam hatinya lama berpikir: manusia atau siluman apa sebetulnya dia, mengapa
berani omong besar begitu rupa? Apa tidak baik aku belajar kenal padanya?
Selelah itu, ia lantas balas dengan suara telawa dingin, kemudian dengan kata2nya yang
mengejek:
Aku tadi toch sudah mengatakan, tidak perduli kau siapa, toch tidak bisa berbuat suatu apa
terhadap diriku Kau mau apa?" Aku mau kau mampus, mengerti"

"Begitu membuka mulut kau sudah menghendaki orang mampus, kiranya kau juga bukan
manusia baik2. Kuberitahukah padamu, yang akan mampus barangkali bukan aku tapi kau sendiri"
"Bagus setan cilik, hari ini kau pasti mampus" "Tidak perd uli siapa yang akan mampus,
beritahukanlah duiu siapa namamu?"
"Haha, nama? Biar bagaimana kau toch sudah mampus, buat apa kau mau tahu nama akan
orang"
"Dan tahukah kau siapa adanya siaoya-mu ini?" Yo Cie Cong balas menanya. "Haha, setan cilik.
boleh juga, katakanlah siapa kau ini?"
"Pemilik Golok Maut"
"Hai, apa kau kata"
"Pemilik Golok Maut""
"Hahahaha setan cilik, kau bawa-bawa nama itu tidak ada gunanya. Berapa besar
usiamu? Mengapa kau berani mengaku bernama Pemilik Golok Maut? sedang setan tua itu
barangkali kini sudah menjadi tanah berikut tulang2nya"
Mendengar jawaban ini, Yo cte Cong lama menduga bahwa orang dalam goa ini sudah lama
tentu tidak keluar didunia Kang-ouw lagi, jikalau tidak. bagaimana ia tidak tahu keadaan
sebenarnya tentang dirinya Pemilik Golok Maut. Dalam hati kecilnya orang ini mungkin cuma tahu
Pemilik Golok Maut yang paling dulu majukan diri Maka ia lantas menjawab dengan ejekannya:
"Haha, mata dan telingamu barangkali sudah tidak ada gunanya lagi siaoyamu ini justru ada itu
orang yang mempunyai julukan Pemilik Golok Maut"
"Pui setan tua itu telah sudah binasa di cit-lie-peng, dan orang yang mengantarkan jiwanya
keacherat itu justru ada aku si orang tua sendiri...."
Yo Cie Cong mendadak ingat siapa adanya orang yang berada didalam goa itu. Darahnya lantas
mendidih seketika, dengan suara bengis ia berkata: " Liat- yang Lokoay ini yang dinamakan bahwa
orang yang berdosa itu tidak akan terlolos dari hukumannya. Kau, kau sekarang telah bertemu
dengan orang yang akan meminta jiwamu" sehabis berkata, ia lantas hendak mener yang masuk.
Tapi sekali lagi ia sudah disambuti dengan hawa panas yang luar biasa, yang meluncur keluar
dari dalam goa.
Yo Cie Cong lantas putar kedua tangannya, setelah membikin buya hawa panas itu, matanya
lantas kebentrok dengan seorang tua berwajah bengis dengan pakaiannya yang merah, siapa lagi
kalau bukanna Liat- y ang Lokoay.
Untuk sesaat lamanya Yo Cie Cong sampai seperti gemetar sekujur badannya, siluman tua ini
bukan saja merupakan salah satu musuh terbesar dari perguruannya, bahkanpernah turun tangan
keji terhadap dirinya ditempat yang dinamakan cit-lie-pang.
Kalau bukan ditolong oleh orang misterius yang berkedok merah dan dengan khasiatnya
mustika Gu-liong-kauw yang ada pada dirinya, sehingga ia bisa hidup lagi, saat ini barang kali ia
sudah menjadi setan gentayangan. " Eh, setan cilik, benarkah kau ada pemilik Golok Maut?"
"Apa kau kira aku bohong? Di cit-lie-peng aku perah menerima tangan ganasmu, dan sekarang
aku hendak menagih hutang itu berikut bungannya"
Liat-yang Lokoay baru sadar bahwa Pemilik Golok Maut yang berambut putih dahulu yang
binasa didalam tangannya, adalah setan cilik ini yang menyaru, tapi ia masih segar bugar, ini
benar2 ada merupakan satu hal yan sangat ganjil.
"Setan cilik, dahulu jiwamu telah lolos dari kematian, tapi hari ini aku hendak lihat bagaimana
kau bisa lolos lagi dan tanganku?"
sembari ketawa cekikilan- kedua tangannya lantas bergerak, sebentar saja telapakan tangannya
lantas berubah menjadi merah seperti bara. begitu pula sinar matanya. ditambah lagi dengan
pakaiannya yang berwarna merah. hingga seperti orang yang dibikin dari benda yang sedang
dibakar. Keadaannya itu sesungguhnya sangat seram dan menakutkan,

Yo Cie Cong tidak berani berlaku gegabah, pada kedua tangannya suduh dipusatkan seluruh
kekuatannya. ia sudah siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
Ketika dalam pertempuran di cit-lie-peng ia masih belum tahu benar khasiatnja
Liang- kek cin-goan. hingga tidak mampu menyambuti serangannya yang panas membara.
Mendadak, ia melihat berkelebatnya sinar merah.
Liat-yang Lo-koay sudah mulai dengan serangannya yang amat dahsyat.
sebelum serangannya tiba. hawa panasnya dirasakan sudah seperti berhadapan dengan batu
bara yang dibakar.
Yo Cie Cong sudah bertekad hendak membinasakan jiwanya setan tua ini, maka ia lantas
menyambuti dengan ilmunya Liong- kek cin-goan.
suatu ilmu silat yang bagaimana aneh dan ganas, yang dikuatirkanjalah berhadapan dengan
ilmu silat yang bisa melumpuhkan ilmu silatnya sendiri. Ilmunya Liat-yang Lokoay yang dinamakan
Liat-yang-ciang^ itu, ada merupakan ilmu pukulan yang bersifat panas dan keras. sedang ilmunya
Yo Cie Cong Liang- kek cin-goan, dengan ditambah kekuatannya mustika Gu-liong-kauw serta
telurnya burung rajawali raksasa ada terdiri dari ilmu yang sifatnya lunak dingin tapi juga
mengandung keras atau panas, hingga setiap waktu bisa berubah menjadi lunak atau panas keras.
Ketika kekuatan yang dilancarkan oleh kedua pihak dengan sekuat tenaga itu beradu, lantas
menimbulkan suara menggeleger seperti geledek. hingga goa yang tidak seberapa luasnya itu
seperti mau ambruk.
Yo Cie Cong terpental mundur tiga tindak dadanya dirasakan sesak, sedang Liat-yang Lokoay
terdengar keluarkan seruhan tertahan, badannya terpental mundur beberapa tindak, setelah
membentur dinding goa, baru bisa berdiri lagi. Tapi darah segar lantas nampak mengalir keluar
dari mulutnya, hingga wajahnya yang sudah seram nampaknya lebih seram lagi.
ia sungguh tidak nyana bahwa ilmunya Liat-yang-ciang yang ia kira sudah tidak ada orang yang
mampu menyambuti, ternyata sudah dibikin punah oleh ilmunya Yo Cie Cong yang sangat aneh.
Bahkan setelah ilmunya sendiri dibikin punah, ia rasakan dadanya seperti digempur dengan martil
besar, hingga hampir saja terjatuh dan tidak bisa bangun lagi.
Yo Cie Cong yang sudah berhasil dengan serangannya, dengan tanpa ragu2 lagi lantas mener
yang masuk kedalam kamar batu, dan berdiri berhadapan dengan Liat-yang Lokoay sejarak tidak
sampai satu tumbak.
ia lantas masukan tangannya kedalam balik baju bagian dadanya, sebentar Golok Mautnya
sudah berada didalam tangannya.
Liat-yang Lokoay ketika melihat senjata golok maut itu, wajahnya lantas paujat pasi, dengan
suara bengis ia menanya: "setan cilik, kaupernah apa dengan Yo cin Hoan?"
"Heh, heh Biarlah kau nanti kalau mati tidak akan menjadi setan penasaran, aku beritahukan
padamu, bahwa aku adalah muridnya pangcu dari Kam-lo-pang itu"
Kiat-yang Lokoay pada saat ini dadanya sudah dirasakan sakit setengah mati, ia tahu bahwa ia
tidak akan bisa lolos dari tangannya anak muda. Maka lantas timbul pikiran kejinya. Dengan diam2
ia pusatkan seluruh kekuatannya, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat, ia menyerang
secara tiba2.
Yo Cie Cong yang selalu waspada, sudah siap menghadapi setiap serangan dari
musuhnya, maka dengan hampir sama cepatnya ketika serangan Liat- yang Lokoay meluncur
keluar, ia sudah geser kakinya sehingga tiga kaki jauhnya.
Ketika suara seperti geledek menggeleger, pintu Lkmar batu dan dinding batu telah menjadi
hangus oleh gempuran dari tangannya Liat-yang Lokoay, sedang anginnya sudah membikin gelap
keadaan dalam kamar batu itu.
Yo Cie Cong yang menyaksikan hebatnya serangan tersebut juga merasa kaget, kalau bukan
karena ia mempunyai Liong-kek cin-goan yang justru merupakan ilmu yang bisa melumpuhkan
ilmu sangat jahat itu, barangkali dirinya sudah menjadi hangus.

Dipihaknya Liat-yang Lokoay, serangan, tadi ada merupakan serangannya yang terakhir, maka
setelah serangannya itu meluncur keluar, luka dalam badannya semakin hebat. hingga darah yang
mengalir dari mulutnya semakin deras,
Yo Cie Cong dengan mata beringas dan suara bengis berkata padanja: "Liat-yang lokoay,
hutangmu darah terhadap jiwanya 200 lebih orang2 Kam-lo-pang, sekarang sudah tiba waktunya
kau harus bayar"
sehabis mengeluarkan perkatannya yang terachir, tangannya lantas bergerak, diantara
berlelebatnya sinar putih, lantas disusul dengan suara jeritan ngeri, dalam kamar batu itu lantas
seperti hujan darah, kaki dan tangannya Liat-yang Lokoay terkutung dari anggota badannya.
didadanya terdapat sebuah lobang besar dan jiwanya lantas melayang pada seketika itu juga.
Yo Cie Cong bisa bernapas lega, ia masukan lagi senjata Golok Mautnya, lalu mengeluarkan
buku cacatannya musuh2 Kam-lo-pang, dengan darahnya Liat-yang Lokoay ia menghapus musuh
yang babis direnggut jiwanya itu dari daftar nama tersebut.
setelah mengaso sejenak. Yo Cie Cong keluar dari kamar batu itu. Ia mencari-cari lagi dan
achirnya ia menemukan tempat yang dianggap cukup baik untuk ia berdiam sementara waktu.
Ia lantas keluarkan bekal makanan keringnya, setelah cukup menangsal perutnya, lalu
mengeluarkan dua potong kajupusakanya ouw-bok Po-lok. dengan tekun ia mulai mempelajarinya
ouw-bok sin-kang.
sang waktu telah berlalu dengan tanpa dirasa, tahu2 3 hari 3 malam sudah berlalu.
selama itu, Yo Cie Cong sudah berhasil memahami empat gerakan yang lainnya dalam ilmu silat
yang tertulis dalam kayu pusaka itu. Empat gerak tipu serangan itu masing2 dinamakan-
1. Lip-ciang To- liong (dengan telapakan bisa membunuh naga).
2. chiu hong Loksyap (angin musim chiu menyapu daun pohon).
3. Lo-hay siu-po (ombak lautan yang mengamuk sehingga menerbitkan gelombang amat
dahsyat),
4. Kian-khun sit-sek (Dunia telah dibikin suram).
Dengan semangat menyala-nyala dan kepandaiannya ilmu silat yang sudah tidak ada taranya,
dibawah sinar matahari pagi, ia meninggalkan gunung Hoa-san.
Baru saja ia memasuki daerah perbatasan antara propinsi Inlam dan Burma, ia telah
mendengar kabar yang mengejutkan-Maka dengan cepat ia lantas melanjutkan perjalannnya.
= = ooo OOOOO ooo = =
KABAR itu, ialah mengenai dirinya seorang wanita misterius yang selalu mengenakan kerudung
dimukanya, kini telah memegang pimpinan sebagai ketua perkumpulan Pek-leng-hwee, yang
ketuanya lama cin Bie Nio telah dibinasakan secara misterius.
sebagai pembantu utamanya dalam jabatannya sebagai ketua, wanita misterius itu telah
mengangkat dirinya "siok-bun Yan-go" cin Hong Lan, seorang kuat nomor satu di Pek-soa-kiong
dari Lam-hay-pay.
Kejadian ini merupakan suatu kejadian penttng bagi Yo Cie Cong, sebab sejak meninggalnya cin
Bie Nio secara aneh, ia selalu diliputi oleh perasaan heran dan curiga.
Ia masih ingat dengan jelas tentang dirinya itu wanita berkerudung, yang disebut “kiongcu"
atau tuan puteri oleh cin Hong Lan. Ini ada suatu bukti bahwa wanita itu adalah orang dari Peksoa-
kiong. Tapi mengapa sekarang memegang tampuk pimpinan Pek-leng-hwee, apakah
orang2nya Pek-leng-hwee mau tunduk kepadanya?
Peristiwa dipenggalnya kepala ketua Pek-leng-hwee cin Bie Nio diwaktu tengah malam, dan
kemudian pada esok harinya telah kedapatan bahwa kepala itu dipakai untuk sembahyang
dikuburannya ketua Pek-leng-h wee yang lama, yang juga pernah menjadi suaminya cin Bie Nio
sendiri, apakah itu ada perbuatannya orang dari Pek-soa-kiong yang hendak merebut kedudukan
ketua Peksleng-hwee ? Dugaan demikian meski agak beralasan, tapi rasanya masih kurang tepat.

Yo Cie Cong pernah sangsikan bahwa wanita berkerudung itu adalah siang-koan Kiauw, si gadis
baju merah yang ia anggap sudah binasa dalam lautan Lam-hay, sebab kecuali paras mukanya
yang dikerudungi, sehingga tidak dapat dilihat dengan tegas, bentuk badannya maupun gerak
geriknya, ada sangat mirip dengan wanita yang pernah menjadi kekasihnya itu. Tapi wanita aneh
itu sikapnya se-olah2 benar puteri dari Pekssoa-kiong, ini sesungguhnya merupakan suatu hal
yang sangat ganjil dan tidak habis dimengerti.
Tiba2 ia ingatperkataannya Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow diatas gunung Hoa-san ketika
berbicara dengan Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa, katanya munculnya lagi ia kali ini
dikalangan Kang-ouw, maksudnya yang terutama ialah hendak menuntut balas sakit hati atas
kematian muridnya, ialah cin Bin Nio Dengan demikian, tidak perlu disangsikan lagi. iblis wanita itu
pada suatu hari pasti akan datang kepusat perkumpulan Pek-leng-hwee.
jikalau Yo Cie Cong segera berangkat ke oey-co-pa, tempat kedudukannya pusat Pekslenghwee,
selain bisa menemukan Giok-bin Giam-po untuk menagih hutang, tapi juga dapat
menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana sepak terjangnya wanita misterius itu
memegang pimpinan Pek-leng-hwee.
Dengan tujuan itulah, maka YoCie Cong lantas tujukan perjalanannya ke-pusat Pek-leng-hwee.
sepanjang perjalanan ia selalu memutar otak memikirkan persoalan itu.
sekarang ia sudah dapat memahami lima macam gerak tipu silat yang tertulis dalam potongan
kayu pusaka ouw-bok Po-lok. Gerak tipu silat itu sesungguhnya merupakan gerak tipu sangat luar
biasa. Waktu Yo Cie Cong mainkan gerak tipu itu, ia telah bias mengeluarkan seluruh kepandaian
dan kekuatan tenaganya begitu leluasa, maka buat menghadapi Giok-bin Giam-po, sudah tidak
merupakan soal apa2 lagi.
Dalam pertemuannya ditempat kediamannya tabib mulia Gouw Cee Jin, ketika tabib yang
berhati mulia itu dibinasakan oleh orang2nya Im-mo-kao, wanita aneh. berkerudung itu pernah
mengatakan kepada pengawalnya...."ia bisa mencari kita sendiri”
Dan kini telah menjadi kenyataan benar2 ia sendiri hendak pergi mencari mereka, ini sungguh
aneh. Apakah wanita berkerudung itu mempunyai kepandaian untuk meramalkan semua kejadian
yang belum terjadi? didalam hal ini ada mengandung rahasia apa? ia makin memikir makin
bingung.
setelah melakukan perjalanan beberapa hari dengan tanpa beristirahat, tengah hari Yo Cie
Cong sudah tiba ditempat tujuannya ialah ocy-co-pa yang letaknya kira2 20 lie diluar kota Kiukang.
Apa yang mengherankan, dalam perjalanan itu ia tidak lihat ada orang yang merintangi atau
mengeluarkan tanda bahaya.
Yo Cie Cong terus menuju kepintu gerbang yang merupakan pintu terdepan gedung
pusatperkumpulanPeksleng-hwee. Ditempat itu pada belum lama berselang ia pernah
membinasakan jiwanya si manusia jelek nomor satu Ang Kut Tan. "siapa?"
Tiba2 Yo Cie Cong dengar suara bentakan, dan kemudian dari dalam muncul empat orang laki2
berpakaian ringkas.
Ketika 4 orang laki2 itu mengetahui siapa orangnya yang baru datang itu, hatinja
ketakutan setengah mati, hingga lantas balikan badan hendak kabur .... "Berdiri jangan kabur"
suara bentakan Yo Cie Cong ini agaknya mengandung pengaruh besar sekali, sebab 4 orang
laki2 itu lantas seperti lemas sekujur badannya, semuanya tidak berani angkat kaki lagi, badannya
bergemetaran.
Dalam hati mereka masing2 lantas berpikir- ^Malaikat elmaut ini muncul lagi disini, pasti akan
menimbulkan pertumpahan darah la g i. yang satu belum beres dan kini muncul yang lain.
Rasanya Peksleng-hwee hari ini tidak akan terlepas dari nasibnya yang meng enas ka n^
Aku hendak menemui ketua kalian" demikian Yo Cie Cong berkata.
"siaohiap .... hendak .. menemui ketua kami?" menegaskan salah satu dari empat laki2 itu.

"Benar, ketua kalian yang baru yang aku maksudkan." "Ketua kami saat ini tidak berada didalam
" Benarkah tidak ada?"
"Ketua kami dibawa kabur orang jahat"
Yo Cie Cong melengak. Ia merasa heran, wanita berkerudung itu mempunyai kepandaian ilmu
silat sangat tinggi, sedang pengawalnya ialah cin Hong Lan, juga merupakan seorang kuat nomor
satu dari Lam-hay-pay. Mengapa sampai dibawa kabur orang, ini sesungguhnya ada merupakan
satu kejadian aneh. Nampaknya orang yang membawa kabur itu tentunya bukan orang
sembarangan,
"Dibawa kabur oleh siapa?" tanya pula Yo Cie Cong heran.
“Kabarnya suhunya ketua kami yang lama Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow telah menuduh ketua
kami yang sekarang sebagai pembunuhnya ketua kami yang lama, ia malah mengatakan.”
“Dimana sekarang mereka berada?" tanya Yo Cie Tong dengan bengis.
Empat laki2 itu ketika melihat Yo Cie Cong mendadak sontak begitu beringas, rasa takutnya
semakin men-jadi2. Mereka menduga ada kawannya Giok-bin Giam-po, maka lantas tidak ada
yang berani menjawab.
“Lekas jawab, iblis wanita itu apa sekarang masih berada didalam ataukah kabur kemana?"
Empat laki2 itu wajahnya pucat seketika, mereka mengira yang dikatakan iblis wanita itu adalah
ketuanya yang baru, maka tambah tidak bisa menjawab. "Manusia tidak ada gunanya"
Yo Cie Cong dengan sengit memaki sendiri, kemudian ia ayun tangannya, dan 4 laki2 itu
sebentar saja sudah dibikin terpental sejauh satu tumbak lebih.
selanjulnya Yo Cie Cong lantas lompat masuk- dengan melalui jalanan batu, ia terus menuju
kepusatnya Pek-leng-hwee.
Dengan beruntun ia melalui dua ruangan, tapi tidak kelihatan bayangan seorangpun juga,
hingga dalam hatinya lantas berpikir: "Aneh, apakah orang2nya Pek-leng-hwee sudah binasa
semua?"
Kembali ia menuju keruangan ketiga. Begitu memasuki ruangan ini, dalam hatinja
lantas bercekat. Apa yang terbentang dihadapan matanya, ada suatu pemandangan yang
sangat mengerikan.
Bangkai2 manusia pada menggeletak ditanah, darah segar mengguruntang seperti air banjir,
hawa buruk hampir membuat Yo Cie Cong muntah uger, Bangkai itu. terdiri dari beberapa jenis
laki2 perempuan tua muda, jumlahnya tidak kuraun dari 50 jiwa. Yo Cie Cong berdiri kesima
menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
Apakah orasg2 ini semua binasa ditangannya Giok- bin Giam-po Phoa cit Kow? iblis wanita itu
sesungguhnya keliwat ganas, Yo Cie Cong yang datang terlambat setindak saja, ternyata sudah
tidak keburu mencandak dirinya. Dan sekarang kalau mencari jejaknya, barangkali sudah tidak
mudah lagi diketemukan.
Tapi dimana sisanya orang2 Peksleng-hwee? Apakah hanya tinggal itu 4 orang laki2 saja?
Menurut keterangannya itu 4 laki-laki. Giok- bin Giam-po menuduh wanita berkerudung itu
sebagai pembunuhnya ketua Peksleng-hweecinBie Nio. Dan iblis wanita itu pernah berkata kepada
Hoan Thian Hoa hendak menuntut balas terhadap kematian muridnya itu. Tapi dengan berdasar
apa ia berani memastikan kalau wanita berkerudung itu yang membunuh mati cinBie Nio? Dan
sekarang kemana dibawanya wanita berkerudung itu?
Karena gerak geriknya wanita misterius itu ada mirip benar dengan kekasihnya yang
dianggapnya sudah binasa dilautan Lam-hay. Yo Cie Cong terhadap wanita misterius itu
mempunyai kesan yang aneh dalam hatinya.
sekarang, ia sendiri juga tidak mengerti mengapa ia begitu besar perhatiannja
terhadap kejadian itu, dan begitu gelisah pikiran-nya memikiri nasibnya wanita berkerudung
yang sangat aneh itu.

Setelah berpikir sejenak. la masuk keruangan lain untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut,
tapi masih letap tidak menemukan bayangan seorangpun juga semua ruangan nampak sepi sunyi
seperti sudah tidak ada penghuninya. Ia lantas timbul pikirannya hendak menanyakan pula kepada
4 laki2 tadi.
Tapi ketika ia balik keluar lagi kepintu gerbang, 4 laki2 itu ternyata sudah menghilang.
Kali ini ia benar2 semakin gelisah, ia tidak tahu harus berbuat apa?
Ia menengok mengawasi gedung2 yang mewah itu, tapi sudah merupakan gedung setan yang
sepi sunyi dan seram.
Mendadak ia dengar suara jeritan orang yang terbawa oleh siliran angin- Dalam kagetnya, Yo
Cie Cong lantas memperhatikan dari mana arah datangnya suara itu, yang agaknya datang dari
belakang gunung yang ada disekitar oey-co-pa.
sejenak setelah suara jeritan itu sirup, keadaan menjadi sunyi, seperti tidak pernah terjadi
apa2.
Yo Cie Cong setelah berpikir sejenak, ia lantas terbang melesat kebelakang gunung.
setelah melalui bukit pertama, didepannya lantas terbentang tiga puncak gunung yang
menjulang tinggi kelangit. Ditengah-tengah antara 3 puncak gunung itu, ada terdapat sebuah
tanah belukar yang dikitari banyak pepohonan. Di-tengah2 tanah belukar yang kosong ada
terdapat banyak orang berkumpul yang jumlahnya ditaksir lebih dari seratus orang.
Pemandangan itu telah menarik perhatiannya Yo Cie Cong. ia segera terbang melesat kedalam
rimba, dengan sangat hati2 ia nyelundup kedalam tanah belukar itu, ternyata orang banyak itu
sedang berdiri mengitari sebuah kuburan. Disekitar tanah kuburan itu ada banyak tanaman pohon
besar.
Yo Cie Cong lantas naik dan sembunyikan dirinya diatas satu pohon yang daunnya lebat. Dari
sela2 daun pohon ia bisa memandang keadaan disebelah bawah.
Dan apa yang dilihat? suatu pemandangan yang hampir membuat dadanya meledak telah
terbentang dihadapan matanya.
IA lihat cin Hong Lan dengan rambut riap2an dan baju tidak keruan serta darah mengalir dari
mulutnya, sedang berdiri dengan badan limbung. Terang ia sudah terluka parah didalamnya.
sedang siwanita berkerudung tampak menyender dibatu kuburan dihadapannya ada berdiri Giokbin
Giam-po.
saat itu ia dengar suaranya Giok- bin Giam-po yang membentak wanita berkerudung itu dengan
suaranya yang bengis .
“Budak hina, kau jawab juga mati, tidak menjawab juga mati."
Wanita berkerudung itu nampaknya sudah ditotok jalan darahnya, hingga tidak bisa bergerak
sama sekali.
Cin Hong Lan dengan sikap galak dan suara bengis memotong perkataannya Giok bin Giam-po:
"Siluman wanita, kalau kau berani mengganggu seujung rambutnya saja, Lam-hay-pay
tidak akan tinggal peluk tangan terhadap perbuatanmu "
"Hahaha Lam-hay-pay bisa bikin apa? Hari ini kau sendiri juga tidak bisa dapat ampun "
Anak buahnya Pek-leng-hwee yang jumlahnya lebih dari seratus orang dan yang pada berdiri
mengitari mereka, kelihatannya pada ketakutan setengah mati.
Yo Cie coog kini baru mengerti, apa sebabnya gedung perkumpulan Pek-leng-hwee menjadi
sepi tidak ada orangnya, kiranya sudah pada berkumpul disini.
Ia tidak tahu apa sebabnya iblis wanita Giok-bin Giam-po itu telah menangkap dan membawa
dirinya wanita berkerudung itu datang kemari ?
Giok-bin Giam-po setelah ketawa cekikikan sejenak, lalu berkata lagi: "Kau budak hina, hari ini
aku suruh kau merasakan sendiri bagaimana rasanya orang dipenggal kepalanya?"
sehabis mengucapkan perkataannya. badannya dengan cepat sudah bergerak dan dari salah
satu anak buahnya Peksleng-hwee ia telah menjambar sebilah pedang tajam berkilatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Cin Hong Lan dengan tidak menghiraukan keadaannya sendiri, lantas menubruk dirinya Giokbin
Giam-po.
Tapi dengan tanpa menoleh, Giok-bin Giam-po kibaskan tangannya, kemudian disusul oleh
suara jeritan dan badannya cin Hong Lan sudah terpental sejauh dua tumbak. rubuh tidak bangun
lagi.
suara gaduh terdengar dari mulutnya anak buah Peksleng-hwee, tapi tidak ada satu
yang berani bergerak.
sebabnya sudah nyata, siapa saja yang berani turun tangan, itu berarti mengantarkan jiwa
secara sia2 saja.
Dengan kepandaian seperti anak buahnya Pek-leng-hwee, kalau mau menolong jiwa ketawa
mereka yang baru dari tangannya iblis wanita itu, jangan harap bisa berhasil. Giok- bin Giam-po
tangannya diangkat tinggi2.
saat itu ada sangat kritis. Nampaknya kepala wanita berkerudung itu sudah akan dibikin
terpisah dari badannya.
Mendadak ada sinar putih berkeredep. diatas tanah dihadapannya Giok-bin Giam-po tampak
menancap sebilah seajata yang aneh bentuknya Diantara orang banyak lantas terdengar suara :
"Golok Maut "
Pemilik Golok Maut yang namanya ditakuti oleh semua orang dari golongan hitam dan putih itu
mengapa bisa muncul disini? Dan apa maksudnya? orang2 yang ada disitu mungkin hanya seorang
saja yang mengerti. Ia itu adalah Giok-bin Giam-po Phoa cit Kouw sendiri
Tapi didalam pertempuran digunung Hoa-san. pikirnya. setan cilik itu terang sudah mampus
terjun kedalam jurang ber-sama2 Hoan Thian Hoa, apakah bisa jadi ada lain pemilik Golok Maut
lagi ?
Giok-bin Giam-po dengan pedang masih tetap ditangan, ia tidak perdulikan munculnya Golok
Maut secara tiba2 itu. sebab dengan kepandaiannya sendiri sudah cukup untuk menjagoi rimba
persilatan, ia sudah tidak perlu takut kepada siapa-pun juga.
Selagi semua orang masih berada dalam keadaan ter-heran2, sesosok bayangan orang tiba2
meluncur turun di-tengah2 lapangan.
“Pemilik Golok Maut " demikian anak buahnya Peksleng-hwee diam2 pada berseru.
Giok-bin Giam-po tarik kembali pedangnya yang hendak dijatuhkm diatas lehernya wanita
berkerudung itu, ia berpaling menghadapi Yo Cie Cong. setelah memandang sejenak, lantas
berkata “Hei, setan cilik, kau masih belum mampus?"
Dengan wajah gusar Yo Cie Cong menjawab: "jikalau aku mati, siapa yang menagih hutangmu
ini ?"
"Aku tanya kau, dimana sekarang Hoan Thian Hoa berada?"
"Sudah mati"
Giok-bin Giam-po wajahnya lantas berubah, suaranya agak gemetar: "Apa benar ia sudah
binasa?"
"Benar, bangkainya juga sudah tidak utuh ?"
Giok-bin Giam-po badannya menggetar, air mata turun ber-linang2. Kiranya iblis wanita ini
masih belum melupakan cinta kasihnya terhadap Hoan Thian Hoa. Yo Cie Cong dalam hati diam2
merasa geli sendiri "setan cilik, kau memhohongi aku?"
"Apa perlunya aku buang2 tempo yang berharga untuk membohongi kau?"
"Dan kau sendiri mengapa tidak mampus ?"
"Karena aku harus menagih hutangmu dahulu "
Yo Cie Cong menjawab, sambil matanya melirik kepada dirinya wanita berkerudung yang berdiri
dihadapan batu kuburan dalam keadaan tidak berdaya.

Ketika matanya Yo Cie Cong dapat lihat tulisan diatas batu kuburan, ia baru tahu kalau dalam
kuburan itu ada bersemajam arwahnya siangkoan Kin, ketua Pek-leng-hwee yang dulu.
Yo Cie Cong lantas sadar apa sebaabnya Giok-bin Giam-po memilih tempat ini untuk
membinasakan jiwanya siwanita berkerudung, itulah karena batok kepalanya-cin Bie Nio dipakai
sembahyang dihadapan kuburan tersebut. Benarkah cin Bie Nio binasa ditangannya wanita
berkerudung ini?
Mengapa kepalanya cin Bie Nio digunakan untuk sembah yang didepan kuburannya siang-koan
Kin,
Dengan hak apa wanita berkerudung itu bisa memegang pimpinan sebagai ketua Peks lenghwee.
jika ia itu adalah siang-koan Kiauw, Sigadis baju merah, sudah tentu tidak perlu menimbulkan
pertanyaan, tapi ia bukannya siang-koan Kiauw. Kesemuanya ini benar2 membikin pusing kepala
Yo Cie Cong.
Giok-bin Giam-po setelah berdiam sejenak, diwajahnya kembali tampak perasaan gusarnya.
sambil memandang dengan tajam wajahnya Yo Cie coog ia berkata.
"Hmmm... setan cilik, sungguh pintar kau menjawab. Dasar kau harus mampus ditanganku,
kata kau datang kemari untuk mengantarkan jiwa mu, bukannya menagih hutang. Ha ha ha...."
"Kedatanganku justru hendak mengantarka kau untuk menemui Giam-lo-ong"
Diatas gnnung Hoa-san Giok-bin Giam-po pernah ^belajar kenal dengan kepandaiannya Yo cie
Cong, ia anggap masih belum merupakan tandingan yang cukup kuat bagi dirinya. maka ia
sedikitpun tidak pandang mata dirinya anak muda ini. sudah tentu ia tidak tahu kalau selama
beberapa hari ini Yo Cie Cong sudah berhasil memahami ilmu silatnya yang terbaru yang ia
dapatkan dari kayu pusaka ouw-bok Po-lok. yang dinamakan ouw-bok sin-kang.
Keadaannya Yo Cie Cong pada saat itu bukan lagi seperti Yo Cie Cong pada beberapa hari
berselang.
Dengan masih memandang hina ia berkata: "sudah dekat ajalmu kau masih bisa omong besar"
Yo Cie Cong tidak mau ambil pusing Ucapannya Giok-bin Giam-po, dengan menggunakan
ilmunya menggeser tubuh menukar bayangan-, sejepat kilat ia sudah menghilang dari depan
matanya Giok-bin Giam-po. Kemudian dengan ilmunya Hui-siu Kay-hiat dari pelajarannya si
hweshio gila ia sudah berhasil membebaskan dirinya wanita berkerudung dari totokannya. Wanita
berkerudung itu setelah totokannya dibebaskan- berdiri dengan tegak. Giok-bin Giam-po lantas
naik darah, dengan suara bengis ia membentak: Kau cari mampus "
Ucapannya itu dibarengi dengan serangannya yang sangat ganas, dengan beruntun sampai tiga
kali ia menyerang dirinya Yo Cie Cong.
Dengan secara bagus dan gesit sekali Yo Cie Cong mengelakan ketiga serangan ganas itu,
kemudian dengan membalikan tangannya ia membalas menyerang dengan tipu serangannya yang
terbaru “Lip-ciang To-liong”
Ini ada merupakan gerak tipu yang kedua dalam ilmu serangan ouw-bok sin-kang, kekuatannya
sudah tidak ada taranya, jika serangan itu mengenakan dengan telak. bisa membikin hancur lebur
badannya orang yang diserang.
Giok-bin Giam-po ketika melihat tipu serangan yang belum pernah dilihatnya itu meski ia sudah
merupakan seorang kuat dan banyakpengalamannya, tapi masih merasa sangat asing dengan tipu
serangan yang sangat aneh itu, sehingga tidak berdaya untuk memecahkan serangan tersebut.
Masih untung ia ada mempunyai kepandaian snngat tinggi, serangan itu masih mampu ia
hindarkan, hingga dirinya tidak sampai hancur lebur.
Diam2 dalam hatinya merasa heran, mengapa Bocah ini dalam berapa hari saja sudah berubah
seperti kerangsukan setan? Dari mana ia dapatkan kepandaian itu

Yo Cie Cong geser mundur kakinya, dengan mata beringas ia berkata: "lblis wanita, seranganku
kali ini tidak mampu membereskan kau, aku segera membunuh diri dihadapanmu "
Ucapan Yo Cie Cong ini membikin kuncup hatinya Giok-bin Giam-po, sebab kalau Yo Cie Cong
tidak mempunyai kesanggupan penuh, sudah tentu tidak berani mengUcapkan perkataan demikian
tegas, jung berarti pertaruhkan jiwanya sendiri,
Tapi sebagai seorang yang kenamaan, sudah tentu tidak mau mandah digertak begitu saja oleh
musuhnya.
Anak buahnya Peksleng-hwee yang berdiri disekitar tempat itu, sungguh tidak nyana bahwa
Pemilik Golok Maut yang belum lama berselang pernah mendatangi sarangnya Pek-leng-hwee
untuk menuntut balas dendam dan membunuh mati dirinya si manusia jelek nomor satu itu, kini
telah turun tangan menolong jiwanya ketua mereka yang baru. bahkan ia memikul segala
resikonya untuk menghadapi si iblis wanita Giok-bin Giam-po. Maka dengan perasaan ter-heran2
semua mata telah ditujukan kepada dirinya anak muda yang aneh itu.
"Setan cilik, besar sekali bacotmu " Giok-bin Giam-po membentak dengan suara gusar. "lblis
wanita, jangan banyak bicara, terimalah kematianmu"
sehabis itu, gerak tipu terakhir dalam ilmu silat ouw-bok sin- kang yang dinamakan “Kian-khun
sit-sek” telah meluncur keluair dari tangannya. Kekuatan yang sangat dahsyat telah menggempur
dirinya iblis wanita itu.
Anak buahnya Pek-leng-hwee yang berada disekitarnya telah terdesak mundur oleh angin
pukulan yang sangat hebat itu, hingga semua pada pucat pasi, sampai si wanita berkerudung itu
sendiri juga menyingkir mundur sejauh 5 tumbak. setelah kepanikan itu berlalu, suara jeritan
lantas terdengar.
Giok-bin Giam-po dengan wajah pucat dan darah meleleh keluar dari mulutnya, nampak berdiri
kira2 dua tumbak lebih dari tempatnya semula. Matanya nampak sayu, dadanya bergolak.
badannya sempoyongan,
sedang difihaknya Yo Cie Cong, ia masih berdiri tegak ditempatnya.
Anak buahnya Pek-leng-hwee semua pada melongo menyaksikan kejadian tersebut. Mereka
mengira itu ada dalam impian, sebab kekuatan yang demikian dahsyat, sebetulnya agak ganjil
kalau dipunyai oleh seorang muda seperti Yo Cie Cong ini,
Dengan sikapnya yang sangat tenang Yo Cie Cong menghunus senjata Golok Mautnya, setindak
demi setindak telah menghampiri Giok-bin Giam-po.
iblis wanita wajahnya pucat pasi, ia merasa se-olah2 menghadapi malaikat elmaut yang sedang
me-lambai2kan tangannya.
saat itu ia sudah terluka parah, bergerak saja barangkali sudah tidak bisa, maka cuma bisa
menantikan ajalnya saja..
"lblis wanita, hutang darah harus bayar darah, saat kematianmu sudah tiba"
setiap patah perkataan Yo Cie Cong se-olah2 pisau belati menusuk dihulu hatinya iblis wanita
yang sangat ganas itu.
iblis wanita yang sudah lanjut usianya, tapi kelihatannya masih cantik molek seperti gadis
remaja itu, sebentar lagi sudah akan msnjadi korbannya Golok Maut Yo Cie Cong. ia harus binasa
dalam keadaanputus kedua tangan, kedua paha dan berlobang didadanya, seperti juga korban2
yang lain2nya ......
Mendadak pada saat itu ditengah kalangan ada berkelebat bayangan, seorang aneh berkedok
kain merah sudah ditengah2 antara orang banyak itu "Pemilik bendera burung laut "
Demikianlah terdengar suaranya orangZ Pek-leng-hwee berseru.
Yo Cie Cong ketika mengetahui orang yang muncul secara mendadak itu ada si orang berkedok
kain merah yang ia paling junjung dan dihormati, untuk sesaat merasa heran, hingga terpaksa
menunda maksudnya hendak menghabiskan jiwanya Giok-bin Giam-po. Sedang dalam hatinya
berpikir.

"Heran, mengapa ia muncul secara mendadak”
Meski dalam hatinya berpikir demikian tapi mulutnya masih berkata dengan sikapnya yang
menghormat, "cianpwe apa selama ini ada baik?" orang berkedok kain merah itu mengangguk.
Yo Cie Cong angkat lagi tangannya, Golok Mautnya sudah akan dikerjakan-,..
"Anak, kau tidak boleh membinasakan dia" demikian ia dengar suaranya orang berkedok kain
merah itu.
Hal ini membuat Yo Cie Cong semakin heran- Tapi perkataannya orang berkedok kain merah itu
bagi Yo Cie Cong se-olah2 mempunyai pengaruh gaib, hingga dengan tanpa terasa tangan yang
sudah diayun tadi per-lahan2 dilurunkan kembali."cianpwee apa artinya ini?" ia menanya.
"Anak, aku kata kau tidak boleh membinasakan jiwanya dia" suaranya orang berkedok kain
merah itu agak gemetar.
"Kenapa ?"
"Kalau kau bunuh dia kau nanti bisa menyesal "
"Boanpwee? Boanpwee bisa menyesal?"
"Benar"
“Musuh perguruan, sudah selayaknya dibinasakan- Hutang darah harus dibayar dengan darah.
Tidak ada suatu alasan bagi boanpwee untuk menyesal"
Yo Cie Cong yang saat itu sudah menghadapi musuh besarnya, sedetikpun rasanya sudah tidak
bisa menunda lagi. setelah mengucapkan perkataannya, kembali tangannya diangkat, senjatanya
sudah akan mencabut jiwa musuhnya. "Anak, jangan"
Hampir berbarengan Yo Cie Cong hendak turun tangan, orang berkedok itu dengan kekuatan
tenaga dalamnya jaag hebat menyerang dari samping, hingga badan Yo Cie Cong terpental
minggir.
Bukan kepalang kagetnya Yo Cie Cong, apa sebabnya siorang berkedok merah mati2an
mencegah ia menuntut balas dendam terhadap dirinya si iblis wanita? Apakah .... apakah .... orang
berkedok merah itu dahulu ia juga pernah menjadi kekasihnya si iblis wanita? Kalau benar
demikian halnya, sekalipun orang berkedok merah itu pernah melepas budi begitu hesar
terhadapnya, tapi dalam hatinya Yo Cie Cong mau tidak mau lantas merasa kecewa atas
perbuatannya itu.
Bagi Giok-bin Giam-po perasaan herannya ada lebih2 daripada Yo Cie Cong. yang sudah
menganggap dirinya akan binasa. siapa nyana telah muncul tuan penolong yang berupa orang
berkedok merah, yang ia tidak kenal. ini benar2 merupakan suatu perbuatan yang sangat ganjil.
Kepingin hidup langgeng dan segan mati itu memang sudah menjadi kodratnya manusia,
Apalagi orang yang sudah berada ditepinya jurang kematian, dimana mendapat kesempatan untuk
hidup lagi, sudah tentu tidak mau melepaskan begitu saja. Demikianlah perasaannya Giok-bin
Giam-po pada saat itu, ini ada merupakan satu2nya kesempatan yang paling baik untuk menolong
jiwanya dari kemaiian dibawah Golok Maut Maka dengan cepat sekali ia lantas mengambil dan
menelan beberapa butir pil obat luka didalam buatannya sendiri setelah merasa pulih tenaganya,
ia lantas timbul pikirannya hendak kabur, Yo Cie Cong dengan wajah berubah menanya kepada
orang berkedok merah:
"cianpwee, bolehkah cianpwee memberitahukan apa sebabnya cianpwee mencegah boanpwee
melakukan penuntutan balas ini?"
Dengan menekan perasaan hatinya, sehingga hampir tidak bisa mengeluarkan suara, orang
berkedok itu menjawabi
"Anak, kau tidak usah tanya apa sebabnya yang sudah pasti adalah aku tidak akan
membohongi kau"
"Boanpwee tahu kau cianpwee tidak membohongi boanpwee, tapi sakit hati dalam perguruan,
bagaimana tidak harus dibalas? Bagaimana nanti boanpwee ada muka untuk menemui suhu
dialam baka?"

"Tapi, kau tidak bisa membinasakan dia"
“jikalau cianpwee tidak mau mengatakan sebabnya, boanpwee hari ini terpaksa harus
menentang perintah cianpwee."
"Anak, apa kau tidak boleh tidak harus membinasakaa dia ?"
“Sudah pasti"
"Tapi kau nanti akan menderita kemenyesalan seumur hidupmu"
Perkataan ini membuat Yo Cie Cong merasa sangsi. Dalam hati lantas berpikir. "Membunuh dia
mengapa aku harus menderita kemenyesalan seumur hidup?"
"Dengan tanpa sadar ia melirik lagi kepada Giok- bin Giam-po, lirikan ini membuat ia lantas
mengambil keputusan melanjutkan maksudnya untuk mengambil jiwanya iblis wanita itu.
"Apa cianpwee tetap tidak mau menerangkan apa sebabnya?" demikian ia menegaskan sekali
lagi kepada orang kedok merah.
= = ooo OOOOO ooo = =
"KAU pasti hendak mengetahui?"
“Pasti^
Buat kepentingan dirimu sendiri, kau sebetulnya lebih baik tidak tahu. jikalau tidak, anak, aku
kuatir kau nanti akan mengalami penderitaan bathin untuk seumur hidupmu"
Perkataan ini membuat Yo Cie Cong lebih bingung, perasaan herannya semakin memuncak.
Apakah dalam hal ini ada menyangkut dengan asal-usul diriku? Demikian dalam hati kecilnya ia
menanya.
Tapi ia tidak bisa memikir terlatu lama, iblis wanita itu adalah musuh besar perguruannya, juga
merupakan satu wanita genit cabul ganas dan kejam, yang sudah ternoda dalam kalangan Kangouw.
Pada saat itu, mendadak ada berkelebat bayangan orang. Tubuhnya Giok-bin Giam-po
mendadak melesat tinggi, dengan cepat melewati kepala orang banyak yang berdiri mengitari. Ia
hendak kabur.
Yo Cie Cong lantas membentak dengan suara keras: "Mau lari kemana?"
Dengan cepat ia menyusul.
orang aneh berkedok merah itu juga lantas menyusul dibelakang,Yo Cie Cong.
Wanita berkerudung kain mendongakan kepalanya mengawasi kearah berlalunya ketiga orang
itu, kemudian sambil mengikuti dirinya cin Hong Lanjung masih pingsan, ia ajak turun gunung
semua anak buahnya Pek-leng-hwee.
Sekarang mari kita mengikuti jejaknya Yo Cie Cong. Dengan mengunakan ilmunya mengentengi
tubuhnya yang luar biasa, ia terus mengejar Giok- bin Giam-po.
Ia sudah mengambil keputusan tidak akan membiarkan dirinya Giok- bin Giam-po kabur begitu
saja. Maka ia sudah keluarkan seluruh kepandaiannya untuk dapat menjandak diri musuh
besarnya itu.
Giok- bin Giam-po meski sudah mengeluarkan seluruh kepandaiannya, terus lari sekencang2nya,
tapipi biar bagaimana masih kalah setingkat dengan kepandaiannya lari pesat Yo
Cie Cong, apalagi ia barusan terluka parah, sadah tentu tambah sukar baglnya untuk lolos dari
tangannya anak muda itu.
jarak antara dua orang yang saling kejar itu makin lama makin dekat.
Yo Cie Cong sudah bertekad bulat menunaikan kewajibannya menuntut balas sakit hati
perguruannya, tidak mau pikir lebih panjang lagi semua perkataannya siorang berkedok merah.
Keadaan Giok-bin Giam-po sudah seperti anjing yang habis dipukul, ia terus lari secara
membabi buta dengan hati ketakutan.
iblis wanita itu pernah malang melintang didunia Kang-ouw beberapa puluh tahun
la manya, kegenitannya, kecabulannya, kekejamannya dan keganasannya sudah membikin
kalang kabut dunia rimba persilatan. sesungguhnya tidak nyana kalau hari ini ia mengalami nasib
yang begitu mengenaskan

Didalam hatinya, ia masih mengira bahwa perbuatannya orang aneh berkedok merah tadi yang
mencegah Yo Cie Cong menghabiskan jiwanya, tentu kepincuk oleh kecantikannya, sebab kejadian
demikian sudah seringkali ia alami.
oleh karena tindakan orang berkedok tadi, maka ia telah mendapat kesempatan untuk
memulihkan kekuatannya, dan setiap kesempatan ia akan gunakan untuk melarikan diri Maka apa
yang dikatakan oleh orang berkedok dan Yo Cie Cong tadi, sama sekali tidak masuk kedalam
telinganya.
jikalau tidak. keadaan barangkali bisa berubah. Jarak antara kedua orang yang kejar2an itu
sekarang hanya tinggal lima tumbak saja.
Yo Cie Cong lantas membentak dengan suara keras: "iblis wanita, kau tidak akan bisa lolos?"
Ia lalu kerahkan seluruh tenaganya, secepat kilat ia melesat dan turun dihadapannya Giok-bin
Giam-po kira2 dua tombak jauhnya.
Giok-bin Giam-po sudah terbang semangatnya, ia terpaksa hentikan gerakannya. sikap bengis
dan gemas telah menggantikan parasnya yang cantik molek. sepasang matanya yang semula
dapat digunakan untuk memikat hatinya setiap orang laki2, kini telah berubah begitu menakutkan.
Yo Cie Cong dengan mata beringas dan dada hampir meledak. berkata sambil kertak gigi:
"iblis wanita. Giam-lo-ong suruh kau mati jam tiga pagi, tidak nanti jiwamu bisa diulur sampai
jam lima. Mengertilah kau bahwa sekarang kau tidak bisa dapat pengampunan lagi"
Giok-bin Giam-po mengerti bahwa saat itu sudah tidak ada harapan untuk melepaskan diri dari
cengkramannya anak muda itu, namun ia juga tidak mau mandah begitu saja untuk menerima
nasibnya. Maka saat itu lantas timbul pikiran nekadnya,
Dengan wajah merah padam, ia lantas menyahut dengan suara bengis: "Setan cilik, aku ingin
lihat siapa sebetulnya yang harus binasa?"
Hampir berbareng dengan Ucapannya yang terachir itu, kedua lengan bayunya sudah.
dikibaskan menjambar mukanya Yo Cie Cong. Sesaat itu bau harum luar biasa lantas keluar dari
lengan baju tersebut.
Yo Cie Cong ketika baru muncul di dunia Kang-ouw, dulu pernah merasakan keganasannya bau
harum dari tangannya cin Bie Nio, yang hampir saja membinasakan dirinya. Maka ketika melihat
Giok-bin Giam-po menggunakan tipu serangan yang sangat jahat itu, ia lantas keluarkan suara
dihidung. Berbareng dengan itu, ia lantas kerahkan ilmunya Liang- kek cian-goan untuk
melindungi dirinya, hingga sekejap saja seluruh ^adannya sudah diliputi oleh uap berwarna merah
tercampur putih.
Giok-bin Giam-po begitu menyerang dengan ilmunya yang paling ampuh, ia lantas dapat lihat
bahwa anak muda itu agaknya tidak bergeming barang sedikit. sedang bau harum yang keluar
dari lengan bajunya, begitu menyentuh uap berwana merah putih itu, lantas buyar tanpa bekas.
Bukan kepalang rasa kagetnya, wajahnya lantas pucat seketika.
Yo Cie Cong delikan matanya, selagi hendak menggunakan lagi tipu serangannya “Kian-khud
Sit-sek^ untuk membikin tamat riwayatnya iblis wanita itu, tiba2 berkelebat bayangan merah, dan
orang aneh berkedok merah, itu tahu2 sudah berada dihadapannya.
Yo Cie Cong tahu bahwa orang berkedok merah itu kembali hendak merintangi maksudnya
untuk membunuh wanita itu, terpaksa ia keraskan hati, ia pikir hendak bikin habis jiwanya Giokbin
Giam-po dahulu baru nanti bicara lagi. Setelah mengambil keputusan demikian, kedua
tangannya lantas diayun.... "Anak jangan"
Berbareng dengan seruannya orang berkedok itu, suatu kekuatan tenaga dalam lantas
menggempur Yo Cie Cong.
Ledakan hebat dari beradunya kedua macam kekuatan tenaga dalam itu telah
menggoncangkan tanah pegunungan tersebut. Berbareng dengan itu, lantas terdengar pula dua

kali suara seruhan. Giok-bin Giam-po dan orang berkedok merah itu badannya tampak terpental
dua tombak oleh serangan Yo Cie Cong tadi.
Dengan kekuatannya dua jago tua seperti orang berkedok merah dan Giok-bin Giam-po,
ternyata masih belum mampu menyambuti serangan Yo Cie Cong yang dinamakan Kian-khun sitsek
itu.
Masih untung tadi orang berkedok merah segera turun tangan hingga bersama dengan
kekuatannya Giok-bin Giam-po baru bisa menahan sebagian kekuatannya Yo Cie Cong, kalau
tidak. mungkin saat itu Giok-bin Giam-po sudah menggeletak sebagai mayat.
Yo Cie Cong yang selamanya pandang orang berkedok merah itu sebagai ayahnya sendiri, tidak
nyana kini ia merasa kecewa, lantaran urusan Giok-bin Giam-po, seorang iblis wanita yang sudah
terkenal kejahatannya, telah ber-kali2 orang berkedok itu mencegah padanya untuk turun tangan.
Dengan perasaan tidak habis mengerti ia lantas menanya sambil kerutkan alisnya: "cianpwee,
apakah artinya ini"
"Anak. kau tidak boleh membunuh mati padanya"
Giok-bin Giam-po yang melihat orang berkedok merah itu kembali unjukan diri membela
dirinya, lantas mengerti bahwa saat itu tidak nanti ia bisa dibinasakan oleh Yo Cie Cong.
selagi Yo Cie Cong bicara dengan orang berkedok merah, kesempatan itu telah digunakan lagi
untuk kabur. Maka dengan cepat ia lantas gerakan badannya dan menghilang dari depan mata
mereka.
Yo Cie Cong segera dapat lihat. dengan gusar ia lantas hendak mengejar pula....
Tapi satu tangan yang bertenaga kuat telah menekan pundaknya. Ia tahu siapa yang turun
tangan itu. Maka ia cuma bisa mengawasi berlalunya Giok-bin Giam-po dengan sorot mata berapi2.
Dengan wajah berubah berkata pula kepada orang berkedok merah:
"Telah ber-kali2 boanpwee menerima budi cianpwee, buat mana, untuk se-lama2nya
boanpwee tidak akan lupakan. oleh karena cianpwee tetap tidak menghendaki boanpwee turun
tangan terhadap iblis wanita itu, maka hari ini untuk sementara boanpwee membiarkan ia berlalu
dalam keadaan hidup, itu hanya sekedar untuk membalas budi cianpwee kepada boanpwee, Tapi
lain kali jika bertemu lagi, maapkan kalau boanpwee berlaku kurang sopan, boanpwee memohon
supaya cianpwee tidak akan merintangi lagi maksud boanpwee"
Orang berkedok merah itu lepaskan tangannya dari pundak Yo Cie Cong dan berkata sambil
menghelah napas:
"Anak, se-kali2 kau tidak boleh membinasakan dirinya "
Adatnya Yo Cie Cong yang tinggi hati dan keras kepala, membuat ia tidak dapat menahan sabar
lagi, dengan perasaan agak kurang senang ia berkata pula: "Boanpwee barangkali tidak dapat
mengiringi kehendak cianpwee lagi"
"Anak yang beradat keras, aku tadi sudah kata kalau kau membunuh mati padanya. kau nanti
akan menderita kemenyeselan seumur hidupmu"
"Tapi cianpwee belum menerangkan apa sebabnya "
"Apa benar kau ingin tahu juga?"
"Yah "
"Tapi anak. setelah kau mengetahui, kau nanti akan menderita"
"Bulak-balik cianpwee masih tidak sudi menerangkan apa sebabnya"
"Bukan aku tidak mau menerangkan, tapi aku takut setelah kau mendengar, kau nanti tidak
sanggup menerima"
"Kalau begitu, boanpwee juga tidak bisa memaksa. Kali, boanpwee permisi berlalu"
"Anak, kau hendak kemana?"
"Boanpwee telah menerima pesan mendiang suhu, untuk menagih hutang jiwanya orang2 Kamlo-
pang. satu saja masih ada musuh2nya Kam-lo-pang yang belum binasa diujung Golok Maut,
boanpwee merasa tidak enak makan dan tidak enak tidur. Maka boanpwee hendak melanjutkan

usaha boanpwee untuk mencari itu semua musuh2nya Kam-lo-pang sehingga terbasmi habis
semuanya..."
Orang berkedok merah itu tiba2 keluar kan keluhan sedih, dengan suara mengge-tar ia berkata
:
"Anak, biarlah aku beritahukan padamu"
"jikalau cianpwee anggap ada mempunyai kesulitan yang tidak pantas dijelaskan, biarlah
boanpwee tidak akan memaksa"
"Anak. kau dengarlah, dia mungkin ada ibumu sendiri"
"Apa cianpwee kata?"
"Dia mungkin ada ibumu sendiri"
Yo Cie Cong kaget bagaikan disambar geledek. saat itu matanya dirasakan gelap. kepalanya
puyeng, hampir saja ia rubuh pingsan.
“Betulkah bahwa Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow, itu wanita terkutuk adalah ibu kandungnya
sendiri?”
Ia sungguh tidak sangka bahwa wanita terkutuk, yang dalam dunia Kang-ouw namanya sudah
ternoda sebagai wanita cabul genit kejam ganas sudah tidak ada keduanya, ternyata adalah
ibunya sendiri
Ia rasakan bumi yang diinjak seperti ambles, sukmanya seperti melayang keluar dari raganya.
Apa ini akan merupakan satu tragedi yang sangat mengenaskan?
Ia lebih suka tidak mengetahui asal-usul dirinya untuk selama-lamanya, ia lebih suka tidak
mempunyai ibu, tapi segala lamunan tidak mampu merubah kenyataan.
Andai kata benar bahwa Giok-bin Giam-po itu ada ibu kandungnya sendiri, kalau begitu Giokbin
Kiam-khek Hoan Thian Hoa tentu ada ayahnya juga. Hoan Thian Hoa pernah hidup sebagai
suami isteri dengan, Giok-bin Giam-po, sedang wajahnya sendiri juga sangat mirip dengan
wajahnya Hoan Thian Hoa. Ini suatu bakti bahwa apa yang diUcapkan oieh orang berkedok merah
itu tadi sedikitpun tidak salah.
Ia ingat pula bagaimana kelakuannya Hoan Thian Hoa diatas gunung Hoa-san, bagaimana
dengan perasaan duka ia ber-kali2 mencegah padanya turun tangan terhadap Giok-bin Giam-po
ketika ia hendak menghabiskan jiwanya wanita cabul itu.
Semua apa yang telah terjadi ini kalau direnungkan kembali, tambah membenarkan Ucapannya
orang berkedok tadi.
Untuk beberapa tahun lamanya ia telah berusaha hendak mencari tahu rahasia yang meliputi
dirinya, dan sekarang rahasia itu sudah kelihatan terbuka sedikit tabirnya, tapi kenyataannya ada
begitu kejam.
wajah Yo Cie Cong seperti putihnya kertas, matanya tidak bercahaja. Se-olah2 satu patung
kayu yang tidak bernyawa, ia berdiri menjublek. hanya napas yang menghembus keluar dari
lubang hidungnya yang masih ada. Hatinya tengah menderita bathin hebat, sekali2, dirasakannya
pedih, penderitaan itu se-akan2 ada lebih hebat daripada kematian.
Apa yang kini terbentang didepan matanya hanya warna kelabu. Gunung yang berdiri dengan
angkernya, lembah yang curam, daun pohon yang hijau, gumpalan awan putih, meski itu semua
merupakan suatu pemandangan yang indah permai, tapi didalam pemandangan matanya kini
semua agaknya sudah berubah warna aslinya ...
Pemilik Golok Maut yang begitu kesohor dan menggemparkan dunia rimba
persilatan, ternyata ada keturunannya satu wanita rendah, hina dina yang sudah dianggap
sebagai sampah masyarakat dunia rimba persilatan.
Ia ingin mati saja saat itu juga, ia merasa se-gala2nya dalam sekejap itu sudah hamcur
berantakan. Kalau ia binasa ia tidak usah memikul itu segala penderitaan bathin yang sangat
hebat.
Giok-bin Giam-poPhoa cit Kow ada musuh besar perguruannya, tapi juga merupakan ibu
kandungnya sendiri

