Telapak Emas Beracun
Judul aslinya Jan Jin Que Yu, 1961
Karya : Gu Long
Belum pukul lima, tapi hari sudah tampak gelap, salju terus turun di kota Bei Jing, di atap setiap rumah dipenuhi dengan salju tebal, dari jauh antara langit dan bumi tampak menyambung dan berwarna keabuan.
Angin besar berhembus ke pepohonan yang juga sudah dipenuhi dengan salju, salju yang berjatuhan membuat burung-burung yang
hinggap di pepohonan langsung beterbangan, saat itu bumi terasa sepi.
Di dekat kota di sebelah barat, ada sebuah jalan yang dipenuhi dengan batu kerikil, sekarang jalanan itupun tampak sepi, tidak ada sesosok bayangan manusia, hanya tampak prajurit yang sedang berpatroli menjaga kota, suara baju mereka yang tertiup angin terdengar dengan jelas dalam suasana yang dingin dan sepi itu.
Tapi bila kita berjalan semakin mendekati kota, hari sepertinya masih sore, di jalan besar di kota itu yang letaknya di barat, tampak lampu-lampu mulai dinyalakan. Orang yang berjalan di bawah siraman salju terlihat cukup banyak. Sekarang adalah awal jaman Dinasti Man Qing, dengan melihat keadaan kota Bei Jing dapat terlihat bahwa keadaan negarapun sangat tenang dan kuat, rakyat hidup dengan makmur. Beberapa rumah makan besar di jalan itu tampak dipenuhi dengan tamu. Di sebelah sana tercium harumnya arak dan sayur, saat itu adalah saat paling sibuk. Di ujung jalan itu ada sebuah rumah makan yang terkenal dengan masakan daging kambing, rumah makan itu bernama Xi Lai Sun, pintu utamanya menghadap ke jalan. Jendela-jendelanya digantung dengan tirai yang tampak berat dan tebal, pada saat membuka tirai terasa ada udara panas yang menyelubungi rumah makan itu.
Di balik pintu terdapat sebuah ruangan besar, ruangan itu berisi 10 meja lebih yang berbentuk bulat. Di atas meja ada sebuah wadah yang berisi bara api yang apinya berkobar dengan besar. Api itu digunakan untuk memanggang daging. Siapapun yang saling kenal disana atau tidak saling mengenal, duduk bersama-sama mengelilingi meja bulat itu. Ada yang berdiri dan ada pula yang duduk. Tiga cangkir arak pasti akan masuk ke dalam perut, sambil mengobrol tidak tentu arah tanpa terasa mereka sudah menjadi teman, tapi setelah keluar dari rumah makan itu mereka tidak akan saling kenal lagi.
Dari rumah makan itu, bila masuk ke ruangan lebih dalam lagi kita akan melewati sebuah taman kecil, dan di sana terdapat kamar utama, yang setiap kamarnya pasti terdapat meja dan di atasnya
terdapat wadah yang berisi bara api dengan kobaran api sangat besar. Itu baru tempat yang tepat untuk makan daging kambing.
Hari ini rumah makan Xi Lai Sun sangat ramai, ruangan yang berada di sebelah kiri sering terdengar tawa besar dan lepas. Pelayan rumah makan sibuk keluar masuk ruangan itu.
Ternyata kantor Biao terbesar di kota Bei Jing yang bernama Zhen Yuan, dengan pemimpin kantor Biao yang mendapat julukan Jin Gang Zhang (Telapak tangan baja/emas), bernama Si Tu Xiang Cheng, sedang menjamu para tamunya.
Si Tu Xiang Cheng sudah memimpin dunia persilatan bagian Da He selama 20 tahun tepatnya di daerah utara dan selatan. Namanya sangat terkenal. Pelayan rumah makan di sana berusaha menjilat orang yang terkenal seperti Si Tu Xiang Cheng.
Tiba-tiba dari luar tampak sebuah kereta yang berjalan dengan cepat memasuki rumah makan itu. Di sisi kanan dan kiri kereta itu tampak dua ekor kuda gagah, mereka seperti sedang menjaga kereta itu. Para penunggang itupun tampak gagah, tapi mereka tampak mengerutkan dahinya. Sepertinya mereka menyimpan sebuah kekhawatiran besar.
Dengan lincah mereka turun dari kuda, kemudian mereka membuka pintu kereta, dan membantu seorang laki-laki tinggi dan berwajah cekung turun dari kereta. Kedua mata laki-laki itu seperti terpejam, nafasnya terengah-engah, sepertinya untuk berjalan keluar dari kereta juga sangat sulit.
Sambil setengah menggendong laki-laki itu, kedua laki-laki itu membawanya masuk ke rumah makan Xi Lai Sun, bos rumah makan itu segera menghampiri mereka dan bertanya, “Tuan Guo Kedua, mengapa Anda bisa menjadi seperti ini? Apakah perlu kucarikan tabib?”
Kedua laki-laki itu tidak mempedulikannya, dengan nada kasar mereka bertanya, "Dimana ketua Biao? Tolong bawa kami ke sana!”
Bos rumah makan itu sadar telah terjadi sesuatu maka tanpa banyak bicara dia langsung membawa mereka melewati taman kecil itu.
Kedua laki-laki itu langsung mendorong pintu kamar, karena ada hal yang sangat penting, mereka sudah melupakan sopan santun, dengan suara serak mereka terus memanggil, "Ketua Biao!”
Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng sedang minum-minum dengan gembira, yang duduk menemaninya kebanyakan adalah para pendekar yang berasal dari Huang He dan Zhang Jiang, begitu melihat ada orang yang tiba-tiba masuk, tentu saja mereka sangat terkejut, tapi setelah melihat wajah yang kekuningan itu mereka langsung tambah terkejut dan langsung berdiri, dengan cemas mereka bertanya, "Adik Kedua, apa yang telah terjadi?”
Orang yang sedang makanpun merasa kaget pada saat melihat apa yang ada di depannya.
Kedua laki-laki berbadan tegap itu segera menjawab, "Kami memang pantas mati!”
Karena merasa cemas wajah Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng mengeluarkan keringat, lalu dia bertanya, "Apa yang telah terjadi?" Segera dia menarik sebuah kursi dan mempersilakan laki-laki yang tampak sakit itu untuk duduk di sana, dia berharap laki-laki itu bisa menjawab pertanyaannya, tapi laki-laki itu tampak lemah dan tidak bisa bicara.
Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng adalah orang yang telah banyak makan asam garam kebidupan, kalau bukan karena suatu hal yang berat dia tidak akan cemas sampai seperti itu, karena laki-laki yang tampak sakit itu tak lain adalah saudara sehidup sematinya.
Di kantor Biao Zhen Yuan yang menduduki posisi kedua adalah seorang pesilat pedang yang bernama Guo Zhu, Guo Zhu sedang menangani antaran barang yang bernilai delapan ratus ribu tail perak milik pemerintah.
Sambil ketakutan kedua laki-laki itu berlutut lalu berkata, "Kami pantas mati karena kami tidak mampu melaksanakan perintah Ketua
Biao, dan membuat wakil Biao terluka, dan barang-barang yang kami bawapun hilang semua.”
Karena merasa cemas Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng menghentakkan kakinya, "Tidak disangka, benar-benar tidak disangka, barang-barang antaran bisa hilang, tapi di mana hilangnya? Siapa yang telah merampas dan merampok barang-barang itu? Dimana wakil Biao bisa terluka?”
Salah satu dari laki-laki berbadan tegap itu menjawab, "Baru saja kami membawa Biao (barang antaran) selama satu hari perjalanan, kami tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu, pada saat melewati Zhang Jia Gou, disana ada sebuah hutan yang tidak terlalu lebat, di sana tiba-tiba muncul seorang pesilat yang hanya mempunyai sebelah tangan, hanya mengatakan beberapa patah kata, dia dan wakil ketua sudah bertarung, tapi baru saja berlangsung beberapa jurus, wakil ketua sudah terkena serangan telapak tangannya, aku sudah lama ikut dengan Ketua Biao, tapi tidak pernah melihat ada orang yang berbuat begitu telengas, dan tidak hanya ilmu silatnya sangat tinggi, hanya mengandalkan sebelah tangannya dia bisa membunuh beberapa orang kita yang jumlahnya sekitar 20 orang, tidak ada seorangpun yang masih hidup, kecuali aku dan Wang Shou Zheng, semua mati di hutan itu." suaranya serak, matanya memancarkan ketakutan, sepertinya dia begitu trauma menyaksikan hal yang begitu kejam, sehingga membuatnya benar-benar ketakutan.
Para pendekar yang berada di Sana merasa terkejut mendengar penjelasan laki-laki itu, apalagi Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng, dia berkata lagi, "Lanjutkan ceritamu!”
Laki-laki itu tampak menarik nafas dan berkata lagi, "Orang itu tidak membunuh kami berdua karena dia menyuruh kami kembali ke sini supaya bisa memberitahukan hal ini kepada Ketua bahwa dalam 3 bulan ini 3 kantor Biao yang ada di Bei Jing harus tutup semua, kalau tidak menuruti perintahnya maka begitu rombongan Biao keluar dari propinsi He Bei, mereka akan segera merampok dan semua
anggota Biao akan dibunuh, setelah bicara seperti itu diapun menghilang.”
Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng menggebrak meja dengan marah, "Dia sangat sombong!”
Laki-laki itu tidak berani bicara lagi, Si Tu Xiang Cheng berkata kepada laki-laki itu, "Teruskan ceritamu!”
Laki-laki itu melihat Guo Zhu yang tampak sekarat dan berkata lagi, "Lalu kami melihat barang-barang yang kami bawa ternyata masih utuh dan kamipun merasa lega, tapi rasa lega itu hanya sebentar karena secara tiba-tiba muncul puluhan ekor kuda dari dalam hutan itu, penunggang kuda itu adalah para lelaki berbaju hitam. Mereka masing-masing membawa sebuah kereta kuda yang berisi barang-barang Biao, pergi entah kemana. Karena jumlah kami lebih sedikit maka kami tidak berani bertarung dengan mereka, bukan karena kami takut mati, tapi kami bertekad kami harus bertahan supaya bisa memberitahukan apa yang telah kami lihat di sana dan menyampaikan kalau saudara-saudara kita banyak yang kehilangan nyawa, hanya Tuan Guo Kedua yang masih terasa ada nafasnya, akhirnya kami membawanya kembali ke kota Bei Jing, tapi orang-orang kantor memberitahu bahwa Ketua sedang menjamu tamu, akhirnya kami datang ke sini!”
Setelah mendengar cerita itu, Si Tu Xiang Cheng diam tidak bicara banyak, dalam jamuan itu kebetulan ada dua ketua Biao lainnya, mereka adalah Tie Zhi Jin Wan, Wei Shou Ru (Jari baja butiran emas) dan Pi Gao Zhang, Ma Zhan Yuan, serta dua bersaudara Bao Ding, yang merupakan pesilat tangguh, masih ada lagi Long Shi Jian, Lin Pei Qi (Naga tanpa pedang).
Long Shi Juan, Lin Pei Qi pun ikut mendengarkan cerita itu, tiba-tiba dia bertanya, "Di bagian mana Tuan Guo Kedua terluka?”
Laki-laki itu menjawab, "Orang itu menyerang dengan cepat, kami tidak tahu persis beliau terluka di mana, mungkin di daerah sekitar dada dan perut.”
Long Shi Juan, Lin Pei Qi menanggapi, "Oh!" dia bertanya lagi, "Apakah aku boleh melihat lukanya?”
Si Tu Xiang Cheng menarik nafas dan berkata, "Luka adik kedua sangat parah, sekarang bagaimana aku harus berbuat?”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi mendekati Guo. Zhu, membuka baju bagian depannya dan tiba-tiba dia berteriak, "Ternyata ini disebabkan oleh dia!”
Semua pendekar yang ada di sana bersama-sama bertanya, "Siapa dia?" nada bicara mereka penuh dengan rasa terkejut.
Lin Pei Qi berkata lagi, "Tidak disangka Can Jin Du Zhang (Telapak Emas Beracun) yang sudah menghilang selama 17 tahun tiba-tiba bisa muncul lagi sekarang, sepertinya generasi kita akan mendapatkan musibah lagi.”
Kata-kata Can Jin Du Zhang baru saja disebut, Ma Zhan Yuan dan dua bersaudara Bao Ding, merasa sedikit terkejut, tapi angkatan yang lebih tua seperti Wei Shou Ru dan Si Tu Xiang Cheng benar-benar sangat kaget.
Tampak di bawah dada Guo Zhu ada bekas luka berwarna emas menembus kulitnya dan bentuknya sangat aneh. Tiga jari dan jari tengah seperti terputus. Melihat bekas telapak ini, wajahnya pucat dan dia jatuh terduduk lemas di sebuah kursi.
Lin Pei Qi menghembuskan nafas dan berkata, "Can Jin Du Zhang sudah beredar di dunia persilatan selama 100 tahun setiap kali muncul dunia persilatan akan mengalami musibah besar-besaran, anehnya selama ratusan tahun ini orang-orang kalangan persilatan selalu menggosipkan bahwa orang ini pernah mati 4 kali, tapi setelah 10 tahun berlalu orang ini pasti akan muncul kembali, tidak perlu jauh-jauh 17 tahun yang lalu, aku dan Kakak Si Tu melihatnya sendiri, orang itu terluka di 13 tempat dan juga terkena racun dari Si Zhuan Tang Men 5 bersaudara, kelihatannya dia sulit untuk bertahan hidup, tapi sekarang dia tiba-tiba muncul lagi.”
Si Tu Xiang Cheng pun tampak khawatir, lalu dia berkata, "17 tahun yang lalu, ayahku mengeluarkan undangan dan mengundang
semua pendekar yang ada di dunia persilatan untuk melawan orang itu, tapi orang-orang Zhong Yuan yang berjumlah 50 orang, 32 di antaranya terluka, kelihatannya dia tidak mati, apalagi Yu Da Fu dengan pedang berhasil menusuk dada kirinya dan diapun terkena senjata rahasia keluarga Tang, di dunia ini tidak ada seorangpun yang bisa menawarkan racunnya, semua orang merasa gembira karena di dunia akan berkurang seorang siluman, tapi.... Apakah orang ini benar orang tidak bisa mati?”
Dia melihat Guo Zhu yang nafasnya terdengar semakin berat, dia merasa sedih melihatnya, lalu dia berkata, "Kelihatannya adik kedua tidak akan bisa bertahan lagi, tidak ada seorang pun yang bisa bertahan dari Can Jin Du Zhang! Heehh”
Tiba-tiba dua Pendekar Bao Ding, sang Lao Da (kakak tertua) berkata, "Apakah benar di dunia yang begini luas tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkannya?”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi menjawab, "Bukan aku menganggap remeh tenaga dan kekuatan kita, tapi di dunia ini benar-benar belum ada orang yang bisa melawannya, hanya saja orang itu dan keturunan Xiao Xiang Jian Ke entah ada hubungan apa, bila ada keturunan Xiao Xiang Jian Ke yang muncul, maka orang itu tidak akan berani muncul di dunia persilatan.
Sun Can (salah satu dari dua pendekar Bao Ding) berkata, "Kalau orang itu adalah orang nomor satu di dunia persilatan, mengapa ia bisa cacat?"
Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, "Kakak Sun belum lama muncul di dunia persialatan, apakah Kakak tidak tahu apa yang sedang beredar di dunia persilatan? 70 tahun yang lalu, Can Jin Du Zhang bertarung dengan pesilat pedang nomor satu yaitu Xiao Xiang Jian Ke, Xiao Ming, Xiao Ming dengan jurus 49 Shou Feng Wu Liu Jian berhasil menang setengah jurus darinya (Tangan angin tarian pedang Yang Liu), tapi Xiao Ming tidak berhasil melukainya, orang itu marah, dia memotong ibu jari dan jari tengah tangan kanannya sendiri, lalu dia bersumpah tidak akan pernah mau menggunakan pedang lagi, tapi mengenai tangan kirinya bisa cacat, itu, karena tangannya
dipotong oleh Dong Hai San Xian, Wu Zhen Zi. Apa alasannya? Tidak ada seorangpun yang tahu.
Dong Han San Xian sudah 50 tahun tidak muncul, apakah dia masih hidup atau sudah meninggal tidak ada yang tahu, kecuali Dong Han San Xian, siapa yang mampu mengalahkan orang itu?”
Wei Shou Ru yang sejak tadi terdiam sekarang berkomentar, "Kalau turunan Xiao Xiang Jian Ke bisa mengubah keadaan ini, itu lebih baik, tapi masalahnya selama 50 tahun ini dia tidak mau mengurusi permasalahan dunia persilatan, mungkin sekarang dia bisa menghalangi bencana ini, tapi turunan Xiao Xiang Jian Ke selalu hidup menyendiri, tidak mau peduli dengan budi dan dendam, kecuali bila mempunyai plakat yang terbuat dari bambu itu, kita baru bisa mengundang mereka keluar.”
Dia bertanya kepada Long Shi Jian, Lin Pei Qi, "Kakak Lin sering berkelana di dunia persilatan, apakah ada orang yang memiliki plakat ini? Dan kepada siapa kita bisa meminjamnya?”
Lin Pei Qi tampak berpikir sebentar, lalu menjawab, "Dulu plakat Xiao Xiang Jian Ke berjumlah 7 buah dan dia sendiri yang mengukirnya, itu sudah ratusan tahun berlalu, sekarang walaupun masih ada tapi tidak banyak lagi, apalagi sekarang itu menjadi barang langka, orang yang memilikinya pasti menyembunyikannya, bila digunakan bukan untuk kepentingannya sendiri, dia pasti tidak akan mau memberikannya kepada orang lain bukan?”
Suasana kembali sepi, tiba-tiba Si Tu Xiang Cheng berdiri lalu berkata, "Sekarang aku benar-benar merasa tidak tenang, adik kedua sepertinya tidak akan bisa bertahan lagi dan dia akan mati, 800 ribu tail perak milik pemerintah tidak akan bisa diambil kembali, tidak disangka selama puluhan tahun aku bersusah payah mendirikan kantor Biao Zhen Yuan sekarang akan hancur begitu saja, mungkin aku sendiripun akan hancur, aku tidak mempunyai cara lain lagi, sekarang aku harus bagaimana? Kita adalah teman, aku yakin kalian pun pasti akan tahu kesulitanku seberat apa. Sekarang aku akan pulang dulu untuk membereskan masalah ini, aku akan berusaha mengganti hilangnya 800 ribu tail perak itu.”
Dia tertawa dengan sedih, "Walaupun harus menjual istri atau menggadaikan anak-anakku, itu tidak akan cukup, aku harus mengganti 800 ribu tail perak itu, setelah itu aku akan bertarung dengan Can Jin Du Zhang.”
Kata-katanya membuat orang-orang yang ada di sana merasa sedih, apalagi Wei Shou Ru dan Ma Zhan Yuan, melihat keadaan kantor Biao Zhen Yuan mau tidak mau merekapun memikirkan kantor Biao mereka sendiri. Keresahan mereka jelas tampak. Sewaktu semua orang di sana terdiam dan memikirkan masalah itu, tiba-tiba dari luar ada yang batuk, dengan cepat Si Tu Xiang Cheng bertanya, "Siapa disana?”
Di luar ada yang menjawab, "aku", seorang pelayan masuk dan..... membawakan sehelai kertas, dia memberi hormat dan berkata, "Di sebelah ruangan ini ada yang menyuruhku memberikan surat ini kepada Tuan Besar Si Tu."
Si Tu Xiang Cheng tampak mengerutkan alisnya dan melihat kertas itu, setelah membacanya hingga habis, wajah Si Tu Xiang Cheng tampak berubah dan dia berkata kepada pelayan tadi, "Katakan kepada tuan muda itu untuk menunggu.”
Pelayan itu keluar, Si Tu Xiang Cheng segera memberitahukan kepada orang-orang di sana, "Tuhan benar-benar telah memberikan jalan kepada kita, benda yang kita inginkan tidak sengaja bisa kudapatkan.”
Dia memberikan surat itu kepada Long Shi Jian, Lin Pei Qi, dan berkata, "Ada pepatah yang mengatakan: sepatu hingga sobek dan hancur sulit didapatkan tapi sekarang malah mendapatkannya tanpa menghabiskan tenaga.”
Lin Pei Qi membaca surat itu dengan teliti dia berkata, "Aku tidak sengaja mendengar perkataan Tuan, mengetahui bahwa Tuan sangat ingin mendapatkan plakat bambu itu, dan aku mendapatkan plakat itu tanpa sengaja, karena itu aku ingin memberikannya kepada Tuan." Dia melihat hadirin yang ada di sana dan berkata lagi, "Suatu kebetulan yang jarang terjadi." Hatinya merasa senang terdengar dari perkataannya.
Pelayan tadi masuk lagi dan berkata, "Tuan muda yang berada di ruang sebelah sekarang berada di pintu depan, apakah Tuan Besar akan menyuruhnya masuk?”
Segera Si Tu Xiang Cheng berkata, "Cepat persilakan dia masuk!”
Dia bersiap menyambut orang itu, dari luar masuk seorang pemuda berbaju mewah, dia tertawa kemudian memberi hormat, "Maafkan karena telah mendengar perkataan Anda dari ruang sebelah.”
Para tamu yang ada di ruangan itu segera berdiri dan Si Tu Xiang Cheng segera membalas memberi hormat, "Kakak jangan merasa sungkan, bertemu dengan seseorang yang berhati mulia seperti Kakak, kami merasa sangat berterima kasih, kalau Kakak berkata seperti itu malah membuat kami menjadi malu."
Tampak pemuda itu mempunyai 2 alis kasar, hidungnya besar, dia benar-benar tampan, wajahnya memancarkan sedikit cahaya emas, kedua matanya mengandung aura membunuh, mulutnya tipis. Dia tampak bersifat dingin, tapi setelah mengobrol, orang-orang merasa dia adalah pemuda yang ramah.
Pemuda itu berkata lagi, "Tuan mungkin adalah Jin Gang Shou, Pendekar Si Tu Xiang Cheng yang terkenal di dunia persilatan, sudah lama aku mendengar nama besar Tuan, hanya saja belum berjodoh untuk berkenalan, hari ini kita bisa bertemu, ternyata benar kalau Tuan adalah naga berwujud manusia. Aku hanya seorang pelajar yang tidak berguna, tapi aku mengagumi orang persilatan yang tegas dan bisa membedakan antara budi dan dendam, hari ini aku bisa bertemu dengan kalian, benar-benar membuatku merasa senang.”
Dia terus menerus mengucapkan terima kasih dan dengan sungkan Si Tu Xiang Cheng menyuruh pemuda itu duduk dan memperkenalkan orang-orang yang ada di sana satu per satu kepada pemuda itu, pemuda itu bermarga Gu dan bemama Zhuo Piao, dia seorang pelajar.
Gu Zhuo Piao sangat pandai bicara, dari utara ke selatan, dari barat ke timur, sepertinya dia sangat paham dengan semua hal dan
membuat orang tertarik mendengar perkataannya serta tidak cepat bosan.
Tapi Si Tu Xiang Cheng saat ini sedang sangat terburu-buru, dia berharap pemuda itu segera menceritakan tentang plakat bambu itu, dari sudut matanya Gu Zhuo Piao melihat kegelisahan Si Tu Xiang Cheng dan dia pun mengerti, dia tertawa, "Beberapa hari lalu aku pergi ke Jiang Nan, di sana aku secara tidak sengaja membantu satu keluarga yang hampir jatuh miskin, lalu dia memberikan kepadaku sebuah plakat kayu, menurut orang itu karena aku adalah orang yang senang bepergian, mungkin dengan adanya benda itu bisa berguna untukku, lalu aku bertanya benda itu benda apa. Orang itu memberitahu bahwa plakat itu adalah plakat yang diwariskan secara turun temurun dari jaman nenek moyangnya, itu adalah plakat bambu yang berisi perintah, ternyata nenek moyangnya adalah Xiao Xiang Jian Ke, sebagai ucapan terima kasih maka dia pun memberikannya kepadaku.”
Gu Zhuo Piao tertawa dan berkata lagi, "Aku hanya seorang pelajar tidak berhubungan dengan dunia persilatan, dan tidak mempunyai dendam dengan siapapun, kemana-mana aku selalu sendiri, akupun tidak membawa benda berharga di tubuhku, perampok tidak akan mau dekat-dekat denganku, apalagi di tubuhku hanya ada plakat bambu ini, selain itu akupun tidak bisa menggunakannya, tidak disangka berkat plakat bambu ini aku bisa berkenalan dengan banyak pendekar yang sudah lama memang ingin kukenal, hal ini saja sudah membuatku merasa senang.”
Selesai bicara dia tertawa berderai, suaranya menyebar ke seluruh ruangan, samar-samar ada nada dingin yang tidak tersirat, Guo Zhu mendengarkan pemuda itu tertawa, tapi wajahnya tiba-tiba tampak kaget dan takut, dia berusaha bangun, tapi karena tubuhnya terkena racun Can Jin Du Zhang, dia hanya bisa terduduk lemas. Sampai saat ini dia masih bisa bertahan dikarenakan dia memiliki tenaga dalam yang sudah dilatihnya selama puluhan tahun. Sekarang sedikit saja bergerak telah membuat tenaganya terkuras habis, membuat organ dalam tubuhnya terasa sakit, hati, usus sepertinya sudah terlepas dari tubuhnya. Dia berteriak kesakitan dan ambruk ke lantai.
Hal ini membuat orang-orang yang ada disana terkejut, yang selalu bersama-sama dengan Guo Zhu adalah Si Tu Xiang Cheng, apalagi selama puluhan tahun mereka selalu bersama, dia merasa sangat sedih dan terus meraba mayat Guo Zhu, lalu dia menangis tersedu-sedu.
Para pendekar yang ada di sanapun merasa sedih, Gu Zhuo Piao melihat keadaan di sana, dia mengeluarkan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan, seperti mengandung perasaan yang dalam, rumitnya masalah ini membuat dia tidak bisa menjelaskan apa yang berkecamuk di dalam hatinya.
Tapi ekspresi seperti itu dengan cepat lenyap dari wajahnya, orang-orang di sana tidak sempat memperhatikan ekspresinya, walaupun ada yang melihat tapi merekapun tidak akan tahu makna apa yang tersimpan di balik semuanya.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi menghapus air matanya dan dengan sedih dia berkata, "Orang yang telah meninggal tidak akan bisa hidup kembali, Kakak Si Tu, kau jangan terlalu larut di dalam kesedihan, di depan masih banyak kesulitan yang menunggu, Kakak Si Tu yang akan memimpin kami untuk memecahkan masalah ini, kalau Kakak tidak tabah dan kuat, kami tidak mempunyai harapan lagi.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi adalah sahabat Si Tu Xiang Cheng, maka dia berani berkata seperti itu, walaupun Si Tu Xiang Cheng merasa sangat sedih, tapi karena pengalamannya berkelana selama ini di dunia persilatan segera membuatnya tampak tenang dan raut wajahnya sekarang tampak tegas, semua ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Setelah mendengar nasihat dari sahabatnya sendiri, dengan cepat dia menghilangkan kesedihan itu, dia berdiri dan memberi hormat kepada Gu Zhuo Piao, "Kakak member! uluran tangan untuk membantu kami dengan meimnjamkan plakat bambu yang telah langka kepada kami, bukan hanya aku saja yang berhutang budi kepada Kakak tapi kami semua orang persilatan berhutang budi kepada Kakak, karena itu aku mewakili mereka mengucapkan terima kasih kepada Kakak.”
Dengan cepat Gu Zhuo Piao menolak, dia merasa sungkan dan diapun mengeluarkan plakat bambu itu, karena benda itu sudah berusia ratusan tahun warnanya pun sudah berubah menjadi hitam, lalu dia berkata, "Kata-kata Kakak tadi membuatku malu, Kakak ambillah plakat perintah ini, tapi kalau ada hal lain yang bisa kubantu, aku pasti akan berusaha membantu, aku berharap Kakak jangan terlalu larut dalam kesedihan.”
Dengan sikap hormat Si Tu Xiang Cheng menerima plakat itu, tampak dipermukaan plakat ada gambar seorang pelajar berbaju panjang dan di belakang bajunya terselip sebuah pedang. Ternyata plakat itu benar-benar plakat yang dulu sangat terkenal yang bernama plakat Xiao Xiang Jian Ke.
Dengan hormat dia berkata, "Aku tidak bisa mengucapkan kata-kata lain selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya."
Dia membalikkan badan dan bicara kepada Long Shi Jian, Lin Pei Qi, "Sekarang keadaan sudah menjadi seperti ini, kita harus bergerak dengan cepat, Kakak Lin, kau segera pergi ke Jiang Su Hu Qiu untuk bertemu dengan turunan Xiao Xiang Jian Ke, Fei Hua Shen (Dewa bunga terbang), mohon dia memandang masalah ini sebagai masalah dunia persilatan, dan mohon kepadanya supaya keluar untuk membantu kita, supaya musibah ini bisa teratasi.”
Si Tu Xiang Cheng berpesan lagi, "Bila bertemu dengan teman-teman dunia persilatan lainnya, beritahukan kepada mereka mengenai hal ini dan undanglah mereka untuk datang ke ibu kota lalu kita sama-sama mencari jalan keluarnya. Kalau Can Jin Du Zhang sudah muncul, musibah pasti akan datang menerpa kita. Bila hanya mengandalkan murid-murid Xiao Xiang belum tentu kita bisa membasmi orang itu, karena hal ini menyangkut erat dengan dunia persilatan, maka masalah ini bukan menjadi masalah kantor Biao Zhen Yuan lagi. Kakak Lin, kau harus berhati-hati.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, "Hal ini sangat mendesak aku akan berangkat sekarang." Lalu diapun berpamitan kepada semua pendekar yang ada di sana kemudian dia berkata kepada Gu Zhuo Piao, "Kalau Kakak Gu tidak ada keperluan lain, tinggallah untuk
sementara dulu di ibukota, setelah aku pulang, kita bisa mengobrol lebih akrab lagi." Setelah bicara seperti itu diapun segera berlalu dari sana.
Si Tu Xiang Cheng memberikan perintah kepada dua bersaudara Bao Ding, "Apakah kalian bisa mengundang paman kalian datang ke sini? Dulu dalam rapat Hua Shan, paman kalian dan ayahku adalah pemimpinnya, kalau mereka bisa datang ke sini keadaan mungkin akan sedikit lebih baik, tapi kudengar sudah lama paman kalian tidak mengurusi hal-hal dunia persilatan apakah dia....”
Dengan cepat Sun Can berkata, "Walaupun pamanku sudah lama pensiun, tapi kalau hal seperti ini sudah terjadi, beliau pasti tidak akan berpangku tangan.”
"Kalau begitu ini lebih bagus. Kalau ada Tian Ling Xing datang memimpin kita, aku akan merasa lebih tenang lagi.”
Begitu Gu Zhuo Piao mendengar nama Tian Ling Xing, matanya tampak bercahaya, dia melihat ke arah Bao Ding Shuang Jie, Sun Can merasa sorot mata pemuda itu tajam seperti pisau, diam-diam Sun Can berpikir, "Orang itu dari luar tampak lemah, mengapa matanya bisa bersorot tajam seperti itu? Sepertinya dia bukan orang biasa-biasa saja, dia pasti menyimpan banyak rahasia. Tapi dia berniat membantu kami, apa yang dia rahasiakan dari kami?"
Si Tu Xang Ceng meletakkan jenasah Guo Zhu dengan baik, kemudian membereskan bajunya, air matanya menetes lagi.
Ekspresi wajah Gu Zhuo Piao tampak aneh lagi, dia berpikir, "Orang lain yang membunuh temanmu dan kau tampak begitu sedih, tapi kalau kau membunuh orang, apa yang sedang kau pikirkan saat itu?”
Setelah mendengar perintah Si Tu Xiang Cheng semua yang ada di sana segera bubar, Si Tu Xiang Cheng merasa hatinya sangat kacau, tapi dia masih tetap, merasa berterima kasih kepada Gu Zhuo Piao, dan mengundangnya datang ke kantor Biao Zhen Yuan.
Malam semakin larut, Jin Gang Shou, Si Tu Xiang Cheng tetap menemani jenasah Guo Zhu, dia ingat semua kenangannya bersama Guo Zhu, tidak terasa diapun menghembuskan nafas.
Seperti yang dipikirkan oleh Gu Zhuo Piao tadi, sewaktu membunuh orang apa yang dia pikirkan? Dendam dan budi saling berkaitan, semua ada di ujung golok, siapa yang salah dan siapa yang benar, apakah ada seseorang yang bisa menentukannya?
Sun Can berbaring di tempat tidurnya, apa yang dilihatnya malam itu, masih terus dipikirkannya sampai sekarang.
Malam terasa sepi seperti air, satu jam lagi matahari akan terbit, dia mendengar Sun Qi mendengkur dalam tidurnya, tapi dia masih tetap merasa gelisah dan tidak bisa tidur.
Pamannya yang bernama Tian Ling Xing, Sun Qing Yu dulu adalah seorang yang lincah, pintar, dan pembawaannya tenang. Dia terkenal di dunia persilatan. Sejak kecil dia selalu mengikuti pamannya, dia seorang yang lincah dan pikirannya jauh, dia seperti pamannya. Tapi ada satu kekurangannya, dia bersifat licik, tidak sejujur adiknya Sun Qi.
Sekarang dia bolak balik dengan gelisah di tempat tidurnya sambil berpikir bahwa dunia persilatan akan dilanda musibah, ini adalah kesempatan untuk membuatnya terkenal, dia menunggu datangnya musibah itu.
Jendela tertutup dengan rapat, salju turun dengan lebatnya dan angin berhembus dengan kencang, semua terdengar dari luar jendela, tapi salju dan angin tidak bisa masuk ke dalam kamarnya. Dia berpikir, "Walaupun dunia persilatan akan mengalami musibah besar, tapi kalau kita hanya menjaga diri kita sendiri, tidak banyak tanya dan tidak ikut campur, tentunya musibah ini tidak akan ada hubungannya denganku? Seperti saat ini walaupun turun salju dan angin berhembus dengan kencang tapi aku tetap bisa tidur dengan enak di balik selimut?" Memikirkan hal itu diapun tertawa, tidak lama kemudian jendelapun terbuka tanpa suara, ternyata angin dan salju berhembus masuk ke dalam kamar. Dia menyalahkan dirinya karena tidak menu tup jendela dengan rapat. Tampak bayangan seseorang
berbaju kuning gerakannya lebih cepat daripada hembusan salju yang masuk, dia telah berdiri di depannya.
Kecepatan orang itu benar-benar membuatnya tidak bisa membayangkan, Sun Can merasa terkejut dan bertanya, "Siapa kau?”
Orang itu tidak menjawab, tapi Sun Can sudah tahu siapa yang datang, walaupun sebenarnya dia tidak percaya dengan penglihatannya, bahwa yang datang adalah Can Jin Du Zhang, karena orang berbaju kuning itu tidak memiliki lengan, wajahnya tampak datar. Kalau kedua matanya tidak ada cahaya kehidupan maka kau akan merasa terkejut karena orang itu tidak seperti orang hidup, sekarang Sun Gan bisa membuktikan perasaannya.
Orang itu menatap Sun Can yang tampak ketakutan dan terkejut, dengan tertawa dingin dia terus menatap Sun Can, wajahnya datar seperti orang mati. Tapi karena tertawa wajahnya tampak berubah, hal ini malah membuat Sun Can merasa lebih takut dan ketakutannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Sudah lama Sun Can berkelana di dunia persilatan, dia telah melewati banyak hal yang mengancam nyawanya, tapi perasaan takut seperti sekarang ini baru pertama kali dia rasakan. Tapi dia tidak lupa untuk memasang kuda-kuda mempertahankan keselamatan dirinya.
Segera dia meloncat dari tempat tidur, kaki kiri menendang perut orang itu, sedangkan kaki kanannya menendang ke tempat lain, ini adalah jurus Lian Huan Shuang Fei Jiao (Sepasang kaki terbang tidak berhenti). Sun Can mengira walaupun jurus ini tidak akan melumpuhkan orang itu tapi setidaknya bisa membuat orang itu terluka, tapi mungkin membuatnya mundur beberapa langkah, sehingga Sun Can bisa mengambil kesempatan untuk melarikan diri.
Tapi orang itu malah tertawa dingin, dengan mudah dia menghindari jurus itu, tangan orang itu dilayangkan dengan miring, walaupun tangan itu dilancarkan dengan tidak cepat tapi Sun Can tetap tidak bisa menghindar, terpaksa dia menarik kakinya kembali, tapi telapak tangan itu sudah mendekat, dan dengan ringan menekan di antara perut dan dada.
Dia merasa salah satu anggota badannya terlepas dan dia tidak merasakan apa-apa lagi.
Pada saat melihat tubuh Sun Can yang sudah tidak bernyawa lagi, dia tampak seperti menyesal, tubuhnya bergerak dan dia langsung menghilang. Di luar jendela, tampak salju yang masih turun dan angin berhembus dengan kencang.
Sun Can adalah orang kedua terkenal yang mati di tangan Can Jin Du Zhang.
Hal ini menambah kebencian dan ketakutan para pendekar kepada Can Jin Du Zhang, dan juga mempercepat kedatangan Tian Ling Xing, Sun Qing Yu.
Hanya dalam beberapa hari, banyak pendekar yang berkumpul di kota Bei Jing, orang terkenal yang sudah berkumpul kurang lebih ada 20 orang. Dan diantara mereka yang paling terkenal adalah Tian Ling Xing (Pintu bintang langit), Sun Qing Yu, Ba Bu Gan Chan (Delapan langkah mengusir tenggoret), Zheng Gai, dan Jin Dao Wu Di (Golok emas tidak ada lawannya), Huang Gong Zhao, serta orang-orang berilmu silat tinggi lainnya. Sedangkan pesilat yang lebih junior ada Ru Yun Shen Long Ni Pang Biao.
Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng berusaha melayani para tamunya dengan baik. Tapi sampai sekarang, Long Shi Jian, Lin Pei Qi masih belum memberikan kabar, hal ini membuat Si Tu Xiang Cheng merasa khawatir. Hingga suatu hari datang orang-orang persilatan dari daerah selatan dan memberitahu kepadanya bahwa dunia persilatan Jiang Nan, Jiang Su Hu Qiu dari Wisma Xiao Xiang, ada orang terkuat yang berasal dari generasi keempat yang bernama Xiao Ling. Ternyata dia sudah berangkat ke utara kabar ini membuat Si Tu Xiang Cheng menjadi tenang.
Selama puluhan tahun Xiao Xiang Men belum pernah mau ikut campur dengan urusan dendam atau budi yang terjadi di dunia persilatan, tapi kali ini merupakan pengecualian. Si Tu Xiang Cheng sedang menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan plakat bambu itu.
Setelah mendengar cerita itu, Gu Zhuo Piao menjadi orang yang sangat ingin ditemui oleh para pendekar yang sedang berkumpul di sana. Tapi setelah bertemu terakhir kalinya di rumah makan itu, sampai sekarang batang hidung Gu Zhuo Piao tidak tampak, ternyata dia menghilang begitu saja, tidak ada kabar berita sama sekali darinya. Si Tu Xiang Cheng merasa aneh, siapakah Gu Zhuo Piao sebenarnya? Kemana perginya dia? Apakah dia akan muncul kembali? Pertanyaan-pertanyaan ini kecuali Gu Zhuo Piao sendiri, tidak ada seorangpun yang bisa menjawabnya.
Suatu sore, angin dan salju baru berhenti, Jin Dao Wu Di, Huang Gong Zhao mengajak Tie Zhi Jin, Wan Wei Shou Ru dan Ba Bu Gan Chan, Zheng Gai pergi ke kota bagian utara untuk makan bebek panggang, dengan sempoyongan mereka berjalan karena mabuk, mereka tidak menunggang kuda juga tidak naik kereta, mereka berjalan kaki di udara dingin seperti itu.
Walaupun mereka sudah berumur, tapi setelah minum arak, dan arak masuk ke dalam perut mereka, mereka teringat kembali pada masa muda dahulu pada saat mereka mereka menguasai dunia persilatan, dan juga kekuatan yang mereka miliki untuk berlari menyebrangi sungai atau berlari di darat. Merekapun mengobrolkan hal-hal yang terjadi tentang budi dan dendam. Dan tidak lupa mengenai perempuan.
Walaupun salju sudah berhenti dan angin berhenti berhembus tapi jalanan begitu gelap dan jarang dilewati orang, di kejauhan tampak seorang penunggang kuda yang berjalan menembus salju yang bertumpuk, berjalan ke arah mereka. Kuda itu semakin mendekat, ternyata penunggang kuda itu seorang gadis yang mengenakan jubah berwarna merah. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, seperti sedang mencari alamat seseorang.
Walaupun tidak bisa melihat dengan jelas karena hari gelap, tapi sepertinya wajah gadis itu cantik, sewaktu Jin Dao Wu Di masih muda dulu dia adalah seorang playboy. Sekarang melihat ada gadis cantik di hadapannya, segera dia tertawa dan berkata, "Kalau saja
aku lebih muda 10 tahun, aku pasti akan merayunya, aku yakin aku bisa mendapatkannya.”
Gadis itu melihat ada seseorang yang bicara, alisnya terangkat, dan dia melihat ada 3 orang laki-laki. yang usianya sekitar 50 tahun, dia pikir yang mereka bicarakan bukan tentang dirinya, maka diapun bersikap masa bodoh.
Tapi Ba Bu Gan Chan Zheng Gai terus melihat gadis itu, diapun tertawa dan berkata, "Kakak-kakak yang sudah tua, walaupun umur kita sudah tua tapi kita masih tampan dan ganteng serta mempunyai tenaga yang tidak kalah dengan anak muda, lihat gadis itu sedang melihat ke arah kita.”
Jin Dao Wu Di ikut tertawa, biasanya Tie Zhi Jin Wan Wei Shou Ru adalah orang yang sangat tenang dan bisa mengontrol diri, tapi karena tadi terlalu banyak minum, diapun bicara dengan sembarangan, "Jahe tua tetap jahe paling pedas, kalau seorang gadis tahu tentang barang bagus, tentunya dia harus mencari kita.”
Gadis itu mendengar, dia berusaha menahan diri, akhirnya dia sadar yang mereka bicarakan adalah tentang dirinya, segera dia berhenti dan bertanya, "Hei! Siapa yang kalian maksud itu?”
Jin Dao Wu Di masih tidak tahu diri dan berkata, "Nona, kami sedang membicarakan tentang dirimu!”
Gadis itu biasanya hidup dengan tenang diapun berasal dari keluarga kaya, belum pernah dia mendengar kata-kata penghinaan seperti itu, karena itu dia segera melayangkan pecutnya ke kepala Huang Gong Zhao.
Huang Gong Zhao menghindar dan berkata, "Nona cantik tidak boleh sembarangan memecut orang.”
Ternyata pecut itu berbelok. Ujung pecut mengikuti arahnya menghindar. Pecut ini benar-benar memukul kepala Huang Gong Zhao.
Sekarang Huang Gong Zhao mulai marah dan berteriak, "Gadis galak, kau benar-benar memukulku.”
Gadis itu memecut lagi dan berkata, "Kau memang harus dipukul.”
Jin Dao Wu Di bukan pesilat biasa. Dia tidak akan membiarkan pecut itu terus memukul ke arah kepalanya lagi. Dia mendekat dan menarik pecutnya lalu berkata, "Hari ini tuan besar harus mengajar gadis galak ini.”
Pecut itu kembali dilayangkan. Memecut Huang Gong Zhao. Di dalam kegelapan tampak dia dengan tepat melayangkan pecut dan mengenai nadi.
Sekarang Huang Gong Zhao baru sadar kalau dia telah bertemu dengan seorang pesilat tangguh dunia persilatan.
Ba Bu Gan Chan Zheng Gai merasa kaget dan berkata, "Gadis ini bisa menotok nadi dari jarak jauh.”
Huang Gong Zhao memiringkan badannya dan berusaha menghindari pecut ini. Dia berteriak, "Siapa kau, apakah kau tidak mengenalku, Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao?”
Dia ingin dengan nama besarnya membuat gadis itu terkejut. Ternyata gadis ini sama sekali tidak mau tahu, dia membalikkan tangannya dan memecut lagi. Gadis itu membentak, "Apakah kau pantas menanyakan identitasku?”
Tidak disangka gadis itu malah menjawab seperti itu, hal ini membuat Huang Gong Zhao lebih marah lagi. Setelah berhasil menghihdari pecut itu, dia segera menyerang lagi dengan telapak tangannya. Tangannya memukul pantat kuda.
Ilmu silat Jin Dao Wu Di sangat tinggi, daya pukul telapak tangannya berbobot 200-300 kilogram. Kuda tidak akan bisa menahan kekuatan itu, kuda meringkik dan kaki depannya terangkat tinggi.
Gadis itu berteriak, "Kau cari mati!” Sambil bicara, dia turun dari kudanya. Pecut yang dipegangnya tampak dilambaikan sebagai pengganti pedang. Hanya dalam waktu singkat bayangan pecut memenuhi tempat itu.
Pecut telah menotok 3 nadi Huang Gong Zhao.
Huang Gong Zhao tidak menyangka kalau gadis itu bisa mengeluarkan jurus silat begitu hebat. Dia berteriak dan melengkungkankan badannya. Walaupun dia bisa menghindari jurus itu tapi cara menghindarnya sangat memalukan.
Gadis ini seperti bayangan yang terus menempel. Bayangan pecut datang lagi, Huang Gong Zhao hampir tidak bisa bertahan.
Ba Bu Gan Chan, Zheng Gai dan Tie Zhi Jin Wan Wei Shou Ru melihat Huang Gong Zhao selama ini dianggap pahlawan terkenal tapi kalah di tangan seorang gadis. Karena sedang mabuk dan juga sama-sama menyimpan dendam, mereka bertiga mengeroyok gadis itu.
Gadis itu tertawa dingin dan berkata, "Tidak disangka, orang-orang di dunia persilatan Huang He dan Zhang Jiang adalah orang tidak tahu malu." Pecut itu sebentar dijadikan pecut sebentar dijadikan pedang. Walaupun mereka menyerang secara bertiga tetapi tetap tidak bisa mengalahkan gadis itu. Tiba-tiba dari ujung jalan tampak ada orang yang menunggang kuda sambil menyanyi. Suaranya terdengar begitu merdu.
Begitu suara berhenti, kuda orang itu pun sudah berada di depan mereka.
Walaupun gadis itu berilmu silat tinggi tapi tenaganya sedikit kurang. Apalagi dia bertarung dengan 3 pesilat tangguh. Tenaganya mulai terkuras tapi pecut yang dipegangnya bergerak lebih ganas lagi.
Orang yang di atas kuda itu terkejut. Dia menghentikan kudanya. Orang itu tidak lain adalah Gu Zhuo Piao yang sudah lama tidak tampak.
Gu Zhuo Piao duduk di atas sebuah batu besar. Dengan teliti dia memperhatikan semua jurus gadis itu. Tiba-tiba dia berteriak, "Berhenti! Jangan bertarung lagi. Kalian semua berada di satu kubu.”
Tapi mereka berempat masih bertarung dengan serunya. Gu Zhuo Piao segera berkata "Aku adalah Gu Zhuo Piao, Pendekar Wei harap berhenti. Nona ini adalah temanku.”
Tie Zhi Jin Wan mendengar suara Gu Zhuo Piao. Dia segera berhenti dan keluar dari arena pertarungan. Karena sudah terkuras banyak tenaga, akhirnya dia mulai sadar dari mabuknya. Begitu teringat kalau 3 pesilat tangguh terkenal mengeroyok seorang gadis yang tidak dikenal, kelak jika hal ini tersebar di dunia persilatan malah akan menjadi bahan tawaan orang-orang. Apalagi gadis itu berilmu tinggi.
Jurus-jurus anehnya, semua akan membuat masa depannya cerah. Dia merasa menyesal.
Kedatangan Gu Zhuo Piao bisa dijadikan alasan. Dia memberi hormat kepada Gu Zhuo Piao dan berkata, "Sudah lama aku tidak bertemu dengan Kakak Gu. Gadis ini adalah teman Kakak Gu, seharusnya kami menghormatinya." Dia membalikkan badan dan berkata, "Kakak Huang, Kakak Zheng, berhenti! Aku akan memperkenalkan seorang teman baik kepada kalian.”
Segera Huang Gong Zhao dan Zheng Gai berhenti. Gadis itu merasa tenaganya tidak akan cukup, diapun berhenti untuk beristirahat. Tapi matanya tetap melotot dengan besar seperti tidak ingin mengnentikan pertarungan seru ini.
Gadis itu merasa aneh. Dia sama sekali tidak mengenal pemuda yang sedang berada di atas kuda. Tapi mengapa sejak tadi dia terus mengatakan kalau dia adalah temannya. Walaupun ilmu silatnya tinggi tapi dia baru saja berkelana di dunia persilatan, beberapa hari yang lalu ada seorang teman yang berpengalaman yang selalu mengikutinya. Karena ada keperluan lain maka diapun kembali ke Jiang Nan, karena itu gadis itu baru pertama kalinya merasakan kalau dunia persilatan benar-benar besar dan aneh. Banyak hal yang tidak bisa dimengerti juga tidak bisa ditangani.
Pertama kalinya dia bertarung, dia mengira dengan mengandalkan ilmu silatnya, dia pasti bisa menang, tidak disangka pertarungan ini hampir saja membuatnya kalah. Dia merasa sangat sedih. Dia tidak tahu kalau lawannya yang berjumlah 3 orang itu adalah pesilat unggulan di dunia persilatan. Jika dia bisa mengalahkan satu orang saja, itu sudah cukup untuk membuat namanya terkenal. Sekarang
dia bertarung dengan tiga orang sekaligus, jika bukan karena usianya masih muda dan belum berpengalaman, mungkin mereka akan kalah.
Mereka lebih sedih lagi. Semakin dipikir perasaannya semakin tidak enak, sehingga dia terpaku di sana.
Tie Zhi Wei Shou Ru sudah memperkenalkan Zheng Gai dan Huang Gong Zhao kepada Gu Zhuo Piao. Karena sudah bertarung, maka rasa mabuk mereka sudah berkurang banyak. Wajah mereka tampak sedikit malu. Gu Zhuo Piao sangat pintar, dia bisa menebak identitas gadis itu. Dalam hati dia tertawa, "Kalian benar-benar dengan tangan kiri sendiri menampar wajah kalian, begitu kalian tahu siapa gadis ini, mungkin kalian akan meloncat masuk ke sungai karena malu.”
Tapi dia berdiam diri. Wei Shou Ru mengira dia benar-benar teman gadis itu. Mereka lalu menanyakan dari mana perguruan gadis itu, tapi dengan cara sederhana dia menutupinya. Mereka bertiga mengundang Gu Zhuo Piao datang ke kantor Biao tapi ditolaknya juga, kemudian dengan kecewa akhirnya mereka pergi.
0-0-0
BAB 2
Gadis Pemalu
Gu Zhuo Piao turun dari kudanya. Dia melihat gadis itu masih bengong, matanya tampak melotot, entah apa yang sedang dipikirkannya, segera dia tersenyum. Wajahnya mengeluarkan cahaya yang aneh. Pelan-pelan dia mendekati gadis itu. Pada saat bertarung tadi jubahnya terjatuh, baju merahnya yang terjatuh dipenuhi dengan salju berwarna putih, benar-benar menjadi warna yang sangat indah dan kontras.
Dia memungut jubah itu, membersihkan salju yang menempel di jubah itu dan berkata, "Nona harap jangan marah.”
Gadis itu memang merasa marah karena kata-kata penghinaan yang mereka ucapkan tadi dan kemarahannya belum terlampiaskan. Begitu melihat mereka bertiga pergi begitu saja, dia melampiaskan
kemarahan pada Gu Zhuo Piao. Tiba-tiba pecutnya diayunkan ke arah Gu Zhuo Piao.
Tampaknya Gu Zhuo Piao memang tidak bisa ilmu silat. Begitu melihat pecut datahg menyerangnya, dia berusaha menghindar. Karena terpeleset, pecut kuda ini belum mengenainya, dia sudah terjatuh tersungkur dan berteriak, "Nona, harap jangan bertindak kasar! Aku menangkap ayam saja tidak bisa, mana kuat aku menghadapi pecut Nona?”
Gadis itu melihat Gu Zhuo Piao yang jatuh tersungkur di bawah, dia mulai merasa tidak enak. Diam-diam dia berpikir, "Aku tidak kenal dan tidak ada permusuhan dengannya, diapun tidak pernah bersalah kepadaku malah tadi dia tadi membantuku supaya keluar dari kepungan 3 orang itu. Jika sekarang aku memecut dan berbuat kasar kepadanya. He he! Mengapa selama dua hari ini aku menjadi seorang yang pemarah?”
Dia melihat Gu Zhuo Piao yang masih di bawah. Selama beberapa hari di kota Bei Jing terus turun salju. Salju menjadi sangat tebal. Kadang-kadang malah ada tempat yang berubah menjadi es dan tempat itu sangat licin. Gu Zhuo Piao bersiap bangun. Dia sudah berusaha 2 kali untuk bangun tetapi selalu terjatuh kembali. Gadis itu merasa malu. Dia berpikir, "Sepertinya orang ini benar-benar seorang pelajar yang lemah. Apakah dia terluka karena karena terjatuh tadi?”
Karena itu dia mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Tapi segera dia merasa ini tidak pantas. Akhirnya dia menjulurkan pecut kudanya maksudnya tidak lain adalah membantu Gu Zhuo Piao supaya bisa berdiri.
Dengan senang Gu Zhuo Piao berkata, "Terima kasih, Nona." Dia memegang pecut itu mungkin karena pecut itu licin, gadis itupun tidak bisa berdiri dengan benar. Gu Zhuo Piao yang sedang menarik pecut itu dan berusaha untuk berdiri. Gadis itu terjatuh karena pecut tersebut ditarik oleh Gu Zhuo Piao dengan kuat. Mereka terjatuh bersamaan. Karena Gu Zhuo Piao tidak bisa menahan beban tubuhnya akhirnya dia terjatuh dan menindih gadis itu.
Es dan salju berada dimana-mana, tapi gadis itu merasa panas yang keluar dari tubuh laki-laki itu membuataya dirinya merasa panas. Karena marah dan juga malu, dia mendorong Gu Zhuo Piao dan Gu Zhuo Piao terjatuh kembali ke tempat semula. Dia ingin marah tapi tidak ada alasan yang jelas. Dia mencari kudanya, tapi kudanya sudah tidak ada di sekitar sana. Ternyata kudanya lari sewaktu dia sedang bertarung, terpaksa dia memungut jubahnya dan pergi.
Kali ini Gu Zhuo Piao bangun dengan cepat. Dia menunggang kudanya dan menyusul gadis itu sambil berteriak, "Nona, tunggu dulu!" Hanya dalam waktu singkat dia berhasil mengejar gadis itu dan sambil tertawa dia berkata, "Apakah ini pertama kalinya Nona datang ke kota Bei Jing?”
Gadis itu melihatnya, merasa ingin marah juga ingin tertawa, dia tidak bisa menjawab pertanyaan Gu Zhuo Piao. Gu Zhuo Piao berkata sendiri, "Hari sudah malam, seorang gadis berada sendiri di tempat asing benar-benar tidak aman, lebih baik mencari tempat beristirahat. Tapi jangan mencari penginapan, orang-orang yang ada di sana bukan orang baik-baik....”
Keadaannya selama dua hari ini membuat gadis itu tersiksa. Malam tidak berani tidur lelap. Kata-kata Gu Zhuo Piao benar-benar mengenai pikirannya. Gu Zhuo Piao menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tahu kalau di kota ini ada sebuah tempat bersih juga tenang, selain itu tuan rumahnya adalah seorang yang baik dan jujur. Kalau Nona menginap di sana mungkin akan lebih baik.”
"Dimana tempat itu?”
"Rumahku. Jika Nona tidak merasa keberatan, Nona boleh beristirahat di rumahku selama satu malam.”
Gadis itu memang tidak ingin tinggal di penginapan dan dia melihat Gu Zhuo Piao, "Pemuda ini seperti seorang pelajar bodoh, dia tidak akan berani berbuat macam-macam. Apalagi sekarang sudah malam, tidak ada tempat untuk pergi lagi. Biar aku ikut dia saja.”
Gu Zhuo Piao melihat gadis itu tidak menjawab, lantas bertanya, "Apakah Nona mau ikut denganku?”
Gadis itu mengangguk. Dengan cepat Gu Zhuo Piao turun dari kudanya dan berkata, "Silakan Nona yang naik kuda, aku akan membawa Nona pergi ke tempat itu.”
Gadis itu berpikir, "Pelajar ini benar-benar bodoh. Kalau aku menunggang kudanya, mana mungkin aku bisa mengikutinya?"
Gadis itu melihat kalau Gu Zhuo Piao sangat ganteng. Mulutnya selalu tersenyum. Gadis itu mulai menaruh perhatian padanya dan bertanya, "Apakah rumahmu jauh?”
"Tidak! Tidak! Tepat berada di depan.”
"Kalau begitu kita berjalan bersama-sama saja.”
Karena memakai kata ‘kita', gadis ini merasa hubungannya terlalu dekat. Kata-kata ini langsung membuat wajahnya menjadi merah padam dan dia pun menundukkan kepala. Untung Gu Zhuo Piao tidak melihatnya. Tampaknya karena dia merasa senang dia terus berjalan.
Setelah berputar-putar sebentar mereka berhenti di sebuah rumah besar lalu Gu Zhuo Piao berkata, "Rumahku di sini.”
Wajah gadis ini menjadi merah lagi. Gu Zhuo Piao mengetuk pintu kemudian membawanya masuk ke dalam. Gadis itu melihat rumahnya begitu mewah dan banyak pelayan. Tempat ini seperti rumah pejabat atau rumah orang kaya. Dia merasa sangat aneh, "Siapakah pemuda ini sebenarnya? Kelihatan dia bukan seorang pelajar biasa tapi dia terlihat sangat menarik. Jika dia seorang pelajar mengapa tempat tinggalnya begitu mewah?”
Walaupun dia merasa aneh, tapi tidak banyak lagi yang dia pikirkan. Dengan gesit Gu Zhuo Piao melayani gadis itu. Teh pun disunguhkan, lalu menyalakan penghangat ruangan sehingga membuat ruangan itu menjadi hangat, kemudian pelayan membawakan makanan untuk makan malam. Semua makanan yang disuguhkan adalah makanan yang biasa disukai gadis-gadis.
Selama beberapa hari perjalanan, gadis ini merasa sangat lelah dan kekurangan makanan. Ini pertama kalinya dia bisa mendapatkan kenikmatan, dia merasa benar-benar sangat berterima kasih kepada Gu Zhuo Piao. Dia mulai mau berbincang-bincang dengan Gu Zhuo Piao. Jubah merahnya dibuka, pedang diturunkan dari tubuhnya. Pedang itu lebih pendek dibandingkan dengan pedang biasa. Sarung pedang bukan terbuat dari besi juga bukan terbuat dari baja, tapi warnanya putih seperti terbuat dari giok dengan kualitas terbaik. Gu Zhuo Piao melihat semuanya, lalu dia tertawa lagi.
Malam semakin larut. Ruangan itu terpasang puluhan lampu. Api penghangat masih berkobar dengan besar, membuat orang yang baru datang dari luar dan kedinginan langsung merasa nyaman.
Gadis itu minum arak Zhu Ye Qing yang terkenal. Di bawah sinar lampu, terlihat dia memakai baju ketat berwarna hijau, benar-benar terlihat langsing dan cantik. Apalagi sewaktu dia bicara, matanya terlihat sangat lincah, membuat Gu Zhuo Piao terpesona.
Gadis itu melihat Gu Zhuo Piao yang terus memandangnya. Wajahnya menjadi merah dan diapun berkata, "Aku mulai mengantuk, aku ingin segera tidur.”
Gadis itu mengambil jubah merahnya, bungkusan kain berisi baju dengan ukuran kecil, serta pedangnya. Dia sangat menyayangi pedangnya. Dengan hati-hati dia memegang pedangnya dan mengikuti Gu Zhuo Piao melewati ruang tamu, teras, dan sampailah mereka di sebuah kamar. Begitu pintu dibuka, terlihat kamar itu dihias dengan sangat indah dan seperti kamar seorang gadis. Dan sepertinya memang khusus disiapkan untuknya. Begitu sampai di depan pintu, Gu Zhuo Piao berhenti melangkah dan berkata, "Selamat tidur!”
Gadis itu tertawa dan diapun menutup pintunya. Dalam hati dia berkata, "Orang ini benar-benar orang baik dan sopan, bahkan dia tidak berani masuk ke dalam." Dia berpikir lagi, Siapa namanya pun aku belum tahu, diapun tidak tahu namaku. Orang itu benar-benar sangat aneh.”
Dia terus berpikir. Dia teringat pada kejadian tadi. Pada saat mereka berdua terjatuh di atas salju. Wajahnya menjadi merah lagi.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, dia segera bertanya, "Siapa?”
Terdengar suara Gu Zhuo Piao dari luar, "Ini aku, masih ada yang ingin kubicarakan denganmu."
"Masuklah!"
Pintu dibuka. Dengan wajah berseri-seri Gu Zhuo Piao masuk. Gadis itu sedang menyandar ke tempat tidurnya. Gu Zhuo Piao mendekat dan berkata, "Ada yang ingin kutanyakan, tapi aku takut mengganggumu, tapi tetap harus kutanyakan."
Dia berjalan mendekati ranjang, tidak sengaja dia menginjak kaki gadis itu. dia terus meminta maaf.
Gu Zhuo Piao dan tepat menginjak di nadi Yong Quan. Bila nadi tersebut tertekan maka tubuh akan terasa lemas dan seperti kehilangan seluruh tenaga. Bicarapun tidak bisa. Dia merasa cemas. Tapi sepertinya Gu Zhuo Piao tidak tahu mengenai hal itu. Dia berkata, "Begitu aku melihatmu, aku langsung menyukaimu. Aku ingin mengenalmu lebih dekat.”
Dia tampak ragu. Kemudian dia berkata lagi, "Kalau kau tidak mau aku bicara terus, aku akan berhenti.”
Gadis itu tidak bisa bergerak dan tidak bisa bicara. Mendengar kata-kata Gu Zhuo Piao, dia merasa malu dan juga cemas sekaligus senang. Karena belum pernah dia mendengar ada yang bicara seperti kepadanya, juga tidak ada yang berani berkata dengan bahasa seperti itu kepadanya. Pemuda ini begitu terus terang, benar-benar membuatnya merasa malu. Tapi diam-diam dia juga menyukai orang ini.
Wajah gadis itu cantik seperti bunga. Gu Zhuo Piao semakin menyukainya. Dia berkata, "Kalau aku boleh menciummu, apa yang kau perintahkan pasti akan kulakukan. Tapi bila kau menolaknya, tolong katakan kepadaku, maka aku akan segera pergi dari kamar ini.”
Gadis itu merasa malu, cemas, dan wajahnya lebih menjadi merah lagi. Hatinya berdebar-debar. Dia berpikir, "Kalau dia benar-benar ingin menciumku, aku harus bagaimana? Kenapa semuanya bisa begitu bertepatan, dia tak sengaja menginjak nadi di kakiku. Apakah dia pura-pura tidak bisa ilmu silat, kemudian datang untuk menghinaku? Sekarang aku harus bagaimana....”
Gu Zhuo Piao mendekatinya kemudian pelan-pelan mulai menciumnya. Gadis itu tidak bisa menghindar. Tapi juga tidak ingin menghindar. Diam-diam dia memejamkan matanya. Dia merasa ada bibir panas yang mendarat di pipinya kemudian beralih ke bibirnya.
Apa yang dirasakan gadis itu sekarang, walaupun dengan seribu atau sepuluh ribu bahasa tidak akan bisa melukiskan perasaannya. Dia hanya merasakan badannya seperti meleleh kemudian naik ke puncak. Apakah ini yang disebut sayang, benci, malu, atau marah, dia tidak bisa membedakannya lagi. Dia hanya merasa kalau perasaan yang dialaminya sekarang seumur hidup tidak akan bisa dilupakan.
Gu Zhuo Piao menciumnya. Melihat wajahnya yang malu-malu, hatinya seperti ada gelombang. Tangannya pelan-pelan meraba-raba tubuh gadis itu. Tapi dia terus berpikir, "Aku benar-benar tidak mengerti akan diriku sendiri. Selama ini aku berharap kalau aku dihormati dan cepat mendapatkan cinta. Tapi begitu orang mulai menghormatku, aku menginginkan mereka merasa benci dan takut kepadaku. Kegundahan hatiku siapa yang bisa membantuku untuk menjelaskannya?”
Dia membiarkan wajahnya berhenti di depan wajah gadis itu, kemudian dia melipat lututnya dengan kuat menindih lutut gadis itu.
Gadis itu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Gu Zhuo Piao. Dia hanya merasa ada kehangatan. Di antara kehangatan itu dia merasa sedikit malu. Begitu lututnya secara kebetulan menyenggol totokannya, nadinyapun terbuka, tenaga yang hilang tadi dengan cepat kembali ke dalam tubuhnya.
Dengan tenaga itu, dia mendorong badan Gu Zhuo Piao yang mendekatinya.
Gu Zhuo Piao dengan kaget melihatnya. Dia seperti tidak sadar dengan apa yang telah terjadi. Hanya dalam waktu singkat gadis ini terlihat bingung.
"Aku tidak boleh menyalahkan dia. Ya sudahlah!”
Wajahnya lebih merah lagi. Gadis itu menyimpan banyak perasaan kepada Gu Zhuo Piao.
Dia adalah seorang gadis angkuh dan harga dirinya sangat tinggi. Ini pertama kali hatinya diketuk oleh seseorang, perasaan senang dan sayang, benci dan marah, bercampur menjadi satu.
Banyak pikiran lewat di dalam benaknya. Beratus kata berputar-putar di ujung lidahnya, akhirnya dia hanya berkata, "Duduklah!”
Mata Gu Zhuo Piao tampak berkilau. Kali ini kilauan mata adalah kilauan gembira. Dia melihat gadis itu kemudian duduk di sisinya. Gadis itu menarik nafas dan bertanya, "Margamu apa?”
Dengan sangat berhati-hati Gu Zhuo Piao mengelus tangan lembut itu dan menjawab, "Namaku adalah Gu Zhuo Piao.”
Tangan gadis itu dielus-elus, tapi dia tetap tidak menepisnya. Dia hanya berkata dengan lembut, "Kenapa kau tidak bertanya kepadaku siapa namaku?”
Gadis itu menundukkan kepalanya. Dia begitu cantik juga malu-malu.
Gu Zhuo Piao tertawa, "Aku tidak bertanya karena aku sudah tahu kalau margamu adalah Xiao. Dan namamu adalah Xiao ling. Apakah benar?”
Dia kaget dan bertanya, "Bagaimana kau bisa tahu?”
"Walaupun aku bodoh, tapi setelah melihat ilmu silat dan pedang kesayanganmu, siapa yang tidak tahu kalau kau adalah Yu Jian Xiao Ling!”
Gadis itu merasa lebih kaget lagi. Dia berusaha melepaskan pegangan tangan Gu Zhuo piao dan bertanya, "Kau bisa ilmu silat?”
Gu Zhuo Piao tertawa, "Coba kau tebak apakah aku bisa?”
Tiba-tiba Xiao Ling berdiri, dia merasa malu dan juga marah. Semua itu mengalahkan perasaan senang dan sayang. Jari tangan kanannya bergerak seperti pedang dengan cepat menotok ke arah tenggorokan Gu Zhuo Piao.
Nadi ini adalah nadi yang mematikan. Jika orang yang mempunyai ilmu silat, pasti akan langsung menghindar. Tapi Gu Zhuo Piao tidak menghindar, matanya mengeluarkan cahaya aneh, dia seperti tidak tahu apa-apa, sepertinya mati di ujung jari tangan itupun dia rela, sepertinya dia tahu kalau jari itu tidak akan menotoknya.
Jari dikeluarkan seperti angin dan sudah berada di tenggorokannya, tiba-tiba jarinya terasa lemas dan bergeser. Gu Zhuo Piao sekali lagi menangkap tangannya. Mata gadis menjadi merah dan berkata, "Jangan membohongiku!”
Seorang pesilat pedang yang selalu mengayunkan pedang dan selalu disorot oleh orang-orang dunia persilatan, karena kekuatan cinta dan mengalami perasaan bergelombang seperti air, sekarang dia terlihat lemah dan menurut. Dia menurut pada saat dipeluk oleh Gu Zhuo Piao. Hati seorang gadis selalu seperti itu. Begitu dia merasakan cinta, keangkuhan dan rasa gengsinya dengan cepat menghilang.
Di dalam perasaan cinta dan dicintai mempengaruhi Gu Zhuo Piao. Tapi jika kau adalah seorang yang pintar, dari sorot matanya yang terlihat gembira dan bahagia, kau akan menemukan cahaya lain. Dia seperti menyimpan suatu rahasia sekalipun di depan orang yang dia cintai.
Xiao Ling menyandar ke pundak Gu Zhuo Piao. Melihat api besar yang berkobar di penghangat ruangan, dia hampir lupa pada tujuannya datang ke utara.
Kata-kata yang mereka ucapkan sepertinya tidak ada habis-habisnya. Kadang-kadang hanya terucap kata-kata biasa tapi pada saat didengar oleh mereka terasa seperti musik yang mengeluarkan bunyi merdu. Xiao Ling menceritakan tentang kehidupannya. Gu
Zhuo Piao dengan diam mendengarkan, walaupun dia sudah tahu semuanya.
Keadaan awal musim semi dan akhir musim dingin. Bunga musim semi, air yang mengalir di bawah jembatan kecilpun diceritakan oleh Xiao Ling. Seperti menjadi sebuah lukisan yang bagus. Dia menceritakan tentang keluarganya. Ayahnya yang bernama Fei Ying Shen Jian. Dia menjadi pahlawan yang sering diceritakan di dalam legenda.
Dia memperlihatkan pedang giok kepada Gu Zhuo Piao. Dengan sombong sekaligus senang dia berkata kepada Gu Zhuo Piao, "Ini adalah pedang sakti milik keluarga kami.”
Dia mencabut pedang itu. Pedang itu berwarna putih bersih. Sambil tertawa dia berkata, "Kau lihat, semua terbuat dari giok. Hanya ada satu di dunia.”
Gu Zhuo Piao menerima pedang itu dengan teliti melihatnya. Garanya melihat pedang bukan seperti cara seorang pelajar melihat pedang.
Kemudian dia menunjuk pedang cacat sebesar uang logam dan bertanya, "Mengapa pedang ini bisa cacat?”
Xiao Ling berpikir sebentar kemudian menjawab, "Cacat ini dikarenakan sebuah rahasia besar. Rahasia ini kecuali keluargaku, tidak ada yang tahu tapi aku akan memberitahukannya kepadamu.”
Gu Zhuo Piao melihatnya dan tertawa. Wajah gadis itu menjadi merah dan berkata, "Kau jahat!”
Dengan bahagia Gu Zhuo Piao tertawa, "Baiklah! Baiklah! Aku tidak akan tertawa lagi. Tolong beritahu kepadaku.”
Xiao Ling merapikan rambutnya dan berkata, "Di dunia persilatan ini ada seorang yang sangat lihai. Namanya adalah Can Jin Du Zhang. Apakah kau pernah mendengarnya?”
Gu Zhuo Piao mengangguk.
Xiao Ling melanjutkan, "70 tahun yang lalu, buyutku yang bernama Xiao Xiang Jian Ke sangat terkenal di dunia persilatan. Pada waktu itu setiap 10 tahun pasti diadakan seuatu perlombaan. Semua pesilat boleh ikut serta bertanding." Xiao Ling terlihat sangat senang dan berkata, "Itu sangat baik bisa bertanding tapi sekarang ini perlombaan seperti itu sudah tidak ada lagi." Dia seperti menyayangkan karena tidak bisa ikut bertanding.
Gu Zhuo Piao melihat Xiao Ling, dia tertawa lagi.
Xiao Ling memelototinya kemudian berkata lagi, "2 kali pertandingan buyutku mendapatkan julukan sebagai pemilik ilmu silat nomor satu di dunia persilatan. Pada saat itu beliau benar-benar saat terkenal. Waktu itu Wisma Xiao Xiang menjadi tempat suci bagi kalangan persilatan. Orang-orang yang datang ke Wisma Xiao Xiang sebelum mencapai 1 kilometer dari wisma, harus turun dari kudanya kemudian berjalan kaki ke Wisma Xiao Xiang. Kecuali peraturan ini, pedangpun tidak boleh tergantung di tubuh, kau bisa lihat bahwa mereka begitu menghormati buyutku.”
Cahaya matanya terlihat begitu senang. Gu Zhuo Piao bertepuk tangan.
Dia berkata lagi, "Hingga suatu hari, Wisma Xiao Xiang kedatangan seorang penunggang kuda berbaju kuning, dengan pedang tergantung di tubuhnya. Orang itu tak lain adalah Can Jin Du Zhang. Murid-murid buyutku melihat dia menunggang kuda masuk begitu saja dan juga menggantung pedangnya, merasa dia tidak menghormati buyutku, mereka marah sekali dan ingin bertarung dengannya.”
Xiao Ling berhenti sejenak, seperti sedang mengenang cerita tentang buyutnya kemudian dia melanjutkan lagi. "Waktu itu tangan Can Jin Du Zhang belum putus, jari-jarinya masih sempurna. Namanyapun bukan Can Jin Du Zhang, tapi Jin Jian Gu Du Piao." Dia melihat Gu Zhuo Piao dan berkata, "Namanya dan namamu sangat mirip.”
Gu Zhuo Piao membersihkan sudut mata dengan tangan lalu tertawa.
Xiao Ling berkata lagi, "Ilmu Jin Jian Gu Du Piao sangat tinggi. Beberapa murid buyutku tidak sanggup mengalahkannya. Akhirnya buyutku keluar dan menanyakan apa yang dia kehendaki. Katanya dia tidak menyukai buyutku dan ingin bertarung pedang dengan buyutku. Kalau dia menang, dia ingin buyutku menghapus gelar 'nomor satu'. Dia masih mengatakan masih banyak orang yang berilmu silat lebih tinggi dari buyutku. Buyutku menyetujuinya permintaannya. Kalau dia kalah, dia berjanji tidak akan menggunakan pedangnya lagi dan selain itu dia akan memotong keempat jarinya. Dengan cara seperti itu dia tidak bisa memakai pedangnya lagi.”
Gu Zhuo Piao tidak berekspresi saat mendengarkan cerita Xiao Ling. Xiao Ling berkata lagi, "Mereka bertarung di Wisma Xiao Xiang, di lapangan berlatih ilmu silat. Mereka berdua adalah pesilat yang dalam kurun waktu 10 tahun itu merupakan yang terkuat. Pertarungan itu sangat sengit dan heboh. Orang yang berada di sisi lapangan hanya bisa melihat bayangan pedang tapi tidak terlihat ada bayangan manusia.”
Xiao Ling terus bicara, sepertinya pada saat itu dia sendiri yang menyaksikan pertarungan itu. "Kemampuan ilmu pedang mereka hampir sama. Ilmu pedang buyutku sangat kuat tapi ilmu pedang orang itu sangat aneh dan misterius, tidak seperti berasal dari perkumpulan manapun yang ada di dunia ini. Mereka berdua bertarung dari pagi sampai malam, masih tidak bisa menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi mereka berdua tidak ada yang mau mengalah.”
Dia berhenti sebentar dan melanjutkan lagi, "Begitulah, mereka bertarung selama 2 hari 1 malam. Tidak pernah beristirahat. Terakhir tangan mereka terasa lemas dan hampir tidak bisa mengangkat pedang lagi. Tapi mereka tetap ngotot tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya buyutku memberi sebuah ide, mengganti pedang dengan mulut untuk bertarung ilmu pedang." Dia melihat ke arah Gu Zhuo Piao.
Apakah kau mengerti dengan perkataanku? Itu artinya adalah mengalahkan jurus-jurus ilmu pedang dengan beradu mulut. Salah
satu dari mereka menyebut sebuah jurus, kalau lawan tidak bisa menangkis bagaimana cara mencairkan jurus itu, artinya dia kalah.
Gu Zhuo Piao mengangguk mengerti.
"Mereka berdua adalah pesilat pedang tangguh. Mereka tidak takut kalau lawan akan menipu mereka, karena itu mereka duduk di bawah. Satu kalimat demi satu kalimat dilontarkan. Awalnya berjalan dengan sangat cepat, terakhir semakin melambat. Dengan cara seperti itu mereka melewati satu hari lagi, tetap tidak ada yang kalah ataupun menang.”
Dia tertawa lagi, "Sewaktu salah satu pihak sedang bicara yang lainnya diijinkan untuk makan, maka mereka bisa bertahan. Tiba-tiba Jin Jian Gu Du Piao dengan perasaan senang menepuk kakinya dan berkata, 'Can Yang Qing Shu.' (=matahari merusak pohon). Buyutku menjawab, Liu Si Ru Jing' (=tangkai Yang Liu seperti kaca). Buyutku merasa aneh, mengapa dia memakai jurus Can Yang Qing Shu, anehnya orang itu terlihat begitu senang.”
Dia melihat Gu Zhuo Piao lalu tertawa dan berkata lagi, "Kau tidak mengerti ilmu silat pasti kau tidak akan tahu tentang Can Yang Qing Shu, itu adalah jurus yang sangat biasa. Dengan jurus mudah itu, orang seperti buyutku yang berilmu tinggi pasti akan dengan sangat mudah memecahkannya.
Dia mengedipkan matanya dan berkata lagi, Tapi buyutku tahu kalau jurus itu sangat mudah dipecahkan tapi jurus itu tidak akan bisa menyerang musuh. Karena itu dia menjawab, Tiu Si Ru Jing. Artinya adalah cahaya pedang di depannya akan berkumpul menjadi tabir cahaya. Walaupun tidak menyerang musuh tapi jurus ini untuk melindungi diri, tapi jurus ini masih bisa lebih, buyutku kurang berhati-hati.”
"Jin Jian Gu Du Piao segera berteriak, Wing Jin Quan Tu (Emas membeku melingkari tanah), jurus ini sangat aneh, artinya pedang dibekukan dan tidak bisa menyerang lagi. Buyutku berpikir lama baru menjawab, 'Qian Tiao Wan Xu.' (Beribu-ribu bilangan sepuluh ribu permulaan). Jurus ini menggetarkan pedang dengan tenaga dalam, pedang berubah menjadi beribu-ribu buah dan menyerang lawan,
tapi dia menjawab, Wu Hang Lun Hui.' (lima bilangan, kembali bergiliran), jurus inipun menggunakan tenaga dalam untuk menggetarkan pedang, kemudian membentuk lingkaran cahaya dan lingkaran cahaya ini semakin mengecil, jurus buyutku yaitu Qian Tiao Wan Xu akan masuk ke dalam lingkaran dan membuangnya ke samping.”
"Buyutku merasa terkejut, pesilat tangguh bertarung dengan pedang, kalau pedang terlepas dari tangan artinya pesilat itu kalah, terakhir buyutku baru tahu kalau sejak semula dia membuat jebakan dan memancing buyutku mengatakan Qian Tiao Wan Xu, maka dia akan mengatakan Wu Hang Lun Hui untuk memaksa buyutku melepaskan pedang dari tangannya.”
Xiao Ling menyandarkan kepalanya ke bahu Gu Zhuo Piao lalu berkata lagi, "Setelah satu jam berpikir buyutku tidak menemukan cara untuk memecahkan jurus itu, dia melihat Jin Jian Gu Du Piao yang sedang makan dan minum dengan senang, tapi buyutku terus berpikir, dia tidak ingin makan apapun, dalam hati dia merasa marah dan cemas, tiba-tiba dia berteriak, Hui Feng Wu Liu (angin kembali, pohon yang liu menari). Setelah Jin Jian Gu Du Piao mendengar jurus itu, paha ayam yang sedang digigitnya langsung terjatuh.”
Gu Zhuo Piao bertanya, "Apakah kau menyaksikan sendiri peristiwa itu?”
Xiao Ling tertawa dan menjawab, "Kau jahat! Waktu itu aku entah berada di mana, mana mungkin aku melihatnya? Ini semua cerita dari buyutku, buyutku menceritakannya kembali kakekku, kakek menceritakan kepada ayahku, dan ayahpun menceritakannya kepadaku.”
Gu Zhuo Piao tertawa.
Xiao Ling berkata lagi, "Hui Feng Wu Liu adalah jurus terakhir milik keluarga kami, dan juga jurus pamungkas, caranya adalah pergelangan tangan diputar, kemudian melempar pedang, pedang mengikuti aliran tenaga dalam dan berputar, dan pedang akan berputar ke punggung musuh, lalu menusuknya dari belakang. Jurus kakek buyutku benar-benar hebat, walaupun pedang terlepas dari
tangan tapi tidak berarti dia kalah, malah pedang itu menyerang musuh dengan telak. Di belakang musuh ada pedang menyerang tenaga berasal dari pergelangan tangan, dan tidak akan bisa menghindar lagi.”
Dengan senang Xiao Ling berkata lagi, "Kali ini giliran Jin Jian Gu Du Piao yang cemas, dia duduk sambil terus berpikir selama 4 jam, setelah buyutku cukup beristirahat, tiba-tiba Jin Jian Gu Du Rao berdiri dan dengan diam dia mengambil pedang lalu memotong ibu jari dan jari tengah tangan kanannya, kemudian dia pergi begitu saja. Buyutku benar-benar mengaguminya, karena dalam hidup buyutku dia pernah mendapat musuh tangguh.”
Mendengar hal itu wajah Gu Zhuo Piao tampak bercahaya sepertinya diapun mengagumi tetua persilatan yang gagah.
Xiao Ling menarik nafas dan berkata, "Buyutku merasa sangat sedih, wajahnya menjadi suram, tiba-tiba buyutku mengambil pedang yang sekarang ini sedang kupegang, juga mengambil pedang yang ditinggalkan oleh Jin Jian Gu Du Piao, kedua pedang itu diadukan dengan tenaga dalam buyutku yang kuat, dan pedang ini hanya sedikit cacat, tapi tidak membuat pedang itu putus, itu sebabnya mengapa pedangku ada cacatnya.”
Gu Zhuo Piao bertanya, "Sekarang pedang emas itu berada di mana?”
Xiao Ling menjawab, "Pedang emas itu sudah rusak dan mata pedang itupun terdapat cacat.”
Mereka terdiam, akhimya Xiao Ling berkata lagi, "Kemudian buyutku memberitahu kakekku mengapa dia melakukan hal itu, menurut buyutku kalau mereka benar-benar bertarung, dia tidak akan pernah terpikirkan jurus Hui Feng Wu Liu itu karena dia sendiripun belum mencapai tahap bisa melukai musuh, walaupun buyutku bisa menang, tapi dia merasa kemenangannya tidak mutlak. Sekalipun dia bisa mengeluarkan jurus itu tapi belum tentu bisa melukai Jin Jian Gu Du Piao. Setelah dua tahun berlalu, buyutku membuat peraturan di dalam keluarganya yaitu keluarga Xiao tidak boleh ada yang ikut campur masalah dunia persilatan lagi, juga tidak
boleh merebut nama besar di dunia persilatan, siapa yang berani melanggar, maka orang itu tidak akan diakui keturunan keluarga Xiao lagi.
Terakhir kakekku baru tahu kalau tangan kiri Jin Jian Gu Du Piao ternyata dipotong oleh salah satu dari Dong Hai San Xian (Tiga dewa dari laut timur), Wu Chen Ren, buyutku memberitahu kepada kakek waktu itu Jin Jian Gu Du Piao belum terlatih menggunakan tenaga telapaknya, kalau tidak karena tidak bisa menggunakan pedang, Wu Chen Ren belum tentu bisa melukainya, mendengar hal itu buyutku merasa sangat sedih, beliau tidak mengijinkan murid-muridnya ikut campur masalah dunia persilatan untuk seterusnya.”
Gu Zhuo Piao tampak berpikir, "Xiao Xiang Jian Ke memang pantas disebut pendekar dan pesilat sejati, melihat keadaan orang-orang persilatan sekarang benar-benar jauh berbeda dibandingkan dengan jamannya.”
Xiao Ling berkata lagi, "Terakhir, Jin Jian Gu Du Piao mengganti namanya menjadi Can Jin Zhang, kelakuannya semakin aneh, racun yang dilatihnya dengan mengandalkan telapak tangannya semakin kuat, dapat dikatakan tiada duanya saat itu, maka orang-orang persilatan menamakannya Can Jin Du Zhang, beberapa kali kalangan persilatan sangat ingin membunuhnya, tapi keluarga kami yaitu keluarga Xiao tidak pernah mau ikut campur mengenai masalah ini, anehnya Can Jin Du Zhang pun tidak pernah datang ke Wisma Xiao Xiang lagi untuk membalas dendam. Kemudian buyutkupun meninggal. Tapi perlakuan Can Jin Du Zhang kepada keluarga Xiao tetap menghormat, walau ada masalah apapun, bila ada keluarga Xiao yang terlibat, dia pasti akan menghindar, tapi selama ini kami dari keluarga Xiao juga sangat menghormatinya.”
Xiao Ling melihat ke arah Gu Zhuo Piao lalu tertawa, "Kau jangan menyalahkan kami karena kami menghormati iblis yang membunuh orang tanpa mengedipkan matanya, semua kata-katanya ditepati, membuktikan kalau dia adalah laki-laki sejati, dibandingkan dengan ketiga orang pak tua yang semalam mengira mereka hebat,
bukankah Jin Jian Gu Du Piao lebih baik beberapa kali lipat dari mereka, apakah menurutmu kata-kataku, benar?”
Gu Zhuo Piao menjawab, "Betul, betul sekali!" Sewaktu dia mengatakan itu, seperti tidak ada perasaan terkandung di dalamnya.
Xiao Ling berkata lagi, "Buyutku sudah lama meninggal, kakekkupun sudah meninggal, tapi Can Jin Du Zhang masih hidup, sepertinya orang ini tidak bisa dianggap remeh.”
Kemudian tampak Xiao Ling mengerutkan alisnya dan berkata lagi, "Beberapa hari lalu di kota Bei Jing salah satu kantor Biao yang bernama Zhen Yuan menyuruh seseorang datang ke rumahku dan dia membawa plakat buatan buyutku, menurutnya dia ingin kami membantunya membasmi Can Jin Du Zhang yang tiba-tiba saja muncul, ayahku tidak ingin membantunya tapi ayahku tidak bisa berbuat apa-apa karena plakat berisi perintah itu dibuat sendiri oleh buyutku, semuanya berjumlah 7 buah, buyutku membuat plakat itu karena dia merasa selama hidupnya dia telah bersalah kepada 7 orang ini atau mungkin juga karena berhutang budi kepada mereka. Walaupun buyutku sendiri yang membuat peraturan tidak boleh ikut campur masalah dunia persilatan, tapi ketujuh orang itu merupakan pengecualian, karena itu beliau mengukir tujuh buah plakat bambu, dan siapapun yang memiliki plakat ini dia bisa meminta kepada keluarga Xiao untuk melakukan apa saja.
Tapi begitu buyutku selesai mengukir pelakat ini, setelah dipikir-pikir, akhirnya beliau hanya mengeluarkan 4 buah. Tidak ada yang tahu plakat itu diberikan kepada siapa saja. Selama beberapa tahun itu, plakat perintah hanya muncul 2 kali. Berarti sekarang adalah untuk ketiga kalinya. Ayahku campur tangan dalam menangani masalah ini karena ada perintah warisan buyutku tapi ayahku tidak mau keluar sendiri maka aku mewakilinya.”
Dia tertawa lagi, "Sebetulnya akupun tidak mau melakukan hal ini. Mungkin keluargaku juga tidak bisa mengalahkan Can Jin Du Zhang. Sekalipun bisa mengalahkan dia, aku tetap tidak menginginkannya.”
Dengan cerewet dia terus bicara. Wajah Gu Zhuo Piao tidak ada ekspresi sama sekali. Tapi sorot matanya terlihat kalau perasaannya
terus berubah, naik dan turun. Masa lalu seperti asap dan mimpi, semua kembali ke dalam hati. Kecuali dia sendiri yang tahu, dia tidak bisa bicara dengan siapapun.
Pelan-pelan dia memegang pinggang Xiao Ling dan bertanya, "Kalau begitu mengapa kau datang kemari?”
Xiao Ling menjawab, "Aku harus datang kemari karena aku ingin tahu seperti apa Can Jin Du Zhang sebenarnya.”
"Sejak kecil hingga dewasa aku selalu berada di rumah, sekarang aku mempunyai kesempatan untuk keluar, aku benar-benar senang.”
Gu Zhuo Piao tertawa. Sorot matanya melihat jauh ke luar jendela.
-00-
Sore hari. Dia menyiapkan kereta untuk mangantar Xiao Ling ke kantor Biao Zhen Yuan. Dari jendela kereta dia bisa melihat dari kantor Biao Zhen Yuan, keluar laki-laki berbadan tegap dan gagah. Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao baru saja selesai makan. Dia berada di luar pintu sedang membersihkan gigi dengan tusuk gigi, masih ada seorang pemuda tinggi berada di sisinya, mereka sedang mengobrol.
Gu Zhuo Piao berkata kepada Xiao Ling, "Itu adalah kantor Biao Zhen Yuan.”
Xiao Ling melihat dari jendela, tiba-tiba dia berteriak, "Lihat, pak tua yang kemarin juga ada di sini. Lihat, dia begitu sombong. Aku harus memberi pelajaran kepadanya!”
Gu Zhuo Piao tertawa, dia tidak tertarik sama sekali dengan hal ini. Sebenarnya dia selalu dingin terhadap apapun, seperti menghadapi orang atau hal lain yang ada di dunia ini, tidak ada satupun yang pantas bisa membuatnya melirik. Kadang-kadang dia merasa apa yang berada di dunia ini seharusnya ada atau tidak.
Xiao Ling tahu aura dingin yang ditimbulkannya. Dia merasa sifat Gu Zhuo Piao selalu berubah-berubah. Kadang-kadang panas seperti api, kadang dingin seperti air, kadang seperti seorang pelajar bodoh, kadang seperti orang yang sangat pintar. Xiao Ling tidak dapat menduga sifat sebenarnya.
Tapi hati suci gadis ini sudah menjadi miliknya. Xiao Ling berpikir, "Siapapun dia, aku akan tetap mencintainya.”
Karena itu dengan lembut dia bertanya kepada dia, "Apakah kau akan menemaniku masuk?”
Dia menggelengkan kepala.
Dia melihat sorot kecewa memancar dari mata Xiao Ling. Bagaimanapun juga sebenarnya dia tidak ingin melukai hati Xiao Ling. Walaupun hanya melewati satu hari yang singkat, perasaannya kepada gadis itu sudah begitu panas.
Diam-diam Gu Zhuo Piao memarahi dirinya, "Mengapa benda yang telah kudapatkan, selalu merasa kalau barang itu bukan barang berharga lagi? Mengapa di dalam hatiku selalu terasa ada suatu kekuatan yang lebih kuat melawan pikirannya? Aku tidak tahu apa sebabnya.”
Dia menarik sorot matanya yang dingin. Dengan lembut dia melihat Xiao Ling dan berkata, Aku hanya seorang pelajar, aku tidak nyaman bersama dengan pendekar-pendekar itu, lebih baik kau pergi sendiri ke sana. Jika kau ingin menemuiku, datang saja ke sini.”
Xiao Ling mengangguk dengan terpaksa.
Gu Zhuo Piao membukakan pintu untuknya. Dia turun dari kereta. Lalu Gu Zhuo Piao berbisik, "Aku menunggumu di rumah.”
Hati Xiao Ling mulai muncul rasa senang dan manis seperti madu. Dia memiringkan tubuhnya membiarkan telinganya terkena bibir Gu Zhuo Piao yang hangat.
Kemudian pintu kereta ditutup dan keretapun berlalu dari sana. Tiba-tiba Xiao Ling merasa apa yang dia dapatkan tiba-tiba saja menghilang. Tapi setelah semua menghilang, dia akan mendapatkannya kembali. Dia mentertawakan dirinya begitu bodoh.
Dia berpikir, "Bukan selamanya kami tidak bisa bertemu, mengapa harus timbul perasaan seperti ini?" Dengan langkah besar dia berjalan ke depan pintu kantor Biao Zhen Yuan.
Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao tampak sedang tertawa dengan senang, karena mendengar perkataan pemuda yang berada di sampingnya. Begitu melihat Xiao Ling menyebrang, wajahnya tampak berubah, dia tidak tahu identitas Xiao Ling dan juga tidak tahu apa tujuan Xiao Ling datang kemari. Dia mengira Xiao Ling datang untuk mencarinya.
Dia tidak ingin apa yang telah terjadi semalam diketahui oleh orang-orang kantor Biao, tapi dia juga tidak bisa melarang Xiao Ling datang ke kantor Biao Zhen Yuan.
Tapi dia merasa gadis ini tidak menganggap keberadaannya. Manusia selalu mempunyai alasan untuk menghibur diri. Dia berpikir, "Kemarin malam sangat gelap, mungkin dia tidak melihatku dengan jelas... tapi untuk apa dia datang ke sini?”
Dia sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu adalah orang yang mereka tunggu setiap hari yaitu Yu Jian Xiao Ling. Orang kantor Biao selalu menyangka kalau Yu Jian Xiao Ling adalah laki-laki. Yu Jian Xiao Ling jarang keluar dari Jiang Si Hu Qiu. Pantas pendekar-pendekar salah tafsir kepadanya.
Xiao Ling tiba di depan pintu. Jubah merah dan wajah cantiknya membuat banyak laki-laki yang berada di kantor Biao itu terbengong-bengong melihatnya.
Pemuda kurus dan tihggi yang sejak tadi berdiri di sisi Hong Gong Zhao, segera mendekati Xiao Ling. Tapi Hong Gong Zhao sudah menghilang. Xiao Ling merasa marah tapi juga ingin tertawa. Dia berpikir, "Kau kira dengan pergi diam-diam akan menyelesaikan semua masalah?”
Pemuda kurus itu bertanya, "Nona mencari siapa?”
Xiao Ling melihat pemuda itu, melihat hidungnya yang lurus, mulutnya yang berbentuk kotak, sorot mata seperti elang. Sepertinya pemuda ini sangat pintar. Diapun terlihat seperti seorang laki-laki sejati. Xiao Ling bertanya, "Apakah di sini adalah tempat Si Tu Xiang Cheng?”
Pemuda itu mendengar kalau gadis itu mencari Si Tu Xiang Cheng, tapi dia hanya memanggil marganya. Membuat Si Tu Xiang Cheng yang berkedudukan begitu tinggi dan berwibawa, merasa tidak dihormati dan tidak pantas.
Dengan takjub dia melihat gadis itu. Melihat gadis itu begitu langsing, cantik seperti bunga. Dia berpikir, "Sepertinya di dunia persilatan tidak pernah mendengar nama orang ini?”
Tapi pemuda ini terbiasa bersikap teliti. Rasa herannya sedikitpun tidak terlihat, dengan sungkan dia berkata, "Permisi, siapa nama Nona? Ada keperluan apa mencari Pendekar Si Tu, nanti aku akan memberitahukannnya kepada Pendekar Si Tu.”
Xiao ling berkata, "Katakan kepadanya bahwa Jiang Su Hu Qiu Wisma Xiao Xiang datang berkunjung, apakah itu cukup!”
Pemuda itu dengan aneh bertanya, "Nona ini adalah Yu....”
Xiao Ling memotong, "Benar, aku adalah Xiao Ling, sengaja datang ke sini untuk mencari Pendekar Si Tu.”
Dengan hormat pemuda itu membungkukkan badannya dan berkata, "Ternyata Nona adalah Pendekar Xiao.”
Pemuda itupun pesilat tangguh. Dia begitu menghormati Xiao Ling bukan karena nama besar Xiao Ling. Yang perlu diketahui bahwa nama Yu Jian Xiao Ling, di dunia persilatan masih terasa asing. Tapi jika ditambah dengan nama Jiang Nan Wisma Xiao Xiang Yu Jian Xiao Ling kesannya pasti akan berbeda.
Karena Wisma Xiao Xiang di dunia persilatan mempunyai kesan sangat berwibawa, maka begitu mendengar nama itu pemuda tadi langsung bersikap hormat.
Si Tu Xiang Cheng masih diam. Dia sedang menunggu kedatangan orang Wisma Xiao Xiang. Kali ini dia telah mengumpulkan semua pendekar, dengan alasan mencegah terjadinya musibah di dunia persilatan, sebenarnya dia ingin menolong kelangsungan perusahaan Biao Zhen Yuan yang dia miliki.
Dia sama sekali tidak berencana untuk menghadapi Can Jin Du Zhang. Can Jin Du Zhang selalu tidak diketahui datang dan perginya. Bagaimana dia bisa mendapatkannya?
Diam-diam dia berencana menyuruh Xiao Ling tinggal di kantor Biao Zhen Yuan untuk sementara. Dia berpikir bila ada orang Wisma Xiao Xiang, Can Jin Du Zhang tidak akan berani menyerangnya. Tapi dia tidak tahu kalau kemunculan Can Jin Du Zhang kali ini, tujuannya bukan kepada kantor Biao Zhen Yuan yang kecil ini.
Dia merasa sangat senang, demi menyelamatkan dirinya, dia menganggap kalau dirinya pintar, dia tidak tahu di antara perubahan manusia dan hal rumit lainnya, semua tidak bisa diduga sama sekali, Yu Jian Xiao Ling seperti angin membuat kantor Biao Zhen Yuan kacau balau.
Si Tu Xiang Cheng tidak kecewa karena Xiao Ling seorang perempuan. Dia berpikir walaupun Xiao Ling hanya seorang anak-anak, asalkan anak itu datang dari Wisma Xiao Xiang, semua tidak masalah.
Dia sangat berpengalaman dan pandai bicara. Walaupun banyak pikiran, dia tetap terlihat begitu tenang.
Dia melayani Xiao Ling di ruang tamu, melihat hanya dia sendiri yang datang dan Long Shi Jian belum kembali, dia ingin bertanya, tapi mengingat Long Shi Jian Liu Pei Qi sudah lama berkelana di dunia persilatan pasti tidak akan terjadi sesuatu padanya. Mungkin dia ada keperluan lain. Apalagi Yu Jian Xiao Ling sudah datang. Long Shi Jian kembali atau tidak bukan masalah penting lagi.
Yu Jian Xiao Ling pertama kalinya berkelana di dunia persilatan. Walaupun kurang berpengalaman tapi dia sangat pintar dan pandai bicara. Dia bisa menjawab semua pertanyaan dengan jelas.
Sejak kecil dia sudah sombong dan manja, belum pernah merasa dirugikan. Kemarin malam dia belum bisa melupakan apa yang telah terjadi padanya. Dia ingin membalas perlakuan 3 pak tua itu kepadanya. Dia berkata, "Ketua, beberapa hari ini pendekar yang datang ke kota Bei Jing sepertinya cukup banyak, apakah Anda bisa
memperkenalkannya mereka kepadaku? Supaya aku bisa kenal lebih dekat dengan mereka.”
Segera Si Tu Xiang Cheng menjawab, "Itu lebih baik, sebenarnya mereka sudah tahu nama besar Nona, mereka sangat ingin bertemu dengan Nona.”
Dia berpesan kepada orang yang ada di sisinya lalu menyuruhnya mengundang para pendekar itu ke sana. Dia menunjuk pemuda tinggi dan kurus itu, "Aku perkenalkan orang itu dulu kepada Nona. Dia baru terkenal, namanya adalah Ru Yun Long, Pendekar Muda Ni. Kalian sama-sama pendekar muda, tentunya boleh lebih akrab sedikit." Kemudian dia tertawa terbahak-bahak.
Xiao Ling hanya melirik pemuda ini sebentar, wajah Ru Yun Long, Ni Fang Biao menjadi merah. Hati Xiao Ling sudah diisi oleh seseorang, dia tidak akan memperhatikan yang lain lagi. Tapi Ni Fang Biao merasa pendekar perempuan yang usianya hampir sama dengannya, dia ingin berkenalan lebih akrab lagi.
Tidak lama kemudian, masuk seorang pak tua berperawakan pendek dan gemuk. Wajahnya merah, begitu masuk, dia langsung tertawa dan berteriak, "Katanya ada orang yang datang dari Wisma Xiao Xiang, mari perkenalkan dia kepadaku!”
Si Tu Xiang Cheng sepertinya sangat menghormati orang ini. Dia berdiri sambil tertawa, "Tetua Sun, ini adalah putri Fei Ying Shen Jian, Yu Jian Xiao Ling.”
Pak tua itu tertawa dan berkata, "Sangat baik, ini sangat baik, benar-benar cantik. Teman lama sudah ada penerus, aku merasa sangat senang, sangat senang.”
Si Tu Xiang Cheng segera memperkenalkan mereka, "Ini adalah Tian Ling, Tetua Sun, dia kenal dengan ayahmu.”
Xiao Ling segera berdiri, walaupun dia tidak begitu menyukai orang-orang Kantor Biao, tapi tetua ini adalah teman ayahnya, ceritanya beda lagi.
Dia tidak terpikirkan sama sekali, Fei Ying Shen Jian jarang berkelana di dunia persilatan, temannya pun pasti sangat sedikit. Tian Ling Xing Sun Qing Yu mungkin hanya pernah bertemu satu kali dengan ayahnya mana bisa disebut kenal. Ini hanya upaya supaya menarik Xiao Ling lebih akrab dengan mereka. Xiao Ling tidak berpengalaman, dia tidak tahu kalau ini adalah cara seseorang bergaul.
Ada lagi yang masuk ke dalam ruang itu. Xiao Ling melihat kalau mereka adalah 2 pak tua kemarin malam. Xiao Ling pura-pura tidak melihat, tapi dia sedang berpikir dengan cara apa membuat kedua orang itu malu.
Jin Dao Wu Di Huang dan Ba Bu Ca Chan Cheng Gai melihat Xiao Ling. Keturunan Xiao Xiang Bao Yu Jian Xiao Ling yang ditunggu-tunggu oleh semua orang ternyata hanya seorang gadis berjubah merah yang mereka temui kemarin malam. Mereka merasa malu dan takut. Tapi dalam keadaan seperti itu, mereka tetap harus bertatap muka, mereka benar-benar serba salah.
Apa yang sedang dipikirkan oleh Xiao Ling dan mereka bertiga, Si Tu Xiang Cheng sama sekali tidak tahu, karena itu dia dengan gesit memperkenalkan mereka.
Dalam situasi seperti itu, Xiao Ling tiba-tiba terbersit satu pikiran, membuat hatinya menjadi luluh. Dia ingat sewaktu dia mengatakan ingin bertarung dengan Jin Dao Wu Di, wajah Gu Zhuo Piao terlihat begitu dingin.
Xiao Ling berpikir, "Mungkin Gu Zhuo Piao tidak suka kalau aku bersikap kasar, untuk apa hanya karena hal kecil seperti ini membuat Gu Zhuo Piao tidak suka? Walaupun kata-kata mereka tidak sopan, tapi aku berhasil memecut mereka. Sekarang boleh dikatakan kami sudah impas. Kalau aku bersikap baik kepada mereka dan tidak mengungkit hal itu lagi, jika Gu Zhuo piao tahu dia pasti akan merasa senang.”
Dia terus memikirkan Gu Zhuo Piao, wajahnya selalu tersenyum seperti bunga, perasaan aneh membuat perasaannya terpusat kepada Gu Zhuo Piao dan perasaannya kepada yang lain sudah tidak
penting lagi dan bila ada hal yang tidak disukai Gu Zhuo Piao, dia berusaha untuk tidak melakukannya.
Ini adalah sifat manusia, bagi seseorang perasaan hati lebih kuat dibandingkan dengan apapun. Apalagi perasaan cinta, kekuatannya seperti air bah, tidak bisa dibendung dan alirannya sangat kuat.
Jadi sewaktu Si Tu Xiang Cheng memperkenalkan Cheng Gai, dan Huang Gong Zhao, Xiao Ling hanya tersenyum karena hatinya merasa bahagia, perasaan ini membuatnya dia tidak memperhatikan masalah kecil lainnya.
Cheng Gai dan Huang Gong Zhao tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, diam-diam mereka berterima kasih kepadanya karena sudah menutupi kesalahan mereka.
Dalam situasi seperti itu, pikiran setiap orang tidak sama. Tapi dalam hati mereka merasa sangat senang karena apa yang mereka inginkan semua bisa dicapai dengan mudah. Xiao Ling tampak bahagia dan cantik. Dia seperti bulan yang berada di antara bintang-bintang, mendapat pujian dan rasa iri. Tapi dia merasakan kalau pujian yang diucapkan beribu-ribu kata, tidak bisa disamakan dengan pujian Gu Zhuo Piao.
Malam dia begitu merindukan Gu Zhuo Piao. Karena itu dia menyuruh Si Tu Xiang Cheng menyiapkan sebuah kereta, dia mengatakan akan mengunjungi teman ayahnya. Si Tu Xiang Cheng menyetujuinya.
0-0-0
BAB 3
Telapak emas beraksi Ketua Biao mati seketika
Xiao Ling telah naik ke atas kereta. Xiao Ling menyuruh kusir menuju tempat tinggal Gu Zhuo Piao. Rumah masih jauh tapi dia sudah berhenti, karena dia tidak mau orang lain mengetahui kemana dia pergi.
Walaupun dia tidak begitu tahu jalan-jalan di kota Bei Jing, tapi karena dia selalu memperhatikan jalan menuju rumah Gu Zhuo Piao
maka dia bisa mengingatnya. Manusia selalu berbuat seperti itu kepada seseorang yang mereka cintai, semua hal menyangkut tentang si dia selalu diperhatikan dengan seksama.
Malam semakin larut, tapi dia tidak ragu mengetuk pintu, dia merasa apa yang dimiliki oleh Gu Zhuo Piao, juga adalah miliknya.
Pintu terbuka, yang membuka pintu adalah pak tua yang kemarin membukakan pintu untuk mereka. Xiao Ling tenggelam dalam kegembiraan karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang yang dia cintai. Sambil tertawa dia berkata, "Apakah Tuan Muda Gu ada?”
Dia yakin pertanyaannya akan dijawab oleh pak tua itu dengan jawaban positif. Bukankah Gu Zhuo Piao tadi sempat mengatakan kalau dia akan menunggu Xiao Ling di rumah?
Dengan bingung pak tua itu menatapnya dan bertanya, "Apa, Tuan Muda Gu?" Sepertinya pak tua ini sudah lupa wajah Xiao Ling kemudian dia berkata lagi, "Tuan Muda Gu tidak ada, sebelum gelap dia sudah pergi.”
Xiao Ling bertanya, "Apakah dia akan segera pulang?" Dia berharap pak tua ini akan memberikan jawaban yang membuatnya merasa puas.
Dengan hati-hati pak tua itu menjawab, "Tuan Muda Gu tidak berpesan apapun, sebenarnya Tuan Muda jarang kemari. Kadang-kadang satu bulan hanya datang sekali. Nona mencarinya ada keperluan apa? Aku pasti akan menyampaikannya kepada Tuan Muda.”
Kekecewaan berat membuatnya dia merasa ditipu, Yu Jian Xiao Ling hampir pingsan.
Dia berusaha menguatkan dirinya lalu menggelengkan kepala, "Tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa.”
Pak tua dengan bingung melihat Xiao Ling kemudian dia masuk dan menutup pintu.
Xiao Ling seperti terbuang begitu saja di luar, niat untuk marah pun sudah tidak ada. Dia hanya merasakan kesedihan yang sangat mendalam, dia mengeluarkan banyak pengorbanan, tapi yang dia dapatkan hanyalah tipuan. Sifat kerasnya membuat Xiao Ling mulai meneteskan air mata.
Dia benci kepada dirinya sendiri, dia benci kepada tubuhnya, setiap sentimeter tubuhnya pernah diraba oleh Gu Zhuo Piao.
Dia merasa kesepian dan bingung. Lupa pada semua hal, pada waktu, rasa dingin, keluarga, baginya semua hal sudah tidak penting lagi.
Cintanya semakin dalam, rasa bencinya pun semakin mendalam. Walaupun hanya kesalahan kecil, Tapi bisa menjadi kebencian. Dia mulai merasa curiga pada semua peristiwa. Bukankah Gu Zhuo Piao sendiri merupakan teka-teki yang sulit untuk diuraikan? Siapakah dia sebenarnya? Mengapa dia memperlakukannya seperti itu? Apakah dia sengaja membohongi Xiao Ling atau ada hal yang lebih penting darinya dan dia pergi begitu saja?
Tiba-tiba dia ingin mencari jawaban dari semua pertanyaan ini, karena itu dia kembali lagi ke tempat tinggal Gu Zhuo Piao.
Di ujung jalan terlihat ada dua orang penjaga malam. Mereka membawa pisau, melihat Xiao Ling, mereka segera berteriak, "Siapa itu?”
Xiao Ling kaget tapi tidak menjawab, tapi karena dia seorang perempuan, kedua penjaga malam itu berkata, "Nona, sudah malam mengapa anda masih belum pulang? Selama dua hari ini di kota Bei Jing sering muncul perampok kelas kakap. Banyak keluarga kaya yang dirampok. Nona harus berhati-hati, lebih baik cepat pulang!”
Xiao Ling mengangguk, kedua penjaga itu sudah berlalu dari sana. Sekarang hari sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.
Dia melihat ke rumah Gu Zhuo Piao yang sudah berada di depannya, seperti seekor walet dengan ringan dia terbang melintasi tembok rumah itu. Ilmu pedang keluarga Xiao Xiang mengutamakan keringanan karena itu ilmu meringankan tubuh menjadi hal yang
penting. Ilmu meringankan tubuh Xiao Ling di dunia persilatan boleh dikatakan termasuk nomor satu.
Hanya beberapa kali dia meloncat turun dan naik, dia berhasil melewati beberapa atap rumah, dia bersiap-siap menuju rumah Gu Zhuo Piao untuk mencari tahu.
Waktu itu lampu di rumah itu tiba-tiba padam, segera dia bersembunyi. Tampak bayangan seseorang berwarna kuning keluar dengan cepat dari arah taman, kecepatannya sungguh mengejutkan, membuat Xiao ling yang mempunyai mata jeli tidak bisa melihat sosok itu dengan jelas.
Dengan cepat Xiao Ling menguntitnya dari jarak tertentu tapi dia hanya bisa melihat bayangan itu dalam sekejap mata kemudian menghilang. Dia berpikir, "Kecepatan orang itu benar-benar hebat, sepertinya ayahpun masih kalah. Siapakah dia sebenarnya? Apakah dia adalah Gu Zhuo Piao? Kalau dia bukan Gu Zhuo Piao, siapakah dia? Mengapa orang itu bisa keluar dari rumahnya?”
Xiao Ling baru berkelana di dunia persilatan tapi dia sudah menemukan peristiwa-peristiwa aneh. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba dari kejauhan tampak beberapa bayangan orang sedang berlari. Sepertinya mereka sedang berkelahi dan kadang-kadang mengeluarkan suara bentakan.
Dia berpikir sebentar, dia memilih untuk tetap bersembunyi di atas atap rumah. Beberapa bayangan itu tampak ilmu silatnya tidak rendah. Hanya dalam waktu sekejap mereka sudah berada di dekat sana. Terlihat bayangan itu berbaju hitam. Wajahnya ditutup dengan kain berwarna hitam, dia tampak sedang bertarung dengan 3 orang berbaju polisi.
Orang berbaju hitam itu di punggungnya menggendong sebuah bungkusan. Tapi bungkusan itu tidak menghalangi gerakannya, kedua tangannya berusaha menahan 3 pisau yang terus menyerangnya, posisinya tidak berada di bawah angin.
Ketiga orang itu adalah polisi, salah satu dari mereka usianya sedikit tua. Dia menggunakan tombak, ilmu silatnya tinggi, sedangkan dua orang lainnya hanya mempunyai ilmu silat biasa-biasa saja tapi mereka terus membentak, "Kau terlalu serakah, dalam kurun waktu 5 hari ini kau telah merampok 11 keluarga, kau benar-benar keterlaluan!”
Si baju hitam terdiam tapi telapak tangannya semakin gencar menyerang sepertinya dia ingin segera membunuh ketiga polisi ini. Tiba-tiba si baju hitam membentak, "Turun!" Segera tangannya melambai, salah satu polisi itu terdorong hingga terjatuh. Terdengar suara teriakan, orang itu pasti akan mati. Orang yang memakai tombak itu segera berteriak dengan kaget, "Kau... Jin Gang Zhang.”
Si baju hitam memegang tangan orang yang membawa pisau kemudian tangan kanannya melayang, dada orang itu terkena pukulan dan langsung muntah darah, tubuhnya sempoyongan dan langsung ambruk dari atap rumah.
Orang yang membawa tombak dengan kekuatan penuh menghadapinya. Walaupun berusaha melawan dengan sekuat tenaga tapi dia hanya bisa menahan angin yang dihasilkan lengan baju hitam orang ini. Dia membentak, "Kau benar-benar keterlaluan, hitung-hitung aku, Jin Yan Peng buta, aku tidak akan melihat ternyata ketua kantor Biao menjadi perampok. Tapi jika aku mati di tangan Jin Gang Shou Si Tu Xiang Cheng aku rela. Hari ini aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, aku menjual nyawaku kepadamu.”
Sambil bicara dia tetap melawan, setiap jurus tombak benar-benar lihai berarti dia pemah belajar pada guru bagus tapi tenaga untuk menahan serangan si baju hitam semakin lama semakin melemah.
Yu Jian Xiao Ling bersembunyi di atas atap. Semua dilihatnya dengan jelas, dia merasa lebih kaget, dia tidak mengerti dengan situasi yang telah terjadi. Kalau Ternyata si baju hitam itu adalah Jin Gang Zhang, Si Tu Xiang Cheng mengapa seorang pemimpin dunia persilatan Huang He dan Zhang Jiang bisa menjadi perampok?
Orang yang sedang berkelahi bisa memastikan siapa yang akan mati dan siapa yang bertahan hidup. Xiao Ling menghadapi
pilihannya yaitu dia tidak akan ikut campur atau keluar untuk membantu mengalahkan perampok berbaju hitam.
Cukup lama dia tidak bisa mengambil keputusan. Dia diundang oleh Jin Gang Shou Si Tu Xiang Cheng untuk membantunya. Kalau orang berbaju hitam ini adalah Si Tu Xiang Cheng, harus bagaimana sikapnya kepada perintah dari plakat bambu itu.
Apalagi dia bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, pasti ada yang tidak beres di sini.
Jin Yan Peng hampir tidak bisa bertahan lagi, dahinya mulai mengeluarkan keringat tapi dia mencoba untuk terus bertahan, terus menghindari serangannya.
Tiba-tiba karena Jin Yan Peng menghindar, pundak kiri terkena jari Si Tu Xiang Cheng. Dia merasakan sakit yang menusuk hati. Dia sadar orang berbaju hitam ini tidak akan membiarkannya hidup. Dia menahan sakit, dengan sekuat tenaga terus melawan.
Jin Yan Peng sudah bekeja di pemerintahan 30 tahun lebih. Dia tahu dia tidak buta, dia yakin orang itu adalah Jin Gang Zhang Si Tu Xiang Cheng, tapi mengapa dia harus merampok, dia tidak mengerti.
Si baju hitam tertawa, "Sobat, mengaku kalah saja!”
Suara si baju hitam sangat keras, begitu terdengar oleh Yu Jian Xiao Ling, dia menahan nafas, ternyata orang itu benar Jin Gang Zhang.
Sewaktu dia sedang bersiap-siap menyerang lagi, dia mendengar ada suara dingin.
Di kejauhan terlihat bayangan orang. Bayangan itu adalah bayangan yang tadi dikuntitnya, mengikuti tawa dinginnya dia muncul kembali. Dia berhenti sejenak, di bawah sinar terlihat orang ini memakai baju berwarna kuning. Wajah orang ini berwarna kuning. Tidak mirip dengan wajah manusia. Hampir saja Xiao Ling berteriak. Dia tahu orang ini adalah orang yang telah menguasai dunia persilatan selama ratusan tahun, dia adalah iblis nomor satu, Can Jin Du Zhang.
Waktu itu tiba-tiba saja dia berpikiran aneh. Pertama dia mengira bayangan orang ini adalah Gu Zhuo Piao. Ternyata terbukti salah, tapi mengapa Can Jin Du Zhang terlihat keluar dari rumah Gu Zhuo Piao?
Dia masih terkaget-kaget. Dua orang yang sedang bertarung itu hampir pingsan ketakutan.
Begitu mendengar tawa dinginnya, mereka yang sedang berkelahi hanya bengong. Orang datang diikuti dengan suaranya, mereka merasakan ada angin dingin yang merasuk ke dalam hatinya. Karena mereka berdua adalah orang persilatan, tidak mungkin mereka tidak kenal dengan orang itu. Si baju hitam tidak melihat Jin Yan Peng lagi. Dia sadar dia bukan lawan Can Jin Du Zhang, dia pikir apapun bisa ditinggal, tapi nyawanya harus diselamatkan terlebih dulu.
Mata Jin Yan Peng sangat jeli, dia melihat orang berbaju hitam itu benar adalah Jin Gang Zhang Si Tu Xiang Cheng.
Dia harus mengganti 800 ribu tail perak milik pemerintah yang pernah dihilangkan olehnya. Walaupun dia mempunyai simpanan uang dari hasil keringatnya selama beberapa tahun tapi uang sebanyak 800 ribu tail bukan jumlah yang sedikit, mana mungkin dia bisa mengumpulkannya dalam waktu singkat? Tapi bila dia tidak membayar kepada pemerintah, keluarganya akan mati dipancung.
Di dunia persilatan mana yang salah dan mana yang mana yang benar sulit dibedakan. Dia terpaksa melakukan semua ini. Dia menanam benih jahat, dia pasti akan mendapatkan buah jahat. Kadang-kadang kejahatan yang dilakukan akan terus menempel selama beberapa generasi. Kalau ada keturunannya yang mempunyai ilmu silat tinggi dan pintar, orang itu bisa membereskan permasalah di masa lalu. Walaupun dengan cara tidak benar.
Jin Gang Zhang ingin cepat lolos dari Can Jin Du Zhang, tapi dia lupa bila sudah berhadapan dengan Can Jin Du Zhang mana mungkin bisa melarikan diri?
Baru saja dia meloncat, dia merasa ada angin datang menyerangnya. Dia sangat hafal dengan tenaga telapak setiap
perkumpulan. Di dalam hati dia sudah memperkirakannya tapi tenaga telapak tangan ini belum pernah dilihatnya.
Tenaga telapak tangan terasa begitu lembut tapi ada suatu kekuatan aneh yang menariknya seperti menyuruh agar kau rela mati di bawah telapak tangan ini.
Walaupun dia tidak tahu rahasia telapak ini tapi dia tahu bagaimana lihainya telapak ini. Dia sadar ingin melarikan diripun sepertinya sudah tidak mungkin, terpaksa dia yang sedang berada di atas pelan-pelan turun.
Dia turun dari atas genting, tapi Can Jin Du Zhang sama sekali tidak bergerak. Berarti angin telapak yang datang tadi berasal dari jarak jauh. Dari jauh saja sudah merasa begitu dahsyat, apalagi dari dekat.
Jin Yan Peng kaget dan masih dalam keadaan bengong sedangkan Xiao Ling yang masih berada di atas genting hanya bisa terbelalak melihat kekuatan telapak itu. Apalagi Xiao Ling yang masih terkejut, merasa ada sesuatu yang aneh.
Ternyata tangan kanan Can Jin Du Zhang sedikit melayang ke arah Xiao Ling. Penglihatan Xiao Ling sangat baik. Dia melihat telapak Can Jin Du Zhang berkilau karena dia memakai sarung tangan kuning.
Dalam kilauan warna kuning itu, tampak kelima jari Can Jin Du Zhang masih utuh. Xiao Ling kaget, "Ayah mengatakan 70 tahun lalu, di depan buyutku dia memotong jarinya dan orang-orang dunia persilatan yang pernah bertemu dengannya pun mengatakan dia hanya mempunyai 3 jari. Tapi mengapa sekarang jari-jarinya utuh? Walaupun ilmu silatnya sangat tinggi tapi tidak mungkin jari yang sudah putus bisa tumbuh kembali?”
Segera Xiao Ling menenangkan dirinya, "Mungkin karena sarung tangannya terdiri dari lima jari lengkap, tapi jari yang ada di dalam sarung tangan itu hanya 3. Karena itu tanda telapak yang ditinggalkan hanya terdiri dari 3 jari.”
Sebenarnya kecuali penjelasan ini tidak ada penjelasan lain lagi.
Xiao Ling yang bersembunyi di atas atap sama sekali tidak berani bergerak. Dia hanya seorang gadis, walaupun ilmu silatnya tinggi tapi melihat ada orang seperti bukan orang, seperti setan tapi bukan setan. Dia pasti tetap akan merasa kaget juga takut. Tapi dia ingin tahu, kesempatan ini tidak akan disia-siakan begitu saja karena itu diapun mengintip.
Can Jin Du Zhang diam tidak bicara seperti sebuah patung batu yang berdiri dengan tegak.
Sorot mata yang tajam seperti menertawakan Jin Gang Zhang Si Tu Xiang Cheng juga seperti sedang melihat Si Tu Xiang Cheng yang berusaha memberontak sebelum mati.
Di depan Can Jin Du Zhang nyawa tampak tidak berarti. Hidup dan mati hanya berjarak satu benang tipis dan jarak ini begitu pendek dan lemah.
Keadaan sepi benar-benar membuat orang menjadi sesak nafas.
Menghadapi kematiannya ada seseorang yang menerima begitu saja tidak berani melawan, ada juga yang berusaha untuk lari. Jika tidak lari dia pasti akan melawan.
Yang pasti jika melawan dia pasti akan mati. Ini hanya akan mempercepat kematiannya. Tiba-tiba Jin Gang Zhang membentak, kedua telapak menyerang. angin telapak tangannya seperti bisa membuat gunung runtuh dan laut dibalikkan, tenaga ini diarahkan ke Can Jin Du Zhang.
Serangan ini dikerahkan dengan tenaga yang dikumpulkan Si Tu Xiang Cheng selama hidupnya. Setengah kehidupannya dihabiskan untuk berlatih ilmu Jin Gang Zhang. Sekarang sudah saatnya dikeluarkan, itu adalah tenaga yang dahsyat.
Can Jin Du Zhang tetap tidak bergeser terhadap angin tenaga telapak yang melanda. Dia sama sekali tidak merasa ini memberatkannya.
Kedua telapak Si Tu Xiang Cheng diluncurkan secepat kilat menyerang ke dada Can Jin Du Zhang. Jika serangan ini terkena
pada sasaran, orang sekuat besipun tidak akan bisa bertahan. Jin Yan Peng melihat telapak ini hampir mengenai tubuh Can Jin Du Zhang. Dia benar-benar merasa khawatir.
Begitu Can Jin Du Zhang datang, Jin Yan Peng tahu kalau dia adalah iblis yang membunuh orang tanpa berkedip. Tapi kedatangannya sangat membantu dirinya. Jin Yan Peng melihat dia tidak bisa menghindar. Dalam hati dia berpikir, "Walaupun kau berilmu silat tinggi, tidak akan bisa menahan serangan sekuat ini. Kau terlalu sombong, jika tidak bisa menahan serangan ini, kau akan celaka begitu juga denganku.”
Jin Gang Zhang merasakan kalau jari-jarinya hampir mengenai baju kuning Can Jin Du Zhang. Dia merasa gembira, segera mengeluarkan nafas. Ilmu yang dipakainya sekarang adalah tenaga telapak Xiao Tian Xing.
Badan Can Jin Du Zhang tetap tidak bergerak tapi mengikuti telapak itu mundur. Walaupun tenaga telapak Jin Gang Zhang Si Tu Xiang Cheng bisa membuat batu hancur tapi tidak bisa tepat mengenai sasaran dan tenaga yang dikeluarkan juga tidak sempurna.
Si Tu Xiang Cheng dengan sekuat tenaga menyerang, tapi dia merasakan kalau tenaganya tidak stabil. Karena merasa terkejut dia ingin menarik kembali kekuatannya, tapi semua sudah terlambat.
Can Jin Du Zhang sudah membalas menyerangnya, bila Si Tu Xiang Cheng menghindari serangan ini kesamping mungkin dia tidak akan terkena serangan itu. Tapi dia sudah seperti panah yang dilepas dari busurnya, gerakannya sudah tidak terkendali lagi.
Dia mulai merasakan tenaga telapak yang aneh itu dan kekuatannya mulai menyerangnya, seperti mendengar lonceng pemanggil roh, membuatmu mati kebingungan tapi juga terasa manis.
Hanya dalam waktu singkat dia sudah mengetahui kekuatan Can Jin Du Zhang, tapi dia tidak sempat mengatakannya kepada orang lain.
Seumur hidupnya dia sudah terkenal selama puluhan tahun di dunia persilatan, Jin Gang Zhang Si Tu Xiang Cheng hanya karena serangan lambat ini dia harus kehilangan nyawa.
Xiao Ling yang bersembunyi di atap rumah kaget dengan semua kejadian yang terjadi secara beruntun dan tiba-tiba.
Dia lahir dari keluarga pesilat, sejak kecil dia selalu berlatih ilmu silat, ilmu pedang dari Wisma Xiao Xiang sangat terkenal, Yu Jian Xiao Ling adalah generasi keempat dari generasi Xiao, dan dia termasuk orang terkuat dan kemampuan ilmu silatnya tidak rendah. Tapi sampai sekarang dia belum bisa melihat jurus apa yang dipakai oleh Can Jin Du Zhang? Karena kalau dilihat dari luar sepertinya Si Tu Xiang Cheng dengan sengaja dan rela mendekatkan dirinya ke arah serangan telapak tangan Can Jin Du Zhang.
Jin Yan Peng yang sejak tadi berdiri di sisi dan melihat semua kejadian itu merasa beruntung, karena Can Jin Du Zhang membantunya, melakukan hal yang tidak bisa dia lakukan. Di kota Bei Jing telah terjadi peristiwa perampokan secara beruntun dan besar-besaran, sekarang perampoknya telah tertangkap dan perampok itu telah mati. Jadi hasil rampokannya bisa diambil kembali, kekhawatiran selama beberapa hari ini bisa hilang dan kehidupan akan tenang kembali.
Di atas atap suasana terasa sepi dan sunyi. Pertarungan, teriakan, bentakan, suara angin dari telapak, suara senjata yang beradu, sekarang terasa seperti es yang membeku, tapi rasa sepi seperti ini bukan rasa sepi yang menenangkan hati, melainkan menyimpan rasa menyeramkan yang sangat dalam. Apalagi saat melihat wajah Can Jin Du Zhang yang dingin dan sorot matanya yang tajam, menarik pandangannya yang menerawang jauh dan memindahkannya ke wajah Jin Yan Peng. Perasaan ngeri semakin terasa pada Jin Yan Peng, lalu dengan senyum terpaksa dia lontarkan kepada Can Jin Du Zhang. Tapi wajah Can Jin Du Zhang terlihat datar, tidak terlihat ekspresi apapun, di kegelapan wajah Can Jin Du Zhang seperti hantu gentayangan yang baru keluar dari kuburnya.
Dengan dingin Can Jin Du Zhang bertanya kepada Jin Yan Peng, "Apakah aku yang harus bergerak terlebih dahulu?”
Kata-kata ini baru saja diucapkan, membuat wajah Jin Yan Peng langsung pucat. Yu Jian Xiao Ling yang sedang bersembunyipun merasa bulu kuduknya berdiri, baginya nyawa seseorang itu harus disayang, dia sama sekali tidak bisa membayangkan ada seseorang yang tidak mempunyai dendam, tapi bisa mengambil nyawa orang tersebut dengan seenaknya.
Jin Yan Peng sudah lama bekerja untuk pemerintah, melihat keadaan seperti ini, dia sadar bila hari ini akan pergi dari sana dengan suasana tenang sepertinya itu tidak mungkin.
Melihat ilmu silat yang dimiliki oleh Si Tu Xiang Cheng saja dia kalah di tangan Can Jin Du Zhang, hanya dalam satu jurus dia sudah kehilangan nyawa, apalagi dengan kemampuan yang dimilikinya.
Jin Yan Peng adalah polisi terkenal di kota Bei Jing, sudah banyak perampok yang mati ditangannya. Tapi pada saat dia berada dalam keadaan hidup dan mati, dia tetap tenang menghadapinya. Dia berpikir kalau dia mati di tangan Jin Gang Shou, Si Tu Xiang Cheng, yang ternyata adalah perampok yang selama beberapa hari ini merajalela, dia akan mati sia-sia. Karena sekarang dia sudah mengetahui siapa perampoknya, matipun dia rela.
Setiap orang memiliki perasaan yang sama yaitu bila ada kesempatan melarikan diri dia pasti berusaha lari dari sana. Tapi kalau sadar dia tidak bisa kabur lagi, dia akan pasrah dan menerima apa adanya.
Otak Jin Yan Peng terus berputar, kemudian dia tertawa dengan sedih dan berkata, "Apa yang Tetua perintahkan, aku pasti akan menurut, hanya saja ada satu hal yang belum sempat kuselesaikan, harap Tetua mau memberikan satu hari kepadaku, bila aku telah membereskan urusanku ini, aku pasti akan bunuh diri demi Tetua, tidak perlu Tetua yang turun tangan.”
Can Jin Du Zhang tertawa dengan dingin, "Baiklah! Baiklah!”
Dengan senang Jin Yan Peng berkata lagi, "Terima kasih karena Tetua menyetujui, aku tidak akan melupakan janjiku.”
Kemudian dia mengangkat mayat Si Tu Xiang Cheng di pundaknya, sekarang dia diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup, dia tidak akan mau dengan sia-sia di sini, dia sedang memikirkan bagaimana cara melepaskan diri dari Can Jin Du Zhang.
Tiba-tiba Can Jin Du Zhang mengulurkan telapaknya, dia menepuk belakang leher Jin Yan Peng, "Aku lihat kau adalah seorang laki-laki sejati, dalam waktu 3 hari ini kau harus mempersiapkan penguburanmu sendiri.”
Jin Yan Peng merasa tubuhnya mati rasa, perasaan ini bercokol lama di dalam tubuhnya. Dia tertawa, dia sadar bahwa dia tidak akan bisa melarikan diri dari Can Jin Du Zhang. Lalu diapun membawa mayat Si Tu Xiang Cheng dan diam-diam pergi dari sana.
Xiao Ling yang masih berada di atap rumah itu melihat apa yang telah terjadi di sana. Dia melihat kekejaman yang dilakukan oleh Can Jin Du Zhang, dia hanya bisa merasa sedih. Dia juga merasa takut dan tidak bisa menerima semua itu begitu saja.
Sekarang keadaan kembali sunyi, seperti tidak pernah terjadi sesuatu di sana, tapi Can Jin Du Zhang masih berada di sana seperti sedang memikirkan sesuatu. Xiao Ling berharap dia segera pergi dari sana.
Hati Xiao Ling merasa gundah, dia ingin melawan Can Jin Du Zhang yang ditakuti oleh semua orang itu, dan langsung bertanya kepadanya, mengapa dia begitu kejam? Tapi ketakutan yang ada di dalam setiap manusia membuatnya berharap bisa keluar dari lingkaran yang mematikan itu.
Xiao Ling menarik nafas panjang lalu membalikkan badan dan pergi, dia pun membersihkan salju yang menempel di bajunya. Dia mengangkat kepalanya dan dia sangat terkejut karena Can Jin Du Zhang sudah berada di depannya, dia tidak tahu sejak kapan Can Jin Du Zhang berada di dekatnya.
0-0-0
BAB 4
Curiga
Long Shi Jian, Lin Pei Qi karena teringat bahwa temannya mengalami kesulitan, dia ingin segera tiba di Wisma Xiao Xiang, sesampainya di sana dia mengeluarkan plakat bambu yang diukir sendiri oleh Xiao Xiang Jian Ke.
Ketua Wisma Xiao Xiang Shen Jian, Xiao Xi melihat plakat perintah itu, walaupun bukan dia sendiri yang berangkat tapi dia tetap memerintahkan putri kesayangannya pergi ke utara. Bagi Long Shi Jian, Lin Pei Qi hal ini sudah cukup memuaskan.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi ingin segera tiba di kampung halamannya, tapi karena harus melayani Xiao Ling yang baru pertama kalinya berkelana di dunia persilatan maka perjalananpun jadi agak terhambat. Setelah lewat He Bei, Long Shi Jian, Lin Pei Qi bertemu dengan Hong Qi Si Jia (Empat pendekar bendera merah). Mereka mengenal lewat mengobrol, dari selintingan mereka mendengar ada seorang pendekar yang baru muncul dan selalu menutupi wajahnya. Dan menamakan dirinya adalah Zhong Nan Yu Da Fu, dia selalu muncul di daerah Jiang Nan.
Dulu, sewaktu para pendekar dunia persilatan mengepungnya, dia terkenal dengan senjata rahasia beracun yang dilepaskan oleh dua bersaudara Tang. Siapa yang menang atau kalah belum bisa diketahui. Tapi orang yang bernama Yu Da Fu menghilang sejak saat itu, dan lama tidak muncul lagi di dunia persilatan.
Begitu Long Shi Jian, Lin Pei Qi mendengar kalau orang itu muncul lagi, dia merasa sangat senang, diam-diam dia berpikir, "Kalau kali ini ada yang membantu ditambah dengan ilmu pedang yang dimiliki oleh generasi Xiao sekarang, mungkin kami bisa membasmi iblis Can Jin Du Zhang,”
Karena itu dengan terburu-buru dia kembali lagi ke daerah selatan. Dia mengelilingi Zhong Zhou, walaupun dia mengenal baik para pendekar Jiang Nan tapi dia tidak bisa mendapatkan informasi tentang ‘Pendekar Berwajah Tertutup' itu.
Karena dia mengkhawatirkan keadaan teman lamanya, maka diapun kembali ke utara. Tapi pada saat dia bertemu dengan setiap pendekar di sepanjang perjalanan, tidak lupa dia mengutarakan niat dan tujuannya yaitu bila para pendekar itu bertemu dengan Yu Da Fu, diharapkan dia bisa segera ke daerah utara.
Dengan cepat dia kembali ke Bei Jing, waktu itu tepat siang hari. Dia melihat kudanya mengeluarkan air liur dan dahak. Dia tahu kalau kudanya sudah terlalu lelah, dia mengeluh, "Sepertinya aku juga merasa lelah sekali.”
Dia berharap dia bisa segera sampai di kantor Biao Zhen Yuan dan bertemu dengan Jin Gang Shou, Si Tu Xiang Cheng, siapa tahu Si Tu Xiang Cheng telah mendapatkan berita lebih baik darinya.
Dengan pelan kuda itu berjalan, hati Long shi Jian, Lin Pei Qi selalu dipenuhi dengan harapan, sepanjang perjalanannya menuju kantor Biao Zhen Yuan. Dari kejauhan dia melihat kantor Biao Zhen Yuan tampak sepi, dia mulai merasa ada yang janggal. Segera dia turun dari kudanya dan berlari ke depan pintu kantor Biao itu. Terlihat di depan pintu kantor Biao yang berwarna hitam mengkilat tampak ada dua helai kertas segel.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa terkejut, dia terus berpikir untuk menemukan jawabannya tapi satu ingatan pun tidak terlintas dalam kepalanya. Mengapa kantor Biao yang terkenal seperti Zhen Yuan bisa disegel oleh pemerintah?
Dia berdiri di depan pintu dan hanya bisa terpaku. Dia berpikir, "Ini benar-benar aneh, Si Tu Xiang Cheng tidak pernah melanggar hukum, walaupun dia telah menghilangkan uang 800 ribu tail uang milik pemerintah, tapi pemerintah pasti akan memberikan waktu untuk mencari penggantinya, tidak ada aturan sampai harus disegel.... Apakah Can Jin Du Zhang memakai kekuatan pemerintah membuat kantor Biao Zhen Yuan ditutup, tapi sepertinya itu tidak mungkin." Dia sama sekali tidak tahu peristiwa sebenarnya bahwa Si Tu Xiang Cheng menjadi perampok, bukan hanya dia saja yang tidak menyangka bahkan seluruh penduduk kota Bei Jing sepertinya akan
merasa demikian ketika mendengar berita ini, tidak ada seorangpun yang tidak akan merasa terkejut.
Selama dua hari ini kota Bei Jing sangat ramai dan meributkan hal ini. Hal pertama yang diributkan mereka adalah ketua kantor Biao Zhen Yuan, Jin Gang Shou, Si Tu Xiang Cheng adalah perampok yang selama berhari-hari
merajalela di kota Bei Jing, barang-barang rampokan itu ternyata disimpan di kantor Biao, dan di sana terdapat pula beberapa ribu tail uang. Karena alasan itu pulalah maka kantor giao Zhen Yuan disegel pemerintah, dan sekarang keluarga Jin Gang Shou dihukum.
Yang berhasil membuka kedok perampok itu tidak lain adalah polisi terkenal kota Bei Jing yang bernama Jin Yan Peng, dan dia diberi hadiah oleh atasannya. Tapi secara tiba-tiba dia meninggal, di belakang lehernya terlihat ada bekas telapak tangan berwarna emas yang tanpa dua jari. Dari mana asalnya bekas telapak tangan ini hanya beberapa orang saja yang mengetahuinya.
Yang lebih aneh lagi adalah, dua kantor Biao lainnya yang ada di kota Bei Jing, ditutup juga dan ketua kantor Biao lainnya yang bernama Ma Zhan Yuan dan Wei Shou Ru pun pensiun. Kota Bei Jing yang begitu luas sekarang tidak ada satu kantor Biao juga di sana.
Di kota Bei Jing beredar gosip seperti itu tapi Long Shi Jian, Lin Pei Qi sama sekali tidak mengetahuinya.
Dia membawa kudanya dan berdiri sebentar di depan kantor Biao Zhen Yuan, lalu pelan-pelan dia berlalu dari sana. Walaupun pengalamannya di dunia persilatan sangat banyak, tapi sekarang ini dia sama sekali tidak terpikirkan ide apapun.
Tiba-tiba ada seseorang yang menimpuknya dari belakang, dia merasa terkejut. Long Shi Jian, Lin Pei Qi sangat terkenal di dunia Persilatan, ilmu silatnya tinggi. Tapi ada orang yang dengan diam-diam menimpuknya dari belakang, dan dia baru sadar. Kalau orang itu bemiat ingin membunuhnya, walaupun dia mempunyai 10 kepala sekalipun pasti kepalanya akan berpindah tempat. Karena itu dia merasa sangat terkejut. Begitu dia membalikkan kepalanya untuk
melihat siapa orang yang menimpuknya ternyata terlihat Gu Zhuo Piao sedang tertawa kepadanya, Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa aneh, "Gu Zhuo Piao hanya seorang pelajar, mengapa pada saat dia berada di belakangku, aku sama sekali tidak merasakan kehadirannya?”
Tapi dia segera mencari alasan yang logis, "Mungkin saat itu aku sedang berpikir ke mana-mana dan tidak memperhatikan di belakangku ada orang.”
Dengan tersenyum Gu Zhuo Piao berjalan mendekati. Long Shi Jian, Lin Pei Qi dan berkata, "Sudah lama tidak bertemu dengan Pendekar Lin.”
Begitu melihat Gu Zhuo Piao, Long Shi Jian, Lin Pei Qi seperti bertemu dengan saudaranya saja, segera dia menarik tangan Gu Zhuo Piao dan berkata, "Kakak Gu, apa yang telah terjadi? Mengapa semenjak aku pergi ke Jiang Nan selama satu bulan, di sini bisa terjadi perubahan yang sangat besar?”
Gu Zhuo Piao tertawa dan menjawab, "Ceritanya sangat panjang, ikutlah pulang denganku, nanti Kakak akan mengerti.”
Dia menarik tangan Long Shi Jian, Lin Pei Qi, mereka berlalu dari sana.
Dalam hati Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa aneh, tapi karena dia sangat ingin mengetahui apa yang terjadi maka dia ikut dengan Gu Zhuo Piao tanpa banyak bicara.
Setelah mereka berputar-putar maka sampailah mereka di suatu tempat, Gu Zhuo piao tertawa dan berkata, "Kita sudah sampai di rumahku.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi melihat keadaan di sana, terlihat rumah itu sangat besar, pintu utamanya bercat merah hati. Di depan pintu ada sebuah papan nama yang tertulis 'Rumah Perdana Menteri'.
Gu Zhuo Piao melihat ekspresi Long Shi Jian, Lin Pei Qi, dia ingin tertawa lalu diapun berkata, "Ini adalah rumahku, silakan masuk!”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa semakin aneh, melihat pemuda yang terlihat misterius itu, lalu dengan hormat dia berkata, "Aku tidak tahu kalau Anda adalah putra seorang menteri, maafkan aku!”
Gu Zhuo Piao tertawa, "Kakak jangan bersikap seperti itu, aku merasa malu karenanya.”
Tampak beberapa pelayan menghampiri mereka dan dengan hormat mereka berkata, "Tuan Muda, Anda sudah pulang?”
Ada seorang pelayan yang membawakan kuda Long Shi Jian, Lin Pei Qi. Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa semakin curiga dengan keadaan yang terjadi, dia tidak berani bertanya, dalam hati dia berpikir, "Ini benar-benar aneh, ternyata pelajar ini putra dari perdana menteri, sepertinya nama Gu Zhuo Piao hanya nama samaran, tapi mengapa tuan muda ini harus menyamar untuk berkenalan dengan para Pendekar dunia persilatan?”
Dia merasa banyak keanehan yang terjadi, membuatnya merasa bingung, terpaksa dia mengikuti Gu Zhuo Piao masuk ke dalam rumahnya.
Rumahnya sangat luas, benar-benar tidak terbayangkan olehnya, dia berpikir, "Rumah milik orang pemerintahan benar-benar luas dan dalam seperti laut. Kali ini aku masuk ke dalamnya apakah aku akan selamat keluar dari sini? Sepertinya sulit untuk ditebak.”
Mereka berjalan melewati beranda, lalu melewati taman, orang-orang yang bertemu dengan Gu Zhuo Piao pasti akan berhenti untuk memberi hormat. Long Shi Jian, Lin Pei Qi bisa dikatakan orang yang telah berpengalaman cukup banyak, tapi melihat keadaan seperti itu, dia merasa tubuhnya menjadi lemas.
Tidak lama kemudian sampailah mereka di sebuah taman. Begitu masuk di sana terlihat ada sebuah gunung buatan, di atas gunung itu terlihat ada tumupukan salju yang belum mencair. Di sisi gunung itu terlihat ada sebuah kolam bunga teratai. Sekarang air kolam tampak membeku. Bunga-bunga dan pepohonan banyak yang gundul. Hanya terlihat beberapa pohon Mei Hua, dan pohon itu berbunga, mengeluarkan harum yang enak.
Di belakang taman itu terdapat kebun bambu, dan ada sebuah kamar untuk melukis. Gu Zhuo Piao menunjuk beberapa kamar lalu berkata, "Kalau sudah sampai di dalam, aku akan memperkenalkan beberapa teman kepada Kakak.”
Hati Long Shi Jian, Lin Pei Qi masih tidak tenang tapi dia tetap mengikuti Gu Zhuo Piao masuk ruangan itu. Begitu pintu didorong, Long Shi Jian, Lin Pei Qi melihat ada yang sedang bermain catur dan orang itu adalah Tian Ling Xing, Sun Qing Yu.
Begitu dia masuk, orang-orang yang ada di dalam ruangan itu berteriak. Di sana ternyata ada Ba Bu Chan Cheng Gai, Jin Dao Wu Di Huang, dan Su Qi sedang membersihkan pedang. Sedangkan yang bermain catur bersama Sun Qing Yu adalah Ru Yun Long Ni Fang Biao.
Melihat orang-orang berkumpul di sana, dia merasa agak tenang dan tertawa, "Ternyata kalian ada di sini semua, membuatku...”
Dia kaget dan tidak melanjutkan perkataannya karena di sana terkurung beberapa orang. Dia memperhatikan beberapa orang itu. Dia melihat lagi dengan lebih teliti orang-orang yang ada di dalam ruangan itu. Wajah mereka terlihat sedang ada masalah besar. Udara begitu dingin, tapi keringat terus menetes. Dengan cepat dia bertanya, "Mana Kakak Si Tu? Mana Nona Xiao? Apa yang telah terjadi pada kantor Biao Zhen Yuan?”
Gu Zhuo Piao menarik sebuah kursi dan tertawa, "Kakak Lin, silakan duduk dulu nanti baru kita bicara.”
Hati Long Shi Jian, Lin Pei Qi sangat kacau. Ba Bu Gan Tan sudah membuka mulut, tapi ditutup lagi. Long Shi Jian, Lin Pei Qi dengan cemas berkata, "Apa yang telah terjadi, tolong katakan kepadaku!”
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu meletakkan biji caturnya. Dengan tenang dia berkata, "Lin Lao San masih dalam keadaan tergesa-gesa. Bila kau tergesa-gesa semua akan percuma.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi terlihat lebih cemas lagi, "Apa yang telah terjadi?”
Jin Dao Wu Di Huang menceritakan semuanya kepada Long Shi Jian, Lin Pei Qi. Sambil menghembuskah nafas dia terus mendengarkannya dan berkata, "Mengapa Kakak Si Tu melakukan ini? Mengapa? Sekarang di mana Nona Xiao? Hheehh, ini benar-benar....”
Sun Qi yang sedang membersihkan pedangnya tiba-tiba berdiri dan melayangkan pedang itu. Dengan marah berkata, "Walaupun Can Jin Du Zhang berilmu tinggi, lihai, dan juga beracun tapi jika aku bertemu dengannya, aku pasti akan bertarung dengannya.”
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu berkata, "Anak Qi, di depan Tuan Muda kau harus sopan.”
Gu Zhuo Piao tertawa dan berkata, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Anggaplah aku sebagai Gu Zhuo Piao, jangan menganggap aku orang lain." Kemudian dia tertawa. Tapi tawanya tampak aneh.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu melihat dia. Matanya berputar dan berkata, "Tuan Muda, harap Anda jangan menyalahkannya. Semenjak kakaknya mati, dia berubah seperti ini.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi kaget, "Apa?!! Apakah....”
Sun Qi terduduk lemas di kursinya sambil meneteskan air mata, "Kakakpun terkena serangan telapak itu. Dia meninggal hampir 1 bulan yang lalu.”
Dahi Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkeringat lagi. Suasana kamar menjadi hening dan sepi.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu tertawa. Wajah merahnya tampak berkilauan. Dia berkata, "Jangan mengira kau bisa menipuku. Aku ingin tahu kau akan lari ke mana." Dia tertawa dengan senang.
Gu Zhuo Piao mundur.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu meletakkan biji caturnya dan tertawa, "Kau kalah!”
Ru Yun Long juga tertawa dan berkata, "Pak tua ini benar-benar sangat lihai. Aku kalah lagi.”
Gu Zhuo Piao tertawa dan sambil membereskan biji catur lagi.
"Catur ini seperti kehidupan manusia, bila telah berbuat kesalahan satu kali dia akan terus kalah, Kakak Ni harus berhati-hati supaya kalahnya tidak terlalu cepat." Sorot matanya terlihat tajam dan aneh, dia melihat ke sekeliling ruangan itu dan berkata, "Tapi siapapun yang kalah lebih awal atau akhir, dia tetap akan kalah!”
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu tertawa terbahak-bahak, "Perkataan Tuan Muda memang berbeda dengan orang lain. Catur seperti kehidupan manusia, selangkahpun tidak boleh salah.”
Orang-orang yang di sana merasa kata-kata mereka berdua seperti mengandung duri tapi tidak ada seorangpun yang berusaha mencari tahu apa arti dari kata-kata ini.
Apalagi Long Shi Jian, Lin Pei Qi pikirannya penuh dengan kecurigaan, dia tidak ada waktu untuk mencari tahu apa arti dari kata-kata mereka berdua ini.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, “Tuan Muda terlalu sungkan.”
"Kalian adalah laki-laki sejati dunia persikitan, aku sudah lama ingin mengenal kalian. Kalau mengundang kalian pada saat biasa belum tentu ada yang mau datang. Sekarang karena terjadi peristiwa ini, biarlah aku membantu sedikit-sedikit," Gu Zhuo Piao menjawab.
Cahaya dari luar menyinari wajahnya yang berwarna kuning muda. Warnanya menjadi bias aneh.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu kebetulan mengangkat kepala saat itu. Sorot matanya dan sorot mata Gu Zhuo Piao yang tajam beradu. Tiba-tiba timbul suatu pikiran di kepalanya dan dia segera maju 2 langkah. Sambil menepuk pundak Gu Zhuo Piao dia berkata, "Kita terus membicarakan hal itupun akan percuma saja. Siapa yang menjadi pendekar atau pahlawan nanti bisa kita ketahui. Tuan Muda benar-benar bertindak sangat cepat.”
Mata Gu Zhuo Piao bergerak. Dia merasakan ada tenaga besar datang dari tangan Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu. Diam-diam Gu Zhuo Piao berpikir, "Pak tua ini ternyata pesilat benar-benar
tangguh." Segera Gu Zhuo Piao tersenyum. Sebelum semua tenaga dikeluarkan oleh Tian Ling Xiang Sun Qing Yu, Gu Zhuo Piao menjulurkan tangannya, seperti ingin menarik tangan Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu tapi dia tertawa, Tetua Sun terlalu memujiku.”
Tenaga telapak tangan Tian Ling Xiang Sun Qing Yu baru saja akan dikeluarkan tapi tangan kanan Gu Zhuo Piao seperti menepuk nadi tangannya, sangat pelan tapi waktunya sangat tepat seperti disengaja, tapi juga seperti tidak sengaja. Memaksa dia menarik kembali tenaga yang akan dikeluarkan.
Kejadian ini hanya berlangsung dalam waktu sekejap. Orang lain belum sempat melihat, Gu Zhuo Piao sambil tertawa, pergi dari sana.
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu menghembuskan nafas panjang. Dia roboh di kursinya. Wajahnya terlihat penuh pikiran dan berkata, "Aku hidup sampai setua ini, sudah bertemu dengan pesilat tangguh tidak terhitung banyaknya dan aku sudah pernah melihat apapun tapi aku tidak bisa menilai siapa sebenarnya orang ini. Jika dia ternyata menyimpan ilmu silat tinggi tapi rasanya tidak mungkin, tapi jika dia tidak bisa ilmu silat, itupun tidak mungkin.”
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu terus menarik nafas. Jin Dab Wu Di Huang dengan penuh curiga berkata, "Maksudmu....”
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu melanjutkan, "Yang kumaksud adalah dia. Jika mata tuaku ini tidak salah melihat, ilmu silat orang itu berada di atasku dan juga kau. Dia putra perdana menteri, dari mana dia bisa belajar ilmu silat setinggi itu? Di dunia persikitan ini siapa yang bisa mengajarkan kepadanya ilmu setinggi itu? Kecuali....”
Setelah selesai bicara, wajah Tian Ling Xiang Sun Qing Yu tampak berubah dengan cepat.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, "Aku tidak melihat kalau orang itu memiliki ilmu silat tinggi.”
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu berkata, "Akupun berharap demikian.”
Sekarang di dalam pikiran mereka masing-masing mereka berusaha menebak siapa Gu Zhuo Piao sebenarnya. Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, "Bagaimanapun orang itu telah berbuat baik kepada kita, apalagi dia adalah putra perdana menteri dia tidak mempunyai dendam dengan kita. Dia tidak akan mencelakakan kita. Tidak peduli dia bisa ilmu silat atau tidak, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita.”
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu menggelengkan kepalanya. Diapun sepertinya tampak kebingungan.
"Yang harus diperhatikan sekarang adalah di mana Can Jin Du Zhang? Dia mempunyai maksud apa lagi? Dmana Yu Jian Xiao Ling sekarang berada? Semua ini harus kita pikirkan baik-baik," kata Long Shi Jian, Lin Pei Qi.
Tian Ling Xiang Sun Qing Yu berkata, "Itu sudah pasti, masa aku tidak tahu tentang hal ini?”
Posisi Tian Ling Xiang Sun Qing Yu di dunia persikitan sangat tinggi. Begitu mendengar kata-kata Long Shi Jian, Lin Pei Qi yang tidak sopan, dia tidak menyukainya.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi segera berkata, "Kita semua akan mendengarkan pak tua yang mengatur kami.”
Dengan pelan Tian Ling Xiang Sun Qing Yu berkata, "Bila kita terus diam di sini, itu bukan jalan keluarnya. Aku rasa Can Jin Du Zhang sudah meninggalkan kota Bei Jing. Dan 3 kantor Biao di kota Bei Jing sudah tutup, apa alasan dia masih di sini? Jika Yu Jian Xiao Ling....”
Dia berhenti sebentar lalu melanjutkan lagi, "Akupun tidak tahu dia berada di mana. Mungkin dia tinggal di rumah temannya.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi dengan cepat berkata, "Tidak mungkin. Baru pertama kalinya Yu Jian Xiao Ling keluar dari Wisma Xiao Xiang dan ini adalah pertama kalinya dia meninggalkan rumah, mana mungkin dia mempunyai teman di Bei Jing?”
Ru Yun Long yang sejaki tadi diam, tiba-tiba dia berkata, "Sewaktu dia meninggalkan kantor Biao Zhen Yuan, dia mengatakan ingin mencari teman ayahnya.”
Jin Dao Wu Di Huang berkata, "Setahuku dia kenal dengan Gu Zhuo Piao.”
Tanya Tian Ling Xiang Sun Qing Yu, "Bagaimana kau bisa tahu?”
Jin Dao Wu Di Huang menjawab dengan wajah merah, "Kakak Cheng pun tahu.....”
Cheng Gai segera berkata, "Kita melihat dengan kepala sendiri mereka berjalan bersama dan sering mengobrol.”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi mengerutkan dahinya dan berkata, "Ini tidak mungkin...”
Setiap orang bertanya-tanya. Tian Ling Xiang Sun Qing Yu yang dianggap paling pintar di dunia persilatan sekarang tampak kebingungan. Setiap masalah pasti menjadi teka teki.
Kapan teka teki ini bisa dipecahkan?
-00-
Malam itu, Xiao Ling bersembunyi di atap rumah. Dia melihat Si Tu Xiang Cheng mati di tangan Can Jin Du Zhang juga melihat Jin Yan Peng terluka dan pergi dari sana. Sewaktu dia bersiap-siap akan pergi dari sana baru saja dia mengangkat kepalanya, Can Jin Du Zhang sudah berada di depannya. Sejak kapan dia ada di sana, Xiao Ling sendiri tidak tahu.
Begitu mata Xiao Ling bertemu dengan mata Can Jin Du Zhang, Xiao Ling merasa gemetar. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan terhadap perubahan ini.
Tapi Can Jin Du Zhang sepertinya tidak berniat jahat kepadanya. Walaupun wajahnya terlihat dingin dan kejam, dia berdiri dengan pandangan dingin kepada Xiao Ling, tidak ada seorangpun yang tahu di balik wajah dingin dan kejam itu tersimpan rahasia apa.
Akhirnya Can Jin Du Zhang membentak, "Cepat pergi dari sini!”
Xiao Ling merasa suaranya penuh kekuatan yang tidak bisa dilawan, dia tidak ingat kalau dia pernah merasakan kekuatan ini.
Walaupun Xiao Ling tidak ingin meninggalkan tempat itu, tapi kakinya telah melangkah, jubahnya yang berwarna merah tampak berkibar tertiup angin.
Gerakan Xiao Ling sangat cepat, mungkin dia ingin memperlihatkan kepada Can Jin Du Zhang bahwa dia tidak sama seperti orang lain, tidak berguna.
Tapi Xiao Ling tetap merasa benci kepada dirinya mengapa dia begitu menurut kepada Can Jin Du Zhang. Saat dia menyuruh Xiao Ling, diapun segera pergi.
"Apakah kau merasa takut kepadanya? Keturunan Wisma Xiao Xiang tidak pernah takut kepada siapapun. Aku harus membuat dia merasakan jurus Hui Feng Wu Liu Jian!" Diam-diam Xiao Ling berpikir seperti itu.
Karena itu dia kembali lagi ke tempat tadi tapi di sana sudah kosong dan suasana begitu sepi. Malam dingin seperti air, salju mulai turun lagi. Bayangan Can Jin Du Zhang sudah tidak terlihat.
Dia merasa malu, setiap masalah membuatnya ingin menangis, sekarang salju terus beterbangan di depannya.
Xiao Ling merasa dia tidak bisa tinggal di kota Bei Jing. Dia ingin pulang dan berbaring di tempat tidurnya sendiri sambil menangis.
"Can Jin Du Zhang adalah perampok. Si Tu Xiang Cheng juga perampok. Begitu juga dengan Gu Zhuo Piao. Semua perampok, perampok!" Dia merasa marah dan benci. Salju bercampur dengan air mata menerpa wajahnya, dia merasa wajahnya dingin. Dia menghapus dengan jubahnya.
Dengan cepat dia berlari ke luar kota Bei Jing tapi begitu melihat keadaan begitu gelap, dia menjadi kebingungan. Dari tempat ini menuju rumahnya harus melalui perjalanan jauh, bermacam-macam kesulitan yang terpikir olehnya membuat dia berhenti melangkah. Dia berdiri dengan bengong. Dia tidak tahu kalau di belakangnya selalu
ada bayangan yang mengikutinya. Bila dia berhenti, maka bayangan itupun ikut berhenti.
Tiba-tiba bayangan itu terbang ke belakangnya, tidak bersuara sedikitpun, sampai-sampai suara baju yang terbawa oleh anginpun tidak terdengar. Kalau saja sekarang dia membalikkan kepalanya, maka dia akan melihat Can Jin Du Zhang berdiri di belakangnya. Can Jin Du Zhang sendiripun merasa ragu. Jika Xiao Ling membalikkan kepalanya maka keadaan akan mengubah banyak masalah tapi Xiao Ling tidak membalikkan kepalanya.
Akhirnya Can Jin Du Zhang berjalan lagi menuju jalan yang dilaluinya sewaktu dia datang tadi.
Dalam kegelapan hanya ada Xiao Ling yang sedang berdiri di atas genting. Hari mulai terang, dia merasa banyak hal yang harus dipikirkan. Semua pikiran tertuju pada bayangan Gu Zhuo Hao. Ada bayangan seseorang yang lewat dengan cepat. Tapi tiba-tiba saja dia berhenti. Sepertinya bayangan itu merasa aneh melihat ada sesosok bayangan berdiri di atas atap.
Bayangan itu berbalik dan terbang mendekati Xiao Ling. Begitu dia melihat orang yang berdiri di atas atap itu adalah Xiao Ling. Dia mengeluarkan suara aneh yang berbunyi, "Yi.”
Dengan cepat Xiao Ling sudah membalikkan badannya. Dia melihat ada seseorang berbaju hitam dan wajah ditutup dengan kain hitam berdiri di sana. Segera Xiao Ling membentak, "Siapa kau? Kau mau apa?”
Dengan suara aneh si baju hitam itu menjawab, "Hari mulai terang, kau berdiri di atas atap, bukankah nanti akan dilihat orang?”
Begitu Xiao Ling melihat, di timur hari mulai terang.
Kata orang berbaju hitam itu lagi, "Cepat pulang, mengapa masih berdiri di sana?" Dia seperti perhatian kepada Xiao Ling.
Xiao Ling mendengar suara orang berbaju hitam ini aneh tapi dia merasa sangat mengenalnya dan sepertinya dia selalu mendengarkan suara itu, "Tapi kapan aku pernah mendengar suara aneh ini?”
Xiao Ling merasa orang berbaju hitam itu tidak berniat jahat kepadanya. Tapi siapakah dia? Mengapa dia begitu perhatian kepadanya. Xiao Ling bertambah bingung Apakah dia adalah Gu Zhuo Piao? Tiba-tiba dia berpikiran seperti itu.
Diam-diam dia menjulurkan telapak tangannya, dia ingin membuka kain penutup wajah orang itu.
Tangan itu bergerak secepat angin. Tangan kanan Xiao Ling sudah mencengkram. Mencengkram ke penutup wajah berwarna hitam itu.
Si baju hitam itu menghindar. Xiao Ling menggunakan jurus keluarga Xiao, Pin Fen Chun Se.
Si baju hitam tersenyum, tawanya keluar dari balik penutup wajahnya. Anehnya dia belum mengeluarkan jurus, tapi orang ini sudah tahu jurus apa yang akan digunakannya, kemudian dengan cepat orang itu lari dari hadapan Xiao Ling. Beberapa kali loncatan dia sudah menjauh.
Yu Jian Xiao Ling merasa aneh. Dia berpikir ilmu meringankan tubuhnya termasuk yang terbaik, tapi bila dibandingkan dengan orang itu, dia masih kalah jauh.
Tapi dia bertekad ingin membuka penutup wajah orang itu. Walaupun ilmu meringankan tubuhnya sangat tinggi, tapi Xiao Ling tetap ingin mencobanya. Karena itu dia tidak ragu lagi mengikuti orang itu.
Dia merasa kecewa kepada Gu Zhuo Piao yang tidak menepati janjinya. Kecuali marah, benci, dan malu, semua hal mengenai Gu Zhuo piao, merupakan teka teki baginya.
Karena berbagai macam alasan, dia berharap bisa mengungkap teka teki ini.
Dia berharap semua perasaannya kepada Gu Zhuo Piao hanya ilusinya saja. Gu Zhuo Piao hanya seorang tuan muda yang sempat mencintainya.
Ilmu meringankan tubuh orang itu jauh lebih hebat daripada Xiao Ling. Jika ilmu meringankan tubuh orang ini dilihat dari kacamata
orang dunia persilatan, mereka pasti akan membelalak kaget. Tapi Xiao Ling hanya bisa menyalahkan ilmu meringankan tubuhnya yang kurang bagus, dia tidak berpikir kalau kemampuan orang ini sudah mencapai tingkat tertinggi. Karena Xiao Ling masih sedikit mengetahui tentang ilmu silat yang berada didunia persilatan. Sebenarnya ilmu meringankan tubuhnya pun sudah sampai tahap di mana orang tidak bisa mengejarnya.
Hari sudah dini hari. Seorang tukang sayur yang masih terkantuk-kantuk berjalan di jalanan yang dipenuhi salju. Dia mengomel dan berkeluh kesah karena rasa dingin yang menusuk tulang. Tiba-tiba dia melihat ada dua bukitan hitam dengan kecepatan tinggi melewatinya. Dia merasa ketakutan dan melempar sayur yang dipikulnya begitu saja lalu diapun berlutut.
Dengan sekuat tenaga Xiao Ling mengejar orang berbaju hitam itu.
Anehnya si baju hitam sepertinya tidak ingin jauh-jauh dari Xiao Ling. Jika mau dia sudah meninggalkan Xiao Ling sejak tadi. Xiao Ling sudah menjauhi kota dan sekarang berada di tempat agak sepi. Si baju hitam turun dari atap dan berlari sepanjang jalan. Walaupun Xiao Ling berusaha sekuat tenaga mengejarnya tetapi dia hanya bisa menjaga jarak dengan orang itu. Jarak itu tidak bisa diperpendek.
Dia tergesa-gesa karena hari sudah mulai terang. Sepanjang jalan tampak orang-orang yang berlalu lalang, dia sudah tidak bisa menggunakan ilmu meringankan tubuhnya lagi.
Tiba-tiba si baju hitam itu mempercepat langkahnya, hanya dalam beberapa kali turun dan naik, dia sudah menghilang.
Xiao Ling tidak bisa mengejar orang itu tapi mata Xiao Ling terus menatap bayangan itu. Dia melihat orang itu memasuki sebuah rumah kecil. Sepertinya dia masih sempat membalikkan kepalanya lalu melambaikan tangan kepada Xiao Ling. Benar-benar membuat Xiao Ling marah.
Sekarang dia tidak berpikir sama sekali, apakah si baju hitam itu berilmu silat lebih tinggi darinya atau semua ini karena hal lain. Dia
segera memanjat dinding meletakkan jubahnya lalu mencabut pedang yang ada di balik tubuhnya kemudian diapun turun dari atap.
Di dalam ruangan tidak ada orang. Perabot rumahpun tidak ada. Rumah itu kosong melompong dan masih tercium bau tidak sedap, yang membuat dia ingin muntah.
Xiao Ling tertarik pada orang yang berilmu silat tinggi dan tampak misterius yang masuk ke rumah tua yang gelap ini. Dia tidak banyak pikir, selangkah demi selangkah dia masuk ke dalam rumah itu.
Tiba-tiba di halaman terdengar ada yang bersuara. Segera Xiao Ling membawa pedang dan memutarnya. Kemudian tubuhnya berputar mengikuti pedang itu. Ternyata hanya sepotong ranting pohon yang terjatuh, dia menertawakan dirinya yang merasa terlalu tegang.
Selangkah demi selangkah Xiao Ling maju. Dia melihat setiap kamar di rumah itu kosong dan penuh dengan sarang laba-laba, debu memenuhi setiap sudut kamar.
Tiba-tiba terasa ada angin yang berhembus ke dalam. Meniup ke tubuh dan wajahnya. Xiao Ling membersihkan badannya dari debu. Dia berpikir, "Mengapa si baju hitam itu begitu masuk langsung menghilang? Apakah dia keluar dari pintu belakang?” Xiao Ling tiba-tiba teringat pada hal itu tetapi dia tidak terpikirkan kalau ilmu orang itu lebih tinggi darinya. Jika ingin membunuh, sudah sejak tadi dilakukan oleh si baju hitam, tidak perlu menghindarnya sampai sini. ”Tapi si baju hitam telah memancingnya ke sini, lalu dia menghilang, karena apa semua ini?”
Baru saja Xiao Ling akan meninggalkan tempat yang menyeramkan itu tiba-tiba ada satu sesosok bayangan berwarna merah lewat di depannya. Dengan cepat Xiao Ling mengikutinya, terlihat jubah yang tadi digantungnya di dinding sekarang tergantung di kusen pintu.
Sekarang dia baru merasa ada rasa takut menjalari hatinya. Si baju hitam sebentar muncul lalu sebentar menghilang, membuat Xiao Ling ketakutan.
Dia berhenti berlari, melihat ke sekeliling tempat itu. Rumah tua itu tidak terlihat ada siapapun di sana kecuali jubah merahnya yang bergerak karena tertiup angin.
Dia mengambil jubahnya dengan ujung pedang. Begitu dia melihat semua kamar, ternyata di salah satu kamar di rumah itu, terdapat meja dan kursi.
Segera dia mengambil jubahnya, dengan sangat berhati-hati dia memasuki kamar itu.
Tapi kamar itu kosong tidak ada siapapun di sana. Dia mengira musuh akan menyerangnya ternyata tidak ada.
Kamar ini tidak sama dengan kamar-kamar lainnya yang ada di rumah itu. Kecuali ada kursi, meja, di sudut kamar masih ada sebuah tempat tidur. Kasur dan selimut yang ada di atas ranjang itu sangat bersih, sepertinya ada orang yang menginap di kamar itu.
Di dalam rumah tua, kotor, dan seram itu ternyata ada sebuah kamar yang rapi, hal ini membuat Xiao Ling merasa aneh.
Pedang dipegangnya lebih kuat lagi. Dia terus memicingkan matanya. Walaupun kamar itu kecil tapi rapi, sepertinya si empunya kamar adalah orang menyukai kebersihan.
"Tapi siapakah si empunya kamar ini? Apakah dia adalah si baju hitam? Siapakah si baju hitam itu sebenarnya? Apakah dia adalah Gu Zhuo Piao? Heeheehh, sebenarnya siapakah Gu Zhuo Piao itu?" Selama dua hari ini benaknya selalu memikirkan banyak pertanyaan tapi tidak satupun ada jawabannya.
Banyak pertanyaan tersimpan di dalam hati ditambah lagi sekarang dia merasa patah hati. Tubuhnya mulai merasa lemas. Dia menarik nafas panjang dan duduk di kursi di dalam kamar itu.
Tiba-tiba dia berdiri mengambi kertas yang tersimpan di atas meja. Setelah dia membaca, hatinya merasa berdebar-debar. Dia bertambah kaget.
Ternyata isi surat itu adalah:
"Anak Ling, jika kau sudah membaca surat ini, segeralah pulang karena masalah di sini sudah diselesaikan. Cepat kembali ke Jiang Nan. Di belakang rumah ini ada seekor kuda. Di bawah bantal ada sejumlah uang, kau ambil saja uang itu. Sesudah kembali ke Wisma Xiao Xiang, jangan pernah bocorkan kalau aku ada di sini! Ingat, kau harus ingat!
Tertanda: Ayah.”
Xiao Ling membaca sekali lagi dan dapat dipastikan kalau itu adalah tulisan ayahnya. Tapi bukankah ayahnya masih di Wisma Xiao Xiang?
Keadaan ini hampir membuatnya gila. Dia berpikir, "Ayah belum pernah keluar dari Wisma Xiao Xiang, mengapa sekarang tiba-tiba berada di He Bei? Tapi ini adalah tulisan ayah! Untuk apa ayah kemari? Apakah si baju hitam itu adalah ayah? Apakah ayah tinggal di kamar ini?" "Mengapa ayah menyuruhku pulang lebih awal? Mengapa ayah menyuruhku supaya jangan membocorkan keberadaannya di sini?" Dia tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu karena itu dengan perasaan cemas dia berputar-putar di dalam kamar dan sama sekali tidak terpikirkan suatu ide.
Akhirnya dia melepaskan niatnya untuk mencari jawaban dan berpikir, "Ayah menyuruhku pulang, aku memang ingin pulang. Dari tadi aku memang sudah ingin meninggalkan kota Bei Jing.”
Dengan pelan dia meraba ke bawah bantal. Benar ada sebungkus kain. Dia tahu isi bungkusan itu adalah uang. Dia menarik nafas panjang, keluar dari kamar lalu pergi ke belakang rumah mencari seekor kuda di sana. Dia merasa badannya lemas dan tidak bersemangat. Sewaktu baru keluar dari Wisma Xiao Xiang, dia bercita-cita dan bersemangat tinggi, sekarang semangat itu sudah tidak ada. Dia ingin kembali ke rumah, hidup seperti dulu, tenang dan normal, melupakan semua yang telah terjadi sini, tapi.. apakah dia bisa melakukannya?
Dia berjalan ke belakang rumah, ternyata benar di sana ada seekor kuda yang diikatkan ke sebuah pohon. Dia merasa senang
sekaligus khawatir. Tiba-tiba sepasang kakinya menjadi lemas, dan diapun terjatuh.
Dia berusaha bangun tapi tidak ada tenaga sama sekali. Dia memegang wajahnya, panas seperti terbakar api. Kepala pusingnya sampai merasa berputar-putar, dia tahu dia telah jatuh sakit.
Selama ini dia selalu merasa kelelahan sepanjang perjalanan, apalagi perasaannya terpukul begitu hebat. Dia merasa kaget dan takut, pantas dia bisa jatuh sakit.
'Sakit', kata ini adalah kata asing baginya. Semenjak dia mendalami ilmu silat, belum pernah dia jatuh sakit, tapi apa artinya sakit, dia sangat mengerti.
Orang yang berlatih ilmu silat apalagi sudah mempunyai ilmu tenaga dalam, pasti jarang sakit. Tapi jika sekali sakit, perasaannya akan sama seperti air sungai Huang He, tidak bisa dibendung. Karena itu hanya dalam waktu sebentar tenaga Xiao Ling sudah tersedot banyak. Dengan lemas terbaring di bawah. salju tanah terasa sangat dingin tapi suhu tubuhnya semakin panas.
Bahkan tenaga untuk berdiripun tidak ada, tapi dia tahu dia tidak boleh terus berbaring di situ. Dengan pelan dia berdiri untuk merangkak ke kamar itu. Perjalanan ke kamar itu jika dilakukan pada saat biasa hanya dalam sekejap mata sudah sampai di sana, tetapi sekarang dia merasa waktunya sangat panjang dan sulit.
Dia berusaha merangkak ke ranjang. Pikiran tidak bisa berkonsentrasi dengan jelas.
Sesudah lama tertidur akhirnya dia terbangun juga. Kamar begitu gelap dan malam sudah tiba. Dia hanya berharap tuan rumah segera kembali. Siapapun tuan rumah ini, tidak menjadi masalah baginya.
Badan seperti dibakar api, bibir pecah-pecah. Sekarang dengan pengorbanan sebesar apapun dia berusaha untuk mendapatkan setetes air.
Dia tertidur lagi, di dalam rumah tua dan seram itu siapa yang menduga kalau di sini terbaring seorang gadis sedang tersiksa oleh sakit?
Waktu dilewatinya tanpa keadaan sadar, tidak mendapatkan air, tidak ada obat juga tidak ada makanan.
Xiao Ling merasa dia sedang berjalan menuju kematian, tidak ada seorangpun yang mengulurkan tangan untuk menolongnya. Lama kelamaan panasnya mulai turun, tapi badannya bertambah lemas, dia membutuhkan air dan makanan.
0-0-0
BAB 5
Gelombang demi gelombang
Suatu malam.
Di halaman tiba-tiba muncul 2 sosok manusia. Terdengar suara terengah-engah. Mereka pasti sudah berlari dengan jarak yang jauh, dua sosok ini berlari sangat cepat. Mereka tampak berputar di halaman kemudian terdengar salah satu berkata, "Kelihatannya rumah ini tidak ada penghuni.”
Yang satu lagi terdengar menarik nafas panjang dan berkata, "Itu lebih baik. Kita bersembunyi dulu saja di sini. Jika harus lari lagi aku tidak kuat." Dia berkata lagi, "Bagaimana kabar keluarga Sun, bagaimana keadaan paman dan keponakannya itu? Menurutku sekarang mereka pasti sudah tidak bernyawa lagi.”
Yang satu lagi berkata, "Siluman itu tidak main-main. Jangankan yang lain, yang larinya cepat saja belum pernah kulihat. Hhhehh! Apakah kau membawa korek api, kita pasang lampu dahulu.”
Kemudian dari dalam kegelapan muncul sebuah cahaya. Ternyata mereka adalah Ba Bu Can Cheng Gai dan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao.
Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao membawa korek api lalu berjalan. Dia membawa sebuah golok berwarna emas. Ba Bu Can
Cheng Gai mengikutinya dari belakang. Dia membawa sepasang pena hakim.
Sambil berjalan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao berkata, "Di sini tidak ada siapapun, aku berharap siluman itu tidak bisa mencari kita sampai ke sini.”
Ba Bu Can Cheng Gai dengan kaget berkata, "Di dalam sepertinya ada orang.”
Segera Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao berhenti melangkah. Terdengar suara rintihan. Di tempat seperti ini dan situasi seperti sekarang ini, mendengar ada suara seperti itu benar-benar membuat Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao mati rasa. Wajahnya tampak berubah. Dia membentak, "Siapa!" Kecuali suara rintihan tidak terdengar ada jawaban.
Ba Bu Can Cheng Gai berkata, "Sepertinya itu suara seorang perempuan, apakah dia terluka?”
Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao tidak menjawab. Dia berhati-hati mendekatinya sumber suara itu.
Dia berjalan melewati sebuah kamar, Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao tiba-tiba berkata, "Lihat di sana ada orang, suara rintihan itu keluar dari kamar ini.”
Dengan bantuan cahaya redup, dia melihat ke dalam kamar yang terdapat kursi dan meja. Mereka berdua bersiap-siap mengeluarkan senjata mereka masing-masing. Mereka bersiap siaga jika tiba-tiba saja diserang, dengan cepat mereka berlari masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar itu ada Yu Jian Xiao Ling. Dia sudah tidak tahan lagi. Tiba-tiba ada yang berjalan mendekati ranjangnya, antara sadar dan tidak sadar, dia mendengar ada yang berteriak, “Bukankah dia adalah Yu Jian Xiao Ling?”
Karena kaget Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao berteriak. Ba Bu Can Cheng Gai dengan cepat berlari ke arah itu. Dengan kaget diapun bertanya, "Mengapa Nona Xiao ada di sini? Kelihatannya dia bukan terluka tapi jatuh sakit.”
Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao masih ingat dengan penghinaan Xiao Ling pada saat hujan salju. Dia tidak memikirkan kalau semua itu dia sendiri yang mencarinya. Melihat Xiao Ling yang sekarat, dia berpikir akan berpangku tangan saja dan berkata, "Kita jangan mengurus masalah orang lain lagi, kita sendiripun tidak bisa menjaga diri.”
Ba Bu Can Cheng Gai terpaku mendengar perkataan temannya, tapi dia langsung bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao. Tiba-tiba di belakang mereka terdengar tawa dingin dan seram.
Begitu mendengar tawa itu, bulu kuduk Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dan Ba Bu Can Cheng Gai segera berdiri.
Segera Jin Dao Wu Di Huang menggunakan jurus Ba Feng Feng Yun mengelilingi tubuhnya dengan cahaya golok dan dengan cepat membalikkan badannya. Ba Bu Can Cheng Gai juga mengeluarkan pena hakimnya dan segera membalikkan badan.
Begitu membalikkan badan mereka berteriak karena terkejut.
Pada saat Long Shi Jian, Lin Pei Qi tinggal di kediaman perdana menteri, di atas atap dia tinggal tiba-tiba terdengar suatu suara. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu sangat berpengalaman. Mereka segera keluar. Terlihat ada bayangan hitam berlari ke belakang taman. Tian Ling Xing yang pertama bergerak mengejar orang itu, kemudian Ba Bu Can Cheng Gai, Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao, dan Sun Qi mengikutinya dari belakang. Mereka berempat mengejar bayangan itu tapi bayangan itu sudah tidak terlihat.
Mereka berempat berputar-putar di taman. Terlihat di sudut arah timur ada sesosok bayangan lagi. Mereka serentak mengejar lagi.
Mereka lupa kalau sekarang mereka sedang berada di kediaman perdana menteri. Penjagaan di sana sangat ketat. Seorang penjaga melihat di atap ada bayangan manusia, segera prajurit itu memberi isyarat kepada teman-temannya. Di bawah dinding di dalam kegelapan segera muncul puluhan pemanah. Mereka berlutut, siap
untuk memanah. Panah dilepas seperti serangga yang sedang terbang ke arah Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu, serta kawan-kawan yang lain.
Kekuatan panah-panah itu sangat kuat dan jauh. Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu sadar kalau mereka telah membuat prajurit penjaga kediaman perdana menteri menjadi siap siaga. Dia menarik nafas. Dengan senjata yang dipegangnya dia menangkis panah-panah itu dan membentak, "Mundur!”
Mereka berempat dengan cepat keluar dari dinding rumah itu. Untungnya walaupun prajurit penjaga sangat banyak tapi tidak ada berilmu silat tinggi.
Sesudah keluar dari kediaman perdana menteri, dari kejauhan terlihat bayangan orang itu lagi. Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu segera berteriak dengan suara rendah, "Ayo kejar dial”
Mereka berempat berlari melewati atap-atap rumah penduduk. Di bawah sinar bulan terlihat seseorang sedang berdiri disana. Dia sama sekali tidak bergerak.
Mereka berhenti berlari, Sun Qi Yu karena memiliki ilmu lebih rendah, dia tidak bisa berhenti tepat di tempat itu dan 2 langkah lebih maju dibandingkan dengan mereka.
Begitu berhenti mereka melihat orang itu memakai baju berwarna kuning emas muda. Walaupun gelap tapi karena ada salju yang berwarna putih, maka warna baju orang itu terlihat terang. Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu berteriak, "Can Jin Du Zhang.”
Begitu mendengar teriakan Sun Qing Yu, ketiga orang lainnya segera bergerak. Dengan genggaman kuat mereka memegang senjata masing-masing, kedua mata mereka melotot melihat orang yang berdiri di depan mereka.
Can Jin Du Zhang tertawa dengan dingin, "Hei marga Sun, kau belum mati juga!" suaranya dingin juga kejam.
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu terkenal dengan kelincahannya di dunia persilatan tapi sekarang jantungnya seperti ada yang memukul
genderang. Tapi dia berusaha memperlihatkan wajah tawa lalu berkata, "Kita sudah berpisah selama 20 tahun, Tuan masih tetap seperti dulu, tidak terlihat lebih tua. Aku benar-benar merasa senang. Tuan mengundang kami ke sini ada keperluan apa?”
"Aku ingin mencabut nyawamu!" suara Can Jin Du Zhang terdengar lebih dingin lagi.
Mereka berempat mulai berkeringat dingin. Jika ada orang yang bisa melihat wajah Can Jin Du Zhang tapi tidak terkejut, maka itu adalah hal yang aneh. Kau pasti tidak menyangka mengapa ada manusia yang berwajah seperti itu bukan?
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu tertawa panjang suara tawanyat terdengar bergetar. Dia berkata, "Pendekar Gu Du, kita sudah 20 tahun lebih tidak bertemu. Sifatmu masih tetap seperti dulu. Teman lama bertemu kembali, seharusnya kita bersenang-senang. Walaupun Tuan akan mengambil nyawaku, tidak perlu terburu-buru melakukannya.”
Wajah Can Jin Du Zhang tetap datar. Wajahnya seperti tidak pernah bergerak tapi kedua matanya mengeluarkan sorot tajam dan terus menatap sekeliling sana.
"Kalian bertiga tetap tinggal di sini, yang muda cepat pergi dari sini." Suaranya tidak berubah, tapi Tian Ling Xing, Sun Qing Yu begitu mendengar suara itu merasa aneh. Dia berpikir, "Can Jin Du Zhang selalu tidak memberi kesempatan hidup kepada siapapun, mengapa hari ini dia tampak berubah dan hanya menginginkan nyawa kami bertiga sedangkan dia melepaskan anak Qi.”
Wajah Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dan Ba Bu Can Cheng Gai sangat pucat.
Walaupun belum sempat bertarung tapi mereka bisa merasakan kekuatan yang sulit dilawan.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu memerintahkan Sun Qi pergi dari sana.
Sun Can dan Sun Qi sejak kecil sudah mengikuti pamannya. Walaupun hubungan mereka adalah paman dan keponakan tapi pada kenyataannya mereka seperti ayah anak.
Tian Ling Xiang, Sun Qing Yu mendengar Can Jin Du Zhang rela melepaskan Sun Qi, dia mengerti keadaan ini. Walaupun mereka berempat bergabung juga belum tentu bisa mengalahkan Can Jin Du Zhang. Mungkin untuk melarikan diri sekalipun tidak akan ada kesempatan. 20 tahun yang lalu dia sendiri menyaksikan orang itu mati, mengapa sekarang dia masih hidup dan berdiri dengan sehat di depannya? Wajahnya sama sekali tidak berubah. Dia semakin merasakan kekuatah orang ini benar-benar hebat juga tahu bahwa hari ini tidak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri. Karena itu dia menyuruh Sun Qi cepat pergi dari sana. Kalau ada kesempatan untuk melarikan diri, maka Sun Qi tidak akan menjadi beban baginya.
Mata Sun Qi merah seperti api. Sifat Sun Qi sangat jujur. Dia sangat dekat dengan pamannya. Sekarang melihat orang yang membunuh kakaknya berada di hadapannya, kemarahan lebih banyak mendominasi pikirannya dibandingkan dengan rasa takut.
Kemarahan membuatnya lupa pada segala hal. Dia berteriak, "Kembalikan nyawa kakakku!" dia terbang ke arah Can Jin Du Zhang. Pisau yang dipegangnya sudah melayang. Dia memakai ilmu Li Di Cui Hun.
Can Jin Du Zhang tertawa dingin. Kakinya tidak bergeser, dia hanya memiringkan badannya sedikit. Pisau itu menepis di depannya. Antara pisau dengan hidung Can Jin Du Zhang hanya berjarak 2.5 centimeter.
Karena meleset, dia hanya mengenai tempat kosong. Dalam hati Tian Ling Xing, Sun Qing Yu merasa khawatir.
Tapi Sun Qi segera melayangkan pisaunya lagi. Dia menusuk ke dada dan perut Can Jin Du Zhang. Can Jin Du Zhang mulai marah dan membentak, "Pergi sana!" tubuhnya berputar di belakang Sun Qi tapi dia tidak berniat melukai Sun Qi.
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu melihat apa yang terjadi di depannya, dia merasa semakin aneh. "Mengapa sekarang Can Jin Du Zhang tampak lebih baik?" Dia segera maju dan dengan pisau dia menahan jurus Sun Qi.
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu terkenal dengan jurus Wu Hu Duan Men Dao, Sun Qi pun mempelajari ilmu ini dari pamannya tapi belum mencapai tahap seperti dia. Sekarang dia mengangkat pisaunya menahan serangan Sun Qi, dan Sun Qi merasa pergelangan tangannya kaku. Dengan cepat dia menarik pisaunya dan mundur. Dia tidak mengerti mengapa pamannya malah menahan serangan pisaunya demi seorang musuh yang sangat dibencinya?
Mana dia bisa mengetahui pikiran Tian Ling Xing, Sun Qing Yu, Tian Ling Xing, Sun Qing Yu tahu dengan kemampuan ilmu silat yang dimiliki Sun Qi dia tidak akan bisa melukai Can Jin Du Zhang, karena itu Tian Ling Xing, Sun Qing Yu mengangkat pisaunya untuk menghentikan serangan Sun Qi.
Dua buah pisau beradu lalu terdengar suara dentingan cukup besar, di malam yang sunyi semua terdengar sangat jelas.
Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao berada di belakang Can Jin Du Zhang, dia orang yang tahu diri, melihat kemampuan ilmu silat Can Jin Du Zhang dia sadar kalau dia bukan lawan Can Jin Du Zhang, karena itu dia mulai berpikir untuk melarikan diri dari sana, dia sudah tidak peduli dengan hidup mati Sun Qi, lalu dia berlari dengan kencang dan kabur dari sana.
Mata Can Jin Du Zhang terasa ada aura membunuh, begitu Tian Ling Xing, Sun Qing Yu membalikkan badannya dia bertemu dengan mata Can Jin Du Zhang, dengan cepat Tian Ling Xing, Sun Qing Yu menghindari sorot itu, dia melihat tangan kanannya, hati Tian Ling Xing, Sun Qing Yu terasa bergetar.
Tapi di luar dugaan, mata Can Jin Du Zhang hanya melihatnya, dia seperti mengerti dan kasihan kepada Tian Ling Xing, Sun Qing Yu, diapun bergerak, tubuhnya dengan ringan eperti walet terbang masuk ke awan, lalu diapun mengejar Ba Bu Gan Can Cheng Gai dan Jin Dao Wu Huang Gong Zhao.
Begitu Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dan Ba Bu Guan Can Cheng Gai secara tidak sengaja masuk ke tempat di mana Yu Jian Xiao Ling sedang terbaring sakit. Mereka mengira kalau keadaan mereka sudah aman, tapi begitu membalikkan badan ternyata Can Jin Du Zhang sudah berada di belakang mereka.
Perubahan terjadi dengan tiba-tiba, membuat mereka berdua benar-benar terkejut.
Rintihan Yu Jian Xiao Ling terdengar lagi dari arah tempat tidur, sorot mata Can Jin Du Zhang melewati Ba Bu Guan Cheng Can Gai dan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dan jatuh tepat di ranjang yang berada di kejauhan. Walaupun wajahnya terlihat datar tapi sepasang matanya terlihat tajam, matanya tampak penuh dengan perhatian dan belas kasih.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai dan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao sudah lama berkelana di dunia persilatan tentunya mereka sangat berpengalaman, itu bukan mata orang biasa yang mengikuti pandangan Can Jin Du Zhang, mereka segera tahu kalau kesempatan baik telah datang.
Pesilat tangguh selalu berpikir pintar, melihat ada kesempatan di depan mata, mereka tidak menyia-nyiakannya begitu saja. Dengan cepat mereka menyerang Can Jin Du Zhang.
Walaupun ilmu silat mereka tidak tinggi tapi mereka sangat terkenal di dunia persilatan, selama puluhan tahun berlatih ilmu silat, maka kemampuan merekapun tidak bisa dipandang sebelah mata.
Apalagi mereka sadar bahwa mereka sudah berada di ambang hidup dan mati, maka pukulan yang diluncurkan haruslah pukulan yang sempurna, tidak boleh memberikan celah, mereka berharap dalam satu kali pukul akan segera mengenai sasarannya dan berhasil merobohkan Can Jin Du Zhang.
Tapi Can Jin Du Zhang memang hebat begitu merasakan ada angin yang dihasilkan oleh telapak tangan, dengan cepat dia menarik sorot matanya yang sedang melihat ke arah Xiao Ling, tapi tubuhnya tetap tidak bergerak.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai dan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao sudah mengeluarkan jurus, yang satu menyerang ke dada kanan sedangkan yang lainnya menyerang ke bawah tulang rusuk, di antara dada dan perut terdapat sebuah rongga, mereka sadar kalau mereka tidak akan bisa melawan Can Jin Du Zhang, karena itu mereka memilih tempat yang lowong dan menyerangnya dengan telak di sana, mereka tidak ingin bertindak ceroboh.
Can Jin Du Zhang tertawa dingin, telapak tangan mereka hampir mengenai dadanya, tiba-tiba dia menarik nafas dalam-dalam dan tubuhnya membentuk busur, dada dan perut menciut hampir 20 sentimeter, cara dan ilmunya benar-benar membuar orang menjadi kagum melihatnya.
Begitu serangan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dan Ba Bu Gan Can Cheng Gai tidak mengenai sasaran, mereka benar-benar kaget, mereka sadar kalau mereka telah menggunakan jurus pamungkas mereka, sekarang mereka tidak mempunyai jurus andalan lainnya.
Tangan kanan Can Jin Du Zhang membentuk seperti ikan yang sedang berenang dan keluar melewati tangan kanan Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao lalu memukul tulang rusuk Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao sebelah kanan. Walaupun ilmu Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao tinggi tapi sekarang ini ilmunya tidak bisa menyelamatkan nyawanya.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai merasa terkejut, dia berusaha menarik kembali telapak tangan kanannya lalu melayangkan telapak tangan kirinya untuk menepis tangan kanan Can Jin Du Zhang tapi kakinya telah berputar. Dia mundur dan menyerang lagi semua itu dilakukannya supaya dia bisa mundur, dia hanya meminta agar nyawanya bisa diselamatkan.
Walaupun dia memiliki rencana sempurna tapi semua itu sudah terlambat. Tulang bahu kiri dan kanannya ditotok oleh Can Jin Du Zhang. Kedua tangannya terasa kaku dan tidak bertenaga, telapak tangan yang berkilau berhenti di depan wajahnya.
Cheng Gai mendapat julukan Ba Bu Gan Chan (Delapan langkah mengejar tonggeret), pasti ilmu meringankan tubuhnya memiliki
keistimewaan tapi dengan cara apapun dia berusaha bergerak tetap saja telapak tangan yang berkilau itu tidak menjauh dari depan hidungnya.
Dia merasa takut menjelang kematiannya, banyak hal yang belum dia lakukan dan pikirkan, sekarang mengalir dengan deras seperti air sungai, masuk ke dalam pikirannya. Dia menamai dirinya pendekar tapi dalam hidupnya diapun telah banyak melakukan hal jahat, kejahatannya muncul di dalam pikirannya.
Sekarang dia merasa kematian memang pantas untuknya, orang yang akan mati perkataannya lebih jujur, sampai dia merasa beban di dalam hatinya menghilang.
Dia memejamkan mata dan menarik nafas panjang, menyesali kehidupannya, dan menunggu maut menjemputnya.
Dia berpikiran lama seperti itu, dari rasa bingung dan akhirnya dia sadar ketika ada angin yang berhembus ke arahnya, tiba-tiba dia tersadar, "Aku belum mati.”
Karena merasa diberi kesempatan hidup maka semangatnya pun timbul kembali, dia membuka mata ternyata di depannya tidak ada seorangpun, dan Can Jin Du Zhang entah menghilang kemana.
Hanya dalam waktu singkat dia merasa mati tapi juga merasa hidup kembali, tapi sekarang pikirannya dengan pikiran sebelumnya sudah tidak sama.
Dia tergesa-gesa berjalan dua langkah ke depan untuk melihat keadaan sekeliling kamar itu. Ternyata di sana tidak ada seorangpun, Yu Jian Xiao Ling yang sedang sakit dan merintih di ranjangpun sekarang raib entah ke mana.
Dia menghela nafas panjang, cita-citanya yang tinggi hilang entah ke mana, sampai saat tadi dia berpikir akan mengganti kerugian kepada orang yang telah dirugikannya, ternyata orang itu sudah menghilang.
Dia berpikir, "Sekarang satu-satunya langkah yang akan kujalani adalah mengubur dalam-dalam namaku kemudian menjadi orang
biasa. Heehhh!! Baru mempunyai ilmu silat sedikit saja kau sudah berebut nama di dunia persilatan.”
Dia segera keluar dari kamar itu, begitu mengangkat kepalanya dia melihat ada sarang laba-laba di sudut kamar, sarang laba-laba itu terputus karena tertiup angin.
Dia berpikir, "Nasibku dan nasib laba-laba itu sama, tidak bisa melewati hujan dan angin.”
Dalam hidup Ba Bu Gan Can Cheng Gai dia jarang bertemu dengan musuh yang kemampuannya tidak terduga, begitu bertemu dengan musuh seperti itu dia merasa tidak berguna. Hanya dalam waktu singkat musuh berhasil menundukkannya dan diapun menurut. Dia mengingat kembali kesuksesannya, semua itu bukan karena dia mempunyai ilmu silat yang tinggi melainkan karena orang yang dia temuinya mempunyai ilmu silat lebih rendah darinya. Rasa percaya diri dan kesombongannya, sekarang lenyap entah kemana, sekarang yang ada hanya rasa tidak percaya diri dan penyesalan. Dia tampak terus berpikir dan tidak maju selangkahpun dari sana.
Sarang laba-laba terputus karena tertiup angin, walaupun gagal laba-laba itu tidak terlihat patah semangat, dia berusaha memanjat ke sudut dan membuat sarangnya lagi.
Angin berhembus lagi, sarang yang baru dibuatnya terputus lagi.
Laba-laba itu tetap dengan semangat membuat sarangnya lagi tapi tidak terlihat putus asa. Dia sedang melawan kekejaman alam.
Hati Ba Bu Gan Can Cheng Gai menjadi terbuka, "Laba-laba saja bisa seperti itu, masa aku kalah dari seekor laba-laba?" Dia merasa bersemangat kembali.
"Masih banyak yang bisa kulakukan di dunia ini." Dengan langkah besar dia keluar dari kamar, "Apa yang kuhutang dari orang lain harus kubayar, kalau sekarang aku pergi begitu saja, itu bukan sikap seorang laki-laki sejati.”
Dia merasa kedua tangannya ada tenaga lagi, tangan yang tadinya terasa lemas sekarang mulai bertenaga, dia merasa sangat berterima
kasih kepada Can Jin Du Zhang, kalau tidak mungkin kedua tangannya sudah cacat.
Dia berkata pada dirinya sendiri, "Mungkin di dunia ini kecuali diriku, tidak ada yang merasa benar-benar berterima kasih kepada Can Jin Du Zhang.”
Tadinya dia bermaksud melarikan diri sekarang dia keluar dari rumah itu dengan perasaan tenang, tiba-tiba dia teringat pada Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao yang bersama-sama melarikan diri, dia merasa tidak enak karena itu pikirannyapun bergejolak, dia telah melupakan Huang Gong Zhao.
Dia kembali ke kamar tadi, dia sudah melihat ada mayat. Ternyata mayat itu adalah mayat Huang Gong Zhao yang rambutnya mulai memutih.
Melihat mayat itu, hati Ba Bu Gan Can Cheng Gai merasa sedih.
Sewaktu dia sedang berpikir tiba-tiba dari luar terdengar ada yang berkata, "Sayang sekali! Sayang rumah sebesar ini, tidak ada penghuninya." Suaranya terdengar sangat jernih.
"Siapakah dia?" pikir Ba Bu Gan Can Cheng Gai. Suaranya seperti sangat dikenalnya. Kemudian dia berpikir lagi, "Disini begitu terpencil, mengapa bisa ada orang datang kemari?”
Terdengar ada yang berkata lagi, "Qi Er, kau lihat jejak kaki ini masih baru, apakah ada yang tinggal di sini?”
Suara itu menjawab, "Aku akan masuk dulu untuk melihat-lihat.”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai berpikir, "Celaka! Sekarang ini ada mayat disisiku. Aku akan dicurigai telah membunuh Huang Gong Zhao, dan aku tidak bisa memerikan penjelasan apapun.”
Segera dia menggendong mayat Huang Gong Zhao. Dia ingin pergi dari sana tapi pintu rumah itu akan terbuka dan sudah ada seseorang yang masuk. Melihat Ba Bu Gan Can Cheng Gai, dia sedikit mundur seperti kaget melihatnya. Tapi wajahnya tetap datar. Kemudian menyusul masuk seorang anak yang berumur sekitar 13-14 tahun. Dia sangat tampan. Kedua matanya yang besar melihat Ba Bu
Gan Can Cheng Gai. Kemudian dia berteriak, “Tuan, cepat masuk! Di rumah ini ada yang mati!”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai berpikir, "Anak ini sangat aneh, melihat ada mayat, dia tidak ketakutan, malah berteriak.”
Pengalaman hidup Ba Bu Gan Can Cheng Gai sangat banyak. Matanya tampak berputar. Dia merasa hal ini memang pantas dicurigai. Di luar terdengar ada yang berkata lagi, suara jernih itu bertanya, "Apakah benar?”
Sambil bicara orang itu melenggang masuk. Bajunya mewah dan dia tampak sangat bersemangat. Ba Bu Gan Can Cheng Gai berteriak, "Ternyata kau.”
Ternyata orang yang masuk adalah putra perdana menteri. Orang yang terlihat selalu misterius, Gu Zhuo Piao.
Gu Zhuo Piao melihat Ba Bu Gan Can Cheng Gai ada di rumah itu, ekspresi wajahnya seperti kaget. Dia bertanya, "Apakah dia adalah Pendekar Huang?”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai kaget karena Gu Zhuo Piao dengan curiga melihatnya. Sepertinya dia curiga Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao dibunuh olehnya.
Pada saat seperti itu, apa yang harus dia jelaskan? Dia hanya bisa bengong. Berbagai macam masalah yang dialaminya hari ini membuat Ba Bu Gan Can Cheng Gai yang sangat berpengalaman menjadi kebingungan.
Mata Gu Zhuo Piao terus menatapnya. Sorot matanya terlihat seperti ada cahaya yang memaksa juga seperti ingin mengetahui isi hati Ba Bu Gan Can Cheng Gai. Dengan suara rendah dia bertanya, "Pendekar Cheng, apa yang telah terjadi?”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai menarik nafas panjang. Dia menceritakan semua hal yang telah terjadi. Sewaktu menceritakan tentang bagaimana kemampuan ilmu silat Can Jin Du Zhang dan kemunculannya yang selalu tanpa dugaan. Ba Bu Gan Can Cheng Gai memberitahu bahwa dia sangat mengagumi Can Jin Du Zhang dan
berkata, "Pantas Can Jin Du Zhang bisa menguasai dunia persilatan selama ratusan tahun dan belum pernah terkalahkan selama ini, semua ini karena dia memang mempunyai ilmu silat hebat. Benar-benar pantas untuk dikagumi.”
Dari mata Gu Zhuo Piao terlihat ada kilau yang membuat orang sulit mengerti apa arti dari kilauan itu. Seperti terlihat senang tapi juga seperti tidak menyukai pujian Ba Bu Gan Can Cheng Gai pada Can Jin Du Zhang.
Tapi hanya dalam waktu singkat sorot matanya sudah kembali normal. Dengan melotot dia bertanya, "Apakah benar kejadiannya memang seperti itu?" Dia melihat mayat Jin Dao Wu Huang. Dia masih curiga kepada Cheng Gai.
Sebenarnya Ba Bu Gan Can Cheng Gai ingin mengatakan sesuatu tapi mengingat kalau Gu Zhuo Piao adalah putra perdana menteri, akhirnya dia memutuskan untuk menyimpan kata-katanya. Tapi sikap tidak sukanya tidak bisa ditutupi. Dia berkata, "Jika Tuan Muda tidak percaya, akupun tidak bisa berkata apa-apa lagi....”
Gu Zhuo Piao melarangnya untuk meneruskan kata-katanya. Dia mempunyai wibawa yang sudah menjadi pembawaannya, membuat siapapun harus mendengar perkataannya. Pembawaan ini memang sudah menjadi bakat alaminya. Tapi pengalaman dan latihanpun tidak boleh berkurang. Ba Bu Gan Can Cheng Gai menundukkan kepalanya. Dia tidak meneruskan perkataannya.
Dia terdiam sebentar. Ba Bu Gan Can Cheng Gai tetap merasa kalau dia dicurigai. Tiba-tiba dia melihat mayat Huang Gong Zhao dan menepuk dahinya, "Jika Tuan Muda tidak percaya, aku akan membutikannya sehingga Tuan Muda percaya.”
Dari sudut matanya dia melihat Gu Zhuo Piao seperti sedang tertawa. Segera Ba Bu Gan Can Cheng Gai jongkok di depan mayat Huang Gong Zhao. Dia membuka baju Huang Gong Zhao sambil berkata, "Pendekar Huang dipukul oleh Can Jin Du Zhang di bagian dadanya. Di dadanya pasti ada bekas telapak berwarna kuning. Itu akan....”
Kata-katanya tiba-tiba berhenti dan dia tidak bisa bicara apa-apa lagi.
Gu Zhuo Piao bertanya, "Ada apa?" Terlihat dada Huang Gong Zhao hanya ada bercak berwarna hitam bekas dipukul. Tidak ada telapak tangan berwarna kuning. Sudut mata Gu Zhuo Piao terlihat ada tawa.
Kali ini Ba Bu Gan Can Cheng Gai benar-benar bengong. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kalau Huang Gong Zhao dipukul oleh Can Jin Du Zhang di bagian dada. Siapapun selama puluhan tahun ini bila dia dipukul oleh Can Jin Du Zhang pasti akan terlihat telapak tangan berwarna kuning.
Sekarang di dada Huang Gong Zhao hanya terdapat bercak berwarna hitam. Bagaimana dia harus menjelaskan semuanya?
Apakah orang tadi bukan Can Jin Du Zhang? Apakah ada seseorang yang memalsukan identitasnya? Tapi ilmu silat orang itu miliki tidak mungkin bisa ditiru oleh siapapun. Siapakah orang ini?
Apakah di dunia persilatan ini masih ada pesilat tangguh lainnya yang hanya memiliki satu tangan?
Ba Bu Gan Can Cheng Gai tidak bisa menjelaskannya. Dengan suara kecil dia bertanya-tanya, "Apa yang telah terjadi? Apa yang telah terjadi?”
Gu Zhuo Piao tertawa. Seperti tertawa dingin.
Kata Ba Bu Gan Can Cheng Gai, "Aku dan Huang Gong Zhao adalah teman lama, jika Tuan Muda masih menaruh curiga....”
Gu Zhuo Piao tertawa dan menyela perkataannya.
"Apakah Pendekar Cheng mengira aku mencurigai Anda? Walaupun aku tidak bisa ilmu silat tapi aku bisa mengerti sedikit-sedikit.”
Dia menunjuk mayat Huang Gong Zhao dan berkata, "Orang yang membuat Pendekar Huang mati, dilihat dari lukanya dia adalah
pesilat tangguh dan ilmunya benar-benar sangat tinggi. Jika ilmu silat milik Pendekar Cheng, aku rasa belum sampai pada tahap ini....”
Dia berhenti bicara. Wajah Ba Bu Gan Can Cheng Gai merah. Dia tahu apa yang dimaksudkan oleh Gu Zhuo Piao. Berarti dengan kemampuan ilmu silat yang dimiliki Ba Bu Gan Can Cheng Gai belum mencapai pada tahap bisa membunuh Huang Gong Zhao.
Dengan teliti dia melihat luka Huang Gong Zhao. Bercak hitam di tubuh Huang Gong Zhao masih mengumpul dan setelah diraba-raba ternyata bajunya masih sangat rapi. Dia bertambah kaget lagi dan berpikir, "Orang ini benar-benar mengejutkan. Sepertinya kemampuan ilmu silatnya sudah mencapai tahap Ge Shan Da Niu (dari balik gunung memukul sapi)." Kemudian dia berpikir lagi, "Tuan muda ini sangat mengetahui kualitas suatu benda." Tiba-tiba dia teringat pada kelakuan Gu Zhuo Piao dan sorot matanya yang berkilau. Hatinya bergerak.
Yang perlu diketahui; orang yang berilmu silat tinggi, sorot mata mereka pasti tidak akan sama dengan sorot mata orang biasa. Di dunia ini banyak hal yang bisa dibohongi tapi apa yang dipancarkan dari mata tidak akan bisa menutupi hati seseorang sekalipun dia adalah orang jahat atau jujur. Dari pandangan mata saja semua bisa terlihat.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai berpikir, "Aku benar-benar bodoh. Dari gerakan, kata-kata, ataupun sikapnya, terlihat kalau dia mempunyai kemampuan ilmu silat, mungkin ilmunya lebih tinggi dariku!”
Orang yang menyembunyikan ilmunya semakin memberikan kesan misterius.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai bertanya, "Apakah Tuan Muda bisa ilmu silat?”
Anak kecil itu tertawa dan berkata, "Sekarang Anda baru tahu?”
Gu Zhuo Piao memelototi anak itu dan berkata, "Sejak kecil aku selalu bersekolah, tidak lupa juga mempelajari ilmu pedang." Dia tertawa lagi, "Aku hanya mempunyai ilmu silat biasa-biasa saja.”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai menghembus nafas lega dan berkata, "Ternyata begitu.”
Dia melihat anak itu. Anak itu sedang tertawa melihat Ba Bu Gan Can Cheng Gai. Ba Bu Gan Can Cheng Gai baru tahu kalau ternyata pelajar sopan ini adalah seorang pesilat dan mungkin dia adalah pesilat tangguh.
Karena itu dengan kaget dia berkata, "Ternyata Tuan Muda juga orang persilatan. Aku benar-benar telah salah menilai Anda." Semenjak mendapat keringanan hukuman dari Can Jin Du Zhang, sikap yang biasanya terlihat sombong, sekarang sudah tidak terlihat lagi. Dia mulai menyadari orang yang berilmu lebih tinggi darinya ternyata sangat banyak. Dengan rasa sungkan dia bertanya, "Tuan Muda termasuk ke perguruan mana? Apakah Anda bisa memberitahuku?”
Anak itu adalah anak yang sering membantu Gu Zhuo Piao membawa buku. Mungkin karena terlalu disayang, sekarang dia yang menjawab, "Bagaimana Tuan Muda menjawab pertanyaan ini?" sambil menghitung dia berkata, "Guru Tuan mudaku adalah Song Shan Shao Lin, Guru Yuan Gong. Masih ada dari Wu Dang Pendekar Ling Ji. Tuan Zhong dari perkumpulan Kun Lun. Masih ada Qi Shou Qian Ke dari Dian Chang, dengan begitu tuan muda termasuk dari perkumpulan mana?”
Kata-kata anak itu membuat Ba Bu Gan Ca Cheng Gai menarik nafas kaget.
Karena nama-nama yang disebutkan anak itu sangat terkenal di dunia persilatan dan generasinya berada di atasnya semua. Sekarang mereka jarang mencampuri urusan dunia persilatan. Dengan curiga dia melihat Gu Zhuo Piao dan berpikir, "Apakah dia benar-benar, murid dari orang-orang tadi?”
Gu Zhuo Piao tertawa, dia tidak mengakui juga mengakui. Anak itu berkata lagi, "Apakah Tuan tidak percaya?”
Segera anak itu memperagakan jurus-jurus Shao Lin. Dia benar-benar sangat memahami jurus-jurus itu.
Tiba-tiba telapaknya diubah. Dia sudah mengeluarkan jurus Wu Dang.
Tiba-tiba dia menangkap pedang, tubuhnya terbang. Dia sudah mengeluarkan jurus-jurus Kun Lun yang sangat lihai.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai melihat jurus-jurus yang diperagakan anak itu dan tidak curiga lagi.
Anak itu memperagakan ilmu silat Shao Lin, Wu Dang, Kun Lun, dan Tian Chang. Gu Zhuo Piao sambil tertawa melihat kelakuan anak itu tapi dia tidak melarangnya. Wajahnya tertawa membuat orang lain tidak mengerti.
"Apakah Anda sudah percaya sekarang?" tanya anak itu sambil tertawa.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai berdiri dan memberi hormat kepada Gu Zhuo Piao. Dia berkata, "Maafkan, aku tidak tahu kalau Tuan Muda adalah pesilat berilmu tinggi.”
Dia memberi hormat lagi kepada anak itu dan berkata, "Bukan Tuan Muda saja, tapi Tuan kecil inipun seorang pesilat tangguh.”
Anak itu tertawa dan berkata, "Apakah benar? Bagaimana jika kita bertarung sekarang?”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai dengan malu-malu tertawa. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Untung Gu Zhuo Piao membentaknya, "Qi Er, jangan nakal!”
Mereka bertiga tinggal sebentar di rumah usang itu. Gu Zhuo Piao mulai merasa kesal. Dia berkata, "Mayat Pendekar Huang jika diletakkan di sini terlalu lama itupun tidak baik, lebih baik kita bawa dulu ke rumahku dan dikuburkan dengan baik.”
Kata Ba Bu Gan Can Cheng Gai, "Itu yang kuinginkan.”
Qi Er langsung meloncat dan menggendong mayat Huang Gong Zhao. Tapi karena Qi Er terlalu pendek, mayat Huang Gong Zhao terkulai turun. Kepalanya hampir mengenai tanah. Mengingat dulu dia dan Huang Gong Zhao selalu bersama-sama mengalahkan musuh
juga bersama-sama berkelana di dunia persilatan, dia merasa sedih. Dia segera mendekat dan pelan-pelan mengangkat mayat Huang Gong Zhao.
Di luar ada sebuah kereta mewah. Di atas kereta terlihat ada kusir berbadan sangat tegap. Pakaian kusir itu lebih bagus daripada pakaian Tuan muda biasa. Diam-diam dia menarik nafas, "Keluarga menteri benar-benar berbeda dengan keluarga kaya lainnya!”
Di dalam kereta terlihat ada rantang dan cangkir. Ba Bu Gan Can Cheng Gai baru terpikir, "Ternyata Tuan muda keluar kota untuk bertamasya.”
Ini adalah salah satu kejelekan sifat manusia. Begitu dia terlepas dari bahaya, dia baru bisa memikirkan masalah lain.
Kereta berjalan sangat kencang. Hanya dalam waktu singkat sudah sampai di kediaman perdana menteri. Gu Zhuo Piao sangat mengetahui jalan. Hanya beberapa kali belokan mereka sudah berada di sebuah taman. Orang-orang yang ditemui di kediaman perdana menteri pada saat melihat Tuan muda mereka membawa pulang mayat, walaupun merasa aneh tapi mereka tidak berani bertanya.
Begitu masuk ke sebuah taman ternyata di sana sudah ada beberapa pelayan datang menghampiri mereka. Mungkin mereka adalah orang-orang terdekat Gu Zhuo Piao. Mereka membawa mayat Huang Gong Zhao. Lalu Gu Zhuo Piao juga dengan suara kecil berpesan dan pelayan itupun segera membawa mayat Huang Gong Zhao pergi.
Gu Zhuo Piao membalikkan badan dan berkata, "Kakak Cheng, kalau tidak ada keperluan lainnya tinggallah sementara di rumahku selama beberapa hari.”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai sedang berpikir, tiba-tiba memdengar Gu Zhuo Piao berkata padanya dengan kaget berkata, "Yi!”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai mengikuti sorot mata Gu Zhuo Piao melihat ke arah yang dilihatnya. Ternyata di sisi gunung buatan itu terlihat ada sesorang sedang terbaring di sana dan dia sedang merintih.
Orang itu terbungkus selimut, badannya tidak terlihat. Tapi dari rintihannya siapapun bisa menebak kalau orang itu adalah perempuan.
Dia berpikir, "Apakah dia adalah Yu Jian Xiao Ling?" Karena itu dia segera mengikuti Gu Zhuo Piao berlari ke gunung buatan.
Begitu mendekat orang itu, dia bisa melihat dengan jelas wajah orang itu yang tersembul dari gulungan selimut. Rambutnya berantakan, Karena suhu tubuhnya panas wajahnyapun merah. Matanya terpejam dan nafasnya terengah-engah. Dia adalah Yu Jian Xiao Ling.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai mulai merasa curiga, "Mengapa Yu Jian Xiao Ling bisa ada di sini? Apakah Can Jin Du Zhang yang mengantarkannya ke sini?" Tapi dia segera menepis pikirannya. Can Jin Du Zhang sudah muncul selama ratusan tahun di dunia persilatan. Dia adalah orang terkejam di dunia, sifatnyapun dingin, mana mungkin dia mau mengurus masalah tetek bengek seperti ini dan mengantarkan seorang gadis sakit ke sini?
Pikirannya terus berjalan. Dia tidak bisa menjelaskannya apa yang dia pikirkan. Tiba-tiba dia teringat pada cerita-cerita dunia persilatan, Hubungan antara Can Jin Du Zhang dan Wisma Xiao Xiang. Dia baru mengerti dan berpikir, "Pantas saja!”
Tapi segera dia menaruh curiga lagi. "Jika Can Jin Du Zhang ingin menolong Yu Jian Xiao Ling, mengapa dia mengantarkan Yu Jian Xiao Ling ke sini?" Diam-diam dia melihat Gu Zhuo Piao. Terlihat Gu Zhuo Piao sangat cemas memeriksa penyakit Yu Jian Xiao Ling. Perhatiannya kepada Yu Jian Xiao Ling terlihat jelas dari wajahnya.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai mencari satu alasan tepat untuk menjelaskan kepada dirinya, "Mungkin Can Jin Du Zhang tahu kalau Gu Zhuo Piao dan Yu Jian Xiao Ling adalah teman akrab dan sengaja dia mengantarkannya ke sini supaya mereka bisa berjodoh.”
Sambil tersenyum dia melihat mereka berdua dan berpikir, "Menurut orang-orang dunia persilatan Can Jin Du Zhang sangat kejam. Menurutku tidak seperti itu.”
Tiba-tiba dia teringat pada satu hal, "Apa yang kulihat, Can Jin Du Zhang tadi, aku....”
Kepalanya pusing. Sambil merasa pusing itu tidak melihat ada sedikit informasi yang bisa membuat dia berpikir lebih jauh lagi. Dia menyalahkan dirinya karena bodoh, sebenarnya dia tidak tahu apa yang sudah terjadi, dan semua sudah tidak termasuk pada aturan biasa. Apa yang terjadi di dunia ini hanya dia sendiri yang tahu, tidak ada orang yang bisa mengerti apa alasannya.
Sekarang Jin Dao Wu Huang sudah meninggal, hanya tinggal dia sendiri. Pendekar sekarang atau dulu, pada saat menghadapi kematian, mereka tidak takut. Tapi jika seseorang sudah melewati bahaya ini kemudian nyawanya selamat, dia akan merasakan betapa pentingnya kehidupan ini.
Ba Bu Gan Can Cheng Gai berpikiran demikian. Dia sangat berterima kasih Can Jin Du Zhang kaerna telah melepaskannya. Membuat dia tahu bahwa hidup adalah suatu kenikmatan.
Orang-orang yang mati sangat banyak. Banyak laki-laki sejati sudah mati dan tidak ada kesempatan untuk membalas dendam, karena itu dia menyimpan kesedihan yang dalam dan berpikir, "Dunia persilatan begitu banyak budi dan dendam. Dendam dan budi saling berkaitan. Aku harus bagaimana bertindak? Apakah mulai sekarang aku lebih baik tidak usah muncul lagi di dunia persilatan? Ilmu silat yang kumiliki sekarang, sekalipun aku mengundurkan dari dunia persilatan lalu berlatih selama 10 tahun atau 20 tahun, tidak akan bisa mengalahkan Can Jin Du Zhang." Dia berdiri lalu berjalan ke arah taman dan dari taman kembali lagi ke gunung buatan. Yang dipikirkannya sekarang adalah bagaimana menjalani sisa hidupnya, apa yang harus dilakukannya sekarang?
Dia berkata pada dirinya sendiri, "Sekarang aku harus bagaimana? Apa lagi yang harus aku lakukan?”
Seseorang jika otaknya dipenuhi banyak masalah, apa apa yang terjadi di sisinya, dia sama sekali tidak merasakannya. Sewaktu dia mondar mandir berjalan, di belakangnya ternyata juga ada seseorang yang mengikuti. Dia berjalan cepat, maka orang itupun berjalan
cepat. Dia berjalan pelan, maka orang itupun berjalan pelan. Ilmu meringankan tubuh Ba Bu Gan Can Cheng Gai sangat bagus tapi ternyata ada seseorang yang mengikutinya dari belakang, dia sama sekali tidak mengetahuinya. Tiba-tiba Ba Bu Gan Can Cheng Gai mendengar tawa di belakangnya. Dengan kaget segera 2 tangannya terpasang untuk menjaga dadanya.
Begitu melihat siapa orang itu, Ba Bu Gan Can Cheng Gai ingin tertawa. Ternyata orang ini adalah Qi Er yang umurnya masih muda tapi ilmu silatnya sangat tinggi.
Begitu melihat kalau orang itu bukan Can Jin Du Zhang, hatinya merasa tenang. Dia berkata, “Tuan kecil, kau sedang menertawakan apa?”
Qi Er tertawa dan menjawab, "Shi Fu Cheng, katanya nama Anda adalah Ba Bu Gan Can Cheng Gai. Aku mengira ilmu meringankan tubuh Tuan pasti bagus, tapi sejak tadi aku mengikuti Anda di belakang, tapi Anda sama sekali tidak mengetahuinya.”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai melihat anak ini sangat lucu dan juga polos. Dngan suara kecil dia berkata, "Tuan kecil, apakah Tuan mudamu sering mengajarimu ilmu silat?”
Qi Er mengangguk dan berkata, "Tuan mudaku tidak pernah benar-benar mengajariku ilmu silat pedang atau kepalan tangan.”
Dengan aneh Ba Bu Gan Can Cheng Gai bertanya lagi, "Lalu mengapa kau bisa ilmu silat?”
"Sewaktu Tuan mudaku sedang berlatih ilmu silat, aku selalu melihat dari pinggir. Bukankah itupun sama dengan belajar? Shi Fu Cheng, Anda belajar ilmu meringankan tubuh belajar kepada siapa? Mengapa tidak begitu bagus? Kelihatannya guru Anda ilmunya juga terbatas.”
Ba Bu Gan Can Cheng Gai tertawa mendengar perkataan anak itu. Dengan wajah pura-pura marah Ba Bu Gan Can Cheng Gai berkata, "Bukan karena ilmu silat guruku tidak bagus, tapi aku yang bodoh, tidak tekun belajar. Nama guruku adalah Chi Zheng Zi. Pasti kau belum pernah mendengarnya bukan?”
Berbicara dengan seorang anak kecil yang masih polos, kitapun akan ikut polos. Karena itu mereka cocok mengobrol.
Qi Er berkata, "Chi Zheng Zi, sepertinya aku tahu nama ini.”
Tiba-tiba Qi Er berkata, "Shi Fu Cheng, katanya jurus Luo Ye Cui Feng Zhang sangat terkenal dan lihai, apakah Anda mau mengajarkannya kepadaku beberapa jurus!”
Qi Er hanya berumur 13-14 tahun sedangkan Ba Bu Gan Can Cheng Gai adalah orang terkenal dunia persilatan. Kalau mengatakan julukan Ba Bu Gan Chan, orang itu akan merasa takut. Sekarang Qi Er mengajak bertarung kepada Ba Bu Gan Can Cheng Gai, benar-benar membuat Ba Bu Gan Can Cheng Gai bingung. Karena ini rasanya lucu, seorang yang sudah terkenal di dunia persilatan akan bertarung dengan seorang anak kecil. Walaupun menang tentunya hal ini akan memalukan. Segera dia berkata, "Tuan kecil, bukan aku tidak mau menemanimu bermain, hanya saja yang jika bertarung, dan kau tidak berhati-hati, akibat yang terberat adalah salah satunya akan mati, yang ringan-ringan saja hanya akan terluka. Lebih baik kita mengobrol atau aku akan menceritakan sebuah dongeng untukmu.”
Qi Er menggelengkan kepalanya dan berkata, Tidak, aku tidak ingin mendengarkan cerita. Aku sering mendengar kalau Luo Ye Cui Feng Zhang adalah ilmu silat yang sangat lihai, ilmu itu sangat bagus. Tapi pada saat bertarung dengan musuh, ilmu itu sama sekali tidak berguna. Karena itu aku ingin mencobanya. Apakah memang betul ilmu itu tidak berguna?”
Pada situasi seperti itu, apa yang harus dilakukan oleh Ba Bu Gan Can Cheng Gai? Kalau tidak meladeni Qi Er bermain beberapa jurus, kabar memalukan ini akan segera menyebar. Orang dunia persilatan akan mengatakan kalau Luo Ye Cui Feng Zhang hanya bagus di luar. Maka nama baiknya akan rusak dan sama dengan menghina perguruannya. Yang perlu kita ketahui adalah bahwa Luo Ye Cui Feng Zhang adalah ilmu warisan dari guru Ba Bu Gan Can Cheng Gai, yang bernama Chi Zheng Zi.
Melihat angin musim gugur meniup daun daunan Feng, daun Feng mengikuti tiupan angin dan terjatuh kemudian mengikuti arah angin melayang-layang. Melayang di atas tanah kira-kira 4-5 kaki. Karena itu jurus ini dinamakan Luo Ye Cui Feng Zhang. (Daun jatuh mengejar angin).
Ba Bu Gan Can Cheng Gai telah belajar ilmu silat pada gurunya, dia juga mempelajari Luo Ye Cui Feng Zhang. Awalnya dia mendekati sebuah pohon Feng menunggu angin musim gugur meniup daun Feng hingga jatuh. Karena pohon Feng adalah pohon yang daunnya sering gugur. Begitu tiba musim gugur, daun-daun pohon Feng pasti akan meranggas. Dengan tenaga dalamnya Ba Bu Gan Can Cheng Gai hanya bisa memukul satu daun, satu kali memukul satu daun bukan hal sulit, tapi Chi Zheng Zi bisa satu kali memukul mengenai beberapa daun. Karena itu Ba Bu Gan Can Cheng Gai harus belajar dengan giat.
Setelah berlatih selama 3 tahun lebih, pada saat Ba Bu Gan Can Cheng Gai mengeluarkan tenaga untuk memukul daun, dia sudah bisa memukul jatuh 7 lembar daun. Berarti satu kali pukul Ba Bu Gan Can Cheng Gai bisa memukul orang 7 kali pukul. Kalau ada 7 orang musuh menyerangnya, bila dia mengeluarkan pukulan ini maka dia bisa memukul 7 orang sekaligus. Jika bertarung satu lawan satu, sekali pukul bisa mengenai tubuh lawannya di 7 tempat. Kecepatannya sangat tinggi, dari sini dapat diketahui kalau jurus Luo Ye Cui Feng Zhang sangat lihai.
Seumur hidup Chi Zheng Zi, dia hanya menerima satu murid saja karena itu dia mengajarkan semua ilmu silatnya kepada muridnya dan ilmu meringankan tubuh Chi Zheng Zi sangat lihai. Karena itu dia mengajarkan ilmu meringankan tubuhnya dengan teliti kepada Ba Bu Gan Can Cheng Gai. Dan semenjak Ba Bu Gan Can Cheng Gai berkelana di dunia persilatan, ilmu meringankan tubuhnya menjadi terkenal ditambah dengan jurus Luo Ye Cui Feng Zhang, membuat Ba Bu Guan Can Cheng Gai sangat terkenal di dunia persilatan. Tapi semenjak dia lolos dari tangan Can Jin Du Zhang dia menjadi tidak yakin kepada ilmu silatnya sendiri, apalagi mengingat banyak angkatan muda yang terus bermunculan, dan ilmu pedang mereka
ternyata berbeda-beda. Dia merasa kalau dia hanya mengandalkan warisan ilmu dari Chi Zheng Zi dia tidak akan bisa mendapatkan ilmu baru, karena itu dia merasa malu.
Maka dia berusaha untuk tidak sampai bertarung dengan Qi Er, maka diapun berkata, "Tuan kecil, kau mengatakan kalau jurus Luo Ye Cui Feng Zhang hanya bagus di luarnya saja atau malah tidak ada gunanya, tidak apa-apa, lebih baik dengarkan aku bercerita saja.”
Qi Er berkata, "Shi Fu Cheng, kalau Anda tidak mau bertarung denganku, aku akan menganggap jurus Luo Ye Cui Feng Zhang memang tidak berguna.”
Kata-kata ini membuat Cheng Gai menjadi tidak mau kalah dari anak kecil ini, tapi di lain pihak diapun takut kalau nama perguruannya akan tercemar, Maka diapun berkata lagi, "Baiklah, aku akan menemanimu bermain beberapa jurus, silakan kau dulu yang menyerang!”
Cheng Gai melihat Qi Er masih kecil, selain itu Qi Er adalah anak pintar karena itu Cheng Gai tidak sungkan-sungkan lagi, tangan kanannya menjaga di depan dada, tangan kirinya tampak berputar-putar, dia mulai menyerang Qi Er karena Qi Er masih anak-anak Cheng Gai tidak berniat untuk melukainya, maka tenaga yang dipakainyapun hanya 30%.
Tapi Qi Er berhasil menghindar dengan mudah, setelah dia berhasil menghindari serangan Cheng Gai, sekarang giliran dia yang menyerang, sambil tertawa dia berkata, "Ternyata tebakanku tidak salah, jurus Luo Ye Cui Feng Zhang yang terkenal di dunia persilatan hanya begitu saja kemampuannya, mana mungkin bisa bersaing dengan Can Jin Du Zhang.”
Begitu Cheng Gai mendengar nama Can Jin Du Zhang, dia ingin bertanya tapi keadaan tidak memberikannya kesempatan untuk bicara. Kelima jari Qi Er membentuk seperti kaitan dan siap mencakar ke arahnya. Ternyata tenaga Qi Er sangat kuat, dia menggunakan jurus Wu Dang yaitu 72 jurus mencengkram, kalau tercengkram jurus ini maka tubuh akan menjadi cacat.
Cheng Gai merasa terkejut, segera dia melompat, dia mengeluarkan salah satu jurus Luo Ye Cui Feng Zhang yang bernama Ye Wu Qiu Feng dan menyatukannya dengan ilmu meringankan tubuhnya yang terkenal. Badannya bergerak dengan cepat, tapi Qi Er seperti seorang anak nakal, sambil tertawa dia berkata, "Jurus ini lebih baik dibandingkan dengan jurus tadi. Sekarang lihat aku!”
Telapak kanannya sudah mencengkram pergelangan tangan Cheng Gai, semua berlangsung dengan sangat cepat. Walaupun Cheng Gai sering berkelana di dunia persilatan tapi dia belum pernah melihat ilmu silat seperti ini.
Walaupun hanya bertarung beberapa jurus dan tidak bermaksud mengadu nyawa, tapi Qi Er terus menyerangnya, membuat Cheng Gai tidak bisa mengalah lagi. Terpaksa dia mengeluarkan jurus Luo Ye Cui Feng Zhang secara keseluruhan, kedua telapak tangan Cheng Gai digerakan bolak balik, tubuhnya dengan ringan melayang dan berputar-putar di sekeliling Qi Er, Ternyata ilmu itu memang terkenal di dunia persilatan.
Tapi jangan menganggap remeh kepada Qi Er yang baru berusia 13-14 tahun, ilmu silatnya sangat tinggi, walaupun Cheng Gai menyerangnya dengan ilmu terkenal yang bernama Luo Ye Cui Feng Zhang tapi Qi Er tidak takut. Dengan ilmu Wu Dang, 72 jurus mencengkrem, dia segera menotok dan mencengkram lalu menyerang Cheng Gai walaupun Cheng Gai adalah orang ternama tapi pada saat melayaninya dia merasa cukup lelah.
Baru saja lewat beberapa menit, pakaian Cheng Gai sudah basah oleh keringat, dia mendapat kesulitan menghadapi Qi Er, tapi wajah Qi Er yang merah seperti apel tetap tertawa dan dia berkata, "Shi Fu Cheng, sejak tadi aku sudah mengatakan kalau ilmu silatmu yang bernama Luo Ye Cui Feng Zhang tidak berguna, sekarang aku sudah membuktikannya sendiri!”
Kata-kata ini membuat Cheng Gai yang sudah lama berkecimpung di dunia persilatan menjadi marah. Dia membentak, "Bocah tengik! Kau berani menghinaku?”
Telapak tangan ditambah dengan tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh yang terkenal, menyerang Qi Er. Terdengar angin yang dihasilkan dari telapak yang terus berbunyi. Muncul bayangan di depan dan di belakang Qi Er, dan terus mendesak Qi Er.
Pada saat telapak tangan menyerang seperti gelombang kuat, Qi Er sama sekali tidak merasa takut, dia tetap terlihat tenang bahkan bisa tertawa, lalu diapun berkata, "Baiklahl Baiklah! Inilah yang baru disebut ilmu silat, pakailah sedikit tenaga, kalau tidak Anda tidak seperti orang terkenal!”
Qi Er segera mengeluarkan ilmu kepalan tangan Shao Lin, dia seperti seekor macan yang turun dari gunung. Seperti seekor ular kobra yang sedang menjaga guanya. Walaupun ilmu silat Cheng Gai sangat lihai, tapi dia tidak bisa membuat Qi Er berada di bawah angin. Qi Er bertambah bersemangat, hal ini membuat Cheng Gai menjadi kaget juga marah.
Cheng Gai sadar dia tidak akan bisa memenangkan pertarungan ini. Nama besarnya di dunia persilatan akan tenggelam, seorang pesilat tangguh dan berpengalaman bisa kalah total di tangan seorang anak kecil, hal ini benar-benar memalukan.
Sekarang Qi Er berada di atas angin dan Cheng Gai hanya bisa bertahan tidak bisa menyerang. Keadaan ini membuat Cheng Gai menjadi serba salah. Kecuali dia mengaku kalah maka pertarunganpun akan selesai, tapi Cheng Gai tidak mau melakukannya di depan anak kecil ini. Terpaksa dia mengeluarkan jurus Luo Ye Cui Feng Zhang yang paling dasyat yaitu Feng Guang Ye Jing (Angin habis daun gila). Jurus ini dipersiapkannya untuk mati bersama-sama dengan musuhnya, sebenarnya Cheng Gai dan Qi Er hanya main-main, sebenarnya dia tidak mau mengeluarkan jurus ini tapi dia merasa lawan terlalu kuat terpaksa dia mengeluarkan jurus ini. Segera dia mendekati Qi Er, telapak tangan kiri dan kanan secara bersama-sama menyerang, setiap kali menyerang dengan jurus Luo Ye Cui Feng Zhang dia bisa mengeluarkan 7 macam jurus dan menotok di 7 nadi. Kedua telapak tangannya secara bersama-sama
dikeluarkan berarti akan ada 14 nadi yang tertotok, diperkirakan kalau Qi Er tidak mati dia pasti akan terluka.
Tapi dalam situasi berbahaya seperti itu, Qi Er tetap tertawa dan berteriak, "Ilmu telapak yang bagus." Segera kakinya berputar, tubuh kecilnya sudah terbang melewati kepala Cheng Gai dan dengan ringan mendarat di belakang Cheng Gai. Kelima jarinya menotok pundak Cheng Gai, lalu dia berkata, "Ini adalah ilmu Kun Lun Pai yang bernama Qi Jing Heng Lue Shu (burung terkejut pohon pohon). Mungkin Anda belum pernah melihatnya!”
Cheng Gai sama sekali tidak menyangka kalau Qi Er bisa dengan cepat mengubah jurusnya, begitu kedua telapak tangannya memukul Qi Er sudah menghilang. Dan tiba-tiba saja di belakangnya sudah terdengar tawa Qi Er. Begitu Cheng Gai membalikkan badannya punggungnya sudah ditotok dan dia merasa tubuhnya kaku. Nadi bagian punggung adalah nadi mematikan, sekarang dia hanya merasa kaku. Dia tahu Qi Er tidak akan mengambil nyawanya. Tapi dia merasa malu dan berkata, "Qi Er, ilmu silatmu lebih tinggi dariku, aku mengaku kalah!" Setelah itu dia melompat melewati pagar tembok.
Qi Er berteriak, "Hei, mengapa Anda pergi? Pertarungan belum selesai!”
Tapi Cheng Gai sudah berlalu dari sana dalam sekejap dia sudah menghilang, dia telah kalah dari tangan Qi Er, nama besarnya yang selama ini dibangun dengan susah payah akan hancur begitu saja, karena itu dia merasa malu bila tinggal di sana lebih lama.
0-0-0
BAB 6
Orang Misterius
Setelah berlari kurang lebih setengah jam, sampailah dia di sebuah rumah makan, karena perutnya terasa lapar maka diapun memutuskan untuk memasuki rumah makan itu. Rumah makan itu terlihat sepi hanya ada 2-3 orang tamu, di bagian timur terlihat seorang pendeta dan yang di sebelah barat ada seorang pengemis,
dia tampak berwibawa, sekali melihat langsung dapat dikatahui bahwa dia bukan pengemis kebanyakan tapi dia adalah seseorang yang berilmu.
Cheng Gai tidak mau mengurusi persoalan seperti itu lagi. Semenjak dia bertarung dengan Qi Er, dia mulai merasa kalau ilmu silatnya rendah, dan julukannya sebagai Ba Bu Gan Chan itu lelucon belaka. Dia selalu menganggap selain gurunya, Ci Zheng Zi yang bisa mengimbangi ilmu silatnya, semua kemampuan ilmu silat orang lain berada di bawahnya. Sekarang dia tahu kalau pikirannya selama ini salah. Setelah pelayan mengantarkan teh, Cheng Gai langung minum tehnya. Dan dia terus berpikir, tidak disangka selama setengah bulan ini, dia telah banyak mengalami peristiwa aneh, semua terjadi di luar dugaannya. Can Jin Du Zhang muncul kembali ke dunia persilatan. Membuat kalangan persilatan terkejut. Jin Gang Shou Si Tu Xiang Cheng karena menghilangkan uang milik pemerintah maka diapun menjadi perampok, dan Gu Zhuo Rao yang misterius membuat Cheng Gai merasa aneh.
Tiba-tiba dari luar muncul sesosok bayangan. Dia langsung duduk di sisi Cheng Gai. Cheng Gai merasa terkejut dan dia melihat kalau orang itu ternyata Qi Er yang telah membuatnya kalah. Dengan rasa terkejut dia bertanya, "Qi Er, ada keperluan apa kau datang kemari? Apakah Tuan muda yang menyuruhmu mencariku?”
Qi Er tampak melotot dan menjawab, "Si pu Cheng, di sini bukan tempat Anda, dan rumah makan ini bukan milik Anda, mengapa aku tidak boleh datang ke sini?”
Cheng Gai berkata, "Kau tentu boleh datang ke sini, aku hanya sekedar bertanya apakah Tuan muda yang menyuruhmu datang ke sini?”
Cheng Gai yang merasa dikalahkan oleh Qi Er, seharusnya dia membenci Qi Er tapi karena Cheng Gai merasa ilmu silatnya memang lebih rendah dari Qi Er maka dia tidak membenci anak itu.
Qi Er tampak menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tuan mudaku tidak menyuruhku datang ke sini." Kemudian dia bertanya lagi, "Apakah Si Fu Cheng takut kepada Tuan mudaku?”
Pertanyaan ini membuat Cheng Gai kesulitan menjawab bagaimana perasaannya kepada Gu Zhuo Piao, sampai sekarang saja dia tidak tahu siapa sebenarnya Gu Zhuo Piao.
Gu Zhuo Piao adalah seseorang yang sangat misterius, tapi pada saat Gu Zhuo Piao bicara, banyak yang tertarik dengan kemisteriusannya. Bagaimanapun teka-teki mengenai Gu Zhuo Piao harus dicari jawabannya. Qi Er melihat Cheng Gai tampak terus berpikir, maka diapun bertanya, "Si Fu Cheng, Anda sedang memikirkan apa? Apakah Anda sedang memikirkan kekalahanmu tadi?”
Cheng Gai menggelengkan kepala dan menjawab, "Tidak, kuakui ilmu silatmu memang lebih bagus, aku pantas kalah." Cheng Gai tidak peduli dia kalah atau menang. Tiba-tiba dengan suara kecil Qi Er berkata, "Shi Fu Cheng, Anda jangan merasa sedih, tadi aku hanya bermain-main denganmu, aku bukan secara sengaja ingin membuatmu malu. Aku tidak akan menyebarkan berita ini kepada siapapun bahwa Anda pernah kalah di tanganku.”
Cheng Gai menepuk-nepuk pundak Qi Er dan berkata, "Qi Er, kau sangat pintar, kelak kau akan menjadi orang terkenal di dunia persilatan. Tapi sayang...." Dengan cepat Qi Er bertanya, "Apa yang disayangkan?”
"Usiamu masih kecil, kalau tidak akan bertambah satu kekuatan lagi untuk melawan Can Jin Du Zhang.”
Qi Er baru mengerti dan berkata, "Oh ternyata begitu, tapi aku ingin menasihati Anda, lebih baik Anda hilangkan perasaan ini, tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkan kelihaian Can Jin Du Zhang.”
Cheng Gai bertanya, "Mengapa kau bisa tahu?”
Qi Er tertawa dengan misterius. Sekarang terjadi lagi hal aneh, pendeta yang duduk di bagian timur berkata, "Di bumi dan langit, yang benar pasti selalu menang, dan yang salah pasti salah, biasanya bila seseorang sadar adalah sewaktu dia terbangun dari mimpinya.”
Perkataannya terdengar seperti sebuah puisi tapi juga tidak seperti puisi, dikumandangkan dari mulut seorang pendeta, dan sangat enak
didengar. Cheng Gai merasa dia agak tuli. Maka diapun berpikir, "Tenaga dalam pendeta itu sangat hebat.
Ternyata bila seseorang yang telah berlatih ilmu silat dan memiliki tenaga dalam yang tinggi maka setiap perkataan yang keluar dan dari suaranya saja bisa menusuk hingga ke syaraf lawan. Terkadang bisa membuat organ dalam tubuh seseorang hancur. Pendeta yang terlihat bersahaja ini ilmunya kelihatan hebat, hal ini membuat Cheng Gai terpaku. Untung dia adalah orang dunia persilatan, walaupun tenaga dalam pendeta itu sangat kuat tapi hanya gendang telinganya saja yang berdenging.
Tapi ada hal aneh terjadi lagi, pengemis yang duduk di bagian barat tiba-tiba berdiri, dia tertawa terbahak-bahak tidak berhenti.
Qi Er menarik tangan Cheng Gai dan berkata, "Anda jangan terlalu banyak bicara, nanti Anda bisa terlibat ke dalam pertengkaran mereka.”
Cheng Gai mengangguk dan menjawab, "Aku sudah tahu.”
Wajah pendeta itu tampak berubah dari merah menjadi hijau, kemudian dia minum seteguk arak dan menyemburkan arak itu ke arah si pengemis, arak bisa dianggap senjata bila disembur ke tubuh lawan, bahkan tubuhpun bisa berlubang.
Cheng Gai berasal dari dunia persilatan, melihat keadaan seperti itu dia berteriak, karena dia mencemaskan keadaan si pengemis.
Terlihat pengemis itu sudah meloncat ke udara untuk menghindari semburan itu. Kemudian dia bersalto dan mendarat. Kemudian sambil tertawa dia berkata, "Jurus Man Tian Feng Yu (Angin dan hujan memenuhi langit) yang sangat lihai!”
Tiba-tiba terdengar suara besar, pengemis dan pendeta itu terlihat mundur beberapa langkah, dan ambruk ke lantai. Cheng Gai tampak menggelengkan kepala, Ternyata kedua orang itu sudah terluka!
Apa yang dipikirkan Cheng Gai tidak salah, walaupun pendeta Yi Zhi Qing memiliki tenaga dalam yang kuat tapi ilmu silat pengemis juga sangat aneh. Sewaktu Yi Zhi Qing menggunakan jurus dari Kong
Dong Pai yang bernama San Zhi Qi Gong (Tenaga dalam tiga lurus) membuat sumpit itu menjadi keras dan menahan tongkat besi milik pengemis itu. Tapi pengemis itu segera mengeluarkan jurus Gai Bang yang bernama Ku Shang Bang Fa (Tongkat menangis mencabut nyawa) dan memukul ke dada Yi Zhi Qing.
Walaupun Yi Zhi Qing memiliki tenaga dalam yang kuat tapi pada saat menerima pukulan itu dia roboh juga.
Cheng Gai melihat keadaan yang terjadi, dia ingin melihat sampai separah apa luka yang mereka alami, tapi Qi Er segera menarik tangannya dan berkata, "Shi Fu Cheng, jangan ikut campur masalah budi dan dendam dunia persilatan!”
Kata-kata ‘budi' dan 'dendam' segera membuat Cheng Gai sadar.
Benar, di dunia persilatan terjadi begitu banyak budi dan dendam, apa hanya dengan kekuatannya sendiri maka persoalan bisa diselesaikan? Karena itu dia segera sadar, mengapa Can Jin Du Zhang bisa muncul kembali.
"Shi Fu Cheng, lebih baik kita kembali lagi ke kediaman Tuan muda.”
Cheng Gai seperti menuruti kata-kata Qi Er, maka mereka segera kembali ke kediaman perdana menteri, ke rumah Gu Zhuo Piao.
Gu Zhuo Piao berdiri dengan sikap dingin dan khawatir di halaman rumahnya, Cheng Gai teringat pada Yu Jian Xiao ling dan bertanya, “Tuan Muda Gu, bagaimana keadaan Yu Jian Xiao Ling?”
Gu Zhuo Piao tetap bersikap dingin dan menjawab, "Kakak Cheng, lebih baik kau jangan mengurusi masalah ini!”
Cheng Gai terdiam dia teringat pada saat Yu Jian Xiao Ling diundang oleh kalangan persilatan untuk menghadapi Can Jin Du Zhang, sekarang penyakitnya tidak diketahui, hal ini membuatnya curiga. Dia melihat Gu Zhuo Piao yang wajahnya tampak khawatir dan penuh perhatian kepada nasib Yu Jian Xiao Ling, tapi tidak terlihat sedikitpun rasa curiga atau kaget, dalam hati Cheng Gai berpikiran lain.
Menurut aturan yang ada, bila di halaman kediaman perdana menteri tiba-tiba menemukan Yu Jian Xiao Ling yang sedang sakit, putra perdana menteri yang tampan ini pasti akan merasa curiga dan kaget, tapi.... Kecuali…
Tapi dalam keadaan seperti itu Cheng Gai sudah tidak banyak berpikir lagi. Walaupun hatinya masih teringat pada hal-hal dunia persilatan tapi sekarang dia sudah tidak berniat ingin mencampuri urusan yang terjadi. Dia menatap awan putih dan pepohonan, teringat pada kawan lamanya, Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao yang sudah meninggal, dia merasa sangat sedih.
Cerita ini mengandung berlapis-lapis kejadian, saat ini baru terkuak, bahwa ternyata Gu Zhuo Piao bisa ilmu silat, dan ilmunya sangat tinggi.
Tapi apa hubungan antara Gu Zhuo Piao dan Can Jin Du Zhang? Mengapa ayah Yu Jian Xiao Ling bisa datang ke daerah utara? Dan mengapa kedatangannya begitu misterius? Mengapa sifat Can Jin Du Zhang terkadang baik terkadang jahat? Mengapa di tubuh Huang Gong Zhao tidak ada bekas telapak tangan berwarna kuning? Apakah ada yang memalsukan identitas Can Jin Du Zhang? Dan selama ratusan tahun ini terkadang dia muncul terkadang menghilang selama beberapa kali, ini membuktikan bahwa Can Jin Du Zhang sudah mati, tapi setelah beberapa tahun berlalu dia pasti akan muncul kembali.
Kalau memang benar ada yang memalsukan identitasnya, mengapa gerakan dan ilmu silatnya berubah-ubah, dia tetap tidak memiliki tangan dan jari, bahkan sifatnyapun sekarang tampak berubah?
Pertanyaan ini seperti menarik benang dari kepompong ulat sutra, apa sebenarnya yang ada di balik kempompong ini harus pelan-pelan ditarik baru bisa terbuka semua.
Apakah kau tahu bahwa pendeta yang bernama Yi Zhi Qing dan pengemis itu bertarung bahkan sampai mempertaruhkan nyawa untuk menang atau kalah, semua ini terjadi karena mereka
mempunyai dendam, apakah ini termasuk dendam dan budi dunia persilatan?
Benar, antara pendeta dan pengemis itu memang tersimpan dendam, tapi dendam itu bukan dendam pribadi. Ini adalah dendam antara Kong Dong Pai dan Jiang Nan Gai Bang. Pengemis itu bernama Mo Zhou Ren, dia adalah orang terpenting di Jiang Nan Gai Bang, dengan tongkatnya yang bernama Ku Shang Bang dia berjaya di Jiang Nan. Di Jiang Nan Gai Bang ada suatu peraturan, siapa yang mendapatkan warisan tongkat Ku Shang Bang dari ketua Gai Bang sebelumnya maka dia harus menjadi ketua Gai Bang. Mo Zhou Ren adalah orang yang memenuhi syarat untuk menjadi ketua Gai Bang, dan dia sangat menguasai ilmu Ku Shang Bang.
Ketua Jiang Nan Gai Bang saat itu bernama Ma Meng Liang, dia adalah ketua generasi ketiga. Gai Bang didirikan oleh Lao Tian Liang, dia mengumpulkan semua pengemis dan mendirikan Gai Bang. Pengemis tidak hanya membawa Tie Bo untuk meminta uang dan makanan, tapi mereka kebanyakan adalah orang-orang persilatan yang tidak menyukai raja lalim dan jahat.
Tapi mereka tidak ingin menjadi pemberontak karena itu mereka memilih untuk menjadi pengemis, begitu tahu bahwa Lao Tian Liang ingin mendirikan Gai Bang, mereka segera setuju dan berkumpul di suatu tempat, karena itu kekuatan Gai Bang sangat besar.
Sebelum meninggal Lao Tian Liang mengumpulkan 10 orang terkuat dan membuat pertandingan ilmu silat. Dan yang terkuat ternyata ketua Gai Bang.
Yang bisa menjadi ketua Gai Bang selain dia bisa ilmu silat diapun harus berwibawa, karena dia harus memimpin banyak pengemis yang ada di Jiang Nan. Ada seorang anak buahnya yang bernama Xiao Qi dan ilmu silatnya paling kuat, akhirnya diapun mejadi ketua Gai Bang. Sebelum meninggal diapun mengikuti tradisi ketua Gai Bang yang mendirikan Gai Bang, akhirnya dia memilih seorang yang terkuat untuk menjadi ketua Gai Bang selanjutnya dan dia adalah Ma Meng Ling.
Ma Meng Ling bisa menjadi ketua Gai Bang bukan hal yang mudah. Kecuali Ma Meng Ling masih ada satu murid yang bernama Liu Wen Hai, sebelum Xiao Qi meninggal Liu Wen Hai dan Ma Meng Ling sama-sama menginginkan jabatan ketua Gai Bang, karena itu mereka dengan giat mempelajari ilmu Ku Shang Bang dan ilmu silat lainnya. Mereka berlatih ilmu silat khusus. Mereka berharap pada saat bertarung nanti, mereka bisa mengalahkan lawannya dengan jurus andalan masing-masing. Liu Wen Hai berlatih ilmu San He Gong (Ilmu menjadi tiga). Ilmu San He Gong sangat lihai. San He Gong dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Tian (langit), Di (bumi), dan Ren (manusia), Liu Wen Hai menggunakan kekuatan ini untuk mencari kemenangan. Dengan menggunakan ilmu San He Gong, Liu Wen Hai mengkombinasikannya dengan ilmu Ku Shang Bang sehingga jurus-jurus Ku Shang Bang bisa dimainkan dengan bagus. Tapi pada hari pertandingan hingga titik terakhir, satu-satunya lawan yang bernama Ma Meng Liang mengeluarkan suatu jurus aneh yang bernama Mi Hun Bang Fa (Tongkat roh mabuk), Dan dia mengkombinasikan Mi Hun Bang Fa dengan jurus-jurus Ku Shang Bang, akhirnya Ma Meng Liang berhasil mengalahkan Liu Wen Hai.
Akhirnya Ma Meng Liang menjadi ketua Gai Bang tapi Liu Wen Hai tidak mau menerima kekalahannya begitu saja. Dia menganggap kalau Ma Meng Liang menggunakan ilmu sihir bukan menggunakan ilmu Ku Shang Bang Fa, akhirnya dia menyebarkan berita bahwa dia akan menggulingkan kepemimpinan Ma Meng Liang. Tapi posisi ketua Gai Bang tidak bisa sembarangan diganti kecuali ketua Gai Bang tersebut telah melakukan kesalahan besar dan tidak didukung oleh anak buah Gai Bang lainnya maka baru bisa digantikan. Setelah itu mereka akan memilih ketua baru.
Ilmu Liu Wen Hai tidak sekuat Ma Meng Liang, tapi dia berniat ingin menggulingkan posisi ketua Gai Bang, dan tidak ada seorangpun yang mendukung perbuatannya. Karena merasa marah akhirnya dia mengeluarkan pernyataan bahwa dia akan keluar dari Gai Bang dan diapun menjadi pengkhianat. Anak buah Gai Bang tidak menyukai perbuatannya dan berniat akan menangkapnya, tapi ilmu
Liu Wen Hai sangat tinggi kecuali Ma Meng Liang yang bisa mengalahkannya yang lain tidak ada yang bisa menghadapinnya.
Kemudian Liu Wen Hai masuk perkumpulan Kong Dong Pai, Tetua Yu Shan memuji kalau ilmu yang dimiliki Liu Wen Hai sangat tinggi ditambah dengan ilmu silat yang diwariskan dari Tetua Yu Shan, maka ihnu silat Liu Wen Hai lebih lihai lagi dibandingkan pada saat dia berada di Gai Bang. Ilmu Kong Dong Pai yang bernama Fei Yun Jian Su merupakan ilmu yang sangat terkenal di dunia persilatan.
Dengan menggunakan gabungan jurus San He Gong dan Fei Yun Jian Su, dia membuat Kong Dong Pai menjadi terkenal di dunia persilatan. Murid-murid Kong Dong Pai merasa sangat senang. Setelah Tetua Yu Shan meninggal maka mereka memilih Liu Wen Hai meniadi ketua Kong Dong Pai yang baru.
Liu Wen Hai adalah seorang pengnkhianat, dia dibenci oleh anak buah Gai Bang, walaupun dia sudah menjadi ketua Kong Dong Pai mereka tetap ingin menangkapnya untuk dibawa ke perkumpulan Gai Bang dan dijatuhi hukuman kepadanya.. Liu Wen Hai tidak menyukai tindakan anak buah Gai Bang. Tadinya dia memang sudah tidak suka kepada Gai Bang sekarang keadaan sudah menjadi seperti itu, dia lebih membenci mereka lagi.
Karena itu antara Gai Bang dan Kong Dong Pai tidak pernah akur. Dendam ini selama puluhan tahun tidak bisa diselesaikan.
Pernah beberapa kah para pesilat tangguh ingin menyelesaikan dendam ini tapi dendam antara kedua ketua perkumpulan ini begitu dalam, cara mereka menghapus dendam itu tidak bisa terlaksana. Malah dendam yang sudah ada semakin dalam.
Dulu Yi Zhi Qing dan Mo Zhou Ren pernah bertarung dan ilmu silat mereka sama-sama kuat. Sekarang mereka bertemu kembali di rumah makan itu, dendam yang dulu muncul kembali, akhirnya mereka bertarung di rumah makari itu, tidak disangka keduanya sama-sama terluka.
Dada Mo Zhou Ren ditusuk Yi Zhi Qing dengan sumpit, lukanya cukup berat, tapi karena tenaga dalamnya kuat maka dia masih bisa
bertahan dan menggunakan tongkatnya keluar dari rumah makan itu. Setibanya di ambang pintu dia masih melihat Yi Zhi Qing dan berkata dengan dingin, "Yi Zhi Qing, air gunung pasti akan bertemu, kita masih banyak kesempatan untuk bertemu, kau harus berhati-hati!”
Kemudian dengan cepat dia keluar dari rumah makan itu dan dalam waktu singkat sudah tidak terlihat bayangannya. Dilihat dari luar sepetinya dia masih kuat karena dia mempunyai ilmu silat yang tinggi.
Dada Yi Zhi Qing dipukul dengan tongkat besi milik Mo Zhou Ren, dia masih terbaring di bawah. Setelah cukup lama dia baru bisa berdiri, tapi wajahnya terlihat pucat. Diapun meninggalkan rumah makan, dia tahu bahwa pukulan tongkat Mo Zhou Ren sangat berat, sekarang dia berusaha menahan lukanya. Tenaga dalam Kong Dong Pai sangat kuat, apalagi ketua mereka, Liu Wen Hai sudah mengubah ilmu San He Gong menjadi San Zhi Qi Gong, maka tenaga dalam yang dimiliki Kong Dong Pai lebih kuat lagi. Yi Zhi Qing adalah murid dari generasi kedua, dia sudah ikut dengan Liu Wen Hai bertahun-tahun, teriaga dalamnya sangat kuat, karena itu dia bisa bertahan terhadap pukulan Mo Zhou Ren, kalau tidak mungkin sejak tadi dia sudah mati.
Dia berusaha menahan rasa sakitnya dan berjalan ke arah timur, di depan sebuah rumah besar dia jatuh pingsan.
Rumah besar itu ternyata adalah kediaman Qi Xing Jian, Huo Wu Ya. Qi Xing Jian sangat terkenal di dunia persilatan, dulu Huo Wu Ya pemah membuka kantor Biao di Bei Jing. Tapi 10 tahun yang lalu dia pensiun dan menutup kantor Biao nya, diapun mengundurkan diri dari dunia persilatan. Tiap hari dia hanya ditemani oleh putrinya yang bernama Huo Yue E. Bila ada waktu senggang dia mengajarkan kepada putrinya ilmu silat Qi Xing Jian yang terkenal itu. Terhadap dendam dan budi dunia persilatan, dia sudah tidak peduli. Kali ini Can Jin Du Zhang muncul kembali ke dunia persilatan dan berseberangan dengan kalangan persilatan, diapun mengetahui hal ini tapi dia memutuskan untuk tidak ikut campur. Selama berpuluh tahun dia sudah sering melihat kejadian seperti ini.
Waktu itu di ruang tamu sedang dipasang 7 lampu. Huo Yue E sedang belajar ilmu silat diterangi oleh lampu-lampu itu. Dan Huo Wu Ya duduk di sebuah kursi sambil mengajar ilmu pedang kepada putrinya.
Tiba-tiba masuk seorang pelayan dengan terengah-engah dia berkata, "Tuan Besar Huo, di depan rumah ada seorang pendeta yang jatuh pingsan, sepertinya dia terluka parah, mungkin dia mencari tabib untuk berobat tapi karena tidak kuat akhirnya dia jatuh pingsan.”
Walaupun Huo Wu Ya tidak mau ikut campur masalah dunia persilatan tapi karena dia menguasai ilmu pertabiban, siapa yang datang berobat kepadanya dari manapun orang itu dia pasti akan membantu mengobati mereka, dia tidak pernah menolak.
Sekarang begitu mendengar ada seorang pendeta yang terluka, segera dia memerintahkan pelayannya untuk membawa pendeta itu masuk.
Pelayan segera membawa Yi Zhi Qing yang sedang terluka masuk ke rumah Huo Wu Ya. Huo Wu Ya segera melihat siapa pendeta yang tidak sadarkan diri dan dia terkejut, lalu dia berkata, "Ternyata dia adalah Yi Zhi Qing, ilmu silatnya sangat tinggi mengapa dia bisa terluka begitu parah?”
Segera dia menyuruh putrinya mengambil obat Huan Hun Dan (Pil memanggil roh) yang dibuat sendiri olehnya. Dengan bantuan air dia memaksa agar mulut Yi Zhi Qing terbuka, dan obat ini segera dimasukkan ke dalam mulutnya.
Putrinya bertanya, "Ayah, apakah ayah mengenal pendeta ini? Mengapa dia bisa terluka begitu berat?”
Huo Wu Ya menjawab, "Namanya adalah Yi Zhi Qing, dia adalah murid kesayangan ketua Kong Dong Pai, Liu Wen Hai. Dulu sewaktu aku bertemu dengan Liu Wen Hai, dia berada di sana. Dasar ilmu silat yang dimiliki Yi Zhi Qing sangat kuat, sekarang sudah lewat beberapa tahun, ilmu silatnya pasti sudah maju pesat, yang melukainya hingga seperti ini pasti juga berilmu silat tinggi.”
Tiba-tiba Huo Yue E bertanya, "Apakah dia terluka oleh Can Jin Du Zhang? Kalau memang benar, ayah tidak perlu lagi mengurusi hal semacam ini.”
Sejak kecil Huo Yue E selalu ikut dengan ayahnya, diapun terbiasa tidak ikut campur masalah dunia persilatan. Kalau memang benar Yi Zhi Qing terluka oleh Can Jin Du Zhang, dan sekarang diobati ayahnya maka akan terjadi banyak hal yang tidak menguntungkan mereka. Karena itu Huo Yue E bisa berkata seperti itu.
Walaupun Huo Wu Ya tidak mau ikut campur terhadap masalah dunia persilatan tapi mengobati seorang pasien adalah tanggung jawabnya, karena itu dia berkata, "Yue E, kalau kau mempunyai pikiran seperti itu, itu salah besar, kita tidak bisa membiarkan orang yang sekarat begitu saja dan kita harus menolongnya. Yi Zhi Qing terluka parah, kalau dalam waktu setengah jam ini dia tidak ditolong maka dia akan mati. Bila kita menolong satu nyawa maka kita akan mendapatkan pahala 7 kali lipat. Bagaimanapun kita harus menolongnya.”
Tiba-tiba Yi Zhi Qing sadar dan dia berteriak, "Sakit sekali!”
Qi Xing Shen Jian (Pedang tujuh bintang) melihat Yi Zhi Qing sudah sadar, dia merasa sangat senang. Rasa senangnya tidak terlukiskan karena dia berhasil menolong orang yang sedang sekarat.
Huo Yue E berkata, "Ayah, pendeta itu sudah sadar." Dia mendekati Yi Zhi Qing dan bertanya, "Mengapa Anda bisa terluka?”
Huo Wu Ya segera berkata, "Yue E, jangan banyak bicara dulu dengannya, lukanya sangat parah, biarkan dia beristirahat dulu.”
Dia membaringkan Yi Zhi Qing di bawah dan memijat di beberapa tempat bagian tubuhnya. Dalam waktu setengah jam wajah Yi Zhi Qing yang tadinya pucat sekarang terlihat ada rona kemerahan, dan nafasnyapun mulai teratur.
Yi Zhi Qing yang sudah terluka parah tahu bahwa dia sulit ditolong tidak disangka setelah dipijat oleh Huo Wu Ya, badannya mulai terasa hangat, rasa hangat itu disalurkan dari tangan Huo Wu Ya, dan rasa sakitnyapun berkurang.
Cara pijat Huo Wu Ya adalah cara pijat dengan ilmu tertinggi. Sekarang di dunia persilatan hanya dia yang menguasai ilmu ini. Walaupun Huo Yue E mempelajari ilmu ini tapi memijat untuk mendorong aliran darah harus menghabiskan tenaga dalam yang besar, kalau tidak semua tidak akan ada gunanya, karena itu Huo Yue E tidak pernah mengobati pasien.
Yi Zhi Qing segera berkata, Tuan Besar Huo, kali ini aku bisa tertolong karena Anda, budi ini seumur hidup tidak akan kulupakan." Dia berniat untuk duduk.
Segera Huo Wu Ya berkata, "Keponakan Yi, walaupun jalan darahmu sudah lancar tapi kau tidak boleh bangun dulu, kalau luka itu tergoncang lagi, walaupun Huo Tuo (tabib tiongkok yang terkenal) hidup kembali, beliaupun tidak akan bisa mengobati lukamu.”
Segera Yi Zhi Qing berbaring kembali tapi dia terus mengucapkan terima kasih kepada Huo Wu Ya.
0-0-0
Ba Bu Gan Chan Cheng Gai merasa curiga, dari sudut mata dia melihat Gu Zhuo Piao yang menggendong Xiao Ling, dia ingin menertawakan dirinya, sebenarnya untuk apa memikirkan hal-hal yang tidak ada hubungannya, seperti masalah ini.
Dia merasa agak lega lalu dia mengikuti Gu Zhuo Piao berjalan melewati pohon bambu, begitu dia melihat ke bawah dia lebih terkejut lagi.
Ternyata Gu Zhuo Piao yang berjalan di depannya, walaupun saat itu dia sedang menggendong Xiao Ling dan berjalan di atas tanah yang penuh dengan salju, tapi pada saat dia melewati tumpukan salju itu tidak terlihat ada jejak kakinya. Ba Bu Gan Chan Cheng Gai menarik nafas panjang, tadinya dia mengira ilmu meringankan tubuhnya sangat terkenal dan bagus. Tapi sekarang setelah dia melihat dan membandingkanya dengan orang lain, kemampuannya masih jauh sekali.
Tiba-tiba dia berpikir, "Ilmu Tuan Muda Gu begitu tinggi, benar-benar sedalam samudra, sulit untuk diukur, sepertinya Can Jin Du
Zhang jiga belum tentu bisa mengalahkannya. Siapa yang telah melatih seorang Tuan muda yang kaya dan terlihat lemah ini bisa mempunyai ilmu silat begitu tinggi?”
Dia teringat kepada mayat Huang Gong Zhao yang terkena pukulan Can Jin Du Zhang, tapi di dadanya tidak terlihat bekas telapak tangan Can Jin Du Zhang yang berwarna kuning, apakah selain Can Jin Du Zhang yang asli ada yang memalsukan identitasnya? Dan Can Jin Du Zhang yang palsu mempunyai hubungan apa dengan putra perdana menten? Dia merasa bingung.
Walaupun sudah beberapa kali menasihati dirinya supaya jangan terus memikirkan hal ini, tapi manusia memang seperti itu. Selalu ingin tahu, dan itu sudah berlangsung dari dulu sampai sekarang. Perubahan yang terjadi pada manusia sangat besar, tapi keingintahuan yang ada di hati setiap manusia tidak pernah berubah. Karena itu semua teka teki di dunia ini tidak pernah ada yang tidak diketahui jawabannya.
Menaiki tangga rumah, tiba-tiba di bawah pijakan kaki terdengar ada sesuatu yang berbunyi. Dia melihat ke bawah, ternyata sepatunya penuh dengan tanah kotor. Di bawah tanah kotor itu ada sehelai kertas. Dia menendang kertas itu dan dengan diam mengikuti Gu Zhuo Piao masuk ke dalam rumah. Sekarang dia merasa dirinya begitu kecil. Dia juga merasa tidak percaya diri.
Gu Zhuo Piao dengan pelan-membaringkan Xiao Ling ke tempat tidur. Dia melihat ke sekeliling kemudian bertanya, "Mana Qi Er?”
Cheng Gai menggelengkan kepala. Dia berpikir, dulu Cheng Gai adalah orang terkenal di dunia persilatan, sekarang Gu Zhuo Piao bertanya kepadanya, dia benar-benar merasa tidak enak.
Ini adalah penyakit manusia. Sewaktu dia merasa dirinya rendah diri dan sangat kecil, dia akan sangat sensitif. Jika sedang tidak ada masalah, apa yang dikatakan orang lain, dia tidak akan merasa terhina.
Gu Zhuo Piao seperti merasakan perasaan Cheng Gai. Dia tertawa kemudian dengan pelan berkata, "Hatiku kacau maka aku lupa memanggil Pendekar Cheng.”
Tiba-tiba dia sudah melihat Qi Er yang sedang berlari masuk dan melihat ada sehelai kertas. Gu Zhuo Piao bertanya, "Qi Er, tolong ambilkan teh.”
Tapi Qi Er seperti tidak mendengar perkataan Tuan mudanya. Dengan sepenuh hati dia membaca isi surat itu. Gu Zhuo Piao mengerutkan dahinya. Sambil tertawa Qi Er berjalan mendekati Tuan mudanya. Dia memberikan surat itu kepada Gu Zhuo Piao.
"Tuan Muda, dari mana datangnya kertas ini? Mengapa bisa berada di tangga di luar pintu?”
Cheng Gai melihat kertas itu yang sudah dipenuhi dengan tanah kotor. Tanah itu menempel di sepatunya dan dia sudah membersihkannya. Dengan aneh Cheng Gai bertanya, "Apa isi surat itu?”
Gu Zhuo Piao mengambil kertas itu. Setelah membacanya dia segera tersenyum, "Pendekar Cheng, sepertinya Fei Ying Shen Jian pernah ke sini.”
Nadanya bicaranya terdengar sangat biasa, tapi Cheng Gai terkejut bukan kepalang. Segera dia membaca surat itu. Surat itu berbunyi:
"Anak Ling, sesudah membaca surat ini, harus kau ketahui di sini sudah tidak ada hal penting lagi yang harus kau urus karena itu jangan terlalu lama tinggal di sini. Cepat kembali ke Jiang Nan. Di belakang rumah ada seekor kuda. Di bawah bantal ada uang, kau boleh mengambilnya. Sesudah kembali ke rumah, jangan bocorkan tentang rahasia perjalananku. Kau harus ingat.
Tertanda: Ayah.”
Kertas, ini adalah surat yang ditulis ayah Xiao Ling pada saat tinggal di rumah tua itu. Setelah Xiao Ling membacanya dia lalu membuangnya. Secara tidak sengaja kertas itu menempel di sepatu
Cheng Gai. Surat ini membuat Cheng Gai yang tadinya memang sudah bingung sekarang semakin bertambah bingung.
"Sejak dulu Wisma Xiao Xiang tidak pernah ikut campur urusan dunia persilatan, mengapa Fei Ying Shen Jian yang jarang keluar dan berkelana di dunia persilatan sekarang datang kemari dan keberadaannya begitu misterius. Sampai-sampai keluarganya sendiripun tidak tahu dan dia tidak mau bertemu dengan putrinya sendiri.”
Dia menghembus nafas panjang. Pandangan bertemu dengan sorot mata Gu Zhuo Hao yang tajam. Dia menundukkan kepalanya tapi dia sempat melihat sudut mulut Gu Zhuo Rao yang terlihat dingin dan kejam.
Dia gemetar dan berpikir, "Kalau ada Tian Ling Xiang di sini, tentu keadaan akan terasa lebih baik. Mungkin dia bisa mengungkapkan sesuatu yang terselubung di sini.”
Dia teringat pada Tian Ling Xing dan Sun Qi.
"Sebenarnya mereka pergi ke mana? Long Shi Jian Lin Qi Pei sekarang ada di mana?”
Malam itu, mereka tinggal di kediaman Perdana menteri dan melihat ada sesosok bayangan. begitu mengejar orang itu ternyata orang itu adalah Can Jin Du Zhang. Tapi tidak terlihat Long Shi Jian Lin Qi Pei ikut mengejar. Seharusnya Long Shi Jian Lin Pei Qi tidak berada di kediaman perdana meneteri. Cheng Gai merasa tidak tenang, tiba-tiba dia merasa tidak mempunyai teman untuk mengobrol dan berbagi. Banyak kecurigaan yan dirasakannya tapi hanya bisa disimpan di dalam hati.
Cheng Gai sempat melihat tawa dingin Gu Zhuo Piao yang sekarang sudah menghilang. Dia sempat bengong. Banyak pertanyaan yang tidak bisa dijawab.
"Benar-benar orang yang penuh dengan tekateki.”
Cheng Gai menarik nafas. Dia mengambil kepututsan untuk tinggal di sini karena tuan muda misterius ini begitu menarik perhatiannya.
Karena penyakit Xiao Ling dirawat dengan teliti dan meminum obat yang mahal, dengan cepat dia bisa pulih, Tapi karena siksaan penyakit, membuat fisik dan mentalnya menjadi sangat lemah.
Dia merasa sangat tenang karena di dalam kamamya ini kecuali ada seorang pelayan, tidak ada yang mengganggunya lagi. Yang pasti dia tidak tahu sekarang dia berada di mana, karena semenjak dia sadar dari pingsannya, Gu Zhuo Piao belum pernah menengoknya. Diapun merasa aneh mengapa dia bisa pindah dari rumah tua itu. Karena pada saat dia sakit, dia sempat tidak sadarkan diri. Dia hanya merasakan kalau tubuhya benar-benar lemas. Walaupun dia sangat ingin tahu sekarang dia berada di mana, tapi tidak ada yang mau memberitahukannya. Dia sendiripun saat ini tidak mempunyai kekuatan untuk mencari tahu.
Bagaimana dengan Cheng Gai? Dia keluar dari pintu kecil yang ada di belakang taman yang pernah diberitahukan Qi Er. Dia berjalan tanpa tujuan. Dia berharap bisa berternu dengan Tian Ling Xing Sun Qing Yu dan Long Shi Jian, Lin Pei Qi. Dia lebih berharap bisa berternu dengan Fei Ying Shen Jian Xiao Xu.
Tapi dia hanya mendapatkan kekecewaan. Selama beberapa hari ini dia tidak pernah berternu Gu Zhuo Piao. Hari berlalu sangat tenang. Apakah hari-hari akan selalu lewat dengan tenang?
Tiga hari telah lewat. Malam ini adalah malam ketiga dan sebelum malam ketiga, hari yang dilalui sama gelapnya dan juga terasa dingin. Di belakang taman di kediaman perdana menteri tiba-tiba masuk sesosok bayangan. Tubuhnya bergerak dengan ringan dan cepat.
Tapi begitu bayangan itu mendarat, tubuhnya miring ke depan kemudian diapun terjatuh. Dia berusaha untuk bangun. Nafasnya terdengar sangat berat sepertinya orang itu terluka parah dan dia terburu-buru meninggalkan tempat itu, seperti musuh yang melukainya masih mengikutinya dari belakang.
Dia berusaha merangkak dan melihat ke sekeliling. Taman itu sangat sepi. Dia merasa agak tenang. Dengan sekuat tenaga dia berusaha rneloncat ke balik bayangan gunung buatan. Sepertinya dia
telah menghabiskan banyak tenaga dan sekarang terduduk di bawah. Sinar bulan menyinari wajahnya yang ditutup dengan secarik kain berwarna hitam, hanya terlihat sepasang mata. Tapi begitu matanya dipejamkan hanya bayangan berwarna hitam.
Tiba-tiba terdengar angin yang dihasilkan dari kelepak baju. Suara itui mengagetkannya. Dia menahan suara nafasnya yang berat. Sesosok bayangan masuk dan langsung membentak, "Siapa!”
Ternyata yang membentak adalah Cheng Gai.
Cheng Gai sudah berkelana selama puluhan tahun, bisa dikatakan kalau dia sangat berpengalaman. Dalam tidurpun tetap bersikap waspada. Walaupun ada orang yang masuk ke tama dengan suara sangat kecil tapi dia bisa mendengarnya dan dengan cepat keluar dari kamar. Benar saja, ternyata ada sesosok bayangan yang bersembunyi di balik bayangan kegelapan gunung buatan.
Cheng Gai mengira orang itu adalah Lin Pei Qi karena itu dengan cepat dia mendekat orang itu. Kelihatan olehnya kecuali bajunya yang berwarna hitam, ternyata wajahnyapun berwarna hitam.
Cheng Gai kaget. Dia yang sedang berjalan cepat tiba-tiba berhenti. Di belakangnya terdengar suara angin yang dihasilkan dari kelepak baju. Kemudian ada suara bentakan, "Kawan datang dari mana? Malam-malam seperti ini datang ada keperluan apa?”
Orang itu berlari melewati Cheng Gai. Tangan kanannya dikeluarkan. Kelima jarinya membentuk seperti kait lalu mencengkram tangan kanan orang berbaju hitam itu. Walaupun orang berbaju hitam itu terluka parah tapi ilmu silatnya sangat tinggi dan juga masih terlihat tenang. Dia malah menepis tangan lawan. Cheng Gai melihat orang yang lari dari belakangnya adalah Gu Zhuo Piao. Mungkin suara itu membuatnya terkejut dan dia langsung datang ke tempat itu. Setiap jurus Gu Zhuo Piao tidak bisa mengenai sasaran. Maka diapun membentak, "Jurus teman sangat cepat!”
Dengan cepat dia mencengkram pergelangan tangan orang berbaju hitam itu. Jurus yang dipakainya adalah jurus Wu Dang 72 jurus menangkap orang.
Orang berbaju hitam itu tidak menyangka kalau orang yang datang, dapat dengan cepat mengubah jurusnya. Karena itu tangan kanan bergerak menusuk ke tulang rusuk Gu Zhuo Piao. Jurus itu sangat aneh. Di dunia persilatan Zhong Yuan tidak ada satu juruspun seperti itu. Hanya karena dia sedang terluka parah mengaMbatkan gerakannya menjadi lamban, tenaga yang dikeluarkanpun lemah.
Hati Cheng Gai bergetar, "Dari mana datangnya pesilat tangguh ini?”
Terlihat Gu Zhuo Piao tertawa. Dia memiringkan tubuhnya ke belakang tapi kakinya seperti mempunyai akar. Jurus orang berbaju hitam tidak mengenai sasaran tapi kedua telapak Gu Zhuo Piao sudah menghampirinya.
Orang berbaju hitam itu sedang terluka parah. Dia tidak berani menerima jurus Gu Zhuo Piao. Nafasnya yang terengah-tengah semakin berat dan tenaganya semakin terkuras.
Tapi Gu Zhuo Piao tidak melepaskannya begitu saja. Segera dia menyerang lagi dengan kedua telapak tangannya. Tiba-tiba orang berbaju hitam itu menyerang Gu Zhuo Piao.
Tangan kanannya yang terulur dia segera menariknya. Jari-jarinya membentuk pedang. Gerakannya pelan tapi indah, siap menotok nadi yang ada di bawah jantung Gu Zhuo Piao.
Jurus itu terlihat sangat biasa. Tapi anehnya dilakukan dengan pelan tiba-tiba keluar dari jurus-jurus yang dimiliki orang lain.
Gu Zhuo Piao tertawa dan mundur 5 langkah. Cheng Gai yang melihat dari sisi berteriak dengan kaget, "Zhong Nan Yu Da Fu.”
Ternyata jurus yang dipakai oleh si baju hitam adalah jurus yang disebarluaskan dan sering dipuji oleh orang dunia persilatan. Sewaktu terjadi pertarungan di Jun Shan, Yu Da Fu yang wajahnya selalu ditutup berhasil mengalahkan jurus Can Jin Du Zhang yang bernama Xiao Zhi Tian Nan (Tertawa menunjuk, langit sekitan).
Walaupun dia tidak melihat sendiri jurus itu tapi dia sering mendengarnya. Sekarang melihat orang berbaju hitam itu walaupun
tangannya tidak digerakkan tapi jari yang dimainkan menggunakan jurus pedang. Apalagi melihat wajahnya yang ditutup dengan secarik kain hitam, karena terpikir pada sesuatu maka dia segera berteriak.
Orang berbaju hitam itu mendengar teriakannya. Dia bertambah kaget. Dengan sisa tenaga yang ada dia meloncat keluar pagar tembok, seperti takut orang lain akan melihat wajah aslinya.
Sudut mulut Gu Zhuo Piao seperti tertawa, seperti tahu bahwa orang berbaju hitam itu tidak akan bisa lari jauh. Dia berdiri tanpa bergerak. Tapi Ba Bu Gan Chan Cheng Gai sudah maju memanggil, "Pendekar Yu!”
Tapi si baju hitam itu terus berlari di bawah pagar dinding. Tapi dari balik dinding terlihat ada 3 orang yang siap menghadangnya. Laki-laki kurus itu dengan suara keras berkata, "Pendekar Yu, kami mencari Anda cukup lama. Pendekar Yu, mengapa Anda terus bersembunyi? Apakah Anda tidak mau menemui kami?”
Laki-laki gemuk dan pendek yang berada di sisi tampak tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Semenjak rapat Hua Shan, Pendekar Yu menghilang dan baru muncul sekarang, itu sudah 10 tahun berlalu. Apakah Pendekar Yu masih ingat padaku?”
Ba Bu Gan Chan Cheng Gai sudah berlari menghampiri mereka dan melihat orang yang meloncat dari dinding adalah Tian Ling Xing Sun Qing Yu dan Sun Qi, juga ada Long Shi Jian Lin Pei Qi. Dia merasa sangat senang.
Orang berbaju hitam itu dihimpit dari depan dan belakang. Dia masih bisa bertahan sampai sekarang, itu saja sudah termasuk aneh. Sekarang dia sudah tidak bisa bertahan lagi. Dia menarik nafas panjang kemudiah pingsan dan terjatuh ke bawah.
Sun Qing Yu, Lin Pei Qi, dan Cheng Gai sangat kaget. Mereka segera berlari ke sana. Lin Pei Qi sudah menjulurkan tangan untuk menopangnya. Gu Zhuo Piao datang dengan pelan-pelan. Dengan suara keras dia berkata, "Pendekar Yu sepertinya terluka parah. Sementara letakkan dia di kamar tengah, kita lihat lukanya dulu.”
Gu Zhuo Piao tersenyum dan berkata, "Tetua Sun, Anda jangan merasa sungkan." Segera dia memberi isyarat dan berkata, "Ikuti aku!”
Baru saja dia membalikkan badan tiba-tiba suara ribut-ribut terdengar dari arah belakang. Ternyata di belakang gunung buatan terlihat ada cahaya api. Kedua alis Gu Zhuo Piao tampak berkerut dan berkata, "Kakak Cheng, bawa semua orang ke dalam. Aku akan pergi ke sana untuk melayani pelayan-pelayan yang tidak perguna." Kemudian dengan cepat dia berjalan ke arah sana. Pundaknya tidak bergerak tapi kakinya seperti berjalan di atas air.
Sun Qing Yu berkata, "Dia benar-benar mempunyai ilmu yang tinggi. Mataku masih bisa melihat dengan jelas." Alisnya yang putih tampak mengerut dan berkata, "Adik Cheng, bawa kami ke kamar tengah. Luka Pendekar Yu harus cepat diobati.”
Cheng Gai merasa aneh, "Yu Da Fu berilmu silat begitu tinggi, siapa yang bisa melukainya sampai seperti itu? Mengapa Sun Qing Yu dan Lin Pei Qi bisa bersama-sama? Dan mengapa mereka bisa tepat waktu tiba di sini?" Sambil berpikir dia membawa mereka melalui jalan kecil dan mengantarkan mereka ke kamar tengah.
Dia tetap masuk dari jendela di mana dia keluar tadi, memasang lampu setelah itu baru membuka pintu kamar. Membiarkan Long Shi Jian dan yang lainnya masuk lalu meletakkan Yu Da Fu yang sedang terluka di ranjang di mana dia tidur tadi. Tian Ling Xing mendekatinya dan menarik nafas, lalu dia berkata dengan pelan.
"Sampai hari ini apa yang selalu kutebak selama hampir 10 tahun lebih, baru bisa terjawab sekarang." Kemudian dia pelan-pelan membuka penutup wajah. Orang seperti naga sakti dan hanya muncul sesekali di dunia persilatan. Tapi membuat dunia persilatan menjadi geger. Pendekar yang wajahnya selalu tertutup yang mendapat julukan Zhong Nan Yu Da Fu.
Cheng Gai, Lin Pei Qi, hingga Sun Qi tampak sangat tegang. Mereka memelototi pada saat melihat penutup wajah itu dibuka. Rahasia selama 10 tahun lebih yang sudah lama tersimpan akan
segera terbuka—semua rahasia akan terbuka. Hanya tinggal menunggu waktu saja.
Penutup wajah sudah dibuka. Wajah yang berada di balik kain itu membuat Sun Qing Yu, Lin Pei Qi berteriak dan tanpa terasa mereka melangkah mundur. Kepala mereka menjadi pusing dan hampir tidak bisa berdiri.
Cheng Gai dari Sun Qi melihat wajah orang itu. Ternyata wajah itu tampak kurus, putih, tapi juga tampan, dan berkumis pendek. Walaupun wajahnya tampak lebih putih dibandingkan dengan orang lain tapi tidak ada yang aneh.
Tapi mengapa Tian Ling Xing dan Long Shi Jian bisa begitu terkejut?" Ini membuat mereka berdua menjadi aneh.
Lama. Tian Ling Xing dan Lin Pei Qi baru berani menarik nafas panjang. Mereka bersamaan berkata, "Ternyata dia!”
Sun Qing Yu berkata, "Dia adalah ketua Wisma Xiao Xiang. Pesilat pedang besar jaman sekarang. Dia belum pernah berkecimpung di dunia persilatan. Namanya Xiao Xu.”
Sewaktu Lin Pei Qi membawa perintah bambu ke Jiang Nan, dia pernah datang ke Wisma Xiao Xiang dan bertemu dengan orang yang sangat terkenal tapi jarang ada orang yang bisa bertemu dengan Fei Ying Shen Jian. Tapi Tian Ling Xing beberapa tahun yang lalu pernah bertemunya satu kali. Karena itu begitu dia mengetahui bahwa Can Jin Du Zhang dikalahkan oleh Yu Da Fu dan ternyata Yu Da Fu adalah ketua Wisma Xiao Xiang Xiao Xu, mereka sangat kaget.
Cheng Gai dan Sun Qi tidak pernah bertemu dengan orang itu. Begitu mendengar Sun Qing Yu berkata seperti itu, akhirnya diapun ikut berteriak dengan pelan. Kepalan tangan memukul telapaknya lalu dia berkata, "Benar, mengapa Fei Ying Shen Jian yang jarang berkelana di dunia persilatan bisa datang ke utara? Mengapa perjalanannya harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi? Semua teka teki sudah terjawab dan dia baru mengeluarkan teriakannya.
Tanya Sun Qing Yu, "Apa yang benar?" Ba Bu Gan Chan Cheng Gai menceritakan apa yang telah terjadi padanya.
Sun Qing Yu mendengarkan dengan serius. Dia berkata, "Tadi Tuan Muda Gu dan Pendekar Xiao sempat bertarung, apa jurus yang dipakai oleh Tuan Muda Gu?”
Ba Bu Gan Chan Cheng Gai tampak berpikir sebentar lalu menjawab, "Pertama adalah ilmu Wu Dang 72 cara menangkap orang, kedua menggunakan jurus Kun Lun Yun Long San Xian (Tiga naga awan muncul dari Kun Lun). Tapi posisi berdirinya terlihat ada perubahan!”
Ba Bu Gan Chan Cheng Gai sudah lama berkelana di dunia persilatan dan dia sudah mempunyai banyak pengalaman, walaupun ilmu silatnya tidak terlalu tinggi. Tapi menurut pengalamannya langsung bisa mengetahui jurus-jurus Gu Zhuo Piao. Lin Pei Qi menceritakan apa yang sudah dialaminya selama ini, ternyata malam itu di kamar yang didiami oleh Ba Bu Gan Chan Cheng Gai terlihat ada sosok seseorang. Ba Bu Gan Chan Cheng Gai mengikuti dan mengejarnya tapi karena Long Shi Jian, Lin Pei Qi merasa kelelahan karena perjalanan jauhnya ke Jiang Nan, malam itu dia tertidur dengan nyenyak, dan tidak tahu menahu apa yang sudah terjadi di sana. Sampai pada saat para prajurit penjaga kediaman perdana menteri memeriksa ke arah taman di mana telah terjadi keributan di sana, dan Long Shi Jian, Lin Pei Qi baru terbangun dari tidurnya.
Pada saat dia terbangun dia baru sadar telah terjadi sesuatu di kediaman perdana menteri, lalu diapun bangun untuk mencari Cheng Gai. Huang Gong Zhao dan Sun Qing Yu serta Sun Qi tidak ada di kamar. Dia berteriak memarahi dirinya, "Keterlaluan!”
Orang dunia persilatan bila tertidur dengan begitu lelap pada saat teman sekamarnya sudah pergi dan dia tidak menyadarinya, hal ini benar-benar suatu perbuatan yang memalukan.
Dia tidak tahu apa yang sudah terjadi di sana. Dia mulai merasa cemas tapi penjagaan di luar sangat ketat, dia tidak bisa keluar dari kamar.
Akhirnya dia pelan-pelan keluar melalui jendela begitu suara ribut-ribut itu sudah menjauh akhirnya dengan cepat dia meninggalkan kediaman perdana menteri.
Setelah dilihat dengan teliti ternyata tidak ada bayangan seorangpun. Waktu itu Can Jin Du Zhang sedang mengejar Cheng Gai dan Huang Gong Zhao sampai ke rumah tua itu. Sedangkan Sun Qi dan pamannya telah meninggalkan tempat itu, maka dia tidak bertemu dengan mereka. Dia merasa sangat aneh, ke mana perginya semua temannya? Sewaktu dia sedang bengong tiba-tiba di belakangnya ada yang memanggil, "Lin Pei Qi”
Lin Pei Qi merasa sangat terkejut, dalam sekejap dia sudah menyambar pedang Long Shi Jian dan menepis ke belakang.
Lin Pei Qi bisa terkenal di dunia persilatan itu semua bukan keberuntungan yang mudah diperolehnya, melihat gerakan tangan dan tubuhnya yang bergerak dengan cepat, tapi Long Shi Jian nya tetap tidak bisa mengenai orang itu. Bahkan bajunya saja tidak tersentuh.
Jurusnya tidak tepat mengenai sasaran. Dia sadar di depannya ada seorang pesilat tangguh. Karena itu dia tidak berani sembarangan menyerang. Dia menarik kembali Long Shi Jian nya. Long Shi Jian memang sebuah pedang tapi jurus-jurusnya seperti pecut. Dia melihat di depannya dengan jarak 5 kaki berdiri seseorang dengan baju hitamnya, wajahnya tampak tertutup dengan secarik kain berwarna hitam. Dengan suara serak dan nada aneh dia berkata, "Adik Lin, sudah 10 tahun kita tidak bertemu, ilmu silatmu sudah maju pesat!”
Lin Pei Qi merasa sangat aneh dan dia berpikir, "Apakah dia adalah Zhong Nan Yu Da Fu?”
Setelah dengan teliti melihat dia memegang pedang yang diselipkan di pundak si baju hitam itu, dan melihat pegangan pedang yang diikat dengan tali sutra, dia berpikir 17 tahun yang lalu sewaktu berada di jurang Hua Shan, Yu Da Fu yang wajahnya tertutup tiba-tiba datang seperti seekor naga. Sekarang diapun sama berdandan seperti saat itu, senjata yang dipegangnyapun sama iseperti senjata yang sedang dipegangnya saat ini yaitu pedang putih.
Karena memikirkan hal itu, Lin Pei Qi tidak menaruh curiga lagi, dan berkata, "Pendekar Yu, Anda—”
Si baju hitam yang menamakan dirinya adalah Zhong Nan Yu Da Fu itu tertawa dan berkata, "Can Jin Du Zhang muncul kembali ke dunia persilatan, Yu Da Fu datang untuk bertemu teman lama. Tadi sewaktu Can Jin Du Zhang sedang beraksi aku sedang bersembunyi di atap rumah, karena suatu hal aku memutuskan untuk tidak muncul. Tapi setelah beberapa lama aku mencari informasi yaitu di mana tempat tinggal Can Jin Du Zhang, aku sudah mendapatkan jawabannya, nanti setelah tiba saatnya, Yu Da Fu akan menghubungi kalian lagi...”
Dia terdiam sebentar lalu berkata lagi, "Setahuku, Si Zhuan Tang Men sudah datang ke sini, sepertinya ada yang mengikuti mereka, dia adalah wajah baru di dunia persilatan, walaupun usianya masih muda tapi sepertinya dia memiliki ilmu silat yang tinggi.”
Dia menarik nafas dan melanjutkan lagi, "Semenjak Can Jin Du Zhang muncul kembali, banyak kalangan persilatan yang mulai bergerak, dan di antara mereka terdapat beberapa pesilat tangguh yang masih muda, ternyata gelombang Zhang Jiang mendorong gelombang yang berada di depan. Angkatan muda akan segera menggantikan angkatan. tua. Yu Da Fu memberitahukan bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertindak, kalian jangan berbuat ceroboh, malah nanti akan mengorbankan nyawa kalian sendiri, padahal sebenarnya kalian tidak perlu sampai harus mati.”
Anehnya mengapa Yu Da Fu yang sangat misterius itu tiba-tiba muncul di Bei Jing, malah secara diam-diam dia telah mengetahui tempat tinggal Can Jin Du Zhang.
Kata-kata Yu Da Fu membuat Lin Pei Qi merasa senang sekaligus terkejut, bahkan sekarang dia merasa mam. Dia merasa senang karena kalau Can Jin Du Zhang itu muncul maka murid-murid Tang Men yang ahli dalam senjata rahasia dan racun, siap membantu membasmi Can Jin Du Zhang.
Dia merasa aneh adalah kebenaran kata-kata orang itu. Dia sadar dirinya lemah untuk membantu pun rasanya akan percuma saja.
Zhong Nan Yu Da Fu akhirnya tertawa dan berkata, "Sekarang aku pamit dulu, kalau ada hal penting aku pasti akan menghubungi kalian
lagi." Dia bergerak sangat cepat hanya dalam sekejap sudah menghilang di dalam kegelapan.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi segera berteriak, "Pendekar Yu, tunggu!”
Tapi orang itu sudah bergerak dengan cepat, pada saat Lin Pei Qi berteriak dia sudah menghilang, gerakannya seperti terlihat kepala tapi tidak terlihat ada ekor.
Dia mengagumi ilmu silat orang itu.
Dia berjalan di jalanan yang gelap, dia baru teringat untuk menanyakan keadaan Tian Ling Xing, "Sekarang mereka entah berada di mana? Kalau aku tinggal sendiri di kediaman perdana menteri, sudah tidak ada artinya lagi. Tapi sekarang ini kemana aku harus pergi? Apalagi hari sudah mulai terang.”
Lin Pei Qi adalah orang yang sering berkelana, selama setahun penuh dia berkelana, tapi sekarang ini entah mengapa seperti tidak ada tempat untuk pergi baginya dan dia merasa kesepian.
Hanya dalam waktu singkat hari sudah tampak terang, dia merasa mulai bersemangat lagi, tadi dia merasa kesepian dan sedih, Seiring dengan terangnya hari, kesedihan dan kesepian itupun ikut menguap. Dia seorang laki-laki sejati dan perasaan seperti itu cepat menghilang.
Hari sudah terang, tapi udara masih terasa begitu dingin. Di jalanan belum terlihat ada orang. Lin Pei Qi berjalan beberapa langkah dia melihat di depan sana ada sebuah toko, dan tampak mengepul uap panas. Lin Pei Qi sudah lama berkelana, dia tahu bahwa toko itu menjual tahu. Bila pagi hari mereka menjual susu kedelai yang baru saja dibuat, serta kue-kue, Guo Zi, dan makanan lainnya. Di sana menjual Guo Zi, bukan buah-buahan segar melainkan ampas kue yang biasa disebut oleh orang-orang utara.
Karena merasa kedinginan akhirnya Lin Pei Qi memasuki toko kecil itu. Dia ingin minum susu kedelai panas untuk mengusir rasa dingin dari tubuhnya. Baru saja dia sampai di ambang pintu, terdengar ada yang berkata, "Seorang laki-laki baik harus tahu situasi yang sedang terjadi jangan ngotot, itu yang baru disebut seorang pesilat. Kalau
hanya mengandalkan keberanian tapi kehilangan nyawa, untuk apa semua itu?”
Lin Pei Qi berpikir, "Nada dan suaranya sangat kukenal, seperti suara Tian Ling Xing." Dengan cepat dia memasuki toko itu, ternyata benar mereka berada di sana.
Setelah mereka bertemu mereka lalu menceritakan apa yang telah mereka alami dan temui. Setelah mendengar cerita Lin Pei Qi, Tian Ling Xing merasa sangat senang, lalu dia berkata, "Ini benar-benar sangat baik, bila Zhong Nan Yu Da Fu dan orang-orang Tang Men datang, peristiwa 17 tahun yang lalu di jurang Hua Shan akan terjadi lagi. Can Jin Du Zhang, Can Jin Du Zhang, kelihatannya kau akan mengalami kesulitan dan kau tidak akan bisa lari dari kejaran kami.”
Setelah tertawa dengan puas, dia berkata kepada Sun Qi, "Anak Qi, semua manusia harus mengikuti kehendak Tuhan, kalau bertindak sembarangan malah akan menemukan jalan buntu.”
Sun Qi tampak menundukkan kepalanya dan bengong, setelah tertawa Sun Qing Yu berkata lagi, "Adik Lin, di kota Bei Jing ada keramaian yang bisa ditonton, lebih baik kita bertemu dengan Zhong Nan Yu Da Fu terlebih dahulu, sup ay a dia bisa memberitahukan informasi tentang Can Jin Du Zhang, lalu aku akan memberi saran kepada mereka, mungkin dengan cara seperti itu kita bisa lebih cepat menemukan Can Jin Du Zhang.”
Ternyata Lin Pei Qi menyetujui usul Sun Qing Yu, mereka tidak ingin kembali lagi ke kediaman perdana menteri dan mereka mencari sebuah penginapan kecil, supaya dapat beristirahat dan tidur di malam hari. Mereka berkeliling kota dan berharap bisa bertemu dengan Zhong Nan Yu Da Fu.
Sun Qing Yu sangat pintar dan banyak akal, dia sadar, dia dan Sun Qi berhasil lolos satu kali dari tangan Can Jin Du Zhang. Maka bila mereka bertemu sekaili lagi dengan Can Jin Du Zhang, dia merasa tidak apa-apa. Karena itu dia tidak perlu menkhawatirkan apa-apa untuk mencari Zhong Nan Yu Da Fu.
Setelah dua, tiga hari berlalu, mereka belum juga menemukan Yu Da Fu malah bertemu dengan preman-preman dan para perampok yang berniat merampas harta mereka atau berbuat jahat kepada mereka, semua perampok itu ditangkap dan dipukul oleh Lin Pei Qi.
Kita kembali lagi menceritakan tentang Tian Ling Xing dan Long Shi Jian. Mereka bertiga saat itu sedang merasa kecewa karena tidak berhasil bertemu dengan Zhong Nan Yu Da Fu. Pada malam keempat, pada saat mereka sedang berputar-putar di jalan kecil, tiba-tiba di belakang mereka terdengar ada seseorang yang tertawa dingin. Karena kaget, mereka segera membalikkan badan. Dari sudut mata, mereka melihat ada sesosok bayangan berwarna kuning berhenti di depan mereka. Dari kegelapan dia berkata, "Kau seperti tikus setiap hari selalu mengikutiku, apakah tidak merasa bosan?”
Mereka bertiga melihat bayangan itu dari belakang dan mendengar semua kata-katanya yang dingin dan juga melihat tangannya yang kosong. Mereka baru sadar kalau orang itu adalah Can Jin Du Zhang.
Dari kegelapan tiba-tiba terdengar tawa panjang. Suaranya keras dan aneh, lalu dia berkata, "Setelah 17 tahun berlalu, telinga dan matamu masih jeli, benar-benar Yu Da Pu ikut senang.”
Mengikuti suara itu, mumcul sesosok bayangan si baju hitam dengan kain penutup wajah berwarna hitam juga, dia adalah Yu Da Pu yang mereka cari-cari beberapa hari ini.
Can Jin Du Zhang berdiri dengan tegak. Matanya dengan seram melihat Yu Da Pu. Seperti sedang* mengingat-ingat dendam karena tusukan pedang itu. Yu Da Pu tertawa dan berkata, Tidak disangka, benar-benar tidak disangka. Tuan benar-benar seorang dewa yang tidak bisa mati. Tusukan pedang 17 tahun lalu..”
Kata-katanya belum selesai, Can Jin Du Zhang sudah membentak dan lari ke depan Yu Da Pu. Dengan ringan, tangan kanannya memukul. Jurusnya tidak berlangsung dengan cepat, angin yang terbawa kelepak bajupun tidak terlalu kencang, malah seperti asal-asalan.
Tapi Yu Da Pu sangat tahu jurus-jurus Can Jin Du Zhang, juga mengetahui jurus-jurus Can Jin Du Zhang selanjutnya semakin ringan dan sangat biasa. Jurus ini adalah senjata pembunuh karena itu dengan sedikit siulan, dia mundur 5 langkah dan pedang yang diselipkan di belakang tubuhnya dikeluarkan dari sarungnya.
Begitu melihat mereka berdua siap bertarung, mata Sun Qing Yu dan Long Shi Jian terus melotot. Mereka tidak berani menarik nafas kencang-kencang seakan-akan bisa mengganggu konsentrasi mereka. Walaupun kaget tapi mereka tidak ingin meninggalkan tempat itu.
Karena mereka adalah orang dunia persilatan dan tahu pertarungan ini dalam waktu 10 tahunpun jarang terjadi. Pertarungan ini pasti akan sangat seru. Apalagi 17 tahun yang lalu mereka pernah bertarung. Dalam kurun waktu 17 tahun ini apakah ilmu silat mereka mengalami kemajuan? Siapakah yang menang?
Dengan mata tidak berkedip, mereka melihat Yu Da Pu mengeluarkan pedangnya yang panjang. Tiba-tiba pergelangan tangan bergetar. Udara di sekeliling mereka terasa dingin. Warna pedang itu tampak putih berkilau.
Can Jin Du Zhang tertawa dingin lagi. Dia tidak seperti meloncat tapi tiba-tiba saja dia sudah berada di atas. Telapak tangan kuningnya seperti hujan emas. Hanya dalam waktu singkat sudah mengeluarkan 3 jurus. Melihat jurus ini, Yu Da Pu mundur beberapa langkah. Pedang yang dipegangnya mulai dimainkan. Walaupun gerakannya dingin dan cepat seperti kilat, tapi jurus-jurus ini hanya untuk membela dan melindungi diri, tidak ada kesempatan untuk menyerang.
Mereka bertiga berasal dari kalangan persilatan. Melihat keadaan seperti itu, mereka merasa sangat cemas. Tapi tiba-tiba Yu Da Fu mundur 3 langkah Pedang yang dipegangnya tampak diputar dan membentuk lingkaran, membuatnya terlihat seperti tabir pedang putih. Jurus ini sangat aneh dan misterius. Tian Ling Xing belum pernah melihat jurus ini dan juga belum pernah mendengarnya. Sun Qing Yu menahan nafas. Siapa sebenarnya Zhong Nan Yu Da Fu?
Jurus yang dipakainya bukan berasal dari Zhong Nan juga bukan berasal dari jurus-jurus dari perkumpulan manapun yang berada di Jiang Nan. Tapi jurus-jurus pedangnya sangat bagus, sepertinya kemampuan jurus pedangnya berada di atas semua perkumpulan silat yang ada. Walaupun ilmu Can Jin Du Zhang sama bagusnya, tapi Tian Ling Xing percaya Can Jin Du Zhang tidak akan bisa melewati jurus-jurus Yu Da Fu.
Betul saja, setelah melihat jurus-jurus Yu Da Fu yang aneh, Can Jin Du Zhang tampak sedikit terpaku. Di benaknya segera terbersit Ning Jin Gu Ji! (Emas beku kokoh beruntung).
Ternyata Zhong Nan Yu Da Fu yang terus kehilangan kesempatan untuk menyerang. Segera dia mengeluarkan jurus yang sering disebut oleh orang dunia persilatan yaitu jurus Feng Wu Liu Jian yang tidak pernah dilihat oleh kalangan umum.
Kepala Can Jin Du Zhang diangkat dan diapun bersiul panjang. Tiba-tiba telapak tangannya berubah. Jurusnya terlihat lebih lambat lagi. Zhong Nan Yu Da Fu merasa pedang yang sedang dimainkan tenaganya seperti tersedot oleh suatu tenaga besar dan diapun tidak bisa memainkan jurus-jurusnya lagi.
Dia melihat Can Jin Du Zhang. Mata mereka saling beradu, mata Can Jin Du Zhang seperti memiliki kekuatan untuk menyedot. Kedua mata Zhong Nan Yu Da Fu tampak bercahaya dan bersemangat itu tampak tersedot oleh mata Can Jin Du Zhang.
Jurus-jurus Zhong Nan Yu Da Fu menjadi lamban. Tian Ling Xing merasa pasti akan terjadi sesuatu. Tiba-tiba Can Jin Du Zhang tertawa dingin. Tangan kanannya yang sedang bergerak maju tiba-tiba berhenti. Telapak tangannya tampak memutar, ketiga jarinya membentuk seperti kait lalu mencengkram pedang panjang Yu Da Fu.
Yu Da Fu kaget, dengan tenaga dalam yang dimilikinya, dia siap merebut pedang pedangnya.
Tapi di dalam tawa dingni, tangan Can Jin Du Zhang tiba-tiba didorong ke depan membuat badan Yu Da Fu yang tadinya condong
ke belakang, karena dorongan tenaga dari Can Jin Du Zhang begitu kuat, Yu Da Fu tidak kuat berdiri lagi, dia mundur beberapa langkah baru bisa berdiri dengan tegak.
Baru saja dia bisa berdiri dengan seimbang, tangan Can Jin Du Zhang sudah i menyerang dan membentak, "Bawa ke sini!”
Pedang yang Yu Da Fu yang masih dipegang sudah direbutnya dengan tenaga lembut dan pelan, dia membuat pedang Yu Da Fu patah menjadi 2 bagian.
Yu Da Fu terkejut, tubuhnya berputar. Dia meloncat beberapa meter dan langsung lari. Tapi sewaktu dia baru meloncat, Can Jin Du Zhang ikut meloncat, tangan kirinya dengan cepat memukul punggung Yu Da Fu.
Lin Pei Qi dan teman-temannya terkejut dan berteriak. Can Jin Du Zhang pelan-pelan membalikkan badan. Sorot matanya melewati wajah mereka satu per satu, membuat mereka bertiga tiba-tiba merasa dingin.
Lin Pei Qi adalah orang yang berpengalaman, galam situasi seperti itu, dia masih bisa memberi hormat, "Pendekar Gu Du.." Tapi Can Jin Du Zhang sama sekali tidak melihat mereka. Begitu mengeluarkan tawa dinginnya> dia lahgsung pergi entah ke mana.
Tian Ling Xing menarik nafas panjang dan berkata, "Satu-satunya orang yang kita andalkan akhirnya terluka juga di bawah tangan Can Jin Du Zhang. Sepertinya dunia persilatan tidak mempunyai orang yang bisa diandalkan untuk melawan Can Jin Du Zhang lagi." Dia memejamkan mata. "Zhong Nan Yu Da Fu terkena pukulan telapak Can Jin Du Zhang, tapi dia tidak roboh. Apakah dia masih hidup? Bagaimanapun juga kita harus tetap mencarinya. Jika masih bisa tertolong, itu akan lebih baik. Jika tidak, kita tetap harus menguburkan Zhong Nan Yu Da Fu baik-baik. Jangan biarkan mayatnya berada di jalanan begitu saja.”
Orang yang sudah berumur, menghadapi kematian terlihat lebih sensitif. Tian Ling Xing menarik nafas. Akhirnya dia dan Long Shi Jian berlari mengikuti jejak Zhong Nan Jian Ke.
Mereka berputar-putar, tanpa terasa mereka sudah berada di kediaman perdana menteri. Di belakang dinding ketika Ba Bu Gan Chan Cheng Gai berteriak, "Pendekar Yu!”
Begitu teriakan itu terdengar di setiap telinga, Sun Qing Yu segera masuk ke sana dan berdiri tepat di depan Yu Da Fu. Long Shi Jian dengan singkat menceritakan keadaannya selama beberapa hari itu. Terdengar suara Sun Qing Yu yang aneh. Cheng Gai berbalik untuk melihat, ternyata Sun Qing Yu sudah membuka baju Yu Da Fu—Fei Ying Shen Jian Xiao Xu. Dia membalikkan kepalanya dan berkata, "Aneh.”
Dia menunjuk punggung Fei Ying Shen Jian, "Pendekar Xiao terkena pukulan telapak Can Jin Du Zhang tapi mengapa tidak ada bekas telapak tangan berwarna kuning?”
Mereka melihat punggung Fei Ying Shen Jian hanya terlihat noda berwarna hitam kebiruan tidak terlihat ada bekas telapak tangan berwarna kuning. Ba Bu Gan Chan Cheng Gai berpikir, "Mengapa lukanya sama persis dengan luka Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao?”
Begitu Jin Dao Wu Di Huang Gong Zhao terkena pukulan Can Jin Du Zhang, tubuhnyapun tidak terlihat ada bekas telapak berwarna kuning. Dia berkata, "Menurut perkiraanku, di kota Bei Jing ini kecuali ada Can Jin Du Zhang asli ada juga Can Jin Du Zhang yang palsu. Ilmu Can Jin Du Zhang yang palsu ternyata tinggi dan sifatnyapun sama anehnya—" Lin Pei Qi bertanya, "Siapakah dia? Mengapa dia harus memalsukan identitas Can Jin Du Zhang?”
Mereka terdiam karena pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak bisa mereka jelaskan.
Tian Ling Xing terdiam. Terakhir dia baru berkata pelan-pelan, "Menurut Adik Cheng, iknu silat Tuan Muda Gu sangat hebat. Menurut apa yang kulihat, melihat bagaimana caranya berjalan, ilmu meringankan tubuhpun sangat tinggi. Jika dikabarkan bahwa ada orang yang memiliki ilmu silat tinggi dan memalsukan identitas Can Jin Du Zhang, orang itu pasti Tuan Muda Gu yang terlihat selalu misterius.”
Semua orang mengangguk setuju. Penjelasan Tian Ling Xing membuat mereka setuju.
Sun Qing Yu berkata lagi, "Alasan dia memalsukan identitas Can Jin Du Zhang, jika dilihat dari sisi kebaikannya adalah karena Tuan Muda Gu mempunyai ilmu silat tinggi dan dia ingin mencari Can Jin Du Zhang untuk bertarung. Karena itu diapun memakai baju seperti Can Jin Du Zhang dan gerak-geriknyapun seperti Can Jin Du Zhang. Jika Can Jin Du Zhang yang asli mengetahui kalau ada orang yang memalsukannya, dia pasti akan muncul untuk bertarung...”
Dengan cepat Lin Pei Qi berkata, "Bagaimana kesempatannya?”
Sun Qing Yu pelan-pelan menjelaskan, "Kalau dilihat dari kesempatannya, mungkin Tuan Muda Gu adalah murid Can Jin Du Zhang. Jadi sewaktu Can Jin Du Zhang berada di tempat lain, muridnya ini membuat masalah di kota Bei Jing. Tujuannya tidak lain adalah mengacaukan dunia persilatan.”
Dia meraba-raba janggutnya yang panjang dan berkata, "Jika memang benar seperti itu, dapat dibayangkan seorang Can Jin Du Zhang saja sudah membuat dunia persilatan tidak tenang, apalagi ditambah satu lagi maka akibatnya benar-benar tidak bisa dibayangkan.”
Mereka terdiam. Lama...
Sun Qi yang sejak awal tidak bicara, tiba-tiba berkata, "Menurutku, Tuan Muda Gu memang pantas untuk dicurigai. Dia mendapatkan perintah dari gurunya, sengaja mengantarkan plakat perintah bambu itu, membuat orang Wisma Xiao Xiang keluar dan datang ke sini. Kemudian dia melukai orang Wisma Xiao Xiang. Supaya gurunya tidak perlu merasa khawatir. Sewaktu dia mengantarkan plakat itu, aku sudah menaruh curiga mengapa dia bisa memberikan benda langka seperti itu kepada orang yang tidak dikenalnya?”
Sorot mata Sun Qing Yu tampak membeku. Sun Qi berkata lagi, "Anehnya lagi adalah jika dia memalsukan Can Jin Du Zhang,
mengapa dia tangan dan jaripun bisa putus? Wajahnyapun terlihat sangat seram. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Paman.”
Sun Qing Yu berkata, "Ini bisa dijelaskan sebagai berikut: dia memakai baju tidak berlengan baju kiri dan menyembunyikan lengan kiri ke dalam badannya. Dengan ilmu silat seperti yang dia miliki, tidak akan mengalami kesulitan. Kemudian dia memakai sarung tangan berwarna kuning agar orang lain tidak tahu kalau dia masih mempunyai jari-jari utuh.”
Paman dan keponakan saling tanya dan jawab, menarik perhatian Ba Bu Gan Chan Cheng Gai dan Long Shi Jian. Hati mereka berdebar-debar. Mereka terkejut juga kagum.
Sun Qing Yu mengerutkan kedua alisnya dan berkata, "Aneh...dia adalah putra seorang perdana menteri, mengapa dia bisa menjadi murid Can Jin Du Zhang dan bisa menguasai ilmu silat begitu tinggi...”
Tiba-tiba dia seperti teringat pada sesuatu dan bertanya, "Apakah Yu Jian Xiao Ling beristirahat di sini?”
Cheng Gai mengangguk. Sun Qing. Yu berkata lagi, "Aku ingin bertanya kepadanya, bagaimana dia bisa kenal dengan Tuan Muda Gu? Hubungan mereka seperti apa? Menurutku, ingin mencari informasi Can Jin Du Zhang, harus dimulai dari Tuan Muda Gu. Jika ingin mengetahui informasi Tuan Muda Gu, harus mencarinya dari Yu Jian Xiao Ling.”
Cheng Gai terdiam sebentar lalu berkata, "Sakit Nona Xiao sangat berat. Dia pingsan dan selalu mengigau. Jika bertanya sekarang, sama saja tidak akan mendapat hasil apa-apa.”
Di ruarigan itu semua orang terus mengeluarkan pendapatnya. Mereka sedang membicarakan Can Jin Du Zhang yang telah membuat geger dunia persilatan selama hampir ratusan tahun juga membicarakan tentang Tuan Muda Gu yang kaya dan berilmu silat tinggi tapi juga sangat misterius. Gu Zhuo Piao.
Tapi mereka tidak terpikir, jika mereka sudah mengetahui keadaan Can Jin Du Zhang atau Gu Zhuo Piao, apa yang akan mereka
lakukan? Apakah dengan mengandalkan ilmu silat mereka, maka mereka bisa mengalahkan Can Jin Du Zhang atau putra perdana menteri itu?
Walaupun Tian Ling Xing selalu banyak akal dan posisinya sangat tinggi di dunia persilatan, tapi ilmu silatnya tidak begitu tinggi. Dia memutar otaknya, tapi tetap tidak bisa menemukan jalan keluarnya.
Sewaktu mereka sedang berdiskusi, di luar jendela tampak berdiri seseorang dan mendengarkan pembicaraan mereka. Wajahnya sudah penuh tawa dingin dan seperti meremehkan.
Sesudah selesai mendengarkan percakapan mereka, dia sengaja berjalan mengeluarkan suara dan pelan-pelan masuk.
Dia adalah Gu Zhuo Piao yang selalu teriihat misterius.
Hari sudah mulai terang, satu hari baru akan dimulai. Siapa yang tahu dendam di dunia persilatan selalu mengikuti hari yang berlalu, akan bertambah berapa banyak kah dendam itu?
0-0-0
BAB 7
Asli dan palsu, sulit dibedakan
Xiao Ling terbangun dari pingsannya, berapa lama dia tertidur dia sendiri tidak tahu, dia melihat ke luar jendela ternyata hari baru terang.
Di sekeliling kamarnya sangat sepi, setelah mengeluarkan keringat cukup banyak, dia merasa lebih baik. Selama beberapa hari ini dia merasa sangat mengantuk, sekarang rasa kantuk itu mulai menghilang.
Sekarang dia merasa haus tapi tidak ada orang yang membantunya mengambilkan air karena itu dia berusaha bangun, sebenarnya dia sudah beberapa kali berusaha bangun tapi tenaganya seperti tidak ada, dia selalu kembali terjatuh ke ranjang.
Setelah menunggu sebentar dia merasa tubuhnya lebih ringan, dia mencoba bangun ternyata dia berhasil duduk, hatinya merasa
senang. Walaupun udara terasa dingin, tapi dia keluar dari balik selimutnya yang hangat. Di sisi tempat tidurnya ada sebuah mantel, segera dipakainya mantel itu. Kemudian dia mengenakan sepatu dan turun dari tempat tidur.
Cahaya yang masuk membuat kamarnya menjadi sedikit terang, dia melihat di atas sebuah meja kecil ada secangkir teh. Sambil beijalan memegang din ding dia berusaha berjalan ke arah meja itu. Tiba-tiba dia mendengar ada yang berkata, "...Yu Jian Xiao Dao... Tuan Muda Gu... Can Jin Du Zhang...." Hanya sebagian yang didengarnya dia tidak mengerti, tapi beberapa hama itu dikenalnya.
Selama beberapa hari ini hatinya selalu diliputi oleh banyak pertanyaan, sekarang pertanyaan itu mulai muncul di dalam benaknya, Tempat apakah ini? Apakah...apakah tempat ini berhubungan dengan Gu Zhuo Piao?" Dia terus berpikir.
Walaupun dia masih belum sepenuhnya sadar, tapi bayangan Gu Zhuo Piao yang baik sekaligus dibencinya, tapi juga membuat dia mabuk kepayang dan sedih, juga selalu berada di dalam hati Xiao Ling. Laksana sinar matahari masuk ke relung hatinya, tidak bisa ditolak dan selalu muncul.
Di luar kamar itu adalah sebuah ruang tamu kecil, sedangkan di bagian sana adalah kamar Cheng Gai.
Begitu memasuki ruang kecil itu, tepat ada seseorang yang keluar dari kamar. Walalupun sinar matahari pagi tidak begitu terang tapi dilihat sekilaspun dapat diketahui siapa pemilik sosok itu. .
Orang itu tidak lain adalah Gu Zhuo Piao, dia adalah orang yang dibenci ribuan kali lipat oleh Xiao Ling. Walaupun tempat itu tidak terlalu terang malah cenderung gelap, bila terlihat bayangannya Xiao Ling pasti akan langsung bisa mengetahuinya. Walaupun tidak terlihat bayangannya Xiao Ling masih bisa merasakan keberadaannya. Hanya dalam waktu sebentar hati Xiao Ling sudah bergejolak seperti gelombang air laut yang tidak terbendung, tubuhnya yang baru sembuh dari sakit masih lemah, dan dia berjalan sempoyongan, dia tidak kuat lagi, dia merasa sekelilingnya menjadi gelap, dia pingsan lagi.
Setelah Gu Zhuo Piao memasuki ruangan itu, diapun melihat Xiao Ling, apakah waktu itu Xiao Ling pun merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Xiao Ling? Begitu tidak terbendung?
Wajahnya terlihat dingin dan sudut bibirnya selalu terlihat tawa dingin. Begitu melihat Xiao Ling menghilang, ekspresi wajahnya berubah, siapapun tidak bisa menjelaskan hal ini. Seperti marah kepada dirinya sendiri juga seperti menaruh perhatian yang dalam. Dia terlihat tidak tenang, seperti tidak memiliki rasa cinta tapi juga seperti dipenuhi cinta, bagaimanapun juga hati Gu Zhuo Piao yang dingin dan keras seperti batu, mulai jatuh cinta.
Xiao Ling terjatuh, mantelnya yang besar tampak melebar di lantai, rambut Xiao Ling yang panjang separuh menutupi wajahnya yang pucat karena sakit. Satu sepatunya terlepas, kakinya yang kecil dan putih terlihat dengan jelas, tubuhnya yang menggigil terbungkus oleh mantel tebal. Gu Zhuo Piao sangat mengenal sosok itu.
Dia berjalan mendekati Xiao Ling lalu dengan lembut dia membereskan rambut yang menutupi wajah Xiao Ling. Lalu dengan lembut pula diangkatnya tubuh Xiao Ling yang mungil dan membawanya masuk ke dalam kamar, setelah itu dengan perlahan dia meletakkannya di atas tempat tidur.
Gu Zhuo Piao tidak tahu apakah dia harus tinggal atau meninggalkan tempat itu? Dia sadar bila dia meninggalkan kamar itu dia pasti akan merasa sedih dan sakit.
Dia sendiri tidak tahu apakah dia sendiri mengerti akan dirinya sendiri? Kalau dia sendiri saja tidak mengerti tentang dirinya apalagi dengan orang lain.
Perasaannya yang suci dan bersih kepada Yu Jian Xiao Ling, serta rasa cintanya yang dalam, dia tidak tahu harus bagaimana kepada Xiao ling. Mengapa dia tidak bisa mengatakan masalah yang sedang terjadi pada dirinya sendiri?
Dia menghembuskan nafas panjang.
Di dalam udara yang lembab di pagi hari, Xiao Ling terbangun dan membuka matanya, tubuh Xiao Ling semakin kurus, matanya terlihat
bertambah cekung. Pada saat pandangan mereka beradu, Gu Zhuo Piao tersenyum kepadanya, dia mendekat dan berkata kepada Xiao Ling, "Apakah kau merasa lebih baik?”
Sapaannya begitu lembut, seperti ada sebuah pedang panjang yang menusuk ke dalam hati Xiao Ling; Dia ingat saat pertama dia bertemu dengan Gu Zhuo Piao di bawah hujan salju, juga teringat pada saat berada di ruangan yang hangat di mana mereka minum-minum, lalu di dalam kamar mereka berkasih-kasihan, itu semua adalah kenangan yang indah dan hangat.
Tapi diapun tidak bisa melupakan pada saat dia ditolak di luar pintu kediaman rumahnya. Perasaannya begitu sedih, kecewa, dan sakit hati hingga menusuk tulangnya. Sakit yang begitu dalam bukankah semua itu karena dia?
Perasaan cinta dan benci terus berkecamuk di dalam hati Xiao Ling. Apakah itu adalah cinta? Apakah itu juga benci? Kedua perasaan ini terus berhubungan, membuat dia tidak bisa keluar dari situasi ini.
Xiao Ling menolehkan kepalanya tidak ingin melihat Gu Zhuo Piao tapi mata Gu Zhuo Piao seperti mempunyai magnet yang menyedot perhatiannya, membuat kepala Xiao Ling tidak dapat diputar lagi.
Dengan lembut Gu Zhuo Piao bertanya, "Mengapa kau tidak mau melihatku?”
Dia ingin mengelus rambut Xiao Ling yang indah tapi begitu tangannya terulur di tengah-tangah tampak berhenti. Dengan pelan dia tertawa, "Kau sudah sembuh, aku merasa sangat senang melihat kesembuhanmu." Kedua kalimat itu seperti sepasang tangan yang hangat dan meraba hati Xiao Ling yang sedang tersiksa dan berlubang.
Akhirnya Xiao Ling tidak tahan lagi dengan sepenuh perasaan dia masuk ke dalam pelukan Gu Zhuo Piao. Dia membiarkan Gu Zhuo Piao memeluknya. Lalu Xiao Ling memukuli Gu Zhuo Piao, yang juga memperhatikan dia, semua itu dilakukan Xiao Ling dengan sepenuh hati.
Lama... Mereka tenggelam di dalam perasaan yang lembut seperti air. Mereka melupakan semua yang ada di dunia ini.
Dengan suara lemah Xiao Ling bertanya, "Hari itu mengapa kau tidak menungguku? Membuatku... aku tahu selama ini kau selalu membohongiku, tadinya aku berada di rumah tua itu mengapa tiba-tiba bisa berada di sini?”
Sorot mata Gu Zhuo Piao pelan-pelan beralih dari wajah Xiao Ling ke sudut ruangan, dia befkata, "Adik Ling, aku sekarang mengalami kesulitan untuk menjelaskannya, tapi suatu hari nanti kau pasti akan mengerti tentang diriku. Sekarang dengan cara apapun aku menjelaskannya, tidak akan ada gunanya, heehh...”
Dia menghembus nafas panjang, "Yang lalu biarlah berlalu, sekarang aku sudah berada di sisimu lagi, jangan menanyakan masa lalu lagi.”
Sewaktu dia mengatakan hal itu wajahnya penuh dengan cahaya, membuat Xiao Ling mau tidak mau menerima apa yang dikatakan oleh Gu Zhuo Piao. Terkadang bagi sebagian orang karena takdir membuatnya memiliki suatu kekuatan aneh, membuat orang akan percaya kepadanya. Gu Zhuo Piao adalah salah satu di antara orang-orang seperti itu.
Sewaktu Gu Zhuo Piao dan Xiao Ling sedang dimabuk cinta, mereka melupakan kalau di sekeliling mereka masih ada orang lain...
Di luar pintu ada yang terbatuk, suara batuk itu membuat mereka terkejut, dan tersadar dari kebahagiaan mereka. Mereka segera memisahkan diri dari pelukan hangat. Tian Ling Xing, Sun Qing Yu masuk sambil tertawa terbahak-bahak berkata, "Maaf aku kurang sopan, kurang sopan..." Kemudian dia berhenti tertawa dan berkata lagi, "Pendekar Xiao sangat kuat, aku tidak mengerti tentang ilmu ketabiban. Apakah Tuan Muda Gu bisa memanggil tabib dan membiarkan tabib itu mengobati Pendekar Xiao, aku takut nanti akan terlambat.”
Gu Zhuo Piao berdiri, entah karena dia merasa malu atau ada hal lain, wajahnya berekspresi aneh, dia membereskan bajunya dan
berkata, "Aku akan pergi sekarang." Dia membalikkan badan dan berlalu dari kamar itu.
Xiao Ling mendengar kata-kata Sun Qing Yu dengan cemas dia bertanya, "Pendekar Xiao yang mana yang Anda maksud?”
Xiao Ling memiliki firasat tidak enak.
Tapi Tian Ling Xing sudah membalikkan badan, dia membuka jendela dengan celah kecil, lalu melihat keluar, terlihat Gu Zhuo Piao sedang berjalan di taman,
"Tolong katakan kepadaku, siapa Pendekar Xiao yang Anda maksud tadi?" tanya Xiao Ling dengan nada cemas.
Karena terkejut dan keadaannya yang belum sembuh total, sekarang tubuh Xiao Ling gemetar.
Tiba-tiba timbul tawa aneh dari sudut mulut Tian Ling Xing, Sun Qing Yu, dia mendekati tempat tidur dan berkata, "Nona Xiao, kau ingin mengetahui siapa Pendekat Xiao itu bukan? Ikutlah denganku, maka kau akan tahu.”
Xiao Ling adalah gadis pintar, dia sempat melihat tawa aneh Tian Ling Xing, Sun Qing Yu, tapi Sun Qing Yu dengan cepat sudah menotok nadi di bagian kepala Xiao Ling.
Walaupun Xiao Ling sudah lama sakit, dan juga tubuhnya masih lemah, tapi berkat latihan silatnya sejak kecil dia tidak akan melupakan apa yang pernah dipelajarinya, dia melihat jari Tian Ling Xing yang siap menotoknya.
Dalam situasi terkejut dia membentak, "Anda mau apa?”
Tadinya dia ingin menghindar ke belakang, tapi dia malah teijatuh ke depan. Tangan Sun Qing Yu tampak berputar dan menotok Xiao Ling, tangan kirinya memegang pundak Xiao Ling dan berkata, "Nona Xiao, maafkan kelakuanku, kelak Nona akan mengerti maksudku.”
Xiao Ling merasa tubuhnya mati rasa, pikirannyapun sangat kacau, dia seperti mendengar perkataan Sun Qing Yu, tapi tubuhnya
terasa seperti melayang. Ternyata dia telah diangkat keluar oleh Sun Qing Yu.
Begitu keluar dari pintu kamar, kemudian Sun Qing Yu terbatuk pelan di depan pintu, segera muncul beberapa orang kecuali Lin Pei Qi. Sun Qi, Cheng Gai, dan masih ada Ru Yun Long, Ni FangBiao...
Ternyata Sun Qing Yu mendengar Xiao Ling sedang sakit berat, dia merasa tidak enak telah mengganggu istirahat Xiao Ling. Sewaktu dia datang menengok Fei Ying Shen Jian, tiba-tiba dari jendela kamar belakang ada seseorang yang menyentil. Karena orang-orang yang berada di dalam kamar adalah orang-orang yang berpengalaman, segera mereka meniup lilin hingga padam, Lin Pei Qi berlari mendekati jendela dan bertanya, "Siapa?”
"Ini aku, Ni Fang Biao.”
Lin Pei Qi menghembus nafas lega, begitu membuka jendela ternyata ada seseorang yang masuk dengan perawakan tinggi dan kurus, tapi pakaiannya seperti seorang pelayan, baju dan topinya berwarna hijau tapi wajahnya terlihat keras.
Kedua matanya tampak bersinar ternyata dia adalah angkatan muda dunia persilatan, Ru Yun Long, Ni Fang Biao.
Begitu Ni Fang Biao muncul, mereka teringat pada saat Can Jin Du Zhang muncul, Ni Fang Biao dan Lin Pei Qi berada di dalam kamar yang sama, tetapi semenjak hari itu mereka tidak pernah bertemu karena timbul banyak masalah. Mereka hampir saja melupakan dia.
Orang-orang yang berada di dalam ruangan merasa aneh, "Selama beberapa hari ini Ni Fang Biao berada di mana? Mengapa dia berdandan seperti itu? Mengapa sekarang dia tiba-tiba muncul?”
Ru Yun Long melihat semua orang yang ada di situ wajah mereka tampak bertanya-tanya, dia segera menjawab, "Selama dua hari ini, aku sangat banyak mendapatkan informasi, sementara ini aku tidak bisa menceritakannya panjang lebar, tapi aku akan memberitahukannya dengan singkat bahwa Can Jin Du Zhang tidak lain adalah Tuan Muda Gu, dan dia mendengar semua kata-kata
Tetua Sun tadi sewaktu berada di dalam kamar, dia mendengar semuanya dengan jelas...”
Dia mengatur nafas, wajah orang-orang yang berada di sana berubah, terdengar Ni Fang Biao berkata lagi, "Untung sekarang dia sedang tertarik kepada Yu Jian Xiao Ling. Saranku adalah karena orang ini memiliki pemikiran yang dalam dan ilmu silatnya sangat tinggi, dia menyadari kalau kita sudah mengetahui identitasnya, mungkin hal ini tidak menguntungkan bagi kita, lebih baik kita tinggalkan tempat ini, baru kita susun rencana lain.”
Dengan singkat dia menceritakan semuanya, tapi matanya terus melihat ke arah pintu kamar, sepertinya dia takut kalau orang disebut sebagai Tuan Muda Gu akan muncul dengan tiba-tiba.
Sun Qing Yu melarang orang-orang yang akan bertanya, dia tampak memejamkan matanya sebentar, tiba-tiba dia berkata, "Kalian tunggu di sini, aku akan keluar sebentar, kalau mendengar suara batukku, kalian cepat keluar, Sun Qi, gendong Pendekar Xiao, yang lain siapkan senjata, semua harus waspada!”
Tian Ling Xing terkenal banyak akal, csiasatnya tadi menipu Gu Zhuo Piao keluar dari kamar lalu membawa Xiao Ling keluar dari kamar itu dengan sangat lihai. Lalu dengan cepat mereka keluar dari kediaman perdana menteri. Yang berada di paling depan adalah Ru Yun Long, dia berkata dengan suara kecil, "Kalian ikuti aku keluar dari sini!”
Mereka berbelok 2 hingga 3 kali baru mencapai sebuah pintu kecil. Cheng Gai belum pernah melewati pintu itu, di dalam kegelapan subuh mereka meninggalkan kediaman perdana menteri lalu masuk ke sebuah gang kecil.
Mereka berjalan dengan cepat, Ru Yun Long berada di paling depan, dia bertanya, "Tetua Sun, sekarang kita ke mana?”
Sun Qing Yu melihat di jalanan mulai terlihat ada orang, dia berkata, "Lebih baik kita cari sebuah kereta dulu—”
Tiba-tiba dia membalikkan kepala dan bertanya kepada Ling Pei Qi, "Apakah kau tahu rumah Tie Zhi Jin Wan, Wei Shou Ru?”
Long Shi Jian, Lin Pei Qi mengangguk, dia langsung beijalan di depan dan membawa jalan berbelok ke kiri.
Dari pintu belakang kediaman perdana menteri ada sebuah kepala yang menongol, matanya yang besar dan lincah tampak berputar, dia adalah anak yang sering membantu Gu Zhuo Piao membawakan buku— Qi Er.
Wei Shou Ru adalah ketua Biao Pin An yang ada di kota Bei Jing, walaupun nama kantornya tidak sebesar nama kantor Biao Zhen Yuan, tapi kantor Biaonya adalah kantor yang cukup terkenal.
Tapi semenjak Can Jin Du Zhang muncul dan kantor Biao Zhen Yuan ditutup, akhirnya Wei Shou Ru memutuskan menutup kantor Biao nya. Sekarang pintu utama kantor Biao Pin An yang bercat hitam masih terbuka. Di depan kantor Biao itu terlihat ada dua buah kereta, ternyata Tian Ling Xing dan kawan-kawan sudah tiba di sana, setelah mengatur segalanya, mereka merasa aneh terhadap Wei Shou Ru. Karena perubahan yang terjadi beberapa waktu ini, dia sama sekali tidak mengetahuinya. Yang membuat mereka paling merasa aneh adalah mengapa ketua Xiao Xiang Bao Ke bisa berada di Bei Jing? Dan mengapa dia bisa terluka parah?
Orang-orangpun pasti ingin mengajukan banyak pertanyaan kepada Ru Yun Long, Ni Fang Biao, dimana selama beberapa hari ini dia berada?
Karena itu Ni Fang Biao telah menceritakan hal yang membuat mereka terkejut,
"Malam itu, karena aku merasa sakit perut aku pergi ke WC dengan waktu yang agak lama. Sewaktu aku kembali ke dalam kamar, Paman Lin tidak ada, aku merasa aneh lalu akupun pergi ke kamar Tetua Sun, tapi Tetua Sun dan Paman Cheng serta Paman Huang sudah tidak ada.
Aku sadar telah terjadi sesuatu, begitu mendengar dari arah halaman ada suara, dan seperti banyak orang di sana maka aku memutuskan masuk kamar dan menunggu barang beberapa menit.”
Lin Pei Qi mengangguk dan berpikir, "Ni Fang Biao masih begitu muda tapi dia bisa bersikap tenang, kami belum sempat melihat ilmu silatnya tapi begitu melihat dia bisa begitu tenang, tidak heran dia bisa terkenal di dunia persilatan.”
"Tapi pada saat aku memasuki kedua kamar itu dan tidak ada orang aku merasa takut kalau terjadi sesuatu pada kalian, aku mengira bila terus tinggal di sanapun tidak baik, karena itu aku berputar ke belakang lalu keluar dari sana.
Setiba di belakang penginapan, aku mendengar ada sesuatu yang berbunyi, karena saat itu aku harus berhati-hati, maka akupun bersembunyi, ternyata di sana ada sebuah pintu, aku merasa aneh, tiba-tiba muncul bayangan berwarna kuning dan keluar dari jendela kamar itu.”
Dia mengatur nafas, kemudian melanjutkan, "Aku segera masuk ke kamar itu, kamar itu kecil hanya ada sebuah lemari dan sebuah tempat tidur, aku berniat bersembunyi di dalam lemari, tapi dari luar terdengar ada suara lagi, aku tidak sempat berpikir panjang, terpaksa aku masuk ke kolong tempat tidur, ternyata hal ini malah menolongku.
Dari bawah tempat tidur, aku hanya bisa diam saja. Tapi dari bawah aku tidak bisa melihat siapa yang datang. Hanya terlihat kalau celana orang itu berwarna kuning, aku hampir saja pingsan, ternyata yang datang ke kamar itu adalah Can Jin Du Zhang.”
Dia menghembus nafas panjang, orang-orang yang mendengar ceritanya tanpa sadar ikut menghela nafas. Terdengar dia berkata, "Waktu itu aku benar-benar merasa tegang. Pertama, aku merasa aneh mengapa Can Jin Du Zhang bisa datang ke sana. Kedua, aku merasa khawatir jangan-jangan Can Jin Du Zhang tahu aku bersembunyi di bawah tempat tidur, bukankah hal itu akan lebih celaka? Karena itu aku tidak berani menarik nafas.
Di dalam kamar itu terdengar ada suara yang terus berbunyi, aku tidak tahu dia sedang melakukan apa, tiba-tiba Can Jin Du Zhang membuka celana kuningnya dan mengeluarkan sebuah celana
berwarna abu, kemudian dia mengganti sepatu. Waktu itu aku ingin sekali melihat siapa siluman itu sebenarnya?”
Semua berkonsentrasi mendengar ceritanya, karena tegang hampir saja Wei Shou Ru lupa menarik nafas.
Ru Yun Long berkata lagi, "Tiba-tiba dari luar masuk seseorang. Dari kakinya terlihat kalau dia masih anak-anak, terdengar anak itu berkata, Tuan Muda, kereta sudah siap dan sudah berada di luar.' Waktu itu aku berharap Can Jin Du Zhang bicara, tapi karena anak itu memanggil orang itu tuan muda, aku bisa menebak siapa Can Jin Du Zhang sebenarnya, hanya saja aku belum memiliki bukti yang kuat.”
Wei Shou Ru tampak tidak sabar lagi, dia berkata, "Siapakah dia sebenarnya?”
Ni Fang Biao tersenyum tapi tidak menjawab pertanyaannya, kemudian dia berkata, "Tak lama kemudian dia mulai bersuara, 'Qi Er, kau harus ikut pergi ke sana, kalau di sana tidak ada orang, kita bisa mencari siapa saja.' Anak itu berkata, Tuan Muda, mengapa Anda menyuruh nona itu tinggal di sini?' Dia hanya menarik nafas tidak menjawab. Tidak lama kemudian mereka keluar tapi dari kedua kalimat itu aku tahu bahwa Can Jin Du Zhang tidak lain adalah GuZhuoPiao.”
Wei Shou Ru sangat kaget terdengar, "Engg." Ternyata suara itu berasal dari Xiao Ling, segera Ni Fang Biao menghampirinya.
Ternyata mereka mengobrol di kamar belakang rumah Wei Shou Ru. Xiao Xu dan Xiao Ling berbaring di kamar itu. Begitu Ni Fang Biao memeriksa keadaan Xiao Ling dia segera berkata kepada Sun Qing Yu, "Tetua Sun, apakah totok Nona Xiao belum dibuka?"
Tian Ling Xing tersenyum dan menjawab, "Aku lupa." Dengan cepat dia membuka totokan Xiao Ling, tapi Xiao Ling tetap tidak bergerak, dia pingsan lagi.
Ternyata walaupun Xiao Ling ditotok tapi dia bisa mendengar pembicaraan mereka, pada saat Ni Fang Biao mengatakan kalau Can Jin Du Zhang adalah Gu Zhuo Piao, otaknya tidak bisa menerima rasa terkejutnya akhirnya dia pingsan lagi.
Ru Yun Long membuktikan bahwa Can Jin Du Zhang adalah Gu Zhuo Piao, bukan hanya Wei Shou Ru yang tidak tahu apa-apa, benar-benar sangat terkejut, orang-orang yang ada di sanapun sama terkejutnya.
Ling Pei Qi menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti mengapa Tuan Muda Gu harus berbuat seperti itu? Segera Cheng Gai bertanya, "Adik Ni, setelah itu bagaimana?”
Ni Fang Biao melihat Xiao Ling yang masih pingsan, dia berkata lagi, "Setelah mereka berdua pergi, aku segera keluar dari bawah tempat tidur. Saat itu hari sudah terang dan kalian masih juga belum kembali, aku tidak tahu kalian pergi ke mana. Setelah dipikir-pikir akhirnya akupun keluar melalui dinding belakang, tapi aku merasa tidak tenang, aku takut bila kalian sampai dibunuh oleh Can Jin Du Zhang, dan aku sendiripun bukan lawan seimbang Can Jin Du Zhang, Gu Zhuo Piao..." Dia menambahkan nama nama Gu Zhuo Piao di belakang nama Can Jin Du Zhang.
Dia berhenti bicara sebentar lalu berkata lagi, "Lalu aku berpikir aku harus mengumpulkan beberapa orang baru bisa mengalahkan Gu Zhuo Piao, setelah itu aku berpikir siapa saja yang harus kucari, aku sendiripun tidak tahu, kecuali guruku sendiri, yang lainnya kalau bukan karena rumah mereka terlalu jauh, ilmu silat mereka terlalu rendah.
Akhirnya aku teringat pada Wu Ling Shan (gunung), Xuan Tong Guan ( kuil), Pendeta Xuan Tong. Walaupun beliau sudah lama tidak berkelana di dunia persilatan, tapi beliau adalah orang yang meiniliki ilmu silat paling tinggi di He Bei. Selain itu beliau bersahabat dengan guruku, bila aku mencari beliau dan memberitahukan keadaan yang sedang terjadi, aku yakin beliau pasti akan membantu.”
Saat itu Tian Ling Xing berkata dengan dingin, "Caranya menghitung sapi dengan caraku hampir sama, mencari dia percuma saja." Terlihat dia tidak senang.
Ni Fang Biao diam-diam tertawa karena tadi dia mengatakan kalau ilmu Pendeta Xuan Tong adalah yang tertinggi di He Bei. Karena Tian Ling Xing pun tinggal di daerah He Bei.
Ni Fang Biao berpikir, "Usia Tetua Sun sudah cukup tua, tapi hatinya masih selalu ingin menang.”
Walaupun dia berpikir seperti itu tapi dia tertawa dan berkata, "Karena saat itu pikiranku sudah buntu, setibanya di Wu Ling Shan, Pendeta Xuan Tong tidak ada di tempat. Karena itu aku memutuskan kembali ke Bei Jing dan mencari kediaman perdana menteri, aku ingin mengumpulkan bukti-bukti yang membuat Gu Zhuo Piao tidak bisa membantahnya lagi.
Baru saja aku mengenakan pakaian pelayan dan berjalan di sisi rumah, aku melihat Gu Zhuo Piao diam-diam berdiri di depan jendela mendengar percakapan kalian. Karena itu aku berputar ke belakang sambil terus memantau gerakannya juga mendengar kalian membicarakan apa saja.”
Sun Qing Yu tertawa terbahak-bahak, "Kami semua yang ada di sini adalah orang-orang yang berpengalaman di dunia persilatan, ada dua orang yang berdiri di luar jendela dan mendengarkan percakapan kami, tapi kami masih tidak tahu apa-apa.”
Ni Fang Biao berkata, "Setelah itu Gu Zhuo Piao masuk ke dalam kamar, aku melihatnya dari belakang, melihatnya...dia berjalan masuk ke kamar Nona Xiao, setelah itu aku langsung memberitahu kalian.”
Ling Pei Qi menarik nafas, dia merasa malu, dia yang selalu mengaku sangat berpengalaman di dunia persilatan ternyata perbuatannya lebih ceroboh dari orang yang baru saja berkelana di dunia persilatan seperti Ni Fang Biao.
Cheng Gai bertanya kepada Ni Fang Biao, "Adik Ni, menurut kabar yang beredar kau adalah murid Ketua Wu Dang, Huang Yu Chen yang terakhir, apakah kabar itu benar?”
Ni Fang Biao mengangguk, Cheng Gai bertanya lagi, "Apakah kau tahu Pendekar Ling Ji yang ada di Wu Dang beberapa waktu yang lalu pernah menerima seorang murid?”
Ni Fang Biao tampak berpUrir sebentar lalu menjawab, "Kakek Guru Ling Ji sudah lama tidak keluar, aku hanya sempat bertemu
beberapa kali dengan beliau, itupun hanya pada saat beliau ingin bertemu denganku. Tahun ini kakek guru sudah berusia 100 tahun, selama kurun waktu 30 tahun ini beliau tidak pernah turun gunung jadi tidak mungkin beliau menerima murid.”
Cheng Gai mulai merasa marah, ternyata dia ditipu oleh Qi Er mentah-mentah, Cheng Gai mengira bahwa Gu Zhuo Piao benar-benar murid Shao Lin, Xuan Kong, Wu Dang Ling Ji, Tuan Zhong, dan Qi Shou Shen Jian. Ni Fang Biao terdiam sepertinya sedang berpikir, tidak lama kemudian dia berkata, "Beberapa tahun ini, kakek guru memang tidak pernah mengajarkan ilmu silat kepada seseorang, tapi dalam beberapa waktu lalu, karena...”
Kata-katanya belum selesai, Cheng Gai tampak sudah tidak sabar dan bertanya. "Mengapa? Beliau mengajarkan jurus apa?”
Ni Fang Biao merasa sedikit aneh, mengapa saat seperti ini Cheng Gai malah menanyakan hal yang tidak ada hubungarmya dengan kejadian sekarang, tapi karena Cheng Gai sudah bertanya maka dia harus memberikan jawaban, "Aku tidak begitu mengetahui dengan jelas alasan kakek guru, tapi guruku pernah berkata, Biksu Xuan Kong yang sakti dari Shao Lin telah menemukan seseorang yang sangat berbakat, lalu beliau membawanya ke- hadapan kakek guruku, Ling Ji, meminta kepada kakek guruku agar mengajarkan ilmu silat kepada orang itu. Beliau mengatakan kalau orang itu bukan berasal dari Shao Lin maka beliau membawa orang itu ke Wu Ling Shan. Tapi kakek guru hanya mengajar selama beberapa hari kepada orang itu, setelah itu beliau mengantarkan orang itu.”
Segera Cheng Gai bertanya, "Beliau mengantarkan orang itu ke mana?”
Ru Yun Long menggelengkan kepalanya dan berkata, "Hal ini sudah lama terjadi, dan aku tidak pernah bertemu dengan orang berbakat itu. Akupun tidak tahu mengapa kakek guruku tidak menerimanya saja menjadi murid, dan tidak mengijinkan dia tinggal di Wu Dang. Terakhir beliau mengantarkan orang itu ke mana, akupun tidak tahu, tapi kakek guru memang benar telah
mengajarkan kepadanya beberapa ilmu silat. Dan menurut pengakuan kakek guruku orang itu memang sangat berbakat.”
Cheng Gai berkata, "Kalau begitu, semuanya benar—" Kemudian dia menceritakan kejadian yang terjadi di rumah tua itu, lalu apa yang dikatakan oleh Qi Er, kemudian Cheng Gai berkata, "Sepertinya Gu Zhuo Piao adalah orang yang dimaksud oleh Adik Ni sebagai orang yang berbakat, karena itu...”
Tapi Ni Fang Biao segera menggelengkan kepalanya dan berkata, "Itu tidak benar, tidak benar, walaupun aku tidak pernah melihat orang itu, tapi aku tahu kalau dia adalah seorang yatim piatu, apa nama marga ayahnyapun dia tidak tahu. Tidak mungkin orang itu adalah putra perdana menteri, Gu Zhuo Piao.”
Cheng Gai tampak kebingungan, dia selalu merasa sedang berjalan di dalam kabut, begitu melihat ada sedikit cahaya, dia langsung mendekat tapi cahaya itu segera menghilang.
Walaupun orang-orang yang ada di sana mengetahui kalau Gu Zhuo Piao memalsukan identitas Can Jin Du Zhang,; tapi Can Jin Du Zhang yang asli membunuh orang tidak meninggalkan bekas telapak tangan berwarna emas, apakah benar Can Jin Du Zhang yang asli memang ada? Mengapa Gu Zhuo Piao harus memalsukan identitasnya? Apa hubungan antara Gu Zhuo Piao dengan Can Jin Du Zhang yang asli?
Pertanyaan ini membuat orang tidak mengerti. Tian Ling Xing terkenal di dunia persilatan tapi sekarang ini dia hanya bisa mengerutkan kedua alisnya yang sudah memutih.
Setelah lama Sun Qing Yu baru inenghembuskan nafas panjang, "Beberapa waktu ini banyak hal yang membuatku tidak mengerti, seperti ada Can Jin Du Zhang yang asli dan yang palsu. Kedua orang itu sulit dibedakan, apapun yang terjadi nanti, aku percaya tidak akan ada orang yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
Semenjak Sun Qing Yu membuka totok Xiao Ling, dia masih dalam keadaan setengah sadar, dia tidak tahu dia berada di mana sekarang. Sampai-sampai dia siapapun masih tampak kebingungan.
Dalam keadaan setengah sadar, seperti ada bayangan kecil yang sedang terbang ke arahnya, tapi bayangan itu semakin membesar dan semakin jelas. Bayangan itu seperti sedang tertawa sambil diam melihatnya, bayangan itu tidak lain adalah Gu Zhuo Piao, laki-laki yang dia cintai sekaligus dibencinya.
"Dia bisa ilmu silat," dia bicara kepada dirinya sendiri, "Ternyata sewaktu terjatuh malam itu di bawah siraman hujan salju, dia menipuku dan di dalam kamar dia sengaja menotokku dengan tujuan melecehkanku. Heehh—waktu itu mengapa aku tidak menotok saja nadi di tenggorokannya?”
Air matanya dengan diam mengalir dari sudut matanya, lalu mengalir ke wajahnya sehingga membuat wajahnya terasa gatal. Tapi untuk menggaruk wajahnya saja dia tidak mempunyai tenaga.
Tiba-tiba dia mendengar ada seorang pak tua yang berkata kepadanya, karena itu dia berusaha membuka matanya, ternyata Tian Ling Xing sedang bicara kepadanya, "Nona Xiao, sekarang Nona sudah tahu mengapa aku menotok Nona. Aku akan memberitahu Nona satu hal lagi, ayah Nonapun sedang terluka dan sekarang ini beliau sedang terbaring di samping Nona.”
Mata Xiao Ling terbuka dengan lebar tapi dia belum bisa menangkap kata-kata Sun Qing Yu.
Sebuah kekuatan besar membuatnya terloncat dari tempat tidur, dia melihat ke sekeliling, kemudian berjalan ke tempat tidur yang ada di sebelahnya.
Fei Ying Shen Jian merasa kesakitan, dia merintih, dia telah terkena pukulan Can Jin Du Zhang di punggungnya. Karena saat itu posisinya sedang berlari ke arah depan, maka pukulan itu tidak membuatnya mati seketika. Dan bila dia tidak mempunyai ilmu tenaga dalam yang kuat, mungkin sekarang dia tidak akan bisa bertahan.
Sun Qing Yu melihat ke arah Xiao Ling. Wei Shou Ru mengambil obat luka dalam tapi obat ini mana mungkin bisa mengobati luka akibat pukulan berat?
Sambil meneteskan air mata Xiao Ling berkata, "Luka ayahku sepertinya berat, aku...akupun tidak ingin tinggal di sini lagi.”
Dia bertanya kepada Sun Qing Yu, "Apakah Anda bisa menolongku memesan sebuah kereta, aku rasa lebih baik hari ini kami kembali ke Jiang Nan saja, kami tinggal di sinipun sudah tidak akan ada gunanya lagi.”
Xiao Xiang Bao yang terkenal di dunia persilatan, sekarang ayah dan anak terluka, benar-benar membuat dunia persilatan ikut sedih.
Kata Sun Qing Yu, "Nona belum sembuh benar, ayah Nona terluka lebih berat lagi, lebih baik beristirahat saja dulu selama 2 hari di sini.”
"Aku rasa lebih baik kami pulang saja," kata Xiao Ling, walaupun suaranya terdengar lemah tapi nadanya sangat keras, sepertinya bila dia tinggal di Bei Jing lebih dari satu hari dia akan bertambah sedih lagi.
"Selamanya aku tidak akan bertemu dengan dia lagi. Akupun ingin membunuhnya, kemudian—kemudian aku akan mati bersama-sama dengannya." Dia berpikir dengan sedih, dia berpikir lagi, Ternyata dia tidak pernah bisa melupakan Gu Zhuo Piao, apakah ini adalah benci atau cinta? Perasaan itu sama-sama menusuk ke dalam hatinya.
Tiba-tiba terlihat seseorang yang masuk dengan terburu-buru, ternyata dia adalah salah satu pegawai kantor Biao Wei Shou Ru yang dulu, orang itu membawa sesuatu, dia berkata kepada Wei Shou Ru, "Tadi ada seseorang yang memberikan ini kepadaku, aku tanya dia berasal dari mana, dia hanya menjawab dari Tuan Muda Gu, setelah itu dia pergi dengan terburu-buru.”
Sun Qing Yu tampak mengerutkan alisnya, dia melihat benda itu, ternyata itu adalah senjata Xiao Xiang Bao yang terkenal—Yu Jian, kemudian dengan sikap hormat dia memberikannya kepada Xiao Ling. Orang tua itu sangat menghormati Xiao Ling bukan karena ada hal lain, melainkan karena dia kasihan kepada nona cantik ini.
Mata Ni Fang Biao menatap Xiao Ling, tiba-tiba dia berkata, "Nona Xiao akan kembali ke Jiang Nan, aku akan menemani Nona Xiao dan Pendekar Xiao.”
Sun Qing Yu mengangguk, "Lebih baik seperti itu, ada Adik Ni yang menemani Nona, kami yang ada di sini akan merasa lebih tenang. Karena kondisi kalian yang satu sedang terluka parah dan yang lain sedang sakit. Heehh— Mungkin nanti masih ada hal yang akan merepotkan Xiao Xiang Bao, hehh! Di dunia ini apakah tidak ada orang yang sanggup mengalahkan Can Jin Du Zhang?”
Dia terus menarik nafas dan hatinya terasa berat, tiba-tiba Long Shi Jian, Lin Pei Qi berkata, "Aku berharap Tuan Muda Gu bukan teman Can Jin Du Zhang, dan akupun berharap dengan ilmu silat yang dimiliknya dia bisa mengalahkan Can Jin Du Zhang.”
Ni Fang Biao melihat Xiao Ling dan berkata, "Walaupun dia bukan Can Jin Du Zhang atau bahkan bukan murid Can Jin Du Zhang, tapi mengapa dia harus memalsukan identitas Can Jin Du Zhang? Dan dia adalah seorang yang kejam, kekejamannya tidak berbeda dengan Can Jin Du Zhang.”
Lin Pei Qi melihatnya, kemudian diapun terdiam.
Xiao Ling terlihat bengong melihat Yu Jian yang tadi diberikan oleh Sun Qing Yu kepadanya. Dia benar-benar terlihat bingung, apa yang dikatakan orang lain sepertinya dia tidak mendengar dan tidak bertanya. Wei Shou Ru mengerutkan dahinya, "Mengapa Tuan Muda Gu bisa mengetahui kalau kalian semua berada di sini? Apakah dia—”
Dengan sedikit mengeluh Sun Qing Yu berkata, "Tuan Muda Gu benar-benar pemuda yang lincah, dalam hidupku ini aku mendapat julukan Tian Ling (pintar dan lincah), tapi kalau dibandingkan dengannya, aku masih kalah jauh darinya. Aku berharap Tuhan mempunyai mata, jangan membuat seorang pembunuh muncul kembali di dunia ini, bila dia seperti Gu Du Piao...”
Tiba-tiba dia berhenti bicara, kemudian melanjutkan, "Gu Du Piao, Gu Zhuo Piao." Dia menepuk pahanya lalu berdiri dengan tiba-tiba, berjalan memutar, kemudian karena tidak kuat lagi dia ambruk di kursinya.
"Gu Du Piao, Gu Zhuo Piao," Lin Pei Qi ikut melafalkan, alisnyapun tampak berkerut, lalu berkata, "Apakah Tuan Muda Gu mempunyai
hubungan erat dengan Can Jin Du Zhang? Kalau dia adalah Can Jin Du Zhang yang palsu, siapa sebenarnya Can Jin Du Zhang yang asli? Dan sekarang dia berada di mana?”
Sore hari, dengan senang Ru Yun Long pergi untuk menyewa sebuah kereta, dia mengantarkan Xiao Ling yang baru sembuh dari saMt beratnya, serta ayahnya yang bernama Xiao Xu yang sedang terluka berat. Dia sangat senang melakukan pekerjaan ini. Karena sejak pertama kali bertemu dengan Yu Jian Xiao Ling dia sudah menaruh hati kepada Xiao Ling. Dia sangat menyukai perasaan ini dan perasaan ini keluar dari lubuk hatinya, semua tidak ada yang dibuat-buat. Tapi cinta pendekar ini terlambat menghampiri Xiao Ling.
Sun Qing Yu melihat kereta yang menghilang di antara kepulan debu dan pasir. Dari luar kereta itu terlihat biasa, tapi penumpang yang ada di dalam kereta itu adalah orang-orang yang sangat terkenal—Siapapun Fei Ying Shen Jian atau Zhong Nan Da Fu, adalah orang yang sama, sama-sama terkenal di dunia persilatan. Orang-orang Xiao Xiang Bao sudah datang dan sekarang mereka pergi. Padahal orang-orang itu adalah harapan mereka satu-satunya—dengan tujuan melawan Can Jin Du Zhang. Tapi harapan itu sekarang sudah musnah, mereka kalah dengan memalukan, dan pastinya tidak akan ada yang menyangka akan hal itu, dan itu adalah kejadian yang sebenarnya.
Sampai saat ini mereka belum mendapatkan cara untuk menghadapi Can Jin Du Zhang, karena mereka tidak mengetahui keberadaan Can Jin Du Zhang hingga saat ini. Mereka harus dimotivasi. Mereka hanya bisa menunggu dengan pasrah—Walaupun Can Jin Du Zhang muncul tapi mereka tidak akan bisa membedakan yang mana yang asli dan yang mana yang palsu. Mereka hanya bisa membedakannya dari mayat-mayat yang telah dipukul hingga mati, apakah di tubuh mereka ada bekas telapak tangan berwarna kuning atau tidak. Setelah itu mereka baru bisa mengambil kesimpulan. Bukankah hal ini sangat menyedihkan?
Gu Zhuo Piao duduk dengan diam di tempat tidurnya di kamar itu. Ranjang itu masih tercium sisa harum tubuh Xiao Ling, dia melihat keluar melalui jendela yang terbuka. Di luar bulan bersinar tidak terlalu terang, cahayanya yang redup bercampur dengan sorot mata Gu Zhuo Piao.
Dia sedang berpikir, bibirnya yang tipis mengatup rapat membuat wajahnya bertambah dingin. Apa yang sedang dipikirkannya?
Tiba-tiba saja dia berdiri, terlihat ada sedikit tawa di sudut mulutnya, tapi tawa itu terlihat seperti tawa kesepian. Karena di dunia yang begitu luas tidak ada seorangpun yang mengerti akan dirinya. Apakah dia sendiri bisa mengerti tentang dirinya?
Apakah dia benar-benar dirinya?
0-0-0
BAB 8
Musim dingin yang menyedihkan
Salju turun lagi.
Angin dari utara terus berhembus, salju berjatuhan menerpa wajah Ru Yun Long, Ni Fang Bao. Tapi dia malas untuk membersihkannya, karena saat ini hatinya terasa panas diliputi dengan kegembiraan, harus diredakan dengan salju yang dingin.
Jalan yang berada di depan sebenarnya salju dan di sana es baru saja mencair, sekarang ditambah lagi dengan salju yang baru turun, membuat jalan menjadi becek. Suara derap langkah kuda terdengar menginjak tanah becek itu.
Dari tanah becek yang menciprat dari kereta itu, dia baru sadar bahwa kuda yang ditungganginya terlalu dekat dengan kereta. Dia tersenyum segera dia menarik tali kekang kudanya dan berjalan agak jauh dari kereta.
Tapi hati Ru Yun Long, Ni Fang Bao tetap melekat pada seseorang yang ada di dalam kereta, karena di dalam kereta itu ada seorang gadis yang sejak pertama berjumpa sosoknya telah melekat erat di
dalam hatinya. Sewaktu usianya baru 7 tahun dia telah naik gunung. Di Wu Dang dia menghabiskan waktu selama 10 tahun, selama 10 tahun itu dia terus mengasah mental dan fisiknya. Dia berharap kelak bisa terkenal di dunia persilatan. apa yang dia harapkan ternyata tercapai. Berkali-kali dia mengalahkan banyak pesilat tangguh. Dengan nama julukan Ru Yun Long, Ni Fang Bao, dia membuat dunia persilatan tidak asing lagi dengan namanya. Tapi hati pesilat muda ini dingin dan keras. Hingga saat ini baru ada seorang gadis yang bisa masuk ke relung hatinya. Dia adalah , keturunan dari Wisma Xiao—Yu Jian Xiao Ling. Dia sangat berharap Xiao Ling menjulurkan kepalanya dan melihatnya. Walaupun hanya berlangsung sebentar tapi itu akan membuatnya merasa puas. Tapi diapun sadar harapannya itu hanya sia-sia belaka, walaupun bagaimanapun dia memberikan perhatian kepada gadis itu, tapi tidak akan bisa membuat gadis itu melirik ke arahnya. Ru Yun Long, Ni Fang Bao sangat mengetahui alasannya. Alasannya tidak lain adalah karena hati gadis ini sudah diberikan sepenuhnya kepada Gu Zhuo Piao yang misterius. "Gti Zhuo Piao—" Dengan marah menyebut nama itu. Dia melihat hari ini tampaknya orang yang ada di jalan lebih banyak dari hari biasanya, dan wajah-wajah mereka terlihat sangat senang.
Dia bertanya kepada kusir kereta itu. Dengan senang hati kusir itu rnenjawab, Tuan, Anda sangat beruntung, sampai di Bao Ding kita bisa melihat Da Chun." (Da=pukul, Chun=musim semi)
Ru Yun Long, Ni Fang Bao berkata dengan pelan, "Hari ini musim semi sudah dimulai, hari-hari berlalu dengan sangat cepat.”
Kusir itu tertawa, "Bukan karena hari-hari berlalu dengan cepat, tahun kemarin akupun pergi ke Bao Ding untuk melihat Da Chun. Wah, di sana sangat ramai sekali!" Dia tertawa, "Aku akan membawa kereta ini menuju ke arah timur kota Bao Ding. Sekarang kita masih sempat menonton keramaian.”
Ni Fang Bao tertawa. Mana mungkin dia bisa menikmati keramaian.
Pesta Da Chun sudah lama berlangsung. Da Chun sangat berhubungan erat dengan pertanian, karena itu peristiwa ini sangat
diperhatikan oleh para petani. Pada saat musim semi tiba, walikota atau gubernur sering menyelenggarakan pesta Da Chun.
'Musim semi berada di sebelah timur, berwarna hijau', karena itu sejak awal musim semi para pejabat harus mengenakan baju berwarna hijau. Kemudian memecut sapi, menandakan bahwa Da Chun telah dimulai.
Karena kusir kereta itu sangat ingin menyaksikan Da Chun, maka dia membawa kereta semakin kencang. Xiao Ling yang berada di dalam kereta terguncang-guncang. Dia menarik nafas kemudian merapikan selimut ayahnya. Tapi hatinya terasa kosong, apa yang harus dipiktrkannya sekarang. Dia menghembus nafas panjang dan membuka jendela untuk melihat keluar. Melihat salju yang baru saja turun. Dia berkata pada dirinya sendiri, "Hujan salju lagi." Dia teringat sewaktu dia baru tiba di ibukota, hari itupun sedang turun salju.
Karena itu bayangan Gu Zhuo Piao yang berada di bawah siraman salju seperti tertawa juga seperti tidak tertawa seperti memenuhi hatinya. Hatinya terasa sangat kacau. Apa yang Ni Fang Bao katakan, tidak didengarnya.
Tiba-tiba di depan terdengar suara ribut-ribut. Dia meninggikan lehernya untuk melihat.
Dia tidak melihat ada sesuatu di depan sana tapi suara ribut-ribut itu semakin mendekat. Akhirnya keretapun berhenti.
Dia ingin menanyakan sesuatu pada Ni Fang Bao. Tapi Ni Fang Bao dengan tawa berkata padanya, "Hari ini bertepatan dengan hari Da Chun. Di depan macet, tampaknya kereta kita tidak akan bisa lewat. Jika.Nona sudah merasa agak sehat, bagaimana kalau Nona keluar untuk melihat-lihat, sekalian untuk penyegaran.”
Xiao Ling melihat kondisi ayahnya. Ayahnya saat ini sedang tertidur nyenyak. Dia mendorong pintu kereta dan keluar. Karena hatinya masih terasa sangat kacau, dia ingin mencari sesuatu untuk mengusir bayangan yang dibenci juga dicintainya.
Begitu keluar dari kereta, dia tidak bisa melihat apa di balik keramaian itu, hanya terlihat kerumunan kepala orang. Tiba-tiba dia merasa sangat terkejut karena di tengah-tengah kerumunan kepala itu terlihat sebuah kepala besar muncul. Begitu dilihat dengan teliti, ternyata itu adalah kepala boneka yang terbuat oleh bambu kemudian ditempeli kertas.
Dia menertawakan dirinya sendiri. Beberapa hari ini karena sakit, matanya menjadi buram. Terdengar kusir itu berkata, "Nona harus berdiri di atas kereta baru bisa melihat semuanya dengan jelas.”
Xiao Ling tertawa, segera dia naik ke atas kereta. Ru Yun Long, Ni Fang Bao segera turun dari kudanya berniat ingin membantunya naik tapi Xiao Ling sudah naik sendiri ke atas.
Kusir itu turun dari tempatnya dan tertawa, "Tuanpun harus naik ke atas kereta melihat. Sapi musim semi dan Dewa sangat besar. Yang berbaju mewah dan sedang berdiri itu adalah gubernur. Sekarang beliau akan
berpidato.”
Ru Yun Long, Ni Fang Bao melihat Xiao Ling. Dia ikut naik ke atas kereta. Dia ingin melihat semuanya bersama-sama dengan Xiao Ling. Dari sudut matanya dia melihat wajah Xiao Ling yang cantik. Jantungnya terus berdebar-debar. Dia sedang melihat keramaian itu. ;
Ternyata di sana ada sebuah lapangan kecil dan di tengah lapangan ada beberapa meja. Gubernur dan walikota yang mengenakan baju berwarna hijau duduk sambil mendengarkan orang bernyanyi. Apa yang mereka nyanyikan tidak terdengar sama sekali.
Ditambah lagi saat itu masih turun salju. Dia ingin menasehati Xiao Ling supaya jangan terlalu lama berdiri di luar tapi dia melihat Xiao Ling terus tertawa melihat festiwal itu. Kata-kata yang akan diucapkan ditelannya kembali. Apalagi pada saat angin berhembus, tercium harum tubuh Xiao Ling mengikuti tiupan angin dan menyebar di sekeliling mereka. Membuat Ni Fang Bao tidak ingin meninggalkan tempat itu.
Hanya sebentar nyanyian itu sudah selesai kemudian gendangpun mulai dimainkan. Ada seorang badut dengan wajah penuh dengan bedak dan seorang perempuan berbaju merah berjoged keluar menuju lapangan. Mereka berjoged dengan tarian tidak pantas, membuat Ni Fang Bao mulai bosan melihatnya. Tiba-tiba ada seorang pejabat irienggebrak meja. Dengan marah dia berkata, "Para hadirin, apakah kalian tidak sayang pada saat musim semi yaitu saat yang cocok untuk bertani, kalian malah menonton tarian seperti ini yang tidak pantas untuk dilihat. Apakah kalian sadar kalau ini salah?”
Xiao Ling mendengar semuanya, kemudian dia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Mengapa orang itu begitu galak? Orang-orang itu sedang bermain sandiwara, mengapa dia menganggap serius dan marah-marah?”
Ni Fang Bao sudah lama berkelana di dunia persilatan. Dia tahu semua ini hanya tradisi, tapi Yu Jian Xiao Ling jarang keluar rumah. Tradisi rakyat pun dia tidak tahu.
Dia baru saja akan menjelaskan semuanya kepada Xiao Ling. Terdengar badut itu berlutut dan berkata, "Aku tidak bertani juga tidak bersekolah, karena malas nasibku seperti ini.”
Kemudian pejabat itu berteriak kalau orang itu harus dihukum. Polisi-polisi keluar dari sisi lapangan. Dari tubuh boneka dewa itu mereka mengambil pecut dan memukul sapi yang terbuat dari kertas itu. Sambil berteriak mereka memukul 1 kali, itu artinya kita akan hidup dengan lancar. 2 kali pukulan, berarti negara akan aman dan makmur. 3 kali pukulan, pejabat akan naik ke posisi lebih tinggi. Sekarang Xiao Ling baru tahu ini semua hanya upacara tradisional. Sekarang dia merasa terhibur melihat keramaian itui, dia tertawa senang. Tiba-tiba pejabat itu mendorong meja hingga terbalik. Semua piling, mangkuk, berjatuhan dan pecah. Penonton segera berebut menarik-narik sapi yang terbuat dari bambu dan kertas itu. Katanya jika mereka berhasil menarik salah satu kertas dan dibawa pulang, maka perempuan yang tadinya tidak bisa hamil akan segera hamil dan mempunyai anak.
Xiao Ling tertawa lagi. Orang-orang di sana semakin ribut, Xiao Ling mulai merasakan tubuhnya menjadi lemas. Seperti dia akan pingsan. Tiba-tiba dia melihat ada hal yang aneh. Orang yang menonton keramaian di sana tiba-tiba terbagi menjadi 2. tampak Ru Yun Long, Ni Fang Bao juga sudah memperhatikan keadaan itu. Dia melihat Xiao Ling kemudian tersenyum dan berkata, "Tidak disangka, di antara orang-orang itu ada pesilat tangguh.”
Dia lebih berpengalaman dibandingkan Xiao Ling, sekali melihat hal seperti itu, dia langsung mengetahui ada pesilat tangguh di sana. Orang-orang yang menonton keramainan pada saat tiba di depan beberapa orang itu, mereka terpaksa terbagi menjadi dua.
Xiao Ling yang baru sembuh sakit, karena telah lama berdiri di luar tubuhnya menjadi lemas. Dengan tersenyum dia turun dari kereta itu, tapi matanya langsung menjadi gelap. Dan dia seperti akan pingsan lagi.
Karena kaget Ni Fang Bao berteriak. Sebenarnya Xiao Ling seorang pesilat tangguh, karena sakit, ilmu silatnya entah menghilang ke mana, dia terjatuh. Ru Yun Long, Ni Fang Bao yang melihat itu, segera ingin menyangga tubuh Xiao Ling, tapi sudah tidak sempat.
Tapi Xiao Ling merasakan pinggangnya menjadi kencang, seperti ada tenaga sangat besar yang mengangkat tubuhnya. Kemudian dengan selamat mendarat di bawah. Begitu kedua kakinya menginjak tanah, dia lebih terkejut lagi. Ternyata yang mengangkatnya adalah seorang pemuda memakai baju dan topi berwarna hijau. Dia tertersenyum melihat Xiao Ling dan berkata, "Gadis cantik seperti nona mengapa harus pergi ke tempat seperti ini. Jika terlempar, keadaan malah sangat tidak balk.”
Wajah Xiao Ling menjadi merah. Dia melihat pemuda ini dari alis hingga matanya seperti Gu Zhuo Piao tapi orang ini lebih tampan dari Gu Zhuo Piao.
Anehnya mendengar kata-kata pemuda berbaju hijau ini, dia tidak marah. Xiao Ling hanya berkata, "Terima kasih!" Segera dia membalikkan badannya dan masuk ke dalam kereta.
Tiba-tiba terdengar suara dingin yang berkata, "Kawan, kita memang bertemu di mana saja. Walaupun sudah berputar-putar tapi kita masih bisa bertemu di sini, membuat aku yang bermarga Zhan merasa sangat senang.”
Pemuda berbaju hijau itu tertawa tapi tidak berkata apa-apa.
Tapi Ni Fang Bao membalikkan badannya untuk melihat. Dia melihat di belakangnya berdiri seseorang dengan perawakan sangat tinggi. Melihat Ni Fang Bao membalikkan badan, sorot matanya yang dingin melihatnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Ni Fang Bao marah melihat sorot mata itu. Dia marah karena orang itu tidak sopan tapi orang itu malah maju selangkah, mendorongnya dan berkata, "Minggir!”
Kedua alis Ni Fang Bao berkerut dan diapun marah, "Kau mau apa?" Kakinya bergerak, tangan kanan dijulurkan, jarinya membentuk kaitan. Jurus ini dikuasai dengan baik oleh Ru Yun Long, Ni Fang Bao dari Wu Dang, jurus ini sudah lama dikuasainya karena itu cepat seperti kilat terdengar suara angin besar, benar-benar sangat lihai.
Wajah laki-laki tinggi itu berubah, dengan cepat tangan kanannya ditarik kembali, tapi telapak kirinya sudah terayun dan dia berkata, "Kawan, Anda benar-benar mempunyai ilmu silat bagus!”
Ru Yun Long, Ni Fang Bao menyerang lagi dengan kedua telapak tangannya. Jarinya dengan miring keluar dan telapak tengah diciutkan ke dalam. Sekali melihatpun sudah dapat diketahui kalau itu adalah tenaga telapak Xiao Tian Xing.
Mereka bertarung. Yu Jian Xiao Ling tidak bisa membantu. Dia hanya menyandar lemah di kereta, matanya melotot melihat semua kejadian itu. Ru Yun Long, Ni Fang Bao tanpa alasan bertarung. Dia tidak begitu mengenal Ni Fang Bao karena itu dia hanya diam saja, membentakpun tidak berani dia lakukan. Dia menyalahkan Ni Fang Bao mengapa bertindak begitu ceroboh.
Dia melihat pemuda berbaju hijau itu sedang tersenyum kepadanya dan berkata, "Sebetulnya orang itu ingin berkelahi denganku, tidak disangka dia malah berkelahi dengan temanmu.”
Beberapa kali Ni Fang Bao menyerang. Dia baru sadar kalau ilmu silat orang itu berada di luar perkiraannya. Dia mulai menyalahkan dirinya sendiri, kenapa tanpa alasan berkelahi dengan orang itu. Melihat ilmu silat orang itu, sudah pasti dia adalah pesilat tangguh, tapi mengapa wajahnya begitu asing dan usianyapun masih muda. Tapi ilmu silatnya berada berada di atasnya.
Ru Yun Long, Ni Fang Bao mendapat julukan baik di dunia persilatan, tapi sekarang dia merasa aneh juga kaget, dan hanya bisa menyalahkan dirinya yang telah bertindak ceroboh.
Hanya dalam waktu singkat mereka bertarung dan sudah sepuluh jurus lebih berlangsung. Salju yang baru turun berhamburan ke mana-mana karena ahgin dari tenaga telapak mereka. Ru Yun Long, Ni Fang Bao tahu kalau lawannya itu mengira dia adalah teman si baju hijau karena itu orang itu menyerangnya. Tapi sekarang sudah terlanjur seperti ini, dia tidak bisa menjelaskan.
Pemuda berbaju hijau itu melihat semua kejadian sambil tertawa. Sikapnya seperti, hal ini tidak ada hubungan denganku sama sekali. Membuat Xiao Ling marah juga ingin tertawa.
Kemudian ada beberapa orang dengan cepat berlari dan berteriak, "Adik Zhan, kenapa kau berkelahi di sini?”
Suara baru terdengar, sosoknya sudah berada di depan. Begitu melihat Ni Fang Bao, dia terkejut dan berkata, "Adik Zhan, berhenti! Semua orang sendiri." Dia berkata lagi, "Di sini sangat dekat dengan kantor gubernur, jika terlihat oleh polisi-polisi itu, ini malah akan merepotkan kita.”
Pemuda tinggi itu segera berhenti. Ni Fang Bao meloncat ke tempat agak jauh. Xiao Ling melihat orang yang menghentikan mereka berkelahi adalah seorang laki-laki gemuk pendek. Walaupun masih muda tapi perutnya terlihat membuncit, datang bersama dengannya adalah seorang laki-laki dan perempuan. Dari gerakannya, terlihat kalau mereka mempunyai ilmu silat yang tinggi.
Melihat ketiga orang itu, Ni Fang Bao merasa sedikit kaget. Segera dia berlari ke depan dan berkata, "Ternyata Pendekar Tang.”
Laki-laki pendek dan gemuk itu tertawa. Dia menepuk-nepuk laki-laki tinggi itu dan tertawa. Menunjuk laki-laki tinggi itu, "Dia adalah Zhan Yi Fan. Pendekar Muda Zhan, dia adalah murid ternama Dian Chang Pai.”
Dia tertawa lagi dan berkata, "Kalian berdua adalah murid temama dari masing-masing perkumpulan, kelak kalian harus saling berhubungan.”
Ni Fang Bao baru berpikir, "Pantas ilmu silatnya begitu tinggi, ternyata dia adalah murid ternama dari Dian Chang Pai.”
Dia tertawa dan mencoba bersikap ramah tapi Zhan Yi Fan masih terlihat marah. Dia melihat Ni Fang Bao dan berkata, "Mengapa tidak memperkenalkan temanmu kepada kami?”
Dia berkata lagi, "Sepanjang perjalanan kami dilayani oleh temanmu ini. Tapi kami belum sempat berterima kasih kepadanya.”
Ni Fang Bao terkejut, tapi dia segera mengerti apa yang Zhan Yi Fan maksudkan. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi pemuda berbaju hijau itu sudah tertawa dan mendekati mereka, "Aku hanya seorang pelajar, aku tidak berani berteman dengan Pendekar Ni yang terkenal.”
Sambil membersihkan salju yang menempel di bajunya. Dia berkata lagi, "Udara begitu dingin, aku benar-benar tidak tahan. Jika para pendekar ini tidak ada pesan lain, aku akan pamit dulu.”
Wajah Zhan Yi Fan sebentar memerah lalu memucat, sepertinya dia sedang menyimpan kemarahan besar. Laki-laki gemuk dan pendek itu tertawa dan berkata, "Sahabat benar-benar tidak ingin menonjolkan diri, tapi mataku belum buta. Aku tahu kau adalah seorang pesilat tangguh. Kita tidak ada dendam ataupun permusuhan, mengapa sahabat selalu bergurau dengan kami? Ini benar-benar keterlaluan.”
Pemuda itu tertawa, "Aku hanya seorang pelajar bukan pesilat tangguh, kalian jangan salah paham.”
Wajah Zhan Yi Fan semakin bertambah seram. Dia marah tapi segera dicegah oleh laki-laki gemuk pendek yang bermarga Tang itu. Pemuda berbaju hijau itu tertawa kepadanya sambil melihat ke arah kereta kemudian dia pergi. tanpa pamit.
Melihat sosok itu, pikiran Xiao Ling mulai terasa kacau lagi. Pemuda ini memang sangat mirip dengan Gu Zhuo Piao. Selalu tertawa dan selalu mengatakan kalau dia hanya seorang pelajar. Sikapnya tidak pernah serius, semua persis seperti Gu Zhuo Piao.
Tapi dia tahu kalau orang itu bukan Gu Zhuo Piao karena dia lebih kurus dan selalu dengan bernada lembut pada saat berbicara. kadang-kadang terdengar seperti seorang perempuan yang bicara. Sangat berbeda dengan ketampanan dan kegagahan Gu Zhuo Piao.
Karena dia membela orang yang disayanginya, maka tanpa teras diapun tersenyum. Tapi bagaimana dia bisa tertawa dengan lega karena ada perasaan lain segera menghentikan senyumnya dan sekarang terlintas di benaknya. Membuatnya terjatuh kembali ke dalam kesedihan yang dalam.
Tangan Zhan Yi Fan mengepal. Dengan marah dia melihat pemuda berbaju bijau itu dan berkata, "Kalau bukan karena Kakak Tang yang menghalangiku tadi, aku ingin melihat wujud aslinya seperti apa?”
Diam-diam Ni Fang Bao merasa aneh dan bertanya, "Adik, mengapa kau marah? Orang itu tidak melakukan apa-apa terhadapmu. Lebih baik jangan mencari masalah. Bukankah kalian akan pergi ke Bei Jing unruk menghancurkan Can Jin Du Zhang?”
Begitu kata-kata Can Jin Du Zhang terdengar oleh Xiao Ling, dia ingin tahu siapa yang ingin mengalahkan Can Jin Du Zhang. Ru Yun Long, Ni Fang Bao melihat pesilat muda yang baru saja berkelana di dunia persilatan, diam-diam dia tertawa dan berpikir, "Hanya mengandalkan ilmu silat seperti itu Tuan ingin mengalahkan Can Jin Du Zhang, itu masih terlalu jauh." Tapi mulutnya berkata, "Jika Pendekar Zhan bisa membasmi iblis itu dari dunia persilatan, kami akan merasa sangat
beruntung...”
Tang Hua Long tiba-tiba memotong kata-katanya dan bertanya, "Kakak Ni, Kakak jauh-jauh datang ke He Bei mungkin tujuan kita sama. Katanya Xiao Xiang Bao pun sudah datang.
Zhong Nan Yu Da Fu pun sudah muncul. Kali ini kota Bei Jing pasti sangat ramai.”
Dia tertawa dan menunjuk ke belakang. Laki-laki dan perempuan itu berkata, "Adik-adik, mendengar bahwa di kota Bei Jing telah berkumpul banyak pendekar tangguh, aku tertarik ingin pergi ke Bei Jing. Kebetulan Adik Zhan tinggal di rumahku, kita bersama-sama pergi ke Bei Jing.”
Dia memegang perutnya yang buncit, Tidak disangka di sini aku bisa bertemu dengan Kakak Ni, itu akan lebih baik.”
Orang itu dijuluki Zui Hun (Pengejar roh). Dia mempunyai senjata rahasia terkenal. Dia berkata lagi, "Aku sudah lama tinggal di rumah, aku merasa kesal karena tidak ada pekerjaan. Sekarang setelah keluar malah menemukan keramaian.”
Ni Fang Bao melihat ke arah kereta dan tertawa kecut, "Kali ini aku bukan pergi ke Bei Jing melainkan keluar dari kota Bei Jing.”
Dia menarik nafas dan menunjuk kereta itu, "Yang berada di dalam kereta itu adalah Pendekar Xiao dari Xiang Xiao Bao dan putrinya yang bernama Yu Jian Xiao Ling." Setelah selesai berkata seperti itu Zhan Yi Fan dan Tang bersaudara merasa kaget hingga berteriak.
Tang Hua Long segera melihat kereta itu. jendela kereta tertutup dengan rapat. Dengan cepat dia berkata, "Ternyata Tetua Xiao berada di dalam. Apakah Kakak Ni bisa mempertemukan kami dengan Tetua Xiao?”
Zhan Yi Fan ikut berkata, "Walaupun aku datang jauh-jauh dari Jiang Nan, tapi nama besar Ketua Xiao Xiang Bao sudah lama
SeeYanTjinDjin 231
kuketahui, aku ingin bertemu dengan beliau. Tidak disangka hari ini kita bisa bertemu.”
Ru Yun Long, Ni Fang Bao tertawa kecut dan menghembus nafas panjang dan berkata, "Apakah sepanjang perjalanan kalian tidak mendengar kalau Ketua Xiao Xiang Bao dilukai oleh Can Jin Du Zhang? Kali ini aku pergi dari Bei Jing dengan tujuan mengantar Tetua Xiao kembali ke Xiao Xiang Bao untuk beristirahat. Ceritanya sangat panjang, kalau kalian tiba di Bei Jing lebih baik mampir ke tempat Wei Shou Ru karena Tian Ling Xing, Sun Qing Yu dan Long Shi Jian, Lin Pei Qi, serta Cheng Gai pun berada di sana. Bila kalian telah bertemu dengan mereka maka kalian akan segera mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya.”
Dia menarik nafas lagi, "Sekarang dunia persilatan sedang dilanda bahaya, yang paling menakutkan adalah Can Jin Du Zhang ternyata sekarang ini telah mempunyai murid, dan muridnya itu tidak lain adalah putra perdana menteri.”
Yu Jian Xiao Ling yang sedang berbaring di dalam kereta mendengar setiap kata-kata Ni Fang Bao, kata-kata itu begitu menusuk hatinya. Sekarang kecuali hanya bisa diam apa lagi yang bisa dilakukannya? Selama puluhan tahun Xiao Xiang Bao dihormati oleh dunia persilatan, lama tidak pernah mencampuri urusan dunia persilatan, begitu memutuskan untuk terjun langsung, yang didapatkan malah keadaan seperti ini. Apakah gadis Xiao Men ini tidak akan merasa sedih? Selain itu perasaannyapun terganggu.
Dengan sedih Xiao Ling mehghembuskan nafas panjang, dia menyembunyikan dirinya di balik bayangan kereta yang gelap. Di luar terdengar suara orang terkejut dan suara orang yang menaruh perhatian.
Begitu mendengar Ru Yun Long, Ni Fang Biao menyebutkan nama Gu Zhuo Rao, langsung meninggalkan kesan dalam di hati setiap pesilat tangguh yang baru muncul itu. Setelah mendengar cerita Ru Yun Long, Ni Fang Biao, merekapun membenci Gu Zhuo Piao.
Ru Yun Long, Ni Fang Biac tersenyum licik, diam-diam dia merasa senang karena telah berhasil membuat orang-orang tidak menyukai
Gu Zhuo Piao. Karena Gu Zhuo Piao adalah musuh cintanya, kemudian dia berkata, "Aku ditugaskan untuk mengantar Pendekar Xiao kembali ke Jiang Nan, dan aku terpaksa meninggalkan Bei Jing. Aku berharap setelah kalian tiba di Bei Jing kalian bisa mendapatkan cara untuk melawan Can Jin Du Zhang.”
Dia sengaja berhenti bicara, kemudian melanjutkan lagi, "Apalagi Tuan Muda Gu, dengan identitasnya sebagai putra perdana menteri, dia malah menjadi kaki tangan siluman itu, kalau dia tidak dibasmi dari dunia persilatan maka akan terjadi pertumpahan darah. Setelah aku selesai menunaikan tugas ini, aku akan segera kembali, dan bisa ikut serta dalam membasmi siluman itu.”
Zhan Yi Fan tertawa, "Marga Gu itu hanya bisa tenang selama beberapa hari, setelah itu hari-hari yang tidak menyenangkan akan menghantuinya.”
Xiao Ling yang sedang berbaring di dalam kereta mendengar kata-kata seperti ini, apa yang dia pikirkan saat itu?
0-0-0
Malam semakin larut.
Kantor Biao Pin An yang ada di kota Bei Jing karena kedatangan empat orang pesilat tangguh maka keadaan di sanapun menjadi ramai.
Malam-malam mereka kedatangan 3 bersaudara Si Zhuan Tang Men dan juga murid dari Ketua Dian Zhang, Zhan Yi Fan.
Malam itu di ruangan tamu kantor Biao Pin An, lampu dipasang dengan terang hingga pagi hari. Orang-orang yang berkumpul di sana adalah orang-orang terkenal dari dunia persilatan. Yang mereka bahas sekarang adalah tentang iblis yang ratusan tahun ini tidak pernah mati.
Can Jin Du Zhang dan Gu Zhuo Piao yang misterius, keadaan Can Jin Du Zhang yang misterius, juga tentang keberadaan Gu Zhuo Piao yang misterius. Dan dia adalah seorang yang kaya. Mereka terus mendiskusikannya, akhirnya mereka mengambil suatu kesimpulan,
"Bila ingin membasmi Can Jin Du Zhang yang disebut juga sebagai siluman, harus melalui Gu Zhuo Piao.”
Pada hari kedua di pagi hari, di depan pintu kediaman perdana menteri, kedatangan dua kereta, dari jauh kereta itu sudah berhenti.
Dari dalam kereta muncul seorang laki-laki setengah bay a dari langkah jalannya dapat diketahui kalau dia adalah orang dunia persilatan. Tangannya memegang sebuah kartu undangan berwarna merah, dengan pelan dia berjalan ke depan pintu kediaman perdana menteri dan memberikan undangan itu kepada pelayan. Isi undangan itu tidak lain adalah ingin bertemu dengan putra perdana menteri.
Laki-laki setengah baya itu tidak lain adalah Long Shi Jian, Lin Pei Qi. Terlihat sikapnya sangat cemas, dia berjalan mondar mandir di depan tangga pintu utama. Walaupun dia sering berkelana dan juga sering melakukan hal yang menyangkut keselamatan nyawanya, melihat peristiwa di mana harus mengalirkan darah, dia sudah biasa. Tapi pada saat dia tiba di depan pintu utama kediaman perdana menteri, dia merasa jantungnya berdebum-debum.
Dari depan pintu dia melihat ke dalam, rumah perdana menteri begitu luas dan dalam, walaupun dia pernah masuk tapi dia tetap merasa tempat itu luas dan dalam seperti laut, bukan tempat yang cocok untuknya.
Dari dalam muncul seorang anak yang usianya sekitar 10 tahun lebih, dia menatap Lin Pei Qi, ialu memberi hormat dan berkata, 'Tuan muda ada di dalam, masuklah melalui pintu yang ada di pinggir.''
Walaupun sikap bocah itu tidak terlalu sopan, tapi Lin Pei Qi tidak peduli karena melihat jabatan Gu Zhuo Piao, bocah itu memang harus seperti itu.
Dia tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, aku berharap kau bisa membawaku jalan.”
Bocah itu tidak lain adalah Qi Er, kedua matanya yang besar tampak berkedip-kedip melihat Lin Pei Qi, kemudian dia tertawa dan berkata, "Tuan mudaku mengatakan semua yang datang bersama-
sama dengan Tuan dipersilakan masuk, karena selama dua hari ini tuan muda sedang tidak enak badan. Dan dia tidak bisa menerima kedatangan tamu, harap Tuan bisa memakluminya.”
Di dalam kereta masih ada Tian Ling Xing, Tang Men bersaudara, Cheng Gai, dan Zhan Yi Fan, mereka mendengar panggiian Lin Pei Qi, segera mereka mendatanginya.
Qi Er melihat Cheng Gai, dia menyapa, "Ternyata Tuanpun berada di sini.”
Cheng Gai tertawa dengan terpaksa walaupun hatinya tidak senang, dia teringat beberapa hari yang lalu yaitu pada saat di rumah tua itu, dia merasa malu, untungnya orang lain tidak terlalu memperhatikan keadaannya.
Mereka berjalan dan masuk melalui pintu yang ada di sisi, mereka merasa sangat tenang, seperti sedang mengunjungi seorang teman, tapi sebenarnya dalam hati mereka merasa sangat tegang. Apalagi bagi mereka yang pernah menyakiskan ilmu silat Gu Zhuo Piao atau bahkan yang pernah bertarung dengannya dengan identitasnya sebagai Can Jin Du Zhang palsu. Jantung mereka lebih berdebar-debar, mereka takut bila harus sampai bertarung lagi.
Sebelum datang ke sana mereka telah berunding terlebih dulu dan mereka memutuskan untuk bertemu dengan Gu Zhuo Piao, mereka ingin secara terus terang menanyakan apa hubungan Gu Zhuo Piao dengan Can Jin Du Zhang. Merekapun ingin menanyakan beberapa peristiwa berdarah.
Bagaimana jawaban oleh putra perdana menteri ini?
Ide ini bukan berasal dari Tian Ling Xing, Sun Qing Yu, karena dia teringat peristiwa 17 tahun lalu, pada saat rapat di Hua Shan, dia melihat sendiri bagaimana ilmu silat Can Jin Du Zhang yang tinggi, caranya yang kejam dan sadis, sampai sekarang masih terus melekat di benaknya. Beberapa hari lalu dia sempat merasakan lagi jurus-jurus Can Jin Du Zhang.
Karena itu dia selalu berjalan di paling belakang, kalau ada yang menyuruhnya tidak perlu ikut, itu akan lebih baik lagi.
Orang yang mempunyai ide ini tidak lain adalah pendekar yang baru berkelana, murid Dian Zhang Pai, Zhan Yi Fan.
Sekarang bersama dengan pesilat muda lainnya dari Tang Men, yaitu Tang Hua Long, mereka berjalan di barisan paling depan. Tangan mereka tampak terkepal, dalam keadaan siap siaga, tapi tangan mereka sebenarnya berkeringat.
Pada saat Zhan Yi Fan baru saja berkelana, jurus yang dilatihnya yaitu Dian Zhang Jian Fa (ilmu pedang Dian Zhang) selama 10 tahun lebih, telah membuatnya terkenal di dunia persilatan.
Dia menganggap walaupun ilmu silat Gu Zhuo Piao sangat tinggi tapi dia masih muda. Sekalipun Gu Zhuo Piao bukan murid Can Jin Du Zhang, Zhan Yi Fan yakin Gu Zhuo Piao tidak akan bisa bertahan terhadap serangan pedangnya serta ketiga pendekar Tang Men lainnya. Karena pendekar Tang Men pun sangat terkenal di dunia persilatan.
Walaupun dalam hati Zhan Yi Fan berpikir seperti itu tapi ketika mendengar nama Can Jin Du Zhang, murid Dian Zhang Pai ini tetap merasa takut juga. Sebenarnya sekarang dia hanya ingin bertemu dengan orang yang mungkin saja mempunyai hubungan dengan Can Jin Du Zhang—apakah di antara mereka memang ada hubungan, sampai saat ini masih belum dapat diketahui jawabannya.
Pada saat memasuki lorong itu, keadaan seperti bertambah gelap, Qi Er beijalan di depan untuk membawa jalan. Dia tertawa dan berkata, "Kalian harus berhati-hati!" Kemudian dia tersenyum, "Udara di sini lembab, jalanan licin, awas jangan sampai terpeleset!”
Karena takut para pendekar itu terpeleset dia berkata seperti itu, tapi kalau kata-kata ini diucapkan oleh orang lain, mungkin akan menjadi bahan keributan, tapi yang mengatakan itu hanya seorang anak kecil. Zhan Yi Fan tidak enak saat mendengarkan hal itu, tapi dia hanya menyimpannya di dalam hati.
Tiba-tiba dari depan tampak seseorang. walaupun Zhan Yi Fan tidak mengenal Gu Zhuo Piao tapi pada saat melihat orang itu mengenakan baju panjang yang mewah, kedua alisnya tebal, hidung
yang lurus, mata yang bersemangat, dan pembawaannya yang gagah, dalam hati dia berkata, "Mungkin orang ini adalah Gu Zhuo Piao." Dia segera maju dan memberi hormat, "Aku yakin Tuan adalah Tuan Muda Gu.”
Mulut Gu Zhuo Piao hanya bergerak sedikit, mungkin itu adalah senyuman, "Sudah lama aku mendengar nama besar Anda, hari ini bisa bertemu benar-benar suatu hal yang hebat, tidak salah apa yang dikatakan oleh orang-orang itu.”
Kedua mata Gu Zhuo Piao melihat orang-orang yang datang, kemudian dia melihat orang yang bicara kepadanya, lalu dia melihat dari atas ke bawah.
Dia merasa mengenal orang itu, ini tidak aneh, dia tertawa dan membalas memberi hormat, Tuan pasti Pendekar Zhan Yi Fan, dan pendekar-pendekar ini pasti pendekar dari Si Zhuan Tang Men. Bagaimana aku Gu Zhuo Piao sampai-sampai membuat orang-orang terkenal seperti Anda datang menjenguk, aku benar-benar kaget.”
Di antara orang-orang yang datang Tang Hua Yu lah yang paling muda usianya. Sekarang wajahnya terlihat kaget, dia menghampiri Gu Zhuo Piao dan memberi hormat, "Aku belum pernah bertemu dengan Tuan Muda Gu, mengapa Tuan Muda bisa...?" kata-katanya belum selesai, tapi artinya tidak lebih adalah, "Aku tidak mengenalmu tapi mengapa kau bisa mengenalku?”
Gu Zhuo Piao tertawa tapi dia tidak menjawab pertanyaan dari Tang Hua Yu, karena yang lainnya sudah mendekat. Tang Ling Xing mendengar dari jauh mendengar pembicaraan mereka, diam-diam dia berpikir, "Tuan Muda Gu memang pintar dan lincah, dari tas yang dibawa oleh Tang Hua Yu, dia pasti sudah bisa menebak identitasnya, dia sangat lincah, pintar, dan teliti.”
Dalam situasi seperti itu, siapapun yang tadi datang bersama-sama dengan Qi Er dan ada yang memakai ikat pinggang tapi tidak ada yang membawa tas, dan di belakang punggungnya terselip pedang panjang, dia pasti adalah Zhan Yi Fan.
Sorot mata Gu Zhuo Piao begitu tajam melihat orang-orang itu, kemudian tatapannya berhenti melihat Sun Qing Yu.
Sorot matanya mengandung penghinaan dan hawa yang dingin, membuat Tian Ling Xing yang berpengalaman terpaksa mengalihkan pandangannya ke tempat lain, tidak berani beradu pandang dengan sorot mata Gu Zhuo Piao.
Dia sedikit rkgu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi Gu Zhuo Piao sudah tersenyum kembali dan berkata, "Aku minta maaf karena aku tidak bisa melayani kalian dengan sempurna, juga tidak mengantar kepergian kalian. Aku telah bersalah kepada kalian. Tolong maafkan kesalahanku. Sekarang kalian datang lagi, aku merasa sangat senang dan berterima kasih atas kedatangan kalian, sekali lagi aku minta maaf.”
Perkataannya baru saja selesai, Cheng Gai dan Lin Pei Qi merasa malu, karena Gu Zhuo Piao selalu menganggap mereka adalah tamu terhormatnya, tapi mereka malah pergi tanpa pamit. Bagaimanapun ini sebenarnya adalah kesalahan mereka, sekarang hal itu diungkit lagi oleh tuan rumah, hal ini benar-benar membuat mereka malu sehingga tidak bisa menjawab.
Terpaksa Sun Qing Yu yang berkata, "Kami beberapa kali telah mengganggu Tuan Muda, ditambah lagi ada orang sakit dan terluka, jadi kami tidak berani mengganggu Tuan Muda lagi. Aku yakin Tuan Muda adalah orang yang pengertian, harap Tuan Muda bisa memaklumi kesulitan kami.”
Gu Zhuo Piao tertawa, dia menatap Sun Qing Yu, "Kalau begitu kedatangan Tetua Sun kali ini, ada keperluan apa?”
Dia tidak tertawa lagi, dari sudut mulutnya terlihat ada senyum dingin. Kedua matanya terus menatap Sun Qing Yu, seperti ingin mengorek isi hati orang yang telah berpengalaman di dunia persilatan ini.
Tian Ling Xing merasa grogi ditatap seperti itu, Tang Hua Yu yang berdiri di sisinya segera mendekat dan tertawa, "Kali ini kedatangan kami ke utara karena sepanjang perjalanan kami mendengar bahwa
di kota Bei Jing ada seorang tuan muda yang tampan dan luwes. Ilmu silat ataupun bidang sastra kemampuannya lebih tinggi dari orang biasa, karena itu setelah tiba di kota Bei Jing, kami meminta Tetua Sun memperkenalkan tuan muda itu, dan kami ingin mehgunjungi orang berbakat itu.”
Gu Zhuo Piao tersenyum dan berkata, "Pendekar Tang terlalu memuji.”
Gu Zhuo Piao menatap ke arah pinggang Xiao Mian Cui Hun (Wajah tertawa mengejar roh). Melihat tas yang disulam dengan bagus, sambil tersenyum dia berkata, "Tas yang ada di pinggang Pendekar Tang sepertinya tersimpan berbagai macam senjata rahasia yang terkenal di dunia persilatan, sudah lama aku mendengarnya tapi selama ini tidak ada kesempatan untuk melihatnya. Bolehkan nanti aku melihatnya?”
Wajah Tang Hua Yu yang gemuk segera tersenyum walaupun sebenarnya hal itu terpaksa dia lakukan. Sambil memegang perut buncitnya dia berkata, "Kalau Tuan Muda tertarik dengan teknik sederhana ini, aku akan memperlihatkannya kepada Tuan Muda Gu.”
Walaupun mereka bicara sambil tertawa tapi bahasa mereka tajam. Hati Tian Ling Xing Sun Qing Yu seperti berputar-putar. Dia merasa aneh, mengapa sampai saat ini Gu Zhuo Piao tidak mempersilahkan mereka masuk malah mengobrol di sisi lorong kecil ini.
Tiba-tiba dia berpikir, "Apakah Tuan Muda Gu sudah mengetahui maksud kedatangan mereka dan di dalam lorong ini sudah dipasang perangkap?”
Dia berpengalaman di dunia persilatan dan dijuluki Tian Ling (orang pintar) dan diapun orang yang sangat licin. Dia tetap tersenyum pura-pura tidak tahu apa-apa dan berkata, "Tuan Muda seperti naga dan phoenix, pintar dan juga tampan, kami hanya orang bodoh, karena itu kami meminta petunjuk kepada Tuan Muda untuk beberapa masalah.”
Gu Zhuo Rao tertawa dan berkata, "Kalian sudah datang kemari, seharusnya aku yang menjadi tuan rumah menemani kalian, tapi kebetulan baru saja ada pelayan yang membawa pesan bahwa ayahku menyuruhku untuk menghadapnya, terpaksa aku harus
meninggalkan kalian. Harap kalian bisa memaafkanku.”
Ternyata Gu Zhuo Piao mulai mengusir mereka. Wajah Tang Hua Long dan Tang Hua Yu terlihat berubah. Zhan Yi Fan tampak mengerutkan dahi, sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu.
Tapi Gu Zhuo Piao malah tertawa dan berkata, "Jika kalian mencariku untuk menanyakan petunjuk, setengah jam lagi aku akan sudah kembali. Asal kalian memberitahu di mana tempatnya, tidak perlu sengaja datang kemari mencariku.”
Wajahnya tertawa tapi di balik tawanya membuat orang lain merasa takut.
Tian Ling Xing Sun Qing Yu berpikir, "Setengah jam lagi adalah jam satu malam. Malam-malam begitu untuk apa?”
Hatinya mulai merasa tidak tenang. Dengan tertawa dia berkata, Tuan Muda ada keperluan lain, kami tidak akan mengganggu. Kami pamit dulu...”
Tapi Zhan Yi Fan sudah berkata, "Tuan Muda sudah menjanjikan waktu, itu lebih baik. Hanya kami baru tiba di kota Bei Jing, kami tidak tahu jalan juga tidak tahu di mana ada tempat yang layak untuk menginap, aku rasa Tuan Muda bisa memberitahukan tempat yang baik kepada kami. Nanti jam satu malam, kita akan bertemu dan mengobrol.''
Qi Er yang berdiri di sisi tuan mudanya dengan mata besar terus menatap orang-orang yang datang itu. Segera dia berkata sambil tertawa, "Tuan Muda, aku ingat ada satu tempat yang bagus. Pada saat Tuan Muda bermain dan secara kebetulan saat itu Tuan Muda bertemu dengan Pendekar Cheng. Tempatnya sepi, tenang, dan tidak banyak orang. Nanti aku akan menyuruh orang untuk membersihkan tempat itu kemudian memasang meja dan menyuguhkan makanan sambil mengobrol. Bukankah itu lebih baik?”
Kedua alis Gu Zhuo Piao tampak berkerut, dia marah, "Qi Er, jangan ikut campur!”
Zhan Yi Fan tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Pelayan ini masih kecil tapi bisa mengatur semuanya dengan baik. Baik, baik! Lebih baik kita pilih tempat itu saja.”
Dia berkata kepada Cheng Gai, "Biar Tetua Cheng yang membawa jalan.”
Gu Zhuo Piao tetap tersenyum dan berkata, "Kalau Pendekar Zhan bermaksud seperti itu, baiklah kita tentukan saja di sana tempatnya. Sekarang aku pergi dulu, harap kalian memaafkan kelakuanku yang tidak sopan." Dia membalikkan badan dan berlalu dari sana.
Kedua alis Tian Ling Xing yang putih berkerut melihat bayangan belakang Gu Zhuo Piao. Hatinya terasa sangat kacau. Dia tahu putra perdana menteri ini tidak memilih tempat lain tapi memilih tempat sepi untuk mengobrol, pasti ada maksud lain di balik semua itu.
"Apakah dia sudah tahu kalau kami sudah mengetahui bahwa dia adalah murid Can Jin Du Zhang, karena itu dia ingin membunuh kami sekaligus?”
Hatinya bergetar dan berpikir, "Dimana Can Jin Du Zhang yang asli sekarang berada? Terakhir dia muncul adalah sewaktu polisi Jin Yan Peng mati—karena di tubuh mayat Jin Yan Peng ada bekas telapak tangan berwarna emas— kemudian beberapa kali Can Jin Du Zhang muncul, mungkin itu adalah Gu Zhuo Piao yang memalsukan Can Jin Du Zhang. Malam ini, apakah dia akan datang?”
Otaknya terus berpikir dengan cepat. Dia melihat Gu Zhuo Piao dan Qi Er yang masuk ke dalam.
Begitu masuk ke balik pintu, Qi Er segera membalikkan badan dan menutup pintu. Dengan cepat dia berjalan ke sisi Gu Zhuo Piao. Lagaknya seperti orang dewasa, dia menarik nafas panjang dan berkata, "Tuan Muda, aku tahu Tuan pasti merasa pusing. Jika terus seperti itu, bagaimana dengan kesehatan Tuan? Aku...”
Mata anak lincah itu memerah. Dia berkata, "Aku telah ditolong oleh Tuan, beberapa tahun ini aku selalu mengikuti Tuan. Tuan sangat baik kepadaku, tidak menganggap aku pelayan atau orang lain. Walaupun aku masih kecil dan belum mengerti apa-apa tapi melihat Tuan Muda setiap hari terlibat banyak masalah, aku ikut merasa sedih.”
Gu Zhuo Piao ikuti menarik nafas. Kepala menunduk lama. Tiba-tiba dia mengangkat kepala dan berkata, "Carilah kakekmu, lewat makan malam datanglah ke sini.”
Dia menarik nafas panjang. Bila teringat rumah itu, dia pasti akan teringat pada Xiao Ling, mengingat pada saat bibirnya bertemu dengan bibir Xiao Ling dan sikap Xiao Ling yang malu-malu dan gemetar. Mengingat di sisi perapian melewati hari penuh cinta.
Dia bergetar merindukan perasaan ini, kemudian dia menarik nafas untuk menutupi gejolak hatinya.
Karena itu semua yang pernah malaminya, seperti membeku menjadi berlian, tersimpan di balik wajahnya yang dingin dan keras seperti es.
Tersimpan di dalam otak, kecuali dirinya tidak ada orang yang mengetahui di mana berlian itu tersimpan? Perasaan rindunya kepada Xiao Ling hanya menambah sudut baru pada berlian ini.
Qi Er menarik nafas. Dia ingin menyampaikan sesuatu tapi akhirnya malah diam. Begitu Gu Zhuo Piao yang tampan dan luwes tertutup oleh bayangan gunung buatan itu, dia baru keluar dari pintu yang ada di sisi.
Dia tidak naik kereta juga tidak naik kuda tapi berjalan dengan sangat cepat. Wajahnya yang lincah, nakal, polos, sekarang tertutup dengan kebingungan. Apakah yang sedang dia piMrkan saat ini?
Hanya dalam waktu sekejap dia sudah tiba di depan rumah yang sangat besar. Ini adalah tempat di mana Yu Jian Xiao Ling pernah menginap. Seperti dulu rumah ini masih terkunci rapat dan gembok yang mengunci rumah itu dipenuhi dengan debu tebal. Sepertinya rumah ini sudah lama tidak ditinggali.
Dengan cepat Qi Er mengetuk ring pintu. Setelah lama pintu besar itu baru terbuka sedikit. Yang membuka pintu adalah seorang pak tua yang 2 kali telah membuka pintu untuk Xiao Ling masuk. Dengan suara rendah dia bertanya, "Siapa? ada apa?—”
Begitu kepala yang dipenuhi dengan rambut putih muncul dari balik pintu dan melihat siapa yang mengetuk pintu, wajahnya yang kekuningan segera tersenyum senang. Dan berkata, Ternyata kau, cepat masuk di luar sangat dingin." Tidak perlu tenaga besar untuk membuka pintu berat itu.
Mengapa dia bisa membuka pintu hanya dengan menggunakan sebelah tangan? Karena dari pundak kiri hingga ke bawah hanya ada lengan baju yang terlihat kosong. Tangannya tepat putus dari pundaknya. Dengan ramah dan sikap sayang, dia terus mengelus kepala Qi Er dan berkata, "Kau sudah lama tidak menengok kakek ke mana saja? Di sini udara sangat dingin, kau harus berhati-hati! Jangan sampai kedinginan! Heehh—”
Pak tua yang hanya mempunyai sebelah tangan itu terdengar menghembuskan nafas panjang dan berkata, "Kau harus tahu bahwa marga Xie hanya tinggal kau seorang*—* Dia menarik nafas panjang lagi kemudian menepuk-nepuk kepala Qi Er, "Mana tuan muda? Apakah dia baik-baik saja?”
Mata Qi Er menjadi.merah dan mengikuti pak tua itu masuk ke dalam rumah. Di dalam sangat hangat karena dipasang penghangat ruangan. Tapi hati Qi Er merasa sangat sedih karena dia tahu selama ini kakeknya belum pernah memasang penghangat badan, sekalipun sedang musim salju, sekarang kakeknya memasang penghangat tubuh berarti tubuh kakek semakin lemah.
Dia masuk ke dalam pelukan pak tua itu dan berkata, "Kakek, Tuan muda berpesan supaya malam ini Kakek datang ke rumah tuan muda.”
Pak tua itu menyahut, lalu sudah menundukkan kepalanya seperti berpikir. Tiba-tiba matanya bercahaya dan dia bicara pada dirinya sendiri, "Sangat baik, ini sangat baik! Akhirnya aku mempunyai
kesempatan untuk membantu Tuan muda. Hanya dengan cara itu, aku bisa tenang menutup mata.”
Matanya penuh dengan kasih sayang melihat cucunya. Pelan-pelan dia berkata, "Nak! Jangan lupa nyawa kita ditolong oleh Tuan muda. Kalau tidak ada Tuan muda, kita berdua sudah mati. Dendam ayah dan ibumu siapa yang akan membalasnya? Teringat hari itu, seperti baru saja terjadi di depan mata.”
Dia berhenti bicara sejenak lalu mengelus kepala Qi Er dan berkata, "Asalkan kau bisa menguasai ilmu silat Tuan muda 10% nya saja, kau bisa memakainya seumur hidup. Walaupun musuhmu telah dibunuh oleh Tuan muda, dendam sudah terbalas, tapi kakek berharap kau bisa mempunyai ilmu silat lebih kuat dibandingkan kakek. Kau harus bisa mewaMli keluarga Xie di dunia persilatan.”
Qi Er masuk ke dalam pelukan kakeknya. Dua tahun lalu telah terjadi tragedi berdarah, di dalam otaknya yang kecil meninggalkan kenangan sangat jelas. Air matanya bercucuran karena hari itu keluarga mereka yang hangat dan tenang hancur begitu saja. Ayah dan ibunya dibunuh oleh musuh mereka.
Malam itu bintang-bintang bertaburan, udara sangat panas, mereka sekeluarga duduk di pekarangan. Kakek menunjuk bintang yang ada di langit, memberitahu kepada Qi Er kalau bintang-bintang itu bisa menunjukkan arah. Menurut kakek, orang yang berkelana di dunia persilatan harus bisa mengenali bintang-bintang itu. Bila berjalan di malam hari, dia tidak akan tersesat. Qi Er dengan cepat mengingatnya. Kakek tertawa dengan senang.
Suara tawa kakek belum selesai, di atas atap dan dari balik dinding tiba-tiba muncul banyak bayangan. Ayah, ibu, dan kakeknya segera meloncat. Ternyata mereka adalah perampok. Sewaktu kakek dan ayah menjadi pengawal, perampok itu pernah bermasalah dengan mereka. Begitu ayah dan kakek pensiun, mereka datang untuk membalas dendam.
Bayangan orang-orang begitu banyak, semua tampak membawa senjata. Mereka bertarung dengan ayah dan kakek. Beberapa dari
mereka berhasil dibunuh oleh ayah, kakek, dan ibu. Tapi jumlah mereka sangat banyak, kakek dan ayah tidak membawa senjata.
Qi Er berdiri mematung di beranda. Dia berharap kakek dan ayahnya bisa menang dan mengusir mereka pergi, tapi hanya dalam waktu singkat ayah dan ibunya terbunuh. Tangan kiri kakeknyapun dibacok hingga putus. Tapi dia masih terus bertahan melawan para perampok itu. Qi Er merasa sangat cemas. Dia berteriak dan berlari keluar, dia ditendang oleh salah satu perampok itu dan diapun jatuh berguling-guling di bawah tembok.
Perampok itu membawa senjata, dia datang sambil tertawa sinis. Qi Er sadar bahwa diapun siap-siap akan dibunuh. Dia hanya memejamkan mata dan berpikir, "Bila aku mati aku bisa naik ke langit dan mencari ayah dan ibu, tapi kalau kau mati kau akan masuk neraka.”
Terdengar teriakan, ternyata Qi Er tidak mati, yang mati malah orang yang berniat membunuh Qi Er. Qi Er langsung membuka matanya dan melihat ternyata di pekarangan itu tampak seseorang.
Orang itu mengenakan baju panjang, dan Qi Er melihat para perampok itu dibunuh oleh orang itu.
Qi Er mengenang kembali peristiwa malam itu, air matanya membasahi wajahnya yang lucu, dia memanggil, "Tuan Muda.”
Karena orang yang menolongnya itu tak lain adalah Gu Zhuo Piao. Gu Zhuo Piao telah menolongnya juga kakeknya, serta membalaskan dendam mereka. Semua itu membuat Qi Er merasa berterima kasih seumur hidup. Pak tua yang tangannya telah putus itupun sekarang tampak sedang berpikir, tiba-tiba dia berdiri lalu dengan pelan berjalan ke ruang sebelah dan berkata, "Anak, ikutlah denganku!" Qi Er mengikuti kakeknya masuk ke dalam ruangan itu. Pak tua masuk ke dalam kamarnya dan berdiri di sisi tempat tidur sambil berpikir, setelah itu dia berkata pada Qi Er, "Anak, turunkanlah golok yang tergantung di dinding itu.”
Di dinding tergantung sebuah sarung berwarna kuning, dan di dalam sarung itu terdapat sebuah golok berwarna ungu.
Walaupun Qi Er merasa aneh dengan kelakuan kakeknya, tapi dia tetap dengan ringan meloncat ke arah sana. Dan golok yang tersimpan di tempat tinggi itupun diturunkannya.
Wajah pak tua itu tampak serius, dia tersenyum melihat ilmu meringankan tubuh cucunya. Begitu Qi Er membawa golok itu ke hadapan kakeknya, pak tua itu dengan pelan menjulurkan tangannya dan memerintahkan Qi Er, "Cepat potong ibu jari dan jari tengah kakek!”
Wajah Qi Er berubah dia kaget hingga mundur beberapa langkah, pak tua itu membentak, "Apakah kau tidak mendengar perkataanku? Apa kau akan membantah perintah kakek?”
Kemudian dia melihat ekspresi Qi Er, dia menarik nafas pelan-pelan dan berkata, "Anak, aku ingin bertanya kepadamu, apakah tuan muda baik-baik saja?”
Air mata Qi Er belum mengering, sekarang wajahnya bertambah basah lagi.
Dia menundukkan kepala dengan sedih dia berkata. "Tuan muda sekarang-sekarang ini selalu terdengar menarik nafas, sifatnyapun berubah menjadi kasar, sebentar marah sebentar tersenyum, sering menatap langit dan seperti mernikirkan sesuatu.”
Dia berkata pada kakeknya lagi, "Sekarang ini hati tuan muda sedang kacau, aku mengerti dengan keadaan ini tapi kakek... kakek....”
Dia menangis dan tidak bisa bicara lagi, kedua alis pak tua itu tampak berkerut, dia menarik nafas dan berkata, "Kita sekeluarga telah ditolong oleh Tuan muda, bagaimanapun kita harus membalas budinya.”
Tiba-tiba matanya bercahaya aneh, "Seorang laki-laki di dunia ini harus bisa membedakan mana budi mana dendam.
Ada dendam tapi tidak dibalas itu bukan perbuatan yang baik, bila sudah menerima budi dari orang lain tapi tidak membalasnya itu
adalah perbuatan orang kedil. Nak, apakah kau mau kakekmu ini menjadi orang kerdil?”
Qi Er mengangguk mengerti, pak tua itu mengeluarkan telapak tangan kanannya dan dengan tegas berkata, "Kalau begitu, turutilah kata-kata kakek.”
Qi Er melihat wajah kakeknya yang kurus dan berwarna kuning, dia merasa kalau wajah kakeknya adalah wajah yang paling tampan. Itu adalah wajah dari seorang laki-laki sejati. Wajah itu tidak terlihat tua dan kering lalu menjadi jelek. Malah membuat orang yang melihatnya menaruh hormat kepadanya.
Karena itu dengan pelan sambil gemetar dia mengeluarkan golok itu, golok itu diarahkan ke wajah kakeknya.
Karena orang lain membuat tubuh menjadi cacat walaupun ini balas budi, orang seperti ini pantas untuk dihormati.
0-0-0
BAB 9
Perubahan besar di tempat terpencil
Sun Qing Yu, Tang bersaudara, dan Zhan Yi Fan pada saat melihat kepergian Gu Zhuo Piao hati mereka menjadi tidak tenang, akhirnya merekapun keluar dari lorong itu.
Zhan Yi Fan terus memegang pedang yang terselip di belakang tubuhnya, dia melihat ada seseorang yang sedang berdiri menyandar di keretanya, tampaknya dia sudah lama berdiri di sana.
Begitu melihat bayangan orang itu dengan jelas, wajahnya tampak berubah, dia segera maju dan berkata, "Sahabat, kau datang lagi!”
Dia tertawa dingin dan berkata, "Kawan, bila ada perlu mencari marga Zhan, aku harap tidak perlu secara sembunyi-sembunyi lagaknya seperti seekor tikus.”
Begitu Zhan Yi Fan bergerak, pandangannya mengikuti dia, melihat orang yang sedang menyandar di sisi kereta, mereka berteriak seperti tidak menyangka bakal terjadi seperti itu.
Orang yang sedang menyandar itu tidak lain adalah orang misterius yang mengenakan baju hijau, sekarang dia sedang berdiri dengan sikap malas-malasan. Masih dengan tertawa dia berkata, "Aneh, ini sarigat aneh. Apakah Tuan boleh datang ke tempat irii sedangkan aku tidak boleh? Tuan benar-benar galak, aku bukan seekor tikus, tapi Tuan malah terlihat seperti seekor anjing liar yang terus menggonggong.”
Pada saat orang itu memarahi Zhan Yi Fan dia masih tampak tertawa dan tidak tampak marah.
Tapi Zhan Yi Fan sudah marah, pada saat keluar dari Si Zhuan dia bertemu dengan orang itu, saat itu Zhan Yi Fan sedang berada di sebuah rumah makan, karena terlalu banyak minum omongannya melantur ke mana-mana.
Semenjak itu sepanjang perjalanan Zhan Yi Fan, orang itu selalu mencari masalah dengannya, kalau bukan karena selalu dihalang-halangi oleh Tang Hua Long yang sudah berpengalaman, Zhan Yi Fan pasti sudah membolongi jantung orang itu, mungkin dengan cara seperti itu perasaan Zhan Yi Fan baru merasa puas. Sekarang Zhan Yi Fan terlihat sangat marah, dia berteriak, "Betid! Aku memang anjing liar, hari ini si anjing liar ingin bermain dengan Tuan, apakah Tuan siap melayani anjing liar ini?”
Karena Zhan Yi Fan marah dia terus mengatakan, "Aku adalah anjing liar, aku adalah anjing liar.”
Pemuda berbaju hijau itu tertawa dan berkata, "Ternyata Tuan memang seekor anjing liar, kalau begitu, maaf, aku pergi dulu! Walaupun aku bukan seorang berbakat tapi aku bukan orang gila yang sampai harus bermain dengan anjing gila dan ikut menggonggong. Aku pamit dulu!" Dia membalikkan badan dan pergi dari sana. Zhan Yi Fan memang tidak pandai bicara, sekarang dia menjadi marah karena pemuda itu, dan melihat pemuda itu pergi begitu saja, dia tidak ingin melepaskan kesempatan yang ada, dengan cepat dia maju menghampiri pemuda itu dan membentak, "Sahabat, kalau kau mau melarikan diri dari sini tidak semudah itu. Kalau kau mau meninggalkan tempat ini tunjukan dulu beberapa
jurusmu padaku dan buatlah aku merasa puas dan kagum kepadamu. Hari ini jangan harap kau bisa pergi begitu saja!”
Pemuda itu berhenti melangkah dia membalikkan badan, masih dengan sikap bercanda dia berkata, Tidak disangka, sungguh tidak disangka Ternyata Tuan adalah orang yang senang mengganggu orang lain, kalau Tuan ingin bercakap-cakap denganku lebih baik gunakan kalimat dengan 5 atau 7 huruf. Atau membaca puisi, dari sana dapat diketahui apakah kau benar-benar memiliki ilmu yang tinggi atau tidak?”
Pemuda itu terus bicara membuat orange orang yang ada di sisi mereka ingin tertawa. Tapi Sun Qing Yu tampak mengerutkan dahinya, Ternyata diapun seperti Tang Hua Long. Dia melihat kalau pemuda berbaju hijau yang selalu berpura-pura gila ini adalah seorang pesilat tangguh dan juga orang ternama.
Karena marah wajah Zhan Yi Fan sangat merah, dia membentak, "Apa kau tidak akan marah bila selalu diganggu dan selalu dicereweti? Kau benar-benar cerewet seperti seekor ayam atau seperti perempuan bawel?”
Karena sangat marah kata-kata yang diucapkan Zhan Yi Fan membuat pemuda berbaju hijau itu tertawa terbahak-bahak, Sun Qing Yu pun sudah tidak kuat menahan tawa.
Ternyata sejak kecil Zhan Yi Fan selalu berlatih ilmu silat dan jarang belajar ilmu surat, karena itu banyak kata-katanya yang tidak pas terdengar di telinga.
Karena ditertawakan oleh banyak orang, Zhan Yi Fan bertambah marah, ditambah dengan kekesalan yang belum terlampiaskan, dia segera membentak, tubuh dan kakanya berubah membentuk kuda-kuda dan siap mengeluarkan jurus untuk menyerang pemuda itu.
Ilmu sastra Zhan Yi Fan memang tidak tinggi tapi kemampuari ilmu silatnya tidak boleh dipandang sebelah mata, pada saat dia menyerang kepalan tangannya membawa angin besar, walaupun marah dia berusaha mengumpulkan tenaga dalamnya dan nafsu membunuh segera muncul dari dalam dirinya.
Pemuda itu kaget dan berteriak, sepertinya dia tidak bisa berdiri dengan tegak, karena kaget tubuhnya menjadi miring dan terjengkang ke belakang, tapi dengan cara tadi dia berhasil menghindari jurus-jurus Zhan Yi Fan. Membuat Zhan Yi Fan tidak bisa meneruskan jurus berikutnya.
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu dan Xiao Mian Cui hun, Tang Hua Long secara bersamaan mendekati mereka, dan langsung memberi nasihat sambil berusaha melerai, "Adik Zhan, masih ada hal yang lebih penting, untuk apa marah-marah hanya karena hal kecil seperti ini, cepat hentikan!”
Tapi mata Zhan Yi Fan tampak sudah menjadi merah karena kemarahannya sudah memuncak, nasihat orang lain tidak didengamya lagi, dia berteriak, "Kalian jangan ikut campur, walaupun hari ini langit melarangku tapi aku harus tetap berkelahi dengan tikus ini.”
Dia maju lagi, pemuda berbaju hijau itu pura-pura ketakutan, dia berteriak, "Awas! Awas! Dia akan membunuh orang-orang di sini!" Kakinya salah jalan sehingga tubuhnya menjadi limbung ke kiri dan ke kanan, kepalan tangan Zhan Yi Fan diluncurkan dengan cepat tapi karena pemuda berbaju hijau itu selalu oleng ke kiri dan ke kanan, dia bisa menghindari kepalan tangan itu.
Sun Qing Yu dan Tang Hua Long merasa cemas tapi mereka tidak bisa menghentikan tindakan Zhan Yi Fan, tapi mereka bisa melihat dengan jelas gerakan pemuda berbaju hijau yang selalu bertindak seperti orang gila ini, ternyata dia memang berilmu silat tinggi.
Sewaktu mereka berkelahi dengan sengit tiba-tiba dari kejauhan terlihat ada dua orang yang berlari ke arah mereka, dan mereka membentak, "Siapa yang berani membuat keributan di depan kediaman perdana menteri? Mungkin pantat kalian sudah gatal dan ingin dipukul oleh tongkat kayu?”
Sun Qing Yu melihat dua orang yang sedang berlari ke arah mereka itu adalah dua orang pengawal dan mereka tidak lain adalah prajurit penjaga kediaman perdana menteri, biasanya para pendekar tidak peduli dengan orang-orang pemerintahan dan sebisa mungkin
jangan sampai terlibat dengan orang-orang seperti itu, mereka tidak ingin membuat orang pemerintahan marah apalagi ini adalah kediaman perdana menteri.
Karena itu dia segera membentak Zhan Yi Fan dan berbicara dengan kedua pengawal itu sambil terus meminta maaf.
Melihat keadaan menjadi seperti itu mau tidak mau Zhan Yi Fan berhenti berkelahi, tapi matanya tidak pernah lepas dari pemuda itu, seperti takut kalau pemuda itu akan kabur.
Pemuda berbaju hijau itu berdiri sambil tertawa tapi dia tidak lari dari sana, kedua pengawal kediaman perdana menteri walaupun harus menjalankan tugas mereka tapi begitu melihat penampilan mereka, para pengawal itu segera sadar kalau orang-orang itu adalah orang-orang persilatan berilmu tinggi.
Mereka sadar lebih baik jangan mengambil resiko dengan orang-orang seperti itu, sekarang orang-orang itu telah berhenti bertarung, karena itu mereka segera berkata, "Kalian adalah orang-orang persilatan, kota Bei Jing begitu luas banyak tempat bisa dijadikan tempat untuk bertarung, mengapa memilih di depan pintu kediaman perdana menteri? Kalau sampai perdana menteri terbangun dari tidurnya, siapa yang akan bertanggung jawab? Kami bisa kehilangan pekerjaan hanya karena tindakan
kalian.”
Mata Sun Qing Yu segera berputar, sambil tertawa dia berkata, "Harap Tuan-Tuan bisa memaafkan kelakuan kami, sebenarnya kamipun tidak ingin membuat keributan di sini, kami baru saja mengunjungi Tuan Muda Gu dan baru keluar dari rumahnya, tapi telah terjadi kesalahpahaman.”
Kedua penjaga itu saat mendengar nama Tuan Muda Gu disebut, dengan cepat mereka bicara lagi, "Kalau begitu kalian lebih baik cepat pulang, jangan membuat kami kena masalah!”
Dengan cepat Sun Qing Yu berkata, "Itu lebih baik, lebih baik, tidak akan terjadi apa-apa, jadi Tuan-Tuan bisa tenang." Segera dia menyuruh mereka naik kereta, sambil berkata pada pemuda berbaju
hijau itu, "Silakan pengawal masuk dulu, masalah kecil mudah dibereskan, kita bisa pergi ke tempat lain untuk mengobrol. Aku tidak berniat jahat, jadi pengawal tidak perlu merasa khawatir.”
Pemuda berbaju hijau itu tersenyum, dia masuk ke dalam kereta, Zhan Yi Fan yang masih marahpun ikut masuk ke dalam, begitu naik dia berkata pada kusir, "Kota Bei Jing begitu luas, tolong carikan sebuah tempat kosong dan berhentilah di sana, jangan terlalu banyak orang kalau bisa.”
Kereta mulai berjalan, Sun Qing Yu melihat Zhan Yi Fan, dia tahu kalau Zhan Yi Fan benar-benar marah, walaupun dia dua generasi lebih tua, tapi Zhan Yi Fan adalah murid tertua dari Qi Shou Shen Jian, Sun Qing Yu tidak memiliki cara untuk menasihati Zhan Yi Fan. Pemuda berbaju hijau itu bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Wajahnya terlihat berseri-seri, Sun Qing Yu menatap pemuda itu, kedua matanya terlihat bersemangat, wajahnya tampan, pada saat tertawa terlihat giginya yang putih seperti giok, sepasang tangannya sangat putih, jari-jarinyapun lentik.
Kerah bajunya sangat tinggi hingga menutupi leher, seperti takut orang-orang akan melihat apakah dia mempunyai jakun atau tidak, karena itu Sun Qing Yu tersenyum melihatnya, walaupun tidak menampakkan ciri khas lainnya, tapi Sun Qing Yu yakin kalau pemuda itu adalah seorang gadis yang sedang menyamar.
Tapi dia tidak mau mengatakannya, hanya dalam hati dia berpikir, "Orang ini masih muda dan diapun seorang perempuan, tadi dia mengeluarkan ilmu hebat dari sana bisa dilihat kalau orang ini memiliki ilmu silat tinggi. Siapakah dia sebenarnya? Mengapa di dunia persilatan tiba-tiba muncul begitu banyak pesilat muda yang tangguh?”
Kereta kuda sebenarnya berjalan cepat tapi Zhan Yi Fan selalu menyuruh kusir menjalankan kereta lebih cepat maka keretapun melaju dengan kencang.
Di dalam kereta itu berisi 4 orang penumpang kecuali Sun Qing Yu masih ada gadis itu sedangkan yang satu lagi adalah Tang Hua Long, dia sangat memperhatikan hal ini.
Tang Hua Long sedang memikirkan pemuda berbaju hijau itu, "Orang itu berilmu sangat tinggi, kalau malam ini dia bisa ikut kami untuk bertemu dengan Gu Zhuo Piao, dia bisa membantu kami, aku yakin pada saat mendengar nama Can Jin Du Zhang, dia pasti akan merasa marah juga. Selama ratusan tahun ini Can Jin Du Zhang selalu mengaduk-aduk kalangan persilatan.”
Pada saat dia sedang memikirkan hal itu, akhirnya keretapun berhenti, segera Zhan Yi Fan membuka pintu kereta dan turun, dia melihat ke sekeliling tempat itu. Ternyata tempat itu sangat sepi, salju menumpuk dengan tinggi sepertinya tempat itu sudah lama tidak didatangi orang.
Zhan Yi Fan tersenyum dengan puas tapi senyumnya segera menghilang, dia membentak ke dalam kereta, "Tuan, tempatnya sudah ada, cepat keluar.”
Sun Qing Yu dan Tang Hua Long saling pandang, mereka sedang berpikir dengan cara apa supaya kedua orang itu tidak perlu bertarung.
Akhirnya pemuda berbaju hijau itu turun, dia melihat salju yang putih dan pepohonan yang dipenuhi dengan salju, benar-benar pemandangan yang indah, tidak jauh dari sana ada beberapa bunga Mei Hua yang sedang mekar-mekarnya dan menyebarkan harum yang sedap.
Pemuda berbaju hijau itu seperti tertarik dengan pemandangan di sana, dia terus memuji dan berkata, Tidak disangka, kusirpun bisa mendapatkan tempat dengan pemandangan seperti ini, aku merasa sangat senang.”
Sambil menggoyangkan kepala, Zhan Yi Fan berkata, "Udara jelek seperti ini, salju begitu tebal, mayat siapapun yang terbaring di sini tidak akan membusuk, aku marga Zhan merasa beruntung bisa mendapatkan tempat seperti ini, nasibku benar-benar mujur!”
Pemuda berbaju hijau itu tertawa terbahak-bahak, suaranya tinggi dan keras, membuat salju yang menumpuk di atas pepohonan
tergetar oleh suaranya dan jatuh. Sun Qing Yu dan Tang Hua Long saling berpandangan lagi.
Zhan Yi Fan bukan orang bodoh, dia tahu kalau pemuda itu berilmu silat tinggi, karena itu dia terus menerus menghina pemuda itu, apalagi di sisinya ada dua orang yang siap membantunya, dia tidak merasa takut.
Begitu mendengar tawa pemuda itu, dia merasa sedikit terkejut, dia menurunkan pedang yang terselip di belakang punggungnya, kemudian dia menggetarkan pedang itu seperti air yang turun dari langit. Pedang itu adalah pedang yang bagus, ilmu pedang milik Zhan Yi Fan pun bukan ilmu biasa.
Pada saat pedang berada di dalam geriggaman Zhan Yi Fan, sikapnya berubah menjadi tenang, selama 10 tahun lebih dia berlatih, walaupun sedang marah besar dia tidak akan melupakan dasar-dasar ilmu silatnya.
Pemuda itu berhenti bicara, dengan angkuh dia melihat kelakuan Zhan Yi Fan, kemudian dia tertawa dan berkata, "Kelihatannya Tuan benar-benar ingin menusukku, tidak apa-apa, tidak apa-apa, kelihatannya mayatku harus dikubur di sini, tidak apa bila harus mati di bawah tusukan pedang yang tajam.”
Zhan Yi Fan hanya diam matanya terus melihat ujung pedangnya, kemudian beralih melihat pemuda itu, kakinya mulai bergerak, cahaya pedang memenuhi tempat itu.
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu dan Xiao Mian Cui Hun, Tang Hua Long adalah orang-orang yang telah berpengalaman, dari gerakan yang dikeluarkan Zhan Yi Fan, mereka tahu kalau dia akan mengeluarkan semua ilmunya. Mereka memuji kemampuan ilmu silat Zhan Yi Fan. Tubuh Zhan Yi Fan bergerak seiring dengan gerakan pedangnya, cahaya pedang bergerak seperti pohon Yang Liu, dan juga seperti salju, dalam waktu sekejap sudah mengeluarkan beberapa jurus. Jurus yang dikeluarkan bertubi-tubi seperti air Chang Jiang tidak pernah berhenti, membuat lawan tidak sempat untuk bernafas lega.
Pemuda itu terlihat tetap tersenyum, gerakan kakinya terlihat sedikit kacau bajunya berkibar tertiup angin, dilihat sekilas sepertinya dia akan kalah dan hanya pasrah menerima nasibnya.
Tapi pedang Zhan Yi Fan ternyata sama sekali tidak bisa mengenai pemuda itu.
Sun Qing Yu dan Tang Hua Long mulai merasa khawatir karena mereka belum pernah melihat dari mana asalhya jurus pemuda itu bahkan mendengarnyapun sepertinya tidak pernah. Yang pasti ilmu silatnya sangat tinggi dan tidak terbayangkan.
Wajah Zhan Yi Fan terlihatrsemakin serius, tapi jurus-jurus yang dikeluarkannya semakin melambat, sepertinya di atas pedangnya ada sebuah benda berat yang tidak terlihat dan menempel dengan erat.
Sun Qing Yu dan Tang Hua Long tahu bahwa calon ketua Dian Chang Pai ini sudah berusaha keras, dengan ilmu-ilmunya yang lihai dia sedang berusaha mempermainkan pemuda itu.
Sun Qing Yu dan Tang Hua Long mulai merasa tegang, mereka terus menatap kedua pemuda itu.
Tiba-tiba pemuda berbaju hijau itu tertawa dan berkata, "Aku rasa permainannya sudah cukup.”
Diiringi tawanya dia menggulung lengan bajunya yang lebar dan dia mulai menangkap pedang yang dipegang erat oleh Zhan Yi Fan.
Zhan Yi Fan berteriak, segera mengganti jurusnya, hanya dalam waktu sekejap cahaya pedang berubah seperti seekor naga lincah dan berputar-putar.
Pemuda berbaju hijau itu tertawa dari lengan bajunya yang lebar itu dia mengeluarkan bayangan putih, ternyata itu adalah tangannya yang berwarna putih, begitu dia menarik pedang Zhan Yi Fan, jari pemuda itu langsung menyentil. Terdengar suara TANG, karena disentil, pedang yang dipegang oleh Zhan Yi Fan terputus menjadi dua bagian.
Wajah Zhan Yi Fan segera berubah, Sun Qing Yu dan Tang Hua Long hanya bisa terpaku melihat kehebatan jurus itu, mereka hanya diam tanpa bisa berkata apa-apa.
Pemuda berbaju hijau itu tertawa dan dengan dingin dia berkata, "Orang seperti dirimu yang bodoh dan sombong seharusnya dihajar sepenuh tenaga tapi karena disini ada sahabatmu, maka aku memaaikanmu, cepat pergi sekarang juga!”
Zhan Yi Fan berasal dari perkumpulan terkenal dihina seperti itu apalagi melihat pedangnya terpotong menjadi dua, dia hanya bisa menarik nafas panjang, kemudian dia menatap pemuda itu, sebagian pedang yang masih ada di tangannya dimasukkannya kembali ke dalam sarung pedang, kemudian tanpa berkata apa-apa dia pergi begitu saja.
Tang Hua Long berteriak, "Adik Zhan, jangan pergi!”
Tapi Zhan Yi Fan sudah meloncat jauh dari tempat itu, hanya terlihat tubuhnya yang turun naik beberapa kali, dan dia segera menghilang di balik tanah yang dipenuhi timbunan salju.
Tang Hua Long menghembus nafas panjang, dia tahu kalau Zhan Yi Fan tidak menyukai semua ini, karena sejak tadi dia hanya berpangku tangan tanpa berniat untuk menolongnya. Dia melihat ke arah Sun Qing Yu yang sedang memberi hormat kepada pemuda itu.
Wajah pemuda itu kembali seperti tadi penuh dengan senyuman seperti menertawai sesuatu, dia menatap Sun Qing Yu.
Sun Qing Yu memberi hormat dan berkata, "Ilmu silat Tuan tiada batasnya, aku benar-benar kagum dibuatnya, aku bernama Sun Qing Yu, demi perdamaian dunia persilatan aku berharap agar Tuan mau mengulurkan tangan membantu kami untuk menegakkan keadilan dan kebenaran di dunia persilatan ini.”
Pemuda itu tampak melambaikan tangannya dan berkata, "Pendekar tua, Anda tidak perlu merasa sungkan, walaupun aku tidak berbakat dan tenagaku kecil, tapi kalau dunia persilatan membutuhkan pertolonganku, aku pasti akan membantu, tenagaku akan kusumbangkan.”
Pemuda itu hanya tidak menyukai kesombongan Zhan Yi Fan, maka itu dia berniat menghukum Zhan Yi Fan agar dia segera sadar dengan sikap sombongnya. Tapi sikapnya kepada Sun Qing Yu sama sekali tidak tercermin kalau dia mempunyai niat jahat, dan bahasanyapun sangat sopan.
Sun Qing Yu segera berkata, "Apakah Tuan tahu mengenai siluman Can Jin Du Zhang yang sudah ada ratusan tahun lalu dan sekarang dia muncul lagi di dunia persilatan, ilmu silat orang ini sangat hebat, dia telah menerima seorang murid, sepertinya muridnya ini lebih hebat lagi dari Can Jin Du Zhang yang asli...”
Pemuda berbaju hijau itu sepertinya tertarik pada cerita Sun Qing Yu.
Terdengar ada suara kereta yang berhenti di dekat sana, mungkin itu adalah kereta yang ditumpangi oleh Cheng Gai, Lin Pei Qi dan kawan-kawan. Jadi Sun Qing Yu tidak memeriksa siapa yang datang.
Pak tua yang telah makan asam garam dunia persilatan ini telah melihat kemampuan ilmu silat pemuda berbaju hijau ini, dan ilmu silatnya sangat tinggi. Karena tertarik pada pemuda itu maka diapun memutuskan untuk tidak menanyakan identitas pemuda itu. Lebih-lebih tidak mengatakan kalau dia sudah tahu pemuda itu adalah seorang gadis yang sedang menyamar. Sun Qing Yu berkata lagi, "Murid yang diterima menjadi murid Can Jin Du Zhang adalah seorang putra perdana menteri. Orang itu bermarga Gu, dia seorang pemuda yang tampan dan ramah, tapi sebenarnya dia sangat sadis dan kejam. Dia tidak lebih baik dari gurunya, karena itu kelakuan Can Jin Du Zhang seperti seekor harimau galak dan sekarang seperti ditambah sayap.”
Terlihat hati pemuda itu bergejolak tapi dengan cepat dia menutup gejolak hatinya ini. i
Tian Ling Xing, Sun Qing Yu berhenti bicara sebentar, kemudian melanjutkan lagi, "Can Jin Du Zhang sudah lama berbuat kejahatan di dunia persilatan, walaupun aku sudah tua tapi mataku masih bisa melihat dengan jelas. Aku melihat Tuan mempunyai kemampuan ilmu
silat yang tinggi, sepertinya hanya Tuan yang mampu menandinginya.”
Pemuda berbaju hijau itu tampak tertawa lagi, sebenarnya dia tertawa hanya untuk menutupi perasaan hatinya yang tidak tenang.
Long Shi Jian, Lin Pei Qi dan Ba Bu Gan Chan, Cheng Gai sudah tiba di tempat itu, setelah mendengar cerita Tang Hua Long secara singkat, kemudian melihat sepotong pedang yang sudah putus. Mereka hanya bisa terpana dan melihat ke arah pemuda itu.
Sun Qing Yu berkata lagi, "Kalau Tuan berniat mengulurkan tangan untuk membantu kami, aku Sun Qing Yu merasa sangat berterima kasih, kalangan persilatanpun akan merasa berterima kasih kepada Tuan.”
Sambil berkata seperti itu, sepertinya Sun Qing Yu siap meneteskan air mata, dia ingin berlutut kepada pemuda itu tapi pemuda itu segera menjawab, "Oh!" dia tenggelam di dalam pikirannya sendiri.
Karena pemuda itu tidak menolak, Sun Qing Yu merasa sangat senang, dia berkata, "Malam ini tepat pukul satu, marga Gu telah berjanji akan menemui kami dan kami akan bertemu di sebuah rumah terpencil. Dan pastinya Can Jin Du Zhang akan muncul, aku berharap Tuan bisa melakukan sesuatu demi...”
Tibat-tiba pemuda berbaju hijau itu memotong kata-katanya dan bertanya, "Rumah terpencil? Ada di mana? Ada di mana rumah terpencil itu?”
Cheng Gai segera berkata, "Rumah itu ada di sebelah barat kota Bei Jing, berjalan melalui Xi Shan, di sana hanya ada sebuah rumah, begitu tiba di sana Anda akan langsung melihatnya.”
Pemuda berbaju hijau itu tampak menundukkan kepalanya, setiap perkataan Sun Qing Yu tadi dia sudah menemukan jawaban dari pertanyaan yang bergejolak di dalam hatinya. Dan semua ini membuatnya berpikir.
Para pendekar yang ada di sanapun hanya diam tidak berani mengeluarkan pendapat. Mereka menatap pemuda misterius tapi berilmu silat tinggi itu, berharap dari mulutnya akan mendapatkan jawaban yang membuat mereka merasa puas.
Terdengar suara angin yang berhembus melewati hutan yang telah dipenuhi dengan salju.
Tapi sepertinya pemuda ini menyimpan rahasia besar, terlihat pelan-pelan dia mengangkat kepalanya, kedua matanya yang bercahaya melihat para pendekar di sana dan dia mulai bicara, "Malam ini tepat pukul satu, di barat kota Bei Jing ada sebuah rumah terpencil. Baik! Baik! Aku pasti akan ke sana.”
Baju panjangnya yang lebar tampak bergerak tertiup angin, tubuhnya seperti terbang kemudian dia meloncat beberapa meter, setelah itu tubuhnya berputar, kedua tangannya terbuka, lalu dia terbang ke tempat jauh lagi. Kakinya menginjak salju sebentar lalu melayang lagi.
Dan pemuda berbaju hijau itu langsung menghilang di dalam kegelapan.
Salju yang berada di ranting pohon karena terkena injakan kakinya tampak bergetar kemudian jatuh dari pohon. Dan selain itu orang-orang yang ada di sanapun tampak bergetar di atas hamparan salju.
Kalau tidak menyaksikan sendiri ilmu meringankan tubuh pemuda itu rasanya tidak akan ada seorangpun yang percaya, apalagi dilakukan oleh seseorang yang masih sangat muda—atau seorang gadis.
Pertanyaan beraneka ragam ini memenuhi setiap benak orang yang ada di sana, siapakah orang itu? Untuk apa dia datang ke Bei Jing? Dari mana dia bisa mendapatkan ilmu silat begitu tinggi?
Tapi pertanyaan-pertanyaan itu tidak ada jawabannya.
Tapi mereka cukup merasa puas karena orang aneh itu sudah menyetujui permintaan mereka, dia setuju pada malam ini tepat pukul satu dia akan datang ke rumah itu.
Dengan senang Sun Qing Yu berkata, "Benar-benar seperti gelombang Chang Jiang, yang berada di belakang mendorong yang ada di depan, tidak disangka dia masih begitu muda, tapi ilmu silatnya begitu...”
Sun Qing Yu melihat pedang yang masih berkilau dan berkata, "Jangan salahkan Zhan Yi Fan bersikap sombong karena ilmu silatnya memang sangat tinggi, sayangnya pada saat dia menerima kegagalan dia langsung pergi. Heehhh! Anak muda memang tidak sabaran.”
Di mulut dia memang berkata seperti itu, tapi dalam hati dia sama sekali tidak menyayangkan sedikitpun, karena setelah Zhan Yi Fan pergi datang lagi pesilat yang kehebatannya 10 kali lipat dari Zhan Yi Fan.
Karena itu pesilat tua ini di mulut mengeluh tapi dalam hati dia tersenyum. Setelah itu dia masuk ke dalam kereta.
Di depan mereka, muncul sebuah lukisan indah yang menggambarkan mayat Can Jin Du Zhang yang terbaring di bawah kaki mereka. Dan pemuda berbaju hijau itu berdiri bersama-sama dengan mereka.
Memang benar lukisan itu sangat indah, malah terlalu indah sampai mereka sendiripun tidak percaya.
Malam hari di musim dingin, malam biasanya datang lebih awal, tapi bagi mereka yang sedang menunggu datangnya malam semua ini terasa sangat lama, lebih lama dari biasanya. Tapi dia tetap datang dengan langkah perlahan.
Seperti malam kemarin dan kemarinnya lagi, seperti layaknya malam-malam di musim dingin—
Malam itu tidak ada bintang juga tidak ada bulan. Rasa dingin membuat orang-orang memendekkan leher dan masuk ke dalam mantel yang tebal. Hari begitu dingin seharusnya diam di dekat tungku dengan api menyala, minum arak panas yang harum. Semua ini adalah hal yang menyenangkan. Tapi Gu Zhuo Piao tidak memiliki perasaan seperti itu.
Lampu di kamarnya menyala sangat terang, tapi wajahnya bertambah gelap. Terangnya lampu tidak bisa memancarkan apa yang sedang dipikirkannya saat itu.
Sekarang ada seorang pak tua duduk di hadapannya. Seorang pak tua yang tangannya telah putus, wajah pak tua itupun terlihat gelap ditambah lagi kerut-kerut tuanya, tampak kurus dan berwarna kuning serta kering. Semua itu menambah gelap wajah tuanya.
Mereka tidak bicara, apakah karena mereka telah kehabisan kata-kata? Atau karena mereka tidak ada topik yang bisa dibahas? Api tungku sudah padam sejak lama, tapi mereka sepertinya tidak sadar.
Mereka sedang duduk dengan diam.
Diam membuat mereka tidak berkata-kata, juga tidak memperhatikan api tungku yang sudah padam, juga tidak tahu kalau ada seseorang di luar sedang berdiri dengan diam.
Orang itupun sepertinya sedang tenggelam di dalam pikirannya, dia ingin mengetuk jendela, tapi begitu jarinya hampir mengenai jendela dia berhenti di tengah-tengah.
Gu Zhuo Piao tidak menyadari begitu juga dengan pak tua yang lengannya putus itu. Anak kecil itupun tidak tahu. Di dunia ini sepertinya tidak ada yang tahu bahwa malam ini di luar jendela kamar Tuan Muda Gu berdiri seseorang yang pernah mencuri dengar percakapan mereka. Merekapun tidak tahu siapa orang itu.
Sudah sejak tadi Gu Zhuo Piao menghembus nafas panjang, dia berdiri kemudian berjalan ke dalam, tidak lama kemudian dia membawa satu stel baju berwarna kuning dan memberikannya kepada pak tua yang lengannya sudah putus itu.
Wajah pak tua yang gelap itu terlihat ada tawa, pada saat dia melihat mata anak itu tawanya tidak terlihat terlalu sedih.
Tangan kanannya yang masih memiliki 3 jari menunjuk anak itu dan berkata, "Anak ini— Hehhh!”
Kata-katanya belum selesai tapi digantikan dengan tarikan nafas panjang untuk mengakhiri kata-katanya. Karena dia tahu walaupun
kata-katanya belum selesai tapi orang lain tentu akan mengerti kelanjutannya.
Mata Gu Zhuo Rao terlihat sedih, dia melihat pak tua dan anak kecil itu, kemudian dia membalikkan badan, berjalan ke kamar satu lagi.
Suara hembusan angin terdengar semakin keras meniup kertas jendela sehingga terus berbunyi.
Malam semakin larut, tiba-tiba...
Di belakang halaman kediaman perdana menteri muncul bayangan berwarna kuning, bayangan itu naik ke atas dinding. Setelah itu dia melihat arah lalu turun dari dinding. Hanya beberapa kali loncat dia sudah menghilang di dalam kegelapan.
Qi Er dengan sedih berdiri di depari jendela, menatap bayangan berbaju kuning yang menghilang, lalu diapun duduk di sisi tungku dan memainkan tungku yang apinya sudah padam itu.
Waktu itu terlihat kalau anak itu sudah dewasa sampai tarikan nafasnyapun terdengar seperti orang dewasa.
Di; halainan belakang sangat sepi seperti kuburan, tiba-tiba— Muncul lagi sesosok bayangan berbaju kuning, gerakannya seperti burung walet, berputar di langit kemudian melewati taman belakang lalu menghilang di dalam kegelapan.
Taman itu kembali sepi dan gelap lagi. Angin dingin di musim semi seperti pisau yang mengerik daun jendela, kalau kertas jendela tidak dipasang tebal, mungkin akan hancur karena tiupan angin.
Tapi, tiba-tiba...
Ada bayangan kuning yang terbang lagi dari taman belakang kediaman perdana menteri, hanya dalam waktu singkat bayangan itupun keluar dari dinding, dia sempat terlihat ragu tapi dengan kecepatan tinggi keluar dari sana.
TIRAIKASIH WEBSITE
Suasana kembali sepi. Langit dan bumi tidak berubah walaupun 3 bayangan kuning telah muncul. Bayangan pohon tetap berwarna hitam seperti tinta.
Apakah di balik warna hitam itu tersimpan banyak rahasia?
Habis
Bandung, 9 Oktober 2006
Salam hormat
See Yan Tjin Djin
ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru , cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar