Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Rabu, 28 Desember 2011

Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]

Maka dalam keadaan demikian Siauw Liong Lie bisa
menguasai jiwa dan hatinya, sehingga tidak perlu dia panik.
Setelah meletakan bajunya ditepi kolam, Siauw Liong Lie
terjun kedalam kolam itu, dia telah berenang kesana kemari.
Memang kesegaran tubuhnya pulih kembali. Suatu kali Siauw
Liong Lie telah menyelam kedalam kolam. Air yang bening
sejuk itu mengembirakan hatinya, sehingga disaat itu
kesedihan tidak merajai hati pendekar wanita nomor satu
dijaman ini.
Tetapi waktu Siauw Liong Lie tengah berenang dengan
gembira didalam air kolam itu, dan bermaksud untuk
menyelam kedasar kolam itu. tahu2 dia merasakan ada
semacam arus air memutar.
Tentu saja hal ini mengejutkan hati Siauw Liong Lie, cepat?
dia memutar tubuhnya untuk berenang keatas lagi, tetapi
rupanya usaha Siauw Liong Lie telah terlambat, karena kedua
kakinya telah kena terlibat oleh gulungan arus air itu.
Siauw Liong Lie mengerahkan tenaga dalamnya, dia telah
berusaha melepaskan diri dari jerat arus air yang bergulung
itu. Tetapi usahanya itu selalu gagal. Hal ini bukan disebabkan
lwekang Siauw Liong Lie kurang kuat, tetapi berbeda sekali,
jika membandingkan antara didarat dengan diair. Didalam air
tenaga lwekang Siauw Liong Lie seperti lenyap setengahnya,
dimana daya tahannya berkurang banyak.
Mati2an Siauw Liong Lie berusaha melepaskan diri dari arus
air itu tetapi semakin dia meronta, gulungan air itu semakin
keras dan kuat.
Bahkan suatu saat. Siauw Liong Lie telah kehabisan napas
dan tidak berdaya lagi.
Tubuh Siauw Liong Lie terhisap oleh arus air itu, dia sendiri
sudah tidak tahu karena Siauw Liong Lie telah pingsan akibat
terseret arus air tersebut.

Ketika Siauw Liong Lie tersadar dari pingsannya, dia
mendapatkan dirinya terhampar dipermukaan goa yang cukup
besar, sedangkan kakinya masih terendam diair. Rupanya
kolam itu memiliki cabang yang berhubungan dengan goa
tersebut.
--ooo0dw0ooo--
Jilid 26
Siauw Liong Lie telah bangun berdiri. Dia merasa dingin
sekali, karena dia tidak berpakaian. sedangkan hawa disitu
sangat dingin sekali.
Untuk menguatkan tubuh, Siauw Liong Lie telah memasuki
goa itu.
Hawa hangat bisa melindungi tubuhnya juga, maka Siauw
Liong Lie telah berdiam disitu sambil mengawasi kalau2 ada
tempat yang bisa didaki untuk kembali kelembah dimana
pakaian dan seluruh barang2nya ditinggalkan ditepi kolam.
Tetapi letak goa itu sangat terpencil sekali. Sekelilingnya
merupakan dinding2 batu gunung yang licin sekali.
Siauw Liong Lie berulang kali telah menghela nafas. Selalu
akhir2 ini dia mengalami banyak perobahan saja.
Perlahan-lahan. Siauw Liong Lie memasaki terus goa itu,
dia melangkah dengan langkah yang satu2. karena keadaan
didalam goa itu sangat gelap, tidak terlihat apapun juga.
Dengan tangannya Siauw Liong Lie telah meraba2 kedepan.
dan semakin lama goa itu semakin sempit, akhirnya Siauw
Liong Lie harus menyusurinya dengan merangkak. dia
merasakan lututnya sakit sekali.
Tetapi ketika itu Siauw Liong Lie berhasil tiba disebuah
ruangan. Ruangan yang tidak begitu besar, tetapi memiliki

hawa yang sejuk dan hangat yang bergabung menjadi satu.
mendatangkan perasaan segar. Dan ruangan ini memiliki sinar
dari matahari lewat beberapa lobang yang mungkin sengaja
dibuat atau memangnya sudah ada.
Dengan adanya sinar matahari yang bisa menerobos
masuk, Siauw Liong Lie bisa melihat jelas keadaan didalam
goa itu.
Dengan adanya sinar matahari yang bisa menerobos
masuk, Siauw Liong Lie bisa melihat jelas keadaan didalam
goa itu.
Pertama tama yang dilihatnya adalah dua buah bangku dari
batu yang dibuat bundar dengan ditengah2 dasarnya
diratakan untuk dipergunakan duduk.
Disebelah kanannya terdapat sebuah meja batu pula.
Setelah itu Siauw Liong Lie melihat pembaringan batu juga,
dan terakhir kali dia jadi terkejut dan mengeluarkan seruan
tertahan, waktu dia melihat diatas ranjang batu itu duduk
bersemadhi tengkorak manusia yang masih memakai baju!
Keadaan seperti itu tentu saja menimbulkan perasaan
ngeri. Tetapi setelah Siauw Liong Lie mengetahui bahwa yang
duduk bersemadhi itu hanyalah tengkorak manusia yang telah
meninggal dunia, hati Siauw Liong Lie jadi tenang kembali.
Dia menghampirinya lalu menyentuh sedikit pakaian
tengkorak itu.
Seketika pakaian itu meluruk jatuh! Rupanya telah berlalu
lama sekali orang tersebut meninggalkan dunia.
Siauw liong Lie menghela napas.
Disaat itu, antara cahaya matahari yang samar2 masuk dari
lobang2 dibatu dinding itu, Siauw Liong Lie melihat sesuatu
didekat kaki tengkotak itu.

Ternyata didekat kaki tengkorak itu terdapat beberapa baris
kata2 yang diukir didalam batu tersebut. Tentu saja yang
membuat Siauw Liong Lie jadi kagum adalah huruf2 itu diukir
dengan mempergunakan jari telunjuk tangan tengkorak itu.
Bunyinya sebagai berikut:
"Kepada orang yang berjodoh denganku. kupersembahkan
kitab pusaka ilmu silat yang tidak ada duanya didalam dunia
ini. Tetapi wahai orang yang berjodoh denganku, engkau
kuburkan dulu tulang2ku."
Surat yang mirip2 'surat wasiat' itu sama sekali tidak
meninggalkan nama atau gelaran. Siauw Liong Lie menghela
napas.
"Mungkin orang ini sebelum meninggal merupakan jago
yang hebat sekali dan akhirnya menjelang kematiannya justru
dia kuatir tidak ada orang yang bersedia menguburkan
tulang2nya, maka dia membuat surat 'wasiat' seperti itu."
Setelah menghela napas berulang kali, Siauw Liong Lie
mengambil batu gunung yang agak besar. dia telah mulai
menggali tanah dalam goa itu.
Setelah bekerja seorang diri cukup lama, maka Siauw Liong
Lie telah berhasil membuat sebuah lobang yang cukup besar,
dia mengangkat tengkorak orang itu. berikut bajunya yang
banyak telah meluruk menjadi abu, dikuburkan semuanya
didalam lobang ini, kemudian dia telah menutupi lobang itu
dengan tanah yang tadi digalinya. Siauw Liong Lie letih sekali,
dia ingin beristirahat dulu, tetapi waktu mau duduk dikursi
batu, dia melihat di tempat tadi tengkorak itu duduk, terdapat
beberapa huruf. Maka Siauw Liong Lie telah menghampiri
pembaringan batu itu, dia telah membaca huruf2 yang tertulis
disitu yang bunyinya sebagai berikut :
"Orang yang berjodoh denganku, Engkau ternyata sangat
baik sekali telah menguburkan mayatku... untuk itu aku dari
akhirat menghujuk hormat kepadamu ... arwahku tentunya

bisa beristirahat dengan tenang. Dengan jiwa yang tulus dan
baik, engkau memang pantas menjadi muridku. Dan kukira
kitab pusaka itu pantas jatuh ditanganmu, untuk mendapat
kitab itu, engkau mulai melangkah dari sudut kanan
pembaringan ini, melangkah limba belas tindak dan setelah itu
kau akan melihat batu gunung yang menonjol dalam bentuk
segi tiga, disaat itulah engkau tendang batu segi tiga itu,
maka engakau akan memperoleh kitab pusaka ilmu sati yang
tiada duanya didalam rimba persilatan!"
Sebetulnya Siauw Liong Lie tidak tertarik dengan kitab ilmu
silat yang dijanjikan itu.
Tadi dia menguburkan mayat dari orang yang tidak
diketahui siapa namanya itu hanyalah didorong oleh perasaan
kasihan saja. Tetapi sekarang karena ingin mengetahui kitab
ilmu silat apakah yang disebut sebagai kitab ilmu silat pusaka
oleh pemiliknya, Siauw Liong Lie mengikuti petunjuk2 itu.
diamna dari sisi pembaringan batu itu dia telah melangkah
lima belas tindak dan benar saja didekat kakinya terdapat batu
berbentuk segi tiga. Dia tanpa berpikir lagi telah
menendangnya.
"Tukkk!" batu itu tertendang dan tahu2 tgerjadi suatu yang
tidak pernah dimimpikan oleh Siauw Liong Lie, suatu peristiwa
yang sangat mentakjubkan sekali.
Batu yang tertendang oleh Siauw Liong Lie jadi terpental
dan dinding batu disebelah kanannya tahu2 menggeser
terbuka seperti juga pintu rahasia.
Siauw Liong Lie berdiri tertegun mengawasi dinding ayng
tengah menggeser itu.
Semakin lama dinding itu terbuka, semakin lebar sehingga
terlihat dibalik dinding batu itu terdapat sebuah ruangan
lainnya yang snagat gelap. namun masih bisa terlihat samar2
keadaan didalam ruangan itu.

Siauw Liong Lie melihatnya bahwa didalam ruangan itu
terdapat sebuah kursi batu pembaringan dari batu juga dan
sebuah meja dari kayu. dari semula Siauw Liong Lie hanya
melihat seluruh barang2 yang terdapat didalam goa ini terbuat
dari batu tetapi hanya meja itu saja yang terbuat dari kayu!
Setelah berdiri ragu2 akhirnya Siauw Liong Lie memasuki
ruangan itu. Dia melihat disekeliling tembok terukir manusia
dalam gerakan2 bersilat. Keras sekali ukiran itu, namun
sebagai seorang akhli silat yang telah berpengalaman, Siauw
Liong Lie bisa mengerti makna dari lukisan2 itu.
Yang membuat Siauw Liong Lie jadi berdiri takjub, karena
dia melihat gerakan- dari manusia ukiran didinding itu selain
merupakan ukiran yang menarik justru mengemukakan
gerakan dari ilmu silat kelas tinggi.
Tetapi disaat itulah Siauw Liong Lie melihat didinding
sebelah kanan tampak barisan huruf2 yang diukir juga dibatu
dinding itu.
Siauw Liong Lie memperhatikan huruf2 itu, dia
membacanya sepatah demi sepatah, karena dengan diukir
didinding itu, huruf2 tersebut kasar sekali coretannya. Tetapi
masih bisa dibaca, yang bunyinya sebagai berikut:
"Engkau telah menguburkan tulang2ku, terimakasih wahai
orang yang berjodoh denganku...."
Dan disamping tulisan itu terdapat beberapa baris tulisan
lagi, yang bunyinya sebagai berikut
"Wahai orang yang berjodoh denganku, Engkau memang
berjodoh denganku. dan menjadi muridku, Seluruh
kepandaianku telah kuukir didinding kamar ini, dan engkau
bisa mempelajarinya mulai dari gambar pertama yang ada
disebelah kiri, terus mempelajari gerakan2 yang saling susul
menuju kekanan.

Ilmu silat yang kutuliskan itu merupakan ilmu silat kelas
satu, karena dimasa aku hidup, aku telah merubuhkan seluruh
orang2 persilatan tanpa pernah kalah satu kalipun juga. hal itu
membuktikan bahwa kepandaianku telah mencapai tingkat
yang cukup sempurna. Maka jika engkau mempelajari baik2,
tentu engkau bisa memiliki kepandaian yang tinggi dan
menjagoi rimba persilatan. Ilmu yang keturunkan padamu itu
kunamakan sebagai ilmu Pek Lui Eng atau Pukulan Tangan
Geledek. Jika engkau telah mempelajari baik2 setiap pukulan,
tanganmu sama hebat seperti petir. Pelajaran itu di bagi
menjadi tujuh bagian dan masing2 terbagi lagi dari tujuh
jurus. Setiap jurus dibagi pula menjadi tujuh gerakan. Maka
jika engkau telah bisa mempelajarinya dengan baik. tentu
engkau bisa menjagoi rimba persilatan dengan ilmu pukulan
Pek Lui Eng itu. Sebagai muridku, tentu saja engkau harus
mengetahui siapa adanya aku. Aku bernama Tang Cia Sie,
bergelar Bu Beng Kun Hoat (Jago Pukulan Tangan Kosong
Tidak bernama). Nah, muridku, kuharap saja engkau
mempelari ilmu yang kuwariskan itu sebaik mungkin dan
engkau harus mempergunakannya untuk keadilan, tidak boleh
sekali mengandalkan ilmu itu untuk melakukan tindakan sewenang2
dan jahat. Aku mendoakan semoga saja engkau
tidak mengecewakan hati dan keinginanku, agar aku bisa mati
dengan mata yang meram."
Setelah membaca surat itu, Siauw Liong Lie menghela
napas.
"Tang Cia Sie....dialah seorang pendekar di jaman seratus
tahun yang lalu.....dia telah meninggal dengan tenang
ditempat ini tentunya dia merupakan jago yang hebat sekali,
karena guruku pernah menceritakan, dijamannya Tang Cie Sie
itu kepandaian jago-she Tang tersebut sangat tinggi sekali.
Maka dari itu jika aku bisa mempelajari ilmunya itu, niscaya
aku bisa memiliki kepandaian yang lebih tinggi... !"

Tetapi berpikir sampai disitu, Siauw Liong Lie telah
menghela napas lagi, karena dia teringat betapa dirinya
sekarang berada didalam goa yang terpisah dengan kolam
yang memiliki arus yang sangat kuat, sehingga tidak mungkin
dia bisa menerobos keluar ! Hai ! Hai! Sekarang jika aku
mempelajari ilmu itu, untuk apa? Aku telah terpisah dari suami
dan anakku ..."
Terkenang kepada anaknya, yang harus berpisah
dengannya disaat anak itu masih merah, Siauw Liong Lie jadi
menitikkan sir mata.
Siauw Liong Lie memang telah memiliki latihan yang kuat
dari ilmu Kouw-bok-pay, dia juga telah menguasai hati
sehingga dirinya tidak pernah dihinggapi perasaan gembira,
sedih atau juga marah. Tetapi waktu teringat kepada anaknya
itu, justru Siauw Liong Lie sebagai wanita wajar seperti
lainnya, jadi menangis menitikkan air mata dengan hati yang
berduka sekali.
Sekian lama Siauw Liong Lis menangis, sampai akhirnya dia
telah menghela napas dan menyusut air matanya. Semula
memang Siauw Liong Lie tidak bermaksud mempelajari ilmu
warisan Tang Cia Sie, tetapi setelah dia berdiam agak lama
digoa itu. mungkin sudah lewat dua hari atau lebih, iseng2 ia
mulai mempelajari gerakan yang terakhir didinding. Hal itu
hanya untuk mengisi waktunya yang luang.
Tetapi ketika dia mulai menjalankan gerakan yang pertama
dan pecahan dari jurus2nya, dia jadi tambah tertarik, karena
selain tubuhnya jadi bertambah segar, juga Siauw Liong Lie
mengetahui bahwa jurus2 yang dipelajarinya itu merupakan
ilmu pukulan yang benar2 hebat! Apalagi memang Siauw
Liong Lie sendiri telah memiliki kepandaian yang, sangat tinggi
sekali, dengan sendirinya dia dapat mempelajari ilmu itu
dengan, mudah.
Tenaga yang muncul dari setiap gerakan yang dilakukan
oleh Siauw Liong Lie mendatangkan sambaran angin yang

kuat sekali. Ilmu pukulan itu benar2 hebat sekali, dan pukulan
dari ilmu Pek Lui Eng itu bisa menghancurkan batu yang
bagaimana besar sekalipun juga Siauw Liong Lie yang memiliki
Iwekang sangat tinggi telah merasakan Iwekangnya seperti
tersalurkan keluar dan menjadi semakin kuat.
Maka dari itu Siauw Liong Lie jadi semakin rajin belajar dan
mengikuti setiap gerakan dari ukiran2 ilmu pukulan Pek Lui
Eng itu.
Semakin dipelajari ilmu itu semakin mendatangkan
kekaguman dihati Siauw Liong Lie. Bahkan Siauw Liong Lie
telah mempelajari jurus yang keenam, dia jadi bertambah
kagum sekali kepada Bu Beng Kun Hiap. karena ilmu itu
benar2 merupakan ilmu kelas tinggi, mungkin berada diatas
dari kepandaian yang dimiliki Siauw Liong Lie sendiri.
Setelah mempelajari seluruh gerakan-gerakan yang terukir
didinding, terakhir Siauw Liong Lie melihat ukiran untuk
melatih Iweekang. yaitu dengan kedua kaki yang berjingkat,
berdiri sambil bersedekap, menyalurkan jalan pernapasannya
mengikuti petunjuk2 yang diberikan oleh tulisan dibatu itu.
Siauw Liong Lie semula merasakan diperutnya seperti ada
sebuah bola api yang berputar-putar dan hangat sekali. Siauw
Liong Lie meneruskan latihannya.
Entah sudah lewat beberapa hari, Siauw Liong Lie tidak
mengetahui karena selama itu dia tidak melihat matahari
danjuga dia tidak mengenal waktu, hanya sinar matahari yang
sedikit sekali masuk keruangan itu. Dengan memperhatikan
lenyap dan timbulnya sinar matahari, Siauw Liong Lie hanya
bisa menduga bahwa dai telah berada diruangan tertutup itu
hampir satu bulan.
Semakin dipelajari Iweekang yang terukir dibatu itu, Siauw
Liong Lie merasakan tenaga dalamnya bertambah hebat.
Waktu dia mencoba memegang sebuah batu yang cukup

besar, mengerahkan setengah tenaga Iweekangnya batu
dalam cengkraman tangannya itu telah hancur menjadi bubuk.
Peristiwa ini mengejutkan dan membuat Siauw Liong Lie
jadi girang bukan main. Karena dengan hasil yang telah
didapatnya itu membuktikan bahwa dia telah memiliki
iweekang yang lebih kuat dibandingkan dengan beberapa
waktu lalu.
Saat itu juga Siauw Liong Lie telah beristirahat sambil
memikirkan cara untuk mencari jalan keluar dari kurungan goa
itu. Tetapi dia tidak juga menemui bagian bagian dinding yang
tipis dan bisa diterobos keluar. Setelah memeriksa kesana
kemari, tiba2 Siauw Liong Lie tertarik melihat sebuah kotak
besi yang cukup besar yang berada didekat batu yang
menonjol keluar. Barang itu menarik sekali. Jika memang
Siauw Liong Lie bukan sedang memperhatikan keadaan
disekitar situ, memerika untuk mencari jalan keluar, tentu dia
tidak akan menemui kotak peti tersebut. Cepat2 Siauw Liong
Lie telah mengambil kotak itu. ternyata kotak tersebut
terkunci.
Tetapi Siauw Liong Lie yang memiliki lwekang telah
sempurna, tidak merasa dipersulit dengan tidak ada kunci
kelotok itu. Dia mengerahkan tenaga Iwekangnya dikedua jari
tangannya, kemudian dengan jari telunjuknya dia menyentil
kelotok itu.
"Tuk ...!"
Kelotok itu telah terbuka putus oleh sentilan jari Siauw
Liong Lie.
Keruan saja Siauw Liong Lie tambah girang, karena dengan
sekali menyentil dia bisa mematahkan kelotok besi. berarti dia
benar2 telah memiliki tenaga lwekang yang menakjubkan
sekali.
Dan Siauw Liong Lie lebih girang lagi, ketika dia melihat
didalam kotak peti itu terdapat beberapa perangkat pakaian.

Cepat2 Siauw Liong Lie mengambilnya sepotong dan
mengenakannya. Karena selama selama sebulan lebih itu
Siauw Liong Lie bertelanjang. disebabkan pakaiannya
ditinggalkan di tepi kolam.
Walaupun pakaian yang dikenakannya itu merupakan
pakaian seorang pria tetapi lebih lumayan dari pada tidak
mengenakan pakaian sama sekali sebagai penutup tubuhnya.
Peti itu telah disimpan lagi oleh Siauw Liong Lie, diletakkan
ditempat semula.
Tetapi swaktu Siauw Liong Lie meletakkan peti itu, matanya
yang jeli dan tajam telah melihatnya ada beberapa ukiran
huruf2 dibawah tempat dia meletakkan kotak besi itu.
Bunyi surat ukiran itu sebagai berikut.
"Muridku....
Engkau kini telah memiliki kepandaian juga pakaianku,
engkau bisa menemukannya, Aku gembira bahwa engkau
seorang yang baik, yaitu setelah engkau mengangkat peti itu,
engkau meletakkan kembali peti tersebut ketempatnya
semula, sehingga engkau jadi bisa melihat huruf2 yang kuukir
dibawah peti ini. Coba kalau engkau telah mengambil peti itu
dan engkau tidak bermaksud meletakkan kembali ditempatnya
semula, engkau tentu tidak akan melihat huruf2 yang kuukir
ini.
Ketahuilah muridku, bahwa aku mengetahui cara untuk
keluar dari goa ini yaitu dengan menuruti gambaran yang
kulukiskan ini! Per-tama2 engkau terjun keair yang ada
dimuka goa ini, dan berenang sejauh mungkin, jika user2 air
mulai menyambut kau dan menariknya, engkau kerahkan
lwekang yang engkau pelajari, sehingga user2 air itu tentu
tidak sanggup untuk menyeret dirimu, engkau bisa berenang
terus untuk mencapai tepi kolan diatas lembah itu ....
Muridku yang baik.

Engkau harus ketahui juga, bahwa ketiga perangkat
pakaianku yang ada didalam peti itu merupakan pakaian yang
memiliki khasiat sangat besar dan bukan pakaian biasa, ketiga
perangkat pakaian itu merupakan pakaian mustika. Kukatakan
pakaian mustika karena jika seseorang mengenakan pakaian
itu, tentu orang tersebut tidak dapat ditikam oleh senjata
tajam, dan juga tidak perlu takut oleh kobaran api. Pakaian itu
kubuat dari benang2 yang dibuat dari besi hitam yang
dicampur dengan emas, sehingga ulet sekali. Ketika perangkat
pakaiau itu merupakan tiga perangkat pakaian mustika yang
jarang sekali dimiliki orang dan kuberi nama Kim-joan-kha
(pakaian emas). Nah muridku, engkau harus mempelajari
seluruh pelajaran yang ada didinding goa ini sebaik mungkin,
karena aku tidak menghendaki muridku nanti memiliki
kepandaian separoh2 saja, sehingga nanti jika bertemu
dengan musuh yang kuat akan roboh dan tidak berdaya,
Itulah yang tidak kukehendaki......! Dari gurumu.
Tang Cia Sie, Bu Beng Kun Hiap."
Setelah membuka semua surat itu, Siauw Liong Lie cepat2
menekuk kedua kakinya dia berlutut memberi hormat kepada
ukiran2 surat itu.
"Suhu. tecu Siauw Liong Lie menghunjuk hormat kepada
suhu. Tenangkanlah hati suhu didalam baka, karena murid
tentu tidak akan melalaikan pesan Suhu untuk berdiri tegak di
garis keadilan.....terima kasih atas warisan yang telah
diberikan Suhu..... Tecu tentu akan berusaha untuk
melaksanakan semua pesan Suhu, tenangkanlah hati
Suhu.....!'"
Dan setelah berkata begitu Siauw long lie me-ngangguk2an
kepalanya tiga kali.
Waktu itu Siauw Liong Lie tengah gembira bukan main,
karena dia telah memperoleh petunjuk bagaimana harus
keluar dari kolan itu meninggalkan goa tersebut. Dengan
mempergunakan lwekang yang baru diperolehnya tentu dia

bisa meloloskan diri dari user2 air dikolam itu, seperti apa
yang dijelaskan oleh gurunya.
Tetapi karena Siauw Liong Lie masih harus mempelajari
ilmu meringankan tubuh dan lwekang agar lebih sempurna
lagi, dia berdiam digoa dibawah kolam itu. Kepandaian Siauw
Liong Lie mengalami kemajuan yaug pesat sekali, yang
membawa dia ketaraf yang lebih sempurna dibandingkan
dengan beberapa waktu yang lalu.
Setengah bulan kemudian, Siauw Liong Lie telah dapat
menguasai semua ilmu2 itu. Selama terkurung digoa itu,
Siauw Liong Lie selalu makan daging ikan, karena dimuka goa
itu, dimana tampak air yang menggenang berasal dari kolam
yang diatas itu banyak sekali terdapat ikan2 yang bentuknya
sangat besar. Setiap hari Siauw Liong Lie memakan ikan itu,
yang dipanggangnya. Menangkap ikan2 itu juga tidak sulit,
karena ikan2 itu tampaknya jinak sekali.
Setelah lewat lagi beberapa hari, Siauw Liong Lie
merasakan bahwa dia telah selesai mempelajari seluruh
kepandaian yang ditinggalkan Tang Cia Sie, dia bermaksud
untuk mencoba berenang keatas kolam dilembah itu.
Siauw Liong Lie menekuk kedua kakinya, dia berkata
"Suhu... tecu ingin meninggalkan tempat ini. Sebetulnya Tecu
tidak ingin meninggalkan goa ini tetapi berhubung Tecu
memikirkan anak Tecu yang diculik orang juga suami yang
belum diketahui bagaimana nasibnya, maka tecu terpaksa
harus meninggalkan tempat ini! Terima kasih atas petunjuk2
suhu yang sangat berharga...!" dan setelah berkata begitu,
tampa Siauw Liong Lie mengangguk2kan kepalanya dua belas
kali, sebagai penghormatan murid kepada gurunya. Kedua
perangkat pakaian yang ada dipeti itu, juga tidak diambil oleh
Siauw Liong Lie, sebab dia beranggapan bahwa satu
perangkat pakaian mustika itu telah cukup. Karena kelak jiga
dia telah berada dialam bebas kembali dia bisa membeli

pakaian. Dan juga bukankah pakaian dan perhiasannya
ditinggalkan ditepi kolam itu?"
Dengan mempergunakan jari telunjuknya Siauw Liong Lie
telah mengukir batu itu menuliskan beberapa patah kata..
"Tecu Siauw Liong Lie telah menyelesaikan pelajaran dari
kepandaian suhu Tang Cia Sie. Dengan ini tecu menyatakan
terima kasih yang sebesar2nya kepada suhu Tang Cia Sie.
Semoga saja arwahnya tenang dialam baka. Tecu akan
mempergunakan kepandaian yang tecu peroleh ini untuk
melakukan kebaikan dan membela yang lemah..."
Hebat sekali jari telunjuk Siauw Liong Lie, karena dia bisa
mengukir dan menulis didinding dengan mempergunakan jari
telunjuk itu, setiap kali dia mencoret, maka luluhlah batu itu.
sehingga terlihat nyata sekali. huruf yang ditulisinya itu jelas
dan kuat sekali setiap tarikan huruf itu.
Siauw Liong Lie sendiri merasa kagum dan girang terhadap
kepandaian yang diperolehnya dari Tang Cia Sie, karena jia
dulu dia memiliki kepandaian yang tinggi dan sempurna, tetapi
Siauw Liong Lie belum berhasil menulis didinding batu dengan
mempergunakan jari telunjuknya! Tetapi sekarang, setelah dia
berhasil mempelajari Iwekang peninggalan Tang Cia Sie, ia
mampu menulis surat dengan jari telunjuknya itu seperti juga
menulis di atas lumpur.
Karena terlalu gembira, Siauw Liong Lie jadi menangis
terisak-isak. Dihatinya telah muncul harapan dia bisa keluar
dari kolam itu, dan juga bisa mendaki dinding tebing dilembah
itu.
Setelah paikui tiga kali lagi, Siauw Liong Lie kemudian
keluar dari goa itu. Pintu goa ditutupnya dengan menarik
kembali batu yang menonjol di muka goa tersebut. Dan Siauw
Liong Lie kemudian menyusuri goa yang satunya lagi,
sehingga dia telah tiba di depan goa itu, melihat air yang
bening dan cabang kolam diatas lembah itu

Siauw Liong Lie memandang air yang bening itu dengan
tertegun.
Dia membayangkan, dibawah air kolam itu terdapat
user2an air yang menggulung kuat sekali.
Jika dia menyelam kembali, mungkinkah dia kuat melawan
arus user2an air iiu? Sedangkan dulu saja dia bukannya tidak
memiliki kepandaian, didalam rimba persilatan mungkin Siauw
Liong Lie merupakan jago wanita yang paling ternama. Namun
dia tidak berdaya menghadapi user2 air didalam kolam itu.
Tetapi menurut pesan yang ditinggalkan oleh 'guru'nya
yaitu Tang Cia Sie, dengan mempergunakan lwekang yang
diturunkan oleh Tang Cia Sie. tentu dia bisa menghadapi arus
user2an air itu. Maka setelah keragu2annya berkurang
banyak, Siauw Liong Lie telah terjun berenang diair dimuka
goa itu. Dia menyelam beberapa kali, tetapi disaat itulah dia
mulai merasakan air seperti tergoncang keras. Dengan
demikian Siauw Liong Lie mengetahui bahwa arus user2 air itu
telah mulai datang menyerang dirinya. Itulah hal yang cukup
mengerikan.
Ketika Siauw Liong Lie merasakan gulungan air semakin
keras, dia mengerahkan Iweekang ayng diperolehnya dari
catatan Tang Cia Sie. Kedua tangannya ditekuk dengan
gerakan seperti seekor kodok, tampak Siauw Liong Lie telah
berenang terus.
Memang meletihkan melawan tekanan dari tenaga arus air
yang bergulung2 seperti tidak terkendalikan lagi. Beberapa kali
tubuh Siauw Liong Lie terpental kembali terbawa arus.
Tetapi Siauw Liong Lie tabah sekali, dia telah
menggerakkan terus kedua tangannya dan kakinya melawan
terjangan gulungan arus itu.
Walaupun sedikit demi sedikit dan meletihkan sekali,
kenyataannya Siauw Liong Lie telah bisa maju menerobos arus
air itu.

Akhirnya Siauw Liong Lie terlepas juga dari gulungan arus
air itu, sehingga dia bisa berenang terus menuju kepermukaan
kolam.
Tadi waktu melawan arus air yang ber-gulung2 itu, Siauw
Liong Lie merasa letih sekali dan ketika dia tiba dipermukaan
kolam dan berhasil naik kedarat. dia telah merebahkan
tubuhnya ditepi kolam itu untuk beristirahat.
Sambil mengatur pernapasannya, Siauw Liong Lie juga
mengawasi sekitar tempat itu. Tidak ada seorang manusiapun
di sini dan juga pakaiannya telah lenyap!
Siauw Liong Lie jadi heran, dia menyelidiki seluruh lembah
itu, tetapi dia tetap tidak menemui seorang manusiapun juga !
Waktu Siauw Liong Lie tiba dipermukaaa kolam itu, hari
menjelang sore, dan ketika matahari telah turun diufuk barat,
Siauw Liong Lie berusaha menaiki tebing itu, dia merayap
dengan ilmu cecak dan berhasil mencapai atas lembah itu.
Dengan hati2 Siauw Liong Lie menghampiri sebuah
perkampungan, Dengan gerakkannya yang ringan dan gesit
sekali, tidak ada seorang manusiapun yang mengetahui bahwa
ada seorang pendekar wanita yang tengah berkeluyuran,
memperhatikan satu persatu rumah penduduk, karena
memang Siauw Liong Lie bermaksud untuk mencari rumah
seorang hartawan. Dan akhirnya Siauw Liong Lie dapat
menemukan sebuah rumah yang diinginkannya. Dia telah
melihat rumah yang mewah dan besar, sebagian dari
pekarangan rumah itu diterangi oleh lampu, sehingga disekitar
tempat itu jadi terang benderang.
Siauw Liong Lie tampak telah melompati dinding tembok
pekarangan, kemudian dia mencari sebuah kamar, dengan
mudah dia menemukan apa yang dicarinya, yaitu tempat
simpanan uang dari pemilik gedung tersebut. Di ambilnya
uang perak sebanyak seribu tail, lalu dia kembali ketepi
lembah dan melompat kebawah lembah itu.

Malam itu Siauw Liong Lie tidur dengan nyenyak, keesokan
paginya ketika dia terbangun dari tidurnya, dia melihat
sesuatu yang agak ganjil, yaitu tanah kuburan yang masih
merah.
"Rupanya sebelum aku datang kemari telah ada orang
lainnya ,..!!" pikir siauw Liong Lie yang menduga bahwa
kuburan itu adalah kuburan dari seorang manusia. Pada hal
sebenarnya, jika saja Siauw Liong Lie mau membongkar
kuburan itu, tentu dia akan mengetahui bahwa kuburan itu
adalah kuburan dari pakaian dan barangnya yang telah
dikubur oleh Sin Tiauw.
Setelah cuci muka ditepi kolam Siauw Liong Lie mendaki
keatas tebing itu untuk keluar dari lembah itu. Dia
memperhatikan keadaan sekitarnya, kemudian berlari2 kearah
barat, dia telah tiba disebuah kampung kecil, Siauw Liong Lie
membeli beberapa perangkat pakaian dan bermacam2 kuwe
dan daging kering.
Setelah membayar barang yang di belinya itu, Siauw Liong
Lie bermaksud kembali ke-lembah. Tetapi baru saja dia
melangkah beberapa langkah, dia mendengar suara seorang
gadis kecil yang menangis sedih sekali. Usia gadis kecil itu
belum lagi ada setahun, masih merah, dan tangisnya juga
sangat nyaring sekali.
Bayi kecil itu tergeletak di muka warung barang2 dimana
dia tadi berbelanja. Melihat bayi itu tanpa ada yang mengurusi
dan tergeletak di situ, Siauw Liong Lie merasa heran
bercampur marah.
Cepat2 Siauw Liong Lie menggendongnya.
apa lagi dia teringat pada anaknya sendiri, yang sekarang
ini berada entah dimana, masih hidup atau memang telah
binasa. Dan perasaan kasihan pada gadis cilik yang masih
merah itu membuat dia menggendongnya untuk menghangati
tubuh bayi kecil tersebut.

Siauw Liong Lie memasuki toko kelontong itu, kemudian
bertanya kepada pemilik toko itu.
"Hengtai, siapa orang tua anak ini? Mengapa ditinggalkan
begitu saja dan Hengtai tidak merasa kasihan dan hanya
membiarkan saja? Bukankah jika kelak matahari telah naik
tinggi dan panas sekali, akan membuat bayi itu tersiksa lalu
mati?"
Pemilik toko itu jadi serba salah tingkahnya, tetapi tokh
akhirnya dia telah berkata:"Bukan kami tidak merasa kasihan
kepada gadis kecil itu.... tetapi kedua orang tuanya, ayah dan
ibunya adalah penjahat2 besar yang tidak berampun dan
kejam sekali. Telah ratusan orang2 yang menjadi korbannya.
Maka waktu tadi kedua orang tuanya itu, ditangkap dan
dihukum mati dengan pancung kepala.
Memang kami merasa kasihan pada bayi yang sebatang
kara itu. tetapi kami tidak berani mengambil dan melihatnya,
seluruh penduduk kampung juga begitu, mereka takut kalau
nanti setelah anak itu besar akan menimbulkan kesulitan yang
tidak kecil, apa lagi anak ini keturunan dari penjahat kejam
seperti ayah dan ibunya....!"
Siau Long Lie menghela napas.
"Kasihan anak ini.....seharusnya dia tidak diperlakukan
begitu! Bukankah yang bersalah dan berdosa adalah kedua
orang tuanya? Mengapa pula anak ini yang harus menjadi
sasarannya? Hemmm, memang kadang kala manusia itu jahat
dan bersembunyi dibalik kebaikan! Biarlah anak ini kuambil
untuk dipelihara olehku!"
"Terserah kepada nyonya, karena memang kami
sekampung telah memutuskan tidak akan mengambil anak itu,
dan meletakan begitu saja. Untung ada nyonya, sehingga
anak itu tidak perlu sampai mati.....!"
Siauw Liong Lie menghela napas dan dengan membawa
barang2 yang baru dibelinya itu dalam jumlah yang cukup

banyak, juga tangan kanannya menggendong bayi perempuan
itu dengan penuh kasih sayang, dia telah pergi ketepi tebing
dan dengan ginkangnnya yang sempurna, dia berlari2
menuruni tebing itu. Dalam waktu yang singkat sekali dia telah
berada dilembah itu lagi.
Siau long lie karena teringat bahwa ditempat itu ada
gundukan tanah seperti kuburan, maka dia tidak bermaksud
berdiam dilembah itu lama2. Dia telah mengikat kepala bayi
perempuan itu dengan sehelai kulit dan kemudian barang2
belanjaannya itu diikat pula didalam sepotong kulit. kemudian
dia menyelam melawan arus air. dia telah berenang dengan
kedua tangannya membawa sibayi dan bahan makanannya.
Usaha siau long lie berjalan lancar dan tidak menemui
halangan apapun juga.
Dan mereka, siau long lie bersama bayi kecil itu tiba di goa
tersembunyi itu.
Demikianlah siau long lie telah merawat bayi kecil itu.
"karena engkau kutemui dalam keadaan yang menderita
dan sengsara, maka engkau kunamakan Goat Lan. Sedangkan
she mu bisa mempergunakan she-ku, yaitu she Siauw! Untuk
selanjutnya engkau bernama Siauw Goat Lan."
Bayi yang masih kecil seperti itu tidak mengetahui apa2, dia
hanya sibuk dengan susu yang diberikan Siauw Liong Lie.
Karena sejak kedua orang tuanya dihukum mati, dia telah
menderita kelaparan.
Siauw Liong Lie juga bertekad untuk merawat Siauw Goat
Lan dan anak yatim piatu itu akan diperlakukan seperti
anaknya sendiri.
Dengan adanya Siauw Goat Lan, hati Siauw Liong Lie jadi
terhibur juga. Pendekar wanita ini juga bermaksud menutup
riwayat hitam dan kedua orang tua Siauw Goat Lan. karena
dia tidak menghendaki nanti Siauw Goat Lan setelah

meningkat dewasa akan memiliki dendam. Siauw Liong Lie
menganggap urusan Siauw Goat Lan telah habis, karena
dengan demikian Siauw Goat Lan terbebas dari jerat dendam
yang bisa merusak gadis ini. Dengan demikian Siauw Liong Lie
bisa benar2 menganggap bahwa Siauw Goat Lan adalah
puterinya sendiri.
Begitulah dari hari kehari Siau Long lie telah merawat
Siauw Goat Lan.
Ketika Siauw Goat Lan telah berusia empat tahun, gadis
kecil itu mulai diberi pelajaran silat.
Ternyata Siauw Goat Lan cerdas sekali, dia bisa menerima
pelajaran2 yang diturunkan padanya dalam waktu yang
singkat sekali.
Siau long lie jadi girang melihat kenyataan itu. Apa lagi
kemajuan yang pesat telah diperoleh seorang Siauw Goat Lan.
Sedangkan Siauw Goat Lan sendiri selalu memanggil Siau
long lie dengan sebutan suhu, karena dia telah dibiasakan
oleh Siau long lie sejak kecilnya untuk memanggil dengan
sebutan suhu.
Maka dalama keadaan demikian dari tahun demi tahun
Siauw Goat Lan juga diberi pelajaran dasar dari Iweekang dan
Ginkang.
Kepandaian yang diturunkan oleh Siau long lie merupakan
kepandaian kelas tinggi, jika saja Siauw Goat Lan melatih diri
dengan baik, kelak jika dia telah dewasa tentu jarang sekali
ada orang yang bisa menandinginya.
Tahun demi tahun lewat dengan cepat dan akhirnya Siauw
Goat Lan telah berusia sebelas tahun dengan memiliki
kepandaian yang tinggi, dan yang kurang hanyalah
pengalamannya saja.

Sejak berusia sebelas tahun Siauw Goat Lan sering diajak
Siauw Liong Lie keluar dari goa untuk pergi ke kampung2
yang terdekat guna memberikan pakaian dan makanan.
Walaupun masih kecil, tetapi Siauw Liong Lie sering kali
berenang melawan arus kolam itu, sehingga dia bisa berenang
pula pergi melalui kolam yang memiliki user2 air dengan
mudah sekali.
Hari itu, waktu Siauw Goat Lan berusia sebelas tahun,
Siauw Liong Lie mengatakan bahwa dia ingin tinggal dilembah
itu, sehingga tidak perlu setiap kali keluar dari kolam itu tubuh
mereka basah kuyup.
Siauw Liong Lie juga telah menguasai sepenuhnya ilmu silat
Tang Cia Sie, sehingga dia tidak perlu berdiam lebih lama lagi
di goa tersebut.
Dengan tinggal dilembab yang indah dan banyak pohonnya
yang beraneka warna, Siauw Goat Lan jadi girang sekali.
Begitulah guru dan murid telah tiba di lembah itu dan
menetap disana.
Siauw Liong Lie mendirikan sebuah rumah kecil, untuk
mereka tinggal dan menghindari hujan dan angin.
Siauw Goat Lan ternyata seorang anak yang rajin, lincah
dan gesit. Setiap hari dengan tekun dia mempelajari ilmu silat
yang diajarkan oleh gurunya.
Namun hari itu justru Siauw Goat-Lan telah bertemu
dengan Yo Ko beramai.
Dan pertemuan itu akhirnya membuat Yo Ko dan Siauw
Liong Lie berkumpul kembali.
ooo00d0w00ooo
SIUAW LIONG LIE telah menyelesaikah ceritanya sambil
menghela napas.

Tetapi Yo Him heran sekali, ada sesuatu yang tidak
dimengerti olehnya.
"Bu" katanya kepada siau long lie "Aku sudah pernah
dirawat oleh Sin Tiauw beberapa tahun di dalam lembah itu,
mengapa tidak bertemu denganmu bu?"
Siau long lie tersenyum, katanya: "Mungkin juga waktu aku
keluar dari lembah itu untuk mencuri uang yang seribu tail itu.
Justru engkau tidak ada disitu dan telah diajak bermain oleh
Sin Tiauw... Itulah suatu kebetulan saja. seingga kita bertemu
setelah belasan tahun, dan engkau kini telah menjadi seorang
pemuda yang gagah dan tampan."
Yo Him jadi malu dan menundukkan kepala dengan pipi
yang berobah merah.
"Ah. ibu bisa saja" katanya
Yo Ko dan yang lainnya jadi tertawa geli karena mereka
melihat Yo Him kemalu2an begitu rupa digoda oleh ibunya.
Begitulah, mereka telah bercakap2 dengan gembira.
Tiba2 Yo Ko teringat sesuatu.
"Liong Jie... ada sesuatu yang tidak kumengerti!" katanya.
"Apa itu Ko jie?"
"Mengenai rangka dari tengkorak Sin-Tiauw, yaitu burung
rajawali kita itu...mengapa masih tetap menggeletak
ditempatnya berhampar, bukankah menurutmu tadi engkau
sering keluar dari air kolam dan tentunya melihat kerangka
burung itu....,"
"Benar, memang aku melihatnya, tetapi tentu saja Sin
Tiauw tidak akan senang jika kita mengubur tulang2nya.
Bukankah letak dari tulang belulang itu dengan sikap kedua
sayapnya yang terpentang lebar2....! Hemm, jika kita
menguburnya tentu akan membuat dia tidak senang, maka

aku membiarkan saja dengan menggeletak begitu, bukankah
sangat indah dilihat?"
Yo Ko dan lain2nya mengangguk2 tanda setuju.
"Tetapi sayang sekali aku tidak mengetahui maksudmu
yang sebenarnya itu, sehingga aku telah mengubur
tulang2nya," kata Yo Ko
"Ya, jika memang telah dikubur itupun tidak apa2 bukan?"
kata Siauw Liong Lie tertawa. "Akhirnya kita berkumpul
juga....inilah anugerah Thian yang maha pengasih dan
penyayang...." dan Siauw Liong Lie menghela napas panjang2,
karena saking girang dan juga terharu dengan adanya
pertemuan ini.
Siauw Liong Lie juga menceritakan bahwa dia senang sekali
dilembah ini, karena pemandangannya indah dan udaranya
nyaman.
"Yang mencelakai aku adalah Tiat To Hoat ong si pendekat
dari Mongol itu..!" kata Siau long lie sejenak kemudian "Maka
kalau aku memiliki kesempatan, tentu aku akan mencarinya
untuk mengadakan perhitungan dengannya..!"
Yo Ko mengangguk.
"Benar, selama belasan tahun ini aku sibuk sekali
mengumpulkan sahabat2 yang cinta negeri, sehingga waktu
sangat sedikit sekali, dimana aku selalu gagal mencari pendeta
Mongol itu."
Yo Ko menghela napas panjang, kemudian katanya lagi.
"Keadaan kerjaan Song tengah terancam oleh musuh yang
ingin menyerang kedaratan tionggon, disamping itu juga
banyak menteri2 dorna yang telah menghasut Sri Baginda.
sehinggal pucuk pimpinan kerajaan sudah goyah dan mungkin
satu atau dua tahun mendatang ini pasukan Mongolia itu akan
menyerbu kedaratan Tionggoan."

Disaat itu siau long lie mendengarkan baik2 dan waktu
suaminya berkata sampai disitu, dia telah memotongnya,
"Inilah urusan yang tidak kecil. selama belasan tahun aku
mengurung diri dilembah ini. tidak tahunya diluar telah terjadi
pergolakan yang tidak kecil. Suamiku apakah kita lebih baik
meninggalkan lembah ini untuk membantu para orang gagah
menghadapi musuh dari luar?"
Yo Ko mengangguk.
"Memang aku bermaksud begitu, apa lagi sekarang kita
telah berkumpul kembali" kata Yo Ko."Dan kita bisa
menghadapai musuh yang paling tangguh sekalipun!
Disamping itu kita harus mencari jejak Tiat To Hoat Ong untuk
membalas sakit hati kita..!"
Waktu berkata sampai disitu Yoko berhenti sejenak samabil
menunjuk ke Yo Him, katanya.
"Anak kita, Him Jie juga telah memiliki kepandaian yang
tinggi, selain dia memiliki tenaga Iweekang yagn tinggi, juga
dia pun telah menjadi murid dari orang luar biasa Lie Bun
Hiap."
Siauw Liong Lie memandang setengah percaya kepada
anaknya dan kemudian dia menghampiri Yo Him sambil
bertanya : "Benarkah Him-jie apa yang dikatakan oleh
ayahmu?"
Yo Him tersenyum sambil berkata : "Ayah tengah
bergurau...ibu jangan mempercayainya....!"
Kwee Siang dan Phang Kui In juga berkata: "Apa yang
dibilang Yo Ko Taihiap memang benar...!"
Siauw Liong Lie tersenyum, dia telah berkata dengan suara
yang mengandung kasih sayang seorang ibu: "Syukurlah jika
memang Yo Him bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tidak
percuma dia jadi anak dari Sin Tiauw Taihiap!!" dan berbareng
dengan perkataannya itu tampak Siauw Liong Lie telah

menghampiri Yo Him dekat sekali. Diluar dugaan tiba2 Siauw
Liong Lie mengulurkan tangan kanannya, dan tangan Yo Him
yang kanan telah dicekalnya. Gerakan yang dilakukannya itu
luar biasa cepat dan kuatnya, karena begitu Siauw Liong Lie
menghentak, sebelum Yo Him tahu apa yang terjadi, tubuhnya
telah dilemparkan keras sekali oleh Siauw Liong Lie.
Semua orang yang melihat itu jadi terkejut sampai
mengeluarkan suara seruan yang nyaring, dan muka mereka
masing2 menjadi pucat.
"Liong-jie, jangan..!" Yo Ko masih sempat berteriak dengan
suara mengandung ke-kuatiran yang sangat.
Tubuh Yo Him telah melayang cepat sekali ketengah udara,
tetapi Yo Him sekarang memang telah memiliki kepandaian
yang cukup tinggi, walaupun dia terkejut diperlakukan begitu
oieh ibunya, namun dia bisa bergerak cepat sekali
berjumpalitan ditengah udara. Gerakan yang dilakukan oleh
Yo Him sangat gesit, sehingga sewaktu tubuhnya meluncur
turun kedua kakinya yang lebih dulu hinggap ditanah.
"bagus," berseru Siauw Liong Lie dengan suara yang
mengandung kegembiraan dan wajah yang berseri2.
Yo Him dan lainnya baru mengetahui bahwa Siauw Liong
Lie hanya ingin menguji anaknya itu.
"kepandaianmu cukup tinggi, Yo Him..... tidak
sembarangan pemuda sebaya engkau yang bisa memiliki ilmu
silat setinggi kau sekarang ini"
Yo Him mengucapkan terima kasih
"Siapa yang mengajarimu?" tanya Siauw Liong Lie lagi
sambil menghampiri anaknya
"Suhu Lie Bun Hiap. ma!"
"Lie Bun Hiap?"
"Ya........"

"Aku belum pernah mendengar namanya"
"Kedua kakinya buntung sebatas lutut, dia berjalan dengan
mempergunakan dua batang tongkat..,."
"Tetapi kepandaian yang diturunkan kepadamu semuanya
itu merupakan ilmu yang tinggi sekali. jika engkau mau
berlatih diri dalam dua atau tiga tahun, tentu engkau akan
menjadi jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali."
Senang Yo Him mendengar pujian ibunya dia telah
mengucapkan terima kasihnya.
"Tetapi anehnya, gurumu itu belum pernah kudengar
didalam rimba persilatan. Tentunya dia seorang jago tua yang
hidup mengasingkan diri....."
"Mungkin juga, ma, Katanya telah puluhan tahun dia
berada dipulau terpencil itu "
Phang Kui In lalu menceritakan apa yang telah terjadi.
Yo Ko juga jadi heran, karena dia belum pernah mendengar
nama Lie Bun Hiap diantara jago2 lainnya.
Tetapi akhirnya mereka tidak membicarakan soal Lie Bun
Hiap lagi, karena mereka telah merencanakan untuk naik
keatas dinding yang mengurung lembah itu.
"Aku dan muridku bisa saja keluar dengan mudah, karena
kami memang telah biasa keluar lembah, naik dan turun
dengan mudah. Sekarang bagaimana dengan yang lainnya."
Yo Ko menunjuk kearah tambang yang masih tergantung
itu.
"Yo Him, nona Kwee dan Phang Enghi-ong, naik dengan
mempergunakan tambang itu sedangkan aku dengan kau
Liong-jie naik dengan mempergunakan ilmu cicak Sedangkan
muridmu, menurut kau telah biasa naik turun tebing itu, maka
diapun bisa naik sendiri. Bagaimana, kalian setuju ?"

Siauw Liong Lie dan yang lain2nya menyatakan setuju.
Begitulah Siauw Goat Lan, Siauw Liong Lie dan Yo Ko telah
menaiki tebing itu dengar, mudah tanpa memerlukan bantuan
dan tambang itu.
Yo Him naik melalui tambang, kemudian menyusul Kwee
Siang lalu Phang Kui In.
Disaat itulah terlihat mereka telah berkumpul diatas tebing.
Semuanya girang bukan main karena mereka bisa
berkumpul kembali.
"Tugas kita masih banyak, yaitu menghimpun orang2
gagah dan mencari musuh kita, Tiat To Hoat ong." kata Yo Ko.
Dan usul Yo Ko itu disetujui oleh semua orang.
Begitulah mereka memutuskan untuk pergi Siang-yang,
karena Siang yang merupakan perbatasan dimana jika tentara
Mongolia ingin menyerbu kedaratan Tionggoan, maka mereka
harus melewati Siangyang dulu.
Waktu itu telah tiba musim semi, sehingga keadaan dalam
perjalanan mereka sangat menggembirakan sekali.
ooo00d0w00ooo
SIANGYANG adalah ibukota kerajaan Song, dan merupakan
kota yang sangat rapat penduduknya karena dikota tersebut
rumah juga dibangun ber-tingkat dan tampaknya serba
mewah.
Saat itu, banyak orang yang tengah menjajakan barang2
dagangan mereka sambil memuji2 akan kebaikan dan
bagusnya barang mereka masing2, sehingga keadaan dikota
Siangyang pada sore hari itu sangat ramai sekali.
Diantara keramaian suasana sepert1 itu, tampak seorang
anak lelaki berusia enam belas tahun, telah berlari2 dengan
ketakutan dan dia berlari terus merobos keramaian orang
yang berada ditempat itu.

Semua orang hanya memandang acuh tak acuh, mereka
melihat dibelakang anak itu berlari2 puluhan orang yang
berteriak dengan suara yang sangat keras sekali mengandung
kemarahan: "Tangkah malingi Tangkap! Tangkap.. Jangan
dibiarkan lolos,..,.."
Semakin lama anak kecil itu semakin ketakutan. Dia berlari
terus, dia seorang pemuda yang masih sangat muda usianya,
dan mendengar suara orang2 yang melakukar pengejaran itu
yang menarik anak itu sebagai maling.
semua orang jadi tidak senang kepada anak itu. bahkan
mereka telah mensyukurkan bahwa anak itu akan segera
tertangkap. Tidak mungkin anak itu bisa meloloskan diri dari
kejaran orang2 itu.
Tampak anak itu berlari dengan lebih cepat lagi. napasnya
memburu dan juga mukanya pucat dengan bibir gemetar
karena ketakutan.
Akhirnya waktu dia melihat para pengejarnya telah semakin
dekat, maka dia mengeluarkan suara bentakan yang keras,
sambil memutar tubuhnya dia berjongkok lalu tangannya
dilonjorkan kedepan.
Waktu para pengejarnya itu telah datang semakin dekat.
Anak itu mengeluarkan suara grookk.. grookk... beberapa kali.
para pengejar itu agak tertegun melihat sikap anak itu yang
jongkok seperti hendak buang hajat. Kelakuannya benar aneh
dan mulutnya mengeluarkan suara grook.. grookk.. berulang
kali.
Tetapi tak lama kemudian mereka berteriak-teriak lagi
sambil menyerbu untuk menangkap anak itu.
"Tangkap! Jangan sampai lolos!" teriak salah seorang
diantara pengejar itu.
"Pukuli saja biar mati.. !,"

"Ya, hantam saja !"'
"Bekuk dia ... !"
"Tangkap ... "
Ramai sekali suara teriakan2 mereka sehingga anak itu jadi
ketakutan.
Tetapi dalam keadaan terjepit seperti itu, anak ini menjadi
nekad. Dia menghentakkan kedua tangannya seperti
mendorong, disamping itu mulutnya telah mengeluarkan suara
"grooookkk. grroookkk !"
Aneh sekali...
Empat orang pengejarnya yang berada di depan telah
mengeluarkan suara jeritan yang sangat menyayatkan hati,
tubuh mereka bergulingan ditanah sambil meng-geliat2,
akhirnya diam. Mereka telah binasa.
Sisa kawannya yang melihat kawan mereka mengalami
kematian hanya dengan dorongan tangan anak itu, tentu saja
jadi tercengang.
Tetapi tidak lama kemudian terdengar suara teriakan
mereka: "Tangkap! Tangkap! Tangkap pembunuh !"
Teriakan mereka berisik sekali, tetapi tidak ada seorangpun
diantara mereka berani maju, karena mereka kuatir nanti
mengalami nasib seperti kawan2nya itu.
Anak itu, yang tadi telah menyerang dengan ilmu "Ha-mo
kang" (ilmu kodok), ketika melihat lawannya sudah tidak
mengejar dan mendesaknya lagi, dia bangkit dan melarikan
diri pula.
Semua sisa pengejaran itu tetap mengejarnya sambil berteriak2
dengan suara yang membisingkan pendengaran.
Anak itu tidak memperdulikan lagi dia berlari terus dengan
cepat, walaupun dirinya dibayangi oleh para pengejarnya,

namun anak itu dapat bersikap lebih tenang, karena dilihatnya
para pengejarnya itu tidak seorangpun yang berani menerjang
maju untuk melakukan penyerangan.
Tetapi jumlah pengejarnya semakin lama semakin banyak,
membuat anak itu jadi jeri juga, karena biarpun dia memiliki
ilmu yang bisa diandalkan, tetapi jika dia telah dikeroyok
beramai2 tentu dia tidak bisa meloloskan diri.
Anak itu sangat cerdik sekali, dia berlari2 di lorong2 kecil.
Setelah mengejar semakin lama, banyak para pengejarnya
merasa letih.
Kemudian anak itu telah tiba diluar pintu kota, dia berdiri
mengasoh, sedangkan para pengejarnya yang berada dekat
sekali, tidak ada seorangpun yang berani maju melancarkan
serangan, mereka hanya berdiri berteriak2 saja.
Anak itu tertawa mengejek.
"Untung saja aku masih kecil, coba aku telah dewasa,
hemmm, kalian satu persatu akan kubereskan....!"
"Tangkap maling! Tangkap pembunuh! Tangkap
pembunuh!" teriak semua orang itu, tapi tidak ada seorangpun
yang berani mendekati pemuda tanggung itu.
anak itu berkata lagi mengejek dengan suara yang
perlahan.
"Hmm.....sekarang mengapa kalian tidak maju.....? Mari!
Mari kita bertempur!" dan berbareng dengan perkataannya itu,
tampak anak lelaki itu telah berjongkok lagi sambil
memperlihatkan gerakan seperti akan menyerang dengan
kedua tangannya sendiri.
Keruan saja orang2 yang berdiri tidak berjauhan dengannya
telah cepat menyingkir diri, karena mereka takut begitu anak
itu mendorong dengan kedua tangannya maka mereka akan
terdorong binasa juga.

"Ayoh maju.... !!" tantang anak lelaki itu.
Tetapi tetap saja tidak ada seorangpun yang berani maju.
Anak lelaki itu kembali tertawa mengejek, dia telah berdiri
sambil katanya: "Baiklah...... aku permisi saja!"
dan dia memutar tubuhnya untuk berlalu. Pengejarnya
tidak berani mengejarnya lagi, karena mereka anggap anak itu
memiliki ilmu siluman yang bisa mematikan orang dengan
hanya dorongan tangannya saja.
Dari pada mati konyol', maka lebih baik mereka tidak
mengejarnya lagi.
Namun baru beberapa langkah anak itu berjalan, disaat
itulah tampak seseorang membentaknya: "Tahan, tunggu
dulu...,!"
Anak itu relah mengerutkan alisnya, dia memutar
tubuhnya..
Dihadapannya berdiri seotang lelaki berusia tiga puluh
enam tahun yang tengah mengawasinya. Orang itu memakai
baju yang agak longgar, sedangkan tangan kanannya baju itu
berkibar2 kosong, menunjukkan bahwa orang itu tidak
memiliki tangan kanan.
Sedang orang yang menegur itu, yang tidak lain dari Yo Ko
telah tersenyum sambil katanya:" Engko kecil, bukankah
engkau yang bertemu, denganku belasan tahun yang lalu "
"Engkau ternyata Sin Tiauw Taihiap, bukan?" tanya anak itu
tidak menyahuti pertanyaan Yo Ko.
"Tidak salah....! Dan engkau pernah mengatakan bahwa
dirimu adalah putranya Auwyang Hong.... benarkah ini? Tadi
aku melihat engkau mempergunakan ilmu Ha mo kang, tetapi
keterlaluan sekali, lima jiwa engkau binasakan....!"
Anak lelaki itu telah tertawa dingin.

"Benar aku anak Auwyang Hong ...dan engkau mau apa
menegurku, apakah engkau tidak senang dan ingin membela
orang2 jahat itu yang tadi ingin mengeroyok dan
membinasakan aku !"
"Aku bukan hendak memihak ke-mana2 tetapi justru aku
ingin memberitahukan kepadamu agar lain waktu engkau,
jangan menurunkan tangan sekeras itu.....karena kasihan
orang2 yang tidak tahu apa2 itu harus mengalami kematian
dengan cara yang begitu menggenaskan sekali ... ! Dan mana
ibumu ...? Atau nenekmukah wanita tua itu ?"
"Hemmm, itu ibuku ..!" menyahuti anak iiu, yang mengaku
sebagai anaknya Auwyang Hong!
Ada sesuatu yang membuat Yo Ko heran, Auwyang Hong
telah meninggal lama sekali, dia meninggal dunia hampir dua
puluh lima tahun. Mana mungkin anak kecil ini bisa- mengaku
sebagai anaknya tokoh sesat Auwyang Hong itu.
"Siauwko (adik kecil), ada sesuatu yang kuherankan dan
tidak mengerti. Auwyang Hong telah meninggal puluhan tahun
yang lalu, tetapi sekarang engkau baru berusia baru lima belas
atau enam belas tahun, bagaimana mungkin, Apakah
Auwyang Hong setelah di-Akherat itu masih bisa menikah dan
memiliki anak?"
Muka anak itu jadi berobah. "Engkau jangan menghina
aku.... dengan kau menyebut2 nama ayahku saja dan mengolok2
ayahku kau harus mati.... walaupun engkau sebagai
Taihiap yang terkenal sekali dijaman ini, tetapi aku tidak
takut."
Yo Ko tertawa.
"Jika aku maju menyerang dirimu, tentu akan banyak orang
yang mengatakan bahwa aku menghina yang kecil... maka
ada lawan yang sebanding dengan kau, dimana kalian boleh
main2 beberapa jurus!"

Setelah berkata begitu Yo Ko memandang kesampingnya
sambil berkata: "Him jie keluarlah....! Temani engko kecil
bermain2 beberapa jurus.
Anaknya Auwyang Hong itu heran melihat anak sebaya dia
telah mendatangi dengan sikap yang tenang sekali. Dia jadi
mengerutkan alisnya, pikirnya : "Hemm. usianya sebaya
denganku, tentunya dia tidak memiliki kepandaian yang tinggi,
sebab dengan mengandalkan Ha-mo-kang. maka aku tidak
perlu takut padanya "
Ternyata rombongan Yo Ko, Kwee Siang, Siauw Liong Lie,
Siauw Goat Lan, Phang Kui In dan Yo Him, telah tiba dikota
Siangyang beberapa saat yang lalu, dan mereka telah melihat
anak lelaki itu yang di-kejar2 oleh belasan bahkan puluhan
orang.
Yang mengejutkan Yo Ko adalah anak itu tiba2
mengeluarkan ilmu Ha mo-kang dan membinasakan lima
orang pengejarnya.
Yo Ko mengenali ilmu itu, karena dia sendiri waktu kecil
pernah mempelajari ilmu Ha mo-kang. tetapi sekarang anak
kecil itu telah melancarkan serangan2 yang dahsyat dengan
Ha-mo-kang. Maka tidak puas hati Yo Ko, karena anak itu
sangat kejam sekali dalam turun tangannya.
Saat itu Yo Him telah berdiri disisi Yo Ko, ayahnya, sambil
tanyanya "Apa yang harus kulakukan, ayah?"
"Anak itu sebaya dengan kau, maka engkaulah yang
menghadapinya", kata Yo Ko.
"Baik ayah ..."
"Tapi hati2, dia memiliki ilmu ha- mo-kang warisan dari
Auwyang Hong", kata sang ayah itu.
"Baik ayah, aku akau menghadapinya dengan hati2"

"Bagus..." kata Yo Ko. "Nah, sekarang pergilah engkau bermain2
dengan engkoh kecil itu ... !"
Yo Him melangkah maju mendekati anak yang sebaya
dengannya dan waktu itu anak lelaki yang mengakui dirinya
sebagai puteranya Ouw yang Hong, telah mengeluarkan suara
sinis
"Engkau sekecil ini ingin melawanku? Hemm, tadi saja
kelima orang yang mengejarku telah mati tanpa mereka
berdaya untuk mengelakkan diri atau juga memberikan
perlawanan atas seranganku itu. Apa lagi sekarang hanya
engkau, mana bisa engkau melawanku, engkau hanya mencari
penyakit untuk mampus."
Tetapi Yo Him bersikap sangat sabar sekali, dia telah
berkata manis: "Jangan berkata begitu engko kecil, karena
walaupun engkau memiliki kepandaian setinggi itu, belum
tentu engkau bisa mengangap dirimu sebagai jago yang tiada
lawan, Sekarang aku membuktikan betapa kepandaianmu itu
sebetulnya tidak berarti..... marilah engkau mulai menyerang
padaku!" kata Yo Him lagi.
Anak itu tertegun sejenak, tetapi kemudian dia jadi marah:
"Baik! Baik! Engkau sambutlah seranganku ini!"
Dan setelah berkata begitu, cepat sekali anak itu menekuk
kedua kakinya berlutut. Dia menggerakan kedua tanganya
yang didorongkan kedepan dengan serentak. Dari kedua
telapak tangannya itu meluncur keluar angin serangan yang
sangat kuat sekali.
Yo Him berdiam diri dengan tenang sekali dia melihat saja
datangnya serangan itu, kemudian dia mengeluarkan suara
siulan yang nyaring dan melompat mundur dengan tubuh
yang agak doyong kesamping, sehingga serangan anak itu
yang mengaku sebagai puteranya Auwyang Hong telah jatuh
ditempat kosong.

Membarengi dengan kesempatan itu, tampak Yo Him tidak
tinggal diam, karena dia juga telah mengeluarkan suara
bentakkan keras sambil jari telunjuk tangan kanannya
mengincer jalan darah sebelah pundak yang kiri anak itu.
Itulah jurus "Menulis sejak dimusim semi", yang
mendatangkan angin sangat kuat dan jika menyentuh jalan
darah dengan tepat disaat itu juga korban totokan itu akan
segera binasa !!
Puteranya Auwyang Hong itu jadi terkejut sekali, karena dia
telah merasakan angin serangan yang mantap dari musuhnya
menerjang dirinya, disamping itu dia kecewa karena tenaga
Ha-mo-kangnya tidak berhasill mengenai korbannya.
Dengan memiringkan tubuhnya tampak puteranya
Auwyang Hong telah berkelit dari totokan Yo Him.
Waktu itu, Yo Him telah menyusuli lagi dengan serangan
lainnya, dia menyerang lawannya dengan beruntun dan tidak
segan2 lagi, sebab dia tadi telah menyaksikan betapa anak ini
memiliki watak yang buruk dan kejam, sehingga Yo Him jadi
mengambil keputusan untuk melukai berat anak ini dan
kemudian melenyapkan kepandaiannya, agar kelak anak ini
jangan menimbulkan urusan dan kerusuhan pula.
Telah lima kali Yo Him melancarkan serangannya, tetapi
selama itu anak yang mengaku sebagai putranya AuWyang
Hong itu telah dapat mengelakkannya. Rupanya kesadaran
anak itu juga habis, dia telah menekuk kedua kakinya
berjongkok, dan berulang kali dia mengeluarkan suara!
Krokkk,... Krokkk! seperti suara kodok yang tengah
berdendang.
Membarengi dengan suara ! 'Krokkk, Krokkk ' itu tampak
kedua tangan anak tersebut juga telah bergerak2 mendorong
kearah Yo Him.
Gerakan itu sangat baik sekali, dan mengandung kekuatan
tenaga dalam yang cukup tangguh. Tetapi disebabkan tenaga

lwekang dari anak itu belum sampai pada puncaknya, maka
serangan yang kali inipun tidak bisa merubuhkan Yo Him.
Bahkan dengan mempergunakan kesempatan itu, kaki
kanan Yo Him telah bergerak dengan cepat sekali menendang
lambung lawan nya.
Anak itu tengah mengerahkan tenaga dalamnya
melancarkan serangan kepada Yo Him dan kali ini dia telah
diserang begitu rupa oleh lawannya, keruan saja anak itu tidak
bisa menarik pulang tenaganya dalam waktu yang sangat
singkat. Dengan mati2an dia berusaha untuk mengelakkan diri
dengan membuang dirinya bergulingan kesamping.
Setelah itu dia lompat berdiri dengan cepat. Tetapi Yo Him
tidak memberikan napas lawannya ini, dia menyerang pula
dengan jurus "Bunga rontok dimusim dingin", tubuhnya
berkelebat2 bagaikan bayangan saja dan dari sepasang
tangannya meluncur angin serangan yang menderu2.
Anak yang mengaku sebagai putera Auw-yang Hong itu jadi
semakin kelabakan.
Melihat seranngan Yo Him yang kali ini tidak keburu
dikelitnya, anak itu jadi nekad, dia menangkisnya dengan
mempergunakan salah satu jurus dari Hang Mo Kang,
Diantara suara benturan yang terjadi, tampak tubuh anak
lelaki yang mengaku sebagai putranya Auwyang Hong itu
telah terjungkel rubuh bergulingan diitas tanah.
Yo Him tidak melancarkan seraaan lagi, karena dia melihat
mukanya anak itu telah pucat dan dari bibirnya mengalir darah
yang cukup banyak.
Sedangkan anak itu telah berdiri dan memutar tubuhnya
untuk meninggalkan tempat itu.
"Sudahlah Him jie, tidak perlu engkau mengejarnya.!" kata
Siauw Liong Lie, yang merasa kasihan melihat anak lelaki itu
telah berlumuran darah.

Yo Him memang tidak ingin mengejar dia telah mengejar,
dia telah menghampiri ibu-nya
Sambil ber-cakap2 dan tertawa, mereka mencari sebuah
rumah penginapan untuk mengasoh,
Akhirnya mereka memilih rumah pengina pan 'Cungsielouw'
rumah penginapan y»ng cukup mewah.
Yo Ko meminta dua buah kamar. Kamar yang satu untuk
dia, Yo Him dari Phang Kut In, sedangkan Siauw Liong Lie,
Goat Lan dan Kwee Siang tidur dikamar lainnya.
Mereka telah menceritakan pengalamannya niasing2
sampai jauh malam.
Akhirnya setelah puas saling bercerita, mereka telah tidur.
Keesokan paginya mereka turun kebawah loteng dimana
ada rumuh makan. Memang penginapan ini membuka juga
rumah makan se hingga tamu2nya tidak perlu sulit lagi menca
ri makanan, karena penginapan itu bisa menyediakan berbagai
masakan yang enak2.
Yo Ko telah memesan beberapa macam sayuran yang lezat,
daging asap, lidah kodok dan lidah bebek, Mereka juga
memesan beberapa kati arak. Tampaknya mereka begitu riang
gembira. karena kini mereka telah bisa berkumpul kembali.
Dengan sendirinya penderitaan mereka dimasa lalu telah
menghilang dan tidak mereka ingat2 lagi, karena sekarang
mereka tengah menghadapi kebahagiaan, Phang Kui In dan
Kwee Siang juga ikut gembira melihat ayah, ibu, anak dan
murid telah berkumpul kembali.
Tetapi waktu mereka sedang asyik ber-cakap2 dengan
diselingi gurau dan tawa, tiba2 mata Yo Ko yang tajam telah
melihat sesuatu dipintu rumah penginapan itu.
"Tundukan kepala!" kata Yo Ko cepat dengan suara
berbisik.

--ooo0dw0ooo--
Jilid 27
SEMUA telah menundukkan kepala mereka, walaupun
mereka tidak mengetahui apa sebabnya Sin Tiauw Taihiap
memerintahkan mereka untuk menunduk,
Kwee Siang dan Phang Kui In telah melirikan matanya, dia
melihat seorang pendeta asing. seperti pendeta dari Mongolia
tengah memasuki ruangan itu.
"Tiat To Hoat Ong..!" bisik Siauw Liong Lie dengan suara
yang perlahan.
Semua orang terkejut, termasuk Yo Him, Phang Kui In dan
Kwee Siang, karena mereka justru telah mendengarnya bahwa
musuh besar Sin Tiauw Taihiap suami isteri adalah pendeta
Mongolia itu.
Diam2 Yo Him telah melirik juga, dilihatnya tubuh pendeta
itu tinggi besar dan tegap dengan diatas kepalanya yang
gundul itu terlihat sekumtum tugu yang terbuat dari emas
murni.
Dengan sikap yang angkuh pendeta itu telah memasuki
ruangan makan itu, dia tidak mengacuhkan sekelilingnya,
memilih sebuah meja dan duduk dengan berdiam diri.
Seorang pelayan telah menghampirinya.
"Ingin dahar apa. Taisu?" tanya pelayan itu.

"Plakkk!" tahu2 tangan pendeta itu telah menempeleng
muka sipelayan. Keras sekali tamparan itu sampai kedua gigi
didepan bagian atas telah copot karenanya.
Pelayan itu seperti disamber setan, dia telah memandang
bengong kepada pendeta itu. sampai akhirnya dia baru
meringis sambil memegangi pipinya yang sakit sekali.
"Kau.... kau...." suara pelayan itu tergagap mengandung
kemarahan, karena tidak hujan tidak angin pendeta itu telah
main pukul padanya.
"Kau, kau. apa" bentak sipendeta. "Cepat sediakan
makanan dan minuman, mengapa engkau harus banyak
cerewet, bukankah setiap tamu yang masuk kerumah makan
ini untuk bersantap?"
Pelayan itu tampaknya mendongkol, takut dan marah
menjadi satu, karena pendeta yang menjadi tamunya itu
sangat galak sekali.
"Taisu...tadi aku hanya menanyakan makanan apa yang
menjadi selera Taisu...," sipelayan berusaha menjelaskan.
Tetapi ....
"Ploook! Ploockk" keras sekali muka pelayan itu
ditempeleng lagi, malah kali ini lebih keras dari yang tadi,
karena begitu ditempeleng bukan hanya tiga buah giginya
yang rontok, tetapi tubuhnya telah terguling dilantai.
Pelayan itu menjerit kesakitan.
"Jika kau masih rewel, maka aku tidak akan
mengampunimu.. !" kata pendeta itu yang tidak lain adalah
Tiat To Hoat ong.
Pelayan itu tidak berani terlalu lama berada disitu, sambil
menahan sakit dan berulang kali menyahuti: "Ya! Ya! Ya!" dia
cepat cepat pergi kebelakang ruangan, ketempat masak.

untuk memesan beberapa masakan yang enak-enak untuk
Tiat To Hoat-ong.
Waktu sayurnya sudah mateng dan selesai disiapkan,
pelayan yang melayani pendeta itu pelayan yang lainnya,
sedangkan pelayan yang tadi ditempiling oleh Tiat To Hoat
ong, telah bersembunyi dibelakang saja tidak berani keluar.
Pelayan yang kali ini melayani Tiat To Hoat ong juga tidak
berani terlalu banyak bicara, dia telah mempersiapkan
makanan dimeja sipendeta.
"Kau membisu seperti itu seperti orangg gagu!" bentak Tiat
To Hoat ong dengan mendongkol.
"Tidak Taisu.... aku tidak gagu....!"
"Apa kau bilang?" bentak sipendeta.
Muka pelayan itu seketika menjadi pucat pias karena
hatinya jadi ciut waktu dibentak oleh sipendeta,
"Aku memberitahukan bahwa aku bukan seorang yang
gagu, Taisu...."
"Tapi tadi. mengapa engkau berdiam diri saja seperti orang
bisu?" bentak sipendeta itu lagi.
Pelayan itu jadi serba salah.
"Aku. ..aku tidak bermaksud banyak rewel kepadamu
Taisu... !"
"Hmmm.....pergilah !"kata Tiat To Hoat Ong sambil
mengebutkan lengan jubahnya.
Yo Ko melihat itu jadi terseyum sendirinya, ternyata
pendeta itu keterlaluan sekali memperlakukan pelayan2 yang
lemah tidak berdaya.
Dan disaat itu dendam dan sakit hati yang tersimpan dihati
Siauw Liong Lie dan Yo Him jadi meledak. Bahkan Yo Ko juga

tidak bisa mengendalikan perasaannya, dia meletakan
sumpitnya, dia berdiri menghampiri Tiat To Hoat-ong.
Tiat To Hoat-ong waktu itu tengah duduk menikmati
santapannya dengan membelakangi Yo Ko. Maka ketika Yo Ko
telah berada dekat dengannya, pendekar sakti Yo Ko telah
mengulurkan tangan kananrya sambil menepuk dengan
perlahan.
"Apa kabar Taisu.. ..?" tegurnya.
Pendeta itu tampaknya jadi terkejut tetapi tepukan Yo Ko
tidak berhasil mengenai pundak pendeta itu. Sebagai seorang
yang memiliki kepandaian sangat tinggi, tentu saja Tiat To
Hoat-ong tidak bisa diserang dengan cara seperti itu. dia telah
menggerakau pundaknya dan bahunya itu jadi licin seperti
berlemak.
Yo Ko memang telah menduganya begitu. tidak mungkin
dia bisa menyerang si pendeta itu, walaupun pendeta tersebut
tengah duduk membelakanginya.
Maka Yo Ko bersiap sedia untuk menghadapi segala
kemungkinan yang bakal terjadi.
Benar saja, Tiat To Hoat ong setelah berhasil begitu, tanpa
menoleh lagi dia telah menggerakkan sumpitnya ke arah
belakang. Cepat sekali sumpit itu menyambar dengan
kekuatan yang mentakjubkan.
Jika orang lain yang diserang dengan cara demikian, tentu
biji matanya akan ditembusi sumpit. Dan juga akan membuat
mereka bisa binasa jika sampai dikening. Karena sumpit itu
walaupun terbuat dari kayu, tokh tenaga timpukannya sangat
besar, sehingga merupakan sumpit baja yang memiliki
kekuatan tidak terhingga.
Tetapi Yo Ko yang memiliki kepandaian sangat tinggi mana
bias diserang mendadak begitu? Dengan tidak merobah
kedudukannya, dia telah membuka mulutnya dan "Tapp..!"

ujung sumpit telah digigitnya dengan mempergunakan
giginya, sehingga sumpit tidak bisa bergerak lagi.
Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh Yo Ko sangat
berbahaya sekali, kalau tadi itu gagal menerima sumpit itu
dengan mulutnya dan tidak sempat untuk mengigit, jelas
sumpit itu akan menerobos kelubang tenggorokan di lehernya.
Tetapi berhubung Yo KO memang memiliki kepandaian
yang sempurna, dia bisa melakukan gigitan pada sumpit itu
dengan baik.
Tiat To Hoat Ong menyadari juga bahwa serangannya tidak
berhasil, karena dia tidak mendengar suara kesakitan dari
orang yang berada dibelakangnya.
Maka dia mengulurkan tangannya ke atas meja didepannya
kemudian dia telah melompat beridiri memutar tubuhnya dan
mengawasi dengan sorot mata yang tajam kepada orang yang
mencoba membokongnya itu.
Ketika mengenali orang yang membokongnya tak lain dari
pada Yo Ko, pendeta itu agak melengak sesaat, tetapi
kemudian dia tertawa bergelak2.
"Oh, kiranya seorang pendekar besar yang telah muncul
disini? Ha.. Ha.. Ha..! Engakau sibuntung mengapa tidak hujan
tidak angin telah menyerang diriku?"
Mendongkol sekali Yo Ko mendengar dirinya disebut
sibuntung, dia telah tertawa dingin sambil katanya dengan
suara yang tawar,
"Sudah cukup lama engkau bersembunyi dari kejaranku.
maka hari ini aku orang she Yo bermaksud meminta
petunjukmu lagi! Keluarkanlah golok besimu itu..!" dan nada
suara Sin Tiauw Tayhiap Yo Ko begitu tegas, seperti juga dia
ingin mengatakan bahwa akan mampertaruhkan jiwanya
untuk membinasakan Tiat To Hoat-ong.

Tiat To Hoat-ong bersikap tenang saja, dia malah
tersenyum2. Tetapi didalam hatinya pendeta ini tengah diliputi
ketegangan menghadapi jago nomor wahid tersebut.
"Aku tidak ingin bertempur sekarang, karena aku sedang
memiliki tugas penting, maka jika engkau seorang hohan,
biarkan aku pergi dulu, nanti tiga bulan lagi kita bertemu lagi
disini..!"
Yo Ko terfawa dingin:
"Melepaskan engkau yang telah mencelakai isteri dan Sin
Tiauwku itu....!" kata Yo Ko dengan suara yang dingin.
"Untung saja kami masih bisa saling bertemu. dengan isteri
dan anakku. itulah mereka!"
Sambil berkata begitu, Yo Ko telah menunjukkan ke
mejanya, dimana Siauw Long Lie, Phang Kui In, Kwee Siang
dan Goat Lan sedang duduk sambil bersantap sedikit2 dan
tenang sekali, seperti juga tidak terjadi sesuatu.
Tetapi bagi Tiat To Hoat Ong malah lain, dia jadi begitu
terkejut. dia sampai mengeluarkan seruan tertahan, mukanya
pun berubah menjadi agak pucat.
Dengan adanya Siauw Long Lie bersama Yo Ko, sulit sekali
dia meloloskan diri, karena tidak ada harapan lagi baginya
ditangan suami isteri yang merupakan pasangan pendekar
yang memiliki nama yang sangat terkenal, bahkan Yo Ko telah
diakui sebagai pendekar sakti nomor satu oleh seluruh jago2
persilatan.
Nyali sipendeta menjadi ciut.
"jika sekarang kau merintangi aku, sama juga engkau
seorang pengecut karena dikala aku tidak ber-siap2 engkau
mengajak aku untuk bertempur! Jika memang kalian seorang
Hohan, lepaskan aku dulu, tiga bulan mendatang aku pasti
akan datang kemari untuk bertemu dengan kalian."
Yo Ko tersenyum mengejek,

"Tidak bisa!" katanya tegas.
"Mengapa tidak bisa?"
"Aku tidak mau perduli kepada pekerjaanmu, aku juga tidak
akan tahu pekerjaan apa yang sedang engkau jalankan. Tetapi
yang terpenting, engkan adalah musuhku! Orang yang telah
mencelakai Liong-jie, isteriku. dan bahkan sampai anakku. Yo
Him hampir saja binasa! Maka sekarang juga aku ingin
memperhitungkan segalanya!"
Muka Tiat To Hoat ong jadi berobah tidak enak dilihat.
Walaupun dimukanya dia tidak memperlihatkan sesuatu
apapun juga, namun dihatinya kebat-kebit.
Hal itu disebabkan Tiat To Hoat ong memang
mengetahuinya bahwa ilmu pedang gabungan yang dimiliki Yo
Ko dan Siauw Liong Lie, yang diberi nama Giok Lie Kiam Hoat
merupakan ilmu pedang yang sulit sekali dihadapi, karena ilmu
pedang bidadari itu meiupakan ilmu pedang yang seragam
diantara kedua pedang, dapat bekerja sama dengan baik. jika
yang satu tengah terdesak, pedang yang satunya lagi dapat
segera membantuinya.
Jika hanya merghadapi Yo Ko seorang diri,atau juga Siauw
Liong Lie seorang diri, tentu Tiat To Hoat ong tidak jeri,
karena kepandaian mereka hampir berimbang. Tetapi kini
kenyataan yang ada kedua2nya berada di tempat ini. Bahkan
Yo Ko tampaknya telah bernapsu sekali akan menyerang
dirinya, Tiat To Hoat Ong tidak memiliki pilihan lain, karena
walaupun bagaimana dia harus berani menghadapi pasangan
suami isteri yang terkenal kegagahannya itu.
"Baiklah!" kata Tiat To Hoat-Ong sambil memperlihatkan
sikap yang angkuh. "Aku akan menghadapimu dulu, sibuntung
sombong.....!"
Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat Ong telah
mencabut golok besinya, dia membulang balingkan beberapa
kali, sehingga golok yang berwarna hitam itu memantulkan

cahaya yang berkilauan. Itulah senacam golok mustika yarg
jarang sekali terdapat didaratan Tionggoan.
"Ayoh mulai....!" tantang Tiat To Hoat Ong sambil tertawa
mengejek, sikapnya tenang sekali. Tetapi sesungguhnya
otaknya tengah bekerja mencari jalan untuk dapat meloloskan
diri dari pasangan suami isteri yang tangguh itu.
Yo Ko juga telah mencabut keluar It Thian Kiamnya. dia
membulang balingkau juga pedang itu dengan tangan kiri
tunggalnya.
Pedang It Thian Kiam adalah pedang mustika yang baik
sekali, yang memiliki bobot sangat berat, dibantu lagi oleh
lwekang Yo Ko yang memang telah mencapai tingkat
sempurna, sehingga menimbulkan kembali keragu2an Tiat To
Hoat Ong.
Belasan tahun yang lalu dia pernah merasakan hebatnya Yo
Ko, walaupun tangan kanannya telah buntung dan hanya
memliki tangan kiri saja.Kemudian dia berhasil menculik Siauw
Liong Lie dengan mempergunakan bubuk obat tidur, sehingga
ia bisa menangkap Siauw Liong Lie dan burung rajawali
saktinya.
Selama belasan tahun Tiat To Hoat ong melatih diri dengan
giat karena dia menghendaki supaya kepandaiannya jauh lebih
tinggi dari yang sudah2.
Disampihg itu Tiat To Hoar ong juga tengah sibuk mencari
pembesar2 negara Song yang bisa diajak bekerja sama untuk
menyambut kedatangan pasukan Mongolia yang dipimpin
Kubilai Khan dari dalam. Dan memang usaha Tiat To Hoat ong
berhasil memuaskan, karena dia telah melihat banyak
pembesar2 penting dari negara Song itu yang mengadakan
kontak dengan Kubilai Khan.
Hasil yang dicapai olah Tiat To Hoat ong menggembirakan
hati Khannya yang agung, dia dipuji sebagai guru negara yang
banyak jasanya.

Dan kini setelah belasan tahun sibuk mengatur segala2nya.
Tiat To Hoat ong kembali kedaratan Tionggoan, karena dalam
rencana yang telah digariskan, pasukan tentara Mongol, ia itu
akan menyerbu daratan Tionggoan dalam tahun-2 mendatang.
Tetapi siapa tahu waktu dia berada dirumah makan, justru
dia telah berpapasan dengan Yo Ko dan Siauw Liong Lie.
Hatinya jadi ciut duluan.
Walaupun bagaimana Tiat To hoat ong memang mengakui
bahwa kepandaian Yo k o masih berada satu tingkat
diatasnya, maka dia mesti berlaku hati2.
"Ayo mulai buka serangan...!" seru Yo Ko menantang.
Tiat To Hoat ong tidak segan2 lagi, dia telah mengerahkan
kekuatan tenaga Iwekangnya sebanyak tujuh bagian yang
disalurkan kepada golok besinya.
"Wuttt,..!" golok besi itu menyambar ke dada Yo Ko.
Tetapi Yo Ko tidak berkelit, dia menggunakan It Thian
Kiam-nya untuk menangkis
"Tranggg...!" benturan kedua senjata mustika itu terdengar
keras sekali.
Tubuh Tiat To Hoat-ong tergoncang keras, dia jadi terkejut
karena dalam satu gebrakan itu saja Tiat To Hoat ong telah
dapat menduga bahwa tenaga lwekaag Yo Ko lebih tinggi dari
dia.
Jalan satu2nya untuk menyelamatkan jiwa nya, Tiat To
Hoat ong harus mencari usaha meloloskan diri.
Tetapi Yo Ko saat itu telah melancarkan serangan lagi
dengan menggunakan salah satu jurus dari ilmu silat Giok Lie
Kiam Hoat(Ilmu pedang Bidadari) yang dinamakan "Bidadari
menari, senjata bertebaran", pedang It Thian Kiam itu telah
berkelebat2 cepat sekali. Aneh bear cara menyerang Yo Ko,

dalam sekejab mata telah seratus geraka yang digunakan
mengincar bagian yang mematikan ditubuh Tiat To Hoat ong.
Tiat To Hoat Ong, walaupun sangat terdesak dan sukar
mengelakkan diri, kenyataannya dia bisa juga membela diri
agar tidak sampai rubuh dipedang Yo Ko.
Akibat perasaan sakit hati dan dendam, kali ini Yo Ko
bertempur berlainan dari biasanya. Karena dalam
pertempuran2 dimasa lalu, Yo Ko tidak begitu mendesak
lawannya. namun kini berhadapan dengna Tiat To Hoat ong
justru dia bermaksud untuk secepat mungkin merubuhkan Tiat
To Hoat Ong.
Lama kelamaan Tiat To Hoat Ong jadi semakin sibuk dan
terdesak hebat.
Karena Tiat To Hoat ong tidak memiliki jalan lain lagi, mau
atau tidak, dia harus menghadapi Yo Ko.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang bengis
mengandung kenekadan, tampalk Tiat To Hoat-ong
menggerakkan golok hitamnya itu, dia telah menyerang
dengan jurus "Setan Akherat Datang Mengisap Darah",
dimana golok hitamnya itu seperti juga seekor naga hitam
yang menerjang kepada Yo Ko.
Yo Ko sendiri dalam kemarahannya menghadapi musuhnya
yang benar2 hampir merusak rumah tangganya, dimana dia
harus berpisah dengan Siauw Liong Lie dan puteranya, yaitu
Yo Him, kali ini dia bertempur tidak berlaku segan2 lagi.
It Thian Kiam-nya digerakkan dengan ber-tubi2 melakukan
tikaman dan tabasan yang tidak hentinya.
Gerakan kedua orang yang tengah bertempur itu semakin
lama semakin cepat dan akhirnya mereka hanya tampak
merupakan dua sosok tubuh yang tengah ber-kelebat2 dengan
cepat sekali, juga kedua senjata mereka setiap kali saling

bentur telah menimbulkan suara "Trang. trang, trang," tidak
hentinya.
Untung saja Tiat To Hoat Ong mempergunakan golok
pusaka, sehingga goloknya itu tidak sampai tertabas kutung
atau semplak.
Disaat itu tampak Yo Ko telah mengeluarkan suara
bentakan yang nyaring sekali. setiap kali pedangnya meluncur
menyerang Yo Ko selalu berseru : "Awas pedang!!"
Untuk mendesak Yo Ko, Tiat To Hoat Ong tidak bisa dan
tidak sanggup, karena Yo Ko justru telah mengurung diri
sipendeat dengan pedangnya yang berkelebat dengan rapat
sekali.
Tetapi Hiat To Hoat Ong keras hati.
"Biarlah kau mati bersama2 dengan dia!" serut hati kecil
Hiat To Hoat Ong. "Hemm, sekarang aku baru menghadapi
sibuntung ini, aku sudah terdesak, bagaimana jika nanti
isterinya itu, Siauw Liong Lie ikut bertempur mengeroyok
diriku, tentu aku akan sibuk sekali mengelakkan diri dari
serangan2 mereka. Hemm, walaupun bagaimana aku harus
berusaha untuk mencari jalan keluar meloloskan diri dari
mereka..."
Dan setelah berpikir begitu, didalam hatinya, Tiat To Hoat
ong memutar golok besinya. dia telah mengerahkannya
dengan gerakan2 yang sangat cepat dan menerjang kuat
sekali.
Yo Ko serrentara waktu harus melompat mundur
mengelakkan serangan dan terjangan nekad dari lawannya ini.
Tetapi begitu golok hitam itu berhasil dielakkannya. dengan
mengeluarkan suara siulan yang sangat nyaring sekali tampak
Yo Ko telah melancarkan serangan yang bertubi2 ke diri
sipendeta.
Sehingga kali ini Tiat Hoat Ong harus melompat mundur.

Yo Ko tidak berhenti sampai disitu saja. dengan gerakan
yang manis dari jurus "Bidadari mempersembahkan Arak,"
tempat pedangnya itu telah menuju kearah batang leher Toat
To Hoat Ong.
Waktu itu tampak Tiat To Hoat Ong telah terhuyung
mundur dengan muka yang sangat pucat. Mati2an dia
berusaha menggerakkan golok besinya untuk menangkis.
Pedang Yo Ko memang bisa ditangkisaya dengan kuat,
tetapi pedang ditangan kiri Yo Ko itu tidak bergeming
sedikitpun juga, dan tidak berobah arahnya.
Bahkan golok hitamnya Tiat To Hoat ong itu sendiri yang
telah terpental dan hampir terlepas dari cekalannya,
Sedangkan mata pedang Yo Ko masih terus meluncur
menusuk kearah batang lehernya pendeta itu.
Tiat To Hoat ong merasakan seperti juga semangatnya
telah terbang melayang meninggalkan raganya dia juga
mengeluarkan seruan tertahan.
Namun sebagai koksu negara yang memiliki kepandaian
sangat tinggi, dengan sendirinya dia tidak diliputi kegugupan
saja. Dalam keadaan terdesak seperti itu dia tidak dapat
berdiam diri saja. dengan cepat dia membuang diri ke
belakang, lalu bergulingan ditanah beberapa kali, menjauhi Yo
Ko.
Tiat To Hoat ong bergerak sangat cepat sekali, tetapi
gerakan Yo Ko lebih cepat lagi.
Dengan mengeluarkan suara bentakan yang bengis, Tiat To
Hoat ong jadi nekad dan telah menggerakkan pula pedang
hitamnya sambil tubuhnya bergulingan. Dia menggunakan
jurus "Menabas Ular diEkornya" sehingga pedang Yo Ko yang
tengah menyambar datang itu telah kena ditangkisnya dengan
kuat sekali.
"Tranggg...!"

Karena Tiat To Hoat ong memusatkan seluruh kekuatan
tenaganya dipergelangan tangannya dan menyalurkan lewat
golok hitamnya itu, maka benturan itu tidak merugikan apa2
baginya.
Sedangkan Yo Ko telah menarik pulang pedangnya,
kemudian dia berkata dengan suara yang tawar: "Berdirilah,
aku tidak bisa membinasakan manusia yang sudah tidak
berdaya..!"
Muka Tiat To Hoat ong menjadi berobah merah, dengan
marah dia balas membentak. "Jangan sombong... Engkau
belum tentu dapat merubuhkan diriku..!"
Dan sambil berkata begitu, Tiat To Hoat Ong merangkak
bangun. Tiba-tiba dia mengeluarkan serangan dan tahu-tahu
golok hitamnya itu telah dilemparkannya dengan cepat sekali.
Itulah salah satu jurus simpanan Tiat To Hoat-Ong bernama
"Tenggeret menubruk mangsanya".
Yo Ko juga terperanjat melihat cara menyerang lawannya
yang agak aneh, dengan mata golok mengincar batang
lehernya.
Sebagai seorang pendekar sakti, Yo Ko tentu saja tidak
menjadi gugup. Dengan cepat pedangnya diputar, dan
pergelangan tangan kanan jubahnya yang kosong itu telah
dikebutkan.
Kemudian lengan jubahnya yang dikebutkan itu telah
melibat batang golok lawan, dan pedangnya meluncur terus
dengan cepat sekali. Gerakan yang terjadi itu semuanya
berlangsung sangat cepat sekali, sehingga Tiat To Hoat Ong
sendiri seperti tertegun. Tetapi segera dia tersadar, karena
saat itu justru mata pedang Yo Ko tengah menyambar secepat
kilat kearah dadanya.
Dengan mengeluarkan seruan tertahan, tampak Tiat To
Hoat-Ong mengeluarkan iwekangaya untuk menarik terlepas
goloknya dari libatan lengan baju Yo Ko.

Tetapi usahanya itu gagal.
Sedangkan Pedang Yo Ko terus menyambar ke diri Tiat To
Hoat Ong.
Tidak ada pikiran lainnya lagi bagi Tiat To Hoat Ong selain
melepaskan goloknya. karena jika tidak, dia tentu akan
memerima bahaya yang tidak kecil.
Sambil melepaskan cekalan tangannya pada goloknya itu.
Tiat To Hoat Ong melompat kebelakang, dia telah menjauhi
Yo Ko dengan mengorbankan goloknya itu.
Yo Ko tidak melanjutkan serangannya itu dan tertawa sinis.
"Apakah sekarang engkau menyerah?" tanyanya. " kalau
kau mau meminta maaf tentu kami bersedia memaafkan
kesalahanmu asal kau berjanji tidak akan melakukan
perbuatan2 jahat lagi."
Muka Tiat To Hoat Ong jadi berubah merah padam. karena
selain mendongkol sekali dirinya dihina, juga dia marah bukan
main goloknya sampai terlepas dari tangannya hanya akibat
gulungan lengan jubah Yo Ko.
"Hemm.. sekarang belum tentu engkau bisa merubuhkan
diriku... kembalikan golokku itu dan kita main2 lagi seribu
jurus..!" kata Tiat To Hoat Ong.
Yo Ko tertawa dingin.
"Dulu adik seperguruanmu Kim Lun Hoat ong telah
terbinasa karena dirinya terlalu membela kerajaan Mongolia
sehingga dengan akal liciknya beberapa kali telah mencelakai
orang2 Han kami.dia menemui ajalnya dengan cara yang
pantas karena kesalahan dan dosa Kim Lun Hoat Ong telah
luber melwati takaran! dan kini Engkau.. Jika engkau masih
tidak mengenal selatan. itu terserah kepadamu... nah
terimalah golokmu..!"

Sambil berkata dingin, Yo Ko mengebutkan lengan
kanannya yang kosong itu, golok menyambar kearah Tiat To
Hoat Ong dengan membawa kesiuran angin yang keras sekali.
sehingga membuat Tiat To Hoat ong jadi terkejut.
Tetapi sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian
tinggi, Tiat To Hoat Ong tidak gugup. Dengan mengeluarkan
suara "Ughh!" tampak Tiat To Hoat-Ong menggerakkan
tangan kanannya, dan "Tap!" goloknya telah dapat diraihnya,
hanya dia merasakan tangannya kesemutan, karena tenaga
samberan itu meluncur sangat kuat sekali.
Tubuh Tiat To Hoat-Ong juga terhuyung mundur beberapa
langkah. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan lwekang Yo Ko
masih berada diatasnya.
Hati pendeta ini jadi ciut, karena dia menyadari
menghadapi Yo Ko seorang saja belum tentu dia bisa
mengatasinya, apa lagi jika memang nanti Siauw Liong Lie ikut
campur turun tangan, tentu dia lebih repot lagi.
Tetapi belum sempat pendeta itu berkata apa2, Yo Ko telah
berkata: "Hayo kita mulai lagi....?"
Tiat To Hoat ong tidak memiliki pilihan lainnya, dia telah
mengeluarkan suara seruan yang sangat keras dan tampak
goloknya berkelebat2 dengan cepat sekali serta kuat.
Beruntun dia mengeluarkan jurus2nya cukup ampuh yaitu
"Kelabang Mencari Mangsa" kemudian di susul dengan jurus
"Kuda Putih Melompati Bukit". Kedua seangan itu menyambar
datang dengan cara yang beruntun, sehingga Yo Ko untuk
sementara walaupun menghadapi serangan Tiat To Hoat ong
dengan ginkangnya Tetapi waktu pendeta itu inpin
menyusulkan lagi dengan jurus yang ketiga, tampak Yo Ko
mengeluarkan suara seruan yang sangat nyaring sekali dan
pedangnya itu telah berkelebat dengan jurus "Bidadari
Berkawan Dengan Naga", maka pedang It Thian Kiam-nya itu
bergerak dengan cepat sekali menangkis golok hitam Tiat To
Hoat ong

"Tranggg. .!"
Suara benturan itu sangat keras sekali dan mengandung
dua kekuatan yang saling tindih.
Tiat To Hoat-ong juga merasakan betapa telapak
tangannya itu pedih sekali, mendatangkan perasaan sakit,
maka diam2 dia mengakui bahwa lwekang yang dimiliki Yo Ko
masih berada setingkat diatas dirinya
Sedangkan saat itu, dengan mengeluarkan siulan nyaring,
Yo Ko telah meneruskan serangannya dengan jurus "Bidadari
Bergurau Dengan Kelinci," di mana pedangnya telah
menyambar lebih cepat dari semula.
Perasaan sakit pada telapak tangannya Tiat To Hoat Ong
masih pedih sekali, tetapi dia telah mempertahankan diri dan
menahan perasaan sakit itu dengan memegang keras gagang
goloknya.
Namun sekarang Tiat To Hoat Ong tidak berani menangkis
dengan goloknya dia hanya mengandalkan gingkangnya untuk
mengelakkan diri dari serangan- pedang Yo Ko.
Suara berkesiuran dari pedang Yo Ko keras sekali, sehingga
membuat Tiat To Hoat ong semakin lama semkin terdesak dan
semakin ripuh, karena walaupun bagaimana dia sekarang
tengah menghadapi lawan yang sangat berat, seorang
pendekar sakti yang jarang tandingannya.
Yo Ko juga menyadari, jika ia memberikan kesempatan
kepada lawannya berdapat, tentu akan sulit lagi mendesak
lawannya ini.
Tetapi suatu kali, karena pedang Yo Ko menyambar dengan
gerakan "Bidadari Bergurau Di pelangi", di mana pedang Yo
Ko telah berkelebat dengan cepat sekali seperti juga sinar
pedang itu menjadi pelangi yang menyilaukan mata
menyambar kearah kepala lawannya.

Tiat To Hoat-ong jadi kikuk sendirinya. Tidak mungkin dia
meloloskan diri lagi, dengan mengelakan diri dari serangan
tersebut Jalan mundur baginya telah tertutup oleh kilauan
cahaya pedang Yo Ko.
Terpaksa Tiat To Hoat ong mengangkat goloknya untuk
menangkis.
"Tranggg.....!" kali ini suara benturan dari kedua senjata
tajam itu lebih nyaring lagi.
Dalam keadaan itu, Tiat To Hoat-ong tidak mem-buang2
kesempatan yang ada, dia telah membarengi lagi dengan
bacokan kearah perut Yo Ko, memaksa Yo Ko mundur dua
langkah kebelakang.
Kesempatan itulah telah dipergunakan..Tiat To Hoat ong
untuk melompat mundur dengan cepat, dia memutar
tubuhnya untuk keluar dari ruangan rumah makan ini.
Yo Ko tidak mengejarnya, dia hanya memperdengarkan
suara dengusan saja.
Disaat itu. tampak Yo Ko telah memasukkan pedangnya
kembali dalam sarungnya.
"Sungguh pengecut.. " menggumam Siauw Liong Lie
dengan tersenyum ketika suaminya telah kembali kemeja
mereka dan bersantap.
Mereka mengasoh tiga hari dirumah penginapan tersebut,
dan hari keempat sebetulnya mereka ingin melanjutkan
perjalanan mereka.
Tetapi dimalam yang ketiga itulah terjadi sesuatu peristiwa
yang tidak pernah mereka duga.
Malam itu menjelang tengah malam yang larut, Yo Ko dan
yang lainnya telah tertidur nyenyak sekali.
Tetapi menjelang kentongan ketika mereka mendengar
suara berkelisik diatas genting walaupun bunyi itu perlahan,

bagi Yo Ko yang telah mencapai kesempurnaan ilmunya, dia
dapat menduganya bahwa orang yang datang itu tentunya
ingin menyelidiki sesuatu.
Suara langkah perlahan yang semula itu telah disusul pula
dengan langkah kaki lainnya. Gerakan 0rang2 itu ringan sekali
membuktikan bahwa mereka memang memiliki kepandaian
yang telah sempurna.
"Siapa mereka ?" berpikir Yo Ko didalam hatinya. Dia
melirik kepada Yo Him dan Phang Kui In yang telah tertidur
nyenyak. Yo Ko tidak bermaksud mengganggu kenyenyakan
tidur mereka.
Diam2 Yo Ko melompat turun dari pembaringannya, dia
telah menghampiri jendela kamar, dibukanya dan dia
melompat keluar dengan ringan sekali.
Ketika dia tiba diluar kamarnya, dia tidak melihat seorang
manusiapun juga.
Yo Ko memandang sekelilingnya, tetap dia tidak melihat
seorang manusiapun juga.
Diam2 Yo Ko jadi berpikir, mungkinkah dia salah
mendengar dari suara tadi, yang hanya jatuhnya daun kering
belaka?
Yo Ko melompat naik keatas genting, dia ingin memandang
kesekelilingnya dari tempat yang cukup tinggi.
Tetapi waktu tubuh Yo Ko melambung di tengah udara,
belum lagi kedua kakinya menginjak genting, dirasakannya
telah menyambar segumpalan angin yang sangat kuat.
Disamping itu Yo Ko mencium juga bau harum memeningkan
kepalanya.
Yo Ko terkejut, dia telah mendengar cerita Siauw Liong Lie
bahwa Tiat To Hoat-ong memiliki semacam tabung asap, yang
jika di semburkan kepada korbannya, maka korbannya akan
lemas tidak bertenaga dan terkulai pingsan.

Teringat itu, Yo Ko cepat2 menutup pernapasannya, dia
telah mengerahkan lwekang-nya untuk mempertahankan diri
dan semburan asap itu. yang tentunya semacam asap
beracun.
Lengan kanannya yang kosong tidak bertangan itu telah
dtkebutkannya, sehingga asap terbawa oleh ingin keras itu
membuyar kembali.
Waktu itu Yo Ko telah mengeluarkan suara siulan dan
tubuhnya hinggap diatas genteng membarengi mana ketika
kakinya hinggap diatas genting, dia menggerakkan tangannya,
mengebut pula dengan lengan jubah kanannya itu yang melambai2
karena tidak berlengan. Tetapi walaupun demikian,
kebutan yang dilakukan oleh Yo Ko itu mengandung tenaga
Iwekang yang luar biasa kuatnya.
Serangan lawan rupanya tidak hanya sampai disitu saja,
karena beruntun telah menyambar lagi asap yang harum itu.
Yo Ko memang telah sempurna melatih tenaga
Iweekangnya, maka dia dapat menutup jalan pernapasannya
untuk menghindarkan diri dari segala pengaruh racun berasap
itu.
Mata Yo Ko yang jeli telah dapat melihatnya bahwa diatas
genting itu berdiri enam orang, yang salah seorang
diantaranya dikenal Yo Ko sebagai Tiat To Hoat Ong.
"Hemmmm..... engkau kembali lagi ingin mencari
kematian" tegur Yo Ko dengan suara yang bengis, karena dia
jadi mendongkol. Tiga hari yang lalu dia memberikan
pengampunan kepada Tiat To Hoat Ong, tetapi ternyata justru
pendeta ini telah menyatroni dia lagi dengan membawa lima
orang sahabatnya. Jika dilihat dari keadaan mereka, tentu
kelima kawan Tiat To Hoat Ong merupakan jago2 yang
memiliki kepandaian tinggi.

Diantara kelima orang itu terdapat Te-lengki dan Turkichi,
kedua jago yang dulu bersama2 Tiat To Hoat Ong
memunahkan murid2 Kun Lun Pai.
Tiat To Hoat Ong melihat bahwa semburan asap
beracunnya itu (yang kini dikenal sebagai Chroloform) tidak
memberikan hasil seperti yang diharapkannya, telah
mengeluarkan suara bentakan : "Serang....!"
Dan golok hitam dari pendeta itu telah menyerang Yo Ko
dengan samberan yang kuat sekali.
Tampak Yo Ko melayani mereka dengan mencabut
pedangnya, dia memutarnya dengan cepat sehingga terdengar
suara "Trangggg, tranggg, tranggg....." beberapa kali, disertai
dengan seruan tertahan dari lawan2nya itu.
Tetapi Tiat To Hoat-ong dengan kelima kawannya juga
bukan orang2 lemah.
Jika tadi siang Tiat To Hoat-ong berhasil dirubuhkan oleh
Yo Ko, karena dia tengah gugup melihat ditempat itu ada
Siauw Liong Lie, dan perasaan gugupnya itu membuat
permainannya jadi terpecah.
Sekarang setelah datang bersama kelima orang kawannya
yang masing2 memiliki kepandaian sangat tinggi, dia jadi
mantap dan hatinya jauh lebih tenang.
Maka dari itu Tiat To Hoat ong bisa melakukan perlawanan
dengan gigih.
Suara senjata tajam yang saling bentur itu, sehingga
mengeluarkan suara "trang, trang" tidak hentinya telah
membuat Siauw Liong Lie terbangun dari tidurnya. Begitu pun
Kwee Siang, Phang Kui In dan Yo Him juga telah terbangun
dan tidurnya
Cepat sekali Siauw Liong Lie dan lain lainnya keluar dari
kamar mereka dan melompat keatas genteng. Segera mereka
melihat bahwa Yo Ko tengah dikepung oleh lawan2-nya yang

berjumlah enam orang. Siauw Liong Lie juga mengenalinya
dua orang diantara orang2 yang mengeroyok suaminya itu
tidak lain dari Talengki dan Turkichi, dua orang yang dulu bersama2
dengan Tiat To Hoat-Ong telah mendesaknya,
sehingga dia menerjunkan dirinya kedalam jurang.
Seketika itu juga amarah Siauw Liong Lie tidak bisa ditahan
lagi, dia telah mengeluarkan suara bentakan yang sangat
keras : "Ko-jie, mundurlah, biarlah sekarang aku yang
menghadapi mereka...!"
"Tetapi Liong-jie, tidakkah lebih baik jika kita mengepung
mereka dengan mempergunakan Giok Lie Kiam Hoat?" kata Yo
Ko.
"Aku ingin mencoba khasiat dari ilmu pukulanku yang baru
kuperoleh....!!" dan setelah berkata begitu, tampak Siauw
Liong Lie melompat kesamping Yo Ko, lalu tangan kanannya
itu digerakkan menghantam dengan kuat sekali, sehingga
angin serangan itu berkesiuran dengan keras menyambar
kepada Tiat To Hoat Ong dan Turkichi.
Gerakan dan serangan yang dilakukan oleh Siauw Liong Lie
bukan serangan yang sembarangan, karena dia telah
mempergunakan ilmu pukulan "pek Lui Kun Hoat" atau ilmu
pukulan petir.
Tiat To Hoat Ong dan Turkichie yang diserang dengan
mempergunakan ilmu pukulan petir itu, jadi terkejut bukan
main.
Walaupun mereka berhasil mengelakkan diri, tetapi mereka
masih merasakan ada hawa panas yang menyeramkan pada
tubuh mereka.
"Hebat perempuan siluman ini.... ternyata dia tidak hanya
memiliki nama kosong saja.... karena dia memang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali."

Karena berpikir begitu, tampak Tiat To Hoat ong berlaku
lebih hati2 lagi.
Sedangkan mulutnya telah berteriak:" Hati2, siluman ini
hebat sekali ilmunya...." teriakan yang dilakukannya oleh -Tiat
To Hon Ong itu ditujukan kepada kawan2nya, karena Tiat To
Hoat ong yang kuatir kawan2nya itu tidak mengetahui
kelihayan Siauw Liong Lie, main semberono saja sehingga bisa
mencelakai mereka.
Yo Ko telah melompat mundur kesamping Yo Him, dia
memang ingin menyaksikan betapa tinggi kepandaian ilmu
pukulan petir yang dimiliki istrinya ini,
Siauw Liong Lie tidak menunda2 waktu lagi. dengan
mengeluarkan seruan yang nyaring sekali, dia menggerakkan
tangan kanannya, dari telapak tangannya itu telah menyambar
angin serangan yang luar biasa kuatnya, karena Siauw Liong
Lie telah melancarkan serangan dengan mempergunakan
jurus "Petir menyambar Harimau" yang kemudian disusul
dengan "Petir Bergelimang Dilaut", gerakan mana sangat
hebat, karena panas seperti api petir, dan tangannya
bergelombang seperti gelombang air laut. Sehingga
kepandaian yang telah dipeliharakan oleh Siauw Liong Lie
mengejutkan semua orang.
Yo Ko sendiri telah menyaksikan betapa istrinya kini
memiliki kepandaian yang mungkin lebih tinggi dari
kepandaiannya sendiri.
Dengan sendirinya Yo Ko jadi berdiri tertegun menyaksikan
pertempuran yang tengah berlangsung itu.
Siauw Liong Lie mengeluarkan jurus2 dari ilmu Pukulan
Petir yang dimilikinya itu secara teratur, yaitu sejurus demi
sejurus dijalankannya dengan baik sekali.
Terlebih lagi memang sebelumnya Siauw Liong Lie
merupakan seorang pendekar wanita yang memiliki
kepandaian tertinggi dibandingkan dengan kepandaian para

pendekar wanita lainnya yang ada di jaman ini. Sampat Kwee
Siang sendiri merasa kagum sekali melihat kehebatan ilmu
pukulan yang dimiliki Siauw Liong Lie. Dijaman ini mungkin
sudah tidak ada orang yang bisa menandingi Siauw Liong Lie,
karena jika ditilik dari kepandaian yang dimilikinya itu,
mungkin Oey Yong pun masih berada dibawahnya.
Siauw Goat Lan sendiri berulang kali telah bersorak2
girang.
"Hajar mereka itu semuanya, suhu!" teriak Siauw Goat Lan
dengan suara yang nyaring, tampaknya dia senang sekali
melihat gurunya menang diatas angin, sehingga berulang kali
dia telah berteriak2 dengan suaranya yang nyaring sekali.
Tiat To Hoat-ong dan kelima kawannya jadi terkejut,
karena mereka tidak menyangka baru belasan tahun mereka
berpisah dengan Siauw Liong Lie, yang semula mereka sangka
telah mati terbanting didasar jurang itu, kini ternyata Siauw
Liong Lie. telah mencapai kepandaian yang jauh lebih tinggi
daripada dahulu.
Tetapi sebagai tokoh2 persilatan yang memiliki kepandaian
tinggi, mereka tidak pernah mengenal arti kata 'menyerah',
mati2an mereka mengepung dengan ketat sekali.
Walaupun telah memperoleh kepandaian ilmu pukulan
"Petir" itu, tetapi menghadapi sekaligus enam orang tokoh
persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi, tentu saja
Siauw Liong Lie tidak bisa memperoleh kemenangan dalam
waktu yang sangat singkat saja.
Karena teringat beberapa Waktu yang lalu justru disaat
anaknya baru berusia empat puluh hari lebih, dia telah
dikepung Tiat To Hoat-ong, Turkichie dan Talengkie, membuat
dia terpisah dari suami dan anaknya. Hal itu membuat hawa
amarah yang timbul dihati Siauw Liong Lie jadi semakin
berkobar. Pendekar wanita tersebut melakukan pukulan2 jarak
jauh yang lebih kuat lagi kepada Tiat To Hoat ong dan

kawan2nya, sehingga udara disekitar gelanggang pertempuran
itu terasa sangat panas sekali.
Berulang kali Tiat To Hoat-ong dan kawan2nya berusaha
untuk mendesak Siauw Liong Lie, tetapi mereka tidak berdaya
sama sekali.
Bahkan biarpun mereka berjumlah enam orang,
kenyataannya tetap saja mereka berada dibawah angin dan
selalu terdesak oleh pukulan2 petir yang dilakukan oleh Siauw
Liong Lie.
Siauw Goat Lan telah mengeluarkan suara seruan2 girang
sambil ber-tepuk2 tangan tidak hentinya, untuk mengacaukan
perhatian Tiat To Hoat-ong berenam.
Yo Ko terus memperhatikan cara menyerang Siauw Liong
Lie. Dihatinya diam diam dia telah menuji akan kehebatan
pukulan Petir istrinya yang diperolehnya dari warisan Bu Beng
KunHiap Tang Cia Sie.
"Ilmu pukulan petir yang sekarang dimilikie Liong-Jie
memang benar2 merupakan ilmu yang langka. Jika memang
Liong-Jie berlatih diri dengan tekun beberapa saat lagi, tentu
kelemahan2 yang ada pada ilmu itu akan berkurang dan
tertutup..!" pikir Yo Ko didalam hatinya.
Waktu itu Tiat To Hoat Ong dengan meraung keras
menggerakkan goloknya kearah leher Siauw Liong Lie.
Tetapi justru yang dihadapinya itu adalah Siauw Liong Lie,
pendekar wanita nomor wahid jaman itu.
Dengan mudah Siauw Liong Lie dapat mengelakkan diri dari
serangan2 lawannya. dan waktu Tiat To Hiat Ong melompat
mundur menghindarkan diri dari serangan Siauw Liong Lie,
disaat itulah telah dipergunakan oleh Siauw Liong Lie dengan
cepat sekali.
"Bukkk !" salah seorang lawannya yang memelihara
jenggot tipis telah terpental dan ambruk diatas genting

sehingga memecahkan genteng itu, tubuhnya menggelinding
jatuh ketanah dan binasa....!
Tiat To Hoat-ong, Turkichi, Talengki dan kedua kawan Tiat
To Hoat-ong jadi berdiri tertegun sejenak lamanya. Mereka
tampaknya terkejut bercampur marah melihat kawan mereka
telah terbinasa. Tetapi disamping itu juga di hati mereka
muncul perasaan takut.
Rupanya Siauw Liong Lie juga telah habis sabar, dengan
gerakan "Harimau mengaum memanggil petir", cepat sekali
kedua tangannya itu ber-gerak2, terdengar suara
berkerontangan.
Ternyata senjata Tiat To Hoat-ong dan keempat orang
kawannya telah berhasil direbut oleh Siauw Liong Lie dalam
segebrakan, lalu Siauw Liong Lie telah melemparkan senjata
lawan2nya itu kebawah.
Tiat To Hoat-ong berobah mukanya menjadi merah padam,
dan dia telah membentak; "Kembalikan senjata kami!"
Siauw Liong Lie mengeluarkan suara tertawa dingin,
sahutnya : "Bukankah tadi kalian melihat senjata kalian telah
kubuang kebawah? jika kalian menghendakinya pergilah kalian
mengambilnya sendiri,...!" dan setelah berkata begitu. tampak
Siauw Liong Lie mengeluarkan suara tertawa dingin yang sinis.
"Hemm, engkau memang siluman wanita yang tidak tahu
diri...kami tidak akan menyerah, kalau tubuh kami belum
menjadi mayat, engkau jangan bersenang2 dulu."
Dan selesai berkata, dia merogoh saku jubahnya, tahu2
pendeta Mongolia ini mengeluarkan sesuatu dari sakunya,
Waktu melihat benda itu, Siauw Liong Lie terkejut juga,
karena segera dia mengenalinya bahwa benda adalah benda
yang bisa menyemburkan asap yang bisa memusingkan dan
membuat seseorang menjadi pingsan karenanya.

Tiat To Hoat ong tidak memberikan kesempatan kepada
Siauw Liong Lie, karena dia telah menyemprotkannya dengan
cepat,
"Seeerrr... seerrr ...!" suara air tabung itu muncrat keluar
menyambar kemuka Siauw Liong Lie.
Tetapi kali ini Siauw Liong Lie telah menutup
pernapasannya, karena itu asap- semburan dari senjata aneh
Tiat To Hoat Ong tidak berhasil mengenai sasarannya.
Tampak Tiat To Hoat Ong berulang kali telah melancarkan
semburan yang tidak hentinya.
Siauw Liong Lie bergerak kekiri dan kekanan mengelakkan
diri dari semburan2 tabung gas itu.
Yo Ko yang menyaksikan hal itu jadi terkejut juga, karena
kalau sampai Siauw Liong Lie pingsan karena obat tidur itu.
tentu jiwa isterinya terancam bahaya yang tidak kecil.
Siauw Liong Lie telah melompat tinggi ketengah udara, dan
waktu tubuhnya itu meluncur turun, kedua tangannya
tergerak dengan serentak akan menghantam betok kepala Tiat
To Hoat Ong berdua dengan Talengkit.
Gerakan yang dilakukan oleh Siauw Liong Lie itu
merupakah jurus "Sin Tiauw Tiauw Kut Rajawali Sakti
menyambar tulang" yang mengincar tulang tempurung dari
Tiat To Hoat ong,
Tiat To Hoat-ong dan Talengki yang diserang begitu hebat
oleh Siauw Liong Lie, tidak berani menangkiskan, mereka
melompat mundur menjauhi diri dari Siauw Liong Lie.
Melihat serangannya yang kali ini gagal, Siauw Liong Lie
tidak menarik pulang tangannya, justeru begitu kakinya
menginjak genting kembali, segera kedua tangannya bergerak
saling susul mempergunakan jurus: "Rajawali Sakti menari"
dan "Rajawali Sakti Menerkam" kedua jurus ini sangat sulit
dielaki oleh lawan. karena ilmu itu hasil ciptaan dari Siauw

Liong Lie bersama dengan Yo Ko, dan diberi nama Sin Tiauw
Kun Hoat atau Ilmu pukulan Rajawali Sakti.
Yo Ko juga heran melihat kemajuan yang di peroleh oleh
Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie terus juga mendesak lawan lawannya itu,
sampai akhirnya Tiat To Hoat Ong merasa jeri untuk
bertempur terus, dia telah mengeluarkan suara teriakan
:"Angin keras-... !"
Teriakan Tiat To Hoat Ong itu dimaksudkan untuk
melarikan diri.
Kawannya juga mengetahui percuma saja jika mereka
melanjutkan pertempuran itu.
Begitu mereka melihat Siauw Liong Lie melompat
kebelakang mengelakkan serangan Tiat To Hoat Ong, maka
kawan2 Tiat To Hoat Ong telah melompat turun mengambil
senjatanya, begitu juga Tiat To Hoat Ong, dengan menahan
perasaan malu dia harus melarikan diri, karena disaat itu Tiat
To Hoat Ong yakin bahwa dia ber-sama2 kawannya tidak
mungkin dapat menandingi Siauw Liong Lie.
Dengan melupakan malu dan martabat dirinya. dia telah
berusaha melarikan diri. Waktu dia mengambil goloknya
dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya telah
menyambar mayat kawannya yang sudah binasa.
Dalam waktu itu yang singkat, keadaan di tempat itu
menjadi sepi kembali.
Tamu2 yang berada dirumah penginapan itu bukan tidak
mengetahui terjadinya keributan seperti itu, tetapi mereka
menduga bahwa ada kawanan rampok yang tengah
menyatroni salah seorang tamu dirumah makan itu. Mereka
anggap paling selamat jiak tidak memperlihatkan diri keluar
dari kamar mereka dan berdiam diri dibawah selimut saja.
Yo Ko telah menghampiri Siauw Liong Lie.

"Hebat sekali kemajuan yang engkau peroleh Liong Jie...!"
pujinya.
"Ibu, nanti ajarkan aku ilmu itu!" kata Yo Him dengan
manja.
Sang ibu mengusap kepala anaknya, dia terus berkata
"Tentu saja anakku, asal engkau rajin2 belajar dan melatih
diri, tentu kau juga akan memiliki kepandaian setinggi ini.!"
Rupanya Goat Lan juga tidak mau ketinggalan, dia pun
berkata:
"Suhu, aku juga ingin sekali mempelajari ilmu seperti itu..."
katanya.
"Tentu saja muridku....engkau akan ber-sama2 Him jie
melatih diri, kini engkau memiliki sahabat untuk melatih diri."
Yo-Him dan Goat Lan telah menjura memberi hormat
kepada Siauw Liong Lie, hati kedua remaja ini girang bukan
main. Mereka memang tertarik sekali untuk mempelajar1 ilmu
silat yang dimiliki oleh Siauw Liong Lie.
Saat itu Phang Kui In telah menghampiri dan
merangkapkan kedua tangannya, bilangnya:
"Aku Phang Kui In mengucapkan syukur kepada kalianselain
telah memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dan
sempurna juga kalian telah berkumpul kembali."
"Phang Toako, engkau terlalu memuji..... sesungguhnya
kami tidak memiliki kepandaian apa2, tadi hanya kebetulan
anku bisa merubuhkan lawan2ku....!"
"Sekarang jika Tiauw Taihiap dengan Siauw Liehiap
bergabung, mungkin didunia ini sudah tidak ada yang bisa,
menandingi lagi." Puji Phang Kui In tanpa memperdulikan
sikap merendahkan diri dari Siau Liong Lie.
Siau Liong Lie menghela napas panjang2.

"Apa sih itu ayng dinamakan tinggi dan tidak
tertandingkan? Semuanya hanya omong kosong saja! Diatas
orang yang tinggi masih ada orang yang lebih pandai.. Diatas
puncak gunung yang tinggi tentu ada pula puncak gunung
yang jauh lebih tinggi..maka tidak bisa seseorang itu selalu
menganggap dirinya yang tertinggi kepandaiannya dari yang
lainnya dengan sendirinya orang itu tidak akan mengalami
kemajuan apa2 lagi.."
Muka Phang Kui In jadi berobah merah.
"Benar apa yang dikatakan oleh Liehiap, memang kita
sebagai manusia tidak boleh sombong!, terima kasih atas
nasihat berharga yang diberikan oleh Liehiap!" dan setelah
berkata demikian, Phang Kui In telah memberi hormat lagi.
Siauw Liong lie cepat2 menyingkir untuk menolak
penghormatan dari orang she Phang tersebut.
Setelah bercakap2 sejenak lamanya lagi. barulah mereka
berpisah untuk kembali kekamarnnya masing2.
Malam itu Yo Ko tidur nyenyak sekali, begitu juga dengan
yang lainnya.
Saat itu, malam telah lewat tanpa terjadi sesuatu apa2 lagi.
Keesokan harinya, dihari keempat Yo Ko mengajak Phang
Kui In dan yang lainnya untuk melakukan perjalanan pula.
"Kita harus menemui para orang2 gagah untuk
merundingkan cara bagaimana mereka harus berusaha
membantu pihak negara mempertahankan tanah air dari
serangan tentara musuh, yaitu Kublai Khan, yang kabarnya
dalam tahun ini akan melancarkan gempuran secara besar2-
an. Terlebih lagi Kublai Khan seorang pemimpin orang2
Mongol yang bekerja dengan mempergunakan otak. maka
kami kuatir justru sekarang ini Kerajaan Song sulit untuk
dipertahankan....!"

"Kita harus menggalang persahabat dan kekuatan nanti
baru kita bicarakan dengan para orang gagah, rencana
manakah yang hendak mereka jalankan."
"Dimanakah para pendekar gagah itu akan berkumpul ?"
tanya Siauw Liong Lie.
"Kami berjanji akan bertemu digunung Hoa san, juga kita
harus menyelidiki siapakah yang telah menggali dan
membongkar kuburan Auwyang Hong. Disamping itu, kita pun
harus menyelidiki siapakah sebenarnya anak kecil yang
mengaku sebagai anaknya Auwyang Pehpek (paman
Auwyang) itu, yang datang kekuburan Auwyang Hong
bersama seorang wanita setengah baya. Semua itu masih
merupakan teka-teki yang belum juga terjawab sampai
sekarang ini,"
Siauw Liong Lie mengangguk.
"Aku juga heran sekali akan hal ini, Tetapi Ko jie, apakah
selama enam belas tahun ini engkau masih belum berhasil
menyelidikinya"
Yo Ko menggeleng
"Belum....semuanya masih merupakan teka-teki belaka.
Aku baru bertemu dengan anak lelaki yang waktu dulu itu
bertemu digunung Hoasan dan mengaku sebagai anaknya
Auwyang Pehpeh. kini dia telah dewasa dan menjadi pemuda
yang tegap.."
Siauw Liong Lie menghela napas.
"Lalu bagaimana dengan surat yang dipalsukan yang
pernah dikirimkan kepada kita dan jago2 lainnya?" tanya
Siauw Liong Lie lagi.
"Itupun masih merupakan tanda tanya juga. karena sampai
detik ini belum lagi diketahui siapakah yang telah berbuat
seperti itu. Tetapi keras dugaan kami, juga pendapat It Teng
Taysu, bahwa surat pemalsuan itu di lakukan oleh orang2

Mongolia dibantu oleh beberapa penghianat dalam negeri.
Tujuannya hendak mengadu domba diantara para jago2 di
dataran Tionggoan, Untung saja kami selalu berlaku waspada,
sehingga usaha-mereka gagal"
"Apakah tidak mungkin semua itu dilakukan oleh Tiat To
Hoat ong bersama anak buahnya, yaitu mengadu domba
diantara sesama jago2 dataran Tionggoan, dan kelak jika
mereka tidak perlu menghadapi rintangan yang berarti
lagi......"
"Tepat! Aku juga berpikir begitu."
Siauw Liong Lie menghela napas lagi.
"Sayang sekali, disaat negeri tengah kacau dan terancam
seperti ini, Kaisar kita hanya berfoya2 dengan pesta2 yang
mentereng sekali, disekelilingnya wanita2 caatik melupakan
pemerintahnya yang tengah terancam kehancuran...!"
"Ya, disitulah letak kesalahan dari raja kita !" membenarkan
Yo Ko. "Tetapi kita bukan membela raja itu, tetapi kita
berjuang untuk kepentingan tanah air kita, kita harus
mencegah walaupun harus mengorbankan jiwa dan tenaga,
demi kepentingan negara kita jangan samapi di-injak2 oleh
kaum penjajah itu..!"
Siauw Liong Lie mengangguk.
"Ya, yang kita bela bukan kaisar yang tidak memiliki
tanggung jawab, tetapi kita berjuang untuk kepentingan
semua rakyat dinegeri kita ini. jangan sampai kita dijajah oleh
Mongolia itu...!"
"Kapan kita berangkat, Yo Taihiap ?" tanya Phang Kui In.
"Hari ini juga kita harus menuju ke Hoa San. Mungkin para
orang2 gagah yang dihubungi olehku telah berkumpul
disana... Dari tempat ini menuju ke Hoa San mungkin
memakan waktu empat bulan...!"

Begitulah, akhirnya mereka telah mempersiapkan barang2
yang perlu mereka bawa.
Hari itu juga mereka berangkat menuju Hoa San.
ooo00d0w00ooo
GUNUNG Hoa San merupakan gunung yang paling
seringkali menampung pertemuan dan jago2 didaerah
Tionggoan. Karena gunung tersebut pernah dijadikan tempat
pertemuan dari jago2 luar biasa, dimana pernah terjadi
pertemuan Hoa San Lun Kiam. Dan lima jago luar biasa
dijaman itu telah mengadu Kepandaian, jago2 yang termasuk
dalam pertemuan itu adalah Oey Yok Su, Ang Cit Kona.
Auwyang Hong, Ong Tiong Yang dan It Teng Taisu.
Pertempuran yang terjadi disaaat itu merupakan pertempuran
yang paling hebat dibandingkan dengan pertempuran2
lainnya.
Dan sekarang justru Yo Ko telah menghimpun para jagojago
berkumpul di Hoa San juga guna mengadakan Hoa San
Taihwee atau pertemuan besar di Hoa San.
Sepanjang perjalanan Yo Ko dan kawan2nya melihat telah
banyak tentara mongolia yang berkeliaran dipinggiran
perbatasan.
Bahkan Yo Ko seringkali menyaksikan penduduk yang
lemah sering kali di siksa oleh tentara2 mongolia itu. sehingga
membangkitkan kemarahan di hati Yo Ko dan yang lain2nya.
Sering Yo Ko turun tangan membela yang lemah dan
membuat tentara Mongolia yang apes nasibnya karena harus
bertemu dengan jago sakti seperti Yo Ko, Siauw Liong Lie dan
yang lainnya. jadi babak belur.
Selama dalam perjalanan itu, Yoko dan Siauw Liong Lie
tidak hentinya mendidik Yo Him, anaknya.
Yo Ko dan isterinya telah menurunkan seluruh kepandaian
mereka. Walaupun dalam waktu hanya empat bualan itu Yo

Him tidak bisa mempelajari semua ilmu yang diajarkan
kepadanya, namun Yo Him telah berhasil menjadi seorang
jago yang memilikie kepandaian yang tinggi sekali.
Jika lawannnya itu hanya seorang jagoan biasa dan
tanggung2, jangan harap bisa menandingi kepandaian Yo
Him.
Kwee Siang dan Phang Kui In sendiri sering menceritakan
kepada Yo Ko dan Siauw Liong Lie, betapa kepandaian mereka
bedua juga tidak bisa menandingi Yo Him. Diceritakan juga
bagaimana Yo Him telah berguru kepada Lie Bun Hiap, orang
yang berkaki buntung dan menjadi pemilik dari pulau kecil itu.
Memang keadaan Yo Him seperti itu telah menggembirakan
hati mereka.
Penderitaan selama belasan tahun yang lalu mereka
rasakan seperti lenyap diganti dengan kegembiraan yang
sekarang mereka peroleh karena telah berkumpul kembali.
Waktu tiba di kaki gunung Hoa San, mereka beristirahat
dulu dengan menyewa dirumah penduduk, kamar yang
mereka butuhkan.
Selama sehari itu, Siauw Liong Lie telah memberikan
pelajaran pukulan "Petir" yang dimilikinya, sehingga
kepandaian Yo Him kian tinggi lagi. Yang kurang hanyalah
pengalaman bertempurnya saja serta latihannya.
Yo Him juga merasakan kemajuan yang telah didapatnya,
karena dari Yo Ko, ayah kandungnya telah diterima
bermacam2 kepandaian dan dari Siauw Liong Lie dia juga
menerima ilmu yang hebat2. Dengan gabungan kepandaian
yang ditururunkan oleh Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Lie Bun
Hiap, membuat Yo Him benar2 menjadi seorang jago muda
yang jarang ada tandingannya.

Walaupun usianya masih muda seklai, tetapi
ekpandaiannya melebihi orang yan belatih diri dua atau tiga
puluh tahun.
Kemajuan yang diperoleh Yo Him juga menggembirakan
hati Phang Kui In dan Kwee siang serta Goat Lan.
Kepandaian yang dimiliki Siauw Goat Lan juga tidak lemah,
karena sejak kecil dia telah dididik sunguh2 oleh Siauw Liong
Lie.
Tetapi ada suatu keanehan yang cukup menyolok pada diri
Siauw Goat Lan, karena dia selalu senang memakai baju
warna kuning, sehingga hal itu sering membuat Siauw Liong
Lie menertawakan padanya.
Tetapi Siauw goat Lan tetap senang memakai baju warna
kuning, dan warna kuning itu merupakan kesayangannya.
(Didalam kisah Membunuh Naga, Goat Lan pernah muncul
sekali waktu diadakannya pertemuan orang2 gagah di Siauw
Sit San, dimana pihak Siauw Lim Sie telah menghimpun para
orang2 gagah dalam suatu pertemuan besar, yaitu Enghiong
Taihwe. Dan semua orang yang turut dalam Eng-Hiong
Taihwee itu tidak seorangpun mengetahui siapa gadis itu, dan
siapa pula namanya. Karena Goat Lan yang pada saat itu telah
memiliki kepandaian sangat tinggi telah datang dan pergi
tanpa diketahui sepak terjangnya luar biasa, kepandaiannya
jauh lebih tinggi dari Ciu Cie Jiak... penulis).
Setelah istirahat cukup semalamam dan tubuh mereka juga
sudah segar kembali, Yo Ko mengajak mereka untuk,
melanjutkan perjalanannya.
Mendaki gunung Hoa San untuk mencapai puncaknya
gunung tersebut.
Tetapi berhubung mereka semuanya memang memiliki
ginkang yang tinggi sekali, maka mereka bisa berlari2 mendaki
gunung Hoa-san itu dengan mudah.

Yo Him juga bisa berlari2 dengan cepat dan ringan, karena
Yo Him yang sekarang berbeda dengan Yo Him tiga tahun
yang lalu dengan mudah dapat melompati jurang2 yang cukup
lebar.
Menjelang sore, mereka tiba dipuncak gunung Hoa San,
dan kuburan Auwyang Hong yang telah kosong dan rata
kembali itu tampak tidak terurus.
Yo Ko memandang disekelilingnya. dia belum melihat orang
yang diundangnya untuk berkumpul disitu. Yo Ko jadi
menduga2 apakah semua orang2 itu tidak datang karena
menemui sesuatu yang tidak terduga.
"Mengapa mereka belum datang?" tanya Siauw Liong Lie,
yang juga heran melihat para pendekar yang diundang
suaminya belum terlihat batang hidungnya walaupun seorang.
"entahlah, mungkin ada sesuatu yang diluar dugaan"
menyahuti Yo Ko.
"Tetapi sebetulnya aku telah menjanjikan Capgo Chit Gwee
yaitu besok disaat rembulan bersinar penuh kami akan
berkumpul disini.. Tetapi anehnya justru sekarang ini mereka
belum juga terlihat batang hidungnya."
Yo Him memandang sekelilingnya, dimana selain
merupakan tempat yang sunyi dengan lapangan rumput yang
luas dan tebing yang tinggi2 juga diselingi oleh pohon2 yang
tumbuh tingg menunjukkan usia pohon itu telah tua sekali.
"Mari kita beristirahat dulu...!" aja Yo Ko. semuanya setuju.
Mereka telah duduk dibawah pohon pohon itu.
Tetapi mengaasoh tak lama, justru dari arah bawah
terdengar seseorang tengah bernyanyi dengan nada dan
irama yang lucu sehingga bisa membuat orang geli didalam
hati.
"Tung Pak, Tung Pak, Tung Pak,

Eh Kudanya lari.
Ting Ting, Ting Ting
Eh kucingnya nyolong ikan.
Teng teng, Teng Teng,
Centengnya mengantuk disamber angin,
Bom Bom. Bom Bom,
Tidurnya tidak bisa karena memikirkan sidia,
Trak, trak, trak, trak,
Pedangnya telah patah,
Sembunyi ekor dari persilatan,
Ditertawai orang karena kebodohan yang ada,
Dimaki orang karena tindakan kita yang salah,
Breng-greng, Breng-greng.
Aku ingin tidur, nyamuk datang mengganggu."
Setelah bernyanyi seperti itu, terdengar suara tertawanya
hahahaha yang panjang sekali..
Yo Ko dan yang lainnya jadi heran mendengar suara
nyanyian seperti itu, mereka mau menduga tentu orang yang
tengah bernyanyi itu adalah seorang yang kurang pikirannya,
karena kata2 lagunya itu tidak keruan.
Tetapi Yo Him lain, dia mendengarkannya baik2 otaknya
yang cerdas segera dapat menangkap arti dari nyanyian itu,
makna yang sesungguhnya tersimpan didalam nada dan kata2
dari nyanyian itu.
"Ayah.." kata Yo Him kemudian, "Bukankah orang yang
bernyanyi itu tengah memberitahukan jurus2 penting dari ilmu
silat pedang dan pukulan yang terdapat dalam Kiu Im Cin
Keng?"

Yo Ko jadi terkejut.
"Mengapa engkau bisa berpikir sampai disitu?" tanya sang
Ayah ini.
"Coba ayah pikirkan kata2 "Tung Pak Tung Pak Tung Pak,
Eh kudanya lari itu bukankah berarti bahwa jurus pertama dari
Kiu Im Cin Keng harus bergerak seperti seekor kuda yang
menyepak da kemudian menjauhkan diri dari lawan kemudian
baru menyerang lagi. Dan kata2 menyerang kembali terselip
pada baris kedua yang berbunyi."Ting Ting Ting.. Ting Tong..
-oo0dw0oo-
Jilid 28
"EH KUCINGNYA nyolong ikan, yang berarti setelah kita
memancing lawan seperti juga ingin melarikan diri, kemudian
diwaktu musuh lengah, kita harus menggunakan jurus
'colongan' menghantam musuh! Kata Teng. Teng, Teng
Centengnya mengantuk disamber angin, berarti kita harus
seperti angin, membuat lawan menjadi bingung, berarti itupun
gerakan yaag dinamakan "Liu Liu Ie Ie" atau Samberan Angin
dan Hujan. Nah coba ayah pikir bukankah itu merupakan kunci
rahasia ilmu yang hebat sekali?"
Mendengar Yo Him bicara sampai disitu tampak Yo Ko telah
memukul lututnya sambil berseru: „Tepat. Mengapa aku
sendiri tidak berpikir sampai sejauh itu? Sedangkan engkau
dalam usia semuda ini telah bisa memecahkan teka-teki
seperti itu! Sungguh mengagumkan sekali...,”
Siauw Liong Lie juga memuji kecerdasan anaknya itu.
Phang Kui In, Kwee Siang dan Siauw Coat juga merasa
kagum.

Tetapi belum sempat mereka bicara lebih jauh, dari jurusan
bawah tampak sesosok tubuh tengah berlari cepat «ekali naik
keatas gunung, ketempat dimana mereka berada.
Gerakan orang itu sangat ringan sekali menandakan
ginkangnya benar2 sangat sempurna karera tubuhnya itu
telah ber-kelebat2 dengan gesit sekali, hanya dalam sekejap
mata saja dia telah berada dihadapan Yo Ko dan yang lainnya.
Waktu melihat orang itu, Sin Tiauw Taihiap Yo Ko telah
tertawa.
„Kukira siapa, tidak tahunya engkau Ciu Pek Thong sinakal”
Orang yang baru tiba itu memang Ciu-Pek Thong adanya.
Siauw Liong Lie melihatnya walaupun msreka telah berpisah
lebih dari lima belas tahun, tetapi keadaan Ciu Pek Thong
tetap tidak berobah. dengan jenggotnya yang memutih
panjang dan alisnya juga telah memutih. Tetapi sikapnya yang
senang berguyon iru tidak juga lenyap. Karena justru Ciu Pek
Thong inilah yang telah bernyanyi dengan suara dan kata2
yang kocak itu. Tetapi didalam kekocakannya itu justru
terdapat inti ilmu silat yang luar biasa hebatnya.
,,Kau kira siapa ? Ya, tentu saja aku ! Tidakkah kau melihat
si Loo Boan Thong yang jenggotnya ini telah putih ? Apakah
ada dua orang Loo Boan Thoag ?” dan setelah berkata begitu
dia tertawa ber-gelak2.
Tiba2 matanya melihat Yo Him dan Siauw Goat Lan,
kemudian Kwee Siang dan Phang Kui In.
,,Eh, nona Kwee, engkau berada disini ?" tegur Loo Boan
Thong seperti terkejut. Seperti diketahui bahwa Kwee Siang
pernah bersahabat intim dengan Ciu Pek Thong, maka dari itu
begitu melihat Kwee Siang, segera Ciu Pek Thong
meagenalinya.

Cepat2 Krwee Ceng menghampiri sambil mengangkat
tangannya, dia telah menjura memberi hormat kepada Ciu Pek
Thong.
„Engko tua juga datang kemari ?” membaliki Kwee Siang.
Ciu Pek Thong melengak sejenak, tetapi kemudian di
tertawa ter-gelak2 lagi, serunya dengan suara yang nyaring :
“Setan kecil! Memang dasar cucunya, engkau menuruti adat
kakekmu yang selalu tidak mau kalah dan terlalu licik ,,..!"
Kwee Siang tidak menjadi mendongkol atau marah, karena
dia telah mengetahui akan tabiat dari Ciu Pek Thong yang
gemar sekali berkelakar.
Kemudian Ciu Pek Thong telah menoleh kepada Goat Lan,
tanyanya kepada Kwee Siang: ,,Apakah nona kecil ini adikmu
?"
Muka Kwee Siang jadi berobah merah dia menggelengkan
kepalanya.
„Bukan, adik Lan ini adalah "murid dari enci Siauw Liong Lie
. . . !" dia menjelaskan.
„Oh. nona kita itu telah menerima murid !" kata Ciu Pek
Thong sambil tertawa.
“Dan engko kecil itu siapa...?" sambil bertanya Ciu Pek
Thong telah menunjuk kepada Yo Him.
„Yo Him "adalah putera Engkoh Yo dan Encie Siauw !"
menjelaskan Kwee Siang lagi.
„Ohhh, anak mereka ? Aduhh, kenapa waktu melahirkan
anakmu engkau tidak mengundang aku ?' tanya Ciu Pek
Thoag kepada Siauw Liong Lie.
Muka Siauw Liong Lic jadi berobah merah.
„Mana bisa begitu ?" tanya Siauw Liong Lie.
„Mengapa tidak bisa ?"

„Engkau lelaki, mana mungkin waktu aku melahirkan aku
memberitahukan kepadamu.....'tentu saja. engkau tidak boleh
melihatnya.....!” dan Siauw Liong Lie telah tersenyum malu.
Ciu Pek Thocg berdiri bengong tidak mengerti apa yang
dimaksudkan oleh Siauw Lioug Lie.
Yo Ko dan yang lain2nya jadi tertawa, dan Ciu Pek Thong
jadi salah tingkah lagi.
„Eh..eh, apa yang kalian tertawakan ?” tanya Ciu pek
Thong ter-heran2, mukanya juga telah berobah, tampaknya
dia mendongkol seperti dipermainkan oleh orang2 itu.
Tetapi Yo Ko dan yang lainnya jadi tertawa lebih geli lagi
melihat tingkah laku Ciu Pek Thong.
Ciu pek Thong jadi banting2 kakinya dengan jengkel.
“Cepat katakan, apa yang kalian tertawakan?" bentak Ciu
Pek Thong dengan sakit." Jika tidak, jangan harap kalian bisa
menertawai aku pula. karena aku akan menangis sekeras
suara....!"
Mendengar ancaman Ciu Pek Thong itu. semua orang
bukannya menghentikan tertawa, mereka, bahkan semakin
men-jadi2, suara Phang Kui In terdengar paling keras katrena
dia tidak bisa menahan perasaan lucu dihati-nya.
Ciu Pek Tbong mengawasi mendelik kepada Phang Kui In,
dia telah berkata: "Apa aku salah bicara sehingga kalian
tertawakan aku seperti itu! Sudahlah! Sudahlah! Aku tidak
mau bersahabat lagi dengan kalian....!" dan setelah berkata
begitu Ciu pek Thong memutar tubuhnya untuk berlalu.
„Tunggu duIu Lo-boan thong teriak Yo Ko.
Ciu Pek Thong menghentikan langkah kakinya. dia telah
membalikkan tubuhnya untuk bertanya . ,Kau mau
memberitahukan apa salahku ? tanyanya dengan mata tetap
rnengawasi YoKo yang lainnya dengan bergantian.

“Ya aku akan memberitahukannya !" menyahut Yo Ko.
,.Hayo cepat memberitahukan Mengapa engkau seperti
kakek2 saja yang meng-ulur2 waktu.?”
“Sabar…..”
“Sabar” Mengapa harus sabar. Bukankah tadi engkau
mengatakan ingin memberitahukan kepadaku apa
kesalahanku sehingga kalian tertawa begitu ?” Tampaknya Cui
Pek Thong tidak senang.
„Sabar aku pasti akan menjelaskan segalanya kepadamu.”
„Aku telah cukup sabar, tetapi sampai sekarang ini engkau
masih juga belum memberi tahukan kepadaku persoalan apa
yang hendak kau sampaikan ?"
„Tunggu dulu Lo Boan Ihong aku pasti akan
memberitahukan segalanya kepadamu…. tetapi ada syaratnya,
jika aku memberitahukan kepadamu peristiwa tadi, engkau
juga harus bernyanyi sekali lagi lagu yang tadi engkau
bawakan !"
„Oh syaratnya itu ? Mudah sekali! Aku bisa dan
menyanggupinya !"
„Tetapi karena adatmu agak aneh dan angin2an, maka aku
meminta engkau memenuhi dulu syarat itu, setelah engkau
bernyanyi, aku akan memberitahukan urusan itu ke
padamu...!"
Ciu Pek Thong diam sejenak, tampaknya dia ragu2, tetapi
kemudian katanya:
“Tetapi engkau juga tidak boleh ingkar janji, jika aku telah
bernyanyi engkau harus memberitahukan kepadaku apa
sebabnya kalian tertawa ter-pingkal2 sambil memandang
padaku ?"

“Itu sudah pasti, apakah kau anggap aku ini manusia hina
dina ? Aku tidak akan menjilat kembali ludah yang lelah
kubuang…..!”
„Baik! Sekarang kalian dengarkanlah aku bernyanyi sangat
merdu!" kata Ciu Pek Thong. Dan diapun mulai membuka
mulutnya; membawakan lagu yang. tadi dinyanyikannya :
“Tung Pak Tung Pak, Tung Pak
Eh kudanya lari,
Ting, Tang, Ting, Ting
Eh kucing nyolong ikan
Teng Teng Teng teng,
Centengnya mengantuk disamber angin,
Bom Bom Bom Bom
Tidurnya tidak bisa karena memikirkan si dia,
Trak, trak, trak trak,
Pedangnya telah patah,
Sembunyi ekor dari persilatan, Ditertawai orang karena
kebodohan yang ada
Dimaki orang karena tindakan kita yang salah
Brwng - greng, Breng greng,
Aku ingin tidur, nyamuk datang mengganggu
“Nah, sekarang aku telah selesai menyanyikan lagu itu,
engkau harus segera memberitahukan padaku, apa
kesalahanku sehingga kalian mentertawaiku!"
Yo Ko mengangguk

„Sekarang coba kau jelaskan dulu, lagu yang engkau
nyanyikan i{u tadi bukankah merupakan kunci dari Kiu Im Cin
Keng dan Kiu Yang Cin Keng?"
Ciu Pek Thong tampak terkejut, tetapi akhirnya dia
mengangguk.
„Benar.. .. tidak salah !" katanya kemudian. „Tetapi…. dari
mana engkau mengetahui bahwa laguku itu merupakan lagu
yang berisikan pelajaran Kiu Im dan Kiu Yang Cin Keng ? '
„Kau heran bukan ? Kami yang tua2 tidak mengetahui jika
tidak diberitahu oleh anak kami ini, Yo Him....!"
Kembali Ciu Pek Thong berdiri dengari muka yang bengong
dan mata tidak bergeming mengawasi Yo Him.
„Anak luar biasa ! Anak luar biasa!" menggumam Ciu Pek
Thong dengan suara yang samar2 hampir tidak terdengar,
sampai akhirnya dia telah mendelikkan matanya kepada Yo
Him, sambil katanya: „Apakah engkau mengerti ilmu Kiu Im
dan Kiu Yang Cin Keng ? Mengapa engkau mengetahui bahwa
laguku itu adalah kunci dari Kiu Im dan Kiu Yang Cin Keng ?'
Yo Him cepat2 menghampiri Ciu Pek Thong. dia telah
merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat
kepada Ciu Pek Thong»
„Engkong Ciu, aku menghunjuk hormat kepadamu….” kata
Yo Him.
“Cisss. siapa yang ingini hormatmu?" kata Ciu Pek
Thong.sambit meludah.
Yo Him jadi terkejut, tetapi kemudian tersenyum.
,.Aku justru menghendaki keteranganmu bagaimana
engkau bisa mengengetahui bahwa lagu yang kugubah itu
merupakan kunci dari Kui Im Cin Keng dan Kiu Yang Keng?"
kata Ciu Pek Thong lagi.
Yo Him tersenyum.

„Itu mudah saja, bukankah engkong Ciu hanya membalik
kata2nya saja dan mengambil perumpamaan. Seperti kata2
'Ditertawai orang karena kebodohan yang ada' tentunya
berarti jika kita tidak memiliki kepandaian silat yang tinggi dan
bertempur dengan lain kalah hal itu hanya disebabkan
kebodohan kita. Dan perkataan 'Kebodohan’ itu diumpamakan
juga sebaliknya, yaitu cambuk untuk mengejar ke pandaian
agar tidak menjadi bodoh, bukan??"
Ciu Pek Thong jadi bengong.
Muka Ciu Pek Thong dalam keadaan heran seperti itu
membuat dia tampaknya lucu sekali. Memang Ciu Pek Thong
walaupun telah lanjut usianya, namun kelakuannya seperti
anak2 saja.
Semua orang yang melihat sikap Ciu Pek Thong jadi
tersenyum geli lagi.
Ciu Pek Thong telah menoleh kepada Yo-Ko. katanya '
dengan ter-heran2 „Mengapa anakmu ini begitu cerdik bisa
menerka lagu yang kugubah itu?"-
Yo Ko mengangkat babunya. „Entahlah, aku sendiri
raengetahuinya diberi tahukan oleh Yo Him."
Ciu Pek Thong jadi penasaran sekali. „Eh, bocah, engkau
jangan main2 denganku. Katakan terus terang siapa yang
telah memberitahukan kepadamu tentang makna dari lagu
ini."
„Aku hanya men-duga2 sendiri saja, karena aku memang
baru mendengarnya sekarang ini,” menyahuti Yo Him sambil
tersenyum.
„Baiklah! Sekarang coba kau jelaskan lagi kata2 'Dimaki
orang karena tindakan kita yang salah !, nah apa makna dari
perkataan itu ?"
Setelah berkata begitu Ciu Pek Thong mengawasi Yo Him
dengan tajam.

Begitu juga yang lainnya, telah mengawasi dengan tanda
tanya dihati mereka, bagaimana Yo Him yang masih demikian
muda bisa memiliki pengetahuan demikian luas ?
Yo Him telah menjura sambil katanya : Sebetulnya
Boanpwee tidak mengetahui apa2 engkong Ciu, tadi hanya
kebetulan saja ,. . . *' Yo Him merendahkan diri. karena dia
kuatir justru Ciu Pek Thong akan mendongkol dia mengetahui
rahasia lagunya itu.
„Aku tidak mau tahu !”' kata Ciu Pek Thong. „Yang penting,
sekarang engkau harus mengemukakan apa artinya 'Dimaki
orang karena tindakan kita yang salah !,' Cepat kau katakan !"
Yo Him menghela napas.
.«Maafkan kebodohan Boanpwee, jika salah jangan
engkong Ciu memarahi dan mentertawai aku...” kata Yo Him,
„Sudahlah! Hiyo Cepat, cepat beritahukan apa yang kau
ketahui.. !” seru Ciu pek Thong tidak sabar.
,.Arti dan perkataan! Dimaki orang karena tindakan kita
yang salah, berarti jika kita tidak memiliki kepandaian tinggi
dan dirubuhkan orang. berarti kepandaian kita masih rendah
sekali. Jika memang dikalahkan lawan, kita tidak boleh kecewa
dan melatih diri lagi.”
,,Aneh! Mengapa engkau mengetahuinya demikian jelas?"
kata Ciu Pek Thong.
Bagaimana Loo Boan Thong, apakah anakku itu benar atau
tidak kata2nya.” Siauw Liong Lie sambil tersenyum.
Ciu Pek Thong menunjukkan ibu jari tangannya, sambil
katanya: “Jempol ! Hebat ! Kalian berdua ternyata menyetak
anak yang telah berhasil sekali, anak itu memiliki otak yang
cerdas.”
Mendengar perkataan Ciu Pek Thong yang itu. pipi Siauw
Liong Lie jadi berobah merah.

“Tetapi sekarang belum selesai. Hai bocah, coba kau terka
lagi arti kata2: ‘Aku ingin tidur, nyamuk datang mengganggu
..!' Nah apa itu artinya.”
Yo Him tersenyum sambil katanya: “Artinya itu memang
mudah…. Jika seseorang yang tidak memiliki kepintaran apa2,
mungkin bisa diganggu oleh serangan orang2 jahat. Tetap
maksud sesungguhnya dari perkataan itu adalah seseorang
harus bisa mengosongkan pikiran dan keinginan sehingga
hawa jahat tidak mungkin mengganggu dia pula. Hawa jahat
itu diumpamakan dalam lagumu sebagai nyamuk! Bukankah
begitu engkong Ciu?”
“Luar biasa sekali! Tepat benar !” kata Ciu Pek Thong
sambil geleng-gelengkan kepalanya dan memandang takjub
kepada Yo Him.
Yo Ko dan Siauw Liong Lie jupa bangga sekali melihat anak
mereka itu adalah seorang yang cerdas sekali dan dalam usia
hanya enam belasan tahun itu dia telah memiliki kepandaian
yang tinggi sekali.
Setelah me-muji2 Yo Him beberapa kali Ciu Pek Thong
menoleh kepada Yo Ko.
„Nah sekarang giliranmu untuk menjelaskan mengapa kau
mentertawai aku ....?" katanya. "Bukankah tadi engkau
bernyanyi jika aku telah menyanyikan lagu itu, engkau akan
memberitahukan apa kesalahanku!"
Yo Ko tersenyum.
„Sebenarnya engkau tidak bersalah, hanya salah bicara
saja'"
' „Salah bicara?"
„Ya, salah bicara!"
„Mengapa bisa salah bicara?" tanya Ciu Pek Thong
penasaran

„Itulah disebabkan kecerobohanmu, sehingga engkau bisa
salah bicara! Tadi engkau mengatakan, mengapa Liongjie
tidak memberi tahukan kepadamu waktu ingin melahirkan?
Apakah engkau seorang tabib yang mengurusi orang beranak?
Lagi pula, disaat isteriku melahirkan, mana boleh dilihat
sembarangan orang? Apalagi seorang pria.....! Genit sekali
rupanya engkau, Pek Thong !"
Ciu Pek Thong jadi kaget setengah mati, sampai dia berjingkrak2.
„Hai ! Hai! Bukan itu maksudku..-!" teriaknya dengan muka
yang berobah merah.
Yo Ko tersenyum, begitu juga dengan yang lainnya.
„Memang sudah kukatakan, hatimu tentu tidak berpikir
sebegitu jauh, tetapi tadi kau telah salah dalam meigucapkan
kata, sehingga artinya menjadi lain dengan apa yang engkau
maksudkan!'
Ciu Pek Thong telah mempergunakan kedua tangannya
untuk, memukul-mukul keningnya.
..Anak tolol! Anak tolol !" katanya mamaki dirinya sendiri,
sehingga yang lainnya melihat kelakuan Ciu Pek Yhong jadi
tertawa lagi.
“Maafkanlah Yo Hujin (nyonya Yo), memang tadi aku salah
bicara. Percayalah, aku tidak memiliki maksud kotor sedikit
pun juga….!”
Siauw Liong Lie cepat2 menghindar dari pemberian hormat
Ciu Pek Thong…..
„Jangan berlaku begitu, Pek Thong....., aku niemang
mengetahui engkau tidak bersalah, hanya engkau keseleo
lidah saja. Ko jie juga hanya bergurau saja . . . !"

Ciu Pek Thong tersenyum lagi dengan sikap yang jenaka
kembali. Rupanya peristiwa yang baru saja lewat itu tidak
diingatnya lagi.
..Engko kecil!" katanya kepada Yo Him. " ,.Mari kita main2
... !”
“Main2 apa ?" tanya Yo Him heran.
“Main2 kuda2an . ..! Kita bertempur dalam sepuluh jurus,
siapa yang kalah harus menjadi kuda, menggendong yang
menang berlari sepuluh lie ! Bagaimana, engkau setuju atau
tidak ?" '
. Yo Him jadi geli sendirinya, karena dia jadi heran, usia Ciu
Pek Thong telah lanjut dan pantas jadi engkongnya tetapi
ternyata masih memiliki sifat seperti anak kecil saja.
..Hei, jangan bengong saja !" bentak Ciu Pek Thong
mendongkol waktu melihat Yo Him hanya berdiam diri saja.
“Setuju sih setuju, tetapi yang pasti tentu saja aku akan
rubuh di tanganmu dan menjadi kuda menggendong kau,
engkong Ciu !"
Yang lainnya tertawa mendengar perkataan Yo Him, yang
seperti hendak mengelak pertempuran main2 itu.
“Begitu?" tanya Ciu Pek Thong. „Baik! Aku hanya
mempergunakan tangan kananku., sedangkan tangan kiriku
akan diikat tidak di pergunakan . , . kau setuju?"
„Itu namanya tidak adil?"
„Apanya yang tidak adil?'' tanya Ciu Pek Thong dengan
aseran dan tidak sabar.
„Engkau mengatakan ingin mempergunakan satu tangan
saja, yaitu tangan kananmu, sedangkan aku mempergunakan
kedua tanganku, bukankah itu tidak adil?”'
Ciu Pek Thong jadi banting2 kakinya.

„Habis dengan cara apa yang kau kehendaki? Bukankah
tadi engkau mengatakan jika bertempur dengan aku berarti
engkau akan kalah dan aku memberi peringatan dengan janji
bahwa aku melayani engkau dengan mempergunakan tangan
kanan saja dan tangan kiriku tidak dipergunakan! Tetapi
sekarang kau ada alasan saja mengatakan tidak adil dengan
cara seperti itu,…”
Yo Him tersenyum.
„Tetapi mana pantas sih seorang kakek yang sudah pantes
menjadi engkongku bertempur dengan golongan muda yang
tidak bisa apa2?" kata Yo Him
„Tidak mungkin! Aku tidak percaya engkau tidak memiliki
kepandaian!"
Yo Ko telah tertawa katanya.
„Himjie, pergilah kau temani Pek Thong main2 beberapa
jurus....."
,.Nah! Nah!" kata Ciu Pek Thong kemudian kegirangan.
„Lihat ayahmu sendiri memerintahkan engkau uniuk melayani
aku.....!”
Dan Ciu Pek Thong telah berdiam diri menanti dengan
sikap tidak sabar, seperti seorang anak kecil yang akan
menerima hadiah.,;
Mendengar ayahnya juga menyetujui unuk dia main2
dengan Ciu Pek Thong. Yo-Him mengangguk sambil berkata:
„Tetapi Ciu Koogkong jangan turunkan tangan keras
kepadaku.-,.*'
„Bocah cilik, engkau anggap aku ini seorang bebodoran
yang tidak mengenal peri kemanusiaan?" kata Ciu Pek Thong.
Yo Him tersenyum, dia bilang kemudian: “Bukan begitu Ciu
kongkong.... tetapi memang aku tidak memiliki kepandaian

apa2. Maka dari itu aku hanya meminta belas kasihan dari Ciu
Kongkong agar tidak menurunkan tangan keras kepadaku....!"
„Sudah jangan bawel seperti nenek2 saja!" bentak Ciu Pek
Thong tidak sadar."Hayoh cepat buka serangan....!"
Sambil membentak begitu tampak Ciu Pek Thong telah
mengawasi Yo Him dengan sikap tidak sabar, Dan waktu itu.
tampak dia telah mem-banting2 kakinya, karena memang dia
sudah tidak sabaran.
Yo Him juga tidak berani berayal lebih jauh lagi, disaat itu
dia telah mengerahkan tenaga dalamnya pada kedua
tangannya. Dengan mengeluarkan kata2 "Awas Kongkong!"
tangannya itu meluncur kearah pundak sebelah kanan Ciu Pek
Thong.
Si tua jenaka Ciu Pek Thong waktu melihat cara menyerang
Yo Him, dia telah berseru:' Bagus! Bagus! Rupanya kecil2
engkau telah memiliki kepandaian yang tinggi! Hemm . . . .
jika demikian kau telah memiliki lwe-kang yang cukup bisa
diandalkan! Siapa yang mengajarkan engkau kepandaian ini?"
Cin Pek Thong sambil mengoceh terus dengan gerakan
tubuhnya yang gesit dia mengelakkan diri dari setiap serangan
yang dilancarkan oleh Yo Him.
Yo Him tadinya menyerang dengan setengah hati. karena
dia mengetahui bahwa Ciu-Pek Thong adalah sahabat ayah
ibunya.
Tetapi setelah beberapa kali dia menyerang tetap tidak
mengenai sasarannya, dengan sendirinya membuat Yo Him
jadi terkejut.
Dari kedua telapak tangan Yo Him telah mengalir keluar
angin serargan yang sangat kuat.
Yo Him juga mempergunakan jurus "Giok Lie Kun Hoat"
atau. Ilmu pukulan Tangan Bidadari" yang diterimanya dari
ayah ibunya beberapa waktu yang lalu.

Ciu Pek Thong mengeluarkan seruan kaget dan cepat
menggeser kaki kanannya kesamping dan juga menggeser
tangannya yang ditekan pada dadanya, lalu tangan yang
satunya lagi dilonjorkan menghantam Yo Him. Gerakan yang
dilakukan Ciu pek Thong merupakan jurus2 Sin Liong Ciu Hay"
atau Naga Sakti Keluar dari Lautan", dimana tangannya,
menyusul mencengkeram pada Yo Him.
Yo Him terkejut melihat mencengkeram Ciu Pek Thong
karena kakek tua yang jenaka itu memang memiliki
kepandaian yang sangat tinggi sekali. Dan sebagai adik
seperguruan Oei Cong Yang yang pernah dipilih sebagai
seorang jago yang luar biasa dan dia ini kepandaiannya
melebihi Oey Yok Su Auyang Hong, Ang Cit Kong dan Ie Teng
Tatsu. Tidak mengherankan jika serangan Ciu Pek Thong telah
membuat Yo Him jadi gelagapan.
Memang Yo Him telah menerima pelajaran yang bermacam2,
dia telah memperoleh didikan Lie Bin Hap, kemudian
didikan kedua orang tuanya. Tetapi yang masih kurang bagi
Yo Him adalah pengalaman.
Maka begitu menghadapi serangan yang hebat dari Ciu Pek
Thong, agak gugup. Sebetulnya serangan Ciu Pek Thong itu
bisa saja dihadapi dengan gerakan "Bidadari Menyuguhkan
Arak", tetapi memang Yo Him kurang pengalaman, dengan
sendirinya menghadapi serangan seperti itu membuat Yo Him
jadi gelagapan dan tidak bisa melakukan sesuatu, tahu2
lengannya telah kena dicekal, dan dengan sekali
mengeluarkan teriakan ‘Rubuh!” tubuh Yo Him telah terpental
dan ambruk di atas tanah dengan keras.

Tetapi Yo Him
tidak menjerit
kesakitan bahkan
cepat sekali dia
bengun berdiri pula.
Sedangkan Ciu
Pek Thong telah
ber-tepuk2 tangan
kegirangan, karena
dia merasa bangga
telah berhasil
merubuhkan Yo
Him dengan waktu
yang singkat sekali.
Seperti juga
seorang anak kecil
yang menerima
hadiah yang
menggembirakanny
a.
„Apa aku bilang, engkau sama sekali tidak memiliki
kepandaian apapun juga.....!" kata Ciu Pek Thong sambil
tertawa geli.
Yo Ko, Siauw Liong Lie, Kwee Siang, Phang Khui In, dan
Siauw Goat Lan, telah tersenyum saja melihat kelakuan Ciu
Pek Thong yang jenaka,
Walaupun usianya telah lanjut, tetapinya tanya Ciu Pek
Thong masih juga membawa sikap seperti anak kecil saja.
Yo Him yang telah dirubuhkan oleh kakek tua yang jenaka
itu jadi penasaran.
Cepat sekali dia bangkit berdiri pula sambil katanya :
„Kongkong Ciu, mari kita bertanding lagi?" kata Yo Him
sambil tersenyum.

„Tidak kapok kau telah kurubuhkan?" tanya Ciu Pek Thong
tertawa.
„Aku bukan dirubuhkanmu, tetapi aku sengaja menjatuhkan
diri…."
“Apa?
„Aku bukan dirubuhkan oleh kau?"
Mendengar jawaban yang terakhir dari Yo Him Ciu Pek
Thong jadi berdiri tertegun tampaknya dia jadi penasaran
sekali.
.,Jelas2 tadi engkau berhasil kulemparkan dan engkau telah
terbanting, bagai mana engkau bisa mengatakan bahwa itu
bukan dirubuhkan olehku.....?”
Tetapi Yo Him yang cerdik telah menggelengkan kepalanya
sambil tersenyum.
,,Bukan..... bukan! Sama sekali bukan disebabkan
seranganmu aku jatuh..... tetapi memang aku sengaja
menjatuh tubuh untuk meloloskan diri dari seranganmu!
Sebetulnya kalau memang aku hendak memberikan
perlawanan. belum tentu engkau bisa memenangkan diriku,
Ciu Kongkong.:.. !"
Ciu Pek Thong jadi mendongkol, dan dalam keadaan
mendongkol seperti itu. tampaknya Ciu Pek Thong jenaka
sekali, dengan mulutnya yang ber-gerak2 tidak hentinya,
seperti seorang anak kecil yang tengah menggumam tidak
senang hatinya
„Ayo Ciu Kongkong, seranglah aku lagi...!” kata Yo Him
menantang, dengan sendirinya telah membuat Ciu Pek Thong
semakin penasaran sekali.
Memang Yo Him sengaja ingin memancing kemarahan Ciu
Pek Tong agar orang tua she Ciu yang jenaka itu menyerang
dirinya lagi. Yang pasti Ciu Pek Thong tidak mungkin berani

membinasakannya, karena Ciu Pek Thong telah mengetahui
Yo Him adalah anaknya Yo Ko dan Siauw Liong Lie.
Tetapi jika Ciu Pek Thong melancarkan serangan dengan
sungguh2, Yo Him yang cerdik tentu bisa melihat cara
menyerangnya Ciu Pek Thong, berarti dia akan bisa
mempelajari gerakan2 itu kelak.
Ciu Pek Thong yang telah termakan umpan yang disebar Yo
Him, telah menoleh kepada Yo Ko, Katanya: „Yo Ko lihatlah
anakmu ini kurang ajar Sekali! Dia jelas2 telah kurubuhkan,
tapi dia tidak mengaku..."
Yo Ko tersenyum!
„Justru engkau yang salah…." katanya.
„Aku yang salah?"
„Ya, engkau yang salah..,:" kata Yo Ko kemudian dengan
suara yang amat keras sambil diiringi suara tertawanya yang
bergelak-gelak!
„Aku salah apa?"
Ciu Pek Thong tampaknya jadi penasaran sekali, sehingga
dia lelah mengawasi dengan mata yang dipentang lebar2
menatap Yo Ko.
„Kau ingin tahu kesalahanmu ?"
„Cepat katakan, beritabukan kepadaku !" kata Ciu Pek
Thong tidak sabar.
„Aku pasti akan memberitahukan kepada mu, tetapi
sekarang yang terpenting engkau sendiri mengakui dirimu
salah atau tidak ?!"
„Aku bersalah ...!" Ciu Pek Thong jadi menatap Yo Ko dan
Siauw Liong Lie bergantian dengan mimik muka seperti orang
yang kebingungan, tetapi kemudian dia tertawa ber-gelak2.

„Aku tahu....! Aku telah tahu....!" kata Ciu Pek Thong
setelah berdiam diri sejenak. ,,Engkau tentu ingin mengatakan
aku bersalah karena tidak meminta ijin dari kalian berdua
sebagai orang tua dari anak itu, dan telah melakukan
penyerangan, bukan ?"
,,Ohh.... bukan itu, bukan itu...!” kata Yo Ke cepat. „Bukan
itu kesalahanmu..'!"
Ciu Pek Thong jadi semakin penasaran, dia memang
seorang yang tidak sabaran dan selalu mengerjakan apa2
hanya menuruti kehendak hati kecilnya saja!
“Cepat kau beritahukaa padaku ... cepat ! Kalau tidak aku
akan menangis . . . !" kata Ciu Pek Thong sambil membanting2an
kakinya.
„Kau ingin menangis ?' tanya Yo Ko sambil tersenyum
lebar.
„Ya kalau engkau mempermainkan aku, aku akau segera
menangis", menyahuti Ciu Pek Thong sambil mementang
matanya lebar2 dan mem-banting2 kakinya.
“Kalau memang engkau ingin menangis, menangislah !”
kata Yo Ko sambil tertawa. Sedangkan yang lainnya, telah tersenyum2
karena menganggap kelakuan Ciu Pek Thong
memang lucu sekali ke-kanak2an.
Saat itu Yo Him telah berkata pula : „Ciu Kongkong, hayo
kita mulai main main lagi......!"
"Tunggu dulu bocah cilik aku ingin minta keterangan
ayahmu mengapa dia mengatakan aku yang bersalah!” dan
setelah berkata begitu Ciu Pek Thong menoleh lagi kepada Yo
Ko, lalu memandang kepada Siauw Liong Lie yang saat itu
tengah mengawasinya juga dengan tersenyum2.
“Nyonya yang baik hatinya, yang pemurah hati….. coba
tolong engkau jelaskan apa maksud suamimu yang
mengatakan bahwa aku ini bersalah….”

Siauw Liong Lie mengangkat bahunya, dia telah tertawa
kemudian katanya: “Aku mana tahu ….!” Lalu Siauw Liong Lie
menoleh kapada suaminya. “Ko-he katakanlah apa yang kau
ketahui itu, jangan membuat Ciu Koko jadi begitu gelagapan.”
“Benar, benar,” kata Ciu Pek Thong. “Jangan membuat aku
gelagapan…. Apakah engkau tidak kasihan kepadaku si tua
ini….!” dan kata2 Ciu Pek Thong ditujukan kepada Yo Ko.
Keruan saja lainnya jadi tertawa geli karena menganggap
sikap Ciu Pek Thong memang benar2 jenaka sekali.
Yo Ko setelah puas tertawa, baru berkata : “Lo Boan
Thong, apakah engkau tidak merasakan bahwa dirimu
bersalah ?"
Ciu Pek Thong menggelengkan kepalanya cepat2 beberapa
kali.
„Aku merasa tidak melakukan kesalahan. Jika tadi anakmu
itu kulemparkan juga bukan dengan maksud jahat, karena
tenaga lemparan itu telah kuperhitungkan sehingga tidak
membahayakan jiwa anak kalian itu, sibocah licik....!"
Yo Ko tersenyum lagi,
„Loo Boan Thong. engkau adalah orang dari golongan tua.
bahkan jauh lebih tua dari kami, lebih tinggi tingkat
derajatmu, dan sekarang engkau ingin bertempur dan
menghina seorang anak kecil seperti Him-jie ? Bukankah
dengan merubuhkan Him-jie engkau tidak bisa
membanggakan kemenanganmu itu, karena Him-jie
merupakan golongan Boanpwee yang. tidak memiliki
kepandaian berarti apa-apa.... nah, dengan demikian
bukankah engkau telah melakukan kesalahan yang tidak tahu
malu? Apa yang bisa dibanggakan jika engkau memperoleh
kemenangan dari kaum Boanpwe seperti Yo Him?
Mendengar perkataan Yo Ko, Ciu Pek Thong tertegun
sejenak, matanya terbuka lebar tampaknya dia kaget, sampai

akhirnya ketika dia tersadar dari bengongnya, dia telah
menepuki keningnya.
,,Akhhh, memang aku yang konyol dan tidak tahu malu !
Memang benar apa yang kau katakan saudara Yo …… . !" seru
Ciu Pek Thong setelah memukul keningnya beberapa kali.
Yo Ko dan yang lainya jadi tertawa geli melihat kelakuan
Ciu pek Thong.
Sedangkan Yo Him telah beseru lagi “Ciu Kongkong, ayo
mulai main2 lagi .... bukankah aku belum dirubuhkan olehmu
'?"
“Tidak mau ! Tidak mau !" bentak Ciu Pek Thong sambil
menggeleng2kan Kepalanya . . . !. lalu tiba2 saja dia
membungkukkan tubuhnya menjura kepada Yo Him. „Engko
kecil", kata nya lagi.
“Biarlah aku disebut orang tua yang tidak bisa merubuhkan
engkau, karena aku tidak mau jika nanti disebut situa
menghina sikecil . . . ! Biarlah aku membatalkan saja
maksudku untuk bertanding denganmul"
Semua orang yang mendengar perkataan Ciu Pek Thong
jadi tidak bisa menahan perasaan geli dihati mereka. Tetapi
Ciu Pek Thong tidak memperduliken semua orang yang telah
mentertawakan dirinya, karena dia memang seorang yang
jenaka dan periang.
Waktu itu Ciu Pek Thong juga telah menoleh kepada Yo Ko,
tanyanya; “Mengapa yang lainnya belum datang ?"
“Mungkin mereka agak terlambat, biarlah kita tunggu saja
beberapa saat lagi mungkin besok mereka akan tiba . . . !”
menjelaskan; YoKo.
Sedangkan Siauw Liong Lie hanya tersenyum saja waktu
melihat Ciu Pek Thong membantmg2 kakinya, seperti seorang
anak kecil vang tengah ngambul.

„Aku terburu-buru- kemari, karena takut terlambat. Tetapi
sekarang, buktinya mereka itu belum juga datang.....! Jika aku
mengetahui akan demikian, lebih baik aku tidak perlu ter
gesa2 kemari.”
Jengkel sekali tampaknya Ciu Pek Thong, mukanya juga
murung,
Yo Ko tersenyum.
“Loo Boan Theng; tepatnya engkau datang lemari
merupakan suatu kebanggaan untukmu. Bukankah engkau
tidak mempergunakan waktu karet dan terlamkat datang
seperti lainnya? Maka dari itu engkau berarti bisa menepati
janji dengan tepat sekali.''
Terhibur juga hati Ciu Pek Thong mendengar perkataan Yo
Ko!
Tetapi baru saja Ciu Pek Thong mau berkata lagi, muka Yo
Ko telah berobah, dia memben isyarat agar semuanya berdiam
diri!
Siauw Liong Lie yang memiliki pendengran tajam seperti Y
o Ko. telah mendengar juga sesuatu.
„Suara langkah2 kaki orang." kata Siauw Liong Lie dengan
suara perlahan,
„Mungkin mereka telah datang… didengar dari suara
langkah kakinya yang ringan, tentu mereka yang merniliki
kepandaian tinggi. Hemm, nanti aku akan mentertawakan
mereka yang datang terlambat seperti itu.” kata Cui Pek
Thong seperti juga gembira sekali mengingat dia yang telah
tiba lebih dulu. Suara2 langkah kaki itu terdengar semakin,
mendekat.
Yo Ko heran sekali. Iangkah kaki itu walaupun
menunjukkan bahwa orang2 yang tengah mendatangi itu
adalah orang yang memiliki ginkang tinggi, namun

kenyataannya tidak setinggi ginkang orang2 yang telah
diundangnya, seperti Oey Yok Su, It Teng dan jago2 lainnya.
Terlebih lagi memang dari sekian banyak suara langkah2
kaki itu menunjukkan bahwa yang tengah mendatangi banyak
sekali mungkin lebih dari lima puluh orang.
Yo Ko mengerutkan sepasang alisnya.
Tiba2 terdengar suara orang membentak . „Monyet2 kecil,
apa maksud kalian mendaki Hoan-san....?!"
Suara itu dikenal oleh Yo Ko dan Ciu Pek Thong maupun
Siauw Liong Lie karena mereka tahu bahwa kata2 itu
diucapkan oleh Oey Yok Su majikan dari pulau Tho ho at to,
Yo Ko cepat2 berdiri, lalu menghampiri kearah dari mana
suara Oey Yok Su didengarnya. begitu juga yang lainnya telah
cepat2 menyusul Yo Ko.
Waktu mereka tiba dihutan kecil„ mereka seorang lelaki
berpakaian hijau, berusia telah lanjut dengan topinya yang
berwarna hijau pula, Tengah berdiri membelakangi mereka
menghadang puluhan orang, mungkin lebih dari lima puluh
orang yang berpakaian ber-macam2. Ada yang berpakaian
ringkas sebagai busu, garu silat, ada juga yang berpakaian
seperti tojin.
Salah seorang dari orang banyak itu telah menjura sambil
katanya dengan suara yang ramah: „Kami mendengar berita
bahwa Capgo di bulan ini akan diadakan penemuan orang2
gagah di Hoasan, maka kami tertarik untuk 'ikut menyaksikan
pertemuan orang gagah dari tempat yang jauh kami telah
datang kemari. Kami harap para enghiong tidak keberatan
untuk kehadiran kami ini. !"
Tetapi Oey Yok Su yang memang terkenal sangat aseran
telah berkata dengan suara yang dingin.
„Hemm. aku tidak mau perduli apa maksudmu, tetapi yang
jelas kalian telah penuhi datang ke Hoa-san untuk

menyaksikan Enghiong Taihwee (pertemuan para jago),
tentunya kalian memiliki kepandaian yang tinggi dan cukup
bisa kalian andalkan. Nah, sekarang siapa yang ingin
meneruskan niatnya, silahkan maju, jika orang itu bisa
sepuluh jurus bertahan dari seranganku, tentu aku akan
memberikan hak padanya untuk ikut hadir.”
Kwee Siang saat itu yang melihat Oey Yok Su tengah
menghadang orang-orang itu, dia sudah tidak bisa
mempertahankan perasaannya lagi, dia telah berlari
menghampiri sambil berseru : „Yaya…." dan kakeknya itu
telah dirangkulnya dengan manja sekali.
Oey Yok Su meng-usap2 kepala cucunya itu dengan penuh
kasih sayang.
„Cucuku, engkau berada disini ?" tanyanya dengan sabar
sekali
“Oey pepek (paman Oey), aku Yo Ko menghunjuk hormat,”
kata Yo Ko sambil menggerakkan tangan kiri tunggalnya itu
memberi hormat kepada Oey Yok Su.
Siauw Liong Lie, Phang Kui In dan Yo Hiat bergantian
memberi hormat kepada Oey Yok Su.
Sedangkan para orang2 gagah yang semula ingin datang
menghadiri Enghiong Taihwe di Hoa San jadi berdiri diam saja,
karena mereka melihatnya bahwa di tempat itu sekarang telah
berkumpul orang2 kuat. seperti Yo Ko, Siauw Liong Lie dan
yang lain-lainnya.
“Syukurlah bahwa kalian telah bisa berkumpul pula! Dan
kau Yo Hujien, selama belasan tahun lamanya Yo Him sangat
menderita mencari-cari kau,” dan Oey Yok Su tersenyum,
karena dia melihat betapa Kwee Siang telah semakin dewasa
dan tampak jauh lebih matang.
Sedangkn Siauw Liong Lie yang digoda oleh Oey Yok Su
jadi menundukkan kepalanya karena malu.

Setelah itu, Oey Yok Su berdiri menghadapi rombongan
orang2 persilatan itu sambil katanya: „Nah. sekarang siapa
ingin memulainya. silahkan maju! Jika dapat bertahan sepuluh
jurus dari seranganku, maka aku yang mengijinkan orang itu
naik kepuncak Hoasan!"
Semua orang itu jadi rsgu2, karena mereka mengetahui
benar bahwa Oey Yok Su merupakan jago tua yang sudah
sulit dicari tandingannya.
„Hayo... siapa yang ingin memulainya?" tanya Oey Yok Su
lagi.
„Aku akan mencobanya!" kata seseorang yang telah
melangkah maju, seorang lelaki berusia empat puluh tahun
dengan bentuk mukanya yang segi tiga seperti muka tikus.
„Aku Bian Sin Wan, ingin meminta petunjuk2 dari Oey
Loenghiong."
Lalu orang tersebut, yang mengaku bernama Bian Sin Wan
telah memberi hormat,
„Malailah, jangan terlalu banyak peradatan..!" kata Oey Yok
Su dengan muka yang dingin.
Bian Sin Wan rupanya telah nekad untuk menghadapi
sepuluh jurus serangan Oey Yok Su karena jika dia berhasil
tentu dia akan diperbolehkan menonton pertemuan besar para
orang gagah. Sepuluh jurus pikir Bian Sin Wan bukanlah
terlalu banyak, jika dia bertahan terus untuk dapat membela
diri dari sepuluh kali serangan Oey Yok Su, tentu dia akan
lolos dari ujian itu.
Oey Yok Su sebagai tokoh yang rnemiliki nama sangat
besar dalam rimba persilatan, tentu tidak akan menarik
kembali janjinya itu.
“Aku sudah Oey Locianpwe….” kata Bian Sin Wan sambil
memasang kuda2 yang sangat kokoh sekali.

Oey Yok Su tertawa dingin, dia maju satu tindak dengan
sikap yang tenang, kemudian dia menggerakan tangan kirinya
perlahan sekali, tetapi angin yang berhamburan dari telapak
tangannya itu telah menghantam orang she Bian tersebut.
Bian S.n Wan juga termasuk jago pertengahan yang
memiliki sepandaian cukup tinggi, maka melihat dirinya
diserang dengan pukulan "Pek Ciang" (Pukulan Udara
Kosong), dia cepat2 menggeser kaki kanannya setengah
lingkaran, lalu dengan jurus "Pian Hoa Sin Hito" atau "Arwah
Sakti Merobah Ujud", maka serangan Oey Yok Su sekali ini
telah gagal mengenai dirinya.
Tetapi Oey Yok Su tidak berhenti hanya sampai disitu saja,
dia telah mengeluarkan suara bentakan : “Inilah jurus yang
kedua!" dan Oey Yok Su telah menyerang dengan jari
telunjuknya seperti sedang menulis diudara dari ujung jari
telunjuknya meluncur angin serangan yang kuat sekali.
Kali ini Bian Sin Wan tidak bisa mengelakannya, karena
serangan Oey Yok Su yang disertai tiga bagian tenaga
dalamnya telah menerjang dirinya dan tahu2 Bian Sia Wan
telah mengeluarkan suara jeritan kesakitan, tubuhnya
terpental dan ambruk diatas tanah dalam keadaan pingsan.
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi berdiri
bengong, karena mereka melihat kawan mereka yang seorang
itu hanya dalam dua jurus saja telah berhasil dirubuhkan oleh
Oey Yok Su.
Sedangkan Yo Ko, Siauw Liong Lie. Siauw Goat Lan, Yo Him
dan yang lain2nya berdiri kagum menyaksikan Oey Yok Su
hanya dalam dua jurus, bahkan jurus keduanya hanya
mempergunakan jari telunjuknya saja, seperti ilmunya It Teng
Taisu yaitu It Yang Cie, sijari tunggal, telah bisa merubuhkan
lawannya yang tidak lemah itu.
„Siapa yang ingin mencoba lagi ?" tanya Oey Yok Su
dengan suara yang dingin.

Rombongan orang yang berjumlah kurang lebih lima puluh
orang itu, telah bungkam tidak ada yang menyahuti.
Tetapi selang sejenak, tiba2 orang yang berpakaian tojin
telah melangkah maju sambil katanya : „Oey Locianpwe, pinto
Sung Kian Cinjin ingin coba2 merasakan tanganmu, harap
Locianpwe tidak berlaku terlalu keras padaku !"
„Hemm," Oey Yok Su hanya mendengus dingin saja.
Kemudian Sung Kian Cinjin mengebutkan hudtimiya sambil
berkata : „Pinto telah siap, Locianpwe….!”
Oey Yok Su tidak menyahuti, dia hanya berkata dengan
suara halus kepada Kwee Siang : ,,Minggirlah cucuku, biarlah
aku rnemberi pelajaran kepada monyet tengik ini !”
Muka Sung Kian Cinjin jadi berobah merah, walaupun dia
mengetahui Oey Yok Su sangat tinggi sekali kepandaiannya,
tetapi dia jadi mendongkol dan marah dirinya disebut sebagai
seekor monyet yang tengik. Namun karena Oey Yok Su
merupakan dedengkot dari jago2 dirimba persilatan, dia
berusaha tidak memperlihatkan kemendoogkolannya itu,
hanya diarn2 dia lelah memperkuat kedudukan kuda2 kedua
kakinya.
Oey Yok Su menghampiri per-lahan2, dan kemudian waktu
jarak mereka terpisah dua tombak, Oey Yok Su berkala:
„Sebetulnya kepandaianmu itu tidak ada artinya, engkau
hanya mengenal kepandaian dasarnya saja. Dalam satu jurus
saja engkau akan bisa kurubuhkan.. !"
Mendengar perkataan Oey Yok Su, Sung Kian Cinjin jadi
tambah mendongkol. Begitu juga kawan2nya yang berjumlah
lima puluh orang lebih itu jadi mendongkol juga, mereka
mengangap bahwa Oog Yok Su terlalu sombong.
Sung Kian Cinjin telah menjura dan katanya dengan suara
yang tawar: "Memang kepandaian pinto yang bodoh sangat

rendah sekali.... itulah sebabnya maka pinto bermaksud untuk
meminta petunjuk dari Locianpwe.”
“Hemmm, hatimu tentu tidak senang mendengar aku
mengatakan dalam satu jurus bisa mengalahkanmu, bukan?"
kata Oey Yok Su yang seperti dapat membuka perasaan si
tojin.
Sung Kian Cinjin telah mengangguk sambil katanya:" Itu
terserah pada Oey Locianpwe, jika memang Oey Locianpwe
berlaku keras, berarti pinto akan buruk dengan bercacad."
Itulah kata2 yang merendahkan diri, tetapi didalam kata2
itu terdapat ejekan untuk Oey Yok Su, karena imam itu ingin
menyatakan jika saja Oey Yok Su, gagal merubuhkaanya
dalam satu jurus, berarti Oey Yok Su akan kehilangan muka.
Sedangkan Sung Kian Cinjin sendiri yakin, jika hanya satu
jurus tentu dia bisa mengadakan pembelaan dan penjagaan
diri yang ketat agar tidak sampai rubuh ditangan Oey Yok Su.
Yo Ko dan yang lain2nya menyadari bahwa Oey Yok Su
bukan bicara besar, karena tokoh tua persilatan itu memang
memiliki kepandaian yang telah sempurna sekali.
Jangankan Sung Kian Cinjin, sedangkan Yo Ko atau Siauw
Liong Lie belum tentu dapat menghadapi sebanyak seratus
jurus jika bertempur dengan jago tua she Oey yang menjadi
pemilik pulau Tho boa-to tersebut.
“Hayo mulai!" kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.
Sung Kian Cinjin juga sudah tidak berlaku sungkan2 lagi,
dengan mengeluarkan suara yang perlahan:
„Jangan terlalu keras menjatuhkan tanganmu, Oey
Locianpwe….”, imam itu telah menggerakkan tangan
kanannya akan mencengkeram bahu Oey Yok Su, sedangkan
tangan kirinya menghantam kearah perut Oey Yok Su.

Cara menyerang imam itu memang merupaKan serangan
yang cukup nekad. karena dengan menyerang seperti itu dia
harus mempertaruhkan keselamatan jiwanya, sebab dia
melancarkan serangan tersebut tanpa mengadakan suatu
penjagaan dirinya. Tetapi jika menghadari seorang jago yang
berkepandaian berimbang dengan kepandaiannya mungkin
tojin itu bisa merubuhkan lawannya.
Justru sekarang yang dihadapinya adalah Oey Yok Su.
tokoh dan dedengkot dari rimba persilatan. Walaupun tojin itu
telah berlaku nekad. mana bisa dia merubuhkan Oey Yok Su.
Bahkan ketika tangan kirinya hampir menghantam perut
Oey Yok Su dan tangan kanannja belum lagi sempat mencapai
pundak tokoh she Oey itu, dengan gerakan yang sangat
ringan sekali Oey Yek Su tabu2 melejit kesamping dan telah
berada dibelakangnya si tojin.
Sebelum Sung Kian Cinjin sempat menyadari akan
kegagahan itu dengan jurus Ju Coan Swie Jin" atau "Pukulan
Menembus Air" Oey Yok Su telah menolak punggung tojin itu.
Cara menolak dari tangan Oey Yok Su tampaknya perlahan
sekali, tetapi kesudahannya sangat hebat, tubuh Sung Kian
Cinjin jadi terjerembab ketanah, mukanya menghantam batu
kerikil yang ada ditanah, sehingga giginya rontok dua buah!!
Waktu tojin itu bangun, mulutnya telah membengkak.
Semua orang yang menyaksikan kejadian seperti ini benar2
jadi takluk dan kagum atas kepandaian Oey Yok Su. Karena
Sung Kian Cinjin sebetulnya bukan jago sembarangan, tetapi
dalam satu jurus saja ternyata Oey Yok Lu telah bisa
merubuhkannya.
Tidak kecewa Oey Yok Su diakui sebagai seorang guru
besar dirimba persilatan.
Lima puluh orang lebih kawan siimam jadi ciut nyalinya,
tidak seorangpun yang berani untuk maju men-coba2
kepandaiannya.

Sung Kian Cinjin telah merangkak bangun dan dengan
muka merah padam karena malu dan marah, dia kembali
kerombongan kawan2nya tanpa mengatakan sesuatu apapun
juga.
„Sungguh kepandaian yang sangat indah dan
menakjubkan!" tiba2 terdengar suara nyaring yang telah
memuji. Waktu semua orang menoleh, dari balik batang
pohon telah melangkah per-lahan2 seorang hweeshio tua
yang herusia lanjut dengan jenggotnya yang berwarna putih,
sedang berjalan menghampiri kearah mereka.
Yo Ko dan yang lainnya jadi girang, bahkan Ciu Pek Thong
telah me-lompat2 sambil tertawa kemudian disusul dengan
kata2nya : „Tua bangka It Teng, ternyata engkau datang
terlambat.. ..lihat, aku telah datang lebih dulu !!"
Orang yang baru muncul itu memang It leng Taisu,
pendeta dari selatan.
Dengan tersenyum ramah tampak It Teng Taisu
merangkapkan sepasang tangannya, dia telah berkata sabar :
,,Ya, memang Lolap datang terlambat.... maafkan Ciu
Enghiong!"
Mendengar dirinya disebut sebagai Ciu Enghiong, pendekar
gagah she Ciu, bukan seperti biasanya dipanggil situa bangka
Loo boantong, dengan sendirinya Ciu Pek Thong jadi
kegirangan dan telah melompat2.
„Lihat, aku si Loo-Boan Thong telah memperoleh
kemenangan, dapat menepati janji tidak datang terlambat!"
dan dia tertawa ber-gelak2.
It Teng Taisu telah menjura memberi hormat kepada Oey
Yok Su, sambil katanya: "Oey heng, apakah sudah hadir
semuanya?" dia memanggil Oey Yok Su dengan sebutan Oey
heng, yaitu Saudara she Oey.

„Apapun baru sampai, jika memang engkau ingin bertanya,
tanyakan saja kepada Yo Ko ...!" aseran dan tawar sekali
suara Oey Yck Su.
Saat itu Yo Ko, Siauw Liong Lie dan yang lainnya telah
menghampiri It Teng Tiat su dan memberi hormat.
Waktu mengetahui Yo Him adalah putera dari Yo Ko dan
Siauw Liong Lie, dan kini telah meningkat besar hampir
dewasa malah sekarang bisa- kumpul dengan ayah bundanya,
maka It Teng Taisu jadi girang bukan main.
„Bagus! Bagus! Mudah2an setelah pertemuan besar yang
kita adakan ini. Semuanya akan memperoleh nasib baik!
OmitohuJ! Omitohud! Alangkah menggembirakan sekali kalian
telah bisa bertumpu!!" kata It Teng Taisu,
„Eh, pendeta tua bangka, apakah engkau telah ber-siap2
untuk memulai pertemuan kita ini?" tanya Oey Yok Su deagan
suara menegur.
It Teng Taisu tertawa.
„Oey-heng, engkau tidak perlu kesusu, kau bereskan dan
selesaikan urusanmu dengan kelima puluh orang itu...,!" kata
It Teng Taisu.
Oey Yok Su tertawa dingin.
“Tidak ada seorang pun diantara mereka yang boleh
mendaki puncak Hoasan. karena mereka bukan manusia2
yang ada artinya, hanya kurcaci dan para bu-beng-siauw-cut
(maling kecil dan rendah tidak memiliki nama)!"
Mendengar perkataan Oey Yok Su maka kelima puluh orang
lebih itu telah berobah! Mereka mendongkol dan marah, tetapi
apa yang bisa mereka lakukan terhadap tokoh persilatan she
Oey yang memang memiliki kepandaian sangat tinggi dan
sempurna sekali.

Disaat itu tampak Oey Yok Su telah menghadapi kelima
puluh orang itu dengan sikap yang angkuh sekali, seperti juga
dia memandang rendah dan menjemukan. Kemudian dia
menggerakan tangan kanannya yang dikebutkan perlahan
dengan angkuh. “Kalian cepat menggelinding pergi''
Muka kelima puluh orang gagah itu. yang terdiri dari para
jago2 yang memiliki nama didalam rimba persilatan jadi
berobah, mereka mendongkol sekali sampai ada diantara.
mereka yang tersinggung, tetapi tidak memiliki keberanian
untuk menentang Oey Yok Su, telah membalikkan tubuhnya
ingin turun gunung kembali.
Tetapi saat itu It Teng Taisu telah berkata dengan suara
yang sabar.
„Siancai! siancai! Mengapa mereka dilarang untuk sekedar
menyaksikan? Bukankah» mereka tidak bermaksud mengambil
bagian dalam pertemuan kita ini.,.. mereka hanya ingin
menyaksikan untuk menambah pengalaman saja…..”
„Hmmm......" mendengus Oey Yok Su dengan suara yang
aseran sekali. “Dengan adanya mereka, tentu akan
mengganggu pertemuan kita! Apa untungnya mereka berada
di Hoa San, hanya mengganggu pencurahan perhatian kita
dan juga pertemuan kita tentu terganggu dengan adanya
mereka!"
Setelah berkata begitu Oey YoK Su telah mendelikkan
matanya kepada rombongan para jago2 itu, sambil
bentaknya:" Mengapa kalian tidak cepat2 menggelinding
pergi? Apakah ingin aku yang melempar2kan kalian kebawah
gunung?”
Waktu berkata begitu, wajah Oey Yok Su tampaknya kejam
dan dingin sekali, tidak memantulkan perasaan kasihan
sedikitpun juga.
Kelima puluh lebih orang2 itu memang gentar dan hati
mereka tergetar karena melihat sikap Oey Yok Su yang galak.

Namun dalam keadaan seperti itu, tiba2 terdengar suara bergelak2
dari rombongan orang tersebut, suaranya sangat keras
dan nyaring.
“Sungguh gagah! Sungguh gagah!" kata suara itu
kemudian sambil melompat keluar dari rombongan para jago
tersebut.
Waktu Yo Ko dan yang lainnya melibat orang yang
melompat keluar itu, muka mereka jadi berobah, bahkan Yo
Ko dengan sengit telah berkata : „Oh kiranya engkau ?'
„Benar! Benar! Memang aku! Memang aku yang ingin
mengambil bagian dalam pertempuran dan pertemuan di Hoasan
ini...!”, menyahuti orang itu. Dialah Tiat To Hoat-ong.
Siauw Liong Lie sendiri yang teringat betapa dulu dia telah
didesak oleh pendeta lhama dari Mongol ini sampai jatuh
kedalam lembah dan terpisah dengan anaknya, Yo Him, jadi
marah sekali waktu melihat Tiat To Ho-at-ong. Tetapi disaat
itu Siauw Liong Lie teringat sedang berkumpul orang2 gagah
yang menjadi tokoh dan dedengkot persilatan, seperti Oey Yok
Su dan It Teng Taisu, maka Siauw Liong Lie hanya bisa
menahan kemarahan hatinya dan berdiri diam saja dengan
mata mengawasi Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata
mengandung kebencian.
Tiat To Hoat-ong telah memperdengarkan suara
tertawanya lagi.
“Botehkah aku ikut mengambil bagian dalam pertemuan di
Hoa-san ini ?" tanyanya kemudian sambil matanya
memandang kepada It Teng Taisu, kemudiai Oey Yok Su. lalu
Yo Ko, Siauw Liong Lie, seperti juga dia ingin meminta
kepastian dari orang2 tersebut.
Oey Yok Su yang terkenal memiliki adat sangat aneh telah
memperdengarkan suara tertawa menyersamkan, dia berkata
dengan suara yang dingin.

„Jika engkau bisa menyambut sepuluh jurus seranganku,
engkau diperbolehkan ikut mengambil bagian dalam
pertemuan di Hoa-san ini….!. Dingin sekali suara Oet Yok Su,
dia juga seperti memandang rendah kepada Tiat To Hiat ong.
Pendeta Lhama diri Mongolia itu telah mengeluarkan suara
tertawa mengejek kemudian katanya: "Jika sekarang aku
harus berhadapan denganmu, berarti pertemuan para orang2
gagah di Hoa-san ini telah dibuka bukan?"
Licik sekali kata2 Tiat To Hoat-ong karena dia berkata
dengan alasan yang kuat. Dia memang hendak mengelakan
diri dari bentrokan dengan Oey Yok Su, maka sengaja dia
mengajukan pertanyaan seperti itu.
„Mengapa harus telah dibuka pertemuan para orang gagah
di Hoa-san ini? Syarat yang kuajukan itu merupakan syarat
pribadiku, tidak ada hubungannya dengan pertemuan para
orang gagah di Hoa-san. Jika memang engkau bisa
menghadapi sepuluh jurus seranganku berarti engkau ada
harganya untuk ikut ambil bagian dalam perteman di Hoa-san
ini dimana nanti kami akan mengadu kepandaian untuk
menentukan siapa yang terpandai! Sekarang jika engkau gagal
menerima sepuluh jurus seranganku, apa artinya manusia
seperti engkau turut ambil bagian, hanya bisa mengacau
saja!!"
Mendengar perkataan Oey Yok Su muka Tiat To Hoat ong
jadi berobah.
„Belum tentu dalam sepuluh jurus engkau bisa merubuhkan
aku!" kata hati kecilnya. Tetapi dengan tersenyum mulutnya
berkata lain.
“Justru kalau bertempur dulu berarti aku telah turut ambil
bagian untuk penemuan orang2 gagah di Hoasan ini! Terlebih
lagi, memang aku diutus oleh Kaisar Kublai Khan untuk
mengadakan kontak dengan pihak kalian, para jago didaratan
Tionggoan ini,..."

Oey Yok Su yang memiliki adat aneh tetapi cerdas telah
berkata:
„Kalau begitu belasan tahun yang lalu di mana kami
masing2 menerima sepucuk surat undangan ke Iloasan
dengan memalsukan nama kami, pekerjaan kau juga?"
„Benar!” mengangguk Tiat To Hoat-ong sambil tertawa.
“Memang aku telah perintahkan orangku yang akhli menjiplak
huruf dan tanda tangan untuk mamancing kalian berkumpul di
Hoasan, agar kami bisa mengadakan hubungan. Tetapi apa
yang terjadi ternyata berlainan dengan apa yang kami
kehendaki, kalian telah saling berpisah…. maka sekarang
adalah kebetulan yang menggembirakan sekali, Kita bisa
saling bertemu dan berkumpul, bukankah ini merupakan
urusan yang menyenang kan sekali?”
„Kau.... diperintahkan oleh Kaisar Mongol itu?" bentak Oey
Yok Su yang sikapnya menjadi ber-sungguh2.
„Tentu! Justru aku diutus untuk mengadakan kontak
dengan kalian, para pendekar gagah perkasa...” mengangguk
Tiat Hoat ong.
Mendengar sampai disitu, Oey Yok Su rupanya tidak bisa
menahan kemarahan yang bergolak dicarinya dengan
mengeluarkan bentakan:
“Manusia rendah....." tangan kirinya telah bergerak dengan
gerakan yang melintang mempergunakan jurus “Liong Heng
Coan Ciang" atau Naga Menembus Tangan", kemudian disusul
dengan kakinya bergerak kearah kempolan Tiat To Hoat ong
dengan tendangan Lian Hoan Tui atau tendangan berantai.
Tiat To Hoat ong telah ber-siap2 sejak tadi, maka ia tidak
menjadi terkejut melihat datangnya serangan seperti itu. Dia
telah mengeluarkan suara hentakkan yang sangat keras sekali,
dan memutar tubuhnya agak miring kekanan, tangan kirinya
diangkat seperti juga akan mencengkeram, dan perutnya
dikempiskan dan dimiringkan kebelakang sedikit, tangan

kanannya dipergunakan untuk menotok jalan darah di pinggul
Oey Yok Su. Gerakan yang dilakukannya itu merupakan
gerakan yang sangat manis sekali, karena dia telah
mempergunakan jurus "Lie Kong Sia Ciok" atau ''Lie Kong
Memanah Batu", gerakan itu cepat sekali.
Oey Yok Su tidak gentar melihat cara menyerang lawannya,
dengan mengeluarkan dengusan „hmmm," tampak tangan
kanannya diangkat, dia telah melancarkan serangan dengan
jurus "Ging Hong Tan Tim" atau "Menyambut angin dengan
menyentakkan debu", walaupun hanya dengan jari tangannya,
tetapi gerakan jari tangan Oey Yok Su membawa angin yang
men-deru2.
Terpaksa Tiat To Hoat-ong melompat mundur menjauhi
diri, sambil bergerak mundur Tiat To Hoat-ong telah berkata :
,.Tahan... aku ingin bicara !"
Oey Yok Su memperdengarkan suara tertawa mengejek,
tetapi tangannya tidak tirggal diam, dia telah melancarkan
serangan susulan dua kali ber-turut2 dengan jurus "Hun Kin
Co Kut" atau "Memecahkan Otot-Memindahkan Tulang", lalu
disusul gerakan "Hui Hong. Pay Liu" atau "Angin Meniup
Pohon Liu "
Tiat To Hoat-ong jadi mengeluarkan seruan kaget, karena
ia tidak menyangka Oey Yok Su merupakan seorang tokoh
rimba persilatan yang sulit sekali diajak bicara.
Tetapi Tiat To Hoat-ong juga tidak berarti berlaku lambat,
cepat sekali dia telah mengeluarkan suara bentakan yang
sangat keras sambil kedua telapak tangannya ditepukkan satu
dengan yang lainnya, karena dia memang melatih ilmu Yoga,
dengan sendirinya lwekang dari Tiat To Hoat-ong juga
merupakan tenaga dalam yang tinggi dan aneh sekali. Waktu
dia menepuk kedua tangannya itu, dia telah memusatkan
kekuatan inti tenaga dalamnya itu, sehingga tubuhnya jadi
kedot, karena ilmu Yoga yang dipergunakannya kali ini hampir

mirip dengan ilmu silat kebal didaratan Tiong-goan yang
bernama Tiat Po San.
„Dik, duk, duk!" tiga kali tubuh Tiat To Hoat-oog terserang
oleh gempuran tangan Oey Yok Su, tubuhnya hanya tergetar
sedikit saja dan merasakan napasnya agak sesak.
Oey Yok Su sendiri waktu melihat serangannya telah
berhasil mengenai sasarannya, semula dia menduga bahwa
Tiat To Hoat-ong akan mengeluarkan suara jeritan dan
tubuhnya terlempar keras. Namun yang dilihatnya sebaliknya,
justru disaat itu tubuh Tiat To Hoat ong hanya tergetar sedikit
saja dan mukanya tetap tenang memperlihatkan senyum.
Tiat Tiat To-ong memang tidak mau mempelihatkan
kelemahannya, dia jadi tersenyum sambil disusuli dengan
kataknya: „Hayo menyerang lagi..,.! Hayo....!" katanya dengan
suara yang menantang. „Mengapa bengong," tegur Tiat To
Hoat-ong, meluap darah Oey Yok Su.
Penasaran bukan main dia tidak berhasil merubuhkan Tiat
To Hoat ong.
Sedangkan Ciu Pek Thong telah berseru dengan suara yang
nyaring- „Tua bangka she Oey, engkau jika rubuh ditangan
sigundul kerbau Mongol itu, jangan mempergunakan namamu
lagi..." dan setelah berkaca begitu Ciu-Pek Thong tertawa
bergelak2.
Oey Yok Su jadi semakin mendongkol saja, dia telah
mengeluarkan suara bentakan, „Jika aku kalah ditangan
sigundul dari Mongol ini, biarlah akan kugorot leherku dengan
pedang dan berhenti menjadi manusia."
Mendengar perkataan Oey Yok Su, Ciu Pek Thong
memperdengarkan suara tertawanya lagi, kemudian kepada
Yo Ko Ciu Pek Thong telah berkata: „Kita lihat saja buktinya,
dia akan menepati janjinya atau tidak!"
-oo0dw0ooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
JILID 29
MENDONGKOL sekali hati Oey Yok Su, dan
kemendongkolannya itu telah ditimpahkan kepada Hiat To
Hoat ong. Dengan gerakan “Pek Ho Ciong Thian” atau
“Burung Bangau Futih Menembus Awan", cepat sekali kedua
tangannya bergerak dengan bersilang, tubuhnya agak maju
sedikit, dan tahu tahu tangan kirinya menerobos penjagaan
Hiat To Hoat ong akan meremas perutnya, bukan digempur
seperti tadi.
Tiat t o Hoat-ong juga mengenal jurus yang dipergunakan
Oey Yok Su, jurus itu memang merupakan gerakan yang
sederhana sekali, tetapi dipergunakan oleh seorang tokoh
persilatan seperti Oey Yok Su, dengan sendirinya menjadi
hebat luar biasa.
Dengan mengeluarkan suara teriakan yang sangat nyaring,
Tiat To Hoat-ong tidak berani seperti tadi. menyambut
serangan lawannya. Dengan menggunakan kedua tangannya
mendorong kedepan, dari kedua telapak tangauya itu mengalir
keluar arus angin yang sangat kuat sekali, dan tampak kedua
kaki Tiat To Hoat ong telah melompat mundur sejauh dua
tombak lebih menjauhi diri dari Oey Yok Su
Serangan yang dilancarkan Oey Yok Su jadi mengenai
tempat kosong.
Tetapi Oey Yok Su memang telah mendongkol dan
bertekad di hatinya ingin menghajar Tiat To Hoat ong dan
melampiaskan kemendongkolannya karena diejek Ciu pek
Thong kepada pendeta Mongol ini. Maka begitu lawannya
melompat mundur, segera Oey Yok Su melompat dan
meneruskan serangannya beruntun runtun tiga jurus, yaitu
dengan gerakan "Tiang Coa Cu Tong" atau "Ular keluar Dari
Liang", disusul lagi dengan gerakan "Hong Hong Tian Tauw"

atau "Burung Hong Menganggukan Kepala", dan jurus yang
ketiga dia mempergunakan gerakan "Tui Cung Bong Goat"
atau "Mendorong Jendela Melihat Bulan".
Sekaligus diserang tiga jurus dari tiga jurusan oleh Oey Yok
Su, Tiat To Hoat-ong jadi terkejut sekali. Ia memang
mengetahui Oey Yok Su merupakan tokoh persilatan yang
sangat ternama dan disegani didaratan Tiong-goan. Tetapi
Tiat To Hoat ong tidak menyangkanya bahwa dia justru harus
menghadapi orang she Oey itu dengan kepandaiannya yang
benar-benar sangat hebat.
Coba kalau tadi diserang tiga jurus dengan beruntun oleh
Oey Yok Su dan dia bergerak kurang cepat, niscaya dia akan
menemui kematian, atau setidak-tidaknya akan terluka parah.
Tetapi Tiat To Hoat-ong sebagai tokoh yang menjagoi di
Mongolia dan merupakan orang kepercayaan Kublai Khan,
dengan sendirinya dia memiliki kepandaiaa yang tidak lemah.
Walaupun memang kepandaian Tiat To Hoat-ong tidak
setinggi kepandaian Oey Yok Su, namun bagi Oey Yok Su juga
tidak mudah, untuk merubuhkan Tiat To Hoat-ong hanya
dalam waktu yang singkat.
Cepat sekali Tiat To Hoat ong mengeluarkan ilmu latihan
Yoganya, dia hanya menggerak2kan kedua tangannya, yang
diputarnya cepat sekali sehingga kedua tangannya itu
melindungi tubuhnya.
Gerakan yang diakukan oleh Tiat To Hoat ong ini
sebetulnya di Tionggoan memiliki ilmu yang serupa dengin
ilmu dari pendeta tersebut, yaitu jurus atau ilmu Tiat See
Ciang atau telapak tangan pasir besi, yang sangat berbahaya,
apa lagi memang Tiat To Hoat ong mempergunakan ilmunya
itu dengan memutar sepasang tangannya, maka jika sampai
lawannya melancarkan serangan juga dari mereka saling
bersentuhan, niscaya lawannya akan menderita kerugian yang
tidak kecil:

Tetapi bagi Oey Yok Su gerakan tangan Tiat To Hoat-ong
merupakan jurus yang tidak begitu sulit untuk dihadapi.
Dengan menentang kelima jari tangan kirinya dan juga
tangan kanannya melakukan, pukulan dengan jurus Ju Can
Swie Jim atau pukulan menembus air.
Maka bagimanapun tapatnya penjagaan diri dari Tiat To
Hoat Ong tentu dapat diterjang dengan serangan yang
dilakukan oleh Oey Yok Su.
Beberapa kali diantara derai serangan ke dua tangan Oey
Yok Su, Tiat To Hoat Ong memutar otaknya untuk mencari
karena pendeta ini menyadari, jika mereka bertempur terus
seperti itu, tidak sampai seratus jurus dirinya akan dapat
dirubuhkan Oey Yok Su, maka dari itu dalam keadaan seperti
ini Tiat To Hoat Ong telah mencari jalan keluar. Dia telah
mengeluarkan suara bentakan-bentakan sambil menangkis
serangan-serangan Oey Yok Su dengan tangannya itu yang
dikebutkan untuk mendesak Oey Yok Su.
Tetapi Oey Yok Su sama sekali tidak mau memberikan
kesempatan bernapas kepada» Tiat To Hoat Ong, tidak terus
mengepung rapat tubuh pandeta ini. dengan sepasang
tangannya.
Disaat itulah, diotak Tiat To Hoat Ong berkelebat serupa
ingatan.
Tahan! Orang she Oey, tahan dulu!” teriak Tiat To Hoat
ong "Atau kata katamu memang tidak bisa dipergunakan dan
tak ada harganya?"
Oay Yok Su terkejut dia juga segera teringat sesuatu,
sehingga dia jadi begitu mendongkol dan membanting-banting
kakinya dengan wajah yang muram.
„Telah lima belas jurus, atau mungkin lebih engkau
melancarkan serangan' Tetapi engkau tidak berhasil
merubuhkan diriku. 'Hemmm. mana itu kesombonganmu?"

Muka Oey Yok Su berobah rnerah.
„Baik engkau menang!” katanya dengan mendonglol
meluap-luap. Kelak engkau boleh ikut dalam pertemuan di
Hoa san' retapi sekarang, justru secara pribadi aku ingin
meminta petunjuk petunjukmu pendeta besar yang sangat
terhormat….!"
Setelah berkata mengejek begitu. Oey Yok Su telah
melompat dan ingin melancarkan serangan pula kepada
lawannya.
Tetapi Tiat To Hoat melompat mundur dia berseru: "Tahan!
Sekarang aku tidak memiliki waktu untuk bermain-main
denganmu! Nanti setelah selesainya pertemuan di Hoasan.
barulah kita main-main. Engkau ingin bertempur seberapa
ratus jurus juga akan kulayani.”
Oey Yok Su jadi bcrdiri dengan muka yang muram, karena
dia tidak bisa mengendalikan kemendongkolannya, itu yang
tidak memperoleh kesempatan untuk melampiaskannya.
Saat itu Siauw Liong Lie sudah tidak bisa mempertahankan
keinginan di hatinya untuk menghajar Tiat To Hoat ong, maka
dia telah melompat maju sambil memberi hormat kepada Oey
Yok Su.
“Oey lociampwe lebih baik kerbau gundul seperti dia jangan
dilayani, mana pantas menyembelih ayam harus
mempergunakan golok babi? Maka biarlah aku yang maju
memberikan hajaran padanya.”
Oey Yok Su masih diliputi kemendongkolan hanya
mendengus. "Hmm,” tanpa memberi komentar dia berdiam
diri dengan muka yang dingin sekali, karena dihatinya telah
bertekad, nanti untuk menghajar Tiat To Hoat-ong habishabisan
setelah ada kesempatan.
Tiat To Hoat-Ong juga mengetahui kegusaran Oey Yok Su.
dia bahkan mentertawainya sambil katanya: Engkau benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar seorang tokoh persilatan yang bisa dipegang katakatanya,
nanti setelah urusan di Hoasan selesai, barulah kita
main-main tiga hari tiga malam. Kau setuju bukan?"
Oey Yok Su mengetahui bahwa itu ejekan untuknya,
dimana Tiat To Hoat-ong menganggap dirinya setingkat
dengan dia. Kemarahan yang bergolak dihatinya hampir saja
tidak bisa disabarnya, tetapi untung saja Siauw Liong Lie telah
cepat-cepat menghadapi Tiat To Hoat-ong dan berkata;
“Engkau dulu pernah memaksa aku dengan keroyokan
sehingga aku terjerumus kedalam jurang disebuah lembah
gunung Kun Lun, sekarang aku ingin melihat berapa tinggi
kepandaian yang kau peroleh setelah belasan tahun kita tak
bertemu ..."
Tiat To Hoat-ong tertawa mengejek.
„Engkau sendiri yang terjun kedalam jurang, kawankawanku
Turkichi dan Talengki tentu akan membenarkan
perkataanku, Bahwa engkau sendiri yang telah terjun kedalam
jurang, jadi bukan kesalahan kami! Hemn, sekarang engkau
terhindar dari kematian dan telah berada disini juga, maka
apakah kesempatan ini engkau ingin pergunakan ? Majulah,.."
Tantangan yang diajukan oleh Tiat To Hoat ong membuat
muka nyonya Yo Ko itu berobah merah. Dia memang telah
menaruh kebencian kepada Tiat To Hoat ong, justru sekarang
orang menghina dia dengan perkataan yang menantang itu,
dengan sendirinya telah membuat Siauw Liong Lie tidak bisa
mempertahankan diri lagi. Dia telah mengeluarkn suara
seruan yang sangat keras, dan menggerakkan kedua
tangannya dari kiri dan kanan.
Kini Siauw Liong Lie telah memperoleh kepandaian yang
lebih tinggi dari masa lalu, serangan kedua tangannya yang
kosong tidak mempergunakan senjata tajam, jauh lebih hebat
dibandingkan jika dulu Siauw Liong Lie menyerang dengan
rnemakai pedang dan mempergunakan jurus-jurus dari Sian
Lit Kiam Hoat.

Tiat To Hoat otg sendiri tidak menyangka bahwa
kepandaian Siauw Liong Lie semakin sempurna dibandingkan
dengan yang lalu, maka begitu diserang, belum lagi kedua
tangan Siauw Liong Lie yang digerakkan serentak dari jurusan
kiri dan kanan itu tiba, angin serangannya telah meluncur
sangat hebat dan kuat.
Waktu itu Yo ko baru melihat kepandaian istrinya ini dia
sangat kagum sekali.
Yo Ko hanya menduga, mungkin selama berada didalam
lembah Siauw Liong Lie memperdalam kepandaiannya Tetapi
melihat gerakan dan jurus yang dipergunakan oleh Siauw
Liong Lie, Yo Ko jadi berdiri tertegun karena , herannya, dia
melihat jurus jurus yang dipergunakan Siauw Liong Lie
berbeda dengan jurus jurus Sian Lie Kiam hoat -atau ilmu
Kouw Bok Pay yang biasa mereka latih berdua.
Tiat To Hoat Ong tidak berani berdiam diri atau berayal
melihat cara menyerang yang dilakukan oleh Siauw Liong Lie,
disamping itu dia juga heran sama sekali, namun Tiat To Hoat
Ong tidak sempat berpikr gerakan-gerakan kedua tangan
Siauw Liong Lie sangat aneh sekali, dia seperti melancarkan
serangan kekiri tetapi tahu-tahu tangannya telah menyambar
kekanan, dan waktu tangan yang satunya menyambar kearah
atas, tahu-tahu inceran sasaran yang sesungguhnya kebawah.
Hal ini telah membuat Tiat To Hoat-ong harus memasang
mata baik-baik, karena sekali saja dia terserang, niscaya
dirinya akan mengalami bahaya yang tidak kecil.
Siauw Liong Lie juga telah mempergunakan ilmu yang
diperolehnya didalam lembah, untuk merubuhkan diri Tiat To
Hoat-ong.
Yo Ko sendiri jadi heran. Ciu Pek Thong berulang kali
menggeleng-gelengkan kepala sambil mendesah-desah
menyatakan kekagumannya atas kepandaian yang dimiliki
Siauw Liong Lie.

Sedangkan Yo Him jadi berdiri tertegun dengan hati yang
berdebar-debar keras, karena justru dia melihat ibunya
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, mendatangkan
perasaan bangga dihatinya.
Disaat itu Tiat To Hoat ong mati-matian mengeluarkan
kepandaiannya dan baru bisa mengimbangi permainan dan
serangan kedua tangan Siauw Liong Lie.
It Teng Taisu sendiri telah menyaksikan, betapa Siauw
Liong Lie memiliki kepandaian yang tinggi sekali, bahkan hati
kecilnya mau menduga bahwa kepandaian Siauw Liong Lie
berada diatasnya, atau setidak-tidaknya berimbang, jauh
berbeda dengan dulu, diimana kepandaian Siauw Liong Lie
masih berada dibawah kepandaiannya.
Yang berdiri heran adalh Oey Yok Su dia tidak mengerti
Siauw Liong Lie ki telah memiliki kepandaian yang benar benar
sangat tinggi dan aneh. Kedua tangannya bergerak semakin
lama jadi semakin perlahan, tetapi semakin lambatnya
gerakan tangan Siauw Liong Lie semakin kuat tenaga yang
menindih Tiat To Hoat ong.
Pendeta utusan Mongolia itu jadi kelabakan juga, dia heran
bertambah gagah.
Karena kepandaian Siauw Liong Lie sekarang berada
diatasnya, walaupun Tiat To Hoar ong telah mengeluarkan
seluruh kepandaian yang dimilikinya, tetapi. kenyataannya dia
terdesak hebat oleh Siauw l,iong Lie.
Tangan Siauw Liong Lie sebentar mengincar bagian bawah
dan sebentar lagi mengincar bagian aras. Tetapi setiap
serangannya itu tidak bisa diduga dulu, karena selalu berobahrobah.
Tiat To Hoat-ong juga melihat kepandaian yang
dipergunakan Siauw Liong Lie bukan ilmu pukulan pada
belasan tahun yang lalu. Pukulan pukulan tangan yang
dilakukan Siauw Liong Lie kali ini sangat taggguh dan hebat.

Hebat dalam pengertian karena memang Siauw Liong' Lie
telah mendesaknya terus marerus.
Waktu Tiat To Hoat ong tengah mempergunakan jurus
"Yan Cu Sam Ciauw Sui" atau "Burung walet Tiga Kali
Menyambar Air", disaat itulah Siauw Liong Lie telah
menyambuti serangan itu dengan gerakan tubuh yang
dimiringkan kesampiug kanan,. lalu dibarengi lagi dengan
gerakan kebasan, disusul lagi dengan gerakan tangan
kanannya yang digerakkan kebawah, disusul lagi dengan
ancaman tangan kirinya, ditangannya itu akan mencengkeram.
Tiat To Hoat ong telah menyerang dengan kuat sekali,
sehingga tidak bisa ditarik kembali, walaupun dia melihat
ancaman tengah mendatangi kedirinya.
Cepat bukan main, tampak Tiat To Hoat ong membuang
diri kekanan tanpa sempat menarik pulang pukulannya, karena
jika dia tidak mengambil tindakan seperti ini, pasti dirinya
akan mengalami celaka ditangan Siauw Liong Lie.
Melihat lawannya bergulingan ditanah, Siauw Liong lie tidak
tinggal diam, dia telah mengeluarkan suara bentakan keras
dan kedua kakinya bergantian menendang dengan jurus
tendangan “Lian Hoan Tai" dia menendang beberapa jalan
darah terpenting ditubuh Tiat To Hoat-ong.
Pendeta Mongolia itu jadi tambah terkejut saja, dia sampai
mengeluarkan teriakan yang sangat nyaring dan telah
melompat berdiri dengan gerakan Tai Po Lian Hoat atau
Mundur berantai.
Dengan caranya itu Tiat To Hiat ong dapat menghindar dan
mundur beberapa langkah.
Sambil bertempur, Tiat To Hiat ong telah memperhatikan
cara bersilat dan menyerang Siauw Liong Lie. Tiat To Hiat ong
sementara waktu hanya membela diri saja dari seranganserangan
yang dilakukan Siauw Liong Lie.

Namun Siauw Liong Li yang mendongkol karena melihat
lawannya, setelah lewat banyak jurus tetap saja ticlak bisa
dirubuhkan, membuat dia jadi mengerahkan tenaganya dan
mengempos lwekangnya lalu dengan gerakan Ging Hong Tan
Tim atau Menyambut Angin dengan Menyentil debu,
tangannya monotok kearah tulang iga Tiat To Hoat-ong.
Tetapi sekali lagi pendeta itu bisa mengelakan! dia
mengandalkan ilmu Yoganya sehingga tubuhnya licin seperti
belut.
Diantara berkesiuran angin serangan kedua orang yang
tengah bertempur itu, tampak semua jago yang berada di
tempa ini memandang dengan kagum, mereka memandang
tertegun kearah Siauw Liong Lie. karena setiap jurus ilmu
pukulan tangan kosong yang dilancarkannya sangat dahsyat
dan membingungkan lawannya.
Yo Ko melihat cara bertempur isterinya' telah memandang
dengan mata terbuka lebar lebar, seperti juga dia tidak mau
mempercayai bahwa isterinya memiliki kepandaian setinggi
itu.
It Teng taisu memandang diam saja, karena hatinya tengah
berpikir keras. Untuk mengetahui entah ilmu apa yang
dipergunakan oleh Siauw Liong Lie.
Begitu pula Oey Yok Su, dia coba memperhatikan baik-baik
setiap serangan yang dilakukan Siauw Liong Lie kepada
lawannya, dia heran sekali karena tidak satu juruspun yang
dikenalinya dan diketahuinya merupakan ilmu silat dari aliran
mana.
Sebagai seorang tokoh sakti rimba persilatan, Oey Yok Su
mengenal hampir seluruh ilmu silat dari berbagai cabang
perguruan, dia sangat beepengalaman sekali, tetapi sekali ini
ternyata dia tidak bisa mengetahui ilmu silat apa yang
dipergunakan Siauw Liong Lie.
Waktu itu Yo Him telah memegang tangan Phang Kui In.

Phang Kui In menggangguk.
"Ya, ilmu pukulan Siauw Liong Lie luar biasa menakjubkan.
Jika kelak engkau memperoleh didikan langsung dari ayah dan
ibumu, tentu engkau menjadi seorang pendekar yang memiliki
kepandaian sangat tinggi sekali.
Di saat itu tampak Siauw Liong Lie secara beruntun telah
mempergunakan jurus dari "Hian Kie Ciang Hoat" atau "Ilmu
Pukulan Tangan Kosong dari Hian Kie", Oey Yok Su tiba tiba
teringat sesuatu.
“Hemmm. pasti ilmu dia!" katanya didalam hatinya, yang
menduga kepada seseorang.
Sedangkan Ciu Pek Thong bertepuk tepuk tangan
kegirangan, sambil terus mengoceh tidak hentinya: "Ya,
manusia busuk sererti itu memang harus dihajar adat.. .'!"
Sedangkan Siauw Liong Lie memperhebat setiap
serangannya. Angin gempuran kedua tangannya telah
berseliweran kuat sekali, dan membawa hawa maut.
Tetapi justru disaat itu, dari rombongan orang-orang yang
berjumlah lima puluh orang lebih telah melompat dua sosok
bayangan.
„Turkichi! dan kau Talengki!" berseru Siauw Liong Lie
dengan suara mengandung kemarahan." Kebetulan, hayo
cepat maju, biar kalian bertiga kubereskan hari ini!"
Talengki dan Turkichi telah mengeluarkan suara tertawa
mengejek.
„Rupanya Thian masih melindungimu sehingga engkau
perempuan siluman masih bisa panjang umur....!"mengejek
Talengki.
,,Ya. tetapi sekarang kalian tentu tidak bisa melakukan apa
apa lagi.. !" kata Siauw Liong Lie."Lihat serangan."

Sambil mengeluarkan suara bentakan, tampak Siauw Liong
Lie beruntun melancarkan dengan kedua tangannya silih
berganti. Dia menyerang dengan jurus-jurus yang
membingungkan dan juga dia mendesak cepat sekali kepada
Tiat To Hoat Ong.
Sedangkan Tiat To Hoat Ong yang didesak begitu gencar
oleh Siauw Liong Lie membuat dia jadi terdesak cukup hebat,
karena jika saja dia berlaku lengah, niscaya jiwanya akan
mengalami bencana yang tidak kecil, bisa bisa bisa dia
berhenti menjadi manusia.
Talengki dan Turkichi, keduanya melompat menerjang
kepada Siauw Liong Lu ditangan mereka masing-masing
menggenggam pedang, diwaktu melompat mereka telah
mencabut senjata itu. Kedua batang pedang itu dengan
serentak telah meluncur akan menusuk dan menikam Siauw
Liong Lie.
Yo Ko melihat itu jadi terkejut karena dia kuatir jika
dikeroyok seperti itu isterinya nanti teiluka.
Dengan mengeluarkan suara bentakan Yo Ko telah
melompat maju.
Lengan baju sebelah kanan yang kosong terjuntai itu
disalurkan lwekangnya, sehingga lengan baju itu telah melibat
dan melingkari pedang Turkichi, setelah itu Yo Ko
mengeluarkan suara bentakan menarik pedang lawan. Tetapi
Turkichi walahpun kaget dan melihat pedangnya telah dilibat
oleh lengan baju Yo Ko, dia tidak menjadi takut, atau juga
gugup, dengan mengeluarkan suara bentakan, dia
menyalurkan tenaga murni dari lwekangnya kepada
pedangnya, maka pedang itu tidak bisa direbut oleh Yo Ko,
mereka jadi saling tarik.
Tetapi Yo Ko tidak membuang-buang waktu, dengan cepat
dia telah menggerakkan lengan kirinya, dengan jurus "Ya Ma

Hun Ciang" atau "Kuda Liar Membilaskan bulu surinya,” disaat
itu muka Turkichi telah dihantam keras sekali.
Untung saja Turkichi bergerak cepat dan gesit, sehingga
sebelum lengan baju sebelah kiri Yo Ko menghantam
mukanya, dia telah melompat kesamping mengelaklan dari
lengan baju Yo Ko hanya menyerempet sedikit tetapi karena
kuatnya tenaga dalam yang terkandung dipangkal lengan baju
itu, menyebabkan Turkichi terhuyung seperti akan rubuh.
Cepat sekali Turkichi membenarkan kedudukan kakinya, dia
mengeluarkan suara seruan perlahan dan telah menubruk diri
Yo Ko. Serangan yang dilakukannya dengan mempergunakan
tangan kirinya, dia menghantam dengan kepalan tangannya
karena pedangnya masih terlibat lengan baju kanan Yo Ko.
Yo Ko mengeluarkan suara dengusan dingin, lalu
menggerakkan tangan kirinya.
Kepalan tangan kiri dari lwekang telah disambut dengan
kepalan tangan kiri Yo Ko, maka tidak ampun lagi tubuh
Turkichi telah terlempai di tanah. Cekalan pada pedangnya
telah terlepas, dan pedang Turkichi yang terlepas itu meluncur
dan menancap dalam sekali dibatang sebuah pohon yang
terpisah lima tombak lebih.
Turkichi terlempar ambruk di tanah tanpa daya. karena
begitu tubuhnya hampir menyentuh tanah, tangan kanannya
telah menghantam bumi, dan tubuhnya meletik lagi dengan
gerakan ikan gabus meletik.
Kemudian waktu tubuhnya tengah melayang diudara
dengan menggunakan jurus Coa Cu Tong atau Ular keluar dari
liang, kedua tangannya itu seperti juga ular yang bergerak
cepat sekali menyambar ke dada dan pundak Yo Ko.
Tubuh Yo Ko telah berkelebat-keilebat bagaikan bayangan
untuk melepas serangan Turkichi. Kemudian Yo ko
menggunakan tangan kirinya mencengkeram pergelangan
tangan Turkichi dan berseru sambil melontarkan Turkichi.

Tubuh Turkichi ambruk di tanah dengan keras. Kali ini ia
sudah tidak bisa mengelak dan waktu dia ingin melompat,
tangan Yo Ko bergerak memukul dadanya.
“Bukk” dada Turkichi terhantam tepat sekali dan tubuhnya
jtuh terguling lagi di tanah.
Tetapi Turkichi memang jago pilihan dari Kublai Khan yang
bertugas untuk memupuk kekuatan pasukan Mongolia untuk
menyerbu Tionggoan. Tiat To Hoat ong dengan orang-orang
yang berhasil dikumpulkannya akan menyambutnya dari
dalam.
Memang Tiat To Hoat-ong telah berhasil menghubungi
beberapa orang jago-jago kenamaan didaratan Tionggoan,
tetapi banyak yang masih belum bisa dihubungi atau
ditundukannya untuk bekerja pada kekuasaan Khan yang
agung itu. Maka dari itu, Tiat To Hoat-ong telah menerima
perintah dari Kublai Khan. jika dia tidak berhasil membujuk
jago jago luar biasa didaratan Tionggoan, Tiat To Hoat-ong
harus mempergunakan kekerasan untuk membinasakan
mereka. Karena jika tidak, kelak tentara Mongol ia akan
mengalami gangguan dan hambatan.
Kelima puluh lebih jago jago yang datang ke Hoa-san
memang merupakan kaki tangan Tiat To Hoat-ong, jago jago
yang telah menekuk kaki berlutut kepada kaisar Kublai Khan.
Maka kedatangan mereka ke Hoa-san adalah untuk
mengacau dan ngeroyok Oey Yok Su dan jago jago utama
lainnya, jika saja mereka itu menolak untuk bekerja pida
Kublai Khan
Sekarang Turkichi telah terguling beberapa kali ditangan Yo
Ko, sehingga dia dapat membayangkan berapa tinggi
kepandaian Yo Ko. Jika mau dibandingkan, tentu dia masih
berada dibawah tingkat Yo Ko. Tetapi Turkichi sangat licik dan
dia adalah jago yang tidak sembarangan, menghadapi jago
sehebat Yo Ko, Turkichi masih bisa mempergunakan otaknya,

dia telah bergulingan di atas tanah, kemudian dia membalikan
tubuhnya dan menyelusup kedalam rombongan orang banyak.
Yo Ko tidak mengejar. Turkichi menyadari jika dia
bertempur terus dengan Yo Ko, tentu dia yang akan rugi,
maka dari itu, dia menyelinap diantara teman-temannya itu
untuk mengatur pernapasannya , mempersiapkan diri. Jika
saja jago jago di Housan ini tidak mau menuruti perintah
Kublai Khan tentu mereka akan menyerbu dan membinasakan
jago jago itu.
Disaat itu Yo Ko telah menoleh melihat kearah Siauw Liong
Lie.
Dia melihat istrinya telah mendesak Tiat To Hoat ong
dengan gerakan yang mantap dan kuat, sehingga Tit To Hoat
ong benar-benar untuk menghadapinya.
Tanpa memperdulikan legi perasaan malu tampak Tiat To
Hoat ong telah mencabut keluar golok hitamnya.
Dengan mencekal goloknya itu kuat-kuat, dan kemudian
diputarnya dengan keras, maka Siauw Liong Lie tidak bisa
melakukan' penyerangan yang terlalu mendesak dirinya.
Siauw Liong Lie telah merobah cara, bertempurnya, jika
tadi dia memaag banyak menyerang dengan jarak yang cukup
jauh.
Tentu saja cara menyerangnya harus dilakukannya dengan
tenaga dalam yang kuat, tanpa memiliki tenaga dalam yang
sempurna, niscaya akan menyebabkan Siauw Liong Lie
terkena oleh bacokaa atau tabasan golok lawannya.
Tiat To Hoat-ong yang melihat Siauw Liong Lie mulai
mengendurkan penyerangannya dia jadi girang dan terbangun
semangatnya.
Diiringi suara bentakannya yang sangat keras, tampak Tiat
To Hoat-ong telah menggerakan goloknya, .dia memutar
goloknya secepat titiran sehingga tampak tubuh Tiat To Hoat

ong seperti tergulung oleh semacam lingkaran golok yang
bergulung-gulung.
Seperti biasanya, To hoat (ilmu golok) harus dipergunakan
dengar cara melintang atau juga dengan cara menabas keras
boleh ke bawah.
Tetapi berlainan dengan Tiat To Hoat ong, karena dia
memang telah meyakinkan ilmu goloknya itu sampai
mendalam benar, maka dia tidak menyerang dengan menabas
atau-juga memotong, dia hanya menikam bagaikan tengah
mempergunakan pedang, dan waktu sudah dekat dengan
sasarannya, tampak Tiat To hoat Ong merobah kedudukan
tangannya, maka golok itu baru menabas.
Cara menyerang yang dilamarkan oleh Tiat To Hoat ong
memang agak membingungkan Siauw Liong Lie, sulit menerka
kearah mana serangan itu ditujukan.
. Dalam keadaan demikian, tampak Tiat To Hoat-ong telah
mengeluarkan seruan seruan nyaring beberapa kali dan
melancarkan serangan yang beruntun.
Disaat seperti itu Yo Ko tidak bisa ber diam diri. dia telah
berseru: "Liong-jie, biar aku yang menghadapinya!"
„Jangan!" mencegah Siauw Liong Lie sambil
membungkukkan tubuhnya mengelakan serangan Tiat To
Hoat-ong. "Biar aku yang . menghadapinya!"
Dan sambil berkata begitu, Siauw Liong Lie telah
melepaskan sebatang peniti, dengan peniti yang telah ditekuk
menjadi memanjang dia mempergunakan benda tersebut
untuk menghadapi serangan serangan golok Tiat To Hoat
Ong.
Semua orang yang menyaksikan apa yang dilakukan oleh
Siauw Liong Lie jadi terkejut.
,,Akh, Liong-jie keterlaluan lagi mengapa dia demikian
ceroboh memandang rendah pada lawannya? Bukankah

dengan demikian bisa mencelakai dirinya sendiri.. .?' pikir Yo
Ko.
Disaat itu, Siauw Liong Lie tengah berkelit dari serangan
lawannya. Dia telah berkelit dengan tubuh yang dimiringkan,
dan dalam keadaan demikian peniti ditangan kanannya telah
meluncur akan menikam urat nadi dipergelangan lawannya.
Tiat To Hoat ong terkejut, dia mengeluarkan seruan kaget
dan cepat cepat menarik pulang goloknya karena jika dia
meneruskan serangannya, niscaya dia sendiri yang akan
celaka, karena disaat itu jika goloknya baru berhasil menempel
dibahu Siauw Liong Lie justru tusukan jarum peniti dari
nyonya Yo itu akan sampai lebih dulu, berarti akan
melenyapkan tenaga penyerangannya dan juga akan
menyebabkan dia menjadi lumpuh.
Disaat itu, dengan tidak membuang buang waktu, dengan
jurus "Pek Coa Touw Sia" atau Ular Putih mengeluarkan Lidah”
tampak jurus Siauw Liong Lie meluncur lagi menuju urat darah
yang terpenting dibawah dagu leher.
Waktu itu memang terlihat gerakan Siauw Liong Lie tidak
akan membawa bahaya apa-apa, bukan hanya sebatang peniti
saja? Tetapi bagi Tiat To Hoat ong sendiri yang bersangkutan
langsung telah mengetahui bahwa tusukan, yang dilakukan
Siauw Liong Lie itu akan merupakan serangan mematikan,
karena jalan darah Cie tu-hiai yang diincar dileher Tiat To Hoat
ong merupakan jalan darah yang mematikan jika kena
tertusuk benda tajam.
Tiat To Hoat-ong menggeser kakinya untuk menjauhi diri
dari Siauw Liong Lie.
Tetapi gerakannya itu membuat dia hampir terguling digaet
kaki Siauw Liong Lie, untuk itu Tiat To Hoat-ong harus
mempergunakan gerakan 'Naga Melingkar Ditiang” agar dia
bisa menguasai tubuhnya tidak sampai terguling ditarah.

Semua orang, jago-jago dan tokoh-tokon persilatan seperti
Yo Ko, Oey Yok, Su, Ciu Pek Thong, It Teng Taisu, dan
beberapa orang tokoh persilatan kawannya Tiat To Hoat-ong
telah mengetahuinya bahwa kepandaian Siauw Liong Lie
memang berada diatas Tiat To Hoat ong.
Jika pendeta jubah merah ini lerus menerus bertahan diri,
tidak sampai seratus jurus tentu dia akan dapat dikalahkan
oleh Siauw Liong Lie.
Tiat To Hoat-ong juga menyadari keadaannya yang
berbahaya itu dengan mengeluarkan seruan keras, dia
memutar goloknya dengan cepat, sehingga dirinya diselubungi
oleh sinar hitam dari goloknya yang bergulung-gulung.
Dengan caranya itu, dia bisa mencegah desakan Siauw
Liong Lie berikutnya.
Tetapi tentu saja Tiat To Hoat-ong tidak bisa melakukan
gerakan membela diri itu terus menerus, karena tokh akhirnya
dia akan lemas dan kehabisan tenaga sendirinya.
Disaat itu, diantara berkesiuran golok Tiat To Hoat-ong.-
tampak Yo Ko telah melompat kearah Siauw Liong Lie, dia
menggerakan pedang hitamnya yang merupakan senjata
pusakanya itu.
"Tranggg....!'' segera terdengar suara benturan yang keras
sekali.
Yo Ko mencekal pedangnya ditangan kiri, dia menangkis
golok Tiat To Hoat-ong dengan tangkisan "Badai
Bergelombarg di Laut” di mana pedang Yo Ko telah menindih
golok Tiat To Hoat ong.
Gerakan yang dilakukan oleb Yo Ko memang membantu
banyak pada Siauw Liong Lie.
Karena waktu golok Tiat To Hoat ong tertangkis oleh
pedang Yo Ko maka gerakan golok itu menjadi tertunda,

berarti juga penjagaan dari Tiat To Hoat ong jadi kendor dan
lowong.
Dengan mengeluarkan suara bentakan perlahan:
“Atas serangan....!" tangan kanan Siauw Liong Lie bergerak
dengan cepat sekali, jarumnya itu telah mengincar jalan darah
"Mei tu hiat" nya Tiat To Hoat ong.
Pendeta itu jadi terkejut bukan kepalang, dia telah berseru
keras sambil menarik goloknya dari tindihan pedang Yo Ko
yang berat itu
Tetapi usahanya tidak berhasil. maka hatinya jadi tercekat
kaget, apa lagi dia melihat sendiri Siauw Liong Lie hanya
terpisah beberapa dim saja, maka jika sampai jarum itu
mengenai sasarannya dengan cepat, tentu Tiat T o Hoat ong
akan menemui ajalnya.
Segera Tiat To Hoat ong melepaskan goloknya dia telah
melompat kebelakang. Dengan demikian dia telah

mengorbankan senjatanya untuk menyelamatkan jiwanya.
Yo Ko tertawa dingin:
“Dengan kepandaian serendah itu kau berani datang untuk
mengacau didataran Tionggoan . . . ?" bentak Yo Ko
mengejek.
.,Ya, ya," berseru Ciu Pek Thong dengan suara yang
nyaring. ,,Tanganku juga tengah gatal ingin ikut meramaikan
keadaan.”
Muka Tiat To Hoat-ong telah berobah pucat, dia bimbang
sendirinya, karena dilihatnya semua jago-jago yang berkumpul
di Hoa-san memiliki kepandaian yang sangat menakjubkan
Maka dia telah metigambil keputusan untuk mencari jalin agar
dapat membujuk mereka untuk menghentikan pertempuran
ini.

Waktu itu tampak Siauw Liong Lie telah melompat kedekat
Tiat To Hoat ong, dia menyerang pendeta ini lagi dengan
mempergunakan jarum ditangan kanannya, gerakannya
dilakukan secepat kilat sehingga membuat dia jadi kelabakan.
Kembali Tiat To Hoat-ong melompat mundur untuk
mengelakkan diri dari serangannya Siauw Liong Lie.
Hal itu memang telah diduga oleh Siauw Liong Lie, maka
dia tidak menarik tusukan jarumnya itu. melainkan dia telah
melompat kedepan Tiat To Hoat ong dan melakukan tusukan
jarumrya lebih cepat lagi.
Tiat To Hoat ong yang sudah tidak memiliki senjata, karena
goloknya tadi telah dilepaskannya membuat dia agak gugup
juga.
Menangkis serangan jarum Siauw Liong Lie dengan
mempergunakan tangan saja, tentu akan membahayakan
dirinya, berarti juga Siauw Liong Lie bisa merobah
serangannya mengincer jalan darah mematikan ditangannya.
Maka dari itu jalan satu satunya bagi Tiat To Hoat ong
hanyalah melompat kebelakang lagi untuk mengelakkan diri
dari serangan Siauw Liong Lie.
Yo Ko juga telah melompat kedekat pendeta Mongolia itu,
dia menggerakan pedangniya untnk menikam.
Pedang hitam milik Yo Ko itu meropakan pedang istimewa.
Pedang mustika itu memiliki bobot yang berat sekali.
Jika memang sesecang yang memiliki Iwe-kang yang
tanggung tanggung, tentu tidak akan dapat menggerakkan
pedang hitamnya itu dengan ringan.
Waktu itu Tiat To Hoat ong telah mengeluarkan suara
tertawa mengejek.
,,Aku tidak menyangka bahwa jago jago didaratan
tionggoan yang disiarkan sebagai tokoh tokoh sakti yang

memiliki harga diri, tidak tahunya hanya jago jago berjiwa
"tahu! Mana mungkin seorang tokoh yang memiliki harga diri
mau melancarkan serangan kepada lawannya dengan cara
yang mengeroyok?"
Itulah memang sindiran yang sengaja diajukan oleh Tiat To
Ho.it ong, karena dia telah terdesak sekali. Dia . memang licik,
maka dengan meminjam perkataan hohan, pendekar gagah,
dia mengejek lawannya.
Yo- Ko tertegun sejenak, kemudian melompat mundur
menjauhi lawannya, karena Yo Ko berpikii memang ada
benarnya juga bahwa dia telah mengeroyok Tiat To Hoat ong.
Walaupun apa saja alasannya, tentu hal itu hanya akan
menjatuhkan nama baiknya saja.
Sambil tertawa mengejek, Tiat To Host ong telah berkata
kepada Siauw Liong Lie:
„Sebetulnya aku tidak sampai hati harus bertempur dengan
seorang wanita secantik engkau. Dulu pun di Kun Lun San,
kami hanya mendesak meminta engkau untuk meryerah,
tetapi engkau sendiri yang menerjunkan diri kedalam lembah
itu. Bukankah begitu ?"
Siauw Liong Lie jadi gusar diingatkan peristiwa dipuncak
Kun Lun San itu. Dengan mengeluarkan seruan nyaring Siauw
Liong Lie menyambitkan penirinya itu.
Peniti itu meluncur dengan cepat sekali karena disambit
dengan disertai oleh tenaga Iwekang yang kuat sekali,
tanpaknya Siauw Liong Lie juga ingin melayani lawannya
dengan bertangan kosong, maka dia telah menimpukkan
penitinya. Memang telah diduganya bahwa peniti itu akan
dapat dielakan oleh Tiat To Hoat ong, Maka begitu Hoat ong
sedang memiringkan tubuhnya menggelakan diri dari
samberan peniti yang runcing itu, dengan cepat sekali tampak
Siauw Liong Lie mengeluarkan suara seruan, dia telah
menggerakan tangan kirinya menyerang pundak Tiat To Hoat

ong dengan jurus-jurus 'Garuda Mencakar pohon Lau” jurus
itu! merupakan suatu cengkeraman yabg agak aneh
gerakannya, karena Siauw Liong Lie melancarkan cengkeram
dengari gerakan yang sulit diduga, mana tangan kanannya
seperti menyambar bagian kiri tetapi sesungguhnya serangan
jang sebenarnya dari sebelah kanan. Tiat To Hoat ong agak
bingung juga menghadapi serangan-serangan seperti itu.
Diantara berkesiuran angin serangan yang. begitu kuat
karena masing masing mempergunakan lwekang tingkat
tinggi, maka abu dan daun-daun kering telah beterbangan
keudara.
Semakin lama gerakan tubuh kedua orang itu semakin
cepat sedangkan Tiat To Hoat ong juga jadi sibuk untuk
mempertahankan diri dari serangan serangan gencar yang
dilakukan oleh Siauw Liong Lie. Kepandaian Siauw Liong Lie
sekarang memang lebih tinggi dari Tiat To Hoat ong hanya
saja pendeta dari Monggolia itu memliki ilmu kebal sehingga
tubuhnya menjadi licin sekali.
Diam-diam Tiat To Hoat ong juga memutar otak mencari
jalan dengan cara apa dia bisa meloloskan diri dari seranganserangan
Siauw Liong Lie, agar dia bisa memaksa lawannya
mundur, tetapi Siau Liong Lie yang tengah marah dan
mendongkol karena dulu Tiat To Hoat -Ong pernah bersamasama
dengan Talengti dan Turkichi telah memaksa dia,
sehingga ia terjun kedalam jurang dan berpisah dengan
anaknya, maka sekarang dia melancarkan serangan tanpa
sungkan-sungkan lagi, Siauw liong Lie mengeluarkan seluruh
ilmu silat yang dimilikinya untuk merubuhkan Tiat To Hoatong.
Tubuh kedua orang yang tengah bertempur itu berkelebatkelebat,
Hanya memperhhatkan ujud dari gumpalan warnawarni
belaka.

Dalam keadaan seperti ini, dilihatnya oleh para tokoh tokoh
sakti yang berada disitu, dalam seratus jurus lagi Tiat To Hoatong
akan dapat dirubuhkan oleh Siauw Liong Lie.
Tiat To Hoat ong sendiri juga menyadari akan hal itu, jika
dia bertempur dengan cara ini lebih lama lagi, tokh akhirnya
dia yang akan rubuh sebagai pecundang.
Sebagai seorang yang licik dan memang selalu memakai
akal bulus menghadapi lawan-lawannya yang tangguh, maka
kali ini juga Tiat To Hoat ong telah memikirkan suatu cara
untuk mengalihkan perhatian Siauw Liong Lie.
„Perempuan iblis, engkau hanya berani di kandang saja!
Dulu waktu dipuncak Kun Lun San kita bertempur engkau
begitu pengecut telah melompat kedalam jurang hanya ingin
menghindarkan dirimu dari kami. Hemmm,-hemm, aku tidak
heran jika sekarang engkau berani melawan diriku, karena
memang engkau telah memiliki pembantu pembantu yang
banyak! Hahahaha, jika memang kelak aku terjatuh ditangan
kalian, jago jago daratan Tionggoan. yang katanya memiliki
nama basar, aku tidak perlu malu.... sungguh gagah sekali
jago jago daratan Tionggoan yang hanya bisa main keroyok
saja!"
Semula ejekan dari Tiat To Hoat ong tidak diacuhkan oleh
Siauw Liong Lie, tetapi lama kelamaan darahnya jadi meluap.
Apa lagi dia diingatkan peristiwa yang terjadi di puncak Kun
Lun San, dia jadi marah sekali. Dengan mengeluarkan suara
bertahan kedua tangannya bergerak menuju kesasaran di
dada dan perut Tiat To Hoat ong dergan gerakaa "Sian Koan
Cee He" atau "Sepasang Pembuluh Mancur Berbareng"'.
sehingga siasat mengejutkan Tiat To Hoat ong, sampai
pendeta turun itupun mengeluarkan suara jeritan tertahan.
Diwaktu itu, dengan mengeluarkan suara bentakan yang
nyaring tampak Siauw Liong Lie telah mengulangi lagi
serangan "Sepasang Pembuluh Mancur Berbareng” itu

sebanyak tiga jurus pecahnya, kedua tangannya itu telah
bergerak dengan cepat sekali Tiat To Hoat ong yacg melihat
serangan Siaw Liong Lie semakin hebat. dia tidak menjadi
takut, karena ia justru merasa girarg telah berhasil memancing
kemarahan lawannya.
Harus diketahui, didalam suatu pertempuran seseorang
tidak boleh terlalu dikuasai oleh perasaan marahnya, karena
justeru persiapan dirinya agak berkurang dan perhatiannya
terpecah.
Memang serang-serangan selanjutnya dari Siauw Liong Lie
semakin dahsyat, tetapi karena dia dalam keadaan marah,
tentu saja perhatiannya untuk penjagaan dirinya jadi
berkurang banyak, dan dia tidak bisa mengendalikan dirinya
lagi, dimana secara beruntun Siauw Liong Lie telah
melancarkan serangan serangan yang sangat cepat sekali,
sehingga memperlemah pertahanan dirinya.
Tiat To Hoat-ong telah mementang mulutnya lagi: "Sayang
sekali wanita secantik engkau harus menjadi isteri dari
seorang manusia bercacad tangannya buntung! Hemmm, coba
kalau engkau belum menikah, tentu Hudya (pendeta agnng)
ingin sekali mengambil kau sebagai isterinya! Sayang!
Sayang!"
Muka Siauw Liong Lie jadi merah padam dia telah
membentak: "Apanya yang sayang?"
„Sayang sekali engkau telah menjadi nyonya sibuntung,
kalau belum, tentu aku yang melamarmu!! "menyahuti Tiat To
Hoat-ong.
Muka Yo Ko yang mendengar itu jad' berobah merahpadam'
tetapi dia tidak melompat maju sebab kualir nanti
lawan mengatakan bahwa mereka main keroyok, apalagi Yo
Ko telah melihatnya bahwa kepandaian Siauw Liong Lie
berada di atas kepandaian Tiat To Hoat-ong.

Hanya yang dikuatirkan Yo Ko dan yang lainnya, Siauw
Liong Lie tampaknya lengah dikuasai oleh kemarahan, yang
meluap-luap.
Tentu saja hal itu akan membuat Siauw Liong Lie sendiri
yang menderita kerugian.
Begitulah seterusnya sambil berkelit dari seranganserangan
Siauw Liong Lie, Tiat To Hoat-ong terus mengejek
dengan kata-kata yang kotor.
Kemarahan yang telah memuncak dihati Siauw Liong Lie
membuat nyonya Yo itu jadi bertekad untuk mengambil jiwa
Tiat To Hoat ong.
„Pendeta bermulut busuk ! Engkau memakai jubah pendeta
hanya untuk kedok belaka... topeng dari kejahatanmu yang
ditutupi dengan kependetaanmu itu ! Hemm, Hemm. engkau
harus dibinasakan, karena manusia seperti engkau tidak ada
gunanya untuk dibiarkan hidup terus "
Disaat itu tampak Tiat To Hoal-one telah tertawa bergelakgelak
tubuhnya dimiringkan kekanan doyong ajak kebelakang.
karena dia telah mengelakan salah satu serangan Sauw Liong
Lie. Kemudian dia berkata dengan suara yang nyaring :
„Nyonya yang manis, jika engkau mau bercerai dari
sibuntung, aku masih mau menerimamu untuk menjadi selirku
kelak jika Khan yang agung telah berhasil menaklukkan
daratan Tiojggoan ini......"'
Terlalu menyakitkan telinga Siauw Liong Lie kata-kata itu,
maka dengan mengeluarkan suara bentakan yang sangat
nyaring, tahu-tabu tubuh Siauw Liong Lie telah melompat
ketengah udara, dia telah mempergunakan jurus-jurus "Ya Ma
Hun Cong" atau "Kuda Liar Mengibaskan Bulusurinya" maka
tangan kirinya bergerak akan menotok jalan darah Pai sie
hiatnya Tiat To Hoat ong.

Jalan darah yang diincar Siauw Liong Lie itu bukan
merupakan jalan darah yang terlalu penting, tetapi jika jalan
darah itu kena di cotok tentu orang yang menjadi kerban
totokan itu akan lemas tidak memiliki tenaga untuk sejenak
lamanya. Maka jika sampai jalan darah itu tertotok oleh Siauw
Liong. Lie, tentu saja Tiat To Hoat-otsg akan tewas tidak
bertenaga dan dengan mudah pasti Tiat To Hoat-ong akan
dapat dibinasakan oleh Siauw Liong Lie. Maka cepat cepat Tiat
To Hoat-ong melompat mundur.
Serangan-serangan Siauw Liong Lie memang semakin lama
jadi semakin kuat dan menuju kearah bagian-bagian yang
mematikan ditubuh sipendeea Mongolia.
Tetapi Siauw Liong Lie juga bukan tidak menderita
kerugian, bahkan dengan cara menyerang seperti itu,
pertahanan dirinya berkurang banyak.
Tiat To Hoat-ong memang sengaja memancing kemarahan
Siauw Liong Lie dengan ocehan dan makian-makian yang
kotor dan hal itu telah merugikan benar Siauw Liong Lie.
Semakin dia marah dan mengikuti hawa penasaran dan
mendongkolnya, maka lobang-lobang kelemahan yang ada
pada dirinya semakin besar.
Tiat To Hoat ong saatf itu telah berkata lagi: “Jika engkau
memang jatuh cinta kepadaku, katakanlah terus terang , . .
jika aku mengetahui pasti diriku dicintai olehrnu, maka biarlah
sibuntung aku binasakan agar tidak menimbulkan kerewelan.'"
Yang dimaksudkan sibuntung, adalah Yo ko. Dada Yo Ko
terasa seperti akan meledak
Tetapi dia masih berdiri diam ditempatnya dengan tubuh
agak menggigil menahan marah.
Siauw Liong Lie sendiri merasakan matanya beikunangkunang
karena terlalu dilipiti kemarahannya.

“Jika aku tidak bisa membinasakan dirimu dan merobek
mulutmu yang kotor itu hm hmm, aku bersumpah tidak, akan
hidup lagi!"
Dan membarengi dengan perkataannya itu tampak Siauw
Liong Lie telah mempergunakan tangan kirinya untuk
mencengkeram pundak Tiat To Hoat-ong sedangkan tangan
kanannya dipakai menggempur kedada lawannya, dengan
serangan yang sangat cepat dan mematikan.
Yo Ko yang melihat keadaan ini telah berkata: “Liong jie
kau tidak usah mengejar kemarahanmu! Tadi engkau telah
beberapa kali melewatkan kesempatan ba'k …..!"
Mendengar teriakan Yo Ko, Siauw Liong Lie segera
tersadar.
Dengan mengempos semangatnya, Siauw Liong Lie telah
melompat kebelakang. sejauh tiga tombak dari tempat Tiat To
Hoat-ong berada.
Waktu itu, Tiat To Hoat ong telah mengeluarkan kata-kata
yang mengejek lagi. tetapi Siauw Liong Lie sudah tidak mau
mengacuhkan.
Dengan cepat dia berhasil menindih kemarahannya dan
mengembalikan ketenangan. Dalam keadaan demikian tampak
Siauw Liong Lie telah bersiap-siap akan melompat menerjang
ke arah Tiat To Hoat-ong lagi.
Tetapi Ciu Pek Thong yang sejak tadi tidak bisa berdiam
diri, telah berulang kali berteriak: "Eh, nona manis, kau
minggir, biar aku Loo boan-Thong yang menghajar sigundul
itu ....! Yo hujin, cepat engkau mundur, tanganku sudah gatal
nih.... !"
Siauw Liong Lie bukannya melompat mundur, bahkan dia
menjejakan kakinya: tubuhnya telah mencelat dengan cepat
sekali ke dua tangannya bergerak menyerang pula kepada
pendeta dari-Mongolia itu….

Pendeta dari Mongolia ini benar benar sangat terdesak
sekali, dan rupanya dia menyadari jika keadaan seperti ini
berlangsung sampai dua puluh jurus lagi, kemungkinan besar
dia tidak bisa mempertahan diri pula dari serangan-serangan
yang dilancarkan Siauw Liong Lie.
Waktu dia berhasil mengelakan sekali lagi serangan Siauw
Liong Lie, Tiat To Hoat-ong telah berseru: „Maju semuanya...."
dan kelimapuluh orang orang yang tengah berkumpul itu
serentak mencabut senjata mereka masing-masing, ada yang
bersenjata golok, ada yang mencekal pedang, toagkat. poankoan-
pit, sam-cio, dan lain-lainnya. Mereka telah meluruk akan
mengeroyok Siauw Liong Lie.
Tetapi Yo Ko, It Teng Taisu, Oey Yok Su, Loo Boan Tong,
Yo Him, Phang Kui In dan Siauw Goat telah mencabut senjata
dan menerjang maju.
Seketika terjadi pertempuran yang ramai sekali diantara
orang-orang itu. Tetapi menghadapi tokoh-tokoh persilatan
seperti Oey Yok Su, Loo Boan Thong Cui Pek Tong dan yang
lain-iainnya mana bisa jago jago yang memiliki nama
pertengahan didalam rimba persilatan itu menghadapi mereka
? Yo Ko juga sudah bergerak gesit sekali. Dia tidak mencekal
senjata, tubuhnya dengan lincah sekali telah melempar
kesana. kemari, setiap pukulan kepalan tangannya sampai,
selalu rubuhlah seorang lawannya.
Yo Ko yang diam-diam memperhatikan putranya itu, jadi
gembira bercampur heran, karena dia gembira melihat putra
tunggalnya itu telah memiliki kepandaian yang sangat tinggi.
Heran karena Yo ko menduga duga entah siapa yang telah
mengajari Yo Him ilmu-ilmu kelas tinggi itu.
Waktu itu Siauw Goat Lan juga telah menyerang dengan
pedangnya. Dia merupakan murid tunggal Siauw Liong Lie,
selama belasan tahun memperoleh gemblengan dan didikan
Siauw Liong Lie, maka pedangnya itu menyambar nyambar
dengan gesit sekali mengancam lawan lawannya,

Oey Yok Su yang memiliki lwekang telah sempurna, setiap
kali dia mengebutkan lengan bajunya, maka berjumpalitanlah
seorang musuhnya. Begitu juga dengan Ciu Pek Thong yang
nakal, dia telah melompat kesana kemari sambil mencabuti
rambut dari lawan-lawannya, maka ramai pulalah suara
jeritan-jeritan kesakitan dari rombongan kawannya. Tiat To
Hoat ang yang rambutnya dijenggut begitu keras oleh Ciu Pek
Thong.
Dalam pertempuran yang agak kacau balau itu, Tiat To
Hoat-ong melihat bahwa pihaknya tidak memperoleh angin,
dan dalam waktu yang tidak lama lagi niscaya mereka akan
dapat ditumpas habis oleh rombongan Oey Yok Su.
Sebagai seorang yang licik, tampak Tiat To Hoat-ong telah
mengeluarkan jurus-jurus simpanannya, sehingga dia
memaksa Siauw Liong Lie harus melompat mundur menjauhi
diri.
Mempergunakan kesempatan seperti itu! Tiat To Hoat ong
telah melompat mundur sejauh mungkin, dan dengan tidak
mengeluarkan kata kata apapun juga dia telah memutar
tubuhnya, dengan gerakan yang gesit sekali dia telah berlari
mempergunakan gingkangnya, meninggalkan tempat itu.
„Mau kubur kemana kau?!” bentak Siauw Liong Lie dengan
suara yang berang sekali. Dia telah menjejak kakinya,
tubuhnya melambung tinggi sekali dan diwaktu tubuhnya
sedang melayang ditengah udara, dengan cepat Siauw Liong
Lie telah menggerakkah kedua~tangannya' dengan
jurus"Tiong Coa Cut Tong" atau “Ular Keluar Dari Goa", dan
kedua tangannya itu telah meluncur ke jalan darah Pai siang
hiat dipunggung Tiat To Hoat ong.
Tiat To Hoat ong memang sudah memutuskan untuk
menyelamatkan diri dari kepungan Siauw Liong Lie dan jago
jago lainnya, dia telah berlari terus, hanya jubahnya saja yang
dikebutkan kebelakang, dan waktu tenaga mereka saling
bentur, Tiat To Hoat ong dengan -meminjam tenaga benturan

itu, tubuhnya meluncur lebih cepat lagi karena seperti
didorong oleh kekuatan lwekang Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie tidak mengejar terus hanya dengan kesal
dia telah mengomel. "Pendeta pengecut....."
Saat itu Oey Yok Su dan jago jago lainnya tengah terlibat
dalam pertempuran yang kalut.
Talengki dan Turkichi juga rnencoba beberapa kali untuk
meloloskan diri.
Yang menghadapi mereka berdua adalah Yo Him, pemuda
yang gagah perkasa itu. Dia seperti seekor rajawali muda
yang berkelebat kesana kemari melancarkan serangan dengan
telapak tangannya. Gelaran sebagai Sin Tiauw Thian Lam
memang sesuai untuk dirinya, karena disaat itu dia telah
berkelebat kelebat bagaikan seekor burung rajawali yang
menerjang.kesana kemari dengan gerakan yang sangat cepat
disamping mengandung kekuatan lwekang yang dahsyat.
Tetapi berhubung lawan lawannya merupakan dua orang
jago yang memiliki kepandaian dan pengalaman yang cukup
luas seperti Talengli dan Tutkichi dengan sendirinya Yo Hirn
tidak bisa memperoleh kemenangan dalam waktu yang
singkat sekali.
Siauw Goat Lan telah menggerakkan pedangnya yang
berkelebat kesana kemari kediri empat orang lawannya yang
mengurung, dirinya. Tiga orang berpakaian sebagai busu,
sedangkan yang seorang berpakaian sebagai To-jin, pendeta
agama To yang memelihara konde.
Sebagai murid tunggal Siauw Liong Lie. memang tidak
kecewa Siauw Goat Lan memperoleh didikan dari gurunya itu,
karena pedangnya telah berkelebat kelebat dengan cepat,
angin serangannya berkesiur dan mendapatkah rasa jerih
kepada lawannya.

Siauw Goat Lan telah mengeluarkan ilmu pedang Siauw
Liong Lie Kiam hoat, dia memutar pedangnya kekiri dan
kekanan dengan gerakan yang cepat sekali. Sehingga
memaksa keempat orang lawannya sebentar sebentar harus
melompat mundur untuk menyelamatkan diri mereka dari
ancaman pedang sigadis kecil ini.
Sebagai murid Siauw Liong Lie nampak Siauw Goat Lan
mewarisi sifat sifat gurunya yang selalu membawa sikap
dingin. Sewaktu bertempur dengan lawan-lawannya ini maka
Siauw Goat Lan tidak memancarkan perasaan apapun juga!
Sekejap mata saja tampak Siauw Goat Lan telah berhasil
mendesak keempat orang lawannya itu dengan bertubi-tubi,
bahkan dalam suatu kesempatan, disaat kedua orang
lawannya tengah melompat mundur, dengan jurus. "Pek Ho
Ciong Thian" atau Burung Bangau Putih menembus Awan"
tampak pedang Siauw Goat Lan telah menyambar datang
dengan gerakan yang cepat sekali menyontek kearah kepala
to jin yang ada di sebelah kanannya.
Tojin itu terkejut, dia sampai mengeluarkan suara seruan
tertahan saking kagetnya, dengan cepat dia membungkukkan
tubuhnya untuk mengelakkan diri dari serangan pedang Siauw
Goat Lan, tetapi gerakannya itu terlambat dan tahu-tahu
ujung pedang Siauw Goat Lan telah menyontek konde rambut
si tojin, sampai rambut itu terpapas putus sebagian.
Muka tojin itu jadi berobah pucat, dia juga telah melompat
mundur setelah mengeluarkan jeritan kaget, kemudian dengan
marah sekali dia melakukan tendangan berantai kepada Siauw
Goat Lan.
Dengan gerakan seperti itu tojin tersebut berhasil
menyelamatkan dirinya dari ancaman maut, coba kalau dia
tidak melancarkan tendangan berantai seperti itu, berarti mta
pedang Siauw Goat Lan akan menyambat menembusi
dadanya. Tendangan-tendangan yang datangnya begitu cepat

memaksa Siauw Goat Lan harus menjauhi diri dan
membatalkan serangan pedangnya kepada tojin itu.
Disaat itu lawan-lawan yang melayani Oey Yok Su paling
parah,
Karena setiap kali Oey Yok Su menggerakkan tangan
kanannya, segera lawannya itu terjungkel dengan tulang iga
atau tulang pergelangan tangan yang pada patah.
Belasan lawan yang mengurung Oey Yok Su itu berguguran
rubuh seorang demi seorang, suara rintihan mereka karena
terluka parah, walaupun tidak sampai mati, ramai sekali
terdengar.
Yo Ko juga telah turun tangan tidak tanggung-tanggung,
pedang hitamnya yang merupakan senjata mustika itu, telah
bergerak-gerak menabas putus lengan atau kaki dari lawanlawannya.
Dalam waktu yang sangat singkat sekali, Yo Ko telah
berhasil merubuhkan belasan orang lawannya.
Sisa lawannya yang melihat keadaan seperti ini, jadi ciut
nyalinya. Mereka berusaha untuk melarikan diri.
Tetapi menghadapi Yo Ko, mereka mana bisa berbuat
sekehendak hati '?
Walaupun Yo Ko memiliki tangan kiri saja, tetapi dia
merupakan tokoh sakti yang berkepandaian telah sempurna.
Dengan mengeluarkan suara bentakan perlahan, Yo Ko
kembali berhasil merubuhkan dua orang lawannya.
Yang lain lainnya seketika menekuk kaki mereka, tanpa
malu-malu lagi mereka telah merengek meminta ampun.
“Ampunkanlah kami,…. kami memiliki anak dan istri, jika
kami dibinasakan atau dicelakai. tentu anak istri kami
terlantar...!” sesambatlah mereka sambil rnenangis meminta
ampun dari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko.

Yo K o telah mendengus, katanya dengan suara yang
perlahan tetapi tegas: “Kalian telah berusaha untuk menjadi
pengkhianat dengan bekerja sama dengan orang orang
Mongol, seharusnya kalian dibinasakan! Tetapi kali ini mau
aku mengampuni jiwa kalian tetapi jika kelak bertemu kembali
denganku dan kalian masih tetap bekerja sama dengan pihak
Mongol, hemm, hemmm, disaat itu aku tentu tidak akan
berlaku segan segan lagi untuk membinasakan kalian ….!"
Dan setelah berkata begitu Yo Ko mengebutkan tangan
kirinva memerintahkan oraog orang itu berlalu.
Sedangkai sisa orang orangnya Tiat To Hoat ong yang
lainnya telah berlutut juga kepada Oey Yok Su atau Ciu Pek
Thong, mereka meminta ampun.
Karena melihat mungkin masih bisa merobah watak dan
sifat mereka, dan juga memang tidak terdapat permusuhan
apa-apa, tokoh-tokoh persilatan membebaskan orang orang
itu dari kematian. Pharg Kui In juga telah membiarkan tiga
orang lawannya yang tadi mengepungnya itu untuk berlalu.
Turkichi dan Talengki yang siat itu tengah bertempur
dengan seru, waktu melihat kawan-kawannya melarikan diri,
mereka juga cepat-cepat memutar tubuh dan berlari sekuat
tenaga mereka seperti dikejar hantu saja!
Siauw Liong Lie telah menghela napas, sambil katanya :
„Mereka merupakan manusia-manusia rendah yang tidak
memiliki harga diri, seharusnya pengkhianat-pengkhianat
seperti mereka dimusnahkan.....!" kata nyonya Yo tersebut.
„Biarlah !" kata Yo Ko. „Kali ini kita mengampuninya tetapi
jika mereka masih tetap bekerja kepada pihak Mongol, disaat
itu kita harus membinasakan mereka tanpa pandang bulu
lagi..... kukira pelajaran kali ini akan menyadari mereka agar
tidak menjadi penghianat! Yang penting, kita harus
mengadakan pengejaran kepada Tiat To Hoat-ong. Dia bukan
merupakan musuh pribadi kita, tetapi justru dia bisa

mencelakai kita semuanya, dimana dia bekerja untuk tentara
Mongol. Maka dari itu, jika dia tidak' disingkirkan, maka rakyat
Tiong goan, bisa mengalami bencana yang tidak kecil.''
Oey Yok Su dan yang lainnya telah mengangguk
membenarkan.
„Ya, orang orang Mongolia itu yang harus kita
musnahkan.....!" kata Oey Yok Su.
„Aku tadi sesungguhnya tidak ingin membebaskan
mereka….. tetapi apa boleh buat..... aku tidak, tega untuk
membasmi dan melakukan pembunuhan begitu banyak jiwa."
„Tetapi demi keselamatan rakyat Tiong goan dan kerajaan
Song, kita harus mengejar orang orang Mongol yang telah
menyelusup kedaratan Tionggoan ini.....!" kata Yo ko
..Bagaimana dengan pertemuan di Hoa-san ini? Apakah
akan kita. langsngkan terus? Jika memang. tidak kita sudah
kepalang tanggung berdatangan kemari dari tempat yang
cukup jauh ..."
“Pertemuan di Hoa-san akan kita langsungkan terus, nanti
setelah pcrtemuan ini selesai kita melakukan pengejaran
kepada orang orang Mongol itu lagi.
Yo Ko telah mengangguk angguk dengan sikap yang sabar.
Disaat itu Siauw Liong Lie telah berkata lagi: ,,Jika memang
kita tidak melakukan pengejaran terhadap mereka, tentu
orang-orang seperti Tiat To Hoat ong, Turkich maupun
Talengkie, akan membuat keonaran didaratan Tionggoan.
Kepandaian mereka memang tidak lemah, namun dalam
keadaan seperti sekarang ini tidak dapat mereka biarkan
berkeliaran di daratan Tionggoan, karena tentu mereka akan
menghubungi banyak sekali orang-orang atau penjabat
penjabat kerajaan Song untuk berkhianat …..!!"
Yang lainnya mengiyakan.

„Tetapi pertemuan di Hoa-san ini kita lanjutkan saja,
setelah itu barulah kita mencurahkan seluruh perhatian kita
untuk melakukan pergejaran kepada mereka! Kerajaan Song
tengah terancam kemusnahan, sedangkan para menteri dan
Kaisar tengah hidup berfoya-foya, sehingga mereka tidak
menyadari bahwa kerajaan tengah terancam bahaya. Dalam
keadaan seperti ini memang harus kita menggerakkan para
orang-orang gagah yang cinta tanah air untuk membendung
masuknya musuh kedaratan Tionggoan, Telah enambelas
tahun sejak tentara Mongolia itu terpukul mundur dan
gagalnya mereka menyerang kota Siangyang, sekarang
tentunya mereka telah memupuk kekuatan lagi, menurut
berita terakhir, justru Kublai Khan jauh lebih cerdik dari
Mangu, kakaknya.
..Tetapi," katu Oey Yok Su. „Jika dilihat secara keseluruhan,
tahun ini kerajaan Song sudah sulit untuk diselamatkan....,
karena orang2 pemerintahan dikerajaan Song sudah tidak
acuh terhadap ancaman itu, di-samping banyak pengkhianatpengkhianat
yang bekerja untuk kerajaan Mongolia. yang akan
menyambut dari sebelah dalam Itulah penyakit yang sulit
untuk diobati...”
Yo Ko menghela napas dengan muka yang berduka, dia
bilang: “Ya, jika sampai begitu, dan kerajaan Song sampai
jatuh lalu tentara penjajah itu yang berkuasa didaratan
Tionggoan aku sudah tidak berselera untuk berkecimpung
dalam keduniawian lagi, lebih baik aku mencari tempat yang
sunyi dan sepi melewati hari hari tua ……….."
-oo0dw0oo-
Jilid : 30
COCOK berseru Ciu Pek Tong dengan suara yang sangat
nyaring. "Akupun ber pikir begitu. Jika memang Kerajaan Song

sampai terjatuh kedalam tangan Mongolia, akupua akan
mengasingkan diri dan tidak mau mencampuri lagi urusanurusan
duniawi, mengasingkan diri melewati hari hari tua
sampai akhir nan, aku terbang melayang menghadap Giam Lo
Ong "
Berkata sampai disitu, Ciu Pek Tong telah tertawa bergelak
gelak.
Yang lainnya juga jadi tersenyum mendengar gurauan dari
Ciu Pek Tong.
Saat ini Siauw Liong Lie telah melambaikan tangannya
memanggil Yo Him.
Cepat cepat Yo Him menghampiri ibunya. “Dari mana
engkau memperoleh kepandaian yang setinggi itu? Tadi aku
menyaksikan engkau telah dapat mempergunakan sekaligus
dan berbarengan antara tenaga Yang dengan tenaga Im yang
berlawanan itu. Siapa orang yang telah mendidikmu?"
Yo Him segera menceritakan pengalamannya. Yang lainnya
mendengar cerita Yo Him dengan tertarik sekali. Dan Kwee
Siang telah menyatakan juga bahwa Yo Him memiliki
kecerdikan yang luar biasa.
Semua orang mengangguk angguk mengakui bahwa Yo
Him memang memiliki bakat yang luar biasa dan tulang tulang
yang baik untuk mempelajari ilmu silat dan tenaga sakti.
Julukan yang telah engkau terima yaitu "Sin Tiauw Thian
Lam" (Rajawali Sakti dari Langit Selatan) dapat engkau
pergunakan terus. Enam belas tahun yang lalu kota Siangyang
telah berhasil meloloskan diri dari kepungan orang orang
Mongol, dan kini, setelah enam belas tahun justru tentara
Mongol itu tampaknya akan segera melancarkan serangan
lagi. Kita harus menyelamatkan daratan Tionggoan dari
caplokan mereka, tetapi jika melihat keadaan pasukan Tentara
Song tentu kerajaan Song tidak mungkin bisa lolos dari

kehancuran.....!” dan setelah berkata begitu Yo Ko menghela
napas berulang kali.
Dihari itu juga mereka mengadakan perundingan ilmu silat.
Perundiugan ilmu silat itu memakan waktu selama enam hari.
Dan Yo Him, Kwee Siang, Siauw Goat Lan, Phang Kui Ih,
banyak sekali memetik manfaat yang mereka peroleh dengan
mendengarkan perundingan ilmu silat itu. Terutama sekali Yo
Him dimana dia merupakan seorang anak yang cerdas sekali,
setiap jurus ilmu silat yang didengarnya dapat disimpannya
dalam hatinya. Apa lagi secara bergantian Oey Yok Su, Ciu Pek
Thong, Yo Ko dan isterinya, yaitu Siauw Liong Lie, telah
menurunkan ilmu andalan mereka. It Teng Taisu juga telah
menurunkan dan mewariskan kepandaian istimewanya, yaitu
It Yang Cie, jari tunggal yang keramat itu. Walaupun waktu
berkumpul mereka sangat singkat. Sehingga Yo Him hanya
menerima teorinya saja. tetapi dengan memperoleh petunjuk
petunjuk seperti itu dari jago jago yang menjadi tokoh di
rimba persilatan, telah membuat Yo Him memperoleh
kemajuan yang sangat puas.
Disuatu malam kedelapannya, Ciu Pek Tong mengajak Yo
Him untuk berlatih. Mereka telah pergi kesebuah bukit kecil,
terpisah dari yang lain lainnya.
"Mengapa kita harus mencari tempat terpencil seperti ini,
Ciu locianpwe ?" tanya Yo Him.
"Sudah kukatakan bebetapa kali, engkau jangan memanggil
aku Ciu locianpwe. Apa itu locianpwe-an ? Hemmmm, panggil
saja Loo Boan Tong, seperti ibu dan ayahmu
memanggilku.....!"
"Tetapi......"
"Apanya yang tetapi ? Lidahmu kaku tidak bisa menyebut
Loo Boan Tong ?"
"Locianpwe......"

"Eh, engkau memanggil Locianpwe lagi !" Ciu Pek Tong,
"tidak dengarkah engkau» sudah kukatakan engkau
memanggilku dengan sebutan Loo Boan Tong saja ?"
“Baiklah Loo...'Loo Boan Tong," kata Yo Him kemudian.
,Nah begitu baru menyenangkan, bukankah kita bisa
bersahabat lebih intim?" kata Ciu Pek Tong sambil berkata
lebar.
Yo Him juga menyenangi orang she Ciu ini yang sangat
jenaka.
Walaupun Ciu Pek Tong telah tua sekali dengan jenggotnya
yang telah panjang memutih itu. namun Ciu Pek Tong
memang jenaka dan membawa sikap yang selalu kekanak
kanakan saja.
Disaat saat seperti ini, justru dia telah memaksa Yo Him
untuk memanggilnya dengan Loo Boan Tong saja dan tidak
mau dipanggil dengan sebutan Locianpwe (orang yang
tingkatannya lebih tinggi atau tua).
„Nah, sekarang aku mau menjelaskan kepadamu, mengapa
aku mengajakmu ketempat yang terpencil ini....." kata Ciu Pek
Tong kemudian.
..Ya, justru itu yang ingin kuketahui. Loo....Loo Boan
Tong...!” menyahuti Yo Him.
„Hem, mengetahui? Ingin mengetahui? Jika aku tidak
menceritakannya apakah engkau bisa mengtahui ?” kata Ciu
Pek Thong dengan jenaka.
“Bukan mengetahui, hanya ingin mengetahui,” menjelaskan
Yo Him sambil tersenyum, karena dia melihat mimik muka Ciu
Pek Thong tampaknya lucu sekali.
Waktu itu tampak Ciu Pek Thong telah duduk numprah
diatas tanah.

,,Hayo duduk disini jika engkau ingin mendengar
penjelasanku...!" kata Ciu Pek Thong.
Yo Him jadi kewalahan juga menghadapi sikap yaug
kekanak-kanakkan dari Ciu Pek Thong. Sambil tersenyum dia
hanya menuruti saja kehendak Ciu Pek Thong, dia telah
duduk, di tanah juga berhadapan dengan Ciu Pek Tong.
„Maksudku mengajakmu kemari untuk memberikan
penjelasan, yaita mengenai ilmu silat ...!” kata Ciu Pek Thong.
„Kalau untuk urusan itu, tentu saja aku sangat berterima
kasih....karena kepandaian Loo....Loo Boan Thong sangat
tinggi, tentu aku bisa memperoleh kepandaian yang istimewa
dari kau.. !"
Ciu Pek Thong mengangguk.
“Ya …….. kepandaian si Loo Boan Tong tidak kalah kalau
dibandingkan dengan si gundul It Teng Tausu, juga ayah
ibumu belum tentu dapat menundukkan kepandaian. Tetapi
aneh sekali, aneh ya, aku mengapa bisa takluk dan tunduk
kepada ayah dan ibumu .,...!" Setelah berkata begitu, Ciu Pek
Tong duduk terpekur dia memandarg bengong kearah depan
tanpa berkedip matanya.
Yo Him jadi bingung juga melihat sikap Ciu Pek Tong, yang
dianggapnya sulit diterka itu. Lama Ciu Pek Tong bengong
begitu tanpa mengacuhkan Yo Him, sampai akhirnya Yo Him
habis sabar dan menepuk paha Ciu Pek Thong sambil katanya:
"Mengapa kau diam saja Loo Boan Tong…….?”
“Oya ! Oya ! ada engkau disini ! Aku lagi memikirkan
mengapa aku bisa takluk kepada ayah dan ibumu, padahal
kepandaianku tidak berada di sebelah bawah mereka. Nah
sekarang aku ingin bertanya kepadamu, kau harus
menjawabnya dengan jujur…..!”

"O Pasti ! pasti aku akan menjawabnya dengan jujur.
Mengapa aku harus tidak jujur sedangkan kau sendiri
tampaknya terbuka sekali... !"
“Begini, aku ingin mendengar jawabanmu, jika engkau
melihat kepandaianku. dibandingkan dengan kepandaian
kedua orang tuamu siapa yang lebih tinggi?"
Yo Him jadi serba salah memperoleh pertanyaan seperti itu,
dia berdiam diri seperi berpikir untuk mencari jawaban yang
enak didengar oleh Ciu Pek Tong, asal tidak menyinggung
perasaan orang she Ciu ini dan juga jangan sampai
merendahkan derajat kedua orang tuanya.
Menurut apa yang dilihatnya, bahwa kepandaian kedua
orang tuanya, Yo Ko dan Siauw Liong Lie berada diatas Ciu
Pek Tong, karena kepandaian Yo Ko dan Siauw Liong Lie
selain merupakan kepandaian yang murni, juga mereka telah
melatih diri sampai dipuncak kesempurnaannya.
Sedangkan Ciu Pek Tong memiliki kepandaian yang
sempurna juga, namun jika dibandingkan dengan Yo Ko dan
Siauw Liong Lie, kepandaiannya hanya terpaut sedikit saja,
dan yang dimenangkan oleh Ciu Pek Tong adalah latihan
tenaga dalamnya yang diperoleh dari kakak sepeguruannya,
yang pernah merajai persilatan, yaitu Ong Tiong Yang.
“Hayo jawab…! kata Ciu Pek Tong waktu dia melihat Yo
Him hanya berdiam diri saja. "Mengapa engkau bengong
begitu saja?"
Ditegur begitu, Yo Him cepat cepat me-nyahutinya:
,,Kalau menurut penglihatanku, kepandaianmu Loo Boan
Tong sangat tinggi sekali, mungkin berimbang dengan
kepandaian kedua orang tuaku....!"
..Celaka! Celaka!” tiba-tiba Ciu Pek Tong telah melompat
berdiri sambil berjingkrak-jingkrak tidak hentinya.

Y o Him jadi terkejut, dia telah bertanya dengan suara
tertegun: ''Apa yang terjadi Loo.. Loo Boan Tong?"
Ciu Pek Tong masih berseru seru; "Celaka! Celaka' Ini bisa
celaka!"
“Kenapa, Loo-Boan Tong,” Yo Him telah mengulangi lagi
perkataannya.
„Kau mengatakan kemungkinan kepandaianku dengan
kedua orang tuamu itu berimbang. Bukan begitu?” tanya Loo-
Boan Tong sambil mengawasi Yo Him.
“Benar .. tetapi mengapa justeru kau mengatakan celaka,
celaka begitu…?”
„Tentu saja celaka ... coba kau bayangkan kau mengatakan
'kemungkinan' bahwa kepandaianku berimbang dengan kedua
orang tuamu apakah itu bukan suatu pengadu domba antar,
aku dengan kedua orang tuamu?"
„Heh.?" Yo Him jadi terkejut.
„Benar tidak, coba kau pikirkan, dengan engkau
mengatakan 'Kemungkinan’ kepandaianku berimbang dengan
kedua orang tuamu itu, berarti juga engkau ingin mengadu
dombakan aku dengan kedua orang tuamu. Tanpa ada
kepastian, berarti aku harus piebu dengan kedua orang
tuamu..... nah. itu bukannya suatu anjuran agar aku piebu
dengan mereka....?”
Mendengar pekataan Ciu Pek Tong seperti itu. telah
membuat Yo Him jadi tertegun tetapi kemudian dia berkata:
"Loo Boan Tong engkau jangan salah penafsiran atas
perkataanku itu..... ketahuilah, bahwa engkau memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, maka jika engkau meminta
pertimbangan dariku yang tidak memiliki kepandaian yang
berarti, mana bisa aku menjawabnya dengan benar? Bukan
aku mengatakan kemungkinan kepandaianmu itu berimbang

dengan ayah dan ibuku, atau memang engkau memiliki
kepandaian yang lebih tinggi dari mereka?"
Mendengar perkataan Yo Him yang terakhir iiu,
Ciu Pek Tong jadi mengawasi Yo Him dengan pandangan
mata tertegun.
,,A ... apa?' katanya kemudian dengan suara tertegun.
„Mungkin juga kepandaian yang kau miliki itu jauh berada
diatas kepandaian kedua orang tuaku....!" menyahuti Yo Him.
Mendengar perkataan Yo Him yang terakhir itu telah
membuat Ciu Pek Tong jadi tertawa bergelak-gelak.
Melihat sikap Ciu Pek Tong, yang bisa kaget dan kelabakan,
atau sekarang bisa tertawa bergelak gelak kesenangan.
Yo Him jadi tidak mengerti sendirinya, ada seorang jago
tokoh persilatan yang telah lanjut usianya bisa memiliki sifat
kekanak-kanakan seperti itu.
,,Nah, sekarang kita kembali kesoal yang sesungguhnya
mengapa aku mengajakmu ketempat ini! Aku ingin mengajari
engkau ilmu silat simpananku, tetapi engkau harus tutup
mulut tidak boleh menceritakan! kepada siapapun juga ! Cara
untuk memperoleh kepandaian itu, engkau harus menemaniku
bermain kelereng.....,.. setiap kali engkau memperoleh
kemenangan dalam permainan kelereng itu, aku akan
menurunkan satu jurus kepandaian kepadamu…. begitu
seterusnya!''
Yo Him tertawa mendengar syarat dari Ciu Pek Tong itu.
"Yo Him aku yang kalah dalam permainan kelereng itu ?"
tanya Yo Him kemudian
"Engkau harus menggendong aku sejauh satu Lie, engkau
jadi kuda-kudaan......! Bagaimana, setujukah engkau ?' tanya
Ciu Pek Tong.

"Setuju !" mengangguk Yo Him sambil tertawa, dia tertarik
mendengar permainan yang agak aneh dari tokoh persilatan
yang seorang ini.
Ciu Pek Tong telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan
dua belas kelereng kecil'
Diberikannya kepada Yo Him enam butir, kemudian dia
melemparkan lima butir kelereng ke tanah.
“Ayo, engkau juga melemparkan kelima kelereng ……!” Ciu
Pek Tong menganjurkan,
Yo Him hanya menuruti saja.
Ciu Pek Tong telah berjongkok dan mempergunakan
kelereng yang satu ditangannya itu. disentilkan kepada kelima
kelereng lainnya yang berada berpisah satu dengan yang
lainnya.
Tetapi cara menyentil Ciu Pek Tong sangat luar biasa,
karena dia menyentil satu kelereng, kemudian dari satu
kelereng itu, terpental menyentuh kelereng yang lainnya,
begitu seterusnya, sampai empat kali benturan, Dia dengan
demikian, Yo Him baru sekali sentil dapat mengendalikan
kelereng itu sebanyak lima kali, baru dia memperoleh
kemenangan.
Yo Him tersenyum, itulah karena disertai lwekang, maka
Ciu Pek Tong bisa mengendalikan kelerengnya saling
bersentuhan satu dengan yang lainnya.
Yo Him telah berjongkok dan mengikuti gerakan yang tadi
dilakukan oleh Ciu Pek Tong, dia telah menyentil kelerengnya
itu, pada jari telunjuknya dia dikerahkan tenaga It Yang Gie
jari tunggal yang sakti, yang telah diperolehnya dari It Teng
Taisu.
Kelereng itu meluncur, menghantam kelereng yang ada
disebelah kanan, tetapi sentuhan itu mencong kekiri, dan
menghantam kelereng yang satunya lagi, dan sentuhan itu

membuat kelereng itu menyentuh yang lainnya yang ada
didekatnya, tetapi gagal untuk menyentuh kelereng yang
keempat.
Ciu Pek Tong yang sejak tadi mengawasi dengan tegak
telah berlompat-lompat kegirangan, dia bersorak sorak - "Aku
menang ! Aku menang ! Aku yang menang dan engkau harus
menjadi kudaku !!"
Yo Him tersenyum, dia diberi setengah berjongkok, katanya
: "Ayo aku menjalani hukuman itu ........."
Ciu Pek Tong telah menaiki merangkul di belakang Yo Him.
Yo Him juga berlari lari sambil menggendong Ciu Pek Tong.
Dia dilakukan hukuman tersebut selama dia berlari lari satu lie
jauhnya.
Setelah satu Lie, Ciu Pek Tong melompat turun sambil
tertawa.
“Kau berani bertaruh lagi '!" tanyanya.
"Berani!" mengangguk Yo Him
Disaat itu Ciu Pek Tong telah berlari-lari menghampiri
tempat dimana tadi dia telah meninggalkan kelerengnya. Dia
telah berjongkok menyentil kelereng itu lagi, dan kembali
hanya dia bisa menyentil saling bersentuhan empat kali saja.
Yo Him kemudian menyentil juga.
Dan kali ini tetap hanya tiga kali yang berhasil disentuh
oleh Yo Him, kembali dia harus menjadi kudanya Ciu Pek
Tong, menggendong sejauh satu lie.
Begitu diulangi terus permainan itu, sampai waktu kelima
kalinya, Yo Him bisa menyentil keempat kelereng, sedangkan
Ciu Pek Tong hanya bisa mengenai tiga kelereng saja.
Ciu Pek Tong telah banting-banting kakinya dengan sikap
yang jengkel. “Akh, akh…!” katanya dengan suara seperti
menyesal.

“Kenapa Loo Boan Tong,” tanya Yo Him sambil tersenyum.
“Aku setua bangka bisa kalah dengan seorang anak kecil
seperti kau……!” kata Ciu Pek Tong kemudian.
"Kebetulan saja itu, Loo Boan Tong...!" kata Yo Him, "Aku
hanya kebetulan bisa memenangkan engkau :"
Padahal memang Yo Him telah mempergunakan It Yang
Cienya berulang kali, dan semakin bisa menguasai teknik
menyentilnya, yang membuat dia akhirnya lebih bisa
menguasai meluncurnya kelerengnya itu.
Saat itu Ciu Pek Thong memang menepati janjinya dia telah
mengajari Yo Him satu jurus ilmu silat bertangan kosong.
Kemudian setelah Yo Him menguasai jurus itu, dia
mengajak Yo Him termain kelereng lagi.
Begitulah, setiap kali Yo Him kalah, tentu dia menjadi 'kuda'
mcnggendong Ciu Pek Tong. Tetapi semakin lama semakin
jarang Yo Him kalah.
Seringkali mereka sama-sama berhasil menyentil mengenai
lima kelereng lainnya, sehingga mereka anggap berimbang
dan mengulang-ulangi lagi permainan. Tetapi jika Yo Him
semakin lama semakin menguasai cara permainan kelereng
itu, sedangkan Ciu Pek Tong semakin mengendor, karena dia
sering jadi sengit sendirinya jika kalah dalam permainan itu.
Semakin sengit, semakin jarang Ciu Pek Tong bisa mengenai
kelima kelereng lainnya itu.
Yo Him semakin lama semakin jitu centilannya, selalu
berhasil menyentuh kelima kelereng itu dengan menyalurkan
It Yang Cie ke telunjuk tangannya.
Berulang kali dan beruntun Yo Him telah berhasil
memenangkan sepuluh kali permainan kelereng itu. sehingga
dia telah memperoleh belasan jurus ilmu pukulan dan Ciu Pek
Tong.

Waktu itu, hari mulai mendekati sore, Yo Him mengajak Ciu
Pek Tong untuk kembali dimana Yo Ko dan yang lain-lainnya
berkumpul.
Keesokan paginya, Ciu Pek Tong mengajak Yo Him untuk
melanjutkan permainan kelereng mereka. Hal ini disebabkan
Ciu Pek Tong semakin lama semakin penasaran saja,
membuatnya jadi memaksa Yo Him untuk bermain terus
sampai sore hari lagi, Dan satu harian itu justru semua
permainan dimenangkan oleh Yo Him, dia bisa memperoleh
dua puluh empat jurus dari ilmu pukulan istimewa Ciu Pek
Tong, si tua yang jenaka itu.
Hari ketiganya juga tampak Ciu Pek Tong menderita
kekalahan, sehingga dia harus mengajari Yo Him ilmu pukulan
sebanyak belasan jurus.
Dihari keempat akhirnya Ciu Pek Thong yang menderita
kekalahan terus menerus telah ngambek tidak mau bermain
kelereng lagi.
Yo Ko dan yang lainnya yang mengetahui hal itu hanya
tersenyum senyum saja, mereka memang telah mengenal
adat dan watak Ciu Pek Tong, sehingga mereka tidak merasa
aneh lagi.
Begitulah, pertemuan di puncak Hoa San telah selesai,
karena mereka bukan pibu seperti biasanya, hanya
merundingkan ilmu silat mereka belaka dan mencari
kelemahan masingi masing untuk dapat mengurangi
kelemahan kelemahan tersebut.
Dengan adanya perundingan ilmu silat seperti itu diartara
tokoh tokoh persilatan tersebut, mereka jadi semakin
sempurna kepandaiannya.
Yo Ko teleh mengatakan maksud hatinya guna melakukan
pengejaran kepada Tiat To Hoat ong.

Yang lainnya juga menyetujuinya. Tetapi mereka
beranggapan jika mereka melakukan perjalanan dengan
rombongan, tentu akan mendatangkan kecurigaan dipihak
kerajaan Song, kemungkinan pula bisa terjadi salah sesuatu
pengertian.
Dan jupa tentu orang orang Mongolia yang telah
menyelusup kedaratan Tionggoan akan bersiap sedia jika
melihat rombongan para tokoh tokoh persilatan itu. Maka
mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan dengan
memencar ke berbagai daerah untuk menyelesaikan tugas
mereka, guna mencari dan mengejar orang-orang Mongolia
yang telah sempat menyelusup ke daerah Tionggoan.
Mereka hanya menjanjikan, dibulan keempat dan tanggal
lima belas, mereka akan berkumpul di Siangyang.
Yo Ko juga menjuruh Phang Kui In, untuk menggabungi
pihak Pek Liong Kauw, guna meminta mereka untuk
membantu, serta mengumpulkan orang orang yang cinta pada
tanah air untuk bergabung dengan mereka.
==oodwoo==
Yo Him, Yo Ko dan Siauw Liong Lie melakukan perjalanan
bertiga, merek telah melakukan perjalanan ke utara.
Sedangkan Siauw Goat Lan, murid Siauw Liong Lie, melakukan
perjalanan bersama It Teng Taisu, karena It Teng Taisu
melihat bahwa Siauw Goat Lan memiliki bakat yang baik untuk
diwarisi kepandaiannya maka dia telah meminta ijin kepada
Siauw Liong Lie guna mengajak Siauw Goat Lan dalam
perjalanan, untuk dididik ilmu dan kepandaiannya.
Tentu saja Siauw Liong Lie girang sekali, dia segera
mengijinkan, Siauw Goat Lau sendiri tidak hentinya
menyampaikan terima kasihnya kepada pendeta yang baik
hati dari negeri Tailie ini.

Waktu ilu, Phang Kui In telah melakukan perjalanan ke
Timur, untuk menghubungi orang-orang Pek Liong Kauw,
guna bergabung dan mengadakan pembelaan tanan air
terhadap ancaman orang orang Mongolia.
Oey Yok Su sendiri menyatakan bahwa dia bermaksud
untuk pelesir saja, tidak mau mencampuri urusan tersebut.
„Aku sudah tua, dan aku hanya ingin nikmati hari tuaku di
pulau Tho hoa to.” Diminta oleh Yo Ko untuk pergi
menghubungi Kwee Ceng dan Oey Yong, ayah dan ibunya itu
untuk memberi tahukan situasi yang terakhir itu dan meminta
mereka untuk berkumpul di Siangyang.
Begitulah para pendekar itu telah berpencar untuk
menyelesaikan tugas mereka masing-masing.
Sepanjang perjalanan, Yo Him banyak sekali menerima
petunjuk dari kedua orang tuanya.
Dengan sendirinya pula, kepandaian Yo Him telah maju
pesat dibandingkan beberapa saat yang lalu. Ada suatu
keluarbiasaan Yo Him, karena dia memiliki kecerdikan yang
bukan main, melebihi dari kecerdikan anak anak yang lainnya,
dan juga dia memiliki kelainan dalam latihan tenaga Im dan
Yang yang telah bisa dicampur adukannya berkat petunjuk
Kwee Siang.
Sekarang dengan menerima petunjuk Yo Ko dan Siauw
Liong Lie secara langsung, kedua tokoh sakti dari rimba
persilatan itu, membuat Yo Him tertempa menjadi jago yang
memiliki kepandaian jarang tandingannya. Kepandaiannya
juga bermacam-ragam, jurus-jurus yang diperolehnya dari Ciu
Pek Tong, It Teng Taisu, Yo Ko dan ibunya, yaitu Siauw Liong
Lie dikumpulkan menjadi satu.
Kepandaian yang beraneka macam itu meycbabkan Yo Him
menjadi pendekar yang memiliki kesaktian melebihi dari yang
lainnja.

Hanya adi satu kekurabgannya, yaitu Yo Him masih kurang
pengalaman, dan juga kurang latihan. Jika di saat mendatang
Yo Him bisa memiliki waktu untuk melatih diri, mungkin dia
dapat melebihi kepandaian dari tokoh2 persilatan yang
lainnya.
Yo Ko dan Siauw Liong Lie girang luar biasa melihat
perkembangan dan kemajuan Yo Him yang memperoleh
kemajuan sangat pesat sekali.
Maka dari itu, Siauw Liong Lie jadi semakin bersemangat
menuruni seluruh kepandaiannya kepada putra tunggalnya itu.
Setelah melakukan perjalanan selama satu bulan Yo Ko
bertiga tiba di kota Han siu kwan.
Mereka singgah dirumah makan yang berada ditengah
tengah kota dan merupakan rumah makan yang teramai dan
paling, mewah. Mereka memilih kursi yang masih kosong dan
memesan makanan untuk mereka. Tetapi di saat itu justru Yo
Him melihat seseorang yang sedang tergesa-gesa untuk
meninggalkan ruangan makan itu.
“Thia (ayah),” kata Yo Him perlahan kepada Yo Ko yang
duduk disampingnya." Lihatlah, bukankah itu Turkichi.....?"
Yo Ko dan Siauw Liong lie telah menoleh, mereka
mengenali orang yang tengah bergesa-gesa meninggalkan
ruangan makan itu memang Turkichi.
Rupanya, Turkichi tadi melihat Yo Ko bertiga memasuki
rumah makan tersebut, dimana dia sedang bersantap. Maka
dia cepat-cepat menundukkan kepala dalam2 agar Yo Ko
bertiga tidak melihatnya.
Dan begitu Yo Ko duduk mengambil tempat masing2, dia
meninggalkan ruang makan itu dengan tergesa-gesa dan
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tetapi sayang sakali,
Yo Him mengambil sebatang sumpit lalu dilontarkan ke arah
Turkichi.

Timpukan itu meluncur sangat cepat sckali, membawa
angin serangan yang sangat kuat.
Turkichi mendengar suara menyambarnya sumpit itu, dia
mandek dan mengangkat jari tangannya, menyentil sumpit itu.
Sehingga dia jadi terlambat keluar dari ruangan rumah makan
itu, karena dia telah tertunda langkahnya dan tahu tahu Yo Ko
dan S«auw Liong Lie telah melompat menghadang
dihadapannya.
"Kebetulan sekali kau ada-disini, hmmm engkau harus
memberikan keterangan selengkap-lengkapnya apa yang akan
dilakukan oleh tentara Mongolia.....!" kata Yo ko sambil
menguIurkan tangannya bermaksud akan mencengkeram
pergelangan tangan Turkichi.,
Turkichi mengelakan diri dengan cepat kesamping kanan,
dia telah mengeluarkan seruan perlahan karera terkejut.
Belum lagi dia bisa berdiri tetap justru tangan kanan Siauw
Liong Lie telah meluncur akan menotok jalan darah Paicing
hiatnya ditulang iga kedelapan.
Turkichi mengelakan diri lagi dengan cepat dan berusaha
menerjang untuk keluar.
Namun, kaki kanan Y o Ko telah melayang menendang
punggung Turkichi yang mengenai tepat sekali, sehingga
tubuh Turkichi terhuyung terjerunuk kedepan.
Namun Turkichi bukan seorang yang memiliki kepandaian
rendah, walaupun dia tidak bisa menandingi Yo Ko atau Siauw
Liong Lie hanya dia tetap merupakan jago Mongolia yaig
memiliki kepandaian cukup tinggi.
Belum lagi dia terjerunuk mencium bumi justru kcdua
tangnnya telah diulurkan menyentuh tanah, dan tubuhnya
berjumpalitan ke tengah udara, kemudian meluncur turun di
luar ruang rumah makan itu.

Yo Ko dan Siauw Liong Lie mengejarnya, tetapi tangan
kanan Turkichi telah bergerak menimpukkan sesuatu tampak
meluncur beberapa titik sinar terang menyambar kearah Yo Ko
dan Siauw Liong Lie, karena Tuikichi telah menimpukkan
paku-paku beracun
Yo Ko mandek dan mengelakan diri dari sambaran paku
paku beracun itu. Sedangkan Siauw Liong Lie menggerakan
tangan kanannya untuk merabuh paku paku beracun itu,
sehingga dia terhindar dari samberan paku itu.
Namun dengan adanya timpukan paku paku beracun itu,
telah membuat Turkichi sempat kabur agak jauh.
Yo Him yang semula tidak ikut menyerang Turkichi. waktu
melihat orang tersebut bisa meloloskan diri, cepat seperti
seekor elang tubuh Yo Him telah melompat keluar ruang
rumah makan itu.
Sambil tubuhnya masih melayang ditengah udara, tangan
kanannya bergerak dengan jurus "Ju Coan Swie Jiu"'atau
"Pukulan Menembus Air ", menghantam punggung Turkichi.
Turkichi mendengar samberan angin serangan yang deras
dan kuat, dia bermaksud mengelakan diri. Tetapi terlambat,
serangan Yo Him lebih dulu tiba dipunggungnya,
"Bukkkkk tabuh Turkichi telah terhantam cepat sekali, dia
sampai rubuh begulingan ditanah beberapa tombak jauhnya.
Dengan menahan sakit Turkichi telah berusaha untuk
merangkak bangun.
Namun waktu itu Yo Him yang tengah meluncur turun telah
menendangkan kedua kakinya dengan jurus Lian Hoan Tui
atau Tendangan Berantai, menghantam punggung Tutkichi
sampai dia terguling beberapa tombak.
Waktu Yo Him ingin menerjang maju lagi, disaat itu
Turkichi telah berguling ditanah sambil menimpukkan paku2
beracunnya.

Yo Him tidak bisa menerjang terus, dia harus mengelakkan
diri dulu dari timpukan paku2 beracun itu.
Dengan mempergunakan kesempatan itu. Turkichi telah
melompat berdiri dan melarikan diri.
Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Yo Him mengejar terus,
Turkichi yang mengetahui dirinya dikejar oleh lawan-lawannya
telah mengerahkan seluruh gingkangnya untuk berlari sekeras
mungkin.
Turkichi memang akhli Gingkang nomor satu di Mongolia!
maka dia bisa bertari dengan cepat melebihi kecepatan angin.
Namun justru kali ini yang mengejarnya juga adalah tokoh
tokoh persilatan sakti seperti Siauw Liong Lie dan Yo Ko, maka
dia tidak bisa menghindarkan diri dari pengejaran itu.
Walaupun Yo Him masih berusia muda, tetapi diapun memiliki
kepandaian yang jangat tinggi berkat ajaran dari beberapa
tokoh persilatan yang sakti sakti.
Sin Tiauw Thian Lam Yo Him merupakan jago muda yang
memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dan bermacam
ragam, memaksa Turkichi tidak bisa menghindarkan diri dari
kejaran lawan-lawannya itu.
Diantara orang orang yang banyak dijalan raya itu, semua
hanya memandang terheran-heran atas pengejaran yang
terjadi itu, tampak Turkichi telah menuju kepintu kota sebelah
barat.
Tetapi Yo Ko bertiga tetap tidak mau melepaskan dan
mengejar terus.
Siauw Liong Lie yang ingat bahwa Turkicbi merupakan
salah seorang yang enam belas tahun lalu telah meadesaknya
sampai harus terjun kejurang dilembah Kun Lun San dan
menyebabkan dia terpisah dengan Yo Him, darahnya meluap
lagi.

Dengan mengerahkan ginkangnya dia berlari secepat angin,
dan waktu tiba dipintu kota sebelah barat, Siauw Liong Lie
mengejar berada paling dekat dengan Turkichi, hanya terpisah
belasan tombak lagi.
Turkichi mengetahui itu jadi panik, dia mengempos
semangatnya dan melarikan diri terus.
Setelah kejar mengejar itu berada diluar kota yang sepi,
mereka tampak seperti juga terbang, hanya berkelebat kelebat
dalam bentuk bayangan saja.
Yo Him melihat ginkang ayah dan ibunya sempurna sekali.
Dia tidak bisa belari bersamaan dengan Yo Ko dan Siauw
Liong Lie, selalu tertinggal dibelakang kedua orang tuanya.
Sesungguhnya Yo Him tela h memiliki bahan yang baik
sekali, dia juga memiliki bermacam-macam ilmu kepandaian,
hanya yang kurang padanya adalah latihan dan pengalaman.
Setelah mengejar ratusan tombak lagi Siauw Liong Lie bisa
memperpendek jarak dia. dengan Turkichi, banya terpisah
beberapa tombak saja.
Turkichi melontarkan sesuatu kebelakangnya, menyerang
dengan paku beracunnya.
Siauw Liong Lie menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
melompat dengan ringan dan paku paku beracun itu telah
lewat dibawah kakinya.
Tetapi karena demikian, jaraknya dengar Turkichi terpisah
agak jauh lagi.
Tentu saja hal ini membuat Siauw Liong Lie kian
penasaran. Dia berlari sambil membungkukkan tubuhnya, dari
meraup batu2 kerikil kecil.
Kemudian dengan mengeluarkan suara bentakan yang
sangat keras sekali, dia telah menggerakkan tangannya
melontarkan batu batu kerikil itu, sehingga memaksa Turkichi

harus mengelakkan sambaran batu batu kerikil kecil itu,
disamping itu juga batu2 tersebut mengincar jalan darah jalan
darah yang mematikan.
Waktu itulah Siauw Liong Lie telah tiba tangan kanan
nyonya Yo ini telah diulurkan untuk mencengkeram
pergelangan tangan Turkichi, menyusul lagi kakinya juga telah
bergerak dengan cepat melakukan tendangan yang bisa
menghancurkan tulang didada Turkichi.
Serangan yang dilakukan Siuw Liong Lie bukan sekedar
serangan pancingan atau gertakan, dalam keadaan penasaran
dan marah Siuw Liong telah manyerang dengan jurus yang
bisa mematikan lawannya.
Turkichi ciut nyalinya, karena dia kini bukan hanya sekedar
menghadapi Siauw Liong Lie disamping nyonya itu masih ada
Yo Ko dan Yo Him yang kepabdaiannya juga sangat tinggi
sekali.
Setelah berhasil mengelakkan diri dengan membuang
dirinya bergulingan diatas tanah, Turkichi berusaha melompat
bangun untuk melarikan diri.
Tetapi Siauw Liong Lie telah melancarkan serangan yang
beruntun beberapa kali. sehingga mendatangkan angin yang
menderu-deru. Turkichi terpaksa melawan nyonya yang
tengah diliputi kemarahan ini.
Serangan serangan Siauw Liong Lie telah menghambat
Turkichi melarikan diri. dan waktu itu Yo Ko dan Yo Him telah
tiba juga.
Tanpa mengucapkan apa apa Y o Ko telah melompat maju
tangan tunggalnya itu telah diulurkan dan "Wuttttt!" dia
berhasi1 mencekal tangan Turkichi, dan sekali dia
menggentak, maka dia telah membuat Turkichi jadi jumpalitan
bergulingan ditanah.

Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Yo Him berhenti menyerang,
mereka telah memandang Turkichi dengan sikap mengancam.
,Engkau harus memberikan keterangan selengkapnya
kepada kami, berapa banyak orang orang Mongolia yang telah
menyelusup masuk kedalam daratan Tionggoan?" kata Yo Ko
dengan suara yang dingin.
Sedangkan Siauw Liong Lie hanya mendengus bebetapa
kali, dia telah berkata kemudian dengan suara yang perlahan:
"Enam belas tahun yang lalu disebabkan engkau sebagai!
salah satu penyebabkannya telah membuat kami ibu dan anak
harus berpisah..... maka sekarang jika engkau tidak mau
bicara dengan segera dan mempersulit kami. hemmm,
hemmml hemmm, aku tidak akan segan segan untuk
membinasakanmu! Katakan, di mana berkumpulnya Tiat To
Hoat-ong dan yang lainnya?”
„Tiat-to Hoat-ong….Tiat To Hoat Oog... ..." suara Turkichi
tergagap.
„Jsngan engkau mempersulit dirimu sendiri, kami bisa saja
memaksa. cngkau bicara dengan berbagai jalan ! Jika engkau
tidak mau mengatakannya, kami bisa memaksanya dengan
cara kami !” ancaman Yo Ko waklu melihat Turkichi ragu2.
“Dan engkau jangan sekali2 bermaksud untuk berdusta. !”
Muka Turkichi menjadi pucat dan dia tampaknya
kebingungan. Untuk menghadapi Siauw Liong Lie, Yo Ko dan
Yo Him jelas dia tidak akan sanggap, dan dia tengah
terkepung seperti ini tentu saja membuat dia jadi bingung.
Meloloskan diri tidak bisa dan sekarang dia dipaksa untuk
bicara mengenai keadaan kawan kawannya, memang dia
tengah terdesak sekali.
Di saat itu Yo Him telah ikut berkata: "Jika dia tidak mau
bicara Thia (ayah), sudah patahkan saja tangannya biar aku
yang melakukannya, ..!" dan sambil berkata begitu, Yo Him
melangkah miju untuk menghampiri Turkichi.

Turkichi jadi semakin pucat.
Dia tahu, apa yang dikatakan oleh Yo Him bukan gertak
sambel belaka, tetapi memang merupakan kenyataan'yang
bisa saja di lakukan oleh Yo Him mengingat usia pemuda ini
yang masih muda dan memiliki tekanan darah panas.
Tetapi Yo Ko telah mengulurkan tangannya, dia mencekal
pergelangan tangan Yo Him, sambil katanya: "Biar lihat dulu
dia mau bicara atau tidak....!"
Turkichi benar2 telah terjepit, dan dia tidak tahu apa yang
harus dilakukannya.
“Cepat beritahukan, dimana berkumpulnya kawan
kawanmu, termasuk Tiat To Hoit Ong.:..!"bentak Siauw Liong
Lie
„Kami berpisah beberapa hari yang lalu...." menyahuti
Turkichi kemudian. "Dan kami telah mengambil arah yang
berlawanan, maka kami tidak mengetahuinya.... dimana Tiat
To Hoat Ong berada kini. Dia berangkat menuju ke Mongolia
untuk memberi laporan kepada Khan kami...!"
Meudengar perkataan Turkichi itu, Yo Ko tertawa dingin. .
„Kau kira kami ini bocah2 ingusan yang mudah kau akali
begitu saja?" tanya Yo Ko dengan suara yang dingin dan
mukanya memperlihatkan kemarahan. “Jika engkau masih
mau main2 dengan dustamu itu, hemmm, aku tidak akan
segan-segan turunkan tangan jahat kepa damu....!"
Turkichi ragu2 lagi, dia coba membela diri sambil katanya"'
Aku....aku telah bicara dari hal yang sebenarnya...!"
„Aku akan menghitungnya sampai tiga-..!” kata Yo Ko. "Jika
engkau masih tidak mau bicara, jangan persalahkan jika kami
membawa cara kami sendiri untuk memaksa engkau
bicara…..!”

„Hemmm, sekarang memang kalian berada diatas angin.
Aku telah bicara dari hal yang sebenarnya, tetapi kalian
menganggap aku berdusta. Dalam hal isi aku memang tidak
berdaya, terserah kepada kalian saja...,!'' tantang Turkichi
akhirnya dengan nekad.
Yo Ko tertawa dingin.
„Hemmm, aku mau lihat engkau mau bicara atau tidak
sekarang ini …..!” dan Yo Ko bukan hanya sekedar berkata
saja, dia telah mergulurkan tangan kanannya, tahu tahu dia
telah menotok jalan darah Ju-siang-hiat dibelikat bahu
Turkichi.
Bcgitu tertotok jalan darahnya, segera Turkichi meraung
kesakitan, karena dia merasakan seluruh tubuhnya seperti
juga digerayangi semut.
Dengan cepat Turkichi menjerit "Bebaskan aku dari
totokanmu.... bebaskan aku....' aku akan bicara.... aku akan
bicara. . .!"
„Bicara, nanti aku membebaskan!" kata Yo Ko dengan nada
yang dingin. "Beri tahukan kepada kami, dimana sekarang
beradanya Tiat To Hoat-ong dan kawan kawanmu yang
lainnya?!"
,,Yang.... aku ketahui mereka akan menyambut pasukan
Khan dikota Siargyang....! menyahuti Turkichi. "Aduhhh....
aduhhh.. bebaskan totokanmu itu.... bukankah aku telah
bicara...."
Dan sambil berkata begitu, Turkichi te lab bergulingan di
atas tanah, karena dia merasakan betapa sekujur tubuhnya
sakit sakit, Dia meraung raung dengan suara yang
menyayatkan.
'Bunuh saja aku . ..bunuh saja aku, jangan menyiksa aku
dengan cara seperti ini .... bunuh saja aku ....!" teriak Turkichi
dengan suara yang sangat menyayatkan, rupanya perasaan

sakit yang dideritanya itu sudah tidak sanggup untuk diatasi
dan ditahannya.
Tetapi Yo Ko telah berkata lagi : "Kau bicara dulu, baru aku
akan membebaskan engkau ! Bicara dulu seluruhnya
keterangan yang kami butuhkan. . . , . . !'"
"Ya. ya aku akan bicara . .. aku aku akas bicara, aduhh
aduh....!" Berseru seru Turkichi sambil bergulingan.
Melihat itu Siauw Liong Lie telah berkata pada Yo Ko,
suaranya perlahan : "Ko-jie bebaskan dulu dia, biarlah dia
bicara dulu, kalau memang dia hendak mempermainkan kita
dengan keterangan palsunya, maka disaat itu barulah kita
menyiksa dia dengan berbagai cara dan
membinasakannya.....!''
Yo Ko mengangguk, dia mengambil sebutir batu kerikil dan
melontarnya mengenai tepat sekali jalan darah Su sie hiat,
sehingga totokan Yo ko- tadi telah terbuka dan terbebaslah
Turkichi dan pengaruh totokan yang begitu menyakitkan.
"Sekarang bicaralah ingat sekali saja engkau berpikir untuk
main gila mendustai kami hemmm. hemmm, disaat itu aku
tidak akan tanggung tanggung lagi turun tangan !"'
Turkichi menarik napas dalam-dalam, tampaknya dia baru
bisa bernapas lega, tidak merasakan sakit seperti pada waktu
beberapa sa at yang lalu.
"Keterangan apa yang kalian hendak tanyakan !" tanya
Turkichi kemudian dengan muka yang pucat.
Jelaskan seluruh rencana dari Khan Mongolia itu, apa yang
akan dilakukannya dan apa yang sedang dikerjakannya
sekarang ini……!”
Turkichi ragu ragu, dia bimbang, sekali.

"Cepat katakan, sekali saja aku menggerakkan tanganku,
maka engkau akan tersiksa lagi seperti tadi, bahkan lebih
hebat ... ..!” bentak Yo Ko.
“Khan. . Khan kami bermaksud menyerang kerajaan Song
ini….. diakhir tahun ini'" kata Turkichi kemudian.
“Dan, berapa bcsar kekuatan yang akan di kerahkan ?”
tanya Yo Ko lagi.
"Ha! ini aku tidak mengetahuinya ..... karena aku hanya
diberi tugas untuk mencari kontak saja dengan jago-jago
daratan Tionggoan agar kami bisa bekerja sama dan
menyambut kedatangan Khan….. !'
“Berapa banyak
jago-jago yang
telah sempat kau
hubungi dan
bersedia untuk
berkhianat dan juga
siapa-siapa saja
nama mereka ?
Ditanya begitu,
Turkichi benar
benar ragu ragu,
dia sampai berdiam
diri sekian lama.
“Engkau ingin
keras kepala seperti
tadi ?” bentak Yo
Ko.
Ditanya begitu,
muka Turkichi jadi
tambah pucat,
dengan sikap masih ragu-ragu dia telah berkata ; "Mereka itu
... mereka itu.

Tetapi baru saja Turkichi berkata sampai disitu, terdengar
suara tertawa bergelak-gelak yang panjang sekali.
Yo ko mengerutkan alisnya, nada suara tertawa itu
mengandung nada kesesatan.
Dan muka Turkichi seketika bersinar, tampaknya dia girang
mendengar suara ketawa itu, yang mungkin dikenalnya
sebagai suara kawan kawannya.
Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Yo Him telah melihat perobahan
wajah Turkichi, maka Yo Ko telah mendengus dingin: "Siapa
kawanmu itu? Jika dia datang, jangan harap engkau bisa
tertolong, karena isteriku akan melayaninya., sedangkan aku
tetap akan menyiksamu .. !"
“Tidak semudah itu! Tidak semudah itu!' terdengar suara
orang berkata dengan nada yang angkuh sekali.
Yo Ko bertiga terkejut juga, karena suara itu terdengar dan
jarak yang cukup jauh, namun bisa terdengar jelas oleh
mereka, maka hal itu telah membuktikan bahwa orang yang
bicara itu adalah seorang yang telah memiliki lwekang
sempurna.
Yo Ko mengempos semangatnya, kemudian dia berkata
dengan suara yang disertai lwekangnya: "Siapa orang yang
hanya berani memperdengarkan suara tetapi
menyembunyikan ekor? Keluarlah mari kita bicara....!"
„Ha, ha, ha, aku bukan menyembunyikan ekor, jika aku
keluar memperlihatkan diri, tentu kalian akan terkejut dan
mati karena kaget... !" terdengar suara jawaban dari arah
yang jauh sekali, tetapi setiap patah kata terdengar sangat
jelas sekali.
Dan berbareng dengan habisnya suara itu tampak dari
kejauhan sesosok tubuh yang tengah berlari lari dengan
gerakan yang gesit sekali. Dan dalam sekejap mata, sosok

tubuh itu, yang berukuran tinggi besar, telah berada.
dihadapan Yo Ko bertiga.
Dialah seorang asing, jika dilihat wajah tentunya orang
Mongolia dengan! hidungnya yang mancung, muka yang kasar
dan juga tubuhnya yang tinggi besar itu, memperlihatkan
tenaga dan semangatnya sangat kuat. Namun yang
mengherankan, biasanya jika seorang akhli gwakang (akhli
luar) memang memiliki ukuran tubuh yang besar dan berotot
kuat. Namun orang ini justeru bentuk tubuhnya seperti
seorang akhli gwakang sedangkan sesungguhnya dia seorang
akhli lweekhe. akhli tenaga dalam, tenaga lunak.
Yo Ko tidak mengenal siapa orang ini, hanya melihat orang
tersebut telah berdiri di hadapan mereka, dengan suara yang
dingin Yo Ko telah bertanya: “Siapa namamu, mengapa
engkau berkeliaran didaratan Tionggoan tentu engkaupun
oranya Khan kalian, bukan?"
Ditegur begitu, oratig yang bertubuh tinggi besar itu
tertawa bergelak gelak, tampaknya dia memandang rendah
dan meremehkan Yo Ko bertiga, yang seperti tidak dipandang
sebelah mata.
„Tepat! Sungguh tepat perkataanmu! Memang aku orang
kepercayaan dari Khan yang agung, Khan kami yang memiliki
kekuasaan yang sangat besar....! Aku Ciu Tie Tamitai dan
memang aku ingin berkeliaran didaratan Tionggoan! Katakan,
jika aku ingin beikeliaran begitu, apa yang hendak kalian
lakukan'?"
Yo Ko jadi mendongkol melibat sikap orang yang ugal
ugalan
„Apakah engkau kira semudah itu untuk berkeliaran
didaratan Tionggoan dengan maksud menimbulkan kekacauan
dan huru hara?"
„Eh, engkau terlalu banyak bicara saja, buntung," kata
orang itu sambil mengebutkan lengan jubahnya.

Dan lengan jubahnya itu meluncur angin yang sangat kuat,
membuat Yo Ko jadi terkejut,.Yo Ko menancapkan kedua
kakinya dengan kuda2 seribu kali, untuk berdiam diri terus
ditempatnya, tetapi kibasan dari orang itu telah membuat
tubuh Yo Ko terhuyung sedikit kebelakang.
Hal itu bukan mengejutkan Yo Ko saja bahkan Siauw Liong
Lie dan Yo Him juga jadi terkejut. Mereka mengetahui bahwa
Yo Ko merupakan tokoh sakti yang sulit dicari tandingannya
lagi dimana-mana. Tetapi orang Monggolia itu, yang mengaku
bernama Ciu Tie Tamtai, dengan hanya mengebut perlahan
saja telah bisa menggugurkan kuda-kuda kaki Yo Ko, sudah
merupakan kejadian yang langka dan jarang terjadi.
Yo Ko sendiri telah berobah mukanya, dia berkata dengan
dingin : "Hebat ! Rupanya engkau memang memiliki sedikit
kepandaian, sehingga berani membrutal didaratan Tionggoan
....!” dan setelah berkata begitu, tampak Yo Ko telah
menggerakkan lengan tunggalnya, dia mengebut sama seperti
halnya orang itu, dimana Ciu Tie Tamtai merasakan
gelombang angin mendorong dia sangat kuat.
Tetapi orang Monggol ini telah tertawa bergelak gelak, dia
merangkapkan kedua tangannya, dan tubuhnya tidak
bergeming sedikitpun juga, dia malah menerima serangan Yo
Ko dengan kekerasan.
Tubuh Yo Ko kembali tergoncang, walau pun tidak sampai
mundur seperti tadi.
Hal itu lelah membuktikan bahwa ketuatan lwekang orang
Mongolia itu tidak berada dibawah Yo Ko, kemungkinan
berada diatasnya.
Siauw Liong Lie cepat2, bersiap sedia untuk membantu
suaminya jika Yo Ko terdesak oleh Ciu Tie Tamtai.
Tetapi Yo Ko setelah tubuhnya terguncang, mengeluarkan
suara tertawa . tahu2 tubuhnya bergerak cepat sekali, dia
telah melompat sambil mengayunkan tangan kirinya itu

melancarkan serangan dengan jurus “Naga keluar dari liang,"
untuk menghajar bahu Ciu Tie Tamtai.
Tetapi Ciu Tie Tamtai tidak bergeser sedikitpun. dari
tempat berdirinya.
Melihat datangnya serangan Yo Ko, justru dia berdiri tegak,
dan dia menyambuti serangan itu dengan mengangkat tangan
kirinya menangkis dengan kekerasan.
„Bukkk....!" kali ini bukan Yo Ko yang terhuyung, tetapi
justru Ciu Tie Tamtai yang telah tergoncang dari tempat
berdirinya dan mundur tiga langkah. Belum dia sempat untuk
berdiri tetap, Yo Ko telah menerjang lagi dengan dua jurus
serangan yaitu "Naga merebut mutiara”, dibarengi dengan
jurus "Naga Mengibas ekor” Tangan kirinya menyambar akan
mencengkeram dada lawan, sedangkan tangan kanannya
yang buntung, hanya mempergunakan lengan bajunya saja
untuk mengebut keatas kepada Ciu Tie Tamtai.
Kebutan lengan baju tangan kanan Yo Ko yang kosong itu
bukan gerakan yang sembarangan karena pada kain lengan
baju itu telah diselubungi oleh kekuatan lwekang yang hebat
sekali, sehingga lengan baju itu telah berubah keras seperti
baja.
Maka jika lengan baju kanan Yo Ko berhasil mengenai
kepala Ciu Tie Tamtai jangan harap dia bisa selamat, batu saja
akan hancur bila terserang lengan baju kanan dari Yo Ko.
Ciu Tie Tamtai juga tampaknya terkejut menyaksikan
serangan Yo Ko itu.
Tadi ia menduga Yo Ko tentu berada disebelah bawah
kepandaiannya. Dia merupakan guru dari Kim Lun Hoat ong
dan Tiat To Hoat ong. yang semula sudah tidak mau
mencampuri urusan duniawi lagi, dimana dia hidup menyendiri
disebuah daerah yang sepi sekali ditanah Mongolia dan
disebut sebagai "Manusia Sakti Tanpa Ujud”, karena

kepandaiannya yang telah mencapai tarap yang sangat tinggi
sekali.
Bisa dibayangkan, jika Kim Lun Hoat ong (yang telah binasa
didalam Sin Tiauw Hiap Lu) dan Tiat To Hoat ong sudah
begitu tinggi dan sulit untuk dihadapi, apalagi guru dari kedua
pendeta itu.
Manusia sakti tanpa Ujud Ciu Tie Tamtai itu memang
memiliki adat yang aneh, Kedua muridnya itu menjadi
pendeta, tetapi dia sendiri tidak terikat oleh segala sesuatu
apapun juga, dimana yang dia senangi pasti akan
dikeluarkannya.
Tetapi karena dia memang sudah tidak pernah muncul
didalam pergaulan masyarakat ramai, dengan sedirinya
namanya akhirnya dilupakan orang.
Hanya selelah Kim Lun Hoat-ong binasa dan Tiat To Hoat
ong telah mengirim berita itu kepada. Kublai Khan, Khan yang
baru ini telah mengutus orang mengundang Manusia sakti
Tanpa Ujud ini untuk datang menghadap ke istana, dan
memberitahukan kematian Kim Lun Hoat Ong sambil
memberikan kata-kata yang 'membakar' yang membuat
Manusia Sakti Tanpa Ujud Ciu Tie Tamtai diliputi kemarahan
dan meminta kepada Khan yang agung itu agar memberikan
perintah kepadanya untuk mengacak-acak daratan Tionggoan.
Kublai Kban memang jauh lebih cerdik dari Mangu (kaisar
Mongolia yang mati tertimpuk batu oleh Yo Ko), dan dia telah
memberi printah dan kekuasaan kepada Ciu Tie Tamtai,
dimana Ciu Tie Tamtai diberikan kekuasaan untuk mengatur
seluruh orang orang Mongolia yang berada didaratan
Tionggoan yang berhasil menyusup, agar dihimpun dan
dipimpinnya.
Dengan kekuasaan besar tiada taranya itu Ciu Tie Tamtai
jadi terbangun semangatnya dia jadi ingin melihatnya berapa
banyak jago2 yang ada didaratan Tionggoan.

Berangkatlah dia kedaratan Tionggoan, dan bertemu
dengan Tiat To Hoat ong, yang kebetulan waktu itu tengah
melarikan diri dari Hoa san.
Mendengar keterangan dari Tiat To Hoat ong, yang juga
menambah nambahkan bumbu pada ceritanya, telah membuat
sang guru semakin bergelora semangatnya untuk bertemu
dengan jago jago daratan Tionggoan.
Kebetulan hari ini justru dia melihat Turkichi salah seorang
anak buahnya tengah disiksa oleh Yo Ko dan dia sudah bisa
menerkanya orang yang lengan tangan kanannya buntung itu
tentunya Sin Tiauw Taihiap Yo Ko yang sangat terkenal itu.
Sekarang dia telah merasakan hebatnya tenaga dalam Yo
Ko, diam2 dia jadi terkejut, tetapi dia tidak mau.
memperlihatkan suara tertawa dingin, katanya tawar: "Bagus!
Bagus! Rupanya engkau memang memiliki kepandaian yang
lumayan dan layak menjadi lawanku...!" dan setelah berkata
begitu, dengan cepat Ciu Tie Tamtai mengeluarkan suara
erangan perlahan, dan kemudian dia mengeluarkan tangan
kananrya, dari mana telah meluncur angin serangan yang kuat
sekali, dibarengi dengan itu tangan kirinya juga telah bergerak
akan mencengkeram batok kepala Yo Ko.
Dua serangan yang berlainan arah itu tetapi datangnya
serentak cukup mengejutkan Yo Ko.
Dengan gesit Yo Ko mengelakkan diri dari terjangan itu,
dengan gerakan "Naga mengibas Ekor,” tampak tangan kirinya
telah menyampok kearah kepala Ciu Tie Tamtai lagi.
Terpaksa Ciu Tie Tamtii melompat mundur untuk
mengelakkan diri dan batalkan kedua serangannya.
Ciu Tie Tamtai jadi semakin penasaran, dia mengeluarkan
suara erangan lagi, dan melancarkan serangan yang lebih kuat
dari tadi, bahkan dengan gerakan seperti jurus didaratan
Tionggoan yang biasanya dinamakan: “Memandang Rembulan
Dari Loteng" dengan kecepatan yang sulit diikuti oleh

pandangan mata, tampak Ciu Tie Tamtai telah melancarkan
serangan-serangan yang memiliki kekuatan bisa
menghancurkan besi atau batu gunung.
Tetapi Yo Ko mana mau membiarkan dirinya diserang terus
terusan. Cepat-cepat dia menggeser kaki kirinya, ditekuk
sedikit dan dia mempergunakan gerakan "Naga Melingkari
Tiang", dimana dia telah membebaskan diri dari serangan
lawannya dan juga balas menyerang jurus jurus "Naga
Melompat Diawan", disusul dengan jurus-jurus “Naga
Mengeluarkan Lidah", kedua jurus itu telah meluncur dahsyat
sekali menghantam lawannya.
Ciu Tie Tamtai memang yakin bahwa dirinya seorang sakti
yang sudah tidak ada tandingannya, maka walaupun dia
melihat serangan Yo Ko hebat sekali, dia tidak berusaha
berkelit, hanya dia menyambut dengan kekekerasan.
Waktu tangan Yo Ka yang kiri membentur tangan
lawannya, Ciu Tie Tamtai jadi terkejut sekali, dia sampai
mengeluarkan suara seruan tertahan karena heran.
Tangan atau serangan Yo Ko lunak tidak mengandung
kekuatan apapun juga, sehingga waktu tangan Ciu Tie Tamtai
beradu dengan tangan Yo Ko, dia seperti menggempur
tumpukan kapas. lenyaplah kekuatan tenaga serangannya.
Dan diwaktu dia tengah terheran heran tahu tahu
bergelombang keluar dan telapak tangan kiri Yo Ko. Kekuatan
angin yang benar-benar dahsyat menerjang kepada Ciu Tie
Tamtai.
Memang kedua orang yang kali ini saling mengadu
kepandaian dan kekuatan, merupakan dua orang tokoh
persilatan yang masing masing merupakan jago tersakti dari
dua negeri. Jika yang seorang merupakan super sakti dari
daratan Tionggoan, sedangkan yang seorangnya lagi
merupakan jago sakti tidak terkalahkan dari Mongolia.

Maka pertempuran mereka berdua kali ini seperti juga
sepasang naga yang saling menerjang memperebutkan
mustika. Mereka bertempur dengan gerakan gerakan yang
semakin lama semakin cepat.
Yo Him sendiri yang menyaksikan pertempuran itu sampai
berkunang kunang matanya, karena dia melibat ayahnya dan
Ciu Tie Tamtai bertempur bergerak-gerak dengan cepat sekali,
tubuh mereka seperti juga dua sosok tubuh yang merupakan
gumpalan warna baju saja.
Saat itu, tiba-tiba Siauw Liong Lie telah membentak : "Mau
lari kemana kau dan tubuh Siauw Liong Lie telah melompat
cepat sekali, dengan gerakan "Walet Menerjang Air" dia telah
meluncur menghantam punggung Turkichi.
Rupanya, disaat semua orang tengah tercurah perhatiannya
pada pertempuran yang terjadi antara Yo Ko dengan Ciu Tie
Tiamtai, kesempatan itu dipergunakan oleh Turkichi sebaik
baiknya. Mula mula dia menggeser kedudukan kakinya,
setelah dua tombak lebih, dia membalikan tubuhnya untuk
melarikan diri dari tempat tersebut.
Tetapi sayangnya, biarpun Siauw Liong Lie tengah
mcmperhatikan suaminya yang bertempur dahsyat dengan Ciu
Tie Tamtai, tokh pendekar wanita ini tetap memasang mata
kepada Turkichi.
Turkichi merasakan dari arah belakangnya yelah
menyambar kuat sekali angin serangan maka dia memutar
tubuhnya untuk menangkis karena kalau dia meneruskan
larinya, niscaya dia akan terhajar punggungnya oleh serangan
yang kuat dari Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie te!ah mempergunakan juru.”WaIet
Menerjang Air", dan pukulan yang dipergunakan itu
mengandung kekuatan lwekang yang akan mematikan jika
mengenai sasarannya.

Diantara berkesiuran angin serangan itu, nampak tangan
Turkichi telah menangkis serangan Siauw Liong Lie. Karena
Turkichi menangkisnya dengan tergesa-gesa, maka ia tidak
menggunakan seluruh tenaga lwekangnya. Begitu tangannya
saling bentur, tubuh Turkichi terpental dua tombak lebih dan
bergulingan di atas tanah.
Siauw Liong Lie melompat dan meluncur lagi dan
melancarkan serangan kepada Turkichi. Tetapi tiba-tiba dari
arah samping meluncur sebutir batu yang akan menghantam
pinggang pendekar wanita itu.
Batu kerikil itu meluncur bukan dengan tenaga yang ringan,
karena batu itu telah menimbulkan suara yang berkesiuran
keras sekali.
Siauw Liong Lie kaget dan cepat cepat membatalkan
maksudnya untuk melancarkan gempuran kepada Turkichi, dia
telah rnemutar tanganya dan menyambut batu itu dengan
kedua jari tangannya.
Kemudian dari arah samping dari mana tadi datangnya
batu itu, tampak melompati keluar sesosok tubuh, seorang
pendeta Mongolia.
„Kau?" kata Siauw Liong Lie dengan kemarahan yang
seketika meluap. "Kebetulan! sekali, justru kami memang
tengah mencari-cari kau....!"
Pendeta yang baru datang itu telah mengeluarkan suara
tertawa bergelak gelak dia tak lain dari Tiat To Hoat-ong.
„Guru, mereka inilah yang telah membinasakan Kim Lun
dan juga telah merubuhkan aku. Mereka juga yang
mengatakan bahwa] Manusia Sakti Tanpa Ujud Ciu Tie Tamtai
merupakan manusia tahu yang tidak punya guna.....!"
ternyata Tiat To Hoat-ong yang cerdik itu telah
mempergunakan kesempatan ini untuk membakar gurunya.

Ciu Tie Tamtai mengeluarkan suara gerengan keras. Dia
makin marah sekali kepada Yo ko serangannya jadi jauh lebih
kuat lagi.
Yo Ko agak kewalahan menerima serangan2 yang
dilakukan oleh lawannya yang tangguh ini. Kepandaiannya
memang mungkin berimbang tetapi ada suatu yang
dimenangkan diatas kepandaian Yo Ko, yaitu Ciu Tie Tamtai
memiliki latihan lwekang yang kuat dan sempurna dicampur
dengan tenaga yoga, sehingga kekuatannya menjadi lebih
hebat.
Diserang bertubi tubi dengan disertai tenaga lwekang yang
jauh lebih kuat dari semula, Yo Ko jadi sibuk juga. Berulang
kali dia harus mengelakkan diri dan memperhatikan cara
lawannya itu melancarkan serangan, karena Yo Ko ingin
mencari kelemahan lawannya. Siauw Liong sendiri tidak mau
memberi kesempatan kepada Tiat To Hoat ong. waktu
pendeta itu tengah berkata-kata kepada gurunya, justru Siauw
Liong Lie telah menyerang pendeta itu dengan
mempergunakan jurus 'Awan Menutup matahari," tangan
kanannya meluncur dengan setengah ditekuk, dia telah
meluncurkan tangan kirinya untuk mencengkeram perut
lawannya.
Tiat To Hoat Hong tidak jeri, dia malah mengeluarkan suara
tertawa mengejek:
Melihat datangnya serangan tangan kanan Siauw Liong Lie
yang setengah tertekuk begitu, dia telah mendekkan diri dan
perutnya dikempiskan, sehingga jarak antara tangan Siauw
Liong Lie dengan perutnya jadi terpisah, sedangkan tangan
kiri pendeta itu telah bergerak; melancarkan serangan yang
memiliki kekuatan tidak kalah dibandingkan dengan serangan
Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie penasaran sekali melihat lawannya,
berhasil mengelakkan diri dari serangannya itu, dia

mengeluarkan suara bentakan dan tangan kirinya telah
mengulangi serangannya.
Kali ini Tiat To Hoat ong tidak bisa mengelakkan diri,
sehingga dia harus menangkis dengan tangan kanannya,
kedua tenaga saling bentur dengan kuat sekali menimbulkan
suara menggelegar keras dan menulikan pendengaran, karena
selain Siauw Liong Lie mempergunakan kekuatan tenaga yang
sangat hebat, juga Tiat To Hoat-ong dalam menangkisnya
telah mempergunakan lwekangnya sebanyak sembilan bagian.
Turkichi yang melihat munculnya Tiat To Hoat ong, jadi
girang. Jika tadi dia ingin melarikan diri, karena dia belum
begitu yakin bahwa Ciu Tie Tamtai akan memperoleh
kemenangan melawan Yo Ko. Tetapi sekarang disaat Siauw
Liong Lie tengah dilibat oleh Tiat To Hoat-ong, Turkichi jadi
besar hatinya. Dia tidak bermaksud untuk melarikan diri lagi,
melainkan dia telah berdiri menyaksikan jalannya pertempuran
diantara dua pasang jago-jago yang memiliki kepandaian
sempurna itu.
Yo Him juga telah melihat, betapa kedua pasang orang
yang tengah bertempur itu merupakan pertempuran dari
tokoh-tokoh kelas tinggi yang sulit dicari bandingannya.
Tangannya jadi gatal juga, dia melirik ke arah Turkichi
kemudian dengan cepat dia melompat mendekati Turkichi
sambil katanya "Mari kita juga main.”
Dan Yo Him bukan hanya sekedar berkata saja, karena dia
telah menyerang dengan jurus'' Naga keluar dari liang,"
disusul lagi dengan gerakan "Naga merangsang maju
memasuki liang," dia telah melancarkan serangan saling susul
dengan dahsyat sekali, karena memang Yo Him memiliki
keistimewaan dimana dia bisa menggabungkan tenaga Yang
dan Im (panas dan dingin) menjadi satu, dia hanya kurang
latihan, tetapi kekuatan lwekangnya telah mencapai taraf yang
cukup tinggi.

Tuikichi melihat usia Yo Him yang masih muda, dia tidak
memandang sebelah mata. Dia menduga, anak semuda ini
mana bisa memiliki kepanlaian yang tinggi? Maka waktu
melihat datangnya dua jurus serangan yang saling susul oleh
Yo Him, Turkishi telah mengerahkaa kekuatan lwekangnya
dan menangkisnya.
“Bukkkkkk !" memang Turkichi berhasil menangkisnya,
tetapi tubuhnya segera terlempar melayang ditengah udara
dan terbanting ditanah terus pingsan tidak sadarkah diri
dengan mulut dan hidung mengeluarkan darah segar !
TIAT TO HOAT ONG yang melihat apa yang dialami oleh
Turkichi jadi terkejut, ia mengeluarkan suara meraung dan
mempergunakan kedua telapak tangannya untuk menghantam
kepada Siauw Liong Lie, Gerakan yang dilakukannya itu
merupakan serangan yang bisa mematikan, karena pendeta
tersebut telah mempergunakan sembilan bagian dari kekuatan
tenaga lwekang yang dimilikinya. Dan membarengi waktu
Sianw Liong Lie berkelit dari samberan tangannya, tampak
pendeta Mongolia tersebut telah menggerakkan tangan
kanannya, dimana tahu-tahu dia telah mencabut goloknya
yang bsrwarna hitam itu, secerah sinar hitam berkelebat
menyambar kearah batang leher Siauw Liong Lie.
Bacokan yang dilakukan oleh Tiat To Hong dengan golok
pusakanya tersebut merupakan bacokan yang memiliki
gerakan aneh sekali. karena goloknya itu berkelebat kelebat
kesana kemari dengan sasaran yang sulit diduga.
Walaupun tampaknya mata golok pusaka tersebut
menyambar kearah leher Siauw Liong Lie, namun ia
sebenarnya hendak menebas batang leher Siauw Liong Lie,
karena waktu terpisah empat dim dari sasarannya Tiat To
Hoat-ong telah menggetarkan tangan kanannya itu golok
hitam tersebut bagaikan kilat cepatnya tahu tabu telah
membacok menurun, mulai dari dada kearah paha.
-oo0dw0ooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Jilid : 31
SIAUW LIONG LIE jadi terkejut, karena semula ia menduga
bacokan itu hanya menuju kebatang lehernya dan ia
bermaksud berkelit sambil membalas melontarkan pukulan
telapak tangannya. Tetapi melihat perobahan pada cara
membacok pendeta Mongolia tersebut, membuat Siauw Liong
Lie dalam waktu hanya beberapa detik tersebut harus
merobah gerakannya. Dengan mcnjejakan kedua kakinya,
tubuhnya melambung ketengah udara dengan ringan, dan ia
mempergunakan kedua telapak tangannya untuk menghantam
kepala Tiat To Hoat ong. Karena lawan yang tengah dihadapi
tersebut merupakan tokoh Mongolia yang memiliki kekosenan
yang tengah, dengan sendirinya Siauw Liong Lie dalam
memukul tersebut berlaku tidak sungkan2 lagi.
Tiat To Hoat ong melihat bacokannya yang aneh itu gagal,
cepat cepat hendak menarik pulang goloknya, tetapi baru saja
dia memiringkan tubuhnya menghindar dari pukulan telapak
tangan Siauw Liong Lie dan hendak menarik pulang goloknya,
diwaktu itulah tangan kiri Siauw Liong Lie menyambar
menurun, tahu tahu telah menjepit tepian punggung golok
dari Tiat To Hoat-ong.
Jepitan jari tangan Siauw Liong Lie pada golok Tiat To
Hoat-ong tersebut bukan sekedar jepitan biasa, karena
melebihi kekuatan japit besi. Tiat To Hoat-ong juga merasakan
goloknya itu tidak bisa digerakan, walaupun ia telah menarik
pulang dengan mengerahkan tenaga lwekangnya.
Kedua orang ini jadi saling tarik. Siauw Liong Lie menjepit
golok lawannya dengan mempergunakan tenaga sinkangnya,
sehingga, golok itu tidak bisa bergeming. Sedangkan Tiat To
Hoat-ong bermaksud hendak menarik pulang goloknya
melepaskan jepitan jari tangan Siauw Liong Lie. Dengan

demikian, kedua tokoh persilatan yang masing2 memiliki
kepandaian dan sinkang yang tinggi tersebut, telah saling
memusatkan dan mempergunakan tenaga lwekang mereka
guna saling menarik, agar dapat menguasai lawannya.
Siauw Liong Lie mendengus dingin tahu tahu nyonya Yo Ko
tersebut telah menjejakkan kakinya pula, tubuhnya melompat
ringan sekali ketengah udara dengan jari tangan menjepit
golok lawannya. Dan tangan kirinya digerakan menghantam
kebatok kepala Tiat To Hoat ong.
Itulah hantaman yang hebat sekali. Goloknya tengah dijepit
oleh jari tangan Siauw Liong Lie, sehingga Tiat To Hoat ong
tidak bisa berkelit dengan leluasa, apa lagi pukulan telapak
tangan kiri Siauw Liong Lie menyambar begitu kuat dan juga
sangat cepat. Tetapi sebagai seorang ahli silat, yang memiliki
kepandaian sangat tinggi, dengan sendirinya Tiat To Hoat ong
tidak mau menyerah begitu saja. Ia pun tidak mau
melepaskan golok hitamnya tersebut dia memusatkan
kekuatan tenaga yoga-nya pada batok kepalanya untuk
membuat kepalanya itu keras melebihi besi, kemudian dingin
mengeluarkan suara erangan keras, tanpa menantikan
datangnya serangan yang dilakukan Siauw Liong Lie, ia telah
menundukan kepalanya dan menyundul kearah perut dari Yo
Hujin tersebut.
Apa yang dilakukan oleh Tiat To Hoat ong tersebut
merupakan perbuatan yang nekad, karena ia seperti juga ingin
binasa bersama. Dengan demikian, terlihat, ia sama sekali
tidak memperhatikan pukulan telapak tangan kiri Siauw Liong
Lie yang bisa mematikannya, yang terpenting baginya iapun
bisa menyeruduk perut dari nyonya Yo tersebut, agar dapat
merusak isi perut nyonya tersebut.
Siauw Liong Lie terperanjat, karena ia menyadari tidak ada
keuntungan buatnya jika mereka terbinasa bersama. Tanpa
menanti serudukan Tiat To Hoat ong tiba, nyonya Yo tersebut
telah melepaskan jepitan jari tangannya pada golok lawannya,

dan membatalkan pukulan telapak tangan kirinya, tubuhnya
terjumpalitan kebelakang, berpoksay sampai tiga tombak
jauhnya.
Tiat To Hoat ong juga telah menghentikan serudukan
kepalanya waktu melihat Siauw Liong Lie melepaskan jepitan
jari tangan pada goloknya itu dan niembatalkan pukulan
telapak tangan kirinya, Namun disebabkan tadi Tiat To Hoat
ong telah menyeruduk dengan kekuatan yang penuh,
tubuhnya terhuyung juga, tidak bisa ia berdiri tetap dan
rnenghentikan serudukannya itu tiba-tiba begitu.
Siauw Liong Lie tidak mau membuang-buang waktu lagi,
ketika melihat Tiat To Hoat ong belum bisa berdiri tetap, ia
telah menjejakan kakinya, disaat kakinya itu meluncur turun
akan menginjak tanah, ia menotol dengan keras. tubuhnya
melambung lagi ketengah udara, meluncur kebelakang Tiat To
Hoat ong. Berbareng dengan gerakannya itu, ia menghantam
lagi dengan kuat kearah punggung Tiat To Hoat ong.
Pendeta Mongolia itu waktu merasakan sambaran angin
yang berkesiuran keras sekali dibelakang punggungnya,
memaksa ia harus mengelakkan diri lagi, waktu itu kuda-kuda
kedua kakinya belum bisa diperbaiki dan tubuhnya tengah
terhuyung, maka jalan satu-satunya menyelamatkan dirinya
adalah melompat maju kedepan hampir satu tombak, sambil
berbuat begitu dia memutar tubuhnya dan mempergunakan
goloknya menabas ke belakang, maka selarik cahaya hitam
telah meluncur kearah perut Siauw Liong Lie.
Hal itu memaksa Siauw Liong Lie batal meneruskan
pukulannya.
Mempergunakan kesempatan yang banya beberapa detik
itu tampak Tiat To Hoat ong telah cepat-cepat memperbaiki
kedudukan kuda-kuda kedua kakinya, ia telah mengerahkan
lwekangnya pada kedua kakinya, memutar tubuhnya
menghadapi Siauw Liong Lie lagi dengan golok hitam tercekal

ditangan kanannya siap untuk melakukan bacokan dan
tabasan pula.
Diam-diam Tiat To Hoat ong berpikir keras, karena ia
melibat bahwa kepandaian yang dimiliki Siauw Liong Lie telah
mengalami banyak kemajuan, dimana kini tenaga sin-kangnya
seperti lebih kuat dibandingkan dulu dengan demikian telah
membuat Tiat To Hoal ong tidak bisa meremehkannya dan dia
harus berlaku waspada sekali. Kalau sekali saja terkena
gempuran telapak tangan Siauw Liong Lie tentu ia bisa cidera
berat ataupun terbinasa. Petempurannya dengan Siauw Liong
Lie bukanlah pertempuran main-main, karena ia memang
seperti tangah mempertaruhkan jiwanya.
Siauw Liong Lie sendiri melihat Tiat To Hoat-ong juga telah
memperoleh kemajuan yang banyak sekali dimana selain ilmu
goloknya yang memang memiliki gerakan yang aneh, pun
kekuatan lwekang yang dimiliki pendeta Mongolia tersebut
terlebih lagi dicampur dengan ilmu yoganya membuat Tiat To
Hoat-ong merupakan lawan yang tangguh sekali. Dengan
demikian Siauw Liong Lie harus berpikir keras jalan dan cara
untuk merubuhkan pendeta tersebut.
Setelah menarik napas dalam-dalam, dan memusatkan
kekuatan tenaga dalamnya pada kedua telapak tangannya
Siauw Liong Lie menjejakkan kakinya dan berturut-turut
melontarkan pukulan yang mengandung kekuatan yang bisa
mematikan.
Begitulah. kedua orang tersebut terlibat kembali dalam
pertempuran yang semakin lama semakin seru.
Walaupun Tiat To Moat ong mempergunakan senjata tajam
pusakanya, yaitu golok hitam itu, dan Siauw Liong Lie hanya
bertangan kosong. namun keduanya seperti juga seekor naga
dan seekor singa betina yang tengah bertarung dengan hebat
sekali. Keduanya tidak mengenal mundur, malah telah
mengeluarkan seluruh kepandaian yang mereka miliki.

Yo Ko yang telah bertarung dengan Ciu Tie Tamtai juga
berlangsung dengan seru. Karena keduanya tengah saling
memusatkan kesaktian dan kekuatan mereka, guna saling
tindih.
Sebagai seorang pendekar silat yang diakui oleh jago2
Tionggoan, sebagai jago nomor wahid Yo Ko memang
memiliki kepandaian yang sempurna sekali. Hanya ia
memperoleh kesulitan, yaitu Cui Tie Tamtai sering
mempergunakan ilmu Yoganya, sehingga tubuhnya itu jadi
kecil seperti belut, dan setiap kali pukulan dari Yo Ko
mengenai tubuh dari Ciu Tie Tamtai tersebut, selalu molejit
tidak berhasil menghantam dengan tepat. Dengan demikian
berulang kali Yo Ko gagal dengan serangannya.
Kepandaian silat dari Ciu Tie Tamtai juga luar biasa
tingginya, boleh dibilang tidak berada di sebelah bawah dari
kepandaian silat yang dimiliki Yo Ko. Maka dari itu, mereka
telah terlibat dalam pertarungan yang kian lama kian
menentukan mati hidupnya mereka. Keduanya semakin lama
telah mempergunakan sinkang mereka semakin kuat, malah
Yo Ko sendiri telah mempergunakan sinkangnya delapan
bagian.
Seumur hidupnya, jarang sekali Yo Ko mempergunakan
sinkangnya sampai begitu besar, karena jika ia tidak sedang
berhadapan dengan lawan yang benar2 tangguh seperti Ciu
Tie Tamtai tentu ia tidak mau mempergunakan sinkang begitu
besar.
Perlu diketahui, bahwa seseorang ahli silat yang telah
sempurna tenaga sinkangnya. jika ia mempergunakan
sinkangnya berlebihan dan mengeluarkannya terlampau
banyak, mengempos dengan diiringi oleh napsu yang berkobar
dihatinya, akan merusak dirinya, dan juga akhirnya ia akan
kehabisan tenaga. Jika pertempuran itu bisa dimenangkan
olehnya, tokh akhirnya ia akan kehabisan tenaga dalamnya,
dan berarti ia membutuhkan tiga tahun untuk memulihkan

semangat murninya tersebut. Dengan demikian jarang sekail
ada seorang pendekar persilatan yang mempergunakan
seluruh dari sinkangnya. Dan Yo Ko mempergunakan sampai
delapan bagian sinkang yang dimilikinya itu karena ia dalam
keadaan terpaksa, dimana lawannya memang benar benar
tangguh sekali.
Yo Him yang menyaksikan pertandingan itu dari luar
gelanggang, melihat betapa butir butir keringat memenuhi
wajah dan tubuh ayahnya tersebut. Dan juga Ciu Tie Tamtai
telah basah oleh keringat yang membanjir keluar membasahi
tubuhnya.
Diam-diam Yo Him jadi menguatirkan keselamatan
ayahnya, karena ia melihat bahwa kepandaian yang dimiliki
Ciu Tie Tamtai memang merupakan kepandaian yang telah
sempurna dan tidak berada disebelah bawah dari ke pandaian
Yo Ko. Dengan demikian, pertempuran yang tengah
berlangsung antara Yo Ko dengan Ciu Tie Tamtai merupakan
pertempuran untuk menentukan mati hidup mereka.
Sedangkan pertempuran antaia Siauw Liong Lie dengan
Tiat To Hoat ong juga merupakan pertempuran yang
mendebarkan hati Yo Him. Untuk maju membantui kedua
orang tuanya itu jelas Yo Him belum memiliki kemampuan
untuk melakukan hal itu. Dengan demikian, ia hanya bisa
menyaksikan saja dengan hati berkuatir dan mata yang
terpentang lebar-lebar.
Semakin lama Yo Ko menggerakkan tangan tunggalrya itu
semakin perlahan. Sekali2 lengan baju kanannya yang kosong
itu juga berkibaran dengan kuat sekali, memancarkan
sinkangnya yang benar-benar tangguh, terkadang lengan baju
tangan kanannya yang kosong itu sebentar lemas dan tidak
lama kemudian berubah keras, sering mengancam akan
melibat pergelengan tangan dari lawannya.
Aneh pula cara bertempur dari Ciu Tie Tamtai, karena ia
berulang kali belakangan ini mempergunakan cara yang benar

benar mengherankan, yaitu kedua targannya ditepuk kedalam,
kesepuluh jari tangannya dipentang seperti juga sikap seekor
kera, kedua kakinya juga sering ditekuk, sehingga ia
berjongkok rendah sekali, dan ia memiringkan tubuhnya kekiri
dan kekanan berulang kali.
Tetapi hebat adalah angin sinkang pukulan yang dilakukan
oleh Ciu Tie Tamtai, karena berkesiuran dengan kuat sekali
menerjang bagian-bagian yang mematikan ditubuh Yo Ko.
Tidak jarang pula Ciu Tie Tamtai melompat berjungkir balik
dengan tangan kirinya ia menahan tubuhnya, dengan kepala
dibawah dan kedua kaki menjulang keatas langit, dan tangan
kanannya telah digerakan meluncur berulang kali
menghantam bagian penjagaan di bawah tubuh Yo Ko.
Cara Yoga yang dipergunakan oleh Ciu Tie Tamtai, yang
dicampur dengan ilmu silat yang tinggi sekali, merupakan cara
yang benar-benar sangat tangguh. Membuat Yo Ko berulang
kali terdesak mundur dengan cara berkelahi orang tersebut.
Sesungguhnya Yo Ko hendak menghadapi cara bertempur
lawannya itu dengan mempergunakan ilmu Ha-mo-kang, yaitu
ilmu Kodok, yang telah diperoleh dari Auwyang Hong, namun
kenyataannya Yo Ko masih belum melakukannya, karena ia
ingin melihat dulu kelemahan dari lawannya yang belum
berhasil ditemukannya, sehingga ia menunda niatnya tersebut.
Dia terus juga melayani dengan tangan tunggalnya sambil
berurang kali mengelakkan diri. Dan selama itu ia pun
memperhatikan benar2 cara bertempur dari Ciu Tie Tamtai,
untuk mencari kelemahan lawannya tersebut.
Tetapi desakan yang dilancarkan oleh Ciu Tie Tamtai
datang ber tubi2 dan cara bertempurnya juga semakin aneh
sekali. Sehingga suatu kali, Yo Ko terpaksa melompat
melambung ketengah udara berjumpalitan mengelakan diri
dari terjangan kekuatan tenaga lwekang yang melancarkan
pada pukulan kedua telapak tangan Ciu Tie Tamtai. yang
menerjang seperti seekor harimau garang dan ganas sekali.

Sambil berjumpalitan ditengah udara, Yo Ko telah
menyabut dengan lengan baju lagian yang kosong, ia
menghantam kearah kepala dari Ciu Tie Tamtai, dimana
lengan bajunya tersebut birobah keras seperti baja,
menimbulkan angin yang berkesiuran kuat sekali. Jika saja
lengan baju tersebut berhasil menghantam tepat kepala dari
Ciu Tie Tamtai, niscaya kepala lawannya itu akan terpukul
pecah, karena jangankan kepala manusia , sedangkan batu
gunung yang besar sekalipun, jika terkena hantaman lengan
baju yang telah disaluri oleh kekuatan sinkang yang memang
sangat dahsyat tersebut, tentu akan hancur menjadi tepung!
Ciu Tie Tamsai yang waktu itu sesungguhnya hendak
membarengi melontarkan serangan pula, jadi terkejut melihat
ancaman yang tengah menuju kearah dirinya itu. Beberapa
kali ia telah mengeluarkan suara seruan sambil berkelit,
namun lengan baju Yo Ko seperti juga memiliki mata, kemana
saja Ciu Tie Tamtai mengelak, maka lengan baju itu telah
menyambar dengan cepat dan kuat sekali.
Ciu Tie Tamtai akhirnya tidak bisa mengelit lebih jauh lagi,
waktu lengan baju itu menyambar terus dengan cepat kebatok
kepalanya. sedangkan tangan kiri Yo Ko juga telah
menghantam dengan kuat sekali kedadanya, maka terpaksa
Ciu Tie Tamtai telah mengeluarkan suara raungan yang keras
sekali, dan balas menyerang. Ia bukan menangkis dengan
mempergunakan kekerasan, karena justru dengan
menghantam begitu ia memaksa Yo Ko untuk menarik pulang
serangannya, karena jika tidak mereka tentu akan terbinasa
bersama, dimana memang mereka berdua memiliki kekuatan
sinkang yang berimbang dan ilmu yang sama tingginya.
Tetapi Yo Ko sebagai jago silat yang memang telah
sempurna sekali ilmunya dan memiliki banyak pengalaman,
tidak mau begitu saja mundur, melihat kenekadan lawannya.
Tiba2 tubuhnya telah terjungkir balik, dengan tangan kirinya ia
telah menghantam kearah dada lawannya, tubuhnya meluncur

terus turun, tahu2 kepalanya membentur tanah, dan tubuh Sin
Tiauw Taihiap tersebut telah berputar dengan cepat sekali
seperti gangsing.
Dan dengan berputar begitu, lengan bajunya yang kanan,
yang kosong itu, telah berputar seperti titiran, dan
membentuk sebuah lingkaran yang cukup luas, dimana ruang
lingkup untuk menyingkirkan diri dari Ciu Tie Tamtai jadi
sempit sekali, kemana saja ia berkelit maka kesitu pula lengan
baju Yo Ko menyambar dengan kuat dan bisa mematikan.
Bukan main mendongkol dan murkanya Ciu Tie Tamtai,
sampai tubuhnya gemetaran dan ia berulang kali
mengeluarkan suara seruah yang nyaring sekali. Dengan
nekad ia juga telah memutar kedua tangannya seperti juga
tangannya itu telah berobah menjadi puluhan pasang tangan.
yang melindungi sekujur tubuhnya. Gerakan yang
dilakukannya itu merupakan jurus membela diri, yaitu
melindungi tubuhnya dengan sinkangnya sehingga terjangan
tenaga gempuran yang dilancarkan oleh Yo Ko terbentur dan
tidak bisa menerobos pertahanan dari Ciu Tie Tamtai.
Jurus demi jurus telah lewat lagi cepat sekali, dimana
kedua tokoh persilatan yang masing-masing memiliki
kepandaian sangar tinggi itu, akhirnya terlibat dalam suatu
pertempuran yang menentukan sekali, karena dilihat dari cara
bertempur mereka, jelas salah seorang diantara mereka akan
jatuh sebagai korban.
Yo Him yang menyaksikan jalannya pertempuran antara Yo
Ko dengan Ciu Tie Tamtai, dan juga Siauw Liong Lie dengan
Tiat To Hoat ong tersebut, semakin lama jadi semakin kuatir,
karena ia melihatnya jika saja kedua orang tuanya itu berlaku
lambat atau lengah sedikit saja, tentu akan celaka ditangan
lawan-lawan mereka.
Siauw Liong Lie sendiri mulai tidak sabar, karena beberapa
kali ia telah mulai menyerang dengan ilmu2 simpanannya.
Setiap serangan dari kepalan maupun telapak tangannya,

temua itu mengandung tenaga maut yang bisa mematikan,
Dengan demikian membuat Tiat To Hoat ong semakin lama
semakin sibuk untuk menghadapinya, dimana tampak ia
semakin terdesak. Telah belasan jurus lagi yang dilewati
mereka, dan masing masing telah mempergunakan lwekang
mereka pada tingkat yang tertinggi.
Bertempur dengan mempergunakan sinkang sesungguhnya
merupakan pertempuran yang bisa membawa celaka untuk
orang yang bersangkutan. Karena cara bertempur dari para
akhli silat yang telah mahir lwekangnya, tentu sekali hantam
bisa membinasakan lawannya hanya mengandalkan angin
serangan. Berbeda dengan mempergunakan senjata tajam,
mungkin hanya terluka. Tetapi justru dengan lwekang, sekali
lambat mengelakkan diri, berarti akan merusak bagian dalam
tubuh. Lawan dari orang yang bertempur dengan
mempergunakan lwekang pun harus dapat mengendalikan diri
dalam hal menggerakan lwekang membendung desakan dari
tenaga menyerang lawan, karena jika tidak, ia bisa dirusak
oleh kekuatan lwekang sendiri, dimana akan bisa membuatnya
lumpuh saja kalau lwekang itu seperti senjata makan majikan.
Hal itu juga seperti diketahui dengan baik oleh Siauw Liong
Lie maupun Tiat To Hoat ong. Maka walaupun Siauw Liong Lie
telah mendesaknya begitu kuat dengan lwekang dan juga ilmu
simpanannya, Tiat To Hoat ong hanya membatasi diri dengan
berkelit dan membendung tenaga serangan lawannya. Sejauh
itu ia belum sedia untuk menghadapi dengan keras dilawan
keras, karena ia kuatir k'alau kalau begitu ia mempergunakan
lwekangnya, tenaga dalamnya itu belum bisa memadai
kekuatan lawannya. Itulah sebabnya, selama itu ia hanya
memperhatikan cara Siauw Liong Lie melancarkan gempuran2
kepadanya. Setelah lewat lagi sepuluh jurus, barulah Tiat To
Hoat ong mengeluarkan suara bentakan keras sambil
mempergunakan kedua tangannya yang dirangkapkan dan
telah mendorong kuat sekali,

Siauw Liong Lie merasakan angin gempuran yang
menyambar kuat sekali kepadanya, tenaga serangannya pada
saat itu seperti tertolak balik kepadanya, dan juga dadanya
dirasakan seperti tertekan oleh suatu kekuatan yang membuat
napasnya menjadi sesak. Segera ia mengebutkan tangan
kanannya, berusaha untuk membuyarkan tenaga menekan
dari lawannya.
Tiat To Hoat ong tidak membuang-buang waktu lagi, ia
mengeluarkan suara bentakan beberapa kali dibarengi dengan
kedua tangannya menghantam berulang kali, seperti juga
angin serangannya itu telah berkesiuran dengan hebat
menerjang Siauw Liong Lie.
Tubuh Siauw Liong Lie terhuyung sampai satu tombak
lebih, ia merasakan betapa kuda2 kedua kakinya seperti
tergempur. Dan bersamaan dengan itu, sudah tidak ada jalan
lain untuk Siauw Liong Lie menyingkirkan diri, ia
mengeluarkan suara teriakan nyaring dan menghantam
dengan kedua tangannya. Tanpa saling sentuh tangan mereka
masing-masing, kedua kekuatan Siauw Liong Lie dan Tiat To
Hoat ong telah saling bentur dengan keras sekali,
menggelegar seperti juga memekakkan anak telinga yang
bagaikan mendengar suara petir yang meledak di tepi telinga
mereka.
Tiat To Hoat ong tampak tergoncang tubuhnya, sampai ia
mundur beberapa langkah kebelakang dengan wajah yang
pucat dan juga napasnya yang memburu keras. Matanya
terpentang lebar-lebar, dan ia berdiri ditempatnya sambil
berusaha mengatur pernapasannya, karena ia merasakan
betapa seluruh isi tubuhnya bagaikan tergoncang dan teraduk2.
Dan Siauw Liong Lie telah terhuyung dua langkah,
tetapi nyonya Yo tersebut membawa sikap yang tenang,
dalam waktu yang singkat ia telah berhasil meluruskan
pernapasannya.

Melihat Tiat To Hoat ong yang masih berdiri ditempat
tersebut berdiam diri saja, dengan wajah yang pucat seperti
itu, ia tidak mau membuang buang waktu lagi, cepat bukan
main, tubuhnya telah meloncat melayang ditengah udara
menerjang Tiat To Hoat ong. Gerakan yang dilakukan oleh
Siauw Liong Lie yang sangat cepat sekali, dan juga tenaga
serangan dari kedua telapak tangannya itu sangat kuat,
menyambar kearah dada Tiat To Hoat ong.
Pendeta Mongolia tersebut kaget bukan main, semangatnya
seperti terbang meninggalkan raganya waktu melihat cara
menyerang Siauw Liong Lie seperti itu. Namun karena ia
terdesak demikian rupa, ia sudah tidak memiliki pilihan lain
lagi, hanya mempergunakan golok hitamnya tersebut
dikibaskan kepada lawannya dengan gerakan membacok
melintang, dan membarengi dengan itu tangan kirinya juga
telah menghantam lagi dengan seluruh sisa tenaga yang ada
padanya.
Rupanya cara membela diri dari Tiat To Hoat ong benar2
merupakan pembelaan diri yang sangat kuat sekali, memaksa
Siauw Liong Lie harus membatalkan serangannya itu, Karena
jika ia meneruskan, tenaga tangan kiri dari Tiat To Hoat ong
itu bisa dihadapinya, namun bahayanya adalah golok hitam
pusaka dari pendeta Mongolia tersebut, yang mungkin bisa
merobek perutnya.
Dengan cepat Siauw Liong Lie mengerahkan sinkangnya,
memberati tubuhnya seribu kati, dan tubuhnya itu meluncur
turun dengan demikian tebasan golok dari pendeta Mongolia
tersebut telah mengenai tempat kosong. Dan bersamaan
dengan itu, ia juga cepat sekali menekuk kedua kakinya,
dalam keadaan posisi tubuh yang jauh lebih rendah dari Tiat
To Hoat ong, ia mengerakkan tangan kanannya menghantam
keatas.
Angin gempuran terdengar berkesiuran kuat sekali, dan
diwaktu itu pula tubuh Tiai To Hoat ong sudah tidak berhasil

lolos dari gempuran tersebut, bagian pinggangnya terhantam
telak sekali.
Suara jeritan keras dari Tiat To Hoat ong terdengar
menggema ditempat tersebut, tubuhnya juga terlontarkan
dengan kuat sekali ketengah udara, dimana tubuhnya
meluncur akan terbanting ditanah.
Namun Tiat To Hoat ong sebagai seorang koksu negara
yang memiliki kepandaian sangat tinggi, merupakan seorang
yang pandai menguasai keadaan dengan cepat, waktu
tubuhnya tengah meluncur akan terbanting seperti itu, ia telah
menyedot hawa udara dengan cara yoga, dan tubuhnya waktu
terbanting, ia berguling dengan mempergunakan cara jago
gulat, sehingga tubuhnya waktu menyentuh tanah ia
bergelinding beberapa kali sejauh satu tombak lebih dan
kemudian mencelat melompat bangun kembali.
Siauw Liong Lie girang melihat kali ini serangannya telah
berhasil mengenai tepat pada sasarannya, dan ia telah
menyusul kepada pendeta Mongolia itu, dan kembali
melancarkan gempuran. Sama sekali ia tidak mau memberikan
kesempatan bernapas kepada pendeta tersebut.
Tetapi Tiat To Hoat ong yang telah melihat bahwa dirinya
bukan tandingan dari nyonya Yo tersebut, terlebih lagi
disebabkan tubuhnya telah tergempur oleh serangan Siauw
Liong Lie tadi, sehingga ia terluka di dalam dan tenaga
sinkangnya tergempur, membuat ia cepat-cepat menjauhi diri,
tidak bersedia melayani gempuran yang dilancarkan Siauw
Liong Lie.
Namun Siauw Liong Lie sama sekali tidak mau memberikan
kesempatan kepada Tiat To Hoat ong, dengan cepat ia
mengulangi lagi gempurannya. Dan jurus demi jurus telah
dilewatkan dalam kedalam demikian Tiat To Ho at ong telah
terdesak hebat.

Tiat To Hoat ong jadi terdesak terus menerus, dan akan
membuat Tiat To Hoat ong bercelaka, kalau saja ia terlambat
mengelakkan diri dari gempuran Siauw Liong Lie, karena satu
kali saja ia terkena serangan itu, niscaya akan membuat Tiat
To Hoat ong terluka didalam, yang akan membawa kecelakaan
yang tidak kecil buat Tiat To Hoat ong senditi.
Tetapi untuk menghadapi gempuran Siauw Liong Lie
dengan kekerasan, ia pun belum bisa, karena tenaga
sinkangnya belum pulih. Jalan satu-satunya buat Tiat To Hoat
ong hanyalah mengelakkan diri berulang kali, dan beruntun ia
telah melompat kesana kemari degan gerakan yang gesit
sekali.
Siauw Liong Lie nendesak terus, sejurus demi sejurus
serangannya semakin kuat, dan tenaga sinkang yarg
dipergunakannya juga semakin kuat. Dengan demikian, segera
juga tampak napas Tiat To Hoat ong semakin sulit, dimana ia
merasakan dadanya seperti tertindih oleh sesuatu kekuatan
yang ratusan kali. Jika saat itu ia masih bisa berkelit kesana
kemari, itulah di sebabkan ia memang seorang akhli silat yang
memiliki lwekang yang sempurna. Dengan demikian, dalam
keadaan terluka didalam, ia masih bisa untuk mengeluarkan
sisa tenaganya untuk menyelamatkan dirinya dari setiap
serangan yang dilancarkan oleh Siauw Liong Lie.
Tetapi Tiat To Hoat ong juga menyadarinya bahwa ia tidak
bisa bertindak begitu terus menerus, diapun bagaimana ia
harus dapat mengatasi lawannya ini. Yang terlalu
mendesaknya terus menerus. Segera terlihat Tiat To Hoat ong
telah menggerakkan golok hitamnya, dan bersamaan dengan
itu dengan disertai suara teriakan mengguntur, segera
mendorong dengan telapak tangan kirinya dan tubuhnya
melompat menerjang Siauw Liong Lie, ia telah mengulurkan
kedua tangannya, merangkulnya dengan cepat kearah
pinggang Siauw Liong Lie.

Melihat cara orang melancarkan serangan seperti itu, Siauw
Liong Lie menyadari bahwa Tiat To Hoat Ong tengah nekad, ia
mengeluarkan suara tertawa dingin, dan menepuk kearah
kepala Tiat To Hoat ong. Pukulan telapak tangan ini bukan
main-main, karena jika kepala Tiat To Hoat ong kena ditepuk
oleh telapak tangan Siauw Liong Lie, tentu akan membuat
kepala Tiat To Hoat ong terhajar hancur.
Tiat To Hoat ong rupanya sama sekali sudah tidak
memperdulikan serangan Siauw Liong Lie, ia tidak menangkis
tepukan tangan Siauw Liong Lie melainkan serangannya
pinggang Siauw Liong Lie kena dipeluknya dan golok hitamnya
cepat sekali telah menempel pada pakaian Siauw Liong Lie.
Sedangkan tangan Siauw Liong Le juga telah tiba didekat
kepala dari Tiat To Hoat ong, hanya terpisah bebetapa dim
saja, Dengan demikian, keduanya terancam bahaya kematian.
Jika memang Siauw Liong Lie meneruskan tepukan telapak
tangannya itu, kepala Tiat To Hoat ong tidak akan hajar pecah
dan binasa, tetapi juga Siauw Liong Lie tidak akan lolos dari
kematian juga. Dengan dipeluknya pinggangnya, maka Siauw
Liong Lie tidak mungkin mengelakkan diri dari golok pusaka
Tiat To Hoat ong, berarti mereka juga akan binasa bersama
sama.
Siauw Liong L«e tercekat hatinya, ia kaget bukan main.
Tentu saja Siauw Liong Lie tidak mau binasa dengan pendeta
Mongolia tersebut, karena itu tidak bersedia untuk mati
dengan cara begitu konyol. Ia membatalkan tepukkan
tangannya pada kepala pendeta tersebut, mengempiskan
perutnya dan cepat bukan main, tahu2 tangan kirinya
menyentil golok hitam Tiat To Hoat ong. dan membarengi itu
tangan kanannya mendorong kuat sekali.
Tubuh Tiat To Hoat ong terhuyung mundur beberapa
langkah.

Dau kesempatan seperti iiu dipergunakan Siauw Liong Lie
untuk melompat menjauhi diri. Mereka jadi terpisah tiga
tombak lebih.
Kedua orang ini saling mengawasi, dan kesempatan itu
dipergunakan Tiat To Hoat ong untuk mengatur jalan
pernapasannya.
Ber-angsur2 ia berhasil mengatur pernapasannya menjadi
lurus kembali. Sedangkan matanya tetap mengawasi tajam
kepada Siauw Liong Lie, dimana ia menantikan serangan
berikutnya dari Siauw Liong Lie.
Siauw Liong Lie juga tidak segera melancarkan
serangannya lagi, ia hanya berdiri diam, dan melirik kepada
suaminya yang tengah berhadapan dengan Ciu Tie Tamtai.
Dengan demikian, ia melihat betapa Yo Ko dan Ciu Tie Tamtai
seperti juga tengah bertempur mengadu jiwa, dari kepala
kedua orang itu seperti mengepul uap yang tipis naik tinggi
sekali, keringat telah memenuhi wajah dan tubuh mereka. Dan
juga, disaat itu, sepasang kaki mereka masing2 telah melesak
masuk kedalam tanah, kurang lebih lima dim.
Melihat hal itu, Siauw Liong Lie jadi terkejut. Pertempuran
antara Yo Ko dengan Ciu Tie Tamtai merupakan pertempuran
yang menentukan sekali antara mati dan hidup, karena
mereka tengah mempergunakan lwekang yang tertinggi yang
mereka miliki, Sekali saja mereka tergempur, disaat itu juga
akan terbinasa tanpa ampun lagi.
Dengan begitu, Siauw Liong Lie akhirnya berdiri diam saja
mengawasi dengan bersiap sedia untuk membantui Yo Ko, jika
sualu saat kelak suaminya mengalami ancaman bahaya dari
lawannya.
Ciu Tie Tamtai sendiri mulai merasakan tekanan tekanan
dari tenaga lwekang Yo Ko. Karena itu ia telah beberapa kali
sesungguhnya berusaha untuk dapat memisahkan diri dari
lawannya tersebut. Tetapi karena mereka lelah terlibat dalam

pertarungan mengadu kekuatan tenaga dalam yang dahsyat,
dengan sendirinya tidak mudah buat Ciu Tie Tamtai
memisahkan diri dari lawannya.
Yo Ko maupun Ciu Tie Tamtai telah terlibat dalam
pertempuran yang memaksa mereka semakin lama harus
mengeluarkah seluruh kekuatan lwekang yang mereka miliki.
Dengan demikian, akhirnya keduanya telah mencapai batas
kemampuan yang tertinggi yang mereka miliki, dimana tubuh
mereka tergetar dan juga tangan mereka masing2 telah
bergerak semakin lambat. Diwaktu itu tampak tubuh kedua
orang ini juga seperti sering terhuyung bagaikan hendak
rubuh terguling, bergoyang kesana kemari.
Siauw Liong Lie telah melihat bahwa kekuatan lwekang Ciu
Tie Tamrai tidak berada di sebelah bawah suaminya, maka ia
telah mendekati kedua orang yang tengah saling
mengerahkan kekuatan sinkang mereka. Matanya telah
mengawasi tajam, dan jika saja Yo Ko telah tidak kuat
menghadapi lawannya itu, ia akan menyelak untuk
menghadapi Ciu Tie Tamtai.
Siauw Liong Lie telah mempersiapkan tenaga sinkang pada
telapak tangannya.
Terapi waktu itu Siauw Liong Lie tidak bisa segera turun
tangan, karena jika ia menyelak dalam keadaan Yo Ko dan Ciu
Tie Tamtai tengah terlibat dalam mengadu kekuatan sin-kang
tingkat tinggi, jelas akan membahayakan Yo Ko juga. Karena
begitu ada kekuatan pihak ketiga yang menyelak ditengah
tengah mereka, tentu dua kekuatan tenaga sinkang dari Ciu
Tie Tamtai dan juga Yo Ko akan tergoncang dan boleh jadi
kedua orang tersebut yang akan tergempur sendiri oleh
tenaga lwekang mereka masing-masing.
Dan belum berarti bahwa Siauw Liong Lie sendiri terlolos
dari bahaya karena diwaktu itu boleh jadi mereka tidak
sanggup menerima gencetan dari dua kekuatan tenaga
lwekang dri dua orang itu, yang memiliki lwekang kuat sekali.

Dengan sendirinya, jika Siauw Liong Lie melakukan suatu
kesalahan kecil saja dalam menyelak diantara dua kekuatan
raksasa tersebut, niscaya akan membuat ia terluka-dalam
juga.
Maka dari itu Siauw Liong Lie hanya berdiri diam
menantikan perkembangan selanjutnya saja, ia berwaspada
mengawasi suaminya.
Ciu Tie Tamtai juga tidak luput dari tekanan Yo Ko, semakin
lama samakin terdesak dan merasakan kedua kakinya mulai
bergoyang-goyang, dimana suatu saat tentu kedua kakinya
tersebut akan menjadi lemah dan kuda-kuda pertahanan
kakinya akan tergempur. Ia mengerahkan kekuatan
lwekangnya sambil otaknya bekerja kesana. kemari mencari
jalan untuk dapat menundukkan lawannya itu.
Ketegangan yang diliputi tempat tersebut semakin terasa,
dan Siauw Liong Lie sendiri merasakan hatinya berdebar
keras.
Yo Him telah menghampiri ibunya, dan berdiri disisi ibunya
tersebut.
Sedangkan Tiat To Hoat Ong sendiri telah berdiam diri saja,
ia mengawasi saja pertempuran yang tengah berlangsung
antara Yo Ko dengan Ciu Tie Tamtai. sambil iapun
memusatkan lwekangnya; berusaha untuk menyembuhkan
luka dipinggangnya akibat gempuran Siauw Liong Lie tadi.
Dalam keadaan seperti itu, dimana sekitar tempat tersebut
hanya terdengar suara menderu dari angin serangan antara
Yo Ko dengan Ciu Tie Tamtai, maka diwaktu itulah terdengar
suara orang tertawa panjang sekali, suara tertawa tersebut
terdengar jauh dan samar2, tetapi cepat sekali telah terdengar
jelas dan juga diwaktu itu sesosok tubuh telah tiba ditempai
tersebut.
,,Loo Boao Tong...!" berseru Siauw Liong Lie girang.

Ternyata orang yang baru datang sambil mengeluarkan
suara tertawa itu tidak lain Ciu pek Thong, situa berandalan
yang jenaka itu.
Yo Him telah menyambut kedatangan orang tua jenaka itu,
ia memberi hormat.
“Aku tidak menyangka bahwa disini terjadi suatu
pertemuan yang akan menggembirakan. Hai, hai, pertunjukan
yang menarik hati... pertunjukan yang menarik hati …..!"
berseru Ciu Pek Thong sambil tertawa keras lagi, dan
mengusap-usap jenggotnya, "Yo Hujin, sudah lamakah kalian
disini?"
Siauw Liong Lie menunjuk kepada Yo Ko dan Cin Tie
Tamtai, yang tengah terlibat dalam mengadu kekuatan tenaga
lwekang.
Kami ingin membereskan mereka dulu!" kata Siauw Liong
Lie sambil kemudian melirik kepada Tiat To Haot ong.
Sedangkan pendeta Mongolia tersebut, ketika melihat
munculnya Ciu Pek Thong. jadi mengeluh. Karena situa
berandalan tersebut merupakan seorang jago yang memiliki
ilmu silat tidak berada disebelah bawah kepandaian Yo Ko dan
Siauw Liong Lie. Dengan munculnya situa berandalan
tersebut, berarti ia bersama Ciu Tie Tamtai dan Turkichi, akan
memperoleh kesulitan yang tidak kecil.
Waktu itulah tampak Ciu Pek Thong telah berkata kepada
Tiat To Hoat ong.
„Inilah kesempatan yang baik sekali untuk kita saling
mengadu ilmu....! "kita akan main-main sampai sepuas
hati...!" katanya sambil tertawa keras, dan membarengi
dengan itu, tampak tubuhnya telah melompat kedepan Tiat To
Hoat-ong.
Tiat To Hoat-ong waktu itu telah tergempur pinggangnya
oleh serangan tangan Siauw Liong Lie dengan demikian jalan

pernapasannya belum pulih seluruhnya. Dan tentu saja
sekarang ia ditantang demikian rupa oleh Ciu Pek Thong,
dimana tentunya pertempuran di antara mereka tidak mungkin
dielakan, dengan sendirinya akan membuat dirinya yang
menderita kerugian.
Namun sebelum dia mengambil keputusan dan menyahuti
perkataan Ciu Pek Thoag, di waktu itulah Ciu Pek Thong telah
melompat dan menggerakan tangannya akan menarik jenggot
Tiat To Hoat-ong.
Gerakan yang dilakukan situa berandalan yang jenaka ini
gesit sekali, dimana ia menggerakan tangannya itu secepat
kilat.
Tiat To Hoat-ong telah mengelakan tangan orang dengan
memiringkan kepalanya, dan golok hitamnya telah digerakkan
menyilang.
Tabasan golok itu memang berbahaya menuju kearah dada
Ciu Pek Thong, namun kenyataannya Ciu Pek Thong dengan
diiringi tertawanya, telah menyentil golok tersebut, sehingga
golok itu tergetar keras. Dan tangan Ciu Pek Thong yang
satunya tetap diulurkan untuk mencabut jenggot dari pendeta
Mongolia tersebut.
Tiat To Hoat-ong gusar bukan main, ia mengeluarkan suara
seruan nyaring, dan bersamaan dengan itu, ia menendang
dengan kaki kanannya.
Tetapi Ciu Pek Thong benar-benar gesit, ia berhasil
menghindarkan diri dari tendangan orang, sedangkan
tangannya masih juga diulurkan akan mencabut jenggot Tiat
To Hoat-ong.
Pendeta Mongolia itu jadi kewalahan juga, karena ia
melihat bahwa ia tidak mungkin menghindarkan diri dari
serangan Ciu Pek Thong kali ini. Dan baru saja ia ingin
mengelakkan diri dari jambretan tangan Ciu Pek Thong,
diwaktu itulah situa berandalan tersebut telah menaikkan

sedikit tangannya, tahu tahu bukannya menarik jenggot Tiat
To Hoat mg, justru dia telah memilin kumisnya Tiat To Hoatong
dan kemudian menariknya.
Seketika Tiat To Hoat ong merasakan kesakitan bukan
main, pedih sekali, sampai ia mengeluarkan air mata, Ia telah
meraung dengan suara yang keras dan seperti kalap tampak
golok hitamnya itu telah berkelebat-kelebat menyambar
kearah Ciu Pek Thong.
Menerima serangan seperti itu, Ciu Pek Tbong malah
tertawa haha, hehe, dimana ia telah melompat kesana kemari
dengan, gerakan yang cepat dan gesit. Malah dalam suatu
kesempatan, kaki kanannya telah mendupak pinggul dari
pendeta Mongolia tersebut.
“Bukkkkkk,,.....!" tubuh Tiat To Hoat ong telah terhuyung
terjerunuk hampir saja pendeta Mongolia tersebut
terjerembab.
Untung saja Tiat To Hoat ong cepat cepat menguasai kudakuda
kedua kakinya, sehingga ia bisa mempertahankan
tubuhnya tidak sampai terjerunuk.
Tetapi Ciu Pek Thong memang dasarnya seorang
berandalan dan jenaka, melihat keadaan lawannya seperti itu.
timbul kegembiraan untuk mempermainkan Tiat To Hoat ong.
Sambil tertawa-tawa, tampak tubuhnya telah melompat
dengan ringan sekali, kedua tangannya telah digerakkan
dengan berbareng, tetapi justru cara menyerang itu berbeda
satu dengan yang lain, yaitu tangan kirinya mempergunakan
jurus "Sitolol mengangsurkan Arak," kemudian tangan
kanannya dilancarkan, dengan jurus “Anjing Kurap Menggaruk
Pantat". Dua gerakan jenaka tersebut merupakan jurus silat
yang dimiliki keampuhan luar biasa. Memang dari nama jurus2
tersebut seperti juga jurus silat main2an yang tidak berarti,
sesungguhnya dibalik dari nama jurus2 tersebut yang jenaka,
terdapat kekuatan tenaga lwekang yang sangat dahsyat,

karena jurus tersebut disertai oleh sinkang yang kuat, tidak
mungkin bisa dipunahkan oleh sembarangan jago silat.
Tiat To Hoat ong sendiri heran melihat cara menyerang Ciu
Pek Thong seperti itu, karena itu ia merandek sejenak
mengawasi, baru pertama kali ini ia menyaksikan cara
menyerang Ciu Pek Thong seperti itu karena dulu waktu
mereka pernah bertempur, Ciu Pek Thong justru tidak
mempergunakan ilmunya tersebut.
Tetapi Tiat To Hoat-ong juga tidak bisa terlalu lama
berdiam begitu, karena kedua tangan Ciu Pek Thong telah
menyambar dekat sekali.
Dengan cepat Tiat To Hoat ong menggerakkan golok
hitamnya berulang kali, dibolang-balingkan kesekujur
tubuhnya, melindungi bagian tubuh yang terpenting.
Namun Ciu Pek Thong benar-benar lihay dan gesit sekali,
melihat golok hitam lawannya diputar seperti itu, ia telah
menarik pulang tangannya, dan tahu-tahu dengan gerakan
tubuh seperti orang yang terjerunuk ke depan, seperti
menubruk kearah golok Tiat to Hoat-ong, cepat sekali ia telah
menggerakkan kedua tangannya lagi. Diwaktu itu ia telah
menarik pula kumis dari pendeta tersebut.
Tiat To Hoat-ong mengeluarkan suara jerit kesakitan pula.
Segera terlihat betapa ia melompat dan berjingkrakan tidak
keruan dengan diliputi kemarahan yang sangat. Pendeta
Mongolia itupun mencaci maki dengan suara yang keras,
mengandung kemendongkolan dan penasaran.
Ciu Pek Thong malah tertawa keras, mentertawai sikap dan
kelakuan dari lawannya itu.
Disaat itu terlihat Siauw Liong Lie tersenyum menyaksikan
Ciu Pek Thong tengah mempermainkan Tiat To Hoat ong.
Yo Him sendiri telah ber-tepuk2 tangan karena ia gembira
sekali dan puas melihat Tiat To Hoat ong yang jenaka

tersebut. Ia bahkan telah berseru-seru menganjurkan Loo
Boan Tong mempermainkan terus Tiat To Hoat ong.
Ciu Pek Thong juga telah memperdengarkan suara tertawa
yang keras "Aku akan membuat dia mati perlahan lahan!"
serunya itu dibarengi dengan gerakan tubuhnya yang
berkelebat kesana kemari.
Tiat To Hoat ong benar2 kewalahan menghadapi Ciu Pek
Thong, kerena justru waktu itu ia tengah terluka didalam. Jika
saja tadi ia belum banyak terlalu menggunakan tenaga
sinkangnya, tentu ia bisa melayani berimbang diri si
berandalan jenaka ini. Tetapi karena dia telah tergempur oleh
serangan Siauw Liong Lie, membuat tenaga dalamnya jadi
berkuras maka ia bargerak tidak begitu leluasa.
Diwaktu itulah, Ciu Pek Thong tanpa membuang-buang
waktu, telah bergerak kesana kemari dan setiap kali ada
kesempatan, ia telah mengulurkan tangannya untuk mencabut
kumis atau jenggot dari Tiat To Hoat ong.
Berulang kali Tiat To Hoat-ong harus berjingkrak-jingkrak
karena marah dan mendongkol, namun tetap saja ia tidak
memiliki kesempatan untuk memberikan perlawatan pada Ciu
Pek Thong.
Ciu Pek Thong sendiri tampaknya tidak puas dengan hasil
yang telah diperolehnya, ia mempermainkan terus lawannya,
membuat Tiat To Hoat-ong semakin lama semakin kalap.
„Jika aku tidak mengaju jiwa dengan kau, aku tidak akan
menginjakkan kaki pula didaratan Tionggoan... !" berteriak
Tiat To Hoat-ong karena murka yang meluap.
Ciu Pek Thong malah tertawa.
„Baik, baik, mari kau mengadu jiwa, aku akan melayaninya
sebaik mungkin....!" menyahuti Ciu Pek Thong. „Awas
kumismu....!" dan membarengi dengan perkataannya itu,

tangan kanan Ciu Pek Thong telah bergerak lagi, dia telah
menarik kumis pendeta Mongolia tersebut.
Tiat To Hoat ong berusaha mengelakan diri, tetapi ia gagal
kumisnya kcmbali ditarik oleh Ciu Pek Tbone, sehingga ia
merasa pedih dan sakit bukan main dan ia menjerit jerit
dengan murka.
Ciu Pek Thong berjingkrak-jingkrakan sambil bertepuk
tangan. Tampaknya situa berandalan ini merasa puas telah
bisa mempermainkan koksu negara Mongolia itu.
„Engkau harus hati-hati menjaga kumis dan jengrotmu.
karena sekarang aku bukan hanya menaiik, tetapi aku akan
mencabutnya, biar engkau menjadi pendeta yang kelimis...!"
Dan sehabisnya berkata begitu, tubuh Ciu Pek Thong telah
bergerak lagi dengan gesit dan tangan kanannya telah
menyambar kumis Tiat To Hoat-ong. Gerakan yang
dilakukannya itu sangat cepat, biarpun Tiat To Hoat-ong telah
berusaha untuk mengelakan diri, menyelamatkan kumisnya
dari tangan Ciu Pek Thong tokh dia gagal. Malah lima atau
enam helai kumisnya lelah kena ditarik copot, sehingga ia
merasa kesakitan bukan main dan berteriak, teriak kalap.
Ciu Pek Thong tidak memperdulikan kemarahan lawannya,
ia terus juga menggodai pendeta Mongolia tersebut dengan
berulang kali mencabuti kumis dan jenggot dari Tiat To Hoat
ong, sehingga kini kumis dan jenggot Tiat To Hoat-ong sudah
tidak rata lagi, karena telah cukup banyak yang ditarik copot
oleh siberandalan jenaka itu dengan demikian kumis dan
jenggotnya jadi malang melintang, seperti kumis kucing, dan
jenggotnya sepeiti juga jenggot duri yang kaku dan hanya
beberapa helai saja.
Bukan main mendongkol dan murkanya Tiat To Hoat ong.
sampai dia mencaci maki kakek moyangnya Ciu Pek Thong
dengan kata kata yang kotor.

Tetapi Ciu Pek Thong tetap dengan sikapnya yang jenaka
itu, karena itu berulang kali ia sambil tertawa-tawa dengan
suara yang keras, iapun telah melompat kesana lemari masih
mencabuti kumis dan jengiot Tiat To Hoat ong.
Sesungguhnya pendeta Mongolia tersebut dalam kalapnya
telah menggerakkan golok hitamnya untuk menyerang, namun
selalu gagal. Semakin keras amarahnya, semakin
sembarangan gerakan goloknya tersebut, sehingga akhirnya ia
berusaha menenangkan diri dan berkelit kesana kemari saja
dari serangan Ciu Pek Thong.
Bersamaan dengan itu, tampak Yo Ko dengan Ciu Tie
Tamtai yang tengah saling mengukur kekuatan, mulai
mencapai titik yang menemukan.
Karena dari tubuh mereka yang mengeluarkan uap itu dan
tergetar, telah tersalurkan seluruh kekuatan sinkang yang
mereka miliki. Dengan demikian, segera terlihat, bahwa
mereka benar-benar telah mencapai tingkat mengadu jiwa.
Ciu Tie Tamtai sendiri menyadarinya, bahwa ia tidak boleh
lengah sedikit pun juga.
Yo Ko serdiri telah mengerahkan seluruh kekuatan yang
ada padanya, selain tangan kirinya yang bergerak lambat
namun memiliki kekuatan sinkang tangguh sekali, juga lengan
baju kanannya telah bergerak gerak terus, bagaikan seekor
naga yang berusaha membelit lawannya.
Gangguan dari lengan baju sebelah kanan Yo Ko tersebut
yang membuat perhatian Ciu Tie Tamtai sering terpecahkan.
Lwekang Yo Ko memang lebih kuat seurat dibandingkan Ciu
Tie Tamtai. Jika Ciu-Tie Tamtai lebih unggul dalam hal
kekedotan tubuhnya yang dibantu oleh latihan tenaga
Yoganya, justru untuk tenaga sinkang sejati Yo Ko menang
sedikit. Dimana ia merupakan seorang tokoh persilatan
daratan Tionggoan yang nomor wahid disaat ini. Seperti
diketahui, waktu lengan kanan Yo Ko dibacok kutung oleh

Kwee Hu, maka sejak saat itulah Yo-Ko telah melatih tangan
kirinya dengan golok pusakanya ditepi laut, melatih diri
dengan gelombang laut, dengan petunjuk petunjuk dari Sin
Tiauw, burung rajawali sakti yang menjadi sahabatnya.
Dan diwaktu itu pula Yo Ko telah berhasil menciptakan
semacam tenaga lwekang yaog benar-benar tangguh. Terlebih
lagi sekarang, setelah berselang puluhan tahun, dengan
demikian lwekang yang dimiliki Yo Ko telah mencapai puncak
kesempurnaannya.
Walaupun ia hanya memiliki tangan kiri saja, tokh kekuatan
lwekangnya itu tidak berkurang manfaatnya. Dan juga lengan
baju sebelah kanan itu tidak kurang berbahayanya
dibandingkan dengan tangan biasa.
Itulah sebabnya, walaupun dinegerinya Ciu Tie Tamtai
merupakan jago yang terpandai dan memiliki ilmu yang tinggi
sekali, namun disebabkan sekarang ini ia harus berhadapan
dengan Yo Ko yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan -
tidak berada disebelah bawah dari kepandaiannya, maka ia
jadi tidak bisa berbuat banyak.
Yo Ko juga telah melihat, bahwa mereka tidak mungkin
memisahkan diri pula, dan mereka tentu akan terluka
bersama, atau juga binasa bersama. Dan pertempuran mereka
kali ini merupakan pertempuran mengadu jiwa.
Siauw Liong Lie mulai berkuatir menyaksikan keadaan
sudah berlangsung demikian dengan begitu, ia sudah tidak
bisa berayal dan berdiam diri saja. Ia melompat dan sudah
berdiri ditengah tengah sisi dari kedua orang tersebut.
Dengan memusatkan seluruh kekuatan lwekangnya, tiba2
Siauw Liong Lie telah mengebutkan kedua tangannya, dan
diwaktu itu terdengar suara menggeleger yang keras sekali.
Tubuh Yo Ko dan Ciu Tie Tamtai terpental berjumpalitan.
Tenaga mereka yang tengah saling dorong itu, dan kemudian
dihantam oleh kekuatan Siauw Liong Lie yang menerjang dari

tengah, membuat mereka seperti juga dihantam oleh sesuatu
yang sangat kuat luar biasa. Dengan demikian, segera terlihat
betapa keduanya telah terjungkir balik beberapa kali ditengah
udara.
Siauw liong Lie berhasil memisahkan kedua orang tersebut
tetapi tidak urung ia pun merasakan napasnya jadi sesak. Dia
berdiri diam ditempatnya beberapa saat lamanya mengatur
jalan pernapasannya tersebut sehingga akhirnya ia berhasil
memulihkan semangat dan tenaga dalamnya.
Selangkan Yo Ko waktu tubuhnya terpental ketengah
udara, telah berusaha untuk mengatur tubuhnya sehingga
jatuh dengan kedua kaki lebih dulu. Tetapi karena tadi ia
terpental begitu keras, dengan sendirinya ia terhuyung
beberapa langkah kebelakang.
Muka Yo Ko agak pucat, dan juga napasnya memburu. Ia
menyadari dengan dipisahkan begitu oleh istrinya, jelas Siauw
Liong Lie telah menyelamatkan jiwanya dan juga jiwa Ciu Tie
Tamtai.
Ciu Tie Tamtai juga tenaga dalamnya tadi tergempur hebat,
maka waktu tubuhnya terpental dan meluncur jatuh, ia jatuh
dengan duduk numprah, untuk sejenak lamanya ia tidak bisa
bangkit: Napasnya memburu keras, segera ia memusatkan
seluruh latihan sinkangnya dicampur juga dengan aturan
napas dari Yoga, dengan demikian ia bisa cepat sekali
memulihkan semangatnya.
Begitu merasa kesegaran tubuhnya pulih tampak Ciu Tie
Tamtai telah melompat berdiri lagi, sambil memperdengarkan
suara tertawanya yang keras.
"Aku tidak menyangka bahwa hari ini aku akan dapat
berhadapan dengan lawan yang seimbang dengan
kepandaianku, sehingga aku bisa main-main dengan sepuas
hati, Sungguh memuaskan sekali! Sungguh memaskan sekali!

Memang telah kulihat, bahwa Sin Tiauw Taihiap bukan
bernama kosong belaka......!"
Yo Ko juga telah menengadahkan kepalanya dan tertawa
ber-gelak2 panjang sekali suara tertawanya itu. sehingga
seperti juga sambung menyambung terus menerus dan
bergema disekitar tempat itu.
Setelah puas tertawa, Yo Ko berkata dengan suara yarg
nyaring: "Terima kasih atas pujianmu ! Tetapi kita akan segera
meneruskan permainan kita yang tertunda tadi.., !"dan setelah
berkata begitu, ia mengebutkan tangan bajunya yang sebelah
kanan, dari mana telah menyambar kekuatan yang dahsyat
sekali menerjang kearah Ciu Tie Tamtai.
Sebagai seorang akhli silat yang memiliki kepandaian tinggi
sekali, dengan bertempur tadi, Ciu Tie Tamtai menyadari
bahwa mereka berdua, memang merupakan lawan yang
berimbang, dan jika meneruskan pertempuran mereka ini,
mereka bisa rusak dua-duanya.
Tetapi karena melihat Yo Ko telah melancarkan
serangannya kembali seperti itu, dimana gempuran tersebut
tidak bisa dibuat main-main, Ciu Tie Tamtai telah
mengeluarkan suara bentakan yang nyaring sekali, dan
menyusul kedua telapak tangannya telah didorong dengan
kuat sekali. Dari kedua telapak tangannya itu telah meluncur
keluar angin gempuran yang tidak kalah hebatnya dengan
kekuatan dari tenaga serangan Yo Ko.
Dua kekuatan tenaga lwekang yang hebat itu telah saling
bentur.
"Bukkk...:!" pasir dan debu telah beterbangan keatas.
Tubuh Ciu Tie Tamtai terhuyung mundur beberapa
langkah, Yo Ko sendiri terpental melayang ketengah udara,
dan kemudian meluncur turun dengan kedua kaki hinggap
terlebih dulu.

Diwaktu itu Siauw Liong Lie telah melompat kedepan Ciu
Tie Tamtai, ia berkata nyaring: "Aku hendak minta petunjuk
sambil tangan kanannya bergerak akan mencengkeram kearah
jalan darah “Lung tie biat" didekat tulang belikat Ciu Tie
Tamtai.
Gerakan yang dilakukan oleh Siauw Liong Lie selain cepat
juga bisa mematikan. Jalan darah “Lung tie hiat" tersebut
merupakan jalan darah terpenting, kalau sampai jalan darah
itu kena dicengkeram, tentu akan membuat orang yang
bersangkutan seketika menjadi lumpuh dan tenaga dalamnya
menjadi buyar.
Ciu Tie Tamtai yang melihat cara menyerang Siauw Liong
Lie, mana mau membiarkan dirinya dicengkeram begitu?
Dengan cepat ia telah mengeluarkan suara bentakkan yang
sangat keras sekali, dan kemudian menangkis dengan tangan
kirinya.
Tangan Siauw Liong Lie dan tangan Ciu Tie Tamtai telah
saling bentur, dan seketika itu juga terlihat betapa tubuh
kedua orang tersebut terpental beberapa tombak, Tetapi
Siauw Liong Lie masih kumpul tenaganya, maka begitu dia
bisa berdiri tetapi segera dia melompat melancarkan serangan
lagi kepada Ciu Tie Tamtai.
Berbeda dengan Ciu Tie Tamtai yang tadi telah kehabisan
tenaga karena ia telah bertempur mati-matian dengan Yo Ko,
maka ia tidak memiliki kekuatan tenaga yang sepenuhnya lagi.
Begitu tubuhnya terhuyung ia tidak bisa segera
mengendalikan dirinya, dan disaat itu justru serangan Siauw
Liong Lie telah menyambar kejalan darah ,.Bun-kie hiat" nya.
Tiada jalan lain lagi buat Ciu Tie Tamtai, dengan terpaksa
ia menangkis lagi.
Ketika dua kekuatan saling bentur, seketika Ciu Tie Tamtai
telah terpental keras dan kemudian dia ambruk ditanah tidak
bisa berdiri, dari mulutnya telah memuntahkan darah segar.

Sedangkan Siauw Liong Lie yang melihat keadaan lawannya
sudah demikian rupa tidak mau memberikan kesempatan lagi,
dengan cepat dan ringan, tubuhnya telah melompat dan
melancarkan serangan-serangan yang kuat sekali. Dimana ia
telah menggerakkan kedua tangannya saling susul.
Kepandaian yang dimiliki Siauw Liong Lie tidak berada
disebelah bawah dari kepandaian Yo Ko, dengan sendirinya,
sekarang dia melancarkan serangan yang beruntun dan
mempergunakan ilmu simpanannya, jelas telah membuat Ciu
Tie Tamtai jadi kelabakan bukan main.
Mati-matian tampak Ciu Tie Tamtai telah berusaha
mengelakan diri. Dia menyadarinya, kalau saja dia menangkis
dengan mempergunakan kekerasan, maka diwaktu itulah
dirinya akan celaka sendirinya, karena, justru kekuatan tenaga
lwekangnya itu tengah buyar dan tidak bisa dipergunakannya
secara penuh.
,,Habislah aku kali ini...!" berpikir Ciu Tie Tamtai dan ia
berusaha untuk mengelakkan diri dengan bergulingan diatas
tanah.
Serangan Siauw Liong Lie jatuh ditempat kosong, dan baru
saja ia hendak menyusul dengan serangan berikutnya,
diwaktu itulah terlihat betapa nyonya Yo tersebut merasakan
napasnya sesak, dan kepalanya menjadi pusing Siauw Liong
Lie kaget sendirinya, dia mengempos semangatnya dan
menyalurkan kebagian Tan-tiannya, tetapi matanya malah jadi
berkunang-kunang.
Dengan mengeluarkan suara keluhan perlahan, tubuh
Siauw Liong Lie jadi terhuyung seperti akan rubuh. Namun
Siauw Liong Lie masih berusaha mengerahkan tenaga
sinkangnya untuk menguasai tubuhnya yang tengah
terhuyung itu, agar tidak sampai terjerambab.
Rupanya Siauw Liong Lie tidak berhasil dengan usahanya
tersebut, dengan mengeluarkan suara keluhan lagi, tubuhnya
telah terguling rebah ditanah.

Yo Ko yang melihat hal itu segera melompat kedekat
istrinya, memeriksa keadaannya. Begitu juga Yo Him. telah
melompat dengan cepat, dimana ia telah ikut memeriksa
keadaan ibunya.-
Sepasang mata, Siauw Liong Lie terpejamkan rapat-rapat,
dan kemudian napasnya tersendat sendat, tampaknya sesak
dan sulit sekali baginya untuk bernapas dengan lancar.
Yo Ko bingung bukan main, ia merasakan denyutan nadi
istrinya itu tidak beraturan Dan dalam keadaan seperti itu,
rupanya jalan pernapasan Siauw Liong Lie telah mengalami
sesuatu yang tidak benar.
Hanya saja yang membingungkan, justru tadi Siauw Liong
Lie segar, bugar dan mendadak ia bisa "penyakit" seperti ini,
yang aneh dan mendadak sekali terjadinya.
Ciu Pek Thong yang tengah mempermainkan Tiat To Hoat
ong telah menoleh juga waktu mendengar Yo Him
mengeluarkan seruan kaget. Ia cepat cepat meninggalkan Tiat
To Hoat-ong dan memburu mendekati Yo Ko. Waktu melihat
keadaan Siauw Liong Lie seperti itu, situa berandalan tersebut
telah berjingkrak sambil mengeluarkan suara seruan tertahan.
„Apa yang terjadi pada diri Yo Hujin ?” tanya Ciu Pek Thong
dengan suara kaget.
„Entahlah... akupun tidak mengetahuinya. Ciu Toako...
mendadak sekali... tiba tiba ia terguling dan seperti
pingsan....!"
Ciu Tie Tamtai waktu itu tengah duduk bersila melancarkan
jalan pernapasannya, dan setelah lewat beberapa saat
lamanya, ia melompat berdiri sambil berkata ; “Aha. akhirnya
aku akan berhasil membinasakan kalian semua….!" Dan Ciu
Tie Tamtai telah tertawa terbahak-bahak dengan suara yang
keras, wajahnya memancarkan kepuasan.

Yo Ko gusar bukan main, ia melompat kedekat Ciu Tie
Tamtai.
“Akal licik apa yang telah kau pergunakan untuk mencelakai
isteriku?" bentak Yo Ko.
“Hemmm, aku baru mempergunakan salah satu dari ketiga
bubuk pusaka yang kumiliki" menyahuti Ciu Tie Tamtai dengan
suara yang nyaring, wajahnya tidak memperlihatkan perasaan
jeri sedikitpun juga. “Itu baru kupergunakan bubuk "Capsah
Hun" (Tiga Belas Arwah), istrimu didalam waktu dua hari akan
terus menerus dengan keadaan itu, yaitu pingsan tidak
sadarkan diri, selewatnya itu, ia tidak akan bernapas lagi..!"
Dan setelah berkata begitur Ciu Tie Tamtai mengeluarkan
suara tertawa yang bergelak gelak keras sekali.
Muka Yo Ko merah padam karena murka. Ia menjejakkan
kakinya, tangan kirinya telah menyambar akan menghantan
Ciu Tie Tamtai.
Namun Ciu Tie Tamtai telah bersiap siaga sejak tadi,
melihat datangnya gempuran dari Yo Ko, ia berkelit dengan
cepat.
Tetapi Yo Ko waktu melihat gempuran tangan kirinya
tersebut tidak berhasil mengenai sasarannya, ia tidak segera
berhenti, berbareng lengan bajunya yang sebelah kanan yang
kosong itu telah bergerak akan melibat batang leher Ciu Tie
Tamtai.
Gerakan yang dilakukan oleh Yo Ko sangat gesit dan cepat
sekali, karena waktu itu Tiu Tie Tarniui belum lagi bisa berdiri
tetap, karena baru saja mengelakan dari dari serangan tangan
kirinya Yo Ko dan serangan tangan baju sebelah kanan itu
telah menyambar dekat sekali kelehernya, akan melibat.
Dan lengan baju sebelah kanan dari Yo Ko tersebut
bukanlah merupakan tangan baju biasa, karena pada tangan

baju yang kosong tersebut berisikan tenaga sinkang yang kuat
sekali
Dengan demikian, Ciu Tie Tamtai tidak berani berayal,
sambil mengeluarkan suara serak-kan marah, ia melompat
kebelakang lagi beberapa tindak dan membarengi dengan itu,
jari telunjuk tangan kanannya telah menyentil dan Yo Ko
segera membaui sesuatu yang tidak sedap.
Rupanya memang Ciu Tie Tamtai telah rnempergunakan
sejenis racun yang hebat daya kerjanya. Ia tadi begitu
terdesak oleh Siauw Liong Lie. sehingga dalam keadaan antara
mati dan hidup ia telah mempergunakan racun "Capsah hun,"
yaitu racun tiga belas arwah. Bubuk racun itu terlalu halus,
dan jika tidak diperhatikan benar benar, maka tidak akan
terlihat oleh mata manusia biasa. Itulah sebabnya, karena
racun yang disebunyikan pada kuku tangan Ciu Tie Tamtai
tersebut, telah tercium oleh Siauw Liong Lie, nyonya Yo
tersebut telah terjungkal rubuh dengan keaadannya yang
menguatirkan sekali.
Kini Yo Ko mencium hal yang aneh terkejut, tidak berayal
lagi, ia menutup pernapasannya.
Tetapi karena ia telah mencium sedikit hawa racun
tersebut, tidak urung Yo Ko merasakan kepalanya agak
pening. Namun Sin Tiauw Taihiap telah memusatkan tenaga
lwekangnya, dan kemudian ia mengatur jalan pernapasannya
mendesak hawa kotor tersebut untuk keluar dari pori pori
kulitnya.
Yo Ko juga tidak tinggal diam, melihat Ciu Tie Tamtai
tengah melompat mundur menjauhi diri, ia telah menjejakkan
kakinya tubuhnya mencelat dengan cepat sekali, tangan
dirinya kembali melancarkan gempuran kepada Ciu Tie
Tamtai.
Ciu Tie Tamtai waktu itu merasa girang semula ia menduga
bahwa serangan racunnya itu berhasil. Namun kenyataannya

Yo Ko tidak berhasil dicelakainya. Demikian ia telah
mengeluarkan seruan kaget disaat tenaga gempuran Yo Ko
telah tiba didekatnya. Apa lagi Yo Ko juga bukan menyerang
dengan satu jurus saja, dimana tangan bajunya yang sebelah
kanan telah digerakkan juga maka Ciu Tie Tamtai telah
diserang dari dua jurusan, dari tangan kirinya mengalir
kekuatan lwekang yang keras dan kuat, yang bisa
menghancurkan batu gunung yang berukuran besar juga dari
lengan baju Yo Ko yang sebelah kanan itu telah, meluncur
kekuatan lwekang yang dikombinasikan antara tenaga Im dan
Yang, yaitu tenaga lunak dan tenaga keras.
Dengan demikian, segera juga tubuh Ciu Tie Tamtai jadi
terhuyung huyung mundur agak gugup, karena ia merasakan
desakan tenaga dalam Yo Ko yang merangseknya. Matimatian
Ciu Tie Tamtai telah memusatkan singkangnya untuk
menangkis tetapi usahanya itu gagal.
Dalam gusarnya Yo Ko telah mempergunakan ilmu
simpanannya yang paling hebat, yaitu ilmu gabungan antara lt
Yang Cie dengan ilmu pukulan telapak tangan tunggal. Yo Ko
juga menyerang degan mengerahkan sembilan bagian tenaga
lwekangnya.
Tidak ampun lagi tubuh Cin Tie Tamtai yang terkena
gempuran itu melayang ketengah udara seperti layang layang
yang putus talinya dan kemudian tubuhnya telah ambruk
terbanting diatas tanah . Walaupun tidak sampai pingsan,
tetapi Ciu Tie Tamtai juga tidak bisa segera bangkit dari
rebahnya, ia pun mengerang-erang, karena ada tiga tulang
rusuk yang telah patah akibat gempuran Yo Ko .
Ciu-pek Thong bersorak dengan suara yang nyaring :
"Bagus. . . ! Bagus. . .. ! " dan ia melompat mendekati Ciu Tie
Tamtai, segera ia menggerakan kaki kanannya untuk
menendang.

Tubuh Ciu Tie Tamtai telah berhasil di tendangnya
melambung ketengah udara, sehingga tubuh Ciu Tie Tamtai
kembali meluncur terbanting diatas tanah dengan keras.
Dengan mengeluarkan suara jeritan kesakitan tubuh Ciu Tie
Tamtai jadi meringkuk diatas tanah, ia tidak bisa untuk
bangkit berdiri , bergerak saja sulit. Ciu Pek Thong telah
melangkah mendekati dan ia menggerakkan kakinya pula,
cepat bukan main , kakinya menendang lagi.
Seketika, tubuh Ciu Tie Tamtai tertendang pula, dan ketika
terbanting diatas tanah, seketika ia menjadi pingsan tidak
sadarkan diri.
Ye Ko melompat kedekat tubuh Ciu Tie Tamtai, dan ia
berjongkok merogoh saku orang untuk mencari obat penawar
racun.
Dari dalam saku Ciu Tie Tamtai di jumpainya beberapa
macam barang dan juga uang yang tidak begitu banyak, dan
diwaktu itu, ia juga melihat tiga macam botol yang berukuran
kecil, terbuat dari beling berwarna hijau.
Segera Yo Ko membuka tutup botol yang satunya
mendekati mulut botol kehidungnya dan menciumnya.
Setelah menciumi ketika botol tersebut bergantian,
akhirnya Yo Ko memilih botol yang satunya, yang dibawa
kedekat Siauw Liong Lie, ia menuang isi botol tersebut, yang
merupakan bubuk halus, kemudian memasukan kedalam
mulut Siauw Liong Lie.
Dengan bantuan air ludah, akhirnya obat bubuk tersebut
tertelan.
Tetapi bola mata Siauw Liong Lie masih terbalik dan
napasnya juga menyesak, namun wajahnya tidak sepucat tadi,
Dengan penuh kekuatiran Yo Ko dan Ciu Pek Thong juga Yo
Him telah mengawasi Siauw Liong Lie, dan berangsur-angsur

muka Siauw Liong Lie merah kembali, dan juga bola matanya
telah putih seperti biasa.
Setelah napas Siauw Liong Lie tidak tersendat sendat lagi,
ia bangun untuk duduk, dengan dibantu oleh Yo Ko.
“Mana... mana manusia jahat itu ?" tanya Siauw Liong Lie
begitu ia membuka suara, “Aku... aku telah dicelakainya
dengan semacam racun jahat olehnya ..!"
Yo Ko menoleh, ia melihat Ciu Tie Tam tai menggeletak
ditanah masih pingsan tidak sadarkan diri. Tetapi diwaktu itu
Yo Ko, dan juga kemudian Ciu Pek Thong serta Yo Him, jadi
mengeluarkan seruan tertahan, karena Tiat To Hoat-ong dan
Turkichi, telah tidak berada ditempat tersebut.
„Mereka telah melarikan diri disaat kita tidak
memperhatikan..!" kata Ciu Pek Thong mendongkol.
Yo Ko menghela napas.
„Biarlah nanti juga kita akan bertemu lagi dengan
mereka...!" katanya.
Setelah Siauw Liong Lie bisa berdiri, waktu itu Yo Ko telah
menghampiri Ciu Tie Tamtai. Ia telah menotok beberapa jalan
darah dari Ciu Tie Tamtai, dan kemudian menendang jalan
darah "Ma-liong” yang terletak didekat punggung, seketika Ciu
Tie Tamtai tersadar dari pingsannya Namun ia hanya bisa
membuka matanya, tanpa bisa menggerakkan tubuhnya, dari
mulutnya terdengar suara rintihan yang perlahan sekali.
Beberapa kali Ciu Tie Tamtai menggerakkan kaki dan
tangannya, namun selalu gagal.
Waktu itu Yo Ko telah berkata dengan suara yang dingin:"
Engkau harus bicara yang sebenarnya dan menjawab
pertanyaan2 ku dengan jujur. Sekali saja engkau berdusta,
hemm, hemm aku tidak akan memberi ampun lagi ke padamu.
.!"

Mata Ciu Tie Tamtai telah memandang Yo Ko dengan sinar
yang tajam, kemudian dengan suara seperti mengerang, ia
berkata perlahan: "Apa yarg hendak kau tanyakan?"
„Berapa jauh tentara Mongolia telah menyelusup masuk
kedaratan Tionggoan" tanya Yo Ko kemudian sambil
mengawasi tajam pada Ciu Tie Tamtai.
Cm Tie Tamtai tidak segera menjawab, dia berdiam diri
sesaat lamanya.
“Katakan yang sebenarnya... berapa kekuatan tentara
Mongolia yang akan menyerbu kedaratan Tionggoan, dan
berapa banyak jago yang dikerahkan. Dan juga ceritakan
kepadaku, sudah berapa jauh tentara Mongolia merencanakan
penyerbuannya kekota Siayang.., !"
Ciu Tie Tamtai menghela napas, Ia telah terjatuh ditangan
musuhnya, dan juga dalam keadaan tertotok, sehingga ia
tidak berdaya apa-apa maka setelah berdiam lagi beberapa
lama, ia berkata dingin : “Jika engkau hendak membinasakan
aku, bunuhlah..... aku tidak akan bicara, Tetapi yang pasti,
akan banyak sekali jago jago Mongolia yang turun kedaratan
Tionggoan untuk melampiaskan sakit hatiku ini...!"
Mendengar perkataan Ciu Tie Tamtai, seketika Yo Ko
tertawa dingin.
"Hemmmmm......katanya dengan tawar. "Jika demikian aku
terpaksa harus mengorek keterangan dari mulutmu dengan
mempergunakan caraku.....!"
-oo0dw0oo-
Jilid 32
WAKTU itu, Siauw Liong Lie dan Ciu Pek Thong telah
melangkah kedekat YoKo. Siauw Liong Lie berkata, perlahan

"Dia tentu mengetahui jelas tentang pasukan tentara Mongolia
yang akan menyerbu masuk kedaratan Tionggoan, jangan
dibinasakan dulu, terlebih baik kita mengorek keterangannya
dulu dari mulut dia...!”
Dan setelah berkata begitu, Siauw Liong Lie berjongkok
didekat Ciu Tie Tamtai.
„Apakah benar benar engkau tidak mau bicara secara baik
baik? "tanya Siauw Liong Lie.
„Hemmm, engkau hendak membunuhku!" kata Ciu Tie
Tamtai dengan suara yang nyaring mengandung marah dan
penasan. "Tetapi jangan kalian harap bisa mcmperoleh suatu
keterangan dari mulutku...!"
Siauw Liong Lie mendengus, kemudian tertawa dingin,
tangan kirinya segera bekerja menotok beberapa jalan darah
ditubuh Ciu Tie Tamtai.
Memang buru-buru Ciu Tie Tamtai tidak merasakan apa
apa atas totokan tersebut- teta pi lewat sejenak lamanya,
seketika tubuhnya terasa kejang kejang dan juga disekujur
tubuhnya seperti juga dijalani oleh ribuan semut.
Dan yang menyiksa lagi dirinya, ia merasakan pada siku
dan sambungan tulang-tulangnya tetasa ngilu sekali, seperti
juga ditusuk-tusuk oleh besi yang tajam, menimbulkan
perasaan nyeri dan sakit bukan main.
Selelah bertahan beberapa lamanya, akhirnya Ciu Tie
Tamtai telah mengerang dengan suara yang menyayatkan.
Siauw Liong Lie tertawa dingin, katanya, “Jika engkau tetap
tidak mau bicara, aku akan menotok jalan darah "Pai-cie hiat"
mu.... Aku mau lihat, apakah setelah itu engkau mau bicara
yang benar atau tidak…. !”
Muka Ciu Tie Tamtai ketika mendengar akan ditotok
jalanan darah "Pai cie-hiatnya berobah jadi pucat pias, ia
menggidik ngeri sebab ia mengetahui apa artinya jika saja

jalan darah"Pai cie-hiat" nya kena ditotok oleh Siauw Liong
Lie.
Pai cie hiat merupakan jalan darah yang terletak antara
persimpangan jalan darah " Ku lung hiat ', dan jalan darah "Tu
lie hiat ", kedua jalan darah yang terletak antara pinggang dan
pinggul, jika saja jalan darah Pai cie hiat kena ditotok oleh
lawan, niscaya korban totokan tersebut akan menderita
kesakitan selama empat puluh hari empat puluh malam, dan
tenaga dalamnya buyar kepandaian silatnya punah. Dengan
demikian, seumur hidup dia akan menjadi bercacat .
Maka hebat ancaman yang diberikan oleh Siauw Liong Lie,
karena jika sampai jalan darah Pai cie hiat-nya ditotok tidak
ada ampunnya lagi ia akan menjadi manusia bercacat.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian tinggi,
buat Ciu Tie Tamtai kematian bukanlah merupakan hal yang
perlu ditakuti. Tetapi justru yang membuat dia kuatir kalau
kalau ia menjadi manusia yang lemah: Karena itu. takutnya
jadi berkecamuk didalam hatinya.
Melihat muka Ciu Tie Tamtai berobah pucat pias seketika
Siauw Liong Lie memperdengarkan suara tertawa dingin,
katanya:" Hemm engkau tentu tidak mau jika jalan darah "Pai
cie hiat" ditubuhmu ditotok olehku, bukan?"
Akhirnya Ciu Tle Tamtai telah menghela napas dengan
sikap berputus asa.
„Baiklah," katanya kemudian. “Jika memang begitu, berarti
aku sudah tidak bisa mengatakan apa-apa...!"
„Ternyata engkau seorang yang bijaksana bisa melihat
selatan..." kata Siauw Liong Lie girang." Nah. sekarang
katakanlah, rencana apa yang telah disusun oleh Khan-mu??
„Hemm, untuk menceritakan semua itu sangat panjang dan
tidak akan habis satu harian...!"wajahnya Ciu Tie

Tamtai."Tetapi sekarang yang penting, kalian harus
membebaskan aku dari totokan kalian...!''
„Hemm, tentu saja kami akan membebaskan seluruh
rencana yang disusun oleh Khan kalian...!" menjawab Siauw
Liong Lie sambil tertawa dingin.
“Tetapi bagaimana aku bisa menceritakan segalanya jika
aku dalam keadaan tertotok seperti ini?" kata Ciu Tie Tamtai
gusar.
„Bukankah engkau bercerita dengan mulutmu ?" tanya
Siauw Liong Lie. „Dengan rebah disitu saja, tentu engkau bisa
menceritakan segalanya....!"
Habis daya Ciu Tie Tamtai, akhirnya ia menceritakan juga
rencana dari Kublai Khan, dimana Khan nya tersebut akan
menyerbu Siangyang, untuk merebut daratan Tionggoan.
Begitu juga rahasia kekuatan dari angkatan perangnya
Kublai Khan telah diceritakannya dengan lengkap, berikut
berapa banyak orang-orang gagah yang pandai ilmu silat
bergabung didalamnya.
Setelah mendengar selesai cerita Ciu Tie Tamtai, Siauw
Liong Lie membebaskan totokannya. Pada waktu itu Ciu Tie
Tamtai telah letih bukan main, tenaganya seperti telah habis,
dan ia ngeloyor pergi meninggalkan tempat tersebut tanpa
mengucapkan sepatah kata pun juga.
Sedangkan Yo Ko bersama Siauw Liong Lie, Yo Him dan Ciu
Pek Thong kembali ke rumah penginapan, setelah beristirahat
satu malaman, akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya ke
Siangyang.
Waktu mereka tiba di Sianyang, ternyata kota tersebut,
kota terdepan untuk pertahanan dari tentara Song
menghadapi pasukan Mongolia yang akan menyerbu masuk
kedaratan Tionggoan, tampak kesibukan para laskar dan
tentara Song yang tengah bersiap siap mengadakan

penjagaan. Begitu pula para penduduk Siangyang yang telah
ikut membantu pera tentara kerajaan Song tersebut sibuk
dengan berbagai pekerjaan mereka. Yang pria sibuk melatih
mempergunakan tombak dan berbagai senjata tajam lainnya,
sedangkan yang wanita sibuk untuk memasak para tentara
kerajaan Song tersebut.
Di Siangyang, akhirnya Yo Ko berkumpul dengan It Teng
Taisu, dan para orang2 gagah lainnya, termasuk Phang Kui In.
Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki nama sangat
terkenal dan dihormati, Yo Ko telah diangkat untuk memimpin
mereka dalam hal menyusun kekuatan, membantu pihak
tentara kerajaan Song menghadapi ancaman serangan tentara
Mongolia.
Yo Ko juga tidak menolak jabatan yang diberikan
kepadanya.
Karena ancamau serangan tentara Mongolia yang akan
menyerbu kedaratan Tionggoan tampaknya tidak akan lama
lagi, maka Yo Ko dan orang-orang gagah lainnya telah
berusaha untuk menghimpun kekuatan guna kelak
dipergunakan membantu para tentara kerajaan Song
menghadapi pasukan kerajaan Mongolia.
Kwee Ceng dan Oey Yong juga telah datang ke Siangyang.
Dan mereka saat itu telah berusia lanjut, tetapi semangat dan
kegagahan mereka masih menyala-nyala.
Enam belas tahun yang telah lalu Kwee Ceng lah yang
memimpin para orang-orang gagah bantu mempertahankam
Siangyang dari serangan orang-orang Mongolia, maka kini
iapun banyak bantu memberikan petunjuknya.
Sesungguhnya telah beberapa kali Yo Ko meminta pada
Kwee Ceng agar mau menjabat kedudukan sebagai pemimpin
para orang gagah di Siangyang untuk menghimpm kekuatan,
sebab menurut Yo Ko, Kwee Ceng tentunya lebih
berpengalaman dari dia.

Tetapi Kwee Ceng telah menolaknya. Dan dengan demikian
Yo Ko yang tetap menjadi pemimpin dari para orang orang
gagah tersebut.
Sedangkan Phang Kui In dan orang-orang gagah yang
bekerja keras siang dan malam untuk melatih para penduduk
pria kota Siangyang, agar mereka bisa mengerti ilmu perang
ataupun ilmu mempergunakan senjata tajam, telah berhasil
menghimpun cukup banyak laskar rakyat tersebut. Hampir tiga
ribu orang pria dari penduduk kota Siangyang tersebut yang
telah berhasil dilatih mereka, sehingga memiliki kepandaian
mempergunakan senjata tajam yang mengagumkan.
Yo Ko selama itu telah menyebar beberapa orang-orang
panjai untuk menyelidiki keadaan diperbatasan, untuk mencari
tahu sampai berapa jauh gerakan yang telah dilakukan oleh
tentara Mongolia.
Dalam keadaan seperti itu, dimana negara tengah
terancam bahaya perang, maka seluruh penduduk Siangyang
siang dan malam telah mempersiapkan diri untuk dapat
berbuat sekuat dan semampu mereka membantu para tentara
kerajaan Song.
Rupanya pihak Mongolia juga telah menyebar orang
orangnya yang memiliki kepandaian silat yang lumayan
tingginya, unttk menyelusup kedalam Siangyang, guna
melakukan penyelidikan.
Tetapi karena ketatnya Yo Ko dan kawan-kawannya
melakukan penjagaan, dengan demikian akhirnya mereka
berhasil' menangkap empat orang Mongolia yang telah
menyelusup ke dalam kota Siangyang, memata-matai mereka.
Dari mulut para mata-mata Mongolia tersebut Yo Ko berhasil
mengorek keterangan yang mereka perlukan.
Dengan demikian bertambah banyak pula keterangan
keterarangan yang bisa dikumpulkan oleh pihak tentara Song.

Kwee Ceng pernah suatu kali menganjurkan Yo Ko agar
mengirim beberapa orang sahabat mereka pergi melakukan
penyelidikan digaris depan, guna mengawasi gerak-gerik
tentara musuh.
Maka Yo Ko telah mengutus Yo Him dan Phang Kui In.
untuk menyelidiki keadaan digaris depan. Yo Him yang
menerima perintah tersebut dari ayahnya, jagi girang bukan
main, Begitu pula Phang Kui In, ia jadi begitu semangat. Pada
malam harinya, keduanya telah meninggalkan Siangyang.
Untuk mencapai perbatasan, mereka memerlukan waktu
dua hari perjalanan. Dan mereka tiba digaris depan waktu hari
menjelang magrib. Dlwaktu itulah, Yo Him dan Phang Kui In
telah mencari rumah penduduk, untuk menginap.
Setelah beristirahat satu harian, mereka telah menyelidiki,
keadaan garis depan tersebut. Pekerjaan menyelidiki, yang
mereka lakukan tersebut tidak begitu sulit, karena memang
mereka memiliki kepandaian yang cukup tinggi Dan juga
tentara Mongolia yang bertemu dengan kedua orang ini.
hanya menduga babwa mereka adalah rakyat jelata bangsa
Han yang bertempat tinggal disekitar tempat tersebut. Yo Him
dan Phang Kui In memang berpakaian sederhana dan sengaja
mengotori muka mereka dengan debu .Disamping itu mereka
pun membawa masing-masing sebatang kampak. Sepintas
lalu, mereka memang merupakan penduduk perbatasan
tersebut, yang kebanyakan menuntut penghidupan sebagai
penebang pohon.
Tetapi waktu malam telah menyelimuti daerah perbatasan
tersebut, Yo Him dan Phang Kui telah menyelusup kedaerah
yang dikuast oleh tentara Mongolia. Mereka memiliki gingkang
yaag tinggi, dengan mudah mereka berhasil melewatkan
penjagaan dari tentara Mongolia tersebut. Dengan demikian
mereka bisa melaksanakan tugas mereka dengan baik, Dan
juga Yo Him bersama Phang Kui In telah menyelidiki berapa

kekuatan pasukan kuda dari tentara Mongolia tersebut,
disamping kekuatan dari pasukan panah musuh.
Seperti diketahui bahwa tentara Mongolia ahkli sekali dalam
hal menunggang kuda, dan juga mereka terkenal akan
keampuhan dan ketangguhan pasukan panahnya. Dengan
demikian, kedua macam pasukan tersebut yang paling
diandalkan sekali oleh Khan Mongolia.
Terlebih lagi sekarang Kublai Khan telah melihat kegagalan,
yang diderita oleh kakaknya, yaitu Mangu (Hiang Cong),
dengan mendirinya pelajaran pahit itu Kublai Khan bertindak
lebih hati-hati.
Selama enam belas tahun lamanya, ia telah melatih
tentaranya sebaik mungkin, di-mana ia meningkatkan
keterampilan dari pasukan perangnya.
Memang Kublai Khan berhasil dengan baik, dimana
angkatan perang Mongolia waktu itu telah bertambah besar
dan kuat. Dan selama enam belas tahun ini, Kublai Khas telah
mengumpulkan banyak sedikit data data mengenai kelemahan
pihak kerajaan Song. Dan setelah ia merasa tiba di waktunya,
kini ia mulai menyerbu kembali ke daratan Tionggoan. guna
menaklukkan, kerajaan tersebut, meraih daratan Tionggoan
yang ingin dikuasai.
Yo Him dan Phang Kui In yang tiba di tangsi terdepan dari
pasukan muka Kublai Kban tersebut, melibat bahwa pasukan
tentara Mongolia yang diam digaris depan tersebut berjumlah
lebih dari 7000 orang.
Penjagaan digaris tangsi depan tersebut kuat sekali, dan
juga diantara tangsi yang memenuhi tempat tersebut,
terdapat sebuah tenda yang indah menarik, berukiran besar
sekali. Dibangun dengan tiang2 kayu dan balok yang
berukuran-besar, mirip dengan sebuah bangunan gedung
yang besar.

Hawa udara pada waktu itu panas sekali, Yo Him dan
Phang Kui In telah bersembunyi disebelah kanan dari tenda
besar tersebut. Mereka menduga, tentunya tenda tersebut
merupakan tenda dari komandan pasukan tentara Mongolia
yang berada digaiis depan tersebut.
Tetapi waktu Yo Him dan Phang Kui In tengah berjongkok
ditempat itu, tiba-tiba ada yang membentak: “Siapa disitu ?”
suaranya kasar dan keras.
Yo Him dan Phang Kui In terkejut, tetapi cepat sekali
mereka bisa menguasai diri, waktu mereka melirik dilihatnya
dua orang berpakaian sebagai tentara Mongolia tengah
mendatangi kearah mereka.
Yo Him mengedipkan matarya kepada Phang Kui In lalu
tanpa mengucapkan sepatah perkataan juga tubuhnya telah
melompat cepat sekali. Gerakan tubuhnya begitu ringan,
melayang menyambar salah seorang dari kedua tentara
Mongolia tersebut.
Gerakan yang dilakukan Yo Him sesungguhnya sangat
cepat ia yakin akan berhasil mencekal lengan tentara Mongolia
yang seorang itu, yang akan dibantingnya.
Tetapi kesudahannya justru lain sama sekali karena
diwaktu orang Mongolia tersebut dengan mudah dapat
mengelakkan diri.
Melihat ini Yo Him jadi mengeluarkan seruan heran, namun
ia tidak menarik pulang tangannya, melainkan terus juga ia
melanjutkan cengkeramnya itu kearah dada lawan, yang
waktu itu telah melompat kesamping kanan.
Tetapi sekali lagi orang Mongolia tersebut berhasil
mengelakan diri.
Phang Kui In yang melihat dua kali Yo Him tidak berhasil
mencekal badannya, segera menjejakan kakinya, tubuhnya
seperti seekor burung rajawali menyambar kelinci telah

melayang dengan gesit sekali, menghantami kearah kepala
dari tentara Mongolia yang seorang lagi .
Phang Kui In juga tidak berlaku segan-segan untuk
menurunkan tangan keras, dimana pada telapak tangannya itu
telah dikerahkan tenaga lwekangnya, sehingga jika ia berhasil
memukul tentara Mcngolia yang seorang itu, tentu orang
tersebut akan terbinasa.
Hal ini dilakukan oleh Phang Kui ln karena ia kuatir jika
mereka berlaku- lamban tentu kedua orang tersebut akan
menimbulkan suara berisik dan kelak akan menyebabkan
tentara Mongolia yang lainnya berdatangan.
Tetapi Phang Kui In memukul angin, karena tentara
Mongolia yang seorang itupun telah berhasil mengelakan diri
dari pukulan orang she Phang tersebut .
Maka tentara Mongolia yang seorang ini telah mengulurkan
tangannya dengan cepat sekali in telah mencengkeram kearah
dada Phang Kui In, dan ia juga telah menarik dengan kuat
sekali, maksudnya hendak membanting Phang Kui In. Dan
itulah cara gulat yang memang dimiliki mahir sekali oleh tentra
Mongolia tersebut.
Seperti diketahui bahwa rakyat Mongolia gemar sekali
melatih ilmu gulat, dan hampir setiap pria Mongolia juga
menguasai ilmu gulat tersebut.
Phang Kui In yang merasakan baju dibagian dadanya telah
dicekal oleh tangan lawannya, terkejut dan mengeluarkan
suara seruan keras, dan waktu tubuhnya akan ditarik dan
dibanting cepat bukan main, nampak Phang Kui In
menggerakkan kaki kanannya menendang, maka cepat sekali
mengenai pundak dari lawannya.
Seketika tentara Mongolia yang seorang tersebut
mengeluarkan suara keluhnya yang perlahan, tubuhnya telah
terhuyung dan tangannya terasa semper tidak bertenaga lagi,
sehingga cekalannya pada pakaian Phang Kui In jadi terlepas.

Yo Him sendiri yatg melihat dua kali ia menyerang, dua kali
ia menemui kegagalan, dengan demikian membuat ia
penasaran. Ia mengetahui bahwa tentara Mongolia yang
diserangnya itu memang memiliki ilmu dan kepandaian gulat
yang cukup tinggi, disamping itu juga tentara Mongolia
tersebut memiliki ginkang atau ilmu meringankan tubuh yang
cukup gesit, sehingga dua kali ia melancarkan pukulan dan
cengkeraman, tentara Mongolia tersebut bisa mengelakkan
diri.
Maka serangan, tidak berlaku lambat lagi, cepat luar biasa,
tangan kirinya digerakan akan menghantam muka orang,
sedangkan tangan kanannya meluncur akan menotok.
Tentara Mongolia, tersebut melihat betapa tangan kiri Yo
Him menyambar kearah mukanya, maka ia telah
mengeluarkan suara seruan kaget dan melompat mundur.
Tetapi begitu dia bergerak, segera jari tangan kanan dari
Yo Him telah singgah dijalan darah Lung cie hiat nya, maka
tidak ampun lagi tubuhnya telah terjungkel rubuh, karena
diwaktu itu ia merasakan betapa seluruh tenaganya telah
lenyap.
Yo Him setelah membereskan lawannya! yang seorang ini.
segera melompat lagi kepada tentara Mongolia yang seorang
itu, yang tangannya telah semper akibat tendangan kaki
Phang Kui In.
Tanpa mengucapkan sepatah perkataan, tampak tangan
kanan Yo Him telah bergerak, dan ia menotok jalan darah
Ciang-kie hiat" dari tentara Mongolia yang seorang itu tampa
ampun lagi tubuh tentara Mongolia yang seorang itupun
terjungkal rubuh, dan tidak bisa berkutik kembali.
Phang Kui In dan Yo Him cepat menyelinap kebagian lain
dari tenda tersebut. Dan mereka telah menyelinap masuk
kebagian dalamnya.

Ternyata didalam tenda tersebut, yang terbagi dalam tiga
ruangan, terjaga kuat sekali. Didalam tenda itu tampak
belasan tentara Mongolia yang melakukan penjagaan, tetapi
sebagian dari mereka telah ada yng meringkuk diatas tanah
belasan kulit kerbau, tengah tertidur nyenyak. Yang tertinggal
yang masih melakukan penjagaan hanya lima orang penjaga
belaka.
Yo Him dan Phang Kui In saling pandang sejenak, lalu
keduanya telah mengangguk. Kemudian dengan serentak,
keduanya telah melompat kepada kelima penjaga tersebut.
Dengan gesit mereka telah mengerakkan tangan dan kaki
mereka dengan begitu tidak bersuara lagi, kelima penjaga
yang tengah lengah dan terkantuk-kantuk tersebut, telah
rubuh terguling, rebah tidak bisa berkutik lagi karena mereka
telah tertotok.
Phang Kui In dan Yo Him telah melompat memasuki
ruangan yang lainnya, yang terhalang oleh selapis kulit yang
lebar.
Disitu mereka melihat empat orang Mongolia yang
bertubuh tinggi besar, dan berpakaian lain dengan para
penjaga tadi, mungkin para perwira Mongolia, tengah tertidur
nyenyak.
Dengan perlahan dan langkah kaki yang tidak menimbulkan
suara, Yo Him telah menghampiri keempat perwira Mongolia
tersebut, kemudian menotoki merela, sehingga waktu,
keempat orang itu terbangun, mereka tidak bisa bergerak lagi.
Karena jalan darah mereka telah tertotok.
Yo Him bekerja cepat, bersama Phang. Kui ln dia
menggeledah tubuh keempat perwira Mongolia tersebut. Yo
Him dan Phang Kui In berhasil memperoleh beberapa gulung
surat, yang tanpa dilihat lagi telah mereka masukkan ke dalam
saku masing-masing. Mereka yakin, tentunya gulungan surat
tersebut merupakan rencana yang tertulis dan tersusun buat

para perwira tersebut melakukan penyerbuannya ke
Siangyang.
Kemudian Yo Him dan Phang Kui In melakukan
penyelidikan dibeberapa tempat lainnya.
Tetapi waktu mereka hendak berlalu dari tempat itu, tiba2
berkelebat sesosok tubuh, yang gerakannya begitu ringan dan
juga membentak dengan suara yang dalam : "Tahan....!”
Yo Him dan Phang Kui In menghentikan langkah kaki
mereka, dan telah melompat mundur dua langkah waktu
orang tersebut telah berada didekat mereka, terlalu dekat
sekali, hanya terpisah sejengkal tangan saja. Hal itu
disebabkan wajah orang tersebut sangat aneh, yaitu wajahnya
mirip dengan seekor lutung, dan tubuhnya kurus kering agak
membunguk. Cara berpakaiannya sebagai perwira Mongolia.
"Kalian berdua rupanya mata-mata dari kerajaan Song !”
kata orang tersebut dengan suara yang bengis, "Hemmm,
ditempat ini ada aku Mongolinggo jangan harap engkau
seenaknya keluar masuk ditempat kami ! Untuk masuk ke
dalam memang mudah, tetapi untuk berlalu, hemm, hemm,
jangan harap engkau bisa angkat kaki dari tempat ini....!" dan
membarengi dengan perkataannya itu, orang bertubuh kurus
bungkuk dan bermuka seperti lutung itu telah mengebutkan
tangan kanannya, yang kurus dan jari tangannya lancip-lancip.
Tetapi angin yang meluncur keluar dari tangan kurus itu
bukan main hebatnya, menderu-deru keras sekali.
Yo Him dan Phang Kui In waktu itu telah menduga bahwa
orang tersebut tentu memiliki kepandaian yang tinggi, karena
tubuhnya tadi telah bergerak begitu ringan sekali, dan waktu
kedua kakinya menginjak tanah, tidak menimbulkan suara, hal
itu membuktikan bahwa ginkang orang itu memang tinggi.
Tetapi belum lagi mereka tahu apa-apa dan waktu mereka
melihat tangan Molinggo telah digerakkan akan mengebut
kearah mereka angin dari telapak tangan Molinggo telah
mendesir kuat sekali, menghantam mereka dengan dahsyat.

Yo Him dan Phang Kui In mengeluarkan suara tertawa
dingin, tahu-tahu tubuh mereka telah bergerak cepat sekali,
untuk menerjang kearah Molinggo. Dengan demikian,
Molmggo telah diserarg berbareng oleh Yo Him dan Phang Kui
In.
Yo Him telah melancarkan totokan-totokan dengan
mempergunakan ilmu totokan It yang-cie, yang pernah
diperolehnya dari It Teng Taisu.
Diserang dengan ilmu menotok It Yang Cie tersebut, telah
membuat Molinggo jadi kelabakan, karena ilmu totokan jari
tunggal tersebut, merupakan ilmu yang benar-benar ampuh.
Walaupun hanya menyerang dan menotok dengan
mempergunakan jari telunjuk saja, namun dari jari telunjuk itu
justru telah mengeluarkan kekuatan tenaga sinkang yang
sangat dahsyat dan bisa menghancurkan batu maupun besi,
terlebih lagi tubuh manusia. Selain akan tertotok, juga akan
membuat bagian anggota tubuh yang tertotok akan menjadi
hancur karenanya. Dengan demikian, Molinggo, yang rupanya
memiliki pengalaman sangat luas, telah bisa melihat bahwa It
Yang Cie bukanlah ilmu yang sembarangan.
Phang Kui In juga telah melancarkan pukulan yang benubitubi
dan gencar sekali, setiap seranganaya selalu membawa
angin pukulan yang benar benar sangat kuat. Dengan
demikian, telah membuat Molinggo dikurung dari dua jurusan,
oleh Yo Him dan Phang Kui In.
Tetapi Molinggo sama sekali tidak merasa jeri, karena ia
memang memiliki kepandaian yang tinggi. Karena itu,
beberapa kali ia telah berusaha untuk mengelakan serangan
serangan yang dilancarkan Yo Him dan Phang Ku In,
membarengi dengan mana iapun balas menyerang dengan
ilmu gulatnya yang dia latih cukup mahir.
Yo Him dan Phang Kui In walaupun masing-masing
mempergunakan kepandaiannya yang hebat, namun mereka
tidak berani sembarangan terlalu mendesak lawannya, karena

mereka melihat, sekali saja mereka melakukan serangan yang
gagal, niscaya diri mereka sendiri yang akan menjadi korban
dari akhli gulat tersebut. Dengan demikian, telah membuat
mereka jadi bersiap sedia dari setiap uluran tangan dan
cengkeraman tangan Molinggo.
Maka dari itu, walaupun dikurung oleh Yo Him dan Phang
Kui ln berdua, tokh kenyataannya Molinggo masih dapat
melayaninya dengan baik. Dan setiap serangan ilmu gulatnya
itu, memiliki keampuhan yang tidak bisa dibuat main2.
Beberapa kali tangan Yo Him maupun Phang Kui In hampir
kena dicekalnya, namun disebabkan Yo Him dan Phang Kui In
bergerak sangat gesit mereka selalu bisa meloloskan diri.
Semakin lama Molinggo rupanya semakin gusar, dia juga
penasaran sekali. Beberapa kali ia memperhebat cengkeraman
tangannya. Dan begitu juga, kedua kakinya telah bermain ikut
menendang, menggaet, mengangkat dan juga berbagai tipu
gulat lainnya.
Diwaktu ketiga orang ini terlibat dalam pertempuran yang
cukup panjang, tiba2 tampat dari arah kegelapan di sebelah
kann, berkelebat sesosok tubuh yang tinggi besar, diiringioleh
suara bentakan mengguntur: “Siapa yang membuat
kegaduhan di malam buta rata ini !?”
Yo Him dan Phang Kui Inr jadi tercekat hati mereka, karena
di saat itu justeru Phang Kui In dan Yo Him telah
mengenalinya bahwa orang yang baru datang itu tidak lain
dari Tiat To Hoat ong.
Tiat To Hoat ong sendiri, begitu tiba di tempat tersebut,
telah melibat Yo Him dan Phang Kui in, maka segera ia
tertawa bergelak-gelak .
“Oho, rupanya kalian ....!" katanya dengan suara yang
keras parau. ”Bagus bagus.. ... ! "

Dan belum lagi suaranya itu habis, tubuhnya yang tinggi
besar itu telah melompat menerjang kearah Yo Him dan
Phang Kui In.
Gerakan Tiat To Hoat ong sangat cepat sekali, ia telah
mengibaskan tangannya dua kali, dan telapak tangannya
mendera angin Iwekang yang sangat kuat sekali, tubuh Yo
Him dan juga Phang Kui In seperti diterjang angin topan yang
sedang mengamuk.
Diwaktu itulah tubuh kedua orang tersebut telah terlempar
ketengah udara.
Dengan mengeluarkan suara tertahan, Yo Him dan Phang
Kui In terbanting diatas tanah, keras sekali.
Hebat cara menyerang Tiat To Hoat ong, karena sekali saja
ia menggerakkan tangannya, ia telah berhasil membuat Yo
Him dan Phang Kui In terpental.
Sedangkan Molinggo ketika mengetahui siapa yang datang,
cepat2 memberi hormat, sambil katanya melapor "Hoat-ong,
kedua orang ini menyerbu ke daerah kita.,.,.mereka harus
ditangkap !”
Tiat To Hoat ong menganggukkan kepalanya, malah
sahutnya : “Ya aku kenal mereka ang seorang puteranya Sin
Tiauw Taihiap Yo Ko, itu sibuntung tengik yang terlalu
bertingkah dan yang seorang ini lagi adalah kawannya ...!"
Dan tanpa menantikan selesai perkataannya itu, segera Tiat
To Hoat-ong menjejakan kakinya tubuhnya telah meloncat
dengan gerakan yang sangat ringan sekali, dimana ia telah
menjulurkan kedua tangannya bermaksud menekuk Yo Him
dan Phang Km In.
Waktu itu sesungguhnya mata dari Yo Him dan Phang Kui
In masih berkunang-kunang maka ketika mereka hendak
brrdiri dan melihat datangnya serangan Tiat To Hoat ong
mereka cepat-cepat mengelakkan diri namun gerakan mereka

tidak secepat gerakan Tiat To Hoat ong, tidak ampun lagi
tubuh mereka kena dicekuk.
Begitu pundak mereka masing-masing kena dicengkeram
Tiat To Hoat ong, mereka seperti mati kutu, dan tidak bisa
bergerak lagi.
Tiat To Hoat ong telah mengeluarkan suara tertawa yang
sangat keras sekali. Dan ia telah mengangkat tubuh Yo Him
dan Phang Kui In dengan gerakan yang kuat sekali, kemudian
membantingnya diatas tanah, lalu kaki kanannya
dipergunakan menendang jalan darah "Lung-cie hiat" ditubuh
Yo Him, dan juga jalan darah ''Liang-siang-hiat" pada tubuh
Phang Kui In.
Seketika tubuh Phang Kui In dan Yo Him jadi kaku dan
tidak bisa bergerak, malah mereka menderita kesakitan yang
cukup hebat.
Tetapi baik Yo Him maupun Phang Kui In sama sekali tidak
merintih, mereka berdiam diri menahan sakit dan butir-butir
keringat saja yang mengucur keluar dari sekujur tubuh
mereka.
Tiat To Hoat ong telah mementang matanya lebar-lebar
dan mengawasinya dengan pandangan mata yang tajam
sekali. Kemudian pendeta Mongolia tersebut telah membentak
: "Kalian rupanya tengah memata-matai kami, bukan ?
Hemmm, hemmm. baiklah, sekarang aku akan meninggalkan
tanda mata pada tubuh kalian !”
Sehabis berkata begitu, Tiat To Hoat ong melirik kepada
Monlinggo. ia telah berkata perlahan : "Buka pakaian mereka
!"
Molinggo menurut dengan segera, dan ia telah membuka
pakaian Yo Him dan Phang Kui In.
Diwaktu itulah, Tiat To Hoat ong telah mengeluarkan golok
hitamnya.

"Hemmmm, nanti setelah aku beri tanda mata pada tubuh
kalian, barulah waktu itu kalian akan membebaskan untuk
kembali ketempat kalian. Bersiap-siaplah...,!" dan sehabis
berkata, begitu ia telah menggerakkan goloknya, akan
menggores perut Phang Kui In, dimana mata golok tersebut
telah digerakkan berulang kali. menggerat beberapa huruf.
Phang Kui In merasakan perutnya sangat, pedih, tetapi ia
tidak merintih, Namun belum lagi Tiat To Hoat ong
menyelesaikan tulisannya tersebut, dimana dia
mempergunakan goloknya menulis kata- kata menantang
ditubuh Phang Kui In dan darah juga telah bercucuran dari
tubuh yang tergores golok hitam tersebut, mendadak sekali
terdengar suara seseorang yang tertawa jenaka.
“Heh heh heh,"kata sosok tubuh yang baru datang
itu."Sungguh permainan yang tidak sedap dilihat...!"
Tiat To Hoat ong segera menoleh, dan dia melihatnya
bahwa orang tersebut tidak lain dari Ciu Pek Thong.
Muka Tiat To Hoat ong jadi berobah merah padam, karena
segera dia teringat betapa beberapa saat yang lalu Ciu Pek
Thong telah mencabuti kumis dan jenggotnya, yang kini
tumbuh tidak rata.
“Kau. ..?” bentak Tiat To Hoat ong dengan murka. Dan
tanpa mengeluarkan sepatrah perkataan lagi, tahu2 tubuhnya
telah melompat ketengah udara, golok hitamnya tersebut
telah berkelebat menyambar kearah Ciu Pek Thong, Rupanya
Tiat To Hoat ong karena terlalu murka telah menerjang dan
sekalian melancarkan bacokan yang begitu cepat kepada Ciu
Pek Thong. Sakit hatinya teringat betapa kumis dan
jenggotnya telah dipereteli oleh situa berandalan ini.
Tetapi Ciu Pek Thong memiliki ginkang yang tinggi luar
biasa, situa berandalan tersebut telah mengeluarkan suara
haha hehe yang tidak hentinya, beruntun telah mengelakkan

diri dari empat bacokan golok Tiat To Hoat-ong. sambil
berkelit dia juga menggerakkan tangan kanannya.
„Wuttt..!" telapak tangan kanannya itu telah melayang akan
menampar.
Tiat To Hoat-ong yang bermaksud mengelakkan tamparan
itu jadi terkejut, karena disaat itulah Ciu Pek Thong
membatalkan tamparan tangan kanannya, yang rupanya
hanya merupakan serangan ancamannya, tahu-tahu tangan
kirinya telah bergerak cepat sekali menghantam kearah
pundak Tiat To Hoat-ong.
Pendeta Mongolia tersebut, yang kaget bukan main, cepatcepat
menghindar lagi.
Namun terlambat.
Keras sekali, pundaknya telah kena di hantam oleh Ciu Pek
Thong.
Tubuh Tiat To Hoat-ong jadi terhuyung-huyung dan akan
rubuh.
Tiat To Hoat-ong gusar dan penasaran bukan main, untuk
membela diri dan melindungi tubuhnya dari serangan Ciu Pek
Thong berikutnya, ia telah memutar golok hitamnya dengan
cepat, sehingga tubuhnya terbungkus oleh gulungan cahaya
hitam golok pusakanya yang melindungi dirinya dari
serangan2 Ciu Pek Thong.
Tetapi Ciu Pek Thong memang memiliki kepandaian yang
telah mencapai pancak kesempurnaan, dimana selama tahuntahun
belakanpan ini situa berandalan tidak pernah jemu
melatih diri terus menerus. Selain gingkangnya yang telah
sempurna sehingga ia bisa bergerak ringan seperti terbang,
juga sinkangnya telah mencapai kesempurnaan yang
menakjubkan sekali.
Melihat Tiat To Hoat ong memutar golok hitamnya tersebut
seperti itu, maka tampak Ciu Pek Thong sambil tertawa keras

telah memutar kedua tangannya, dimana kedua tangannya itu
seperti juga mengiringi berputarnya golok hitam tersebut.
Dengan demikian, segera juga terlihat betapa golok hitam Tiat
To Hoat ong seperti diikat terus oleh kedua tangan Ciu Pek
Thong. Malah beberapa saat kemudian, Ciu Pek Thong
berkata: "Lepas !” jari telunjuknya telah menyentil dengan
kuat sekali.
Dan seketika itu juga golok hitam ditangan Tiat To Hoat
ong telah bertempur dan terlepas dari cekalannya. Luar biasa
kuatnya tenaga sentilan jari telunjuk Ciu Pek Thong, sehingga
begitu dia menyentil, segera golok tersebut terpental dan
telapak tangan Tiat To Hoat-ong terasa pedih sekali.
Tiat To Hoat ong kaget bukan main, dia masih sempat
melirik betapa golok hitamnya itu telah menancap diatas
tanah.
Ciu Pek Thong tidak berdiam sampai disitu saja, karena
Molinggo sambil sambil mengeluarkan bentakan bengis telah
menerjang maju! Manusia yang mukanya seperti lutung
tersebut telah melancarkan cengkeraman dengan ilmu
gulatnya. Hampir saja Ciu Pek Thong kena dicengkeram pada
bagian punggungnya.
Ciu Pek Thong telah memiringkan pundaknya, dan tanpa
menoleh ia mengibaskan tangannya kebelakang. Tangannya
saling bentur dengan tangan Molinggo yang kurus kering itu
dan berjari lancip-lancip.
Tidak ampun lagi, segera tubuh Molinggo terlempar keras
dan melayang ditengah udara. Tetapi sebagian seorang akhli
gulat yang memang benar-benar mahir, dengan sendirinya
waktu tubuhnya terbanting, Molinggo dengan cepat sekali
telah menggelinding dengan cara gulatnya.
Dengan begitu, ia tidak perlu sampai patah tulang pada
anggota tubuhnya.

Ciu Pek Thong tertawa keras sekali, tubuhnya melayang
kedekat Tiat To Hoat ong.
Tiat To Hoat ong melihat Ciu Pek Thong mendatangi,
tampa membuang waktu lagi, ia telah melompat untuk
menerjang kearah lawannya tersebut.
Ciu Pek Thong tertawa mengejek dan kemudian
menggerakkan tangan kanannya menghantam lagi kepada
Tiat To Hoat ong.
Waktu itu Tiat To Hoat ong telah mengerahkan sebagian
besar dari kekuatan tenaga dalamnya, maka waktu tangan
mereka saling bentur, seketika itu juga tubuh Hiat To Hoat
ong tergoncang terhuyung, beberapa langkah ke belakang.
Sedangkan Ciu Pek Thong merasakan tubuhnya seperti
diterjang oleh sesuatu kekuatan yang dahsyat, namun ia tidak
sampai terhuyung, hanya tubuhnya tergoyang-goyang saja.
Kembali Ciu Pek Thong telah menyerang pula dengan
telapak tangannya.
,,Plakkk, plakkk!” dua kali Ciu Pek Thong berhasil
menempiling muka Tiat To Hoat ong.
Rupanya, Tiat To Hoat ong yang belum bisa menguasai
kuda2 kedua kakinya, ketika menerima tamparan tangan Ciu
Pek Thong, berusaha untuk mengelakkan diri, namun
kenyataannya dia terlambat, sehingga wajahnya itu menjadi
sesaran dari tempilingan Tiat To Hoat ong.
Dengan meraung mengeluarkan suara seruan yang
mengandung kemarahan, tampak Tiat To Hoat-ong dengan
kalap telah melompat melancarkan tubrukan untuk merangsek
Ciu Pek Thong.
Tetapi Ciu Pek Thong dapat menghindar dengan mudah
tubrukan dari Tiat To Hoat-ong, dan sambil menghindar, kaki
kanannya telah menendang punggung lawannya sehingga
tidak ampun lagi Tiat To Hoat ong terjerunuk, dan hidungnya

telah mencium tanah. Dari hidungnya seketika mengucur
darah segar, yang membuat muka Tiat To Hoat-ongi jadi
berlepotan darah dan tambah menyeramkan.
Dengan kalap, dia telah melompat untuk menerjang lagi dia
telah mengulurkan kedua tanganya untuk mencengkeram
tubuh Ciu Pek Thong.
Tetapi memang situa berandalan jenaka itu merupakan
seorang tokoh persilatan yang benar-benar gemar berguyon,
maka setelah menghindarkan diri beberapa kali dari tubrukan
Tiat To Hoat ong, tiba-tiba ia telah melompat tinggi ketengah
udara.
Sambil melambung tinggi seperti itu kedua tangan Ciu Pek
Thong telah menghantam dengan kuat sekali.
"Bukkk,. ..!” tubuh Tiat To Hoat ong berhasil dihantamnya
kembali.
Sepeti juga sebuah bola yang menggelinding, maka
seketika itu juga tubuh Tiat To Hoat ong telah menggelundung
diatas tanah.
Dan dalam keadaan demikian, pandangan mata Tiat To
Hoat ong juga telah berkunang-kunang, tampaknya Tiat To
Hoat ong tidak bisa mempertahankan diri lagi, karena begitu
dia bangkit untuk berdiri, justru dia telah memuntahkan darah
segar.
Darah yang dimuntahkannya itu cukup banyak, dan
bergenang diatas tanah. Muka pendeta Mongolia tersebut
telah pucat pias.
Molinggo yang melihat Tiat To Hoat Ong terluka berat
seperti itu, dengan nekad dia telah melancarkan gempuran
dengan kedua telapak tangannya.
Kepandaian Tiat To Hoat ong sesungguhnya jauh lebih
hebat dan juga liehay melebihi Moliggo, tetapi justru Tiat To
Hoat ong tidak bisa menyerang Ciu Pek Thong, maka sekarang

apalagi Molinggo. Begitu dia menyerang, segera dia
menghantam tempat kosong, dengan cepat sekali Ciu Pek
Thong dapat menghindarkan diri dari pukulan yang
dilancarkan Molinggo.
Dengan penasaran Molinggo beberapa kali telah
melancarkan cengkeraman dan pukulan lagi.
Namun selalu gagal.
Dan setelah lima kali menghantam dan mengulurkan
tangannya untuk mencengkeram, namun selalu mengenai
tempat kosong, akhirnya Molinggo sudah tidak bisa menguasai
keseimbangan tubuhnya waktu tangan kanan Ciu Pek Thong
dengan cepat telah menghantam tepat sekali perutnya,
menyusul mana, diwaktu tubuh Molinggo terbungkukbungkuk,
Ciu Pek Thong menghantam punggung lawannya,
maka seketika itu juga tubuh Molinggo telah terjerunuk,
mukanya menghantam tanah dan dia pingsan seketika itu juga
!
Tiat To Hoat-ong masih mengerang berusaha untuk.
bangun, dan di waktu itulah, segera terlihat pendeta tersebut
menggerakkan tangan kanannya.
Tahu-tahu tiga cercah sinar kuning telah menyambar
kearah Ciu Pek Thong.
Samberan ketiga sinar kuning tersebut bukan main
cepatnya, mengeluarkan suara mendengung yang sangat
keras sekali, menunjukkan bahwa tenaga menimpuk dari Tiat
To Hoat-ong masih kuat sekali.
Segera terlibat ketiga sinar kuning itu yang menyambar tiga
bagian dari anggota tubuh Ciu Pek Thong, yaitu dada, perut
dan paha dari situa berandalan tersebut telah dekat sekali
pada sasarannya.
Tetapi Ciu Pek Thong malah tertawa tawa, dan dengan
mudah ia telah menangkap senjata rahasia yang dilontarkan

oleh Tiat To Hoat-ong, yang terdiri dari tiga buah mata uang
logam yang terbuat dari emas.
Ciu Pek Triong sambil menimang - nimang uang logam
tersebut, telah berkata. "Aha, aku memperoleh uang ! Tetapi
aku tidak membutuhkannya ! Nih, aku kembalikan …..!" dan
selelah bertata begitu, justru Ciu Pek Thong telah
menggerakkan tangannya, maka ketiga mata uang logam
tersebut telah menyambar cepat sekali kepada Tiat To Hoat
ong.
Namun menyambarnya ketiga mata uang logam emas
tersebut kuat sekali melebihi tenaga menimpuk yang dilakukan
oleh Tiat To Hoat ong.
Melihat menyambarnya ketiga senjatanya yang seperti akan
memakan majikan sendiri, Tiat To Hoat-ong jadi
mengeluarkan suara teriakan kaget dan berkuatir, mati-matian
dengan sisa tenaga yang ada padanya ia menggelinding pergi
menjauhi diri.
Ketiga mata uang logam tersebut telah menyambar tempat
kosong, namun segera menancap masuk kedalam tanah, dan
tidak tampak lagi.
Hebat cara menimpuk Ciu Pek Thong, dia menimpuk seperti
perlahan sekali, namun hebat kesudahannya, dimana mata
uang tersebut telah amblas dan lenyap kedalam tanah.
Tanpa memperdulikan Tiat To Hoat ong, Ciu Pek Thong
menghampiri Yo Him dan Phang Kui In.
Ia telah menggendong kedua orang itu, dia mengempitnya
dengan kedua tangannya, kemudian dengan mengeluarkan
suara yang nyaring sekali, ia telah menjejakkan kakinya,
tubuhnya telah berlari dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Dalam waktu sekejap mata saja, ia telah lenyap dari
pandangan mata Tiat To Hoat ong.

Tiba2 dari kejauhan terdengar suara ramai2, rupanya
keributan di tempat tersebut telah didengar oleh para penjaga
ditempat tersebut, yang segera berdatangan sambil berteriakteriak:
"Tangkap penjahat! Tangkap penjahat !” tapi mereka
mana bisa menangkap Ciu Pek Thong.
Tiat To Hoat ong yang gusar bukan main, begitu berdiri ia
telah menggerakkan tangan kanannya tahu-tahu ia telah
menghantam kepala salah seorang tentara Mongolia tersebut.
„Bukkk..!” kepala tentara itu telah pecah berantakan, dan
polohnya telah mengalir keluar bercampur darah, tanpa
sempat mengeluarkan suara gerengan lagi, tubuhnya telah
terkulai di saat itu juga. Rupanya Tiat To Hoat Ong
melampiaskan kemarahan kemendongkolan hatinya dengan
mempergunakan pukulan yang kuat seperti itu, sehingga
sekali hantam kepala orang tersebut telah pecah berantakan
dan terbinasa.
Dengan menggumam perlahan Tiat To Hoat-ong telah
ngeloyor pergi meninggalkan tempat tersebut, untuk
memberikan laporan kepada Kublai Khan.
==oo0dw0oo==
CIU PEK THONG ternyata kelika mengetahui Yo Him dan
Pang Kui In menerima perintah Yo Ko untuk pergi menyelidiki
keadaan digaris depan, segera menyatakan keinginannya pada
Yo Ko, untuk pergi kegaris depan, guna melihat-lihat keadaan
di sana.
Yo Ko memberikan ijinnya. Dan itulah sebabnya Ciu Pek
Thong bisa tiba tepat disaat Phang Kui In dan Yo Him hampir
saja celaka ditangannya Tiat To Hoat ong.
Dengan munculnya Ciu Pek Thong, maka jiwa Yo Him dan
Phang Kui In bisa diselamatkan.

Begitulah, telah membawa Yo Him dan Phang Kui In ke
Siangyang, Ciu Pek Thong menceritakan apa yang telah terjadi
dan menimpah diri dari kedua orang ini pada Yo Ko dan para
orang orang gagah lainnya.
Gulungan surat yang ada disakunya Yo Him ternyata
merupakan surat-surat penting dari rencana pihak Mongolia
yang merencanakan kapan dan bagaimana mereka akan
menerobos penjagaan di Siangyang.
Rupanya keempat perwira yang tengah tertidur di tangsi
mereka, dan juga telah dicuri surat-surat pentingnya tersebut,
merupakan perwira-perwira yang akan memimpin
penyerangan pembukaan.
Dengan berhasilnya Yo Him memperoleh surat-surat
penting itu maka pihak tentara kerajaan Song berhasil
menyusun kekuatan yang jauh lebih sempurna dimana bagianbagian
yang merupakan tempat-tempat yang lemah dan
menjadi inceran dari pasukan tentara Mongolia yang akan
menyerbu masuk, telah ditempatkan pasukan tentara Song
yang lebih banyak jumlahnya.
Begnu juga Yo Ko bersama Kwee Ceng, It Teng Taisu dan
orang-orang gagah lainnya, telah mempersiapkan segala
keperluan untuk kekuatan mereka, dimana pihak tentara
kerajaan Song telah dikerahkan dua ratus lie dari Siangyang.
Kwee Ceng juga menganjurkan agar tentara laskar dari
penduduk pria Siangyang yang telah dilatih, hanya menjaga
didalam kota Siang-yang. Mereka akan dikerahkan jika
pasukan prajurit Song kekurangan tenaga, dimana mereka
merupakan tenaga cadangan belaka.
Begitulah, dengan berhasilnya Yo Him memperoleh
sebagian dari rahasia rencana pihak Mongolia tersebut,
dengan demikian pihak tentara Song bisa menutupi
kelemahan-kelemahan dipihak mereka.

Setelah mengatur segala yang perlu, Yo Ko dan Kwee Ceng
beristirahat.
Namun menjelang tengah malam, Yo Ko terbangun dari
tidurnya karena mendengar suara ribut-ribut. Dengan ringan
tampak Yo Ko telah melompat dari pembaringannya, dan
melewati jendela kamar ia telah melompat keatas genting.
Bangunan dimana Yo Ko beristirahat, terdiri dari gedung
bertingkat dua, dan diatas genting dari tingkat kedua itu
tampak beberapa sosok bayangan yang tengah berkelebatkelebat
bertempur.
Yo Ko telah datang dengan cepat, dan segera ia melihat
Kwee Ceng dan juga It Teng Taisu, tengah bertenpur dengan
empat orang yang berpakaian sebagai orang Han, namun
wajah mereka lebih mirip orang Mongolia.
Dengari demikian, Yo Ko segera/ menyadari bahwa
keempat orang tersebut tentunya merupakan empat orang
mata-mata dari pihak Mongolia.
Usia keempat orang itu rata-rata telah enam puluh tahun,
wajah mereka juga bengis sekali, dengan kumis dan jenggot
yang kasar disamping itu hidung mereka juga mancung dan
bibir mereka dower. waktu itu kesmpat orang tersebut tengah
berusaha menghadapi serangan Kwee Ceng dan It Teng
Taisu. dimana mereka tampaknya kelabakan dan sibuk sekali
berkelit kesana-kemari.
Gerakan mereka cukup gesit, tetapi menghadapi dua orang
tokoh sakti yang sangat tinggi kepandaiannya seperti It Teng
Taisu dan Kwee Ceng, keempat orang itu benar-benar tidak
berdaya untuk balas menyerang, mereka hanya bisa berkelit
kesana kemari saja.
Dengan begitu, segera terlihat, tidak lama lagi tentu
keempat orang tersebut akan bisa dirubuhkan It Teng Taisu.

Yo Ko mengerutkan alisnya waktu melihat bertempur
keempat orang terebut, ia memperhatikan ilmu silat yang
dipergunakan oleh empat orang itu. Walaupun tidak
sesempurna ilmu silat It Teng Taisu dan juga Kwee Ceng,
namun kenyataannya keempat orang tersebut memiliki
kepandaian yang cukup tinggi dan bukan sembarangan.
„Siapakah mereka?" berpikir Yo Ko di dalam hati. “Ternyata
pihak Mongolia memiliki cukup banyak jago-jago yang memiliki
kepandaian tinggi . . . . “
Waktu itu It Teng Taisu mulai menggerakkan tangan
kanannya, menyerang dengan ilmu lt Yang Cie-nya,
gerakannya perlahan, tetapi dari jari telunjuk It Teng Taisu
seperti juga mengalir suaru kekuatan yang mirip aliran listrik,
yang menyambar-nyambar, membuat lawannya merasakan
sekujur tubuhnya seperti terkurung oleh selapis kekuatan yang
dahsyat tanpa bisa dilihatnya, memperlambat setiap gerakan
dari mereka.
Keempat orang tersebut sesungguhnya memang
merupakan jago-jago yang sangat terkenal di Mongolia,
mereka memiliki kepandian yang berimbang dengan Tiat To
Hoat ong. Malah menurut akhli-akhli silat di Mongolia mungkin
kepandaian keempat orang ini menangi seurat dari Tiat To
Hoat ong. Cuma saja disebabkan keempat orang tersebut
jarang sekali menampakkan diri, dan lebih banyak hidup
mengasingkan diri di sebuah tempat, yang sunyi jauh dari
keramaian, dengan demikian, membuat mereka kurang
terkenal dibandingkan dengan Tiat To Hoat ong.
Terlebih lagi sekarang mereka telah turun tangan berempat
sekaligus, menggabungkan kepandaian mereka untuk
menghadapi It Teng Taisu dan Kwee Ceng dengan serentak,
itulah sebabnya, walaupun sangat tangguh, namun kenyataan
Kwee Ceng dan It Teng Taisu tidak bisa cepat2 merubuhkan
mereka.

Keempat orang tersebut masing2 bernama Cieluna, Cieluni,
Cieluka dan Cieluti, keempat orang tersebut telah diundang
langsung oleh Kublai Khan. untuk membantu pasukan
Mongolia dalam rangka menyerbu kedaratan Tionggoan.
Sesungguhnya, keempat jago Mongolia tersebut hendak
menolak, namun setelah Kublai Khan membujuk mereka
dengan panjang lebar, akhirnya keempat orang tersebut
menerima undangan Kublai Khan, untuk membantu pihak
Mongolia menghadapi jago-jago daratan Tiong-goan.
Karena terjadinya peristiwa Yo Him dan Phang Kui In yang
berhasil mencuri surat rahasia dari rencana penyerbuan
mereka, dengan begitu Khublai telah mengutus keempat
orang tersebut untuk pergi ke Siangyang, guna menyelusup
dan menyelidiki kekuatan lawan.
Cieluna, Cieluka. Cieluti dan Cieluni, telah berangkat dan
dengan mudah mereka telah berhasil menyelusup masuk ke
kota Siangyang, melewati penjagaan kota tersebut, Mereka
memang memiliki kepandaian yang tinggi, dengan mudah
mereka berkeliaran dikota Siangyang pada malam itu. Apa lagi
mereka telah menyamar dengan memakai pakaian orang Han.
Namun tanpa disengaja mereka justru telah berlari-lari
diatas genteng dari kamar It Teng Taisu, yang waktu itu
tengah bercakap-cakap dergan Kwee Ceng, walaupun hari
lelah larut malam.
Sebagai seorang yang lelah memiliki kepandaian sempurna
dan pendengaran yang sangat tajam, It Teng Taisu dan Kwee
Ceng segera mendengar suara langkah kaki dari keempat
orang jago Mongolia itu dimana walaupun mereka berempat
memiliki ginkang yang tinggi, tokh It Teng Taisu dan Kwee
Ceng tetap berhasil mendengar suara langkah kaki mereka.
Dengan ringan It Teng Taisu dan Kwee Ceng melompat
keluar dari kamar mereka dan menghadang jalan larinya
keempat orang Mongolia itu. Dengan begitu mereka jadi
bertempur.

Tetapi setelah bertempur sekian lama, ternyata kepandaian
It Teng Taisu dan Kwee Ceng memang benar-benar sangat
tinggi, walaupun keempat orang itu telah memberikan
perlawanan yang mati-matian dan bersungguh-sungguh,
namun lambat laun mereka terdesak juga.
Semakin lama keempat orang itu semakin terdesak dan
akhirnya mereka memberikan tanda dengan saling berseru
satu dengan yang lainnya menggunakan bahasa mereka,
dimana mereka saling memberitahukan jurus apa yang akan
digunakan untuk mengepung It Teng Taisu dan Kwee Ceng.
Itulah sebanya Yo Ko mendengar suara ribut-ribut tersebut.
It Teng Taisu dan Kwee Ceng waktu melihat kedatangan Yo
Ko. telah mengeluarkan suara yang girang, malah Kwee Ceng
telah berkata."'Yojie, cepat bekuk keempat orang ini, mereka
mata-mata Mongolia….!
Yo Ko tidak menyahuti, tetapi tubuhnya dengan gesit telah
melompat ketengah gelanggang pertempuran itu, sambil
lengan bajunya yang kanan telah mengebut akan menerpah
tangan Cieluna.
Gerakan yang dilakukan Yo Ko sangat cepat sekali, dan
juga sinkang yang tersalurkan itu luar biasa dahsyatnya,
sehingga membuat Cieluna yang menerima serangan seperti
itu, terpaksa harus menangkis dengan mengerahkan sebagian
besar tenaga dalamnya.
Namun tidak urung tubuh Cieluna telah terhuyung, dan
kemudian kakinya tergelincir waktu menginjak tepian genting,
dan ia terjerembab, meluncur jatuh dari atas genting itu. Dan
saat itu Cieluka, Ciekti dan Cieluni telah mengeluarkan suara
seruan marah waktu melihat Cieluna telah tergelincir jatuh
dari atas genting, ketiga orang ini mengeluarkan suaru
teriakan nyaring, serentak mereka meluruk melancarkan
pukulan telapak tangaanya masing-masing.

Ketiga jago Mongolia ini menjagoi dunia persilatan Mongolia
dengan ilmu andalan mereka yang diberi nama ''Pukulan
Telapak Tangan Biruang Putih", sekarang menghadapi Yo Ko,
It Teng Taisu dan juga Kwee Ceng. Mereka telah
mempergunakan ilmu pukulan telapak tangan yang mereka
andalkan tersebut.
Yo Ko yang begitu menerjang maju telah berhasil
merubuhkan Cieluna, telah memperlihatkan bahwa
kepandaiannya memang sangat tinggi sekali dan kini
menerima terjangan dari Cieluka dan Cieluti, dimana kedua
orang Mongolia ini telah melancarkan serangan-serangan yang
beruntun kepadanya, ia menghadapinya dengan tenang.
Sedangkan Cielani tengah menyerang It Teng Taisu, dan
waktu itu pendeta dari Tailie tersebut telah menggerakkan
tangan kanannya memunahkn serangan Cieluna dengan It
yang cienya.
Segera terlihat, betapa tubuh Cirluni telah bergoyanggoyang
seperti juga diterjang oleh suatu kekuatan yang tidak
tampak, namun dahsyat sekali. Dengan demikian tampak
jelas, bahwa tenaga It yang-cie yang dipergunakan oleh It
Teng Taisu sangat luar biasa, karena pendeta tua tersebut
telah mempergunakan sembilan bagian tenaga dalamnya. Dan
dengan bersuara " wutttt.....!" segera tampak tubuh Cieluni
telah terpental dan seperti Cieluna tadi, seketika itu juga
tubuhnya meluncur jatuh.
Cieluka dan Cieluti yang tengah bertempur dengan Yo Ko,
juga bukannya menghadapi lawan yang ringan, karena dua
kali mereka melancarkan serangan, namun Yo Ko berhasil
berkelit. Dan setelah itu tampak Yo Ko telah mengebutkan
lengan bajunya menghantam dada Cieluka.
Dengan mengeluarkan suara jeritan yang sangat nyaring,
tubuh Cieluka telah terlempar ketengah udara dan kemudian
jatuh terbanting keatas tanah.

Berbeda dengan Cieluna dan Cieluni yang tidak terluka
didalam, justru Cieluka ini telah terhantam begitu kuat oleh
serangan Yo Ko, sehingga ia terluka didalam yang cukup
berat.
Cieluti yang waktu itu masih ingin melancarkan serangan
nekad kepada Yo Ko, telah dihantam oleh Kwee Ceng, yang
menghantam dengan tangan kanannya.
Tampak telapak tangan Kwee Ceng yang berisi tenaga
lwekang sebanyak tujuh bagian bergerak secepat kilat, Cieluti
yang bermaksud akan menangkis sudah tidak keburu lagi,
tubuhnya segera ambruk menghantam genting, sehingga
beberapa genting pecah berantakan. dan tubuhnya meluncur
turun.
Cieluna dan Cieluni telah melompat memeriksa keadaan
Cieluka dan Cieluti. Mereka melibat kedua saudara mereka
tersebut terluka didalam .
“Asap mengepul...'" teriak Cieluka dengan suara yang
cukup nyaring kepada Cieluna dan Cieluni, maksudnya
meminta kepada dua saudaranya yang belum terluka itu
melarikan diri.
Cieluna dan Cieluni tanpa banyak bicara, telah
menggendong tubuh Cieluka dan Cieluti. Mereka memang
bermaksud akan melarikan diri.
Tetapi baru beberapa kali lompatan, diwaktu itulah Yo Ko
telah melompat kearah Cieluna sambil bentaknya: "Berhenti!"
Dan Yo Ko juga bukan hanya membentak begitu saja, ia telah
mengerahkan tangan kirinya, menghantam kearah punggung
dari Cieluna.
Pukulan yang dilakukan oleh Yo Ko membawa sambaran
angin yang menderu.

Maka Cieluna tidak berani memandang remeh, terpaksa ia
menghentikan larinya dengan berjongkok ia telah menekuk
tangan kanannya, menyodok kearah perut Yo Ko.
Cieluna bergerak cukup gesit, selain dia berkelit dari
pukulan Yo Ko dengan sodokan siku tangannya, membalas
nyerang kepada Yo Ko.
Yo Ko mendengus perlahan, tangan kirinja yang mengenai
tempat kosong itu diputar, dia tidak menarik pulang, hanya
diturunkan, . dan menghantam lagi dengan tepat pada
punggung Cieluka yang berada dalam gendongan Celuna.
“Dukkk…" pukulan itu hinggap keras sekali, Cieluka telah
mengeluarkan suara jeritan. Dan pukulan tersebut juga
membuat tubuh Cieluna jadi terhuyung mundur beberapa
langkah. Dengan begitu, hampir saja dia bersama. Cieluka
rubuh terbanting.
Yo Ko telah tertawa dingin, dia berkata: “Apa maksud
kalian menyelusup kemari? Cepat serahkan diri!"
Cieluka telah mengatur jalan pernapasannya, ia
mengerahkan seluruh tenaganya, dan melirik kesekitar tempat
itu. Ia melihatnya betapa ditempat tersebut telah berkumpul
banyak sckali jaro-jago persilatan.
Ciu Pek Thong sendiri yang terbangun, dari tidurnya waktu
mendengar suara ribut-ribut telah keluar dan melompat keatas
genting. Waktu itu kebetulan Cieluni tengah berlari ingin
meninggalkan tempat tersebut dergan membawa Cieluti.
Disaat itulah Ciu Pek Thong sambil tertawa jenaka telah
berkata dengan suara yang dingin: "Hemm, hemmm, mau
kemana kau?" Sambil berkata begitu, tangan kanan Ciu Pek
Thong cepat sekali terulur akan mencengkeram punggung
Cieluni.
Cieluni mana mau membiarkan punggungnya kena
dicengkeram seperti itu. Cepat-cepat ia .melompat kesamping
kiri lalu melompat lagi ke wuwungan gentirg yang lainnya.

Tetapi Ciu Pek Thong telah melompat mengejarnya, dan
dalam waktu yang singkat ia telah berhasil berada didekat
Cieluni. Dengan cepat ia mempergunakan tangan kanannya
menghantam lagi.
Pukulan yang dipergunakan oleh Ciu Pek Thong bernama
"Lutung Menggaruk pinggul”', dan diwaktu itulah ia telah
menghantam kedekat pinggang Cieluni.
Hantaman yang dilancarkan oleh Ciu Pek Thong itu memiliki
tenaga lwekang yang sangat kuat sekali, dan menyambar
dengan dahsyat, sehingga membuat Cieluni jadi tidak bisa
mengelakkan lagi menghantam tepat sekali pada pinggulnya,
membuat dia mengeluarkan suara pekikan yang nyaring,
bersama-sama dengan Cieluni, ia telah meluncur jatuh
kebawah, terbanting diatas tanah.
Belum sempat dia merangkak untuk bangun kembali ia
diserang lagi oleh Ciu Pek Thong yang tiba didekatnya dengan
cepat sekali, malah Ciu Pek Thong sambil menyerang, kaki
kanannya juga menendang. Cieluni mau mengelakkan diri,
tetapi terlambat, jalan darah Go sie hiat-nya telah kena ditotok
tepat sekali, tubuhnya segera terjungkel rubuh .
Cieluti yang berada dalam gendongannya juga telah
terlepas dan terbanting.
Diwaktu itulah tampak Cieluni berusaha untuk
menggerakkan kedua tangan dan kakinya, namun dia
merasakan kedua tangan dan kakinya kaku tidak bisa
digerakan, sehingga ia jadi mengeluh berputus asa.
Sedangkan Cieluti yang menggelinding jatuh dari
gendongan Cieluni, berusaha merangkak bangun ia telah
terluka di dalam sebagian tenaga dalamnya telah punah.
Tetapi diwaktu itu, sebelum Cieluti sempat untuk berdiri, Ciu
Pek Thong sambil mengelurkan suara tertawa yang nyaring,
telah menotok lagi tepat mengenai pada jalan darah Sunglie

hiat-nya, maka tidak ampun lagi tubuh Cieluti telah terkulai
rubuh tidak bisa bergerak pula.
Cui Pek Thong tertawa bergelak-gelak dengan suara yang
sangat nyaring sekali.
Dalam keadaan seperti itu segera terlihat Yo Ko telah tiba
di bawah juga telah berhasil merubuhkan Cieluna yang juga
ditotoknya.
Seketika itu datang belasan tentara kerajaan Sung, yang
menjaga tempat tersebut dan segera membawa keempat
orang mata-mata Mongolia itu untuk dipenjarakan guna nanti
diperiksa dikorek keterangan dari mulut mereka.
Para orang gagah yang berpihak pada kerajaan Song
tersebut dibawah pimpinan Yo Ko, segera mengadakan
perundingan. Mereka membicarakan hal yang penting, dalam
rfangka menghadapi serbuan dari tentara Mongolia, yang
mereka duga tentu tidak akan lama lagi terjadi. Ancaman
serbuan dari tentara Mongolia itu memang sangat berbahaya,
karena waktu itu kerajaan Song tengah dalam keadaan lemah.
Kaisar mereka gemar berfoya-foya dan berpelesiran, karena
itu negri tidak dapat diaturnya dengan baik. Disamping itu, Yo
Ko juga memiliki kekuatan tentara yang tidak begitu besar,
hanya disebabkan memperoleh bantuan para orang orang
gagah yang umumnya mencintai negeri dan memiliki
kepandaian sangat tinggi, maka Yo Ko masih memiliki harapan
akan dapat menghadapi ancaman serbuan dari tentara
Mongolia.
Sedangkan Kublai Khan telah berhasil menghimpun
kekuatan yang luar biasa besarnya, karena selama enam belas
tahun Kublai Khan memang telah berusaha memupuk
kekuatan. untuk kembali menyerang dan menaklukan
Tionggoan.
Ketidak seimbang kekuatan tersebutlah yang membuat
para orang-orang gagah yang mencintai negri tersebut,

dibawah pimpinaa Yo Ko, harus mencari jalan yang sebaikbaiknya,
kelak jika sampai tentara Mongolia tersebut
menyerbu ke daerah Tionggoan, mereka bisa menghadapinya
sebaik mungkin.
==oo0dw0oo==
RUPANYA saat-saat yang dikuatirkan oleh Yo Ko dan para
orang-orang gagah lainnya yang mencintai negeri itu, telah
tiba juga, karena pasukan tentara Mongolia dibawah pimpinan
Kublai Khan telah menyerbu dengan kekuatan yang
berlimpah-limpah.
Selama tiga bulan lamanya, tentara Song yang dintu oleh
para orang-orang gagah tersebut mengadakan perlawanan,
namun akhirnya mereka tidak berhsil melindungi kota
Siangyang tersebut yang mulai bobol oleh terobosan pasukan
lawan.
Dua pintu kota Gu-moy dan Cie Khu telah berhasil direbut
oleh tentara Mongolia. Dan hanya enam pintu Siangyang yng
masih diduduki oleh tentara Song.
Kublai Khan yang memimpin penyerbuan tersebut telah
mengadakan penyerbuan yang benar-benar hebat, pasukan
Mongolia bagaikan gelombang laut yang sudah tidak
terbendung lagi, telah menyerbu terus-menerus siang dan
malam, berusaha merebut Siangyang.
Begitu juga, terpisah beberapa lie dari Siangyang, Kublai
Khan telah mendirikan sebuah perbentengan darurat. Tanpa
mengurangi kekuatan tentaranya yang melakuKan penyerbuan
itu, Kublai Khan telah mempersiapkan perbentengan itu
selama dua bulan, dan begitu perbentengan darurat tersebut
selesai, seluruh inti kekuatan dari pasukan tentara Mongolia
ditempatkan disitu.

Penyerbuan dari pasukan tentara Mongolia tersebut dibagi
tiga jurusan. Yaitu sayap kanan dipimpin oleh beberapa orang
keponakan Kublai Khan, sedangkan sayap kiri telah dipimpin
oleh beberapa orang jenderalnya, dan barisan tengah, yang
merupakan barisan inti dan pendobrak, dipimpin sendiri oleh
Kublai Khan, dimana ia juga didampingi oleh jago jagonya
selain para panglimanya Tiat To Hoat ong selalu mendampingi
Khan-nya tersebut. Disamping Tiat To Hoat ong masih
terdapat belasan orang jago-jago yang memiliki kepandaian
tinggi sekali.
Peperangan yang terjadi dan tergah bergolak di Siangyang
tersebut, merupakan peperargan yang kalut sekali, karena.,
tentara kera jaan Song berulang kali telah berhasil dipukul
mundur dan pecah berantakan pertahanannya.
Sedangkan pasukan tertara Mongolia yang melakukan
penyerbuan dengan besar-besaran, dan bagaikan gelombang
laut yang tidak terbendung itu, siang dan malam menggempur
terus kota Siangyang, dengan tidak memperdulikan korban
jiwa yang berjatuhan sangat banyak sekali.
Rupanya memang Kublai Khan telah bertekad, bahwa
penyerbuan kali ini harus berhasil. Karena dia telah
mempersiapkan segalanya selama enam belas tahun, ia telah
mengaturnya dengan seksama dan teliti sekali. Maka dari itu,
bagaikan tidak ada habis-habisnya tentara Mongolia tersebut
bagaikan semut terus maju membanjiri Siangyang. Jatuh atau
tidaknya Siangyang, memang terletak dari kekuatan yang
dihimpunnya. Karena kegagalan Mangu waktu melakukan
penyerbuan ke Siangyang tersebut, merupakan pelajaran pahit
buat Kublai Khan. Dan selama enam belas tahun ia
mempelajari sebab musabab dari kegagalan tersebut.
Itulah sebabnya Kublai Khan telah berhasil meneliti dengan
sebaik-baiknya cara yang paling ampuh unruk dapat merebut
Siang-yang.

Tetapi disebabkan tentara kerajaan Song tersebut yang
bertahan di Siangyang dibantu oleh para orang gagah yang
memiliki kepandaian umumnya tinggi disamping itu juga
mereka umumnya memiliki kecerdasan dan kepandaian
mengatur posisi dan kedudukan mereka. membuat Kublai
Khan tidak bisa begitu mudah saja merebut Siang-yang.
Jika saja tentara Song tersebut tidak memperoleh
dukungan dan bantuan dari para orang-orang gagah pencinta
negeri tersebut, jelas mungkin hanya dalam satu atau dua
bulan saja Siangyang akan jatuh ketangan Mongolia.
Namun Kublai Khan tidak turun semangatnya waktu melihat
betapa tentaranya diwaktu tiga bulan lebih masih belum bisa
menundukkan pihak lawan. Walaupun mereka telah
mengadakan penyerbuan besar-besaran, tokh kenyataan
Siangyang belum berhasil dijatuhkan mereka.
Jatuh atau tidaknya kerajaan Song oleh serbuan- serbuan
tentara Mongolia itu memang tergantung dari jatuh atau
tidaknya kota Siangyang tersebut.
Jika Siangyang berhasil direbut oleh Kublai Khan, niscaya
kerajaan Song akan porak-poranda direbut oleh Kublai Khan.
Tetapi ketika telah lewat sebulan lagi; waktu memauki
bulan kelima, telah tiga buah pintu kota Siangyang yang
terjatuh ditangan pasukan Kublai Khan, yaitu pintu sebelah
timur, tenggara dan barat.
Dengan berhasilnya Kublai Khan merebut lima pintu kota.
posisi dari tentara kerajaan Song telah terpojokkan dan
dengan demikian, pertahanan mereka semakin melemah
juga.dan diwaktu itulah Kublai Khan telah memperhebat
terjangan dan serbuannya.
Yo Ko dan para orang-orang gagah yang membantu tentara
kerajaan Song tersebut, mulai melihat bahwa mereka tidak
mungkin bisa bertahan lebih lama lagi. Paling tidak hanya satu
bulan lagi. Siangyang akan terjatuh ketangan musuh.

Hal itu disebabkan kerena tentara kerajaan Song semakin
berkurang jumlahnya, jika semula meliputi 100.000 tentara,
kini hanya tertinggal tidak lebih dari 20.000 prajurit saja.
Dan juga para
laskar, yaitu tentara
cadangan yang
terdiri dari
penduduk pria
Siangyang tersebut,
telah banyak yang
berjatuhan sebagai
korban. Terlebih
lagi pasukan
tentara laskar dan
tentara kerajaan
Song tersebut telah
menurun sekali
semangat
tempurnya sebab
melihat telah banyak kawan-kawan mereka yang berguguran
di tangan musuh.
Untuk membangkitkan semangat bertempur dari para
tentara yang telah kehilangan semangat juang itu, Yo Ko dan
para orang-orang gagah lainnya telah turun ke medan laga
dan memimpin langsung tentara Song itu.
Tetapi sejak kematian jenderal Kiang Cu Gie dimana
jenderal tersebut telah terpanah musuh waktu memimpin
pertempuran di pintu barat, maka tentara kerajaan Song
sudah kacau balau. Terlebih lagi, walaupun Kwee Ceng, Yo Ko
dan orang-orang gagah lainnya yang mencinta negeri tersebut
memiliki kepandaian sangat tinggi dan kecerdikan dalam
mengatur posisi kedudukan mereka, tokh mereka bukan
termasuk orang peperangan, dengan demikian, dengan

demikian mereka telah diliputi kepanikan waktu melihat
pertahanannya mulai berantakan.
Dengan demikian, Yo Ko dan It Teng Taisu bersarra
dengan para orang2 gagah lain-nya, sering mengadakan
perundingan siang dan malam, untuk mengadakan
perembukan mengatasi persoalan tersebut.
Mengingat akan jumlah kekuatan mereka yang semakin
menyusut, akhirnya mereka membentuk barisan berani-mati.
dimana mereka telah menyusunnya terdiri dari sisa para
tentara kerajaan Song yang ada dan juga para orang2 gagah
yang memiliki kepandaian cukup tinggi.
Tetapi pasukan berani mati tersebut hanya berhasil
membobolkan penyerbuan tentara Kublai Khan sebanyak dua
kali tetapi korban yang jatuh pada pihak pasukan berani mati
tersebut juga banyak sekali jumlahnya.
Dergan begitu, akhirnya waktu selama lima hari siang dan
malam Kublai Khan mengerahkan seluruh kekuatan
pasukannya melancarkan serangan yang paling hebat,
Siangyang sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Banyak tentara
Mongolia yang telah berhasil menyerbu masuk kedalam
Siangyang. menyebar api, membakar apa saja, gedung dan
bangunan yang termakan api menimbulkan kepanikan bagi
para laskar dan wanita2 dikota tersebut.
Akhirnya Siangyang berhasil direbut oleh Kublai Khan.
Didalam sejarah memang tercatat, enam belas tahun sejak
kegagalan Mangu merebut Siangyang, maka Kublai Khan
berhasil munguasai Siangyang dan kemudian merebut dan
menundukan kerajaan Song tersebut.
Sedangkan para orang-orang gagah yang tidak berhasil
untuk bantu melindungi Siangyang akhirnya telah terpencar
dalam kekacauan yang terjadi di medan peperangan tersebut.

Kekalutan yang terjadi karena terjatuhnya Siangyang
ketangan Kublai Khan, telah membuat orang-orang gagah itu
tercerai berai dan kemudian mereka baru bisa bertemu setelah
peperangan usai.
Yo Ko, Siauw Liong Lie, Yo Him, Ciu Pek Thong, dan It
Teng Tiatsu, berada dalam satu rombongan. Sedangkan Kwee
Ceng, Oey Yong, Phang Kui In, dan beberapa tokoh persilatan
lainnya, tergabung dalam satu rombongan pula . Dan begitu
juga masih terdapat banyak para pendekar rimba persilatan
lainnya yang tergabung dalam rombongan lainnya.
Sedangkan sisa dari tentara kerajaan Song, telah berceraiberai
dan mereka tidak mengetahui harus kemana. Terlebih
lagi empat bulan kemudian, kerajaan Song telah runtuh dan
seluruh daratan Tionggoan telah terjatuh kedalam tangan
Kublai Khan, yang berkuasa penuh didaratan Tionggoan. dan
juga diwaktu itulah Kublai Khan telah mengatur
pemerintahannya dengan tangan besi selama tiga bulan,
barulah negeri menjadi aman kembali.
==oo0dw0oo==
SETELAH lewat satu tahun, Yo Ko dan beberapa orangorang
gagah lainnya, berhasil bertemu satu dengan yang
lainnya. Tetapi mereka sangat berduka dengan jatuhnya
Siangyang dan berkuasanya Kublai Khau, bangsa asing di
tanah air mereka.
Setelah berunding, mereka memutuskan untuk berkumpul
di Tho Hoa To, untuk memberitahukan juga perkembangan
yang terjadi pada tocu Tho Hoa To tersebut.
Yo Ko disamping itu juga mendidik Yo Him dengan segala
ilmu yang ada padanya; begitu pula Siauw Liong Lie dan
tokoh-tokoh persilatan lainnya.

Ciu Pek Thong memang dasar berandalan dan nakal, ia
selalu bermain dengan Yo Him. Tetapi Yo Him memperoleh
suatu keuntungan juga dari pergaulannya yang akrab dengan
Ciu Pek Thong, karena diwaktu itu justru Ciu Pek Thong telah
mewarisi seluruh kepandaian yang dimilikinya kepada Yo Him.
Ciu Pek Thong walaupun berandalan dan juga jenaka, ia
merupakan seorang yang berpikiran panjang. Ia telah berpikir
usianya mulai lanjut dan mungkin dalam beberapa tahun
mendatang ia akan masuk lobang kubur. Itulah sebabnya,
karena ia tidak memiliki seorang muridpun juga ia telah
mewarisi seluruh kepandaiapnya kepada Yo Him.
Dengan menerima warisan dari berbagai tokoh sakti yang
menurunkan, berbagai ilmu yang hebat2; dengan demikian Yo
Him benar-benar telah tertempa menjadi seorang yang
memiliki kepandaian sangat tinggi sekali. Bahkan akhir2 ini Yo
Him merupakan seorang jago muda yang memiliki kepandaian
jarang ada tandingannya.
Yo Him juga telah diberikan nasihat nasehat oleh para
orang-orang gagah tersebut, agar ia mempergunakan
kepandaiannya itu untuk kebaikan, dimana harus membela
pihak yang lemah dan benar dari tindasan sikuat namun jahat.
Oey Yok Su. tocu dari Tho Hoa To tersebut, yang memang
memiliki perangai aneh sekali, telah merasa sayang pada Yo
Him. Dia menyukai pemuda tersebut. Memang Oey Tocu
tersebut memiliki seorang putri, yaitu Oey Yong. yang telah
diwarisi seluruh kepandaiannya, namun Oey Yong tetap
seorang wanita. Sekarang . dihari tuanya. ia tidak memiliki
orang yang cocok untuk mewarisi seluruh kepandaiannya.
Memang dulu Oey Yong Su pernah menerima beberapa
orang murid, seperti Bwee Tiauw Hong, Ko Seng Hong dan
lain lainnya, tetapi akibat perbuatan Bwee Tiauw Hong yang
telah mencuri kitab Kin Im Cin Keng membuat Oey Yok Su
mengumbar kemarahannya dengan menghajar patah kaki dari
seluruh muridnya.

Maka sejak saat itu, hanya Oey Yong dan cucu-cucunya,
yaitu Kwee Hu dan Kwee Siang, yang telah menerima
sebagian dari ilmunya. Tetapi mereka umumnya tidak
menerima seluruh kepandaiannya.
Disebabkan itu pula, akhirnya Oey Yok Su telah
memutuskan, untuk mewariskan seluruh kepandaiannya
kepada Yo Him.
Maksud hatinya itu telah disampaikan kepada Yo Ko dan
orang2 gagah yang, berada di pulau Tho Hoa To tersebut.
Semuanya menyambut hasrat dari tokoh persilatan yang
memiliki kepandaian luar biasa itu dengan hati yang girang
sekali.
Begitulah, upacara pengangkatan guru dan murid telah
dipersiapkan. Dengan bersembahyang, Oey Yok Su telah
diangkat menjadi guru oleh Yo Him, dan sejak saat itulah Yo
Him menerima didikan langsung dari Oey Yok Su, dimana
seluruh kepandaian Oey Yok Su telah diturunkan kepada
pemuda tersebut.
Karena Yo Him telah memiliki kepandaian yang tinggi dari
berbagai aliran, maka ia tidak memperoleh kesulitan waktu
menerima pelajaran ilmu silat dari Oey Yok Su. Tetapi walau
pun demikian, masih memakan waktu dua tahun.
Selama itu, telah banyak para orang2 gagah yang pamitan
kepada Oey Tosu. mereka ingin kembali ketempat mereka
masing2.
Yo Ko dan Siauw Liong Lie juga telah kembali ketempat
pengasingan mereka, dengan hanya, didampingi Siauw Goat
Lan, putri angkat Siauw Liong Lie dan Yo Ko.
Kwee Ceng dan Oey Yong telah berdiam sebulan lagi
lamanya dipalau Tho Hoa To dan akhirnya mereka pun
kembali ketempat kediaman mereka, meninggalkan pulau
tersebut.

Yo Him akhirnya hanya ditemani oleh Ciu Pek Thong
selama ia menuntut ilmu pada Oey Yok Su.
Dengan adanya Ciu Pek Thong, hati Oey Yok Su agak
terhibur juga. Karena dalam melewati hari tua-nya itu. ia
sempat bergembira bermain catur dengan Loo Boan Tong.
Terlebih lagi waktu Loo Boan Tong, situa jenaka tersebut,
yang mulai lenyap keberandalannya disaat hari-hari tuanya
tersebut, menyatakan bahwa ia ingin melewati hari tuanya
dengan tenang mendampingi Oey Yok Su dipulau Tho Hoa To
tersebut.
Oey Yok Su segera meluluskan permintaan Ciu Pek Thong,
yang meminta diijinkan untuk selanjutnya berdiam di pulau
tersebut.
,,Loo Boan Tong, ternyata sikap jenakamu masih belum
juga lenyap...!” kata Oey Yok Su sambil tertawa."Engkau tentu
tidak akan betah berdiam ditempat sunyi seperti ini. Kukira
ada baiknya engkau memikirkannya dua kali. Untuk aku,
memang dengan sepasang tangan terbuka mengijinkan
engkau untuk menetap di pulau Tho Hoa To ini, tetapi engkau
sendiri, apakah engkau akan sanggup selanjutnya melewati
hari tuamu di pulau yang sepi ini?”
Ciu Pek Thong tertawa.
“Oey Losu, untuk persoalan ini, kukira sebelum aku
meminta ijin darimu, aku telah memikirkannya masak-masak,
dan juga memang aku pun telah berkeputusan tetap, untuk
melewati hari-hari tuaku dalam mendampingimu setiap hari
bermain catur sambil minum arak. Bukankah hal itu
merupakan kejadian yang menggembirakan sekali?”
Oey Yok Su tersenyum lebar, ia mengangguk.
“Baiklah, sukur jika memang engkau bermasud hendak
menemani aku melewati hari-hari tua ditempat sunyi ini. Coba
jika dulu engkau mengatakan untuk menetap di pulau Tho

Hoa To ini, tentu engkau akan kukurung lagi di dalam goa
dekat kuburan isteriku….”
Kedua tokoh persilatan yng masing-masing memang telah
lanjut sekali
Memang dengan adanya Ciu Pek Thong ditempat tersebut
Oey Yok Su, Si tua yang sesat dan memiliki perangai yang
aneh sekali tidak perlu merasa kesunyian lagi…
==oo0dw0oo==
TELAH dua tahun Yo Him menuntut ilmu pada Oey Yok Su,
dan akhirnya seluruh kepandaian Oey Yok Su telah berhasil
diwarisinya dengan baik. Sebagai seorang pemuda yang
menerima pelajaran ilmu silat dari berbagai aliran, dan juga
dari tokoh2 persilatan yang tangguh disamping itu sebagai
putra dari Sin Tiauw Taihiap Yo Ko dan Siauw Liong Lie yang
memiliki kepandaian luar biasa tingginya, Yo Him memang
merupakan seorang pemuda yang beruntung sekali, dimana ia
kini telah menjadi seorang pendekar muda yang mungkin
tidak ada duanya.
Yo Him juga rajin sekali melatih diri. dan dia telah berhasil
merampungkan seluruh pelajaran yang diberikan oleh Oey Yok
Su. Setelah lewat satu bulan lagi, Oey Yok Su memerintahkan
Yo Him untuk mengembara, meninggalkan Tho Hoa To..
''Engkau masih muda usia,” kata Oey Yok Su waktu Yo Him
menyatakan keberatan guna melaksanakan perintah gurunya
tersebut. „Dan engkau masih memiliki masa depan yang
panjang... disamping itu, engkau juga perlu sekali untuk
mencari pengalaman, memperdalam kepandaianmu…..
Kepandaian-kepandaian yang engkau telah terima, semua itu
merupakan ilmu nomor wahid, tetapi tanpa pengalaman dan
latihan-latihan jangan harap engkau bisa memperoleh
kesempurnaan…….!”

Akhirnya Yo Him tidak bisa menolak juga perintah dari
gurunya tersebut.
Waktu tiga hari kemudian ia akan berangkat meninggalkan
Tho Hoa To, Yo Him telah berpelukan dan bertangisan dengan
Ciu Pek Thong.
Begitu juga Ciu Pek Thong, situa berandalan yang mulai
alim tersebut, ia telah berkata dalam sesenggukannya:
“Adikku….engkau harus baik-baik membawa diri... dan jika
memang engkau memiliki kesempatan dan waktu luang,
sering-sering engkau menengoki Toako dan suhumu……”
Yo Him mengangguk.
„Adikku berjanji. Toako...!" kata Yo Him kemudian.
Begitulah, dengan diantar oleh Ciu Pek Thong dan Oey Yok
Su, maka Yo Him telah mempergunakan sebuah perahu untuk
belayar mengarungi lautan. Pulau Tho Hoa To akhirnya telah
semakin jauh ditinggalkannya dan akhirnya lenyap dari
pandangan matanya.
Yo Him telah mengembara keberbagai kota di daratan
Tionggoan. Diapun mengunjungi tempat-tempat yang indah,
dimana ia telah pesiar sambil mengunjungi ahli2 silat ternama,
untuk menghunjuk hormatnya.
Tetapi yang membuat Yo Him tidak puas hatinya, dia
melihat betapa banyak sekali rakyat jelata yang hidup dalam
kemelaratan. Itulah akibat yang ditinggalkan oleh peperangan,
dengan demikian membuat Yo Him jadi tidak puas
menyaksikan semua itu, dan dia berusaha untuk mencari
kekayaan dari para hartawan jahat untuk dibagikan kepada
rakyat jelata yang hidup dalam kemiskinan tersebut.
Dengan perbuatannya itu, telah membuat nama Yo Him
semakin terkenal, dimana Sin Tiauw Thian Lam sangat ditakuti
oleh para hartawannya, tetapi sangat dimuliakan dan
disanjung oleh rakyat jelata.

Dan ada satu lagi yang membuat Yo Him tidak puas. Sejak
Kublai Khan menguasai daerah Tionggoan, yang terkenal
sebagai kerajaan Boan-ciu, maka seluruh rakyat didaratan
Tionggoan telah diwajibkan mengepang rambutnya, yang
dikuntir panjang.
Memang pertama kali peraturan tersebut dikeluarkan
banyak rakyat Tionggoan yang menentangnya, karena mereka
tidak mau mengikuti cara menghias rambut mereka dengan
cara orang2 Boan-ciu. Namun Kublai Khan mengeluarkan
peraturannya tersebut dengan tangan besi, dimana jika
terdapat orang yang tidak mematuhinya, segera ditangkap
dan dihukum pancung kepala, dengan demikian, akhirnya
semua orang-orang yang semula menentang peraturan
tersebut, terpaksa mereka menuruti dan mematuhinya.
Begitulah, sejak itu kebiasaan mengkuncir rambut, yang
dikepang panjang, dijalin seperti taucang, telah menjadi
kewajiban untuk setiap pria didaratan Tionggoan.
Tetapi Yo Him sendiri tidak mau mengkepang rambutnya ia
telah memakai pengikat kepala, dimana rambutnya tetap
dikonde. Di samping itu, Yo Him juga telah melakukan banyak
sekali perbuatan2 mulia dan diatas keadilan; sehingga nama
Sin Tiauw Thian Lam Yo Him semakin terkenal saja. Terlebih
lagi memang kepandaian Yo Him yang luar biasa tingginya,
dan selama itu belum juga pernah menemui tandingnya.
Sampai disini selesailah kisah "Sin Tiauw Thian Lam", dan
untuk selanjutnya para pembaca dapat mengikuti lanjutan
cerita ini dalam kisah "BIRUANG SALJU".
TAMAT
SEBAGAI kelanjutan dari kisah Sin Tiauw Thian Lam yang
telah tamat, maka ikutilah cerita "Biruang Salju", dimana akan

diceritakan berbagai peristiwa pengalaman Yo Him, dan jago2
rimba persilatan dijamannya tahun2 pertama berkuasanya
kerajaan Boanciu, yang menjajah daratan Tionggoan,
Disamping akan muncul banyak sekali tokoh2 persilatan yang
memiliki ilmu mujijat, juga didalam kisah ini akan ditemui
bermacam-macam peristiwa aneh, jenaka dan percintaan yang
halus.
TAMAT

ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko], cersil terbaru Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko], Cerita Dewasa, cerita mandarin Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko],Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko], Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko]
Anda sedang membaca artikel tentang Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] dan anda bisa menemukan artikel Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cersil-mandarin-baru-sin-tiauw-thian.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cersil Mandarin Baru : Sin Tiauw Thian Lam 4 [Lanjutan Pendekar Yo Ko] with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cersil-mandarin-baru-sin-tiauw-thian.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 6 komentar... read them below or add one }

trica jus mengatakan...

bagus sekali saya suka

Jelly Gamat Gold G mengatakan...

situs yang banyak bermanfaat bagi para komunitasnya, tetap berkarya dan sukses!

obat stroke herbal mengatakan...

terima kasih artikelnya yang luar biasa ini ..
sering-sering mas kasih artikel untuk kebaikan situsnya juga...

obat gagal ginjal herbal mengatakan...

Menarik sekali..
Artikel yang Anda berikan sangat bermanfaat,,
salam semangat..

obat tradisional kolesterol tiinggi mengatakan...

Informasinya boleh banget nih.
terimakasih ya atas informasinya

Obat Miom Alami mengatakan...

informasi yang sangat bagus untuk disimak..terimakasih pak.

Posting Komentar