Dendam sakit hati musuh tidak boleh tidak harus dibalas, tapi didalam dunia di mana ada
seorang anak membinasakan ibu kandungnya dengan tangan sendiri?
Segala cita2 muluk. semua idamannya, dalam sekejapan saja telah ludes, musnah seperti
tertiup angin toufan.
Orang berkedok kain merah yang berdiri didampingnya, saat itu diuga sedang menderita
siksaan bathin yang lebih hebat daripada Yo Cie Cong. Air mata sudah membasahi kedok, giginya
benjatrukan. Apa sebabnya, hanya ia sendiri yang tahu. Lama sekali dalam keadaan hening.
Dua jago yang masing2 pernah mengalami masa emas sebagai orang2 kuat yang pernah
menggoncangkan dunia Kang-ouw, siapa nyana kini telah terbenam dalam kedukaan dan
kesedihan yang hampir mematahkan semangat kesatriaannya.
Pada saat itu, tidak jauh dibelakang mereka, dibaliknya sebuah pohon siong yang besar dan
rindang daunnya, ada sembunyi sesosok tubuh manusia.
bayangan manusia itu kelihatannya sangat langsing, sudah cukup lama ia berdiri di belakang
pohon itu, apa yang telah terjadi atas diri dua orang kuat itu, ia sudah dapat lihat semuanya
dengan nyata. Tiba2....
Yo Cie Cong dongakan kepala dan berteriak dengan suara keras: "Bukan, bukan, dia bukan
ibuku, aku tidak mempunyai ibu"
Kelakuannya itu agak mirip dengan kelakuannya seorang gila, se-olah2 merupakan satu protes
terhadap dewa yang hendak menetapkan nasibnya,
"lbu, ibu...." suara kumandang menggema dialam yang sunyi ditanah pegunungan, bagaikan
pisau belati yang amat tajam, penderitaan itulah menusuk diulu hatinya Yo Cie Cong.
Orang berkedok merah itu kini telah membuka suaranya .
“Anak. kau tenanglah sedikit, semua ini adalah nasib, yang sudah ditakdirkan oleh yang kuasa.
Memang itu kejam, tapi sebagai manusia, apa daya? Aku dapat memastikan apa sebabnya
ayahmu menghilang dari dunia Kang-ouw, tentunya juga karena suatu kesalahan yang membuat
penyesalan untuk se-lama2nya ini, Mungkin, selama beberapa puluh tahun itu, hati sanubari dan
bathinnya sudah mengalami penderitaan sangat hebat atas kesalahan yang ia lakukan dengan
secara tidak sengaja itu"
Sangat terharu hatinya Yo Cie Cong mendengar perkataan orang berkedok itu, pikirannya
nampak sudah mulai reda. "Mengapa cianpwee mengetahui terjadinya peristiwa ini?"
"Anak. tentang ini, kau tak usah tanya tanya2. aku tidak bisa menerangkan padamu"
"Baiklah, aku permisi berlalu dahulu, budi kebaikan cianpwee yang beberapa kali telah memberi
pertolongan kepada boanpwee, barangkali sudah tidak bisa boanpwee balas lagi"
"Kau hendak kemana?"
"Aiii Dunia meski sangat luas, tapi sudah tidak ada tempat sejengkal saja bagi boanpwee
tancap kaki, Tapi, ya, baik juga boanpwee dapat segera menunaikan janji hati boanpwee kepada
seorang yang boanpwee tidak bisa lupakan"
"janji dalam hati? Apakah itu?"
“Dengan terus terang boanpwee beritahukan kepada cianpwee, boanpwee ada mempunyai
seorang kawan wanita, yang pernah ikut dalam perjalanan boanpwee keluar lautan Lam-hay untuk
minta obat kepada Pengail Linglung. Ditengah jalan perahu yang boanpwee tumpangi telah
terserane badai hingga tenggelam. Boanpwee sendiri telah tertolong, tapi kawan itu entah
bagaimana nasibnya. Mungkin masih ada didasarnya lautan, mungkin juga sudah menjadi
mangsanya ikan, sejak waktu itu boanpwee telah bersumpah, satelah semua usaha boanpwee
dibereskan, boanpwee akan menyusul arwahnya kealam baka untuk hidup ber-sama2...."
"Anak, dia itu siapa?"
"Namanya siang-koan Kiauw, gadis yang mempunyai kegemaran memakai pakaian warna
merah, maka disebut sebagai gadis baju merah "

Saat itu, bayangan langsing yang sembunyi dibelakang pohon siong tadi, nampak terperanjat
dan tergoncang hatinya.
“Anak. apakah didalam dunia ini kau sudah tidak mempunyai orang lain lagi yang ada harganya
mendapat perhatianmu?"
"Tidak ada."
"Termasuk ayahmu sendiri?"
Diwajahnya Yo Cie Cong mendadak air mata mengalir dikedua pipinya. "Apa kau benci
ayahmu?"
"Tidak. boanpwee tidak membenci siapa pun juga, hanya membenci nasib boanpwee sendiri
Boanpwee tidak ingin menemui dia"
"Kalau dugaanku tidak keliru, rasanya masih ada seorang gadis lain lagi, yang turut menempati
sebagian hatimu"
"Tidak ada"
"Bagaimana dengan nona ut-tie Kheng cucu perempuannya si Pengail Linglung Lan-tie Kun-siu."
"Dalam hati boanpwee tidak ada dia "
"Tapi dia ada begitu dalam mencintai dirimu?"
"Kelihatannya boanpwee terpaksa akan mengecewakan dia"
"Anak. dengar kataku, kalau arwah nona siang-koan Kiauw dialam baka mengetahui dia tidak
setuju kau berbuat demikian"
Yo Cie Cong ketawa getir."
"Tapi boanpwee sudah mengambil keputusan tetap. tidak ada seorangpun juga yang bisa
menghalangi boanpwee berbuat demikian. Nah, selamat tinggal, cia npwee"
sehabis berkata, dengan tindakan lesu dan badan sempoyongan bagaikan seorang yang sudah
tidak bersemangat, ia ngeleyor pergi.
Dengan nada menggetar menahan perasaan terharu orang berkedok merah itu beberapa kali
memanggil "Anak "
Tapi Yo Cie Cong se-olah2 sudah tidak dengar panggilannya itu, tetap melanjutkan
perjalanannya dengan tanpa tujuan, se-olah2 orang yang sedang mabuk arak.
Orang berkedok merah itu agaknya juga sudah putus asa, dengan badan menggigil ia berkata
kepada dirinya sendiri
"Anak yang harus dikasihani, tidak, tidak aku tidak akan membiarkan ia berbuat
begitu, karena itu berarti akan merusak hidupnya sendiri Aku harus berdaya untuk mencegah,
apapun yang akan terjadi"
"Cianpwee, mungkin siaolie bisa memberi sedikit bantuan tenaga?" Tiba2 satu suara yang
merdu terdengar dibelakangnya orang berkedok,
orang berkedok itu, dengan perasaan kaget berpaling kebelakang, tepat dibelakang dirinya ada
berdiri seorang wanita baju merah dengan kerudung kain merah pula.
Dengan kepandaiannya orang berkedok merah yang begitu tinggi hampir2 tidak ada taranya
ternyata masih tidak berasa kalau dibelakangnya ada berdiri seseorang, dapatlah dimengerti
bagaimana besar kedukaannya dan hebatnya penderitaan bathinnya jago yang sangat misterius
itu. "Apa nona kata"
Nona kerudung merah itu mendekati dan ber-bisik2 ditelinganya orang berkedok merah. siapa
hanya angguk2kan kepalanya, kemudian menjawab dengan suara gemetar^ "Nona, anak itu aku
serahkan padamu"
"Harap cianpwee tidak usah kuatir, siaolie percaya urusan sekecil ini masih mampu
membereskannya "
Wanita berkerudung itu setelah memberi janjinya kepada orang berkedok merah, dengan cepat
menyusul jejaknya Yo Cie Cong.
Setelah mendengar orang berkedok merah itu memberi tahukan asal-usul dirinya, Yo Cie Cong
lantas ludes semua pengharapannya. Ia merasa bahwa penghidupan buat ia sudah tidak ada

artinya, kecuali kematian. sudah tidak ada obat lain lagi yang mampu menyembuhkan luka
didalam hatinya.
Permusuhan dalam perguruannya, ia juga kesampingkan semuanya, ia merasa semua telah
kosong, bagaikan orang yang sudah hilang semangatnya ia berjalan seenaknya.
Mendadak, satu suara yang sudah tidak asing lagi baginya dan yang siang hari malam ia telah
rindukan, terdengar di belakang dirinja: "Yo siaohiap. harap kau berhenti sebentar"
Yo Cie Cong se-olah2 baru tersadar dari mimpinya, dengan kelakuan bagaikan orang linglung ia
berpaling sejenak kemudian meneruskan perjalanannya pula.
Tapi siapa kira, badannya nona berkerudung itu telah melesat tinggi dan tahu2 sudah berada
dihadapannya.
Yo Cie Cong terpaksa hentikan kakinya sekarang ia melihat tegas bahwa dihadapannya ada
berdiri seorang wanita berkerudung yang bukan lain daripada ketua Pek-leng-hwee yang baru.
"Hweetio, ada maksud apa merintangi perjalananku?"
Wanita berkerudung itu perdengarkan. suara ketawanja yang amat merdu, kemudian
menjawab dengan suara lemah-lembut
"Siaohiap telah melepas budi kepadaku dihadapannya kuburan ketua Peksleng-hwee yang
lama, maka dengan ini aku hendak mengucapkan terima kasih"
Yo Cie Cong mendengar suaranya wanita berkerudung itu agaknya sangat berbeda dengan apa
yang ia pernah dengar pada belum lama berselang, nada dari suara itu kini agaknya mirip benar
dengan nada suaranya siangkoan Kiauw, si gadis baju merah yang menjadi idam2annya. Tapi
ketika ia teringat bahwa wanita dihadapannya itu adalah putri dari Pek-soa-kiong, hatinya lantas
menjadi dingin lagi.
"itu tidak perlu" demikian ia menjawab.
"siaohiap sekarang hendak kemana?"
"Aku mau kemana, rasanya nona tidak perlu tahu"
"Tapi aku pernah menerima budimu begitu besar, aku merasa apabila tidak menyatakan terima
kasih kepadamu, dalam hatiku merasa tidak enak. Maka aku sengaja datang kemari untuk mencari
kau, Aku mohon siaohiap tinggal beberapa hari digedung perkumpulan kami, bagaimana?"
"Aku ucapkan banyak terima kasih atas kebaikanmu, tapi sayang saat ini aku tidak ada waktu
terluang"
"Apa sebabnya siaohiap menolak begitu getas?"
Yo Cie Cong saat itu hatinya sudah kosong melompong, sudah tentu tidak mempunyai
kegembiraan untuk mengobrol terlalu banyak, maka lantas berkata dengan suara agak kurang
senang:
"Harap kau tidak merasa kecil hati. Aku bukan sengaja hendak memberi pertolongan
kepadamu, maksudku se-mata2 ditujukan kepada itu Giok...."
Ia sebetulnya hendak meng Ucapkan perkataan ^Giok-bin Giam-po, tapi ketika mengingat
bahwa wanita itu adalah ibunya sendiri, hatinya dirasakan sangat pedih, hingga Ucapannya yang
sudah sampai di ujung bibir, ditelan kembali.
Wanita berkerudung iiu berlagak tidak mengerti, ia lantas berkata pula :
"Tapi siaohiap turun tangan memberi pertolongan kepada diriku itu adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dibantah, apakah tidak boleh kalau aku menyatakan terima kasih kepadamu?"
Yo Cie Cong sudah mulai tidak sabaran. digerecoki terus2an oleh wanita berkerudung itu, maka
lantas menyahut dengan sikap agak kasar, “Perkataanku tadi sudah cukup jelas, harap kau
teruskan perjalananmu”
Sehabis berkata. dengan tanpa menghiraukan sikapnya si wanita berkerudung, lantas hendak
melanjutkan perjalanannya.
"Siaohiap, masih ada suatu hal yang aku ingin memberitahukan padamu"
"Aku tidak mempunyai tempo untuk mendengarkan ceritamu"
"Tapi hal ini ada sangat penting hubungannya dengan dirimu "

Ketika mendengar kata2 wanita berkerudung paling belakang, Yo Cie Cong seperti tertarik
hatinya dan hentikan kakinya. "coba ceritakan" katanya.
"Bolehkah siaohiap mampir keperkumpulan kami dahulu sebentar, nanti aku jelaskan ?"
"Kalau begitu tak usah cerita"
"8aiklah kalau siaohiap merasa keberatan, sekarang aku beritahukan sedikit dahulu saja"
"Katakanlah"
"Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow, menurut pikiranku yang cupat, mungkin bukan ibumu."
Ucapan wanita berkerudung ini benar2 mempunyai pengaruh besar sekali, hingga Yo
Cie Cong pada saat itu hatinya lantas tergoncang hebat. Ia merasa heran mengapa wanita
berkerudung itu mengetahui urusannya ini?
Ketika orang berkedok merah itu memberi tahu tentang rahasia yang menyangkut dirinya,
wanita berkerudung ini tidak berada disitu, mengapa ia sekarang justru datang untuk
memberitahukan soal ini? Maka ia lantas menanya dengan suara agak gemetar: "Bagaimana nona
mengetahui soal ini?"
"Karena soal ini agak panjang kalau mesti diceritakan. bagaimana pikiran siaohiap. kalau nanti
saja setelah kita berada di perkumpulan kami aku jelaskan lagi."
Dalam hatinya Yo Cie Cong mendadak timbul suatu perasaan yang menakutkan. jika wanita
berkerudung ini tidak bisa memberi alasan yang cukup kuat, persoalan yang menyangkut dirinya
yang ingin supaya cuma diketahui oleh ia sendiri dan orang berkedok merah itu, Dan untuk
menutup rahasia ini, supaya dikemudian hari setelah ia binasa tidak sampai na manya ternoda
oleh karenanya, ia harus ambil tindakan tegas, atau jika perlu membunuh mati wanita
berkerudung ini, agar rahasia dirinya tidak tersiar dikalangan Kang-ouw.
Wanita berkerudung itu agaknya sudah dapat lihat perubahan sikap yang aneh dari Yo Cie
Cong, diam2 hatinya terperanjat juga.
"Berdasar apa hweetio mengUcapkan perkataan ini?" demikian la dengar Yo Cie Cong menanya.
"Aku kata setelah kita tiba digedung Pek-leng-hwee nanti aku beritahukan padamu" "Aku ingin
sekarang mengetahuinya"
"Kalau aku tidak mau menjelaskan ?"
"Barang kali kau tidak bisa berbuat se-sukamu"
Ketika ia mengucapkan perkataannya itu, wajahnya nampak tegas napsunya hendak
membunuh. ia bertindak maju mendekati si wanita berkerudung, matanya mengawasi dengan
tidak berkesip.
Tapi wanita berberudung itu agaknya tidak merasa takut, ia malah bisa berkata dengan
seenaknya. iaohiap hendak berbuat apa?"
“Heh, heh, aku bisa membunuh mati kau"
"Tapi aku beritahukan hal ini sebetulnya ada bermaksud baik aku tidak percaya kau benar2
hendak membunuh mati aku "
"Tapi aku bisa melakukan seperti apa yang aku ucapkan ?" Wanita berkerudung itu ketawa.
"Kalau begitu baiklah kita masing2 jalan sendiri2, bagaimana kalau kita bikin habis perkara ini?"
"Tidak bisa, kita sama2 sudah keluarkan perkataan, tidak ada lain jalan lagi." "Apakah kau tidak
boleh tidak membunuh mati aku ?" .
"Ini masih belum tentu, tapi aku mau supaya sekarang juga kau menjawab pertanyaanku,
dengan berdasar apa kau mengucapkan perkataanmu tadi?"
"sudah tentu ada sebabnya "
"coba kau ceritakan "
"Untuk mengucapkan terima kasih atas bantuanmu, setelah aku berlalu dari hadapan kuburan,
aku lantas balik lagi hendak mencari kau. Tidak nyana aku telah mendapat dengar pembicaraanmu
dengan orang berkedok merah itu ...."
"Maka kau lantas mencuri dengar?" .
"Bukan mencuri dengar, itu hanya kebetulan saja "

"Hm Kalau begitu berdasarkan apa kau ucapkan tadi bahwa Giok- bin Giam-po mungkin ibuku?"
Wanita berkerudung itu nampak kemeksmek. tidak bisa menjawab.
Ucapan bisik2 yang ia sampaikan kepada orang berkedok merah tadi, bukan perkataan yang ia
ucapkan kepada Yo Cie Cong sekarang. Perkataan yang ia ucapkan kepada Yo Cie Cong ini, hanya
diucapkan secara sembarangan, sekenanya saja. sekarang setelah didesak begitu rupa oleh Yo Cie
Cong sudah tentu ia lantas kelabakan. Tapi ia sekarang sudah tidak bisa merubah perkataannya
lagi. jikalau ia tidak bisa memberikan alasannya yang cukup kuat, maka Yo Cie Cong yang
menghendaki supaya rahasia itu jangan sampai bocor, barangkali bisa membunuh mati pada
dirinya. "Kau mau menjelaskan atau tidak?"
Yo Cie Cong mendesak pula sambil maju lagi satu tindak. Diwajahnya sudah penuh kegusaran,
nampaknya sudah akan turun tangan. celaka jika Yo Cie Cong benar turun tangan, habislah tentu
riwayatnya wanita berkerudung itu. suasana nampak sangat tegang.
= = ooo OOOOO ooo = =
PERKATAAN yang diucapkan secara bisik-bisik oleh si wanita berkerudung kepada orang
berkedok merah, Saat itu ia masih belum mau mengumumkan-
Dalam keadaan terdesak begitu rupa, wanita berkerudung itu mendadak dapat suatu pikiran
yang sangat bagus. Ia hendak sampaikan kepada Yo Cie Cong kata2 yang memberikan Yo Cie
Cong sedikit harapan dirinya terangkat dari jurang kenistaan dan dengan secara kebetulan pula
nanti membuka tabir rahasia yang sangat mengenaskan-Yo Cie Cong maju lagi setindak, ia
berkata dengan suara bengis
Wanita berkerudung itu agaknya sudah berpikir matang, maka dengan tenang dan bersenyum
simpul ia berkata.-
"Baik, aku nanti jawab. Giok-bin Giam-po itu aku berani pastikan bukan ibu kandungmu "
"Kau bisa buktikan-?"
“Jikalau kau bisa berpikir dengan tenang kau tentunya dapat membayangkan sendiri bagaimana
keadaannya dan sikapnya Glok bin Giam-po ketika itu locianpvee berkedok merah telah beberapa
kali mencegah turun taagan terhadap dirinya. Bukan satu kali saja beliau berkata bahwa kau tidak
boleh membunuh mati padanya, karena kalau kau memaksa hendak membunuhnya juga. kau
akan menderita bathin untuk se-lama2nya. Ucapan itu ada begitu terang dan tegas, tapi iblis
wanita itu sedikitpun tidak perlihatkan reaksi apa2. Padahal ikatan bathin antara ibu dan anak,
betapapun kejamnya seorang ibu, tidak nanti bisa melupakan anaknya sendiri. Binatang buas juga
tidak ada yang makan anaknya, apalagi manusia. Maka aku berani pastikan kalau dia itu bukan ibu
kandungmu. Didalam hal ini mungkin masih ada mengandung rahasia apa2.”
Yo Cie Cong bengong mendengarkan keterangan wanita berkerudung itu. Suatu keterangan
yang ada mengandung alasan sangat kuat. Memang dimana ada seorang ibu melihat anaknya
tidak tergerak sedikitpun ketika mereka bertemu satu sama lain? selain dari itu, ketika untuk
pertama kali Giok-bin Giam-po bertemu padanya diatas gunung Hoa-san, mengapa tidak tergerak
hatinya, meskipun wajahnya sendiri ada sangat mirip dengan Hoan Thian Hoa.
Apakah ia sudah lenyap hati kemanusiannya?
Hatinya Yo Cie Cong mulai bimbang lagi. Kalau benar demikian halnya, berarti ia lolos dari
bencana kenistaan.
Tapi ketika ia ingat lagi itu hanya dugaannya si wanita berkerudung se-mata2 tidak mempunyai
bukti yang kongkrit. Apalagi mengingat perkataan dan tidak tanduk Giok-bin Kiam-khek Hoan
Thian Hoa dan orang berkedok merah itu, ternyata tidak bertentangan satu sama lain. Kalau
mereka tidak yakin kebenarannya, masakah mereka berani meng Ucapkan begitu pasti?
Mengingat hatinya merasa saagat kecewa dan menderita.
Wanita berkerudung itu ada seorang yang amat cerdik. ia agaknya sudah dapat menebak
pikirannya Yo Cie Cong, dengan tenang, ia berkata: "siaohiap tadi selalu mengatakan hendak

membunuh mati aku, apakah itu disebabkan rahasia bernoda yang menyangkut diri siaohiap takut
diketahui orang lain, sehingga perlu melakukan pembunuhan untuk menutup mulut?"
Ucapan ini se-olah2 pisau belati yang amat tajam menusuk diulu hati Yo Cie Cong. Ia memang
ada itu maksud, maka ditanya demikian wajahnya lantas saja berubah.
Wanita berkerudung itu setelah perdengarkan suara ketawa dingin, lalu berkata pula yang seolah2
ditujukan kepada dirinya sendiri.
"Didalam kalangan Kang-ouw telah tersiar kabar bagaimana kejam dan ganasnya Pemilik Golok
Maut, kalau begitu memang benar"
Yo Cie Cong kembali berubah wajahnya. sifat pribadinya ia tidak begitu buas dan kejam. Kalau
ia membunuh orang, itu se-mata2 hanya dilakukan untuk menuntut balas sakit h ati
perguruannya.
"Siaohiap. kalau kau membunuh mati aku, meskipun bisa menutupi mata dan telinganya orang
luar, tapi perbuatanmu itu. tidak dapat membohongi hati nuranimu sendiri"
Yo Cie Cong tampak sangat berduka. "Kau pergilah" katanya dengan suara pelahan.
"Tapi apa yang aku ucapkan barusan, kau masih belum menjawabnya ?"
"Aku minta supaya kau tinggalkan aku, sebelum aku bertindak membunuh mati dirimu "
"Harap siaohiap suka dengar perkataanku yang terakhir. Kau ada menanggung kewajiban untuk
menuntut balas sakit hati perguruanmu, apakah karena urusan yang belum ada kepastiannya kau
lantas hendak lepas tangan begitu saja? jikalau kewajibanmu menuntut balas sakit hati itu sudah
selesai, meskipun kau tidak bisa turun tangan terhadap dirinya Giok-bin Giam-po karena masih
ada hubungan keluarga. Ini ada satu hal yang sangat terpaksa, kiranya suhumu juga masih bisa
memaafkan perbuatanmu ini"
Perkataan wanita berkerudung ini membuat Yo Cie Cong bersangsi. Memang, ia sesungguhnya
tidak boleh karena urusan pribadinya lantas melalaikan kewajibannya, bagaimana nanti ia
mempertanggung jawabkan dihadapan suhu?
Wanita berkerudung itu lantas berkata pula: "Tapi aku masih tetap dengan pendapatku sendiri
bahwa Giok-bin Giam-po itu pasti bukan ibumu."
Yo Cie Cong berpikir keras mengenai urusan tersebut. Mendadak ia ingat kalung Liong kuatnya
yang dipakainya sejak ia masih kanak2. Menurut ketetangan suhunya, batu Liong kuat itu
seharusnya masih ada sepotong lagi yang bernama Hong- kuat. Ia ingat2 kembali akan
perkataannya wanita berkerudung tadi yang cukup beralasan. sekarang ia telah mengambil
keputusan tetap. jikalau Giok-bin Giam-po nanti tidak dapat mengunjukkan batu lainnya yang
dinamakan “Hong- kuat atau ia tidak mengenali Liong- kuat yang ada padanya, itu berarti bahwa
si iblis wanita itu memang bukan ibu kandungnya. Masih adalagi satu kemungkinan yaitu kalau
kesalahan itu terjadi pada waktu semulanya. Ia sendiri mungkin bukan anaknya Giok-bin Giam-po
dan dengan Hoan Thian Hoa juga tidak ada sangkut pautnya. semua apa yang telah terjadi
mungkin hanya kebetulan saja.
"Ya, mengapa aku tidak pikir begitu sejak semula dancuma mengukuhi penderitaanku sendiri?"
demikian kata Yo Cie-Cong dalam hatinya. “Benar Aku harus mencari Giok-bin Giam-po atau Hoan
Thian Hoa sekali lagi untuk membikin jelas persoalan ini.”
Memikir demikian semangatnya Yo Cie Cong lantas saja terbangun kembali. Ia telah mengambil
keputusan untuk melanjutkan usahanya dalam penuntutan balas dendam perguruannya.
Dari sikap dan parasnya Yo Cie Tiong, Wanita kerudung itu sudah dapat mengetahui adanya
perubahan dalam hatinya anak muda itu, maka ia lantas berkata pula: "Siaohiap. kalau kau tidak
menganggap aku berlaku kurang sopan, aku ingin menanyakan sesuatu hal lagi padamu"
"Silahkan"
"Aku dengan secara kebetulan telah mendengar perkataanmu sendiri bahwa kau masih
mempunyai seorang sahabat wanita yang telah terkubur dilautan Lam-hay apa betul ?"
Dengan wajah sedih Yo Cie Cong anggukkan kepala.
"Kau juga ada mengatakan bahwa kau akan menyusul arwahnya setelah urusanmu sendiri
sudah selesai?"

"Benar "
"Tapi, disamping sahabat wanitamu itu, masih ada lagi seorang nona cantik, ialah nona ut-tie
yang begitu dalam mencintai-mu, bukan?"
"Dengan dia hanya secara kebetulan kadang2 berkumpul, kadang2 berpisah pula. Ini
sebetulnya soal yang lumrah, masih belum boleh dikatakan cinta."
"Aku rasa tidak mungkin begitu."
Yo Cie Cong mendelu hatinya.
"Perkataan Hweetio sudah cukup banyak. Hal itu adalah urusan pribadiku sendiri, tidak
seharusnya sembarang orang turut cumpur. Nah, sampai bertemu dilain waktu."
Sehabis berkata dengan cepat ia telah meninggalkan ketua Pek-leng-hwee itu.
Wanita aneh itu mendadak menarik kain kerudungnya.
Dibalik kain kerudung itu terlihatlah segera wajahnya yang cantik jelita dengan senyuman
manis tersungging dibibirnya terus memandang berlalunya Yo Cie Cong, tetapi kemudian ia
menghelah napas dan memakai kerudungnya pula.
Kita menyusul pada si pemilik Golok Maut.
Yo Cie Cong semangatnya kembali pada keadaannya semula. Dengan tujuan tetap ia lari
menuju kegunung Hoa-san. Ia mengharap bisa menemukan Hoan Thian Hoa lebih dahulu, dengan
bantuan batu Liong- kuat yang ada padanya ia ingin segera dapat membuka tabir rahasia yang
selalu membuat pikirannya pepat. Beberapa hari kemudian.... Yo Cie Cong sudah sampai lagi
digunung Hoa-san.
Ia sudah mencari hampir ke segenap penjuru, dan pelosok, tetapi sedikitpun ia tidak
mendapatkan tanda2 kemana dan dimana perginya atau adanya mereka, yaitu kedua orang tua
aneh, ut-tie Kheng, seorang ajaib dan Hoan Thian Hoa.
Pada waktu itu, oleh karena hendak menepati janjinya pada dua manusia aneh dari rimba
persilatan, maka ia hanya menuruti petunjuk yang diberikan oleh Phoa-ngo Hweeshio atau si
Hweeshio gila, langsung menuju kesuatu tempat yang bernama Bong-goat-peng.
Mengenai tempat sembunyinya. si manusia ajaib dan Hoan Thian Hoa sama sekali ia masih
belum tahu, gunung Hoa-san yang sang sangat luas daera hnya, sudah tentu tidak akan mudah
untuk mendapat atau mencari orang yang sedang mengasingkan diri disitu.
Tetapi ia masih tidak mau berputus asa ia masih terus mencari-c ari dengan tidak kenal artinya
lelah, sebab itu adalah untuk kepentingannya sendiri, ada sangkut pautnya dengan dirinya sendiri.
Giok bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa itu mungkin sekali adalah ayahnya sendiri, tetapi mungkin
juga bukan.
satu2nya hal yang penting untuk segera diketahui pada saat itu juga ialah soal ini. Tetapi dalam
hatinya masih tetap mengharap akan mendapatkan jawaban yang lain dari itu, sebab apabila
benar2 Giok-bin Giam-po itu ada ibu kandungnya sendiri, sesungguhnya tak mungkin ia dapat
hidup lebih lama dalam dunia yang fana ini.
setengah bulan telah dilewati dengan tanpa hasil apa2. Ia sudah mulai putus harapan. Bukan
saja ia sudah tidak berhasil menemukan jejaknya orang2 yang sedang dicarinya malah sedikit
tanda2 yang mencurigakan sajapun tidak dapat diketemukan.
Pada suatu hari pagi-pagi sekali, halimun tebal meliputi seluruh daerah gunung Hoa-san, semua
seperti masih berada dalam keadaan tidur nyenyak, berjalanlah Yo Cie Cong dengan hati masgul
meninggalkan gunung Hoa-san.
Tatkala untuk kedua kalinya ia menginjak tempat yang dinamakan Bong- goat-peng, dalam
keadaan remang2 diliputi halimun tebal, samar2 ia dapat melihat berdiri sesosok tubuh manusia.
Kejadian ini sesungguhnya telah menarik perhatiannya.
Waktu begini pagi dengan cuaca yang juga buruk. ternyata maiih ada juga orang yang berani
seorang diri ditempat itu, bukankah itu merupakan suatu kejadian yang sangat aneh?

Dengan perasaan ke-heran2an Yo Cie Cong berjalan menghampiri ketempat berdirinya orang
tersebut.
Ketika ia sudah berdiri dekat dengan tempat berdirinya orang tadi, tiba2 ia keluarkan seruan
tertahan "Hei."
Hampir bersamaan dengan waktu Yo Cie Cong keluarkan seruan tertahannya, mendadak
terlihat orang itu balikan badan dan terus menyerang Yo Cie Cong. "Bibi Tho, aku " demikian Yo
Cie Cong berseru sambil mengelakan serangan.
Kiranya orang yang sedang berdiri diBong-goat-peng itu bukan lain daripada Thian-san Liong-lie
Tho Hui Hong.
Seruan Yo Cie Cong tadi telah membuat Thian-san Liong-lie cepat2 menarik kembali
serangannya, dengan perasaan terheran-heran ia berkata^ "oh, kau... Anak. kenapa kau juga
datang kegunung Hoa-san ini?"
"Aku sedang mencari seseorang." "siapa dia...?"
Yo Cie Cong baru sadar kalau ia sudah terlepasan omongan- setelah berdiri menjublek sebentar
ia lalu berkata.
"Aku sedang mencari seorang sahabatku, tetapi ia telah ingkar janji."
Dimulut ia berkata begitu, dihati ia merasa tidak enak sendiri. sebetulnya ia tidak mau
membohongi Thian-san Liong-lie, bibinya yang baik hati ini, tetapi sebaliknya ia jugg sungkan
menerangkan hal yang sebenarnya. "Anak. benarkah kau ini yang di-sebut2 pemilik Golok Maut"
“Ya, benar, Maafkan aku bibi Tho, selama itu aku merahasiakan soal itu terhadap kau. Mengapa
bibi Tho begini pagi hari sudah ada disini seorang diri?"
Diwajahnya Thian-san Liong- lie terlintas perasaan sedih. Ia mengelah napas perlahan, lama
sekali barulah ia dapat menjawab pertanyaan orang.
"Terhadap gunung Hoa-san ini sebetulnya aku sudah mempunyai perasaan suka. setiap waktu,
pada masa2 yang tertentu aku pasti datang mendaki gunung ini,"
Yo Cie Cong hanya anggukan kepala, namun dalam hatinya berpikir: Bibi Tho ini tentunya tidak
bisa melupakan kekasihnya Giok-bin Giam-khek Hoan Thian Hoa, sehingga ia rela berdiri seorang
diri ditempat sunyi senyap dan dingin seperti ini. Aih Asmara sejak dahulu kala memang selalu
mambawa gara2 saja. Aku pernah berjanji padanya untuk mencarikan Hoan Thian Hoa dan
sekarang orang itu sudah kuketemukan, tetapi apa mau ia telah menyuruh aku pegang rahasia.
Bagaimana seharusnya persoalan ini kuselesaikan? seorang laki2 seharusnya mesti pegang janji.
Tetapi aku, disamping tidak boleh membuka rahasianya Hoan Thian Hoa, juga tidak patut kalau
aku mengingkari janjiku sendiri pada bibi Tho”
Jilid 2o : Kaucu Im-mo-kau..Iblis Rambut Merah
Yo Cie Cong berpikir pergi datang, tetapi semua terasa buntu tidak dapat mengambil keputusan
tetap.
"Anak, kau rupanya masih punya banyak urusan- Apa sebetulnya yang sedang kau pikirkan ?"
Yo Cie Cong merasa agak sukar menjawab pertanyaan itu, maka segera ia alihkan
pembicaraannya kelain soal.
"Bibi Tho, maafkan kalau aku beriaku kurang sopan- Aku ingin dapatkan sedikit keterangan dari
kau, adakah Glok-bin Kiam-khek IHoa Thian Hoa itu pernah mencintai bibi?”
Wajahnya Thian-san Liong- lie taimpak Semakin muram. cinta telah membuat ter-sia2 masa
mudanya ia selalu menantikan terwujutnya cintanya yang dirindukan "Anak. apa perlunya kau
menanyakan soal ini ?"
"Aku cuma mau tahu sedikit saja. Pengorbanan begitu besar dari bibi Tho ini sebetulnya ada
harganya atau tidak."
"Anak, itu semua sudah lalu, Biarlah semuanya berlalu begitu saja. Kalau kita ungkit2 lagi nanti
akan terus membikin ruwet pikiran manusia yang sudah biarlah sudah. cuma, apa yang bisa
kuberitahukan padamu, kita berdua memang pernah saling mencinta, meski dalam waktu yang

sangat singkat saja. Walaupun begitu, sudah cukup untuk kujadikan kenangan selama hidupku,
sekalipun ia kini telah lenyap dan tidak ketahuan mati hidupnya ...."
"Bibi Tho dia...."
Yo Cie Cong sebenarnya ingin sekali memberitahukan keadaan yang sebenarnya mengenai
orang yang di-cari2 bibinya itu. Tetapi ketika mengingat bahwa mungkin sekali Hoan Thian Hoa itu
ayahnya sendiri, ditambah lagi karena ia pernah berjanji padanya bahwa ia akan menyiarkan ke
dunia Kang-ouw tentang kebinasaannya ke dalam jurang, maka perkataan yang hampir keluar dari
mulutnya itu lalu ditelannya kembali.
"Dia .... siapa dia itu, anak ?"
Wajah Yo Cie Cong lantas berubah jadi merah seketika, "Kau berdua berpisah apakah lantaran
dia cintakan orang lain?"
"Tapi aku masih bisa maafkan padanya, sebab dia juga manusia biasa, terdiri dari darah dan
daging seperti juga manusia lainnya, tidak berdaya melawan godaan wanita."
Hatinya Yo Cie Cong serasa tertusuk. Wanita yang dimaksudkan oleh Thian-san Liong- lie ini
justru adalah Giok- bin Giam-po Phoa Tiit Kouw, sedangkan yang tersebut belakangan ini ada
kemungkinan besar adalah juga ibu kandungnya sendiri, Hanya dari Ucapan bibi Tho-nya ini,
sudahlah cukup terpeta bagaimana orangnya macam Giok-bin Giam-po itu.
Ia tidak inginkan pembicaraan itu berlangsung terus, Ia juga tidak ingin membicarakan hal2
yang mengenai dirinya Giok-bin Giam-po, meskipun ada kemungkinan besar ia adalah ibunya
sendiri Tetapi dengan terbukanya tabir yang menyangkut dirinya sendiri, baginya hanya
merupakan suatu penderitaan bathin yang sangat besar saja, maka itu cepat ia alihkan
pembicaraan kelain hal.
"Bibi Tho, yang sudah biarlah sudah. Lupakanlah padanya."
"Anak, kau masih belum mengerti ?"
Sebetulnya Yo Cie Cong juga belum mengerti pahit getirnya orang yang sedang terbenam
dalam lautan asmara. Hanya terhadap seorang gadis, gadis baju merah siang-koan Kiauw,
sampaipada saat itu saja masih belum dapat didapatkannya. Untuk menghapus bayangannya
seorang yang pernah menggores dalam hati sanubari seseorang yang sangat berkesan, itu
sebetulnya merupakan suatu hal yang tidak mungkin sama sekali.
Ia merasa tidak perlu berdiam lebih lama lagi disitu. Ia merasa tidak mampu melakukan
sesuatu untuk bibi Tho-nya. Didalam perasaannya, didalam liangsim-nya ia merasa masih
berhutang budi kepada Thian-san Liong- lie. Hutang yang mungkin tidak mampu dibayarnya,
sebab ia sudah berjanji hendak mencari kabar beritanya tentang Hoan Thian Hoa untuk bibi Thonya
ini setelah bertemu muka dengan Hoan Thian Hoa yang masih segar bugar dalam dunia, yang
hanya karena hendak mengasingkan diri dari dunya ramai tidak dapat diberitahukannya pada pada
bibi Tho-nya.
Kabut tebal yang meliputi daerah gunung Hoa-sanp per-lahan2 melenyap. sinar Matahari pagi
sudah mulai mencorong, keadaan yang semua remang2 kini per-lahan2 turut berubah menjadi
semakin terang. Tetapi kedua orang itu, yang kelihatan berdiri tenang di Hong-goat-peng. masih
tetap terbenam dalam lamunannya sendiri2. suara burung2 berkicau terdengar ramai, dari atas
pohon2 besar. agaknya mereka turut membicarakan nasib malang yang menimpa dirinya kedua
mahkluk hidup itu.
Yo Cie Cong menghela napas panjang, Dengan sorot matanya yang penuh rasa simpati ia
mengawasi Thian-san Liong-lie sejenak. lalu berkata "BibiTho, aku pernah berjanji hendak
melakukan sesuatu uutukmu, tapi...."
"Apa....apa?.... Anak. aku sudah tidak ingat lagi apa itu."
"BibiTho, aku dahulu pernah berjanji hendak turut menyelidiki jejaknya atau soal mati hidupnya
Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa."
"Ooooo, itu"

Hanya begitu saja yang dapat keluar dari mulutnya Thian-san Liong- lie. Dimatanya terlihat
tegas sinarnya yang penuh rasa cinta kasih, berterima kasih dan murung. Rupa2nya perasaan
tercampur aduk jadi satu. Ia menatap wajahnya Yo Cie Cong sekian lama, lalu geleng2kan
kepalanya, kemudian berkata sambil ketawa getir.
"Anak. apa kau juga masih belum mendapat kabar apa2 mengenai dirinya? Tapi aku masih
merasa berterima kasih padamu."
Wajahnya Yo Cie Cong merah karena ia sebetulnya telah membohongi bibinya itu .
Keadaan telah memaksa ia berbuat demikian, tapi sebagai seorang jujur, biar bagaimana
hatinya merasa tidak enak terhadap bibinya yang paling dihormati dan dicintai itu.
Ia tundukkan kepalanya, tidak berani memandang Thian-san Liong-lie. Hatinya merasa tidak
tenteram, maka ia merasa tidak berani berada lebih lama lagi, kalau tidak. la nanti bisa
menerangkan keadaan yang sebenarnya,
"Bibi Tho, aku masih mempunyai kewajiban hendak menyelesaikan penuntutan balas sakit hati
terhadap perguruanku, maka tidak bisa mengawani kau lebih lama lagi mudah2an dilain kali apa
bila bertemu lagi, kita masih sama2 dalam keadaan selamat tidak kurang suatu apa. sementara
mengenai janjiku yahg hendak mencari tahu dirinya Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa, aku
masih hendak melakukan terus sehingga mendapat kabar sebenarnya."
Lagi sekali Thian-san Liong- lie mengawasi wajahnya Yo Cie Cong, sementara itu dalam hatinya
kembali berkata: " betapa miripnya anak ini dengan dia."
Dengan tanpa dirasa, matanya lantas merah, air mata ber-linang2 mengalir turun dipipinya. Ia
buru2 berpaling dan memandang matahari yang baru terbit dan berkata kepada Yo Cie Cong
dengan suara terharu.
"Anak pergilah, aku cuma ingin menyampaikan sepatah kata saja kepadamu, jiwamu seperti
juga dengan matahari pagi yang sedang munculpada saat ini, mudah2an kau bisa bawa diri baik2.
selamat sampai ketemu kembali"
"Bibi Tho, terima kasih atas perhatianmu. selamat bertemu"
Sementara itu, dalam hatinya lantas berpikir: "ja, jiwa ku seperti matahari pagi yang sedang
muncul, tapi nasib dan perjalanan hidupku akan membuat aku lebih cepat menemukan ajalku."
Achirnya, dengan sorot mata sayu, ia memandang Thian-san Liong- lie sekali lagi, kemudian
balikkan badannya dan berlalu. Dibelakangnya, ia dengar suara orang menghela napas panjang.
Hari itu, diwaktu lohor, Yo Cie coog dengan seorang diri berjalan diatas jalan raya yang menuju
ke ouw-pak. Didalam hatinya sedang memikirkan perjalanannya untuk selanjutnya musuh2nya
yang hendak dicari, ternyata tidak karuan jejaknya.
Ia terpaksa harus mencari dengan sabar. saat itu, ia sedang tujukan kakinya dalam perjalanan
menuju kepusatnya perkumpulan Im-mo-kao, untuk membuka tabir apa sebabnya Im-mo-kao
selalu memusuhi dirinya? Tapi dimana letaknya pusat perkumpulan Im-mo-kao? sama sekali belum
diketahui olehnya.
Sejak rahasia asal usul dirinya dibuka oleh orang berkedok kain merah, hatinya terus merasa
seperti tertindas, sehingga membuat ia susah bernapas. setiap menit dan setiap detik, selalu
dibayangi oleh penderitaan bathinnya. Tiba2 ada beberapa bayangan orang telah melalui
disampingnya.
Yo Cie Cong dengan tanpa terasa telah berseru: "Hiii" sedang dalam hatinya lantas berpikir:
heran, apakah didalam golongan pengemis Kay-pang ada terjadi sesuatu? sebab tengah hari
hingga saat ini, sudah ada lima rombongan orang2 kuat dari golongan itu yang lewat melalui
aku.^
Diwaktu masih anak2. Yo Cie Cong sudah pernah bergaul dengan kawanan pengemis, maka
terhadap golongan Kay-pang, sedikit banyakada mempunyai tali perhubungan persahabatan.
saat itu ia lantas berpikir pula: "Mengapa aku tidak minta keterangan keadaan mereka? Kalau
betul dalam Kay-pang ada kesulitan, dengan mengingat hubungan kita yang lama,aku yang
mengetahui urusan ini bagaimana bisa peluk tangan begitu saja?"

Setelah mengambil keputusan demikian, dengan tanpa ayal lagi tubuhnya lantas melesat,
secepat kilat ia sudah berlarian menyusul orang2 Kay-pang tadi.
sebentar saja, ia sudah lari kira2 dua lie, tapi orang2 dari Kay-pang tadi sebaliknya sudah tidak
kelihatan bayangannya. Ia merasa ter-heran2, sebab dengan kepandaiannya ilmu lari pesatnya
yang dipunyai, meskipun belum menjagoi didalam rimba persilatan, tapi tidak sampai begitu jauh
selisihnya dengan kepandaian orang2 Kay-pang. Tidak mungkin dalam beberapa detik saja sudah
ketinggalan begitu jauh, bahkan tidak bisa mencandak jejaknya. Dalam hal ini, kalau tidak
melampaui terlalu jauh, orang2 itu tentunya menyimpang ditengah jalan.
Terpaksa Yo Cie Cong hentikan kakinya. Dengan matanya yang tajam, ia coba mencari
sekitarnya.,
Dibelakang dirinya terpisah kira2 satu lie jauhnya, mendadak ia dapat lihat lagi beberapa
bayangan orang sedang ber-lari2an. sebelum mengetahui apa yang akan terjadi, bayangan orang
itu sudah membelok kedalam rimba yang berada disebelah kanannya jalan
"Apa aku kata, orang2 tadi kiranya pada membelok kedalam rimba" demikian Yo Cie Cong
berkata kepada dirinya sendiri.
Dengan cepat ia lantas putar badannya dan melesat kearah rimba. Kali ini bayangan beberapa
orang itu benar2 sudah tidak terlepas lagi dari pandangan matanya, hingga sebentar saja sudah
berhasil mencandaknya.
Benar seperti apa yang ia duga, orang2 itu adalah orang2 golougan Kay-pang. Dengan
kecepatan luar biasa, se-olah2 bianglala, ia meluncur turun dihadapannya orang2 itu berkata.
"Berhenti "
Dalam terkejutnya, empat orang Kay-pang yang usianya kira2 pertengahan umur, mendadak
hentikan gerakan kakinya. Ketika mengetahui bahwa orang yang minta mereka hentikan
tindakannya adalah seorang pemuda cakap. satu diantaranya lantas hendak menegur. Tapi
kawannya yang berwajah pucat kuning, sambil goyangkan tangannya mencegah ketiga kawannya
bertindak secara gegabah,
Kemudian dengan seksama ia meng-amat2i dirinya Yo Cie Cong, wajahnya lantas mengunjukan
perasaan kagetnya, setelah mundur satu tindak, ia lantas berkata dengan agak gemetar: "Tuan
adalah ....."
Yo Cie Cong lantas menjawab dengan tenang: "Pemilik Golok Maut."
Begitu nama itu keluar dari mulutnya, empat orang kuat dari golongan pengemis itu se-olah2
berjumpa dengan setan atau siluman, wajahnya pucat seketika, dengan serentak pada mundur
tiga tindak.
sebab dimana malaikat pencabut nyawa itu muncul, disitu pasti akan terjadi pertumpahan
darah. Dengan kepandaian yang begitu tinggi, empat orang kuat dari golongan pengemis itu tahu
bukan tandingannya. jikalau Pemilik Golok Maut itu bermaksud mencabut nyawa mereka, sudah
tentu mereka cuma bisa pasrah pada nasib saja.
Lama tidak ada yang membuka suara, akhirnya pengemis yang wacahnya pucat kuning
itu telah memberanikan diri untuk menanya:
"Numpang tanya, apa sebabnya tuan merintangi perjalanan kami berempat?"
"Kalian hendak kemana" Yo Cie Cong balas menanya,
"Apa perlunya tuan menanyakan soal ini?" berkata si pengemis wajah pucat.
"Kau tak usah perduli, jawab saja pertanyaanku sejujurnya."
Empat orang kuat dari golongan pengemis itu betul merasa tersinggung oleh perbuatannya Yo
Cie Cong yang dianggapnya sangat memandang rendah. Mukanya lantas berubah bengis dan
kejam. salah seorang diantaranya lalu berkata dengan suara gemas:
"Kami orang2 dari golongan pengemis. lebih baik hancur lebur tapi tidak suka dihina. Apa yang
tuan tanya tidak dapat kami jawab. Terserah padamu sendiri Kalau mau turun tangan, lekaslah"
sehabis berkata keempat orang itu masing2. pada berdiri dengan mengambil sikap menantang,

sebaliknya dengan Yo Cie Cong, ia telah dibikin tercengang oieh tindakan mereka itu. Ia tidak
tahu apa sebabnya mereka berbuat seperti itu, maka cepat2 ia menanya dengan heran-
"Apa maksud kalian berbuat begitu?"
Mereka melihat pemilik Golok Maut itu agaknya tidak ada maksud turun tangan, walaupun
maksujang sebenarnya masih belum diketahui, maka yang wajahnya pucat tadi lalu berkata pula:
"Harap tuan beritahukan dahulu apa maksud pertanyaan tuan tadi?"
"Aku hendak menanyakan seseorang. Apa dia berada didekat sini?"
"siapa dia itu?"
"si pengemis sakti kecil wajah hitam."
orang2 itu tiba2 saja berubah wajahnya semua dan menjawsb serentak, "Yang tuan maksudkan
tadi adalah sesepuh (Tianglo) dari golongan kami."
"sekarang dia ada dimana?"
"Tuan mencari sesepuh kita ada perlu apa "
"Ha, ha ... Giok- hoa- jie, selamat bertemu." demikian terdengar suara seruhan seseorang yang
lantas disusul dengan munculnya seseorang pengemis kecil yang hitam- legam parasnya. Dengan
mata terbelalak lebar dan mulut terpentang ia ketawa dengan tidak henti2nya menghadap Yo Cie
Cong.
"Ha, ha ... si Hitam, kita bisa bertemu lagi disini?" kata Yo Cie Cong sambil ketawa.
Empat orang dari golongan pengemis tadi, semuanya lantas menghampiri si Hitam untuk
memberi hormat seraya berkata: "Kami menjumpai Tiang-lo."
Pengemis cilik hitam itu lantas berkata sambil kibaskan tangannya: "Pergilah kalian-"
Mereka itu dengan lakunya yang sangat hormat lantas pergi meninggalkan sesepuh mereka.
setelah keempat orang itu berlalu, si Hitam lantas berkata sambil mencekal tangannj a Yo Cie
Cong.
"Hah, kawan, ternyata adalah kau yang menjadi pemilik Golok Maut. Aku si pengemis hitam
telah menganggap bahwa ilmuku mengubah rupa sudah menjagoi didalam rimba persilatan, tapi
ternyata masih bisa kau kelabui juga.Benar2 aku merasa takluk padamu. Dahulu, dalam
pertempuran di cit-lie-peng, kita berdua hampir saja bertempur sendiri"
Yo Cie Cong yang bertemu kembali dengan kawannya memain dimasa kanak2, dalam hati
merasa sangat gembira sekali. Ia seperti balik kembali pada masa hidupnya sebagai pengemis.
Dengan tangannya ia menepuk pundak si Hitam dan berkata: "Hitam, maafkan aku. Waktu itu
tidak boleh membuka kedokku sendiri, maka dengan terpaksa aku harus mengelabui kau juga, ha
ha ha ...."
Tetapi tepukan tangan yang tidak disengaya tadi dirasakan sakit sekali oleh si Hitam, maka
yang tersebut terakhir ini lantas saja ber-teriak2. "Hai, kawan Apa kau tidak bisa ringankah sedikit
tanganmu?"
"Kenapa? Rasanya makin lama kau menjadi makin tidak ada gunanya."
"Hai Giok- hoa- jie. Di cit-lie-peng bukankah kau sudah dihajar sampai binasa oleh Liat- yang
Lokoay?"
"Tentang ini lain kali akan kuceritakan padamu per-lahan2. ceritakanlah padaku dahulu apa
sebetulnya yang terjadi dalam golonganmu ?"
"Bagaimana kau tahu?"
“orang2 golongan pengemis dalam satu hari ini kulihat ada beberapa rombongnn yang berlari2an
diatas jalan raya. Bukankah itu merupakan suatu bukti nyata bahwa digolongan pengemis
ada terjadi apa2."
Mendadak saja wajahnya si Hitam berubah. Ia berkata dengan nada suara gemas demikian.
"Dugaanmu sangat tepat. Didalam golongan kami memang terjadi sesuatu. Pada dewasa ini
kami sedang undang berkumpul semua orang kuat dalam golongan kami untuk merundingkan soal
ini."
"Bolehkan aku tahu soal apa yang kau maksudkan-"

"Ah Dalam golongan kami rupanya sedang ketimpa nasib malang, maka telah terjadi bhl yang
demikian rupa, sebetulnya aku merasa sangat malu untuk menceritakan pada lain orang. Tapi,
oleh karena dimasa kanak2 kau pernah berada diantara kita juga, hitung2 sebagai tanda setia
kawan, hitung2 kau masih merupakan keluarga dari golongan kami juga, maka tidak ada halangan
untuk kuberitahukan juga padamu , . ,,"
"Tak usah ber-belit2. Bicara dengan tegas"
“Kejadian ini telah terjadi karena ketua cabang golongan kami didaera houw-pak, yaitu Tok
gan-kay (pengemis mata satu) ciu Lie, telah berhianat meninggalkan teman2nya dan ketarik oleh
perkumpulan Im-mo-kao, sehingga cabang perkumpulan golongan kami untuk daerah ouw-pak
telah berubah menjadi cabang Im-mo-kao. Malahan dengan secara kejam, dengan tidak
mengingat tali persahabatan kami, cin Lie telah mem-bunuh2i semua orang2nya yang menentang
tindakannya. sekarang, ketua dari golongan kami telah mengutus aku memimpin lima puluh orang
yang paling kuat dan ditugaskan menangkap cin Lie yang menghianati kita supaya bisa dihukum
menurut peraturan golongan kami”
“Dan kemudian?”
"Menurut apa yang dikatakan oleh anak buah golongan kami yang mengadakan penyelidikan,
didalam cabang ouw-pak kini telah diduduki oleh beberapa orang kuat dari Im-mo-kao. Diantara
orang2 kuat itu, yang menjadi kepalanya adalah kepala bagian pelindung dari perkumpulan
tersebut, yalah seorang bernama Lui Bok Thong bergelar siluman Tengkorak"
Yo Cie Cong membelalakkan sepasang matanya lebar2.
"Apa? Kau kata si siluman Tengkorak Lui Bok Thong itu sudah menjadi ketua bagian pelindung
hukum dari Im-mo-kao?"
= = ooo ooooo ooo = =
“BENAR, Tentang masuknya si siluman Tengkorak Lui Bok Thong kedalam perkumpulan Im-mokao,
terjadinya baru pada ackir2 ini saja."
"Tuhan ternyata masih berlaku adil sekarang mungkin iblis itu tidak akan terlolos lagi dari
hukuman karena dosanya."
"Apa arti perkataanmu ini?"
"Si siluman Tengkorak Lui Bok Thong merupakan salah satu musuh terbesar dari
perkumpulanku. Belum lama berselang, ia dapat meloloskan diri dari kejaranku. Tadinya aku masih
mengira akan sukar sekali mencari jejaknya iblis itu. sungguh tidak kusangka aku masih
ditakdirkan dapat menghukumnya. Ha, ha....iblis itu rupanya sudah ditakdirkan umurnya cuma
tinggal beberapa hari lagi saja."
"Giok Hoa-jie, perlu kuberitahukan padamu, semua urusan yang terjadi diatas yang ada
sangkut pautnya dengan perkumpulan kami selamanya tidak ada orang luar yang boleh turut
campur tangan-“
"Baiklah, Hitam, bukannya aku mau menghina perkumpulanmu. Kalau golongan Kay-pang
hendak bermusuhan terang2an dengan Im-ma-kao, barangkali masih sangat jauh selisihnya"
"Tapi peraturan yang ditinggalkan oleb cowsu golongan kami, tidak boleh tidak harus
diindahkan oleh orang2nya, maka kamipun hendak berbuat sekuat tenaga kita sendiri"
Setelah berpikir sejenak, Yo Cie Cong lalu berkata,
"Kalau aku hanya berhitungan dengan orang2nya Im-mo-kao, sedang kau bertindak
menangkap orang dari golonganmu sendiri saja, bukankah itu tidak melanggar peraturan
golonganmu?"
"Kalau begitu, janganlah kau bertindak untuk kali ini, sebab kalau tidak, nanti orang akan salah
anggap bahwa golongan pengemis telah meminjam kekuatan orang luar untuk membasmi orang
sendiri"
"Tapi, tujuanku yang utama adalah si siluman Tengkorak Lui Bok Thong. Kedua adalah
orang2nya Im-mo-kao, sebab Lui Bok Thong itu merupakan salah satu musuh besar perguruanku

dan orang2 im mo-kao, adalah musuh2 buyutanku, kalau kau suruh aku melewatkan kesempatan
sebaik ini, barangkali tidak mudah "
"Giok- hoa- jie, kabarnya kau telah membunuh orang2nya Im-mo-kao tidak sedikit. sebetulnya
bagaimana sih duduknya perkara ?"
"Ketika untuk pertama kali aku muncul didunya Kang-ouw, dengan menyaru sebagai suhu, aku
telah munculkan diri untuk menuntut balas terhadap semua musuh2 perguruanku. Tentang
kematiannya suhu, kecuali aku dan pembunuhnya sendiri, si iblis rambut merah, tidak ada orang
lain lagi yang tahu. Tapi perkumpulan Im-mo-kao ternyata berani sesumbar memastikan, katanya
pemilik Golok Maut yang muncul waktu-aku muncul itu, bukannya pangcu dari Kam-lo-pang
sendiri, Dalam hal ini, pasti ada rahasia apa2 yang tersembunyi. Dan selanjutnya, ketika
perkumpulan tersebut telah mengutus banyak orang2nja yang kuat2, dengan berbagai jalan dan
dengan berbagai akal keji tidak sungkan2 lagi mereka terus memaksa untuk membunuh aku,
maka itu aku harus membereskan persoalan ini.”
Si Hitam terdiam dan berpikir keras.
Yo Cie Cong lalu melanjutkan penuturannya:
"Eh Hitam, apakah kau tahu siapa sebetulnya orang yang mengaku sebagai Kauw-cu dari Immo-
kao itu? sebab, meski aku pernah bertempur dengan dia, karena dia memakai kedok, tidak
dapat kulihat wajah aslinya."
“Mengenai wajah asli Kauwcu dari Im-mo-kao itu, dalam dunya Kang-ouw barangkali belum ada
orang yang tahu "
"Kalau begitu mungkin kau sendiri juga tidak tahu ?"
“Ya, aku juga tidak tahu."
"Tapi dimana letaknya pusat perkumpulan Im-mo-kao itu, sebetulnya kau toch mesti sudah
tahu, bukan?"
"Pusat perkumpulan Im-mo-kao, kabarnya-terletak didekat gunung Tay-piat-san."
Yo Cie Cong terbangun semangatnya dengan mendadak. Keterangan pengemis cilik ini sangat
berharga sekali untuknya.
"Eh Hitam, apa benar2 kau tidak izinkan aku turut turun tangan?" tanyanya sungguh2.
"Bukannya tidak boleh, tapi cerita mulut orang di dunia Kang-ouw itu ada sangat jahat"
"Heh, heh, segala mulut orang. kalau begitu kau boleh sediakan anak muridnya golongan Kaypang
uatuk mengantarkan jiwa"
Sebetulnya si hitam bukannya tidak tahu kalau kekuatan musuh ada jauh lebih kuat dari
kekuatan pihaknya sendiri jika hanya mengandal kekuatan sendiri untuk melaksanakan
perintahnya sang ketua, akibatnya sangat menguatirkan- Tapi perkumpulan pengemis yang
hendak membersihkan nama baik perguruannya, harus meminjam tenaganya Pemilik Golok Maut,
ini agak kurang pantas dan bisa menjadi buah tertawaan dunia luar. Maka saat ini si Hilam merasa
serba salah .
Bagi Yo Cie Cong maksudnya disamping hendak menuntut balas sakit hati, sesungguhnya
memang ada maksud hendak memberi bantuan tenaga kepada kawannya itu.
Kini setelah menghadapi kesulitan demikian, lantas putar otaknya, kemudian ia mendapat suatu
pikiran, maka lantas berkata sambit bersenyum:
"Hitam, dahulu suhumu sudah pernah mengajari aku ilmu menukar rupa. Meski-pun suhumu
berkukuh tidak mengijinkan aku melakukan peradatan pengangkatan guru, tapi se-tidak2nya
masih ada setengah hubungan murid dengan guru, bukan?"
"Ng Memang boleh dikata bahwa kau masih ada sedikit hubungan keluarga perguruan dengan
kita. Dan kau kemukakan soal ini apa maksudnya?"
"Baiklah sekarang aku tanya kau lagi, antara kita berdua bolehkah dibilang setengah suheng
dan sutee ?"
si Hitam ada seorang yang banyak akalnya, tapi sesaat itu ia tidak dapat menebak maksud
yang sebenarnya dari sahabatnya ini. Dengan sikap ter-heran2ja lantas berkata:

"Giok-hoa-jie, pembicaraan ini makin lama makin melantur, didalam dunya mana ada hubungan
separuh suheng separuh sutee?"
"Tapi kau tadi sudah mengakui bahwa aku dengan suhumu ada mempunyai hubungan
setengah suhu dan murid "
"Baiklah, kau memang pintar omong. sekarang aku akui, kenapa memangnya?"
Yo Cie Cong lantas tertawa.
"Didalam perkumpulan Kay-pang, kau mendapat kedudukan apa?" tanyanya.
"Ei aku masih ingat rasanya dahulu pernah beritahukan padamu, aku ada menduduki salah satu
kursi dari tiga Tianglo"
"Itu bagus, sekarang aku hendak tanya lagi, dalam golongan Kay-pang bukannya ada tugas
diluaran bagi anggota Tianglo"
si Hitam kini segera mengerti kemana jumtrungannya perkataan sahabatnya ini, maka lantas
berkata dengan mulutnya terbuka lebar:
"Bocah, sekali lagi aku mengaku kalah. Kiranya maksud pertanyaanmu yang begitu ber-belit2
tadi adalah ini? Kau sungguh pintar, dengan ambil jalan memutar begitu jauh, kiranya hendak
mendapatkan kedudukan Tiang lo bagian luar untuk turut campur urusan ini"
"Benar, degan kedudukan sekarang ini, rasanya kau ada hak untuk menganggap diriku sebagai
Tianglo yang bertugas dibagian luar bukan? Dengan berbuat demikian rasanya kau juga tidak
melanggar peraturan yang sudah ditetapkan oleh cowsuyamu.”
Si Hiiam lantas bungkam. tapi diam2 dalam hatinya merasa sangat girang. Untung, kawannya
itu mendapatkan pikiran demikian sebab dengan begitu, Yo Cie Cong lantas bisa turun tangan
secara terang2an dengan sah, tidak perlu kuatir dicela orang. Dengan kepandaian dan kekuatan
yang dimiliki oleh Yo Cie Cong yang memegang peranan Pemilik Golok Maut, ia boleh tak usah
kuatir lagi menghadapi musuh yang bagaimana kuatnya.
"Bagaimana? Hitam, jikalau kau anggap bahwa usulku ini kurang tepat, apa boleh buat,
terpaksa aku hendak pergi lagi. Aku toch bisa mencari padanya sendiri"
Si Hitam itu setelah bersangsi sejenak. achirnya dari dalam bajunya ia mengeluarkan sebuah
benda kecil bambu yang hitam jengat, dengan sangat hati2 ia berikan kepada Yo Cie Cong seraya
berkata:
"Ini ada salah satu dari lima buah tanda kepercayaan golongan kami. Dengan membawa tanda
ini, kau dapat dipandang sebagai salah satu Tianglo golongan kami. setiap anak murid dari
golongan kami akan memandang tanda perintah ini sebagai sesepuhnya sendiri-
"Aku tidak memerlukan barang ini. Dengan keteranganmu saja sudah cukup,"
"Tidak Tidak boleh sebentar lagi, dihadapan anak buahku kau harus perlihatkan benda ini. ini
merupakan suatu peraturan-"
Yo Cie Cong lantas terima benda itu dan disimpannya dalam sakunya. "Mari kita pergi." si Hitam
mengajak Yo Cie Cong.
"Kemana?"
"Ikuti saja aku."
Dalam keadaan cuaca remang2, kelihatan dua bayangan manusia berlarian menuju kedalam
sebuah rimba."
Tidak lama kemudian dua bayangan itu sampai disebuah kelenteng tua yang sudah rusak d is
ana sini, mungkin karena sudah lama tidak dirawat orang. Gentengnya pada berantakan dan
dindingnya pun banyak sudah yang berlubang. "sudah sampai" kata si Hitam.
Ia yang jalan lebih dulu mengendurkan langkah kakinya, yang lalu diturut oleh Yo Cie Cong,
setelah memasuki pintu kelenteng lantas terlihat empat orang keluar dari ruangan yang gelap.
Dengan berbareng empat orang itu berkata "Kami menyambut kedatangan Tianglo."
Si Hitam, dengan sikapnya yang gagah2an lantas menyahut: "Tidak perlu memakai banyak
peradatan."

Yo Cie Cong yang menyaksikan kelakuan sahabatnya itu, hampir saja tertawa ter-bahak2 saking
geli hatinya.
setelah melalui lagi ruangan kelenteng yang cukup luea, lalu memutar jalan lorong dan masuk
kependopo belakang.
Didalam ruangan pendopo yang dindingnya sudah setengah rubuh, keadaannya terang dengan
pelita. Lantainya juga bersih agaknya habis disapu.
Beberapa puluh anak2 buahnya golongan pengemis dengan sikapnya yang sangat hormat pada
berdiri dan ketika melihat kedatangannya si Hitam, lantas semuanya pada berserut "menyambut
kedatangan Tiang- lo." Kemudian pada minggir dan berdiri dikedua sisi.
Si Hitam dengan menggandeng tangannya Yo Cie Cong berjalan terus menuju kedalam ruangan
lalu berdiri di-tengah2.
Anak buah golongan pengemis dengan sorot mata ter-heran2 mengawasi Yo Cie Cong sedari
masuknya tadi.
si Hitam memberi isyarat pada Yo Cie Cong supaya ia mengeluarkan benda keercayaannya,
kemudian lantas memberitahukan pada sekalian anak buahnya, demikian-"saudara ini adalah
Tiang-lo bagian luar dari golongan kita."
Sekalian anak buah golongan pengemis itu semua lantas pada memberi hormat sambil berseru:
"menyambut kedatangan Tiang-lo baglin luar"
Mendapat sambutan secara demikian rupa, Yo Cie Cong merasa jengah sendiri. Untuk sesaat
lamanya ia merasa canggung, lakunya agak gugup, Dengan susah payah akhirnya dapat juga ia
berkata. "saudara2 tidak perlu melakukan banyak peradatan-"
Si Hitam lalu berkata pula sambil kibaskan tangannya: "saudara2, silahkan duduk-“ sehabisnya
berkata, si Hitam lantas duduk numprah ditanah yang kemudian diikuti oleh Yo Cie Cong dan
sekalian anak buah golongan pengemis lainnya.
Pemilik Golok Maut ternyata ada salah satu Tianglo dari golongan pengemis, hal ini membuat
mereka yang sudah mengenalnya pada merasa ter-heran2.
setelah diadakan perundingan, akhirnya diambillah suatu keputusan bahwa pada nanti malam,
tepat jam tiga mereka akan menyerbu gedung cabang perkumpulan golongan pengemis yang
sekarang sudah diduduki oleh Im-mo-kao daerah ouw-pak.
sebentar kemudian di ruangan belakang sudah disediakan barang hidangan beserta
minumannya. Untuk menantikan datangnya jam tiga pagi, mereka makan dan minum sepuas2nya.
Kelihatan Yo Cie Cong ber-bisik2 sejenak dengan si Hitam, siapa hanya angguk-anggukan
kepala lalu memberi pesan apa2 dengan tanda gerakan tangan,
Yo Cie Cong lalu berjalan masuk ke dalam pendopo belakang, Tidak lama kemudian dari dalam
pendopo belakang itu lantas muncul keluar seorang pengemis pertengahan umur. Ia mengawasi
dan ketawa terhadap si Hitam, kemudian melesat keluar dari ruangan-
Selanjutnya, beberapa puluh anak buah golongan pengemis itu, d iba wah pimpinannya si
Hitam sendiri, ber-bondong2 keluar dari dalam kelenteng, Dengan mengeluarkan kepandaian
masing2 mereka lari kearah Timur laut,
Gedung bekas cabang perkumpulan partai pengemis sekarang sudah berubah menjadi
cabangnya perkumpulan Im-mo-kao yang menjadi ketua cabang perkumpulan tersebut adalah si
Pengemis Mata satu ciu Lie.
Ketika kentongan berbunyi tiga kali, didalam ruangan gedung cabang perkumpulan itu kelihatan
lilin masih menyala, keadaannya terang benderang,
Ternyata, diwaktu larut malam demikian disitu masih juga diadakan suatu perjamuan yang
tampaknya sangat meriah.

Dimeja perjamuan bagian kepala, duduk seorang orang tua yang wajahnya pucat pasi dengan
hidungnya yang melesek kedalam dan mulutnya yang lebar, tetapi. sinar matanya hijau
berkilauan- wajah orang tua tersebut kelihatan sangat menyeramkan, seperti juga bagai yang baru
bangun dari dalam peti mati lagaknya. Di-kanan dan kiri orang tua tersebut duduk mendampingi
dua orang wanita muda dengan sikapnya yang centil genit dan dandanannya yang sangat heboh.
Diatas kursi bagian tuan rumah, duduk satu pengemis tua yang matanya hanya tinggal satu,
sedangkan ditempat duduk bagian lainnya kelihatan penuh orang2 dari berbagai golongan-
Dari gerak gerik mereka, tampaknya mereka mempunyai kepandaian yang cukup berarti.
Pada saat itu si Pengemis Mata satu yang bertindak sebagai tuan rumah, mulai membuka
mulut.
"Menurut kabar yang kami terima, ketua dari golongan pengemis telah mengutus si Pengemis
sakti wajah hitam, salah satu dari tiga Tianglo golongan pengemis, dengan membawa beberapa
puluh anak buahnya yang terkuat sedang menuju kemari untuk membuat perhitungan dengan
kita.."
Orang tua yang seperti mayat parasnya itu ketawa dingin mendengar Ucapan si Mata satu
kemudian berkata.
"Ciu Tancu, kau kuatirkan apa? Ada kami yang duduk disini, pasti kami akan suruh
mereka bisa datang tapi tidak bisa pulang kembali."
"Tapi si setan cilik Hitam itu, didalam golongan pengemis sudah terkenal lihay dan cerdik.
Kepandaiannya juga sangat tinggi."
"Ha, ha....ciu Tancu, sekarang ini kedudukanmu adalah ketua cabang dari perkumpulan kita
Im-mo-kao. Aku tidak akan percaya kalau golongan Kay-pang nanti berani memusuhi kita secara
terang2an- Rasanya Bocah2 yang dikirim oleh ketuanya itu dan nanti akan datang dengan cuma2
saja."
Tiba2 pada saat itu, diluar pekarangan terdengar suara orang ketawa dingin yang kemudian
disusul dengan perkataannya, demikian- "Ajal sudah diambang pintu, masih bisa omong besar-“
suara itu tidaklah keras, tetapi terdengarnya sudah menusuk telinga, sehingga semua orang
yang ada duduk dimeja perjamuan itu ada lompat bangun dengan wajah berubah.
Seorang pengemis pertengahan umur seperti lakunya satu siluman, muncul dengan mendadak
dihadapan-pintu ruangan tempat perjamuan. Dengan sorot matanya yang menakutkan, mula2 ia
mengawasi orang tua yang wajahnya seperti mayat, kemudian menjapu kesemua orang yang
duduk disekitar tempat perjamuan tersebut dan pada akhirnya mengawasi si Pengemis Mata Satu.
Tok-gan-kay "si Pengemis Mata satu" yang dipandang demikian rupa, kelihatan dan ketakutan
setengah mati.
Dari meja perjamuan sebelah kanan lantas berdiri dua orang tua dengan sikapnya yang
menghina mengawasi pengemis setengah umur yang baru datang itu salah seorang diantaranya
lantas berkata dengan suara bengis sambil menuding pada tetamu yang tak diundang itu "Kau
Kawanan anjing Besar sekali nyalimu Berani kau memasuki cabang perkumpulan kami secara
sembarangan? Apa kau mau antarkan jiwa ?"
Pengemis pertengahan umur itu dengan sikap tenang dan nada suara dingin menjawab:
"Tempat ini terang adalah gedung cabang perkumpulan golongan kami. Kan? kawanan iblis
Dengan hak apa berani mendaulat rumah orang. Malam ini memang kami sengaya datang untuk
mengantarkan jiwa kalian kealam baka. satupun jangan harap bisa lolos."
saat itu diruangan perjamuan lantas ramai dengan suara orang yang ber-teriak2. Dua orang tua
tadi dengan sangat gusar membentak: "Kau benar2 cari mampus"
Berbareng dengan itu, lantas menyerbu kearah tamu yang tak diundang tersebut. sebentar
kemudian lantas terdengar dua kali suara jeritan ngeri,
Badannya kedua orang tadi tampak terbang melayang kepekarangan kemudian jatuh ditanah
dengan tidak mengeluarkan suara lagi. Keadaan hening sejenak.
Mungkin saat itu jiwa mereka sudah melayang keacherat.

Banyak orang2 kuat yang saat itu berada dalam ruangan perjamuan, tetapi tidak ada
seorangpun juga yang dapat mengetahui dengan ilmu kepandaian apa pengemis pertengahan
umur tadi membinasakan lawannya, sebab dengan hanya segebrakan saja dua orang itu yang
terkenal cukup tangguh telah binasa.
Tidak heran kalau mereka menjadi kesima dan berdiri menjublek. selanjutnya.....
Setelah kesimanya hilang ada empat orang yang maju berbareng mengerubuti pengemis
pertengahan umur tadi. Dengan tidak mengindahkan peraturan dunya Kang-ouw, mereka sudah
turun tangan berbareng menyerang lawannya yang hanya seorang diri.
Tetapi pengemis pertengahan umur itu agaknya sedikitpun tidak keder. Dengan tenang tetapi
sebat, tangannya dikibaskan- Dari tangan mana lantas meluncur keluar suatu tenaga kekuatan
yang sangat hebat.
Ketika kekuatan itu beradu dengan kekuatan keempat orang tadi, lantas terdengar suara
gempuran hebat, sehingga tanah bergejang, genteng berterbangan dan empat orang tadi
terpental balik kedalam ruangan-
Suara jeritan ngeri lantas terdengar disusui dengan muncratnya darah segar dan suara
jatuhnya badan manusia.
Sekejapan saja empat orang yang menyerang. tadi sudah menggeletak sebagai mayat. Dengan
demikian, semua orang kuat yang ada didalam ruangan lantas mulai merasa jeri dan ketakutan
setengah mati.
Orang tua yang seperti bangkai wajahnya tadi, menjadi beringas matanya, wajahnya kelihatan
semakin menj eramkan.
Sambil perdengarkan suara ketawanja yang aneh orang pucat pasi itu berkata: "Hmm...... Tidak
nyana kepandaianmu lumayan juga. Tapi, jangan harap kau bisa keluar dari tempat ini dalam
keadaan hidup Malam ini, kalau tidak bisa membeset kulitmu dan mematahkan tulang2mu,
rasanya masih belum puas hatiku."
Dengan sorot mata buas pengemis pertengahan umur itu mengawasi orang tua seperti
majat itu sejenak. kemudian berkata kepaja si Pengemis Mata satu
“Ciu Lie Kau berani mengkhianati perkumpulan kita dan menghina peraturan cowsuya kita.
Malam ini adalah yang penghabisan kau bernapas dalam dunia "
Si pengemis Mata satu ciu Lie, berubah wajahnya jadi pucat pasi, Ia memikir bulak- balik, tetapi
ia tidak dapat ingat siapa adanya pengemis pertengahan umur ini.
Beberapa orang kuat dari golongan pengemis, sudah diketahuinya dengan jelas kepandaiannya
masing2, tetapi belum pernah ia melihat orang macam pengemis pertengahan umur ini, apalagi
belum pernah ia menyaksikan kepandaiannya yang luar biasa.
Dengan laku tenang dibuat sebisa-bisa, ia lantas membentak dengan suara keras: "Kau siapa?
Berani kau menggunakan nama golongan pengemis untuk mencari setori ??"
Pengemis pertengahan umur itu ketawa dingin lalu mengeluarkan sebuah benda kecil hitam
jengat.
Sambil memperlihatkan benda hitam tersebut ia berkata: "Penghianat Kenalkah kau pada benda
ini ?"
Ketika melihat benda yang dipegang dalam tangannya si pengemis aneh, yang ternyata adalah
tanda kepercayaan bagi Tiang-lo golongan pengemis, semangatnya ciu Lie lantas terbang
seketika.
Dengan ketakutan setengah mati ia mundur dua tindak. tetapi la masih coba menanya: "Dari
mana datangnya orang semacam kau ini? kenapa kau bisa memiliki tanda kepercayaan itu?"
Pengemis pertengahan umur itu menyahut sambil ketawa dingin:
"Penghianat. Berani kau menghina kami dari golongan Tianglo? Tunggu saja, orang yang akan
membereskan jiwamu segera akan datang"

Ciu Lie segera melihat gelagat amat genting baginya, sebab pengemis pertengahan umur ini
dengan hanya sebentaran saja sudah berhasil membinasakan enam orang kuatnya Im-mo-kao.
selain daripada itu, didalam ruangan ini sudah terjadi kegaduhan begitu hebat. tetapi, orang2 yang
mendapat tugas menjaga dibagian luar seorangpun tidak ada yang nongol. Apakah mereka itu
sudah dibinasakan semuanya ? Mengingat sampai disitu, pengemis Mata satu itu, lantas berdiri
bulu romanya.
Tepat pada saat itu, dari luar terdengar suara berisik orang berjalan- Dihadapan pintu ruangan
perjamuan mendadak muncul serombongan orang.
Tatkala ciu Lie mengetahui siapa adanya orang2 yang datang iiu, hatinya lantas mengeluh,
"celaka"
Rombongan orang itu kiranya dipimpin oleh si Pengemis wajah hitam, salah satu Tianglo dari
golongan Kay-pang. Dibelakangnya diikuti serombongan anak buah golongan pengemis yang
jumlahnya tidak kurang dari seratus orang.
sebagian besar dari antara mereka, adalah bekas anak buahnya sendiri yang sudah disekap
karena menentang perbuatannya, tetapi entah bagaimana sekarang semuanya bisa bebas dan ikut
dengan rombongan tersebut.
Rombongan si hitam itu sesampainya di dalam ruangan lantas berhenti.
Bekas anak buah golongan pengemis yang masih setia kepada ciu Lie, saat itu lantas pada
berdiri dengan badan gemetaran dan satu sama lain saling pandang dengan penuh rasa takut.
Pengemis pertengahan umur tadi saat itu juga sudah undurkan diri dan berdiri berendeng
dengan si Hitam.
Didalam ruangan besar, ruangan perjamuan, yang tadinya penuh suara riang gembira, kini
sudah diliputi perasaan tegang dari orang2nya.
si pengemis Mata satu ciu Lie, dengan wajah ketakutan terus mengawasi si orang tua yang
wajahnya seperti bangkai.
Ditangannya si Hitam saat itu sudah memegang sebilah bambu. setelah mengawasi kawanan
penghianat itu sejenak. tongkat bambu ditangannya lantas diangkat tinggi2, kemudian berkata
dengan suara nyaring berwibawa :
"Masih belum mau tundukan kepalakah kalian untuk mengakui dosamu? Dan tunggu kapan
lagi?"
Ia mengulangi perkataannya sampai tiga kali, tetapi tidak ada seorangpun yang menyahuti.
“Kalau begitu, terpaksa kami keluarkan perintah untuk menangkap pengkhianat"
Didalam ruangan bekas perjamuan itu lantas terjadi kegaduhan hebat. suasana semakin
tegang.
orang tua berwajah bangkai hidup itu memperdengarkan suara ketawanya yang aneh sambil
berjalan kehadapan pintu. kemudian berkata dengan bengis.
"Pengemis kecil jangan jual lagak disini. Malam ini, tempat ini akan menjadi
kuburannya kalian semua."
"Kau manusia macam apa?" balas menjengek si Hitam sambil ketawa dingin:
"Aku adalah pelindung Im-mo-kao. Tahukah kau? Disini ini sudah menjadi cabangnya
perkumpulan Im-mo-kao, Disini bukan tempatmu untuk berbuat sesuka hatimu....”
“Pui..Hari ini kami datang disini, hanya untuk menangkap pengkhianat dan menegakkan
peraturan perkumpulan kami. Tidak ada hak kau mencampuri urusan kami" "Nah Boleh coba2
tangkap saja."
Anak Buah golongan pengemis dengan wajah gusar sudah hendak maju bergerak, semuanya,
saat itu, pengemis pertengahan umur yang berdiri disampingnya si Hitam mendadak berjalan maju
dua langkah, Dengan mata beringas dan suara ketus dingin berkata pada orang tua yang
wajahnya seperti bangkai itu.
"Lui Bok Thong jiwamu sendiri belum mampu kau jamin, apa kau kira masih mampu membela
jiwanya lain orang ?"

Orang tua yang wajahnya seperti majat itu, yang memang benar adalah si siluman Tengkorak
Lui Bok Tong, ketika mendengar pengemis pertengahan umur itu menyebut secara langsung,
sesaat tampak agak terkejut, kemudian dengan mata beringas ia berkata:
"Pengemis busuk Malam ini, orang pertama akan kukirim menghadapi Giam-lo-ong adalah kau"
Semua orang kuat Im-mo-kao dan orang2nya golongan pengemis yang turut mengkhianat
lantas pada mengerubung dibelakang Lui Bok Thong.
Agaknya pertempuran besar2an sudah akan segera berlangsung,
Pengemis pertengahan umur itu majukan kakinya setindak kemuka, sambil ketawa dingin ia
berkata:
"Lui Bok Thong Tahukah kau siapa sebenarnya aku ini?"
sehabis berkata, pengemis pertengahan umur itu lalu membuka baju luarnya yang robek dan
juga membuka topinya yang kumal kemudian mengusap wajahnya yang mesum, sehingga
terlihatlah sekarang seorang pemuda yang cakap tampan rupanya.
si siluman Tengkorak Lui Bok Thong, kelihatan seperti orang kehilangan pegangan, mendadak
mundur setindak.
orang2 yang berada dibelakangnya berseru "Pemilik Golok Maut "
"LuiBok Thong Tempo hari masih untung kau dapat lolos dari tanganku Tapi malam ini tidak
gampang lagi bagimu meloloskan diri,"
Tentang dirinya pemilik Golok Maut yang mendadak bisa berubah menjadi Tianglo golongan
pengemis, betul jauh diluar dugaan semua orang. bayangan maut telah mengintai semua orang
diruangan itu.
sebabnya ialah: Dimana Pemilik Maut muncul, disitu pasti penumpahan darah tidak dapat
dihindarkan lagi. Terutama Bagi orang2nya Im-mo-kao perasaan takutnya semakin menjadi2 jika
mengingat antara pemilik Golok Maut dengan pemimpin Im-mo-kao sudah merupakan-sateru
besar, maka malam itu akan menjadi saat yang paling berbahaya bagi mereka.
Dengan cara bagaimana Yo Cie Cong. bisa muncul secara mendadak didalam ruangan
perjamuan itu?
Ternyata, setelah Yo Cie Cong mengubah rupa menjadi pengemis pertengahan umur, dengan
menuruti petunjuk si Hitam yang sudah kenal baik keadaannya gedung cabang perkumpulan Kaypang
di ouw-pak. terus menuju langsung kesana. Dengan ilmu lari pesatnya yang luar biasa,
ilmunya Menggeser tubuh mengganti bayangan- serta kepandaian ilmu "Liu-im hut-biat^nya,
disepanjang jalan telah berhasil melalui semua pos penjagaan, baik yang gelap maupun yang
terang, serta juga sudah membikin rubuh dengan ilmu totokannya pada orang2 yang melakukan
penjagaan disitu, maka kemudian-seperti lakunya setan ia bisa muncul dengan mendadak
diruangan perjamuan-
Sebelum ia menemui kawanan pengkhianat itu, lebih dahulu ia sudah membebaskan semua
orang bekas anak buahnya ciu Lie yang tidak mau turut memberontak, maka itulah rombongan si
Hitam yang berjalan belakangan bisa sampai ditempat tersebut dengan tidak ada rintangan
apapun juga.
si pengemis Mata satu ciu Lie, yang sudah terkurung seperti ikan dalam jambangan, ternyata
masih belum sadar.
Dengan tidak memperdulikan Lui Bok Thong, Yo Cie Cong lantas berkata pada orang2nya bekas
golongan pengemis:
"saudara2 bekas anak buah golongan pengemis, segera keluar meninggalkan ruangan ini
menunggu keputusan Tiang-lo kita. Mengingat perbuatan kalian yang tidak disengaja, mungkin
masih bisa mendapat pengampunan supaya kalian bisa mendapat kesempatan untuk memperbaiki
kesalahan- siapa2 yang tidak mau dengar nasehatku ini. mau menyesal juga nanti sudah tidak ada
gunanya lagi."
Saat itu didalam ruangan itu terdengar suara orang ribut2 yang kemudian disusul

dengan terdengarnya suara jeritan ngeri lalu terdengar suara orang berkata:
"Siapa saja yang berani bergerak. empat orang ini sabagai contohnya"
Yo Cie Cong, menoleh ketempat orang2 tersebut, segera dilihatnya seorang yang sudah lanjut
usianya, telah turun tangan terhadap bekas anak buah golongan pengemis yang hendak mengaku
kesalahannya maka saat itu lantas saja naik darahnya, dengan bengis ia membentak:
"Kawanan tikus Berani kau berlaku se-wenang2?"
Dengan ilmu Menggeser tubuh mengganti bayangan-, sebentar saja Yo Cie Cong sudah berada
diantara mereka. suara riuh segera terdengar.
Orang2 itu semua sudah mundur kesudut dinding. Dengan perasaan takut semua orang tadi
pada mengawasi pemilik Golok Maut itu dengan badan gemetaran-
Si Siluman Tengkorak Lul Bok Thong yang tadi berdiri berhadapan dengan Yo Cie Cong,
ternyata tidak mampu mencegah Yo Cie Cong bergerak pergi dari hadapannya. Dengan cepat
lantas balik badannya menghampiri Yo Cie Cong. Walaupun demikian masih merasa takut2.
Yo Cie Cong mengawasi empat orang anak buah golongan pengemis yang sudah menggeletak
ditanah sebagai mayat, kemudian dengan sorot mata tajam lalu mengawasi orang tua
pembunuhnya tadi,
"Kau yang membunuh empat orang ini?" tanyanya bengis.
orang tua jtu dengan wajah pucat pasi melangkah mundur. Tetapi baru dua langkah badannya
sudah berbenturan dengan dinding, maka sudah tidak ada tempat untuk ia mundur lebih jauh.
"Kalau begitu. terpaksa kuantarkan kau pulang lebih dulu" Demikianlah Yo Cie Cong kata.
Tangannya pun dengan cepat sudah digerakkan- Tak lama kemudian suara jeritan ngeri
menyusul, badannya orang tua tadi terus terbang melayang keluar pintu dan ketika jatuh ditanah,
ternyata tulang2nya sudah remuk dan jiwanya melayang seketika.
Si siluman Tengkorak Lui Bok Thong sebetulnya juga merupakan salah satu iblis yang sudah
sangat terkenal keganasannya. Tetapi karena ia pernah jatuh dua kali ditangannya Yo Cie Cong,
saat itu ia hanya dapat mengawasi kejadian berlangsung dengan penuh kegusaran, sedangkan
matanya tampak berputaran, entah sedang mencari pilihan apa, maka terhadap anak buahnya
yang terbunuh oleh Yo Cie Cong se-olah2 sama sekali tidak dilihatnya.
Kembaii Yo Cie Cong berseru: "Anak buah golongan pengemis yang memberontak siapa2 yang
suka mengakui dosa sendiri, lekas keluar ruangan"
Kali ini seruannya itu ternyata berhaail baik, sudah sepuluh orang lebih bekas anak buahnya
golongan pengemis dengan wajah muram berjalan keluar meninggikan ruangan perjamuan. Hanya
tertinggal empat atau lima orang yang masih belum mau sadar, masih tetap berdiri disampingnya
ciu Lie.
Yo Cie cong lantas berseru pada kawannya, si Hitam: "Tiang-lo harap keluarkan perintah untuk
menjalankan peraturan-"
SETELAH mendengar perkataan Yo Cie Cong itu, si Hitam lalu ulapkan tangan memberi isyarat
maju.
Anak buah golongan pengemis dalam rombongan si Hitam segera memancarkan diri membuat
suatu bentuk setengah lingkaran, mengurung musuh-musuhnya didalam ruangan bekas
perjamnan tersebut..
"Mana murid2 dari bagian pelindung hukum? Lekas maju kemuka turut aku" demikian si Hitam
berseru.
"Teecu sekalian ada disini menanti perintah Tiang lo." demikian terdengar seorang menjawab
dari dalam rombongan orang2 itu.
"cepat turut aku meher yang kedalam. Tangkap kawanan pemberontak ?"
"Mendengar perintah"
Dari dalam rombongan itu melesat keluar sebelas orang yang langsung berjalan masuk kedalam
ruangan.

Si siluman Tengkorak LuiBok Thong dengan tidak mengeluarkan suara sedikitpun juga
mendadak balikkan badan dan mengayun tangannya menyerang mereka.
Gerakannya yang tidak di-sangka2, membuat Yo Cie Cong tidak sempat mencegah lagi.
sedangkan si Hitam dan sepuluh orang anak buahnya dari bagian pelindung hukum, yang sama
sekali juga tidak menyangka kalau akan terjadinya aksi si siluman Tengkorak itu yang begitu
cepat. semuanya dapat dibikin terpental mundur sampai kembali ketempat asalnya.
Yo Cie Cong gusar. Ia lantas berkata sambil delikan mata: Lui Bok Thong kalau mau cari
mampus tunggu sebentar lagi”
Yo Cie Cong mengucapkan perkataannya itu sambil menggerakkan tangannya, mengurangkan
desakan serangan Lui Bok Thong pada kawan2nya.
saat itu Lui Bok Thong sedang berdiri membelakangi Yo Cie Cong. Ketika merasakan dari arah
belakangnya datang sambaran angin kuat tadinya ia bermaksud hendak memutar tubuh dahulu
untuk kemudian menangkis serangan lawan, tetapi karena cepat datangnya serangan itu, ia sudah
tidak punya waktu lagi berbuat seperti apa yang dipikir.
Dalam gugupnya, terpaksa ia melesat tinggi diatas akan kemudian turun kembali diluar
ruangan.
Anak buah golongan pengemis yang mengurung diluar ruangan melihat Lui Bok Thong melesat
keluar, dengan serentak lalu mengeluarkan serangan berbareng.
sambaran angin dari serangan dengan menggunakan tenaga dalam yan tergabung hebatnya
tentu bukan main, Badan Lui Bok Thong dirasakan seperti tertindih barang berat ribuan kati,
sehingga terpaksa ia harus meluncur turun kebawah, tidak dapat melalui mereka.
Begitu kakinya menginjak bumi. matanya dirasakan ber-kunang2, darahnya dirasakan bergolak
hebat.
Pada saat itu si siluman Tengkorak dipaksa meninggalkan ruangan oleh Yo Cie Cong, si Hitam
dan sepuluh orang anak buahnya sudah menyerbu masuk. Yo Cie Cong juga lantas berseru.
"Hitam, kawanan pemberontak kuserahkan padamu "
setelah berkata begilu, badannya dengan cepat diputar balik, matanya mengawasi beberapa
orang2nya Im mo-kao, juga Lui Bok Thong sendiri supaya jangan sampai ada kesempatan untuk
mereka melarikan diri.
Si Hitam sendiri dengan wajah keren berwibawa menghadapi si Pengemis Mata satu ciu Lie,
kemudian berkata dengan suara bengis.
"Pemberontak yang berani Kau sudah mengkhianati couwsuya dan perguruan kita. Apa tidak
lekas2 serahkan dirimu dan akui dosamu? Apa perlu aku turun tangan sendiri ?"
si Pengemis Mata satu ciu Lie yang mengetahui disitu ada berdiri pemilik Golok Maut, sadar
kalau semua rencana dan niatannya sekarang ini pasti akan buyar ludas semuanya semudah bulu
tertiup angin. juga ia tahu benar bahwa peraturan dari golongan pengemis itu keras sekali yang
apabila sampai benar2 terjadi ia dapat dibawa pulang kemarkas besarnya golongan pengemis,
tentu tidak akan ada lagi harapan hidup baginya, maka saat itu sudah timbul benar2 jiwa
berontaknya. Ia hendak berlaku nekad, melawan sampai titik darah yang penghabisan.
Sambil delikan matanya yang hanya tinggal sebelah, ciu Lie berkata dengan suara keras-
"Aku ciu Lie sudah mengatakan- aku sudah lama mengundurkan diri dari golongan pengemis.
Apa hubungannya antara aku dan peraturan kaum pengemis?"
Beberapa anak buahnya ciu Lie yang turut memberontak dan tidak mau memisahkan diri
daripadanya, saat itu meski betul ada lagi beberapa orang yang sudah merasa menyesal, tapi tahu
keadaan sangat genting, merasa mereka berada dipunggungnya macan sudah tidak ada jalan lain
lagi bagi mereka kecuali berlaku nekad. si Hitam dengan sorat mata gusar mencaci maki mereka.
"ciu Lie Kau sudah dekat pada ajal. Apa kau masih belum sadar? oleh karena perbuatanmu
seorang golongan pengemis sampai mendapat malu besar. Mengertikah kau? Hai, orang2ku
Tangkap "

sehabis memberikan perintahnya, ia sendiri juga tidak tinggal diam, lebih dahulu ia bergerak
menjerang kearah ciu Lie, sedangkan sepuluh orang anak buahnya juga sudah lantas bergerak
menyerang Lima orang komplotannya ciu Lie.
Di suatu sudut ruangan bekas perjamuan tadi. dengan cepat lantas sudah menjadi medan
pertempuran, terjadilah suatu pertempuran sengit, pertempuran mati2an
Mereka yang sedang bertempur, disatupihak adalah orang2 mau menegakkan hukum dan nama
baiknj a, perkumpulan pengemis hendak menangkap kawanan pemberontak yang mengkhianati
perguruanana sendiri akan kemudian dihukum menurut peraturan perkumpulannya, dilainpihak
adalah itu kawanan pengkhianatnya sendiri, yang saat itu karena sudah berada dalam keadaan
kejepit sekali, hendak melawan mati2an-
Orang2nya Im-mo-kao yang menyaksikan kejadian tersebut, tidak ada satu yang tidak merasa
gusar dan kalau dapat tentu mereka juga. hendak turun tangan cepat2 membantu pihaknya ciu
Lie. Tetapi, karena masih ada orang yang ditakuti oleh mereka, yaitu si Golok Maut yang terus
menerus mengawasi mereka dari samping dengan terpaksa mereka hanya dapat menonton
jalannya pertempuran, mengawasi si Pengemis Mata satu yang sedang bergulat mati2an
mempertahankan nyawanya.
Si siluman Tengkorak Lui Bok Thong yang merupakan salah satu anggota penting dan yang
sudah diutus sendiri oleh pemimpinnya untuk memperkuat kedudukan didaerah ouw-pak, juga
untuk mencegah jangan sampai golongan pengemis nanti bertindak membersihkan golongannya
sendiri yang memberontak. sungguh tidak pernah menyangka kalau ditempat tersebut ia akan
bertemu kembali dengan pemilik Golok Maut, yang saat itu mendadak sontak bisa sunglap dirinya
menjadi Tiang lo golongan pengemis bagian luar.
Ia telah mengukur kekuatan pihaknya sendiri yang agaknya masih belum mampu menandingi
kekuatan Yo Cie Cong seorang saja. Apalagi setelah ia mengetahui caranya Yo Cie Cong turun
tangan tadi, agaknya kekuatan anak muda itu sudah bartambah jauh lebih hebat berlipat ganda
daripada waktu tempo hari mereka bertempur rasanya sukar sekali untuk ia dapat bertindak
secara leluasa.
Jikalau Yo Cie Cong tidak unjukkan diri, sekalipun golongan pengemis akan mengerahkan
seluruh kekuatan dan semua anak buahnya yang ada, sudah dipastikan olehnya mereka tidak akan
mampu berbuat suatu apa.
Untuk beberapa saat lamanya si siluman tengkorak Lui Bok Thong tidak tahu bagaimana harus
bertindak.
Sewaktu si silnman Tengkorak LuiBok Thong masih berada dalam keadaan ragu2 itu,
pertempuran didalam ruangan sudah berachir. Kemenangan digondol oleh si Hitam dan
kawan2nya.
Kawanan pemberontak sudah tertawan hidup2 semuanya.
Yo Cie Cong dengan cepat lantas bergerak keluar ruangan dan berdiri menghadap si siluman
Tengkorak. Dengan mata tak berkedip dan sorotnya yang bengis menakutkan ia mengawasi terus
musuh besarnya itu yang sedang berdiri diam tak dapat bergerak. Dadanya Yo Cie Cong kelihatan
bergerak2, matanya tambah lama tambah beringas, agaknya sudah tidak dapat lagi ia
mengendalikan napsu membunuhnya.
selagi rombongan si Hitam hendak keluar ruangan, mendadak orang2nya Im-mo-kao datang
semua menghadang mereka, karena orang yang ditakuti mereka, yaitu si Pemilik Golok Maut, yang
saat itu sedang keluar ruangan menghadapi si siluman Tengkorak. Dalam perhitungan mereka,
kekuatannya si siluman Tengkorak sendiri sudah cukup untuk menghadapi pemilik Golok Maut
seorang, maka pada anggapan mereka, saat itu adalah saat yang paling baik untuk mereka
menolong kawanan pemberontak. Dengan adanya pegangan demikian, maka menyerbulah mereka
kearah rombongannya si Hitam.

Ketika melihat keadaan tidak beres, Yo Cie Cong yang selalu waspada lantas membentak
dengan keras: "Apa kalian semua cari mati?"
Mulutnya bicara, badannya tidak tinggal diam. Ia bergerak cepat hendak menyerbu masuk lagi
kedalam.
Si siluman Tengkorak lantas perdengarkan suara ketawanya yang aneh, cepat bagaikan kilat
sudah turUn tangan membokong Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong baru saja bergerak. sama sekali tidak menyangka kalau si siluman Tengkorak bisa
turun tangan dengan cepat dan tiba2. sebelum dapat putar balik tubahnya, kekuatan yang maha
hebat sudah datang menyerang, hampir sampai pada sasarannya.
Dalam keadaan kepepet, dengan cepat lantas dikeluarkannya ilmu mengentengi tubuh yang
sangat luar biasa. sebentar ia telah berhasil menghindarkan serangan lawan, badannya melesat
tinggi keatas, meluncur dengan cepatnya akan kemudian menukik pula kebawah.
Ketika badannya masih berada ditengah udara, dengan cepat ia memutar balik dan sambil
menukik turun balas menyerang pada si siluman Tengkorak.
Serangan yang dilakukan dari atas, lagi pula dilakukan dengan disertai perasaan sangat gemas,
dapatlah dibayangkan betapa hebatnya serangan itu.
Tetapi Lui Bok Thong, tidaklah kecewa mendapatkan julukan siluman Tengkorak. Namanya pun
pernah menggetarkan dunya Kang-ouw. Ia sudah mempunyai daya rasa yang sangat hebat. Dari
jauh ia sudah tahu kalau Yo Cie Cong ujuga balas menyerang, maka ia lantas gerakan kakinya,
mundur sampai beberapa tombak jauhnya.
Yo Cie Cong setelah menyerang si siluman Tengkorak tidak berhasil, badannya lantas melesat
masuk kedalam ruangan.
Disana dia melihat si Hitam dan kawan2nya terdesak kesatu sudut, walaupun sudah melawan
dengan gigih. juga kelihatan olehnya mereka tidak berdaya menahan serangannya beberapa puluh
orang2 kuatnya Im-mo-kao itu.
Si Hitam sekalian melihat Yo Cie Cong masuk kedalam ruangan, semangatnya lantas terbangun
seketika. sekarang mereka maju merangsak lagi dan berdaya hendak merebut kemenangan-
Yo Cie Cong dengan suara ketus dingin berkata kepada orang2nya Im-mo-kao: " “Kalian sendiri
yang cari mampus. jangan sesalkan kalau aku nanti turun tangan terlalu ganas."
Orang2 Im-mo-kao yang akan sudah berhasil memukul mundur anak buahnya golongan
pengemis, tiba2 dikejutkan oleh ucapan Yo Cie Cong tadi, yang pada saat itu kelihatan sedang
berdiri ditengah2 ruangan dengan wajah beringas, sehingga semuanya pada menghentikan
gerakannya dan terus menyingkir kekedua sisi. Yo Cie Cong, sambil ulapkan tangan kearah si
Hitam, berkata: "cepat kalian keluar."
Si Hitam dengan rombongannya, seraya menggiring bekas anak buahnya ciu Lie beserta ciu Lie
sendiri yang memberontak. berlalu meninggalkan ruangan tersebut.
selagi Yo Cie Cong hendak turun tangan membereskan ujiwanya orang2 Im-mo-kao,
dipekarangan terdengar suara ribut2 yang kemudian disusul oleh terdengarnya suara jatuhnya
orang dan diantaranya ada yang berseru: "jangan kasih iblis tua itu meloloskan diri"
Yo Cie Cong dalam hati merasa kaget. Ia tahu yang siluman Tengkorak tentunya sedang
berusaha untuk melarikan diri
Dalam gusarnya ia lantas turunkan tangan kejamnya cepat2. Dengan menggunakan gerak tipu
ketiga dinamakan sin-hong Loksyap dari "ilmu ouw-bok sinkang, sekejapan saja suara jeritan yang
mengerikan terdengar saling susul dan semua orang kuat dari Im-mo-kao se-olah2 disapu angin
puyuh, semuanya telah berjatuhan ditanah dengan tidak mampu bangun lagi,

Yo Cie Cong sudah tidak punya kesempatan lagi unthk memeriksa mereka itu sudah mati
ataukah masih hidup, dengan cepat sudah melesat keluar dari dalam ruangan dan kemudian
berseru pada si Hitam: " Hitam, kalau ada waktu kita ketemu lagi"
Laksana anak panah lepas dari busurnya, badan Yo Cie Cong melejit keluar mengujar si siluman
Tengkorak. tetapi sungguh aneh bin ajaib. Hanya dalam tempo sekejap mata saja si siluman
Tengkorak itu sudah tidak dapat dilihat bayangannya.
Bukan kepalang jengkel dan gusarnya Yo Cie Cong. ia terus mencari ubek2an dimana tempat
persembunyiannya musuh besarnya itu.
Per-lahan2 disudut Timur sudah terlihat sinar terang. Bintang2 dilangitpun sudah tidak terlihat
lagi.
Dari jauh terdengar suara berkicaunya burung dan berkokoknya ajam, suatu tanda
bahwa sang pagi telah menjelang tiba. Tetapi, sampai pada saat itu bayangannya si siluman
Tengkorak masih belum kelihatan. Matahari sudah mulai muncul.
Yo Cie Cong dengan hati penuh rasa penasaran telah menghela napas ber-ulang2. ia
mengendurkan gerak kakinya dengan lesu berjalan diatas jalan raya.
sungguh tidak pernah diduganya, karena kelalaian sedikit saja ia telah memberikan kesempatan
musuh besarnya meloloskan diri lagi.
Makin memikir makin jengkel, sehingga otaknya dirasakan butek dan dadanya seperti mau
meledak.
Tiba2 suatu pikiran terlintas dalam otaknya: “siluman Tengkorak Lui Bok Thong kini menujabat
sebagai pelindung hukum dari perkumpulan Im-mo-kao, saat ini sudah tentu juga ia balik kepusat
perkumpulannya yang letaknya didekat daerah gunung Tay-piat-san- Ia sendiri saat itu memang
juga bermaksud hendak mengunujungi pusat perkumpulan kawanan iblis itu untuk membikin
perhitungan dengan pemimpinnya. Disamping itu, ia ujuga hendak mencari tahu apa sebabnya
perkumpulan Im-mo-kao selalu menghendaki jiwanya maka jikalau benar Lui Bok Thong berada
disitu sesungguhnya adalah suatu hal yang sangat kebetulan sekali baginya.”
Karena mengingat itu semua, perasaan jengkel serta gusarnya yang membuat pikirannya
pepat, per-lahan2 mulai mereda, semangatnya pun sudah terbangun kembali.
selagi enak2nya ia berjalan, tiba2 dilihatnya sesosok bayangan manusia yang lari kearahnya.
Dalam kagetnya, dengan cepat ia sudah bersiap sedia.
Diantara desiran angin, bayangan orang itu tahu2 sudah merandek dihadapannya sejauh tidak
cukup dari satu tombak.
Pada saat itu barulah ia mendapat kenyataan bahwa bayangan orang adalah si Hweshio gila
Phoa-ngo Hweshio.
Diwajahnya Hweshio gila itu ternyata tidak seperti biasanya, kini kelihatan wajahnya muram,
se-olah2 sedang diliputi perasaan kesal, rupanya menghadapi banyak kesulitan.
Yo Cie Cong memberi hormat padanya dan kemudian berkata: "Locianpwee, tidak dinyana kita
akan bertemu lagi disini."
Phoa-ngo Hweshio. delikan matanya dan menjawab dengan suara engos-angosan: "Bocah, kau
tentunya tidak mengira kalau aku datang khusus untuk mencari kau sendiri"
"Mencari boanpwee?" tanya Yo Cie Cong terkejut, badannya mundur setindak.
“Oleh karena kau, Bocah, sampai aku situa bangka lari2an ke-mana2. sebaliknya kau kelihatan
enak2an saja."
Yo Cie Cong menjadi semakin bingung dibuatnya Ia lantas bertanya dengan ter-heran2,
"Ada urusan apakah sampai Locianpwee perlu mencari boanpwee?"
"Hmm, Bocah saatku untuk menerima kebenaran telah dibatalkah olehmu."
Perkataan ini membuat Yo Cie Cong merasa geli dalam hati, sehingga hampir2 saja ia ketawa.
sedangkan dalam hatinya diam2 berpikir: “Kau si Hweshio gila ini yang masih suka minum arak
dan makan barang berjiwa, toch masih bisa bicara hendak menerima kebenaran. Kalau begitu
nanti para hweshio didalam dunia bisa menjadi dewa semuanya."

Meski dalam hatinya berpikir demikian, diluarnya kelihatan masih berlaku sangat menghormat
terhadap hweeshio angin2an ini.
"Harap Locianpwee suka jelaskan persoalannya," demikian akhirnya ia berkata.
"0leh karena kau dengan budak perempuan itu, membuat si tua bangka Pengail Linglung tak
bisa balik kembali ke pulau Batu Hitam dilautan Lam-hay, sedang aku, si Hwee-shio gila, juga tidak
bisa kegunung ceng-keng-hong. Bocah Dosamu ini besar sekali"
Yo Cie Cong menjadi semakin tidak mengerti. Bagaimana ut-tie Kheng juga dibawa2nya, maka
sambil kerutkan kening, berkata pula ia: "Boanpwee masih belum mengerti maksud locianpwee."
"Kau ini benar2 tidak tahu, apa berpura-pura?"
"Boanpwee benar2 masih belum mengerti apa maksud perkataan locianpwee," "Sekarang aku
mau tanya kau. Dimana adanya adik Kheng- mu sekarang?"
"Eeee ketika Boa npwee meninggalkan Bong- goat-peng digunung Hoa-san, bukankah ia
sedang sama2 dengan locianpwee berdua ?"
Si Hweeshio gila mendadak berubah wajahnya.
"Bocah, belum lama waktu kau meninggalkan kami tempo hari, ia ujuga naik keatas puncak.
tetapi lantas tidak balik kembali."
"Hal ini sesungguhnya boanpwee tidak tahu sama sekali." kata Yo Cie Cong sambil geleng2kan
kepala.
"Ia telah berkata hendak melihat kau di atas puncak."
"Tapi boanpwee tidak pernah melihatnya."
Keduanya lantas pada terdiam ditempatnya.
Tidak lama kemudian berkata pula Phoa ago Hweeshio: "Bocah, benarkah kau tidak tahu?"
"Bagaimana boanpwee berani membohongi locianpwee ? Apalagi, juga tidak ada untungnya
membohong."
"Hmm, kalau begitu, terpaksa aku harus mencari lagi secara berpencaran. Aku berikan padamu
batas waktu tiga bulan. saat itu nanti kita bertemu dirumah makan oey-ho-lauw."
"Baiklah, boanpwee menurut perintah locianpwee."
"Tetapi, Bocah, sekali lagi kuperingatkan padamu. se-kali2 janganlah kau lupakan itu kejadian,
tatkala kau mengobati budak perempuan itu dengan ilmumu Liang- kek cin-goan, Lagi juga budak
perempuan itu cinta sekali padamu, cintanya sangat besar."
Yo Cie Cong yang mendengar itu menjadi merah parasnya, kemudian berkata sambil
ketawa getir:
"Waktu itu, boanpwee sudah jelaskan pada cianpwee bahwa boanpwee ada mempunyai
kesulitan yang sangat besar, sehingga tidak bisa tangkap jodoh dengan nona ut-tie atau kepada
wanita lainya, siapa saja."
"Tutup mulut Waktu itu kenapa kau terima baik perintahku"
"Ya. saat itu boanpwee tidak bisa tinggal peluk tangan begitu saja melihat ut-tie berada dalam
keadaan bahaya. Boanpwee telah pikir bahwa nanti, setelah urusan selesai boanpwee akan
memberi keterangan sendiri pada nona ut-tie. Kalau ia seorang gadis bijaksana dan bisa
memahami kesulitan boanpwee, rasanya tidak sukar untuk dia memaafkan boanpwee ...."
"Tapi, kalian berdua yang sudah bersentuhan tubuh waktu mengobati dia, apakah kau masih
merasa tega suruh ia kawin dengan laki2 lain?"
"Anak gadis dalam dunya Kang-ouw apa masih perlu mempertahankan segala peraturan
begitu?"
"Tapi, kalau dia tidak mau terima?"
Yo Cie Cong bungkam, tidak dapat menjawab.
Kalau sampai benar2 terjadi ut-tie Kheng tidak mau mengerti, urusan ini memang akan menjadi
runyam sekali Tetapi ia sendiri pernah bersumpah bahwa setelah semua urusannya selesai nanti,

ia hendak pergi menyusul arwahnya siang-koan Kiauw. cara bagaimana ia bisa melanggar
sumpahnya sendiri ?
Maka itu, setelah menjublek sekian la manya barulah ia dapat berkata pula: "Tentang urusan
ini, bagaimana kalau kita nanti bicarakan lagi setelah dapat menemukan nona ut-tie ?"
"Baiklah Tapi, Bocah hati2lah jaga dirimu. Aku si Hweeshio gila bukan seperti lampu yang sudah
akan kehabisan minyak"
Yo Cie Cong hanya mengganda dengan ketawa getir. Mendadak ia ingat sesuatu, maka lalu
menanya: ^
"Apa locianpwee tahu, Manusia gaib dari rimba persilatan dan muridnya mengasingkan diri
digunung Hoa-san sebelah mana?"
"Hal ini aku sendiri juga masih belum tahu."
"Kalau begitu dengan cara bagaimana locianpwee bisa mengadakan perjanjian dengan dia?"
"Itu kan sederhana sekali Tinggalkan saja tulisan diatas batu Hong-goat-peng."
Yo Cie Cong se-olah2 sudah putus asa, Ia ingin sekali dapat menemukan sekali lagi pada Giokbin
Kiam-khek Hoan Thian Hoa supaya dapat membuktikan asal-usul dirinya apakah betul seperti
apa yang diUcapkan oleh orang misterius berkedok kain merah, Tampaknya rahasia yang
mengenai dirinya terpaksa harus menunggu sampai dapat bertemu dengan Giok-bin Giam-po lagi
baru bisa dibikin jelas,
Kalau mengingat Giok-bin Giam-po, hatinya dirasakan sakit dan sedih. Kalau benar yang iblis
wanita itu adalah ibunya sendiri, hal ini sesungguhnya sangatlah menyedihkan hatinya.
Si Hweeshio gila yang melihat perubahan pada wajahnya Yo Cie coag yang agaknya tengah
melamun, lantas membuka pula mulutnya untuk mengalihkan pembicaraan kelain soal.
"Bocah, malam itu ketika kau mengejar Hoan Thian Hoa mengapa lantas tidak kembali lagi?"
"Boanpwee anggap bahwa urusan gunung Hoa-san itu sudah selesai, maka itu Boanpwee
cepat2 pergi mengurus soal2 lainnya. oleh karena ita juga maka sudah tidak ada kesempatan lagi
untuk boanpwee balik menemui locianpwee berdua. Dalam hal ini boanpwee mohon supaya
locianpwee suka maafkan."
"Hmmm. Dan sekarang ini kau mau ke mana lagi?" "Melanujutkan usaha boanpwee untuk
mencari musuh2 suhu,"
"Baiklah kalau begitu. Kau boleh terus melanjutkan usahamu. Tapi, urusan yang mengenai
dirinya budak perempuan itu janganlah lupakan- Perhatikanlah betul2." "Baiklah. sampai ketemu
lagi."
Yo Cie Cong berkata sambil memberi hormat, kemudian melanjutkan lagi perjalanannya dengan
berjalan per-lahan2.
Urusan ut-tie Kheng membikin pikirannya menjadi tambah risau. Nona yang agak berandalan
dan selamanya menuruti kemauan sang hati sendiri itu entah ada kejadian apa lagi yang menimpa
atas dirinya.
Tempo hari ketika terjatuh dalam tangannya cin Bie Nio, hampir2 saja jiwanya melayang.
Disepanjang jalan itu pikirannya Yo Cie Cong terus bekerja keras, ia mengenangkan kembali
semua perjalanannya selama ia muncul didunya Kang-ouw. semua itu se-olah2 suatu impian yang
aneh, sebab impian itu agaknya akan berlangsung terus.
Musuhnya Kam-lo-pang yang namanya tercantum dalam daftar musuh2nya Kam-lopang, hanya
tinggal tiga orang lagi yang masih belum dapat dibereskan- salah seorang diantara tiga
musuh2nya itu, yang sampai sekarang masih belum dapat diketemukan jeujaknya, yaitu musuh
kuat nomor satunya. si Ilbis rambut merah cho Ngo Teng. Dua orang yang lainnya, yaitu si
siluman Tengkorak Lui Bok Thong dan Giok- bin Giam-po Phoa cit Kow itu wanita yang dikatakan
sebagai ibunya sendiri
Oleh karena keterangannya orang berkedok kain merah itu telah membuat pikirannya menjadi
kalut, sebab diantara musuh dan ibu, ia tidak bisa mengambil keputusan secara tegas, jikalau

bukan karena keterangannya si wanita berkerudung yang menjadi ketua Pek-leng-hwee yang
baru, mungkin ia sudah tidak mempunyai keberanian untuk hidup lebih lama dalam dunya ini lagi.
Disepanjang jalan ia terus memikirkan persoalan itu Dan kini satu persatu mulai dipikirkan
dengan seksama.
Ia mengharap supaya dugaannya wanita berkerudung itu menjadi kenyataan bahwa Giok-bin
Giam-po Phoa cit Kow itu benar2 bukan ibu kandungnya sendiri.
Ia lebih suka rahasia yang mengenai dirinya sendiri tetap menjadi rahasia selamanya, ia lebih
suka dirinya akan seorang diri daripada mempunyai ibu hina dina yang sudah membikin noda
nama keluarganya dan sudah busuk didalam kalangan rimba persilatan,
Perkataannya wanita berkerudung agaknya memang sangat beralasan, jikalau Giok-bin Giampo
benar adalah ibu kandungnya sendiri tidak nanti sampai hilang sifat kemanusiaannya. Mengapa
setelah dua kali bertemu muka, sedikitpun Giok-bin Giam-po tidak mempunyai perubahan
perasaan apa2? sekalipun seorang yang sudah tidak mempunyai liangsim (perasaan) juga tidak
nanti bisa bersifat demikian kejamnya.
Masih ada lagi, tentang dirinya Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa, meskipun diatas gunung
Hoa-san pernah dengan secara mati2an merintangi ia turun tangan terhadap Giok-bin Giam-po,
tetapi perbuatannya itu boleh dianggap sebagai suatu perbuatan yang mulia bagi seorang
pendekar budiman seperti Hoan Thian Hoa itu, namun masih belum dapatlah dipastikan kalau dia
itu adalah ayahnya sendiri, sebab jikalau betul ia adalah ayahnya, mengapa tidak mau mengenali
diri anaknya.
Dalam hal ini rupa2nya masih banyak lagi rahasia yang masih sukar dapat dipecahkan
kesungguhannya.
Yang paling aneh ialah itu orang berkedok kain merah, mengapa ia mengetahui tentang rahasia
ini?
Selagi Yo Cie Cong masih terbenam dalam lamunannya sendiri, tiba2 angin mendesir se-olah2
ada kejadian apa2...
Dengan cepat ia menghentikan gerak kakinya. Tatkala ia memandang keadaan disekitarnya,
matanya segera dapat melihat ada beberapa puluh bayangan orang yang pada ber-lari2an dan
berhenti ditempat kira2 sejarak tiga tombak dari tempatnya berdiri
salah seorang diantara orang2 itu,yaitu yang mengenakan pakaian jubah panjang warna abu2
dengan dandanannya seperti seorang sastrawan, namun tangannya hanya tinggal sebelah, orang
itu ternyata bukan lain daripada bekas pecundangnya yang dulu dapat meloloskan diri dari
tangannya, yaitu si Pedang Berdarah Kong jie, thian-cu dari perkumpulan Im-mo-kao.
Tidak usahlah disangsikan lagi bahwa semua yang ada dalam rombongan orang2 itu adalah
orang2nya Im-mo-kao.
Yo Cie Cong memandang serombongan orang2 itu dengan waujah ma rail padan dan mata
beringas.
Rombongan orang2 itu, yang rapa2nya juga sedang mengincar dirinya Yo Cie Cong. begitu
sampai ditempat tersebut, sudah lantas berpencaran mengambil sikap mengurung terhadap
dirinya anak muda itu.
Seorang orang tua yang rambutnya putih, mata sipit dan hidung melengkung, keluar dari dalam
rombongannya dan maju menghampiri Yo Cie Cong, kemudian berkata sambil ketawa yang
kedengarannya sangar menyeramkan: "Apa benar kau ini Yo Cie Cong yang menjadi pemiliknya
Golok Maut?"
Yo Cie Cong dengan sikap menghina mengawasi orang tua itu. "Benar Tidak salah" jawabnya
ketus dingin.
"Hmm.... Kau ber-kali2 telah menbinasakan orang2nya Im-mo-kao dan kau juga yang telah
mengubrak-abrik cabang perkumpulan kami didaerah In-thay, maka sekalipun kau mati sampai
seratus kali, masih belum cukup rasanya untuk menebus dosamu itu."

“Sombong sekali sahabat berkata. sahabat ini ada orang nomor berapa dikalangatn Kang-ouw?"
.
“Kau kenali, aku adalah Hu-Kauwcu (wakil ketua) Im-mo-kao. Namaku suma chiu. orang
memberikan gelar padaku Garusa sakti. Kedatanganku justru hendak mengantarkan jiwa anjingmu
keneraka"
"Hmm.... orang semacam kau ini, masih belum pantas keluarkan kata2 begitu."
Suma chiu lantas berobah wajahnya lantas membentak dengan suara gusar: "Tidak Pantas? Ya,
boleh kau rasakan saja sendiri "
sambil berkata badannyapun tidak tinggal diam, terus melangkah maju, kedua
tangannya cun bergerak saling susul. Kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat, dibarengi
dengan menderunya angin keras meluncur keluar dengan cepat dari tangannya itu dan se-olah2
angin puyuh, telah datang menggulung badannya Yo Cie Cong.
Tetapi jago pemilik Golok Maut ini masih tetap berdiri tegak ditempatnya, hanya bajunya saja
yang ber-kibar2 tertiup angin serangan sang lawan. ia berdiri sambil memandang lawan dengan
pandangan mata menghina, kemudian mengayunkan kedua tangannya. Hawa uap merah putih
lantas meluncur keluar menyambuti serangan hebat itu.
Ketika kekuatan tenaga dalam yang terhebat yang dilancarkan oleh Suma chiu berbentrokan
dengan hawa uap merah putih itu, se-olah2 batu tercebur dalam empang, dengan sekali terdengar
sekali suara "Bruk” lantas lenyap tak berbekas.
Bukan kepalang kaget si Garuda sakti, sebab kekuatan tenaganya yang diperlihatkan oleh
lawannya, yang demikian anehnya, baru kali inilah dijumpainya dalam sekian lamanya ia
merantau.
Qrang2 kuat lainnya, anak buahnya Im-mo-kao, ketika menyaksikan keadaan demikian dengan
sendirinya semua pada merasa terkejut.
Si Pedang Berdarah Kong jie, masih menaruh dendam sakit Hati terhadap anak muda itu karena
tangannya telah dibikin kutung sebelah. sekalipun mengatahui Yo Cie Cong ada sangat lihay, tapi
ia masih hendak mengandalkan keampuhan senjata pedangnya dan jumlah kawannya yang
banyak, ia hendak menuntut balas sakit hatinya. Maka, sementara Yo Cie Cong baru bergebrak
dengan Suma chiu, dengan mata beringas dan hati panas, ia lantas gerakan badannya dan berdiri
berendeng dengan Suma chiu, kemudian berkata sambil kertak.
"Bocah, hari akhirmu sudah tiba"
Yo Cie Cong melirik padanya sejenak. dengan sikapnya yang menghina ia menjawab. "Kau yang
sudah pernah jadi pecundang dan sekarang hanya merupakan rohnya setan gentayangan,
ternyata masih berani membuka mulut besar, betul2 kau tidak tahu malu ""
Mendengar jawaban itu dadanya Kong jie hampir meledak. Dengan menggeram hebat, ia lantas
putar tangannya yang cuma tinggal satu. Dengan kekuatan tenaga sepenuhnya, ia menjerang
kepada musuhnya yang tangguh itu.
Hampir berbareng pada saat itu si Garuda sakti Suma chiu ujuga melancarkan serangannya
yang tidak kepalang tanggung hebatnya.
Dua orang kuat nomor sat dari Im-mo-kao itu, dengan berbareng telah mengeroyok dirinya
satu anak muda yang munculnya di dalam dunya Kang-ouw belum begitu lama, sebetulnya
merupakan suatu perbuatan yang sangat memalukan bagi orang2 Kang-ouw. Tapi karena mereka
menganggap dengan sendirian tidak mampu menandingi lawannya, maka dengan secara pengecut
mereka menggunakan siasat yang sangat rendah itu.
Karena mereka merupakan orang2 kuat yang bukan sembarangan, maka serangannya itu ada
sangat dahsyat, angin yang timbul dari serangan mereka seolah-olah ombak laut dan angin pujuh
yang sedang mengamuk^ hingga di tempat sekitar satu tombak, masih terasa hebatnya serangan
tersebut.
Yo Cie Cong ujuga tidak berani berbuat gegabah lagi, dengan ilmunya Liang kek cin-goan, ia
menyambuti serangan kedua orang kuat itu.

Ketika kekuatan kedua fihak saling beradu, lantas terdengar suara gempuran hebat, Yo Cie
Cong badannya agak tergetar, tapi sebentar saja sudah bisa berdiri tegak lagi. sedang pihaknya
Suma chiu dan Kong jie, masing2 sudah dibikin terpental sejauh, setindak dan setindak. Mereka
nampaknya masih pada sempoyongan, lama sekali baru bisa berdiri tegak kembali. sambil ketawa
Yo Cie Cong berkata:
"Biarlah kalian berdua belajar kenal apa yang dinamakan ‘ciang-kang’. Tenaga telapak tangan
...."
Badannya agak mendak, kekuatan tenaganya dipusatkan pada kedua tangannya, ilmu Kangoan
cin-caonya telah dikerahkan sampai sepuluh bagian penuh.
Mendadak tangannya didorongkan keluar, lalu dengan segera terdengar suara seperti geledek
menyambar.
Kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat meluncur keluar.
Si Garuda sakti Suma chiu dan si-pedang berdarah Kong jie berubah wajahnya saketika. Tetapi
dihadapannya anak muda untuk tarik mundur dirinya. Apa lagi tadi mereka sudah keluarkan
omongan besar. Maka itu, diam2 mereka hanya bisa kertak gigi, dengan tenaga sepenuhnya
keduanya lalu melancarkan serangannya juga.
Setelah terdengar suara gempuran hebat, terdengar dua kali suara seruan tertahan-Suma chiu
sudah mundur sampai sejauh dua tombak. wajahnya pucat pasi laksana mayat. Dadanya
dirasakan bergolak, napasnya empas- empis.
Kong jie terus terpental mundur kearah rombongannya sendiri, mulutnya menyemburkan darah
segar.
Sisa kekuatan serangan Yo Cie Cong tadi ternyata masih menimbulkan gelombang angin hebat,
sehingga rombongan orang2 Im-mo-kao yang berdiri disekitarnya pada berkibaran baujunya.
Malah beberapa diantaranya sudah rubuh terjengkang. - -
Dipihaknya Yo Cie cong sendiri, saat itu orangnya masih berdiri tegak laksana gunung Thaysan.
Wajahnya sedikitpun tidak memperlihatkan perubahan apa2.
Kejadian serupa itu telah membuat semua orang2 Im-mo-kao yang termasuk orang2 kuat kelas
satu pada merasa ketakutan setengah mati. Yo Cie Cong sambil delikan matanya berkata bengis:
"Diantara kalian, kalau ada orang yang berani terus terang mengatakan apa sebabnya Im-mokao
selalu memusuhi aku, selalu maui jiwaku, akan kuberikan padanya kesempatan untuk hidup,
Aku cuma mau cari orang yang menjadi biang keladinya dan tidak suka merembet2 orang yang
sama sekali tidak berdosa. Tapi kalau kalian masih tidak mengindahkan peringatanku ini, jangan
menyesal sebentar akan rasakan sendiri akibatnya.”
Rombongan orang2 iiu lantas menjadi gempar.
Si Garuda sakti Suma chiu mengawasi semua anaknya dengan buas sejenak, kemudian
memberi perintahnya dengan suara keras-"semua maju "
Anak buah Im-mo-kaojung berada disekitar tempat itu semuanya lantas ber-teriak2 dan
menyerbu berbareng.
Perbuatan mereka itu se-olah2 seperti yang kerangsukan setan, kalap tanpa
menghiraukan akibatnya.
Yo Cie Cong dengan mata merah dan hati panas lantas membentak keras- "Kalian cari
mampus?"
Tangannya pun tidak tinggal diam. Dengan gerak tipu jurus ketiga yang dinamakan sin-hong
Lok-yap dari ilmunya ouw-bok sin-kang, terus memapaki serbuannya orang banyak yang sudah
seperti orang2 gila itu.
Seketika itu kekuatan yang maha hebat terus menggulung orang yang datang menyerbu.
sebentar kemudian lalu terdengar suara jeritan disana-sini.
orang2 yang tadinya datang menyerbu lebih, dulu adalah orang2 pertama yang rubuh menjadi
korban. Badan mereka sudah dibikin terapung tinggi ketengah udara.

Dan kemudian, ketika Yo Cie Cong menyusul dengan serangan lanjutannya yang dinamakan Lohay
chiu-ko, kekuatan yang lebih hebat dari yang duluan juga menggempur orang2 yang berani
maju mendekatinya. sehingga semuanya pada terpental balik dan jatuh bergulingan jauh2.
Suara jeritan ngeri lantas terdengar....
Berganti badan orang beterbangan dan jatuh bergelimpangan. sebentar saja, diatas tanah
disekitar tempat tersebut sudah penuh dengan badannya orang2 yang jatuh binasa dan terluka.
Hanya beberapa gelintir diantara mereka, yang agak lebih baik kekuatannya, masih coba
berkutet hendak memberikan perlawanannya.
Yo Cie Cong dengan kertak gigi lantas merubah tipu silatnya lagi. Kali ini ia
menggunakan tipunya yang di-namakan Kian-khun sit-sek.
Beberapa orang yang menjadi korban pertama dari serangan yang disebut belakangan ini
sudah lantas binasa seketika itu juga tanpa dapat mengeluarkan suara apa2.
Yang terkena serangan agak ringan, mulutnya pada menyemburkan darah segar dan badannya
pada terpental seujauh lima tombak lebih, sehingga dalam waktu sekejapan mata saja beberapa
puluh orang kuat itu pada binasa atau terluka berat. Tidak ada seorangpun juga yang dapat lolos
dari bencara tersebut.
sekalipun Suma chiu sendiri, itu wakil ketua Im-mo-kao, yang kekuatannya tentulah yang paling
tinggi diantara mereka, juga memuntahkan ‘kecap’ dari mulutnya.
Yo Cie Cong per-lahan2 menghampiri Suma chiu.
Pada saat itu, Suma chiu yang biasanya sangat garang, waujahnya sudah sebentar pucat
sebentar merah dan terus mundur kebelakang beberapa tindak.
"Suma chiu -sekarang kaulah yang harus menjawab pertanyaanku." demikian Yo Cie Cong,
terus berjalan setindak demi setindak,
sebelum Suma chiu dapat menjawab. mendadak terlihat berkelebat sesosok bayangan orang
yang terus meluncur turun ketengah lapangan-
Ketika Yo Cie Cong membalikkan badannya untuk melihat siapa adanya orang yang baru
datang itu, kiranya ia adalah seorang orang dengan perawakan tinggi besar dengan kain kerudung
yang membungkus kepalanya sampai sebatas pundak. Dalam hati diam2 Yo Cie Cong berkata
"Aaaa, inilah orangnya yang menjadi biang keladi."
Orang aneh itu setelah datang dekat dan mengawasi keadaan disekitar tempat tersebut sesaat
lamanya. memalingkan mukanya kearah Yo Cie T^ong. Dengan suara mengandung rasa gusar
yang me-luap2, berkatalah ia:
"Setan cilik Kauwcu- mu kalau sampai tidak bisa menghacurkan tulang2mu, bersumpah tidak
mau ujadi orang lagi."
Orang aneh yang berkerudung itu memang bukan lain daripada Kauwcu (pemimpin dari
perkumpulan Im-mo-kao) yang tempo hari pernah bergebrak sekali dengan Yo Cie Cong.
Kekuatan kedua pihak,dalam pertempuran waktu itu ternyata masih berimbang. sudah barang
tentu Kauwcu itu masih belum tahu kalau baru2 ini Yo Cie Cong sudah berhasil meyakinkan ilmu
silat kelas tertinggi, ouw-bok sin-kang yang tertulis dalam dua potongan kayu pusaka, sehingga
baik kepandaian ilmusilatnya maupun kekuatan tenaga dalam serta luarnya, sudah meningkat jauh
lebih tinggi berlipat ganda daripada tempo hari ia menempur Kauwcu misterius itu.
Yo Cie Cong dengan mata merah membara lantas berkata dengan suara bengis: "Setan tua
bangkotan Apa maksud kau ber-kali2 mengutus anak buahmu menyusahkan aku?"
"Hhhh, hhhm ? setelah kau mati nanti, suhumu yang sudah jadi setan itu bisa kasih tahu sendiri
padamu."
Terperanjat Yo Cie Cong bukan main ketika mendengar jawaban tersebut. cara bagaimana
orang aneh ini bisa mengetahui kalau suhunya sudah binasa. Waktu suhunya pertama mendapat
bencana, pada dua puluh tahun berselang, kala itu Yo Cie Cong sendiri masih belum dijelmakan ke
dalam dunia. sudah tentu apa yang dimaksudkan dengan kematian suhunya itu, pasii adalah
kematiannya yang kedua kalinya di dalam goa batunya.

Setelah berpikir sejenak. segera ia dapat mengamhil keputusan hendak membuka kedoknya
orang aneh ini lebih dulu.
oleh karena sudah ada ancar2, maka ia tidak mau menjawab perkataan musuhnya sebaliknya
dengan kekuatan tenaga sepenuhnya sudah menyerang cepat bagaikan kilat.
Kauwcu dari Im-mo-kao itu tidak menjadi gugup karenanya. sebaliknya malah lantas
perdengarkan suara ketawanya yang seram, kemudian mengangkat tangan menyambuti serangan
lawannya yang muda. suara amat nyaring segera terdengar.
Yo Cie Cong sudah terpental mundur satu tindak. Tetapi Kaucu dari Im-mo-kao Itu sudah
mundur ter-huyung2 sampai tiga tindak.
Yo Cie Cong tidak mau memberi kesempatan sang lawan dapat memperbaiki posisinya, dengan
cepat ia susulkan serangan lainnya dengan menggunakan tipu serangan Kian-khun sit-sek
Diantara gemuruh suara angin- terdengar suara keluhan tertahan-Badan Kaucu Im-mo-kao itu
sudah ter-huyung2 lagi kebelakang.
Yo Cie Cong masih belum mau sudah begitu saja. Dengan cepat ia menggunakan ilmunya
‘Menggeser tubuh mengganti bayangan-. Cepat bagai kilat ia sudah memutar tubuh dan tatkala
balik kembali, ditangannya sudah menggenggam kerudung Kauwcu Im-mo-kao. Kauwcu Im-mokao
setelah terbuka kedoknya, telah perdengarkan suara seruan kaget.
Sekarang Yo Cie Cong baru dapat melihat wajah aslinya orang aneh itu, yang ternyata adalah
se-orang2 berwajah buas macam setan, rambutnya berwarna merah seperti darah.
Dalam kagetnya ia berseru: "iblis Rambut Merah?"
IBLIs RAMBUT MERAH Cho Ngo Teng, merupakan musuh Kam-lo-pang nomor satu juga dialah
orang yang melakukan pembunuhan kedua kalinya terhadap dirinya Yo cin Hoan, suhunya Yo Cie
Cong dengan kedua orang susioknya, ciu Lip To dan cek Kun
Maka itu, orang ini merupakan musuh terbesar dan musuh utama Kam-lo-pang. juga musuh
utamanya Yo Cie Cong sendiri.
Kegusaran dan kedukaan Yo Cie Cong hampir tidak dapat dikendalikan lagi.
sungguh tak pernah disangka Kauwcu dari Im-mo-kao inilah ada itu orang yang setiap saat,
setiap detik tak dapat dilupakan dan dialah orang yang sudah dicarinya kemana-mana sebagai
musuh nomor satu Kam-lo-pang.
Yo Cie Cong merasa gegetun pada dirinya sendiri mengapa seujak lama tidak pernah
memikirkan tentang ini.
Perkumpulan Im-mo-kao menggunakan kata2 Im dan Mo sebagai nama dan Im-mo (iblis dari
acherat) ini ujuga merupakan julukan dari cho Ngo Teng
sejak Yo Cie Cong muncul didalam dunia Kang-ouw, perkumpulan Im-mo-kao ini lantas
menyiarkan berita yang mengatakan bahwa pemilik Golok Maut yang sedang mengganas saat itu
bukanlah pangcu dari Kam-lo-pang sendiri dan sekarang, kalau di-pikir2, barulah menjadi terang
benderang persoalannya.
sebabnya ialah, suhu dan susioknya semua dibinasakan oleh iblis tua ini sendiri sudah dengan
sendirinya hanya dia sendiri yang mengetahui kalau orang yang mengaku pemilik Golok Maut dan
yang sudah menyaru sebagai Yo cin Hoan, bukannya Pangcu dari Kam-lo-pang.
Kalau Im-mo-kao telah menggunakan seluruh kekuatannya untuk menghadapi Yo Cie Cong
dulu, maksud dan tujuannya sudahlah pasti mereka hendak menyingkirkan bencana dikemudian
hari bagi pertumbuhan perkumpulan tersebut.
iblis Rambut Merah Cho Ngo Teng, setelah kerudungnya dicopoti oleh Yo Cie Cong, selain
merasa gusar, juga merasa kaget. Apa yang lebih mengherankan, Bocah ini mengapa dalam waktu
singkat tidak terlihat, kekuatannya sudah bertambah begitu banyak ? sungguh ini merupakan
kejadian aneh luar biasa baginya.
Matanya Yo Cie Cong beringas hampir mengeluarkan darah, Badannya bergemetaran saking
marahnya. sambil kertak gigi ia berkata dengan suara bengis:

"Cho Ngo Teng, hukuman atas semua dosamu sudah tidak mungkin kau menghindarkannya,
sekarang aku pasti hendak mencincang dirimu sebingga menjadi ber-keping2 Aku juga hendak
membasmi semua anak buahmu, hingga peristiwa berdarah yang kau timbulkan kepada Kamlopang,
aku akan ulangi kepada dirimu dan semua anak buahmu "
Si iblis Rambut Merah cho Ngo Teng meski ada merupakan satu iblis yang sangat buas dan
kejam, tapi tidak urung dibikin keder oleh perkataan Yo Cie Cong yang penuh rasa dendam ini.
Dengan kekuatan dan kepandaian yang dimiliki oleh malaikat maut kecil ini, memang ia dapat
melakukan seperti apa yang diucapkan-
"Setan cilik, Tadi aku sudah katakan bahwa aku hendak bikin hancur lebur tulang2mu " cuma
demikian saja ia bisa menjawab.
"Iblis tua Aku bereskan kau dulu, Nanti baru akan kubasmi habis seluruh anak buahmu" kata Yo
Cie Cong pula dengan wajah yang bengis.
Baru sauja perkataannya ditutup, ia sudah melancarkan serangannya yang sangat dahsyat.
Serangan yang dilakukan dengan penuh rasa gusar yang me-luap2 itu sudah tentu jauh lebih
hebat dari biasanya.
Yo Cie Cong sudah merasa gemas sekali terhadap iblis ini, ia segera dapat membereskan
jiwanya, supaya segera dapat melampiaskan kemendongkolannya yang terpendam dalam hatinya
sekian lamanya.
si Iblis Rambut Merah terkeujut. Ia juga terus menyambuti dengan sepenuh tenaga.
Tidak lama kemudian kekuatan kedua pihak lantas saling beradu. suara gempuran terdengar.
Si Iblis Rambut Merah sudah dibikin terpental mundur sampai tiga tindak. Dadanya dirasakan
bergolak, hampir saja ia muntah darah. Yo Cie Cong berhenii sesaat, lalu mengirim serangannya
yang kedua.
Kali ini ternyata jauh lebih keras dan jauh lebih hebat daripada serangannya yang pertama tadi.
Si iblis Rambut Merah tidak berani menyambuti dengan kekerasan. Ia hanya berkelit
mengelakkan serangan sang lawan. Dari samping iapun mengirim serangan balasan. Dalam hati ia
sudah mengerti kalau hari ini, kalau ia tidak berhasil membinasakan lawannya yang sangat
tangguh itu, pastilah Im-mo-kao akan mengalami keruntuhan hebat. Maka itu serangan yang
dilancarkan tadi itu juga tentunya sangat ganas dan teleng Pertempuran ini ada merupakan
pertempuran antara mati dan hidup.
Jilid 21 : Musuh terkuat bersatu
Ketika serangannya Yo Cie Cong tadi tidak mengenakan sasarannya, diam2 juga merasa
terkejut, Dengan cepat lalu ia mengeluarkan ilmu ‘Menggeser tubuh mengganti bayangan2nya’.
Gerakannya ini hampir bersamaan waktunya dengan waktu si iblis Rambut Merah mengeluarkan
serangannya.
Sesungguhnya tidaklah kecewa si iblis Rambut merah menjadi pemimpin dari suatu
perkumpulan besar dan tercatat sebagai musuh Kam-lo-pang nomor satu, Sesaat ketika badan
lawannya melejit dan lenjap dari depan matanya, segera ia menarik kembali serangan tangannya
dan mundur satu tombak. Dengan demikian sehingga keduanya lalu berdiri berhadapan kembali
dalam jarak tiga tombak.
Yo Cie Cong yang sudah dipenuhi hawa napsu hendak membunuh, sedikitpun tidak mau
berhenti mengaso. cepat bagaikan kilat badannya sudah bergerak maju lagi.
SERANGAN yang dilancarkan kali ini sudah menggunakan gerakan dari jurus kedua yang
dinamakan Lip-ciang To liong dari ouw-bok Sin- kang.
Tipu serangan itu tampaknya sangat aneh dan ganjil yang tidak ada tandingannya didalam
dunia rimba persilatanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Iblis Rambut Merah melongo menyaksikan lawannya ini menggunakan tipu serangan yang
sangat ganjil dan belum pernah dilihatnya selama hidupnya. Serangan tersebut hampir
mengancam seluruh bagian terpenting dari anggota badannya. Tampaknya serangan itu untuk
dihindarkan dengan tangkisan bagaimanapun juga rasanya sukar sekali, maka seketika itu juga
semangatnya lantas terbang.
Dalam gugupnya terpaksa ia menggunakan ilmunya yang dinamakan ‘Naga terbang kelangit,
badannya melesat tinggi keatas, ditengah udara badannya berputaran, demikian barulah dapat ia
terhindar dari serangan lawannya yang mematikan. Namun tidak luput sekujur badannya sudah
bermandikan keringat dingin.
Beruntun tiga kali serangan sudah dilancarkan oleh Yo Cie Cong tetapi ternyata masih belum
berhasil menundukkan lawannya maka hatinya sudah semakin gemas. Kali ini masih tetap
menggunakan serangan Lip-ciang To- liong.
Si iblis Rambut Merah cho Ngo Teng, yang masih belum dapat kesempatan memperbaiki
kedudukannya, kembali merasakan datangnya serangan hebatiblis
yang sudah pernah mengganas dan malang melintang didalam kalangan Kang-ouw selama
beberapa puluh tahun, baru hari inilah untuk pertama kalinya menemukan lawan demikian
tangguhnya, juga merasakan pengalaman yang begitu pahit, maka timbullah pikiran buasnya.
Kedua tangannya lantas diputar cepat, dengan ilmu silatnya ‘Menutup langit dan matahari’
menutup rapat seluruh bagian terpenting pada tubuhnya, kedua kaki melakukan serangan dengan
tendangan beruntun, cepat laksana titiran.
Jikalau Yo Cie Cong berani maju secara keras, tentulah ia akan mengalami tendangan kakinya
iblis itu yang dapat membinasakan. Tetapi kakinya si iblis sendiri juga seolah2 diberikan pada sang
lawan.
Menimbang akan untung ruginya, terpaksa Yo Cie Cong merubah siasat bertempurnya. Dengan
cara menyerang lantas hendak menunggu lawannya.
Si iblis Rambut Merah sama sekali tidak pernah menyangka kalau sang lawan yang masih muda
itu dapat merubah siasatnya begitu cepat ia hanya dapat merasakan angin kuat sudah
menggempur dirinya dan tipu silat ‘Menutup langit dan matahari’ tadi ternyata tidak lagi berhasil
menahan serangan sang lawan.
Selagi si iblis hendak lompat menyingkirkan diri dari bahaya sudah terlamtat, sudah kasep.
Setelah terdengar suara ‘Gedebuk’ yang amat keras, kedua tangannya dirasakan sakit sekali seakan2
mau patah. Dadanya sudah terkena telak serangan tangan Yo Cie Cong. se-olah2 digempur
oleh barang berat ribuan kati, seketika itu ia berseru tertahan badannya juga mundur lima
langkah.
Yo Cie Cong yang sudah bertekad bulat hendak mengambil jiwa musuh besarnya ini, sudah
tentu tidak mau memberi kesempatan bernapas pada si iblis tua. Tangannya dengan cepat sudah
digerakan lagi, suatu kekuatan tenaga dalam yang maha dahsyat meluncur keluar dari tangannya.
Dengan kekuatan ini ia mau menerkam dirinya iblis Rambut Merah. Tangan kanannya pun tidak
tinggal diam, masuk dibalik baju dan keluar lagi dengan Golok Maut.
Si iblis Rambut Merah yang menyaksikan keadaan demikian ternyata sama sekali tidak gugup.
Ia memutar kedua tangannya hendak mengelakkan kekuatan tenaga Yo Cie Cong yang mau
menekan dirinya kemudian ia berkata dengan suara serem:
"Setan cilik Aku mau lihat kau masih bisa lari kemana?"
Baru saja iblis Rambut Merah itu menutup perkataannya, Yo Cie Cong merasakan ada serangan
dari belakangnya maka dengan cepat sudah menggeser tubuhnya kekanan sampai delapan kaki
jauhnya, kemudian balikkan badan. seketika itu ia kaget seperti disambar geledek. Badannya
sampai tergetar

Giok-bin Giam-po Phoa cit Kouw dan si siluman Tengkorak Lui Bok Thong kedua-duanya
tampak berdiri sejauh dua tombak dibelakang bekas tempat ia berdiri tadi.
Rasa perih hatinya Yo Cie Cong saat itu benar2 jauh lebih hebat daripada akan menerima
kematian
Tiga iblis tangguh yang berdiri dihadapannya, semua merupakan musuh2 kuat perguruannya.
Tidak pernah ia menyangka kalau mereka bertiga bisa bergandengan tangan bekerja sama.
Dua orang diantara ketiganya saja, masih belum menjadi soal baginya. Tetapi dengan adanya
Giok-bin Giam-po juga disitu yang mungkin adalah ibu kandungnya sendiri, baginya benar2
merupakan suatu duri dimata, sukar rasanya untuk ia melaksanakan usahanya menyingkirkan
musuh2 perguruannya.
Perkataan wanita baju merah berkerudung tempo hari itu se-olah2 masih berkumandang
ditelinga...
Dengan sorot matanya yang sayu, Yo Cie Cong menatap wajahnya Giok-bin Giam-po. Tetapi
apa yang ia dapatkan dari wajah yang masih ayu itu, ternyata hanyalah rasa perasaan
permusuhan, kebencian dan kebuasan
Malaikat itu, hatinya seperti berteriak: “Dia bukan ibumu Bukan, bukan itu hanya kesalahannya
itu orang berkedok kain merah yang sudah keliru dalam anggapannya sendiri. Dia hanya Giok-bin
Giam po. Dia harus binasa diujung Golok Maut.”
Belum lagi hilang lamunannya, ketiga iblis itu sudah maju kehadapannya mengambil sikap
mengurung.
Tetapi lain pikiran saat itu timbul dalam otaknya Yo Cie Cong. seandainya wanita ini benar2
adalah ibunya dan ia sekarang akan membunuhnya, betapalah sakit hatinya, akan jadi manusia
macam apakah dia? Betapapun besar dosanya seorang ibu, di dalam dunia ini tidak ada anak yang
tega membunuh mati ibunya sendiri
Rasa pedih yang menjelubungi hatinya membuat wajahnya Yo Cie Cong beberapa kali berubah.
Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow yang usianya sudah lanjut, wajahnya masih tetap cantik seperti
gadis jelita.Begitupula bentuk tubuhnya, langsing montok menggiurkan setiap hati kaum pria.
semua gerak-gerik dan senyumnya cukup menawan hati setiap orang.
Saat itu ia gerakkan badannya, matanya mengerling kesetiap orang yang ada disampingnya.
jari tangan kanannya yang lancip. dengan sangat luwes coba membereskan rambutnya riap2an
tertiup angin, setelah itu kemudian ia membuka mulut dan perdengarkan suaranya yang merdu
merayu:
"Bocah, sekali lagi kutanyakan padamu. Bagaimana sebetulnya dengan Giok-bin Kiam-khek
Hoan Thian Hoa?"
Yo Cie Cong yang pikirannya sudas ruwet dan kalut menjawab gemas.
"Sudah binasa"
"Apa benar ?"
"Percaya atau tidak terserah padamu"
Wajahnya Giok-bin Giam-po terlihat muram saat itu,
Si siluman Tengkorak Lui Bok Thong lantas perdengarkan suara ketawanya aneh, kemudian
berkata dengan suara ketus.
"Setan cilik. Apa sepotong kayu ouw-bok Po-lok itu masih ada dibadanmu?"
sebenarnya memang iblis ini masih tahu yang dibadannya Yo Cie Cong sendiri masih ada
sepotoag kayu yang lainnya, malah sekarang ia sudah berhasil memahami seluruh isinya yang
tentera dalam dua potongan kayu pusaka itu.
Yo Cie Cong lantas menjawab sambil tepok2 pinggangnya, "Ada disini Kau mau apa?"
"Lekas serahkan padaku supaya aku dapat memberikan kematian secara sempurna padamu."

"Ouw-bok Po-lok bagimu sudah tidak ada gunanya "
Siluman Tengkorak yang saat itu belum mengerti apa maksud perkataan Yo Cie Cong, lantas
menanya:
"Kenapa?"
Sambil delikkan matanya, Yo Cie Cong menjawab dingin:
"Sebab kau cuma bisa hidup sampai sekarang ini saja Kau sudah tidak ada waktu lagi untuk
memahami isinya...."
"Ha.. setan cilik Nanti kuremukkan tulang2mu” sehabis keluarkan perkataannya, iapun
menyerang dengan tiba2.
Sambil ketawa dingin Yo Cie Cong angkat tangannya menyambuti serangan lawan.
Si iblis Rambut Merah, berbareng pada saat itu, juga mengeluarkan serangannya. sambil
berkelit Yo Cie Cong menyambuti serangan dari dua jurusan itu dengan dua belah tangannya.
Setelah tiga serangan tersebut saling beradu, ke-tiga2nya kelihatan pada ter-huyung2
badannya.
Yo Cie Cong yang sudah ingin cepat tahu siapa sebetulnya Giok-bin Giam-po itu, setelah
melancarkan serangannya tadi, mendapat kenyataan bahwa lawannya tidak turun tangan lagi
menyerang padanya, maka juga ia tidak mau menyerang lagi. dengan cepat ia mengeluarkan batu
Liong- kuat yang dikalungkan didepan dadanya. Batu itu sengaja digenggamnya dalam tangannya
se-akan2 sengaja dipertontonkan pada Giok-bio Giam-po.
Dengan hati berdebaran ia menantikan reaksinya iblis wanita itu. se-olah2 seorang persakitan
yang menantikan vonis terakhir, demikianlah dapat dikatakan keadaan Yo Cie Cong waktu itu.
Jikalau Giok-bin Giam-po mengenali batu Lioag-kuat itu, kalau ia dapat juga mengeluarkan biji
Hong-kuatnya, tidak usahlah disangsikan lagi kalau wanita itu benar2 adalah ibu kandungnya
sendiri Kalau betul demikian terjadinya, maka ludeslah sudah segala pengharapan hidupnya.
Tetapi, jikalau wanita itu tidak mengenal batu Liong- kuat itu, apa yang diduga oleh wanita
berkerudung itu, pastilah benar semuanya
Diam-diam ia juga turut berdoa kepada yang Maha Esa. Ia mengharapkan sangat jawaban
seperti apa yang diduga oleh si wanita berkerudung.
Sekujur badannya dirasakan menggigil, keringat dingin mengucur deras. wajahnya yang tadi
cakap. berubah menjadi pucat ketika itu.
Perubahan serupa itu, dimatanya ketiga iblis itu telah menimbulkan rasa takut dan dugaan yang
rupa2. Mereka mengira bahwa anak muda itu hendak mengeluarkan ilmu silatnya yang lebih aneh
lagi, maka semuanya pada bersiap sedia untuk menantikan segala kemungkinan, sebab melihat
kepandaian dan kekuatan tenaga dalam anak muda itu membuat mereka harus selalu bersiap
siaga. Akan tetapi, kenyataannya adalah diluar dugaan mereka semua.
Yo Cie Cong dengan keberaniannya bagaikan seorang yang sedang menuju ke- medan perang
untuk menunaikan tugasnya, tangan kanannya diangkat perlahan2, kemudian ia pentang jari
tangannya, hingga batu ‘Liong-kuat’ yang agak berkilauan itu bisa tertampak dengan nyata, ialah
diunjukkan kepada Giok-bin Giam-po, apakah iblis wanita itu mengenali batu itu atau tidak?
Pada saat itu, hatinya berdebar keras, perasaan tegang mempengaruhi seluruh pikirannya,
dengan tanpa berkesiap ia memandang wajahnya Giok-bin Giam-po, se-olah2 ingin dari wajah
yang ayu itu mendapatkan jawabannya.
Beberapa detik telah berlalu, dan jawaban yang ia dapat dari sikapnya Giok-bin Giam-po, telah
membuat ia kegirangan setengah mati.
Sebab wanita genit itu ketika mendapat lihat batu ‘Liong-kuat’ ditangannya Yo Cie Cong, karena
tidak mengerti apa maksudnya anak muda itu mengunjukan batu itu,
Dikiranya ada mengandung tujuan tertentu, maka kecuali mengunjukan perasaan bingung
seperti juga halnya dengan kedua iblis tua yang lainnya, sedikitpun tidak mengunjukan perobahan

sikap seperti seorang yang telah melihat barang kenang2annya. ini ada suatu bukti yang nyata
bahwa wanita genit itu benar-benar tidak mempunyai sangkutan apa dengan dirinya,
Giok-bin Giam-po memang benar tidak tahu apa maksudnya Yo Cie Cong berbuat demikian,
maka lalu majukan pertanyaan: "Bocah, kau hendak bermain sandiwara apa lagi?"
Pertanyaan ini berarti suatu pengakuan bahwa wanita genit ini sama sekali tidak kenal benda
apa yang berada didalam tangannya Yo Cie Cong.
Kegirangannya Yo Cie Cong pada saat itu, tidak dapat dilukiskan dengan pena. Baginya, ini ada
merupakan suatu keajaiban. Apa yang ditakuti dan dikuatirkan, kini telah lenyap semuanya, Giokbin
Giam-po bukan ibunya, ini sudah pasti, dengan demikian maka dirinya juga tidak ada
hubungannya dengan Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa.
Tapi disamping perasaan kegirangan, ia juga mempunyai sedikit rasa kecewa, sebab asal-usul
dirinya kembali merupakan suatu teka-teki yang belum terjawab.
Yo Cie Cong setelah mendengar pertanyaan Giok-bin Giam-po, dengan tenang masukan
kembali ‘Liong-kuat’nya dibalik dada bajunya, kemudian dengan paras berubah ia menyahut: "Aku
menghendaki jiwanya kalian bertiga -
Tiga iblis pada terkejut.
Iblis Rambut merah cho Ngo Teng, dengan matanya beringas, setelah memandang wajahnya
Yo Cie Cong sejenak lalu berkata: "setan cilik, lebih baik kau serahkan dirimu secara baik, mungkin
kami bisa memberikan kematian yang sempurna bagi dirimu"
Yo Cie Cong pada saat itu sudah lenyap semua perasaan yang mengganggu pikirannya, maka
semangatnya bangun kembali napsunya hendak menuntut balas dendam juga semakin berkobar.
ia dongakan kepalanya dan tertawa ber-gelak2, seolah-olah hendak melampiaskan semua
kebencian dan kemendongkolan dalam hatinya dalam cara demikian.
Perbuatan Yo Cie Cong itu benar2 membuat keder hatinya tiga iblis yang sudah malang
melintang didunia Kang-ouw.
Lama sekali, ia baru hentikan ketawanya, kemudian dengan nada suara yang sangat dingin
ketus berkata kepada mereka:
"Kalian bertiga lebih baik maju berbareng, supaya kalian nanti kalau mati juga tidak kesepian,
satu sama lain bisa berkawan untuk menemui Giam-lo-ong"
Ucapan yang sangat jumawa itu, telah membuat merah wajah tiga iblis itu. seorang anak muda
yang usianya belum cukup 20 tahun, ternyata sudah berani keluarkan perkataan begitu sombong,
menantang tiga kawanan iblis yang sudah terkenal kuat dan keganasannya, untuk mengeroyok
dirinya, ini benar2 merupakan suatu kejadian yang sangat langka didalam rimba persilatan- .
Tapi ketiga iblis tua itu juga mengakui kekuatan diri masing2, jika bertanding satu persatu yang
mampu menandingi Yo Cie Cong. Maka sekalipun Yo Cie Cong tidak menantang demikian, mereka
barang kali juga akan berbuat demikian
Pada saat itu, anak buahnya Im-mo-kao. yang sudah pada binasa dan terluka, lima
diantaranya, ialah si Pedang Berdarah Kong jie si Garuda sakti suma chiu dan tiga laki2
pertengahan umur, nampak bangkit berdiri dari tumpukan mayat2, dengan badan sempoyongan
coba menyingkir dari tumpukan bangkai kawannya.
Mareka berlima merupakan orang2 yang masih hidup diantara beberapa puluh anak buahnya
Im-mo-kao, perasaan takut masih belum lenyap dari wajah mereka.
Iblis Rambut merah cbo Ngo Teng lalu ulapkan tangannya kepada mereka seraya berkata:
"Kamu pulang dulu kepusat merawat luka-lukamu "
Mereka berlima se-olah2 mendapat pengampunan besar, setelah mengucapkan terima kasih,
lantas meninggalkan medan pertempuran.
Setelah berlalu, ketiga kawanan iblis itu lalu memberi isyarat satu sama lain. Giok bin Giam-po
lalu bergerak lebih dulu, ia menerjang dirinya Yo Cie Cong dan melakukan serangan hehat.

Kepandaian dan kekuaian iblis wanita ini, diantara kawanan iblis itu terhitung yang paling kuat,
maka serangannya yang dilancarkan secara mendadak itu, seolah-olah gelombang air laut yang
menggulung.
Yo Cie Cong sudah bertekad hendak menghabiskan jiwanya iblis wanita itu lebih dulu. maka ia
juga keluarkan tenaga sepenuhnya untuk menyambuti serangan tersebut.
Setelah kekuatan kedua pihak saling beradu, Giok-bin Giam-po wajahnya nampak pucat pasi,
badannya mundur dua tindak. sedang Yo Cie Cong hanya tergoncang sedikit badannya.
Belum Yo Cie Cong mendapat kesempatan untuk bernapas, iblis Rambut Merah cho Ngo Teng
sudah menyerbu dengan serangannya yang sangat hebat.
Yo Cie Cong kerahkan seluruh kekuatannya, dengan ilmnnya Kan-goan cin-cao yang ia
kerahkan sampai 10 bagian penuh ia menyambuti serangan si rambut merah.
Tatkala suara menggelegar terdengar karena beradunya kekuatan kedua fihak itu, badannya
iblis Rambut Merah sudah terpental mundur tiga tindak, baru bisa tancap kakinya. sedang Yo Cie
Cong yang masih belum menarik kembali serangannya, sudah lantas diserang oleh siluman
Tengkorak Lui Bok Thong.
Yo Cie Cong dengan mata beringas, cepat balikkan badannya dan mengirim satu serangan
hebat. Hampir berbarengan pada saat itu, kedua iblis lainnya sudah menyerang dari belakangnya.
Ketiga iblis itu dengan bergandengan tangan mengeroyok satu anak muda yang belum lama
muncul didunia Kang-ouw. Dengan kedudukan dan nama mereka dikalangan Kang-ouw sebetulnya
ada merupakan suatu perbuatan yang sangat memalukan bagi dunia rimba persilatan. Tapi tujuan
mereka ialah hendak menyingkirkan jiwanya Yo Cie Cong, yang didalam mata mereka bukan saja
merupakan seorang yang sangat berbahaya, tapi juga mengancam kedudukan mereka semua.
Maka mereka telah turun tangan tanpa mengenal kesihan sama sekali.
Tidak kecevva Yo Cie Cong sebagai satu jago yang sangat dimalui, meskipun sekaligus harus
melawan ketiga musuh2nya yang sangat tangguh, tapi sedikitpun tidak merasa takut atau keder.
Setelah mengirim satu serangan kepada dirinya Siluman Tengkorak Lui Bok Thong, karena
mengetahui belakang dirinya terancam oleh kedua musuhnya yang lain, maka ia enjot tubuhnya
melesat tinggi, dengan ilmunya mengentengi tubuh yang luar biasa ia terbang mengikuti angin
serangan dari kedua musuhnya tadi.
Siluman Tengkorak Lui Bong Thong yang terkena serangan Yo Cie Cong dengan telak.
badannya lantas mundur sempoyongan. Yo Cie Cong sendiri pada saat itu sudah melayang turun
dari udara. semua gerakan Yo Cie Cong tadi dilakukan demikian gesit dan cepatnya, sehingga
orang2 kuat seperti tiga iblis itu juga merasa kagum dan ter-heran2.
Sejenak setelah mereka terpesona terhadap gerakan Yo Cie Cong, setelah dirinya Yo Cie Cong
sudah turun lagi ketanah, lantas mengirim serangannya lagi yang lebih dahsyat. Hingga sebentar
kemudian terdengar suara gemuruh yang memekakan telinga, angin yang meluncur keluar dari
serangan tangan tiga iblis itu membuat tanah dan batu pada berterbangan-
Yo Cie Cong dengan kekuatan tenaganya yang melebihi manusia biasa, dengan sangat berani
menyambuti serangan tersebut.
Setelah beberapa kali mengadu kekuatan, Yo Cie Cong baru merasakan kalau keadaan agak
tidak beres. Kawan iblis itu dengan kekuatan tiga orang, bukannya menyerang secara
mengeroyok. tapi secara bergiliran, kalau yang satu menyerang, dua lainnya lantas mundur,
demikian seterusnya, hingga ia yang harus menyambuti setiap serangan sudah tidak mempunyai
kesempatan untuk bernapas.
Kalau cara demikian diantapi berlangsung terus-terusan, sekalipun manusia yang terbikin dari
besi juga tidak sanggup tahan lebih lama lagi, apa lagi manusia biasa,
Maka dalam hatinya lantas berpikir hendak menggempur dan dapat merubuhkan satu persatu
kepada musuh2nya yang tangguh itu.

Setelah berpikir demikian, ia lalu kerahkan ilmunya Liang- kek cin-goan kebatas puncaknya,
dengan secara berbareng ia menggempur Ibiis Rambut Merah dan Giok-bin Giam-po, dan selagi
kedua iblis itu menyingkir mundur untuk mengelakan serangannya yang sangat dahsyat itu Yo Cie
Cong dengan ilmunya ‘Menggeser tubuh menukar bayangan," bagaikan setan sudah melejit
kesampingnya siluman Tengkorak Lui Bok Thong dan melesat keluar dari kurungan ketiga iblis
tersebut.
Siluman tengkorak Lul Bok Thong yang tadi melakukan serangan terhadap dirinya Yo Cie Cong
dan mendadak kehilangan sasarannya, tahu-tahu disampingnya merasa sambaran angin, maka
segera mengetahui kalau gelagat tidak beres. Dengan cepat ia coba putar tubuhnya kebelakang,
tapi Yo Cie Cong sudah menghadang lagi kesamping dirinya serta mengirim satu serangan hebat.
Serangan itu telah mengenakan dengan telak, siluman Tengkorak setelah keluarkan seruan
tertahan, mulutnya lantas menyemburkan darah, gerak badannya mulai kendor.
Selagi pihak lawannya berada dalam keadaan tidak berdaya, Yo Cie Cong dengan cepat sudah
menghunus senjata Golok Mautnya.
Iblis Rambut Merah dan Giok- bin Giam-po nampak terkejut menyaksikan kejadian demikian,
dengan cepat mereka memburu kepada Yo Cie Cong, Tetapi sudah terlambat,
Sebentar sudah terdengar suara jeritannya Lui Bok Thong, kedua pahanya Siluman Tengkorak
itu sudah dipereteli, dadanya berlubang, darah menyembur bagaikan pancuran, hingga jiwanya
melayang pada saat itu juga,
Yo Cie Cong setelah menamatkan jiwa musuhnya, dengan cepat sudah putar tubuhnya dan
melesat sejauh dua tumbak.
Tidak kecewa iblis Rambut Merah cho Ngo Teng sebagai seorang pemimpin, setelah
menyaksikan kejadian demikian, lantas berkata kepada Giok-bin Giam-po "Phoa Hok-hoat
(pelindung hukum), lekas kau kerjakan menurut rencana kita semula, lekas "
Giok-bin Giam-po segera gerakan badannya, dengan cepat meluncur keluar kalangan.
Menampak iblis wanita itu hendak kabur, Yo Cie Cong lantas menggeram: "lblis wanita,
serahkan jiwamu jangan harap kau bisa kabur"
Berbareng dengan itu badannya lantas melesat tinggi, se-olah2 bintang meluncur dari langit, ia
meluncur turun dihadapannya giok-bin Giam-po, kemudian melancarkan serangan tangan yang
amat dahsyat, hingga Giok-bin Giam-po terpental balik sampai bergulingan.
Tapi pada saat itu serangannya iblis Rambut Merah yang amat dahsyat juga sudah sampai
dibelakangnya Yo Cie Cong, serangan membokong iblis ini agaknya dilancarkan dengan
sepenuhnya, karena ia ingin menggunakan kesempatan tersebut membikin mampus jiwa
musuhnya,
Diperlakukan sangat licik secara demikian, Yo Cie Cong merasa sangat gusar. ia lantas angkat
tangannya, " menutup serangannya iblis Rambut Merah, Tatkala kekuatan kedua pihak saling
beradu, Yo Cie Cong lengannya merasakan kesemutan, sedang badannya iblis Rambut Merah
sudah terpental sejauh satu tumbak.
Hampir berbarengan pada saat itu juga, Giok- bin Giam-po yang bergulingan ditanah, sudah
berdiri lagi dan mengirim satu serangan kepada Yo Cie Cong-
Meskipun Yo Cie Cong sudah merasakan ada orang yang membokong dirinya, tapi sudah tidak
berdaya untuk menahan serangan bokongan itu. Dalam keadaan kejepit, ia lantas melesat maju
satu tumbak. untuk mengelakkan serangan tersebut, tapi tidak urung sambaran anginnya masih
membuat dadanya sesak. hampir saja ia tidak bisa pertahankan dirinya.
Yo Cie Cong menggeram hebat, badannya melesat maju lagi satu tumbak lebih, sambil kertek
gigi, ia menggunakan serangannya ‘Kui-Leng Thian-tee’ dari ilmu silatnya ouw-bok sin-kang.

Sebentar kemudian terdengar suara gemuruh bagaikan guntur, suatu kekuatan tenaga dalam
yang sangat hebat secepat kilat sudah menggulung dirinya Giok- bin Giam-po.
Tapi berbareng dengan itu juga, iblis Rambut Merah sudah keluarkan bentakan nyaringo
"jangan coba melukai orang"
Kedua tangannya lantas mendorong dengan kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat.
maksudnya ialah hendak memaksa supaya Yo Cie Cong urungkan serangannya terhadap dirinya
Giok-bin Giam-po.
Iblis wanita itu semula ketika menampak serangan Yo Cie Cong yang demikian hebatnya,
nyalinya sudah kuncup, ia tidak berani menyambuti dengan kekerasan, maka dengan cepat
singkirkan dirinya. Tapi serangan dari ilmu silat ouw-bok sin-kang itu ada merupakan suatu ilmu
silat yang sudah tidak ada taranya. meski ia sudah menyingkir secepat mungkin, tapi masih belum
mampu menghindarkan seluruhnya dari ancamannya serangan tersebut, hingga achirnya
badannya masih kena digulungdan terbang melayang sampai dua tumbak jauhnya, mulutnya
mengeluarkan darah.
Tapi dilain pihak. serangannya iblis Rambut Merah cho Ngo Teng, juga sudah mengenakan
dirinya Yo Cie Cong dengan telak.
Yo Cie Cong merasa badannya menggetar, matanya ber-kunang2, hingga mundur
sempoyongan sampai 5 tindak. baru bisa berdiri tegak. Untung dalam dirinya ada mengandung
rupa2 pengaruh benda mustika dan ilmu yang sudah tiada taranya, terutama ilmunya Liang-kek
cing-goan, sudah berhasil memunahkan sebagian besar serangan dari lawannya, kalau tidak
demikian, barangkali ia akan menderita luka yang tidak ringan.
Berbareng pada saat Yo Cie Cong terkena serangannya iblis Rambut Merah, Giok-bin Gam-po
sudah menghilang dari depan matanya
Iblis Rambut Merah cho Ngo Teng telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa Yo Cie
Cong sudah terkena serangannya dengan telak, tapi sedikitpun tidak terluka, bukan kepalang rasa
kagetnya.
Yo Cie Cong ketika mengetahui bahwa Giok-bin Giam-po sudah kabur, dadanya dirasakan
hampir meledak, maka ia lantas tumplekkan semua kegusarannya kepada dirinya iblis Rambut
Merah, yang dianggap sudah memberi kesempatan untuk ia kabur.
"Cho Ngo Teng, inilah saatmu untuk membayar hutang" demikian ia berseru dengan suara
gusar.
Sehabis mengucapkan perkataannya, kedua tangannya lantas diputar, kekuatan tenaga dalam
lantas meluncur keluar, se-olah2 gelombang air laut, sehingga iblis Rambut Merah sudah tidak
mempunyai kesempatan untuk keluarkan kekuatannya guna menyambuti serangan tersebut, oleh
karenanya maka ia terpaksa mundur ber-ulang2, keadaannya itu sangat mengenaskan sekali.
Tiba2, iblis Rambut Merah keluarkan siulan aneh, badannya mendadak melesat kesamping satu
tombak jauhnya mengelakkan serangan Yo Cie Cong, dengan kecepatan bagaikan kilat ia telah
mengeluarkan serupa benda merah dari pinggangnya. Benda merah itu kira2 tiga tumbak persegi
lantas dilemparkan diatas kepalanya Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong terperanjat, dengan cepat ayun tangannya memukul kearah benda merah itu, tapi
ia lantas merasakan bahwa benda merah itu agaknya sangat ringan, terhadap serangan tangannya
hanya bergoyang sebentar saja, lalu meluncur turun lagi.
Tatkala ia mengawasi dengan seksama, benda itu ternyata ada jaring berwarna merah darah..
Dengan cepat jaring aneh berwarna merah itu sudah akan menjaring kepala, kini terpisah
dengan kepalanya hanya tinggal kira2 tiga kaki saja.
Iblis Rambut Merah baru mengeluarkan benda itu karena dalam keadaan berbahaya, rupanya
benda itu bukan benda sembarangan.

jaring aneh selebar satu tumbak persegi itu secepat kilat sudah mengancam Yo Cie Cong,
hingga ia sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menghindarkan dirinya dari jaringan
tersebut.
Dalam keadaan demikian, Yo Cie Cong lalu keluarkan ilmunya Liang- kek cin-goan melindungi
sekujur badannya. sebentar kemudian uap berwarna merah tercampur putih sudah keluar dari
dalam tubuhnya dan melindungi sekujur badannya, se-olah2 dikelilingi selapis kabut tebal yang
tidak bisa ditembus oleh apa saja.
Dengan demikian Yo Cie Cong berhasil menghindarkan jiratan jaring aneh itu, yang telah
kandas diluar uap merah putih, tapi bagian bawah sudah menutupi tanah, hingga dirinya Yo Cie
Cong kini sudah seperti tertutup oleh kurungan berwarna merah.
Tapi dipihaknya iblis Rambut Merah Cho Ngo Teng, juga dikejutkan oleh ilmu kepandaian Yo
Cie Cong yang luar biasa dan sangat ajaib. Sampai ia menjadi kesima, tapi kemudian ia keluarkan
tertawanya bangga, hatinya merasa puas,
"Setan cilik, sekalipun kau mempunyai kepandaian yang sangat hebat, tapi kau bisa tahan
berapa lamanya? Dengan terus terang Kauwcumu beritahukan padamu, ini dinamakan ‘siao-heng
Ang-in-bau’ jaring2 merah menumpas rupa. jaring ini ada mengandung racun yang sangat berbisa,
baik manusia atau binatang, siapa terkurung didalamnya, lantas akan hancur lebur menjadi
hangus. Kalau kau tidak percaya kau boleh lihat keadaan disekitarmu, apakah aku membohongi
atau menggertak kau?" demikian ia berkata dengan bangganya.
Yo Cie Cong benar saja lantas memperhatikan keadaan disekitarnya, saat itu bukan kepalang
rasa kagetnya.
Apa yang terbentang didepan matanya, ialah itu bangkai2nya orang2 Im-mo-kao yang tadi
terbinasa didalam tangannya, kini sudah tidak kelihatan lagi, sebagai gantinya ialah segundukan
arang hitam. Dan semua tanah yang tersentuh oleh jaring aneh itu lantas berubah menjadi
hangus, rumput2 dan tumbuh2an lainnya tampak masih terbakar hingga mengepul asapnya.
Yo Cie Cong meski merasa sangat gusar, tapi ia sudah tidak berdaya melepaskan dirinya dari
kurungan jaring yang sangat ajaib itu,
saat itu ia masih mengandalkan ilmunya Liang- kek cin-goan untuk melindungi dirinya. Hingga
racun yang ada didalam jaring aneh itu tertolak sejauh tiga kaki. Tapi, cara demikian ini paling
banyak menghamburkan kekuatan tenaga dalam, jika waktunya agak lama, sudah tentu ia tidak
kuat bertahan terus2an-
Kembali terdengar suaranya iblis Rambut Merah yang mengejek: "setan cilik, kau tunggu saja
sampai badanmu dan tulang2mu hancur menjadi abu..Ha, ha, ha...." "
"Setan tua jangan bangga dulu Apa dengan jala begini lantas kau kira bisa bikin susah aku?"
bentak Yo Cie Cong gemas.
Akan tetapi, oleh karena perbuatan iiu, daya tahan kekuatan tenaga dalamnya menjadi kendur
dengan sendirinya sehingga jaring merah itu menurun lagi sampai setengah kaki kebawah. cepat2
dikerahkan lagi ilmunya, kekuatan Liang- kek cin goannya ditambah beberapa bagian. Dengan
kekuatan tenaganya yang sangat ampuh ini ia hendak berusaha untuk menahan turunnya terus
jaring lawannya itu.
Perasaan bangganya iblis Rambut Merah tampak semakin nyata diwajahnya. Ia tidak
menyangka kalau pemilik Golok Maut, yang selama ini merupakan orang kuat yang paling ditakuti
orang2 dunia Kang-ouw. ternyata hanya sebegitu saja. Kepandaiannya akan terjatuh juga kiranya
ditangannya.
Kalau tadinya Yo Cie Cong tahu benda merah itu begitu lihaynya, sudah tentu sebelum benda
itu dapat mengurungnya, ia akan sudah lompat pergi jauh2. Entah apa pula dan bagaimana
akibatnya dengan iblis Rambut Merah itu.

Kembali setengah jam telah berlalu. Daya pertahanannya Yo Cie Cong sudah mulai berkurang
pula, Keringat dingin sudah mulai membasahi jidatnya.
Jikalau pemilik Golok Maut masih bisa mempertahankan hidupnya, jikalau ia bisa menangkan
pertempuran dengan selamat, bukan hanya kawanan iblis itu akan dibasminya habis seluruhnya,
perkumpulan Im-mo kaopun tentu tidak luput dari bencana kemusnahan,
Justeru karena kepandaian dan kekuatan pemilik Golok Maut telah menggetarkan jagatlah yang
telan membuat siluman Tengkorak Lui Bok Thong dan Giok- bin Giam-po Phoa cit Kow yang tidak
berani menghadapi sipemilik Golok Maut seorang diri, kemudian satu demi satu mengabdikan diri
kepada perkumpulan Im-mo-kao dengan maksuk untuk ber-sama2 menghadapi pemilik Golok
Maut seorang.
Iblis Rambut Merah cho Ngo Teng. yang saat itu telah dapat melihat Yo Cie Cong agaknya
sudah keripuhan, dalam hati berpikir : "Aku harus cepat2 melenyapkan orang ini supaya tidak
banyak pikiran dikemudian hari. Kalau sampai ia berhasil lolos nanti, hebat sekali akibatnya tentu".
Memikir begitu iblis Rambut Merah lalu perdengarkan suara ketawanya yang menyeramkan,
kemudian berkata:
"Setan cilik Lebih cepat2 aku antarkan kau pulang menemui suhumu didalam kubur" setelah
selesai mengucapkan perkataannya, dengan cepat ia lalu mengirim serangan dari jarak jauh.
Akan tetapi, setelah terdengar suara ‘Buk’ yang amat nyaring, satu kekuatan yang tiada
tertampak membikin terpentalnya tubuh iblis Rambut Merah sendiri yang setelah mundur
sempoyongan beberapa saat baru bisa berdiri tegak lagi.
Meski Yo Cie Cong dapat mempertahankan diri berkat ilmu Liang- kek cin-goannya yang selalu
dapat melindugi disekitar badannya yang bahkan dapat juga menolak balik setiap serangan
musuh, tetapi kalau keadaan terus menerus berlangsung secara demikian, tentu lama kelamaan
kekuatan tenaga dalamnya akan kena pengaruhnya juga.
Demikianlah, jaring merah itu akhirnya bergerak turun lagi kebawah setengah kaki, terpisah
dengan kepalanya tinggal lagi dua kaki saja.
Ketika iblis Rambut Merah mengetahui serangannya tidak membawa hasil, kembali ia
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dan menyerang lagi. Kali ini ia sudah mengerahkan
kekuatannya sampai full (penuh) sehingga serangannya ini jauh lebih hebat daripada serangannya
yang pertama tadi.
Sambil kertak gigi Yo Cie Cong menyambuti serangan tersebut.
Kembali terdengar suara benturan amat nyaring. jaring merah tampak bergoyang, lalu turun
lagi satu kaki kebawah.
jikalau iblis Rambut Merah melancarkan lagi serangannya, dua kali lagi saja, mungkin sukar
bagi Yo Cie Cong untuk menghindarkan diri dari bencana kematiannya,
Sebab begitu turun sedikit lagi saja, begitu menyentuh sedikit kepalanya saja, jaring merah itu
bisa membikin seluruh tubuhnyab hangus.
Hati Yo Cie Cong sudah mulai merasa cemas.Bukannya ia takut mati. Bukannya ia pengecut.
Tetapi ia merasa bahwa saat itu ia masih belum boleh mati Masih ada musuhnya yang masih
belum dibunuhnya. Bagaimana ia dapat mati meram?
Pada saat yang membahayakan bagi Yo Cie Cong itulah lagi2 iblis Rambut Merah melancarkan
serangannya, serangan yang ketiga kalinya. Kali ini ternyata serangannya jauh lebih hebat
daripada dua serangannya yang terdahulu
Yo Cie Cong delikkan matanya. Ia tahu kalau kali ini sukar sekali baginya untuk dapat
meloloskan diri dari bencana, maka itu timbullah sudah pikirannya hendak binasa bersama-sama
musuhnya.
jarak kedua pihak saat itu lebih dari empat tumbak jauhnya.

Kalau saja Yo Cie Cong mau menggunakan ilmu ouw-bok sin-kangnya, salah satu, yang mana
saja, asalkan dengan sepenuh tenaga, pasti iblis Rambut Merah akan binasa seketika. Tetapi
dengan berbuat begitu, dla sendiri juga tidak akan luput dari bencana, sebab dengan
mengerahkan meluruh kekuatan tenaganya kekuatan tenaga dalam yang melindungi dirinya juga
akan segera buyar dan ia sendiri tentu akan segera terjaring oleb jaring lawannya, dan tidak
ampun lagi tubuhnya akan mati hangus
Keadaan sudah sangat genting. suasana ketegangan sudah memuncak Agaknya mala-petaka
sudah tidak dapat dihindarkan lagi oleh kedua belah pihak.
Yo Cie Cong sudah mengerahkan seluruh ilmu Liang- kek cin-goannya, sampai kebatas yang
tertinggi. Ia sudah bertekad hendak binasa ber-sama2 dengan musuhnya ini.
Tiba2 ia dapatkan satu pikiran yang dianggapnya dapat dipakai untuk menghindarkan bencana
tersebut.
Kiranya, menurut jalan pikirannya Yo Cie Cong, jaring merah itu yang terbuat dari bahan halus
semacam sutera yang sangat ulet, dengan lubang jaringnya yang kira2 sebesar mangkok. meski
benang sutera itu sendiri tidak dapat diputuskan begitu saja, tetapi lubang2nya itu agaknya masih
dapat dilewati, dapat ditembusi oleh kekuatan tenaga dalamnya, atau senjata rahasianya. justru
lubang2 itulah yang membuka jalan pikiran Yo Cie Cong.
Dengan masih tetap berusaha mempertahankan supaya jaring merah itu jangan sampai turun
terus Yo Cie Cong coba berjongkok dan memungut batu2 kecil yang terdapat disekeliling
badannya, kemudian ia menyambit keluar melalui lubang jaring.
Tetapi, janganlah mengira batu2 itu kecil sekali bentuknya dan tidak ada artinya. Meluncur dari
dalam tangannya Yo Cie Cong yang sudah memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah mencapai
ketingkat yang sudah tidak ada taranya, batu2 kecil itu merupakan senjata yang cukup ampuh
baginya.
Cepat bagai kilat batu2 kecil itu bertoblosan keluar jaring, hingga serangan dan kekuatan
tenaga sang lawan dapat dibikin punah sebagian.
semua gerakan Yo Cie Cong tadi telah dilakukan dengan kecepatan luar biasa, sukar dilihat oleh
lawan-
Serangannya iblis Rambut Merah baru lagi keluar separuh, mendadak matanya dapat
melihat beberapa butir benda hitam kecil meluncur keluar melalui lubang jaringnya dengan
sangat pesatnya. Angin dan kekuatan tenaga njalangsung menuju kearahnya.
Dengan terjadinya kejadian serupa itu, dengan terpaksa mau tidak mau iblis Rambut Merah
harus menarik kembali serangannya, sehingga berkurang juga tekanan terhadap dirinya Yo Cie
Cong.
Sesaat selagi iblis Rambur Merah menarik pulang serangannya dan menyingkirkan diri dari
serangan batu2 lawannya, dengan cepat Yo Cie Cong sudah menghunus senjatanya. Golok Maut
keluar dari sarungnya terus membabat jaring merah yang mengurung dirinya.
Akan tetapi, mesti benar jaring tersebut terbuat dari bahan yang sangat halus, kekuatan dan
daya tahannya terhadap segala rupa senjata tajam tidaklah dapat dicela. sekalipun Golok Mautnya
Yo Cie Cong, juga tidak berdaya sama sekali terhadap beberapa utas benda halus dan ulet itu.
Iblis Rambut Merah yang melihat kejadian itu semua, segera berkata dengan nada suara
mengejek "Setan cilik Mau keluar dari jaring? HHmmm jangan harap bisa"
sehabisnya mengucapkan perkataan itu, kembali tangannya terayun, kembali ia hendak
menyerang.
sambil kertak gigi kembali Yo Cie Cong cun menyerang lagi dengan menggunakan batu2
kecilnya,
Perbuatan serupa itu diulangi terus menerus sampai beberapa kali, sehingga iblis Rambut
Merah tidak berdaya menambah tenaganya untuk membinasakan dirinya anak muda lawannya itu,

tetapi tidak urung Yo Cie Cong sendiri pun juga tidak dapat meloloskan diri dari cengkeraman
jaring merah tersebut.
Keadaan sudahlah menjadi jelas sekali bahwa kedudukan Yo Cie Cong jauh lebih berbahaya
daripada waktu semula ia bertahan tadi. Tekanan iblis Rambut Merah dirasakan makin lama makin
hebat.
Jikalau dalam waktu satu jam ia masih tetap belum mampu meloloskan diri dari dalam
kurungan jaring berbisa lawannya itu, ada kemungkinan besar yang kekuatan tenaga dalamnya
akan habis dengan sendirinya dan tentu juga ia sendiri akan dibikin musnah dalam jaring tersebut.
Sebaliknya bagi iblis Rambut Merah sendiri, ia juga dibikin ter-heran2 tidak habis mengerti oleh
kekuatannya Yo Cie Cong. Meski sudah terkurung sekian lamanya didalam jaring ampuhnya,
ternyata anak muda ini masih saja mampu bertahan terus.
Kalau sampai terlolos, ia sendiri tidak berani membayangkan bagaimana nanti akibatnya
mungkin sama seperti halnya d engan perkumpulan Cie-in-pang dan Ban siu-pang, Im-mo-kaopun
akan mengikuti jejaknya dan musnah sama sekali. oleh karena memikir itu semua dalam
hatinya mulai timbul rasa gelisahnya.
Iblis Rambut Merah setelah mengerjakan terus otaknya, tiba2 mendapatkan satu pikiran keji.
seketika itu juga ia terus menggerakkan badannya, terus mengitari jaring merahnya, sedangkan
tangannya tidak henti2nya terus juga mengirimkan serangannya yang ber-tubi2.
Perbuatannya ini sungguh sangat keji. Meski benar Yo Cie Cong dapat menggunakan ilmu
Liang-kek cin-goan, meski benar ia dapat mempertahankan diri sampai tidak dapat dikurung oleh
jaring berbisa itu, tetapi apakah ia masih mampu juga menyambuti lagi serangannya sang lawan?
sudah pasti ia tidak mampu karena tentu sudah lelah sekali. Ia sudah tidak mampu lagi menerima
setiap serangan yang dilancarkan oleh iblis Rambut Merah, sehingga dengan demikian- berarti ia
mandah menerima gebuk.
Meskipun iblis Rambut Merah sudah menyerang dengan cara berputaran, akan tetapi
kekuatannya tidak berubah, kekuatan tenaganya masih cukup hebat untuk menekan Yo Cie Cong
yang sudah kepajahan- Maka itu dalam tempo sekejapan saja keadaan disekitar tempat tersebut
sudah seperti terkurung angin dan debu yang beterbangan-
Yo Cie Cong hanya menggunakan ilmu Liang-kek cin-goannya untuk melindungi dirinya dari
tungkrupan jaring merah lawannya, berbareng dengan itu juga untuk menyambut serangan
lawannya. Maka itu setelah beberapa kali mengadu kekuatan, ia susah merasakan dadanya
bergolak. tenaganya pun dirasakannya berkurang.
jika kejadian itu berlangsung lagi setengah jam saja, tidak ampun lagi pasti jiwanya Yo Cie
Cong akan melayang,
Melihat keadaan demikian, iblis Rambut Merah tidak mau menyia2kan kesempatan-serangannya
makin lama makin gencar.
Malaikat el-maut agaknya sudah melongok-longok Yo Cie Cong, setindak demi setindak berjalan
menghampiri hendak menjemput diri Yo Cie Cong pergi ke tempatnya.
Yo Cie Cong sedapat mungkin berusaha umuk menenangkan pikirannya, ia berdaya supaya
jangan sampai darah hidupnya muntah keluar dari dalam mulutnya. Disamping itu ia juga terus
memutar otak memikirkan cara bagaimana supaya ia bisa meloloskan diri dari kurungan
musuhnya.
Meski jaring itu merupakan benda ringan, tetapi dibawah pengaruhnya angin hebat yang terus
menerus menekan jaitu dari serangan iblis Rambut Merah yang disertai dengan tanah yang terus
menerus mengepul tinggi, benda itu kelihatan naik turun hendak menungkrup Yo Cie Cong.
Menyaksikan keadaan demikian, dalam otaknya Yo Cie Cong tiba2 berkelebat suara akal yang
sehat untuk meloloskan diri Maka seketika itu semangatnya lantas terbangun kembali.
Mendadak. mendadakan saja, uap merah tercampur putih tampak tegas menyelubungi bagian
atas kepalanya Yo Cie Cong, jaring merah terangkat tinggi lebih dari satu kaki.

Ternyata itu semua adalah gerakannya Yo Cie Cong yang dilakukan cepat. Ia setelah
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, berhasil mengangkat naik jaring berbisa
musuhnya. Kemudian setelah itu kedua tangannya terus dikerjakan meraup cepat segumpalan
tanah bercampur pasir yang terus disebarnya keatas.
jaring berbisa itu, yang kesambar kekuatan serangan angin duluan dan kelanggar gumpalan
tanah pasir belakangan, lantas naik lagi tinggi keatas sampai beberapa kaki. Kesempatan sebaik
itu tidak disia-siakan oleh Yo Cie Cong. Dengan cepat ia menoblos keluar dari bawah jaring berbisa
lawannya.
Iblis Rambut Merah yang melihat To Cie Cong meraup tanah tadi, sudah dapat menebak juga
maksudnya tetapi ia sama sekali tidak berdaya mencegah perbuatannya anak muda itu, maka itu
sebelum Yo Cie Cong melesat keluar dari dalam kurungannya lebih dulu ia sudah kabur sipat
kuping meninggalkan lawannya.
Yo Cie Cong setelah berada diluar jaring, ternyata iblis Rambut Merah sudah tidak kelihatan lagi
bayang2nya.
Bukan main rasa gusarnya Yo Cie Cong. sampai ia banting2 kaki dan ber-teriaK2 seorang diri
"sungguh sial iblis itu bisa kabur. Tidak ada lain jalan kecuali menyerbu pusat perkumpulannya"
Ketika ia melihat bangkai2nya orang2 im mo-kao yang sudah hangus semuanya, dalam hati
merasa tidak tega juga, maka itu ia lantas menggali lubang dan mengubur semua bangkai berikut
jaring merah berbisa itu yang ditinggal begitu saja oleh yang empunya, Iblis Rambut merah.
Setelah selesai semua pekerjaannya, ia lalu melanjutkanperjalannya. Ia mau mencari terus
jejaknya dua musuh besarnya itu.
Apa yang membuat ia sangat girang dan bersemangat ialah, saat itu ia sudah dapat keputusan
bahwa Giok- bin Giam-po itu bukanlah ibu kandungnya sendiri Meskipun ia masih merasa sedih
karena masih belum juga dapat mengetahui asal-usul dirinya sendiri, tapi ia merasa itu jauh lebih
baik daripada harus mempunyai ibu seperti Giok- bin Giam-po itu.
Dengan sendirinya, ia merasa tidak senang terhadap perkataan orang berkedok kain merah
yang mengatakan bahwa iblis wanita itu adalah ibunya. sebaliknya ia merasa bersyukur sangat
terhadap wanita berkerudung jaag memberi petunjuk padanya bahwa wanita itu bukanlah ibunya.
jika tidak adanya petunjuk dari wanita misteri itu, mungkin sekali ia sudah tidak punya keberanian
hidup lebih lagi dalam dunia ini. = = ooo ooooo ooo = =
Siao-kay-nia, adalah nama suatu bukit kecil yang terletak di-tengah2 gunung Tay pit-san, juga
merupakan tempat dimana berdirinya pusat perkumpulan im-mo-kao.
Hari itu, pagi2 sekali, didaerah gunung Tay-pit-san yang tampaknya sangat angker kelihatan
benda putih melesat seperti asap mengepul. Tetapi, bagi orang2 rimba persilatan yang memiliki
kepandaian tinggi, sudah akan segera mengenali bahwa benda putih itu bukanlah asap yang
mengepul, melainkan seorang berkepandaian sangat tinggi yang sedang mengeluarkan
kepandaian lari pesatnya.
oleh karena sangat pesatnya gerakan kakinya, sampai2 bayangannya saja tidak dapat dilihat,
dari jauh kelihatan seperti asap mengepul saja.
Siapakah adanya orang itu? Apakah perlunya sewaktu hari masih begitu paginya sudah berada
didaerah pegunuhgan yang jarang dikunjungi manusia itu?
orang itu sudah tentu bukan lain daripada Yo Cie Cong adanya, itu orang yang memegang
peranan sebagai pemilik Golok Maut, yang namanya sudah lama menggetarkan jagad.
Ia tengah mencari suatu tempat, ialah pusat perkumpulannya Im-mo-kao.
Pada saat itu, ditempat sejarak seratus tombak lebih dari tempatnya berlari, juga terlihat
sesosok bayangan manusia, yang sebentar menghilang, agaknya orang itu sedang menguntit Yo
Cie Cong.

sudah tiga hari lamanya Yo Cie Cong memasuki daerah gunung Tay-pit-san itu, sekalipun sudah
mencari ubek-ubekan. tapi masih belum menemukan tempat yang dicari, ialah pusatnya
perkumpulan im-mo kao. sedangkan bayangannya seorang pun ia juga tidak pernah menjumpai.
Pusatnya satu perkumpulan agama yang begitu besar seperti Im-mo-kao, sampai tidak
kelihatan bayangannya seorang pun juga, ini sebenarnya merupakan suatu hal yang amat ganjil.
Dalam hati Yo Cie Cong lalu berpikir: “Apakah si Hitam hanya mendengar dari orang lain saja?
yang sebenarnya pusat Im-mo-kao itu tidak ada didaerah ini, atau dalam hal ini mungkin masih
terselip apa2nya yang agak aneh ?”
Yo Cie Cong sudah ambil putusan hari itu ia akan melakukan tuntutannya yang penghabisan
kali. jikalau masih juga tidak berhasil, ia akan meninggalkan gunung tersebut untuk mencari
keterangan lagi pada orang lain.
Tiba2 disuatu lembah sebelah kiri bukit siao-kay-nia ia melihat beberapa bayangan orang, yang
sebentar kemudian lantas melenyap kembali.
Yo Cie Cong diam-diam merasa girang. Dalam pikirannya, jlkalau ditempat itu betul terdapat
manusianya, barangkali agak mudah untuk mencari keterangan. Maka dengan cepat ia lantas
lompat melesat kelembah tersebut. Benar saja. Disitu ia telah menemukan empat orang.
Hanya dengan beberapa kali lompatan saja ia sudah berada ditempat tidak jauh diatasnya
keempat orang tersebut. sambil bersiul nyaring ia meluncur turun dihadapannya empat orang
tersebut.
Dalam kagetnya, mereka itu lantas pada menghentikan tindakannya. Dengan perasaan terheran2
mereka memandang wajahnya Yo Cie Cong yang cakap tetapi kecut.
Empat orang itu ternyata adalah orang2 laki2 pertengahan umur yang berdandan sebagai
pemburu binatang hutan-
Melihat itu, diam2 Yo Cie Cong menghelah napas seperti putus asa. Tetapi ia masih juga
menanya pada mereka:
"Apakah tuan2 tahu dimana letaknya pusat perkumpulan Im-mo-kao ?"
Empat laki2 itu mendadak berubah wajahnya, satu diantaranya lantas menjawab: "Apa? Immo-
kao? Kami belum pernah dengar orang berkata."
Yo Cie Cong agaknya merasa kecewa. Tetapi ia masih belum mau putus asa. Kembali ia
menanya.
"Apakah tuan2 pernah melihat di-dekat2 tempat ini ada orang2 dunia Kang-ouw yang mundarmandir?"
orang tadi lantas menjawab: "Dari sini terus masuk kira2 satu lie jauhnya, ada sebuah rumah
batu. Disana sering kami lihat orang keluar masuk. Benar apa tidak itu tempatnya yang tuan cari,
kami juga tidak tahu."
Yo Cie Cong saat itu sudah darat melihat bahwa orang2 laki2 yang berdandan sebagai pemburu
itu wajahnya bengis2, matanya berjelilatan macam bangsat. Agaknya kelakuan mereka tenang
tidak sewajarnya, maka dalam hatinya lantas timbul rasa curiganya. Dengan suara kaku dingin ia
berkata pula: "Apakah keterangan yang kalian berikan ini betul semuanya ?"
Empat laki2 itu terperanjat, sehingga mereka mundur beberapa tindak. salah seorang
diantaranya lantas menjawab: "Tidak ada perlunya bagi kami untuk membohongi tuan".
Yo Cie Cong cuma keluarkan suara dari hidungnya. Ia tidak mau banyak bicara lagi. Dengan
cepat ia memutar tubuhnya dan berjalan menuju ketempat yang ditunjuk.
Berjalan tidak berapa lama, disuatu tempat, dibawah sebuah puncak gunung tinggi, betul saja
kelihatan sebuah rumah batu yang tersembunyi letaknya didalam sebuah rimba.
Kalau dilihat dari atas gunung, rumah itu tidak kelihatan sama sekali. Karena teraling oleh
banyakpohon2 yang sangat rindang.

Melihat keadaan tempat tersebut, maka dalam hatinya lantas berpikir: ^sebagai pusat
perkumpulan besar, im-mo-kao rasanya tidak mungkin mendirikan tempat didalam rumah batu
ditempat ini. Tetapi kalau benar ada orang yang mendiami, juga tidak ada halangan untuk aku
minta keterangan-.
Memikir demikian, ia lalu melangkah masuk kedalam rumah batu tersebut.
Rumah batu itu didalamnya ternyata sangat luas. Dinding temboknya terbuat dari batu
semuanya. Kalau orang berada didalamnya, se-olah2 merasa berada dalam kuburan saja.
Yo Cie Cong dengan beruntun sudah melalui dua buah kamar batu. Tetapi sampai sebagitu
jauh, masih tetap ia belum dapat menjumpai seorang juga, sehingga dianggapnya bahwa rumah
itu adalah tempat kosong yang tidak ada penghuninya.
Belum lagi hilang rasa h era nnj a, tiba2 terdengar suara keresekan- pintu batu yang berada ditengah2
mendadak terpentang lebar2. Ketika Yo Cie Cong meiihat kedalamnya, darahnya lantas
naik seketika. Ia lantas berseru bengis "Giok-bin Giam-po Hari ini kau tidak bisa lolos lagi"
Sehabis berkata ia lantas angkat tangannya hendak menyerang iblis wanita itu.
Tetapi Giok- bin Giam-po lantas berkata: "Anjing cilik jangan keburu napsu Lihat dulu siapa ini"
Yo Cie Cong terpaksa urungkan maksudnya. Ketika matanya memandang kearahnya Giok-bin
Giam-po, ternyata dibawa kakinya iblis wanita itu ada rebah terlentang
seseorang. dan ketika ia mengamat-amati dengan seksama, orang itu ternyata adalah cucu
perempuannya si Pengail Linglung ut-tie Kheng yang entah dengan cara bagaimana bisa terjatuh
dalam tangannya iblis wanita itu.
Yo Cie Cong rasakan dadanya hampir meledak. Tanpa ayal lagi ia lantas menerjang masuk
kedalam.
"Anjing cilik. Tenang sedikit Kalau kau berani bergerak sembarangan nanti akan kuambil
jiwanya dia lebih dulu” Giok-bio Giom-po mengancam.
Ketika Yo Cie Cong melihat, ujung kakinya iblis wanita itu benar saja sedang ditujukan pada
jalan darah leng bun-hiat dibelakang punggungnya ut-tie Kheng. Maka lantas ia berkata gusar:
"Iblis, Kalau kau berani ganggu seujung rambutnya saja, nanti akan kuremukkan tulang2mu
semua"
Giok- bin Giam-po ketawa seram.
"Kalau aku menghendaki jiwanya dia." katanya, "mudah sekali cuma dengan menotol dengan
ujung kakiku saja, beres sudah"
Pada saat itu meski Yo Cie Cong merasa gusar, ia tak berdaya. Bagaimana cepat ia bisa turun
tangan, tidak nanti akan dapat melebihi kecepatannya iblis wanita itu mencelakai jiwanya ut-tie
Kheng. Maka itu ia tidak berani sembarangan bertindak.
Giok- bin Giam-po yang menyaksikan keadaannya anak muda itu, lalu berkata pula sambil
ketawa: "Bocah, urusan ini sebetulnya dapat diurus sangat sederhana sekali. Kalau kau tidak
menghendaki dia binasa, sudah cukup kalau kau menerima satu syarat yang akan kuadukan
padamu. "
Dengan menahan perasaan gusarnya, Yo Cie Cong akhirnya berkata dengan kertak gigi: "Apa
syaratnya? Lekas katakan-"
"Kau kutungi sendiri satu lengan tanganmu, lalu serahkan Golok Mautmu dan juga itu kayu
wasiat ouw-bok Po-lok Dengan berbuat begitu nanti kau boleh bawa dia pergi. Dan hutang
diantara kita, dikemudian hari kau mau menagih apa tidak. itu terserah padamu sendiri syarat ini
kau pikir bagaimana?"
"Kau mimpi" seru Yo Cie Cong tanpa pikir2 lagi.^
"Kalau begitu, kau benar2 menghendaki budak perempuan ini binasa dibawah kakiku." sehabis
berkata, kakinya dengan perlahan menyentuh punggangnya ut-tie Kheng.
Yo Cie Cong bercekat juga hatinya. Tetapi sjarat yang diajukan oleh iblis wanita itu berat sekali
dirasakannya, ia tidak bisa sama sekali. syarat itu sebetulnya jauh lebih keji daripada menghendaki

jiwanya Golok Maut, itu merupakan lambang baginya. jikalau ia mau menyerahkan benda itu,
seperti juga ia menyerahkan jiwa raganya. sedangkan kayu ouw-bok Po-lok itu, juga merupakan
benda warisan dari perguruannya. Bagaimana boleh diserahkan pada orang yang menjadi musuh
besar perguruannya sendiri?
Tetapi sebaliknya ia juga tidak bisa membiarkan ut-tie Kheng binasa dibawah kakinya iblis
wanita telengas itu.
Ut-tie Kheng mencinta sangat terhadap dirinya. Ia sendiri juga sebetulnya sudah merasa cinta
padanya, tetapi ia tidak berani menyatakan, dengan berterus-terang, sebab hatinya sudah dibawa
pergi oleh siang-koan Kiauw, yang sudah dianggapnya binasa dilautan Lam-hay.
Tetapi kakeknya Ut-tie Kheag, pernah menanam budi besar padanya. Kalau ia bisa terus hidup
sampai saat itu, semua itu adalah karena jasanya si Pengail Linglung itu disamping semua itu si
Hweeshio gila pun sudah berpesan wanti2 padanya untuk mencari dan menemukan kembali ut-tie
Kheng. semua itu telah membuat ia tidak bisa peluk tangan menyaksikan nona cantik itu
menghadapi bahaya maut.
Tetapi dengan cara bagaimana baiknya ia dapat merintanginya maksud iblis wanita itu?
Ia tahu betul, seandainya ia terima baik syarat yang diajukan oleh musuhnya musuh itu pasti
tidak mau lepaskan dia berlalu begitu saja. Kalau sang musuh itu ajukan syarat serupa itu maksud
dan tujuannya tidak lain untuk membikin kedudukannya menjadi lemah dulu.
Untuk sesaat lamanya Yo Cie Cong tidak dapat berbuat suatu apa. sedangkan dada dan
pikirannya terus bergolak. hampir saja meledak.
"Bocah, kau terima apa tidak?" demikian ia dengan si iblis wanita mendesak.
Yo Cie Cong hanya perdengarkan suara dihidung, sama sekali ia tidak mau menjawab.
Tiba2, dinding sebelah kanan dari kamar batu tersebut, saat itu ber-gerak2, tidak lama
kemudian dari situ muncul keluar serombongan orang yang berjalan paling depan, ternyata
Kauwcu dari Im-mo-kao, si iblis Rambut Merah cho ngo Teng. Dibelakangnya berjalan mengikuti
lebih dari sepuluh orang.
Diantara orang2 itu yang dikenalnya, terdapat wakil Kauwcu suma chiu, Kauwcu muda dan Tlo
Lee Tin-
Tetapi apa yang membuat ia lebih heran adalah, itu wanita berkerudung yang baru2 ini
diangkat sebagai ketua baru dari perkumpulan Pek-leng-hwee, entah apa sebabnya juga berada
didalam rombongan orang2 tersebut. Rombongan itu pada berbaris disebelah kanan. semua mata
diunjukan kearahnya Yo Cie Cong.
Dibelakangnya Yo Cie Cong, kembali terdengar tindakan kaki orang. ia tahu bahwa diluar kamar
saat itu pasti sudah dikurung oleh semua orang2nya Im-mo-kao.
Dengan mengandal kekuatannya sendiri, mungkin ia masih sanggup melihat orang2 itu yang
berjumlah banyak. tetapi dengan ut-tie Kheng yang sudah berada dibawah ancaman sang musuh,
mana dapat ia bergerak leluasa tanpa mengakibatkan kematiannya cucu si Pengail linglung?
Saat itu, matanya Yo Cie Cong sedang ditujukan pada si wanita berkerudung, tetapi sedikitpun
ia tidak bisa melihat sikap apa yang ada dibalik kerudung merahnya itu.
Iblis Rambut Merah cho Ngo Teng. perdengarkan suata ketawa yang menyeramkan berkata:
"setan cilik Kau sudah pikir masak2?"
sorot matanya Yo Cie Cong yang penuh hawa amarah menatap wajahnya iblis tua itu, namun
masih tetap ia tidak menjawab.
Apa yang masih merupakan suatu pertanyaan besar baginya pada saat itu ialah "Dimana
letaknya pusat perkumpulan im-mo-kao itu ?"
Kalau dilihat dari gelagatnya, pada saat itu ada kemungkinan besar pusatnya perkumpulan itu
memang betul terletak digunung tersebut, Tetapi juga terang bukanlah didalam rumah batu ini.
Hawa udara didalam rumah itu agaknya sangat lembab, sehingga bisa membuat orang susah
bernapas.

"setan cilik Akan kuhitung. satu sampai lima Kalau kau masih tetap tidak mau terima baik sjarat
itu, akan kuhabiskan jiwanya budak perempuan ini." demikian Giok- bin Giam-po berkata lagi
sambil ketawa terkekeh-kekeh.
“Kalau begitu, kalian sendiri juga akan mati semuanya" Yo Cie Cong juga tidak mau kalah
gertak.
Jawaban ini membikin terperanjat semua orang.
Tiba2 wanita berkerudung itu berpaling dan berkata pada Giok-bin Giam-po: "Phoa Hokshoat
(Phoa pelindung hukum), aku punya akal sedikit, untuk paksa dia menerima syarat itu"
"Akal apa ?"
Dengan sorot mata gemas Yo Cie Cong mengawasi dirinya wanita berkerudung itu, dalam
hatinya diam2 berpikir: ^Kau sendiri juga tidak akan terhindar dari kematian-
Wanita berkerudung itu lantas menjawab^ "Mudah sekali cuma perlu .. , ."
Berbareng pada saat itu, kakinya sudah digeser, sehingga badannya sudah berada
dibelakangnya Giok-bin giam-po, kemudian ia berkata dengan bengis: "Geser kakimu"
Kiranya tangannya wanita berkerudung pada saat itu sudah mengancam bagian jalan darah
penting dibadannya Giok-bin Giam-po.
Perbuatan yang sama sekali tidak ter-duga2 itu, membuat Giok-bin Giam-po yang sedang
mengancam orang, berbalik terancam sendiri jiwanya, sehingga wajahnya seketika itu menjadi
pucat pasi.
Sudah barang tentu juga perubahan yang terjadi secara mendadak ini juga membuat semua
orang pada terperanjat dan ter-heran2.
Yo Cie Cong hamper tidak percaya mata kepalanya sendiri, Ia hampir tidak percaya bahwa apa
yang terjadi didepan matanya itu betul2 adalah suatu kenyataan-
Mengapa wanita berkedok itu bisa berada didalam rombongan orang2 im-mo-kao. Tetapi pada
saat segenting waktu itu, ia lantas turun tangan secara mendadak.
Pada saat itu, Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow benar saja sudah menggeser kakinya yang
sedang mengancam dirinya ut-tie Kheng.
Oleh karena kini keadaan telah berubah jadi sedemikian rupa semua orang2nya Im-mo-kao pun
tidak ada seorang juga yang berani turun tangan. Kesempatan ini telah digunakan se-baik2nya
oleh Yo Cie Cong.
Tepat pada saat Giok-bin Giam-po menggeser kakinya dari dekat ut-tie Kheng, dengan
menggunakan ilmunya ‘Menggeser tubuh mengganti bayangan’, cepat bagai bersandar disuatu
sudut dinding sambil memondong tubuhnya sinona.
Iblis Rambut Merah cho Ngo Teng dengan sorot mata buas mengawasi dirinya si wanita
berkerudung. Lama sekali baru dapat ia berkata dengan suaranya yang seram:
“Budak hina Kau berani berkhianat? Peksleng-hwee nanti akan kusapu bersih sampai rata
dengan tanah"
Wanila berkerudung itu. dengan suaranya yang halus merdu, menjawab: "jiwamu
sendiri masih belum bisa menjamin, berani kau omong besar lagi. Tahukah kau bahwa
pemimpin Pek-leng-hwee bukan seperti lampu yang akan kehabisan minjak?"
Yo Cie Cong dengan sorot mata ter-heran2 menatap wajahnya wanita berkerudung itu sejenak.
kemudian berkata pada iblis Rambut Merah dengan suaranya yang ketus dingin,
"Cho Ngo Teng sekali lagi aku mau kasih penjelasan padamu. Im-mo-kao akan segera sampai
pada hari naasnya, seperti apa yang terjadi dengan Kam-lo-pang pada dua puluh tahun berselang.
Dengan demikian kawanan bicokok dari dunia Kang-ouw tahu bahwa semua dosa itu hamru
ditebus dengan setimpal"
semua orang2nya Im-mo-kao pada menggigil ketika mendengar perkataan Yo Cie Cong
tersebut.

Pada saat itu sesosok bayangan mendekati si wanita berkerudung dan dengan melakukan
serangan membokong.
Yo Cie Cong lantas berseru: "Kau cari mampus"
kemudian dengan kecepatannya yang sudah tidak ada taranya lagi langsung mengirim satu
serangan hebat kearahnya pembokong tersebut.
Hampir bersamaan pada saat wanita berkerudung itu dibikin terkejut, Giok- bin Giam-po sudah
berhasil melepaskan diri dari ancaman wanita berkerudung itu.
Diantara suara jeritan ngeri, tubuhnya Tio Lee Tin yang langsing, telah terpukul oleh serangan
Yo Cie Cong tadi dan wanita berkerudung itupun, pada saat itu juga lantas lompat melesat dan
berdiri disampingnya Yo Cie Cong.
Ternyata, orang yang melakukan serangan membokong terhadap wanita berkerudung tadi itu,
adalah bekas anak muridnya orang berkedok kain merah yang sudah berontak terhadap
perguruannya. orang itu tidak lain daripada Tio Lee Tin-
Untunglah perbuatannya itu sudah dipergoki oleh Yo Cie Cong yang sudah berlaku sangat
waspada, yang lantas segera turun tangan menghalangi perbuatan licik dari Tio Lee Tin-
Tetapi, selain menolong dirinya wanita berkerudung. Yo Cie Cong juga sudah melepaskan
dirinya Giok-bin Giam-po dari ancaman bahaya maut.
Dengan perasaan sangat terharu Yo Cie Cong berkata pada wanita berkerudung itu, yang saat
itu sudah berada disampingnya:
"jikalau nona tadi tidak turun tangan memberikan bantuan entah apa yang akan terjadi malam
ini. sungguh sukar dibayangan. Aku yang rendah hampir saja kesalahan mengira kelakuan nona
yang telah bercampuran dengan kawanan iblis."
"Ucapanmu ini baik kau simpan saja dulu. sekarang keadaan sangat berbahaya." cepat wanita
berkerudung itu menjawab.
Benar saja, semua orang2nya Im-mo-kao pada saat itu dengan cepat sudah menghilang dari
ruangan tersebut.
Hanya tertinggal iblis Rambut Merah cho Ngo Teng dengan Giok-bin Giam-po Phoa cit Kow lagi
saja dipihaknya Im-mo-kao. sambil lempangkan kedua tangannya sebatas dada, badannya mereka
perlahan-lahan bergerak mundur kebelakang.
"Aaaa, mau kemana? serahkan dulu jiwa kalian- kata Yo Cie Cong bengis. Ucapannya dibarengi
dengan meluncurnya serangan dahsyat dari tangannya.
Dua iblis itu dengan cepat lompat masuk kedalam berbareng dengan itu, lantas terdengar suara
seperti bom atom meledak. sehingga batu dan pasir pada berhamburan. Dinding sekitar pintu
telah menjadi sebuah lubang besar dan rumah yang terbuat dari pada batu tampaknya seperti
segera ambruk.
Dari pintu yang sudah rubuh itu, jika orang melongok kedalamnya. akan melihat disebelah
dalamnya terdapat lagi sebuah jalan lorong yang gelap.
Yo Cie Cong yang sangat cerdik, sudah lantas sajar bahwa pusatnya perkumpulan Im-mo-kao
tentu terletak dibawah goa ini. sedangkan rumah batu itu sendiri se-benarnya hanya merupakan
pintu masuknya.
Empat orang laki2 yang berdandan seperti pemburu tadi, sudah terang ada orang2nya Im-mokao
yang dengan sengaya memberitahukan jalan pada Yo Cie Cong supaya masuk dalam
perangkapnya.
Baru saja Yo Cie Cong hendak bergerak menerjang masuk kedalam jalan goa yang gelap itu,
tiba2 terderigar suaranya siwanita berkerudung. "Siaohiap. bagaimana dengan ini?"
Yo Cie Cong kini baru ingat bahwa dirinya Ut-tie Kheng saat itu masih belum ingat orang.
Tetapi ia juga kuatir kalau membiarkan mereka berlalu begttu saja, kawanan iblis itu nanti akan
merat semuanya. Maka itu sesaat lamanya ia merasa serba salah.

Achirnya ia lalu tundukkan kepada memeriksa keadaannya ut-tie Kheng. sekarang ia tahu
bahwa nona itu hanya kena tertotok jalan darahnya saja, lain tidak, maka dengan secara ter-gesa2
ia menjawab siwanita berkerudung:
"Atas bantuanmu kali ini, dilain kali pasti akan kubalas. Nona Ut-tie cuma kena totokan pada
jalan darahnya. Barangkali tidak akan menjadi rintangan sedikit juga. Harap nona suka bawa ia
dulu untuk sementara waktu. Tiga bulan kemudian engkongnya, siorang tua yang disebut Pengail
Linglung akan menantikan kedatangannya dirumah makan oey-ho-lao. Aku sendiri, kini akan
berusaha terus untuk mengejar musuh2ku, maka aku serahkan dirinya nona Ut-tie ini pada nona,
dan atas bantuan sekali lagi ini, aku ucapkan sekali lagi banjak2 terima kasih."
Sebabisnya berkata dengan cepat ia menggunakan ilmu, ‘Hui-siu Kay-hiat’ membuka totokan
jalan darah ditubuhnya ut-tie Kheng, kemudian badannya bergerak dan terus melompat masuk
kedalam goa.
Wanita berkerudung itu tiba2 berseru dengan suara nyaring: "Kau balik"
Yo Cie Cong terpaksa balik kembali, dengan wajah tampak gelisah ia bertanya: "Masih ada
urusan apa nona panggil aku kembali ?"
Wanita berkerudung itu tampak berpikir sejenak. lalu berkata dengan suaranya yang lemah
lembut: "Barang kali kau sudah tidak keburu mengejar mereka."
"Kenapa ?"
"Dari dalam goa ini, melalui jalanan didalam gunung, bisa menembus kesuatu tempat yang
dinamakan Im-bu-kok. juga tempat ini merupakan markas besarnya Im-mo-kao. Tapi dalam
lembah itu banyak sekaii terdapat jalan rahasianya. orang yang hendak kau kejar ada
kemungkinan besar sudah merat melalui lain jalan yang masih belum diketahui oleh lain orang."
Yo Cie Cong melongo mendengar keterangan itu, kemudian lalu berkata sambil ketawa getir:
"Tapi aku pantang mundur kalau karena itu saja."
"Kalau begitu, kau harus berlaku sangat hati2. jangan sampai kena kejeblos oleh akal busuk
yang sangat keji dari mereka."
"aksud baik nona akan selama kusimpan dalam hati, Bolehkah aku tahu nama nona yang
mulia?"
"Ini nanti akan kuberitahukan bila kita bertemu lagi."
Terpaksa Yo Cie Cong hanya anggukan kepalanya, dengan wajah agak muram ia menanya.
"Nona sekarang sudah menjadi pemimpin perkumpulan Pek-leng-hwee. Mengapa mau mengabdi
pada mereka orang Im-mo-kao? Dan apa lagi sebabnya nona berani berkhianat terhadap mereka
dan menolong aku yang rendah dengan tidak memikir akibatnya dikemudian hari? Boleh nona
memberikan sedikit penjelasan mengenai ini?"
"Aku cuma menerima pesan dari orang lain supaya aku masuk perkumpulan ini. Beradanya aku
disini, dengan menggunakan akal pura2 berserikat dengan Im-mo-kao." .
"Siapa itu orang yang memesan pada nona?"
"orang berkedok merah."
Yo Cie Cong semakin bingung ketika mendengar jawaban itu, hingga dalam hatinya lantas
berpikir: ^Apa sebabnya orang berkedok merah menyuruh wanita berkerudung menyelundup
masuk kedalam perkumpulan im-mo-kao. Tindakan ini agaknya melulu lagi2 untuk kepentinganku.
Tetapi mengapa dan bagaimana dia tahu kalau aku akan datang kemari hendak mencari
musuhku^,
Orang berkedok kain merah itu sejak pertama kali bertemu ditepinya danau Naga dulu,
agaknya terus membuntutinya, malah setiap kali apabila Yo Cie Cong berada dalam keadaan yang
sangat berbahaya ia lalu muncul secara tiba2. Mengapa?
Inipun merupakan suatu teka-teki juga bagi Yo Cie Cong. suatu teka-teki yang sulit dapat
dijawab, sehingga membuat Yo Cie Cong semakin memikir semakin bingung dibuatnya.
"Tahukah nona apa sebabnya orang berkedok merah itu minta nona berbuat begitu?" "Tentang
ini, maafkan aku tidak bisa berikan jawabannya padamu,"
"Kalau begitu, sekarang juga kuserahkan nona ut-tie ini kepada nona. sampai bertemu lagi."

setelah meninggalkan pesannya itu, Yo Cie Cong lalu mewujutkan maksudnya untuk mengejar
musuh2nya, sekejap saja ia sudah menghilaog, dari hadapannya itu wanita berkerudung.
setelah pemuda gagah dan tampan itu lenyap dari pandangannya, si wanita berkerudung
menghela napas panjang sambil mengawasi terus kearah menghilangnya Yo Cie Cong.
Pada saat itu, ut-tie Kheng sudah siuman kembali. Ketika ia membuka matanya terus ia
melompat bangun. Dengan sorot mata ter-liar2an ia mengawasi itu waniia berkerudung, lama
sekali baru ia bisa membuka suara: "Kaukah yang menolong aku ?"
"Bukan-"
“siapa?"
"Pemiik Golok Maut."
"Dan sekarang, kemana dia?"
"sudah pergi. Tapi dia telah menyerahkan kau padaku. Dia suruh aku mengawani kau kerumah
makan oey-ho-louw untuk menemui engkong mu."
Rasa pedih dan duka terlintas diwajahnya ut-tie Kheng, "Tidak Aku harus mencari dia."
"Kau tidak dapat menemui dia. sekarang kita sendiri berada dalam keadaan bahaya. Kita perlu
meninggalkan tempat ini dulu. Lebih cepat lebih baik,"
"Tidak. Kalau mau pergi, pergilah sendiri Aku masih perlu padanya."
"Kemana kau hendak mencarinya ?"
Ut-tie Kheng yang sudah ingin sekali bertemu dengan Yo Cie Cong, ketika mendengar
pertanyaan itu, lantas terperanjat. Dalam hatinya lalu berpikir. Benar juga katanya, kemana aku
harus mencari padanya." setelah berpikir sejenak. kemudian berkata pula: "Bolehkah kau
beritahukan padaku kearah mana tadi dia pergi?"
"Aku sendiri juga tidak tahu. sebab ketika tadi dia berlalu, dia tidak mengatakan lebih dulu
kepadaku."
Sepasang matanya ut-tie Kheng lantas merah. Butiran air mata mulai mengalir keluar. Ia masih
tetap kukuh dengan pendiriannya sendiri, maka ia terus saja mendesak pada wanita berkerudung:
"Tolonglah kau beritahukan padaku. sekalipun sampai diujung langit aku akan juga akan mencari
terus padanya."
sehabis berkata, ia lantas memutar tubuhnya hendak berlari keluar dari rumah batu itu.
"Untuk sekarang ini, barangkali dia masih belum mau menemui kau. Mungkin dia masih ada
kesulitan. Aku tahu kalau kau mencinta sangat padanya, maka kau harus dengar perkataannya.
Bahkan kau harus turut juga memikirkan bagaimana kesengsaraan dan penderitaan engko-mu
yang terus-menerus menantikan kau."
Ut-tie Kheng tergerak hatinya.
Wanita berkerudung itu lantas menepuk pundaknya ut-tie Kheng seraya berkata: "Aku mungkin
lebih tua daripada kau. Maka ijinkanlah aku memanggilmu adik, Marilah ikut aku pergi"
Sambil menarik tangannya ut-tie Kheng ia lari dengan pesat.
sekarang mari kita menyusul Yo Cie Cong yang mengejar musuhnya dari jalanan goa itu.
Napsunya untuk dapat menuntut balas sakit hati perguruannya telah membuat ia melupakan
segala bahaya. Diluar dugaannya, disepanjang perjalanannya didalam terowongan itu ia tidak
mendapatkan rintangan suatu apa.
Tidak antara lama ia lantas dapat melihat sinar terang. ia tahu juga bahwa ia sudah sampai
diujungnya mulut goa , maka lantas gerak kakinya dipercepat.
Ketika Yo Cie Cong berada didalam terowongan, sesosok bayangan manusia terus menguntit
dibelakangnya secara diam2,
Ketika Yo Cie Cong sudah keluar dari mulut goa, kembali ia dapatkan dirinya berada dimulut
lembah lagi yang banyak kabutnya. Tetapi dengan mengandalkan daja lihatnya yang sangat
tajam, ia masih dapat melihat dengan tegas keadaan disekitar tempat tersebut.

Lembah sempit dimana ia berdiri ternyata dikitari oleh puncak2 gunung yang menjulang tinggi
kelangit. Diantara tebalnya kabut, samar2 dapat dilihatnya beberapa buah bangunan rumah, yang
mungkin menjadi pusatnya perkumpulan Im-mo-kao yang satunya lagi.
Tetapi apa yang mengherankan disitu ia tidak dapat melihat bayangan seorangpun juga,
setelah berpikir sejenak, Yo Cie Cong lalu berjalan lagi mendekati bangunan rumah2 tersebut.
Ia telah mengerahkan kekuatannya pada kedua tangannya bersiap sedia untuk menghadapi
segala kemungkinan-
Mendadak, dibelakang dirinya terdengar suara gemuruh.
Yo Cie Cong terperanyat. Ketika ia menoleh, mulut goa ternyata sudah dibikin meledak dan saat
itu batu2 sedang berhamburan dengan hebatnya menguruk tempat tersebut.
Yo Cie Cong hanya mengawasi itu semua sambil ketawa dingin. semua itu tidak digubrisnya
sama sekaii. Ia terus melanjutkan perjalanannya untuk mencapai bangunan rumah2 tersebut.
Didalam lembah itu, kabut tampak sangat tebal.
Karena tempat tersebut dikitari oleh puncak gunung, maka hanya tebing tinggi yang seperti
dinding batu sajalah yang mengitari tempat tersebut. Karena curamnya tempat itu, sampai segala
binatang, juga sukar tinggal ditempat tersebut. Itu pulalah sebabnya mengapa Yo Cie Cong sudah
mencari ubek2an, masih belum dapat menemukan pusatnya perkumpulan Im-mo-kao yang sangat
tersembunyi itu.
Yo Cie Cong, yang dalam hatinya hanya memikirkan menuntut balas sakit hati saja, sama sekali
tidak memikirkan kalau jalan mundurnja-sudah buntu.
Ia terus berjalan. Makin lama makin mendekati rentetan rumah2 itu. sekarang ia telah dapat
melihat dengan nyata bahwa barisan rumah2 yang kira2 ada seratus buah banyaknya itu. terpisah
kira2 seratus tombak dari bangunan rumah2 itu terpant yang sebuah papan besar yang diatasnya
ada gambaran lukisannya setengah badan dari seorang berambut merah dengan roman mukanya
yang bengis. Itu adalah gambarnya iblis Rambut Merah cho Ngo Teng sendiri.
Yo Cie Cong dalam gusarnya lalu menyerang papan itu dengan tangannya. sebentar kemudian
papan itu sudah hancur berantakan.
Papan yang merupakan lambang dari perkumpulan Im-mo-kao telah hancur berantakan
ditanah.
Tiba2 matanya menatap sebuah gundukan ditanah, yang letaknya disebelah kanan sepuluh
tombak dari tempatnya berdiri, Diatas gundukan tanah itu ternyata masih terdapat sebuah peti
mati, Yo Cie Cong segera lompat menghampiri.
Disampingnya peti mati, ada sebuah liang kubur yang tampaknya baru habis digali. Didepan
peti mati yang terletak disamping liang kubur, terdapat sebuah batu nisan.
Yo Cie Cong merasa heran melihat pemandangan itu. Entah siapa orangnya yang binasa,
sampai sekarang masih belum dikubur?
Terdorong oleh perasaan heran, membuat ia seperti tertarik oleh batu nisan itu, Dan apa yang
tertulis diatas batu nisan itu, hampir saja membuat dadanya meledak. Batu nisan itu tertulis
dengan huruf2nya yang berbunyi: "Disini tempat bersemayam arwahnya pemilik Golok Maut Yo
Cie Cong"
Tidak usah dikata lagi, peti mati disitu adalah perbuatannya orang2 Im-mo-kao yang sengaya
menyediakan tempat tersebut untuknya.
Dalam gemasnya, ia mengayunkan tangannya menggempur peti mati itu.
"Anak. jangan" dermikianiah tiba-tiba terdengar suara yang kemudian disusul oleh munculnya
seseorang dengan dibarengi kekuatan tenaga dalam menghalangi perbuatan Yo Cie Cong yang
hendak menghancurkan peti tersebut.
Dengan secara kebetulan, tubuhnya melayang kebelakang sebuah pohon bambu.
Baru saja badannya Yo Cie Cong terpental, lantas terdengar suara ledakan hebat, tanah dan
batu pada berhamburan ditengah udara, bercampur dengan asap dan baunya obat pasang.

Gundukan tanah serta peti matinya telah hancur berantakan-
Bukan kepalang kagetnya Yo Cie Cong. sungguh tidakpernah ia menyangka bahwa peti mati itu
berisikan bahan peledak. Hampir saja ia hancur lebur disitu.
Ia masih belum tahu juga, siapakah adanya orang yang tadi membuat ia terpental begitu jauh.
Untuk ketiga kalinya ia telah terhindar dari bahaya kematian.
Tepat pada saat suara ledakan tadi berbunyi, disekitar tempat tersebut lantas
muncul beberapa bayangan manusia. Dua orang yang rupa2nya memimpin rombongan
tersebut, ternyata ada Iblis Rambut merah sendiri, dengan iblis wanita Giok-bin Giam-po Phoa cit
Kow.
Saat itu lantas terdengar suaranya Iblis Rambut Merah yang diiringi oleh suara ketawanya yang
menyeramkan.
"Ha, ha, ha,....Bencana sudah kita singkirkan, sekarang kita boleh tidur dengan perasaan
aman,"
Giok-bin Giam-po lantas menyahut dengan suara dingini "Kauwcu, kau jangan merasa girang
dulu Periksalah dulu keadaan sekitar tempat ini. setan cilik itu ternyata sudah bisa lolos dari
senjatamu yang paling ampuh, jaring merahmu dan didalam kamar batu kembali ia dapat ditolong
oleh si budak hina yang menghianati kita. sekarang aku masih merasa sangsi apakah setan cilik
itu...."
"Ha. Phoa Hok-hoat, kau terlalu banyak pikir Setan cilik itu saat ini barangkali sudah menemui
Giam-lo-ong."
Meski dimulutnya Iblis Rambut Merah mengatakan demikian, tetapi dihatinya ia masih punya
sedikit rasa kuatir. cepat2 ia berjalan menuju ketempat yang barusan meledak.
Setelah mengadakan pemeriksaan sejenak. lalu ia berseru kaget: "Eh sungguh aneh. Kenapa
sama sekali tidak kelihatan tanda2 darah atau kepingan daging manusia?" Giok-bin Giam-po
dengan wajah berubah berkata:
"Jangan2 sekali lagi ia dapat meloloskan diri Rencana kita yang terakhir ini
kalau sampai gagal lagi, habislah sudah semuanya."
Iblis Rambut Merah kini baru merasa bahwa keadaan sudah sangat genting. Dengan cepat ia
mengulapkan tangannya dan lekas berikanpada semua anak buahnya: "Geladah"
"Menjalankan perintah."
Diantara suara riuhnya anak buahnya Im mo-kao yang berjumlah tidak kurang dari dua ratus
jiwa, dengan senjata masing2 terhunus dan men-bagi2 diri menjadi beberapa kelompok. terus
mengadakan pemeriksaan disekitar tempat tersebut.
Tetapi didalam hatinya setiap orang itu semuanya pada diliputi perasaaan takut yang sangat,
semua merasa ketar-ketir, sebab dengan melakukan penggeledahan secara demikian itu, tidak
bedanya dengan perbuatannya kambing yang hendak mencari jejaknya harimau.
Yo Cie Cong yang sedang bersembunyi dibelakangnya sebatang pohon bambu. telah dapat
mendengar nyata semua pembicaraan mereka.
Selagi ia memikir bagaimana baiknya unjukkan diri, dilihatnya orang2nya Im-mo-kau dengan
gerombolan beberapa puluh orang, sedang berjalan menuju ketempat persembunyiannya.
sebentar saja rombongan orang2 itu sudah sampai ditempat yang tidak cukup dua tombak
didepan matanya.
Rasa gusar telah menyesak dada. Dengan wajah penuh hawa napsu membunuh, badannya Yo
Cie Cong melesat tiga kali.
Rombongan orang2 im-mo-kao itu, ketika melihat dari belakang gerombolan bambu
muncul dengan mendadak dirinya seseorang, apalagi setelah mengetahui siapa orangnya itu,
semangatnya lantas terbang seketika. sehingga suara jeritan dan seruan terdengar amat ramai.

Sambil kertak gigi Yo Cie Cong menghampiri mereka, kemudian memutar kedua belah
tangannya, dengan menggunakan kekuatan penuh dengan ilmunya chiu-hong Lok-yip ia menyapu
kearah rombongan orang2 tersebut.
Dalam waktu sekejapan saja lantas terdengar suara jeritan ngeri beberapa kali, orang2 itu pada
terbang tinggi untuk terus jatuh bergelimpangan se-olah2 daun kering tertiup angin saja,
Yo Cie Cong yang sudah sangat mendongkol dan merasa gemas bukan kepalang atas
perbuatannya orang2 Im-mo-kao, turun tangannya pun tanpa mengenal kasihan lagi. tanpa pilih
bulu. setelah serangannya yang pertama itu, ia menyusul pula oleh serangan lanjutannya. Maka
sebentar saja anak buahnya Im-mo-kao yang jumlahnya kira2 empat puluh orang itu sudah pada
menggeletak diatas tanah bagai bangkai-bangkai semuanya.
Didalam lembah yang diliputi kabut tebal itu, yang tampaknya meski seram tetapi tenang,
sesungguhnya tidak pernah disangka bahwa hari ini akan terjadi pembunuhan besar2an-
Setelah rombongan orang yang pertama itu terbinasa semuanya, rombongan yang lainnya
lantas pada meluruk maju semua menyerbu Yo Cie Cong. Yo Cie Cong lantas menghunus senjata.
Kembali Golok Maut akan beraksi.
Dengan senjara Golok Maut ditangan kanan dan kekuatan tenaga dalam ditangan kiri ia
melesat kedalam rombongan orang2 itu Perbuatan yang sudah seperti orang kesetanan,
Sebentar saja disitu sudah banjir darah.
Anggota badan manusia tampak berserakan ditanah.
Mereka semua telah menjadi korbannya Golok Maut.
Pembunuhan yang sangat mengerikan ini berlangsung terus, sehingga dalam waktu sekejapan
saja darah sudah membanjiri tempat itu, bangkai manusia ber-tumpuk2 seperti gunung anakan.
Beberapa anak buahnya Im-mo-kao yang terhitung golongan yang paling kuat, setelah
mengadakan perundingan sejenak. dibawah pimpinan Kauwcunya sendiri mulai menyerbu Yo Cie
Cong.
Orang2nya Im-mo-kao yang masih belum binasa dengan rasa penuh ketakutan lantas pada
mundur serabutan.
Diantara tumpukan bangkai manusia itu, Yo Cie Cong berdiri tegak se-olah2 utusan Giam-loong
baru tutun dari langit.
Iblis Rambut Merah bersama Giok- bin Giam-po dan beberapa puluh orang kuat Im-mo-kao
lainnya mengurung dirinya Yo Cie coag di-tengah2.
Diantara rombongan orang2 itu, juga terdapat Tio Lee Tin yang saat itu sedang memandang Yo
Cie Cong dengan sorot mata buas.
saat itu matanya Yo Cie Cong sudah merah membara. Badannya sudah berlepotan darah
musuh2nya. Dengan sorot mata buas ia menatap wajahnya iblis Rambut Merah. kemudian berkata
padanya dengan suara gusar .
"Cho Ngo Teng Hari ini tidak akan satu manusia pun juga yang boleh tinggal hidup didalam
lembah In-bun-kok ini"
Ucapan yang diberitahu penuh rasa kegusaran dan napsu pembunuhan ini, membuat kawanan
iblis itu pada tergont yang hebat hatinya.
Iblis Rambut merah matanya mengawasi bangkai anak buahnya yang berserakan ber-tumpuk2
diatas tanah, dengan sorot mata gusar yang tak terhingga ia menjawab:
"Setan cilik Kauwcumu kalau tidak mampu membeset kulitmu dan tidak dapat membikin remuk
tulang2mu, bersumpah tidak akan jadi orang lagi"
Sehabis mengeluarkan perkataannya. badannya agak mundur setengah tindak. sepasang
matanya dipejamkan dan kedua lengan tangannya diangkat naik, kemudian mendorong keluar
dengan perlahan- saat itu juga lantas terdengar suara tulang2 yang berkretekan, dan telapakan
tangannya segera keluar hawa dingin luar biasa yang bisa mencapai sejarak kira2 tiga tombak.

Yo Cie Cong segera mengerti bahwa itu ada ilmu serangannya iblis rambut Merah yang paling
ampuh yang dinamakan Thay-im-ciang, Maka ia segera mengeluarkan ilmunya ‘Liang-kek cingoan’
untuk menyambuti serangan tersebut.
Kekuatan dari kedua pihak termasuk ilmu kekuatan sakti semuanya. maka diluar kelihatan tidak
seberapa hebat dan aneh, tapi kekuatan ada mengandung didalamnya ada sangat hebat.
Oleh karena dahsyatnya ilmu Liang- kek cin-goan yang setiap saat bisa berubah keras maupun
lunak. maka begitu kedua kekuatan itu bertemu, lantas kelihatan mujijatnya ilmu tersebut.
Setelah terdengar suara benturan nyaring, ilmu kekuatan yang mengandung hawa dingin dari
iblis Rambut Merah lantas buyar dan lenyap seketika.
Pada saat itu anak buahnya iblis Rambut Merah yang termasuk golongan kuat, telah melakukan
serangan membokong kepada dirinya Yo Cie Cong dengan berbareng.
Kekuatan dari orang2 yang dipusatkan jadi satu itu, sudah tentu merupakan kekuatan tenaga
gabungan yang hebat sekali.
Yo Cie Cong yang mengetahui dirinya sedang dibokong, lantas memusatkan seluruh
kekuatannya itu pada kedua tangannya, kemudian mengeluarkan serangannya dengan
menggunakan ilmunya dari ouw-bok sin-kang yang dinamakan ‘Kiau-khun sit-sek’
Kekuatan yang keluar dari kedua tangannya Yo Cie Cong telah menimbulkan gemuruh bagaikan
gunung rubuh, angin hebat telah mendampar, se-olah2 gelombang air laut yang sedang
mengamuk.
Akibatnya dua orang diantara orang kuat tadi sudah binasa seketika itu juga, yang lainnya pada
jatuh bergulingan, sedang Yo Cie Cong sendiri juga terpental mundur sampai beberapa tindak.
Dalam keadaan demikian. iblis Rambut Merah kembali melakukan serangannya dengan ilmunya
‘cay-im-ciang’
Yo Cie Cong sambil kertak gigi lompat kesamping dua kaki, tapi belum lagi berdiri tegak. Giokbin
Giam-po dan dua orang kuat dari Im-mo-kao yang berada dikanan Yo Cie Cong sudah
mengeluarkan serangannya berbareng.
Keadaan Yo Cie Cong pada saat itu se-olah2 terjepit diantara orang2 kuat dari kawanan iblis itu,
serangan dengan kekuatan tenaga hebat telah menggempur dirinya dari berbagai penjuru.
Dengan menggunakan seluruh kekuatan tenaganya Yo Cie Cong kembali mengeluarkan ilmunya
ouw-bok sin-kang gerak keempat yang dinamakan ‘Lo-hay siu-po’ untuk menyambuti setiap
serangan musuhnya.
Setelah beberapa jurus berlalu Yo Cie Cong sudah mulai bergolak dadanya. ia pikir jika
pertempuran berlangsung terus secara demikian, sesungguhnya tidak menguntungkan baginya,
maka ia menggunakan akal untuk menarik keuntungan-
Dengan cepat ia rubah caranya bertempur, sembari mengikuti arahnya angin, ia berterbangan
ditengah udara, ini adalah ilmunya dari wan-san siok-sioknya cek Kun, yang merupakan suatu ilmu
meringankan tubuh yang istimewa.
Setelah Yo Cie Cong berputaran ditengah udara, kemudian menukik turun bagaikan burung
alap2 yang hendak menerkam mangsanya.
Dan setiap kali ia menyerang dengan cara menukik itu, pasti ada seorang yang menjadi korban.
Sebentar saja, fihak musuhnya cuma ketinggalan iblis Rambut Merah, Giok-bin Giam-po dan Tio
Lee Tin bertiga. Yo Cie Cong lantas melayang turun lagi ketanah.
sedang orang2nya Im-mo-kao yang berdiri sejarak 10 tombak jauhnya, agaknya sudah dapat
melihat kalau pertempuran ini tidak menguntungkan pihaknya. maka dengan diam2 pada angkat
kaki secara pengecut.
Yo Cie Cong setelah turun, dengan cepat mengeluarkan senjata Golok Mautnya, sedang tangan
kirinya dengan kekuatan tenaga sepenuhnya menyerang Giok-bin Giam-po.

Iblis wanita itu menyambuti serangannya Yo Cie Cong sambil ketawa dingin. Tetapi sama sekali
ia tidak pernah menduga bahwa serangannya Yo Cie Cong itu bisa begitu hebat.
Setelah saling mengadu kekuatan dirinya Giok-bin Giam-po terpental mundur sampai tiga
tindak. Yo Cie Cong hanya tergetar sedikit saja badannya.
Berbareng pada saat itu iblis rambut Merah juga sudah melancarkan serangannya dengan
tenaga sepenuhnya.
Jilid 22 : Tewasnya musuh terakhir
Yo Cie Cong badannya tergetar dengan cepat segera mengeluarkan ilmu "Menggeser tubuh
mengganti bayangannya," sehingga dengan demikian ia telah berhasil menghindarkan
serangannya Kauwcu Im-mo-kao.
Dan setelah ini, cepat bagaikan kilat ia sudah menyerang kepala iblis Rambut Merah dengan
senjata Golok Mautnya.
Iblis Rambut Merah hanya dapat melihat berkelebatnya. sinar putih, ujung golok tahu2 sudah
berada didekat dadanya.
Serangan dengan Golok Maut itu dilakukan seCara aneh dan ganas. Dalam kagetnya iblis
Rambut Merah miringkan tubuhnya dan melompat kesamping sembari juga menyerang lawannya.
Cara ini boleh dikatakan sangat kebetulan sekali. iblis Rambut Merah rasanya belum sampai
ajalnya, maka telah terlolos dari serangan Golok Maut.
Hanya di bagian pahanya sedikit yang kena tergurat oleh ujung Golok Maut, sehingga dari situ
menyembur keluar darah segar
Tepat pada saat itu Giok-bin Giam-po dan Tio Lee Tin telah melakukan serangan berbareng.
Yo Cie Cong lantas mengambil lain siasat, Dengan ilmunya Liang- kek Cin-goa ia melindungi
bagian jalan darah dibelakang punggungnya, kemudian dengan menggunakan ilmu serangan yang
dinamakan Lui-keng Thian-tee ia menyambuti serangannya Giok-bin Giam-po.
Suara beradunya kekuatan kedua pihak terdengar saling susul. Berbareng dengan itu,
terdengar juga tiga kali suara seruan tertahan
Giok-bin Giam-po sudah dibikin ter-huyung2 oleh serangannya Yo Cie Cong.
Tetapi belakang punggung Yo Cie Cong telah kena ditampar dengan telak oleh Tio Lee Tin
sampai matanya dirasakan ber-kunang2 dari mulutnya keluar suara keluhan tertahan.
Tetapi, dirinya Tio Lee Tin sendiri juga tidak luput dari bahaya. Tubuhnya sudah terpental
mundur sampai lima tindak oleh karena ilmunya Liang-kek Cin-goan yang melindungi dirinya Yo
Cie Cong.
Anak muda itu setelah memperbaiki kembali posisi, cepat bagai kilat menerjang pada iblis
Rambut Merah. Ia menyerang dengan tangan kirinya yang sudah terpusatkan seluruh kekuatan
tangan disitu.
Iblis Rambut Merah saat itu sudah timbul pikiran nekadnya. seluruh kekuatannya sudah
dipusatkan dikedua belah tangannya untuk menyambut serangan Yo Cie Cong.
Diantara terdengarnya suara benturan sangat hebat, badan Yo Cie Cong terpaksa melayang
turun. sedangkan hawa dingin yang keluar dari dalam tangannya iblis Rambut Merah dirasakan
seperti jarum menusuk-nusuk ulu hatinya. Tetapi, iblis Rambut Merah sendiri tidak luput mulutnya
juga mengeluarkan darah, badannya mundur sempoyongan.
Yo Cie Cong, yang memiliki kekuatan luar biasa berkat penemuannya dan pengalamannya yang
sangat ajaib, sekalipun hawa dingin sudah menyusap masuk ke dagingnya, tetapi setelah sedikit
mengerahkan kekuatan tenaganya, badannya sudah dirasakan segar kembali. cepat ia sudah bisa
bergerak lagi seCara leluasa, dan tetap menggunakan Golok Mautnya menerjang pada iblis
Rambut Merah sebentar lalu terdengar suara jeritan ngeri

Diantara muncratnya darah merah. tampak berterbangannya kaki dan tangannya iblis Rambut
Merah ditengah udara. hanya ketinggalan badannya yang menggeletak diatas tanah dengan mandi
darah.
Giok-bin Giam-po dan Tio Lee Tin yang sudah tidak keburu memberi bantuan, ketika
menyaksikan keadaan yang mengerikan dari pembunuhnya itu, matanya hampir copot. kedua2nya
lantas kabur sipat kuning kearah rumah batu.
Yo Cie Cong lama berseru: "Hmm. masih mau lari?"
Tubuhnya sudah lompat melesat mengejar mereka, sebelum kakinya mengenjak tanah,
tangannya sudah melancarkan satu serangan untuk memaksa kedua orang itu hentikan larinya.
Kemudian orangnya sudah melayang turun dihadapannya kedua orang itu dalam jarak kira-kira
setombak.
Kedua wanita itu wajahnya pucat pasi seketika, dengan badan gemetaran keduanya berdiri
mengawasi si pemilik Golok Maut.
Yo Cie Cong dengan sorot matanya tajam memandang Tio Lee Tin sejenak, lalu berkata
pelahan:
"Nona Tio, dengan memandang kebaikannya bekas suhumu, aku tidak mau membunuh kau.
sekarang lekas kau pergi. Dengan sungguh2 aku bicara padamu, dikemudian hari apabila kau
masih penasaran dan sudah berhasil mempertinggi ilmu silatmu, setiap saat kau boleh mencari
aku."
Perasaannya Tio Lee Tin pada saat itu jauh lebih sengsara daripada dibunuh mati seketika. Ia
hanya bardiam diri sambil tundukkan kepala, lama sekali baru bisa menjawab:
"Yo Cie Cong, hari ini kau tidak mau membunuh aku. tapi ada satu hari aku pasti akan
membunuh kau"
Sehabis berkata ia mengawasi wajahnya pemuda bekas pujaannya itu. lalu dengan perasaan
sangat ganas ia meninggalkan tempat itu.
Yo Cie Cong saat itu timbul pula napsu membunuhnya. sambil keriak gigi ia berkata pada Giokbin
Giam-po.
"Iblis jahat Hutang darah harus dibayar darah juga, bukan? Nah, sekarang sampai juga
giliranmu"
Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow. tampak ketakutan. Dengan tidak terasa kakinya sudah
melangkah mundur satu tindak. Wajahnya pucat seperti mayat. sehingga wajah yang tadinya
cantiknya, kini sekejapan mata saja seperti telah berubah menjadi tua, sangat tua. . . .
Tapi kemudian, dengan tabahkan hati ia membentak bengis.
"Anjing kecil Jangan banyak mulut Kalau mau turun tangan, lekas sedikit"
Yo Cie Cong yang sudah mendapat kenyataan bahwa Giok-bin Giam-po ini sama sekali tidak
ada hubungannya dengan ia sendiri, maka dalam hatinya sudah tidak ada rasa bimbang maupun
ragu2 lagi. cepat ia maju dua tindak kemudian melancarkan serangannya dengan menggunakan
tipu Khian-khun sit-sek.
Giok-bin-Giam-po hanya merasakan serangannya anak muda itu mengandung kekuatan tenaga
yang sangat hebat sukar tertahan. ia merasa sudah tidak berdaya lagi menahan atau
menyingkirkan diri dari padanya, tetapi ia masih tetap mencoba untuk melawan.
Maka. kesudahannya iblis wanita itu telah dibikin terpental, tubuhnya melayang dan kemudian
jatuh ditanah sejauh tiga tombak dari tempatnya tadi berdiri Kembali Yo Cie Cong maju
menghampirinya.
Giok-bin Giam-po yang terjatuh ditanah dengan cepat sudah berdiri lagi, Ujung bibirnya tampak
berdarah. Wajahnya sangat menakutkan . Yo Cie Cong lalu menghunus Golok Mautnya.
Tetapi. selagi ia hendak turun tangan. mendadak saja angin kuat telah menyambut dengan
hebat dari belakangnya, agaknya hendak mengarah jalan darahnya Beng bun-hiat.
= = ooo OOOOO 000==^,

Yo CIE CONG tidak keburu turun tangan terus. Ia harus lompat menyingkirkan diri lebih dulu
dari seranganyang datangnya secara tiba2 itu. Kemudian cepat bagaikan
kilat ia berbalik dan melihat bahwa orang yang menyerang dari belakangnya tadi ternyata
adalah si orang berkedok kain merah.
Wajahnya berubah seketika. Dalam batinnya lantas berpikiri "orang berkedok ini telah beberapa
kali melepas budi terhadap aku tetapi ia agaknya seperti bayangan yang selalu menguntit aku.
Berkali-Kali ia merintangi aku turun tangan terhadap iblis wanita ini, malah mengarang cerita yang
bukan2. dengan mengatakan bahwa iblis ini adalah ibuku. Apa sih yang menjadi maksud
sebetulnya?"
Seketika itu ia merasa tidak sendiri, maka segera menegur dengan suara agak kaku:
"Cianpwee, apa artinya perbuatanmu ini?"
"Anak. kau tidak boleh membunuh dia." jawab si orang berkedok kain merah, suaranya agak
tergetar.
Yo Cie Cong yang pada saat itu hatinya sudah panas, mendengar jawaban orang berkedok kain
merah itu kemendongkolannya semakin men-jadi2.
"Hmm . . itu lagi disebut. sebetulnya dia bukan ibuku. Entah apa maunya orang ini selalu
melarang aku turun tangan " demikian ia berkata pada dirinya sendiri
Meski dalam hati ia berpikir demikian, tapi dimulut sama sekali ia tidak bisa membantah
larangan si orang berkedok kain merah hanya dengan cepat ia tiba2 bergerak lagi. Tangan kanan
menggunakan tipu silat dari Golok Mautnya, sedangkan tangan kirinya mengeluarkan tipu
serangan dari Lui-keng Thian-tee. Dengan berbareng ia menggunakan tipu serangan yang sangat
hebat itu ia menerjang dirinya Giok-bin Giam-po tanpa memperdulikan lagi orang berkedok kain
merah yang selalu merintangi maksudnya.
"Anak. kau akan menyesal untuk selama-lamanya." demikian orang berkedok kain merah itu
berkata. berbareng dengan itu, dari samping ia mengirim satu serangan tangan2 kosong kearah
Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong sudah mata gelap. Terhadap angin serangan orang berkedok kain merah agaknya
sudah tidak dihiraukannya lagi. Ia tetap dengan usahanya, Golok Maut ditangan kanan dan
serangan dahsyat dari tangan kiri dengan cepat menyerang orang yang dimau.
Giok-bin Giam-po yang sudah terluka, sudah tentu semakin tidak berdaya menghadapinya.
Bagaimana ia mampu melawan serangan Yo Cie Cong yang demikian hebat? sebentar kemudian
suara jeritan ngeri terdengar memecahkan suasana kesunyian.
Dua lengan tangannya Giok-bin Giam-po terpapas kutung. Darah mengucur keluar dari situ
seperti air mancur. Badannya rebah terlentang diatas kobakan darah,
Tetapi Yo Cie Cong sendiri, juga sudah terpental karena serangannya orang berkedok kain
merah, badannya terpental sampai satu tombak jauhnya.
Ia lantas bangkit pula dengan badan sempoyongan, wajahnya pucat pasi. darah segar mengalir
keluar dari ujang bibirnya.
Oleh karena tadi sedang mencurahkan seluruh perhatiannya terhadap musuhnya untuk
melaksanakan maksudnya menuntut balas, maka sama sekali ia tidak mau menghiraukan lagi
datangnya serangan orang berkedok kain merah, jadi sama sekali tidak berjaga2 terhadap
serangan itu ini berarti juga bahwa serangan tadi itu telah mengenakan sasarannya secara telak
sekali, itu pulalah sebabnya mengapa badannya Yo Cie Cong bisa terpental sebegitu jauh dan
mulutnya mengeluarkan darah.
Sedangkan Giok-bin Giam-po, juga karena perbuatannya orang berkedok kain merah itu, telah
terhindar dari serangan ketiga dari lanjutannya Yo Cie Cong sehingga dadanya tidak sampai
berlubang, hanya kedua lengannya saja yang terkutung.
orang berkedok merah dengan badan gemetaran dan suara serak berkata kepada Yo Cie Cong.

"Anak. kau telah melakukan perbuatan kejam."
Yo Cie Cong memesut darah yang mengalir keluar dari sudut bibirnya, dengan lengan bajunya,
lalu menjawab sambil kertak gigi.
"Cianpwee ber-kali2 merintangi boanpwee yang hendak menuntut balas dendam pada iblis
wanita ini. Apa sebenarnya maksud Cianpwee?"
"Anak. Kau akhirnya toch dapat membunuh dia juga. Ah. . . Kini Mengapa kau tidak dengar
perkataanku" demikiun kata orang berkedok kain merah dengan nada suara penuh kedukaan,
“Hutang darah terhadap perguruan mana boleh tidak ditagih? Apakah perbuatan boanpwee tadi
tidak benar ?"
"Tapi anak. dia adalah ibumu sendiri, didalam dunia. dimana ada anak membunuh mati ibunya
sendiri? Tentu perbuatanmu kali ini akan mengakibatkan penderitaan batin seumur hidupmu.
Anak. mengapa kau begitu tega? Dimana liangsimmu?"
“Dia bukan ibuku" membantah Yo Cie Cong dengan suara ditandaskan.
"Apa? Anak. apa kau kira aku membohongi kau?"
"Boanpwee mana berani mengatakan kalau Cianpwee membohongi boanpwee, tetapi memang
sebenarnya dia bukan ibuku."
"Anak, kau salah salah besar Dia benar adalah ibu kandungmu sendiri"
Yo Cie Cong melirik kearah Giok-bin Giam-po dengan sorot mata gusar, kemudian setelah itu ia
berkata kepada orang berkedok kain merah.
"Dengan bukti apa Cianpwee selalu mengatakan bahwa dia ini adalah ibu kandungku sendiri?"
"Setelah aku tahu didadamu ada semacam benda ini yang cuma aku seorang yang tahu.
Mengertikah kau?"
"Menurut pikiran Cianpwee, ayah boanpwee seharusnya adalah Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian
Hoa, bukan?"
Orang berkedok kain merah itu se-olah2 merasakan bumi yang sedang diinjak bergoncang
keras, orangnya mundur satu tindak lalu berkata dengan nada suara berat, "Benar. Tidak salah"
Yo Cie Cong ketawa dingin. Kemudian ia berkata dengan suara yang agak gemetar. "Boanpwee
lebih suka tidak mengetahui asal-usul diri boanpwee untuk se-lama2nya. Boa npwee lebih suka
memakai shenya suhu. sama sekali boanpwee tidak sudi mempunyai ibu begitu macam. Tapi,
dalam hal ini Ciaapwee memang keliru. Dia se-betul2nya bukan ibu boanpwee."
Orang berkedok kain merah itu sangat terperanjat mendengar bicaraan Yo Cie Cong. setelah
termenung agak lama, ia baru bisa berkata lagi dengan suara duka:
"Anak, kau adalah seorang yang paling tidak beruntung didalam dunia. Dosa orang
tuamu telah dilimpahkan atas pundakmu. Aku tidak suka mencela kau. Tapi kalau kau tahu
benar kalau dia ini adalah ibumu sesungguhnya, yang anggap perbuatannya memalukan sehingga
kau tidak mau mengakui lagi padanya dan kemudian tanpa mengingat perikemanusiaan kau turun
tangan terhadap ibumu sendiri, sungguh terlalu kejam perbuatanmu ini. Dimanakah rasa
perikemanusiaanmu ?"
Bicara sampai disitu, suaranya sangat pilu kedengarannya,
Yo Cie Cong merasa heran sekali atas kelakuan orang berkedok ini. -sekalipun dia selalu
memperlakukan dirinya seperti anaknya sendiri, juga tidak seharusnya sampai terpengaruh oleh
kejadian ini demikian rupa, siapakah dia sebetulnya? Memikir demikian ia lalu bertanya dengan
suara nyaring.
"Perkataan Cianpwee tidak salah. Tetapi dia boanpwee tegaskan sekali lagi. dia bukan ibu
boanpwee. juga tidak perlu Cianpwee selalu ingat istilah kejam."
Pada saat itu, badannya Giok-bin Giam-po yang sudah tidak bertangan tiba2 bergerak.
Kemudian terdengar suara rintihannya yang amat lemah. Ternyata ia masih belum binasa.
Kiranya. Tadi ketika Yo Cie Cong turun tangan menggunakan Golok Mautnya justru dibarengi
pula oleh serangannya orang berkedok kain merah. Maka baru berhasil memapas kutung kedua

lengan tangannya, gerakan ketiganya tidak keburu dilanjutkan, karena ia sendiri sudah dibikin
terpental jauh akibat kena serangan hebat orang berkedok kain merah. Dengan demikian tidak
sampai Giok-bin Giam-po menemui ajalnya pada saat itu juga.
Yo Cie Cong yang mengetahui bahwa Giok-bin Giam-po belum binasa, Golok Maut ditangannya
lalu diangkat dan hendak. ....
Tapi orang berkedok kain merah itu dengan cepat sudah menghadang didepannya dan
membentak dengan suara keras: "Kau mau bikin apa lagi ?"
"Dia harui binasa diujung Golok Mautku ini"
"Kau tidak boleh mengulangi lagi kesalahanmu"
Sifat kukuh dan angkuhnya Yo Cie Cong. mendadak timbul saat itu, maka segera ia
membantah.
"Hutang darah harus bayar darah. Itu baru adil. Dimaaa letak kesalahan boanpwee?"
“Anak. kau tidak berani mengakui ibumu sendiri. Betulkah begitu?"
"Dia sebenarnya bukan ibu boanpwee. Bagaimana Cianpwee suruh boanpwee harus- mengakui
padanya?"
"Anak. aku tidak ada hak memaksa kau mengakui ibumu sendiri. Kau sudah memapas kutung
kedua tangannya, Cukup sudah. Aku minta kau sekali lagi, jangan melukai dia lagi."
"Maafkan, Boanpwee sungguh tidak bisa terima permintaan Cianpwe kali ini."
Orang berkedok kain merah. itu sampai tergetar badannya, kedok merahnya bergerak. jelas
sekali, saat itu hatinya terpukul hebat,
Diatas tanah. . . . Giok-bin Giam-po yang menggeletak dengan mandi darah, kembali
perdengarkan suara rintihannya. Per-lahan2 ia membuka kelopak matanya. Terhadap perbuatan
orang berkedok kain merah yang beberapa kali telah merintangi Pemilik Golok Maut turun tangan
terhadapnya, sama dengan seperti perasaannya Yo Cie Cong, ia juga merasa bingung. ia hanya
membuka lebar2 matanya yang sudah sayu. Menatap langsung matanya orang aneh dan ganjil
yang masih belum diketahui asal-usul dan maksudnya itu.
Orang berkedok kain merah itu setelah terdiam agak lama, tiba2 berkata dengan suara amat
keras:
"Kalau kau pasti hendak membinasakan dia, aku akan segera bunuh diri disini "
Bukan main terperanjatnya Yo Cie Cong melihat tingkah laku aneh orang berkedok kain merah
ini, sampai tidak terasa kakinya melangkah mundur beberapa tindak. ...
Orang berkedok kain merah, yang didalam rimba persilatan terkenal sebagai pemilik Bendera
Burung Laut yang namanya begitu terkenal sebagai orang yang suka membela keadilan, ternyata
mengucapkan perkataan begitu dan sedia berkorban untuk membela seorang wanita riwayatnya
begitu mesum, ini benar2 tidak habis dipikir.
Giok-bin Giam-po yang sedang terluka parah dan tinggal menunggu ajalnya saja, juga
membuka matanya lebar2 ketika mendengar ucapan orang berkedok kain merah itu. Suatu pikiran
ingin hidup terus tiba2 terlintas dalam otaknya. Meskipun ia sendiri tidak habis mengenrt apa
sebabnya orang aneh itu hendak mengorbankan jiwa demi kepentingan dirinya, tetapi dengan
adanya perbuatan orang aneh itu. mungkin jiwanya ada harapan besar akan tertolong.
Pada saat itu hatinya Yo Cie Cong dirasakan tidak keruan- sungguh tidak pernah ia menduga
bahwa orang berkedok kain merah yang selama hidupnya dipandang dan dihormati seperti
ayahnya sendiri saja kini ternyata hendak mengancam dirinya dengan tidak menyayangi dirinya
sendiri jadi korban, sedang alasan yang digunakan selalu untuk kepentingan Yo Cie Cong sendiri,
karena wanita itu dikatakannya adalah ibunya, Ya mengapa ?
Ke-dua2nya lalu terbenam dalam pikirannya sendiri2, Tidak ada yang berani buka mulut lebih
dulu,
Didala m lembah Im-bu-kok itu, kabut tebal masih tetap menyelubungi sekitarnya. Bangkai
orang2 Im-mo-kaojang binasa oleh Yo Cie Cong, telah menyiarkan bau amisnya yang hebat
sehingga dapat membuat orang merasa mual, sunyi senyap. . . .

Dalam suasana kesunyian macam itu ditempat tersebut, boleh dikatakan mirip dengan neraka.
Setelah dua orang berdiri menjublek sekian lamanya, akhirnya Yo Cie Cong mengeluarkan
daftar nama musuh2nya Kam-lo-pang dari sakunya dengan perlahan, lalu membuka lembaran
yang pertama lalu berjalan menghampiri mayatnya iblis Rambut Merah Cho Ngo Teng. Dengan jari
tangannya mencontek darah dari atas badan mayat itu untuk menghapus namanya yang tertulis
diatas kertas. setelah itu ia lalu membaca satu demi satu semua nama-nama musuhnya Kam-lopang.
semua sudah penuh dengan tanda merah darah. Hanya tersisa namanya Giok-bin Giam-po
Phoa Cit Kow yang belum terhapus.
Tingkah laku Yo Cie Cong disaksikan oleh Giok-bin Giam-po dan orang berkedok kain merah
dengan hati berdebaran-
Sorot mata Yo Cie Cong yang penuh diliputi kegusarannya, kembali menyapu kearah Giok-bin
Giam-po. Agaknya saat itu ia sudah akan segera bertindak lagi.
Giok-bin Giam-po dengan wajah minta dikasihani, matanya terus mengawasi orang berkedok
kain merah.
Akhirnya orang berkedok kain merah berkata dengan suara2 bengis: "Apa benar kau mau
meneruskan maksudmu berbuat kejam?"
Yo Cie Cong segera menjawab sambil kertak gigi.
"Atas budi Cia npwee yang telah beberapa kali memberikan pertolongan kepada boanpwee
merasa sangat malu sampai sekarang masih belum bisa membalas budi. sebetulnya boanpwee
harus dengar nasihat Cianpwee. tetapi kali ini, dalam urusan ini, terpaksa boanpwee tidak bisa lagi
memenuhi permintaan Cianpwee. Nanti setelah boanpwee membereskan pensoalan darah ini,
sekalipun Cianpwee menghendaki kepala boanpwee akan menyerahkannya, tanpa mengerutkan
alis sedikit juga."
Badan orang berkedok kain merah itu berdebaran dan gemetaran sekujur badannya. Ia berkata
seorang diri dengan suara yang memilukan hati: "Dosa. oo, dosa. . . ."
Kembali jeritan ngeri terdengar. Tampak dengan tenang Yo Cie Cong menyimpan Golok
Mautnya.
Didadanya Giok-bin Giam-po saat itu sudah terdapat lubang besar. Tetapi darahnya tidak
tampak. sebab ketika kedua tangannya tertabas darahnya sudah mengalir terlalu banyak.
Orang berkedok merah sempoyongan badannya, hampir sauja orangnya jatuh rubuh. Kemudian
ia dongakkan kepala. . . . dan ketawa seperti orang gila. Tidak. suara itu sebetulnya bukanlah
suara ketawa, tetapi ialah suara ratapan tangis dari hatinya. Ratapan tangis karena pukulan batin
yang terlalu hebat mendobrak hati sanubarinya. Yo Cie Cong lalu berjalan menghampirinya.
"Cianpwee. . . . ." Katanya dengan nada terharu.
Oran berkedok kain merah itu setelah merasa puas ketawa, lalu berkata dengan suara amat
lemah.
"Kau. . . kau. . . . Akhirnya membunuh juga. Membunuh dla. . . . Membunuh ibumu sendiri."
"Dia bukan ibu boanpwee."
Pada saat itu,. . . .Tiba2 matanya Giok-bin Giam-po terbuka. Dengan menahan rasa sakitnya
yang sangat mulutnya berkemak-kemik. Lama sekali .... Akhirnya dapat juga ia mengeluarkan
perkataan: "Pit-koan. . . .", Tetapi hanya itu yang dapat keluar dari mulutnya, matanya lantas
meram lagi untuk se-lama2nya. Jiwanya melayang menyusul rohnya si iblis Rambut Merah yang
sudah pergi lebih dahulu. . . .
Dengan demikian berakhirlah sudah riwayatnya satu iblis wanita yang meresahkan suaana
didalam rimta persilatan beberapa puluh tahun. Ia menemui ajalnya dan mengakhiri hidupnya
yang penuh kemaksiatan dilembah Im-bu-kok.
Dengan tidak terasa Yo Cie Cong mengulangi perkataannya giok bin Giam-po tadi.
"Pit-koan- . . Pit-koan- ..."
Tapi ia masih belum tahu apa yang dimaksudkan oleh iblis wanita itu dengan perkataan ^Pitkoan
tersebut.

Orang berkedok kain merah kembali dongokkan kepala dan menghela napas. Kemudian tiba2
mengangkat tangannya dan hendak memukul batok kepalanya sendiri. . . .
Yo Cie Cong dengan cepat mencekal tangannya orang berkedok kain merah itu. Ia berkata
dengan suara sangat terharu "Apakah Cianpwee mempunyai hubungan rapat dengan dia ?"
Orang berkedok kain merah melepaskan tangannya yang dicekal oleh Yo Cie Cong, kemudian
berkata dengan suara gemetar. "Apa kau kata?"
"Apakah boleh karena boanpwee tadi membunuhnya lalu Cianpwee hendak mengambil
keputusan hendak begini?"
Orang berkedok kain merah itu bungkam tidak menjawab.
Yo Cie Cong tidak sabaran menantikan jawabannya, lalu bertanya pula.
"Mungkinkah boanpwee dalam hal ini terlalu memikirkan diri sendiri saja, ialah hanya
memikirkan soal dendaman sakit hati perguruan boanpwee, sehingga tidak memikirkan
kepentingan Cianpwee? sekarang urusan boanpwee sudah selesai. Terserah kepada Cianpwee
bagaimana Cianpwee, Boanpwee juga akan mandah menerimanya."
Tetapi orang berkedok kain merah itu hanya mulutnya saja yang kelihatan berkemak-kemik,
berkata seorang diri: "Apakah Kini aku bisa sesalkan dia? Tidak? Apa aku harus sesalkan Tuhan
yang kejam? Tidak? Siapa yang harus disesalkan? Cuma terhadap orang tuanya sendiri. . . orang
yang menanam kesalahan ini. sekarang harus rela juga menelan buahnya Ah Anak. apa mau
dikata. ..."
Yo Cie Cong tidak tahu mengapa orang berkedok kain merah itu bisa mendadak berubah
kelakuannya. Ia juga tidak mengerti perkataan yang diucapkannya tadi. setelah berpikir bulak balik
akhirnya ia jatuhkan diri dan berlutut dihadapannya orang berkedok kain merah itu, kemudian
berkata dengan suara sangat terharu.
"Boanpwee ber-kali2 telah menerima budi Cianpwee, sesungguhnya sangat malu sampai pada
saat ini belum mampu membalasnya. sekarang silakan Cianpwee turun tangan. Hukumlah
boanpwee. sekalipun boanpwee binasa juga tidak akan menyesal. . . ."
Terdengar orang berkedok kain merah itu menghela napas. Kemudian memimpin bangun
badannya Yo Cie Cong dan lantas berkata dengan suara sangat terharu:
"Anak maafkan aku yang tadi terburu napsu sehingga aku telah turun tangan berat terhadap
dirimu. Bagaimana keadaan lukamu sekarang?"
Yo Cie Cong lalu menjawab sambil ketawa getir:
"Tidak apa. Itu belum boleh dibilang terluka. sekalipun benar terluka parah, boanpwee juga
tidak akan menyesali perbuatan Cianpwee."
orang berkedok kain merah itu lantas membuat satu lubang untuk menanam jenazah Giok-bin
Giam-po,
Yo Cie Cong coba mengatur jalan darahnya. Ia merasakan dadanya ada sedikit rasa sakit. Ia
sebera mengerti bahwa dirinya memang benar sudah terluka. Maka itu ia lantas duduk bersila.
Dengan ilmunya "Liang-kek Cin-goan" ia mau mencoba menyembuhkan lukanya sendiri.
Ilmu ‘Liang-kek Cin-goan’ sebetulnya sangat luar biasa. Dalam waktu sekejap saja lukanya Yo
Cie Cong sudah sembuh kembali. Kesehatannya sudah pulih seperti sedia kala. Maka ia lantas
membuka matanya dan lompat bangun.
Tatkata ia mencari-cari orang berkedok kain merah itu, ternyata sudah tidak dapat dilihatnya
lagi. Tidak jauh didepan dirinya. terdapat segundukan tanah. Itu adalah kuburannya Giok-bin
Giam-po Phoa Cit Kow yang dibuat oleh orang berkedok kain merah, tetapi masih belum dipasang
batu, juga tidak ada tanda apa2nya. hanya segundukkan tanah merah yang berada di-tengah2
lembah Im-bu-kok. bekas sarangnya perkumpulan Im-mo-kao.
Yo Cie Cong yang sudah menyelesaikan tugasnya menuntut balas, se-olah2 kuda terlepas dari
kekangan, lepas dari segala beban berat yang selama itu terus mencengkeram dirinya.

Disamping merasa gembira, masih ada lagidua halyang menambat hatinya. Hal itu akan
mengganjal hatinya selama belum diselesaikan-
Ia merasa tidak enak sekali terhadap dirinya orang berkedok kain merah. karena ia merasa
sudah melukai hatinya begitu hebat. Dilain saat, ia lantas teringat kembali tentang dirinya sendiri
yang masih gelap asal-usulnya.
Akhirnya, bayangan gadis baju merah siang-koan Kiauw. kembali terlintas dalam otaknya. Ia
dengan gadis itu ernah bersumpah untuk sehidup,semati. siapa sangka
kecelakaan dilautan Lam-hay telah memisahkan kedua merpati yang belum dapat terbang
tinggi itu, karena ia telah bersumpah hendak menyusul sang kekasih kealam baka setelah
urusannya sendiri selesai, maka saat itu ia lantas teringat akan sumpahnya sendiri Yo Cie Cong
lalu menggerakkan kakinya meninggalkan tempat yang penuh kenangan itu.
Baru berjalan beberapa langkah, ia asudah berhenti lagi. Dalam hatinya berpikir: ‘Jalan masuk
kelembah ini tadi sudah ditutup oleh orang2nya Im-mo-kao. sekarang bagaimana aku bisa keluar
dari sini?"
Tapi lain pikiran timbul pula: ‘Kenapa aku tidak mau menanyakan pada orang im-mo-kao untuk
memecahkan soal ini? Menurut keterangannya nona berkerudung, katanya ada jalan lain langsung
menuuju keluar juga."
Siapa nyana, dalam rumah yang sekian banyaknya itu ternyata sepi sunyi keadaannya, sama
seperti sama tidak ada penghuninya. Ia sudah mencari ubek2kan tetapi akhirnya sia2 saja
usahanya. Kalau begitu orangnya Im-mo-kao yang belum binasa. sudah pada kabur semuanya,
sehingga tidak ada seorang pun yang ketinggalan disitu.
Yo Cie Cong beru jalan balik lagi masuk kedalam pusat perkumpalan im-mo-kao. semua
barang2, meja kursi, masih teratur rapih ditempatnya. hanya tidak kelihaian bayangannya seorang
manusai pun juga.
Dengan tidak sengaja Yo Cie Cong berjalan menghampiri sebuah meja. Tiba-tiba matanya
terpaku pada sehelai kertas yang bertindihkan batu Giok kecil. cepat2 ia mengambil kertas
tertindih itu, yang ternyata ada terdapat beberapa baris tulisan yang berbunyi demikian:
"Jalan keluar dari lembah, harus melalui jalanan di bawah kaki gunung See-hong disebelah
Barat"
Dibawahnya tulisan yang indah2 ada lukisan seekor burung laut.
Yo Cie Cong begitu melihat seperti mengenali bahwa surat itu sudah ditinggalkan dengan
sengaja. menunjukkan jalan keluar baginya. Diam2 ia mengucapkan terima kasihnya atas
pertolongan orang berkedok kain merah itu.
Menurut petunjuk dan tulisan itu, jalan keluar itu tentunya berada disebelah barat dikaki
gnnung see-hong.
oleh karena sudah menemukan jalan keluarnya, maka Yo Cie Cong lantas mengambil keputusan
untuk membikin musnah gedung bekas markas besar perkumpulan kawanan iblis dari Im-mo-kao
itu. sebentar saja asap mengepul tinggi api berkobar keras.
Didalam lembah yang hampir setiap hari tertutup kabut tebal, kini tampak menjadi merah
marong. Dengan demikian, nama dari perkumpulan dari Im-mo-kao juga terhapus dengan
sendirinya dalam dunia Kang-uuw.
Diantara bcerkobarnya sang api yang me-nyala2 hebat. Yo Cie Cong berlari kekaki gunung seehong
sebelah barat. Tidak lama ia mencari, benar saja ia menemukan sebuah goa keCil yang
hanya dapat dilalui oleh satu orang saja. Goa itu tertutup dengan pintu batu, agaknya sengaja
dibuat untuk mengalihkan perhatian orang. Tetapi pintu batu itu sudah dirusak oleh orang
berkedok kain merah.
Yo Cie Cong berpaling dan memandang kedalam lembah yang kini sudah menjadi lautan api,
kemudian masuk kedalam goa.

Goa itu. makin dalam makin luas lorongnya. Sambil berjalan Yo Cie Cong berpikir, orang
berkedok kain merah itu kenapa juga datang kepusat perkumpulan Im-mo-kao, bahkan sudah
tahu semua jalan rahasianya? sungguh tidak bisa kupikirkan, Dan ..... wanita berkerudung itu juga
telah menolong ut-tie Kheng, sungguh murah hatinya.
Tiba2 ia teringat kembali pada ucapannya Giok-bin Giam-po sebelum ia menarik napas yang
penghabisan- entah apa yang dimaksudkan dengan perkataan ‘Pit-koan-nya itu. Ia makin memikir
makin merasa aneh, achirnya merasa bingung sendiri
setelah setengah jam kemudian- mendadak terdengar suara seperti geledek. didepan matanya
berkelebat sinar pituh. Dalam kagetnya ia buru2 lari maju. ketika berada di-mulut goa, sinar putih
ituternyata adalah sinar kilat yang masuk melalui mulut goa,
Tatkala ia berdiri dimulut goa, dijalanan keluar mulut goa itu ternyata tertutup oleh tirai bening,
kiranya itu adalah air terjun yang lepat menutupi mulut goa tersebut. Dari mulut goa itu jika
menengok kebawah, didepan mata terbentang beberapa kolam yang luasnya kira2 setengah
bouw.
suara seperti geledek tadi adalah suaranya air terjun yang jatuh kekolam tersebut.
Yo Cie Cong setelah memeriksa keadaan disitu sebentar, lalu mengerahkan tenaganya, seolaholah
anak panah yang terlepas dari busurnya, tubuhnya melesat menerobos air terjun, kemudian
ia berputaran ditengah udara, lalu dengan gayanya yang indah sekali melayang turun kebawah.
Setelah melalui lagi beberapa kolam dan jalanan gunung yang sempit, ia lari menuju kejalanan
besar.
Kata2 ‘Pit-koan- yang keluar dari mulutnya Giok-bin Giam-po sesaat sebelum menarik napasnya
yang penghabisan, masih tetap berputaran didalam otaknya.
Ia menepok kepalanya sendiri, Agaknya perkataan pit-koan dari mulutnya iblis wanita itu, apa
bukannya puncak gunung Pit-koan-hong yang dimaksudkan? Bukankah dipuncak gunung itu ia
pernah berjumpa dengan dua wanita berparas jelek dan seorang tua yang mengaku sebagai
saudara angkatnya Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa, yang menantikan munculnya Giok-bin
Giam-po unujukkan diri ditempat tersebut? Kalau begitu puncak gunung Pit-koan-hong itu pasti
ada mengandung banyak rahasia, tapi apa perlunya iblis wanita itu menyebut tempat itu?
Dengan adanya pikiran itu, Yo Cie Cong tuujukan langkahnya ke jalanan yang menuju kekota
Lan--Ciau, dan dari situ langsung menuju kepuncak gunung Pit-koan-hong.
Maksudnya si tangan geledek Ngo Yong, se-mata2 heniak menyelidiki mati hidupnya saudara
angkatnya, ialah Hoan Thian Hoa. Ia sudah menganggap pasti bahwa Giok-bin Giam-po ada
berdiam dalam puncak gunung itu, oleh karena itu pula, ia pernah berjanji dengan Yo Cie Cong,
masing2 akan mencari jejaknya Hoan Thiao Hoa, dan didalam tempo satu tahun. hendak bertemu
lagi ditempat tersebut.
Kini Giok-bin Giam-po sudah binasa di uujung Golok Maut. Mcegenai perjanjiannya dengan Ngo
Yong, didalam pertandingan dipuncak gunung Hoa-san, Yo Cie Cong sudah pernah
memberitahukan kepada Hoan Thian Hoa, dan Hoan Thian Hoa sendiri sudah janji bahwa ia
hendak pergi menyelesaikan sendiri persoalan tersebut. Kalau benar demikian hainya, si Tangan
Geledek Ngo Yong tentunya sudah tahu sendiri kalau Hoan Thian Hoa masih hidup. Maka meski Yo
Cie Cong datang lagi ketempat bekas kediamannya Ngo Yong, mungkin sudah tidak dapat
menjumpai dirinya orang tua itu lagi.
Benar saja seperti apa yang ia duga, ketika ia tiba ditempat bekas kediamannya orang tua itu,
goa itu sudah kosong melompong.
Menghadapi jurang yang sangat curam dan sukar dilalui itu Yo Cie Cong dengan perasaan
bimbang mengawasi puncak gunung Pit-koan-hong yang diliputi oleh kabut tebal.
sudah tentu ia tidak mau meniru caranya Ngo Yong yang harus menantikan disitu sampai ada
orang muncul dari sana.

Giok-bin Giam-po sudah mati. Disaat hendak menarik napasnya yang penghabisan mengapa ia
mengeluarkan perkataan pit-koan Dari mulutnya dua wanita jelek yang dulu pernah rubuh
ditangannya Yo Cie Cong, pernah membantah dengan keras adanya Giok bin Giam-po diatas
puncak gunung itu dan yang ada adalah lain orang. Hal ini sesungguhnya bisa membikin pusing
kepala.
Yo Cie Cong berjalan lambat2 menyusuri tebing jurang yang mengitari puncak gunung Pit-koanhong,
ia mengharapkan bisa menemukan suatu jalan rahasia atau satu tempat yang letaknya bisa
dicapai dengan kekuatan tenaga manusia yang menuju kesana.
Ia berjalan sudah lebih dari satu jam lamanya.jurang yang memisahkan puncak gunung itu
paling sedikit masih sejarak kira-kira sepuluh tombak. maka hatinya sudah mulai agak dingin-
Pada saat itu, ia berdiri diatas batu yang agak menonjol ditepi jurang, kepalanya melongok
kebawah jurang yang tidak kelihatan dasarnya. Lantas mengawasi dengan hati mendelu, tidak
tahu bagaimana harus berbuat.
Dengan tanpa dirasa, tangannya memungut sebuah batu, yang kemudian disambitkan kebawah
jurang terus meluncur turun tidak kedengaran suara apa-apa.
Jika tidak berhasil menemukan jalan rahasia, jangan harap bisa menyeberangi kepuncak
gunung Pit-koan-hong itu. Menurut keterangannya Ngo Yong, orang yang berdiam dipuncak
gunung itu, dalam satu tahun paling banyak dua kali pasti keluar meninggalkan puncak gunung
itu. Tapi Ngo Yong yang menantikan sampai 10 tahun lamanya, ternyata masih belum
mendapatkan jalanan yang menuuju kesana.
Ia masih tetap menyambitkan batu-batu kebawah jurang, hanya sudut yang diarahnya saja
yang sekarang agak tidak menentu. kadang-kadang disambitkan kesudut kanan, kadang-kadang
kesudut kiri.
Seseorang kalau selagi berada didalam keputusan asa, atau keisengan, kadang-kadang
memang bisa melakukan perbuatan yang tidak2 atau yang tidak mempunyai tujuan tertentu,
keadaannya Yo Cie Cong pada saat itu justru adalah demikian.
Tapi, satu hal yang kebetulan, kadang2 juga mendapat dan menghasilkan kejadian2 yang
mengejutkan.
Dengan tidak di-duga2, batu yang disambit oleh Yo Cie Cong ditempat sebelah kanannya kira2
20 tombak, ternyata sudah menimbulkan benturan suara yang cukup nyaring.
Penemuan ini adalah membuat girang hatinya. sebab dengan adanya barang yang dibentur
batu, disitu tentu terdapat suatu tempat yang bisa digunakan untuk tancap kaki. Dan tempat yang
mengeluarkan suara tadi persis ada di-tengah2nya jurang antara tempat ia berdiri dengan puncak
gunung Pit-koan-hong, untuk menyebrang kesana rasanya tidak menjadi soal.
Dengan cepat ia gerakan kakinya menuju ketempat yang menimbulkan suara tadi, kemudian
dari berbagai sudut dan jarak, ia menyambit dengan batu,
Kira2 setengah jam kemudian, ia sudah bisa menarik kesimpulan, bahwa dibawa kira2 10
tombak. mungkin ada terdapat sebuah tiang batu atau tangga batu yang menonjol dari tebing
jurang ke-tengah2 jurang antara kedua bukit itu. sebab batu yang disambitkan ke tempat yang
lebih jauh dari tengah itu, ternyata tidak menimbulkan suara apa2, sudah tentu tempat itupun ada
sangat dalam, ternyata tidak menimbulkan suara apa2, sudah tentu tempat itupun ada sangat
dalam, Ada kemungkinan tempat yang menonjol keluar itu tidak cukup luas, sebab ditempat
sekitar yang menimbulkan suara benturan tadi, hanya kira2 cuma lima kaki saja luasnya, lebih dari
itu juga tidak terdengar suara apa2.
Tapi tentang, adanya batu cadas yang menonjol itu hanya dapat di-duga2 dari sambitan batu
tadi, sebab tempat tersebut tertutup oleh kabut yang amat tebal, sehingga tidak dapat ditembus
oleh mata manusia. sekalipun Yo Cie Cong sudah pusatkan daya pandangnya. masih juga tidak
dapat melihat apa2. Jikalau Yo Cie Cong hendak turun kesitu, cuma bisa me-naksir2 letaknya saja,
kemudian meloncat turun secara untung2an.

Perbuatan demikian memerlukan keberanian yang luar biasa, sebab sekali salah, bisa
mengakibatkan kematiannya.
Dengan semangat ber-nyala2 Yo Cie Cong berbangkit, kembali ia menyambit dengan beberapa
buah batu, setelah menimbang dengan cermat, ia lantas kerahkan kekuatan tenaga dalamnya dan
terjun ke dalam jurang kabut tebal itu.
Yo CIE CONG BERUSAHA sedapat mungkin meringankan tubuhnya agar dapat lebih maju
melayang-nya dan jangan sampai terjatuh kebawah. Ia sudah meluncur turun kira2 tiga puluh
tombak. tetapi kedua kakinya masih belum dapat menginjak apa-apa. Hatinya mulai kebat-kebit.
Kalau saja perhitungannya meleset, tamatlah riwayatnya.,
Tiba. . . .didepan matanya ia lihat ada sebuah benda hitam mengkeredep. Tanpa pikir panjang
lagi Yo Cie Cong lantas ulur tangannya menjambret benda tersebut, begitu tangannya berhasil
dapatkan pegangan, badannya lantas bergelantungan ke-bawah.
Apa yang ia jambret barusan- kiranya ada sebuah tiang batu yang lebarnya tidak cukup tiga
kaki. Tiang itu lurus berdirinya, agak condong kesebelah tengah jurang.
Dengan cepat Yo Cie Cong balik badannya dan naik lebih tinggi keatas tiang batu itu. Dengan
penglihatannnya yang amat tajam, dalam suasana berkabut itu ia masih dapat melihat kedepan
sejauh sepuluh tombak lebih. Besarnya tiang batu itu kira2 tiga kaki, menonjol keluar dari tebing
jurang bagai jengger ayam, Di- kedua sisinya batu tersebut sangat licin- Kalau Yo Cie Cong tadi
tidak berhasil menjambret dengan tangannya, saat itu barangkali ia sudah melayang turun sampai
kedasar jurang. Badannya juga akan hancur lebur oleh karenanya.
Setelah Yo Cie Cong dapat menenangkan kembali pikirannya lantas ia melakukan penyelidikan.
Dengan jalan menyusuri tiang batu itu, sebentar saja ia sudah sampai diujungnya. Kalau menurut
taksirannya, tempat yang sudah dilalui olehnya sudah lebih dari tiga puluh tombak jauhnya. Kedua
matanya memandang kedepan, diantara kabut menebal disitu terdapat suatu tempat yang gelap.
Ia tahu juga bahwa tempat tersebut pasti adalah puncak gunung Pit-koan-hong.
Jarak antara tempat berdirinya Yo Cie Cong saat itu dengan puncak gunung Pit-koan-hong
menurut perkiraannya tidak lebih dari dua puluh tombak jauhnya. Bagi Yo Cie Cong jarak dua
puluh tombak masih belum merupakan soal sulit.
Dengan sekali lompat badannya sudah melesat jauh kedepan. Tatkala ia sampai ditempat
sejauh beberapa puluh tombak badannya berjumpalitan, begitu juga kaki serta tangannya, lalu
mencelat lagi keatas dan kemudian menurun kebawah menuju kelamping gunung Pit-koan-hong.
Dan. ... ia tiba diseberang jurang dengan selamat.
Keadaan disekitar tebing gunung sangat berbahaya. selain banyak batu2 cadas yang tajamtajam.
juga terdapat banyak pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Tetapi oleh karena juga. Yo Cie Cong
akan lebih mudah mendapatkan tempat untuk tancap kaki. Dalam girangnya, tanpa merasa ia
bersiul nyaring.
Pada saat itu, tiba-tiba datang sambaran angin kuat menyerang dirinya dari atas.
Yo Cie Cong tahu bahwa itu adalah sambaran angina yang keluar dari tangannya seorang
pandai, tetapi ia hanya ganda dengan ketawa dinginnya. Badannya melesat tinggi melayang turun
dilain bagian. Dengan gerakan yang indah dan lincah, ia sudah berhasil menghindarkan diri dari
serangan dahsyat barusan.
Begitu kakinya dapat menginjak batu, badannya melesat tinggi lagi se-olah2 terbangnya seekor
burung, begitulah berulang-ulang kaki menginjak tanah lalu menotolnya dan pergi lagi se-olah2.
lakunya kera yang sedang ber-lompat2an.
Tiba2 disebelah belakang ia mendengar suara orang berseru kaget: "Eii"
Tetapi Yo Cie Cong masih pura2 tidak dengar terus melesat keatas. kepuncak gunung tersebut.

Dipuncak gunung, keadaannya berbeda jauh dengan keadaan dalam jurang yang kabutnya
lebih tebal. Dengan daja penglihatannya Yo Cie Cong yang tajam, tidak sukarlah baginya untuk
dapat melihat keadaan disekitarnya.
Belum Cukup setengah jam, Yo Cie Cong lompat pergi datang sudah berada diatas puncak
gunung.
Disitu ada terdapat sebidang tanah datar kira2 satu bau luasnya, sekitarnya ditanami pohon2
siong, teratur rapih dan tampaknya sudah tua usianya. Disebelah dalam rimba pohon siong itu
lapat2 Yo Cie Cong dapat melihat kesebuah rumah.
Ketika ia melihat kebawah, dilihatnya dua titik hitam dengan cepatnya melesat se-olah2 dua
butir peluru yang ditembakan dari bawah. Yo Cie Cong tahu bahwa dua titik hitam itu adalah
orang2 yang menyerang padanya. Hatinya diam-diam merasa geli.
setelah mengawasi keadaannya disekitarnya sejenak. la lantas melanjutkan lagi gerakannya
menuju rumah tersebut.
"Siapa berani menginjak puncak gunung Pit-koan-hong ini sembarangan? sungguh besar
nyalimu" demikianlah ia mendengar satu suara bentakan-
Suara itu demikian halus dan merdu kedengarannya, tetapi belum lagi suara itu berhenti, tahu2
dari dalam rumah tersebut melompat keluar dua bayangan orang menghadang dihadapan Yo Cie
Cong.
selanjutnya, lantas terdengar dua arang itu berseru kaget "Eh "
Begitu melihat, Yo Cie Cong sudah segera mengenali bahwa kedua orang tersebut adalah dua
orang perempuan jelek yang dulu pernah ia ketemukan dan menguntit secara diam2, bahkan
pernah juga bertempur dengan mereka, sampai akhirnya ia melepaskan mereka, Melihat mereka
berdua Yo Cie Cong lantas berkata sambil tersenyum^
"Nona2, apa selama ini kalian baik-baik saja? Dulu waktu aku berpisahan, aku yang rendah
pernah katakan bahwa aku bisa datang sendiri mencari tempat ini. Bukankah sekarang
perkataanku itu sudah terbukti?"
Dua wanita jelek itu tercengang. Lama mereka tidak dapat mengatakan apa-apa. Lama. . . lama
sekali. . . .Akhirnya salah seorang diantara mereka berkata "Apa maksud tuan datang kemari?"
"Aku cuma mau berkunjung dan melihat rupanya majikanmu ?"
"Suhu belum pernah menemui orang luar dan tidak sudi menemui orang luar silahkan tuan
kembali."
"Apa kalian hendak suruh aku turun gunung lagi ?"
"Benar. cepatlah "
"Ha, ha. ha. . . .Dengan susah payah aku datang kemari, belum lagi bertemu dengan
majikannya aku sudah mau turun lagi. mana bisa? Tolong sampaikan pada majikan kalian kalau
aku datang hendak menemui padanya. Kalau kalian tidak mau terpaksa aku pergi cari sendiri
padanya."
"Hmm, Pit-koan-hong bukan tempatmu jual lagak"
"Apa? Goa macan atau sarang naga tidak ada artinya apa2 buat aku. Apa lagi cuma satu Pitkoan-
hong. Kalian mau apa?"
"Apa kau perlu kami turun tangan sendiri mengusir kau baru mau berlalu dari sini ?"
"Ha, ha, ha. ha,. . . Kepandaian kalian berdua masih ujauh dari sempurna. Tidak ada artinya
sama sekali buat aku. Kalian suruh aku turun gunung. Tidak mudah"
Kedua wanita jelek itu sangat gusar. Keduanya lalu menyerang berbareng kearah Yo Cie Cong.
Yo Cie Cong diam2 mengerahkan ilmunya ‘Liang-kek Cin-goan’. menutup rapat tubuhnya.
Diwajahnya masih tetap menunujukkan roman ber-seri2. sengaja ia tidak menyingkir, juga tidak
mau berkelit. Ia berlaku se-olah2 tidak tahu sama sekali adanya angin hebat yang menyambar
kearahnya.

Kedua wanita itu yang menyaksikan sikap Yo Cie Cong dengan jumawanya, panas hatinya.
Sambil kertak gigi mereka lalu menambah lagi kekuatannya sampai tiga bagian.
Siapa nyana angin serangan yang meluncur keluar dari tangan dua wanita jeiek itu, sebegitu
lekas menyentuh tubuh Yo Cie Cong lantas lenyap tanpa bekas, musnah bagai terapung masuk
dalam air laut.
Belum lenyap kagetnya mereka, suatu desiran angin dingin yang mengandung kekuatan sangat
hebat menerpa badan mereka berdua. Itu adalah tenaga membaliknya serangan dua wanita jelek
itu yang kini berbalik kearah mereka sendiri. Tentu saja kekuatannya menjadi dua kali lipat,
karena mereka tadi menyerang dan menggabungkan kekuatan mereka.
Dua wanita jeiek itu ketakutan setengah mati. Dengan cepat mereka lompat menyingkir kedua
samping.
Tetapi, meskipun gerakan mereka sudah dilakukan cukup gesit, tidak urung masih juga mereka
terkena sambaran angin membaliknya Yo Cie Cong. sehingga dada mereka dirasakan sesak,
Keduania seketika itu keluarkan seruan tertahan-
"Bagus, bagus Sudah berani masuk rumah orang tanpa mau mengaku salah. Sekarang kau
hinakan sesukamu. Sungguh berani kau." demikian suara bentakan merdu terdengar
dibelakangnya. Suaranya belum berhenti, angin kuat sudah menyambar mukanya Yo Cie Cong.
Jago Golok yang setiap waktu dirinya dilindungi oleh hawa murni dari ilmunya
‘Liang-kek Cin-goan’ menghadapi datangnya serangan tapi masih pura2 tidak tahu. Kembali
suara seruan tertahan terdengar.
Ketika Yo Cie Cong menoleh kebelakang, ditempat sekitar tiga lomba k jauhnya dari padanya,
kembali dilihatnya lagi dua orang perempuan jeiek yang berdiri terpaku ditempatnya dengan mata
mengawasi ke arahnya tanpa berkedip. Wajahnya menyatakan keheranannya mereka, Diam2 ia
merasa geli dihati.
Pikirnya: ‘Kenapa diatas puncak gunung Pit-koan-hong ini melulu orang2 jelek saja yang
tinggal? Apa disini tempatnya semua orang jelek dalam dunia? Aneh, sungguh aneh?"
Dua wanita jeiek yang datang belakangan ini ternyata adalah orang2 tadi yang menyerang Yo
Cie Cong sewaktu ia masih berada dekat dibawah jurang. Begitu mereka tiba diatas, mereka
melihat kedua saudara seperguruan mereka sedang dibikin terpental tubuhnya karena kesambar
kekuatannya Yo Cie Cong, maka segera mereka menyerang Yo Cie Cong untuk mencegah Yo Cie
Cong mendesak terus saudara2 seperguruan mereka. Kekuatannya dua orang yang tergabung
sudah tentu hebat. Tetapi tidak nyana, bukan saja mereka tidak berhasil melukai orang yang
diserang, bahkan sebaliknya mereka sendirilah yang kena kesabat tenaga membalik dari mereka
sendiri.
Empat wanita jeiek itu lantas menyatukan diri, ber-siap2 hendak menyerang Yo Cie Cong setiap
waktu. salah seorang diantaranya tiba2 menanya: "Tuan datang ke Pit-koan-hong ini membawa
kabar apa?"
"Tidak apa2, aku cuma mau ketemu majikanmu dan melihat rupanya."
"Kami beritahukan padamu, suhu kami tidak suka menemui orang luar. Adapun maksud
suhu mengeram disini tidak lain karena tidak suka dilihat orang. Kau mengerti?" "Tapi
bagaimanapun aku harus menemukannya?"
"Tuan sungguh terlalu jumawa. Tuan tidak kenal aturan Tuan telah menghinakan kami tuan
rumah, sungguh terlalu. Apa maksud tuan sebenarnya?"
Kedatangan Yo Cie Cong kepuncak gunung Pit-koan-hong ini, selain karena terdorong oleh
perasaan herannya, juga karena ia bermaksud hendak mengetahui apa arti ucapan ‘Pit-koan’ yang
keluar dari mulutnya Giok-bin Giam-po sesaat sebelum ia menghembuskan napasnya yang
penghabisan. Perasaaa curiga dalam hatinya memaksa ia segera mengambil keputusan harus
mengetahui keadaan sebenarnya.

selain dari pada itu, asal "suhu” yang di-sebut2 oleh wanita jelek itu membuat ia lebih2
berhasrat ingin mengetahui semuanya. Ketika ia ditanyakan apa maksud kedatangannya yang
sebenarnya kesitu, sudah tentu ia tidak mampu menjawab. oleh- karena itu, dalam keadaan
terpaksa dengan apa boleh buat Yo Cie Cong tebalkan muka. Atas pertanyaan orang terakhir,
bukannya ia menjawab, malah berbalik ia menanya: "Apa kalian benar2 mau merintangi aku yang
hendak menemui majikan kalian?"
"Aku sudah katakan, kalau kau tidak bisa katakan apa maksud kedatanganmu yang
sebenarnya, setapak saja jangan harap kau boleh bergerak dari sini" demikian salah seorang
diantara mereka menjawab dengan sikapnya yang keren-
"Apa kalian hendak paksa aku turun angan terhadap kalian?"
Empat wanita itu tidak ada satu yang tidak terkejut. Dilihat dari kejadian barusan, sekalipun
mereka berempat maju berbareng, rasanya juga masih tidak mampu merintangi kemauan orang.
Apa yang membuat mereka jeri dan tidak habis mengerti ialah, dengan cara bagaimana
pemuda tampan dihadapan mereka ini dapat menyeberangi jurang yang demikian jauh jarak
kedua tepinya dan curam lagi dalam itu? Mengapa tahu2 pemuda cakap ini sudah berada di
tempat mereka?
Salah aeorang diantara. empat wanita jelek itu menanya: "Tuan siapa?"
"Pemilik Golok Maut Yo Cie Cong.",
Kali ini lebih terkejut lagi mereka. Diwajahnya empat wanita jelek itu tampak menyolok sekali
perasaan ketakutannya, hingga paras mereka yang memangnya sudah jelek bertambah jelek lagi.
Mereka sungguh merasa heran dan tidak habis mengerti, apa sebabnya pemilik Golok Maut hingga
datang ketempat mereka? serentak mereka mundur kebelakang tiga tindak. sambil mundur itu
mereka berseru betbareng: "Pemilik Golok Maut"
"Tidak salah. Kalau kalian kenal gelagat, sebaiknya kalian lekas saja beritahukan pada majikan
kalian-"
Empat Wanita itu semuanya membungkam Tidak ada yang berani menyahut.
Yo Cie Cong mengawasi keempat wanita jelek itu dengan sorot matanya yang tajam, kemudian
dengan sekali gerakkan badan, tahu2 orangnya sudah menghilang dari hadapan mereka.
Empat wanita itu kembali berseru kaget. Ketika mereka berpaling melihat kerumah atap
mereka, pemuda cakap tampan yang mengaku dirinya Pemilik Golok Maut, itu ternyata sudah
berdiri didepan pintu rumah atap tersebut. cepat2 mereka lompat memburu. menyusul Yo Cie
Cong.
Sesampainya mereka disana, semuanya seketika itu berdiri bagai orang kesima melihat apa
yang terjadi dihadapan mata mereka.
Mereka melihat dekat pintu masuk. diatas sebuah balai bambu ada duduk suhu mereka,
seorang wanita muda cantik luar biasa didepan pintu, berdiri Yo Cie Cong. Pemuda cakap tampan
ini sedang berdiri kesima. saat itu mereka keduanya sedang mengadu pandangan mata. Diwajah
keduanya tampak tegas perasaan ke-heran2an masing2. Apakah yang telah terjadi?
Kiranya, ketika Yo Cie Cong menggunakan ilmunya ‘Menggeser tubuh mengganti bayangan’
Cepat bagai kilat tahu2 sudah berada didekat rumah atap itu. setibanya ia di depan pintu masuk.
ia segera dapat melihat sesuatu yang ganjil. Diatas balai2 bambu, duduk seorang wanita muda
cantik bagai bidadari, Bukan kepalang terkejutnya Yo Cie Cong. Hampir ia menjerit. Wanita muda
cantik yang sedang duduk diatas balai2 bambu itu, mirip sekali wajahnya dengan wajah Giok-bin
Giam-po Phoa Cit Kow. sangat mirip bagai pinang dibelah dua.
"Apa orang yang sudah mati bisa hidup kembali seperti aku?" demikian jago Golok Maut
menanya pada dirinya sendiri.

Tetapi Giok-bin Giam-po terang sudah binasa diujung Golok Mautnya Yo Cie Cong, Mayatnya
pun sudah dikubur oleh orang berkedok kain merah didalam lembah Im-bu-kok markas besarnya
perkumpulan Im-mo-kao,
Apakah ia kini sedang berhadapan dengan setannya? Tidak. Waktu siang, tengah hari lagi,
mana ada setan yang berani unjukkan diri.
Yo Cie Cong hamper tidak percaya matanya sendiri. Ia hamper tidak percaya bahwa apa yang
dilihatnya betul adalah suatu kenyataan. ia terus. meng-ucek2 matanya. sedikitpun tidak salah Itu
memang benar Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow, seketika itu bulu romanya berdiri semua.
Badannya menggigil macam orang kedinginan-
Sekalipun ia memiliki ilmu kepandaian sangat tinggi, tetapi talkala menghadapi kejadian nyata
dihadapannya, ia tidak bisa melakukan gerakan apa2. Ia berdiri terpaku ditempatnya. Berdiri bagai
patung. ia coba menggigit jarinya sendiri sakit sama sekali ia tidak mimpi. Ia memang sedang
menghadapi kenyataan yang tak dapat disangkal.
Dan. . ." Wanita Cantik yang duduk diatas balai2 bambu, begitu melihat Yo Cie Cong juga
lantas kesima. Dengan mata tak berkedip mengawasi duduk bagai patung.
Ke-dua2nya berada dalam keadaan demikian, saling pandang muka berhadapan muka, mata
beradu pandang, tampak jelas perasaan heran diwajah mereka masing2.
Waktu berlalu lagi. Lama. . . .lama sekali. . . . Tidak dengar ada yang memulai membuka mulut
bicara.
Empat wanita jelek yang memburu Yo Cie Cong tadi, juga semuanya pada berdiri kesima
dengan mulut membisu menyaksikan kejadian itu.
Sudah sekian lamanya sang waktu berlalu, tiba2 mereka ber-lari2an kedalam lalu berdiri
dikedua sisi balai2 bambu dengan mata mengawasi sebentar kearah Yo Cie Cong dan sebentar
kemudian mengawasi wanita cantik yang sedang duduk di-balai2. Tidak ada jang ber-kata2.
Sunyi ... sunyi senyap . . . Hampir setiap elahan napas orang2 dalam kamar itu maupun yang
diluar dapat terdengar nyata. sekalipun jarum jatuh disitu juga akan dapat terdengar.
Kesunyian macam itu berlangsung terus sekian lamanya. Kemudian Yo Cie Cong lebih dahulu
dapat menenangkan kembali pikirannya. Ia lalu coba mengamati lagi sekali wajahnya wanita
cantik itu dengan seksama. Tindakannya ini membuat ia dapatkan beberapa bagian yang tidak
mirip2nya, dengan apa yang ada dari wajah Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow.
Wanita muda Cantik dihadapannya itu agaknya seperti sedang dirundung nasib malang. Alisnya
berkerut, wajahnya murung, matanya sayu.
Tetapi walaupun demikian, mukanya itu masih kelihatan begitu jernih halus. tidak mirip2nya
dengan muka Giok-bin Giam-po yang galak melihat meski cakap.
Kecuali perbedaan yang sedikit ini, wanita cantik diatas balai bambu itu betul mirip sekali
dengan Giok-bin Giam-po. Mirip segalanya. Potongan badannya, raut mukanya, mata, hidung,
mulut, tangannya yang putih halus, rambut dan lain2nya lagi sama semuanya
Tiba2. . . . Dikelopak matanya wanita cantik itu keluar menetes butiran air mata setitik demi
setitik, bagai mutiara berjatuhan.
Yo Cie Cong menjadi semakin bingung. ia tidak habis mengerti, mengapa wanita itu menangis.
Ia tidak bisa memikirkan semua kejadian yang aneh yang ada dihadapan matanya.
Kejadian yang luar biasa. Dalam dunia ini, mana ada dua orang yang se-gala2nya mirip betul
satu dengan lainnya? Yang lebih dan paling mengherankan Yo Cie Cong ialah, Giok-bin Giam-po
sesaat sebelum menghembuskan napas penghabisan pernah mengatakan “Pit-koan-. Apakah yang
dimaksud itu bukannya Pit-koan-hong? Mengingat lagi bahwa si Tangan geledek Ngo Yong, yang
juga menganggap bahwa orang sembunyi diatas puncak gunung Pit-koan-hong adalah Giok-bin
Giam-po Phoa Cit Kow, sungguh ia tidak habis mengerti. sungguh ia tidak habis mengerti sungguh
suatu teka-teki yang sukar dipeCahkan- sungguh kejadian aneh yang luar biasa. Kejadian yang
mirip khayalan, serupa dengan dongengan.

Akhirnya wanita cantik diatas balai2 itulah yang mulai memecahkan suasana kesunyian disitu, ia
mulai membuka mulut dengan pertanyaannya: "Anak. kau bernama apa ?"
Pertanyaan ini diucapkan dengan suara lemah-lembut, penuh rasa welas-asih, meruntuhkan
hati setiap pendengarnya. sikapnya berwibawa, membuat orang sukar membantah permintaannya.
Yo Cie Cong terperanjat. Ia mengalah mundur setindak, Dalam hati ia berpikir, “Heran. Dilihat
dari wajahnya, kira2 juga ia masih berusia dua puluhan tahun. Paling tinggi usianya dua tiga tahun
diatasku. Kenapa ia panggil aku nak? Meski dihati ia memikir demikian, dimulut ia segera
menjawab "Namaku Yo Cie Cong."
"Yo Cie Cong."
"Ya."
"Anak apa maksudmu datang kemari ?"
Yo Cie Cong kelabakan, tidak dapat menjawab.
Kalau dulu ia menyelidiki puncak gunung Pit-koan-hong ini, maksudnya ialah hendak menCari
tahu dirinya Glok-bin Giam-po. Tetapi sekarang Glok-bin Giam-po sudah binasa didalam
tangannya, sudah tentu tidak dapat dipakai buat alasan-
Sebetulnya, kedatangannya kali ini hanya tersurung oleh perasaan herannya, berhubung
mendengar ucapan terakkirnya Glok-bin Giam-po. Tapi tak dapat ia Ceritakan ini kepada wanita
cantik dihadapannya.
Maka setetika itu wajahnya tampak merah, lama ia tidak bisa menjawab.
Wanita cantik itu kembali menanya "Apakah kau datang kemari hanya dengan secara kebetulan
saja?"
Yo Cie Cong hanya angguk2kan kepala.
"Anak kedatanganmu ini memang tidak mempunyai maksud tertentu, kau boleh kembali
menurut jalan dari mana tadi kau datang. Cuma kau harus berjanji bahwa kau tidak akan
mengumumkan kepada siapapun juga apa yang telah kau saksikan hari ini."
Yo Cie Cong kembali anggukkan kepala.
Ia heran- Wanita cantik itu telah memberi kesan yang sangat baik padanya. Apakah sebabnya?
Apa oleh karena kecantikannya? Atau sikapnya yang lemah-lembut? atau bahasanya yang penuh
kasih sayang, welas kasih? Ia sendiri juga tidak tahu.
"Anak, aku suruh orang membikin sedikit hidangan untukmu, lalu kau boleh segera
meninggalkan tempat ini."
"Tidak usah, jangan bikin berabe." jawab Yo Cie Cong. Wanita Cantik itu agak terkejut.
"Kalau begitu, kau datang kemari tentu ada maksudnya," katanya.
"Boleh juga kalau dikata begitu."
"Baiklah kau ceritakan apa maksukmu itu?"
setelah bersangsi sejenak, Yo Cie Cong akhirnya berkata.
"Pertama, bolehkah aku menanyakan nama mu yang mulia?"
Wanita Cantik itu mula2 terperanjat, tetapi tidak lama kemudian ia lantas menjawab dengan
bersenyum sedikit,
"Aku tidak mempunyai nama, Nak. sekalipun ada, juga sudah lama ditelan oleh berlalunya
masa."
Yo Cie Cong agak heran, sambil kerutkan alisnya ia berpikir, "Perkataan Giok-bin Giam-po yang
terakhir itu pasti bukan tidak ada sebabnya. Apalagi wanita itu mirip sekali dengan wanita ini.
Dalam hal mana mungkin ada apa2 yang diharapkan- Kenapa tidak menggunakan kesempatan ini
untuk menyelidiki kecurigaan ini?" Memikir demikian, cepat2 ia menanya lagi.
"Apakah kau tahu tentang seorang wanita yang namanya Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow?"
Wanita Cantik itu berubah parasnya ketika mendengar disebutnya nama Giok bin Giam-po.
Badannya gemetaran, balai yang diduduki sampai mengeluarkan suara berkerejotan. Rupanya
hatinya tergoncang keras oleh pertanyaan Yo Cie Cong tadi.

Ketika Yo Cie Cong melihat keadaan demikian, segera menduga bahwa dalam hal ini pasti ada
apa2nya yang tidak beres. maka ia lalu menanya pula: "Kau toch tidak akan menyangkal
pertanyaanku tadi, bukan?"
WANITA Cantik itu yang nampaknya sudah mulai tenang kembali, lalu balik menanya dengan
suara bengis: "Kau sebenarnya siapa ?"
"Pemilik Golok Maut Yo Cit Cong, Muridnya pangcu Kam-lo-pang."
"Kau menanya hal ini apa perlunya?"
"Sebab kau mirip sekali dengan dia"
"Adakah kau pernah melihat Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow?"
"Bukan saja pernah melihat. Malah. . . ."
"Malah apa?"
"Dia sudah binasa diujung Golok Mautku."
Lima wanita yang berada didalam gubuk itu, ketika mendengar keterangan Yo Cie Cong,
semuanya pada terperanjat.
Yo Cie Cong menduga lagi bahwa dengan keterangan itu pasti ia akan dapatkan reaksi hebat
dari wanita Cantik itu, tetapi kenyataannya tidaklah demikiansaat
itu, si wanita Cantik hanya wajahnya saja yang sedikit beruhah. kemudian dongakkan
kepala dan berkata sendiri seperti lakunya orang mengigau: "Kesalahan yang tidak disengaja
masih dapat diampuni, tetapi dosa harus menerima hukumannya ...."
setelah mengucapkan perkataannya itu matanya kembali ditujukan kearahnya Yo Cie
Cong.
Reaksi demikian dingin yang timbul dan dapat dilihat dari sikapnya wanita cantik itu membuat
Yo Cie Cong merasa heran bukan main. Dalam hatinya diam2 ia berpikir: "Apakah wanita Cantik ini
sama sekali tidak ada hubungannya dengaa Giok-bin Giam-po ?"
Belum lagi lenyap pikirannya itu, ia sudah mendengar wanita cantik itu memanggil padanya:
"Anak . . . ."
Sebutan “Anak” ini yang terus2an diucapkan membuat Yo Cie Cong merasa jengah sendiri,
berbareng juga merasa kurang puas, dengan segera ia memotong ucapannya si wanita Cantik,
"Bolehkah aku menanyakan usiamu?"
Wanita cantik itu mula2 tercengang kelihatannya, tapi kemudian lantas mengerti agaknya,
maka ia lalu menjawab sambil ketawa hambar:
"Anak. jangan menanyakan usiaku, sudah cukup kalau aku menyebut kau Anak,"
Yo Cie Cong dengan perasaan ter-heran2 mengawasi wajah orang, didalam hatinya berpikir:
"Apakah dia memiliki ilmu yang bisa membuat dirinya sendiri awet muda sehingga kelihatannya
tetap seperti dara remaja? Giok-bin Giam-po juga seorang wanita yang sudah lanjut usianya,
tetapi wajahnya juga seperti gadis berusia dua puluh tahunan saja. Mereka wajahnya mirip satu
sama lain. Apakah didalam dunia ini ada kejadian yang begitu kebetulan? Apakah mereka memang
betul bersaudara?...."
Melihat Yo Cie Cong bengong membisu, wanita Cantik itu berkata lagi:
"Anak, terlalu banyak bicara tidak ada gunanya. Percaya apa tidak terserah padamu sendiri.
Masih ada pertanyaan apa lagi?"
Rupa2 pikiran tiba2 mengaduk dalam otaknya Yo Cie Cong: si Tangan geledek Ngo Yong
pernah menganggap dengan pasti bahwa orang yang berdiam diatas puncak gunung ini adalah
Giok-bin Giam-po.
-Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa pernah merintangi Giok-bin Giam-po turun tangan
terhadap dirinya.
-orang berkedok kain merah yang sangat menyukarkan pikirannya itu, berkali2 merintangi
dirinya yang hendak menuntut balas terhadap Giok-bin Giam-po.
-Bukankah Thian-san Liong- iie pernah mengatakan bahwa wajahnya sangat mirip sekali
dengan Hoan Thian Hoa?

Giok-bin Giam-po ketika pertama kali bertemu dengan dirinya sedikitpun tidak memperlihatkan
perasaan ada mempunyai hubungan apa2 dengan dirinya.
Giok-bin Kiam-khek dengan Giok-bin Giam-po katanya pernah melahirkan seorang anak dan
hilangnya anak itu tahunnya bertepatan dengan usianya sendiri.
Apakah anak itu adalah dirinya sendiri? semua apa yang telah terjadi telah berbayang didepan
matanya Yo Cie Cong, Kalau semuanya itu dihubungkan satu sama lain, pokok pangkalnya
agaknya bergantung diaias dirinya orang ketiga. .... Dan orang ketiga itu, mungkin adalah wanita
cantik yang kini berada dihadapannya. Kalau dugaan itu tidak keliru, ada kemungkinan besar
bahwa wanita cantik ini adalah ibu kandungnya sendiri.
Ketika Yo Cie Cong berpikir sampai disitu, hatinya berdebaran keras. Mungkin perkataannya
orang berkedok kain merah itu tidak salah. hanya letak kesalahannya ialah, ia keliru melihat
orangnya,
Tetapi apakah hal demikian itu bisa sampai betul2 kejadian? Apakah kejadian aneh ini benar2
akan terjadi pada dirinya sendiri?
Keanehan dan kejanggalan itu terjadi pula pada orang berkedok kain merah itu. siapakah
sebetulnya orang itu? Mengapa ia mengetahui begitu jelas persoalan yang menyangkut dirinya
sendiri?
Tibalah sudah saatnya bagi Yo Cie Cong untuk membuka tabir rahasia yang selama itu
menyesak dadanya, memepatkan pikirannya.
Per-lahan2 ia mengulurkan tangannya pada batu Liong-kuat yang selalu dikalungi dilehernya. ia
meloloskannya dan benda itu diletakkan ditelapakun tangannya. hatinya berdebaran keras, hampir
saja melompat keluar, Dengan suara gemetar ia lalu menanya: "Apakah kau kenal benda ini?"
Matanya wanita Cantik itu terbelalak melihatnya. wajahnya menjadi pucat pasi seketika. Ia
menegakkan duduk badannya, lalu menanya dengan suara gemetar. "Darimana kau dapatkan
benda ini?"
"Sejak aku masih kecil benda ini sudah berada mengalungi leherku."
"Kau . . . Kau . , . Kau kata kau bernama Yo Cie Cong?"
"Ya. Memang sejak aku masih kanak2, sama sekali aku belum mengetahui asal-usulku sendiri,
Aku tidak punya she. juga tidak nama, she dan nama yang aku pakai sekrang adalah pemberian
dari suhuku."
"Kau . , , kau . . . Kau adalah . , . oooooo Tuhan Kau benar2 adalah akupunya . . .
Wanita Cantik itu berdaya upaya hendak bangun, tapi begitu balikkan badan, lantas jatuh
menggelinding dari balai dan seketika itu juga lantas tidak sadarkan diri lagi.
Empat wanita jelek itu dikedua sisinya dengan serentak berseru^ "suhu" dan dengan ter-sipu2
mereka memondong lagi suhunya keatas balai2.
Kini barulah ketahuan bahwa wanita cantik itu adalah seorang yang bagian badan bawahnya
sudah lumpuh, pantasan kalau ia terus duduk setengah rebahan diatas balai2nya.
Yo Cie Cong yang menyaksikan semua kejadian itu, dalam hatinya lantas mengerti duduknya
perkara. Benarlah kalau begitu bahwa wanita cantik ini tentu ada ibu kandungnya sendiri.
Tetapi, sebelum persoalannya menjadi jelas betul, ia masih sedikit ragu2, Walau pun demikian
hatinya sejak tadi sudah merasa tidak tenteram. Rahasia yang selama ini menyelubungi dirinya
mungkin sebentar lagi akan dapat keputusannya.
Ia memandang wanita cantik yang sedang pingsan itu sejenak. lalu gerakkan tangannya.
sambaran angin hebat keluar dari jari tangannya menyentuh jalan darahnya wanita cantik,
Dari mulutnya waniia Cantik itu terdengar suara elahan napas panjang, Kemudian orangnya
siuman dan mencoba hendak duduk kembali.
Empat wanita jelek itu membimbing badannya sang suhu supaya dapat duduk kembali.
Wanita Cantik itu dengan air mata ber-linang2 mengawasi Yo Cie Cong tanpa berkedip.
Kemudian berkata pada dirinya sendiri: "oooooh, Tuhan memang adil. Aku Phoa sian Cian
sekalipun mati juga sekarang akan merasa ikhlas."

Bukan main kagetnya Yo Cie Cong. Wanita itu ternyata beraama Phoa sian Cian-
Ia pernah mendengar ceritanya si Tangan Geledek Ngo Yong yang menyatakan bahwa dulu
wanita yang menjadi isterinya Giok bin Kiam-kek Hoan Thian Hoa itu justru adalah Phoa sian Cian,
tetapi kemudian Phoa sian Cian telah berubah menjadi Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow. Sekarang
ini kalau dilihat dari kenyataan phoa sian Cian dan phoa Cit Kow, ternyata ada dua, bukannya
seorang. oleh karena satu sama lain begitu miripnya, Hoan Thian Hoa sendiri sampai kena
dikelabui dan terjadilah kesalah pahaman yang begitu besar. ....
Dalam peristiwa ini, entah ada terselip sebab musabab apa yang tentunya sangat ber-belit2.
Wanita cantik yang mengaku Phoa sian Cian itu, setelah mengeluarkan perkataannya pelahan2
dari dari dalam bajunya mengeluarkan sebuah batu kumala dengan kedua jari tangannya ia
memperlihatkan benda itu kepada Yo Cie Cong. " Hong- kuat." seru Yo Cie Cong dan segera ia
masuk kedalam rumah gubuk itu.
= = ooo ooooo ooo = =
Yo Cie Cong lari kehadapannya balai-balai itu, kemudian bertekuk lutut dihadapan wanita cantik
itu sambil berseru: "lbu. . . . ."
Hanya perkataan ini saja yang mampu ia keluarkan dari mulutnya, sebab saat itu
tenggorokannya terasa terkancing. suaranya sesenggukan, air mata mengalir membasahi kedua
belah pipinya seperti jatuhnya air hujan.
Sejak Yo Cie Cong dilahirkan. “lbu” adalah panggilan pertama kalinya yang keluar dari
mulutnya.
Empat wanita jelek itu hanya dapat menyaksikan semua kejadian itu dengan mata terbuka
lebar keheranan-
Dengan tangannya, Phoa sian Cian meng-usap2 kepalanya Yo Cie Cong dengan mandi air mata,
Kejadian yang sangat mengharukan itu setelah berlangsung lagi sekian lamanya, perlahan2
keduanya mulai tenang kembali. Antara ibu dan anak itu dalam hatinya masing2 mengecapkan
perasaan getir dan manis berbareng duka dan suka.
oleh karenanya, masing2 juga pada membungkam. Agaknya mereka masih belum dapat
melenyapkan semua perasaan yang terpendam dalam hati mereka, Akhirnya. . . .adalah Phoa sian
Cian yang berkata kepada empat wanita jelek:
"Kalian boleh mengaso dulu. Kalian boleh bikinkan kita hidangan untuk be-ramai2 makan.”
Empat wanita jelek itu menyahut berbareng, kemudian masuk kedalam.
Saat itulah Phoa sian Cian baru meng-amat2i wajah anaknya, Kemudian ia berkata dengan
suara terharu: "Anakf kita toch tidak mengimpi?"
"lbu, ini adalah kejadian yang sebenarnya."
Kedua orang, anak dan ibu saling berpeluk dan menangis. Agaknya semua kedukaan,
kesedihan yang terpendam dalam hati mereka selama belasan tahun itu, akan ditumplekkan
sekaligus pada saat itu juga. sampai suaranya menjadi serak. tenaganya hampir habis.
Sesudah air mata mereka dikuras kering, barulah mereka berhenti menangis.
"Anak. barusan kau kata bahwa Phoa Cit Kow tetah binasa dalam tanganmu."
"Ya. Dia adalah musuh perguruan anak."
"Ng. Tahukah kau siapa dia itu?"
"Anak justru tidak mengerti soal ini."
"Anak. nanti ibumu akan menCeritakan kepadamu suatu kisah."
Yo Cie Cong mengetahui bahwa ibunya akan menceritakan suatu kisah yang sama sekali sangat
di-harap2kan olehnya, maka lantas angguk2kan kepala sambil bersenyum kemudian ia menarik
sebuah kursi bambu dan duduk dihadapannya -
Phoa sian Cian sambil pejamkan kedua matanya, diwajahnya beberapa kali tampak perasaan
ragu2, Agaknya ia merasa berat akan mengisahkan kembali semua kenang2an dimasa mudanya,

maka sama sekali ia baru membuka matanya. setelah memesut kering air matanya dengan lengan
baju, ia lalu berkata dengan suara berat:
"Anak, sekarang ibumu akan mengisahkan semua. Kau boleh dengar dengan tenang." "Ya, ibu."
"Dahulu kala, ada sepasang anak kembar wanita. Keluarganya saudara kembar wanita itu
adalah orang baik2 semuanya, serta juga terkenal dengan ilmu kepandaiannya, maka semuanya
mendapat latihan ilmu silat yang bagus dan tinggi sekali. Kedua saudara kembar itu wajahnya
mirip sekali satu sama lain. Kadang2 ayah bundanya sendiri juga tidak dapat membedakannya,
Tetapi sifat mereka berdua sangat bertentangan. Yang lebih besar sang enci, sifatnya kejam dan
ganas serta pandai menggunakan akalnya yang licik sebaliknya bagi sang adik, yang kecilan,
sifatnya halus lemah lembut . . . ."
Yo Cie Cong sudah dapat menduga siapa saudara kembar yang dikatakan oleh ibunya itu, maka
ia lantas berkata: "ow.."
Phoa sian Cian mengawasi anaknya sejenak. lalu berkata pular
"Kemudian- disuatu saat yang kebetulan mereka telah menemukan dua rupa benda pusaka
yang ditinggalkan pada beberapa ratus tahun berselang. sang adik telah mendapatkan dua butir
obat yang bisa membikin manusia tetap awet muda, sedangkan sang enci mendapatkan sejilid
buku pelajaran ilmu gaib yang tidak lengkap. Dua butir obat itu yang berbentuk pil, masing2
dimakan oleh kedua saudara itu tiap orang sebutir. Tetapi kitab pelajaran ilmu gaib itu diam2 telah
dipelajari oleh sang enci. Demikian masa dua puluh tahun telah berlalu. ayah bunda mereka
beruntun telah meninggai dunia. Dua saudara kembar itu oleh karena sudah makan pil awet
muda, wajahnya tetap cantik seperti gadis remaja. Kecantikan mereka tampak lebih dari pada
sebelum mereka makan obat tersebut."
Yo Cie Cong baru sadar kini apa sebabnya mereka sampai sekarang masih kelihatan tetap
muda. selagi ia hendak buka mulut, si ibu sudah lantas mencegah:
"Anak. anak jangan memotong pembicaraanku, dengarkan baik2 kisahku. Tidak lama
kemudian, sang enci oleh karena sudah berhasil mempelajari seluruh isi kitab pelajaran ilmu gaib
yang dapat digunakan untuk memikat hatinya lelaki, maka ia tidak betah dengan penghidupan
dirumah. Ia lalu terjunkan diri dalam dunia Kang-ouw. Dalam beberapa tahun saja ia sudah
membikin keruh dunia Kang-ouw. sehingga namanya sangat busuk diluaran orang2 golongan baik
dari rimba persilatan telah merasa segan berurusan dengan dia. bahkan mereka semua sudah
berdaya upaya hendak menyingkirkan diri dari padanya, tetapi oleh karena ia mempunyai
kepandaian ilmu silat yang sangat tinggi serta banyak pula akalnya. maka orang2 rimba persilatan
tidak berdaya sama sekali terhadapnya."
"Ibu, apakah dia itu Giok. . . ." Yo Cie Cong menyelak.
"Anak. kau jangan menyelak. Kemudian, sang adik juga mendengar kabar tentang perbuatan
encinya itu. sebagai saudara kandungnya, ia tidak bisa tinggal peluk tangan begitu saja, maka ia
juga turun dalam dunia Kang-ouw untuk mencari sang enci. ia bermaksud hendak memberi
nasehat kepada sang enci supaya dia jangan lagi melakukan perbuatannya terus, supaja ia bisa
insyaf, tetapi sang enci rupanya sudah sangat dalam tersesatnya, ia anggap semua nasenat
adiknya sebagai sampah yang harus dibuang jauh2. sang adik terpaksa meninggalkan encinya
dengan perasaan masgul. Dengan seorang diri ia kembali lagi kerumahnya. Dalam perjalanan
pulangnya itulah sang adik itu berjumpa dengan seorang pemuda jago pedang yang tampan
sekali. Dua muda-mudi itu mungkin sudah ditakdirkan oleh Tuhan, begitu berjumpa satu sama
lain, keduanya lantas jatuh hati. maka pasangan merpati itu lantas merangkap jodohnya dan
mengembara ke-mana2 untuk melewatkan hari2nya yang penuh madu cinta."
Bicara sampai disitu, wajahnya Phoa sian Cian mendadak kelihatan terang. Di mulutnya
tersungging senyuman manis. setelah berdiam sejenak. la lalu berkata pula:
"Tidak lama mereka menikah, lantas melahirkan seorang anak laki2. Anak itu membawa
perasaan gembira dan bahagia bagi suami istri muda itu. sang suami, si jago pedang yang tampan
cakap wajahnya itu, ketika sang anak dilahirkan, sesudah merayakan hari ulang tahunnya, telah
dipanggil pulang oleh suhunya untuk dilatih suatu ilmu yang sangat luar biasa. Dengan demikian,

suami istri itu terpaksa berpisah dan pada saat itulah bencana yang tidak ter-duga2, tiba-tiba
menimpah dirinya ibu dan anak itu. . . . ."
Phoa sian Cian ketika mengisahkan sampai disitu, senyuman di wajahnya mendadak lenyap.
berganti dengan perasaan sedih.
Yo Cie Cong yang mendengarkan kisah tersebut, dalam hati juga turut bersedih, Dirasakan
agak susah bernapas.
"sang enci, yang sudah busuk karena kelakuannya sendiri itu, tiba-tiba
datang ketempat kediaman adiknya. sang adik yang memang sifatnya baik hati, sama sekali
tidak menduga kalau encinya mengandung hati jahat terhadapnya. Kedua saudara itu berdiam
selama tiga hari, kemudian sang enci tiba2 dengan tidak tahu malu meminta adiknya supaya suka
menyerahkan suaminya, katanya untuk sementara waktu. Perbuatan yang ganjil dan melanggar
kesopanan itu sudah tentu ditolak
dengan getas oleh adiknya. Tetapi sang adik masih belum tahu bahwa saat itu ia sudah
terjebak dalam akal busuknya sang enci. Diam2 sang enci telah masukkan semacam obat racun
kedalam makanan adiknya yang kemudian dimakan tanpa rasa curiga sedikitpun, maka
kepandaian ilmu silat sang adik lantas lenyap semuanya dan badannya lumpuh separuh. . . . ."
Diwajahnya Yo Cie Cong lantas terlintas suatu perasaan gemas, Dengan suara sedihnya ia
memanggil ibunya: "lbu. . . ."
Phoa sian Cian menyahut, kemudian melanjutkan kembali kisahnya, sebagai berikut.
"sang enci yang berhati binatang itu setelah membikin celaka sang adik, rupanya masih belum
merasa puas. Tetapi masih untung liangsimnya masih ada sehingga tidak sampai sang adik binasa
seketika itu juga. Biar bagaimana ia masih menyayang sang adik, la lalu mengantar pulang ke
kediamannya yang lama, malah ia suruh adiknya memilih empat wanita yang dianggap
mempunyai kepandaian paling tinggi untuk mengawani sang adik itu. . . Dengan demikian, maka
sang adik itu sudah kehilangan suaminya, juga kehilangan anaknya. Ia dibawa kesuatu tempat
terpencil dari dunia luar disanalah dia disuruh melewatkan hari2nya yang penuh duka dan
penderitaan batin yang sangat hebat. sebetulnya ia sudah ingin mati saja supaya terbebas dari
siksaan bathinnya. Tetapi rupanya ia juga masih mengharap nanti sang enci kembali pada
pikirannya dan memberi kesempatan padanya untuk bertemu kembali dengan suami dan anaknya.
Harapan itu begitu kuat ada dalam hatinya, sehingga ia terus menantikan datangnya saat yang
diharap-harapkan itu. setiap hari ia melewatkan penghidupannya dengan jalan mengajar ilmu silat
keempat pelayannya dengan menggunakan mulutnya secara lisan sehingga mereka melewatkan
penghidupan sampai sekian tahun lamanya."
Yo Cie Cong agaknya ada mengandung maksud tertentu, maka ia lantas menanya:
"sang adik yang dianiaya itu mengapa tidak mau menyuruh pelayannya menyampaikan kabar
kepada suaminya?"
"Anak. pertanyaanmu ini benar. Pertama mereka berdua memang adalah saudara2 kembar.
Baik wajah maupun suaranya tidak mudah orang dapat membedakan. sudah tentu juga sang enci
itu dapat mengelabui mata suaminya si adik. semula sang adik karena kuatir akan menimbulkan
perasaan tidak senang diantara suami isteri, maka ia sama sekali tidak pernah memberitahukan
kepada suaminya kalau ia itu ada mempunyai enci yang wajahnya mirip sekali dengan dia,
sedangkan sang suami, yang belum lama munculnya dalam dunia Kang-ouw dan sudah lantas
menikah dengan si adik, maka juga ia belum pernah berjumpa dengan wanita yang mirip
wajahnya dengan isterinya, maka seandainya si adik bisa menyampaikan kabar, barangkali juga
susah dipercaya. dan Kedua, sang enci itu mengajukan satu syaratpada adiknya, yaitu apabila
sang adik merusak rencananya, ia akan segera membunuh anak satu2nya sebagai pembalasan.
Maka sang adik itu lebih suka korbankan dirinya karena ia hendak melindungi jiwa anaknya. Ketika
sang adik itu sudah menjadi seorang bercacad, kecuali menyerah dirinya diperlakuan bagaimana
saja oleh sang enci ia sudah tidak bisa berdaja sama sekali. . . . ."

Yo Cie Cong kembali keluarkan air mata. Ia tidak dapat menahan suara getaran hatinya, maka
itu ia lantas bangkit dan berkata:
"lbu, jago pedang yang cakap tampan itu apakah bukan Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa?"
"Benar. Benar dia,"
"Dan sang enci itu pasti adalah Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow, sedang sang adik tentunya ibu
sendiri juga anak itu tentu aku, bukan?"
"Anak. baiklah kalau kau sudah mengerti, Kalau aku mandah menderita sampai saat ini, itu
adalah karena aku masih mengharap kita bisa bertemu lagi."
Yo Cie Cong kembali mengeluarkan batu Liong- kuatnya.
"lbu, batu2 kita ini, Liong- kuat dan Hong- kuat kenapa Giok-bin Giam-po sama sekali tidak
mengenalnya?"
"Ini adalah pemberian seorang padri pelancongan yang tidak dikenal. Aku, ibu dan anak,
masing2 mempunyai sebuah. hanya ayahmu yang tahu."
Yo Cie Cong sekarang baru sadar. semua kejadian aneh yang dialami ternyata bahwa orang2
dunia Kang-ouw semua sudah menganggap bahwa Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow adalah ibunya
Yo Cie Cong, Phoa sian Cian-
"Ibu, tahukah ibu apa khasiatnya batu Hong- kuat dan Liong- kuat ini?"
"Memang ini aku tidak tahu."
"Anak dulu dengar suhu pernah cerita bahwa Hong- kuat dan Liong- kuat ini apabila dirangkap
menjadi satu, dapat digunakan untuk menyembuhkan segala sakit2 racun. Barangkali racun jahat
yang mengeram dalam badan ibu. . . . ."
"Anak. mungkin sudah tidak ada gunanya lagi."
"Tapi, kita toch boleh Coba2 saja bukan?"
"Anak. ini nanti bisa kita bicarakan lagi. selama kau berkelana didunia Kang-ouw, apakah kau
pernah dengar kabar tentang ayahmu?"
"Ibu, biarlah anak juga nanti akan ceritakan suatu kisah"
“Baiklah, cepat kau tuturkan-"
Yo-Cie Cong segera juga menceritakan semua apa yang telah terjadi atas dirinya, sehingga
membuat sang ibu merasa kaget bercampur girang, tetapi juga merasa sedih. segala rupa
perasaan bercampur aduk dalam hatinya. "Kau harus berdaya mencari ayahmu."
"Aku bisa. ibu, apa kau pernah menduga siapakah orang berkedok kain merah itu?"
Tentang ini, menurut ceritamu tadi. orang berkedok kain merah itu memang benar sangat
mencurigakan, Karena tahu dengan jelas asal usulmu, bahkan dengan begitu keras merintangi kau
turun tangan terhadap Phoa Cit Kow. Apa mungkin- . . ,.Anak cuma satu Cara, kau harus
membuka kedoknya."
Pada saat itu empat Wanita jelek itu sudah menyuguhkan hidangan dan minuman yang lalu
diletakan diatas balai2 dimana wanita cantik itu duduk.
"Anak. mereka berempat ini meski saja murid. tetapi sebetulnya hubungan
kita sudah seperti saudara sendiri selama belasan tahun, adalah mereka yang terus melayani
ibumu, maka kau harus memberi hormat pada mereka dan seharusnya juga kau bahasakan
mereka itu “Kow-kow” (bibi)."
Empat wanita itu menyahut serentak: "sudah, cukup dengan sebutan “suci” saja,"
Yo Cie Cong lantas bangkit berdiri, lalu menyoja memberi hormat pada mereka satu
demi satu, kemudian berkata:
"Kow-kow sekalian, disini Yo Cie Cong memberi hormat pada kalian,"
Empat wanita jelek itu dengan ter-sipu2 membalas hormatnya, masing2 lantas merobah
wajahnya dan .....saat itu terlihatlah wajah empat wanita cantik yang usianya kira2 tiga puluh
tahunan.
Yo Cie Cong seketika itu lantas berdiri menjublek. Pikirnya: "oooo. Kiranya mereka memakai
kedok kulit,"

Sehabis bersantap. hari sudah mulai gelap. Dalam gubuk kecil itu, Cuma diperlengkapi perabot
yang sederhana, lampu pelitanya juga kelihatan guram sinarnya. Ibu dan anak yang berpisah
sudah sekian tahun lamanya, mengobrol sampai tengah malam, baru masuk tidur.
Esok paginya kembali dilewatkan sambil mengobrol. Yo Cie Cong juga menceritakan bagaimana
dari dirinya si Tangan Geledek Ngo Yong, ia telah dapat tahu sedikit tentang dirinya.
Itu adalah ketika Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow belum lama setelah menggantikan kedudukan
adiknya. ialah Phoa sian Cian. Giok-bin Kiam-khek Hoa Thian Hoa juga kembali dari tempat
perguruannya. Tapi ia telah dapatkan bahwa isterinya itu sudah berubah, dari sifatnya yang lemah
lembut mendadak berubah menjadi genit centil dan berandalan. Hoa Thian Hoa kecuali merasa
heran dan berduka, tidak dapat berbuat lain-
Penghidupan demikian berlangsung hampir setengah tahun lamanya. Giok bin Giam-po ternyata
sudah tinggalkan suami dan anaknya, sering pergi meninggalkan rumah. Hoan Thian Hoa sudah
tidak bisa menahan sabar lagi akhirnya ketika Giok-bin Giam-po tidak berada didalam rumah,
lantas kabur dengan membawa anaknya yang masih orok. kemudian, ia baru tahu bahwa isterinya
itu ternyata adalah Giok-bin Giam-po yang namanya sudah ternoda dalam kalangan Kang-ouw,
sedang seorang petani dimana ia titipkan anaknya juga sudah terbakar rumahnya, entah sudah
pindah kemana.
Dengan demikian, maka anak orok itu, yang menurut ibunya dinamakan Hoan sin Cie, juga
turut hilang. Hoan Thian Hoa sendiri juga lantas lenyap dari dunia Kang-ouw.
Yo Cie Cong, yang sekarang sudah tahu bahwa sendiri sebenarnya adalah Hoan
sin Cie, setelah menceritakan kisahnya itu, sang ibu yang mendengarkan cuma bisa menghelah
napas sambil geleng2kan kepalanya
Semua peristiwa yang telah terjadi kepada mereka, sekarang kecuali mereka ibu dan anak.
sekalipun Hoan Thian Hoa sendiri, masih belum ada seorang yang tahu.
Lama setelah mereka mengobrol. Hoan sin Cie nama (Yo Cie Cong selanjutnya) lalu berkata
kepada ibunya.
"lbu mari kita coba sepasang batu Liong- kuat dan Hong- kuat untuk menyembuhkan racun
dibadan ibu, baikkah?"
Phoan sian Cian meski masih merasa agak sangsi, tapi ia tidak mau mengecewakan
pengharapan anaknya, maka terpaksa anggukkan kepala seraja berkata.
"Baiklah, anak, kau boleh coba" sehabis berkata, ia lalu menyerahkan batu Hong-kuatnya
kepada anaknya.
Hoan sin Cie mengeluarkan batu Liong-kuatnya, yang lantas dirangkapkan menjadi
satu, seketika itu terjadilah suatu hal yang sangat mujijat. Bau harum luar biasa tiba2 keluar
dari dua batu itu.
Hoan sin Cie dengan tangan kanan menggenggam sepasang batu mujijat itu, kemudian
menggunakan ilmu kekuatannya ‘Liang-kek Cin-goan’, ia salurkan kedalam batunya.
sebentar kemudian, bau harum semakin keras. Uap warna hijau yang keluar dari sepasang batu
itu juga menembus keluar dari tangannya Hoan sin Cie.
Ia tahu bahwa sepasang batu mujijat itu bisa2 digunakan untuk memunahkan segala racun,
tapi bagaimana cara menggunakannya, ia sendiri juga tidak tahu. Dalam hati kecilnya
menganggap bahwa ilmunya Liang-kek Cian-goan pernah dipakai untuk menyembuhkan racun
dibadannya Ut-tie Kheng, jikalau digunakan dengan bantuannya Liong- hong Cin-kuat, mungkin
lebih besar faedahnya. Dengan caranya main seruduk itu, tidak tahunya malah benar.
Phoa sian Cian sejak dapat mencium bau harum, ia rasakan seperti terus meresap kedalam ulu
hatinya, dan sekujur badan dirasakan segar. Harapan mulai timbul pada hatinya, jika benar
badannya yang sudah lumpuh separuh itu bisa disembuhkan ini benar2 merupakan suatu kejadian
yang sangat mujijat.

Hoan sin Cie yang dalam dirinya sudah mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat,
digunakan untuk membantu bekerjanya batu mujijat itu, sudah tentu makin cepat mendatangkan
hasil.
Sebentar saja bau harum sudah memenuhi ruangan gubuk yang tidak seberapa luas itu, sedang
uap warna hijau, nampak semakin tebal sehingga merupakan benda semacam bola sebesar tiga
kaki.
Hoan sin Cie duduk bersila dipinggir bale2, sepasang batu digunakan untuk mengobati bagian
bawah badan ibunya yang telah lumpuh. la lakukan begitu dengan sungguh2, sebentar saja,
badannya sendiri juga sudah diliputi oleh uap hijau.
Phoa sian Cian merasa seperti ada hawa dingin yang masuk kedalam badannya, kemudian
menimbulkan rasa gatal yang sangat hebat. Badan bagian bawah yang tadinya sudah mati dan
hilang daya rasanya, kini mendadak timbul perasaan, ini ada suatu bukti bahwa sepasang batu
mujijat itu sudah mengunjukkan khasiatnya. Kegirangannya Phoa san Cian ini sesungguhnya
seperti seorang yang mati hidup kembali, kejadian yang tadinya belum pernah diharapkan kini
telah menjadi suatu kenyataan,
Anaknya yang sudah hilang telah diketemukan kembali. . . .Penyakitnya yang diderita belasan
tahun lamanya juga sudah bisa disembuhkan-Bagaimana ia tidak girang ?
Setengah jam kemudian, Hoan sin Cie sekujur badannya sudah bermandi keringat. sedang
phoa sian Cian dalam badannya merasa ada kekuatan lweekang yang menyalurkan hawa dingin
danpanas bergantian, menyusuri sekujur badannya. Jalannya makin lama makin kencang, badan
bagian bawah yang semula sudah lumpuh, juga sudah dirasakan pulih kembali seperti sediakala.
Karena girangnya sampai ia mengucurkan air mata.
Ia tahu bahwa racun dalam badannya sudah lenyap. anaknya sedang menggunakan kekuatan
lweekangnya untuk memulihkan tenaga kekuatannya dulu2 yang sudah lama musnah,
Maka ia lantas singkirkan semua pikiran, lalu pusatkan semua perhatiannya, dengan kekuatan
tangannya yang per-lahan2 sudah mulai pulih kembali, ia berdaya untuk dikumpulkan dengan
hawa panas sehingga menyusuri sekujur badannya.
Kembali setengah jam telah berlalu, Wajahnya Hoan sin Cie pucat pasi tidak ada darahnya,
sebaliknya Phoa san Cian kelihatan segar dan semangat, dibanding pada sebelumnya, se-olah2
bumi dengan langit perbedaannya.
Selesai menjalankan tugasnya, Hoan sin Cie lantas bersemedi untuk memulihkan kekuatannya.
Dengan penuh cinta kasih Phoa san Cian mengawasi anaknya, ia merasa bangga dan puas
mempunyai anak seperti Hoan sin Cie.
Berkat penemuannya berbagai kemujijatan, Hoan sin Cie hanya dalam waktu tidak lama sudah
berhasil memulihkan seluruh kekuatannya. Maka ia turun dari bale2. Dengan air mata ber-linang2
phoa sian Cian berkata padanya "Anak. ibumu bikin susah kau saja"
"Ibu, kau sekarang rasakan bagaimana?"
"Racunnya sudah lenyap seluruhnya, kekuatan tenagaku juga sudah pulih kembali."
sehabis berkata ia turun meninggalkan bale2nya, didalam ruangan itu ia berputaran beberapa
kali.
Sejak ia dipaksa minum racun oleh encinya sendiri, Giok-bin Giam-po Phoa Cit Kow, kekuatan
dan kepandaiannya ilmu silat telah musnah seluruhnya, sedang badan bagian bawah menjadi
lumpuh. selama belasan tahun ia terus berada diatas bale2 bambunya.
Suaminya dikangkangi, anaknya di rampas, sedang ia sendiri menjadi seorang bercacad.
Beberapa kali ia sudah ingin mati agar terbebas dari penderitaan lahir dan bathin, tapi suatu
pengaruh yang tidak kelihatan, agaknya mengkisiki padanya, kau harus tahan uji, nanti akan
timbul suatu kemujizatan atas dirimu
Dengan demikian, maka ia tahan terus segala penderitaannya, sehingga sekarang berjumpa
kembali dengan anaknya.

Diatas puncak gunung Pit-koan-hong, Hoan sin Cie tinggal satu bulan lamanya, sebab masih
ada beberapa soal yang harus diselesaikan, ia lalu minta ijin kepada ibunya untuk turun gunung.
Jilid 23. TAMAT
Setelah meninggalkan gunung, kembali ia ceburkan diri kedunia Kang-ouw.
Karena penuntutan balas sakit hati perguruannya sudah selesai, sedang asal-usul dirinya juga
sudah terang, maka kali ini hanya soal yang menyangkut dirinya sendiri yang masih harus
dibereskan.
Pertama-tama ia harus mencari ayahnya ialah Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa, supaya
dapat memberi tahukan semua apa yang telah terjadi. -Kedua mengenai diri ut-tie Kheng, harus
dibereskan secara baik2.
-Ketiga tentang janji dengan Thian-san Liong-lie, ia harus penuhi. Dan yang terakhir ia harus
menepati atau sumpahnya kepada gadis baju merah siang-koan Kiauw.
Untuk ketiga kalinya ia mengunjungi gunung Hoa-san. Atas pesan ibunya ia hendak, mencari
ayahnya. Giok-bin Khiam-khek Hoan Thian Hoa. Tapi dimana tempat kediamannya Hoan Thian
Hoa? Ia sendiri masih belum tahu. Ia ingat si hweeshio gila pernah mengatakan bahwa dulu ketika
mengadakan perjanjian dengan suhunya Hoan Thian Hoa selalu meninggalkan sepotong kertas di
Bong-goat-peng.
Maka ia sekarang juga menggunakan cara meninggalkan sepucuk surat tersebut dibawah
sebuah batu di Bong-goat-peng, sedang ia sendiri menantikan didalam goa dekat tempat tersebut.
Dengan beruntun ia menunggu sampai beberapa hari ternyata tidak berhasil menemukan orang
yang ditunggu.
Ia mulai putus harapan, jika Hoan Thian Hoa mengambil keputusan untuk mengasingkan diri,
tidak suka menemui siapa saja, sekalipun ia menunggu sampai sepuluh tahun juga percuma saja.
Kembali dua hari telah berlalu, di Bong-goat-peng tidak muncul bayangan orang satupun juga.
Hoan sin Cie sudah putus harapan benar2 dalam hidupnya ini mungkin tidak bisa melihat
ayahnya lagi.
Ketika pertama kali Hoan Thian Hoa dengan ia sendiri dipaksa terjun kedalam jurang oleh Phoa
Cit Kow, tapi berhasil bisa meloloskan diri, pernah memesan padanya supaya menyiarkan kabar
didunia Kang-ouw bahwa Giok-bin Khiam-khek Hoan Thian Hoa sudah binasa didalam jurang. Dari
sini bisa diketahui bahwa ayahnya sudah berkeputusan untuk mengasingkan diri se-lama2nya.
Jikalau ia tidak dapat menunaikan tugas pesan ibunya untuk mencarikan ayahnya, ibunya juga
akan binasa karena putus harapan, sebab kemujizatan yang di-nanti2 selama belasan tahun
ternyata menjadi hampa.
Apa yang membuat ia bingung ialah ia sendiri mungkin sudah tidak ada harapan balik lagi
kepuncak gunung Pit-koan-hong untuk memberi kabar kepada ibunya.
Hari keempat telah tiba, matahari pagi baru muncul dari sela2 bukit, dengan bermandikan sinar
matahari pagi. Hoan sin Cie berdiri bingung di Bong-goat-peng, dengan berkemak-kemik, ia
berkata kepada dirinya sendiri:
"Aku harus dapat mencari sampai dapat dimana adanya ayah, sebab aku tidak bisa membuat
ibu patah hati untuk kedua kalinya. sekalipun kau harus menggunakan waktu lama sekali, aku
akan menyelusuri seluruh daerah gunung Hoa-san, aku harus berbuat demikian.
Pada saat itu, tiba2 ia merasakan desiran angin aneh. Bagi seorang yang mempunyai
kepandaian tinggi seperti Hoan sin Cie, sedikit gerakan saja sudah cukup mengagetkan dirinya.
Ketika merasakan desiran anginyang agak aneh itu, ia merasa heran dan dalam hatinya lantas
mengira bahwa desiran angin itu ada gerakan orang yang mungkin adalah Hoan Thian Hoa yang
sedang ditunggu, maka dengan cepat ia lantas balikan badannya.

Benar saja sesosok bayangan orang sudah berada didepan matanya, orang itu ternyata adalah
pemilik bendera Burung Laut, itu orang misteri yang selalu memakai kedok merah, "Mengapa
cianpwee juga datang kegunung Hoa-san?" demikian tanyania Hoan sin Cie.
"Anak. apa maksudnya kau datang kemari?" orang aneh itu balas menanya.
"Boanpwee hendak menc ari satu orang"
"Siapa?"
"Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa"
"Apa perlunya kau mencari dia?"
"Sebab. dia adalah ayah boanpwee"
Badannya orang berkedok merah itu menggetar, ia mundur dua tindak, kemudian berkata
dengan suara gemetar:
"Anak. mengapa ketika aku berkali-kali mencegah kau jangan turun tangan kepada Giok-bin
Giam-po Phoa Cit Kow, kau kukuh tidak mau mengakui bahwa dia ada ibumu sendiri, tapi
mengapa sekarang kau hendak mencari ayahmu:..,...?"
"Sebab iblis wanita memang betul bukan ibu boanpwe."
"Ah anak. ibumu telah binasa di ujung Golok Maut, ini ada merupakan satu tragedi yang sangat
menyedihkan didalam sejarah dunia Kang-ouw, tapi kau sampai sekarang kelihatannya masih tidak
mempunyai perasaan menyesal. Anak. ah. . . apakah benar kau sedikitpun tidak tergerak hatimu?"
"Cianpwee, mungkin dalam hal ini cianpwee ada keliru. . . ."
"Anak. semua sudah lalu kita bicarakan juga tidak ada gunanya. Tapi aku pastikan padamu,
sedikitpun aku tidak keliru"
"Boanpwee berani bertaruh dengan cianpwee"
"Bertaruh apa?" tanya orang berkedok heran.
"Boanpwee kata Giok-bin Giam-po bukan ibu boanpwee, sedang cianpwee berkukuh
mengatakan bahwa iblis wanita itu ada ibu boanpwee, sekarang sebaiknya kita bertaruh saja"
"Bagaimana caranya?"
"Jikalau boanpwee kalah boanpwee akan segera bunuh diri disini, tapi jika cianpwee yang kalah
bagaimana. . . .?"
"Kau pikir bagaimana??"
"Mudah sekali, harap cianpwee buka kedok, supaya boanpwee bisa menyaksikan wajah asli
cianpwee"
Orang berkedok merah itu kelihatan bersangsi sejenak. kemudian berkata dengan suara tegas:
"Aku tidak mau bertaruh"
Hoan sin Cie merasa kecewa.
"Mengapa cianpwee tidak berani bertaruh?" ia menanya.
"Sebab pertaruhan ini besar akibat, aku tidak suka melihat kau kalah"
"Tapi Boanpwee yakin benar pasti menang"
"Biar bagaimana aku tidak mau bertaruh" katanya orang berkedok sambil gelengkan kepala.
Hoan sin Cie seperti kehilangan pegangan, setelah berdiam sejenak, lalu berkata
pula:
"Cianpwee tidak mau bertaruh, boanpwee juga tidak bisa memaksa. cuma ada satu hal,
boanpwee ingin minta cianpwee suka menerangkan, kiranya cianpwee tidak akan menolak?"
"Coba kau katakan"
"Mengapa cianpwee mengetahui asal-usul diri boanpwee begitu jelas?"
"Tentang ini, anak. aku tidak bisa mendayawab" Hoan sin Cie majukan kakinya beberapa
langkah dan berkata pula: "Tapi boanpwee ingin tahu"
Orang berkedok kain Merah menampak kelakuan Yo Cie Cong agak berbeda dari biasanya,
dalam hati merasa agak heran-
"Yo Cie Cong benarkah kau ingin mengetahui ?"
"Boaopwee sekarang sudah balik asal, bernama Hoan sin Cie"
"Apa ?"
Orang misteri berkedok kain merah itu berseru kaget, ia mundur satu tindak.

= = ooo OOOOO ooo = =
Menyaksikan perubahan itu, Hoan sin Cie lantas berkata pula "Boanpwee sekarang sudah
merubah nama menjadi Hoan sin Cie"
"Aaaa Anak. siapa yang memberikan nama itu padamu ?"
"Tentang ini sebentar boanpwee akan beritahukan, sekarang harap cianpwee terangkan
pertanyaan boanpwee tadi"
Orang berkedok merah itu agaknya merasa sangat sulit, ia mendongak memandang angkasa,
mulutnya membisu.
Hoan sin Cie sebaliknya sudah bertekad bulat hendak membuka tabir yang meliputi rahasia
dirinya orang misteri ini, ketika melihat ada kesempatan baik, dengan kecepatan bagaikan kilat ia
sudah menyamber kedoknya orang aneh itu.
Orang berkedok kain merah itu sesungguhnya tidak pernah menyangka sama sekali bahwa
anak muda itu berani berbuat demikian terhadapnya. Belum lagi sempat ia memikir apa2, kedok
merahnya sudah kena terjambret jatuh, sehingga ia berseru kaget.
Hoan sin Cie juga tidak kurang2 kagetnya ketika dapat melihat wajah asli si orang aneh dibalik
kedoknya, seketika itu badannya lama gemetaran-
Orang berkedok kain merah itu ternyata bukan lain ada ayahnya sendiri, yaitu Giok-bin Kiamkhek
Hoan Thian Hoa.
Segala rahasia yang menyelubungi dirinya sekian lamanya, kini telah terbongkar habis sampai
disini.
Lama sekali ia baru bisa menenangkan pikira nnya, lalu berkata dengan suara terharu: "Ayah. .
. ."
Dan kemudian, ia berlutut dihadapannya, air matanya berljucuran seperti air hujan.
Giok-bin Kiam-khek Hoan Thian Hoa sendiri tidak kurang terharunya. Dengan tangannya yang
masih gemetaran ia memimpin bangun anaknya. Ia tidak dapat mengatakan apa2, hanya air mata
murni saja yang mengalir keluar dari matanya membasahi pipinya. Ia meng-usap2 kepalanya Hoan
sin Cie, puteranya dengan sangat mesranya, sebagaimana biasanya Kelakuan ayah terhadap
anaknya semasa kecil.
Kesunyian demikian itu berlangsung terus, lama. . . .lama sekali. Masing2 sedang terbenam
dalam la muna nnya sendiri2 mengenangkan kembali masa lalunya. setelah keduanya tenang
kembali, barulah Hoan Thian Hoa dapat membuka mulutnya memulai percakapan dengan lagu
suara yang lemah-lembut, menanya.
"Anak. barusan kau kata hendak bertaruh dengan aku. Apa artinya ucapanmu itu ?"
"Ayah, ayah sudah melakukan suatu kesalahan besar."
"Aku berbuat salah? salah besar? salah apa itu nak."
“Yah. . . Malah, hampir2 ayah membuat lain kekeliruan yang lebih besar."
Hoan Thian Hoa kerutkan alisnya. Ia menanya lagi dengan perasaan heran:
"Anak, dimana letak kesalahanku?"
"Giok-bin Giam-po itu, ayah, betul2 bukanlah ibuku."
Hoan Thian Hoa sesaat lamanya berdiri menjublek ditempatnya. Lama sekali barulah dapat
membuka mulut lagi, berkata "Anak. aku tidak mengerti apa maksud perkataanmu ini."
Hoan sin Cie lalu menceritakan bagaimana halnya, ketika ia berada dalam keadaan masgul
karena diberitahukannya kepadanya bahwa Giok-bin Giam-po itu adalah ibu kandungnya sendiri,
lalu bagaimana secara mendadak ia dihampiri oleh seorang wanita berkerudung yang memberi
tahukan padanya beberapa titik yang mencurigakan dan bagaimana selanjutnya ia menguraikan
beberapa titik terangnya, kemudian bagaimapa pula ia memperlihatkan batu Liong-kuatnya
kepada Giok-bin Giam-po untuk mendapatkan kepastian betul tidaknya wanita iiu ibunya sendiri,
tetapi waktu itu ternyatalah bahwa wanita iblis itu bukan ibunya. karena sama sekali tidak
mengenali benda Liong- kuat tersebut. sampai pada akhirnya dalam masa hidupnya Giok-bin

Giam-po mengucapkan perkataan “Pit-koan”, ia terus pergi keatas puncak gunung Pit-koan-hong
dan kemudian bagaimana ketika ia bertenmu dengan ibunya sendiri.
Hoan Thian Hoa yang mendengar kisah anaknya dengan seksama, hatinya terbenam dalam
macam2 pikiran yang bercampur aduk. Kaget. girang, menyesal, tetapi juga ada sedikit perasaan
malu.
Kisah itu sungguh ber-belit2 hanya dapat terjadi dalam khayalan, se-olah2 tidak dapat terjadi
dalam kenyataan, tetapi sebenarnya itu semua merupakan kenyataan-Kenyataan yang sungguh2
telah terjadi.
Memang benar, Hoan Thian Hoa sendiri, selama belasan tahun terasa berada dalam kegelapan
selalu. Hampir saja ia melakukan lagi kesalahan besar yang tentunya akan hebat pengaruhnya jika
betul2 sampai ia membunuh dan karena sebab yang tidak benar.
"Anak. marilah sekarang kita berangkat ber-sama2 ke Pit-koan-hong."
Akan tetapi, dengan ajakan ini Hoan sin Cie sama sekali tidak menjawab, sikapnya berubah
masgul, berdirinya tidak tenang. Tetapi, akhirnya dapat juga ia menjawab
"Ayah, ibu sekarang tentu sedang menanti2kan kedatangan ayah. ayah sebaiknya pergilah dulu
sendiri, anak masih ada sedikit urusan yang masih belum beres. Maafkan anakmu yang mungkin
tidak bisa menungkuli ayah serta ibu sampai hari2 tua."
Ucapannya Hoan sin Cie itu mengandung maksud tertentu, agaknya ia seperti sedang
menampil selamat berpisah pada ayahnya. saat itu ia merasa bahwa ia sudah mempunyai
perasaan apa2 yang harus dikerjakan tidak ada hal yang perlu dipikirkan, maka satu2nya maksud
yang hendak diujudkan ialah, menepati janji, atau sumpahnya sendiri terhadap kekasihnya ketika
mereka masih ber-sama2 duduk dalam perahunya diatas lautan Lam-hay.
"Anak. kau masih mempunyai urusan apa lagi yang perlu dibereskan yang tidak bisa ditunda?"
"Cuma sedikit urusan kecil saja ayah, tetapi tidak boleh ditunda. Legakan hatimu ayah,
janganlah kuatirkan keselamatan anak."
Hoan Thian Hoa setelah berpikir sejenak, lalu berkata pula dengan suara berat, "Anak. kau
mesti pergi dan ketemukan ketua Pek-leng-hwee, perempuan berkerudung kain merah itu dulu."
"Ayah hendak memesan apa padanya?"
"Tidak apa?"
"Lalu kenapa lagi?"
"Suatu rahasia besar tidak boleh dibocorkan- Kau pergilah sendiri kesana, anak barangkali saja
nanti kau akan dapatkan sesuatu diluar dugaanmu."
Hatinya Hoan sin Cie merasa heran- ia ber-tanya2 sendiri dalam hatinya: “Entah apa maksud
ayah menyuruh aku menemui perempuan berkerudung itu dulu? Apakah ayah diam-diam sudah
memilih dia untuk dijadikan calon mantumu? Tapi ini toch tidak boleh jadi ? Begitu besar cintanya
Ut-tie Kheng padaku, aku masih belum mampu membalasnya. Terpaksa aku juga
mengecewakannya. Bagaimana kalau terhadap nona ut-tie saja aku tidak bisa berbuat apa2 lalu
disuruh terlibat lagi dalam urusannya nona berkerudung itu? Apa lagi sampai pada saat ini aku
masih belum bisa melihat Wajah aslinya nona itu? Bagaimana itu boleh jadi?”
"Ayah. terpaksa anak akan membikin kau kecewa. Kata orang2 tua, seorang anak yang tidak
bisa menyambung keturunan keluarga, menjadi seorang anak yang tidak berbakti. Kalau begitu,
aku akan menjadi seorang anak yang paling tidak berbakti dalam dunia ini." Mendadak ia ingat
sesuatu, maka ia lantas bertanya pada ayahnya^
"Ayah, tempo hari ketika kita berada dalam rumah batu didalam pusat perkumpulan Im-mo-kau
dilembah Im-bu-kok. nona berkerudung itu tiba2 merubah pendiriannya dan berbalik malah
membantu membebaskan aku dari kesulitan, Katanya, itu adalah permintaan seseorang. Apakah. .
. .?"
"Benar. itulah hasil dari rencana ayahmu. Ayahmulah yang mengatur semuanya. ayah sengaja
menyuruh dia gabungkan diri dengan orang2nya Im-mo-kao sambil menantikan ketika yang paling
baik untuk menolongmu. juga, kalau ayah tidak berbuat begitu, mana bisa ayah tahu begitu jelas

segala persiapan yang telah diatur oleh mereka dengan sangat rapinya? Mana bisa juga ayah tahu
segala rahasia masuk-keluarnya dalam sembah Im-bu-kok itu?"
Hoan sin Cie merasa kagum bukan main atas kecerdasan luar biasa dari ayahnya, orang telah
mengatur rencana nya begitu rapi, maka ia berkata sambil bersenyum:
"Ayah, nona berkerudung itu mengaku dia adalah puteri dari Pek-soa-kiong golongan Lam-haypay,
tapi kenapa tahu2 ia bisa menjadi ketua Pek leng-hwee juga itu ayah, kematiannya ketua
Pek-leng-hwee yang lama Cin Bie Nio, yang diwaktu malam buta dikutungi kepalanya oleh orang,
aku curiga bahwa itu adalah hasil dari perbuatannya nona berkerudung itu?"
Hoan Thian Hoa mendengar perkataan anaknya, lantas bersenyum-senyum penuh mengandung
arti.
"Bagaimana kejadiannya tentang itu, ayah juga kurang mengerti. Tapi,biar bagaimana juga,
pasti ada satu hari kau nanti akan dapatkan penyelasannya."
Hoan sin Cie tidak berdaya, Dengan apa boleh buat ia mengalihkan pembicaraannya kelain
urusan-
"Kabar menghilangnya ayah dari rimba bersilatan dulu. telah menyebabkan si orang tua Tangan
Geledek Ngo Yong, terus-menerus menunggu dipuncak gunung Pit-koan-hong sampai lebih dari
sepuluh tahun lamanya. sekarang ini, entah. . . ."
"Ya anak. orang tua itu adalah saudara angkat ayahmu. Dan juga ayahmu sudah bertemu
dengan dia serta juga sudah menceritakan hal sebenarnya padanya."
Hoan sin Cie bersangsi sejenak. tetapi kemudian ia sudah dapat berkata lagi, ia bicara dengan
Wajah merah padam. Katanya:
"Ayah, Thian-san Liong- lie Tho Hui Hong sampai sekarang masih tetap tidak melupakan ayah. .
. ."
Hoan Thian Hoa dengan sikap sungguh2 menjawab:
"Anak. Urusan yang sudah lalu, biarlah tinggalkan lailu. Biarlah pergi ber-sama2 berlalunya sang
masa. Perlu apa kita mesti cari2 kesulitan sendiri?"
"Tapi anak pernah berhutang budi ke-cintaan daripadanya. Anak juga sudah berjanji hendak
melakukan sesuatu untuknya. janji itu adalah bahwa anak hendak mencari dan menyelidiki jejak
ayah."
"Anak, apakah kau tidak bisa beritahukan saja padanya bahwa ayah sudah tidak ada dalam
dunia ini?"
"Apa itu nanti bukan akan lebih membuat ia berduka? Ia berhati sangat mulia. Anak tidak
berani membohonginya"
"Lalu kalau begitu, kau mau apa lagi?"
Hoan sin Cie terdiam. Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab.
"Anak. biarlah sang masa nanti akan membuat luntur sendiri kenang2annya. sekalipun kau
memberitahukan padanya tentang sikap ayahmu, apa yang ayahmu bisa perbuat? Bukankah, itu
nanti akan menambah saja kesengsaraan hidupnya? Lebih baik biarkan saja dia terus dengan
harapannya, sekalipun harapan itu hanya harapan hampa belaka."
Berkata pula Hoan Thian Hoa sambil menarik napas.
Hoan sin Cie tidak dapat berbuat apa2 maka ia hanya angguk2an kepalanya saja. Dalam hal ini,
apa yang dapat diperbuatnya ?
"Anak, kalau urusanmu sendiri selesai nanti, cepat21ah kau pulang ke Pit-koan-hong. Janganlah
kau bergelandang lagi dalam dunia Kang-ouw."
"Baiklah ayah."
Namun, meski dimulut Hoan sin Cie dapat mengucapkan perkataan Baiknya, tapi dalam hatinya
diam2 ia mengeluh. Ia ber-kata2 sendiri dalam hati, “Ayah, kau mungkin tidak bisa menemukan
lagi anakmu ini yang tidak berbakti. Anakmu yang hendak menepati janji dengan siang-koan
Kiauw, terpaksa tidak bisa menungkuli ayah dan ibu selamanya.”

Karena berpikir demikian, Wajahnya tampak bersedih sesaat, tetapi tidak lama kemudian sudah
pulih kembali seperti sedia kala. sebenarnya, ingin sekali ia menangis se-puas2nya. Tetapi dengan
perbuatan demikian, tidaklah mungkin tentu baginya dapat melaksanakan janjinya itu. Ia harus
rela memikul kayu salibnya asmara, Ia harus dapat membiarkan sang air mata mengalir masuk
kedalam perutnya. Dipandang dari sudut lain, mungkin hanya dengan jalan begitu saja barulah ia
dapat menenangkan rasa dan pikirannya yang sedang bergolak hebat, maka setelah memandang
Wajah ayahnya dalam2, dengan memelihara agar suaranya tetap wajar, ia berkata. "Ayah, anak
hendak pergi. Harap ayah-suka bawa diri baik,"
Hoan Thian Hoa anggukkan kepalanya. Ia tidak mengatakan apa2. Ia hanya mengawasi
berlalunya sang anak sampai menghilang dari pandangan matanya. Ia lalu ketawa seorang diri.
Ketawanya itu, adalah ketawa yang wajar, ketawa yang timbul dari hati nuraninya yang bebas dari
se-gala2nya. Ia bangga mempunyai anak yang gagah perkasa. Ia gembira mempunyai anak yang
dapat mengatasi kesulitan diri sendiri
Namanya pemilik Golok Maut Yo Cie Cong kalau mau dibandingkan dengan nama gurunya Hoan
Thian Hoa, jago dari see-gak Leng Jie Hong, yang pada suatu masa mendapatkan nama julukan
“orang gaib dari rimba persilatan”, ataupun dengan dirinya sendiri, rasanya masih jauh lebih baik,
Jauh lebih terkenal dan jauh lebih cemerlang. suatu nama yang dalam waktu singkat
menggetarkan seluruh rimba persilatan.
Dengan tidak terasa ia berkata seorang diri: “Aku masih beruntung Tuhan telah berlaku adil
terhadapku. Apa yang masih kurang? Apa lagi yang masih aku inginkan ?”
setelah itu tubuhnya lantas bergerak sekejapan saja sudah menghilang dari tempat itu, hilang
dimakan bayang2nya sendiri.
Sekarang marilah kita tengok kembali keadaan Hoan sin Cie, nama sipemilik Golok Maut Yo Cie
Cong yang baru.
Dengan perasaan sedih ia meninggalkan ayahnya Hoan Thian Hoa. Perpisahan itu adalah
perpisahan untuk se-lama2nya antara ayah dan anak. pikirnya mengingat demikian- Air mata
dengan tidak terasa mengalir keluar dari Kelopak matanya, sebutir demi sebutir menitik turun
membasahi ke dua pipinya,
Dalam hatinya ia meng-hitung2 tempo yang dijanjikan oleh Phoa-ngo Hweshio kepadanya,
yaitu waktu tiga bulan, dalam tempo mana, berhasil atau tidak ia mencari jejaknya Ut-tie Kheng,
harus menemui Hweshio gila itu dirumah makan oey-ho-lao. sekarang waktunya itu sudah tiba utti
Kheng sudah diketemukan yang kini sedang dititipkan ditempat kediamannya ketua Pek-lenghwee
baru, nona berkerudung itu, serta juga ia telah minta pertolongan wanita tersebut mengurus
semua urusannya dengan Phoa-ngo Hweeshio dirumah makan oey-ho-lao. Kalau ia sendiri turut
pergi kesana, mengingat niatnya Hweshio gila itu, rasanya ia sendiri tidak akan dapat melepaskan
diri dari padanya. Maka itu mengapa ia tidak mintakan sekalian pertolongannya wanita
berkerudung itu saja, lalu dengan perantaraan mulutnya menyampaikan kata2nya yang sukar
dikeluarkan? Mungkin sekali penyelasan yang keluar dari mulutnya orang ketiga akan jauh lebih
baik.
Setelah ia dapat mengambil keputusan tetap. segera ia tujukan langkahnya ke-pusat
perkumpulan Pek-leng-hwee.
Disepanjang jalan, pikirannya tidak ber-henti2nya bekerja. Ia merasa, bahwa satunya soal yang
masih harus dibuat penyelesaian ialah, janjinya sendiri kepada Thian-san Liong-lie, yang meski
benar pernah dan sudah terlaksana, tetapi dengan terpaksa ia tidak berani menemukan lagi orang
berhati mulia tersebut. Perkataan ayahnya memang benar. Biarlah ia menaruh harapan dihatinya
untuk selamanya, karena kalau hatinya tergerak, tentu hidup akan lebih sengsara lagi. sebab kalau
ia diberitahukan bahwa Hoan Thian Hoa itu sudah meninggal dunia, maka ia akan menerima
pukulan bathin yang sangat hebat. Tetapi sebaliknya. apabila ia diberitahukan keadaan Hoan
Thian Hoa sebenarnya, ia juga akan tetap kecewa, karena biar bagaimanA mereka berdua toch
tidak dapat berkumpul sebagai suami isteri. Lain daripada itu, mengingat bahwa harapan

bagaimana kecilnya pun juga masih dapat membuat orang hidup terus dalam harapannya itu.
Tetapi sebaliknya dengan putus harapan, pasti akan membuat orang mati mereras karenanya.
Dengan tidak terasa ia berkata pada dirinya sendiri: "Bibi Tho, maafkanlah aku. Aku tidak akan
tega menyaksikan kau sengsara hanya karena disebabkan kau putus harap. Bibi Tho, biarlah kau
hidup terus diatas harapanmu yang hampa itu untuk se-lama2nya.
Tetapi, ada lagi suatu hal yang juga menyulitkan padanya. ia merasa tidak enak terhadap nona
Ut-tie Kheng, ia berat menerima cintanya yang begitu besar. sekalipun ia harus mengakui juga
bahwa ia sendiri sebetulnya cinta padanya, tetapi ia tidak dapat memaksa kemauannya yang tidak
baik. ia tahu kalau nanti wanita berkerudung itu memberitahukan padanya tentang jejaknya
sendiri, entah bagaimana penderitaan bathinnya nona cantik itu, Mungkin hatinya akan hancur
lebur. . . .
Ia sebetulnya tidak tega menimpahkan segala kesengsaraan dan penderitaan hidupnya sendiri
kepada orang lain, tetapi apa mau dikata, kejadian sudah begitu jadinya ia tidak dapat berbuat
apa2 lagi, Ia tidak mau melupakan janjinya sendiri, ia tidak akan melupakan sumpahnya sendiri,
juga tidak akan dapat tidur terus, karena perasaan cintanya sudah diberikan kepada siang-koan
Kiauw, dan orang yang disebut belakangan ini sudah binasa dilautan Lam-hay. sekarang ia harus
menepati janjinya sendiri, yaitu sumpahnya, ia tidak mau dikatakan orang bahwa dia adalah orang
yang tidak bisa pegang janji,
Ia masih belum tahu, orang yang sudah mati itu masih mempunyai roh atau tidak. ia juga tidak
tahu, roh orang mati itu dapat menyambung impian-lamanya dilain penitisan atau tidak. Ia masih
menganggap bahwa cinta kasih yang putus ditengah jalan dalam dunia itu akan dapat
bersambung lagi dalam lain penitisan dengan kekal dan abadi.
Demikianlah dugaan satu2nya, bahkan ia hamper percaya penuh bahwa dugaan itu akan
menjadi kenyataan- ia se-olah2 merasa bahwa si gadis baju merah siang-koan Kiauw itu sedang
me-lambai2kan tangannya serta me-manggil2 padanya "Engko Cong, akhirnya kau datang juga.
sudah lama aku menunggu kedatanganmu ini . . ."
Air matanya membikin suram penglihatannya. Dalam keadaan demikian, gerakan kakinya tanpa
disengaja sudah menjadi perlahan sekali.
Pada saat itu, suara pujian kepada Buddha, membuat Hoan Sin Cie terkejut. Ia yang tadinya
sedang terbenam dalam lamunannya sendiri, saat itu se-olah2 orang baru sadar, baru sadar dari
tidurnya, lalu berhenti berjalan, Ketika ia dongakan kepalanya, segera dilihatnya, disuatu tempat
tidak jauh dari padanya, tidak cukup dua tombak dihadapannya, berdiri berbaris dengan rapih.
ber-turut2 tiga orang hweeshio tua, seorang imam dan delapan orang yang mengenakan pakaian
orang biasa, salah satu dari tiga orang hweshio tadi masih mengenali siapa pemuda cakap yang
ada dihadapannya adalah Pek Tie siansu dari gereja siauw-lim-sie.
Hoan sin Cie lantas merandek. Dengan perasaan heran ia mengawasi orang2 dihadapan
matanya, sedang dalam hatinya lantas berpikir, “Apa setelah orang2nya lima partai besar dulu
menderita kekalahan kini datang kembali hendak mengganggu aku dengan mengutus jago2
pilihan barunya?”
Salah satu Hweeshio ini saat itu membuka suaranya yang seperti genta berbunyi, menanya
kepada Hoan sin Cie.
"Bukankah sicu ini, itu orang yang disebut Pemilik Golok Maut Yo Cie Cong?"
"Benar. itu adalah nama serta sebutanku dulu, Bolehkah aku tahu gelar Toa Ho siang yang
terhormat?"
"Lolap adalah Pek Liauw dari siao-lim-sie."
"Ada urusan apa yang perlu Toa Hosiang bicarakan dengan aku yang rendah?"
"sicu dengan mengandal kepandaian dan kekuatan diri sendiri telah mengeruhkan suasana
dalam rimba persilatan, hingga orang2nya se-olah2 sedang menghadapi hari kiamat.

orang2 dari partai kami dan empat partai lainnya dengan maksud hendak membela
kepentingan sekalian umat manusia, tidak bisa terus berpeluk tangan mengantapi sicu berbuat semau2nya,
maka itu lolap dan kawan2 ini lalu diperintahkan untuk ceburkan diri dalam kalangan
Kang-ouw mencari sicu."
Wajahnya Hoan sin Cie berubah dingin seketika, Dengan sorot mata tajam ia mengawasi
orang2 itu sejenak. kemudian berkata dengan suara dingin:
"Aku masih harus menyelesaikan urusanku yang penting. Maafkan aku tidak bisa menemani
kalian omong2 lebih jauh. Berbicara yang terang saja Toa Hosiang, katakanlah apa maksud kalian
yang sebenarnya? Apa yang kalian inginkan dari aku?"
Orang2 kuat dari lima partai besar itu dengan serentak berubah wajahnya. Pek Liauw siansu
lalu berkata sambil kerutkan alisnya.
"Omie-Tohud Harap sicu suka jelaskan segala perbuatan yang sicu lakukan selama ini."
"Ha, ha, ha. . . .Aku berbuat demikian itu melulu karena aku masih belum menyelesaikan habis
persoalanku. Aku mendapatkan beban sangat berat itu dari suhu yang juga telah minia aku
menuntut balas untuk perguruanku dan sekalian untuk orang2nya Kam-lo-pang yang semua nya
habis terbunuh ditangan mereka itu. Tentang ini rasanya orang2 dalam dunia Kang-ouw tidak ada
satu yang tidak tahu. Apa lagi lainnya yang kalian perlukan dari aku ?"
"Itu memang benar. Kami juga pernah mendengar itu. Tetapi tindakan sicu itu, yang terus
menerus melakukan pembunuhan besar2an terhahap orang2 yang tidak berdosa juga, apakah itu
bukannya jauh melampaui batas penuntutan balas .... .?" "Berdasarkan alasan apa Toa Hosiang
berani keluarkan kata2 itu?"
"Apakah betul musuh2 sicu sebegitu banyaknya ?"
"Kalau betul ?"
"Apakah buktinya?"
Hoan sin Cie dalam hati lalu berpikir “Aku tidak percaya kalau kalian orang2 dari lima partay
besar memiliki kepandaian yang begitu tinggi, hingga berani2 kalian memusuhi aku?”
Dalam hatinya berpikir demikian, dari mulutnya lalu keluarlah jawabannya yang dingin ketus:
"Urusanku adalah urusanku. Urusanku itu ada urusan pribadi. Mana boleh urusanku aku
beberkan dihadapan orang banyak? sekalipun kalian, orang2 dari lima partai besar, juga masih
belum mempunyai hak menanyakan urusanku "
Wajahnya Pek Liauw siansu berubah seketika yang lain2nya juga sudah pada bersiap sedia.
Suasana sampai disini sudah sangat menegang . . .
Hoan sin Cie lalu berkata pula "Tuan2, katakanlah bagaimana kalian hendak-menghadapi aku
yang rendah?"
"Kalau sicu tidak bisa perlihatkan bukti- buktinya dihadapan kami, lolap sekalian yang mendapat
perintah saja, bagaimana berani melanggarnya? Harap sicu suka ikut kami pergi kegereja siao-limsie
sebentar. Disana kita b icara lagi."
"Menyesal Aku tidak punya tempo banyak. Kau bertindak. boleh disini saja sudah cukup,"
"Apa sicu mau paksa lolap turun tangan disini .... ?"
"Hmm . . . Bicara putar balik. Akulah yang dipaksa oleh kalian "
"Kalau begitu, harap sicu nanti yangan menyesal . . . ."
"Aku bersedia belajar kenal dengan kepandaian yang tinggi dari orang2nya lima partai besar
sekali lagi."
Pek Liauw siansu lampak sangat gusar. Wajahnya merah padam, badannya gemetaran- ia
mengeluarkan lengan jubahnya yang lebar gerombongan, memberi isyarat supaya semua
kawannya sebera bergerak semua. Begitulah, dua belas orang berdiri berbaris membentuk satu
barisan panyang kebelakang, telapakan tangan orang yang satu diletakan diatas pundak orang lain
didepannya.
Hoan sin Cie tidak mengerti permainan apa yang akan dipertunjukan dihadapannya. "Benarkah
sicu hendak melakukan pertempuran dengan kami?"

"Tempoku tidak banyak. Yangan banyak omong. silahkan mulai."
Pek Liauw siansu sekali lagi menyebut nama buddha. lengannya lalu didorong kedepan-...,.
Sebelas orang lainnya tampak badannya agak tergetar.
Suatu kekuatan yang amat dahsjat meluncur keluar dari telapakan tangannya Pek Liauw siansu
seorang, langsung menyerang Hoan sin Cie yang sudah juga bersiap sedia.
Hoan sin Cie terperanjat. Ia tahu bahwa itu adalah kekuatan-kekuatan pukulan
tenaga bergabung, yang dinamakan To-im sin-kang.
Dengan cepat ia lantas mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya tipu pukulan Thian-khun sitsek
lantas meluncur keluar dengan cepatnya. . . .
sebentar saja suara angin men-deru2 dan suara seperti geledek menyambar terdengar
memecahkan telinga. Keadaan disekitar tempat itupun menjadi gelap seketika. Kekuatan tenaga
yang keluar dari tangannya Hoan sin Cie itu sedemikian hebatnya, jarang orang melihatnya dalam
rimba persilatan.
Kiranya, ilmu yang dinamakan “To-im sin kang” itu, adalah suatu ilmu pukulan yang
menggunakan kekuatan tenaga bergabungan beberapa orang yang masing2 menyalurkan
kekuatannya kepada orang yang berada disebelah depannya, mulai dari belakang sampai pada
orang yang terdepan. Maka itu, serangan yang keluar dari tangan orang yang berdiri paling depan
itu bukan main hebatnya, juga jarang yang demikian itu dalam limb a Persilatan. Begitulah,
kekuatan yang keluar dari tangannya Pek Liauw siansu, berarti juga adalah kekuatan bergabung
itu.
setelah suara menggeleger yang amat dahsyat terdengar, sebagai akibat dari beradunya dua
kekuatan yang amat hebat dari kedua belah pihak. lalu disusul dengan terdengarnya beberapa kali
suara keluhan tertahan, beruntun keluar dari mulutnya orang2nya lima partai besar..
Hoan sin Cie sendiri merasakan dirinya seperti disambar geledek. dengan badan masih
sempoyongan mundur sampai dua tombak kebelakang baru dapat berdiri tegak lagi. Dari mulutnya
darah segar menyembur keluar. Ketika ia menyaksikan keadaan di pihak lawannya, segera ia
dapat melihat keadaanyang lebin mengenaskan. Pek Liauw siansu dan Pek Tie siansu, itu dua
Hweshio dari gereja siao-lim-sie, yang masih coba sedapat mungkin pertahankan dirinya yang
masih ter-huyung2 terus, yang lainnya sudah rubuh bergelimpangan ditanah. sambil me-rintih2
tiada henti2nya. Dua orang Hweshio dari gereja siao-lim-sie itu, Wajahnya pucat pasi seperti
kertas, darah menyembur keluar dari mulutnya, dan masih kelihatan sedikit darah yang mengalir
disudut bibirnya.
Hoan sin Cie memesut darah dimulutnya, kemudian ketawa menyeringai. setelah itu, ia berjalan
maju beberapa langkah menghampiri kedua Hweshio tua dari siao-lim-sie itu, orang yang
dihampiri mengira kalau anak muda cakap tampan itu hendak turun tangan lagi terhadap mereka,
maka semangatnya lantas terbang seketika. Tetapi kenyataannya jauh berada diluar dugaan
mereka.
Mereka menyaksikan Hoan sin Cie yang sesampainya dihadapan mereka, lantas mengeluarkan
sejilid buku kecil dari dalam sakunya yang kemudian diangsurkan kemuka mereka seraja berkata:
"Toa Hosiang, inilah buktinya yang kalian ingini. Ini adalah buku, juga merupakan daftar nama
dari musuh2nya Kam-lo-pang jiwanya telah diambil semuanya."
Sambil berkata, ia mem-balik2 lembaran buku kecil itu selembar demi selembar di perlihatkan
pada kedua siausu dari siao-lim-sie dan setelah selesai, ia lalu berkata pula sambil ketawa:
"Toa Hosiang maafkan aku yang tidak bisa mengawani kalian lebih lama."
Mulutnya masih bicara, badannya sudah melayang jauh. sebentar kemudian sudah
menghilang dari pandangan mata mereka.
Demikianlah, setelah Hoan sin Cie merubuhkan dua belas lawan kuat, orang2nya lima partai
besar, dengan menggunakan ilmupukulan Thian-khun sit-seknya, lalu dengan cepat lari

meninggalkan mereka yang masih terluka parah, terus menuju kepusatnya perkumpulan Pek-lenghwee.
Pek-leng-hwee, adalah, suatu tempacang tidak asing lagi untuknya. Maka itu, perjalanannya itu
tidaklah memakan banyak waktu, juga sama sekali tidak mendapatkan rintangan. sampai kira
waktu mendekati tengah hari, Hoan sin Cie mulai memasuki daerah pegunungan oey-co-pa. Lapatlapat
dari jauh ia mendengar suara terompet berbunyi. Tatkala ia sampai didepannya pintu
gerbang dari pusat perkumpulan Pek-leng-h wee itu, wanita berkerudung dan bibinya Cin Hong
Lan berdua ternyata sudah berdiri didepannya pintu gerhahg menyambut kedatangannya Hoan sin
Cie.
Begitu Hoan sin Cie melihat potongan tubuhnya Siang-koan Kiauw sang kekasih, hatinya
terkesiap. Tetapi ia berada dalam lupa2 ingat itu hanya sedetik saja, lalu sudah lama kembali
seperti biasa, Diam2 ia menghela napas.
"Mana aku berani menerima penghormatan yang begini besar Hweethio berdua yang jauh2
sudah menyambut sendiri kedatangan aku yang rendah," demikian Hoan sin Cie mulai membaka
mulut berkata sambil ketawa.
"Tuan janganlah terlalu merendah. Mari kita masuk kedalam disana kita akan leluasa bicara."
mengundang si wanita berkerudung.
"Baiklah, Hweethio, aku turut" jawab si anak muda.
Ketiga, orang itu lalu berjalan masuk kedalam sebuah ruangan besar, rupa nya itu adalah
ruangan tempat perjamuan.
Saat itu, Hoan sin Cie serasa masih mempunyai banyak perkataan yang hendak dikeluarkan,
tetapi ia tidak tahu bagaimana harus memulainya.
Achirnya adalah wanita berkerudung itulah yang lebih dulu membuka mulut menegur
padanya:
"Kedatangan tuan ke pusat perkumpulan kami ini sebetulnya membawa kabar apa?"
"Kedatanganku ini, membawa dua maksud. yang pertama, aku hendak mengucapkan terima
kasihku pada Hweethio yang telah memberi bantuan tenaga tatkala aku sedang berada dalam
kesulitan tempo hari didafam lembah Im-bu-kok. kedua, aku juga masih mau minta pertolongan
Hweethio lagi yang mungkin tidak pada tempatnya. . . ."
"Tidak usah merendah, asal aku bisa, aku pasti akan sedia untuk membantu tuan se-bisa2nya."
"Aku mohon perantara Hweethio, sukalah Hweethio menyampaikan kabar kepada nona Ut-tie,
katakan saja bahwa aku dalam perjalanan ke Lam-hay untuk suatu urusan kecil, kebaikannya nona
Ut-tie itu kepadaku, terpaksa akan aku kecewakan. Tapi, biar bagaimana, sekalipun aku yang
rendah nanti sudah binasa, aku juga tidak akan bisa melupakan padanya."
"Eh Apa artinya perkataaamu ini? Perkataan yang tidak ada juntrungannya ini siapa yang bisa
tahu"
"Sudah cukup asal Hweethio suka menyampaikan kata2ku itu saja, nona ut-tie pasti akan
mengerti sendiri. . . ."
Baru bicara sampai disini, air mukanya Hoan sin Cie tampak suram. . . .wanita berkerudung itu
tiba2 ketawa cekikikan. ia lalu berkata dengan suaranya yang nyaring merdu:
“Menurut apa yang aku tahu nona Ut-tie itu ada mencinta kau dengan setulus hatinya, kalau
menyia2kan cintanya yang begitu besar, bukankah itu akan membikin hancur lebur impiannya?"
"Ya, tentang ini, aku juga mengerti. Tapi, urusan sudah maunya begitu, terpaksa aku cuma bisa
berbuat begitu saja, lain daripada itu tidak bisa"
"Aku juga tahu apa maksudmu hendak pergi ke Lam-hay "
"Apa? Kau tahu?" tanya Hoansin Cie dengan paras muka ter-heran2.
"Ya Betul, sejak dulu kau mempunyai seorang kekasih yang kemudian terbenam dalam lautan
Lam-hay sewaktu ia mengikuti kau pergi kepulau Batu Hitam ? Betul tidak. kalau sekarang
kepergianmu ini tidak lain dan tidak bukan karena Kau hendak memenuhi sumpahmu sendiri pada
kekasihmu itu, hendak menyusul padanya kealam baka?"

Hoa sin Cie terperanjat bukan main, ia bangun berdiri dari tempat duduknya. Dengan sorot
mata ke-heran2an ia mengawasi wanita berkerudung itu, lama tidak dapat mengucapkan apa2 ....
mendadak satu suara yang halus merdu terdengar masuk dalam telinganya Hoan sin Cie.
Seorang wanita cantik menggiurkan datang menghampiri Hoan sin Cie, lalu berkata pula
dengan suaranya yang merdu.
"Engko Cong Kau juga datang kemari?"
Hoan sin Cie lebih2 terkejut Wajahnya seketika. Ia menjawab dengan suara gelagapan atas
pertanyaan wanita cantik jelita itu "Adik Kheng .... kau .... kau . . .kau masih disini. . . .?"
Siapa wanita cantikyang datang menghampirinya itu ?
Pembaca dengan mudah saja menebaknya, sebab wanita muda cantik itu bukan lain ada nona
ut-tie Kheng, yang terus menerus me-ngejar2 Yo Cie Cong alias Hoan sin Cie sekarang ini.
"Ya, . . . Engko Cong, aku tahu kau pasti akan datang kemari, maka itu aku terus menunggu
disini sampai kau datang."
Hoan sin Cie bingung. Hatinya berdebaran tidak keruan- Entah bagaimana rasanya. setelah
berpikir bulak-balik, akhirnya ia memberanikan diri berkata:
"Adik Kheng, apa yang aku katakan tadi pada Hweethio ini rasanya telah kau dengar semua,
bukan? Harap kau suka maafkan aku. Aku masih mempunyai sedikit kesulitan dalam hatiku.
Mudah2an saja kita dilain, penitisan- . . ."
Bicara sampai kesitu, tenggorokannya merasa seperti terkancing, kata2nya yang selanjutnya
tidak dapat diteruskan-
Ut-tie Kheng sebaliknya malah ketawa cekikikan, sambil bersenyum manis ia berkata: "Engko
Cong, aku kurang paham maksudmu "
Hoan sin Cie mengelah napas dalam2, setelah bersangsi sejenak, ia lalu berkata
pula, suaranya paraui
"Adik Kheng, aku mau minta diri dulu. Harap jaga dirimu baik2."
Belum lagi habis bicaranya, badannya sudah bergerak menjauhi, tetapi baru saja ia hendak
meninggalkan ruangan itu. . . .
"Tunggu dulu” terdengar suara yang halus merdu masuk menusuk telinganya Hoan sin Cie. Itu
adalah suaranya sang kekasih siang-koan Kiauw
Hoan sin Cie hendak membalikkan badan tetapi mendadak didepannya sudah berdiri
menghadang seorang wanita, tetapi wanita itu bukanlah kekasihnya. Itu adalah wanita
berkerudung, yang potongan badannya mirip dengan potongan badannya siang-koan Kiauw.
"Hweethio masih mempunyai urusan apa yang perlu dibicarakan lagi dengan aku yang rendah?
Lekaslah bicara."
"Jangan ter-gesa2 pemilik Golok Maut yang mulia, lihat dulu ini. . . ."
Wanita berkerudung itu per-lahan2 menarik turun kerudung dimukanya. satu paras wanita yang
sangat cantik terlihat berdiri dihadapannya Hoan sin Cie. sungguh cantik dia.
Hoan sin Cie menjadi kesima. Badannya tanpa disadari mundur beberapa tindak Hampir saja ia
rubuh terjengkang ....
Siapa wanita cantik ituyang berdiri di-depan matanya? . . . Dia bukan lain.... adaiah si gadis
baju merah siang-koan Kiauw Kekasihnya Yo Cie Cong.
"Adik Kiauw .... Kau. . .Kau. . . .Kau . . . .Apa betul ini kau?" demikianlah serentetan kata2yang
tidak lampias, keluar dari mulutnya Hoan sin Cie.
Siang-koan Kiauw ber-senyum2 memikat,
Hoan sin Cie mengucak-ngucek matanya. Ia masih mengira bahwa ia sedang bermimpi. Tidak
Ia tidak mimpi Tidak salah. Wanita cantik yang ada dihadapannya itu memang benar adalah si
gadis baju merah siang-koan Kiauw. Itu adalah kejadian yang benar2 terjadi. Ia juga sekarang
sudah tersadar. Maka ia lantas lari menghampiri dan terus menubruknya serta memeluk pinggang
nya siang-koan Kiauw yang ceking langsing.

Siang-koan Kiauw biarkan Hoan sin Cie memeluk dan menciumi dirinya seperti yang
kerangsokan setan- Wajahnya sampai merah karena jengah. Hatinya berdebaran keras. ia
mencoba hendak melepaskan dirinya dari pelukan kekasihnya, tetapi sia-sia saja. . . .
Akhirnya Hoan sin Cie juga lantas sadar. ia tahu bahwa perbuatannya itu sudah melewati batas,
maka ia merasa jengah sendirinya.
Siang-koan Kiauw lantas berkata sambil menunjuk bibinya Cin Hong Lan, sekedar untuk
menghilangkan rasa jengahnya.
"Engko Cong, bibi Cin inilah penolong besarku. Hari itu ketika aku kecebur dan terumbangambing
dalam pecahan perahu, kebetulan sekali bibi Cin ini melihat aku, yang lalu menolongnya
dan kemudian membawa aku pulang ke Pek-soa-kiong. selanjutnya aku lantas dipungut anak oleh
ketua Pek-soa-kiong. Itulah sebabnya maka aku katakan bahwa aku adalah puterinya ketua Peksoa-
kiong padamu tempo hari. Tahun lalu aku balik kembali kedaerah Tionggoan untuk mencari
keterangan tentang kematian ayahku. Dari orang2nya ayah yang masih setia padanya, aku
dapatkan keterangan jelas bahwa memang betul ayahku binasa ditangannya ibu tiriku CinBie Nio
itu Maka itulah pada malam harinya aku membunuh padanya. . . ."
Hoan sin Cie kini baru mengerti jelas sebab musababnya, maka semua rasa curiganya terhadap
diri nona dihadapannya ini kini lenyap seketika, lenyap tanpa bekas.
"Engko Cong, apa kau masih hendak pergi lagi ke Lam-hay untuk memenuni sumpahmu itu?"
demikian siang-koan Kiauw mengakhiri kata2nya sambil bersenyum manis. . . .
Hoan sin Cie hanya mengganda dengan ketawa, ketawa yang mengandung arti dalam, ketawa
yang penuh madunya asmara.
Siang-koan Kiauw lantas menghampiri ut-tie Kheng, sambil menggandeng tangannya nona Uttie
ia berkata pada Hoan sin Cie:
"Engko Cong, mari kita pergi ketaman bebelakang. Disana adikmu ini telah menyediakan sedikit
barang hidangan merayakan hari pertemuan dan kumpulnya kita kembali."
Ut-tie Kheng dengan wajah kemerahan memandang wajahnya Hoan sin Cie. sejenak kemudian
tundukkan kepalanya.
Hoan sin Cie hanya balas menatap padanya dengan ketawanya yang lebih mesra.
Kemudian mereka bertiga gandengan tangan dan ke-tawa2 berjalan menuju ketaman belakang.
Selanjutnya, didalam rimba persilatan ramai orang membicarakan seorang anak muda, jagoan
yang sukar menemui tandingan, bukan saja sudah berhasil gilang-gemilang dalam usahanya
menuntut balas bagi perguruannya, tetapi juga dengan sekali tepuk dapat dua hasil, sekaligus
dapat merebut hatinya dua wanita cantik jelita yang gagah perkasa pula. . . .
T A M A T__
Anda sedang membaca artikel tentang GOLOK MAUT 3 dan anda bisa menemukan artikel GOLOK MAUT 3 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/golok-maut-3.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel GOLOK MAUT 3 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link GOLOK MAUT 3 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post GOLOK MAUT 3 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/golok-maut-3.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 2 komentar... read them below or add one }

Unknown mengatakan...

Hhhhaaadddeeeuuuhhhh, model ceritanya gitu2 Aja, bocah kecil, dapet barang mustika, Jadi kuat, dapet ilmu Sakti, balas dendam, dapet jodoh ..... tamat. Apa ngga ada bahan lain yang lebih menarik......????

Unknown mengatakan...

Khas cerita silat China tak peduli siapapun pengarang/penulisnya, berkelahi melulu, balas dendam melulu, bangsa buas, pendetanya malah bangsa belajar ilmu silat daripada ilmu agama.....

Posting Komentar