Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

2070
"Aku... aku rada kurang enak badan ," sahut Lim Hankim
setelah ragu sesaat.
"Nonaku memang betul-betuI bisa meramalkan
kejadian yang akan datang, sebelum berangkat ia telah
berpesan kepada kami berdua bahwa kemungkinan besar
Lim siangkong muncul dengan wajah dibungkus sapu
tangan. oleh sebab itulah ketika budak berjumpa dengan
siangkong tadi, tanpa banyak bertanyapun budak sudah
yakin bahwa kau pastilah Lim siangkong."
Mendengar penjelasan itu Lim Han-kim kembali
berpikir "Kalau di siang hari belong aku tidak
membungkus wajahku yang jelek dan menyeramkan ini
dengan kain, apakah orang tak akan heboh karena
melihat kehadiranku? Padahal nona Pek sudah tahu kalau
wajahku telah dirusak orang, rasanya juga tak heran
kalau ia bisa menduga bahwa aku akan membungkus
wajahku dengan kain. Meski begitu, nona Pek terhitung
luar biasa juga, karena nyatanya dia bisa meramalkan
kedatanganku yang tak terduga ini."
Berpikir demikian, ia pun berkata: "Aku memang selalu
merasa salut dan kagum atas kehebatan nona Pek dalam
meramalkan pelbagai masalah."
Siok-bwee tersenyum dan tidak bicara lagi. Dengan
sepenuh tenaga ia mengayuh dayung membawa sampan
itu melesat makin cepat menembusi gulungan ombak.
Lim Han-kim mencoba mengalihkan perhatiannya
memandang sekeliling tempat itu, tapi sejauh mata
memandang, hanya air telaga melulu yang terlihat,
akhirnya tak tahan lagi ia bertanya: "Masih jauhkah

2071
tempat tinggal nona Pek yang dinamakan pesanggrahan
pengubur bunga itu?"
"Letaknya di atas bukit Tong-ting-san persis sebelah
barat telaga Tay-oh ini. Paling cepat kita butuh waktu
setengah jam lagi untuk mencapai tempat tersebut."
"Perlu kubantu mendayung sampan ini?"
"Tidak usah"
Bagaikan terbang, sampan kecil itu melesat
dipermukaan air dan meluncur ke depan. Memandang
gelombang air yang menggu1ung-gulung, tiba-tiba satu
ingatan yang menyeramkan dan menggidikkan hati
muncul dalam benak Lim Han-kim. Tanpa terasa ia bersin
berulang kali dan tubuhnya mulai gemetar keras,
sebetulnya, sejak dia menelan obat racun milik Cau-hua
Lojin lalu sempat terjun ke dalam kolam air untuk minum
sepuas-puasnya, pemuda itu sudah tak seberapa takut
lagi dengan air.
Siapa tahu kini, tiba-tiba saja rasa takut terhadap air
yang diidapnya kambuh kembali, Entah kenapa ia merasa
begitu ngeri dan seram menghadapi air yang begitu
banyak.
Makin lama rasa seram yang mencekam perasaannya
semakin menjadi-jadi. Akhirnya Lim Han-kim tak dapat
menguasai diri lagi, ia sembunyikan diri di dalam ruang
perahu, pejamkan mata rapat-rapat dan tak berani
menengok lagi kearah permukaan air telaga.
Entah berapa lama sudah lewat... Tiba-tiba ia
mendengar suara siok-bwee berteriak dari luar ruangan

2072
sampan itu: "Lim siangkong, kita sudah tiba di bukit
Tong-ting-san sebelah barat, mari naik ke daratan"
Pelan-pelan Lim Han-kim menengok keluar ruangan,
Benar juga, sampan itu sudah berlabuh di bawah sebuah
dinding karang yang besar. siok-bwee melompat naik
lebih dulu ke daratan, setelah itu baru ia menggapai
tamu-nya.
Dengan hati berdebar keras karena ngeri melihat
gelombang air yang naik turun- Lim Han-kim mengincar
tempat di mana siok-bwee berdiri, lalu sekali lompat ia
meluncur ke daratan,
Melihat Lim Han-kim sudah melompat naik, siok-bwee
segera melompat lagi ke atas batu karang yang lain,
sambil melompat katanya: "Lim siangkong, setelah
melewati anak tangga yang terbuat dari batu karang ini
kita akan sampai di pesanggrahan pengubur bunga,
tempat tinggal nona kami"
Dengan cekatan Lim Han-kim menutulkan ujung
kakinya pa da batu karang tersebut, untuk kemudian
meluncur ke atas batu karang yang lain, sementara itu
siok-bwee sudah menelusuri anak tangga di belakang
batu menuju ke belakang bukit, maka pemuda itu cepatcepat
menyusul di belakangnya.
Ternyata di belakang batu karang besar itu terdapat
sederet anak tangga beralas batu yang dibuat manusia,
setibanya pada anak tangga terakhir, pemandangan yang
terbentang di depan mata pun berubah.
Dikelilingi batu karang yang curam dan terjal
terbentang sebuah tanah datar seluas berapa hektar
yang penuh ditumbuhi aneka pohon dan bunga, Persis di

2073
depan sana berdiri sebuah pintu pagar yang terbuat dari
ranting pohon dengan sebuah papan nama tergantung di
tengahnya, papan nama itu bertuliskan "Pesanggrahan
pengubur bunga."
Dengan suara setengah berbisik, siok-bwee berkata:
"Aku tidak tahu nona sedang tertidur atau tidak. lebih
baik kita peringan langkah kaki supaya tidak
mengganggu kenyenyakan tidurnya."
Lim Han-kim manggut-manggut, "Silakan nona
beejalan dulu"
Setelah melalui sebuah taman bunga yang luas dan
indah, sampailah mereka di depan sebuah bangunan
loteng yang kecil tapi indah, Sambil membuka pintu
ruangan kembali Siok-bwee berbisik: "Siangkong, silakan
menunggu sebentar di luar, biar kutengok apakah nona
masih tidur atau tidak."
"Silakan nona."
Dengan langkah yang pelan dan berhati-hati Siokbwee
masuk ke dalam ruangan utama, Tak lama
kemudian ia sudah muncul kembali sambil katanya:
"Nona sedang menunggu siangkong di atas loteng."
Sambil berkata ia berjalan lebih dulu naik ke atas anak
tangga,
Tempat itu merupakan sebuah ruang tamu yang kecil
tapi indah, ruang tamu itu mencakup setengah dari
bangunan loteng ini, Agaknya di dinding ruangan
tergantung dua buah lukisan, tapi sekarang lukisanlukisan
itu tertutup oleh kain berwarna putih.

2074
Lim Han-kim berpaling memandang ruang tamu itu
sekejap, lalu pikirnya: "Meskipun susunan ruangan ini
indah dan bersih, tapi rasa-rasanya seperti membawa
suasana sedih yang mendalam..."
Waktu itu Siok-bwee sudah menuding kearah ruang
sebelah kiri yang tertutup oleh tirai sambil berbisik:
"ltulah ruang tidur nona, masuklah sendiri"
"Tapi... mana boleh aku masuk sembarangan ke
dalam kamar tidur nona...? Rasanya..."
"Sekarang nona sedang sakit dan tak punya tenaga,
masa kau hendak memaksanya untuk keluar sendiri
menyambut kedatanganmu?"
Dalam saat itu dari balik kamar sudah bergema keluar
suara teguran yang amat lembut: "Apakah Lim siangkong
sudah datang?"
Siok-bwee segera mendorong tubuh pemuda itu
sambil berbisik: "Cepat masuk, nona sudah
memanggilmu"
Lim Han-kim menyahut, ia menyingkap tirai dan
berjalan masuk, Tampak olehnya Pek si-hiang dengan
mengenakan pakaian dalam berwarna putih sedang
berbaring di atas pembaringan Begitu melihat Lim Hankim
masuk, ia segera meronta untuk bangun sambil
serunya: "Aku hanya seseorang yang sudah dekat
dengan ajal, kau tak usah perdulikan lagi batasan antara
laki dan perempuan"
"Nona, lebih baik kau berbaring saja, lebih enak kita
bicara dengan santai..." buru-buru Lim Han-kim
mencegah. Pek si-hiang tersenyum.

2075
"Dalam dugaanku, umur masih ada dua bulan
lamanya. oleh sebab itu aku mengadakan janji dua bulan
denganmu. siapa tahu sekembaliku kemari, kondisi
penyakitku semakin parah, kelihatannya untuk hidup
lebih dari sebulan pun sudah berat bagiku."
Dari sepasang pipinya yang cekung Lim Han-kim dapat
menyaksikan bahwa gadis itu memang bertambah kurus,
rasa sedih dan haru segera menyelimuti perasaannya,
dengan suara lirih bisiknya: "Kalau nona sudah tahu
bahwa penyakitmu bertambah parah, kenapa tidak
berusaha untuk mengobatinya?"
"Kalau aku sendiri pun tak mampu menyembuhkan
penyakit itu, siapa lagi orang di dunia ini yang sanggup
mengobati sakitmu ..." jawab Pek si-hiang sambil
tertawa.
Lim Han-kim berdiri tertegun, ia terbungkam seketika
dan tak mampu berkata-kata lagi.
Sambil tertawa kembali Pek si-hiang ber-kata:
"Lepaskan kain pembungkus wajahmu. Duduklan di sini.
Aku ingin berbincang denganmu."
Lim Han-kim menurut dengan melepaskan kain
pembungkus wajahnya, kemudian katanya "Nona sangat
pandai dan menguasai ilmu pengobatan, apa betul di
kolong langit dewasa ini tak ada obat yang bisa dipakai
untuk menyembuhkan penyakitmu itu?"
Pek si-hiang menghela napas sedih, "lbarat pelita yang
kehabisan minyak. mana mungkin bisa menyala terlalu
lama? Apa lagi obat mestika susah diperoleh, ke mana
kita harus pergi mencarinya?"

2076
"Umur nona belum genap dua puluh tahun, inilah usia
remaja yang paling bagus bagi setiap pemudi, Kenapa
kau ibaratkan dirimu seperti pelita yang kehabisan
minyak?"
"Sebetulnya aku dapat hidup lebih lama lagi, asal aku
bisa memelihara kekuatan hidupku. Tapi apa mau dikata
sifatku memang tak bisa berdiam diri, aku sering
menggunakan tusukan jarum emas untuk
membangkitkan tenaga hidupku yang tersimpaa Aaaai...
dengan kondisi badanku yang sangat lemah, ditambah
lagi dengan kelakuanku yang tak sayang terhadap
kesehatan sendiri, akibatnya umurku bertambah pendek.
Kini ajal sudah berada di depan mataku."
"Jikalau kau sudah memahami teori tersebut kenapa
kau justru sengaja melanggarnya?"
Tiba-tiba Pek si-hiang tersenyum
"Bila sepanjang hari aku mesti berbaring terus di
tempat pembaringan biarpun bisa hidup tiga sampai lima
tahunpun apalah arti dan kenikmatannya bagiku?"
"Andaikata nona tidak mencampuri masalah
pertemuan puncak di kota si-ciu kali ini, mungkin juga
kau tak perlu membuang banyak tenaga dan pikiran,
otomatis nona bisa hidup berapa tahun lebih lama..."
Pelan-pelan Pek si-hiang menggeser posisi tubuhnya,
kemudian menghela napas panjang, "Aaaaai,..
sebetulnya aku ingin datang secara diam-diam lalu pergi
secara diam-diam, Pikiran kosong, perasaan lega dan
pergi tanpa beban apa pun. soal mati hidup sudah lama
tak pernah terlintas di dalam benakku, siapa tahu Thian
menghendaki yang lain. Di saat terakhir aku harus

2077
meninggalkan dunia ini, ternyata dalam pikiran dan
perasaanku harus tertinggal pelbagai persoalan dan
beban."
"Nona, aku mengerti bahwa kemampuanku terbatas,
tapi aku bersedia menggunakan segenap kemampuan
yang kumiliki untuk membantu nona. jika kau ada
keinginan yang belum terwujud, katakan saja padaku,
sehari aku Lim Han-kim belum dapat menyelesaikannya,
aku pun akan berjuang seharian penuh, sepuluh tahun
belum beres maka aku pun tak akan beristirahat selama
sepuluh tahun Pokoknya selama hayat masih dikandung
badan, aku tetap akan berjuang untuk menyelesaikan
keinginanmu itu"
Selapis cahaya semu merah melintas di wajah Peksihiang
yang pucat pasi, ia tertawa.
"Kalau menyangkut masalah jenazahku, aku sudah
mempunyai persiapan yang masak.jadi kau tak perlu
kuatir..."
Setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Kenapa
kau tidak menemani im-yang Losat-mu pergi mencari
barang peninggalan tokoh persilatan jaman dulu? Mau
apa kau datang kemari?"
"Aku datang memenuhi janjiku dengan nona" sahut
Lim Han-kim setelah tertegun sesaat.
"Ehmmm, kenapa begitu cepat sudah sampai kemari?"
kembali Pek Si-hiang tertawa.
Untuk sesaat Lim Han-kim jadi gelagapan dan tak tahu
bagaimana harus menjawab, terpaksa ia cuma
membungkam diri.

2078
Setelah menghela napas panjang kembali Pek Si-hiang
berkata: "Di tempat ini cuma ada kau dan aku, tiada
kehadiran orang ketiga, Bila kau ingin mengucapkan
sesuatu, katakan saja secara blak-blakan, tak periu ragu
atau sangsi ."
"Betul juga pertanyaan nona Pek." Lim Han-kim mulai
berpikir di hati kecilnya, "Kenapa aku harus terburu-buru
datang mencarinya? Apakah hal ini karena aku
menyadari bahwa Im-yang Losat mungkin sedang
mempermainkan diriku? Atau karena aku memang amat
mencemaskan dirinya...?"
Dia alihkan pandangan matanya keluar jendela, di
sana teriihat aneka bunga berwarna merah yang sedang
tumbuh mekar dengan indahnya. Untuk sesaat ia
terbungkam, tak tahu apa yang harus dikatakan-..
Setelah menghembuskan napas panjang dan
membetulkan rambutnya yang kusut, Pek Si-hiang
bertanya lagi: "Apa kau belum paham?"
"Selama hidup aku paling tak suka bohong."
"Aku mengerti," tukas Pek Si-hiang manggut-manggut,
"Apa kau menemukan bukti bahwa gerak-gerik serta
tingkah laku nona Im- yang Losat mencurigakan? Dalam
keadaan begitu lantas kau teringat pada ku secara tibatiba
dan ingin secepatnya bertemu aku ...?"
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim ingin sekali
menyangkal tapi dia pun sadar bahwa apa yang
dikatakan gadis itu memang jawaban yang sebenarnya
hendak diutarakan. Untuk sesaat ia jadi gelagapan dan
tak tahu bagaimana harus menjawab.

2079
Akhirnya setelah menghela napas panjang sahutnya:
"Perkataan nona memang benar, sebab memang
begitulah kejadian yang ku-alami, hanya saja..."
" Hanya saja kenapa?" tukas Pek si-hiang.
"Sebelum datang kemari, aku telah memikirkannya
masak-masak"
" Kalau sudah dipikirkan masak-masak. berarti kau
sudah mengambil satu kesimpulan. Boleh kutahu apa
maksud kedatangan saudara Lim?"
BAB 9. Menemani sang Kekasih
Pertanyaan itu lagi-lagi membuat Lim Han-kim
gelagapan dan tak tahu bagaimana harus menjawab.
Lama sekali ia termenung sambil putar otak, kemudian
baru katanya: "Keselamatan nona menyangkut mati
hidupnya umat persilatan di dunia saat ini..."
"Masalah itu terlalu besar ruang lingkupnya. Aku
hanya ingin tahu apa maksudmu datang menjengukku?"
kembali Pek si-hiang menukas.
"Aku pernah berhutang budi kepada nona, jadi sudah
sewajarnya bila aku menyusul kemari untuk menjenguk
keadaan sakit yang nona derita."
"Aaaai... kalau begitu kau sangat menguatirkan
keselamatan jiwaku?" Pek si-hiang menghela napas
panjang.
"Bukan hanya aku seorang, aku percaya setiap jago
dari dunia persilatan pasti amat menguatirkan
keselamatan jiwa nona."

2080
"Betul, memang banyak orang yang menguatirkan
keselamatanku, tapi ada siapa pula yang bisa membuat
aku bisa hidup berapa tahun lebih lama?"
"Soal ini... soal ini..."
Pek si- hiang tertawa hambar, kembali ujarnya: "Aku
percaya dalam benakmu tentu dipenuhi berbagai
pertanyaan yang mencurigakan bukan? Mumpung
kesadaranku masih amat baik sekarang, ajukan saja
semua persoalan yang tidak kaupahami."
"Kedatanganku kali ini dengan tujuan utama hendak
menjenguk keadaan sakit yang nona derita, selain itu
juga berharap bisa menyumbangkan sedikit
kemampuanku untuk memenuhi keinginan nona."
"Aku sudah hampir mati, apa gunanya kau bersikap
begitu baik kepadaku?"
"Kebesaran jiwa nona dan sifat kependekaranku
dikagumi dan dihormati oleh setiap insan manusia dalam
dunia persilatan, sedang aku tak lebih hanya segelintir di
antara mereka."
"Waaaah, kalau menuruti penuturanmu itu, agaknya
aku sudah menjadi seorang tokoh yang sangat termashur
dalam dunia persilatan"
"Bukan cuma termashur, boleh dibilang setiap umat
persilatan menaruh rasa hormat, salut dan kagum
kepadamu"
"Kau pun sangat berterima kasih kepadaku?"
"Rasa terima kasihku tak terlukiskan dengan kata,
bahkan muncul dari dasar lubuk hatiku yang terdalam"

2081
Agak berubah paras muka Pek si-hiang sesudah
mendengar ucapan itu, katanya: "Betulkah kau begitu
berterima kasih kepadaku, sampai seandainya aku suruh
kau mati pun, kau tak akan menampik?"
"silakan nona memberikan perintahnya, aku pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga, meski harus
berkorban nyawa pun aku rela."
"Kalau begitu aku ingin kau melakukan satu tugas
bagiku, bersedia bukan?"
"Rasa cinta dan hormatku kepada nona tak terlukis
dengan kata, bahkan aku sampai tak berani
mengucapkannya keluar, pokoknya perintah apa pun
pasti akan kulaksanakan."
"Bagus setelah aku mati nanti, aku minta kau menjaga
kuburanku di pesanggrahan pengubur bunga ini selama
tiga tahun, bersediakah kau melakukan untukku?"
"Baik, aku terima tugas ini, cuma aku harus menyuruh
orang untuk mengirim sepucuk surat ke rumah, agar
ibuku tidak terlalu mengkhawatirkan keselamatanku."
"Aaaai... sebagai putra manusia, kita memang wajib
berbuat demikian"
Lim Han-kim mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Pek si- hiang yang pucat pias, hatinya sangat
sedih, pikirnya: "Gadis ini amat cerdik, kepintarannya
tiada tandingan di dunia ini, ditambah lagi wajahnya
cantik jelita, sayang umurnya begitu pendek."
Dalam saat itu Pek si-hiang telah membetulkan letak
rambutnya sambil menegur lembut: "Apa yang sedang
kau pikirkan?"

2082
"Aku sedang berpikir, kenapa orang secerdik nona
harus diberi umur yang begitu pendek. Aaaai... Thian
sungguh tak adil"
Pek Si-hiang tertawa, "Dari zaman dulu, orang pintar
memang sering berumur pendek. Mana ada orang di
dunia ini yang diberkahi kepintaran serta kehidupan yang
bahagia? seandainya aku dilahirkan sebagai orang
bodoh, mungkin saja hidupku akan berapa tahun lebih
lama."
Lim Han-kim tahu bahwa gadis ini tak bisa hidup lebih
lama lagi, apa mau dibilang dia pun tak punya cara untuk
mengatasi masalah tersebut sambil bangkit berdiri
katanya kemudian "Nona, baik- baiklah beristirahat, aku
tak akan mengganggu lagi" selesai bicara dia
membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"Tunggu sebentar" seru Pek si-hiang tiba-tiba.
"Ada apa lagi nona?"
"Apakah kau berharap aku bisa hidup berapa tahun
lebih lama?"
"Aku berharap umur nona bisa mencapai seratus
tahun" jawab Lim Han-kim dengan mata bersinar.
Lama sekali Pek si-hiang termenung, kemudian
katanya lagi: "Aaaai, sudahlah, sekalipun aku beruntung
bisa berhasil, akhirnya toh akan dianggap orang sebagai
manusia yang ingkar janji"
Lim Han-kim tidak paham dengan maksud perkataan
itu, ia tertegun dan serunya: "Nona Pek. kata-katamu
mengandung nada sandi, aku tidak paham dengan
maksudmu"

2083
"Kalau tak paham, yaa sudahlah," Pek si-hiang
tersenyum, "Mari kita bicarakan soal nona Im- yang
Losatmu itu, Dia hendak mengajakmu pergi ke mana?
Mau mencari barang peninggalan tokoh silat yang
mana?"
"Kalau soal itu... aku kurang jelas, ia belum pernah
menjelaskan kepadaku."
"Apakah kau sudah menyadari bahwa dirimu telah
tertipu olehnya, maka secara diam-diam kau minggat dan
datang ke pesanggrahan pengubur bunga untuk mencari
aku?"
"Aku telah menuruti nasehat nona dengan mengawasi
gerak-geriknya secara diam-diam. Benar juga, aku telah
menemukan banyak titik kecurigaan pada dirinya."
"Kau sudah tahu siapakah dia?"
"Kalau masalah ini... rasanya sukar untuk mengambil
kesimpulan."
"Kau tak usah putar otak lagi," ucap Pek si-hiang
sambil tertawa, "Sebetulnya Im- yang Losat- mu itu tak
lain adalah seebun Giok-hiong yang telah merusak
wajahmu."
"Sebetulnya aku pun punya dugaan sampai ke situ,
tapi masalah yang tidak kupahami adalah kenapa ia
mesti menyamar sebagai Im-yang Losat yang berwajah
buruk untuk mempermainkan aku?"
"Ia sudah taruhan dengan Li Tiong-hui untuk
mengubah jalan pikiranmu, maka dia berusaha membuat
Li Tiong-hui patah hati dan merasakan siksaan karena
putus cinta ..."

2084
setelah mendeham berapa kali, kembali lanjutnya:
"Rasa cinta Li Tiong-hui kepadamu sesungguhnya tulus
dan serius, tapi susah untuk diterangkan sampai taraf
yang mana keseriusannya. Berangkat dari situasi saat ini,
bila kau betul-betul berubah pikiran, Li Tiong-hui pun
belum tentu akan sangat sedih dan menderita, Tapi bila
seebun Giok-hiong ikut mencemooh dan mengejeknya,
maka sulitlah baginya untuk mengendalikan diri"
Berbicara sampai di situ, mendadak ia seperti teringat
suatu masalah yang sangat menggelikan tak tahan lagi ia
tertawa cekikikan "sebetulnya seebun Giok-hiong
merupakan pihak yang menang dalam taruhan ini.
sayang ia kelewat terburu napsu, Kalau peranannya
dalam babak pertama bisa dibawakan secara sempurna
dan sukses, maka pada babak berikut ia telah melakukan
banyak kesalahan sehingga peranannya jadi kedodoran
dan banyak kelemahannya."
Lim Han-kim hanya mendengarkan penuturan itu
dengan mata terbelalak Karena tak tahu bagaimana
harus menanggapi terpaksa ia cuma membungkam diri
dalam seribu basa, Agaknya Pek si-hiang sedang
membicarakan masalah yang paling menggembirakan
hatinya. Dari balik wajahnya yang pucat, senyuman
manis menghiasi ujung bibirnya.
Kembali ia berkata lebih jauh: "Seebun Giok-hiong
mengira ilmu silat dan kecerdikannya tanpa tandingan di
dunia saat ini, ia telah melimpahkan semua kegusaran
atas kekalahannya dalam pertemuan puncak di kota Siciu
ke atas pundak Li Tiong-hui, yang lebih menggelikan
lagi dua orang ini dari pura-pura berebut cinta pada
akhirnya malah berebut sungguhan."

2085
"Bila kudengar dari pembicaraan nona Li, tampaknya
semua kejadian ini memang hasil rancangan nona?"
"Tentu saja aku yang rancang, kalau aku tidak
mengalihkan perhatian serta kekuatannya dalam
perebutan cinta, kedua belah pihak tentu akan
menghimpun segenap pikiran dan perhatiannya untuk
mempersiapkan pertarungan akhir tiga bulan mendatang,
Coba bayangkan sendiri, seandainya pertarungan itu
betul-betul pecah, berapa banyak jago pilihan dari dunia
persilatan yang bisa lolos dari musibah itu?"
"Oooh, rupanya begitu."
Pek Si-hiang tertawa cekikikan: "oleh sebab itulah aku
sengaja merancang permainan yang lain daripada yang
lain ini untuk mengalihkan perhatian mereka, Tentu saja
andaikata Li Tiong-hui sama sekali tidak menaruh rasa
cinta kepadamu, cara ini pun mustahil bisa berjalan
lancar. sungguh kebetulan ternyata Li Tiong-hui memang
menaruh hati kepadamu, maka setelah kubujuk berulang
kali, dia pun bersedia melakukan rancangan ini..."
Ia berhenti sejenak. dengan matanya yang jeli
diliriknya Lim Han-kim sekejap. kemudian melanjutkan
"Dari pengamatanku pribadi, aku tahu seebun Giok-hiong
memiliki sifat dan watak yang amat keras, Dia ingin lebih
unggul dari orang lain dalam segala masalah, lagipula
mata-matanya sangat lihai serta tersebar luas di manamana.
Tak ada kejadian yang bisa mengelabui dirinya,
Karena itulah kami pun sengaja membuka diri agar
gerak-gerik kami diketahui olehnya. Ternyata betul juga,
dengan cepat kejadian ini telah diketahui oleh seebun
Giok-hiong..."

2086
Kembali ia tertawa merdu sambil membetulkan letak
rambutnya, lalu sambungnya: "sebetulnya wajahmu
cukup ganteng. sayang seebun Giok-hiong sudah terlalu
sering menjumpai orang ganteng macam kau,
pandangan yang sepintas lewat tak akan meninggalkan
kesan yang mendalam baginya.
Namun setelah melalui peristiwa ini, tanpa seebun
Giok-hiong sadari, ia telah melepaskan jerat cinta untuk
memperangkap diri sendiri.."
Bicara sampai di situ, senyuman di wajahnya
mendadak lenyap. ia menghela napas panjang dan
membungkam diri, sebaliknya secara diam-diam Lim
Han-kim berpikir: "Bila seebun Giok-hiong benar-benar
mencintai aku, tak mungkin ia rusak wajahku ..."
Lama sekali dia menunggu, ketika tidak mendengar
juga Pek si-hiang melanjutkan perkataannya, tak tahan
akhirnya dia bertanya: "Nona, apa manfaat dan
keuntungannya antara rancangan yang nona susun
dengan situasi dunia persilatan?"
"Rancangan ini sudah seharusnya diakhiri sampai di
sini. Apabila seebun Giok-hiong betul- betul jatuh cinta
kepadamu dia tak akan berani melakukan perbuatan
yang melanggar hukum lagi. Bila aku ajarkan pula ilmu
jarum emas kepadamu, lalu secara diam-diam kau tusuk
salah satu jalan darahnya agar ilmu hipnotisnya gagal
total, maka dia akan lebih mudah untuk kau taklukkan.
Menunggu sampai ia betul-betul terjatuh ke dalam
pelukanmu, bujuklah dia untuk meninggalkan kebiasaan
membunuh serta sifat sadisnya. Aku percaya ia pasti

2087
akan menuruti kemauanmu dan mengubah sifatnya jadi
begitu halus, lembut dan penurut."
"Apa mungkin bisa begitu?"
"Ilmu yang bakal kuwariskan kepadamu itu merupakan
sejenis ilmu pengobatan tinggi, juga termasuk sejenis
ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Padahal bila kau
sudah mengetahui rahasianya, hal itu sesungguhnya
amat lumrah, hanya sayang..." Tiba-tiba ia tutup mulut
"sayang kenapa?" desak Lim Han-kim.
"Aaaai... siapa bermain api akhirnya ia bakal terbakar
sendiri, ungkapan kuno ini memang sangat tepat," kata
Pek si-hiang dengan wajah bersungguh-sungguh, "Pada
mulanya aku hanya ingin mempermainkan orang lain,
siapa sangka... siapa sangka ternyata..." Dua titik air
mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim berseru:
"Nona Pek. kenapa kau? Bagian mana yang tak enak?"
"Aku baik-baik saja" sahut Pek si-hiang sambil
menyeka air mata dengan ujung bajunya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa keheranan, pikirnya:
"Perasaan wanita memang susah diukur, air matanya
seakan-akan disimpan dalam saku saja yang setiap saat
setiap detik bisa diambil keluar... entah kenapa ia
menangis...?"
Sebenarnya dia ingin menghiburnya dengan berapa
patah kata, tapi pemuda itu tak tahu harus mulai dari
mana. Terdengar Pek si-hiang berkata lebih lanjut: "Aku
telah membantu Li Tiong-hui menyiapkan siasat untuk
membendung kebrutalan seebun Giok-hiong. Aku rasa

2088
mereka berdua dapat saling berhadapan dalam dunia
persilatan dengan kekuatan yang berimbang."
"Nona Pek. jikalau kau sudah memutuskan untuk
membantu Li Tiong-hui, mengapa kau tidak
membantunya dengan sepenuh tenaga, agar dalam
sekali pukulan ia mampu mengalahkan seebun Giokhiong?"
Dengan sepasang matanya yang jeli Pek si-hiang
mengawasi sekejap wajah Lim Han-kim, kemudian
setelah tertawa mesra, jawabnya: "Bila kedua orang itu
tidak dibuat berimbang kekuatannya dalam dunia
persilatan, bukankah perananmu jadi tak ada artinya
sama sekali?"
Mendengar sampai di sini, sesungguhnya Lim Han-kim
sudah paham sekali, tapi ia tetap berlagak tidak
mengerti, Kembali ia bertanya: "Apa sangkut pautnya
urusan ini dengan aku?"
"Hei, kau betul-betul tidak mengerti atau pura-pura
berlagak pilon . . .?" tegur Pek si-hiang sambil tertawa.
"Tentu saja benar-benar tidak mengerti."
"Dari dulu sampai kini, kekuasaan tertinggi dalam
dunia persilatan selalu berada di tangan kaum pria. Meski
dalam periode itu pernah muncul beberapa orang jago
perempuan yang pegang peranan, namun kehadiran
mereka sering hanya sekejap. tak pernah langgeng
selama banyak tahun.
Oleh sebab itu bila pundak kekuasaan dunia persilatan
saat ini dipegang oleh dua orang wanita, situasi seperti
ini tentu akan berlangsung cukup lama, Nah, sementara

2089
itu pamor kaum lelaki sudah mulai memudar, jika secara
tiba-tiba muncul seorang lelaki gagah dalam situasi
begini, bahkan dalam berapa bulan yang amat singkat
mampu menaklukkan kedua orang wanita cantik ini,
bukan saja kekuasaan tertinggi dunia persilatan akan
terjatuh kembali ke tangan kaum pria, bukankah orang
itu juga akan disanjung dan dihormati oleh setiap umat
persilatan?"
"Tapi dalam dunia persilatan dewasa ini mana ada pria
semacam ini?"
"Tentu saja ada, bahkan orang itu jauh di ujung langit,
dekat di depan mata."
"Nona maksudkan aku?" tanya Lim Han-kim tertegun-
"Masa sampai kini pun kau belum paham?"
"Dengan sedikit kepandaian silat yang kumiliki
sekarang, mana mungkin bisa menandingi kehebatan
seebun Giok-hiong?"
"Li Tiong-hui juga bukan tandingannya, bila kita hanya
berbicara soal taraf ilmu silatjangan lagi cuma tiga bulan,
biarpun kita beri waktu satu tahun bagi Li Tiong-hui
untuk melatih diri, ia masih belum mampu memiliki ilmu
silat yang sanggup menandingi seebun Giok-hiong."
Karena terlalu tergesa-gesa waktu mengucapkan katakata
ini, napas gadis itu jadi ter-sengal, maka dia pun
pejamkan matanya untuk beristirahat Lim Han-kim
mencoba untuk memperhatikan keadaan gadis itu.
Ketika dilihatnya peluh telah membasahi jidat Pek sihiang,
ia jadi amat terkejut. Dalam gugup dan paniknya

2090
ia tidak perdulikan soal batasan antara lelaki dan wanita
lagi, cepat-cepat ia genggam tangan nona itu.
Segera terasa olehnya tangan kanan Pek si-hiang
dingin bagaikan es, bahkan bergetar keras, tak
terlukiskan rasa kagetnya melihat keadaan tersebut,
buru-buru teriaknya: "siok-bwee, cepat kemari,
nonamu..."
Belum habis teriakan itu diucapkan, siok-bwee telah
menerjang masuk ke dalam kamar. Tampaknya siokbwee
sudah berpengalaman sekali dalam menangani
keadaan majikannya, Begitu masuk ia menubruk ke atas
ranjang, membopong tubuh Pek si-hiang, merogoh
keluar sebutir pil dari sakunya dan menjejalkannya ke
mulut Pek si-hiang, sementara sepasang tangannya
menguruti seluruh tubuh gadis itu dengan seksama.
Sebaliknya Lim Han-kim hanya bisa berdiri tertegun di
sisi pembaringan, dia tak tahu bagaimana harus
membantu. Gerak-gerik siok-bwee sangat
berpengalaman dan tidak kalut, setelah mengurut
beberapa buah jalan darah penting di tubuh majikannya,
ia baru membaringkan kembali tubuh Pek si-hiang ke
atas pembaringan-
"Lim siangkong, kau tak usah takut," katanya sambil
menghembuskan napas panjang, "Nona memang sering
mengalami keadaan seperti ini..."
Mendadak ia saksikan wajah Lim Han-kim yang aneh,
jelek dan menyeramkan itu, tak kuasa ia menjerit kaget
sambil melompat mundur, "Siapa kau?" tegurnya setelah
berhasil menenangkan diri
"Aku Lim Han-kim."

2091
"Lim siangkong berwajah tampan dan gagah, kenapa
wajahmu begitu buruk dan jelek?"
Lim Han-kim tertawa hambar, "seebun Giok-hiong
telah merusak wajahku, akibatnya aku jadi jelek. buruk
dan menyeramkan."
"Tentu nona semaput lantaran kaget melihat wajahmu
yang aneh dan menyeramkan itu," keluh siok-bwee.
"Tidak mungkin, nona Pek sudah lama mengetahui
wajahku berubah jadi begini, sedikit pun dia tidak takut."
Sambil membelalakkan sepasang matanya bulat-bulat
siok-bwee awasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
sampai lama kemudian baru ia bisa tertawa cekikikan.
"Setelah mendengar penjelasanmu ini, aku pun jadi
tak takut," katanya, "Memang pada mulanya orang akan
takut sekali setelah melihat wajahmu yang berwarnawarni,
tapi kalau dipandang lebih lama, aku jadi merasa
tertarik sekali..."
Lim Han-kim menghela napas panjang, ia hanya
tundukkan kepalanya tanpa menjawab,
Agaknya siok-bwee sadar kalau perkataannya sudah
melampaui batas dan menyinggung perasaan orang,
buru-buru serunya lagi sambil tersenyum "Lim siangkong,
kau tentu merasa lapar sekali, aku segera siapkan
hidangan untukmu"
Lim Han-kim memang merasa perutnya sedikit lapar,
ia pun mengangguk " Kalau begitu kuucapkan terima
kasih lebih dulu."

2092
"Tak usah sungkan-sungkan- kau duduk saja di sini
menemani nona... Mungkin sebelum bakmi yang
kumasak matang, nona sudah sadar dari pingsannya."
selesai berkata ia segera membalikkan badan dan
beranjak pergi.
Dalam kamar tidur yang kecil tapi indah itu kini tinggal
Lim Han-kim seorang diri, Ketika menoleh, ia menjumpai
Pek si-hiang tertidur nyenyak sekali, maka dia pun
berpikir "Biarkan ia beristirahat dengan baik,Jika aku
berada dalam kamar, mungkin malah mengganggu
tidurnya, Lebih baik kutunggu di ruang tamu saja..."
Berpikir begitu, pelan-pelan ia berjalan keluar dari
kamar tidur. segulung angin berhembus lewat
mengibarkan kain putih yang melapisi dinding ruangan.
Satu ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim,
pikirnya: "Rupanya kain putih yang melapisi dinding
ruangan ini dapat disingkap."
Dia pun berjalan menghampiri dinding, menyingkap
kain putih yang melapisi tempat tersebut dan mengamati
lukisan yang berada di baliknya, tapi begitu dipandang ia
pun tertegun.
Ternyata lukisan yang tergantung di balik kain putih
itu tak lain adalah lukisan dirinya. Di samping lukisan itu
tertera berapa huruf yang kira-kira berbunyi begini: "
orang dalam impian."
Sedang di bawahnya tertulis: Dilukis oleh Pek si-hiang.
Memandang lukisan dirinya yang begitu tampan dan
gagah, Lim Han-kim menghela napas sedih, sambil
gelengkan kepalanya ia turunkan kembali kain putih itu

2093
dan berjalan ke sudut dinding yang lain, di sana ia
temukan sebuah lukisan lagi tertutup kain putih, Tapi
setelah disingkap. sekali lagi pemuda itu termangu.
Rupanya lukisan yang tergantung pada dinding di
sebelah sana pun merupakan potret dirinya, Di sisi
lukisan tertera pula tulisan " orang dalam impian", hanya
di bawahnya tertulis: Dilukis oleh Li Tiong-hui.
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang,
gumamnya tanpa terasa: "Aneh... sungguh aneh, apa
yang sebenarnya telah terjadi?" Tak kuasa lagi ia meraba
wajah sendiri yang penuh dengan parutan dan luka
bacokan, berbagai masalah yang membingungkan hati
ikut menyelimuti pula benaknya .
Dalam keheningan ia mendengar suara langkah kaki
manusia bergema dari belakang tubuhnya, menyusul
kemudian terdengar siok-bwee bersemi "Lim siangkong,
mari makan bakmi"
"Terima kasih nona" pelan-pelan Lim Han-kim
membalikkan badan.
Siok-bwee tampak sedang berjalan menuju ke sisi
sebuah meja dengan membawa baki porselen Dalam
bakinya terlihat semangkuk mie serta empat macam
lauk.
"Lim siangkong" kembali dayang itu berseru sambil
tertawa, "Budak tidak pandai memasak. harap siangkong
makan seadanya"
Lim Han-kim memang merasa lapar sekali waktu itu,
tanpa sungkan ia sikat habis semua hidangan yang

2094
tersedia, setelah kenyang baru pujinya: "Ehmmm ... lezat
sekali."
Siok-bwee tertawa, "siangkong, ada berapa masalah
yang budak ingin bicarakan denganmu apakah Lim siang
kong bersedia?"
"Katakan saja blak-blakan, asal aku sanggup
melakukannya, tentu akan kulakukan dengan sepenuh
tenaga"
Siok-bwee menghela napas panjang, ka-tanya:
"Sebelum siang kong datang kemari, setiap hari nona
kami hanya mengurung diri di dalam kamar, Belum
pernah kulihat ia tertawa atau mengucapkan sepatah
kata, tapi setelah kedatangan siang kong, keadaannya
sama sekali berubah, Karena itu budak berpendapat
mungkin rtengan meminta bantuan siangkong, kau
mampu membuat nona kami hidup lebih gembira dan
mungkin hidup lebih lama lagi didunia ini..."
Lim Han-kim tertegun, sahutnya: "Mati hidup nona Pek
menyangkut pula keselamatan umat persilatan di dunia
saat ini.Jadi seandainya aku bisa menghadiahkan
sebagian umurku kepadanya, aku pun rela, Hanya saja
aku tak mengerti ilmu pengobatan, mana mungkin aku
bisa mengobati penyakit nonamu?"
Siok-bwee menghela napas panjang, katanya: "Garagara
penyakit yang diderita nona, loya serta nyonya
besar kami telah menjelajahi seluruh dunia untuk
mencari tabib kenamaan, tapi kenyataannya penyakit
yang diderita nona belum juga kunjung sembuh..."
"Segenap tabib kenamaan yang ada di duniapun
dibuat gelagapan dan tak mampu menyembuhkan

2095
penyakit nonamu, apalagi aku yang hanya seorang yang
tidak paham soal ilmu pertabiban apa yang bisa
kulakukan?"
"Sudah cukup lama budak serta adik IHiang-kiok
mendampingi nona kami. Selama mengikutinya akhirakhir
ini kami selalu berpendapat bahwa nona telah
menyembunyikan suatu rahasia yang tak ingin diketahui
orang lain, mungkin suatu rahasia yang penting sekali
artinya..."
"Sudah banyak tahun kalian mendampinginya, masa
sedikit pun tidak kalian ketahui apa rahasianya itu?"
"Jangankan budak, biar loya dan nyonya besar pun
tidak mengetahui akan rahasia tersebut."
"Masa ada kejadian seperti ini?"
"Budak tidak mengibul atau sengaja berbohong, Kalau
bukan ada fakta, tak nanti budak berani bicara
sembarangan itulah sebabnya budak memberanikan diri
untuk mohon bantuan siangkong agar membantu kami
semua."
"Asalkan tugas ini sanggup kulakukan, aku pasti akan
berusaha dengan sepenuh tenaga."
"Atas dasar ucapan serta tingkah laku nona pada harihari
terakhir ini, kemudian setelah budak rundingkan dan
telaah selama berbulan-bulan dengan adik Hiang-kiok,
maka akhirnya kami simpulkan bahwa nona telah
menyembunyikan suatu rahasia yang amat besar."
"Apa rahasia itu?"

2096
"Budak dan adik Hiang-kiok menemukan bahwa nona
kami sesungguhnya mempunyai sebuah cara untuk
mengobati penyakit aneh yang dideritanya itu. Paling
tidak cara tersebut dapat digunakannya untuk
memperpanjang usianya sampai delapan-sepuluh tahun
kemudian, tapi entah apa sebabnya ia tak pernah mau
mengobati penyakitnya tersebut dengan cara yang
diketahuinya."
"Sungguhkah perkataanmu itu?"
"Budak dan Hiang-kiok yakin penemuan kami itu tak
bakal salah."
"Kalau begitu aneh sekali kejadian ini..."
"Sepanjang hidupnya nona kami suka menyendiri dan
enggan mengandalkan bantuan orang lain. sikapnya
terhadap masalah orang lain pun selalu acuh tak acuh,
sehingga boleh dibilang belum pernah budak berdua
menyaksikan nona betul-betul menaruh perhatian serius
terhadap satu masalah atau seseorang, tapi sikapnya
terhadap Lim siang kong justru berbeda sekali."
"Bagaimana bedanya?" tanya Lim Han-kim setelah
termenung sejenak.
"Masa kau begitu bodoh? sejak membangun
pesanggrahan pengubur bunga, kecuali aku dan Hiangkiok,
bahkan loya serta nyonya besar pun belum pernah
diajak nona datang kemari, Tapi kenyataannya sekarang
ia justru mengundang Lim siang kong bertandang ke sini,
bahkan mengundangmu menjumpainya di kamar tidur
pribadinya. sikap serta tingkah lakunya ini berlawanan
sekali dengan kebiasaannya, Coba bayangkan sendiri,
apakah hal ini tidak aneh?"

2097
"Yaa, aku pribadi pun merasakan hal tersebut sikap
nona Pek terhadapku memang sangat baik dan istimewa,
cuma aku sendiri tak berani mempunyai pikiran atau
angan-angan lain-.."
Siok-bwee tertawa cekikikan "Bila kau sampai
mempunyai angan-angan lain, tak nanti ia bersikap
begitu baik kepadamu..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali lanjutnya:
"Jangan kau lihat tubuh nona kami lemah tak
berkekuatan dan wajahnya pucat pias seperti kertas,
sesungguhnya ia memiliki keanggunan yang luar biasa,
keanggunan yang tak dapat ditandingi orang lain yang
menimbulkan rasa kasihan, iba dan sayang bagi siapa
pun yang melihatnya.
Entah sudah berapa banyak manusia menaruh
perhatian khusus kepadanya, Kendatipun ia mengerti
bahwa usianya sudah tak lama lagi, setiap saat setiap
detik kemungkinan besar jiwanya akan melayang, tapi
betapapun begitu banyak orang datang melamarnya,
mengajaknya jadi suami istri, namun ia tak pernah mau
menerimanya. siang kong, aku ingin tahu bagaimana
pula pandanganmu terhadap nona kami?"
"Kalau soal ini... belum pernah terpikir olehku."
"Baiklah, sementara kita tak usah membicarakan
masalah itu lagi, siang kong, budak memohon
kepadamu, bantulah kami semua untuk membujuk nona
agar ia bersedia untuk hidup berapa tahun lagi."
"Baik, terlepas berhasil atau tidak, aku pasti akan
berusaha dengan segala kemampuanku. "

2098
Siok-bwee segera menjura dalam-dalam, ucapnya: "
Untuk kesediaan siang kong, terimalah dulu
penghormatan serta rasa terima kasih budak kepadamu"
"Tidak usah, tidak usah banyak adat"
Setelah membereskan mangkuk dan sumpit dari meja,
siok-bwee berbisik lirih: "sebentar lagi nona akan sadar,
siang kong, kumohon kepadamu untuk tidak
menyinggung tentang permintaan budak tadi di hadapan
nona."
"Ehmmm, aku mengerti.."
"Bila siang kong mampu membujuk nona untuk hidup
berapa tahun lebih lama, budak dan adik Hiang-kiok pasti
akan berterima kasih sekali kepada siangkong," ucap
siok-bwee sambil tersenyum.
"Aaah, kau kelewat serius" siok-bwee tersenyum dan
tidak banyak bicara lagi, dia pun beranjak turun dari
ruang loteng,sepeninggal budak itu, tanpa terasa Lim
Han-kim meraba parut serta codet yang menghiasi
wajahnya. suatu perasaan bimbang, perasaan hampa
tiba-tiba muncul dari lubuk hatinya, tanpa terasa pikirnya
.Dengan wajahku yang begitu aneh dan menyeramkan,
rasanya tak pantas bagiku untuk mendampingi gadisgadis
cantik jelita macam mereka, Tapi... paling tidak aku
harus berhasil membujuk Pek si-hiang agar mau
memperpanjang hidupnya sebelum pergi meninggalkan
tempat ini..."
Dengan termangu-mangu ia duduk di sisi meja.
pikirannya sangat kalut, begitu kalutnya sampai tidak
menyadari berapa lama waktu sudah berlalu...

2099
Tiba-tiba ia mendengar suara Pek si-hiang yang
sedang berteriak memanggil siok-bwee dan dalam kamar
tidurnya.
Secara otomatis Lim Han-kim melompat bangun dan
menerjang masuk ke dalam kamar, tapi apa yang
kemudian terlihat membuat anak muda itu segera
tertegun.
Rupanya saat itu Pek si-hiang sudah bangun terduduk.
selimut yang menutupi pakaiannya sudah tertanggal,
pakaian tidurnya yang berwarna putih juga tersingkap.
hingga dengan sangat jelas ia dapat menyaksikan paha si
nona yang putih, halus dan mulus itu.
Terlihat gadis itu sedang mengigau dengan suara
keras: "Siok-bwee... siok-bwee... Cepat kemari, aku
kepanasan... oooh, panas sekali..."
Lim Han-kim agak ragu-ragu sejenak, tapi dengan
cepat ia memburu ke tepi pembaringan- menggenggam
lengan Pek si-hiang dengan^enuh kasih sayang dan
bisiknya: "Nona Pek, kau kepanasan sekali?"
"Yaa ...panas ... oooh ...panas ..."
Mendadak gadis itu merangkul leher Lim Han-kim dan
memeluknya kencang-kencang, seketika itu juga Lim
Han-kim merasakan sebuah tubuh yang halus, lembut
seolah-olah tak bertulang menubruk ke dalam
rangkulannya. Bau harum semerbak terendus dari tubuh
gadis
Sejak dilahirkan belum pernah pemuda tersebut
mengalami kejadian seperti ini, memeluk seorang gadis
cantik dalam keadaan setengah telanjang, Tak

2100
terbendung lagi jantungnya berdetak keras, peredaran
darahnya ikut mengalir cepat, wajahnya pun ikut terasa
panas sekali.
Terdengar Pek si-hiang dengan suaranya yang lembut
kembali berseru: "Cepat tanggalkan semua pakaianku...
bopong aku ke kamar mandi... rendamkan tubuhku ke air
kolam..."
"Menanggalkan semua pakaianmu?" Lim Han-kim
tertegun- "Waaah... kalau soal ini ... kalau soal ini... biar
kupanggil siok-bwee untuk melakukannya,.."
Tapi sepasang tangan Pek si-hiang yang merangkul
tubuh pemuda itu makin lama makin mengencang,
kembali serunya: "Ayoh cepat... oooh panas sekali..."
Lim Han-kim berusaha keras menenangkan pikirannya,
ia mencoba meraba lengan kanan Pek si-hiang. Ternyata
memang terasa panas tapi tidak terlalu menyengat
Dalam hati kecilnya pun pemuda itu berpikir "Betul
lengannya terasa panas, tapi rasa-rasanya tidak mungkin
sedemikian panasnya sampai ingin berendam di dalam
air..."
Ia ingin melepaskan diri dari pelukan Pek si-hiang, lari
turun ke bawah loteng untuk mencari siok-bwee, tapi dia
pun kuatir tindakan tersebut menyinggung perasaannya,
Untuk berapa saat anak muda ini jadi ragu untuk
memutuskan, akhirnya entah berapa lama ia cuma duduk
termangu- mangu di situ.
Berapa lama ia sudah di situ pemuda itu kurang jelas,
ia cuma merasa tiba-tiba saja sekujur badan Pek si-hiang
basah kuyup oleh keringat Rontaan tangan dan kakinya
juga mendadak lebih tenang, sampai akhirnya secara

2101
mendadak gadis itu melepaskan pelukannya pada tubuh
Lim Han-kim, menjerit tertahan dan buru-buru
menyembunyikan badannya di balik selimut.
Suasana dalam kamar pun pulih kembali dalam
keheningan yang luar biasa, begitu heningnya sampai
dapat mendengar detak jantung masing-masing. Diamdiam
Lim Han-kim mengumpat diri sendiri: "Lim Han-kim,
wahai Lim Han-kim, kenapa kau begitu sembrono
menerjang masuk ke dalam kamar seorang gadis? Kalau
sampai nona Pek marah padamu nanti, apa jadinya?
Betul pikiranmu bersih tanpa ingatan jahat, tapi
kenyataan sudah berada di depan mata, bagaimana
caramu untuk menjelaskan masalah ini kepadanya?"
Sementara ia sedang mengumpat diri sendiri, dari
balik selimut terdengar Pek si-hiang berkata: "Lim
siangkong, kau tentu kaget dan ketakutan melihat
tingkah lakuku yang jalang bukan ...?"
"Aaaai... semuanya ini memang merupakan
kesalahanku, kenapa aku tidak memanggil siok-bwee,
tapi sebaiknya malah menerjang masuk ke dalam
kamarmu. Aaaai... terus terang aku bukan sengaja ingin
berbuat kurang ajar kepadamu, harap nona jangan
mempersoalkan di dalam hati."
Pek si-hiang segera munculkan kembali wajahnya dari
balik selimut wajah yang berseri penuh senyuman,
katanya sambil tertawa cekikikan- "Tadinya kukira kau
akan kaget dan ketakutan, rupanya kau sedikit pun tidak
takut."
"Aku sedang memikirkan satu persoalan-"

2102
"Memikirkan soal apa? Bersedia untuk menjelaskan
kepadaku?"
"Tentu saja harus kujelaskan padamu."
"Kalau begitu, katakanlah . . ." ucap Pek si-hiang
sambil tersenyum, "Selama hidup belum pernah kualami
kehidupan segembira hari ini, seakan-akan aku telah
berhasil memperoleh sesuatu, Kehidupanku serasa telah
memperoleh banyak hasil..."
"Sayang sekali kehidupan semacam ini tak bisa kita
nikmati terlalu lama"
"Kenapa? Kau hendak pergi?"
"Bukan begitu, meski setiap hari aku berada di sini,
namun usia nona sudah tidak lama lagi."
"Oooh, rupanya soal itu" Pek si-hiang ter-tawa, "Bila
sisa hidupku bisa kunikmati se-gembira saat ini, biarpun
harus mati apa yang perlu disayangkan ..,"
Tiba-tiba ia berpaling dan tanyanya lirih: "Lim siang
kong, percayakah kau orang yang telah mati bakal
berubah jadi setan?"
"Soal ini susah untuk dikatakan."
"Seandainya orang yang sudah mati dapat berubah
jadi setan, tiap hari aku akan mengikuti kemanapun kau
pergi, sebaliknya bila setelah mati, kita lantas tak akan
tahu apa-apa: dengan kematianku itu bukankah semua
kemurunganku akan turut lenyap? Aaaai... kalau tidak
tahu betapa pahitnya perasaan rindu, tak akan mengerti
pula betapa gundahnya di kala sakit."

2103
"Tidakkah kau merasa bahwa pikiran seperti itu
kelewat mementingkan diri sendiri?" Lim Han-kim
tertegun, "Bila kau anggap kematianmu akan
menyelesaikan semua persoalan maka ini cuma berlaku
bagi dirimu pribadi sebaiknya kau justru memberikan
semua kepedihan dan kesedihan untuk kedua orang
tuamu, memberikan perasaan rindu kepada orang lain-.."
"Untuk siapa?" tukas Pek si hiang.
"Kepada ku" jawab Lim Han-kim setelah mendeham
dan memberanikan diri
"Kau?" Pek si-hiang membelalakkan matanya lebarlebar,
"sungguhkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja sungguh" sahut Lim Han-kim tegas,
apalagi setelah teringat pesan dari siok-bwee.
Pek si- hiang tertawa terkekeh-kekeh, "Aku tidak
percaya."
Lim Han-kim merasa malu sendiri bilamana ia
membayangkan betapa buruk dan jeleknya wajah yang
dimilikinya sekarang, Tapi apa lacur perkataan sudah
diucapkan, ibarat anak panah yang sudah terlepas dari
busur, tak mungkin bisa ditarik kembali Terpaksa dengan
tebalkan muka katanya lagi: "Apa yang harus kuperbuat
agar nona percaya?"
"Tahukah kau bahwa aku mempunyai banyak sekali
kekurangan?" tanya Pek si-hiang sambil berhenti tertawa.
"Tidak terlihat olehku."
"Baik, kalau begitu biar kujelaskan padamu" setelah
berhenti sejenak untuk mengatur napas, lanjutnya: "Aku

2104
tak pandai menanak nasi memasak lauk. aku tak
mengerti mengurus urusan rumah tangga, tak pandai
melayani mertua, tidak pandai memberi kehangatan
untuk suami dan yang paling penting aku tak dapat
memberi keturunan ..." setelah tertawa terkekeh-kekeh,
terus nva: "Cukup tidak?"
"Aaaah, hal itu bukan masalah penting, hanya masalah
penting, hanya masalah keduniawian sedikit pun tidak
mempengaruhi kehidupan perkawinan itu sendiri"
"Kenapa? Kau yakin dapat mengesampingkan
masalah-masalah tersebut dari benakmu? Dapat
mengesampingkan pendapat orang banyak?"
Dalam hati Lim Han-kim berpikir: "Tidak berbakti ada
tiga, pertama adalah kalau tak punya keturunan Bila aku
betul-betul mengawini seorang istri yang tak dapat
memberikan keturunan kepadaku, bukankah generasi
keluarga Lim akan pupus sampai generasiku saja?"
Tapi ingatan lain dengan cepat melintas dalam
benaknya, diam-diam ia mengumpat:
"Wahai Lim Han-kim, Pek si-hiang adalah seorang
gadis cantik yang jenius, mana mungkin ia sudi kawin
dengan seorang manusia jelek dan buruk rupa macam
kau?"
Berpikir demikian, dia pun berkata: "se-kalipun aku
dapat mengesampingkan masalah tersebut
mengesampingkan pendapat orang banyak. belum tentu
nona mau ..."

2105
Berbicara sampai di sini, tiba-tiba ia merasa
ucapannya sudah keterlaluan maka cepat cepat ia tutup
mulut
"Kenapa tidak kau lanjutkan kata-katamu? Belum
tentu aku kenapa?" desak Pek si-hiang.
Lim Han-kim tertawa jengah, "Biar diucapkan juga tak
ada gunanya, lebih baik tak usah saja."
"Huuh. sebagai seorang lelaki jantan, seorang lelaki
sejati, masa tak berani terus terang?"
Lim Han-kim mencoba memeriksa sekeliling tempat
itu. lalu pikirnya: "Dalam kamar ini kecuali kami berdua
tak ada orang lain, meski bakal ditertawakan, paling juga
ditertawakan oleh dia seorang. sebaliknya kalau aku
berhasil membujuknya untuk hidup berapa tahun lebih
lama, rasanya meski ditertawakan juga tak apa"
setelah berpendapat begitu, keberaniannya segera
muncul kembali, katanya kemudian-"Maksudku, meski
ada orang dapat mengesampingkan masalah tersebut
dan tidak menggubris kata orang banyak. belum tentu
nona bersedia kawin dengannya."
"Siapa yang kau maksudkan?"
"Misalkan saja orang itu adalah diriku sendiri..."
"Tidak bisa, soal perkawinan adalah masalah besar,
tak bisa dipakai kata misal. Kalau orang itu kau, katakan
saja kau, kalau dia, yaa dia Tentu orang itu punya nama
lengkap, aku tak mau menjawab sembarangan Katakan
dulu siapa orangnya dan siapa nama lengkapnya?"

2106
Setelah dipojokkan Pek si-hiang dengan kata-kata
tersebut Lim Han-kim tak dapat berkelit lagi, terpaksa
sambil busungkan dada jawabnya: "orang itu adalah
diriku, Lim Han-kim"
"Dari mana kau tahu kalau aku pasti tak mau kawin
denganmu?" tanya Pek si-hiang cepat
"Nona cantik, jenius dan hebat, sebaiknya aku
berwajah buruk. Kalau nona sampai mau kawin dengan
aku, ibarat sekuntum bunga mawar ditancapkan di atas
tahi kebo, keadaan ini sangat merugikan keadaan nona."
"Hei, dari mana kau pelajari perumpamaan yang tak
sedap didengar itu ...? HuUUh, aku tak mau
mendengarnya" teriak Pek si-hiang seraya tertawa.
"Meskipun kurang enak didengar perumpamaan itu
tapi persis sekali dengan kenyataan."
"Orang penyakitan macam diriku ini seharusnya
memang paling cocok bila kawin dengan seseorang yang
buruk rupa, justru karena ia malu dan rendah diri akan
kejelekan wajahnya, ia baru bersedia melayani diriku ini
sebagai istri tersayang"
BAB l0. kunjungan Tak Terduga
Belum sempat Lim Han-kim memberikan
tanggapannya, mendadak terdengar suara langkah kaki
yang keras bergema datang, menyusul kemudian tampak
siok-bwee dengan napas terengah-engah berseru:
"Celaka nona, celaka nona ..."
"Apa yang terjadi, katakan"

2107
"Adik Hiang-kiok telah datang dengan membawa
seorang Lim siangkong lagi"
"Haaah, ada kejadian apa ini?" Pek Si hiang tersentak
bangun.
"Di mana orang itu sekarang?" sambung Lim Han-kim
cemas.
"Ada di bawah loteng, ditemani adik Hiang-kiok."
"Baik, biar kutengok manusia macam apa dia, berani
amat mencatut namaku"
"Tak usah gelisah," cegah Pek si-hiang. "Biar aku
berpakaian dulu kemudian baru menengoknya bersama."
Sikap tegang yang semula menyelimuti wajahnya kini
sudah lenyap tak berbekas, Tampaknya ia sudah
memahami sekali apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Aku menunggu nona di luar kamar" Buru-buru Lim
Han-kim beranjak keluar dari ruangam Tidak sampai
sepeminuman teh kemudian, Pek si-hiang telah muncul
dengan bersandar di bahu siok-bwee. Kali ini dia
mengenakan pakaian berwarna putih, gaun putih, sepatu
putih dan ikat pinggang putih, tidak berbedak tidak
bergincu dan membiarkan rambutnya terurai di bahu.
Baru saja Lim Han-kim hendak menerobos turun ke
bawah, tiba-tiba Pek si-hiang mencegahnya: "Tak usah
emosi, bungkus dulu kepalamu dengan kain"
ia lemparkan sapu tangan berwarna putihnya ke
tangan pemuda itu. Berada dalam keadaan dan situasi
seperti ini terpaksa Lim Han-kim membiarkan gadis itu

2108
mengatur segala sesuatu untuknya, setelah terima sapu
tangan, ia bungkus wajahnya yang jelek itu
Agaknya Pek Si-hiang sudah tidak gelisah sama sekali,
ia menunggu sampai Lim Han-kim selesai membungkus
kepalanya baru berkata: "Lebih baik kau berjalan di
belakangku Tak usah emosi, tak usah panik, sebelum
mendapat persetujuanku lebih baik jangan banyak
bicara."
Lim Han-kim manggut-manggut "Segala sesuatunya
aku menuruti perintah nona," sahutnya.
"Ehmmm, kau memang sangat penurut,"
Pek Si-hiang tertawa, kemudian dengan di-bimbing
Siok-bwee, ia turun lebih dulu dari loteng itu, Lim Hankim
mengikuti di belakang si nona.
Hiang-kiok yang mengenakan pakaian serba hijau
kelihatan sedang berdiri di ruang tamu dengan wajah
bimbang dan ragu. Agaknya ia sudah memperoleh
penjelasan dari Siok-bwee hingga perasaan sangsinya
kelihatan kentara sekali.
Di hadapannya duduk seorang manusia berbaju putih
yang membungkus kepalanya dengan kain hijau, Dengan
wajah amat santai Pek Si-hiang duduk di bangku tepat di
hadapan orang itu, lalu setelah membetulkan rambutnya
ia menegur
"Boleh aku tahu siapa namamu?" Manusia berbaju
putih itu melirik Lim Han-kim sekejap, lalu jawabnya:
"Lim ..."
"Lim apa? Kenapa tidak kau lanjutkan?"

2109
orang itu termenung sejenak, kemudian katanya:
"Namaku kurang sedap didengar, aku takut akan
mengecutkan nona bila mendengar."
"Aaaah, kalau begitu namamu pastilah Im-yang Losat"
Tiba-tiba orang berbaju putih itu melepaskan kain
hijau pembungkus kepalanya hingga terlihatlah wajahnya
yang separuh merah dan separuh putih itu, "Nona
memang cerdik dan berwawasan luas, sekali tebak sudah
berhasil," ujarnya.
Sebaliknya Lim Han-kim dengan perasaan terkejut
menjerit tertahan: "lm-yang Losat...?"
"Kenapa? Mengejutkan kau?" ujar im-yang Losat
sambil tertawa.
Pek si-hiang tersenyum, katanya: "Bersusah payah
menempuh perjalanan ribuan li untuk menemukan jejak
sang kekasih, tujuan luhurmu sangat mengharukan hati,
Aku tak boleh menjadi tuan rumah yang kurang
bijaksana..."
Seraya berpaling ke arah kedua orang dayangnya, ia
berseru: "siapkan arak"
Siok-bwee berdua saat itu hanya bisa berdiri
kebingungan tapi mereka tak berani membangkang
perintah Pek si-hiang. Buru-buru kedua orang itu
mengundurkan diri
Sepeninggal siok-bwee berdua, Lim Han-kim
melepaskan kain pembungkus kepalanya lalu sambil
memandang Im-yang Losat, tegurnya dingini
"sebenarnya siapa kau?"

2110
Im-yang Losat tertawa, " Kesehatan nona Pek kurang
baik, lebih baik jangan mengganggu ketenangannya,
urusan pribadi kita berdua kenapa tidak diselesaikan
dalam kamar tidur nanti?"
Pek si-hiang tertawa hambar, selanya: "Dengan susah
payah kau menempuh perjalanan ribuan li jauhnya
hingga ke tempat ini, bukankah tujuan utamamu hanya
ingin melihat sampai kapan aku baru mati?"
"Nona terlalu curiga," sahut Im-yang Losat tertawa,
"Sesungguhnya kedatanganku kemari hanya ingin
menyusul dia dan mendesaknya agar mau pulang
bersama aku."
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "seebun Giokhiong,
tidak sulit bila kau ingin melihat jenasah ku
terkubur untuk selamanya di pesanggrahan pengubur
bunga dan selama lima puluh tahun kemudian hanya kau
yang merajai dunia persilatan tapi kau meski
mengabulkan satu permintaanku dulu."
Tiba-tiba Im-yang Losat menggosok wajahnya dengan
sepasang tangan, Wajah jelek menyeramkan yang
semula menghiasi dirinya tahu-tahu hilang lenyap tak
berbekas, sebagai gantinya muncullah selembar wajah
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Bagi Lim Han-kim, meski sejak awal ia sudah menduga
kalau Im-yang Losat adalah hasil samaran dari seebun
Giok-hiong, namun setelah melihat dengan mata kepala
sendiri bahwa dugaannya ternyata tepat, ia tertegun juga
dibuatnya. "Ternyata memang benar-benar hasil
penyamaranmu" pekiknya.

2111
"Betul, aku adalah seebun Giok-hiong..." kata
perempuan itu sambil tertawa.
Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Pek si- hiang, katanya pula: "Nona Pek, syarat apa
yang harus kupenuhi?"
"Jangan terlalu cepat menyanggupi dengarkan dulu
penjelasanku sebelum mengambil keputusan"
"Baiklah, akan kudengarkan dengan seksama."
Pek si-hiang termenung sambil berpikir sejenak,
kemudian tanyanya: "Kau benar-benar mencintai Lim
Han-kim?"
Dengan matanya yang jeli Seebun Giok-hiong melirik
wajah pemuda itu sekejap. kemudian sahutnya: "sulit
bagiku untuk menjawab, sebab terus terang saja aku
katakan, bahkan aku sendiri pun tidak tahu."
"Kalau begitu sulit untuk dijadikan sebagai dasar
pembuktian," kata Pek si-hiang. "Begini saja, asal kau
bersedia kawin dengannya..."
"Tidak bisa nona Pek..." potong Lim Han-kim cemas.
"Bagaimana kalau kau jangan menimbrung dulu?"
tegur gadis itu dingin,
Lim Han-kim tertegun, akhirnya ia tundukkan
kepalanya dan tidak berbicara lagi.
Seebun Giok-hiong segera tertawa ter-kekeh, serunya:
"Coba lihat, yang bersangkutan saja belum ingin
menikahi aku, buat apa aku mesti menuruti
perkatanmu?"

2112
"Nona seebun, kita sedang merundingkan soal syarat,
pikirkan dulu masak-masak. mau diterima atau tidak
syarat tersebut?"
"Apa manfaatnya bila kuterima syarat itu?"
"Bila setuju, maka aku akan melangsungkan upacara
pernikahan kalian terlebih dulu, Bila kalian sudah
melewati malam pertama dan secara resmi sudah
menjadi suami istri, aku akan memohon bantuan dari
kalian berdua untuk membereskan soal pemakamanku."
"Bila aku menolak?"
"Perjalananmu ke telaga Tay-oh ini akan menjadi
suatu perjalanan yang sia-sia."
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
menatap wajah Pek si-hiang lekat-lekat, lalu katanya:
"sekalipun aku tidak terima syaratmu itu, kau sendiri juga
tak akan bisa hidup lebih dari tiga bulan"
"Oooh, jadi kau tak percaya bila aku memiliki
kemampuan untuk hidup terus?"
"Seandainya kau betul-betul memiliki kemampuan
untuk hidup terus, sekalipun aku setuju kawin
dengannya, bukankah kau sama saja dapat hidup terus
di dunia?"
"Aku tak suka bergaul, tak acuh dengan segala
keramaian duniawi, sesungguhnya tak berminat sama
sekali untuk hidup terus di dunia yang penuh dengan
serba masalah ini. maka dari itu belum pernah terpikir
olehku akan soal mati atau hidup, Tapi semenjak
bertemu dengan kau. seebun Giok-hiong. aku mulai
putar otak memikirkan masalah mati hidupku..."

2113
"Kenapa?"
"Kau liar bagaikan seekor kuda yang terlepas dari
kendali, andai kata aku mati, siapakah di dunia saat ini
yang mampu membereskan dirimu ?"
"Masih ada yang lain?" Pek si-hiang tertawa, katanya:
"Meskipun kau bukan tandinganku, paling tidak
kemampuan yang kau miliki itu masih mampu bertarung
berapa gebrakan melawan aku. Kalau kuhadiahkan
predikat sebagai "musuh tangguh" untukmu. tentunya
kau cukup puas bukan?"
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir seebun
Giok-hiong hilang lenyap seketika, sebagai gantinya sikap
dingin bagaikan es menyelimuti seluruh wajahnya, pelanpelan
ia berkata: "Kecuali kau memiliki suatu keanehan
yang sukar diduga orang sebelumnya, aku rasa
penglihatanku tak bakal keliru."
Pek si-hiang tertawa, pelan-pelan tangannya
membetulkan letak rambutnya, menggunakan
kesempatan itu ia tusuk jalan darah di belakang
tubuhnya dengan sebatang jarum emas, lalu katanya
lembut: "salah melihat apa?"
"Selain menderita penyakit aneh yang cukup parah
dan susah disembuhkan, seharusnya kau tak mengerti
ilmu silat sama sekali"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, semua yang hadir
seketika terkejut dibuatnya, terutama siok-bwee serta
Hiang-kiok yang sudah banyak tahun mengikuti
majikannya, mereka cukup mengerti bahwa Pek si-hiang
betul-betul tak pandai bersilat.

2114
Karena hal itu, secara diam-diam mereka menghimpun
tenaga dalamnya bersiap sedia, Asal pihak lawan
menunjukkan gejala yang tak beres, mereka siap
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga.
Lim Han-kim sendiri setengah percaya setengah tidak,
tapi diam-diam dia pun menghimpun tenaganya bersiap
sedia, Apabila seebun Giok-hiong menunjukkan tandatanda
akan menyerang, meski ia tahu bahwa
kemampuannya bukan tandingan lawan, pemuda ini
sudah siap untuk beradu jiwa.
Pek si-hiang mengerdipkan sepasang matanya yang
bulat besar, lalu tertawa: "oooh... maksudmu, bila aku
betul-betul tak mengerti ilmu silat, maka kau akan
manfaatkan kesempatan ini untuk membunuhku bukan?"
"Apa salahnya aku berbuat..." Belum selesai perkataan
itu diucapkan, begitu sorot matanya saling bertemu
dengan sorot mata Pek si-hiang, seketika itu juga hatinya
bergetar keras, kata-kata berikut pun tak mampu
dilanjutkan.
Ternyata dari balik mata Pek si-hiang tiba-tiba
memancar keluar sinar tajam yang menggidikkan.
Jelas pancaran semacam itu hanya bisa dilakukan
seseorang yang memiliki tenaga dalam amat sempurna,
orang yang tak kenal ilmu silat tak bakal bisa melakukan
hal tersebut.
Tak terkirakan rasa kaget, seram dan ngeri yang
mencekam perasaan seebun Giok-hiong saat itu, untuk
sesaat dia hanya bisa memandangnya dengan termangu,

2115
"Mau apa kau memandangi terus wajahku?" tegur Pek
si-hiang sambil tertawa.
"Aku merasa bingung, banyak hal yang tidak
kupahami."
"Dalam soal apa? Katakan saja terus terang"
"Sebetulnya kau pernah belajar silat atau tidak?"
Pek si-hiang tertawa lebar. "Aku tak ingin kau bunuh,
juga tak ingin kau menyerempet bahaya, Lebih baik tak
usah membicarakan lagi persoalan ini^..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Tapi
ada satu hal yang kau tak perlu khawatir, walaupun kau
termasuk salah satu tamu yang berani mengunjungi
pesanggrahan pengubur bunga, asalkan kau tidak
melakukan suatu tindakan yang kelewat batas, aku tak
akan mengganggu keselamatan jiwa mu"
Seebun Giok-hiong menengadah memandang bunga
yang bermekaran di luar ruangan sana dengan
termangu, lalu gumamnya: "Betulkah seseorang dapat
berubah jadi begitu wajar dan sederhana, sama sekali
tidak meninggalkan tanda-tanda apabila ilmu silat yang
dimilikinya telah mencapai puncak kesempurnaan?"
"Tidak dapat," potong Pek si-hiang cepat. "Bila
seseorang dapat menyembunyikan ketajaman matanya,
berarti ilmu silatnya sudah mencapai tingkatan yang
tiada tara, Gejala yang dimiliki orang itu tak mungkin bisa
diketahui oleh orang yang memiliki ilmu silat setara
dengan nona seebun."

2116
"Kalau begitu aku betul-betul mohon petunjukmu
kenapa nona Pek juga tidak memperlihatkan tanda-tanda
bahwa kau mengerti ilmu silat?"
"Lalu bagaimana sekarang?"
"Sekarang kau tampak begitu segar, matamu begitu
tajam bersinar, jelas inilah pertanda seseorang yang
memiliki tenaga dalam amat sempurna."
Sekali lagi Pek si-hiang tertawa, "Untung aku sudah
peringatkan dirimu sejak dini, Coba kalau tidak. salah
satu di antara kita berdua kini sudah tergeletak sebagai
mayat."
"Kalau begitu aku sudah salah memandangmu?"
"Tidak. kau tidak salah melihat Cuma keadaanku
memang sedikit agak berbeda dengan keadaan pada
umumnya."
"Boleh aku tahu penjelasannya?"
"Kejadian ini sederhana sekali penjelasannya, karena
aku mengidap suatu penyakit yang sukar disembuhkan"
Gadis ini memang luar biasa cerdiknya, secara lamatlamat
ia hanya memberi penjelasan separuhnya saja dan
sengaja menyembunyikan sisanya yang separuh, dengan
demikian seebun Giok-hiong harus menduga sendiri
sisanya.
"Yaa, betul juga ucapanmu itu," kata seebun Giokhiong
kemudian "Justru karena kau mengidap suatu
penyakit yang sukar disembuhkan maka kendatipun kau
memiliki tenaga dalam yang sempurna, namun keadaanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2117
mu sekilas pandang tak jauh berbeda dengan keadaan
orang biasa."
"Anggap saja begitu"
Seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
yang membuat aku tak habis mengerti sekarang adalah
seseorang yang mengidap penyakit parah, mengapa
sanggup melatih diri hingga memiliki tenaga dalam yang
begitu sempurna?"
"Aku tak pernah bilang mengidap penyakit yang tak
bisa disembuhkan Aku hanya bilang penyakitku sukar
untuk disembuhkan"
"Jikalau kau sudah tahu cara untuk menyembuhkan
penyakit itu, kenapa sampai sekarang belum juga turun
tangan untuk mengobatinya?" tanya seebun Giok-hiong
keheranan
"Sebab aku bosan hidup Aku segan meneruskan
kehidupanku di dunia ini. Bagi seseorang yang sudah
lama tersiksa oleh penyakit aneh, sering kali dia tidak
terlalu sayang dengan nyawa sendiri, memandang remeh
masalah keselamatan jiwanya"
Seebun Giok-hiong menggeleng bingung, ia merasa
seperti mengerti jawaban gadis itu tapi seperti juga tidak.
yang pasti kata-katanya itu mengandung arti yang
mendalam sekali, Tak tahan akhirnya dia menghela
napas panjang, katanya: "Aaaai... misalnya aku tak tahu
kalau kau cerdik, kalau aku tidak melihat bahwa ilmu
silatmu luar biasa, aku pasti tak akan percaya dengan
kata-katamu yang membingungkan itu."

2118
"Kuanjurkan kepadamu, lebih baik jangan percaya
dengan kata-kataku tadi," kata Pek si-hiang sambil
tertawa, "Dengan begitu akupun dapat padamkan
sebuah harapanku."
"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan sekarang."
"Aku tak percaya kau betul-betul tahu"
"Bukankah kau ingin memancing amarahku, agar aku
terpengaruh emosi, lupa keadaan, lupa kemampuan
sendiri dan turun tangan menyerangmu dengan begitu
kau dapat memperoleh alasan untuk membinasakanku?"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang, segera
serunya dingin: " Kelihatannya aku betul-betul harus
membunuhmu" seebun Giok-hiong segera tertawa
terkekeh-kekeh.
"Eeeh... jangan marah dulu" serunya, "Tadi kau toh
sudah berjanji, asal aku tidak bertindak macam-macam,
maka kau tak akan turun tangan lebih dulu untuk
membunuhku, sekarang sudah mulai menyesal?"
Tak terlintas sedikit senyuman pun di wajah Pek sihiang,
katanya hambar "Aku tak pernah menyesali apa
yang sudah kukatakan"
Seebun Giok-hiong kelihatan bangga sekali, kembali
katanya sambil tertawa terkekeh-kekeh: "Aku tahu
semua orang yang menganggap dirinya seorang tokoh
silat, baik dia lelaki atau perempuan, semuanya takut bila
rahasia hatinya ketahuan orang, termasuk diriku sendiri,
Bila pihak lawan berhasil menebak jitu semua yang
menjadi pikiranku, aku tentu akan berusaha untuk
membinasakan dirinya ..,"

2119
"Seebun Giok-hiong, sudah selesai perkataanmu?"
tukas Pek si- hiang ketus.
"Nona Pek ingin mengusir aku?" ucap seebun Giokhiong
sambil bangkit berdiri.
"Selama hidup aku tak pernah mengingkari janji yang
sudah terlanjur kuucapkan, demikian juga hari ini"
"Kalau begitu aku tak akan mengganggu
ketenanganmu lagi. Mengenai masalah kau hendak
menjodohkan aku dengan Lim Han-kim, biar kuputuskan
tengah hari besok"
"Mungkin saja tengah hari esok aku enggan bertemu
lagi denganmu, lebih baik dibicarakan besok saja, Hiangkiok,
antar nona seebun naik ke sampannya"
"Tunggu sebentar, aku ingin berdiam sebentar lagi di
sini," kata seebun Giok-hiong tertawa.
Ia mengeluarkan kain hijau dari sakunya dan
membungkus seluruh wajahnya, kemudian katanya lebih
jauh: "Terima kasih banyak atas pelayanan nona Pek hari
ini, semoga kita dapat bersua lagi esok tengah hari"
Sementara itu Hiang-kiok sudah tak sabar menunggu,
teriaknya: "Cepat, kita harus segera berangkat."
Seebun Giok-hiong yang berhati keras dan
berangasan, saat itu ternyata mempunyai tabiat yang
sangat baik, sahutnya cepat: "Baik, baiklah..." Tergopohgopoh
dia bangkit berdiri dan beranjak keluar
meninggalkan ruangan-
Pek si-hiang hanya duduk tak bergerak dengan wajah
sedingin es. Menunggu bayangan tubuh seebun GiokTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2120
hiong sudah lenyap dari pandangan dan menurut
perkiraannya ia sudah jauh dari daratan, baru gadis itu
berseru: "siok-bwee, cepat cabut keluar jarum emas dari
punggungku, cepat, cepat sedikit"
Dengan langkah itu cepat siok-bwee menghampiri
majikannya dan mencabut keluar jarum emas
Begitu jarum tercabut, secara tiba-tiba kondisi Pek sihiang
berubah amat drastis, seakan-akan ia telah
berubah menjadi seseorang yang lain, air keringat jatuh
bercucuran bagaikan hujan, wajahnya pucat pasi seperti
mayat, badannya gemetar keras dan tiba-tiba tubuhnya
jatuh terguling dari atas bangku.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim memburu ke
depan dan menyambar tubuh gadis itu. Dengan mata
terpejam dan napas tersengal-sengal Pek si-hiang
berbisik lemah: "Cepat bopong aku ke atas loteng"
Lim Han-kim tidak sempat banyak bertanya lagi,
tergopoh-gopoh ia bopong Pek Si-hiang naik ke loteng
dan membaringkan gadis itu di atas pembaringannya
Dengan napas tersengal-sengal Pek si-hiang berbisik,
"Di bawah bantal ada sebuah botol obat, cepat ambil
sebutir dan jejalkan ke mulutku"
Cepat-cepat Lim Han-kim membalik bantah Betul juga,
di situ terdapat sebuah botol porselen, tapi begitu dibuka
penutup botol itu, ia segera tertegun dan berdiri
termangu mangu. Ternyata isi botol itu tinggal sebutir pil
berwarna putih.
"Cepat jejalkan ke mulutku" terdengar Pek si-hiang
kembali berseru, "Masih banyak... masih banyak

2121
persoalan yaa... yang hendak kusampaikan kee...
kepadamu..."
Perkataan itu beberapa kali terputus di tengah jalan,
jelas napasnya sudah semakin melemah dan nyaris tak
sanggup mempertahankan diri, Lim Han-kim tak berani
membuang banyak waktu lagi, cepat ia jejalkan pil
berwarna putih itu ke mulut Pek si-hiang.
Setelah menelan pil itu, sambil menggenggam lengan
Lim Han-kim kencang-kencang, kembali gadis itu
berseru: "Aku ingin tidur sebentar, kau duduklah di sisiku
dan temani aku."
"Tidur saja nona dengan tenang, aku akan
menemanimu di sini"
Sekulum senyuman segera tersungging di ujung bibir
Pek si-hiang, tak lama kemudian ia sudah tertidur
nyenyak.
Lebih kurang satu jam lamanya Pek si-hiang tertidur
sebelum bangun kembali, ketika ia membuka matanya
dan melihat Lim Han-kim masih duduk manis di sisinya,
sambil tertawa ia pun menegur "Kau belum pergi?"
"Nona tidak membiarkan aku pergi, bagaimana
mungkin aku bisa tinggalkan tempat ini?" jawab Lim Hankim
tenang.
Menyaksikan tangan kirinya masih menggenggam
lengan pemuda itu kencang-kencang, Pek si-hiang
tertawa jengah, Buru-buru ia kendorkan genggamannya
seraya berkata: "Bila seseorang berada dalam keadaan
sakit, seringkali ia berharap ada orang lain yang selalu

2122
menemaninya. saudara Lim, harap kau jangan marah
dengan kelakuanku."
Lim Han-kim tertawa, "Aku sangat berbangga hati
karena nona sudi mempercayai diriku, masa aku mesti
marah?"
Pek si-hiang menghembuskan napas panjang,
ucapnya: "sebetuinya seebun Giok-hiong sanggup
menghabisi nyawaku cukup dengan sebuah pukulan
saja."
"Tapi sayang, kecerdikannya tak mampu mengungguli
kepintaran nona, hingga setiap langkahnya sudah berada
dalam perhitunganmu."
"Saat ini ia setengah percaya setengah tidak. meski
sementara waktu dapat kukelabui, tapi esok siang dia
akan kemari lagi, Aku takut sampai waktunya sulit bagi
kita untuk menghadapinya . "
"Betul juga perkataan ini," pikir Lim Han-kim dalam
hati, "Dengan kemampuannya ia dapat mengetahui bila
Pek si-hiang menderita penyakit parah, sudah barang
tentu dia pun bisa melihat kalau Pek si-hiang tak
mengerti ilmu silat, Cuma saja dia tak pernah mengira
kalau Pek si-hiang telah membangkitkan tenaga
simpanannya dengan rangsangan tusukan jarum emas
hingga sepintas lalu nampaknya ia memiliki tenaga dalam
yang sempurna.
Namun sebagai orang yang tinggi hati dan
keinginannya mengungguli orang lain begitu kuat,
seebun Giok-hiong pasti tak akan berpeluk tangan saja,
setelah tergertak oleh Pek si-hiang, ia pasti tak puas dan
penasaran berarti ia bisa datang lagi untuk mencoba. Bila

2123
dia sampai mengambil resiko untuk menjajal kepandaian
nona Pek. waah ... apa jadinya...?"
Mendadak perasaan hatinya bergidik karena ngeri, ia
tak berani berpikir lebih jauh. sambil menghela napas
panjang, Pek si- hiang menegur "Apa yang sedang
kaupikirkan?"
"Aku sedang berpikir, bagaimana caranya menghadapi
seebun Giok-hiong bila ia datang lagi esok siang."
"Kalau berbicara dari soal ilmu silat, gabungan
kekuatan kau bersama siok-bwee serta Hiang-kiok
rasanya masih bukan tandingan seebun Giok-hiong."
"Kalau begitu nona harus carikan akal yang jitu untuk
menanggulangi persoalan ini"
"Tampaknya kau takut mati?" tanya Pek Si-hiang
sambil tertawa.
"Orang yang paling ditakuti seebun Giok-hiong cuma
nona seorang, Apabila nona sampai terluka di tangannya,
kejadian ini akan menambah semangat serta ambisinya,
Bilamana ia sampai lupa daratan, sudah dapat dipastikan
dunia persilatan akan dilanda bencana pembunuhan yang
amat mengerikan."
Pek si-hiang tertawa hambar, ucapnya: "sekalipun dia
tidak membunuhku, toh aku sendiri juga tak bisa hidup
terlalu lama."
"Sekalipun nona tak dapat menghindari kematian,
paling tidak kau harus mati dengan perasaan sangat
tenang, Berikan teka teki yang membingungkan untuk
seebun Giok-hiong"

2124
"Lalu bagaimana aku harus mati?"
Gadis ini berbicara amat santai dan ringan bahkan
disertai senyuman yang ceria, seolah-olah mati hidup
sama sekali tidak terpikirkan olehnya, Melihat itu Lim
Han-kim berpikir "Pek si-hiang memang nyata agak aneh,
tampaknya bukan saja ia tak cemas atau ngeri dalam
menghadapi kematian, bahkan kelihatannya ia seperti
cenderung melangkah lebih cepat ke gerbang
kematian..."
Sementara itu Pek si- hiang sudah bangkit dan duduk
di pembaringan, tiba-tiba ujarnya: "Bagaimana kalau kita
kurung saja seebun Giok-hiong?"
"Tidak baik, dia congkak. liar dan susah dikendalikan,
ilmu silat yang kita miliki pun bukan tandingannya, Mana
mau ia menyerahkan diri secara ikhlas? Malahan bisa jadi
bila terdesak oleh keadaan, ia bisa nyerempet bahaya
untuk beradu jiwa denganmu, Kalau sampai terjadi
begini, bukankah rahasia nona yang tak mengerti ilmu
silat akan segera ter- bongkar?"
Agaknya kesegaran badan Pek si-hiang telah pulih
kembali, dengan penuh semangat ia melompat turun dari
pembaringan, lalu serunya sambil tertawa: "Ayo ikut aku,
kuperlihatkan sesuatu kepadamu"
"Melihat apa?"
"Melihat tempat yang akan kugunakan untuk
mengubur jenasah ku"
Sekali lagi Lim Han-kim berpikir "Bencana besar telah
berada di depan mata, tampaknya ia tidak khawatir

2125
sedikit pun, Apa bagusnya kuburan yang dipakai untuk
mengubur jenasahnya? "
Tapi ia merasa segan untuk menampik ajakan
tersebut, maka berangkatlah pemuda itu mengikuti di
belakangnya.
"Aku betul-betul mengkhawatirkan keselamatan nona,"
bisik Lim Han-kim.
"Apabila seebun Giok-hiong itu cerdik, besok dia harus
menyatakan persetujuannya untuk menikah denganmu,"
kata Pek si-hiang sambil tertawa, "Bila sampai terjadi
begini, maka tempat kubur yang kubangun dengan susah
payah itu terpaksa harus kuserahkan kepada kalian
berdua untuk menjadi kamar malam pertama kalian
berdua."
"Perkawinan adalah masalah besar yang harus
dirundingkan dulu dengan orang tua," kata Lim Han-kim
dengan kening berkerut " Hingga kini ibuku masih hidup
segar bugar, maka soal perkawinan sudah menjadi
kewajibannya untuk memutuskan bagiku, Apa hakmu
dan kenapa kau berani ambil keputusan untukku?"
"Tidak apa-apa, kalian boleh kawin dulu, kemudian
baru kujelaskan masalah ini kepada ibumu," sela si nona
sambil tertawa.
"Dari mana kau bisa tahu kalau ibuku pasti setuju?"
"Aku punya keyakinan untuk menaklukkan ibumu"
Tiba-tiba saja muncul perasaan mendongkol dan
marah dari hati kecil Lim Han-kim, Rengeknya ketus:
"Lebih baik kau berhasil membujuk diriku lebih dulu"

2126
"Kenapa?" kata Pek si-hiang sambil ter-tawa. "Dengan
susah payah aku sudah mencarikan seorang calon istri
yang begitu cantik untukmu, bukan berterima kasih, kau
malah jengkel kepadaku?"
Rasa malu dan gusar karena merasa seperti diejek dan
dipermalukan membuat Lim Han-kim semakin naik darah,
hardiknya penuh amarah: "Nona Pek, sekalipun seumur
hidup aku Lim Han-kim tidak beristri, kau juga tak perlu
bersusah payah mencarikan jodoh bagiku. Maksud
baikmu biar kuterima dalam hati saja, selamat tinggal"
Setelah memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak turun dari loteng dengan langkah lebar.
"Lim siangkong..." teriak Pek si-hiang gelisah, Buruburu
ia sambar tangan pemuda itu dan mencoba
menariknya, saat itu api amarah sedang berkobar dalam
benak Lim Han-kim, tanpa berpikir panjang la
membalikkan tangannya sambil mendorong, sementara
kakinya melangkah terus meninggalkan tempat itu.
Ia baru menyadari perbuatannya setelah tangannya
mendorong gadis itu, dengan perasaan terkejut ia
berpaling, tapi sayang sudah terlambat Blaaammmm ...
Tubuh Pek si-hiang sudah terdorong olehnya hingga
jatuh terjerembab enam-tujuh depa di belakang sana.
Dengan rasa kaget bercampur menyesal Lim Han-kim
memburu ke sisi gadis itu dan menarik tangannya sambil
berkata: "Nona Pek, nona Pek, terluka tidak kau? Aaaai...
aku betul-betul ceroboh..."
"Aku sangat baik, kau tak usah kuatir," potong Pek sihiang
sambil tertawa.

2127
Lim Han-kim sungguh merasa amat menyesal kembali
ujarnya: "Gara-gara kecerobohanku menyebabkan nona
terjatuh Aaai... aku sangat berdosa kepadamu"
"Tidak apa-apa, selama hidupku jarang aku
diperlakukan orang lain macam hari ini."
"Aku betul-betul menyesal, aku tidak sengaja ..." anak
muda itu menghela napas
"Aku mengerti, jangan dilanjutkan lagi persoalan itu.
Ayo cepat bimbing aku turun dari loteng"
"Nona perlu istirahat sebentar."
"Tidak usah..." sambil berkata gadis itu berusaha
meronta untuk bangun lalu meneruskan langkahnya.
Melihat itu Lim Han-kim berpikir "Meskipun badannya
lemah dan sakit-sakitan, tapi wataknya sungguh keras...
nampaknya susah untuk menghalangi niatnya..."
Terpaksa ia bimbing gadis itu untuk melanjutkan
perjalanan setelah turun dari loteng, melewati ruang
tamu, mereka berjalan menuju ke tepi sebuah tebing
yang curam. siok-bwee yang datang menyusul segera
berseru: "Nona, apa perlu budak membimbingmu?"
Waktu itu, seluruh kekuatan tubuh Pek si- hiang telah
disandarkan pada dada Lim Han-kim, sambil meneruskan
langkahnya ia menyahut "Tidak usah, biar Lim siangkong
yang mendampingiku, Kau boleh ke dapur untuk
menyiapkan berapa macam hidangan yang lezat, juga
jangan lupa siapkan guci arak yang berisi arak. jamur
dan jinsom. Hari ini aku harus minum sampai mabuk
sebelum esok menghadapi seebun Giok-hiong." siokTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2128
bwee tak berani membangkang, setelah menyahut ia pun
mengundurkan diri.
Kembali Lim Han-kim berpikir: "Dengan kondisi
badannya yang begitu lemah, apa jadinya kalau sampai
mabuk? Bisa jadi dua hari pun belum tersadar..."
sementara ia masih berpikir, Pek si-hiang telah
menengadah dan bertanya sambil tertawa: "Kau pernah
mabuk?"
"Belum pernah," Lim Han-kim menggeleng.
"Bagus, bagaimana kalau hari ni temani aku minum
sampai mabuk?"
Lim Han-kim tertawa. "Kalau kita belum sadar dari
mabuk sampai tengah hari esok dan seebun Giok-hiong
sudah keburu datang, apa yang akan kita lakukan?"
"Li Pak harus mabuk dulu sebelum menciptakan syair,
aku rasa semakin kita mabuk, tentu otak kita makin
pintar."
Lim Han-kim kembali berpikir setelah mendengar
jawaban itu:" semua perbuatan dan tingkah lakunya jauh
di luar dugaan, siapa tahu memang betul seperti apa
yang dia katakan."
sementara masih termenung, tibalah mereka di tepi
tebing curam, Pek si-hiang segera bangkit berdiri dari
pelukan Lim Han-kim, Dengan tangannya ia menutul
permukaan tebing batu di hadapannya, setelah itu ia
membalikkan badan berjalan tujuh langkah ke utara,
menutul lagi permukaan dinding batu dengan jari, lalu
berjalan balik ke samping Lim Han-kim. Katanya seraya

2129
menuding pohon kecil yang muncul di dinding tebing
karang itu: "Tolong geser pohon kecil itu."
"Apa susahnya..."juwab pemuda itu sambil melompat
ke depan dan membetot pohon kecil itu. Tapi begitu
tergenggam ia baru merasa bahwa keadaan tidak wajar,
Ternyata pohon kecil itu keras dan dinding seperti
terbuat dari besi baja. Belum sempat ia lepaskan
genggamannya, pohon besi itu sudah melesak masuk ke
balik dinding batu karang itu. Dari sisi pohon besi tadi
segera terbukalah sebuah pintu batu karang.
Tak tertahan lagi tubuh Lim Han-kim ikut terjatuh ke
balik pintu batu itu, Belum sempat ingatan kedua
melintas lewat, pintu batu itu kembali sudah tertutup
rapat
Lim Han-kim segera berusaha menenangkan
pikirannya sambil periksa sekeliling tempat itu, Tampak
sebuah tangga batu menjorok turun ke sisi kanan, itulah
satu-satunya jalan yang tersedia, tiada pilihan lain. Tak
tahan pemuda itu menghela napas sedih, pikirnya: "Yaa
betul, tadi aku sudah menyebabkan ia jatuh terjerembab
tentu amarahnya belum mereda, sekarang ia berusaha
mengurungku dalam gua batu ini. Bagaimana pun toh
aku sudah kemari, kenapa tidak sekalian kuperiksa
isinya...?"
Dengan menelusuri anak tangga batu, pemuda itu
berjalan terus turun ke bawah, setelah menuruni anak
tangga itu sampai ratusan kaki jauhnya, pemandangan
yang terbentang di depan mata tiba-tiba berubah,
Kilauan cahaya yang terang benderang memancar dari

2130
seluruh dinding, membuat pemuda itu merasa seolaholah
berada dalam istana bawah air.
setelah berusaha menenteramkan hatinya, baru Lim
Han-kim dapat melihat keadaan ruangan itu dengan
jelas. Ternyata saat ini dia berada dalam sebuah ruang
batu yang amat besar, sekeliling dinding terbuat dari
kaca yang tembus cahaya, sedangkan di balik dinding
kaca itu ternyata merupakan air jernih yang lengkap
dengan aneka jenis ikan yang berenang kian kemari.
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah masuk ke dalam
ruang batu itu, ia melihat sebuah pembaringan kayu
terletak di dinding sebelah barat perlengkapan
pembaringan itu sangat indah dan penuh sulaman, Di
dinding dekat pintu masuk terdapat dua buah jendela
batu yang terbentang lebar, angin segar berhembus
masuk dari sana, hanya saja tidak tampak cahaya
matahari.
Mungkin letak ruang bawah tanah itu berliku-liku
sehingga hanya angin segar yang bisa berhembus
masuk.
Pada dinding sebelah timur di mana terdapat dinding
kaca yang lebar, terletak sebuah meja lengkap dengan
segala peralatan tulis.
Bagian belakang meja merupakan sebuah rak buku
yang dipenuhi dengan susunan kitab.
Lim Han-kim mencoba mengambil sejilid kitab yang
bersampul kulit kambing dan mencoba membalik isinya,
tapi tulisan yang ada dalam kitab itu melingkar seperti
lukisan tapi bukan tulisan, mirip huruf tapi lebih
menyerupai huruf aneh, walaupun pemuda itu mencoba

2131
untuk mengamati, tak sehuruf pun yang dapat
dipahaminya.
BAB 11. Tidur seranjang
Akhirnya ia letakkan kembali kitab tersebut ke atas
meja, pejamkan mata dan mulai berpikir: "Entah apa
maksudnya mengurungku dalam ruang bawah tanah ini?
Masa ia benar-benar begitu tega mengurungku di sini
hanya gara-gara aku menariknya sampai terjerembab?
Aaaai... kendatipun suasana dan pemandangan di tempat
ini sangat aneh, indah dan menarik tapi jelas bukan
tempat tinggal yang ideal bagi manusia, apalagi tidak
tersedia makan dan minum. Bagaimana orang bisa hidup
terus di sini?"
sementara dia masih melamun, tiba-tiba kedengaran
suara langkah kaki manusia berjalan mendekat Ketika dia
palingkan kepala, terlihatlah Pek si-hiang dengan kepala
basah oleh keringat dan napas tersengal-sengal sedang
berjalan mendekat dengan berpegangan pada dinding
lorong.
Begitu masuk ke dalam ruangan ia hembuskan napas
panjang seraya keluhnya: "oooh betul-betul melelahkan"
Buru-buru Lim Han-kim bangkit berdiri dan
menyongsong kedatangannya dengan langkah cepat.
Tidak memberi kesempatan kepada pemuda itu untuk
bicara, Pek si-hiang sudah ulurkan tangannya seraya
berseru: "Cepat bimbing aku naik ke pembaringan aku

2132
mau istirahat sebentar oooh... kakiku rasanya mau patah
saking capainya"
Lim Han-kim menghampiri serta membimbing atau
lebih tepat dikatakan membopong gadis itu ke atas
pembaringan Bagaimana tidak. saking lelahnya Pek sihiang
sudah tak sanggup menyeret kakinya lagi saat itu.
Bisa jadi gadis itu memang sengaja berlagak begitu agar
ia bisa berbaring dalam pelukan sang pemuda dan
membiarkan dirinya dibopong,
setelah berbaring dan menyeka keringat dari jidatnya,
Pek si-hiang baru menegur sambil tertawa: "Kau sedang
mengumpatku bukan?"
"Tidak" sahut sang pemuda tercengang,
"Aaaah, tak mungkin. Aku yakin kau pasti sedang
menyumpahi aku," kata Pek si-hiang sambil tertawa
lebar, " Kalau tidak. masa telingaku jadi panas dan gatal?
Biarpun tidak sampai terutarakan keluar, paling tidak di
hati kecilmu tentu sedang menyumpahi begini: "Huuuuh,
dasar perempuan berjiwa sempit gara-gara aku
menjerembabkan tubuhmu, kau sekarang balas dendam
dengan mengurungku di bawah tanah, Dasar pikiran
perempuan selalu picik Hmmm perempuan memang
menakutkan... betul kan?"
"Huuss... aku tak pernah pikir begitu" bantah sang
pemuda sambil tertawa.
Pek si-hiang tidak membantah lagi, ia lemaskan dulu
otot kaki dan lengannya kemudian baru tanyanya lagi
sambil tertawa: "Bagaimana dengan kuburanku ini?
Bagus bukan?"

2133
"Apa? Ruangan ini adalah kuburan yang kau
persiapkan bagimu?" pemuda itu keheranan
"Kenapa? Bagus bukan? setelah mati, dari sini lewat
kaca pada dinding aku masih bisa melihat keadaan di
dunia luar."
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
seandainya kita ubah sedikit bentuk ruangan ini,
sesungguhnya akan terwujudlah sebuah tempat
kediaman yang amat bagus, Nona jikalau kau sudah
bosan dengan segala keramaian dunia, apa salahnya kau
bila sebuah tempat kediaman yang ideal di bawah tanah
serta menikmati hidupmu di sini dengan tenang dan
penuh damai, kenapa kau bersikeras harus mencari
mati?"
"Tahukah kau, apabila aku hidup terus maka banyak
kejadian luar biasa yang akan menimpa umat persilatan.
Aku bisa sangat merugikan mereka..."
"Maksudmu seebun Giok-hiong membikin ulah?" tukas
Lim Han-kim.
"Bukan" Pek si-hiang menggeleng. "semua tabib
kenamaan telah kusambangi, semua kitab suci sudah
kubaca habis, bahkan kitab pengobatan macam apa pun
telah kupelajari tapi tak satu pun yang bisa dipakai untuk
mengobati penyakitku ini, orang bilang Buddha
menyelamatkan orang yang berjodoh, obat
menyelamatkan orang yang sakit, sayang aku Pek sihiang
tak punya jodoh dengan Buddha dan tidak
menemukan obat mestika yang bisa selamatkan jiwaku. .
. "

2134
"Aku pernah dengar di dunia ini terdapat sejenis jamur
berusia seribu tahun yang mujarab untuk
menyembuhkan pelbagai penyakit, betulkah ada benda
seperti itu?"
"Yaa, benda mestika tersebut memang betul-betul
ada, cuma obat mujarab itu tidak diketahui tumbuh di
mana dan kapan tumbuhnya sehingga mustahil buat kita
untuk menemukannya dalam sesaat, sedangkan
sebenarnya obat-obat macam begitu tak berkhasiat apaapa
terhadap penyakitku."
Mendengar itu, Lim Han-kim berpikir di dalam hati:
"Han-gwat pernah berdaya upaya mencuri pil jinsom
berusia seribu tahun milikku, Bukankah pil itu juga
bermaksud untuk mengobati penyakitmu? "
Meski begitu, ia berkata laini " Nona pintar dan
berpengetahuan luas, aku percaya kau tentu sudah
mengetahui cara untuk mengobati penyakit tersebut."
"Kau pernah menyaksikan ilmu tusukan jarum emasku
bukan?"
"Yaa, pernah kulihat, ilmu tersebut memang betulbetul
luar biasa"
"Meskipun khasiatnya luar biasa, sebenarnya cara
yang digunakan amat sederhana," ucap Pek si-hiang
sambil tertawa, "Kalau boleh dicari bagian yang sulit,
maka kesulitan utama adalah harus menguasai letak
ketiga ratus enam puluh empat buah jalan darah penting
di tubuh manusia. Jalan-jalan darah itu ada yang
termasuk dalam jalur nadi Jin-meh tapi ada yang masuk
dalam jalur nadi Tok meh.

2135
selain itu dalam tubuh manusia terdapat empat belas
jalur nadi, delapan nadi yang di luar garis serta banyak
jalan darah aneh lainnya, Padahal setiap nadi, setiap urat
memiliki khasiat serta kegunaan yang berbeda. Asal kita
dapat menghapalkan semua letak, khasiat serta
kegunaan dari nadi-nadi penting tersebut kemudian
tusukan jarum kita tepat pada posisinya, segala
sesuatunya akan berjalan sederhana sekali."
"Yaaa, kalau dibicarakan sih tampaknya gampang,
padahal kalau sudah dilaksanakan susahnya bukan
kepalang."
Kembali Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Aaaaai, ketika kusadari bahwa tubuhku mengidap
penyakit aneh, mula pertama aku berusaha dulu lewat
kitab-kitab pengobatan dengan maksud mencari cara
yang paling tepat untuk mengobati penyakit itu.
Gara-gara penyakit ini, orang tuaku pun ikut bersusah
payah mengarungi seluruh jagad untuk mencari tabib
kenamaan serta obat mestika lainnya yang mungkin bisa
digunakan untuk mengobati penyakitku. Kasihan mereka,
meski sudah banyak tahun mengembara namun hasilnya
tetap nihil, sebaliknya obat-obat mestika yang tercantum
dalam kitab pengobatan termasuk barang langka yang
susah ditemukan ini berarti jika kita gantungkan harapan
kita pada obat-obatan yang tercantum dalam kitab, maka
kita harus mengobrak-abrik seluruh jagad lebih dulu ..."
"Apakah dari catatan kitab pengobatan itu nona
berhasil menemukan sistem pengobatan yang paling
jitu?" potong Lim Han-kim cepat.

2136
"Sebagian besar sistem yang tercantum dalam kitab
pengobatan itu tergantung pada kemujaraban obat
langka, jadi sesungguhnya kitab itu tak berguna sama
sekali bagiku."
"seterusnya?"
"Karena tak berhasil menjumpai sistem pengobatan
yang jitu dari kitab pengobatan, aku pun mulai
menelusuri kitab-kitab ilmu mengatur napas, Aku butuh
waktu tiga tahun untuk membaca habis semua kitab
pusaka tersebut tapi usahaku menemukan sistem
pengobatan yang jitu belum berhasil juga ..."
sambil tertawa jengah ia menghembuskan napas
panjang, kemudian melanjutkan "waktu itu aku takut
mati, sebab orang yang sudah mati tak bakal bisa
melihat apa yang ingin dilihat, mendengar apa yang ingin
didengar dan merasakan apa yang ingin dirasakanjadi
aku menaruh rasa takut dan ngeri yang luar biasa
terhadap kematian. setiap kali aku gagal menemukan
sistem pengobatan yang jitu, entah berapa banyak air
mata bercucuran membasahi pipiku, Namun setiap kali
berhadapan dengan orang tuaku, aku selalu bersikap
seakan-akan tak takut mati, aku selalu berusaha
mengulumkan senyum ketenangan-"
"Aaaah, tak heran nona menguasai pelbagai macam
ilmu silat dan ilmu pengobatan, rupanya begitulah proses
terjadinya," sela Lim Han-kim sambil manggut-manggut.
sementara dalam hati kecilnya berpikir "Darimana dia
bisa peroleh begitu banyak kitab pusaka ilmu silat dan
ilmu pengobatan?"

2137
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh setelah
menghela napas panjang: "Akhirnya aku mengambil
kitab-kitab rahasia aliran sesat untuk memperluas
wawasan pengetahuanku Dari pelbagai aliran sesat inilah
aku berhasil menjumpai sebuah cara."
"Apa cara itu?"
"sebuah cara yang amat keji dan mengerikan cara
tersebut termasuk juga sejenis ilmu silat yang luar biasa,
berasal dari satu sumber dengan ilmu hipnotis yang
dipelajari Seebun Giok-hiong. Malahan menurut
perasaanku ilmu tersebut masih setingkat lebih hebat
daripada ilmu hipnotis."
"Kalau begitu aneh sekali, Kalau toh kau sudah
mengetahui cara untuk menyembuhkan penyakit
tersebut, kenapa kau sebut juga cara yang keji dan
mengerikan?"
"Untuk mengobati penyakitku ini aku harus
mengorbankan banyak sekali nyawa manusia tidakkah
cara ini keji dan mengerikan?"
"Oooh, rupanya begitu," Lim Han-kim
menghembuskan napas panjang.
"Dalam kitab itu dengan jelas diterangkan, apabila
cara ini cocok dengan penyakit yang kuderita, maka
hasilnya akan luar biasa, Dalam tujuh hari dijanjikan
semua penyakit yang kuderita dapat disembuhkan
sebaliknya kalau penggunaannya salah, maka dengan
sia-sia akan terkorban banyak sekali nyawa manusia."

2138
"Dengan kepandaian serta kecerdasan nona, masa tak
bisa membedakan mana cara yang benar dan mana
tidak?"
"Menurut catatan dalam kitab pusaka itu, dijelaskan
penyakit aneh yang kuderita ini bernama "Sam-im-coatmeh",
jadi aku pikir tak bakal salah, Malah dalam kitab
itu disebutkan juga untuk orang yang menderita penyakit
Sam-im-coat-meh tentang ilmu silat jenis apa yang paling
cocok dilatih.
Yang lebih hebat lagi, selain menyembuhkan penyakit
orang itu pun bisa memperoleh ilmu silat yang maha
dahsyat Begitu penyakitnya sembuh, ilmu silat yang
dipelajari pun sudah mencapai tingkat kesempurnaan."
"Waaah... rasanya belum pernah kudengar kejadian
seperti ini."
Pek si-hiang tertawa manis. "Hanya kelemahannya
ialah orang itu bakal kecanduan dan tak bisa lepaskan
diri dari latihan, setiap orang yang melatih kepandaian
itu, asal sudah peroleh sedikit dasar, maka dia harus
melatihnya terus, selama hidup, sepanjang masa ia tak
bisa menghentikan latihannya dengan begitu saja."
"Kenapa?"
"Kalau bukan begitu, masa ilmu tersebut masuk dalam
aliran ilmu hitam yang sesat?"
Lim Han-kim dapat merasakan bahwa gadis yang
nampaknya lemah penuh penyakitan ini sesungguhnya
memiliki pengetahuan yang luasnya bagaikan samudra.
Bila dapat berkumpul dengannya maka pengetahuan
yang diperolehnya seakan-akan tak bakal habis

2139
sepanjang masa, setiap ucapannya mengandung makna
yang luar biasa. Maka tak tahan iapun bertanya:
"Dapatkah nona menerangkan lebih terperinci?"
"Baiklah, ada baiknya juga kujelaskan agar
pengetahuamu ikut bertambah. Semua yang kujelaskan
tadi sesungguhnya berasal dari sebuah kitab yang
disebut Klu-mo-hian-kang-liok, ilmu sakti sembilan
iblis..."
"Kitab pusaka ilmu sakti sembilan iblis?"
"Ehmmm, cukup mengerikan bukan ? Satu iblis saja
sudah menggetarkan sukma, apalagi sembilan iblis
sekaligus."
"Rasa-rasanya belum pernah kudengar kalau di dalam
dunia persilatan terdapat ilmu silat macam itu."
"Menurut penjelasan dalam kitab sembilan iblis itu,
kitab pusaka tersebut merupakan hasil karya sembilan
orang, Masing-masing mencatat sejenis ilmu sakti yang
kemudian di-gabung menjadi satu, oleh sebab itulah
kitab itu dinamakan kitab pusaka ilmu sakti sembilan
iblis.
Bila seseorang mulai berlatih mengikuti catatan dalam
kitab itu maka selama hidup ia tak bisa berhenti berlatih,
sebab ilmu silat itu aneh dan sakti, Kemajuan yang
dicapai luar biasa cepatnya, daya perusak yang
dihasilkan pun luar biasa, Watak orang yang berlatih
akan semakin berangasan dan kasar, ia akan kecanduan,
tak dapat berhenti berlatih, sekali berhenti maka dia akan
mengalami jalan api menuju neraka. coba bayangkan,
haruskah aku melatih ilmu semacam ini?"

2140
Lim Han-kim menghela napas panjang " Aaaai...
ternyata dalam jagad ada juga kejadian macam begini,
betul-betul di luar akal sehat"
"Justru itulah aku selalu ragu untuk mengambil
keputusan, aku tak tahu haruskah ilmu sakti sembilan
iblis itu kulatih demi menyembuhkan penyakitku?"
"Ehmmmm, kalau memang begitu kejadiannya, aku
rasa memang susah untuk diputuskan"
"Aaaai... sulitnya justru tak bisa diperoleh jalan keluar
yang terbaik."
"selain melatih ilmu silat yang tercantum dalam kitab
sembilan iblis, apakah di dunia ini betul-betul tiada cara
lain?"
"Menurut pengetahuanku, rasanya di dunia saat ini
memang sudah tiada cara lain lagi."
"Sekalipun hasilnya mengerikan toh nona tak bisa
mengorbankan nyawa dengan begitu saja, apalagi situasi
dalam dunia persilatan saat ini sedang kalut. Begitu nona
mati, seebun Giok-hiong si iblis perempuan itu pasti akan
merajalela dengan perbuatan biadabnya. Banyak orang
akan menjadi korban, di dunia tak ada orang yang
mampu menghentikan kebetulannya lagi, lalu ...
Haruskah kita biarkan dunia persilatan dilanda badai dan
musibah besar ini?"
"Meski begitu, akupun tak tega menyaksikan ada
banyak nyawa yang berkorban gara-gara ulahku."
"Apabila pengorbananku dapat selamatkan nona dari
kematian, biar harus mati pun aku rela," kata Lim Hankim
cepat

2141
"Ucapan Lim siangkong terlalu serius," ucap Pek sihiang
dengan wajah berseri "sekalipun pengorbananmu
bisa selamatkan aku dari jurang kematian, kau kira aku
tega membiarkan Lim siangkong gentayangan seorang
diri di alam baka sebagai setan?"
"Aaaai... aku jadi gelisah dan tak tenang..." keluh Lim
Han-kim dengan wajah cemas.
"siapa bilang aku tak gelisah dan merasa tenang?"
"Pokoknya nona tak boleh mati..." tukas Lim Han-kim
dengan wajah murung.
"sayang aku tak bisa terhindar dari kematian itu..."
" KaLau begitu kita harus pancing seebun Giok-hiong
masuk jebakan lalu berusaha membunuhnya . "
"Apa pendapat Lim siangkong?"
"Menurut pendapatku, pesanggrahan pengubur bunga
ini dibangun dengan alat rahasia yang berlapis-lapis,
lagipula untuk masuk sampai di sini harus melewati jalan
air. Aku percaya nona tentu sudah menyiapkan alat
rahasia di dalam air seputar pesanggrahan ini bukan?
Besok, sebelum seebun Giok-hiong sampai di sini, kita
gerakkan semua alat rahasia yang terpasang, Aku
percaya dengan gebrakan yang tak terduga ini, kita bisa
membinasakan dirinya."
"Apa tidak terlalu sayang tempat kubur yang telah
kusiapkan bertahun-tahun untuk kupakai, pada akhirnya
harus diserahkan kepadanya sebagai tempat kubur dia?"
"Jika seebun Giok-hiong sudah mati, nona juga bisa
berlega hati untuk selamanya ..."

2142
Pek si-hiang tertawa hambar "Selama maut belum
menjemputku, setiap saat aku masih bisa berubah
pikiran..." Kemudian sambil meluruskan lengannya yang
kaku, dia menambahkan "Aku merasa lelah benar dan
ingin tidur sebentar, jangan ajak aku berbicara lagi."
seusai berkata, ia betul-betul pejamkan matanya.
Nona ini memang luar biasa, begitu berniat tidur dia
langsung tidur, dalam waktu singkat gadis itu sudah
berada dalam alam mimpi seraya gelengkan kepalanya
berulang kali Lim Han-kim bangkit berdiri dan mengambil
sejilid buku lagi dan rak buku.
Ternyata huruf dalam kitab itu pun aneh bentuk dan
gayanya, tak satu tulisan pun yang dapat dipahaminya.
satu ingatan segera melintas dalam benaknya, pikirnya:
"Bila kitab ini bukan berisikan tulisan yang aneh
bentuknya dan susah dipahami maksudnya, Pek si-hiang
tak mungkin akan menyimpannya dengan begitu saja.
sayang aku tak mengerti apa maksud tulisan tersebut..."
Berpikir begitu, kembali dia mengambil kitab yang lain.
Kitab dengan sampul depan terbubgkus kain sutera
kuning ini ternyata berhuruf biasa, terbaca olehnya judul
kitab tersebut: RAHASIA ILMU TUTUP MULUT.
"Aneh betul judul kitab ini," pikir Lim Han-kim
kemudian dengan perasaan tercengang, "Masa ada judul
kitab seaneh ini. hmmm, aku harus tengok isinya ..."
Ketika halaman pertama dibalik, maka terbacalah
beberapa huruf besar yang berwarna merah: "siasat
ketiga puluh tujuh."
Kontan saja Lim Han-kim tertawa geli, kembali
pikirnya: "Yang kuketahui, di dunia ini cuma ada tiga

2143
puluh enam siasat, masa isi halaman pertama kitab ini
sudah menyalahi aturan, Aku harus periksa apa yang
dimaksud siasat ketiga puluh tujuh itu."
Ketika menelusuri lebih jauh, terbaca olehnya isi yang
berbunyi begini: "siasat ketiga puluh tujuh: Tipu diri
sendiri lebih dulu sebelum menipu orang lain."
"Bagus" pekik Lim Han-kim dalam hati, "Ternyata isi
kitab ini memang luar biasa dan lain daripada yang lain
..."
ia pun membaca lebih jauh: "Bila menipu orang tanpa
menipu diri sendiri lebih dulu, usaha untuk mengelabui
jagad pasti akan gagal total dan akhirnya terbongkar Bila
menipu diri tanpa menipu orang lain, akhirnya diri sendiri
yang bakal sengsara, Cara yang terbaik adalah tipulah
diri sendiri lebih dulu baru kemudian menipu orang lain,
tipuanmu pasti sempurna dan mustahil terbongkar itulah
yang disebut orang pintar sebetulnya bodoh^"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, kembali
pikirnya: "Sepanjang hari Pek si-hiang hanya membaca
kitab yang aneh dan di luar aturan manusia, tak heran
jika tingkah laku serta perbuatannya sangat aneh dan
susah diramalkan ..."
Baru saja dia hendak membaca lebih jauh, tiba-tiba
terdengar suara tangisan yang sedih bergema memenuhi
ruangan itu Dengan perasaan terkejut ia segera
berpaling.
Tampak Pek si-hiang sedang menangis ter-sedu-sedu
meski orangnya masih berada dalam keadaan tertidur,
agaknya ia sedang memimpikan sesuatu kejadian yang
memilukan hati, Mendadak satu ingatan melintas lewat,

2144
pikirnya: "Aku telah mencuri lihat isi kitabnya, bila ia
bangun dan memakiku, kejadian ini pasti memalukan
sekali..."
sementara itu isak tangis Pek si-hiang semakin
bertambah keras, bahkan seluruh tubuhnya ikut gemetar
keras, Lim Han-kim jadi gugup dan kelab akan, buruburu
teriaknya cemas: "Nona Pek... Nona Pek...^
Mendadak Pek si-hiang melompat bangun dari
tidurnya, menubruk ke dalam pelukan Lim Han-kim lalu
menangis tersedu-sedu, Kini ia sudah bangun dari
tidurnya, pikirannya mulai jernih hingga suara
tangisannya kedengaran lebih sedih, lebih memedihkan
hati ketimbang tangisannya sewaktu masih bermimpi
tadi.
Lim Han-kim ingin sekali menghibur dan membujuknya
dengan beberapa patah kata, tapi melihat gadis itu
menangis makin sedih, pemuda kita jadi gelagapan dan
untuk beberapa saat lamanya tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun.
Agaknya Pek si-hiang telah meluapkan semua
perasaan sedih, murung dan masgul yang mengganjal
dadanya selama ini dalam tangisan tersebut, karena itu
isak tangisnya makin lama semakin keras dan memilukan
hati sehingga siapa pun yang ikut mendengar akan turut
sedih dan murung.
Lim Han-kim kemudian menyapa setelah berhasil
menenangkan pikirannya: "Nona Pek, bila kau ada
masalah yang memedihkan hati, utarakan saja keluar.
Mungkin dengan mengatakannya kepadaku, kemurungan
di hatimu akan berkurang ingat nona, badanmu lemah

2145
dan sedang sakit, kau tak boleh menahan derita dan
siksaan seperti ini."
Pek si-hiang angkat kepalanya sambil menyeka air
mata yang membasahi pipinya, lalu katanya: "Barusan
aku mendapat sebuah mimpi yang amat buruk."
" Kukira ada kejadian besar apa, rupanya cuma
bermimpi..." batin Lim Han-kim, tapi di luarnya ia berkata
sambil tertawa: " Kejadian dalam mimpi tak boleh kau
tanggapi secara serius, nona, Kau cerdik dan
berpengetahuan luas, tentunya kau tahu bukan mimpi
hanya bunga tidur, kenapa mesti kau tanggapi?"
"Tapi impianku ini beda jauh dengan impiian biasa."
"Bagaimana bedanya?"
"Apa yang kuimpikan justru merupakan masalah yang
menjadi beban pikiranku selama ini"
"Kalau kau memikirkan sesuatu di siang hari,
kemudian muncul dalam impian di malam hari, itu berarti
kau memang betul-betul sedang bermimpi."
Pek si-hiang menggeliat manja dalam pelukan Lim
Han-kim, lalu berkata sedih: "Apa yang kujumpai dalam
impian justru merupakan jalan yang telah kuputuskan
hendak kutempuh"
Mendengar itu, sekali lagi Lim Han-kim berpikir:
"Bagaimana pun tangguhnya nona Pek, ia tetap seorang
gadis, Hari ini aku baru tahu, rupanya betapa pun
hebatnya seorang wanita dalam dunia persilatan,
nyalinya tetap kecil, Baru bermimpi saja sudah ketakutan
seperti ini..."

2146
secara tiba-tiba saja ia berpendapat bahwa sebagai
seorang lelaki, bagaimana pun juga ternyata ia jauh lebih
kuat dan tangguh ketimbang kaum wanita, tak terasa ia
segera busungkan dada seraya berkata: "Bersediakah
nona menceritakan impianmu itu? Mungkin kau bisa
membantumu untuk melenyapkan semua kemurungan
dan rasa takut itu."
Dengan air mata masih membasahi matanya tiba-tiba
Pek si-hiang tersenyum, ditinjunya dada Lim Han-kim
keras-keras lalu serunya manja: "Kau memang kuat
sekali..."
"sebagai seorang lelaki sejati, biarpun menghadapi
masalah pedih yang memilukan hati pun aku tak bakal
menangis tersedu-sedu"
Dalam kondisi Pek si-hiang yang begitu lemah,
kendatipun ia tinju dada pemuda itu keras-keras, namun
Lim Han-kim tidak merasakan sedikit pun, sebaliknya
malah gadis itu yang merasakan tangannya amat sakit.
setelah membetulkan rambutnya yang kusut, kembali
nona itu berkata: "Dalam mimpiku tadi aku melihat
seebun Giok-hiong memakai pakaian pengantin sedang
mengadakan upacara perkawinan denganmu, sedang aku
hanya berbaring saja dalam keadaan sekarat."
"Kau memang suka memikirkan hal yang bukan-bukan
..."
Tidak. aku sungguh-sungguh, Aku melihat seebun
Giok-hiong memakai baju pengantin dengan wajah
berseri-seri, sekejappun tidak melirik kepadaku, Aaaai...
aku sudah hampir mati, tapi ia masih bersikap begitu
kepadaku, aku jadi jengkel dan mendongkol Dalam

2147
sakitnya aku meronta untuk bangun, tubuhku sangat
lemah hingga berdiri pun tak sanggup. Aku jatuh
terjerembab di atas tanah ..."
"Kau tak boleh anggap kejadian dalam mimpi sebagai
kejadian sungguhan," hibur Lim Han-kim.
"Walaupun aku sedang bermimpi tapi apa bedanya
dengan kejadian nyata yang sedang kuhadapi sekarang?"
"Ehmm, betul juga ucapan ini," pikir Lim Han-kim.
"Kejadian yang dialaminya sekarang memang tak
berbeda jauh dengan mimpinya."
Kedengaran Pek si-hiang berkata lebih jauh: "Aku lihat
kalian berdua amat gembira, wajah kalian berseri dan
penuh senyuman, sedang aku tergeletak rapuh di atas
tanah, Tak seorang tamu pun yang memandangku meski
di situ banyak orang, bahkan siok-bwee serta Hiangkiokpun
tidak perdulikan aku lagi, mereka hanya sibuk
meramaikan perkawinan kalian, Aaaai... hubungan cinta
kasih antara majikan dan pembantu yang terbina sekian
banyak tahun, ternyata harus berakhir dengan begitu
saja."
"Kau jangan berpikir yang bukan-bukan," sela Lim
Han-kim dengan kening berkerut "siok-bwee serta Hiangkiok
amat menyayangimu, perhatian mereka terhadapmu
luar biasa, mana mungkin akan menghianatimu?"
"Yaa, sekarang sih aku masih hidup. Coba bila aku
sudah mati nanti, aku toh tak akan tahu bagaimana sikap
kalian terhadapku" Bicara sampai di sini tiba-tiba
wajahnya berubah serius, terusnya: "oleh sebab itu
sekarang aku tak ingin mati, aku tak mau menyaksikan
kau kawin dengan seebun Giok-hiong ..."

2148
"Kalau begitu kau mesti mempelajari ilmu silat dari
sembilan iblis" pikir Lim Han-kim.
sementara itu Pek si-hiang telah berkata lagi sesudah
menghela napas panjang: "seebun Giok-hiong liar dan
susah dibujuk. lagipula ia pintar dan banyak akalnya,
Apabila dia sampai tahu kalau aku tak pandai bersilat
bisa jadi dia akan segera turun tangan membunuhku
jikalau ia betul-betul sampai turun tangan, tenaga
gabungan kau bersama siok-bwee dan Hiang-kiok masih
tetap bukan tandingannya, kalian jangan harap bisa
hidup tenang di dunia ini..."
"Apakah nona sudah menemukan cara untuk
menaklukkan dia?"
"Asal aku masih hidup, jangan harap seebun Giokhiong
bisa bertindak apa-apa terhadap kalian"
"Kalau toh nona memiliki cara untuk menaklukkan iblis
tersebut, kenapa kau tidak berusaha untuk
membunuhnya dan melenyapkan bibit bencana bagi
umat persilatan?"
Pek si-hiang segera tertawa, "Jika seseorang didesak
hingga terpojok dan merasa jiwanya terancam, ia pasti
akan nekat dan mempertaruhkan nyawanya untuk
melawan, coba bayangkan sendiri, seandainya ia sampai
nekat melancarkan serangan, bukankah semua rahasia
kita bakal terbongkar?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
bagaimana punjuga aku tetap berpendapat bahwa cara
ini terlalu berbahaya Kenapa kita tidak membuat
persiapan sejak dini sehingga bilamana ia sampai nekat

2149
melancarkan serangan, kita pun bisa menghadapinya
secara sempurna."
Dalam hati kecilnya ia sadar bahwa kondisi tubuh Pek
si-hiang sangat lemah dan lagi penyakitan setiap saat
jiwanya bisa melayang, Bilamana Pek si-hiang sampai
mati, sudah bisa dipastikan seebun Giok-hiong akan
menciptakan badai pembunuhan yang paling keji dalam
dunia persilatan
Dengan watak seebun Giok-hiong yang begitu kejam
dan dingin, ia tak akan membincangkan soal perasaan
dengan siapa pun, begitu emosinya meluap. korban tentu
akan berjatuhan
Selain daripada itu, pemuda ini pun menaruh rasa
dendam terhadap seebun Giok-hiong dan berniat
membinasakan gadis tersebut lantaran wajahnya dirusak.
Ia berpendapat dengan tindakan itu bukan saja dendam
kesumatnya bisa dibalas, bahkan ia dapat selamatkan
begitu banyak jiwa umat persilatan dari bencana
kematian ini berarti, biarpun jiwanya harus berkorban
nama harumnya akan tetap dikenang orang sepanjang
masa.
Lim Han-kim sangat sadar dengan kemampuan silat
yang dimilikinya sekarang Meskipun ia berlatih sepuluh
tahun lagi, ia masih belum mampu menandingi
kepandaian silat seebun Giok-hiong. satu-satunya
kesempatan baginya hanyalah memanfaatkan
kemampuan Pek si-hiang untuk menyingkirkan gadis
tersebut
Terdengar Pek Si-hiang berkata lembut: "Sekarang
aku baru tahu, ternyata kau begitu benci dan dendam

2150
kepadanya, bahkan setiap detik berniat menghabisi
nyawanya, Aaaai... seandainya seebun Giok-hiong tidak
merusak wajahmu, begitu bencikah kau terhadapnya?"
Baru saja Lim Han-kim hendak menjawab, tiba-tiba
terdengar suara ketukan lirih bergema dari dinding
ruangan.
Meskipun suara itu tak terlampau keras tapi
kedengaran amat jelas, lagipula ketukan itu mempunyai
irama nada yang beraturan,
Dengan perasaan gugup bercampur tegang Lim Hankim
berpaling, dilihatnya Pek si-hiang sedang
mendengarkan irama ketukan itu dengan seksama,
wajahnya sedikit pun tidak menampilkan perasaan
tegang, Lebih kurang seperminum teh kemudian baru
suara ketukan itu berhenti bergema.
sambil menoleh Lim Han-kim sekejap. kata Pek sihiang
seraya tersenyum: "seebun Giok-hiong dengan
membawa serombongan anak buahnya telah tiba di sini,
perahunya sedang berkeliaran di seputar bukit".
"Dari mana nona bisa tahu?"
"Masa kau tidak mendengar suara ketukan pada
dinding tadi?"
"Dengar"
"itulah sistim penyampaian berita yang kuciptakan,
ruang bawah tanah ini khusus kubangun untuk
mengubur jenasahku selain kau, tak pernah ada orang
ketiga yang pernah sampai di sini, bahkan siok-bwee
serta Hiang- kiok yang bersamaku sejak kecil pun belum
pernah menginjakkan kakinya di sini, Ada kalanya aku

2151
membaca buku di sini sampai berapa hari lamanya tanpa
melangkah keluar dari pintu, Mereka pun tak berani
mencari aku ke dalam ruang ini, meskipun ada urusan
harus disampaikan kepadaku, maka aku pun
menciptakan sistim penyampaian berita seperti ini. Mulamula
kubuatkan sebuah alat rahasia dulu di luar lorong
rahasia, Asal mereka mengetuk dinding bukit maka suara
itu akan bergema sampai di sini dan aku yang berada di
dalam pun dapat mengetahui apa yang telah terjadi."
"Rupanya begitu, tapi bagaimana cara nona untuk
menjawab?"
"Tidak perlu dijawab, cukup asal mereka laporkan apa
yang terjadi kepadaku. Bila kuanggap masalahnya
penting dan serius, secara otomatis aku akan muncul
sendiri untuk menyelesaikan masalah itu."
"Kini seebun Giok-hiong telah muncul dengan
membawa kawanan jagonya, kau anggap persoalan ini
serius atau tidak?"
"Bila perahunya langsung ditujukan kemari, tentu saja
urusan jadi serius, tapi kalau cuma mondar-mandir tanpa
membuat keputusan, kuanggap bukan suatu masalah
besar."
"Aaaai... nona menderita penyakit aneh, sedang wajah
ku pun telah dirusak orang, sehingga sejak saat ini tiada
orang di dunia yang mengenali diriku lagi, Biar harus
mati juga tak masalah, tapi siok-bwee dan Hiang- kiok
masih muda, terlalu sayang kalau mesti mati muda."
Pek Si-hiang tertawa. "Nasib mereka sudah pernah
kuhitung, Kedua orang itu punya nasib panjang umur,
paling tidak mereka bisa hidup sampai tujuh-delapan

2152
puluh tahunan, kenapa sih kau menyumpahi mereka agar
cepat mati?"
"Siasat benteng kosong yang pernah diterapkan Cukat
Khong Beng untuk memukul mundur musuh hanya
pernah digunakan orang pintar itu satu kali seumur
hidupnya, sedang nona saban kali harus nyerempet
bahaya untuk meloloskan diri dari cengkeraman seebun
Giok-hiong. Aku rasa ini terlalu riskan, apalagi ia muncul
dengan membawa kawanan jago lihaynya, bisa jadi ia
sudah menaruh curiga kepadamu."
"Ehmmmm, tak nyana otakmu encer juga. Kalau
begitu aku perlu mohon petunjukmu"
"Menurut pendapatku, lebih baik nona persiapkan
suatu siasat untuk membunuhnya. Kalau bisa,
membunuhnya dalam satu gebrakan atau paling tidak
kita harus berhasil memunahkan seluruh ilmu silatnya"
"Keji amat hatimu" keluh Pek si-hiang sambil
menghembuskan napas panjang, "Dari-pada
memunahkan seluruh ilmu silatnya, lebih baik habisi saja
nyawanya"
"Bila ia belum terbunuh, setiap saat setiap detik besar
kemungkinan kitalah yang menjadi korbannya"
"Kau serius hendak membunuhnya?" tegas Pek sihiang
sambil membelalakkan matanya.
"Tentu saja serius"
"Kau tidak menyesal? satu orang hanya bisa mati
sekali, begitu nyawanya melayang maka selamanya tak
mungkin bisa dihidupkan kembali".

2153
"Membunuh seebun Giok-hiong berarti melenyapkan
bibit bencana bagi umat persilatan ini tindakan seorang
ksatria, tindakan yang sangat terpuji, kenapa mesti
kusesalkan?"
"Bila kuberitahukan satu hal kepadamu, kau tentu tak
berniat membunuhnya lagi."
"Jangankan satu hal, seratus seribu masalah pun aku
tetap bertekad ingin membunuhnya"
Lama sekali Pek Si-hiang termenung, akhirnya sambil
menghela napas panjang katanya: "Tampaknya lebih
baik tidak kukatakan "
Waktu itu, seluruh pikiran dan perhatian Lim Han-kim
hanya tercurahkan pada bagaimana cara membunuh
seebun Giok-hiong, sedang masalah yang lain ia tak
berminat memperhatikannya, karena itu ujamya: "Kini
waktu sudah amat mendesak, lebih baik nona mencari
akal dulu untuk menghadapi seebun Giok-hiong Masalah
yang lain dibicarakan kemudian hari saja"
Pek si-hiang mengernyitkan alis matanya, tiba-tiba ia
bergumam: "Daripada kau membenciku di kemudian
hari, lebih baik kujelaskan saja sekarang"
"soal apa sih? Katakanlah" ujar Lim Han-kim kemudian
setelah melihat keseriusan gadis itu.
"Sebetulnya seebun Giok-hiong belum merusak
wajahmu."
Lim Han-kim meraba wajahnya yang penuh codet itu
tanpa sadar, tapi kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
"Apa yang kau tertawakan?" tegur Pek Si-hiang,

2154
"Aku melihat dengan mata kepala sendiri, mengalami
dengan pikiran jernih lagipula bekas bacokan masih
berbekas di wajahku sekarang, apakah semua bukti ini
belum cukup?"
"Aaaai... aku bicara sejujurnya," kata Pek si-hiang
sambil menghela napas, "sebetulnya ia cuma
melumurkan bahan obat-obatan di atas wajahmu,
kemudian menotok berapa buah jalan darahmu agar
pikiranmu agak kabur. Dalam keadaan begini pikiran,
perasaan dan tubuhmu akan terasa seolah-olah kulit
badanmu sedang diiris."
"Apa betul?" Lim Han-kim mencoba meraba bekas
bacokan yang menghiasi wajahnya, "Bila tak percaya,
kau bisa membuktikannya sekarang"
"Bagaimana cara pembuktiannya? Aku sudah mencoba
mencucinya berapa kali tapi bekas bacokan di wajahku
tak pernah berubah."
"Kalau bisa dicuci dengan air, jangan lagi untuk
menipu Li Tiong-hui, untuk membohongi dirimu pun tak
mampu."
"Lalu bagaimana caranya untuk membuktikan?"
"obat-obatan yang dilumurkan seebun Giok-hiong di
atas wajahmu itu diramu secara khusus, jadi untuk
membersihkannya pun harus menggunakan cairan
khusus hasil ramuannya juga."
"Waaah... kalau begitu percuma saja," pikir Lim Hankim.
"selama seebun Giok-hiong enggan menyerahkan
cairan pencuci itu kepadaku, wajahku toh akan tetap
jelek ..."

2155
Pada saat itu Pek si-hiang sudah bangkit berdiri,
membenahi rambutnya yang kusut dan ujarnya lagi:
"sekarang, apakah kau masih berniat membunuhnya?"
"Tentu saja"
"Nah nada suaramu sudah berubah, sudah tidak
setegas tadi lagi..."
Mendadak suara ketukan pada dinding ruangan
kembali bergema, kali ini ketukan itu berbunyi belasan
kali kemudian berhenti "Apa lagi yang dia katakan?"
buru-buru Lim Han- kim bertanya,
"seebun Giok-hiong telah menggerakkan perahunya
meninggalkan pesanggrahan pengubur bunga."
"sekarang sudah jam berapa?"
"Mungkin sudah waktu lohor mendekati magrib, atau
mungkin juga lebih malam lagi".
"Mari kita keluar"
"Ke mana?"
"Keluar dari ruangan ini"
"Tidak, malam ini aku tak ingin meninggalkan tempat
ini"
"Lalu bagaimana dengan aku?"
"Kau temani aku di sini"
"Tapi di sini cuma ada sebuah pembaringan lagi pula
lelaki dan perempuan bukan suami istri sah tak baik
berada dalam satu kamar semalaman Aku takut ada
orang akan berbicara yang bukan-bukan."

2156
"Seorang ksatria sejati tak akan takut dengan ruangan
gelap. Bila kau anggap dirimu seorang ksatria, kenapa
mesti takut berada seruangan dengan aku?"
Lim Han-kim mendeham berulang kali dan merasa tak
mampu menjawab lagi, maka dia mundur ke sudut
ruangan dan duduk bersila di situ.
sambil membetulkan seprei dan menarik selimut
kembali Pek si-hiang berkata: "Lim Han-kim, aku mau
tidur."
"Silakan beristirahat nona, biar aku duduk bersila
semalaman di sini."
"Bila aku tidak meninggalkan ruangan ini, kaupun tak
akan kubiarkan pergi dari sini, Masa dalam sepuluh hari
sepuluh malam kau akan duduk terus di sudut ruangan?"
goda si nona sambil tertawa.
"Kalau soal itu ... kalau soal itu ..."
Biarpun tenaga dalam yang dimilikinya cukup
sempurna, tapi kalau betul-betul mesti duduk bersila
selama sepuluh hari sepuluh malam, ia sadar bahwa tak
mungkin ia mampu berbuat begitu.
"Tidak usah ini itu lagi" potong Pek si-hiang cepat
"Ranjang ini cukup lebar, rasanya masih muat untuk
ditiduri kita berdua."
"Tapi antara laki dan perempuan ada batasnya, dalam
satu ruangan saja sudah tak baik apalagi harus tidur
seranjang..."
"Asal kita membuat batas pemisah dan masing-masing
tidak melanggar batas pemisah tersebut, apa salahnya?"

2157
"Tentang soal ini . . . aku betul-betul tak berani..." Lim
Han-kim bertambah gelisah.
setelah tersenyum Pek si-hiang berkata lagi: "Tentu
saja bila kau menganggap imanmu kurang tebal, aku tak
akan memaksakan kehendaki."
sambil berkata, dari bawah bantal ia keluarkan sebilah
pedang dan meloloskannya, Di bawah cahaya lentera,
terlihat kilatan sinar yang menyilaukan mata serta hawa
dingin yang menggidikkan hati.
Pelan-pelan Pek si-hiang meletakkan pedang pendek
itu persis di tengah-tengah ranjang, lalu katanya lagi
sambil tertawa: "Pedang usus ikan ini tajamnya luar
biasa dan merupakan pemberian ayahku untuk
melindungi diri sayang sekali aku tak mampu
menggunakan gedang yang luar biasa ini sebagaimana
mestinya ..."
sesudah berhenti sejenak. kembali tambahnya:
"Dengan melintangkan pedang di tengah ranjang berarti
batas pemisah sudah amat jelas, Kalau sudah begini pun
kau tak berani tidur bersamaku Hal ini menunjukkan
kalau pikiranmu jahat, kau takut napsu birahimu timbul
hingga melanggar batas pemisah dan terluka oleh
ketajaman pedang usus ikan itu"
Lim Han-kim sebera tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kalau aku adalah orang yang suka
memperkosa wanita, jangankan cuma sebilah pedang,
biar ditaruh tiga bilah pedang sekaligus pun tak nanti
bisa menghalangi niatku."

2158
"Pedang ini berbeda dengan pedang biasa. selain
tajamnya bukan kepalang juga memiliki sifat kepekaan
yang tinggi, Dengan modal ilmu silatmu yang tak
seberapa itu jangan harap bisa menangkis serangan
pedang tersebut sebaliknya bila pikiran dan perasaanmu
bersih, maka pedang ini akan menyatu dengan pikiran
serta perasaanmu, dengan sendirinya ia pun tak akan
melukaimu."
Biarpun di hati kecilnya Lim Han-kim kurang percaya,
namun bila teringat bahwa Pek si-hiang berwawasan luas
dan apa yang menjadi pemikirannya susah ditebak
orang, mau tak mau pemuda tersebut harus menerima
juga perkataan itu tanpa membantah, untuk sesaat dia
pun terbungkam dalam seribu basa, pelan-pelan Pek sihiang
melepaskan baju luarnya, menyusup masuk ke
balik selimut dan berkata lebih jauh: "Kau berani tidak
tidur bersamaku?"
"Aku tak punya pikiran jahat apalagi sesat, kenapa tak
berani tidur seranjang dengannya?" pikir Lim Han-kim
dalam hati.
Berpikir begitu, ia segera menyahut: "Kenapa tak
berani?" ia bangkit berdiri, berjalan menghampiri
pembaringan dan segera menjatuhkan diri ke atas
ranjang.
"Huuuh, nyalimu tak cukup besar" goda Pek si-hiang
tertawa, "Buktinya pakaian luar pun tak berani dilepas."
Mendengar itu kembali Lim Han-kim berpikir: "Betapa
pun suci dan bersihnya pikiran kita, namun kenyataannya
sekarang seorang pria muda berada dalam satu ranjang
dengan gadis muda. kejadian seperti ini pasti akan

2159
menjadi berita sensasi yang luar biasa, Heran, Pek sihiang
bukan wanita jalang, tapi kenapa berulang kali ia
memanasi hatiku dengan ucapan-ucapannya yang
berani? Aaaaai, tindak-tanduk perempuan ini memang
serba misterius, susah diikuti dengan nalar sehat, atau
mungkin ia punya maksud lain ...?"
sementara dia masih termenung, Pek si-hiang telah
berkata lagi sambil tertawa: "Asal kau menganggap aku
sebagai seorang bidadari yang suci bersih, atau
menganggapku sebagai siluman wanita dan setan iblis
berhati ular, maka kau tak akan punya pikiran sesat
terhadapku."
sambil melompat bangun Lim Han- kim berseru:
"Biarpun nona adalah gadis cantik yang menawan hati,
tapi aku yakin imanku masih cukup tebal untuk tidak
tergoda oleh pikiran sesat"
Dengan cepat dia lepaskan pakaian luarnya kemudian
membaringkan diri lagi.
XXX
BAB 12. Membicarakan Urusan Dunia
"Padamkan lilin di meja" titah si nona.
Lim Han- kim tertegun tapi ia menurut juga.
Tangannya segera dikebaskan, segulung desingan angin
tajam memadamkan lilin di meja.
sambil tertawa cekikikan Pek si-hiang berseru
kemudian: "Apa perasaanmu dengan situasi dan keadaan
seperti sekarang ini?"

2160
"Tak ada bedanya dengan keadaan biasa"
"Bagus sekali" seru Pek si-hiang, setelah berhenti
sejenak kembali lanjutnya: "Selama hidup belum pernah
aku tidur bersama lelaki, dalam satu ranjang, tapi
sekarang, sedikit pun aku tak takut."
Lim Han-kim merasakan bau harum yang semerbak
memabukkan berhembus lewat menerpa lubang
hidungnya, tak tahan napsunya bergelora di dalam
dadanya, Dengan rasa kaget buru-buru ia pejamkan
mata sambil mengatur pernapasan, tak sepatah kata pun
berani diucapkannya .
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih jauh: " inilah
kesempatan terbaik bagimu untuk mencoba diri, Bila kau
yakin tak punya pikiran sesat atau jahat, aku akan
mencoba mewariskan semacam ilmu silat kepadamu, aku
percaya dalam satu malam saja kau sudah dapat
menghapainya di luar kepala."
Lim Han-kim ingin sekali menjawab, tapi lantaran
sedang mengatur pernapasan maka ia tak mengucapkan
sepatah kata pun.
Pek si-hiang berkata terus:" Apa yang akan kuajarkan
merupakan sebuah rahasia besar dalam ilmu silat.
Dengan bakat serta dasar yang aku miliki sekarang, aku
percaya kemajuan yang bakal aku capai tentu amat
pesat. Cuma bila kau merasa bahwa pikiranmu sulit
dibuat setenang air, lebih baik tak usah mempelajari ilmu
ini."
" Kenapa?" tanya Lim Han- kim tak tahanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2161
"Sebab ketika mewariskan ilmu silat kepadamu nanti,
tak bisa dihindari tubuh kita akan saling bersentuhan Bila
pikiranmu tak tenang maka hawa murnimu sukar
dikendalikan. Bila tersesat hingga mengalamijalan api
menuju neraka, isi perutmu tentu akan terluka parah.
Lagipula ilmu silat jenis ini termasuk ilmu hitam dari
golongan sesat, sedikit saja terjadi kesalahan, malam ini
kita berdua bakal musnah di sini..."
Lim Han- kim berusaha menekan balik hawa murninya
ke dalam Tan-tian, kemudian serunya: "Kalau memang
sangat berbahaya, aku rasa lebih baik tak usah kita
pelajari"
"Kenapa? Kau takut mati?"
"Kalau aku yang mati, hal ini lumrah dan tak perlu
disesalkan Tapi kalau sampai nona ikut terbawa, aku
pasti akan mati dengan perasaan amat menyesal"
"Perasaanku sudah mati sejak sekian tahun yang lalu,
yang tertinggal sekarang hanya sebuah kerangka badan
yang kosong, Mau mati mau hidup bagiku sudah sulit
dibedakan, kenapa kau takut aku terseret dalam musibah
ini?"
Dalam hati kecilnya Lim Han- kim segera berpikir:
"sejak kecil ia sudah bergelut dengan penderitaan akibat
gerogotan penyakit baginya kehadiran orang tua maupun
sanak keluarga tidak banyak membantu, Untuk
mengobati penyakitnya itu, entah sudah berapa banyak
tabib kenamaan di seantero jagad yang sudah
dikunjunginya,"
"Bayangkan saja bila sejak kecil ia tumbuh jadi dewasa
karena minum obat setiap hari, tiap detik setiap saat

2162
harus menghadapi ancaman maut, boleh dibilang ia tak
pernah mencicipi kehidupan yang gembira sebagai
seorang bocah sehat. Tak heran bila ia putus asa dan
memandang kematian seperti pulang kampung, Aaaai...
kenapa Thian menghadiahkan penyakit yang begitu
ganas untuk gadis yang cerdik, menarik dan cantik jelita
ini?"
Ketika lama sekali tidak mendengar Lim Han-kim
berbicara, sambil tertawa cekikikan kembali Pek si-hiang
menegur: "Lim Han-kim, apa yang sedang kaupikirkan?"
"Aku sedang berpikir, kenapa di dunia ini banyak
terdapat ketidak adilan? Kenapa gadis secantik dan
sepintar kau justru diberikan tubuh yang lemah dan
penuh penyakitan?"
"Cuaca dibedakan dengan hari terang dan hari hujan,
rembulanpun ada kalanya bulat ada kalanya tinggal
setengah Bila aku diberi tubuh yang sehat dan kuat, lalu
apa bedaku dengan seebun Giok-hiong?"
Lim Han-kim jadi terbelalak dan melongo sesudah
mendengar ungkapan itu, pikirnya: "Betul juga perkataan
ini. sebagai gadis yang cantik dan sakti macam dia bila
diberi tubuh yang sehat dan kuat, mana mau hidup sepi
dan terpencil seorang diri? ia tentu akan muncul dalam
dunia persilatan, merebut kursi terhormat dan melakukan
bencana pembunuhan di mana-mana, bahkan bisa jadi
kekejiannya melampaui seebun Giok-hiong ,.."
Terdengar Pek si-hiang berkata lebih lanjut: "Tahukah
kau, apa sebabnya seebun Giok-hiong kelihatan tak
mampu melebihi diriku?"

2163
"soal ini... soal ini... mungkin saja ia memang
dilahirkan dengan kecerdikan jauh di bawah kemampuan
nona."
"Di dunia ini amat jarang dijumpai perempuan secerdik
dan sehebat dia. ia justru tak mampu menandingi
kepintaranku lantaran rasa dengki, cemburu serta
napsunya kelewat berlebihan. Kobaran api napsu
membuat kepintarannya seolah-olah tersumbat. Lagipula
buku yang sempat ia baca tidak sebanyak apa yang
kubaca, otomatis dalam tindak-tanduk pun ia masih kalah
setingkat dibandingkan aku..."
setelah tertawa cekikikan kembali terus- ny a:
"Kelihatannya dunia persilatan generasi ini sudah
diborong semua oleh jago-jago wanita. Li Tiong-hui,
seebun Giok-hiong, semuanya terhitung gadis-gadis
cerdik yang hebat."
"Kalau bicara soal ilmu silat serta kepintaran, aku lihat
Li Tiong-hui masih kalah setingkat dibandingkan seebun
Giok-hiong," tukas Lim Han-kim cepat Pek si-hiang
tertawa.
"Betul kalau dibicarakan kondisinya saat ini, Tapi tiga
bulan kemudian keadaannya pasti berubah sekali,
kendatipun kemampuan Li Tiong-hui tak mampu jauh
melampaui kehebatan seebun Giok-hiong. Paling tidak ia
masih sanggup untuk mengimbangi Kini posisi seebun
Giok-hiong sudah mapan, lagipula aliran ilmu silat yang
dipelajarinya amat ruwet, aku lihat sulit bagi nona itu
untuk meraih kemajuan lebih jauh. sebaliknya dasar ilmu
silat yang dipelajari Li Tiong-hui adalah aliran lurus.

2164
Bila ia sudah mempelajari isi kitab pusaka
pemberianku kemajuan yang bakal diraihnya pasti luar
biasa, Kecerdasannya pun lumayan, ilmu silat pun hasil
ajaranku, ia pasti bisa mengungguli lawannya secara
mudah, Ehmm... aku percaya dalam dua puluh tahun
mendatang, para jago wanita kita masih tetap akan
merajalela dalam dunia persilatan."
"Jadi maksudmu tiga bulan lagi Li Tiong-hui sudah
sanggup menghadapi seebun Giok-hiong dalam
percaturan dunia persilatan?"
"Seharusnya sih begitu, cuma kalau dia enggan
menuruti nasehatku, yaa . . . susah untuk dibicarakan"
"Menurut apa yang kuketahui, Li Tiong-hui menaruh
sikap yang amat hormat terhadap nona. Aku percaya dia
tak akan melanggar semua pesan dan nasehat yang
nona berikan."
"Moga-moga saja begitu ..."
setelah berhenti agak lama, ia menambahkan "Aku
ingin menanyakan satu hal kepadamu, cuma aku minta
kau menjawab sejujurnya, jangan mencoba membohongi
aku."
"Aku tak pernah berniat berbohong ter-hadap nona,
Apa yang bisa kujawab tentu akan kuucapkan sejujurnya.
Urusan apa, nona? Tanyakan saja."
"sejak tumbuh dewasa hingga kini, pernahkah kau
tidur dengan seorang wanita?"
"Belum pernah"

2165
"Malam ini kau tidur seranjang denganku, apakah
pengalaman ini merupakan pengalamanmu yang pertama
kali?"
"Rasanya masih ada sekali lagi," kata Lim Han- kim
setelah berpikir sebentar "sewaktu melaksanakan siasat
yang nona atur untuk memancing kedatangan seebun
Giok-hiong, aku pernah satu ruangan dengan Li Tionghui".
"Seperti kita sekarang, tidur satu ranjang?" sambung
Pek si-hiang.
"Tidak. waktu itu aku..."
"Aaaai..." Pek si-hiang menghela napas panjang,
"Tidurlah, aku sudah lelah."
sesungguhnya Lim Han- kim belum mengantuk tapi ia
takut mengganggu ketenangan Pek si-hiang. Dengan
berhati-hati ia pejamkan matanya, bahkan badan pun tak
berani sembarangan bergerak.
Entah berapa lama sudah lewat...
Mendadak terdengar suara isak tangis bergema di
ruangan- entah dikarenakan apa, ternyata Pek si-hiang
sedang menangis tersedu-sedu.
Lim Han-kim dapat merasakan bahwa gadis itu sedang
berusaha memperlirih suara tangisannya, seolah-olah
takut kalau sampai membangunkan tidurnya,
Dia ingin sekali menghiburnya dengan beberapa patah
kata, tapi merasa kurang leluasa, akhirnya pikirnya dalam
hati: "Kalau toh dia takut aku mengetahui tangisannya,

2166
kenapa aku mesti membuatnya tak tenang? Lebih baik
aku pura-pura tak tahu saja..."
Tak lama kemudian kedengaran suara gemerisik,
rupanya Pek si-hiang sudah turun dari pembaringan satu
ingatan melintas dalam benak Lim Han-kim, pikirnya:
"Mau apa dia?" Pelan-pelan dia menoleh dan mengikuti
gerak tubuh gadis itu,
Dengan sangat berhati-hati Pek si-hiang mengenakan
baju luarnya, lalu dengan berpegangan pada dinding ia
berjalan menuju ke rak buku, Agaknya ia sudah lemah
sekali, kondisi tubuhnya menurun drastis. Hal ini terlihat
dari gerak langkahnya yang amat berat, malahan secara
lamat-lamat kedengaran suara napasnya yang tersengal.
Kalau dilihat dari jarak antara rak buku dengan
pembaringan padahal hanya terpaut enam-tujuh depa,
tapi sepanjang perjalanannya ke situ Pek si-hiang harus
berhenti dua kali untuk beristirahat.
Suatu dorongan perasaan iba, kasihan yang kuat
meluap dalam benak Lim Han-kim. Kalau bisa, dia ingin
melompat bangun serta membopongnya. Tapi ingatan
tersebut segera ditewaskan kembali oleh dorongan
perasaan ingin tahu yang lebih kuat,
Ketika tiba di depan rak buku itu, Pek Si-hiang memilih
beberapa jilid di antaranya, membopongnya lalu pelanpelan
berjalan balik ke tepi pembaringan.
sewaktu berangkat dengan tangan kosong pun ia
sudah kehabisan tenaga, apalagi ketika balik dengan
membopong berapa jilid kitab, langkah kakinya kelihatan
lebih berat dan susah.

2167
sambil berpegangan pada dinding ruangan dan napas
tersengal-sengal ia berjalan kembali ke tepi ranjang,
setumpuk buku itu diletakkannya di tepi pembaringan
kemudian ia berdiri ngos-ngosan.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir " KaLau dilihat dari
kondisi tubuhnya yang begitu lemah, rasanya nona ini
memang sulit untuk hidup lebih lanjut..." tanpa terasa
timbul perasaan duka yang sangat mendalam di hati
kecilnya.
setelah mengatur napas beberapa saat, Pek si-hiang
kembali menggerakkan tubuhnya untuk naik ke atas
pembaringan siapa tahu baru saja kaki kirinya diangkat,
tiba-tiba kaki kanannya jadi lemas, tak sanggup
menopang berat badannya, Tak ampun ia jatuh
terjungkal ke atas tanah.
Lim Han- kim terkejut setengah mati, ia tak bisa
menahan diri lagi, dengan cekatan dia melompat bangun
dan memburu ke sisinya, Dalam keadaan panik dan
cemas ia sudah tak ambil perduli lagi tentang batas-batas
kesopanan antara pria dan wanita, dibopongnya gadis itu
sambil serunva: "Nona Pek . .. Nona Pek.,."
Dengan suatu gerakan cepat ia totok tiga buah jalan
darah penting di tubuhnya.
Pek si-hiang menghela napas panjang, bisiknya lirih:
"Tak usah membuang tenaga, aku sudah..." Batuk yang
keras dan beruntun memotong pembicaraannya yang
belum selesai
"Kau tak boleh mati" ucap Lim Han- kim sedih.
"sekalipun harus melatih ilmu sesat juga tak apa.
Berlatihlah, yang penting jiwamu harus diselamatkan"

2168
sebagai seorang pemuda yang berjiwa terbuka, ia tak
pernah menyimpan rahasia hatinya, apalagi dalam
keadaan panik dan cemas sekarang, tanpa disadari
semua rahasia hatinya ikut terungkap keluar
"Tidak apa-apa, untuk sesaat aku tak mungkin mati,"
jawab Pek si hiang lirih, "Boponglah aku naik ke ranjang,
pasang lilin- aku hendak menyampaikan sesuatu
kepadamu."
Dengan cepat Lim Han- kim membopong gadis itu ke
atas ranjang, kemudian menyulut lilin di meja.
Pelan-pelan Pek si-hiang berpaking, sekulum
senyuman menghiasi wajahnya yang pucat pias, tapi
sebelum ia mengucapkan sesuatu mendadak wajahnya
berubah hebat, teriaknya: "Darah Kau terluka . .."
Lim Han- kim menunduk, betul juga lutut kirinya
sudah berdarah, Cucuran darah segar telah membasahi
kakinya, mengotori seprei dan menggenangi
pembaringan
Rupanya ketika melompat bangun dari atas ranjang
tadi, lututnya telah membentur bagian atas pedang usus
ikan, padahal pedang itu tajamnya bukan kepalang,
sekalipun hanya bersentuhan, tak urung timbul juga
mulut luka sepanjang tiga inci dan kedalaman setengah
inci pada lutut kirinya itu.
Dengan penuh perhatian Pek si-hiang menegur lagi:
"Parah tidak lukamu? sakit...?"
"Tak usah kuatir," jawab Lim Han- kim sambil tertawa,
"Cuma darahku telah mengotori pembaringan nona, aku
... aku jadi tak tenteram."

2169
"Cepat balut lukamu itu" sambil berseru Pek si-hiang
mengambil keluar secarik sapu tangan dari bawah
ranjang.
Lim Han-kim tak tega menampik maksud baiknya.
setelah menerima sapu tangan itu dibalutnya mulut luka
yang menganga, kemudian diambilnya pedang usus ikan
itu dari pembaringan dan meletakkannya di atas meja.
Setelah mulut luka itu terbungkus, Pek Si-hiang baru
pejamkan matanya beristirahat sejenak, tegurnya
kemudian: "Apa yang kulakukan tadi sudah kau lihat
semua?"
"Yaa, sudah kulihat semua." Lim Han-kim menunduk
"cuma aku tak berani mengusik nona, maka aku tak
berbicara."
"Semula kupikir aku masih bisa hidup tiga hari lagi,
tapi sekarang... nampaknya aku sudah tak sanggup
melewati tengah hari esok. Aaaai... mungkin aku tak
sempat menghadiri pesta perkawinanmu lagi."
Lim Han-kim sangat kaget, teriaknya: "Bukankah kau
masih segar? Kenapa bisa mati secara tiba-tiba?"
"Aku sudah merasakan adanya perubahan dalam
tubuhku, itulah pertanda datangnya kematian"
Tapi setelah tersenyum, ia kembali meneruskan
"Meskipun waktu hidupku sangat pendek, tapi banyak hal
sudah pernah kulihat Dendam kesumat, kesedihan,
kegembiraan, kematian, kelahiran, perkawinan, tempat
yang indah, marah, gembira, sedih, murung semua
sudah kualami dan kurasakan.

2170
Satu-satunya harapanku yang belum terpenuhi
hanyalah tidur dengan lelaki, Tapi malam ini keinginanku
sudah terkabul. Aku sudah tidak mengharapkan apa-apa
lagi, biarpun harus mati, aku akan mati dengan mata
meram, mati dengan perasaan puas ..."
Kembali Lim Han-kim berpikir "Bila dilihat dari kondisi
badannya yang begitu cepat menyusut mundur,
tampaknya apa yang ia katakan memang betul. Namun
karena ia tidak berniat sama sekali untuk
mempertahankan hidupnya, akibatnya kondisi
kesehatannya semakin cepat mengalami kemunduran,
Aku harus berusaha untuk membangkitkan kembali
semangat hidupnya. Dengan pengetahuannya yang
begitu luas, mungkin saja ia masih mampu
menyelamatkan hidupnya . . ."
sambil menghela napas Lim Han-kim berkata: "Bila
nona mati, pernahkah kau bayangkan betapa sedih dan
hancurnya perasaan kedua orang tuamu?"
"Tidak apa apa. sudah lama mereka mengetahui
kondisi penyakitku yang tanpa obat, Kalau bilang sedih
dan hancur perasaannya, mereka telah mengalaminya
sejak belasan tahun berselang, jadi kematianku
sesungguhnya sudah ada dalam dugaan mereka."
"Beribu-ribu lembar jiwa umat persilatan tergantung
pada tindakan nona dalam menghadapi seebun Giokhiong,
apakah kau sama sekali tidak mengkhawatirkan
keselamatan mereka?"
"Dalam masalah ini aku sudah membuat persiapan
yang masak, Beberapa kitab yang kutaruh di atas
pembaringanku ini memuat keterangan tentang beberapa

2171
macam ilmu silat. setiap bagian sudah kusertakan
catatan serta kupasan yang perlu dan penting, Bila kau
selesai membaca beberapa kitab tersebut kemudian
melatihnya sesuai dengan ajaranku, lima tahun kemudian
kau pasti mampu mengalahkan seebun Giok-hiong.
Waktu itu bila ia masih melanjutkan perbuatannya
menteror dunia persilatan, maka kau sanggup
membunuhnya untuk menebus kematian umat
persilatan, Kau pun tak perlu bersusah payah berkelana
dalam dunia persilatan untuk mendirikan suatu kekuatan
sendiri
Aku yakin umat persilatan pada waktu itu pasti akan
memuja kau sebagai manusia sakti kedua setelah Tat-mo
cousu pendiri siau-Iim-pai."
"Aaaai... kau anggap aku Lim Han-kim sengaja
membujuk nona lantaran aku pingin ternama?" ucap Lim
Han-kim sambil menghela napas.
Pek si-hiang tertawa, "sekalipun kau tak bermaksud
begitu, namun aku telah mempersiapkan segala
sesuatunya untuk membawa kau kearah situ, Apa lagi
malam ini kita sudah tidur bersama seranjang, Meskipun
aku bukan istrimu, tapi aku telah mendahului bakal
istrimu di kemudian hari, Betul aku berbuat begini demi
kepentingan perasaan pribadiku, tapi juga memikirkan
keselamatan umat persilatan di dunia..."
setelah menghembuskan napas panjang, lanjutnya:
"Sebelum ilmu silatmu berhasil dipelajari, dunia
persilatan tetap akan dipelopori dua orang jago wanita,
seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui akan membagi dunia
persilatan menjadi dua bagian yang saling berhadapanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2172
Betul kemampuan Li Tiong-hui masih setingkat lebih
lemah, tapi dengan dukungan orang tuanya, Ciu Huang,
phang Thian-hua, ditambah pula kekuatan dari siau-limpai
dan Bu-tong-pai, aku yakin kemampuannya masih
bisa mengimbangi kehebatan lawan.
sedang aku, mengingat malam ini kita pernah tidur
seranjang, aku akan membantumu menjadi seorang
tokoh sakti dalam dunia persilatan Tidakkah
pembagianku ini adil bagi kalian semua?"
Dengan sedih Lim Han-kim menghela napas sambil
menundukkan kepalanya, untuk sesaat suasana dalam
ruangan itupun berubah jadi sepi, hening, tak
kedengaran sedikit suara pun.
Lewat sepeminuman teh kemudian, tiba-tiba Pek sihiang
menggenggam tangan Lim Han-kim erat-erat, lalu
katanya lembut: "Ayo temani aku tidur sebentar lagi,
Berilah kesempatan bagiku sebelum menghembuskan
napas yang terakhir untuk menikmati hangat dan
mesranya cinta."
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim
Han-kim, ia teringat kembali pada pesan dari siok-bwee,
maka dengan wajah serius ditatapnya wajah Pek si-hiang
Iekat-lekat, kemudian sepatah demi sepatah katanya
lagi: "Kau telah mengatur segala sesuatunya tentang
dirimu, tapi pernahkah kau pikirkan masalahku?"
"Bukankah aku sudah mengaturkan yang terbaik
untukmu? Tapi sayang persoalan ini bukannya tanpa
perubahan ..."
"Perubahan apa?" desak pemuda itu gelisah

2173
"seandainya besok siang seebun Giok-hiong setuju
untuk kawin denganmu, maka semua yang sudah
kuaturkan bagimu akan menjadi sia-sia belaka, sebab
mustahil bisa dilaksanakan ..."
"Dia tak bakal mau kawin denganku."
"Mau atau tidak posisinya adalah separuh lawan
separuh," tukas Pek si-hiang cepat "Bila aku harus
berbicara secara jujur, maka aku berpendapat
kesempatannya untuk mengatakan setuju jauh lebih
besar ketimbang mengatakan tidak." Bicara sampai di
situ ia pejamkan matanya dengan sedih.
Lama sekali Lim Han-kim termenung sambil memutar
otak. akhirnya dengan tegas ia berkata: "sekalipun ia
menyatakan setuju, aku tetap tak akan kawin dengan
perempuan itu"
"Kenapa?" dengan keheranan Pek si-hiang
mengerdipkan matanya berulang kali. "Apakah seebun
Giok-hiong kurang cantik?"
Lim Han-kim tertawa hambar, "Betul, ia memang
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, tapi bukan
berarti aku Lim Han-kim memilih jodohku atas dasar
kecantikan wajah seseorang."
"Masa kau tak akan kawin selama hidup?"
"Harus kawin, keluarga Lim hanya ada satu keturunan
yakni aku"
"Aaaai... aku mengerti maksudmu Kau hendak memilih
seorang gadis yang sederhana untuk melewati kehidupan
yang lebih tenang bukan? perempuan yang kurang pintar

2174
biasanya setia, kau pasti hendak mencari seorang gadis
yang mau menuruti semua perkataanmu bukan?"
"Keliru besar" Lim Han-kim gelengkan kepalanya
berulang kali, "Asal aku cinta dirinya, aku tak perduli dia
mau pintar atau tidak."
"oooh .. . kalau begitu tentu Li Tiong-hui yang kau
maksudkan"
"Bukan" sekali lagi Lim Han-kim gelengkan kepalanya.
" Kalau begitu sampai sekarang kau masih belum
menjumpai calon istri yang ideal untukmu" seru Pek sihiang
seraya tertawa.
"Ada sih sudah ada, cuma aku tak tahu apakah gadis
itu bersedia kawin denganku atau tidak."
"Beritahu padaku, nona yang mana sih begitu bernasib
baik bisa dicintai olehmu."
"Kau" jawab Lim Han-kim sambil menatap wajah gadis
itu tanpa berkedip.
Bagaikan dipagut ular berbisa, mendadak seluruh
tubuh Pek si-hiang gemetar keras, sorot matanya yang
sudah memudar kini bercahaya kembali, wajah pun ikut
berseri-seri, serunya hampir tak percaya: "sungguhkah
perkataanmu itu?"
"Setiap patah kata kuucapkan sejujurnya."
Titik air mata jatuh berlinang dari balik mata Pek sihiang
yang terbelalak lebar, katanya sedih: "Aku sudah
hampir mati, buat apa kau mengajakku bergurau?"
sebenarnya Lim Han-kim tak punya niat kesitu, tapi
dalam keadaan dan situasi seperti ini tergelora juga

2175
perasaan hatinya. Tanpa terasa ia genggam tangan gadis
itu kencang-kencang dan berbisik: "setiap patah kata
kuucapkan dari lubuk hatiku yang paling dalam, asal kau
bersedia untuk hidup terus ..."
"Tapi aku tak bisa melahirkan keturunan untukmu,"
tukas Pek si-hiang sedih, "Bila kau betul- betul
mengawini aku, bukankah keturunan keluarga Lim akan
putus sampai di sini?"
"Dengan kecerdasan nona, soal mati hidup pun tidak
menyusahkan hatimu, apa lagi hanya masalah
melahirkan keturunan..."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Masalah seperti ini tak
bisa diputuskan dengan tenaga manusia, tapi juga bukan
berarti tak bisa diselesaikan. Asal kubawa serta siokbwee
dan Hiang- kiok, meski aku tak bisa melahirkan,
tapi siok-bwee berdua punya rejeki punya keturunan,
tidak sulit bagi mereka berdua untuk melahirkan satu
lusin keturunan untukmu."
Agak tercengang juga Lim Han-kim setelah melihat
rasa gembira dan berseri yang menghiasi wajah gadis
itu, pikirnya: "Apa betul ia sungguh-sungguh mencintai
aku?" Berpikir begitu, sambil tersenyum katanya
kemudian:
"Itulah sebabnya kau harus melanjutkan hidupmu"
senyuman yang menghiasi wajah Pek si-hiang hilang
lenyap seketika, lama sekali ia termenung tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba dari balik
dinding berkumandang datang suara ketukan yang
pelahan.

2176
Dengan seksama Lim Han-kim memperhatikan suara
ketukan itu, lalu tanyanya: "Apa pula yang dia katakan?"
"Ia bilang di luar pesanggrahan pengubur bunga telah
kedatangan sebuah perahu yang mencurigakan dan
mondar-mandir diseputar perairan kita."
"Apa perlu aku keluar untuk melakukan perondaan?^
"Tidak usah, aku telah mempersiapkan beberapa
macam alat rahasia di balik jalan air menuju
kepesanggrahan pengubur bunga ini. Bila mereka berani
menerobos masuk secara paksa, berarti mencari penyakit
buat diri sendiri.."
"Bila yang datang adalah seebun Giok-hiong, apakah
alat rahasia yang kau persiapkan itu mampu menahan
serbuannya?"
"Aku rasa seebun Giok-hiong tak akan nyerempet
bahaya dengan melakukan penyerbuan di malam hari..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. kembali terusnya:
"Malam ini, bila kau lihat mataku terpejam rapat, tidak
mampu bicara, napas amat lemah persis seperti orang
yang mati, tolong totoklah jalan darah penting
dipunggungku. Bila totokan tersebut tidak berhasil juga
menyadarkan aku, berarti aku akan segera putus
nyawa."
"Bukankah kau sudah berjanji tak akan mati?" seru
Lim Han-kim dengan perasaan cemas.
"saat ini, mati hidupku sudah tidak berada dalam
kendali diriku lagi, Dalam keadaan dan kondisiku
sekarang, setiap saat ada kemungkinan jiwaku akan
melayang."

2177
" Kalau begitu kau batalkan janjimu untuk kawin
denganku?" sela Lim Han-kim sedih. Pksi-hiang
gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku belum pernah
berjanji ..."
setelah menghela napas panjang, sambung-nya:
"Meskipun kita belum resmi menjadi sua mi istri, tapi
sudah berpengalaman tidur bersama satu ranjang, Walau
kegadisanku belum ternoda, tapi nama baikku
sesungguhnya telah tercemar, jadi sesungguhnya dalam
hati kecil aku sudah menganggap kau sebagai suamiku,
Bila aku bisa hidup terus, dan aku bisa kawin, maka
akupasti akan kawin menjadi istrimu ..."
suara napas yang tersengal-sengal memotong
ucapannya yang belum selesai, Buru-buru gadis itu
pejamkan matanya dan tidak berbicara lagi, Buru-buru
Lim Han-kim memeriksa dengusan napasnya, terlihat
olehnya napas gadis itu sudah teramat lemah, Dengan
perasaan hati bergetar keras segera pikirnya: "Apa betul
dia akan mati pada malam ini?"
sebetulnya dia ingin segera menggoyang badannya,
tapi ia juga takut getaran yang kelewat keras akan
menyebabkan gadis itu mati lebih cepat Akhirnya
pemuda itu ragu-ragu untuk turun tangan-
Hanya sepercik cahaya lilin yang menerangi ruangan
itu, suasana sedih, hening, duka dan murung yang luar
biasa mencekam seluruh tempat itu... Lim Han-kim betulbetul
dibuat gelagapan dan tak tahu apa yang harus
diperbuat, pikirannya kalut, dia tak tahu harus
memikirkan apa, ditatapnya cahaya lentera di atas meja
dengan termangu.

2178
Entah sudah berapa lama ia duduk ter-menung... Tibatiba
dari balik dinding kembali terdengar suara ketukan
berirama yang amat lirih.
Ketukan itu segera menyadarkan kembali Lim Han-kim
yang sedang melamun, otomatis menjernihkan pula
pikirannya yang kusut dan kalut ia coba mendengarkan
suara ketukan itu dengan seksama, dirasakannya irama
ketukan makin lama makin cepat dan terputus-putus,
jauh berbeda dengan irama sebelumnya.
Meskipun Lim Han-kim tak bisa membedakan apa arti
dari irama ketukan yang cepat dan terputus-putus itu,
namun dari iramanya yang begitu gencar ia dapat
menduga bahwa siok-bwee berdua sedang menghadapi
masalah gawat yang amat serius.
Dengan cepat dia bangkit berdiri tapi tak tahu
bagaimana harus mengatasinya, saking gelisahnya anak
muda itu mondar mandir ke sana kemari tak tahu apa
yang mesti dilakukan
irama ketukan pada dinding itu tiba-tiba terhenti sama
sekali, tapi lewat sepeminuman teh kemudian suara
tersebut kembali bergema, Kali ini irama ketukannya
bertambah cepat dan kencang, seakan-akan ada masalah
besar yang teramat gawat
Dengan gugup Lim Han-kim menoleh kearah Pek sihiang,
tapi gadis itu pejamkan matanya rapat-rapat
seperti tertidur nyenyak sekali, Bisa jadi semalaman tadi
ia kecapaian dan tak punya waktu untuk beristirahat,
maka kini ia tidur dengan nyenyak sekali.
Pemuda itu pun tahu tidur yang cukup berpengaruh
baik bagi kondisi badannya yang lemah, Hal ini berarti

2179
apa pun yang terjadi, gadis itu tak boleh dibangunkan
dari tidurnya, tapi masalah yang dihadapinya di depan
mata sekarang membuat pikiran pemuda itu bertambah
kalut dan bingung. ia sudah berusaha menggunakan
seluruh kecerdasan dan pengetahuan yang dimilikinya
untuk mengartikan apa makna dari irama ketukan yang
begitu gencar itu, namun hasilnya tetap nihil.
Lim Han-kim menarik napas panjang-panjang untuk
menenteramkan pikirannya yang gugup dan kalut,
sementara otaknya mulai diperas untuk mencari
pemecahan masalah di depan mata. Akhirnya setelah
dipertimbangkan bolak-balik, ia temukan dua
kemungkinan yang bisa ditempuh.
Kesatu, berusaha mencari alat rahasia pembuka pintu
rahasia ini agar dia bisa keluar dari kamar rahasia serta
memeriksa sendiri apa yang sesungguhnya terjadi,
Kedua, ia harus berusaha melakukan suatu tindakan
agar si pengirim berita ketukan di luar ruang rahasia itu
menjumpai gejala yang mencurigakan dalam ruang
rahasia tersebut, Kalau bisa, agar mereka mengerti
bahwa si penerima berita dalam ruang rahasia tidak
memahami apa yang dimaksudkan dengan berita kiriman
itu.
Ia sadar, Siok-bwee maupun Hiang-kiok adalah gadisgadis
berotak encer yang amat cerdik, Asal mereka
temukan gejala yang mencurigakan itu, niscaya mereka
pun bisa menduga keadaan dalam ruang rahasia
tersebut.
Lim Han-kim mulai bertindak, ia mulai memeriksa
seluruh dinding ruangan itu guna menemukan tombol

2180
rahasia pembuka pintu ruangan tersebut, Dia mencoba
untuk mengingat-ingat posisi Pek Si-hiang sewaktu
masuk dalam ruangan itu, tapi hasilnya tetap nihil meski
sudah dilakukan pencarian sekian lama.
Dengan perasaan mendongkol bercampur jengkel
pikirnya kemudian: "Jalan pertama menemui kegagalan,
tampaknya aku harus menggunakan cara kedua. siapa
tahu siok-bwee dan Hiang-kiok bisa membukakan pintu
rahasia ini untukku."
Berpikir sampai di situ, ia pun menghentikan usaha
pencariannya atas tombol rahasia pintu ruangan itu,
dengan menghimpun tenaga dalamnya sebuah pukulan
keras segera dilontarkan ke atas dinding, Dia yakin,
suara pukulannya yang keras itu dapat bergema sampai
di luar ruang rahasia itu, apalagi dengan andalkan
kesempUrnaan tenaga dalamnya, suara itu seharusnya
bisa bergema sampai jauh sekali.
Betul juga, suara ketukan di dinding itu seketika
terhenti, suasana dalam ruang rahasia pun dicekam
dalam keheningan yang luar biasa, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, mendadak dari atas dinding
bergema suara gemerincingan yang amat keras, disusul
terbukanya sebuah pintu rahasia.
Dari luar ruang rahasia bergema pula suara siok-bwee
yang menegur dengan suara keras: "Lim siangkong,
bagaimana keadaan nona, apakah ia tertidur?"
Melihat caranya membuahkan hasil, buru-buru Lim
Han-kim lari keluar dari ruangan itu, sahutnya: "Yaa,
nona Pek sudah tertidur, Aaai ia sudah sibuk setengah

2181
malaman, kini pasti kelelahan setengah mati, Ayolah
masuk. nona"
"Tidak bisa, nona telah memberi perintah bahwa
budak berdua dilarang memasuki ruang rahasia ini, lebih
baik siangkong saja yang keluar dari situ"
Dengan langkah cepat Lim Han-kim melompat keluar
dari tempat tersebut Hatinya segera tergerak setelah
menyaksikan siok-bwee mengenakan pakaian ketat
dengan sebilah pedang tersoren dipunggungnya.
"Apa yang terjadi?" tegurnya cepat "Apakah sudah
terjadi sesuatu dipesanggrahan pengubur bunga?"
Bukan menjawab, siok-bwee malah balik bertanya:
"Bagaimana dengan keadaan nona kami?"
"Ia tertidur nyenyak sekali"
"Huuuh... terima kasih langit terima kasih bumi..."
siok-bwee menghembuskan napas panjang, sambil
merangkap tangannya di depan dada, kembali terusnya:
"semoga Thian maha pengasih dengan memberikan
rahmat dan perlindungan-Nya kepada nona kami.
semoga nona kami diberi umur yang panjang dan tubuh
yang sehat. Untuk itu siok-bwee bersedia dikurangi
usiaku untuk ditambahkan buat nona ..."
Ketika berbicara sampai di situ, dua titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya.
Menyaksikan kesetiaan budak ini terhadap
majikannya, Lim Han-kim segera berpikir: "Kini,
pesanggrahan pengubur bunga sedang menghadapi
musibah besar, Bila aku beritahu kepada mereka bahwa
jiwa Pek si-hiang amat kritis dan berbahaya, pikiran serta

2182
perasaan siok-bwee dan Hiang-kiok tentu hancur lebur.
Dalam keadaan demikian mereka tak akan berminat
untuk menghadapi serbuan musuh lagi, Eh mm, lebih
baik aku bohongi mereka untuk sementara waktu..."
Berpikir begitu, sambil tertawa paksa katanya: "Nona
Pek telah berbincang semalaman denganku, kini ia
kecapaian dan tertidur nyenyak."
"Terima kasih banyak siangkong atas perhatianmu,"
kata Siok-bwee sambil menyeka air matanya dan
tertawa, "Bila kau dapat membujuk nona kami agar
keinginan hidupnya tumbuh, ia pasti akan temukan cara
pertolongan bagi dirinya, Untuk membalas budi kebaikan
ini, biar budak mesti jadi kuda atau kerbaupun, budak
rela berbakti selamanya untukmu ..."
Mendadak ia melihat kaki pemuda itu penuh
berlumuran darah, sambil menjerit kaget serunya: "Lim
siangkong, kau berdarah.."
"Tidak apa-apa, hanya tergores pedang usus ikan,"
sahut Lim Han-kim tersenyum.
"Parah tidak lukamu?"
"Aaah, cuma luka luar, tidak usah nona kuatirkan-.."
setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Kau sudah
berseragam tempur, seakan-akan sedang menghadapi
serbuan musuh tangguh, sebetulnya apa yang telah
terjadi dipesanggrahan pengubur bunga ini...?"
"sebuah perahu mendar mandir terus di luar
pesanggrahan pengubur bunga, kini adik Hiang-kiok
sedang berjaga-jaga di pintu masuk sedang budak

2183
kemari untuk mengirim berita buat nona, Aaaai... tak
nyana nona sedang tidur nyenyak"
"Ia sangat lelah dan butuh tidur yang cukup setelah
berbincang-bincang semalaman denganku Tak usah
membangunkannya, Ayo ajak aku, biar kuperiksa
keadaannya"
"siangkong, lebih baik kau tetap tinggal di sini
menemani nona," sela siok-bwee dengan mata berkedip.
"Budak percaya, dengan kemampuanku serta adik Hiangkiok.
ditambah dengan alat rahasia yang tertanam
sepanjang jalan masuk. kami masih mampu
membendung serbuan lawan."
"Ia sedang tidur nyenyak sekali, jadi tak ada gunanya
aku tetap tinggal di sini, dari pada mengganggu tidurnya
lebih baik biar kutengok sendiri keadaan di situ."
"Kalau begitu baiklah" siok-bwee segera membalikkan
badan dan beranjak pergi dari situ.
Lim Han-kim berjalan mengikuti di belakang siok-bwee
menelusuri jalan setapak menuju ke depan, mereka
berhenti di sebuah sudut bukit yang amat terjal
Ketika mendongakkan kepalanya terlihat, sinar merah
sudah mulai muncul di langit timur, rupanya fajar sudah
mulai menyingsing, Blaaammmmm ...
suara benturan keras bergema dari arah belakang.
sebuah batu cadas yang amat besar tahu-tahu sudah
bergeser menutup jalan masuk menuju ke ruang rahasia
tadi.
Rupanya disaat pikirannya sedang bercabang itulah
siok-bwee telah menggerakkan alat rahasia untuk

2184
menutup kembali lorong tersebut, dengan begitu Lim
Han-kim tidak sempat melihat dengan jelas di mana letak
alat rahasia itu.
setelah menutup pintu rahasia, buru-buru siok-bwee
berseru: "Kini adik Hiang-kiok menjaga pintu masuk
seorang diri, aku sangat mencemaskan keselamatannya.
Ayo kita ke sana secepatnya"
Tak selang beberapa saat kemudian sampailah Lim
Han-kim berdua di depan pintu masuk. Waktu itu Hiangkiok
dengan pedang terhunus sedang bersembunyi di
belakang sebuah batu besar sambil mengawasi gerakgerik
di luar jalur air.
Betul juga, Di antara gulungan ombak dan percikan air
tampak sebuah sampan bergerak hilir mudik mengitari
perairan itu.
Lim Han-kim menghampiri ke sisi Hiang-kiok. lalu
bisiknya: "Sudah kau lihat siapa yang datang?"
Hiang-kiok berpaling dan memandang sekejap wajah
Lim Han-kim yang jelek lagi aneh itu, lalu sambil
menahan rasa gelinya ia menyahut: "Belum terlihat
dengan jelas, mereka sembunyi di dalam ruang perahu,
yang tampak hanya dua lelaki mendayung itu."
"Lalu siapakah mereka?" dengan rasa tercengang Lim
Han-kim berpikir "Selain seebun Giok-hiong, siapa pula
yang tahu letak pesanggeahan pengubur bunga?"
Mendadak sampan itu memperlambat gerakannya,
kemudian pclan-pelan berlayar menuju ke jalur pintu
masuk.

2185
BAB 13. Berkorban Demi kekasih
"sialan" umpat Hiang-kiok. "Ingin mampus rupanya"
Tangan kirinya segera meraba tombol rahasia dan
setiap saat siap menggerakkan alat rahasia yang
tersedia, ketika berada sekitar beberapa depa darijalur
masuk, perahu itu menghentikan gerakannya secara tibatiba,
lalu pada ujung geladak muncullah seorang pemuda
tampan berbaju hijau yang menyoren sebilah pedang
dipinggangnya. seraya memberi hormat kearah jalur
masuk, tegurnya: "Adakah orang di situ?"
Hiang-kiok berpaling memandang siok-bwee sekejap.
kemudian bisiknya: "Cici, kau saja yang menjawab"
siok-bwee melangkah keluar dari tempat
persembunyian lalu sambil bertolak pinggang sahutnya
ketus: "Kau hendak mencari siapa?"
"Aku mendapat perintah dari nona seebun"
"Kembali saja kejalurmu semula," tukas Siok-bwee
cepat "Katakan kepada Seebun Giok-hiong, hari ini nona
kami tidak terima tamu"
Pemuda itu tampak agak tertegun, serunya keras:
"Tapi menurut perintah nona seebun, katanya beliau
telah mengadakan janji dengan tuan rumah"
"Tidak apa-apa, katakan saja hari pertemuan diubah"
"Baiklah" seru pemuda itu kemudian dengan perasaan
apa boleh buat, "Akan kusampaikan hal ini pada nona
seebun, tapi sebelum itu aku harus sampaikan sedikit

2186
bingkisan untuk tuan rumah, apakah nona bersedia
untuk menerimanya?"
"Bingkisan apa?" tanya siok-bwee sesudah termenung
sebentar
Dari sakunya pemuda berbaju hijau itu mengeluarkan
sebuah daftar, kemudian dibacanya:
"Bunga aneh sepuluh unting, tusuk konde kemala satu
pasang, surat rahasia satu pucuk, peti mati sebuah dan
mayat satu sosok."
" Kurang ajar" umpat siok-bwee gusar "Masa peti mati
dan mayat juga dijadikan bingkisan? Buang saja mayat
itu ke dalam telaga sedang peti matinya lebih baik kalian
gunakan sendiri"
"Kata- kataku belum selesai diucapkan, nona, Lebih
baik dengarkan dulu penjelasanku hingga selesai
sebelum menimbrung," tukas pemuda berbaju hijau itu
tegas.
Hawa marah makin menggelora dalam dada siokbwee,
tapi perasaan ingin tahu mendesaknya untuk
mengendalikan emosi, tak tahan serunya: "Baiklah, kau
boleh lanjutkan penjelasanmu"
"Nona Seebun telah berpesan, tuan rumah boleh
menampik bingkisan berupa bunga dan tusuk konde itu,
tapi mayat berikut peti matinya harus diterima..."
"Kenapa?"
"Nona seebun berpesan, dengan menerima mayat
berikut peti mati itu maka tuan rumah bisa
memperlihatkan sedikit rasa baktinya."

2187
"Apa kau bilang?" seru siok-bwee terperanjat
"Dengan menerima mayat berikut peti mati itu berarti
majikanmu bisa menunjukkan rasa baktinya kepada
orang tua."
siok-bwee menarik napas panjang-panjang berusaha
menenangkan pikirannya yang gejolak. setelah itu
tanyanya: "Apa isi peti mati itu? Mayat tersebut mayat
siapa pua?"
"Walaupun peti mati dan mayat itu kedengarannya
merupakan dua jenis bingkisan yang berbeda,
sesungguhnya kedua benda tersebut telah menjadi satu
padu. isi peti mati itu jelas adalah mayat, sedang mayat
dalam peti mati itu tak lain adalah mayat dari Gadis naga
berbaju hitam..."
"Omeng kosong" jerit siok-bwee penasaran "Majikan
kami berilmu tinggi, tak nanti seebun Giok-hiong mampu
melukainya."
Pemuda berbaju hijau itu tertawa hambar "Nona
seebun hanya menitahkan aku untuk menyampaikan
pesan tersebut, kini semua pesannya telah kusampaikan
tanpa mengurangi ataupun menambah dengan sepatah
kata pun."
"Di mana peti mati itu sekarang?" tanya siok-bwee
setelah memaksakan diri untuk menenangkan hatinya,
"Kini masih berada dalam ruang perahu."
"ooooh, mengerti aku sekarang." siok-bwee tertawa
dingin "Rupanya kalian sengaja menciptakan berita yang
mengejutkan ini agar bisa menyusup masuk ke dalam
pesanggrahan pengubur bunga bukan?"

2188
Pemuda berbaju hijau itu tertawa, "Dalam hal ini nona
seebun juga telah berpesan, ia berkata dalam jalur
masuk ini pasti telah dipersiapkan alat jebakan yang
sangat hebat oleh karena itu bila aku sudah selesai
menjelaskan maksudnya maka aku harus segera
tinggalkan perahu ini untuk mengundurkan diri"
Bicara sampai di situ, ia segera terjun ke dalam air
dan berenang menjauhi tempat itu. Menyusul pemuda
berbaju hijau itu, kedua orang lelaki pendayungpun ikut
menceburkan diri ke dalam telaga dan berenang
menjauhi perahu yang mereka tumpangi Kani di atas
jalur masuk itu tinggal perahu tesebut terombang ambing
dimainkan ombak.
Memandang perahu itu sekejap. Hiang-kiok berbisik
kepada saudaranya: "Cici, mari kita tengok perahu itu"
"Jangan, kita tak boleh termakan tipu muslihatnya."
"Aaaah, betul Untung cici lebih tua dan lebih matang
pengalamannya daripada aku, sudah pasti perahu
tersebut termasuk satu bagian dari siasat busuk seebun
Giok-hiong."
Mereka berdua dengan empat buah sorot matanya
mengawasi terus gerak gerik perahu itu tanpa berkedip.
sepenanakan nasi sudah lewat, namun dari balik perahu
itu belum juga kelihatan sesuatu gerakan.
siok-bwee tak dapat menahan diri lagi, segera
bisiknya: "Kau berjagalah di sini, biar aku tengok perahu
tersebut seorang diri, Bila terjadi sesuatu atas diriku,
jangan perdulikan keselamatanku lagi, segera gerakkan
semua alat rahasia."

2189
"Tapi... mana boleh begitu?"
siok-bwee tidak perduli apakah Hiang kiok setuju atau
tidak. la segera melompat naik ke atas sebuah sampan
dan mendayungnya ke tengah. ia bertindak sangat hatihati,
sambil melompat naik ke atas perahu tersebut, ia
menghimpun segenap tenaga dalamnya untuk bersiap
sedia menghadapi segala kemungkinan.
Benar juga, di atas perahu itu tak tampak kehadiran
orang lain, persis di tengah ruang perahu membujur
sebuah peti mati.
Di atas peti mati itu tertera beberapa huruf besar yang
berbunyi: "La yon dari Gadis naga berbaju hitam."
Penutup peti mati tersebut sudah ditutup, bahkan
disegel rapat, Di atas tutup peti mati itu tergeletak
sepasang tusuk konde kemala, di belakang tusuk konde
berjajar sepuluh unting bunga berbentuk aneh, sepasang
tusuk konde itu bersih berkilat dan memantulkan cahaya
berkilauan, sekilas pandangan saja orang sudah tahu
kalau benda itu merupakan benda ber-harga.
Dengan penuh seksama dan perhatian siok-bwee
memeriksa seluruh perahu itu, namun belum juga terlihat
sesosok bayangan manusia pun.
Menyaksikan kesemuanya ini ia mulai sangsi, pikirnya:
"Apa betul isi peti mati ini adalah jenasah nyonya
besar?Tapi kalau bukan jenasah nyonya besar, kenapa ia
utus orang untuk mengirimnya balik kepesanggrahan
pengubur bunga? Bila sekarang aku membawa peti mati
ini balik ke daratan, bukankah tindakanku ini akan
terjebak dalam siasat busuk seebun Giok-hiong? Tapi

2190
kalau misalnya kubiarkan disini, bagaimana seandainya
isi peti mati ini benar-benar jenasah dari Nyonya besar?"
sudah cukup lama dia mengikuti Pek si-hiang,
kecerdasan maupun pengalamannya sudah cukup hebat,
namun terhadap tindakan seebun Giok-hiong ini dia tetap
dibuat bingung dan tak habis mengerti.
Akhirnya sambil menghela napas pikirnya: "Sebetulnya
hanya nona yang bisa memecahkan teka teki ini, sayang
ia sedang tertidur nyenyak..."
sementara dia masih termenung, terdengar suara dari
Hiang-kiok telah bergema datangi "Enci siok-bwee,
adakah peti mati di perahu itu?"
"Ada"
"Apakah isi peti mati itu adalah jenasah nyonya
besar?"
"Di atas penutup peti mati itu memang tertUlis nama
besar nyonya, tapi isinya betul atau tidak masih sukar
ditentukan-"
"Kenapa tidak kau buka danperiksa isinya?
"Peti mati itu sudah dipaku dan disegel."
" Kalau begitu biar aku menyusul ke sana untuk ikut
memeriksa"
siok-bwee tahu, kedatangan Hiang-kiok ke atas
perahu itu sebenarnya tak berguna, Dengan usianya
yang masih muda, pengetahuan serta pengalamannya
masih kalah jauh bila dibandingkan dengan dirinya.
Sementara dia masih termenung, Hiang-kiok sudah
melompat naik ke atas perahu itu serta menerobos

2191
masuk ke dalam ruangan, Dasar gadis ini masih muda,
bersifat kekanak-kanakan, polos dan berpikiran suci,
begitu membaca tulisan yang tertera di atas penutup peti
mati itu, sambil cucurkan air mata ia segera jatuhkan diri
berlutut dan menangis meraung-raung.
Dengan cepat Siok-bwee menarik lengan saudaranya
sambil berseru: "Ayoh cepat bangun, sampai sekarang
kita masih belum bisa pastikan apakah isi peti mati ini
benar-benar jenasah nyonya besar atau bukan, siapa
tahu hal ini termasuk salah satu dari siasat busuk Seebun
Giok-hiong?"
Sambil melompat bangun dan menyeka air mata,
sahut Hiang-kiok: "Betul juga perkataan cici, percuma
aku menangis tersedu-sedu bila akhirnya terbukti isi peti
mati ini bukan jenasah nyonya besar melainkan tipu
muslihat Seebun Giok-hiong."
Dengan suatu gerakan cepat ia menyambar penutup
peti mati itu dan siap membukanya secara paksa.
Baru saja hawa murninya hendak dikerahkan untuk
mengoyak penutup peti mati itu, dengan suatu gerakan
cepat Siok-bwee telah menekan tangan Hiang-kiok
sambil menegur: "Adik Kiok, jangan bertindak gegabah"
"Kalau tidak kita buka penutup peti mati ini, dari mana
bisa kita ketahui isinya?"
"Lebih baik kita kirim dulu peti mati ini ke daratan
pesanggrahan pengubur bunga sebelum
mendongkelnya."
"Baiklah." pelan-pelan Hiang-kiok menarik kembali
tangannya, "Pengetahuan serta pengalaman cici jauh

2192
melebihi diriku, pendapatmu ini tentu lebih pas dan
tepat."
Kedua orang itu pun lalu bekerja keras mendayung
perahu tersebut menuju kedaratan, kemudian dengan
susah payah menaikkan peti mati tadi ke daratan
sebelum mendorong kembali perahu tadi keluar dari
perairan sana.
Lim Han-kim memandang peti mati itu sekejap. ia
seperti hendak mengucapkan sesuatu tapi niat itu
dibatalkannya kemudian
"Gerakkan alat rahasia," bisik siok-bwee kepada
Hiang-kiok. "Dengan begitu seandainya seebun Giokhiong
mengetahui tempat pendaratan kepesanggrahan
pengubur bunga pun, ia tak mampu merapatkan
perahunya kemari."
Tanpa banyak bicara Hiang-kiok mendorong sebuah
batu besar di belakang sana, diiringi suara gemerincing
nyaring. permukaan air telaga tampak sedikit beriak. tapi
dengan cepat segala sesuatunya pulih kembali dalam
keheningan
Melihat tiada suatu gejala aneh yang tampak pada
permukaan jalur air, dengan perasaan keheranan Lim
Han-kim menegur: "Apakah alat rahasianya sudah
digerakkan?"
"Alat rahasia itu khusus dirancang di dasar telaga yang
berhimpitan dengan dua dinding tebing, karena itu meski
sudah digerakkan namuntak nampak dari permukaan air,
Tapi jika ada orang atau perahu yang berani melewati
jalur air tersebut, mereka pasti akan menyentuh alat

2193
rahasia yang berakibat perahu itu tenggelam atau orang
tersebut tewas."
"ooooh, rupanya begitu ..."
sambil menekan permukaan peti mati pemuda itu
melanjutkan "seandainya ada orang berbaring dalam peti
mati ini, bukankah dengan mudah orang tersebut dapat
ikut menyusup masuk kemari?"
Diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya lalu
disalurkan ke balik peti mati itu.
"sesungguhnya budak pun telah berpikir sampai ke
situ," jawab siok-bwee pelan, "Tapi aku pun kuatir
seandainya isi peti mati itu betul- betul adalah jenasah
Nyonya besar, bila dibiarkan terapung di telaga hingga
tenggelam ke dasar air, bukankah aku harus
menanggung rasa sesal sepanjang hayat?"
Tergerak juga perasaan Lim Han-kim setelah usahanya
menghantam isi peti mati tersebut dengan tenaga dalam
ternyata tidak memberikan hasil apa pun, pikirnya:
"seebun Giok-hiong licik, keji dan banyak akal
muslihatnya. Kini ia sudah menganggap Pek si-hiang
sebagai musuh tangguhnya, berarti ia tentu berupaya
untuk menyingkirkan musuhnya ini secepat mungkin.
Tapi dia pun keder oleh kehebatan Pek si-hiang sehingga
tak berani turun tangan sembarangan. siapa tahu ia
betul-betul pergi mencari Gadis naga berbaju hitam dan
membunuhnya .. ."
Berpikir sampai di situ, tanpa terasa muncul perasaan
bergidik dalam hati kecilnya, Misainya seebun Giok-hiong
betul- betul mencari ibU Pek si-hiang untuk
melampiaskan rasa dendamnya, apa sulitnya bagi

2194
perempuan iblis itu untuk mengunjungi lembah Hongyap-
kok di Pak-gak untuk menyatroni ibu kandungnya?
Melihat anak muda itu hanya berdiri termangu tanpa
menjawab sambil memegangi penutup peti mati itu, tak
tahan Hiang-kiok menegur: "Hei, kenapa kau termangumangu.
Masa gabungan tenaga kita bertiga masih kuatir
tak mampu mengalahkan dia seorang?"
Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali tangannya
dari atas peti mati, ucapnya: "Seebun Giok-hiong licik,
banyak akal serta memiliki ilmu silat yang maha dahsyat
Aku rasa tenaga gabungan kita bertiga masih bukan
tandingannya, lebih baik nona berdua bersiap lebih hatihati."
"Apa yang perlu dikuatirkan?" Hiang-kiok membuka
matanya lebar-Iebar. "Sebelum membuka peti mati ini
kami sudah membuat persiapan yang matang, Asal kami
tahu kalau isi peti mati bukan nyonya besar, maka kami
akan turun tangan berat-berat tanpa memberi
kesempatan kepadanya untuk melawan."
Ia percaya kata- katanya tersebut amat cerdik dan jitu
hingga sengaja diutarakan dengan nada tinggi,
Tampaknya ia bermaksud agar orang yang berada dalam
peti mati itu ikut mendengar
Meskipun usia siok-bwee dan Hiang-kiok hanya selisih
sedikit, namun watak serta perangai mereka berbeda
jauh, Kalau siok-bwee tenang dan penuh perhitungan
maka Hiang-kiok polos dan bersifat kekanak-kanakan,
Lim Han-kim tidak tahu akal apa yang sedang
dipersiapkan gadis itu hingga sengaja bicara keras,

2195
karenanya dia pun tidak banyak bertanya dan
membungkam diri
Dengan susah payah kedua orang dayang itu
menggotong peti mati tersebut ke depan hutan bambu,
lalu meletakkannya di tengah sebuah tanah lapang, Dari
punggUngnya Hiang-kiok meloloskan pedangnya lalu
disodorkan ke hadapan Lim Han-kim sambil serunya:
"Bawalah senjata ini."
Lim Han-kim menerima pemberian senjata itu. Belum
sempat ia menanyakan sesuatu, Hiang-kiok sudah berlari
masuk ke dalam rumah.
Tak selang beberapa saat kemudian ia sudah muncul
kembali sambil membawa sebuah martil besi, katanya:
"Enci siok-bwee, kau dan Lim siangkong berjaga-jagalah
di tepi peti mati dengan pedang terhunus, sedang aku
akan berusaha membuka penutup peti mati ini. jika
isinya bukan nyonya besar, kalian harus segera
mencincang orang itu sampai mati"
Dia menganggap cara ini amat jitu dan sempurna,
maka tanpa meminta persetujuan dari Lim Han-kim serta
siok-bwee, ia segera menggerakkan martilnya untuk
menghancurkan penutup peti mati itu,
Begitu penutup peti mati itu terbuka, terlihatlah di
dalamnya berbaring sesosok tubuh perempuan berbaju
hijau yang wajahnya tertutup oleh rambut hingga sulit
untuk menyaksikan raut wajah sesungguhnya.
Baru saja Hiang-kiok menjulurkan tangannya hendak
menyingkap rambut yang menutupi wajah perempuan
berbaju hijau itu, mendadak terdengar siok-bwee
membentak keras: "Adik Hiang, jangan"

2196
"Kenapa?" tanya Hiang-kiok terkesiap sambil menarik
kembali tangan kanannya.
"Apabila orang itu bukan nyonya besar tapi musuh
kita, maka bila tanganmu menyusup ke dalam secara
ceroboh,jalan darahmu pasti akan dicengkeram lawan,
Bayangkan bila sampai begitu, bukankah kami berdua
tak mampu turun tangan?"
"Betul juga ucapan cici"
siok-bwee segera mengerahkan tenaga dalamnya
yang disalurkan ke ujung pedang lalu dengan
menggunakan ujung pedang yang tajam ia singkap
rambut yang menutupi wajah perempuan berbaju hijau
itu.
Lim Han-kim yang cuma sekejap bertemu dengan
Gadis naga berbaju hitam memang tidak terlalu
mengenal wajah perempuan itu, Berbeda dengan siokbwee
serta Hiang. dengan sekilas pandang saja mereka
sudah bisa mengenalinya.
siapa tahu apa yang terjadi ternyata jauh di luar
dugaan siapa pun. Mereka berdua dengan empat mata
yang tajam menatap wajah perempuan berbaju hijau itu
tanpa berkedip. sampai lama sekali mereka tetap
membungkam tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Menyaksikan sikap mereka yang aneh, dengan
perasaan tak sabar Lim Han-kim menegur "Apakah orang
itu nyonya Pek?"
siok-bwee tidak menjawab, ujung pedangnya tetap
menuding di atas tenggorokan perempuan berbaju hijau

2197
itu, sedang Hiang-kiok dengan kening berkerut
menyahut: "Rasanya agak mirip. tapi juga tidak mirip ..."
"Masa kalian pun tak bisa memastikan wajah nyonya
Pek?" seru sang pemuda keheranan
"Bukannya tak bisa memastikan, cuma orang ini rasarasanya
mirip tapi juga tidak..."
"Heran," pikir Lim Han-kim. "Masa ada orang begini
bodoh, sebagai pelayan masa wajah nyonya besar sendiri
pun tidak kenai?"
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya,
pemuda itu segera berkata: "Bagi aku seorang pria,
rasanya kurang leluasa untuk periksa jenasah
perempuan, coba kalian berdua saja yang periksa adakah
bekas luka di tubuh perempuan itu?"
"Bila ia menderita luka dalam, dari mana kita bisa
temukan gejala serta pertandanya?" bantah Hiang-kiok.
"Tak usah diperiksa lagi" potong siok-bwee mendadak
dengan suara dingin, " orang ini bukan nyonya besar,
cepat tutup kembali peti mati ini, kita bakar saja sampai
ludas"
Hiang-kiok tidak tahu kalau siok-bwee sengaja berkata
begitu karena hendak memancing reaksi dari dalam peti
mati, ia betul- betul menyahut sambil menarik penutup
peti mati itu.
Dalam hati kecilnya siok-bwee mengeluh setelah
melihat saudaranya benar-benar menarik penutup peti
mati itu, tapi dia pun tak bisa membongkar siasat sendiri,
terpaksa pedangnya ditarik kembali. Pada saat Hiangkiok
hampir merapatkan kembali penutup peti mati itulah

2198
mendadak terasa ada segulung tenaga dahsyat
menerjang ke atas. seketika itu juga Hiang-kiok
merasakan sepasang pergelangan tangannya jadi kaku,
tahu-tahu penutup peti mati itu sudah mencelat ke udara
setinggi tujuh-delapan depa.
Menyusul mencelatnya penutup peti mati itu, terlihat
sesosok bayangan manusia meluncur ke tengah udara,
sementara penutup peti mati itu tergantung di udara dan
tengah meluncur kembali dengan kecepatan tinggi, di sisi
penutup peti mati itu sudah berdiri seorang perempuan
berbaju hijau.
sambil membenahi rambutnya yang awut-awutan
terdengar perempuan berbaju hijau itu mengumpat
sambil tertawa: "Budak sialan, kejam amat hatimu Masa
aku hendak dibakar hidup,hidup...?"
Lalu sambil mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Lim Han-kim, dia menambahkan "Ehmmm ... kau
juga tega benar, melihat aku mau dibakar juga berdiam
diri saja"
"Rupanya betul- betul kamu, seebun Giok-hiong" seru
Lim Han-kim.
seebun Giok-hiong menyeka wajahnya dengan tangan
hingga pulih kembali ke wajah aslinya, kemudian
sahutnya tertawa: "Betul, memang aku selama ini aku
belum pernah berjumpa dengan Gadis naga berbaju
hitam, hanya pernah mendengar orang menceritakan
bentuk mukanya, maklumlah kalau samaranku kurang
mirip. karena itu terpaksa kututupi wajahku dengan
rambut. Eeei, siapa tahu rahasia ini pun berhasil kalian
bongkar"

2199
"Hmmm, hari ini nona Pek tidak terima tamu, mau apa
kau menyusup ke mari?" tegur Lim Han-kim ketus.
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh, "Ha ha
ha... kenapa? ia sudah sakit parah hingga tak mampu
bergerak lagi?" ejeknya.
Lim Han-kim sangat terkesiap. segera pikirnya: "Hebat
benar perempuan ini, nyata sekali dia memang musuh
paling tangguh buat nona Pek."
Untung saja wajahnya masih berwarna-warni dengan
penuh bekas luka bacokan yang malang melintang,
hingga meski dia kaget dan sedikit panik, luapan
perasaan hatinya tak sampai terlihat di wajahnya.
Sesudah termenung sesaat, sahutnya: "Nona Pek
pintar dan menguasai segala pengetahuan yang ada di
dunia ini, mau adu kecerdasan atau adu kepandaian kau
masih bukan tandingannya. Kini dia enggan
menjumpaimu karena..."
Dengan sorot mata yang tajam Seebun Giok-hiong
awasi terus sepasang mata Lim Han-kim tanpa berkedip,
tukasnya: "Kau tak usah menghindari persoalan pokok
dengan memberi jawaban bukan sebagaijawaban
sesungguhnya. Katakan kepadaku, apa betul penyakit
yang diderita Pek Si-hiang sudah begitu parah hingga tak
mampu bergerak? Atau mungkin ia sudah mampus?"
"Kurang ajar" umpat Hiang-kiok gusar, "Nona kami
masih segar bugar, kenapa kau menyumpahinya agar
cepat mampus?"
Seebun Giok-hiong tersenyum, "Oooh, kalau begitu
penyakitnya tentu sangat parah?"

2200
Siok-bwee maupun Hiang-kiok cukup tahu bahwa
kondisi penyakit yang diderita nonanya akhir-akhir ini
bertambah hari bertambah buruk, Teriebih lagi Lim Hankim,
ia tahu dengan pasti kondisi Pek Si-hiang yang
setiap saat dapat menghembuskan napas penghabisan
oleh karena itu pertanyaan langsung yang diajukan
Seebun Giok-hiong ini membuat mereka bertiga tak
mampu memberikan jawabannya.
Seebun Giok-hiong menengadah memandang fajar
yang baru menyingsing di ufuk timur lalu tertawa,
katanya lagi: "Kalian tak usah beriagak pilon di
hadapanku, padahal tanpa bertanya kepada kalian pun
aku sudah mengetahui dengan amat jelas, Pek si-hiang
tak nanti bisa hidup melewati hari ini"
Kembali Lim Han-kim berpikir: "Pek si-hiang menderita
penyakit aneh yang sangat parah, tidak sulit bagiorang
yang mengerti ilmu pertabiban dan pengobatan untuk
mengetahui kondisi tubuhnya. sebenarnya luar biasa
sekalijika ia bisa menghitung secara tepat saat
kematiannya, namun nyatanya sekarang seebun Giokhiong
dapat mengungkapnya, Meski selisih sedikit tapi
dari situasi yang dipaparkannya jelas sekali kalau semua
masalah sudah berada dalam perhitungannya.
Aneh betul, manusia dengan kemampuan sehebat ini
kenapa justru tak berani berhadapan secara langsung
dengan Pek si- hiang? Padahal kalau dia mau, dalam
sekali pukulan saja ia dapat mengirim Pek si- hiang
berpulang ke alam baka..."
sementara dia masih termenung, sambil tertawa
hambar seebun Giok-hiong telah berkata lagi: "Biarpun

2201
kamu bertiga turun tangan bersama pun masih bukan
tandinganku. Aku percaya kalian tentu menyadari akan
hal ini, lantas kenapa tidak kalian simpan senjata yang
terhunus itu? Atau mungkin betul-betul ingin bertarung
melawanku?"
"Tahu kalau kau yang ada di dalam peti mati,
semestinya kuceburkan kalian ke dasar telaga" sumpah
Hiang-kiok gemas.
"Hanya sayang seribu kali sayang, menyesal sekarang
pun tak ada gunanya" sambung seebun Giok-hiong
sambil tertawa.
Lim Han-kim cukup sadar akan kekuatan yang mereka
miliki, maka ia membuang senjatanya paling dulu,
katanya: "Apa yang dia katakan memang betul, biar kita
bertiga turun tangan bersama pun masih tetap bukan
tandingannya, aku rasa nona berdua tak perlu berkeras
kepala lagi."
Pelan-pelan siok-bwee membuang pedangnya ke
tanah, kemudian katanya: "sebetulnya apa maksudmu
berlagak macam orang mati untuk menyusup masuk
kepesanggrahan pengubur bunga ini?"
"Nanti saja kita baru bicara, sekarang ajak dulu aku
menjumpai nona Pek..." tukas seebun Giok-hiong
tersenyum.
"sejak semula kami bertiga toh sudah jelaskan
berulang kali, hari ini nona Pek tidak menerima tamu,"
ungkap Lim Han-kim. "Lebih baik kau datang lagi besok"
sambung siok-bwee.

2202
"Dari pada susah payah pulang balik, lebih baik aku
menunggu semalam di sini saja."
"Huuuuh, si mUka tebal Tak tahu malu" maki Hiangkiok
jengkel "Belum pernah kujumpai ada tamu tak tahu
malu macam kau, nekat ingin menginap di rumah orang"
Berubah paras muka seebun Giok-hiong, tegurnya
ketus: "Hati-hati kalau bicara budak busuk. jangan
sampai membangkitkan hawa amarahku Hmmmm Kau
pasti menyesal berat nanti. .."
Meskipun seebun Giok-hiong di luarnya tampak seperti
seorang gadis muda yang nampak manja dan menawan
hati bila sedang tertawa, setelah naik darah, segera
terpancarlah suatu kewibawaan dan keketusan yang
menggidikkan hati.
sepasang matanya mencorongkan sinar tajam
melebihi tajamnya sembilu, Ditatapnya wajah Hiang-kiok
tanpa berkedip membuat dayang itu bergidik tanpa
terasa, tundukkan kepalanya dan tidak berani banyak
bicara lagi.
Melihat situasi sudah berubah kaku, selain itu juga
kuatir Hiang-kiok tak bisa menahan diri hingga
memancing hawa napsu membunuh dari seebun Giokhiong,
buru-buru Lim Han-kim menyela: "Baik. jika kau
tak kuatir menimbulkan amarah nona Pek. silakan saja
menunggu di sini."
seebun Giok-hiong kelihatan agak tertegun, segera
tanyanya: "Di mana ia sekarang?"
"Maaf, sebelum mendapat ijin dari nona Pek. aku tak
berani memberikan jawaban"

2203
"Bila aku menyetujui syarat yang di-ajukannya,
bukankah dari posisi bermusuhan aku jadi sahabatnya?"
kata seebun Giok-hiong tertawa.
Lim Han-kim tidak menjawab, dalam hati kecilnya
kembali ia berpikir "setelah berulang kali dipecundangi
Pek si-hiang, nampaknya ia betul-betul menaruh
perasaan ngeri dan takut yang luar biasa terhadap nona
Pek. itu berarti apabila aku bisa memanfaatkan
kesempatan yang terbaik untuk menakut-nakuti iblis
perempuan ini, mungkln saja sifat liarnya bisa sedikit
agak terkendali..."
Berpikir sampai di situ, tiba-tiba saja ia teringat
dengan siasat ke-37 yang pernah dibaca dari kitab milik
Pek si- hiang. Di situ dikatakan:
"Untuk berhasil menipu orang lain, tipulah diri sendiri
lebih dulu." Pemuda itu pun kembali berpikir: "Aku harus
dapat menipu diriku sendiri lebih dulu, dengan demikian
peranan yang kubawa baru bisa dimainkan secara hidup
dan luwes, Dengan peranan yang hidup, ia baru mau
percaya padaku ..."
Melihat pemuda itu membungkam sampai lama sekali,
seakan-akan ada masalah serius yang sedang dipikirkan,
tak tahan lagi seebun Giok-hiong menegur dengan nada
ingin tahu: "Apa yang sedang kau pikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
sebetulnya penyakit yang diderita nona Pek memang
parah sekali," ucapnya.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, siok-bwee dan
Hiang-kiok sama-sama dibuat terperanjat tanpa terasa

2204
sorot mata mereka dengan penuh rasa kaget bercampur
ngeri mengawasi anak muda itu tanpa berkedip.
seebun Giok-hiong berpaling memandang kedua orang
dayang itu sekejap. tiba-tiba serunya sambil
mengulapkan tangan: " Kalian berdua boleh pergi dulu,
aku hendak berbincang-bincang dengan Lim siang kong "
siok-bwee berkerut kening, serunya: "Lim siang kong,
kau ..."
Lim Han-kim takut dayang ini salah bicara hingga
rahasianya terbongkar, bila begitu maka rencana yang
sedang dipersiapkanpun akan gagal total, maka buruburu
dia menyela: "Maksud kedatangan nona seebun
kemari tidak berniat jahat, lebih baik nona berdua
mengundurkan diri lebih dulu"
Hiang-kiok seperti hendak bicara lagi, tapi ia segera
ditarik siok-bwee untuk bersama-sama beranjak pergi
dari situ
Menunggu sampai kedua orang dayang itu pergijauh,
Lim Han-kim baru menghela napas panjang dan berkata
lebih jauh: "Menurut penuturan nona Pek kepadaku, dia
mesti beristirahat selama tiga hari penuh sebelum dapat
lolos dari cengkeraman elmaut, Aaaai.. Tapi kalau
menurut hasil analisaku pribadi, kelihatannya kecil sekali
harapan baginya untuk hidup terus."
Beberapa patah kata yang terdahulu jelas merupakan
bagian dari rencana yang sedang diaturnya, sedangkan
kata- kata yang terakhir merupakan kenyataan
sesungguhnya, hingga tanpa terasa matanya jadi pedas,
titik air mata pun jatuh bercucuran

2205
seebun Giok-hiong hanya membungkam diri tanpa
mengomentari sepatah kata pun, hanya sepasang
matanya yangjeli mengawasi wajah Lim Han-kim tiada
hentinya. sampai lama kemudian pelan-pelan ia baru
berkata: "Bagaimana perubahan mimik wajahnya ketika
mengucapkan perkataan tersebut kepadamu?"
"orang ini memang luar biasa pintarnya," batin Lim
Han-kim cepat. "sekalipun pertanyaan yang diajukannya
amat sederhana, padahal mengandung arti yang amat
mendalam, apa yang harus kujawab?"
sementara pemuda itu masih berpikir, seebun Giokhiong
telah berkata lebih jauh: "Beritahu kepadaku
sejujurnya, maka aku pun dapat memberitahukan
kepadamu masih adakah harapan untuk menyelamatkan
dia dari cengkeraman elmaut..."
Lim Han-kim kuatir bila ia menunda-nunda waktu lagi,
tindakan tersebut justru akan memancing kecurigaan
seebun Giok-hiong, Dengan terpaksa ia pun menjawab:
"Ia mengucapkan dengan nada rendah, wajahnya
kelihatan sedih sekali."
"Coba pikirkan lagi dengan cermat, apakah begitu saja
mimik mukanya?" desak seebun Giok-hiong dengan
kening berkerut.
Lim Han-kim tidak tahu apakah ucapannya tepat atau
tidak, tapi berhubung sudah terlanjur diucapkan dan
mustahil ditarik kembali, terpaksa sambil keraskan kepala
katanya cepat: "Aku masih ingat semua mimik mukanya
secara jelas, hanya itu saja yang kulihat."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menundukkan kepalanya
sambil membungkam diri, sampai lama kemudian ia baru

2206
mengangkat kepalanya lagi seraya berkata: "Dia masih
ada separuh harapan untuk tetap hidup,"
"syukur ..." pekik Lim Han-kim di dalam hati. "Tak
nyana dugaanku secara ngawur ternyata tepat sekali."
Dia pun menyela: "Padahal nona Pek sudah menduga
akan kedatanganmu pagi ini."
"sayang penyakit yang dideritanya kelewat parah dan
lagi khawatir kehadiranku di sini bisa membahayakan
keselamatan jiwanya, maka ia menitahkan kepada kalian
untuk menghalangi kedatanganku?" sambung seebun
Giok-hiong cepat.
"Nona Pek tak punya maksud menghalangi
kedatanganmu."
"Lalu maksud siapa?, Masa ide kedua orang dayang
itu?"
"Juga bukan. sebetulnya akulah yang mengusulkan ide
tersebut."
" Kalau begitu aneh sekali." seebun Giok-hiong
tertawa cekikikan " Kenapa kau halangi kedatanganku
kepesanggrahan pengubur bunga ini?"
"sederhana sekali alasanku, Kini nona Pek sedang
sakit, padahal kami bertiga bukan tandinganmu
membiarkan kau hadir dipesanggrahan pengubur bunga
ini bukankah sama artinya dengan mengundang srigala
masuk ke dalam kamar?"
"Hmmm, meski perumpamaamnu tepat, tapi tak sedap
betul didengar" tegur seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut

2207
"Aku tak pandai memilih kata- kata indah, aku hanya
tahu bicara apa sebenarnya."
"Mungkin Pek si- hiang terlalu parah sakitnya hingga
kesadarannya menghilang, masa dia lupa dengan
perjanjian hari ini?"
"soal itu belum sempat kudengar darinya."
Pelan-pelan seebun Gok-hiong mendongakkan
kepalanya memandang cuaca sekejap. kemudian
katanya: "Tapi hal ini tak bisa salahkan dia, memang
kedatanganku terlalu awal sedikit."
"Apa yang ingin kukatakan kini sudah selesai
diucapkan, apa rencanamu selanjutnya?"
"sekarang Pek si- hiang ada di mana?" tanya seebun
Giok-hlong sambil memandang bangunan loteng itu
sekejap.
"sedang merawat penyakitnya di dalam ruang
rahasia."
"Aku berjanji tak akan mencelakai jiwanya, apakah
kau bersedia mempercayaiku?"
"Tidak"
Mula-mula seebun Giok-hiong agak tertegun menyusul
kemudian sahutnya sambil tertawa hambar "seandainya
aku bersikeras hendak menjumpainya?"
"Meskipun aku bersama siok-bwee dan Hiang-kiok
mengerti bahwa kekuatan kami bukan tandinganmu tapi
kami sudah siap untuk menghalangimu dengan sekuat
tenaga"

2208
Berkilat sepasang mata Seebun Giok-hiong, ia
mendengus dingin, "HHmmmm Kau anggap aku betulbetul
tak berani membunuh kalian?"
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Bila Pek si-hiang dapat meloloskan diri dari
cengkeraman elmaut, ia pasti akan balaskan dendam
kami."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menggerakkan tangan
kanannya, dengan kecepatan bagaikan sambaran petir ia
cengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan
Lim Han-kim.
"Akan kutotok urat nadi Ngo-im-meh-hiat-mu, agar
kau cicipi bagaimana sakit dan menderitanya peredaran
darah yang mengalir terbalik" ancamnya.
Kembali Lim Han-kim tertawa, "Wajahku sudah kau
hancurkan, siksaan dan penderitaan yang berpuluh kali
lipat lebih hebat dari siksaan totokan pun sudah kuaiami,
apa yang harus kutakuti menghadapi kematian?"
"Apakah kau sangat mencintai Pek si- hiang?" pelanpelan
seebun Giok-hiong melepaskan cengkeramannya
atas urat nadi pemuda itu.
"Kecantikan nona Pek bagaikan bidadari yang turun
dari kahyangan ia pintar, baik dan berbudi luhur, tentu
saja aku amat menghormat dan mencintainya."
"Tahukah kau bahwa dia tak mungkin memberi
keturunan kepadamu?"

2209
"Bila dua hati sudah bersatu padu, jangan lagi soal
keturunan, biar ia berwajah sejelek kuntil anakpun aku
Lim Han-kim tak akan persoalkan di dalam hati"
"Waaah, kalau begitu kau betul- betul menaruh rasa
cinta yang mendalam ter-hadapnya" kata seebun Giokhiong
sambil tertawa.
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya:
"Kecerdikan perempuan ini luar biasa. Di antara 36 siasat
yang ada mustahil bisa mengelabuinya, terpaksa aku
harus gunakan siasat menipu aku lebih dulu baru
membohonginya guna menjatuhkan dirinya ..."
Berpikir demikian, dia pun berkata sambil menghela
napas panjang: "Hanya sayang sekali penyakit yang
diderita nona Pek amat parah, sedang kemampuanku
juga tak mungkin bisa menolongnya ..."
Paras muka Seebun Giok-hiong agak berubah, tapi ia
segera tertawa hambar "Antara Li Tiong-hui dengan Pek
Si-hiang, masing-masing memiliki keistimewaan yang
berbeda, walaupun begitu, Li Tiong-hui berasal dari
keluarga kenamaan, kenapa sih kau justru lebih
mencintai Pek Si-hiang yang sudah sekarat dan setiap
saat bisa mampus itu?"
"cinta itu memang buta, meski tahu pahit pun tetap
manis rasanya di dalam hati."
"Tidak kusangka kau seorang pemuda yang begitu
romantis" setelah berhenti sejenak. kembali terusnya:
"Bila kau percaya dengan janjiku, mari kita rundingkan
satu persoalan penting."
"Soal apa?"

2210
"Asal kau bersedia memberitahu kepadaku di mana
Pek Si-hiang berada sekarang, aku berjanji akan
jodohkan kau dengan Li Tionghui, Bahkan aku pun tak
segan-segan menggunakan obat mestika simpananku
untuk memulihkan kembali wajahmu seperti sediakala"
"Ternyata ia memang datang dengan membawa
rencana busuk," pikir Lim Han-kim cepat, "Tampaknya
sehari ia belum berhasil membunuh Pek Si-hiang, sedetik
pula dia tak akan melepaskan diri..."
Berpikir begitu, ia pun balik bertanya dengan nada
dingin: "Bagaimana kalau aku tak setuju?"
"Sekalipun kau tak takut mati, toh masih ada kedua
orang dayang itu, aku tak percaya mereka terdiri dari
otot kawat balung besi."
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Kesetiaan mereka terhadap majikannya melebihi apa
pun, aku yakin keteguhan hati mereka masih jauh di atas
diriku."
"Hmmm, kau kira tanpa mengatakan tempat
persembunyiannya maka aku tak bisa mencarinya
sendiri?" Dengan langkah lebar ia berjalan menuju ke
bangunan loteng itu.
Lim Han-kim tahu percuma saja berusaha
menghalangi niatnya, karena itu dia hanya mengikuti di
belakang gadis itu.
Dalam saat itu Hiang-kiok dan siok-bwee sudah
mengundurkan diri ke dalam bangunan loteng itu, sudah
cukup lama mereka berunding rapi belum juga berhasil
menemukan cara terbaik untuk menghadapi seebun

2211
Giok-hiong, Belum lagi keputusan diambil, tahu-tahu
seebun Giok-hiong telah menerjang masuk ke dalam
bangunan loteng itu dengan langkah lebar.
"Mau apa kau?" siok-bwee segera menegur sambil
menghadang di depan pintu masuk.
"Minggir" bentak seebun Giok-hiong sambil
mencengkeram lengan kiri siok-bwee dan melemparnya
ke belakang.
Tak ampun lagi tubuh siok-bwee terlempar sejauh
tujuh-delapan depa lebih dan roboh terjengkang di atas
tanah, untuk berapa saat ia tak mampu merangkak
bangun.
Melihat kedahsyatan seebun Giok-hiong dalam
serangannya, Hiang-kiok jadi terkesiap dan berdiri
melongo, sangat cepat gerakan tubuh seebun Giokhiong,
sementara Hiang-kiok berdiri melongo, ia sudah
menerjang masuk ke dalam ruangan.
Menanti Hiang-kiok sadar dari lamunan dan siap
mencegah, seebun Giok-hiong telah naik ke atas loteng
dan lenyap dari pandangan mata. Lim Han-kim yang
menyusul tiba segera menarik ujung baju Hiang-kiok
sambil bisiknya: "Nona Kiok. jangan dikejar, mustahil kita
bisa menghalanginya, Cepat kau tolong nona siok-bwee"
Pikiran Hiang-kiok memang masih polos dan belum
punya pendirian, ia pikir menolong siok-bwee memang
pekerjaan yang terpenting saat itu, karenanya ia segera
memburu ke sisi tubuh saudaranya dan menegur dengan
rasa khawatir: "parah tidak lukamu cici Bwee?"

2212
"Masih agak mendingan," jawab siok-bwee sambil
menggeteng. "Adik Hiang-kiok. ucapan Lim siangkong
memang betul, kita bertiga bukan tandingannya, Yang
kutakuti sekarang hanya nona, bila ia gagal menemukan
tempat persembunyian nona, sudah bisa dipastikan ia
akan menggunakan siksaan yang paling keji untuk paksa
kita menunjukkan tempat persembunyiannya. ingat baikbaik
adik Kiok, kau tak boleh membongkar rahasia
tersebut kendati apa pun yang terjadi."
"Tak usah kuatir cici, biar dibunuh pun aku tak akan
bicara..." sahut Hiang-kiok tegar, kemudian sorot
matanya dengan ragu dialihkan ke wajah Lim Han-kim,
tambahnya: "Cuma saja... Lim siangkong..."
"Huusss, jangan sembarangan bicara" tukas siok-bwee
cepat "Lim siangkong adalah seorang lelaki sejati, mana
mungkin dla akan menghianati nona... Aaaai Adik Hiangkiok,
aku tahu kau tidak takut mati, tapi orang itu licik
dan kejam, ia pasti mempunyai banyak cara untuk
menyiksa kita habis-habisan, aku kuatir kita tak bisa
menahan siksaan tersebut."
"Lantas apa baiknya?" Dari dalam sakunya siok-bwee
merogoh keluar sebuah botol porselen dan menuang
sebutir pil berwarna merah, katanya: "Masukkan pil ini ke
dalam mulut Apabila kau tak tahan dengan siksaan dari
seebun Giok-hiong nanti, gigitlah pil tersebut dan segera
telan ke dalam perut"
Hiang-kiok segera menerima pil itu, dipandangnya
sekejap lalu segera dimasukkan ke dalam mulut,
tanyanya kemudian: "Bila tertelan, apakah kita akan
segera mati?"

2213
"Yaa, cepat sekali, belum sampai hitungan kesepuluh,
racun itu sudah mulai bekerja."
Bicara sampai di situ, dia pun menuang keluar sebutir
dan memasukkannya ke dalam mulut
"Bagaimana kalau berikan sebutir juga untukku?" pinta
Lim Han-kim tiba-tiba. siok-bwee tersenyum.
"Lim siangkong tak usah minum racun untuk
menemani kami mati. sebagai dayang, sudah menjadi
kewajiban kami untuk berkorban diri, sedang Lim
siangkong... kau tidak harus berbuat begitu."
"Baiklah" seru Lim Han-kim sambil tertawa. "Bila kalian
ingin tahu alasanku untuk minum pil racun itu,
katakanlah bahwa aku berkorban demi cinta"
siok-bwee membelalakkan matanya lebar- lebar,
serunya tak tahan: "sudahkah kau katakan hal tersebut
kepada nona kami?"
"Nona Pek amat cerdik dan luar biasa, tiada secuwil
urusan di dunia ini yang bisa lolos dari dugaannya, buat
apa aku mesti jelaskan secara terang-terangan?"
"Bila nona tahu kalau Lim siangkong mencintainya,
semangat untuk hidupnya tentu akan meningkat..."
"Sstt... Seebun Giok-hiong telah datang," mendadak
Hiang-kiok berbisik, Dengan suatu gerakan yang amat
cepat Lim Han-kim menyambar sebutir pil kemudian
menjejalkannya ke dalam mulutnya.
Bab 14. Menelan pil Racun

2214
Belum habis siok-bwee menyimpan kembali botol
porselennya, bagaikan hembusan angin seebun Giokhiong
telah tiba di situ. sambil mengawasi wajah Lim
Han-kim, tegurnya: "Hei, apa yang kau makan?"
" Racun sebutir pil beracun yang sangat jahat, dalam
sekejap mata nyawaku bisa melayang"
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berpaling kearah siokbwee,
sambil ulurkan tangannya ke muka, bujuknya
lembut: "Racun apakah itu, coba berikan kepadaku"
"Tidak. Aku tak akan memperlihatkan padamU" siokbwee
menggeleng berulang kali sambil mundur dua
langkah.
Dengan sorot matanya yang tajam seebun Giok-hiong
memandang sekeliling tempat itu sekejap. kemudian
katanya lagi: "Tanah daratan disini paling banter cuma
selebar ratusan kaki persegi, biarpun kalian enggan
memberitahu kepadaku, toh akhirnya aku akan berhasil,
juga menemukan tempat persembunyiannya "
"Jadi kau benar-benar berani menjumpai nona kami?"
tegur Hiang-kiok coba menggertak.
seebun Giok-hiong tertawa, "Ia sudah hampir mampus
gara-gara penyakitnya, kenapa aku tak berani?"
sahutnya.
"Hmmmm, jika aku berani mengganggu
ketenangannya, hati- hati kalau sampai terbunuh
olehnya."
sebetulnya sudah cukup lama dayang ini menahan diri,
semua kekesalan dan rasa mendongkolnya tak
terlampiaskan keluar, tapi setelah ia telan pil beracun

2215
dan siap menghadapi kematian, keberanian pun secara
otomatis ikut meningkat pula.
Bilamana ia teringat akan kekejian seebun Giok-hiong
serta perbuatan-perbuatannya yang menjengkelkan,
ingin sekali gadis ini memakinya habis-habisan, tapi dia
pun merasa bingung karena tak punya alasan untuk
mengumpat orang, akhirnya dengan meminjam nama
majikannya dia pun memaki beberapa patah kata untuk
melenyapkan rasa dongkolnya itu.
Terdengar dayang itu berkata lebih jauh: "Hmmmm,
jadi kau menyumpahi nona kami cepat mati hanya
dikarenakan kondisi badan nona kami kurang sehat? Kau
mesti tahu, tiada persoalan di dunia ini yang bisa
menyulitkan dirinya. Memang betul sebenarnya ia sudah
bosan hidup, tapi bila teringat akan kekejian dan
kebusukanmu serta mengingat ke-beradaanmu di muka
bumi hanya akan menyusahkan orang lain, maka ia
sudah berubah pikiran sekarang, ia berniat untuk hidup
berapa tahun lagi, ia baru akan mati dengan perasaan
lega sesudah membinasakan dirimu"
Terdorong perasaan mendongkolnya yang meluap.
ucapan ini sebetuinya hanya kata-kata karangan saja
yang bersifat memanasi hati lawan, apa mau dikata
seebun Giok-hiong yang cerdik justru menanggapinya
secara lain, begitu selesai mendengar ucapan tersebut
segera pikirnya dalam hati: "Bila ia berniat membohongi
aku, ucapannya tentu akan dibuat amat menarik agar
aku mempercayainya seratus persen, justru kata-kata
polos macam kanak-kanak inilah yang bisa dipercaya."

2216
Sementara itu Siok-bwee cukup tahu akan sifat
adiknya, Hiang-kiok. gadis itu polos, bersifat kekanakkanakan
dan sama sekali tak berencana, bila dibiarkan
berbicara lebih jauh niscaya banyak titik kelemahan yang
akan terlihat. Maka buru-buru ia menyela: "Adik Hiangkiok.
tak usah berbicara lagi dengannya, toh apa pun
yang kau katakan tak akan dipercayai olehnya, buat apa
memetik kecapi di depan kerbau?"
seebun Giok-hiong mengernyitkan alis matanya,
katanya: "Nona kalian sengaja mengundangku datang
kemari, Aku percaya ia tentu punya urusan yang hendak
dibicarakan maka sebelum berjumpa dengan nona kalian,
terpaksa aku harus tetap tinggal di sini untuk
menantinya."
"Buat apa kau tinggal di sini?" tegur Hiang-kiok
penasaran
"Buat apa? Tentu saja menunggu nona Pek" seebun
Giok-hiong tertawa.
"Kau memang tamu bermuka tebak tidak diundang
juga nekat akan menginap. Hmmm Pokoknya tak akan
ada orang yang memberi makan untukmu"
Di luar dugaan ternyata watak seebun Giok-hiong
berubah sama sekali, ia segera tersenyum
" Tidak apa- apa," sahutnya, "sudah seringkali aku
duduk bersemedi, tiga sampai lima hari tidak makanpun
bukan persoalan."
"Tapi kami tak punya tempat kosong untuk tempatmu
menginap"

2217
"Juga tak apa-apa, sudah terbiasa aku duduk di udara
terbuka, asal ada sebidang tanah kecil untuk aku duduk
pun sudah lebih dari cukup,"
"Hmmm kelihatannya kau memang nekat ingin tinggal
di sini."
" Tepat sekali, sebelum berjumpa dengan nona Pek.
aku tak akan pergi dari sini"
Melihat sifat keras kepala lawannya, diam-diam siokbwee
jadi gelisah, pikirnya: "Jelas sudah ia bisa nekat
ingin tetap tinggal di sini karena menduga penyakit yang
diderita nona sudah teramat parah, Waaah... jelas gerakgerikku
jadi kurang bebas dengan kehadirannya di sini,
Aku jadi tak dapat mengirim kabar untuk nona di ruang
rahasia, apa baiknya? Apakah harus mengulur waktu
terus?"
Lim Han-kim sendiri pun diam-diam sangat murung
setelah menyaksikan situasi di depan mata, sekalipun
seebun Giok-hiong sudah dapat memastikan kalau
penyakit yang diderita Pek si- hiang sudah amat parah,
namun ia tak akan berlega hati sebelum menyaksikan
sendiri jenasah Pek si- hiang.
Padahal perempuan iblis itu pun tak rela
mengundurkan diri dengan begitu saja, bila waktu
berlarut-larut maka pada akhirnya duduk perkara yang
sebenarnya pasti akan diketahui olehnya. Begitu dia
yakin Pek si-hiang sudah mati atau sakit parahnya sudah
tiada harapan lagi, secara mudah ia tentu akan mencabut
nyawa mereka bertiga, itu berarti sebelum rasa curiganya
betul- betul lenyap. ia harus berusaha keras untuk
mengusirnya pergi dari pesanggrahan pengubur bunga.

2218
Masalahnya sekarang, ilmu silat yang dimiliki seebun
Giok-hiong kelewat hebat, kecerdasan otaknya juga
melebihi siapa pun, itu berarti susah bagi mereka untuk
menipu gadis ini.
Pada saat itu seebun Giok-hiong sudah mengambil
tempat duduk di tepi semak belukar, katanya: "Kalian
bertiga boleh beristirahat tak usah mengurusi aku lagi."
selesai berkata, ia pejamkan mata dan tidak menggubris
mereka bertiga lagi.
Dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara Lim
Han-kim segera berbisik: "Nona berdua, harap segera
balik ke ruang dalam, kita harus membicarakan sebuah
cara yang terbaik untuk menghadapinya."
siok-bwee sudah pernah merasakan kelihaian
perempuan itu ia mengerti, dalam satu gebrakan saja
seebun Giok-hiong mampu mencabut nyawanya, oleh
sebab itu tanpa banyak bicara ia segera mengundurkan
diri dari situ.
secara diam-diam Lim Han-kim memperhatikan terus
gerak-gerik Seebun Giok-hiong. Ternyata ia tidak
melakukan suatu gerakanpun ketika mereka bertiga
meninggal-kan tempat itu, malahan kelopak matanya
pun tidak berkedip. sekembalinya kedalam ruangan, Lim
Han-kim bertiga mulai berunding sambil mencari jalan,
namun setengah harian sudah dihabiskan, satu carapun
belum berhasil mereka temukan, sambil menghela napas
panjang siok-bwee berkata kemudian: "Kelihatannya sulit
buat kita untuk menemukan cara terbaik, kita harus
minta petunjuk nona."

2219
"salah satu di antara kalian berdua harus berusaha
menyusup masuk ke dalam ruangan secara diam-diam,
Beritahu kepada nona Pek situasi yang kita hadapi
sekarang, siapa tahu ia punya cara untuk memukul
mudur musuh kita ini," kata Lim Han-kim.
"Tidak bisa, aku dan adik Hiang-kiok tidak
diperkenankan memasuki ruangan itu Kalau harus pergi,
lebih baik Lim siangkong saja yang pergi ke sana"
"Aku tidak tahu cara membuka pintu rahasia itu, Bila
aku yang mesti pergi, berarti salah satu di antara kalian
berdua harus temani aku ke sana. Pergi sendirian saja
sudah berbahaya sekali apalagi dua orang jalan
berbareng, sulit bagi kita untuk meloloskan diri dari
pengawasan seebun Giok-hiong." siok-bwee dan Hiangkiok
segera ter-bungkam.
Melihat kedua orang dayang itu sudah berhasil
dibujuknya, buru-buru Lim Han-kim berkata lebih jauh:
"sekarang waktu sudah amat mendesak. sekalipun
pcraturan yang diterapkan nona kalian sangat ketat,
situasi memaksa kita harus melanggarnya sekali ini saja,
Tak usah kuatir, bila ia menyalahkan kalian di kemudian
hari, biar aku yang memikul resikonya"
"Baik" seru Hiang-kiok kemudian sambil bangkit
berdiri, "Biar aku yang berangkat"
"Sementara kau bersiap sedia, aku akan mengajak
seebun Giok-hiong bicara, agar pendengarannya
terganggu," ucap Lim Han-kim.
"Aku akan menyusup keluar lewat jendela loteng..."
bisik Hiang-kiok, Tapi baru berjalan berapa langkah,

2220
mendadak ia berhenti lagi seraya bertanya: "Bagaimana
seandainya nona sudah tertidur?"
siok-bwee tertegun, tiba-tiba air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya. sedang Lim Han-kim menyahut
sambil menghela napas: "Kalau begitu coba bangunkan
dia."
"Aaaai..." Mendadak siok-bwee menghela napas
panjang. "seandainya nona sudah tertidur untuk
selamanya, kami pun sudah tak punya kenangan lagi
disini, biar seebun Giok-hiong tidak membUnuh kami,
kami berdua juga tak ingin hidup terus"
Lim Han-kim tertegun, baru sekarang ia memahami
arti sebenarnya dari perkataan dua orang itu, Rupanya
kedua orang dayang ini sudah mengetahui dengan jelas
betapa parahnya penyakit yang diderita nonanya,
masalah kematian hanya tinggal soal waktu saja, Meski
demikian mereka berdua enggan menggunakan kata
"Mati", karenanya sebagai gantinya mereka pergunakan
istilah "tertidur selamanya",
Air mata jatuh berlinang membasahi pipi Hiang-kiok
yang merah, katanya lirih: "seandainya nona sudah
tertidur, aku akan tetap tinggal di sana untuk
menemaninya."
"Baiklah." siok-bwee manggut-manggut. "Kami akan
berusaha mengulur waktu hingga tak bisa diulur lagi.
Apabila seebun Giok-hiong sudah pergi meninggalkan
tempat ini, aku akan segera menyusul ke ruangan untuk
menjenguk kau serta nona."
sepertinya ucapan tersebut hanya ucapan biasa tanpa
maksud apa-apa, tapi justru di situlah terlihat pancaran

2221
sifat tulusnya perasaan persaudaraan di antara mereka
berdua, Lim Han-kim sendiri meski hanya membungkam
diri, dalam hati kecilnya pun amat murung dan masgul, ia
dapat merasakan betapa akrabnya hubungan
persaudaraan di antara kedua orang dayang itu.
Dengan ujung bajunya Hiang-kiok menyeka air mata
yang membasahi pipinya, sekulum senyuman yang
sangat tenang tersungging di ujung bibirnya, ia tidak
gentar juga tak ragu, senyuman itu sepantasnya
merupakan senyuman terindah di dunia saat itu, senyum
penuh kedamaian dan kepasrahan
"Enci Bwee, Lim siangkong, aku segera berangkat,
kalian harus baik-baik jaga diri," bisiknya.
selangkah demi selangkah ia berjalan menaiki anak
tangga.
Memandang hingga bayangan punggung saudaranya
lenyap dari pandangan, siok-bwee hanya terbungkam
diri, sepatah kata pun tak mampu diucapkannya,
sesungguhnya banyak bicara pada saat seperti ini
memang tak ada gunanya, perpisahan antara mati dan
hidup memang cuma bisa dirasakan dalam lubuk hati
yang paling dalam.
Lim Han-kim menghela napas sedih, katanya sambil
bangkit berdiri: "Aku akan mengajak seebun Giok-hiong
berbincang-bincang."
Ingin sekali ia menghibur siok-bwee dengan berapa
patah kata, namun ia pun menjumpai kata-kata manapun
di dunia ini sulit untuk mengutarakan perasaan hatinya
yang benar, karena itu sambil menahan diri ia beranjak
pergi dari situ.

2222
seebun Giok-hiong masih duduk di tepi gerombolan
bunga, matanya terpejam rapat, Di bawah sinar matahari
pagi terlihat pipinya yang merah dan paras mukanya
yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Tampaknya ia sedang semedi, biarpun Lim Han-kim
sudah tiba di sisi tubuhnya pun ia masih belum merasa.
Lim Han-kim menghentikan langkahnya, pelan-pelan ia
duduk di hadapannya seraya menyapa lirih: "Nona
seebun"
"Ehmmm, ada apa?" seebun Giok-hiong
menggerakkan matanya dan tertawa.
"Kau bersikeras menjaga dipesanggrahan pengubur
bunga ini tanpa niat pergi dari sini, apakah maksudmu
hanya ingin melihat jenasah nona Pek?"
" Kenapa? Dia sudah mati?" seebun Giok-hiong
membelalakkan matanya lebar- lebar.
Lim Han-kim sengaja tertawa ringan, sahutnya sambil
menggeleng: "oooh... belum. ia sudah bilang mau hidup
berapa tahun lagi."
"Aku percaya dia adalah Tokoh paling hebat dalam
dunia persilatan dewasa ini, tapi aku tak percaya ia betulbetul
bisa mengubah nasib dan takdirnya dari kematian
menjadi kehidupan."
Lim Han-kim segera berpikir: "Baik ilmu silat maupun
kecerdasannya wanita ini jauh melebihi kemampuanku.
Bila aku berbicara tanpa dasar yang kuat, rahasia
kebohonganku jelas akan segera terbongkar, Aku mesti
selipkan juga kenyataan yang sesunggUhnya dalam
pembicaraan nanti..." setelah berpikir begitu, dia pun

2223
berkata: "setelah kau merasa begitu yakin Pek si- hiang
pasti akan mati, tahukah kau penyakit apa yang
sebetuinya dia idap?"
"Entahlah," sahut seebun Giok-hiong agak tertegun
"Tapi aku yakin penyakit itu pasti sejenis penyakit ganas
yang sukar untuk diobati."
"Jawabanmu kelewat ceroboh dan menggelikan tapi
bila nona ingin tahu, aku bersedia untuk menjelaskan."
"Baiklah, aku siap mendengarkan."
"Sesungguhnya nona Pek mengidap penyakit Sam-imcoat-
meh"
"sam-im-coat-meh?" seebun Giok-hiong
membelalakkan matanya, "Penyakit ganas itu merupakan
penyakit bawaan sejak lahir, sekalipun tabib Hoa Tuo
hidup kembali pun mustahil bisa menyembuhkan
penyakit tersebut..." setelah tersenyum lanjutnya:
"Tempo hari, ketika aku mencoba mengamati air
mukanya, sudah kulihat cahaya hitam menyelimuti
keningnya, itulah pertanda kalau usianya sudah hampir
berakhir"
"Hmmmm, nona seebun, tidakkah kau merasa
pengetahuanmu ini kelewat cetek?" tukas Lim Han-kim
dingin.
"Waaah... waaah... nyalimu makin hari makin
bertambah besar Kau tidak kuatir menggusarkan aku?"
seru seebun Giok-hiong tertawa.
"Aku bicara sejujurnya dengan dasar yang kuat. Biar
nona marah, aku hanya bisa bicara seadanya."

2224
"Tak disangka baru berpisah berapa hari, kau sudah
berubah makin hebat. Baiklah, akan kudengar
penjelasanmu itu."
" Ucapan nona memang betul, dalam semua kitab
pertabiban maupun ilmu pengobatan memang dikatakan
bahwa penyakit sam-im-coat-meh tak mungkin dapat
disembuhkan, tapi nona telah lupa dengan satu hal
besar."
"Hal apa?"
" Kenapa nona tidak mencoba menelusuri sistim
penyembuhan melalui ilmu silat?"
"Ilmu silat apa itu?"
"Ada sejilid kitab pusaka ilmu silat yang luar biasa
sekali, aku tidak tahu nona pernah membacanya atau
tidak."
"sudah, tak usah jual mahal lagi Cepat katakan apa
nama kitab ilmu silat itu"
Lim Han-kim memang sengaja hendak memancing
kemarahan, kegugupan, rasa terkejut dan rasa panik
perempuan itu sehingga pikiran dan perhatiannya
terpecahkan Tapi dia pun cukup mengetahui akan
kecerdasan gadis itu, bila terlalu menunda-nunda waktu,
bisa jadi akan menimbulkan kecurigaannya, Maka dari itu
segera jawabnya: "Pernah nona tahu tentang kitab
pusaka ilmu sembilan iblis?"
Dengan kening berkerut seebun Giok-hiong berpikir
beberapa saat lamanya, kemudian ia menggeleng,
"Rasanya belum pernah kudengar."

2225
"Ha ha ha... kalau begitu pengetahuan nona boleh
dibilang terlalu picik dan cetek."
Berubah paras muka seebun Giok-hiong. tampaknya
dia hendak mengumbar hawa amarahnya, tapi tiba-tiba
saja ia menahan diri sahutnya kemudian sambil tertawa
hambar: "Anggap saja pengetahuanku memang picik dan
cetek. bagaimana kalau kumohon petunjuk dari
siangkong?"
"Terima kasih, terima kasih sesuai dengan namanya,
semestinya nona bisa menduga bahwa kitab pusaka
sembilan iblis itu merupakan hasil karya sembilan orang
jago yang tergabung menjadi satu. Kesembilan orang itu
masing-masing mencatatkan sejenis ilmu silatnya yang
paling tangguh ke dalam kitab tersebut yang kemudian
dikombinasikan serta dikaitkan antara satu ilmu dengan
ilmu yang lain menjadi satu rangkaian ilmu silat baru.
Hanya saja ilmu silat ini kelewat ganas, hebat dan
jahat Nona Pek yang menyadari akan kekejian ilmu tadi
sebetulnya enggan melatihnya, ia lebih rela mati karena
penyakitnya dari pada mempelajari ilmu jahat itu, tapi
sekarang, dia telah berubah pikiran ..."
"Kenapa berubah pikiran?"
"Gara-gara kau Dia tak ingin membiarkan kau
menciptakan badai pembunuhan dalam dunia persilatan
oleh sebab itulah dia putuskan untuk mempelajari ilmu
sesat tersebut guna mengobati penyakitnya, Dia ingin
hidup berapa tahun lagi sambil mengamati gerakgerikmu,
jika kau berani menciptakan badai pembunuhan
berdarah dalam dunia persilatan maka dia tak seganTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2226
segan akan menampilkan diri untuk membinasakan dirimu"
Dari rangkaian perkataan tersebut ada sebagian yang
kenyataan tapi sebagian lain cuma gertak sambal, tapi
ketika muncul dari mulut Lim Han-kim justru
kedengarannya seperti sungguh-sungguh.
sepanjang mendengarkan penuturan tersebut, seebun
Giok-hiong pun berusaha mengamati terus mimik muka
Lim Han-kim, tapi dengan cepat ia dibuat percaya penuh
dengan perkataan itu, sekalipun dalam hati kecilnya ia
merasa terkejut bercampur ngeri, di luar ia tetap
menjaga ketenangan wajahnya, sambil tertawa hambar
katanya: "Sepandai-pandainya tupai melompati akhirnya
akan terjatuh juga. Begitu juga dengan nona Pek.
sehebat-hebatnya dia merancang segala sesuatu, sekali
aku berhasil menguasai kesempatan yang terbaik, maka
semua rancangannya yang hebat akan buyar dan hancur
berantakan-"
Lim Han-kim terperanjat pikirnya: "Sialan, di mana aku
telah salah bicara tadi sehingga ia menemukan titik
kelemahanku ... nyata sekali iblis wanita ini memang
susah untuk dihadapi."
Berpikir sampai di situ, tak tertahan lagi tanyanya:
"Apa yang telah diperhitungkan nona Pek selama ini tak
pernah meleset ia pun pernah bilang, sebelum kau dapat
membuktikan kematiannya, tak nanti kau berani
mencelakai kami bertiga, betul bukan ucapan ini?"
seebun Giok-hiong tertawa hambar "sekalipun kau
turun tangan bersama kedua orang budak itu, paling
banter kalian hanya bisa menahan sepuluh jurus

2227
seranganku. Buat apa aku mesti bersusah payah
melenyapkan orang yang sama sekali tidak
membahayakan diriku? Jadi soal bunuh atau tidak. aku
tak usah banyak berpikir."
Sebenarnya Lim Han-kim ingin menghindarkan Pek Sihiang
dari salah perhitungan, namun ia pun tak sanggup
menahan diri, maka kembali ujarnya: "Terserah apa pun
yang kau pikirkan, yang jelas dan merupakan kenyataan
adalah kau tak berani turun tangan mencelakai kami,
apakah hal ini merupakan salah hitung nona Pek?"
"sudahlah, kita tak perlu berdebat soal ini." Mendadak
seebun Giok-hiong bangkit berdiri, "Sebelum ilmu iblisnya
berhasil dikuasai, aku harus menemukan dia serta
membunuhnya "
"Nona Pek sudah membuat persiapan dan
menyembunyikan diri, dari mana kau bisa menemukan
tempat tinggalnya?"
"Luas pesanggrahan pengubur bunga cuma sejengkal
aku tak percaya kalau tak mampu menemukannya . "
"Kalau tak percaya silakan saja dicoba, toh aku
bersama siok-bwee dan Hiang-kiok bukan tandinganmu
dan kini sudah siap menelan pil racun yang setiap saat
bisa mematikan kami, Bila kau berniat memaksa kami
untuk bicara, lebih baik urungkan saja niatmu itu"
Paras muka seebun Giok-hiong berubah amat serius,
sepasang matanya yang tajam mulai mencari keempat
penjuru.

2228
Lim Han-kim khawatir sekali, pikirnya: " Habis sudah
bila ia berhasil menyaksikan bayangan tubuh Hiang-kiok
yang sedang kabur"
sesaat setelah memperhatikan sekeliling tempat itu
dengan seksama, tiba-tiba seebun Giok-hiong tersenyum,
katanya lembut: "Lim siangkong, inginkah kau
memulihkan kembali wajah gantengmu seperti sedia
kala?"
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan tertawa
tergelak: "Ha ha ha... kenapa? Nona anggap jalan
kekerasan tak bisa ditembus sekarang ganti
menggunakan jalan lunak? sayang sekali aku Lim Hankim
adalah seorang lelaki sejati yang tak doyan keras
maupun lunak"
"Aku akan mengajak kau pergi bersama tinggalkan
tempat ini," sambung Seebun Giok-hiong.
"Kenapa?"
"Akan kuangkut berton-ton kayu bakar untuk
ditumpukkan ke seluruh daratan pesanggrahan pengubur
bunga ini, kemudian akan kubakar selama tiga hari tiga
malam, Akan kulihat apakah Pek si- hiang masih sanggup
mempertahankan diri."
Terkesiap tak terkirakan perasaan Lim Han-kim
sesudah mendengar ancaman itu, pikirnya: "Cara
semacam ini betul- betul teramat keji dan jahat, bila
mana asap tebal menyusup masuk ke dalam ruang
rahasia lewat cerobong udara, niscaya Pek si- hiang yang
lemah akan mati kehabisan napas."

2229
seebun Giok-hiong sama sekali tak menyangka
tindakannya merusak wajah Lim Han-kim justru
mendatangkan masalah yang teramat pelik baginya,
sebab ia gagal memonitor perubahan mimik muka Lim
Han-kim lewat ungkapan perasaannya, dan hal ini belum
pernah terbayangkan sebelumnya.
Bagaimana cun ia terhitung seorang gadis yang luar
biasa cerdiknya. Begitu tak mendengar suara jawaban
dari Lim Han-kim dalam waktu cukup lama, sambil
tertawa dingin segera jengeknya: "Bagaimana? Bagus
bukan caraku ini?"
"Apanya yang bagus? Biarpun kau bakar sampai
hangus batu karang di daratan pesanggrahan pengubur
bunga ini,jangan harap nona Pek bisa turut terbakar."
"Ha ha ha... kalau begitu kau sudah tahu tepat
persembunyian Pek si-hiang?" seebun Giok-hiong tertawa
terkekeh-kekeh.
Lim Han-kim tahu ia sudah salah bicara dan mustahil
diubah lagi, maka jawabnya tegas: "Yaa, tentu saja aku
tahu"
"Aku tak percaya tak bisa membakarnya sampai mati,
masa ia bersembunyi di dasar air telaga?"
"Kau..." mendadak Lim Han-kim menyadari sesuatu.
Cepat- cepat dia membungkam.
"Kenapa?" kembali Seebun Giok-hiong mengejek
sambil tertawa, "Tidak salah bukan dugaanku?"
Lim Han-kim sadar, dalam posisi begini lebih banyak
bicara berarti kemungkinan rahasianya akan terbongkar

2230
maka ia tak meladeni perkataan gadis itu lagi, mulutnya
ditutup rapat-rapat.
Sambil tersenyum Seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Akan kudatangkan seratus bahkan seribu buah perahu
yang penuh bermuatan pasir gamping, Akan kubuat air
telaga di sekeliling pesanggrahan pengubur bunga ini jadi
mendidih. Hmm... Akan kulihat apa dia masih bisa
meloloskan diri lagi."
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim berpikir: "Dinding
ruangan ini tebal lagi kokoh, sekalipun air telaga dibuat
mendidih pun tak nanti bisa membakar mati Pek Sihiang."
Sesungguhnya Seebun Giok-hiong sendiri pun amat
panik ketika tidak mendengar tanggapan dari Lim Hankim,
sambil tertawa dingin katanya lebih lanjut: "Selain
kubakar daratan ini dan kubuat air telaga menjadi
mendidih, aku tak percaya dalam tiga-lima hari ia mampu
menguasai ilmu sesat itu dalam taraf yang lumayan
kendatipun ia bisa bersembunyi di tempat teraman.
sebaliknya waktu selama tiga-lima hari sudah lebih dari
cukup bagiku untuk mengobrak-abrik seluruh tempat ini"
Lim Han-kim menghela napas panjang, katanya pelan:
"Padahal nona Pek bersikap amat penyabar dan baik
kepadamu, kenapa sih kau begitu benci dan dendam
kepadanya sehingga baru merasa puas setelah
membunuhnya?"
"Keliru, kata-katamu harus diubah sedikit agar lebih
tepat"
"Apanya yang diubah?"

2231
" Harus dibilang aku baru merasa tenang setelah dia
mati, bukan puas"
"ooooh, kau takut sekali pada nona Pek?"
" Kenapa kau bertanya begitu kepadaku?"
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak, begitu keras suaranya hingga bergema
di seluruh udara.
"Apa yang kau tertawakan?" tegur seebun Giok-hiong
sambil membelalakkan matanya.
"Perhitungan nona Pek sungguh luar biasa, ternyata
sampai reaksimupun sudah termasuk dalam
perhitungannya. "
"soal apa?"
Lim Han-kim menjengek dingin, katanya. "Ia beritahu
kepadaku, semakin menaruh hormat sikapmu kepadanya
berarti semakin berkobar napsu membunuhmu
terhadapnya. Waktu itu aku malah sempat mewakili nona
seebun untuk memberi penjelasan. Aaaai... sungguh tak
nyana saat ini aku harus mendengar dengan telinga
sendiri bahwa nona memang berniat hendak
membunuhnya "
seebun Giok-hiong melonjak-lonjak saking gusarnya,
dengan amarah yang meluap bentaknya: "Besar amat
nyalimu, kau berani menipu aku..."
sambil berseru dia melompat bangun dan memburu
kearah bangunan loteng itu Padahal menurut
perhitungan waktu yang dilakukan Lim Han-kim, ia tahu
Hiang- kiok semestinya sudah masuk ke dalam ruang

2232
rahasia, maka apabila ia menyusul dari belakang,
rahasianya malah akan terbongkar.
Karena berpendapat demikian, dia pun duduk tak
bergerak di tempat semula sambil secara diam-diam
mengamati gerak-gerik dalam bangunan loteng itu
Tiba-tiba di ruang dalam, seebun Giok-hiong
menjumpai hanya siok-bwee seorang duduk disitu
dengan pedang terhunus, tak bisa dicegah lagi hawa
amarahnya langsung meluap. serunya sambil tertawa
dingini "Ke mana perginya budak itu?"
"Pergi menjumpai nona kami"jawab siok-bwee sambil
menurunkan kembali pedangnya.
"Di mana Pek si- hiang sekarang?"
"Nunjauh di ujung langit, tapi tetap dalam bumi."
"Kau tak usah berlagak pilon terus, kau anggap aku
tak berani membunuhmu?"
"Kau tak perlu repot- repot, setiap saat aku dapat
menelan pil beracun itu"
sikap siok-bwce, Hiang- kiok serta Lim Han-kim yang
tidak takut menghadapi kematian ini betul-betul
membuat seebun Giok-hiong yang cerdik dan banyak
akalnya ini mati kutu. Diam-diam ia mengerahkan tenaga
dalamnya dan siap turun tangan secara tiba-tiba, ia tahu,
kesempatan yang tersedia baginya hanyaamat singkat, ia
mesti berhasil menotok jalan darah siok-bwee dalam
sekali serangan, dengan demikian dayang itu barutak
punya kesempatan untuk menelan pil beracunnya.

2233
siok-bwee sendiri pun bukan orang bodoh, tampaknya
dia pun sudah memahami niat seebun Giok-hiong ini,
mendadak ia melompat bangun dan melompat mundur
sejauh lima depa lebih dari posisi semula, ucapnya ketus:
"Bila kau berani turun tangan, aku segera akan telan pil
beracun itu untuk bunuh diri, aku tak ingin hidup terus di
dunia ini hanya untuk kau siksa"
Tiba-tiba seebun Giok-hiong mengubah taktiknya,
sambil menghela napas panjang tanyanya: "Baikkah
sikap Pek si-hiang terhadap kalian?"
"Hubungan kami lebih akrab daripada saudara
sekandung"
"Lantaran itu maka kau bertekad hendak setia
kepadanya hingga mati?"
"Bukan hanya aku seorang, setiap anak buah nona
kami bahkan sampai sahabatnya sekali pun rela
mengorbankan diri demi dirinya"
"Bagaimana dengan Lim Han-kim?" tanya seebun
Giok-hiong dengan kening berkerut
"Aku rasa dia pun berpendapat sama."
seebun Giok-hiong mengerti, ia sudah tak punya
kesempatan lagi untuk turun tangan, maka tanpa banyak
bicara dia membalikkan badandan meluncur keluar dari
ruangan, Rupanya ia mendapat ide untuk menotok jalan
darah Lim Han-kim secara mendadak, kemudian
menyiksanya agar pemuda itu mau menunjukkan tempat
persembunyian Pek si- hiang.
Ia mempunyai keyakinan dan rasa percaya diri yang
kuat, dia yakin begitu mereka kehilangan kesempatan

2234
untuk menghabisi nyawa sendiri, maka dengan
menggunakan sistim penyiksaan yang paling keji, dla
pasti akan berhasil memperoleh pengakuannya.
Namun ia pun mengerti bahwa mereka semua telah
membekali diri dengan pil beracun, ia tak boleh bertindak
ceroboh apalagi nyerempet bahaya, sebab membunuh
ketiga orang itu tak ada manfaatnya, malah sebaliknya
akan mengikat tali permusuhan dengan Pek si- hiang.
Sementara berpikir, ia sudah berjalan menghampiri
Lim Han-kim. ia berusaha mengubah dirinya menjadi
begitu tenang, seolah-olah tak ada kejadian apa pun,
bahkan sampai berjarak berapa kaki di hadapan Lim
Han-kim pun wajahnya masih dihiasi senyuman
kedamaian.
Pada saat itulah mendadak dari kejauhan sana
terdengar siok-bwee berteriak keras: "Hati-hati Lim
siangkong ..."
Dengan sigap Lim Han-kim melompat bangun,
hardiknya ketus: "Berhenti jika kau berani melangkah
maju setindak lagi, segera kutelan pil beracun itu."
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya, sambil
tertawa ia mengejek: "Jika kau mati, siapa pula yang
akan mencintai nona Pek?"
Di tengah suara tertawanya yang merdu, hawa
murninya disalurkan ke ujung jari lalu secara tiba-tiba
melepaskan satu serangan ke depan, Waktu itu Lim Hankim
sudah membuat persiapan, begitu seebun Giok-hiong
mengayunkan lengannya, ia pun mengegos ke samping.

2235
sekalipunjalan darah pentingnya berhasil dihindari,
namun lengan kanannya terhajar juga oleh tenaga
totokan seebun Giok-hiong, tubuhnya berputar dengan
sempoyongan.
Dengan tangan kirinya seCepat kilat ia lepaskan
sebuah pukulan, lalu teriaknya keras- keras: "Nona siokbwee,
baik-baik menjaga diri. Beritahu nona Pek. suruh
dia membalaskan dendamku"
selesai berteriak ia gigit hancur pil beracun itu dan
ditelan ke dalam perut sungguh cepat gerakan tubuh
seebun Giok-hiong, bersamaan dengan dilepaskannya
totokan itu, dia ikut menerjang maju ke depan.
Tapi tubuhnya segera terhadang oleh tenaga pukulan
yang dilepaskan Lim Han-kim, Menanti ia berhasil
memunahkan tenaga serangan itu, Lim Han-kim sudah
terlanjur menggigit hancur pil beracun itu dan
menelannya ke dalam perut
Dengan gerakan paling cepat seebun Giok-hiong
menerjang kesamping tubuh Lim Han-kim, menyambar
lengan kanan pemuda itu dan serunya lirih: "Kau sudah
telan pil beracun itu?"
Lim Han-kim tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha... kau
banyak akal dan pintar, tapi kehadiranmu tetap
selangkah terlambat. Betul, aku sudah menelanpil
beracun itu"
"Cepat tumpahkan keluar" seebun Giok-hiong berseru
penuh gelisah.
"Pil itu sudah masuk ke dalam perut, percuma,
terlambat sudah, Ha ha ha ... daya kerja racun ini amat

2236
cepat, sebentar lagi aku akan mati dengan perasaan
tenang"
Dengan gerakan cepat seebun Gio-hiong menotok
beberapa jalan darah penting di tubuh pemuda itu,
kemudian bujuknya lagi: "Turuti perkataanku cepat tutup
semua jalan darahmu, aku akan berusaha
menyelamatkan jiwamu.
Lim Han-kim tertawa hambar "Kau telah merusak
wajahku, mencabut nyawaku, hutang ini biar ditagih
nona Pek di kemudian hari..."
Mendadak matanya terasa berkunang-kunang,
kepalanya jadi berat dan sakit sekali, ia tahu racun dalam
tubuhnya sudah mulai bekerja, sambil pejamkan mata
katanya lagi: "Lepaskan aku, sebentar lagi aku akan
mati."
"Buat apa kau bertindak setolol ini?" seebun Giokhiong
mengendorkan cekalannya. "Padahal aku tak
bermaksud mencelakaimu Kalau hendak membunuhmu,
hal ini sudah kulakukan sejak semula, buat apa
menunggu sampai sekarang...?"
Tampak tubuh Lim Han-kim bergoncang keras, tibatiba
ia roboh terjengkang ke atas tanah. Buru-buru
seebun Giok-hiong menyambar tubuhnya dan pelanpelan
dibaringkan ke atas tanah, ujarnya lagi sambil
menghela napas: "Aku bilang mau membunuhmu
padahal itu cuma gertak sambal saja, padahal aku tak
betul-betul ingin mencelakaimu, bahkan tak pernah
merusak wajahmu..."

2237
"Hmmm Kau tak usah berpura-pura lagi, mana ada
kucing menangisi tikus..." seseorang menegurnya secara
tiba-tiba dari arah belakang, nadanya dingin,
Ketika seebun Giok-hiong berpaling, dilihatnya siokbwee
dengan pedang terhunus telah berdiri enam depa
di belakangnya, Dengan nada gelisah segera teriaknya:
"Eeeei nona, cepat serahkan obat penawarnya, aku harus
selamatkan jiwanya lebih dulu kemudian baru kita
bicara."
"Kau takut nona kami akan mencarimu untuk
menuntut balas?"
"Bukan" seebun Giok-hiong menggeleng, " Cepat
serahkan obat penawarnya kepadaku, yang penting
selamatkan jiwanya lebih dulu."
"obat penawarnya sudah kubuang, barang siapa yang
menelan pil beracun itu, dia harus mati"
seebun Giok-hiong berkerut kening, hawa napsu
membunuh mulai menyelimuti wajahnya, hardiknya:
"Ngaco belo, kau kira aku tak berani membunuhmu?
Hmmm, kalau sampai membangkitkan amarahku, akan
kubunuh kalian berdua"
"Aku tahu, meski nona mempunyai niat untuk
membunuh, juga mempunyai kemampuan untuk
melakukannya, namun kami memiliki semangat dan
keberanian untuk menghadapi kematian itu"
seebun Giok-hiong tertegun, serunya kemudian: "Jadi
dia betul-betul sudah tak tertolong?"
"Tidak"

2238
Lama sekali seebun Giok-hiong termenung tanpa
mengucapkan sepatah katapun, jelas wanita cerdas yang
banyak akal dan muslihat ini terbelenggu rasa masgul
oleh situasi yang dihadapinya. ia gagal menemukan
tindakan terbaik untuk mengatasi masalah ini. Terdengar
siok-bwee berkata dengan ketus: "Pergilah dari sini,
urusan penguburan tubuh Lim siangkong tak perlu kau
risaukan lagi"
seebun Giok-hiong memandang ke arah siok-bwee
sekejap, pelan-pelan ia berjongkok dan mencoba meraba
dengusan napas Lim Han kim. Didengarnya napas
pemuda itu sudah sangat lemah, setiap saat ada
kemungkinan terputus, perasaan sedih yang mendalam
tiba-tiba menyelimuti wajahnya, ia menghela napas
panjang.
"Aaaai... Apabila nona Pek berhasil meloloskan diri dari
musibah ini danperoleh kembali kesempatan untuk hidup,
sampaikaniah ucapan selamatku ini kepadanya.
sebaliknya bila ia bernasib malang dan mati, tolong
cantumkanjuga namaku seebun Giok-hiong di atas batu
nisannya"
Perubahan sikap yang terjadi saat ini terlalu tiba-tiba,
ini membuat siok-bwee jadi sangsi dan hampirsaja tak
percaya dengan apa yang didengarnya kendatipun setiap
patah kata perempuan tersebut dapat didengarnya
dengan jelas.
"Perempuan ini licik dan banyak akal muslihatnya,
jangan-jangan ia hendak menjebakku? Ehmm... aku tak
boleh tertipu," demikian ia berpikir dalam hati.

2239
Sementara itu Seebun Giok-hiong sudah
membungkukkan badannya untuk membopong Lim Hankim
dan pelan-pelan beranjakpergi dari situ.
"Berhenti" dengan perasaan terkejut siok-bwee
menghardik
Tiba-tiba saja sikap seebun Giok-hiong berubah jadi
lembut sekali, sambil menghentikan langkahnya ia
bertanya: "Ada apa?"
"Hendak kau bawa ke mana jenasah Lim siangkong?"
"Aku akan mengunjungi seorang tabib kenamaan dan
mencoba menyembuhkan luka racun yang dideritanya."
"Kau percaya bahwa di dunia ini betul-betuI ada obat
mujarab yang bisa menghidupkan kembali orang mati?"
"sekalipun tak ada obat mustajab yang bisa
menghidupkan kembali orang mati, tapi kalau cuma
obatpemunah racun sih ada"
"Nona kami adalah tabib paling hebat zaman
ini.Biarkan dia disini, mungkin ia masih ada harapan
untuk hidup"
"Nonamu sedang berusaha menyelamatkan nyawa
sendiri dengan melatih ilmu sesat. Dalam tiga-lima hari
mustahil ia bisa muncul dari pertapaannya, aku rasa tak
perlu menunggu dia lagi."
Mendengar sampai disini, siok-bwee pun berpikir:
"Apabila aku bersikeras hendak menahan Lim siangkong
di sini, maka rasa curiganya tentu akan muncul lagi.
Kelihatannya aku harus biarkan ia membawa pergi Lim

2240
siangkong untuk sementara waktu, soal belakangan biar
menunggu nona saja ..."
Karena berpikir demikian, maka dia pun tidak
berbicara lagi. Pelan-pelan Seebun Giok-hiong
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lamban, langkahnya kelih atan berat sekali
BAB 15. Pertarungan Di Telaga
siok-bwee mengintil terus di belakang seebun Giokhiong
hingga tiba dipintu keluar, pikirnya: "sebetulnya
aku bisa menggerakkan alat rahasia untuk
menenggelamkan dia ke dalam air, tapi sekarang ia
sedang membopong Lim siangkong, apabila alat rahasia
ku-gerakkan, niscaya Lim siangkong akan ikut
berkorban.. aku tak boleh gegabah..."
Berpikir begitu, terpaksa ia pun menggerakkan tombol
untuk menghentikan semua peralatan rahasia yang
terpasang, Katanya kemudian: "Di sini tak ada perahu,
dengan cara apa kau hendak melewati jalur keluar ini?"
"Kau tak usah repot- repot..." Dengan menghimpun
tenaga murninya, ia pun mengerahkan ilmu meringankan
tubuhnya untuk menyeberangi jalur keluar tadi dengan
mudah.
Memandang bayangan punggung Seebun Giok-hiong
yang menjauh, sekali lagi siok-bwee berpikir: "Tak nyana
ilmu silat yang dimilikinya begitu hebat Kalau begini
caranya, aku rasa meski semua alat rahasia
kujalankanpun belum tentu bisa melukai dirinya."

2241
Ketika ia mendongakkan kepalanya lagi, bayangan
tubuh seebun Giok-hiong telah lenyap dari pandangan.
Dengan termangu-mangu siok-bwee mengawasi
permukaan air yang beriak. pikirnya lagi: "Dua jam
kemudian pengaruh racun itu akan hilang dan Lim
siangkong akan tersadar dengan sendirinya. Waktu itu
seebun Giok-hiong tentu akan sadar bila ia sudah
dibohongi, itu berarti di kemudian hari akan semakin sulit
untuk menipunya lagi.
Di tengah lamunannya, mendadak dari belakang
tubuhnya terdengar seseorang menyapa dengan lembut:
"Enci siok-bwee"
suara itu sangat dikenal, tanpa berpaling pun siokbwee
sudah tahu kalau Hiang- kiok telah datang.
Betul juga, waktu itu Hiang-kiok berdiri pada jarak
tujuh-delapan depa di hadapannya dengan sepasang
mata merah membengkak dan air mata masih
membasahi pipinya,jelas baru saja ia menangis sedih,
Dengan perasaan terkesiap ia berteriak: "Bagaimana
keadaan nona?"
"Penyakit nona semakin parah" Hiang-kiok menghela
napas panjang.
"Apa berbahaya?"
Hiang-kiok tidak menjawab, ia balik bertanya: "Ke
mana perginya seebun Giok-hiong?"
"sudah pergi, bila ada urusan katakan saja"
"Aaaai... napas nona sudah sangat lemah dan setiap
saat bisa putus, Hampir setengah jam aku menunggu

2242
ditepi ranjang, namun tak pernah kudengar ia
mengucapkan sepatah kata pun-"
"Apakah kau sudah mencoba untuk memanggil nya ?"
Hiang-kiok menggeleng, "Aku tidak berani, takut
mengganggu ketenangannya."
Dengan kening berkerut siok-bwee segera menegur
"sudah tahu penyakit nona sangat parah dan kondisinya
gawat, bukan menemaninya di dalam, mau apa kau lari
kemari?"
"Aku gugup, panik dan tak tahu apa yang mesti
kukerjakan, semakin kupandang keadaan nona,
perasaanku makin tak karuan, aku hanya ingin menangis
dan menangis terus, sampai air mataku membasahi pipi
nona ..."
"Budak sialan, kenapa kau tak bisa menahan diri,
apakah mengganggu ketenangan nona?"
"Yaa, nona terbangun karena terkena air mataku, ia
membalikkan badannya sambil memanggil Lim
siangkong, setelah itu tertidur lagi."
"Apa? Dia memanggil Lim siangkong?"
"Betul," Hiang-kiok manggut-manggut, "Ia memanggil
dengan suara yang amat jelas, aku tak bakal salah
dengar oleh sebab itulah aku lari ke sini untuk mengajak
cici berunding, apa perlu mengundang Lim siangkong..."
"Aaaai, mungkin kita tak akan berjumpa lagi dengan
Lim siangkong," tukas siok-bwee sedih.
"Kenapa?"

2243
"Sebab Lim siangkong sudah ditangkap seebun Giokhiong."
"Lim siangkong adalah lelaki muda, sedang seebun
Giok-hiong wanita muda, buat apa dia melarikan Lim
siangkong?"
"Hmmm Andaikata Lim siangkong seorang wanita, tak
nanti seebun Giok-hiong membawanya perga"
seolah-olah baru menyadari akan sesuatu, Hiang-kiok
berseru sambil manggut-manggut: "Aaaah... oleh sebab
itulah nona kita baru memanggil Lim siangkong."
"Aaaaai... budak cilik, kau makin dewasa kini."
"Setelah seebun Giok-hiong melarikan Lim Han-kim,
aku rasa dia tak mungkin akan kemari lagi dalam waktu
singkat. Cici, kau tak perlu berjaga di luar lagi, mari kita
bersama-sama kembali ke ruang bawah tanah dan
menengok keadaan nona."
"Tidak bisa, perintah nona tidak mengijinkan kita
masuk ke ruang bawah tanah, maka kita tak boleh
masuk seenaknya sendiri"
"Aku lihat keadaan nona ibarat lentera yang kehabisan
minyak. mungkin ia sudah tak lama lagi..."
"Masa begitu serius?"
"cici siok-bwee, buat apa aku membohongimu? Ayo
kita segera berangkat, aku takut kalau terlambat maka
kita..." Kata-kata selanjutnya tak mampu dilanjutkan.
siok-bwee termenung sejenak. sahutnya kemudian:
"Baiklah, biar kugerakkan dulu semua alat rahasia yang
ada." ia pun menggeser tombol rahasia untuk

2244
menggerakkan semua peralatan yang ada, kemudian
baru beranjak pergi dari situ bersama Hiang-kiok.
Dalam saat bersamaan seebun Giok-hiong dengan
membopong Lim Han-kim telah melompat naik ke atas
sebuah perahu yang buang jangkar di dekat sana, Dua
orang dayang cantik berbaju hijau kelihatan berdiri di
depan geladak dan mengawasi jalan masuk ke daratan
dengan pcrasaan was-was, begitu melihat kemunculan
seebun Giok-hiong, wajah mereka segera nampak
berseri.
Begitu melompat ke atas geladak, kepada kedua orang
dayang berbaju hijau itu seebun Giok-hiong berseru: "
Cepat angkat jangkar dan berlayar"
Dua orang dayang itu menyahut, dengan cepat
mereka naikkan jangkar, dan mendayung perahu itu
kuat-kuat, dengan kecepatan tinggi bergeraklah perahu
itu menuju ke tengah telaga.
Ruangan dalam perahu ini tidak terlalu lebar tapi
pcrabot serta perlengkapannya sangat mewah. Pelanpelan
seebun Giok-hiong membaringkan tubuh Lim Hankim
ke atas pembaringan setelah itu menepuk beberapa
buah jalan darahnya.
Perlu diketahui, apa yang dialami Lim Han-kim saat ini
adalah keracunan karena obat, maka kendatipun seebun
Giok-hiong memiliki ilmu silat yang sangat hebatpun, sulit
baginya untuk memberikan pertolongan.
seorang dayang muncul di depan pintu sambil
bertanya: "Nona, tolong tanya kita hendak ke mana
sekarang?"

2245
"Cepat bawa perahu ke daratan seberang"
Tergopoh-gopoh dayang itu mengundurkan diri,arah
perahu pun segera berubah dan bergerak menuju ke
pantai seberang, saat itu pintu dan jendela dalam ruang
perahu terbuka lebar, segulung angin dingin berhembus
lewat mengibarkan ujung baju Lim Han-kim.
Dengan sepasang mata terbelalak lebar seebun Giokhiong
mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
tampaknya ia seperti sedang memikirkan satu masalah,
Di saat perahu itu sudah hampir mencapai daratan itulah
tubuh Lim Han-kim yang semula kaku, tiba-tiba bergerak
kembali.
sambil menghembuskan napas panjang. seebun Giokhiong
pun berpikir "Ternyata dugaanku memang benar,
kurang ajar betul dua orang dayang itu. Besar amat nyali
mereka untuk membohongi aku ..."
sementara itu Lim Han-kim telah menggerakkan
sepasang tangannya dan tiba-tiba bangun duduk.
Ternyata hembusan angin telaga yang amat dingin telah
menyadarkan kembali pemuda ini dari pingsannya .
"Haus?" tegur seebun Giok-hiong sambil tersenyum,
Diambiinya secawan air teh dan disodorkan ke depan-"Di
mana aku sekarang?"
"Di perahu..." tiba-tiba ia mempertinggi suaranya dan
berteriak lagi, "Putar haluan, kita melaju lagi ke tengah
telaga"
"Kau telah selamatkan aku?" tanya Lim Han-kim
sambil menggerakkan sepasang lengannya,

2246
sikap serta pembawaan seebun Giok-hiong telah pulih
kembali seperti sedia kala, santai dan penuh senyuman,
sahutnya pelan: "Bukan, aku tidak menolongmu, obat
pemabuk yang digunakan dua orang dayang itu
sesungguhnya tak akan melukai jiwamu... Kalau saat
kerja obat itu sudah hilang, dengan sendirinya kaupun
akan sadar kembali."
"ooooh, begitu rupanya..." setelah berhenti sejenak,
kembali lanjutnya: "Kau hendak mengajakku pergi ke
mana sekarang?"
"Kau ingin ke mana?"
"Pesanggrahan pengubur bunga"
" Untuk menghadiri upacara penguburan Pek sihiang?"
"Anggap saja begitu"
"sayang aku sudah berubah pikiran," kata seebun
Giok-hiong sambil tertawa, "Terpaksa aku harus
membuatmu kecewa kali ini."
"Berubah pikiran?"
"Yaa, pada awalnya aku memang ingin sekali
membunuh Pek si- hiang, tapi sekarang aku telah
memutuskan untuk membiarkan ia mati sendiri."
"Bila kudengar dari nada pembicaraanmu tampaknya
kau menaruh perasaan takut yang luar biasa terhadap
Pek si-hiang?"
"Kenapa tidak kau katakan aku amat membencinya?"
Lim Han-kim tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha...
nona selalu berharap agar dia cepat mati, Tapi begitu

2247
bertemu dengan nona Pek. sikapmu justru berubah amat
hormat dan penurut, bukankah hal ini menandakan kau
amat takut kepadanya?"
Berubah paras muka seebun Giok-hiong, teriaknya
mendongkol: "Kau harus tahu, watakku jelek sekali jika
kau selalu mengejek dan menyindirku, jangan salahkan
bila kesabaranmu habis"
"Kenapa jika kesabaranmu sudah habis?"
"Akan kubuat kau mati tak bisa, hidup pun menderita,
rasanya waktu itu tentu luar biasa."
"orang hidup seratus tahunpun akhirnya mati juga,
apa bedanya mati nanti dan mati sekarang? Kau tak
perlu mengancamku dengan soal kematian, masalah itu
tak akan pecahkan nyaliku."
Mencorong sinar tajam dari balik mata seebun Giokhiong,
tampaknya dia hendak mengumbar hawa
amarahnya, tapi kemudian perasaan itu ditekan kembali.
sambil tertawa hambar dia berpaling ke arah lain dan
tidak menggubris perkataan Lim Han-kim lagi, sementara
itu perahu sudah meninggalkan daratan makin lama
makin jauh, mereka meluncur jauh ke tengah telaga
sana,
Melihat Seebun Giok-hiong sama sekali tidak
menggubris dirinya lagi, malahan sinar matanya dialihkan
jauh ke tengah telaga sana, akhirnya Lim Han-kim tak
bisa menahan diri lagi, tegurnya: "Kau hendak
mengajakku pergi ke mana?"
"Membawamu balik ke kota Si-ciu."
"Mau apa ke sana?"

2248
"Tiga bulan yang kujanjikan untuk tidak melukai orang
kini sudah berakhir, aku periu membuat persiapan yang
matang hingga suatu pembantaian yang luar biasa
hebatnya bisa segera dimainkan ..."
"Buat apa sih kau berbuat begitu?" seru Lim Han-kim
dengan perasaan terkejut
"Buat apa? Tentu saja cari nama agar terkenal"
"Dendam sakit hati karena kematian orang tuamu
memang wajib dibalas, tapi kau tidak seharusnya
melampiaskan amarah dan dendam itu kepada seluruh
umat persilatan yang sebetulnya tak kenal bahkan tak
punya dendam apa pun denganmu. Bila kau
membinasakan mereka semua gara-gara menuruti emosi
hatimu, pernahkah kau bayangkan bagaimana perasaan
putra putri mereka? Apakah mereka pun tidak ingin
mencarimu untuk menuntut balas pula?"
Dengan tenang Seebun Giok-hiong membenahi
rambutnya yang kusut terhembus angin, lalu sahutnya
sambil tertawa: "Aku rasa, mulai dari generasi kita ini
semua peraturan dan kebiasaan yang berlaku dalam
dunia persilatan termasuk dalam hal menuntut balas,
harus diubah sama sekali."
"Ada benarnya juga perkataan ini," pikir Lim Han-kim.
"Memang ada banyak peraturan yang berlaku dalam
dunia persilatan sesungguhnya sudah tidak sesuai lagi
dengan tuntutan zaman. Ada baiknya juga untuk
dirombak serta diperbaiki..." Berpendapat begitu, ia pun
bertanya: "Bagaimana cara kita merombak serta
memperbaikinya?"

2249
seebun Giok-hiong tertawa, "Aku ingin menggunakan
waktu selama lima tahun untuk menciptakan serta
mendirikan suatu kekuasaan maha tinggi yang bisa
memimpin seluruh umat persilatan di dunia ini. Aku
hendak melakukan perbuatan maha besar yang belum
pernah dilakukan sebelumnya dijagad raya"
"Perbuatan apa itu?" tanya Lim Han-kim tak tahan,
"Aku hendak membuat seluruh umat persilatan
menghapuskan sama sekali kebiasaan saling membalas
dendam ..."
"Pemikiran ini sih bagus sekali, tapi justru masalahnya
bagaimana cara penerapannya dalam dunia persilatan?"
"Gampang sekali, apabila kita bisa membuat
keturunan mereka berpendapat bahwa kematian dari
generasi tuanya adalah kematian yang sudah
seharusnya, mereka pun akan menghapus ingatan untuk
membalas dendam."
"Perkataan ini ada benarnya juga," kembali Lim Hankim
berpikir "Tapi dendam kematian orang tua adalah
dendam kesumat yang tiada taranya, mana mungkin
orang mau berpendapat bahwa kematian orang tuanya
adalah kematian yang setimpal meski mereka tahu
bahwa kematian orang tuanya adalah kematian karena
dibunuh?"
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lebih lanjut:
"selama ratusan tahun sejarah dunia persilatan banyak
terdapat manusia-manusia yang menganggap dirinya
berkemampuan tinggi, memimpikan suatu kesatuan
dalam dunia persilatan yang dipimpinnya.

2250
Ternyata tak seorang pun di antara mereka yang
berhasil. Dari catatan dan kitab pusaka peninggalan
kawanan tokoh silat itu sempat kubaca bahwa ada
banyak di antara mereka sesungguhnya memiliki
kemampuan untuk mencapai cita-cita tersebut,
sayangnya seringkali mereka bertindak kurang tegas, tapi
mau berkorban hingga berakhir dengan kegagalan...
Memang sakit rasanya bila usaha yang dirintis matimatian
akhirnya mesti berantakan-"
"Apakah nona bermaksud meneruskan cita-cita
mereka dengan mendirikan suatu kekuasaan yang luar
biasa dalam dunia persilatan?"
"Kau anggap aku tak sanggup memikul tanggung
jawab ini?"
"Aku percaya pada awalnya kawanan jago di masa
lampaupun memiliki perhitungan dan keyakinan yang
besar untuk berhasil meraih cita-citanya, tapi
kenyataannya? Tak seorang pun di antara mereka
berhasil mencapai impiannya dengan sukses."
"Yaaa, hal ini disebabkan mereka telah melanggar
beberapa kesalahan besar yang berakibat datangnya
kehancuran total."
"Apa nona yakin tak akan melakukan pelanggaran
yang sama?"
"Tentu saja." seebun Giok-hiong tertawa, "Aku belajar
dari pengalaman mereka, tentu saja tak akan kulanggar
kesalahan yang sama."
"situasi dulu berbeda jauh dengan keadaan sekarang,
bila nona ingin menerapkan sistim yang dulu untuk

2251
zaman kini, aku rasa penerapan itu sama sekali tak
sesuai."
"Waaah, tak kusangka kau adalah seorang tokoh
berpikiran begitu luas... sungguh mengagumkan" seru
seebun Giok-hiong tertawa, kemudian setelah tertawa
terkekeh-kekeh, lanjutnya: "cuma kau tak usah
mengkhawatirkan aku. Aku telah membuat persiapan
yang matang sekali, soal menduduki kursi pemimpin
dunia hanya tinggal masalah waktu ..."
"seandainya nona Pek merasa tak puas dengan
kelakuanmu yang kejam dan buas hingga
membangkitkan amarahnya serta tampilkan diri
menentangmu, yakinkah kau bisa menangkan dia?" sela
Lim Han-kim.
sekali lagi seebun Giok-hiong tertawa ter-kekeh:
"Apakah kau percaya bahwa ia pasti akan berhasil
mempelajari ilmu sembilan iblis serta memperpanjang
usianya?"
"Tiada persoalan yang bisa menyulitkan Pek si- hiang,
aku yakin masalah mati hidup juga bukan masalah pelik
baginya."
seebun Giok-hiong termenung dan berpikir beberapa
saat, kemudian sahutnya: "sekalipun nasibnya beruntung
dan ia berhasil memperpanjang usianya, aku rasa
akupun tak usah takut lagi dengannya."
"Kenapa?"
"Betul dalam hal pengetahuan serta luasnya wawasan
iajauh lebih mengungguli diriku, tapi dalam hal ilmu silat,

2252
mungkin ia tak akan mampu menahan sebuah
gempuranku."
"Atas dasar apa kau berkata begitu?"
"Buat apa kau mencoba menutup,nutupinya lagi..."
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa,
setelah berhenti sejenak, kembali lanjutnya: "Dengan
susah payah aku menyusun suatu pertemuan puncak
para jago di kota si-ciu, Dalam anggapanku, separuh di
antara mereka yang hadir tentu akan berhasil kubunuh
dan separuhnya lagi menjadi anak buahku, siapa tahu
campur tangan Pek si- hiang telah menghancur leburkan
rencana yang kususun bersusah payah itu. Waktu itu aku
tak berani memusuhinya lantaran dalam setiap hal dan
langkah, ia selalu berhasil mendahului aku lebih dulu..."
"Yaa, betul sekali, Dia memang jauh lebih tangguh
dari pada dirimu"
seebun Giok-hiong tertawa sinis.
"sayang ia menderita penyakit aneh yang susah
diobati dan jiwanya sudah berada di tepi jurang
kematian, seandainya ia berhasil mempelajari ilmu sesat
dan lolos dari bencana kematian pun, paling banter dia
hanya mampu mencapai taraf kehebatan selama tigalima
bulan latihan, ini berarti aku punya cukup waktu
untuk mempersiapkan diri. Bila ia sudah munculkan diri
nanti, sampai waktunya dia pun tak bisa berbuat apaapa
kepadaku."
Lim Han-kim segera berpikir: "Perhitungan nona Pek
memang tepat sekali, Dengan mewariskan ilmu silat
tangguh kepada Li Tiong-hui sama artinya dengan

2253
menghambat cita-cita perempuan iblis ini untuk
menguasai jagad ..."
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lebih jauh:
"Apalagi di saat ia belum berhasil menguasai ilmu sesat
tersebut, aku masih mempunyai cukup waktu untuk
melacak jejaknya serta membinasakan dirinya."
Lim Han-kim mengerti, perempuan ini pintar dan luar
biasa hebatnya, semakin banyak ia diajak bicara maka
rahasianya akan semakin banyak pula yang bocor, berarti
paling baik baginya sekarang adalah banyak mendengar
sedikit bicara.
Berpendapat demikian, ia pun berkata: "Baik kau
maupun nona Pek, kalian berdua sama-sama merupakan
jago nomor wahid dalam dunia persilatan sehingga
pertarungan adu otak maupun pertarungan adu
kesaktian di antara kalian sulit diikuti orang awam
macam aku. Lebih baik aku tidak memberi komentar apaapa."
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong membentak
keras: "Berhenti"
Perahu yang sedang melaju dengan cepatnya itu
berhenti seketika. Dengan langkah pelan seebun Giokhiong
berjalan keluar menuju geladak. Tapi baru saja
tubuhnya tiba di depan pintu, tiba-tiba ia membalikkan
badan sambil melepaskan sebuah totokan,
sungguh cepat gerak serangannya ini, sementara Lim
Han-kim belum menyadari akan datangnya serangan, ia
sudah tak sempat lagi untuk menghindar jalan darah Citi-
hiat pada ketiaknya tahu-tahu terasa kaku, lengan
kanannya segera terkulai lemas tak bertenaga.

2254
secepat hembusan angin seebun Giok-hiong meluncur
balik ke hadapan Lim Han-kim, ia cengkeram
pergelangan tangan kiri pemuda itu dan serunya sambil
tertawa: "Mari kita keluar dari ruang perahu untuk
berjumpa dengan tamu-tamu kita."
sambil berbicara, kembali jari tangannya bekerja cepat
menotok sebuah jalan darah di punggung Lim Han-kim
yang membuat gigi pemuda itu kehilangan tenaga dan
tak mungkin bisa dipakai untuk menggigit.
Dengan kehilangan sama sekali daya kekuatan untuk
melawan, Lim Han-kim membiarkan dirinya dituntun
keluar dari ruang perahu, Pada saat itulah Lim Han-kim
baru punya kesempatan untuk memperhatikan keadaan
di sekelilingnya. Tampak dari permukaan telaga di depan
sana meluncur tiba dua buah perahu dengan kecepatan
tinggi.
Seebun Giok-hiong bersikap amat santai Dengan
menyandarkan diri di atas bahu Lim Han-kim, matanya
yang jeli berputar kian kemari menikmati pemandangan
alam. ia bersikap tak acuh terhadap kehadiran dua buah
perahu itu, seolah-olah sama sekali tak terpikir olehnya.
Dalam keadaan jalan darah tertotok, Lim Han-kim tak
bisa banyak bergerak, terpaksa ia biarkan seebun Giokhiong
berbuat sekehendak hatinya. Keadaan mereka
berdua saat itu sungguh tak sedap dipandang, seebun
Giok-hiong berparas cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan, sebaliknya Lim Han-kim jeleknya tak
ketulungan. Bukan saja mukanya coreng-moreng
berwarna-warni, bahkan penuh dengan bekas bacokan
golok.

2255
sungguh cepat gerak laju kedua perahu itu, dalam
waktu singkat mereka telah berada satu tombak di depan
sana dan menghentikan gerakannya. Kecuali para lelaki
pendayung, suasana di atas kedua sampan itu sangat
hening, tak kedengaran suara apa pun.
"Entah siapa yang berada dalam dua perahu itu? sabar
betul hati mereka..." pikir Lim Han-kim.
Pengalamannya selama beberapa hari ini membuat
pengetahuannya makin bertambah, ia tahu semakin
tenang orang yang di-hadapinya, semakin sukar pula
orang itu dihadapi ia mencoba untuk mengawasi keadaan
di atas perahu itu. Terlihat pintu dan jendela di kedua
perahu itu bukan saja tertutup rapat, bahkan dilapisi pula
dengan kain tebal.
Dari bayang-bayang yang membias pada permukaan
air telaga dengan jelas seebun Giok-hiong bisa melihat
bergeraknya bayangan manusia, ia pun tersenyum dan
berkata: "Kekasih Lim, Pek si- hiang sebagai mak
comblang telah menjodohkan aku kepadamu, Aaaai...tapi
sayang jalan pikiran budak itu sukar diukur. Aku betulbetul
tak bisa memahami niat yang sebetulnya dari
tindakan itu, karenanya aku tak berani menerima
perjodohan ini."
Jalan darah Jin-ing-hiat dan Thian-teng-hiat di tubuh
Lim Han-kim telah tertotok saat itu karena khawatir ia
bunuh diri dengan menggigit lidah sendiri, Karena itu,
meski dalam hati kecilnya pemuda itu ingin bicara namun
tak sepatah kata pun sanggup diutarakan keluar.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "Kekasih
Lim, aku rasa jenasah Pek si- hiang telah membeku kini,

2256
Mengingat dia adalah mak comblang kita, sudah
sepantasnya bila kita pergi berziarah di depan
pusaranya."
Mendadak terdengar suara dayung membelah
permukaan air, kembali muncul dua buah perahu dari
hadapan sana.
seebun Giok-hiong melirik sekejap kearah sampansampan
itu. Mendadak wajahnya berubah, tapi hanya
sejenak kemudian ia sudah bersikap tenang kembali.
Empat buah sampan membentuk formasi
pengepungan dengan mengurung perahu seebun Giokhiong
di tengah arena.
"Heran," pikir Lim Han-kim dalam hati, "Entah siapa
yang telah mengatur formasi pengepungan ini? Bila
seebun Giok-hiong tak pandai berenang betapa pun
hebatnya ilmu silat yang dimiliki juga tak ada gunanya,
sulit baginya untuk menghadapi kejadian hari ini."
sementara dia masih berpikir, tiba-tiba pintu ruang
perahu sebelah kiri terbuka lebar Dari balik ruangan
muncullah seorang kakek berwajah hitam pekat yang
mempunyai parut panjang dijidatnya. orang utu ternyata
tak lain adalah si Hakim sakti Ciu Huang.
seebun Giok-hiong melirik ciu Huang sekejap. tapi
dengan berlagak tidak melihat apa-apa ia berkata lagi
dengan manja: "Ke-kasih Lim, berhari-hari sudah kau
dikurung Pek si- hiang dalam pesanggrahan pengubur
bunganya, selama ini aku betul-betul dibuat khawatir dan
sedih hati... Aaaai, kenapa kau tak berbicara? Apakah
masih merindukan Pek si- hiang yang telah mati itu ...?"

2257
pintu ruang perahu sebelah kanan kembali terbentang
lebar dan berjalan keluar seorang kakek berjubah
panjang yang membawa pedang, orang itu tak lain
adalah pedang sakti dari Lam-kiang, Hongpo Tianghong,
pemilik perkampungan Lak-seng-tong,
"Bagus sekali" pekik Lim Han-kim dalam hati,
"Ternyata dari dua perahu di depan muncul Ciu Huang
dan Hongpo Tiang-hong, lalu tokoh siapa lagi yang akan
muncul dari dua perahu di belakang? Tapi aku rasa orang
itu pun tentu hebat..."
Perlu diketahui baik Ciu Huang maupun Hongpo Tianghong
belum tahu kalau wajah Lim Han-kim telah dirusak
orang, Mereka jadi keheranan setengah mati setelah
melihat seebun Giok-hiong ternyata sedang bermesraan
dengan seorang pria berwajah amat jelek. Namun
sebagai tokoh tua yang berkedudukan tinggi dalam dunia
persilatan tentu saja mereka enggan banyak bertanya
kendatipUn rasa heran menyelimuti perasaan mereka.
sementara itu pintu ruang perahu pada dua kapal di
belakang pun sudah terbuka lebar, dari dalam muncullah
seorang pendeta dan seorang tosu, si hwesio
mengenakanjubah warna kuning dengan perawakan
tubuh kurus kecil. Alis matanya yang putih panjang
mencapai dua inci hingga menutupi sepasang matanya,
ia berdiri di depan geladak sambil merangkap tangannya
di depan dada, sedangkan si tosu mengenakan jubah
berwarna hijau dengan memelihara jenggot panjang. Di
tangannya tergenggam sebuah hud-tim atau senjata
kebutan berwarna kuning emas.

2258
Lim Han-kim tidak kenal dengan kedua orang ini, tapi
dari sikap serius dan mantap yang diperlihatkan hwesio
serta tosu itu, dapat diduga bahwa mereka tentu tokohtokoh
kenamaan dalam dunia persilatan.
Diam-diam seebun Giok-hiong menotok bebas jalan
darah Lim Han-kim, lalu bisiknya: "Para pendatang
memiliki ilmu silat yang amat tangguh, Bila terjadi
pertarungan nanti, mungkin aku tak sempat mengurusi
dirimu lagi, sekarang aku bebas kan dirimu, semoga kau
pandai menjaga diri"
Baru selesai ia berbisik, Ciu Huang di perahu hadapan
telah menegur sambil memberi hormat: "Nona seebun,
masih kenal dengan aku si orang tua?"
seebun Giok-hiong tertawa dingin. "Hmmmm,
sekalipun kau sudah dikulitipun aku tetap dapat
mengenali kau"
Berubah paras muka Ciu Huang, tampaknya dia
hendak mengumbar amarah tapi kemudian niat tersebut
ditahannya
Hongpo Tiang-hong segera berganti berseru: "Aku
hanya seorang prajurit tak bernama, aku percaya nona
sudah melupakan diriku bukan?"
"Bukankah kau adalah si pedang sakti dari Lam-kiang,
Hongpo Tiang- hong ..,?"
"Yaa betul, memang aku"
sekarang berganti si hwesio ceking berjubah kuning
yang berteriak lantang: "sudah lama kudengar orang
berkata, nona memiliki pengetahuan yang luar biasa,
tahukah kau siapa aku?"

2259
seebun Giok-hiong mengerdipkan sekejap sepasang
matanya yang bulat besar, jawabnya dingin: "Bukankah
kau adalah salah satu dari dua pendeta siau-lim-si yang
disebut orang pendeta beralis panjang Thian Peng?"
"Aaaai..." pendeta beralis panjang Thian Peng
menghela napas panjang, "Pengetahuan nona benarbenar
luar biasa, padahal sudah hampir tiga puluh tahun
aku tak pernah meninggalkan kuil siau-lim selangkah
pun, tapi nyatanya nona berhasil menebak jati diriku
secara jitu, sungguh mengagumkan sungguh
mengagumkan"
"Bagaimana dengan aku si tosu tua? Apakah kau kenal
juga?" seru tosu berjubah hijau itu.
seebun Giok-hiong mendengus dingin: "wahai Kimhud
totiang, kau betul-betul tak tahu malu Rupanya kau
khawatir nama besarmu tak dikenal orang, maka senjata
kebutanmu sengaja kau acung-acungkan dihadapanku?"
Kim- hud totiang tertawa jengah, "Nona, tajam amat
ucapanmu," katanya.
Ciu Huang mendeham berulang kali, ujarnya
kemudian- "Ternyata nona dapat menyebutkan asal-usul
kami berempat secara jitu, nyata sekali kau memang luar
biasa, tapi bersediakah kau memberi mUka untuk kami
semua?"
seebun Giok-hiong mendongakkan kepalanya
memandang cuaca sekejap, katanya tiba-tiba: "Jika
dugaanku tak salah, seharusnya masih ada seorang lagi"
"siapa?"
"Li Tiong-hui"

2260
ciu Huang tampak tertegun. Belum sempat ia
memberikan komentarnya, seebun Giok-hiong telah
berkata lebih jauh: "Jangan dipikir urusan semacam ini
gampang sekali. Kalau bukan hasil rancangan dari Li
Tiong-hui, jangan harap pikiran kalian bisa mencapai hal
tersebut."
Kim- hud lotiang kebaskan senjata kebutannya
berulang kali, teriaknya lantang: "saudara Ciu, kalau toh
nona seebun enggan bicara seCara baik-baik, kita tak
usah banyak bicara lagi. Lebih baik kita tentukan mati
hidup dengan andalkan kepandaian silat"
"Baik, kalian mau maju bersama? Atau maju satu
persatu secara bergilir?" tantang Seebun Giok-hiong.
Keempat orang ini hampir semuanya merupakan
tokoh-tokoh kenamaan yang berkedudukan tinggi dalam
dunia persilatan sindiran dari Seebun Giok-hiong ini
kontan saja membuat paras muka mereka berubah jadi
merah padam, untuk sesaat tak sepatah kata pun
sanggup diucapkan.
Ternyata kedatangan keempat orang ini sesungguhnya
merupakan kerja Li Tiong-hui yang mengatur segala
sesuatunya. Sebelum berangkat Li Tiong-hui telah
menjelaskan bahwa ilmu silat yang dimiliki Seebun Giokhiong
amat hebat sehingga apabila mereka harus turun
tangan sendiri-sendiri, jangan harap ada yang berhasil
mengunggulinya.
Tapi setelah didahului Seebun Giok-hiong dengan
nada ejekannya ini, mereka berempat jadi rikuh untuk
mengakuinya, untuk beberapa saat mereka tak tahu apa
yang harus diperbuatnya.

2261
Sampai lama kemudian ciu Huang baru berkata:
"Kalau menurut maksud nona Li..."
"Semestinya kalian harus maju bersama-sama bukan?"
sambung Seebun Giok-hiong cepat "Lalu bagaimana
kalau tidak menuruti keinginan Li Tiong-hui?"
"Secara terpisah kami ingin menjajal kepandaian silat
nona"
"Baik, terserah apa mau kamu semua, mau turun
tangan bersama juga boleh, mau maju satu persatupun
tak apa, pokoknya permainan macam apa pun pasti akan
kulayan.."
"Kalau begitu biar aku si tosu yang mencoba dulu
kehebatan ilmu silatmu" teriak Kim- hud totiang dingin,
sambil menjejakkan kakinya ia melompat kearah perahu
yang ditumpangi seebun Giok-hiong.
"Toheng, jangan gegabah" Cegah Ciu Huang sambil
melepaskan sebuah pukulan ke udara.
Kim- bud totiang segera tersadar kembali akan
kesilafannya begitu merasa datangnya tenaga dahsyat
yang menghantam dadanya, Buru-buru ia kebaskan
senjata kebutannya untuk memunahkan pukulan itu,
kemudian melejit balik ke belakang dan melayang balik
ke tempatnya semula.
Hongpo Tiang- hong khawatir menunda waktu lagi
hanya akan mendatangkan kesulitan, tanpa banyak
bicara ia ayunkan sepasang tangannya melepaskan
pukulan demi pukulan kearah permukaan air telaga.

2262
Terhajar gempuran yang sangat kuat ini, permukaan
telaga segera bergolak dahsyat dan menggunung kearah
perahu yang ditumpangi seebun Giok-hiong.
Ciu Huang tidak sia-siakan kesempatan baik ini, ia
lepaskan sebuah pukulan pula ke atas gelombang air
yang langsung menerjang kearah seebun Giok-hiong.
Buru-buru gadis itu mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menahan goncangan pada perahunya.
Begitu berhasil mengatasi amukan gelombang, sebuah
pukulan langsung dilontarkan ke atas gelombang yang
sedang menggulung lewat yang kemudian langsung
meluncur ke depan dan balik menghajar tubUh Kim- hud
totiang.
Menghadapi datangnya ancaman ini, Kim- hud totiang
mengayunkan senjata kebutannya untuk menyongsong
tibanya gelombang dahsyat itu. Pukulan yang keras
membuat percikan air menyebar sejauh berapa kaki dan
berhamburan ke dalam telaga bagaikan hujan deras.
"Omitohud" pekik Thian-peng taysu lantang, "Demi
menyelamatkan dunia persilatan dari bencana
pembantaian, terpaksa aku harus ikut melancarkan
serangan, meski harus ditertawakan orang pun apa boleh
buat"
Ujung jubahnya dikebutkan ke muka, segulung angin
pukulan yang dahsyat segera menggulung ke muka
menumbuk sampan yang dinaiki seebun Giok-hiong.
Dengan kening berkerut seebun Giok-hiong melepaskan
pula sebuah pukulan balasan Blaaammm...
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu,
tak kuasa lagi tubuh seebun Giok-hiong berputar satu

2263
putaran, hawa murni yang sudah terhimpunpun ikut
membuyar. Menyusul perputaran tubuhnya, perahu yang
ditumpanginya ikut berputar pula di atas permukaan air.
sambil bersandar pada dinding ruangan, Lim Han-kim
mengejek sambil tertawa tergelak "Ha ha ha... nona
seebun, aku lihat posisimu lebih banyak celakanya dari
pada selamat pada hari ini sekalipun ilmu silat yang kau
miliki sangat hebat, percuma kalau ilmu berenang tidak
kau kuasai, aku lihat lebih baik berdamai saja dengan
mereka"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, sambil menarik
napas panjang-panjang dia tekan hawa murninya ke
dalam Tan-tian. MenyusuI gerakan itu, perahu yang
semula berputarpun tiba-tiba berubah tenang kembali.
setelah Ciu Huang sekalian berempat masing-masing
melepaskan satu pukulan, serentak mereka pun
menghentikan tindakannya. Dengan suara lantang Ciu
Huang berseru: "Nona, aku tahu ilmu silat yang kau miliki
sangat tinggi sayang sekali kau tak pandai berenang, Bila
kau ingin mempertahankan keseimbangan perahumu
sambil melakukan pertarungan aku kuatir tenagamu tak
akan mencukupi"
Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh
wajah seebun Giok-hiong, mencorong sinar tajam dari
balik matanya, tapi ia tetap menjawab sambil tersenyum:
"Aku punya janji dengan Pek si-hiang untuk tidak
membunuh orang dalam tiga bulan Kalau dihitunghitung,
masih ada sisa waktu tujuh hari sebelum
perjanjian itu batal, Tapi, bila kalian mendesakku terus

2264
menerus, hmmm jangan salahkan jika aku akan
melanggar janji"
Baru saja Kim- hud totiang hendak membantah tapi
begitu pandangan matanya beralih kearah Thian-peng
taysu, ia membungkam diri seketika
Ternyata setelah beradu tenaga dalam dengan seebun
Giok-hiong tadi, Thian-peng taysu hanya berdiri kaku di
ujung geladak dengan mata terpejam rapat, tak sepatah
kata pun yang diucapkannya.
Dengan ketajaman mata yang dimiliki Kim-hud
totiang, dalam sekali pandang saja ia sudah melihat
bahwa Thian-peng taysu sesungguhnya sedang
mengatur pernapasan, ini berarti ia sudah menderita luka
dalam.
sebagaimana diketahui, baik Ciu Huang maupun
Hongpo Tiang-hong, mereka semua hanya memukul
ombak untuk menghajar musuhnya, satu-satunya orang
yang betul- betul beradu tenaga dengan seebun Giokhiong
hanyalah Thian-peng taysu seorang.
sambil menghela napas Ciu Huang kembali berkata:
"Dari empat orang yang hadir sekarang, ada tiga di
antaranya yang terlibat dalam kasus pengeroyokan atas
orang tuamu di masa lalu. Bila tujuan nona dengan
tampil ke dalam dunia persilatan adalah untuk membalas
dendam, kenapa pula kau melibatkan orang lain yang tak
tahu apa-apa? Nona seebun, bila kau setuju, aku
bersedia mengumpulkan semua jago yang terlibat dalam
peristiwa pengeroyokan tempo dulu untuk membuat
penyelesaian dengan nona"

2265
seebun Giok-hiong tertawa hambar "sudah belasan
tahun lamanya orang tuaku mati penasaran, masa aku
tidak berhak menuntut sedikit bunga?"
"Ayah ibumu cuma terdiri dari dua orang, sedangkan
kami yang terlibat dalam peristiwa itu, kecuali mereka
yang sudah keburu meninggal, paling tidak berjumlah
belasan orang. Bila nona benar-benar sanggup
menghabisi kami semua, kau terhitung sudah peroleh
bunga yang cukup menggiurkan"
"Bagaimana kalau aku tidak setuju?" tanya seebun
Giok-hiong sambil tertawa.
"Yaa, apa boleh buat lagi, terpaksa kami harus hadapi
nona dengan cara apa pun hari ini. Mungkin saja kami
akan turun tangan bersama untuk menggempurmu
habis-habisan, Betul cara seperti ini akan menodai nama
baik kami, tapi... apa boleh buat, kami harus mengambil
resiko ini"
"Yakinkah kalian akan berhari mengungguli aku?"
jengek seebun Giok-hong sambil tertawa dingin.
"Paling tidak kami akan mengajakmu beradu jiwa dan
mati bersama"
"Betul" sambung Hongpo Tiang-hong. " Kami sudah
tua, bisa hidup teruspun paling cuma berapa tahun, jadi
biar harus mati juga tak akan menyesal"
"Aku khawatir apa yang kalian harapkan tak bakal
terpenuhi"
"Hmmm seandainya perahu yang nona tumpangi
mendadak bocor dan karam, yakinkah kau untuk bisa

2266
berenang mencapai daratan dengan selamat?" ancam Ciu
Huang dingin.
"sayang kalian tak punya kesempatan untuk turun
tangan..." Mendadak ia seperti menyadari akan sesuatu,
setelah berhenti sejenak terusnya: "Jadi kalian sudah
kirim orang ...?"
"Benar," ciu Huang mengangguk "Nona memang
jenius dan luar biasa Dugaanmu tepat sekali Kini di dasar
perahumu sudah siap enam orang jago penyelam yang
siap melubangi perahumu. Asal aku kirim tanda rahasia
kepada mereka, setiap saat mereka akan turun tangan
dan akujamin dalam waktu singkat perahumu akan
karam"
"Kami tahu ilmu silat yang nona miliki sangat hebat,
kecerdasanmu juga melampaui siapa pun, sayang kau
tak pandai berenang, hal ini sungguh merupakan suatu
kerugian besar bagimu" sambung Hongpo Tiang-hong.
seebun Giok-hiong mengerutkan dahinya kencangkencang,
tapi sebentar kemudian ia sudah menjawab
sambil tertawa hambar "ltupun tak akan menyusahkan
aku, paling tidak aku masih mempunyai empat buah
perahu yang kalian tumpangi"
ciu Huang tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha... buka
pintu ruang perahu lebar-lebar, agar nona seebun dapat
melihat dengan jelas" perintahnya.
Tampak seorang lelaki kekar yang memakai baju air
berjalan mendekati pintu ruangan dan membukanya
lebar-lebar, Tampaklah dalam ruang perahu itu penuh
tertumpuk kayu-kayu bakar yang menyiarkan bau minyak

2267
yang menyengat, jelas sudah kayu-kayu bakar itu sudah
diguyur dengan minyak tanah.
sambil tertawa angkuh, Ciu Huang berkata lagi: "Kami
semua telah melakukan penyelidikan dengan seksama,
Kemampuan serta kehebatan nona memang jarang
dijumpai dalam dunia persilatan, belum lama terjun ke
dunia kangouw, kau sudah berhasil menarik beratusratus
jago pilihan dari pelbagai perguruan terkenal untuk
menjadi anak bUahmU."
"Tak usah memuji, lebih baik kita bicarakan persoalan
di depan mata" tukas seebun Giok-hiong cepat
"Kita kesampingkan bagaimana sikap serta watak
orang tuamu di masa lampau, Kami akui tindakan nona
yang ingin membalaskan dendam atas kematian orang
tuamu memang terhitung tindakan yang benar, cuma
menuntut hutang harus dilihat siapa dulu yang
berhutang, Tidak seharusnya nona lampiaskan semua
amarah dan dendammu kepada setiap umat persilatan
yang ada di masa kini.
"Terus terang saja aku bicara, selama hidup aku tak
pernah memohon kepada orang lain, tapi hari ini aku
akan melanggar pantanganku ini dengan memohon
sesuatu kepada nona"
"Memohon apa?"
"Aku mohon nona bersedia untuk tidak melakukan
keonaran lagi dalam dunia persilatan, Biar aku yang
bertanggung jawab mengumpulkan segenap rekan
persilatan yang terlibat dalam peristiwa pengeroyokan di
masa lalu untuk melakukan duel habis-habisan dengan
nona. seandainya nona berhasil membantai habis kami

2268
semua, peristiwa ini akan kami anggap sebagai
keberhasilan nona dalam menuntut balas, sebaliknya bila
nona menderita kekalahan, kami pun berjanji tak akan
mencelakai jiwa nona"
"Tampaknya sudah timbul perasaan menyesal dalam
hati kecilmu?" tegur Seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut
BAB 16. obat Pembangkit Tenaga
"selama hidup aku telah membunuh empat ratus
sembilan puluh tujuh orang, semua yang kubunuh ratarata
adalah manusia bejad berhati keji dan buas, tapi
selama ini aku tak pernah mempunyai perasaan
menyesal, apa lagi usiaku sudah lanjut sekalipun tidak
mati di tangan nona, aku pun tak bisa hidup lebih lama
lagi.
Namun jika aku bisa mengorbankan nyawaku ini demi
selamatkan dunia persilatan dari pembantaian berdarah,
biar harus mati pun aku akan mati dengan perasaan
lega. Aku tak perduli bagaimana pendapat serta
pandangan generasi muda terhadap tingkah lakuku, satu
hal yang pasti bagiku adalah aku bisa beristirahat dengan
tenang di alam baka."
Kata-kata itu mengandung semangat dan kebesaran
jiwanya sebagai ksatria, bahkan seebun Giok-hiong yang
berhati dingin pun ikut berdebar keras jantungnya
setelah mendengar ucapan itu. Tapi hanya sebentar saja
ia sudah dapat menguasai diri lagi, jengeknya dingin:
"Bila aku tak setuju?"

2269
"Terpaksa kami akan beradu jiwa denganmu. Meski
kami benar-benar bukan tandingan nona, kami tetap
akan berjuang terus hingga titik darah penghabisan"
seebun Giok-hiong segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terkekeh-kekeh.
"Ha ha ha... lebih baik kalian perhitungkan dulu secara
cermat, bila yakin kalau pengorbanan kalian bisa
mendatangkan kemenangan, silakan saja untuk dicoba,
Tapi kalian harus tahu, bila aku didesak oleh keadaan
terpaksa aku akan melanggar janji dengan melakukan
pembantaian secara besar-besaran, lain hari kalian
jangan salahkan aku bila mengingkari janji. . . "
Mendadak ia sambar lengan Lim Han-kim dan
diajaknya masuk ke dalam ruang perahu, setelah
menutup pintu rapat-rapat baru ia lepaskan cekalannya,
diturunkannya tirai jendela sambil menuding ke arah
bangku di sisi meja sambil serunya: "Duduklah di sana"
Lim Han-kim sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya
masih selisih jauh bila dibandingkan perempuan ini. Bila
terjadi pertarungan paling banter dia cuma mampu
menahan dua gebrakan saja. ia tahu dalam keadaan
seperti ini lebih baik beradu akal dari pada adu otot.
Berpikir begitu dia pun menurut dan duduk di bangku
yang ditunjuk. sementara itu seebun Giok-hiong telah
membuka almari di sisi dinding perahu dan ambil keluar
sebuah botol porselen serta dua buah cawan arak.
Katanya kemudian sambil tertawa: "suami istri yang
mau hidup senasib sependerita biasanya hubungan
mereka akan langgeng, begitu juga kita, Bila hari ini kita

2270
bisa lolos dari musibah besar ini, di kemudian hari segala
sesuatunya tentu akan lancar sampai tua."
sambil berkata ia penuhi cawan arak itu dengan arak
wangi, terusnya: "Mari kita habiskan dulu isi cawan ini"
Diteguknya isi cawan itu hingga separuh, lalu sambil
menyodorkan bekas cawannya ke hadapan Lim Han-kim
serunya pula: "Ayolah cepatan sedikit."
Diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Perempuan ini licik
dan banyak akal muslihatnya. Entah permainan busuk
apa lagi yang sedang ia persiapkan? Baiklah, lebih baik
kuturuti saja semua perintahnya sambil mencari
kesempatan untuk membantu Ciu Huang sekalian,
Biarpun hari ini aku harus mati, asal bisa lenyapkan bibit
bencana ini dari muka bumi, hitung-hitung
pengorbananku tak akan sia-sia belaka."
Karena ia sudah punya rencana, sikapnya pun berubah
halus dan menurut sekali, Diambilnya cawan arak itu,
diteguk setengah lalu disodorkan pula kehadapan seebun
Giok-hiong,
sambil tertawa terkekeh-kekeh seebun Giok-hiong
sambut sisa arak dari bekas cawan Lim Han-kim itu, lalu
sambil meneguk isinya sampai habis katanya: "Mogamoga
saja perasaanmu seperti arak dalam cawan, mulai
kini selalu menyatu dengan hatiku"
Ketika dilihatnya Lim Han-kim tidak menyentuh sisa
arak dari bekas cawannya, tak tahan ia berseru lagi:
"Kenapa tidak kau habiskan isi cawan itu?"
Pelan-pelan Lim Han-kim mengambil cawan bekas
seebun Giok-hiong itu dan meneguk habis isinya, setelah

2271
itu ia baru berkata: "Kelihatannya kau sudah temukan
siasat untuk memukul mundur serangan musuh?"
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya sambil
tertawa, sahutnya: "Gara-gara salah langkah aku harus
menghadapi situasi sepelik ini. Aaaai... selama ini, semua
pikiran dan perhatianku hanya tercurahkan pada Pek sihiang,
aku telah melupakan kecerdikan dari Li Tiong-hui."
" Kalau begitu bila kita menolak usul dari ciu Huang,
hari ini kita bakal mati di dasar telaga?"
"Kau takut mati?" seebun Giok-hiong tertawa.
"Meskipun masalah mati atau hidup tak pernah
kurisaukan, paling tidak aku tak pingin mati di dasar
telaga."
"Mati tetap mati, perduli amat mau mati di daratan
atau dalam air, apa sih beda-nya?"
"Pandai betul ia pegang rahasia," kembali Lim Han-kim
berpikir "Ternyata tak sedikit pun dia mau bocorkan
siasatnya untuk memukul mundur musuh, jelas ia sudah
menaruh perasaan was- was kepadaku sehingga tak
ingin aku mengetahui rencananya..."
Berpikir begitu, dia pun berlagak seakan-akan sama
sekali tak tertarik dengan masalah ini, sesudah
termenung sejenak katanya lagi: "Kenapa kau hanya
bersembunyi dalam ruang perahu tanpa perhatikan
perubahan di luar? Bukankah tindakan ini hanya akan
memberi kesempatan bagi mereka untuk turun tangan?
Tapi heran juga... kenapa sampai kini mereka belum
bergerak?"

2272
"semakin tenang aku di dalam ruang perahu tanpa
menggubris mereka, makin besar kecurigaan mereka
terhadapku Hal ini akan membuat mereka bimbang dan
tak tahu harus segera menyerang atau tidak. Tapi bila
keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terlalu lama,
maka posisi kita pun akan semakin untung."
"Apakah kau sedang menunggu bala bantuan?" tanya
Lim Han-kim, sementara otaknya berputar keras, ia
sedang berpikir bagaimana caranya menyampaikan berita
ini kepada Ciu Huang.
Ia cukup mengerti dtngan kehebatan ilmu silat serta
kecekatan seebun Giok-hiong, sekalipun dia gunakan
ilmu penyampaian suara pun mustahil rasanya bisa
mengelabui dirinya, berarti dia harus mencari cara lain
yang sama sekali tak terduga olehnya,
Terdengar Seebun Giok-hiong berkata lagi: "Asal kita
dapat menunda sampai setengah jam lagi, kemenangan
sudah pasti berada dipihak kita."
Ia berbicara dengan nada mesra, namUn Lim Han-kim
mendengarkan dengan perasaan cemas bercampur
gelisah, pikirnya: "setengah jam akan berlalu dengan
cepatnya, begini pendek sisa waktu yang tersedia untuk
membunuh perempuan ini, kenapa sampai sekarang Ciu
Huang sekalian belum juga turun tangan?"
walaupun hatinya gelisah, namun untuk sesaat ia pun
belum berhasil menemukan cara terbaik untuk mengirim
berita.
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menghela napas panjang,
tegUrnya: "Apayang sedang kau pikirkan? Masih
membenci aku?"

2273
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim berpikir
"Perempuan ini memang hebat sekali, padahal aku sudah
berusaha bersikap santai agar dia tak tahu aku sedang
putar otak, tapi nyatanya perbuatanku ketahuan juga..."
Buru-buru ia menyahut "Aaaah, tidak ada, aku tidak
berpikir apa-apa."
"Tak usah membohongi aku," kata seebun Giok-hiong
sambil tertawa, "Aku tahu kau sedang berpikir ..."
Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, ia siap menyerempet bahaya
untuk memberi tanda kepada Ciu Huang agar segera
turun tangan.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Bagaimana kalau aku dibandingkan dengan Pek sihiang?"
"Ia jauh lebih lembut, halus dan penurut dari padamu,
kau kalah jauh darinya ..."
Pelan-pelan Seebun Giok-hiong tundukkan kepalanya,
setelah termenung lama sekali baru katanya: "Kekasih
Lim, ada satu hal yang ingin kusampaikan kepadamu
sesungguhnya aku tak pernah merusak wajahmu, Bila
kita berhasil lolos dari musibah hari ini, aku tentu akan
mencuci bersih wajahmu yang berwarna-warni ini,
cuma... Aaaai, kesempatan kita untuk lolos dari musibah
ini kecil sekali."
"Bagus sekali" pekik Lim Han-kim di dalam hati. "Aku
kira kau betul- betul menaruh rasa cinta kepadaku,
Rupanya setelah tahu akan mati, kau hendak menyeretku
agar selalu mengenangmu ..."

2274
sementara itu seebun Giok-hiong telah berkata lebih
jauh: "Kekasih Lim, selama hidup aku belum pernah
mencintai seorang pria dengan bersungguh hati, juga
amat membenci kalian orang lelaki yang menunjukkan
wajah tergiur bila melihat wajah cantik, tapi di saat
musibah hendak menjelang tiba ini, tiba-tiba saja timbul
keinginanku untuk mencicipi bagaimana rasanya orang
bercinta, apakah itu kecut atau manis..."
Lim Han-kim tertawa dingin, tukasnya: "Aku tahu nona
cantik dan rupawan, sayang sekali aku terlalu dalam
mengetahui segala kelakuanmu ..."
"Kali ini aku bukan berpura-pura, tapi bersungguh hati
..." buru-buru seebun Giok-hiong berseru.
Pelan-pelan gadis itu bangkit berdiri, menghampiri Lim
Han-kim dan katanya lagi dengan lembut: "Percayalah
padaku Kali ini aku betul- betul serius, kalau tak percaya
pukullah aku. Coba kau buktikan apakah aku akan
membalas atau tidak."
Membayangkan kembali kekejaman serta kebuasan
perempuan ini, kontan saja hawa amarah berkobar
dalam benak Lim Han-kim,tanpa banyak bicara tangan
kanannya diayunkan ke depan, Plaaaak.,.
Diiringi suara nyaring, tamparan itu persis bersarang
telak dipipi seebun Giok-hiong yang cantik, seketika
muncullah bekas lima jari yang jelas di atas pipinya yang
halus.
Dalam perkiraan Lim Han-kim, dengan modal ilmu
silatnya yang maha dahsyat Meski tamparan tersebut
mengena pada sasaran namun tak akan menimbulkan
bekas pada sasarannya, siapa tahu ternyata gadis itu

2275
tidak melawan, bahkan mengerahkan tenaga pun tidak.
untuk sesaat anak muda ini jadi termangu.
sambil mengerdipkan matanya dan tertawa seebun
Giok-hiong berkata: "Bila seseorang sudah jatuh cinta,
biar ditampar sampai amat sakit pun ternyata rasanya
tetap manis dan hangat."
Pelan-pelan Lim Han-kim menurunkan kembali tangan
kanannya sambil menegur "Kenapa kau tidak
membalas?"
seebun Giok-hiong tertawa, "Ternyata memukul orang
dan dipukul orang mempunyai dua macam perasaan
yang amat berbeda..." sesudah berhenti sejenak. kembali
katanya: "Bukankah kau amat membenci diriku? Kenapa
kau tidak pergunakan kesempatan ini untuk menghajarku
habis-habisan?"
"selama kau tidak membalas, aku pun enggan
memukulmu. Memukul wanita yang tidak melawan bukan
perbuatan terpuji."
"Tahukah kau, kesempatan semacam ini teramat
langka?"
Tiba-tiba Lim Han-kim meninggikan suaranya dan
berseru: " Kalau toh pada akhirnya kita harus mati di sini,
sekalipun aku menaruh rasa benci kepadamu, rasanya
hal ini sudah tak perlu dipersoalkan lagi-"
ia memang sengaja memperkeras suaranya agar Ciu
Huang sekalian bisa mendengar kabar ini dan secepatnya
melancarkan serangan.
seebun Giok-hiong segera menarik kembali senyuman
di wajahnya, dengan nada ketus ia menegur "Rupanya

2276
kau sengaja berteriak agar mereka tahu bahwa kita
sudah terkurung di sini? Kau ingin mereka segera turun
tangan?"
Dengan Cepat Lim Han-kim berpikir di dalam hati:
"Perempuan ini sebentar dingin sebentar hangat sikapnya
kepadaku, toh rahasiaku sudah terbongkar sekali, paling
banter dia akan membunuh ku nanti, kini kesempatan
sudah tak banyak. aku tak boleh menunda-nunda waktu
lagi."
Berpikir begitu, dia pun berkata: "Kita butuh waktu
tiga jam untuk menunggu datangnya bala bantuan,
sedang kalau mereka segera turun tangan, tak sampai
setengah jam kita sudah akan mati tenggelam di dasar
telaga..."
perkataan ini bukan saja diucapkan dengan nada
tinggi, bahkan terang-terangan.
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong,
Tampaknya dia hendak mengumbar marahnya, tapi
kemudian secara tiba-tiba ia berubah pikiran, ujarnya
sambil tersenyum: "Tahukah kau, mereka tak punya
kemampuan untuk membunuh ku dengan andalkan ilmu
silat, Bila ingin membunuhku, paling banter mereka
lubangi perahu ini agar karam. Bila perahu ini sampai
tenggelam, termasuk kau sendiri pun akan jadi korban."
"Tidak apa-apa, biar mati pun aku tak menyesal"
" Kalau begitu, pandanganmu terhadapku sudah
kelewat mendalam. Rasa bencimu sudah merasuk ke
tulang ..."

2277
"Betul, kau keji dan berhati ular, Dengan andalkan
ilmu silat kau membuat keonaran dalam dunia persilatan,
membuat dunia jadi kacau dan tidak tenteram. Apa
salahnya kalau kukorbankan nyawaku kini demi
kesejahteran umat manusia?" Blaaaammm ...
Mendadak terasa sebuah kekuatan yang maha dahsyat
menerjang dasar perahu, bersamaan dengan munculnya
sebuah lubang besar pada dasar perahu itu, semburan
air telaga pun menyembur ke atas membasahi seluruh
tubuh seebun Giok-hiong.
seebun Giok-hiong berdiri tak bergerak di tempat
semula dengan wajah serius, Dia seakan-akan sudah
lupa dengan bahaya yang mengancam di sekeliling
tubuhnya, Dengan dua sorot matanya yang tajam
bagaikan sembilu, dia awasi wajah Lim Han-kim tanpa
berkedip.
Lim Han-kim merasakan di balik sorot matanya itu
seakan-akan terselip pisau tajam yang beracun dan
menghujam kehulu hatinya yang membuatnya tak
tenteram dan panik, Tanpa banyak bicara mendadak ia
membalikkan badan dan menerjang keluar dari ruang
perahu.
"Turun" bentakan nyaring bergema membelah udara,
Di antara kilatan cahaya tajam, selapis kabut pedang
mengunci rapat jalan keluar dari ruangan itu. Terkurung
oleh cahaya pedang yang berlapis-lapis itu, Lim Han-kim
terdesak hingga harus melompat mundur dan balik
kembali ke dalam ruangan perahu.
"Jangan halangi dia..." perintah seebun Giok-hiong
tiba-tiba. Kemudian sambil mengalihkan pandangan

2278
matanya ke wajah , Lim Han-kim, ujarnya lagi: "Harap
kekasih Lim tidak menyalahkan ketidak tahuan dayangdayangku,
sekarang pergilah dari tempat ini secepatnya"
"Kenapa kau tidak berusaha membunuhku?" tanya Lim
Han-kim sambil berdiri termangu.
"Kalau aku berniat membunuhmu, buat apa menunggu
sampai sekarang?"
Lim Han-kim terbungkam dalam seribu basa, Suasana
dalam ruangan perahu pun dicekam dalam keheningan,
sedemikian sepinya sampai masing-masing pihak dapat
mendengar detak jantung lawannya.
Pada saat itulah mendadak tubuh perahu kembali
oleng keras, diikuti terdengar dua bentakan nyaring
bergema di udara. jelas sudah kedua orang dayang yang
berjaga di atas geladak telah bertarung dengan para
penyerbu.
Tiba-tiba Lim Han-kim duduk kembali sambil berseru:
"Aku tidak jadi pergi."
Wajah Seebun Giok-hiong tetap kelihatan serius
sehingga sukar untuk melihat apakah ia gembira atau
marah. Setelah menghela napas panjang tanyanya
kemudian: "Kenapa kekasih Lim? Kau toh mengerti,
kesempatanku untuk meraih kemenangan pada hari ini
kecil sekali"
"Kau mempunyai banyak kesempatan untuk
membunuhku, tapi setiap kali kau lepaskan dengan
begitu saja, maka hari ini kuputuskan untuk tetap tinggal
di sini menemanimu ..."
Blaaammmm . . .

2279
Lagi-lagi dasar perahu dipukul orang hingga retak dan
muncul sebuah lubang besar,
Saat itulah terdengar ciu Huang berseru: "Nona
Seebun, syarat yang kuajukan itu tidak terlalu
memberatkan dirimu. Bila nona masih belum juga mau
menerimanya, jangan salahkan bila aku terpaksa akan
mengandalkan jumlah banyak untuk meraih
kemenangan..."
seebun Giok-hiong berkerut kening, tanyanya
mendadak: "Kekasih Lim, menurut kau haruskah
kulangar pantangan membunuh pada hari ini?"
Lim Han-kim tertegun, untuk sesaat dia tak mampu
menjawab, sementara dalam hati kecilnya berpikir "Bila
harus berbicara dari situasi yang dihadapinya sekarang,
tidak bisa disalahkan kalau ia melanggar pantangan
membunuh, apalagi keadaan sudah terpepet, siapa sih
yang sudi duduk menunggu mati tanpa berusaha
melanggar janjinya untuk tidak membunuh?"
suara beradunya senjata bergema nyaring dari luar
ruangan, disusul terdengar seseorang tercebur ke dalam
air. Lim Han-kim tak bisa memastikan pihak mana yang
telah terluka dan tercebur ke dalam air itu, tapi ia bisa
merasakan bahwa posisi yang dihadapi seebun Giokhiong
makin lama semakin berbahaya dan kritis.
Ketika ia berpaling, dilihatnya seebun Giok-Hiong
masih berdiri di tempat dengan wajah termangu, tidak
nampak rasa kaget, gugup atau panik di wajahnya, juga
tak terlintas rasa gusar atau sedih, ia seperti sebuah
patung pualam yang sangat indah, sama sekali tak

2280
terpengaruh oleh ancaman kematian yang sudah berada
di depan mata.
Tiba-tiba terasa tubuh perahu oleng keras, seakanakan
perahu itu terlempar tinggi ke udara dan kemudian
terperosok jatuh kembali ke atas permukaan air. Percikan
air menyembur keluar dari dua lubang di dasar perahu,
membasahi seluruh pakaian seebun Giok-hiong.
Lim Han-kim menghela napas panjang, tegurnya
pelan: "Apakah kau akan menunggu mati sambil duduk?"
Paras muka seebun Giok-hiong yang dingin kaku
seakan-akan mencair secara mendadak oleh aliran hawa
panas, sekulum senyuman kembali tersungging di ujung
bibirnya, "Menurut pendapatmu, apa yang harus
kulakukan?" ia balik bertanya.
"Kau harus berusaha melarikan diri"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba pemuda
itu merasa telah salah bicara, tapi untuk diubah jelas tak
mungkin lagi.
"Kenapa?" kata seebun Giok-hiong. "Kau tidak
berharap aku mati di tempat ini?"
Lim Han-kim menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak
berbicara lagi, pikirnya: "Bagaimana pun keadaan akan
berubah, lebih baik aku jangan banyak bicara, Dalam
situasi dan kondisi seperti ini bukan saja dia seharusnya
mulai melancarkan serangan balasan, sekalipun harus
membunuh orang juga tak bisa disalahkan Tapi aku .. .
aku toh tak bisa menganjurkan dia untuk berbuat
demikian ..."

2281
situasi di luar perahu semakin tegang dan kritis, empat
orang jago lihai itu dengan andalkan tenaga dalamnya
yang sempurna tiada hentinya meng hantam permukaan
air di seputar perahu yang ditumpangi seebun Giokhiong,
getaran gelombang yang keras membuat perahu
kecil itu terlempar kian kemari dengan hebatnya.
Rupanya setelah Ciu Huang sekalian berempat saling
beradu pukulan dengan seebun Giok-hiong tadi, mereka
menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki gadis itu
memang luar biasa hebatnya, Mereka berempat sadar,
bila diharuskan bertarung satu lawan satu, jelas mereka
tak punya kesempatan untuk meraih kemenangan Maka
ketika mereka saksikan seebun Giok-hiong melangkah
masuk ke dalam ruang perahu dan sampai lama belum
juga munculkan diri, pikiran mereka dibuat semakin
bimbang dan ragu. Mereka tak tahu permainan apa lagi
yang sedang dipersiapkan gadis tersebut
Begitulah, untuk beberapa saat suasana dalam ruang
perahu itu amat hening, Lim Han-kim yang duduk saling
berhadapan dengan seebun Giok-hiong juga terlibat
dalam kebungkaman total. Entah berapa lama sudah
lewat...
Tiba-tiba seebun Giok-hiong berbisik, " Kekasih Lim,
aku tak ingin mati dalam keadaan begini."
Lim Han-kim mengerdipkan matanya sambil berpikir
"Kalau kau mati, dunia persilatan akan kehilangan
seorang gembong iblis pembunuh, semua orang tentu
akan bersyukur dan bergembira. Apa salahnya kau cepat
mati?"

2282
Tentu saja ia tak ingin mengungkapkan apa yang
dipikir itu dalam bentuk kata-kata, karenanya pemuda itu
tetap membungkam diri,
seebun Giok-hiong menghela napas panjang, "Aaaai...
kekasih Lim, semua persoalan yang biasanya tak pernah
terpikir olehku, ternyata disaat-saat yang kritis ini telah
muncul dan memenuhi benakku."
"soal apa?"
"Aku merasa bahwa seseorang, baik dia lelaki atau
wanita, bila ia sudah berhasil menjadi seorang pahlawan
yang dihormati orang, atau menjadi pentolan iblis yang
disegani setiapjago, maka selama hidup dia akan
ditemani kesepian, begitu juga aku dan Pek si-hiang..."
Lim Han-kim hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat
itu segera diurungkan.
"Kau tidak percaya dengan perkataanku?" sambung
seebun Giok-hiong.
"selain bergaul dengan siok-bwee serta Hiang-kiok
yang selalu mendampinginya, Pek si-hiang memang
jarang sekali berhubungan dengan orang lain.
pesanggrahan pengubur bunga pun ibarat kuburan bagi
manusia hidup, Dia memang sangat kesepian, Apa lagi
tubuhnya lemah, berpenyakitan, jika kau bilang dia
kesepian, hal ini memang kenyataan dan tidak keliru,
sebaliknya kalau dibilang nona pun kesepian, ini baru
suatu lelucon yang sangat menggelikan Kau punya anak
buah beribu orang banyaknya, setiap jago menganggap
kau sebagai pemimpinnya, setiap hari kau pun dikelilingi
begitu banyak pembantu, Atas dasar apa kau
mengatakan bahwa dirimu kesepian?"

2283
"Justru karena itulah aku baru sadari bahwa
keadaanku sesungguhnya jauh lebih parah ketimbang
Pek si-hiang. Bagi Pek si-hiang, paling tidak dia masih
ada kau, Lim Han-kim vang kasihan, sayang dan
mengasihinya, sedang aku?"
"Kau punya anak buah beribu orang banyaknya,
sahabat karib dan kenalan lama tak terhitung jumlahnya,
Bahkan dengan kecantikanmu, rayuanmu, kau sudah
banyak menaklukkan pria-pria yang rela tunduk di bawah
telapak kakimu, masakau masih belum puas?"
Meskipun ucapan ini disampaikan dengan nada halus
dan datar, namun penuh mengandung nada sindiran dan
cemoohan
" Kalau ingin memaki, makilah sepuasnya" kata
seebun Giok-hiong sambil tersenyum "Bila cacianmu
kurang cukup, bencilah aku. Bila perlu hajarlah aku
sepuas hatimu..."
Dia menghembuskan napas panjang, setelah berhenti
sejenak lanjutnya: "Benar, sepintas lalu orang menilai
aku mempunyai beribu orang anak buah, beratus orang
dayang cantik, ke mana aku pergi selalu banyak orang
mengiringi kepergianku di sana sini aku disanjung orang,
dihormati dan disegani, tapi semua orang yang dekat
denganku menaruh rasa jeri dan takut. setiap tingkah
lakuku, kataku, tertawaku menjadi panutan bagi mereka,
Mereka tak berani membangkang, tak berani melawan...
semuanya menurut dan membosankan. . . "
"Waaah... hebat kalau begitu kamu ini" sindir Lim Hankim.

2284
seebun Giok-hiong tertawa pedih, katanya: "Kau tak
usah menyindir, dengarkan dulu perkataanku hingga
selesai, Aku tahu, mereka kalau bukan menganggapku
sebagai gembong iblis wanita yang membunuh orang
tanpa berkedip. tentu menyanjungku sebagai malaikat
yang suci bersih, Belum pernah ada orang yang
menganggap dan menghadapiku sebagai antar manusia."
sebenarnya Lim Han-kim masih ingin menyindirnya
lagi dengan kata-kata pedas, tapi setelah menyaksikan
wajahnya yang diliputi kepedihan, ia jadi tak tega untuk
mengutarakan keluar
setelah menghela napas panjang seebun Giok-hiong
berkata lebih jauh: "Semenjak kecil, aku sudah kenyang
merasakan penderitaan dan siksaan batin karena hidup
sebatang kara, oleh sebab itu setelah terjun ke dalam
dunia persilatan aku selalu bertindak keji dan buas.
Aku tak sudi mempercayai siapa pun, juga tak berani
mempercayainya. Aku pasti akan berusaha mencari akal
untuk mengendalikan serta menguasai mereka ke dalam
genggamanku, Untuk mewujudkan hal tersebut aku pun
tak segan-segan mempelajari berbagai ilmu silat yang
kuanggap bakal bermanfaat bagiku.
Di waktu- waktu biasa, aku memang tidak terlalu
merasakan hal ini. Tapi sekarang setelah keselamatan
jiwaku terancam, tiba-tiba saja kusadari bahwa diriku
sesungguhnya telah kekurangan banyak hal, sekarang
aku telah menemukannya dan berhasil menjumpainya."
"Menemukan apa?"

2285
"Menemukan kenyataan bahwa aku sesungguhnya
hanya seorang wanita, Hanya kau seorang yang
menganggap diriku sebagai sesama manusia."
Mendengar itu Lim Han-kim mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak. sampai lama sekali suara
tertawa nyabaru berhenti
"Apa yang kau tertawakan?" tegur seebun Giok-hiong.
"Cara kerja nona seebun betul-betul membuat hatiku
kagum, sekalipun kau ingin aku rela menemanimu
terkubur di dasar telaga, tidak seharusnya kau
pergunakan cara ini..."
"Jadi kau tidak percaya dengan perkataanku ?"
"Tidak percaya setiap patah katamu tidak kupercayai,
maka aku anjurkan kepadamu lebih baik tak usah
dilanjutkan"
"Tahukah kau apa sebabnya kau tidak percaya dengan
ucapanku?"
Lim Han-kim belum pernah membayangkan kalau
gadis tersebut akan mengajukan pertanyaan seperti ini,
untuk beberapa saat dia tak mampu mengucapkan
sepatah kata pun,
"Kau tidak tahu bukan?" tanya seebun Giok-hiong lagi,
"Yaa, untuk berapa saat aku memang tak bisa
menjawab."
"Kalau begitu biar aku yang beritahu kepadamu."
"Baik, aku memang ingin mendengar petunjukmu."

2286
"Hal ini dikarenakan aku terlampau tangguh bagimu,
ilmu silatku, kecerdasanku semuanya jauh lebih tangguh
ketimbang dirimu, maka bagaimana pun serius dan
bersungguh-sungguhnya aku bersikap kepadamu, aku
tetap tak akan percaya, Coba bandingkan kalau aku
adalah gadis yang lemah, gerak-gerikku patut dikasihani
kaU pasti akan merasa berkewajiban untuk tampil ke
depan dan rela melindungi serta membela
kepentingannya..."
"seandainya kau berubah menjadi lemah, dunia
persilatan tentu tak kau obrak abrik seperti macam
sekarang ini," tukas Lim Han-kim.
seebun Giok-hiong menghela napas panjang: "Yaaa...
memang beginilah kehidupan seorang jago, penuh
diliputi kesepian"
Mendadak dari luar ruang perahu bergema datang
suara jeritan lengking seseorang: "Nona, baik-baik jaga
diri, budak terpaksa berangkat duluan"
Beberapa patah kata ini diucapkan dengan nada makin
ke belakang semakin lirih, jelas budak itu sudah
menderita luka parah sehingga dia harus mengerahkan
sisa tenaga yang dimilikinya untuk berpamitan dengan
seebun Giok-hiong.
Dengan perasaan sedih Seebun Giok-hiong berkata: "
Kekasih Lim, inilah kesempatan terakhir bagimu, Ayo
berangkat, aku antar kau pergi meninggalkan perahu ini"
sambil menarik lengan Lim Han-kim, ia beranjak keluar
dari ruang perahu itu.
"Tidak" tampik Lim Han-kim. "Aku telah berjanji akan
menemani nona di sini..."

2287
" Kenapa? Kau toh tidak menyukai diriku barang
sedikitpun, misalnya kita betul-betul mati di dasar telaga,
jadi setan pun setiap hari kita akan ribut"
Waktu itu di atas geladak sedang berlangsung
pertarungan yang amat seru antara seorang dayang
berbaju hijau melawan Kim-hud totiang. sekujur badan
budak berbaju hijau itu sudah dipenuhi luka, darah segar
bercucuran membasahi seluruh badannya, namun ia
masih melakukan perlawanan sengit
Di sisi geladak yang lain terbujur sesosok mayat
dayang berbaju hijau, mukanya sudah rusak dan hancur
sehingga panca inderanya tidak terlihat sama sekali.
Tergerak perasaan Lim Han-kim setelah menyaksikan
kejadian ini, pikirnya: "Mereka menyebut diri sebagai
para pendekar sejati dari dunia persilatan kenapa cara
membunuh mereka begitu keji dan tidak berperi
kemanusiaan...?"
sementara ia masih berpikir, seebun Giok-hiong telah
membentak nyaring: "Berhenti"
Dayang berbaju hijau itu segera menarik kembali
pedangnya sambil melompat mundur Waktu itu Kim-hud
totiang sedang sengit-sengitnya melancarkan serangan,
ia tidak menggubris bentakan itu, senjata kebutannya
langsung disapu ke muka keras-keras.
Tak ampun serangan itu menghajar telak di atas
lengan kiri dayang berbaju hijau itu, membuat lengan
tersebut hancur dan memercikkan darah segar ke manamana.

2288
sesungguhnya dayang berbaju hijau itu sudah terluka
parah, ia hanya bertarung dengan andalkan
semangatnya yang berkobar-kobar. setelah termakan
hajaran senjata kebutan yang amat dahsyat itu, tentu
saja ia tak mampu mempertahankan diri lagi, Tubuhnya
mundur sempoyongan lalu jatuh terguling di atas
geladak. wajahnya menunjukkan rasa sakit yang tak
terhingga.
Kepada seebun Giok-hiong ia berseru: "Nona, budak
tak sanggup ..." Belum selesai perkataan itu diucapkan,
ia sudah roboh tak sadarkan diri
Dengan wajah sedingin saiju seebun Giok-hiong
memandang dayangnya yang terluka parah itu sekejap.
lalu katanya ketus: " Kim- hud totiang, apa bila ia tidak
menarik kembali pedangnya sambil melompat mundur,
sanggupkah seranganmu itu melukainya?"
Rasa menyesal dan malu terlintas di atas wajah Kimhud
totiang, setelah termenung sejenak jawabnya:
"sekalipun aku tak mampu melukainya dalam jurus
tersebut, namun ia pun tak akan mampu bertahan
sepuluh gebrakan lagi."
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
memandang sekejap Ciu Huang sekalian yang berada di
situ, lalu ujarnya lirih: "Kekasih Lim, kau sudah harus
berangkat."
"Tidak, aku tak akan pergi meninggalkan dirimu." Lim
Han-kim menggeleng berulang kali.
seebun Giok-hiong tidak ambil perduli, kembali ujarnya
serius sambil menatap wajah Ciu Huang: "Dia bukan
anggota pergUruan bUnga bwee, permusuhan kalian

2289
dengan diriku sama sekali tak ada hubungannya dengan
dia, bagaimana kalau aku minta kepada kalian agar tidak
mencelakainya?"
Belum sempat Lim Han-kim mengucapkan sesuatu,
dengan suara lantang ciu Huang telah menjawab: " Kami
setuju dengan permintaan nona, kami tak akan melukai
dia"
"ciutayhiap. aku percaya dengan perkataanmu itu,
semoga saja kau tidak ingkar janji." Kemudian sambil
mengalihkan pandangan matanya ke wajah Kim-hud
totiang, ujarnya lebih jauh: "Kau mengira dalam sepuluh
gebrakan dirimu pasti berhasil mengungguli dirinya?"
"Betul" Kim-hud totiang membenarkan. Hawa napsu
membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah seebun
Giok-hiong, tantangnya: "Kau berani mencobanya sekali
lagi?"
"Ia sudah terluka parah dan tak sadarkan diri,
lengannya juga sudah hancur, mana mungkin
perempuan itu bisa bertarung lagi me-lawanku?"
"Bagi anggota perguruan bunga bwee, asal dia masih
bernapas berarti dia masih sanggup melanjutkan
pertarungan."
"Aku tidak percaya"
"Hmmm, kalau tidak percaya buktikan saja sendiri"
Mendadak ia sambar tubuh dayang berbaju hijau itu
dengan cepat tangannya merogoh ke dalam saku
mengeluarkan sebuah botol porselen, Diambilnya dua
butir pil berwarna merah lalu menjejalkan ke dalam
mulut dayang berbaju hijau yang pingsan itu.

2290
Kim-hud lotiang berkerut kening, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat itu diurungkannya .
setelah menjejalkan pil tersebut, dengan cepat seebun
Giok-hiong menggaplok punggung dayang itu sambil
bisiknya: "Ber-juang demi kehormatan, mati pun tak
menyesal."
Tiba-tiba dayang berbaju hijau itu membuka matanya
lebar-lebar, selapis cahaya berwarna merah segera
menyelimuti wajahnya yang pucat.
Lim Han-kim terkejut sekali melihat kejadian itu,
pikirnya: "Padahal dayang itu sudah menderita luka
parah, masa ia betul-betul masih mempunyai daya
kemampuan untuk bertarung?"
Setelah menelan dua butir pil berwarna merah itu,
secara mendadak semangat dayang berbaju hijau itu
bangkit kembali Sinar matanya yang semula sayu kini
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati,
pelan-pelan ia berpaling memandang Seebun Giok-hiong
dan bertanya: "Apa perintahmu nona?"
Sambil menuding ke arah Kim-hud totiang, Seebun
Giok-hiong berseru dingin: "Tosu itu telah melukai
tubuhmu, menghancurkan masa depanmu, Kini kau
sudah hampir mati, kenapa tidak menuntut balas lebih
dulu kepadanya?^
"Ucapan nona memang sangat tepat," sahut dayang
itu cepat ia segera memungut kembali pedangnya yang
tergeletak di tanah. Dengan wajah yang merah membara
serta pedang berlumuran darah yang terlintang rti depan
dadanya, perempuan itu nampak sangat mengerikanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2291
Diam-diam bergidik juga Kim-hud totiang setelah
menyaksikan keadaan itu, pikirnya: "Sudah begitu parah
luka yang dideritanya, mana mungkin ia masih sanggup
meneruskan pertarungan?"
Sementara ia masih berpikir, dayang berbaju hijau itu
sudah menerjang maju ke muka,
pedangnya digetarkan membentuk dua kuntum bunga
pedang yang secara terpisah menusuk dua buah jalan
darah penting di tubuh Kim-hud totiang.
Buru-buru Kim-hud lotiang menggetarkan senjata
kebutannya sambil menyapu ke depan, ia berusaha
menggulung senjata lawan Di dalam anggapannya,
setelah terluka begitu parah meski dayang berbaju hijau
itu diberi obat mujarab pun tak nanti ia mampu menahan
gempuran senjata kebutannya ini. Dalam sekali sapuan ia
pasti akan berhasil mementalkan senjata lawan
siapa tahu apa yang terjadi kemudian sama sekali di
luar dugaan Kim-hud totiang, ternyata dayang berbaju
hijau itu tidak berusaha menghindar ia malah
menyambut datangnya ancaman itu dengan kekerasan.
Kim-hud totiang segera menggetarkan pergelangan
tangannya, di luar dugaan pedang di tangan dayang itu
gagal digetar lepas, dalam terkesiapnya ia pun berpikir "
Heran, kenapa tenaga yang dimiliki dayang ini bisa lebih
hebat ketimbang sebelum terluka tadi?"
sementara dia masih termenung, dayang berbaju hijau
itu sudah memutar pedangnya menusuk tan-tian di
bawah pusar tosu tersebut. Perubahan jurus serangan ini
dilakukan sangat cepat dan luar biasa hebatnya. sreeet...

2292
Jubah yang dikenakan Kim-hud totiang tahu-tahu
sudah tersambar oleh tusukan pedang lawan hingga
robek besar Dengan perasaan kaget Kim-hud totiang
menggetarkan senjata kebutannya, bulu-bulu emasnya
berubah jadi gumpalan hujan gerimis dalam waktu
singkat dan langsung membacok kepala musuh.
Dayang berbaju hijau itu mendorong pedangnya
keluar, ia ciptakan selapis bunga pedang untuk
membendung datangnya serangan dari Kim-hud lotiang
itu.
Dalam waktu singkat kedua orang itu terlibat dalam
suatu pertempuran yang amat seru. Meskipun sekujur
tubuh dayang berbaju hijau itu sudah berlumuran darah,
namun serangan-serangan pedangnya tetap dilancarkan
dengan garang dan buas, pedangnya diputar bagaikan
putaran roda, semua tempat mematikan di tubuh Kimhud
totiang sudah berada dalam ancamannya.
Tenaga dalam yang dimiliki pun tampaknya sudah
bertambah kuat, desingan angin serangan yang
dipancarkan amat menusuk pendengaran pertarungan
berlangsung hampir dua puluh gebrakan namun keadaan
tetap berimbang, tak ada satu pihak pun berhasil
merebut posisi yang lebih menguntungkan
Melihat itu dengan perasaan tercengang Kim-hud
totiang berpikir "obat apa yang ditelankan ke tubuh
dayang itu? Heran, kenapa tenaga dalamnya bisa
meningkat sehebat itu?"
Meskipun senjata kebutan yang dipergunakan Kim-hud
totiang termasuk benda lunak, namun serangan yang
dipancarkan justru hebatnya bukan kepalang, sebelum

2293
terluka parah tadi, setiap kali serangan pedang dari
dayang berbaju hijau itu beradu dengan senjata kebutan
lawan, pedangnya pasti akan terpental ke belakang.
Tapi anehnya setelah ia terluka parah dan diberi pil
tersebut, tiba-tiba saja kekuatannya berlipat ganda.
Bukan saja senjatanya tak sampai mencelat malahan ia
dapat paksakan pertarungan adu tenaga melawan tosu
itu.
Pada saat itulah tiba-tiba Seebun Giok-hiong berpekik
nyaring, suaranya melengking sangat memilukan hati.
Kembali kedua orang itu bertarung belasan jurus lebih,
keadaan tetap berimbang. Hanya saja setelah pekikan
aneh itu dikumandangkan, permainan pedang dari
dayang berbaju hijau itu makin lama semakin bertambah
kuat, serangan-serangannya juga makin gencar dan
hebat.
secara diam-diam Lim Han- kim mencoba
memperhatikan jalannya pertempuran itu, dengan cepat
ia jumpai gerak serangan pedang dari dayang berbaju
hijau itu ternyata mengikuti tinggi rendahnya suara
pekikan yang dipancarkan seebun Giok-hiong, ini berarti
di balik pekikan itu mengandung arti sandi yang memberi
petunjuk kepada si dayang dalam menggerakkan
pedangnya.
Terlihat jurus serangan yang dipergunakan dayang
berbaju hijau itu makin lama semakin bertambah aneh,
ada kalanya bahkan merupakan pertarungan adu jiwa
yang tidak memperhitungkan keselamatan sendiri.

2294
Tentu saja Kim-hud lotiang tak ingin melayani
pertarungan adu jiwa seperti ini, terpaksa ia hanya
berkelit kian kemari berusaha untuk menghindarkan diri
Dengan langkah yang diambil ini, otomatis posisinya
jadi terdesak hebat, Dayang berbaju hijau itu berhasil
merebut posisi di atas angin dan serangan yang
dilancarkan juga makin lama semakin bertambah ganas.
Kini, bukan hanya Kim-hud totiang seorang yang
merasakan tidak beresnya keadaan, ciu Huang serta
Hongpo Tiang-hong sekalian pun dapat merasakan gejala
ini, Bila pertarungan dibiarkan berlanjut maka bukan saja
dayang berbaju hijau itu akan berhasil merebut posisi di
atas angin, malahan bisa jadi akan melukai Kim-hud
lotiang dengan pedangnya.
Inilah rahasia terbesar dalam ilmu pengobatan,
padahal para jago sadar bahwa hal ini disebabkan
pengaruh obat yang ditelankan, tapi obat apakah itu?
Kenapa bisa menghasilkan kekuatan yang begini hebat?
Ketika menengok kembali ke arah dayang berbaju
hijau itu, wajahnya yang semula pucat pasi kini telah
berubah jadi merah seperti hati babi, sepasang matanya
melotot keluar, wajahnya menyeramkan sekali.
BAB 17. Lolos Dari kepungan
sementara itu seebun Giok-hiong masih tiada hentinya
mengeluarkan bunyi pekikan, mengikuti pekikan aneh itu
serangan dari dayang berbaju hijau makin lama makin
gencar dan mengerikan Dalam waktu singkat Kim-hud

2295
lotiang sudah terdesak di bawah angin, kini ia lebih
banyak bertahan ketimbang melancarkan serangan.
Dalam suasana kritis itulah tiba-tiba Kim-hud totiang
membentak keras, senjata ke-butannya melepaskan tiga
buah serangan berantai, selapis bayang-bayang kuning
menyelimuti seluruh udara.
seebun Giok-hiong segera mempertinggi nada
pekikannya, Mengikuti perubahan ini pedang yang
diputar dayang berbaju hijau itu ikut berubah, sekejap
mata selapis cahaya perak berkembang membungkus
seluruh tubuhnya. Plaaaak Plaaaak
Mengikuti bergemanya suara benturan, bayangan
pedang maupun kebutan sama-sama lenyap tak
berbekas.
Dengan cepat Seebun Giok-hiong menerjang maju ke
muka dan menotok jalan darah dayang itu, katanya
dingin: "Hei, Kim-hud totiang sudah kau hitung berapa
jurus sudah lewat?"
"obat apa yang nona pergunakan itu?" tanya Kim-hud
totiang pelan.
seebun Giok-hiong tidak menjawab, kembali
jengeknya: "Bagaimana? Masih ingin dilanjutkan
pertarungan ini?"
"Tadi aku sudah terlanjur omong besar, kini
kenyataannya aku gagal mengalahkan dia dalam sepuluh
gebrakan Terlepas apa pun alasannya, aku mengaku
kalah."
"sebagai seorang pendekar kenamaan, tentunya kau
tahu bukan bagaimana kalau sudah mengaku kalah?"

2296
" Katakan saja nona, apa yang bisa kulakukan tentu
akan kuusahakan untuk menerima syarat dari nona."
"syaratku gampang sekali, aku hanya minta kau
segera mengundurkan diri dari pertikaian hari ini."
"Waaah, kalau soal ini... soal ini..." Kim-hud totiang
jadi gelagapan setelah termenung sejenak.
"Tak usah ini itu lagi, bila kau enggan mengaku kalah
yaa sudahlah."
Perlu diketahui, Kim-hud totiang adalah seorang tokoh
yang cukup ternama dan disegani dalam dunia persilatan
Kendatipun sebelum terjadinya pertarungan tadi tak
pernah dibicarakan soal syarat, namun sesuai dengan
peraturan yang berlaku dalam dunia persilatan, setelah
Kim-hud totiang tekebur dengan mengatakan bisa
merobohkan musuhnya dalam sepuluh gebrakan, tapi
kenyataannya ia gagal mewujudkan kata-katanya, maka
secara otomatis dia harus mengaku kalah.
Mendadak dari kejauhan sana terdengar suara dayung
yang membelah permukaan air, kembali muncul sebuah
perahu dari kejauhan sana.
"Habis sudah ..." pikir Lim Han-kim. "Ter-nyata bala
bantuan seebun Giokshlong telah tiba, sayang ... sayang
sekali"
Ketika berpaling, tampak olehnya pada ujung geladak
berdiri dua orang dayang berbaju biru yang masingmasing
membopong sebilah pedang.
Begitu melihat datangnya perahu itu. ciu Huang
segera tertawa terbahak-bahak.

2297
"Ha ha ha... bagus sekali, Kim-hud toheng" serunya,
"Harap segera balik ke perahumu, nona Li sudah datang,
jadi soal urusan selanjutnya tak perlu kita risaukan lagi"
Perahu itu memperlambat lajunya setelah berada
delapan-sembilan depa dari perahu yang ditumpangi
seebun Giok-hiong. Pintu ruangan segera terbuka dan
tampillah Li Tiong-hui yang mengenakan pakaian serba
hitam.
Baru saja Kim-hud totiang membalikkan tubuh siap
meninggalkan perahu itu, mendadak seebun Giok-hiong
membentak keras: "Berhenti" secepat sambaran kilat ia
menerjang maju ke muka.
Buru-buru Kim-hud totiang mengebaskan senjata
kebutannya, segulung desingan angin tajam
menyongsong datangnya ancaman lawan,
seebun Giok-hiong menolak sepasang tangannya ke
depan, segulung tenaga pukulan dahsyat menyingkirkan
senjata kebutan itu dari hadapannya, kemudian tangan
kanannya secepat petir mencengkeram pergelangan
tangan kiri tosu itu.
Kim-hud totiang sangat terperanjat, pikirnya: "cepat
betul gerak serangannya"
Buru-buru ia merendahkan pergelangan tangan kirinya
ke bawah, nyaris serangan lawan menghajar tubuhnya.
Seebun Giok-hiong mendengus dingin, tubuhnya
berputar cepat, Tanpa menimbulkan sedikit suara pun ia
lepaskan sebuah tendangan yang secara telak menghajar
lutut pendeta itu. Tahu-tahu Kim-hud totiang merasakan

2298
lututnya amat sakit, tak mampu badannya terjungkal ke
arah telaga.
Tak teriukiskan kecepatan gerak tubuh seebun Giokhiong
ini, di saat terakhir tangan kirinya menyambar ke
depan mencengkeram urat nadi pada pergelangan
tangan kanan Kim-hud totiang, kemudian menyentaknya
ke belakang dan menarik tubuh pendeta itu naik ke
daratan kembali.
Semua gerakannya ini kelihatan amat lamban, padahal
cepatnya bukan kepalang, menendang, membetot
semuanya dilakukan hampir pada saatyang bersamaan.
Waktu itu Li Tiong-hui sudah tiba di ujung geladak,
sambil memberi hormat dan tertawa sapanya: "Nona,
selama ini baik-baik bukan? Terimalah salam hormatku"
Dengan cepat Seebun Giok-hiong menotok tiga buah
jalan darah penting di tubuh Kim-hud totiang, kemudian
setelah meletakkannya ke geladak, ia baru membalikkan
badan sambil menyahut: "Selamat berjumpa lagi nona Li"
Dengan sorot mata yang tajam Li Tiong-hui awasi
wajah Seebun Giok-hiong sekejap, kemudian katanya:
"Bersediakah nona memandang di atas wajahku dengan
membebaskan Kim-hud totiang terlebih dulu?"
"Baik" seebun Giok-hiong tersenyum.
ia menotok bebas jalan darah Kim-hud totiang, lalu
terusnya: "Memandang di wajah nona Li, silakan totiang
pergi dari sini"
Tak terlukiskan rasa malu dan gusar yang menyelimuti
perasaan Kim-hud totiang waktu itu, ditatapnya seebun
Giok-hiong dengan mata mendelik, lalu serunya:

2299
"nampaknya ilmu silat yang nona miliki sudah jauh
melampaui kehebatan orang tuamu di masa lampau"
seebun Giok-hiong mendengus, ia melirik sekejap
mayat dayang berbaju hijau yang tergeletak di tepi
geladak lalu tegurnya: "Kau yang membunuh orang itu?"
"Benar"
"Kau tahu, membunuh orang harus membayar
nyawa?"
" Usia ku sudah melampaui tujuh puluh tahun, mati
pun tak akan menyesali."
"Hmmmm... membunuhmu bukan pekerjaan yang
terlampau sulit bagiku, tapi kini janjiku selama tiga bulan
belum terpenuhi Kau boleh kembali ke perahumu, Begitu
waktunya sudah genap. aku pasti akan datang mencabut
nyawamu"
Kim-hud totiang tidak banyak berbicara lagi, ia
membalikkan badan dan melompat balik ke perahu
sendiri
Li Tiong-hui sebera memberi hormat lagi sambil
berkata: "Terima kasih nona, kau telah memberi muka
kepadaku"
"Hanya urusan kecil, tak usah banyak adat" sorot mata
Li Tiong-hui yang tajam tiada hentinya berputar
memeriksa setiap sudut perahu yang ditumpangi seebun
Giok-hiong, tampaknya ia sedang mencari sesuatu,
sementara mulutnya kembali berkata dengan lembut:
"Enci seebun, bukannya berada di kota si-ciu, mau apa
jauh-jauh kau datang ke telaga tay-oh ini?"

2300
"Ada urusan apa pula nona Li datang kemari?"
"Terus terang saja aku beritahu, sebenarnya aku
datang kemari karena membuntuti dirimu."
seebun Giok-hiong menoleh, ketika tidak melihat Lim
Han- kim berada di situ, kembali ujarnya sambil tertawa
hambar: "sesungguhnya aku pun sedang membuntuti
seseorang,"
"siapa?"
"Pek si-hiang"
"sekarang nona Pek ada di mana?" tanya Li Tiong-hui
dengan perasaan terkesiap.
" Kenapa? Kau ingin sekali bertemu dengan nona Li?"
Li Tiong-hui mempermainkan biji matanya sebentar,
lalu tertawa hambar "Bertemu atau tidak bukan masalah
bagiku."
"sesungguhnya nona Pek bersembunyi di ..." seebun
Giok-hiong berpaling dan melirik ruang perahunya
sekejap lalu secara tiba-tiba membungkam.
Kadang kala di dunia ini memang sering terjadi
peristiwa yang kebetulan, seandainya tadi seebun Giokhiong
tidak teringat pada Lim Han- kim secara tiba-tiba
hingga berpaling melirik ruang perahunya sekejap.
sekarang walaupun ia berlagak lebih persispun jangan
harap bisa membohongi Li Tiong-hui.
Justru karena lirikan yang tidak di-sengaja itulah, hal
mana segera membangkitkan rasa curiga Li Tiong-hui.
sebagaimana diketahui, Li Tiong-hui adalah seorang
gadis yang kelewat pintar, sejak kehadirannya di situ ia

2301
selalu perhatikan terus setiap gerak-gerik dan tingkah
laku seebun Giok-hiong.
Tapi justru karena ia kelewat memperhatikan seebun
Giok-hiong inilah ternyata ia tak sempat memperhatikan
kehadiran Lim Han- kim di situ.
Justru karena kelengahannya inilah maka hal ini malah
membantu bobot seebun Giok-hiong dalam menjalankan
peranannya ber-bohong,
Dengan wajah berubah Li Tiong-hui segera berseru:
"Apa?Jadi Pek si-hiang telah cici tawan?"
seebun Giok-hiong tidak langsung men-jawab, hanya
ujarnya: "sayang kedatangan nona Li terlambat satu
langkah, mungkin usahamu akan sia-sia..."
Ciu Huang maupun Hongpo Tiang- hong sama-sama
ikut terkesiap. pikir mereka: "Tak heran sikapnya begitu
tenang dan pandai menahan diri, Rupanya ia sudah
menangkap Pek si-hiang untuk dijadikan sandera, Untung
aku tidak bertindak ceroboh tadi, seandainya perahu itu
keburu tenggelam, bukankah nona Pek akan ikut menjadi
korban?"
Pelan-pelan wajah tegang dari Li Tiong-hui surut
menjadi tenang kembali, ia benahi rambutnya yang kusut
berkata: "Pepatah mengatakan: sepandai-pandainya
tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga. Enci seebun,
kali ini kau terjebak oleh perangkapku hingga tak mampu
mengundurkan diri, hitung-hitung kejadian ini termasuk
suatu peristiwa yang sangat memalukan dirimu bukan?"
"Ditinjau dari situasi saat ini, siapa kalah siapa menang
masih sukar untuk dibicarakan Apa gunanya kau gembira

2302
kelewat dini? Lagipula meski aku belum tentu mampu
mengungguli dirimu, paling tidak aku toh masih punya
kemampuan untuk melarikan diri"
Li Tiong-hui segera tertawa, "Andaikata peristiwa ini
berlangsung di tanah daratan, aku sangat percaya dan
yakin sekali dengan kemampuan cici. sayang saat ini kau
berada di tengah telaga Tay-oh, biarpun cici memiliki
ilmu silat yang maha dahsyat, sayang sekali kau tak
pandai ilmu di dalam air."
seebun Giok-hiong tertawa hambar, ia - tidak memberi
tanggapan
Kembali Li Tiong-hui berkata: "Di dalam keempat buah
perahu yang mengelilingi perahu cici itu sudah dipenuhi
bahan mesiu, kayu bakar dan minyak tanah, tentunya
kau sudah tahu bukan bahwa aku tersohor karena
peralatan apiku. seandainya keempat buah perahu itu
meledak bersama, bisa kau bayangkan apa jadinya bila
permukaan telaga seluas empat puluh kaki persegi
secara tiba-tiba berubah jadi lautan api."
" itu pun belum tentu mampu membakar mati diriku."
"Meskipun belum tentu, toh cici tak usah
menyerempet bahaya yang amat besar ini."
"Tidak apa-apa. Bila nona Li memang ingin mencoba
kehebatan ilmu silatku, kenapa tidak dilakukan sekarang
juga?"
Li Tiong-hui tertawa. "Aku sudah mengetahui akan
kehebatan cici, aku pun sadar bukan tandinganmu, tapi
kalau dibilang kau mampu meloloskan diri dari lautan api

2303
yang kupersiapkan ini. Waaah... kau mengibul terlalu
besar..."
Mendadak wajahnya berubah amat serius, lanjutnya:
"Namun kemampuanmu untuk menangkap nona Pek
sebagai sandera benar-benar jauh di luar
perhitunganku."
"Mungkin kejadian yang berada di luar perhitunganmu
bukan sampai di situ saja," ejek seebun Giok-hiong.
" Kecuali hal ini, aku tak bisa menemukan tindakan
kejutan apa lagi yang bisa cici kemukakan."
seebun Giok-hiong termenung dan berpikir beberapa
saat, kemudian ujarnya: "Kita tak perlu banyak bicara
lagi, silakan nona Li mulai melancarkan seranganmu..."
"Jadi enci seebun hendak paksa aku untuk
melangsungkan duel?"
" Cukup berbicara dari situasi sekarang ini, tampaknya
posisiku amat buruk dan berbahayaJadi mau bertarung
atau tidak rasanya kunci semua ini bukan berada di
tanganku."
Melihat nada pembicaraan lawannya telah berubah
melunak, diam-diam Li Tiong-hui mengeluh: "sayang
sekali, dengan susah payah kuatur persiapan untuk
meraih kemenangan pada hari ini, tak nyana Pek si-hiang
telah tertawan olehnya. Dilihat dari kejadian ini
tampaknya sekali lagi aku bakal keok di tangannya."
Berpikir sampai di situ, sambil tersenyum ujarnya:
"Bila cici bersedia membebaskan nona Pek. aku pun
bersedia mengantar cici sampai ke daratan..."

2304
Mendengar ucapan itu, seebun Giok-hiong mengumpat
di dalam hati: "Sialan, hebat betul budak busuk ini.
Kelihatannya sebelum ia dapat bertemu dengan nona
Pek. hari ini dia tak akan lepaskan aku."
Bagaimana pun cerdiknya dia dan betapa hebatnya
ilmu silat yang dimiliki, untuk sesaat sulit baginya untuk
menciptakan seorang Pek si-hiang untuk dimunculkan di
situ waktu itu Tapi keadaan yang amat mendesak
membuat dia tak bisa berpikir panjang lagi,
sebab makin lama ia berpikir akan menambah
kecurigaan Li Tiong-hui terhadapnya. Karena itu sambil
tertawa hambar ujarnya:
"soal ini sulit bagiku untuk mengambil keputusan, biar
kurundingkan dulu dengan nona Pek."
ia segera membalikkan badan dan berjalan masuk ke
dalam ruang perahu, Dilihatnya Lim Han-kim sedang
duduk termangu dalam ruang perahu dan memandang
ke arah dinding tanpa berkedip.
sambil menghela napas panjang seebun Giok-hiong
berbisik: "Kekasih Lim, kau sudah lihat bukan?"
Walaupun ia tidak menyinggung soal nama, namun
Lim Han-kim mengerti siapa yang dimaksud, ia
mengangguk "Ya a, aku sudah melihatnya."
"Semua perkataan Li Tiong-hui tentu juga sudah kau
dengar bukan, Apa yang dia ucapkan memang benar.
Pada saat dan keadaan seperti ini nyaris aku sudah
kehilangan semua kekuatan untuk melawan. Kalau hanya
bicara soal ilmu silat, aku memang tak perlu takut
menghadapi mereka, tapi mereka sudah persiapkan

2305
suatu serangan dengan menggunakan api. serangan ini
membuat aku kehilangan daya kemampuan untuk
melawan.
Daripada aku harus tewas di tangan mereka, lebih
baik pahala yang bisa menggemparkan seluruh dunia
persilatan ini kuberikan saja kepadamu."
"Pahala apa?"
"Kau bisa membunuhku atau menotok jalan darahku,
Beritahu kepada mereka, kaulah yang membunuh aku
atau menangkap hidup, hidup seebun Giok-hiong. Coba
bayangkan, bukankah peristiwa ini akan segera
menggemparkan seluruh dunia persilatan?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lim Han- kim.
Ditatapnya wajah gadis itu tanpa berkedip. lalu tegasnya:
"sungguhkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja bersungguh-sungguh, Bila kau masih tak
percaya, sekarang juga akan kubuktikan di hadapanmu."
Habis berkata, ia pejamkan mata rapat-rapat.
Mengawasi wajah seebun Giok-hiong yang masih
dihiasi senyuman itu, timbul perasaan serba salah dalam
hati kecil Lim Han-kim. ia tahu, membiarkan iblis wanita
ini tetap hidup di dunia berarti hanya akan
mendatangkan banyak bencana bagi umat persilatan
sekaranglah kesempatan terbaik baginya untuk
membinasakannya.
Namun ia pun berpendapat bahwa cara kerja
semacam ini bukan perbuatan seorang ksatria sejati,
pabila kejadian ini sampai tersiar luas dalam dunia
persilatan di kemudian hari, namanya tentu akan

2306
ternoda, Apalagi siapa yang mau percaya bahwa dia
sanggup menangkap seebun Giok-hiong hidup, hidup?
Terdengar seebun Giok-hiong kembali bergumam: "
Kekasih Lim, kenapa kau tidak turun tangan? Asal jari
tanganmu menyodok jalan darahku, sebentar lagi
namamu akan ter-mashur di seantero dunia persilatan."
Lim Han-kim segera berpikir "Bila aku masih tak tega
untuk segera bertindak, selanjutnya entah ada berapa
banyak umat persilatan yang bakal jadi korbannya..,?"
Berpendapat begitu, sambil menggeretak gigi ia
mengangkat tangannya siap melepaskan serangan
Namun begitu menyaksikan sikap seebun Giok-hiong
yang begitu tenang, pejamkan matanya rapat-rapat dan
mengulumkan senyuman di ujung bibirnya, jari tangan
yang sudah hampir menyentuh tubuh gadis tersebut tibatiba
terhenti.
sambil menghela napas panjang katanya kemudian:
"selama ini kau selalu bertindak tegas, membunuh orang
tanpa berkedip. kenapa secara tiba-tiba watakmu
berubah jadi begitu lemah?"
seebun Giok-hiong membuka matanya kembali,
sahutnya sambil tertawa hambar: "sikap ini bukan sikap
seorang yang lemah, inilah keberanian terbesar yang
belum pernah kulakukan sebelumnya. Menyerahkan diri
bulat-bulat tanpa melakukan perlawanan merupakan
suatu tindakan yang teramat sulit bagiku."
setelah membetulkan letak rambutnya, ia melanjutkan
"Sekalipun aku sudah terpojok saat ini, tapi andaikata
aku mau melakukan perlawanan dengan sepenuh
tenaga, paling tidak setengah dari jumlah mereka akan

2307
menjadi korban pula di tanganku, sedangkan aku masih
punya kesempatan kabur sebesar tiga puluh persen-"
"Kalau memang begitu, kenapa pula kau tidak
melakukan perlawanan terakhir melawan mereka?"
"sebab kau" seebun Giok-hiong tertawa.
" Karena aku? Hmmm, ngaco belo"
Kembali seebun Giok-hiong tertawa, "Bila aku berhasil
meloloskan diri dari musibah hari ini, maka selanjutnya
perbuatan dan tindakan yang kulakukan akan menjadi
hal yang paling kau benci, betul bukan?"
Lim Han-kim termenung sambil berpikir sebentar,
kemudian ia mengangguk "Yaa, betul."
"Sebaliknya bila aku harus mati atau terluka di tangan
orang lain, hatiku sangat tak rela, berbeda jika aku harus
mati di tangan mu."
"Apa bedanya?"
seebun Giok-hiong tertawa sedih. "sebab dengan mati
di tanganmu, aku mempunyai perasaan seolah-olah
pengorbananku ini adalah demi cinta..."
"Aaaah, tidak seharusnya kau berpendapat begitu,
selama ini kita tak sependapat dan tak sealiran,
bagaimana mungkin bisa dibilang pengorbananmu demi
cinta?"
"Aku tak perduli apa pun yang kau ucapkan, pokoknya
aku berpendapat bila aku bisa mati di tanganmu, maka
Pek si-hiang serta Li Tiong-hui bakal tertinggal selangkah
ketimbang aku, mungkin mereka bisa hidup
mendampingimu sampai tua, tapi mereka tak akan

2308
mampu menghapus kenangan pedih yang tergores dalam
hatimu gara-gara pengorbananku ini. Aaaai... selama
hidup aku tak pernah membiarkan orang lain
mendahuluiku, hanya kau ... kau seorang..."
"Kenapa aku?" tukas Lim Han-kim. "Kau mesti tahu,
aku Lim Han-kim adalah seorang lelaki sejati, sekalipun
soal ilmu silat maupun kecerdasan aku masih kalah dari
kalian semua, namun aku tak sudi diatur dan menuruti
saja semua kehendak kalian. Bagi seorang lelaki lebih
baik mati terbunuh daripada dihina..."
"soal ini tak perlu kau terangkan lagi, aku sudah tahu
sejak awal..." tukas seebun Giok-hiong tersenyum.
"Bagus sekali..." setelah berhenti sejenak. lanjutnya:
"Dalam persoalan yang terjadi hari ini, aku mengerti
bahwa aku tak berdaya untuk turut campur Aku pun
tidak berkemampuan untuk membunuhmu, sekalipun kau
tidak melawan dan aku bisa menghabisimu dengan
mudah, tapi bila urusan ini sampai tersiar luas, tak nanti
ada orang yang akan mempercayai aku ..."
"Kenapa tidak percaya? Toh kenyataan sudah di depan
mata, lagipula di sini ada empat tokoh silat yang
berbobot turut menjadi saksi mata."
Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali,
"Maksudmu biar kuterima dalam hati kecil saja, aku tak
akan melakukan perbuatan semacam ini, aku tak bisa
membantumu, juga tak ingin membantumu terlebih aku
tak ingin mencari nama dengan membohongi seluruh
umat persilatan-"

2309
"Aaaai..." seebun Giok-hiong menghela napas, "Wahai
kekasih Lim, mumpung aku belum berubah pikiran,
cepatlah turun tangan-.."
sementara itu dari luar ruang perahu terdengar suara
Li Tiong-hui berteriak: "Enci seebun, bersediakah nona
Pek bertemu dengan aku?"
"Bila kau punya keberanian, silakan menyeberang ke
perahuku."
"Enci seebun, terus terang saja aku bilang,
sesungguhnya aku tetap tidak percaya bila kau telah
berhasil menawan nona Pek."
"Sekalipun tidak percaya, kau juga tak bisa apa-apa."
"Baiklah, aku akan membunyikan genderang sepuluh
kali, Bila sampai hitungan kesepuluh kau belum juga
menampilkan nona Pek ke depan geladak. aku akan
segera perintahkan orang untuk melakukan penyerbuan
kau bisa saja menganggap kesepuluh pukulan genderang
ini merupakan kesempatan terbaik bagimu untuk
memikirkan cara melarikan diri. Namun berhasil atau
tidak meloloskan diri dari sini, dalam hal ini kita harus
melihat dulu sampai di mana kemampuan yang aku
miliki."
selesai berkata, bunyi genderang yang pertama segera
bergema.
seebun Giok-hiong berkerut kening, segera bisiknya:
"Li Tiong-hui sudah ada niat untuk membunuhku, tapi
satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan untuk
membunuhku hanyalah menggunakan taktik membakar
semua lautan dan perahuku ini. Bila ia betul-betul

2310
berbuat begitu berarti kau pun akan turut terbakar
habis".
Belum sempat Lim Han-kim memberikan jawabannya,
bunyi genderang kedua telah bergema, ia mencoba
mengintip keluar lewat celah-celah ruang perahu, tampak
olehnya Li Tiong-hui sedang memberi petunjuk kepada
beberapa buah perahu untuk melakukan gerak
pengepungan
Yang paling aneh adalah perahu milik seebun Giokhiong
yang dasarnya sudah dilubangi ini, hingga kini
ternyata perahu itu masih mengapung di atas permukaan
air tanpa menunjukkan tanda-tanda akan karam.
Dengan kening berkerut ia pun ber-kata: "Bila saat ini
kau punya dua orang pembantu, tanpa menunggu
sampai pukulan genderang kesepuluh dibunyikan, kau
sudah dapat menerjang keluar dari kepungannya."
seebun Giok-hiong segera tertawa.
"Perahu ini sudah diikat dengan rantai besi yang
dihubungkan dengan ke-empat perahu yang sudah
dipenuhi kayu bakar serta bahan mesiu itu. Kecuali
menceburkan diri ke dalam air, kita sudah tak punya
jalan lain untuk melarikan diri" Bunyi genderang keempat
kembali bergema ...
Dengan perasaan cemas Lim Han-kim menegur "Masa
kau berniat menyerah begitu saja?"
seebun Giok-hiong tersenyum, ia duduk di samping
pemuda itu, jawabnya: "Aku dilahirkan di dunia ini
dengan membawa rasa benci dan dendam yang
membara, itu berarti aku tak bisa tidak harus membunuh

2311
orang daripada membuat kau bersedih hati, lebih baik
aku mati saja."
Dalam hati Lim Han-kim berpikir "Agaknya dia sudah
menyadari bahwa nasibnya akan berakhir hari ini, maka
dalam keadaan apa boleh buat, ia harus menunjukkan
sikap seakan-akan tidak takut mati". sementara dia
masih berpikir, mendadak terendus bau harum yang
menusuk hidung, ternyata seebun Giok-hiong telah
menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.
sebenarnya Lim Han-kim ingin mendorong tubuh si
nona, tapi tiba-tiba saja ia merasa gadis itu begitu sepi,
seorang diri dan menyedihkan perasaan hatinya jadi tak
tega, pikirnya: "setelah terjebak dalam situasi pelik
seperti ini, keadaan si iblis wanita ini tak ubahnya seperti
harimau yang terkurung dalam kerangkeng, patut
dikasihani Aaaai... bagaimana pun ia toh sulit terlepas
dari musibah hari ini, apa salahnya bila ia peroleh sedikit
kehangatan dariku...
Waktu bergulir sangat cepat, pukulan genderang
kedelapan sudah bergema di udara, Lim Han-kim
mencoba untuk mengamati wajah gadis itu, ternyata
seebun Giok-hiong tetap amat tenang, tidak terlihat rasa
panik ataupun gundah, malahan sekulum senyuman
tersungging di ujung bibirnya, ia seperti sudah tertidur
dalam rangkulan pemuda itu.
Lim Han-kim merasa kagum sekali, pujinya: "
Ketenangan perempuan ini sungguh mengagumkan. tak
malu ia mendapat predikat sebagai pentolan pendekar
wanita."

2312
Terdengar suara Li Tiong-hui kembali berkumandang:
"Enci seebun- tinggal dua kentongan lagi sebelum
kugerakkan pasukan untuk melakukan penyerbuan sisa
waktu yang tersedia sudah tak banyak. apakah kau telah
membuat persiapan?"
Baru selesai ia berkata, kentongan kesembilan sudah
bergema, Melihat itu Lim Han-kim segera berpikir "Li
Tiong-hui juga keterlaluan Kalau toh ia berniat
membunuhnya dengan mempersiapkan jebakan lautan
api untuk membakar perahunya dan tidak memberi-jalan
kabur kepadanya yaa sudahlah, kenapa masih
memanggilnya cici, cici, terus dengan suara halus? ia
betul-betul licik dan berhati busuk ..."
Perlu diketahui, Lim Han-kim sendiri sadar bila perahu
itu betul-betul dibakar, maka dia sendiripun akan turut
terbakar hidup, hidup. sekalipun-jiwanya besar, namun
menghadapi ancaman kematian yang begitu mengerikan,
tak urung timbul juga perasaan antipatinya.
Terdengar Li Tiong-hui berkata lagi sambil menghela
napas: "Enci seebun, apakah nona Pek tidak bersedia
untuk bertemu muka denganku?"
Rupanya ketenangan luar biasa yang diperlihatkan
seebun Giok-hiong telah mendatangkan perasaan panik
dan tidak tenteram bagi Li Tiong-hui. Dia khawatir api
yang dilepas untuk membakar perahu seebun Giok-hiong
akan membinasakan Pek si- hiang juga, bila sampai
terjadi peristiwa ini dia tentu akan merasa menyesal
sepanjang masa.
sementara itu suasana di permukaan telaga amat
tenang, tiada ombak tiada hembusan angin, s uatu

2313
suasana yang betul-betul mendatangkan perasaan ngeri
bagi siapa pun- Dalam keadaan begini tanpa terasa Lim
Han-kim membayangkan kembali ibunya, gurunya dan
rekan-rekan lainnya, Teringat bahwa setelah ini ia tak
akan bisa bertemu mereka lagi, tak kuasa lagi dia
menghela napas sedih.
Mendadak seebun Giok-hiong membuka matanya
kembali dan memandang Lim Han-kim sekejap. bisiknya:
" Kekasih Lim, apakah kau merasa takut?"
Lim Han-kim menghela napas panjang
"Tak disangka aku Lim Han-kim akhirnya harus
terkubur di dasar telaga Tay-oh untuk temani kau."
"Kau menyesal?" tanya si nona sambil tertawa.
"semua perkataan yang telah kuucapkan tak pernah
kusesali lagi"
Kembali seebun Giok-hiong tertawa.
"Kekasih Lim, Li Tiong-hui bukan seorang yang
gegabah, seandainya ia tidak keburu menyusul kemari,
mungkin kita benar-benar akan mati terbakar di sini,
Dengan kehadirannya di sini, justru kita bakal
terselamatkan dari ancaman ini."
"Kenapa?"
"BetuI Li Tiong-hui adalah seorang gadis yang cerdik
dan hebat, tapi kalau dibicarakan dari usia serta
kedudukannya, ia belum pantas untuk menduduki kursi
pemimpin dunia persilatan Bayangkan saja pamor serta
nama besar dari Li Tong-yang tempo dulu, bukankah ia
jauh lebih hebat dari putrinya sekarang? Tapi

2314
kenyataannya, sulit bagi dia untuk menundukkan para
jago dari dunia persilatan dan mendukungnya menjadi
pemimpin.
saat ini Li Tiong-hui bisa disanjung dan dihormati
seluruh umat persilatan hal ini tak lain disebabkan
kehadiranku seebun Giok-hiong, dalam percaturan dunia
kangouw, karena itulah apabila ia membakar mati aku di
telaga Tay-oh hari ini, berikutnya dia pun akan diturunkan
dari kursi kebesarannya sebagai Bengcu umat
persilatan.
Terlebih lagi saat ini ia baru saja mulai tampilkan diri,
dasarnya belum cukup kokoh, kedudukannya masih
goyah, bila aku menjadi Li Tiong-hui,aku pun tak akan
lepaskan api untuk melenyapkan diriku."
Lim Han-kim tertegun- sebera bantahnya: "Li Tionghui
adalah seorang jago wanita yang cerdik dan berjiwa
pendekap masa dia begitu egois?" seebun Giok-hiong
sebera tertawa.
" Ketika pertemuan puncak di kota si-ciu belum
diselenggarakan dia memang seorang nona yang cerdik,
pemberani dan berjiwa ksatria, tapi keadaannya
sekarang sudah jauh berbeda, Mimpi pun dia tak pernah
mengira hanya dalam berapa bulan yang singkat ternyata
ia sanggup mendaki ke puncak kariernya menjadi ketua
bengcu umat persilatan, ditambah pula ia baru saja
patah hati darimu, semua pikiran dan perasaannya kini
sudah ter-curahkan semua pada nama besar dan
kedudukan, tentu saja keadaannya kini berbeda sekali."

2315
Lim Han-kim termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian ia menggeleng, "Aku masih tetap kurang
percaya," katanya.
seebun Giok-hiong tertawa rendah, katanya:
"seharusnya kentongan kesepuluh sudah mesti
dibunyikan sejak tadi, kenapa hingga kini belum
kedengaran juga suara kentongan yang terakhir itu
dibunyikan?"
Diam-diam Lim Han-kim mencoba memperhitungkan
selisih jarak antara satu kentongan dengan kentongan
yang lain. Betul juga, semestinya kentongan itu sudah
dibunyikan, tapi hingga kini kentongan yang terakhir itu
belum juga kedengaran
Ia mencoba untuk mengintip dari balik jendela perahu,
segera terlihat olehnya perahu yang ditumpangi Li Tionghui
telah membalikkan haluannya dan berlayar pergi dari
situ secara diam-diam. Disusul kemudian perahu yang
ditumpangi ciu Huang, Hongo.o Tiang- hong, Thian-peng
Taysu serta Kim-Eud totiang ikut ditarik pergi
meninggalkan tempat tersebut
Perubahan yang sama sekali di luar dugaan ini kontan
saja membuat Lim Han-kim terkejut bercampur
keheranan, sambil gelengkan kepalanya berulang kali
gumamnya: "Apa yang sebenarnya terjadi?"
"soal apa?" seru seebun Giok-hiong sambil melompat
bangun. "Mereka telah menarik mundur semua
pasukannya dari sini"
Ketika seebun Giok-hiong melongok keluar, kelima
buah perahu itu sudah berada jauh sekali dari lokasi
semula,

2316
"Aaaaai... lagi-lagi kau berhasil menebaknya secara
jitu," ujar Lim Han-kim sambil menghela napas.
seebun Giok-hiong mengernyitkan alis matanya rapatrapat,
termenung dan membungkam diri, tampaknya dia
sendiri pun dibuat tak habis mengerti oleh ulah Li Tionghui
yang menarik mundur kelima buah perahunya.
Lolos dari lubang jarum membuat Lim Han-kim
merasakan sesuatu yang kosong dalam perasaan
hatinya, pelan-pelan ia duduk kembali dan berkata: "
Kelihatannya sikap Li Tiong-hui terhadap nona persis
seperti sikap nona terhadap Pek si-hiang, betapa pun
besarnya kesempatan baginya untuk meraih
kemenangan betapapun sempurna dan ketatnya ia
menyusun strategi, pada akhirnya tetap kalah juga di
tanganmu."
setelah menghembuskan napas panjang, terusnya: "
Contoh yang paling gamblang adalah peristiwa yang baru
saja berlangsung, sudah jelas dia akan memperoleh
kemenangan yang gemilang, tapi ia secara tiba-tiba
menarik kembali pasukannya, Aaaai . . . Aku betul-betul
dibuat bodoh sekali, entah di mana letak alasannya
hingga dia berbuat begitu?"
seebun Giok-hiong menggeliat mengendorkan otototot
pinggangnya kemudian melangkah keluar dari ruang
perahu, menotok bebas jalan darah dayangnya,
membopongnya masuk, menjejalkan sebutir pil lagi ke
mulutnya kemudian baru berkata pelan-
"Dari kedua orang dayangku yang pegang kemudi,
satu telah tewas dan satu lagi terluka, boleh aku minta

2317
tolong kepadamu kekasih Lim untuk memegang
kemudi?"
Melihat seebun Giok-hiong berusaha menghindari
pembicaraan tentang ditarik mundurnya pasukan oleh Li
Tiong-hui, Lim Han-kim pun tidak mendesak lebih jauh,
dengan langkah lebar dia keluar dari perahu dan
serunya: "Aku sama sekali tak punya pengalaman dalam
pegang kemudiperahu, bila sampai menumbuk di batu
karang, jangan salahkan aku ..."
Tampaknya seebun Giok-hiong sedang memikirkan
satu masalah yang amat pelik, pada hakekatnya ia tidak
mendengar sama sekali apa yang diucapkan pemuda itu,
ia cuma berpaling memandangnya sekejap dan tertawa.
Lim Han-kim segera berpikir, iblis wanita ini tak boleh
dibiarkan hidup. sekarang Li Tiong-hui rela melepaskan
kesempatan baiknya untuk membunuh dia, tampaknya
aku Lim Han-kim terpaksa harus turun tangan sendiri,
bukankah dia tak pandai berenang? Kenapa aku tidak
sengaja menumbukkan perahu ini ke atas batu karang
agar dia mati tenggelam?"
Berpikir begitu, dia pun memutar arah kemudinya dan
mulai mendayung, Pelan-pelan perahu itu melaju ke
depan membelah keheningan yang menyelimuti telaga
itu.
seebun Giok-hiong hanya duduk termangu- mangu,
termenung dan membungkam diri jelas dia sendiri pun
dibuat tak habis mengerti oleh tingkah laku Li Tiong-hui
yang melepaskannya begitu saja.
sementara itu Lim Han-kim telah mengambil
keputusan dalam hati kecilnya untuk menumbukkan

2318
perahu itu ke atas batu karang yang dijumpai Dia
bertekad hendak membunuh seebun Giok-hiong hingga
bencana dalam dunia persilatan dapat dihindari.
sayang sekali pemuda ini sama sekali tak
berpengalaman meskipun sudah mencarinya ke sana
kemari, namun batu karang yang dimaksud belum juga
ditemukan. sementara ia masih gelisah, tiba-tiba tirai
pintu ruang tersingkap dan seebun Giok-hiong pelanpelan
munculkan diri
Melihat arah perahu yang dituju, seebun Giok-hiong
segera berkerut kening, tegurnya: "Hendak ke mana
kau?"
"sejauh mata memandang hanya air telaga melulu
yang terlihat, aku pikir ke manapun kita pergi adalah
sama saja." Ketika itu matahari sudah hampir tenggelam
di langit barat, cahaya senja yang kemerah-merahan
membiaskan sinar yang indah dan menawan.
sambil memandang cahaya yang mulai redup, seebun
Giok-hiong berseru sambil tertawa:
" Kekasih Lim, perahu kita kini ibarat selembar daun
yang terapung di tengah telaga yang luas, coba kau lihat
burung yang terbang berpasangan, sungguh bebas dan
penuh kegembiraan ..."
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Bila perahu ini kita tumpukkan keatas batu karang
hingga tenggelam dan kita ikut terkubur di dasar telaga,
bukankah siang malam kita bisa selalu menikmati
keindahan alam di sekitar tempat ini?"

2319
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berjalan ke samping
Lim Han-kim dan duduk di sisinya, tegurnya sambil
tertawa: " Kekasih Lim, tampaknya hatimu sedang
dipenuhi perasaan gusar dan mendongkol?"
" Kenapa? Kau merasa tak suka hati?"
"Dengan susah payah kita berhasil meloloskan diri dari
musibah maha besar, sepantasnya bila kita merasa
gembira, pernah kau dengar orang berkata: Mereka yang
bisa lolos dari kematian, di hari-hari selanjutnya tentu
banyak rejeki..."
"Kau yang punya rejeki sedang umat persilatan bakal
sengsara seumur hidup."
" Kenapa?"
"sebab dengan lolosnya kau dari bencana kematian
hari ini, semua dendam- mu pasti akan kau lampiaskan
dengan melakukan pembantaian secara besar-besaran
dalam dunia persilatan bukankah hal ini akan
menyengsarakan semua umat manusia?"
"Tapi paling tidak, kau toh bisa merasakan
kegembiraan bersamaku," Lim Han-kim tertawa dingin.
"Sekalipun kini kau bisa malang melintang lagi secara
bebas, suatu saat di kemudian hari kau pasti akan kalah
dan mati,"jengeknya.
" Kekasih Lim, bagaimana kalau kita jangan
membicarakan persoalan ini lagi?" pinta seebun Giokhiong
lembut "saat ini suasana dalam telaga amat indah,
inilah kesempatan bagi kita untuk berpesiar dan
bergembira, kau bersedia bukan?" Habis berkata ia
mengerling sekejap ke arah pemuda itu dengan manja,

2320
"Bencana besar sudah hampir menjelang tiba dalam
dunia persilatan, bagaimana mungkin aku dapat
menikmati keindahan alam dengan perasaan tenang..?"
keluh sang pemuda.
Dengan penuh manja dan kelembutan seebun Giokhiong
merayu: "Kekasih Lim, apa kau tidak kelewat
serius? orang bilang, di saat dapat bergembira kita harus
gembira, ucapan ini memang tepat sekali, bagaimana
pendapatmu kekasih Lim?"
"Aku tak punya waktu untuk berpacaran."
seebun Giok-hiong tidak menjadi marah, malahan
katanya lagi dengan lembut: "Kalau memang kekasih Lim
tak punya keinginan untuk berpesiar,aku pun tak akan
memaksa, cuma aku tetap merasa tak tenteram karena
kali ini kau telah ikut menanggung derita gara-gara aku."
BAB 18. Bertemu kembali
Lim Han-kim merasa muak sekali menghadapi rayuan
gombal yang dirasakan sangat menusuk
pendengarannya, ia mendengus dingin dan menjengek:
"Betulkah begitu?"
sebenarnya dia ingin sekali melajukan perahunya
untuk ditumbukkan ke atas batu karang agar seebun
Giok-hiong tercebur ke dalam telaga dan mati, tapi
melihat ketenangan yang menyelimuti permukaan telaga
itu, entah mengapa ia ragu untuk melakukannya saat
itulah mendadak terdengar seebun Giok-hiong berpekik
gembira: "Horee... mereka sudah datang... Kekasih Lim,
cepat lihat Mereka sudah datang..."

2321
Mengikuti arah yang ditunjuk Lim Han-kim berpaling.
Betul juga, dari depan sana teriihat sebaris perahu
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, tak
lama kemudian perahu-perahu itu sudah semakin
mendekat hingga bisa teriihat kawanan jago yang berdiri
di tengah geladak.
Seebun Glok-hiong segera memberi tanda agar perahu
itu mendekat, tak lama kemudian mereka berdua sudah
berpindah ke atas perahu tersebut Seebun Glok-hiong
pun segera turunkan perintah agar armada yang amat
besar itu berlayar menuju ke daratan-
Pelan-pelan Seebun Glok-hiong berjalan menghampiri
Lim Han-kim, dengan suara rendah katanya kemudian:
"Kekasih Lim, gara-gara aku, kau turut panik, bingung
dan kuatir Aku merasa berhutang budi padamu, mulai
saat ini aku berjanji akan melayanimu dengan lebih baik
lagi."
"Maksud baik nona biar kuterima di dalam hati saja,"
jawab Lim Han-kim cepat. "Kini kau sudah disambut oleh
anak buahmu, situasi gawat pun sudah berubah jadi
aman, aku rasa sudah waktuku untuk mohon diri."
"Kau hendak ke mana?" tanya Seebun Glok-hiong
tertegun
"Entahlah, dunia sangat lebar, ke mana aku berjalan
ke sanalah aku pergi"
"Tapi obat untuk menghilangkan samaran pada
wajahmu tidak berada di sakuku sekarang".

2322
"Tidak apa-apa," sela Lim Han-kim. "Selama beberapa
hari ini aku sudah terbiasa dengan wajah buruk. Nah,
sampai jumpa kembali."
selesai memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ, seebun Giok-hiong
menggetarkan bibirnya seperti hendak mengatakan
sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkannya.
Baru berjalan berapa langkah, mendadak Lim Han-kim
berbalik kembali, katanya: "Ada satu urusan aku ingin
minta tolong kepada nona, apakah ..."
seebun Giok-hiong menghela napas selanya:
"Jangankan baru sebuah, sepuluh buah pun pasti akan
kusanggupi"
"Lebih baik nona jangan terlalu cepat menyanggupi
urusan ini besar sekali hubungannya dengan dirimu."
"soal apa itu? Masa begitu serius?"
"Aku minta kau berjanii kepadaku untuk tidak
mendatangi pesanggrahan pengubur bunga dan
mengusik ketenangan nona Pek lagi"
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: " Kalau dilihat dari penyakitnya yang
begitu parah, aku pikir sembilan puluh persen ia sudah
tak punya harapan untuk hidup lagi."
"Mati atau hidupnya sama sekali tiada hubungan
dengan dirimu, aku hanya minta kau jangan pergi
mengusik ketenangannya lagi, sanggup tidak?"
Kembali seebun Giok-hiong berpikir, tapi akhirnya dia
mengangguk "Baik, aku berjanji kepadamu"

2323
"Terima kasih banyak nona karena kau sudi memberi
muka kepadaku, Lim Han-kim merasa sangat terharu."
Buru- buru pemuda itu memberi hormat, kemudian ia
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lebar.
Dari belakang tubuhnya bergema suara helaan napas
panjang seebun Giok-hiong yang rendah dan berat:
"Kekasih Lim, tidakkah kau menyadari bahwa jarak di
antara kita rasanya semakin lama semakin jauh."
Meskipun Lim Han-kim mendengar setiap ucapan itu
dengan jelas, namun ia berlagak seolah-olah tidak
mendengar Dengan langkah lebar ia meneruskan
perjalanannya ke depan.
Mengawasi bayangan punggung Lim Han-kim yang
pergi jauh, seebun Giok-hiong tak dapat melukiskan
bagaimana perasaan hatinya sekarang, setelah bayangan
punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan,
baru ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat tanpa berpaling lagi, la baru memperlambat
langkahnya sesudah berada puluhan li dari tempat
semula. sambil mendongakkan kepalanya memandang
rembulan yang mulai muncul di langit sebelah barat, ia
bergumam:" "Aku harus ke mana?"
Ketika melalui sebuah hutan yang lebat, mendadak ia
saksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
dan kemudian lenyap dari pandangan.
Lim Han-kim bukan anak kemarin sore, dengan
ketajaman mata yang dimilikinya ia dapat menyaksikan
bayangan manusia itu menyusup masuk ke dalam hutan,

2324
Dengan seksama dia pun melakukan pemeriksaan di
sekeliling tempat itu, namun suasana amat hening, sepi,
tak nampak sesosok manusia pun.
Sementara ia masih tercengang bercampur heran,
mendadak matanya tertuju ke arah semak yang kusut
bekas injakan kaki manusia.
Meminjam cahaya rembulan yang berwarna
keperakan, dengan seksama ia telusuri bekas kaki pada
semak tersebut Belum jauh dia berjalan, mendadak
kakinya menyentuh suatu benda keras yang terlentang di
tengah jalan, Buru-buru ia menundukkan kepalanya
melakukan pemeriksaan ternyata ada sesosok tubuh
manusia yang terluka tergolek di sana.
Tergopoh-gopoh pemuda itu membalikkan tubuh sang
korban, tapi hatinya semakin terperanjat Kiranya orang
yang terluka itu tak lain tak bukan adalah sahabat
karibnya, Hongpo Lan. Dalam kaget dan tercengangnya,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menyadarkan kembali rekannya itu.
sambil melompat bangun buru-buru Hongpo Lan
memberi hormat seraya berkata: "Ternyata saudara Lim
yang telah selamatkan aku, terima kasih banyak atas
pertolonganmu ini..."
"Kita adalah sesama saudara, kenal pun sudah begitu
akrab, buat apa kau masih sungkan-sungkan? Bagaimana
keadaan luka saudara Hongpo? Apa perlu beristirahat
dulu sebentar?"
"Luka yang kuderita tidak terlampau parah, hanya
beberapa buah jalan darah pada nadi pentingku yang
tertotok oleh ilmu memotong nadi. Coba kalau saudara

2325
Lim tidak selamatkan aku dengan membebaskan totokan
pada nadi pentingku, lama kelamaan totokan tersebut
bisa mengakibatkan terjadinya luka yang sukar diobati."
"llmu menotok nadi? Rasa-rasanya belum pernah
kudengar orang berbicara tentang kepandaian tersebut?"
"Mari kita berangkat," ajak Hongpo Lan sambil bangkit
berdiri "Kita harus secepatnya berangkat"
"Ke mana?"
" Kebun bunga keluarga Thio di gedung Lam-chonghu."
"Mau apa mengunjungi kebun bunga keluarga Thio?"
tanya Lim Han-kim ter- cengang, ia tidak habis mengerti
"semua jago lihai dari seluruh kolong langit serta
tokoh-tokoh dari sembilan partai besar telah berkumpul
semua di kebun bunga keluarga Thio untuk mengangkat
seorang bengcu dalam perjuangan menentang kelaliman
seebun Giok-hiong, pertemuan puncak semacam ini
boleh dibilang teramat langka, kita tak boleh lewatkan
kesempatan baik ini."
Lim Han-kim termenung dan berpikir sejenak.
kemudian ia berkata: "Huuuuh, lagi-lagi soal perebutan
nama dan kedudukan Maaf, sejak kecil aku dibesarkan
dalam lembah di tengah bukit yang sepi dan terpencil.
Aku sudah kelewat muak menyaksikan peristiwa
perebutan nama dan kedudukan semacam ini, jadi
maafkan kalau aku tak bisa menemanimu."
selesai bicara, dia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar. "saudara Lim" teriak Hongpo
Lan buru-buru.

2326
seraya membalikkan badannya Lim Han-kim menjura,
katanya: "Setiap orang mempunyai pendirian yang tak
sama. Aku betul-betul sudah muak menyaksikan
peristiwa tersebut, saudara Hongpo, Aku minta
pengertianmu, maafkan diriku ini. Pokoknya aku tahu
bahwa hubungan persaudaraan di antara kita tetap kekal
dan abadi, moga-moga saja kita dapat bersua lagi lain
waktu."
"Saudara Lim, dengarkan dulu perkataanku" kata
Hongpo Lan sambil menghela napas panjang.
" Kecuali mengajak aku berkunjung ke kebun bunga
keluarga Thio untuk menghadiri pertemuan puncak para
jago itu, soal yang lain boleh saudara Hongpo bicarakan
denganku."
"Pertemuan puncak ini terselenggara bukan semata
memperebutkan nama serta kedudukan, tapi juga
berbicara tentang keselamatan umat persilatan pada
umumnya."
"Aaaah, bagiku, siapa pun yang berhasil merebut
kedudukan bengcu tersebut adalah sama saja."
"Apabila seebun Giok-hiong sengaja mengirim orang
untuk ikut memperebutkan kedudukan tersebut,
keadaannya tentu berbeda sekali."
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya: "Bila
Pek si-hiang sudah mati, siapa sih manusia di dunia saat
ini yang mampu menaklukkan seebun Giok-hiong?
sebaliknya bila Pek si-hiang masih hidup, berarti ia
berhasil mempelajari ilmu sesat, watak maupun tingkah
lakunya pasti berubah, menjadi baik atau jahat masih
merupakan tanda tanya besar... Aaaaai, semestinya Li

2327
Tiong-hui adalah orang pilihan terbaik, tapi demi
mengincar kedudukan bengcu, nyatanya ia rela
melepaskan seebun Giok-hiong dengan begitu saja..."
"Sementara itu, umat persilatan di seluruh dunia
menganggap seebun Giok-hiong kejam, jahat dan berhati
ular, tapi kenyataannya ia bersikap begitu baik kepada
aku, Lim Han-kim".
Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kaiut dan
kusut pikirannya, untuk sesaat ia tak dapat mengambil
suatu kesimpulan yang terbaik.
Hongpo Lan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
rekannya. Melihat Lim Han-kim masih termenung terus
tanpa bicara, tak tahan lagi segera tegurnya: "Saudara
Lim, apa yang sedang kaupikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan berkata:
"Aaaaai... pengalaman serta peristiwa yang kualami
selama beberapa bulan terakhir ini membuat aku
berpendapat bahwa orang yang punya nama serta
reputasi terbaik belum tentu ia benar-benar baik,
sebaliknya orang yang bernama dan reputasi jelek.
belum tentu orangnya benar- benar jelek."
"Apa maksud perkataanku itu?" sela Hongpo Lan
dengan wajah termangu karena tak mengerti.
"Sekalipun Li Tiong-hui berhasil menduduki kursi
bengcu, belum tentu ia dapat menciptakan kebahagiaan
serta ketenteraman dalam dunia persilatan. Belum tentu
ia bisa selamatkan umat persilatan dari bencana
pembunuhan berdarah, sebaliknya, misalnya seebun
Giok-hiong yang berhasil merebut kursi bengcu, belum

2328
tentu dia akan membuat suasana dunia persilatan
menjadi kacau balau.
Kalau toh perbedaan di antara mereka tidak terlalu
jauh, buat apa pula kita mesti bersusah payah untuk
melibatkan diri dalam persoalan ini?"
Dengan wajah termangu- mangu Hongpo Lan awasi
Lim Han-kim tanpa berkedip. sampai lama kemudian ia
baru bergumam "saudara Lim, kau telah berubah...
bahkan perubahanmu teramat banyak..."
"Mungkin saja aku memang telah berubah, tapi aku
bisa berbicara demikian karena aku sudah mempunyai
pengertian yang lebih mendalam terhadap manusia serta
kejadian yang ada dalam dunia persilatan. Bila kita betulbetul
ingin menciptakan kebahagiaan bagi dunia
persilatan, maka kita harus menempuh jalan yang lain.
Hanya menggantungkan diri pada beberapa gelintir
manusia saja tak akan bermanfaat banyak terhadap
perubahan yang sama-sama kita dambakan".
"Ya a, sudahlah" akhirnya Hongpo Lan berseru. "Kalau
memang niatmu untuk tidak mencampuri urusan ini
begitu kuat, aku juga tak akan membujuk lebih jauh."
"Kau salah paham saudara Hongpo, aku tidak punya
pikiran untuk mengasingkan diri atau tidak mencampuri
urusan dunia persilatan lagi. Aku hanya berpendapat
perebutan nama serta kedudukan bengcu bukan saja
tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan
menambah ruwetnya suasana, jadi aku berniat..." Belum
selesai ucapan itu diutarakan, mendadak dia
membungkam

2329
Hongpo Lan juga tidak mendesak lebih jauh, sambil
memberi hormat katanya: "Kalau memang begitu aku
harus mohon diri lebih dulu, sebab aku sedang
melaksanakan tugas dari ayahku."
"Maaf kalau aku tidak bisa mengantar."
sambil melompat naik ke punggung kudanya Hongpo
Lan berpaling sambil berseru: "saudara Lim, kapan kita
dapat berjumpa kembali?"
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu sahutnya: "Hari
Tiong-ciu tahun depan aku akan menunggumu di rumah
makan ou-hok-lo di kota Bu-chong."
"Baik, sampai waktunya nanti aku pasti akan datang
memenuhi janji" selesai bicara dia mengeplak kudanya
berlalu dari sana.
Lim Han-kim menunggu sampai bayangan tubuh
Hongpo Lan lenyap dari pandangan baru berangkat
menuju ke tepi telaga, Kepada seorang nelayan yang
kebetulan perahunya sedang berlabuh ia berjalan
mendekat sambil menggapai
Melihat ada orang menggapai, nelayan itu segera
menjalankan perahunya mendekat Tapi setelah berada di
tepi pantai dari begitu melihat wajah Lim Han-kim yang
sangat aneh, ia menjerit kaget kemudian memutar
perahunya dan buru-buru kabur dari situ,
Lim Han-kim segera menghimpun hawa murninya,
tiba-tiba ia melejit ke udara dan melompat naik ke atas
perahu nelayan itu.
si nelayan adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan, ia semakin ketakutan setelah melihat Lim HanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2330
kim mampu melayang di udara untuk hinggap di geladak
perahunya, Dengan perasaan cemas bercampur ngeri,
serunya berulang kali: "Tuan, aku hanya nelayan yang
hidup miskin dan sengsara..."
Lim Han-kim merogoh sakunya mengeluarkan
sekeping emas yang beratnya paling tidak di atas lima
tahil ia berseru sambil menyodorkan emas tersebut ke
hadapan nelayan itu: "Kakek. kau tak usah takut, aku
bukan penyamun"
Terbelalak sepasang mata nelayan itu melihat emas
seberat itu, tapi dia tak berani menerima pemberian itu,
hanya katanya berulang kali: "Tuan, kalau ada urusan
katakan saja, sedang uangmu itu... aku tak berani
terima..."
Geli juga Lim Han-kim melihat sikap nelayan yang
jelas menginginkan uang emas tersebut, tapi tak berani
menerimanya sambil meletakkan emas tersebut ke
tangannya ia pun berkata: "Antar aku ke bukit Tong-ting
sebelah barat, sedang emas itu anggap saja sebagai
ongkos penyeberangan Aku akan beristirahat sejenak.
setelah tiba di bukit Tong-ting, panggillah aku." selesai
berkata dia masuk ke dalam ruang perahu, duduk bersila
dan mulai mengatur pernapasan
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba dari luar
ruang perahu kedengaran kakek itu berseru: "Kita sudah
sampai di bukit Tong-ting"
Buru-buru Lim Han-kim berjalan keluar dan berdiri di
ujung geladak sambil memberi petunjuk kepada nelayan
itu untuk melewati jalur masuk air menuju ke
pesanggrahan pengubur bunga.

2331
Begitu tiba di tempat tujuan, pemuda itu segera
menghimpun tenaga dalamnya sambil berseru: "Ada
orangkah di sini?"
suara teriakan itu kedengarannya tidak terlampau
keras, tapi suaranya dapat bergema sampai ke tempat
yang cukup jauh.
Tak selang beberapa saat kemudian dari balik
bebatuan muncullah Hiang-kiok yang berbaju hijau,
tampak wajahnya murung dan diliputi perasaan sedih
yang mendalam, Begitu mengetahui orang yang datang
adalah Lim Han-kim, dengan wajah girang ia segera
menegur: "Apakah Lim siangkong yang datang?"
"Yaa, aku memang Lim Han-kim"
"sungguh kebetulan kedatangan Lim siang-kong, ayoh
cepat naik kemari..." seru Hiang-kiok cepat
Lim Han-kim berpaling dan memandang nelayan itu
sekejap. kemudian pesannya: "setelah meninggalkan
tempat ini, jangan sekali-kali kau singgung tentang
tempat ini, mengerti?" seraya berkata, dia melompat naik
ke daratan.
Nelayan itu berjanji berulang kali, kemudian memutar
perahunya dan bergerak meninggalkan tempat itu.
sambil maju menyongsong Hiang-kiok kembali
pemuda itu berseru: "Baru saja nona memanggil
namamu, sungguh beruntung kau datang tepat pada
waktunya."
"Apakah penyakit nona Pek semakin parah?"

2332
"Bukan cuma parah, jiwanya sudah kritis, setiap saat
ia dapat menghembuskan napasnya yang terakhir Tak
lama setelah siangkong pergi, nona berjalan keluar dari
ruang rahasia, tapi ia segera pingsan kembali setelah
mengetahui bahwa siangkong ditangkap seebun Giokhiong,
akibatnya aku dan enci siok-bwee jadi panik dan
ketakutan setengah mati. setelah berusaha sedapat
mungkin, akhirnya nona berhasil disadarkan kembali"
"Lantas berada di mana nonamu sekarang?" tanya Lim
Han-kim dengan perasaan sedih.
"Kini dia berada di kamar tidurnya di loteng."
"Seraya berkata dia menarik ujung baju pemuda itu
dan mengajaknya berlarian menuju ke bangunan loteng.
Ketika tiba di kamar tidur Pek si-hiang, mereka
menjumpai siok-bwee sedang berlutut di depan
pembaringan sambil memegangi lengan Pek si-hiang dan
menangis tersedu-sedu. Dengan agak tertegun Hiangkiok
segera berseru: "Cici siok- bwee, nona dia..."
siok-bwee mengangkat kepalanya memandang Hiangkiok
dan Lim Han-kim sekejap. kemudian serunya
sesenggukan: "Nona ... dia ... dia ... dia ..." sesaat ia tak
sanggup melanjutkan kata-katanya karena sudah
meledak isak tangis dayang tersebut
"Apakah nona sudah putus nyawa?" bisik Hiang-kiok
dengan mata terbelalak lebar dan air mata bercucuran
membasahi pipinya.
"Aku rasa nona sudah tak punya harapan-"
"Sungguh?" jerit Hiang-kiok sambil melompat dan
menubruk ke arah pembaringan^

2333
Buru-buru Lim Han-kim merentangkan tangan
kanannya menghadang jalan maju Hiang-kiok sambil
berkata mencegah: "Jangan sembarangan bertindak, kini
kondisi tubuhnya sangat lemah. jangankan sedang sakit
parah, berada dalam keadaan bugar pun dia tak bakal
tahan menerima tubrukanmu itu, apalagi kondisi-nya
sekarang sudah teramat kritis..."
Berada dalam keadaan seperti ini, sesungguhnya tak
ada perbedaan antara lelaki maupun wanita. Lim Hankim
sendiri pun merasa teramat sedih dan pilu hatinya,
cuma ia masih sanggup menjaga ketenangan.
setelah agak tertegun sejenak, Hiang-kiok manggutmanggut:
"Betul juga perkataan Lim siangkong."
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan menghampiri
pembaringan dan memeriksa keadaan gadis itu, tampak
para muka Pek si-hiang pucat pias seperti mayat,
matanya terpejam rapat sedang hembusan napasnya
sudah tak nampak.
Terdengar siok-bwee berkata dengan sedih: "Lim
siangkong, dengus napas nona sudah berhenti kurang
lebih separuh hio lamanya ..."
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim menyingkap
selimut yang menutupi tubuh Pek si-hiang, lalu dia
tempelkan telapak tangannya di atas dada gadis itu dan
mencoba memeriksa detak jan-tungnya,
setelah diperiksa dengan seksama, ternyata
dirasakannya jantung si nona masih berdetak, meski
sudah teramat lemah

2334
sesudah termenung sejenak Lim Han- kim pun
berpaling ke arah siok-bwee serta Hiang-kiok dan
berkata: "Kondisi penyakit yang diderita nona Pek sudah
mencapai taraf yang berbahaya sekali, aku rasa hanya
ada satu jaLan pintas yang dapat kita lakukan sekarang."
"Jalan pintas bagaimana?" tanya siok-bwee.
"Aku hendak menggunakan tenaga dalam untuk
membantu peredaran darah di dalam tubuhnya, Dengan
bertambah cepatnya aliran darah dalam tubuhnya,
otomatis jantung yang memompa darah akan ikut
bergerak lebih cepat, dengan begitu dia akan segera
tersadar kembali..."
"Cara ini sangat baik," sela Hiang-kiok dengan
perasaan cemas.
"Tapi ada satu hal yang perlu kujelaskan lebih dulu,
Kondisi nona Pek saat ini sudah terhitung setengah mati,
setiap saat ada kemungkinan napasnya berhenti sama
sekali, tapi ada kemungkinan juga dia akan hidup terus,
sebaliknya bila menggunakan caraku ini mungkin saja dia
akan segera tersadar kembali, tapi kemungkinan besar
jantungnya segera akan berhenti berdetak dan mati."
"Bagaimana dengan perbandingan kesempatan untuk
mati dan hidup?"
"Seharusnya lima puluh banding lima puluh, antara
mati dan hidup masing-masing menempati setengahnya."
Siok-bwee termenung berpikir sejenak, kemudian
katanya seraya mengangguk: "Baiklah, Lim siangkong
boleh segera turun tangan, Kini aku sudah bertekad akan
mengorbankan diri untuk menemani majikanku untuk

2335
selamanya, Bilamana nona putus napas nanti, tolong Lim
siangkong ajak adik Hiang-kiok untuk segera tinggaikan
tempat ini. Aku akan gerakkan semua peralatan rahasia
untuk mengunci pesanggrahan pengubur bunga ini dari
dalam, kemudian akan kukirim tubuh nona ke ruang
bawah tanah dan di situ aku akan menemani jasadnya
untuk selamanya ..."
"Tidak, aku tak mau pergi- tukas Hiang-kiok sambil
melelehkan air mata, "Aku akan tetap tinggal di sini
menemani arwah nona."
"Aku rasa lebih baik kalian berdua tak usah bersikeras
lantaran persoalan ini," ujar Lim Han-kim pelan, "orang
baik selalu dilindungi Thian, siapa tahu nona Pek segera
akan tersadar kembali."
Sembari berkata dia bangunkan tubuh Pek Si-hiang
dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya
langsung dihantamkan ke atas jalan darah Mia-bun-hiat
keras-keras.
Tampak tubuh Pek Si-hiang yang kurus kecil itu tibatiba
saja bergetar keras, dari mulutnya menyembur
keluar segumpal riak kental.
Kebetulan sekali pada waktu itu Lim Han-kim sedang
memutar wajahnya untuk memeriksa dengus napasnya
apakah sudah berfungsi atau belum, tak ampun lagi
semburan riak kental itu persis menyembur di atas wajah
anak muda itu. padahal saat itu dia sedang mengerahkan
segenap tenaga dalamnya untuk mendesak peredaran
darah di tubuh Pek Si-hiang agar lancar kembali, dengan
sendirinya dia pun tak dapat menyeka riak kental yang
menempel di wabahnya itu.

2336
sepasang mata Pek si-hiang yang semula terpejam
rapat, pelan-pelan membuka kembali Ketika menyaksikan
wajah- Lim Han-kim dinodai oleh riak kentalnya tanpa
disadari pemuda itu, tak kuasa lagi ia tersenyum.
Tak terlukiskan rasa gembira siok-bwee serta Hiangkiok
setelah menyaksikan sekulum senyuman mulai
menghiasi wajah majikannya, tak tahan mereka menjerit
keras: "Nona telah mendusin"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, pelanpelan
ia menarik kembali telapak tangannya dari atas
jalan darah Mia-bun-hiat, gumamnya: "Sungguh
beruntung usahaku berhasil"
Dengan lembut dan penuh kasih sayang Pek si- hiang
menyeka riak kental dari wajah Lim Han-kim, lalu
bisiknya: "Kau sudah kembali?"
"Yaa, aku sudah kembali."
Dari bawah bantalnya Pek si-hiang mengeluarkan
sebatang jarum emas yang segera ditusukkan ke atas
jalan darahnya, semangat dan tenaganya seketika
menjadi bugar kembali, wajahnya yang semula pucat
pias kini pun mulai dihiasi warna semu merah, embali ia
bertanya: "seebun Giok-hiong membebaskan kau?"
Lim Han-kim tidak menjawab, sebaliknya segera
menegur: " Kondisi badanmu sudah demikian lemah dan
rapuh, kekuatanmu juga belum pulih kembali, kenapa
kau gunakan lagi jarum emas itu untuk merangsang daya
tahan tubuhmu? Apakah tindakanmu ini tidak keliru
besar?"

2337
Sambil tersenyum Pek Si-hiang menggeleng, kembali
desaknya: "Cepat beritahu aku, apakah seebun Giokhiong
yang membebaskan kau?"
"Aaaai.. panjang untuk diceritakan ..."
"Tidak mengapa, aku bisa mendengarkan dengan
penuh kesabaran." Terpaksa Lim Han-kim mengisahkan
kembali pengalaman yang dialaminya secara ringka
Betul juga, Pek si-hiang mendengarkan dengan penuh
perhatian, begitu selesai kisah tersebut ia baru berkata
sambil ter-senyum: "Li Tiong-hui gagal dalam urusan
bercinta, lumrah bila dia alihkan pikiran serta
perhatiannya ke masalah nama serta kedudukan."
"Apakah dia memang berniat membebaskan seebun
Giok-hiong?"
"seandainya seebun Giok-hiong tewas, maka Li Tionghui
akan kehilangan lawan tangguh. Bila begitu
keadaannya, maka tidak gampang jika dia pingin
menduduki tahta sebagai Bu-lim Bengcu."
"Kalau begitu apa yang diucapkan seebun Giok-hiong
ada benarnya juga, berarti..." Mendadak ia batal
meneruskan kembali kata-katanya.
"Berarti tiada seorang manusia pun di dunia ini yang
dapat dipercaya bukan?" sambung Pek si-hiang sambil
ter-senyum.
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...
tampaknya memang tidak mudah bagi manusia untuk
melepaskan diri dari masalah nama, kedudukan serta
ambisi, berarti tidak gampang juga menjadi manusia

2338
seperti Ciu Huang, pendekar Ciu yang disegani dan
dihormati seluruh umat persilatan. "
"Benar," sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Memang
sulit bagi seseorang untuk melepaskan ambisi serta citacitanya,
Li Tiong-hui sengaja melepaskan seebun Giokhiong
karena dia hendak memanfaatkan kehadiran serta
keberadaannya untuk menduduki bangku sebagai Bu-lim
Bengcu, kemudian dengan posisinya tersebut ia bisa
memerintah seluruh umat persilatan untuk beradu
kekuatan dengan seebun Giok-hiong, atau dengan
perkataan lain dia hendak mengorbankan entah berapa
banyak nyawa serta darah umat persilatan untuk
memuaskan ambisinya itu."
"Aaaai... dasar pemikiran perempuan," umpat Lim
Han-kim, mendadak ia teringat Pek si- hiang juga
seorang wanita, buru-buru ia tutup mulutnya kembali.
Pek si-hiang tertawa lalu berujar:" jangan terlalu
menyalahkan Li Tiong-hui. seandainya aku menjadi dia,
akupun pasti akan lepaskan seebun Giok-hiong, ia gagal
dalam bercinta, bila semua pikiran dan perhatiannya
tidak ditujukan untuk mencari nama serta kedudukan,
bagaimana mungkin ia dapat melanjutkan hidup ini?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai... nyata
sekali manusia memang egois, dalam suasana dunia
persilatan yang begini kalut, kau memang tidak harus
mati dalam usia muda."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Bila aku mati
sekarang, dalam bayanganmu tentulah aku seorang
gadis yang begitu cantik, begitu baik dan sempurna,
sebaliknya bila aku hidup lebih lama lagi, mungkin saja

2339
aku akan berubah sejahat seebun Giok-hiong atau Li
Tiong-hui."
"Kalau harus berubah, biarlah kau berubah" pikir Lim
Han-kim di dalam hati, "Dunia persilatan memang
dipenuhi intrik dan tipu muslihat, tak seorang manusia
pun yang begitu sempurna, Mungkin saja orang yang
betul-betul baik tak mau menerjunkan diri ke dalam
dunia persilatan Aaai... kalau toh di dunia ini sudah
terdapat begitu banyak orang jahat, sekalipun kau
berubah menjadi jahatpun tak menjadi masalah, setitik
atau sebaskom air adalah sama saja..."
sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
Pek si hiang berkata dengan lembut: "saudara Lim, aku
tidak tahu sedari kapan kau tinggalkan ruang rahasia,
padahal sudah cukup lama aku mendusin Dulu, aku suka
menyendiri dalam suasana yang amat hening dan tenang
aku dapat melupakan segala masalah yang
membelenggu diriku, aku dapat melupakan kondisiku
yang setiap saat dapat mati, tapi... tapi sekarang... aku
tak dapat berperasaan seperti itu..."
Air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang
cantik, lanjutnya: "sekarang aku takut hidup sendiri, aku
pun takut menghadapi kematian."
"Bukankah ilmu sesat sembilan iblis dapat
membantumu untuk menyembuhkan penyakit yang kau
derita?"
"Aaaai... setelah kulatih ilmu sesat sembilan iblis
tersebut, aku akan menghancurkan kenangan yang indah
dan sempurna tentang diriku, Aku akan berubah,

2340
berubah menjadi seorang gadis yang jahat... jahat
sekali..."
"Kalau harus berubah, biarlah berubah"
Pek si-hiang tertegun serunya: "Kalau aku berubah
menjadi begitu jahat, apakah kau tetap akan mengawini
aku?"
"Tentu saja" jawab Lim Han-kim setelah termenung
sejenak.
Dengan penuh rasa sedih Pek Si-hiang menggenggam
tangan kanan Lim Han-kim erat-erat, katanya lirih: "Aku
tak ingin mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, namun
aku pun lebih-lebih tak pingin mati, Aaaai... Ternyata
hidup dan mati merupakan dua sudut yang saling
berlawanan oooh saudara Lim, kenapa kau tidak diberi
kesempatan untuk memilih yang terbaik di antara kedua
hal itu?"
Lim Han-kim tertawa lepas, katanya: " Latihlah ilmu
sesat sembilan iblis dengan perasaan lega, jangan
cemas, apa yang telah kujanjikan sampai mati pun aku
tak akan menyesal."
"Aku percaya kepadamu." Pek si-hiang manggutmanggut.
"seandainya waktu itu aku betul-betul berubah
menjadi amat jahat, ingatlah baik-baik akan segala
kebaikan yang kumiliki sekarang. perubahan tersebut
bukan menjadi kehendakku yang sebenarnya..."
Agaknya dalam waktu yang amat singkat ini dia telah
membuat satu keputusan, dengan wajah penuh
kebulatan tekad sambungnya: "Akan kuingat selalu
sumpah dan janjimu hari ini, moga- moga saja aku dapat

2341
mengendalikan perubahan sifat dan sikapku setelah
berlatih ilmu sesat itu..."
"Dengan kecerdasan serta kemampuanmu sekarang,
siapa tahu sebelum terperosok lebih dalam, kau sudah
berhasil menemukan jalan keluarnya," kata Lim Han-kim
sambil menggenggam tangannya dan tertawa.
senyuman yang amat cerah dan memabukkan segera
menghiasi wajah Pek si-hiang, mendadak pintanya:
"Rangkul dan peluklah aku erat-erat" Lim Han-kim raguragu,
ia tak berani melakukan permintaan itu.
Sambil tertawa kembali Pek Si-hiang berkata:
"Bukankah aku sudah menerima pinanganmu? Kini aku
sudah menjadi istrimu, kenapa harus malu-malu?"
"Ehmm, betul juga perkataanmu" seru Lim Han-kim,
dengan cepat dia merangkul gadis itu dan memeluknya
erat-erat.
siok-bwee dan Hiang-kiok saling bertukar pandangan,
sambil tertawa diam-diam mereka mengundurkan diri
dari situ.
saat yang paling menggembirakan sering kali berlalu
begitu cepat, tanpa terasa sudah dua jam lebih Pek sihiang
bersandar dalam pelukan Lim Han-kim sambil
menikmati hangatnya rangkulan pemuda itu. Akhirnya ia
membuka matanya memandang cahaya matahari di luar
jendela, lalu berbisik, "Saudara Lim, sudah saatnya kau
pergi."
Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, tanyanya
sambil menatap gadis itu dengan penuh kemesraan:
"sampai kapan aku baru boleh menjengukmu lagi?"

2342
"Tidak usah kemari menjengukku lagi, Bila latihan ilmu
sesatku telah berhasil, dalam setahun saja dasarku sudah
kuat, Aku pasti datang mencarimu sendiri Bila aku gagal
menguasai diri hingga tersesat, paling banter tiga hari
kemudian aku sudah mati, Kalau sudah begitu, meski kau
datang menjengukku juga tak ada gunanya."
"Baik, aku akan menantimu, tapi... jejakku tak
menentu, ke mana kau hendak mencari- ku?"
"Asal aku berhasil lolos dari cengkeraman elmaut, aku
pasti punya cara untuk menemukan dirimu," sahut Pek
si-hiang sambil tertawa.
Dengan penuh kasih sayang Lim Han-kim
menggenggam tangan Pek si-hiang erat-erat, bisiknya:
"Kau harus baik-baik menjaga diri"
Pek si-hiang tertawa, lalu menukas: "Bila aku dapat
lolos dari kematian, kehidupanku selanjutnya merupakan
pemberianmu "
Mendadak Lim Han-kim teringat kembali janjinya
dengan Hongpo Lan, segera ujarnya lagi: "Hari Tiong-ciu
tahun depan aku punya janji dengan seorang teman
untuk bertemu di rumah makan Ui-hok-lo. Bila kau
berhasil melatih ilmu sesat sembilan iblis, tak ada
salahnya datang menjumpaiku di situ."
"Mogg-moga saja aku bisa teringat dengan tanggal
tersebut serta dagang memenuhi janji..." setelah
menghela napas panjang, Pek si-hiang melanjutkan
"seandainya aku gagal melewati pintu kematian, sampai
waktunya aku pasti akan berusaha menyampaikan warta
kematianku itu kepadamu."

2343
"Moga-moga Thian selalu melindungi orang banyak,"
bisik Lim Han-kim sedih.
Dengan wajah dibasahi air mata Pek si-hiang berkata
lagi sembari tertawa: " Cinta kasih saudara Lim yang
lebih dalam daripada samudra telah membantu aku
terlepas dari pintu kematian ..."
Ia berhenti sejenak. matanya yang besar berkedip
beberapa kali hingga air matanya bercucuran makin
deras, terusnya: "Semoga saudara Lim bisa jaga diri
baik-baik, dalam menghadapi segala persoalan usahakan
untuk bersabar, kau harus menanti kedatanganku."
"Baik, aku berjanji akan tetap setia menantimu, Kini
waktu amat berharga bagimu, biar aku mohon diri lebih
dulu."
"siok-bwee, di mana kau?" Pek si-hiang segera
berteriak keras.
siok-bwee menyahut sambil munculkan diri, "Ada
perintah apa, nona?" tanya-nya.
"Antar Lim siangkong, waktu pulang nanti gerakkan
semua alat rahasia dan tutup rapat pesanggrahan
pengubur bunga."
siok-bwee mengiakan dan berjalan duluan, setelah
mengantar Lim Han-kim sampai ke daratan seberang, ia
baru berbisik "Lim siangkong, perasaan cintamu telah
mengharukan hati nona hingga muncul kembali niatnya
untuk hidup, ini sama artinya dengan kau telah
selamatkan jiwaku serta adik Hiang-kiok, Untuk itu budak
merasa sangat berterima kasih."

2344
"Kau kelewat serius, cukup asal kalian baik-baik
melayani nona kalian," sela sang pemuda cepat
siok-bwee manggut berulang kali, kemudian ia baru
memutar sampannya dan berlayar balik ke
pesanggrahannya.
Perasaan dan pikiran Lim Han-kim saat ini sangat
ringan, lega dan gembira, kendatipun perjalanannya ke
pesanggrahan pengubur bunga kali ini dilakukan tergesagesa
tanpa rencana, namun ia justru telah
menyelesaikan suatu masalah yang amat besar
Ketika mengayunkan langkahnya dtngan santai
menelusurijalan setapak, mendadak ia mengendus bau
harum arak dan hidangan yang melelehkan liur, saat
itulah ia baru teringat bahwa sudah hampir sehari ia
belum mengisi perut
Ketika mendongakkan kepalanya, terlihat olehnya
sebuah rumah makan dengan merek "Pek-hun-thian"
berada di hadapannya.
Dengan langkah lebar ia segera memasuki rumah
makan itu dan langsung naik ke tingkat kedua.
Tempat itu merupakan sebuah kota yang terletak
persis di tepi telaga Tay-ou, meski kotanya tidak terlalu
besar namun ramainya bukan kepalang.
Ketika Lim Han-kim tiba di depan rumah makan itu,
seorang bocah berbaju serba putih segera maju
menyongsong kedatangannya seraya menyapa: "Tuan,
hendak pesan apa?"
Bocah ini berwajah bersih dan halus, pakaiannya rapi,
sama sekali tak punya tampang sebagai seorang pelayan.

2345
"Coba sediakan sepoci arak wangi serta empat macam
sayur."
Bocah itu mengiakan dan segera berlalu dari situ.
selang beberapa saat ke-mudian, bocah itu sudah
muncul dengan membawa arak dan hidangan yang
dipesan.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir Jika dilihat dari
gerak-geriknya, jelas orang ini tidak mirip seorang
pelayan, lalu siapa dia?" Berpikir begitu, tak tahan
ujarnya:
"saudara cilik, bagaimana kalau kuundang kau untuk
menemani aku bersantap?"
"Hamba tidak berani," tampik bocah itu cepat-cepat.
"Empat samudra adalah sahabat, setiap orang adalah
tetangga, apalagi usaha rumah makan ini tidak
terlampau sibuk, kenapa tidak kau temani aku makan
ber-sama?"
"Hamba tak pandai minum arak, biarlah maksud baik
tuan kuterima dalam hati." selesai memberi hormat buruburu
dia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"saudara cilik, harap tunggu sebentar," bisik Lim Hankim
sambil bangkit berdiri dan menghadang jalan
perginya.
Bocah itu pura-pura tidak mendengar begitu
membalikkan badan ia segera kabur dari situ,
tindakannya ini justru menimbulkan rasa curiga Lim Hankim.
Tanpa banyak bicara ia ayunkan tangannya
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan

2346
kanan bocah itu, lalu tegurnya dingin: " Kenapa sih kau
kabur?"
Bocah itu nampak sangat gelisah bercampur panik, ia
berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, sayang sekali
cengkeraman yang dilakukan Lim Han-kim ini sangat
kuat dan kokoh, bagaimana pun bocah itu mencoba
untuk meronta namun usaha itu tetap gagal, sampai
akhirnya ia mulai menangis.
Lim Han-kim bertambah curiga, tanpa banyak bicara ia
totok jalan darah bisu bocah itu hingga tak mampu
bersuara lagi, pengalamannya selama berapa waktu
terakhir membuat anak muda ini semakin memahami
segala macam intrik dan tipu muslihat dalam dunia
persilatan, juga meningkatkan kewaspadaannya terhadap
keadaan di sekeliling tempat tersebut ia punya
pengalaman buruk dengan Cau-hua lojin yang
menyebabkan ia salah makan dan keracunan,
pengalaman pahit ini membuat dia selalu waspada.
Tingkah laku si bocah yang gugup bercampur panik,
semakin membangkitkan perasaan curiganya, Dengan
sikap ia melongok keluar tirai, Melihat di situ tak ada
orang lain, dengan cepat dibopongnya bocah itu masuk
ke dalam ruangan, kemudian bisiknya: "saudara cilik, aku
tidak bermaksud mencelakaimu, jangan takut, bila ada
sesuatu masalah yang menyusahkan dirimu katakan saja
kepadaku terus terang."
Dengan tertotoknya jalan darah bisu di tubuh bocah
itu, biar ingin berbicara pun sulit buat bocah itu untuk
bicara, hanya air matanya bercucuran dengan deras
membasahi wajahnya

2347
Dengan kening berkerut kembali Lim Han-kim berkata:
"Bisa saja kubebaskan totokan pada jalan darah bisumu
sekarang, cuma kalau kau mencoba kabur, berarti kau
hendak mencari penyakit buat diri sendiri"
selesai bicara, ia menotok bebas jalan darah pada
tubuh bocah itu.
BAB 19. kejadian Aneh Di Rumah Makan
Begitu jalan darahnya dibebaskan bocah itu segera
melompat bangun dan menerjang keluar dari ruangan
itu.
Dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Lim
Han-kim mengayunkan tangan kanannya mencengkeram
kembali pergelangan tangan kanan bocah lelaki itu, Pada
saat itulah dari balik pintu ruangan telah muncul seorang
gadis berbaju hijau.
Gadis itu berdiri dengan wajah serius, lamat-lamat
hawa amarah menyelimuti wajahnya. Lim Han-kim sedikit
tertegun, tapi dengan cepat ia totok jalan darah bocah
itu.
"Tuan" terdengar gadis berbaju hijau itu menegur
"Harap bebaskan dia ia masih muda, tak tahu urusan,
bila sudah berbuat salah dengan tuan sepantasnya bila
tuan maafkan."
sekalipun hawa amarah telah menyelimuti wajahnya,
namun ia masih berbicara dengan nada lembut dan
halus.

2348
"Apa hubungannya denganmu?" tegur Lim Han-kim
kemudian.
"Dia adikku"
"Nona tak usah takut, sekalipun saudaramu telah
berbuat sesuatu yang salah, aku tak akan melukai
dirinya."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu melangkah maju ke
depan, wajahnya semakin keren dan serius.
Lim Han-kim segera menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, katanya: "Rumah makan ini milik nona?"
Gadis itu amat cantik, cuma sayang sikapnya begitu
dingin, kaku hingga mendatangkan perasaan tak sedap
bagi yang memandang, ia tersenyum lalu jawabnya:
"Bebaskan dulu adikku, kemudian kita baru bicara."
"Maaf, bicara dulu sampai selesai baru kubebaskan
adikmu," tampik Lim Han-kim sambil tertawa hambar
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya.
"Baik" katanya kemudian setelah berpikir sejenak.
"Apa yang hendak kau bicarakan, cepat utarakan"
Banyak persoalan yang memenuhi benak Lim Han-kim
saat itu, namun ia tak tahu harus diawali dari mana,
Untuk sesaat dia cuma termenung tanpa mengajukan
satu pertanyaan pun-
"Kenapa diam saja?" tegur gadis berbaju hijau itu
ketus, "Ayoh tuan, mulailah bertanya"
" Hanya kalian berdua yang mendiami rumah makan
ini?" tanya Lim Han-kim setelah mendeham pelan,

2349
"Masih ada seorang abang" sahut gadis itu sambil
tertawa dingin.
"Di mana ia sekarang?"
"Sedang menangkap ikan"
Lim Han-kim terdiam sesaat, setelah berpikir sebentar
kembali tanyanya: "Dekorasi dalam rumah makan ini
amat indah dan berseni, hasil karyamu sendiri?"
"Tuan, hanya urusan tetek bengek macam ini yang
hendak kau tanyakan?"
Merah dan terasa panas sepasang pipi Lim Han-kim
memperoleh teguran itu, segera pikirnya: "Sungguh
memalukan, rasanya memang tak pantas aku
mengajukan pertanyaan semacam ini terhadap seorang
gadis..."
Karena itu sambil menepuk bebas totokan jalan darah
pada bocah lelaki itu ia pun berkata: "Teguran nona
memang sangat tepat."
Begitu terbebas dari pengaruh totokan, bocah lelaki itu
segera melompat bangun, menengok gadis berbaju hijau
itu sekejap kemudian kabur dari ruangan.
sebetulnya Lim Han-kim berniat mencengkeram
kembali bocah itu, namun gadis berbaju hijau itu segera
menghadang gerak majunya dengan merentangkan
tubuhnya di tengah jalan.
sangat cepat gerak tubuh bocah itu, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali
tangannya, lalu berkata: "Kenapa nona halangi

2350
perbuatanku? Padahal aku tidak berniat mencelakai
jiwanya."
"Adikku masih muda, tak tahu apa apa, Biarkan dia
pergi, toh di sini masih ada aku yang bertanggung
jawab."
Lim Han-kim semakin dibuat tak habis mengerti,
kembali pikirnya: "sungguh aneh tingkah laku nona ini,
jelas di balik peristiwa ini ada hal-hal yang tak beres."
Meskipun pikirannya penuh diliputi kecurigaan namun
wajahnya tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi
sesuatu pun, sambil tertawa hambar ujarnya: "Dalam
beberapa hari belakangan ini, apakah nona..."
Karena takut maksud hatinya keburu ketahuan, dia
sengaja menarik kata terakhirnya dengan nada panjang,
Gadis berbaju hijau itu manggut-manggut, tukasnya:
"Dengan obat bius aku telah merobohkan dua orang,
Aaai... cuma sayang orang-orang itu nampaknya tak
berguna..."
Kontan Lim Han-kim merasakan jantungnya berdebar
keras, pikirnya: "orang bilang dunia persilatan amat
berbahaya, nampaknya pernyataan ini memang benar.
siapa sih yang mengira dalam sebuah rumah makan kecil
yang begini sederhana dan bersih serta dikelola dua
bersaudara yang lemah lembut, ternyata merupakan
sebuah perangkap dunia persilatan yang amat berbahaya?"
sementara ia berpikir, gadis berbaju hijau itu telah
bertanya lagi: "Apakah hendak kau periksa?"

2351
"Tentu saja harus kuperiksa" jawab Lim Han-kim
cepat.
Tanpa banyak bicara gadis berbaju hijau itu
membalikkan badan berjalan ke luar dari kedainya
menuju ke belakang.
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim mengekor di
belakang gadis itu, mereka menaiki sebuah bangunan
loteng kecil dan tiba di depan sebuah pintu yang terkunci
Begitu pintu terbuka, terlihatlah isi ruangan itu hanya
tumpukan aneka macam barang yang kotor dan berdebu,
Mengikuti arah yang ditunjuk Lim Han-kim berpaling.
Betul juga, dari depan sana teriihat sebaris perahu
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi, tak
lama kemudian perahu-perahu itu sudah semakin
mendekat hingga bisa teriihat kawanan jago yang berdiri
di tengah geladak.
Seebun Glok-hiong segera memberi tanda agar perahu
itu mendekat, tak lama kemudian mereka berdua sudah
berpindah ke atas perahu tersebut Seebun Glok-hiong
pun segera turunkan perintah agar armada yang amat
besar itu berlayar menuju ke daratan-
Pelan-pelan Seebun Glok-hiong berjalan menghampiri
Lim Han-kim, dengan suara rendah katanya kemudian:
"Kekasih Lim, gara-gara aku, kau turut panik, bingung
dan kuatir Aku merasa berhutang budi padamu, mulai
saat ini aku berjanji akan melayanimu dengan lebih baik
lagi."
"Maksud baik nona biar kuterima di dalam hati saja,"
jawab Lim Han-kim cepat. "Kini kau sudah disambut oleh

2352
anak buahmu, situasi gawat pun sudah berubah jadi
aman, aku rasa sudah waktuku untuk mohon diri."
"Kau hendak ke mana?" tanya Seebun Glok-hiong
tertegun
"Entahlah, dunia sangat lebar, ke mana aku berjalan
ke sanalah aku pergi"
"Tapi obat untuk menghilangkan samaran pada
wajahmu tidak berada di sakuku sekarang".
"Tidak apa-apa," sela Lim Han-kim. "Selama beberapa
hari ini aku sudah terbiasa dengan wajah buruk. Nah,
sampai jumpa kembali."
selesai memberi hormat, ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ, seebun Giok-hiong
menggetarkan bibirnya seperti hendak mengatakan
sesuatu, tapi niat tersebut kemudian diurungkannya.
Baru berjalan berapa langkah, mendadak Lim Han-kim
berbalik kembali, katanya: "Ada satu urusan aku ingin
minta tolong kepada nona, apakah ..."
seebun Giok-hiong menghela napas selanya:
"Jangankan baru sebuah, sepuluh buah pun pasti akan
kusanggupi"
"Lebih baik nona jangan terlalu cepat menyanggupi
urusan ini besar sekali hubungannya dengan dirimu."
"soal apa itu? Masa begitu serius?"
"Aku minta kau berjanii kepadaku untuk tidak
mendatangi pesanggrahan pengubur bunga dan
mengusik ketenangan nona Pek lagi"

2353
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: " Kalau dilihat dari penyakitnya yang
begitu parah, aku pikir sembilan puluh persen ia sudah
tak punya harapan untuk hidup lagi."
"Mati atau hidupnya sama sekali tiada hubungan
dengan dirimu, aku hanya minta kau jangan pergi
mengusik ketenangannya lagi, sanggup tidak?"
Kembali seebun Giok-hiong berpikir, tapi akhirnya dia
mengangguk "Baik, aku berjanji kepadamu"
"Terima kasih banyak nona karena kau sudi memberi
muka kepadaku, Lim Han-kim merasa sangat terharu."
Buru- buru pemuda itu memberi hormat, kemudian ia
membalikkan badan dan beranjak pergi dengan langkah
lebar.
Dari belakang tubuhnya bergema suara helaan napas
panjang seebun Giok-hiong yang rendah dan berat:
"Kekasih Lim, tidakkah kau menyadari bahwa jarak di
antara kita rasanya semakin lama semakin jauh."
Meskipun Lim Han-kim mendengar setiap ucapan itu
dengan jelas, namun ia berlagak seolah-olah tidak
mendengar Dengan langkah lebar ia meneruskan
perjalanannya ke depan.
Mengawasi bayangan punggung Lim Han-kim yang
pergi jauh, seebun Giok-hiong tak dapat melukiskan
bagaimana perasaan hatinya sekarang, setelah bayangan
punggung pemuda itu sudah lenyap dari pandangan,
baru ia membalikkan tubuh dan beranjak pergi.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat tanpa berpaling lagi, la baru memperlambat

2354
langkahnya sesudah berada puluhan li dari tempat
semula. sambil mendongakkan kepalanya memandang
rembulan yang mulai muncul di langit sebelah barat, ia
bergumam:" "Aku harus ke mana?"
Ketika melalui sebuah hutan yang lebat, mendadak ia
saksikan sesosok bayangan manusia berkelebat lewat
dan kemudian lenyap dari pandangan.
Lim Han-kim bukan anak kemarin sore, dengan
ketajaman mata yang dimilikinya ia dapat menyaksikan
bayangan manusia itu menyusup masuk ke dalam hutan,
Dengan seksama dia pun melakukan pemeriksaan di
sekeliling tempat itu, namun suasana amat hening, sepi,
tak nampak sesosok manusia pun.
Sementara ia masih tercengang bercampur heran,
mendadak matanya tertuju ke arah semak yang kusut
bekas injakan kaki manusia.
Meminjam cahaya rembulan yang berwarna
keperakan, dengan seksama ia telusuri bekas kaki pada
semak tersebut Belum jauh dia berjalan, mendadak
kakinya menyentuh suatu benda keras yang terlentang di
tengah jalan, Buru-buru ia menundukkan kepalanya
melakukan pemeriksaan ternyata ada sesosok tubuh
manusia yang terluka tergolek di sana.
Tergopoh-gopoh pemuda itu membalikkan tubuh sang
korban, tapi hatinya semakin terperanjat Kiranya orang
yang terluka itu tak lain tak bukan adalah sahabat
karibnya, Hongpo Lan. Dalam kaget dan tercengangnya,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menyadarkan kembali rekannya itu.

2355
sambil melompat bangun buru-buru Hongpo Lan
memberi hormat seraya berkata: "Ternyata saudara Lim
yang telah selamatkan aku, terima kasih banyak atas
pertolonganmu ini..."
"Kita adalah sesama saudara, kenal pun sudah begitu
akrab, buat apa kau masih sungkan-sungkan? Bagaimana
keadaan luka saudara Hongpo? Apa perlu beristirahat
dulu sebentar?"
"Luka yang kuderita tidak terlampau parah, hanya
beberapa buah jalan darah pada nadi pentingku yang
tertotok oleh ilmu memotong nadi. Coba kalau saudara
Lim tidak selamatkan aku dengan membebaskan totokan
pada nadi pentingku, lama kelamaan totokan tersebut
bisa mengakibatkan terjadinya luka yang sukar diobati."
"llmu menotok nadi? Rasa-rasanya belum pernah
kudengar orang berbicara tentang kepandaian tersebut?"
"Mari kita berangkat," ajak Hongpo Lan sambil bangkit
berdiri "Kita harus secepatnya berangkat"
"Ke mana?"
" Kebun bunga keluarga Thio di gedung Lam-chonghu."
"Mau apa mengunjungi kebun bunga keluarga Thio?"
tanya Lim Han-kim ter- cengang, ia tidak habis mengerti
"semua jago lihai dari seluruh kolong langit serta
tokoh-tokoh dari sembilan partai besar telah berkumpul
semua di kebun bunga keluarga Thio untuk mengangkat
seorang bengcu dalam perjuangan menentang kelaliman
seebun Giok-hiong, pertemuan puncak semacam ini

2356
boleh dibilang teramat langka, kita tak boleh lewatkan
kesempatan baik ini."
Lim Han-kim termenung dan berpikir sejenak.
kemudian ia berkata: "Huuuuh, lagi-lagi soal perebutan
nama dan kedudukan Maaf, sejak kecil aku dibesarkan
dalam lembah di tengah bukit yang sepi dan terpencil.
Aku sudah kelewat muak menyaksikan peristiwa
perebutan nama dan kedudukan semacam ini, jadi
maafkan kalau aku tak bisa menemanimu."
selesai bicara, dia membalikkan badan dan beranjak
pergi dengan langkah lebar. "saudara Lim" teriak Hongpo
Lan buru-buru.
seraya membalikkan badannya Lim Han-kim menjura,
katanya: "Setiap orang mempunyai pendirian yang tak
sama. Aku betul-betul sudah muak menyaksikan
peristiwa tersebut, saudara Hongpo, Aku minta
pengertianmu, maafkan diriku ini. Pokoknya aku tahu
bahwa hubungan persaudaraan di antara kita tetap kekal
dan abadi, moga-moga saja kita dapat bersua lagi lain
waktu."
"Saudara Lim, dengarkan dulu perkataanku" kata
Hongpo Lan sambil menghela napas panjang.
" Kecuali mengajak aku berkunjung ke kebun bunga
keluarga Thio untuk menghadiri pertemuan puncak para
jago itu, soal yang lain boleh saudara Hongpo bicarakan
denganku."
"Pertemuan puncak ini terselenggara bukan semata
memperebutkan nama serta kedudukan, tapi juga
berbicara tentang keselamatan umat persilatan pada
umumnya."

2357
"Aaaah, bagiku, siapa pun yang berhasil merebut
kedudukan bengcu tersebut adalah sama saja."
"Apabila seebun Giok-hiong sengaja mengirim orang
untuk ikut memperebutkan kedudukan tersebut,
keadaannya tentu berbeda sekali."
Lim Han-kim tidak langsung menjawab, pikirnya: "Bila
Pek si-hiang sudah mati, siapa sih manusia di dunia saat
ini yang mampu menaklukkan seebun Giok-hiong?
sebaliknya bila Pek si-hiang masih hidup, berarti ia
berhasil mempelajari ilmu sesat, watak maupun tingkah
lakunya pasti berubah, menjadi baik atau jahat masih
merupakan tanda tanya besar... Aaaaai, semestinya Li
Tiong-hui adalah orang pilihan terbaik, tapi demi
mengincar kedudukan bengcu, nyatanya ia rela
melepaskan seebun Giok-hiong dengan begitu saja..."
"Sementara itu, umat persilatan di seluruh dunia
menganggap seebun Giok-hiong kejam, jahat dan berhati
ular, tapi kenyataannya ia bersikap begitu baik kepada
aku, Lim Han-kim".
Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kaiut dan
kusut pikirannya, untuk sesaat ia tak dapat mengambil
suatu kesimpulan yang terbaik.
Hongpo Lan tidak tahu apa yang sedang dipikirkan
rekannya. Melihat Lim Han-kim masih termenung terus
tanpa bicara, tak tahan lagi segera tegurnya: "Saudara
Lim, apa yang sedang kaupikirkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan berkata:
"Aaaaai... pengalaman serta peristiwa yang kualami
selama beberapa bulan terakhir ini membuat aku
berpendapat bahwa orang yang punya nama serta

2358
reputasi terbaik belum tentu ia benar-benar baik,
sebaliknya orang yang bernama dan reputasi jelek.
belum tentu orangnya benar- benar jelek."
"Apa maksud perkataanku itu?" sela Hongpo Lan
dengan wajah termangu karena tak mengerti.
"Sekalipun Li Tiong-hui berhasil menduduki kursi
bengcu, belum tentu ia dapat menciptakan kebahagiaan
serta ketenteraman dalam dunia persilatan. Belum tentu
ia bisa selamatkan umat persilatan dari bencana
pembunuhan berdarah, sebaliknya, misalnya seebun
Giok-hiong yang berhasil merebut kursi bengcu, belum
tentu dia akan membuat suasana dunia persilatan
menjadi kacau balau.
Kalau toh perbedaan di antara mereka tidak terlalu
jauh, buat apa pula kita mesti bersusah payah untuk
melibatkan diri dalam persoalan ini?"
Dengan wajah termangu- mangu Hongpo Lan awasi
Lim Han-kim tanpa berkedip. sampai lama kemudian ia
baru bergumam "saudara Lim, kau telah berubah...
bahkan perubahanmu teramat banyak..."
"Mungkin saja aku memang telah berubah, tapi aku
bisa berbicara demikian karena aku sudah mempunyai
pengertian yang lebih mendalam terhadap manusia serta
kejadian yang ada dalam dunia persilatan. Bila kita betulbetul
ingin menciptakan kebahagiaan bagi dunia
persilatan, maka kita harus menempuh jalan yang lain.
Hanya menggantungkan diri pada beberapa gelintir
manusia saja tak akan bermanfaat banyak terhadap
perubahan yang sama-sama kita dambakan".

2359
"Ya a, sudahlah" akhirnya Hongpo Lan berseru. "Kalau
memang niatmu untuk tidak mencampuri urusan ini
begitu kuat, aku juga tak akan membujuk lebih jauh."
"Kau salah paham saudara Hongpo, aku tidak punya
pikiran untuk mengasingkan diri atau tidak mencampuri
urusan dunia persilatan lagi. Aku hanya berpendapat
perebutan nama serta kedudukan bengcu bukan saja
tidak akan menyelesaikan masalah bahkan akan
menambah ruwetnya suasana, jadi aku berniat..." Belum
selesai ucapan itu diutarakan, mendadak dia
membungkam
Hongpo Lan juga tidak mendesak lebih jauh, sambil
memberi hormat katanya: "Kalau memang begitu aku
harus mohon diri lebih dulu, sebab aku sedang
melaksanakan tugas dari ayahku."
"Maaf kalau aku tidak bisa mengantar."
sambil melompat naik ke punggung kudanya Hongpo
Lan berpaling sambil berseru: "saudara Lim, kapan kita
dapat berjumpa kembali?"
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu sahutnya: "Hari
Tiong-ciu tahun depan aku akan menunggumu di rumah
makan ou-hok-lo di kota Bu-chong."
"Baik, sampai waktunya nanti aku pasti akan datang
memenuhi janji" selesai bicara dia mengeplak kudanya
berlalu dari sana.
Lim Han-kim menunggu sampai bayangan tubuh
Hongpo Lan lenyap dari pandangan baru berangkat
menuju ke tepi telaga, Kepada seorang nelayan yang

2360
kebetulan perahunya sedang berlabuh ia berjalan
mendekat sambil menggapai
Melihat ada orang menggapai, nelayan itu segera
menjalankan perahunya mendekat Tapi setelah berada di
tepi pantai dari begitu melihat wajah Lim Han-kim yang
sangat aneh, ia menjerit kaget kemudian memutar
perahunya dan buru-buru kabur dari situ,
Lim Han-kim segera menghimpun hawa murninya,
tiba-tiba ia melejit ke udara dan melompat naik ke atas
perahu nelayan itu.
si nelayan adalah seorang kakek berusia lima puluh
tahunan, ia semakin ketakutan setelah melihat Lim Hankim
mampu melayang di udara untuk hinggap di geladak
perahunya, Dengan perasaan cemas bercampur ngeri,
serunya berulang kali: "Tuan, aku hanya nelayan yang
hidup miskin dan sengsara..."
Lim Han-kim merogoh sakunya mengeluarkan
sekeping emas yang beratnya paling tidak di atas lima
tahil ia berseru sambil menyodorkan emas tersebut ke
hadapan nelayan itu: "Kakek. kau tak usah takut, aku
bukan penyamun"
Terbelalak sepasang mata nelayan itu melihat emas
seberat itu, tapi dia tak berani menerima pemberian itu,
hanya katanya berulang kali: "Tuan, kalau ada urusan
katakan saja, sedang uangmu itu... aku tak berani
terima..."
Geli juga Lim Han-kim melihat sikap nelayan yang
jelas menginginkan uang emas tersebut, tapi tak berani
menerimanya sambil meletakkan emas tersebut ke
tangannya ia pun berkata: "Antar aku ke bukit Tong-ting

2361
sebelah barat, sedang emas itu anggap saja sebagai
ongkos penyeberangan Aku akan beristirahat sejenak.
setelah tiba di bukit Tong-ting, panggillah aku." selesai
berkata dia masuk ke dalam ruang perahu, duduk bersila
dan mulai mengatur pernapasan
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba dari luar
ruang perahu kedengaran kakek itu berseru: "Kita sudah
sampai di bukit Tong-ting"
Buru-buru Lim Han-kim berjalan keluar dan berdiri di
ujung geladak sambil memberi petunjuk kepada nelayan
itu untuk melewati jalur masuk air menuju ke
pesanggrahan pengubur bunga.
Begitu tiba di tempat tujuan, pemuda itu segera
menghimpun tenaga dalamnya sambil berseru: "Ada
orangkah di sini?"
suara teriakan itu kedengarannya tidak terlampau
keras, tapi suaranya dapat bergema sampai ke tempat
yang cukup jauh.
Tak selang beberapa saat kemudian dari balik
bebatuan muncullah Hiang-kiok yang berbaju hijau,
tampak wajahnya murung dan diliputi perasaan sedih
yang mendalam, Begitu mengetahui orang yang datang
adalah Lim Han-kim, dengan wajah girang ia segera
menegur: "Apakah Lim siangkong yang datang?"
"Yaa, aku memang Lim Han-kim"
"sungguh kebetulan kedatangan Lim siang-kong, ayoh
cepat naik kemari..." seru Hiang-kiok cepat
Lim Han-kim berpaling dan memandang nelayan itu
sekejap. kemudian pesannya: "setelah meninggalkan

2362
tempat ini, jangan sekali-kali kau singgung tentang
tempat ini, mengerti?" seraya berkata, dia melompat naik
ke daratan.
Nelayan itu berjanji berulang kali, kemudian memutar
perahunya dan bergerak meninggalkan tempat itu.
sambil maju menyongsong Hiang-kiok kembali
pemuda itu berseru: "Baru saja nona memanggil
namamu, sungguh beruntung kau datang tepat pada
waktunya."
"Apakah penyakit nona Pek semakin parah?"
"Bukan cuma parah, jiwanya sudah kritis, setiap saat
ia dapat menghembuskan napasnya yang terakhir Tak
lama setelah siangkong pergi, nona berjalan keluar dari
ruang rahasia, tapi ia segera pingsan kembali setelah
mengetahui bahwa siangkong ditangkap seebun Giokhiong,
akibatnya aku dan enci siok-bwee jadi panik dan
ketakutan setengah mati. setelah berusaha sedapat
mungkin, akhirnya nona berhasil disadarkan kembali"
"Lantas berada di mana nonamu sekarang?" tanya Lim
Han-kim dengan perasaan sedih.
"Kini dia berada di kamar tidurnya di loteng."
"Seraya berkata dia menarik ujung baju pemuda itu
dan mengajaknya berlarian menuju ke bangunan loteng.
Ketika tiba di kamar tidur Pek si-hiang, mereka
menjumpai siok-bwee sedang berlutut di depan
pembaringan sambil memegangi lengan Pek si-hiang dan
menangis tersedu-sedu. Dengan agak tertegun Hiangkiok
segera berseru: "Cici siok- bwee, nona dia..."

2363
siok-bwee mengangkat kepalanya memandang Hiangkiok
dan Lim Han-kim sekejap. kemudian serunya
sesenggukan: "Nona ... dia ... dia ... dia ..." sesaat ia tak
sanggup melanjutkan kata-katanya karena sudah
meledak isak tangis dayang tersebut
"Apakah nona sudah putus nyawa?" bisik Hiang-kiok
dengan mata terbelalak lebar dan air mata bercucuran
membasahi pipinya.
"Aku rasa nona sudah tak punya harapan-"
"Sungguh?" jerit Hiang-kiok sambil melompat dan
menubruk ke arah pembaringan^
Buru-buru Lim Han-kim merentangkan tangan
kanannya menghadang jalan maju Hiang-kiok sambil
berkata mencegah: "Jangan sembarangan bertindak, kini
kondisi tubuhnya sangat lemah. jangankan sedang sakit
parah, berada dalam keadaan bugar pun dia tak bakal
tahan menerima tubrukanmu itu, apalagi kondisi-nya
sekarang sudah teramat kritis..."
Berada dalam keadaan seperti ini, sesungguhnya tak
ada perbedaan antara lelaki maupun wanita. Lim Hankim
sendiri pun merasa teramat sedih dan pilu hatinya,
cuma ia masih sanggup menjaga ketenangan.
setelah agak tertegun sejenak, Hiang-kiok manggutmanggut:
"Betul juga perkataan Lim siangkong."
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan menghampiri
pembaringan dan memeriksa keadaan gadis itu, tampak
para muka Pek si-hiang pucat pias seperti mayat,
matanya terpejam rapat sedang hembusan napasnya
sudah tak nampak.

2364
Terdengar siok-bwee berkata dengan sedih: "Lim
siangkong, dengus napas nona sudah berhenti kurang
lebih separuh hio lamanya ..."
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim menyingkap
selimut yang menutupi tubuh Pek si-hiang, lalu dia
tempelkan telapak tangannya di atas dada gadis itu dan
mencoba memeriksa detak jan-tungnya,
setelah diperiksa dengan seksama, ternyata
dirasakannya jantung si nona masih berdetak, meski
sudah teramat lemah
sesudah termenung sejenak Lim Han- kim pun
berpaling ke arah siok-bwee serta Hiang-kiok dan
berkata: "Kondisi penyakit yang diderita nona Pek sudah
mencapai taraf yang berbahaya sekali, aku rasa hanya
ada satu jaLan pintas yang dapat kita lakukan sekarang."
"Jalan pintas bagaimana?" tanya siok-bwee.
"Aku hendak menggunakan tenaga dalam untuk
membantu peredaran darah di dalam tubuhnya, Dengan
bertambah cepatnya aliran darah dalam tubuhnya,
otomatis jantung yang memompa darah akan ikut
bergerak lebih cepat, dengan begitu dia akan segera
tersadar kembali..."
"Cara ini sangat baik," sela Hiang-kiok dengan
perasaan cemas.
"Tapi ada satu hal yang perlu kujelaskan lebih dulu,
Kondisi nona Pek saat ini sudah terhitung setengah mati,
setiap saat ada kemungkinan napasnya berhenti sama
sekali, tapi ada kemungkinan juga dia akan hidup terus,
sebaliknya bila menggunakan caraku ini mungkin saja dia

2365
akan segera tersadar kembali, tapi kemungkinan besar
jantungnya segera akan berhenti berdetak dan mati."
"Bagaimana dengan perbandingan kesempatan untuk
mati dan hidup?"
"Seharusnya lima puluh banding lima puluh, antara
mati dan hidup masing-masing menempati setengahnya."
Siok-bwee termenung berpikir sejenak, kemudian
katanya seraya mengangguk: "Baiklah, Lim siangkong
boleh segera turun tangan, Kini aku sudah bertekad akan
mengorbankan diri untuk menemani majikanku untuk
selamanya, Bilamana nona putus napas nanti, tolong Lim
siangkong ajak adik Hiang-kiok untuk segera tinggaikan
tempat ini. Aku akan gerakkan semua peralatan rahasia
untuk mengunci pesanggrahan pengubur bunga ini dari
dalam, kemudian akan kukirim tubuh nona ke ruang
bawah tanah dan di situ aku akan menemani jasadnya
untuk selamanya ..."
"Tidak, aku tak mau pergi- tukas Hiang-kiok sambil
melelehkan air mata, "Aku akan tetap tinggal di sini
menemani arwah nona."
"Aku rasa lebih baik kalian berdua tak usah bersikeras
lantaran persoalan ini," ujar Lim Han-kim pelan, "orang
baik selalu dilindungi Thian, siapa tahu nona Pek segera
akan tersadar kembali."
Sembari berkata dia bangunkan tubuh Pek Si-hiang
dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya
langsung dihantamkan ke atas jalan darah Mia-bun-hiat
keras-keras.

2366
Tampak tubuh Pek Si-hiang yang kurus kecil itu tibatiba
saja bergetar keras, dari mulutnya menyembur
keluar segumpal riak kental.
Kebetulan sekali pada waktu itu Lim Han-kim sedang
memutar wajahnya untuk memeriksa dengus napasnya
apakah sudah berfungsi atau belum, tak ampun lagi
semburan riak kental itu persis menyembur di atas wajah
anak muda itu. padahal saat itu dia sedang mengerahkan
segenap tenaga dalamnya untuk mendesak peredaran
darah di tubuh Pek Si-hiang agar lancar kembali, dengan
sendirinya dia pun tak dapat menyeka riak kental yang
menempel di wabahnya itu.
sepasang mata Pek si-hiang yang semula terpejam
rapat, pelan-pelan membuka kembali Ketika menyaksikan
wajah- Lim Han-kim dinodai oleh riak kentalnya tanpa
disadari pemuda itu, tak kuasa lagi ia tersenyum.
Tak terlukiskan rasa gembira siok-bwee serta Hiangkiok
setelah menyaksikan sekulum senyuman mulai
menghiasi wajah majikannya, tak tahan mereka menjerit
keras: "Nona telah mendusin"
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang, pelanpelan
ia menarik kembali telapak tangannya dari atas
jalan darah Mia-bun-hiat, gumamnya: "Sungguh
beruntung usahaku berhasil"
Dengan lembut dan penuh kasih sayang Pek si- hiang
menyeka riak kental dari wajah Lim Han-kim, lalu
bisiknya: "Kau sudah kembali?"
"Yaa, aku sudah kembali."

2367
Dari bawah bantalnya Pek si-hiang mengeluarkan
sebatang jarum emas yang segera ditusukkan ke atas
jalan darahnya, semangat dan tenaganya seketika
menjadi bugar kembali, wajahnya yang semula pucat
pias kini pun mulai dihiasi warna semu merah, embali ia
bertanya: "seebun Giok-hiong membebaskan kau?"
Lim Han-kim tidak menjawab, sebaliknya segera
menegur: " Kondisi badanmu sudah demikian lemah dan
rapuh, kekuatanmu juga belum pulih kembali, kenapa
kau gunakan lagi jarum emas itu untuk merangsang daya
tahan tubuhmu? Apakah tindakanmu ini tidak keliru
besar?"
Sambil tersenyum Pek Si-hiang menggeleng, kembali
desaknya: "Cepat beritahu aku, apakah seebun Giokhiong
yang membebaskan kau?"
"Aaaai.. panjang untuk diceritakan ..."
"Tidak mengapa, aku bisa mendengarkan dengan
penuh kesabaran." Terpaksa Lim Han-kim mengisahkan
kembali pengalaman yang dialaminya secara ringka
Betul juga, Pek si-hiang mendengarkan dengan penuh
perhatian, begitu selesai kisah tersebut ia baru berkata
sambil ter-senyum: "Li Tiong-hui gagal dalam urusan
bercinta, lumrah bila dia alihkan pikiran serta
perhatiannya ke masalah nama serta kedudukan."
"Apakah dia memang berniat membebaskan seebun
Giok-hiong?"
"seandainya seebun Giok-hiong tewas, maka Li Tionghui
akan kehilangan lawan tangguh. Bila begitu

2368
keadaannya, maka tidak gampang jika dia pingin
menduduki tahta sebagai Bu-lim Bengcu."
"Kalau begitu apa yang diucapkan seebun Giok-hiong
ada benarnya juga, berarti..." Mendadak ia batal
meneruskan kembali kata-katanya.
"Berarti tiada seorang manusia pun di dunia ini yang
dapat dipercaya bukan?" sambung Pek si-hiang sambil
ter-senyum.
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...
tampaknya memang tidak mudah bagi manusia untuk
melepaskan diri dari masalah nama, kedudukan serta
ambisi, berarti tidak gampang juga menjadi manusia
seperti Ciu Huang, pendekar Ciu yang disegani dan
dihormati seluruh umat persilatan. "
"Benar," sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Memang
sulit bagi seseorang untuk melepaskan ambisi serta citacitanya,
Li Tiong-hui sengaja melepaskan seebun Giokhiong
karena dia hendak memanfaatkan kehadiran serta
keberadaannya untuk menduduki bangku sebagai Bu-lim
Bengcu, kemudian dengan posisinya tersebut ia bisa
memerintah seluruh umat persilatan untuk beradu
kekuatan dengan seebun Giok-hiong, atau dengan
perkataan lain dia hendak mengorbankan entah berapa
banyak nyawa serta darah umat persilatan untuk
memuaskan ambisinya itu."
"Aaaai... dasar pemikiran perempuan," umpat Lim
Han-kim, mendadak ia teringat Pek si- hiang juga
seorang wanita, buru-buru ia tutup mulutnya kembali.
Pek si-hiang tertawa lalu berujar:" jangan terlalu
menyalahkan Li Tiong-hui. seandainya aku menjadi dia,

2369
akupun pasti akan lepaskan seebun Giok-hiong, ia gagal
dalam bercinta, bila semua pikiran dan perhatiannya
tidak ditujukan untuk mencari nama serta kedudukan,
bagaimana mungkin ia dapat melanjutkan hidup ini?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai... nyata
sekali manusia memang egois, dalam suasana dunia
persilatan yang begini kalut, kau memang tidak harus
mati dalam usia muda."
Pek si-hiang tertawa cekikikan "Bila aku mati
sekarang, dalam bayanganmu tentulah aku seorang
gadis yang begitu cantik, begitu baik dan sempurna,
sebaliknya bila aku hidup lebih lama lagi, mungkin saja
aku akan berubah sejahat seebun Giok-hiong atau Li
Tiong-hui."
"Kalau harus berubah, biarlah kau berubah" pikir Lim
Han-kim di dalam hati, "Dunia persilatan memang
dipenuhi intrik dan tipu muslihat, tak seorang manusia
pun yang begitu sempurna, Mungkin saja orang yang
betul-betul baik tak mau menerjunkan diri ke dalam
dunia persilatan Aaai... kalau toh di dunia ini sudah
terdapat begitu banyak orang jahat, sekalipun kau
berubah menjadi jahatpun tak menjadi masalah, setitik
atau sebaskom air adalah sama saja..."
sementara dia masih termenung, tiba-tiba terdengar
Pek si hiang berkata dengan lembut: "saudara Lim, aku
tidak tahu sedari kapan kau tinggalkan ruang rahasia,
padahal sudah cukup lama aku mendusin Dulu, aku suka
menyendiri dalam suasana yang amat hening dan tenang
aku dapat melupakan segala masalah yang
membelenggu diriku, aku dapat melupakan kondisiku

2370
yang setiap saat dapat mati, tapi... tapi sekarang... aku
tak dapat berperasaan seperti itu..."
Air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang
cantik, lanjutnya: "sekarang aku takut hidup sendiri, aku
pun takut menghadapi kematian."
"Bukankah ilmu sesat sembilan iblis dapat
membantumu untuk menyembuhkan penyakit yang kau
derita?"
"Aaaai... setelah kulatih ilmu sesat sembilan iblis
tersebut, aku akan menghancurkan kenangan yang indah
dan sempurna tentang diriku, Aku akan berubah,
berubah menjadi seorang gadis yang jahat... jahat
sekali..."
"Kalau harus berubah, biarlah berubah"
Pek si-hiang tertegun serunya: "Kalau aku berubah
menjadi begitu jahat, apakah kau tetap akan mengawini
aku?"
"Tentu saja" jawab Lim Han-kim setelah termenung
sejenak.
Dengan penuh rasa sedih Pek Si-hiang menggenggam
tangan kanan Lim Han-kim erat-erat, katanya lirih: "Aku
tak ingin mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, namun
aku pun lebih-lebih tak pingin mati, Aaaai... Ternyata
hidup dan mati merupakan dua sudut yang saling
berlawanan oooh saudara Lim, kenapa kau tidak diberi
kesempatan untuk memilih yang terbaik di antara kedua
hal itu?"
Lim Han-kim tertawa lepas, katanya: " Latihlah ilmu
sesat sembilan iblis dengan perasaan lega, jangan

2371
cemas, apa yang telah kujanjikan sampai mati pun aku
tak akan menyesal."
"Aku percaya kepadamu." Pek si-hiang manggutmanggut.
"seandainya waktu itu aku betul-betul berubah
menjadi amat jahat, ingatlah baik-baik akan segala
kebaikan yang kumiliki sekarang. perubahan tersebut
bukan menjadi kehendakku yang sebenarnya..."
Agaknya dalam waktu yang amat singkat ini dia telah
membuat satu keputusan, dengan wajah penuh
kebulatan tekad sambungnya: "Akan kuingat selalu
sumpah dan janjimu hari ini, moga- moga saja aku dapat
mengendalikan perubahan sifat dan sikapku setelah
berlatih ilmu sesat itu..."
"Dengan kecerdasan serta kemampuanmu sekarang,
siapa tahu sebelum terperosok lebih dalam, kau sudah
berhasil menemukan jalan keluarnya," kata Lim Han-kim
sambil menggenggam tangannya dan tertawa.
senyuman yang amat cerah dan memabukkan segera
menghiasi wajah Pek si-hiang, mendadak pintanya:
"Rangkul dan peluklah aku erat-erat" Lim Han-kim raguragu,
ia tak berani melakukan permintaan itu.
Sambil tertawa kembali Pek Si-hiang berkata:
"Bukankah aku sudah menerima pinanganmu? Kini aku
sudah menjadi istrimu, kenapa harus malu-malu?"
"Ehmm, betul juga perkataanmu" seru Lim Han-kim,
dengan cepat dia merangkul gadis itu dan memeluknya
erat-erat.

2372
siok-bwee dan Hiang-kiok saling bertukar pandangan,
sambil tertawa diam-diam mereka mengundurkan diri
dari situ.
saat yang paling menggembirakan sering kali berlalu
begitu cepat, tanpa terasa sudah dua jam lebih Pek sihiang
bersandar dalam pelukan Lim Han-kim sambil
menikmati hangatnya rangkulan pemuda itu. Akhirnya ia
membuka matanya memandang cahaya matahari di luar
jendela, lalu berbisik, "Saudara Lim, sudah saatnya kau
pergi."
Pelan-pelan Lim Han-kim bangkit berdiri, tanyanya
sambil menatap gadis itu dengan penuh kemesraan:
"sampai kapan aku baru boleh menjengukmu lagi?"
"Tidak usah kemari menjengukku lagi, Bila latihan ilmu
sesatku telah berhasil, dalam setahun saja dasarku sudah
kuat, Aku pasti datang mencarimu sendiri Bila aku gagal
menguasai diri hingga tersesat, paling banter tiga hari
kemudian aku sudah mati, Kalau sudah begitu, meski kau
datang menjengukku juga tak ada gunanya."
"Baik, aku akan menantimu, tapi... jejakku tak
menentu, ke mana kau hendak mencari- ku?"
"Asal aku berhasil lolos dari cengkeraman elmaut, aku
pasti punya cara untuk menemukan dirimu," sahut Pek
si-hiang sambil tertawa.
Dengan penuh kasih sayang Lim Han-kim
menggenggam tangan Pek si-hiang erat-erat, bisiknya:
"Kau harus baik-baik menjaga diri"

2373
Pek si-hiang tertawa, lalu menukas: "Bila aku dapat
lolos dari kematian, kehidupanku selanjutnya merupakan
pemberianmu "
Mendadak Lim Han-kim teringat kembali janjinya
dengan Hongpo Lan, segera ujarnya lagi: "Hari Tiong-ciu
tahun depan aku punya janji dengan seorang teman
untuk bertemu di rumah makan Ui-hok-lo. Bila kau
berhasil melatih ilmu sesat sembilan iblis, tak ada
salahnya datang menjumpaiku di situ."
"Mogg-moga saja aku bisa teringat dengan tanggal
tersebut serta dagang memenuhi janji..." setelah
menghela napas panjang, Pek si-hiang melanjutkan
"seandainya aku gagal melewati pintu kematian, sampai
waktunya aku pasti akan berusaha menyampaikan warta
kematianku itu kepadamu."
"Moga-moga Thian selalu melindungi orang banyak,"
bisik Lim Han-kim sedih.
Dengan wajah dibasahi air mata Pek si-hiang berkata
lagi sembari tertawa: " Cinta kasih saudara Lim yang
lebih dalam daripada samudra telah membantu aku
terlepas dari pintu kematian ..."
Ia berhenti sejenak. matanya yang besar berkedip
beberapa kali hingga air matanya bercucuran makin
deras, terusnya: "Semoga saudara Lim bisa jaga diri
baik-baik, dalam menghadapi segala persoalan usahakan
untuk bersabar, kau harus menanti kedatanganku."
"Baik, aku berjanji akan tetap setia menantimu, Kini
waktu amat berharga bagimu, biar aku mohon diri lebih
dulu."

2374
"siok-bwee, di mana kau?" Pek si-hiang segera
berteriak keras.
siok-bwee menyahut sambil munculkan diri, "Ada
perintah apa, nona?" tanya-nya.
"Antar Lim siangkong, waktu pulang nanti gerakkan
semua alat rahasia dan tutup rapat pesanggrahan
pengubur bunga."
siok-bwee mengiakan dan berjalan duluan, setelah
mengantar Lim Han-kim sampai ke daratan seberang, ia
baru berbisik "Lim siangkong, perasaan cintamu telah
mengharukan hati nona hingga muncul kembali niatnya
untuk hidup, ini sama artinya dengan kau telah
selamatkan jiwaku serta adik Hiang-kiok, Untuk itu budak
merasa sangat berterima kasih."
"Kau kelewat serius, cukup asal kalian baik-baik
melayani nona kalian," sela sang pemuda cepat
siok-bwee manggut berulang kali, kemudian ia baru
memutar sampannya dan berlayar balik ke
pesanggrahannya.
Perasaan dan pikiran Lim Han-kim saat ini sangat
ringan, lega dan gembira, kendatipun perjalanannya ke
pesanggrahan pengubur bunga kali ini dilakukan tergesagesa
tanpa rencana, namun ia justru telah
menyelesaikan suatu masalah yang amat besar
Ketika mengayunkan langkahnya dtngan santai
menelusurijalan setapak, mendadak ia mengendus bau
harum arak dan hidangan yang melelehkan liur, saat
itulah ia baru teringat bahwa sudah hampir sehari ia
belum mengisi perut

2375
Ketika mendongakkan kepalanya, terlihat olehnya
sebuah rumah makan dengan merek "Pek-hun-thian"
berada di hadapannya.
Dengan langkah lebar ia segera memasuki rumah
makan itu dan langsung naik ke tingkat kedua.
Tempat itu merupakan sebuah kota yang terletak
persis di tepi telaga Tay-ou, meski kotanya tidak terlalu
besar namun ramainya bukan kepalang.
Ketika Lim Han-kim tiba di depan rumah makan itu,
seorang bocah berbaju serba putih segera maju
menyongsong kedatangannya seraya menyapa: "Tuan,
hendak pesan apa?"
Bocah ini berwajah bersih dan halus, pakaiannya rapi,
sama sekali tak punya tampang sebagai seorang pelayan.
"Coba sediakan sepoci arak wangi serta empat macam
sayur."
Bocah itu mengiakan dan segera berlalu dari situ.
selang beberapa saat ke-mudian, bocah itu sudah
muncul dengan membawa arak dan hidangan yang
dipesan.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir Jika dilihat dari
gerak-geriknya, jelas orang ini tidak mirip seorang
pelayan, lalu siapa dia?" Berpikir begitu, tak tahan
ujarnya:
"saudara cilik, bagaimana kalau kuundang kau untuk
menemani aku bersantap?"
"Hamba tidak berani," tampik bocah itu cepat-cepat.

2376
"Empat samudra adalah sahabat, setiap orang adalah
tetangga, apalagi usaha rumah makan ini tidak
terlampau sibuk, kenapa tidak kau temani aku makan
ber-sama?"
"Hamba tak pandai minum arak, biarlah maksud baik
tuan kuterima dalam hati." selesai memberi hormat buruburu
dia membalikkan badan dan berlalu dari situ.
"saudara cilik, harap tunggu sebentar," bisik Lim Hankim
sambil bangkit berdiri dan menghadang jalan
perginya.
Bocah itu pura-pura tidak mendengar begitu
membalikkan badan ia segera kabur dari situ,
tindakannya ini justru menimbulkan rasa curiga Lim Hankim.
Tanpa banyak bicara ia ayunkan tangannya
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
kanan bocah itu, lalu tegurnya dingin: " Kenapa sih kau
kabur?"
Bocah itu nampak sangat gelisah bercampur panik, ia
berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, sayang sekali
cengkeraman yang dilakukan Lim Han-kim ini sangat
kuat dan kokoh, bagaimana pun bocah itu mencoba
untuk meronta namun usaha itu tetap gagal, sampai
akhirnya ia mulai menangis.
Lim Han-kim bertambah curiga, tanpa banyak bicara ia
totok jalan darah bisu bocah itu hingga tak mampu
bersuara lagi, pengalamannya selama berapa waktu
terakhir membuat anak muda ini semakin memahami
segala macam intrik dan tipu muslihat dalam dunia
persilatan, juga meningkatkan kewaspadaannya terhadap
keadaan di sekeliling tempat tersebut ia punya

2377
pengalaman buruk dengan Cau-hua lojin yang
menyebabkan ia salah makan dan keracunan,
pengalaman pahit ini membuat dia selalu waspada.
Tingkah laku si bocah yang gugup bercampur panik,
semakin membangkitkan perasaan curiganya, Dengan
sikap ia melongok keluar tirai, Melihat di situ tak ada
orang lain, dengan cepat dibopongnya bocah itu masuk
ke dalam ruangan, kemudian bisiknya: "saudara cilik, aku
tidak bermaksud mencelakaimu, jangan takut, bila ada
sesuatu masalah yang menyusahkan dirimu katakan saja
kepadaku terus terang."
Dengan tertotoknya jalan darah bisu di tubuh bocah
itu, biar ingin berbicara pun sulit buat bocah itu untuk
bicara, hanya air matanya bercucuran dengan deras
membasahi wajahnya
Dengan kening berkerut kembali Lim Han-kim berkata:
"Bisa saja kubebaskan totokan pada jalan darah bisumu
sekarang, cuma kalau kau mencoba kabur, berarti kau
hendak mencari penyakit buat diri sendiri"
selesai bicara, ia menotok bebas jalan darah pada
tubuh bocah itu.
BAB 19. kejadian Aneh Di Rumah Makan
Begitu jalan darahnya dibebaskan bocah itu segera
melompat bangun dan menerjang keluar dari ruangan
itu.
Dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat Lim
Han-kim mengayunkan tangan kanannya mencengkeram
kembali pergelangan tangan kanan bocah lelaki itu, Pada

2378
saat itulah dari balik pintu ruangan telah muncul seorang
gadis berbaju hijau.
Gadis itu berdiri dengan wajah serius, lamat-lamat
hawa amarah menyelimuti wajahnya. Lim Han-kim sedikit
tertegun, tapi dengan cepat ia totok jalan darah bocah
itu.
"Tuan" terdengar gadis berbaju hijau itu menegur
"Harap bebaskan dia ia masih muda, tak tahu urusan,
bila sudah berbuat salah dengan tuan sepantasnya bila
tuan maafkan."
sekalipun hawa amarah telah menyelimuti wajahnya,
namun ia masih berbicara dengan nada lembut dan
halus.
"Apa hubungannya denganmu?" tegur Lim Han-kim
kemudian.
"Dia adikku"
"Nona tak usah takut, sekalipun saudaramu telah
berbuat sesuatu yang salah, aku tak akan melukai
dirinya."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu melangkah maju ke
depan, wajahnya semakin keren dan serius.
Lim Han-kim segera menghimpun tenaga dalamnya
bersiap sedia, katanya: "Rumah makan ini milik nona?"
Gadis itu amat cantik, cuma sayang sikapnya begitu
dingin, kaku hingga mendatangkan perasaan tak sedap
bagi yang memandang, ia tersenyum lalu jawabnya:
"Bebaskan dulu adikku, kemudian kita baru bicara."

2379
"Maaf, bicara dulu sampai selesai baru kubebaskan
adikmu," tampik Lim Han-kim sambil tertawa hambar
Gadis berbaju hijau itu mengerutkan dahinya.
"Baik" katanya kemudian setelah berpikir sejenak.
"Apa yang hendak kau bicarakan, cepat utarakan"
Banyak persoalan yang memenuhi benak Lim Han-kim
saat itu, namun ia tak tahu harus diawali dari mana,
Untuk sesaat dia cuma termenung tanpa mengajukan
satu pertanyaan pun-
"Kenapa diam saja?" tegur gadis berbaju hijau itu
ketus, "Ayoh tuan, mulailah bertanya"
" Hanya kalian berdua yang mendiami rumah makan
ini?" tanya Lim Han-kim setelah mendeham pelan,
"Masih ada seorang abang" sahut gadis itu sambil
tertawa dingin.
"Di mana ia sekarang?"
"Sedang menangkap ikan"
Lim Han-kim terdiam sesaat, setelah berpikir sebentar
kembali tanyanya: "Dekorasi dalam rumah makan ini
amat indah dan berseni, hasil karyamu sendiri?"
"Tuan, hanya urusan tetek bengek macam ini yang
hendak kau tanyakan?"
Merah dan terasa panas sepasang pipi Lim Han-kim
memperoleh teguran itu, segera pikirnya: "Sungguh
memalukan, rasanya memang tak pantas aku
mengajukan pertanyaan semacam ini terhadap seorang
gadis..."

2380
Karena itu sambil menepuk bebas totokan jalan darah
pada bocah lelaki itu ia pun berkata: "Teguran nona
memang sangat tepat."
Begitu terbebas dari pengaruh totokan, bocah lelaki itu
segera melompat bangun, menengok gadis berbaju hijau
itu sekejap kemudian kabur dari ruangan.
sebetulnya Lim Han-kim berniat mencengkeram
kembali bocah itu, namun gadis berbaju hijau itu segera
menghadang gerak majunya dengan merentangkan
tubuhnya di tengah jalan.
sangat cepat gerak tubuh bocah itu, dalam waktu
singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan Pelan-pelan Lim Han-kim menarik kembali
tangannya, lalu berkata: "Kenapa nona halangi
perbuatanku? Padahal aku tidak berniat mencelakai
jiwanya."
"Adikku masih muda, tak tahu apa apa, Biarkan dia
pergi, toh di sini masih ada aku yang bertanggung
jawab."
Lim Han-kim semakin dibuat tak habis mengerti,
kembali pikirnya: "sungguh aneh tingkah laku nona ini,
jelas di balik peristiwa ini ada hal-hal yang tak beres."
Meskipun pikirannya penuh diliputi kecurigaan namun
wajahnya tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi
sesuatu pun, sambil tertawa hambar ujarnya: "Dalam
beberapa hari belakangan ini, apakah nona..."
Karena takut maksud hatinya keburu ketahuan, dia
sengaja menarik kata terakhirnya dengan nada panjang,

2381
Gadis berbaju hijau itu manggut-manggut, tukasnya:
"Dengan obat bius aku telah merobohkan dua orang,
Aaai... cuma sayang orang-orang itu nampaknya tak
berguna..."
Kontan Lim Han-kim merasakan jantungnya berdebar
keras, pikirnya: "orang bilang dunia persilatan amat
berbahaya, nampaknya pernyataan ini memang benar.
siapa sih yang mengira dalam sebuah rumah makan kecil
yang begini sederhana dan bersih serta dikelola dua
bersaudara yang lemah lembut, ternyata merupakan
sebuah perangkap dunia persilatan yang amat berbahaya?"
sementara ia berpikir, gadis berbaju hijau itu telah
bertanya lagi: "Apakah hendak kau periksa?"
"Tentu saja harus kuperiksa" jawab Lim Han-kim
cepat.
Tanpa banyak bicara gadis berbaju hijau itu
membalikkan badan berjalan ke luar dari kedainya
menuju ke belakang.
Dengan sangat berhati-hati Lim Han-kim mengekor di
belakang gadis itu, mereka menaiki sebuah bangunan
loteng kecil dan tiba di depan sebuah pintu yang terkunci
Begitu pintu terbuka, terlihatlah isi ruangan itu hanya
tumpukan aneka macam barang yang kotor dan berdebu,
Dengan cepat gadis berbaju hijau itu menyingkirkan
barang-barang tadi, Benar juga, di balik tumpukan
barang tadi tampak dua orang manusia terikat kencangkencang
di situ.

2382
orang yang ada di sebelah kiri adalah seorang kakek
ceking berjenggot kambing yang tinggal kulit
pembungkus tulang, Dia tak lain adalah si Raja monyet
ceking Han Si-kong. sedangkan orang yang ada di
sebelah kanan merupakan seorang pemuda tampan
berjubah biru, dia tak lain adalah Li Bun-yang dari
keluarga persilatan bukit Hong-san-
Lim Han-kim merasakan dadanya sakit seperti
terhantam martil besar, untuk sesaat ia cuma bisa berdiri
tertegun tanpa mengucapkan sepatah kata pun-
"Bagaimana?" tiba-tiba terdengar gadis berbaju hijau
itu menegur "Apakah dua orang ini termasuk anggota
dunia persilatan?"
Untung sekali aneka warna yang menghiasi wajah Lim
Han-kim telah menutupi perasaan kaget dan paniknya, ia
berusaha keras untuk menenteramkan perasaannya.
Sambil menyeka peluh dingin yang membasahi jidatnya
ia manggut- manggut: "Ehmmm . . . kedua orang ini
bagus sekali. Kau telah membuat sebuah jasa besar"
"Hamba tidak membutuhkan apa-apa," sahut gadis itu
sedih, "Yang kuharapkan hanya pemberian obat penawar
untuk hamba, sehingga penderitaan dan siksaan yang
hamba derita setiap tiga hari sekali dapat dihilangkan-"
"Ehmmm, setelah berjumpa majikan nanti, pasti akan
kumohonkan pengampunan untukmu ..." sahut Lim Hankim.
Gadis berbaju hijau itu segera menjatuhkan diri
berlutut dan kembali berseru: " Untuk itu hamba ucapkan
terima kasih lebih dulu..."

2383
"Tidak perlu sungkan-sungkan, oya . . . sudah berapa
hari kedua orang ini tersekap di sini?"
" Lebih kurang tiga-empai hari."
"Tiga-empat hari?" pikir Lim Han-kim. "Biarpun tenaga
dalam mereka cukup sempurna, tentu ada efeknya juga
bila berapa hari tidak makan tidak minum ..."
Tak lama kemudian kembali Lim Han-kim berkata:
"Dengan kehadiranku sekarang, kau tak perlu takut lagi.
Cepat ambil keluar obat penawarnya."
"obat penawar?" gadis berbaju hijau itu kelihatan
bingung, "orang itu tidak meninggaikan obat penawarnya
di sini."
Gantian Lim Han-kim yang tertegun, katanya
kemudian: "Aaaai... rupanya obat penawar itu tidak
diberikan padamu, itu berarti dia tidak percaya kepada
nona."
"Yaa betul, dia memang tidak percaya padaku.
Padahal kami cuma rakyat biasa yang mencari sesuap
nasi dengan membuka rumah makan disini, kami tak
punya hubungan apa-apa dengan orang persilatan
sekarang kalian paksa kami untuk melakukan kejahatan,
tentu saja kami tak rela berbuat begini..."
"Eeeh, nona," sela Lim Han- kim sambil tertawa.
"Kalau cuma berkata padaku sih tak apa-apa. Kalau
berjumpa orang lain lebih baik jangan kau singgung soal
itu, jangan sampai gara-gara salah bicara mendatangkan
bencana kematian buat kalian berdua."

2384
"Biarpun mesti mati aku tak takut Tapi kalian sungguh
keji, kenapa saudara-saudaraku juga tidak kalian
lepaskan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Biar kubawa
pergi kedua orang ini" katanya kemudian
"Meskipun tidak rela, tapi di bawah ancaman dan
desakan kalian, aku telah melakukan perbuatan yang
merugikan orang lain, Dua orang ini tak ada dendam
maupun sakit hati dengan kami, tapi aku telah
mencampuri hidangan yang mereka makan dengan obat
bius. selama hidup aku tak pernah akan tenteram bila
teringat kejadian ini."
"Nasi toh sudah menjadi bubur, biar disesalkan juga
tak ada gunanya, Kedua orang ini tetap akan kubawa
pergi."
"Baiklah, bagaimana pun mereka sudah pingsan
beberapa hari, tak ada gunanya dibiarkan terus di sini."
Lim Han-kim segera meloloskan ikatan pada tubuh
kedua orang itu, kemudian mengempit mereka dan turun
dari loteng.
Baru sampai di depan pintu rumah makan, mendadak
satu ingatan melintas dalam benaknya, segera pikirnya:
"Bila kubawa mereka tinggaikan tempat ini, si dalang
yang sesungguhnya tentu akan menyusahkan dua
bersaudara itu bila datang kemari dan tahu kejadian
yang sebenarnya. Daripada membiarkan mereka mati
konyol, lebih baik kuanjurkan pada mereka untuk
secepatnya pergi meninggaikan tempat ini." Berpikir
begitu, dia pun balik kembali ke dalam ruangan sambil
berseru: "Nona.,."

2385
Berubah paras muka nona berbaju hijau itu setelah
melihat Lim Han-kim muncul kembali, buru-buru
tegurnya: "Mau apa kau balik lagi?"
Lim Han-kim menghela napas sedih setelah melihat
sinar matanya penuh rasa takut bercampur kaget,
katanya: "Nona tak usah curiga, ada beberapa persoalan
yang ingin kusampaikan kepada nona dengan
sejujurnya."
"soal apa?"
"sebetulnya aku bukan penyamun dunia persilatan
yang sedang nona nantikan."
"Apa? Kau bukan komplotan mereka?"
"Tentu saja bukan, cuma kedua orang korbanmu yang
belum sadar ini sebetulnya adalah sahabatku."
"Kalau mereka memang sahabatmu, ajaklah mereka
pergi dari tempat ini."
"Justru aku mengkhawatirkan keselamatan nona
berdua, Aku khawatir sepeninggalku, mereka akan
datang dan mencari nona, kalau sampai terjadi apa-apa,
bukankah aku yang jadi biangnya?"
"Mereka belum tahu kalau aku berhasil menawan dua
orang, asal tidak diberitahu tentu mereka juga tak tahu."
"Aaaaai... nona bukan anggota dunia persilatan, tentu
tidak kau ketahui intrik dan segala akal busuk yang
berlaku dalam dunia itu. sekalipun mereka tidak
mengetahui berapa orang yang berhasil kau tawan, tapi
obat pemabuk yang mereka serahkan padamu tentu
sudah dihitung jumlahnya. Asal mereka periksa sisa obat

2386
pemabuk yang masih ada, mereka sudah dapat menduga
berapa korban yang telah kau kerjai, Nah, jika kau gagal
menyerahkan korbannya, bukankah mereka akan
bertambah curiga?"
Nona berbaju hijau itu menghela napas. "Aaaaai...
betul juga ucapanmu, pil yang mereka serahkan padaku
berwarna merah semua dan telah mereka hitung
jumlahnya untuk dipakai seorang sebutir..."
Dia alihkan pandangan matanya ke wajah Li Bunyang
serta Han si-kong, kemudian melanjutkan: "sesuai
dengan perintah mereka, kucampurkan sebutir pil dalam
mangkuk mereka masing-masing. Ternyata betul juga,
mereka berdua segera jatuh tak sadarkan diri"
"Aku rasa hanya ada dua jalan yang dapat nona pilih
sekarang."
Tampaknya nona berbaju hijau itu berhasil
ditundukkan oleh ucapan Lim Han-kim, setelah menghela
napas sedih katanya: "Dua jalan yang bagaimana?
Tolong jelaskan."
"Jalan pertama adalah ajaklah saudara-saudaramu
untuk kabur dari tempat ini. : Aku bersedia memberi
bekalala kadarnya sebagai modal kerjamu di tempat lain.
Dunia amat luas, aku percaya nona pasti akan
menemukan tempat yang lebih aman di tempat lain."
"Tidak mungkin," gadis berbaju hijau itu gelengkan
kepalanya berulang kali. "Aku serta kakakku telah
dicekoki obat racun oleh mereka, Tanpa obat penawar
khusus, sehari kemudian kami bakal mati keracunan Aku
rasa cara ini mustahil dilaksanakan, lebih baik terangkan
jalanmu yang kedua."

2387
"Untuk melaksanakan jalan kedua, aku butuh kerja
sama dari nona."
"Asal dapat selamatkan kakak serta adikku dari
bencana kematian, biarpun harus menerjang lautan api,
aku bersedia untuk melakukan"
"Bagus Tahukah nona, kapan kawanan manusia itu
akan muncul lagi di tempat ini?"
"Seingatku, semestinya mereka akan datang lagi hari
ini."
" Kalau begitu bagus sekali, Tolong ikat juga diriku
dalam ruangan di atas loteng sana. Bila kawanan
manusia itu sudah sampai di sini, harap nona mengajak
mereka naik ke loteng, sementara kau sendiri harus
secepatnya pergi dari situ, jangan sekali- kali kau
berdiam diri terlalu lama dalam loteng..."
"Tapi... mana boleh aku berbuat begitu? Jika kau pun
ikut kuikat, bukankah..."
"Tidak apa-apa, tak usah khawatir Tali tersebut masih
belum cukup kuat untuk membelenggu diriku, Asal
mereka mau naik ke loteng, aku pasti mampu
menghadapi mereka."
Gadis berbaju hijau itu termenung beberapa saat,
akhirnya dla mengangguk juga. "Baiklah"
Kembali Lim Han-kim membopong Li Bun- yang
berdua naik ke loteng, mengikatnya lagi dengan tangan
lalu katanya sambil tertawa: "Tolong nona, ikat juga
sepasang tanganku"

2388
Tanpa membantah gadis berbaju hijau itu,
mengikatkan talinya ketangan pemuda itu, kemudian
memasukkannya ke dalam ruangan di atas loteng.
Menunggu sampai gadis berbaju hijau itu sudah
berlalu, Lim Han-kim segera bangkit dan duduk. ia
perhitungkan posisi terbaiknya untuk turun tangan nanti
kemudian baru duduk bersila sambil mengatur
pernapasan.
Kurang lebih setengah jam kemudian, mendadak
terdengar suara langkah kaki manusia yang menaiki anak
tangga bergema datang, menyusul kemudian terdengar
gadis berbaju hijau itu sedang berkata: "Semuanya ada
tiga orang, sekarang berada di ruang atas, tapi kalian
hanya berdua, bagaimana caranya membawa pergi
ketiga orang itu?"
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Lim Hankim
memuji di dalam hati, pikirnya: "Tak nyana budak ini
cerdik sekali, Rupanya dia sedang memberitahu
kepadaku berapa orang musuh yang telah datang."
Buru-buru dia miringkan badannya bersandar pada
dinding ruangan, sementara napasnya segera diatur
menjadi lemah sekali.
segera terdengar seseorang dengan suara yang kasar
dan keras menyahut: "Kau tak usah merisaukan masalah
ini"
Blaaammmm
Di antara suara benturan keras dan belerbangnya
debu dan kotoran, tahu-tahu pintu ruangan itu sudah
diterjangnya hingga terpentang lebar.

2389
Gadis berbaju hijau itu segera berseru: "Hei, kenapa
kalian menumbuk pintu kamarku hingga rusak? Kalau lain
hari aku berhasil menangkap orang persilatan lagi,
mereka harus kusimpan di mana?"
Waktu itu Lim Han-kim telah memilih posisi yang
paling strategis sehingga sedikit melirik saja ia sudah
dapat melihat munculnya dua orang lelaki berbaju serba
hitam.
"sudah kelihatan?" Dengan suara keras gadis berbaju
hijau itu berteriak, "Jumlahnya persis tiga orang, tidak
kurang satupun" selesai berkata, tergopoh-gopoh ia
turun dari loteng.
Lelaki berbaju hitam yang ada di sebelah kiri segera
menuding ke arah Han si-kong sambil berseru: "Aku
kenal dengan orang ini"
"Yaa, aku pun kenal, dia adalah si Raja monyet ceking
Han si-kong" sambung lelaki yang di sebelah kanan.
sambil membalikkan wajah Li Bun- yang kembali lelaki
di sebelah kiri itu berkata: "Kau kenal tidak dengan orang
ini?"
"Tentu saja kenal, orang ini adalah ketua keluarga
persilatan bukit Hong-san generasi ketiga, Li Bun- yang."
"Waaah... waaah... tak nyana kedua orang ini adalah
tokoh-tokoh kenamaan dalam dunia persilatan" seru
lelaki di sebelah kiri sambil tertawa gembira, "Jika kita
membawanya pulang, dapat dipastikan hadiah besar
sudah menanti kita." Lelaki di sebelah kanan menghela
napas panjang,

2390
"Aaaai... bicara sejujurnya, aku tidak begitu tertarik
dengan segala macam emas, mutiara, intan permata
maupun barang antik, Aku cuma berharap siau-cui si
bidadari itu sudi menemani aku semalam saja, asal
keinginanku bisa kesampaian, biar mati pun aku puas."
"Hei sobat, aku lihat kau ibarat katak buduk yang
merindukan rembulan, Nona siau-cui begitu cantik jelita,
mana mungkin ia bisa tertarik dengan tampang jelekmu
itu?"
"Tapi orang itu kan sudah berjanji, barang siapa dapat
membuat jasa besar untuk perguruan bunga bwee, maka
permintaan apa pun yang diajukan pasti akan
dikabulkan, Betul siau-cui tak bakalan tertarik dengan
tampangku, tapi kalau majikan sudah perintahkan masa
dia berani membantah?"
"Aaah, ternyata mereka betul-betul anggota perguruan
bunga bwee," pikir Lim Han-kim setelah mengikuti
pembicaraan tersebut "seebun Giok-hiong betul-betul
gila, demi tercapai cita-citanya tak nyana ia begitu tak
segan menggunakan segala cara."
sementara itu lelaki di sebelah kiri itu sudah menuding
kearah Lim Han-kim sambil berkata: "Entah siapa bocah
lelaki itu? Aku rasa kalau dia bukan orang terkenal lebih
baik kita enyahkan saja cepat-cepat, daripada
menimbulkan kesulitan di kemudian hari."
Lim Han-kim segera merasakan ada sebuah tangan
mencengkeram lengan kiri-nya, jelas ia berniat untuk
membalikkan wajahnya agar diketahui identitasnya.
Pemuda itu tahu, inilah saat yang dinanti-nantikan.
setelah memperkirakan asal suara tersebut, mendadak ia

2391
melejit bangun, tangan dan kakinya serentak bergerak
menyergap kedua orang itu.
Mimpipun kedua orang lelaki itu tak menyangka kalau
mereka telah dikerjai seorang gadis lemah. Tak sempat
melakukan sesuatu tindakan, tahu-tahu jalan darah
mereka sudah tertotok.
Bruuukk Bruukkkk Kedua orang itu roboh terjungkal ke
atas tanah.
selesai menotok jalan darah pada keempat anggota
badan kedua orang lelaki itu, Lim Han-kim berkata sambil
tertawa: "Waaah... hebat juga perhitungan kalian
berdua"
sementara itu si nona berbaju hijau itu sudah muncul
kembali di atas Io-teng, setelah menengok Lim Han-kim
sekejap. serunya penuh gembira: "Kau seorang diri
mampu meringkus mereka berdua sekaligus?"
"Yaa, keberhasilanku tak luput dari kerja sama nona
yang baik"
"Aaaai..." gadis berbaju hijau itu menghela napas.
"sekalipun kau berhasil meringkus mereka berdua
sekarang, tidak tertutup kemungkinan ada rekan lainnya
yang segera akan muncul di sini..."
"Tak usah takut Aku akan menunggu di sini sampai
nona benar-benar lolos dari bahaya."
sambil menempelkan kedua telapak tangannya pada
punggung kedua lelaki itu, ia pun berseru dingin: "Bila
aku ingin membunuh kalian berdua sekarang, ini bisa
kulakukan semudah membalikkan telapak tangan, cuma

2392
aku tahu bahwa kalian berdua adalah orang-orang gagah
yang tidak takut mati..."
Biarpun jalan darah keempat anggota badannya
tertotok hingga tak mampu memberikan perlawanan, tak
urung kedua orang lelaki itu tersenyum senang juga
setelah mendengar kata-kata pujian tersebut
setelah tertawa dingin Lim Han-kim berkata lebih jauh:
"oleh karena itu aku bermaksud memilih seorang dulu di
antara kalian untuk mencicipi bagaimana rasanya ilmu
Melepas Tulang Menggeser otot milikku ini, hanya aku
tidak tahu siapa di antara kamu berdua yang punya
keberanian untuk mencicipinya?"
senyuman yang semula meghiasi wajah kedua orang
lelaki itu lenyap seketika setelah mendengar perkataan
ini. Untuk sesaat mereka hanya bisa memandangi wajah
Lim Han-kim dengan termangu-mangu.
Tahu bahwa kedua orang itu sudah mulai ngeri dan
takut, Lim Han-kim tidak mengulur waktu lagi,
dicengkeramnya lelaki di sebelah kiri sambil berseru:
"Bagaimana jika kau dulu yang merasakan?"
Tangan kanannya bergerak cepat, tahu-tahu ia sudah
menggeser tulang lengan kiri lelaki itu.
Sambil mengaduh kesakitan lelaki itu buru-buru
berteriak: "llmu silat yang dimiliki saudara Kang jauh
lebih hebat ketimbang kemampuanku ..."
"He he he... kalau begitu biar dia yang merasakan
dulu," sahut Lim Han-kim sambil tertawa dingin,
Disambarnya lengan kanan lelaki di sebelah kanan itu
lalu menggeser letak tulangnya.

2393
Ilmu menggeser tulang yang dipergunakan Lim Hankim
merupakan jenis ilmu siksaan yang terhitung keji.
Daiam posisi tertotok jalan darahnya kedua orang itu tak
sanggup mengerahkan tenaga dalamnya untuk melawan
rasa sakit, tak pelak mereka pun merintih kesakitan.
Kembali Lim Han-kim tertawa dingin: "Hmmmm,
apabila kamu berdua berpendapat masih sanggup
mencicipi rasa sakitnya siksaanku ini, obat pemunah
racun tak usah diserahkan keluar."
"Tidak, tidak... kami bersedia menyerahkan obat
penawar racun itu..." teriak dua lelaki itu hampir
serentak,
Tanpa banyak bicara Lim Han-kim menyambungkan
kembali tulang lengan kedua lelaki itu, Begitu terasa
lengan mereka telah beres, mereka segera mengambil
keluar obat pemunah racun dari dalam saku.
Mula-mula Lim Han-kim cobakan dulu ke tubuh kedua
lelaki itu, kemudian baru diberikan kepada Han si-kong
serta Li Bun- yang. setelah itu dia pun paksa kedua lelaki
itu menyerahkan obat penawar racun bagi si nona
berbaju hijau, kemudian baru ia berkata: "Nona,
sekarang cepatlah bebenah, lalu kaburlah secepat
mungkin dari tempat ini"
Sambil berlutut di atas tanah nona berbaju hijau itu
berseru: "ln-kong (tuan penolong), harap kau sebutkan
namamu. Aku tahu budi kebaikan ini sukar di-balas, tapi
dengan mengingat nama in-kong, aku akan berusaha
mendoakan kesejahteraan bagimu setiap hari..."
"Tidak usah," Lim Han-kim menggeleng. " Lebih baik
nona pergi dari sini secepatnya" sambil berkata,

2394
disodorkannya beberapa keping uang emas yang ia
janjikan sebagai modal baru pada gadis itu, Termangu
gadis itu menerimanya.
Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang, tidak
banyak bicara lagi ia turun dari loteng.
Lim Han-kim harus duduk menunggu hampir setengah
jam lamanya sebelum Han si-kong dan Li Bun- yang
mendusin kembali.
Begitu membuka matanya Han si-kong segera
berteriak marah: "Budak busuk. besar nian nyalimu, kau
berani meracuni arak dan sayurku? Hmmm Aku si
monyet tua bersumpah akan menjagalmu"
Begitu melihat kehadiran Lim Han-kim di tempat
tersebut, dengan wajah tertegun segera tegurnya: "siapa
kau?"
"saudara Han, masa kau sudah tidak mengenali
suaraku, lagi?" sapa Lim Han-kim sembari menjura.
"Ehmmm, kalau didengar dari suaranya sih rasanya
sangat kukenal, tapi wajahmu teramat asing bagiku."
"Aku adalah Lim Han-kim"
"omong kosong" sambil melompat bangun Han Sikong
segera berusaha mencengkeram lengan pemuda
itu.
Dengan cekatan Lim Han-kim menarik, mundur lengan
kirinya sembari mengegos ke samping, kembali serunya:
"saudara Han, aku betul-betul Lim Han-kim"

2395
"Kau jangan ngaco belo" teriak Han si-kong penuh
amarah, "saudara Lim gagah dan tampan, tak mungkin
wajahnya begitu jelek macam gendruwo"
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaaai...
sesungguhnya wajahku telah dirusak orang"
Li Bun- yang yang selama ini membungkam tiba-tiba
ikut menimbrung: "Betul, suara itu memang suara
saudara Lim, Aaaai... kalau bukan saudara Lim sendiri,
tak nanti orang lain mau menolong kita berdua."
Dengan wajah ragu-ragu Han si-kong mengamati
wajah Lim Han-kim beberapa saat, lalu tegurnya lagi:
"saudara Lim, siapa yang merusak wajahmu?"
"seebun Giok-hiong"
"Aaaah, lagi- lagi gembong iblis wanita itu," umpat
Han si-kong. sambil melompat bangun kembali ia
berseru: "Ayoh kita cari budak busuk itu untuk membuat
perhitungan saudara Lim. Kita balas dendam dulu baru
kemudian berbincang-bincang."
"Tunggu sebentar saudara Han-" cegah Lim Han-kim
buru-buru. "Hal ini tak bisa kita salahkan nona tersebut ia
dipaksa untuk berbuat begitu, Bayangkan saja, seorang
gadis muda diracuni orang lalu dipaksa untuk melakukan
hal tersebut, apa ia mampu untuk
melawan?"
"Betul, saudara Han" seru Lim Bun- yang pula sambil
tersenyum "Kau tak usah terburu napsu, Mari kita
dengarkan dulu penjelasan saudara Lim."

2396
setelah Han si-kong duduk kembali, secara ringkas Lim
Han-kim baru menceritakan kejadian yang
sesungguhnya.
selesai mendengar penuturan itu, sambil menghela
napas Li Bun- yang bergumam: "Aaaai... dunia persilatan
memang selalu dipenuhi masalah dendam dan
keruwetan, entah sampai kapan dunia ini baru menjadi
tenang kembali."
sebenarnya Lim Han-kim ingin menceritakan juga
kejadian bertemunya Li Tiong-hui dan seebun Giok-hiong
di tengah telaga Tay-oh tadi, namun setelah berpikir
sejenak. niat itu kemudian diurungkan-
Han si-kong menengok dua lelaki berbaju hitam itu
sekejap. lalu serunya dengan geram: " Kalau memang
dua cecunguk ini anak buah seebun Giok-hiong, lebih
baik kita jagal saja"
"Jangan dibunuh, berilah kesempatan hidup buat
mereka, Biar nasib yang menentukan kehidupan mereka
selanjutnya," cegah Lim Han-kim sambil menotok
beberapa buah jalan darah penting di tubuh kedua lelaki
itu.
setelah menyaksikan sendiri betapa menderitanya Pek
si-hiang bergelut melawan maut, ia merasa sangat beriba
hati dengan nasib manusia di dunia ini. Pemuda tersebut
berharap dengan sedikit melakukan amal dan kebaikan
bagi umat manusia, ia bisa membawa Pek si-hiang lolos
dari lembah kematian Tentu saja hal semacam
merupakan rahasia baginya yang tak mungkin diutarakan
keluar.

2397
Sambil tertawa terbahak-bahak Han Si-kong berseru:
"Saudara Lim, kau bakal rugi besar jika berhati begitu
welas asih dalam dunia persilatan. BetuI saja kau ampuni
jiwa mereka berdua hari ini, di kemudian hari belum
tentu mereka berdua pun akan bersikap sama
kepadamu"
sekalipun ia bicara begitu, namun kakek ceking ini
tidak bersikeras hendak menghukum mati dua lelaki
tersebut.
sementara itu Li Bun- yang mengamati terus gerakgerik
Lim Han-kim secara diam-diam. ia melihat
kegagahan pemuda tersebut sudah jauh memudar
ketimbang baru pertama kali berjumpa tempo dulu.
Tanpa terasa ia genggam lengan kanan pemuda tersebut
erat-erat sambil menghibur.
"saudara Lim, bagi kita orang lelaki, yang penting
dalam dunia persilatan adalah jiwa yang gagah dan
ksatria, Masalah wajah yang tampan atau jelek tak perlu
kau risaukan-"
"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li,"
sahut Lim Han-kim sambil tersenyum, "sudah lama aku
tidak mempersoalkan hal ini lagi dalam benakku."
Han si-kong tertawa tergelak "Ha ha ha... tepat sekali"
serunya "Hanya orang gagah sejati yang tidak
mempersoalkan ketampanan wajah, saudara Lim, terus
terang saja aku si engkoh tua betul-betul kagum
kepadamu, kagum karena kau tidak murung lantaran
perubahan wajahmu. Ayoh jalan Kita cari rumah makan
dan minum sampai mabuk. hari ini aku harus
menghormati kau dengan tiga cawan arak wangi" Maka

2398
berangkatlah mereka bertiga meninggalkan rumah
makan Pek sim-thian itu.
Setelah beberapa hari terbius tanpa mengisi perut
sama sekali, sesungguhnya Li Bun-yang serta Han sikong
sudah kelaparan Mereka pun percepat langkahnya
dengan harapan bisa segera menemukan rumah makan
dan mengisi perut sepuasnya.
setelah menempuh perjalanan belasan li, tibalah
mereka di sebuah kota yang cukup ramai. Kota ini ramai
dan makmur, juga merupakan persimpangan jalan raya
utama, tak pelak lagi disinilah konsentrasi perdagangan
untuk daerah di sekitarnya, suasana amat ramai, rumah
penginapan maupun rumah makan berjajar-jajar
sepanjang jalan-
Dengan langkah lebar Han si-kong menyerbu masuk
ke dalam sebuah rumah makan merangkap penginapan
yang cukup besar dengan merek Tiau- yang- lo", Begitu
melangkah masuk ke dalam ruangan- Han si-kong
langsung berteriak keras: "Hei pelayan, siapkan arak
Cong-goan-ang yang terbaik, daging sapi tiga kati serta
delapan macam sayur lainnya, lebih cepat lebih baik"
Waktu itu tengah hari belum tiba, belum saatnya
orang makan siang, karena itu suasana dalam rumah
makan itu tak seberapa ramai, Tak selang beberapa saat
kemudian, sayur dan arak yang dipesan Han si-kong
telah dihidangkan-
Dengan lahap Han si-kong meneguk habis dua kati
arak sekaligus sebelum berhenti dan berkata: "saudara
Lim, sudah dua kali kau selamatkan jiwa aku, si monyet

2399
tua, aku lihat hubungan kita sekarang sudah ibaratnya
sehidup semati."
"Aaah, cuma urusan sepele, saudara Han tak perlu
terlalu dipikirkan," sahut Lim Han-kim tersenyum.
Tiba-tiba Li Bun-yang menghela napas panjang,
katanya: "saudara Lim, ke mana saja kau pergi selama
berapa hari ini? sudah beberapa kali adikku mengutus
orang untuk melacak jejakmu tapi berita saudara Lim
ibarat batu yang tenggelam di dasar samudra, tak setitik
berita pun yang berhasil kami peroleh." Lim Han-kim
tertawa hambar.
"Berbagai pengalaman yang menyedihkan dan
mengharukan telah kualami selama beberapa hari ini,
Aku sudah bosan dan muak menyaksikan segala
pertikaian yang berlangsung dalam dunia persilatan. Aku
pikir selanjutnya aku tak ingin melibatkan diri lagi di
dalam kancah pergolakan itu"
"Apa?" Han si-kong berteriak sambil menggebrak meja
keras- keras, "Kau hendak mengundurkan diri dari
keramaian dunia persilatan? saudara Lim, kau masih
muda dan gagah, kenapa kau ingin pensiun?"
"Aaaaai..." kembali Lim Han-kim menghela napas,
"Tak akan berakhir segala pertikaian yang terjadi dalam
dunia persilatan bila setiap orang tak ingin
mengakhirinya, Kalau setiap orang tak mau mengalah,
bukankah hari-hari dalam kehidupannya hanya akan
dilalui dalam segala persoalan yang diwarnai pertikaian
berdarah?"
Untuk sesaat Li Bun-yang nampak tertegun, sesaat
kemudian ia baru berbisik "saudara Lim, baru berpisah

2400
berapa bulan, ke mana larinya semua semangat serta
kegagahanmu itu? Apakah sudah terjadi...?"
"Aaaah, tak ada apa-apa"
Han si-kong tertawa tergelak. selanya: "saudara Lim,
tahukah kau kenapa aku si monyet tua dan saudara Li
datang ketelaga Tay-oh hingga akhirnya dipecundangi
orang?"
" Kenapa?"
"Kenapa lagi kalau bukan gara-gara kau, saudara Lim
Kami kemari karena mendapat perintah dari nona Li
untuk melacak jejakmu. Kau tahu, kegagahan dan
kehebatan nona Li telah mendatangkan dukungan dari
Ciu tayhiap serta Kim- hud lotiang sekalian jago-jago
persilatan untuk mengangkatnya menjadi pemimpin umat
persilatan sekarang nona Li sedang berjuang untuk
merebut kursi Bu- lim Bengcu"
Mendengar ucapan ini, diam-diam Lim Han-kim
berpikir Ternyata apa yang dikatakan seebun Giok-hiong
benar, demi merebut kursi Bu- lim Bengcu ternyata Li
Tiong-hui tak segan-segan melepaskan iblis wanita itu
dengan begitu saja, Aaaai, perempuan ini sungguh egois,
demi kepentingan pribadi ia tak segan-segan
mengorbankan kepentingan orang banyak.
Ketika Li Bun-yang menyaksikan Lim Han-kim hanya
berdiam diri saja, seakan-akan ada yang sedang
dipikirkan, tak tahan ia melanjutkan pula: "saudara Lim,
rencana apa yang hendak kau lakukan selanjutnya?"
"Aku berniat kembali ke sekitar kota si-ciu sambil
melacak jejak adik seperguruanku."

2401
"saudara Lim" seru Han si-kong sambil tertawa,
"sudah cukup lama adik seperguruanmu itu lenyap bagai
ditelan bumi, aku rasa tak gampang untuk menemukan
jejaknya, Bagaimana kalau kau ikut kami pulang ke Lamchong
dulu? Di situ para jago dari pelbagai daerah akan
berkumpul, siapa tahu dari mulut mereka kau akan
berhasil mendapat berita tentang adik seperguruanmu
itu"
Lim Han-kim kembali tertawa hambar, "Bukankah
kalian berdua hendak ke kota Lam-chong untuk
menghadiri pertemuan besar dalam pemilihan Bu-lim
Bengcu?"
"oooh, rupanya kaupun sudah tahu?"
"Aaaai... sayang sekali aku harus mengecewakan
kalian berdua, aku tak berhasrat untuk hadir di sana."
"Kenapa?" seru Han si-kong dengan mata terbelalak
"semua jago dan orang gagah dari kolong langit bakal
berkumpul di kota Lam-chong untuk memilih Bu- lim
Bengcu, Kita hendak berikrar untuk bersama-sama
menentang seebun Giok-hiong, kenapa kau tak berniat
untuk menghadiri pertemuan sebesar ini?"
"Aaaah, apa lagi yang mereka cari kalau bukan nama
serta kedudukan? Lalu apa beda mereka dengan seebun
Giok-hiong?"
Tampaknya ucapan ini kelewat berat bagi yang
mendengar, untuk sesaat Han si-kong serta Li Bun-yang
cuma bisa tertegun tanpa mampu mengucapkan sepatah
katapun.

2402
Biarpun Han si-kong seorang jago kawakan, namun
wataknya yang polos membuat ia tak sanggup menahan
diri lagi, tak kuasa teriaknya keras: "saudara Lim, baru
berpisah berapa bulan, rasanya kau sudah banyak
berubah"
Lim Han-kim tidak menanggapi hanya pikirnya: "Jika Li
Tiong-hui benar-benar ada niat untuk melenyapkan bibit
bencana dari muka bumi, seharusnya ia sudah
membunuh seebun Giok-hiong sejak dulu, Buat apa ia
perebutkan kursi Bu- lim Bengcu?"
Berbeda dengan rekannya yang berangasan, Li Bunyang
jauh lebih tenang dan mampu menguasai diri,
setelah menghela napas ia berkata: "setiap orang punya
tujuan sendiri-sendiri, kita tak boleh terlalu memaksa,
saudara Han- Urusan ini tak perlu kau masukkan ke
dalam hati."
Tampaknya Lim Han-kim juga mengerti kalau
perkataannya barusan kelewat berat nadanya, maka dia
pun tak banyak bicara lagi,
Mendadak Han si-kong meletakkan kembali cawan
araknya ke meja, lalu dengan sorot matanya yang tajam
ia awasi wajah Lim Han-kim lekat-lekat, kemudian
gumamnya: "Heran ... sungguh heran"
"Ada apa sih?" tanya Lim Han-kim bimbang.
"sebetulnya kau benar-benar Lim Han-kim atau
bukan?"
Lim Han-kim segera tertawa, "Biar wajahku sudah
rusak hingga kelihatannya jelek, masa suaraku juga ikut
berubah?"

2403
"seingatku, saudara Lim adalah pemuda yang gagah,
bersemangat tinggi dan tak gentar menghadapi
persoalan apapun,jauh berbeda dengan watak yang kau
perlihatkan sekarang."
Lim Han-kim tidak menanggapi hanya dalam hati
kecilnya ia berpikir "sejak wajahku berubah, perangaiku
memang beda sekali dengan watak kebiasaanku dulu,
tidak heran jika ia menaruh curiga kepadaku."
Terdengar Han si-kong berkata lebih lanjut dengan
suara keras: "saudara Li, kita harus berhati-hati, seebun
Giok-hiong licik dan banyak akal muslihatnya, kita jangan
sampai terjebak oleh siasat busuknya"
Agaknya dari mulut LiTiong-hui adiknya, Li Bun-yang
sudah mendengar bahwa wajah Lim Han-kim dirusak
orang, karena itu ia sendiripun tak berani memastikan
apakah Lim Han-kim yang berada di hadapannya
sekarang tulen atau bukan, Untuk sesaat ia cuma
termenung saja sambil membungkam.
Melihat gelagat serba kikuk, Lim Han-kim segera
bangkit berdiri, katanya: " Kalau toh kalian berdua
mencurigai aku, baiklah, aku mohon diri lebih dulu"
Selesai bicara dia membalikkan badandan beranjak
pergi meninggalkan tempat itu.
"Berhenti" hardik Han si-kong tiba-tiba sambil
melompat bangun, sebuah serangan dilontarkan ke
depan-
Buru-buru Li Bun-yang menghalangi tindakan
rekannya itu sambil serunya: "saudara Han- kau tak
boleh gegabah"

2404
sementara dua orang itu terlibat dalam pembicaraan,
Lim Han-kim telah mempercepat langkahnya dan sekejap
kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan-
"Kenapa kau menghalangi aku?" tegur Han si-kong
gusar.
Li Bun-yang menghela napas panjang, "Aaaaai,
sebetulnya dia adalah Lim Han-kim tulen, bila saudara
Han nekat menyerangnya, bukankah hubungan
persaudaraan di antara kita akan menjadi retak?"
"Dari mana kau tahu kalau dia adalah Lim Han-kim
tulen?" pelan-pelan Han si-kong duduk kembali,
"Lagipula seandainya dia adalah saudara Lim tulen,
kenapa dalam berapa bulan yang singkat watak serta
perangainya telah berubah sama sekali?"
"Tak bisa salahkan dia," Li Bun-yang gelengkan
kepalanya berulang kali sambil tertawa getir
"Kalau seorang pemuda macam dia bisa kehilangan
semangat serta keberaniannya hanya dalam berapa
bulan saja, hal ini menunjukkan bahwa dia adalah
manusia tak berguna, Aku pikir, sekalipun dia betul-betul
saudara Lim, rasanya aku, si monyet tua, juga tak perlu
berhubungan lagi dengan sahabat macam dia"
"Kaujangan bicara begitu dulu, kau tahu sampai di
mana kemampuan yang dimiliki seebun Giok-hiong?"
Han si-kong nampak agak tertegun, lalu sambil
menggebrak meja serunya tertahan "Aaaah, betul juga,
kenapa aku si monyet tua begitu tolol Bisa jadi setelah
wajahnya dirusak seebun Giok-hiong, ia dipaksa juga

2405
untuk minum racun bersifat lambat" Dengan cepat dia
melompat bangun dan lari keluar ruangan.
Buru-buru Li Bun-yang menghadang jalan perginya
seraya menegur: "Eeei, saudara Han, mau ke mana
kau?"
"Sekarang kita sudah tahu kalau saudara Lim dipaksa
minum racun, masa kita harus berpeluk tangan saja?"
"Tak mungkin kau bisa menyusulnya" kata Li Bun-yang
seraya menggeleng, Kemudian setelah berhenti sejenak,
ia meneruskan "Aku lihat kejernihan otak saudara Lim
masih baik sekali, ini berarti sekalipun ia benar-benar
sudah dicekoki racun, sifatnya juga lambat dan ringan,
aku percaya dia masih sanggup untuk menjaga diri"
"sekalipun begitu kita toh tak boleh berpeluk tangan
saja tanpa berusaha membantu, apalagi kita sudah tahu
keadaannya sekarang"
Tanpa perduli bagaimana pendapat rekannya lagi, dia
dorong Li Bun-yang kesamping lalu mengejar dengan
langkah lebar. Memang begitulah watak monyet tua ini,
berangasan tapi penuh setia kawan, setelah mengetahui
rekannya dalam keadaan bahaya, iapun berusaha untuk
menolong tanpa memikirkan apa pun resikonya.
Terpaksa Li Bun-yang harus membereskan rekening
makan lalu menyusul dengan cepat.
suasana dijalan raya amat ramai manusia berlalu
lalang, namun bayangan tubuh Lim Han-kim sudah tak
kelihatan lagi.
Tanpa menggubris suasana di sana, dengan nada
keras Han si-kong berteriak memang gil "saudara Lim

2406
saudara Lim" Dengan langkah lebar dia mengejar ke arah
utara.
sebenarnya saat itu Lim Han-kim masih bersembunyi
di sudut rumah, Betapa terharunya pemuda ini setelah
melihat dan mendengar sendiri rasa panik dan cemas
dari Han si-kong, tapi begitu teringat bahwa tujuannya
ke kota Lam-chong tak lebih hanya urusan perebutan
nama serta kedudukan, rasa muak dan sebal kembali
mencuat dalam lubuk hatinya, oleh sebab itu dia pun
menahan diri dan tidak berusaha menampakkan dirinya,
Menunggu bayangan tubuh Han si-kong serta Li Bunyang
sudah lenyap dari pandangan mata, ia baru
memutar arah meneruskan perjalanannya menuju
selatan, Dengan mengambil arah yang berlawanan, tentu
saja Han si-kong tak mungkin bisa menyusulnya
kendatipun menyusul sampai ke kutub utara.
Dengan langkah santai Lim Han-kim melanjutkan
perjalanannya, tanpa terasa belasan li sudah dilalui,
Waktu itu senja telah menjelang tiba, cahaya merah
yang membara terlihat menghiasi ujung langit sebelah
barat. Lim Han-kim merasa hatinya sumpek dan
pikirannya kalut, banyak masala h memenuhi benaknya
namun ia tak mampu menyelesaikan semuanya.
BAB 20. Gadis Cantik setengah Telanjang
Lambat laun kegelapan mulai menyelimuti angkasa,
pemandangan di sekitar situ pun mulai dicekam
kegelapan yang redup, Entah berapa lama sudah ia
menempuh perjalanan,

2407
akhirnya dari depan sana terlihat kilatan selintas
cahaya.
Mengikuti arah datangnya cahaya lampu itu, Lim Hankim
berjalan mendekat Akhirnya ia mengetahui bahwa
tempat itu adalah sebuah kuil kecil. Cahaya yang terlihat
itu tak lain berasal dari balik kuil tersebut.
Ketika Lim Han-kim mencoba mendorong pintu depan,
ternyata pintu itu segera terbuka, agaknya memang tidak
terkunci Dengan langkah lebar Lim Han-kim berjalan
masuk ke dalam ha la man kuil itu.
Luas halaman hanya sekitar setengah bau, termasuk
dua ruang utamanya tak lebih hanya terdiri dari belasan
bilik, cahaya lentera itu berasal dari balik sebuah ruang
kecil di sisi balairum utama. Tanpa pikir panjang Lim
Han-kim berjalan mendekati bilik kecil tadi dan
mendorong pintunya.
Di dalam bilik itu ia jumpai seorang kakek berjubah
pendeta sedang duduk bersia. Tak jauh disamping kakek
itu duduk pula seorang gadis cantik berambut panjang
yang tidak mengenakan pakaian atas, tubuhnya yang
setengah bugil itu membuat payudaranya kelihatan jelas
sekali. Dua ekor ular raksasa berwarna merah darah
melingkar di sisi gadis itu sambil mengangkat kepalanya
siap mematuk.
Dalam sekilas pandang saja Lim Han-kim segera
merasa bahwa kakek berjubah pendeta itu rasanya
seperti pernah ia kenal sebelumnya, tapi berhubung
benaknya sedang dipenuhi pelbagai masalah yang pelik,
ia segan untuk cabangkan pikirannya memikirkan
masalah lainTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2408
Baru saja ia memutar badan siap mengundurkan diri
dari situ, mendadak terdengar gadis cantik setengah
bugil itu membentak keras: "Berhenti setelah berani
menerjang masuk ke mari, kau masih ingin pergi dengan
gampang?"
Kebetulan pada waktu itu Lim Han-kim sedang
membayangkan keadaan Pek si-hiang, pikirnya: "Entah
bagaimana nasib nona Pek sekarang? Apakah ia sudah
mulai berlatih ilmu sesat?"
Karena itu ia segera menghentikan langkahnya setelah
mendengar bentakan tersebut.
Terdengar gadis cantik setengah bugil itu kembali
berseru dengan nada dingini "Jika masih ingin hidup,
duduklah dengan sikap manis di sudut ruangan sana"
Tanpa berpikir sedikitpun, Lim Han-kim melangkah ke
sudut ruangan dan duduk di situ, Agaknya gadis cantik
setengah bugil itu tidak mengira kalau lawannya begitu
penurut, padahal ia sudah menyiapkan seekor ular kecil
berwarna hitam yang siap dilontarkan ke depan-
Ketika melihat Lim Han-kim menurut dan betul-betul
duduk di tempat yang ditunjuk, terpaksa dia pun
urungkan kembali niatnya,
Kakek berjubah pendeta itu melirik Lim Han-kim
sekejap. lalu ujarnya kepada gadis cantik setengah bugil
itu: "Urusan di antara kita berdua tak ada sangkut
pautnya dengan pihak ketiga, kenapa kau melarangnya
pergi?"
"Hmmmm Tempat ini sepi, terpencil, tiada jejak
manusia di sekitarnya, siapa suruh dia datang kemari

2409
sendiri? ini yang dinamakan jalan sorga tak mau dilalui,
jalan ke neraka justru ditelusuri, apa salahku kalau
menahannya juga?"
"Kesalahan yang dibuat tanpa disengaja bukan
merupakan kesalahan besar, apalagi menahannya di sini
pun tak ada faedahnya, lebih baik biarkan saja dia pergi"
Kembali gadis cantik setengah bugil itu mendengus
dingin. "Aku hendak menggunakan dia sebagai contoh,
biar dia rasakan dulu kelihaianku" serunya.
Tergerak juga perasaan Lim Han-kim setelah lamatlamat
ia menangkap niat gadis itu untuk menjatuhkan
hukuman kepadanya, kesadarannya juga ikut jernih
kembali sambil menghimpun tenaga dalamnya bersiap
sedia, ia menegur: "Apa kau kata?"
"Aku ingin kau mencicipi bagaimana rasanya bila racun
ular menyerang hatimu," kata gadis cantik setengah bugil
itu sambil tersenyum
" Kenapa?" seru Lim Han-kim terkejut "Di antara kita
toh tiada ikatan dendam maupun sakit hati?"
Kembali gadis setengah bugil itu tertawa terkekehkekeh:
"He he he... betul di antara kita memang tak ada
ikatan dendam atau sakit hati, tapi berapa orang kah di
dunia ini yang benar-benarpunya dendam denganku?"
Ia mendongakkan kepalanya sambil menarik napas
panjang, kemudian melanjutkan "Bila aku tidak
membunuh orang yang tak punya dendam denganku,
bukankah di dunia ini aku sudah tak akan temukan
korban yang bisa kubunuh lagi?"

2410
"Kejam amat perempuan ini,"pikir Lim Han-kim diamdiam.
"Dia anggap nyawa manusia macam nyawa semut
yang tak berharga saja, Kurang ajar betul, dianggapnya
membunuh orang hanya permainan kanak-kanak^
Dengan cepat ia dapat mengambil kesimpulan bahwa
kekejaman perempuan ini sesungguhnya berpuluh lipat
lebih hebat ketimbang seebun Giok-hiong.
Kedengaran tosu tua berjenggot panjang itu menghela
napas dan berkata: " Kalau kau masih punya cara
siksaan yang lebih keji, silakan kaupergunakan di atas
tubuhku, Tolong pandanglah pada wajahku dengan
membiarkan dia pergi dari sini."
Lim Han-kim merasa kenal sekali dengan logat suara
tosu itu, seakan-akan pernah didengarnya di suatu
tempat, setelah dia mati dengan lebih seksama, pemuda
itu segera terkesiap. rupanya tosu itu tak lain adalah
Thian-hok sangjin-
Memang taksalah dugaannya, pendeta berjenggot
putih ini memang Thian-hok sangjin dari bukit Mao-san.
Perempuan cantik setengah bugil itu mendengus
dingin, jengeknya: "Mintakan ampun baginya? Hmmm,
lebih baik kau saksikan dulu bagaimana tersiksanya bila
seseorang digigit ular beracunku"
Tiba-tiba ia mengayunkan tangannya ke depan, seekor
ular kecil segera melesat ke udara dan menyambar ke
arah Lim Han-kim.
sudah sejak tadi Lim Han-kim membuat persiapan
dengan mengerahkan tenaga dalamnya ke seluruh
badan, Begitu melihat datangnya sergapan itu, tubuhnya

2411
melejit berapa depa ke samping dengan cekatan, lalu
sebuah pukulan dilontarkan ke depan, segulung angin
pukulan yang kuat dan ganas dengan cepat meluncur ke
udara dan menghantam ular kecil itu.
"Aaaah" perempuan cantik setengah bugil itu menjerit
kaget, "Tak nyana ilmu silatmu cukup tangguh"
setelah melepaskan sebuah pukulan tadi, dari sakunya
Lim Han-kim sudah merogoh keluar pedang Jin-siangkiam,
dengan marah ia mengumpak "Perempuan busuk.
sungguh kejam hatimu. Aku toh belum pernah
menyalahimu, kenapa kau lepaskan ular beracunmu
untuk menggigit aku?"
Perempuan cantik setengah bugil itu tertawa dingin,
"Ada apa? Kau anggap pedang pendek di tanganmu itu
cukup tajam?"
Mendadak Thian-hok sangjin menyela: "Anak muda,
kalau tidak kabur saat ini, mau tunggu sampai kapan
lagi?" Ujung bajunya segera dikebaskan ke muka
segulung angin ribut menerpa dalam ruangan membuat
cahaya lilin mendadak padam. suasana dalam
ruanganpun seketika berubahjadi gelap gulita.
Kedengaran perempuan cantik setengah bugil itu
kembali membentak nyaring, disusul kemudian seluruh
ruangan terendus bau anyir yang sangat memualkan
perut.
Lamat-lamat Lim Han-kim dapat merasakan
munculnya beberapa ekor ular beracun yang menyergap
ke arahnya. Buru-buru diaputar pedangnya untuk
melindungi seluruh badan.

2412
Biarpun pedang Jin-siang-kiam bukan termasuk
senjata mestika yang luar biasa, namun kemampuannya
cukup untuk membelah besi baja serta benda keras pada
umumnya, Dalam putaran pedangnya untuk melindungi
badan ini, Lim Han-kim bisa merasakan senjata itu
seperti membentur sesuatu benda, pikirnya: "Aku yakin
ketajaman pedangku masih mampu mengutungi binatang
melata, cuma berapa banyak ular yang akan menjadi
korban senjataku ini?"
Tiba-tiba kelihatan cahaya api memercik kembali di
ruangan, lilin yang semula padam kini terang benderang
kembali. Dengan hilangnya kegelapan maka
pemandangan di seputar ruangan pun bisa kelihatan
lebih jelas.
Buru-buru Lim Han-kim periksa sekeliling tubuhnya, di
situ ia jumpai ada dua ekor ular yang benar-benar
menjadi korban pedang tajamnya, tergolek dengan perut
terbelah.
Sementara itu si perempuan cantik setengah bugil itu
sudah menggeser posisi berdirinya lebih dekat dengan
pintu ruangan- Agaknya dia khawatir Thian-hok Sangjin
manfaatkan peluang itu untuk melarikan diri.
Perlahan-lahan Lim Han-kim mengalihkan sorot
matanya ke sudut ruangan, di mana Thian-hok Sangjin
terduduk tadi. Namun apa yang kemudian teriihat
olehnya segera membuat anak muda itu terperangah.
Rupanya ada seekor ular raksasa berwarna merah
darah sebesar lengan bocah sedang membelit seluruh
tubuh Thian-hok sangjin kencang-kencang. Kedua
lengannya sudah terbelenggu oleh lilitan ular itu

2413
sementara lidah si ular yang berwarna merah persis
berada di muka jidat pendeta tua itu.
Berdiri seluruh bulu kuduk Lim Han-kim setelah
melihat adegan ini, dia ngeri bercampur bergidik,
pikirnya: "Daripada menerima siksaan lahir batin seperti
itu, mendingan mati dalam sekali tebasan golok..."
Anehnya, sikap Thian-hok sangjin sangat tenang,
seolah-olah tak pernah ada kejadian apa pun
terhadapnya, Malah dia menengok sekejap ke arah si
ular raksasa itu pun tidak, matanya terpejam rapat dan
mulutnya terkancing ketat.
Kembali terdengar perempuan cantik setengah bugil
itu menjengek: "Hmmmm, untuk pertahankan
keselamatan diri sendiri pun kau tak mampu, masih ada
waktu untuk mengurusi urusan orang lain... Huuuh,
betul-betul tak tahu diri"
Pelan-pelan Thian-hok sangjin membuka matanya
kembali, ujarnya hambar: "Nona, ada sepatah dua patah
kata aku ingin sampaikan kepadamu semoga saja kau
terima bujukanku"
"soal apa?"
"Di dalam ruang sempit ini, melain kau dan aku
sesungguhnya masih ada lagi seorang..."
"Seorang pemuda jelek, yakni dia" tukas perempuan
cantik setengah bugil itu sambil menuding Lim Han-kim.
"Dia berdiri di situ dengan tegar dan blak-blakan, siapa
saja bisa melihat kehadirannya, bukan dia yang
kumaksudkan"

2414
" Kalau bukan dia, masa masih ada manusia
keempat?" seru perempuan setengah bugil itu
keheranan-
"Benar, memang orang keempat yang kumaksudkan
orang itu memiliki ilmu silat yang sangat hebat, tapi
wataknya juga amat jelek. Apabila aku tidak
membujuknya berulang kali secara diam-diam, mungkin
kau sudah terluka di tangannya."
"He he he... masa ada kejadian seperti itu?"
perempuan bugil itu tertawa dingin.
"Jadi kau tak percaya pada perkataanku?"
"sebelum dia menampakkan diri, aku tak bakal
percaya"
"Bila ia sampai dipaksa untuk tampilkan diri, aku takut
ia akan menolak untuk menuruti bujukanku lagi, bila ia
sampai turun tangan mencelakai dirimu..."
" Kau tak usah menakut-nakuti aku" hardik perempuan
bugil itu naik pitam.
"Aku tahu kau sedang bohong, sengaja menggertak
aku, padahal di sini tak ada orang keempat"
"sepasang lenganku sudah dililit oleh ular merahmu,
pemuda itu juga lagi sibuk memutar pedang, sebaliknya
kau berjaga di muka pintu, lalu siapa yang telah
menyulut lilin dalam ruangan ini?"
Begitu pertanyaan tersebut diutarakan, perempuan
cantik setengah bugil itu terbelalak seketika dan
terbungkam dalam seribu basa, sementara sorot
matanya dengan liar menyapu seluruh ruangan tersebut.

2415
"Benar juga ucapan ini," Lim Han-kim berpikir pula,
"Sepasang lengannya terlilit ular hingga mustahil bisa
bergerak, sedang aku tak pernah menyulut lilin, apalagi
perempuan setengah bugil itu. Kecuali kami bertiga,
berarti di sini telah hadir orang keempat, dialah yang
telah menyulut lilin itu..."
Dia pun mencoba untuk melakukan pemeriksaan, tapi
selain sebuah meja di mana lilin itu terletak, boleh
dibilang dalam ruangan itu tak ada tempat lain yang bisa
dipakai untuk menyembunyikan diri
selesai memeriksa seluruh ruangan itu sekejap.
dengan nada dingin perempuan setengah bugil itu
berkata: "Aku tahu kau licik dan banyak tipu muslihat aku
tak bakal percaya dengan perkataanmu"
Thian-hok sangjin menghela napas panjang, katanya:
"Musibah yang kuderita saat ini merupakan akibat dari
salah langkah yang kuperbuat tempo dulu, Aku tak ingin
melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya,
Bila nona enggan menuruti bujukanku, yaaa sudahlah,
apa boleh buat..."
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, terasa
cahaya lilin bergoncang keras, lalu dalam ruangan itu
sudah bertambah lagi dengan seorang kakek berambut
putih.
"Rupanya dia sembunyi di atas tiang rumah yang
melintang di belakang pintu," pikir Lim Han-kim.
Tampak kakek itu menggosok sepasang telapak
tangannya berulang kali, lalu sambil mengangkat telapak
tangan kanannya ke hadapan perempuan setengah bugil
itu, serunya dingin: "Kenal kau dengan ilmu silatku ini?"

2416
setelah memandang telapak tangan itu sekejap.
perempuan cantik setengah bugil itu segera menjerit
tertahan- "sam-yang-sin-ciang"
"Betul, ilmuku adalah sam-yang-sin-ciang" kakek
berambut putih itu mendengus.
sewaktu masih ada di bukit Im-lu-san, Lim Han-kim
sudah pernah berjumpa dengan orang ini. Dia tahu kakek
tersebut adalah suami Gadis naga berbaju hitam, atau
dengan perkataan lain dia adalah Pek Ki-hong, ayah Pek
si-hiang.
Terdengar Pek Ki-hong berkata dengan suara dingin:
"setelah kau mengenali ilmu pukulan sam-yang-sin-ciang
milikku, semestinya kau sudah mengerti bukan bahwa
aku memiliki kemampuan untuk membinasakan dirimu"
"Kita kan belum pernah bertarung, siapa menang
siapa kalah aku rasa kelewat dini untuk diramalkan"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Pek Ki-hong,
serunya dingin- "Jadi kau memaksa aku untuk turun
tangan" pelan-pelan dia mengangkat kembali telapak
tangannya siap melancarkan serangan,
"Jangan lukai dia" tiba-tiba Thian-hok sangjin
mencegah sambil menghela napas panjang, "Dulu aku
sudah melakukan kesalahan besar gara-gara terburu
emosi dan menuruti suara hati sendiri sampai kini rasa
menyesalku belum juga hilang, maka bila kau
membunuhnya hari ini, aku akan kehilangan kesempatan
sama sekali untuk menebus dosa-dosaku itu. Apakah kau
senang melihat aku tersiksa gara-gara kejadian ini?"

2417
sambil menarik napas panjang Pek Ki-hong menarik
kembali serangannya, ia berkata: "Tak seorang manusia
pun di dunia ini yang luput dari kesalahan, yang penting
kita tahu salah, bertobat serta tidak mengulanginya
kembali Apa sih gunanya kau menyiksa dirimu sendiri?"
"Aaaai... memang sulit untuk diterangkan di mana
letak rasa menyesalku itu. Hanya keponakanku si- hiang
seorang yang dapat memahami perasaan hatiku ini,"
kata Thian-hok sangjin serius.
"Kasihan keponakanmu itu lenyap bagai ditelan bumi,
tak setitik berita pun yang diperoleh Gara-gara urusan
ini, hampir saja istriku menjadi gila lantaran paniknya."
Pek Ki-hong turut menghela napas.
seakan-akan batinnya peroleh gempuran yang sangat
kuat, mendadak sekujur badan Thian-hok sangjin
gemetar keras, bisiknya: "Apakah sampai sekarang sihiang
keponakanku belum berhasil melepaskan diri dari
cengkeraman maut...?"
" Hidup tak ada beritanya, mati tak nampak
jenasahnya, Aaai... Yang paling menjengkelkan lagi
adalah siok-bwee dan Hiang-kiok, dua orang budak
busuk itu, entah kemana perginya hingga sampai
sekarang pun tidak mengirim berita"
Mendengar pembicaraan yang sedang berlangsung itu,
dalam hati kecilnya Lim Han-kim segera berpikir
"Ternyata orang tuanya tidak tahu kalau Pek si-hiang
bersembunyi di pesanggrahan pengubur bunga..."
sementara dia masih termenung, Thian-hok sangjin
telah berkata lagi: "Kau tak usah gelisah. Aku percaya
dengan kemampuan serta kecerdikan yang dimiliki siTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2418
hiang, ia pasti dapat mengusahakan cara untuk
meloloskan diri dari ancaman elmaut."
Kembali Pek Ki-hong menghela napas panjang,
"selama bertahun-tahun sudah cukup banyak derita dan
siksaan yang kami berdua alami gara-gara penyakitnya,
Kalau ia betul-betul sudah mati, yaa sudahlah karena
memang takdir. Tapi kini, tak secuil berita pun yang kami
peroleh, hal ini betul-betul membuat kami panik dan
tidak tenang."
"Kau tak usah panik," hibur Thian-hok sangjin sambil
tertawa, "Sesungguhnya si-hiang sudah memperoleh
cara untuk menolong diri, hanya ia sendiri yang enggan
melanjutkan hidupnya, Aku yakin bila ia benar-benar
sudah menjelang ajalnya, ia tentu akan teringat kembali
dengan budi kebaikan kalian berdua, Apalagi masih ada
aku, si empek yang tersiksa di istana panca racun, ia tak
akan tega membiarkan kita-kita ini menderita."
Dalam hati kecilnya Lim Han-kim segera berpikir
"Jawabanmu hanya benar separuh, meskipun ia
mempunyai cara untuk menolong diri sendiri, namun
tidak terlalu yakin akan keberhasilannya, jadi mati
hidupnya tetap separuh-separuh..."
Mendadak terdengar wanita cantik setengah bugil itu
mengejek dengan suara dingin- "Thian-hok sangjin, bila
kau yakin keponakanmu mampu selamatkan jiwamu,
kenapa tidak suruh dia mencoba?"
Dengan penuh amarah Pek Ki-hong menghardik:
"Kalau aku mau membunuhmu aku bisa melakukannya
segampang membalik telapak tanganku sendiri Tapi aku
tak ingin mengusik niat rekanku. HHmmm... lebih baik

2419
tutup saja bacotmu yang bau, jangan membangkitkan
amarahku hingga terpaksa kubunuh kau secara keji"
seraya berkata ia mengayunkan telapak tangannya
melepaskan satu pukulan ke depan-seekor ular raksasa
berwarna merah yang melingkar persis di depan
perempuan setengah bugil itu segera berkelejitan
beberapa kali lalu tergeletak mati.
Bergidik juga perasaan Lim Han-kim menyaksikan
adegan ini, pikirnya: "Tak nyana ilmu pukulan sam-yangsin-
ciang benar-benar begitu hebat"
Agaknya kekuatan inti yang paling diandalkan
perempuan cantik setengah bugil itu hanyalah beberapa
ekor ular berbisa itu, ia terbungkam seketika setelah
melihat kehebatan tenaga pukulan lawannya, Wanita itu
agaknya sadar kemampuan yang dimilikinya masih bukan
tandingan lawan, bila dia masih banyak mulut, maka
jiwanya benar-benar terancam.
Melihat perempuan bugil itu sudah dibikin ciut nyalinya
oleh kehebatan tenaga pukulannya, Pek Ki-hong pun
berpaling ke arah Thian-hok sangjin sambil bertanya:
"Kau sudah bertemu dengan ketua istana panca bisa?"
"Sudah"
"Apa dia bilang?"
"Aaaai..." Thian-hok sangjin menghela napas panjang,
"Dia masih tidak dapat melupakan dendam sakit hatinya
dulu..."
Mendadak ia berpaling ke arah Lim Han-kim dan
segera membungkam.

2420
Pek Ki-hong turut mengalihkan pandangan matanya ke
arah Lim Han-kim, lalu tegurnya dingin: "Mau apa kau
berada di sini?"
"Jelek amat tabiat orang ini," batin Lim Han-kim,
setelah mendeham katanya: "Aku hanya kebetulan saja
lewat di sini, aku berniat menginap semalam di sini"
"Sekarang kau boleh pergi dari sini" tukas Pek Kihong.
"Baiklah" pelan-pelan Lim Han-kim membalikkan
badan dan beranjak pergi dengan langkah lebar, Tapi ia
terpaksa menghentikan kembali langkahnya setelah
menjumpai perempuan cantik setengah bugil itu masih
berdiri menghadang di depan pintu utama.
"Minggir kamu" hardik Pek Ki-hong penuh amarah.
Kali ini perempuan setengah bugil itu tidak
membantah pelan-pelan ia bangkit berdiri dan
menyingkir ke samping, agaknya ia sudah dibikin keder
oleh kehebatan Pek Ki-hong.
sambil melangkah keluar dari ruangan, Lim Han-kim
kembali berpikir "Sungguh aneh, Pek si-hiang begitu
lembut, ramah dan halus tak nyana ayahnya begitu
kasar, berangasan dan tak tahu aturan-.. perbedaan
mereka benar-benar ibarat langit dan bumi.
Kini, ia sudah tidak percaya terhadap siapa pun, ia
juga tidak menaruh perhatian kepada orang lain, Dalam
anggapannya manusia di dunia ini tak lepas dari
perburuan nama serta kedudukan, gara-gara ingin
memenuhi kepentingan sendiri, mereka tak segan
mengorbankan sahabat, rekan bahkan keselamatan

2421
seluruh umat persilatan. Maka dari itu dia pun tidak ambil
pusing lagi siapa yang bakal menguasai dunia persilatan
ini, baik dia seebun Giok-hiong maupun Li Tiong-hui,
dalam bayangannya kedua orang ini tidak selisih terlalu
jauh. satu-satunya masalah yang tak dapat dilupakan
olehnya kini tinggal keselamatan Pek si-hiang.
selama beberapa waktu ini, benaknya telah dipenuhi
banyak masalah yang memusingkan kepalanya, Dia
berharap bisa menemukan jawabannya, tapi dia pun
sadar bila dia harus berpikir sendiri untuk menemukan
jawabannya, mungkin sampai tiga atau lima tahun pun
belum tentu akan berhasil menarik suatu kesimpulan.
Hanya kecerdikan Pek si-hiang seorang yang bisa
membantunya untuk memperoleh semua jawaban
tersebut.
Tentu saja semuanya ini terbatas pada jalan
pikirannya sendiri, padahal ia tak sadar bahwa seratserat
cinta yang ditaburkan Pek si-hiang sesungguhnya
telah menjerat perasaan hatinya, Gerak-gerik si nona
yang lemah lembut, pandangan matanya yang bening
penuh kehalusan cinta sudah jauh merasuk ke dasar
lubuk hatinya,
Dengan perasaan bimbang ia berjalan terus ke depan
tanpa arah dan tujuan- sejak hari itu, ia pun mulai
dengan penghidupan mengembaranya, tidak mengenal
waktu dan tanpa tujuan- Hari ini sampailah anak muda
tersebut di sebuah kota yang amat besar Karena merasa
lapar, ia pun berjalan menuju ke sebuah rumah makan
terdekat Waktu itu tengah hari sudah menjelang tiba,
suasana dalam rumah makan itu sangat ramai.

2422
setelah hidup luntang-lantung seorang diri sekian
waktu, Lim Han-kim boleh dibilang hanya memikirkan
persoalan sendiri tanpa ambil perduli terhadap urusan di
sekelilingnya, keadaannya waktu itu tak ubahnya macam
orang linglung saja.
setelah mencari sebuah tempat kosong di sudut
ruangan, ia memesan hidangan lalu bersantap sendirian
tanpa banyak bicara, Meskipun suasana di ruangan itu
ramai dan banyak orang berlalu lalang di hadapannya,
namun ia tidak melirik barang sekejap pun, seolah-olah
dalam ruangan itu hanya ada dia seorang.
Entah berapa lama sudah lewat, mendadak dari
belakang tubuhnya kedengaran seseorang menegur:
"Tuan, apakah kau sudah selesai bersantap?"
Lim Han-kim segera tersadar kembali dari
lamunannya, kini ia baru menjumpai tamu yang semula
memenuhi ruangan rumah makan saat itu sudah pergi
tak tersisa seorang pun-Melihat sisa arak dalam pocinya
masih setengah, ia pun menggeleng seraya menjawab:
"Arak dalam pociku belum habis, sebentar lagi"
Pelayan itu nampak sangat gelisah, peluh bercucuran
membasahi wajahnya, namun ia pun tak berani bertindak
apa-apa melihat wajah Lim Han-kim yang begitu
menyeramkan, terpaksa sambil menjura dalam-dalam
mohonnya lagi: "Tuan, kami tidak melarang tuan
meneruskan santapannya, tapi bagaimana kalau
berpindah ke tempat lain?"
"Baiklah" sahut Lim Han-kim sambil tertawa, tanpa
banyak cincong dia pindah ke bangku lain,

2423
sambil membesut peluh yang mengucur membasahi
jidatnya pelayan itu berkata lagi sambil menghembuskan
napas lega: "Tuan, kau masih begitu tenang duduk
santai di sini, tahu tidak bahwa hamba nyaris gila
lantaran panik,"
"Apa yang telah terjadi?"
"Lhoo...?" pelayan itu berseru tertahan dengan wajah
terlongong, "Jadi kau tidak mendengar sama sekali
teriakan dari tauke kami tadi?"
Lim Han-kim gelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak- aku tidak mendengar apa-apa, sepatah kata
pun tidak kudengar..." sahutnya.
sekali lagi pelayan itu menjura dalam-dalam seraya
memohon- "Tuan, janganlah mengajak hamba bergurau,
sungguh mati hamba betul-betul panik, Mumpung
sekarang masih ada kesempatan, lebih baik cepatlah
menyingkir dari sini"
"Sebetulnya apa sih yang sudah terjadi?"
"jadi kau sungguh-sungguh tidak tahu?"
"Tentu saja aku betul-betul tidak mengerti, buat apa
sih membohongi dirimu?"
sambil menyeka peluh yang membasahi wajahnya
pelayan itu menjelaskan- "sebenarnya rumah makan
kami sudah di-borong oleh Lau toaya hari ini, dan
sekarang waktunya sudah hampir tiba, mumpung belum
terlambat lebih baik cepatlah tuan beranjak pergi..."
Belum lagi perkataan itu selesai diucapkan, suara
derap kuda telah bergema mendekat disusul munculnya

2424
empat ekor kuda jempolan di muka rumah makan itu.
Empat lelaki kekar berpakaian ringkas yang duduk
dipunggung kuda sebera melompat turun dengan
gerakan cekatan, kemudian dengan langkah lebar masuk
ke dalam ruangan.
"Mampus kau tuan," bisik pelayan itu ketakutan.
Keempat lelaki kekar itu langsung berjalan
menghampiri Lim Han-kim. orang pertama melirik
pemuda itu sekejap. lalu kepada si pelayan tegurnya
ketus: "Cengcu kami toh sudah bilang seluruh rumah
makan ini sudah diborong...? Kenapa kalian tak tahu
diri?"
Tergopoh-gopoh pelayan itu menjura dalam-dalam
segera menyahut: "Arak dalam poci tua ini masih ada
setengah, begitu selesai ia pasti pergi"
Lelaki kekar itu mendengus dingin: " Kalau begitu
percuma saja kami pernah berpesan kepadamu?"
"Ampun tuan, hamba tak bisa disalahkan, harap kau
sudi memaafkan kesalahan ini..." seru pelayan itu
semakin ketakutan, Tiba-tiba saja ia jatuhkan diri
berlutut dan menyembah berulang kali,
Ketika itu, semangat Lim Han-kim boleh dibilang
sudah punah sama sekali, ia tak punya emosi sedikit pun
untuk membuat gara-gara. seandainya lelaki itu langsung
mencarinya, meski ia dihadiahi berapa kali bogem
mentah pun belum tentu dia akan membalas, tapi
hatinya jadi tak tega setelah melihat sikap pelayan
tersebut. Mendadak ia menegur dengan suara dingin:
"Kamu berempat tak usah menyusahkan si pelayan Kalau
ada urusan- langsung saja bicara dengan aku"

2425
Lelaki itu segera berpaling, serunya: "Besar amat
bacotmu, tampaknya kau sedikit berisi juga"
Tanpa banyak membuang waktu ia sambar poci arak
Lim Han-kim di atas meja lalu membantingnya ke lantai.
Mefihat tingkah laku lelaki itu Lim Han-kim tertawa
terbahak-bahak, "Ha ha ha... bagus sekali bantinganmu"
ejeknya.
Tampaknya lelaki itu semakin sewot, teriaknya makin
gusar: "Bangsat, kau kira aku takut menghajarmu?"
"Waaah... waaah... antara kita berdua toh tak punya
ikatan dendam, kenapa kau mesti ingin menghajarku?"
"Baik, hari initoaya bersumpah harus memberi
pelajaran kepadamu, agar kau tahu diri" umpat lelaki itu
sambil melepaskan sebuah cengkeraman ke depan .
Lim Han-kim tertawa ringan, ditangkisnya sambaran
itu dengan gampang ke samping kiri, lalu jengeknya:
"Janganlah kelewat kurang ajar terhadap orang yang
belum kau kenali"
Termakan tangkisan Lim Han-kim yang nampak
enteng itu, lelaki tersebut tergetar mundur sampai dua
langkah lebih, kejadian ini kontan saja membuatnya
melengak.
Melihat rekannya menderita kerugian, ketiga orang
rekan lainnya serentak menyerbu maju. Pisau belati yang
telah dipersiapkan langsung ditusukkan ke arah jalan
darah kematian di tubuh Lim Han-kim.
Kekejian orang-orang itu dengan cepat memancing
amarah Lim Han-kim, bentaknya gusar "Kalian berempat

2426
betul-betul tak tahu sopan santun Di tengah siang hari
bolong begini kalian ingin berkomplot membunuh orang?
Betul-betul tak tahu diri"
sebuah gempuran balasan segera dilontarkan, dalam
waktu singkat tiga orang di antaranya tergeletak dengan
menderita luka-luka.
Kegarangan keempat lelaki itu seketika lenyap tak
berbekas, bagaikan anjing kena gebuk mereka segera
balik badan dan melarikan diri sipat kuping.
Agaknya si pelayan itu tidak menyangka kalau Lim
Han-kim memiliki ilmu silat begitu hebat. selain terharu
dan berterima kasih, ia pun nampak sangat ketakutan,
katanya kemudian sambil menghela napas panjang:
"Tuan, kau telah membuat bencana besar..."
"Bencana apa?"
" Keempat orang itu adalah pelayan-pelayan tuan Lau,
Gara-gara peristiwa ini..."
Belum lagi ucapan itu selesai, dari luar rumah makan
sudah kedengaran seseorang menegur dengan suara
ketus: "sahabat dunia persilatan dari mana yang telah
mengajak aku orang she-Lau bergurau?"
Ketika Lim Han-kim mengangkat kepalanya, ia jumpai
seorang lelaki setengah umur berusia antara empat
puluh tahunan dengan memakai baju sutera berwarna
hijau, muka hitam, alis tebal, mata lebar dan penuh
amarah sedang melangkah masuk.
Pelayan itu nampak semakin ketakutan, meski dia
jengkel kepada Lim Han-kim yang membuat gara-gara
itu, ia pun merasa berterima kasih karena telah ditolong

2427
pemuda tersebut tadi, maka sambil menjura kepada
lelaki setengah umur itu serunya: "Tuan Lau, harap
kau..."
Lelaki setengah umur berbaju sutera hijau itu
mendengus dingin, tanpa menjawab ia sambar lengan
kiri pelayan itu lalu melontarkannya ke depan, "Aduuuh"
sambil mengaduh kesakitan pelayan itu terlempar
sejauh enam-tujuh depa dari posisi semula dan jatuh
terbanting keras-keras di atas tanah, Melihat musuhnya
cukup tangguh, Lim Han-kim tak berani bertindak
gegabah, diam-diam ia mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia.
Dengan suara dingin kembali lelaki ber-sutera hijau itu
menegur: "Sobat, tahukah kamu hari apa hari ini?"
Lim Han-kim berpikir sejenak lalu menggeleng
"Entahlah..."
Lelaki setengah umur itu semakin gusar, kembali
berteriak: "sobat, nampaknya kau memang sengaja
hendak menyusahkan aku orang dari marga Lau?"
"Tapi aku betul-betu tidak tahu..."
Mendadak dari luar rumah makan muncul lagi seekor
kuda, penunggangnya langsung melompat turun begitu
sampai di depan pintu, lari masuk dan melapor "Taan
Lau, rombongan Bengcu sudah berada dua li dari sini"
" Cepat selidiki lagi," titah lelaki setengah umur itu
sambil mengulapkan tangannya, Kemudian kepada Lim
Han-kim ia berseru pula: "sekarang kau tentu sudah tahu
bukan"-

2428
"Bengcu apaan itu?"
"Tentu saja Bu- lim Bengcu" sahut lelaki itu. "Hei
sobat, sebetulnya kau pernah berkelana dalam dunia
persilatan atau tidak?"
Belum sempat Lim Han-kim menjawab, kembali seekor
kuda berhenti di depan pintu, belum sempat turun dari
kudanya penunggang itu sudah berteriak keras: "Bengcu
telah tiba, harap ceng-cu segera datang menyambut"
Mendengar teriakan itu, lelaki tersebut tak sempat
meladeni Lim Han-kim lagi, kepada si pelayan titahnya:
"Ajak tuan itu ke sudut sana, anggap saja dia adalah
tamuku" Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi ia
beranjak keluar dengan langkah tergesa-gesa.
Dengan jalan timpang pelayan itu berjalan mendekat
seraya" berseru: "Tuan, coba lihat. Gara-gara ulahmu,
aku jadi pincang, Bagaimana kalau sekarang ikut hamba
pindah ke sudut dalam sana?"
Lim Han-kim tersenyum, sambil pindah ke sebuah
bangku dekat pintu ia berkata: "Aku rasa tempat ini yang
paling bagus"
Beberapa orang pelayan yang berada di situ tak satu
pun berani merintangi kehendaknya. Apalagi setelah
mereka menyaksikan kehebatan ilmu silatnya dalam
merobohkan keempat lelaki kekar tadi, tentu saja mereka
segan membangkitkan amarah pemuda ini.
Tak lama kemudian dari luar pintu rumah makan
kedengaran seseorang berseru dengan nyaring: "Lau
Cong dari Wan- lam menyambut dengan gembira
kehadiran Bengcu terhormat"

2429
"saudara Lau tak usah banyak adat," seseorang
menjawab dengan suara lembut. "Apakah hidangan siang
telah disiapkan?"
"Yaa, hamba telah siapkan hidangan di rumah makan
ini, setiap saat hidangan dapat dikeluarkan"
Tampak empat lelaki kekar yang menunggang kuda
jempolan melompat turun dari tunggangannya lalu
berdiri berjajar di kedua sisi pintu rumah makan dengan
sikap serius.
Di belakang mereka mengikuti puluhan orang lelaki
berdandan aneka ragam berjalan mengitari sebuah
kereta kuda yang nampak megah dan mewah.
Lim Han-kim dapat melihat bahwa rombongan yang
mengelilingi kereta itu terdiri dari aneka macam aliran,
ada pendeta, ada hwesio, ada lelaki ada pula wanita.
Di muka kereta berjalan seseorang berdandan
sastrawan yang memakai baju kuno, dia tak hentinya
menuding ke sana kemari memberi petunjuk kepada
rombongan yang berada di sekelilingnya.
sebuah bendera berwarna kuning berkibar dengan
megahnya, pada bendera itu tertera empat huruf besar
yang berbunyi: "BU-LIM BENGCU."
Tatkala kereta itu berhenti di depan pintu rumah
makan, rombongan jago yang berada di seputar kereta
serentak menyebarkan diri berdiri berjajar di kedua belah
sisi.
Pelan-pelan tirai kereta disingkap dan muncullah
seorang gadis cantik berbaju hijau dengan mantel

2430
kuning, rambut disanggul tinggi serta membaca sebuah
panji Bengcu.
Dalam sekali pandang saja Lim Han-kim dapat
mengenalinya sebagai Li Tiong-hui. ia jadi amat terkejut,
sambil ngeloyor ke sudut ruangan yang lebih dalam,
pikirnya: "Akhirnya ia berhasil juga merebut kursi Bu- lim
Bengcu. Tak heran orang persilatan mengincar
kedudukan tersebut, nampaknya menjadi seorang
Bengcu cukup dihormati dan disanjung orang banyak-
Untuk sesaat ia merasa pikirannya kosong, dia tak
tahu haruskah ikut bergembira bagi kesuksesan Li Tionghui?
Suara langkah manusia kedengaran bergema dari
belakang tubuhnya, lebih kurang sepeminuman teh
lamanya suara itu bergema sebelum akhirnya berhenti.
Dengan cepat Lim Han-kim berpikir lagi: " Kalau tidak
pergi sekarang, mau tunggu sampai kapan lagi?"
Pelan-pelan ia berpaling dan mencoba memeriksa
keadaan di sekeliling sana, keningnya segera berkerut
setelah melihat ada empat lelaki kekar yang menyoren
golok berjaga di muka pintu rumah makan, sekali lagi ia
berpikir "Masa begitu ketat penjagaan di tempat
penginapan seorang Bu-lim Bengcu sehingga orang
awam tak boleh keluar masuk?" Berpikir sampai di situ, ia
pun segera bangkit berdiri dan beranjak dari tempat itu.
BAB 21. kekasih Bagaikan orang Asing
sadar kalau wajahnya yang berwarna-warni paling
gampang menarik perhatian orang, maka ia berjalan

2431
dengan kepala tertunduk dan langkah tergesa-gesa,
ternyata para penjaga pintu pun tidak berniat
menghalanginya.
Dengan langkah cepat ia menempuh perjalanan
sejauh puluhan li sebelum memperlambat kembali
langkahnya, sambil menghembuskan napas panjang,
tiba-tiba saja ia merasa perutnya amat lapar. Rupanya
selama berada di rumah makan tadi ia hanya minum arak
sambil melamun terus, jadi tak heran kalau ia mulai
merasa lapar setelah menempuh perjalanan sekian jauh.
Lim Han-kim mencoba memeriksa keadaan di
sekitarnya. Di antara bentangan ladang nan hijau, lebih
kurang dua-tiga li ke arah Barat-laut, di bawah sebatang
pohon besar ia jumpai ada sebuah warung arak.
Selama beberapa waktu belakangan ini Lim Han-kim
betul-betul menjalani kehidupan sebagai seorang
pengembara. ia tak pernah memilih tempat untuk
menginap dan rumah makan untuk ber-santap. bahkan
kalau kemalaman di tengah hutan ia tak segan-segan
mengisi perutnya dengan hasil buruan dan tidur di alam
ter-buka, ia seolah-olah sudah tidak menaruh perhatian
sama sekali terhadap kejadian apa pun di dunia ini. Dia
pun tidak mempercayai siapa pun- satu-satunya orang
yang tak pernah dilupakannya hanyalah Pek si-hiang
yang lemah lembut.
Gaya dan sikap Li Tiong-hui sebagai seorang Bu-lim
Bengcu meski memberikan sedikit rangsangan baginya,
namun rangsangan itu ibarat sebutir kerikil yang
dilempar ke dalam kolam, hanya terjadi sedikit riak yang
kemudian pulih kembali dalam ketenangan kegagahan

2432
serta kehebatan seorang Bu-lim Bengcu sama sekali tidak
membangkitkan semangat serta ambisinya untuk
bersaing dengan orang lain-
Tampak sebuah rumah gubuk yang terbuat dari
bambu berdiri di tepijalan, Gubuk itu dibangun persis
menempel pada sebuah hutan- sebatang pohon Pekyang
berdiri tegar di depan rumah gubuk itu. Dua meja
dengan delapan bangku bambu menciptakan sebuah
warung makan kecil yang amat sederhana,
Pelan-pelan Lim Han-kim melangkah masuk dan
mencari sebuah tempat duduk dekat jendela, lalu dengan
suara keras teriaknya: "Ada orangkah di sini?"
walaupun hanya sebuah warung kecil yang sederhana,
ternyata keadaannya amat bersih dan rapi, meja maupun
bangku bambu semuanya bersih.
Terdengar seseorang menyahut dengan suara yang
lembut: "Tunggu sebentar" Dari balik tirai muncullah
seorang gadis berbaju biru.
Perasaan hati Lim Han-kim segera tergerak setelah
memandang gadis itu sekejap. pikirnya: "Aneh, dari
mana munculnya seorang gadis secantik ini di tengah
hutan sepi begitu?"
Gadis itu mempunyai sebuah kuncir yang panjang
sepinggang dengan sebuah pita merah menghiasi
pangkalnya, Matanya bening, hidungnya mancung dan
bibirnya kecil menarik dengan dua baris gigi yang putih
bersih.
"Tuan, mau pesan apa?" tanyanya sambil tertawa.

2433
sebetulnya ia muncul dengan senyuman dikulum, tapi
begitu melihat wajah Lim Han-kim yang aneh
menyeramkan senyumannya kontan lenyap. sedang
tubuhnya berdiri tak berkutik,
Agak tersipu-sipu Lim Han-kim tundukkan kepalanya
rendah-rendah, sahutnya: "ToIong siapkan sepoci arak
dengan empat macam hidangan"
sebetulnya dia masih ingin memesan nasi atau kueh
sejenisnya, tapi mengingat gadis itu memandangnya
dengan sikap muak. la pun tak berani banyak bicara lagi,
Begitu hidangan siap. ia segera menyantap dengan
terburu-buru, lalu setelah meletakkan sekeping uang
perak di meja, buru-buru ia beranjak dari tempat itu.
siapa sangka baru saja badannya bangkit bediri, tibatiba
kepalanya terasa sangat berat, matanya berkunangkunang
dan tak tahan lagi tubuhnya roboh terjungkal
keatas tanah.
Berbareng dengan robohnya ia ke lantai, gadis cantik
berbaju biru itu muncul kembali dari balik ruangan
dengan tangan kanan menggenggam sebilah pisau
pendek, tangan kiri membawa seutas tali yang kuat.
Waktu itu kesadaran Lim Han-kim belum hilang meski
badannya sudah roboh lemas di lantai, sambil berusaha
merangkak bangun tegurnya: "Nona, kita tak punya
ikatan dendam maupun sakit hati, kenapa kau campuri
hidanganku dengan racun?"
Ia betul-betul bingung, ia tak tahu apa sebabnya gadis
yang berdiam di warung terpencil ini meracuni dirinya,

2434
padahal seingatnya dia tak punya ikatan dendam apaapa
dengannya.
Terdengar gadis itu berseru sambil tertawa dingin- "
orang tuaku, saudara-saudaraku..."
Tampaknya racun yang dibubuhkan ke dalam
hidangan itu sangat keras dan kuat, walaupun Lim Hankim
sudah mencoba bertahan dengan mengandalkan
ilmu silatnya, toh akhirnya ia tidak tahan juga, ia merasa
racun itu mulai menyerang ke otaknya, seluruh kekuatan
badannya hilang seketika dan tak ampun lagi ia
terjerembab ke lantai dalam keadaan tak sadar, otomatis
kata-kata berikut yang diucapkan gadis itu pun tak
sempat terdengar olehnya.
Entah berapa lama sudah lewat... Tatkala tersadar
kembali dari pingsannya, ia menjumpai dirinya terduduk
dalam sebuah kerangkeng besi. pinggiran kerangkeng
berupa tiang besi yang besar, sementara sepasang
lengan dan kakinya diikat dengan otot kerbau yang
diikatkan pula pada tirai besi kerangkeng itu.
Lamat-lamat dia cun mendengar suara roda kereta
yang bergelinding disertai goncangan yang cukup keras,
nampaknya ia berada dalam kereta yang sedang
bergerak melintasi jalan pegunungan.
Setelah berhasil menenangkan pikirannya Lim Han-kim
mencoba mengerahkan ketajaman matanya untuk
memeriksa sekeliling tempat itu. ia menjumpai dirinya
berada dalam sebuah kereta yang cukup lebar, tapi
sekeliling ruang kereta itu ditutup dengan kain hitam
yang tebal sehingga tak bisa nampak pemandangan di
luar sana.

2435
Mendadak dari sisi kirinya kedengaran seseorang
berteriak dengan suara nyaring:
" Kala u hendak dibunuh ayoh bunuhlah, kalau cuma
mengurungku terus di sini, jangan salahkan bila aku
mulai meng umpak"
seseorang dengan nada yang dingin menggidikkan
sebera menjawab: "Hmmmm Bila Anda tak ingin disiksa
hingga menderita, lebih baik sedikitlah tahu aturan. Kalau
kau berani mengumpat lagi, jangan salahkan bila
kusumbat mulutmu yang bau itu"
Mendengar tanya jawab itu, diam-diam Lim Han-kim
berpikir: "Bagus, rupanya masih ada rekan lain yang
menemani aku"
Ketika ia berpaling, tampaklah sebuah kerangkeng
besi lain diletakkan berjajar dengan kerangkeng yang
digunakan untuk membelenggu dirinya. Dalam
kerangkeng tersebut duduklah seorang lelaki berbaju
serba hitam.
Tampaknya lelaki berbaju hitam itu sudah tahu sedari
tadi kalau Lim Han-kim terkurung di situ. Begitu melihat
pemuda itu berpaling, ia segera menegur "Hei, sejak
kapan kau telah mendusin?"
orang yang mengalami nasib sama seringkali gampang
menimbulkan simpati rekan senasib lainnya, Begitu juga
Lim Han-kim sekarang, walaupun kesannya terhadap
orang itu tak terlalu mendalam, toh ada juga perasaan
simpati di hatinya, maka dengan suara dasar sahutnya:
"Aaaah, aku baru saja mendusin-"
"Apakah kau anggota perguruan bunga bwee?"

2436
Lim Han-kim tertegun seketika, pikirnya: "Waaah...
jangan-jangan nona dari warung makan itu salah
mengira aku adalah anggota perguruan bunga bwee
hingga tak heran kalau dia meracuni hidanganku"
Berpikir demikian dia pun menjawab: "Bukan, aku
bukan anggota perguruan bunga bwee"
"Kalau begitu sungguh aneh, Kalau kau bukan anggota
perguruan bunga bwee, kenapa mereka menyekapmu di
tempat ini?"
Lim Han-kim tertawa getir. "Mungkin saja hal ini
disebabkan tampangku yang kelewat aneh dan jelek
hingga gampang menimbulkan kecurigaan orang lain,
lalu aku dianggap sebagai anggota perguruan bunga
bwee,"
Tiba-tiba lelaki berbaju hitam itu merendahkan
suaranya dan berbisik lagi: "Kau betul-betul bukan
anggota perguruan bunga bwee?"
Suaranya begitu lirih sampai Lim Han-kim harus
pasang telinga baik-baik untuk mendengarnya .
"Sungguh, aku bukan anggota perguruan bunga
bwee" Lim Han-kim manggut-manggut,
Sambil tertawa dingin lelaki berbaju hitam itu
melengos ke arah lain dan tidak menggubris anak muda
itu lagi
Sesungguhnya banyak pertanyaan yang ingin diajukan
Lim Han-kim kepada orang itu, namun sikap dingin dan
kaku yang diperiihatkan lelaki berbaju hitam itu
memaksanya harus menelan kembali niatnya ini. Untung
saja selama berapa waktu belakangan ini ia sudah

2437
hambar mengurusi masalah lain, karena itu dia pun
melengos ke arah lain dan tidak menggubris lelaki itu
lagi.
Entah berapa lama sudah lewat... Mendadak kereta itu
berhenti bergerak, Di susul kemudian tirai hitam yang
menutupi ruang kereta itu disingkap. cahaya matahari
pun mencorong masuk, seorang lelaki berpakaian ringkas
munculkan diri dalam ruang kereta, Mula-mula dia
membuka dulu kerangkeng yang mengurung Lim Hankim.
Dengan selembar saputangan ia tutup mata pemuda
tersebut dan menuntunnya turun dari kereta itu.
Biarpun matanya ditutup kain hitam, namun Lim Hankim
dapat merasakan angin kencang yang menghembus
bajunya, ia perkirakan dirinya sedang diajak menelusuri
jalan di lapangan yang luas.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, tiba-tiba
didengarnya seseorang berseru dengan suara dingin:
"Ayoh duduk"
"suruh duduk yaa duduk." batin Lim Han-kim, tanpa
banyak bicara ia jatuhkan diri untuk duduk. la merasa
sekitar tempat ini tak ada hembusan angin, agaknya dia
sudah dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup.
Tak lama kemudian terdengar seseorang dengan
suara yang berat dan kasar menegur "Jika tak ingin
mencicipi siksaan badan, lebih baik jawab semua
pertanyaanku sejujurnya"
Dengan perasaan heran Lim Han-kim berpikir.
"Disuruh menjawab? Apa yang harus kujawab?"

2438
Belum habis ingatan tersebut me- lintas, suara orang
itu terdengar lagi bergema di situ. "Berapa orang
rombonganmu?"
"Hanya aku seorang"
"omong kosong Kami berhasil menangkap empat
orang, mana mungkin hanya kau seorang diri? Hmmm,
nampak-nya.,."
Belum selesai perkataan itu disampaikan, mendadak
terdengar dua kali jeritan ngeri bergema memecahkan
keheningan- disusul kemudian suasana berubah amat
hening.
Lim Han-kim dapat merasakan bahwa suatu kejadian
besar telah terjadi di situ, hanya sayang lengan dan
kakinya masih dibelenggu otot kerbau yang kuat dan
matanya ditutup dengan kain hitam hingga ia tak bisa
melihat peristiwa itu, Dalam keadaan begini, terpaksa ia
hanya duduk tenang sambil menanti terjadinya
perubahan lain.
Betul juga, terasa ada sebuah tangan menyentuh sapu
tangan yang menutupi matanya lalu membuka ikatan
tersebut
Begitu sapu tangan itu terlepas, ia segera periksa
keadaan di sekeliling-nya. Ternyata saat itu dia berada
dalam sebuah kuil, dua sosok mayat tergeletak berjajar
di depan meja sembah-yang. seorang lelaki berpakaian
ringkas warna hijau dan seorang gadis berbaju hitam
yang memakai kain cadar hitam sedang berbincang
dengan suara amat lirih.

2439
selama waktu-waktu terakhir ini boleh dibilang Lim
Han-kim tak pernah memikirkan urusan yang
menyangkut dunia persilatan, tapi situasi dan keadaan
yang dihadapinya sekarang mau tak mau memaksanya
harus putar otak untuk menganalisa situasi itu.
secara samar ia dapat menyimpulkan bahwa dalam
dunia persilatan saat ini sedang berlangsung suatu lomba
pembantaian secara diam-diam, Masing-masing pihak
telah mengirim jago-jago pembunuh gelapnya untuk
menumpas mata-mata pihak lawan. Hal itu berarti
pertarungan ini tentu akan menyeret pula banyak rekan
persilatan yang tak terlibat ke dalam gejolak tersebut.
Tampak lelaki berbaju hijau itu pelan-pelan berpaling,
lalu dengan sorot matanya yang tajam ia memandang
Lim Han-kim sekejap. Tiba-tiba ia cabut keluar sebilah
pisau belati dan dibacokkan ke atas otot kerbau yang
membelenggu tangan dan kaki nya.
sambil mengendorkan anggota badannya yang kaku,
Lim Han-kim kembali berpikir " Kejadian ini betul- betul
suatu pengalaman yang unik, Mula-mula ditangkap orang
tanpa sebab, dinaikkan ke dalam kereta berkerangkeng,
sekarang aku dibebaskanpula tanpa alasan, betul-betul
aneh...
Ketika ia berpaling lagi, tampak lelaki tersebut sedang
melucuti pakaian yang dikenakan salah satu mayat itu
lalu dikenakan ke tubuhnya dengan cepat.
Lim Han-kim hanya menyaksikan semua ulah lelaki itu
tanpa komentar, sementara hati kecilnya benar-benar
terkesiap. pikirnya: Ternyata kedua belah pihak telah
melangsungkan pertarungan jarak dekat, bahkan

2440
masing-masing pihak menghalalkan segala cara untuk
mencapai cita-citanya
sementara dia masih melamun, terdengar gadis
bercadar hitam itu sudah berkata lagi: "Kau telah hapal
dengan nama serta riwayat hidupnya?"
"Yaa, sudah hapal"
"Kalau begitu coba ulangi di hadapanku"
"Aku dari marga Phoa bernama Kao, berasal dari bukit
Bong-lay di propinsi shan-tung..."
Gadis itu sebera manggut-manggut dan menukas:
"Nah, berangkatlah dengan hati-hati"
setelah membungkukkan badannya memberi hormat,
lelaki berbaju hijau itu segera beranjak pergi dengan
langkah lebar
Memandang bayangan punggung yang menjauh itu
diam-diam Lim Han-kim berpikir. "orang ini menyamar
sebagai Phoa Kao, aku mesti ingat baik-baik nama
tersebut..."
Tiba-tiba terdengar suara nona itu bergema lagi:
"Gotong kedua sosok mayat itu dan sembunyikan ke
belakang arca"
Lim Han-kim menoleh memandang gadis berbaju
hitam itu sekejap. kemudian tanyanya: "Nona sedang
bicara dengan aku?"
Gadis berbaju hitam itu mendengus marah, teriaknya:
"Kalau bukan bicara denganmu, lalu kau anggap aku
sedang berbicara dengan kedua sosok mayat itu? Kau

2441
anak buah siapa? Benar-benar berotak bebal dan tak ada
gunanya"
sedih juga Lim Han-kim kena disemprot gadis
tersebut, pikirnya: "Jelek-jelek begini aku Lim Han-kim
masih seorang lelaki tulen, masa aku mesti diumpat
habis-habisan oleh seorang gadis macam dia?"
suatu niat untuk melawan yang sangat kuat segera
muncul dari lubuk hatinya dan mencekam perasaannya,
kembali ia berpikir. "Kelihatannya susah juga bagi
seorang manusia untuk melepaskan diri dari kelompok
manusia, apalagi tidak mencampuri urusan orang lain,
kecuali aku hidup memencil seorang diri di puncak
gunung atau tengah hutan-.."
Gadis berbaju hitam itu makin gusar ketika dilihatnya
Lim Han-kim masih berdiri tak berkutik dari tempat
semula, telapak tangannya segera diayunkan ke depan
melepaskan sebuah pukulan.
Lim Han-kim sama sekali tak menduga dirinya bakal
ditabok orang, Untuk menghindar jelas sudah tak sempat
lagi, tak ampun dadanya kena dihajar telak hingga
badannya terjerumus maju dua langkah dan menumbuk
di atas dinding ruangan.
sesungguhnya pada saat itu sudah timbul niatnya
untuk melawan, maka begitu termakan hantaman
tersebut, hawa amarahnya makin meledak, Baru saja dia
akan melancarkan serangan balasan, mendadak jalan
darah Mia-bun-hiatnya terasa kaku dan tahu-tahu sudah
dicengkeram oleh gadis bercadar hitam itu.
Mia-bun-hiat merupakan jalan darah kematian di
tubuh manusia, Apabila lawan menghentakkan tenaga

2442
dalamnya, niscaya urat nadi dalam tubuh Lim Han-kim
akan tergetar putus.
Dalam situasi kritis antara hidup dan mati inilah
pelbagai ingatan melintas dalam benak pemuda itu,
pikirnya: "Dalam keadaan begini, bila aku salah
menjawab sepatah kata saja niscaya dia akan
membinasakan aku. Kalau mesti mati dalam keadaan
begini, rasanya kematianku kelewat konyol..."
Sementara dia masih termenung, gadis berbaju hitam
itu telah menegur lagi dengan suara ketus: "Avoh jawab,
kau anak buah siapa?"
Dalam paniknya tanpa berpikir panjang lagi Lim Hankim
menyahut: "Aku bekerja di bawah perintah nona
Siau-cui"
Ia tak berani memastikan identitas gadis berbaju
hitam itu, tapi menurut pengamatan serta analisanya,
besar kemungkinan dia adalah anak buah pemilik bunga
bwee oleh sebab itulah dia pun sadar bahwa jawaban
yang diberikan sekarang merupakan keputusan final
bagi-nya.
Apabila menjawab dengan benar, maka dia bakal
selamat tapi kalau salah menjawab, jiwanya tentu akan
melayang, Tiba-tiba tekanan pada jalan darah Mia-bunhiatnya
mengendor, disusul kemudian terdengar gadis
berbaiu hitam itu berkata sambil tertawa merdu:
"Ternyata kau anak buah nona Cui, kalau begitu harap
dimaafkan atas kekasaranku barusan"
Ketika Lim Han-kim berpaling kembali, ia menjumpai
nona berbaju hitam itu sudah menanggalkan kain cadar
mukanya hingga kelihatan wajahnya yang cantik, sedikit

2443
jalang, dengan bibir yang kecil serta dua baris gigi yang
putih bersih.
Kalau dibilang cantik sebetulnya gadis ini masih
termasuk golongan kelas dua. Namun ia justru memiliki
daya tarik. daya rangsangan yang luar biasa bagi setiap
lelaki yang memandangnya, tidak terkecuali Lim Hankimsaat
ini, ia merasa hatinya bergetar keras dan tibatiba
napsu birahinya timbul.
Dalam keadaan begini buru-buru anak muda itu
melengos ke arah lain sambil sahutnya: "Yang tidak tahu
tidak salah ..."
Kembali gadis berbaju hitam itu ter-senyum. "siapa sih
namamu?"
Dengan perasaan kaget Lim Han-kim berpikir " Kenapa
ia menanyakan namaku? Jangan-jangan sudah menaruh
curiga padaku ...?" Cepat-cepat ia menyahut: "Aku dari
marga Pek"
Karena selama ini yang dipikirkan siang malam hanya
Pek si-hiang seorang, tanpa disadari ia menjawab
dengan menggunakan nama marga gadis itu.
"oooh, rupanya saudara Pek" seru si nona sambil
tertawa, "sudah lama bekerja di bawah pimpinan nona
Cui?"
Kembali Lim Han-kim putar otak sambil berpikir:
"Kelihatannya dia sudah mulai curiga, kalau sikapku ragu
dan tidak tegas, jelas rasa curiganya akan semakin
bertambah."

2444
Berpikir begitu, ia pun menyahut dengan suara dingin
"Sudah hampir dua tahun aku bekerja di bawah perintah
nona siau-cui"
senyum genit yang semula menghiasi wajah gadis
berbaju nitam itu mendadak sirna, Dengan matanya yang
jeli dia mencoba awasi wajah Lim Han-kim tanpa
berkedip. tegasnya: "Masa sudah selama itu? Kenapa aku
belum pernah bersua denganmu? semestinya aku kenali
saudara Pek"
"Celaka . . ." batin Lim Han-kim. "Bila interogasi ini
dilanjutkan, niscaya kebohonganku bakal terbongkar
semua. Nampaknya aku mesti sedikit menggertaknya"
sambil menarik wajahnya ia balik menegur dengan suara
dingin "Kau bekerja di bawah perintah siapa?"
Gadis berbaju hitam itu termenung sejenak. lalu
jawabnya: "Aku bekerja di bawah perintah Delapan gadis
genit"
"Tak heran dia begitu jalang dan liar," pikir Lim Hankim.
"Rasanya cuma seebun Giok-hiong yang bisa
menciptakan nama julukan seaneh itu."
sambil mendeham pelahan, ia berkata kemudian:
"Rupanya nona adalah orangnya Delapan gadis genit, tak
heran ilmu silatmu begitu tangguh."
"saudara Pek terlalu memuji."
"Terima kasih banyak atas pertolongan nona hari ini,
bila aku bersua dengan nona Cui nanti, kejadian ini pasti
akan kulaporkan secara terperinci"

2445
Gadis berbaju hitam itu tertawa, buru-buru serunya:
"Aku menempati urutan keenam dalam Delapan gadis
genit, bila saudara Pek bersua dengan nona Cui nanti, ia
pasti akan segera tahu bila kau menyinggung soal ini."
"Maaf, aku tak dapat berhenti lama di sini, Karena
masih ada tugas penting, aku ingin mohon diri lebih
dulu." selesai beri hormat dia pun beranjak pergi dengan
langkah lebar.
Memandang bayangan punggung Lim Han-kim yang
menjauh, nona berbaju hitam itu seperti ingin
mengucapkan sesuatu namun niat itu ia urungkan
kemudian
Keluar dari pintu kuil, buru-buru Lim Han-kim lari
masuk ke balik semak belukar dan menyembunyikan diri
di situ.
Betul juga, tak lama kemudian gadis berbaju hitam itu
sudah mengejar keluar dengan langkah cepat, setelah
memeriksa sekeliling tempat itu sekejap. ia segera
berangkat ke arah utara.
Hingga gadis itu lenyap dari pandangan Lim Han-kim
baru menghembuskan napas panjang, pikirnya:
"Pergolakan dalam dunia persilatan memang penuh
menyimpan hawa pembunuhan yang mengerikan Meski
kau tidak mengganggu orang lain, tidak dijamin kau tak
bakal diganggu orang lain, Rasanya memang tidak
gampang bagiku untuk melepaskan diri dari urusan dunia
persilatan. Kalau toh susah melepaskan diri, kenapa aku
tidak sekalian terjun kembali ke dalam kancah
pergolakan itu..?"

2446
Berpikir demikian, tanpa terasa semangatnya bangkit
kembali, sebagaimana diketahui, selama beberapa waktu
belakangan ini semangat Lim Han-kim selalu tenggelam
dan meredup, ia berusaha menghindari perselisihan
dengan orang lain dan tidak mencampuri urusan dunia
persilatan lagi.
Ia telah berhasil mempelajari cara menahan diri yang
mungkin tak bisa dilakukan orang lain, memandang
hambar semua perselisihan dan bentrokan yang terjadi
dalam dunia persilatan. Dia ingin menjauhkan diri dari
semuanya itu dan bersikap acuh tak acuh, Namun
sayang apa yang diharapkan sukar terpenuhi,
perselisihan yang semakin berkembang meluas dalam
dunia persilatan memaksanya untuk terlibat kembali,
seakan-akan tak seorang manusia pun bisa melepaskan
diri dalam kancah pergolakan dan perubahan besar yang
sedang berlangsung dalam dunia persilatan ini.
pengalaman serta kejadian yang dialaminya berulang
kali memaksa semangatnya yang sudah tenggelam dan
meredup itu untuk bangkit dan berkobar kembali, Ketika
ingatan tersebut melintas cepat di dalam benaknya,
semangatnya segera berkobar-kobar kembali, sambil
busungkan dada ia melanjutkan perjalanannya dengan
langkah lebar.
ia mencoba memeriksa sekeliling tempat itu, namun
suasana amat hening, jangan lagi bayangan manusia,
bahkan kereta tahanan yang berisi kerangkeng besipun
sudah pergi entah ke mana.
suasana di sekeliling tempat itu amat hening, sepi,
bagaikan di tengah tanah pekuburan, Lim Han-kim

2447
merasakan semangatnya bergolak keras, sambil berpekik
nyaring ia menerobos kegelapan bergerak maju ke
depan.
Kalau di masa lalu ia berusaha menghindari masalah,
tapi setiap kali justru harus menghadapi banyak kejadian,
maka sekarang ia berharap bisa menjumpai sedikit
masalah tapi nyatanya tak satu kejadian pun
dijumpainya...
Tak selang berapa saat kemudian, tibalah dia di
tengah sebuah dusun, Dari kejauhan ia saksikan ada
sebuah kereta yang cukup mewah nampak diparkir di
depan sebuah bangunan yang amat besar, sebuah
bangunan besar dibangun di tengah dusun yang sepi dan
terpencil, keberadaan bangunan tersebut boleh dibilang
sangat menyolok mata.
Menyaksikan bangunan megah serta kereta kuda yang
mewah itu tiba-tiba rasa curiga menyelimuti benak Lim
Han-kim, pikirnya: "Aku toh tidak khawatir menghadapi
masalah, kenapa tidak langsung kuserbu masuk ke dalam
halaman bangunan itu?"
Berpikir begitu, dia ipun melangkah menuju ke arah
bangunan tersebut, Pintu gerbang berwarna hitam
berada dalam keadaan setengah terbuka, ketika Lim
Han-kim menolaknya, pintu itu segera terpentang lebar.
Di balik pintu terdapat sebuah halaman yang sangat
luas dengan aneka macam bunga yang tumbuh dalam
pot-pot bunga, anehnya ternyata tak nampak sesosok
bayangan manusia pun.

2448
Lim Han-kim termenung sebentar, lalu ia terobos
halaman yang penuh bunga itu menuju ke pintu kedua.
Ternyata pintu kedua pun tidak dalam keadaan terkunci.
Lim Han-kim menolak pintu kedua itu, ia saksikan
sebuah jalan yang beralas batu putih terbentang ke
dalam langsung berhubungan dengan sebuah ruangan
besar. Kedua sisi jalan beralas batu itu pun dalam
keadaan bersih dan terawat, namun anehnya tidak
nampak juga bayangan manusia di situ.
Keheningan yang mengerikan dan menggidikkan hati
benar-benar menyelimuti seluruh bangunan tersebut,
membuat Lim Han-kim tanpa terasa bergidik dan
jantungnya berdebar keras.
Agak ragu ia berdiri sejenak di pintu lapis kedua ini,
tapi kemudian setelah mengerahkan tenaga dalamnya
bersiap sedia, kembali ia melanjutkan perjalanannya ke
dalam, pengalaman yang dialaminya berulang kali selama
waktu belakangan ini membuat kewaspadaan anak muda
ini semakin meningkat, sikapnya pun makin tenang dan
mantap.
selesai menelusuri jalan setapak beralas batu putih itu,
ia menaiki anak tangga sebanyak lima tingkat dan
sampailah di depan pintu ruangan yang tertutup rapat,
Dalam perkiraan Lim Han-kim, pintu ruangan ini pun
pasti tidak dalam keadaan terkunci karena sepanjang
jalan pintu-pintu yang dilalui terbuka semua, Kali ini dia
pun menolak pintu itu ke dalam.
siapa sangka apa yang terjadi ternyata sama sekali di
luar dugaannya, Pintu ruangan ini ternyata dikunci dari

2449
dalam. Kenyataan ini menunjukkan bahwa di dalam
ruangan itu ada penghuninya.
setelah berpikir sebentar, Lim Han-kim menegur
dengan suara lantang: "Ada orangkah di sana?"
sampai berapa kali ia mencoba memanggil, namun tak
kedengaran suara jawaban dari balik ruangan itu.
Kejadian ini kembali di luar dugaannya, mendatangkan
rasa bimbang dan curiga yang makin tebal di dalam
benak pemuda itu. Dengan perasaan sangsi segera
pikirnya: "Bagaimana pun aku toh sudah sampai di sini,
kenapa tidak kuselidiki hingga tuntas?" Tenaga dalamnya
segera dihimpun ke dalam telapak tangan nya dan pintu
ruangan itu ditolak keras-keras,
Agaknya pintu ruangan dibangun sangat kokoh dan
kuat, Dengan dorongan Lim Han-kim yangpaiing tidak
mengandung kekuatan di atas lima ratus kati pun,
kenyataannya pintu tersebut tidak bergeming sedikit pun.
Dengan rasa tercengang Lim Han-kim berpikir:
"seandainya dalam ruangan ini ada penghuninya,
teriakanku tadi tentu akan menimbulkan reaksi, Tapi
kalau dibilang tak ada orangnya, kenapa pintu ruangan
ini dikunci dari dalam?"
Makin dipikir ia semakin keheranan, rasa ingin tahunya
juga makin tebal, dengan tekad yang makin bulat ia
berteriak: "saudara yang berada dalam ruangan, kalian
betul-betul tak tahu sopan santun, masa kedatangan
tamu pun tidak disambut? Baiklah, terpaksa aku harus
masuk sendiri"

2450
setelah mundur dua langkah, dengan menghimpun
segenap kekuatan yang dimilikinya ia menumbuk pintu
ruangan itu keras-keras, Blaaammm
Diiringi suara benturan yang memekikkan telinga,
pintu ruangan itu segera terpentang lebar
Dengan pengalamannya yang semakin bertambah, Lim
Han-kim tak berani menerjang masuk ke dalam ruangan
itu secara gegabah kendatipun pintu ruangan sudah
terbuka lebar, Bukannya maju, dia malah mundur sejauh
dua langkah sambil menunggu terjadinya suatu
perubahan
Ketika itu malam sudah semakin kelam, suasana
dalam ruangan itu lebih-lebih lagi gelap gulita susah
untuk melihat jelas pemandangan di dalam ruangan itu.
Lim Han-kim menunggu beberapa saat lagi. Melihat
belum juga ada sesuatu gerakan, maka pelan-pelan ia
berjalan menuju ke dalam ruangan. sambil mengayunkan
langkahnya, pemuda itu berpikir: "sekarang aku baru
sadar, ternyata untuk melakukan perjalanan dalam dunia
persilatan, kini harus mempersiapkan segala kebutuhan
macam korek api dan sebagai-nya. Coba kalau aku dapat
membuat obor sekarang, niscaya pemandangan dalam
ruangan ini akan terlihat jelas."
Mendadak ia melompat mundur dengan perasaan
terperanjat, segera tegurnya dengan keras: "siapa di
situ?"
Rupanya secara tiba-tiba ia menjumpai di dalam
ruangan itu, di sekeliling sebuah meja empat persegi,
duduk banyak sekali manusia, Dalam keadaan seperti ini,

2451
bagaimana pun besarnya nyali Lim Han-kim, ia dibuat
terperanjat juga,
Terdengar seseorang dengan suara yang lemah
menjawab: "Kau tak usah takut, di atas meja ada lilin
dan korek api. sulutlah sendiri"
Lim Han-kim dapat mendengar bahwa suara orang itu
terputus-putus dan lemah sekali, jelas ia sudah
menderita luka dalam yang sangat parah. setelah
berhasil menenangkan hatinya pelan-pelan, ia berjalan
menghampiri meja yang dimaksud. Betul juga, di atas
meja terletak sebuah lilin. empat lelaki dengan
busungkan dada dan kepala terangkat duduk kaku di
sekeliling meja itu.
Lim Han-kim mendeham pelan, baru saja ia hendak
menegur tiba-tiba orang tadi berkata lagi dengan suara
lemah: "Jalan darah kematian mereka sudah tertotok.
sudah tewas sejak tadi... kau... kau tak usah ta...
takut..."
Rasa curiga dan ragu menyelimuti benak Lim Han-kim.
setelah sangsi sejenak. Ia meraba juga ke atas meja di
hadapannya, Betul juga ia temukan korek api di situ, Tak
lama kemudian secercah cahaya pun menerangi ruangan
tersebut
Dengan meminjam cahaya lilin yang redup itu ia mulai
periksa keempat orang yang duduk kaku itu, Mereka
tewas dengan mimik yang berbeda, ada yang mulutnya
terbuka lebar, ada pula yang matanya mendelik hingga
kelihatan mengerikan sekali Bila dilihat dari mimik wajah
keempat sosok mayat itu, jelas mereka tak mungkin bisa

2452
berbicara lagi. Terdengar suara yang lemah itu kembali
bergema: "Aku berada di sini"
Mengikuti arah datangnya suara tersebut Lim Han-kim
berpaling, ia segera menjumpai seorang kakek berbaju
kuning duduk di atas bangku dengan bersandar pada
dinding ruangan, sebilah pisau pendek jelas sekali
menancap telak di atas dada kakek berbaju kuning itu.
Buru-buru Lim Han-kim berjalan mendekat dan
mencekal gagang pisau tersebut sambil katanya: "Biar
kubantu mencabut keluar pisau ini..."
"Jaa ...jangan ..," tampik kakek itu.
"Kenapa?" sambil bertanya Lim Han-kim menarik
tangannya kembali.
"Kini aku hanya tinggal memiliki sehembusan napas
yang masih kupertahankan dengan andalkan tenaga
dalam yang kulatih puluhan tahun lamanya, jika pisau itu
kau cabut, napasku seketika akan terhenti."
"Aku mengerti soal ini."
"sesungguhnya tusukan pisau ini telah mengenai titik
kelemahanku, Aku justru bertahan terus sampai sekarang
karena ingin menunggu ada orang datang kemari.
Ternyata orang yang kutunggu akhirnya datang juga."
Dari gagang pisau yang gemetar keras ketika kakek itu
berbicara, Lim Han-kim dapat membayangkan betapa
tersiksa dan menderitanya kakek tersebut. sambil
menghela napas panjang ia berseru: "saudara, lebih baik
jangan bicara dulu, coba atur pernapasan"

2453
"Tak ada waktu lagi, sudah dua jam lamanya aku
bergelut melawan datangnya maut. Aku tak berani
bergerak. juga tak berani mencabut pisau ini. Aku
berharap masih bisa mengulur sedikit waktu lagi..."
Mendadak ia membelalakkan sepasang matanya yang
sudah memudar itu sambil lanjutnya: "Apakah kau
adalah anak buah pemilik bunga bwee?"
Perasaan hati Lim Han-kim segera tergerak pikirnya
dengan rasa keheranan: "Lucu benar, si nona di warung
menganggap aku sebagai anak buahnya pemilik bunga
bwee sekarang kakek ini pun menganggap aku sebagai
anggota perguruan bunga bwee sebenarnya apa yang
telah terjadi?" .
Belum sempat ia mengajukan sesuatu pertanyaan,
kakek berbaju kuning itu sudah melanjutkan kembali
perkataannya: "Aku tak perduli siapa kau dan berasal
dari mana, rasanya aku sudah tak punya pilihan lagi..."
"Aku bukan anggota partai bunga bwee, bila Anda
ingin menyampaikan sesuatu, katakan saja"
Kakek berbaju kuning itu menarik napas panjang, kulit
wajahnya berkerut kencang menahan rasa sakit yang
luar biasa, ucapnya: "Aku tahu... kau... kau adalah
anggota partai bunga bwee, cuma itu tak penting,
asalkan kau bersedia..."
Mendadak ia terbatuk-batuk. dari lubang hidung dan
mulutnya darah segar menyembur keluar seperti
pancuran, kepalanya pelan-pelan terkulai lemas dan
badannya mengejang keras. jelas ia sudah tak mampu
mempertahankan diri lagi.

2454
Cepat-cepat Lim Han-kim memburu ke sisinya, dengan
menghimpun hawa murninya ia tepuk punggung kakek
itu keras-keras.
Memperoleh saluran tenaga dalam dari Lim Han-kim
ini, peredaran darah di dalam tubuh si kakek yang mulai
berhenti itu segera mengalir dan berdetak kembali.
sambil menghela napas panjang Lim Han-kim berbisik,
"Bila locianpwee ingin menyampaikan sesuatu,
katakanlah Aku pasti akan berusaha memenuhi
permintaanmu itu sebisa mungkin"
Kakek berbaju kuning itu mengangkat kepalanya
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu bisiknya: "si... si
penjual bakmi di... di rumah makan Hong-hoksio..."
Dengan susah payah dia mengucapkan beberapa
patah kata itu. Belum selesai ucapannya disampaikan, ia
sudah pejamkan mata dan menghembuskan napasnya
yang penghabisan.
Dengan tak segan-segan mengerahkan tenaga
dalamnya, Lim Han-kim beberapa kali mencoba
membantu kakek tersebut untuk mendetakkan kembali
denyut jantungnya yang telah berhenti, namun usaha itu
gagal.
Gagal menolong kakek berbaju kuning itu, Lim Han
kim mencoba memeriksa keempat lelaki lainnya, namun
tubuh keempat orang itu sudah kaku dan di-ngin, jelas
mereka sudah mati cukup lama.
Mengawasi tubuh si kakek berbaju kuning yang mulai
mendingin, ia menghela napas sedih sambil pikirnya:
"Dengan mengorbankan tenaga dalamnya yang dilatih

2455
selama puluhan tahun, dia hanya mampu
memperpanjang usianya selama dua jam saja. sayang
apa yang diharapkan dengan mengemukakan isi hatinya
pada orang yang dijumpai tidak terpenuhi seutuhnya,
sungguh kasihan orang ini"
Dengan demikian, dia pun tak berhasil mengetahui
identitas kelima orang itu, Dia juga tak tahu apakah
mereka adalah tuan rumah pemilik gedung itu atau
bukan.
Dengan termangu- mangu diawasinya lilin yang
tinggal separuh batang itu, ia tak tahu bagaimana harus
membereskan kelima sosok mayat itu, akhirnya sambil
menghela napas dan memberi hormat katanya:
"Maafkanlah saya, saudaara-saudara berlima yang telah
di alam baka, Berhubung di sini tak tersedia peti mati,
aku tak bisa membantu kalian untuk membereskan
jenasah kalian semua ... "
selesai berdoa, dia membalikkan badan meninggalkan
ruangan itu dengan langkah lebar,
Terlihat olehnya kereta kuda yang mewah itu masih
diparkir di tepi pintu gerbang, sayang tirainya tertutup
hingga tidak nampak jelas apa isi dalam ruang kereta itu,
Tergerak hati Lim Han- kim, segera pikirnya:
"seandainya kereta ini milik kelima orang yang telah
tewas itu, berarti aku bisa menemukan tanda-tanda yang
menyangkut asal usul serta identitas mereka di dalam
ruang kereta ini. sebaliknya kalau bukan milik kelima
korban, kehadiran kereta mewah ini sangat
mencurigakan"

2456
Terdorong rasa curiga dan ingin tahunya, tanpa terasa
dia mengayunkan langkahnya menuju ke arah mana
kereta itu parkir, Tampak dua ekor keledai yang kekar
dan angker berdiri gagah di sana, namun anehnya kedua
ekor binatang ini hanya berdiri tanpa bergerak sedikit
pun.
Pelan-pelan Lim Han-kim menyingkap tirai kereta,
Terlihat seorang lelaki yang berdandan sebagai kusir
kereta sedang duduk menanti di situ. Dengan perasaan
heran pemuda itu siap menegur serta menanyakan asal
usulnya.
Tapi sebelum ia sempat bersuara, kusir kereta itu
sudah menegur lebih dulu: "Berangkat?"
Kembali hati Lim Han-kim ter-gerak. la segera
melangkah naik ke dalam ruang kereta seraya
mengangguk: "Yaa, berangkat."
Lelaki kusir kereta itu segera menerobos keluar dari
ruang kereta. Tali les ditarik dan kedua ekor keledai itu
segera bergerak meninggalkan tempat tersebut dengan
cepat.
Lim Han-kim hanya duduk membungkam di dalam
kereta, Hingga kini ia masih belum tahu apa gerangan
yang sebenarnya telah terjadi Dalam suasana semangat
yang berkobar-kobar, rasa ingin tahunya membuat
pemuda ini tidak banyak melawan, ia biarkan dirinya
dibawa kereta tersebut melakukan perjalanan
Ia merasa kereta itu dilarikan kencang sekali, Rasanya
biar menunggang kuda jempolan macam apa pun sulit
untuk menandingi kecepatan lari kereta ini, boleh

2457
dibilang baru pertama kali ini dia menunggang kereta
secepat ini.
Entah berapa lama kereta itu menempuh perjalanan...
suatu ketika, mendadak kereta itu berhenti Ketika Lim
Han-kim mengintip dari balik tirai, ia saksikan kereta
tersebut sudah berhenti di muka sebuah gedung
bangunan yang tinggi besar sambil melompat turun dari
kudanya, kusir itu berpesan: "Harap kau menanti
sebentar di situ, aku akan memberi laporan lebih dulu."
"silakan"
sebenarnya lelaki itu sudah balikkan badan berjalan
beberapa langkah, mendadak ia balik kembali ke depan
kereta sembari berbisik, "Apakah kau telah berhasil?"
Membayangkan kembali peristiwa tragis yang ia
saksikan dalam ruang besar tadi, Lim Han-kim merasa
amat masgul, pikirnya: "Tampaknya kehadiran kereta ini
memang berhubungan erat dengan peristiwa berdarah di
gedung itu. Tapi aneh, cukup lama aku berada dalam
gedung tersebut tanpa menyaksikan sesuatu, mana
mungkin si pembunuh yang datang menunggang kereta,
setelah berhasil melaksanakan tugasnya malah kabur
dengan meninggalkan keretanya?"
ia tak habis mengerti, untuk beberapa saat dia tak
mengerti di mana letak alasannya. Terdengar lelaki kusir
kereta itu kembali menegur: "Apakah kau telah berhasil?"
Melihat gelagat tidak menguntungkan, buru-buru Lim
Han-kim mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia.
sekarang ia baru tahu bahwa lelaki itu berdiri di
hadapannya dengan wajah terpejam dan mimik wajah
kaku.

2458
satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Jangan-jangan orang ini buta..."
Terdengar lelaki itu menegur lagi dtngan nada gusar:
"Hei, aku bertanya padamu, sudahkah berhasil?"
BAB 22. Bertemu Lagi Dengan sang Adik
Menyaksikan orang itu makin gusar, Lim Han-kim
segera berpikir "Perduli amat apa maksudnya, lebih baik
kujawab dulu pertanyaannya itu." Maka ia pun menyahut
seraya manggut: "Sudah berhasil"
Belum selesai dia menjawab, lelaki itu sudah
menggerakkan tangan kanannya melancarkan sebuah
cengkeraman dengan kecepatan bagaikan sambaran
kilat, Kelima jari tangannya bagaikan senjata kaitan
berusaha mencengkeram jalan darah kaku di
pergelangan tangan kanan anak muda itu.
Lim Han-kim menarik mundur pergelangan tangan
kanannya dan meloloskan diri dari ancaman tersebut
Gagal dengan cengkeramannya, kembali lelaki itu
menegur dingin: "Siapa kau?"
Ternyata jawaban dari Lim Han-kim barusan telah
menyadarkan lelaki tersebut bahwa logat suaranya jauh
berbeda dengan rekannya, Dengan nada tenang Lim
Han-kim menjawab: "Aku dari marga Lim, seharusnya
kau mengerti sejak tadi bahwa aku bukan rekan
sejawatmu"
"Kurang ajar, bedebah, kau berani mempermainkan
aku?" teriak lelaki buta itu murka.

2459
Sepasang telapak tangannya kembali diayunkan
bergantian melepaskan gempuran ke arah kereta.
Dahsyat benar tenaga pukulan orang itu...
BlaaamBlaaammrn Diiringi benturan nyaring yang
memekikkan telinga, tiang kereta yang terbuat dari kayu
itu terhajar hancur dan beterbangan ke mana-mana,
Diam-diam Lim Han-kim merasa terperanjat sekali
setelah menerima dua buah pukulannya dan merasakan
betapa kuatnya tenaga pukulan orang itu, pikirnya: "Bila
ditinjau dari sasaran pukulannya yang melenceng, jelas
ia buta, buat apa kulayani orang cacad macam dia?"
Dengan tangan kanannya ia sambut sebuah
pukulannya dengan keras melawan keras, memanfaatkan
peluang tersebut tubuhnya melejit ke udara dan
meluncur turun di luar kereta.
Tampak bayangan manusia berkelebat kian kemari,
tahu-tahu dari empat penjuru telah muncul tujuhdelapan
orang lelaki bergolok yang mengepung Lim Hankim
rapat-rapat.
Terdengar kusir buta itu berteriak keras: "Bajingan
tengik ini jahat sekali, jangan biarkan ia lolos"
Melihat jala n perginya sudah terkepung rapat
sementara musuh berhamburan datang dari empat
penjuru, Lim Han-kim sadar bahwa tanpa melalui suatu
pertarungan yang sengit, mustahil baginya untuk
meloloskan diri. Maka sambil meloloskan pedang Jinsiang-
kiam dari balik bajunya, ia berkata dingin: "saudara
sekalian, ketahuilah bahwa senjata tak bermata, jangan
paksa aku turun tangan, kalau tidak . . .jangan salahkan
jika terjadi banjir darah di tempat ini"

2460
Kecuali si kusir buta itu, di sekeliling tempat itu
terdapat pula delapan orang lelaki yang menghadang di
empatpenjuru, namun tak seorang pun di antara mereka
yang bersuara, bahkan terhadap hardikan Lim Han-kim
pun mereka bersikap tak acuh dan seolah-olah tidak
mendengar.
Lim Han-kim mencoba mengamati situasi di
seputarnya, ia menjumpai kedelapan lelaki itu mengambil
posisi dengan kedudukan pat-kwa, ini berarti betapapun
cepatnya gerakan tubuh Lim Han-kim dan bagaimana
pun ia berusaha berkelit, sulit baginya untuk lolos dari
kepungan tersebut.
Terdengar si kusir buta itu berteriak keras: "Gunakan
posisi Pat-kwa untuk mengurungnya, hati-hati, bajingan
cilik ini cukup tangguh" Delapan lelaki bergolok itu tetap
membungkam, tak kedengaran sedikit suarapun.
Dengan perasaan keheranan Lim Han-kim berpikir: "
Heran, kenapa mereka tetap membisu? Jangan-jangan
mereka memang tak bisa berbicara? Kalau tidak. masa
terhadap orang sendiri pun mereka tak ambil perduli?"
Belum habis ingatan tersebut melintas, mendadak
terdengar seorang bocah lelaki menegur: Toako buta,
apa yang kau ributkan?"
Lim Han-kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras. ia merasa suara itu sangat dikenalnya, Ketika
berpaling, tampak seorang bocah lelaki yang memakai
pakaian ringkas dengan sebilah pedang tersoren di
punggungnya berjalan keluar dari balik pintu gedung.
Lelaki buta itu pun berteriak cepat: "Apakah saudara
Liong yang datang?"

2461
"Bagus, rupanya nada suaraku juga tak kau kenal?"
"Hari ini aku si buta betul-betul pecundang di tangan
orang, sampai seorang bajingan tengik yang ikut
nyelundup masuk pun kubawa pulang kemari..."
"Macam apa bajingan tengik itu? Biar kutengok"
sambil berkata bocah lelaki itu berjalan menghampiri Lim
Han-kim. Meskipun orang itu masih muda usia namun
kedudukannya di sana nampaknya cukup tinggi, serentak
kawanan lelaki bergolok itu menyingkir ke samping
sambil memberi hormat.
Dengan ketajaman mata Lim Han-kim yang dapat
menembusi kegelapan malam. dengan jelas ia kenali
bocah lelaki tersebut sebagai Yu siau-liong, adiknya.
Kontan pemuda itu merasa dadanya seperti dihantam
dengan martil berat, nyaris ia menjerit tertahansementara
itu Yu siau-liong telah meloloskan
pedangnya dari punggung sambil berseru: " Kalian
mundur semua dari situ, akan kutangkap orang ini
sendirian"
Lim Han-kim berusaha menenangkan kembali hatinya,
lalu berpikir: "Kini, kesadarannya sudah dipengaruhi oleh
obat pemabuk bikinan Cau-hua lojin, berarti ia telah
masuk menjadi anggota perguruan Cau-hua. Berarti tak
ada gunanya aku bertegur sapa dengannya sebab ia toh
tak akan mengenali diriku lagi"
Untuk beberapa saat ia jadi sangsi dan tidak tahu apa
yang harus dilakukannya sementara itu Yu siau-liong
sudah mendesak maju sembari memutar pedangnya,
bahkan dengan suara ketus menegur "siapa kau?"
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_5457.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 6 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_5457.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar