Setan Harpa 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Jumat, 09 September 2011

Si anak muda itu tertawa hambar, katanya:
"Persoalan ini adalah persoalan pribadi, lebih baik tak
usah kau tanyakan lagi!"
"Kenapa aku tak boleh menanyakannya ke-padamu?"
Paras muka Oag Bun kim berubah.
"Dengan dasar apa kau menanyakan persoalan ini
kepadaku?"
"Aku toh istrimu yang sah!"
"Tapi untuk sementara waktu masih belum kuakui!"
Kemarahan yang berkobar dalam dada Tay pangcu dari
Hui mo pang ini benar-benar sudah meledak, sekujur
badannya gemetar keras, mimpi-pun ia tak mengira kalau
Oag Bun kim sedikitpun tidak memandang sebelah mata
kepadanya.
Setelah tertawa dingin gadis itu lantas berkata:
"Ong siangkong, asal kau bersedia kawin denganku,
maka mulai detik ini kau adalah pangcu dari perkumpulan
Hui mo pang!"
"Sayang sekali, aku Ong Bun kim bukanlah manusia
semacam itu!"
"Akupun bisa membantumu untuk menuntut balas atas
sakit hatimu selama ini!"
"Terima kasih banyak atas maksud baikmu itu, aku Ong
Bun kim seorang diri masih mampu untuk menuntut balas!"
"Hei, jadi kalau begitu bicara pulang pergi sekian lama,
kau masih tetap tidak menyetujui usulku ini."
"Benar! Untuk sementara waktu Ong Bun kim tak dapat
menyanggupi semua permintaanmu itu!"
Sekujur badan Tray pangcu dari tHui-mo-pang ituq
kembali gemetarr keras, kalau bisa dia ingin menggigit si
anak muda itu sampai mampus- sehingga rasa gemas dan
jengkelnya dapat terlampiaskan .
Sekalipun demikian, Ong Bun kim mempunyai pendirian
serta harga diri yang tak dapat diganggu gugat oleh
siapapun, ia mempunyai keangkuhan dan watak jaga gengsi
yang tinggi, dia tak ingin kena terpancing oleh soal nama
dan kedudukan sehingga kehilangan harga dirinya.
Ia lebih lebih tidak berharap untuk memperoleh nama
besar atas dasar pamor dari istrinya, bila kejadian ini
sampai tersiar dalam dunia persilatan dikemudian hari,
orang pasti akan mencemooh dan metertawakan dirinya,
hal inilah yang justru dipikirkan dan dipertimbangkan Ong
Bun kim, ia tak sanggup menerima ejekan ejekan semacam
itu.
Paras muka Tay pangcu dari Hui mo pang kembali
berubah, bentaknya kemudian:
"Ong Bun-kim, sesungguhnya kau menyetujui atau
tidak?"
"Tidak setuju!"
Mendadak Tay-pangcu dari Hui-mo-pang mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram, suaranya tajam
melengking dan terasa sangat mengerikan hati, rupanya
perasaan maupun pikirannya telah diliputi oleh hawa nafsu
membunuh yang amat tebal dan menggunakan gelak
tertawa yang menyeramkan itulah dia hendak
melampiaskan keluar semua perasaannya itu Tiba-tiba gelak
tertawanya itu berhenti di tengah jalan, lalu bentaknya
keras-keras:
"Bagus, bagus sekali, Ong Bun-kim! Kalau toh kau tidak
menganggap diriku di dalam hati, aku harap kau segera
enyah dari sini, hati-hati kalau dikemudian hari kau datang
memohon kepadaku!"
"Heehhh....heeehh....heeehh.....jangan kuatir," sahut
Ong Bun-kim sambil tertawa dingin pula, "selama hidup
aku Ong Bun-kim tidak akan memohon kepadamu!"
"Bagus sekali!" dengan wajah hijau membesi karena
gusar gadis itu berpaling ke arah Gin Losat, lalu serunya
lagi: "Adikku, bawa dia ke luar dari sini!"
"Baik!"
"Serahkan Liong-bei itu kepadaku!" Ong Bun-kim segera
berseru dingin.
Tay-pangcu dari perkumpulan Hui-mo-pang itu tidak
menyahut atau mengiakan, dia segera me-lemparkan Liongbei
tersebut kepada Ong Bun-kim.
Setelah menerima kembali benda itu, si anak muda itu
memasukkannya ke dalam saku, kemudian ia bertanya:
"Kalau begitu, bagaimana dengan pertaruhan diantara
kita berdua ?"
"Sama sekali hapus sampai di sini!"
Ong Bun-kim tertawa dingin, tanpa meng-ucapkan katakata
lagi dia memutar tubuhnya dan berjalan menuju ke
ruang depan, Gin Lo-sat mengikuti di belakangnya.
Sebentar kemudian mereka sudah ke luar dari gedung
besar dan tiba di luar bangunan.
Setelah menembusi kebun bunga di depan bangunan itu,
tak lama kemudian sampailah mereka di depan sebuah
tebing yang curam, di tepi tebing tersebut terbentang sebuah
jalan kecil yang ber-hubungan langsung dengan bawah
bukit.
Kepada Gin Lo-sat, Ong Bun-kim lantas berkata: "Hu
pangcu, harap berhenti sampai di sini saja, aku hendak
mohon diri lebih dahulu!"
Sehabis berkata ia lantas menutulkan sepasang kakinya
ke atas tanah dan meluncur ke arah jalanan kecil di sisi
tebing itu, sepanjang perjalanan pemuda itu bergerak
dengan kecepatan luar biasa, sasampai-nya di bawah bukit,
ia baru menghentikan langkahnya.
Ketika terbayang kembali kejadian disaat tadi, pemuda
itu menghela napas panjang, pikirnya:
"Aaaai sekarang aku harus ke mana? Ah, benar! Aku
harus pergi mencari Siau Hui-un untuk membalas dendam!"
Setelah mengambil keputusan, diapun merubah arah dan
menempuh jalan raya menuju ke lembah Sin-li-kok.
Keadaan di dalam lembah Sin-li-kok masih seperti sedia
kala, iapun bergerak menelusuri lembah yang memanjang
itu, menembusi hutan lebat dan tiba di luar tembok
pekarangan.
Mendadak...
Sesosok bayangan merah diikuti beberapa orang dara
berbaju merah lainnya menghadang jalan perginya.
Keadaan Ong Bun-kim pada saat ini telah diliputi oleh
hawa nafsu membunuh yang luar biasa, ia lantas
membentak keras;
"Menyingkir kau!"
Di tengah bentakan keras tersebut, harpa besi di tangan
kanannya segera digetarkan untuk me-lancarkan serangan.
Serangan yang dilancarkan Ong Bun-kim secara tiba-tiba
ini sungguh cepat bagaikan sambaran kilat dua orang gadis
berbaju bmerah yang beradda di barisan paaling depan
segbera menjerit kesakitan, lalu roboh binasa di atas tanah.
Begitu berhasil dengan serangannya, Ong Bun-kim
kembali melompat ke tengah udara dan meluncur ke luar
dinding pekarangan tersebut.
Dengan membawa hawa nafsu membunuh yang
menggila, di dalam beberapa kali lompatan saja Ong Bunkim
telah tiba di depan pintu gerbang bangunan loteng yang
indah itu.
Baru saja dia hendak menyerbu ke dalam, tiba-tiba
beberapa orang perempuan berbaju merah yang berdiri di
undak-undakan sebelah depan itu menghadang jalan
perginya.
"Kurangajar, rupanya kalian sudah bosan hidup." bentak
Ong Bun-kim dengan gusarnya.
Harpa besi yang berada di tangan kanannya segera
melancarkan serangan dahsyat, dikombinasi kan dengan
pukulan dari tangan kirinya.
Sekali lagi terdengar dua kali jeritan ngeri yang
memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan,
dua orang perempuan berbaju merah yang kebetulan berada
di barisan terdepan segera kena dihajar dan tewas seketika.
Ong Bun-kim melejit ke udara dan, langsung menyerbu
ke dalam ruangan...
"Berhenti!" suatu bentakan nyaring kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
Bayangan merah berkelebat datang dari empat penjuru,
dalam waktu singkat ada puluhan sosok bayangan manusia
yang bermunculan di sana dan menghadang jalan pergi
anak muda itu. ,
Ong Bun-kim mundur selangkah ke belakang untuk
mengambil posisi, kemudian baru mendongak kan
kepalanya untuk melihat siapakah orang yang berdiri
dihadapannya. Ternyata diaIah Sip-hiat-yau hoa (bunga
siluman penghisap darah) yang memimpin puluhan orang
anak buahnya.
Paras muka Siluman bunga penghisap darahpun agak
berubah setelah mengetahui siapa tamunya itu.
"Ong Bun-kim!" serunya kemudian, "sungguh tak
kusangka kau telah berkunjung kembali ke lembah Sin-likok,
pertemuan kali ini sungguh suatu pertemuan yang tak
pernah disangka!"
Ong Bun-kim enggan banyak berbicara, ia segera
membentak keras:
"Cepat suruh Siau Hui-un ke luar dari tempat
persembunyiannya...."
"Mau apa kau mencarinya?"
"Mencincang tubuhnya menjadi berkeping-keping!"
"Heehh....heehh heehh aku kuatir harapanmu itu tak
akan terlaksana!"
"Kau benar-benar tak mau menyubruhnya ke luar?d"
bentak Ong Buan-kim sambil mebnggigit bibir menahan
diri.
"Benar!"
"Bajingan, rupanya kau sudah bosan hidup!"
Ong Bun-kim segera membentak keras, seperti anak
panah yang terlepas dari busurnya dia me-nerjang maju ke
depan, harpa bajanya secepat kilat menyerang ke depan
dengan membawa kilatan cahaya tajam, yang di arah
adalah bagian mematikan di tubuh Sip-hiat-yau-hoa.
Agaknya Siluman bunga penghisap darah telah menduga
bahwa Ong Bun-kim bakal bertindak demikian, diapun
segera membentak keras, telapak tangan kirinya diayun ke
depan dan balas melancarkan sebuah serangan yang
mematikan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, puluhan orang
perempuan berbaju merah itupun serentak maju ke depan
dan bersama-sama melancarkan serangan untuk
mengerubuti anak muda itu.
Ong Bun-kim membentak nyaring, sebuah pukulan
dilancarkan untuk mendesak pergi serangan gabungan
lawan, sementara tangan kanannya mulai memetik senar
tali harpanya dan memainkan irama pembetot sukma.
"Criing...! Criing...I Criing...!" setelah tiga kali sentilan
lewat, serentak semua orang tersentak mundur ke belakang
dengan sempoyongan.
Menggunakan kesempatan baik itu, Ong Bun-kim
bergerak maju ke depan dengan kecepatan luar biasa, harpa
besinya digunakan untuk melancarkan serangan berulang
kali.
Jeritan-jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan....
Sungguh mengerikan sekali jeritan ngeri tersebut, bunga
darah kental berhamburan ke mana-mana, mayat demi
mayat jatuh bergelimpangan diatas tanah.
Pembunuhan brutal....kejadian ini benar-benar
merupakan suatu pembunuhan yang mengerikan.
Dalam waktu singkat puluhan jago perempuan berbaju
merah itu sudah mati binasa semua di ujung harpa besi Ong
Bun-kim, kecuali Siluman Bunga pengisap darah seorang
yang berhasil kabur kebelakang dengan ketakutan, hampir
semuanya sudah tewas.
Selangkah demi selangkah Ong Bun-kim bergerak ke
depan menghampirinya, sambil menggigit bibir katanya:
"Sekarang jawab, kau hendak memanggil Siau Hui-un ke
luar dari tempat persembunyiannya atau tidak?"
"Aku ..."
"Hayo jawab, maru atau tidak?"
Baru saja perkaqtaan dari Ong Brun-kim itu selesai
diucapkan, tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang tak
sedap didengar berkumandang ke luar dari balik pintu
gerbang.
"Heeehh......heeehhh. heeehhh.... Ong Bun-kim!" kata
orang itu, "sungguh tak kusangka kau berani datang ke mari
lagi untuk membuat keonacan dan kekacauan".
Ketika Ong Bun-kim mendongakkan kepalanya, maka
tampaklah wakil kokcu dari Sin-li-kok yakni Tong Wan-tin
diiringi dua orang perempuan tua dan duapuluhan jago
lihaynya telah munculkan diri di depan pintu gerbang.
Ketika menyaksikan mayat-mayat yang ber-gelimpangan
di atas tanah, paras muka Ton Wan-tin kembali berubah
hebat, tegurnya kemudian:
"Kaukah yang telah membinasakan orang-orang itu?"
"Benar!"
"Jadi kedatanganmu ke mari adalah untuk membantai
semua anggota perguruan kami.. "
"Bila Siau Hui-un tidak kau panggil keluar untuk
menerima kematiannya, maka yang mampus mungkin
bukan cuma beberapa orang itu saja."
"Mau apa kau mencari dirinya?"
"Mencincang tubuhnya!"
"Oooh kalau begitu kau datang kemari untuk menuntut
balas?"
"Benar!"
"Tolong tanya dendam sakit hati macam apakah yang
terjalin antara kau dengan kokcu kami?"
"Soal ini lebih baik tak usah kau tanyakan!"
"Kenapa?"
"Yang sedang kucari adalah dia, yang akan kubunuh pun
juga dia!"
Hu-kokcu dari lembah Sin-li-kok Tong Wan-tin segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh hehhh heeehhh tapi sayang kokcu kami tidak
berada dalam lembah saat ini... "
"Apa? Ia tidak berada di sini?"
"Benar!"
Paras muka Ong Bun-kim kembali berubah, hawa napsu
membunuh segera menyelimuti seluruh wajahnya.
"Sekarang dia berada di mana?"
"Tentang soal ini dari mana aku bisa tahu?"
"Omong kosong!"
"Kenapa aku musti berbohong kepadamu?"
"Masakah kau tidak tahu ke mana ia telah pergi?"
Tong Wan-tin kembali tertawa dingin.
"Benar, ia tidak memberitahukan kepadaku, dari mana
pula aku bisa mengetahuinya."
"Apa? Kau tidak tahu?" bentak Ong Bun-kim semakin
geram, "ia kan seorang kokcu dari suatu perguruan; masa
kau sebagai wakilnya tidak tahu ke manakah ia telah pergi?
Hmmm pada hakekatnya kau cuma ngaco belo tak karuan!
Baiklah, jika kau enggan mengaku, hati-hati kalau aku Ong
Bun-kim terpaksa akan membunuh orang lagi."
Paras muka Tong Wan-tin berubah pula.
"Kalau ingin membunuh orang, mengapa tidak
mencobanya mulai sekarang saja?" tantangnya.
"Haahhh.....haaah....haaahh..." Ong Bung kim
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram. "kalau
memang kalian pingin mati, jangan salahkan kalau aku
akan bertindak keji kepadamu!"
Begitu selesai berkata, si anak muda itu segera menerjang
maju ke depan sambil melancarkan serangan kilat ke arah
Tong Wan-tin, wakil ketua dari lembah Sin-li-kok.
Harpa besinya diayunkan berulang kali melancarkan dua
buah serangan berantai yang maha dahsyat.
Begitu Ong Bun-kim mulai melancarkan serangannya,
dua orang perempuan tua yang berada di belakang Tong
Wan-tin ikut mengayunkan pula toya besinya untuk
mengerubuti si anak muda itu.
Serangan toya dari kedua orang nyonya tua itu
dilepaskan dari kiri dan kanan secara berbarengan,
kecepatannya sukar dilukiskan dengan kata-kata, di bawah
desakan dahsyat dari kedua orang itu, mau tak mau anak
muda tersebut harus mundur selangkah.
Menggunakan kesempatan itulah secepat kilat Tong
Wan-tin menubruk maju ke depan.
Ong Bun-kim membentak nyaring, ia mengelakkan diri
dari tubrukan Tong Wan-tin itu, kemudian melancarkan
dua buah serangan berantai yang sangat hebat.
Dalam waktu singkat pertarungan berkobar dengan
serunya, kedua belah pihak saling menyerang dan saling
menerjang dengan kehebatan yang luar biasa.
Mendadak terdengar jeritan ngeri berkumandang
memecahkan keheningan, tampaklah nenek di sebelah kiri
itu termakan serabngan dan roboh dterjengkang ke aatas
tanah.
--ooo00dw00ooo-
BAB 38
ONG BUN-KIM segera menerjang maju ke depan
sambil membentak:
"Hayo jawab ! Bersedia tidak kau terangkan di manakah
Siau Hui-un berada sekarang?"
Tong Wan-tin tidak menjawab.
Ong Bun kim merasa gusar sekali sampai tubuhnya
bergetar keras, ia membentak nyaring lalu secepat kilat
menerjang ke arah Tong Wan tin dan secara beruntun
melepaskan dua buah serangan dahsyat.
Dengusan tertahan kembali berkumandang memecahkan
keheningan, tubuh Tong Wan tin mencelat ke belakang dan
muntah darah segar, untuk sesaat lamanya ia tak sanggup
untuk bangkit kembali.
Ong Bun-kim segera menerjang ke depan, begitu sampai
di hadapan Tong Wan-tin, ia siap mencengkeram tubuhnya.
Tapi pada saat itulah bayangan manusia kembali
berkelebat lewat, cahaya tajam berkilauan menusuk
pandangan, tahu-tahu cahaya pedang itu sudah mengancam
punggung Ong Bun-kim.
Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, nyaris Ong Bunkim
gagal untuk menghindarkan diri, untunglah disaat yang
kritis ia masih sempat berkelit sejauh satu kaki lebih dari
tempat semula.
Begitu lolos dari ancaman mautdan mengetahui siapa
gerangan orang itu, paras muka Ong Bun-kim berubah,
hawa nafsu membunuh menyelimuti wajahnya, dengan
suara geram teriaknya:
"Oooh kiranya kau?"
Ternyata orang itu bukan lain adalah Siau Hui-un.
Sambil tertawa dingin perempuan itu menyahut:
"Benar, memang aku!"
Ong Bun kim tertawa seram, katanya kembali.
"Siau Hui-un, aku mengira kau telah bersembunyi dalam
neraka tingkat delapanbelas, dan tak berani menjumpai
diriku lagi, haaahhh haaahhh haahhh kenapa sekarang telah
munculkan diri kembali?"
Suara gelak tertawa dari Ong Bun-kim mengerikan
sekali, membuat orang yang mendengarnya terasa
mengerikan sekali.
Siau Hui-un tertawa dingin.
"Ong Bun-kim, apa yang kau tertawakan?" bentaknya.
"Aku tertawa karena hari ini kau bakal mampus di
tanganku, Siau Hui-un! Sebelum ku-binasakan dirimu,
sebelumnya ada satu pebrsoalan hendak dkuberitahukan
kaepadamu "
"Katakan!"
"Pernahkah ayahku berbuat sesuatu yang merugikan
dirimu?"
"Tidak pernah!"
"Kalau begitu, kenapa kau telah membinasakan dirinya?"
"Entahlah!"
"Kurangajar! Masa kau tidak tahu?"
"Benar, aku tidak tahu!"
"Kalau begitu menjelang saat kematianmu tiba, pesanpesan
terakhir apakah yang hendak kau sampaikan?"
"Tidak ada!"
"Bagus, kalau memang tidak ada, sekarang juga akan
kubunuh dirimu . ..."
"Mengapa tidak mencobanya dengan segera?"
Ong Bun kim membentak nyaring, dengan cepat ia
menerjang ke arah Siau Hui un sambil melancarkan sebuah
pukulan dahsyat.
Ong Bun-kim begitu mulai bergerak, Siau Hui un pun
segera mengambil tindakan, kedua belah pihak sama sama
melayang ke udara dan saling melepaskan dua buah
serangan gencar.
Atas bentrokan yang kemudian terjadi, tubuh Siau Hui
un kena didesak mundur sejauh tiga langkah oleh serangan
dari Ong Bun kim itu, belum lagi ia bersiap itu secara
beruntun pemuda itu telah melancarkan kembali lima
serangan berantai.
Ilmu silat yang dimiliki Siau Hui un nyata bukan
tandingan Ong Bun kim, di bawah desakan gencar dari si
anak muda itu, secara beruntun ia didesak mundur terus
hingga tak punya kekuatan lagi untuk melancarkan
serangan balasan.
"Roboh kau!" tiba-tiba Ong Bun-kim membentak keras.
"Blaaang !" tubuh Siau Hui-un bagaikan-sebutir peluru
mencelat ke belakang dan roboh tak berkutik lagi, Ong Bunkim
segera mejompat ke depan dan tahu tahu Siau Hui-un
telah dicengkeram olehnya.
Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat,
begitu berhasil mencengkeram tubuh Siau Hui-un, bahwa
napsu membunuh yang menyelimuti wajah Ong Bun-kim
berkobar semakin tebal.
"Siau Hui-un!" bentak anak muda itu kemudian, "tak kau
sangka bukan, suatu ketika kau bakal terjatuh ke tanganku "
Siau Hui un hanya bisa memandang ke arah musuhnya
dengan sepasang mata melotot besar, katanya kemudiarn
dengan dingint:
"Mau bunuh ceqpatlah bunuh, arpa gunanya kau musti
banyak berbicara ?"
Ong Bun-kim tertawa seram.
"Haahhh .... haahhh . . . haahhh . . . untuk
membunuhmu lebih gampang dari pada membalikkan
telapak tangan sendiri, cuma sebelum kau kubunuh, lebih
dahulu aku ingin menanyakan satu hal kepadamu, kau
taruh di mana kah keenam jilid kitab pusaka dari ko enam
partai besar? Hayo jawab!"
"Euam kitab pusaka dari enam partai besar?"
"Benar!"
"Kalau aku tak mau bicara?" ejek Siau Hui un sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
Berkobar hawa amarah dalam hati Ong Bun kim.
"Kau tak mau berbicara?" bentaknya.
"Benar!"
"Kalau begitu, di manakah letak markas besar dari
perguruan San tian bun . . .?"
"Mau apa kau tanyakan tentang persoalan ini?"
"Aku bendak mencari ketua dari perguruan San tian bun,
bukankah dia adalah kekasih gelapmu?"
"Benar!"
"Di manakah letak markas besar San tian-bun? Hayo
cepat katakan!"
"Kalau aku tak mau menjawab?"
Ong Bun kim segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Siau Hui un, kau juga seorang manusia cerdik, karena
seorang manusia kilat kau tega membinasakan ayahku serta
Sastrawan setan harpa, apa yang telah diberikan Manusia
kilat itu kepadamu?"
"Soal ini tak perlu kau ketahui!"
"Benar, aku memang tak usah mengurusinya, cuma aku
hendak memperingatkan dirimu, penghargaan apakah yang
telah diberikan Manusia kilat kepadamu sehingga kau
bersedia untuk berkorban baginya?"
Perasaan Siau Hui-un mulai bergolak, ia mulai diliputi
oleh emosi.
Menyaksikan perempuan itu belum juga menjawab,
dengan wajah berubah dan diiringi suara, tertawa dingin,
Ong Bun-kim berkata lagi:
"Kau toh sudah tahu bahwa kau telah kutawan sekarang,
kenapa Manusia kilat tidak berusaha untuk menolongmu?
Pada hakekatnya ia sama sekali tak pandang sebelah
matapun kepadamu. . . ."
"Kau tak usah banyak berbicara lagi, kalau hendak
bunuh hayolah segera turun tangan!"
"Siau Hui-un, kau benar benar bersikeras tak mau
menjawab?" bentak Ong Bun-kim.
"Benar!"
Sekali lagi Ong Bun kim tertawa dingin.
"Siau Hui un, buat apa kau musti menjadi seorang
bodoh?" katanya, "bilamana kau bersedia untuk
menjelaskan di mana kau simpan ke enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar dan di manakah letak markas besar
dari Perguruan San tian bun, siapa tahu kalau akupun akan
menghadiahkan sesosok mayat yang utuh bagimu!"
"Aaaaah, sudah!-Kau tak usah banyak bicara lagi."
"Jadi kalau begitu, kau tidak bersedia untuk menjawab?"
"Benar!"
Pelan pelan Ong Bun-kim mengangkat telapak
tangannya ke udara, tapi sebelum melancarkan serangannya
mendadak ia teringat akan sesuatu, sambil mengempit
tubuh Siau Hui-un, berangkatlah ia menuju ke luar lebah
Sin li kok.
Dalam waktu singkat, Ong Bun-kim telah berada di luar
lembah Sin li kok...
Siau Hui-un menjadi sangat ketakutan, dengan suara
gemetar tanyanya;
"Ong Bun-kim, kau hendak membawa aku ke mana?"
"Untuk bersembahyang di depan kuburan ibuku!" sahut
Ong Bun kim dingin.
"Aaaah . . . !" Siau Hui un menjerit kaget, paras
mukanya segera berubah hebat.
Sementara itu Ong Bun kim telah berada dalam
perjalanan menuju ke bukit Cing liong san, senja itu
sampailah ia tiba di luar lembah Cing liong kok yang
permai itu.
Dari tempat kejauhan, tampaklah kuburan dari Coa Siok
oh bertengger dengan anggunnya di depan sana.
Dalam sekali lompatan, Ong Bun kim telah tiba di depan
kuburan ibunya, memandang gundukan tanah di
hadapannya, lama, lama sekali pemuda itu berdiri
termangu, akhirnya tak tahan titik air mata jatuh
bercucuran mem basahi pipinya ....
Ia meletakkan tubuh Siau Hui ubn di hadapan kudburan
Coa Siok aoh, kemudian gubmamnya dengan suara lirih:
"Ooooh ibu! Aku telah membawa musuh besarmu ke
hadapan kuburanmu, hari ini aku hendak menggunakan
batok kepalanya untuk bersembahyang di depan nisanmu . .
. . "
Ia merasa sedih sekali, sehingga tak tahan ia menangis
tersedu sedu karena terharu.
Setelah hening sekian waktu, akhirnya Siau Hui un
kembali diangkat ke tengah udara, paras muka perempuan
itu kelihatan pucat pias seperti mayat, keadaannya
mengenaskan sekali.
"Siau Hui-un!" Ong Bun-kim kembali membentak keras,
"hayo jawab, kau simpan ke enam jilid kitab pusaka dan
enam partai besar itu di mana... ?"
"Hmm! Jangan harap aku akan menjawab...."
"Bagus, bila kau tidak berbicara lagi, segera kukutungi
dahulu sepasang tanganmu, akan kulihat kau bersedia
menjawab atau tidak?"
"Aku tetap tak mau bicara!"
Ong Bun kim merasa gusar sekali, cepat ia menyambar
kutungan pedang milik Siau Hui un dan diangkatnya tinggi
tinggi, kemudian bentaknya lagi dengan suara keras:
"Hayo jawab, kau hendak berbicara atau tidak?"
"Tidak . . . ."
Begitu kata "Tidak" meluncur ke luar dari mulutnya,
serta merta Ong Bun-kim mengayun kan kutungan
pedangnya ke bawah ....
"Kraas!" mengikuti tebasan tajam, terdengar suara
dengusan tertahan berkumandang memecahkan
keheningan, tahu tahu lengan kiri Siau Hui un sudah
terputus kutung menjadi dua bagian.
"Mau jawab apa tidak? Ke enam jilid kitab pusaka itu
kau simpan dimana?" sekali lagi Ong Bun kim membentak.
"Aku. . . aku bicara, aku . . aku bicara . . ."
"Di mana ? Hayo cepat jawab !"
Di tangan San-tian-mo-kun (raja iblis bertubuh kilat)"
"Siapakah Raja iblis bertubuh kilat itu?"
"Dia adalah ketua perguruan dari San-tian hml"
"Di mana letaknya markas besar dari San tianbun?"
"Di... aduuuh !"
Belum habis Siau Hui-un menjawab, jeritan ngeri yang
menyayatkan hati telah berkumandang dari mulut
perempuan itu.
Ong Bun - kim merasa sangat terkejut, ia saksikan darah
segar telah berhamburan dari batok kepala perempuan itu,
jelas ia telah tewas dalam keadaan yang mengerikan.
Dengan cepat Ong Bun kim berpaling, terdengar suara
tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan,
menyusul kemudian kurang lebih tiga kaki di sebelah depan
sana muncul sesosok manusia berbaju putih.
Paras muka Ong Bun kim segera berubah, karena orang
itu ternyata adalah Manusia kilat. Terdengar manusia kilat
tertawa dingin, lalu katanya.
"Ong Bun kim, sungguh hebat sekali per-buatanmu kali
ini!"
Ong Bun kim balas tertawa dingin.
"Caramu membunuh orang dari belakang punggung
orang terhitung suatu tindakan yang hebat pula!"
"Apanya yang hebat? Aku tidak lebih hanya
membuatnya agar jangan banyak berbicara!"
"Kau takut ia membocorkan alamat dari markas besar
kalian?"
"Benar!"
"Kalau begitu kau saja yang berbicara, toh sama saja
pula!"
"Aku yang berbicara . . ."
Jelas ia masih belum memahami arti kata yang
sebenarnya dari ucapan Ong Bun kim itu.
Kontan saja si anak muda itu tertawa dingin, katanya
kemudian;
"Benar, kau saja yang berbicara soal ini!"
Akhirnya orang itu mengerti juga maksud pembicaraan
dari Ong Bun kim itu, sambil tertawa seram ejeknya:
"Heeehhh..,heeehhh...heeehhh...aku ingin tahu dengan
cara apakah kau hendak memaksaku untuk berbicara?"
"Sebentar kau akan menjadi paham dengan sendirinya!"
Begitu selesai berkata, secepat sambaran kilat Ong Bun
kim menerjang ke muka dan menyerang Manusia kilat.
Begitu Ong Bun kim melancarkan serangannya cahaya
putih segera berkelebat lewat, dengan gerakan yang tak
kalah cepatnya Manusia kilat balas menerjang ke arah Ong
Bun kim, hawa pukulan panas yang menyengat badan
serasa menyebar ke empat penjuru.
Dua sosok bayangan manusia saling menyambar di
tengah udara, dalam waktu singkat Ong Bun kim telah
melancarkan tiga buah serangan berantai...
Rupanya Manusiar kilat itu tidak menyangka kalqau
Ong Bun kim rmemiliki ilmu silat selihay ini, seketika itu
juga ia kena didesak hingga mundur sejauh tujuh delapan
langkah.
Ong Bun kim tidak sudi memberi kesempatan kepada
musuhnya untuk menghindar, seperti orang kalap secara
beruntun harpa besinya diguna kan untuk melepaskan tiga
buah serangan dahsyat.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertarungan yang amat seru . . .
-oo0dw0oo--
Jilid 13
MENDADAK bayangan putih kembali berkelebat lewat,
cahaya putih lainnya tiba-tiba menerjang ke tubuh Ong Bun
kim dengan kecepatan luar biasa, dalam sekejap mata di
sekeliling tempat itu bermunculan tiga orang manusia kilat
lagi.
Salah satu di antara manusia kilat itu telah menyerang
Ong Bun kim, serangannya yang hebat serta gerakan
tubuhnya yang lihay membuat si anak muda itu sedikit
merasa kewalahan.
Mendadak terdengar bentakan keras menggelegar di
angkasa, dua orang manusia kilat lainnya serentak maju
pula ke depan, dengan dikerubuti oleh empat orang
manusia kilat, Ong Bun kim makin terdesak dan mundur
tujuh delapan langkah dengan sempoyongan.
Ong Bun kim membentak penuh kegusaran, teriaknya:
"Sungguh tak kusangka dari San tian bunpun bisa
mempergunakan cara rendah yang memalukan semacam ini
untuk mengerubuti musuhnya, tindakan kalian ini sungguh
jauh di luar dugaan orang!"
Salah seorang Manusia kilat di antaranya segera berkata
dengan dingin:
"Bocah keparat, kenapa kau masih belum juga
menyerahkan diri?"
"Hayo majulah dan lancarkan seranganmu!"
Belum habis perkataan si anak muda itu, empat sosok
bayangan putih serentak telah menerjang ke depan dengan
kecepatan luar biasa, mereka mengerubuti Ong Bun kim
secara gencar-
Satu orang manusia kilat sudah cukup membuat Ong
Bun kim kewalahan, apalagi sekarang empat orang turun
tangan bersama, sudah barang tentu si anak muda itu
menjadi terdesak hebat.
Mendadak....dikala empat orang manusia kilat itu
sedang mengerubuti anak muda tersebut, sesosok bayangan
manusia berbaju hijau tanpa menimbulkan sedikit suarapun
telah muncul di tengah gelanggang, bentaknya dengan
suara lantang:
"Manusia yang tak tahu malu, lihat pedang!"
Cahaya tajam berkelebat lewat, dengan suatu gerakan
yang sama- sekali tak terduga manusia berbaju hijau itu
melancarkan dua buah serangan pedang yang sangat hebat,
di mana cahaya pedang nya berkelebat lewat segera
terdengar jeritan ngeri yang menyayatkan bati
berkumandang memecahkan keheningan.
Salah seorang manusia kilat di antaranya segera
termakan oleh bacokan pedang itu dan tewas seketika.
Kejadian ini sangat mangejutkan tiga orang manusia
kilat lainnya, serentak mereka menarik diri sambil mundur.
Ong Bun kim sendiri merasa amat terkejut, cepat ia
mendongakkan kepalanya, ternyata pendatang itu bukan
lain adalah manusia berbaju hijau yang misterius itu.
-ooo00dw00ooo-
Bab 39
DALAM keadaan dan saat seperti ini, manusia baju
hijau yang misterius itu dapat muncul di sana, kejadian ini
sungguh di luar dugaan siapa pun juga.
Salah seorang manusia kilat itu segera tertawa dingin,
lalu katanya: "Siapakah kau?"
"Hmm.......Kalian masih belum berhak untuk
mengetahuinya!" sahut manusia berbaju hijau itu dengan
wajah tanpa emosi.
"Apakah kau bermaksud untuk mencampuri urusan ini?"
"Benar."
"Hmm...! Agaknya kau sudah bosan hidup!"
"Mungkin memang begitulah!"
"Bangsat, rupanya kau pingin mampus..."
Bayangan manusia berbaju putih berkelebat lewat,
seorang manusia kilat telah menerjang ke depan
melancarkan serangan maut ke arah musuhnya.
Manusia berbaju hijau itu segera meloloskan pedangnya
dan dalam waktu singkat kedua belah pihak telah saling
menyerang sebanyak tiga gebrakan lebih.
Disaat Manusia berbaju hijau itu mulai melancarkan
serangan, Ong Bun-kimpun ikut menerjang pula salah
seorang manusia kilat lainnya dan mengirim dua buah
pukulan gencar.
Pada saat ini Ong Bun-kim sudah mempunyai niat untuk
beradu jiwa, maka semua serangan yang dilancarkan
disertai dengan tenaga penuh, bisa dibayangkan betapa
dahsyatnya serangan-serangan yang dilancarkan olehnya
itu.
Tiba-tiba terdengar jerit kesakitan berkumandang
memecahkan keheningan, ternyata Manusia kilat yang
sedang bertempur melawan orang berbaju hijau itu sudah
kena ditusuk dadanya hingga tembus ke punggung.
Begitu musuhnya berhasil dibunuh, manusia berbaju
hijau itu segera berkelebat menerjang manusia kilat yang
lain, di antara perputaran bunga-bunga pedang di angkasa,
secara beruntun ia lepaskan dua buah serangan gencar.
Ilmu pedang yang dimiliki manusia berbaju hijau itu
sungguh hebatnya bukan kepalang, di antara gerakan
tangannya yang enteng, secara beruntun ia telah membunuh
dua orang manusia kilat, andaikata bukan dilihat dengan
mata kepala sendiri, siapapun tak akan percaya dengan
kenyataan tersebut.
Kembali terdengar jeritan ngeri yang me-milukan hati
berkumandang memecahkan keheningan, Manusia kilat
yang satu ini pun tewas di ujung pedang si manusia berbaju
hijau yang maha lihay itu.
Tindakannya untuk membunuh tiga orang Minusia kilat
dilakukan hanya dalam sekejap mata, ketika pedangnya
telah disarungkan kembali, air muka manusia berbaju hijau
itu masih tetap tenang seperti sediakala, sedikitpun tidak
menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sudah mengerahkan
tenaga yang cukup besar.
Kini, dengan sinar matanya yang lembut ia sedang
mengawasi jalannya pertarungan antara Ong Bun-kim
melawan manusia kilat.
Dalam pada itu, pertarungan antara Ong Bun-kim
melawan Manusia kilat telah berlangsung hampir tujuh
delapan jurus banyaknya, di bawah serangkaian serangan
gencar dari Ong Bun-kim, dalam waktu singkat si Manusia
kilat telah ke teter hebat sehingga sukar untuk
mempertahankan diri lagi.
Tiba-tiba Ong Bun-kim membentak keras, harpa besi di
tangan kanannya diayun ke muka melancarkan serangan
mematikan, sementara tangan kirinya melepaskan pula
sebuah pukulan dahsyat.
"Blaang !" kontan saja Manusia kilat itu terhajar telak
dan roboh ke atas tanah.
Ong Bun-kim segera melompat ke depan, lalu
dicengkeramnya tubuh orang itu.
Sementara ia sedang mencengkeram manusia kilat,
manusia berbaju hijau itu telah tertawa getir, tiba-tiba ia
berjalan ke depan dan menghampiri pusara dari Coa Siokoh.
Setelah berdiri di depan pusara Coa Siok-oh, selapis rasa
sedih yang amat mendalam segera menyelimuti wajahnya,
kalau dilihat dari gerak geriknya itu jelas ia sedang
berkabung untuk kematian perempuan itu, seperti juga
sedang mengenangkan kembali kenangan masa silamnya.
Tindak tanduk orang itu segera membuat Ong Bun-kim
menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Setelah termenung sejenak, dicengkeramnya tubuh
manusia kilat itu dan berjalan menuju ke hadapan pusara
ibunya.
Manusia berbaju hijau itu masih tetap berdiri tak
berkutik di tempat semula.
Lama kelamaan Ong Bun-kim menjadi tak sabar, ia
segera memberi hormat seraya berkata: "Locianpwe, terima
kasih banyak atas bantuan mu, di mana sebanyak dua kali
kau telah menyelamatkan jiwaku!"
Pelan-pelan Manusia berbaju hijau itu mengalihkan sinar
matanya ke atas wajah Ong Bun-kim, kemudian katanya:
"Hanya urusan kecil semacam itu, kenapa kau musti
berterima kasih kepadaku."
"Locianpwe, bolehkah aku tahu, apakah kau adalah
kenalan lama dari mendiang ibuku?" tanya anak muda itu
kemudian.
Dengan wajah serius Manusia berbaju hijau itu manggutmanggut.
"Yaa, benar! Aku memang kenal dengannya!"
"Bolehkah aku tahu siapa nama dari locianpwe?"
"Nama dan julukan yang sudah lewat, biarkanlah
dimakan masa, buat apa musti disinggung kembali?"
Ong Bun-kim tertawa hambar.
"Apakah locianpwe tidak bersedia mem-beritahukan
namamu kepadaku?" pintanya.
Manusia berbaju hijau itu termenung dan berpikir
sebentar, kemudian sahutnya:
"Aku bernama Phang Pak-bun!"
"Apa?" tanpa sadar Ong Bun-kim menjerit keras dan
mundur dua-tiga depa dengan langkah lebar. "kau... kau
adalah Mo-kui-seng-kiam (pedang malaikat setan iblis)?"
Suaranya penuh kecemasan dan rasa terkesiap yang tak
terkirakan besarnya.
"Benar!" manusia berbaju hijau itu kembali mengangguk.
Untuk sesaat lamanya Ong Bun-kim berdiri tertegun di
situ.
Phang Pak-bun! Bukankah dia adalah kekasih pertama
dari Coa Siok-oh, ibu kandungnya? Tak nyana kalau ia
sudah dua kali menolong dirinya dari ancaman bahaya
maut.
Mo-kui-seng-kiam tertawa sedih, lalu menegur; "Kau
merasa kejadian ini berada di luar dugaanmu?"
"Benar!"
"Kau sudah tahu tentang hubungan antara ibumu dengan
diriku?"
"Yaa, aku tahu!"
Mo kui seng kiam menghela napas panjang, katanya
pelan.
"Aaaai ...sayang kami memang tak berjodoh!"
"Locianpwe, bolehkah kuajukan sebuah per-tanyaan
kepadamu?"
"Persoalan apa yang membingungkan pikiranmu?
Katakanlah!"
"Sejak ibuku kawin dengan ayahku, apakah kau
mengadakan hubungan gelap dengannya?"
"Siapa yang berkata begini?" tanya Phang Pak bun
geram. "Siau Hui uni"
"Hmmm! Dia hanya ngaco belo tidak karuan!" serunya
cepat, tapi sejenak kemudian sambil menghela napas
katanya lebih lanjut. "Yaa,semenjak ia kawin dengan
ayahmu, kami memang pernah berjumpa satu kali, tapi
perjumpaan kami itu ditandai dengan kesucian dan
kebersihan, kita hanya saling mengenang kembali masamasa
silam yang penuh keindahan dan penuh
keharmonisan itu, sisanya kamipun hanya menghela napas
dan bersedih hati."
Setelah menghela napas panjang, kembali katanya:
"Sungguh tak kusangka sekali berpisah puluhan tahun
sudah lewat dan sekarang ia telah tiada!"
"Locianpwe, ibuku telah menyia-nyiakan harapanmu, ia
membuatmu susah dan bersedih hati!"
"Tidak, aku tidak mempunyai pikiran demikian
semuanya ini sudah merupakan suratan takdir!"
"Kalau begitu, kau amat membenci ayahku bukan?"
Kembali Mo-kui-serig-kiam gelengkan kepala nya
berulang kali.
"Tidak, aku tidak membenci kepada siapapun, mungkin
kami memang tidak berjodoh, kami memang pernah
memupuk impian indah, pernah bergembira bersama,
selama ini terdapat pula kenangan yang amat indah dan
syahdu akan tetapi kesemuanya ini sudah lewat, semuanya
telah berakhir."
Ketika berbicara sampai di sini, suaranya kedengaran
amat parau, ini menunjukkan bahwa ia memang benarbenar
sedang bersedih hati.
Tanpa terasa Ong Bun-kim ikut merasakan pula
kepedihan dan kesedihan yang sedang mencskam perasaan
orang itu, ia dapat meresapi bagaimana perasaan hatinya
sekarang.
Ia telah membayar cintanya dengan mahal, tapi
selamanya ia tak dapat merasakan bagaimanakah manisnya
cinta itu.
Ia memandang sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu
tanyanya:
"Apakah ayahmu telah dibunuh oleh Kui-jin-suseng?"
"Benar!"
"Apakah Sastrawan setan harpa itu adalah gurumu?"
"Binar, dia memang guruku!"
"Sesungguhnya, apa yang telah terjadi di-antara kalian
semua?"
Secara ringkas Ong Bun-kim segera menceritakan
hubungan cinta dan dendam antara gurunya, ayahnya, Siau
Hui-un dan Coa Siok-oh.
Ketika selesai mendengarkan penurutan tersebut. Phang
Pak-bun segera bertanya lagi:
"Kalau begitu, orang yang telah membunur ayahmu
kecuali Kui-jin suseng, masih ada seorang yang bernama
San-tian-mo-kun?"
"Benar!"
"Kini San-tian-mo-kun berada di mana?"
"Tentang persoalan ini, asal kita tanyakan kepada
Manusia kilat, ini, mungkin saja dia akan mengetahuinya!"
Selapis hawa pembunuhan yang amat tebal segera
menyelimuti wajah Mo-kui-seng-kiam Phang Pak-bun,
bentaknya kemudian:
"Kalau begitu, tanyakan persoalan ini kepada-nya!"
Ong Bun-kim manggut-manggut, telapak tangannya
secara beruntun menotok beberapa buah jalan darah
penting di sekujur badan Manusia kilat itu, beberapa saat
kemudian manusia kilat itupun sadar kembali dari
pingsannya.
Manusia kilat ini berusia antara empatpuluh tahunan,
mukanya cukup tampan.
Dengan wajah menyeringai menyeramkan, Ong Bun-kim
segera membentak nyaring:
"Hei manusia kilat, kau pingin mati ataukah pingin
hidup?"
Manusia kilat itu memandang sekejap sekeliling tempat
itu, mendadak paras mukanya berubah menjadi pucat,
sahutnya.
"Bagaimana kalau ingin hidup? Dan bagaimana pula
kalau ingin mati ?"
"Kalau ingin hidup, kau harus menjawab beberapa buah
pertanyaan yang kuajukan!"
"Pertanyaan apa- yang hendak kau ajukan kepadaku?"
"Benarkah ketua perguruan kalian bernama San-tian-mokun,
si raja iblis bertubuh kilat?"
"Benar!"
"Di manakah letak markas besar perguruan kalian?"
"Pertanyaan ini tak dapat, kujawab!"
"Apa? Kau enggan menjawab?"
"Yaa, benar, aku tak berani menjawabnya!"
Ong Bun-kim segera tertawa seram.
"Heehh....heehh....heehh....buat apa kau musti menerima
siksaan tubuh yang amat menderita? Asal tanganku ini
kuayunkan, aku percaya kau tak akan sanggup untuk
menerima ilmu memisah otot memilin tulangku ini!"
Mendengar ancaman tersebut, paras muka manusia kilat
itu segera berubah hebat.
"Hayo jawab, kau hendak berbicara tidak?" bentak Ong
Bun-kim lagi dengan suara keras.
"Tidak!"
Ong Bun-kim tak dapat menahan diri lagi, diiringi
bentakan lirih tangan kanannya segera diayun kan ke depan
berulang kali, dengan suatu gerakan yang amat cepat ia
menotok beberapa buah jalan darah penting di tubuh
manusia kilat itu.
Mengikuti gerakan tangan dari Ong Bun-kim, manusia
kilat segera mendengus tertahan, peluh sebesar kacang
kedelai mengucur keluar membasahi jidatnya, ia tampak
menderita sekali.
"Kalau kau tidak berbicara lagi, segera akan kusuruh kau
menderita sampai mampus..." bentak Ong Bun-kim lagi.
"Aku... aku bicara..."
Jeritannya itu amat menyayatkan hati, membuat orang
menjadi bergidik rasanya.
Ong Bun-kim segera melancarkan kembali beberapa
buah totokan untuk membebaskan orang itu dari pengaruh
totokan.
"Nah, sekarang bicaralah!" ia berseru.
Manusia kilat menghembuskan napas berulang kali,
setelah ketegangannya agak berkurang dia baru menjawab:
"Perguruan kami letaknya ada di bukit Thian-mo-san,
selat Thian-mo-shia....."
"Berapa banyak seluruh anggota perguruan kalian?"
"Limapuluh orang lebih!"
Ong Bun-kim segera mendengus dingin.
"Hmm! Memandang di atas kejujuranmu, aku Ong Bunkim
akan mengampuni selembar jiwamu, cuma, seluruh
kepandaian silatb yang kau milikdi akan kupunahkaan
sama sekali.b"
Jari tangannya kembali berkelebat lewat, dan seluruh
ilmu silat yang dimiliki Manusia kilat itupun lenyap tak
berbekas.
Kemudian sambil melemparkan tubuhnya ke atas tanah,
ia berkata dengan dingin:
"Sekarang, kau boleh pergi dari sini!"
Setelah memandang sekejap ke arah Ong Bun-kim
dengan penuh kebencian, Manusia kilat itu segera memutar
badannya dan berlalu dari situ dengan sempoyongan.
Sepeninggal manusia kilat tadi, Ong Bun-kim baru
memandang sekejap ke arah Mo-kui-seng-kiam, selanjutnya
sinar matanya dialihkan kembali ke atas mayat Siau Hui un
yang tergeletak di tanah.
Wajahnya kontan berubah menjadi bengis, setelah
tertawa dingin katanya:
"Siau Hui-un, aku hendak mencincang tubuh-mu
menjadi berkeping-keping."
Pada saat itulah suara tertawa dingin kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
"Ong Bun-kim, caramu itu terlampau kejam dan
sedikitpun tidak mengenal akan peri kemanusiaan!" kata
orang itu.
Cahaya lentera tampak berkelebat lewat, tahu-tahu Titeng-
khek (tamu pembawa lampu) yang misterius itu telah
munculkan diri kurang lebih dua kaki di hadapannya.
Waktu itu rasa benci yang berkobar dalam dada Ong
Bun-kim belum terlampiaskan, dengan ketus serunya.
"Kejam ? Haaahhh haaahhh....haaahhh.... masa kau
tidak tahu kalau orang tuaku telah tewas di tangannya...?"
"Ong Bun-kim, kalau memang begitu persoalan-nya
maka tindakanmu itu keliru besar, sekalipun seseorang yang
berhati kejam dan selama hidupnya sudah seringkali
melakukan kejahatan, setelah mati maka semua dendam
sakit hatipun akan ikut punah, tindakanmu mencincang
mayat bukanlah suatu tindakan yang terpuji bagi kaum
persilatan kita!"
Ong Bun-kim masih mencoba untuk membantah, akan
tetapi Phang Pak-bun telah berkata lebih dahulu:
"Benar, apa yang diucapkan saudara ini memang
merupakan kata-kata yang benar!"
Tiba-tiba Manusia pembawa lampu itu berseru.
"Hei ! bukankah kau adalah lo-Phang?"
Mo-kui-seng-kiam Phang "Pak - bun agak tertegun, lalu
sahutnya dengan cepat:
"Benar dan kau...."
"Masa kau tidak dapat menebak diriku dari suara
pembicaraanku ini!"
"Ya, sayang sekali aku tak dapat mengenalinya!"
"Phang lo-heng, kau benar-benar seorang pelupa, aku
kan Ting Lam-tiong !"
"Apa kau adalah lo-Ting?"
"Benar!"
Sementara dalam pembicaraan tersebut, manusia
pembawa lampu telah berada di hadapan Mo-kui-sengkiam,
usia orang itu bternyata seimbadng dengan usia
aPhang Pak-bun, bcuma saja tubuhnya jauh lebih jangkung
dan ceking dari pada rekannya.
Sementara itu Phang Pak-bun telah tertawa terbahakbahak.
"Haahh...haahh..haahh...sungguh tak kusangka setelah
berpisah selama duapuluh tahun, kita dapat saling berjumpa
kembali, kejadian ini sungguh di luar dugaanku, lo-Ting,
apa maksudmu membawa lampu lentera itu?"
"Maksudku adalah untuk menerangi jalan!"
"Huuss ngaco belo tak karuan!"
"Bukan, aku bukannya sedang ngaco belo, aku
membawa lampu memang bertujuan untuk menerangi
jalan, cuma lampu ini sesungguhnya mempunyai kegunaan
lainnya!"
"Lo Ting, sejak berpisah pada duapuluh tahun berselang,
apakah selama ini kau berada dalam keadaan baik-baik?"
"Yaa, baik, baik sekali!"
"Bagaimana dengan keadaan Lo-gou?"
"Sudah belasan tahun tak pernah berjumpa dengannya,
aku rasa mungkin ia sudah mati."
Belum habis perkataan itu selesai diucapkan, tiba-tiba
muncul sesosok bayangan manusia yang langsung
menggampar wajah tamu pembawa lampu.
Untung saja Tamu pembawa lampu memiliki ilmu silat
yang cukup tinggi, sekali mengigos tahu-tahu dia sudah
menghindar ke samping.
"Siapa kau?" segera bentaknya.
Tiada seorangpun yang menjawab. Hal mana segera
membuat kemarahan tamu pembawa lampu menjadi
berkobar, dengan wajah memerah serunya lagi:
"Ai, telur busuk dari manakah....." Belum habis
perkataan itu diucapkan, kembali ada segumpal senjata
rahasia yang langsung menghantam ke wajah Tamu
pembawa lampu.
Tapi kali ini Tamu pembawa lampu telah bersiap sedia,
ketika menghindarkan diri dari serangan tersebut, serta
merta tubuhnya meluncur ke depan dan menerjang ke arah
mana datangnya serangan tadi.
Cahaya lampu berkelebat lewat, tahu-tahu Tamu
pembawa lampu sudah menerjang ke muka.
Tapi pada saat yang bersamaan sesosok bayangan hitam
telah menerjang pula ke depan, dua sosok bayangan
manusia itu segera bertemu menjadi satu di udara kemudian
masing-masing berpisah ke arah yang berlawanan.
Ternyata orang itu adalah seorang laki-laki berbaju hitam
yang berusia empatpuluh tahunan, tubuhnya kecil dan
pendek.
Menyaksikan kemunculan orang itu, Tamu pembawa
lampu agak tertegun, kemudian bentaknya.
"Oooh....rupanya kau?"
"Kenapa?" sahut manusia berbaju hitam itu.
Sambil tertawa dingin, "apakah kau merasa di luar
dugaan karena aku belum mampus?"
"Soal ini . . . ."
"Hei, telur busuk tua! Kenapa kau menyumpahi aku
sudah modar? Kau memang kurang ajar !"
Tamu Pembawa larmpu tertawa tertbahak-bahak.
"Hqaaahhh....haaahrhh....haaahhh....orang bilang Cho
co, ternyata Cho co segera datang, untung saja aku bilang
setan yang mau datang maka yang muncul bukan manusia
melainkan setan!"
Kakek berbaju hitam itupun ikut tertawa tergelak
"Ting loji, kau jangan keburu senang lebih dulu, jika aku
mampus maka kakimu akan kuseret pula untuk bersamasama
masuk ke dalam liang kubur ...!"
Mo-kui-seng-kiam Phang Pak-bun segera tersenyum.
"Saudara Gou" demikian katanya, "sudah belasan tahun
tak pernah berjumpa muka, suuggui tak kusangka
kegagahanmu sekarang masin tak kalah dengan
kegagahanmu dulu, apakah selama ini kau berada dalam
keadaan baik-baik saja?"
"Terima kasih banyak, untungnya saja aku selalu sehat
wal'afiat!"
Sekarang Ong Bun-kim baru tahu bahwa ke tiga orang
itu adalah-sahabat kental, hanya saja dia tak tahu siapa
gerangan kakek berbaju hitam ini.
Sementara ia masih termenung, Phang Pak bun telah
berseru. "Ong Bun-kim, kemarilah ! Hayo kau jumpai
kedua orang locianpwe ini !"
"Tak usah, kita sudah pernah bertemu muka!" tukas
kakek berbaju hitam itu tiba-tiba.
Ong Bun-kim menjadi tertegun, pikirnya.
"Tamu pembawa lampu memang pernah ku-jumpai, tapi
sejak kapankah aku pernah berjumpa dengan kakek berbaju
hitam ini "
Oo00dw00oO
BAB 40
KARENA berpikir demikian iapun alihkan kembali sorot
matanya ke arah orang itu.
Rupanya si kakek berbaju hitam itu dapat menebak suara
hati Ong Bun-kim, ia lantas berseru: "Hei bocah muda,
masakah kau sudah lupa dengan suaraku?"
Tiba tiba Ong Bun-kim teringat akan seseorang, dia
lantas berseru dengan terperanjat: "Kau .... kau adalah
Kelelawar malam?"
"Tepat sekali!"
"Waaah .... rupanya kau orang tua yang datang, maaf
kalau boanpwe bersikap kurang hormat!"
"Tak perlu banyak adat!"
Maka Ong Bun-kimpun segera maju ke depan dan
memberi hormat kepada Tamu pembawa lentera . .
Dalam pembicaraan yang kemudian berlangsung, dapat
diketahui bahwa mereka bertiga disebut orang persilatan
sebagai Bu-lim-sam-eng (tiga pahlawan dari dunia
persilatan) dimasa lalu.
Sekarang usia mereka bertiga sudah agak lanjut, akan
tetapi ketika tersohor dalam dunia persilatan dulu, ketiga
orang tersebut masih muda belia, mereka merupakan jago
muda pilihan di waktu itu.
Sementara itu, si Kelelawar malam telah berkata:
"Apakah saudara berdua masih sering melakukan
perjalanan, dalam dunia persilatan?"
Mo-kui-seng-kiam Phang Pak-bun gelengkan kepalanya
berulang kali.
Sedangkan Tamu Pembawa lampu menyahut:
"Aku memang masih sering melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan !"
"Kalau begitu coba lihatlah, bukankah badai
pembunuhan yang mengerikan telah menyelimuti dunia
persilatan saat ini?"
"Benar!"
"Siapakah ketua dari perguruan San-tian-bun, hingga kini
masih merupakan suatu teka teki besar," kata Kelelawar
malam lebih jauh, "cuma, kecuali San tian-mo-kun, masih
ada pula perguruan Yu-leng-bun yang akan mendatangkan
badai berdarah bagi dunia persilatan kita!"
"Yaa, kejadian ini memang merupakan suatu kejadian
yang bisa diterka mulai sekarang!"
"Dewasa ini kedua perguruan rahasia itu masih belum
berkutik ataupun melakukan suatu tindak tanduk, entah apa
alasannya sampai mereka berbuat demikian, terutama sekali
pihak Yu leng-bun, tentang perguruan ini lebih-lebih aneh
lagi, sampai sekarang belum ada seorang manusiapun yang
tahu siapa gerangan ketua perguruannya itu." Ketika
berbicara sampai di sini, Kelelawar malam menghela napas
panjang kembali ujarnya:
"Duapuluh tahun berselang, menjelang saat kematiannya
Thian jian cuncu telah meramalkan bahwa dunia persilatan
pada masa ini akan tertimpa suatu badai pembunuhan yang
luar biasa, apabila dugaan ini benar, maka pada masa ini
pula Sin-kiam bakal ketemu dengan pemiliknya."
Sementara penbicaraan sedang berlangsung, tiba-tiba
Ong Bun-kim menyela dari samping:
"Silahkan locianpwe bertiga melanjutkan pembicaraan,
aku hendak mohon diri lebih dahulu!"
"Kau hendak ke mana?" Mo-kui-seng-kiam Phang Pakbun
segera menegurnya dengan rasa ingin tahu.
"Aku hendak berkunjung ke perguruan San-tian-bun."
"Mengunjungi perguruan San-tian-bun?"
"Benar!"
Phang Pak-bun segera mengerutkan alis matanya.
"Berbicara dari ilmu silat yang kau miliki sekarang, jelas
kepandaianmu masih bukan tandingan dari San-tian-mokun,
sehingga kalau berbicara soal membalas dendam, aku
pikir hal ini masih terlalu pagi untuk dibicarakan sekarang."
"Ong Bun kim!" seru Kelelawar malam pula, "menurut
berita yang tersiar dalam dunia persilatan, katanya kau
mempunyai sebuah mestika yang diincar oleh setiap umat
persilatan, aku rasa berita yang tersiar luas itu bukanlah
suatu berita bohong ataukah suatu berita isapan jempol
belaka..."
"Tapi aku benar-benar tidak berhasil menemukan sesuatu
yang aneh di atas tubuhku!"
"Ong Bun kim!" kembali Kelelawar malam bertanya,
"konon sewaktu ayahmu lenyap dari dunia persilatan tempo
hari, masih ada seorang Giok bin hiap yang ikut pula
lenyap dari keramaian dunia, apakah kau mengetahui
tentang persoalan ini?"
"Yaa, aku tahu!"
"Kemudian ayabhmu telah muncudlkan diri kembaali
seorang dirib, sementara sampai kini Giok bin hiap tak
pernah tampak batang hidungnya lagi, aku pikir dibalik
persoalan ini pasti ada sebab-sebab tertentu, hanya saja
untuk sementara waktu hal mana masih sulit untuk
diduga."
Setelah berhenti sebentar, ia berkata lebih jauh: "Coba
kau pikirkan kembali, apakah di atas tubuhmu masih
terdapat tempat atau bagian lain yang aneh?"
Ong Bun kim gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku tak dapat menemukannya!" ia berseru.
Si Kelelawar malam segera mengernyitkan sepasang alis
matanya, sesudah berpikir sebentar japun berkata lagi;
"Mungkinkah tempat penyimpanan benda itu telah
ditulis di salah satu bagian dari tubuhmu?" Mendengar
ucapan tersebut, Ong Bun kim segera merasakan hatinya
bergetar keras.
"Ditulis di atas tubuhku?"
"Benar, kecuali demikian rasanya tiada cara lain yang
bisa diterima dengan akal segar, coba kau lepaskan seluruh
pakaianmu, akan kami periksa apa benar ada tulisan di atas
tubuhmu."
"Aaaab hal ini mana mungkin bisa terjadi?"
"Lebih baik kita percaya ada dari pada mengatakan tak
ada, di sini toh tak ada perempuan, apa salahnya untuk
bertelanjang bulat di hadapan kami bertiga?"
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Ong Bun kim
harus melepaskan semua pakaian yang dikenakan olehnya.
Akan tetapi walaupun Mo kui seng kiam, Kelelawar
malam dan tamu pembawa lampu sudah melakukan
pemeriksaan yang teliti di atas tubuh Ong Bun kim yang
bugil, hasilnya tetap nihil, mereka tidak berhasil
menemukan sebuah tulisan-pun.
"Yaa, betul-betul tak ada tulisannya!" keluh si Kelelawar
malam kemudian.
Sementara itu Ong Bun kim telah mengenakan kembali
pakaiannya, sambil merentangkan tangan nya ia berseru.
"Sekarang, kalian sudah percaya, bukan?"
Baru habis Ong Bun kim berbicara, tiba tiba terdengar
suara tertawa dingin berkumandang memecahkan
keheningan, lalu muncullah dua sosok bayangan seperti
manusia tanpa sukma pada jarak tiga kaki di hadapannya.
"Apa? Manusia tanpa sukma?" bisik Ong Bun kim pula
dengan air muka berubah.
Dalam pada itu, salah seorang di antara Yu leng jin itu
telah menegur dengan suara dingin: "Siapakah diantara
kalian semua yang bernama Ong Bun kim?"
"Kalau aku, mau apa kau?" sahut Ong Bun kim dengan
paras muka berubah.
"Oooh...! Rupanya kau, tolong tanya kenalkah kau
dengan seseorang yang bernama Dewi mawar merah?"
" Kenapa dia?" tanya pemuda itu dengan perasaan
tercekat.
"Ia telah menjadi tawanan dari perguruan kami..."
Paras muka Ong Bun kim kembalib berubah,
bentadknya:
"Sungguhkaah perkataanmu bitu?"
"Betul, kedatanganku ke mari adalah karena mendapat
perintah dari Bun cu untuk mengundang kehadiran saudara
dalam perguruan kami!"
"Kalau aku enggan pergi?"
"Aku pikir tiada alasan bagimu untuk tidak ke situ, sebab
Dewi mawar merah toh masih berada dalam cengkeraman
kami!"
"Oooh . . jadi kalian hendak menggunakannya sebagai
sandera untuk memaksaku?"
"Yaa, boleh saya kau anggap demikian!"
"Perguruan kalian terletak di mana?"
"Asal ikut kami, kau toh akan mengetahui dengan
sendirinya!"
"Sayang sepanjang hidup aku Ong Bun kim enggan
dipaksa apalagi disuruh menuruti perintah orang, setelah
kalian berdua datang ke mari rasanya akupun tak dapat
membiarkan kalian pergi lagi dengan selamat!"
Di tengah bentakan nyaring, secepat kilat tubuhnya
meluncur ke muka dan menerjang ke dua orang tersebut.
"Bekuk dua orang itu hidup-hidup!" bisik Kelelawar
malam dengan suara lirih.
Berbareng dengan bentakan tersebut, bayangan manusia
berbaju hitam berkelebat lewat, tahu-tahu Kelelawar malam
telah menerjang ke muka lebih duluan.
Ong Bun kim tak ambil diam, sambil memutar senjata
harpa besinya diapun membuka serangan terhadap seorang
Manusia tanpa sukma.
Dalam pada itu, Mo kui seng kiam (pedang malaikat
setan iblis) Phang Pakbun telah meloloskan pedangnya dan
menerjang pula ke tengah arena dengan kecepatan luar
biasa, menyusul kemudian Thi teng khek (Tamu pembawa
lampu) ikut pula menerjang ke arena.
Tiga orang jago lihay ditambah Ong Bun kim segera
membuka serangan dengan ancaman-ancaman yang
mengerikan, sungguh tak terlukiskan kedahsyatan dari
serangan tersebut.
Satu jeritan ngeri memekikkan telinga ber-kumandang
memecahkan kebeningan, salah seorang manusia tanpa
sukma itu roboh terkapar dengan bermandikan darah,
jiwanya langsung melayang tinggalkan raganya.
Dengusan tertahan kembali berkumandang, Manusia
tanpa sukma kedua ikut pula roboh terkapar ke tanah.
Deugan suatu gerakan cepat Phang Pak bun
mencengkeram tubuh Manusia tanpa sukma tersebut,
kemudian bentaknya:
"Hayo bicara, di mana letak markas besar perguruan Yu
leng bun?"
"Mau apa kau tanyakan persoalan itu?"
"Jawab saja, di mana markas besar dari per-guruan Yu
leng bun?"
"Di bukit Thian san!"
Mendengar jawaban tersebut,, Ong Bun kim merasakan
hatinya bergetar keras, serunya tanpa sadar.
"Apa? Berada dir bukit Thian satn?"
"Betul!"
"qSiapakah Bun cur (ketua perguruan) kalian?"
"Yu leng lojin (kakek tanpa sukma)!"
"Di bagian mana dari bukit Thian san?" bentak Phang
Pak bun kembali.
"Maaf, aku tak dapat memberitahukan hal ini
kepadamu!"
"Huuh, kau enggan berbicara?" Phang Pak bun tertawa
dingin tiada hentinya, "memang kau sudah kepingin
mencicipi bagaimana rasanya kalau disiksa?"
Seraya berkata, tangan kanannya bergerak cepat
melepaskan sebuah totokan ke tubuh orang itu.
Ketika termakan totokan dari Phang Pak bun tersebut,
darah kental segera memancar ke luar dengan derasnya dari
mulut Manusia tanpa sukma tersebut, lalu diiringi jeritan
yang memilukan hati, ia putus nyawa dan tewas dalam
keadaan mengenaskan.
Rupanya "Yu leng jin" tersebut telah menggigit lidah
sendiri untuk membunuh diri.
Peristiwa ini sangat menegunkan Phang Pak bun,
ujarnya kemudian setelah termangu-mangu sesaat:
"Aaah, tak kusangka kalau terhitung seorang laki-laki
jantan yang bernyali!"
Sambil berkata, ia lepaskan tubuh lawannya sehingga
roboh terkapar di atas tanah.
"Waab, jika perguruan Yu leng bun terletak di atas bukit
Thian san, kemungkinan besar hai ini ada hubungannya
dengan mata uang kematian," seru Ong Bun kim tanpa
terasa.
"Apa yang ditulis di atas mata uang kematian tersebut?"
"Thian san Bwe nia Hong shia, bila dilihat dari
tertangkapnya Dewi Mawar merah di tempat tersebut, itu
berarti besar dugaan jika tebakanku benar, aku musti cepatcepat
menyusul ke situ."
"Mari kutemanimu!" seru Phang Pak bun cepat.
Kemudian sambil berpaling ke arah Tamu pembawa
lampu dan Kelelawar malam, ujarnya kembali:
"Bagaimana dengan kalian berdua?"
"Silahkan kalian berangkat!" Maka Ong Bun-kim dan
Phang Pak bun berpamitan dengan tamu pembawa lampu
serta kelelawar malam untuk melakukan perjalanan, dalam
waktu singkat mereka telah berada puluhan kaki jauhnya
dari tempat semula.
"Adik Ong ... !." mendadak terdengar seseorang berseru
nyaring.
Mendengar panggilan itu, Ong Bun kim menghentikan
larinya sambil berpaling, tampaklah Bunga iblis dari neraka
sedang berjalan menghampirinya.
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat, tiba-tiba ia
teringat dengan apa yang telah diucapkan Hiat hay longcu
kepadanya . . . tanpa terasa api kemarahan berkobar dalam
hatinya.
Paras muka Bunga iblis dari neraka kelihatan sangat
masgul dan murung, siapapun dapat melihat bahwa
perasaannya sedang dicekam oleh rasa sedih dan kesal yang
amat sangat.
"Ada urusan apa kau mencariku," tegur Gng Bun kim
kemudian dengan ketusnya.
"Adik Ong . ."
"Tutup mulut! aku bukan adik Ong mu."
"Kau ..."
"Aku membencimu Bunga iblis dari neraka! Aku
membencimu setengah mati karena kau telah
membohongiku ..."
"Aku membohongimu? Aku telah berbohong apa
kepadamu?"
"Kau adalah seorang perempuan lacur yang bisa dijamah
dan dinikmati oleh setiap pria..."
"Apa? Kau ..."
Saking gusarnya sekujur tubuh Bunga iblis dari neraka
menggigil keras, untuk sesaat lamanya ia tak sanggup
mengucapkan sepatah kata-pun.
"Hiat hay longcu yang mengatakan kesemuanya itu
kepadaku" kata Ong Bun kim lagi dengan ketus, "sekarang
katakanlah, apakah kau adalah seorang perempuan baik
baik?"
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi wajah
Bunga iblis dari neraka yang sayu dan mengenaskan itu,
katanya:
"Ong Bun kim, suatu ketika kau akan tahu aku ini
seorang perempuan baik atau bukan, sekarang aku tak ingin
banyak berdebat denganmu, aku datang hanya ingin
memberitahukan satu hal kepadamu!"
"Apa yang hendak kau katakan? Cepat katakan!"
Bunga iblis dari neraka tak ingin mem-beritahukan soal
ternodanya dia karena ingin menolong pemuda tersebut, ia
merasa penderitaan tersebut lebih baik ditanggung sendiri
dari pada rahasia itu diceritakan, toh belum tentu Ong Bun
kim akan mempercayainya.
Maka sambil mengendalikan rasa sedih yang mencekam
perasaannya, perempuan itu berkata lagi:
"Tentang harta mestika yang tersiar dalam dunia
persilatan, benda tersebut betul-betul berada di atas
tubuhmu ..."
"Darimana kau bisa tahu!"
"Masih ada satu tempat yang belum kau cari!"
"Jangan kuatir!" jengek Ong Bun kim sambil tertawa
dingin, "setiap bagian tubuhku telah kami cari dengan
seksama."
"Aku bilang masih ada satu bagian tempat yang belum
kau periksa!" seru bunga iblis dari neraka lagi dengan tegas.
"Di mana "tanya Phang Pak-bun tak tahan.
"Di atas telapak kakinya!"
Jawaban dari Bunga iblis dari neraka ini segera
menggetarkan perasaan Oig Bun-kim serta Phang Pak bun,
untuk sesaat lamanya mereka hanya bisa memandangi
perempuan tersebut dengan termangu-mangu.
"Sebentar kau bboleh memeriksad sendiri telapaak
kakimu, coba blihatlah benarkah ucapanku itu, nah! Kita
berpisah dulu sampai di sini" bisik Bunga iblis dari neraka
dengan sedih.
Selesai berkata ia putar badan dan barlalu dari situ
dengan wajah lebih murung dan sedih.
Diam-diam ia memberitahu kepada diri sendiri:
"Ong Bun-kim, selamat berpisah . . . kita tak akan
berjumpa lagi untuk selama-lamanya...."
Dengan membawa hati yang hancur tercabik-cabik, dan
rasa sedih yang luar biasa, ia berlalu dari situ dan lenyap di
balik kegelapan sana.
Ong Bun kim hanya memandang bayangan
punggungnya dengan wajah penuh kesedihan, dalam hati ia
merasa hatinya bagaikan dicabik-cabik dengan pisau tajam,
rasanya sakit sekali.
"Ooh Thian . . . !" demikian ia berpekik di hati, "kenapa
aku bisa jatuh cinta kepadanya?"
Tiba tiba Pang Pak bun membentak keras; "Ong Bun
kim, lopaskan sepatumu! Akan kuperiksa telapak kakimu
itu . . . "
Ong Bun kim tersentak bangun dari lamunannya, ia
memandang ke arah Phang Pak bun, kemudian bertanya:
"Kau beranggapan bahwa tulisan tersebut bisa ditulis
pada telapak kakiku."
"Yaa, siapa tahu memang begitu?"
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Ong Bun Kim
duduk dan melepaskan sepatunya, kemudian ia sodorkan
telapak kakinya itu ke hadapan Pang Pak bun sambil
berkata:
"Lihatlah sendiri!"
Mo kui sen kiam memandang ke arah telapak kaki
pemuda itu dengan seksama, mendadak ia berseru tertahan,
wajahnya segera menunjukkan rasa kaget, dan terkesiap
yang bukan kepalang . . .
Ong Bun kim merasa terkesiap, paras mukanya segera
berubah hebat.
Waktu itu, sorot mata Phang Pak bun tanpa berkedip
sedikitpun sedang memperhatikan telapak kaki Ong Bun
kim dengan terkesima, ia macam orang yang kehilangan
ingatan.
"Locianpwe, kenapa kau? "seru Ong Bun kim dengan
perasaan terkesiap.
Pelan pelan Pbang Pak bun menenangkan pergolakan
dalam hatinya, kemudian sambil menatap wajah anak
muda itu, bisiknya:
"Di atas telapak kakimu benar-benar ada tulisan!"
"Hitlah . . . . ? !" seperti kena digodam dengan martil
berat, Ong Bun kim merasakan hatinya terkesiap, ia benar
benar kaget dan bingung oleh kenyataan tersebut.
Benarkah di atas telapak kakinya betul-betul ada tulisan
seperti yang barusan dikatakan?
Tapi kalau ditinjau dari perubahan wajah Phang Pak
bun, jelas dapat diketahui bahwa apa-apa yang diucapkan
memang betul, kalau tidak kenapa ia menunjukkan rasa
kaget yang luar biasa?
"Apa bunyi tulisan yang tercantum di situ?" tanya Ong
Bun kim kemudian dengan suara gemetar.
"Pada kaki sebelah kanan tercantum tulisan "Bu cing
tong" (gua tak berperasaan, sedangkan di kaki sebelah kiri
tertulis: "Masuk gua berbelok ke kanan . . . !"
Dengan perasaan sangsi dan setengah percaya setengah
tidak, Ong Bun kim memeriksa telapak kaki sendiri,
ternyata tulisanb yang tercantumd di situ memanga persis
sepertib apa yang diucapkan Phang Pak Bun barusan.
Untuk sesaat lamanya ia menjadi tertegun dan
mengawasi wajah Phang Pak bun dengan termangu-mangu.
"Tulisan di atas telapak kakimu itu tampaknya sudah
mulai diukir ketika kau masih kecil dulu" kata Pang Pak
bun kemudian, "tampaknya ayahmu menaruh maksud yang
sangat mendalam dengan tulisan tersebut, siapa tahu kalau
disitulah letak harta mestika tersebut diisimpan."
Ong Bun kim merasa perkataan itu ada benarnya juga,
Kemungkinan besar gua Bu cing-tong adalah tempat harta
mestika itu disimpan, kalau tidak, tak mungkin ayahnya
menuliskan kata kata tersebut pada telapak kakinya.
Berpikir demikian, tanpa terasa iapun bertanya:
"Di manakah letak gua Bu cing tong itu?"
Phang Pak bun yang ditanya menjadi tertegun, kemudian
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Entahlah, aku sendiripun. tak tahu!"
"Kau tidak tahu?"
"Yaa, sulit juga buat kita untuk mengetahui di mana
letak gua Bu cing tong tersebut, sebab ayahmu sama sekali
tidak mencantumkan nama bukit itu di sana, waah ! Kalau
begini ceritanya, sulit juga buat kita untuk menemukan
tempat itu."
"Sesungguhnya ada berapa banyakkah gua Bu cing tong
di dunia ini?"
"Kebanyakan orang persilatan selalu menyebut nama
tempat atau nama bukit dengan sekehendak hati sendiri,
lalu diberi tulisan sebagai tanda pengenal, sesungguhnya di
manakah letak gua Bu-cing-tong itu, sulit juga buat kita
untuk menduganya."
"Kalau begitu bukankah tulisan ini percuma saja
dicantumkan di atas telapak kakiku?"
Phang Pak-bun kembali gelengkan kepalanya berulang
kali.
"Bukan begitu maksudnya, bila ditinjau dari perbuatan
ayahmu yang mencatat tempat penyimpanan harta mestika
itu di atas telapak kakimu, itu berarti beliau beranggapan
bahwa suatu ketika kau akan mengetahui dengan sendirinya
letak tempat itu. Nah, sekarang lebih baik kita berpisah
untuk melakukan pekerjaan masing-masing!"
"Mengerjakan apa?"
"Kau hendak ke mana? Bukit Thian-san?" tanya Phang
Pak-bun setelah termenung sebentar. "Benar!"
"Kalau begitu, kau pergilah seorang diri, sedang aku!
Hendak kucari beberapa orang cianpwe sekalian
menyelidiki di manakah letak gua Bu-cing-tong tersebut,
bagaimana menurut pendapatmu?"
"Bagus, bagus sekali".
"Kalau begitu, kita berjalan demikian saja!"
Ong Bun-kim manggut-manggut, diapun mengenakan
kembali sepatunya.
Phang Pak-bun kembali berkata kepada si anak muda itu:
"Ong Bun-kim, kralau dilihat tutlisan "Thian-saqn Bwenia
Hong-rshia" tersebut dicantumkan pada mata uang
kematian, kemungkinan besar hal itu ada hubungannya
dengan Si-ong mo-ci (iblis cantik pembawa maut), kau
musti berhati-hati di dalam menghadapi persoalan
tersebut!"
"Boanpwe mengerti!"
"Kalau begitu, kita berpisah sampai di sini saja, baikbaiklah
menjaga dirimu."
"Kaupun musti baik-baik menjaga diri!"
Mereka berduapun saling berpisah untuk melanjutkan
perjalanannya masing-masing.
00OdwO00
Bukit Thian-san
Bunga salju turun dengan derasnya menyelimuti
permukaan tanah, udara terasa amat dingin, tanah
perbukitan dengan puncaknya yang menyeramkan
semuanya terlapis salju yang tebal.
Ong Bun-kim harus membuang waktu yang sangat
banyak, sebelum berhasil menemukan bukit Bwe-nia.
Yang dinamakan bukit Bwe-nia adalah suatu hutan
bunga sakura yang muncul di antara tanah perbukitan yang
dilapisi salju, bunga-bunga sakura itu sedang mekar dengan
indahnya, membuat pemandangan alam di sekeliling
tempat itu tampak menarik hati.
Dengan kecepatan yang luar biasa Ong Bun-kim lari
masuk ke dalam hutan bunga sakura, tapi ia tidak
menjumpai benteng Hong-shia seperti yang tercantum
dalam mata uang kematian.
Untuk sesaat lamanya pemuda itu menjadi tertegun dan
berdiri termangu-mangu sambil mengawasi sekeliling
tempat itu, tapi kecuali tebing yang curam, puncak yang
tinggi serta bunga salju yang melayang-layang di udara,
tiada sesuatu apapun yang terlihat. Sesudah termenung
sebentar, sekali lagi dia menjejak kakinya ke atas tanah dan
berkelebat menuju ke atas tebing.
Dalam waktu singkat, ia telah berada di puncak yang
tertinggi dari bukit Bwe-nia, dengan sorot mata yang tajam
ia celingukan ke sana ke mari, mendadak dari antara tebing
bukit di sebelah depan sana terlihat sebuah bangunan
berloteng yang amat indah.
Di antara bunga bunga salju yang melayang di udara,
membuat orang hampir sukar untuk melihat dengan jelas
apakah bangunan loteng itu betul-betul sebuah bangunan
ataukah hanya khayalan atau fatamorgana saja.
Ong Bun-kim merasa amat girang, dengan sekali
lompatan ia berkelebat menuju ke arah bangunan loteng di
ternpat kejauhan itu.
Setelah menembusi hutan bunga bwe, sampailah ia di
depan sebuah jeram yang lebar sekali, kira-kira luasnya
mencapai puluhan kaki lebih, air jeram mengalir dengan
derasnya.
Ong Bun-kim segera melompat turun ke bawah jeram
tersebut, tapi pada saat itulah mendadak terdengar suara
tertawa dingin berkumandang memecahkan keheningan.
"Datang untuk memenuhi janji?" tegur seseorang.
"Memangnya bukan? Toh pihak kalian telah mengutus
dua orang anggota untuk mengundang kedatanganku?"
Mendadak si anak muda itu teringat bahwa dua orang
Yu-leng-jin tersebut telah dibunuh, maka buru buru serunya
kembali:
"Kenapa kau musti bertanya tanya lagi, tentu saja aku
datang untuk memenuhi janji."
"Kalau memang begitu, kenapa tidak tampak kedua
orang anggota perguruan kami?"
Ong Bun-kim termenung dan berpikir sejenak, kemudian
katanya sambil tersenyum:
"Soal ini cayhe tidak bisa menjawab, sebab aku
sendiripun tak begitu tahu."
"Jangan-jangan mereka sudah tewas ditangan mu ?"
dengus orang itu tiba tiba dengan suara seram.
O000dw000O
BAB 41
"AAAH ! Aku rasa tak sampai demikian, sebab mereka
telah pulang lebih dulu dari pada ku. Apakah Dewi mawar
merah berada di sini?"
"Benar"
"Karena persoalan apa, Bun-cu kalian mengundangku
kemari?"
Manusia tanpa sukma tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh . . . heeehhh . . . heeehljh . . . Menurut
pengakuan Dewi mawar merah, kau mempunyai hubungan
batin yang sangat akrab dengannya, oleh sebab itu sengaja
Bun-cu kami mengundang kedatanganmu kemari!"
"Kalau begitu, bawalah aku menemuinya!"
Diam-diam tercekat juga perasaan OngBun-kim sesudah
berlangsungnya pembicaraan tersebut, mencoba untuk
mendongakkan kepalanya dan menengok sekeliling tempat
itu, tapi kecuali suara air dalam jeram, tidak terdengar suara
yang lain lagi, tentu saja lebih-lebih tak kelihatan bayangan
manusianya.
Menghadapi kesemuanya itu, si anak muda itu merasa
bergidik, diam-diam ia menghimpun hawa murninya dan
melambung ke udara untuk mendaki ke atas tebing bukit
tersebut.
Sesudah bersusah payah, sampailah dia di atas tebing,
dari mana ditemukan sebuah jalanan bukit yang langsung
menghubungkan tempat tersebut dengan bangunan
berloteng yang amat megah itu.
Dengan sangat berhati-hati Ong Bun kim bergerak
menyelusuri jalanan bukit itu dan meluncur ke depan sana.
Kurang-lebih lima kaki kemudian mendadak
Suara tertawa dingin yang terdengar tadi kembali
berkumandang memecahkan keheningan, suaranya dingin
menyeramkan membuat siapapua bergidik rasanya.
Ong Bun-kim segera berhenti, lalu bentaknya: "Siapa di
sana?"
Mengikuti suara bentakan itu,, tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, tahu - tahu muncul empat sosok
bayangan manusia berwarna abu-abu yang bagaikan sukma
gentayangan melayang turun tepat di hadapan mukanya.
"Yu-leng-jin !" hampir saja ke tiga patah kata tersebut
meluncur ke luar dari mulut Ong Bun-kim.
"Engkaukah yang bernama Ong Bun-kim?" terdengar
salah seorang" di antara empat manusia tanpa sukma
menegur dengan nadba dingin.
"Betudl!"
"Apakah kaua datang memenuhbi janji?"
"Benar!"
"Beranikah kau untuk mengikuti aku masuk ke dalam
gedung........?" kembali manusia tanpa sukma menegur.
Ong Bun-kim segera tertawa dingin.
"Heehhh heehhh. heeehh. jangankan cuma sebuah
perguruan tanpa sukma, sekalipun bukit golok atau hutan
pedangpun aku Ong Bun-kim tak akan mengernyitkan alis
mata!"
"Kalau begitu mari ikutlah aku!"
"Silahkan!"
Manusia tanpa sukma itupun memutar badan dan
bergerak maju ke depan sana, sungguh cepat gerakan
tubuhnya ibarat kilat yang menyambar.
Sambil menggertak gigi Ong Bun-kim menghimpun
tenaga dalamnya dan menyusul dari belakang.
Si anak muda itu adalah seorang pemuda yang cerdik,
mana ia tak tahu kalau Yu leng jin sedang menyandera
Dewi mawar merah dan memaksanya untuk menerima
syarat yang mereka ajukan, mungkin juga pihak musuh
hendak memaksanya untuk masuk menjadi anggota
Perguruan Yu leng bun, maka meskipun belum tahu tujuan
musuh, ia sadar bahwa perjalanannya menyatroni
perguruan Yu leng bun kali ini lebih banyak bahayanya dari
pada keberuntungan....
Tapi, bagaimanapun juga dia harus memasuki perguruan
tersebut.... sekalipun kepergiannya mungkin akan
mengakibatkan kematian, tapi bagaimapun jua dia harus
memasukinya juga.
Setelah berjalan sejauh beberapa puluh kaki, sampailah
mereka di depan sebuah tebing batu karang yang sangat
tinggi, di antara tebing karang tersebut terdapat sebuah gua
yang sangat besar. .
Empat orang Yu leng jin tersebut segera menyebarkan
diri ke dua belah sisi dan berdiri angker di situ.
Ong Bun kim memperhatikan sekejap keadaan di
sekeliling tempat itu, ia jumpai bangunan loteng itu
letaknya berada di ujung gua tersebut, jaraknya lebih kurang
duapuluh sampai tigapuluh kaki dari tempat di mana ia
berada sekarang.
"Silahkan masuk!" kata Manusia tanpa sukma tersebut.
Setelah memandang sekejap ke arah bangunan bertingkat
itu, Ong Bun kim kembali mengalihkan sorot matanya ke
wajah Yu leng jin, tapi manusia manusia tanpa sukma itu
sudah memutar badannya dan berlalu dari situ . . .
Sampai detik ini Ong Bun kim masih belum tahu apakah
bangunan berloteng itu adalah perguruan Yu leng bun atau
tidak, cuma sekarang ia telah bertekad untuk memasuki
sarang harimau, ia harus menyelidiki perguruan itu dan
mencari tahu apa tujuan mereka mengundangnya ke mari.
Apalagi Dewi mawar merah telah tertangkap,
bagaimanapun jua ia harus berusaha dangan sekuat tenaga
untuk menolongnya.
Maka mengikuti di belakang Manbusia tanpa sukmda ia
bergerak maenuju ke depan bsana.
Dengan suatu gerakan cepat, manusia tanpa sukma
bergerak maju ke depan, ketika tiba tiga empatpuluh kaki
dari bangunan berloteng itu. mendadak ia berbelok ke
sebelah kiri.
Ong Bun kim tertegun, tanpa terasa ia menghentikan
langkahnya dan celingukan ke sana ke mari.
Rupanya Manusia tanpa sukma merasakan juga gerak
geriknya itu, ia segera ikut berhenti sambil menegur:
"Kenapa kau berhenti?"
"Sebenarnya di manakah letak perguruan kalian?"
"Ikut saja diriku, toh akhirnya kau akan tahu dengan
sendirinya."
Ong Bun kim mengerutkan dahinya dan termenung,
untuk sesaat lamanya ia cuma membungkam diri.
Akhirnya sampailah mereka di depan sebuah gua, ketika
melihat kemunculan manusia tanpa sukma tersebut, empat
orang manusia tanpa sukma yang bertugas di depan gua
tersebut segera memberi hormat dengan sikap yang
munduk-munduk, kemudian katanya:
"Menyambut kedatangan Congkoan pulang ke
perguruan!"
"Tak usah banyak adat!" dengus manusia tanpa sukma
itu dengan suara dingin.
"Terima kasih Congkoan!" Ong Bun kim mencoba untuk
rnenengok keadaan dalam gua tersebut, yang tampak hanya
kegelapan yang mencekam sekeliling tempat tersebut,
apapun tidak terlihat.
Sementara ia masih celingukan, manusia tanpa sukma
yang dipanggil dengan sebutan "Congkoan" itu telah
berkata lagi kepada Ong Bun kim:
"Saudara, mari ikuti aku!"
"Silahkan!"
Congkoan tersebut membawa Ong Bun kim masuk ke
dalam gua, sedang lainnya tetap tinggal di mulut gua
tersebut.
Setelah berjalan sejauh tiga kaki lebih dalam gua itu,
sampailah Ong Bun kim berdua disuatu persimpangan jalan
yang amat rumit sekali, persimpangan itu bercabang-cabang
banyak, entah ke mana saja jalanan itu tertembus.
Berkatalah Congkoan itu kepada Ong Bun kim:
"Baik-baiklah ikuti diriku, jangan sampai salah jalan!"
"Tak usah kuatir, silahkan!"
Tampaknya jalanan dalam gua itu diatur dengan sistim
suatu barisan yang sangat lihay, sedemikian banyak likuliku
dan tikungan yang berada dalam gua itu sehingga
sudah sekian lama mereka berjalan, namun tak terdengar
sedikit suara pun.
Tanpa terasa Ong Bun kim menghela napas panjang,
katanya:
"Sungguh tak kusangka begini megah bangunan di dalam
gua karang ini, sungguh membuat orang merasa kagum!"
"Hm.....! Apanya yang perlu di kagumi?" jengek sang
Congkoan dingin.
Merekapun melanrjutkan perjalantan kembali
meneqmbusi gua terserbut, setelah berjalan sekian lama
akhirnya sampailah dalam sebuah ruang batu yang sangat
lebar, ruangan itu merupakan sebuah istana yang besar
dengan tiang-tiang penuh ukiran yang indah.
Hampir saja Ong Bun kim tidak percaya dengan apa
yaog dilihatnya sekarang, coba kalau tidak disaksikan
dengan mata kepala sendiri, ia tak menyangka kalau dalam
gua karang tersebut bisa terdapat sebuah bangunan istana
yang demikian megahnya.
Butiran mutiara dan permata yang memancarkan sinar
berkilauan menghiasi tiap-tiang penyangga yang besar,
jumlahnya sampai puluhan biji, pancaran sinar yarg
berkilauan tersebut segera menyinari seluruh ruangan dan
membuatnya menjadi terang benderang bagaikan disiang
hari saja.
Menyaksikan kesemuanya itu, Ong Bun-kim menjadi
tertegun dan berdiri terbelalak dengan mulut melongo. . .
"Silahkan mengikuti aku!" kata Congkoan kembali
dengan nada dingin.
Ong Bun kim tertawa ewa, mengikuti di belakang sang
Congkoan mereka masuk ke dalam ruang istana, beberapa
saat kemudian tibalah mereka di sebuah ruangan lain yang
lebih megah, puluhan orang manusia tanpa sukma berdiri
berjejer dikedua belah sisi ruangan.
Semua manusia tanpa sukma itu mengenakan kain cadar
berwarna abu-abu, sehingga sulit buat orang lain untuk
melihat paras muka mereka.
Setelah sampai di ujung ruangan, Ong Bun kin pun tiba
di depan sebuah istana, di belakang meja batu yang panjang
kosong tiada seorang manusiapun, agak berubah wajah Ong
Bun kim menghadapi kejadian tersebut.
"Sobat, apa maksudmu dengan kesemuanya itu?"
tegurnya ketus.
Sang Congkoan agak tertegun menghadapi teguran
tersebut, ia menjadi melongo dan tidak habis mengerti.
"Kalau memang kalian bermaksud mengundang
kedatanganku kemari, kenapa tidak tampak tuan rumah,
yang menjumpai diriku?"
Sang congkoan tertawa dingin.
"Sebentar lagi majikan kami pasti akan munculkan diri!"
sahutnya.
"Apakah aku harus menunggunya ....?" seru Oog Bun
kim sambil tertawa dingin.
Belum habis pemuda itu berbicara, mendadak terdengar
suara bentakan nyaring berkumandang memecahkan
keheningan:
"Hu buncu tiba?"
Mengikuti bentakan nyaring tersebut puluhan orangorang
Yu - leng jin yang berada di depan istana serentak
menjatuhkan diri berlutut ke atas tanah sambil berseru
nyaring.
"Menyambut dengan hormat kedatangan Hu buncu !"
Untuk sesaat lamanya Ong Buri-kjm merasa tercekam
oleh suasana yang dihadapinya itu, suasana dalam
ruanganpun seketika berubah menjadi hening, sepi dan tak
terdengar sedikit suarapun.
-oo0dw0oo--
Jilid 14
SUARA langkah manusia menggema memenuhi seluruh
ruangan, ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya,
tampaklah seorang kakek berbaju abu-abu dibawah iringan
empat orang Manusia tanpa sukma berjalan masuk ke
dalam ruangan istana tersebut.
Dengan sorot mata tajam wakil ketua perguruan itu
menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian serunya
dengan dingin:
"Bangun semua!"
"Terima kasio Hu-buncu!"
Dengan penuh rasa hormat sekali manusia tanpa sukma
bangun berdiri dan mundur ke samping".
Hawa amarah mulai menyelimuti seluruh wajah Ong-
Bun-kim.
Ketika sorot mata Hu-buncu itu dialihkan ke atas wajah
pemuda tersebut, tiba-tiba ia tertawa sambil berkata.
"Kaukah yang bernama Ong Bun-kim?"
"Aku rasa tak akan salah lagi!" sahut pemuda itu sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
Hu-buncu pun tertawa dingin, kembali katanya:
"Dengan usia semuda itu ternyata sanggup
menggetarkan seluruh dunia persilatan, kau memang tak
malu disebut seorang jagoan angkatan muda dari dunia
persilatan!"
"Terlalu memuji, tolong tanya apakah Bun-cu kalian
malu untuk berjumpa dengan orang?"
Paras muka wakil ketua itu berubah hebat.
"Saudara apa maksudmu mengucapkan kata kata
semacam itu?" tegurnya dengan nada tak senang.
"Tidak bermaksud apa apa, aku hanya heran, kalau
bukan lantaran malu berjumpa dengan orang, kenapa ia
tidak munculkan diri untuk menjumpai diriku?"
Kontan saja Hu buncu dari Yu leng-bun itu tertawa
dingin tiada hentinya.
"Heeehh heeehh ....heeehh dengan kedudukanmu dalam
persilatan, masih belum pantas untuk berjumpa muka
dengan Bun-cu kami!"
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, sambil tertawa dingin jengeknya.
"Lantas siapakah yang pantas untuk menjumpainya?"
"Sulit sekali untuk dibicarakan!" Ong Bun-kim tertawa
sinis, katanya kemudian:
"Kalau begitu ada persoalan apa kalian mengundangku
kemari? Kenapa tidak diutarakan saja secara terus terang?"
Hu buncu dari perguruan Yu leng bun itu tertawa
terbahak bahak.
"Haaah haaahh haaahh.. ...saudara benar-benar seorang
manusia berjiwa terbuka yang bermulut tajam."
Senyuman diujung bibirnya mendadak lenyap tak
berbekas, kemudian ujarnya lagi.
"Adapun maksud kami mengundang kehadiranmu
kemari, karena ada sedikit urusan penting yang hendak
dirundingkan denganmu!"
"Persoalan apa yang hendak dirundingkan"
"Sudah lama Buncu perguruan kami mendengar akan
nama besarmu, maka sengaja beliau mengundang
kedatangan saudara kemari untuk..."
"Minta kepadaku untuk bergabung dengan perguruan
kalian?"
"Bergabung sih tak berani, kami hanya mengharapkan
suatu kerja sama, asal kau bersedia untuk kerja sama
dengan kami, jika suatu ketika usaha kita berhasil maka
hasilnya kita bagi secara adil"
0000OdwO0000
BAB 42
KEMBALI Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeehhh....heeehh....heeehhh.... sayang sekali aku tidak
mempunyai ambisi sebesar ini!"
Agaknya pihak lawan sana sekali tidak dibuat gusar oleh
jawaban dari Ong Bu kim tersebut, sambil tertawa ewa
kembali katanya.
"Penolakan anda sudah berada dalam dugaan Buncu
kami, cuma apakah saudara ingat akan..."
*"Dewi mawar merah masudmu?" tukas pemuda itu
sambil mendengus.
"Betul!"
"Sekarang ia berada dimana?"
"Tentu saja berada dalam perguruan kami!"
"Sudah mati atau masih hidup?"
Orang itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh hsaahhh.. ..haaahhh kau terlalu memikirkan
yang bukan-bukan, masa, ia bakal mati?"
"Aku ingin bertemu dengannya!"
"Boleh saja!"
Dengan suara dalam dan berat Hu Buncu berseru:
"Tongcu bagian penyampaian perintah, siap terima
perintah!"
"Tecu siap menerima perintah!"
Dari depan istana berkelebat keluar seorang manusia
tanpa sukma dan berdiri dengan penuh hormat didepan
wakil ketuanya.
"Sampaikan perintah kepada Tongcu bagian penyiksaan
agar menghadap kemari!"
"Baik!"
Selesai menyahut, ia putar badan dan berjalan menuju ke
ruang batu lainnya.
Ong-Bun-kim yang mendengar ucapan tersebut
merasakan hatinya bergetar keras, rasa ngeri dan seram
melintas diatas wajahnya, siapakah Tongcu bagian siksa
itu? Apakah dia adalah Dewi mawar merah?
Tidak, tidak mungkin, hal ini tidak mungkin terjadi.
Tuan penolong dari Dewi mawar merah ketua
perkumpulan Hui yan pang serta segenap aaggota
perguruannya telan tewas ditangan orang-orang tanpa
sukma, tak mungkin ia akan menggabungkan diri dengan
perguruan Yu leng bun.
Lantas siapa pula Tongcu ruang bagian siksa?
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benak Ong
Bun kim, mendadak terdengar suara langkah manusia
berkumandang memecahkan keheningan, ketika ia
berpaling, anak muda tersebut segera menjerit tertahan,
dadanya seperti dihantam dengan martil berat, sekujur
tubuhnya kontan saja bergetar keras.
Terlihatlah si Dewi mawar merah diiringi dua orang
Manusia tanpa sukma dan Tongcu bagian penyampaian
perintah muncul dari balik sebuah ruangan batu dan
berjalan menuju ke ruang tengah.
Peristiwa yang sama sekali diluar dugaan ini segera juga
menggetarkan hati Ong Bun kim.
Dengan langkah yang lemah gemulai Dewi mawar
merah berjalan ke hadapan wakil ketua dari perguruan Yu
leng-bun itu, setelah memberi hormat katanya:
"Lapor Hu-buncu, ada persoalan apa kau mengundang
kehadiranku?"
"Yap tongcu, Sahabatmu Ong tayhiap datang
menjengukku?"
"Oya..."
Pelan-pelan Dewi mawar merah mengalihkan sorot
matanya ke wajah Ong Bun-kim, lalu dengan paras muka
berubah sapanya sambil tertawa.
"Ong Bun-kim kau masih kenal dengan aku Yap Soh
cu?"
Tak terlukiskan rasa kaget dan gusar Ong Bun kim
menyaksikan kejadian tesebut, dia berusaha keras menekan
perasaan marahnya, lalu jawabnya agak ketus:
"Tentu saja aku masih kenalimu!"
"Baik-baikkah selama ini?"
"Terima kasih banyak atas perhatianmu!"
Dewi bunga mawar mulai tertawa cekikikkan, suara
tertawanya membawa nada kalap yang menyeramkan.
Secara tiba-tiba Ong Bun-kim merasa bahwa perempuan
itu se-olah-olah telah berubah menjadi seorang perempuan
yang lain. seorang perempuan keji yang mengerikan.
Senyuman dibibir Dewi mawar merah mendadak lenyap
tak berbekas, kemudian serunya:
"Ong Bun kim, kau tidak menyangka bukan kalau aku
telah menggabungkan diri dengan perguruan Yu leng bun?"
"Kau kau benar-benar telah bergabung dengan perguruan
Yu leng bun ?"
"Benar !"
"Kau..."
Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya,
untuk sesaat ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Bukankah aku baik-baik saja?" kata Dewi mawar merah
sambil tertawa lebar.
"Kau... kau..."
"Ehh kenapa kau menjadi marah? Ong Bun kim, kami
sengaja mengundangmu kemari karena ada sedikit
persoalan yang hendak dirundingkan denganmu..."
Ong Bun kim tertawa seram, suara tertawa yang keras itu
segera memotong ucapan Dewi mawar merah yang belum
habis, hardiknya dengan suara seperti geledek.
"Kau suruh akupun bergabung dangan perguruan Yuleng
bun?"
"Betul!"
"Dewi mawar merah, rupanya aku telah salah menilai
akan dirimu!"
"Tidak, kau sama sekali tidak salah menilaiku!"
"Kau sudih mslupakan dendam berdarah dari gurumu?"
Paras muka Dewi mawar merah berubah hebat.
"Tidak melupakan..."
"Lantas kau..."
"Aku telah bertemu dengan Yu-leng lojin, aku tahu
bahwa Yu-ieng lojin adalah seorang yang baik sekali."
"Apa? Kau bilang apa?"
"Yu leng lojin adalah seorang manusia berbakat yang
berilmu tinggi, ia berhati bajik dan penuh welas kasih, apa
yang dipikirkan selama ini hanyalah bagaimana caranya
menolong umat manusia didunia, dia adalah seorang yang
baik sekali, aku mengaguminya, akupun menaruh hormat
kepadanya, oleh karena itu aku bersedia masuk menjadi
anggota perguruannya."
"Dewi mawar merah, kau..." saking marahnya Ong Bun
kim sampai tak sanggup melanjutkan kata-katanya.
"Oleh karena itulah aku minta kepadamu untuk
bergabung dengan perguruan Yu leng bun, mari kita
bersama-sama merajai dunia persilatan,.," ujar Dewi mawar
merah lebih jauh.
"Kentut busuk !" bentak Ong Bun kim dengan gusarnya.
Dewi mawar merah sama sekali tidak menjadi marah, ia
masih tetap tertawa lebar.
"Ong Bun kim!" demikian katanya, "Aku berbuat
demikian adalah demi kebaikanmu..."
"Dewi mawar -merah!" bentak Ong Bun kim sangat
gusar, "apakah kau sudah lupa akan budi pemeliharaan dan
didikan dari gurumu selama puluhan tahun ini? Kenapa kau
rela menggabungkan diri dengan perguruan dari musuh
besarmu sendiri ?"
"Padahal berbicara sesungguhnya, dia sendirilah yang
pantas dibunuh bukan ketua perguruan Yu-leng bun..."
"Apa? Kau bilang apa?"
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras ia sudah tak
dapat mengendalikan lagi kobaran hawa amarah yang
berkobar dalam dadanya.
"Padahal Hian ih li-hiap (pendekar wanita berbaju hitam)
lah. pembunuh yang sesungguhnya." ujar Dewi mawar
merah lagi dengan suara dingin.
"Apa? Kau perempuan rendah yang tak tahu malu..."
Ong Bun kim tak mengendalikan kobaran hawa
amarahnya lagi, sambil membentak gusar ia menerjang ke
arah Dawl mawar merah, telapak tangan kanannya diayun
dan sebuah pukulan telah dilepaskan.
Serangan yang dilancarkan Ong Bun kim dalam keadaan
gusar ini betul-betul cepat seperti sambaran kilat,
kehebatannya tak boleh dianggap enteng. .
"Tahan!" bentak Dewi mawar merah dengan suara
dingin.
Telapak tangan kanannya diayunb ke depan
membedndung serangan adari Ong-bun-kibm, lalu
tubuhnya melompat mundur tujuh delapan langkah dari
tempat semula.
Hawa napsu membunuh yang amat tebal telah
menyelimuti seluruh wajah Ong Bun-kim, kembali
bentaknya.
"Dewi mawar merah, aku hendak mewakili gurumu
untuk membunuh kau!" Dewi mawar merah tertawa dingin.
"Ong Bun kim, apakah kau tidak bersedia mendengarkan
nasehatku yang baik ini..."
"Kau perempuan sialan yang melupakan kebaikan orang,
aku bersumpah hendak membunuhmu sampai mati!"
"Ong Bun-kim, kenapa kau menolak arak kehormatan
dan memilih arak hukuman."
Saking marah dan mendongkolnya, sekujur tubuh Ong
Bun kim bergetar keras, sambil membentak tubuhnya
menerjang ke arah Dewi mawar merah dengan kecepatan
luar biasa, suatu pukulan dahsyat yang mengerikan segera
dilontarkan keluar.
Desingan angin tajam yang luar biasa dan mengandung
hawa pembunuh dari Ong Bun-kim itu secepat kilat
menggulung tubuh Dewi mawar merah, yang mana
membuat gadis itu berubah muka.
Telapak tangan kenanya diputar untuk menangkis
ancaman lawan, sementara tubuhnya berkelebat menyingkir
ke samping.
Ong Bun-kim tak sudi melepaskan kesempatan tersebut
dengan begitu saja... tubuhnya berputar kencang, dua buah
pukulan berantai dilepaskan, serang yangan lebih
mendekati adu jiwa ini membuat Dewi mawar merah tak
mampu lagi melepaskan serangannya.
Mendadak Dewi mawar merah membentak nyaring,
tubuhnya berputar kencang, dalam keadaan terancam
telapak tangan kanannya melancarkan sebuah bacokan,
serangan tersebut kontan memaksa tubuh Ong Bun kim
harus mundur sejauh tiga depa.
Mendadak bayangan manusia barkelebat lewat,
menyusul kemudian seseorang membentak keras:
"Tahan!"
Mengikuti berkelebatnya bayangan manusia itu, tiba-tiba
Ong Bun kim merasakan tibanya segulung angin pukulan
bsrhawa dingin yang memaksanya mundur sejauh tujuh
delapan langkah.
ketika ia mendongakkan kepalanya, tampaklah olehnya
bahwa orang yang melancarkan sergapan itu ternyata bukan
lain adalah Hu buncu, si wakil ketua dari perguruan Yu
leng bun.
"Hei, mau apa kau?" bentak Ong Bun kim dengan gusar.
"Kau anggap tempat ini adalah btempat nenekmu dyang
boleh dibiakin onar seenakbnya?" tegur wakil ketua itu
dengan dingin.
Ong Bun-kim menggertak giginya menahan diri, lalu
bentaknya kembali dengan suara keras.
"Dewi mawar merah, kau betul-betul tak mau sadar dari
pikiran setan mu?"
"Kau sendiri yang tak mau sadar dari pikiran setanmu!"
Ong Bun kim tertawa seram.
"Haahhh... haaahhh... haaahhh... bagus, bagus sekali,
akan kupunahkan semua kalian siluman-siluman bangsat
yang tak tahu diri."
Menyusul bentakan keras, Ong Bun-kim mencabut
keluarkan harpa besinya dan langsung dihantamkan
ketubuh wakil ketua dari perguruan Yu leng bun itu dengan
suatu serangan dahsyat.
"Kau pingin mampus?" bentak Hu buncu marah.
Telapak tangan kanannya diputar dan ia lepaskan sebuah
pukulan dahsyat pula kedepan. Bayangan manusia saling
berputar dengan cepatnya, dalam waktu singkat ke dua
belah pihak telah saling menyerang tiga jurus.
Walaupun Ong Bun kim sedang beradu jiwa tapi tenaga
dalamnya masih tetap bukan tandingannya dari kepandaian
Hu buncu.
Secara beruntun, ia kena didesak mundur sejauh tujuh
delapan langkah dari posisi semula.
"Ong Bun-kim!" bentak Hu buncu kemudian dengan
suara keras, "kenapa kau begitu tak tahu diri?"
"Kentut busuk, sambutlah sebuah pukulan-ku lagi"
Ditengah bentakan keras, harap besinya secara beruntun
melancarkan kembali ke tiga buah serangan berantai.
Hu buncu tertawa dingin, katanya kemudian.
"Kalau memang demikian, kau jangan salahkan aku lagi
bila akan bertindak kejam!"
Secepat kilat ia menubruk ke muka, tubuhnya berputar
kesana kemari, dan secara beruntun dia pun melancarkan
tiga buah pukulan kilat.
Hawa pukulan yang kuat dan berhawa dingin membuat
Ong Bun kim tak kuasa menahan diri, mimpipun pemuda
itu tak mengira kalau ilmu silat yang dimiliki wakil ketua
dari perguruan Yu leng-bun tersebut ternyata sedemikian
lihaynya.
Tak sampai tiga gebrakan lagi, sudah pasti dia akan
terluka oleh pukulan dahsyat yang berhawa dingin itu.
Mendadak. suatu bentakan yang bernada dingin tapi
berat, pelan-pelan berkumandang diudara.
"Tahan!"
Suara rtersebut seakant-akan mengandunqg daya
pengaruhr yang tak terkirakan besarnya, begitu mendengar
seruan tersebut, dengan kekuatan Hu-buncu menarik
kembali serangan nya dan mundur kebelakang.
Untuk sesaat lamanya, suasana dalam ruangan istana itu
menjadi sunyi sepi tak kedengaran sedikit katapun.
"Hu Buncu!" kembali suara itu berkumandang.
"Hamba disini!"
"Kau sebagai seorang wakil tuan rumah dari perguruan
kami. kenapa melayani tamu dengan cara seperti itu?"
"Baik! Baik!"
"Menganiaya orang dengan mengandalkan ilmu silat
merupakan suatu pelanggaran yang tak terampuni dalam
perguruan kita."
"Hamba tahu salah!"
"Apalagi Ong sauhiap adalah tamu yang sengaja
kuundang datang, mana boleh kau bersikap seperti itu
kepada tamuku?"
"Hamba tak akan berani berbuat salah lagi!".
"Baik!" kata suara menyeramkan itu lagi "mengingat
pelanggaran ini baru kau lakukan untuk pertama kalinya,
kuampuni kesalahanmu itu!"
"Terima kasih majikan!"
Setelah sirapnya suara itu, suasana disekitar tempat
tersebut pulih kembali dalam keheningan.
Selama pembicaran tersebut berlangsung tadi, Ong-Bun-
Kim telah pasang telinga baik baik untuk memperhatikan
sumber dari suara itu, tapi ia tak berhasil menentukan dari
arah manakah suara tersebut berasal, ia hanya merasa suara
pembicaraan tadi seakan-akan berkumandang datang dari
empat arah delapan penjuru.
Setelah hening sekian lamanya, tiba-tiba suara berat yang
menyeramkan itu kembali berkumandang; "Yap tongcu!"
"Tecu siap menanti perintah dalam ruangan!" jawab
Dewi mawar merah dengan hormat.
"Bawa Ong sauhiap datang menjumpaiku!"
"Baik!"
Ong Bun-kiam yang mendengar ucapan tersebut segera
berubah wajahnya, dengan dingin ia berkata.
"Yakinkah engkau bahwa aku pasti akan pergi
menjumpaimu?"
"Bukankah kau datang kemari untuk menjumpai diriku?"
suara menyeramkan itu balik bertanya sambil tertawa.
"Benar!"
"Kalau begitu, tentu saja kau akan datang untuk
menjumpai diriku!"
"Tapi sekarang aku telah berubah rencana semula!"
"Tak ingin menjumpaiku? Ataukah tidak berani datang
menjumpaiku?"
"Kenapa aku tak berani menjumpaimu? Aku hanya tak
ingin menjumpai dirimu saja!"
"Apakah kau tak ingin mengetahui manusia macam
apakah aku ini?"
"Tidak ingin!"
"Kau juga tak ingin mengetahui macam apakah raut
wajahku?"
"Tidak ingin!"
"Haaahhh. haaahhh.. ...haaahhh aku tahu sekarang,
rupanya kau merasa takut!"
"Takut?" Ong Bun-kim tertawa dingin tiada hentinya,
"selama hidup aku Ong-Bun-kim tak punah mengenai arti
kata takut, jangan harap kau bisa menakut nakuti diriku!"
"Bagus sekali, aku ingin mengucapkan sepatah kata
kepadamu, apakah kau percaya?"
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Seandainya kau berjumpa denganku, aku percaya kau
pasti akan bergabung dengan perguruan kami!"
0000OdwO0000
BAB 43
UCAPAN tersebut kontan saja membuat paras muka
Ong Bun kim berubah hebat. "Aku tidak percaya dengan
perkataanmu itu!" serunya.
"Kalau tidak percaya, apa salahnya-bila kau masuk ke
dalam untuk membuktikannya sendiri?"
Pancingan tersebut kontan saja membangkitkan
kemarahan dihati Ong Bun-kim.
Ia tidak percaya kalau musuhnya memiliki kepandaian
sehebat itu sehingga setelah ia berjumpa dengan lawan,
maka ia akan bersedia masuk menjadi anggota perguruan.
"Kau mempunyai keyakinan tersebut?" tegurnya sambil
tertawa dingin.
"Yaa, seratus persen pasti benar!"
"Andaikata setelah berjumpa denganmu-nanti aku masih
tetap tak bersedia masuk menjadi anggota perguruanmu"
"Terserahblah kau mau berdbuat apa saja!"a
"Bagus sekali!b"
Baru selesai Ong Bun-kim berkata, suara yang berat dan
menyeramkan itu kembali berkumandang.
"Yap tongcu !"
"Tecu siap menerima perintahmu!"
"Bawa Ong Bun-kim masuk lewat pintu nomor tiga!"
"Baik!"
Selesai menjawab, Dewi mawar merah melirik sekejap ke
arah Ong Bun-kim dan berkata kembali. "Ong Bun-kim.
mari kita berangkat !"
Ong Bun-kim memandang sekejap ke arah Dewi mawar
merah, dalam keadaan demikian terpaksa ia harus menekan
kobaran hawa amarahnya, ia memberi tahu kepada diri
sendiri asal bisa keluar dari perguruan Yu leng bun, maka ia
harus berusaha keras untuk membawa serta Dewi mawar
merah keluar dari tempat itu, dan yang paling penting
sekarang adalah menjumpai Yu leng lojin lebih dulu.
Ia tidak percaya kalau Yu leng lojin memiliki
kemampuan yang demikian hebatnya, sehingga dirinya
bersedia masuk menjadi anggota perguruan Yu leng bun
setelah berjumpa dengannya.
Kedengarannya hal tersebut mirip dengan suatu dongeng
saja, tapi ia tak berani bertindak gegabah, sebab dari
pembicaraan Yu leng lojin, dapat diketahui bahwa ia
mempunyai keyakinan seratus persen terhadap kejadian itu.
Ketika Ong Bun kim menyaksikan Dewi mawar merah
berjalan menuju ke belakang istana, terpaksa dia harus
mengikuti pula dibelakangnya, sebab ia ingin tahu kejadian
yang bakal berlangsung selanjutnya .
Pada saat Ong Bun kim sedang berjalan menuju ke
belakang inilah, mendadak terdengar suara gelak tertawa
nyaring berkumandang datang dari luar istana tersebut.
"Haaafah haaah....haahh Ong Bun kim, cepat amat
perjalananmu!"
Ong Bun kim merasa terkesiap mendengar suara itu,
demikian pula dengan kawanan jago dari perguruan Yu
leng bun yang ada di sana, rata-rata merasa terperanjat oleh
datangnya seruan yang muncul secara tiba-tiba itu.
"Siapa disitu?" - Wakil ketua dari perguruan Yu leng bun
segera membentak keras.
Suara langkah kaki yang lamban berkumandang
memecahkan keheningan, tampaklah si kakek berambut
putih yang misterius itu pelan-pelan berjalan masuk
kedalam istana.
Hampir saja Ong Bun-kirn menjerit tertahan setelah
menjumpai kakek misterius itu.
Paras muka Wakil ketua dari pebrguruan Yu-lengd-bun
berubah heabat, lalu bentabknya. "Siapa kau?"
"Haaahhh haaahhh haaahhh kenapa kalian musti
mengurusi siapa aku!" kata kakek berambut putih itu sambil
tertawa terbahak-bahak.
Dengan sekali lompatan, wakil ketua dari perguruan Yu
leng-bun itu menerjang ke hadapan si kakek berambut
putih, kemudian hardiknya.
"Ada urusan apa kau datang kemari?"
"Mencari orang!"
"Siapa yang kau cari?"
"Ong Bun-kim!"
"Locianpwe, kau sedang mencari aku?" tegur Ong Bunkim
dengan wajah berubah.
Kakek berambut putih itu kembali tertawa terbahak
bahak.
"Haaahh........baaahhh ..haaahhh..... benar, bukankah
kita telah berjanji untuk datang kemari bersama-sama?
Kenapa kau nyelonong masuk seorang diri?"
Ong Bun kim agak tertegun, diam diam dampratnya:
"Betul-betul ketemu setan disiang hari bolong, sejak
kapan aku berjanji denganmu?"
Tapi pikiran lain segera melintas dalam benaknya, ia
tahu bahwa ucapan tersebut pasti mengandung maksudmaksud
tertentu.
Maka setelah berpikir sebentar ia berkata.
"Aku tak ingin kau datang sendiri kemari maka aku
datang lebih duluan."
"Mengapa kau kuatir tulang-tulang tuaku ini bakal
berserakan disini? Jangan kuatir: aku kan sudah masuk peti
mati separuh bagian, kalau kau si bocah muda pun tidak
takut, kenapa aku musti takut?"
Tercekat Ong Bun-kim setelah mendengar perkataan itu.
Dari ucapan kakek berambut putih itu dapat diketahui
bahwa tempat itu berbahaya sekali, jika ia sudah masuk
kesitu, berarti tiada harapan lagi untuk keluar dari situ
dengan selamat.
"Keliru besar bila kau berkata demikian!" kata Hu-buncu
tiba-tiba dengan membentak.
"Bagian mana yang keliru?"
"Jika kau datang ke perguruan kami dengan maksud
mencari orang, kenapa tidak lapor kedatanganmu kepada
anggota perguruan kami?"
Kakek berakibat putih itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh haaahh haaahh rupanya karena soal itu,
saudara keliru besar, adalah mereka yang tidak masuk
untuk memberi laporan, bukannya aku tidak suruh mereka
masuk untuk memberi lapor lebih dulu."
"Arpa maksud perkattaanmu itu?"
"Mqereka terlalu mralas, sekarang mungkin lagi tidur di
mulut gua sana..!"
"Apa? Kau..."
Kakek berambut putih itu masih juga tersenyum, kembali
ujarnya:
"Maaf seribu kali maaf, mereka sudah tertidur pulas
dimulut gua sana."
"Jadi kalau begitu kau masuk kemari seorang diri?"
"Memangnya kenapa?"
Wakil ketua dari perguruan Yu-leng-bun merasa bahwa
hal ini tak mungkin terjadi, sebab semua lorong dalam gua
diatur menurut kedudukan sebuah barisan, kecuali belasan
orang anggota perguruan tingkat atas yang mengetahui
rahasia dari barisan tersebut, boleh dibilang tiada seorang
anggota lain yang memahaminya.
Mungkinkah kakek berambut putih ini bisa masuk keluar
sekehendak hatinya sendiri?
Kemudian kakek berambut putih itu tertawa terbahakbahak.
"Haaahhh haaahhh......haaahhhh..... Hu buncu, kau tak
usah kuatir, kalau cuma barisan Pat kwa-tin sih masih
belum cukup untuk mengurung aku si tua bangka di sini"
Sekali lagi paras muka Hu Buncu berubah hebat,
mimpipun ia tak mengira kalau kakek berambut putih itu
dapat memahami barisan yang di-atur dalam lorong gua
tersebut.
Dari malu ia menjadi gusar, segera katanya:
"Ooh kalau begitu, maksud kedatanganmu memang
mengandung niat yang tidak baik!"
"Darimana kau bisa berkata demikian?"
"Menyusup masuk kedaerah terlarang perguruan kami
dengan cara yang tak tahu diri, aku ingin lihat sampai
dimanakah kelihayan ilmu silat yang kau miliki itu sehingga
berani datang mengacau kemari!"
"Haaahhh....haaahhh...haaahhh.... ada apa? Kau ingin
main kekerasan....?" ejek kakek berambut putih itu sambil
terbahak-bahak.
"Betul!"
"Haahaa... buat apa?"
"Aaah, tutup mulut anjingmu! Lihat serangan !"
Diiringi bentakan nyaring, wakil ketua dari perguruan
Yu leng bun itu menerjang maju ke depan, secepat kilat
tangan kanannya melancarkan sebuah cengkeraman
mencakar wajah kakek berambut putih itu.
Sementara tangan kanannya melancarkan cengkeraman,
tangan kirinya melepaskan pula sebuah pukulan.
"Hey,apakah begini cara kalian menyambut kedatangan
seorang tamu agung ?" bentak kakek berambut putih itu.
Ditengah bentakan yang amat keras, tangan kanannya
diayun ke muka membendung datangnya ancaman tersebut.
Daya kekuatan yang tercantum dalam tangkisan tersebut
kelihatannya biasa dan tiada sesuatu yang aneh! padahal
sesungguhnya dibalik kesederhanaan itu justru tersimpanlah
suatu daya kekuatan yang betul-betul mengerikan hati.
"Bangsat, kau pingin mampus rupanya!" bentak Hu
Buncu dengan suara menggelegar.
Tangan kirinya segera diayunkan ke muka melepaskan
sebuah pukulan untuk menyongsong datangnya ancaman
dari tangan kanan kakek berambut putih itu.
Bayangan manusia saling menumbuk dan berputar
kencang, lalu dua bayangan saling berpisah kesamping.
Tampak wakil ketua dari perguruan Yu leng-bun itu
mundur belasan langkah dengan sempoyongan sebelum
akhirnya dapat berdiri tegak, mukanya pucat pias seperti
mayat, peluh dingin mengucur keluar dengan derasnya
membasahi kening dan jidatnya.
Pertarungan antara dua jago tangguh memang selalu
dilangsungkan dengan kecepatan luar biasa, Ong Bun kim
yang berdiri disamping sama sekali tak sempat melihat jelas
jurus serangan apakah yang dipergunakan kakek berambut
putih itu untuk memukul mundur si wakil ketua.
Sambil tertawa hambar kakek berambut putih itu
berkata:
"Hu Buncu, bila pertarungan ini dilangsungkan lebih
jauh, akhirnya pasti akan terjadi suatu keadaan yang
mengerikan."
"Sii.... siapakah kau?" bentak Hu Buncu dengan
gusarnya.
"Siapakah aku tak perlu kau ketahui, sebab ini tak
penting bagimu!"
"Sebenarnya ada urusan apa kau datang kemari?"
"Waaah.. . waah Hu Buncu, aku lihat telingamu pasti
tuli atau banyak kotorannya, bukankah sudah kukatakan
kepadamu bahwa aku datang kemari untuk mencari Ong
Bun kim?"
"Mau apa kau mencari dirinya?"
"Aaah! Soal itu sih tak perlu bkau ketahui, podkoknya itu
urusaanku dengannya.b..!"
Hu Buncu segera tertawa dingin.
"Saudara, aku harap kau mengerti, sekalipun kau bisa
masuk kemari dengan gampang, waktu pergi tidaklah
semudah apa yang kau bayangkan semula, mengerti...!"
"Oooh, soal itu sih kuketahui" ia melirik sekejap kearah
Ong Bun kim, lalu ujarnya lebih jauh, "Ong Bun kim mari
kita pergi tinggalkan tempat ini!"
"Pergi?"
"Benar! Bukankah kita telah berjanji akan pergi ke
tempat yang lain ?"
Paras muka Ong Bun kim berubah.
"Tapi sekarang aku ingin masuk ke dalam dan
menjumpai Yu leng lojin lebih dahulu, kami telah bertaruh
untuk persoalan itu"
"Tapi kau telah berjanji lebih dulu denganku, kita harus
selesaikan dahulu persoalan diantara kita berdua!"
Diri pembicaraan tersebut. Ong Bun kim segera dapat
menarik kesimpulan kalau kakek berambut putih itu merasa
takut sekali dengan Yu leng lojin, bahkan berusaha dengan
segala kemampuan untuk menghalanginya masuk kedalam.
Maka setelah berpikir sebentar, ujarnya sambil
tersenyum:
"Tapi sekarang aku belum ingin pergi meninggalkan
tempat ini!"
Paras muka kakek berambut putih itu berubah hebat,
teriaknya dengan peauh kegusaran:
"Bocah muda kau tak akan menyesal?"
"Menyesal apa?"
"Dia toh menyetujui syarat syaratku lebih dahulu,
mengapa secara tiba tiba enggan pergi bersamaku?"
"Omong kosong!" bentak Ong Bun kim pula dengan tak
kalah gusarnya.
Bocah muda rupanya kau cari mampus....
Kakek berambut putih Hu membentak gusar, lalu secepat
kilat menerjang kehadapan Ong Bun kim dan
mencengkeram tubuhnya.
Mendadak.... dissat kakek berambut putih itu
melancarkan serangannya, wakil ketua dan congkoan
perguruan Yu-leng bun ikut pula bergerak, dalam waktu
yang bersamaan mereka lompat ke depan menghadang
jalan pergi kakek itu, kemudian masing-masing
melancarkan sebuah pukulan mematikan.
"Kalian cari mampus?" bentak kakek berambut putih
setengah menjerit.
Hu Buncu tertawa dingin.
"Heeebhh... heeehhh..d heeehhh aku kuaatir kau
sendirbilah yang sudah kepingin mampus!."
"Bagus sekali!"
Bersama dengan ucapan itu, tubuh si kakek berambut
putih melompat ke depan sekali lagi, dengan kecepatan luar
biasa ia lepaskan serangkaian pukulan dahsyat.
Wakil ketua dan Congkoan dari perguruan Yu-leng bun
tidak ambil diam, serentak mereka menghadang kembali
perjalanan lawan sambil melancarkan pula pukulanpukulan
untuk membendung datangnya ancaman tersebut.
Bayangan manusia saling berputar dan menyambar,
tampaknya suatu pertarungan sengit segera akan berkobar.
"Tahan !" mendadak bentakan keras dengan suara yang
menyeramkan berkumandang memecahkan keheningan.
Bentakan tersebut kembali berasal dari mulut Yu-leng
Lojin.
Ong Bun kim merasa hatinya bergetar keras, ia tak tahu
apa yang bakal terjadi selanjutnya.
Sementara bentakan itu telah berkumandang, ketiga
sosok bayangan manusia yang sedang bertarung itu pun
sama-sama melompat mundur ke belakang dan berdiri
dengan wajah serius.
Kakek berambut putih itu memandang sekejap sekeliling
tempat itu, lalu membungkam dalam seribu bahasa.
"Hu Buncu!" terdengar suara dari Yu leng lojin kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
"Hamba siap menerima perintah?"
"Aku lihat napsu angkara murkamu kian hari kian
bertambah besar?"
Paras muka Hu Buncu berubah hebat, dengan ketakutan
ia membungkam dalam seribu bahasa.
"Hmm! Turun tangan secara sembarangan, lupakah
bahwa dirimu adalah wakil tuan rumah dari perguruan
kita?" kembali suara Yu-leng lojin menegur dengan ketus.
"Hamba tak akan melupakannya!"
"Kalau kau sudah tahu bila orang itu adalah tamu kita,
mengapa kau ucapkan kata-kata yang tak senonoh?"
"Hamba tahu salah!"
"Baik, tadi aku sudah mengampuni kau sekali, maka kali
ini kau musti menampar mulut sendiri empat kali!"
"Terima kasih Buncu!"
Selesai berkatar dia terus mengtayunkan telapakq
tangannya dan rmenggampar mulut sendiri sebanyak empat
kali.
"Plak! Plook! Plaak! Ploooook!" tamparan itu keras,
membuat sepasang pipinya kontan saja menjadi merah dan
membengkak besar.
Tercekat perasaan Ong Bun-kim setelah menyaksikan
adegan tersebut, ia tak mengira kalau lawan akan
menghukum wakil ketuanya dihadapan orang lain.
Sesudah menampar mulut sendiri, bagaikan seekor ayam
jago yang kalah bertarung, wakil ketua dari perguruan tanpa
sukma itu berdiri membungkam di sisi arena dengan
sepasang tangan lurus ke bawah.
"Sobat!" suara dari Yu-leng lojin kembali berkumandang,
"aku telah menghukum anak buahku, rasanya sakit hatimu
telah terlampiaskan bukan?"
"Haaahhh haaahhh haaahhh yaa, bolehlah dikatakan
telah terlampiaskan!" sahut kakek berambut putih itu sambil
tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.
"Sobat, apa maksudmu datang kemari? Benarkah kau
datang hanya untuk mencari Ong Bun-kim?"
"Betul!"
"Tapi sayang Ong sauhiap sudah keburu ada janji
denganku, selamanya, aku bekerja tanpa menyusahkan
siapapun juga, maka begini saja..."
"Bagaimana?"
"Bagaimana jika sobat bersama Ong sau-hiap masuk
kemari berbareng?"
Kakek berbaju putih itu kembali tertawa-terbahak-bahak.
"Haaahh... haaahh.... haaaahh... begitu pun boleh juga,
sebab bagaimanapun juga aku toh sudah tua dan hampir
masuk liang kubur, jadi soal mati hidupku tak akan terlalu
kupikirkan lagi dalam hati."
Sekali lagi ia menyebutkan kata-kata yang sama, hal ini
membuat bulu kuduk Ong Bun kim pada bangun berdiri.
Bagaimanapun juga ia tidak percaya kalau Yu-leng lojin
adalah seorang manusia super yang berilmu tinggi, sehingga
barang siapa yang berani masuk ke dalam, jiwanya pasti
akan melayang.
"Yap tongcu....!" suara panggilan dari Yu leng-lojin
kembali berkumandang.
"Tecu siapa menerima perintah!"
"Bawa mereka masuk lewat pintu nomor tujuh!"
"Baik!"
Mendengar suara tersebut, sekali lagi Ong Bun-kim
merasa terperanjat, bukankan terang-terangan ia mendengar
kalau mereka dipersilahkan masuk lewat kamar ke tiga?
Kenapa sekarang dirubah menjadi kamar tujuh?
Mungkinkah disekitar tempat ini terdapat berpuluh puluh
buah pintu rahasia yang dipat menghubungkan tempat itu
dengan tempat tinggal Yu- leng-lo-jin?
00000OdwO00000
BAB 44
SEMENTARA ia masih termenung, si Dewi mawar
merah telah beranjak dan menuju ke ruang belakang.
Ong Bun-kim segera melirik sekejap kearah kakek
berambut putih itu, kemudian ikut pula masuk kebelakang:
Kakek berambut putih itu tidak banyak bicara, diapun
segera menyusul dibelakangnya.
Setelah masuk ke istana belakang, Dewi mawar merah
berbelok melalui sebuah lorong rahasia, lebih kurang lima
depa kemudian ia berhenti dan tangannya menekan sebuah
tonjolan batu karang diatas dinding.
Menyusul tekanan itu, terdengarlah bunyi gemerincing
yang amat nyaring berkumandang memecahkan
keheningan, bersama menggesernya sebuah dinding batu ke
samping, muncullah belasan buah lorong rahasia yang
membentang ke empat penjuru.
Dewi mawar merah berjaian masuk ke dalam lorong ke
tujuh dari sebelah kanan dan menelusurinya dengan cepat.
Tiba-tiba kakek berambut putih ita berseru.
"Nona, kau tak perlu repot-repot menghantar kami, biar
kami berdua masuk sendiri!"
"Begitupun boleh juga!" sambut Dewi mawar merah
sambil tertawa dingin, lalu ia putar badan dan
mengundurkan diri dari situ.
Sepeninggal dewi mawar merah dari situ, Ong Bun-kim
baru mengalihkan sinar matanya ke wajah kakek berambut
putih itu, betapa tercekatnya dia ketika menjumpai kakek
itu berdiri dengan wajah yang berat dan amat serius.
"Hei locianpwe, kenapa kau?" tanyanya kemudian.
Kakek berambut putih itu menempelkan bibirnya dekat
telinga anak muda itu, lalu tegurnya.
"Ong Bun-kim, apakah kau sedang mencari kematian
buat diri sendiri?"
Sembari berbisik, kskek berambut putih ini
menggerakkan sepasang tangannya terus menerus,
pancaran hawa murni yang berhebmbus disekitai dtempat
itu dengaan cepat memunabhkan suara pembicaraan
mereka hingga tak mungkin buat Yu-leng lojin untuk
menangkap pembicaraan mereka.
Sekali lagi Ong Bun kim meratakan katinya tercekat,
kembali ia bertanya tertegun.
"Kenapa?"
"Aku ingin bertanya," bagaimanakah taraf tenaga dalam
yang kau miliki jika dibandingkan dengan Dewi mawar
merah?"
"Tidak selisih banyak!"
Dewi mawar merah yang mempunyai dendam sakit hati
sedalam lautan dengan Yu leng lojinpun bisa dipengaruhi
sehingga menjadi anggota perguruan Yu leng bun apalagi
kau...."
"Aaah, masakah dia begitu hebat sehingga setiap orang
bisa tunduk kepadanya?"
"Benar, ia memang sangat Iihay karena kemungkinan
besar ia telah berhasil melatih ilmu hipnotis Gi sin tay hoat
(ilmu memindah sukma)"
"Aaaaah..." mendengar keterangan tersebut, Ong Bun
kim tak dapat mengandaikan rasa kagetnya lagi hingga
berseru tertahan.
"Selama banyak waktu, aku selalu melakukan
penyelidikan yang seksama dan orang itu mungkin sekali
adalah dia...."
"Siapa?"
"Sampai waktunya kau akan tahu dengan sendirinya,
dan Yu leng lojin yang sekarang kemungkinan besar adalah
orang itu!"
Sudah barang tentu Ong Bun kira tidak mengerti siapa
yang dimaksudkan oleh kakek berambut putih itu, cuma
kalau ditinjau dari sikap si kakek berambut putih yang
serius dan cemas, dapat diketahui bahwa lawannya pastilah
seorang manusia yang lihay sekali.
Konon menurut berita yang tersebar dalam dunia
persilatan, dikatakan bahwa ilmu Gi sin tay hoat
merupakan sebangsa ilmu sesat yang sangat lihay, ilmu itu
berdasarkan tatapan mata seseorang untuk mempengaruhi
orang lain melakukan kebaikan ataupun kejahatan tanpa
disadari oleh sang-korban sendiri, jadi sifatnya lebih mirip
dengan suatu ilmu Hipnotis.
"Kau mengatakan orang itu juga pandai ilmu hipnotis Gi
sin tay boat ?" seru Ong Bun kim dengan perasaan tercekat.
"Ketika itu dia belum bisa, tapi sekarang sulitlah untuk
dibicarakan..."
"Seandainya dia adalah orang yang sedang kau cari-cari,
bagaimana akibatnya?"
"Yaa, akibatnya sukar untuk dilukiskan lagi dengan katakata!"
sahut kakek itu sambil mengeluh.
Dengan perasaan bergidik Ong Bun kim memandang
wajah kakek berambut putih yang misterius itu tanpa
berkedip, beberapa kbali ia menggeradkkan bibirnya
saeperti hendak mbengucapkan sesuatu tapi setiap kali pula
niat tersebut diurungkan.
Dengan wajah bersungguh-sungguh Kakek berambut
putih itu berkata lagi:
"Setelah berjumpa deagan Yu leng lojin nanti, aku harap
kau saka mendengarkan semua perkataanku, kalau tidak
maka kemungkinan besar jiwamu dan jiwaku akan lenyap
ditangannya, tahu kah kau?"
"Boanpwe tahu."
"Nah kalau begitu mari kita berangkat!"
Setelah berbicara sampai disitu, kakek berambut putih
itupun menghentikan pula gerakan tangannya, kemudian
setelah memandang ke lorong dikejauhan sana, ia
melanjutkan kembali perjalanannya ke depan.
Ong-Bun-kim segera mengikuti dibelakangnya dengan
ketat.
Sepanjang perjalanan meski kakek berambut putih itu
berusaha keras memperlihatkan ketenangan dan
kesantaiannya, tapi siapapun dapat mengetahui bahwa hati
kecilnya adalah diliputi oleh ketegangan yang luar biasa.
Ong Bun-kim sendiripun merasakan jantungnya berdebar
keras setelah mendengar perkataan dari kakek berambut
putih itu, ia tahu sedikit salah bertindak maka bukan saja ia
bersama kakek itu tak bisa lolos lagi dari tempat ini, bahkan
kemungkinan besar akan dikendalikan dan dikuasahi
pikirannya oleh pengaruh Yu-leng lojin.
Bila dipikirkan kembali, sesungguhnya kejadian ini
memang merupakan suatu kejadian yang mengerikan
sekali, sudah barang tentu ia merasa terkesiap sekali.
Sementara itu mereka berdua telah tiba dihadapan
sebuah pintu batu yang amat besar.
Kakek berambut patih itu segera menghentikan
langkahnya sambil mendongakkan kepalanya, diatas
dinding karang terbacalah tiga huruf besar yang bertuliskan:
"YU-LENG-BUN"
"Yu-leng buncu!" dengan suara dingin kakek berambut
putih itu segera berkata, "kami sudah berada di sini kenapa
kau tidak membukakan pintu untuk kami?"
"Masuk saja kedalam, pintu itu tidak terkunci!" suara
dari Yu leng lojin kembali berkumandang dari dalam.
Kakek berambut putih itu tertawa dingin, setelah melirik
sekejap ke arah Ong Bun-kim, tiba-tiba dari sakunya ia
mengeluarkan sebutir pil dan memberi tanda kepada si-anak
muda itu agar menelannya.
Sebetulnya Ong Bun-kim ingin bertanya, tapi lantaran
kakek berambut itu telah memberi tanda kepadanya agar
rjangan bertanyat, maka dengan pqikiran penuh tarnda
tanya ia telan pil tersebut ke dalam perutnya.
Kakek berambut putih itu sendiripun menelan sebutir pil,
setelah itu baru mengerahkan tenaganya untuk mendorong
pintu.
Ruangan dibalik pintu adalah suatu tempat yang gelap
gulita, kakek berambut putih itu segera mengerling kembali
memberi tanda kepada Oag Bun-kim, kemudian berjalan
lebih duluan, terpaksa si anak muda itu mengiringi di
belakangnya.
Sekonyong-konyong...pada saat kakek berambut putih
dan Ong Bun-kin hendak masuk ke daiam pintu batu itulah,
bayangan manusia berkelebat lewat diiringi desingan dingin
yang tajam, menyusul kemudian muculnya dua sosok
bayangan hitam yang langsung menggulung ke arah tubuh
mereka berdua.
Sedemikian cepatnya perubahan tersebut berlangsung,
membuat kakek berambut putih iian Ong Bun-kim yang
sudah bersiap sedia-pun merasa agak kewalahan untuk
mengatasinya.
Sambil menggertak gigi, Ong Bu-kim segera
mengayunkan senjata harpa besinya untuk menyongsong
datangnya tubrukan dari bayangan hitam tersebut
Baru saja serangan dahsyat hendak dilancarkan, suara
bentakan dari Yu leng lojin telah menggelegar diruangan:
"Mundur!"
Bayangan hitam kembali berkelebat lewat secepat sukma
gentayangan tahu-tahu sudah lenyap kembali tak berbekas.
Menggigil keras tubuh Ong Bun-kim menghadapi
sergapan aneh tersebut, semenjak munculkan diri sampai
lenyap kembali dari pandangan mata ternyata Ong Bunkiam
tak mampu menangkap dengan jelas bayangan apakah
bayangan hitam tersebut.
"Manusia? Atau sukma gentayangan?" demikian ia
berpikir.
Paras muka si kakek berambut putih itu-pun berubah
hebat, baru saja ia hendak berbicara, tiba-tiba suara dari Yu
leng lojin yang misterius itu kembali telah berkumandang.
"Sobat! Anggota perguruanku tak tahu diri, biar
kumohonkan maaf bagi kelancangannya barusan!"
Kakek berambut putih itu tertawa ewa, lalu berjalan
masuk lebih dulu.
Ong Bun kim menyusul di belakang, ketika tiba dalam
ruangan ia merasa bahwa suasana disitu bukan cuma gelap
gulita saja, bahkan suhu udaranya amat dingin dan
membekukan badan.
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim
saat ini, boleh dibilang ia sudah memiliki tenaga sebesar
delapan puluh tahun hasil latihan, melihat dalam kegelapan
baginya adalah soal biasa, tapi benda yang berada dalam
ruangan tersebut ternyata tak mampu ia bedakan secara
jelas.
Ternyata keadaan itu dialami pula oleh si kakek
berambut putih, ia merasa kesulitan untuk menyaksikan
benda-benda yang berada disekitar ruangan gua itu.
Walaupun ilmu silat yang dimiliki mereka berdua cukup
lihay, dalam keadaan demikian kedua orang itu tak berani
masuk secara gegabah, maka untuk sesaat lamanya Ong
Bun kim berdua hanya berdiri saja didepan pintu.
Selang sesaat kemudian, suara teguran dari Yu-leng lojin
kembali berkumandang memecahkan keheningan:
"Sobat, kenapa tak berani masuk? Ataukah disebabkan
ruangan itu terlampau gelap?"
"Yaa, memang aku merasa terlampau gelap!" sahut
kakek berambut putih itu sambil tertawa ewa.
"Pengawal kanan!" Yu-leng lojin segera berseru.
"Hamba siap!", dibalik kegelapan segera berkumandang
kembali suara sahutan yang dingin.
"Pasang lampu!"
"Baik!"
Berbareng dengan berkumandangnya sahutan itu, setitik
cahaya tajam meluncur keluar dari balik ruangan, menyusul
kemudian sebuah lentera pun memancarkan cahayanya
menerangi sekeliling tempat itu, dengan cepat
pemandangan dalam ruanganpun tertampak jelas.
Kepandaiannya memercikkan api memasang lampu yang
baru didemonstrasikan itu betul betul mengejutkan hati
setiap orang.
Dengan meminjam sorotan cahaya lentera maka Ong
bun-kim dapat melihat bahwa ruangan tersebut adalah
sebuah ruangan batu yang mungil dan indah, luasnya tiga
empat kaki dengan perabot yang lengkap, pada ruangan
bagian belakang sana duduklah sesosok bayangan hitam.
Sayang sinar lentera itu amat lirih sehingga sukar melihat
jelas raut wajah orang itu meski demikian tanpa ditanyapun
dapat di ketahui bahwa orang itu adalah Yu leng lojin,
Buncu dari perguruan Yu leng bun.
Disekeliling tubuh kakek misterius itu, tampaklah selapis
cahaya berwarna yang aneh sekali.
Dengan suara dingin Ong Bun-kim segera menegur:
"Yu-leng lojin, kami telah tiba disini, ada urusan apa kau
memanggil kami. ?"
"Aku sudah tahu kalau kalian telah tiba disini." jawab
Yu-leng lojin ketus.
Kemudian setelah berhenti sebentar, sambil tertawa
katanya lagi:
"Sobat lama, masih ingatkah dengan aku?"
Ucapan "sobat lama" tersebut dengan cepat
menggetarkan perasaan kakek berambut putih itu, tapi
ketika dilihatnya sinar tajam memancar keluar dari balik
matanya, tiba-tiba ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahhh ..haaahhh.....haaahhh....rupanya memang
kau!" serunya dengan lantang.
"Kenapa diluar dugaanmu?"
"Yaa, sedikit diluar dugaan!"
Paras muka Ong Bun kim ikut berubah, tanyanya tanpa
terasa:
"Locianpwe, siapakah dia?"
"Pak khek sin-mo (iblis sakti dari kutub utara), salah satu
dari Bu-lim sam lo (tiga dedengkot dari dunia persilatan)!"
Mendengar nama orang itu, Ong-Bun-kim kembali
merasakan hatinya bergetar keras, merinding rasanya ia
karena ngeri.
Mimpipun ia tak menyangka kalau Yu-leng lojin
ternyata adalah Pak-khek-sin mo, salah seorang diantara
Bu-lim sam lo. Yu leng lojin tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh.. haaahhh haaahhh... setelah berpisah
puluhan tahun, sobat lama, bisa saling bertemu kembali,
kejadian ini sungguh merupakan suatu peristiwa yang patut
digirangkan." katanya lantang, "wahai Tay-khek Cin kun.
aku lihat ilmu silatmu jauh lebih hebat daripada
kepandaianmu di-masa silam."
"Oooh. ! Jadi locianpwe adalah Tay khek Cinkun dari Bu
lim sam lo ?" sekali lagi Ong Bun kim berseru tertahan.
Kakek berambut putih itu manggut-manggut, mendadak
ia maju ke depan dan meng hampiri Yu leng lojin,
sementara iblis sakti dari kutub utara itu masih tetap duduk
tak berkutik ditempat semula.
Melihat rekannya maju, Ong Bun-kim pun segera
mengikuti dibelakang Tay-khek cinkun maju ke muka.
"Berhenti!" tiba-tiba Yu leng lojin membentak keras.
Menyusul bentakan keras dari Yu leng lojin tersebut, Tay
khek Cinkun dan Ong Bun-kim tanpa sadar ikut
menghentikan langkah kakinya.
Waktu itu, selisih jarak antara kedua belah pihak tinggal
dua kaki, sekarang secara lamat-lamat Ong Bun-kim dapat
melihat bahwa Yu-leng lojin adalah seorang kakek yang
kurus kering, ia duduk diatas sebuah kursi dengan sepasang
mata terbuka sedikit.
Tay-khek Cinkun tertawa ewa, lalu kembali tegurnya:
"Siu buncu, tidak kusangka ambisimu begitu besar,
setelah lewat puluhan tahun kau masih juga menjadi buncu
dari perguruan Yu leng-bun yang misterius..."
Yu leng lojin tertawa seram.
"Haaahh haaahh haaahh. mana, mana" katanya, "aku
orang she Siu tidak lebih hanya seorang murid sesat dari
golongan kiri, manusia semacam aku tidak pantas untuk
berhubungan dengan seorang pendekar besar seperti kau,
cuma heeehh....heeehh...heeehh..."
Setelah tertawa dingin tiada hentinya, ia membatalkan
ucapan selanjutnya dan menghentikan pembicaraannya
sampai diisitu.
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat, bentaknya.
"Yu leng buncu, aku datang kemari ingin membuktikan
dengan cara apakah kau hendak membuat diriku masuk
menjadi anggota perguruan secara sukarela."
Yu-leng Lojin tertawa terbahak bahak.
"Haaahh haaahh -haaahh .... keangkuhan dan kekerasan
hati Ong sauhiap memang sangat cocok dengan seleraku."
"Sayang sekali kau tidak cocok dengan seleraku." tukas
Ong Bun kim dengan geramnya.
Sekali lagi Yu leng lojin tertawa terbahak bahak.
"Haaah... haaahh... haaahh Ong sauhiap, lohu
bersumpah akan berusaha mendapatkan dirimu, walau
dengan cara apapun juga."
"Ingin kusaksikan dengan cara apakah kau bisa
mendapatkan diriku!"
Tay-khek Cinkun yang berdiam diri disisinya, mendadak
ikut berkata setelah tertawa terbahak-bahak:
"Buncu, apakah aku si sobat karibmu tidak menarik
perhatianmu?"
"Oooh tertarik, tentu saja sangat tertarik, kenapa?
Apakah kau pun berniat untuk masuk menjadi anggota
perguruanku?"
"Benar buncu, sungguh tak kusangka setelah berpisah
puluhan tahun, kau berhasil melatih ilmu hipnotis Gi-sin -
tay hoat yang maha dahsyat itu, mumpung ada kesempatan
lohu ingin sekali mencoba kehebatan ilmu kepandaianmu
itu?"
"Tentu saja cuma ada satu persoalan ingin kutanyakan
terlebih dahulu kepadamu."
"Katakan!"
"Apa sebetulnya tujuan Buncu dengan mendirikan
perguruan Yu-leng-bun ini ?"
"Sobat, apakah kau tidak merasa bahwa pertanyaan itu
merupakan suatu pertanyaan yang sudah tahu tapi masih
bertanya lagi? Tentu saja Pun-buncu mendirikan perguruan
ini dengan maksud hendak menguasai seluruh dunia
persilatan."
"Ehmm. besar juga ambisimu!"
Yu-leng lojin tertawa hambar.
"Apa yang kukatakan adalah suatu kenyataan, aku harap
kau suka mempercayainya" setelah tertawa angkuh,
terusnya. "Sobat, dengan tenang hati perguruan ksmi
membuka pintunya lebar-lebar untuk menerima siapapun
yang ingin menjadi anggota perguruan, tidak terkecuali pula
dirimu!"
Tay khek Sinkun tertawa nyaring.
"Buncu, apa salahnya bila kita bertaruh lebih dulu."
"Bertaruh apa?"
"Jika ilmu hipnotis Gi sin tay hoatmu dapat menyuruh
aku melakukan perbuatan di luar kesadaranku, maka aku
dan Ong Bun kira dengan suka rela bersedia masuk menjadi
anggota perguruanmu, bagaimana pendapatmu?"
"Bagus sekali!"
"Tapi sebaliknya jika ilmu Gi sin tay hoat mu gagal
untuk memerintahkan aku melakukan perbuatan diluar
kesadaranku?"
"Tentu saja kalian akan kulepas pergi dari sini"
"Aku menginginkan tambahan sebuah syarat lagi."
"Apa syaratmu?"
"Serahkan Yap tongcu kepadaku!"
"Soal ini..." Yu leng lojin termenung sejenak, akhirnya
setelah tertawa dingin sahutnya, "baiklah!"
Ong Bun kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras sekali, walaupun suasana dalam ruangan remang itu
telah dilipiti ketegangan yang mengerikan, tapi taruhan
tersebut jauh lebih membetot perasaannya.
Dua orang tokoh persilatan yang maha dahsyat segera
akan melangsungkan suatu pertarungan yang bakal
mempengaruhi mati hidup mereka, dalam pertarungan
tersebut tiada orang yang saling pukul memukul, tidak pula
dengan senjata, tapi duel tersebut akan berlangsung dengan
biasa, sederhana dan tegang.
Bila dalam duel tersebut ternyata tenaga dalam yang
dimiliki Tay khek Cinkun tak sanggup melawan pengaruh
ilmu Gi sin tay hoat dari Yu leng lojin, maka mereka
berdua akan segera musnah dalam perguruan Yu leng bun
tersebut.
Dalam pertarungan ini Tay khek Cinkun tidak
mengijinkan Ong Bun kim untuk menerima tantangan dari
Yu leng lojin, hal ini tentu saja disebabkan tenaga dalam
yang dimiliki si anak muda itu masih belum cukup untuk
mempertahankan diri dari pengaruh ilmu Gi sin tay hoat
dari musuh.
Terdengar Yu leng lojin tertawa dingin, kemu dian
berkata:
"Sungguh tak kusangka setelah berpisah puluhan tahun,
kita masih punya kesempatan untuk beradu kekuatan,
kejadian ini sungguh merupakan suatu peristiwa yang patut
digirangkan, betul bukan?"
"Betul!"
"Kemarilah lebih dekat kepadaku!"
oooOdwOooo
BAB 45
PELAN-PELAN Taykhek Cinkun menggeserkan
tubuhnya untuk maju lebih dekat lagi dengan Yu leng lojin.
Ong Bun kim yang mengawasi terus langkah kaki Tay
khek Cinkun, diam-diam merasakan hatinya tercekat, setiap
langkah kaki kakek itu seakan-akan membuat jantungnya
hampir saja melompat keluar dari rongga dadanya.
Akhirnya Tay khek Cinkun berhenti pada jarak tiga depa
dihadapan Yu leng lojin, katanya kemudian:
"Siau Buncu. aku telah bersiap sedia menerima pengaruh
ilmu Gi sin tay hoat mu itu!"
"Tataplah sepasang mataku tanpa berkedip" kata Yu leng
lojin dengan dingin, "dalam setengah jam kemudian, kita
akan mengetahui siapa yang lebih unggul dan siapa yang
lebih asor!"
"Bagus sekali!"
Sepasang mata Yu leng lojin yang terpejam itu
mendadak dipentangkan lebar-lebar, sepasang sinar mata
yang lebih tajam dari sembilu segera terpancar keluar dari
balik matanya dan mendatangkan perasaan bergidikb bagi
siapapun dyang melihatnyaa.
Sinar mata Taby khek Cinkun dialihkah ke atas mata Yu
leng lojin dan menatapnya lekat-lekat, selanjutnya mereka
berdua tak ada yang bergerak lagi...
Sekilas pandangan, cara beradu kekuatan semacam itu
amat sederhana dan biasa, seakan-akan ada dua orang
manusia yang saling bertatapan, tanpa suatu keistimewaan
apapun....
Tapi Ong Bun kim segera merasakan hatinya bergidik,
bulu roma tanpa terasa pada berdiri sendiri...
"Apa yang kau jumpai?" tiba-tiba Yu leng lojin tertawa.
Suara itu berat, rendah dan menyeramkan, membuat
siapapun yang mendengar serasa bergidik.
"Aku melihat sepasang matamu!" jawab Tay khek-
Cinkun dengan suara rendah.
Setelah, bergemanya tanya jawab itu suasana dalam
ruangan pulih kembali dalam keheningan.
Dari sini dapatlah diketahui bahwa kedua orang itu
saling beradu kekuatan dengan hati yang sungguh-sungguh,
kalau disatu pihak berusaha mengerahkan tenaga sesatnya
untuk memperkuat tenaga pengaruh ilmu Gi-sin tayhoatnya,
maka yang lain berusaha melakukan perlawanan
dengan mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dipunyainya.
Tak lama kemudian, dengan suara yang rendah dan
berat Yu leng lojin kembali berkata:
"Sobat, bukankah kau melihat suasana di tahun baru..
laki perempuan tua muda dengan pakaian yang berwarna
warni sedang berjalan disebuah jalan raya, bocah cilik
bermain petasan. yang tua bersalaman penuh- riang
gembira."
"Tidak!"
Setelah sepatah kata yang singkat suasana pulih kembali
dalam keheningan yang mencekam.
Ong Bun-kim tak berani menatap sepasang mata Yuleng-
lojin, sebab sorot matanya yang tajan dan mengerikan
itu cukup mendatangkan perasaan ngeri baginya.
Kurang lebih setengah perminum teh kemudian, suara
dari Yu leng lojin kembali berkumandang;
"Sobat, apakah kau melihat di sebuah jalan raya ada
seorang pengemis cilik?"
"Yaa...,. yaa.... aku melihatnya !" suara jawaban dari Tay
khek Cin kun kedengaran agak gemetar...
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim merasaaan
hatinya bergetar keras, hampir saja ia menjerit keras saking
kagetnya.
Mimpipun ia tak menyangka kalau Tay khek Cinkun
ternyata tak tahan menerima pengaruh dari ilmu Gi-sin-tay
hoat lawan, bahkan sekarang sudah mulai menyaksikan
pemandangan khayalan yang diciptakan olehnya.
Kenyataan tersebut sungguh merupakan suatu peristiwa
yang sangat menggetarkan perasaan Ong Bun kim.
-oo0dw0oo--
Jilid 15
SEKULUM senyuman bmulai menghiasid wajah Yuleng
alojin yang kurubs kering...
senyuman itu kelihatan kaku, dingin dan mengerikan
"Dalam musim apakah waktu itu?" dengan suara berat
dan dalam kembali ia bertanya.
"Musim dingin!"
"Pakaian apa yang dikenakan pengemis cilik itu?"
"Baju biru, baju yang dekil dan berlubang, ia kedinginan
hingga tubuhnya menggigil !"
"Lihatkah kau waktu itu muncul tiga empat orang bocah
yang berbaju perlente sedang berjalan menghampirinya."
"Yaa, ya, aku melihatnya!"
"Mereka sedang mencemoohnya, mengejeknya"
"Yaa, benar!"
"Lihatkah kau ada seorang bocah kecil berbaju hijau
mengambil sebutir batu dan menimpuk pengemis cilik itu?"
"Yaa, aku melihatnya."
"Menyusul kemudian, bocah-bocah yang lain mulai
menghajar tubuhnya secara bertubi-tubi?"
Sekujur badan Tay khek Cinkun gemetar semakin keras
wajahnya telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
tampak sekujur badannya berputar lalu darah kental mulai
meleleh keluar membasahi ujung bibirnya.
"Yaa, aku melihatnya!" kembali ia menjawab dengan
suara gemetar.
Jawaban tersebut hampir saja membuat Ong Bun kim
menjerit tertahan saking kagetnya.
Yu leng lojin mulai tertawa, tertawanya kelihatan seram
dan mendirikan bulu roma, kembali ia bertanya:
"Coba lihatlah mirip siapakah tampang pengemis cilik
itu?"
"Mirip aku!" Tay khek Cinkun menjawab lirih.
"Oooh !" akhirnya Ong Bun kim tak kuasa menahan diri,
ia menjerit keras.
Pada hakekatnya kejadian ini merupakan suatu peristiwa
yang sama sekali tidak masuk akal, mimpipun ia tak
menyangka kalau ilmu Gi sin tay-hoat bisa membuat orang
kehilangan kesadarannya dan terpengaruh oleh khayalankhayalan
yang di-diktekan orang lain
"Bukankah mereka sedang memukuli dirimu secara
keji?" kembali Yu leng lojin bertanya dengan suara dingin.
Sekujur badan Tay khek Cinkun bergetar keras beberapa
kali, akhirnya ia muntahkan kembali darah kental untuk
kedua kalinya, makin pucat raut wajahnya...
"Tidak, mereka rtelah pergi!" ttiba-tiba ia menqyahut.
"Apa?"
Kali ini Yu leng lojin yang menjerit sekeras-kerasnya.
Dengan pandangan seram dan ngeri Ong Bun-kim
mengawasi mereka tanpa berkedip, ia saksikan paras muka
Yu leng lojin mulai berubah menjadi pucat pias, darah segar
mulai menyembur ke luar dari mulutnya.
Ong Bun kim semakin terkejut, ditatapnya kedua orang
itu dengan sepasang mata terbelalak lebar, tak terlukiskan
rasa kaget yang menyelimuti hatinya waktu itu.
Suara Yu leng lojin akhirnya berubah menjadi gemetar,
kembali ia berbisik:
"Mereka sedang menganiaya dirimu mereka sedang
menghajar tubuhmu hingga babak belur..."
"Tidak, mereka mereka telah pergi..."
"Tak mungkin tak mungkin... mereka sedang
menganiaya dirimu.... mereka sedang menghajar
tubuhmu.."
Teriakan Yu leng lojin kian lama kian bertambah keras,
kian lama kian bertambah kalap sehingga kedengaran
mengerikan sekali.
"Tidak mereka benar-benar telah pergi!" kali ini Tay khek
Cinkun menjawab dengan tegas.
Suasana pulih kembali dalam keheningan yang luar
biasa, tak terdengar sedikit suara pun.
Hawa kematian serasa makin menyelimuti suasana
disekeliling tempat itu! meskipun Yu leng lojin melakukan
serangan terakhirnya dengan mengerahkan segenap
kekuatan yaag dimilikinya, akan tetapi Tay khek Cinkun
telah memberikan perlawanannya pula dengan gigih...
Setengah jam telah lewat dalam keheningan yang
mengerikan.
Mendadak....
"Uuaak!" Tay khek Cinkun muntah darah segar,
tubuhnya yang besar roboh terjengkang keatas tanah.
Sebaliknya Yu leng lojin muntah pula darah kental,
sepasang matanya segera terpejam rapat-rapat.
Pertarungan gengsipun segera berakhir! Sambil berteriak
keras, Ong Bun kim segera menubruk ke arah Tay khek
Cinkun: "Locianpwe...?"
Darah kental masih meleleh keluar tiada henti nya dari
ujung bibir Tay khek Cinkun, agaknya cukup parah luka
dalam yang dideritanya ketika itu...
"Yu leng lojin!" dengan geramnya Ong Bun kim
membentak. "kau iblis keji yang tak berperasaan aku akan
beradu jiwa denganmu!"
Ditengah bentakan nyaring, sebuah pukulan dahsyat
langsung diayunkan ke tubuh Yu leng lojin.
Serangan Ong Bun kim yang dilancarkan dalam keadaan
marah ini telah disertakan Tenaga dalam yang luar biasa
hebatnya, kekuatan serangan tersebut ibaratnya gelombang
samudra yang menyapa tiba, dengan membawa desingan
tajam langsung menggulung ke tubuh Yu Ieng lojin.
Disaat yang kritis.... bentakan dingin mendadak bergema
membelah angkasa:
"Bangsat, cari mati kau!"
Segulung angin pukulan berhawa dingin yang
mengerikan segera berhembus ke depan menyongsong
datangnya ancaman dari anak muda tersebut.
"Blaaang !" Ong Bun kim tak sanggup berdiri tegak,
termakan benturan keras tersebut, tubuhnya mundur sejauh
tujuh delapan langkah dari posisi semula.
Sesosok bayangan hitam bagaikan sesosok sukma
gentayangan tiba-tiba berkelebat lewat didepan mata dan
muncul di belakang tubuh Yu leng lojin....
Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh
wajah Ong Bun kim, ketika ia hendak melepaskan pukulan
untuk kedua kalinya, tiba-tiba terdengar Tay khek Cinkun
membentak:
"Tahan!"
Ong-Bun-kim tercekat, ketika ia berpaling tampaklah Tay
khek Cinkun telah bangkit berdiri, sambil membesut noda
darah diujung bibirnya, ia berkata dengan dingin.
"Siu Buncu, ilmu Gi sin tay hoat yang kau miliki betulbetul
telah membuka lebar-lebar sepasang mataku, sungguh
mengagumkan! Sungguh mengagumkan !"
"Kesempurnaan tenaga dalammu jauh diluar dugaanku!"
sahut Yu leng lojin seram.
"Hmm, kini pertarungan telah berlangsung, aku rasa
menang kalahpun telah bisa ditentukan bukan?"
"Betul!"
"Kalau begitu mari kita pergi!" kata Tay khek Cinkun
setelah melirik sekejap ke arah Ong Bun kim.
Tanpa membuang waktu lagi ia beranjak dan melangkah
keluar dari pintu ruangan.
Tapi pada saat Tay-khek Cinkun siap beranjak itulah dua
sosok bayangan hitam tiba-tiba menghadang jalan pergi
mereka.b
Dengan wajah bderubah Taykhek aCinkun segera
mbembentak nyaring:
Minggir kalian!"
Salah satu dari kedua bayangan hitan itu mendengus
dingin, kemudian sahutnya:
"Setelah kalian memasuki pintu Yu-leng-bun, maka
jangan harap bisa keluar lagi dari Seng si kwan (batas antara
mati dan hidup) sobat! Tinggalkan dulu nyawa kalian!"
Paras muka Tay khek Cinkun kembali berubah hebat,
perubahan yang terjadi diluar dugaan ini sungguh membuat
hati mereka berdua merasa terperanjat sekali.
Sekalipun ia memiliki kepandaian silat yang amat lihay,
akan tetapi dengan luka yang di deritanya sekarang, jelas
mustahil baginya untuk bertarung melawan orang lain,
betul masih ada Ong Bun-kim disitu, namun tenaga dalam
yang dimiliki anak muda itu masih belum cukup untuk
menandingi dua kekuatan orang musuhnya.
Maka setelah wajahnya berubah hebat, Tay khek Cinkun
menghimpun kembali segenap sisa kekuatan yang
dimilikinya siap untuk melangsungkan pertarungan terakhir
Sementara dimulut diapun menegur dengan sinis:
"Buncu, beginilah caramu menetapi janji."
Yu-leng lojin tidak menjawab, dia hanya mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram. Tak terlukiskan rasa gusar
Ong Bunkim, segera bentaknya dengan penuh kemarahan:
"Bangsat, rupanya kaucari mampus."
Dengan kobaran hawa amarahnya yang berkobar-kobar,
Ong Bun-kim melejit ke udara dan menerjang ke arah dua
sosok bayangan hitam itu, sebuah pukulan dahayat segera
dilepaskan.
Baru saja serangan dari si anak muda itu meluncur ke
depan, bayangan hitam berputar kencang, dua gulung telaga
pukulan yang maha dahsyat segera meluncur ke udara dan
balas menerjang ke arah Ong Bun kim.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Tay-khek Cinkun
harus melepaskan pula pukulan satu-satunya yang masih
sanggup ia lancarkan itu.
"Tahan!" mendadak Yu leng lojin membentak dengan
suara yang keras dan menggelegar.
Bayangan hitam berkelebat lewat, tahu-tahu ke dua
orang manusia msterius itu sudah melayang mundur dari
tempat itu.
Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim pan bersama sama
menarik kembali serangannya sambil mundur kebelakang.
"Pengawal kiri kanan!" Y u leng lojin kembali
membentak.
"Siap"
"Jangan kalian susahkan sahababt-sahabatku itud,
selamanya akua paling memeganbg janji, maka biarkanlah
kedua orang itu pergi meninggalkan tempat ini."
"Baik!"
Selesai menyahut, kedua orang itu berkelebat kembali ke
samping untuk memberi jalan lewat.
"Siau Buncu" kata Tay khek Cinkun kemudian sambil
tertawa dingin, budi kebaikanmu ini pasti akan kubalas di
kemudian hari!"
Sehabis berkata ia memutar badan dan berlalu dari sini.
Sepeninggal Tay khek Cinkun dan Ong Bon-kim,
pengawal kanan mendadak berbisik:
"Buncu...."
"Tak usah kuatir, mereka pasti akan kem bali lagi."
Ucapan tersebut diutarakan dengan penuh keyakinan,
tapi atas dasar apakah, ia percaya kalau Tay khek Cinkun
dan Ong bun kim bakal kembali lagi ke situ?
Dalam pada itu Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim
telah berjalan keluar dari Yu leng bun dan tiba di istana
bagian tengah, sementara itu wakil ketua dari perguruan
Yu-leng bun serta sekalian anggota perguruannya masih
belum pergi meninggalkan tempat itu.
Ketika Wakil Buncu sekalian menyaksikan kemunculan
kedua orang itu kembali dalam keadaan hidup, paras
mukanya segera berubah hebat.
"Engkau hendak pergi?" tegur Hu buncu kemudian
sambil menatap Tay-khek Cinkun tajam-tajam.
"Benar." jawaban Tay khek Cinkun hanya singkat sekali,
lalu sinar matanya yang tajam itu dialihkan ke atas wajah
Dewi mawar merah.
"Dewi mawar merah!" bentaknya kemudian dengan
suara dingin, "hayo ikut kami tinggalkan tempat ini!"
"Kenapa?" tanya Dewi mawar merah dengan wajah
berubah.
"Soal ini tanyakan saja kepada Yu leng lojin!" Belum
habis perkataan dari Tay Khek Cinkun tersebut, suara dari
Yu leng lojin telah berkumandang di ruangan:
"Yap tongcu!"
"Tecu ada disini!"
"Pergilah bersama mereka, mulai sekarang kau adalah
milik mereka."
Air muki Dewi mawar merah segera berubah hebat
sekali, jeritnya keras-keras:
"Buncu, kau jangan biarkan aku pergi bersama mereka,
aku tak mau mengikuti mereka, aku ingin bersamamu....
aku ingin bersamamu menolong mereka yang sengsara... oh
Buncu biarkanlah aku berada disini."r
Jeritan-jeritatnnya itu ternyaqta berubah menjradi isak
tangis yang memedihkan hati.
Keadaan semacam ini sungguh mengejutkan siapa pun
juga, dari sini pula dapat dibuktikan bahwa daya pengaruh
dari Yu leng lojin memang benar-benar mengejutkan hati
orang.
Suara dingin dari Yu leng lojin kembali berkumandang
tiba:
"Pergi, Pergilah mengikuti mereka, jika kau dapat
menampilkan diri secara baik, di kemudian hari mungkin
aku masih bisa menerimamu kembali, tapi kalau kau tak
mau pergi maka selama hidup jangan harap bisa kembali
lagi ke perguruan kita mengerti?"
"Mengerti!"
"Nah, pergilah kau begitu!"
"Baik!"
Tercekat juga perasaan Tay-khek Cinkun setelah
mengikuti berlangsungnya adegan tersebut, pikirnya:
"Iblis sakti dari kutub utara betul-betul tak malu disebut
sebagai iblisnya iblis, manusia sesatnya manusia sesat lain."
Berpikir-demikian, iapun berkata kepada Ong Bun-kim.
"Hayo kita berangkat!"
Ong Bun-kim manggut-manggut, kepada Dewi mawar
merah segera bentaknya:
"Hayo jalan, ikut kami pergi meninggalkan tempat ini!"
Dengan wajah yang sedih dan memelas Dewi mawar
merah berjaIan mengikuti dibelakang Tay-khek Cinkun,
sementara Ong Bun kim berjalan dipaling belakang sendiri.
Dalam perjalanan keluar dari gua, ternyata sepanjang
jalan mereka tidak menjumpai hadangan apapun.
Setelah keluar dari gua, Tay-khek Cinkun melejit
keudara dan meluncur ke depan dengan kecepatan luar
biasa dalam waktu singkat ia telah berada puluhan kaki
jauh nya dari tempat semula, akhirnya berhenti dalam
sebuah hutan.
Dengan tatapan dingin ia melirik sekejap ke arah Dewi
mawar merah, kemudian sambil duduk katanya:
"Ong Bun-kim, bila aku telah selesai menyembuhkan
lukaku nanti, kita baru menyusun rencana berikutnya!"
"Baik!"
Tay khek Cinkun segera memejamkan matanya untuk
mengatur pernapasan, tapi sesaat kemudian tiba-tiba
menjerit kaget, paras mukanya berubah hebat dan peluh
mulai bercucuran membasahi jidatnya.
Ong Bun kim ikut terperanjat oleh jeritan kaget Tay im
Cinkun tersebut, dengan mata terbelalak dan mulut
melongo serunya:
"Locianpwe, kenapa kau?" Tay khek-Cinkun tertawa
getir, sahutnya.
"Kita semua sudah terkena sergapan kejinya, kita berdua
sudah termakan olen racun gilanya yang tak berwujud dan
berbahaya.
"Haaahhh !" Ong Bun kim menjerit tertahan.
"Kalau tidak percaya, cobalah sendiri..."
Ong Bun kim segera duduk bersila sambil mengatur
pernapasannya, tapi begitu hawa murninya dihimpun, ia
segera merasakan ada segulung hawa dingin yang luar biasa
muncul dari pusarnya dan terus naik ke atas....
membekukan sekujur tubuhnya dan membuyarkan tenaga
dalam yang dimilikinya, halmana tentu saja amat
mengejutkan hati.
"Lebih baik pulang dan menjumpai Bun-cu kami!" sela
Dewi mawar merah dengan suara menyeramkan, "kecuali
dia seorang, didunia dewasa ini tiada seorang pun yang bisa
menolong kalian, kalau tidak maka sekujur tubuh kalian
akan merasakan kesakitan yang luar biasa, kemudian akan
semakin bertambah sakitnya, hingga kemudian menjadi
gila..."
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat.
"Dewi mawar merah, kubunuh dirimu lebih dulu!"
bentaknya.
Diiringi bentakan keras, tiba-tiba saja ia menubruk ke
arah Dewi mawar merah dan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Akan tetapi sebelum serangan tersebut mencapai
sasarannya, tiba-tiba si anak muda itu menjerit kesakitan,
lalu tubuhnya yang berada di udara jatuh ke bawah dan
terguling-guling.
Tampak sekujur tubuh anak muda itu gemetar keras,
dengan suara yang memilukan ia mengeluh:
"Oooh.s.... sakit.. oooh sakit sekali..."
Tay khek Cinkun menjadi amat terperanjat, segera
jeritnya.
"Ong Bun kim, kenapa kau? Aduh..."
Belum habis ucapannya itu, seperti juga Ong Bun kim,
tiba-tiba ia menjerit kesakitan dengan tubuh menggigil
keras, mereka berguling-guling diatas tanah seakan-akan
sekujur tubuh mereka sudah ditembusi oleh beribu-ribu
batang pisau belati, keadaan sungguh mengerikan sekali...
Tiba-tiba... selapis bawa pembbunuhan yang
mendgerikan menyeliamuti wajah Dewib mawar merah
yang cantik itu, kemudian dengan muka menyeringai seram
pelan pelan telapak tangan kanannya diangkat ke udara,
dan selangkah demi selangkah dihampirinya Tay khek
Cinkun serta Ong Bun kim yang masih bergulingan ditanah
penuh kesakitan itu
0000OdwO0000
BAB 46
PADAHAL keadaan Tay khek Cinkun dan Ong Ban
kim ketika itu sangat payah, pada hakekatnya mereka sudah
tak bertenaga lagi untuk melancarkan serangan.
Dalam menghadapi Dewi mawar merah yang secara
tiba-tiba berubah menjadi seorang pembunuh keji ini,
kecuali pasrah memang tiada jalan lagi bagi kedua orang itu
untuk menghindarkan diri.
Bisa dibayangkan, seandainya pukulan itu keburu
dilancarkan, bagaimana mungkin Tay khek Cin kun dan
Ong Bun kim bisa menyelamatkan jiwanya dari kematian?
Sementara itu hawa napsu membunuh yang menyelimuti
wajah Dewi mawar merah kian lama kian bertambah tebal.
Sambil tertawa dingin, ia bergumam.
"Daripada dibiarkan hidup lama-lama, lebih baik
sekarang juga kukirim kalian berdua untuk pulang ke alam
baka!"
Sebuah pukulan yang maha dahsyat segera dilepaskan
kearah tubuh Ong Bun kim.
Serangan tersebut akhirnya dilepaskan juga bahkan
dilancarkan secara keji, dengan tenaga pukulannya yang
sebesar sepuluh bagian itu apa yang terjadi bila Ong Bunkim
terhajar telak?
Untunglah disaat yang amat kritis ini, sebuah bentakan
nyaring berkumandang memecahkan keheningan...
"Tahan!"
Menyusul bentakan tersebut, sesosok bayangan manusia
secepat sambaran kilat meluncur masuk ke dalam
gelanggang.
Oleh bentakan yang menggelegar itu tanpa sadar Dewi
mawar merah menarik kembali hawa serangannya yang
dilancarkan kearah Ong Bun-kim itu dan melompat
mundur dari situ.
Sesudah mundur beberapa langkah, ia mendongakkan
kepalanya Seorang perempuan berbaju hitam yang anggun
tahu-tahu sudah berdiri tegak dihadapan mukanya.
Dengan wajah berubah hebat ia menatap perempuan itu
lekat-lekat, kata "Suhu" hampir saja meluncur keluar dari
mulutnya.
Ternyata perempuan yang baru sbaja muncul kan ddiri
itu bukan alain adalah Hiabn ih-lihiap (pendekar perguruan
berbaju hitam).
Dengan wajah tercengang, heran dan sangsi Hian-ih
lihiap memperhatikan sekejap keadaan Ong Bun-kim dan
Tay khek Cinkun yang bergulingan diatas tanah itu lalu
dengan perasaan terperanjat tegurnya:
"Soh cu! Kau sudah edan?"
Air muka Dewi mawar merah berubah hebat, lalu
jawabnya ketus; "Aku belum edan!"
"Kau hendak membinasakan kedua orang itu."
Jelas Hian-ih lihiap masih belum tahu kalau Yap Soh-cu
yang dididik dan dipeliha ranya selama puluhan tahun
bagaikan anak sendiri ini telah terpengaruh oleh ilmu Yuleng
lojin sehingga telah berubah menjadi seorang
perempuan yang lain.
"Betul!" jawab Yap Soh cu dengan dingin.
"Kenapa kau hendak membunuh mereka?"
"Daripada membiarkan mereka hidup dengan
menanggung derita, lebih baik dibunuh saja biar beres."
"Ngaco belo!"
"Ngaco belo apa?!"
"Kita sebagai orang-orang kalangan pendekar harus
turun tangan menolong orang yang menderita, menolong
bukan harus dilakukan dengan cara memusnahkannya,
mengerti?"
"Tapi aku harus membunuh mereka!"
"Kenapa?"
Dengan wajan berubah menjadi seram dan mengerikan,
Dewi mawar merah tertawa dingin tiada hentinya.
"Heehhh....heeeh... heeehh bukan saja aku hendak
membunuh mereka, akupun hendak membunuh kau!"
"Apa?"
Hampir saja Hian ih lihiap tidak percaya dengan
pendengaran sendiri, dengan terkejut ia berseru tertahan
lalu mundur tiga empat langkah dengan sempoyongan,
ditatapnya Dewi mawar merah dengan mata terbelalak
lebar.
Hawa napsu membunuh kembali menyelimuti wajah
Dewi mawar merah, ujarnya lagi:
"Akupun hendak membinasakan dirimu."
"Kau... kau...." Hian ih lihiap dibikin terkesiap oleh
kejadian yang sama sekali diluar dugaannya ini, sehingga
urntuk sesaat lamtanya tak sangguqp mengucapkan
srepatah katapun.
"Aku bilang, aku hendak membunuh kau!", seru Dewi
mawar merah lagi dengan nada menyeramkan.
"Kau... kau sudah gila?"
"Tidak! Sedikitpun aku tidak gila!"
"Lantas, kau...."
"Kenapa aku hendak membunuhmu bukan?" sela Dewi
mawar merah dengan suara yang sinis.
Hian ih lihiap betul-betul merasakan batinnya terpukul,
dengan perasaan sedih dan penuh penderitaan, serunya
dengan suara gemetar:
"Benar!"
"Terus terang kukatakan kepadamu, suamimu-lah
pembunuh keji yang telah membunuh ayah ibuku!"
"Apa.....?" sekali lagi Hian ih lihiap menjerit sekeraskerasnya.
"Buat apa kau musti terkejut? Suamimu adalah
pembunuh yang telah membinasakan ayahku dan ibuku,
karena ia tak tega membunuh aku maka aku dirawanya
pulang ke-rumah."
"Dari mana kau mendengar semua berita tersebut?"
"Aku dapat melihatnya dari tengah ilmu Gi sin-tay-hoat
yang dilakukan khusus oleh Yu-leng lojin bagiku!"
"Kau bilang Yu-leng lojin?"
"Benar, dia adalah Buncu ku sekarang, aku telah masuk
menjadi anggota perguruan Yu-leng bun."
Kontan saja Hian-ih-lihiap merasakan kepalanya seakanakan
dipukul dengan martil yang berat sekali, matanya
menjadi berkunang-kunang, kepalanya menjadi pusing,
dada sesak dan wajah berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, dengan sempoyongan ia mundur ke belakang dan
hampir saja roboh terjengkang ke tanah.
Peristiwa ini sungguh berada diluar dugaannya dan amat
menggetarkan seluruh perasaan Hian ih liap, Yaa!
Bagaimanapun juga, peristiwa ini baginya merupakan suatu
peristiwa yang betul-betul menakutkan sekali.
Dengan suara gemetar diapun bertanya kembali:
"Jadi kau benar-benar sudah masuk menjadi anggota
perkumpulan Yu-leng bun?"
"Benar?"
"Kau?. " saking gemetarnya menahan luapan emosi,
Hian ih lihiap tak sanggup melanjutkan kembali katakatanya.
"Terus terang kuberitahukan kepadamu, setelah
suamimu membunuh ayahku, ia telah memperkosa pula
ibuku kemudian Buncu kami membalaskan dendam bagiku
dengan membunuh suamimu serta seluruh anggota
perguruannya."
"Omong kosong!"
"Tidak! Sama sekali tidak omong kosong, aku berbicara
sesungguhnya"
"Aku ingin bertanya, antara suamiku dengan ayah ibumu
sebenarnya mempunyai dendam sakit hati apa?"
"Sama sekali tak ada."
"Kalau menuang tak ada, kenapa ia dapat membunuh
ayah ibumu?"
"Sebab suamimu terpikat oleh kecantikan ibuku, maka
timbul niat jahatnya untuk membunuh ayahku serta
menodai ibuku"
"Hal ini tak mungkin bisa terjadi." bentak Hian ih lihiap
dengan gusarnya.
"Siapa bilang tak mungkin? Jelas mungkin sekali."
"Sekarang Yu leng lojin berada dimana?" bentak Hian ih
lihiap amat geram.
"Mau apa kau?"
"Ia telah mengirim orang membunuh suamiku
membantai anggota perguruanku, dan sekarang dengan
menggunakan ilmu sesat..."
"Tutup mulut!" bentak Dewi mawar merah. "dia adalah
orang baik, kularang kau menghina dan mencemooh
dirinya."
"Yap Soh cu!" bentak Hian ih lihiap "Perduli ucapanmu
itu merupakan kenyataan atau bukan, yang jelas terhadap
dirimu aku tak pernah memperlakukannya secara jelek, tak
pernah merugikan kau!"
"Yaa tentu saja karena kau punya tujuan!"
"Apa tujuanku?"
"Takut dikemudian hari aku membunuh dirimu!"
"Ucapan mu itu sama sekali tidak beralasan!"
Dewi mawar merah tertawa dingin tiada hentinya.
"Perduli beralasan atau tidak pokoknya aku hendak
membunuh kau!"
"Kau berani?" bentak Hian ih lihiap dengan geramnya.
"Kenapa tak berani? Sambutlah seranganku ini."
Ditengah bentakan yang amat nyaring, Dewi mawar merah
menerjang maju kedepan, kemudian sebuah pukulan
dahsyat dilancarkan ke arah Hian ih lihiap.
Gadis itu benar-benat melepaskban serangan yandg
dahsyat dan maematikan orang.b
Semua kesadaran dan tabiat sesungguhnya telah
dipunahkan oleh pengaruh hipnotis, yang masih tersisa
dalam benaknya saat ini adalah kebiasaan dan kejahatan
yang dipengaruhi hawa sesat.
Hian ih lihiap sama sekali tidak tahu kalau muridnya
telah terpengaruh oleh ilmu hipnotis yang jahat, maka
ketika dilihatnya Dewi mawar merah benar-benar
melancarkan serangan mematikan ke arahnya, dengan
penuh kegusaran dia membentak:
"Yap Soh cu, kau bsraai menyerang aku ?"
Ditengah bentakan nyaring, ia lepaskan pula sebuah
pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut.
Bayangan manusia saling berputar, dalam waktu singkat
kedua belah pihak telah melancarkan tiga buah serangan.
Sudah barang tentu ilmu silat yang dimiliki Dewi mawar
merah bukan tandingan dari Hian-ih lihiap, selewatnya tiga
gerakan tersebut, ia kena terdesak hingga mundur sejauh
satu kaki lebih dari posisinya semula.
"Yap Soh-cu!" kembali Hian-ih lihiap membentak, "jika
kau berani turun tangan lagi, jangan salahkan kalau aku
benar-benar akan membunuhmu"
"Kalau berani, bunuh saja diriku ini!" bentak Dewi
mawar merah setengah kalap.
Ditengah jeritan keras yang memekikkan teIinga,
kembali ia menubruk kedepan dan secara beruntun
melancarkan tiga buah serangan tersebut.
Habis sudah kesadaran Hian ih lihiap menghadapi
tingkah laku muridnya, ditengah bentakan keras, telapak
tangan kanannya dibabat keluar melepaskan dua buah
serangan kilat yang disertai dengan tenaga pukulan dahsyat.
Yu leng lojin telah menciptakan suatu tragedi yang
memilukan hati bagi kedua orang itu.... yaa, akibat dari
ulahnya, murid dan guru telah terlibat sendiri dalam suatu
pertarungan yang mempengaruhi mati hidup kedua belah
pihak.
Dikala guru dan murid sedang terlibat dalam
pertarungan yang sengit inilah, Tay-khek Cinkun serta Ong
Bun kim tersadar kembal dari pederitaannya.
Mereka menghentikan gerakan tubuhnya yang
bergelindingan di tanah, bagaikan orang yang baru sembuh
dari penyakit parah, kedua orang itu berbaring ditanah
dengan lemas seperti tak bertenaga.
Tapi suara pertarungan antara Hian-ih lihiap dengan
Dewi mawar merah dengan cepat menyadarkan kembali
Ong Bun-kim, cepat cepat dia bangun berduaduk dan
alihkanb sorot matanya ke tengah arena.
Berubahlah wajahnya setelah mengetahui siapa yang
terlibat dalam pertarungan itu.
Serta merta itu pula Tay Khek Cinkun telah duduk pula
sambil menonton jalannya pertarungan, tiba-tiba ia
bertanya:
"Ong Bun-kim, siapakah perempuan yang sedang
bertarung melawati Dewi mawar merah itu?"
"Suhunya !"
"Apa? Dia adalah gurunya Dewi mawar merah?"
"Benar, dia pula nyonya pangcu dari perkumpulan Huiyan-
pang?"
"Waaah, hal ini mana boleh jadi !"
Belum habis ucapan dari Tay-khek Cinkun tersebut,
bentakan keras yang diiringi dengusan tertahan telah
berkumandang memecahkan keheningan, menyusul
kemudian tubuh Dewi mawar merah mencelat ke belakang
dan roboh terjengkang ke atas tanah.
"Kubunuh kau perempuan sialan yang tak tahu budi!"
bentak Hian ih lihiap lagi.
Sambil menerjang maju ke depan, sebuah pukulan
dahsyat segera dilontarkan ke tubuh gadis itu.
"Locianpwe, tahan!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak
keras.
Oleh bentakan Ong Bun kim yang keras i tu, serta merta
Hian ih lihiap menarik kembali serangannya sambil mundur
ke belakang, ketika berpaling ke arah anak muda tersebut,
tampak sekali wajahnya diliputi oleh luapan emosi.
Pelan-pelan Ong Bun-kim bangun berdiri, setelah
memandang sekejap ke arah Dewi mawar merah yang
tergeletak di tanah, ujarnya dengan nada sedih:
"Locianpwe, jangan kau bunuh dirinya!"
"Kenapa?"
"Sebab ia sudah terkena pengaruh ilmu sesat!"
"Ia benar-benar sudah menggabungkan diri dengan
perguruan Yu-leng bun ?" tanya Hian ih lihiap.
"Benar !"
"Yaa ampun !" sambil menjerit keras, titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi perempuan itu.
"Hujin tak perlu bersedih hati" hibur Tay khek Cinkun
dengan cepat, "sebab semua perbuatannya dilakukan tanpa
sadar, ia sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang bisa
menghilangkan kresadaran orang!t"
Hian ih Iihiaqp berpaling ke rOng Bun kim, kemudian
katanya.
"Cianpwe ini adalah.. ?"
"Dia adalah Tay khek Cinkun!" Dengan terkejut Hian ih
lihiap lantas berseru:
"Oooh ! Kiranya adalah locianpwe, terimalah salam dari
Ong Sian bi!"
"Hujin tak perlu banyak adat!"
"Benarkah ia terpengaruh oleh ilmu sesat dari Yu leng
lojin?" tanya Hian ih lihiap kemudian.
"Benar."
"Tak heran kalau dia hendak membunuh kalian berdua!"
"Apa?" Ong Bun kim dan Tay khek Cinkun menjerit
tertahan.
Hian ih lihiap menghela napas panjang, diapun
membeberkan peristiwa yang telah dilihatnya barusan
kepada kedua orang itu, sudah barang tentu Ong Bun kim
berdua merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri
mengingat baru saja mereka lolos dari lubang jarum.
Coba kalau Hian ih lihiap tidak muncul tepat pada
saatnya, bukankah jiwa mereka berdua telah melayang
tinggalkan raga untuk melaporkan diri kepada Raja akhirat?
"Aaah sungguh suatu peristiwa yang mengerikan hati!"
gumam Tay kbek Cinkun kemudian.
"Apakah kalianpun sudah terkena tangan jahat dari Yu
leng lojin?" tanya hian ih lihiap.
"Benar!" jawab Tay khek Cinkun, kemudian sambil
berpaling kearah Ong Bun kim, ujarnya kembali, "sebelum
memasuki Yu leng bun tadi, aku telah menduga kalau Yu
leng lojin bakal mempergunakan racun untuk mencelakai
kita, sebab itu-lah Kuanjurkan kepadamu untuk minum
sebutir pil anti racun"
"Yaa memang begitulah!"
"Aaay ! Tapi tidak kusangka sama sekali kalau racun tak
berujud dari Yuleng lojin ternyata sedemikian lihaynya
sehingga kemanjuran pil anti racunnya tak berdaya sama
sekali"
Saking gemas dan mendendamnya, Ong Bun kim
menggertak giginya keras-keras.
Mendadak Dewi mawar merah yang tergeletak ditepi
arena berteriak keras:
"Hian-ih lihiap, kalau kau punya kepandaian, hayo
bunuhlah aku."
"Kalau anggap aku tak berani membinasakan dirimu?"
bentak Hian-ih lihiap dengan wajah berubah.
"Kalau memang berani, kenapa tidak segera turun
tangan?"
Saking gusarnya sekujur badan Hian-ih li hian gemetar
keras, tapi sebelum pertarungan itu bertindak sesuatu, Ong
Bun-kim telah menerjang lebih dulu sambil membentak.
"Dewi mawar merah, kau ingin mampus?"
Didalam gusarnya ia telah cengkeram tubuh Dewi
mawar merah dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Ong Bun-kim, lepaskan dia!" Tay-khek cin kun segera
membentak.
Ketika kena dibentak, serta merta Ong Bun kim
menurunkan kembali gadis itu keatas tanah.
"Dewi mawar merah!" ujar Tay khek Cinkun kemudian
dengan suara dingin, "bukankah kau amat menyanjung Yu
leng lojin?"
"Benar!"
"Kau berani tidak melanggar ucapannya?"
"Tidak!"
"Nah, bukankah dia telah menyerahkan kau kepada
kami? Memangnya kau berani membangkang
perkataannya?"
"Tidak berani!"
"Kalau memang demikian, maka kau harus
mendengarkan semua perkataan kami, kalau tidak maka
perbuatanmu itu sama artinya dengan bersikap tidak
hormat terhadap Yu leng lojin!"
0000OdwO0000
BAB 47
DENGAN sendiri Dewi mawar merah menundukkan
kepalanya dari tidak berbicara lagi, sementara sinar
matanya yang dialihkan kearah Hian ih lihiap masih tetap
memancarkan hawa napsu membunuh yang amat tebal,
membuat siapapun yang melihatnya merasa hatinya
tercekat.
Tiba-tiba Hian ih lihiap bertanya.
"Dimanakah letak Yu leng bun?"
Ong Bun-kim menggigil keras, serunya tanpa sadar:
"Mau apa kau?"
"Hendak kujumpai dirinya"
Dewi mawar merah segera menuding ke depan sambil
berkata:
"Itu dia, didalam gua ditempat kejauhan sana"
Hian ih lihiap memandang sekejap ketempat kejauhan
sana, setelah itu dengan hawa napsu membunuh
menyelimuti wajahnya ia berkata:
"Aku hendak membunuhnya?"
Selesai berkata ia lantas menggerakkan tubuhnya dan
meluncur kearah gua itu dengan kecepatan tinggi.
Terkesiap Ong Bun kim menyaksikan tindakan
perempuan itu.
"Berhenti!" Tay kbek Cinkun segera membentak.
Ditengah bentakan tersebut, dengan mengerahkan
segenap sisa kekuatan yang dimilikinya ia melompat
kemuka dan menghadang jalan pergi Hian ih li hiap.
"Mau apa kau?" Hian ih lihiap segera berseru dengan
kaget.
"Mau apa pula kau?" Tay khek Cinkun balik bertanya.
"Aku hendak menjumpai Yu leng lojin untuk membalas
dendam!"
"Hujin aku harap sebelum kau laksanakan hal tersebut,
pikirkan dulu tiga kali, camkan dulu bahwa perbuatanmu
itu lebih banyak resikonya dari pada keberuntungan."
"Aah, tidak perlu dipikirkan lagi!"
"Ketahuilah hujin, ilmu silatmu masih jauh ketinggalan
bila dibandingkan dengan kepandaiannya kau masih bukan
tandingan bajingan tua tersebut!"
"Tentang soal ini sudah kupikirkan masak-masak, harap
kau tak usah menguatirkan diriku!"
Tay khek Cinkun segera menghela napas panjang,
katanya kembali:
"Hujin, bukannya aku sengaja menyombongkan diri,
dengan mengandalkan tenaga dalam yang kumilikipun
masih terkena racun gila tak berwujud Bu heng hong bong
ci tok, apalagi kau? Bagaimana seandainya kau berubah
menjadi seperti Dewi mawar merah setelah berjumpa
dengannya nanti?"
Paras muka Hian ih lihiap segera berubah hebat.
Tay khek Cinkun berkata lebih jauh.
"Bukan saja dendam sakit hatimu tak terlampiaskan,
bahkan kau malahan akan dipergunakan olehnya."
"Jadi, kau menyarankan aku jangan membalas dendam?"
"Aku tidak bermaksud demikian, aku hanya
mengingatkan kepadamu agar janganlah disebabkan suatu
masalah yang kecil mengakibatkan masalah besar menjadi
terbengkalai, dengan mengandalkan emosi dan keberanian
saja masih belum cukup untuk mengatasi persoalan, malah
bisa jadi akan berakibat fatal!"
"Lantas bagaimanakah aku musti bertindak menurut
pendapatmu?"
"Seharusnya kau menyusun rencana jangka panjang
lebih dahulu, setelah rencana matang barulah mulai
bertindak"
"Aaai....kalau begitu biar kupertimbangkan kembali
nasehatmu itu."
"Yaa, memang lebih baik hujin berpikir tiga kali dulu
sebelum bertindak!"
Dengan mulut membungkam, perdekar baju hitam
termenung dan berpikir beberapa waktu lamanya.
Sementara waktu, Ong Bun kim yang membungkam
selama ini tiba-tiba berpaling ke arah Dewi mawar merah
sambil menegur:
"Dewi mawar merah, aku ingin bertanya kepadamu..."
"Katakanlah!"
"Siapa yang mampu memunahkan pengaruh racun giia
tak berwujud ini...?"
"Yu-leng lojin!"
"Kecuali dia?"
"Didunia ini tak akan kau jumpai orang kedua!"
"Dalam jangka waktu berapa lama racun gila tak
berwujud itu baru mulai kambuh dan bekerja?"
Setiap satu jam akan kambuh satu kali, setiap kali
kambuh maka tenaga dalam yang dimiliki akan berkurang
dari lima sampai sepuluh tahun hasil latihan, bila sampai
kambuh untuk ketiga kalinya, maka sekujur badan akan
menjadi kering dan tewas."
Bergidik juga Ong Bun-kim setelah mendengar perkataan
itu, serunya tanpa terasa: "Sungguhkah perkataan itu?"
"Benar!"
Bukan saja Ong Bun-kim dibikin terperanjat oleh
perkataan itu, bahkan Tay khek Cin kun pun merasakan
jantungnya berdebar keras. tak tahan lagi dia berseru:
"Jadi kalau begitu, kami hanya mempunyai waktu hidup
selama dua jam saja?"
"Benar!"
Jawaban tersebut benar-benar menggidikkan hati semua
orang, untuk sesaat lamanya Ong Bun kim dan Tay khek
Cinkun hanya bisa berdiri tertegun tanpa sanggup
mengucapkan sepatah katapun.
"Cuma..." kata Dewi mawar merah lagi dengan dingin,
tentu saja kalian bisa lolos dari kematian tersebut.
"Apa caranya?" bentak Ong Bun kim.
"Menjumpai Buncu kami Yu leng lojin, hanya dia yang
bisa menyelamatkan kalian dari kematian."
"Apa? Mencarinya?"
"Tentu saja. kalian harus menjumpainya untuk minta
obat penawar racun itu!"
"Kalau kami enggan menjumpainya?"
"Mampuslah kamu berdua!"
Dengan hati bergidik dan wajah memucat, Ong Bun kim
berdiri tertegun ditempat sambil membungkam dalam
seribu bahasa.
Tiba-tiba Tay kbek Cinkhn berpaling ke arah anak muda
itu dan berkata:
"Ong Bun Kim, sekarang hanya ada dua cara buat
kita..."
"Cara apa?"
"Pertama adalah mati, kedua adalah jalan hidup,
menurut penglihatan ku lebih baik kita pergi saja untuk
menjumpai Yu leng lojin dan meminta obat penawar
darinya."
"Apa kau bilang?"
"Asal kita dapatkan obat pemunahnya, maka kita baru
akan terhindar dari kematian."
Ong Ban kim tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehh heeehhh heeehhh sungguh tak kusangka
perkataan semacam inipun bisa kau ucapkan, kalau kau
ingin mencarinya, pergilah menjumpai sendiri!"
"Dan kau?"
"Aku Ong Bun kim lebih rela mati keracunan dari pada
pergi memohon kepadanya!"
"Kau ingin mati?"
"Benar, terus terang kuberitahukan kepadamu, aku tak
akan tuidukkan kepala kepada Yu-leng Lojin, sampai
matipun aku tak akan tunduk, mengertikan kau?"
Tiba-tiba Tay-khek Cinkun mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh....haaihhh......haaahhh punya semangat! Punya
semangat! Aku memang tak salah menilaimu, betul!
Sekalipun harus mati keracunan, kita tak akan tundukkan
kepala kepadanya, barisan aku hanya sengaja
mempergunakan kata-kata tersebut untuk menyelidiki
karakter dan watakmu yang sesungguhnya"
Mendengar perkataan tersebut, Ong Bun kim baru
mengerti akan maksud orang, serunya juga:
"Oooh kiranya begitu!"
Tay khek Cinkun menghela napas panjang, ujarnya lagi:
"Kau memang benar-benar seorang manusia berbakat
yang punya jiwa ksatria, cuma sayang kita benar-benar tak
akan hidup lebih dari dua jam lagi."
Ong Bun kim segera berpaling, kemudian bantahnya:
"Dewi mawar merah, ada satu persoalan ingin
kutanyakan lagi kepadamu, kemana larinya ke enam biji
mata uang kematian itu?"
"Sudah kuserahkan kepada Buncu dari perguruan Yuleng
bun."
"Kau sudah berkunjung ke benteng Hong-she?"
"Belum!"
Ong Bun-kim segera berpaling kembali kearah Tay-khek
Cinkun, lalu bertanya:
"Locianpwe, mungkin ia bisa menyelamatkan kita
berdua!"
"Siapa yang kau maksudkan?"
"Iblis cantik pembawa maut!"
Paras muka Tay khek Cinkun segera berubah.
"Yaa. betul!" serunya. "mungkin ia bisa menyelamatkan
jiwa kita berdua"
"Aku tahu dia berada dimana, hayo berangkat, sekarang
juga pergi menjumpainya"
Selesai mengucapkan kata tersebut Ong Bun-kim segera
berangkat lebih dulu meninggal kan tempat itu.
Tay khek Cinkun memandang sekejap ke arah Hian-ih
lihiap berdua, lalu serunya:
"Mari kita ikut pergi!"
Selesai berkata, iapun berangkat menyusul
dibelakangnya sianak muda yang telah berangkat duluan
itu.
Dewi mawar merah tertawa hambar, dia ikut pun
menyusul dibelakang kedua orang ini.
Dalam keadaan demikian mau tak mau Hian-ih Iihiap
harus mengikuti pula kepergian Ong Bun-kim berdua, sebab
jika Ong Bun kim dan Tay-khek Cinkun sampai roboh
kembali karena bekerjanya racun ditubuh mereka, besar
kemungkinan-nya kalau Dewi mawar merah akan
manfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh kedua
orang itu.
Maka diapun menjejakkan kakinya ke tanah dan
meluncur kedepan menyusul rekan-rekan lainnya...
Setelah melakukan perjalanan sekian lama, Ong Bun kim
telah keluar dari hutan lebat itu dan berlarian menuju ke
atas sebuah tebing curam didepan sana.
Sebuah bangunan megah yang indah telah muncul
didepan mata sana, sesaat kemudian mereka-pun telah tiba
dipintu gerbangb diluar dindingd pekarangan yanag tinggi.
Tanpab berpikir panjang. Ong Bun kim segera berkelebat
masuk ke dalam pekarangan rumah itu.
Mendadak dikala Ong Bun kim sedang menerjang masuk
ke halaman itulah, serentetan suara tertawa dingin yang
menggidikkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, dari balik kegelapan tahu-tahu muncul tiga
orang manusia tanpa sukma.
Paras muka Ong Bua kim segera berubah hebat, segera
hardiknya keras-keras:
"Siapa disitu?"
"Manusia tanpa sukma!"
"Mau apa kalian disana?" Salah seorang diantara tiga
orang Manusia tanpa sukma itu mendengus dingin, lalu
sahutnya:
"Apakah kau tidak tahu kalau benteng Hong shia ini
sudah menjadi tempat terlarang dari perguruan kami?"
"Daerah terlarang?"
"Benar, siapapun dilarang menaiki daerah Hong shia
ini!"
Kontan saja Ong Bun kim tertawa dingin tiada hentinya.
"Maksud siapakah yang merubah tempat ini menjadi
daerah terlarang...?" tegurnya.
"Buncu kami!"
"Yu-leng lojin?"
"Benar!"
Pelbagai pikiran segera melintas dalam benak Ong Bunkim,
seandainya hal ini merupakan kenyataan, itu berarti
terkurungnya Iblis cantik pembawa maut ada sangkut paut
yang besar sekali dengan Yu-leng lojin.
Berpikir sampai disitu, dia lantas membentak keras:
"Minggir !"
Berbareng dengan bentakan dari Ong Bun kim, Hian-ihlihiap
yang berada dibelakang nya sudah tak tahan lagi, tiba
tiba ia pun membentak amat keras:
"Manusia tanpa sukma, serahkan nyawamu!"
Bayangan manusia berkelebat lewat, ia telah menerjang
lebih duluan kearah Manusia tanpa sukma tersebut, sebuah
pukulan dahsyat segera dilontarkan ketubuh lawan.
Ong Bun-kim membentak juga, secepat kilat ia
menyusulkan pula sebuah pukulan yang tak kalah hebatnya.
Sungguh dahsyat serangan yang dilancarkan Hian ihlihiap
serta Ong-Bun kim, bayangan manusia segera saling
menyambar, ketigba orang manusiad tanpa sukma itaupun
masing-masbing melancarkan sebuah pukulan.
Hian ih-lihiap tidak menaruh belas kasihan lagi terhadap
lawannya, apalagi setelah berjumpa muka dengan musuh
dahsyat, suatu jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema
memecahkan keheningan, seorang manusia tanpa sukma
tahu-tahu sudah terkena pukulan dan tergeletak mati diatas
tanah.
Begitu berhasil merobohkan musuhnya, pendekar
perempuan berambut hitam ini segera putar badan dan
menerjang kearah Manusia tanpa sukma lainnya, suatu
pukulan dahsyat ibaratnya gelombang dahsyat ditengah
samudra segera meluncur ke muka.
Dalam pada itu, Tay khek Cinkun telah berteriak keras,
dalam keadaan seperti ini timbul juga niatnya untuk beradu
jiwa, bayangan manusia segera berkelebat lewat, dengan
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya dia
menghantam punggung seorang manusia tanpa sukma
tersebut...
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
Sementara itu dua orang manusia tanpa sukma kembali
roboh binasa oleh serangan serangan maut mereka..
Ditengah serunya pertarungan yang sedang berlangsung,
tiba-tiba Ong Bun kim melompat kedepan dan langsung
menerjang ke arah pintu gerbang-bangunan besar itu..
Didalam beberapa kali lompatan saja ia sudah tiba
didepan pintu gerbang bangunan tersebut ternyata sudah
kuno sekali, terbukti pintu bajapun sudah banyak karatan.
Diatas pintu baja itu terpancang sebuah papan nama
besar, lamat-lamat masih bisa terbaca huruf-huruf emas
yang sudah mulai luntur warnanya itu:
"BU-LIM HONG-SHIA".
Kalau dilihat dari kekunoan dan keantikan bangunan
berloteng tersebut, bisa diketahui bahwa bangunan itu
sudah berdiri sejak beberapa generasi berselang, paling
tidakpun sudah bersejarah ratusan tahun.
Ong Bun kim memandang pintu baja yang berkarat itu
sekejap, lalu sambil tertawa dingin siap melompat masuk
kedalam
Tapi pada saat itu juga, terdengarlah suara tertawa
dingin yang menyeramkan berkumandang memecahkan
keheningan.
Bayangan hitam berkelebat disana sini, dalam waktu
singkat muncul kembali belasan orang manusia tanpa
sukma yang segera me ngurungnya rapat-rapat ditengah
arena.
Menyaksikan kejadian itu, paras muka Ong Bun-kim
berubah hebat.
Hian-ih lihiap rpun memperlihattkan perubahan
wqajahnya, hawa nrapsu membunuh segera menyelimuti
wajahnya.
Terdengarlah salah seorang manusia tanpa sukma yang
berkumandang tertawa dingin tiada hentinya, kemudian
berkata:
"Sobat, sungguh tak kusangka kalian beberapa gelintir
manusia yang sudah hampir mampuspun masih ada
kegembiraan untuk menyelidiki rahasia benteng Hongshia,
haaahh haaahhh haahhh."
"Minggir!" bentak Ong Bun kim.
"Tidak Segampang itu sobat, paling tidak kalian harus
membayar dulu nyawa dari ketiga orang anggota perguruan
kami yang telah kau bunuh barusan"
"Jadi kalian semua ingin mampus?" bentak Hian ih lihiap
dengan geramnya.
"Aaah, belum tentu demikian!"
Hian in lihiap tak bisa membendung kemarahannya lagi,
sambil membentak keras tubuhnya segera menerkam
kedepan, sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan
ke tubuh lawan.
Begitu Hian-lh lihiap mulai unjuk gigi, Ong bun kim pun
tak mau Ketinggalan, ditengah bentakan nyaring, ia
lepaskan harpa besinya dan menerkam ke muka sambil
melepaskan sebuah serangan yang mengerikan.
Tay khek Cinkun tidak ambil diam pula, hawa murninya
segera dihimpun sedemikian rupa untuk bersiap sedia
melangsungkan suatu pertarungan mati-matian.
Setelah melepaskan sebuah pukulan tadi, Ong Bun-kim
mengayunkan pula tangan kirinya untuk melepaskan
sebuah pukulan dahsyat, arah sasarannya adalah salah
seorang manusia tanpa sukma yang melakukan
pengepungan disekitar situ.
Tindakan Ong Bun kim yang nekad dan siap beradu jwa
ini memaksa tiga orang manusia tanpa sukma harus
mundur cepat-cepat untuk menghindarkan diri, saat itulah
tiba-tiba Ong Bun kim berkelebat dan menerjang kearah
pintu gerbang.
Gerakan tubuh yang dilakukan anak muda tersebut
sungguh teramat cepat, tampak bayangan ma nusia
berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah tiba di depan pintu,
tangan kirinya segera diayun ke muka menghantan pintu
baja itu.
"Blaang !" termakan oleh pukulannya yang amat keras
itu, terbukalah piatu gerbang baja itu.
Ketika itulah, lima orang manusia tanpa sukma telah
menerjang tiba dari kiri dan kanan, pukulan-pukulan
mereka ibaratnya angin puyuh yang berhembus lewat itu
sungguh mengerikan hati.
Ong Bun kim membentak keras, sambil putar badan ia
sambut datangnya tenaga gabungan tersebut.
Tapi mana mungkin baginya untuk membendung kelima
gulung angin pukulan itu bersamaan waktunya?"
"Uuuaaakk....begitu bentrokan kekerasan terjadi anak
muda itu mencelat kebelakang dan mundur sejauh beberapa
puluh langkah, kemudian muntah-muntah darah segar.
Hal ini membuktikan kalau isi perut Ong Bun kim sudah
terluka akibat dari serangan gabungan tersebut.
Demikianlah, ketika menyaksikan serangannya berhasil
memaksa musuhnya muntah darah, secepat sambaran kilat
lima orang manusia tanpa sukma itu meluncur kedepan dan
menghampiri Ong Bun kim, rupanya mereka hendak
membinasakan anak muda itu diujuog telapak tangannya.
Tiba-tiba Tay khek Cinkun membentak keras, ia
melompat kedepan dan sebuah pukulan dilontarkan untuk
menyapu tubuh kelima orang manusia tanpa sukma
tersebut.
Jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan keheningan...
Dua orang manusia tanpa sukma termakan telak oleh
hantaman keras itu hingga tergeletak ditanah dan tak
berkutik lagi .
Peristiwa ini mencengangkan tiga orang lainnya, mereka
berdiri tertegun untuk sesaat.
Tapi hanya sesaat kemudian, beberapa orang Manusia
tanpa sukma kembali meluncur tiba dan memenuhi arena.
Tay khek Cinkun gusar sekali, segera bentaknya.
"Bangsat rupanya kalian sudah bosan hidup...."
Ditengah bentakan tersebut sekali lagi ia lancarkan
sebuah pukulan yang amat dahsyat.
Ketika angin pukulan itu berhembus lewat, kembali ada
tiga orang Manusia tanpa sukma yang tewas terhajar
serangan tersebut.
OOO0dw0OOO
BAB 48
WALAUPUN serangan demi serangan selalu
mendatangkan hasil yang gemilang, tapi siapa yang mampu
mempertahankan diri setelah terluka parah harus
melancarkan serangan yang begitu hebatnya?
Tak ampun lagi Tay-khek Cinkun muntah muntah darah
segar.
Dalam keadaan demikian, kakek itu sadar bahwa
keadaan mereka bertambah payah, kalau tidak segera
mendapatkan tempat berlbindung, akibatndya mereka
pastia akan tewas sembua.
Maka kepada Ong Bun-kim teriaknya. "Cepat
mengundurkan diri ke dalam loteng."
Ditengah bentakan keras dari Tay khek Cinkun tersebut,
dua sosok bayangan manusia telah meluncur masuk kearah
pintu gerbang dan menghadang jalan pergi mereka.
Menyusul kemudian tujuh bayangan manusia-ikut
menerjang pula ke arah pintu-gerbang.
Ong-Bun kim segera membentak keras, telapak tangan
kanannya diayun ke muka melancarkan sebuah pukulan.
Pada saat yang sama Tay khek Cinkun melepaskan juga
sebuah pukulan yang tak kalah hebatnya, dua gulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat itu segera memaksa ke tujuh
orang manusia tanpa sukma itu terdesak mundur kembali
ke belakang.
Dengan napas tersengkal-sengkal, Ong Bun kim
membentak keras:
"Hayo maju lagi, rasakan dulu beberapa, pukulan
dahsyat ini!"
Diluar pintu gerbang, Hian ih lihiap sedang terlibat
dalam suatu pertempuran yang amat seru melawan empat
orang manusia tanpa sukma, sampai waktu itu sudah ada
tiga orang manusia tanpa sukma yang lewas di tangannya.
"Ong Siau bi! cepat mundur!" tiba-tiba Tay khek Cinkun
berteriak memperingatkan.
Tapi napsu membunuh yang berkobar dalam dada Hian
ih Lihiap sudah tak terbendung lagi ditambah pula rasa
dendamnya berkobar kobar, membuat perempuan ini
menjadi mata gelap.
Bukan saja tidak berhenti melancarkan serangan,
malahan sama sekali tidak menggubris terhadap teriakan
dari Tay-khek Cinkun tersebut.
Dipihak lain, Ong Bun-kim telah memperhatikan sekejap
bangunan berloteng itu, ia merasa ruangan tersebut amat
luas, lebar tapi gelap.
Belum lagi selesai memperhatikan keadaan disitu,
bentakan keras telah menggelegar diudara, manusia
manusia tanpa sukma yang sedang memperhatikan kearah
mereka dengan sorot mata tajam tersebut, telah
melancarkan serangan lagi.
Serangan yang dilancarkan ketujuh orang manusia tanpa
sukma saat ini boleh dibilang ibaratnya orang kalap, tujuh
gulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan hebatnya
segera menyambar kemuka.
Tay khek Cinkun membentak keras, sekali lagi diapun
melancarkan sebuah pukulan gencar.
Kendatipun pukulan yang dilancarkan itu sekali lagi
berhasil memaksa mundur kawanan manusia tanpa sukma
itu, tapi ia-pun muntah darah segar dan tubuhnya ikut
terjungkal ke atas tanah.
Betapa terkejutnya Ong Bun kim menyaksi kau keadaan
ini, tangan kirinya segera menyambar ke depan
membopong tubuh Tay-khekb Cinkun yang seddang roboh
ke taanah kemudian bberusaha membimbingnya untuk
mundur.
Tapi pada saat itulah, ketujuh orang manusia tanpa
sukma itu sudah menerjang kembali secara terpisah.
Setelah keadaan berubah menjadi begini, niat untuk
beradu jiwa segera muncul dalam hati Ong Bun-kim, tibatiba
ia membentak keras, harpa bajanya diputar untuk
melindungi badan, kemudian dengan cepatnya ia
menerjang masuk ketengah ruangan.
Sungguh cepat gerakan dari Ong Bun kim ini, bayangan
manusia berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah tiba didepan
ruang utama yang besar dan lebar itu.
Tujuh sosok bayangan manusia segera memburu dari
belakang, salah seorang diantaranya membentak keras:
"Ong Bun-kim, sampai kapan kau baru akan
menyerahkan diri?"
Angin pukulan yang maha dahsyat ibaratnya gulungan
gelombang ditengah samudra menyambar lagi dengan
hebatnya.
Tapi sekarang Ong Bun kim sudah tidak memikirkan
mati hidupnya lagi, ia lari terus ke pintu ruang belakang.
Tapi belum lagi tubuhnya melejit kemuka...
"Blaang!" pukulan dahsyat itu sudah bersarang telak
diatas tubuhnya, seperti layang-layang yang putus benang
tubuhnya segera terlempar kedepan dan terjungkal diatas
tanah.
"Blaang....!"
Agaknya tubuhnya terbanting ditanah, tapi dikala
menyentuh permukaan tanah tersebut, agaknya tubuh itu
sama sekali tidak berhenti, bahkan meluncur terus ke
bawah.
Menyusul kemudian, terjadi kembali suatu benturan
yang sangat keras, kali ini tubuhnya benar-benar tergeletak
ditanah, darah yang muntah keluar dari mulutnya
berhamburan dimana-mana, sementara ia sendiri jatuh tak
sadarkan diri....
Entah berapa lama sudah lewat akhirnya pelan-pelan ia
sadar kembali dari pingsannya.
Isi perut yang terluka kini makin bertambah parah,
sedemikian hebatnya keadaan itu sehingga tenaga untuk
menggeserkan badanpun hampir tidak dimiliki..
Pelan-nelan ia membuka matanya dan mencoba untuk
memperhatikan keadaan di sekitarnya, tapi hanya
kegelapan pekat yang menyelimuti sana, dibalik kegelapan
bahkan secara lamat-lamat membawa kelembaban dan
keseraman.
"Tempat apakah ini? Apakah aku sudah mati ?
Mungkinkah aku sudah berada di akhirat." demikian
gumannya.
Dia mencoba untruk meraba sekittarnya, ternyataq Tay
khek Cinkurn masih tergeletak di sana, saat itulah dia baru
tahu kalau belum mati, cuma jaraknya dengan kematianpun
jelas sudah tak jauh lagi.
Ong Bun kim hanya bisa tertawa getir setelah berpikir
sampai disitu yaa, apa lagi yang bisa ia lakukan?
Mendadak suatu rasa sakit yang luar
biasa, ibaratnya tubuh disayat sayat dengan pisau
menyerang seluruh tubuhnya, ternyata racun gila tak
berwujud yang derada ditubuhnya sudan mulai kambuh.
Ditengah jeritan yang keras, sekujur tubuhnya menggigil
keras karena kesakitan, tubuhnya berguling guling ditanah
setengah sekarat, keadaannya mengenaskan sekali.
Menyusul kemudian, racun jahat yang me ngeram
ditubuh Tay-khek Cinkun pun ikut bekerja.
Jeritan-jeritan keras yang memilukan hati dengan cepat
memenuhi seluruh ruangan yang gelap gulita itu.
Sampai lama... lama sekali teriakan tersebut baru
berhenti.
Suasana disekitar tempat itupun pulih kembali dalam
keheningan.
Setelah terluka parah, mana mungkin Ong Bun kim
sanggup menahan bekerjanya racun jahat itu?
Seperti dua sosok mayat saja mereka tergeletak tak
berkutik ditempat semula.
Kesadaran merekapun ikut lenyap.
Segala sesuatunya seakan-akan sudah terbang
meninggalkan badan kasarnya.
Beberapa waktu kemudian, kesadarannya pelan-pelan
baru pulih kembali, iapun memberitahu kepada dirinya
sendiri.
"Ong Bun-kim wahai Ong Bun-kim, kau tak boleh
mati...bagaimanapun juga, kau tak boleh mati."
Yaa, jiwanya mulai menjerit, ia tak boleh mati. masih
banyak persoalan yang harus diselesaikan olehnya, dendam
sakit hati orang tuanya belum dibalas, tugas dari Kui jin
suseng belum dilaksanakan, sakit hati dirinya belum
dituntut, mana boleh ia mati dengan begitu saja?
Tapi, ia sudah berada ditepi jurang kematian, bagaimana
mungkin tidak bisa mati?
Mengenai kabar mengatakan bahwa Iblis cantik
pembawa maut tinggal dalam Hong shia, iapun tak berani
terlalu memastikan, sebab benar atau tidaknya sama sekali
tak diketahui olehnya, apalagi jika iblis cantik pembawa
maut benar-benar berada dibangunan ini, tapi dibagian
yang manakah dia? Bagaimana caranya untuk
menemukannya?
Semua persoalan tersebut merupakan masalah yang tak
mungkin bisa diduga tapi Ong Bun kim bertekad
bagaimanapun ju ga dia harus tetap melanjutkan hidupnya
di dunia ini.
Berpikir sampai disitu, diapun mengerahkan sisa tenaga
dalam yang dimiliki dan menarik tubuh Tay khek Cinkun
untuk merambat maju dibalik kegelapan.
Tempat dimana ia lewat agaknya merupakan sebuah
tanah lorong yang sempit tapi memanjang, jalannya berliku
liku dan penuh dengan tikungan
Entah berapa jauh Ong Bun kim telah merangkak, ia
sendiripun tak tahu, tiba tiba....
Dari balik lorong sebelah depan sana berkumandang
suara langkah kaki yang bergeser lirih, suara tersebut mirip
suara langkah manusia, tapi seperti juga ada benda yang
sedang bergerak
Suara tersebut dengan cepat menimbulkan rasa bergidik
dalam hati Ong Bun kim, ia mencoba untuk mendengarkan
dengan seksama, ternyata suara gesekan itu kian lama kian
bertambah dekat, kian lama suaranya kian ber-tambah
mengerikan.
Akhirnya Ong bun-kim tak kuasa untuk menahan diri
lagi, ia segera membentak keras: "Siapa?"
Suara dengungan keras menggema dalam ruang bahwa
tanah yang gelap gulita itu, tapi sesaat kemudian segalanya
berubah kembali menjadi sepi dan hening, sementara
gesekan tadi makin lama makin dekat, sedikitpun tak
pernah berhenti
Ong Bun kim menjadi bergidik sekali, kembali ia
membentak keras.
"Siapa disitu?"
Belum juga terdengar suara jawaban.
Tiba-tiba dari balik ruang bawah tanah itu
berkumandang suara petikan harpa yang memekikkan
telinga suara tersebut sede-mikian seramnya hingga
mendirikan bulu roma siapapun yang mendengarnya
Menyusul berkumandangnya suara irama harpa tersebut,
terdengar pula gelak tertawa seram menggelegar memenuhi
keheningan.
-oo0dw0oo--
Jilid 16
SUARA petikan harpa dan gelak tertawa itu dengan
cepat menciptakan serangkaian irama yang mengerikan
hati, hampir pecah nyali Ong Bun kim menghadapi
keadaan seperti itu.
Irama harpa masih bergema memecahkan keheningan.
Gelak tertawa seram masih berkumandang memekikkan
telinga
Lama, lama sekali, akhirnya irama harpa itu baru
berhenti, suasanapun pulih kembali dalam keheningan.
Ong Bun-kim hanya bisa termangu-mangu saja disana,
setelah melewatkan masa mengerikan yang merobek sukma
ini; dia tak tahu apa yang musti dilakukan sekarang.
Luka dalam yang parah, hawa mubrni yang rusak
dmembuat kesadaraannya mulai kabbur kembali, diantara
sadar tak sadar, tiba tiba ia mendengar lagi suara langkah
manusia tersebut....
Sreek! Srek! Sreek! selangkah demi selangkah berjalan
makin dekat ke arahnya maka ia pun mulai kehilangan
kesadarannya
Ketika mendusin kembali, dijumpai tubuhnya yang
lemas sedang berbaring diatas sebuah pembaringan batu.
Ia membuka matanya untuk melihat sekitar sana tiba tiba
ia menjerit keras, coba kalau tenaganya belum punah,
mungkin ia sudah melompat bangun dari atas pembaringan.
Diantara lamat-lamatnya suasana, ia menyaksikan
sesosok bayangan hitam berdiri di hadapannya.
Orang itu berambut panjang sekali dan menutupi
wajahnya, sekilas pandangan mirip sekali dengan setan
perempuan seperti cerita orang.
Berada dalam keadaan seperti ini. tak urung berdiri juga
seluruh bulu kuduknya, Ong Bun km merasakan sekujur
badannya gemetar keras, tanyanya dengan lirih.
"Sii siapakah kau?"
Bayangan hitam itu masih belum juga bergerak, ia berdiri
saja disitu bagaikan sesosok sukma gentayangan
"Sii siapa kau?" sekali lagi Ong Bua kim bertanya dengan
suara gemetar.
"Siapa pula kau?" tiba-tiba orang itu balik bertanya.
Suaranya dingin bagaikan salju, tapi dapat diketahui
kalau suara itu adalah suara seorang perempuan.
Jantung Ong Bun-kim tiba-tiba bergetar lebih keras,
jangan-jangan perempuan itu adalah Iblis cantik pembawa
maut?
Berpikir sampai disitu, dengan suara gemetar ia
menjawab.
"Aku bernama Ong Bun-kim, apakah kau... kau adalah
Iblis cantik pembawa maut?"
"Benar! Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah Iblis
cantik pembawa maut?"
Kejut dan girang Ong-Bun kim setelah mengetahui akan
hal ini, hampir saja jantungnya melompat keluar dari
rongga dadanya, saking kaget dan girangnya, untuk sesaat
dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku adalah Iblis cantik
pembawa maut?" sekali lagi orang itu bertanya.
"Aku hanya menerkanya saja!"
"Siapa yang membertahukan hal bini kepadamu?"
d"Mata uang kemaatian."
"Apa? Kabu telah menjumpai mata uang kematian?"
"Benar!"
Mendadak orang itu tertawa geram, suara tertawanya
dingin dan sedikit menyeramkan membuat Ong Bun kim
menggigit keras dan memandang kearahnya dengan seram.
Setelah berhenti tertawa, ia menyingkap rambut
panjangnya yang menutupi wajahnya itu, sekarang Ong
Bun kim dapat melihat raut wajahnya yang cantik dengan
sepasang biji matanya yang memikat hati.
Penghidupannya dalam ruang bawah tanah telah
dilakuinya selama puluhan tahun, meski wajahnya telah
menjadi tua, tapi dari garis-garis mukanya dapat diduga
bahwa dahulu dia adalah seorang perempuan yang cantik
jelita.
"Apakah mata uang kematian tersebut berada
disakumu?" ia menegur dengan dingin.
"Tidak!"
"Apa? Tidak berada disakumu?"
"Benar!"
"Lantas berada dimana?"
Perada ditangan seorang nona...."
"Dimana gadis itu ?" saking bernapsunya ingin tahu,
pertanyaan tersebut sampai diucapkan dengan suara
gemetar penuh luapan emosi.
Ong Bun-kim tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
malah balik bertanya:
"Dimanakah temanku itu?"
"Tak usah kuatir, ia tak bakal mati!"
Setelah mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim baru
merasakan hatinya amat lega, pelan-pelan ia
menghembuskan napas panjang.
"Dimanakah nona itu?" kembali terdengar Iblis cantik
pembawa maut bertanya dengan cemas.
"Dia berada diperguruan Yu leng bun "
"Apa? Dia berada diperguruan Yu leng bun ? Apakah dia
adalah murid Yu leng lojin?"
"Benar!"
"Sungguh perkataanmu itu?"
"Benar, dimanakah tempatku itu? Sekarang ia berada
dimana?"
la berada dalam ruangan batu yang lain, apakah kau
ingin bertemu dengannya?"
Iblis cantik pembawa maut segera manggut-manggut,
tangannya segera melancarkan sebuah totokan keatas tubuh
anak muda tersebut.
Termakan oleh trenaga totokannyta uu, tiba tibaq saja
Ong Bun krim merasakan segenap tenaga dalam nya telah
pulih kembali seperti sedia kala....
Ia melompat turun dari atas pembariigan dan memberi
hormat kepada Iblis cantik pembawa maut, serunya dengan
penuh rasa terima kasih:
"Terima kasih banyak cianpwe, atas budi pertolonganmu
itu!"
"Tak usah banyak adat lagi, mari ikutilah aku ke ruangan
sebelah !"
Sehabis berkata ia berjalan lebih dulu meninggalkan
ruangan itu, Ong Bun kim segera mengikuti dibelakangnya.
Dengan langkah lebar perempuan itu berjalan memasuki
sebuah pintu batu dan berkelebat masuk...
Itulah sebuah ruangan yang lebar, diatas sebuah
pembaringan berbaringlah Tay khek Cinkun.
Dengan penuh luapan emosi Ong Bun kim segera
menubruk ke depan, lalu teriaknya: "Locianpwe!"
Tampaknya luka yang diderita Tay khak Cin-kun belum
sembuh sama sekali, dia hanya membuka matanya
memandang sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu tertawa
getir, katanya:
"Rupanya kita telah menemukan kembali kehidupan kita
ditengah keadaan yang kritis!"
"Yaa, Iblis cantik pembawa mautlah yang telah
menolong kita berdua"
Tay khek Cinkun segera mengalihkan sorot matanya ke
atas wajah iblis cantik pembawa maut, lama, lama sekali, ia
baru menghela napas panjang.
"Maaf kalau lohu tak dapat memberi hormat kepadamu
untuk menyampaikan rasa terima kasih kami atas budi
pertolonganmu itu "
"Tidak usah?" tukas Iblis cantik pembawa maut cepat.
"Aaai... Betul betu! tak kusangka kalau kau memang
terkurung ditempai ini, kalau dihitung dengan jari tentunya
sudah ada dua puluh tahun bukan?"
"Benar sudah dua puluh tahun lebih! Tolong tanya
siapakah diri locianpwe?"
"Lohu adalah Tay khek Cinkun!"
"Oooh.. . kiranya kau!" Iblis cantik pembawa maut
menjerit kaget, "kejadian ini sungguh diluar dugaanku aai
sudah dua puluh tahun lebih, sungguh tak kusangka ada
juga orang yang berhasil membaca tulisan diatas mata uang
kematian dan berhasil tiba ditempat ini."
Sewaktu bergumam sampai disitu, wajahnya berubah
menjadi amat sedih dan murung.
Terharu juga Ong Bun kim oleh kesedihan yang
menyelimuti wajah perempuan itu, maka dia pun bertanya:
"Cianpwe, tolong tanya mengapa kau sampai terkurung
ditempat ini"
"Aaai masalah ini panjang sekali untuk di-ceritakan
rasanya masalah lalu itu tak usah dikenang kembali."
Dengan sinar mata yang memancarkan kesedihan, ia
menatap wajah Tay khek Cinkun, kemudian katanya:
"Cianpwe, ada satu hal ingin sekali kutanyakan
kepadamu, apakah kau bersedia untuk menjawabnya?"
"Katakan saja!"
"Apakah kau kenal dengan Ong See liat?" Begitu
pertanyaan tersebut diutarakan, baik Ong Bun kim maupun
Tay khek Cinkun sama sama merasa terperanjat.
"Kau.... kau menanyakan soal Ong See liat?" seru Tay
khek Cinkun kemudian dengan suara gemetar.
"Benar!"
"Kau...... apakah kau kenal dengannya?"
O000dw000O
BAB 49
PELAN-PELAN Tay khek Cinkun membalikkan sinar
matanya ke wajah Ong Bun kim lalu katanya: "Dialah
putranya Ong See liat!"
"Apa?"
"Iblis cantik pembawa maut menjerit kaget, paras
mukanya berubah hebat, tanpa terasa ia mundur dua
langkah dengan wajah tak percaya.
"Sungguhkah perkataanmu itu?" tanyanya dengan suara
gemetar.
"Benar- See liat memang ayahku!" Ong Bun kim segera
menjawab.
"Dimana ia sekarang?"
"Sudah mati!"
"Apa? Dia... dia sudah mati?"
Dari sikapnya tersebut bisa diketahui bahwa ia merasa
kaget bercampur tercekat, agaknya ia tak percaya kalau hal
tersebut merupakan kenyataan, ditatapnya Ong Bun kim
beberapa saat, kemudian dengan sedih ujarnya:
"Dia sudah mati...?"
"Yaa benar, ia sudah mati... mbati pada enam bdelas
tahun bersaelang...." sahubt Ong Bun kim dengan hati yang
pilu.
Walaupun Ong Bun kim telah lupa dengan "raut wajah
ayahnya", tapi terhadap kematian ayahnya, mau tak mau
diapun merasakan juga kepedihan yang luar biasa.
Mendadak... ia menyaksikan dua titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipi Iblis cantik pembawa maut,
sikapnya tampak amat sedih sekali, ini tentu membuat Ong
Bun kim -serta Tay khek Cinkun merasa tertegun...
Mereka memandang ke arahnya dengan tatapan kosong,
mulutnya terbungkam dalam seribu basa, seakan-akan
mulutnya dijahit secara tiba-tiba.
"Sungguhkah kesemuanya ini...?" kembali perempuan itu
bertanya. "benarkah dia dia sudah mati?"
"Apa yang menyebabkan kematiannya."
"Dibunuh orang!"
"Siapa pembunuhnya? Siapa yang telah membunuh
dirinya...?"
Suaranya penuh diliputi oleh luapan emosi dan hawa
napsu membunuh yang sangat tebal, ini membuat Tay khek
Cinkun serta Ong Bun kim merasakan hatinya tercekat,
ditatapnya perempuan itu dengan sinar mata kaget dan
tercengang.
Ong Bun kim menghela napas panjang katanya.
"Panjang sekali ceritanya."
"Coba katakanlah kepadaku ceritakanlah semua kejadian
itu kepadaku!" pinta Iblis cantik pembawa maut dengan
suara gemetar.
Sekali lagi Ong Bun kim menghela napas panjang, secara
ringkas ia menceritakan bagaimana ayahnya terbunuh.
Selesai mendengar kisah cerita itu, air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi Iblis cantik pembawa maut...
Ditinjau dari kejadian tersebut, tak salah bila Ong Bunkim
berdua untuk menduga bahwa antara perempuan itu
dengan Ong See-liat sebetulnya mempunyai hubungan cinta
kasih yang mendalam.
Tay khek Cinkun agak tertegun, akhirnya ia bertanya
juga:
"Apakah hubunganmu dengan Ong See-liat akrab
sekali?"
"Benar!"
"Kau..."
"Aku adalah kekasihnya yang pebrtama!"
"Aaah !d" Ong Bun-kim maenjerit tertahabn.
Tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan dari ibunya
Coa Siak-oh tentang hal itu, ibunya pernah bilang bahwa
ayahnya masih mempunyai seorang kekasih lagi, sungguh
tak disangka olehnya kalau kekasihnya dalam cinta pertama
adalah Iblis cantik pembawa maut
Yaa, berbicara sesungguhnya, hal ini benar-benar
merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak disangka
olehnya.
"Aku adalah kekasihnya" kembali Iblis cantik pembawa
maut berkata dengan sedih, aku dan dia telah punya anak."
"Apa? Kau..kau dengan ayahkupun punya anak?" bisik
Ong Bun-kim terkesiap.
"Benar !"
Kembali peristiwa itu merupakan suatu kejadian yang
mengejutkan hatinya, ternyata akibat dari hubungannya
dengan Ong See-liat, telah lahir seorang bocah. Lantas,
dimanakah bocah itu? Sudah mati? Ataukah masih hidup?
Dengan sedih Iblis cantik pembawa maut kembali
berkata:
"Jika putriku belum mati, dia tentu sebesar kau
sekarang."
"Apakah putrimu bernama Yap Soh-cu?" tiba-tiba Ong
Bun-kim berteriak keras.
lblis cantik pembawa maut menjadi tertegun.
"Aku memang she Yap dan seharusnya diapun she Yap,
mengenai namanya sampai saat terakhir aku belum sempat
memberinya."
"Apakah kau telah menyerahkan putrimu kepada ketua
perkumpulan Hui yan-pang?"
"Benar!"
"Ooh.... !" Ong Bun-kim kembali menjerit kaget, menjerit
karena diluar dugaan. "Dia tidak menyangka kalau Iblis
cantik pembawa maut bukan saja merupakan kekasih
pertama ayahnya, bahkan akibat dari hubungan itu mereka
telah mempunyai anak.
Tak heran kalau banyak orang bilang wajah Yap Soh-cu
amat mirip dengan wajahnya, sungguh tak disangka kiranya
mereka saudara seayah lain ibu.
Kalau dibicarakan sesungguhnya peristiwa ini memang
benar-benar merupakan suatu kejadian yang sama sekali
diluar dugaan.
"Bukankah mata uang kematianmu telah kau serahkan
kepada putrimu ?" kembali Ong Bun-kim bertanya.
"Benar, apakah nona yang kau katakan telah bergabung
dsngan perguruan Yu-leng bun itu, adalah putriku?"
"Benar!"
"Oh Thrian...! Mana botleh ia bergabunqg dengan
pergurruan dari musuh besarnya!"
Ucapan itu diutarakan dengan suara yang amat pedih.
"Mengapa kau bisa disekap disini? Apakah kau tak
sanggup keluar dari tempat ini?" tanya Ong Bun-kim.
"Yaa, aku memang tak sanggup keluar dari sini,
maksudku meninggalkan mata uang kematian tersebut pada
putriku adalah agar supaya ketua dari Hui yan pay pergi
mencari ayahmu dan mengajaknya kemari, sungguh tak
kusangka kalau ia telah pergi mendahuluiku."
"Bersediakah kau untuk menceritakan kisah
pengalamanmu itu kepada kami?" tanya Ong Bun-kim
dengan sedih.
"Bersedia saja."
Tapi belum habis Iblis cantik pembawa maut berkata,
tiba-tiba suara harpa yang terdengar tadi berkumandang
kembali dalam ruang bawah tanah yang gelap itu.
Suaranya masih tetap lengking dan amat menusuk
pendengaran
Ketika mendengar suara permainan harpa tersebut, tibatiba
Iblis cantik pembawa maut tertawa terbahak babak
seperti orang gila, tiba-tiba saja tubuhnya ikut menari dan
bergerak mengikuti irama harpa tersebut.
Makin menari ia semakin menggila sehingga sepintas
lalu seperti orang gila yang lagi kambuh penyakitnya.
Irama harpa yang mengerikan, tarian yang
menggidikkan, dengan cepat menciptakan suatu
pemandangan yang seram.
Tay khek Cinkun dibuat terbelalak dengan wajah
tertegun oleh adegan seperti itu.
Ong Bun-kim pun bikin terkesiap sehingga untuk sesaat
lamanya cuma melongo saja tanpa bisa berbuat apa-apa.
Ditengah permainan harpa yang amat nyaring iblis
cantik pembawa maut tertawa seram, menari dengan
gilanya seolah-olah perbuatan seseorang yang telah
kehilangan akal budinya.
Ia seperti seorang dukun perempuan yang sedang
membawakan tarian penyembahan terhadap setan.
Selama hidup, belum pernah Ong Bun kim menjumpai
adegan seperti ini, saking terkejutnya muka sampai berubah
menjadi pucat, sekujur badannya gemetar sangat keras..
Mendadak...permainan harpa itu terhenti.
Iblis cantik pembawa maut yang sedang menari dengan
kalapnya itupun segera terhenti pula bagaikan seorang yang
kehabisan tenaga, ia mendekam ditanah dan sama sekali tak
berkutik lagi...
"See...sesungguhnya apa yang telah terjadi?" seru Ong
Bun-kim kemudian dengan suara terkejut.
"Mungkin ia sudah terkena pengaruh sihir!" bisik Tay
khek Cinkun pula dengan terperanjat.
"Kena pengaruh sihir?"
"Benar!"
Pada saat itulah, suara pembicaraan seseorang dingin
dan berat berkumandang dari balik ruangan tersebut:
"Iblis cantik pembawa maut, kau sudah bisa
mendengarkan perkataanku...?"
"Yaa, sudah kudengar! "jawab lblis cantik pembawa
maut dengan suara yang amat lirih.
"Bersediakah kau untuk menyerahkan?"
"Tii.....tidak akan kuserahkan!"
Menyerahkan apa? Suara yang membetot sukma itu
tidak menjelaskan, sebab selewatnya dua patah kata yang
lirih dan pendek tersebut! suasana pulih kembali dalam
keheningan.
Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim segera berpaling
bertatapan sekejap dengan wajah seram, untuk sesaat
lamanya mereka tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun.
Tak lama kemudian, Iblis cantik pembawa maut baru
merangkak bangun dari atas tanah, wajahnya pucat pias
menyeramkan, ditatapnya sekejap wajah Tay khek Cinkun
dan Ong Bun kim dengan sinar mata menyeramkan.
Ia berdiri tertegun disitu seperti seseorang yang
kehilangan ingatannya.
"See sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Sudah kalian saksikan semuanya?" tanya Iblis cantik
pembawa maut.
"Yaa, sudah kami saksikan semua!"
Perempuan itu kembali tertawa, tertawa dengan
seramnya sehingga kembali mendatangkan perasaan ngeri
bagi yang melihatnya.
"Irama harpa apakah yarg berbunyi tadi, sehingga
membuat kau menari seperti orang gila?" kembali Ong Bun
kim bertanya.
"Itulah Si sim ci (irama pembetot hati)!" Ong Bun kim
bergidik mendengar nama itu, kalau didengar dari namanya
maka irama Si sim ci tidak sehebat dengan ilmu Kou hun ci
(irama penggaet nyawa) miliknya tak nyana justru daya
pengaruhnya ternyata jauh lebih dahsyat.
"Marilah kita duduk lebih dahulu, akan kuceritakan
semua peristiwa yang telah menimpa kepadaku itu kepada
kalian!"
"Katakanlah !"
Iblis cantik pembawa maut-segera menghela napas
panjang, katanya.
"Beginilah kisahnya...."
Pada puluhan tahun berselang, aku dengan ilmu silatku
yang tiada tandingannya didunia ini telah membuat
gemparnya seluruh dunia persilatan pada waktu itu tiada
seorang manusiapun didunia ini yang sanggup menerima
tiga buah pukulanku, kecuali Ong See liat..."
"Aku sudah tahu, pernah mendengar kejadian ini" sela
Ong Bun kim.
"Ya, sebelum berlangsungnya pertarungan tersebut,
ayahmu telah berjanji kepadaku, seandainya aku tidak
berhasil menangkan dirinya didalam tiga gebrakan, maka
akn harus menjadi kekasihnya..
"Dan kaupun menyanggupi permintaannya itu?"
"Yaa, aku telah mengabulkan permintaannya, ternyata
ayahmu memang benar-benar sanggup untuk menerima
ketiga buah pukulanku. maka sejak itupun aku menjadi
kekasihnya. Yaa meskipun kalau diceritakan hal inisesungguhnya
mirip suatu adegan dalam sandiwara saja,
akan tetapi memang begitulah kenyataannya yang telah
terjadi tapi justru karena peristiwa ini, ayahmu telah
membuat aku menjadi malu."
"Kenapa?"
"Karena ketidak mampuanku untuk merobohkan
ayahmu dalam tiga jurus merupakan suatu peristiwa yang
amat memalukan bagiku, maka akupun mulai berusaha
untuk menghindarinya."
Suatu waktu, akhirnya aku berjumpa dengan ayahmu,
dalam suatu adegan ciuman yang hangat terjadilah
peristiwa yang tak diinginkan, tapi setelah kejadian itu, akupun
pergi meninggalkannya."
"Kenapa kau harus berbuat demikian?" tanya Ong Bunkim
"Yaa, sesungguhnya aku sedang mencari penyakit buat
diriku sendiri, aku tahu bahwa ayahmu amat mencintaiku,
dia berkelana kemana-mana mencari jejakku, tapi aku tak
ingin berjumpa lagi dengannya.
Karena "perbuatan" yang hanya sekali itu, aku
mengandung, pernah terlintas dalam ingatanku untuk
menggugurkan kandunganku tersebut, tapi aku tak berani
melakukannya, coba kalau bukan lantaran pikiran itu, tak
nanti aku bisa terkurung disini. Maka akupun pergi mencari
Pak khek sin mo."
"Mau apa kau pergi mencarinya?" tanya Tay khek
Cinkun dengan terperanjat.
"Aku ingin menggunakan pengaruh obat untuk
menggugurkan kandunganku, tapi ketika kutemukan Pakkhek-
sin-mo, kebetulan ia sedang menutup diri untuk
melatih semacam ilmu, hal mana membuat aku gagal untuk
berjumpa dengannya."
"Tiga bulan setelah kejadian tersebut, akhirnya ingatan
jahat itu berhasil kuatasi tiba-tiba saja aku mulai berpikir,
anak yang sama sekali tak bersalah itu kenapa harus
kugugurkan? Tapi, pada saat itulah Pak-khek-sin-mo telah
datang mencariku."
"Ia datang mencarimu? Apakah dia hendak
membantumu untuk menggugurkan kandunganmu?" tanya
Ong-Bun kim tanpa sadar.
"Benar! Padahal waktu itu kandunganku telah berumur
delapan bulan, saat kelahiran pun sudah makin dekat,
akupun memberitahukan kepadanya bahwa aku tidak jadi
menggugurkannya.
"Tentu saja ia menyetujui pendapatku itu, bahkan
memberi kuliah kepadaku bahwa anak itu tak bersalahdan
sebagainya. Waktu itu. aku menganggap Pak khek-sin-mo
adalah orang yang baik sekali. Siapa tahu kalau semua
perbuatannya itu justru sedang melancarkan suatu rencana
busuk nya.
Hari itu, akhirnya peristiwa yang sangat mengerikan pun
terjadi."
Berbicara sampai disini, ia seperti lagi menggigil keras
karena merasa ngeri, sampai lama sekali ia baru lanjutkan
kembali ceritanya;
"Ketika ia menjamuku dalam suatu perjamuan, ternyata
secara diam-diam ia mencampurkan sejenis racun didalam
arakku
"Apakah ia hendak menggugurkan anak dalam
kandunganmu ?" kembali Ong Bun-kim menukas.
"Tidak, obat racun tersebut adalah suatu jenis obat racun
yang aneh sekali, setelah kuminum racun itu, sama sekali
tidak kurasakan sesuatu yang aneh, tapi pada saat itulah
tiba-tiba Pak-khek sin-mo mengeluarkar sebuah harpa dan
memainkan irama harpa seperti apa yang telah kalian
dengar tadi"
"Kenapa ia harus memetik irama harpa itu?"
"Karena setelah ia memainkan irama harpa tersebut, aku
jadi seperti orang kesurupan, tiba-tiba saja dari dalam
perutku muncul segulung napsu ingin menari yang tak bisa
dicegah, maka akupun mulai menari-nari seperti orang
gila."
"Peristiwa ini sungguh-sungguh merupakan suatu
kejadian yang sama sekali tidak masuk diakal" pekik Ong
Bun-kim dengan hati bergidik.
"Yaa, peristiwa ini memang merupakan suatu peristiwa
yang menakutkan, tapi bagaimana pun juga aku adalah
seorang yang sempurna dalam tenaga dalam, coba kalau
racun itu berada ditubuh orang lain, setelah mendengar
irama Si-sim-ci tersebut, niscaya semua akal budinya akan
lenyap dan dia akan menggila terus sampai mati."
"Tapi aku tak sampai menjadi begitu rupa, dengan
paksakan diri kukendalikan racun tersebut agar tak sampai
menyambar ke mana-mana....aku berhasil memojokkan
racun itu sehingga kekalapanku tak sampai membuat aku
menjadi tak sadar atau mati"
Setelah menghela napas panjang, katanya lebih jauh:
"Ditengah aku sedang menari dengan kalap itulah, tibatiba
ia bertanya kepadaku: "Apakah kitab Hek-tao kengberada
di tanganmu?"
"Aku menjawab Ya benar, memang kitab itu berada
ditanganku."
Ia memaksa kepadaku untuk menyerahkan kitab itu
kepadanya, dan saat itulah aku sadar dari pengaruh kalap
itu, maka akupun bertekad untuk membunuhnya!
"Sudah barang tentu ilmu silat yang dimilikinya bukan
tandinganku, ketika sudah mulai keteter hebat dan
nyawanya mulai terancam bahaya maut, tiba-tiba ia
gunakan kembali irama harpa tersebut untuk
mengendalikan aku, dan semenjak itulah aku disekap
disini."
00000OdwO00000
BAB 50
APAKAH kau tak sanggup untuk keluar dari sini dan
mencarinya?" tanya Ong Bun Kim.
"Kau keliru besar, bukannya aku tak bisa keluar dari siat,
adalah aku sendiri yang tak dapat meninggalkan tempat ini
karena aku telah makan obat racun itu..."
"Mengapa demikian?"
"Aaai.! Kalau diceritakan mungkin saja kalian tidak
percaya, setiap sepuluh jam satu kali. kalau tidak kudengar
irama harpa tersebut maka racun yang berada dalam tubuh
akan kambuh, ini mengakibatkan aku merasa amat tersiksa,
beberapa kali aku ingin mati saja, tapi setiap kali irama
harpa tersebut telah menolong jiwaku, ia tidak membiarkan
aku mati karena dia berharap bisa mendapatkan kitab
pusaka Hek mo-keng tersebut."
"Jadi kau tak dapat meninggalkan tempat ini, karena kau
harus mendengarkan irann harpa tersebut?"
"Benar!"
"Sungguh suatu perbuatan yaag amat keji!" teriak Ong
Bun kim sambil menggigit bibir.
"Benar aku betul betul ingin mati tak bisa, ingin
hiduppun susah, terpaksa sepanjang tahun aku harus
mendekam dalam ruangan ini dan hidup dijawab kendali
orang lain....Dua bulan kemudian sejak peristiwa itu, putri
ku pun lahir.
"Mata uang kematian adalah senjata rahasia andalanku,
dalam keadaan begitulah aku mulai teringat kembali akan
diri Ong See liat, aku pikir mungkin ia dapat
menyelamatkan jiwaku.
"Tak lama setelah putriku dilahirkan, tiba-tiba seseorang
muncul dalam ruang bawah tanah itu, orang itu adalah
pangcu dari perkumpulan Hui-yan pang"
"Kuserahkan putriku kepadanya, akupun mengatakan
kepadanya agar menyerahkan keenam biji mata uang
kematian itu kepada Ong See liat, sebab aku telah mengukir
tempat sekapanku ini di-atas mata uang tersebut."
"Sungguh kasihan pangcu dari Hui yan pang tersebut,
dia telah mati dibunuh Pak khek sin mo bahkan semua jago
Iihay dalam perkumpulannya ikut dibunuh semua sampai
habis, beruntung sekali istrinya dan putriku berhasil
melarikan diri..."
"Yaa, sesungguhnya hal mana sudah berada dalam
dugaanku. Yu leng lojin pasti akan pergi mencarinya,
sungguh kasihan dia dan para anggota per kumpulannya,
mereka harus mati lantaran aku...."
Berbicara sampai disini, air matanya tak bisa dibendung
lagi segera bercucuran dengan derasnya.
"Sesungguhnya Hek mo keng itu kitab macam apa?"
tanya Ong Bun kim kemudian.
"Sejilid kitab pusaka ilmu silat peninggalan dari Hek mo
im (bayangan Ibiis hitam)!"
"Kitab pusaka itu berhasil kau dapatkan?" tanya Tay
khek Cinkun dengan terperanjat.
"Benar!"
"Lantas dimanakah pedang saktinya?" tanya Tay khek
Cinkun lebih lanjut.
"Soal itu aku kurang begitu tahu!"
"Aaai ! Sungguh tak kusangka kalau perkataan diri Thian
jian Cuncu ternyata bukan kata-kata kosong belaka, ketika
ia mengatakannya kepadaku dulu, aku masih mengira hal
itu sebagai sesuatu lelucon belaka, tak tahunya..."
"Apa yang telah dikatakan Thian jian Cuncu
kepadamu?" tanya Ong Bun kim sambil menghela napas.
"Disaat pedang sakti muncul kembali, pembunuhan
berdarah akan terjadi dalam dunia persilatan, dan..."
Dan apa? Iba tidak melanjudtkan kata-katanaya, selapis
rasba sedih dan murung segera menyelimuti wajahnya.
Sampai lama sekali ia batu bergumam kembali: "Rahasia
langit tak boleh bocor, kalau tidak sukar dilukiskan apa
akibatnya, Thian jian Cuncu benar-benar seorang tokoh
sakti yang tiada bandingannya didunia ini"
Ong Bun-kim tak tahu apa yang telah di-katakan Thian
jian Cuncu kepada Tay khek Cinkun, tapi oleh sebab
persoalan itu menyangkut rahasia langit, maka diapun tidak
bertanya lebih jauh.
Ong-Bun-kim segera mengalihkan pokok penbicaraan itu
ke soal lain, tanyanya kemudian:
"Apakah Yu-leng lojin sendiri yang memainkan irama
harpa tadi?"
"Mungkin benar, kecuali seseorang yang memiliki tenaga
dalam sempurna, jangan harap permainan harpa tersebut
bisa dilakukan-bahkan dengan tenaga dalam yang kau
miliki sekarangpun masih belum cukup!"
Ong-Bun-kim segera menggertak gigi menahan
geramnya, ia berseru dengan penuh luapan emosi.
"Aku pasti akan melumat tubuhnya hingga menjadi
berkeping keping, kalau tidak rasanya dendam kesumat ini
sukar dihilangkan dari dalam hatiku...."
"Aku lihat ruangan ini agaknya diatur menurut suatu
kedudukan ilmu barisan, apa benar begitu?" tiba-tiba Taykhek
Cin kun bertanya.
"Benar, memang diatur menurut barisan Kiu-kiong yang
mengandung unsur Pat-kwa"
Tay-khek Cinkun menggigit bibirnya seperti sedang
memikirkan sesuatu, kemudian sambil tertawa dingin
katanya:
"Aku harus pergi menjumpainya!"
"Menjumpai siapa?"
"Pak-khek sinmo Yu-leng-lojin...!"
Sinar matanya lantas dialihkan keatas wajah Iblis cantik
pembawa maut, lalu tanyanya:
"Bagaimanakah keadaan lukamu sekarang?"
"Tidak terlalu bahaya, asal kusalurkan hawa murniku
untuk penyembuhan, maka semua luka tersebut akan
sembuh dengan sendirinya."
"Kalau begitu, tolong bantulah aku sekali lagi!"
lblis cantik pembawa maut manggut-manggut, diapun
segera menepuk bebas tiga buah jalan darah penting
ditubuh Tay khek Cinkun, lalu menyalurkan hawa
murninya untuk membantu kakek itu menyembuhkan
penyakitnya.
Cara pengobatan yang dilakukanb ternyata cepatd sekali,
hanya adalam waktu sinbgkat pengobatan itu sudah selesai.
Tay-khek Cinkun yang memperoleh bantuan tenaga dari
Iblis cantik pembawa maut pun segera mengerahkan tenaga
sendiri untuk mengobati lukanya, sudah barang tentu luka
tersebut menjadi sembuh kembali jauh lebih cepat daripada
dihari biasa.
Ketika lukanya benar-benar telah sembuh Tay khek
Cinkun segera menghela napas panjang, lalu katanya:
"Budi pertolonganmu ini rasanya tak perlu kuucapkan
terima kasih, tapi budi itu pasti akan kubalas dikemudian
hari."
"Tak usah sungkan sungkan!"
"Eee.h....baiknya aku menyebutkan dengan panggilan
apa?" tiba-tiba Ong Bun-kim bertanya:
"Panggil saja aku dengan sebutan A-ih (bibi).!"
Ong Bun kim manggut-manggut . "A-ih, tahukah kau
kalau kami sudah terkena racun jahat tak berwujud.."
"Tak usah kuatir, racun itu sudah kuusir keluar dari
dalam tubuh kalian, untung saja sebelum kejadian kalian
sudah menelan sebutir pil penawar racun, kalau tidak,
mungkin akupun tak sanggup untuk menyelamatkan jiwa
kalian!"
"Aku akan pergi mencarinya sekarang juga !" Tay-khek
Cinkun kembali berkata dengan tiba-tiba.
"Mencari siapa? Yu leng-lojin?"
"Benar! Barisan Kiu-liong pat kwat-tin tak bakal bisa
mengurungku disini!"
"Baik, mari kita pergi mencarinya!" sahut Ong Bun kim
pula dengan dingin.
"Cianpwe, kau tak boleh berbuat demikian" cegah Iblis
cantik pembawa maut secara tiba-tiba.
Tay khek Cinkun segera tertawa.
"Bagaimanapun juga selembar nyawaku ini berhasil
kupungut kemba'i sekalipun harus mati juga tak mengapa!"
Selesai berkata, ia lantas berjalan lebih duluan keluar dari
ruangan itu.
"Tunggu sebentar!" bentak Iblis cantik pembawa maut.
"Pesan apa lagi yang hendak kau katakan?"
"Apakah kalian bersikeras hendak mencarinya?"
"Benar!"
"Permainan harpa itu belum berkumandang lagi,
tahukah kalian sekarang dia berada dimana?"
Tay khek Cinkun merasa perkataan itu ada benarnya
juga, sampai kini irama harpa belum berkumandang lagi,
mana ia bisa tahu berada dimanakah iblis tua tersebut?
Maka setelah berrpikir sebentart sahutnya dingiqn; "Baik,
kita rnantikan beberapa jam lagi!"
Iblis cantik pembawa maut pun berpaling ke arah Ong
Bun kim, lalu ujarnya:
"Ong Bun kim, sekalipun ayahmu tidak berjodoh
denganku, tapi bagaimanapun juga kau adalah putranya,
untuk membalas dendam, bersediakah kau mempelajari
beberapa jurus silat yang akan kuajarkan kepadamu?"
Ong Bun kim merasa sangat gembira.
"Terima kasih banyak atas kebaikan A ih." sahutnya.
"Akan kuajarkan ilmu pukulan Hek mo sin ci ada
(pukulan sakti iblis hitam) kepadamu, sebab ilmu pukulan
itu hanya terdiri dari empat jurus, Walaupun begitu, aku
rasa belum tentu ada seorang manusiapun dalam dunia
persilatan dewasa ini yang sanggup menghadapinya, nah
jurus pertama bernama Hek ya mo mi (bayangan setan
ditengah kegelapan) jurus kedua bernama Mo im kui jiau
(bayangan iblis cakar setan), jurus ketiga bernama Mo kui ci
ong si (setan iblis berambut mayat) dan jurus terakhir
adalah Mo hong su ki (angin iblis berhembus dari empat
penjuru), sekarang perhatikanlah baik-baik, akan segera
kuajarkan ilmu pukulan itu kepadamu!"
Demikianlah, selanjutnya perempuan itupun mewariskan
ilmu pukulan silatnya sejurus demi sejurus kepada Ong Bun
kim.
Dengan tekun dan penuh semangat Ong Bun kim
mempelajarinya, betul hanya terdiri dari empat jurus
belaka, ternyata tidak gampang untuk dipelajari, apalagi
perubahan yang sedemikian banyaknya, coba pemuda itu
tak berotak encer, niscaya kepandaian itu akan sulit untuk
dipelajarinya.
Lima jam kemudian Ong Bun kim telah berhasil
menguasahi ilmu pukulan maha sakti itu.
Menyaksikan kecerdasan dan kemampuan si anak muda
itu, Iblis cantik pembawa maut menghela napas panjang.
"Aaaai ! Kecerdasanmu benar-benar tak kalah bila
dibandingkan dengan ayahmu dimasa lampau, kejadian ini
sungguh merupakan suatu kejadian yang patut digirangkan,
duduklah..."
"Mau apa disuruh duduk?"
"Akan kuhadiahkan sepertiga dari tenaga dalam ku
untukmu!"
"Aaah! Hal ini......hal ini mana boleh?"
"Jangan kuatir" ujar Iblis cantik pembawa maut,
"sekalipun sepertiga dari kekuatanku telah kuberikan
kepadamu, hal tersebut sama sekali tak akan mempengaruhi
diriku, tenaga kekuatan yang berada dalam tubuhku masih
tetap sebesar seratus tahun hasil latihan"
Terhadap cinta kasih dari Iblis cantik pembawa maut ini,
Ong Bun-kim benar-benar merasa terharu sekali sehingga
tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya dengan air mata bercucuran karena
terharunya, pemuda itu berkata.
"A-ih, aku tak tahu dengan cara apa harus menyatakan
rasa terima kasihku kepadamu!"
"Sudahlah nak, ini belum terhitung seberapa, kau tak
usah berterima kasih kepadaku, yang penting sekarang
duduklah dengan tenang disitu, aku akan segera turun
tangan"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim segera menurut
dan duduk diatas lantai.
Pelan-pelan Iblis cantik pembawa maut menempelkan
telapak tangan kanannya keatas jalan darah Thian leng kay
diubun-ubun Ong Bun-kim, segulung tenaga murni yang
maha besar dengan cepatnya menyusup masuk lewat ubunubun
dan segera menerjang kedalam tubuh anak muda itu.
Tay khek cinkun yang menyaksikan kejadian itu tak bisa
berbuat lain kecuali berkemak-kemik bergumam seorang
diri;
"Inilah yang dinamakan takdir..inilah yang benar-benar
merupakan takdir..."
Kurang lebih satu jam kemudian, pengerahan tenaga
itupun telah selesai, sambil bangkit berdiri kata Iblis cantik
pembawa maut!
Tenaga dalam yang kau miliki sekarang paling tidak
sudah berada diatas seratus tahun hasil latihan, jika
dikombinasikan penggunaannya dengan ilmu pukulan Hek
mo sin ciang yang ku hajarkan tadi, maka kepandaian
silatmu sekarang sudah cukup untuk menjagoi dunia
persilatan."
"Terima kasih banyak A-ih atas cinta kasihmu yang
bersedia membawaku ke jalan kesuksesan " bisik Ong Bunkim
dengan air mata bercucuran karena terharu.
"Tak usah berterima kasih kepadaku, asalkan kau bisa
mencarikan putriku untuk berjumpa muka denganku, itu
sudah lebih dari cukup."
"A-ih aku pastia kan membawanya datang kemari..." si
anak muda itu berjanji.
Baru habis ia menyelesaikan kata katanya mendadak...
Irama maut Si sim ci ki yang mengalun merdu itu
kembali berkumandang memenuhi seluruh ruangan, begitu
mendengar iramba musik sepertid juga semula Ibalis cantik
pembbawa maut segera tertawa tergelak gelak seperti orang
gila, dan menari nari seperti orang yang sudah tak waras
otaknya.
Tay khek Cinkun segera berbisik kepada Ong-Bun kim:
"Ong Bun kim hayo sekarang juga kita berangkat!"
Begitu selesai berkata, ia telah menerjang lebih dahulu ke
arah pintu depan.
Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Ong
Bun kim, ketika Tay khek Cinkun menerjang keluar dari
mulut gua tadi, diapun ikut pula di belakangnya menerjang
keluar dari sana.
Irama harpa masih saja mengalun dengan merdunya
diseluruh ruangan.
Gelak tertawa kalap dari Iblis cantik pembawa maut,
berkumandang pula tiada hentinya...
Setelah berbelok kedalam sebuah lorong bawah tanah
dan berjalan lebih kurang satu kaki lebih, tiba-tiba Tay khek
Cinkun menghentikan langkahnya lalu bergumam seorang
diri:
"Empat berubah menjadi delapan... delapan kembali
menjadi empat, empat sembilan tiga puluh enam... benar,
benar, pasti beginilah caranya- untuk memecahkan..."
Ia lantas menarik tangan Ong Bun-kim dan mulai
berjalan kian kemari ditengah lorong yang gelap gulita itu,
perjalanan dilakukan makin lama semakin cepat...
Mengikuti arah perjalanan mereka semakin cepat itu,
suara permainan harpa yang mengalun merdu itu
kedengaran kian lama kian bertambah dekat.
Tiba-tiba Ong Bun-kim bertanya:
"Locianpwe, jangan-jagan ruang bawah tanah ini
berhubungan langsung dengan perguruan Yu-leng-bun?"
"Ehmm.... kemungkinan ini memang selalu ada."
"Yu leng Lojin betul betul berkepandaian hebat dan
berkemampuan luar biasa." kata pemuda itu lagi dengan
suara dingin.
"Benar, dia memang seorang manusia yang cerdas dan
berkepandaian yang luar biasa, cuma sayang telah
menempuh jalan yang sesat sehingga menimbulkan badai
pembunuhan berdarah dalam dunia pesilatan, peristiwa ini
sungguh pantas disesali dan disayangkan."
Dalam pada itu mereka telah tiba didepan sebuah
ruangan batu, Ong Bun-kim memperhatikan sejenak
suasana disekitar situ, lalu serunya.
"Locianpwe, suara irama harpa tersebut berasal dari
dalam ruangan ini?"
"Betul!"
Tanpa berpikir panjang lagi Ong Bun-kim segera
melompat ke depan pintu itu dan melancarkan sebuah
pukulan dahsyat ke arahb pintu batu itud dengan tangan
akirinya.
"Blaaabng !" suatu benturan keras yang memekikkan
telinga berkumandang memecahkan keheningan, sebuah
lubang yang amat besar segera muncul diatas batu itu,
namun pintu itu sendiri sama sekali tidak bergeser dari
posisinya semula.
Kenyataan tersebut sangat mengejutkan Ong Bun kim,
segera pikirnya didalam hati:
"Suatu pintu batu yang betul betul amat tebal......"
Tay-khek Cinkun dengan cepat menghimpun tenaga
dalamnya dan melancarkan pula sebuah pukulan kedepan,
akan tetapi kenyataannya, pintu batu itu sama sekali tak
bergeser juga dari tempat semula, sementara irama harpa
mengalun keluar dari balik pintu itu.
"Pintu ini susah untuk dibuka" keluh Tay-khek Cinkun,
"mari coba kita cari disekitar tempat ini, siapa tahu kalau
ada tombol khusus untuk membuka pintu tersebut!"
Ong Bun-kim segera mengalihkan sinar matanya untuk
menyapu sekejap sekeliling tempat itu, tapi diluar ruang
batu tersebut kosong melompong tiada suatu benda apapun,
ini membuat anak muda itu menjadi melongo dan tertegun.
Sebaliknya sinar mata Tay-khek Cinkun segera dialihkan
keatas sebuah patung batu berukiran yang berada lima depa
dihadapan mereka dan menatapnya tak berkedip.
Tiba tiba ia maju menghampiri batu berukir tersebut,
kemudaan diamatinya beberapa saat, setelah itu berusaha
untuk menggeserkan patung itu dari sana. tapi patung
batunitu sedikttpun tidak bergeser dari posisinya semula
Mendadak Tay-khek Cinkun menangkap bagian kepala
dari patung tersebut dan memutarnya kesamping kiri.
Berbareng dengan diputarnya kepala patung tersebut,
segera terdengarlah suara bergemerincing yang amat
nyaring berkumandang memecahkan keheningan.
Benar juga, pintu batu itu segera membuka dengan
sendirinya.
Ong Bun-kim menjadi sangat girang sekali, sementara
Tay-khek Cinkun dengan suatu lompatan kilat telah
menerjang masuk kebalik pintu itu, buru-buru Ong Bun-kim
menyusul pula dari belakangnya
Suasana dalam ruangan itu gelap dan lembab, disudut
ruangan situ duduklah sesosok bayangan hitam sedang
memetik senar harpa irama musik yang menyeramkan
itupun berkumandang dari sana.
"Tahan!" bentak Ong Bun-kim dengan suara
menggeledek.
Tapi orang itu sama sekali tidak menggubris bentakan
itu, sebaliknya masih tetap duduk sambil memetik senar
harpanya.
Ong Bun-kim memrbentak keras satmbil menerjang qke
depan, dalamr gusarnya ia telah melancarkan sebuah
pukulan dahsyat kearah bayangan hitam yang sedang
memetik senar harpa tersebut.
"Blaaang...!" suatu benturan yang amat keras
menggelegar memecahkan keheningan
Permainan harpa pun segera terhenti.
Ketika Ong Bun-kim mengalihkan kembali sorot
matanya ke arah bayangan hitam itu, hampir saja ia berseru
tertahan, ternyata orang yang memetik harpa itu bukanlah
Yu-leng Lojin seperti yang diduganya semula, melainkan
adalah seorang manusia aneh berambut panjang yang
bentuk wajahnya amat menyeramkan.
Entah akibat dan pukulan Ong Bun-kim, ataukah pada
dasarnya memang demikian paras muka manusia aneh itu
pucat pias hingga tampak menyeramkan sekali, sepasang
matanya yang dingin dan tajam tiba-tiba dialihkan kearah
wajah Ong Bun-kim dan menatapnya lekat-lekat.
Dipandang secara begini rupa, diam-diam bergidik juga
hati anak muda itu sehingga bulu kuduknya pada bangun
berdiri.
Tay-khek Cinkun segera maju ke depan, tapi tiba tiba
saja ia menjerit kaget setelah menjumpai paras muka orang
itu.
"Haaah... Rupanya kau..."
Sambil menjerit kaget, paras muka Tay khek Cinkun
berubah sangat hebat, kemudian dengan sempoyongan ia
mundur tiga empat langkah lebar.
"Sii....siapakah dia?" tanya Ong Bun-kim dengan cepat.
Tay khek Cinkun tidak menjawab pertanyaan tersebut,
dia hanya bergumam kembali dengan perasaan hampir tak
percaya:
""Hal ini.....hal ini benar-benar tak masuk diakal...
sungguh tak masuk diakal...."
"Sebenarnya siapakah dia?" sekali lagi Ong Bun-kim
mengajukan pertanyaannya:
Seperti baru tersadar kembali dari rasa kagetnya, Tay
khek Cinkun gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aaaai....! Kalau dibicarakan mungkin kau pun tak akan
percaya.."
"Kenapa tak akan percaya? Sesungguhnya siapakah dia?"
Pelan-pelan Tay-khek Cinkun mengalihkan kembali sinar
matanya ke atas wajah si kakek pemetik harpa itu,
kemudian menegur.
"Sobat lama, masih kenal dengan aku orang she Can?"
Dengan sinar mata yang menggidikkan hati orang itu
menuap wajah Tay khek Cinkun lekat-lekat, lama... lama
sekali ia baru menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Apa? Kau tidak kenal lagi denganku?" seru Tay khek
Cinkun terperanjat.
"Locianpwe, sebenarnya siapakah orang ini?" tanya Ong
Bun kim lagi dengan perasaan terperanjat.
"Bu khek lojin, salah seorang diantara Bu lim sam lo!"
"Haah?" Ong Bun kim menjerit kaget pula tanpa terasa,
sebab kejadian itu benar-benar merupakan suatu peristiwa
yang menggetarkan perasaan orang, sungguh tak disangka
kalau kakek pemetik harpa ini tak lain adalah Bu khek lojin.
oooOdwOooo
BAB 51
"JADI dialah yang bernama Bu khek lojin?" seru anak
muda itu lagi dengan terperanjat.
"Benar!"
"Peristiwa peristiwa ini sungguh merupakan suatu
peristiwa yang sama sekali tak masuk di-akal."
Berbicara sampai disini, tak tahan lagi Ong Bun kim
bersin beberapa kali lantaran ngeri.
"Yaa, tidak kusangka kalau Yu leng lojin sedemikian
lihay dan luar biasanya hingga diapun bisa ditariknya
masuk ke dalam perguruan Yu leng bun, kejadian ini
sungguh mengejutkan hati orang."
Pelan pelan Ong Bun kim mengalihkan kembali sinar
matanya ke wajah Bu khek lojin, tampak dengan sorot mata
yang menggidikkan dan penuh dengan pancaran hawa
napsu membunuh kakek itu sedang menatap wajah Ong
Bun kim lekat lekat.
"Siapa kalian?" tiba tiba ia menegur.
"Aku adalah Tay khek Cinkun!" buru-buru Tay-khek
Cinkun memperkenalkan diri.
"Kau... kau adalah Tay khek Ciakun? Ya..! aku seperti
teringat de......dengan nama ini."
"Sobat lama, apakah kau lupa ketika kita bermain catur
ditengah salju dulu?"
"Lupa. ...lupa..." mendadak hawa napsu membunuh
yang menggidikkan hati memancar keluar dari balik
matanya, kemudian ia membentak keras keras:
"Siapa yang telah menghantam diriku tadi ?"
"Aku!" jawab Ong Bun kim dengan perasaan terkesiap.
"Bocah muda, rupanya kau sudahb bosan hidup?"
d"Aku tidak tahua kalau kau adalbah...."
"Kau anggap siapakah aku ini?"
"Yuleng lojin..."
"Kau berani turun tangan terhadap majikanku?"
"Apa? Yu leng lojin adalah majikanmu?"
"Benar!"
Tay-khek Cinkun dan Ong Bun kim saling berpandangan
sekejap, kemudian mereka sama-sama merinding
dibuatnya.. Dengan perasaan terkesiap Tay-khek Cinkun
segera bertanya lagi:
"Mengapa kau bersedia menggabungkan diri dengan Yu
leng lojin dan menjadi pembantunya?"
"Karena dia adalah seorang yang sangat baik!"
"Jadi kaupun sudah pernah merasakan ilmu hipnotis Gi
sin tay hoatnya."
"Apa itu Gi sin tay hoat? Aku tidak tahu yang kalian
maksudkan itu, cuma kalian begitu berani bersikap kurang
ajar kepada ku, aku tak akan mengampuni kalian dengan
begitu saja."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba ia melompat ke hadapan
Ong Bun kim, kemudian dengan harpa besinya yang
disertai dengan tenaga dahsyat, ia hantam tubuh si anak
muda itu.
Tampaknya sifat buas dari Bu khek lojin telah berkobar,
serangan yang dilancarkan ke arah Ong Bun kim ini telah
disertai dengan kekuatan yang luar biasa, tampaknya dia
berniat untuk melenyapkan si anak muda itu dalam sebuah
serangannya.
Pada saat Bu-khek lojin melancarkan serangannya tadi,
Tay-khek Cinkun ikut melejit ke depan dan menerjang ke
arah manusia aneh itu.sebuah pukulan segera dilancarkan
ke arah Bu khek lojin seraya bentaknya keras-keras:
"Tahan..."
Oleh bentakan itu tanpa terasa Bu khek lojin
menghentikan gerakan tubuhnya, dengan sinar mata yang
tajam ia menatap wajah Tay-khek Ciakun tajam-tajam, lalu
serunya:
"Ada urusan apa kau suruh aku berhenti menyerang?"
"Sobat lama, apakah kau sudah tidak mengindahkan lagi
persahabatan kita yang dulu?"
"Persahabatan? Haahh haahh hah hakekatnya aku sama
sekali tidak kenal dengan dirimu!"
Seraya berkata sekali lagi ia menerjang ke depan dengan
amat dahsyatnya.
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat hawa
amarahnya telah berkobar dalam dadanya, ia tak tahan
menyaksikan keangkuhan dan kenekatan kakek aneh itu
terhadap dirinya.
Pada saat itulah Tay khek Cinkun telah melancarkan
pula sebuah pukulan dahsyat.
Tampaklnya Tay-khek Cinkun tidak ingin bertarung
sendiri melawan Bu khek lojin, maka sekalipun dalam
serangannya itbu telah disertadkan tenaga penuah, namun
tidak bdisertai ancaman yang mematikan.
Sebaliknya kebuasan Bu-khek lojin telah berkobar,
ditengah bentakan yang sangat keras, secara beruntun dia
melancarkan empat buah serangan kilat yang
keseluruhannya ditujukan ke bagian-bagian yang
mematikan ditubuh Tay-khek Cinkun, sungguh suatu
serangan yang keji dan mengerikan.
Berbicara dalam hal tenaga dalam, agaknya kepandaian
Tay-khek Cinkun masih menang setingkat bila
dibandingkan dengan Bu khek lojin, cuma dia tak ingin
melukai sobat lamanya ini karena dia tahu Bu-khek lojin
sudah terkena pengaruh ilmu hipnotis Gi-sin tay-hoat dari
Yu-leng lojin.
Serangan demi serangan dilangsungkan berulang kali,
pertarungan berjalan amat cepat, dalam waktu singkat
sepuluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa.
Tiba-tiba Ong Bun-kim membentak keras:
"Locianpwe, bekuk dirinya..."
Paras muka Tay khek Cinkun berubah hebat diapun
sadar bila sobatnya ini tidak segera dibekuk, maka
pertarungan yang berkepanjangan bukan merupakan suatu
keuntungan bagi pihaknya.
Berpikir demikian, diapun membentak keras, tangan
kirinya segera dibabat ke depan dengan kecepatan luar
biasa.
Dua sosok bayangan manusia saling berputar ditengah
udara lalu memisahkan diri menjadi selapis cahaya tajam,
terasalah angin pukulan menderu-deru amat menyeramkan.
Sungguh pertarungan ini merupakan suatu pertarungan
sengit yang jarang terjadi dalam dunia persilatan, sampai
terbelalak Ong Bun kim menyaksikan jalannya pertarungan
tersebut.
Mendadak terdengar suatu bentakan nyaring
menggelegar di ruangan, menyusul kemudiar. terjadinya
suatu benturan keras, dua sosok bayangan manusia saling
berpisah dan Bu khek lojin sambil muntah darah segera
terjungkal ke atas tanah.
Tay khek Cinkun sendiripun mundur sejauh tujuh
delapan langkah dari tempat semula, tak tahan diapun ikut
muntah darah segar.
Dengan suatu langkah cepat Ong Bun kim menerjang
maju ke depan dan mencengkeram tubuh Bu khek lojin,
kemudian sambil mengangkatnya ke udara ia membentak.
"Bu-khek lojin, kenapa kau bersedia masuk menjadi
anggota perguruannya Yu leng lojin?"
Bu-khek lojin,. melirik sekejap ke arah Ong Bun kim, lalu
tertawa dingin tiada hentinya suara tertawanya masih tetap
begitu sinis dan menyeramkan...
"Hayo cepat menjawab!" kembali Ong Bun-kim
membentak, "mengapa kau bersedia menjadi kaki
tangannya rYu leng lojin dtan menjadi seorqang algojo
disirni?"
"Kalian sendiri baru algojo-algojo yang jahat, kalau
hendak membunuh diriku, hayolah cepat dibunuh" bentak
Bu-khek lojin.
"Hmm! Tidsk sulit buat kami jika ingin membunuhmu,
setiap saat nyawamu bisa ku-cabut!"
"Kalau begitu, hayolah cepat cabut nyawaku." Ong Bunkim
teramat gusar, telapak tangannya sudah diangkat ke
udara siap membunuh kakek aneh tersebut. Tapi pida saat
itulah tiba-tiba terdengar Tay khek Cinkun berseru dengan
nyaring:
"Ong Bun kim, lepaskan dia!"
"Kenapa?" tanya Ong Bun kim dengan wajah tertegun.
"Sekalipun ia dibunuh juga tiada kegunaan apa-apa buat
kita, lagi pula ia sudah terkena ilmu hipnotis Gi sin tay hoat
dari Yu leng lojin sehingga kehilangan ingatannya, dia tak
boleh dibunuh, kasihan dengan nyawanya."
"Jadi maksudmu?"
"Lepaskan dia!"
Ong Bun kim berpikir sebentar, lalu manggut-manggut.
"Baiklah!"
Ia membanting tubuh Bu khek lojin keatas tanah, setelah
itu baru bertanya kepada Tay khek-Cinkun:
"Lukamu tidak terlampau serius bukan?"
"Masih untung agak mendingan, biar kusembuhkan dulu
lukaku ini kemudian kita baru meninggalkan tempat ini!"
Seraya berkata ia berjalan lebih dulu keluar dari pintu
batu tersebut.
Setelah keluar dari pintu, ia menggeserkan kembali
kepala patung batu itu, maka pintu pun pelan pelan
menutup kembali.
Setelah itu dengan wajah serius Tay khek Cinkun baru
duduk bersila untuk menyembuhkan luka yang dideritanya.
Ong Bun-kim sendiripun merasakan juga suatu perasaan
kaget yang luar biasa, sebab salah satu diantara Bu-lim-sam
lo yaitu Bu-khek lojin telah menggabungkan diri dengan Yu
leng lojin, dari sini dapat diketahui bahwa ambisi Yu leng
lojin untuk merajai seluruh dunia persilatan memang telah
direncanakan dengan masak-masak.
Tak lama kemudian Taykhek Cinkun telah selesai
menyembuhkan luka yang dideritanya, pelan-pelan ia
bangkit berdiri dan menengok sekejap ke arah si anak muda
itu lalu katanya:
"Mari kita pergi!"
"Ke mana?"
"Meninggalkan tempat ini!"
Ong Bun kim manggut manggut.
"Kalau begitu kita beritahukan dulu niat ini kepada Iblis
cantik pembawa maut!"
"Baik!!
Maka dibawah pimpinan Tay khek Cinkun, mereka
berjalan kembali menembusi barisan dalam lorong rahasia
itu dan menuju ke ruangan dimana Iblis cantik pembawa
maut disekap.
Tak selang sesaat kemudian, mereka telah tiba kembali
diluar ruangan batu itu.
"Apakah Ong Bun kim yang datang?" terdengar Iblis
cantik pembawa maut menegur.
"Benar." ditengah sahutan tersebut mereka telan melihat
kedatangan iblis cantik pembawa maut yang menyongsong
kedatangan mereka.
"Siapakah pemetik harpa itu?" perempuan itu segera
bertanya.
"Kalau dibicarakan mungkin kaupun tak akan percaya"
kata Tay khek Cinkun, "kau tahu, ternyata dia tak lain
adalah Bu khek lojin, salah seorang diantara Bu lim sam
lo?"
"Bu khek lojin....? Kenapa bisa dia? Jadi si pemetik harpa
itu benar-benar adalah Bu khek-lojin?"
"Benar!"
Iblis cantik pembawa maut menjidi amat terperanjat.
"Aah, hal ini mana mungkin bisa terjadi?" serunya.
"Tapi kenyataannya memang dia!"
"Sungguh tak kusangka kalau ia sudah terjatuh ke tangan
musuh!"
"Oleh sebab itulah peristiwa ini boleh dibilang
merupakan suatu kejadian yang sama sekali tak disangka"
kata Tay-khek Cin kun sambil menghela napas panjang,
tiba-tiba ia bertanya lagi, "dengan tenaga dalam yang kau
miliki sekarang, sanggupkah kau untuk memecahkan
pengaruh ilmu hipnotis Gi-sin tay-hoatnya itu?"
"Masih sulit untuk dilakukan, konon ilmu Gi-sin-tayhoat
adalah suatu ilmu hitam yang bisa menghilangkan
kesadaran maupun watak seseorang disamping dapat
memancing berkobarnya hawa jahat serta kebuasan orang
untuk melakukan hal hal yang tak diinginkan, menurut apa
yang kuketahui, ilmu hitam tersebut bukannya bisa diatasi
dengan bahan obat-obatan."
"Bagaimana kalau menggunakan tenaga dalam?"
"Tentang soal ini sulit untuk bdikatakan, daladm kitab
Hek-mo-akeng pernah dibbicarakan tentang ilmu hitam
tersebut, tapi dengan kemampuan Hek-mo im pribadi pun
akhirnya tak berhasil menyimpulkan sesuatu."
"Jadi kalau begitu, orang yang sudah terpengaruh ilmu
Gi sin tay hoatnya Yu leng lojin, maka selama hidup tiada
kemungkinan untuk menjadi sembuh kembali?"
"Aku tidak maksudkan demikian, cuma aku masih belum
berhasil menemukan sesuatu cara yang jitu untuk
memecahkan hal ini!"
Sampai disitu, Tay khek Cinkun tak dapat
menyembunyikan rasa kecewanya, ia menghela napas
berat.
Ong Bun kim segera berkata:
"Kalau begitu, apakah racun yang kau derita masih bisa
disembuhkan dengan sejenis obat?"
"Ya, benar." " Iblis cantik pembawa maut mengangguk.
"Obat apakah yang bisa memunahkan racun ditubuhmu
itu?"
"Buah Hiatli!"
"Buah Hiatli?"
"Betul, buah itu hanya ada didalam selat hiat-mo-shia
dalam bukit Thian-mo san..."
"Apa? Buah itu hanya ada diselat Thian mo-shia diatas
bukit Thian mo san?"
"Benar!"
Ong-Bun kim segera mengerutkan dahinya rapat-rapat,
dia masih ingat markas besar perguruan San tiam bun
letaknya justru diselat Thian mo shia, itu berarti usahanya
untuk mencari buah Hiat li tersebut masih merupakan suatu
tanda tanya besar yang sukar diramalkan hasilnya mulai
saat ini.
Terdengar Iblis cantik pembawa maut berkata lagi.
"Buah Hiat li seperti juga tumbuhan buah li lainnya,
batangnya amat pendek, paling tidak hanya dua depa saja
dari permukaan tanah, buahnya kecil se ibu jari, tapi amat
beracun sekali. .."
"Buah itu sangat beracun?" seru Ong Bun kim terkejut.
"Benar, oleh karena racun yang bersarang ditubuhku
jauh berbeda dengan racun-racun lainnya, maka kecuali
menggunakan sistim racun melawan racun rasanya tiada
cara lain lagi yang bisa digunakan untuk memunahkan
racun didalam tubuh itu"
Ong Bun kim menggigit bibir menahan luapan emosinya,
lalu berseru.
"Semoga saja demikian, nah sekarang kau boleh pergi."
Ong Bun kim manggut manggut, bersama Tay-khek
Cinkun ia putar bedan dan siap meninggalkan tempat itu.
Tapi bpada saat ituladh tiba tiba teradengar suara
tebrtawa dingin yang menyeramkan barknmandang
memecahkan keheningan.
Suara tertawa itu dingin sekali, sehingga menggidikkan
hati siapapun yang mendengarnya.
"Siapa disitu?" Tay khek Cinkun segera membentak keras
"Sobat lama" suara dingin yang menggidikkan kembali
menggema, "tak kusangka kepandaianmu cukup hebat,
ternyata kaupun seorang ahli ilmu barisan yang tak boleh
dianggap remeh!"
Setelah mendengar perkataan itu paras muka Tay khek
Cinkun serta Ong Bun kim berubah hebat, sebab merela
kenali orang itu sebagai Yu leng lojin, musuh besar mereka
bersama.
Tay khek Cinkun segera tertawa dingin.
"Yu leng lojin kau jangan terlalu pandang rendah orang
lain, jangan kau anggap hanya kau seorang yang mengerti
tentang ilmu barisan, Hma! Kalau cuma ilmu barisan Kiu
liong pat kwa tin sih masih belum cukup tangguh untuk
mengurung diriku!"
"Benar-benar! perkataan itu memang benar! Tapi
seandainya aku tutup pintu kehidupan tersebut?"
"Pintu kehidupan?"
"Benar! Setiap barisan tentu ada jalan tembus yang bisa
dilewati, seandainya kututup pintu kehidupan tersebut,
bukankah tempat itu akan segera berubah menjadi sebuah
pintu kematian?"
"Benar, tapi aku percaya kau tak akan memiliki
kemampuan tersebut!"
-oo0dw0oo--
Jilid 17
TAY-KHEK CINKUN adalah seorang ahli dalam ilmu
barisan, dalam kenyataannya dalam setiap barisan memang
selalu terdapat jalan kehidupan yang bisa dilewati, akan
tetapi kalau dikatakan jalan kehidupan itupun bisa
disumbat, hal ini sungguh merupakan suatu kejadian yang
sama sekali tak masuk diakal...
Terdengar Yu-leng lojin tertawa dingin tiada hentinya,
kemudian berkata lagi:
"Adakah kemampuan bagiku untuk melakukan
perbuatan tersebut, sebentar lagi bakal tahu sendiri, cuma
sekarang aku sih ingin berbicara dulu dengan Iblis cantik
pembawa maut.
Iblis Cantik pembawa maut segera tertawa dingin, segera
bentaknya.
"Persoalan apa lagi yang hendak kau bicarakan
denganku?"
"Kitab pusaka Hek mo keng!"
"Heehh heehh heehh jangan bermimpi disiang hari
bolong!" jengek Iblis cantik pembawa maut sambil tertawa
dingin tiada hentinya.
Yu-leng lojin ikut tertawa dingin, terasa hembusan angin
menyambar lewat, tahu-tahu ada dua sosok bayangan
rhitam telah muntcul disana.
Ia qduduk diatas serbuah kursi, mukanya masih juga
diliputi hawa sesat yang menggidikkan hati.
00000OdwO00000
BAB 52
MENCORONG sinar berapi api setelah Ong-Bun kim
berjumpa dengan musuh besarnya ini, segera bentaknya:
"Yu leng lojin, rupanya kau adalah seorang manusia
cacad!"
"Benar, aku memang seorang yang cacad, tapi kalau aku
berhasil mendapatkan kitab pusaka Hek mo keng tersebut,
maka aku akan memperoleh harapan untuk sembuh
kembali"
Tay khek Cinkun segera tertawa dingin. "Tak heran
kalau sampai sekarang kau masih belum melakukan
pembantaian secara besar-besaran dalam dunia persilatan,
rupanya sepasang kakimu lumpuh dan tak sanggup
melakukan perjalanan sendiri."
Mendengar perkataan itu, Yu leng lojin sementara
tertawa seram.
"Heeehhh heeehhh heeehhh....Iblis cantik pembawa
maut! Hampir saja melupakan sesuatu hal yang amat
berharga, ketahuilah bahwa putrimu telah terjatuh
ketanganku."
"Apa? Kau..."
"Sekarang, aku hendak mempergunakan nyawa putrimu
untuk ditukarkan dengan kitab pusaka Hek-mo-keng
tersebut!" lanjut Yu-jeng lojin dengan dingin.
Ucapan tersebut segera membuat paras muka Iblis cantik
pembawa maut berubah sangat hebat, rasa ngeri segera
menyelimuti seluruh wajahnya, untuk sesaat ia menjadi
tergagap dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun
juga....
"Kau berani?" akhirnya setelah lewat, ia membentak
dengan suara gemetar.
"Kenapa tidak berani? Jika kau bersedia akupun bisa
memberi sebuah hadiah lain ke kepadaku, nyakni selembar
nyawa dari Hian ih-lihiap (pendekar perempuan berbaju
hitam) Ong Siau-bi!"
"Apa? Hian ih lihiap juga sudah jatuh ke tanganmu?"
bentak Ong Bun kim dengan wajah berubah.
"Betul!"
Setelah berhenti sejenak, Yu leng lojin mengalihkan sinar
matanya yang dingin menyeramkan itu ke atas wajah Iblis
cantik pembawa maut, katanya lebih lanjut dengan dingin:
"Bagaimana keputusanmu?"
"Kalau aku tidak bersedia memenuhi keinginanmu itu?"
"Satu jam kemudian.. heeehhh... heeehhh heeehhh. kau
bakal tahu sendiri akibatnya!"
Saking gusarnya sekujur tubuh Ong Bun kim sampai
gemetar keras, ia tak sanggup berkata apa-apa.
Mendadak Tay khek Cinkun bertanya:
"Seandainya kami bersedia untuk menyerahkan kitab
Hek-mo-keng tersebut kepadamu?"
"Maka dua orang itu akan segera kuserahkan kepada
kalian!"
"Tapi kau jangan lupa, Dewi mawar merah sudah
terkena ilmu hipnotis Gi-sin tay hoat mu!"
"Aku sanggup untuk memunahkan pengaruh ilmu
tersebut!"
"Tapi menurut apa yang kuketahui, kau masih belum
berhasil memiliki cara untuk menarik kembali pengaruh
ilmu Gi-sin tay hoat itu..."
Mendengar perkatanku itu paras muka Yu leng lojin
agak berubah, dengan cepat dia berseru.
"Apa yang hendak kukatakan telah selesai kaucapkan,
mau serahkan kitab itu atau tidak terserah pada keputusan
kalian sendiri!"
Sehabis berkata, tiba tiba ia melayang kembali ke arah
jalan semula.
"Berhenti!" bentak Ong Bun kim dengan keras.
Mendengar bentakan tersebut, tiba-tiba saja Yu leng lojin
menghentikan gerakan tubuhnya, ditatapnya sekejap wajah
si anak muda itu, kemudian ujarnya dengan dingin.
"Masih ada pesan apa lagi yang hendak kau sampaikan?"
"Mau anggap bisa pergi dari sini dengan begitu mudah?"
teriak pemuda itu dengan seramnya.
Yu leng lojin segera tertawa dingin. "Jadi kau hendak
menahan aku disini?" balik bertanya.
"Benar!"
Kontan saja Yu leng lojin tertawa seram.
"Haaahhh haaahnn haaahhh kau anggap dengan
kepandaianmu itu sudah mampu untuk menghalangi
kepergianku...."
Belum lagi ia menyelesaikan kata-katanya, Ong Bun kim
telah membentak keras, tiba-tiba tubuhnya bergerak maju
kedepan dan melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh
Yu leng lojin.
Didalam melancarkan serangannya itu Ong Bun Kim
telah mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya,
sungguh suatu ancaman yang luar biasa hebatnya.
Buru-buru Yu leng lojin mengayunkan telapak tangan
kanannya untuk menangkis datangnya ancaman tersebut.
Bersamaan waktunya ketika Yu leng lojin melancarkan
serangannya tadi, dua sosok bayangan hitam secepat kilat
telah menerjang pula ke arah Ong Bun kim, dua gulung
angin pukulan yang tak kalah dahsyatnya ikut meluncur
tiba.
"Blaaang...!" suatu benturan keras yang memekikkan
telinga berkumandang memecah keheningan.
Akibat dari bentrokan kekerasan antara Ong Bun kim
dengan Yu leng lojin itu, si anak muda itu terdesak mundur
sejauh tujuh delapan langkah, sementara dua sosok
bayangan hitam lainnya telah menerjang tiba.
Tay khek Cinkun buru-buru melancarkan pula sebuah
pukulan untuk membendung datangnya serangan dari
kedua sosok bayangan hitam itu, dalam waktu yang amat
singkat itulah, ternyata Yu leng lojin telah
memanfaatkannya untuk kabur ke dalam lorong rahasia
yang gelap gulita itu.
Ong Bun kim bermaksud untuk mengejar dari belakang,
sayang tindakannya itu terlambat selangkah.
Pada saat itulah dua sosok bayangan hitam itupun secara
diam-diam telah mengundurkan diri pula dari situ.
Ong Bun kim menjadi marah sekali sehingga menggertak
giginya kencang-kencang, teriaknya dengan penuh rasa
mendongkol.
"Manusia licik yang tak tahu malu !"
Tay khek Cinkun pun berdiri dengan hawa napsu
membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan gemas
teriaknya.
"Perbuatannya itu betul-betul keji dan tak tahu malu!"
"Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya
Ong Bun kim kemudian.
Tay khek Cinkun berpaling ke arah Iblis cantik pembawa
maut, lalu tanyanya:
"Iblis cantik pembawa maut, betulkah kitab pusaka Hek
mo keng tersebut berisikan ilmu sakti peninggalan dari Hek
mo im?"
"Benar, ilmu sakti peninggalannya itu terdiri dari dua
bagian, yang satu bagian untuk melatih ilmu sakti Sin kim
kiam boh, sedangkan bagian yang lain merupakan ilmu silat
maha sakti miliknya sendiri!"
"Tampaknya sebelum mendapatkan kitab tersebut, Yu
leng lojin tak akan berpeluk tangan belaka, sekarang aku
baru tahu, kiranya sampai kini ia belum meresmikan
perguruannya oleh karena sepasang kakinya lumpuh dan
tak sanggup berjalan, andaikata dalam kitab pusaka Hek mo
keng tersebut benar-benar tercantum kepandaian sakti yang
dapat menyembuhkan kelumpuhannya itu, maka hal ini
harus kita pikirkan juga akibatnya."
"Betul, kalau kelumpuhan pada kakinya berhasil
disembuhkan, maka akibatnya akan sukar lagi untuk
dilukiskan dengan kata-kata, atau tegasnya sekali Yu leng
lojin berhasil mendapatkan kitab pusaka Hek mo keng,
banjir darah akan segera melanda seluruh dunia persilatan."
"Seandainya dia sampai membunuh kedua orang itu?"
tanya Iblis cantik pembawa maut dengan perasaan kuatir.
"Aku rasa ia tak akan sampai berbuat demikian!"
"Kenapa?"
"Aku percaya tindakannya tak akan sampai sekeji ini!"
"Aku rasa hal ini sukar untuk dikatakan" ujar Ong Bun
kim, "seandainya ia sampai melakukan tindakan yang jauh
lebih keji lagi, lantas bagaimana baiknya? Apakah kitab
pusaka Hek mo keng tersebut harus diserahkan
kepadanya?"
"Tentu saja tidak!"
"Kalau begitu lantas bagaimana baiknya?"
"Yaa, apa yang musti kita lakukan? Peristiwa ini benarbenar
membuat orang merasa amat kuatir, sebab kalau kitab
pusaka Hek mo keng tersebut sampai diserahkan
kepadanya, jelas akibat yang bakal ditimbulkan akan sukar
dilukiskan dengan kata-kata"
Sinar mata Tay khek Cinkun segera dialihkan ke atas
wajah Iblis cantik pembawa maut yang diIiputi
kemurungan itu lalu tanyanya:
"Bagaimana ilmu silat yang dimiliki Yu leng lojin?"
"Dia masih bukan tandinganku, kecuali sewaktu
pertarungan sedang berlangsung, tiba-tiba ia mainkan irama
Si sim-ci ki tersebut."
"Kalau memang demikian adanya, maka kita akan
beradu jiwa dengan dirinya !"
"Hal ini jelas tak mungkin bisa dilakukan jangan lupa
kalau kita masih mempunyai dua orang rekan yang terjatuh
ditangannya!"
"Benar Dewi mawar merar dan Hian-ih lihiap telah
berada ditangan lawan, itu berarti pihak musuh memiliki
kondisi yang jauh lebih menguntungkan, salah-salah
kemungkinan besar mereka akan membunuh Dewi mawar
merah berdua lebih dulu.. Tidak menyerahkan kitab pusaka
Hek-mo-keng tersebut jelas tak mungkin, mau diserahkan
juga rasanya tak mungkin, apa lacur mereka pun tidak
berhasil mendapatkan suatu cara yang jauh lebih baik lagi
untuk menghadapi kejadian yang bisa berakibat fatal ini.
Mereka jadi termenung dan termangu-mangu seperti
orang bodoh....
Walaupun berlalu dalam suasana yang secara tegang dan
mengerikan itu...
Tiba-tiba Tay khek Cinkun berkata dengan suara berat,
memecahkan keheningan yang mencekam.
"Tampaknya kita harus menghadapi masalah ini setelah
saatnya tiba nanti ....."
"Benar, keadaan tersebut memang harus di tunggu
sampai terjadinya perkembangan selanjutnya, kalau tidak,
mereka tak akan berhasil mendapatkan cara lain yang jauh
lebih baik untuk menghadapinya.
Mendadak.. terdengar suara tertawa dingin yang
menyeramkan berkumandang datang memecahkan
keheningan, dari luar pintu berkelebat bayangan hitam, lalu
tahu-tahu muncul belasan sosok bayangaa manusia didepan
pintu batu tersebut.
Sebagai pimpinan dari rombongan itu adalah Hu buncu
dari perguruan Yu Ieng bun, sedangkan sisanya adalah
Manusia-manusia tanpa sukma yang mengenakan kain
cadar pada wajahnya.
Mendadak terdengar kembali suara tertawa dingin untuk
kedua kalinya berkumandang memecahkan keheningan,
kawanan jago dari Yu leng bun yang berdiri didepan pintu
serentak memisahkan diri, ke kedua belah samping.
Bayangan hitam kembali berkelebat lewat, tiga Sosok
bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa telah
menerobos masuk kedalam ruangan, ketiga orang ini
ternyata bukan lain adalah Yu leng lojin serta utusan kiri
dan kanan.
Menyaksikan kesemuanya itu, hawa napsu membunuh
yang mengerikan segera menyelimuti seluruh wajah Ong
Bun kim sekalian bertiga, dengan penuh kegusaran mereka
awasi Yu leng lojin yang dingin dan menyeramkan itu
tanpa berkedip.
Yu leng lojin tertawa seram.
"Heeehhh.heeehhh...heeehhh... satu jam yang di
tetapkan sudah lewat, bagaimanakah pertimbangan kalian
bertiga?"
Iblis cantik pembawa maut tertawa dingin.
"Heeehhh heeehhh heeehhh......kalian jangan bermimpi
disiang hari bolong" teriaknya, "aku tak akan menyanggupi
permintaan dari kalian itu..."
"Benar-benar tidak menyanggupi?"
"Benar!"
Yu leng lojin menengadah lalu tertawa terkekeh-kekeh
dengan seramnya.
"Petugas hukuman, dimana kau?" Teriaknya.
"Tecu siap menjalankan perintah !"
"Gusur kemari Hian ih lihiap!"
"Baik!"
Ketika mendengar perintah tersebut, paras muka Tay
khek Cinkun serta Ong Bun kim segera berubah hebat,
tanpa sadar mereka alihkan sorot matanya kedepan.
Dari balik kegelapan sana segera berkelebat lewat
sesosok bayangan hitam, ditangannya ia mencengkeram
tubuh Hian ih lihiap yang terluka itu.
Ong Bun kim yang menjumpai keadaan itu, paras
mukanya untuk kedua kalinya berubah.
Dalam pada itu, bayangan hitam tadi telah menyerahkan
Hian ih lihiap Ong Siau bi ke tangan Yu leng lojin.
Yu leng lojin segera tertawa dingin.
"Diakah yang bernama Hian-ih lihiap?" tanyanya.
"Apa yang hendak kau lakukan terhadap dirinya?"
bentak Ong Bun-kim dengan marah.
"Soal ini sulit untuk dikatakan, sekarang jawab dulu!
Sebenarnya kalian bersedia untuk menyerahkan kitab
pusaka Hek-mo-keng tersebut kepadaku atau tidak?"
"Tidak!"
Yu leng lojin kembali tertawa dingin.
"Iblis cantik pembawa maut! Kau jangan lupa bahwa dia
adalah tuan penolong putri mu" serunya keras, "demi
menyelamatkan jiwa putrimu, suamimu serta anggota
perguruannya telah mati semua."
Air muka Iblis cantik pembawa maut mengalami
perubahan yang sangat hebat, perasaannya benar-benar
bergoncang keras, ini membuat paras muka perempuan itu
berubah menjadi mengerikan sekali.
"Iblis cantbik pembawa mautd, sebetulnya kiatab itu
hendak bkau serahkan kepadaku atau tidak?" desak Yu leng
lojin lagi.
"Tidak!"
Paras muka Yu leng lojin yang pucat pasti tak berdarah
itu tampak semakin menyeramkan, ia tertawa seram, tibatiba
ia menepuk bebas jalan darah Hian-ih lihiap yang
tertotok itu.
Ong Bun kim yang menyaksikan kejadian itu sungguh
merasa mendendam, sepasang matanya berapi-api, kalau
bisa dia ingin mener kam lawannya itu bulat-bulat.
Setelah jalan darahnya ditepuk bebas, pelan-pelan Hian
ih-lihiap pun tersadar kembali, segera bertanya keras-keras:
"Yu-leng lojin, kalau kau punya kepandaian, hayolah
bunuh aku sampai mati..."
"Jangan bicara dulu yang bukan-bukan" tukas Yu leng
lojin sambil tertawa sinis, "Coba kalau lihat dulu, siapakah
yang berdiri dihadapanmu?"
Ketika sorot mata Hian ih lihiap bertemu dengan Ong
Bun kim serta Tay khek Cinkus paras mukanya segera
berubah hebat, tak terkirakan rasa kaget yang dialaminya
saat ini. Yu leng lojin kembali tertawa seram katanya "Aku
rasa kau pasti sudah kenal bukan dengan Tay khek Cinkun
maupun Ong Bun kim? Maka akupun tak usah
memperkenalkan dengan dirimu, lagi tapi perempuan yang
itu, aku rasa kau masih belum tahu akan dirinya bukan?"
"Siapa dia?" tanya Hian ih lihiap tanpa terasa.
"Iblis cantik pembawa maut!"
"Apa..? Dia adalah Iblis cantik pembawa maut?"
Dengan sedih Iblis cantik pembawa maut manggutmanggut,
dalam keadaan dan suasana seperti ini, ia betulbetul
tak sanggup berbicara sepatah katapun juga.
Yu Jeng lojin kembali tertawa dingin katanya lagi.
"Sekarang, hanya dia seorang yang bisa menyelamatkan
jiwamu, tapi ia tak bersedia menolongmu.
"Yu leng lojin permainan busuk apakah yang sebenarnya
sedang kau persiapkan?" bentak Hian-ih lihiap gusar.
"Sederhana sekali! Asal ia bersedia menyerahkan kitab
pusaka Hek mo keng kepadaku, maka akupun akan
membebaskan dirimu, kalau tidak heeeh heeeh heeh.... ada
kemungkinan aku hendak membinasakan dirimu."
Mendengar itu Hian ih lihiap segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh haaah haaah, jangan kau menganggap aku Ong
Siau bi adalah seorang manusia yang takut mati, sudah ada
lima belbas orang anggotda perguruanmu yaang tewas
ditanbganku, sekalipun aku mati, modalku juga telah
kembali"
Hawa nafsu membunuh seketika menyelimuti seluruh
wajah Yu leng lojin, pelan-pelan dia menatap wajah Iblis
cantik pembawa maut itu lekat-lekat, kemudian tanyanya
dengan dingin:
"Iblis cantik pembawa maut sekali lagi kuberi
kesempatan kepadamu untuk membalas budi kepadanya."
"Jangan kau penuhi ancamannya itu ! Jangan! Jangan
kau penuhi!" teriak Hian ih lihiap cepat-cepat.
Iblis cantik pembawa maut betul-betul dipengaruhi oleh
pergolakan emosi yang sangat hebat, baginya Hian ih lihiap
adalah tuan penolong yang menaruh budi sebukit
kepadanya, sudah barang tentu ia tak akan membiarkan
tuan penolongnya itu tewas secara mengerikan ditangan Yu
leng lojin.
Akan tetapi kitab pusaka Hek mo keng yang dituntut
mempengaruhi situasi dalam dunia persilatan, iapun tak
ingin lantaran menolong jiwa Hian ih lihiap, ia sampai
menimbulkan badai pembunuhan berdarah dalam dunia
persilatan.
Mendadak, satu ingatan melintas dalam benaknya,
pancaran sinar membunuh mencorong dari balik matanya,
ia hendak turun tangan untuk beradu jiwa dengan Yu leng
lojin.
"Hayo cepat dijawab, kau mengabulkan tidak
permintaanku itu?" desak Yu leng lojin lagi lebih jauh.
"Jangan kau kabulkan permintaannya!" teriak Hian ih
lihiap.
"Kurangajar, rupanya kau cari mampus!" teriak Yu leng
lojin dengan geramnya.
Tiba-tiba tangan kanannya berkelebat lewat, jeritan ngeri
yang memilukan hati segera berkumandang memecahkan
keheningan, ketika semua orang menengok ke arah arena,
seketika itu juga mereka menjerit keras karena kaget dan
ngerinya.
Tampaknya lengan kiri Hian ih lihiap, tahu-tahu sudah
dirobek Yu leng lojin hingga kutung menjadi dua bagian.
Kekejamannya didalam melakukan perbuatan itu
sungguh cukup mengejutkan setiap orang.
Iblis cantik pembawa maut tak tahan lagi menyaksikan
kekejaman orang, mendadak ia membentak keras:
"Yu. leng lojin, aku akan beradu jiwa denganmu."
Bayangan manusia berkelebat lewat, dengan suatu
kecepatan yang luar biasa ia menerjang ke arah Yu leng
lojin.
Kegesitan maupun gerakan tubuh yang diguna kan betul
betul jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatarn.
0000OdwO0000
BAB 53
PADA saat ini Iblis cantik pembawa maut telah
dipengaruhi oleh hawa napsu, sambil menerkam kedepan,
sebuah pukulan yang amat dahsyat ikut pula dilontarkan ke
depan.
Mimpipun Yu leng lojin tak menyangka kalau Iblis
cantik pembawa maut bakal turun tangan kepadanya,
dalam kejutnya buru-buru tangan kirinya dikebaskan ke
depan melepaskan sebuah pukulan.
Tapi gerakan dari Iblis cantik pembawa maut sungguh
amat cepat- sekali, bayangan hitam berkelebat beberapa
kali, dua buah pukulan mematikan hampir bersamaan
waktunya telah dilancarkan bersama.
Yu-leng lojin-berikut tempat duduknya segera
melambung ke tengah udara, dengan gerakan beradu-jiwa ia
sambut datangnya serangan dari Iblis cantik pembawa maut
itu dengan keras lawan keras..
Tay-khek cinkun maupun Bun-kim tidak diam belaka,
dikala Yu leng lojin melejit keudara, serentak mereka
berdua ikut menerjang ke muka sambil masing-masing
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Gerakan tubuh dari Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim
pun betul-betul amat cepat sekali tapi bayangan hitam
berkelebat lewat tahu-tahu pengawal kiri dan kanan telah
menghadang jalan pergi mereka berdua.
"Kalau kalian tidak segera menghentikan serangan,
kubunuh Dewi mawar merah sekarang juga." mendadak
terdengar seseorang membentak keras.
Begitu ancaman itu berkumandang, semua orang
menjadi terkejut dan tercekat dihatinya, pertama-tama Iblis
cantik pembawa maut yang menarik dulu serangannya
sambil mundur kebelakang.
Ong Bun-kim serta Tay-khek Cinkun pun bersama-sama
mundur pula sejauh satu kaki dari posisi semula.
Ketika mereka menengok kembali ke arah pintu ruangan,
maka nampaklah dua orang manusia tanpa sukma sedang
maju ke dalam ruangan sambil mencengkeram tubuh Dewi
mawar merah.
Air muka Iblis cantik pembawa maut berubah hebat
melihat itu.
Batinnya betul-betul bergolak keras, seperti juga setiap
ibu yang selalu merindukan anaknya, tiba tiba saja
berjumpa kembali dengan putra putrinya.
Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim merasakan juga
pergolakan dalam hati kecilnya.
Darah kental tampak jatuh bercucuran dari ujung bibir
Yu leng lojin, jelas didaIam pertarungan tadi ia telah
menderita luka yang cukup parah.
Ini semua semakin membangkitkan hawa amarah
dihatinya, hawa pembunuhan lebih tebal menyelimuti
seluruh wajahnya.
la tertawa dingin tiada hentinya, kemudian berkata:
"Iblis cantik pembawa maut! Ternyata kehebatan ilmu
silatmu sedikitpun tidak berkurang dari pada tahun lampau
jika kau tidak mengabulkan lagi permintaanku, ini segera
akan ku cabik-cabik keempat anggota badan Hian-ih lihiap
sebelum pada akhirnya membereskan putrimu ini."
Dengan suara gemetar karena luapan emosi, Iblis cantik
pembawa maut mengalihkan sinar matanya ke wajah Dewi
mawar merah lalu bertanya.
"Apakah kau kau adalah Dewi mawar merah Yap Sohcu?"
"Benar!" jawab Dewi mawar merah.
"Putriku oh putrilu ksu abalah putriku." teriak Iblis
cantik pembawa maut dengan emosi yang meluap-luap.
Seperti orang gila ia hendak menubruk ke depan.
"Mundur!" bentak manusia tanpa sukma yang berada
disebelah kiri dengan suara menggeledek, "kalau tidak,
jangan salahkan kalau segera ku bunuh putrimu ini!"
Dengan perasaan terkesiap, buru-buru Iblis cantik
pembawa maut menarik mundur tubuhnya, dua titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang pucat.
"Tidak, tidak, dia bukan ibuku." jerit Dewi mawar merah
seperti orang kalap.
"Apa.... apa kau bilang?" seru iblis cantik pembawa maut
dengan suara gemetar.
"Kau bukan ibuku!"
"Tidak, aku adalah ibu kandungmu!"
"Jikalau kau adalah ibuku, kenapa tidak kau selamatkan
Jiwaku?"
"Aku..."
"Tiada seorang ibu didunia ini yang tidak menyayangi
putrinya, kenapa kau biar-kan aku mati tanpa berusaha
untuk menolongnya..."
Merinding Tay-khek Cinkun dan Ong Bun kim setelah
menyaksikan adegan tersebut, cara siasat yang digunakan
Yu-leng lojin kbali ini benar-bdenar merupakan asuatu
siasat yabng sangat keji, hal mana membuat Iblis cantik
pembawa maut menjadi sangat menderita sekali, sehingga
sekujur tubuhnya gemetar keras.
"Iblis cantik pembawa maut!" kembali Yu-leng lojin
mengancam, "jika kau tidak mengabulkan lagi
permintaanku ini, jangan salahkan kalau kurobek pula
lengan kanan Hian ih lihiap."
Sambil berkata, tangan Hian ih lihiap benar-benar di
angkat keatas.
Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim yang menyaksikan
kejadian itu menjadi gusar sekali hingga menggertak giginya
kencang kencang, sekalipun demikian, mereka tak sanggup
berbuat banyak terhadap diri Yu leng lojin.
Mendadak Yu leng lojin membentak keras, telapak
tangannya dengan kecepatan luar biasa segera membacok
kebawah.
"Tahan!" bentak Iblis cantik pembawa maut.
Bentakan tersehut jauh diluar dugaan siapapun juga,
paras muka Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim pun ikut
berubah hebat.
Yu leng lojin menghentikan gerakan tangannya, sekulum
senyuman segera tersungging diujung bi birnya.
"Apakah kau mengabulkan permintaanku itu?" tanyanya.
Iblis cantik pembawa maut mendongakkan kepalanya
dan tertawa seram.
"Benar, aku mengabulkan permintaanmu!" sahutnya.
"Apa? Kau mengabulkan permintaannya?" teriak Ong
Bun kim tertahan.
"Benar!"
"Kau..."
Saking kagetnya, untuk sesaat lamanya Ong Bni-kim tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Akhirnya Iblis cantik pembawa maut tak sanggup
menghadapi jurus tangguh dari Yu-leng lojin, ia telah
bersiap menyerahkan kitab pusaka Hek-mo keng tersebut
kepada musuhnya.
Peristiwa ini benar-benar mengejutkan semua orang.
Yu leng lojin tertawa bangga, katanya.
"Oooh ...!" Tadinya aku masih mengira kau sudah tidak
mau lagi nyawa putri mu itu!"
Iblis cantik pembawa maut tertawa dingin.
"Yu leng lojin!" katanya, "bila kuserahkan kitab pusaka
Hek-mo keng tersebut kepadamu, apakah kaupun akan
menyerahkan mereka berdua kepada kami?"
"Benar!"
"Kalau begitu, serahkan dulu mbereka berdua
kedpadamu!"
"Tidaka, kau harus serbahkan dulu kitab pusaka Hek mo
keng tersebut kepadaku!"
Sekali lagi Iblis cantik pembawa maut tertawa seram.
"Seandainya kitab pusaka Hek mo-keng telah kuserahkan
kepadamu, tapi kau tak mau menyerahkan mereka berdua?"
"Oooh.....hal ini Jelas tak mungkin."
"Apa yang menjamin kebenaran perkataanmu itu?"
"Harga diriku!"
Sekali lagi Iblis cantik pembawa maut mendongakkan
kepalanya sambil tertawa seram..
"Haaah....haaahh...haaahh.... Yu leng lojin masih punya
harga diri- Hmm sungguh suatu kejadian yang sangat lucu,
dan cukup mencopotkan gigi orang karena gelinya"
"Lantas bagaimana baiknya menurut pendapatmu?"
"Kau harus menyerahkan mereka lebih dulu kepadaku!"
"Jika. kau enggan menyerahkan kitab pusaka itu?"
"Selama hidup, aku Iblis cantik pembawa-maut belum
pernah berbohong kepada siapa pun juga."
"Bagus sekali, aku tidak kuatir kau akan mengingkari
janji, nah sambutlah mereka berdua!"
Sambil berkata ia melemparkan-tubuh Hian ih lihiap
kearah Iblis cantik pembawa maut.
Buru-buru perempuan itu menyambut datangnya
lemparan tadi dan meletakkan tubuh Hian ih lihiap tanah.
"Lepaskan Yap tongcul" tiba-tiba Yu leng lojin membentak
lagi.
Dua orang manusia tanpa sukma itu sepeta melepaskan
cengkeraman mereka.
"Yap tongcu!" ujar Yu leng lojin kembali, "mulai
sekarang aku akan menyerahkan kembali dirimu pada
ibumu, cuma kalau ada kesempatan, aku masih tetap akan
menerimamu kembali?"
Keadaan Dewi mawar merah amat layu dan sedih sekali,
dengan kepala tertunduk ia berjalan mendekati Iblis cantik
pembawa maut.
"Iblis cantik pembawa maut, kenapa kau masih belum
menyerahkan kitab pusaka Hek mo keng tersebut
kepadaku?" teriak Yu-leng lojin kemudian.
Seperti baru sadar kembali dari lamunan, buru-buru Iblis
cantik pembawa maut merogoh kedalam sakunya, dan
mengeluarkan sejilid kitab kecil sepanjang tiga inci dan
tebal satu inci, kemudian serunya."
"Sambutlah ini!"
Ia lantas melemparkan kitab pusaka Hsk m o-keng
tersebut kedepan.
Setelah menyambut kitab pusaka Hek mo keng tersebut,
Yu leng lojin mendongakkan kepalanya dan tertawa
terrbahak-bahak.
”Hahahh haah haahh benar-benar kitrab pusaka Hek mo
keng haahh haahh..."
Ditengah gelak tertawa yang sangat keras, ia segera
melayang pergi meninggalkan tempat itu.
Para anggota perguruannya segera mengikuti puIa
dibelakangnya, mengundurkan diri dari sana.
Dalam waktu singkat, suasana didalam lorong bawah
tanah itu pulih kembali dalam keheningan.
Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim berdiri tertegun
seperti orang bodoh, semua kejadian yang barusan
berlangsung betul-betul mengejutkan hati mereka sehingga
untuk sesaat mereka tak tahu apa yang musti dilakukannya.
Tiba-tiba terdengar suara dari Yu leng lojin
berkumandang kembali:
"Sobat lama Can, didalam adu kepandaian babak yang
pertama ini akulah pemenangnya, bagaimana dalam
pertarungan babak kedua nanti aku rasa menang kalah akan
segera diketahui pula, nah nantikan saja sampai waktunya
heeehh heeehh...heeehh."
Tay khek Cinkun mendengus dingin, tentu saja ia tahu
yang dimaksudkan dengan pertarungan babak kedua adalah
tindakannya menyumbat mati jalan kehidupan yang ada
dalam barisan tersebut.
Dengan suara dalam Tay khek Cinkun segera tertawa
dingin.
"Heeehh heeehh heeehh.... kalau begitu, kita jumpa lagi
dalam pertarungan babak kedua nanti."
Yu leng lojin tidak memberi jawaban lagi, suasana dalam
ruangan bawah tanahpun segera pulih kembali dalam
keheningan.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba tiba Ong-Bun kim
berseru dengan luapan emosi:
"Aah. kenapa kau serahkan kitab pusaka Hek mo keng
tersebut kepadanya ?"
"Apakah kau suruh aku menjadi seorang manusia yang
berdosa?" tanya Iblis cantik pembawa maut dengan suara
tegas.
"Manusia dosa?"
Tak terkirakan besarnya budi yang telah diberikan Hian
ih lihiap kepadaku, apakah aku harus membiarkan dia mati
dihadapanku?"
Suaranya penuh diliputi luapan emosi.
"Yaa benar, bagaimanapun juga ia tak bisa membiarkan
Hian-ih lihiap tewas secara mengerikan ditangan Yu leng
lojin hanya dikarenakan sejilid kitab pusaka.
Mendengar itu, Ong Bun-kim menghela napas panjang.
"Aaaai tapi selanjutnya, mungkin ada beratus-ratus
bahkan beribu-ribu umat persilatan yang bakal tewas
ditangannya!"
"Aku tak bisa berpikir sejauh ini, aku harus bertindak
mengatasi kenyataan yang sedang kuhadapi sekarang."
Tay-khek Cinkun segera menghela napas panjang.
"Aaai.... Didalam persoalan ini. kita tak bisa
menyalahkan dirinya" ia berkata, "sebab apa yang
dilakuksnnya sekarang, bukanlah suatu tindakan yang
salah, aai..."
Setelah menghela napas panjang ujarnya kepada Iblis
cantik pembawa maut.
"Serahkan Hian ih lihiap kepadaku, biar kuperiksa
keadaan luka yang dideritanya itu."
Kemudian disambutnya tubuh Hian ih lihiap yang
terpapas kutung sebilah tangannya itu, tampak olehnya
perempuan itu berada dalam keadaan payah, paras
mukanya pucat pias seperti mayat, maka ia salurkan hawa
murninya untuk menyembuhkan lebih dulu luka yang
dideritanya.
Pada saat itulah, tiba tiba Iblis cantik pembawa maut
menubruk ke tubuh Dewi mawar merah sambil serunya
keras keras:
"Oooh putriku !"
Dipeluknya tubuh Yap Soh cu dengan penuh
kemesrahan, seakan-akan ia berhasil mendapatkan barang
yang disayangnya isak tangis yang mengiringi perjumpaan
itu sungguh membuat orang merasa terharu.
Tapi keadaan Dewi mawar merah ibaratnya sebuah
patung yang terbuat dari kayu, sekalipun dipeluk mesrah
oleh Iblis cantik pembawa maut, ia sama sekali tidak
memberikan reaksi apapun, malahan sebaliknya rasa marah
dan mendongkol jelas tercermin diatas wajahnya.
Diam-diam semua orang merasa amat terharu juga oleh
cinta kasih Iblis cantik pembawa maut terhadap putrinya,
namun merekapun merasa marah kepada Dewi mawar
merah karena gadis itu sama sekali tak mau mengakui Iblis
cantik pembawa maut sebagai ibunya.
Mendadak...
Disaat Iblis cantik pembawa maut sedang memeluk
Dewi mawar merah sambil menangis tersedu-sedu itulah,
tangan kanan si Dewi mawar merah yang berada
dibelakang punggungnya itu di-angkat secara tiba-tiba,
kemudian dihantamkan keras-keras ke atas jalan darah Mia
bun hiat dari Iblis cantik pembawa maut.
"Bangsat, kau berani..." bentak Ong Bun kim dengan
marah.
Secepat kilat ia menyambar tangan kanan Dewi mawar
merah dan dicengkeramnya erat erat.
Tindakan dari Ong Bun kim yang dilakukan secara tiba
tiba ini sangat mengejutkan Iblis cantik pembawa maut,
buru-buru ia menbdorong tubuh Dedwi mawar merah ake
belakang.
Tabngan kiri Ong Bun kim segara diayunkan ke bawah
dan... "Plok!" ia sudah menghadiahkan sebuah tamparan
keras ke wajah gadis tersebut, bentaknya:
"Dewi mawar merah, sungguh tak kusangka kalau
hatimu begitu keji dan tak berperasaan, apakah kau hendak
membunuh ibumu sendiri?"
"Dia bukan ibuku!" teriak Dewi mawar merah." sambil
menahan geramnya.
Sekujur tubuh Iblis cantik pembawa maut bergetar keras,
dengan suara gemetar ia berbisik:
"Apa apa kau bilang?"
"Kau bukan ibuku, ibuku telah mati, kau adalah orang
yang mengaku-ngaku sebagai ibuku!"
Iblis cantik pembawa maut tak sanggup menerima
kenyataan tersebut, saking sedihnya tiba-tiba ia menutupi
wajah sendiri dengan kedua belah tangannya dan menangis
tersedu-sedu.
Ong Bun-kim yang menyaksikan kejadian itupun ikut
naik pitam, bentaknya dengan geram:
"Dia adalah ibu kandungmu mengerti? Bagaimanapun
juga kau harus mengakuinya."
"Tidak, aku tak mau mangakuinya! Mau apa kau?"
Ong Bun-kim semakin naik darah.
"Kau ingin mampus?" teriaknya keras-keras.
Hawa napsu membunuh yang bengis dan mengerikan
sekali.
Dewi mawar merah sama sekali tak menjadi jeri, dia
malah tertawa dingin sambil menantang:
"Hei bangsat, kalau kau memang jagoan, hayo bunuhlah
aku!"
Hampir meledak dada Ong Bun-kini karena gusarnya,
sambil mengerang gusar ia mengayunkan tangannya siap
menghajar gadis itu.
Mendadak Tay khek Cinkun berteriak;
"Ong Bun-kim, lepaskan dia! Jangan lupa, dia adalah
korban ilmu hipnotis Gi-sim-tay hoat!"
Mendengar itu, dengan gemas Ong Bun kim mendorong
tubuh Dewi mawar merah ke belakang, sehingga membuat
gadis itu mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan
sempoyongan.
Tay khek Cinkun menghela napas sedih kembali ujarnya:
"Iblis cantik pembawa maut, kaupun tak usah terlalu
bersedih hati, inilah yang dinamakan sudah suratan takdir."
"Tapi tapi.... mengapakah Thian bersikap begitu tak adil
kepadaku ?" keluh perempuan itu sambil menangis tersedusedu.
Tay khek Cinkun merasa hatinya menjadi kecut
bercampur sedih, katanya kemudian:
"Kami pasti mempunyai akal untuk membuatnya pulih
kembali seperti sedia kala, cuma kitab pusaka Hek mo keng
telah terjatuh ketangan musuh, bagaimanapun juga kita
harus mencari suatu akal untuk menanggulangib persoalan
ini d"
Iblis cantik apembawa maut sebgera berhenti menangis,
ditatapnya wajah Tay khek Cinkun tajam-tajam, wajahnya
segera menampilkan tekadnya yang membara.
Tanya Tay khek Cinkun kemudian:
"Semua ilmu silat yang tercantum didalam kitab pusaka
Hek mo keng tersebut apakah sudah kau pahami semua?"
"Tidak, hanya dua pertiganya saja, ilmu silat yang
tercantum didalam kitab itu sangat mendalam sekali
pelajarannya, bila orang memahami seluruh isi kitab pusaka
itu, walaupun selama hidupnya berlatih terus pun belum
tentu bisa tercapai keinginannya, sebab pelajaran tersebut
bukan suatu pelajaran silat yang mudah dipahami"
"Dengan kemampuan yang dimiliki Yu-leng lojin, berapa
lama yang dia butuhkan untuk memahami segenap ilmu
silat yang tercantum didalam kitab pusaka itu?"
"Tentang soat ini rasanya sulit untuk dikatakan, sebab
Yu leng lojm memiliki bakat alam yang sangat bagus, aku
pikir dalam sebulan yang singkat, mungkin ia bisa
memahami separuh bagian diantaranya"
Tay-khek Cinkun segera manggut-manggut.
"Kalau begitu itulah saatnya pedang sakti munculkan
diri.... kita harus segera berangkat!" katanya kemudian.
Ong-Bun kim memandang sekejap ke arah Hian ih lihiap
yang tergeletak ditanah itu lalu tanyanya.
"Bagaimana dengan dia?"
"Aaaai bukan saja isi perutnya terluka parah, tubuhnya
keracunan hebat, aku rasa sulit baginya untuk pulih kembali
seperti sedia kala!" keluh Tay-khek Cinkun sambil
menghela napas panjang.
"Biar kucoba untuk menyembuhkah lukanya itu!" kata
Iblis cantik pembawa maut tiba-tiba.
"Baiklah!"
Maka Iblis cantik pembawa mautpun mengerahkan
tenaga dalamnya ke dalam telapak tangannya, kemudian
pelan-pelan duduk bersila ditanah, sepasang tangannya
mencengkeram diatas jalan darah Hian ih lihiap dan mulai
menyalurkan segumpal hawa murninya ke tubuh
perempuan itu.
Lebih kurang setengah jam kemudian, pengobatan telah
selesai dilakukan, Hian ih lihiap pun telah sadar kembali.
Sesudah menyapu sekejap sekeliling gelanggang, ia
bertanya kepada Iblis cantik pembawa maut.
"Kau yang telah menyelamatkan jiwaku?"
"Benar!" perempruan itu manggutt-manggut.
"Danq kau telah menurkar jiwaku dengan kitab pusaka
Hek-mo keng"
"Benar!"
"Aaaah! Hal ini mana boleh jadi?" keluh Hian ih lihiap
kemudian sambil menangis.
"Aku telah berhutang budi setinggi bukit kepada diri
hujin, apakah kau suruh aku berpangku tangan belaka
membiarkan kau mati lantaran aku ? Apalagi lantaran
putriku, suamimu dan segenap anggota perguruanmu telah
dibantai orang."
"Itulah yang dinamakan takdir, kau mana boleh
disalahkan?"
ooooOdwOoooo
BAB 54
TAPI bagaimanapun juga aku merasa bertanggung jawab
atas terjadinya peristiwa ini" seru Iblis cantik pembawa
maut.
Hian ih lihiap menggertak giginya kencang-kencang
menahan pergolakan emosi dalam hatinya setelah itu dia
berseru:
"Selama aku masih bisa hidup didunia ini, aku
bersampah akan menuntut balas atas sakit hari ini atas diri
Yu leng lojin, lengan kiriku ini akan kutuntut kembali
dengan sepuluh lembar nyawa manusia..."
"Sampai sekarang tubuhmu masih mengandung racun
jahat." kata Iblis Cantik pembawa maut, "oleh karena aku
tidak memiliki obat pemunah racun maka aku tak sanggup
menyelamatkan jiwanya"
"Aku merasa sangat berterima kasii sekali, budi
kebaikanmu yang telah menyembuhkan luka dalamku."
Mendadak Ong Bun kim seperti menyadari akan sesuatu,
kepada Tay khek Cinkun segera katanya:
"Locianpwe, bukankah kau memiliki obat pemunah
racun yang berkasiat tinggi?"
"Tidak ada..." Tay khek Cinkun segera menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Bukankah kau pernah memberi sebutir kepadaku?"
"Obat itu adalah pemberian orang lain, kebetulan sekali
tinggal dua biji, tapi aku dapat membawanya untuk
memohon pengobatan dari seseorang."
"Bagus sekali kalau begitu mari kita segera berangkat!"
"Baik. berangkatlah kalian" ucap Perempuan cantik
pembawa maut. "baik-baiklah merawat putriku!"
"Jangan kuwatir, pasti akan kami rawat putrimu dengan
sebaik baiknya " Tay khek Cinkun berjanji.
Sesuai berkata, ia membimbing bangun Hian-ih-lihiap
yang berbaring ditanah dan berangkat lebih dulu
meninggalkan tempat itu.
Ong Bun kim lantas berpaling ke arah Dewi mawar
merah sembari serunya dengan dingin:
"Hayo, kaupun harus ikut berangkat!"
Mereka berempat dengan mengikuti dibelakang Tay
khek Cinkun segera berangkat meninggalkan tempat
tersebut.
Mendadak terdengar suara tertawa yang menyeramkan
berkumandang memecahkan kesunyian dari balik tanah
rahasia itu berkumandang suara gemerincing yang
memekikkan telinga...
"Yu leng lojin telah menutup mati jalan kehidupan!" seru
Ong Bun kim tanpa terasa.
Paras muka Tay khek Cinkun berubah hebat.
"Betul!" sahutnya, "cuma kau tak perlu kuatir kita masih
tetap bisa keluar meninggalkan tempat ini!"
Seraya berkata, ia lantas beranjak dan berangkat lebih
dulu meninggalkan tempat itu.
Sesudah berjalan putar kesana membelok kemari,
sebentar berjalan sebentar berhenti, akhirnya lebih kurang
setengah peminum teh kemudian Tay khek Cinkun baru
menghentikan perjalanannya.
"Disinilah letak jalan keluarnya!" ia berkata.
"Apakah jalan itu sudah disumbat mati?" tanya Ong Bun
kim.
"Betul!"
"Lantas apa yang musti kita lakukan?"
"Tak usah kuatir, dengan tenaga dalam yang kita miliki
sekarang, aku rasa dinding batu ini masih belum bisa
menyusahkan diri kita semua."
"Maksudmu, kita harus menjebolkan dinding batu ini
untuk keluar dari kurungan?"
"Betul kecuali berbuat demikian, rasanya memang tiada
cara lain yang lebih praktis"
"Baiklah kalau begitu!"
Setelah menjawab, Ong Bun kim segera menghimpun
tenaga dalamnya ketangan kanan, lalu melepaskan sebuah
pukulan sangat dahsyat ke arah dinding batu itu.
"Blaaam....!" ditengah ledakanb dahsyat yang
mdemekikkan telinaga, hancuran babtu berhamburan ke
mana-mana, diatas dinding batu itu segera muncul sebuah
lubang yang besar sekali.
Tay-khek Cinkun menghimpun pula tenaga dalamnya ke
dalam telapak tangan, lalu melepaskan pula sebuah babatan
kilat kedepan.
"Blaam....! Blaam !" ledakan demi ledakan
berkumandang memecahkan keheningan, tak lama
kemudian, dinding batu setebal tiga depa itu sudah kena
dihajar oleh tenaga gabungan mereka sehingga muncul
sebuah lubang yang besar sekali.
Ong Bun kim menjadi sangat girang, segera teriaknya:
"Hooree.... sudah jebol!"
"Betul sudah jebol! Hayo kita terjang keluar dari tempat
ini...!" seru Tay-khek Cinkun tak kalah girangnya.
Tidak membuang waktu lagu dia lantas berjalan lebih
dulu meninggalkan lorong rahasia tersebut.
Setelah keluar dari lorong tanah itu, mereka berjalan
menaiki anak tangga batu dan menerobos keluar dari gua
itu, tak lama kemudian mereka sudah keluar dari dalam
tanah, itulah suatu tempat dibelakang sebuah meja
sembahyangan dalam ruang Istana sebelah belakang.
Tay-khek cinkun yang menyaksikan kejadian itu segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Akhirnya kita berhasil juga lolos dari kurungan didalam
ruangan bawah tanah!"
Sembari berkata, dia maju kedepan dan melangkah
keluar dari ruangan Istana tersebut.
Setelah keluar dari ruangan itu, tiba-tiba Tay-khek
Cinkun menghentikan langkahnya dan berseru.
"Dewi-mawar merah, lebih baik kau pulang saja ke
perguruan Yu leng bun."
"Kenapa?"
"Kami tidak membutuhkan dirimu lagi. lebih baik kau
kembali ke samping Yu leng lojin saja !".
"Baiklah!" jawab Dewi mawar merah.
Kemudian tanpa membuang waktu lagi, ia melejit ke
udara dan keluar dari pintu gerbang.
Ong Bun-kim yang menyaksikan kejadian itu menjadi
amat terperanjat sekali serunya dengan cepat:
"Locianpwe, kenapa kau membiarkan dia pergi dari
sini?".
Dengan suara dalam Tay-khek Cin-kuni menjawab.
"Membiarkan ia berada disisi kita justru malah tidak
menguntungkan, jangan lupa setiap saat dan kesempatan
dia hendak membunuh kita semua, sedikit bertindak kurang
hati-hati, bisa jadi kita semua akan tewas secara
mbengenaskan ditadngannya, lebih abaik suruh sajab dia
balik ke Yu-leng bun, kemudian baru mencari akal lain"
Setelah termenung sejenak Ong Bun-kim merasa apa
yang dikuatirkan Tay khek Cinkun memang ada benarnya
juga, maka diapun bertanya:
"Sekarang, kita hendak kemana?"
"Mencari seseorang, ikutilah aku!"
Setelah berkata, dia berkelebat lebih dulu menuju ke
depan.
Selesai keluar dari kota Bu-lim hong-shia, Ong Bun kim
dengan ketat mengikuti dibelakang Tay-khek Cinkun
bergerak kedepan dalam waktu singkat mereka sudah
berada satu li lebih.
Mendadak Tay khek Cinkun menghentikan
perjalanannya, kemudian berseru tertahan:
"Aaaah.... tidak benar!"
"Aneh!" Ong Bun kim merasakan pula sesuatu yang
aneh.
Dua orang itu segera saling berpandangan sekejap
dengan rasa terkesiap yang sukar dilukiskan dengan katakata.
untuk sesaat lamanya, mereka berdua hanya berdiri
mematung tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Beberapa saat kemudian, Tay khek Cinkun baru
bertanya.
"Apakah kau merasakan isi perutmu kurang beres?"
"Benar, aku merasa dari dalam delapan nadi pentingku
seakan-akan muncul segumpal hawa panas yang amat
menyengat badan, bahkan makin lama kobaran api itu
semakin tinggi dan bergerak cepat..."
"Akupun merasakan demikian pula!"
"Jangan-jangan kita..."
"Kita sudah terkena racun tanpa wujud lagi?"
Paras muka Ong Bun kim kontan saja berubah hebat.
Sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang
meluap, Tay-khek Cinkun berkata kembali:
"Yu leng lojin betul-betul cukup keji, ternyata tanpa kita
sadari ia telah melepaskan kembali racun jahatnya untuk
meracuni kita berdua, dalam keadaan demikian, sekali pun
kita berhasil lolos dari ruang bawah tanah, sulit juga untuk
meloloskan diri dari kekejiannya, bahkan racun yang kita
derita sekarang tampaknya jauh lebih lihay daripada yang
lalu."
Ong Bun kim benar-benar merasa bencinya merasuk
tulang, sepasang giginya sampat saling menggertak dan
berbunyi gemerutukan...
"Kenapa kalian?" tanya Hian ih lihiap kemudian
keheranan.
"Kami berdua surdah keracunan!"
"Keracunan... ?"
"Benar.... "
Belum habis Tay khek Cinkun berkata, tiba-tiba
berkumandang dua kali jeritan tertahan yang amat nyaring,
menyusul kemudian bersamaan waktunya Ong Bun kim
serta Tay khek Cinkun roboh terjengkang ke atas tanah dan
berguling-guling.
Menyaksikan kejadian itu, Hian ih lihiap menjerit
tertahan.
Tampak olehnya Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim
sedang memegangi perut sendiri sambil berguling-guling
penuh penderitaan, peluh sebesar kacang kedelai mengucur
keluar tiada hentinya membasahi jidat mereka.
Kalau dilihat dari keadaan tersebut, bisa dibayangkan
betapa menderitanya kedua orang itu.
Mendadak segumpal darah kental mengucur keluar dari
ujung bibir Tay khek Cinkun serta Ong Bun kim,
menyaksikan kejadian itu Hian ih lihiap merasa terperanjat
sekali sehingga sekujur tubuhnya gemetar amat keras.
Mendadak sesosok bayangan hitam berkelebat lewat
dengan kecepatan luar biasa, bayangan itu langsung menuju
ke arah Tay khek Cinkun dan Ong Bun kim menggeletak,
setelah itu dengan suatu gerakan yang cepat ia menotok
jalan darah kedua orang itu.
Begitu jalan darahnya tertotok kedua orang itu segera
tertidur dengan nyenyaknya.
Dalam rasa kejut dan terkesiap yang luar biasa Hian ih
lihiap segera tersadar kembali, ia memandang tajam
pendatang tersebut, ternyata dia adalah seorang gadis
berbaju hitam yang membawa sebuah pie-pa ditangannya.
Orang itu ternyata bukan lain adalah Bunga iblis dari
neraka.
Dengan wajah yang diliputi kepedihan dia berkata.
"Kenapa mereka berdua?"
"Keracunan!"
"Terkena racun siapa?"
"Yu leng lojin!"
Paras muka Bunga iblis dari neraka segera berubah
hebat, sambil menggigit bibirnya dia berseru.
"Jagalah mereka berdua baik-baik, aku akan mintakan
obat pemunah bagi mereka."
Sehabis berkata dia lantas bergerak menuju ke arah
markas besar perguruan Yu leng bun dengan kecepatan luar
biasa.
"Tunggu sebentar!" teriak Hian ih lihiap tiba-tiba dengan
suara lantang.
"Pesan apalagi yang hendak kau sampaikan?"
"Kau tak boleh kesitu!"
"Kenapa?"
"Tolong tanya bagaimanakah tenaga dalammu jika
dibandingkan dengan dua orang ini?" Mendengar perkataan
itu, Bunga iblis dari neraka segera tertawa dingin tiada
hentinya.
"Heehh....heehh...heeeh.. tentang soal ini kau tak perlu
kuatir.
Sehabis berkata, dia melompat kedepan dan dalam
beberapa kali lompatan saja tubuhnya sudah lenyap
beberapa kaki didepan sana. Menunggu Hian ih lihiap
hendak mencegat si gadis lagi, keadaan sudah terlambat.
Dalam anggapan Hian ih lihiap, kepergian Bunga iblis
dari neraka kali ini pasti akan mengakibatkan kematian
yang mengenaskan dari sigadis tersebut.
Maka, Hian ih lihiap pun mencoba untuk meraba tubuh
Ong Bung kim, tiba-tiba ia merasakan suhu badan pemuda
tersebut meninggi sehingga sedemikian panasnya sampai
menyengat badan rasanya.
"Apa dayaku sekarang ?" gumamnya kemudian sambil
menggertak giginya kencang-kencang.
Lebih kurang selama setengah jam kemudian, Bunga
iblis dari neraka tiba-tiba muncul kembali disana, kenyataan
tersebut sangat mengejutkan Hian ih lihiap, karena hal itu
sama sekali berada diluar dugaannya.
Dan dalam sakunya Bunga iblis dari neraka
mengeluarkan dua butir pil berwarna putih kemudian
masing-masing dijejalkan ke mulut Tay khek Cinkun serta
Ong Bun kim.
"Kau benar-benar telah berhasil mendapatkan obat
pemunahnya?" tanya Hian ih lihiap dengan penuh
pengharapan.
"Sekalipun bukan obat untuk memunahkan racun itu,
tapi bisa membuat mereka mempertahankan diri selama
satu jam tanpa mati."
"Dengan cara apakah kau berhasil mendapatkan nya ?"
"Sebentar akan kuceritakan hal ini kepadamu"
"Dikala pil mustika itu dinjejalkan ke mulut mereka
berdua, bjrsamaaa waktunya pula menepuk bebas jalan
darah kedua orang-itu, kemudian mulai menguruti jalan
darah serta urat-urat nadinya
Lebih kurang setengah perminum teh kemudian Bunga
iblis dari neraka telah menyelesaikan pekerjaannya, sambil
melompat bangun diapun berkata:
"Sebentar mereka akan mendusin kembali?"
"Dengan cara apakah kau berhasil mendapatkan obat
pemunah tersebut.." desak Hian ih lihiap kembali.
"Kalau diceritakan sesungguhnya panjang sekali, cuma
aku bisa memberitahukan hal ini secara ringkas kepadamu,
ayahku sesungguhnya adalah sahabat karibnya Yu leng
lojin, menurut Yu leng lojin katanya ibuku mengidap suatu
penyakit yang aneh, kemudian ayah telah membunuh ibu,
sedangkan berita ayahpun semenjak itu lenyap tak berbekas,
Oleh karena itu, tampaknya Yu leng lojin merasa bersalah
kepadaku, apa yang kuucapkan selamanya tak pernah
dibantah olehnya, oleh sebab itu juga kita berhasil
mendapatkan obat pemunah ini."
"Oooh kiranya begitu!"
"Cuma, obat pemunah yang telah mereka telan
sebelumnya sama sekali bukan obat pemunah?"
"Kalau bukan, lantas apa?"
"Menurut Yu leng Io jin, racun yang bersarang di tubuh
Tay khek Cinkun serta Ong Bun-kim adalah racun Ciu-simji-
tok (racun pembakar hati) barang siapa terkena racun ini
maka dalam satu jam kemudian seluruh badannya akan
terasa bagaikan di bakar dengan api sebelum akhirnya tewas
dia hanya tahu mempergunakan racun itu tapi belum tahu
bagaimana cara untuk memunahkannya."
"Kalau begitu bukankah sama artinya dengan mereka
sedang menunggu kematian?"
"Tidak, obat yang tadi mereka telan adalah semacam
obat pemunah racun yang keras sekali, paling tidak mereka
tak akan sampai mati secara mengenaskan."
"Selanjutnya..."
""Jika dalam sepuluh hari racun itu belum bisa
dipunahkan, maka segenap tenaga dalam yang dimilikinya
akan punah tak berbekas."
Dalam pada itu pelan-pelan Ong Bun kim dan Tay khek
Ginkun telah sadar kembali dari pingsannya, dengan cepat
pemuda itu mengalihkan sorot matanya menyapu sekejap
sekeliling tempat itu, ketika menjumpai kehadiran
kehadiran Bunga Iblis dari neraka disana, kontan saja paras
mukanya berubah hebat.
Pada hakekatnya rasa cintanya terhadap Bunga iblis dari
neraka, kini telah berubah menjadi kebencian.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia bangkit berdiri
dari atas tanah.
"Bagaimana perasaanmu sekarang.,...?" tanya Bunga iblis
dari neraka dengan sedih.
"Kaukah yang telah menyelamatkan jiwaku?" bentak
Ong Bun kim dengan suara keras.
" Benar!.."
"Siapa yang suruh kau menolong jiwaku? Enyah kau dari
hadapan mukaku.... !" hardik pemuda itu.
Paras muka Bunga iblis dari neraka segera berubah
menjadi pucat pias seperti mayat, hatinya amat sakit
bagaikan diiris-iris dengan pisau, serunya:
"Apakah aku tak boleh menolong dirimu?"
"Aku tak sudi menerima pertolongan dari mu!"
Sekali lagi Bunga iblis dari neraka gemetar keras karena
luapan emosi, katanya.
"Ong Bun kim, tidak kusangka kalau kau adalah seorang
manusia yang lupa budi seperti ini.".
"Kurangajar, kau berani memaki aku?"
"Aku bukan hanya memakimu saja. aku-pun hendak
membunuh kau manusia yang lupa budi, Ong Bun kim,
dibagian manakah aku Tan Hong-hong telah merugikan
dirimu?"
"Tidak ada!"
ooooOdwOoooo
BAB 55
"KALAU tidak ada, kenapa pula tak mau menerima
uluran pertolongan dariku?"
"Aku tak sudi menerima budi kebaikan darimu!"
"Apakah perkataanmu itu keluar dari dasar hatimu
sendiri?"
"Benar!"
"Kalau begitu aku hendak membunuh kau!"
Tak terlukiskan luapan hawa amarah yang berkobar
didalam dada Bunga Iblis dari neraka, sambil melompat ke
depan, sebuah pukulan segera dilancarkan ke arah Ong
Bun-kim.
Tenaga serangan yang disertakan didalam serangannya
itu sungguh dahsyat dan kuat.
Ong Bun-kim melejit kesamping dan menghindarkan
diri.
Walaupun dia adalah seorang yang keracunan hebat,
akan tetapi bagaimanapun juga tenaga dalam yang
dimilikinya jauh lebih lihay dibandingkan dengan Bunga
iblis dari neraka, hanya sekali berkelebat saja, tubuhnya
sudah berada satu kaki jauhnya dari tempat semula, Bunga
iblis dari neraka segera melejit ke depan dan menyusul lebih
lanjut.
"Tahan!" Tay khek Cinkun segera membentak keras.
Dibentak oleh Tay khek Cinkun, mau tak mau terpaksa
Bunga iblis dari neraka harus menahan gerakan tubuhnya,
selapis hawa napsu membunuh yang tebal telah
menyelimuti seluruh wajahnya.
Pelan-pelan Tay khek Cinkun mengalihkan sinar
matanya ke wajah Ong Bun kim kemudian serunya:
"Kau toh tahu bahwa nona ini telah menyelamatkan jiwa
kita berdua, kenapa kau tidak berterima kasih kepadanya?"
"Aku tak sudi menerima budi kebaikannya!" sahut Ong
Bun kim dengan luapan emosi.
"Ong Bun kim kalau kau sampai bersikap demikian,
maka hal ini merupakan kesalahanmu!"
"Membiarkan manusia tak kenal budi semacam ini hidup
terus didunia ini, lebih baik kubunuh saja dirinya." bentak
Bunga Iblis dari neraka dengan penuh kemarahan.
Belum habis perkataan itu, suara, seorang perempuan
telah menyambung dari belakang.
"Betul, bunuh saja dirinya."
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, untuk
kesekian kalinya Bunga Iblis dari neraka telah menerjang
kembali ke arah Ong Bun-kim, senjata Pie-pa bajanya
dengan membawa desingan angin tajam langsung
diayunkan ke muka.
"Tan Hong-hong, kau benar-benar hendak mengajak aku
turun tangan?" teriak Ong Bun kim sangat marah.
Bunga Iblis dari neraka tidak menjawab lagi, dengan
suatu gerakan yang menggila dia telah melepaskan tiga kali
serangan dahsyat.
Dalam keadaan demikian, keluar juga kemarahan Ong
Bun kim, sambil membentak keras diapun melancarkan dua
buah pukulan dahsyat.
Bagaimanapun juga, keadaan Ong Bun kim dewasa ini
tak lebih hanya seorang manusia yang belum sembuh dari
keracunan bebat, setelah melancarkan kedua pukulan itu,
mendadak kepalanya merasa pening sekali, tubuhnya segera
menjadi sempoyongan.
Menggunakan kesempatan itu, Bunga Iblis dari neraka
menerjang maju kedepan dan telapak tangan kirinya
melepaskan sebuah pukulan dahsyat...
"Blaaam !" suatu benturan terjadi, menyusul kemudian
"Uaaak !" secepat kilat tubuh Ong Bun kim mencelat ke
belakang sambil memuntahkan darah segar.
Kenyataan hi membuat Bunga Iblis daii neraka tertegun
lalu berdiri kaku seperti orang bodoh.
Paras muka Tay khek Cinkun pun berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian ini.
Mendadak... terdengar Bunga Iblis dari neraka tertawa
tergelak-gelak, tubuhnya meluncur ke depan dengan cepat
dan sekejap kemudian sudah lenyap dari pandangan mata,
dari kejauhan hanya terdengar suara gelak tertawanya yang
memekikkan telinga
Tay khek Cinkun menjadi tertegun dan berdiri termangumangu
seperti seseorang yang kehilangan ingatannya.
Pada saat itulah dari balik hutan pelan-pelan berjalan
keluar seorang gadis baju abu-abu yang berambut panjang.
Menjumpai kemunculan gadis tersebut, Tay khek Cinkun
segera menyapa:
"Nona Yu kiranya kau?"
"Benar, locianpwe!"
Ternyata orang yang munculkan diri itu tak lain adalah
Yu Cing.
"Sebetulnya apa yang telah terjadi?" tanya Tay khek
Cinkun tercengang dan tidak habis mengerti,
"Aku sendiripun kurang begitu tahu, cuma aku tahu
bahwa mereka berdua pernah menjadi sepasang kekasih
yang bahagia, tapi entah apa sebabnya kemudian ternyata
Ong Bun kim merasa sedemikian bencinya terhadap Bunga
iblis dari neraka."
-oo0dw0oo--
Jilid 18
SEMENTARA itu. pelan-pelan Ong Bun-kim sudah
bangkit berdiri dari atas tanah, ia menyeka noda darah yang
menodai ujung bibirnya, kemudian setelah melirik sekejap
ke arah Yu Cing dan tertawa getir dia bertanya lirih: "Nona,
Yu, kenapa aku harus dibunuh?"
"Kau pantas dibunuh sampai mati!"
"Kenapa? Apakah kau bisa memberikan alasannya?"
"Kau betul betul seorang manusia yang tak tahu budi,
seandainya tiada Bunga iblis dari neraka, kau anggap
manusia yang bernama Ong Bun-kim masih bisa hidup
sampai ini hari?"
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, katanya kembali.
"Apa maksudmu berkata demikian?" Yu Cing tertawa
dingin, sahutnya:
"Ong Bun kim, bukankah aku telah memberitahukan
kepadamu agar baik-baik bersikap terhadap Bunga iblis dari
neraka?"
"Benar!"
"Lantas apa yang telah kau berbikan kepadanya?d"
"Sebaliknya aapa pula yang teblah ia berikan kepadaku?"
Ong Bun kina balik bertanya, "dia adalah seorang
perempuan rendah yang setiap orang dapat menikmati
kehangatan tubuhnya "
"Apa kau bilang ?"
Ditengah bentakan yang amat nyaring, mendadak ia
melompat ke depan dan menerjang ke arah Ong Bun kim,
kemudian sekali mengayunkan tangannya, ia menampar
wajah si anak muda itu.
Mendadak ia menarik kembali gerakan tangannya, lalu
dengan sinar mata memancarkan cahaya yang
menggidikkan hati, bentaknya:
"Kau mengatakan Bunga iblis dari neraka adalah seorang
perempuan rendah yang setiap orang dapat menikmati
kehangatan tubuhnya?"
"Benar!"
"Siapa yang mengatakannya demikian?"
"Hiat-hay-longcu (laki-laki romantis dari samudra darah)
Teng. Kun!"
Tiba-tiba Yu Cing mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak, suaranya keras dan berkepanjangan.
Menyaksikan keadaan tersebut, dengan wajah berubah
hebat Ong Bun kim membentak:
"Hei, apa yang kau tertawakan?"
"Aku mentertawakan kau Ong Bun-kim, ternyata adalah
seorang telur busuk besar, kau anggap perkataan dari Hiat
hay longcu dapat dipercaya dengan begitu saja?"
"Memangnya perkataan orang itu bohong dan tidak bisa
dipercaya ?" Ong Bun kim balik bertanya.
"Ong Bun kim!" bentak Yu Cing, "terus terang
kuberitahukan kepadamu, ketika Bunga iblis dari neraka
hendak menyelamatkan jiwamu tempo hari, ia telah
mengorbankan kesucian tubuhnya kepada Hiat-hay longcu,
demi bisa memperoleh mata uang kematian.."
"Apa....?"
Mendengar kisah tersebut, Ong Bun kim. menjerit keras,
tubuhnya gemetar keras bagaikan disambar geledek, dengan
suara gemetar tanyanya lagi:
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Benar."
Serta merta diapun menceritakan apa yang telah terjadi
itu kepada Ong Bun kim.
Selesai mendengarkan perkataan itu, Ong Bun kim tak
bisa mengendalikan emosinya lagi, ia menjerit keras:
"Oooh thian !"
Diiringi jeritan keras! pemudab itu muntah dardah segar,
kemudaian tubuhnya robboh terjengkang keatas tanah.
Walaupun ilmu silat yang dimilikinya merupakan
seorang jagoan yang luar biasa bagaimanapun juga dia
hanya seorang manusia biasa belaka, mana mungkin bisa
menahan pukulan batin yang demikian beratnya ini?
Rasa sedih yang besar membuat hawa darah dalam
dadanya menerjang naik keatas kepala, setelah muntah
darah segar, tubuhnya segera roboh terjengkang ke atas
tanah.
Padahal ia tak mau ditolong oleh Bunga iblis dari neraka
bukan berarti ia tidak mencintainya malahan justru dia
amat mencintai dirinya, tapi oleh karena dia tak ingin
berhutang cinta kepada gadis itu maka sikapnya berubah
menjadi begitu.
Pelan-pelan Yu Cing berjalan mendekati sisi tubuh Ong
Bun kim. kemudian mengeluarkan sebutir pil dan
dimasukkan ke dalam mulut anak muda itu, lalu jalan
darah disekeliling tubuhnya mulai diuruti dengan penuh
seksama.
Tak lama kemudian, Ong Bun kim telah sadar kembali
dari pingsannya.
Dengan termangu-mangu seperti orang bodoh, dia
mengawasi Yu Cing tanpa berkedip, seakan-akan seseorang
yang telah kehilangan ingatannya, kemudian seorang diri ia
bergumam:
"Oooh Thian! Peristiwa ini sungguh merupakan suatu
peristiwa yang sangat mengerikan."
Belum habis ia berkata, mendadak tubuhnya menerjang
maju ke depan dan kabur meninggalkan tempat itu dengan
secepat-cepatnya..."
Yu Cing yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat, ia segera melompat kedepan serta menghadang
jalan perginya, kemudian membentak keras-keras:
"Apa yang hendak kau lakukan?"
"Minggir!" teriak Ong Bun kim keras-keras
"Sebenarnya apa yang hendak kau lakukan"
"Aku hendak pergi mencarinya!"
"Mencarinya ?"
"Benar, aku hendak mencarinya, hanya cepat minggir!"
"Kau jangan bertindak seperti orang gila, kau tak akan
menemukan dirinya..!"
"Aku bersikeras hendak mencarinya sampai ketemu,
hayo cepat minggir!"
Ditengah bentakan nyaring sebuah serangan kilat telah
dilancarkan ke arah Yu Cing.
Serangan yang dilancarkan dengan kekuatan yang luar
biasa ini sungguh amat mengerikan, kehebatannya ibarat
gulungan ombak yang menghantam tepian karang.
Yu Cing tidak brerdiam diri sajta, menghadapi sqerangan
yang bergitu dahsyatnya, ia segera membentak keras.
"Ong Bun kim, kau sudah edan?"
"Blaaam !" ketika dua gulung tenaga pukulan saling
membentur satu sama lainnya, segera terjadilah gulungan
angin puyuh yang luar biasa dahsyatnya.
Yu Cing tak sanggup berdiri tegak lagi, secara beruntun
ia mundur sejauh tujuh delapan langkah dengan
sempoyongan.
Ong Bun-kim kembali menjerit keras seperti orang gila:
"Aku harus mencarinya sampai ketemu.. aku harus
mencarinya sampai ketemu..."
Jeritan-jeritannya itu mendekati seperti jeritan orang
kalap, suaranya mengerikan sekali, untuk kesekian kalinya
dia kabur kembali kedepan.
Yu Cing segera membentak keras, ia menyusul dengan
cepat dari belakang sambil melancarkan totokan kilat.
Dalam luapan rasa sedih dan duka yang amat besar,
gerak gerik Ong Bun kim tidak segesit diwaktu-waktu biasa,
ketika termakan oleh totokan Yu Cing tersebut, ia lantas
mendengus tertahan dan roboh terjengkang ke atas tanah.
Selesai merobohkan si anak muda itu, Yu Cing baru
menghela napas panjang dengan sedihnya.
Tay khek Cinkun ikut pula merasakan kesedihan yang
meluap, setelah menghela napas panjang, katanya:
"Biarkanlah dia tidur sebentar!"
Yu Cing manggut-manggut, dengan pandangan kaku
diawasinya Ong Bun kim yang terkapar ditanah itu dengan
sinar mata termangu.
Dalam pada itu. tiba-tiba Hian ih lihiap berkata:
"Cianpwe, walaupun kalian telah menelan pil penawar
racun, tapi bukan berarti hawa racun di tubuh kalian telah
punah sama sekali, jika dalam sepuluh hari kalian tidak
berhasil untuk mendapatkan, obat penawar, maka semua
tenaga dalam yang kalian miliki akan buyar dan lenyap tak
berbekas."
"Mari kita berangkat untuk mencari pengobatan." ujar
Tay-khek Cinkun kemudian, lalu sambil melirik sekejap
kearah Yu Cing sembari dia berkata, "Nona Yu, harap kau
membawa serta diri Ong Bun-kim."
"Kukira lebih baik kau saja yang membopong Ong bunkim,
biar aku membawa cianpwe-saja."
Seakan-akan teringat akan sesuatu hal, Tay khek Cinkun
segera tertawa, katanya.
"Oya, aku lupa kalau antara laki-laki dan perempuan itu
ada batasnya ..baiklah aku akan membawa Ong Bun-kim,
silahkan kau membawa Ong cianpwe itu"
Demikianlah, Tay khek Cinkun serta Yu Cing masingmasing
segera membopong tubuh Ong Bun kim serta Hian
ih lihiap untuk melakukan perjalanannya kedepan, dalam
waktu singkat beberapa li sudah dilewatkan tanpa terasa.
Setelah menuruni bukit Bwe-nia digunung Thian san
mereka bergerak memasuki sebuah lembah yang sempit.
"Locianpwe, kita akan kemana?" tanya Yu Cing tibatiba.
"Sebentar kau akan tahu dengan sendirinya!" sahut Tay
khek Cinkun cepat.
Dalam pada itu, mereka telah memasuki sebuah lembah
yang sempit, disekeliling lembah tersebut penuh berserakan
batu-batu cadas yang tak terhitung jumlahnya, batu-batu itu
berbentuk sangat aneh, ada yang menyerupai naga sedang
mementangkan cakarnya, ada yang mirip harimau siap
menerkam, adapula yang berbentuk manusia.
Setelah menembusi hutan batu, mereka pun tiba diluar
sebuah hutan yang amat rimbun, tiba-tiba Tay kbek Cinkun
mempercepat gerakan tubuhnya menyusup masuk kedalam
hutan itu.
Belum jauh mereka berdua masuk kedalam hutan, tibatiba
terdengar suara bentakan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan:
"Berhenti!"
Mendengar perkataan itu dengan hati terkesiap Yu Cing
segera menghentikan tubuhnya, sedangkan Tay khek
Cinkun seakan-akan tidak mendengar bentakan tersebut, ia
masih melanjutkan terus perjalanannya menuju ke dalam
hutan.
Terdengar suara itu kembali berkumandang.
"Manusia dari manakah yang sudah bosan hidup,
sehingga begitu berani memasuki hutan Tiang seng lim ini?"
"Hidung kerbau tua, kau tak usah berlagak sok" teriak
Tay khek Cinkun sambil tertawa. "siapa yang kuatir dengan
hutan liang seng limmu ini.?"
Ketika mendengar perkataan itu, orang di balik hutan
tersebut, segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaahh....haaah....rbupanya kau si tdelur
busuk tua ayang telah databng hayo keluar dari hutan,
jangan merepotkan diriku lagi."
Tay khek Cinkun segera tertawa terbahak-bahak, kepada
Yu Cing katanya.
"Ikutilah aku, jangan sampai salah jalan, hutan ini telah
diatur menurut barisan Ngo heng khi.tin yang lihay..."
Selesai berkata, ia berjalan lebih dalam menuju ke depan
sana.
Yu Cing mengikuti terus dibelakangnya dengan ketat,
setelah berbelok ke sana kemari selama hampir setengah
jam lamanya, mereka baru tiba ditengah hutan, disana
tampaklah sebuah rumah kayu yang berdiri di kelilingi
pepohonan lebat.
Dan didepan rumah tersebut tampak sebuah papan nama
tergantung diatas pintu gerbang itu, pada papan nama tadi
terpancanglah tiga huruf yang amat besar.
"TIANG SENG-KI"
Tay khek Cinkun kembali membentak dengan suara
keras.
"Hidung kerbau tua, setelah tahu akan kedatanganku,
kenapa kau tidak munculkan diri untuk menyambut
kedatanganku ini?"
"Kali ini aku tidak suka menerima kedatanganmu itu!"
jawab orang itu dari dalam ruangan.
"Tidak suka pun harus suka, hayo cepat sambut
kedatanganku!"
Sambil berkata dia lantas menerjang masuk ke dalam
ruangan.
Yu Cing agak tertegun, ia tidak ikut masuk melainkan
hanya berdiri saja didepan pintu.
"Nona Yu, silahkan masuk." seru Tay khek Cin kun
keras-keras.
Terpaksa Yu Cing ikut berjalan masuk ke depan, tampak
olehnya ruangan dalam rumah kayu itu sederhana tapi
amat bersih, nyaman sekali dalam penglihatan.
"Hei hidung kerbau tua, kalau kau tidak keluar, hati-hati
kalau kulepaskan api untuk membakar kandang anjingmu
ini!" bentak Tay khek-cinkun lagi.
"Huuh, sudah datang untuk mohon pertolongan,
lagaknya masih galaknya bukan kepalang, sungguh tak tahu
malu!"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, dari dalam
ruangan segera berjalan keluar seorang sastrawan berbaju
hijau yang berusia antara empat puluh tahunan.
Menjumpai kemunculan sastrawan tersebut, Yu Cing
menjadi tertegun dan berdiri melongo.
Sebab ketika di dengar dari istilah "hidung kerbau tua"
yang dipergunakan Tay khek Cinkun untuk memanggil
rekannya ini, jelas usianya tak akan semuda ini, janganjangan
dia adalah muridnya si "hidung kerbau tua?"
Dengan sinar mata yang tajam sbastrawan berbajdu hijau
itu memaandang dua oranbg itu sekejap, kemudian katanya
kepada Tay-khek Cinkun:
"Aku benar-benar merasa salah karena telah berteman
dengan seorang sahabat seperti kau!"
"Kenapa kau berkata demikian?"
"Semua kerepotan telah kau limpahkan pada diriku
semua."
"Hidung kerbau tua, apa kau benar-benar memiliki
kepandaian meramal untuk meramalkan kejadian yang
akan datang?"
"Kau terlalu memuji!"
Yu Cing yang mendengarkan pembicaraan mereka itu,
mendadak seperti menyadari akan sesuatu, dia lantas
berseru tertahan;
"Kau....kau adalah Tiang seng lojin?"
"Betul, hidung kerbau tua itulah orangnya!"
Tay khek Cinkun segera membenarkan.
Kenyataan ini segera menggetarkan kembali perasaan Yu
Cing mimpipun ia tak menyangka kalau Tiang seng lojin
sesungguhnya tidak tua, melainkan hanya seorang
sastrawan yang berusia empat puluh tahunan.
"Locianpwe, aku memang sedang mencari dirimu!"
serunya dengan luapan emosi.
Tiang seng lojin tertawa ewa.
"Aku memang tahu kalau kau sedang mencariku,
letakkan dulu kedua orang itu ditanah!"
Yu Cing serta Tay khik Cinkun segera meletakkan Hian
ih Lhiap dan Ong Bun kim keatas tanah.
Tiang seng lojin melirik sekejap ke arah Yu Cing,
kemudian katanya pelan:
"Nona Yu, kau mencari aku apakah lantaran masalah
yang menyangkut tentang ayahmu?"
"Benar!"
"Apa yang ingin kau ketahui?"
"Ayahku dan Ong See liat telah lenyap bersama waktu
itu, ketika mereka lenyap dari dunia persilatan, pernahkah
kau berjumpa dengan mereka berdua?"
"Pernah!"
"Apa sebabnya Ong See liat muncul kembali dalam
dunia persilatan kemudian, sebaliknya ayah ku belum
kembali juga? Apakah dia telah mati?"
"Mungkin belum mati!"
"Mungkin?" Yu Cing berbisik
Ooo-dw-ooO
Bab 56
"YAA!" Tiang seng lojin manggut-manggut, "karena
setelah terjadinya peristiwa itu, aku tak pernah berjumpar
lagi dengan Ontg See liat, denqgan sendirinya rakupun tak
yakin kalau ayahmu Giok bin hiap (pendekar berwajah
pualam) telah mati atau belum, cuma menurut hasil
ramalanku menurut ilmu perbintangan, aku rasa ayahmu
masih hidup didunia ini...!"
"Kalau dia masih... masih hidup, kenapa tidak pulang ke
rumah?" tanya Yu Cing.
"Tentang soal ini rasanya sulit untuk dikatakan, cuma
andaikata ia belum mati, maka dalam beberapa waktu
belakangan ini kalian pasti dapat berjumpa kembali."
"Terima kasih atas petunjuk dari locianpwe!"
ia berterima kasih, itu belum terhitung seberapa setelah
tertawa, ujarnya kepada Tay khek Cinkun, "Saudara Can,
bagaimana dengan perkataanku dulu? Seandal nya kau
tidak menyimpan kedua butir pil mustikaku itu tempo hari,
nyawamu sekarang mungkin sudah berpulang ke alam
baka."
Tay khek Cinkun menghela napas panjang.
"Yaa, kali ini anggap saja aku merasa kagum sekali
kepadamu"
"Tak usah merasa kagum kepadaku, masih ingat dengan
perkataan dari Thian-jian Cuncu?".
"Masih ingat!"
"Apakah waktu pemunculannya sudah makin
mendekat?"
"Agaknya memang sudah tak lama lagi!"
"Ketika Ong See liat dan Giok bin hiap datang
mencarimu tempo dulu sesungguhnya apa maksud mereka
berdua?"
"Panjang sekali hal ini untuk menceritakan, ketika Ong
See liat dan Giok bin-hiap datang mencariku dulu, mereka
menanyakan suatu tempat kepadaku."
"Tempat manakah itu?"
"Bertanya kepadaku, dimanakah letak Bu-cing tong?"
"Gua Bu cing tong?"
"Betul, aku memberitahukan letak gua Bu cing tong itu
kepada mereka, sebelum mereka berpamit, aku telah
berkata kepada Ong See liat sambil tertawa:
"Ong-See-liat, pohon yang besar lebih gampang
mengundang angin, kau musti berhati-hati!"
"Apakah kau tahu mereka telah pergi ke mana?" tanya
Tay-khek Cinkun kemudian.
"Tentu saja tahu, ia bertanya kepadaku lagi. "Apakah
sulit untuk pergi ke gua Bu cing tong?" Jawabku kemudian:
"Ong See-liat, setiap persoalan tak boleh dipaksakan, sebab
kalau tidak maka akan mudah mendatangkan bencana, kau
musti berhati-hati!..."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan:
"Setelah dia pergi, mereka tak pernah kembali lagi untuk
mencari diriku!"
"Sebenarnya mereka telah pergi kemana?"
"Gua Bu cing tong!"
"Benar pertama kali ini kudengar tentang nama gua
tersebut!"
"Berbicara yang lebih jelas lagi, gua Bu-Cing tong bukan
lain adalah tempat tirakat Hek-mo-im!" Tiang-seng-lojin
menerangkan.
"Oh, apakah kau maksudkan tempat tersimpannya
pedang Sin-kiam tersebut?"
"Benar! Sayang sekali Ong See liat memang sudah
ditakdirkan untuk mati muda, ia bukan pemilik pedang sinkiam
yang sah, oleh karena itulah kuberi tahukan
kepadanya bahwa semua persoalan tak bisa terlalu
dipaksakan!"
"Lantas siapakah yang akan menjadi pemilik pedang sinkiam
yang sah...?"
"Orang kedua yang bertanya kepadaku di manakah letak
gua Bu-cing tong, dialah pemilik pedang Sin-kiam yang sah,
pesan ini ditinggalkan oleh Thian-jian Cuncu sendiri,
mengenai siapakah orang ini, sudah barang tentu aku tidak
tahu"
"Kau tahu juga tentang Yu leng lojin?"
"Tahu! Kalian sudah menderita kerugian di tangannya
bukan? untung saja, tenaga dalam yang kau miliki cukup
sempurna, kalau tidak* sudah bisa dipastikan kaupun akan
terpengaruh oleh ilmu hipnotis Gi-Sim- tayhoatnya yang
lihay"
"Kau juga mengetahui tentang diri Bu khek lo jin?"
"Ya, tahu! Dia memang sudah ditakdirkan mengalami
musibah semacam ini."
"Menurut pendapatmu, siapakah didunia ini yang
sanggup- menghancurkan ilmu Gi sim tay hoatnya yang
lihay itu?"
"Hal ini tak usah kau kuwatirkan sebab nanti pada
waktunya pasti akan muncul orang semacam itu."
Hanya kau ini yang selamanya pintar, kenapa teIah
bertindak bodoh? Badai pembunuhan sudah mulai melanda
dalam dunia persilatan, kau dan bocah ini sudah
seharusnya memikul tanggung jawab yang amat besar ini."
"Apa maksud perkataanmu?"
"Aku ingin bertanya kepadamu, bbukankah kaliand telah
berjumpaa dengan iblis cbantik pembawa maut?"
"Darimana kau bisa tahu? Apakah kau benar-benar
memiliki kepandaian untuk mengetahui kejadian yang akan
datang?"
"Terus terang saja kukatakan aku baru saja pulang
setelah kedatangan kalian tadi, bahkan aku lelah
membunuh manusia tanpa sukma, itulah sebabnya aku
mengetahui jelas semua keadaan kalian!"
"Betul, kami memang sudah berjumpa dengannya" sahut
Tay khek Cinkun kemudian.
"Bagaimanakah tenaga dalam yang dimilikinya?"
"Betul-betul lihaynya bukan kepalang, hakekatnya sudah
mencapai puncak kesempurnaan!"
"Nah, itulah dia, bukankah akibat dari pengaruh racun
didalam tubuhnya maka setiap satu jam ia harus
mendengarkan irama Si sim ci ki?"
"Betul!"
"Tolong tanya, apakah bocah ini adalah seorang ahli
dalam menggunakan ilmu harpa."
"Benar"
"Menurut dugaanku, kalau hanya irama Si sim ci ki saja,
maka cukup mendengarkan sebanyak tiga kali, rasanya
bocah ini sudah dapat menghafalkannya diluar kepala,
bukankah demikian?"
"Benar, tapi apa hubungannya dengan masalah ini?"
"Sobat Can, apakah kau masih belum paham?
Seandainya Ong Bun kim bisa menguasahi irama Si sim ci
ki tersebut, bukankah Iblis cantik pembawa maut tak usah
terkurung terus didalam ruang bawah tanah? Asalkan ia
tidak terkurung dalam ruangan itu, bukankah dia bisa
muncul kembali dalam dunia persilatan? Asalkan Ong Bun
kim bisa mainkan irama Si sim ci ki satu kali untuknya
setiap sepuluh jam, hal itu sudah lebih dari cukup."
"Benar, benar. " seru Tay khek Cinkun berulang kali.
"Asal Ong Bun kim bisa mempelajari irama Si sim ci ki,
rasanya pada saat ini tak mungkin ada kehidupan lagi bagi
perguruan Yu leng bun"
Dari perkataan dari Tiang seag lojin tersebut, paras muka
Tay khek Cinkun berubah hebat, kejadian ini benar-benar
merupakan suatu persoalan yang tak pernah dibayangkan
sebelumnya.
Benar, seandainya dia bisa berpikir sampai kesitu, bukan
saja Iblis cantik pembawa maut bisa meloloskan diri dari
kurungan, dengan kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya,
menghancurkan perguruan Yu leng bun rasanya bukan
suatu pekerjaan yang terlampau menyulitkan.
Cuma mereka tak pernah menyangka kalau di-sebabkan
berhasilnya Yu leng lojin mendapatkan kitab Hek mo keng
tersebut, akibatnya mereka bakaI menanggung sedikit
tanggung jawabnya.
Dengan penuh rasa menyesal diab berkata: "Kenadpa
aku tak pernaah berpikir sambpai ke situ?"
"Kalian telah menyia-nyiakan suatu kesempatan yang
sangat baik" kata Tiang seng lojin lagi.
"Benar, kita harus kesana lagi!"
"Tak usah kesana lagi!"
"Kenapa? Apakah Iblis cantik pembawa msut telah
ketimpa musibah?"
"Musibah sih tidak sampai, cuma ada kemungkinan
besar ia sudah dipindahkan ke tempat Iain"
"Aai....!" dengan penuh kesedihan Tay khek-Cinkun
menghela napas sedih.
"Mungkin inilah yang dinamakan takdir, dunia
persilatan memang sudah digariskan untuk menerima
bencana ini!"
Tay khek Cinkun yang membayangkan kejadian itu, yaa
merasa mendongkol yaa merasa keki, katanya kemudian:
"Yaa, apa yang musti kita lakukan sekarang? Apa yang
musti kita lakukan sekarang?"
"Kecuali pedang mustika Sim kiam muncul kembali
kedalam dunia persilatan, rasanya kalau tidak sulit untuk
terhindar dari bencana ini."
"Kalau begitu, coba lihatlah apikah racun yang
mengeram ditubuh kami masih bisa tertolong atau tidak?"
kata Tay khek Cinkun kemudian dengan suara dalam.
Tiang-seng lojin segera manggut-manggut, sahutnya:
"Tentang racun Ciu-sim ci-tok yang mengeram dalam
tubuh kalian berdua, aku memang tak sanggup untuk
menyembuhkannya, tapi tentang racun yang mengeram di
tubuh Hian ih lihiap, biar kuperiksa lebih dahulu"
Setelah menepuk bebas Hian-ih lihiap dan bercakapcakap
sejenak. Tiang seng lojin baru mulai menguruti jalan
darah ditubuh perempuan tersebut.
Lama, lama sekali, Tiang-seng lojin baru bangkit berdiri
seraya berkata:
"Keadaan yatg dideritanya tidak menjadi persoalan, aku
sanggup untuk menolongnya."
Saking berterima kasihnya, air mata sampai bercucuran
membasahi wajah Hian ih li hiap, serunya berulang kali:
"Terima kasih banyak cianpwe, atas budi
pertolonganmu!"
Terdengar Taykhek Cinkun bertanya lagi.
"Apakah racun Ciu sim ci tok yang mengeram di
tubuhku serta Ong Bun kim betul-betul tiada obat lain yang
bisa membebaskannya?"
"Adanya sih ada, cuma sulit."
"Bagaimana sulitnya?"
"Disakuku hanyar ada separuh buttir obat pemunaqh,
sedangkan serparuh yang lain tidak berada dltanganku!"
"Dimana?"
"Di Lamhay!"
"Apa? Di Lamhay?"
"Benar, di Lam-hay!"
Mendengar jawaban tersebut. Tay khek Cinkun betulbetul
menjadi bodoh, untuk sesaat lamanya ia berdiri
tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Sementara itu, Tiong seng lojin telah menepuk bebas
jalan darah dari Ong Bun kim, pelan-pelan si anak muda itu
tersadar kembali dari pingsannya.
la memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian dengan wajah agak termangu tanyanya.
"Dimanakah aku berada sekarang?"
"Di Pesanggrahan Tiang seng ki!"
"Dimanakah Iblis bunga dari nereka?"
Ketika kesadarannya pulih kembali, ia masih tetap
menanyakan keadaan dari Bunga iblis dari neraka Tan
Hong hong, dari sini bisa diketahui betapa gelisahnya
pemuda tersebut. Untuk sesaat, semua orang menjadi
tertegun dibuatnya.
Belum lagi semua orang sempat menjawab, dia telah
bergumam kembali.
"Oooh ya ! Aku teringat sudah kini, bukankah dia sudah
pergi meninggalkan tempat ini?"
"Yaa dia sudah pasti" sahut Tay khek Cinkun, "tenang,
dikemudian hari kita akan mencarikan untukmu."
Ong Bun kim berdiri kaku dan manggut-manggut dengan
penuh kesedihan, agaknya terhadap Bunga iblis dari neraka
Tan Hong hong ia merasakan suatu penyesalan dan rasa
kasih sayang yang tak terlukiskan.
Demi kepentingan dirinya, gadis itu telah mengorbankan
sesuatu yang merupakan sesuatu yang tak ternilai harganya
bagi seorang gadis, sedangkang dia sendiri, apa pula yang
telah diberikan kepadanya? Balas budi apakah yang bisa ia
bayar demi menebus kehilangan darinya?
Yaa, hakekatnya kehilangan tersebut tak akan
terbayarkan untuk selamanya.
Teringat sampai kesitu, tanpa terasa Ong-Bun-kim
bergumam kembali dengan lirih.
"Terlalu besar hutangku kepadanya...."
"Yaa, kau memang berhutang sangat banyak kepadanya"
kata Yu Cing. "asal kau bisa baik-baik bersikap kepadanya
dikemudian hari, aku percaya hatinya yang hancur pasti
dapat terhibur"
"Aaaai aku kuatir hal ini amat sulit!" keluh pemuda itu
sambil menghela napas panjang.
"Persoalan tersebut lebih baik jangan dipikirkan dulu
pada saat ini" kata Tay khek Cinkun tiba-tiba, "hayo cepat
bangun dan menjumpai Tiang-seng lojin Tu locianpwe!"
Mendengar disebutnya nama "Tiang seng lojin", Ong
Bun-kim merasakan hatinya bergetar keras, mencorong
sinar-tajam dari balik matanya, sambil menatap wajah
Tiong seng lojin lekat-lekat, dia berseru:
"Kau adalah Tiong-seng lojin?"
"Betul, itulah lohu!"
"Kalau begitu..."
Tampaknya Ong Bun kim mempunyai beribu-ribu patah
kata yang hendak ditanyakan, tapi untuk sesaat dia tak tahu
darimana ia harus mulai bertanya, maka ia malah menjadi
kebingungan sendiri.
Tampaknya Tiang-seng lojin dapat meraba isi hati
pemuda itu, tiba-tiba ujarnya.
"Apakah kau hendak menanyakan soal ayahmu?"
"Benar!" pemuda itu mangut manggut, setelah melirik
sekejap wajah Yu cing, ia melanjutkan, "benarkah ayahku
dan ayahnya Giok bin hiap telah datang mencarimu pada
waktu itu?"
"Benar!"
"Ada urusan apa ia datang mencarimu?"
"Menanyakan letak suatu tempat setelah kuberitahukan
kepada mereka, kedua orang itupun segera pergi, tapi
semenjak itu ia tak pernah datang lagi kesini"
"Konon ayahku sedang mencari tempat tinggal Hek mo
im, benarkah berita ini?"
"Mungkin!"
Ong Bun-kim termenung lagi beberapa saat lamanya,
setelah menyapu pandang sekejap ke sekeliling arena, iapun
berkata:
"Tahukah kalian bahwa orang persilatan selalu
beranggapan bahwa ayahku telah meninggalkan semacam
mustika ditubuhku?"
"Yaa. tahu!"
Ong Bun kim lantas berpaling kbearah Tiang sendg lojin
seraya abertanya kembalbi.
"Locianpwe, bolehkah kuajukan satu pertanyaan
kepadamu?"
"Boleh saja, coba utarakan!"
"Tahukah kau. dimana letaknya gua Bu-cing-tong?"
"Apa ?"
Hampir semua orang yang hadir disitu bersama-sama
menjeritkan perkataan itu, termasuk juga Tiang seng lojin
sendiri, sebab barusan ia telah berkata bahwa orang kedua
yang bertanya kepadanya letak gua Bu cing tong,
kemungkinan besar dialah pemilik dari pedang mustika Sinkiam.
Ketika menyaksikan semua orang menunjukkan
perasaan kaget dan tertegun setelah mendengar pertanyaan
itu, Ong Bun kim ikut tertegun dan merasa tidak habis
mengerti.
"Ada sesuatu yang tidak beres?" tanyanya kemudian
setelah termangu sejenak.
Tiang seng lojin segera tersadar kembali dari rasa
kagetnya, ia balik bertanya.
"Kau bertanya dimana letak gua Bu cing tong?"
"Benar!"
00000OdwO00000
BAB 57
TIANG-SENG LOJIN segera memperlunak sikapnya,
derean lembut ia berkata; "Ada persoalan apakah kau
sampai menanyakan persoalan itu?".
"Sebab benda mestika yang sedang dicari orang-orang
persilatan kemungkinan besar berada di tempat itu, karena
ayahku telah mengukir tulisan tertebut diatas telapak
kakiku!"
"Sungguh?" Benar!"
Tiang-seng lojin melirik sekejap ke arah Tay khek
Cinkun. lirikan itu penuh mengandung maksud dan rasa
murung yang tebal, karena pesan yang ditinggalkan Thian
jian Cuncu akhirnya menjadi kenyataan.
Setelah menghela napas panjang, katanya:
"Sahabat Can, Thian jian Cuncu benar-benar seorang
manusia sakti yang luar biasa!"
"Benar"
"Kau dan aku..."
"Yaa, kau dan aku..."
"Kau dan aku kenapa?" Mereka tidak melanjutkan katakata
tersebut, tapi dilihat dari mimik wajah mereka yang
gelisah tak sulit untuk mengetahui persoalan ini meliputi
juga diri mereka berdua.
"Sesungguhnya apa yangb telah terjidi?d" tanya Ong
Buna kim setelah tebrtegun sejenak.
Tiang seng lojin buru-buru tertawa.
"Aah, tidak apa apa!" sahutnya.
"Kalau begitu, di manakah letak gua Bu cing tong itu?"
"Gua Bu cing tong adalah tempat dimana Hek mo im
bersemayam dahulu...!"
"Aaaah...!" tak kuasa lagi Ong Bun kim menjerit
tertahan, "sungguh perkataanmu itu?"
"Benar, sewaktu ayahmu datang kemari dulu, diapun
menanyakan alamat dan tempat tersebut, pedang mustika
Sin Kiam justru berada dalam istana gua Bu cing tong hu
tersebut!"
Agaknya Ong Bun kira tidak mengira kalau gua Bu cing
tong benar-benar adalah tempat Hek mo im bersemayan,
untuk sesaat lamanya ia jadi berdiri tertegun ditempat
semula.
Kata Tay khek Cinkun kemudian:
"Jadi kalau begitu seharusnya Ong Bun kim adalah
pemilik pedang Sin kiam yang sah."
"Betul, jika ramalan dari Thian jian Cuncu tidak meleset,
kemungkinan besar memang begitulah keadaan yang
sesungguhnya"
"Tapi racun Ciu sim ci-tok yang mengeram di tubuh
kami bila tidak dipunahkan dalam sepuluh hari mendatang,
bukankah segenap ilmu silat yang dimiliki akan punah?"
"Apa?" Ong Bun kira yang mendengar perkataan itu
segera menjerit tertahan, "kami akan kehilangan segenap
ilmu silat yang dimilikinya? Bukankah Tan Hong-hong
telah membantu kita untuk memunahkan racun tersebut?"
"Tidak!" jawab Tay khek Cinkun, "racun Cui sim ci tok
dari Yu leng lojin hingga kini masih belum dapat
dipunahkan."
Secara ringkas dia lantas menceritakan semua kejadian
yang sebenarnya kepada Ong-Bun-kim.
Selesai mendengar keterangan tersebut Ong Bun-kim
berdiri bodoh dan untuk sesaat tak mampu mengucapkan
sepatah katapun.
Oh Thian! Dalam sepuluh hari yang demikian singkat
ini, apa yang bisa ia lakukan? Jika tenaga dalamnya punah
sampai kapan dendam sakit hatinya baru dapat
terlampiaskan.
Teringat sampai kesitu. tak tahan lagi ia menghela napas
panjang, lalu katanya:
"Benarkah kami sudah tidak bisa ditolong lagi?"
"Obat penawarnya sih ada, cuma tidak gampang untuk
mendapatkannya."
"Obat penawarnya berada dimana?"
"Di Lam hay!"
"Apa? Di Lam hary? Dari sini ket Lamhay entah bqerapa
bulan yanrg dibutuhkan? Oya.... berada ditangan siapakah
obat penawar itu"
"Lam hay Kaucu!"
"Apa? Lam-hay Kaucu?" Ong Bun-kim menjerit keras.
Sebab ayah dari Hui mo taypangcu yang sekarang bukan
lain adalah Lam hay Kaucu itu berarti jika obat mestika itu
dimiliki oleh Lam-hay kau-cu, tay pangcu dari Hui mopang
pun tentu memiliki pula.
Ketika ia pergi meninggalkan dirinya tempo hari, dia
telah sesumbar dengan mengatakan tak akan memohon lagi
kepadanya, sekarang jika dia harus memohon kepada gadis
itu lantaran obat mestika tersebut, bukankah hal ini sama
artinya dengan menjilat ludah sendiri?
Tak dapat disangkal, tay pangcu dari Hui mo-pang yakni
Kim lo sat memang seorang-gadis yang cantik jelita, tapi ia
merasa sangat tak puas oleh keangkuhan serta cara kerjanya
yang kejam, diapun merasa amat penasaran karena pernah
dikalahkan dalam tiga jurus pedangnya.
Ong Bun kim ada hubungan perkawinan dengannya,
dalam hal ini dia tak ingin mengingkari, tapi dia hendak
mempersunting gadis itu sebagai seorang pemenang, kalau
tidak, maka peristiwa ini akan merupakan suatu peristiwa
yang amat tak sedap bagi nama baiknya.
Semua orang menjadi tercengang. ketika dilihatnya
pemuda itu hanya berdiri termangu-mangu belaka.
"Kenapa kau?" tanpa terasa Tay khek Cinkun segera
menegur.
Ong Bun kim tertawa getir.
"Ooh tidak apa apa, Tu locianpwe! Aku ingin bertanya
kepadamu, obat macam apakah yang terada ditangan Lam
hay kaucu itu?"
"Ban nian hiat man san (Bubuk darah ikan lehi berusia
sepuluh laksa tahun)!"
"Sesungguhnya Lam hay tidak terhitung suatu tempat
yang terlampau jauh..."
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Karena Hui mo pangcu tak lain adalah putri-nya Lam
hay kaucu!"
"Benarkah perkataanmu itu?" seru Tay khek Cinkun
tanpa terasa.
"Benar, bahkan aku dan dia masih terikat oleh suatu tali
perkawinan!"
"Suatu tali perkawinan?" semua orang menjepit kaget
hampir berbareng saking kagetnya.
Secara ringkas Oag Bun kim segera mengisahkan
bagaimana ayahnya dan Hiat hay khi khek telah mengikat
tali perkawinan putra putri mereka dengan sebuah lencana
liong hong bei, kemudian bagaimana kejadiannya setelah ia
berjumpa dengan Kim Lo sat
Selesai mendengarkan perkataan itu. Tay khek Cinkun
lantas berkata:
"Peristiwa ini sungguh merupakan suatu kejadian yang
jauh diluar dugaan, cuma apakah kau akan memohon
kepadanya?"
"Tidak !"
"Kalau begitu kau berencana membiarkan tenaga
dalammu punah tak berbekas."
"Masalah ini bukan cuma suatu persoalan belaka" tiba
tiba Yu Cing menimbrung, bahkan kalian masih belum tahu
bukan tentang tindakan kejam yang dilakukan pihak Hui
mo pang didalam dunia persilatan beberapa hari belakangan
ini?"
Terkesiap Ong Bun kim sehabis mendengar perkataan
itu, paras mukanya berubah hebat.
"Tindakan kejam apakah yang telah ia lakukan?"
tanyanya kemudian.
"Menurat apa yang kudengar, beberapa waktu berselang
perkumpulan Cing ih pang dan Lui-hong-kau telah dibasmi
oleh mereka, bahkan belakangan ini tindak tanduk mereka
bertambah menggila, bukan perkumpulan perkumpulan
kecil saja yang dibasmi, bahkan Hoa san, Soat-san dan
Tiong cong pay pun ikut disikat sehingga berceceran darah
amis diseluruh permukaan tanah"
"Sungguhkah perkataanmu itu?" dengan perasaan
tercekat Ong Bun kim bertanya.
"Benari Tampaknya pihak Kun-lun dan Go bi-pay pun
tak akan lolos dari tindak keji mereka!"
Paras muka Ong Bun-kim berubah hebat, hawa
kegusaran segera menyelimuti wajahnya, ia tahu bila
keadaan semacam ini dibiarkan berlangsung lebih jauh,
maka peristiwa itu sesungguhnya merupakan suatu kejadian
yang sukar dibayangkan dengan kata-kata, dari sini terbukti
pula bahwa tindakan dari Hui-mo-pangcu Kim-lo-sat betulbetul
teramat keji.
Saking tak kuatnya menahan gelora emosi, sambil
tertawa dingin serunya kemudian.
"Aku bersumpah tak akan berpeluk tangan belaka
sebelum berhasil melenyapkan Hui-mo-pang dari muka
bumi!"
"Perduli bagaimanapun juga, obat penawar Itu toh
berada disakunya" kata Tay-khek Cinkun, "asal kau
bersedia untuk kawin dengannya, siapa tahu badai
pembunuhan yang kejam ini bisa diselamatkan?"
"Tapi sayangnya aku Ong Bun kim tak sudi untuk kawin
dengannya dalam keadaan seperti ini."
"Keadaan macam apakah yang kau harap kan?"
"Ketika ilmu silatku dan kedudukanku jauh lebih tinggi
daripadanya, cuma aku percaya aku Ong Bun kim pasti
akan berhasil mendapatkan obat pemunah itu"
Setelah berhenti sejenak, tanyanya kepada Tiang seng
lojin:
"Locianpwe, andaikata dalam sepuluh hari mendatang
tidak makan obat pemunah, akan racun yang mengeram
dalam tubuhku akan mempengaruhi keseimbangan tenaga
dalam yang berada ditubuhku?"
"Pengaruhnya tetap ada walaupun hanya sedikit sekali,
tapi kau tak usah kuatir."
"Kalau begitu, dimanakah letak gua Bu cing tong
tersebut?"
"Di perbukitan sebelah utara dari Lui im bun, letaknya
tak jauh dari bukit Thian mo san!"
Ong Bun kim segera mengangguk-angguk, keningnya
berkerut kencang.
"Kalau begitu, boanpwe ingin mohon diri lebih dahulu"
katanya.
"Kau hendak kemana?"
"Pergi mencari obat pemunah!"
"Biar aku berjalan bersamamu." seru Tay khek Cinkun
cepat-cepat.
"Aku tahu bahwa kalian masih ada banyak urusan yang
harus segera diselesaikan, karenanya akupun tidak
menahan lebih jauh" kata Tiang seng lojin kemudian. "biar
Hian ih lihiap tetap tinggal disini, akan kupunahkan racun
yang mengeram di tubuhnya."
"Baiklah!"
Dari sakunya Tiang seng lojin mengeluarkan sebutir pil
berwarna hitam dan diserahkan kepada Ong Bun kim
kemudian katanya.
"Telanlah obat ini setelah berhasil mendapatkan obat
Ban nian hiat man san, dengan begitu akan punah sama
sekali racun Cui sim ci tok tersebut, ambil dan bawalah, aku
tak akan mengantar lebih jauh!"
Demikianlah Ong Bun kim, Tay khek Cinkun dan Yu
Cing segera berpamit kepada Tiang seng lojin dan berangkat
meninggalkan hutan Tiang-seng-lim langsung menuju ke
arah bukit Thi gou san.
Suatu hari, sampailah mereka bertiga di suatu tempat
yang tak jauh letaknya dari bukit Thi gau san, mendadak
Yu Cing menghentikan perjalanannya, lalu dengan wajah
murung dan sedih katanya.
"Locianpwe, Ong sauhiap, kita berpisah sampai disini
saja".
"Kau hendak ke mana?"
"Pulang ke rumah!"
"Baiklah, semoga kau baik-baik menjaga diri"
Dengan sedih dan muiuag gadis itu melirik sekejap ke
arah Ong Bun kim, dalam lirikannya itu penuh diliputi oleh
perasaan sedih dan murung, bahkan terasa pula sedikit
luapan rasa cinta.
Akhirnya ia berkata juga setelah menghela napas sedih:
"Kalian pun harus menjaga diri baik-baik!"
Seusai berkata, dia lantas melompat ke depan dan kabur
dari situ dengan kecepatan tinggi.
Terhadap lirikannya yang terakhir sesaat sebelum
berangkat itu, siapapun dapat melihat bahwa lirikan itu
membawa luapan rasa cinta yang sangat tebal.
Ong Bun kim berdiri kaku disitu, ia berdiri termangu
seperti orang yang kehilangan semangat.
"Mari kita berangkat!" akhirnya Tay khek cinkun berbisik
memecahkan kesunyian. Ong Bun kim mengangguk pelan,
maka berangkatlah mereka menuju ke bukit Thi-gou san.
Entah berapa lama perjalanan sudah dilakukan, akhirnya
sampailah mereka disebuah jalan bukit yang kecil dan
sempit yang menghubungkan langsung dengan markas
besar perkumpulan Hui-mo pang.
Menelusuri jalan kecil itu, tak lama kemudian dari
kejauhan sana lamat-lamat tampak bayangan bangunan
rumah yang berdiri megah diatas puncak bukit karang.
Kemudian beberapa waktu lagi, bangunan rumah itu
sudah makin mendekat sehingga akhirnya tampaklah
halaman luas didepan bangunan megah itu.
"Siapa?"
Suatu bentakan nyaring yang memekikkan telinga tibatiba
berkumandang memecahkan kesunyian.
Menyusul bentakan itu, dua sosok bayangan manusia
berbaju biru secepat kilat melayang datang kehadapan
mereka berdua.
Tapi begitu mengetahui akan kedatangan Ong Bun kim,
salah seorang diantaranya segera berubah wajah, kemudian
sambil tersenyum katanya.
"Oooh...... rupanya Ong sauhiap yang telah datang,
entah ada urusan apa kau berkunjung kemari?"
"Aku datang untuk mencari pangcu kalian!"
Baru selesai Ong Bun kim berkata, mendadak terdengar
seseorang menegur dengan suaranya yang dingin.
"Entah ada persoalan apa kau datang mencari pangcu
kami?"
Sesosok bayangan manusia kembali melayang masuk
ketengah arena dengan kecepatan luar biasa. Ong Bun kim
segera berpaling, maka dikenalinya orang itu sebagai Hiat
hay long cu.
Menjumpai kemunculan orang itu paras muka pemuda
kita segera berubah hebat.
Hiat hay longcu lah yang telah merenggut kesucian
Bunga iblis diri neraka, pemuda play-boy ini pula yangtelah-
menghancurkan segala-galanya, dengan sepasang
tangan iblisnya dia telah menciptakan neraka bagi mereka
berdua, dia pula yang menyebabkan terjadinya tragedi yang
memedihkaa hati diantara mereka berdua.
Bukan saja ia telah merenggut segala sesuatu miliknya
berdua, karena perbuatannya Bunga iblis dari neraka telah
kehilangan segala-galanya, manusia keji yang berhati busuk
seperti ini, pantaskah diberi kehidupan lebih jauh?
Hampir saja Ong Bun-kim tak tahan mengendalikan
golakan perasaan dendam marah dan kobaran napsu
membunuhnya, tapi bagaimanapun juga dia adalah seorang
manusia yang berakal panjang, maka setelah termenung
sejenak semua luapan bencinya segera dapat dikendalikan.
"Oooh rupanya kau!"serunya kemudian sambil tertawa
dingin. Hiat-hay-longcu tertawa sapanya.
"Saudara Ong, ada urusan apa kau datang kemari?"
"Pertama, hendak mencari pangcu kalian, kedua hendak
mencari kau pribadi."
"Oooh ! Ada persoalan apa kau datang mencariku?"
"Membereskan hutang piutang kita yang sudah tertunda
lama!"
"Hutang apa pula yang terikat antara kita berdua?"
Ong Bun kim segera tertawa dingin, sahutnya:
"Bukankah kau pernah berkata kepadaku bahwa Bunga
iblis dari meraka adalah seorang perempuan murahan yang
setiap orang dapat menikmati kehangatan tubuhnya?"
"Benar!"
"Kalau begitu, kau juga pernah menikmati kehangatan
tubuhnya bukan ?"
"Tentu saja!"
"Tolong tanya, dengan cara apakah kau bisa menikmati
kehangatan tubuhnya itu?"
"Tentang soal ini.. "
Mendadak Ong-Bunkim membentak keras. "Teng Kun,
serahkan saja nyawa anjingmu. Ditengah bentakan tersebut,
tubuhnya melompat ke depan dan langsung menerjang diri
Hiat hay long cu, kemudian telapak tangannya diayunkan
ke depan melancarkan sebuah pukulan dahsyat dengan
juros Hek ya mo im (Bayangan ialis ditengah malam).
Perasaan Ong Bun kim saat ini pada hakekatnya sudah
diliputi oleh hawa napsu membunuh yang berkobar-kobar,
dalam melepaskan serangan nya itu, ia telah mengerahkan
hampir segenap tenaga dalam yang dimilikinya, bisa
dibayangkan betapa cepat dan tangguhnya ancaman itu.
Mimpipun Hiat hay longcu tidak mengira kalau Ong
Bun kim bakal melancarkan serangan secara tiba-tiba,
dalam keadaan tanpa siaga, diam-diam ia dibikin terkejut
juga oleh kejadian itu.
Akan tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang
manusia yang berhati tabah, meski terancam bahaya
pikirannya tak sampai kalut, kipas di tangan kanannya
segera dikebaskan ke muka dan melepaskan sebuah
serangan dengan kecepatan luar biasa.
Tampaknya Hiat hay longcu sama sekali tidak
memikirkan ancaman dari Ong Bun kim itu kedalam hati,
sementara dalam waktu singkat, serangan kedua dari
pemuda itu kembali sudah menyambar datang.
Hek mo sin ciang betul-betul merupakan suatu ilmu
pukulan yang dahsyat dengan perubahan yang tak
terlukiskan banyaknya, kecepatan maupun kekuatan
serangannya luar biasa sekali, seandainya Ong Bun kim
tidak terkena racun jahat lebih dahulu sehingga tenaga
serangannya mengalami kerugian yang amat besar, sudah
dapat dipastikan-Hiat hay longcu tak akan mampu
menahan ketiga jurus serangannya..
Pada saat Ong Bun kim melancarkan serangan untuk
kedua kalinya itulah Hiat hay longcu baru menyadari
bahwa perubahan jurus pukulan dari si anak muda itu
terlampau aneh, sakti dan ampuh, ia baru terperanjat
dibuatnya.
Buru-buru kipasnya dikebaskan berulang kali ke sana
kemari, secara beruntun ia lepaskan tiga buah serangan
berantai.
Walaupun dengan ketiga buah serangannya itu secara
paksa ia berhasil juga mendesak mundur Ong Bun kim,
akan tetapi serangan ketiga dari Ong-Bun kim dengan
jurusnya Mo kui cing ti wan (iblis berebutan (bangkai)
secepat petir telah menerjang.
Mendadak...
"Blamm..!" suatu benturan keras terjadi, menyusul
kemudian terdengar seseorang mendengus tertahan, sesosok
bayangan manusia mencelat ke belakang dan...... "Plak!"
roboh terkapar ditanah.
Orang yang roboh terjengkang diatas tanah itu tak lain
adalah Hiat hay longcu Teng Kun.
Pada saat tubuh Hiat hay longcu mencelat kedepan tadi.
Ong Bun kim diiringi bentakan yang amat nyaring
meluncur maju kemuka, lalu secepat kilat mencengkeram
ketubuh Hiat hay longcu.
Cengkeraman ini dilakukan dengan kecepatan Iuar biasa,
bayangan manusia baru berkelebat lewat, tahu-tahu Hia hay
longcbu sudah kena didcengkeram olehnaya.
Tapi berbarbengan dengan cengkeramnya tubuh Hiat
hay longcu, ia sendiri pun muntah darah segar.
Sebagaimana diketahui Ong Bun kim adalah seorang
yang sudah terkena racun jahat.
Dalam pertarungan yang berlansung tadi, hawa
murninya tak berhasil dikendalikan, selama ini dia hanya
mengandalkan hawa murninya yang menekan hawa racun
ditubuh agar jangan meletus, tapi hawa darah sempat juga
menerjang keatas, akibatnya ia tak kuasa menahan diri dan
segera muntah darah.
Betapa terperanjatnya Tay khek Cinkun menyaksikan
kejadian tersebut.
Dengan napas terengah engah Ong Bun kim berusaha
mengendalikan gejolak hawa murni ditubuhnya dan
mengatur napas, sementara itu pelan-pelan Hiat hay longcu
telah sadar kembali dari pingsannya, melihat itu hawa
napsu membunuh segera menyelimuti wajah Ong Bun kim.
Telapak tangan kanannya diangkat keudara, kemudian
bentaknya.
"Hiat hay longcu, mengapa kau memperkosa diri Tan
Hong hong?
Sekulum senyuman licik segera tersungging diujung bibir
Hiat hay longcu, jawabnya:
"Kau menuduh aku memperkosanya?"
"Memangnya tidak? keperawanannya telah rusak
ditanganrnu."
"Tapi toh perbuatanku itu diimbali dengan suatu
pembayaran yang cukup tinggi."
"Pembayaran yang tinggi?"
"Betul, aku berbuat dengan membayar mahal, sebab aku
telah menyerahkan keempat biji mata uang kematian
kepadanya, bukankah empat biji mata uang itu merupakan
suatu benda yang tak ternilai harganya?"
Ong Bun kim segera merasa bahwa perkataan itu ada
benarnya juga, Hiat hay longcu telah menikmati
kehangatan tubuh Bunga iblis dari neraka dengan empat biji
mata uang kematian sebagai pembayarannya, itupun atas
persetujuan dari Bunga iblis dari neraka Tan Hong-hong
pribadi, apa yang bisa dia ucapkan lagi?
000OdwO000
BAB 58
UNTUK beberapa saat lamanya Ong Bun kim hanya
berdiri termangu mangu ditempai semula tanpa
mengucapkan sepatah katapun.
Hiat hay longcu tertawa dingin kembali ujarnya.
"Bunga iblis dari neraka menyatakan kerelaannya untuk
mengadakan hubungan kelamin dengan-ku, kalau ia pribadi
sudah pasrah, masa kau menyalahkan diriku malah?"
Perkataannya ini semakin membubat Ong Bun-kim
dtersudut dan taak sanggup membabntah lagi.
Maka setelah tertawa dingin, bentaknya lagi dengan
gusar.
"Lalu bagaimana pula pertanggungan jawabmu atas
perempuan perempuan lain korban perkosaanmu?"
"Aku pernah memperkosa perempuan lain? Apakah kau
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri?"
"Kalau memangnya tidak melihat sendiri, bagaimana
mungkin perkataan orang lain boleh dipercaya dengan
begitu saja?"
"Kalau begitu, kau adalah seorang manusia yang baik
sekali?"
"Orang baik sih tidak, cuma aku masih belum pernah
melakukan suatu perbuatan yang merusak peraturan
dunia..."
Teng Kun yang lihay, kuakui tak sanggup menangkan
dirimu dalam bersilat lidah, cuma aku masih mempunyai
banyak alasan yang lain untuk membunuh dirimu, ketika
berjumpa untuk pertama kalinya dulu, bukankah kaupun
telah menghadiahkan sebuah pukulan kepadaku?"
"Benar"
"Atas dasar dendam sakit hati ini, aku sudah mempunyai
alasan yang kuat untuk membunuhmu"
"Kalau memang begitu, hayolah turun tangan."
"Cuma, sebelum kubunuh kau, terlebih dahulu hendak
kutuntut kembali sebuah tamparanmu dulu."
Berbareng dengan selesainya perkataan itu "Plok!"
sebuah tamparan keras telah bersarang telak diatas pipi Hiat
hay-longcu Teng Kun.
Tamparan ini keras dan berat, membuat si Play-boy dari
Htat-hay ini menjadi terpelanting dan mengucurkan darah
kental dari mulutnya:
Ong Bun-kim tertawa dingin, katanya kembali:
"Teng Kun, sebuah tempelengan dibayar dengan sebuah
tempelengan, aku rasa tindakanku ini tidak kelewatan batas
bukan?"
"Tidak!"
"Kalau begitu, aku hendak turun tangan untuk
membunuh dirimu!"
Bersamaan dengan selesainya perkataan tersebut, sebuah
pukulan segera dilontarkan ke bawah.
Mendadak pada saat Ong Bun-kim belum sempat
mengayunkan telapak tangannya itu suatu bentakan nyaring
telah menggelegar di udara:
"Tahan!"
Seorang nenek brerbaju biru, detngan kecepatan qtinggi
telah mernyusup masuk ke tengah arena.
Setelah melirik sekejap ke arah Ong Bun kim, nenek
berbaju biru itupun bertanya:
"Siapakah kau? begitu berani mendatangi perkumpulan
kami untuk mencari balas?"
Mendengar teguran, itu Ong Bun kim segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haahh haaahh haaah Hui mo pang toh bukan sarang
naga gua harimau, aku Ong Bun kim kenapa tak berani
untuk mendatanginya..?"
"Jadi kaulah yang bernama Ong Bun kim?" agaknya
nenek berbaju biru itu merasa amat terkejut.
"Benar!"
Paras muka si nenek itu kembali berubah hebat,
bentaknya lagi dengan suara dingin: "Ada urusan apa kau
datang kemari?"
"Mencari Kim Lo sat!"
"Kalau memang hendak mencari orang, kenapa kau
mencari balas terhadap anggota perguruan kami?"
"Sebab aku mempunyai ikatan dendam dengannya!"
"Saudara, kuanjurkan kepadamu alangkah baiknya jika
kau sudahi niatmu untuk membunuh anggota perkumpulan
kami, karena Teng tocu adalah orang kepercayaan dari taytongcu
kami, jika kau membunuhnya, hal ini tak akan
mendatangkan kebaikan apa-apa bagi dirimu."
Ong Bun kim tertawa dingin, tiba-tiba telapak tangan
kanannya diayunkan ke bawah.
Dikala Ong Bun kim mengayunkan telapak tangan
kanannya itu, mendadak sinenek menerjang maju ke muka
dengan kecepatan luar biasa, dengan membawa deruan
angin serangan yang tajam, toya bajanya langsung
diayunkan ke muka.
Begitu nenek itu menyerang secara kilat, Tay khek
Cinkun yang berdiri disampingnya ikut bertindak,
mendadak ia maju sambil menyerang, serangannya itu
dengnn tepat mengunci datangnya ancaman dari sinenek.
Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera
berkumandang memecahkan kesunyian, dengan batok
kepala hancur-lebur dan darah segar berceceran diatas
tanah, Hiat hay longcu telah tewas secara mengerikan
ditangan Ong Bun kim.
Inilah pembalasan yang harus diterimanya akibat dari
perbuatannya selama ini yang penuh dengan kebusukan dan
kelicikan.
Menyaksikan Hiat hay longcu sudah terbunuh, nenek itu
tertawa seram kemudian serunya:
"Bagus sekali, kau berani benar datang ke perkumpulan
kami untuk membunuh orang."
Toya bajanya segera diayunkan kemuka dan secara
beruntun melancarkan tiga buah serangan yang semuanya
tertuju ketubuh Tay khek Cinkun.
"Tahan!" suatu bentakan nyaring yang lain kembali
berkumandang memecahkan keheningan.
Menyusul bentakan itu kembali muncul beberapa sosok
bayangan manusia, ketika Ong Bun kim mencoba untuk
memperhatikan para pendatang itu, dapat dikenali bahwa
salah seorang diantaranya ternyata tak lain adalah Kim Lo
sat, tay pangcu dari perkumpulan Hui mo pang yang
diiringi oleh empat orang gadis berbaju biru.
Sinenek dan dua orang gadis berbaju biru itu buru-buru
memberi hormat seraya berkata:
"Menyampaikan salam dan hormat hamba untuk Tay
pangcu!"
"Tak usah banyak adat!"
"Terima kasih Tay-pangcu!" merekapun segera
mengundurkan diri kesamping arena.
Wajah Kim Lo sat masih tetap jelita seperti sedia kala,
dengan biji matanya yang jeli ia melirik sekejap kearah
mayat Teng Kun yang tergeletak ditanah, kemudian paras
mukanya berubah hebat.
"Siapa yang telah membunuhnya?" ia menegur setelan
tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku..."
Pelan-pelan Kim Lo sat mengalihkan sinar matanya
keatas wajah Ong Bun kim lalu tertawa, tertawa yang amat
memikat hati:
Kemudian sambil menarik muka kembali, dia baru
bertanya:
"Siapakah lotiang ini?"
"Lohu adalah sahabatnya Ong Buo kim!" sahut Tay khek
Cinkun.
Kim Lo sat tersenyum.
"Ong Bun kim!" tegurnya, "kau datang-datang lantas
membunuh orang, sebetulnya apa maksudmu?"
"Aku mempunyai dendam dengannya!"
"Apakah kau tak bisa memberi muka kepada-ku dengan
mengampuni selembar jiwanya?"
"Aku sama sekali tiada hubungan apa-apa denganmu."
Kim Lo sat kembali tertawa dingin, katanya.
"Ong Bun kim tampaknya kau masbih belum dapat
dmemahami jalan apikiranku, demib kau, aku telah
menyerang kesana kemari menaklukkan kolong langit..."
"Biar kuterima dihati saja maksud baikmu itu!"
"Demi kau, aku telah menaklukkan dunia dan menjagoi
dunia persilatan, tujuanku tak lain adalah ingin
menyerahkan kedudukan yang tinggi dan mulia ini
kepadamu mengapa kau begitu tak tahu diri?
"Terima kasih atas maksud baikmu!"
Lagipula meski aku tidak memiliki kecantikan yang luar
biasa bagaimanapun juga aku masih pantas untuk
mendampingimu, kau tak akan dibuat rugi oleh perkawinan
itu.
"Kecantikan nona luar biasa, aku Ong Bun kim merasa
tak pantas untuk menerimanya."
"Jadilah seorang pangcu di tempat ini, dari pada musti
keluyuran terus di tempat luaran."
"Aku merasa tak pantas untuk menduduki jabatan
pangcu ini!"
Paras muka Kim Lo-sat kontan saja berubah hebat.
"Jadi apa maksud kedatanganmu kemari?" tegurnya.
"Mencari kau!"
"Ada urusan apa mencari aku?"
"Mencari kau..."
Ternyata untuk sesaat lamanya Ong Buit kim tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. sebab
bagaimanapun juga ia merasa malu untuk membuka suara
dan memohon obat dari perempuan ini.
Maka dia hanya berdiri termangu-mangu ditempat
sambil mengawasi wajah Kim Lo sat lekat-tekat.
Kim Lo sat segera tertawa bangga, katanya lagi:
"Ong Bun kim, ada persoalan apa yang tersimpan dalam
hatimu? Hayolah katakan berterus terang!"
Persoalan ini betul-betul membuat Ong Bun kim tak
sanggup buka suara, selama hidup belum pernah dia
memohon kepada orang lain, apalagi orang ini adalah
orang yang membuatnya merasa sangat tidak puas.
Kim Lo-sat bukan orang bodoh, sudah barang tentu ia
dapat meraba isi hati pemuda itu, setelah tertawa dingin
katanya:
"Jangan-jangan kau Ong Bun kim ada suatu permintaan
kepadaku?"
Ong Bun kim menggertak giginya menahan emosi,
kemudian jawabnya:
"Benar!"
Jawaban ini benar-benar jauh dbiluar dugaan Kidm Lo
sat, untuka sesaat lamanyab ia menjadi tertegun, tapi
sejenak kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Heeehhh... heeehhh... heeehh... jadi lantaran kau
hendak memohon, sesuatu kepadaku, maka kau baru
datang kemari?"
Perkataan itu telah membuat Ong Bun kim merasa
murung dan serba salah, sebagai seorang pemuda yang
tinggi hati, mana mungkin ia bisa tahan terhadap
kejumawaan dan keketusan dari Kim losat ini.
Paras mukanya kontan berubah, tiba-tiba ia memutar
badan dan pergi meninggalkan tempat itu.
Kepergian Ong Bun kim yang sangat tiba tiba ini segera
membuat Kim Lo sat menjadi tertegun.
Tay khek Cinkun ikut tertegun pula oleh sikap serta
tindakan dari si anak muda itu.
"Berhenti !" tiba-tiba Kim Lo sat membentak dengan
suara yang keras dan dingin.
Ong Bun kim berhenti lalu memutar badannya. Dengan
wajah penuh kegusaran dia berseru:
"Kim Lo sat tidak salah aku Ong Bun kim datang kemari
karena hendak memohon kepadamu tapi kau jangan keburu
merasa bangga dulu, aku Ong Bun kim bukanlah manusia
seperti apa yang kau bayangkan."
-oo0dw0oo--
Jilid 19
ANTARA dia dan aku, sesungguhnya bukan sepasang
musuh bebuyutan, akan terapi perubahan situasi membuat
mereka berdua berubah sepasang musuh bebuyutan saja,
perkembangan situasi semacam ini boleh dibilang amat
sensitip sekali.
Kenapa Ong Bun kim merasa tak puas terhadap Kim Lo
sat? Kalau dibicarakan sesungguhnya amat sederhana
sekali, yakni karena Kim Lo sat tidak menganggap Ong
Bun kim sebagai seorang pria.
Padahal kedudukan seorang pria adalah maha penting,
tapi Kim Lo sat telah mengabaikannya.
Ong Bun kim merasa punya harga diri, sebab itu dia
menolak untuk menerima perintah dari orang lain.
Sebaliknya Kim Lo sat tak pernah berpikir sampai kesitu.
Melihat situasi yang terbentang didepan mata saat itu,
Tay khek Cinkun sadar bakwa keadaan tersebut bila
dibiarkan berlangsung terus, maka akibatnya bakal celaka,
maka sambil tersenyum katanya:
"Pangcu, bolehkah aku ikut bicara?"
Dengan sorot mata tajam Kim Lo sat menatap sekejap
wajah Tay kkek Cinkun kemudian katanya dengan dingin:
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Konon antara Prangcu dengan Ontg Bun kim
mempuqnyai ikatan talri perkawinan, karena itu kumohon
pada kalian agar merundingkan segera urusan secara baikbaik,
apa sih gunanya saling memegang prinsip dan jalan
pikiran sendiri-sendiri?"
"Kau tak usah turut campur ini urusan kami sendiri."
Ketanggoran batunya. Tay khek Cinkun tertawa jengah,
dengan wajah tersipu diapun membungkam dalam seribu
bahasa.
Sementara itu Kim Lo sat telah berpaling kearah Ong
Bun kim sambil menegur dengan ketus.
"Ong Bun kim, sebetulnya, apa yang kau kehendaki
diriku?"
"Dua bungkus obat Ban-nian niat nian-san!"
"Apa? Kau menginginkan bubuk darah ikan lele berusia
sepuluh laksa tahun ?"
"Betul!"
"Oooh....! Kiranya itulah yang kau kehendaki, tapi
tahukah kau aku bakal memberikan kepadamu atau tidak?"
"Aku meminta kepadamu adalah satu persoalan, kau
suka memberikan kepadaku atau tidak adalah urusan lain,
jadi mau memberi atau tidak, harap kau jawab saja secara
berterus terang"
Sambil tertawa dingin ujar Kim Lo sat:
"Tidak sulit jika kau menginginkan bubuk Ban-nian hiat
mau san tersebut, cuma ada suatu syarat!"
"Apa syaratmu?"
"Sambutlah lebih dulu tiga buah pukulanku".
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim merasa hatinya
bergetar keras, saat ini dia tak lebih hanya seorang manusia
yang menderita luka dalam dan keracunan hebat, atau
dengan perkataan lain pertaruhannya untuk menyambut
ketiga buah pukulan lawan seratus persen tak mungkin bisa
ia menangkan.
Agaknya Kim Lo-sat dapat menyaksikan pula keadaan
Ong Bun kim yang terluka parah, tampaknya diapun tahu
kalau anak muda itu tak akan mampu untuk menyambut
serangannya.
Maka sambil tertawa dingin katanya kemudian:
"Seandainya kau tak sanggup memenuhi syarat ini..."
"Tiada persoalan yang tak bisa dilakukan oleh Ong Bun
kim." tukas pemuda itu cepat.
"Kalau begitu, kau bersedia untuk menyambut tiga buah
pukulanku?"
"Benar!"
"Bagus sekali !"
Ong Bun kim berjalan balik ke tempat semula, sekalipun
ketiga buah pukulan ini mungkin akan menghantarnya ke
ambang pintu kematian, dia bertekad akan mencoba nya
juga.
Ia memiliki cukup semangat untuk menyambut ketiga
buah serangan tersebut, meski luka dalam yang dideritanya
cukup parah dan racun jahat telah mengendon dalam
tubuhnya, namun ia masih tetap menantang perang
terhadap kematian.
Ia berjalan kehadapan Kim Lo sat dan berhenti lebih
kurang tiga depa dihadapannya lalu katanya.
"Andaikata aku mampu untuk menyambut ke tiga buah
seranganmu itu, apa pula yang hendak kau Iakukan?"
"Kuserahkan bubuk Ban nian hiat man san tercebut,
kepadamu yang telah membunuh mati Hiat hay longcu"
"Bagus sekali!"
"Seandainya kau yang tak mampu untuk menerima
ketiga buah seranganku...?" Kim Lo sat balik bertanya
secara tiba tiba.
"Terserah apapun yang hendak kau laku kan atas diriku."
"Bagus sekali!" seru gadis itu kemudian.
Hawa murninya segera dihimpun ke dalam telapak
tangan, lalu dengan wajah sedingin es dia tatap wajah Ong
Bun-kim lekat-lekat kemudian katanya.
"Kau sudah bersiap sedia?"
"Sudah!"
Tay khek Cinkun merasakan jantungnya ber debar keras
setelah menyaksikan kejadian ini, ia tahu seandainya Ong
Bun kim tidak keracunan dan terluka parah, untuk
menyambut tiga buah pukulan dari Kim Lo sat
sesungguhnya bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan.
Tapi keadaannya sekarang jauh berbeda, kemungkinan
besar ke tiga buah pukulan tersebut dapat merenggut
selembar nyawanya.
Terdengar Kim Lo sat tertawa dingin, kemudian
katanya:
"Ong Bun-kim, aku hendak melancarkan serangan!"
"Silahkan!"
Kim lo sat segera bmembentak nyaridng, tubuhnya
meanerjang ke depabn dan secara tiba-tiba melancarkan
sebuah pukulan dahsyat.
Tampak bayangan telapak tangan berkelebat lewat kian
kemari, dengan mempergunakan tiga macam gerakan yang
berbeda secara terpisah menyerang tiga buah jalan darah
penting ditubuh Ong Bun-kim.
Bukan cuma gerak serangannya saja yang amat cepat,
jurus serangan yang dipakaipun amat iihay dan
mengerikan.
Ong Bun kim segera membentak keras, ia melancarkan
sebuah pukulan pula ke depan, dalam waktu singkat
bayangan tubuh dan bayangan telapak tangan saling
menyambar di udara.
"Blaam !"
000000OdwO000000
BAB 59
MENDADAK Kim-lo sat melancarkan serangannya
yang kedua dengan amat hebatnya.
Ong Bun kim tak mau kalah, dia melepaskan pula
serangannya yang kedua.
Diantara perputaran bayangan tubuh yang menyilaukan
mata, Ong Bun kim segera terdesak mundur sejauh tujuh
delapan langkah dengan sempoyongan.
Dikala Ong Bun kim sedang mundur itulah Kim lo sat
membentak keras, serangannya yang ketiga segera
dilancarkan.
Serangan tersebut dilancarkan dengan kecepatan luar
biasa, ini membuat Ong Bun kim tak sanggup
mempertahankan diri, sambil menggertak gigi, tangan
kirinya segera menangkis keatas dengan jurus Mo-im-kuijiau
(bayangan setan cakar iblis).
Bayangan manusia kembali berkelebat lewat, kemudian
"Blaam!" suatu benturan keras terjadi, baik Ong Bjn-kim
maupun Kim lo-sat secara beruntun harus mundur tujuhdelapan
langkah sebelum dapat berdiri tegak kembali.
Paras muka Ong Bun kim pucat pias seperti mayat, peluh
dingin mengucur keluar membasahi sekujur tubuhnya.
Paras muka Kim-lo sat ikut berubah hebat ia menengok
wajah Ong Bun kim dan berdiri termangu, agaknya dia tak
menyangka kalau Ong Bin kim masih sanggup menerima
ketiga buah pukulannya dalam keadaan luka parah seperti
itu.
Mendadak...
"Uaaak !" Ong Bun kim muntah darah segar, tubuhnya
jatuh terjengkang keatas tanah.
Tay khek Cinkun yang menyaksikan kejadian mi
menjadi amat terkejut, dia segera melompat ke depan dan
meluncur ke hadapan bpemuda itu. tandgan kanannya
deangan cepat ditebpuk kebawah dan menotok tiga jalan
darah penting ditubuhnya.
Kenyataan tersebut sangat mengejutkan pula diri Kiui losat.
Jelas Ong Bun kim telah mempertaruhkan selembar jiwa
raganya untuk menyambut ke-tiga buah pukulan itu secara
kekerasan, padahal berbicara yang sesungguhnya ia sudah
berada dalam keadaan terdesak apa boleh buat.
Rasa sakit hati yang dialaminya sekarang, sulit untuk
dilukiskan dengan kata-kata, ia menjadi amat murung
sekali.
"Pangcu!" dengan suara dingin Tay khek Cinkun segera
menegur, "bukankah Ong Bun kim telah berhasil
menyambut ketiga buah pukulan mu?"
"Benar, ia telah menyambut seranganku!"
"Lantas, kau seharusnya menyerahkan pala bubuk Bannian
hiat-man san tersebut kepadanya bukan?"
Dan dalam sakunya Kim lo sat mengeluar kan dua
bungkus bubuk obat Ban nian hiat man san dan diserahkan
kepada Tay-khek Cinkun katanya:
"Inilah bubuk Ban nian hiat man san, ambilah dan bawa
dia pergi!"
"Terima kasih banyak pangcu!"
Selapis rasa sedih melintas diatas wajah Kim lo sat,
jawabnya dengan suara lirih.
"Kau boleh membawanya pergi meninggalkan tempat
ini!"
Sambil membimbing bangun Ong Bun kim dari atas
tanah, tiba-tiba Tay khek sinkun bertanya kepada Kim lo
sat:
"Apakah pangcu amat mencintai Ong Bun kim?"
"Benar!"
"Kalau begitu, cara yang kau pergunakan keliru besar!"
Selesai berkata dia lantas melompat pergi dan berjalan
menelusuri jalan kecil me ninggalkan tempat itu.
Memandang bayangan punggung mereka yang semakin
menjauh, Kimlosat hanya berdiri kaku sambil termangumangu.
Sementara itu Tay khek Cinkun yang membawa Ong
Bun kim berlalu dari markas besar dari perkumpulan Hui
mo pang telah tiba dibawah bukit Thi gou san, didalam
sebuah hutan yang lebar ia baringkan tubuh Ong Bun kim
ke atas tanah.
Waktu itu keadaan Ong Bun kim tak ubahnya seperti
sesosok mayat. Menyaksikan hal tersebut, Tay khek Cinkun
menghela napas panjang, pikirnya dihati:
"Aaai, inilah yrang dinamakan ttakdir?"
Ia telah memeriksa jalran darah di tubuh Ong-Bun kim
dan diketahui ada beberapa buah diantaranya sudah
berhenti berdenyut, sepasang alis matanya segera berkenyit.
Dari dalam saku Ong Bun kim, ia mengeluarkan pil yang
diserahkan Tiang seng lojin itu, kemudian mengeluarkan
sebungkus Ban nian hiat man-san dan ditelannya bersama.
Ban nian hiat man san memang sebuah benda langka
yang mustajab kasiatnya, setelah menelan obat tersebut Tay
khek Cinkun segera duduk bersila sambil mengatur
pernapasan untuk mengobati lukanya.
la mengerahkan segenap hawa murninya untuk
mendesak keluar hawa racun dari dalam badan, alhasil
bukas saja semangatnya menjadi segar kembali bahkan
tenaga dalamnya peroleh kemajuan yang amat pesat, dalam
keadaan begini ia telah bersiap-siap untuk membantu Ong
Bun kim untuk menyembuhkan lukanya.
Tiba-tiba...
Pada saat Tay-khek Cinkun sedang mengobati Ong Bun
kim dengan tenaga dalamnya, dan suasana mencapai pada
saat yang paling kritis, mendadak terdengar suara tertawa
dingin berkumandang memecahkan keheningan.
Mendengar suara tersebut, paras muka Tay kbek Cin kun
segera berubah hebat.
Ia sadar bahwa mustahil baginya untuk menghentikan
pengobatan dalam keadaan seperti ini, lagipula dia tak tahu
yang datang adalah musuh atau sahabat.
Andaikata sahabat, hai ini tentu saja menguntungkan
pihaknya, tapi seandainya musuh maka akibatnya sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Butiran peluh sebesar kacang sudah mulai bercucuran
membasahi jidatnya.
Sementara itu suara tertawa dingin yang tak sedap
didengar itu sudah berada tiga kaki jauhnya dari situ,
tampak cahaya putih berkelebat lewat, empat sosok
bayangan manusia berbaju putih telah melayang masuk ke
dalam arena.
Yang datang ternyata bukan lain adalah para jago dari
perguruan San tian bun.
Pada saat ini Tay khek Cinkun sudah tak berkesampatan
lagi untuk memperhatikan siapa gerangan yang datang, dia
hanya pejamkan matanya sambil mengatur pernapasan,
suasana tegang segera menyelimuti sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba terdengar salah seorang manusia kilat berseru.
"Yaa, ternyata memang benar-benar mereka berdua!"
"Betul, tangkap saja kedua orang itu!"
Berbareng dengan selesainya ucapan tersebut, cahaya
putih kembali berkelebat lewat, dua orang Manusia kilat
dengan gerakan secepat sambaran petir telah menubruk ke
depan menerjang ke arah Tay-khek Cin-kun serta Ong Bun
kim.
Serangan yang dilancarkan amat cepat dan mengerikan
sekali.
Suatu bentakan nyaring tiba tiba menggelegar di
angkasa, bersama waktunya ketika manusia kilat itu
menubruk ke depan, bayangan manusia kembali
menyambar lewat.
Waktunya dengan cahaya tajam berkelebat lewat, jeritan
ngeri yang memekikkan hati berkumandang memecahkan
keheningan, seorang Manusia kilat tahu tahu sudah roboh
terjengkang keatas tanah.
Kenyataan ini sangat mengejutkan manusia-manusia
kilat lainnya, serentak mereka mendongakkan kepalanya,
tampak seorang manusia berbaju hijau dengan pedang
terhunus telah menghadang dihadapan mereka semua.
Oiang itu bukan lain adalah Mo kui seng kiam (pedang
sakti setan iblis) Phang Pak bun.
Terdengar Phang Pak-bun tertawa dingin, kemudian
serunya:
"Sobat, kalian betul-betul sekelompok manusia yang tak
tahu malu!"
Salah seorang manusia kilat segera tertawa dingin.
"Hecehhh... heeehhh.... heeehhh..... sobat, cepat betul
gerakan pedangmu, kenapa tidak kau sebutkan dahulu siapa
namamu?"
"Tidak usah, bukankah kalian berempat mendapat
perintah dari Bun cu kalian untuk mencari Ong Bun-kim?"
"Benar!"
"Jika memang benar-benar punya kepandaian, kenapa
tidak menunggu dulu sampai mereka selesaikan pengobatan
tersebut?"
"Sayang kami tidak memiliki kesabaran untuk berbuat
demikian!"
Paras muka Phang Pak bun agak berubah, hawa napsu
membunuh segera memancar keluar dari wajahnya, ia
membentak:
"Manusia yang tak tahu malu, kalau begitu hayo majulah
ke depan dan coba dulu kepandaianku!"
Cahaya putih berkelebat lewat, salah seorang diantara
manusia-manusia kilat itu sudah menerjang tiba dengan
gerakan bseperti orang gdila, sebuah seraangan segera
diblancarkan kedepan.
"Cari mampus!" bentak Phang Pak bun gusar, sebuah
tusukan secepat kilat dilontarkan ke depan.
Sementara itu Tay Khek Cinkun telah selesai membantu
Ong Bun kim untuk menyembuhkan lukanya, pelan-pelan si
anak muda itu sadar kembali dari pingsannya.
Tay khek Cinkun mengatur pernapasan sejenak, sesaat
kemudian semangatnya juga pulih kembali seperti
sediakala.
Menyaksikan keadaan yang tertera di-depan mata, ia
merasa sangat lega sekali sehingga menghembuskan napas
panjang.
Dengan sinar mata yang tajam, Ong Bun-kim
memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu kemudian
tanyanya dengan wajah tercengang.
"Locianpwe, apa yang telah terjadi?"
Baru selesai pemuda itu berbicara, dua orang Manusia
kilat secara garang telah menubruk ke arah Tay-khek
Cinkun dan pemuda tersebut dari sisi kiri dan kanan dengan
suatu gerakan yang mengerikan.
"Bangsat, rupanya kalian ingin mampus!" bentak Tay
khek Cinkun penuh kegusaran.
Tubuhnya ikut melompat ke kiri, sepasang tangan kiri
dan kanannya menyerang berbareng.
Agaknya kedua orang manusia kilat itu masih belum
mengetahui siapa gerangan Tay-khek Cinkun, mereka lebih
lebih tak menyangka kalau ia masih bertenaga penuh meski
baru saja menyembuhkan luka yang diderita orang lain.
Dalam waktu singkat angin pikulan dari Tay khek
Cickun yang maha dahsyat bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra itu sudah meluncur tiba dengan hebatnya
Begitu merasakan gelagat tak baik, mereka berusaha
menyelamatkan diri, sayang terlambat.
Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang
memecahkan keheningan.
"Plaak! Plaak!" Dua orang manusia kilat itu terlempar
sejauh satu kaki lebih dan terkapar di atas tanah dalam
keadaan tak bernyawa lagi.
Sementara itu, masih ada seorang manusia kilat lagi yang
sedang terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit
melawan Phang Pak-bun.
Agak mengendor hawa napsu membunuh yang
menyelimuti wajah Tay khek Cinkun setelah membunuh
dua orang musuhnya, pelan-pelan ia berpa lint ke arah Ong
Bun kim, sementara si anak mu da itu sudah duduk kembali
di atas tanah.
"Hmm ! Lagi-lagi Manusia kilat?" dengus Ong Bun kim
gusar.
"Benar!"
Ong Bun kim tertawa sberam, sinar matdanya dialihkan
akembali ke atasb wajah Tay khek Cinkun, kemudian ia
bertanya.
"Bagaimanakah penyelesaiannya atas taruhanku dengan
Kim-lo sat?"
"Ia telah menyerahkan Ban nian hiat man san tersebut
kepada kita, cepat kau telan kedua jenis obat tersebut untuk
memunahkan racun yang mengeram ditubuh"
Ong Bun kim menyambut kedua jenis obat tersebut dan
ditelan bersama, kemudian memejamkan matanya dan
duduk bersila sambil mengatur pernapasan, lebih kurang
sepertanak nasi kemudian, hawa racun itu sudah berhasil
didesak keluar dari tubuhnya.
Ia lantas melompat bangun dan menatap jalannya
pertarungan di tengah arena dengan sorot mata tajam.
Tampaknya Manusia Kilat yang sedang bertempur
melawan Phang Pak bun itu memiliki ilmu silat yang amat
lihay, buktinya bertarung selama ini Phang Pak bun tidak
lebih hanya berhasil memaksa musuhnya bertarung dalam
posisi seimbang.
"Tahan!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak keras.
Oleh bentakan keras tersebut, tanpa sadar kedua orang
itu sama-sama menarik serangannya sambil mundur.
Mencorong sinar membunuh yang menggidikkan hati
dari balik mata Ong Bun kim, ditatapnya wajah Manusia
kilat itu lekat-lekat, kemudian bentaknya nyaring:
"Tampaknya kau belum merasa puas sebelum berhasil
membinasakan diriku. .?"
"Benar!"
"Kau datang untuk melaksanakan perintah?"
"Benar!"
"Kemana perginya Buncu kalian?"
"Masih berada dalam perguruan !"
"Mengapa ia tak berani datang sendiri untuk mencari aku
Ong Bun kim? Buat apa dia musti mengutus kau untuk
menghantar kematian?"
"Mengantar kematian?" Manusia kilat itu mengejek sinis,
lalu tertawa dingin tiada habisnya, "siapa yang bakal
menjadi pemenang masih merupakan sebuah tanda tanya
besar, buat apakah mesti berkata sesumbar lebih dahulu?"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahh... haaahhh... haaahhh.... apa sih kedudukanmu
didalam perguruan San tian bun?"
"Hanya seorang anggota biasa!"
"Kalau begini arku minta kau putlang sekarang jquga dan
beritahru kepada Buncu kalian bahwa sebentar Ong Bun
kim akan tiba di sana, jika kau berani mengucapkan sepatah
kata tidak, segera kubunuh dirimu."
"Kau tak akan mampu untuk melaksanakan niat
tersebut!"
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim menjadi
amat gusar sekali, ia membentak keras lalu tubuhnya
menerjang ke depan dengan kecepatan luar biasa.
Setelah luka dalamnya sembuh dan sari racun terusir dari
tubuhnya, tak terlukiskan lagi kecepatan gerak serangan
dari si anak muda ini!
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu
angin pukulan dari Ong Bun-kim telah menyergap tiba.
Manusia kilat ikut menggerakkan tubuh-nya sambil
melancarkan sebuah pukulan dahsyat, ia tangkis datangnya
ancaman dari Ong Bun kim tersebut.
Tetapi disaat ia sedang membendung ancaman tersebut,
serangan kedua dari Ong Bun kim kembali telah meluncur
tiba.
Kali ini dia menyerang dengan jurus Mo kui-cong si
(setan iblis berebutan bangkai) dari ilmu pukulan Hek mo
sin ciang yang lihay. kecepatan geraknya maupun
perubahan jurusnya cukup menggidikkan hati setiap orang
yang menyaksikan.
Manusia kilat itu merasa amat terkesiap, buru-buru ia
melejit kesamping untuk menghindarkan diri, sayang
terlambat. Jeritan ngeri berkumandang memecahkan
kesunyian, dengan kepala yang pecah dan isi benak
berceceran ditanah, ia tewas secara mengerikan.
Dengan demikian, keempat orang manusia kilat itu
sudah tewas semua ditangan mereka, tak seorangpun
diantaranya yang berhasil lolos dalam keadaan hidup.
Ong Bun kim pun berpaling kearah Phang-Pak bun
seraya berkata:
"Cianpwe, terima kasih banyak atas budi
pertolonganmu!"
"Sobat, terima kasih atas pertolanganmu." kata-kata Tay
khek Cinkun pula, "seandainya tiada kau mungkin kami
sudah tewas semenjak dulu-dulu!"
"Tak usah banyak adat, bukankah cianpwe adalah Tay
khek Cinkun?"
"Benar, itulah lohu! Siapa anda?"
"Boanpwe bernama Mo kui seng kiam Phang-Pak bun!"
"Nama besarmu sudah lama kudengar, sungguh
beruntung hari ini kita dapat berjumpa muka."
Phang Pak bun kembali berpaling kearah Ong-Bun kim,
kemudian katanya:
"Ong Bun kim mengenai persoalan yang kuselidiki
untukmu, dalam dunia persilatan dewasa ini mungkin
hanya seorang yang mengetahuinya, konon ayahmu pun
pernah berjumpa dengan orang itu di masa lalu."
"Kau maksudkan Tiang seng lojin?" tukas Ong Bun kim.
"Benar!"
"Cianpwe, aku telah berjumpa dengannya, aku pun
sudah tahu dimana letak tempat tersebut."
"Sungguh?"
"Benar!"
"Sungguh kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang
sama sekali diluar dugaan, mungkin disitulah letak pedang
mustika Sin kiam disimpan?"
"Benar!"
"Dan sekarang kau hendak pergi mengambilnya?"
"Tidak, aku hendak berkunjung dulu keperluan San tian
bun, aku hendak mencari Buncu mereka untuk menuntut
balas, kemudian aku harus pergi keselat Thian mo shia
untuk mencari buah Hiat li!"
"Buat apa kau mencari buah Hiat li?"
"Untuk menolong Iblis cantik pembawa maut!"
Secara ringkas dia lantas menceritakan apa yang telah
terjadi kepada diri Phang Pak bun.
Seusai mendengar keterangan tersebut, Phang-Pak bun
lantas berkata:
"Dari sini menuju keperguruan San tian bun penuh
dengan mara bahaya, biar aku turut serta dalam perjalanan
ini!"
"Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat!" kata Tay
khek Cinkun kemudian.
Begitulah, mereka bertiga pun segera berangkat ke selat
Thian mo-shia dibukit Thian-mo-san
Hari itu juga sampailah mereka di selat Thian mo-shia.
[tulah sebuah selat yang-sempit dengan kabut yang amat
tebal, pepohonan yeng tinggi dan lebat tumbuh rimbun
diseputar mulut lembah, keadaan terasa mengerikan sekali.
Setibanya diluar selat Thian-mo-shia, Ong Bun kim
melirik sekejap ke arah dalam selat tersebut, kemudian
tanpa membuang banyak waktu dia menerjang masuk ke
dalam selat itu lebih-dahulu.
Setelah masuk ke lembah, mereka harus menembusi
sebuah hutan yang sangat lebat, kemudian berbelok
memasuki sebuah selat karang yang sempit dan hanya bisa
dilewati satu orang saja.
Medan yang curam dan berbahaya ini cukup
menggidikkan hati siapapun yang melihatnya.
Ketika tiba di depan selat karang tersebut, Ong Bun kim
segera menghentikan langkahnya sambil mengawasi
keadaan medan yang sulit.
Tay khek Cinkun mendongakkan kepalanya
memperhatikan sekejap selat berkarang yang menjulang
tinggi ke angkasa itu, kemudian katanya:
"Tempat yang akan kita tuju benar benar merupakan
suatu tempat yang sulit dan berbahaya untuk dicapai,
andaikata mereka sampai menyergap kita dengan
mempergunakan cara yang licik, hal mana sungguh
merupakan suatu masalah yang patut dikuatirkan."
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Hmm... aku tidak percaya kalau mereka sanggup
mempergunakan cara yang keji untuk menyergap kita"
"Aku rasa apa yang dikatakan Can cianpwe ada
benarnya juga" ucap Phang Pak bun, "lebih baik kita
bertindak lebih berhati-hati!"
Sementara itu Ong Bun kim telah melompat ke depan
dengan kecepatan luar biasa, Tay khek Cin kun serta Mo
kui Seng kiam Phang Pak bun segera menyusul dari
belakang dengan kecepatan tinggi.
Untuk menelusuri selat berkarang itu, orang harus
berjalan satu demi satu Tay khek Cinkun kuatir jika musuh
menggelindingkan batu cadas dari atas bukit, niscaya
mereka akan sulit untuk menemukan tempat yang baik
untuk menyembunyikan diri.
Sementara ketiga orang itu sedang berlarian dengan
kecepatan tinggi, suatu bentakan nyaring mendadak
berkumandang memecahkan keheningan: "Berhenti!"
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Ong Bun kim
bertiga menghentikan perjalanannya seraya mendongakkan
kepalanya.
Namun suasana disepanjang selat itu tetap sepi dan
hening, sesosok bayangan manusiapun tak nampak.
Terdengar suara tadi berkumandang kembali:
"Siapa yang muncul disana? Berani betul menyatroni
lembah Thian-mo-shia kami!"
oooo0dw0oooo
BAB 60
Mendadak
ONG BUN-KIM segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh... haaahh... haaah... aku Ong Bun-kim ada
urusan hendak berjumpa dengan Buncu kalian."
"Kau yang bernama Ong Bun-kim?"
"Benar, tolong beritakan kedatanganku ini Buncu
kalian!"
"Jika kau merasa punya kepandaian, silahkan masuk
sendiri kemari, pun buncu, sudah lama menantikan
kedatanganmu disini"
Ong Bun-kim tertawa dingin, sambil menggigit bibir
sekali lagi ia menerjang masuk ke dalam selat itu.
Panjang selat sempit itu lebih kurang empat lima puluh
kaki, dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah melewati
separuh jalan diantaranya....
Disaat ketiga orang itu melompat kedepan suatu
bentakan nyaring tiba-tiba menggelegar memecahkan
kesunyian, bayangan manusia saling berkelebat, puluhan
gulungan angin serangan bersama-sama, diayunkan ketu
buh Ong Bun kim.
Serangan yang dilancarkan secara tiba-tiba ini segera
membuat Ong bun kim, Tay khek Cinkun serta Phang Pak
bun menjadi gelagapan dengan sendirinya.
Sementara itu, Ong Bun-kim telah melancarkan sebuah
serangan balasan yang amat dahsyat.
Begitu serangan telah dilepaskan, Ong Bun kim segera
melompat mundur ke belakang...
Saat itulah, dari balik batu karang disisi selat melayang
turun enam sosok bayangan manusia yang langsung
menubruk ke bawah dengan gerakan bukit tay-san
menindih kepala.
Kawanan jago yang melancarkan serangan berbareng itu
sebagian besar adalah jago jago kelas satu dalam perguruan
San tian-bun, bukan saja gerak serangan mereka amat cepat,
bahkan sama sekali diluar dugaan ketiga orang lawannya.
Bayangan manusia saling menyambar, bentakan nyaring
menggelegar memecahkan kesunyian.
Ditengah bentakan-bentakan tersebut, terdengar kembali
suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
"Kubunuh kalian manusia-manusia tak tahu diri!" bentak
Ong Bun-kim penuh kegusaran.
Secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan
berantai yang maha dahsyat.
Tak lama kemudian, jeritan ngeri telah berhenti,
bentakan yang nyaringpun lenyap dari pendengaran.
Diatas lorong selat yang sempit kini bertambah dengan
enam sosok mayat dari manusia-manusia kilat, diam-diam
Ong Bun kim terperanjat juga menyaksikan kejadian itu,
sebab dilihatnya noda darah telah membasahi ujung bibir
Mo kui Seng kiam Phang Pak-bun.
Tanpa terasa ia berseru: "Phang cianpwe, kenapa kau?"
Phang Pak bun tertawa getir, jawabnya:
"Aaah ! Aku hanya terluka sedikit saja, tidak terhitung
seberapa."
Dari sakunya Tay-khek Cinkun segera mengeluarkan
sebutir pil dan diserahkan kepada Phang Pak bun seraya
berkata.
"Pil ini merupakan pil mustika buatanku sendiri, telanlah
dan atur pernapasanmu untuk menyembuhkan lukamu itu"
Setelah menelan pil itu, Phang Pak-bun lantas duduk
bersila untuk mengatur pernapasan dan menyembuhkan
luka yang dideritanya.
Sementara Tay khek Cinkun berpaling ke arah Ong Bun
kim sambil katanya:
"Kepergian kita keperguran San-tiam bun benar-benar
merupakan suatu pelajaran yang sangat berbahaya."
Baru saja Tay khek Cinkun menyelesaikan kata-katanya,
mendadak terdengar suara gelak tertawa yang amat nyaring
berkumandang memecahkan keheningan, tampaklah
beberapa sosok manusia kilat yang berbaju putih keperakperakan
munculkan diri ke dalam gelanggang.
Sebagai pemimpin rombongan adalah seorang lelaki
yang pada bagian dadanya terukir sebuah huruf besar
berwarna merah, huruf itu berbunyi: "SIN" (Hukum), bisa
diketahui bahwa orang itu tak lain adalah Tongcu bagian
siksaan dari perguruan San tian -bun.
Sin tong Tongcu masih tetap mengenakan selembar kain
cadar warna putih untuk menutupi wajahnya, setelah
tertawa dingin dia pun berkata:
"Sobat, ilmu saktimu sungguh membuat orang merasa
kagum sekali, jikalau anggota perguruan kami telah
melakukan kekerasan, harap kau sudi memaafkan."
Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeh heehh heehh inikah peraturan dari perguruan San
tian bun? Turun tangan melancarkan sergapan."
"Dalam hal ini pun aku memohon maaf yang sebesarbesarnya
kepada saudara sekalian. Bukan-kah Ong tay hiap
sedang mencari Buncu kami?"
"Betul!"
"Buncu kami mempersilahkan kalian untuk menjumpai
dirinya!"
Perkataan ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim serta
Tay khek Cinkun, apakah peraturan dari perguruan San
tian bun adalah menggunakan tentara lebih dulu baru
berunding?
Terdengar Sin tong Tongcu tertawa dingin lalu katanya
kembali.
"Setelah kalian berani sampai kemari, tentunya berani
juga untuk berkunjung ke perguruan kami bukan?"
Ong Bun kim segera tertawa angkuh.
"Hmm...! Hanya sebuah perguruan San tian bun belaka,
kenapa aku tak berani untuk mengunjunginya?"
"Kalau begitu, harap kalian bertiga sudi mengikuti
diriku"
Ong Bun kim tertawa angkuh, tanpa berbicara lagi dia
berjalan lebih dulu mengikuti di belakang orang itu.
Tay khek Cin kun, Phang Pak bun serta tiga orang
manusia kilat lainnya segera mengikuti dari belakang.
Waktu itu, mereka bertiga telah berjalan menembusi
selat yang sempit dan panjang itu dan tiba di sebuah
lembah, dalam lembah berdiri sebuah bangunsn besar yang
mirip sekali dengan sebuah benteng kuno yang angker dan
mengerikan.
"Disiniah letak markas besar perkumpulan kami." ucap
Sin tong tongcu kemudian.
"Ehmm lagaknya sih luar biasa!" - sindir Ong Bun kim
dingin
"Aaah hanya sebuah "bangunan" benteng saja terhitung
seberapa silahkan!"
Sebuah jelanan kecil beralaskan batu kerikil membentang
ke depan dan berhubungan dengan bangunan loteng
tersebut, waktu itu Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih
kurang sepuluh kaki di depan pintu gerbang.
Delapan orang manusia berbaju putih secara terpisah
berdiri disepanjang sisi pintu gerbang tersebut.
"Silahkan masuk!" kata Sin tong tongcu lagi sambil
tertawa dingin.
Ong Bun kim menggertak giginya keras-keras dan
melangkah masuk ke dalam pintu gerbang, terlihatlah
dalam ruangan itu telah dipenuhi oleh belasan orang
manusia kilat.
Dengan ilmu menyampaikan suara, Tay khek Cinkun
segera berbisik kepada Ong Bun kim.
"Hati-hati, jangan sampai terkena oleh siasat
beracunannya."
"Aku bisa bertindak hati-hati." sahut Ong Bun kim
sambil menganggukkan kepalanya.
Setelah menembusi ruang depan mereka masuk ke ruang
dalam, kedua belah sisi ruangan masing-masing berdiri
puluhan borang manusia Kdilat.
Ketika Oang Bun kim mencboba untuk mendongakkan
kepalanya, maka tampaklah dalam ruangan tengah telah
berdiri seorang manusia baju putih yang bercadar.
Dibelakangnya, masing-masing berdiri dua orang
manusia berbaju putih.
Tak usah ditanya lagi, dapat diketahui bahwa orang yang
berada ditengah-tengah itu tak lain adalah Buncu (ketua)
dari perguruan San tian bun.
Sementara Ong Bun-kim bertiga telah tiba lebih kurang
satu kaki di hadapan istana, Sin tong tongcu lantas memberi
hormat kepada ke tuanya sambil melapor:
"Lapor Buncu, Ong tayhiap telah datang!"
"Hmmm...." orang itu mendegus dingin.
"Terima kasih Buncu!" dengan sikap hormat Sin tong
tongcu segera mengundurkan diri.
Ong Bun kim tak kuasa menahan rasa mendongkolnya,
ia segera tertawa dingin sambil berseru.
"Saudara, besar amat lagakmu!"
Buncu dari perguruan Sin tian bun itu tertawa dingin
pula, tiba-tiba iapun menegur.
"Kau yang bernama Ong Bun kim?"
Tercekat perasaan Ong Bun kim setelah mendengar
perkataan itu, sebab suara lawan ternyata adalah suara
seorang perempuan, bagaimana mungkin tidak membuat si
anak muda tersebut menjadi terperanjat?
Tay khek Cinkun maupun Phang Pak bun ikut terkejut
pula oleh kenyataan tersebut, mereka rasakan hal ini
sebagai suatu hal yang sama sekali diluar dugaan.
"Kaukah Buncu dari perguruan San tian bun?" tegur Ong
Bun kim setelah tertegun sejenak.
"Benar !"
"Kau... kau adalah perempuan?"
"Benar !"
Pengakuan ini semakin mengejutkan hati Ong Bun kim,
sebab dalam anggapannya selama ini, Buncu dari perguruan
San tian bun adalah seorang lelaki karena ia mempunyai
hubungan gelap dengan Siau Hui un, dan hal tersebut
merupakan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah lagi.
Mengapa secara tiba-tiba bisa berubah jadi seorang
perempuan? Hal ini sungguh diluar dugaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya ia menjadi berdiri termangu
seperti orang bodoh, diawasinya wajah Buncu dari San tian
bun ini tanpa berkedip barang sedikitpun juga.
Tay khek Cinkun serta Phang Pak bun sendiri pun ikut
tertegun ditempat tanpa berbicara apa-apa.
San tian Buncu yang menyaksikabn kejadian itu dsegera
tertawa adingin, tegurnyba.
"Hei kenapa kau hanya berdiri termangu saja?"
Ong Bun kim segera tersadar kembali dari lamunannya,
lalu tertawa angkuh.
"Kenyataan ini sungguh jauh terada diluar dugaanku!"
"Kenyataan apa yang berada diluar dugaanmu?"
"Ada suatu persoalan aku ingin bertanya kepadamu,
anggota perguruanmu yang manakah telah bersekongkol
dengan Siau Hui untuk membunuh ayahku Su-hay-bong
khek?"
"Oooh ! Jadi kedatanganmu kemari adalah untuk
mencari balas?"
"Benar!"
Kembali San-tian Buncu tertawa dingin..
"Hmmm, yakinkah kau dengan kemampuanmu untuk
melakukan perbuatan tersebut?" ejeknya.
"Asal dicoba, semuanya toh akan jelas dengan
sendirinya."
"Bagus sekail" jawabnya kemudian dingin, kemudian
dengan suara dalam ia membentak, "Hu-buncu!"
"Tecu berada disini!"
Seorang manusia baju putih bercadar munculkan diri
didepan pintu ruangan.
Ong Bun kim segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah orang itu, kemudian bentaknya:
"Jadi kaukah orangnya?"
"Kalau aku kenapa?" jengek Hu-buncu sambil tertawa
sinis.
Selapis hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajah Ong Bun-kim, kembali ia membentak.
"Jadi kaulah kekasih gelapnya Siau Hui-un."
"Benar!"
"Kau pula yang telah mencelakai ayahku sampai mati?"
"Benar!"
"Keenam jilid kitab pusaka dari enam partai besar dunia
persilatan juga berada di tanganmu?"
"Benar!"
"Bagus sekali, kalau begitu, sekarang juga akan kubunuh
dirimu untuk melampiaskan rasa dendam dihatiku!"
Setelah berhadapan muka dengan musuh besarnya api
dendam dan amarah segera berkobar dengan hebatnya
didada Ong Bun kim, ia membentak keras, sebuah pukulan
dahsyat secepat kilat dilontarkan kearah wakil ketua dari
perguruan San tian bun tersebut.
Dalam melancarkran serangannya.t Ong-Bun kim teqlah
sertakan sergenap tenaga dalam yang dimiliki selama ini,
luar biasa sekali kedahsyatannya hingga sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Wakil ketua dari perguruan San-tian-bun segera
mengebaskan-ujung bajunya untuk menyambut datangnya
ancaman itu, mendadak terdengar Buncu dari San-tian bun
membentak keras:
"Tahan!"
Bentakan tersebut membuat Ong Bun kim serta Hu bun
cu dari perguruan San tian bun segera menarik kembali
serangannya.
Dengan hawa napsu membunuh yang berkobar kobar,
Ong Bun kim membentak keras:
"Apakah Buncu masih ada pesan yang lain?"
"Kalau kedatanganmu adalah untuk menuntut balas, aku
tidak berniat untuk menghalangimu, cuma aku melarang
kalian untuk bertempur disini!"
"Lantas kami harus bertempur dimana?"
"Dalam perguruan kami tersedia sebuah tempat untuk
perkelahian bebas yang dinamakan Toan-hun-gan,
beranikah kau untuk berduel di puncak tebing pemutus
nyawa itu?"
"Kalau begitu, silahkan!"
Begitu menyelesaikan kata-katanya, Buncu dari
perguruan San-tian-bun itu segera berkelebat keluar dari
pintu gerbang dengan kecepatan yang luar biasa,
sedemikian cepatnya gerakan itu membuat Tay-khek
Cinkun merasakan hatinya amat tercekat.
Menyusul kemudian, Wakil ketua dari perguruan San
tian bun ikut pula berkelebat ke luar meninggalkan ruangan
itu.
Ong-Bun kim, Tay kbek Cinkun serta Phang Pak bun
dengan capat menyusul di belakangnya.
Setelah keluar dari pintu gerbang, Tay khek Cinkun
lantas berbisik kepada Ong Bun kim dengan suara lirih:
"Kalau dilihat dan keadaan yang terbentang didepan
mata dewasa ini, tampaknya situasi amat berbahaya, sulit
rasanya untuk mengatasi hal semacam ini dengan gampang,
kita harus berusaha keras untuk mempertahankan diri
sebaik-baiknya, jika tidak, besar kemungkinan nyawa kita
bertiga akan habis dalam selat Thian-mo-shia ini."
Ong Bun kim manggut-manggut setelah mendengar
perkataan itu, namun ia tidak bicara apa-apa.
Dalam pada itu, Hu Buncu sekalian sudah bergerak
menuju ke sebuah tebing curam di-belakang bukit, tak lama
kemudian sampailah mereka disitu, pada dinding tebing
yang curam terbaca tiga huruf yang amat besar sekali:
"TOAN HUN-GAY"
Bawah tebing merupakan sebuah jurang yang tak
diketahui dalamnya, lapisan kabut menyelimuti jurang
tersebut, keadaan medan disekitar sana boleh dibilang
mengerikan sekali.
Ong Bun kim melirik sekejap ke arah San tian Buncu,
kemudian sambil tertawa dingin ejeknya.
"Ehm... Tempat ini memang suatu tempat yang amat
bagus!"
Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa seram,
katanya kembali:
"Ong tayhiap, kalau toh kau datang kemari untuk
membalas dendam bagi kematian ayahmu, kamipun tak
akan mencari kemenangan dengan mengandalkan jumlah
yang banyak, akan kuberi sebuah kesempatan bagi kalian
untuk bertempur secara adil, cuma kalau berada dipihak
yang kalah, besar kemungkinan tubuh kalian akan hancur
lebur menjadi berkeping-keping."
Ong Bun kim mendengus dingin, sambil menghampiri
wakil ketua dari perguruan San tian bun itu serunya:
"Hu buncu aku hendak bertanya kepadamu, dimanakah
kau simpan keenam jilid kitab pusaka itu?"
"Dalam sakuku!" jawab ketua dari perguruan San tian
bun dengan cepat.
Mendengar jawaban tersebut, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat serunya. "San tian buncu, seandainya
hu buncu kalian sampai mampus ditanganku, apa yang
hendak kalian lakukan?"
"Kau anggap aku akan turun tangan untuk menyerang
dirimu? Jangan kuatir jika berhasil menangkan Hu buncu,
bukan saja aku akan membiarkan kalian pergi
meninggalkan selat Thian mo sia ini, bahkan ke enam jilid
kitab pusaka dari enam perguruan besarpun akan
kuserahkan kembali kepadamu!"
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Selamanya aku tak pernah berbohong!"
"Bagus sekali!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Ong Bun
kim telah melangkah maju sejauh tiga depa lebih ke
hadapan Hu buncu, dengan tindakannya tersebut maka
seluruh gelanggang segera diliputi oleh selapis hawa
pembunuhan yang mengerikan.
Bila ditinjau dari pembicaraan Buncu dari perguruan San
tian bun ini, tak sulit untuk diketahui bahwa Hu buncu
adalah seorang bmanusia yang bedrilmu silat sanagat tinggi,
kalbau tidak tak nanti Buncu dari perguruan San tian bun
ini akan berbicara dengan nada yang begitu meyakinkan itu
berarti pertandingan yang bakal berlangsung nanti akan
mempengaruhi mati hidup mereka berdua.
Tapi Ong Bun kim sedikitpun tak gentar, malah
bentaknya dengan suara keras. "Hu-buncu, siapa namamu?
"
"Lui Thian ciu."
"Mengapa kau menggunakan siasat It-cian-siang-tiau
(sebatang panah mendapat dua ekor rajawali) untuk
mencelakai ayahku serta Kui-jin-suseng.
"Soal itu kau tak perlu tahu, pokoknya jika ingin turun
tangan lebih baik cepat-cepatlah lakukan!"
Ong Bun kim tahu -bahwa banyak berbicarapun tak ada
gunanya, maka sambil menggertak gigi, tenaga dalamnya
segera dihimpun ke dalam sepasang telapak tangannya
kemudian sambil membentak keras, dengan jurus Hek yan
mo im (bayangan iblis di tengah malam) ia lancarkan
sebuah serangan dahsyat.
Didalam melepaskan serangannya itu, Ong Bun kim
telah menyertakan pula segenap tenaga dalam yang
dimilikinya.
Menghadapi datangnya ancaman itu, bukan berkelit Hu
Buncu dari perguruan San tian bun itu malah maju
menyerang, tangan kanannya digunakan untuk menangkis
datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras,
kemudian dengan jurus Pit bok ki hau (menutup mata
membendung harimau) ia melepaskan serangan balasan.
Mimpipun Ong Bun kim tidak menyangka kalau
musuhnya akan menyambut datangnya serangan tersebut
dengan keras lawan keras, dengan cepat tenaga dalam yang
disalurkan kedalam telapak tangan kanannya ditingkatkan
mencapai dua belas bagian.
"Blaamm !" suatu ledakkan dahsyat yang memekikkan
telinga segera berkumandang di udara debu dan pasir
beterbangan menyelimuti sekeliling tempat itu diantara
menggulungnya angin puyuh tampak kedua sosok
bayangan manusia itu saling berpisah.
Ong Bun kim kena terdesak sehingga mundur sejauh satu
kaki dari posisi semula, sebaliknya Lui Thian ciu terdesak
mundur sejauh lima langkah.
Dengan demikian menang kalahpun segera terlihat jelas.
Tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun kim memang
belum bisa menandingi kehebatan Lui Thian ciu, atau
dengan perkataan lain, dalam pertarungan ini Ong Bun kim
akan lebih banyak menjumpai mara bahaya dari pada
keberuntungan.
Agaknya Tay khek Cinkun serta bPhang Pak bun jduga
dibikin amaat terperanjat obleh hasil pertarungan itu, paras
mukanya segera berubah hebat.
Sedangkan Buncu dari perguruan San tian bun tertawa
terkekeh kekeh penuh rasa bangga.
0000OdwO0000
BAB 61
SETELAH menyambut serangan itu, paras muka Ong
Bun kim berubah menjadi murung dan sedih, ia sadar
sekalipun dalam pertarungan ini tubuhnya tak sampai
terlempar ke dalam jurang, harapannya untuk hidup lebih
jauhpun tipis sekali.
Terbayang sampai ke situ, mendadak timbul ingatan
dalam hatinya untuk beradu jiwa.
Tiba-tiba terdengar Lui Thian ciu tertawa dingin,
kemudian katanya.
"Tenaga dalam yang saudara miliki memang betul-betul
mengagumkan..."
Ong Bun kim tertawa dingin.
"Heeehhh. ...heeehhh heeehhh! aku lihat tenaga dalam
yang dimiliki Hu Buncu pun terhitung lihay sekali!"
"Sudah kau tak usah memuji terus, hayolah lancarkan
kembali seranganmu !"
Ong Bun-kim tidak berbicara lagi, sambil membentak
keras, secepat kilat tubuhnya menerjang kembali kearah
wakil ketua dari perguruan San-tian-bun, sekali lagi ia
melepaskan serangan dengan jurus Hek-ya-mo-im
(bayangan iblis ditengah alam).
Saat ini Ong Bun-kim sudah bertekad untuk beradu jiwa,
begitu jurus Hek-ya-mo im dilancarkan, jurus kedua Mo im
kui jiau (bayangan iblis cakar setan) pun siap dilancarkan
kembali.
Semenjak terjadinya bentrokan tadi, Lui Thian-ciu tahu
kalau tenaga dalam yang dimiliki Ong Bun-kim masih kalah
setingkat bila dibandingkan dengan tenaga dalamnya, maka
ia sama sekali tidak pandang sebelan mata pun terhadap
pemuda itu.
Ketika dilihatnya serangan dahsyat itu mengancam tiba,
tangan kanannya segera diayunkan ke depan melepaskan
sebuah serangan balasan dengan jurus Nu-tau pa an (ombak
dahsyat memukul pantai).
Kedua belah pihak sama-sama melancarkan serangan
dengan kecepatan luar biasa, tapi dalam waktu yang relatif
amat singkat itulah, Ong Bun-kim telah melepaskan
serangan keduanya dengan jurus Mo im kui jiau.
Perubahan jurus yang cepat, tenaga serangan yang
dahsyat, membuat wakil Buncu dari perguruan San-tian
bun menjadi sangat terkejut, untuk sesaat ia kena didesak
oleh sianak muda itu sehingga mundur tiga langkah ke
belakang.
Semua peristiwar itu terjadi datlam waktu singkqat,
padahal bicrara dalam soal tenaga dalam, Ong Bun kim
masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan Lui Thianciu,
tapi kekuatan serangan dari ilmu Hek mo sin hiang
yang dimiliki Ong Bun kim ternyata tak sanggup diatasi
oleh jurus serangan yang dimiliki oleh wakil ketua dari
perguruan San-tian-bun ini.
Dengan demikian, keberanian Ong Bun-kim makin
berkobar, dia segera melompat ke depan dan dalam waktu
singkat melepaskan tiga buah serangan berantai.
Bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata,
tenaga serangan yang memekikkan telinga dalam waktu
singkat menyelimuti seluruh gelanggang pertarungan itu.
Sesaat kemudian, sepuluh gebrakan sudah lewat, tampak
dua sosok bayangan manusia berputar kencang di udara,
pertarungan diantara mereka berlangsung kian lama kian
bertambah seru.
Tay khek Cinkun yang mengikuti jalannya pertarungan
itu diam-diam mengerutkan dahinya, dengan wajah serius
iapun sadar jika harapan Ong Bun-kim untuk meraih
kemenangan adalah kecil sekali.
Andaikata Ong Bun kim terbukti kalah nanti, apakah dia
harus turun tangan untuk menggantikannya?
Dalam pada itu, pertarungan antara Ong-Buji kim
melawan Lui Thian-ciu telah mencapai lima puluh
gebrakan, dari suatu pertarungan gerak cepat kini gerakgerik
mereka semakin lambat dan pelan.
Peluh sebesar kacang telah membasahi jidat Ong Bun
kim, sebaliknya kain cadar yang menutupi wajah Lui Thian
ciu pun telah basah pula oleh air keringat.
Berbicara dari keadaan yang terpentang didepan mata
sekarang, bisa diketahui bahwa kemungkinan untuk saling
beradu jiwa sudah semakin besar untuk mereka berdua.
Dalam keadaan demikian, Mo kui kiam jin (jago pedang
setan iblis) Phang Pak bun segera bertanya kepada Tay khek
Cinkun dengan suara setengah berbisik.
"Can cianpwe. bagaimana menurut pendapatmu
mengenai hal pertarungan ini? Siapa yang bakal
memenangkannya?"
"Sulit untuk dikatakan" jawab Tay khek-Cinkun setelah
berpikir sejenak, "tapi yang jelas, Ong Bun-kim menderita
kerugian karena tenaga dalamnya yang kurang, aku sudah
pernah saling beradu tenaga pukulan dengan Hu buncu
tersebut, memang terbukti, bahwa tenaga dalam-yang
dimilikinya amat tangguh dan sempurna.
"Kau sudah pernah beradu kekuatan dengannya?"
"Betul, ketika itu peristiwa terjadi dalam perkampungan
keluarga Shen, kemungkinan besar orang yang munculkan
diri waktu itu adalah Hu buncu tersebut, ketika saling
beradu tenaga, ternyata aku menderita sedikit luka dalam!"
"Tapi aku rasa Ong Bun kim mempunyai kemungkinan
menderita kalah!" kata Phang Pak bun dengan suara dalam.
"Betul, didalam suatu pertarungan yang sedang
berlangsung, orang yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna memang menduduki posisi yang lebih baik dan
menguntungkan, asal Lui Thian ciu bisa menemukan
peluang untuk melancarkan serangannya, sulit buat Ong
Bun kim untuk menahan diri"
Sementara Tay khek Cinkun baru berbicara sampai
disana, mendadak......
Suatu bentakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan kesunyian, ketika mereka
mendongakkan kepalanya, maka tampaklah Ong Bun kim
dalam bentakan tersebut secara beruntun telah melancarkan
tiga buah serangan yang maha dahsyat.
Oleh teteran ketiga buah pukulan itu, Lui Thian ciu kena
didesak sehingga harus mundur sejauh tujuh delapan
langkah sebelum akhirnya berhasil untuk berdiri tegak, tapi
setelah berdiri tegak itulah dia melepaskan pula dua buah
serangan berantai yang tak kalah dahsyatnya.
Ong Bun kim tak sanggup untuk membendung kekuatan
pukulan lawan yang begitu dahsyat, ia menyelinap
kesamping dan harus mundur sejauh tujuh delapan langkah
sebelum berhasil untuk berdiri tegak.
Dengan saling menyerang dan menyergap ini, dalam
waktu singkat dua puluh gebrakan kembali sudah lewat.
Bayangan manusia yang bergerak kian lama kian
bertambah lambat, keadaan mereka sekarang ibaratnya
seseorang yang baru sembuh dari suatu penyakit parah
berkelahi dengan orang, gerakan-nya sangat lamban,
walaupun demikian namun tenaga pukulan yang
dipancarkan ternyata cukup mengejutkan hati orang.
Ong Bun kim mulai sadar bahwa ia sudah tak dapat
bertahan lebih lama lagi.
Sedemikian kuat dan tangguhnya tenaga dalam yang
dimiliki lawan, mungkin andaikata ilmu pukulan Hek mo
sin ciang tidak memiliki perubahan yang mengejutkan
orang, ia sudah tewas ditangan Lui Thian ciu semenjak
tadi-tadi.
Tapi bila pertarungan dilangsungkan lebih lama lagi,
akhirnya tenaga dalam yang dimilikinya pasti akan habis
dan waktu itu sudah barang tentu Ong Bun kim akan
menderita kerugian yang besar sekali.
Mendadak.... pada saat itulah bdengan suatu kedcepatan
yang luaar biasa Lui Thbian ciu melepaskan sebuah
pukulan dahsyat.
Entah karena pikirannya sedang bercabang atau karena
ia mempunyai perhitungan lain, ternyata Ong Bun kim
tidak berusaha untuk menghindarkan diri dari serangan
tersebut.
Tindakan dari pemuda itu jauh diluar dugaan Lui Thian
ciu, sebab dalam kenyataannya serangan yang ia lancarkan
ini memang sebuah tipuan belaka, tidak banyak tenaga yang
disertakan dalam serangan tersebut.
"Blaaam...!" dengan telak Ong Bun kim termakan oleh
pukulan itu hingga tubuhnya terjungkal ke belakang sejauh
satu kaki lebih.
Tay khek Cinkun sendiripun merasa amat terperanjat, ia
segera melompat kedepan siap menolong Ong Bun kim.
Tapi dikala Tay khek Cinkun sedang menubruk kedepan
itulah, cahaya putih mendadak berkelebat lewat. Buncu dari
perguruan San tian bun itu dengan gerakan yang amat cepat
telah menghadang jalan perginya.
"Mau apa kau?" dia menegur.
Saat ini Tay-khek-cin-kun hanya berpikir bagaimana
caranya menolong orang, segera ia membentak keras:
"Minggir kau!"
Telapak tangan kanannya diayunkan ke muka
melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Serangan dari Tay-khek-cinkun ini tak bisa dibilang tidak
tangguh, apalagi dilancarkan dalam keadaan gelisah dan
cemas, hampir segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah
disertakan dalam pukulan itu.
"Hmm ! Tampaknya kau cari mati !" bentak Buncu dari
perguruan San tian-bun itu dengan lantang.
Telapak tangannya diputar, sebuah serangan balasan
segera dilancarkan ke depan.
Bayangan manusia berkelebat lewat, Tay-khek cin-kun
segera terdesak mundur sejauh tujuh delapan langkah lebih.
"Apakah kau ingin mampus?" bentak Buncu dari
perguruan San tian bun itu dengan suara nyaring.
Selapis hawa pembunuhan segera menyelimuti seluruh
wajah Tay khek cinkun, bentaknya:
"Mau apa kau?"
"Jika kau berani turun tangan lagi, maka yang mampus
lebih duluan adalah kau."
Ucapan tersebut diucapkan dengban penuh disertdai
hawa napsu maembunuh yang bebrkobar, membuat
siapapun yang mendengarkan merasakan bulu kuduknya
pada bangun berdiri.
Mendapat ancaman tersebut, Tay-khek cinkun
merasakan hatinya tercekat, dengan perasaan ngeri dan
seram ia menghentikan gerakan tubuhnya.
Buncu dari perguruan San tian bun itu tertawa dingin,
kembali katanya lebih jauh.
"Lagipula pertarungan mereka dilangsungkan secara adil,
sebelum mati hidup bisa ditentukan, siapapun tidak boleh
mencampuri urusan mereka."
Dalam pada itu Lui Thian ciu telah berhasil menguasahi
tubuhnya, setelah menghembuskan napas panjang, ia
memperdengarkan suara tertawanya yang mengerikan.
Selangkah demi selangkah dia maju ke depan mendekati
Oug Bun kim yang sudah tergeletak itu...
Sedangkan Ong Bun kim sendiri bagaikan sedang
menanti datangnya malaikat elmaut, ternyata cuma
berbaring saja diatas tanah dengan tenang, tubuhnya sama
sekali tak bergerak, seakan-akan malaikat elmaut sudah
mulai menggapekan tangan kepadanya...
Darah kental masih meleleh keluar tiada hentinya daii
ujung bibir
Mendadak Lui-Thian ciu membentak keras, tubuhnya
dengan kecepatan luar biasa meluncur ke arah Ong Bun
kim, dengan disertai segenap tenaga dalam yang dimiliki
dia melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Ong Bun
kim.
"Blaaammm !" suatu benturan yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Benturan tersebut terdengar seperti guntur yang
menggetarkan seluruh permukaan tanah, membuat Taykhek
Cinkun serta Phang Pak-bun merasakan kepalanya
menjadi pening dan pandangan matanya bagaikan menjadi
gelap.
Tapi setelah melihat jelas apa yang telah terjadi ditengah
gelanggang, tanpa terasa mereka menjerit tertahan.
Kiranya Lui Thian ciu sudah terjungkal sejauh dua kaki
lebih dari tempat semula, jaraknya dengan tepi jurang
tinggal tiga depa lagi.
Sebaliknya Ong Bun kim telah bangkit berdiri dan berdiri
menyeramkan disitu.
Kiranya disaat Lui Thian ciu siap melancarkan
serangannya tadi, Ong Bun kim dengan menghimpun
segenap tenaga dalam yang dimilikinya telah melompat
bangun sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke
arah depan.
Serangannya itu sungguh berada diluar dugaan Lui
Thian ciu, dia tidak menyangka kalau Ong-Bun kim yang
sudah tergeletak ditanah ternyatq masih memiliki cukup
tenaga untuk melancarkan setangan.
Agaknya memang itulah rencana yang telah di atur Ong
Bun kim secara diam-diam, ia rela terima serangan musuh
tadi untuk dibayar dengan sebuah serangan yang
dilancarkan dengan sepenuh tenaga.
Hasil dari kejadian itu betul-betul jauh di luar dugaan
siapa pun juga yang berada disana.
Ong Bun kim berdiri dengan sempoyongan, hampir saja
ia tak sanggup berdiri tegak.
"Uuaak!" kembali ia muntah darah segar.
Sekarang wajahnya sudah berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, tapi di balik kepucatan wajahnya itu terlintaslah
selapis hawa napsu rnembunuh yang mengerikan.
Dengan sempoyongan dia melangkah maju ke depan
mendekati Lui Thian ciu yang terluka itu.
Lui Thian ciu sudah tergeletak diatas tanah tak berkutik
barang sedikitpun juga.
Dalam waktu singkat Ong Bun kim telah tiba kurang
lebih satu depa dihadapan Lui Thian ciu, mendadak ia
berhenti, hawa napsu membunah yang menyelimuti
wajahnya semakin tebal lagi.
Ia mendongakkan kepalanya dan tertawa, suara
tertawanya sungguh mengerikan sekali.
Mendadak ia menyambar tubuh Lui Thian ciu dan
mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Lui Thian ciu, akhir-akhirnya kau alami juga saat-saat
seperti hari ini..." seru Ong Bun kim dengan suara terbatabata.
Dengan napas yang terengah ia menyelesaikan
perkataannya secara paksa, kemudian tangan nya
menyambar kebawah, merobek kain cadar putih yang
menutupi wajah Lui Thian ciu tersebut.
Dengan cepat tampaklah raut wajah Lui Thian ciu yang
sebenarnya, ternyata dia adalah seorang lelaki berusia
empat puluh tahunan yang berwajah tampan sekali, cuma
darah kental telah meleleh keluar dari ujung bibirnya waktu
itu.
la membuka matanya dan memandang sekejap ke-arah
Ong Bun kim, kemudian dengan bersusah payah ia berbisik:
"Mau... mau apa kau?"
"Hayo jawab, mengapa kau merayu Siau Hui un untuk
berkhianat? mengapa kau membunuh ayahku?"
Belum sempat Lui Thian ciu menjawab, mendadak
terdengar ketua dari perguruan San tian bun itu membentak
keras.
"Turun kalian berdua dari sini!"
Menyusul bentakan yang mengerikan itu, tangannya
segera diayunkan ke muka menghajar tubuh Lui Thian ciu
dan Ong Bun-kim.
Tay-khek Cinkun maupun Phang Pak-bun yang
menyaksikan kejadian itu segera menjerit tertahan lantaran
kaget.
"Aaaai !" ditengah jeritan kaget mereka, tubuh Ong Bunkim
serta Lui Thian-ciu sudah terjungkal ke dalam jurang
yang sangat dalam itu...
Tindakan ini betul-betul teramat keji, bukan saja diluar
dugaan setiap orang, bahkan tak disangka oleh Tay khekcin-
kun maupun Phang Pak bun, menunggu mereka sadar
akan apa yang terjadi tubuh Ong Bun-kim -serta Lui Thian
ciu sudah terjungkal ke dalam jurang.
"Buncu. sungguh teramat keji perbuatanmu!" teriak Tay
khek cin-kun dengan suara amat nyaring.
-oo0dw0oo--
Jilid 20
WAKTU itu Tay khek-Cin-kun benar-benar telah
bertekad untuk beradu jiwa, ditengah bentakan yang amat
nyaring, bagaikan orang kalap saja ia menubruk ke depan,
sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
Ketua dari perguruan San tian-bun itu memperdengarkan
suara tertawa yang menyeramkan, tampaknya ia telah
menduga akan tindakan tersebut.
Sementara itu, Phang Pak bun telah menggetarkan pula
pedangnya sambil melancarkan sebuah serangan yang amat
dahsyat.
Tay-khek-Cin-kun maupun-Phang Pak-bun hampir boleh
dikata menyerang dalam waktu yang bersamaan, tapi
cahaya putih segera berkelebat lewat, tahu-tahu ketua dari
perguruan San tian bun tersebut sudah melepaskan diri dari
sergapan gabungan itu.
Gerakan tubuhnya ini sangat cepat dan enteng, tahu-tahu
ancaman dari Tay-khek cin-kun serta Phang Pak-bun
tersebut sudah mengenai sasaran yang kosong.
Sambil tertawa dingin, ketua dari perguruan San-tianbun
itu berseru:
"Kalian berdua kenapa musti beradu jiwa denganku?
Meskipun kalian kehilangan Ong-Bun-kim, aku toh juga
kehilangan seorang wakil ketua, apakah hal ini tak bisa
dikatakan sebagai impas?"
"Enak betul kalau bicara" teriak Tay khek cin kun
dengan penuh rasa geram, "akan ku pertaruhkan selembar
nyawa tuaku ini untuk beradu jiwa denganmu!"
"Apa gunanya.."
Belum habis ia berkata, seperti harimau yang terluka Tay
khek-cinkun telah menubruk ke depan sambil melancarkan
sebuah serangan dahsyat, pukulan itu bukan saja amat
dahsyat, jurus serangannya juga aneh dan tangbguh.
Phang Pak dbun membentak kaeras, diapun ikbut
menyerbu ke gelanggang sambil melancarkan serangan
kilat.
Baik Tay-khek-cinkun maupun Phang Pak bun, keduaduanya
sudah mempunyai maksud untuk beradu jiwa,
mereka tak ambil perduli lagi apa yang bakal menimpa diri
mereka berdua.
Menyaksikan kesemuanya itu, ketua dari perguruan Santian-
bun tersebut segera membentak.
"Tampaknya sebelum mampus kalian berdua belum
puas?"
Tay kbek cin-kun maupun Phang Pak-bun tidak
menjawab seruannya itu, mereka malahan menyerang
makin kalap.
"Bagus, bagus sekali!" seru ketua dari perguruan Santian-
bun semakin naik darah, "Jangan salahkan kalau aku
akan bertindak keji kepada kamu berdua!"
Ditengah seruan tersebut, secara beruntun telapak
lengannya diayunkan ke depan melancarkan tiga buah
serangan dahsyat. Semua serangan itu dilancarkan bukan
saja dengan jurus-jurus yang aneh dan sakti, bahkan
dikombinasikan pula dengan gerakan tubuhnya yang cepat,
kedahsyatannya betul-betul mengerikan hati.
Dalam waktu singkat, berkobarlah suatu pertarungan
sengit yang melibatkan ketiga orang itu.
Mendadak suatu bentakan nyaring yang memekikkan
telinga menggetarkan sukma, menyusul kemudian.
"Blaaaaam !" dalam suatu benturan yang sangat keras
itu, tubuh Phang Pak bun mencelat ke belakang dan
muntah-muntah darah segar, ia tak sanggup bangkit lagi.
Menyaksikan kejadian itu Tay-khek Cin-kun menjadi
terkesiap, peluh dingin mulai bercucuran membasahi
sekujur tubuhnya.
Mendadak ketua dari perguruan San tian bun itu maju
menyerang dengan suatu gerakan tubuh yang aneh dan
cepat, lali secepat kilat ia melancarkan dua buah serangan
berantai.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki ketua dari perguruan
San tian bun ini betul-betul mengerikan sekali, sekalipun
harus menghadapi kerubutan dua orang jago sekaligus,
ternyata Phaog Pak bun yang memiliki tenaga dalam paling
cetek telah terluka lebih dulu ditangannya.
Dengan demikian sudah barang tentu tenaga dalam yang
dimiliki Tay khek Cin-kun lebih-lebih tak bisa mengatasi
kelihayan lawannya lagi.
Tapi waktu itu dia sudah nekad dan berniat untuk berada
jiwa, karena kenekadannya ini, ternyata untuk sesaatpun
ketua dari perguruan San tian bun pun tak bisa banyak
berkutik terhadapnya.
Dalam waktu singkat, puluhan jurus kembali sudah
lewat.
Tiba-tiba...
"Blamm!" suatu bebnturan keras kedmbali terjadi,
amenyusul kemudiban berkumandang jerit kesakitan yang
memilukan hati.
Sambil muntah muntah darah segar, tubuh Tay khek Cin
kun mencelat ketengah udara dan terjatuh ke dalam jurang.
Sekalipun Tay khek Cinkun terhajar oleh sebuah
pukulannya namun perempuan misterius ketua dari
perguruan San tian bun seediripun terhajar pula oleh
pukulan Tay khek Cinkun.
Dengan susah payah ia berusaha untuk tetap berdiri
kemudian sambil tertawa dingin selangkah demi selangkah
berjalan menghampiri Phang Pak-bun, mencengkeram
tubuhnya dan mengangkatnya keudara.
"Hahh haaabh haaahh lebih baik kau turun juga
kebawah!" teriaknya sambil tertawa terkekeh-kekeh dengan
seramnya.
Tubuh Phang Pak bun yang sudah terangkat ke udara
itu, dengan cepat dilemparkan ke dalam jurang tersebut.
Kemudian ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak lagi, suara tertawanya sangat menyeramkan,
membuat siapapun yang mendengar merasa bulu buduknya
pada bangun berdiri.
Yaa, peristiwa ini memang cukup menggembirakan
hatinya, karena ia berhasil menyingkirkan sumber bencana
dari muka bumi, ini berarti selanjutnya ia tak usah kuatir
apa-apa lagi.
Jurang itu tak terhitung dalamnya, siapa yang bisa hidup
setelah terlempar kedalam jurang tersebut?
OOOO0dw0OOOO
BAB 62
APAKAH Ong Bun kim telah tewas? Apakah Tay khek
Cinkun serta Phang-Pak bun telah terkubur pula didasar
jurang yang puluhan laksa kaki dalamnya ini?
Andaikata semuanya itu merupakan kenyataan, hal itu
sungguh merupakan suatu peristiwa yang tragis.
Thian tak akan membiarkan dendam berdarah ini lenyap
tak berbekas, ibarat batu yang tercebur didalam samudra,
kalau tidak, bukankah kejahatan akan semakin meraja lela
dalam dunia ini?
Begitulah, ketika Ong Bun kim termakan oleh pukulan
dari ketua perguruan San tian bun yang maha dahsyat itu
sehingga tubuhnya mencelat ketengah udara, ia segera jatuh
tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya ia tersadar
kembali dari pingsannya dalam keadaan kesakitan hebat,
pelan-pelan ia teringat kembali akan semua peristiwa yang
telah menimpa dirinya.
Ia masrih ingat ketikat ketua perguruaqn San tian bun
rturun tangan keji kepadanya, dia pun masih ingat dia
bersama Lui Thian ciu terlempar ke dalam jarang untuk
selanjutnya apapun tak teringat lagi olehnya.
"Jangan-jangan aku sudah mati ?" demikian ia mulai
berpikir dalam hatinya.
Berpikir sampai disitu, sinar matanya muIai celingukan
kesana kemari untuk mencari tahu keadaan yang
sesungguhnya, ternyata ia berada dalam sebuah ruangan
batu...
Ia tak bisa berpikir, kenapa ia bisa berada disini... kenapa
ia bisa berada dalam ruangan batu semacam ini, sebab dari
kesemuanya itu terbukti sudah kalau dia belum mati, ia
masih hidup segar bugar didunia ini.
Sementara dia masih melamun, tiba-tiba terdengar suara
langkah manusia berkumandang memecahkan keheningan.
Dengan cepat Ong Bun kita berpaling keluar pintu
ruangan batu itu, ia saksikan seorang nona berbaju putih
sedang berjalan mendekat dengan langkah yang lemah
gemulai.
Sekali lagi Ong Bun kim tertegun dibuatnya.
Nona berbaju putih itu berusia antara lima belas, enam
belas tahunan, dia mempunyai sepasang kepang yang
panjang, wajahnya tidak terhitung cantik tapi mukanya
yang bulat telur terasa manis sekali.
Sambil tersenyum dia berjalan mendekati pembaringan
Ong Bun kim, senyuman manis yang menghiasi bibirnya
membuat dia tampak menarik, uniuk sesaat lamanya Ong
Bun kim berdiri termangu-mangu sambil menatap wajahnya
itu.
Ia berjalan ke hadapan Ong Bun kim. lalu menegur.
"Kau sudah sadar cukup lama?"
Suaranya merdu merayu membuat orang serasa terbuai
ke dalam impian.
Ong Bun kim tertegun oleh pertanyaan itu jawabnya
kemudian:
"Aku baru saja sadar, apakah apakah kau yang telah
menolong aku! ?"
"Betul." sambil tersenyum nona berbaju putih itu
mengangguk.
Ong Bun kim ingin melompat bangun, tapi nona berbaju
putih itu segera mencegah-nya sambil berkata:
"Jangan bangun dulu, luka yang kau derita belum
sembuh, luka semacam itu paling pantang untuk sembarang
bergerak!"
"Nona, banyak terima kasih atas pertolonganmu!" kata
Ong Bun-kim dengan penuh luapan rasa terima kasih.
"Tak usah berterima kasih kepadaku!"
"Ke mana larinya yang seorang lagi?"
"Luka yang dideritanya tidak berada dibawah keadaan
lukamu, mungkin jauh lebil parah malah, sekarang dia
sedang merawat lukanya dalam ruangan lain."
Mendengar perkataan itu, paras muka Ong Bun kim
segera berubah hebat sekali.
"Jadi dia masih hidup di dunia ini?"
"Benar!"
"Bagaimana jalannya cerita sehingga nona berhasil
menolong diriku?".
"Dua hari berselang aku mendengar suara pertarungan
berkumandang dari atas sana," cerita nona berbaju putih
itu, "ketika aku masih berdiri di bawah jurang sana,
kusaksikan kalian berdua terjatuh dari atas sana..."
"Jadi tempat ini letaknya terada didasar jurang tersebut?"
tanya Ong Bun kim.
"Benar! Bukankah kalian kena dihajar oleh ketua dari
perguruan San tian bun sehingga terjatuh kedalam jurang?"
"Darimana kau bisa tahu?" tanya si anak muda itu
dengan hati terperanjat.
Nona berbaju putih itu segera tertawa.
"Kecuali kalian semua, masih ada beberapa orang yang
kena dihajar pula sehingga terjatuh kedalam jurang ini, tapi
tenaga dalam yang dimiliki orang-orang itu terlampau
cetek. kebanyakan mereka tewas setelah terjatuh ke dalam
jurang ini."
Belum habis si nona berbaju putih itu bercerita, tiba-tiba
dari luar pintu berkumandang lagi suara seorang
perempuan.
"Siok-khim, luka yang diderita sauhiap itu belum
sembuh, kenapa kau malahan mengajaknya untuk banyak
bicara?"
Mendengar teguran tersebut, paras muka nona berbaju
putih itu segera berubah menjadi merah padam karena
jengah, kepalanya kontan saja tertunduk rendah-rendah.
"Siapa disitu?" tanpa terasa Ong Bun kim bertanya
dengan perasaan bergetar keras.
"Ibuku !" jawab nona berbaju putih itu cepat kemudian
dengan nyaring ia menyahut:
"Ibu, aku sudah tahu!"
"Berikan obat tadi kepadanya agar dimakannya."
"Baik, ibu!"
Seraya mengiakan, dari dalam sakunya nona berbaju
putih itu mengeluarkan sebutir pil dan diserahkan kepada
Ong Bun kim sambil memberi tanda agar pemuda itu
bersedia untuk menelannya.
Dengan perasaan berterima kasih Ong Bun kim
memandang sekejap kearahnya, kemudian baru menerima
pil tersebut dan ditelannya.
Ketika Ong Bun kim telah menelan pil tersebut, secara
beruntun nona berbaju putih itu menotok kembali beberapa
buah jalan darah penting ditubuh anak muda tersebut,
bakau saja cara menotoknya amat jitu dan cekatan, tenaga
dalam yang dimilikipun amat sempurna, hal mana jauh
berada diluar dugaan Ong Bun kim.
Setelan menelan obat dan memperoleh pengobatan dari
nona berbaju putih itu, luka yang diderita Ong Bun kim
praktis telah sembuh kembali, kesehatan tubuhnya pulih
kembali seperti sedia kala, dan iapun melompat turun dari
atas pembaringan.
"Nona. banyak terima kasih atas budi pertolonganmu!"
katanya sambil memberi hormat kepada gadis tersebut.
"Aaah..! Hanya persoalan sekecil ini, buat apa kau musti
memikirkannya dalam hati."
"Apakah aku boleh mengunjungi ibumu?"
"Boleh saja, tapi...apakah kau tidak menjenguk dulu
sahabatmu itu?"
"Sahabat? "dengus Ong Bun-kim sambil tertawa dingin,
"kau anggap orang itu adalah sahabatku!"
"Apakah bukan?"
"Tepat-sekali perkataanmu itu, dia bukan saja sahabatku,
bahkan masih terhitung seorang musuh besarku"
"Apa? Dia adalah musuh besarmu?" Rupanya nona
berbaju putih itu merasa terkejut sekali, dengan sepasang
mata terbelalak lebar ditatapnya wajah Ong Bun kim itu
tanpa berkedip.
"Betul, dia adalah musuh besarku" jawab Ong Bun-kim,
"Ia telah membunuh ayah ibuku."
"Sungguh?"
"Kalau begitu, kau hendak membunuhnya?"
"Yaa, aku sangat benci kepadanya, aku ingin menghirup
darahnya, memakan daging tubuhnya, tentu saja dia harus
kubunuh!"
Dengan termangu-mangu nona berbaju putih itu
menatap tajam wajah Ong Bun kim sekian waktu, akhirnya
dia berkata lagi:
"Tapi luka yang dideritanya belum sembuh kembali!"
"Aku bisa menunggu sampai luka yang dideritanya
sembuh kembali baru membunuhnya! nona lebih baik
sekarang bawalah aku untuk berjumpa dengan ibumu."
Nona berbaju putih itu manggut-manggut, dia lantas
berjalan keluar dari pintu ruangan lebih dulu diikuti Ong
Bun kim dari belakang.
Setelah keluar dari pintu ruangan, mereka tiba di sebuah
ruangan yang luas, nona berbaju putih itu segera berbelok
ke dalam sebuah pintu batu yang lainnya.
Ong Bun kim tidak menyangka kalau dalam ruangan
bawah tanah tersebut, ternyata terdapat arsitek bangunan
yang begini menakjubkan.
Sementara itu mereka sudah tiba didepan sebuah pintu
ruangan, nona berbaju putih itu segera maju mengetuk
pintu, kemudian serunya:
"Ibu, sauhiap ini ingin sekait berjumpa denganmu!"
"Suruhlah dia masuk!"
Nona berbaju putih itu memandang sekejap ke arah Ong
Bun kim, tiba-tiba ia menempelkan bibirnya disisi telinga
pemuda itu dan berbisik:
"Andaikata kau menyaksikan sesuatu yang aneh atau
seram nanti, aku harap kau jangan menunjukkan sikap
terkejut"
Ong Bun kim tertegun, ia tidak habis mengerti terhadap
ucapan tersebut, namun kepalanya dianggukkan juga.
Pelan-pelan nona berbaju putih itu mendorong pintu dan
berjalan masuk ke dalam.
Ong Bun kim menjumpai suasana dalam ruangan batu
itu gelap gulita.
Sekali lagi ia dibikin tertegun oleh suasana ditempat itu,
tapi ia tidak berdiam lama sambil membesarkan nyalinya
dia berjalan maju lebih ke depan, dalam kegelapan lamatlamat
ia masih dapat melihat bahwa tempat itu adalah
sebuah kamar tidur.
Didepan pembaringan terdapat sebuah bangku sesosok
bayangan hitam duduk disitu.
Dengan tubuh agak menggigil Ong Bun kim maju tiga
langkah ke depan, kemudian sambil memberi hormat
katanya.
"Boanpwe Ong Bun kim sengaja datang untuk
menyampaikan rasa terima kasihku atas budi pertolongan
yang telah kuterima!"
"Hanya persoalan sekecil itu harap kau jangan
memikirkannya selalu didalam hati, silahkan duduk Ong
sauhiap!" la menunjuk sebuah kursi dihadapannya.
"Terima kasih!" sahut Ong Bun kim sambil duduk.
Setelah itu pemuda tersebut duduk, baru mendongakkan
kepalanya memandang ke depan, tapi apa yang kemudian
terlihat hanpir saja membuat sianak muda itu menjerit
keras.
Ternyata perempuan yang duduk dihadapannya itu
memiliki selembar wajah yang menakutkan sekali, baik
diatas wajahnya maupun pada hidung dan bibirnya seakanakan
telah terbakar sehingga kulitnya mengelupas, daging
merah yang bercampur darah tampak menghiasi wajahnya
disana sini, ini menyebabkan wajahnya betul-betul
menakutkan sekali.
Siapa yang tidak akan terkejut setelah menyaksikan raut
wajah sejelek dan seseram ini.
Dalam pada itu, perempuan jelek itu telah tertawa getir,
katanya:
"Bukankah wajahku tampak menakutkan sekali?"
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras, bukan
menjawab dia malahan balik bertanya:
"Aku lihat wajah cianpwe telah dirusak orang, bukankah
demikian?"
"Betul Kau she Ong? Apakah ayahmu juga seorang jago
dari dunia persilatan?"
"Benar!"
"Apakah kau mempunyai hubungan yang erat dengan
Su-hay-bong-khek (manusia latah dari empat samudra) Ong
See liat?"
"Dia adalah ayahku!" jawab Ong Bun-kim dengan
perasaan bergetar keras.
Sekujur tubuh perempuan bertampang jelek itu segera
menggigil keras, katanya agak gemetar:
"Oh....jadi... jadi Ong See liat adalah ayahmu?"
"Betul, apakah cianpwe kenal dengan ayahku?"
Perempuan bermuka jelek itu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, sahutnya sambil tertawa getir.
"Entahlah, cuma aku tahu manusia macam apakah
dirinya itu, apa kau datang ke perguruan San tian bon untuk
menuntut balas?"
"Benar.....! Kau.. .kau...darimana kau bisa tahu?"
"Bukankah ketua dari perguruan San tian bun telah
membinasakan ayahmu..?"
"Benar!"
"Aku lihat tenaga dalam yang kau miliki masih belum
dapat menandingi kelihayan dari ketua perguruan San tian
bun?"
"Betul!"
"Ketua dari perguruan San tian bun benar-benar telah
membinasakan ayah ibumu?"
"Benar!"
"Kau tahu dia bernama siapa?"
"Aku tidak tahu!"
"Kalau begitu kuberitahukan kepadamu, dia bernama
Lui Thian Ciu!"
Mendengar nama tersebut, sekujur badan Ong Bun kim
bergetar keras karena luapan emosi.
"Bukan, dia bukan Lui Thian ciu" sahutnya. "sebab Lui
Thianciu tidak lebih hanya wakil ketua dari perguruan San
tian bun!"
"Apa?, dia hanya seorang wakil ketua saja?"
"Benar!"
Perempuan berwajah jelek itu duduk termangu-mangu,
entah apa yang sedang dipikirkannya ketika itu? Entah apa
pula yang sedang ia pertimbangkan...?
Lama kelamaan Ong Bun kim merasa tidak sabar pula,
tiba-tiba ia bertanya.
"Kenapa kau bisa mengetahui segala sesuatunya dengan
sejelas ini? Apakah kau pun salah seorang anggota
perguruan San tian bun?"
"Benar !"
Terhadap perempuan ini, Ong Bun kim menaruh suatu
kesan yang mendalam sekali, dia tak tahu apa sebabnya
perempuan itu sampai berdiam ditempat seperti ini? Dia
pun tak tahu kenapa wajahnya bisa dirusak sehingga hancur
menjadi begitu rupa?
Berpikir sampai disini, tanpa terasa dia bertanya lagi.
"Cianpwe, siapa yang telah merusak wajahmu?"
Perempuan berwajah jelek itu tertawa getir.
"Bukan hanya wajahku saja yang rusak, sepasang
mataku juga telah dikorek keluar" katanya.
"Haah !" saking kagetnya Ong Bun kim menjerit
tertahan, sampai sekarang dia baru mengerti kenapa
sepalang mata perempuanb itu bisa cekundg ke dalam,
teranyata biji matabnya telah dikorek orang.
Setelah tertawa getir, kembali katanya.
"Kaku dibicarakan, mungkin kau tak akan percaya,
orang yang telah mencelakai diriku ini tak lain adalah
suamiku sendiri."
"Apa? Suamimu? Jadi.... jadi dia telah mencelaka
dirimu? Siapa siapa sama suamimu itu?"
"Lui Thian ciu!"
"Apa?"
Ong Bun kim menjerit keras-keras, hampir saja tubuhnya
melompat bangun dari atas kursi, sebab perkataan tersebut
benar-benar telah menggetarkan perasaan Ong Bun kim.
Untuk sesaat lamanya, si anak muda itu hanya
memandangi perempuan tersebut dengan perasaan
terkesiap, sebab ucapannya itu bukan saja di luar
dugaannya, bahkan membuat hatinya merasa terperanjat
sekali.
"Kau... kau tidak percaya?" tanya perempuan berwajah
jelek itu.
"Boanpwe bukannya tidak percaya, tapi aku sedang
berpikir, kalau kau mengatakan Lui Thian ciu adalah ketua
dari perguruan San tian bun itu, berarti kau adalah nyonya
ketua?"
"Benar!"
"Lantas, mengapa dia telah mencelakai dirimu?"
"Lantaran seorang perempuan, dan perempuan itu
adalah Yu hay kian wa (perempuan genit berjiwa cabul) Ciu
Li li!"
"Aku pikir perempuan yang kau maksndkan itu tentulah
ketua dari perguruan San tian bun yang sekarang ini?"
"Kemungkinan besar memang demikian, konon di masa
lalu si perempuan genit berjiwa cabul Ciu Li li amat
mencintai ayahmu, bahkan tergila-gila kepadanya, tapi
ayahmu tak pernah memandang sebelah matapun terhadap
cinta kasihnya itu."
"Dia memang berwajah cantik dan bertubuh montok,
ketika gagal memperoleh cinta balasan dari ayahmu, dari
cinta tumbuhlah menjadi rasa benci, ternyata timbul
dendamnya untuk membunuh ayahmu.
"Maka diapun berkomplot dengan Lui Thian-ciu.
"Sebenarnya aku tidak tahu tentang kejadian tersebut,
kemudian dari mulut seorang anggota perguruanku baru
kuketahui duduk persoalan yang sebenarnya, gara-gara
persoalan itu kami menjadi cekcok dan berselisih paham,
ternyata akibat dari percekcokan itu dia malah secara berani
dan terang-terangan membawa Ciu Li li pulang ke rumah !"
"Aaah..! Sungguhkah telah terjbadi peristiwa sdemacam
ini?" taanya Ong Bun kimb dengan wajah berubah hebat.
"Benar!" pertemuan itu menghela napas sedih, "berbicara
soal kecantikan, wajahku tidak berada dibawah kecantikan
Ciu Li li tapi aku tidak habis mengerti kenapa suamiku bisa
jatuh cinta kepadanya? Mungkin Ciu Li li memang
mempunyai dasar kecabulan sehingga tehniknya bermain
cinta diatas pembaringan jauh lebih hebat dan pintar dari
padaku, sehingga hal mana membuat suamiku terpesona."
"Yah, kemungkinan besar memang begitu."
Ong Bun kim manggut-manggut, "memang tak sedikit
terjadi peristiwa semacam ini, seorang laki-laki yang sudah
beristri ternyata terpikat kembali oleh perempuan cabul."
Perempuan berwajah jelek itu manggut-manggut,
kembali katanya:
"Perjumpaan perempuan genit berjiwa ca bui Ciu Lili
dengan Lui Thian-ciu ini ibaratnya kayu kering bertemu
dengan api, bukan saja mereka tidak pandang sebelah mata
pun kepadaku, bahkan sering kali bercumbu rayu secara
menyolok didepan mataku sendiri.
"Dalam keadaan begini aku tahu bahwa marahpun tak
ada gunanya, karenanya aku pun hanya membungkam diri
belaka.
"Lama kelamaan sikap Ciu Lili makin berani, ternyata
dia telah menganggap diriku sebagai duri dalam matanya."
"Suatu hari aku dengar mereka sedang berunding untuk
mencelakai ayah ibumu, Ciu Li-li menyuruh Lui Thian ciu
menampilkan diri dan memikat diri Siau Hui un, agar
usaha mereka untuk turun tangan bisa lebih gampang
memperoleh hasil."
"Aku yang mendengar rencana busuk mereka itu segera
menampilkan diri untuk menghalangi perbuatan mereka itu,
tapi agaknya Lui Thian ciu telah terpengaruh oleh Ciu Li li,
bukan saja nasehatku tidak digubris, bahkan sepasang
mataku dikorek keluar, wajahku dirusak dan tubuhku
dilemparkan ke dalam jurang ini."
"Sungguhkah telah terjadi peristiwa ini?" seru Ong Bun
kim sambil menahan geramnya.
"Benar, padahal waktu itu aku sedang mengandung,
untung saja ketika terjatuh ke dalam jurang, tubuhku
tercebur ke dalam kolam air disini sehingga nyawaku
berhasil diselamatkan oleh seorang manusia aneh yang
menghuni dalam gua ini, kalau dihitung dengan jari aaai!
Sudah lima belas tahun peristiwa itu berlangsung."
Ong Bun kim kembali menggigit bibirnya menahan
luapan emosi dalam hatinya.
"Perbuatannya sungguh mengerikan sekali, hatinya
betul-betul teramat kejam, cianpwe kau ingin membalas
rdendam tidak?"
"Tentu saja ingqin, cuma sepasarng mataku sekarang
telah buta, bagaimanapun juga tak mungkin bukan kusuruh
putriku untuk pergi membunuh ayah kandungnya sendiri?"
Tiba-tiba Ong Bun kim bangkit berdiri, lalu kepada gadis
berbaju putih itu katanya:
"Aku hendak menengok orang yang terluka itu."
ooooOdwOoooo
BAB 63
"BUKANKAH dia adalah musuh besarmu? tanya
perempuan berwajah jelek itu.
"Benar!"
"Siapa namanya?"
Ong Bun kim berpikir sebentar, lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Entahlah, aku sendiri pun kurang tahu."
"Siok-kim, bawalah dia ke sana!" perintah perempuan
bertampang jelek itu kemudian.
"Baik, ibu!"
Perempuan berbaju putih itupun membawa Ong Bun
kim menuju kedalam sebuah ruang an batu, ruangan yang
letaknya berada sebelah menyebelah dengan ruangan batu
yang dihuni Ong Bun kim semula.
Waktu itu Lui Thian ciu sedang berbaring diatas
pembaringan, ia telah sadar kembali, betapa terkejutnya dia
ketika dilihatnya Ong Bun kim muncul secara tiba-tiba
didepan mata, wajahnya berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, ditatapnya si anak muda itu dengan pandangan
ketakutan.
Dengan garang dan kasar Ong Bun kim mencengkeram
tubuh Lui Thian-ciu dan diangkat nya dari atas
pembaringan.
Melihat perbuatan dari pemuda tersebut, nona berbaju
putih itu segera membentak keras.
"Ong sauhiap, luka yang dideritanya belum sembuh, kau
tahu!"
"Aku tahu!" jawab Ong Bun kim sambil tertawa dingin.
"Ong Bu-kim!" tegur Lui Thian ciu ketus, "mau apa
kau?"
"Membawamu untuk bertemu dengan tuan penolong
yang telah menyelamatkan jiwa kita berdua!"
"Siapakah dia?"
"Sebentar kau bakal tahu sendiri!"
Selesai berkata. Ong Bun kim segera menyeret tubuhnya
dan membawa Lui Thian ciu menuju ke ruangan yang
dihuni perempuan berwajah jelek tersebut.
Nona berbaju putih itu menjadi tertegun dan cuma
berdiri termangu saja disana.
Ketika Ong Bun-kim tiba didepan perempuan jelek itu,
terdengar perempuan tersebut menegur.
"Ong siauhiap kah yang datang?"
"Benar!"
Selesai berkata. Ong Bun kim lantas melemparkan tubuh
Lui Thian ciu ke hadapan perempuan jelek itu, katanya:
"Lui Thian ciu, sekarang dongakkan kepalamu dan coba
kau lihat siapakah yang berada dihadapanmu ini?"
"Apa? Dia dia adalah Lui Thian ciu ?" teriak perempuan
jelek itu dengan terkejut.
Sekujur tubuhnya segera menggigil keras bagaikan kena
aliran listrik bertegangang tinggi.
Lui Thian ciu mendongakkan kepalanya dan
memandang sekejap ke arah perempuan jelek
dihadapannya, densan terkejut ia berteriak keras:
"Kau....kau adalah... kau adalah..."
Rupanya rasa kaget dan ngeri yang melampaui batas
membuatnya tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
"Ong sauhiap, benarkah dia adalah Lui Thian ciu?" seru
perempuan jelek itu dengan suara gemetar keras.
"Benar, dialah suamimu yang bagus, suami yang telah
mencelakaimu hingga menjadi begitu rupa."
Mendadak perempuan berwajah jelek itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa seram suaranya yang keras dan
nyaring itu cukup mendirikan bulu roma siapapun yang
mendengarnya.
"Ibu, kenapa kau.,..?" jerit si nona berbaju putih itu
dengan terkejut.
Perempuan jelek itu menghentikan gelak tertawanya,
kemudian menjawab:
"Lui Thian-ciu, kau masih kenal dengan aku?"
"Kau....kau adalah Siau ciu?" jerit Lui thian ciu dengan
perasaan terperanjat.
"Benar, haaahhh... .haaahh haahah aku adalah Kwan
Siau ciu, kau tidak menyangka bukan, setelah sepasang
mataku kau korek keluar dan wajahku kau rusak kemudian
kau lemparkan tubuhku kedalam jurang, ternyata aku masih
hidup segar bugar sampai sekarang..."
"Siau ciu..."
Teriaknya itu pebnuh dengan suarda gemetar, takuat dan
menyesal.b
"Lui Thian ciu." bentak Kwan Siau ciu lagi dengan suara
lantang, "kau tidak menyangka akan menjumpai keadaan
seperti hari ini bukan? Inilah kalau Thian punya mata."
Kembali ia tertawa tergelak, tertawa keras seperti orang
kalap yang sudah tak waras otaknya.
Si nona berbaju putih Kwan Siok kim tiba-tiba bertanya
dengan suara tergagap:
"Ibu apakah apakah dia adalah ayahku?"
"Betul, dia adalah ayahmu yang lebih kejam dari
binatang dan telah mencelakai kita seperti saat ini...."
Dalam pada itu Ong Bun kim telah mencengkeram
tubuh Lui Thian ciu dan mengangkatnya tiaggi tinggi
keudara, dengan auara lantang bentaknya kemudian:
"Lui Thian ciu, tidak kusangka kalau hatimu begini
kejam seperti ular berbisa, bahkan lantaran seorang
perempuan rendah yang tak tahu malu, ternyata kau tega
untuk menyiksa dan mencelakai istri sendiri dengan cara
sekejam itu. Hmm! Masih terhitung manusiakah dirimu
itu?"
"Ong sauhiap, lepaskan dia!" tiba-tiba nona berbaju putih
itu membentak keras.
Dengan perasaan kaget Ong Bun kim berpaling dan
mengawasi wajah Kwan Siok kim.
"Ong suuhiap, lepaskan dia!". Kwan Siok kim kembali
mengulangi kata-katanya.
"Kenapa?"
"Lepaskan dia, karena dia adalah ayahku!"
Ong Bun kim memandang sekejap lagi kearah-nya,
kemudian ia melepaskan Lui Thiau ciu dari
cengkeramannya.
"Ayah !" Kwan Siok kim segera berteriak keras, ia
menubruk kedalam pelukan Lui Thian ciu.
Bagaimanapun juga cinta kasih anak terhadap ayahnya
adalah cinta alam, sekalipun Lui Thian-ciu telah melakukan
perbuatan yang mencelakai ibunya, toh dia tetap
merupakan ayah kandung.
Apalagi semua peristiwa itu tidak dialami sendiri oleh
Kwan Siok kim, oleh karena itu rasa benci dalam hatinya
adalah suatu perasaan yang tawar, rasa cintanya kepada
orang tua jauh lebih kuat dari pada segala-galanya.
Ong Bun kim yang menyaksikan kejadian itu segera
berubah hebat wajahnya.
Kwan Siau ciu juga berubah air mukanya, dengan suara
nyaring dia lantas membentak.
"Siok kim, jangan dekati dia!"
"Tidak, ibu..."
"Tinggalkan dirinya!"
"Ibu.....!".
Sambil membaringkan diri dalamb pelukan Lui Thdian
ciu, gadis aitu mulai menanbgis tersedu-sedu.
Sekujur badan Lui Thian ciu gemetar keras, tanpa
disadari dua titik air mata menyesal meleleh juga
membasahi pipinya.
Perduli dia adalah seorang manusia bengis yang berhati
buas dan kejam, siapa yang akan tahan, menghadapi
panggilan yang begini mesrah dan penuh kasih sayang itu?
Sekali lagi Kwan Siau ciu membentak dengan suara
lantang: "Siok kim, minggir kau dari situ."
Kali ini bentakan tersebut disertai dengan napsu
membunuh yang sangat mengerikan, sehingga
kedengarannya menggetarkan sukma.
Mengikuti bentakan itu dengan tubuh menggigil keras ia
bangkit berdiri.
"Ibu !" pekik Kwan Siok kim dengan rasa kaget.
"Lui Toian ciu!" bentak Kwau Siau ciu, "menyingkir dari
putriku, kau tidak pantas untuk memeluknya!"
Lui Thian ciu menghela napas panjang, tiba-tiba ia
mendorong tubuh Kwan Siok kim yang masih menangis
tersedu-sedu dalam pelukannya itu sambil berkata dengan
pedih:
"Betul aku memang tidak pantas !"
Kwan Siok kim terkesiap, dia memandang ke arah Lui
Thian ciu dengan wajah melongo, teriaknya keras-keras:
"Ayah !"
Tiba-tiba ia menutup muka sendiri dan menangis
tersedu-sedu.
Ong Bun kim yang menyaksikan kejadian itu menjadi
kebingungan sendiri, untuk sesaat dia tak tahu apa yang
musti dilakukan.
"Lui Thian ciu, apa lagi yang hendak kau ucapkan?"
bentak Kwan Siau cu dengan suara nyaring.
Bagaikan seekor ayam jago yang kalah bertarung, Lui
Thian ciu menundukkan kepalanya dengan lemas, katanya
dengan pedih.
"Tidak ada!"
"Kenapa kau tidak turun tangan lagi untuk
membinasakan diriku?"
"Siau ciu..."
"Hayolah, cepat turun tangan! Sekarang aku toh sudah
berada di hadapanmu..."
"Siau ciu..."
"Lui Thian ciu. kalau kau tidak membunuhku, aku akan
membunuh dirimu!"
"Siau ciu....."
"Siau ciu yang rsekarang sudah tbukan Siau ciu qyang
dulu lagi!r"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, mendadak ia
melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Liu Thian
cu.
Ditengah jeritan kaget dari Kwan Siok-kim, terdengar
bunyi benturan keras yang memekikkan telinga
berkumandang memecahkan keheningan.
Tubuh Lui Thian ciu mencelat sejauh satu kaki lebih,
sambil muntah darah segar tubuhnya roboh terkulai diatas
tanah:
"Ayah...!" jerit Kwan Siok kim dengan suara lengking.
Dia melompat kedepan dan menubruk ke atas tubuh Lui
Thian ciu.
Cinta kasih yang diperlihatkan gadis itu terhadap
ayahnya membuat Ong Bun kim merasa iba hati, hatinya
terasa amat sedih sekali.
Isak tangis yang memilukan hati membuat Kwan Siau
ciu yang terpengaruh emosi berdiri kaku ditempat, sekujur
tubuhnya menggigil keras, bisa dibayangkan bagaimanakah
gejolak perasaan hatinya waktu itu.
Dalam pada itu, Lui Thian ciu sudah tertunduk diatas
tanah, sambil menyeka noda darah dari ujung bibirnya, ia
berusaha menenangkan pergolakan hatinya, kemudian
berkata.
"Perkataan ibumu memang benar, aku bukan ayahmu,
aku... aku... aku tidak pantas,.."
Ketika mengucapkan kata kata tersebut, rasa sedih dalam
batinya tak bisa dibendung lagi tiba-tiba sebaris air mata
jatuh terlinang membasahi pipinya, dapat dilihat betapa
sedih dan duka-nya lelaki tersebut.
Sekali lagi perasan Ong Bun kim bergetar keras.
Ucap Lui Thian ciu lagi dengan penuh emosi:
"Selama hidup aku sudah banyak melakukan kesalahan
yaa benar. Ciu Li li telah mencelakai diriku,
menghancurkan kebahagiaan kita semua aku tidak
memohon kepada kalian agar memaafkan diriku, aku
adalah seorang manusia yang tidak pantas untuk
dimaafkan"
"Aku, aku memaafkan dirimu, aknpun menghormati
dirimu!" kata Kwan Siok kim dengan penuh emosi.
"Terlambat semuanya sudah terlambat, tak mungkin
bagiku untuk menyesali semua peristwa itu lagi."
Gumaman yang lirih akhirnya memanggil kembali
liangsimnya yang sudah terlanjur jahat, tiba-tiba ia
menemukan bahwa selama ini ia sudah banyak melakukan
perbuatan yang menakutkan.
Tapi sekarang, menyesalpun tak ada gunanya karena
nasi telah berubah menjadi bubur.
"Lui Thian ciu!" tiba-tiba Ong Bun kim membentak
keras, "apakah orang yang berniat membunuh ayahku juga
Ciu Li li?"
"Benar!"
"Kau sebagai ketua perguruan San tian bun, kenapa bisa
diturunkan pangkatnya menjadi wakil ketua?"
"Ciu Li li telah merayu anak buahku dengan tubuhnya
yang montok, ini semua membuat mereka menghianati
diriku, kedudukan ketua perguruanpun diambil alih
olehnya, sampai kini kehadiranku dalam perguruan San
tian bun tidak lebih hanya sebuah boneka saja."
"Kemana larinya ke enam jilid kitab pusaka dari enam
partai besar..?" tanya pemuda itu lagi.
"Berada ditangan Ciu Li Ii"
Ong Bun kim segera berpaling kepada Kwan-Siau ciu,
lalu katanya.
"Cianpwe, ijinkanlah aku untuk membunuhnya."
"Membalas dendam bagi kematian ayahmu memang
merupakan kewajiban sebagai seorang anak, tentu saja kau
boleh membunuhnya untuk membalaskan sakit hatimu!"
jawab Kwan Siau-ciu dengan penuh emosi.
"Terima kasih atas kebaikan cianpwe!"
Seusai berkata selangkah demi selangkah pemuda itu
segera berjalan mendekati Lui Thian ciu.
Mendadak Kwan Siok-kim melompat ke depan dan
menghadang jalan perginya.
"Mau apa kau?" bentaknya keras keras.
"Aku hendak membalaskan dendam bagi kematian ayah
ibuku!"
"Aku tidak memperkenankan dirimu untuk
membunuhnya!"
Menyaksikan hawa pembunuhan yang menyelimuti
wajah Kwan Siok-kim, diam-diam Ong Bun kim merasa
bergidik juga, tanyanya dengan gelisah.
"Kenapa?"
"Sebab dia adalah ayahku !"
"Tapi dia adalah musuh besar pembunuh orang tuaku!"
Paras muka Kwan Siok-kim kembali beru bah hebat,
bentaknya.
"Ong Bun kim, jika kau berani turun tangan
terhadapnya, maka akupnn hendak membinasakan dirimu."
Ong Bun kim menggigit bibirnyab menahan pergoldakan
emosi, kataanya dengan cepbat:
"Akan tetapi aku bertekad hendak membunuhnya."
"Kalau begitu, cobalah untuk menyerang!"
Ong Bun kim tertawa dingin, tiba-tiba ia melompat ke
muka sambil melancarkan serangan ke-arah Kwan Siok
kim, gerakan tubuhnya cepat sekali bagaikan sambaran
kilat.
"Ong Bun kim kau berani?" teriak Kwin Siok kim dengan
marah.
Ia melejit ke samping menghindarkan diri dari serangan
Ong Bun kim. kemudian pergelangan tangannya diayunkan
kedepan, sebuah pukulan yang mana dahsyat telah
dilontarkan pula ke arah tubuh Ong Bun kim.
Kecepatan Kwan Siok kim dalam melancarkan
serangannya itu sungguh cepatnya bukan kepalang, Ong
Bun kim hanya merasakan bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu badannya sudah didesak kembali oleh
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat.
"Ong Bun kim!" hardik Kwan Siok kim. "jika kau berani
turun tangan lagi, jangan salahkan kalau akupun hendak
membinasakan dirimu."
Ong Bun-kim adalah seorang pemuda yang tinggi hati.
andaikata Kwan Siok kim memohonnya secara baik baik
agar jangan membunuh Lui Thian ciu, mungkin saja ia
bersedia-mengabulkan permintaan gadis itu untuk tidak
membunuh ayahnya.
Tapi sikap kasar dari nona tersebut, membuat pemuda
itu makin bertekad untuk membunuh Lui Thian-ciu
oooOdwOooo
BAB 64
SAMBIL tertawa angkuh serunya: "Aku Ong Bun kim
bertekad akan membinasakan dirinya mau apa kau?"
Seraya berkata tubuhnya melejit keudara dan sekali lagi
menubruk kedepan dengan kecepatan luar biasa,
Dengan mempergunakan jurus Hek ya mo im (bayangan
iblis ditengah malam) ia melontarkan sebuah pukulan
ketubuh Kwan Siok kim.
Dalam melancarkan serangannya ini Ong Bun-kim telah
sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
kedahsyatan dari pukulan tersebut ibaratnya gulungan
ombak yang menghantam tepian pantai.
Kwan Siok kim segera membentak keras, di balik
ancaman serangan dari Ong Bun kim tersebut dia lepaskan
juga sebuah pukulan untuk mengunci datangnya ancaman
tersebut.
Bayangan manusia berkelebat lebwat, sekali lagdi Ong
Bun-kim kaena didesak hinbgga mundur berulang kali ke
belakang.
Agaknya pada saat inipun Kwan Siok kim berminat
untuk melakukan adu jiwa dikala Ong Bun kim sudah kena
didesak mundur ke belakang itu, tubuhnya menerjang
kembali ke depan dengan kecepatan tinggi, secara beruntun
ia lepaskan pula dua buah pukulan berantai.
Sedemikian cepatnya serangan itu, mrmbuat Ong Bun
kim agak sulit juga untuk menahan datangnya ancaman
tersebut.
"Tahan !" mendadak Lui Thian ciu membentak keras.
Oleh bentakan tersebut, baik Ong Bun kim maupun
Kwan Siok kim segera menghentikan serangannya dan
berpaling memandang ke wajah Lui Thian ciu.
"Lui Thian ciu apa yang hendak kau katakan lagi?"
bentak Ong Bun kim dengan suara keras.
Lui Thian-ciu, menggigit bibir menahan gejolak emosi
dalam da dadanya, ia berkata:
"Ong Bun kim, kalau berbicara dari soal tenaga dalam,
kau masih belum mampu untuk membunuhku, tapi
sekarang aku sedang menderita luka dalam yang cukup
parah, sekalipun kau hendak membunuhku juga bukan
suatu tindakan yang cukup dibanggakan, aku percaya kau
sendiripun tak akan melakukan tindakan seperti ini."
Ong Bun kim segera tertawa dingin.
"Heeehh... heeehhh... heeehhh terhadap dirimu, aku Ong
Bun kim mah tak perlu menguatirkan persoalan tetek
bengek itu"
"Mungkin, apa yang kau katakan ada benarnya juga, tapi
aku orang she Lui ingin mengajukan satu permintaan
kepadamu, apakah kau bersedia untuk mengabulkannya?"
"Apa permintaanmu itu?"
"Beri sedikit kesempatan kepadaku untuk hidup lebih
lanjut, aku harus hidup didunia ini, tak usah kuatir aku
kabur, aku orang she Lui pasti akan memberi suatu keadilan
kepadamu."
Agaknya Ong Bun kim telah merasakan bahwa dibalik
semua perkataan dari Lui Thian ciu itu mengandung suatu
maksud yang amat mendalam, pemuda itu bisa memaafkan
kesalahannya, sebab ia tak lebih hanya diperalat orang lain,
pembunuh yang sesungguhnya tak lain tak bukan adalah
Ciu Li li.
Apalagi Kwan Siok kim juga telah menyelamatkan
selembar jiwanya, gadis itu sangat membutuhkan kasih
sayang dari ayahnya, apa pula artinya membunuh lelaki
tersebut dihadapannya?
Berpikir sampair disitu, diapunt menggertak gigqi dan
menjawab.r
"Jadi....untuk sementara waktu, kau ingin hidup lebih
jauh?"
"Betul, bagiku hal mana merupakan suatu hal yang
sangat penting!"
"Baiklah, aku tak akan membunuhmu, cuma ada satu
persoalan ingin kutanyakan kepadamu, tahukah kau buah
Hiat li itu dihasilkan pada daerah yang mana dari selat
Thian-mo-sia-ini?"
"Engkau membutuhkan buah Hiat li?"
"Betul!"
Dari sakunya Lui Thian ciu mengeluarkan sebuah botol,
dalam botot itu berisikan sebiji buah Hiat li berwarna merah
darah sebesar ibu jari.
Sambil menyerahkan botol tersebut ketangan Ong Bunkim,
dia berkata:
"Inilah buah Hiat li yang kau butuhkan nah, ambillah."
Tindakan yang diluar dugaan ini cukup mencengangkan
hati Ong Bun kim, untuk sesaat ia menjadi tertegun.
"Tahukah kau akan kegunaan dari buah Hiat li ini?"
tanyanya.
"Buah ini melupakan buah paling beracun didunia, tapi
sari racunnya justru merupakan sari racun yang tak ternilai
harganya dalam jagad dewasa ini, barang siapa terkena
racun buah Hiat-li, maka tiga jam kemudian pasti akan
tewas secara mengerikan, sebaliknya kalau orang itu sudah
keracunan hebat lebih dahulu baru terkena racun ini,
sebagai akibatnya semua pengaruh racun akan Ienyap tak
berbekas, nah ambillah benda ini."
Betulkah dalam selat Thian-mo-sia ini masih terdapat
benda beracun semacam ini?
"Aku pikir susah ditemukan, apakah kau enggab
menerima pemberianku ini ?"
Ong Bun kim berpikir sejenak, akhirnya ia terima juga
botol tersebut seraya berkata:
"Terima kasih banyak atas pemberianmu ini, dikemudian
hari aku Ong Bun kim tentu akan menyampaikan resa
terima kasihku kepadamu"
Berbicara sampai disitu, dia lantas berpaling ke arah
Kwan Siau ciu sambil berkata:
"Kwan cianpwe aku berangkat lebih dulu!"
"Ona sauhiap, kau tidak jadi membunuhnya?* tegur
Kwan Siau ciu dengan suara dingin.
Ong Bun kim manggut-manggut.
"Ya, aku tidak jadi membunuhnya" ia menyahut. "ia tak
lebih hanya seoraag manusia yang telah diperalat orang
lain, apalagi penderitaanmu sudah cukup parah, sudah
sepantasnya kalau ia memberikan segala yang telah ia
khilafkan selama ini kepadamu..."
"Tidak, aku tak ingin bertemu lagi dengan-nya!" jerit
Kwan Siau ciu keras-keras.
Kemudian kepada Lui Thian ciu, serunya lagi. "Lui
Thian ciu, enyah kau dari sini, Selama hidup aku tak
bertemu lagi dengan kau."
"Siu Ciu...." seru Lui Thian ciu dengan pedih.
"Aku sudah bukan Siau ciu mu lagi enyah kau dari sini."
"Ooh... Siau ciu, aku tahu salah, aku tidak memohon
pengampunan darimu, aku adalah seorang lelaki yang tak
pantas diampuni dosa-dosanya, tapi aku tak boleh mati
sekarang, saat ini aku harus tetap hidup lebih lanjut..."
"Aku tidak menyuruh kau mampus, aku hanya minta
kepadamu agar segera enyah dari sini"
"Siau ciu..." jerit Lui Thian ciu.
"Enyah !?"
Dalam suaranya yang meluap, Kwan Siau ciu tak dapat
mengendalikan emosinya lagi, tiba-tiba dia mengayunkan
telapak tangannya menampar muka Lui Thian ciu keraskeras.
Jangan dilihat perempuan itu adalah seseorang yang
buta, ternyata tamparan tersebut dilakukan dengan sangat
tepat dan hebat.
"Plook...!" termakan oleh tamparan yang sangat keras
tersebut, Lui Thian ciu terdorong mundur sejauh empat
lima langkah lebih.
Tapi lelaki itu tidak menjadi jera, dia malahan maju lebih
ke depan sambil berseru: "Hajarlah aku, aku hanya
memohon kepadamu agar aku diijinkan untuk berkumpul
selama beberapa hari dengan putriku..."
Kwan Siau ciu mengangkat kembali telapak tangan
kanannya siap menampar, tapi ia tak sanggup melanjutkan
perbuatannya itu, tiba-tiba sekujur badannya gemetar keras,
kemudian sambil menangis tersedu-sedu, katanya:
"Kau setan jahanam, apakah masih belum cukup kau
siksa diriku selama ini?"
"Siau ciu..."
Tiba-tiba Kwan Siok kim maju ke depan dan berlutut
dihadapan Kwan Siau ciu, lalu merengek.
"Ooooh.. .. ibu, maafkanlah kesalahan anak selama ini."
"Aku..." Kwan Siau ciu tak sanggup melanjutkan
kembali kata katanya, ia menangis tersedu-sedu dengan
amat sedihnya.
"Oooh ibu!" kembali Kwan Siok bkim merengek,
"dselama ini, belaum pernah kuminbta apa-apa darimu, aku
hanya memohon kepada kau untuk mengabulkan
permintaanku ini."
"Nak, kau tak akan memahami sampai dimanakah
siksaan batin yang telah kualami selama ini."
Dalam detik inilah terungkap kasih sayang yang paling
mulia dari seorang anak terhadap orang tuanya, sekalipun
Lui Thian ciu sudah banyak melakukan kejahatan dan
kebusukan, namun putrinya masih tatap menaruh hormat
dan sayang kepadanya, bahkan memohonkan pengampuan
bagi dirinya."
Akhirnya Ong Bun kim merasakaa juga luapan perasaan
tersebut, sambil menggigit bibir menahan rasa sedihnya,
tiba-tiba ia menyela:
"Kwan cianpwe, bolehkah aku ikut berbicara?"
"Apa yang hendak kau katakan?"
"Maafkanlah dia!"
"Apa? Apa kau bilang?" dengan perasaan terkejut Kwan
Siau ciu menjerit keras.
Ong Bun kim tertawa getir. "Aku saja tidak niat
membunuhnya, mengapa kau tak bisa pula untuk
memaafkan dirinya?" ia berkata.
"Kau... kenapa kau hendak melepaskan dia ?"
"Lantaran kau !"
"Aku ?"
"Betul, kau adalah seorang perempuan yang bernasib
jelek, sudah sepantasnya kau mendapatkan apa yang belum
kau peroleh selama ini, apalagi dia bukan pembunuh
ayahku yang sesungguhnya, bila kau dapat memperoleh
kebahagian dikemudian hari, aku percaya arwah ayah
ibuku dialam bakapun akan ikut bergembira."
"Tapi. dia ingin membunuhku...!"
"Yang sudah lewat dibiarkanlah lewat, pepatah kuno
mengatakan jika seorang manusia jahat dapat berpaling,
emaspun tak bisa menggantinya, mungkin saja ia benar
benar membutuhkan kesempatan untuk hidup lebih jauh,
memaafkan dirinya bukan suatu kesalahan atau dosa, tapi
suatu kebajikan, suatu kemuliaan."
Kwan Siau ciu tidak menyangka kalau Ong Bun kim bisa
mengucapkan kata-kata semacam itu, saking tak dapat
membendung luapan rasa harunya, dia berseru.
"Ong sauhiap, kau betul-betul baik sekali"
Ong Bun kim tertawa getir.
"Secara tiba-tiba saja kutemukan dendam kesumat yang
terjalin dalam dunia pada saat ini sudah terlampau banyak,
padahal ada bbanyak masalah dyang belum tentau harus
diselesbaikan dengan menggunakan "darah". Kwan
cianpwe, dapatkan kau memaafkan dirinya?"
"Aku...."
Perempuan itu sungguh merasa kebingungan, dia tak
tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
Padahal berbicara yang sesungguhnya dia pasti bersedia
untuk memaafkan lelaki itu. Yaa, penderitaan selama lima
belas tahun membuatnya merasa kesepian dan tersiksa, ia
membutuhkan cinta yang diberikan Lui Thian ciu
kepadanya sudah cacad, tapi bagaimanapun jauh lebih baik
daripada sama sekali tanpa cinta.
Tiba-tiba Lui Thian ciu menjatuhkan diri berlutut
diaadapan Kwan Siau ciu dengan air mata bercucuran:
"Ooo Siau ciu, terima kasih banyak... terima kasih
banyak atas kesedihanmu untuk mengampuni semua
kesalahanku."
Berada dalam keadaan begini, Kwan Siau ciu tak
sanggup berbicara lagi, dia hanya menangis tersedu-sedu....
Ong Bun kim merasa hati kecilnya amat tersentuh oleh
adegan yang mengharukan itu, tiba-tiba ia merasa bahwa
dalam hidupnya selama ini, untuk pertama kalinya dia telah
melakukan suatu perbuatan baik, ia merasa hatinya, lega
dan nyaman.
Perasaan lega dan nyaman macam itu belum pernah ia
rasakan sebelumnya, tapi sekarang ia telah merasakan
dengan begitu hangat dan sahdu.
"Kwan cianpwe, aku hendak mohon diri lebih dulu."
bisiknya kemudian kepada Kwan Siau ciu.
"Ong sauhiap!" ucap Kwan Siau ciu sambil berusaha
untuk menahan isak tangisnya. "sulit rasanya untuk
menemukan orang kedua yang begitu baik seperti kau di
dalam dunia ini."
Ong Bun kim tertawa getir. "Kwan cianpwe terlalu
memuji, nah. aku akan mohon diri lebih dulu." katanya.
Seusai berkata, dia lantas memutar badan dan beranjak
meninggalkan ruangan itu.
"Ong sauhiap, maaf kalau aku tak akan menghantarmu
lebih jauh" bisik Kwan Siau ciu.
"Tak usah repot-repot!"
"Siok kim, hantar Ong sauhiap keluar dari gua ini"
"Baik!"
Setelah menyeka air mata yang membasahi pipinya,
Kwan-Siok kim berjalan keluar lebih dahulu dari gua
tersebut disusul Ong Bun kim di belakangnya.
"Ong sauhiap!" rtiba-tiba Lui Tthian ciu berserqu sambil
menyusrul ke depan pintu.
Ong Bun kim menghentikan langkahnya dan berpaling.
"Ada apa?" tanyanya.
"Aku merasa berterima kasih sekali kepada mu atas
kesediaanmu untuk memberi kesempatan ini. aku - aku
...aku... aku amat bersyukur, budi kebaikanmu ini tak akan
ku lupakan untuk selamanya!"
"Asal kau bisa baik-baik bersikap dan menyayangi Kwan
cianpwe dikemudian hari, itu sudah lebih dari cukup
bagiku, tapi ingat! Jika kau lain dimulut lain di hati, suatu
ketika aku Ong Bun kim pasti akan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk membunuhmu"
"Aku berjanji tak akan melakukan perbuatan laknat dan
terkutuk seperti dulu lagi, Ong sauhiap! Baik-baiklah jaga
dirimu"
"Pulanglah ke dalam gua!"
Sampai disini, ia lantas melanjutkan kembali langkahnya
mengikuti dibelakang Kwan Siok kim.
Setelah keluar dari gua, sebuah sungai kecil terbentang
didepan sana. Kwan Siok-kim memperlambat langkahnya
dan menengok sekejap ke arah Ong Bun-kim. kemudian ia
berbisik:
"Ong sauhiap !"
"Ada apa?"
"Ben... bencikah kau kepadaku?" ia berbisik dengan
pandangan mata yang sayu.
Mengawasi wajahnya yang murung itu, Ong Bun kim
tertawa.
"Aneh benar kau ini!" serunya, "kenapa aku musti
membencimu? Kau toh tidak melakukan kesalahan apa-apa
terhadapku!"
"Aku ..aku merasa bersalah kepadamu."
"Tidak, kau tak pernah melakukan kesalahan apa-apa
kepadaku"
"Tapi... tapi aku telah bertarung melawan dirimu tadi"
"Aah.....kenapa aku musti menyalahkan dirimu?"
"Aku.......aku tahu kau tak senang hati kepadaku"
"Aku cukup memaklumi keadaanmu waktu itu, sebab
seandainya aku menjadi kau. aku-pun..mungkin sekali akan
pula seperti apa yang telah kau lakukan tadi!"
"Ong sauhiap. kau.......tahukah kau bahwa aku merasa
bersedih hati setelah kejadian itu? tapi... tapi terpaksa aku
musti berkelahi denganmu karena aku amat mencintai
ayahku.. "
"Sudah kukatakan tadi, aku tak pernah menyalahkan
dirimu" sesudah teriawa lebar, ia melanjutkan, "kau tak
perlu menghantar aku lebih jauh lagi, aku bisa pergi
sendiri."
"Kau hendak pergi kemana?"
"Bukit Lui im san"
"Bukit Lui im san?"
"Benar!"
Kwan Siok kim segera menuding ke sebuah bukit paling
tinggi yang terbentang dihadapannya.
"Bukit yang tampak paling tinggi itulah bukit Lui im
san!" katanya.
"Terima kasih banyak nona atat petunjukmu, nah kita
berpisah saja sampai disini."
"Tidak, Ong sauhiap, bersediakah kau menuruti
keinginanku untuk menghantar kau lebih jauh lagi?"
Dengan wajah berkatup ia menatap wajah pemuda itu
tajam tajam, seakan-akan kuatir kalau permintaannya itu
ditampik.
Ong Bun kim tidak tega untuk menolak permintaan
orang, terutama setelah menyaksikan mimik wajahnya yang
mengenaskan itu, setelah menghela napas panjang katanya:
"Aaaai ! Aku hanya akan merepotkan dirimu saja"
"Aku bersedia."
"Baiklah!"
Perjalanan pun dilanjutkan kembali dengan
membungkam, sampai lama, lama sekali mereka belnm
juga saling berbicara, seakan-akan ada sesuatu yang sedang
mereka pikirkan, seperti juga ada sesuatu yang sedang
mereka kenang...
Tanpa terasa mereka sudah melakukan perjalanan satu li
lebih.
Tiba2 Ong Bun kim menghentikan langkahnya seraya
berpaling.
"Nona Kwan!" ucapnya kemudian "lebih baik kita
berpisah sampai disini saja"
Dengan wajah termangu gadis itu menatapnya lekat
lekat, pancaran sinar pedih dan murung menyelimuti
wajahnya tebal-tebal, lama kemudian ia bertanya.
"Apakah... apakah kau akan datang lagi kemari?"
pertanyaan tersebut sangat menggetarkan perasaan Ong
Bun kim. tapi diluar wajahnya ia masih tetap tersenyum..
"Tak usah kuatir, aku pasti akan kemari lagi" janjinya.
"Aku... aku tahu, kau... kau tak akan datang kemari
lagi..."
Tiba-tiba Ong Bun kim menjumpai titik-titik air mata
jatuh berlinang membasahi pipi gadis itu, dibalik butiran air
mata itu tersimpanlah suatu luapan perasaan yang sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
"Darimana kau bisa tahu kalau aku tak akan datang
kemari lagi?" tanya sianak muda itu kemudian.
"Sebab kau tidak menyukai aku!"
Ong Bun kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras, ia sudah tahu kearah manakah perkataan itu
diucapkan, hal mana membuatnya menjadi terkesiap dan
harus memandang wajah Kwan-Siok kim dengan sinar
mata termangu.
"Jangan-jangan ia telah jatuh cinta kepadaku...." Ong
bun kim mulai bertanya kepada diri sendiri.
Ya, gadis itu menang telah jatuh cinta kepadanya, kalau
tidak mana mungkin dia dibuat sedih dan menderita seperti
itu, beginilah kalau seorang gadis mulai jatuh cinta pada
pandangannya yang pertama.
"Kau sudah mempunyai kekasih?" serunya lagi dengan
murung.
Ong Bun kim tak ingin membohonginya sebab ia terlalu
baik dan terlalu mulia, maka jawabnya berterus terang:
"Aku, bukan cuma punya kekasih, pula mempunyai
istri!"
"Ah, sungguhkah itu...?"
"Benar!"
Tiba-tiba gadis itu menutupi wajah sendiri dan menangis
tersedu-sedu, nangis seperti seorang gadis yang menangis
lantaran patah hati atau dikecewakan oleh kekasihnya.
Tindakan si nona yang tak terduga-duga ini kontan saja
membuat Ong Bun kim menjadi berdiri termangu seperti
orang bodoh.
"Nona Kwan, kee... kenapa kau?" tegurnya kemudian
dengan suata agak tergagap.
"Aku aku...." karena sesenggukan ia tak mampu
melanjutkan kembali kata-katanya.
Mendadak ia melompat kedepan dan menubruk ke
dalam rangkulan Ong Bun kim sambil menangis tersedusedu.
0000OdwO0000
BAB 65
ONG BUN-KIM menjadi bodoh, ia tak mengira kalau
gadis tersebut bakal bersikap demikian, untuk sesaat ia
menjadi tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Lama, lama sekali, dia baru bertanya.
"Kee... kenapa kau?"
"Aku...."
Akhirnya ia mendorong tubuh Ong Bun kim dan
mundur kebelakang, tapi air matanya bagaikan dua buah
anak sungai mengucur keluar dengan derasnya, membuat
siapa-pun merasa tak tega untuk melihatnya lebih lanjut.
Ong Bun kim menghela napas panjang.
"Ong sauhiap !" tiba-tiba gadis itu berkata lagi, "setelah
kau pergi dari sini, aku berharap kau bisa datang lagi untuk
menjenguk diriku, aku akan selalu teringat akan dirimu,
setiap waktu setiap saat selalu memikirkan kau!"
Selesai berkata, dia lantas memutar badannya dan
berlalu dari situ.
Memandang bayangan punggung Kwan Siok kim yang
semakin menjauh, Ong Bun-kim menghela napas panjang.
"Aaai mungkin aku dapat teringat akan dirimu, tapi aku
tak akan kemari lagi" dia berbisik.
Kemudian sambil memutar badan, berangkatlah pemuda
itu menuju ke bukit Lui im san.
Belum jauh ia pergi, tiba-tiba pemuda itu berhenti
kembali, rupanya ia teringat kembali akan diri Tay kbek
Cinkun serta Phang Pak bun, entah kemana perginya kedua
orang itu?
"Mungkinkah mereka tewas ditangan Ciu Li li?"
Tapi sekarang dia tak sempat lagi untuk memikirkan
persoalan itu, ia harus segera berangkat menuju ke gua Bu
cing tong.
Berpikir sampai disitu, sekari lagi dia melompat ke udara
dan berangkat meninggalkan tempat itu.
Ong Bun Kim tak pernah menyangka kalau Tay-khek
Cinkun serta Phang Pak bun sudah ketimpa musibah dan
tidak diketahui bagaimana nasibnya pada saat ini.
Sebelum malam hari menjelang tiba, Ong Bun kim telah
tiba di bukit Lui im san, tampak olehnya kabut putih yang
amat tebal menyelimuti seluruh tanah perbukitan tersebut,
sekalipun hujan tidak turun, tapi secara lamat-lamat
terdengar suara gerumuhnya guntur yang memekikkan
telinga...
-oo0dw0oo--
Jilid 21
AKHIRNYA setelah bersusah payah mencari kesana
kemari, Ong Bun-kim berhasil juga menemukan gua Bu
cing tong terletak diatas bukit Lui-im san.
Kiranya Bu cing tong terletak diatas bukit Bun cing-gay,
tinggi tebing tersebut mencapai puluhan kaki lebih, diatas
dinding batu karang terteralah tiga huruf besar yang
berwarna hitam. "BU CING-GAY"
Dengan suatu lompatan yang gesit Ong Bun kim
melompat naik keatas tebing tersebut di antara samarsamarnya
pemandangan akibat kabut putih yang tebal, ia
menjumpai sebuah gua besar, ditepi gua tersebut terpancang
tiga huruf yang berbunyi:
"BU-CING-TONG"
Kejut dan girang Ong Bun kim menjumpai gua tersebut,
Disinikah tempat tinggal dari Hek mo im yang merupakan
tokoh sakti dalam dunia persilatan dimasa lampau?
Didalam inikah pedang sakti, "Sin-kiam" disimpan?
Setelah merenung dan sangsi sebentar akhirnya Ong
Bun-kim memberanikan diri memasuki gua itu.
Suasana didalam gua tersebut gelap gulita sulit untuk
melihat kelima jari sendiri tapi suasara gelap itu tidak
menyulitkan Ong Bun kim, setelah berjalan lebih kurang
tiga kaki kemudian, muncul sebuah simpang tiga didepan
situ.
Untuk sesaat Ong Bun-kim berdiri tertegun di sana, dia
tak tahu jalan manakah diantara ketiga buah lorong tersebut
yang harus dipilih?
Mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, ia
teringat kembali dengan tulisan yang tertera diatas telapak
kakinya
"MASUK GUA BELOK KE KANAN"
Tanpa berpikir panjang lagi, diapun berbeIok ke kanan
dan melanjutkan perjalanannya ke dalam.
Lorong gua tersebut makin lama semakin sempit, makin
kedalam suasanapun makin gelap lagi lembab, berada
dalam keadaan demikian, diam-diam bergidik juga Ong
Bun kim dibuatnya.
Sementara itu, ia sudah membelok ke dalam sebuah
tikungan, tiba-tiba pemandangan yang terbentang didepan
matanya berubah, ia telah berada didalam sebuah ruangan
istana yang amat besar dan megah.
Diatas maupun dibawah ruangan terlapis kabut putih
yang tebal, Ong Bun kim merasakan dirinya seakan-akan
sedang berada di dalam istana neraka yang menyeramkan.
Rasa seram dan ngeri mulai menyelimuti perasaannya,
bulu kuduk serasa pada berdiri semua.
Suasana disana begitu sepi, hening dan tak kedengaran
sedikit suarapun, seolah-olah sebuah istana kematian yang
diliputi hawa kematian yang menggidikkan hati.
Ong Bun kim melangkah masuk kedalam istana itu,
kemudian menelusuri ruangan dan berjalan masuk lebih
kedalam.
"Sreet! Sreet! Sreet...!" bunyi langkah kaki yang
menggema dalam ruangan menimbulkan irama yang
semakin mengerikan hati...
Entah berapa jauh ia sudah berjalan, akhirnya sampailah
pemuda itu di depan sebuah altar, diatas altar batu tadi
terletaklah sebuah kotak besi kira-kira setengah depa
panjangnya serta sebilah pedang.
Ong Bun-kim merasakan jantungnya berdebar keras, ia
tahu isi kotak besi itu tentukah kitab pusaka ilmu pedang,
sedang pedang tersebut tak bisa disangkal lagi pastilah
pedang sakti Sin-kiam.
Belum lagi ia menjamah kitab dan pedang itu, mendadak
suara tertawa dingin yang menusuk telinga berkumandang
datang dari empat arah delapan penjuru, suara itu
melengking tajam tak sedap didengar, membuat orang
menjadi bergidik rasanya.
"Siapa?" Ong Bun kim segera membentak.
"Siapa..." pantulan suara yang menggema dalam ruangan
menciptakan pula serangkaian gema suara yang
menyeramkan.
Suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran itu
bagaikan muncul dari mulut seorang iblis dari neraka,
ditambahi situasi suasana dalam ruangan yang diliputi
hawa kematian, sedikit banyak Ong Bun kim keder juga
dibuatnya.
"Siapa disitu?" bentaknya kembali.
Suara tertawa dingin yang menusuk pendengaran itu
lenyap tak berbekas, suasana dalam ruangan telah pulih
kembali dalam keheningan yang mencekam untuk kesekian
kalinya Ong Bun kim terasa bulu kuduknya pada bangun
berdiri.
Wes... tiba2 sesosok bayangan hitam muncul dari
belakang istana bagaikan sukma gentayangan.
Ong Bun kim menjerit kaget, tanpa disadari dia mundur
dua tiga langkah ke belakang.
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat, bayangan
hitam itu berdiri didepan altar batu itu dan berdiri tak
berkutik.
"Siapa kau?" Ong Bun kim segera membentak.
"Aku adalah malaikat pelindung pedang!" jawab orang
itu dengan suara yang dingin bagaikan es.
"Apa? Kau adalah malaikat pelindung pedang."
"Benar, bukankah kau datang kemari untuk mengambil
pedang sakti Sin kiam ?"
"Betul!" Ong Bun kim menjawab dengan nada yang
berat.
"Huaah......dengan mengandalkabn kepandaianmu ditu,
kau sudah aingin mengambilb pedang Sin-kiam tersebut?"
"Kenapa tidak boleh?"
"Kau masih belum memiliki kemampuan tersebut untuk
berbuat demikian..."
"Kemampuan?"
"Sulit sih tidak bila kau ingin mendapatkan pedang Sin
kiam tersebut, cuma kau harus menyambut tiga buah
pukulanku lebih dahulu, jika kau sanggup menyambut
ketiga buah seranganku itu, mungkin saja keinginanmu itu
masih ada harapan."
"Seandalnya aku tak mampu untuk menerima ketiga
buah seranganmu itu ?"
"Kau bakal mati disini."
Mendengar perkataan itu, Ong Bun-kim segera tertawa
dingin.
"Heeehiih ..heeehhhh heeehhh. ...caramu itu memang
sungguh merupakan suatu cara mendapatkan pedang yang
menarik hati." katanya.
Orang itu balas tertawa dingin.
"Terlepas apakah cara ini menarik ataukah tidak, yang
penting aku barus mencoba dulu kepandaian silatmu Nah
bersiap siaplah, aku segera akan melancarkan serangan."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, bayangan
hitam sudah berkelebat lewat, segulung angin pukulan yang
maha dahsyat dan berhawa dingin dengan cepatnya telah
menyergap ke tubuh Ong Bun kim.
Sama sekali tak disangka oleh si anak muda itu bahwa
musuhnya segera melancarkan serangan setelah berkata
hendak menyerang, dalam keadaan demikian telapak
tangan kanannya diputar untuk mengunci datangnya
ancaman tersebut, kemudian dengan jurus Hek ya-mo-im
(banyangan iblis dimalam gelap) dia melancarkan serangan
balasan.
Serangan yang dilancarkan Ong Bun kim ini amat cepat,
tapi bayangan hitam itu jauh lebih cepat, tahu-tahu
serangannya yang kedua telah dilancarkan ke tubuh anak
muda tersebut.
Pada saat itu pula Ong Bun kim melancarkan pula
serangannya yang kedua dengan jurus Mo im kui jiau
(bayangan iblis cakar setan).
Tapi belum sampai setengah jalan, mendadak dadanya
seperti dihantam orang keras-keras hingga tubuhnya
mundur tujuh delapan langkah ke belakang dengam
sempoyongan.
Dengan perasaan kaget cepat cepat pemuda itu mengatur
pernapasannya, setelah yakin kalau tak terluka, ia baru
sadar kalau musuh telah mengampuni jiwanya.
Coba kalau didalam serangannya tersebut, orang itu
melakukan dengan tenaga pukulan yang berat, niscaya
selembar jiwanyba sudah kabur kdembali kealam baaka.
Bayangan hbitam itu sudah berdiri kembali didepan
altar, dari gerakan tubuhnya yang begitu cepat, dapat
diketahui kalau tenaga dalam yang dimilikinya betul-betul
sudah mencapai tingkatan luar biasa.
Ong Bun kim menghela napas dalam, pelan-pelan ia
putar badan dan berlalu meninggalkan tempat itu.
Bukan saja ia tak sanggup menghadapi tiga jurus
serangan lawan, bahkan dua jurus-pun tak mampu, dengan
kemampuan semacam ini, apalah artinya untuk
mendapatkan pedang Sin-kiam tersebut?
Baru tiga langkah Ong Bun kim berjalan, tiba-tiba
terdengar suara yang dingin kaku itu berkumandang
kembali.
"Berhenti!"
Ong Bun kim tertegun dan menghentikan langkahnya,
sambil berpaling ia bertanya: "Ada apa?"
"Kemari!"
Untuk kedua kalinya Ong Bun kim merasa tertegun,
tanpa disadari diapun beranjak untuk berjalan kembali ke
dalam ruang istana.
Tapi baru mencapai satu kaki dari hadapan bayangan
hitam itu, kembali ia dibentak untuk berhenti.
"Aku toh tak mampu untuk menerima ketiga buah
seranganmu, mau apa kau memanggilku kembali?" tegur
Ong Bun kim dengan suara sedingin salju.
"Kau hendak ke mana?"
Tentu saja pergi meninggalkan tempat ini."
"Bocah muda, siapa namamu?"
"Aku pikir soal nama dengan soal pedang Sin kiam tiada
sangkut pautnya antara yang satu dengan yang lain."
"Kenapa?"
"Bukankah aku tak mampu untuk menerima ketiga buah
pukulanmu?"
"Jujur juga kau bocah, betul, kau memang tak mampu
menyambut ketiga buah pukulan ku, tapi bukankah kau
telah belajar ilmu pukulan Hek mo sin ciang?"
Terperanjat Ong Bun kim setelah mendengar perkataan
itu, jantungnya terasa berdebar keras.
Dari mana kau bisa tahu?" serunya tertahan.
"Ketika bertarung melawanku tadi, bukankah ilmu
pukulan yang kau gunakan adalah ilmu pukulan Hek-mosin-
ciang?" orang itu balik bertanya.
"Benar!"
"Siapa namamu? Ong Bun-kim!"
"Apa? Kau bernama Ong Bun kim?"
Seruan tertahan itu jelas diucapkan dengan perasaan
yang amat terkejut seakan-akan sama sekali tidak
menyangka.
"Adakah sesuatu yang tidak beres?" tanya Ong Bun-kim
dengan perasaan tercekat.
"Kau adalah putranya Ong See liat?"
Sekali lagi Ong Bun kim merasa amat terperanjat,
dengan cepat dia balik bertanya.
"Dari mana kau bisa tahu?"
Ternyata orang itu tidak menjawab pertanyaan Ong Bun
kim, kedua belah pihak menjadi terbungkam tutuk beberapa
saat lamanya.
"Dimanakah ayahmu sekarang..?" tanya orang itu selang
beberapa saat kemudian.
"Telah mati!"
"Mati secara mengenaskan?"
"Betul!"
"Kapan peristiwa itu terjadi?"
"Lima belas tahun berselang..." secara ringkas ia
mengisahkan peristiwa terbunuhnya Ong See liat di tangan
orang.
Selesai mendengarkan kisah tersebut, tiba-tiba orang itu
bergumam seorang diri.
"Tak kusangka kata-kata dari mendiang suhu begitu
cocok dan tepat dua puluh tahun kemudian, sobat karibku
telah tewas secara mengenaskan."
"Siapakah kau?" tanya Ong Bun kim dengan perasaan
terkesiap.
"Pernah kau dengar tentang seorang anggota persilatan
yang bernama Giok bin hiap (pendekar berwajah kumala)
Yu Tiong?"
Ucapan tersebut ibaratnya halilintar yang membelah
bumi ditengah hari bolong, membuat Ong-Bun kim saking
terperanjatnya sampai melongo dengan mata terbelalak.
"Jadi kau... kau adalah Giok bin hiap (pendekar
berwajah kumala...?" pekiknya.
"Betul, aku dan ayahmu datang kemari bersama-sama
dimasa itu?"
"Dan kau.... kau masih hidup?"
"Apakah kau menganggap aku telah mati?" orang itu
balik menanya.
"Boanpwe tidak bermaksud demikian, cuma saja banyak
orang yang telah menganggap kau sudah tiada termasuk
juga putrimu sendiri."
"Kau... Kau maksudkan putriku yang dilahirkan oleh
Leng po siancu...?"
"Betul!"
"Apakah ayahmu tak pernah berjumpa dengannya?"
"Tidak!"
"Oooh. Thian! Bukankah peristiwa ini telah menciptakan
suatu kesalahan paham yang amat besar? Ketika ayahmu
pergi meninggalkan gua Bu-cing tong, aku telah berpesan
kepadanya agar pergi menjumpainya!"
"Locianpwe, kenapa kau tidak meninggalkan tempat
ini?" tanya Ong Bun kim dengan perataan tidak habis
mengerti.
"Aku mendapat perintah dari mendiang guruku untuk
melindungi pedang tersebut, melindungi hingga pedang itu
didapatkan seseorang...?"
"Betul! sejak dulu Hek mo im telah mengetahui bahwa
kami bekal sampai di sini, maka masing-masing telah
meninggalkan sepucuk surat kepada kami, bagaimanakah
isi surat-untuk ayahmu tidak keketahui, tapi dalam surat
yang ditujukan kepadaku telah dijelaskan bahwa kami
bukan orang yang berhak untuk mendapatkan pedang Sin
Kiam tersebut, karena itu dianjurkan kepada kami untuk
menjadi anggota perguruannya serta belajar ilmu.
"Selama hayatnya Hek mo im telah meninggalkan tiga
jilid buku, sejilid kitab ilmu pedang, sejilid kitab ilmu yang
ditujukan kepada kami dan kitab ketiga baru merupakan
Hak mo keng.
"Enam tahun setelah selesai belajar ilmu, aku-dan
ayahmu berniat untuk pergi meninggalkan tempat ini, tapi
pada saat itulah kami telah menemukan sepucuk surat yang
lain.
Surat itu diletakkan diatas meja batu dari mendiang guru
kami, sewaktu kami hendak pergi dari sini, tiba-tiba
berhembus segulung angin yang membawa surat tadi
kehadapan kami.
"Dalam surat itu kecuali menjelaskan tentang
keberhasilan kami berdua dalam berlatih ilmu, ada empat
hal yang diterangkan pula, yakni pertama setelah
kemunculan ayahmu dalam dunia persilatan, lima tahun
kemudian jika kurang hati-hati didalam menghadapi
persoalan, dia akan mati secara mengenaskan, kedua aku
harus tetap tinggal di sini utuk melindungi pedang mustika,
ketiga pemilik pedang Sin kiam haruslah sepasang suami
istri"
"Suami istri?" sela Ong Bun-kibm.
"Benar, dan dkeempat, dua pualuh tahun kemudbian
seorang yang pandai ilmu pukulan Hek mo sin ciang akan
datang kemari, dialah yang akan memindahkan pedang
untuk menerima persembahan!"
"Memindah pedang untuk menerima persembahan?"
kata Ong bun-kim terperanjat.
"Yaa, setiap benda yang berada dalam dunia ini selalu
mempunyai semacam persenyawaan untuk memilih
pemiliknya, pedang Sim kiam terhitung benda kuno yang
bertuah, oleh karena itu diapun bisa memilih pemiliknya
sendiri, jika orang tak berjodoh yang memperoleh pedang
ini, maka akibatnya tentu akan ketimpa musibah..."
"Perkataan itu ada benarnya juga, tapi apa yang
dimaksud dengan memindahkan pedang untuk menerima
persembahan?"
"Pedang sakti Sin-kiam merupakan senjata andalan
guruku yang dihormati dan disanjung oleh setiap orang,
menjumpai pedang itu bagaikan berjumpa dengan guru
sendiri, seandainya ada orang menggunakan pedang ini
untuk menjagoi dunia persilatan, betul umat persilatan pada
takut dan keder, namun bukan berarti mereka merasa
takluk!"
"Benar juga perkataan ini!" Ong Bun kim manggutmanggut
tanda membenarkan.
"Nah sebab itulah suhu telah menerangkan secara jeIas,
dalam suratnya bahwa pedang ini pasti disembah secara
terbuka, barang siapa dapat menyembah pedang itu
sehingga keluar sepanjang tiga inci dari sarungnya, orang
itulah yang akan menjadi pemilik pedang mustika Sin
kiam!"
"Bukankah hal ini berarti harus diselenggarakan juga
pertemuan besar Pay kiam ci bwee?"
"Betul! Kalau tidak demikian, siapakah umat persilatan
didunia ini yang akan merasa takluk?"
Sekali lagi Ong Bun kim manggut-manggut.
"Tadi kau bilang, orang yang akan mendapatkan pedang
ini seharusnya adalah sepasang suami istri?" kembali ia
bertanya.
"Betul, pedang Sin kiam dinamakan juga pedang cinta,
menurut apa yang kuketahui, kecuali seorang lelaki dan
seorang perempuan menyembah bersama, sulit untuk
menggerakkan pedang itu keluar dari sarungnya, dan kedua
orang itupun harus mempunyai jodoh dengan pedang ini!"
"Itu kan berarti orang-orang dari kalangan Buddha
maupun agama To tiada harapan untuk memperoleh
pedang tersebut?"
"Betul!"
"Apakah orang persilatan mengetahui akan hal ini?"
"Sekalipun orang yang tidak tahu amat banyak bukan
berarti tiada orang yang mengetahui akan hal ini."
"Kalau memang demikian, kenapab akulah yang hadrus
menjadi oraang yang memindabhkan pedang untuk
menerima persembahan?"
oooo0dw0oooo
BAB 66
SEBAB suhu telah menunjuk kau sebagai orang yang
memindahkan pedang ini dari sini menuju ke suatu tempat
yang lain guna menerima persembahan dan setiap orang."
jawab Giok-bin-hiap kemudian.
"Harus dipindah kemana?"
"Kuil Siau lim si, sebab partai Siau lim merupakan
perguruan nomor wahid didunia, lagipula merupakan
tempat suci dari kaum Buddha, maka barang siapa berniat
untuk mendapatkan pedang ini, setiap orang harus ikut
menghadiri ucapan penyembahan terhadap pedang."
"Kapan pertemuan Pay kiam ci hwee tersebut akan
diselerggarakan" tanya Ong Bun kim kemudian.
"Setiap saat bisa diselenggarakan!"
"Dan kau?"
"Aku adalah malaikat pelindung pedang..."
"Aku rasa kata "malaikat" lebih cocok kalau dirubah
menjadi manusia."
"Baik, akulah manusia pelindung pedang, akan
kulindungi pedang itu sampai senjata wasiat ini didapat
orang."
"Apakah kau akan mengikuti diriku menuju kekuil Siau
lim si?"
"Tentu saja!"
"Kalau demikian, bagaimana kalau sekarang juga kita
berangkat meninggal tempat ini?"
"Bagus, mari kau pindahkan pedang ini!"
"Dengan langkah lebar Ong bun-kim maju kedepan dan
mendekati altar ditengah ruangan, saat itulah dia baru
melihat jelas paras muka Giok bin-hiap yang sesungguhnya.
Dia bara berusia empat puluh tahunan, berwajah putih
bersih bagaikan kemala, meski usianya sudah mencapai
usia pertengahan namun ketampanannya masih terlihat
jelas, julukan Giok-bin-hiap memang cocok sekali baginya.
Ketika tiba didepan meja altar Ong Bun-kim menyembah
dulu kepada pedang mestika tersebut, kemudian ia baru
mengambil pedang Sin kiam yang cuma tiga depa itu dari
meja.
Dalam pandangan Ong Bun kim, pedang ini tak jauh
berbeda dengan pedang-pedang biasa, pemuda itu menjadi
tak habis mengerti, kenapa pedang yang tampaknya amat
sederhana dan bersahaja itu memiliki pengaruh yang begitu
besar?
Dengan tangan kranan memegang ptedang, tangan kqiri
membawa kotrak besi yang berisikan kitab ilmu pedang,
pelan-pelan ia menuruni ruang istana.
Kepada Giok bia-hiap katanya kemudian sambil
menatapnya lekat-lekat.
"Cianpwe, apakah kita boleh berangkat sekarang juga?"
"Baik, kita berangkat sekarang juga" Ong Bun kim
memasukkan kotak berisi kitab pusaka itu ke dalam
sakunya dan menggenggam pedang sin-kiam ditangan,
kemudian dengan langkah lebar keluar dari gua diikuti
Giok bin hiap dari belakang.
Setelah keluar dari gua Bu- cing tong, Ong Bun kim baru
tak tahan untuk bertanya.
"Cianpwe, bolehkah aku mengajakan suatu pertanyaan
kepadamu?"
"Persoalan apa?"
"Bukankan dalam gua itu terdapat simpang tiga? Kecuali
lorong sebelah kanan dua yang lainnya akan tembus sampai
dimana?"
"Jalan buntu!.... kedua duanya menuju ke sebuah barisan
penyesat sukma yang bisa membunuh siapapun."
"Ooooh..."
Giok-bin-hiap Yu Liong berkata lebih jauh:
"Aku dan ayahmu telah menjadi anggota perguruan
Hekmo im, usianya jauh lebih muda dari pada usiaku, ia
adalah suteku, maka selanjutnya kau harus memanggil,
supek kepadaku!"
"Baik supek !"
"Sutit, boleh aku bertanya pula tentang satu hal?"
"Apa yang ingin kau tanyakan, supek?"
"Kau telah berjumpa dengan putriku?"
"Benar, dia bernama Yu Cing!"
"Cantikkah dia?"
"Cantik sekali, sayang dia terlalu murung dan selalu
bermuram durja..."
"Kau tahu dia tinggal dimana?"
"Tidak!"
Giok-bin biap menggerutkan dahinya rapat rapat,
kembali ujarnya:
"Selama hampir dua puluh tahun aku hidup dalam gua,
boleh dibilang tiap hari selalu kurindukan mereka ibu dan
anak, sekarang bila sampai terjadi salah paham seperti ini,
lantas bagaimana baiknya?"
"Tidak mungkin, kau bisa memberi keterangan
kepadanya tentang duduk persoalan yang sebenarnya"
Maka berangkatlah kedua orang itu melanjutkan
perjalanan menuju ke arah kuil Siau lim si.
Di tengah jalan, Ong Bun kim seperti teringat akan
sesuatu hal, tanpa terasa ia bertanya lagi:
"Supek, aku ingin bertanya lagi kepadamu tentang suatu
persoalan yang sangat aneh!"
"Persoalan apa?"
"Bukankah kau mengatakan bahwa pedang itu baru bisa
keluar sendiri dari sarungnya setelah disembah oleh suami
istri?"
"Betul, dan lagi kedua orang itu harus orang-orang yang
mempunyai rejeki besar!"
"Seandainya dia tak beristri?"
"Sehabis diselenggarakannya pertemuan pedang ini,
mereka harus melangsungkan pernikahannya."
"Apa maksudmu?"
"Dikala menyembah pedang, setiap orang boleh
menyembah dengan perempuan siapa pun, sebab siapa tahu
kalau perempuan itu adalah calon istrinya, seandainya
kemudian terbukti bahwa pedang itu keluar dari sarungnya,
maka merekapan secara resmi merupakan suami istri."
"Bebas mengajak perempuan manapun untuk
menyembah pedang?" Ong Bun kim tertegun.
"Betul."
"Seandainya ketika aku sedang menyembah pedang
dengan seorang perempuan berusia empat puluh tahunan,
tiba-tiba pedang itu keluar dari sarungnya, lantas
bagaimana?"
"Hal ini tak mungkin terjadi!"
"Tak mungkin?"
"Benar, kejadian semacam ini adalah suatu kejadian
yang tidak mungkin, kau jangan menaruh curiga terhadap
kehebatan pedang ini. apalagi istri yang terikat oleh pedang
ini pasti akan hidup dengan penuh kebahagiaan."
Meskipun Ong Bun kim merasa agak keheranan, tapi
setelah kejadian berlangsung demikian. diapun tidak banyak
berbicara lagi.
"Yaa. biar saja kejadian yang sesungguhnya kita ikuti
setelah tiba pada saatnya nanti" katanya sambil manggutmanggut.
Perjalbanan yang merekda lakukan sunggauh teramat
cepabt, suatu hari sampailah mereka di kuil Siau lim si yang
terletak dibukit Siong san.
Kepada Giok bin hiap, Ong Bun kim berkata.
"Supek bagaimana cara kita memasuki kuil ini?"
"Beri kabar kepada ciangbunjinnya agar keluar pintu
untuk menyambut kedatangan pedang Sim Kiam!"
"Aaah, masakah pedang itu mempunyai kewibawaan
sebesar ini?"
"Kalau tidak percaya, kenapa tidak di coba sendiri?"
Ong Bun kim mengangguk, kemudian pelan pelan
berjalan menuju kedepan pintu kuil.
Sebuah papan nama besar dengan tiga huruf emas yang
memancarkan cahaya berkilauan terpancang diatas pintu
gerbang kuil Siau lim-si.
Baru saja si anak muda itu akan melangkah masuk
kedalam halaman kuil, mendadak terdengar saseorang
membentak dengan suara berat, dalam dan nyaring.
"Siapa di situ?"
Ong Bun kim berhenti seraya palingkan kepalanya ke
arah sana berasalnya suara teguran itu.
Seorang pendeta tua yang berwajah angker tahu-tahu
sudah berdiri tegap didepan pintu.
Pendeta tua itu memandang sekejap kearah Ong Bunkim
serta Giok bin-hiap, lalu tegurnya.
"Ada urusan apa sicu berdua datang mengunjungi kuil
kami?"
Sambil mengangkat pedang Sin kiam tinggi-tinggi, Ong
Bun-kim berseru dengan lantang.
"Sin-kim berada disini, harap ciangbunjin partai Siau lim
tampil untuk menyambut kedatangannya"
"Sin Kiam !"
Pendeta tua itu tampak amat terperanjat sehingga paras
mukanya ikut pula berubah.
"Betul, pedang Sin Kiam yang menjadi milik Hek mo im
dimasa lampau, sekarang telah berada disini" jawab Ong
Bun kim dengan suara dalam.
Mendengar nama "Hek mo im" disinggung paras muka
pendeta tua itu berubah hebat, buru-buru serunya:
"Harap Sin-Kiam tunggu sebentar, looceng segera akan
memberi kabar kepada ciangbun jin untuk menyambut
pedang mestika"
"Cepat pergi!"
"Baik!"
Setelah mengiakan, dengan langkah cepat pendeta tua itu
lari masuk kedalam kuil.
Ong Bun kim yang menyaksikan kbejadian ini diadmdiam
merasa taerperanjat, ia btak mengira kalau nama besar
"Sin kiam" betul-betul bukan hanya nama kosong belaka.
Tak lama kemudian muncul beberapa sosok bayangan
manusia dari balik ruangan kuil Siau-lim-si orang yang
berjalan dipaling muka adalah seorang pendeta tua beralis
putih.
Ia memandang sekejap pedang Sin kiam yang berada
ditangan Ong Bun kim. kemudian sambil memberi hormat
katanya:
"Pinceng Hoat Hay tak tahu kalau Sin kiam bakal
berkunjung kemari, jika kami semua terlambat menyambut,
harap suka dimaafkan!"
Ong Bun kim merasa tertegun, untuk sesaat lamanya dia
tak tahu bagaimana musti menjawab.
"Apakah kau adalah ciangbunjln dari partai Siau lim?"
Giok bin hiap segera menegur.
"Yaa, benar ! Entah ada pesan apa yang akan
disampaikan oleh pedang mestika?"
"Dalam pesan terakhirnya, suhuku Hek mo-im
menerangkan bahwa penyembahan terhadap pedang akan
dilangsungkan dalam kuil ini..."
Secara ringkas diapun memberi keterangan kepada ketua
dari partai Siau lim Ini tentang semua rencana yang telah
disusun.
Mendengar keterangan itu, buru buru Hoat-hay taysu
berkata.
"Kejadian ini merupakan suatu kejadian yang
membanggakan partai kami, sudah barang tentu pinceng
tak akan menampik, silahkan pelindung pedang langsung
memasuki ke halaman Tat mo wan!"
Dibawah pimpinan Hoat hay taysu. sampailah mereka
didalam ruang Tat mo wan!
Setelah meletakkan pedang Sin kiam dan kotak besi
berisi Kitab pusaka ke atas meja altar ditengah ruangan.
Ong Bun kim segera mengundurkan diri dari situ.
Tiba-tiba Hoat hay taysu bertanya kepada Giok bin hiap:
"Maaf atas kelancangan pinceng, tolong tanya apakah
sicu adalah Giok bin-biap yang termashur tempo dulu?"
"Betul!"
"Konon sicu dan Ong See-liat bersama-sama telah lenyap
dari keramaian dunia persilatan?"
"Benar...."
Setelah Giok bin hiap memberi penjelasan seperlunya,
Hoat hay taysu baru mengerti akan duduknya persoalan.
Pada saat itulah, seorang pendeta membisikkan sesuatu
ke sisi tilinga Hoat hay tay su, mendengar bisikan tersebut
sorot mata Hoat hay taysu segara dialihkan ke wajah Ong
Bun kim.
"Sicu, tolong tranya apakah kaut bernama Ong Buqn
kim?" tegurnyra kemudian dengan perasaan terkesiap.
"Benar!"
"Murid Kui ji suseng?"
"Benar!" Ong Bun kim kembali mengiakan, "apakah
ciangbunjin ingin menanyakan soal enam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar?"
"Benar, enam jilid kitab pusaka dari enam partai besar
telah dicuri oleh gurumu, hingga kini belum juga kitab itu
dikembalikan sedangkan Sicu pun sudah membunuh
puluhan orang anggota partai besar..."
"Siapa suruh pihak enam partai besar mendesak diriku
terus menerus...."
"Sekalipun peristiwa itu terjadi karena disebabkan alasan
tertentu, namun kami enam partai besar sulit untuk
memaafkan perbuatan dari sicu itu...."
"Lantas menurut pendapat ciangbunjin, apa yang kau
kehendaki?
"Sicu harus menyerahkan kembali keenam jilid kitab
pusaka itu kepada kami"
"Tapi kitab itu tidak berada ditanganku..."
Sekalipun begitu, paling tidak sicu kan tahu berita
tentang keenam jilid kt;ab pusaka kami?"
"Betul, aku memang sudah mengetahui jejaknya, bahkan
aku telah bersumpah pada suatu ketika keenam jilid kitab
pusaka itu pasti dapat kurampas kembali dan
menyerahkannya kepada enam partai besar!"
"Bolehkah aku tahu, keenam jilid kitab pusaka itu kini
berada ditangan siapa?"
Ditangan ketua perguruan San tian bun!"
"Apa?" Hoat-hay taysu sangat terkejut dengan hati yang
tercekat dan bergidik ia mengulangi ucapan itu sekali lagi.
"Ditangan ketua perguruan San tian bun?"
"Benar."
"Oooh lantas bagaimana baiknya?"
"Tak usah kuatir ciangbunjin, aku pasti dapat
merampasnya kembali."
Dengan perasaan serius Hoat hay taysu manggutmanggut,
keningnya berkerut dan lama sekali tak berbicara.
"Ciangbunjin !" kata Giok bin hiap tiba-tiba, "ada satu
hal aku ingia memohon bantuanmu."
"Persoalan apa? Katakan saja terus terang!"
"Tolong kabarkan kepada semua sahabat dari dunia
persilatan, katakan bahwa bulan ini tanggal dua puluh siang
hari adalah saatnya untuk menyembah pedang!"
"Lolap pasti akan menitahkan anak murid perguruanku
untuk menyebar luaskan berita ini, harap sicu berlega hati!"
"Selain daripada itu, masih ada beberapa persoalan
tolong kabarkan pula kepada segenap sobat-sobat persilatan
katakan bahkan setiap orang yang hendak datang kemari
untuk menyembah pedang, dilarang membawa perasaan
dendam atau napsu ingin membunuh, jika berani bersikap
kurang ajar terhadap Sin kiam, pasti akan mati secara
mengerikan"
"Baik!"
Berbicara sampai disitu, Giok bin hiap lantas berpaling
kepada Ong Bun kim seraya katanya:
"Ong sutit kau juga boleh pergi, bukankah kau sudah
mempunyai kekasih...?"
Ong Bun kim manggut-manggut, peristiwa ini teIah
merupakan suatu masalah yang cukup pelik baginya.
Dia bukan cuma punya kekasih, diapun mempunyai istri,
tapi diantara sekian banyak orang, yang manakah yang
merupakan istrinya yang sebenarnya ?"
Ia merasa amat murung dan kesal, sebab dia sadar bila
persoalan ini tidak diselesaikan secara baik, akibatnya
urusan akan menjadi runyam.
Teringat sampai disitu, tanpa terasa Ong Bun-kim
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Melihat itu, dengan keheranan Giok bin hiap Iantas
bertanya:
"Hey, kenapa dengan kau?"
"Aku... aku bukan cuma punya kekasih, akupun sudah
beristri..."
Secara ringkas dia lantas membeberkan persoalan yang
dihadapinya itu kepada Giok bin hiap.
Mendengar persoalan itu, Giok bin biap langsung saja
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Waah persoalan ini memang cukup sulit Iagi pelik,
cuma aku pikir persoalan ini tentu akan beres dengan
sendirinya bila waktunya telah tiba nanti." katanya
kemudian.
"Seandainya mereka datang serentak? Apa yang harus ku
perbuat?"
"Maksudmu seandainya Lan Siok-ling, Hui mo pangku,
Bunga iblis dari neraka datang bersama ketempat ini, apa
yang musti kau perbuat?"
"Benar!"
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan, meskipun Sin kiam
harus didapatkan oleh sepasang suami istri, tapi apakah kau
adalah orang ybang berhak menddapatkan pedang atersebut
masih bmerupakan suatu tanda tanya besar, sampai
waktunya nanti, kau boleh maju bersama mereka satu
persatu"
00000OdwO00000
BAB 67
MENDENGAR perkataan itu. Ong Bun kim manggutmanggut.
karena memang Inilah cara yang paling baik
untuk mengatasi persoalan itu.
la berhasrat untuk mendapatkan pedang mestika
tersebut, sudah barang tentu segala sesuatunya baru bisa
dibicarakan setelah persoalannya berkembang nanti. Ong
Bun kim berpikir sejenak, lalu ujarnya.
"Kalau begitu, keponakan ingin mohon diri lebih
dahulu."
"Silahkan!"
Ong Bun kim segera mohon diri kepada ciangbunjin dari
siau lim pay, dan berangkat menuruni bukit Siong-san.
Tapi setibanya dikaki gunung, ia baru kebingungan,
kemana ia- musti pergi sekarang?
Tiba-tiba pemuda itu teringat kembali akan diri Tay khek
Cin kun serta Mo kui-seng kiam Phang Pak bun yang
tertinggal di perguruan San tian bun, bagaimana nasib
mereka berdua?
Berpikir tentang masalah ini, hatinya menjadi gelisah
sekali, ia bertekad untuk menyelidiki persoalan ini sampat
jelas lebih dulu, tapi dalam masalah inipun ia merasa
menjumpai kesulitan, dapatkah ia berkunjung kembali ke
perguruan San tian bun?
Sudah jelas berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki,
dia masih bukan tandingan dari ketua perguruan San tian
bun, Ciu Li li, itu berarti menyelidiki secara menyerempet
bahaya tak bisa dilakukan, terpaksa ia akan melakukan
penyelidikan secara diam-diam.
Setelah mengambil keputusan, berangkatlah arak muda
itu dengan kecepatan luar biasa.
Untuk sementara waktu, baiklah kita tinggalkan Ong bun
kim yang sedang menyelidiki jejak dari Tay khek Cin kun
serta Phang Pak-bun.
Sementara itu berita tentang akan diselenggarakannya
pertemuan Pay kiam ci-bwe dengan cepat sudah tersiar
dalam dunia persilatan.
Munculnya pedang Sin kiam milik Hek mo im dalam
dunia persilatan, betul betul sudah menimbulkan
gelombaug keributan yang sangat dahsyat dalam dunia
persilatan, setiap orang sama-sama bertekad hendak
mendapatkan pedang mustika tersebut.
Bulan empat tanggal dua puluh.
Berbondong-bondong kawanan jago dari dunia persilatan
pada berdatangan kekuil Siau lim si untuk mengikuti
pertemuan Pay bkiam ci bwee.
Ddi depan pintu gaerbang kuil terbsebut, berdirilah
empat orang pendeta yang bertugas menerima tamu.
Setelah ditanya maksud kedatangan mereka, maka
kawanan jago persilatan itupun dipersilahkan masuk
kedalam ruang kuil.
Sih kiam adalah sebuah benda mustika yang merupakan
incaran dari setiap umat persilatan, apakah benda itu akan
mengakibatkan timbulnya suatu badai perebutan yang
sengit.
Sampai sekarang hal mana masih merupakan suatu
tanda tanya besar.
Ketua partai Siau-lim, Hoat hay taysu dengan
didampingi empat orang pendeta tua masing-masing berdiri
didepan pintu ruang Tat-mo wan sambil mengawasi
kedatangan para jago yang hilir mudik memasuki ruangan.
Dalam ruangan, Giok bin hiap berdiri di-samping altar
melindungi keselamatan pedang Sin kiam, ia berjaga-jaga
disitu dengan angker dan tidak membiarkan kejadian tak
sopan berlangsung disana.
Pada saat itulah tiba-tiba dari luar ruangan
berkumandang suara seruan yang amat nyaring.
"Ketua perguruan San tian bun dengan membawa
anggota perguruannya tiba!"
Begitu mendengar disebutnya nama "perguruan San tian
bun", ketua partai Siau lim yang berdiri didepan pintu serta
kawanan jago Iihay yang berada dalam ruangan sama-sama
menunjukkan perasaan kaget.
Seketika mereka mendongakkan kepalanya dan berpaling
keluar ruangan.
"Tampaklah seorang manusia berkerudung memakai
baju putih, didampingi dua orang manusia berkerudung
lainnya melangkah masuk ke dalam halaman ruangan Tat
mo wan.
Hoat hay taysu seaera maju menyambut, setelah
memberi hormat katanya:
"San tian buncu, terimalah hormat lolap!"
"Ciangbunjin tak perlu banyak adat!" tukas ketua
perguruan San tian bun itu sambil tertawa dingin.
"Apakah kedatangan Buncu kemari adalah untuk
menyembah pedang mestika ?"
"Benar, tolong tanya ciangbunjin, kenapa pedang Sin
kiam bisa berada dalam perguruan anda?"
Dengan suara dalam dan berat Hoat hay ciang bunjin
menjawab:
"Menurut pesan terakhir dari Hek mo im, Sin kinm
tersebut harus dibawa kedalam partai kami oleh malaikat
pelindung pedang untuk menerima penghormatan disini!"
"Siapa yang menjadi Malaikat pelindung pedang?"
"Seorang jago yarg dulu dikenal sebagai Giok-bin hiap!"
"Apa? Dia adalarh Giok bin hiapt?"
"Benar !"
Buqncu dari pergurruan San tian bun itu tidak berbicara
lagi, dia lantas melangkah maju siap memasuki ruang Tat
mowan.
Tapi sebelum ia sempat masuk, dengan suatu kecepatan
luar biasa Hoat hay ciangbunjin telah maju kemuka serta
menghadang jalan perginya.
"Tunggu sebentar Buncu!" serunya.
"Ada apa?"
"Malaikat pelindung pedang telah berkata setiap orang
yang datang kemari untuk menghormati pedang, harus
mempunyai hati yang jujur dan terbuka, diapun harus
menghormati pedang itu dengan wajah aslinya, kalau tidak
maka hal itu berarti suatu tindakan yang kurang sopan
kepada pedang Sin kiam!"
Buncu dari perburuan San tian bun, Ciu Li li segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Kalau kurang hormat lantas bagaimana?" ejeknya.
"Dia pasti akan mati dalam keadan mengerikan!"
Sekali lagi buncu dari perguruan Sin tian bun itu tertawa
dingin.
"Heeehhb heeehhh. heeehh aku ingin sekali melihat
dengan cara yang bagaimanakah kematianku itu bisa
dianggap sebagai suatu kematian yang mengenaskan,
ciangbun jin! Harap minggir!"
Hoat hay ciangbunjin tertawa hambar, dia lantas
menyingkir kesamping memberi jalan lewat.
Dengan angkuhnya ketua perguruan San tian-bun Ciu Li
li melangkah masuk kedalam ruangan.
Tampaknya Giok bin biap menaruh perhatian khusus
terhadap Buncu dari perguruan San tian-bun ini sebab dia
sudah tahu kalau Su hay-bong-kek Ong See liat telah tewas
ditangan orang ini.
Setelah masuk kedalam ruangan. Ciu Li li segera tertawa
dingin, sindirnya dengan sinis:
"Sungguh pertemuan ini merupakan suatu pertunjukan
yang sangat ramai!"
Kesinisan dan keangkuhannya itu dengan cepat
mengobarkan kembali hawa amarah dihati Giok-bin hiap.
Setelah berada didalan ruangan, ketua perguruan San
tian bun Ciu Li li tidak menghentikan sama sekali
langkahnya, malahan dia berjalan menuju kedepan altar di
mana pedang Sin-kiam tersebut diletakkan.
Menyaksikan tindak tanduknya yang pongah itu, paras
muka semua jago lihay yang berada dalam ruangan segera
berubah hebat.
Pada saat itulah buncu dari perguruan San tian bun itu
sudah berada lebih kurang satu kaki didepan altar, tapi ia
tidak bermaksud berhenti malah selangkah demi selangkah
berjalan lebih mendekat.
"Berhenti!" mendadak Giok bin hiap membentak
nyaring.
Mendengar bentakan tersebut, serta merta buncu dari
perguruan San tian bun itu menghentikan langkahnya,
kemudian dengan suara yang amat dingin:
"Ada apa?"
"Mau apa kau?"
"Menonton pedang Sin kiam!"
"Saat untuk memberi hormat kepada pedang suci belum
tiba!"
"Aku cuma ingin memeriksa dulu. pedang Sin kiam
tersebut adalah sebilah pedang yang asli atau palsu!"
Paras muka Giok-bin hiap kembali berubah hebat,
bentaknya penuh kegusaran:
"San tian buncu, kau berani memandang hina pedang
Sin kiam?"
"Aku tidak bermaksud menghina, aku bicara
sesungguhnya."
Belum selesai San tian buncu berbicara, dari luar pintu
telah berkumandang kembali suara teriakan lantang:
"Hui mo pangcu tiba!"
Menyusul bentakan yang amat nyaring itu, terdengar
seseorang menghardik lalu melintas sesosok bayangan
putih, tahu-tahu Ciu Li li sudah menerjarg ke hadapan altsr
berisi pedang Sin-kiam tersebut.
Gerakan dari Ciu Li li ini sangat cepat bagaikan
sambaran kilat, dalam sekejap mata ia sudah tiba disasaran.
"Kau berani!" bentak Giok bin hiap marah.
Bayangan hitam saling bergumul menjadi satu lalu saling
berpisah satu dengan lainnya.
Bagaikan sambaran kilat yang berkelebat lewat, dengan
sempoyongan Buncu dari perguruan San tian bun itu
mundur sejauh tujuh delapan langkah sebelum berhasil
berdiri tegak.
Dengan suara dingin Giok bin hiap membentak:
"San tian Buncu, kalau kau berani turun tangan lagi,
hati-hati kalau aku akan menghukum kau lebih dulu!"
Dalam pada itu, Tay pangcu dari perkumpulan Hui mopang
yakni Kim lo sat dengan membawa wakil ketuanya
Gin lo sat telah melangkah masuk ke dalam ruangan.
Buncu dari perguruan San tian bun Ciu Li li segera
tertawa dingin, ejeknya.
"Ilmu silat yang kau miliki betul-betul hebat sekali,
baiklah, aku akan menunggu sampai-saat persembahan
pedang."
Seusai berkata, dia lantas menyelinap mundur dari
tempat itu.
Sementara disini ribut-ribut, Kim Lo sat serta Gin Lo sat
telah berada dalam ruang tengah dan berdiri pula
disamping.
Tak lama kemudian, dari luar ruangan secara beruntun
kedengaran suara teriakan nyaring yang berkumandang
berulang kali-
"Kelelawar malam tiba !"
"Jago pembawa lampu tiba..."
"Lan Siok-ling tiba..."
"Bunga iblis diri neraka tiba..."
Tiang seng lojin dan Hian ih lihiap tiba...."
"Yu Cing tiba..."
Ketika mendengar nama "Yu Cing" disebut. Giok bin
hiap Yu Tiang kontan merasakan sekujur badannya
bergetar keras, karena orang yang disebut namanya itu
bukan lain adalah putrinya dari hasil hubungannya dengan
Leng po Siancu.
Akan tetapi Yu Cing sendiri tidak tahu kalau orang yang
melindungi pedang sekarang justru ayah kandungnya yang
dicari-cari selama ini, setelah berbincang-bincang sebentar
dengan Tiang seng lojin, Hian ih Li hiap dan bunga iblis
dari neraka, diapun berdiri menanti disisi ruangan.
Waktu itu dalam ruangan Tat mo wan yang begitu luas
telah terhimpun beratus-ratus orang jago lihay yang datang
dari segenap penjuru dunia persilatan, tapi ada satu
perguruan yang diperhatikan orang justru belum hadir
sampai detik itu... itulah perguruan Yo leng bun.
Tengah hari sudah tiba, saat untuk melakukan upacara
Pay kiam sudah hampir dilangsungkan.
Suara berbisik-bisik dalam ruangan semakin ramai,
sehingga suasananya berubah menjadi gaduh.
Yu Cing memandang sekejap sekeliling tempat itu,
kemudian tanpa terasa ia bertanya kepada Tiang seng lojin.
"Kenapa Ong Bun kim belum juga hadir disini?"
"Entahlah!" jawab Tiang seng lojin menggeleng "tapi aku
rasa dia pasti akan datang kemari"
Setelah berhenti sejenak, ia berkata kembali:
"Nona Yu, tahukah kau siapa orang yang berdiri disisi
altar dalam ruangan itu?"
"Siapa?" Yu Cing balik bertanya dengan wajah tertegun.
"Ayahmu!"
"Apa? Ayahku?"
Mendengar khabar tersebut, Yu Cing tak tahan untuk
menjerit keras, jeritan itu dengan cepat mengejutkan pula
banyak orang jago- yang berada di sekitar sana, sehingga
sorot mata mereka bersama-sama dialihkan kewajah gadis
itu.
Selang sesaat kemudian, setelah gejolak-dalam hatinya
berhasil diatasi, ia berkata kembali:
"Kau maksudkan dia.... dia adalah Giok bin hiap?"
"Betul !"
Tak terlukiskan pergolakan emosi yang dialami Yu Cing
pada saat ini. ia sudah banyak tahun mencari jejak ayahnya
Giok bin hiap, tapi tidak pernah berhasil, tak disangka hari
ini orang yang dicari justru telah berdiri dihadapannya
dalam keadaan segar bugar.
Paras mukanya agak berubah, tiba-tiba dia melangkah
maju dan menghampiri Giok bin hiap.
Tiang seng lojin yang menyaksikan kejadian itu, segera
membentak dengan cepat.
"Nona Yu, apa yang hendak kau lakukan?"
"Aku hendak bertanya kepadanya, kenapa ia tak pernah
pulang untuk menengok kami ibu dan anak..."
"Jelas dibalik kejadian ini tentu ada sebab sebabnya,
kenapa tidak kau tanyakan persoalan ini setelah upacara
Pay kiam terselenggarakan ?
Yu Cing menengok sekejap kearah Giok-bin hiap,
akhirnya dia manggut-manggut dan mundur kembali
ketempat semula.
Ditengah keheningan, tiba-tiba dari luar pintu
berkumandang kembali suara seruan yang amat nyaring.
"Ong Bun kim tiba..."
Ditengah seruan yang amat nyaring itu. semua orang
merasakan hatinya bargetar keras dan paras mukanya
berubah, kontan sorot mata semua orang dialihkan keluar
pintu di mana Ong Bun-kim dengan langkah yang tegap
sedang berjalan masuk ke dalam ruangan.
Ong Bun-kim melirik sekejap sekeliling ruangan itu
kemudian setelah memberi hormat kepada jago pembawa
lampu dan Kelelawar malam, dia berjalan menuju ke sisi
Tiang seng lojin.
"Boanpwe menghunjuk hormat untuk kesehatan
locianpwe!" katanya sambil memberi hormat kepada Tiangseng
lojin.
"Ong sauhiap tak perlu banyak adat!"
Maka Ong Bun kim memberi hormat pula kepada Hian
ih liniap setelah itu dia baru berpaling, dimana ada
sepasang mata yang diliputi kesedihan sedang menatapnya
tanpa berkedip.
Kedua orang itu bukan lain adalah Bunga iblis dari
neraka serta Leng Siok ling.
Ong Bun kim terkesiap, baru saja dia hendak
mengucapkan sesuatu, Yu Cing telah buka suara lebih dulu,
katanya.
"Ong sauhiap, siapakah orang yang melindungi pedang
itu?"
"Ayahmu!"
"Sungguhkah ini?"
"Benar!"
"Mengapa selama hampir dua puluh tahun lamanya dia
tak pernah pulang untuk menengok kami ibu dan anak
berdua?".
"Tentu saja hal ini ada alasannya..."
Secara ringkas Ong Bun kim menceritakan bagaimana
kisah Giok bin hiap memasuki gua Bu cing tong kemudian
bagaimana dia disuruh belajar ilmu disana.....dan
sebagainya. dan sebagainya.
Selesai mendengar cerita itu, Yu Cing baru menghela
napas panjang, katanya:
"Aaai...? Kiranya begitulah keadaan yang sebenarnya"
Setelah berhenti sejenak, dia berkata lagi.
"Bukankah kau hendak mencari Tan Hong hong?"
"Benar!"
Berbicara sampai disitu, Ong Bin kim segera berjalan
menuju kearah Bunga iblis dari neraka berdiri.
Ketika tiba kurang lebih tiga depa didapati gadis itu,
terasa pemuda itu menghentikan langkahnya.
Setelah menatapnya tajam tajam, serunya penuh luapan
emosi:
"Nona Tan !"
Paras muka bunga iblis dari neraka agak berubah,
katanya dengan cepat:
"Apakah kau Ong Bun-kim masih mengenali diriku?"
Ong Bun-kim merasa sangat sedih, katanya terbata-bata.
"Nona Tan aku, aku aku telah menuduhmu yang bukanbukan...
aku tahu aku telah salah . .kau... pengorbananmu
buauu terlalu besar, kenapa...kenapa Kau bersedia
mengorbankan diri sebesar itu demi... demi aku?"
Berbicara sampai disitu, Ong Bun kim merasa
kerongkongannya seperti tersumbat, kata-kata selanjutnya
tak sanggup diucapkan lagi.
Bunga iblis dari neraka merasa amat sedih, terlepas
apakah Ong Bun kim akan menyukai perbuatannya atau
tidak, ia toh tetap mencintainya, mencintainya dengan
sepenuh hati.
Dengan pandangan mata yang sayu ia menatap
wajahnya lekat-lekat, kemudian dengan sedih dan suara
terisak bisiknya:
"Jadi... jadi kau sudah mengetahui segala-galanya?"
"Benar... tapi kenapa kau sampai berbuat demikian?"
"Karena cinta!"
Sekujur badan Ong Bun kim kembali gemetar keras.
"Lantaran kau mencintai aku?" seru pemuda itu dengan
perasaan terkejut sekali.
"Yaa.." air matanya tak terbendung lagi, seperti air bah
segera meleleh keIuar membasahi pipinya, walaupun ia
berusaha untuk menahan air matanya, namun pipinya toh
menjadi basah juga.
Dengan sedih Ong Bun kim berkata.
"Begitu besar kau telah berkorban bagiku tapi dengan
cara apa aku Ong Bun kim dapat membalas budi
kebaikanmu itu?"
"Kalau aku mengharapkan balas budi darimu, tak nanti
akan kulakukan perbuatan itu bagimu..."
Kalau bisa Ong Bun kim ingin sekali menerjang maju ke
muka, memeluknya erat-erat dan menciumnya seratus
kali.... sebribu kali....
dTapi sekarang maereka berada dib hadapan khalayak
ramai, dia berusaha keras untuk mengendalikan
perasaannya.
Pelan-pelan dia menundukkan kepalanya, kemudian
berkata.
"Terlalu banyak yang kau berikan untukku."
"Asal kau bisa memahami perasaanku, itu sudah lebih
dari cukup, marilah, kita tak usah membicarakan persoalan
itu lagi."
Ya, mereka memang tak perlu membicarakan persoalan
itu lagi sebab kecuali suatu kenyataan yang tragis, sesuatu
kenyataan yang mencabik-cabik hati mereka berdua, tiada
sesuatu yang perlu diingat dan dibicarakan lagi.
Dengan sedih Ong Bun-kim manggut-manggut.
"Aku hendak memberi tahu kepadamu, Hiat hay long-cu
telah tewas ditanganku!" katanya.
"Sudah tewas?"
Bagaikan kena aliran listrik bertegangan tinggi, sekujur
tubuhnya bergetar keras, bagaimanapun juga Hiat hay
longcu adalah laki-laki pertama yang telah menggaulinya,
selaput daranya lenyap ditangan lelaki itu juga.
"Yaa, dia sudah mati, kau tidak menyalahkan aku
bukan?" sahut Ong Bun-kim sedih.
la menggelengkan kepalanya, dengan suatu kesedihan
yang tak terlukiskan dengan kata-kata ia memberikan
jawabannya, yaa, bagai mana mungkin dia akan
menyalahkan dirinya. Tidak...!"
oooOdwOooo
BAB 68
TAPI, terhadap kematian dari seseorang yang telah
merenggut kehomatannya, baik dia mencintai atau
membencinya, peristiwa itu mendatangkan pula perasaan
sedih yang luar biasa.
Ong Bun kim dapat memahami perasaannya, pelanpelan
dia berjalan, menghampiri Lan Siok-ling, dia tak ingin
membicarakan soal apa-apa lagi dengannya, sebab banyak
berbicara hanya akan menambah kesengsaraan serta
penderitaan kedua belah pihak.
Tapi ia mengerti, bahwa dia harus mencintainya, dia
harus mengawininya dan mempersembahkan rasa cinta
murninya kepada gadis itu, agar dia melupakan kejadian
lampau yang telah mencabik-cabik perasaan itu.
Ketika tiba dihadapan Lan Siok ling, diapun
mengangguk. "Nona Lan?"
Lan Siok-ling menghela napas sedih, serunya: "Ada
apa?"
"Aku merasa bahwa aku sudah banyak melakukan hal
hal yang tidak baik kepadamu."
"Tidak apa-apa... itulah atas kehendak ku sendiri, cuma
aku ada satu persoalan hendak memberitahu kepadamu,
walaupun kita belum ada sebutan sebagai suami istri, tapi
aku sudah mempunyai anak."
"Apa?" sekujur badan Ong Bun kim bergetar keras,
saking kagetnya dia sampai menjerit tertahan.
Dengan sedih kembali Lan Siok ling berkata:
"Sungguh, aku sudah punya anak. Anak kita berdua !"
Dalam keadaan demikian. Ong Bun kim tak dapat
mengatakan apakah berita itu merupakan suatu
kegembiraan ataukah suatu kepedihan.
Ia pernah berharap bisa mempunyai keturunan, agar
setelah ia mati ada orang yang bisa meneruskan cita-citanya
untuk membalas dendam.
Tapi kenyataannya kemudian, ia tidak jadi mati.
Berbicara sejujurnya, ia dan Lan Siok ling bisa bersatu
bukan lantaran dasar cinta yang sejati, sekarang dia tidak
berharap bisa mempunyai seorang anak tapi kesalahan yang
telah dilakukannya dahulu, kini sudah mulai berubah.
Berpikir sampai disini, diam-diam Ong Bun-kim merasa
terperanjat, kembali dia berseru:
"Kau benar-benar sudah mempunyai anak?"
"Ya, kau tak akan menyangkal bukan?"
"Oooh tidak, aku tak akan menyangkal."
"Kau bisa menyukainya?"
Ong Bun kim tertawa getir, "Yaa. aku dapat
menyukainya!" dia mengangguk.
"Dan kau mengakui aku sebagai istrimu?"
"Mengakui, tapi ada sementara persoalan lain yang harus
kukatakan dulu kepadamu."
"Katakan, aku akan mendengarkan dengan seksama!"
"Selain kau, aku masih mempunyai banyak sekali teman
perempuan yang lain."
"Aku tahu, aku tak akan menyalahkan dirimu!"
"Kalau kau dapat mengerti, aku merasa berterima
kasih..."
Belum lagi perkataan dari Ong Bun kim itu diselesaikan,
tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin yang amat tak sedap
didengar buncu dari perguruan San tiau-bun mengejek
dengan sinis.
"Ong Bun kim! Tidak kusangka kalau nasibmu masih
begitu baik sehingga bisa hidup sampai kini!"
Dengan cepat Ong Bun kim menengadah, tapi begitu
tahu siapa yang mengajaknya berbicara, paras mukanya
kontan berubah menjadi mengerikan sekali.
"Oooh rupanya kau?" serunya.
"Betul, kenapa?r"
"San tiam Buntcu, aku memang qsedang mencarimru!"
"Mau apa mencari aku?"
"Bagaimana dengan Tay khek Cinkun serta Mo kiu seng
kim Phang Pak bun ..?"
Sekali lagi buncu dari perguruan San-tian bun itu teriawa
dingin.
"Kemungkinan besar mereka sudah kembali ke akhirat
untuk memberikan pertanggung jawabnya!"
"Haaah?! Apa kau bilang?"
" Heeehhh heeehhh heeehah ...kenapa musti terkejut?
Mereka telah mengalami nasib yang sama dengan kau,
telah kuhajar kedua-duanya sehingga tercebur ke dalam
jurang yang puluhan ribu kaki dalamaya itu!"
Sekali lagi paras muka Ong Bun kim berubah hebat,
bentaknya keras-keras:
"Sungguhkah perkataanmu itu!"
"Sungguh!"
"Bangsat, kubunuh kau!"
Sambil membentak keras Ong Bun kim bergerak maju ke
depan, dalam gusarnya gerakan ini benar-benar dilakukan
dengan garang sambil melejit kehadapan buncu dari
perguruan San tian bun itu, sebuah pukulan dahsyat segera
dilancarkan.
Baru saja Ong Bun kim akan melanjutkan ancamannya
itu, mendadak terdengar seseorang membentak kerat.
"Tahan!"
Mendengar bentakan itu, tanpa terasa Ong-Bun kim
menghentikan gerakan tubuhnya, ketika ia mendongakkan
kepalanya, tampaklah orang yang barusan berbicara itu
adalah Giok bin siap Yu-Tiong.
"Oog Bun kim!" bentak sipendekar berwajah pualam Yu
Tiong dengan suara dingin. "kau tahu tempat apakah ini?
Berani benar kau bertingkah disini?"
Mendengar bentakan itu, Ong Ban kim agak tertegun,
tapi dengan cepat ia dapat memahami perkatakan dari Giok
bin hiap tersebut.
Sekarang adalah saatnya upacara Pay kiam akan
diselenggarakan, siapa saja dilarang bertindak sesuatu yang
menunjukkan sikap memandang rendah kesucian pedang
Sin kiam itu.
"Ong Bun kim!" kembali Giok, bin hiap berkata dengan
dingin, "kalau kau berani sembarangan melancarkan
serangan lagi, kubunuh dirimu lebih dahulu!"
Dengan gemas dan penuh kebencian Ong Bun-kim
memandang sekejap kearah Buncu dari perguruan San tian
bun itu, kemudian katanya dengan suara dingin:
"Ciu Lili, aku tak akan membiarkan kau hidup lebih
jauh!"
"Kau... darimana kau bisa tahu jika aku... aku bernama
Ciu Li li?" seru Buncu dari perguruan San tian bun itu
dengan perasaan tercekat.
"Hmm! Apanya yang aneh dengan dirimu itu!"
Seusai berkata dia lantas berjalan kembali ke tempat
semula.
"Ong Bun kim !" tiba-tiba Kim Lo sat dari perkumpulan
Hui mo pang menegur, "kau masih ingat dengan aku."
Ong Bun kim melirik sekejap ke arahnya, kemudian
tertawa getir, cepat-cepat dia kembali ke tempat semula.
Walaupun antara dia dengan Kim lo sat mempunyai
ikatan sebagai suami istri, tapi ia sama sekali tidak
mencintainya.
Setelah balik kembali ke tempat semula, pemuda itu
berdiri tertegun dengan kening berkerut, banyak sekali
persoalan yang harus dipertimbangkan olehnya, terutama
perempuan yang manakah yang akan dipilihnya untuk
bersama-sama menyembah pedang.
Dalam pada itu, masa diselenggarakannya penyembahan
terhadap pedang sudah semakin dekat, suasana dalam
ruangan sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Tiba-tiba dari luar pintu ruang tengah berkumandang
kembali seruan nyaring:
"Kwan Siok kim tiba!"
Mengikuti seruan tersebut, seorang nona berbaju putih
berjalan masuk kedalam ruangan, tapi kecuali Ong Bun kim
seorang, tak seorangpun diantara mereka yang tahu siapa
gerangan Kwan Siok kim tersebut.
Ong Bun kim berpaling dan memandang sekejap ke arah
gadis itu, ketika empat buah mata saling bertemu, hatinya
terasa bergetar sangat keras.
Pelan-pelan Kwan Siok kim berjalan mendekati ke
arahnya.
Setelah tiba di depan anak muda itu, sapanya.
"Ong sauhiap, baik-baikkah kau selama kita berpisah?"
"Terima kasih atas perhatianmu, bagaimana dengan kau
sendiri?"
"Aku baik-baik saja."
Setelah berhenti sejenak, katabnya lagi sambild tertawa
sedih.a
"Kau tidak menbgira bukan kalau aku bakal datang
kemari untuk mencarimu?"
"Ya! Kedatanganmu sungguh jauh diluar dugaanku,
entah ada urusan apa kau kemari?"
"Ooh.. tidak ada apa-apa, aku hanya datang
menjengukmu, kau tidak senang?"
"Mana, mana, bagaimana dengan orang tuamu? baik
semua?"
"Mereka sangat baik, terima kasih atas perhatianmu!"
"Aaaah, mana, mana!"
"Ong Sauhiap, konon ditempat ini sedang
diselenggarakan suatu pertemuan menyembah pedang?"
"Yaa, darimana kau bisa tahu?"
"Karena aku kangen kepadamu, maka setelah
kepergianmu akupun ikut keluar untuk mencarimu, tapi
kemanapun aku mencari selalu tak berhasil menemukan
kau, ada orang yang memberitahu katanya besar
kemungkinan kau berada disini."
"Oooh...! Jadi kau datang hanya karena ingin
menjengukku saja...?" kata Ong Bun kim menegas.
"Benar, sekarang aku akan pergi!"
"Pergi? Kenapa begitu terburu-buru..."
"Aku telah berjumpa denganmu, maka aku boleh pergi
dengan perasaan yang lega dan tenteram."
Dibalik perkataan itu terpancarlah semua perasaan cinta
dan kangennya yang telah tersimpan selama ini dalam
hatinya, tentu saja halmana membuat Ong Bun kian amat
terkejut.
Setelah tertawa getir, katanya: "Mengapa kau tidak pergi
setelah upacara penyembahan pedang nanti selesai?"
"Kau menahan aku?"
"Benar !"
"Baiklah !"
Tiang-seng lojin segera berpaling ke arah Ong-Bun kim
seraya bertanya: "Ong sauhiap, siapakah nona itu?"
-oo0dw0oo--
Jilid 22
"DIA..." mendadak Ong Bun kim seperti teringat akan
sesuatu, dengan cepat kata selanjutnya ditelan kembali.
"lebih baik kita tunggu sampai upacara Pay kiam disini
selesai lebih dulu baru kuberitahu kepadamu."
Tiang seng lojin manggut-manggut dan tidak berbicara
lagi.
Pada saat itulah terdengar Giok bin hiap berseru dengan
suara yang dalam:
"Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul berapa?"
"Tengah hari lawat tiga perempbat!" seseorang
dmenyahut dari baalik ruangan.
"bKalau begitu upacara Pay kiam segera dimulai !"
Setelah berhenti sebentar, kembali ia berkata:
"Sebelum upacara Pay kiam di mulai, ada sepatah dua
patah kata hendak kuberitahukan kepada saudara sekalian."
Suasana dalam ruangan itu segera berubah menjadi
hening dan sepi sekali.
Dengan suara lantang Giok bin hiap berkata:
"Aku Yu Tiong bersama Ong See liat berhasil memasuki
gua Bu cing tong pada masa yang lalu, kami beruntung
berhasil diangkat menjadi murid dari Hek mo im..."
"Apakah Hek mo im tayhiap masih hidup?" seseorang
bertanya dari antara kerumunan orang banyak.
"Tidak, sebelum kami masuk ke dalam perguruannya,
beliau sudah lama meninggal dunia, di-dalam surat
wasiatnya dicantumkan bahwa kami diterima sebagai
muridnya."
"Bila dihitung dengan jari, kami sudah puluhan tahun
lamanya menjadi murid dalam perguruannya, suhu kami
sangat memperhatikan nasib dunia persilatan, karena itu
pedang Sin kiam yang ditinggalkan tak boleh dibiarkan
terpendam terus di alam baka.
"Didalam surat wasiatnya telah dijelaskan bahwa pedang
Sin kiam akan dibawa ke-kuil Siau lim si untuk memperoleh
persembahan, barang siapa dapat menyembah pedang itu
sehingga pedangnya meninggalkan sarung sejauh tiga inci,
dialah pemilik dari pedang Sin kiam ini."
"Selain daripada itu, didalam pesannya suhuku juga
berkata bahwa pedang Sin kiam disebut pula sebagai
pedang Cing-jin kiam (pedang kekasih), sebab itu setiap
orang yang hendak menyembah pedang ini harus mencari
pasangannya sendiri-sendiri, bila akhirnya terbukti kalau
pedang itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, maka
pasangan tersebut harus segema menikah menjadi suami
istri..."
"Apakah mereka yang belum kawin juga boleh?" tanya
seseorang.
"Pokoknya asal dia itu seorang lelaki dan seorang
perempuan, entah siapapun itu orangnya, asal pedang itu
bisa meninggalkan sarung sewaktu dilangsungkan
persembahan, mereka harus mengikat diri menjadi suami
istri di hadapan Sin kiam itu juga...."
"Maksudmu setiap orang yang datang menghadiri
pertemuan ini. boleh mencari pasangan manapun untuk
diajak menyembah pedang?" kembali ada orang bertanya.
"Benar!"
Buncu dari perguruan San tian bun segera tertawa
dingin.
"Haaahhh haaahhb haaahh. pertemuan ini benar-benar
merupakan suatu pertemuan unik yang belum pernah
kurjumpai sebelumntya."
"Pesan gurquku hanya sampari disini saja" kembali Giok
bin hiap berkata. "mau percaya atau tidak terserah pada
kalian sendiri. Nah. sekarang upacara penyembahan
dimulai!"
Maka penyembahan terhadap pedang suci pun segera
diselenggarakan.
Mereka yang datang berpasangan, berbondong-bondong
maju melakukan persembahan namun dari puluhan pasang
suami istri itu tak seorangpun yang berhasil menggeserkan
pedang itu dari sarungnya.
Mereka yang kecewa pun beruntun meninggalkan ruang
upacara dan kembali ke-rumah masing-masing.
Lebih kurang satu jam kemudian, didalam ruangan yang
luas hanya sisa puluhan orang jago persilatan, tentu saja di
antara mereka yang pergi terdapat pula mereka yang tidak
berhasil menemukan pasangannya.
Ada pula diantara mereka yang melakukan
penyembahan seorang diri, karena gagal, merekapun
mohon diri dari situ.
Tiba-tiba Buncu dari perguruan San tian bun melompat
maju ke depan, ketika melangkah ke depan ia menarik salah
seorang anggota perguruannya, tapi penyembahan
merekapun tidak berhasil menggerakkan pedang itu dari
sarungnya.
Dalam keadaan demikian, sambil tertawa dingin ia
mengundurkan diri kembali ke tempat semula.
Setelan Buncu dari perguruan San tian bun Ciu Li li
mengundurkan diri dari sana, tiada seorang lagi yang maju
kedepan untuk melakukan penyembahan.
Tiang seng lojin segera melirik sekejap ke arah Ong Bun
kim, lalu serunya:
"Ong sauhiap, sekarang kau boleh maju kedepan untuk
mencoba-coba."
"Aku?" bisik Ong Bun kim agak tertegun.
"Bukankah kau datang kemari untuk menyembah
pedang?"
"Benar!"
"Lantas, mengapa kau tidak tampil kedepan untuk
melakukan penyembahan?" Ong Bun kim mengerutkan
dahinya sambil termenung sebentar, kemudian katanya:
"Tapi.... tapi.... aku harus melakukan penyembahan
pedang dengan siapa?"
"Siapa yang paling kau cintai, ajaklah dia untuk
melakukan penyembahan lebih dulu"
Ong bun kim sangsi sejenak, akhirnya sambil menggigit
bibir dia memandang sekejap kearah Bunga iblis dari neraka
Tan Hong hong, setelah itu katanya:
"Nona Tan, bersediakah kau untuk melakukan
penyembahan pedang bersamaku?"
"Aku?"
"Benar !"
"Walaupun kejadian ini sama sekali diluar dugaan Bunga
iblis dari neraka, sebab disana berderet begitu banyak
perempuan lain tapi diapun merasa amat girang, karena
dengan kejadian ini terbuktilah bahwa dia adalah gadis
yang paling dicintai oleh si anak muda itu.
Untuk sesaat lamanya dia termangu-mangu disana, dia
hanya tak tahu peristiwa ini harus disambut dengan luapan
rasa gembira ataukah kesedihan cintakah dia? atau benci?
Sampai lama, lama sekali, ia baru manggut-manggutkan
kepalanya, pelan-pelan ia berjalan ke muka mendekati Ong
Bun kim, kemudian mereka berdua bersama-sama menuju
ke depan altar dan bersujud dengan hormatnya..
Baik Ong Bun kim maupun bunga iblis dari neraka samasama
tegang, mungkinkah pedang itu akan keluar dari
sarungnya setelah mereka bersujud di hadapannya?
Tapi ketika mereka bangkit berdiri dan menyaksikan
keadaan dimeja altar, paras muka ke dua orang itu segera
berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat.
Ternyata pedang Sin kiam itu sama sekali tidak keluar
dari sarungnya !
Bunga iblis dari neraka berusaha mengendalikan
perasaannya, lalu dengan wajah yang lebih lembut dia
berkata:
"Ong Bun kim, kalau kita mempunyai jodoh sebagai
suami istri, tak nanti peristiwa yang tragis itu bakal
menimpa diri kita berdua!"
Ong Bun kim hanya tertunduk sedih, dia tak mampu
mengucapkan sepatah katapun.
Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang, pelanpelan
ia mengundurkan diri dari sana, sementara Ong Bun
kim masih berdiri kaku di tempat.
"Ong siangkong!" tiba-tiba Lan Siok ling maju kedepan.
"mari kita menyembah pedang bersama, entah pedang itu
akan meninggalkan sarungnya atau tidak, yang pasti kita
adalah sepasang suami istri!"
Ong Bun kim mengangguk, bersama Lan Siok-ling dia
melakukan penyembahan pedang sekali lagi, tapi pedang itu
masih tetap tidak meninggalkan sarungnya.
Dengan demikian Ong Bun kim mublai merasa agakd
putus asa dan akecewa.
Masakahb pedang itu bisa meninggalkan sarungnya?
Mungkinkah berita itu cuma isapan jempol belaka?
Lan Siok ling segera tertawa getir, katanya kemudian.
"Aaaai! Rupanya aku masih belum mempunyai rejeki
untuk mendapatkan pedang tersebut"
Selesai berkata, dia mengundurkan diri dari sana.
Mendadak Kim Lo sat tertawa dingin, sambil menerjang
maju kedepan serunya:
"Ong Bun kim, kau tidak menyangkal bukan kalau kita
berdua mempunyai ikatan sebagai suami istri?"
Paras muka Ong Bun kim agak berubah.
"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk membatalkan
ikatan perkawinan itu" serunya.
"Lantas, kenapa kau berulang kali menampik untuk
kawin dengan aku? Toh kau juga tahu bahwa ayahmu dan
ayahku telah merestui perkawinan ini? Kenapa kau tidak
menyanggupi terus?"
"Aku pasti akan menikahimu, tapi bukan sekarang"
00OdwO00
BAB 69
KIM LO-SAT kembali tertawa dingin, katanya:
"Seandainya penyembahan kita menghasilkan pedang itu
meninggalkan sarung sejauh tiga inci? Apakah kau segera
akan menikah dengan aku?"
"Jadi kau kau hendak mengajakku untuk melakukan
penyembahan bersama?"
"Benar, kenapa? Tidak boleh?"
"Tentu saja boleh!"
Walaupun Ong Bun kim berkata demikian. namun
hatinya sangat keberatan, tapi Kim lo sat memang berhak
untuk mengajak Ong Bun kim untuk melakukan
penyembahan bersama.
Diam-diam Ong Bun kim merasa terkejut, seandainya
penyembahan tersebut benar-benar mengakibatkan pedang
itu meninggalkan sarung sejauh tiga inci, apa yang harus
dia katakan?
Tapi keadaan sudah amat mendesak, mau tak mau
terpaksa dia harus keraskan kepala untuk melakukan
penyembahan pedang bersama Kim lo sat.
Ketika selesai melakukan penyembahan, hampir
melompat keluar jantung Ong Bun kim karena berdebar
keras, pelan-pelan dia bangkit berdiri lalu mengalihkan
sorot matanya ke altar, ternyata pedang itu masih belum
juga bergeser.
Ong Bun kim merasa lega sekali, bagaikan baru saja
melepaskan sebuah beban yang sangat berat dan atas
bahunya, kontan saja dia menyindir dengan nada dingin:
"Hmm... Mungkin kita memang tabk punya jodoh
mdenjadi suami isatri."
Merah padbam selembar wajah Kim Lo sat karena
jengah, pelan pelan dia mundur kembali ke belakang.
Sedangkan Ong Bun kim sekalipun dimulut berkata
demikian, namun tubuhnya masih tetap berdiri ditempat
dengan wajah termangu-mangu.
Ia telah melakukan penyembahan pedang bersama
seluruh kekasih yang dimilikinya, tapi pedang itu masih
tetap tidak bergeser dari sarungnya, dengan demikian
harapan Ong Bun kim untuk memperoleh pedang itupun
mulai goyah.
Mungkin ia memang tak berjodoh dengan pedang ini?
Kejadian ini memaksa Tiang seng lojin berubah juga
wajahnya, dia lantas menuding sekejap ke arah Yu Cing,
kemudian tegurnya:
"Nona Yu, kenapa kau tidak maju ke depan untuk
mencoba?"
"Aku ?"
"Benar !"
"Tapi..."
"Tapi kenapa?"
"Aku dengan dia sama sekali...."
"Siapa tahu kalau kau dan Ong Bun kim mempunyai
jodoh sebagai suami istri?"
Ucapan ini segera membuat Yu Cing merasakan
jantungnya berdebar keras, ia tidak menyangkal kalau
secara diam-diam mencintai Ong Bun-kim hanya saja
perasaan tersebut tak pernah diutarakan keluar.
Dia tahu kalau dirinya tak pantas untuk mendampingi si
anak muda itu, usianya dengan Ong Bun kim selisih cukup
besar.... kalau ditotal semua maka dia lebih tua delapan
tahun daripada pemuda itu.,., dia adalah seorang
perempuan yang telah berusia duapuluh enam tahun.
Beberapa waktu berselang, dia pernah mencoba untuk
mengutarakan perasaan cintanya, tapi ia selalu tak punya
keberanian untuk mengutarakannya keluar, karena
bagaimanapun juga antara dia dengan Ong Bun kim
memang berselisih usia yang amat besar.
Seandainya didalam penyembahan pedang nanti pedang
Sim kiam benar benar bisa keluar dari sarungnya, maka dia
dan pemuda itu akan segera kawin menjadi sepasang suami
istri.
Ketika Tiang seng lojin menyaksikan gadis itu hanya
membungkam dalam seribu bahasa dia segera berseru
kembali.
"Hayo maju kedepan!"
Akhirnya Yu Cing manggut-manggut, dia beranjak dan
pelan-pelan maju kedepan.
Ong Bun kim merrasakan jantungntya berdebar kerqas.
Karena dianrtara perempuan-perempuan kenalannya,
kini tinggal Yu Cing seorang yang belum melakukan
penyembahan bersamanya, mungkinkah antara dia dengan
perempuan yang tampak selalu bermuram durja ini
mempunyai jodoh sebagai suami istri?
Dalam hati kecilnya dia berharap tidak, karena hutang
cintanya dengan perempuan itu cukup banyak.
Sementara itu, Yu Cing telah berada disamping Ong Bun
kim, mereka saling bertatapan sekejap tanpa mengucapkan
sesuatu, sementara di hati kecil mereka sama-sama
mempunyai jalan pikiran demikian.
Seandainya hasil dari penyembahan mereka
menghasilkan bergeraknya pedang suci itu dari sarungnya,
kejadian ini harus dianggap sebagai suatu peristiwa yang
patut digembirakan atau suatu tragedi yang memedihkan
hati?
Lama sekali mereka berdua berdiri kaku sambil
membungkam, tapi akhirnya mereka menyembah pula
dengan hormat, sekalipun ketegangan yang mencekam
perasaan mereka hampir saja membuat jantung kedua orang
muda-mudi itu melompat keluar dari rongga dadanya.
Tapi ketika mereka bangkit kembali, paras muka kedua
orang itu segera berubah hebat.
Pedang suci "Sin kiam" masih tergeletak diatas meja
tanpa mengalami perubahan apapun, kejadian ini membuat
paras muka semua orang agak berubah, sebab secara
beruntun Ong Bun kim sudah menyembah kepada pedang
itu dengan empat orang gadis, akan tetapi pedang "Sin
kiam" masih tidak bergeming barang sedikitpun juga.
Apakah ia tak berjodoh untuk memperoleh pedang itu?
Atau diantara ke empat orang gadis itu tak seorangpun
diantara mereka yang benar-benar merupakan istrinya?
Berpikir sampai disitu Ong Bun kim menghela napas
panjang, ia bersama dengan Yu Cing segera beranjak dan
mundur dari depan altar.
Melihat itu, Ciu Li li Buncu dari perguruan San tian bun
segera tertawa dingin sindirnya:
"Ong Bun kim! Rupanya kau sendiripun tak punya rejeki
untuk mendapatkan pedang tersebut?"
Ong Bun kim merasa agak kecewa dan pipinya bersemu
merah, apalagi setelah mendengar sindiran tersebut, sambil
tertawa hambar dia mengundurkan diri ke sisi Tiang seng
lojin.
"Benar-benar suatu kejadian yang aneh" gumam Tang
seng lojin dengan perasaan tidak habis mengerti.
Ong Bun kim tertawa getir, ujarnya: "Apakah lantaran
pedang itu tidak meninggalkan sarungnya?"
"Benar!"
"Mungkin aku Ong Bun kim memang tak berjodoh untuk
mendapatkan pedang tersebut."
"Tidak, bukan kau yang tidak berjodoh, adalah kau yang
separuh masih belum ditemukan.
"Tapi. semua perempuan yang kukenal hanya mereka
mereka ini!"
"Tidak, masih ada seorang lagi!"
"Siapa?" tanya Ong Bun kim tertahan.
"Dia !"
Sambil berkata Tiang seng lojin segera menuding ke
Kwan Siok kim yang ada dihadapannya.
Ong Bun-kim merasa terkesiap, betul Kwan Siok-kim
amat mencintainya, tapi ia sama sekali tidak mencintai
gadis itu.
Dia adalah seorang yang mulia dan baik hati, dia tak
tega membuat gadis itu sedih karena cinta, tapi saat ini
memang cuma dia seorang yang belum melakukan
persembahan bersamanya.
Mungkinkah dia adalah calon istrinya?
Tentu saja kejadian ini agaknya merupakan suatu
kejadian yang mustahil dan tak mungkin terjadi."
Sementara Ong Bun kim masih termenung, Kwan Siok
kim telah menghampirinya seraya menegur.
"Ong sauhiap, aku ingin bertanya kepadamu"
"Soal apa?"
"Benarkah setiap perempuan yang bisa menyembah
pedang denganmu dan menghasilkan pedang itu keluar
sepanjang tiga inci dari sarungnya adalah snami istri?"
"Benar !"
"Bolehkah aku untuk mencobanya bersamamu?"
"Kau ?"
"Benar aku! Sebenarnya aku bukan datang untuk
menyembah pedang, tapi sekarang aku ingin mencoba,
siapa tahu kalau aku adalah istrimu yang benar."
Ong Bun kim tertawa getir, ia tak dapat melukiskan
bagaimanakah perasaannya saat ini, namun ia tak bisa
menampik ajakannya itu terpaksa sambil menggigit bibir dia
maju kedepan.
Kwan Siok kim mengikuti dibelabkang Ong Bun kidm
tampil ke depaan, ketika tibab lima depa didepan altar,
kedua orang itu segera menghentikan langkahnya.
Kali ini adalah harapan paling akhir dari Ong Bun kim,
jika kali ini diapun gagal untuk membuat pedang Sin kiam
keluar dari sarungnya, berarti dia memang tak berjodoh
dengan pedang tersebut.
Lama sekali mereka berdiri dengan mulut membungkam,
tapi akhirnya dua orang itu menyembah juga dengan penuh
rasa hormat.
Mendadak...
Pada saat kedua orang itu sedang melakukan
persembahan, para jago lihay yang berada dalam ruang itu
sama-sama menjerit kaget.
"Lihat ! Pedang itu sudah mulai bergeser dari
sarungnya."
"Yaa, benar, sudah bergeser tiga inci...."
Suasana gaduh membuat ruangan itu menjadi kacau
balau tak karuan.
Ketika mendengar suara tersebut, Ong Bun kim
merasakan dadanya seperti dipukul dengan martil berat,
matanya menjadi berkunang-kunang dan kepalanya pusing
tujuh keliling, untuk beberapa saat lamanya ternyata ia tak
sanggup untuk berdiri.
Peristiwa ini benar-benar menggetarkan perasaannya,
membuat ia terkejut dan seperti tak percaya, ternyata pada
penyembahannya bersama Kwan Siok kim pedang Sin kiam
benar-benar bergeser sejauh tiga inci dari sarungnya.
Kwan Siok kim akan menjadi istrinya yang sah...
kejadian ini sungguh merupakan suatu kejadian yang diluar
dugaan.
Berada dalam keadaan begini, Ong Bun kim tak tahu
harus merasa terkejutkah atau gembira, dengan termangumangu
dia berdiri ditempat, lama sekali ia baru
menegakkan badannya dan memandang ke arah altar.
Benar juga pedang Sin kiam telah bergeser sejauh tiga
inci dari sarungnya, cahaya tajam yang berkilauan
memancar ke empat penjuru dan menerangi seluruh
ruangan:
Ong Bun kim terkesiap.
Ditengah jeritan kaget dari puluhan orang jago lihay
yang hadir dalam ruangan itu, dia merasa terkejut pula
karena tidak menyangka akan benar-benar menjadi pemilik
pedang Sin kiam.
Kwan Siok kim merasakan kegembiraan yang tak
terlukiskan dengan kata-kata, serunya dengan rasa kejut
bercampur girang:
"Ong sauhiap, kita benar benar berhasil menggeserkan
pedang itu dari sarungnya..."
Agaknya Ong Bun kim tak dapat bmenampilkan
sendyuman yang menuanjukkan rasa gibrang dan kaget, dia
cuma memandang sekejap kearahnya, ketika menjumpai
paras mukanya yang berseri karena gembira, dia cuma
dapat membalasnya dengan sekulum senyuman getir.
"Ditengah kegaduhan, Giok bin hiap Yu Tiong berseru
dengan suara yang dalam dan berat: "Harap kalian semua
tetap tenang!"
Lambat laun kegaduhan bisa teratasi dan suasana
menjadi tenang kembali, berpuluh-puluh pasang mata
serentak dialihkan kewajah Ong Bun kim serta Giok Bin
hiap.
"Aku merasa sangat gembira menyaksikan pedang Sin
kiam milik guruku telah menemukan pemilik barunya"
demikian Giok bin hiap berkata dengan suara dalam.
"semoga benda itu bisa menjunjung tinggi keadilan dan
melenyapkan segala kesesatan dari muka bumi, agar umat
persilatan bisa hidup aman dan tenteram serta harapan
guruku terkabulkan."
Setelah terhenti sejenak, dia berkata kembali.
"Dibawah cahaya suci dari Sin kiam, kalian secara resmi
sudah menjadi sepasang suami istri."
Ong Bun kim tak dapat mengutarakan bagaimana
perasaannya pada saat ini, harus girangkah atau sedih?
Giok bin hiap telah mengangkat pedang Sin kiam itu dari
atas meja, kemudian bertanya:
"Ong Bun kim. siapa nama nona itu?"
"Kwan Siok kim."
"Mulai detik ini kuserahkan pedang Sin kiam milik
guruku ini kepada kalian, semoga kau dapat menciptakan
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia
didunia ini, silahkan ke mari untuk menerima pedang!"
Ong Bun kim melangkah kedepan, baru saja Giok bin
hiap hendak menyerahkan pedang itu ke tangan Ong Bun
kim, tiba-tiba terdengar Buncu dari perguruan San tian bun
membentak keras:
"Tunggu sebentar !"
Bentakan dari Ciu li-li, ketua dari perguruan San tian bu
ini jauh diluar dugaan siapapun, untuk sesaat semua orang
menjadi tertegun, sinar mata merekapun bersama-sama
dialihkan kewajahnya.
"Buncu, ada petunjuk apa yang hendak kau sampaikan?"
tegur Giok bin hiap ketus.
Dengan suara yang tak kalah dinginnya Ciu Li li
bertanya:
"Kau maksudkan mereka adalah sepasang suami istri
yang ideal maka mereka berhak memperoleh pedang
mestika itu?"
"Benar !"
"Kalau aku mohorn untuk melakuktan penyembahan
qpedang sekali lragi dengan Ong Bun kim, apakah hal ini
tak boleh?"
Tanpa sadar semua orang menjerit bersama, sebab
perkataan itu sama sekali diluar dugaan siapapun.
Tapi Ciu Lili tetap berkata dengan suara dingin.
"Aku minta untuk melangsungkan penyembahan
terhadap pedang suci itu sekali lagi bersama Ong Bun kim!"
"Ciu buncu, sesungguhnya apa maksudmu?" bentak
Giok bin hiap agak naik darah.
"Siapa tahu kalau aku dan Ong Bun kim sesungguhnya
adalah sepasang suami istri!"
Selapis hawa napsu membunuh yang sukar dilukiskan
dengan kata-kata segera menghiasi wajah Ong Bun kim,
dampratnya:
"Betul-betul perempuan yang tak tahu malu, kau masih
belum pantas !"
"Pantas atau tidak, pedang Sin kiam bisa
memutuskannya, jika tidak berbuat demikian siapa yang
bakal merasa puas?"
Ciu Lili ketua-dari perguruan San tian bun ini benarbenar
seorang perempuan yang tak tahu malu, lebih tak
disangka kalau dia adalah seorang perempuan jalang, meski
usianya sudah mencapai empat puluh, namun ia masih
mampu untuk mengucapkan kata-kata seperti itu..
Yang lebih celaka lagi, justru dengan perbuatannya ini
bukan saja telah memalukan Ong Bun kim, otomatis diapun
mencemooh kesucian pedang Sin kiam tersebut, hal mana
membuat, para jago yang hadir dalam ruangan pun
menunjukkan sikan gusar.
Lebih-lebih Iagi Ong Bun kim, saking marah dan
penasarannya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun.
"Bagaimana?" ejek Buncu dari perguruan San-tian bun
itu sambil tertawa dingin, "Apakah kau Ong Bun kim
merasa takut?"
"Apa yang masti kutakuti?"
"Takut kalau pedang Sin kiam akan mengikat kita berdua
sebagai suami istri?"
"Ciu Li li!" hardik Ong Bun kim penuh kegusaran. "kau
berani mencemooh kesucian pedang Sin kiam?"
"Aku berbicara kenyataan, tidak bermaksud mencemooh
siapapun!"
"Ciu Li li bila aku berhasil mendapatkan pedang Sin
kiam, orang pertama yang akan kubunuh lebih dulu adalah
kaul"
"Kalau kita akan mengikat diri menjadi suami istri?"
"Kentut busuk, kejadian ini tak mungkin bisa
berlangsung,"
"Tak mungkin? Kalau kau beranggapan hal ini tak
mungkin, kenapa kau tak berani untuk melangsungkan
penyembahan sekali lagi bersama ku?"
Hampir meledak dada Ong Bun kim saking gusarnya,
sambil menggigit bibir serunya, kemudian:
"Baik, aku akan melakukan penyembahan sekali lagi
bersamamu!"
Kesanggupan dari Ong Bun kim ini pun sama sekali
diluar dugaan siapapun, dengan wajah penuh kegusaran
Giok-bin hiap menyarungkan kembali pedang suoi itu dan
diletakkan kembali keatas altar.
Sementara itu. Ciu Li li sudah berjalan ke samping Ong
Bun kim, sedangkan Ong Bun kim sendiri sedemikian benci
dan marah-nya kepada perempuan jalang itu, sehingga
kalau bisa dia hendak menghajar perempuan itu sampai
mampus, sehingga semua rasa benci dan dendamnya dapat
terlampiaskan.
Tapi dia tidak melakukan perbuatan itu, sebab berada
dihadapan pedang Sin kiam, dia tak dapat melakukan
perbuatan semacam ini
"Ong Bun-kim, hayo kita melakukan penyembahan!"
seru Ciu Li li sambil tertawa dingin.
Sambil menggigit bibir, terpaksa Ong Bun kim
melakukan penyembahan sekali lagi bersama Ciu Li li.
Tiba-tiba berkumandang suara tertawa dingin dari
kerumunan para jago yang berdiri disisi kalangan.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, ternyata pedang
sin-kiam itu sama sekali tidak bergeser dari sarungnya.
Ong Bun kim segera tertawa dingin, ejeknya:
"Benarkah kita adalah suami istri?"
"Ciu Li li, kau sudah puas " bentak Giok bin hiap pula.
Belum lagi ucapan tersebut selesai diucapkan, tiba-tiba
berkumandang suara bentakan keras yang amat
memekikkan telinga dalam ruangan itu.
Tiba-tiba Ciu Li-li melompat maju ke depan, sepasang
jari tangan kanannya secepat kilat disodok ke depan
menghajar jalan darah ditubuh Ong Bun kim.
Serangan dari Ciu Li li ini betul-betul kelewat keji dan
licik sama sekali diluar dugaan siapapun.
Dalam keadaan tidak bersiaga, mana mungkin si anak
muda itu menghindarkan diri?
oooooOdwOoooo
BAB 70
DENGUSAN tertahan berkumandang memecahkan
keheningan. robohlah pemuda itu keatas tanah.
Dengan suatu gerakan yang cepat, Ciu Li-li menyambar
tubuh Ong Bun kim dan memeluknya ke dalam rangkulan.
Jelas semua tindakan tersebut dilakukan Ciu-Li li dengan
suatu perencanaan yang matang sebab sesuatunya
berlangsung amat cepat dan sangat teratur. .
Kwan Siok kim yang menyaksikan kejadian itu segera
membentak keras penuh kegusaran.
"Lepaskan dia!"
Telapak tangan kanannya diayunkan kedepan sebuah
pukulan dahsyat telah dilontarkan kemuka.
Serangan yang dilancarkan Kwan Siok kim ini dilakukan
dengan kecepatan yang luar biasa, Ciu Li-li tak mengira
Kwan Siok kim bisa melepaskan pukulan secepat itu, buruburu
dia berkelit ke samping,
Baru saja Ciu Li-li menghindar kesaniping serangan
kedua dari Kwan Siok kim tahu-tahu sudah meluncur lagi
dengan kecepatan tinggi, kehebatannya sukar dilukiskan
dengan kata kais.
Oleh karena terdesak dan tak mungkin bagi Ciu Li-li
untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut tanpa
terasa ia membentak keras:
"Berhenti! Apakah kau sudah tidak menghendaki lagi
selembar jiwa Ong Bun kim?"
Dengan telapak tangan kanannya dia tangkis serangan
itu dengan keras lawan keras.
"Blaam!" akibatnya Ciu Lili terhuyung-huyung sejauh
tujuh-delapan langkah sebelum bisa berdiri tegak lagi.
Sedangkan Kwan Siok kim sendiripun ikut terdorong
mundur sejauh lima enam langkah.
Dengan geramnya Ciu Lili membentak.
"Jika kau berani turun tangan lagi, segera kubunuh
dirinya."
"Kau berani?" teriak Kwan Siok kim.
"Berani atau tidak, silahkan turun tangan lagi untuk
mencoba sendiri"
Saking gusarnya sekujur badan Kwan Siok kin gemetar
keras, tapi diapun tak berani sembarangan turun tangan,
kalau tidak, bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit bagi
Ciu Li-li jika dia ingin melenyapkan selembar nyawa Ong
Bun kim.
"Ciu Buncu!" tiba-tiba Giok bin hiap membentak keras,
"kau berani bertingkah disini."
"Bertingkah?" Ciu Li li segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak, kenapa aku tak berani
bertingkah?"
"Dihadapan pedang suci Sin-kiam, kau juga berani
bermain kasar?"
"Kenapa tidak berani?"
"Lepaskan dia"
"Kalau aku menolak, mau apa kau?" ejek Ciu Lili sambil
tertawa dingin tiada hentinya.
"Akan kubunuh dirimu!"
Sekali lagi Ciu Li li tertawa dingin.
"Kalau kau berani turun tangan, maka orang pertama
yang akan mampus lebih dulu adalah si pemilik pedang
itu!"
Ucapan tersebut diutarakan dengan mengandung hawa
napsu membunuh yang amat tebal sehingga kedengarannya
sangat menggidikkan hati siapapun, terhadap ancaman itu.
untuk sesaat Giok bin-hiap sendiripun tak berani turun
tangan secara gegabah.
Ciu Lili mengejek sinis, diiringi suara tertawa dingin
yang tak sedap didengar, ujarnya pada dua orang anggota
perguruannya.
"Hayo kita pergi."
Selesai berkata, dia lantas beranjak lebih dulu
meninggalkan ruangan Tat mo wan tersebut.
Menyaksikan Ciu Li li akan melangkah pergi dari situ,
tanpa disadari Yu Cing, Lan Siok ling, Bunga iblis dari
neraka dan Kwan Siok kim bersama-sama maju pula ke
depan untuk menghadang jalan perginya.
"Mau apa kalian?" bentak Ciu Li li gusar.
"Ciu Lili, lebih baik lepaskan orang itu dari
dukunganmu!" bentak Yu Cing dengan suara dingin.
"Kalau enggan, mau apa kau?"
"Jangan harap kau bisa keluar dari sini!"
Ciu Li li segera tertawa dingin.
"Oooh kalau soal itu mah aku tak kuatir toh Ong Bun
kim masih berada ditanganku"
"Kau benar-benar tak mau melepaskannya?" bentak
Kwan Siok kim lagi dengan suara keras.
"Benar."
Baru saja kata-kata itu melompat keluar dari bibirnya,
Kwan Siok kim telah membentak keras, bayangan putih
terasa berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah menerjang
kehadapan Ciu Li li sambil melancarkan sebuah pukulan
dahsyat.
Serangan ini dilancarkan Kwan Siok kim dengan
mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya,
bukan saja ganas dan cepat, lagi pula membawa kekuatan
penghancur yang luar biasa.
Ciu Li li membentak keras sebuah pukulan segera
dilepaskan pula untuk membendung datangnya ancaman
tersebut.
Pada saat Ciu Li li melepaskan pukulan untuk
menangkis datangnya cecaran dari Yu Cing, Lan Siok ling
serta Bunga iblis dari neraka bersama-sama maju ke muka
sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Ditengah berkelebatnya bayangan bayangan manusia,
Ciu Li li menjerit kesakitan, ia sudah termakan oleh
pukulan dari Kwan Siok kim itu secara telak, tubuhnya
segera mundur sejauh satu kaki lebih dengan sempoyongan.
Tiba-tiba berkumandang suara dengusan tertahan,
menyusul suara tumpahan yang keras, darah kental
bermuncatan keluar dari mulut Ong Bun kim sehingga
mengotori seluruh wajah dan pakaiannya.
Dengan suara keras menyeramkan, Ciu Li-li ketua dari
perguruan San tian bun itu mengancam:
"Kalau kalian berani turun tangan lagi, jangan salahkan
kalau aku benar-benar akan membunuhnya lebih dahulu!"
Setelah diancam demikian, tak seorangpun berani turun
tangan lagi secara gegabah, mereka saksikan Ong Bun kim
memejamkan matanya rapat-rapat dengan wajah pucat pias
setelah muntah-muntah darah tadi.
"Hayo menyingkir!" bentak Ciu Lili.
Banyak orang orang kena digertak, sehingga tanpa sadar
mereka bersama-sama mengundurkan dirinya dari situ.
Ciu Li li tertawa dingin, sambil mengempit tubuh Ong
Bun kim, dia melangkah keluar dari ruang Tat mo wan dan
melanjutkan perjalanannya menuju keluar kuil.
Tapi sesosok bayangan hitam berkelebat lewat tahu-tahu
Giok bin hiap telah menghadang di hadapannya.
"Ada apa kau? Kau masih ingin melancarkan serangan?"
bentak Ciu Li li dengan suara keras.
"Ciu buncu kau benar benar tak mau melepaskan
dirinya?" bentak Giok bin hiap sambil memegang gagang
pedang Sin kiam.
"Tidak sulit kalau menginginkan aku untuk lepas tangan,
tapi ada dua syarat yang harus dipenuhi!" kata Ciu Li li
sinis.
"Apa syaratmu? Cepat katakan!"
"Pertama, berikan Sin kiam itu beserta kitab pelajaran
ilmu pedangnya kepadaku!"
"Kedua?" tanya Giok bin hiap.
"Sebelum kami keluar dari tempat ini, dilarang turun
tangan terhadap kami."
Giok bin biap segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram.
"Haaahh.... haaahh....haaahh kalau aku tak bisa
memenuhi keinginanmu?" itu serunya.
"Yaa apalagi? Jika kau berani turun tangan, maka akan
kusalurkan tenaga pukulanku ke tubuh Ong Bun kim
akibatnya dia akan mampus seketika ini juga."
Dibawah ancaman demikian ini sudah barang tentu
Giok bin hiap tak berani sembarangan turun tangan.
"Kukabulkan permintaanmu itu!" tiba-tiba Kwan Siok
kim berkata:
"Apa?" jawaban dari gadis itu amat mencengangkan
semua orang, sehingga tanpa teresa mereka menjerit
bersama.
"Kukabulkan syaratmu inu" ulang Kwan Siok kim
dengan suara yang dalam dan berat.
Hampir saja Ciu Li Ii tidak percaya dengan
pendengarannya sendiri untuk sesaat lamanya dia malah
berdiri tertegun ditempat.
"Pedang suci Sin kiam mana boleh dibiarkan terjatuh ke
tangannya ?" protes Giok bin hiap segera.
"Demi keselamatan Ong Bun kim terpaksa kita harus
berbuat demikian..." ucap Kwan Siok kim dingin.
"Tapi kalau aku tidak serahkan pedang Sin-kiam ini
kepadamu, bagaimana caranya kau dapat serahkan benda
ini kepada perempuan itu?"
Paras muka Kwan Siok kim segera berubah.
"Locianpwe!" karanya, "kau tak usah turut campur,
pedang Sin kiam itu bukan milikmu, tapi telah kudapatkan
bersama Ong Bun kim"
Perkataan dari Kwan Siok kim ini segera disambut
dengan perubahan wajah dari Giok bin hiap, untuk sesaat
lamanya dia malah tak mampu mengucapkan sepatah
katapun.
Benar seperti apa yang dikatakan, pedang Sin-kiam itu
telah didapatkan oleh Kwan Siok kim, dia berhak untuk
menentukan nasib pedang mestika tersebut.
"Locianpwe serahkan pedang Sin kiam itu kepadaku!"
setu Kwan Siok-kim dingin.
Giok bin hiap menghela napas pbanjang.
"Aaai..d.! Kenapa dalama surat wasiat gburumu tidak
ditulis kejadian yang bakal berlangsung hari ini? Sudah,
sudahlah akan kuserahkan pedang Sin-kiam dan kitab
pelajarannya kepadamu!"
Seraya berkata, dia menyerahkan pedang mestika dan
kitab pelajaran ilmu pedang itu ke tangan Kwan Siok kim.
Setelah menerima kedua benda mestika tersebut, Kwan
Siok kim segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Ciu-
Li-li yang memakai kain cadar itu, kemudian serunya ketus.
"Ciu buncu, bila kuserahkan kedua benda ini kepadamu,
apakah kau akan lepaskan Ong Bun kim?"
"Tentu saja!" jawab Ciu Li li sambil tertawa bangga.
"Kalau memang demikian, serahkan dulu Ong Bun kim
kepadaku!"
"Serahkan barang lebih dulu, kemudian baru kuserahkan
orangnya."
"Kalau kau ingkar janji?" tanya Kwan Siok kim
"Kujamin dengan nama baikku!"
"Huuh! Kalau kau Ciu Buncu masih punya nama baik,
tak nanti kau lakukan perbuatan terkutuk seperti ini, lebih
baik serahkan dulu Ong Bun kim kepadaku, percayalah aku
tak akan mengingkar janji."
Belum selesai perkataan dari Kwan Siok kim itu,
mendadak dari luar pintu sudah berkumandang suara
seruan yang berat dan dalam.
"Tolong tanya, siapakah diantara kalian yang bernama
Ong Bun kim?"
Suara tersebut muncul secara tiba-tiba, segera hal itu
mengejutkan semua jago yang ada disana sorot mata
mereka bersama-sama dialihkan-keluar pintu.
Tampaklah seorang pemuda tampan yang bertubuh
kekar, berusia dua puluh enam-tujuh tahun dan
mengenakan jubah berwarna abu-abu melangkah masuk
kedalam arena.
Kehadiran yang tak terduga dari pemuda itu, sekali lagi
membuat semua jago menjadi tertegun.
"Tolong tanya siapa yang bernama Ong Bun kim?" sekali
lagi pemuda tampan berbaju abu-abu itu bertanya.
"Kau sedang mencarinya?" tegur Giok-bin hiap
kemudian.
"Benar, apakah dia berada disini?"
"Yaa. dia adalah saudara yang ditawan oleh Ciu Buncu
itu!"
Sorot mata pemuda berbaju abu-abu itu segera dialihkan
ke atas ke wajah Ciu Li-li yang tertutup oleh kain cadar itu,
kemudian sorot matanya dialihkan ke wajah Ong Bun kim
yang berada ditangannya.
"Diakah yang bernbama Ong Bun kimd?" kembali
pemuada itu bertanyab.
"Betul!" jawab Ciu Li li sinis, "ada urusan apa kau datang
mencarinya ?"
Pemuda berbaju abu-abu itu mengernyitkan alis
matanya, seolah-olah sedang mempertimbangkan sesuatu.
Apa yang sedang ia pikirkan? Tentu saja semua jago tak
ada yang tahu, bahkan merekapun tahu siapa gerangan
pemuda berbaju abu-abu ini?
Dan apa maksudnya mencari Ong Bun kim?
"Nona!" terdengar Ciu Li li menegur kembali
"sebenarnya kau bersedia untuk bertukar syarat atau tidak?"
"Tentu saja setuju, cuma kau harus menyerahkan dulu
Ong Bun kim kepada kami"
"Kalau begitu, transaksi kita ini tak bisa dilangsungkan
lagi, bila kau mau serahkan dulu barang itu, aku pasti akan
mengembalikan Ong Bun kim kepadamu!"
Saking jengkelnya, Kwan Siok kim harus menggertak
giginya kencang kencang, setelah sangsi sejenak, akhirnya
dia berkata juga:
"Baiklah, akan kuserahkan dulu kedua benda ini, nah
sambutlah!"
Seraya berkata dia lantas melemparkan pedang Sin kiam,
dan kotak besi berisikan kitab pusaka itu ke tangan Ciu Li
li.
Anda sedang membaca artikel tentang Setan Harpa 2 dan anda bisa menemukan artikel Setan Harpa 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/setan-harpa-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Setan Harpa 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Setan Harpa 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Setan Harpa 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/09/setan-harpa-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar