Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

2462
Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya melototi
wajah adik seperguruannya ini dengan sepasang mata
melotot lebar.
Dipelototi seperti itu, Yu siau-liong segera naik darah,
teriaknya penuh amarah: "Hei, kenapa kau pelototi aku
terus?"
Tanpa banyak cingcong Yu siau-liong maju ke depan
sambil melepaskan sebuah tusukan maut, Lim Han-kim
mengegos ke samping dengan cekatan, ia belum mau
melancarkan serangan balasan-
"Waaah, bagus amat pedang milikmu itu" teriak Yu
siau-liong setelah memandang sekejap pedang di tangan
Lim Han-kim. ia mendesak lebih ke depan...
sreeeet sreeeet sreeeet secara beruntun ia lancarkan
kembali tiga tusukan yang semuanya mengarah jalan
darah kematian ditubuh lawan.
Kembali Lim Han-kim berhasil melepaskan diri dari
ketiga tusukan berantai itu tanpa berniat melepaskan
serangan balasan, Lama kelamaan Yu siau-liong
tercengang juga dibuatnya, sambil angkat bahu ia
membentak: " Kenapa kau tidak mem-balas?"
"Aku ingin tahu sampai di mana kemajuan ilmu
pedang yang berhasil kau capai," sahut Lim Han-kim
sambil tersenyum.
"Jadi kau benar-benar ingin tahu kelihaianku?" Yu
siau-liong semakin naik darah, permainan pedangnya
diperkencang secara tiba-tiba, ia mencecar dan
mendesak lebih ke depanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2463
Jangan dilihat usianya masih muda, ternyata
permainan pedangnya hebat dan ganas, Cahaya pedang
seperti sambaran petir di angkasa menyambar kian
kemari.
sesungguhnya dengan andalkan ketajaman
pedangnya, Lim Han-kim dapat membendung semua
serangan tersebut dengan kekerasan, bahkan
mengutungi senjata lawan, tapi ia tidak berbuat begitu.
Pemuda itu selalu menghindar dan tidak membiarkan
pedangnya bentrok dengan senjata anak tersebut.
Ketika dilihatnya kemudian bahwa ilmu pedang yang
dimiliki adik seperguruannya ini mengalami kemajuan
yang luar biasa pesatnya, pemuda kita merasa amat
gembira.
Begitulah, pertarungan berlangsung dengan sengitnya,
namun kedua belah pihak mempunyai jalan pikiran serta
perasaan yang berbeda. Kalau Lim Han-kim lebih
mengutamakan perasaan persahabatan dan kasih
persaudaraan di mana ia selalu berusaha menghindar
dan mengalah, maka sebaliknya jurus pedang yang
digunakan Yu siau-liong semuanya ganas, keji dan
mematikan.
Dalam waktu singkat kedua orang itu telah bertarung
hampir dua puluh jurus.
Di tengah pertarungan diam-diam Lim Han-kim
memperhatikan keadaan di sekelilingnya, Hatinya tibatiba
tergerak setelah menyaksikan orang yang menonton
jalannya pertarungan di sekeliling arena makin lama
makin bertambah banyak. segera pikirnya: " Kalau aku
mesti melayani pertarungan tersebut dengan cara begini,

2464
lama kelamaan rahasiaku tentu akan ketahuan, berarti
mustahil bagiku untuk membawanya pergi saat ini.
Tampaknya aku mesti mundur untuk sementara waktu
sambil mencari kesempatan lagi untuk membeberkan
keadaan sesungguhnya kepadanya.
Untung saja ia sehat dan selamat serta sudah menjadi
anggota perguruan Cau-hua-bun, rasanya tidak sulit
untuk melacak kembali jejaknya di kemudian hari."
Berpikir sampai di situ, tiba-tiba ia mengubah taktik
pertarungannya, dua serangan balasan segera
dilancarkan Kedua jurus serangan yang digunakan ini
merupakan gerak jurus dari Delapan pedang Naga sakti.
sekalipun permainan jurusnya belum ia hapal betul,
namun sudah lebih dari cukup untuk memaksa Yu siauliong
mundur berulang kali.
Berhasil dengan kedua serangannya, Lim Han-kim
segera melejit ke udara, dengan dua-tiga kali lompatan ia
sudah berada tiga tombak lebih dari arena semula.
sejak posisi Yu siau-liong sudah berada di atas angin
tadi, pengawasan dan penjagaan para jago di sekeliling
arena sudah makin mengendor, maka ketika Lim Hankim
melancarkan serangan balasan sambil menerobos
keluar dari kepungan, tak seorang pun di antara para
jago yang sempat mencegat atau menghalangi
kepergiannya.
Dalam beberapa kali lompatan saja bayangan tubuh
anak muda tersebut sudah lenyap di balik kegelapan
malam. Waktu itu Yu siau-liong sudah sama sekali
terbelenggu oleh serangan balik yang dilancarkan Lim

2465
Han-kim. Menanti anak muda itu sudah pergi jauh, bocah
ini baru teringat untuk melakukan pengejaran.
Pada saat itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
sejauh enam-tujuh li sebelum menghentikan larinya,
setelah mengatur pernapasan, diam-diam ia menyusup
balik dengan melalui jalanan semula.
Kali ini gerak-geriknya dilakukan dengan berhati-hati
sekali. Ketika berada enam-tujuh kaki dari bangunan
tersebut, ia segera menghentikan gerakan, sambil
bersembunyi di tempat kegelapan, diam-diam ia periksa
keadaan di sekeliling tempat itu dan mengingat- ingatnya
di dalam hati, agar kedatangannya lagi di kemudian hari
semakin leluasa.
Baru saja ia hendak beranjak meninggalkan tempat
itu, mendadak terdengar suara derap kaki kuda bergema
datang disusul munculnya sebuah tandu kecil yang
dikawal puluhan ekor kuda jempolan, rombongan
tersebut langsung menuju ke arah bangunan.
Tergerak hati Lim Han-kim menyaksikan hal itu,
pikirnya: "Kalau dilihat dari gaya orang ini, jelas ia punya
kedudukan terhormat, kalau dibilang orang itu adalah
Cau-hua lojin-.. rasanya kok aneh, Masa tua b angka itu
menunggang tandu seperti perempuan saja?"
Belum lagi ingatan tersebut melintas lewat di
benaknya, lagi-lagi terdengar suara derap kaki kuda yang
ramai berkumandang datang.
Kali ini rombongan yang datang berjumlah jauh lebih
besar daripada rombongan pertama, paling tidak
terdapat dua puluhan ekor kuda yang berdatangan
dengan kecepatan luar biasa.

2466
Begitu tiba di dekat bangunan tersebut, rombongan
penunggang kuda itu segera menghentikan kudanya dan
dengan cepat menyebar keempat penjuru, Dalam
remang-remangnya kegelapan malam, terlihat kawanan
penunggang kuda yang telah menyebarkan diri itu segera
berlompatan turun dari punggung kudanya.
Tiga orang di antaranya segera tampil mengurusi
kedua puluhan ekor kuda itu sementara yang lain dengan
cepat menyembunyikan diri di balik kegelapan.
Menyaksikan adegan ini, Lim Han-kim segera berpikir
Jika ditinjau dari situasi ini, jelas kawanan berkuda ini
memang sengaja datang untuk mencari gara-gara. tapi
dari aliran manakah mereka? Berani amat menyatroni
perguruan Cau-hua-bun?"
Dari situasi dan gerak-gerik kawanan manusia
pendatang ini, Lim Han-kim segera paham bahwa suatu
pertarungan sengit segera akan berlangsung dan tak
mungkin terelakkan lagi.
Bila dilihat dari keberanian orang-orang itu datang
membuat gara-gara, sudah jelas mereka bukan manusia
sembarangan yang berilmu rendah, apalagi mengingat
ilmu silat yang dimiliki Cau-hua lojin terhitung sangat
tangguh, berarti juga pertarungan yang bakal
berlangsung pasti keji, hebat dan sangat mengerikan
sebenarnya pemuda itu ingin segera beranjak pergi,
tapi tiba-tiba ia teringat kembali akan Yu siau-liong.
Dapatkah bocah itu mempertahankan keselamatan
jiwanya dalam menghadapi pertarungan sengit itu?
Rasa khawatir dan cemas yang amat mendalam
dengan cepat menyelimuti perasaan hatinya, sambil

2467
menghela napas pelan pikirnya: "Aku tak boleh pergi dari
sini, aku harus tinggal di sini untuk mencarikan akal guna
membantu adik Liong, paling tidak membuatnya lolos
dari pertarungan sengit ini."
Ketika berpaling kembali, ia saksikan bangunan
gedung yang semula remang-remang dicekam
kegelapan, kini sudah berubah jadi terang benderang
bermandikan cahaya.
Lim Han-kim semakin tercengang pikirnya: "sungguh
aneh kejadian di sini, masa pertarungan baru
dilangsungkan setelah menyulut lentera?"
sepenanakan nasi sudah ia menunggu di situ, namun
belum juga terdengar ada suara pertarungan sementara
pemuda ini masih diliputi rasa cengang, mendadak
dijumpainya ada empat orang bocah berbaju hijau yang
membawa lampu lentera yang diangkat tinggi-tinggi,
berjalan keluar dari balik gedung lalu berdiri di kedua
belah sisi pintu utama.
Menyusul kemudian tampak belasan orang lelaki
kekar, masing-masing menuntun seekor kuda jempolan,
muncul pula dengan langkah lebar.
Di bawah cahaya lampu yang terang benderang,
terlihat dengan jelas pakaian yang dikenakan kawanan
lelaki tersebut terdiri dari aneka macam warna yang
berlainan.
Kembali Lim Han-kim berpikir: " Kawanan manusia itu
mirip sekali sebagai anak buah seebun Giok-hiong. Atau
mungkin orang yang berada dalam tandu kecil tadi
adalah seebun Giok-hiong pribadi?"

2468
sementara ia masih termenung, tampak seebun Giokhiong
muncul dengan langkah yang amat santai, Di
belakangnya mengikuti seorang kakek berjubah pendeta
dengan gambar Pat-kwa.
Pertemuan Lim Han-kim dengan cau-hua lojin pada
malam itu hanya sekilas dan lagi dalam keadaan tergesagesa,
kesan yang tertinggal dalam benak anak muda itu
pun tidak terlalu mendalam, sehingga sulit baginya untuk
memastikan apakah kakek tersebut adalah Cu-hua lojin
atau bukan. Namun jika ditinjau dari dandanannya yang
nyentrik. tampaknya dugaan tersebut tak bakal keliru.
Terlihat seebun Giok-hiong terlibat dalam pembicaraan
yang serius di depan pintu gedung dengan kakek itu, tak
lama kemudian terlihat gadis itu naik ke dalam tandunya.
si kakek membungkukkan badannya memberi hormat,
menanti seebun Giok-hiong sudah lenyap dari pandangan
mata, ia baru pelan-pelan membalikkan badan dan
masuk ke dalam gedung.
Tak lama kemudian, semua cahaya lentera di dalam
gedung dipadamkan, suasana pun dicekam dalam
kegelapan, sementara itu kawanan jago yang
bersembunyi di empat penjuru telah bermunculan dari
tempat persembunyiannya, melompat naik ke kuda
masing-masing lalu beranjak pergi menuju ke arah mana
mereka datang, suatu pertarungan besar yang
kelihatannya tadi sudah hampir meletus, kini turut lenyap
tak berbekas.
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: "seebun Giok hiong benar-benar hebat, Bila
dilihat dari sikap tunduk dan hormat yang diperlihatkan

2469
cau-hua lojin- nampaknya tua bangka itu sudah berhasil
ditaklukkan seebun Giok-hiong ..."
Tiba-tiba ia teringat pula pada Li Tiong-hui yang
berhasil merebut kedudukan Bu- lim Bengcu, Tampaknya
kedua belah pihak sudah saling berhadapan dan suatu
pertempuran habis-habisan telah berada di ambang
pintu.
Dalam keadaan begini, bayangan wajah seebun Giokhiong
maupun Li Tiong-hui serasa memenuhi benaknya
secara bergantian, hampir boleh dibilang ia dibuat
bimbang dan tak tahu ke pihak manakah ia harus
berpaling.
setelah berpikir beberapa saat, ia pun berkesimpulan
bahwa pertempuran yang akan terjadi ini selain dibebani
dendam kesumat pribadi, juga bermakna perebutan
nama, kedudukan serta kekuasaan segelintir manusia,
atau dengan perkataan lain posisi perguruan cau-huabun
dalam keadaan demikian merupakan posisi kunci
yang akan menentukan pihak manakah yang lebih
unggul dan kuat kekuatannya.
Bila ditinjau dari kehadiran seebun Giok-hiong tengah
malam begini dengan disertai kawanan jago tangguh,
jelas ia berniat menggunakan kekerasan apabila
usahanya secara baik-baik gagal, Andaikata Cau-hua lojin
tidak setuju mendukung pihaknya, ia pasti akan berusaha
musnahkan segenap kekuatan perguruan ini sebelum
terlanjur dimanfaatkan pihak Li Tiong-hui.
sementara Lim Han-kim masih berpikir, mendadak
terdengar lagi suara derap kuda yang ramai bergema
tiba, disusul kemudian tampak sebuah kereta kuda yang

2470
sangat indah dan mewah dengan diiringi lima lelaki kekar
yang menunggang kuda jempolan bergerak mendekat.
Untung tempat persembunyian Lim Han-kim cukup rapat
dan tertutup.
Belum habis ingatan kedua melintas dalam benak
pemuda itu, rombongan tadi telah tiba di depan mata.
Kereta mewah itu berhenti persis di depan pintu
gerbang bangunan itu.
Bersamaan dengan itu dari balik kereta muncullah
sesosok bayangan cantik yang bertubuh semampai dan
bergaun indah.
Lim Han-kim merasa kenal betul dengan bayangan
indah itu. Dia memang tak lain adalah Li Tiong-hui, ketua
Bu- lim saat ini. Dengan didampingi beberapa orang
lelaki berbaju hitam, Li Tiong-hui langsung berjalan
masuk ke dalam gedung, di luar pintu hanya tinggal dua
orang saja yang berjaga-jaga.
setelah tertegun sejenak. anak muda itu segera
paham apa sebenarnya yang telah terjadi. Jelas posisi
perguruan cau-hua-bun sudah merupakan posisi kunci
yang maha penting bagi dua pihak yang berseteru, dan
kini kedua belah pihak sama-sama berusaha membujuk
partai itu agar berpihak ke arahnya.
Berarti pula seebun Giok-hiong sudah bertindak lebih
cepat daripada pihak Li Tiong-hui dalam usahanya
menggaet pihak Cau-hua-bun. Hal ini juga menandakan
bahwa posisi Li Tiong-hui saat ini berbahaya sekali.
Berpikir begitu, Lim Han-kim segera membatin: "Aku
mesti mengabarkan keadaan ini kepada Li Tiong-hui,

2471
agar ia mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan"
Buru-buru ia kerahkan ilmu menyampaikan suaranya
berseru kepada dua orang penjaga di depan pintu itu:
"saudara berdua, harap kabarkan kepada Bengcu
secepatnya agar berhati-hati di dalam gedung"
Dari arah datangnya suara peringatan tersebut, kedua
orang penjaga itu segera mengetahui arah sumber suara
tersebut, namun mereka tidak menegur ataupun
melakukan pencarian.
Melihat itu, Lim Han-kim berpikir lagi: "Li Tiong-hui
betul-betul seorang pemimpin yang berbakat. Cukup
dilihat dari ketenangan dan kemantapan yang
diperlihatkan dua orang penjaga keretanya, sudah bisa
disimpulkan bahwa ia memang luar biasa..."
Karena itu ia pun berkata lebih jauh dengan ilmu
menyampaikan suaranya: "saudara berdua tak usah
sangsi, aku bermaksud mulia dan jujur hanya kurang
leluasa bagiku untuk munculkan diri saat ini. Tolong
kabar ini sampaikan kepada Bengcu secepatnya,"
Lelaki yang ada di sebelah kiri segera menanggapi
dengan mengerahkan pula ilmu menyampaikan suara:
"Boleh kutahu siapa nama sobat, agar kami bisa
memberikan pertanggungan jawab kepada bengcu? "
"Maaf, aku tak bisa mengatakan siapa namaku,
katakan saja seorang sobat karibnya dari kuil awan hijau,
ia pasti akan segera paham"

2472
Lelaki di sebelah kiri itu pun manggut-manggut. "Kalau
begitu akan segera kusampaikan kepada Bengcu, maaf
aku tak bisa mengantar kepergian Anda"
Lim Han-kim segera menjejakkan kakinya ke atas
tanah dan melesat menuju ke arah timur. Dalam waktu
singkat ia sudah menempuh perjalanan sejauh empatlima
li. saat itulah tiba-tiba ia teringat kembali akan Yu
siau-liong. seandainya betul-betul terjadi pertempuran,
niscaya Yu siau-liong akan terlibat juga di dalamnya.
LiBun-yang hanya beberapa kali berjumpa dengan
bocah itu, lagi pula waktunya sudah terpaut cukup lama,
apakah ia masih mengenalinya?
"Aku harus berusaha menyelundup masuk ke dalam
gedung cauhua lojin untuk melihat keadaan," demikian ia
berpikir "Andaikata terjadi pertarungan, aku punya
kesempatan untuk selamatkan Yu Siau-liong dari
ancaman bahaya."
Tapi ia segera teringat kembali dengan paras mukanya
yang berwarna-warni, bukan Cuma sangat menyolok
bahkan sukar dilupakan siapa pun yang pernah bersua
dengannya, berarti bukan saja sulit mengelabui Li Tionghui,
mungkin cau-hua lojin pun akan segera mengenali
identitasnya.
Sementara dia masih berpikir, lagi-lagi terdengar suara
derap kaki kuda yang ramai berkumandang tiba, Dengan
keCepatan bagaikan petir Lim Han-kim menyelinap ke
balik sebatang pohon yang cukup besar untuk
menyembunyikan diri.
Pada saat itulah teriihat ada dua ekor kuda bergerak
mendekat dengan kecepatan tinggi, orang pertama

2473
adalah seorang kakek berwajah hitam pekat seperti
pantat kuali, dia tak lain adalah si Hakim hidup ciu
Huang, pendekar tua yang cukup disegani umat
persilatan Sedang orang kedua tak lain adalah pemilik
perkampungan Pit-tim sanceng yang terkenal itu, si
Dewa jinsom Phang Thian-hua.
Dua tokoh utama dunia persilatan ternyata bisa
muncul bersamaan waktunya di tempat terpencil
semacam ini, jelas hal tersebut merupakan bagian dari
taktik yang diatur Li Tiong-hui.
Ciu Huang termashur dalam dunia persilatan karena
tangan besinya yang tegas lagi ganas. Kaum kurcaci
dalam dunia kangouw kebanyakan menjadi keder dan
kabur jauh-jauh begitu mendengar namanya.
sebaliknya Phang Thian-hua dipuji orang sebagai
Dewa jinsom karena ilmu pertabiban serta obatobatannya
luar biasa, bahkan iapun pandai
menggunakan benda berbisa, banyak orang copot nyali
menjumpainya.
sekarang, kedua tokoh besar ini muncul bersamaan
waktunya. Hal ini membuktikan bahwa keCermatan serta
kehebatan berpikir Li Tiong-hui masih jauh berada
setingkat di atas seebun Giok-hiong.
Terlihat dua ekor kuda itu melesat lewat dengan
keCepatan bagaikan hembusan angin, dalam waktu
singkat bayangan mereka sudah lenyap di balik
kegelapan malam.
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang. Baru
saja ia akan menampakkan diri, mendadak terdengar lagi
suara ujung baju yang membelah udara bergema tiba.

2474
Ketika berpaling, ia saksikan empat orang gadis berbaju
hitam yang menggembol pedang meluncur lewat dengan
keCepatan tinggi dan bergerak menuju ke arah barat.
Tergerak hati Lim Han-kim melihat itu, pikirnya:
"Ditinjau dari keCepatan gerak keempat gadis ini terang
kalau mereka punya ilmu silat yang hebat, kenapa
mereka bukan kemari dengan menunggang kuda? jelas
maksud kehadiran mereka adalah untuk menguntil Ciu
Huang serta Phang Thian-hua."
Perubahan situasi makin lama berubah makin
pelik,Belalang menubruk comberet, burung nuri
mengincar dari belakang, sampai di sini bisa disimpulkan
bahwa kemahiran seebun Giok-hiong ternyata jauh
melebihi kemampuan Li Tiong-hui.
Peliknya situasi juga semakin merangsang rasa ingin
tahu Lim Han-kim untuk menyingkap tabir rahasia ini,
pikirnya:
"Kalau dilihat situasi saat ini, jelas sudah posisi Li
Tiong-hui terjepit dan amat kritis, sekalipun nona dari
bukit Hong-san ini agak egois, paling tidak ia berdiri pada
pihak penegak keadilan bagi umat persilatan sebaliknya
seebun Giok-hiong meski tidak terlalu jahat, namun
sayang sepak terbangnya justru menciptakan kekacauan
dan marabahaya bagi dunia persilatan.
Gara-gara dendam pribadi, semua anggota persilatan
kena getahnya,jadi bila kedua orang ini dibandingkan,
sepantasnya aku membantu pihak Li Tiong-hui."
sudah beberapa bulan persoalan ini berkecamuk di
dalam benaknya tanpa memperoleh jawaban yang tepat,
baru kini ia memperoleh jawaban yang sesuai dengan

2475
perasaan hatinya. begitu keputusan diambil, dengan
cepat ia menyelinap kearah gedung yang didiami Cauhua
lojin.
Karena perasaan dan pikirannya makin enteng,
otomatis gerak-geriknya juga makin berhati-hati. Dengan
menyusup di antara semak belukar, ia mendekati
bangunan kokoh itu, jarak beberapa li hanya
ditempUhnya dalam waktu sepeminuman teh saja. saat
itulah mendadak dilihatnya gedung yang gelap gulita itu
kembali bermandikan cahaya,
Lim Han-kim menghentikan gerak langkahnya lebih
kurang tujuh-delapan kaki dari kaki bangunan,
sementara sorot matanya yang tajam mulai celingukan
keempat penjuru berusaha mencari tempat
persembunyian keempat gadis berbaju hitam tadi.
Sementara ia masih gelisah karena belum berhasil
menemukan jejak keempat gadis tadi, mendadak dari
atas sebatang pohon besar, lima kaki dari posisinya
berkelebat lewat sesosok bayangan manusia, Gerak
tubuh orang itu enteng bagaikan daun kering, ketika
melayang turun ke tanah ternyata tidak menimbulkan
sedikit suara pun.
Jarak yang cukup jauh membuat Lim Han-kim tak
berhasil melihat jelas raut wajah orang itu, tapi ditinjau
dari bentuk badannya yang kecil ramping, delapan puluh
persen dugaan dia adalah satu di antara keempat gadis
berbaju hitam itu.
Kembali hati Lim Han-kim tergerak. pikirnya:
"sekalipun orang itu memiliki ilmu meringankan tubuh
yang sempurna, rasanya tidak gampang bagi mereka

2476
untuk berhasil menyusup ke dalam gedung itu tanpa
diketahui jejaknya, Mumpung situasi dalam gedung saat
ini amat pelik dan kacau, asal langkahku berhati-hati,
mungkin dengan mud ah aku berhasil menyusup masuk
kedalam .. ."
Berpikir sampai di situ, ia segera melompat bangun,
berjalan kejalan utama dan mengayunkan langkah
menuju kearah pintu gerbang dengan langkah santai.
Waktu itu di depan pintu gerbang berdiri empat orang,
dua orang anak buah Li Tiong-hui dan dua orang
anggota perguruan cau-hua-bun. sambil berjalan menuju
kearah pintu, Lim Han-kim mengayunkan tangan kirinya
memberi hormat pada dua orang disebelah kanan,
sementara tangan kanannya memberi tanda kepada dua
orang di sebelah kiri
Anak buah perguruan cau-hua-bun mengira dia adalah
pengikut Li Tiong-hui. sebaliknya dua orang anak buah Li
Tiong-hui mengira dia adalah anggota perguruan cauhua-
bun karena wajahnya yang antik, karena itu kedua
belah pihak sama-sama membungkam dan tidak
mencoba menghalangi jalan lewatnya, dengan begitu Lim
Han-kim pun berhasil menyusup masuk ke dalam gedung
tersebut secara mudah.
Di balik pintu gerbang merupakan sebuah halaman
yang luas, disudut halaman itu didirikan istal darurat
yang terbuat dari bambu, sambil berjalan masuk. Lim
Han-kim kembali berpikir: "Wajahku yang aneh ini tak
akan mampu mengelabui Li Tiong-hui, Li Bun- yang
maupun Hongpo Lan, aku mesti menyembunyikan diri
lebih dulu."

2477
Berpendapat begitu, dengan langkah santai ia berjalan
mendekati istal darurat itu, di sana ada dua lelaki sedang
memberi makan kuda-kuda yang tertambat di situ, Pada
sudut halaman terdapat tungku dengan sebuah kuali besi
yang membara, tidak diketahui apa yang sedang dimasak
dalam kuali itu?
sambil mengerahkan tenaga dalamnya bersiap sedia,
Lim Han-kim mendekati kuali itu, diambilnya sedikit
jelaga lalu diusapkan ke wajah sendiri, setelah itu baru
dia berjalan menuju ke pintu lapis kedua.
Terhadap tingkah polah Lim Han-kim itu ternyata
kedua lelaki tersebut tidak menegur maupun menyapa,
mereka tetap asyik memberi makan kuda-kuda tersebut
Berjalan mendekati ruang tamu, Lim Han-kim saksikan
ada delapan buah lilin merah sebesar lengan bocah
berdiri di delapan penjuru menerangi seluruh ruangan
tersebut Dengan membopong bend era Bengcu-nya Li
Tiong-hui duduk di sebuah kursi kebesaran, Li Bun-yang
serta Hongpo Lan masing-masing berdiri di kedua sisi
gadis tersebut. Delapan orang busu berbaju hitam berdiri
berbanjar lebih kurang tiga depa di belakang bangku Li
Tiong-hui.
Ketika semakin mendekati ruang ter-sebut, Lim Hankim
dapat melihat keadaan dalam ruangan itu makin
jelas, Ternyata empat di antara kedelapan busu berbaju
hitam itu tak lain adalah Dewa buas, iblis Jahat, setan
Gusar serta sukma murung,
saat itu, keempat gembong iblis tersebut berdiri di
belakang dengan sikap serius dan patuh, jauh berbeda
dengan sikap liar dan garangnya di masa lampau.

2478
Diam-diam Lim Han-kim memuji juga setelah melihat
hal ini, pikirnya: "Tak nyana Li Tiong-hui memiliki
kemampuan untuk menaklukkan orang, siapa sangka
empat manusia buas yang dulu begitu liar dan ganas,
kini berubah jadi penurut dan sopan-"
saat itulah terdengar seseorang berkata dengan suara
yang dingin tapi tenang: "Maksud baik Li Bengcu biar
kuterima dalam hati saja, cuma sayang aliran ilmu silat
dari perguruan cau-hua-bun berbeda sekali dengan aliran
partai lain dalam daratan Tionggoan. sekalipun aku tak
berniat mencari nama dan kedudukan dalam dunia
persilatan, namun aku juga enggan tunduk di bawah
perintah orang lain"
"jadi, bagaimana maksud Anda?" tukas Li Tiong-hui
dingin.
"Maksudku, perguruan cau-hua-bun hanya ingin
tancapkan kaki dalam dunia persilatan, Mengtnai
masalah perselisihan antara Li Bengcu melawan
perguruan bunga bwee, aku tak ingin terlibat ataupun
turut campur. prinsipku, selama orang lain tidak
mengusikku, aku pun tak akan mengganggu orang lain,
Asal Li Bengcu maupun perguruan bunga bwee tidak
mengusik keberadaanku, aku juga tak bakal memihak
salah satu di antara kalian"
"Locianpwee, pendapatmu itu sama sekali tidak
sesuai" terdengar seseorang berseru nyaring, "Kau harus
tahu, kedudukan Bu- lim bengcu bukanlah kedudukan
sembarangan, ia berkuasa untuk memerintah semua
umat persilatan di dunia ini, tidak terkecuali perguruan
Cau-hua-bun"

2479
Lim Han-kim merasa amat kenal dengan suara ini, ia
segera mengenalinya sebagai suara dari Li Bun- yang,
buru-buru ia maju beberapa langkah untuk melihat lebih
jelas.
Tampak seorang kakek berbaju pendeta duduk di kursi
kebesaran ditengah ruang tamu, sambil tertawa hambar
ia berkata: "Boleh aku tanya, kalau perguruan bunga
bwee boleh berdiri sendiri tanpa menuruti perintah
kalian, kenapa aku mesti turuti perintah kalian?"
"Justru karena perguruan bunga bwee tidak mentaati
perintah Bengcu, maka perselisihan ini terjadi, Bila kalian
mau berkomplot dengan mereka, terpaksa semua
perguruan dan partai di dunia persilatan akan bersatu
padu untuk membasminya"
Cau-hua lojin segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... siapa kau, berani
amat bicara tak sopan di hadapanku?"
"Locianpwee tak usah susah-susah menyelidiki asalusul
serta namaku, selama ada Bu-lim Bengcu hadir di
arena, maka setiap pembicaraanku bisa kau anggap
sebagai ucapan dari Bengcu pribadi"
"seandainya aku tak bersedia menuruti kemauan
kalian, apakah tindakan ini bisa disebut penghianatan
terhadap Li Beng-cu?"
"Apabila perguruan cau-hua-bun enggan mentaati
perintahku, terpaksa hanya tersedia dua jalan untuk kau
pilih" tukas Li Tiong-hui dengan suara sedingin es.
"Dua jalan yang mana?"

2480
"Kau umumkan kepada seluruh umat persilatan bahwa
mulai hari ini perguruan Cau-hua-bun telah
membubarkan diri"
"Boleh tahu jalan kedua?"
"Jika kau enggan mengundurkan diri dari keramaian
dunia persilatan serta membubarkan diri, terpaksa aku
harus turunkan perintah untuk membasmi perguruan
cau-hua-bun dari muka bumi"
"Apakah mungkin masih ada jalan ketiga?"
"Tak akan ada jalan ketiga Nah, bagaimana
keputusanmu? Harap kau segera memberikan jawaban"
ucap Li Tiong-hui teg as.
"Baiklah" Cau-hua lojin segera bangkit berdiri. "Berilah
kesempatan kepadaku untuk mempertimbangkan
masalah ini. Besok sebelum tengah hari aku akan
menjawab pertanyaan Li Bengcu ini"
"Aku rasa terlalu lama untuk menunggu hingga tengah
hari esok. Aku rasa bukan hal yang sulit untuk
kemukakan pendapatmu sekarang juga, jadi tak perlu
mengulur waktu lagi."
cau-hua lojin menjadi naik pitam, teriaknya penuh
amarah: "Ketika dilakukan pemilihan untuk mengangkat
Bu- lim Bengcu, perguruan cau-hua-bun toh tidak
mengirim wakil untuk ikut dalam pemilihan tersebut, atas
dasar apa kalian hendak mengurusi perguruan kami?"
"Aku tak ingin memberi pelajaran kepada orang yang
tak tahu urusan, jadi sebelum pertarungan terjadi, aku
wajib menerangkan dulu hal ikhwal ini padamu."

2481
"Ha ha ha... kalau begitu aku akan pasang telinga
baik-baik untuk mendengarkan penjelasanmu"
"Kini, sekeliling bangunanmu sudah dikepung oleh
jago-jago pilihan kami. begitu pertarungan terjadi,
jangan harap anak buahmu berhasil meloloskan diri
dengan selamat"
"Soal itu sudah berada dalam dugaanku."
"Jadi kau terima tantangan bertempur daripada
takluk?" potong Li Tiong-hui tiba-tiba sambil bangkit
berdiri.
Berubah paras muka Cau-hua lojin, serunya: "Aku
paling tak suka digertak, apalagi diancam orang lain."
Li Tiong-hui tidak banyak bicara lagi. ia kebaskan panji
Bengcu ditangannya memberi tanda, Empat di antara
delapan orang Busu berbaju hitam yang berdiri di
belakangnya segera melesat maju ke depan dan
melakukan pengepungan. Mereka tak lain adalah Dewa
buas, iblis jahat, Setan gusar dan Sukma murung.
"Kurang ajar" umpat Dewa buas garang. " Hanya
perguruan kecil macam Cau-hua-bun- juga berani
membangkang perintah Bengcu?"
Cau-hua lojin tertawa hambar "Siapa kau?" tegurnya.
Dewa buas tertawa dingin, "Kami adalah pengawal
pribadi yang melindungi keselamatan Bengcu"
"Mungkin kau belum mengenali kami berempat,"
sambung iblis jahat cepat "Tapi nama besar kami, Dewa
buas, iblis jahat, setan gusar dan Sukma murung tentu
kau pernah mendengarnya bukan? "

2482
Cau-hua lojin tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha...
sungguh tak disangka, sungguh tak disangka..."
"Apanya yang tak kau sangka?" hardik setan gusar
keras-keras,
" Empat manusia buas yang begitu tersohor dalam
dunia persilatan ternyata rela menjadi budak orang
dengan mengangkat diri sebagai pengawal pribadi,
kejadian ini benar-benar di luar dugaan-"
"Tua bangka celaka, rupanya kau sudah bosan hidup?"
teriak sukma murung geram.
Belum sempat Cau-hua lojin menanggapi bentakan itu,
mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu di tengah arena sudah muncul seorang
bocah berpedang yang langsung membentak penuh
amarah: "Kau berani mengumpat guruku?" sreeett
sebuah tusukan kilat langsung dilepaskan
Dengan Cekatan sukma murung menggerakkan
tubuhnya berkelit ke samping, kemudian sebuah pukulan
balasan di-lepaskannya, Deruan angin serangan yang
memekikkan telinga segera bergema memenuhi arena.
Lim Han-kim segera mengenali bocah itu sebagai Yu
siau-Iiong, adik seperguruannya, diam-diam ia mengeluh,
pikirnya: " Keempat manusia buas itu tersohor karena
ilmu silatnya yang tinggi dan hebat, mana mungkin Yu
Siau-liong bisa menandingi-nya?"
Dalam cemas dan paniknya, tanpa terasa ia geserkan
kembali tubuhnya langsung menuju ke depan gedung,

2483
Dalam saat itu Yu siau-liong telah memutar pedangnya
sedemikian kencang hingga dalam waktu singkat ia telah
lepaskan delapan buah tusukan berantai.
Lim Han-kim mendapati jurus pedang yang
dipergunakan adik seperguruannya ini telah mengalami
perubahan yang amat besar, pelik, aneh, ganas dan jauh
lebih buas ketimbang dulu, tanpa terasa kembali ia
berpikir "Tampaknya ia sudah mempelajari ilmu silat
aliran Cau-hua-bun, tak aneh jika jurus serangannya
begitu ganas dan buas."
Melihat kemajuan pesat yang dicapai Yu siau-liong ini,
Lim Han-kim tak bisa mengatakan apakah dia girang atau
murung karenanya.
sementara itu, dalam perkiraan sukma murung bocah
kecil yang dihadapinya saat itu dapat diringkus hanya
dalam dua-tiga gebrakan saja, siapa nyana apa yang
kemudian terjadi sama sekali di luar dugaannya, jangan
dilihat bocah itu masih muda usia, namun permainan
jurus pedangnya benar-benar buas dan garang,
walaupun sudah delapan gebrakan mereka bertarung,
bukan saja sukma murung tak berhasil merebut senjata
lawan, malahan ia sempat dipaksa mundur dua langkah
oleh teteranpedang lawan.
Kejadian ini kontan saja membangkitkan sifat buas
sukma murung, sambil membentak nyaring ia lancarkan
pukulan-pukulan yang maha dahsyat.
BAB 23 Ancaman Datang Dari Empat Penjuru

2484
Dalam waktu singkat bayangan tangan berlapis-lapis
bagaikan bukit, angin topan menderu-deru menyapu
seluruh ruangan, membuat cahaya lilinpun bergoncang
tiada hentinya.
Jurus pedang yang digunakan Yu siau-liong boleh
enteng, lincah dan ganas, namun bagaimana mungkin ia
mamcu membendung tenaga pukulan dari sukma
murung yang sudah dilatihnya hampir puluhan tahun
lamanya itu? Belum sampai tiga gebrakan, ia sudah
keteter habis-habisan, permainan pedangnya kacau balau
dan jiwanya terancam bahaya.
Lim Han-kim panik bercampur gelisah, pikirnya:
"Dilihat dari posisinya sekarang, mustahil Yu siau-liong
mampU bertahan sepuluh gebrakan lagi"
sementara dia panik dan tak tahu apa yang mesti
diperbuatnya, mendadak terdengar Cau-hua lojin
membentak marah: "Tahan"
Ujung bajunya dikebaskan ke depan, segulung tenaga
pukulan yangamat kuat segera meluncur ke depan.
Ketikaang in pukulan yang dipancarkan sukma murung
berbentur dengan tenaga dalam yang dipancarkan cauhua
lojin, terjadilah gelombang angin berpusing yang
membelah kekuatan tenaga serangannya. Di antara
bayangan tangan yang berlapis-lapis, terbukalah secara
tiba-tiba sebuah titik kelemahan.
Yu siau-liong yang binal tapi cerdas segera
manfaatkan peluang itu dengan sebaik-baiknya, secepat
kilat ia lepaskan sebuah tusukan menerobos titik
kelemahan itu

2485
Menghadapi serangan yang datang mendadak ini,
tergopoh-gopoh sukma murung mengendapkan lengan
kanannya ke bawah berusaha untuk melepaskan diri,
akan tetapi sayang... desingan angin dingin tahu-tahu
menyambar lewat, lengan kanan baju sukma murung
sudah terbabat hingga robek.
Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik inilah Yu
siau-liong melejit ke belakang dan mengundurkan diri ke
belakang tubuh Cau-hua lojin.
Meledak hawa amarah sukma murung menghadapi
kejadian ini, Matanya merah berapi-api karena gusar.
sambil mencak-mencak seperti kambing kebakaran
jenggot, teriaknya penuh amarah: "Bocah kunyuk, cepat
menggelinding keluar. Bila aku tak mampu mengalahkan
kau dalam sepuluh gebrakan, mulai hari ini aku
bersumpah akan mengundurkan diri dari dunia
persilatan"
Diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya watak
seseorang memang susah diubah, nyatanya empat
manusia buas ini tetap liar dan buas".
Terdengar Cau-hua lojin menjengek dengan suara
ketus: "Hmmm, kalau ditinjau dari kemampuan kalian
empat manusia buas yang terkenal dalam dunia
persilatan selama puluhan tahun, berhasil mengungguli
seorang bocah berusia lima belas tahun tidak terhitung
suatu kejadian yang membanggakan"
sukma murung semakin marah. tantangnya: "Aku lihat
umurmu sudah cukup tua, kenapa tidak berani maju
sendiri untuk bertarung habis-habisan melawan-ku?"

2486
"Suatu tantangan yang amat bagus" sorak Lim Hankim
di dalam hati. "Bila Cau-hua lojin turun tangan
sendiri, sekalipun ia mampu mengungguli si Dewa buas,
iblis jahat, setan gusar dan sukma murung, disana toh
masih hadir Li Bun-yang serta Ciu Huang dan Phang
Thian-hua sekalian. Andaikata Cau-hua lojin bisa dibikin
keok, otomatis perguruan Cau-hua-bun akan berantakan
dengan sendirinya..."
siapa tahu Cau-hua lojin tidak menanggapi tantangan
tersebut, malah ejeknya sambil tertawa dingin: "Hmmm,
kau belum pantas untuk bertarung melawanku"
Mendadak ia bangkit berdiri sambil memberi tanda,
serunya: "Di mana pelindung hukum Kim?"
"Tecu ada di sini" seseorang dengan suara yang berat
seperti guntur menjawab dari balik ruangan.
Menyusul suara yang menggeledek itu muncul seorang
lelaki kekar yang memakai baju serba kuning. Tak
terkirakan rasa kaget sukma murung setelah
menyaksikan kehadiran lelaki itu.
Ternyata lelaki itu memiliki sepasang mata yang bulat
besar dan memancarkan sinar buas yang menggidikkan
hati, Gerak-geriknya sangat lamban, selangkah demi
selangkah ia bergerak menuju ke tengah arena.
sukma murung sudah terhitung cukup buas dan
ganas, tapi pelindung hukum Kim justru mendatangkan
rasa seram dan bergidik bagi siapa pun yang melihatnya,
Bukan cuma kulit wajahnya yang kaku berotot, bahkan
seluruh badannya begitu kaku nyaris mirip sesosok
mayat hidup yang baru bangkit dari liang kubur.

2487
Dengan kening berkerut Dewa buas segera berbisik: "
Hati- hati lo-su, orang ini agak aneh, dia pasti sudah
melatih sejenis ilmu silat khusus"
sementara itu lelaki berbaju kuning tersebut
melangkah terus selangkah demi selangkah mendekati
sukma murung, sedang sorot matanya yang liar
menggidikkan hati mengawasi lawannya tanpa berkedip.
sukma murung yang selama ini terkenal sebagai
gembong iblis yang membunuh orang tak berkedip.
untuk pertama kalinya selama hidup merasa hatinya
begitu takut, seram dan menggidikkan hati.
Untuk mengatasi semua perasaan yang bercampur
aduk itu, tanpa membuang waktu lagi ia segera
membentak keras, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
ke depan. segulung angin pukulan yang kuat dan
dahsyat langsung menerjang ke dada lelaki berbaju
kuning itu.
Walaupun menyaksikan datangnya pukulan yang
langsung mengarah ulu hatinya, lelaki berbaju kuning itu
sama sekali tidak menangkis maupun menghindar ia
sambut datangnya serangan itu dengan dadanya.
Duuuukkkk
Pukulan maha dahsyat yang dilontarkan sukma
murung segera menggempur telak di atas dada lelaki
berbaju kuning itu. Hasilnya lelaki itu tetap tenang,
bahkan gerak tubuhnya yang melangkah maju tetap
berianjut, serangan tadi ibarat pukulan yang
menghantam batu cadas, sedikitpun tidak menimbulkan
kesakitan atau kerusakan.

2488
Menyaksikan ketangguhan lawan, dengan perasaan
terperanjat sukma murung berpikir "Gempuranku
barusan paling tidak memiliki kekuatan empat- lima ratus
kati, sekalipun seseorang memiliki ilmu silat yang luar
biasa hebatnya, mustahil ia sanggup menahan
gempuranku ini tanpa cedera. sungguh aneh... kenapa
orang berbaju kuning ini tetap tenang, seolah-olah tak
kekurangan sesuatu apa pun?" setelah berhenti sejenak,
kembali pikirnya:
"Untung aku hanya menggunakan tenaga tiga bagian
saja, Coba kalau kuserang dengan sepenuh tenaga, saat
ini aku pasti sudah terluka oleh tenaga pantulan yang
diakibatkan dari pentalan tubuhnya."
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, lelaki berbaju kuning itu sudah mendesak
maju makin dekat, sepasang tangannya pelan-pelan
digerakkan menyambar langsung ke tubuh sukma
murung.
Gerakan orang itu sangat lamban, bebal dan kelihatan
bodoh. orang awam pasti akan tertawa geli melihat gerak
serangan macam itu.jangankan ditujukan pada seorang
ahli silat, terhadap orang awam yang tak mengerti ilmu
silat pun orang tersebut akan mampu
menghindarkan diri secara gampang.
Tapi bagi pandangan seorang jagoan yang ahli dan
berpengalaman, gerakan tersebut mempunyai tanggapan
yang sangat berbeda.
Kelihatannya saja gerak serangan itu amat sederhana,
Ternyata sudut bentangan serta lingkungan yang berada
dalam ancamannya sungguh luar biasa, seandainya

2489
serangan itu dilakukan dengan gerak cepat, bisa jadi
seorang ahli masih punya peluang untuk meloloskan diri.
Kini gerakan itu dilakukan sangat lamban- hal mana
justru mendatangkan perasaan bimbang dan tak
menentu bagi mereka.
sukma murung segera merasakan makin dekat orang
itu mendesaknya, jangkauan dan ancaman yang timbul
dari bentangan lengan orang tersebut makin besar dan
luas, dalam posisi demikian kecuali bergerak mundur,
tampaknya sudah tak ada cara lain lagi untuk
menghindarkan diri
Perlu diketahui, ruang tamu itu sempit lagi kecil,
ditambah pula dipenuhi kawanan jago, dalam situasi
seperti ini gerak melompat bukanlah cara yang tepat dan
sesuai. Dalam panik dan gelisahnya sifat liar dan buas
sukma murung segera bangkit kembali, sambil
membentak nyaring kelima jari tangan kanannya tibatiba
menyambar ke muka mencengkeram dada orang
berbaju kuning itu.
Pentangan tangan kanan lelaki berbaju kuning itu
mendadak bergerak lebih cepat, ia langsung
mencengkeram pergelangantangan kanan sukma
murung. Biarcun gerak serangan dari sukma murung
sudah cukup cepat, namun gerak mengcengkram dari
lelaki tersebut ternyata jauh lebih cepat lagi.
Tatkala kelima jari tangan kanan Sukma murung
hampir menempel di atas dada lelaki berbaju kuning itu,
tangan kanan lelaki itu sudah berada di atas pergelangan
tangan kanan sukma murung lebih dahulu.

2490
Terdengar lelaki berbaju kuning itu membentak keras,
tangan kanannya segera mencengkeram pergelangan
tangan sukma murung dan menggenggamnya kuat-kuat.
Tahu-tahu sukma murung merasakan pergelangan
tangan kanannya jadi kaku dan kesemutan. Rasa sakit
yang merasuk hingga ke tulang sumsum membuat
segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya hilang lenyap
secara tiba-tiba.
Dewa buas yang kebetulan berdiri di sampingnya
segera memberikan reaksi yang cukup cepat, secepat
petir ia lancarkan sebuah totokan menghajar nadi
penting di tubuh lelaki berbaju kuning itu.
Tampak lelaki itu mengayunkan tangan kirinya yang
kosong kearah luar dan berbalik mencengkeram
pergelangan tangan kanan Dewa buas.
Di antara empat manusia buas, ilmu silat yang dimiliki
Dewa buas terhitung paling tinggi dan hebat. ia cun telah
menyaksikan bagaimana sukma murung menderita
kerugian berulang kali, sudah barang tentu ia tidak
biarkan pergelangan tangan kanannya kena dicengkeram
musuh.
Mendadak tangannya diendapkan ke bawah untuk
meloloskan diri dari serangan balasan itu, kemudian
sambil membalikkan lengannya ia lepaskan sergapan lagi
melintang dari samping.
Perubahan jurus ini sangat aneh dan di luar dugaan,
kecepatannya bagaikan sambaran petir di udara,
Kendatipun gerak serangan yang dilakukan lelaki berbaju
kuning itu cukup cepat, tapi pergeseran tubuhnya itu
tetap kelihatan pelan dan bebal.

2491
Dduuukkk serangan tersebut bersarang telak di
tubuhnya.
Berbicara dari kesempurnaan tenaga dalam yang
dimiliki Dewa buas, gempuran tersebut cukup untuk
menghancurlumatkan batu cadas sekeras apa pun.
semestinya, kendatipun orang berbaju kuning itu
mempunyai ilmu pelindung badan macam apa pun,
mustahil ia sanggup mempertahankan diri
siapa sangka tatkala gempuran dari Dewa buas itu
menghantam telak di tubuh lelaki berbaju kuning itu,
mendadak ia berteriak keras lalu menyusut mundur
sejauh dua langkah.
Ketika semua orang menengok ke arahnya, tampaklah
kulit kepalan kanan si Dewa buas kelihatan sudah robek
besar, darah segar bercucuran keluar membasahi lantai,
sementara lelaki berbaju kuning itu terdesak mundur
juga sejauh lima langkah oleh gempuran dahsyat Dewa
buas, genggaman kelima jari tangannya atas urat nadi
sukma murung pun turut mengendor.
Memanfaatkan peluang ini buru-buru sukma murung
meronta sambil melepaskan diri, sebuah tendangan kilat
dilontarkan ke depan.
"Lo-su, jangan gegabah" cegah Dewa buas keraskeras.
"Ia mengenakan baju lapis baja yang dilengkapi
pisau tajam"
Tendangan yang dilontarkan sukma murung betulbetul
luar biasa cepatnya, meskipun Dewa buas segera
mencegahnya, namun sayang teriakan itu tetap
terlambat. Tendangan kilat dari sukma murung itu
bersarang telak diperut lelaki berbaju kuning itu.

2492
Terdengar cau-hua lojin tertawa ter-bahak-bahak: "Ha
ha ha... tepat sekali perkataanmu ia memang
mengenakan baju tameng baja yang dilengkapi pisau
tajam. sayang sekali sudah kelewat terlambat kalian
berdua mengetahuinya"
Terdengar suara ujung baju tersampok angin bergema
memecah keheningan iblis jahat dan setan gusar yang
selama ini berdiam diri sama-sama bergerak maju
melancarkan pukulan dahsyat yang mengarah tubuh
lelaki berbaju kuning itu.
Betul si lelaki berbaju kuning itu mengenakan baju
lapis baja yang bisa melindungi badannya dari gempuran,
namun bagaimana mungkin ia mampu membendung
serangan ampuh dari empat manusia buas secara
bersamaan ini? Tak ampun isi perutnya segera terluka
parah, sambil muntahkan darah segar badannya mundur
dengan sempoyongan lalu jatuh terduduk ke atas tanah.
Dengan suara dingin cau-hua lojin mengejek: "Dalam
gedung ini aku sudah siapkan dua belas orang pasukan
yang memakai baju berlapis baja. Bila kalian anggap
kalian memiliki kemampuan untuk menghadapi mereka
semua, silakan turun tangan sepuasnya" selesai berkata
ia segera memberi tanda, empat orang lelaki berbaju
hijau segera munculkan diri dengan gerak-gerik yang
lambat dan bebal.
Melihat kemunculan orang-orang berbaju lapis baja
itu, Li Tiong-hui segera berbisik, "Cabut senjata, jangan
layani mereka dengan tangan kosong"
Mendadak terdengar Dewa buas berteriak tahu-tahu
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah, Menyusul

2493
kemud ian sukma murung ikut menjerit kesakitan dan
roboh terjengkang pula ke tanah.
Melihat kejadian ini, iblis buas serta setan gusar jadi
amat terperanjat, bentaknya penuh amarah: "Tua
bangka celaka, kau betul-betul kejam danjahat, Rupanya
di ujung senjatamu telah kau bubuhi racun jahat."
"Benar," sahut Cau-hua lojin dingin. "Aku memang
sudah bubuhkan racun kejipada ujung senjata yang ada
pada lapis baja tersebut. selain obat penawar racun
ramuan khususku, jangan harap ada orang kedua di
dunia ini yang bisa menolong kalian"
Dari sakunya ia ambil keluar sebuah botol porselen,
kemudian melanjutkan "Ini dia obatpenawar racunnya,
Asal kalian berempat manusia buas bersedia untuk
bergabung dengan perguruan Cau-hua-bun-"
Tidak menunggu sampai Cau-hua lojin menyelesaikan
kata-katanya, iblis buas melejit ke udara dan langsung
menerkam orang tua tersebut, berada di tengah udara,
tangan kirinya lepaskan sebuah pukulan dahsyat dari
kejauhan mengarah dada Cu-hua lojin, sementara tangan
kanannya bergerak cepat berusaha merampas botol obat
di tangan orang tua itu.
Cau-hua lojin tertawa dingin, dia ayunkan pula tangan
kanannya menyambut datangnya serangan tersebut
dengan keras melawan keras, segulung tenaga pukulan
yang sangat kuat langsung menyambar ke depan
menumbuk badan iblis jahat. B la a aammmmm
Ketika dua gulung tenaga kekuatan itu saling
menumbuk satu sama lainnya, terjadilah suara ledakan
keras yang memekikkan telinga, Pusaran angin berpusing

2494
berhamburan keempat penjuru, cahaya lilin bergoncang
hampir mati, suasana jadi redup, remang-remang dan
mengerikan.
Gerak tubuh iblis jahat yang sedang menerkam Cauhua
lojin seketika tertahan oleh gempuran itu dan
terpaksa melompat mundur kembali keposisinya semula.
setan gusar yang melihat rekannya terancam, buruburu
mengerahkan tenaga dalamnya sambil
menyongsong datangnya sang rekan, tapi ia sendiri pun
harus mundur beberapa langkah sebelum berhasil
mempertahankan tubuh saudaranya agar tak sampai
roboh.
sebaliknya tubuh Cau-hua lojin sendiripun turut gontai,
kendatipun sebuah pukulannya berhasil memaksa
mundur iblis jahat.
Dengan pandangan mata yang tajam bagai sembilu Li
Tiong-hui awasi Cau-hua lojin ini tanpa berkedip, lalu
katanya: "Situasi dalam dunia persilatan saat ini telah
berubah, sekarang sudah muncul dua blok kekuatan
yang saling bermusuhan- Bila kalian perguruan Cau-huabun
bercita-cita mendirikan blok ketiga di antara dua blok
kekuatan yang saling bertentangan ini, hmmm sama
artinya kau mencari penyakit untuk diri sendiri, Lebih
baik pertimbangkan dulu tawaranku sebelum ambil
keputusan, daripada akhirnya menyesal".
Cau-hua lojin tertawa dingin, "Bila kau terlalu
memojokkan aku, sama artinya memaksa aku untuk
bergabung dengan blok perguruan bunga bwee"
Berubah hebat paras muka Li Tiong-hui sehabis
mendengarperkataan itu, ancamnya: "Baiklah, kalautoh

2495
kau tetap bersikeras dengan pendirian kolotmu, jangan
salahkan kalau aku akan mengambil tindakan tegas"
Selesai berkata, panji kekuasaannya segera
dikebaskan beberapa kali, Menyusul berkibarnya panji
Bengcu itu, tiba-tiba Hongpo Lan mendongakkan
kepalanya dan berpekik nyaring, suaranya keras
bagaipekikan naga sakti yang membumbung tinggi
hingga tembus ke atas awan-
"Waktu sudah tak banyak lagi," ucap Li Tiong-hui
dingin, "Bila kau tidak menyesali keputusanmu itu, suatu
pembantaian besar-besaran segera akan terjadi, jangan
salahkan bila perguruan cau-hua-bun tertumpas dari
muka bumi"
saat itulah dari empat penjuru sekeliling gedung
bangunan itu bergetar suara pekikan nyaring yang saling
bersahut-sahutan, Kembali Li Tiong-hui berkata: "Aku
telah siapkan ratusan orang jago lihai di sekeliling
gedung bangunan ini. Asal kuturunkan perintah, mereka
akan segera turun tangan untuk membumi hangus
seluruh bangunan ini"
Cau-hua lojin mencoba untuk mengamati sumber
suara pekikan itu ia segera menyadari bahwa suara itu
memang datang dari empat penjuru, tapi sikapnya
sangat aneh, ia tidak nampak panik ataupun bingung,
malahan sambil tersenyum ia tetap duduk santai.
Lim Han-kim yang mengikuti jalannya perkembangan
itu, diam-diam berpikir pula: "Gertak sambal Li Tiong-hui
ini nampaknya segera akan memaksa Cau-hua lojin
menuruti kemauannya."

2496
sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar
ujung baju tersampok angin bergema di ruangan
menyusul kemudian tampak dua sosok bayangan
manusia melayang turun dari atas atap rumah.
Lim Han-kim segera mengenali kedua orang itu
sebagai Phang Thian-hua serta Ciu Huang, dalam
gelisahnya kembali ia berpikir: "Bila aku berdiam diri
terus menerus di sini, mereka berdua pasti akan
menaruh curiga kepadaku, tampaknya aku harus
menggunakan taktik lama untuk menyusup masuk ke
dalam ruangan."
Berpikir begitu, dia pun mengayunkan langkahnya
menuju ke dalam ruangan.
Li Tiong-hui menoleh dan memandang Lim Han-kim
sekejap, Baru saja ia hendak menegur, Phang Thian-hua
serta Ciu Huang sudah menyusul masuk pula ke dalam
ruangan.
Ketika Dewa jinsom Phang Thian-hua menyaksikan
Dewa buas maupun sukma murung sudah tergeletak luka
semua di atas tanah, buru-buru ia memberi hormat
kepada Li Tiong-hui sambil berkata: "Tolong tanya
Bengcu, apakah mereka berdua sudah terluka?"
"Yaa" Li Tiong-hui manggut-manggut. "Mereka sudah
dipecundangi cau-hua lo-jin-"
Dengan langkah lebar phang Thian-hua mendekati
kedua orang korban- bungkukkan badan dan periksa
sejenak keadaan lukanya, setelah itu katanya lagi: "Luka
yang mereka derita tak sampai mematikan, namun racun
yang menyusup ke dalam tubuhnya telah merasuk
sangat dalam."

2497
"Masih bisa ditolong?" tanya Li Tiong-hui dengan
kening berkerut,
Phang Thian-hua segera tersenyum, "Selama masih
ada aku orang she-Phang, jangan takut kalau mereka
sampai mati karena keracunan. Kalau aku begini tak
becus, apa gunanya julukan Dewa jinsom dilekatkan
pada namaku?"
"Aku tak percaya kau mampu memunahkan racun
khusus hasil ramuan perguruan Cau-hua-bun" seru Cauhua
lo-jin-
"Kalau tak percaya, bagaimana kalau kita buktikan
bersama?"
Dari sakunya ia keluarkan sebuah botol porselen putih
dan menuang keluar dua butir pil berwarna merah,
katanya kemudian- "Aku manusia dari marga Phang tak
perlu meramu obat khusus. obat anti racun yang kubawa
sekarang sudah lebih dari mampu untuk memunahkan
racun di tubuh mereka"
"Aku tetap tak percaya"
Phang Thian-hua tidak banyak bicara lagi, dicekalnya
mulut Dewa buas lalu sebutir pil berwarna merah
dijejalkan ke dalam mulutnya, setelah itu ia tepuk
punggung iblis tersebut satu kali, Menyusul kemudian ia
cekal pula tubuh sukma murung, dengan cara yang sama
ia jejalkan pula sebutir pil.
Tiba-tiba saja suasana dalam ruangan berubah sangat
hening, perhatian semua orang sama-sama ditujukan ke
arah Dewa buas dan sukma murung sambil menantikan
reaksi dari mereka berdua.

2498
Kejadian ini boleh dibilang merupakan pertarungan
besar bagi reputasi Phang Thian-hua selama hidupnya, ia
sudah terlanjur omong besar tadi. Andai kata dua pil
yang dijejalkan ke mulut Dewa iblis dan sukma murung
gagal mengobati luka racunnya, akibatnya nama besar
Dewa Jinsom yang telah dipupuknya selama puluhan
tahun akan sirna dengan begitu saja.
segenap perhatian Li Tiong-hui tertuju pula ke
masalah tersebut, otomatis dia kesampingkan kehadiran
Lim Han-kim di tempat itu.
Memanfaatkan kesempatan yang sangat baik ini Lim
Han-kim mengundurkan diri ke belakang pintu, Dengan
berdiri di tempat yang agak redup, ia berusaha
menghindari perhatian orang.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, Dewa buas
yang sadar lebih dahulu, Tiba-tiba saja ia melompat
bangun dan duduk. sifat buas, liar dan ganasnya meski
sudah banyak terkendali oleh bimbingan Li Tiong-hui,
namun peristiwa yang mempermalukan dirinya ini sulit
diterima dengan begitu saja, tak bisa dikendalikan lagi
meledaklah sifat buasnya dulu.
sambil membentak keras, ia sambar sepasang kaki
lelaki berbaju kuning itu lalu dengan menggunakan tubuh
orang sebagai senjata, ia hantam dada Cau-hua lojin.
Menyadari bahwa pisau yang tersembunyi di balik baju
lapis baja yang dikenakan anak buahnya mengandung
racun jahat, Cau-hua lojin tak berani menangkis
datangnya serangan itu, tergopoh-gopoh ia
menghindarkan diri ke samping,

2499
"Tahan" bentak Li Tiong-hui mendadak. Biarpun liar
dan ganas namun sikap Dewa buas terhadap Li Tiong-hui
amat penurut dan hormat, begitu mendengar
bentakannya, buru-buru ia mengundurkan diri.
sambil tertawa hambar Phang Thian-hua menoleh
kearah Cau-hua lojin dan mengejek:
"Bagaimana? Aku orang she-Phang tidak mengibul
bukan?"
Cau-hua lojin tidak menjawab, ia menengadah dan
memandang ke atas pohon besar di luar gedung tanpa
mengucapkan sepatah kata pun- Dia seolah-olah
memandang pohon itu dengan terpesona sehingga
terhadap sindiran dari Phang Thian-hua itu bukan cuma
tak menanggapi, menggubris pun tidak.
Li Tiong-hui yang cerdik setelah termenung sejenak
segera mengetahui apa sebab lawannya berbuat begitu,
buru-buru bisiknya kepada Hongpo Lan yang berada di
sisinya:
"Di atas pohon besar di luar halaman sana
bersembunyi tokoh musuh yang mengendalikan
semuanya ini, cepat kau paksa dia agar menampakkan
diri"
Hongpo Lan menyahut, dari sakunya ia loloskan
sebilah pedang pendek lalu sambil melayang keluar ke
halaman depan, serunya seraya mendongakkan
kepalanya memandang puncak pohon- "Bu-lim Bengcu
hadir di sini, sobat dari mana yang sembunyi di sana?
Harap segera menampakkan diri"

2500
suara tertawa cekikikan yang merdu segera bergema
dari puncak pohon, seseorang menyahut: "Hei, adik Li,
hebat betul gayamu"
Menyusul omongan tersebut, sesosok bayangan
manusia melayang turun dari atas pohon, dia adalah
seorang gadis cantik berbaju ringkas warna hitam
dengan mantel berwarna hitam pula.
Mengetahui siapa yang muncul, dengan perasaan
terperanjat Hongpo Lan mundur dua langkah dari posisi
semula.
Terdengar Li Tiong-hui berseru dari dalam ruang
tamu: "Apakah nona seebun yang datang?"
"Betul," jawab Hongpo Lan- "Dia memang ketua
perguruan bunga bwee, seebun Giok-hiong"
Tanpa melirik sekejappun kearah Hongpo Lan, dengan
langkah lebar seebun Giok-hiong langsung berjalan
menuju ke ruang tamu.
Kawanan jago yang menyertai Li Tiong-hui seketika
merasa terkesiap setelah melihat kehadiran gembong
iblis wanita ini, serentak mereka meloloskan senjata
masing-masing.
Hanya Li Tiong-hui serta Ciu Huang berdua yang dapat
mempertahankan ketenangan hatinya tanpa melakukan
sesuatu reaksi. Mereka tetap berdiri tegak pada posisi
semula.
Dengan sorot matanya yang tajam seebun Giok-hiong
melirik sekejap kawanan jago yang hadir dalam ruangan
itu, lalu katanya sambil tertawa: "Akhirnya apa yang
diharapkan nona Li terwujud menjadi kenyataan, kau

2501
berhasil menduduki kursi kebesaran sebagai Bu-lim
Bengcu."
"Enci seebun terlalu memuji"
"sayang kedatangan nona Li terlambat satu langkah,"
kembali seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa,
"Perguruan cau-hua-bun telah mengambil keputusan
untuk berpihak kepadaku, lagi- lagi aku membuat
keinginanmu sia-sia..."
Li Tiong-hui nampak tertegun, sorot matanya segera
dialihkan ke wajah Cau-hua lojin sambil menandaskan-
"Benarkah apa yang dia katakan itu?"
"Benar" sahut cau-hua lojin dengan wajah
bersungguh-sungguh.
Li Tiong-hui segera tertawa hambar, katanya: "Enci
seebun, kelihatannya kau selalu berhasil mendahului aku
dalam hal apa pun, aku sungguh merasa kagum."
"Moga-moga saja apa yang kau ucapkan betul- betul
keluar dari hati sanubarimu, bukan cuma sekedar basabasi."
"Tentu saja aku memujimu sejujurnya, hanya saja..."
"Hanya saja kenapa?"
"Sebuah perguruan kecil macam Cau-hua-bun masih
belum merupakan ancaman yang serius bagi posisi kita
berdua."
seebun Giok-hiong segera tertawa, "saudara Li, bila
kau ingin pertemuan kita malam ini bubar secara baikbaik,
lebih baik tak usah kita bicarakan masalah
perselisihan kita berdua."

2502
" Kalau toh enci seebun tak punya maksud lain pada
pertemuan malam ini, baiklah, biar aku mohon diri lebih
duiu."
"Eeeh... tunggu dulu, tak usah tergesa-gesa pergi"
cegah seebun Giok-hiong mendadak. Agak berubah
wajah Li Tiong-hui, tegurnya: "Kau masih ada urusan apa
lagi?"
"Ada sebuah kabar yang amat buruk perlu
kusampaikan kepada Li Bengcu."
"soal apa?"
sambil membenahi rambutnya yang kusut karena
tertiup angin, seebun Giok-hiong berbisik, "Masalah Pek
si-hiang, nona Pek ..."
"Ada apa dengan nona Pek?" dengan alis melentik
karena rasa tertarik, Li Tiong-hui mendesak.
"Dia sudah mati."
"Kau yang membunuhnya?" hardik Li Tiong-hui penuh
amarah.
"oooh, bukan" sahut seebun Giok-hiong sambil
tertawa, "la mati karena sakit, cuma... kalau kau ingin
membalaskan dendam bagi kematiannya, boleh saja
langsung mencari aku, dengan senang hati akan kulayani
keinginanmu itu..."
Li Tiong-hui merasakan hatinya bergetar keras, nyaris
tak sanggup menahan diri. setelah termangu beberapa
saat barulah ia berteriak: "Aku tak percaya"
"Mau percaya atau tidak terserah pada kau sendiri,"
seebun Giok-hiong tertawa hambar. "Toh, Pek si-hiang

2503
nyata sudah mati, ia tak mungkin bisa bangkit kembali
dari liang kuburnya"
Diam-diam Li Tiong-hui mengatur pernapasannya
untuk menekan gejolak perasaan dalam hatinya, setelah
itu pelan-pelan baru ia berkata: "Bagaimana dengan
kecerdasan serta kemampuan nona Pek bila
dibandingkan dengan kau, Seebun Glok-hiong?"
"Ia masih setingkat lebih unggul dariku" sahut Seebun
Giok hiong sambil tertawa.
"Aku rasa bukan cuma setingkat, bahkan jauh melebihi
kemampuanmu yang tidak seberapa itu."
"Yaa, pandangan tiap orang memang berbeda, Kalau
toh kau menganggap demikian, yaa sudahlah, Anggap
saja pandanganmu memang betul."
Setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan
"Sekalipun dia jauh mengungguli kemampuanku, sayang
hal itu sudah menjadi masa lalu, Selama hidupmu kali ini,
jangan harap bisa bertemu lagi dengan seseorang yang
bernama Pek Si-hiang"
Sementara itu Li Tiong-hui telah mampu
menenangkan kembali perasaannya, ia berkata: "Ketika
aku berpisah dengan nona Pek tempo hari, ia tak pernah
membicarakan masalah penyakit yang dideritanya, Hal ini
menunjukkan bahwa ia tak pernah mempermasalahkan
penyakit yang sedang dideritanya itu."
"Betul aku tidak menyaksikan dengan mata kepala
sendiri bagaimana dia menghembuskan napasnya yang
terakhir, tapi aku sempat melihat keadaannya sewaktu
sekarat jangankan aku, Seebun Glok-hiong, yang

2504
memang mengerti ilmu silat, orang yang mengerti sedikit
ilmu silat atau ilmu pengobatan pun dapat melihat bahwa
ia pasti akan mati akhirnya. Kau boleh percaya boleh
tidak, dan kita pun tak usah mempersoalkan hal ini lebih
jauh."
setelah berhenti sejenak, kembali terusnya: "Masih
ada lagi satu masalah yang teramat penting bagimu,
juga ada kaitannya dengan Pek si-hiang"
"soal apa?"
"soal Lim Han-kim..." bicara sampai di situ, ia sengaja
berhenti.
Betul juga, Li Tiong-hui segera memburu dengan
penasaran: " Kenapa dengan Lim Han-kim?"
"Pek si-hiang telah memanfaatkan keadaannya yang
lemah untuk merebut cinta kasih Lim Han-kim
terhadapnya, mungkin kau kurang percaya bukan
dengan kisah ini?"
Li Tiong-hui segera merasakan pandangan matanya
jadi gelap. hawa darah menggelora di dalam dadanya,
nyaris ia tak sadarkan diri
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
mengawasi wajah Li Tiong-hui tanpa berkedip. sesaat
kemudian baru ia berkata lagi: "Bagaimana? Kau tidak
sakit hati?"
"Tentu saja tidak,"juwab Li Tiong-hui sambil tertawa,
"Lim siangkong adalah pemuda yang tampan dan
romantis, sedang nona Pek seorang gadis cerdik yang
cantik jelita, Mereka memang pasangan yang serasi,

2505
kenapa aku harus sedih? Untuk bergembira pun rasanya
tak sempat..."
"Ha ha ha... aku rasa kau tidak bicara dengan
sejujurnya bukan..." ejek seebun Giok-hiong sambil
tertawa terkekeh-kekeh.
Li Tiong-hui mencoba untuk membangkitkan kembali
semangatnya, katanya seraya tertawa: "Enci seebun,
tampaknya kau tak dapat melupakan Lim Han-kim,
apakah kau juga sangat merindukan kehadirannya?"
"Benar, aku memang amat merindukannya, Tidak
seperti kau, Li Tiong-hui, lain di mulut lain di hati"
"Ooooh, rupanya begitu, tak aneh jika kau
mengharapkan nona Pek cepat-cepat mati," sindir Li
Tiong-hui sambil tertawa.
"Buat apa aku mesti menyumpahinya? sekarang pun ia
sudah mati dan tubuhnya sudah membeku."
Mendadak Li Tiong-hui bangkit berdiri seraya berseru:
"Enci seebun, apa yang ingin kau ucapkan rasanya sudah
selesai kau utarakan bukan?"
"Belum, kalau tadi kita bicarakan soal pribadi, maka
sekarang kita mulai bicara urusan dinas"
Li Tiong-hui mencoba memeriksa keadaan di sekeliling
ruangan. ia baru lega setelah melihat seebun Giok-hiong
tidak mengajak anak buah, pikirnya: "Bila ia tidak
membawa anak buah dan kedatangannya kemari
seorang diri, sekalipun ditambah dengan kekuatan
perguruan Cau-hua-bun pun rasanya kami masih mampu
untuk menghadapi mereka."

2506
setelah membuat persiapan dan perhitungan yang
matang dalam hati kecilnya, dia pun membentak keras:
"Baik, kita bicara soal dinas, aku sudah siap
mendengarkan"
Dengan wajah keren dan serius seebun Giok-hiong
berkata: "sekarang kau telah berhasil mencapai kursi Bulim
bengcu, kemegahan seseorang bila sudah mencapai
pada puncaknya, maka akan tiba gilirannya untuk
menyusut mundur, semestinya kau mengerti bukan,
semua jago di kolong langit bersedia menuruti
perintahmu hal ini disebabkan mereka ingin bersamasama
menghadapi aku, seebun Giok-hiong"
setelah menghembuskan napas panjang, gadis itu
meneruskan: "Aku tak perduli kau berani mengakui atau
tidak, tapi semestinya dalam hati kecilmu pun mengerti
dengan jelas bahwa ketika kau merebut kursi kebesaran
tersebut, aku tidak mencoba mengusikmu dengan
sepenuh tenaga. Aku telah memberi kesempatan
kepadamu untuk merasakan bagaimana bahagianya
menjadi seorang Bu-lim Bengcu. Kini nama besarmu
telah diketahui hampir seantero jagad.-."
"Kau keliru besar" tukas Li Tiong-hui. "Nama besar
keluarga persilatan bukit Hong-san sedikit pun tidak
kalah dengan nama besar seorang Bu-lim Bengcu."
"Jadi kau betul-betul ingin bermusuhan denganku?"
jengek seebun Giok-hiong tertawa.
"Sesungguhnya aku tak punya niat ke sana, tapi
semuanya tergantung bagaimana enci seebun akan
melangkah."

2507
"salahkah bila aku ingin membalaskan dendam bagi
kematian orang tuaku?"
"Bila kau bersedia menyelesaikan masalah tersebut
langsung pada pokok persoalannya, bersedia
mengumpulkan semua jago dari kolong langit untuk
mencari penyelesaian, dengan senang hati aku akan
membantu usaha dan keinginanmu itu"
" Kenapa aku mesti minta bantuanmu untuk
menyelesaikan masalahku?" teriak seebun Giok-hiong
gusar. Dari balik matanya mencorong keluar sinar tajam
yang berapa api hingga ia nampak mengerikan sekali.
setelah berhenti sejenak, kembali ia meneruskan
dengan suara dingin: "Aku tak ingin kau terseret dalam
masalah ini, maka dengan niat baik aku berusaha
membujukmu agar cepat-cepat keluar dari kancah
permasalahan tersebut. Namun bila kau menilai
tindakanku ini sebagai pertanda aku takut padamu, maka
dugaanmu itu akan keliru besar."
"Maksud baik enci seebun biar kuterima dalam hati
saja, tapi sayang aku sudah dipercaya segenap umat
persilatan untuk memegang jabatan sebagai Bu-lim
Bengcu, sudah barang tentu aku tak bisa berpeluk
tangan belaka membiarkan kau berbuat sewenangwenang
dalam dunia persilatan tanpa berusaha untuk
mencegahnya"
Berubah wajah seebun Giok-hiong setelah mendengar
ucapan itu, serunya: "setelah kematian Pek si- hiang, kau
pun sudah kehilangan tulang punggung yang menunjang
kehadiranmu dalam dunia persilatan- Baiklah, kalau toh
kau tetap keras kepala dan tak mau mundur dari sini,

2508
jangan salahkan bila aku seebun Giok-hiong bertindak
keji kepadamu"
"Enci seebun, bila kau enggan menarik diri dan tetap
membuat keonaran dalam dunia persilatan, terpaksa
dengan berat hati aku pun akan tetap memusuhi diri mu"
Hijau membesiparas muka seebun Giok-hiong saking
jengkelnya, tapi setelah termangu sesaat mendadak ia
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... baik, bila fajar telah
menyingsing nanti, kita pun akan berubah jadi musuh
bebuyutan, kalau bukan kau yang mampus tentu aku
yang tewas"
"Bagus, mengingat kita pernah kenal dan punya
hubungan yang cukup baik, malam ini aku pun bersedia
melepaskan perguruan cau-hua-bun dari kebinasaan,"
ucap Li Tiong-hui pelan. Kemudian sambil mengalihkan
pandangan matanya ke wajah Cu-hua lojin, lanjutnya
dengan suara dingin "setelah fajar menyingsing nanti,
perguruan cau-hua-bun akan menjadi musuh umum
seluruh umat persilatan"
"Makin banyak makin bagus" seru Cau-hua lojin
tertawa, "satu-satunya cita-citaku adalah ingin
memperkenalkan ilmu silat perguruan cau-hua-bun kami
ke seluruh dunia persilatan"
Li Tiong-hui tidak banyak bicara lagi, ia kebaskan panji
Bengcu-nya seraya berseru: "Ayoh kita pergi"
Dengan langkah lebar Li Tiong-hui tinggalkan ruang
tamu itu lebih dulu. Li Bun-yang segera mempercepat
langkahnya mendekati Li Tiong-hui, lalu bisiknya:
"Kelihatannya murid termuda dariperguruan cau-hua-bun

2509
yang turun tangan lebih dulu tadi adalah adik
seperguruan Lim Han-kim yang sudah lama lenyap..."
Waktu itu sebenarnya Li Tiong-hui sudah melangkah
keluar dari pintu ruang tamu, ia segera menghentikan
langkahnya setelah mendengar perkataan itu, dan
berusaha menegaskan: "Kau tidak salah melihat?"
"Tak bakal salah"
Pelan-pelan Li Tiong-hui berpaling memandang wajah
seebun Giok-hiong lekat-lekat, kemudian katanya: " Enci
seebun, ada satu permintaan hendak kusampaikan
kepadamu, bersediakah kau untuk mengabulkan?"
"soal apa?"
"Aku harap enci mau mewakili aku untuk meminta
Cau-hua-bun menyerahkan seseorang"
"Menyerahkan seseorang?" walau bagaimana pun
cerdasnya seebun Giok-hiong, agak tertegun juga dia
setelah mendengar perkataan itu.
"Yaa, dia cuma seorang anggota perguruan cau-huabun
yang tak ternama, lagipula kehadirannya di sini baik
memihak kepadamu atau memihak kepadaku juga tak
berarti banyak."
seebun Giok-hiong tidak langsung menjawab, pikirnya:
" Entah permainan busuk apa lagi yang sedang disiapkan
budak ini?" setelah termenung sesaat, ia pun menjawab
dingin "Kalau memang tak berpengaruh banyak bagi kita
berdua, kenapa kau minta orang tersebut?"
"Sederhana sekali alasannya"
"Bisa kau jelaskan?"

2510
"Sebab dia adalah anak murid seorang famili jauhku
yang diculik oleh Cau-hua lojin dan dipaksa untuk
menjadi anggota perguruannya"
seebun Giok-hiong memutar biji matanya melirik Cauhua
lojin sekejap. lalu ia bertanya lagi: "siapa sih orang
itu?"
"Jawab dulu, bersedia atau tidak kau mintakan orang
itu? jika sudah bersedia, akan kujelaskan latar
belakangnya dengan jelas."
Lama sekali seebun Giok-hiong putar otak memikirkan
persoalan itu, kemudian ia baru menjawab: "Bila kau
tidak membohongi aku, pasti kukabulkan permintaanmu
itu"
Baru saja Li Tiong-hui hendak menuding, Li Bun-yang
sudah keburu berseru lebih dulu: "Orang itu tak lain
adalah bocah berpakaian ringkas yang berdiri di samping
cau-hua lojin"
Pelan-pelan seebun Giok-hiong berjalan menghampiri
Yu siau-liong. Ditariknya lengan bocah itu sambil
menegaskan: "Dia yang kau maksudkan?"
"Benar."
seebun Giok-hiong memandang Yu siau-liong sekejap.
kemudian tanyanya lembut: "saudara cilik, apa nama
margamu?"
"Aku bermarga Yu."
"Kau kenal dengan nona Li?"
sebagaimana diketahui Yu siau-liong sudah dicekoki
obat khas bikinan Cau-hua lojin sehingga kecuali nama

2511
marga sendiri, kejadian yang lampau sudah terlupakan
sama sekali, oleh sebab itu dia hanya bisa mengawasi Li
Tiong-hui beberapa saat lamanya dengan mata terbelalak
lebar tanpa berhasil mengenalinya, sesaat kemudian ia
baru menggeleng. "Tidak, aku tak kenal."
seebun Giok-hiong segera alihkan pandangan matanya
ke wajah Cau-hua lojin sambil tanyanya: "siapa dia?"
"Dia adalah guruku" jawab Yu siau-liong cepat
" Kau tak boleh ajukan pertanyaan semacam itu," sela
Li Tiong-hui,
" Usianya relatip masih muda, tentu saja dia tak kenali
aku"
"sekalipun umurnya lebih besar juga tak ada
gunanya" timbrung Phang Thian-hua tiba-tiba. "sebab
Cau-hua-bun telah cekoki obat khusus kepadanya
sehingga apa yang dialaminya di masa lampau sudah
terlupakan sama sekali"
seebun Giok-hiong segera menatap tajam Cau-hua
lojin, ucapnya: "Boleh membiarkan mereka membawanya
pergi?"
Rasa berat hati segera menyelimuti wajah Cau-hua
lojin, katanya dengan nada menderita: "Di antara sekian
banyak muridku, dialah muridku dengan bakat terbaik,
bahkan aku sedang bersiap-siap untuk mendidiknya
dengan sepenuh tenaga agardia bisa mewarisi segenap
kepandaian yang kumiliki. Kalau kubiarkan mereka
membawanya pergi... rasanya kok amat sayang."
"Tidak apa-apa," kata seebun Giok-hiong sambil
tersenyum. "Besok, akan kucarikan lagi seorang bocah

2512
yang lebih berbakat lagi untuk menjadi ahli warismu..."
Kemudian sambil berpaling lagi ke arah Li Tiong-hui, ia
meneruskan
"Baik-baik kau rawat dia" seraya berkata pelan-pelan
dia tepuk batok kepala Yu siau-liong sebanyak dua kali.
Li Tiong-hui bukan bocah kemarin sore yang tak punya
pengetahuan luas, satu ingatan segera melintas dalam
benaknya setelah menyaksikan perbuatan lawannya,
hanya saja perasaan tersebut tak sampai diutarakan
keluar.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata dengan lembut:
"Nah, saudara cilik, sekarang pergilah mengikuti cici itu"
Yu siau-liong berpaling memandang cau-hua lojin dan
seebun Giok-hiong sekejap. wajahnya kelihatan bimbang
dan kebingungan, ternyata ia tidak membantah dan
benar-benar berjalan menuju ke arah Li Tiong-hui.
Dengan lemah lembut Li Tlong-hui menggenggam
tangan Yu siau-liong dengan tangan kirinya, sementara
tangan kanannya secepat kilat menotok dua buah jalan
darah di tubuh bocah itu, kemudian sambil menyerahkan
kepada Li Bun-yang ia berbisik, "Bawa dia pergi"
setelah itu sambil menoleh lagi ke arah seebun Giokhiong,
ujarnya: " nampaknya cici telah berbuat sesuatu
ke atas tubuhnya."
seebun Giok-hiong tersenyum. "Bengcu tidak usah
kelewat curiga, kalau sikapmu kelewat hati-hati dan
pandanganmu kelewat cupat, bagaimana mungkin kau
mampu memimpin segenap orang gagah dari kolong
langit?"

2513
"soal itu cici tak perlu risaukan. Baik-lah, kalau begitu
aku mohon diri lebih dulu." ia membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ.
Terdengar seebun Giok-hiong berseru sambil tertawa:
"saudara cilik itu sudah diberi pil Cau-hua- wan ramuan
khusus perguruan cau-hua-bun, lebih baik layani dia
dengan lebih berhati-hati"
selama ini, cau-hua lojin yang liar dan sukar
dikendalikan ternyata sama sekali tidak memberikan
perlawanan terhadap semua keputusan yang diambil
seebun Giok-hiong. Dia cuma bisa berdiri di samping
dengan wajah termangu.
ciu Huang serta Phang Thian-hua dengan
mengerahkan hawa murninya bersiap sedia bergerak di
paling belakang sambil melakukan perlindungan, dengan
cepat mereka telah membawa Li Tiong-hui sekalian
keluar dari ruang tamu itu.
Lim Han-kim mengerti, dengan dandanannya sekarang
bahkan Li Tiong-hui pun sudah menaruh curiga
kepadanya, berarti ia tak akan mampu mengelabui
seebun Giok-hiong. Asal dia berjalan di bawah cahaya
lampu, maka jejaknya segera akan diketahui seebun
Giok-hiong.
Tapi menyaksikan Li Tiong-hui sekalian telah
membawa pergi Yu siau-liong, ia pun gelisah bercampur
panik, pikirnya: "Tampaknya agak sulit bagiku untuk
menyusup keluar dari ruangan ini tanpa diketahui lawan.
Aku mesti cari tempat yang terbaik untuk
menyembunyikan diri lebih dulu, menunggu sampai

2514
seebun Giok-hiong sudah pergi, baru berusaha
menyusup keluar"
Ternyata seluruh ruangan nampak amat terang
bermandikan cahaya lilin- selain belakang pintu di mana
ia sembunyikan diri sekarang terasa agak remang,
tempat lain boleh dibilang terang benderang semua.
sementara ia masih panik bercampur gelisah,
mendadak seebun Giok-hiong berjalan langsung menuju
ke hadapannya sambil membentak: "siapa di sana?"
"Aduh celaka," pikir Lim Han-kim. "Setelah jejakku
ketahuan, nampaknya sulit bagiku untuk meloloskan diri
hari ini..."
Dalam keadaan demikian, terpaksa ia harus tampilkan
diri dari tempat persembunyiannya .
Ia sadar, kelewat banyak bicara sama artinya memberi
peluang lebih besar kepada seebun Giok-hiong untuk
mengenali dirinya, maka tanpa berbicara sepatah kata
pun ia berjalan langsung menuju ke luar gedung dan
menyusul ke arah Li Tiong-hui dan rombongan tadi
lewat.
Waktu itu Li Tiong-hui baru saja melewati pintu lapis
kedua sementara Ciu Huang dan Phang Thian-hua masih
berada di balik pintu lapis kedua. Tindakan Lim Han-kim
yang langsung melompat keluar dari gedung begitu
tampilkan diri tadi sama sekali di luar dugaan seebun
Giok-hiong, sementara ia masih tertegun, Lim Han-kim
sudah berada dua kaki lebih dari posisinya semula,
Dalam gelisahnya ia segera melejit ke udara sambil
menghardik: "Berhenti"

2515
Dengan kecepatan bagaikan sambaran petir dia
menyusul ke belakang tubuh Lim Han-kim sementara
tangan kanannya langsung melancarkan sebuah
cengkeraman maut
sambil membalikkan badan, Lim Han-kim melepaskan
sebuah serangan balik, memanfaatkan peluang tersebut
badannya melesat lebih cepat lagi ke arah depan.
ilmu silat yang dimiliki seebun Giok-hiong luar biasa
hebat dan lihainya, meskipun dalam keadaan gugup
bercampur cemas, perubahan gerak serangannya
ternyata masih canggih jauh melebihi manusia biasa,
Ketika melihat datangnya serangan balik yang
dilancarkan Lim Han-kim, ia segera menekuk
pergelangan tangannya ke bawah, sementara kelima jari
tangannya dikebaskan mendatar keluar.
Lim Han-kim segera merasakan lengan kanannya
kesemutan, tahu-tahu lengannya menjadi lumpuh dan
kehilangan sama sekali fungsi serta kekuatan tubuhnya.
Namun anak muda tersebut enggan menyerah dengan
begitu saja. sambil menggeretak gigi menahan rasa sakit
yang luar biasa ia lanjutkan gerakan tubuhnya untuk
melompat ke depan dengan sepenuh tenaga. sekali
melompat ia sudah berada satu tombak dari posisi
semula.
seebun Giok-hiong tertawa dingin, bagaikan bayangan
tubuh saja ia menempel terus di belakang anak muda
tersebut dan mengejar tiada hentinya.
BAB 24. Mendapat obat Pemulih Wajah

2516
Dengan ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna, kecepatan gerak seebun Giok-hiong boleh
dibilang bagaikan petir yang membelah bumi, apalagi Lim
Han-kim berada dalam keadaan lengan kanannya terluka,
otomatis gerakan tubuhnya sangat terpengaruh. Tak
heran kalau dalam lompatan tersebut, gadis tersebut
berhasil menyusul ke belakang tubuh Lim Han-kim seraya
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Dengan adanya kejadian tersebut, maka posisi mereka
berdua pun berada sangat dekat dengan pintu lapisan
kedua, sementara itu Ciu Huang telah mempersiapkan
diri menghadapi setiap ancaman yang datang, tatkala
melihat Lim Han-kim segera akan terluka di tangan
seebun Giok-hiong, ia pun membentak keras sambil
melancarkan sebuah pukulan pula untuk menyongsong
datangnya ancaman tersebut. "Nona, jangan kau lukai
orang ini"
Angin pukulan yang kuat dan disertai suara desingan
tajam segera menumbuk ke depan.
Apabila seebun Giok-hiong mengesampingkan
keselamatan dirinya dengan melanjutkan serangan
terhadap Lim Han-kim, meski ia akan berhasil melukai
pemuda tersebut namun dia sendiri juga akan terluka
oleh tenaga pukulan ciu Huang yang maha dahsyat itu.
situasi yang kritis dan sangat berbahaya ini memaksa
seebun Giok-hiong mau tak mau harus menyelamatkan
diri terlebih dulu, Telapak tangan kanannya yang dipakai
untuk menggempur Lim Han-kim mendadak diputar balik
arahnya dan menyongsong datangnya ancaman dari ciu
Huang.

2517
Rupanya Ciu Huang sudah menduga sampai di situ,
maka sewaktu melancarkan serangannya ini dia telah
mengerahkan kekuatan tubuhnya sampai delapan puluh
persen-
Meski ilmu silat seebun Giok-hiong tinggi, namun pos
isi tubuhnya yang masih bergelantungan di udara sangat
tidak menguntungkan baginya. Terlebih lagi ia meski
menyambut serangan itu secara tergopoh-gopoh, alhasil
begitu pukulan baling beradu, tubuhnya segera
berjumpalitan dua kali di udara sebelum berhasil
meluncur turun ke bawah dengan selamat.
Memanfaatkan kesempatan di kala dua orang itu
sedang beradu kekuatan, Lim Han- kim segera melejit ke
udara naik ke atas atap rumah dan melarikan diri dari
sana.
Pada saat itu Li Tiong-hui yang sudah keluar dari pintu
lapis kedua segera mengajak Li Bun-yang balik kembali
setelah mendengar suara ribut di belakang tubuhnya.
Dengan gemas seebun Giok-hiong melototi wajah ciu
Huang, tegurnya ketus: "Mengapa kau melancarkan
serangan untuk menolongnya? Kau tahu siapa dia itu?"
Mula-mula Ciu Huang tertegun, menyusul kemudian
sahutnya sambil tertawa hambar: "Ditinjau dari niat nona
seebun hendak membunuhnya, jelas dia bukan anak
buahmu, terlebih bukan anggota perguruan dari Cauhua-
bun."
"Jadi dia anak buahmu?" seru seebun Giok-hiong
dengan alis mata berkernyit.

2518
Li Tiong-hui berpaling memandang sekejap para jago
yang berada di sekitarnya, kemudian menggeleng:
"Bukan, dia bukan anak buahku. Aku, Li Tiong-hui,
datang secara terbuka dan blak-blakan, kenapa mesti
berbuat munafik?"
"Hmmm, dalam posisi saling bermusuhan sekarang
bisa muncul sebuah perguruan Cau-hua-bun, masa tak
mungkin akan muncul pula perguruan lain yang ingin
meraih keuntungan di air keruh?"
Li Tiong-hui mengangkat wajahnya memandang
kedelapan malam yang membentang di mata, setelah
yakin tak nampak lagi bayangan tubuh Lim Han- kim, ia
menjawab sambil tertawa jengah: "Tapi sayang
perguruan cau-hua-bun sudah berpihak pada cici."
setelah berhenti sejenak. la meneruskan: "Terlepas
siapa gerangan dia sesungguhnya, toh orangnya sudah
lenyap tak berbekas, buat apa kita persoalkan lagi?"
Dengan sorot mata yang tajam pelan-pelan seebun
Giok-hiong menyapu sekejap wajah para jago yang
diajak Li Tiong-hui, lalu katanya dengan suara dingin: "Li
Tiong-hui, bersama terbitnya sinar fajar esok pagi,
hubungan kita selama ini pun akan mengikuti kegelapan
malam lenyap dari pandangan mata. sejak itu kita adalah
musuh bebuyutan, kita menghalalkan segala cara untuk
saling menjatuhkan pihak lawannya, permusuhan ini baru
berakhir bila salah satu pihak telah punah, ingat baikbaik
perkataanku ini, nah, sekarang kau boleh pergi"
Li Tiong-hui tidak menanggapi, ia segera memberi
tanda kepada anak buahnya agar mundur dari tempat

2519
itu. Dalam waktu singkat di tempat tersebut hanya
tinggal Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong berdua saja.
"Apa lagi yang hendak kau sampaikan?" tegur seebun
Giok-hiong sambil pelan-pelan mengangkat tangan
kanannya.
Dengan cepat Li Tiong-hui dapat melihat, kelima jari
tangan seebun Giok-hiong yang ramping dan halus itu
tiba-tiba membesar berapa kali lipat, hal tersebut segera
mengejutkan hatinya.
Namun di wajahnya ia tetap mempertahankan
ketenangan hatinya, pelan-pelan ujarnya: "Sekarang
fajar belum menyingsing, kita masih punya waktu satu
jam lebih untuk bercakap-cakap sebagai sesama
saudara."
Paras muka seebun Giok-hiong nampak amat keren
dan serius, setelah mendengar perkataan mana, pelanpelan
ia turunkan kembali tangan kanannya seraya
menegur "Apa yang hendak kau sampaikan?"
"sekalipun Pek si-hiang benar-benar sudah mati,
belum tentu kau mampu memenangkan pertarungan ini,"
kata Li Tiong-hui.
"Kenapa? Apakah karena di dunia ini seorang manusia
bernama Li Tiong-hui masih tetap hidup?"
"Berbicara dari tingkat ilmu silat yang kau miliki, bukan
masalah sukar bila ingin membunuhku. Cuma seorang Li
Tiong-hui berhasil kau bunuh, masih ada ratusan bahkan
ribuan Li Tiong-hui lain yang akan muncul untuk
menentangmu. selama ratusan tahun sejarah, pelbagai
kekacauan dan keributan pernah melanda dunia

2520
persilatan tapi ratusan tahun kemudian keadaan dunia
persilatan toh tetap sama seperti sedia kala, belum
pernah ada seorang tokoh cerdik berilmu silat tinggi yang
mampu mengubah situasi dunia ini hingga keadilan dan
kebenaran musnah dari muka bumi.
Bagaimana pun kuat dan ampuhnya cici, aku tetap
hanya seorang, sebaliknya, dihitung dari aku, Li Tionghui,
selama ini sudah ada puluhan bahkan ratusan orang
Bu-lim Bengcu yang telah mati, patah tumbuh hilang
berganti.
Di dunia persilatan selamanya tetap ada seorang Bulim
bengcu yang memimpin sebaliknya di dunia ini cuma
ada seebun Giok-hiong seorang saja, Bila kau mati,
segala sesuatunya pun akan turut musnah, lenyap tak
berbekas"
"ooooh,jadi kau sedang memberi pelajaran
kepadaku?" sela seebun Giok-hiong dingin-
"Aku hanya bermaksud membujukmu dengan setulus
hati."
"Maksud baikmu tak berani kuterima."
"Kalau begitu anggap saja aku yang banyak bicara"
seebun Giok-hiong mengangkat kepalanya
memandang sekejap kepada Li Tiong-hui, tiba-tiba
tanyanya: "Apa yang kau kenakan pada sanggulmu itu?"
"Sebatang tusuk konde emas."
"Boleh kau pinjamkan sebentar kepadaku?"
Li Tiong-hui meloloskan tusuk konde itu dari
sanggulnya dan menyodorkannya ke hadapan seebun

2521
Giok-hiong. "Biia cici suka, anggaplah tusuk konde itu
sebagai tanda mata dariku," ucapnya.
seebun Giok-hiong menerima tusuk konde itu dengan
tangan kirinya, kemudian meletakkannya di tangan
kanan dan menggenggamnya kuat-kuat. setelah itu
ujarnya dingin: " Kukembalikan padamu"
Kelima jari tangannya direntangkan dan tusuk konde
itu diangkat tinggi-tinggi pada telapak tangannya.
Li Tiong-hui melihat tusuk konde itu masih tetap utuh
seperti sediakala, maka setelah termenung berpikir
sejenak, pelan-pelan dia ulurkan tangannya untuk
menerima kembali tusuk konde tadi.
siapa tahu, begitu tusuk konde itu terangkat dari
telapak tangan seebun Giok-hiong, tahu-tahu benda itu
hancur lebur menjadi serbuk halus dan tersebar ke
mana-mana.
Melihat itu sambil tertawa dan membungkukkan badan
memberi hormat, Li Tiong-hui berseru: "Terima kasih cici,
atas kebaikanmu yang tak sampai melukai aku."
"Bila fajar telah menyingsing esok pagi, kau harus
berhati-hati"
"cici sendiri juga perlu menjaga diri baik-baik" selesai
berkata ia membalikkan badan dan beranjak pergi dari
situ dengan langkah lebar.
Dengan mengerahkan segenap tenaga yang dimiliki
Lim Han- kim berlarian kencang meninggalkan gedung
bangunan tersebut, dalam waktu singkat ia sudah
menempuh perjalanan sejauh belasan li sebelum
menghentikan perjalanannya.

2522
Ketika melayangkan pandangan matanya ke sekeliling
tempat itu, terlihat ia sudah berada di luar kota yang
amat sepi, Dalam usahanya melarikan diri tadi, pemuda
ini hanya berpikir bagaimana menyelamatkan diri
secepatnya hingga lupa dengan luka pada lengannya.
setelah berhenti sekarang, ia baru merasakan lengan
kanannya sudah kaku dan mati rasa.
Lim Han- kim mencoba untuk menggerakkannya,
ternyata lengan tersebut sudah tak mau menuruti
perintahnya lagi, dengan perasaan terkesiap segera
pikirnya: " Celaka, bila lengan kananku sampai menjadi
cacad, aku benar-benar menjadi manusia yang tak
berguna"
Pengembaraan selama berhari-hari membuat sifat
angkuh dan tinggi hatinya dulu lenyap sebagian besar
setelah termenung beberapa saat lamanya, ia berhasil
memulihkan kembali ketenangan hatinya.
Waktu itu dalam hatinya hanya tersisa beberapa
keinginan yang belum terkabul Rusaknya wajah dan
cacadnya lengan membuat semangatnya hampir saja
punah. Kini satu-satunya keinginan yang tersisa hanyalah
bagaimana caranya menghubungi Yu siau-liong,
membuatnya tersadar kembali dengan asal-usulnya serta
membawanya pulang ke rumah.
Setelah itu dia ingin membuktikan ucapan Seebun
Giok-hiong, apa benar Pek Si-hiang telah mati, atau
apakah ia jadi mempelajari ilmu sesat hingga sembuh
dari penyakitnya. Dan terakhir dia ingin pulang ke dusun
untuk menjenguk ibunya yang sudah tua. Bila semua
keinginannya berhasil dipenuhi, dia berencana untuk

2523
mencari sebuah tempat yang terpencil danjauh dari
keramaian manusia untuk hidup seorang diri hingga akhir
hayat.
Ia mengangkat wajahnya memandang bintang yang
bertaburan di angkasa dan meneruskan perjalanannya
dengan pikiran kosong, pengalaman tragis yang
dialaminya, pukulan batin yang dideritanya membuatnya
benar-benar putus asa dan kecewa.
Dia tak ingin membayangkan kembali kejadian yang
telah lewat, lebih-lebih tak ingin membayangkan apa
yang bakal terjadi di kemudian hari.
Ia berjalan terus dengan pikiran kosong, tidak tahu
arah tidak tahu tujuan, Mendadak dari belakang
tubuhnya terdengar seseorang memanggilnya dengan
suara yang merdu: "Lim Han-kim"
seolah-olah tak percaya kalau di dunia ini masih ada
manusia yang mengenalinya Lim Han-kim menghentikan
langkahnya, berpaling dan bertanya agak bimbang: "Kau
memanggil aku?"
Helaan napas sedih bergema memecahkan
keheningan: "Aaaai... ternyata memang betul kau"
Di bawah cahaya bintang yang redup pelan-pelan
berjalan mendekat seebun Giok-hiong.
Begitu melihat jelas wajah si pendatang, pikiran Lim
Han-kim yang bingung segera tersadar dan jernih
kembali, dengan amarah yang meluap serunya ketus:
"Kau sudah mencelakai aku, membuat aku menderita
seperti ini, apakah kau belum puas untuk melepaskan
aku dengan begitu saja?"

2524
Dengan penuh lemah lembut seebun Giok-hiong
menggenggam lengan kanan LimHan-kim, lalu ujarnya
halus: "Aku telah melukai lengan kananmu dengan ilmu
pemisah nadi, jika tak diobati secepatnya, lenganmu
akan lumpuh dan kau bakal cacad seumur hidup."
"Biar lenganku menjadi cacad juga tak mengapa, aku
Lim Han- kim, sudah tidak perduli lagi" teriak Lim Hankim
sambil meronta melepaskan diri dari genggaman
lawan.
Dengan mata yang bening dan lembut seebun Giokhiong
menatap wajah pemuda itu lekat-lekat, lalu
katanya: "Ada satu hal, aku perlu minta maaf
kepadamu."
"Tidak apa-apa, semua orang gagah di kolong langit
adalah musuh besarmu. Bila kau baru puas setelah
membunuh habis mereka semua, silakan kau lakukan
sekehendak hatimu."
"Itu berbeda sekali, Mereka tak punya hubungan batin
denganku Aku tak perlu bersimpati, menaruh belas
kasihan atau rasa menyesal kepada mereka, tapi
terhadap kau tidak."
"Biar aku, Lim Han-kim, mati terlantar di tengah jalan
pun tak usah kau menaruh belas kasihan padaku, Aku
tak butuh rasa simpatimu" tukas anak muda itu ketus.
"sikapku ini bukan sikap simpati atau menaruh belas
kasihan padamu, tapi semacam rasa menyesal yang
sukar diutarakan dengan perkataan."

2525
"Rasa menyesal? Aneh, sungguh aneh Manusia
semacam kau pun bisa memiliki rasa menyesai, ini baru
berita langka namanya"
"Kau berbeda sekali dengan orang lain, sebab kau
adalah seorang lelaki sejati, seorang lelaki jantan..."
"Terima kasih banyak untuk pujianmu itu, maaf, aku
tak kuat untuk menerimanya."
"Percayalah, Aku bicara sejujurnya. Kata-kataku
muncul dari hati sanubariku yang paling dalam, tapi
kalau kau tak percaya... yaaa sudahlah, aku toh tak bisa
memaksamu untuk percaya "
Mendadak Lim Han-kim tertawa ter-bahak-bahak. "Ha
ha ha... percaya atau tidak bukan masalah yang amat
penting bagiku, Nah, nona, baik-baik menjaga diri" ia
membalikkan tubuh dan meneruskan perjalanan dengan
bertukar arah yang berbeda.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, di
tengah hembusan angin harum yang semerbak seebun
Giok-hiong telah menghadang kembali di hadapannya.
"Lim Han-kim" ujarnya, "Aku tak mau tahu kau setuju
atau tidak. pokoknya aku harus sembuhkan luka pada
lenganmu itu kemudian baru memberitahukan sesuatu
hal kepadamu."
Lim Han-kim mengerti mustahil baginya untuk
melawan kehendak gadis tersebut, sambil menjulurkan
lengannya ke depan ia berkata: "Kurang hormat rasanya
jika kutampik terus kemauanmu, Nah, silakan turun
tangan"

2526
Dengan tangannya yang halus dan lembut seebun
Giok-hiong mulai bekerja menguruti lengan kanan
pemuda tersebut, sementara Lim Han-kim membuang
pandangan matanya ke arah lain, memandang bintang
yang bertaburan di angkasa.
Urutan sepasang tangan yang halus lembut tak
bertulang dari gadis cantik jelita semestinya merupakan
suatu kenikmatan yang luar biasa bagi kaum pria, namun
sikap Lim Han-kim sangat dingin, kaku dan ketus,
berbeda sekali dengan penampilan pada umumnya.
Lebih kurang sepeminum teh kemudian Seebun Giokhiong
baru menarik kembali lengannya sambil berbisik,
"Nah, beres sudah Peredaran darahmu sudah lancar
kembali"
"Terima kasih banyak untuk pertolongan nona" tukas
Lim Han- kim ketus, selesai berkata ia segera beranjak
pergi dari situ.
"Berhenti" bentak seebun Giok-hiong dengan kening
berkerut.
Lim Han- kim menghentikan langkahnya, membalikkan
badan dan menegur dengan nada tak senang: "Masih
ada urusan apa lagi nona?"
Dari sakunya seebun Giok-hiong mengeluarkan sebuah
botol porselen lalu sambil menyodorkannya ke hadapan
pemuda itu ia berkata: "Dengan cairan obat dalam botol
ini, kau bisa menghapus semua warna-warni yang
menghiasi wajahmu dan kau akan memperoleh kembali
wajahmu seperti sedia kala."

2527
"Terima kasih untuk pemberian obat- mu," kata Lim
Han- kim sambil menerima botol porselen itu
"Masih ada satu persoalan lagi perlu kusampaikan
kepadamu, aku berharap kau tidak bersedih hati setelah
mendengar nanti."
Lim Han- kim segera merasakan jantungnya berdebar
keras, sambil menahan gejolak perasaan hatinya ia
berseru: "Apakah Pek si-hiang sudah wafat?"
"Benar, penyakitnya sudah merasuk ke dalam tulang
sumsumnya, jangankan manusia biasa, biar Tabib Hoa
Tho menitis kembali pun belum tentu mampu untuk
menyembuhkan penyakit tersebut,"
Tiba-tiba Lim Han- kim membalikkan tubuhnya,
Dengan sorot mata yang tajam ditatapnya wajah seebun
Giok-hiong tanpa berkedip. lalu sepatah demi sepatah ia
berkata: "Kau telah membunuhnya? "
seebun Giok-hiong tertunduk lesu: "Aaaai..." bisiknya,
"Meskipun aku berniat untuk melakukan hal tersebut..."
"Kau telah berjanji kepadaku untuk tidak
mencelakainya, kenapa kau ingkari janjimu itu?" tukas
Lim Han-kim penuh amarah.
"satu hari Pek si-hiang tidak mati, sehari pula aku
makan tak enak tidur tak nyenyak. Tapi kau jangan
kuatir, aku tidak mencelakainya, bahkan menyentuh
badannya pun tidak. Tatkala aku tiba di pesanggrahan
pengubur bunga, saat itu Hiang-kiok dan siok- bwee
sedang mengebumikan jenasahnya . "
"Sungguh?" Lim Han-kim termangu "sungguh Malah
aku sempat membuka sendiri penutup peti matinya, aku

2528
melihat sendiri jenasahnya berbaring kaku dalam peti
mati. Aku baru berlalu setelah bersembahyang di depan
pusaranya."
"Jadi kau yang mendesaknya hingga mati?" sela Lim
Han-kim dengan rasa geram.
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya berulang kali,
sambil membetulkan rambutnya yang kusut ia
melanjutkan kata-katanya: "sebenarnya maksud
kedatanganku ke situ memang berniat menghabisi
nyawanya, tapi kedatanganku terlambat, aku sudah tak
punya kesempatan lagi untuk turun tangan-.."
setelah menghela napas panjang, seebun Giok-hiong
meneruskan: "Kendatipun bukan aku yang
membunuhnya,tapi terhadap kau, aku tetap mempunyai
rasa menyesal yang sangat dalam."
Lim Han- kim merasa darah yang mengalir dalam
rongga dadanya menggelora keras, Kalau bisa, dia ingin
membacok tubuh seebun Giok-hiong hingga terbelah
menjadi dua bagian, Tapi dia pun sadar bahwa selisih
ilmu silat mereka terlalu jauh. Bagaimana pun ampuhnya
dia, akhirnya tetap bukan tandingan gadis tersebut,
maka sambil berusaha menahan emosi katanya dingin:
"Betul kau tidak langsung membunuhnya, tapi ia baru
nekat bunuh diri setelah kau mendesaknya terus hingga
terpojok dan tak punya jalan mundur lagi."
"Kau keliru, aku tak pernah mendesaknya. ia mati
karena penyakit menahun yang dideritanya Aaaai...
sungguh ganas penyakit itu sampai-sampai manusia
tangguh macam Pek si-hiang pun tak sanggup
meloloskan diri dari cengkeraman elmaut"

2529
"Kalau memang kau tak pernah mengusiknya barang
seujung rambut pun, kenapa pula kau menaruh rasa
menyesal yang dalam terhadapku?"
"Walaupun aku belum sempat turun tangan untuk
membunuhnya, paling tidak pikiran hendak
membunuhnya pernah melintas dalam benakku, Aku
telah ingkar janji dengan mendatangi pesanggrahan
pengubur bunga, misalnya waktu itu dia belum mati. Aku
tak akan melepaskannya dengan begitu saja, tapi
kenyataannya ia telah mati..."
"Hmmm, kau boleh tidur dengan nyenyak sekarang,"
sindir Lim Han- kim dingin, "Dalam kolong langit yang
luas ini, kau sudah tak akan menjumpai orang yang
mampu mengalahkan dirimu lagi."
"Pikiranku justru terbalik dengan jalan pikiranmu itu.
sekarang, timbul rasa menyesal dalam hati kecilku..."
"Ha ha ha..." Lim Han- kim tertawa keras, "Pek sihiang
sudah menjadi almarhum sekarang, lebih baik
nona seebun tak usah berpura-pura lagi... macam kucing
menangisi tikus saja..."
seebun Giok-hiong menghela napas sedih, "Aku
berbicara dengan sejujurnya, Kalau kau tetap tak
percaya, yaa sudahlah, toh aku tak mungkin bisa
memaksamu untuk percaya, Kini aku telah satu kali
ingkar janji, sebagai gantinya aku bersedia mengabulkan
tiga buah permintaanmu. Kau boleh ajukan
permintaanmu itu kapan saja dandi mana saja, asal
permintaan itu sudah kau ucapkan, aku pasti akan
berusaha untuk melaksanakannya"

2530
"Kini nona Pek sudah mati," sela Lim Han- kim pedih,
"Sekalipun kau bersedia melakukan tiga ratus bahkan
tiga ribu permintaanku juga tak ada gunanya"
"Jadi kau benar-benar mencintainya?" seru seebun
Giok-hiong dengan wajah tertegun.
"Benar, dalam hatiku hanya ada nona Pek seorang"
Dua baris air mata jatuh berderai membasahi pipinya,
belum selesai kata-kata itu diucapkan, ia sudah putar
badan dan berlalu dari situ.
"Hey Lim Han- kim" teriak seebun Giok-hiong keraskeras,
"Tunggu dulu, aku masih ingin bicara"
walaupun Lim Han- kim mendengar suara teriakan
tersebut namun ia tidak menggubris, larinya justru
dipercepat.
Dengan wajah termangu-mangu seebun Giok-hiong
mengawasi bayangan punggung Lim Han- kim hingga
lenyap dari pandangan, setelah itu dia baru menghela
napas sedih dan berjalan balik ke arah semula.
Lim Han- kim tidak tahu berapa lama ia sudah berlari.
Dia juga tak tahu berapa jauh perjalanan sudah
ditempuh. Tatkala fajar sudah mulai menyingsing dan
cahaya sang surya mulai menerangi jagad, baru ia
memperlambat langkahnya.
semasa Pek si-hiang masih hidup, ia belum merasakan
apa-apa, tapi begitu mendengar berita duka tentang
kematian gadis tersebut, ia baru sadar bahwa gadis
lemah penuh penyakitan yang cantik dan lembut itu
ternyata mempunyai kedudukan yang begitu penting

2531
dalam hatinya, perasaan sedih yang luar biasa segera
menyelimuti benaknya.
Nada bicara seebun Giok-hiong yang begitu
meyakinkan membuat Lim Han-kim mau tak mau harus
mempercayai berita tersebut. Kalau tadinya dia masih
menaruh sedikit harapan, maka kini harapannya sirna
sudah. Dikebasnya embun yang membasahi bajunya lalu
meneruskan kembali perjalanannya ke depan.
pengalaman serta derita yang dialaminya selama ini telah
mengubah pemuda ini menjadi lebih tabah dan kokoh,
meskipun pukulan batin yang diterimanya akibat
kematian Pek si-hiang teramat berat, akan tetapi ia
masih sanggup untuk menahan diri
Mula-mula dia berniat pulang ke pesanggrahan
pengubur bunga, Namun ia segera ingat bahwa
kepergiannya ke pesanggrahan tersebut, apalagi bila
menyaksikan pusara Pek si-hiang, dirinya pasti tak
sanggup mengendalikan diri, maka niat itu segera
diurungkan.
Dia pun berharap andaikata gadis itu belum mati, tapi
sedang melatih ilmu sesatnya, kedatangan yang tak
terduga itu tentu akan mengusik ketenangannya.
Karena pikiran itu dia ambil keputusan untuk
manfaatkan peluang yang ada guna menyelesaikan dulu
masalahnya yang belum selesai, kemudian baru
berangkat ke pesanggrahan pengubur bunga.
Saat itu apabila Pek Si-hiang masih hidup, ilmu
sesatnya pasti sudah berhasil dikuasai, berarti mereka
pasti dapat bertemu kembali. sebaliknya jika gadis itu

2532
sudah mati, dia pun bisa gunakan kesempatan itu untuk
sembahyang di depan pusaranya.
Berpikir sampai di situ, semangatnya segera bangkit
kembali. sambil meraba botol porselen dalam sakunya, ia
berpikir "Kata seebun Giok-hiong, obat pemberiannya
bisa menghilangkan warna-warni yang melekat di
wajahku, perduli amat dia bohong atau tidak, kenapa tak
kucoba lebih dulu?"
Buru-buru ia menempuh perjalanan menuju ke tepi
sebuah selokan Diambilnya botol porselen itu dan dibuka
penutupnya, sebelum obat tadi dipoleskan ke wajahnya
untuk menghilangkan warna-warni yang melekat di situ,
satu ingatan kembali melintas dalam benaknya.
"Kalau Pek si-hiang betul-betul sudah mati, buat apa
kupulihkan kembali wajahku? Kalau kaum wanita
mementingkan soal wajah, kenapa aku Lim Han- kim
tidak menyimpan wajah jelekku ini sebagai kenangan
baginya?"
Berpikir begitu, ia simpan kembali botol obat itu dan
melanjutkan kembali perjalanannya dengan langkah
lebar. setelah ada pengalaman beberapa kali, ia mengerti
bahwa pertentangan antara seebun Giok-hiong dengan Li
Tiong-hui telah berkembang sampai ke dalam rumah
makan maupun penginapan, berarti dalam tiap
langkahnya ia harus lebih berhati-hati lagi.
Dengan bersalin rupa dan melakukan pengamatan
secara diam-diam, ia temukan bahwa suasana tegang
benar-benar menyelimuti setiap sudut dunia persilatan.
Banyak sekali orang-orang persilatan yang menggembol

2533
senjata hilir mudik dengan langkah cepat, satu demi satu
rombongan saling menyusul tiada habisnya.
Yang aneh, kawanan manusia itu tidak menuju ke
arah yang sama, Kalau hari ini ada satu rombongan
menuju ke arah timur, maka besoknya akan muncul
rombongan lain menuju ke barat. satu hal yang jelas,
mereka adalah kawanan jago berilmu tinggi.
Menarik kesimpulan dari kejadian ini bisa diketahui
bahwa perselisihan antara Li Tiong-hui dengan Seebun
Glok-hiong telah mencapai puncaknya dan kedua belah
pihak sudah mulai saling menggempur dan membunuh,
pengalaman yang diperoleh bertubi-tubi membuat
penyamaran Lim Han-kim mendekati kesempurnaan-
Sikap maupun tingkah lakunya sangat mendukung
penyaruan itu, tak heran kalau penyamarannya sama
sekali tak dicurigai orang kendatipun amat sering ia
berjumpa dengan kawanan jago dari dunia persilatan-
Tengah hari ini, Lim Han-kim yang menyamar sebagai
seorang kakek penjual buah, dengan membawa sepikul
buah-buahan tiba di sebuah persimpangan jalan-
Tampak noda darah berceceran sepanjang jalan, di
tepi sawah tergeletak empat sosok mayat lelaki
berpakaian ringkas serta seekor kuda yang terluka parah,
pemandangan semacam ini rasanya amat memilukan
hati, membuat Lim Han-kim tertegun dan gelengkan
kepalanya berulang kali.
Sambil menurunkan barang dagangannya, ia
menghela napas panjang sambil berpikir "Di depan
mataku sekarang terbentang suatu badai pembunuhan
yang amat mengerikan- Sebagai seorang lelaki sejati,

2534
haruskah aku cuci tangan dan tidak mencampuri urusan
ini? Apakah harus kubiarkan tragedi demi tragedi
berlangsung di dunia ini?"
Sementara ia masih termenung, mendadak terdengar
suara derap kaki kuda yang kencang bergema menuju ke
arahnya.
Ketika berpaling, ia saksikan seseorang dengan
bermandikan darah segar tertelungkup di atas punggung
kuda yang berlari kencang. Di belakang kuda itu
mengikuti dua orang lelaki bergolok besar yang sedang
mengejar dengan ketatnya.
"Kejam amat para pengejar itu," pikir Lim Han-kim
kemudian "Padahal orang itu sudah terluka parah, tapi
mereka belum mau juga melepaskan korbannya, Masa
mereka baru puas setelah korbannya terbunuh?"
Perasaan mendongkol dan tak puas segera muncul
dalam benaknya, Mendadak ia sambar pikulannya lalu
dengan membentak keras ia lepaskan sebuah sapuan
maut ke arah dua orang pengejar itu dengan jurus
Menghadang Gulungan ombak Besar.
Mimpi pun kedua orang pengejar itu tak mengira kalau
seorang kakek penjual buah yang amat bersahaja
ternyata berani mencampuri urusan dunia persilatan
yang penuh keruwetan dan pembunuhan ini, terlebih
serangan yang dilepaskan ternyata luar biasa hebatnya.
Untuk sesaat mereka jadi gugup dan tak tahu apa
yang mesti diperbuatnya, Terdengar jeritan ngeri
bergema memecahkan keheningan. Lelaki di sebelah
kanan yang berada paling depan termakan pinggangnya

2535
oleh babatan pikulan buah itu. Tubuhnya segera
mencelat ke udara dan terlempar lebih kurang satu
tombak dari posisi semula.
Di saat Lim Han-kim berhasil menghajar lelaki di
sebelah kanan itulah, lelaki bergolok di sebelah kiri itu
sudah melintas lewat dari sisi tubuh Lim Han-kim.
Dalam sekilas pandangan Lim Han-kim dapat melihat
di pelana kuda tunggangan orang itu ternyata tergantung
empat butir batok kepala manusia yang masih
berpelepotan darah,
kejadian ini kontan saja mengobarkan hawa
amarahnya, pikirnya: "Betul- betul keterlaluan ia sudah
berhasil membunuh orang, tapi tak rela melepaskan
seseorang yang sudah terluka begitu parah. Manusia
semacam ini tak boleh diampuni lagi"
Tongkat pikulannya segera disambit ke muka. Dengan
kecepatan bagaikan sambaran petir, benda itu meluncur
ke muka dan langsung menghantam punggung orang
tersebut.
Waktu itu, lelaki tersebut sedang pusatkan semua
perhatiannya untuk memenggal batok kepala lawannya
yang terluka parah tanpa perdulikan keselamatan teman
sendiri Tubuhnya sudah tiba di belakang korbannya dan
senjata yang diayunkan sudah siap memotong batok
kepalanya.
siapa tahu pada saat itulah sambitan pikulan Lim Hankim
telah meluncur sampai dan menghajar telak
punggungnya, Tak ampun ia menjerit ngeri dan
tubuhnya roboh terjungkal ke atas tanah.

2536
serangan yang dilancarkan Lim Han-kim kali ini berat
dan kuat sekalipun tak sampai merenggut nyawa kedua
orang itu, paling tidak cukup membuat mereka berdua
terluka parah.
Lelaki terluka parah yang baru saja lolos dari
cengkeraman maut itu tampaknya sama sekali tidak
menyadari apa yang terjadipada dirinya, Kuda
tunggangannya tetap dilarikan kencang-kencang, dalam
sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata.
Lim Han-kim berpaling memandang sekejap dua lelaki
yang baru dihantamnya sampai terluka parah itu,
kemudian mengangkat kembali keranjang buahnya dan
melanjutkan perjalanan.
Lelaki bergolok yang kena hantam belakangan
menderita luka agak enteng, setelah istirahat beberapa
saat ia sudah dapat bangkit serta duduk kembali, namun
sejauh mata memandang di sana tak lagi nampak
sesosok bayangan manusia pun, suasana amat hening.
Akhirnya dia atur pernapasan beberapa saat untuk
memulihkan kembali kekuatan badannya, kemudian baru
bangkit berdiri, menghampiri rekannya serta
membimbingnya bangun.
Namun begitu badannya digerakkan, orang itu segera
berkaok-kaok kesakitan. Tampaknya hantaman tongkat
pemikul dari Lim Han-kim tadi telah mematahkan lima
kerat tulang iganya.
Dalam saat itu Lim Han-kim dengan memikul
keranjang buah- buahannya telah menempuh perjalanan
sejauh enam-tujuh li sebelum memperlambat langkah

2537
kakinya. Dari hadapan mukanya kedengaran suara
ringkikan kuda yang amat ramai, disusul muncul belasan
ekor kuda yang berlarian secepat angin.
Menyaksikan adegan ini diam-diam anak muda itui
menghela napas panjang, pikirnya: "Aaaai... betul-betul
sebuah tragedi yang memedihkan hati. sebuah badai
pembunuhan yang mengerikan dalam dunia persilatan-"
Lambat laun langit pun mulai diselimuti warna hitam
karena malam semakin kelam, saat itu Lim Han-kim
sudah tiba di tengah sebuah dusun yang amat kecil.
Dusun tersebut hanya terdiri dari lima- enam buah
rumah, bangunan gubuknya amat sederhana tapi
suasana amat bersih dan rapi.
Lim Han-kim memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian pikirnya: "Kalau dilihat begitu bersih dan
rapinya dusun ini, rasa-rasanya penghuni tempat ini
bukan keluarga sembarangan"
Berpikir sampai di sini, ia turunkan keranjang buahnya
ke tanah lalu pelan-pelan berjalan mendekati sebuah
bangunan rumah.
Melihat pintu halaman tertutup rapat, pemuda itu
segera mendorongnya, Kedua belah pintu kayu itu
segera terpentang lebar, nampaknya memang tak
dikunci.
Belum sempat anak muda itu melangkah masuk. tibatiba
dari balik pintu muncul sebuah lengan yang secepat
sambaran kilat langsung mencengkeram pergelangan
tangan kanan Lim Han-kim.

2538
Baru saja pemuda itu hendak melawan, mendadak
satu ingatan melintas lewat ia batalkan niatnya untuk
melawan dan membiarkan kelima jari tangan orang
tersebut menggenggam pergelangan tangan kanannya.
segulung tenaga kekuatan yang amat besar segera
membetotnya ke depan hingga tak bisa dicegah
badannya terbetot masuk ke dalam ruangan bangunan
itu Lim Han-kim tetap berlagak seolah-olah tak mengerti
ilmu silat, sambil membiarkan dirinya diatur orang
tersebut serunya: "Maafkan aku si tua bangka, aku tak
tahu kalau para hohan dan enghiong sedang berkumpul
di sini"
Kedengaran seseorang dengan suara yang kasar dan
keras menegur: "Apa pekerjaanmu?"
"Aku penjaja buah-buahan."
"Mana ada penjual buah-buahan di tengah malam
buta begini? Hmmm, jelas kau adalah mata-mata bunga
bwee"
"Aku bukan mata-mata, aku kemalaman karena di
tengah jalan menjumpai suatu peristiwa."
"Peristiwa apa?" hardik suara kasar itu lagi.
"Aku terjepit oleh dua golongan yang sedang terlibat
dalam pertempuran"
"Buat apa kita urusi siapa orang ini, lebih baik dibunuh
saja" Mendadak terdengar seseorang berseru dengan
suara dingin.
Mendengar ancaman tersebut Lim Han-kim jadi
terkejut, pikirnya: " Kalau mereka berniat mencabut

2539
nyawaku sekarang, tampaknya terpaksa aku harus
melakukan perlawanan"
Belum habis ingatan tersebut melintas, terdengar
seseorang telah menyela: "Lebih baik totok dulu jalan
darahnya"
Lim Han-kim segera merasakan pinggangnya jadi
kaku, tahu-tahu jalan darahnya sudah tertotok.
Tampaknya orang itu sudah termakan oleh ucapan Lim
Han-kim dan mempercayainya sebagai penjaja buah
yang tak mengerti ilmu silat. oleh sebab itu, totokan yang
dilakukannya cukup ringan.
Memanfaatkan kesempatan itu Lim Han-kim pura-pura
tertotok jalan darahnya dan roboh terjengkang ke
samping, ia merasa badannya dibopong orang dan
diletakkan ke sudut ruangan.
Lim Han-kim segera mengerahkan tenaga dalamnya
untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan,
kemudian mengalihkan pandangan matanya memandang
sekejap sekeliling tempat itu.
Ternyata ruang tamu gubuk itu sudah dipenuhi aneka
macam manusia bersenjata lengkap. ada yang tinggi ada
yang pendek dan jumlahnya mencapai belasan orang.
"sungguh aneh," dengan perasaan heran ia berpikir
"Kenapa ada begitu banyak jago persilatan yang
berkumpul dalam rumah gubuk ini? Rasanya dalam dua
gubuk yang lain pun penuh berisi jago-jago tangguh,
tapi... apa maksud mereka untuk berkumpul dalam
sebuah dusun sekecil ini? Apa yang menjadi tujuan
mereka?"

2540
Pada saat itu dari luar ruangan sudah kedengaran
seseorang berkata dengan suara rendah dan berat: "
Kereta kuda pihak perguruan bunga bwee telah tiba,
harap Anda sekalian bersiap sedia"
Lim Han-kim kembali berpikir "Hanya seebun Giokhiong
yang bepergian dengan menunggang kereta kuda,
apa mungkin ia sendiri yang muncul?"
sementara itu para jago yang berhimpun dalam
ruangan telah sama-sama meloloskan senjata dan
membagi diri menjadi dua bagian, Dua orang lelaki
bergolok yang membawa busur dan anak panah bergerak
mendekati daun jendela.
"Dari belasan jago yang dipersiapkan ternyata
dilengkapi juga dua orang pemanah, persiapan semacam
ini bukan persiapan sembarangan, agaknya ada jago
pandai yang mempersiapkan segala sesuatunya di sini,"
batin Lim Han-kim. ia mencoba mengawasi wajah para
jago tersebut, namun tak seorang pun di antara mereka
yang dikenalnya.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, di tengah
keheningan malam yang mencekam ternyata benarbenar
terdengar suara roda kereta yang berkumandang
mendekat. suara roda kereta itu makin lama semakin
mendekat, jelas sudah kereta itu sudah mulai memasuki
dusun-
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: Tampaknya kedua belah pihak sudah
terperosok dalam jurang permusuhan yang luar biasa
sehingga masing-masing pihak tak segan memasang

2541
perangkap dan jebakan untuk musnahkan pihak
lawannya."
Mendadak terdengar suara bentakan keras bergema
memecahkan keheningan- "Anda sudah terjerumus ke
dalam kepungan kami, di empat penjuru telah siap
pemanah-pemanah ulung yang mengarahkan sasaran
bidikannya kepada Anda. Bila kuturunkan perintah,
segera akan muncul beribu-ribu batang anak panah yang
menghabisi kalian"
Bersama dengan munculnya ancaman tersebut kereta
kuda itu benar-benar turut perintah dengan
menghentikan perjalanannya.
Dalam keadaan begini, Lim Han-kim merasakan
munculnya suatu dorongan besar dalam hati kecilnya
yang membuat dia hampir saja menerjang keluar dari
ruangan untuk menyaksikan adegan berikut dengan lebih
jelas.
Tapi ia sadar, bila ia menunjukkan suatu gerakan yang
mencurigakan maka berpuluh orang lelaki bersenjata
lengkap yang ada di dalam ruangan itu bakal menyerbu
dan mengeroyoknya habis-habisan-
Dalam posisi yang terjepit dan berbahaya, mau tak
mau dia harus menahan diri, Dengan menundukkan
kepalanya diam-diam dia atur hawa murninya sambil
bersiap sedia.
setelah suasana dicekam keheningan yang cukup
singkat, kembali terdengar seeorang berseru dengan
lantang: "siapa yang tahu situasi dia adalah orang
bijaksana, Anda bersedia menuruti perkataan kami
dengan menghentikan kereta, ini menandakan bahwa

2542
Anda cukup bijaksana, sekarang harap kau buka tirai
keretamu"
Lim Han-kim mencoba pasang telinga namun tak
kedengaran ada orang yang menjawab, dengan rasa
tercengang segera dikirnya: "Dengan keangkuhan dan
kesombongan seebun Giok-hiong, mustahil dia mau
tunduk di bawah perintah orang, atau mungkin bukan
seebun Giok-hiong yang datang?"
Kembali terdengar suara nyaring itu bergema: "Akan
kuhitung sampai angka lima, jika Anda tetap enggan
menyerahkan diri. Hmmm jangan salahkan kalau segera
kuturunkan perintah untuk melepaskan anak panah"
Tampaknya penghuni kereta itu memiliki ketenangan
yang luar biasa, bagaimana keras dan nyaringnya suara
bentakan tersebut, ia tetap tenang, tidak menjawab
maupun meng- gubris.
Benar juga, suara nyaring tadi sudah mulai
menghitung: "Satu... dua... tiga... empat... lima"
Hingga angka lima disebutkan, orang dalam kereta itu
belum juga memberikan jawaban-’Sreeett’
Desingan angin tajam bergema membelah angkasa,
Entah siapa yang melepaskan panah lebih dulu,
menyusul anak panah pertama, terdengarlah suara
desingan tajam yang beruntun.
Lim Han-kim duduk tenang sambil pusatkan
perhatiannya keluar ruangan, namun kecuali suara
ringkikan kuda yang kesakitan dan sekarat, tak terdengar
suara yang lain.

2543
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, suara
desingan anak panah baru mereda diikuti terbukanya
pintu gubuk, Belasan jago bersenjata lengkap serentak
menyerbu keluar dari balik ruangan.
Lim Han-kim mencoba memperhatikan situasi seputar
ruangan. Ternyata semua jago telah berlalu dari situ,
maka dia pun bangkit berdiri, pelan-pelan ia berjalan
menghampiri jendela dan melongok keluar. Ternyata
puluhan orang jago berbaju hitam dengan senjata
terhunus tadi sedang mengepung kereta kuda itu rapatrapat.
Di bawah sinar bintang yang redup, lamat-lamat dapat
terlihat ruang kereta yang penuh ditancapi anak panah
dengan kuda yang sudah tewas bagaikan seekor landak.
Tapi anehnya, suasana dalam kereta itu tetap hening,
sepi, tak kedengaran sedikit suara pun, seolah-olah
kereta tersebut memang sama sekali tak ada
penghuninya.
Lim Han-kim segera berpikir: "Kalau kereta yang
diserang ternyata hanya sebuah kereta kosong, percuma
saja Li Tiong-hui kerahkan begitu banyak jagonya untuk
membuat jebakan di tempat ini. seebun Giok-hiong tentu
akan mentertawakan ketololan nya."
BAB 25. Mengirim suara Menolong sahabat
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, mendadak terdengar suara tertawa dingin
berkumandang keluar dari balik kereta kuda itu, disusul

2544
seseorang berseru: "Hanya sekian banyak jago yang
hadir?"
Tirai direbak. pelan-pelan muncullah seorang gadis
berbaju hijau yang menyoren pedang di punggungnya.
Gerak-geriknya tenang, santai dan indah menawan,
seolah-olah kejadian di sekelilingnya bukan suatu
masalah yang serius baginya.
Melihat kemunculan nona berbaju hijau itu, kembali
Lim Han-kim berpikir: "Rasa-rasanya budak ini mirip
sekali dengan siau-cui, dayang kesayangan seebun Giokhiong."
Antara dia dengan siau-cui boleh dibilang hanya
bertemu sekilas wajah, sehingga dengan sendirinya ia
kurang begitu kenal dengan raut wajah gadis tersebut.
Dengan kelima jari tangannya yang lentik pelan-pelan
gadis itu menggenggam gagang pedangnya, Mendadak
pedang dihunus dari sarungnya dan dengan cepat ia
membuat satu gerakan melingkar di hadapan tubuhnya.
Di antara belasan cahaya berwarna keperak-perakan,
terdengar suara desingan angin tajam yang amat
memekikkan telinga.
Bersama dengan sirnanya cahaya perak itu, tahu-tahu
dalam arena sudah bertambah dengan empat gadis
berbaju ringkas warna hitam yang masing-masing
menghunus sebilah pedang, saat itu mereka berdiri
berjajar di belakang nona berbaju hijau itu.
Perubahan yang terjadi begitu banyak ini nyatanya
hanya berlangsung dalam sekejap mata, Kedua belah
pihak sama-sama sudah meloloskan senjata mereka,

2545
tampaknya suatu pertempuran sengit segera akan
terjadi.
Terdengar gadis berbaju hijau itu mengejek sambil
tertawa dingini "Kalian masih punya berapa orang lagi,
kenapa tidak suruh mereka maju bersama?"
Lelaki bergolok yang berdiri di sudut sebelah timur
segera menyahut: "Aku adalah si golok terbang Toan
Peng, boleh kutahu siapa nona?"
"Kau adalah pentolannya kawanan gerombolan ini?"
"Atas perintah Bengcu, terpaksa aku harus memangku
jabatan ini"
Nona berbaju hijau itu tertawa dingin, "Hmmmm,
siapa yang kesudian banyak baCot denganmu?" setelah
berhenti sejenak, ia melanjutkan "Namaku adalah Cui
Toa-nio"
"Cui Toa-nio... Cui Toa-nio... aaah, tidak betul, tidak
betul, Rupanya kau sedang mengumpat orang"
Dalam saat itu Lim Han- kim sedang berpikir:
"Ternyata dugaanku betul, dia memang nona siau-cui . .
. Hmmmm, nampaknya binal amat budak ini." Terdengar
siau-cui menjawab: "Terserahlah apa maumu"
Mendadak pergelangan tangannya digetarkan secepat
petir pedangnya menusuk ke sebelah kiri.
Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memecahkan keheningan seorang lelaki berbaju hitam
yang berdiri diposisi kiri terlempar mundur sejauh dua
langkah dan roboh terjengkang ke atas tanah.

2546
Timbul perasaan bergidik dalam hati kecil Lim Han-kim
sesudah menyaksikan adegan ini, pikirnya: "Benar-benar
sebuah serangan yang keji dan buas. sedikit pun tidak
berada di bawah kemampuan seebun Giok-hiong.
Malahan dalam soal kekejaman, rasanya dia masih jauh
melampaui majikannya."
Kontan saja Toan Peng berkaok-kaok penuh amarah
setelah menjumpai seorang rekannya roboh sebagai
korban serangan lawan, umpatnya: "Budak busuk, budak
sialan. Kau betul-betul kejam, buas dan tidak
berperikemanusiaan-
"Kalian sembunyikan banyak jago dalam dusun
terpencil ini, siapkan perangkap busuk untuk
menjebakku, apakah perbuatan semacam ini bisa
dihitung sebagai perbuatan orang gagah?"
Toan Peng tidak mau banyak berdebat, golok tipisnya
segera diangkat ke udara dan diputar satu kali sebagai
tanda, teriaknya keras-keras: "Atas perintah Bengcu,
dalam menghadapi orang-orang partai bunga bwee, kita
tak perlu berbicara lagi soal peraturan yang berlaku
dalam dunia persilatan-
Dengan jurus Memenggal Awan Memotong Bukit,
golok tipisnya langsung membabat pinggang siau-cui
dengan ganas.
Siau-cui putar pedangnya dengan jurus Naik Naga
Menunggang Angin, secara jitu dan manis dia giring
golok tipis Toan Peng itu ke samping, lalu meneruskan
gerakannya ini. permainan pedangnya tiba-tiba berubah
dan langsung menembus ke arah atas.

2547
Dari jurus Naik Naga Menunggang Angin- ia segera
mengubah diri jadi gerakan serat Emas Melilit Tangan,
Walau perubahan tersebut tidak terhitung sesuatu hal
yang aneh, namun kemampuannya untuk merangkai dua
jurus yang berbeda sifat menjadi satu rangkaian yang
bertautan betul-betul mengagumkan sulit bagi musuhnya
untuk menghindarkan diri
Dalam posisi goloknya tergiring keluar dari arena
pertarungan, sulit rasanya buat Toan Peng untuk
menarik kembali senjata tersebut dalam waktu singkat,
Dalam keadaan tergopoh-gopoh dan kritis, secepat kilat
ia rendahkan pergelangan tangannya ke bawah lalu
berkelit ke belakang.
Cepat nian gerakan pedang siau-cui, serasa cahaya
tajam terkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan tangan
kanan Toan Peng sudah terbabat hingga robek besar.
Begitu berhasil melukai pergelangan tangan kanan
lawan, siau-cui tidak bermaksud mengejar lebih lanjut,
sambil mundur dua langkah bentaknya keras-keras:
"Tahan Lebih baik kalian saksikan dulu apa yang dialami
pentolan kalian ini sebelum melancarkan serangan"
Perkataan itu diucapkan dengan suara tinggi
melengking hingga amat menusuk pendengaran.
Kawanan lelaki berbaju hitam di empat penjuru yang
sebetulnya sudah mulai bergerak akan melancarkan
serangan, kini ter- henyak dan membatalkan niatnya
setelah mendengar jerit lengking dari siau-cui ini.
Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya ke
tengah arena, terlihat golok tipis milik Toan Peng sudah
terkulai lemas ke bawah, wajahnya diliputi rasa kaget

2548
dan ngeri yang luar biasa, malahan sekujur badannya
masih gemetar keras.
Waktu itu awan hitam di udara telah buyar, di bawah
sorotan cahaya bintang suasana di seputar sana lamatlamat
masih dapat terlihat dengan jelas.
Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini merasa
sangat keheranan, pikirnya: "Toan Peng adalah seorang
lelaki gagah yang berjiwa besar dan ksatria. Bacokan
pedang siau-cui barusan paling cuma melukai sedikit kulit
badannya, tak mungkin gara-gara urusan ini lantas
semangatnya jadi mengendor macam begitu."
Mendadak terdengar siau-cui berkata dengan suara
dingin "llmu pedang maha sakti daripartai bunga bwee
bukan kepandaian yang bisa ditandingi sembarangan
orang..."
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba
terdengar Toan Peng membentak keras, sembari
memutar golok tipisnya ia menerjang ke luar arena.
Mimpi pun para jago tidak menyangka kalau
pemimpinnya akan melakukan perbuatan seperti itu.
Termakan serangan goloknya itu, dua lelaki segera roboh
terluka.
Dalam keadaan begini terpaksa kawanan jago lainnya
harus menyingkir ke samping untuk memberi-jalan lewat.
Begitu berhasil menerjang keluar dari kurungan para
jago, Toan Peng segera melarikan diri terbirit-birit.
sambil tertawa terkekeh-kekeh siau-cui berseru: "Nah,
kalian sudah menyaksikan sendiri bukan?"

2549
Dari tempat yang agak jauh berkumandang datang
suara jeritan lengking dari Toan Peng yang memilukan
hati, Dalam keheningan malam yang mencekam, jeritan
itu kedengaran amat menggidikkan hati.
"Bagaimana? sudah kalian dengar suara-nya?" kembali
siau-cui menjengek dingin.
Para jago yang hadir di sana hanya terbungkam dalam
seribu basa, tak seorang pun memberi tanggapansetelah
tertawa hambar kembali siau-cui berkata:
"sudah terlalu jauh dia melarikan diri sehingga sulit bagi
kalian untuk menyaksikan saat kematiannya yang amat
mengenaskan- semestinya saat itu merupakan saat
penderitaannya yang paling mengerikan-.."
setelah berhenti sejenak, lanjutnya lebih jauh: "Setiap
korban yang terluka oleh sambaran pedang orang-orang
perguruan bunga bwee akan mengalami nasib setragis
itu"
Melihat semua kejadian itu, Lim Han-kim berpikir
"Sekalipun bacokan pedang tadi berhasil mengutungi
separuh bagian pergelangan tangan Toan Peng, belum
tentu-jalan darah pentingnya ikut terluka, Tapi heran...
kenapa ia menunjukkan sikap kalap macam orang tak
waras pikirannya?"
sementara itu siau-cui telah persiapkan kembali
pedangnya sambil menantang: "Ayoh, siapa lagi yang tak
percaya dan ingin membuktikan sendiri?"
Jeritan ngeri dari Toan Peng yang menyayat hati
ditambah gertak sambal dari siau-cui benar-benar
menciutkan hati kawanan jago yang hadir di sekeliling

2550
tempat itu, untuk sesaat tak seorang pun di antara
mereka berani bicara.
Lim Han-kim kembali berpikir "sayang sekali, meski Li
Tiong-hui sudah mempersiapkan cukup banyak jago di
tempat ini, namun tak seorang pun merupakan pentolan
yang bisa diandalkan selain Toan Peng tersebut. Kini ia
sudah terluka parah dan tiada orang kedua sanggup
menggantikan kedudukannya, betul-betul patut
disayangkan sekali..."
sementara dia masih termenung, dari kejauhan sana
berkumandang datang suara tertawa panjang seseorang
disusul seruan orangnya: "orang-orang Bwee-hoa-bun
memang nyata kekejamannya, Tak disangka kalian telah
membubuhkan racun keji pada ujung pedang"
Walaupun hanya beberapa patah kata yang singkat,
namun sudah membongkar semua kebohongan dan
kelicikan siau-cui.
Lim Han- kim segera merasa amat kenal dengan suara
tersebut, Ketika berpaling, ia saksikan dua sosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi, mereka tak lain adalah Li Bun-yang
serta Hansi-kong.
"Hmmm..." siau-cui segera tertawa dingin, " Kukira
siapa yang datang, rupanya kau... Li Bun-yang, Li
siangkong"
setelah menyapu sekejap kawanan jago yang berada
di seputar arena dengan sorot mata yang tajam, kembali
ia melanjutkan "Benar, aku memang sudah membubuhi
racun di ujung pedangku, karena itu barang siapa terluka

2551
oleh sabetan pedang ini, jangan harap ia bisa hidup di
dunia ini"
sementara itu Li Bun-yang sudah melewati para jago
dan menghampiri ke hadapan siau-cui, katanya lagi
sambil tertawa dingin: "Aku ingin sekali mencoba ilmu
pedang nona yang beracun itu"
Dari balik bahunya pemuda itu meloloskan senjata
kipasnya yang lalu dipentang lebar,
sementara tangan kanannya merogoh keluar sebilah
pedang pendek dari sakunya, lalu kedua macam senjata
itu disilangkan di depan dada siap menantikan datangnya
serangan.
Ternyata hasil pengamatannya secara diam-diam
memberitahu kepadanya bahwa kawanan jago di situ
sudah dibuat keder oleh keberhasilan siau-cui dalam
melukai lawannya, ini berarti bila ia tidak turun tangan
sendiri niscaya semangat tempur mereka akan runtuh.
Dengan suara dingin siau-cui menjawab: "sudah cukup
lama kudengar akan kehebatan ilmu silat keluarga Hongsan,
beruntung sekali aku dapat menjajalnya hari ini"
sembari bicara, secepat kilat ia lancarkan sebuah tusukan
pedang ke depan.
Li Bun-yang memang sudah siap sedia sejak tadi,
Kipas di tangan kirinya segera dikebaskan membentuk
selapis bayang-bayang untuk melindungi seluruh
tubuhnya, sementara itu pedang pendek di tangan
kanannya dengan- jurus "selaksa bunga menyembur
benang sari" membentuk bertitik-titik cahaya tajam di

2552
balik bayangan kipas, langsung menyergap tubuh siaucui.
jurus serangan yang dipergunakan ini merupakan
jurus ciptaan keluarga Hong-san, selain hebatjuga sukar
untuk dibendung.
Betul juga, Termakan oleh serangan balik tersebut
siau-cui dipaksa untuk mundur dua langkah dari posisi
semula.
"inilah salah satu jurus dari ilmu pedang keluarga
Hong-san, bagaimana pendapatmu nona?" seru Li Bunyang
dengan suara keras.
Melihat keberhasilan Li Bun-yang mendesak mundur
musuhnya dalam serangannya yang pertama, para jago
segera merasa semangatnya bangkit kembali. serentak
mereka menggerakkan senjata masing-masing dan siap
melakukan pengeroyokan.
Dengan penuh amarah siau-cui berteriak: "Hmmm, tak
lebih cuma segitu.." sambil menggetarkan pedangnya, la
menerjang maju lebih ke depan. Kali ini ia tak berani
memandang enteng musuhnya lagi, pedangnya diputar
bagaikan roda. Di antara kilatan cahaya yang
menyambar-nyambar, ujung pedangnya langsung
mengancam bagian mematikan di tubuh Li Bun-yang.
sebaliknya, jago muda dari keluarga Hong-san ini
cukup sadar akan kehebatan ilmu pedang perguruan
bunga bwee itulah sebabnya ia keluarkan ilmu
simpanannya berupa serangan gabungan antara kipas
dan pedang.

2553
Pada saat itu keempat gadis berbaju hitam yang
berjajar di belakang siau-cui telah membentuk sebuah
barisan setengah lingkaran yang membentang di
belakang siau-cui untuk melindungi sayap kiri dan
kanannya.
Empat puluh gebrakan sudah lewat, namun posisi Li
Bun-yang serta siau-cui tetap berimbang, tak ada yang
kalah tak ada yang menang, Kalau siau-cui mengambil
posisi menyerang dan mencecar habis-habisan, maka
selama ini Li Bun-yang justru mengambil posisi bertahan.
sebenarnya para jago lain yang berada di sekeliling
arena sudah siap untuk ikut terjun ke arena pertarungan,
tapi melihat kedua orang itu sedang terlibat dalam
pertarungan yang sengit, hingga sulit untuk turut
menimbrung, maka mereka pun hanya berpeluk tangan
belaka.
Berbicara tentang jurus pedang dari perguruan bunga
bwee ini, sesungguhnya ilmu pedang mereka
mengutamakan serangan yang ganas, buas, dan keji
untuk mematikan lawannya, teramat sukar untuk
ditangkis apalagi dihindari.
Namun sayang, musuh yang dihadapinya kali ini
adalah keturunan dari keluarga Hong-san yang memiliki
kepandaian maha sakti, hingga dengan begitu semua
keganasan jurus pedang itu pun menjadi mentah dan
tak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada saat itu Lim Han-kim secara diam-diam sudah
menyusup keluar dari rumah gubuk itu, melompat naik
ke atas pohon dan mengikuti jalannya pertarungan itu
dari atas.

2554
sekilas pandang posisi siau-cui seakan-akan berada di
atas angin, jurus serangannya berhasil mengurung
musuhnya dan mencecarnya habis-habisan, tapi lama
kelamaan ciri khas kehebatan ilmu silat keluarga Hongsan
pun semakin kentara.
Perlu diketahui setiap perguruan maupun partai
memiliki aliran ilmu silat yang tertentu dan pasti. Ada
yang menganut aliran keras ada pula yang menganut
aliran lunak, sekalicun tenaga dalam seseorang amat
sempurna sehingga bisa menggabungkan aliran keras
dan lunak. namun begitu ia bertarung, maka aliran yang
dianutnya semula akan lebih dominan dan kentara.
Namun aliran ilmu silat dari keluarga Hong-san ini
amat berbeda, Di antara aliran yang keras terkandung
unsur lembut. Kadang- kala Li Bun-yang tampak keteter
hebat oleh serangan siau-cui yang bertubi-tubi, tapi tiga
sampai lima jurus kemudian ia berhasil mengembalikan
posisinya dalam keadaan semula dan tetap berimbang.
Menyaksikan peristiwa ini, diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang, pikirnya: "Nyata sekali nama
besar keluarga Hong-san bukan nama kosong belaka.
Kehebatan ilmu silatnya boleh dibilang luar biasa.
Kendatipun jurus pedang dari perguruan bunga bwee
cukup ganas dan buas, namun rasanya tidak gampang
untuk mengalahkan ilmu silat aliran keluarga Hong-san."
Kembali pertarungan berlangsung dua puluh
gebrakan, namun posisinya tetap seperti semula, siau-cui
nampak unggul namun kenyataannya tidak unggul,
sedangkan Li Bun-yang nampaknya kalah tapi
kenyataannya juga tidak kalah.

2555
setelah bertarung sekian lama belum berhasil juga
mengungguli lawannya, habis sudah kesabaran siau-cui,
mendadak ia membentak nyaring, permainan pedangnya
ikut berubah.
Tampak serangan pedangnya saling berantai dengan
jurus berikutnya, kecepatan serangannya meningkat,
seakan-akan ada belasan bilah pedang yang menyerang
hampir pada saat yang bersamaan.
Menghadapi perubahan jurus serangan yang amat
cepat ini, Li Bun-yang terdesak hebat dan mundur
berulang kali, permainan senjatanya ikut menjadi kacau
pula.
Lim Han-kim sangat cemas, pikirnya: "Kini kesabaran
siau-cui sudah habis, Bila Li Bun-yang terdesak hebat
pada akhirnya, niscaya dia akan tewas di ujung pedang
perempuan itu".
sementara ia masih termenung, tiba-tiba dilihatnya Li
Bun-yang mengubah cara serangannya, Tiga sampai lima
gebrakan kemudian posisinya yang semula terdesak
berubah menjadi berimbang kembali.
Lagi-lagi siau-cui mengubah jurus serangannya,
serangkaian serangan berantai dilancarkan bertubi-tubi
jurus pedangnya kini seperti gerak bertahan, tapi
nyatanya suatu serangan.
Cahaya pedang berkilauan menyelimuti seluruh
angkasa. sewaktu bertahan gerakannya seolah
membentuk benteng baja yang berdiri kokoh, maka
sewaktu menyerang ibarat air bah yang menggulung
datang menjebolkan tanggul, luar biasa hebatnya.

2556
jurus gedang ini sangat ganas dan jahat, baru
bertarung tiga gebrakan sekali lagi Li Bun-yang keteter
hebat dan dibuat kalang kabut.
Lim Han-kim yang mengikuti jalannya pertarungan
dari atas pohon dapat menyaksikan semua adegan itu
dengan jelas. Pada awalnya jurus pedang yang
digunakan siau-cui amat cepat, tapi kemudian
gerakannya berubah sama sekali.
Di balik satu serangan terselip serangan berikut, di
balik perubahan tersimpan perubahan lain, ibarat
bayangan yang menempel di badan, kemana pun Lim
Bun-yang menghindar, serangan tersebut menempel
terus dengan ketat.
Dengan perasaan terkesiap anak muda itu segera
berpikir "llmu pedang apaan itu? Tak nyana begitu
ganas, buas dan jahat"
setelah diamati lebih seksama, dengan cepat ia
menyadari apa sebenarnya yang telah terjadi, Ternyata
jurus pedang yang digunakan siau-cui hanyalah jurusjurus
serangan umum, hanya saja perubahan gerakannya
dilakukan teramat cepat.
Mengikuti perubahan gerak yang dilakukan lawannya,
ia menyerang dan mendesak terus tanpa putus, menusuk
ke atas menebas ke bawah membuat pihak lawan hampir
tak punya kesempatan untuk melakukan perubahan
jurus.
saat itu permainan pedang dan kipas yang
dikembangkan Li Bun-yang sudah tak sanggup
menangkis serangan siau-cui yang amat cepat itu, ia
terdesak hebat dan mundur berulang kali.

2557
Melihat itu kembali Li Han- kim berpikir "Bila Li Bunyang
terluka dan kalah di tangan siau-cui malam ini, bisa
dipastikan budak itu akan melakukan pembunuhan
secara keji untuk membantai semua jago yang tersisa,
Ehmm, bagaimana pun juga, aku harus berusaha untuk
membantu Li Bun-yang secara diam-diam."
setelah berkumpul beberapa waktu dengan Pek sihiang,
banyak pengetahuan dan manfaat yang
diperolehnya. ia pernah mendengar gadis itu
membicarakan masalah ilmu silat dengan perubahan
yang banyak.
Meski nampaknya hebat namun kebanyakan tak bisa
melebihi batas kemampuan yang dimiliki seseorang. Asal
kita mau mengawasi dengan teliti, maka tak sulit
sebenarnya untuk menemukan titik kelemahan di tubuh
lawan.
Berbicara dari kemampuan yang dimiliki Li Bun-yang,
sebetulnya ia pun tahu akan teori tersebut Namun
karena saat itu ia sudah terlanjur terdesak hebat oleh
perubahan jurus pedang siau-cui, sulit bagi pemuda itu
untuk memecah perhatiannya memikirkan hal lain.
sementara Lim Han- kim masih berpikir, dalam arena
lagi-lagi terjadi perubahan situasi yang sangat besar.
selangkah demi selangkah siau-cui mendesak maju terus,
sementara Li Bun-yang selangkah demi selangkah
terdesak mundur.
Han si-kong yang berdiam diri selama ini tak mampu
mengendalikan emosinya lagi, sepasang telapak
tangannya segera disiapkan untuk melancarkan
serangan.

2558
Buru-buru Lim Han- kim berbisik dengan ilmu
menyampaikan suaranya: "Saudara Li, kau tak boleh
bertahan terus menerus, cepat lancarkan serangan dan
berebut posisi dengan-nya"
Ketika itu Li Bun-yang sudah keteter hebat, posisinya
kritis dan setiap saat ada kemungkinan tewas di ujung
pedang lawan. semangatnya kontan bangkit kembali
begitu mendengar suara bisikan dari Lim Han- kim ini.
senjata kipas di tangan kirinya segera diputar berulang
kali membendung serangan pedang dari siau-cui,
sementara pedang di tangan kanannya memanfaatkan
peluang itu melancarkan terobosan nekat dengan jurus
"Angin Barat Menggulung Tirai, selapis bayangan pedang
segera berbalik mengancam tubuh musuh.
Kalau semula senjata kipas danpedangnya selalu
melancarkan serangan gabungan, maka sekarang arah
sasaran yang diancam senjata kipas serta pedangnya
sama sekali berbeda.
Benar juga, titik kelemahan terbesar dari rangkaian
ilmu pedang siau-cui adalah kurangnya sistem
pertahanan. Begitu Li Bun-yang memecahkan serangan
kipas dan pedangnya menjadi rangkaian serangan yang
berbeda, siau-cui segera dipaksa untuk membuang
sistem serangannya dan lebih mengutamakan
pertahanan.
Dengan terjadinya perubahan ini, posisi Li Bun-yang
yang kritis dan berbahaya pun segera berubah menjadi
aman kembali.
Melihat kemenangan yang sudah di depan mata tibatiba
lenyap tak berbekas lantaran Li Bun-yang mengubah

2559
sistem pertarungannya, siau-cui menjadi amat jengkel
bercampur mendongkol. Paras mukanya berubah hebat,
pedangnya segera ditarik kembali dan dia mundur sejauh
delapan depa lebih.
Sambil tertawa Li Bun-yang mengejek: "Bagaimana?
Nyatanya ilmu pedang perguruan bunga bwee cuma
begitu saja"
"Li Bun-yang, hati-hati kalau bicara" bentak siau-cui
dingin "Hari ini, salah seorang di antara kita berdua bakal
tergeletak mati di sini"
Melihat siau-cui telah mengangkat pedangnya sambil
menghimpun seluruh perhatiannya ke ujung senjata, Li
Bun-yang tak berani main-main lagi, wajahnya ikut
berubah serius, ia sadar, dalam serangan kali ini siau-cui
pasti telah menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya.
Kehebatan serangannya tak usah diungkit lagi, Buruburu
dia himpun pula seluruh tenaga dalam yang
dimilikinya. Dengan kipas di tangan kiri, pedang di
tangan kanan dia siap menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan-
"Li Bun-yang" kata siau-cui lagi dengan suara dingin
"Apakah kau ingin melihat jurus sesungguhnya dari ilmu
silat perguruan bunga bwee?"
saat ini, Li Bun-yang telah menghimpun sepuluh
bagian tenaga dalamnya untuk menghadapi serangan
lawan, mendengar tantangan tersebut, sambil tertawa
hambar sahutnya: "Dengan senang hati akan kujajal
kehebatan ilmu silat nona"

2560
"Kalau begitu, berhati-hatilah"
Mendadak pedangnya digetarkan keras, badan berikut
senjatanya meluncur ke depan bersamaan waktu dan
langsung menumbuk ke badan lawan.
sebagai pewaris ilmu silat keluarga Hong-san Li Bunyang
memiliki pengetahuan yang amat luas, Dari posisi
dan sistem serangan yang dilakukan siau-cui, ia mengerti
bahwa pihak lawan sedang menggunakan ilmu pedang
terbang untuk mengajaknya duel habis-habisansadar
akan kelihaian ilmu tersebut, ia tak berani
bertindak gegabah. Kipasnya segera diputar membentuk
selapis bayangan hitam untuk membendung datangnya
ancaman, sementara itu, pedang di tangan kanannya
didorong keluar secepat kilat menciptakan b erkuntumkuntum
bunga gedang untuk melindungi badan-
Ketika serangan pedang dari siau-cui saling
membentur dengan bunga pedang Li Bun-yang yang
melindungi badan, terjadilah suara bentrokan nyaring
yang amat memekikkan telinga.
Cahaya tajam tiba-tiba sirna, bayangan manusia pun
tampak kembali. Tapi situasi yang terbentang dalam
arena telah berubah sama sekali, sebuah suasana yang
amat tragis.
Tampak Li Bun-yang berdiri dengan napas tersengalsengal,
senjata kipasnya sudah rontok ke atas tanah,
sebaliknya siau-cui pun berdiri dengan napas ngosngosan
dan pedang terkulai lemas ke bawah, agaknya
dalam serangan tersebut ia telah menggunakan segenap
kekuatan yang dimiliki.

2561
Tampaknya dalam bentrokan kali ini, masing-masing
pihak sudah menggunakan seluruh tenaga simpanannya.
Han si-kong segera maju menghampiri Li Bun-yang
dan menegur dengan suara lirih: "Bagaimana keadaanmu
saudara Li, apa terluka?"
"Yaa, dengan susah payah aku masih sanggup
menerima serangannya," sahut Li Bun-yang sambil
tertawa getir.
Han si-kong melirik siau-cui sekejap, kemudian
katanya lagi: "Aku rasa kehebatan budak itu tak lebih
hebat dari saudara Li, kalau dilihat dari keadaannya yang
amat letih, keadaannya tak berbeda jauh dengan
keadaan-mu."
Baru habis perkataan itu diucapkan, mendadak terlihat
semangat siau-cui telah berkobar kembali, sambil
mempersiapkan pedangnya ia menantang dengan nada
dingin: "Li Bun-yang, yakinkah kau masih mampu
menerima sebuah serangan pedangku lagi?"
"Biar aku yang menjajal kepandaian silat nona" seru
Han si-kong sambil membusungkan dada.
"saudara Han, tak perlu merepotkan Anda" tampik Li
Bun-yang cepat, Kemudian sambil mengalihkan
pandangan matanya ke wajah siau-cui, ia meneruskan-
"Bila nona benar-benar masih punya kekuatan untuk
melancarkan serangan lagi, dengan senang hati akan
kuterima seranganmu itu"
"Bagus" Pelan-pelan dia mengangkat pedangnya dan
siap melancarkan serangan lagi.

2562
Dengan paksakan diri Li Bun-yang menghimpun sisa
kekuatan dan segera menyilangkan pedangnya di depan
dada.
Lim Han-kim yang bersembunyi di atas pohon dapat
melihat dengan jelas, kedua belah pihak sama-sama
telah mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, siap
melakukan pertarungan habis-habisan.
Bila pertarungan semacam ini dibiarkan berlangsung,
niscaya salah seorang di antara mereka akan terluka oleh
musuhnya bahkan sampai tewas. Dilihat peluangnya,
kemungkinan Li Bun-yang terluka sampai tewas jauh
lebih besar daripada kemungkinan siau-cui.
Bila ingin mencegah terjadinya tragedi yang mungkin
tragis ini, satu-satunya jalan adalah menghentikan
sebelum masing-masing pihak terlanjur melancarkan
serangan.
Lim Han-kim yang mengawasi situasi tersebut dapat
melihat bahwa posisi menyerang ada di pihak siau-cui,
berarti dia harus berusaha untuk mencegah siau-cui agar
dia tidak melancarkan serangannya.
setelah termenung sejenak. dengan ilmu
menyampaikan suara segera bisiknya: "siau-cui, bala
bantuan musuh yang amat tangguh segera akan
berdatangan. Bila kau lukai Li Bun-yang maka sulit
bagimu untuk lolos dari sini dengan selamat jangan
kacaukan urusan besar gara-gara menuruti emosi, lebih
baik kaupikirkan lagi matang-matang"
Benar juga, kata-kata tersebut segera menimbulkan
reaksi yang luar biasa, pedang yang sudah dipersiapkan
siau-cui pelan-pelan diturunkan kembali. Lalu sambil

2563
mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap sekeliling
tempat itu, tegurnya: "siapa di situ?"
Masih dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara
jawab Lim Han-kim: "sekarang aku sedang bersembunyi
di tempat gelap hingga tak leluasa banyak bicara,
Berbicara kelewat banyak dapat menimbulkan kecurigaan
orang. sekali lagi kuanjurkan, jagalah posisi seperti ini
untuk sementara waktu,jangan sampai menimbulkan
banjir darah"
Pengalaman Hansi-kong dalam dunia persilatan amat
luas dan matang, begitu melihat mimik muka siau-cui, ia
segera berbisik kepada Li Bun-yang: " Di seputar lima
kaki dari tempat ini bersembunyi jago lihai dari
perguruan bunga bwee."
Li Bun-yang mengerti siapa yang dimaksudkan, namun
untuk sesaat dia pun merasa kurang leluasa untuk
menyebut nama tersebut. Terpaksa sambil mendeham ia
berkata: "Sebentar lagi bala bantuan kita akan tiba,
sekalipun di sekitar sini ada jago lihai musuh, tak jadi
soal."
Meskipun beberapa patah kata itu diucapkan tak
terlampau keras, tapi Siau-cui dapat mendengar dengan
sangat jelas, Sifat perempuan ini banyak curiga, Meski ia
sudah mendengar hal tersebut dari bisikan Lim Han-kim
dengan ilmu menyampaikan suaranya namun ia tetap
kurang yakin dan percaya. sementara hatinya masih
ragu, kebetulan ia menangkap pembicaraan antara Li
Bun-yang dengan Han Si-kong yang ternyata klop
dengan bisikan yang diperoleh, maka semua rasa
curiganya kontan tersapu lenyap hingga tak berbekas.

2564
Rupanya Li Bun-yang mengerti bahwa sulit baginya
untuk menerima sebuah serangan lagi dari Siau-cui,
cuma ibarat sudah menunggang di punggung harimau,
sulit baginya untuk menghindari lagi. Dalam keadaan
begitu terpaksa dia harus keraskan hati untuk menerima
lagi sebuah serangannya.
Tatkala melihat Siau-cui menurunkan kembali
pedangnya, Li Bun-yang segera mengerti bahwa semua
itu berkat ulah Lim Han-kim yang telah menolongnya
secara diam-diam, maka dia pun manfaatkan
kesempatan tersebut dengan menarik kembali
pedangnya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa lega juga setelah akal
muslihatnya berhasil mencegah sebuah tragedi berdarah
berlangsung di sana, Namun meski ia berhasil
menyelamatkan nyawa Li Bun-yang, pemuda ini tak tahu
bagaimana caranya mencairkan situasi yang telah
membeku ini dengan membiarkan siau-cui beserta
keempat anak buahnya meninggaikan tempat itu dalam
keadaan selamat.
setelah berpikir sejenak. dengan ilmu menyampaikan
suaranya dia berkata lagi: "saudara Li, baik si budak
maupun keempat anak buahnya memiliki ilmu pedang
yang sangat lihai dan luar biasa, Bila benar-benar terjadi
pertarungan, meski pihak Anda unggul dalam jumlah
manusia, bukan berarti kekuatanmu akan mampu
mengurung kelima orang tersebut. Pada akhirnya akan
terjadi adu jiwa yang sama-sama ruginya, Menurut
pendapatku, daripada banjir darah masih mendingan
biarkan mereka berlima pergi dari sini, Nah, saudara Li,
apabila kau setuju dengan usulku, berdirilah tetap pada

2565
posisi semula, bila tak setuju harap segera
menggerakkan pedangmu."
Beberapa saat berlalu dengan tenang, namun Li Bunyang
tetap berdiri tak bergerak, jelas ia sudah setuju
dengan usul dari Lim Han-kim. Pemuda itu pun berkata
lagi: "setelah saudara Li menyetujui usulku, aku harap
kalian jangan menghalangi kepergian kelima orang gadis
itu lagi."
setelah berhenti sejenak. dengan ilmu menyampaikan
suara ia berkata lagi: "siau-cui, bala bantuan musuh
segera akan tiba, gunakan kesempatan ini untuk segera
meloloskan diri dari kepungan-.."
siau-cui angkat kepalanya memandang langit, namun
tubuhnya tetap tak bergerak.
Melihat hal ini Lim Han-kim segera berpikir: "Bila tidak
membohonginya habis-habisan, ia pasti tak mau
percaya..." Maka setelah berpikir sejenak. ia kembali
meneruskan
"setelah meninggalkan tempat ini nanti, harap kalian
menungguku di sebuah tempat sepuluh li di sebelah
timur"
siau-cui mengernyitkan alis matanya, ia tetap berdiri
tak bergerak dari posisi semula.
"Aaah benar juga..." kembali Lim Han-kim berpikir
"Daerah di sepuluh li dari tempat ini sangat luas,
sebelum kujelaskan tempat yang pasti, tentu saja dia tak
akan percaya..."
Karena pikiran itu kembali Lim Han-kim berujar:
"sepuluh li dari sini ada sebuah kuil tempat memuja

2566
dewa tanah, tempat itu cukup untuk menampung kalian
berlima, Tunggulah aku di dalam kuil tersebut"
Padahal dia sendiri tidak tahu apakah benar-benar ada
sebuah kuil dewa tanah di tempat tersebut, karena
ucapan itu hanya diutarakan sekenanya. Tapi kali ini
nampaknya siau-cui sudah percaya penuh dengan
perkataannya.
sambil menggerakkan pedangnya, ia segera
menerjang keluar dari kepungan, Li Bun-yang sudah
melakukan perjanjlan secara diam-diam dengan Lim Hankim,
maka dia pun tidak menghalangi kepergian kelima
orang gadis itu.
Padahal kalau mau berbicara sejujurnya, kerja sama
kelima orang gadis itu sanggup membentuk selapis
dinding bianglala yang luar biasa dahsyatnya, Andaikata
Li Bun-yang sekalian betul-betul berniat menghalangi
kepergian mereka, meskipun sudah mengorbankan
banyak jago, belum tentu mereka mampu mencegah
kepergian gadis-gadis itu.
sungguh cepat gerakan tubuh siau-cui berlima, dalam
sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari
pandangan mata.
Melihat siau-cui sekalian sudah pergi jauh, Li Bun-yang
baru berteriak dengan suara keras: "saudara Lim saudara
Lim"
Ia berteriak beberapa kali memanggil nama rekannya
itu, namun Lim Han-kim tak pernah menjawab
panggilannya.

2567
Terdengar Han si-kong berseru: "Bila dugaan aku si
engkoh tua tak keliru, semestinya saudara Lim sedang
bersembunyi di atas pohon besar lebih kurang tiga kaki
di hadapan”
"Aaai... sayang dia enggan bertemu dengan kita
berdua," keluh Li Bun-yang sedih. "semenjak wajahnya
rusak. semangatnya telah padam, Meski masih muda
belia, namun nampaknya ia berusaha menghindari
keramaian dunia."
Han si-kong segera tertawa terbahak-bahak,
sambungnya: "saudara Lim Bila kau benar-benar berniat
melarikan diri dari dunia nyata, tidak seharusnya kau
bersembunyi di atas pohon dan secara diam-diam
membantu kami"
"Aaaah..." mendadak Li Bun-yang menjerit dengan
wajah berubah, "Bila ia bersedia untuk bertemu dengan
kita berdua, seharusnya ia sudah tampilkan diri
sekarang"
"Selama ini aku memperhatikan terus pohon besar itu,
bila ia benar-benar bersembunyi di atas pohon tersebut,
aku yakin ia belum pergi sekarang, Bagaimana jika kita
mencarinya?"
Lim Han-kim yang bersembunyi di atas pohon dapat
mendengar tanya jawab kedua orang rekannya ini
dengan jelas, segera ia berpikir Jika mereka benar-benar
akan periksa pohon ini, jejakku niscaya akan ketahuan.
Tapi mereka sudah mengalihkan perhatiannya ke atas
pohon ini, "jelas sudah terlambat bagiku untuk melarikan
diri dari sini."

2568
setelah berpikir sejenak. Ia pun melepaskan pakaian
luarnya dan menggantungnya di ranting pohon di mana
ia berada sekarang, sambii mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya, dia pindah ke ranting pohon lain
yang berada lebih di atas puncak pohon itu.
Belum lama ia gantungkan baju luar tersebut, Li Bunyang
serta Han si-kong telah tiba di atas pohon.
Lim Han-kim menyembunyikan diri di balik dedaunan
yang rimbun sambil tutup pernapasannya, dalam
keadaan begini boleh dikata ia tidak mengeluarkan suara
apa pun. Terdengar Li Bun-yang berseru keras: "saudara
Han, ada di sini"
Menyusui kemudian terdengar pemuda itu menghela
napas sambil menambahkan "Aaaai... dia telah pergi
dengan meninggalkan baju luarnya, entah apa
maksudnya?"
"Ia cuma meninggalkan bajunya dan enggan bertemu
dengan kita berdua, apa mungkin hal ini berarti dia telah
putuskan hubungan dengan kita?" sela Han si-kong
sambil menghela napas pula,
"Aaai... perduli di mana maksud dan tujuannya, yang
pasti dia memang menolak untuk bersua muka dengan
kita. Yaa, bagaimana lagi? Tiap orang punya cita-cita dan
pandangan tersendiri, kita memang tak bisa
memaksakan kehendak kita. Mari kita simpan baju
luarnya ini, Bila bertemu lagi lain hari, baju ini kita
kembalikan kepadanya, sebaliknya jika tak ada jodoh
untuk bersua lagi, kita simpan saja baju ini sebagai
kenang-kenangan..."

2569
Lim Han-kim merasa terharu sekali setelah mendengar
ucapan tersebut, Hampir saja dia lompat keluar dari
tempat persembunyiannya untuk bersua dengan mereka,
tapi akhirnya niat itu dibatalkannya.
Terdengar ujung baju terhembus angin, rupanya dua
orang itu sudah pergi meninggalkan tempat itu. Lim Hankim
menunggu lagi beberapa saat sebelum menyingkap
dedaunan untuk menengok ke bawah. Ternyata kawanan
jago yang semula bergerombol di situ pun kini sudah
pergi semua.
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
setelah lompat turun dari pohon, ia lari menuju ke arah
timur sambil berpikir "Seandainya sepuluh li dari sini
benar-benar ada sebuah kuil dewa tanah, siau-cui
berlima tentu sedang menunggu di situ, lantas apa yang
mesti kukatakan kepada mereka?"
setelah termenung sebentar, kembali pikirnya:
"Seandainya tempat itu berupa sebuah tanah datar atau
sebuah dusun, siau-cui tentu sadar bila dirinya tertipu.
Mustahil dia akan menunggu kedatanganku di sana..."
sambil berpikir ia berjalan terus ke arah timur dengan
kecepatan tinggi. Ketika sudah berada sepuluh li dari
tempat yang dimaksud, ia menghentikan perjalanannya.
Untuk bisa melihat pemandangan di sekeliling tempat
itu dengan lebih jelas, dia melompat naik ke atas pohon
yang tinggi, Tapi apa yang kemudian terlihat membuat
jantungnya berdebar keras.
Ternyata delapan-sembilan kaki di sebelah timur dari
pohon itu benar-benar berdiri sebuah bangunan rumah,
Karena cahaya bintang yang redup, sulit baginya untuk

2570
melihat lebih jelas apakah bangunan rumah itu berupa
rumah petani atau kuil, tapi menurut analisanya mustahil
ada rumah penduduk di tengah hutan yang begini sepi
dan terpencil. Atau jangan-jangan bangunan itu memang
sebuah kuil?
Perasaan ingin tahu yang kuat segera muncul dari
dasar hatinya, pikirnya: "Perduli amat bangunan apa
yang berada di situ, kenapa tidak kuperiksa lebih dulu?"
Melompat turun dari pohon, pelan-pelan ia berjalan
mendekati bangunan itu. setiap langkah dan gerakgeriknya
dilakukan amat berhati-hati. Hawa murni
dihimpun ke telapak tangan siap menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan
Walaupun jaraknya hanya sepuluh kaki, namun dia
menempuhnya hanya dalam waktu sepeminuman teh
saja,
Dari kejauhan ia dapat membaca sebuah papan nama
yang tergantung di depan bangunan itu bertuliskan "Kuil
Thian-li-bio". sambil menghela napas diam-diam Lim
Han-kim berpikir "Tak disangka di kolong langit masih
ada kejadian yang begini kebetulan Padahal aku hanya
bicara sembarangan, ternyata apa yang kukatakan
benar-benar terwujud, Entah siau-cui berlima masih
menunggu kehadiranku atau tidak dalam kuil itu..."
sementara dia masih berpikir, tiba-tiba dari dalam kuil
kedengaran suara seorang wanita sedang berbicara:
"Nona Cui, aku rasa dia tak bakalan datang"
Dengan perasaan terkejut kembali Lim Han-kim
berpikir. "Ternyata mereka masih menunggu aku di sana"

2571
Buru-buru dia menyusup masuk ke balik semak
belukar di luar kuil, Ketika ia mencoba pasang telinga
untuk mendengar dengan lebih seksama, terdengar
suara Siau-cui sedang menjawab: "Mungkin saja di
tengah jalan ia telah bertemu dengan suatu kejadian
hingga kedatangannya terlambat, lebih baik kita
menunggu beberapa saat lagi..."
Suara seseorang lain yang terasa masih asing
bergema pula: "Perkataan nona cui memang amat
beralasan, seandainya orang itu membohongi kita, masa
dia bisa tahu kalau di tempat yang begini terpencil benarbenar
ada sebuah kuil Thian-li-bio? Dia pasti sudah
pernah kemari, karena itulah ia mengajak kita untuk
berjumpa di sini,"
"Tak disangka ada kejadian yang begini kebetulan di
dunia ini," pikir Lim Han-kim, "Kalau didengar dari
pembicaraan mereka, nampaknya orang-orang itu akan
menunggu lebih jauh. Yaaa, orang bilang semakin licik
siasat perang suatu negara, maka negara itu semakin
disegani. kini kami saling berhadapan sebagai musuh,
kenapa aku harus mempersoalkan kejujuran?"
Sesungguhnya kehadiran pemuda tersebut ke sana tak
lepas dari dorongan rasa ingin tahunya, ia tidak
menyangka kalau di tempat tersebut benar-benar
terdapat sebuah kuil.
Baru saja dia akan beranjak pergi meninggalkan
tempat tersebut, mendadak terdengar suara seorang
wanita berkata: "Nona cui, ketika melewati pintu kuil
tadi, rasanya aku seperti melihat sebuah papan nama.
pada papan nama itu tercantum beberapa huruf","

2572
"Apa yang tertulis di sana?" tanya Siau-cui.
"Rasanya tulisan tersebut berbunyi begini: jangan
masuk tanpa diundang, pelanggar akan menghadapi
bencana."
"Aaaah, pasti tulisan iseng seseorang yang mengajak
kita bergurau," sela perempuan lain sambil tertawa, "sumoay,
kau jangan kelewat hati-hati dan berpikiran yang
bukan-bukan, Apalagi di sini tak ada penghuninya,
sekalipun ada setan dedemit, apa yang perlu kita takuti,
toh di sini hadir nona Cui"
Terdengar siau-cui bertanya: " Lantas papan
peringatan itu kini berada di mana?"
"Terpantek di sebelah kanan pintu masuk."
"Mari kita keluar dan periksa sekali lagi"
Diiringi suara langkah kaki manusia, terlihat dua orang
perempuan muda munculkan diri dari balik pintu.
Lim Han-kim yang bersembunyi di tempat gelap dapat
menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, orang
pertama dia kenali sebagai siau-cui, sedang di
belakangnya mengikuti seorang gadis berbaju ringkas
warna hitam pekat. setelah keluar dari pintu gerbang,
gadis berbaju hitam itu segera merapatkan pintu tadi.
Dengan ketajaman mata Lim Han-kim, ia dapat
melihat bahwa sebuah papan peringatan benar-benar
tergantung di pintu tadi, Cuma berhubung jaraknya
terlampau jauh lagipula dalam suasana gelap. sulit
baginya untuk melihat dengan jelas isi peringatan itu.

2573
BAB 26. Kuil Misterius
siau-cui mendekati papan peringatan itu, menariknya
hingga lepas lalu membawanya menuju ke bawah cahaya
bintang dan memeriksanya beberapa saat, setelah itu
baru dia berkata: " Kelihatannya papan peringatan ini
sudah cukup lama tergantung di tempat ini."
"Yaa, rasanya bukan suatu kesengajaan untuk ajak
kita bergurau," sambung gadis berbaju hitam itu.
"Kalau diamati dari gaya tulisan yang tertera di papan
peringatan ini, aku duga tulisan ini dibuat seorang
wanita."
"Kuil ini dinamakan kuil kaum wanita, otomatis kuil ini
khusus untuk kaum perempuan orang lagi tak akan
berani masuk ke sana secara sembarangan"
"Tapi dalam tulisan itu tidak dijelaskan bahwa hanya
kaum pria yang dilarang masuk, ini berarti termasuk kita
kaum wanita pun sesungguhnya tidak diperkenankan
masuk kemari."
"Yaa, rasanya ucapan nona Cui memang benar"
" Kira- kira sudah berapa lama kita masuk ke dalam
kuil ini?"
" Lebih kurang sepenanakan nasi lamanya."
"seandainya peringatan tersebut benar-benar berlaku,
semestinya saat ini sudah terjadi suatu reaksi di tempat
ini."
Baru selesai perkataan tersebut diucapkan, mendadak
terdengar dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati
bergema datang, secepat kilat siau-cui melolos

2574
pedangnya dari punggung dan siap melompat masuk ke
dalam, tapi sebelum ia bertindak tiba-tiba tampak
sesosok bayangan hitam menerjang keluar dengan
kecepatan tinggi.
sungguh cepat gerakan tubuh bayangan hitam itu,
bahkan langsung menerkam ke tubuh Siau Cui. Dengan
cekatan siau-cui berkelit ke samping untuk
menghindarkan diri, Tampak bayangan hitam itu
meluncur sejauh beberapa kaki ke belakang dan...
Blaaaammmm
siau-cui roboh terguling di tanah.
Lim Han-kim coba mengamati bayangan tersebut
dengan lebih seksama, Ternyata dia adalah seorang
gadis berbaju ringkas warna hitam, pedang
dipunggungnya sudah lenyap. kini yang tersisa hanyalah
sebuah sarung pedang yang kosong.
Tampaknya bantingan itu terjadi cukup keras, setelah
terlempar ke tanah tidak nampak lagi gadis itu
menggerakkan badannya, Menghadapi perubahan yang
berlangsung sangat mendadak dan di luar dugaan ini,
biarpun siau-cui cerdas dan bernyali pun tak urung
dibuat gugup dan gelagapan juga, untuk sesaat dia cuma
bisa berdiri termangu- mang u di tempat semula.
Blaaammmm
Diiringi suara benturan keras, kedua belah pintu
gerbang itu menutup kembali dengan kerasnya, Lalu
terdengar seseorang berseru dengan suara sedingin es:
"Di depan pintu aku sudah meninggalkan papan
peringatan, kini kalian nekat melanggarnya, maka jangan
salahkan bila aku berlaku kejam kepada kalian semua".

2575
suara itu dingin menyeramkan ibarat angin dingin
yang berhembus keluar dari neraka, membuat bulu
kuduk semua orang berdiri
siau-cui segera memberi tanda kepada gadis berbaju
hitam itu agar tidak bergerak sembarangan. pelahan ia
berjalan menghampiri gadis berbaju hitam yang terkapar
di atas tanah itu, memeriksa denyut nadinya kemudian
secara beruntun menotok tiga buah jalan darah
pentingnya.
Tampak gadis berbaju hitam itu menghembuskan
napas panjang kemudian bangun terduduk, gumamnya:
"sungguh hebat"
"Kau jangan takut, coba ceritakan kembali
pengalaman yang barusan kau alami," kata siau-cui.
Gadis berbaju hitam itu mengeryitkan alis matanya
sambil termenung, Tampaknya ia berusaha
mengumpulkan kembali ingatannya, tapi sampai lama
sekali ia tetap tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun.
"Kenapa kau diam saja?" tanya siau-cui cepat.
"Hamba tidak tahu harus bercerita dari bagian yang
mana, aaaai... perubahan itu berlangsung terlalu cepat."
"Lelaki atau perempuan orang itu? Bagaimana bentuk
wajahnya?" tanya siau-cui lebih jauh sambil
membetulkan rambutnya.
Dengan cepat gadis berbaju hitam itu gelengkan
kepalanya berulang kali. "Entahlah, sebab sesungguhnya
hamba tidak melihat apa pun," sahutnya pelan

2576
"Lantas kenapa kau bisa dilempar orang sampai
kemari?" bentak siau-cui gusar.
"Sewaktu nona mengajak su-moay keluar tadi, aku
serta kedua cici masih mengatakan bahwa nyali su-moay
meski agak kecil, namun jadi orang amat teliti. Tak
nyana ia sempat membaca isi papan peringatan itu
dengan jelas."
"Cukup," sela siau-cui tak sabar. "Aku hanya ingin
tahu kejadian yang kau alami, bukan masalah tetek
bengek macam itu"
"Tatkala kami sedang berbincang-bincang dengan
asyik, tiba-tiba terdengar dua kali jeritan ngeri yang
menggidikkan hati bergema memecah keheningan..."
"Jeritan ngeri itu apakah berasal dari Toa-kiau dan Jikiau
yang mengalami musibah?"
"Betul, jeritan tersebut memang berasal dari Toa-kiau
serta Ji-kiau yang menjumpai musibah."
Waktu itu Lim Han-kim bersembunyi lebih kurang tiga
depa saja dari kedua orang itu, Dalam keadaan begini dia
tak berani bersuara apalagi bernapas keras-keras.
"Bagaimana selanjutnya?" tanya siau-cui lagi.
"setelah menjerit keras, toa-kiau dan ji-kiau segera
roboh tertelungkup di tanah..."
"Mati?" seru siau-cui terperanjat.
Dengan perasaan agak sangsi gadis berbaju hitam itu
bergidik dan bersin beberapa kali, kemudian
menggeleng.

2577
"Aku tak tahu, pada saat kedua cici menjerit kesakitan
dan roboh ke tanah, aku sendiri pun secara mendadak
disambar seseorang dan dilempar keluar dari ruangan"
"Ketika ditangkap orang, masa kau tak sempat
menoleh untuk periksa manusia macam apa yang
menangkap dirimu?"
"Aku tak sempat menoleh..."
"Budak tolol, masa begitu saja tak mampu, hmmm..."
Gadis berbaju hitam kedua yang ada di belakang siaucui
segera turut menimbrung: "sam-ci, kau tak usah
takut, di sini kan ada nona Cui, coba dipikirkan kembali
pelan-pelan.."
Rupanya keempat orang gadis berbaju hitam itu
masing-masing bernama Toa-kiau, ji-kiau, sam-kiau dan
su-kiau.
Terdengar sam-kiau berkata lagi: "saat itu aku dibuat
tertegun oleh jeritan ngeri kedua orang cici yang terjadi
amat mendadak itu, Pada saat aku masih tertegun inilah
tubuhku ditangkap dan dilempar keluar oleh orang."
"Sekalipun tubuhmu sudah keburu ditangkap orang,
bukan berarti kau tak ada waktu sama sekali untuk
berpaling dan periksa wajah orang tersebut," tegur siaucui
lagi.
"Dia cengkeram persis di atas jalan darahku, membuat
seluruh tenagaku lenyap. Dalam posisi begini aku tak
mampu sama sekali untuk bergerak apalagi berpaling."
siau-cui termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, setelah itu baru ujarnya lagi: "orang itu turun

2578
tangan secara mendadak menotok jalan darah Toa-kiau
serta ji-kau. ia memanfaatkan kesempatan ketika kau
masih kaget dan tertegun untuk mencengkeram pula
jalan darahmu hingga kau kehilangan sama sekali daya
kekuatanmu, kemudian baru melemparmu keluar... tapi
mungkinkah begini rentetan kejadiannya?"
Tiba-tiba su-kiau menyela: "Nona Cui, seandainya
orang itu hanya menotok jalan darah Toa-ci danji-ci,
mustahil mereka berdua mengeluarkan suara jeritan
yang begitu memilukan hati."
siau-cui tertegun, kemudian manggut-manggut.
"Yaa, benar juga perkataan ini. jelas mereka bukan
ditotok jalan darahnya tapi terluka oleh sejenis ilmu
pukulan yang amat ganas, jahat dan mematikan"
"Bila ditinjau dari kemampuan orang itu melukai Toa-ci
dan ji-ci bersamaan waktunya, kemudian melempar
keluar sam-ci dari dalam ruangan, bisa disimpulkan ilmu
silat yang dimiliki orang itu pasti luar biasa hebatnya."
"Apakah kau ketakutan?" ejek Siau-cui sambil tertawa
dingin.
"Tidak, Kenapa mesti takut, toh di sini ada nona Cui,
apa yang mesti kutakuti?"
"Bagus, sekarang rawatlah ketiga orang cicimu itu,
aku akan masuk ke dalam untuk melakukan
pemeriksaan.."
"Nona, kau punya status dan kedudukan yang
terhormat, tak boleh nyerempet bahaya, Lebih baik biar
budak saja yang melakukan pemeriksaan"

2579
"Bagaimana ilmu silatmu jika dibandingkan ketiga
orang cicimu?"
"Tentu saja masih ketinggalan jauh."
"Nah, itulah dia, Sam-kiau, bagaimana keadaan
lukamu?"
Sam-kiau coba mengatur napas, lalu jawabnya:
"Lukaku tidak terlalu parah."
"Bagus sekali setelah aku masuk ke dalam kuil nanti
bila sampai sepeminuman teh belum keluar juga, kamu
berdua harus segera pergi meninggalkan tempat ini dan
melaporkan apa yang terjadi kepada nona Seebun."
Sambil bangkit berdiri, menghunus pedang
beracunnya, dengan langkah lebar dia belaian masuk ke
dalam kuil,
"Besar betul nyali budak ini," puji Lim Han-kim dalam
hati.
Ketika tiba di depan pintu gerbang, Siau-cui
melayangkan kakinya melancarkan sebuah tendangan
keras.
Braaaakkkk... Diiringi suara keras, pintu kayu itu
terpentang lebar.
Dengan pedang siap melancarkan serangan, Siau-cui
berdiri sesaat di muka pintu sambil bersiap sedia.
seperempat jam lamanya ia berdiri tanpa bergerak. akan
tetapi tak kedengaran sedikit suara pun
Tampaknya kuil itu kosong, tak berpenghuni seorang
manusia pun, Kalau dibilang tak berpenghuni, suara
teguran dan pintu yang tertutup tadi berlangsung belum

2580
sampai sepenanakan nasi lamanya, mungkinkah orang
itu sudah ngeloyor pergi setelah berhasil melukai Toakiau
serta Ji-kiau dan melempar keluar sam-kiau?
Ketika ingatan tersebut melintas lewat dalam
benaknya, dengan prdang disilangkan di depan dada
pelan-pelan ia melanjutkan perjalanannya masuk ke
dalam ruangan
sementara itu sam-kiu sudah melompat bangun dan
berdiri bersanding dengan su-kiau, sedangkan su-kiau
telah menghunus pedangnya bersiap siaga sambil
mengawasi bayangan punggung siau-cui. Pelahan-lahan
bayangan tubuh siau-cui lenyap di balik dinding ruangan
yang menghalang pandangan
Angin malam berhembus lewat menggoncangkan
rerumputan di luar pintu hingga menimbulkan suara yang
gemerisik, Pintu kuil yang terpentang lebar turut tertutup
pula oleh hembusan angin tersebut membuat suasana
dalam kuil Thian-li-bio bertambah misterius, dan semakin
menyeramkan
sambil menghela napas sam-kiau berbisik, "su-moay,
aku rada takut."
"Apa yang kau takuti?"
"Bila sudah kuketahui apa yang terjadi, tak mungkin
aku merasa takut."
"sam cici, percayakah kau bahwa di dunia ini ada
setan?" tanya su-kiau tiba-tiba.
"Dulu aku tak percaya."
"sekarang?"

2581
"sekarang... entahlah, bila manusia yang melempar
aku keluar dari ruangan, aku yakin aku pasti dapat
melihat wajahnya, tapi... apa pun tidak kulihat..."
"Aaaah... setelah mendengar perkataanmu ini, aku
mulai mencemaskan keselamatan nona Cui, ayoh kita
ikut masuk dan melihat keadaannya."
"Aku... aku tak berani..." tampik sam-kiau sambil
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Baiklah, kalau begitu kau berjaga di luar kuil, biar aku
periksa sendiri ke dalam," kata su-kiau.
seusai berkata, dia mulai melangkah masuk ke dalam
ruang kuil, Baru saja kakinya melangkah kepintu
gerbang, mendadak terdengar jeritan melengking
bergema datang dari balik ruangan. Jerian itu bernada
tinggi, tajam dan tak sedap didengar. "Aaaah, itu suara
jeritan nona Cui" jerit sam-kiau kaget.
Dengan perasaan ketakutan su-kiau menyusut
mundur, lalu sambil menarik tangan sam-kiau, mereka
kabur meninggalkan tempat tersebut.
sangat cepat gerakan tubuh kedua orang gadis itu,
dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan semua peristiwa ini, Lim Han- kim mulai
berpikir: "Tempat di mana ketiga orang gadis itu
disergap adalah halaman tengah di balik pintu gerbang,
kenapa tidak kuperiksa keadaan di situ? selama aku tidak
melompat turun ke bawah, kecuali si penyergap berputar
ke belakang tubuhku, mustahil kami bisa saling bersua
muka..."

2582
Betapa pun besar dan kuatnya perasaan ingin tahu
pemuda ini, toh perasaan tersebut tak bisa menutupi
rasa ngeri dan seram yang mencekam perasaannya kini.
Peluh dingin mengucur keluar membasahi wajahnya,
pemuda ini benar-benar tak berani melayang turun ke
dalam halaman kuil.
Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian, mendadak
terdengar seseorang dengan suara yang kecil tapi dingin
menyeramkan berseru: "Kau anggap dengan
bersembunyi di atas atap rumah, maka aku tak melihat
kehadiranmu? Hmmm Coba lihat, siapa yang berada di
belakangmu?"
Meskipun suaranya kecil, tapi amat menusuk
pendengaran Serta merta Lim Han-kim berpaling ke
belakang untuk memeriksa, namun suasana amat
hening, tak nampak sesosok bayangan manusia pun
Di saat dia berpaling inilah, tiba-tiba dari samping
tubuhnya muncul segulung angin serangan yang amat
kuat menggetarkan tubuhnya, Begitu kuat sergapan
tersebut membuat tubuh anak muda ini terguling ke
samping.
Baru saja badannya berguling ke samping, terdengar
suara benturan yang amat keras bergema memecahkan
keheningan Tempat di mana ia bersembunyi barusan,
kini sudah hancur berantakan tak kelihatan wujudnya
lagi.
Untung ia menghindar tepat pada waktunya, coba
sedikit terlambat saja, niscaya dia akan tewas atau paling
tidak menderita luka dalam yang sangat parah.

2583
Dengan cepat Lim Han-kim mengalihkan sorot
matanya ke arah datangnya sergapan itu. ia melihat
bayangan hitam berkelebat lewat, tampak sebuah benda
macam sebuah tangan yang aneh dengan cepat
meluncur masuk ke dalam ruang kuil.
Di kala ia sedang tertegun inilah kembali tampak
sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari sisi
badan Lim Han-kim, bahkan dengan cepat orang itu
mencengkeram tubuh pemuda ini, melewati atap rumah
dan melayang turun di luar pagar kuil tersebut.
Diikuti kemudian dengan dua kali lompatan, orang itu
sudah berada tujuh-delapan kaki dari tempat semula.
Gerakan tubuh orang itu cepatnya luar biasa, bahkan
tempat di mana ia cengkeram tubuh Lim Han-kim tak lain
adalah jalan darah pentingnya, Hal ini membuat pemuda
tersebut tak sanggup membalikkan badannya, otomatis
ia tak sempat pula melihat wajahnya.
Menanti orang itu sudah melepaskan
cengkeramannya, Lim Han-kim baru sempat angkat
kepala dan memandang orang itu sekejap. Dia adalah
seorang gadis berbaju ringkas warna hitam dengan kain
hitam membungkus rambutnya, sebilah pedang tersoren
di punggungnya. orang itu tak lain adalah pemilik bunga
bwee, seebun Giok-hong. sambil tersenyum seebun Giokhiong
menegur: "Baik- baikkah kau saudara Lim?"
"Masih agak lumayan"
"Maaf kalau aku terpaksa melepaskan sebuah pukulan
untuk mendorong tubuhmu, tentunya pukulan tadi tidak
sampai melukai saudara Lim bukan?"

2584
"Untung sekali aku tak sampai terluka, terima kasih
juga atas pertolonganmu yang telah menyelamatkan
nyawaku."
"Tak perlu berterima kasih."
"Nona, masih ada tiga orang anak buahmu yang
terjebak dalam ruang kuil, perlu kita tolong mereka?"
"Tentu saja harus ditolong, cuma ada baiknya kita
menunggu sampai fajar nanti."
"Nona, sudah kau saksikan tangan aneh yang
menghajar atap rumah tadi?"
"Aaah, benda tersebut hanya sebuah senjata rahasia
yang bentuknya mirip tangan."
"Sejenis senjata rahasia?" Lim Han-kim merasa
keheranan
"Benar, sejenis senjata rahasia pencakar terbang yang
di bagian belakangnya diberi tali tipis. Apabila seseorang
telah melatih penggunaan senjata tersebut secara
sempurna, maka ia dapat menyerang sekehendak
hatinya. Kebetulan ilmu yang dimiliki orang tersebut telah
mencapai tingkatan yang amat sempurna,"
"Nona sudah bertemu sam-kiau dan su-kiau?"
"sudah, Bila belum bertemu, mana mungkin aku bisa
sampai di tempat ini tepat pada waktunya?"
"Jadi kau pun sudah mendengar semua penuturannya
dengan jelas dan terperinci?"
"sudah"
"Kalau begitu keliru besar"

2585
"Apanya yang keliru?"
"Ketika bersembunyi di atas rumah tadi, aku sempat
pula mendengarkan semua laporan sam-kiau kepada
siau-cui. Menurut dia, Toa-kiau dan Ji-kiau disergap
hampir bersamaan waktunya sedang sam-kiau dilempar
keluar dari ruangan. Bila senjata rahasia yang digunakan
orang itu sejenis senjata pencakar terbang, mana
mungkin ia bisa melakukan kesemuanya dengan
kecepatan begitu tinggi? sekalipun ia bisa menggunakan
dua senjata pada saat yang bersamaan, lalu siapa pula
yang melemparkan tubuh sam-kiau keluar dari ruangan?"
seebun Giok-hiong termenung berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: "Bila dugaanku tak salah, penghuni
dalam kuil Than-li-bio itu bukan cuma seorang."
"Kalau dia benar manusia, apalagi memiliki ilmu silat
begitu lihai, kenapa ia sudi berdiam dalam kuil Thian-libio
yang begini terpencil dan jauh dari keramaian
manusia?"
seebun Giok-hiong angkat wajahnya memandang
bintang yang bertaburan di angkasa, lalu menjawab: "Di
sinilah letak teka-teki yang belum terjawab, sekarang,
kita harus mencari akal dan jalan untuk membuka tekateki
tersebut"
"Maksud nona, kau berniat menyerbu masuk ke dalam
kuil dan melakukan penyelidikan?"
"Benar, tapi hal ini baru bisa kuputuskan setelah
terang tanah nanti."

2586
"Menurut pendapatku, lebih baik nona mencari dulu
beberapa orang anak buahmu yang berilmu tinggi untuk
masuk bersama-sama."
seebun Giok-hiong segera tersenyum. "soal itu tak
perlu kau kuatirkan, sebab aku sudah mempunyai
rencana yang matang," katanya.
Lim Han-kim segera bangkit berdiri, memberi hormat
dan katanya: "sekali lagi kuucapkan banyak terima kasih
atas pertolongan nona yang telah menyelamatkan
jiwaku."
"Kau tak perlu banyak adat."
"Baik- baiklah nona menjaga diri, aku mohon diri lebih
dulu." selesai berkata ia beranjak pergi dengan langkah
lebar.
"Berhenti" bentak seebun Giok-hiong tiba-tiba.
Tanpa berpaling, tegur Lim Han-kim: "Nona masih ada
petunjuk apa lagi?"
"Aku percaya di balik kuil ini tersimpan sebuah rahasia
dunia persilatan yang amat besar, apakah kau tidak
tertarik sama sekali untuk menyingkap rahasia besar
itu?"
"seandainya nona tidak muncul di sini, biar harus
pertarungan nyawa pun aku akan menyerbu masuk ke
dalam ruang kuil dan melakukan penyelidikan hingga
tuntas."
"Kenapa kau malah pergi setelah kemunculanku?"
"llmu silat maupun kecerdasan nona jauh melebihi
kemampuanku Setelah kau hadir di sini, tentu saja aku

2587
tak perlu mencampuri urusan ini lagi... toh
kemampuanku tidak banyak membantu."
seebun Giok-hiong segera tertawa. "Kau keliru besar,
saudara Lim. justru dalam saat dan keadaan seperti ini,
aku sangat membutuhkan bantuanmu"
"Baik ilmu silat maupun kecerdasan yang kumiliki
belum berarti apa-apa bila dibandingkan kemampuan
nona, apa lagi yang bisa kubantu?"
"Kau tak usah kelewat rendah diri," kata seebun Giokhiong
sambil tertawa. "llmu silat yang kau miliki saat ini
pantas menduduki urutan atas dalam jajaran jago-jago
lihai dunia persilatan"
"Nona tak perlu mengenakan topi kebesaran di atas
kepalaku, Bila kau memerlukan bantuanku, katakan saja
terus terang, Asal mampu kulaksanakan pasti akan
kukerjakan"-
"Bagaimana kalau kita berdua bersama-sama
menyerbu ke dalam kuil Thian-li-bio dan membongkar
rahasia besar dunia persilatan ini?"
"Hanya kita berdua?"
"Yaa, kau merasa tak cukup?"
"Baiklah Aku akan mengikuti nona dan melaksanakan
tugas sesuai dengan permintaanmu."
"Kau tak perlu sungkan-sungkan, aku tak berani
menerimanya."
Lim Han-kim angkat kepalanya, dengan sepasang
mata yang tajam diawasinya wajah seebun Giok-hiong
tanpa berkedip. Tiba-tiba paras muka seebun Giok-hiong

2588
berubah jadi merah lantaran jengah, serunya manja:
"Kenapa sih kau amati terus wabahku? wajahku yang
jelek tak berharga untuk kau awasi terus"
"Aku merasa kau rada berubah," kata Lim Han-kim.
"Berubah? Bagian mana yang berubah?" senyum
seebun Giok-hiong.
"Kau berubah jadi amat sungkan, lugu dan lebih jujur,
tidak sombong, dingin dan kaku seperti dulu."
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya: "ltu tergantung kepada siapa aku sedang
berhadapan seebun Giok-hiong tetap seebun Giok-hiong,
keangkuhan dan keketusanku tetap seperti dulu, tapi
terhadap kau... Lim Han-kim, aku memang punya
pengecualian..."
Mendengar sampai di situ, buru-buru Lim Han-kim
mengalihkan pokok pembicaraan ke masalah lain,
katanya: "Kini, ketiga orang anak buahmu sudah terjebak
dalam kuil Thian-li-bio, bila kita mesti menunggu sampai
terang tanah, aku takut..."
"Tak perlu kau takuti. seandainya mereka harus mati,
biarlah mereka mati. Bila cuma tertotok jalan darahnya,
sampai terang tanah pun tak ada bedanya."
"Aku benar-benar tak habis mengerti."
"Bagian mana yang tidak mengerti?"
"Kenapa kita harus menunggu sampai terang tanah
baru bertindak?"
"Pertanyaan yang bagus" kata seebun Giok-hiong
sambil manggut-manggut pelan, "Berbicara dari

2589
ketajaman mata yang kita miliki sekarang, sekalipun
berada dalam suasana yang lebih gelap pun tetap bisa
melihat keadaan dengan lebih jelas, apalagi bila kita
pasang beberapa buah obor di dalam, keadaan pasti
lebih jelas.
Cuma, menurut dugaanku, ada kemungkinan mereka
telah mempersiapkan alat jebakan di dalam kuil ini,
ditambah lagi kita masih asing dengan suasana di sini,
Bila kurang berhati-hati, bisa jadi kita malah dibokong
orang.
Jadi aku rasa, lebih baik kita bersabar sebentar
menunggu sampai terang tanah nanti, selain daripada
itu, aku pun mempunyai suatu pemikiran yang aneh..."
"Pemikiran apa?"
"Aku percaya kedua orang penghuni kuil Thian-li-bio
itu lebih terlatih untuk menghadapi pertarungan malam
hari ketimbang bertempur di siang hari."
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu mengangguk
"Ehmmm, mungkin dugaan nona ada benarnya juga."
seebun Giok-hiong tertawa.
"Li Tiong-hui telah mempersiapkan jebakan yang
berlapis-lapis di sepanjang jalan ingin menghabisi
nyawaku. Mimpi pun dia tak mengira bahwa pada malam
ini aku, seebun Giok-hiong, justru menemani kekasih
hatinya bergadang di tengah hutan yang sepi dan
terpencil ini tanpa diganggu olehnya..."
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, lanjutnya: "Tapi aku
pun tak perlu kuatir Li Tiong-hui marah kepadaku bila
tahu kejadian ini di kemudian hari, sebab aku bergadang

2590
denganmu toh sedang merundingkan masalah yang
serius."
"Aku hanya tahu melaksanakan perintahmu," tambah
Lim Han-kim. Kembali seebun Giok-hiong tersenyum.
"Jangan bicara kelewat mengenaskan bagaimana pun
kau mesti tunjukkan sifat kelaki-lakianmu. "
Setelah memeriksa sejenak keadaan cuaca, ia duduk
di atas tanah sambil berkata lagi: "saat ini masih kelewat
pagi untuk bertindak, Lebih baik kita berbincang-bincang
masalah pribadi lebih dulu sebelum beralih ke masalah
serius... bagaimana pendapatmu?"
"Bicara soal strategi, aku sama sekali tak mengerti,
sedang masalah pribadi pun tak ada yang perlu
diperbincangkan Aku rasa nona bakal kecewa dengan
kehadiranku ini."
Kembali seebun Giok-hiong tersenyum, sambil
menepuk ke sisi tubuhnya dia berkata: "Hingga
datangnya fajar nanti masih ada waktu yang cukup lama,
masa kau akan berdiri terus sampai terang tanah? Mari,
duduklah di sini, bagaimana kalau kita berbincangbincang?
"
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk ke atas tanah,
matanya dipejamkan dan mulai mengatur pernapasan ia
mengerti bicara soal ilmu silat maupun kepintaran
kemampuannya masih belum bisa menandingi
kemampuan seebun Giok-hiong, jadi ia memilih lebih baik
tutup mulut

2591
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "saudara
Lim, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu,
bersediakah kau untuk menjawab?"
"soal apa?" tanya Lim Han-tem sambil membuka
kembali matanya.
"soal Pek si-hiang"
Begitu mendengar nama Pek si-hiang di-sebut, tanpa
terasa semangat Lim Han kim berkobar kembali,
serunya: "Ada apa dengan Pek si-hiang?"
Dengan sepasang matanya yang bening dan jeli,
seebun Giok-hiong mengawasi wajah Lim Han-kim.
sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya, katanya:
"Malam masih panjang, paling tidak masih ada dua
kentongan sebelum fajar menyingsing, Berarti masih
banyak waktu buat kita untuk berbincang-bincang.
saudara Lim, kau tak perlu kelewat tegang."
Lim Han-kim segera merasakan pipinya jadi panas, ia
tertawa jengah dan tak tahu bagaimana harus
menanggapi perkataan tersebut.
Kembali seebun Giok-hiong berkata: "Aku sudah
terbiasa menyindir dan bicara tajam, harap saudara Lim
jangan tersinggung ataupun marah."
"Nona terlalu serius."
"Kini nona Pek sudah menjadi almarhumah, entah apa
rencana saudara Lim selanjutnya?"
Setelah termenung berpikir sebentar, juwab Lim Hankim:
"Kata rencana kurang tepat untuk masalah ini, aku

2592
hanya ingin berziarah di depan pusara nona Pek,
kemudian.."
"Kemudian bagaimana?" sela seebun Giok-hiong.
"Kemudian pulang ke desa kelahiranku dan hidup
mengasingkan diri dari keramaian dunia,"
"saudara Lim, punya rencana kapan hendak berziarah
ke pusara nona Pek...?" desak seebun Giok-hiong lagi.
"Mungkin pada hari Tiong-yang."
"saudara Lim hendak pergi seorang diri?"
"Yaa"
"Menempuh perjalanan jauh untuk berziarah di depan
pusara kekasih hatinya. Meski hal ini mencerminkan
betapa mendalamnya rasa cintamu kepada almarhumah,
namun rasanya kelewat tragis bagi yang memandang.
Terlebih lagi keadaan pesanggrahan pengubur bunga
saat ini sudah beda dengan suasana di masa lalu. Tidak
mudah bagi saudara Lim seorang diri untuk menemukan
pusara nona Pek. Apabila kau tak keberatan, bagaimana
jika kutemani perjalananmu itu?"
Mendadak Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... terlalu banyak yang
kita bicarakan dan terlalu jauh yang kita pikirkan"
"Apanya yang terlalu banyak?"
"seandainya kita terbunuh setelah masuk ke dalam
kuil Thian-Ii-bio esok pagi, pembicaraan yang bertele-tele
saat ini terasa akan mubazir bukan...?" seru pemuda itu.
"Kenapa sih kau tak pernah mau percaya kepadaku?
seandainya kedudukanku sekarang diganti oleh Pek siTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2593
hiang, apakah kau tetap tak percaya kepada
kemampuannya?"
"Pek si-hiang sudah menjadi almarhumah, tak usah
disebut-sebut lagi..." tukas Lim Han-kim cepat, setelah
berhenti sejenak, lanjutnya: "Kepandaian silatku masih
ketinggalan jauh bila dibandingkan kemampuan nona,
Aku butuh waktu untuk mengatur pernapasan lebih dulu
sebagai persiapan untuk menghadapi pertempuran esok,
Maaf, aku tak bisa melayanimu lebih lama."
"Kalau memang begitu, aku tak akan mengganggumu
lagi."
Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, ia pejamkan
mata dan mulai mengatur pernapasan- selama berapa
hari belakangan ini ia terlalu lelah menempuh perjalanan
hingga tak punya waktu cukup untuk beristirahat dengan
baik, sekarang begitu selesai mengatur pernapasan dia
pun terlena hingga fajar menyingsing baru mendusin
kembali.
Ketika membuka matanya kembali, ia menjumpai
Seebun Giok-hiong sedang berdiri mengawasi kuil Thianli-
bio itu dengan wajah termangu. Sambil mendeham
pelan Lim Han-kim mendekatinya seraya menyapa:
"Nona, kau sudah lama bangun?"
"Ehmm..." sahut Seebun Gok-hiong sambil tertawa
dan berpaling, "Aku lihat kuil ini memang rada aneh."
Lim Han- kim mencoba mengamati kuil tersebut
dengan seksama. Terlihat pintu gerbang masih
terbentang lebar hingga sekali pandang orang dapat
melihat hingga ke patung arca di depan altar, Saat itu
asap dupa mengepul memenuhi ruangan, jelas sudah

2594
ada orang yang bersembahyang di tempat itu. Kecuali
asap dupa, tak kelihatan ada sesuatu yang aneh.
Setelah mendeham pelan Lim Han- kim berkata:
"Apakah nona maksudkan asap hio yang memenuhi
ruang dalam?"
"Asap dupa hanya salah satu keanehan yang terjadi di
sana, coba kau amati area tersebut, bukankah nampak
agak aneh?"
"Sialan.." umpat Lim Han-kim dalam hati, " seharusnya
hal ini sudah kuamati sejak awal, kenapa sih aku melulu
kalah darinya?"
Ketika diamati kembali, teriihat sebuah patung tinggi
besar terletak di depan altar. Patung itu berwarna emas
dan sangat megah, amat tak sesuai dengan suasana dan
kebobrokan kuil Thian-li-bio itu.
Patung emas itu merupakan patung seorang wanita
dengan pakaian yang amat mewah. sebuah tangan
memegang seikat bunga dengan tangan lain diletakkan
di depan dada, sekulum senyuman menghiasi patung
tersebut.
sudah sekian lama Lim Han- kim mengamati patung
tersebut, kecuali ia merasa patung dewi itu agak baru, ia
tak berhasil menemukan kecurigaan lainnya. Terdengar
seebun Giok-hiong berbisik: "sudah kau temukan hal
yang mencurigakan?"
"Pakaian yang dikenakan patung dewi itu sangat
mewah, berwarna kuning emas, sangat anggun dan
megah, sama sekali tak sesuai dengan bangunan kuil
yang bobrok ini."

2595
"selain itu?"
"selain itu... aku tak melihatnya."
"Coba kau perhatikan tangan yang diletakkan di depan
dada itu..."
"Ada apa dengan tangan itu?"
"Mirip sekali dengan tangan aneh yang menghajarmu
semalam."
"Maksudmu patung dewi itu hidup?"
"Aku tak percaya kalau patung itu hidup. tapi tangan
tersebut jelas dapat digunakan sebagai senjata Jadi,
sewaktu kita masuk ke dalam kuil nanti, kau harus
waspada terhadap patung dewi itu."
"Terima kasih banyak atas petunjuk nona."
seebun Giok-hiong tersenyum, katanya lagi: "Kau
harus bersiap sedia, kita segera akan menyerbu masuk
ke dalam kuil itu."
"Baik Aku akan berjalan di depan dan nona mengikuti
dari belakang, dengan begitu kau bisa menolongku setiap
saat."
"Bagaimana kalau kita masuk bersama-sama?" kata
seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Kalau begitu baiklah, kuturuti kemauan nona"
"Nah, begitu baru benar" seru seebun Giok-hiong
sambil kembali tertawa, "Lebih baik kita masuk bersamasama,
satu tingkat satu derajat. Andai kata apa yang
kuucapkan kau anggap salah, silakan kau bantah atau
kritik".

2596
BAB 27. Kakek jelek Nenek Cantik
"Nona tak usah sungkan-sungkan lagi," ucap Lim Hankim
sambil berjalan ke depan.
seebun Giok-hiong segera mempercepat langkahnya
mengikuti di sisi kanan pemuda itu, seraya berujar:
"Berjalanpun ada aturannya, pria mesti di sebelah kiri
dan perempuan di sebelah kanan."
Lim Han-kim hanya tersenyum tanpa menanggapi.
saat itu mereka berdua sudah tiba di depan pintu
gerbang.
Mendadak seperti teringat akan suatu masalah yang
serius, seebun Giok-hiong segera menarik baju Lim Hankim
sambil berhenti, berkata: "saudara Lim, kalau tak
salah bukankah aku sudah memberimu obat pembersih
wajah? Kenapa tak kau gunakan?"
"Aku sudah terbiasa dengan wajahku yang jelek dan
menyeramkan ini, sehingga sayang rasanya untuk
melenyapkan bentuk muka itu." sementara dalam
hatinya ia berpikir dengan cemas:
"Kita sudah hampir melangkah masuk ke dalam kuil,
buat apa kau singgung masalah tetek bengek yang sama
sekali tak berarti . . ."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, paras
muka Seebun Giok-hiong mendadak berubah amat
serius, setelah tarik napas panjang-panjang katanya: "
Hati- hati saudara Lim, aku segera akan membuka jalan
untukmu."

2597
sekali melejit ke udara, tahu-tahu badannya sudah
meluncur ke depan dan melayang turun persis di tengah
halaman.
Teringat bagaimana bahaya dan mengerikannya
suasana semalam, Lim Han-kim tak berani bertindak
gegabah, sambil mengerahkan seluruh tenaga dalam
yang dimilikinya untuk bersiap siaga, pelan-pelan dia
berjalan masuk ke dalam.
sesudah masuk ke dalam ruangan, sorot matanya
segera dialihkan ke arah mana siau-cui bertiga
dirobohkan semalam, Tapi sejauh mata memandang
hanya tanah kosong di situ, bayangan tubuh ketiga orang
itu sudah lenyap entah ke mana.
Tak kuasa lagi ia berseru tertahan: "Aaaah, semalam
dengan jelas kusaksikan mereka bertiga roboh di tempat
ini, kenapa bisa lenyap secara mendadak?"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Hmmm, ke mana
lagi, pasti sudah mereka sembunyikan. . . "
Tiba-tiba ia memutar badannya, dengan sorot mata
yang tajam diawasinya patung dewi itu lalu katanya:
"Jika kalian berani melukai anak buahku, aku bersumpah
akan meratakan bangunan kuil Thian-li-bio ini hingga
rata dengan tanah"
Melihat ulah rekannya ini, dalam hati Lim Han-kim
berpikir "Patung dewi itu paling banter terbuat dari tanah
liat, apa gunanya kau berbicara dengannya, toh ia tak
mungkin menjawab."

2598
Sementara masih berpikir, mendadak ia jumpai bunga
yang berada di tangan kanan patung dewi itu bergetar
meski tak ada hembusan angin.
Dengan sigap seebun Giok-hiong menarik tangan Lim
Han-kim sambil berbisik: " Hati- hati" Dengan gerakan
cepat dia mundur tiga langkah.
"Ada apa?" tanya Lim Han-kim bingung.
"Kemungkinan besar mereka gunakan goncangan
pada bunga itu untuk melepaskan racun secara diamdiam."
"seebun Giok-hiong benar-benar hebat dan penuh
kewaspadaan, aku harus merasa salut atas
kemampuannya ini" puji Lim Han-kim dalam hati.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi dengan
suara lirih: "saudara Lim, kau membawa senjata
rahasia?"
"Tidak. aku tak pernah menggunakan senjata rahasia
selama hidupku," pemuda itu menggeleng.
Tanpa banyak bicara seebun Giok-hiong menonjok
dinding kuil di sisinya dengan ujung jari tangan, Dinding
batu bata yang keras itu seketika sompal sebagian.
Meskipun tangannya bekerja keras menghancurkan
dinding, namun sorot matanya yang tajam mengawasi
terus patung dewi itu tanpa berkedip.
setelah berhasil meremukkan dinding ruangan, dengan
hancuran batu bata yang diperolehnya tiba-tiba ia sambit
patung dewi itu dengan kekuatan luar biasa.
Blaaammmmm . . .

2599
sambitan itu dengan telak menghajar tangan kanan
patung dewi yang memegang bunga itu, tapi bagaikan
menghantam di atas lapisan baja yang keras, kepingan
batu bata itu seketika hancur lebur dan tersebar ke
mana-mana.
Dengan wajah tertegun Lim Han-kim bergumam:
"Kokoh amat patung dewi itu, tampaknya bukan terbuat
dari tanah liat biasa."
"Memang, patung itu terbuat dari baja murni" sahut
seebun Giok-hiong setengah berbisik, setelah berhenti
sejenak. kembali ujarnya: "saudara Lim, tolong kau
menempel ketat di belakangku. Hati-hati terhadap
sergapan senjata rahasia yang datang dari belakang."
sambil berkata, ia melanjutkan langkahnya mendekati
patung dewi tersebut Lim Han-kim cukup sadar akan
keterbatasan ilmu silat yang dimilikinya dan masih
ketinggalan jauh bila dibandingkan seebun Giok-hiong.
Melihat gadis lihai ini menunjukkan sikap yang begitu
berhati-hati, ia tak berani gegabah lagi, Dari balik
sakunya ia cabut keluar pedang jin-siang-kiam yang amat
tajam itu, lalu sambil digenggam kencang-kencang ia
berjalan mengikuti di belakang gadis itu.
siapa tahu apa yang kemudian berlangsung sama
sekali di luar dugaan mereka berdua. Ketika tiba di
hadapan patung dewi tersebut ternyata mereka tidak
menjumpai hadangan atau sergapan apa pun. Ketika
menengok ke arah altar, tampak dupa di depan patung
tersebut masih mengepulkan asap dupa yang tipis dan
harum.

2600
Dengan pandangan tajam seebun Giok-hiong periksa
sekeliling ruangan itu, tampak di kedua sisi ruang utama
masing-masing terdapat sebuah pintu kecil yang saat itu
berada dalam keadaan tertutup rapat.
Kecuali dua buah pintu kayu yang tertutup itu,
pemandangan dalam ruang akar itu amat gamblang dan
jelas, mustahil ada orang dapat bersembunyi di sana
tanpa ketahuan jejaknya.
"Nona," bisik Lim Han-kim kemudian. "Apa perlu kita
dobrak kedua pintu di sisi ruangan ini dan periksa
isinya?"
"Tak usah terburu napsu," sahut seebun Giok-hiong
lirih, "Yang penting kita hadapi dulu patung dewi
tersebut"
Kemudian setelah menghimpun tenaga dalamnya, ia
berbisik lagi: "saudara Lim, hati-hati keracunan"
Tangan kanannya mendadak diayun ke depan
menghajar patung dewi itu kuat-kuat segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat langsung menyapu ke depan
menerjang patung tersebut. Dengan tenaga dalam yang
di-milikinya, gempuran tersebut boleh dibilang
mempunyai kekuatan hingga ribuan kati beratnya.
Blaaammmm. . .
Diiringi suara yang keras, patung dewi itu segera
roboh terjungkal dan menggelinding ke atas tanah.
selesai melepaskan gempuran yang maha dahsyat
tadi, dengan cepat seebun Giok-hiong menarik tangan
Lim Han-kim dan mengajaknya mundur sejauh berapa

2601
depa sambil siap siaga menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan.
Ketika patung dewi yang tinggi besar itu roboh ke
tanah, debu dan pasir segera beterbangan memenuhi
ruangan.
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian suasana
baru mereda dan pemandangan dalam ruangan kuil itu
baru tampak jelas kembali.
Ketika keadaan di sekitar situ diperiksa, selain patung
dewi yang sudah roboh ke atas tanah, ternyata keadaan
di sana tetap seperti sediakala tanpa perubahan apa pun.
"Aneh... sungguh aneh..." gumam seebun Giok-hiong
dengan alis mata berkernyit.
"Apanya yang aneh?"
"Rasanya patung dewi itu merupakan tombol utama
untuk menggerakkan semua alat rahasia yang terpasang
di sini, Kini patung itu sudah roboh, paling tidak mestinya
sudah terjadi suatu reaksi."
"siapa tahu patung ini sengaja dipasang hanya
bermaksud untuk mengelabui orang hingga perhatian
kita cuma tertuju kemari?"
Berkilat sepasang mata seebun Giok-hiong sesudah
mendengar perkataan ini, ditatapnya wajah Lim Han-kim
lekat-lekat lalu pujinya sambil tertawa: "Waaah, tak
kusangka kemajuan yang berhasil kau raih besar sekali
Nampaknya tidak susah bagimu untuk meraih kedudukan
Bu-lim Bengcu di kemudian hari."

2602
"Nona, apa sih yang kau maksudkan?" seru Lim Hankim
keheranan
"Aku bilang kedudukan Bu-lim Bengcu di kemudian
hari bakal terjatuh ke tanganmu."
Lim Han-kim segera tertawa hambar, "Nona, buat apa
kau mengejekku lagi?"
"Aku tidak mengejek, aku bicara sungguh-sungguh
dan serius. Buat apa sih bergurau denganmu," kata
seebun Giok-hiong dengan paras muka amat serius.
Kalau selagi tertawa ia nampak manja, cantik dan
menawan hati, maka setelah bersikap serius, gadis ini
nampak gagah, berwibawa dan memberi kesan serius
bagi siapa pun yang melihat.
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
sementara waktu lebih baik jangan kita bicarakan
masalah ini dulu, Mari kita bongkar rahasia yang
menyelubungi kuil ini dan menyelamatkan ketiga orang
anak buahmu yang tertawan."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong turut menghela napas
panjang, katanya agak menyesal: "Aaai, nampaknya aku
mengumbar emosi lagi?"
"Tidak apa-apa" pemuda itu tertawa hambar.
"Aku sudah terbiasa bersikap harus terhadap anak
buahku hingga sikap tersebut sudah mendarah daging
dan menjadi kebiasaan. Aku tak sengaja bersikap
demikian kepadamu barusan, tolong kau jangan marah
apalagi tersinggung."
"Nona kelewat serius."

2603
Bicara sampai di sini, ia segera mengayunkan langkah
menghampiri pintu ruangan sebelah kiri yang masih
tertutup rapat itu. Terasa angin berhembus lewat, tahutahu
seebun Giok-hiong sudah berebut berjalan duluan di
depan pemuda itu, sambil menghalangi jalan pergi Lim
Han-kim, ia berkata dengan diiringi tawa: " Kau tak boleh
kelewat gegabah"
Terpaksa Lim Han-kim berhenti, namun di hati
kecilnya dia berpikir kembali: "Kalau memang patung
dewi itu bukan tombol utama untuk menggerakkan alat
rahasia, masa kita harus berpeluk tangan saja sambil
menunggu pihak musuh yang menampilkan diri lebih
dulu?”
Agaknya seebun Giok-hiong dapat membaca jalan
pikiran pemuda itu, tiba-tiba katanya sambil tertawa
hambar: "saudara Lim, pernahkah kau membayangkan
akan suatu hal?"
"Aneh betul perempuan ini," batin Lim Han-kim.
"Dalam keadaan dan situasi seperti ini, di mana musuh
tangguh berada di depan mata dan nasib anak buahnya
masih menjadi pertanyaan besar, kenapa ia masih
sempat mengajukan pertanyaan yang tak ada artinya?"
Meski begitu, ia juga menyahut: "Membayangkan apa?"
"Membayangkan bahwa kita telah berjumpa dengan
seorang musuh yang licik, berilmu tinggi tapi pengecut"
"Nona maksudkan, orang yang menghuni dalam kuil
Thian-li-bio ini?"
"Benar, Kemungkinan besar orang ini adalah satusatunya
musuh tertangguh yang pernah kujumpai sejak
kemunculanku dalam dunia persilatan"

2604
"Aaaah, masa iya?" Dengan perasaan tak puas Lim
Han-kim berseru: "Mana mungkin dia bisa melebihi
kemampuan Pek si-hang?" seebun Giok-hiong
tersenyum.
"Kecerdasan otak Pek si-hiang memang sepuluh kali
lipat lebih hebat ketimbang kemampuanku tapi sayang ia
tak pandai ilmu silat, Bila kecerdasan dan ilmu silat
digabungkan maka musuh yang kita hadapi sekarang ini
boleh dibilang merupakan satu-satunya musuh
tertangguh yang pernah kuhadapi"
"Dari sistem yang diatur dalam ruang kuil ini, mungkin
saja nona bisa menilai tingkat kecerdasan yang
dimilikinya. Tapi dari mana pula kau bisa tahu kalau ilmu
silat yang dimilikinya amat tangguh?"
"Tentu saja berdasarkan kecepatan gerak yang
dilakukan orang itu ketika menyergapmu semalam, Aku
yakin orang awam tak akan mampu bergerak secepat
itu."
"Aaaai... tampaknya apa yang nona katakan memang
benar." Lim Han-kim menghela napas panjang, "Heran,
hanya pengetahuan secetek ini pun aku tak bisa
memahami..."
sambil tersenyum seebun Giok-hiong berkata:
"sesungguhnya selisih kecerdasan antara satu orang
dengan orang yang lain tak akan terlalu banyak. Asal kau
mau memperhatikan dengan lebih cermat saja, segala
sesuatunya dapat terlihat dengan jelas."
"Cukup menilai dari ungkapannya ini bisa disimpulkan
bahwa kemampuan yang dimiliki seebun Giok hong luar

2605
biasa hebatnya," pikir Lim Han-ki di hati. Maka ia pun
berkata: "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Lebih baik tunggu sejenak lagi, bila tak terjadi suatu,
perubahan barulah kita ambil langkah berikut."
Meskipu di luar Lim Han-kim tidak mengatakan apaapa,
namun dalam hati kecilnya ia berbisik: "Aku tak
setuju dengan pendapatmu itu"
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
terdengar suara yang dingin menyeramkan bergema
memecahkan keheningan "selama puluhan tahun hidup
di sini, belum pernah ada orang berani bertindak sekasar
ini dalam kuil Thian-li-bio, apalagi berani merobohkan
patung dewi suci di hadapanku Hmmmm... ketahuilah,
pembalasan segera akan tiba"
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
mengawasi keadaan di sekeliling ruangan itu, namun
mulutnya tetap membungkam.
Lim Han kim dapat menangkap suara itu berasal dari
belakang meja altar, maka bisiknya: "Nona, tolong
lindungi aku, biar kuperiksa keadaan di belakang akar
tersebut." sambil berkata, ia beranjak maju ke muka.
"jangan gegabah" cegah seebun Giok-hiong.
"Kalau tidak diperiksa, apakah kita harus saling
menunggu di tempat ini?" bantah Lim Han-kim sambil
berhenti.
"Tampaknya ia sudah siapkan alat jebakan di belakang
altar tersebut dan sengaja memancing kita agar masuk
perangkap. Hmmm Hanya permainan kaum kurcaci pun
mau dipamerkan di hadapanku. ia tak khawatir

2606
kutertawakan sampai copot gigi depanku?" Dengan
kening berkerut terpaksa Lim Han-kim mundur kembali
ke tempat semula.
Terdengar suara yang dingin menyeramkan itu
kembali berkumandang dalam ruangan-"Selama aku tak
munculkan diri, aku yakin kalian tak bakal bisa
menemukan jejakku" seebun Giok-hiong tertawa dingin.
"Huuuh, ngakunya seorang lelaki sejati, nyatanya
cuma berani kasak-kusuk dalam kuil wanita Lelaki jantan
macam apa kamu itu? Huuuuh, aku rasa kau tentu
seorang banci"
suasana amat hening, sampai sepeminuman teh
lamanya pun tetap tak kedengaran suara tanggapan-
Melihat itu, dengan kening berkerut seebun Giok-hiong
mengejek lagi: "Kau anggap kami bakal melacak jejakmu
di dalam kuil ini? Hmmm, kecuali kau tampil sendiri dan
kita bertarung dengan andalkan kepandaian silat masingmasing
untuk tetapkan siapa yang lebih unggul, percuma
saja bila kau ingin memancing kami masuk perangkap
dan pingin ambil keuntungan dengan andalkan alat
rahasiamu.
Dengarkan baik-baik, aku bisa perintahkan anak
buahku untuk kumpulkan beribu-ribu kati kayu kering
yang disusun di sekeliling kuil ini, lalu kubakar kalian
selama tiga hari tiga malam, ingin kulihat mampu tidak
kubakar kalian hingga hancur lebur"
Kali ini terdengar suara perempuan yang dingin
menyeramkan bergema datangi "Bila kau ingin menjajal
ilmu silatku, datang lagi tengah malam nanti, sampai

2607
waktunya aku pasti akan memberi pelajaran yang
setimpal kepadamu."
"Kenapa harus menunggu sampai tengah malam?
Masa kalian tak berani melihat sinar matahari di siang
hari?" seru Lim Han-kim.
"Aku paling benci dengan siang hari" kata perempuan
tua itu dingin dan ketus.
"Sebaliknya aku justru paling muak dengan malam
hari..."
"Huuuuh, melihat tampangmu yang jelek
menyeramkan, lebih baik muncul di malam hari saja."
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh, tukasnya: "Untuk
bertarung melawan musuh, kecerdasan dan ilmu silat
merupakan modal utama, buat apa kau singgung soal
jelek atau tidak?"
Dengan sorot mata yang tajam Lim Han-kim berusaha
mencari sumber suara itu di seputar ruangan, sedang di
hati kecilnya ia berpikir: "Dia bisa mengatakan wajahku
amat jelek dan aneh, hal ini membuktikan ia dapat
melihat raut wajahku secara jelas, Kalau dia bisa
melihatku, berarti bila aku mau memeriksa dengan lebih
cermat, pasti akan kutemukan juga jejaknya . . . "
Mendadak ia mendengar seebun Giok-hiong berbisik
dengan suara lirih: "saudara Lim, nampaknya keadaan
sedikit kurang menguntungkan. Ruang kuil ini sempit lagi
kecil, paling gampang untuk melepaskan racun. Kita tak
boleh kelewat lama berada disini. Ayoh mundur
secepatnya saudara Lim bisa mundur duluan, biar aku
menjagamu dari belakang."

2608
sudah semenjak awal Lim Han-kim mengagumi
kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki wanita ini. ia
tahu gadis tersebut tentu punya alasan yang kuat untuk
bertindak demikian hingga ia diperingatkan dengan
memakai ilmu menyampaikan suara, pikirnya: "Tak
nyana seebun Giok-hiong bertindak begitu cermat dan
berhati-hati meski ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi
dan hebat Di balik keangkuhannya ternyata terselip
ketelitian, benar-benar mengagumkan-"
Berpikir begitu, ia segera mengundurkan diri dari
ruang kuil itu dengan cepat. Terdengar ujung baju
terhembus angin, ternyata seebun Giok-hiong mengikuti
pula dari belakangnya melompat keluar dari ruang kuil
tersebut.
Walaupun gerak mundur dua orang itu berlainan
waktu, ternyata hampir pada saat yang bersamaan
mereka tiba di luar pintu kuil. Blaaammmm. . .
Terdengar bunyi getaran yang amat keras, tahu-tahu
pintu gerbang kuil itu sudah menutup kembali
"Cepat amat gerakan tubuhnya" puji Lim Han-kim.
sebaliknya seebun Giok-hiong tertawa dingin sambil
menjengek: "Hmmm, apanya yang cepat? Pintu kuil itu
sudah terpasang alat rahasia yang terkontrol dari tempat
persembunyian mereka, tentu saja gerakannya sangat
cepat"
Lim Han-kim segera merasakan pipinya jadi panas
lantaran jengah, katanya cepat: "Betul juga pendapat
nona."

2609
Sementara dalam hatinya ia mengumpat diri sendiri:
"Tolol amat kamu, masa urusan ini pun tak terpikir
olehmu?"
Sementara itu seebun Giok-hiong sudah
mendongakkan kepala memandang cuaca lalu sambil
menarik tangan Lim Han- kim ia bergerak menuju ke
bangunan kuil sebelah belakang.
Bagian belakang kuil tersebut merupakan punggung
dari ruang utama bangunan itu, segala sesuatunya
tampak lebih jelas. "Nona, apa yang kau lihat?" bisik Lim
Han- kim.
"Ingin kulihat tempat persembunyian mereka."
"Aneh..." pikir Lim Han- kim. jelas mereka
bersembunyi di dalam ruang tengah dalam kuil tersebut,
mau apa kau tengok bagian belakangnya?"
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "saudara
Lim, pernah kau dengar suara pembicaraan mereka?"
"Yaa, sudah kudengar"
"Apa perasaanmu?"
"Tampaknya lelaki dan wanita itu menempati ruangan
yang berbeda."
"Kecuali itu?"
"Aaaah maaf, aku tak menangkap apa-apa."
seebun Giok-hiong segera tertawa: "sudahkah kau
perhatikan bahwa suara pembicaraan mereka sering
bergerak kian kemari?"

2610
Lim Han- kim mencoba untuk membayangkan
sebentar, lalu serunya: "Yaa, memang begitu."
"Nah, itulah tujuanku datang ke bagian belakang kuil
ini. Aku ingin menyelidiki apakah ruang tengah benarbenar
dibangun dengan dua dinding yang terpisah."
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
batinnya: "Kenapa pikiranku tak pernah bisa mencapai ke
taraf itu?"
Terdengar Seebun Giok-hiong berkata lebih jauh: "Bila
dugaanku tak salah, tampaknya bangunan kuil Thin-li-bio
ini sudah dirombak total oleh mereka. Hanya satu hal
yang tak habis kumengerti, kalau memang mereka
memiliki ilmu silat yang luar biasa hebatnya, kenapa
mereka justru memilih bangunan semacam Thian-li-bio
sebagai tempat tinggalnya?"
Tergerak hati Lim Han-kim setelah mendengar ucapan
itu, pikirnya: "Benar juga ucapan ini. Bila mereka
memiliki ilmu silat yang begitu hebat dan lihai, kenapa
justru memilih kuil Thian-li-bio yang bobrok dan terpencil
sebagai tempat tinggalnya, apalagi berdiam di balik
himpitan lapisan tembok yang sempit? Kejadian ini betulbetul
amat mencurigakan"
Sementara itu Seebun Giok-hiong sedang
menengadah memandang lapisan awan di angkasa
dengan wajah termenung, Keningnya berkerut jelas ia
sedang memeras otak untuk memecahkan kecurigaan ini.
Mengapa seorang jagoan berilmu begitu hebat memiih
tempat terpencil macam Thian-li-bio sebagai tempat
tinggalnya? Lim Han-kim mencoba berpikir dan berusaha
memecahkan teka-teki itu.

2611
Keheningan yang mencekam berlangsung hampir
sepeminuman teh 1amanya. Tiba-tiba terdengar Seebun
Giok-hiong bergumam: "Aaaah, pasti begitu Pasti begitu"
Kemudian sambil berpaling ke arah Lim Han-kim, ia
bertanya: "Saudara Lim, berhasil menemukan sesuatu?"
"Menemukan apa?"
"Apa sebabnya mereka berdiam di sini?"
Dengan cepat Lim Han-kim menggeleng. "Aku belum
berhasil menemukan jawabannya".
"Ditinjau dari niat mereka berdiam dalam kuil Thian-libio
yang begini terpencil, membuktikan bahwa mereka
memang sengaja menghindari keramaian dunia, Namun
bila diingat begitu banyak tempat indah di seantero
daratan yang nyata jauh lebih menyenangkan dari
tempat ini, timbul lagi pertanyaan lain, kenapa mereka
justru memilih tempat tinggal semacam ini?"
"Ehmmm, betul juga"
seebun Giok-hiong segera melanjutkan "Ditilik dari
kedua fakta tersebut, bisa disimpulkan kalau mereka
memang punya niat atau tujuan tertentu sehingga secara
sukarela berdiam di tempat ini, Kemungkinan lain,
mereka memang disekap orang di tempat ini sehingga
mau tak mau harus menerima keadaan tersebut."
"Lantas menurut pendapat nona, lebih condong ke
arah mana tujuan mereka yang sebenarnya?"
"Aku lebih condong pada alasan yang pertama."
"Atas alasan apa kau memilih demikian?"

2612
"seandainya mereka dikurung orang di tempat ini, bisa
dibayangkan betapa tersiksa dan menderitanya
penghidupan mereka, setelah disiksa bertahun-tahun,
sifat kasar, berangasan dan gampang emosi mereka
tentu sudah terlalap habis oleh jalannya waktu, mustahil
sikap mereka begitu garang sehingga melarang siapa
saja mendekati kuil Thian-li-bio ini."
"Aaah, belum tentu begitu Menuruti pendapatku justru
lantaran mereka tersekap cukup lama di sini hingga sifat
mereka pun ikut berubah jadi dingin kejam dan tak
berperasaan sama sekali, selalu menaruh dendam
terhadap setiap orang yang dijumpainya."
"Waaah, tak nyana kau sudah memperoleh kemajuan
yang pesat" puji seebun Giok-hiong sambil tertawa. Lim
Han-kim tertawa jengah.
"Aku hanya memberikan tilikan yang sesuai dengan
jalan pikiranku saja," katanya pelan,
"Terlepas apa pun alasannya, satu hal sudah pasti,
mereka punya kesulitan yang tak bisa diutarakan hingga
terpaksa harus tetap berdiam di tempat ini."
"Jadi nona berniat melepaskan mereka dengan begitu
saja?" Cepat-cepat seebun Giok-hiong menggeleng.
"jika mereka tidak mengusikku, tentu saja aku pun tak
akan mengganggu mereka. sekarang mereka sudah
membuat gara-gara dengan orangku, bila tidak diberi
sedikit pelajaran, orang lain tentu akan memandang
enteng kemampuanku, apalagi beberapa orang anak
buahku masih tersekap di situ, mana aku boleh berpeluk
tangan saja?"

2613
"Ehmmm, kini keadaan musuh sudah ada sedikit
gambarannya, lalu dengan cara apa nona hendak
bertindak?"
"Tentu saja memaksa mereka agar keluar dan
menerima tantanganku"
"Tapi sekarang musuh bersembunyi di balik lapisan
dinding ruangan, kemungkinan besar dalam ruangan
tersebut terdapat ruang rahasia lain. Bagaimana caramu
untuk mendesak mereka keluar?"
"Jika kita bakar dari depan dan mengguyur dengan air
dari belakang, aku tak percaya mereka masih dapat
mempertahankan diri"
"Yaa, tampaknya cara ini memang bagus sekali." Lim
Han-kim mengangguk sementara di hati kecilnya, ia
berpikir. "Di tempat ini tak ada sumber air, lagipula cuma
ada kami berdua, Memang gampang untuk mengatakan
menyerang dengan api dan air, padahal kenyataannya
sulit untuk dilaksanakan-.."
Sementara itu seebun Giok-hiong telah menghimpun
tenaga dalamnya dan meng- gempur dinding belakang
bangunan kuil itu, kemudian serunya dengan suara
keras: "Aaaah, benar juga Di balik dinding adalah ruang
kosong, asal kita membuat sebuah lubang lalu tuang air
ke dalamnya, mereka pasti terdesak hingga terpaksa
munculkan diri"
"Nona seebun, pedangku ini tajamnya bukan
kepalang, untuk menjebol dinding akan lebih mudah
lagi."

2614
seebun Giok-hiong tidak menanggapi Tiba-tiba ia
menjawil tangan pemuda itu lalu melejit naik ke atas
atap rumah.
Ketika itu Lim Han-kim sudah meloloskan pedang jinsiang-
kiam dan siap membuat galian lubang di atas
dinding, Melihat seebun Giok-hiong sudah melompat naik
ke atap rumah, ia baru sadar ternyata gadis itu cuma
menipu.
Ia mencoba angkat kepalanya dan memperhatikan
atap bangunan tersebut. Menurut perkiraannya, paling
tidak ada tiga kaki tinggi tempat tersebut dari permukaan
tanah, ia sadar ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
masih belum mampu mencapai tempat tersebut, untuk
sesaat ia jadi ragu.
Tampak seebun Giok-hiong sudah berjongkok di atap
rumah sambil menggapai ke arahnya, wajahnya kelihatan
amat gelisah. Dalam keadaan begini terpaksa Lim Hankim
menggeretak gigi dan melompat ke atas dengan
sepenuh tenaga. siapa tahu ketika hampir mencapai atap
rumah, mendadak tenaganya habis, tubuhnya kontan
meluncur kembali ke bawah.
Di saat yang kritis inilah mendadak seebun Giok-hiong
mengayunkan tangannya menyambar tangan kiri Lim
Han-kim kemudian menyeretnya naik ke atap rumah
tersebut, Dengan cepat gadis itu menempelkan jari
tangannya ke atas bibir melarang pemuda itu berbicara,
lalu dengan langkah yang amat lambat ia bergerak maju
ke muka.
sambil menghimpun tenaga dalamnya, Lim Han-kim
mengikuti di belakang gadis itu, langkahnya dilakukan

2615
dengan berhati-hati sekali. ia kuatir ayunan langkahnya
yang kelewat berat bisa menimbulkan suara berisik
sehingga mengejutkan musuh tangguh yang berada
dalam ruang rahasia.
Tatkala tiba di sisi wuwungan rumah, mendadak
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya sambil
menyembunyikan diri, lalu melongok ke bawah, Buruburu
Lim Han-kim mengikuti jejaknya dengan
menyembunyikan diri dan melongok ke bawah.
Lewat beberapa saat kemudian, mendadak terlihat
pintu gerbang bangunan kuil itu terpentang lebar
kembali, Tempat di mana Lim Han-kim menyembunyikan
diri persis dapat melihat pintu tersebut dengan jelas.
Betul juga, ia tidak melihat ada orang yang muncul di
sana untuk membuka pintu tadi.
Melihat ini, segera pikirnya di hati: "Lagi- lagi dugaan
seebun Giok-hiong bertindak sangat tepat, Ternyata
pintu ini memang dikendalikan dengan alat rahasia."
Ia coba berpaling ke arah seebun Giok-hiong.
Dilihatnya gadis itu sedang memusatkan semua
perhatiannya menengok ke bawah, seakan-akan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya,
Dengan perasaan heran ia segera berpikir lagi: "Apa
yang dia lihat? Apakah ada sesuatu yang aneh atau
mencurigakan hatinya?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat,
mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat seorang manusia berambut panjang sepinggang
yang mengenakan baju berwarna biru pelan-pelan
muncul dari balik ruangan menuju ke pintu gerbang.

2616
Perasaan Lim Han-kim tergerak Baru saja ia hendak
menegur Seebun Giok-hiong, gadis itu sudah berbisik
duluan "jangan panik"
setibanya di depan pintu gerbang, manusia berambut
panjang itu celingukan sekejap ke kiri kanan, kemudian
ia memutar badan dan merapatkan kembali pintunya.
saat itu, manusia berambut panjang tersebut persis
berada di hadapan Lim Han-kim berdua, Tapi apa yang
kemudian terlihat membuat pemuda itu tertegun, nyaris
menjerit kaget.
Ternyata manusia berambut panjang itu mempunyai
raut muka yang jeleknya tak ketolongan, selembar
wajahnya penuh bopeng seakan-akan kulit mukanya
habis dipatuki burung, wajah itu bukan cuma bopeng,
bahkan meninggalkan warna merah muda yang
menjijikkan
"Laki- laki atau perempuan manusia aneh ini," pikir
Lim Han-kim. "Mungkinkah dia sudah berdiam selama
puluhan tahun dalam kuil Thian-li-bio ini?"
Sementara ia masih termenung, mendadak manusia
berambut panjang itu mengalihkan sorot matanya
langsung ke tempat persembunyian Lim Han-kim, lalu
dengan suara yang dingin hardiknya: "Kalian anggap
dengan menyembunyikan diri di belakang wuwungan
rumah, maka aku tak bisa mengetahui kehadiranmu?"
Lim Han-kim terkejut sekali.
"Tajam amat pandangan mata orang ini," pikirnya,
"Apa yang harus kuperbuat sekarang?" Untuk sesaat ia
jadi bimbang, panik dan tak tahu bagaimana harus
menjawab pertanyaan itu.

2617
Sementara ia serba salah, mendadak terdengar
seebun Giok-hiong menyahut: "Yaa, memang aku berada
di sini, mau apa kamu?"
Dengan suatu gerakan cepat ia melompat keluar dari
tempat persembunyiannya dan meluncur turun ke tengah
halaman.
Dengan cepat Lim Han-kim meraba pedang Jin-siangkiamnya,
lalu menyusul di belakang seebun Giok-hiong.
Terdengar manusia aneh berambut panjang itu
tertawa terkekeh-kekeh, suaranya aneh menyeramkan:
"Ho he he... jadi kalian berdua yang menantang aku
untuk berduel?"
Lim Han-kim berpaling, ia jumpai wajah seebun Giokhiong
yang semula cantik jelita bak bidadari dari
kahyangan kini telah berubah jadi aneh, menyeramkan
dan berwarna merah darah. Entah sejak kapan, rupanya
ia telah mengenakan topeng kulit manusia pada
wajahnya.
seebun Giok-hiong tertawa dingin, jengeknya: "Kan
masih ada seorang lagi, kenapa tak suruh dia keluar
sekalian? Memangnya ia amat jelek hingga malu bertemu
orang?"
Lim Han-kim membayangkan kembali bagaimana ia
diumpat sebagai manusia jelek sewaktu berada dalam
ruang kuil tadi, Tak disangka orang yang mengumpat
ternyata memiliki wajah jauh lebih jelek lagi, Hampir saja
ia tertawa tergelak saking gelinya.
Terdengar manusia berambut panjang itu berteriak
dengan geram: "Biarpun ia sudah tua sekarang, biar

2618
rambutnya telah berubah semua, namun kecantikan
wajahnya tetap tiada tandingannya di kolong langit
dewasa ini"
"Kenapa tidak kau suruh dia keluar? Bagaimana aku
bisa percaya sebelum membuktikan sendiri katakatamu?"
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa.
Berkilat sepasang mata manusia berambut panjang
itu, ditatapnya kedua orang tersebut lama-lama,
kemudian katanya: "Aku rasa tampang muka kalian juga
tidak lebih menarik daripada raut wajahku. Baiklah, tak
ada salahnya kalau kusuruh dia keluar agar kalian bisa
buktikan sendiri.."
setelah berhenti sejenak, teriaknya: "Hei, istriku
Ayohlah keluar Biar mereka saksikan sendiri kecantikan
wajahmu..."
Mendengar sampai di sini, kembali Lim Han-kim
berpikir: "Rupanya mereka adalah sepasang suami istri...
Ehmmm, meski usia orang ini sudah begitu lanjut, tak
nyana ia masih memuji kecantikan wajah istrinya,
terbukti hubungan suami istri ini cukup mendalam dan
harmonis..."
Terdengar suara dentingan nyaring bergema datang.
Dari belakang patung dewi yang roboh itu pelan-pelan
berjalan keluar seorang wanita yang cantik rupawan
Perempuan itu memiliki rambut sanggul yang penuh
dihiasi mutu manikam. Pakaian yang dikenakan juga
nampak berkilat dan mewah, entah terbuat dari bahan
apa. Namun sayang pakaian yang mewah dan mutu
manikam yang berharga tak dapat menutupi bekas-bekas

2619
penderitaannya yang mendalam, wajahnya sudah penuh
dengan kerutan.
sambil tertawa hambar, seebun Giok-hiong berkata:
"Pakaian yang dikenakan memang mahal sekali
harganya, apalagi mutu manikam yang menghiasi
sanggulnya, mungkin bernilai puluhan laksa tail emas
murni..."
sebagaimana diketahui, saat ini seebun Giok-hiong
sedang mengenakan topeng kulit manusia hingga
kecantikan wajahnya sama sekali terselubung dari
pandangan orang.
Kakek berambut panjang itu cepat menimbrung: "
Yaa, pakaian mewah dan mutu manikam yang menghiasi
sanggulnya membuat kecantikan wajahnya berlipat
ganda, cukup setara bila dibandingkan dengan patung
dewi ini."
"seandainya dia lebih muda tiga puluh tahun, mungkin
kecantikan wajahnya bisa masuk hitungan," ejek seebun
Giok-hiong sambil tertawa.
Ucapan ini benar-benar tajam dan penuh sindiran,
paras muka kakek berambut panjang dan perempuan
cantik itu seketika berubah hebat. Dengan penuh
amarah, perempuan cantik itu membentak keras: "Hei,
bocah perempuan kau anggap wajahmu jauh lebih cantik
ketimbang aku si nenek?"
seebun Giok-hiong berpaling memandang Lim Han-kim
sekejap. kemudian sahutnya sambil tersenyum: "Nah,
kau menyebut diri sebagai si nenek. hal ini membuktikan
bahwa kau masih tahu diri"

2620
"Bocah perempuan yang tidak tahu diri," teriak
perempuan cantik itu gusar. "Hari ini aku harus memberi
pelajaran yang setimpal kepadamu hingga kau tidak
kurang ajar lagi" seraya berkata, ia lancarkan sebuah
cengkeraman ke depan
Dengan cekatan seebun Giok-hiong menghindar ke
samping meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Gagal dengan serangannya, perempuan berwajah
cantik itu tidak meneruskan ancamannya, ia berhenti dan
mengawasi musuhnya dengan geram.
seebun Giok-hiong adalah seorang jagoan yang amat
cerdik, la segera merasa curiga setelah melihat
perempuan itu menghentikan langkahnya meski
serangan yang dilancarkan dengan penuh amarah itu
tidak berhasil mengenai sasaran
Ketika diperhatikan dengan cermat, ternyata betul
juga dugaannya, sepasang kaki perempuan itu rupanya
dirantai dengan seutas rantai berwarna putih yang
diikatkan pada dinding ruangan
satu ingatan segera melintas dalam benaknya:
"Ternyata perempuan ini memang disekap di sini. Kalau
begitu si suami yang amat mencintai istrinya memang
sengaja menyusul kemari untuk menemani sang istri di
kuil Thian-li-bio, bahkan kelihatannya sudah cukup lama
berdiam di tempat ini. Heran, kalau memang begitu,
kenapa ia tidak berusaha untuk memutuskan rantai itu
saja?"
Sementara itu si kakek berambut panjang telah
berkata: "Nyonya, kau tak usah marah dan baliklah ke
bilik untuk beristirahat, akan kubekuk kedua kunyuk ini

2621
agar kau bisa menjatuhkan hukuman yang setimpal
kepada mereka"
"Hmmm, hanya andalkan sedikit kemampuanmu itu?"
ejek seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin.
Kakek berambut panjang itu membentak marah, tibatiba
ia lancarkan sebuah cengkeraman maut.
seebun Giok-hiong bisa merasakan betapa dahsyatnya
tenaga serangan tersebut, Belum lagi ujung jarinya
menempel badan, desingan angin tajam sudah menyayat
kuit, sadarlah gadis ini bahwa ilmu jari yang dikuasai
musuh telah amat sempurna.
Menghadapi kejadian seperti ini, seebun Giok-hiong
tak berani bertindak gegabah, Buru-buru badannya
mengelak ke samping untuk menghindarkan diri dari
serangan utama, lalu pergelangan tangan kanannya
dibalik, ia ganti menabok tangan kanan kakek tersebut.
Kakek berambut panjang itu segera menarik kembali
tangan kanannya, sementara tangan kirinya secepat kilat
meluncur ke muka melepaskan sebuah gempuran.
seebun Giok-hiong pun langsung menghimpun tenaga
murninya, Tangan kirinya didorong ke muka menyambut
datangnya pukulan tersebut dengan cara keras lawan
keras. Blaaammmm. . .
Diiringi suara benturan yang keras, kedua kekuatan itu
saling bentur satu sama lain, akibatnya kedua belah
pihak sama-sama terdorong mundur satu langkah.
Dengan wajah tertegun kakek berambut panjang itu
berseru: "Hebat betul tenaga dalam yang kau miliki
Beranikah kau menerima sebuah pukulanku lagi?" Tanpa

2622
menunggu jawaban dari lawan, sekali lagi ia lepaskan
sebuah gempuran dengan jurus sekop Terbang
Membentur Lonceng.
seebun Giok-hiong tertawa dingin Jari tangannya
segera menyentil ke depan, segulung desingan angin
tajam langsung menyergap urat nadi pergelangan tangan
kakek berambut panjang itu.
Tampaknya si kakek sudah sadar bahwa musuh yang
dihadapinya sangat tangguh, Dengan cepat dia mundur
dua langkah untuk menghindari gempuran tersebut, lalu
dengan sorot mata yang tajam ditatapnya wajah seebun
Giok-hiong lekat-lekat sampai lama kemudlan baru ia
menegur dengan suara dingin: "sudah lama ilmu sentilan
Jari sakti lenyap dari dunia persilatan, dari mana kau
pelajari ilmu tersebut?"
Tergerak juga hati seebun Giok-hiong setelah melihat
lawannya berhasil menyebutkan ilmu silat yang
dipakainya dalam sekali gebrakan saja, pikirnya: "Ditinjau
dari kemampuannya untuk mengenali ilmu jari Tan-cisin-
kang yang barusan kugunakan, bisa disimpulkan
bahwa dia bukan manusia sembarangan Tampaknya aku
tak bisa menghindari pertarungan yang amat sengit hari
ini. Namun jika orang ini bisa kutaklukkan dan mau
bekerja untukku, jelas dia akan sangat bermanfaat
bagiku."
setelah mengambil keputusan, dia pun berkata:
"Ditinjau dari kemampuanmu untuk mengenali ilmu jari
Tan-ci-sin-kang, terbukti kau memang cukup hebat,
sepantasnya jika kau tahu diri dan segera mengundurkan
diri"

2623
"Hmmm" kakek berambut panjang itu mendengus
gusar. "Biarpun ilmu jari Tan-ci-sin-kang termasuk ilmu
langka dalam dunia persilatan, bukan berarti aku takut
kepadamu"
"He h e h e... berarti kau ingin cari mampus" ejek
seebun Giok-hiong sambil tertawa dingin
Karena ia punya tujuan tertentu, maka gadis ini
sengaja memancing amarah kakek tersebut sehingga
lawan akan menyerang dengan sepenuh tenaga, Dengan
mengandalkan kelihaiannya, gadis itu bermaksud
menaklukkannya hingga mau bekerja untuknya.
Betul juga, dengan penuh amarah kakek berambut
panjang itu mengumpat. "Perempuan busuk, besar amat
nyalimu"
Sepasang tangannya secara berantai melepaskan
pukulan demi pukulan, Dalam sekejap mata ia sudah
lancarkan delapan buah pukulan dahsyat, Kedelapan
pukulan ini dirangkai menjadi satu dan dilancarkan
dengan kecepatan luar biasa, membuat orang susah
berkelit maupun bernapas.
Menyaksikan adegan ini diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang, pujinya dalam hati: "Benarbenar
serangkai ilmu pukulan yang luar biasa hebatnya"
Sayangnya musuh yang dihadapi kali ini memang luar
biasa lihainya, dengan enteng dan santai Seebun Glokhiong
berhasil menghindari kedelapan buah pukulan itu
tanpa satu jurus pun berhasil menjawil ujung bajunya.
Malahan sambil tertawa dingin kembali, ejeknya:
"Bagaimana? Sudah takluk?"

2624
"Hmmm, ilmu Langkah Tujuh Bintang Jit-to-huanseng-
oh milik Biau-in Ancu dari Lam hay memang ilmu
langkah hebat, tapi jangan harap kau bisa mengelabui
aku"
Seebun Gok-hiong segera mengernyitkan alis matanya
sambil berpikir: "Pengetahuan yang dimiliki orang ini
benar-benar amat luas jarang ada orang persilatan yang
memiliki kemampuan semacam dia."
Berpikir begitu segera katanya: "Bila dugaanku tak
keliru, ilmu pukulan yang kau pergunakan seharusnya
adalah delapan belas jurus ilmu Pukulan Penyanggah
Langit"
"Tepat sekali Tak nyana kau bisa mengetahui asal-usul
ilmu pukulan yang kugunakan"
"Hmmm, kau tak usah takabur dulu, Bandingkan saja
antara ilmu Langkah Tujuh Bintang dengan delapan belas
jurus ilmu Pukulan Penyanggah Langit, mana yang lebih
unggul?"
Tiba-tiba kakek berambut panjang itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. sahutnya: "Dua
jenis ilmu sakti itu memiliki ciri yang berbeda, mana
mungkin bisa dibandingkan satu dengan lainnya..."
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "selama
bertahun-tahun, belum pernah kujumpai seseorang yang
sanggup menandingi kelihaian ilmu silatku, beruntung
sekali aku dapat menjumpai kau hari ini. Hoi, bocah
perempuan kita harus bertarung habis-habisan hari ini"
"Aku yakin kau pasti keok di tanganku" ejek seebun
Giok-hiong lagi.

2625
"Aaaah, belum tentu"
"Kau berani bertaruh denganku?"
"Bagaimana taruhannya?"
"Kalau aku kalah di tanganmu, maka selama hidup aku
bersedia melayani kalian berdua sebagai dayang dan
melaksanakan semua perintahmu, tapi bagaimana jika
kau yang kalah?"
"Aku..."
Tiba-tiba ia berpaling memandang ke arah nyonya
cantik itu dan segera membungkam. Tampak nyonya
cantik itu mencibirkan bibirnya dan menjawab: "Kalau
kami yang kalah, kami berdua segera akan pergi dari kuil
Thian-li-bio ini dan menyerahkan kuil ini kepadamu"
"Baik" sambung kakek berambut panjang itu. "Aku
setuju dengan usul istriku" Dengan kening berkerut
seebun Giok-hiong tertawa dingin.
"Kalau ingin taruhan, taruhannya mesti adil, Apa kalian
berdua tidak merasa bahwa taruhan kalian kelewat
enteng?"
"Lalu bagaimana menurut pendapatmu?"
"Kita harus bertaruh secara adil, Karena aku bersedia
jadi pelayan kalian, bila aku kalah, maka jika kalian
berdua yang kalah, kalian harus jadi pelayanku juga"
Kembali kakek berambut panjang itu berpaling ke arah
nyonya cantik itu sambil bertanya: "Bagaimana? Mau
bertaruh tidak?"
"Kau yakin bisa mengalahkan mereka?"

2626
"Tentu saja yakin"
"Baik, kalau begitu kita terima dia sebagai pelayan"
Mendengar tanya jawab kedua orang ini, seebun Giokhiong
tak bisa menahan rasa gelinya lagi, ia tersenyum,
kepada Lim Han-kim katanya: "Bila aku berhasil
menerima kedua orang budak tua yang berilmu tinggi ini
sebagai pelayanku, maka cita-citaku untuk merajai dunia
persilatan pasti akan terwujud lebih awal"
Mendadak kakek berambut panjang itu menerjang
maju ke muka, sebuah pukulan langsung dilontarkan ke
atas bahu kiri seebun Giok-hiong sambil membentak
keras: " ingin kucoba apakah ilmu langkah tujuh bintang
serta ilmu sentilan jari saktimu benar-benar mampu
mengungguli delapan belas jurus ilmu pukulan
Penyanggah Langitku"
sementara pembicaraan masih berlangsung, secara
beruntun dia telah lepaskan delapan buah pukulan
berantai
Dengan cekatan seebun Giok-hiong berkelit kesana
kemari dengan mengandalkan ilmu langkah tujuh
bintangnya, sementara itu jari tangan kanannya
menyentil berulang kali melepaskan rangkaian serangan
yang mengancam jalan darah penting di tubuh kakek
berambut panjang itu.
sebagai dua orang jagoan yang berwatak tinggi hati,
kedua orang ini sama-sama enggan mengeluarkan jurus
silat lain. Kakek berambut panjang itu berusaha
mencecar lawannya dengan mengandalkan kedelapan
belas jurus ilmu pukulan Penyanggah Langit-nya,
sedangkan seebun Giok-hiong tetap berkelit dengan ilmu

2627
Langkah Tujuh Bintang dan menyerang dengan ilmu
sentilan jari tangan-nya.
BAB 28. Taruhan Menjadi Pelayan
Lim Han- kim hanya menonton jalannya pertarungan
itu dengan wajah kesemsem, sekalipun kedua orang itu
hanya membatasi diri dengan menggunakan dua jenis
ilmu silat, namun perubahan gerakannya betul-betul
hebat dan luar biasa.
Meskipun ilmu Pukulan Penyanggah Langit yang
diandalkan kakek berambut panjang itu hanya terdiri dari
delapan belas jurus, namun setelah digunakan ternyata
memiliki perubahan yang luar biasa banyaknya, sebentar
ia menyerang dengan menggunakan tangan tunggal,
sejenak kemudian mencecar dengan kedua belah
tangannya, namun jurus yang digunakan ternyata
berlainan satu sama lainnya.
Pertarungan yang berlangsung saat ini betul-betul
merupakan suatu pertarungan sengit yang langka terjadi
dalam dunia persilatan pertarungan itu membuat Lim
Han- kim begitu terpesona hingga lupa segala-galanya.
Tak selang berapa saat kemudian, kedua belah pihak
telah bertempur hingga ratusan jurus lebih, namun
keadaan tetap berimbang dan tak satu pun berhasil
mengalahkan lawannya.
Tiba-tiba kakek berambut panjang itu memperketat
serangannya, setelah melepaskan tiga buah pukulan
berantai, ia melompat mundur sambil berteriak: "Tahan"

2628
"Ada apa?" seebun Giok-hiong ikut menghentikan
serangannya dan mundur dua langkah.
"Bila pertarungan harus dilangsungkan dengan cara
begini, aku rasa walau bertarung sampai besok pun,
susah untuk menentukan siapa lebih unggul di antara
kita"
"Lalu apa pendapatmu?"
"Aku tak perlu harus terus menggunakan delapan
jurus ilmu pukulan Penyanggah Langit, sedang kau pun
tak terbatas hanya menggunakan ilmu Langkah Tujuh
Bintang serta ilmu sentilan jari sakti. Kita masing-masing
bebas menggunakan segala kemampuan yang dimiliki
untuk bertarung habis-habisan, Aaaai... sudah puluhan
tahun aku tak pernah bertarung melawan seseorang
hingga sepuas hari ini"
"Baik, kupenuhi permintaanmu itu"
"Ha ha ha... puas sungguh puas Tak nyana kau meski
cuma seorang bocah perempuan, namun punya
kegagahan yang mengagumkan" selesai bicara, ia
membentak nyaring dan segera lancarkan sebuah
gempuran dahsyat
seebun Giok-hiong segera mengayunkan tangan
kanannya, Dengan ujung jari dan jari tengahnya, ia
sodok urat nadi pada pergelangan tangan kakek
tersebut.
Buru-buru kakek berambut panjang itu menarik
tangannya sambil membatalkan serangan. Diiringi
bentakan nyaring, telapak tangan kirinya kembali
melancarkan sebuah bacokan kilat.

2629
Dalam melancarkan setiap pukulannya, kakek itu
selalu membentak nyaring lebih dulu, Hasil pukulan yang
dilontarkan ternyata dahsyat, bahkan diselingi desingan
angin tajam yang membuat baju para penonton di
seputar arena pun turut berkibar.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir: " Kehebatan tenaga
pukulan kakek ini jarang sekali dijumpai dalam dunia
persilatan sayang, kendatipun ia memiliki tenaga dalam
yang sempurna, bila pertarungan harus dilalui dengan
cara begini, mungkin ia tak bisa bertahan lama.
Tampaknya seebun Giok-hiong enggan melayani kakek
tersebut dengan pertarungan keras lawan keras, selama
pertempuran berlangsung, sepasang tangannya hanya
mengandalkan ilmu memotong urat untuk mengancam
nadi-nadi penting di tangan lawan yang memaksa kakek
berambut panjang itu membatalkan setiap ancamannya
di tengah jalan.
Pertarungan ini benar-benar merupakan suatu
pertarungan tenaga melawan akal, Keganasan ilmu jari
yang digunakan seebun Giok-hiong serta keganasan dan
kedahsyatan ilmu pukulan kakek berambut panjang itu,
ditambah pula dengan suara-suara bentakan yang
memekik telinga, membuat pertarungan ini berlangsung
amat sengit dan amat berbahaya.
Dilihat dari kedahsyatan tenaga pukulan dari kakek
berambut panjang itu, seandainya seebun Giok-hiong
tersambar sekali saja, niscaya nyawa gadis itu bakal
melayang, namun ilmu jari yang diandalkannya justru
mampu membatalkan setiap ancaman yang dagang,
bahkan dipakai tepat pada saatnya.

2630
Tak selang berapa saat kemudian, kakek berambut
panjang itu sudah lepaskan ratusan pukulan dahsyat,
sementara seebun Giok-hiong juga telah membendung
ratusan pukulan itu, Namun suara bentakan yang
dilontarkan justru makin lama makin nyaring, Angin
pukulan yang dilepaskan juga kian lama kian bertambah
kuat dan ganas, seakan-akan dia memiliki tenaga dalam
yang tiada habisnya.
Kembali kedua belah pihak bertarung hampir dua
puluh gebrakan, Tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong
membentak nyaring: "Hati- hati"
Mendadak permainan jurusnya berubah, Dengan
tangan kanan melepaskan pukulan dan tangan kiri
melepas sentilan jari, ia kembangkan serangan balik
yang tak kalah dahsyatnya.
Ketika desingan angin jarinya yang cepat berhasil
mendesak keluar pukulan yang dilepaskan kakek
berambut panjang itu, pukulan tangan kanannya segera
menerobos masuk-pukulan yang dilontarkan tak nampak
hebat, juga tak kedengaran deruan angin pukulan yang
kuat, tapi kakek berambut panjang itu berhasil dipaksa
untuk mundur berulang kali.
Lim Han- kim yang menonton jalannya pertarungan
dari sisi arena diam-diam harus memuji juga, pikirnya:
"llmu silat yang dimiliki seebun Giok-hiong benar-benar
luar biasa hebatnya, jika malam ini ia benar-benar
berhasil menaklukkan sepasang manusia yang tak
diketahui asal-usulnya ini, posisinya ibarat harimau
tumbuh sayap. Dunia persilatan akan bertambah repot
lagi menghadapi kedua gembong iblis ini..."

2631
sementara dia masih termenung, mendadak terdengar
nyonya cantik itu berteriak keras:
"Hei bocah jelek, berani kau bertarung melawanku?"
Lim Han- kim angkat kepalanya memandang nyonya
cantik itu sekejap. lalu tanyanya: "Kau ingin
menantangku untuk berduel?"
"Dalam ruangan kuil Thian-li-bio ini cuma ada empat
orang. Dua orang sudah bertarung, berarti tinggal dua
orang lagi, Kalau aku tidak menantangmu, lantas kau
anggap aku menantang diriku sendiri?"
Lim Han- kim segera berpikir. "Ilmu silat yang lelaki
saja sudah begitu hebat dan luar biasa, jelas kepandaian
silat yang dimiliki perempuan ini tak kalah hebatnya, Aku
tak mungkin menolak tantangan wanita ini, Menampik
tantangan seorang wanita akan sangat memalukan diriku
dan menurunkan pamorku. Tampaknya malam ini aku
mesti bertarung habis-habisan, aku tak boleh tunjukkan
kelemahan di hadapannya."
Berpikir sampai di situ, ia pun menjawab dengan suara
dingin: "Kita akan bertarung dengan cara apa?"
Nyonya cantik itu termenung berpikir sejenak.
kemudian jawabnya: "Terserah kau, mau adu pukulan
tangan kosong atau beradu senjata?"
"Bertarung dengan senjata kelewat bahaya,
bagaimana kalau kita beradu tangan kosong saja?"
"Baik, bagaimana kalau kita pun bertaruh?"
"Celaka," pikir Lim Han- kim. "Bagaimana mungkin aku
bertaruh dengannya? Asal ilmu silat yang dimilikinya ada

2632
separuh saja dari kemampuan yang dimiliki suaminya,
aku sudah tak mampu mengungguli dia..."
Meski berpikir begitu, tanpa sadar ia bertanya juga:
"Apa yang kita pertaruhkan?"
"Kalau kita harus tentukan taruhan sendiri, rasanya
kelewat repot, bagaimana kalau kita bertaruh secara
berangkai saja?"
"Bertaruh secara berangkai? Bagaimana maksudmu?"
"Pertaruhan kita mempertaruhkan menang kalah
mereka berdua saja, Bila dia kalah, aku pun kalah hingga
kami berdua sama-sama kalah, maka kami akan
mengaku kalah dengan perasaan puas..."
setelah melirik sekejap pertarungan yang masih
berlangsung antara seebun Giok-hiong dengan kakek
berambut panjang itu, kembali lanjutnya: "Sebaliknya
bila bocah perempuan itu kalah dan kaupun kalah di
tanganku, berarti kalian berdua sama-sama kalah, maka
kalian harus secara ikhlas menjadi budakku..."
"Bagaimana kalau masing-masing pihak menang sekali
kalah sekali?"
"Bila aku dapat mengungguli kau sedangkan suamiku
kalah di tangan bocah perempuan itu, maka pertarungan
harus dibatalkan Kita harus mengulangi kembali dengan
pertaruhan baru"
Cepat-cepat Lim Han- kim gelengkan kepalanya
berulang kali.

2633
"Tidak bisa Lebih baik apa yang kita pertaruhkan
hanya terbatas untuk kita berdua, tak perlu disangkut
pautkan dengan orang lain"
Karena ia tak yakin bisa mengungguli nyonya cantik
itu, pemuda tersebut tak berani menyanggupi
tantangannya.
Melihat pemuda itu sangsi, sambil tertawa dingin
nyonya cantik itu mengejek lagi:
"sebagai seorang lelaki sejati, masa kau tak punya
keberanian untuk melayani tantangan perempuan tua
macam aku?"
Rupanya perempuan cantik ini sudah melihat bahwa
pertarungan antara suaminya melawan seebun Giokliong
bakal di-menangkan gadis tersebut. Untuk
menghindari taruhan yang menyebabkan mereka harus
jadi pelayan gadis tersebut, dia pun melirik Lim Han- kim
yang dipandangnya sebagai musuh enteng. Dia berharap
bisa mengalahkan pemuda tersebut dan membatalkan
pertaruhan tersebut.
Termakan sindiran tersebut, kontan saja Lim Han- kim
naik darah. Dengan kening berkerut ia berseru: "Nyonya,
jadi kau anggap aku takut kepadamu?"
"Yaa, sudah sepantasnya kau takut kepadaku" ejek
nyonya cantik itu sambil tertawa.
"omong kosong" bentak Lim Han- kim sambil
meluncurkan sebuah pukulan dahsyat ke depan.
Nyonya cantik itu segera mengebaskan tangannya
menangkis pukulan itu, kembali ia berseru: "Bagaimana
dengan taruhannya?"

2634
"Kita tak usah bicara soal taruhan, Masing-masing
pihak boleh andalkan semua kekuatan yang dimiliki untuk
meraih kemenangan, yang kuat akan unggul dan yang
lemah akan mampus" sepasang kepalannya diayunkan,
beruntun ia melepaskan dua pukulan berantai yang
dahsyat.
Dengan enteng dan cekatan perempuan cantik itu
berkelit dari dua pukulannya itu, lalu ia kembali berseru
dengan ketus: "Jika kau enggan bertaruh, sama artinya
dengan mencari penyakit buat diri sendiri" sementara
berbicara, ia lepaskan dua serangan balasan.
Diam-diam Lim Han- kim berpikir: "Tampaknya ilmu
silat perempuan ini tak beda jauh dengan kepandaian
yang dimiliki kakek berambut panjang itu, Aku tak boleh
membiarkan ia menduduki posisi di atas angin." Berpikir
begitu, secara beruntun kepalannya melepaskan lagi
serangkai pukulan berantai.
Didesak hebat oleh serangan Lim Han- kim, mau tak
mau perempuan cantik itu harus mengeluarkan pula
segenap kemampuannya untuk saling menyerang dengan
lawannya.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bertarung
hampir empat-lima puluh gebrakan, Di awal pertarungan
perempuan cantik itu belum menunjukkan kehebatan
atau keistimewaannya, ia mengambil posisi bertahan dan
membiarkan Lim Han- kim melepaskan pukulan
gencarnya.
Begitu lewat empat-lima puluh gebrakan, tiba-tiba
perempuan cantik itu mulai melancarkan serangan

2635
balasan, pukulan demi pukulannya dilancarkan makin
lama semakin hebat.
Belasan gebrakan kemudian, jurus serangan yang
digunakan perempuan cantik itu makin gencar dan
hebat, Dalam keadaan demikian, bukan saja Lim Hankim
tak berhasil melancarkan serangan balasan, ia malah
keteter hebat dan terperosok dalam posisi yang
berbahaya sekali.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seebun Giok-hiong
berseru: "saudara Lim, cepat mundur tiga langkah
sebelum meneruskan pertarungan ketahuilah sepasang
kakinya sudah dirantai orang ke atas dinding, Bila kau
mundur tiga langkah, maka jangkauannya tak bakalan
mencapai tubuhmu. serangannya yang dahsyat pun akan
hilang separuh daya hancurnya"
Mendengar teriakan itu, Lim Han- kim segera berpikir
"Tampaknya segala masalah akan nampak gampang dan
sederhana sekali bila rahasianya sudah terungkap. Ketika
masuk ke dalam ruang kuil Thian-li-bio tadi kami berdua
sama-sama sudah melihat rantai yang membelenggu
perempuan itu, heran, kenapa aku tak berpikir sampai ke
situ?"
sambil berpikir ia benar-benar menuruti anjuran
tersebut dengan mundur berapa langkah.
Tampaknya perempuan cantik itu pun sudah menduga
niat Lim Han- kim. Mendadak ia lancarkan serangan
mematikan, tangan kanannya melepaskan sebuah
pukulan dahsyat sementara kelima jari tangan kirinya
dipentangkan lebar-lebar dan langsung mencengkeram
tubuh pemuda tersebut

2636
Buru-buru Lim Han- kim mengeluarkan jurus Burung
Merak Pentang sayap untuk membendung gempuran
perempuan tersebut, kemudian kakinya mundur
setengah langkah menghindari datangnya cengkeraman
maut itu.
Mendadak perempuan cantik itu menekuk kelima jari
tangannya sambil menyentil, beberapa desingan tajam
langsung menggempur bahu kiri Lim Han- kim.
Pemuda itu seketika merasakan lengan kirinya
kesemutan sadar kalau gelagat tidak menguntungkan,
buru-buru dia menghimpun tenaga murninya dan
melompat mundur sejauh lima langkah.
Apa mau dikata, sepasang kaki perempuan cantik itu
dirantai ke atas dinding, Begitu Lim Han- kim melompat
mundur, posisi pemuda itu pun telah berada di luar
jangkauan tangannya lagi, otomatis ia tak sanggup
melanjutkan sergapannya.
Di saat lengan kiri Lim Han-kim menderita luka itulah,
pertarungan antara seebun Giok-hiong dengan si kakek
berambut panjang telah menunjukkan hasil, Terdengar
kakek berambut panjang itu mendengus tertahan, secara
beruntun tubuhnya mundur sejauh tiga langkah sebelum
berhasil berdiri tegak kembali.
seebun Giok-hiong berdiri dengan wajah dingin dan
serius, sambil menyeka peluh dingin yang membasahi
jidatnya ia menegur: "Bagaimana? Mengaku kalah?"
seraut wajah kakek berambut panjang yang jelek dan
aneh itu kini sudah berubah jadi merah padam, ia
mendongakkan kepalanya dan menghembuskan napas
panjang. "Yaa, aku harus mengaku kalah," sahutnya.

2637
seebun Giok-hiong tersenyum, katanya lagi: "Padahal
ilmu silat kita berimbang, Aku hanya lebih mujur karena
berhasil mengungguli kau satu jurus"
sebagaimana diketahui, gadis ini berniat menarik
lawannya agar memihak dia, karena itu nada
pembicaraannya ikut berubah pula, Dia tak ingin
membuat malu orang tersebut sehingga jadi nekat dan
beradu jiwa dengannya.
Perempuan cantik itu buru-buru menyela: "Meskipun
kau berhasil melukai suamiku, tapi aku pun berhasil
melukai suamimu, jadi kita berimbang"
Waktu itu Lim Han-kim merasa beberapa buah jalan
darah pada lengannya terasa sakit sekali. ia jadi naik
pitam setelah mendengar perkataan itu, teriaknya
segera: "Hei, apa yang kau ocehkan?"
"Memangnya aku salah bicara?"
"Kami memang bukan suami istri" buru-buru Seebun
Giok-hiong menerangkan sambil tertawa.
"sekalipun bukan suami istri, kalian tentu sepasang
kekasih"
"sayang, kami pun bukan pasangan kekasih"
"Kalau bukan suami istri, juga bukan sepasang
kekasih, kenapa kalian melakukan perjalanan bersama?
Macam apa itu?" teriak perempuan cantik itu gusar.
"Kau tak usah mencampuri urusanku" tukas Lim Hankim
ketus, "Aku toh sudah jelaskan sejak awal,
pertarungan kita tak ada sangkut pautnya dengan
pertarungan mereka"

2638
"sekalipun tak ada sangkut pautnya, tapi pertarungan
kita juga belum selesai Ke sini kamu, biar kucabut
nyawamu untuk memenuhi janjiku tadi"
"sudah, sudahlah," sela kakek berambut panjang itu
tiba-tiba sambil menggoyangkan tangannya berulang
kali, "Selama bertahun-tahun aku selalu berharap bisa
menderita kekalahan, tapi harapanku itu belum pernah
terkabul. Hari ini beruntung sekali aku dapat berjumpa
dengan nona yang berilmu sangat tinggi, aku benarbenar
kalah dengan ikhlas..."
"Apa?Jadi kau benar-benar hendak memenuhi janjimu
dan berbakti sebagai pelayannya?" potong perempuan
cantik itu
"Pembicaraan kaum perempuan macam kau boleh saja
tak usah dipegang, tapi sebagai seorang lelaki sejati aku
tak ingin ingkar janji, setelah kalah, aku wajib memenuhi
janjiku."
Perempuan cantik itu menghela napas panjang,
katanya kemudian: "Aku tahu, kau ingin pergi
meninggalkan tempat ini. Aaaai... sudah puluhan tahun
lamanya kau sekap aku di sini, sesungguhnya akupun
sudah terbiasa dengan penghidupan yang sepi macam
begini, Tak nyana justru kaulah yang tak tahan dengan
penghidupan sepi di sini..."
"Siapa bilang aku tak tahan dengan penghidupan
begini" bantah kakek berambut panjang itu mencakmencak.
"Aku hanya kalah bertanding dengan orang
sehingga aku tak ingin ingkari janjiku"

2639
"Setelah kepergianmu jadi pelayannya, bagaimana
pula dengan aku? Kau hendak tinggalkan aku seorang
diri di sini?"
"Tentu saja aku akan mengajakmu pergi"
"Tapi ingat, dalam dunia persilatan banyak terdapat
jago-jago yang ganteng dan gagah. Kau tak takut aku
jatuh cinta kepada mereka dan meninggalkan dirimu?
pikirlah dulu, jangan menyesal di kemudian hari"
Lim Han-kim yang mendengar perkataan tersebut jadi
tertegun, pikirnya tanpa terasa: "Kenapa perempuan itu
bicara begitu? Apa maksudnya memaksa suaminya agar
tidak meninggalkan dirinya?"
Tampak kakek berambut panjang itu berjaan mondarmandir
dengan perasaan tak tenang, sambil berjalan
gumamnya: "Justru persoalan inilah yang paling aku
khawatirkan. Aaaai... gara-gara persoalan ini, sudah
puluhan tahun aku terbelenggu di tempat ini, sudah
kusia-siakan masa remajaku dengan percuma."
Kini Lim Han-kim baru mengerti duduknya persoalan
Diam-diam ia jadi geli sendiri, pikirnya: "Rupanya dia
takut istrinya tertarik dengan pria lain, maka ia sengaja
menyekap istrinya di tempat ini, bahkan mengurungnya
sampai puluhan tahun. Tindakan orang ini betul-betul
tolol. Masa sampai dia sendiri pun rela berdiam di tempat
seperti ini hanya untuk menemani istrinya... Di lain sisi
terbukti juga bahwa cinta kasihnya terhadap sang istri
teramat mendalam, meski agak goblok."
Dalam saat itu si kakek berambut panjang masih
berjalan hilir mudik sambil bergumam tiada hentinya,
jelas ia tak bisa mengambil keputusan gara-gara

2640
pertanyaan yang diajukan istrinya itu. Selama ini Seebun
Glok-hiong hanya berdiam diri saja tanpa komentar
sekecap pun.
Tiba-tiba kakek berambut panjang itu menghentikan
langkahnya seraya berseru: "Aaaah, ada akal, ada akal
Aku berhasil temukan sebuah cara yang bisa mencegah
agar kau tidak mencintai orang lain"
"Apa caramu itu?" tanya perempuan cantik itu.
Tiba-tiba kakek berambut panjang itu kembali
menghela napas panjang, katanya: "cara ini bagusnya sih
bagus, cuma kau bakal lebih sengsara"
"Tidak apa-apa, coba kau terangkan"
"cantik jeleknya seseorang bukankah tergantung pada
pandangan sepasang mata?"
"Betul, dan kau berniat mencongkel keluar sepasang
mataku ini agar aku tak bisa melihat kegantengan lelaki
iain?"
"Tepat sekali dugaanmu cuma aku membayangkan
kembali betapa menderita dan tersiksanya kau tatkala
kucongkel keluar sepasang biji matamu nanti, sehingga
aku merasa cara ini kurang baik,"
Tergerak perasaan Lim Han- kim setelah mendengar
perkataan ini, diam-diam dia berpikir. "sungguh tega dan
keji perasaan orang ini Hanya gara-gara khawatir istrinya
tertarik pada kegantengan lelaki lain, ia begitu tega
hendak mencongkel keluar sepasang matanya."
sebaliknya seebun Giok-hiong hanya berdiri santai di
tempat itu. ia bersikap tak acuh terhadap tanya jawab

2641
kedua orang itu, seolah-olah tidak mendengar sama
sekali.
"Baiklah" terdengar perempuan cantik itu berkata
kemudian, "Selama ini aku memang bukan tandinganmu.
Jika kau bersikeras hendak mencongkel sepasang
mataku, lakukanlah sesuai dengan keinginanmu"
"Biarpun aku sangat ingin mencongkel keluar
sepasang matamu, tapi aku pun tak tega menyaksikan
kau tersiksa dan menderita, Kita harus temukan dulu
sebuah jalan pemecahan yang sempurna."
Lim Han- kim tak sanggup menahan diri lagi tiba-tiba
ia menimbrung: "cara apa pun yang bakal kau temukan,
mencongkel sepasang matanya sama berarti
membuatnya menjadi cacad, dengan membuatnya jadi
cacad, apa bedanya dengan membuat ia menderita?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek
berambut panjang itu, ditatapnya wajah Lim Han- kim
dengan garang, lalu umpatnya: "Anjing sialan, apa
urusannya dengan kau?"
"Manusia ini benar-benar tidak tahu diri.." pikir Lim
Han-kim dalam hati.
Dengan suara berbisik seebun Giok-hiong segera
berkata: "orang itu pencemburu berat, Asal kau tidak
mengajak bininya bicara, urusan apa saja dapat
dirundingkan"
Terdengar perempuan cantik itu berkata: "Suamiku,
begini saja, bagaimana kalau kau biarkan aku berdiam
seorang diri di kuil Thian-ii-bio ini?"

2642
"Tidak bisa" Kakek berambut panjang itu gelengkan
kepalanya berulang kali, "Membiarkan kau berdiam
seorang diri di sini membuat hatiku semakin tak lega."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong menimbrung: "Bukankah
kau hanya tak ingin dia tertarik dengan pria lain?"
"Betul" kakek itu membenarkan
"Kalau begitu kau tak perlu mengorek biji matanya.
Aku punya pemecahan yang amat bagus."
"Nona, bagaimana caramu?" seebun Giok-hiong
tertawa.
"Aku akan membiarkan dia menelan sejenis obat,
setelah itu dia akan menaruh rasa benci dan muak yang
amat sangat terhadap kaum pria. Bila rasa muak itu
sudah muncul, otomatis dia tak bakal tertarik lagi pada
pria lain."
"Apakah obat tersebut dapat dipercaya?" tanya si
kakek dengan kening berkerut
"Tanggung sangat manjur" setelah berhenti sejenak.
seebun Giok-hiong meneruskan "Cuma ada satu hal aku
perlu jelaskan lebih dulu."
"Masalah apa?"
"setelah dia minum obat tersebut, maka rasa muaknya
terhadap kaum pria akan berlaku merata, termasuk juga
terhadap dirimu sendiri".
"Itu bukan masalah"sahut kakek itu cepat-cepat.
"Kalau begitu, beres sudah"

2643
Kakek berambut panjang itu segera menjulurkan
tangannya ke muka sambil berkata:
"sekarang serahkan dulu obat tersebut kepadaku"
"Kenapa kau terburu napsu?" sahut seebun ciiok hiong
dengan kening berkerut "Lagipula obat tersebut tidak
berada dalam sakuku sekarang..."
"Sebelum dicobakan, dari mana aku bisa tahu jika
obat itu pasti manjur dan bisa dipercaya."
Hampir meledak suara tertawa Lim Han-kim saking
gelinya menyaksikan tingkah pola kakek itu. ia pun
berpikir "Dari dulu sampai sekarang, mungkin hanya dia
seorang yang punya rasa cemburu sehebat ini."
Kebetulan waktu itu si kakek sedang melirik ke arah
Lim Han-kim. Melihat ujung bibir pemuda itu
menyungging senyuman, dengan mata mendelik kontan
ia membentak penuh amarah: "Hei, apa yang kau
tertawakan?"
Lim Han-kim melirik perempuan cantik itu sekejap.
kemudian katanya: "Aku lihat sifat istrimu sangat halus
dan berbudi, mustahil dia bakal melakukan perbuatan
yang menyalahi dirimu, Aku rasa keinginanmu untuk
mencongkel matanya dan membuat ia benci pria dengan
obat-obatan merupakan tindakan yang berlebihan"
"Huuuuh Dengan usia semuda itu, tahu apa kau? Aku
sudah banyak pengalaman, memangnya aku tidak lebih
jelas darimu?"
"Masa seorang lelaki sejati tak mampu melindungi
kesetiaan istri sendiri.."

2644
"omong kosong" bentak kakek berambut panjang itu
gusar, "sudah puluhan tahun lamanya kutinggalkan nama
dan kedudukan hanya agar ia hidup tenteram di sini,
Kalau sampai detik terakhir aku tidak mengurusi dirinya
bukankah usahaku selama puluhan tahun bakal sia-sia
belaka...?"
Kembali Lim Han- kim berpikir "Bukan cuma kau,
apakah istrimu juga tidak merasa bahwa kehidupannya
selama puluhan tahun hanya sia-sia saja karena selama
ini tersekap di tempat semacam ini." Namun demi
menyaksikan kakek itu sedang marah besar, ia segan
untuk membantah lebih jauh.
Dalam situasi itulah seebun Giok-hiong menyela:
"Kalian berdua sudah berusia lanjut, Jadi suami istri pun
sudah puluhan tahun lamanya, ibarat perasaan cinta pun
mungkin sudah membatu dan membesi, mana mungkin
masih punya pikiran untuk nyeleweng..."
setelah berhenti sejenak. seebun Giok-hiong
melanjutkan "Lebih baik kalian bicarakan dulu masalah
ini baik-baik. Tiga hari lagi aku akan datang kemari untuk
menjemput kalian pergi meninggalkan tempat ini."
"Baik, akan kutunggu kedatanganmu tiga hari lagi"
jawab kakek berambut panjang itu cepat, "Selewatnya
tiga hari, bila kau belum datang, maka taruhan ini
kuanggap batal."
"Bila kau belum puas dengan kekalahanmu hari ini,
tiga hari kemudian kita boleh bertaruh sekali lagi"
Kakek berambut panjang itu seketika terbungkam dan
tak mampu berkata apa-apa. sambil mengangkat
tangannya, kembali seebun Giok-hiong berkata: "Tiga

2645
orang gadis yang kau tawan semalam adalah anak
buahku, kau harus merawat mereka baik-baik. Tiga hari
lagi bila aku datang kemari akan kubawa mereka pergi."
Tanpa menunggu jawaban dari kakek itu lagi, dengan
menggandeng tangan Lim Han- kim ia segera berlalu dari
situ.
Lim Han-kim sendiri meski tidak berkata apa-apa,
namun dengan perasaan keheranan pikirnya:
"sesungguhnya persoalan apa sih yang ia hadapi
sekarang? Kenapa begitu terburu- buru sehingga waktu
untuk menolong siau-cui sekalian pun diabaikan?"
Dengan menarik tangan Lim Han-kim, seebun Giokhiong
langsung keluar dari kuil Thian-li-bio dan
menempuh perjalanan sejauh dua-tiga li sebelum secara
tiba-tiba ia jatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan anak
muda itu.
"Cepat cari sebuah tempat yang sepi dan terpencil"
bisiknya lirih. "Aku harus mengatur napas untuk
menyembuhkan lukaku."
Ketika Lim Han-kim menengok wajahnya, tampak
paras muka gadis itu sudah berubah pucat pias bagaikan
mayat, matanya redup dan wajahnya amat kuyuh.
Dengan perasaan terkejut segera tegurnya:
"Kenapa kau?" seebun Giok-hiong tertawa getir.
"Bukankah kau selalu mengagumi ilmu silatku dan kau
katakan tanpa tandingan? Lihatlah sendiri, hari ini aku
telah bertemu dengan musuh paling tangguh yang belum
pernah kujumpai sebelumnya."
"Kau maksudkan kakek berambut panjang itu?"

2646
"Betul, dialah orangnya"
Boleh dikata saat ini Lim Han-kim harus meneruskan
perjalanan dengan membopong tubuh seebun Giok-hiong
yang lemas, sambil berlari kecil ia berkata lagi: "Tapi
jelas kau yang berhasil mengungguli pertarungan tadi
bahkan ia berhasil kau kalahkan dengan mudah."
"Apabila kemenangan tadi tidak kuraih dengan susah
payah, mustahil ia bersedia mengikuti aku secara
sukarela."
"Lalu kau sudah terluka sekarang?"
"Yaa..." seebun Giok-hiong menghela napas panjang,
"Bahkan lukaku cukup parah, Bila kau ingin balaskan
dendam bagi kematian Pek si-hiang, sekaranglah
kesempatan yang terbaik untukmu, Kini, keadaanku amat
lemah, kemampuanku untuk bertarung masih jauh di
bawah kemampuanmu. Bila ingin membunuh seebun
Giok-hiong, kau dapat melakukannya segampang
membalikkan telapak tanganmu sendiri"
"sayang sekali, Lim Han- kim bukan manusia pengecut
yang berjiwa kerdil, aku bukan orang yang suka
memanfaatkan kelemahan orang lain."
"Mungkin selama hidupmu kau hanya mempunyai
kesempatan sebaik ini satu kali ini saja, Bila kau lewatkan
kesempatan ini, mungkin selama hidup kau akan merasa
menyesali".
"Hingga detik ini, terus terang saja aku masih belum
percaya bahwa kaulah pembunuh Pek si-hiang..."
"Jadi kau percaya dia masih hidup di dunia ini?" tanya
seebun Giok-hiong sambil tertawa.

2647
"Benar, aku percaya dia belum mati."
"Tapi semua peristiwa itu merupakan kenyataan,
bahkan dengan mata kepala sendiri kusaksikan ia putus
nyawa, buat apa aku membohong imu?"
"Bila kau benar-benar membunuhnya, suatu ketika
nanti aku pasti akan membalaskan dendam sakit hatinya"
"Kenapa kau tidak turun tangan sekarang juga?"
"Tidak Kalau ingin membalas dendam, aku harus
dapat mengalahkan kau dengan andalkan ilmu silat Aku
ingin suatu pertarungan yang adil. Aku baru akan
membunuhmu bila memang aku berhasil
mengalahkanmu"
"Dalam sepuluh tahun mendatang, belum tentu kau
akan menjumpai kesempatan seperti ini lagi."
sementara pembicaraan masih berlangsung, tibalah
mereka berdua di tepi sebuah hutan. Lim Han-kim segera
membimbing seebun Giok-hiong masuk ke dalam hutan
mencarikan sebuah tanah berumput yang datar dan
membimbingnya untuk duduk, kemudian baru ia
melanjutkan:
"Bagi seorang lelaki sejati, membalas dendam pada
sepuluh tahun kemudian pun belum terhitung terlambat
.Biarlah kutunggu sepuluh tahun lagi sebelum
membunuhmu."
"Bagaimana seandainya sepanjang hidup kau tak
punya kesempatan ini?" tanya seebun Giok-hiong sambil
tertawa.

2648
"Pasti ada. Paling lama sepuluh tahun, paling cepat
lima tahun, aku pasti akan berhasil mempelajari ilmu silat
yang sanggup digunakan untuk membunuhmu"
Tertegun juga seebun Giok-hiong ketika dilihatnya
pemuda itu bicara dengan begitu serius dan yakin,
katanya kemudian: "Tidak banyak guru kenamaan di
dunia saat ini yang sanggup mengalahkan diriku."
"Aku percaya pasti ada jalan untuk mempelajari ilmu
tangguh tersebut, kau tak usah ikut merisaukan"
"Boleh kau terangkan padaku kepada siapa kau
hendak belajar ilmu silat tangguh itu?" Dengan cepat Lim
Han-kim menggeleng.
"Maaf, aku tak boleh menjawab pertanyaanmu ini,"
katanya.
seebun Giok-hiong tidak banyak bicara lagi, ia segera
pejamkan mata dan mulai mengatur pernapasan.
Dua jam berlalu dengan cepatnya, saat itulah seebun
Giok-hiong baru selesai bersemedi, sambil membuka
mata ia bertanya: "Sudah jam berapa sekarang?"
"Mendekati sore."
"Terima kasih banyak atas perlindunganmu selama
ini."
"Bagaimana keadaanmu sekarang? sudah agak
baikan?"
"Yaa, sudah segar kembali"
"Kalau begitu, nona harus jaga diri baik-baik. Aku
hendak mohon diri lebih dulu."

2649
"Kau hendak pergi ke mana?" seebun Giok-hiong
segera melompat bangun.
"Dunia amat luas, kemana kakiku melangkah, ke
sanalah aku pergi"
"Bila kau ingin menonjolkan diri dalam dunia
persilatan, hanya ada dua jalan yang bisa kau tempuh,
Kesatu adalah bekerja sama denganku, Jalan kedua
adalah bergabung dengan Li Tiong-hui. selain kedua
jalan tersebut mungkin sulit bagimu untuk membentuk
kelompok tersendiri dalam dunia persilatan saat ini."
"Aku tak percaya selain bergabung dengan kalian
berdua, maka aku tak akan temukan jalan lain" selesai
berkata, ia membalikkan badan dan beranjak pergi
dengan langkah lebar.
"Kini posisi kami berdua sudah terbentuk. situasi ini
tak mungkin bisa diubah lagi dengan kekuatan satu- dua
orang, Asal kau berniat untuk bergabung dengan
kelompokku, setiap saat seebun Giok-hiong akan
menyambut kedatanganmu dengan segala hormat"
Lim Han-kim berpaling seraya menjura, ucapnya:
"Maksud baik nona biar kuterima dalam hati saja, sayang
kepandaian silat yang kumiliki masih belum mampu
membantu usaha nona." selesai berkata, tanpa
menunggu jawaban dari seebun Giok-hiong lagi, ia
teruskan perjalanannya meninggalkan tempat itu. Dalam
waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan.
Memandang hingga bayangan punggung pemuda itu
lenyap dari pandangan mata, seebun Giok-hiong

2650
menghela napas panjang, pelan-pelan ia pun berjalan
meninggalkan tempat tersebut.
sementara itu Lim Han-kim melakukan perjalanan
cepat sejauh puluhan li sebelum menghentikan
langkahnya, Ketika berpaling dan tidak melihat seebun
Giok-hiong mengikutinya, ia menghembuskan napas
panjang dan memperlambat langkahnya.
Angin gunung yang berhembus lewat menimbulkan
rasa dingin di badan. Hitung-hitung, ia baru sadar bahwa
hari ini telah memasuki bulan kedelapan, Teringat
dengan janjinya pada malam Tiong-ciu, pemuda itu
segera bergerak menuju ke kota Bu-chong.
Hari itu, ketika mendekati tengah hari, sampailah
pemuda itu di kota Bu-chong. Tanggal menunjukkan
bulan delapan tanggal empat belas, berarti selisih satu
hari dengan tanggal perjanjiannya. Pengembaraan
selama ini telah membuat pemuda tersebut berhasil
menghimpun banyak pengalaman.
Mula-mula ia mencari rumah makan dulu untuk
mengisi perut, kemudian baru ia berangkat ke rumah
makan Ui-hokslo, tempat yang dijanjikan sebagai tempat
pertemuan.
Rumah makan Ui-hok-Io dibangun dekat sungai
dengan pemandangan alam di sekitarnya yang sangat
indah, Lim Han- kim mencari sebuah tempat dekat
rumah makan tersebut dengan merek Kanglam-cun.
Dicari-nya sebuah tempat yang terpencil. ia menarik
turun topi caping yang dikenakan hingga menutupi
sebagian besar wajahnya dan diam-diam memperhatikan

2651
orang yang lalu lalang dalam rumah makan Ui-hok-lo di
hadapan-nya.
Meskipun tempat duduk yang dipilihnya agak memojok
dan terpencil namun cukup strategis, pemandangannya
luas dan setiap orang yang memasuki rumah makan Uihok-
lo dari sudut mana pun tak akan luput dari
incarannya.
Tak lama setelah ia duduk. muncul seorang pelayan
sambil menyapa: "Tuan, hendak pesan apa?"
"Sediakan sepoci arak bagus dan empat macam
sayur."
Pelayan itu mengiakan Tak lama kemudian sepoci arak
dan empat macam sayur telah dihidangkan Dengan
santai Lim Han- kim penuhi cawannya dengan arak lalu
mencicipi setegukan, sementara sepasang matanya
mengawasi terus orang yang lalu lalang di rumah makan
Ui-hok-lo.
Mendadak terdengar suara derap kaki kuda yang
ramai berkumandang datang, disusul kemudian tampak
empat ekor kuda bergerak mendekat dan berhenti di
depan rumah makan Ui-hok-lo tersebut Penunggangnya
serentak melompat turun dari kudanya.
orang yang terakhir bertugas menerima tali les kuda
rekan-rekannya dan menggiring binatang itu ke sisi lain.
Lim Han-kim menghela napas panjang, diambilnya
cawan arak di hadapannya dan meneguk isinya hingga
habis. Ternyata mereka bertiga adalah Han si-kong, Li
Bun-yang serta Hongpo Lan. Tampak ketiga orang itu

2652
memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
bersama-sama masuk ke dalam rumah makan.
Lim Han-kim yang menyaksikan hal ini segera berpikir:
"Mereka bertiga datang sehari lebih awal, hal ini
membuktikan bahwa perhatian serta cinta kasih mereka
kepadaku amat mendalam. Kini aku sudah tiba di sini,
kenapa tidak segera kujumpai mereka bertiga?"
Baru saja dia hendak memanggil pelayan untuk
membuat perhitungan, tiba-tiba dilihatnya seorang
pemuda berbaju biru dengan seorang pemuda bertopi
hijau sedang berjalan memasuki rumah makan Kanglamcun
di mana ia berada sekarang.
Begitu melihat jelas paras muka orang tersebut buruburu
Lim Han-kim melengos ke arah lain dan tak berani
meliriknya kembali, Ternyata pemuda bertopi hijau itu
tak lain adalah Yu siau-Iiong, sedangkan pemuda berbaju
biru yang ada di sisinya tak lain adalah samaran dari Li
Tiong-hui.
sementara itu Li Tiong-hui telah melirik sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian pelan-pelan mengambil
tempat duduk di meja sisi Lim Han-kim dan berkata:
"Siau-liong, yakinkah kau bahwa Lim suheng- mu pasti
akan datang kemari?"
"Aku dibesarkan bersama dia, aku tahu jelas sifat serta
wataknya, Asalkan saudara Hongpo Lan tidak bohong, ia
pasti akan datang untuk memenuhi janjinya."
BAB 29. Bertemu Dengan kekasih

2653
"Aaaai..." Li Tiong-hui menghela napas panjang,
"Tempo hari, gara-gara sikapku agak sangsi hingga
menyinggung perasaannya, mungkin ia sudah menaruh
dendam kepadaku kini."
"Tidak apa-apa," hibur Yu siau-liong. "saudara
seperguruanku ini bukan orang yang picik dan gampang
tersinggung, sekalipun kau berbuat salah kepadanya, dia
tak akan mendendam kepadamu."
Lim Han- kim yang mendengarkan pembicaraan
tersebut, diam-diam berpikir "Tampaknya Li Tiong-hui
telah berhasil mengobati luka beracun yang diderita Yu
siau-liong. sudah sepantasnya bila aku tampilkan diri
untuk mengucapkan terima kasih kepadanya,"
Tiba-tiba terdengar Li Tiong-hui menghela napas
panjang, lalu katanya: "Tahukah kau, wajah suhengmu
telah dirusak oleh seebun Giok-hiong?"
"sungguh?" seru Yu siau-liong terkejut,
"sepintas lalu tampaknya seperti sungguhan, tapi
seebun Giok-hiong licik dan banyak akal muslihatnya,
Menurut dugaanku, mungkin hal itu tidak betul-betul
terjadi."
"Semoga saja wajahnya memang tidak benar-benar
rusak."
Setelah suasana hening beberapa saat, kembali Li
Tiong-hui berkata sambil menghela napas: "Menurut
pendapatmu, mungkinkah suhengmu akan datang lebih
awal satu hari?"
"Aku tak berani memastikan hal ini, tapi aku yakin dia
pasti akan datang memenuhi janjinya."

2654
Lim Han-kim yang mendengar sampai di sini segera
berpikir kembali: "Mereka membicarakan terus masalah
kehadiranku di sini, padahal aku sudah berada di sisinya
semenjak tadi..."
Mendadak terdengar suara langkah kaki bergema
mendekat disusul dengan suara bangku yang bergeser,
Tampaknya ada seseorang menghampiri Li Tiong-hui dan
duduk di sampingnya.
Lim Han-kim tak berani menoleh, jadi dia tak tahu
siapa gerangan yang telah datang, Menyusul kemudian
terdengar seseorang berkata dengan suara rendah:
"Hamba bersama saudara Li dan Han locianpwe telah
meneliti seluruh ruangan rumah makan itu, namun tidak
kujumpai jejak Lim Han-kim."
Begitu mendengar suara pembicaraan orang tersebut,
Lim Han-kim segera dapat mengenalinya sebagai Hongpo
Lan.
Terdengar Li Tiong-hui menjawab: "Hari ini baru bulan
delapan tanggal empat belas, mungkin besok ia baru
sampai di sini,"
"Dugaan Bengcu selalu tepat, hamba rasa dugaanmu
kali ini tak bakal salah lagi"
"Pada saat dan kondisi seperti ini, kau tak usah
menyebut aku sebagai Bengcu. Aaaai... padahal aku, Li
Tiong-hui, bukan manusia yang kemaruk akan nama dan
kedudukan. Asal aku berhasil memaksa seebun Giokhiong
meninggalkan daratan Tionggoan, maka
kedudukan Bengcu pun segera akan kutinggalkan"

2655
Meskipun pembicaraan kedua orang itu dilangsungkan
dengan nada lirih, namun berhubung Lim Han-kim
memperhatikan dengan serius, maka setiap patah
katanya dapat terdengar dengan jelas sekali.
Terdengar Hongpo Lan berkata lagi: "Han locianpwee
telah menjumpai sebuah perahu nelayan yang
mencurigakan berlabuh dekat telaga, oleh sebab itulah
hamba diutus untuk melaporkan hal ini kepada Beng..."
Belum habis kata-katanya diucapkan, ia segera
membungkam.
"Kau panggil aku Li sianseng saja" perintah Li Tionghui
sambil tertawa.
setelah berhenti sejenak. terusnya: "Bagian manakah
dari perahu nelayan itu yang mencurigakan"
"sebetulnya perahu nelayan itu sendiri tak ada yang
aneh atau mencurigakan, justru kain serta berapa tulisan
yang dikerek pada tiang layarnya itulah yang aneh."
"Apa yang tertulis di situ?"
"Membalik tangan melumat Tiong-hui, sambil tertawa
mengejutkan seebun..."
"Waaah... besar amat omongannya"
"Setelah Han locianpwe menemukan kehadiran perahu
nelayan itu dan makin dipikir semakin curiga, maka ia
khusus mengutus aku untuk melaporkan hal inc kepada
Li sianseng."
"Di kolong langit dewasa ini hanya ada seorang yang
mampu mengibarkan tulisan semacam itu. Bukan saja

2656
aku tak akan marah kepadanya, bahkan aku takluk
dengan perasaan ikhlas."
"siapa sih orang yang berani bicara sebesar itu?"
"Pek si-hiang..."
"Betul," pikir Lim Han-kim. " Hanya Pek si-hiang yang
mampu berbuat begitu, Jangan-jangan ia sudah berhasil
menguasai ilmu iblisnya dan kini terjun kembali ke dunia
persilatan? Aku harus menengok sendiri keadaan
tersebut"
Ia merasakan gejolak emosi yang membara hingga
tanpa sadar tangan kanannya menyentuh cawan arak di
meja. Arak yang penuhi cawan tersebut kontan saja
tumpah dan mengotori pakaian Li Tiong-hui serta Yu
siau-liong,
Li Tiong-hui segera mengebaskan bajunya yang basah
sambil melirik Lim Han-kim sekejap. Melihat dia memakai
baju yang jelek dan dandanannya mirip seorang tukang
kereta, maka ia pun tak banyak bicara.
sebaliknya Yu siau-liong segera naik pitam, dengan
amarah yang berkobar ia melangkah ke hadapan Lim
Han-kim, lalu sambil menggebrak meja umpatnya: "Hei,
bisu rupanya kamu ini?"
Gebrakan itu sangat keras sampai membuat sayur dan
arak yang berada di meja tergetar keras, tak sedikit yang
tertumpah dan mengotori pakaian Lim Han-kim.
Waktu itu Lim Han-kim cemas sekali Li Tiong-hui dan
Yu siau-liong mengenali penyamarannya, buru-buru ia
menjura dan sambil menyerakkan suaranya ia berkata:
"Maaf bila aku mengotori pakaian toaya berdua."

2657
Kemudian dengan tergopoh-gopoh ia beranjak pergi
meninggalkan rumah makan itu.
Dalam gugup dan paniknya ia sampai lupa membayar
si pelayan yang kebetulan berada di sampingnya buruburu
menangkap lengannya sambil berteriak: "Hei, kau
ingin makan gratis? Ayoh bayar dulu sebelum pergi."
Dari dalam sakunya Lim Han-kim mengambil sekeping
perak dan segera menyelipkannya ke tangan pelayan itu,
kemudian buru-buru ia pergi meninggalkan tempat itu.
Pelayan itu mencoba menimang uang perak yang
cukup untuk membayar sebuah perjamuan kecil itu,
namun sebelum ia sempat memberi uang kembalian,
pemuda itu sudah jauh meninggalkan warung makan.
Li Tiong-hui melirik sekejap kepingan perak di tangan
pelayan itu, lalu bisiknya: "orang itu sangat
mencurigakan"
"Biar kutangkap dia" seru Hongpo Lan sambil
meninggalkan tempat duduknya dan segera melakukan
pengejaran
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian tampak
Hongpo Lan berjalan balik seorang diri sambil melapor:
"Gerakan tubuh orang itu cepat sekali sudah kukelilingi
rumah makan Ui-hokslo satu kali, namun tak nampak
bayangan tubuhnya"
"Di tempat ini memang banyak pelancong yang lalu
lalang, gampang bagi orang itu untuk menyembunyikan
diri" setelah berhenti sejenak, terusnya: "Kini jejak kita
sudah ketahuan orang, cepat beritahu mereka agar lebih
berhati-hati"

2658
Hongpo Lan menyahut dan segera meninggalkan
tempat itu, Pada saat itu Lim Han-kim telah
meninggalkan rumah makan dengan cepat, Buru-buru ia
menuju ke tepi sungai, Menggunakan kesempatan di saat
orang tidak memperhatikan, ia melompat naik ke atas
sebuah perahu dan menyembunyikan diri
Perahu nelayan itu cukup besar, namun penghuninya
hanya seorang gadis berkepang dua yang sedang
menanak nasi, Dengan bersembunyi di belakang jala
ikan, Lim Han-kim dapat melihat Hongpo Lan memeriksa
sekejap sekeliling tempat itu untuk kemudian balik lagi ke
jalan semula.
Menunggu sampai bayangan Hongpo Lan sudah jauh,
pemuda itu baru bangkit berdiri dan siap melompat turun
dari perahu nelayan itu. Tapi belum sempat ia berbuat
sesuatu, mendadak si nona yang sedang menanak nasi
itu berpaling, Gadis itu nampak tertegun setelah
menyaksikan wajah anak muda tersebut
Baru saja dia akan berteriak. secepat sambaran petir
Lim Han-kim sudah melompat masuk ke dalam ruang
kapal sambil mendekap mulut nona tersebut bisiknya:
"Nona, harap jangan teriak. Aku sedang dikejar orang,
sehingga terpaksa bersembunyi dalam perahu mu, harap
kau sudi memaafkan"
sementara berbicara, ia lepaskan kembali tangan
kanannya yang mendekap mulut nona itu.
Tampaknya nona itu sudah terbiasa hidup keras di
atas perahu nelayannya hingga nyalinya agak besar
setelah perhatikan sekejap wajah Lim Han-kim. katanya:

2659
"Dilihat dari dandanan serta wajahmu. nampaknya kau
bukan orang persilatan"
Lim Han-kim segera berpikir: "padahal ia menyaksikan
dengan jelas bagaimana aku melompat naik ke atas
perahu ini, semestinya ia tahu jika aku adalah orang
persilatan, Ehmm, aku mesti mengaku terus terang
kepadanya, kalau tidak. Ia malah mencurigai diriku..."
Berpikir begitu, dia pun menjawab: "Aku benar-benar
anggota dunia persilatan, cuma aku sedang menyamar
sehingga nampaknya tidak mirip orang persilatan.."
"oooh, rupanya begitu" Gadis itu manggut-manggut.
Dari sakunya Lim Han-kim mengeluarkan sekeping
uang perak, lalu katanya lebih lanjut: "Aku ingin
memohon sedikit bantuan nona. Anggap saja uang ini
sebagai ungkapan rasa terima kasihku, harap nona
jangan mentertawakan"
Nona itu hanya memandang sekejap uang perak di
tangan Lim Han-kim itu, lalu katanya: "Kau mesti
jelaskan dulu bantuan apa yang kau butuhkan?"
"Aku ingin meminjam perahu nona..."
"Tidak bisa," tolak nona itu sambil menggeleng, "Kami
sekeluarga hidup dengan bergantung pada perahu ini,
bagaimana mungkin dapat kupinjamkan kepadamu?"
"Tampaknya nona salah paham. Maksudku, aku
hendak menyewa perahu untuk mencari sebuah perahu
lain yang mungkin sedang berlabuh di sekitar tempat ini"
"Masa kau tidak bisa pergi mencarinya sendiri?"

2660
"Terus terang kuakui nona, aku memang sengaja
hendak menyewa perahu ini karena nonalah yang mesti
mendayung perahu ini, sedang aku harus bersembunyi
agar jejakku tidak ketahuan orang."
Pelan-pelan nona itu meletakkan mangkuknya ke atas
meja, setelah itu baru ia berkata lagi: "Seandainya tidak
kukabulkan permintaanmu ini, manusia buas macam
kalian tak nanti akan lepaskan aku dengan begitu saja,
Aaaai... kalian manusia persilatan memang rata-rata
kejam, masa membunuh orang seperti menginjak mati
seekor semut saja."
Lim Han-kim hanya membungkam tanpa menjawab,
diletakkannya kepingan uang perak itu di atas meja.
"Kau boleh duduk di dalam ruangan," ujar nona itu
kemudian sambil berjalan ke arah geladak, "Aku akan
segera mendayung perahu ini."
Lim Han-kim dapat melihat bahwa perahu itu
panjangnya dua tombak, sementara usia gadis tersebut
hanya enam-tujuh belas tahunan, sesungguhnya ia tak
tega membiarkan gadis tersebut mendayung perahunya
seorang diri, tapi ia pun tahu bahwa dirinya tak mungkin
tampil secara terang-terangan, oleh sebab itu terpaksa ia
duduk saja dalam ruangan tanpa bergerak.
setelah menaikkan jangkar, nona itu bertanya lagi:
"Hendak ke mana kita sekarang?"
"Dayung perahumu ke arah barat, di mana banyak
perahu berlabuh."
Kelihatannya saja gadis nelayan itu masih muda belia,
ternyata ilmu mendayungnya amat hebat dan sempurna,

2661
pelan-pelan bergeraklah perahu itu menuju ke arah
barat.
Lim Han-kim membuka lebar jendela dalam ruang
perahu, Dari sana ia dapat menyaksikan pemandangan di
luar dengan jelas, sejauh mata memandang terlihat
perahu nelayan berjajar-jajar, namun tak terlihat perahu
dengan bendera yang berkibar itu.
sementara ia masih mencari dengan seksama,
mendadak terdengar suara dayung membelah ombak
bergema datang, Tampak sebuah sampan kecil bergerak
laju melewati perahunya dengan menimbulkan percikan
gelombang yang menyebar keempat penjuru.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali orang-orang yang berada di atas sampan itu
tak lain adalah Li Tiong-hui, Yu siau-liong serta Hongpo
Lan bertiga, sedang orang yang bertugas mendayung
adalah seorang lelaki yang memakai baju serba hitam.
Ilmu mendayung lelaki itu sangat hebat, Tenaga
dayungannya juga luar biasa, sekali mendayung sampan
itu meluncur bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya, sekilas pandang saja dapat diketahui bahwa
lelaki itu adalah jagoan dan dunia persilatan.
Tampak sampan itu meluncur langsung menuju ke
arah sebuah perahu yang berlabuh beberapa kaki di
hadapannya, Lim Han-kim segera berpikir "Kemungkinan
besar perahu itulah perahu yang sedang kucari- cari
selama ini..."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali
terlihat sebuah sampan cepat sedang bergerak menuju
ke arah sasaran yang sama, penumpang sampan

2662
tersebut ada dua orang, mereka adalah Li Bun-yang
serta Han si kong.
sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya
dugaanku tak meleset kali ini"
Ia segera berjalan keluar dari ruang perahu dan
berkata kepada gadis itu sambil menjura: "Nona, aku
punya satu permintaan yang terpaksa harus
kukemukakan harap nona bersedia membantu."
Gadis nelayan itu nampak agak tertegun, lalu
ancamnya: "Bila kau berani punya pikiran jahat
kepadaku, aku segera akan berteriak keras. jika kau
berani menyentuh badanku, aku segera akan terjun ke
air untuk bunuh diri"
Buru-buru Lim Han-kim goyangkan tangannya
berulang kali, serunya: "Nona, kau jangan salah paham
aku hanya ingin meminjam satu stel pakaian nelayan
darimu."
Gadis nelayan itu perhatikan sekejap diri Lim Han-kim.
kemudian baru menjawab: "Mungkin kau cocok dengan
pakaian kakakku."
"Terima kasih atas kesediaanmu nona." sekali lagi Lim
Han-kim memberi hormat.
Ketika gadis nelayan itu melihat pemuda tersebut
meski berwajah buruk namun sikapnya lugu dan jujur,
bahkan kepolosannya tak tampak dibuat-buat, tak tahan
lagi sambil tertawa geli ia berkata: "Biasanya orang
persilatan berhati keji dan ganas, salah sedikit saja
segera turun tangan membunuh orang, Tapi aku lihat
kau berbeda sekali dengan mereka, meski rupamu sedikit

2663
agak buruk dan aneh, ternyata hatimu sangat halus dan
penuh sopan santun."
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
"Aku akan berterima kasih sekali kepada nona atas
bantuanmu ini. Bila urusanku hari ini dapat diselesaikan,
pasti akan kuberi imbalan yang setimpal kepadamu."
"sekeping uang perak itu sudah cukup untuk
membeayai penghidupan kami sekeluarga selama
berhari-hari, Kau tak perlu memberi ongkos lagi, Aku
cuma berharap kita bisa segera kembali ke daratan agar
keluargaku tidak bingung mencari aku."
"Jangan kuatir nona, paling cepat satu jam, paling
lama sebelum matahari terbenam, kita pasti sudah
kembali ke daratan,"
Gadis itu masuk ke dalam ruangan sambil
mengeluarkan satu stel pakaian, sambil menyerahkan
pakaian itu ia berkata: "Kau boleh tukar pakaian di dalam
ruangan."
Tak lama kemudian Lim Han-kim sudah muncul
dengan pakaian nelayannya, kepada gadis itu katanya:
"Nona, silakan kau pegang kemudi, biar aku yang
mendayung."
"Tidak usah" tampik gadis itu sambil menggeleng.
"Tampaknya dia tak mau berdiri bersanding
denganku," pikir Lim Han-kim dalam hati., sambil
berjalan menghampiri jala ikan, katanya lagi:
"Bagaimana kalau kubantu nona untuk mengeringkan
jala ikan ini?"

2664
"Masa kau bisa?"
"Kita coba saja." Kemudian sambil membentangkan
jala ikan tersebut, kembali ujar-nya: "sudahkah nona
perhatikan arah yang dituju kedua buah sampan cepat
itu?"
"Yaa, sudah kulihat"
"Mari kita kejar kedua sampan tersebut" Gadis nelayan
itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian
mengurungkannya, ia segera memutar kemudi dan
mendayung perahunya menyusul kedua sampan tersebut
Tentu saja kecepatan gerak perahu nelayan ini kalah
jauh bila dibandingkan kecepatan kedua sampan
tersebut, Gadis itu terpaksa mendayung dengan sekuat
tenaga, akibatnya keringat bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya.
"Kau tak perlu gelisah," hibur Lim Han-kim sambil
melirik gadis itu sekejap. "Mereka tak bakal pergi terlalu
jauh, kejar saja pelahan lahan. Lebih baik lagi jika jejak
kita tidak ketahuan mereka."
sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya tibatiba
gadis itu bertanya: "Mau apa sih kau kejar mereka?"
"Nona tak usah kuatir, seandainya terjadi sesuatu
peristiwa, tak nanti aku akan menyusahkan dirimu."
Kembali gadis nelayan itu berkerut kening, Dia seperti
ingin mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut
diurungkan kemudian-
Biarpun gerak laju perahu nelayan ini amat lambat,
namun selisih jaraknya dengan perahu tersebut hanya

2665
seratus kaki lebih, Tak selang berapa saat kemudian
mereka sudah tiba di hadapannya.
Dengan mengenakan topi bambu yang lebar untuk
menutupi sebagian wajahnya, Lim Han-kim mencoba
memperhatikan keadaan di sana, Tampak olehnya kedua
sampan tadi telah mengepung sebuah perahu layar yang
besar dan lebar.
Tampaknya perahu layar itu sudah menurunkan
jangkar dan berlabuh di sana. Tubuh perahu kelihatan
terombang-ambing mengikuti gulungan ombak, sebuah
tiang dengan selembar kain yang lebar terlihat berkibar
di ujung layar. Betul juga, Pada kain itu tertera beberapa
huruf yang berbunyi: "Membalik tangan melumat Tionghui,
sambil tertawa mengejutkan seebun"
Perahu layar ini mirip dengan sebuah perahu nelayan
yang belum lama diubah sesuai bentuknya, di sana sini
tampak bekas-bekas perubahan yang kelihatan masih
baru.
selain kain lebar yang berkibar di atas tiang, suasana
dalam perahu itu amat hening dan sepi, Pintu ruangan
maupun jendela tertutup oleh kain berwarna merah yang
tebal sehingga orang luar tak dapat melihatjelas keadaan
di dalamnya.
Tiba-tiba Lim Han-kim bangkit berdiri, sambil
menghampiri si nona nelayan, ia berbisik: "Nona, jangan
terlalu dekat dengan mereka, daripada menimbulkan
kecurigaan orang-orang di sampan tersebut"
Gadis nelayan itu manggut-manggut, pelan-pelan ia
memutar haluan perahu dan bergerak menuju ke arah
barat sementara itu sampan yang ditumpangi Li TiongTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2666
hui tiba-tiba memutar haluan dan bergerak langsung
menghampiri perahu layar itu.
Ketika sampan berada lebih kurang tujuh-delapan
depa dari perahu besar, mendadak Hongpo Lan
melompat naik ke atas perahu layar tersebut sambil
berseru: "Aku mendapat perintah dari Bu-lim bengcu
untuk menyambangi Anda yang berada dalam perahu,
harap Anda bersedia menjumpai kami"
suasana dalam perahu layar itu amat hening, tak
kedengaran seorang manusia pun menjawab.
Merasa sapaannya tak digubris, Hongpo Lan naik
pitam. Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati pintu
ruangan sebelum ia sempat mendorong pintu tersebut,
tiba-tiba Li Tiong-hui membentak keras: "Jangan
bertindak gegabah"
Hongpo Lan menyahut dan segera mengundurkan diri,
katanya sembari menjura: "siap menantikan perintah
Bengcu berikut"
Li Tiong-hui memberi tanda, sampan itu segera
bergerak mendekati perahu layar itu. pelan-pelan Li
Tiong-hui bangkit berdiri lalu serunya: "Jago lihai dari
manakah yang ada di sini?"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, mendadak pintu
ruang perahu terbuka dan muncul selembar papan
merah yang bertuliskan "Tidak terima tamu"
Li Tiong-hui mengerutkan kening, sambil melompat
naik ke atas perahu ia berseru: "Li Tiong-hui khusus
datang untuk bertamu"

2667
Kembali papan merah itu berputar, kali ini di atas
papan itu tertera dua huruf yang amat besar: "silakan
kembali"
Li Tiong-hui menghembuskan napas panjang, ia
segera memberi tanda, Li Bun-yang, Han si-kong dan Yu
siau-liong serentak melompat naik ke atas perahu besar
itu.
Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini segera
berpikir di dalam hati: "Tampaknya Li Tiong-hui naik
darah lantaran malu. Mungkin dia akan menerjang masuk
dengan kekerasan"
sementara ia masih termenung, mendadak pemuda itu
merasa ada empat buah sinar mata yang amat tajam
sedang mengamati dirinya. Ternyata mereka adalah Han
si-kong serta Li Bun- yang. jelas gerakan perahu nelayan
yang memutar haluan telah memancing kecurigaan
kedua orang tersebut.
Pengembaraan yang dilakukan Lim Han-kim selama
beberapa bulan membuat pemuda ini lebih mampu
menahan diri, Buru-buru ia tundukkan kepalanya, purapura
membenahi jala ikan dan tidak menengok lagi ke
arah mereka.
Terdengar ujung baju terhembus angin bergema
datang, agaknya ada orang yang melompat naik ke
perahu nelayan itu Lim Han-kim pura-pura tidak
mendengar, ia tetap tundukkan kepalanya sambil
membentang jala.
Terdengar Hongpo Lan menegur dengan suara dingin:
"Sebetulnya apa maksud kalian mengejar sampan kami
sampai di sini?"

2668
Lim Han-kim angkat kepalanya sedikit lalu menuding
ke arah mulut sendiri sambil goyangkan tangannya
berulang kali, ia sadar, begitu dirinya buka suara, pasti
nada suaranya akan ketahuan sahabat karibnya ini, maka
ia terpaksa berlagak bisu.
Hongpo Lan segera berpaling ke arah gadis nelayan
itu sambil menegur: "Apakah dia bisu?"
Tampaknya gadis itu cerdik juga, dengan cepat ia
mengangguk "Yaa, ia tak bisa bicara"
"Dia ini apa mu?"
"saudara sepupu" Tampaknya gadis itu sudah
mempersiapkan jawaban yang jitu.
Menggunakan kesempatan tersebut Hongpo Lan
memeriksa sekejap seluruh ruang perahu itu. Beberapa
waktu kemudian ia baru berkata: "Turuti nasehatku,
cepat tinggalkan tempat ini dan bawa perahumu
menjauh dari sini" Gadis itu menyahut dan buru-buru
memutar haluan perahu.
Hongpo Lan tidak banyak bicara lagi, ia segera melejit
balik ke arah sampannya kemudian melompat baik ke
atas perahu besar itu.
Lim Han-kim meletakkan kembali jala ikan ke atas
geladak lalu menghampiri si nona seraya berbisik,
"Jalanlah agak lambat." setelah itu dia kembali ke dalam
ruang perahu dan mengintip dari balik jendela.
Tampak Li Bun-yang serta Han si-kong telah bergerak
menghampiri pintu ruang perahu layar itu sementara Yu
siau-llong serta Hongpo Lan berdiri di kedua sisi tubuh Li
Tiong-hui.

2669
Dari kejauhan terdengar Li Tiong-hui berseru: "Apakah
nona Pek yang berada di dalam ruang perahu?"
Kembali dari balik ruang perahu muncul sebuah papan
merah bertuliskan beberapa huruf.
Ketika itu perahu nelayan yang ditumpangi Lim Hankim
sudah agak jauh meninggalkan perahu besar. Hanya
mengandalkan ketajaman mata sulit baginya untuk
melihat jelas tulisan pada papan itu. Namun samar-samar
terbaca juga beberapa huruf yang berbunyi: "Ternyata
Tiong-hui tidak pintar, buat apa kau menjadi ujung
tombak?"
Begitu selesai membaca tulisan tersebut mendadak Li
Tiong-hui mengulapkan tangannya seraya berseru: "
Kembali ke perahu sendiri" Tanpa membuang waktu ia
melompat balik lebih dulu ke atas sampan sendiri
Yu siau-liong, Hongpo Lan, Li Bun-yang serta Han sikong
serentak menyusul di belakangnya untuk kembali
ke perahu sendiri Dalam waktu singkat kedua sampan
tersebut sudah bergerak meninggalkan tempat itu.
Melihat hal ini buru-buru Lim Han-kim berseru: "Nona,
cepat jalankan perahu ke dalam kelompok perahu
nelayan lainnya, dengan begitu mereka tak akan
melakukan suatu tindakan"
Gadis nelayan itu menyahut dan sekuat tenaga
mendayung perahunya menyusup ke dalam rombongan
perahu lainnya, Tak lama kemudian kedua sampan
tersebut sudah menyusul tiba, tapi mereka hanya
mengitari rombongan perahu nelayan itu sekali kemudian
bergerak menuju ke timur.

2670
selang berapa saat kemudian kedua sampan itu sudah
lenyap dari pandangan mata.
Dari dalam sakunya kembali Lim Han-kim merogoh
keluar selembar daun emas. seraya meletakkan ke meja
dalam ruangan, katanya: "Terima kasih banyak atas
bantuan nona. Untuk sementara ini aku ingin mohon diri
lebih dulu, mungkin malam nanti aku masih
membutuhkan bantuan nona, Bila kau bersedia
membantu, tolong pasanglah sebatang hio di atas
geladak perahumu."
Dengan cepat dia melangkah keluar dari ruang perahu
untuk kemudian melompat ke perahu sampingnya.
Dengan cepat pula ia sudah bergerak mencapai daratan.
sambil mengawasi bayangan punggung pemuda itu,
dalam hati gadis nelayan itu berpikir "Biarpun orang ini
punya wajah yang jelek. ternyata hatinya baik sekali..."
sementara itu setibanya di daratan, Lim Han-kim
mencari sebuah tempat yang sepi untuk beristirahat
Ketika hari sudah gelap baru dia balik kembali ke tepi
sungai di mana perahu nelayan itu tertambat Benar juga,
pada geladak perahu itu tertancap sebatang hio.
"Besar amat nyali budak ini," batin Lim Han-kim sambil
melompat naik ke atas perahu. Waktu itu rembulan
bersinar terang, angin berhembus sepoi-sepoi
meninggalkan udara yang dingin,
"Nona..." sapa Lim Han-kim setelah membetulkan
letak topinya,
Pintu ruang terbuka, gadis nelayan itu muncul lebih
dulu diikuti seorang lelaki berperawakan tinggi besar.

2671
Melihat kehadiran lelaki itu, Lim Han-kim membatin:
"Tampaknya ia berniat membohongi aku..."
Belum habis ingatan itu melintas, si nona sudah
menengok ke arah Lim Han-kim sambil berbisik kepada
lelaki kekar itu: "Dialah orang yang kumaksudkan..." Lalu
sambil menuding ke arah lelaki kekar itu, katanya lagi:
"Dia adalah kakak kandungku" Lim Han-kim segera
memberi hormati "Maaf saudara, aku ingin meminjam
perahumu."
"Adikku telah menerangkan niatmu ini kepadaku tadi,
sebagai orang awam yang tidak mengenal dunia
persilatan, sebetulnya kami enggan melibatkan diri dalam
persoalan macam begini, tapi menurut adikku kau sangat
baik dan tahu sopan santun."
"Anda tak perlu cemas," tukas Lim Han-kim. "Bila
terjadi sesuatu, aku tak akan melibatkan kalian."
"Kau hendak ke mana?"
"sore tadi adikmu sudah ke situ"
Gadis nelayan itu bergerak menuju ke buritan perahu,
lalu serunya: "Aku tahu tempatnya Kau mendayung biar
aku yang pegang kemudi"
Tak lama kemudian bergeraklah perahu nelayan itu
menembus ombak sungai menuju ke barat, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, sampailah mereka di sisi
perahu besar tadi.
Di bawah sinar rembulan tampak perahu besar itu
berlabuh dengan tenang di atas permukaan air. Tidak
nampak cahaya lentera dalam ruang perahu itu namun

2672
daun jendela terpentang lebar. Tampaknya penghuni
perahu tersebut sedang menikmati keindahan malam.
sambil berdiri di ujung geladak, Lim Han-kim memberi
hormat dan berseru keras: "Aku, Lim Han-kim, ingin
bertemu dengan jago lihai dalam perahu"
Baru selesai ia berseru, pintu ruangan telah
terpentang lebar, seorang gadis yang menyoren pedang
munculkan diri seraya berseru: "Apakah Lim kongcu di
situ? Masih ingat dengan budak?"
Lim Han-kim melompat naik ke atas perahu besar itu,
sapanya sambil tertawa: "Kau adalah nona Hiang- kiok.
masa aku lupa?"
Gadis berpedang itu memang Hiang- kiok. Ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, sampai lama kemudian ia
baru menegur: "Kau benar-benar adalah Lim siangkong?"
Rupanya saat itu ia berdandan sebagai seorang
nelayan sehingga tak heran kalau Hiang- kiok tidak kenal
dan menaruh curiga. "Nona, masa suaraku pun tidak kau
kenali lagi?" seru Lim Han-kim.
"suaranya sih rasanya mirip sekali . . ."
Tiba-tiba dari dalam ruangan terdengar suara seorang
gadis berseru dengan nyaring: "suara itu memang suara
Lim siangkong, persilakan dia masuk"
"Kalau nona sudah bilang betul, dia tak bakalan keliru
lagi"
Lim Han-kim segera berpaling ke arah kakak beradik
di atas perahu nelayan, serunya sambil menjura:
"sekarang kalian berdua boleh pergi, bantuan Anda tak

2673
akan kulupakan untuk selamanya" Maka bergeraklah
perahu nelayan itu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han-kim sendiri pelan-pelan membalikkan badan
dan berjalan menuju ke ruang perahu, ia berjalan sangat
lamban sementara pikirannya berputar kencang, pikirnya:
"sepatutnya aku gembira karena ia berhasil mempelajari
ilmu sesat dan lolos dari kematian, Namun ia pernah
berkata, apabila ilmu sesat tersebut berhasil dipelajari
maka selangkah demi selangkah dia akan terjerumus ke
dalam cengkeraman iblis, bahkan watak akan turut
berubah, Entah bagaimana sikap serta tindak-tanduknya
kini?"
sementara berpikir ia sudah masuk ke dalam ruangan,
cahaya api tampak berkilat, sebatang lilin telah disulut
Tampak Pek si- hiang duduk di atas selembar kulit
harimau dengan wajah bersinar, pipinya merah dan ia
memakai baju berwarna putih.
Tatkala melihat Lim Han-kim berjalan masuk, ia cuma
ulapkan tangannya sambil menyapa: "Lim Han-kim, baikbaikkah
kamu selama ini?"
Lim Han-kim tertegun, Diamatinya Pek si hiang
dengan wajah melongo, sampai lama sekali ia tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata sikap
maupun cara bicara Pek si- hiang ketika bertemu
dengannya sekarang ternyata jauh berbeda dengan apa
yang diduganya semula.
"Kenapa sih kau memandangi wajahku terus? sudah
tidak kenal?" kembali Pek si- hiang menegur seraya
membenahi rambutnya.

2674
"Nona, kau benar-benar telah berubah" bisik Lim Hankim.
Pek si- hiang terawa,
"Berubah jadi lebih segar dan makmur bukan? Tapi
coba kau tengok dandananmu sekarang, bukankah kau
pun berubah?"
"Yang kumaksudkan bukan bentuk luar nona, tapi
watak serta tindak-tandukmu."
"O ya? Bagian mana yang berubah?"
"Aku tak bisa mengatakannya," Lim Han-kim
menggeleng, "Pokoknya seluruh tubuhmu, semua
tingkah laku, setiap kata dan tertawamu sudah berbeda
sekali dengan keadaan dulu."
sementara itu siok-bwee telah muncul dengan
membawa baki berisi teh wangi, segera ia menyapa:
"Lim siangkong, baik-baik sajakah kau selama ini? silakan
minum teh."
"Terima kasih nona," Lim Han-kim menerima cawan
teh itu.
Hiang- kiok segera menarik sebuah bangku dan
meletakkannya di belakang pemuda itu, lalu katanya:
"Lim siangkong, silakan duduk"
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk. setelah melepaskan
topi bambunya ia berkata: "Nona, tolong ambilkan sebaki
air. Aku hendak mengubah kembali wajahku menjadi
seperti sedia kala."
sambil berkata, sepasang matanya mengawasi terus
wajah Pek si-hiang tanpa berkedip.

2675
Hiang- kiok menyahut dan beranjak pergi, tak lama
kemudian ia sudah muncul dengan membawa sebaskom
air.
Lim Han-kim mengambil keluar obat pemulih wajah
pemberian seebun Giok-hiong dan menuangnya ke dalam
air, setelah itu ia mulai mencuci wajahnya dengan air
obat itu.
Betul juga, obat itu sangat manjur, tak selang berapa
saat kemudian wajahnya sudah pulih kembali seperti
sedia kala, tampan dan menawan hati.
Pek si- hiang angkat wajahnya memandang Lim Hankim
sekejap. lalu katanya sambil manggut-manggut:
"Ehmmm, tak heran kalau seebun Giok-hiong menempel
ketat di sisimu dan enggan melepaskan kau pergi,
Ternyata wajahmu memang tampan dan sangat
menawan hati."
Lim Han-kim mengerutkan kening, dan menukas: "Aku
masih tetap aku yang dulu, justru nona yang telah
berubah, bukan nona yang dahulu lagi"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang. Tiba-tiba ia
tertawa dingin, sambil melemparkan pandangan matanya
keluar ruangan, hardiknya: "siapa di situ?"
"Aku, Li Tiong-hui" seseorang menjawab dengan suara
yang merdu. Menyusul kemudian pintu ruang didorong
dan gadis itu berjalan masuk ke dalam.
Lim Han-kim turut berpaling, Tampak gadis itu
mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau dengan
rambut yang dibungkus saputangan berwarna hijau pula,

2676
Mantelnya berwarna hitam dan ia tidak membawa
senjata.
"Li Tiong-hui" tegur Pek si- hiang ketus, "siapa suruh
kau turut masuk kemari?"
Dengan agak tertegun Li Tiong-hui berhenti buru-buru
katanya sambil memberi hormat: "Bila kedatanganku kau
anggap lancang, harap cici sudi memaafkan kelancangan
ku ini."
"Sebelum senja tiba tadi, kau telah mengajak anak
buahmu datang mengusikku, Waktu itu aku toh sudah
peringatkan kau agar tidak datang mengusik
ketenanganku lagi, masa baru selisih berapa jam, kau
sudah melupakan peringatanku itu?"
Li Tiong-hui semakin tertegun dibuatnya, "Aku tahu
tindakanku itu salah, justru karena itulah aku hadir
kemari malam ini tanpa kawan, Aku datang untuk minta
maaf kepada cici."
Bagaimana juga ia masih menaruh perasaan yang
amat menghormat terhadap Pek si- hiang sehingga
meskipun dalam hati merasa tak senang hati, namun ia
tetap merendah bahkan mau minta maaf.
Pek si- hiang mengalihkan sorot matanya ke wajah
Hiang- kiok, katanya tiba-tiba: "Apa hukuman bagi orang
yang berani memasuki perahu kita secara lancang?"
"soal ini... soal ini. . . budak . .." Hiang-kiok nampak
gelagapan. Pek si- hiang semakin gusar, kembali
hardiknya: "Apa ini itu, ayoh cepat jawab"
Hiang-kiok melirik Lim Han-kim sekejap lalu menengok
pula ke arah Li Tiong-hui, setelah itu baru ia menjawab:

2677
"Bagi pelanggar, hukumannya adalah kutungi sepasang
kakinya"
Pek Si-hiang segera mengalihkan kembali sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, "Sudah kau dengar?"
bentaknya.
"Yaa, sudah kudengar"
"setelah mendengar, apa yang hendak kau lakukan?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak, lalu ia
balik bertanya: "Menurut pendapat nona Pek, apa yang
harus kulakukan?"
"Tentu saja melaksanakan hukuman itu"
"Bila cici memaksa hendak menerapkan hukuman
tersebut kepadaku, aku memang tak bisa berkata apaapa
lagi, cuma sebelum itu aku punya sebuah syarat."
"Apa syarat itu?"
Dengan sedih Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kim. Dari dalam sakunya iia
mengambil keluar sebuah panji berbenang emas yang
bertuliskan- "Bengcu-Ki". setelah melakukan itu ia pun
berkata: "Selama ini aku paling kagum dengan
kecerdikan serta kehebatan cici dalam mengatur strategi.
Adapun kedatanganku malam ini juga lantaran ingin
memohon kepada cici akan satu hal, tak disangka
kehadiranku ternyata sudah melanggar pantangan yang
cici terapkan. Asal nona Pek bersedia menerima panji
Bengcu ini serta mau memimpin dunia persilatan untuk
melenyapkan ancaman seebun Giok-hiong, jangan lagi
baru mengurungi sepasang kakiku, bahkan hendak

2678
mengorek keluar hatiku pun aku tak akan meampik
apalagi menyesal"
"Masalah ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak bisa mencampur-baurkan menjadi satu persoalan
yang sama" kata Pek si- hiang dengan kening berkerut.
Mimpi pun Li Tiong-hui tidak menyangka Pek Si- hiang
yang dahulu begitu lemah dan ramah, kini secara tibatiba
telah berubah jadi begitu dingin, kaku, kejam dan
sama sekali tak berperasaan-
Tanpa terasa rasa sedih, kecewa bercampur rasa
tercengang menyelimuti seluruh perasaan hatinya,
dengan termangu-mangu diawasinya wajah gadis
tersebut tanpa berkedip.
BAB 30. Menjadi kejam
"Hmmm Mau apa kau memandangi aku terus?" tegur
Pek si- hiang sambil tertawa dingin.
"Ingin kuamati wajahmu dengan lebih teliti, benarkah
kau Pek si hiang yang pernah kukenali."
"omong kosong" hardik Pek si-hiang marah. "Kau
anggap ada orang lain yang berani menyaru sebagai
aku?"
"Bila kau benar-benar adalah enci Pek yang pernah
kukenal dulu, aku benar-benar tak berani percaya."
Mendadak Pek si- hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... ada apa? Bisa kau
tunjukkan bagian mana ku yang tidak mirip dengan
keadaan dulu?"

2679
"Enci Pek si-hiang yang kukenal dulu."
"Tunggu dulu" sela Pek Si-hiang mendadak "siapa sih
yang kesudian jadi enci- mu? Kau tak perlu memanggil
enci, enci terus, muak rasanya perutku"
setelah dipermainkan berulang kali, habis sudah
kesabaran Li Tiong-hui. Hawa amarahnya mulai
berkobar, dengan wajah berubah jadi merah padam ia
tertawa dingin, ia berseru: "Pek si- hiang yang kukenal
dulu orangnya halus, sopan dan berjiwa ksatria. Dia tak
segan-segan menolong kesulitan orang lain hingga setiap
orang menaruh hormat kepadanya"
"Bagaimana dengan Pek si-hiang yang sekarang?"
tukas gadis itu.
"Kejam, berhati busuk tak punya perasaan dan sadis"
Pek si- hiang tidak banyak komentar lagi, berpaling ke
arah siok-bwee, perintahnya: "Berikan pedang
kepadanya, biar dia potong kaki sendiri"
Pada saat itu Lim Han-kim hanya menyaksikan semua
adegan itu dari samping tanpa komentar, ia perhatikan
juga sikap serta tindak-tanduk siok-bwee serta Hiangkiok.
Dia ingin tahu setelah sifat Pek si-hiang berubah
jadi kejam dan tidak berperasaan, apakah sifat kedua
orang dayangnya turut berubah juga.
Tampak siok-bwee mencabut keluar pedangnya
dengan kening berkerut, perlahan bisiknya "Nona Li..."
Pek si- hiang menyambar pedang itu lalu... Traaaang
Dilemparkannya pedang itu ke hadapan Li Tiong-hui
sambil berseru: "Li Tiong-hui, bila kau turun tangan
sendiri mengurungi sepasang kakimu itu, mungkin kau

2680
masih punya harapan untuk terus hidup, Bila aku mesti
turun tangan sendiri, mungkin bukan hanya sepasang
kakimu saja yang bakal kutung"
Li Tiong-hui membungkukkan badan memungut
pedang itu dari lantai, setelah ditimang-timang sebentar,
tiba-tiba ia tertawa tergelak, "Hei, apa yang lucu?" tegur
Pek si-hiang gusar.
"Seandainya kau adalah Pek si-hiang yang
sebenarnya, jangan lagi mesti mengurungi sepasang kaki
ku, biar ditambah sepasang tanganpun aku, Li Tiong-hui,
akan melaksanakan tanpa berkerut keinng. Betul aku
hanya seorang wanita, tapi aku tak takut menghadapi
rasa sakit. Aku bersedia mengorbankan diri demi
kepentingan orang banyak"
Dengan pandangan mata yang sedih dipandangnya
Lim Han-kim sekejap. kemudian lanjutnya: "Tapi
sayang... saat ini aku tidak percaya bahwa kau adalah
Pek si-hiang yang sesungguhnya, Pek si- hiang yang
pernah kukenali"
selama ini Lim Han-kim hanya duduk melulu tanpa
bertindak atau komentar sekecap pun, tapi kini secara
tiba-tiba ia bangkit berdiri Dipandangnya Pek si- hiang
dengan sorot mata tajam, lalu katanya: "Apa yang
dikatakan nona Li tepat sekali. Terlepas kau adalah nona
Pek yang sebenarnya atau bukan, tapi satu hal sudah
jelas, semua perbuatan dan tingkah lakumu sekarang
sudah bukan merupakan tingkah laku nona Pek yang
dulu"
"Tutup mulut" hardik Pek si- hiang. "Siapa suruh kau
ikut komentar?"

2681
Lim Han-kim tertawa tergelak: "Ha ha ha aku sendiri
yang ingin bicara, kenapa? siapa yang bisa melarang?"
"Hiang-kiok" bentak Pek si- hiang penuh amarah,
"Tangkap dulu orang ini"
"Tapi nona... dia adalah Lim siangkong..." bantah
Hiang-kiok agak tertegun.
"Aku tahu, totok dulu jalan darahnya sebelum
berbicara lagi"
Hiang-kiok menyahut dan segera mengayunkan
tangannya untuk menotok jalan darah di ketiak Lim Hankim.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit ke samping,
katanya kemudian "Nona, walaupun kau turun tangan
karena terpaksa, namun apabila kau mendesak terus
menerus, terpaksa aku harus turun tangan untuk
membela diri"
Hiang-kiok tidak banyak bicara, sepasang tangannya
bekerja keras melancarkan serangkaian totokan. Dalam
waktu singkat ia telah melancarkan belasan buah
totokan-namun kesemuanya dapat dihindari Lim Han-kim
dengan mudah.
Mendadak terdengar Pek si- hiang membentak marah:
"Budak yang tak berguna, ayoh cepat mundur dari situ"
Hiang-kiok menyahut dan segera mengundurkan diri.
Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Pek sihiang
sudah bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan
mendekatinya.

2682
Tiba-tiba Li Tiong-hui melangkah ke depan, serunya:
"saudara Lim, cepat mundur dari perahu ini, biar aku
yang menghadapi Pek si-hiang"
"Kedudukanmu sekarang adalah Bu-lim Bengcu,
harapan serta mati hidup beribu-ribu orang rekan dunia
persilatan sudah berada di atas bahumu. Kau tak boleh
sembarangan menyerempet bahaya, lebih baik nona saja
yang segera mengundurkan diri dari sini"
"Persoalan ini timbul gara-gara aku. Aku tak ingin
membiarkan kau menderita lantaran kejadian ini"
Belum sempat Lim Han-kim berbicara, Pek si- hiang
sudah berada di hadapan mereka sambil berkata: "Lim
Han-kim, dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, kau
masih ingin membela orang lain?"
"Aku siap menanti petunjukmu" tukas Li Tiong-hui
dingin
Lim Han-kim melintangkan lengan kanannya
menghalangi jalan maju Pek si- hiang sambil berseru:
"siapa yang telah menetapkan peraturan memotong
sepasang kaki ini?"
"Aku . . . Pek si-hiang Kenapa? Ada yang salah?"
"Aku yang tiba di atas perahumu lebih dulu, Apabila
nona bersikeras hendak menerapkan peraturan ini,
sepantasnya bila kau kutungi lebih dulu sepasang kakiku"
"Kau anggap aku tak berani melakukannya?"
"Meskipun nona berani, namun belum tentu aku akan
menyerahkan diri dengan begitu saja"

2683
Berkedip sepasang mata Pek si- hiang, tiba-tiba selapis
hawa membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
nada dingin ia mengejek: "Kau ingin bertarung
melawanku?"
Membayangkan kembali sikap mesra yang pernah
dialaminya bersama gadis tersebut di masa lalu, tak
kuasa Lim Han-kim menghela napas sedih. "Bebaskan Li
Tiong-hui, aku akan merelakan sepasang kakiku untuk
kau potong"
Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.
sepasang pipinya berubah jadi semu merah, ujarnya
lembut: "Lim Han-kim, apakah kau amat menyukai Li
Tiong-hui?" setelah mengucapkan perkataan tersebut,
wajahnya kembali berubah jadi dingin, ketus dan serius,
selisih jarak antara kedua orang itu teramat dekat
sehingga Lim Han-kim dapat menyaksikan semua gerakgeriknya
dengan amat jelas, Melihat gadis tersebut
hanya dalam satu kerdipan mata saja dapat
menampilkan dua mimik muka yang berbeda dan
berlawanan, tak kuasa lagi ia menghela napas sedih,
pikirnya: "Jika ditinjau dari sikapnya sekarang, jelas sifat
aslinya sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang
dipelajarinya, setengah tahun berselang dia masih
merupakan seorang tokoh lemah lembut yang menjadi
harapan umat persilatan. semua orang berharap ia bisa
menaklukkan seebun Giok-hiong, tapi sekarang... aaaai,
ia mau berkorban demi orang banyak. masa sekarang
aku Lim Han-kim juga tak bisa berkorban demi dia, Pek
si-hiang...?"

2684
Terdengar Pek si- hiang menegur dengan suara
dingin: " Kenapa kau tidak berbicara? seorang lelaki
sejati berani berbuat, berani tanggung jawab. Kenapa sih
kau begitu tak bersemangat?"
"Semoga saja wajahnya memang tidak benar-benar
rusak."
Setelah suasana hening beberapa saat, kembali Li
Tiong-hui berkata sambil menghela napas: "Menurut
pendapatmu, mungkinkah suhengmu akan datang lebih
awal satu hari?"
"Aku tak berani memastikan hal ini, tapi aku yakin dia
pasti akan datang memenuhi janjinya."
Lim Han-kim yang mendengar sampai di sini segera
berpikir kembali: "Mereka membicarakan terus masalah
kehadiranku di sini, padahal aku sudah berada di sisinya
semenjak tadi..."
Mendadak terdengar suara langkah kaki bergema
mendekat disusul dengan suara bangku yang bergeser,
Tampaknya ada seseorang menghampiri Li Tiong-hui dan
duduk di sampingnya.
Lim Han-kim tak berani menoleh, jadi dia tak tahu
siapa gerangan yang telah datang, Menyusul kemudian
terdengar seseorang berkata dengan suara rendah:
"Hamba bersama saudara Li dan Han locianpwe telah
meneliti seluruh ruangan rumah makan itu, namun tidak
kujumpai jejak Lim Han-kim."
Begitu mendengar suara pembicaraan orang tersebut,
Lim Han-kim segera dapat mengenalinya sebagai Hongpo
LanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2685
Terdengar Li Tiong-hui menjawab: "Hari ini baru bulan
delapan tanggal empat belas, mungkin besok ia baru
sampai di sini,"
"Dugaan Bengcu selalu tepat, hamba rasa dugaanmu
kali ini tak bakal salah lagi"
"Pada saat dan kondisi seperti ini, kau tak usah
menyebut aku sebagai Bengcu. Aaaai... padahal aku, Li
Tiong-hui, bukan manusia yang kemaruk akan nama dan
kedudukan. Asal aku berhasil memaksa seebun Giokhiong
meninggalkan daratan Tionggoan, maka
kedudukan Bengcu pun segera akan kutinggalkan"
Meskipun pembicaraan kedua orang itu dilangsungkan
dengan nada lirih, namun berhubung Lim Han-kim
memperhatikan dengan serius, maka setiap patah
katanya dapat terdengar dengan jelas sekali.
Terdengar Hongpo Lan berkata lagi: "Han locianpwee
telah menjumpai sebuah perahu nelayan yang
mencurigakan berlabuh dekat telaga, oleh sebab itulah
hamba diutus untuk melaporkan hal ini kepada Beng..."
Belum habis kata-katanya diucapkan, ia segera
membungkam.
"Kau panggil aku Li sianseng saja" perintah Li Tionghui
sambil tertawa.
setelah berhenti sejenak. terusnya: "Bagian manakah
dari perahu nelayan itu yang mencurigakan"
"sebetulnya perahu nelayan itu sendiri tak ada yang
aneh atau mencurigakan, justru kain serta berapa tulisan
yang dikerek pada tiang layarnya itulah yang aneh."
"Apa yang tertulis di situ?"^-

2686
"Membalik tangan melumat Tiong-hui, sambil tertawa
mengejutkan seebun..."
"Waaah... besar amat omongannya"
"Setelah Han locianpwe menemukan kehadiran perahu
nelayan itu dan makin dipikir semakin curiga, maka ia
khusus mengutus aku untuk melaporkan hal inc kepada
Li sianseng."
"Di kolong langit dewasa ini hanya ada seorang yang
mampu mengibarkan tulisan semacam itu. Bukan saja
aku tak akan marah kepadanya, bahkan aku takluk
dengan perasaan ikhlas."
"siapa sih orang yang berani bicara sebesar itu?"
"Pek si-hiang..."
"Betul," pikir Lim Han-kim. " Hanya Pek si-hiang yang
mampu berbuat begitu, Jangan-jangan ia sudah berhasil
menguasai ilmu iblisnya dan kini terjun kembali ke dunia
persilatan? Aku harus menengok sendiri keadaan
tersebut"
Ia merasakan gejolak emosi yang membara hingga
tanpa sadar tangan kanannya menyentuh cawan arak di
meja. Arak yang penuhi cawan tersebut kontan saja
tumpah dan mengotori pakaian Li Tiong-hui serta Yu
siau-liong,
Li Tiong-hui segera mengebaskan bajunya yang basah
sambil melirik Lim Han-kim sekejap. Melihat dia memakai
baju yang jelek dan dandanannya mirip seorang tukang
kereta, maka ia pun tak banyak bicara.

2687
sebaliknya Yu siau-liong segera naik pitam, dengan
amarah yang berkobar ia melangkah ke hadapan Lim
Han-kim, lalu sambil menggebrak meja umpatnya: "Hei,
bisu rupanya kamu ini?"
Gebrakan itu sangat keras sampai membuat sayur dan
arak yang berada di meja tergetar keras, tak sedikit yang
tertumpah dan mengotori pakaian Lim Han-kim.
Waktu itu Lim Han-kim cemas sekali Li Tiong-hui dan
Yu siau-liong mengenali penyamarannya, buru-buru ia
menjura dan sambil menyerakkan suaranya ia berkata:
"Maaf bila aku mengotori pakaian toaya berdua."
Kemudian dengan tergopoh-gopoh ia beranjak pergi
meninggalkan rumah makan itu.
Dalam gugup dan paniknya ia sampai lupa membayar
si pelayan yang kebetulan berada di sampingnya buruburu
menangkap lengannya sambil berteriak: "Hei, kau
ingin makan gratis? Ayoh bayar dulu sebelum pergi."
Dari dalam sakunya Lim Han-kim mengambil sekeping
perak dan segera menye-lipkannya ke tangan pelayan
itu, kemudian buru-buru ia pergi meninggalkan tempat
itu.
Pelayan itu mencoba menimang uang perak yang
cukup untuk membayar sebuah perjamuan kecil itu,
namun sebelum ia sempat memberi uang kembalian,
pemuda itu sudah jauh meninggalkan warung makan.
Li Tiong-hui melirik sekejap kepingan perak di tangan
pelayan itu, lalu bisiknya: " orang itu sangat
mencurigakan"

2688
"Biar kutangkap dia" seru Hongpo Lan sambil
meninggalkan tempat duduknya dan segera melakukan
pengejaran
Lebih kurang sepeminuman teh kemudian tampak
Hongpo Lan berjalan balik seorang diri sambil melapor: "
Gerakan tubuh orang itu cepat sekali sudah kukelilingi
rumah makan Ui-hokslo satu kali, namun tak nampak
bayangan tubuhnya"
"Di tempat ini memang banyak pelancong yang lalu
lalang, gampang bagi orang itu untuk menyembunyikan
diri" setelah berhenti sejenak, terusnya: "Kini jejak kita
sudah ketahuan orang, cepat beritahu mereka agar lebih
berhati-hati"
Hongpo Lan menyahut dan segera meninggalkan
tempat itu, Pada saat itu Lim Han-kim telah
meninggalkan rumah makan dengan cepat, Buru-buru ia
menuju ke tepi sungai, Menggunakan kesempatan di saat
orang tidak memperhatikan, ia melompat naik ke atas
sebuah perahu dan menyembunyikan diri
Perahu nelayan itu cukup besar, namun penghuninya
hanya seorang gadis berkepang dua yang sedang
menanak nasi, Dengan bersembunyi di belakang jala
ikan, Lim Han-kim dapat melihat Hongpo Lan memeriksa
sekejap sekeliling tempat itu untuk kemudian balik lagi ke
jalan semula.
Menunggu sampai bayangan Hongpo Lan sudah jauh,
pemuda itu baru bangkit berdiri dan siap melompat turun
dari perahu nelayan itu. Tapi belum sempat ia berbuat
sesuatu, mendadak si nona yang sedang menanak nasi

2689
itu berpaling, Gadis itu nampak tertegun setelah
menyaksikan wajah anak muda tersebut
Baru saja dia akan berteriak. secepat sambaran petir
Lim Han-kim sudah melompat masuk ke dalam ruang
kapal sambil mendekap mulut nona tersebut bisiknya:
"Nona, harap jangan teriak Aku sedang dikejar orang,
sehingga terpaksa bersembunyi dalam perahu mu, harap
kau sudi memaafkan"
sementara berbicara, ia lepaskan kembali tangan
kanannya yang mendekap mulut nona itu.
Tampaknya nona itu sudah terbiasa hidup keras di
atas perahu nelayannya hingga nyalinya agak besar
setelah perhatikan sekejap wajah Lim Han-kim. katanya:
"Dilihat dari dandanan serta wajahmu. nampaknya kau
bukan orang persilatan"
Lim Han-kim segera berpikir: "padahal ia menyaksikan
dengan jelas bagaimana aku melompat naik ke atas
perahu ini, semestinya ia tahu jika aku adalah orang
persilatan, Ehmm, aku mesti mengaku terus terang
kepadanya, kalau tidak. Ia malah mencurigai diriku..."
Berpikir begitu, dia pun menjawab: "Aku benar-benar
anggota dunia persilatan, cuma aku sedang menyamar
sehingga nampaknya tidak mirip orang persilatan-.."
"oooh, rupanya begitu" Gadis itu manggut-manggut.
Dari sakunya Lim Han-kim mengeluarkan sekeping
uang perak, lalu katanya lebih lanjut: "Aku ingin
memohon sedikit bantuan nona. Anggap saja uang ini
sebagai ungkapan rasa terima kasihku, harap nona
jangan mentertawakan"

2690
Nona itu hanya memandang sekejap uang perak di
tangan Lim Han-kim itu, lalu katanya: "Kau mesti
jelaskan dulu bantuan apa yang kau butuhkan?"
"Aku ingin meminjam perahu nona..."
"Tidak bisa," tolak nona itu sambil menggeleng, "Kami
sekeluarga hidup dengan bergantung pada perahu ini,
bagaimana mungkin dapat kupinjamkan kepadamu?"
"Tampaknya nona salah paham. Maksudku, aku
hendak menyewa perahu untuk mencari sebuah perahu
lain yang mungkin sedang berlabuh di sekitar tempat ini"
"Masa kau tidak bisa pergi mencarinya sendiri?"
"Terus terang kuakui nona, aku memang sengaja
hendak menyewa perahu ini karena nonalah yang mesti
mendayung perahu ini, sedang aku harus bersembunyi
agar jejakku tidak ketahuan orang."
Pelan-pelan nona itu meletakkan mangkuknya ke atas
meja, setelah itu baru ia berkata lagi: "Seandainya tidak
kukabulkan permintaanmu ini, manusia buas macam
kalian tak nanti akan lepaskan aku dengan begitu saja,
Aaaai... kalian manusia persilatan memang rata-rata
kejam, masa membunuh orang seperti menginjak mati
seekor semut saja."
Lim Han-kim hanya membungkam tanpa menjawab,
diletakkannya kepingan uang perak itu di atas meja.
"Kau boleh duduk di dalam ruangan," ujar nona itu
kemudian sambil berjalan ke arah geladak, "Aku akan
segera mendayung perahu ini."

2691
Lim Han-kim dapat melihat bahwa perahu itu
panjangnya dua tombak, sementara usia gadis tersebut
hanya enam-tujuh belas tahunan, sesungguhnya ia tak
tega membiarkan gadis tersebut mendayung perahunya
seorang diri, tapi ia pun tahu bahwa dirinya tak mungkin
tampil secara terang-terangan, oleh sebab itu terpaksa ia
duduk saja dalam ruangan tanpa bergerak.
setelah menaikkan jangkar, nona itu bertanya lagi:
"Hendak ke mana kita sekarang?"
"Dayung perahumu ke arah barat, di mana banyak
perahu berlabuh."
Kelihatannya saja gadis nelayan itu masih muda belia,
ternyata ilmu mendayungnya amat hebat dan sempurna,
pelan-pelan bergeraklah perahu itu menuju ke arah
barat.
Lim Han-kim membuka lebar jendela dalam ruang
perahu, Dari sana ia dapat menyaksikan pemandangan di
luar dengan jelas, sejauh mata memandang terlihat
perahu nelayan berjajar-jajar, namun tak terlihat perahu
dengan bendera yang berkibar itu.
sementara ia masih mencari dengan seksama,
mendadak terdengar suara dayung membelah ombak
bergema datang, Tampak sebuah sampan kecil bergerak
laju melewati perahunya dengan menimbulkan percikan
gelombang yang menyebar keempat penjuru.
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali orang-orang yang berada di atas sampan itu
tak lain adalah Li Tiong-hui, Yu siau-liong serta Hongpo
Lan bertiga, sedang orang yang bertugas mendayung
adalah seorang lelaki yang memakai baju serba hitam.

2692
Ilmu mendayung lelaki itu sangat hebat, Tenaga
dayungannya juga luar biasa, sekali mendayung sampan
itu meluncur bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya, sekilas pandang saja dapat diketahui bahwa
lelaki itu adalah jagoan dan dunia persilatan.
Tampak sampan itu meluncur langsung menuju ke
arah sebuah perahu yang berlabuh beberapa kaki di
hadapannya, Lim Han-kim segera berpikir "Kemungkinan
besar perahu itulah perahu yang sedang kucari- cari
selama ini..."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, kembali
terlihat sebuah sampan cepat sedang bergerak menuju
ke arah sasaran yang sama, penumpang sampan
tersebut ada dua orang, mereka adalah Li Bun-yang
serta Han si kong.
sekali lagi Lim Han-kim berpikir: "Tampaknya
dugaanku tak meleset kali ini"
Ia segera berjalan keluar dari ruang perahu dan
berkata kepada gadis itu sambil menjura: "Nona, aku
punya satu permintaan yang terpaksa harus
kukemukakan harap nona bersedia membantu."
Gadis nelayan itu nampak agak tertegun, lalu
ancamnya: "Bila kau berani punya pikiran jahat
kepadaku, aku segera akan berteriak keras. jika kau
berani menyentuh badanku, aku segera akan terjun ke
air untuk bunuh diri"
Buru-buru Lim Han-kim goyangkan tangannya
berulang kali, serunya: "Nona, kau jangan salah paham
aku hanya ingin meminjam satu stel pakaian nelayan
darimu."

2693
Gadis nelayan itu perhatikan sekejap diri Lim Han-kim.
kemudian baru menjawab: "Mungkin kau cocok dengan
pakaian kakakku."
"Terima kasih atas kesediaanmu nona." sekali lagi Lim
Han-kim memberi hormat.
Ketika gadis nelayan itu melihat pemuda tersebut
meski berwajah buruk namun sikapnya lugu dan jujur,
bahkan kepolosannya tak tampak dibuat-buat, tak tahan
lagi sambil tertawa geli ia berkata: "Biasanya orang
persilatan berhati keji dan ganas, salah sedikit saja
segera turun tangan membunuh orang, Tapi aku lihat
kau berbeda sekali dengan mereka, meski rupamu sedikit
agak buruk dan aneh, ternyata hatimu sangat halus dan
penuh sopan santun."
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
"Aku akan berterima kasih sekali kepada nona atas
bantuanmu ini. Bila urusanku hari ini dapat diselesaikan,
pasti akan kuberi imbalan yang setimpal kepadamu."
"sekeping uang perak itu sudah cukup untuk
membeayai penghidupan kami sekeluarga selama
berhari-hari, Kau tak perlu memberi ongkos lagi, Aku
cuma berharap kita bisa segera kembali ke daratan- agar
keluargaku tidak bingung mencari aku."
"Jangan kuatir nona, paling cepat satu jam, paling
lama sebelum matahari terbenam, kita pasti sudah
kembali ke daratan,"
Gadis itu masuk ke dalam ruangan sambil
mengeluarkan satu stel pakaian, sambil menyerahkan

2694
pakaian itu ia berkata: "Kau boleh tukar pakaian di dalam
ruangan."
Tak lama kemudian Lim Han-kim sudah muncul
dengan pakaian nelayannya, kepada gadis itu katanya:
"Nona, silakan kau pegang kemudi, biar aku yang
mendayung."
"Tidak usah" tampik gadis itu sambil menggeleng.
"Tampaknya dia tak mau berdiri bersanding
denganku," pikir Lim Han-kim dalam hati., sambil
berjalan menghampiri jala ikan, katanya lagi:
"Bagaimana kalau kubantu nona untuk mengeringkan
jala ikan ini?"
"Masa kau bisa?"
"Kita coba saja." Kemudian sambil membentangkan
jala ikan tersebut, kembali ujar-nya: "sudahkah nona
perhatikan arah yang dituju kedua buah sampan cepat
itu?"
" Ya a, sudah kulihat"
"Mari kita kejar kedua sampan tersebut" Gadis nelayan
itu seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi kemudian
mengurungkannya, ia segera memutar kemudi dan
mendayung perahunya menyusul kedua sampan tersebut
Tentu saja kecepatan gerak perahu nelayan ini kalah
jauh bila dibandingkan kecepatan kedua sampan
tersebut, Gadis itu terpaksa mendayung dengan sekuat
tenaga, akibatnya keringat bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya.

2695
" Kau tak perlu gelisah," hibur Lim Han-kim sambil
melirik gadis itu sekejap. "Mereka tak bakal pergi terlalu
jauh, kejar saja pelahan lahan. Lebih baik lagi jika jejak
kita tidak ketahuan mereka."
sambil menyeka peluh yang membasahi jidatnya tibatiba
gadis itu bertanya: "Mau apa sih kau kejar mereka?"
"Nona tak usah kuatir, seandainya terjadi sesuatu
peristiwa, tak nanti aku akan menyusahkan dirimu."
Kembali gadis nelayan itu berkerut kening, Dia seperti
ingin mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut
diurungkan kemudian-
Biarpun gerak laju perahu nelayan ini amat lambat,
namun selisih jaraknya dengan perahu tersebut hanya
seratus kaki lebih, Tak selang berapa saat kemudian
mereka sudah tiba di hadapannya.
Dengan mengenakan topi bambu yang lebar untuk
menutupi sebagian wajahnya, Lim Han-kim mencoba
memperhatikan keadaan di sana, Tampak olehnya kedua
sampan tadi telah mengepung sebuah perahu layar yang
besar dan lebar.
Tampaknya perahu layar itu sudah menurunkan
jangkar dan berlabuh di sana. Tubuh perahu kelihatan
terombang-ambing mengikuti gulungan ombak, sebuah
tiang dengan selembar kain yang lebar terlihat berkibar
di ujung layar. Betul juga, Pada kain itu tertera beberapa
huruf yang berbunyi: "Membalik tangan melumat Tionghui,
sambil tertawa mengejutkan seebun"
Perahu layar ini mirip dengan sebuah perahu nelayan
yang belum lama diubah sesuai bentuknya, di sana sini

2696
tampak bekas-bekas perubahan yang kelihatan masih
baru.
selain kain lebar yang berkibar di atas tiang, suasana
dalam perahu itu amat hening dan sepi, Pintu ruangan
maupun jendela tertutup oleh kain berwarna merah yang
tebal sehingga orang luar tak dapat melihatjelas keadaan
di dalamnya.
Tiba-tiba Lim Han-kim bangkit berdiri, sambil
menghampiri si nona nelayan, ia berbisik: " Nona, jangan
terlalu dekat dengan mereka, daripada menimbulkan
kecurigaan orang-orang di sampan tersebut"
Gadis nelayan itu manggut-manggut, pelan-pelan ia
memutar haluan perahu dan bergerak menuju ke arah
barat sementara itu sampan yang ditumpangi Li Tionghui
tiba-tiba memutar haluan dan bergerak langsung
menghampiri perahu layar itu.
Ketika sampan berada lebih kurang tujuh-delapan
depa dari perahu besar, mendadak Hongpo Lan
melompat naik ke atas perahu layar tersebut sambil
berseru: "Aku mendapat perintah dari Bu-lim bengcu
untuk menyambangi Anda yang berada dalam perahu,
harap Anda bersedia menjumpai kami"
suasana dalam perahu layar itu amat hening, tak
kedengaran seorang manusia pun menjawab.
Merasa sapaannya tak digubris, Hongpo Lan naik
pitam. Dengan langkah lebar ia berjalan mendekati pintu
ruangan- sebelum ia sempat mendorong pintu tersebut,
tiba-tiba Li Tiong-hui membentak keras: "Jangan
bertindak gegabah"

2697
Hongpo Lan menyahut dan segera mengundurkan diri,
katanya sembari menjura: "siap menantikan perintah
Bengcu berikut"
Li Tiong-hui memberi tanda, sampan itu segera
bergerak mendekati perahu layar itu. pelan-pelan Li
Tiong-hui bangkit berdiri lalu serunya: "Jago lihai dari
manakah yang ada di sini?"
Baru saja ucapan tersebut diutarakan, mendadak pintu
ruang perahu terbuka dan muncul selembar papan
merah yang bertuliskan "Tidak terima tamu"
Li Tiong-hui mengerutkan kening, sambil melompat
naik ke atas perahu ia berseru: "Li Tiong-hui khusus
datang untuk bertamu"
Kembali papan merah itu berputar, kali ini di atas
papan itu tertera dua huruf yang amat besar: "silakan
kembali"
Li Tiong-hui menghembuskan napas panjang, ia
segera memberi tanda, Li Bun-yang, Han si-kong dan Yu
siau-liong serentak melompat naik ke atas perahu besar
itu.
Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini segera
berpikir di dalam hati: "Tampaknya Li Tiong-hui naik
darah lantaran malu. Mungkin dia akan menerjang masuk
dengan kekerasan"
sementara ia masih termenung, mendadak pemuda itu
merasa ada empat buah sinar mata yang amat tajam
sedang mengamati dirinya. Ternyata mereka adalah Han
si-kong serta Li Bun- yang. jelas gerakan perahu nelayan

2698
yang memutar haluan telah memancing kecurigaan
kedua orang tersebut.
Pengembaraan yang dilakukan Lim Han-kim selama
beberapa bulan membuat pemuda ini lebih mampu
menahan diri, Buru-buru ia tundukkan kepalanya, purapura
membenahi jala ikan dan tidak menengok lagi ke
arah mereka.
Terdengar ujung baju terhembus angin bergema
datang, agaknya ada orang yang melompat naik ke
perahu nelayan itu Lim Han-kim pura-pura tidak
mendengar, ia tetap tundukkan kepalanya sambil
membentang jala.
Terdengar Hongpo Lan menegur dengan suara dingin:
"Sebetulnya apa maksud kalian mengejar sampan kami
sampai di sini?"
Lim Han-kim angkat kepalanya sedikit lalu menuding
ke arah mulut sendiri sambil goyangkan tangannya
berulang kali, ia sadar, begitu dirinya buka suara, pasti
nada suaranya akan ketahuan sahabat karibnya ini, maka
ia terpaksa berlagak bisu.
Hongpo Lan segera berpaling ke arah gadis nelayan
itu sambil menegur: "Apakah dia bisu?"
Tampaknya gadis itu cerdik juga, dengan cepat ia
mengangguk "Yaa, ia tak bisa bicara"
"Dia ini apa mu?"
"saudara sepupu" Tampaknya gadis itu sudah
mempersiapkan jawaban yang jitu.

2699
Menggunakan kesempatan tersebut Hongpo Lan
memeriksa sekejap seluruh ruang perahu itu. Beberapa
waktu kemudian ia baru berkata: "Turuti nasehatku,
cepat tinggalkan tempat ini dan bawa perahumu
menjauh dari sini" Gadis itu menyahut dan buru-buru
memutar haluan perahu.
Hongpo Lan tidak banyak bicara lagi, ia segera melejit
balik ke arah sampannya kemudian melompat baik ke
atas perahu besar itu.
Lim Han-kim meletakkan kembali jala ikan ke atas
geladak lalu menghampiri si nona seraya berbisik,
"Jalanlah agak lambat." setelah itu dia kembali ke dalam
ruang perahu dan mengintip dari balik jendela.
Tampak Li Bun-yang serta Hansi-kong telah bergerak
menghampiri pintu ruang perahu layar itu sementara Yu
siau-llong serta Hongpo Lan berdiri di kedua sisi tubuh Li
Tiong-hui.
Dari kejauhan terdengar Li Tiong-hui berseru: "Apakah
nona Pek yang berada di dalam ruang perahu?"
Kembali dari balik ruang perahu muncul sebuah papan
merah bertuliskan beberapa huruf.
Ketika itu perahu nelayan yang ditumpangi Lim Hankim
sudah agak jauh meninggalkan perahu besar. Hanya
mengandalkan ketajaman mata sulit baginya untuk
melihat jelas tulisan pada papan itu Namun samar-samar
terbaca juga beberapa huruf yang berbunyi: "Ternyata
Tiong-hui tidak pintar, buat apa kau menjadi ujung
tombak?"

2700
Begitu selesai membaca tulisan tersebut mendadak Li
Tiong-hui mengulapkan tangannya seraya berseru: "
Kembali ke perahu sendiri" Tanpa membuang waktu ia
melompat balik lebih dulu ke atas sampan sendiri
Yu siau-liong, Hongpo Lan, Li Bun-yang serta Han sikong
serentak menyusul di belakangnya untuk kembali
ke perahu sendiri Dalam waktu singkat kedua sampan
tersebut sudah bergerak meninggalkan tempat itu.
Melihat hal ini buru-buru Lim Han-kim berseru: "Nona,
cepat jalankan perahu ke dalam kelompok perahu
nelayan lainnya, dengan begitu mereka tak akan
melakukan suatu tindakan"
Gadis nelayan itu menyahut dan sekuat tenaga
mendayung perahunya menyusup ke dalam rombongan
perahu lainnya, Tak lama kemudian kedua sampan
tersebut sudah menyusul tiba, tapi mereka hanya
mengitari rombongan perahu nelayan itu sekali kemudian
bergerak menuju ke timur.
selang berapa saat kemudian kedua sampan itu sudah
lenyap dari pandangan mata.
Dari dalam sakunya kembali Lim Han-kim merogoh
keluar selembar daun emas. seraya meletakkan ke meja
dalam ruangan, katanya: "Terima kasih banyak atas
bantuan nona. Untuk sementara ini aku ingin mohon diri
lebih dulu, mungkin malam nanti aku masih
membutuhkan bantuan nona, Bila kau bersedia
membantu, tolong pasanglah sebatang hio di atas
geladak perahumu."

2701
Dengan cepat dia melangkah keluar dari ruang perahu
untuk kemudian melompat ke perahu sampingnya.
Dengan cepat pula ia sudah bergerak mencapai daratan.
sambil mengawasi bayangan punggung pemuda itu,
dalam hati gadis nelayan itu berpikir "Biarpun orang ini
punya wajah yang jelek. ternyata hatinya baik sekali..."
sementara itu setibanya di daratan, Lim Han-kim
mencari sebuah tempat yang sepi untuk beristirahat
Ketika hari sudah gelap baru dia balik kembali ke tepi
sungai di mana perahu nelayan itu tertambat Benar juga,
pada geladak perahu itu tertancap sebatang hio.
"Besar amat nyali budak ini," batin Lim Han-kim sambil
melompat naik ke atas perahu. Waktu itu rembulan
bersinar terang, angin berhembus sepoi-sepoi
meninggalkan udara yang dingin,
"Nona..." sapa Lim Han-kim setelah membetulkan
letak topinya,
Pintu ruang terbuka, gadis nelayan itu muncul lebih
dulu diikuti seorang lelaki berperawakan tinggi besar.
Melihat kehadiran lelaki itu, Lim Han-kim membatin:
"Tampaknya ia berniat membohongi aku..."
Belum habis ingatan itu melintas, si nona sudah
menengok ke arah Lim Han-kim sambil berbisik kepada
lelaki kekar itu: "Dialah orang yang kumaksudkan..." Lalu
sambil menuding ke arah lelaki kekar itu, katanya lagi:
"Dia adalah kakak kandungku" Lim Han-kim segera
memberi hormati "Maaf saudara, aku ingin meminjam
perahumu."

2702
"Adikku telah menerangkan niatmu ini kepadaku tadi,
sebagai orang awam yang tidak mengenal dunia
persilatan, sebetulnya kami enggan melibatkan diri dalam
persoalan macam begini, tapi menurut adikku kau sangat
baik dan tahu sopan santun."
"Anda tak perlu cemas," tukas Lim Han-kim. "Bila
terjadi sesuatu, aku tak akan melibatkan kalian."
"Kau hendak ke mana?"
"sore tadi adikmu sudah ke situ"
Gadis nelayan itu bergerak menuju ke buritan perahu,
lalu serunya: "Aku tahu tempatnya Kau mendayung biar
aku yang pegang kemudi"
Tak lama kemudian bergeraklah perahu nelayan itu
menembus ombak sungai menuju ke barat, Lebih kurang
sepenanakan nasi kemudian, sampailah mereka di sisi
perahu besar tadi.
Di bawah sinar rembulan tampak perahu besar itu
berlabuh dengan tenang di atas permukaan air. Tidak
nampak cahaya lentera dalam ruang perahu itu namun
daun jendela terpentang lebar. Tampaknya penghuni
perahu tersebut sedang menikmati keindahan malam.
sambil berdiri di ujung geladak, Lim Han-kim memberi
hormat dan berseru keras: "Aku, Lim Han-kim, ingin
bertemu dengan jago lihai dalam perahu"
Baru selesai ia berseru, pintu ruangan telah
terpentang lebar, seorang gadis yang menyoren pedang
munculkan diri seraya berseru: "Apakah Lim kongcu di
situ? Masih ingat dengan budak?"

2703
Lim Han-kim melompat naik ke atas perahu besar itu,
sapanya sambil tertawa: "Kau adalah nona Hiang- klok.
masa aku lupa?"
Gadis berpedang itu memang Hiang- kiok. Ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat, sampai lama kemudian ia
baru menegur: "Kau benar-benar adalah Lim siangkong?"
Rupanya saat itu ia berdandan sebagai seorang
nelayan sehingga tak heran kalau Hiang- kiok tidak kenal
dan menaruh curiga. "Nona, masa suaraku pun tidak kau
kenali lagi?" seru Lim Han-kim.
"suaranya sih rasanya mirip sekali . . ."
Tiba-tiba dari dalam ruangan terdengar suara seorang
gadis berseru dengan nyaring: "suara itu memang suara
Lim siangkong, persilakan dia masuk"
"Kalau nona sudah bilang betul, dia tak bakalan keliru
lagi"
Lim Han-kim segera berpaling ke arah kakak beradik
di atas perahu nelayan, serunya sambil menjura:
"sekarang kalian berdua boleh pergi, bantuan Anda tak
akan kulupakan untuk selamanya" Maka bergeraklah
perahu nelayan itu meninggalkan tempat tersebut.
Lim Han-kim sendiri pelan-pelan membalikkan badan
dan berjalan menuju ke ruang perahu, ia berjalan sangat
lamban sementara pikirannya berputar kencang, pikirnya:
"sepatutnya aku gembira karena ia berhasil mempelajari
ilmu sesat dan lolos dari kematian, Namun ia pernah
berkata, apabila ilmu sesat tersebut berhasil dipelajari
maka selangkah demi selangkah dia akan terjerumus ke
dalam cengkeraman iblis, bahkan wata akan turut

2704
berubah, Entah bagaimana sikap serta tindak-tanduknya
kini?"
sementara berpikir ia sudah masuk ke dalam ruangan,
cahaya api tampak berkilat, sebatang lilin telah disulut
Tampak Pek si- hiang duduk di atas selembar kulit
harimau dengan wajah bersinar, pipinya merah dan ia
memakai baju berwarna putih.
Tatkala melihat Lim Han-kim berjalan masuk, ia cuma
ulapkan tangannya sambil menyapa: "Lim Han-kim, baikbaikkah
kamu selama ini?"
Lim Han-kim tertegun, Diamatinya Pek si hiang
dengan wajah melongo, sampai lama sekali ia tak
sanggup mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata sikap
maupun cara bicara Pek si- hiang ketika bertemu
dengannya sekarang ternyata jauh berbeda dengan apa
yang diduganya semula.
"Kenapa sih kau memandangi wajahku terus? sudah
tidak kenal?" kembali Pek si- hiang menegur seraya
membenahi rambutnya.
"Nona, kau benar-benar telah berubah" bisik Lim Hankim.
Pek si- hiang terawa,
"Berubah jadi lebih segar dan makmur bukan? Tapi
coba kau tengok dandananmu sekarang, bukankah kau
pun berubah?"
"Yang kumaksudkan bukan bentuk luar nona, tapi
watak serta tindak-tandukmu."
"Oya? Bagian mana yang berubah?"

2705
"Aku tak bisa mengatakannya," Lim Han-kim
menggeleng, "Pokoknya seluruh tubuhmu, semua
tingkah laku, setiap kata dan tertawamu sudah berbeda
sekali dengan keadaan dulu."
sementara itu siok-bwee telah muncul dengan
membawa baki berisi teh wangi, segera ia menyapa:
"Lim siangkong, baik-baik sajakah kau selama ini? silakan
minum teh."
"Terima kasih nona," Lim Han-kim menerima cawan
teh itu.
Hiang- kiok segera menarik sebuah bangku dan
meletakkannya di belakang pemuda itu, lalu katanya:
"Lim siangkong, silakan duduk"
Pelan-pelan Lim Han-kim duduk. setelah melepaskan
topi bambunya ia berkata: "Nona, tolong ambilkan sebaki
air. Aku hendak mengubah kembali wajahku menjadi
seperti sedia kala."
sambil berkata, sepasang matanya mengawasi terus
wajah Pek si-hiang tanpa berkedip.
Hiang- kiok menyahut dan beranjak pergi, tak lama
kemudian ia sudah muncul dengan membawa sebaskom
air.
Lim Han-kim mengambil keluar obat pemulih wajah
pemberian seebun Giok-hiong dan menuangnya ke dalam
air, setelah itu ia mulai mencuci wajahnya dengan air
obat itu.
Betul juga, obat itu sangat manjur, tak selang berapa
saat kemudian wajahnya sudah pulih kembali seperti
sedia kala, tampan dan menawan hati.

2706
Pek si- hiang angkat wajahnya memandang Lim Hankim
sekejap. lalu katanya sambil manggut-manggut:
"Ehmmm, tak heran kalau seebun Giok-hiong menempel
ketat di sisimu dan enggan melepaskan kau pergi,
Ternyata wajahmu memang tampan dan sangat
menawan hati."
Lim Han-kim mengerutkan kening, dan menukas: "Aku
masih tetap aku yang dulu, justru nona yang telah
berubah, bukan nona yang dahulu lagi"
Berubah hebat paras muka Pek si- hiang. Tiba-tiba ia
tertawa dingin, sambil melemparkan pandangan matanya
keluar ruangan, hardiknya: "siapa di situ?"
"Aku, Li Tiong-hui" seseorang menjawab dengan suara
yang merdu. Menyusul kemudian pintu ruang didorong
dan gadis itu berjalan masuk ke dalam.
Lim Han-kim turut berpaling, Tampak gadis itu
mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau dengan
rambut yang dibungkus saputangan berwarna hijau pula,
Mantelnya berwarna hitam dan ia tidak membawa
senjata.
"Li Tiong-hui" tegur Pek si- hiang ketus, "siapa suruh
kau turut masuk kemari?"
Dengan agak tertegun Li Tiong-hui berhenti buru-buru
katanya sambil memberi hormat: "Bila kedatanganku kau
anggap lancang, harap cici sudi memaafkan kelancangan
ku ini."
"Sebelum senja tiba tadi, kau telah mengajak anak
buahmu datang mengusikku, Waktu itu aku toh sudah
peringatkan kau agar tidak datang mengusik

2707
ketenanganku lagi, masa baru selisih berapa jam, kau
sudah melupakan peringatanku itu?"
Li Tiong-hui semakin tertegun dibuatnya, "Aku tahu
tindakanku itu salah, justru karena itulah aku hadir
kemari malam ini tanpa kawan, Aku datang untuk minta
maaf kepada cici."
Bagaimana juga ia masih menaruh perasaan yang
amat menghormat terhadap Pek si- hiang sehingga
meskipun dalam hati merasa tak senang hati, namun ia
tetap merendah bahkan mau minta maaf.
Pek si- hiang mengalihkan sorot matanya ke wajah
Hiang- kiok, katanya tiba-tiba: "Apa hukuman bagi orang
yang berani memasuki perahu kita secara lancang?"
"soal ini... soal ini. . . budak . .." Hiang-kiok nampak
gelagapan. Pek si- hiang semakin gusar, kembali
hardiknya: "Apa ini itu, ayoh cepat jawab"
Hiang-kiok melirik Lim Han-kim sekejap lalu menengok
pula ke arah Li Tiong-hui, setelah itu baru ia menjawab:
"Bagi pelanggar, hukumannya adalah kutungi sepasang
kakinya"
Pek Si-hiang segera mengalihkan kembali sorot
matanya ke wajah Li Tiong-hui, "Sudah kau dengar?"
bentaknya.
"Yaa, sudah kudengar"
"setelah mendengar, apa yang hendak kau lakukan?"
Li Tiong-hui termenung sambil berpikir sejenak, lalu ia
balik bertanya: "Menurut pendapat nona Pek, apa yang
harus kulakukan?"

2708
"Tentu saja melaksanakan hukuman itu"
"Bila cici memaksa hendak menerapkan hukuman
tersebut kepadaku, aku memang tak bisa berkata apaapa
lagi, cuma sebelum itu aku punya sebuah syarat."
"Apa syarat itu?"
Dengan sedih Li Tiong-hui mengalihkan sorot matanya
ke wajah Lim Han-kim. Dari dalam sakunya iia
mengambil keluar sebuah panji berbenang emas yang
bertuliskan- "Bengcu-Ki". setelah melakukan itu ia pun
berkata: "Selama ini aku paling kagum dengan
kecerdikan serta kehebatan cici dalam mengatur strategi.
Adapun kedatanganku malam ini juga lantaran ingin
memohon kepada cici akan satu hal, tak disangka
kehadiranku ternyata sudah melanggar pantangan yang
cici terapkan- Asal nona Pek bersedia menerima panji
Bengcu ini serta mau memimpin dunia persilatan untuk
melenyapkan ancaman seebun Giok-hiong, jangan lagi
baru mengurungi sepasang kakiku, bahkan hendak
mengorek keluar hatiku pun aku tak akan henampik
apalagi menyesal"
"Masalah ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak bisa mencampur- baurkan menjadi satu
persoalan yang sama" kata Pek si- hiang dengan kening
berkerut.
Mimpi pun Li Tiong-hui tidak menyangka Pek Si- hiang
yang dahulu begitu lemah dan ramah, kini secara tibatiba
telah berubah jadi begitu dingin, kaku, kejam dan
sama sekali tak berperasaan-
Tanpa terasa rasa sedih, kecewa bercampur rasa
tercengang menyelimuti seluruh perasaan hatinya,

2709
dengan termangu-mangu diawasinya wajah gadis
tersebut tanpa berkedip.
BAB 30. Menjadi kejam
"Hmmm Mau apa kau memandangi aku terus?" tegur
Pek si- hiang sambil tertawa dingin.
" Ingin kuamati wajahmu dengan lebih teliti, benarkah
kau Pek si hiang yang pernah kukenali."
"omong kosong" hardik Pek si-hiang marah. "Kau
anggap ada orang lain yang berani menyaru sebagai
aku?"
"Bila kau benar-benar adalah enci Pek yang pernah
kukenal dulu, aku benar-benar tak berani percaya."
Mendadak Pek si- hiang mendongakkan kepalanya dan
tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha... ada apa? Bisa kau
tunjukkan bagian mana ku yang tidak mirip dengan
keadaan dulu?"
"Enci Pek si-hiang yang kukenal dulu."
"Tunggu dulu" sela Pek Si-hiang mendadak "siapa sih
yang kesudian jadi enci- mu? Kau tak perlu memanggil
enci, enci terus, muak rasanya perutku"
setelah dipermainkan berulang kali, habis sudah
kesabaran Li Tiong-hui. Hawa amarahnya mulai
berkobar, dengan wajah berubah jadi merah padam ia
tertawa dingin, ia berseru: "Pek si- hiang yang kukenal
dulu orangnya halus, sopan dan berjiwa ksatria. Dia tak
segan-segan menolong kesulitan orang lain hingga setiap
orang menaruh hormat kepadanya"

2710
"Bagaimana dengan Pek si-hiang yang sekarang?"
tukas gadis itu.
"Kejam, berhati busuk tak punya perasaan dan sadis"
Pek si- hiang tidak banyak komentar lagi, berpaling ke
arah siok-bwee, perintahnya: "Berikan pedang
kepadanya, biar dia potong kaki sendiri"
Pada saat itu Lim Han-kim hanya menyaksikan semua
adegan itu dari samping tanpa komentar, ia perhatikan
juga sikap serta tindak-tanduk siok-bwee serta Hiangkiok.
Dia ingin tahu setelah sifat Pek si-hiang berubah
jadi kejam dan tidak berperasaan, apakah sifat kedua
orang dayangnya turut berubah juga.
Tampak siok-bwee mencabut keluar pedangnya
dengan kening berkerut, perlahan bisiknya "Nona Li..."
Pek si- hiang menyambar pedang itu lalu... Traaaang
Dilemparkannya pedang itu ke hadapan Li Tiong-hui
sambil berseru: "Li Tiong-hui, bila kau turun tangan
sendiri mengurungi sepasang kakimu itu, mungkin kau
masih punya harapan untuk terus hidup, Bila aku mesti
turun tangan sendiri, mungkin bukan hanya sepasang
kakimu saja yang bakal kutung"
Li Tiong-hui membungkukkan badan memungut
pedang itu dari lantai, setelah ditimang-timang sebentar,
tiba-tiba ia tertawa tergelak, "Hei, apa yang lucu?" tegur
Pek si-hiang gusar.
"Seandainya kau adalah Pek si-hiang yang
sebenarnya, jangan lagi mesti mengurungi sepasang kaki
ku, biar ditambah sepasang tanganpun aku, Li Tiong-hui,
akan melaksanakan tanpa berkerut kemng. Betul aku

2711
hanya seorang wanita, tapi aku tak takut menghadapi
rasa sakit. Aku bersedia mengorbankan diri demi
kepentingan orang banyak"
Dengan pandangan mata yang sedih dipandangnya
Lim Han-kim sekejap. kemudian lanjutnya: "Tapi
sayang... saat ini aku tidak percaya bahwa kau adalah
Pek si-hiang yang sesungguhnya, Pek si- hiang yang
pernah kukenali"
selama ini Lim Han-kim hanya duduk melulu tanpa
bertindak atau komentar sekecap pun, tapi kini secara
tiba-tiba ia bangkit berdiri Dipandangnya Pek si- hiang
dengan sorot mata tajam, lalu katanya: "Apa yang
dikatakan nona Li tepat sekali. Terlepas kau adalah nona
Pek yang sebenarnya atau bukan, tapi satu hal sudah
jelas, semua perbuatan dan tingkah lakumu sekarang
sudah bukan merupakan tingkah laku nona Pek yang
dulu"
"Tutup mulut" hardik Pek si- hiang. "Siapa suruh kau
ikut komentar?"
Lim Han-kim tertawa tergelak: "Ha ha ha aku sendiri
yang ingin bicara, kenapa? siapa yang bisa melarang?"
"Hiang-kiok" bentak Pek si- hiang penuh amarah,
"Tangkap dulu orang ini"
"Tapi nona... dia adalah Lim siangkong..." bantah
Hiang-kiok agak tertegun.
"Aku tahu, totok dulu jalan darahnya sebelum
berbicara lagi"

2712
Hiang-kiok menyahut dan segera mengayunkan
tangannya untuk menotok jalan darah di ketiak Lim Hankim.
Dengan cekatan Lim Han-kim berkelit ke samping,
katanya kemudian- "Nona, walaupun kau turun tangan
karena terpaksa, namun apabila kau mendesak terus
menerus, terpaksa aku harus turun tangan untuk
membela diri"
Hiang-kiok tidak banyak bicara, sepasang tangannya
bekerja keras melancarkan serangkaian totokan. Dalam
waktu singkat ia telah melancarkan belasan buah
totokan-namun kesemuanya dapat dihindari Lim Han-kim
dengan mudah.
Mendadak terdengar Pek si- hiang membentak marah:
"Budak yang tak berguna, ayoh cepat mundur dari situ"
Hiang-kiok menyahut dan segera mengundurkan diri.
Ketika Lim Han-kim berpaling, ia saksikan Pek sihiang
sudah bangkit berdiri dan pelan-pelan berjalan
mendekatinya.
Tiba-tiba Li Tiong-hui melangkah ke depan, serunya:
"saudara Lim, cepat mundur dari perahu ini, biar aku
yang menghadapi Pek si-hiang"
" Kedudukanmu sekarang adalah Bu-lim Bengcu,
harapan serta mati hidup beribu-ribu orang rekan dunia
persilatan sudah berada di atas bahumu. Kau tak boleh
sembarangan menyerempet bahaya, lebih baik nona saja
yang segera mengundurkan diri dari sini"
"Persoalan ini timbul gara-gara aku. Aku tak ingin
membiarkan kau menderita lantaran kejadian ini"

2713
Belum sempat Lim Han-kim berbicara, Pek si- hiang
sudah berada di hadapan mereka sambil berkata: "Lim
Han-kim, dengan andalkan sedikit kepandaianmu itu, kau
masih ingin membela orang lain?"
"Aku siap menanti petunjukmu" tukas Li Tiong-hui
dingin-
Lim Han-kim melintangkan lengan kanannya
menghalangi jalan maju Pek si- hiang sambil berseru:
"siapa yang telah menetapkan peraturan memotong
sepasang kaki ini?"
"Aku . . . Pek si-hiang Kenapa? Ada yang salah?"
"Aku yang tiba di atas perahumu lebih dulu, Apabila
nona bersikeras hendak menerapkan peraturan ini,
sepantasnya bila kau kutungi lebih dulu sepasang kakiku"
"Kau anggap aku tak berani melakukan-nya?"
"Meskipun nona berani, namun belum tentu aku akan
menyerahkan diri dengan begitu saja"
Berkedip sepasang mata Pek si- hiang, tiba-tiba selapis
hawa membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, dengan
nada dingin ia mengejek: "Kau ingin bertarung
melawanku?"
Membayangkan kembali sikap mesra yang pernah
dialaminya bersama gadis tersebut di masa lalu, tak
kuasa Lim Han-kim menghela napas sedih. "Bebaskan Li
Tiong-hui, aku akan merelakan sepasang kakiku untuk
kau potong"
Tiba-tiba Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.
sepasang pipinya berubah jadi semu merah, ujarnya

2714
lembut: "Lim Han-kim, apakah kau amat menyukai Li
Tiong-hui?" setelah mengucapkan perkataan tersebut,
wajahnya kembali berubah jadi dingin, ketus dan serius,
selisih jarak antara kedua orang itu teramat dekat
sehingga Lim Han-kim dapat menyaksikan semua gerakgeriknya
dengan amat jelas, Melihat gadis tersebut
hanya dalam satu kerdipan mata saja dapat
menampilkan dua mimik muka yang berbeda dan
berlawanan, tak kuasa lagi ia menghela napas sedih,
pikirnya: "Jika ditinjau dari sikapnya sekarang, jelas sifat
aslinya sudah terpengaruh oleh ilmu sesat yang
dipelajarinya, setengah tahun berselang dia masih
merupakan seorang tokoh lemah lembut yang menjadi
harapan umat persilatan. semua orang berharap ia bisa
menaklukkan seebun Giok-hiong, tapi sekarang... aaaai,
ia mau berkorban demi orang banyak. masa sekarang
aku Lim Han-kim juga tak bisa berkorban demi dia, Pek
si-hiang...?"
Terdengar Pek si- hiang menegur dengan suara
dingin: " Kenapa kau tidak berbicara? seorang lelaki
sejati berani berbuat, berani tanggung jawab. Kenapa sih
kau begitu tak bersemangat?"
Setelah mengambil keputusan dalam hatinya sikap Lim
Han-kim segera berubah jadi lembut dan ramah kembali,
sahutnya sambil tertawa hambar "Kalau senang kenapa,
kalau tidak senang kenapa pula?"
"Kalau kau benar-benar mencintainya, aku akan
segera mengutungi sepasang tangan dan sepasang
kakinya agar sepanjang hari kau bisa merawat dan
memenuhi kebutuhannya, agar kau tak pernah bisa

2715
meninggalkan dirinya lagi. Harapanmu juga akan segera
terkabul"
"ooh ... begitu? Masih ada yang lain? "Lim Han-kim
tertawa.
"Bila kau tidak mencintainya, biar kukutungi sepasang
kakinya lalu membuang tubuhnya ke dalam sungai, biar
dia sendiri yang menentukan mati hidupnya"
Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali,
"Aku tidak setuju dengan kedua usul nona itu."
"Lantas apa maumu?"
"Menurut pendapatku, kita bebaskan nona Li,
kemudian hukuman sekejam apa pun yang hendak nona
limpahkan kepadaku, akan kuterima dan tanggung
seorang diri"
"Tidak bisa" tukas Li Tiong-hui sambil tertawa hambar
"Aku, Li Tiong-hui, yang telah melanggar peraturan nona
Pek, jadi sudah sepantasnya bila aku sendiri yang
menerima hukumannya. saudara Lim, maksud baikmu
biar kuterima dalam hati saja"
Pelan-pelan Lim Han-kim berpaling, ditatapnya wajah
Li Tiong-hui lekat-lekat kemudian bujuknya dengan
lembut: "Harapan semua jago silat di dunia ini terletak di
atas bahumu, Kau tak boleh menuruti emosi sehingga
mengorbankan masalah besar yang lebih penting,
pergilah nona, biar aku yang membereskan keadaan di
tempat ini"
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh.

2716
"He he he... wahai Lim Han-kim, kau ini apaku? Berani
amat kau mengambil keputusan mewakili diriku" serunya.
Lim Han-kim maju selangkah menghadang di depan
Pek si-hiang, lalu berseru: "Nona Li, harap segera keluar
dari ruangan ini"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak Pek
si-hiang mengayunkan tangan kanannya dan secepat
kilat mencengkeram Li Tiong-hui yang berada di
belakang Lim Han-kim.
Buru-buru Lim Han-kim mementangkan kelima jari
tangannya balas mengancam ketiak kanan Pek si-hiang.
"Kurang ajar" umpat Pek si-hiang marah, "Kau benarbenar
berani menentang aku?" Tangan kanannya ditarik
balik sementara tangan kirinya disodok ke depan.
Lim Han-kim tahu bahwa gadis ini tak pandai silat,
sekalipun selama berapa waktu belakangan ini dia
mempelajari ilmu sesat untuk mengobati penyakitnya,
oleh karena itulah dalam melancarkan serangan balasan,
ia enggan menggunakan tenaga penuh. Dia pun segan
menyerang dengan kecepatan tinggi karena kuatir
melukai gadis tersebut.
Siapa yang mengira Pek si-hiang yang dihadapinya
sekarang sudah bukan Pek si-hiang dulu yang lemah,
penyakitan dan tak pandai silat. Gerak serangan tangan
kirinya dilancarkan dengan keCepatan yang luar biasa
hebatnya, sebelum Lim Han-kim sadar bahwa gelagat
tidak menguntungkan, ia sudah tak sempat lagi untuk
menangkis datangnya serangan tersebut

2717
Duuuuk serangan tersebut dengan telak menghajar di
atas dadanya.
Lim Han-kim segera merasakan pandangan matanya
berkunang-kunang, tubuhnya mundur sempoyongan.
Untung di belakang tubuhnya ada dinding hingga ia tak
sampai roboh terjengkang.
Buru-buru Li Tiong-hui berpaling, ia saksikan paras
muka anak muda tersebut pucat pias bagaikan mayat,
jelas gempuran tersebut telah membuat isi perutnya
terluka cukup parah.
Berhasil merobohkan Lim Han-kim dalam sekali
gempuran, Pek si-hiang mendesak maju ke hadapan Li
Tiong-hui, ejeknya: "Kau hendak paksa aku untuk turun
tangan?"
Dengan penuh amarah Li Tiong-hui membentak: "Enci
Pek yang kuhormati dan kusanjung itu bukan manusia
kejam dan tidak berperasaan seperti kau. Aku yakin kau
adalah enci Pek gadungan, kau pasti sedang menyaru
sebagai dirinya"
Kendatipun dengan jelas dan pasti ia tahu bahwa
orang yang berada di hadapannya sekarang adalah Pek
si-hiang yang tulen, namun dalam keadaan dan situasi
seperti ini mau tak mau dia harus bersikeras mengatakan
bahwa dia adalah Pek si-hiang gadungan.
Pek si-hiang tertawa dingin. "Tidak perduli aku adalah
asli atau gadungan, pokoknya hari ini kau jangan harap
bisa tinggalkan tempat ini dengan selamat" Weesss...
kembali sebuah gempuran dahsyat dilontarkan.

2718
Dengan cekatan Li Tiong-hui mengegos ke samping
dan berteriak: "Kau jangan terlalu memojokkan posisiku"
"Hmmm, aku dengar ilmu silat dari keluarga Hong-san
mencakup pelbagai aliran ilmu silat di dunia. Malam ini
aku harus menyaksikan sendiri sampai di manakah
kehebatan ilmu silatmu itu. Bila kau berpendapat bahwa
ilmu pukulanmu yang terhebat, akan kusuruh kau terluka
di bawah pukulan ilmu telapakku, Bila kau anggap ilmu
jarimu lebih hebat, maka akan kusuruh kau terluka oleh
ilmu jariku"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, dari kejauhan
tiba-tiba terdengar seseorang tertawa merdu sambil
berseru: "Siapa sih kamu itu? Besar amat perkataanmu"
"Seebun Giok-hiong, rupanya kau pun khusus kemari
untuk mengantar kematianmu" bentak Pek si-hiang
ketus.
Pintu ruangan terpentang lebar, seebun Giok-hiong
dengan mengenakan pakaian ringkas berwarna hijau
tahu-tahu sudah berjalan masuk sambil menyahut: "siapa
bakal menang siapa bakal mampus, terlalu dini untuk
dikatakan sekarang"
setelah menatap tajam wajah Pek si-hiang, dengan
agak tertegun serunya: "Ternyata benar-benar kau"
"Yaa, kita baru berpisah berapa bulan, masa kau
sudah tidak kenal lagi dengan diriku?" jawab Pek si-hiang
sinis.
seebun Giok-hiong menarik kembali senyuman dari
wajahnya, ia melirik sekejap Lim Han-kim yang berada di

2719
sisi arena, lalu dengan kening berkerut memandang pula
wajah Li Tiong-hui.
sambil tertawa dingin ia berujar kepada Pek si-hiang:
"Kau sanggup pura-pura mampus dengan berbaring
dalam peti mati untuk membohongi aku, hal ini
membuktikan kau memang seorang yang hebat"
Pelan-pelan Pek si-hiang mundur tiga langkah,
kemudian jengeknya: "Beruntung sekali kalian berkumpul
semua di sini malam ini, Dengan begitu aku pun tak usah
repot- repot mengumpulkan kalian lagi"
Lim Han-kim yang bersandar pada dinding ruangan
sambil pejamkan mata itu mendadak membuka matanya
kembali seraya berkata: "Nona seebun, nona Li, selama
ini aku Lim Han-kim belum pernah merepotkan kalian
dengan masalah apa pun. Malam ini aku ingin kalian
berdua mau memenuhi satu permintaanku, entah
bersediakah kalian berdua untuk memenuhi permitaanku
ini?"
"Katakan saja" sahut seebun Giok-hiong cepat "Asal
mampu kulakukan, aku berjanji tak akan membuat kau
kecewa,"
"sesungguhnya Pek si-hiang telah terpaksa
mempelajari sejenis ilmu sesat yang pada awalnya
bermaksud untuk mengobati penyakit yang dideritanya.
siapa tahu setelah ilmu sesat itu mendatangkan hasil,
sifat serta tindak tanduknya turut berubah pula..."
Akibat berbicara dengan luka dalam yang cukup
parah, pemuda tersebut terengah-engah dibuatnya,
setelah berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak dan
kembali melanjutkan "sekalipun aku tidak mengetahui

2720
keadaannya secara mendetil, tapi aku percaya ilmu
tersebut merupakan sejenis ilmu silat yang sangat jahat
dan kejam, aku berharap kalian berdua..."
sambil tertawa terkekeh-kekeh Pek si-hiang menyela:
"Ha ha ha... Lim Han-kim, apakah kau berniat minta
kepada mereka berdua agar bergabung menjadi satu
kekuatan untuk bersama-sama menghadapi aku Pek sihiang?"
"Perubahan yang kau alami kelewat banyak, Aaaai...
tahu begini, aku pasti tak setuju kau mempelajari ilmu
sembilan iblis tersebut..."
Mendadak ia terbatuk-batuk lalu roboh terjungkal ke
atas tanah. Buru-buru seebun Giok-hiong dan Li Tionghui
memburu ke depan dan mengulurkan tangannya
hendak merangkul pemuda itu. Mereka berdua turun
tangan bersama, menjulurkan tangan bersama, tapi pada
akhirnya sama-sama menarik kembali tangannya.
Blaaammmm
Diiringi suara benturan keras, tubuh Lim Han-kim
roboh terjengkang ke atas tanah.
Rupanya kedua orang gadis itu sama-sama punya
pikiran untuk mengalah kepada lawannya hingga samasama
menarik kembali uluran tangannya, akibat
perasaan tersebut Lim Han-kim yang menjadi korban.
Pek si-hiang kembali tertawa terkekeh: "Ha ha ha...
itulah akibatnya jika saling mengalah, kalian sama-sama
sungkan, akibatnya dialah yang menjadi korban"
setelah berhenti sejenak. dengan wajah berubah
menjadi dingin dan serius terusnya: "Sesungguhnya

2721
situasi yang kalian berdua hadapi hari ini adalah sama.
Dari kalian berdua, yang satu adalah Bu-lim Bengcu yang
bertanggung jawab atas keselamatan umat persilatan,
sedang yang lain adalah gembong iblis yang siap
menciptakan badai pembunuhan besar-besaran dalam
dunia persilatan. semestinya kalian berdua harus saling
berhadapan sebagai musuh besar yang tak mungkin bisa
diakurkan satu sama lainnya. Tak nyana pada malam ini
kalian harus saling bertemu dalam situasi begini..."
"Hmmmm" dengus seebun Giok-hiong dingin, "Bila
ditambah dengan kau, nona Pek. maka kita akan
membentuk tiga kekuatan yang saling berhadapan. pihak
manapun jangan harap bisa menjadi nelayan beruntung
yang tinggal menunggu hasil panenan tanpa bersusah
payah"
Pek si-hiang tertawa.
"Aku rasa justru salah satu di antara kita bertiga harus
dimusnahkan lebih dulu, dengan demikian kedua pihak
yang terakhir baru bisa saling beradu kekuatan dengan
perasaan lega"
seebun Giok-hiong melirik Li Tiong-hui sekejap.
kemudian ujarnya: "Lebih baik kita bertiga melempar
undian lebih dulu, yang menang boleh berpangku tangan
lebih dulu menyaksikan dua orang pihak yang kalah
bertarung duluan, Entah bagaimana menurut pendapat
kalian berdua?"
Pek si-hiang mengalihkan pandangan matanya ke
wajah Hiang-kiok dan siok-bwee, mendadak perintahnya:
"jalankan perahu"

2722
Kedua orang dayang itu menyahut dan beranjak
keluar dari ruangan.
"Hei, mau apa kau?" tegur Li Tiong-hui.
"Akan kujalankan perahu dengan mengikuti arus
sungai, jadi seandainya kita semua bakal mati dalam
pertarungan nanti, perahu ini bisa membawa kita sampai
kesamudra luas, Kita bisa mati dengan perasaan bebas
tanpa gangguan dari siapa pun"
"Pek si-hiang" seebun Giok-hiong tertawa dingin. "Kau
tak usah berlagak di hadapan kami. Katakan saja bahwa
kau takut bala bantuan kami segera akan tiba di sini,
maka kau sengaja menyingkir"
"oooh, jadi kalian berdua sudah membuat persiapan
sampai ke situ?" tegur Pek si-hiang tertegun.
"Benar" sahut Li Tiong-hui, "sepuluh li di seputar
sungai ini telah kupersiapkan bala bantuan yang sangat
tangguh. Kendatipun kau menyingkir ke arah hilir, jangan
harap jejakmu bisa lolos dari pengejaran mereka semua"
"seandainya nona seebun juga telah persiapkan bala
bantuan, waaah... bakal ada tontonan menarik nanti,"
kata Pek si-hiang sambil tertawa, "Sementara kita bertiga
bertarung mati-matian di atas perahu, anak buah kalian
berdua akan saling gempur-gempuran pula di atas sungai
dan di daratan.. pertempuran itu pasti hebat dan seru"
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha
ha... seandainya peristiwa semacam itu sungguh terjadi,
pada malam Tiong-ciu esok malam, kita semua bakal
mengetahui siapakah yang akhirnya paling berhak untuk
menguasai seluruh dunia persilatan"

2723
Pek si-hiang mundur dua langkah, lalu katanya: "Nona
Li, barusan nona seebun mengusulkan untuk buang
undian guna menentukan dua orang yang kalah untuk
bertarung duluan, entah bagaimana pula dengan
pendapatmu?"
"Dengan senang hati kulayani keinginan tersebut"
"Bagus sekali Kalau begitu kalian berdua boleh buang
undian lebih dahulu"
Dengan tangannya yang halus pelan-pelan seebun
Giok-hiong membenahi rambutnya yang kusut, katanya
mendadak: "Bagaimana jika kutantang nona Pek lebih
dulu untuk berduel?"
Baru saja Pek si-hiang hendak menjawab, mendadak
dari luar geladak terdengar suara siok-bwee berteriak:
"Lapor nona, dari arah timur muncul empat buah sampan
yang bergerak mendekati"
sambil tersenyum Li Tiong-hui menyambung: "Apakah
di atas sampan-sampan tersebut tergantung sebuah
lentera berwarna merah?"
siok-bwee yang lebih pintar dan pengalaman segera
membungkam dan tidak berkata apa-apa lagi sesudah
mendengar ucapan Li Tiong-hui itu, sebaliknya Hiangkiok
segera berseru keras: "Yaa, betul, di atas setiap
sampan cepat itu tergantung sebuah lentera merah"
Li Tiong-hui tertawa hambar dan tidak bicara apa-apa
lagi.
Dengan nada ketus Pek si-hiang berseru: "Putar
haluan kearah selatan, jalankan perahu dengan sepenuh
tenaga"

2724
seebun Giok-hiong yang menyaksikan kejadian ini,
dalam hati kecilnya segera berpikir "Kini bala bantuan Li
Tiong-hui telah tiba, bila aku mesti bertarung lebih dulu
melawan Pek si-hiang, baik menang atau kalah, pasti aku
sudah kehilangan banyak tenaga dan pikiran. Kejadian
semacam ini justru akan membuat Li Tiong-hui menjadi
si nelayan yang beruntung, HHmmm . . . Terlalu enak
baginya"
sebaliknya paras muka Pek si-hiang dingin dan kaku.
ia tidak bicara juga tidak tertawa, sulit bagi orang lain
untuk menduga apa gerangan yang sedang dipikirkannya
sekarang?
sementara Li Tiong-hui sendiri, karena ia sudah
mempunyai rencana yang matang, maka gadis ini hanya
menyandarkan diri pada dinding perahu dengan wajah
tenang dan penuh senyuman.
seebun Giok-hiong mulai memutar biji matanya melirik
ke sana kemari, tampaknya dia mulai peras otak untuk
mencari akal guna menghadapi situasi yang pelik ini.
seebun Giok-hiong yang tinggi hati dan percaya diri
sesungguhnya merupakan seorang tokoh yang tidak
takut langit tidak takut bumi, tapi terhadap Pek si-hiang
dia justru menaruh suatu perasaan takut yang sangat
aneh, suatu perasaan yang membelenggu dirinya, ia
berusaha keras untuk melepaskan diri dari belenggu
yang tak berwujud ini sehingga tak segan-segan untuk
menantang Pek si-hiang berduel.
Dalam anggapannya asal Pek si-hiang berhasil
dikalahkan, Li Tiong-hui sudah bukan tandingannya lagi.
Kini kehadiran keempat buah sampan itu telah

2725
menggeser posisi dan kekuatan mereka bertiga yang
menjerumuskan dirinya dalam suatu keadaan yangamat
pelik.
semenjak pertempuran di telaga Tay-oh tempo hari,
seebun Giok-hiong mulai sadar bahwa ilmu silat yang
dimiliki sekawanan jago persilatan yang sudah lama
tersohor di dunia kangouw itu tak boleh dianggap
enteng, seandainya jago-jago itu turun tangan bersama
mengerubuti dirinya, siapa menang siapa kalah akan
semakin sulit untuk diramalkan.
Perubahan yang terjadi di luar dugaan ini mau tak
mau memaksa seebun Giok-hiong mengubah
rencananya, Dia tak ingin tergesa-gesa menantang Pek
si-hiang untuk berduel. Dalam keadaan begini dia perlu
mempertahankan kekuatannya hingga dapat menghadapi
setiap perubahan yang tak diinginkan.
Mendadak angin berhembus kencang, rembulan yang
semula bersinar terang tiba-tiba redup, cuaca pun ikut
berubah drastis, Buru-buru Pek si-hiang lari ke sisi
jendela dan berusaha menutup daun jendela tersebut.
sayang tindakannya terlambat selangkah, cahaya lilin
dalam ruang perahu itu segera padam suasana pun
berubah jadi gelap gulita, sedemikian gelapnya sampai
untuk melihat kelima jari tangan sendiripun susah.
Perahu pesiar yang diubah sesuai dari perahu nelayan
ini mulai bergoncang hebat Tubuh perahu terombang
ambing naik turun mengikuti gempuran ombak yang
semakin menggila.
sekilas cahaya halilintar membelah bumi diikuti suara
gemuruh yang memekikkan te-linga, Angin puyuh mulai

2726
berhembus kencang menimbulkan gelombang dahsyat,
guntur yang menggelegar menambah seramnya suasana.
Dari geladak perahu kedengaran suara Hiang-kiok
berteriak: "Nona, terjadi perubahan cuaca, Hujan deras
mulai mengguyur, ombak makin mengganas, tampaknya
kemudi perahu makin sukar dikendalikan"
"Bagaimana dengan keempat sampan kecil itu?" tanya
Pek si-hiang.
"sudah semakin mendekati perahu layar kita,
gempuran ombak membuat kehadiran mereka makin
sulit diikuti, tapi hamba duga masih berjarak tiga kaki"
"Kurang ajar" maki Pek si-hiang, "Kenapa sampansampan
kecil itu tak khawatir menghadapi gempuran
ombak. justru kalian berdua budak dungu tak sanggup
menahan kemudi perahu?"
"Kau tak bisa salahkan mereka" tukas Li Tiong-hui
ketus "Pendayung keempat sampanku itu rata-rata
merupakan jagoan air yang sepanjang tahun hidup di
atas air, Bukan saja ilmu mendayung mereka sukar
ditandingi, sekalipun tercebur ke dalam air selama tiga
hari dua malampun tak nanti membinasakan mereka"
"seandainya mereka terluka parah, tentu keadaannya
akan berbeda," sambung seebun Giok-hiong.
"Kalian berdua tak usah panik" jengek Li Tiong-hui
dingin. "Kendatipun mereka berhasil mendekati perahu
ini, tanpa perintah dariku, tak nanti mereka akan
menyerbu masuk ke sini"

2727
"Sekalipun mereka berhasil menaiki perahuku paling
banter hanya akan menambah berapa lembar nyawa
yang mati penasaran" dengus Pek si-hiang sinis.
"Hmm, aku rasa belum tentu."
"Bila kau tak percaya, kenapa tidak suruh mereka naik
kemari untuk menjajal sendiri?"
"Yang pasti, hingga sekarang kita semua masih hidup
segar bugar," sela seebun Giok-hiong, Jadi siapa pun
jangan harap bisa meramalkan nasib lawannya.
Pek si-hiang serta Li Tiong-hui sama-sama tidak
berbicara lagi, suasana dalam perahu pun tiba-tiba
dicekam keheningan Dalam keheningan tersebut Li
Tiong-hui pasang telinga baik-baik untuk memeriksa
keadaan di seputarnya. Di tengah hujan badai yang
sedang berlangsung, lamat-lamat ia seperti mendengar
suara napas orang yang lirih.
Gadis ini segera sadar bahwa situasi kembali telah
terjadi perubahan jelas siapa pun tak ingin bertahan
terus dalam keadaan seperti ini. ia mencoba mengawasi
suara tersebut dengan lebih teliti. ia merasa ada orang
yang secara diam-diam mulai menggeserkan tubuhnya,
tapi berhubung perahu besar itu tergoncang hebat oleh
gempuran ombak maka geseran badan yang tak
seimbang itu beberapa kali menimbulkan suara.
suasana tenang yang luar biasa mulai mencekam
kegelapan. Rasa tegang itu makin lama berkembang
makin besar, membuat orang mulai merasa sesak napas
dan tak mampu mempertahankan diri

2728
Li Tiong-hui menghimpun hawa murninya siap
bergeser dari posisi semula, tapi tiba-tiba ia teringat akan
diri Lim Han-kim, pikirnya:
"Bila aku pergi dari sini, siapa yang akan melindungi
keselamatan jiwanya? Padahal dua musuh tangguh hadir
di sini sekarang, Mereka berdua tak segan-segan turun
tangan. hanya gara-gara urusan sekecil apa pun. Aaai...
kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk
membawanya pergi dari sini. Lagi pula bala bantuan
telah tiba, sekalipun tercebur ke dalam sungai juga tidak
mengapa.." Berpikir sampai di situ, pelan-pelan ia mulai
berjongkok.
Tapi... ada saat dia membungkukkan badan itulah
segulung desingan angin serangan yang tajam
menyambar lewat, nyaris menghajar telak batok
kepalanya.
Li Tiong-hui tidak tahu siapa di antara kedua orang itu
yang membokong dirinya, Meski hatinya sangat gusar
namun ia berusaha untuk mengendalikan diri tanpa
menimbulkan sedikit suara pun, pikirnya: "Mereka berdua
sama-sama mengerti bahwa siapa pun telah menggeser
posisinya sekarang, Tapi siapa yang tahu di antara
mereka berdua bahwa aku belum berpindah posisi?"
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong menegur:
"Nona Li, baik-baikkah kau?"
sementara itu Li Tiong-hui telah berjongkok. pikirnya:
"Jelas seebun Giok-hiong yang telah menyergapku
barusan, karena tak mendengar reaksi apa-apa setelah
melepaskan gempurannya, ia sengaja menegurku untuk
mengetahui reaksinya..."

2729
Belum sempat ia mengucapkan sesuatu, terdengar Pek
si-hiang telah menyindir: "Nona seebun, tampaknya
gempuranmu barusan gagal menyergap diri Li Tiong-hui.
Waaah... sayang, sungguh patut disayangkan seandainya
bokonganmu berhasil mengenai sasaran, saat ini tinggal
kita berdua yang saiing berhadapan"
"Kurang ajar" umpat seebun Giok-hiong gusar,
"siasatmu memfitnah orang lain sungguh menggelikan
hati, Kalau berani menyerang sepantasnya berani
mengakui perbuatannya, Aku tak percaya Li Tiong-hui
akan termakan oleh siasatmu"
Waktu itu Li Tiong-hui telah berjongkok di samping
Lim Han-kim, pikirnya: "Perduli amat kalian mau bermain
siasat untuk menjebakku, asal tidak kugubris, kalian
juga tak bisa apa-apa"
Tatkala seebun Giok-hiong dan Pek si-hiang tidak
mendengar jawaban dari Li Tiong-hui, mereka jadi amat
keheranan. Namun hal ini juga membuktikan bahwa
gempuran tadi sudah meleset sebab Li Tiong-hui telah
menggeser kedudukannya.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi:
"Nampaknya ilmu silat yang dimiliki nona Li kembali
mengalami kemajuan yang pesat, Nama besar keluarga
persilatan bukit Hong-san nyata memang bukan nama
kosong belaka"
"Kau telah merebut kekasih hatinya, sakit hati ini
membuat rasa bencinya padamu merasuk ke tulang
sumsum. Mana mungkin dia mau kau bohongi lagi?"
sindir Pek si-hiang dingin

2730
"Ucapanmu kelewat serius, padahal orang yang
merebut kekasihnya mungkin bukan cuma aku, seebun
Giok-hiong, seorang diri"
"Kalau bukan kau, memangnya aku ikut
memperebutkannya?"
"Nah, nona Pek sudah mengakui sendiri rasanya
akupun tidak usah banyak bicara lagi."
Pada saat itu Li Tiong-hui sedang membuat
perhitungan dalam hati kecilnya, ia berpikir "Bisa jadi
perhatian mereka berdua kini tertuju kepintu keluar
ruangan perahu ini. seandainya aku melakukan sedikit
gerakan, mungkin mereka berdua akan menggunakan
gempuran yang tercepat dan terhebat untuk menghabisi
nyawaku, Agar dapat lolos dari sini, aku mesti
memecahkan perhatian mereka berdua lebih dulu..."
Dalam hati ia paham, pada mulanya seebun Giokhiong
maupun Pek si-hiang tidak menganggapnya
sebagai musuh utama, sebab dalam pandangan mereka,
kemampuan yang dimilikinya hanya menduduki posisi
nomor dua.
Tapi kehadiran anak buahnya pada saat tersebut
membuat kedua orang lawannya membuat pandangan
yang berubah, otomatis tindakan mereka pun ikut
mengalami perubahan. Kini, mereka saiing berdiri dalam
posisi segi tiga, Pihak mana pun segan untuk turun
tangan lebih dulu, sebab kehilangan kekuatan yang
mereka miliki akan menguntungkan pihak yang lain
Dalam keheningan yang mencekam terdengar seebun
Giok-hiong berkata lagi: "Nona Pek. menurut dugaanku,
Li Tiong-hui pasti sudah bersembunyi disamping Lim

2731
Han-kim. Kalau tak percaya, kau boleh mencoba dengan
lepaskan sebuah pukulan."
"Tidak mungkin" bantah Pek si-hiang, "Dia pasti
bersembunyi di sekitar pintu ruangan" Li Tiong-hui
mengerti dengan jelas, kedua orang itu saling menghasut
dan beradu otak dengan harapan pihak lain melancarkan
serangan terlebih dulu. Tiba-tiba satu ingatan melintas
lewat dalam benaknya, Diam-diam tangannya merogoh
ke dalam saku mengeluarkan sebuah mata uang. sambil
menghimpun hawa murninya, disentilnya mata uang itu
ke depan.
saat itu hujan angin berlangsung makin kencang dan
hebat membuat bangku dan meja dalam ruang perahu
itu bertumbangan suara cawan yang hancur membuat
suasana riuh dan ramai, otomatis suara desingan yang
ditimbulkan mata uang yang dilepaskan Li Tiong-hui pun
ikut tertutup, Dengan membawa angin desingan yang
amat tajam mata uang itu meluncur kearah seebun Giokhiong.
Perlu diketahui, saat itu tubuh perahu mengalami
goncangan yang sangat keras, sedemikian hebat
goncangan itu membuat seebun Giok-hiong serta Pek sihiang
tak sanggup berdiri tegak. sebaliknya Li Tiong-hui
yang tiarap di lantai justru memperoleh keseimbangan
tubuhnya.
Terdengar seebun Giok-hiong menjengek sambil
tertawa dingini "Nona Pek. kau belajar ilmu silat belum
genap setengah tahun. Kendatipun dengan kecerdasan
otakmu kau berhasil memperoleh kemajuan, tapi sayang

2732
tenaga sentilanmu untuk melepaskan mata uang masih
amat terbatas"
Pek si-hiang balas tertawa dingini "He he he ...
rupanya kau ingin mencoba sekali lagi"
"Bila kau merasa tak puas, apa salahnya untuk dicoba
sekali lagi" tantang Seebun Giok-hiong sambil tertawa,
"Baik Kau berhati-hatilah"
"silakan turun tangan nona Pek" Diam-diam Li Tionghui
merasa girang, pikirnya: "Apabila Pek si-hiang
berhasil melukai seebun Giok-hiong, dapat dipastikan
seebun Giok-hiong tidak terima dan tentu berusaha
membalas dendam. sebaliknya bila Pek si-hiang gagal
melukai musuhnya, demi gengsi dan muka, ia tak akan
berdiam diri sampai di situ. Jika mereka berdua sudah
terlibat dalam pertarungan yang sengit, aku pun akan
peroleh kesempatan baik untuk melarikan diri"
Berpikir sampai di situ, diam-diam ia menghimpun
hawa murninya dan menggeser badannya sejauh berapa
depa sambil pasang telinga baik-baik.
"Hati- hati" seru Pek si-hiang.
Di tengah kegelapan yang mencekam ruang perahu
itu, mendadak terlintas dua titik cahaya terang, segulung
tenaga pukulan yang kuat muncul dari sudut ruang
perahu itu, dalam waktu singkat seluruh ruangan telah
dipenuhi oleh deruan angin yang memekikkan telinga.
Menyusul gemuruhnya angin pukulan itu, kedengaran
seebun Giok-hiong berkata sambil tertawa: "Nona Pek.
kedua batang piau perakmu sungguh mungil dan
menawan hati"

2733
Mendadak cahaya api berkilauan, suasana dalam
ruang perahu itupun seketika berubah jadi terang
benderang.
selama ini Li Tiong-hui memperhatikan terus gerakgerik
kedua orang itu, begitu melihat berkelebatnya
cahaya api, ia segera melompat bangun dan
menempelkan tubuhnya keatas dinding ruangan.
Terdengar seebun Giok-hiong mengejek sambil
tertawa tergelak: "Ha ha ha... ternyata dugaanku benar,
nona Li memang bersembunyi di belakang tubuh Lim
Han-kim"
orang yang menyulut batu api tak lain adalah Pek sihiang.
Di tangan kirinya dia pegang batu api sementara
tangan kanannya menggenggam sebilah pedang pendek,
katanya dingin
"seebun Giok-hiong, cepat atau lambat toh akhirnya
antara kita berdua harus melangsungkan suatu
pertarungan habis-habisan. Mumpung malam ini hujan
badai sedang berhembus, kenapa kita tidak tentukan
siapa di antara kita berdua yang lebih berhak untuk
hidup? Ayoh cepat loloskan senjata andalanmu"
Pelan-pelan seebun Giok-hiong maju dua langkah ke
depan, sahutnya: "Nona Pek memandang begitu serius
atas kehadiranku, tentu saja seebun Giok-hiong harus
pertaruhkan nyawa untuk melayani keinginanmu."
Ia berpaling memandang Li Tiong-hui sekejap,
kemudian melanjutkan "Bila kita berdua harus bertempur
lebih dulu, sekalipun akhirnya ada satu pihak tampil
sebagai pemenang, saat itu dia tentu kelelahan dan

2734
kehabisan tenaga, apa kau tidak kuatir bakal ada nelayan
beruntung yang siap memungut hasil?"
"Nona seebun, sebetulnya apa sih maksudmu? Kenapa
kau selalu menyindir aku?" tegur Li Tiong-hui.
"Ada satu persoalan yangamat gampang, nampaknya
aku harus minta bantuan kepada Li Bengcu untuk
melakukannya."
"Tergantung apa persoalannya, aku mesti
pertimbangkan lebih dulu sebelum menyanggupi. "
"Padahal seharusnya kau sendiri pun dapat berpikir
sampai ke situ"
Li Tiong-hui melirik Lim Han-kim sekejap. kemudian
katanya: "Maksudmu, kau suruh aku menyingkirkan Lim
Han-kim dari sini, agar tidak mengganggu konsentrasi
kalian dalam pertarungan nanti?"
"Tampaknya Li bengcu memang sangat pintar."
"Aku rasa utusan ini memang bermanfaat bagi kedua
belah pihak, Baiklah, kusanggupi permintaanmu itu" ia
membungkukkan badan dan membopong tubuh Lim
Han-kim.
Mendadak Pek si-hiang berseru sambil tertawa dingini
"Li Tiong-hui, kau adalah orang pintar. Lebih baik
letakkan saja dia di sudut ruangan lalu bersiap siagalah
penuh, daripada sampai waktunya kau gelagapan hingga
melukai dirinya."
Li Tiong-hui tersenyum, "Bala bantuanku segera akan
tiba, sekalipun aku seorang diri masih bukan tandingan

2735
kamu berdua, rasanya kalau cuma untuk melarikan diri
sih masih lebih dari cukup"
"Hmmmm" seebun Giok-hiong mendengus, "saat ini
gelombang di sungai amat deras dan besar. Apabila
kekuatan Hiang-kiok dan siok-bwee telah habis nanti,
perahu ini pasti akan terbawa arus. Dalam situasi
seburuk ini mustahil sampan-sampan bantuanmu
sanggup mempertahankan diri. Waktu itu jangan harap
ada di antara kita yang masih bisa hidup. siapa pun yang
bakal muncul sebagai pemenang akhirnya bakal terkubur
juga di dasar sungai"
"Kebetulan sekali di saat kecil dulu aku gemar bermain
di air, sekalipun perahu ini terbalik, paling tidak aku
masih punya kesempatan untuk mempertahankan
hidup," ucap Li Tiong-hui sambil tertawa.
BAB 31. pertarungan Di Atas Perahu
sementara itu batu api yang berada di tangan Pek sihiang
sudah terbakar habis, cahaya apipun padam secara
tiba-tiba, suasana dalam ruangan perahu itu kembali
dicekam dalam kegelapan yang luar biasa. sambil
membopong tubuh Lim Han-kim, dengan cepat Li Tionghui
menggeser tubuhnya lagi berganti keposisi lain
Mendadak terdengar Pek si-hiang membentak keras:
"seebun Giok-hiong, kau sudah bersiap sedia?"
"setiap saat aku siap seranganmu"
sementara itu Li Tiong-hui telah berpikir kembali:
"semula nona Pek adalah satu-satunya orang yang paling
kukagumi dan kuhormati. Tak nyana baru berpisah

2736
setengah tahun, wataknya telah berubah secara drastis,
seakan-akan dua orang yang berbeda.
Ditinjau dari situasi malam ini, semestinya aku harus
biarkan mereka bertarung lebih dulu hingga aku tinggal
memungut hasilnya, tapi bila aku harus membiarkan Pek
si-hiang terluka di tangan seebun Giok-hiong tanpa
berusaha menolong, rasa-rasanya kok berat juga..."
sementara ia masih termenung, tiba-tiba tampak
cahaya berkilauan berkelebat lewat, langsung menerjang
kearah seebun Giok-hiong.
situasi saat ini benar-benaramat pelik, seebun Giokhiong
yang tinggi hati ternyata menaruh perasaan jeri
terhadap Pek si-hiang. sebaliknya Li Tiong-hui justru
menaruh rasa simpati dan kasihan kepada Pek si-hiang.
Apa sebabnya Pek si-hiang secara tiba-tiba menantang
seebun Giok-hiong untuk berduel? Apa maksud dan
tujuannya yang sebenarnya?
Terdengar seebun Giok-hiong berseru dengan nada
dingin: "Nona Pek, aku berada di sini"
Rupanya di saat cahaya api berkelebat lewat tadi,
secara diam-diam seebun Giok-hiong telah berganti
posisi, Kembali terlihat cahaya tajam berkilauan, kali ini
dengan cepat meluncur kearah mana seebun Giok-hiong
barusan berbicara.
Kali ini seebun Giok-hiong tidak berkelit lagi. Di tengah
kegelapan kembali terlihat sekilas cahaya tajam
berkilauan langsung menyongsong datangnya cahaya
pertama. Traaanngg

2737
Diiringi benturan nyaring, tampak percikan bunga api
menyebar ke mana-mana, dua bilah senjata telah saling
beradu satu dengan lainnya.
Terdengar Pek si-hiang tertawa tergelak sambil
berseru: "Nona seebun, aku lupa beritahu kepadamu
tadi, sesungguhnya pedang yang kugunakan ini adalah
sebilah pedang mestika yang tajamnya luar biasa, ia
sanggup mengutungi senjata lain secara mudah, apakah
kau menderita kerugian?"
Lebih kurang lima depa kearah sudut ruangan, segera
bergema suara dari seebun Giok-hiong: "Apakah kau
telah menggunakan pedang usus ikan?"
"Benar"
sekali lagi cahaya tajam berkilauan langsung
menerjang kearah seebun Giok-hiong.
Terlihat cahaya tajam berkilauan, serentetan bintang
berwarna keperak-perakan menerjang langsung kearah
Pek si-hiang.
Di tengah kegelapan yang mencekam seluruh
ruangan, berkumandang serangkaian suara gemerincing
nyaring yang menusuk pendengaran. Menyusul suara
bentrokan nyaring itu, suasana kembali pulih dalam
keheningan yang luar biasa.
Agaknya bentrokan yang terjadi kali ini sangat dahsyat
dan hebat, tapi belum diketahui siapa menang siapa
kalah.
Angin puyuh yang berhembus semakin menggila,
Tubuh perahu pun lebih hebat digoncang kian kemari,

2738
sebentar naik sebentar turun diiringi pula oleh suara
benda-benda yang terjatuh dan hancur.
Dalam hati Li Tiong-hui berpikir ”Jangan-jangan kedua
belah pihak sama-sama terluka parah? Kalau tidak,
kenapa tak terdengar suara mereka berdua setelah
terjadinya bentrokan sengit tadi?"
sementara dia masih berpikir, dari luar geladak
kedengaran suara Hiang- kiok berteriak keras: "Nona,
dayungnya patah ombak semakin menggila"
Berapa kali Hiang-kiok berteriak memberikan
laporannya, tapi Pek si-hiang tidak menjawab juga, maka
dayang itu pun tidak berteriak lagi.
Diam-diam Li Tiong-hul membopong tubuh Lim Hankim,
pikirnya: "Tampaknya kedua belah pihak sama-sama
sudah menderita kerugian besar dalam pertarungan
barusan sehingga untuk beberapa saat kehilangan
kemampuannya untuk bertarung kembali. Hiang-kiok
serta siok-bwee tidak berpengalaman sama sekali dalam
mengemudikan perahu dalam cuaca begini, cepat atau
lambat perahu ini pasti akan tenggelam. Kenapa aku
tidak angkat kaki sekarang juga? Apa lagi yang harus
kutunggu?"
Berpikir sampai di sini diam-diam ia bangkit berdiri,
Dengan tangan kanan menggenggam pedang, tangan kiri
membopong Lim Han-kim, ia bergerak mendekati pintu
ruangan perahu, semua perhatian dan kekuatannya telah
dipersiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan
yang tidak dlinginkan

2739
Baru tiba di depan pintu ruangan dan baru saja ia
berniat mendorong daun pintunya, mendadak terdengar
Pek si-hiang membentak keras: "Berhenti"
Dengan kecepatan tinggi Li Tiong-hui membalikkan
badan, meletakkan Lim Han-kim ke lantai dan
menyilangkan pedangnya di depan dada siap
menghadapi segala kemungkinan-
"Kau ingin kabur?" jengek Pek si-hiang lagi sinis.
Li Tiong-hui tidak langsung menanggapi pertanyaan
tersebut, ia balik bertanya: "Nona Pek, baik-baikkah
kau?"
"Aku baik sekali"
setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Kau telah
mengambil keuntungan yang sangat besar dalam
peristiwa malam ini, apa bila kau ingin manfaatkan
kesempatan ini untuk melarikan diri, aku rasa pikiranmu
itu kelewat sempurna"
"Jadi maksud nona Pek?"
"Tetap bertahan di sini setelah salah seorang di antara
kami tewas dalam duel ini, baru kau boleh mengambil
keuntungan akhirnya, Tindakanmu untuk kabur dari sini
benar-benar merupakan keputusan yang bodoh"
"Benar," sambung seebun Giok-hiong. "Apabila perahu
ini sampai karam, nona Li masih punya tugas untuk
menemani kami masuk ke dasar sungai dan sama-sama
menjadi santapan ikan"
Dari nada pembicaraan kedua orang itu Li Tiong-hui
dapat menyimpulkan bahwa kedua orang tersebut meski

2740
sudah terluka, luka yang dideritanya tidak terlampau
parah. ia sadar bila dirinya tetap bersikeras hendak pergi
dari situ, kedua orang jagoan tersebut niscaya akan
bergabung untuk menghadapi dirinya.
Dalam keadaan begini terpaksa ia berkata: "Aku hanya
ingin melihat situasi di luar geladak sana"
"Lebih baik kau tak usah putar otak lagi" tukas Pek si
hiang cepat.
"Yaa, jangan sampai membangkitkan amarah kami
berdua" sambung seebun Giok-hiong. "Kalau sampai
terjadi begitu, bukan keuntungan yang kau raih, mungkin
kau malah akan menghadapi kematian yang lebih cepat"
Diam-diam Li Tiong-hui berpikir "Bila mereka berdua
turun tangan bersama menghadapi diriku, rasanya sulit
bagiku untuk membendung gempuran itu, bahkan
kesempatan untuk hidup pun bakal lenyap. Aku tak boleh
bertindak bodoh..."
Berpikir sampai di sini, ia bopong kembali tubuh Lim
Han-kim dan balik ke tempatnya semula.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "Aku rasa
kedahsyatan ilmu sakti sembilan iblis hanya begitu-begitu
saja, justru ketajaman pedang usus ikanmu itu yang
merupakan ganjalan bagiku, sudah banyak senjataku
yang terkutung"
"Hmmmm, tampaknya cukup banyak pedang pendek
dan pisau belati yang kau bawa?" ejek Pek si-hiang
sambil tertawa dingin.

2741
"Benar" sahut seebun Giok-hiong tertawa, "Semuanya
aku membawa delapan belas buah pedang pendek dan
empat bilah pisau belati yang sudah dilumuri racun"
"Meski membawa banyak. tapi apa gunanya? Akhirnya
toh tak akan mampu menahan ketajaman pedang usus
ikanku, Bila perhitunganku tak keliru, mestinya aku
sudah berhasil mengutungi tujuh bilah pedang
pendekmu."
"Nona Pek kelewat sungkan, masa kau lupa
menghitung sebilah lagi?"
"Selama hidup belum pernah aku bertarung melawan
orang lain, Hari ini merupakan hari permulaanku untuk
mengumbar napsu membunuhku. sayang, aku harus
bertemu dengan kau, seebun Giok-hiong. Rasanya aku
patut merasa sayang bagimu"
"Apanya yang patut disayangkan?"
"sebab kau telah melewatkan kesempatan yang
sangat baik untuk membunuhku"
"Aaaaah, masa iya?" seru seebun Giok-hiong sambil
tertawa.
"Betul Kau tahu kenapa aku ragu-ragu untuk
menyerangmu sejak tadi? ini disebabkan aku belum
punya pengalaman bertarung dengan orang sebelum
kejadian hari ini. seandainya kau melancarkan serangan
pada saat itu, mungkin dengan gampang nyawaku dapat
kau cabut. sayang sekali kau tidak memiliki keberanian
tersebut, kau telah menyia-nyiakan sebuah kesempatan
emas yang berharga sekali"
"Aku rasa sekarang pun belum terlambat"

2742
"Terlambat sudah, Apa bila kau masih memiliki
peluang untuk melakukan hal tersebut, tak mungkin
kukatakan masalah ini kepadamu"
seebun Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Ha ha ha... nona Pek, bila kau bermaksud menggertak
dan menakut-nakuti aku dengan perkataan itu, maka
usahamu tersebut hanya akan sia-sia belaka"
"Ada satu hal, pernahkah kau merasakannya?"
"soal apa?"
"Jurus serangan yang kupakai untuk menyerangmu
tadi, bukankah jurus yang satu lebih ganas dan hebat
ketimbang jurus sebelumnya?"
seebun Giok-hiong termenung sambil berpikir sejenak.
kemudian katanya sambil manggut-manggut: "Yaaa,
rasanya memang begitu."
"Kehebatan ilmu sakti sembilan iblis justru terletak
pada pemahaman yang sangat cepat. setiap kali kau
lepaskan sebuah tusukan, maka tenaga iblis yang
terpancar pun satu bagian lebih menghebat. Hal ini
berarti jika kita bertarung berapa puluh jurus lagi,
kemenangan mutlak sudah jelas berada di pihakku .. ."
setelah berhenti sejenak, kembali Pek si-hiang
meneruskan: "Tapi sekarang, kau masih punya satu
kesempatan untuk memilih."
"Kesempatan apa? pilihan apa?" kata seebun Giokhiong
tertawa.
"Pilihan antara mati dan hidup"
"Coba kau jelaskan lebih terperinci"

2743
"Kau menyombongkan diri sebagai pakar ilmu silat
yang menguasai aneka ragam kepandaian di dunia ini,
beranikah kau untuk mempelajari sejenis ilmu silat
dariku?"
"Mempelajari sejenis ilmu silatmu? Apanya yang
aneh?"
"Aku hendak mewariskan sejenis ilmu silat kepadamu,
Aku hanya minta kau mengulangi ko-koat (teori) tersebut
sepuluh kali saja di hadapanku"
"setelah mempelajari ilmu tersebut?"
"Perahu akan segera menepi dan kau boleh tinggalkan
tempat ini, bahkan sejak hari ini aku Pek si-hiang tidak
akan memusuhi dirimu lagi"
seebun Giok-hiong termenung sambil terpikir berapa
saat lamanya, kemudian ia baru menjawab: "syaratmu
nampaknya sederhana dan gampang, seandainya syarat
tersebut diucapkan orang lain, maka aku seebun Giokhiong
tanpa berpikir panjang segera akan menyanggupi
tapi bila ucapan itu keluar dari mulutmu, Pek si-hiang..."
"Kenapa? Tampaknya kau takut sekali kepadaku?"
"Takut sih tidak. tapi dalam pandanganku kau adalah
satu-satunya musuh tangguhku, Kedudukanku
berimbang, otomatis aku tak ingin rugi di tanganmu"
"Keadaan macam apa yang kau anggap sebagai tidak
menderita rugi?"
"Mula-mula aku harus tahu terlcbih dulu sejenis ilmu
silat macam apakah itu, kemudian kau harus
melakukannya terlebih dulu di hadapan kami semua"

2744
"soal ilmu apakah itu, aku rasa biar kujelaskan juga
percuma toh kau tak bakal mengerti. Mengenai aku
harus melakukannya terlebih dulu, tentu saja, aku kan
mesti memberi contoh kepadamu"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Hmmmm,
hmmmm... aku tidak menggubris ilmu silat ganas macam
apa pun yang ingin kau ajarkan kepadaku. Bagiku, asal
Pek si-hiang berani melakukannya di depan umum, aku
seebun Giok-hiong juga bersedia untuk melakukannya"
"Baik Kita tetapkan dengan ucapanmu itu" sesudah
berhenti sejenak. kembali katanya: "Li Tiong-hui, kau
bersama seebun Giok-hiong sama-sama merupakan
pemimpin umat persilatan dewasa ini. Berapa tahun
berikut akan menjadi saat yang paling cemerlang buat
kalian berdua untuk malang melintang tanpa tandingan.
sayangnya, bila ditambah dengan kehadiranku maka
situasi dalam dunia persilatan segera akan mengalami
perubahan besar, apalagi jika aku dengan seebun Giokhiong
dari musuh berubah jadi teman, aku yakin
kedudukanmu sebagai Bu-lim Bengcu tak akan mampu
bertahan selama tiga bulan lagi"
"Nona Pek. apa maksudmu mengancam aku dengan
kata-kata itu?"
"Bila kau pun bersedia seperti seebun Giok-hiong,
mempelajari sejenis ilmu silat dariku, maka mulai hari ini
aku akan mengundurkan diri dari dunia persilatan dan
tidak menyusahkan kalian berdua lagi"
Walaupun dalam hal ilmu silat serta kecerdikan Li
Tiong-hui masih setingkat di bawah kemampuan seebun
Giok-hiong, namun ketegasannya justru setingkat di atas

2745
gadis iblis itu, setelah termenung sejenak. Ia pun
menyahut "Kalau masalah ini sih sulit bagiku untuk
segera mengambil keputusan, beri sedikit waktu
kepadaku untuk berpikir dulu sebelum memberikan
jawaban."
Pada saat itu dari luar perahu kembali terdengar suara
Hiang-kiok berseru: "Nona, kemudi ikut patah, kini
perahu kita ibarat kuda yang terlepas kendali, meluncur
mengikuti arus sungai dan tak mungkin bisa dikendalikan
lagi"
Mendengar laporan tersebut Seebun Giok-hiong
segera tertawa terkekeh-kekeh, serunya: "Bagus, bagus
sekali. Kelihatannya siapa pun yang bakal unggul dalam
pertarungan malam ini, hasilnya tetap sama saja, mati di
dasar sungai dan mayatnya untuk umpan ikan, Aaaaai...
betapa pun hebatnya ilmu silat yang dimiliki seseorang,
tak mungkin ia mampu melawan kekuatan alam yang
maha dahsyat"
"Hmmm, sejak semula aku telah memasang rangkaian
rantai yang mengelilingi tubuh perahu ini. Kecuali bila
perahu ini menumbuk di atas batu karang, sekalipun
ombak lebih menggila pun tak nanti kapal ini bakal
hancur berantakan"
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Li
Tiong-hui, pikirnya: "Lim Han-kim menderita luka dalam
yang cukup parah, bahkan sampai sekarang masih tidak
sadarkan diri, Apabila perahu ini benar-benar menumbuk
batu karang, mungkin kesempatan baginya untuk
mempertahankan hidup pun tak ada. Yaaa, kenapa aku

2746
tidak manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini untuk
menolong dia?"
Berpikir sampai di situ, diam-diam dia menyalurkan
hawa murninya ke dalam telapak tangan dan mulai
menguruti jalan darah penting di seluruh badan anak
muda tersebut.
Mendadak terdengar Pek Si-hiang menegur dengan
suara dingin "Bagaimana Li Tiong-hui, apakah sudah kau
pertimbangkan?"
"Aaaah, masa secepat itu?"
"Berapa lama kau butuhkan untuk mempertimbangkan
tawaranku ini?"
"Paling tidak sampai nona seebun selesai mempelajari
ilmumu itu"
"Aku rasa itu kelewat lama."
"Kemampuanku masih kalah jauh bila dibandingkan
kalian berdua, karena itu aku harus memikirkan baik-baik
lebih dulu sebelum memberikan jawabannya."
"Nona Li, kenapa sih secara tiba-tiba kau bersikap
begitu sungkan?" ejek seebun Giok-hiong mendadak.
"selama ini aku belum pernah bersikap tinggi hati
seperti nona seebun, kapan pula aku tak pernah bersikap
sungkan kepada orang?"
Tiba-tiba suasana dalam ruang perahu itu dicekam
keheningan yang luar biasa, Lamat-lamat semua orang
dapat merasakan bagaimana perahu yang mereka
tumpangi sedang meluncur mengikuti arus sungai
dengan kecepatan tinggi.

2747
Hening, sepi... Lebih kurang sepeminuman teh
kemudian seebun Giok-hiong kembali memecahkan
keheningan, tegurnya: "Nona Li, bagaimana keadaan Lim
Han-kim?"
Mendengar pertanyaan itu, dalam hati Li Tiong-hui
berpikir: "Kenapa secara tiba-tiba ia menguatirkan
keselamatan Lim Han-kim? sebenarnya apa maksud dan
tujuannya?"
Berpikir begitu, segera ia menjawab: "Dia belum mati,
tapi keadaannya juga belum membaik."
"Heran, kenapa nona Pek begitu tega turun tangan
sekeji ini terhadap Lim Han-kim?"
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha...
apanya yang mengherankan terhadap kalian berdua pun
aku sanggup melancarkan serangan yang sama"
Dari luar ruang perahu terdengar lagi suara Hiang-kiok
berteriak keras: "Nona, enci siok-bwee kehilangan
sebuah jari tangannya, Angin puyuh semakin menggila,
kami tak mampu mengobati luka tersebut Bagaimana
kalau biarkan dia masuk sejenak untuk merawat
lukanya?"
"Huuuh, baru kehilangan sebuah jari tangan sudah
ribut, kenapa sih berteriak-teriak macam orang gila?"
sahut Pek si-hiang dingin.
Li Tiong-hui yang menyaksikan kejadian ini segera
menghela napas panjang, dan berkata: "Nona Pek. kau
benar-benar telah berubah. Dulu sikapmu tidak sekasar
dan sekejam ini"

2748
Bukan menanggapi perkataan itu Pek si-hiang balik
bertanya: "Bagaimana dengan keputusanmu? sudah
selesai kau pikirkan? Kami berdua sedang menunggumu"
setelah termenung sebentar sahut Li Tiong-hui: "Yaa,
sudah selesai kupikirkan"
"Jadi kau sudah setuju?"
"Boleh saja aku menyetujuinya, cuma ada satu syarat"
"Apa syaratmu? Cepat utarakan"
"Kau segan menghadapi aku serta seebun Giok-hiong
dengan andaikan ilmu silat, Hal ini tak lain karena dua
sebab, pertama kau tidak memiliki keyakinan untuk
berhasil membunuh kami dalam satu gebrakan, dan
kedua karena kau menganggap kami bisa mati dalam
sekali gebrakan akan terlalu enak bagi kami berdua..."
"Tepat sekali"
"Ditinjau dari kekejaman, kebuasan dan kekejianmu
sekarang, hukuman yang kau persiapkan berikut pasti
lebih kejam dan mengerikan, berarti pula ilmu silat yang
kami harus pelajari itu akan menjadi belenggu tak
berujud yang akan mengurangi keleluasaan kami".
"Hmmm, sudah setengah harian kau bicara, belum kau
sebutkan apa syaratmu," tukas Pek si-hiang dingin.
"sangat sederhana, kau harus sembuhkan dulu luka
yang diderita Lim Han-kim dan biarkan dia pergi dari sini.
sepeninggalnya, kita bertiga boleh melanjutkan
pertarungan ini dengan cara apa pun hingga sama-sama
mampus"

2749
"Waaah Nampaknya cinta kasihmu terhadap Lim Hankim
betul-betul amat mendalam dan sudah mendarah
daging" olok Pek si-hiang sambil tertawa.
"Apa yang diucapkan nona Li tepat sekali," sambung
seebun Giok-hiong pula, "Urusan kita bertiga lebih baik
diselesaikan oleh kita bertiga, Lim Han-kim tidak usah
mengorbankan diri gara-gara urusan ini"
Pek si-hiang segera tertawa terkekeh-kekeh: "Ha
haha...kenapa, kaupun menaruh hati kepadanya?"
"Hmmm Aku tak perduli apa yang kau pikirkan dan
apa yang kau ucapkan, pokoknya aku tetap berpendapat
bahwa masalah ini tak ada sangkut pautnya dengan Lim
Han-kim, jadi tak ada gunanya membiarkan ia tetap
berada di sini. Lagipula membebaskan dia pergi tak akan
merugikan siapa pun, kenapa kau mesti bersikeras untuk
menahannya?"
Pek si-hiang tertawa dingin.
"Hmmm, jika kalian tidak seia sekata dan mengaku
sejujurnya, aku justru sengaja akan menahannya di sini,"
ancamnya.
"Apa yang harus kulakukan sehingga kau bersedia
membebaskan dia pergi?” tanya Li Tiong hui.
"Aku minta kalian mengaku sejujurnya, tak boleh
berlawanan dengan apa yang terpikir dalam hati"
"Baiklah, kuakui bahwa aku sangat mencintainya, Nah,
dia sudah boleh pergi, bukan?"
"Nona seebun, bagaimana dengan kau sendiri?" desak
Pek si-hiang sambil tertawa.

2750
"Bila kau ingin mendengar, anggap saja aku pun
sangat mencintai dirinya" jawab seebun Giok-hiong.
"Tidak bisa, kalau cinta yaa cinta, mana ada anggap
saja mencintai... ayoh beri jawaban yang lebih tegas"
"Pek si-hiang" tegur seebun Giok-hiong geram,
"sampai detik ini kita belum tentukan siapa bakal hidup
siapa bakal mampus, menang kalah masih susah
diramalkan. Apalagi kau memojokkan kami terus
menerus,jungan salahkan bila aku akan bergabung
dengan Li Tiong-hui untuk bersama-sama memusuhi
dirimu. Hmmmm Kalau sampai terjadi hal itu, berarti
posisi akan berubah, kami berdua akan bersama-sama
menghadapi kau seorang"
Pek si-hiang termenung sambil berpikir sejenak,
akhirnya dia mengangguk: "Baiklah, kalau toh kalian
berdua sudah mengaku, melihat di atas wajah kalian
berdua, akan kubiarkan dia pergi dari sini"
Sementara itu hembusan angin topan dan gulungan
ombak sudah makin mereda, perahu yang semula oleng
kini menjadi tenang kembali, Dari dalam sakunya Pek sihiang
mengambil keluar batu api dan disulutnya
sebatang lilin. sambil menatap wajah Li Tiong-hui,
katanya dengan senyuman di kulum: "Serahkan padaku,
akan kubebaskan dulu urat nadinya yang terluka."
sambil membopong Lim Han-kim, pelan-pelan Li
Tiong-hui maju ke depan dan membaringkan pemuda
tersebut di hadapan Pek si-hiang.
Dengan cepat Pek si-hiang menempelkan tangan
kanannya di atas dada pemuda itu, setelah memandang
sekejap Li Tiong-hui dan seebun Giok-hiong, katanya

2751
sambil tertawa: "Betulkah kalian berdua amat
mencintainya?"
"Apa maksud pertanyaanmu itu?" tegur Li Tiong-hui
dengan wajah keren dan serius.
"Apa salahnya kuulangi sekali lagi pertanyaanku?"
"Sudah kukatakan semenjak tadi, aku bicara dengan
sejujurnya"
"Seebun Giok-hiong, apakah kau pun mengaku
dengan sejujurnya?"
"Benar" seebun Giok-hiong mengakui.
Pek si-hiang segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... sekarang, asal
kukerahkan sedikit saja tenaga dalam yang telah
terhimpun, ia akan tewas seketika di tanganku"
"Pek si-hiang, tak nyana kau telah berubah menjadi
begitu licik, busuk dan memalukan" umpat Li Tiong-hui
marah.
Pek si-hiang kembali tertawa, "Untuk menghadapi
musuh, makin licik siasat yang digunakan semakin bagus
hasilnya, Apa salahnya bila aku pun memakai akal licik?"
"Pek si-hiang" bentak seebun Giok-hiong sambil
tertawa dingin, "Jika kau berani membunuh Lim Han-kim,
kau akan sebera merasakan kehebatan tenaga
gabunganku dengan Li Tiong-hui"
"Lebih baik kalian duduk dulu dengan tenang" ucap
Pek si-hiang sambil tertawa hambar.
Sementara itu seebun Giok-hiong telah menghimpun
tenaga dalamnya dan siap melancarkan serangan,

2752
kembali dia berkata: "selama ini kau memaki aku, seebun
Giok-hiong, sebagai manusia kejam yang tidak
berperikemanusiaan, Paling tidak aku adalah jagoan yang
mau memegang janjiku sendiri, apa yang telah
kuucapkan tak pernah kusesali kembali"
Pek si-hiang tidak banyak bicara, Telapak tangannya
yang menempel di atas dada Lim Han-kim mendadak
digetarkan dan menekan kuat-kuat, Tak selang berapa
saat kemudian terdengar anak muda itu
menghembuskan napas panjang.
Waktu itu Li Tiong-hui telah menggenggam pedangnya
kencang-kencang siap melancarkan serangan, Asal ia
temukan Pek si-hiang hendak mencelakai Lim Han-kim,
maka dia pun akan melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga. Begitu pula dengan seebun Giok-hiong,
telapak tangan kanannya sudah diangkat siap
melepaskan serangan.
Dengan pandangan dingin Pek si-hiang menyapu
sekejap wajah kedua orang gadis itu, kemudian katanya
sambil tertawa: "Duduk bersila sambil pusatkan seluruh
perhatian ke satu titik tertentu"
Jari tangannya kembali menyentil, untuk kedua kalinya
Lim Han-kim menghembuskan napas panjang.
Li Tiong-hui yang pertama-tama membuang
pedangnya lebih dulu, ia menurut dan segera duduk
bersila sambil pusatkan pikiran.
Terpaksa seebun Giok-hiong ikut bersila pula di atas
tanah, katanya: "Kami sudah siap mempelajari ilmu
iblismu, sekarang kau harus bebaskan Lim Han-kim lebih
dulu"

2753
"Kenapa mesti gelisah? setelah kalian pelajari ilmuku,
belum terlambat untuk membebaskan dia pergi."
"Kau tidak pegang janji dan aku sudah merasakan
kecuranganmu itu. Lebih baik sembuhkan dulu lukanya
sebelum berbicara lebih jauh," kata Li Tiong-hui dingin.
"Baik, akan kusembuhkan dia lebih dulu." selesai
berkata sepasang tangannya segera menyentil beberapa
kali di atas dada Lim Han-kim, tak lama kemudian anak
muda itu membuka matanya kembali.
"Pek si-hiang," seebun Giok-hiong berkata kemudian.
"Bagaimana setelah kami turuti kemauanmu dengan
melatih ilmu tersebut sepuluh kali?"
"Aku segera akan mengundurkan diri dari dunia
persilatan dan tidak mencampuri urusan kalian lagi."
"Hmmm, aku takut kau bakal ingkar janji."
"Jadi kau minta aku bersumpah?"
"Paling baik memang bersumpah dulu, paling tidak
akan menambah rasa percaya kami."
"Aku, Pek si-hiang, apabila tidak mengundurkan diri
dari dunia persilatan setelah kalian mengikuti petunjukku
dengan melatih ilmuku sebanyak sepuluh kali, maka...
maka..."
Mendadak ia tutup mulut.
"Kenapa? Tidak berani angkat sumpah?" ejek seebun
Giok-hiong.
"Dia pasti takut bersumpah karena punya rencana
busuk lainnya," sambung Li Tiong-hui. " Lebih baik kita
tak usah menuruti kemauannya, mari kita bertarung

2754
habis-habisan, biar mati pun mati dengan gagah" seraya
berkata ia siapkan kembali pedangnya,
"Tunggu sebentar, ada sepatah dua patah kata perlu
kuterangkan lebih dulu sebelum aku angkat sumpah."
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Seandainya ada seorang di antara kalian berdua yang
mengundangku untuk terjun kembali ke dalam dunia
persilatan, bagaimana pula keputusannya?"
seebun Giok-hiong melirik Li Tiong-hui sekejap sambil
berpikir: "seandainya benar-benar ada orang hendak
mengundangmu, orang itu pasti bukan aku"
Sementara Li Tiong-hui segera menjawab: "Tentu saja
lain ceritanya bila ada seorang di antara kami yang
mengundangmu."
"selain salah seorang di antara kalian berdua, misalnya
orang lain yang mengundang pun belum tentu aku mau,"
kata Pek si-hiang.
"Baik, kalau begitu kita berjanji dengan ucapan
tersebut, biar sampai mati pun tak nanti aku akan
memohon kepada nona Pek lagi"
sepasang tangan Pek Si-hiang kembali menyentil
berapa kali di tubuh Lim Han-kim, tiba-tiba saja anak
muda itu melompat bangun.
Terdengar Pek si-hiang bersumpah: "Bila kedua orang
ini selesai melatih ilmu iblisku sebanyak sepuluh kali dan
Pek si-hiang tidak bersedia mengundurkan diri dari dunia
persilatan, biar langit mengutuk dan membasmiku"

2755
Kemudian setelah berhenti sejenak, ia mulai
membacakan teori ilmu iblisnya: " Himpun tenaga murni
ke atas kepala, dengan perasaan membawa hawa
melintas nadi."
"Aku tak percaya di dunia ini benar-benar terdapat
ilmu silat yang bisa membunuh manusia" seru seebun
Giok-hiong.
"Tentu saja tak akan mematikan" sahut Pek si-hiang
tertawa. "Buktinya dalam setengah tahun saja aku, Pek
si-hiang, dari seorang gadis lemah yang tidak mengerti
ilmu silat, kini sudah berubah sehebat ini. semuanya tak
lain berkat melatih ilmu sakti ini, jadi kalian berdua boleh
mengikuti petunjukku untuk melatih ilmu ini"
Sementara berbicara dia mengangkat tangan kirinya
sambil melakukan gerakan, tambahnya: "silakan kalian
berdua menirukan gerakanku."
selesai melakukan satu gerakan, kembali ia berkata
sambil tersenyum: "Jurus ini disebut senyum Manis
Bunga Layu, Tangan kanan diluruskan di depan dada,
kelima jari tangan setengah ditekuk setengah
mencengkeram..."
Terpaksa seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui
mengikuti gerakan tersebut dan melakukannya.
Tampak Pek si-hiang menarik balik tangan kirinya
sambil menekan ke arah dada, sementara badannya
pelan-pelan bergerak maju ke muka, katanya lagi sambil
tertawa: "Setiap gerakan ilmu silatku pasti memiliki nama
yang indah dan menawan, jurus kedua ini disebut Gadis
Ayu Mempersembahkan Hati."

2756
seebun Giok-hiong serta Li Tiong-hui serentak merasa
bahwa hawa murni yang terhimpun dalam nadi Tok-meh
secara tiba-tiba menyimpang dari jalur dan menerjang ke
arah dada. Terjangan itu datangnya begitu cepat, bahkan
maha dahsyat hingga sukar dibendung. Kenyataan ini
kontan saja membuat kedua orang gadis ini berkerut
kening.
Pek Si-hiang sama sekali tidak memberi kesempatan
kepada kedua orang ini untuk berpikir, dengan cepat ia
sudah berganti dengan jurus lain sambil menjelaakan:
"cepat perhatikan gerakan ini Angkat tangan kanan ke
atas dengan tangan kiri menyanggah sikut tangan kanan,
posisi badan pelan-pelan bergeser ke sisi kanan, Gerakan
ini dinamakan Menunggu Gundik Di Sisi Tiang,"
Dalam keadaan hawa murni menerjang keluar dari
jalurnya, keadaan Seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui
pada saat itu belum stabil kembali, tanpa sadar mereka
mengikuti petunjuk tersebut dan menirukan gerakannya.
seketika itu juga hawa murni yang menerjang ke arah
dadanya itu tiba-tiba menyebar diri menembusi nadinadi
penting di sekujur badannya, penyebaran kali ini
berlangsung amat lambat, seakan-akan ada seakan-akan
pula tak ada.
Mendadak Pek Si-hiang mengangkat sepasang
tangannya menempel di atas kepala, lalu pelan-pelan
tangan itu digerakkan dari atas ubun-ubun menuju ke
belakang tengkuk. katanya lagi: "Jurus ini dinamakan
Ratu Kui-hui Terluka Hati"
Sementara itu Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong
sudah hampir tak dapat mengendalikan lagi aliran hawa

2757
murninya, di bawah petunjuk Pek Si-hiang, tenaga dalam
mereka menyebar ke seluruh nadi di tubuhnya hingga
susah dikontrol lagi.
Pek si-hiang tersenyum, sepasang tangannya didorong
pelan ke depan sambil berseru:
"Jurus ini dinamakan Mengantar Kekasih seribu Li."
Menyusul kemudian paras mukanya berubah jadi serius,
lanjutnya: "Jurus yang terakhir dinamakan pintu Neraka
Terbentang Lebar."
Tiba-tiba ia menarik kembali sepasang tangannya lalu
diputar ke samping sambil menolak keluar, pelan-pelan ia
bangkit berdiri, Ternyata seebun Giok-hiong serta Li
Tiong-hui mengikuti juga gerakan tersebut dan bangkit
berdiri pula. "Nah, pelajaran telah selesai, Bagaimana
perasaan kalian berdua?" tanya Pek si-hiang.
"Hmmm, aku rasa cuma begitu saja..." sahut seebun
Giok-hiong dingin
"Ini baru satu kali. Apabila kalian berdua bisa
melakukan sembilan kali lagi, aku Pek Si-hiang segera
akan mengundurkan diri dari dunia persilatan."
"Hmmm, kenapa tidak berani?"
Mendadak terdengar Lim Han-kim berteriak keras:
"Kalian berdua jangan mau menuruti kata-katanya, kalian
akan termakan oleh siasat busuknya"
sayang teriakan tersebut sudah terlambat, kedua
orang gadis itu sudah mengulangi kembali untuk kedua
kalinya.

2758
Begitu ilmu iblis ini diulangi untuk kedua kalinya,
seebun Giok-hiong dan Li Tiong-hui segera merasakan
hawa murninya bergolak seakan-akan ada ribuan ekor
kuda liar yang lari bersama dalam tubuh mereka,
Gerakan itu tak mampu dihentikan di tengah jalan.
Mereka baru dapat berhenti berlatih ketika sudah
mencapai jurus penghabisan.
Pek si-hiang tersenyum, serunya cepat: "Latihan
kedua telah selesai, berarti bila kalian lakukan delapan
kali lagi, maka kemenangan mutlak berada di pihak
kalian berdua"
"Nona berdua, kalian jangan termakan tipu
muslihatnya" teriak Lim Han-kim gelisah. "llmu sembilan
iblisnya ini merupakan sejenis ilmu jahat yang berbahaya
sekali, Bila kalian melatihnya, maka selama hidup kalian
bakal ketagihan dan tak bisa menghentikannya lagi,
selama hidup kalian akan tergantung dengan ilmu itu"
Pek si-hiang cuma tertawa dingin saja, ia tidak
menggubris ulah Lim Han-kim ini, meski anak muda
tersebut telah membocorkan rahasianya.
"saudara Lim," seebun Giok-hiong segera berkata,
"Bila Pek si-hiang mampu untuk melatihnya, kenapa kami
tak boleh melakukannya juga?"
"Aku tidak begitu tahu tentang keadaan yang lebih
terperinci tapi aku tahu dengan pasti bahwa ilmu
tersebut pantang dipelajari. Aku harap kalian berdua
jangan termakan siasatnya, jangan sampai gara-gara
ingin mengunggulinya, kalian malah terjebak dalam
perangkapnya itu"

2759
seebun Giok-hiong merasakan hawa murni dalam
tubuhnya yang menerjang ke seluruh penjuru badan
sukar dikendalikan lagi, bahkan nadi-nadi yang di hari
biasa sukar dicapai pun kini tertembus oleh hawa
murninya yang lepas kontrol itu. Kenyataan ini tentu saja
membuat hatinya amat terkesiap, pikirnya: "sebenarnya
apa yang telah terjadi? Masa hanya melatih ilmu tersebut
dua kali saja lantas terjadi gejala seperti ini?"
Ia mencoba menengok ke arah Li Tiong-hui. Tampak
gadis itu sedang mengerutkan dahinya kencang-kencang.
jelas penderitaan yang dialaminya sedikit pun tidak
berada di bawah penderitaan sendiri.
Terdengar Pek si-hiang berkata lagi: "Bila kalian
berdua merasakan tubuh kalian tak enak. lebih baik
berlatihlah kembali sesuai dengan petunjukku, jangan
biarkan hawa murni yang lepas kontrol itu menembusi
nadi- nadi penting dan melukai isi perut kalian,"
Agaknya pada mulanya Li Tiong-hui masih mencoba
untuk bertahan, tapi lama kelamaan ia tak sanggup lagi
mempertahankan diri sehingga akhirnya mengikuti
petunjuk Pek si-hiang dengan melatih kembali ilmu iblis
ajarannya itu.
sebagaimana keadaan Li Tiong-hui, keadaan seebun
Giok-hiong juga tak jauh berbeda. Pada akhirnya dia tak
tahan untuk melatih ulang ajaran dari Pek si hiang itu.
Menyaksikan keadaan tersebut, sambil tertawa Pek sihiang
memandang Lim Han-kim sekejap. lalu ejeknya:
"Bagaimana? sudah kau saksikan sendiri bukan?"
"Mereka berdua tak mampu menahan diri lagi."

2760
Lim Han-kim tertawa dingin, tiba-tiba ia berjalan
menghampiri Li Tiong-hui, pemuda ini sadar, untuk
mencegah orang itu terjerumus dalam keadaan tak
diinginkan maka hanya ada satu jalan yang bisa
ditempuhnya saat itu, yaitu menotok dulu jalan darah
mereka berdua.
"Berhenti" hardik Pek si-hiang dengan marah.
"Ada apa?" Lim Han-kim berhenti.
"Bila kau ingin mengusik kedua orang itu, berarti kau
sudah bosan hidup, ingin mencari jalan kematian sendiri"
Lim Han-kim segera berpikir "Bila tidak kutolong
mereka berdua saat ini, mungkin aku tak akan peroleh
kesempatan lagi."
Berpikir begitu, sembari mempersiapkan diri untuk
menghadapi sergapan maut dari Pek si-hiang, dia maju
selangkah ke depan lalu dengan cepat tangan kirinya
diayunkan ke muka menotok jalan darah di Li Tiong-hui.
"Kurang ajar" umpat Pek si-hiang sangat gusar, "Coba
kau rasakan dulu kehebatan peluru pencabut nyawaku"
Buru-buru Lim Han-kim menghindar ke samping
berusaha berkelit dari ancaman tersebut, Ketika
berpaling, ternyata tidak nampak ada sesuatu benda
yang datang mengancam, Keningnya segera berkerut,
tapi belum sempat dia menegur, tiba-tiba terasa
segulung angin kuat telah menerjang tiba.
Lim Han-kim sama sekali tidak menduga akan
datangnya sergapan ini, Termakan oleh gempuran itu,
badannya sempoyongan dan mundur sejauh empat- lima
langkah sebelum berhasil mempertahankan diri.

2761
Berhenti memukul mundur Lim Han-kim dengan
serangannya, dengan ketus Pek si-hiang berkata:
"Hmmmm Hanya andalkan sedikit kepandaian silatmu itu,
kau sudah ingin menolong nyawa mereka berdua? Betulbetul
manusia tak tahu diri"
Diam-diam Lim Han-kim mencoba mengatur
pernapasan untuk memeriksa apakah isi perutnya terluka
parah. Ternyata ia tidak menderita luka, bahkan masih
memiliki kemampuan untuk melanjutkan pertempuran,
karena itu tegurnya: "Dendam sakit hati apa terjalin
antara kau dengan Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong?
Kenapa kau bersikap begitu kasar dan kejam terhadap
mereka?"
"Mereka berdua sama-sama adalah musuh cintaku"
sahut Pek si-hiang sambil tertawa, "Bila mereka berdua
sudah mati terbunuh, maka mau tak mau kau harus
kawin denganku"
"Hmmm, walau semua wanita di dunia ini sudah pada
mampus pun tak nanti aku akan mengawinimu"
"Kenapa? Bagian mana ku yang kalah dengan
mereka?"
"Kau kejam dan tak berperikemanusiaan, kekejianmu
ibarat ular yang amat berbisa, Meski kecantikan wajahmu
amat menawan hati, tak nanti ada orang berani
mengawinimu"
"Apa kau bilang? Kau anggap selain kawin dengan
dirimu, maka di dunia ini sudah tak ada pria lain yang
mau kawin denganku?"

2762
"Mungkin saja masih beribu-ribu bahkan berjuta-juta
pria di dunia ini yang bersedia kawin denganmu, tapi
aku. Lim Han-kim tak akan melakukannya"
Pelan-pelan Pek si-hiang bangkit berdiri. tersenyum
manis dan berjalan menghampin Lim Han-kim, bisiknya
lembut: "Masa kau lupa dengan sumpah setia kita tempo
hari? Bukankah kau telah berjanji akan mengawini aku?"
Di bawah cahaya lilin tampak wajahnya yang cantik
dipenuhi oleh pancaran sinar cinta, sepasang matanya
yang bulat besar bersinar bening dan penuh kemesraan.
Agaknya pada saat itu Pek si-hiang telah pulih kembali
dalam kelemah lembutannya semula, langkahnya
nampak lamban seakan akan ada gankalan dalam
hatinya.
Cukup lama Lim Han-kim termangu mengawasi gadis
di hadapannya itu, sampai lama kemudian ia baru
berbisik: "Nona Pek"
"Ada apa?" Pek si-hiang menghela napas pelan
"Apakah kesadaranmu sedang jernih saat ini?"
"Kesadaranku selalu jernih"
"Kalau begitu cepat bebaskan mereka berdua"
sinar mata Pek si-hiang yang lembut beralih ke wajah
seebun Giok-hiong, setelah menatapnya sekejap. pelanpelan
ia berjalan menghampiri gadis tersebut
Tapi sebelum mencapai sisi tubuh seebun Giok-hiong,
mendadak tangannya menekan ke arah perut sendiri lalu
pelan-pelan berjongkok. Buru-buru Lim Han-kim

2763
menghampiri gadis itu dengan langkah lebar, tegurnya:
"Kenapa kau nona Pek?"
"Aku sangat baik" jawab Pek si-hiang sambil
mendorong anak muda itu ke belakang, Ketika sorot
mata Lim Han-kim bentrok dengan sinar mata Pek Sihiang,
seketika itu juga anak muda tersebut tertegun
dibuatnya.
Ternyata sinar mata Pek si- hiang yang semula lembut
dan penuh perasaan cinta itu kini sudah berubah lagi
menjadi cahaya keji, buas dan licik, wajahnya pun
berubah jadi dingin dan kaku sementara selapis hawa
napsu membunuh menghiasi wajahnya.
"Nona Pek" buru-buru Lim Han-kim menegur.
"Ada apa?" tukas si nona ketus.
"Bukankah kau telah berjanji akan membebaskan
mereka berdua? Kenapa berubah pikiran?"
Pek si-hiang pejamkan sepasang matanya rapat-rapat
sambil berdiri serius, ia tidak menanggapi pertanyaan
dari anak muda tersebut.
Melihat gelagat ini dengan perasaan keheranan Lim
Han-kim berpikir "Kenapa sih orang ini? Kenapa sikapnya
sebentar dingin, sebentar hangat, sebentar gembira,
sebentar gusar?"
Ketika mencoba mengamati lebih seksama, terlihat
olehnya napas Pek si-haing tersengal-sengal, tampaknya
ia sedang mengatur napas untuk mengendalikan gejolak
perasaan yang terjadi dalam dadanya.

2764
BAB 32. Habis Hujan Terbitlah Terang
Kembali Lim Han-kim berpikir dengan perasaan
termangu: "Tampaknya dia sedang mengatur
pernapasan untuk mengendalikan diri. Aaai semenjak dia
mempelajari ilmu sesat ini, watak maupun perangainya
telah mendalami perubahan secara drastis, berbeda
sekali dengan kelembutan Pek si-hiang yang dulu. Yaaa...
kenapa aku tidak manfaatkan kesempatan ini untuk
menotok jalan darahnya sebelum mengambil keputusan
lain?"
Berpikir begitu, ia segera berjalan menghampiri gadis
itu, ia mengerti ilmu silat yang dimiliki Pek si-hiang saat
ini sudah jauh di atas kemampuan dirinya, bila ingin
berhasil dalam sekali gempuran maka ia mesti
menyergapnya secara tiba-tiba.
Dalam keadaan seperti ini, Lim Han-kim tak ingin
banyak berpikir lagi, kendatipun ia mengerti bahwa
tindakan tersebut bukan perbuatan seorang lelaki sejati,
namun ia memaksakan diri untuk melakukannya juga.
Dengan langkah lamban ia berjalan ke sisi Pek sihiang,
ternyata gadis itu tidak menyadari kehadirannya,
Dengan cepat ia lepaskan satu totokan kilat ke atas jalan
darah Cian cing-hiat pada bahu nona itu.
Pek si-hiang kelihatan gontai lalu roboh terjengkang
ke atas tanah, Dengan cepat Lim Han-kim menyambar
tubuhnya dan membaringkan gadis itu ke lantai. Ketika
berpaling kembali, ia saksikan Li Tiong-hui serta seebun
Giok-hiong masih berlatih ilmu silat ajaran dari Pek sihiang
itu tiada hentinya, Dengan perasaan terkesiap ia
berpikir "Tak kusangka begitu dahsyat daya pengaruh

2765
ilmu sesat sembilan iblis ini, aku harus segera mengambil
keputusan"
Dengan langkah lebar ia menghampiri Li Tiong-hui,
menotok jalan darahnya lalu berbalik ke arah seebun
Giok-hiong dan menotok pula jalan darahnya, suasana
dalam ruang perahu pun pulih kembali dalam keheningan
yang luar biasa, yang tersisa hanya kerdipan sinar lilin
yang mendampingi kehadiran Lim Han-kim.
Pelan-pelan anak muda itu menghembuskan napas
panjang, sambil memandang ketiga orang gadis yang
berbaring di atas lantai diam-diam pikirnya: " perselisihan
dan percekcokan yang terjadi dalam dunia persilatan
dewasa ini sebagian besar disebabkan oleh kehadiran
ketiga orang nona ini. Andaikan aku bisa berhati keji
dengan melemparkan tubuh mereka bertiga ke dalam
sungai, kendatipun perselisihan dalam dunia kangouw
belum tentu akan padam, paling tidak tak bakal terjadi
situasi yang meruncing seperti saat ini..."
Tapi kemudian ia teringat kembali bagaimana ketiga
orang gadis itu mempunyai budi kepadanya serta rasa
persahabatan yang tebal. Ambil contoh keputusan Li
Tiong-hui serta seebun Giok-hiong yang sampai mau
mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, semuanya ini tak
lain lantaran ingin menolong dirinya.
Dari hal tersebut, berarti satu-satunya orang yang
pantas dibunuh saat ini hanyalah Pek si-hiang satu
ingatan kembali melintas dalam benaknya: "Seebun Giokhiong
memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, Dengan
kecerdasan otaknya ia berhasil menghimpun kekuatan
yang begitu besar sehingga gadis ini memiliki

2766
kemampuan untuk melakukan pembantaian secara
besar-besaran dalam dunia persilatan satu-satunya orang
yang dapat membuatnya jeri hanyalah Pek si-hiang.
Bila sekarang kubunuh pek Si-hiang, maka di dunia ini
sudah tak ada orang kedua lagi yang bisa membuat takut
seebun Giok hiong. saat itu dia pasti akan malang
melintang tak terkendali dalam dunia kangouw, Dunia
persilatan pasti akan diobrak-abrik tak karuan lagi,
bahkan bisa jadi mayat akan bertumpuk setinggi bukit
dan darah akan mengalir sepenuh sungai.
Yaaa, aku harus tetap mempertahankan kehidupan
Pek si-hiang. selama Pek si-hiang masih hidup berarti
dunia persilatan akan aman dari ancaman seebun Giokhiong.
"sedangkan Li Tiong-hui... selain kelewat kemaruk
akan kedudukan dan nama besar, sesungguhnya ia
cukup baik dan berbudi luhur. Aku tak punya alasan yang
kuat untuk menyingkirkan dirinya.”
Berpikir sampai di situ, ia berkesimpulan bahwa ketiga
orang gadis ini tak ada yang pantas dibunuh, Hal ini
justru membuatnya bimbang dan kebingungan sambil
menghela napas panjang, ia bergumam: "Aaaai... urusan
dunia persilatan memang susah untuk ditebak."
Mendadak dari luar ruang perahu berkumandang
datang suara teriakan dari Hiang-kiok: "Nona, angin dan
hujan telah berhenti, sekarang rembulan sudah nampak
di angkasa, tapi arus sungai amat deras, ombak masih
menggulung. Aku tak tahu kita berada di mana
sekarang?"

2767
Lim Han-kim membungkam, dalam hati pikirnya:
"sejak mempelajari ilmu sesat sembilan iblis, perangai
Pek si-hiang telah berubah drastis. Entah bagaimana
dengan perangai Hiang-kiok serta siok-bwee?"
Tampaknya Hiang-kiok mulai curiga setelah tak
mendengar jawaban dari Pek si-hiang sekian lama,
kembali ia berteriak "Nona, kalau tadi angin dan ombak
mengganas sehingga kurang leluasa membuka pintu
ruangan, kini angin dan ombak telah mereda, Ijinkanlah
enci siok-bwee untuk masuk membubuhkan obat pada
lukanya."
Lim Han-kim mengerutkan kening, pikirnya: "Kalau
aku tidak menjawab, kedua orang gadis itu tentu
menaruh curiga, sebaliknya kalau kujawab, kejadian di
sini akan segera ketahuan, lalu apa yang harus
kulakukan sekarang?"
sementara ia masih serba salah, mendadak terdengar
suara benturan keras bergema memecahkan keheningan
Tahu-tahu pintu ruangan terpentang lebar, Hiang- kiok
dengan rambut awut-awutan dan pakaian basah kuyup
telah menerjang masuk ke dalam.
sambil menghimpun tenaga dalamnya dan
menggenggam gedang Jin-siang-kiam-nya erat-erat, Lim
Han-kim bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan.
Dengan sorot mata yang tajam Hiang- kiok menyapu
sekejap sekeliling ruangan, lalu tanyanya: "Lim
siangkong, apa yang telah terjadi?"
"Aku telah menotokjalan darah mereka bertiga"

2768
"Kau telah menotok jalan darah mereka bertiga?" seru
Hiang- kiok keheranan
"Benar, bila nona tak percaya, ya apa boleh buat lagi."
"Aku memang bingung setengah mati," ucap Hiangkiok
bimbang, "Kenapa kau totok jalan darah mereka
bertiga? sebenarnya siapa yang kau bantu? Nona kami
atau Li Tiong-hui serta seebun Giok-hiong?"
"Siapa pun tidak kubantu"
"Aaaaai... kau semakin membuat aku bingung dan tak
habis mengerti" seru Hiang- kiok dengan kening
berkerut, " Cepat kau bebaskan jalan darah nona kami
yang tertotok. mungkin dia bisa memberi penjelasan
untukmu"
Dengan cepat Lim Han-kim melangkah maju dan
menghadang jalan pergi Hiang-kiok, katanya: "Tidak
bisa. jalan darah siapa pun di antara mereka bertiga tak
bisa dibebaskan sekarang"
"Kenapa?"
"sebab siapa pun di antara mereka bertiga bila
dibebaskan totokan jalan darahnya, maka dia akan
sebera membunuh dua orang yang lain, oleh sebab itulah
kularang kau untuk membebaskan totokan jalan darah
pada diri nona Pek."
"seandainya aku bersikeras hendak membebaskannya?
Kau hendak bertarung melawanku?" kata Hiang-kiok
dengan kening semakin berkerut.
"Betul, jika nona bersikeras akan membebaskan jalan
darah nona Pek yang tertotok, terpaksa kau harus

2769
mengalahkan pedangku lebih dahulu" seraya berkata ia
meloloskan pedang Jin-siang-kiam dari saku dan bersiap
sedia menghadapi serangan-
"Lim Han-kim" tegur Hiang-kiok setelah tertegun
sesaat "sebentar lagi kau akan menjadi majikan kami,
masa kau tidak merasa kasihan terhadap nona kami?"
"Siapa bilang aku akan menikah dengan nona kalian?"
"Aku dan enci siok-bwee mendengar dengan mata
kepala sendiri dan nona telah mengakui segala
sesuatunya kepada kami, masa hal ini bisa salah?"
"salah sih memang tidak salah, cuma urusan itu sudah
menjadi kenangan masa lalu" Hiang-kiok gelengkan
kepalanya berulang kali, gumamnya: "Aaaaai... masa
urusan perkawinan juga dianggap sebagai bahan
gurauan? Mau jadi terus jadi, mau dibatalkan segera
dibatalkan... betul-betul membuat orang tidak habis
mengerti, seandainya kau belum setuju, masa nona kami
berani mengemukakan hal ini kepada kami?"
"Aku memang pernah bilang mau mengawininya, tapi
waktu itu Pek si-hiang adalah seorang nona yang lemah
lembut dan berjiwa besar."
"Bukankah saat ini dia nampak jauh lebih cantik?"
tukas Hiang-kiok.
"Betul, dia memang bertambah cantik, tapi kecantikan
wajahnya itu hanya merupakan keindahan lahiriah saja,
padahal yang betul dia adalah seorang iblis wanita yang
kejam, licik dan tidak berperikemanusiaan, Dia adalah
seorang wanita yang berbisa dan amat berbahaya."

2770
"Tutup mulut" bentak Hiang-kiok amat murka,
"Percuma nona kami amat mencintaimu tak nyana kau
justru mengumpatnya habis-habisan, Dasar lelaki busuk.
kau telah menyia-nyiakan harapan nona kami"
Diam-diam Lim Han-kim mengamati terus gerak-gerik
Hiang-kiok dengan teliti. selain sikapnya lebih dewasa
dan tahu urusan, ternyata perangainya tidak berubah
sama sekali, oleh sebab itu dengan melunakkan nada
suaranya ia berkata lagi: "setiap hari kau berkumpul
dengan nona Pek. masa tidak kau sadari bahwa
perangainya telah mengalami perubahan yang sangat
besar?"
"Tentu saja sudah kami sadari, tapi ia begitu sayang
kepada kami, menganggap kami bagaikan saudara
kandung sendiri sekalipun sifatnya berubah jadi lebih
jahat pun, kami masih tetap budak-budaknya"
Lim Han-kim menghela napas sedih: "Kesetia kawanan
nona sangat mengagumkan hatiku . ."
"Kalau memang begitu, bebaskanlah totokan jalan
darahnya" sela Hiang- kiok cepat
"Tidak. aku tak boleh melakukannya"
"Lim siangkong" seru Hiang- kiok marah.
"Tahukah kau betapa hormatnya aku dan enci siokbwee
terhadapmu selama ini? Tahukah kau kenapa kami
selalu melayanimu dengan baik, mengaturkan tempat
pembaringan dan melayani kebutuhanmu dengan
hormat"

2771
"Soal ini... aku hanya bisa mengatakan berterima kasih
sekali kepada kalian berdua," sahut Lim Han-kim setelah
tertegun sesaat
"Aku tidak butuh rasa terima kasihmu kepadaku, aku
hanya ingin kau menjawab apa sebabnya kami berbuat
demikian kepadamu?"
"Aku tidak tahu."
"Baik, kalau tidak tahu biar aku terangkan kepadamu
sekarang, Hal ini kami lakukan karena nona kami amat
mencintaimu. Aku dan enci siok-bwee telah menganggap
kau sebagai bakal majikan lelaki kami"
"Aku tak perduli nona hendak mengumpatku dengan
perkataan apapun. Kau boleh memaki aku Lim Han-kim
sebagai lelaki yang tak tahu diri, berhati keras dan lupa
akan kasih sayang, Aku rela menerima caci makimu itu,
tapi ada satu hal yang perlu kutegaskan, apa pun yang
terjadi, aku tak akan membiarkan kau membebaskan
jalan darah Pek si-hiang yang tertotok"
"Baik Kau boleh berbuat sesuka hatimu asal Lim
siangkong mampu menghabisi nyawaku dan enci siokbwee
terlebih dulu" seru Hiang-kiok sambil
mempersiapkan pedangnya dan maju mendesak.
"Berhenti" bentak Lim Han-kim keras-keras. "Bila nona
mendesak terus, terpaksa aku akan melawan"
Hiang-kiok tidak banyak bicara. pedangnya diayunkan
ke depan melepaskan sebuah tusukan dengan jurus
Gadis Langit Memutar Pedang.
Lim Han-kim terpaksa menggetarkan pedangnya untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut Traaaang

2772
serangan dari Hiang-kiok sebera terbendung, Di bawah
sinar lilin tampak pedang yang berada di tangan Hiangkiok
telah gompal sebagian.
"Nona, kau mesti hati-hati, pedangku ini tajamnya luar
biasa" kata Lim Han-kim dingin.
Mendadak dari luar ruang perahu bergema datang
suara teriakan dari siok-bwee: "Jangan berkelahi, ada
persoalan kita bicarakan baik-baik"
Hiang-kiok menarik kembali pedangnya sambil
melompat mundur, ujarnya sengit: "cici, dia telah
menotok jalan darah nona, sekarang aku dihalangi untuk
membebaskan pengaruh totokannya"
Waktu itu jari tangan siok-bwee yang putus masih
mengucurkan darah segar, ia sedang menggunakan
robekan bajunya untuk membalut mulut luka itu
Mendengar teriakan mana si dayang tersebut segera
melangkah masuk ke dalam ruang perahu
"Lim siangkong" serunya. "Selama ini sikap nona kami
terhadap dirimu amat baik, masa kau melupakan semua
kebaikannya?"
"seandainya dia masih Pek si- hiang yang dulu, masa
dia tak menggubris setelah melihat nona kehilangan
sebuah jari tangan?"
saat itu paras muka siok-bwee pucat pias seperti
mayat, rambutnya terurai ke bawah dan nampak kusut,
jelas luka yang dideritanya cukup parah sehingga
kekuatan tubuhnya belum pulih kembali.
Terdengar gadis itu menghela napas panjang, ujarnya
lirih: "Benar, nona kami memang sudah berubah, tapi dia

2773
tetap adalah nona kami berdua, Lim siangkong, mungkin
dalam dunia saat ini hanya kau seorang yang dapat
membujuknya agar berubah pikiran..."
"Tidak mungkin," Lim Han-kim gelengkan kepalanya
berulang kali, "Aku rasa ia sudah terlanjur kesurupan
ilmu iblis tersebut, tak nanti ada seorang manusia pun
yang bisa membujuknya lagi."
"Kau bisa... Kau pasti bisa sebab di dunia ini hanya
kau seorang yang dapat melakukan hal ini, sudah lama
budak memikirkan masalah ini."
Lim Han-kim tertawa getir, "Kalau dia masih ingat
dengan diriku, tak mungkin ia menghajarku tadi sehingga
aku menderita luka dalam yang cukup parah."
"Perbuatan itu dilakukannya di saat pikiran dan
kesadarannya terpengaruh oleh ilmu iblis yang sedang
dipelajarinya. Apabila ia sadar dan terlepas dari pengaruh
ilmu sesat tersebut, ia tetap adalah Pek si- hiang yang
dulu, Pek si- hiang yang lemah lembut dan penuh welas
kasih."
Tergerak pikiran Lim Han-kim setelah mendengar
ucapan ini, terutama setelah membayangkan kembali
kejadian belum lama berselang, buru-buru tanyanya:
"Kapan dia baru akan sadar kembali?"
"Tatkala nona mempelajari ilmu sesat tersebut, budak
berdua dapat mengikuti terjadinya perubahan atas sifat
dan perangainya, seandainya orang lain yang
menghadapi masalah ini, mungkin keadaannya sudah tak
bisa tertolong lagi, tapi keadaan nona kami justru agak
berbeda."

2774
"Bagaimana bedanya?"
"Kecerdasan otaknya tiada tara di dunia ini,
Kendatipun pikirannya sudah dikendalikan oleh ilmu
sesat, namun kesadarannya belum punah sama sekali,
Pada awal ia mempelajari ilmu sesat tersebut, nona
pernah berkata kepada kami."
"Apa yang dia katakan?"
"Dia bilang, seandainya dia mati pada saat itu maka
dunia persilatan akan ditinggali kenangan yang indah
tentang dirinya. Mungkin seribu tahun lagipun masih ada
orang yang menyinggung tentang dirinya, sebaliknya jika
dia mempelajari ilmu sesat tersebut lebih jauh, dia akan
tetap hidup namun perangainya akan mengalami
perubahan besar, tingkah lakunya akan berlawanan
dengan hukum dan banyak kerugian akan diderita dunia
persilatan. Waktu itu namanya akan jadi busuk dan
sampai seribu tahun kemudian orang masih tetap akan
mengumpatnya, Keadaan seperti itu tentu jauh lebih
tersiksa dari pada mati."
setelah menghela napas panjang, siok-bwee
melanjutkan "Waktu itu aku dan adik Hiang-kiok berulang
kali memohon kepadanya agar ia tetap mempelajari ilmu
sesat, bahkan kami bersumpah di hadapannya, apapun
yang bakal terjadi dan perangainya berubah seperti apa
pun, kami dua bersaudara tetap akan mendampinginya
dan tidak bakal menghianati dirinya."
"oooh, rupanya begitu kejadiannya, Aaaai... tak nyana
hubungan kalian bertiga begitu akrab dan mendalam"
"Padahal dulu, kami pernah memohon kepadanya agar
mau berlatih ilmu tersebut untuk melanjutkan hidupnya.

2775
setiap kali pula permintaan kami ditolak. Kau harus tahu
Lim siangkong, dia mau hidup sesungguhnya karena
demi kau"
"Demi aku?"
"Yaa, demi kau" sambung Hiang- kiok cepat "Ia
pernah berkata kepada kami berdua, seandainya ia mati
maka kau pun tak nanti bisa tancapkan kaki lagi dalam
dunia persilatan. Demi kau, dia wajib untuk hidup lebih
lanjut"
"Dalam pergelutannya antara mati dan hidup, nona
selalu teringat akan dirimu, Keadaannya waktu itu ibarat
dia bisa mati demi kau, bisa hidup pula demi kau. coba
bayangkan betapa mendalamnya perasaan cintanya
kepadamu... Bayangkan sendiri, mana ada orang yang
begitu mencintaimu selain nona Pek?" sambung Siokbwee.
"Tapi sekarang, ia sudah terlalu dalam terperosok
dalam ilmu sesatnya, dengan cara apa pula aku bisa
memulihkan kembali kejernihan pikirannya?" tanya Lim
Han-kim.
"caranya sih ada, hanya adakah kesabaran dari Lim
siangkong untuk melakukan hal tersebut?"
"Asal cara tersebut benar-benar mampu menolong dia
keluar dari lingkaran iblis, berapa pun pengorbanan yang
harus kulakukan, aku Lim Han-kim tak bakal menolak"
Hiang-kiok segera tersenyum, pujinya: "Nah, begitu
baru hebat Tak salah kalau nona kami memilihmu"
"Nona berdua, cepat terangkan apa yang harus
kulakukan sekarang"

2776
"Menurut pengamatan kami, selama nona mempelajari
ilmu sesat tersebut, tampaknya ada suatu saat yang
tertentu pikirannya pulih kembali dalam kejernihan,"
ucap Siok-bwee.
"Yaa, barusan nampaknya ia tersadar sejenak, tapi
sayang waktunya terlalu singkat," sela Lim Han-kim.
"Saban hari, setiap dua belas jam, ia pasti akan
tersadar kembali beberapa saat. setelah lewat tujuh hari
dia akan memperoleh kesadaran dalam waktu yang
cukup lama, Pada saat itu dia tentu akan meminta
kepada budak berdua untuk menceritakan kembali apa
yang telah diperbuatnya selama tujuh hari itu. Dia akan
mendengarkan dengan seksama, Bila menyentuh hal
yang menyedihkan, dia akan menangis tersedu-sedu..."
"seberapa lama saat sadarnya itu?"
"Lebih kurang sepeminuman teh lamanya"
"Waaaah, waktu segitu sangat pendek"
"Tapi jika Lim siangkong bisa memanfaatkan
kesempatan itu untuk meluapkan suara hatimu, hal
tersebut sudah lebih dari cukup,"
"Percuma," Lim Han-kim menggeleng, "sekalipun ia
menyanggupi semua permintaanku di saat sadar, namun
bila pengaruh sesat itu datang kembali, sifat dan sepak
terjangnya akan berubah kembali, lalu apa gunanya jerih
payah kita ini?"
siok-bwee menghela napas panjang: "Lim siangkong,
tahukah kau bahwa di dunia ini tak ada orang lain yang
bisa menolong nona kami?"

2777
"Justru itulah aku bilang, usaha kita bakal sia-sia
belaka."
"Tidak. sesungguhnya ia punya cara untuk menolong
diri sendiri"
"Menolong diri sendiri?" tanya Lim Han-kim tak habis
mengerti.
"Benar, dalam dunia saat ini tak seorang manusia pun
memiliki kecerdasan seperti dia. Tak seorang pun
memiliki pengetahuan seluas dia. Tentu saja tak ada
manusia yang bisa menolong dirinya kecuali dia
menolong diri sendiri"
"Kalau benar ia dapat menolong diri sendiri, tak
mungkin nona Pek akan membiarkan dirinya terperosok
ke dalam pengaruh iblis"
"Persoalan ini merupakan dua masalah yang berbeda,
kau tak boleh mencampurkannya menjadi satu"
"Apa maksudmu dengan dua masalah yang berbeda?"
"Ia terpaksa mempelajari ilmu iblis tersebut gara-gara
ingin menyelamatkan jiwanya. sudah jelas ia tahu bahwa
dirinya bakal terperosok ke dalam pengaruh iblis, namun
mau tak mau dia tetap harus mempelajari juga ilmu
tersebut.”
sesudah menghela napas panjang, siok-bwee kembali
melanjutkan: "Kini tinggal usaha dia untuk memperoleh
kembali sifat kemanusiaannya, Meski tahu bahwa
mengubah cara berlatih ilmu sesat tersebut besar sekali
resikonya, namun mau tak mau dia wajib untuk
mencobanya."

2778
"Dalam waktu yang begitu singkat, aku rasa tak besar
hasil yang bakal diperolehnya."
"Yaa, apa boleh buat. Terpaksa selangkah demi
selangkah kita coba untuk menelusuri-nya. Bila tiada
orang yang bisa membujuknya untuk melakukan hal ini,
cara tersebut tak mungkin bisa terlaksana."
"Baiklah, aku setuju dengan permintaan nona berdua,
Cuma satu hal perlu kutegaskan, sekarang aku belum
dapat membebaskan totokan jalan darahnya"
"Kalau tidak kau bebaskan totokan jalan darahnya,
dari mana kita bisa tahu ia sedang sadar atau tidak?"
Lim Han-kim berpaling dan memandang Li Tiong-hui
serta seebun Giok-hiong sekejap. kemudian katanya:
"Bila segera kubebaskan totokannya, aku kuatir jiwa
kedua orang nona ini segera akan melayang di
tangannya."
"Jadi bagaimana menurut pendapat siang-kong?"
"Menurut pendapatku, lebih baik kita antar kedua
orang nona ini ke tempat lain lebih dulu kemudian baru
membebaskan totokan jalan darahnya."
"Jadi bebaskan mereka berdua lebih dulu?" tanya siokbwee.
"Betul, bebaskan mereka berdua lebih dulu, setelah itu
kita baru dapat menolong Pek si-hiang dengan perasaan
lega."
"saat ini kita terbawa oleh arus dan tidak tahu sudah
berada di mana, lagipula di sekitar sini tak ada perahu
lain, Ke mana kita mesti antar mereka berdua?"

2779
Waktu itu matahari telah terbit, sekilas cahaya
keemas- emasan memancar masuk ke dalam ruang
perahu, Lim Han-kim ingin sekali berjalan keluar dari
ruang perahu untuk melihat keadaan, tapi dia pun kuatir
sepeninggal dirinya kedua orang dayang itu akan
membebaskan totokan jalan darah di tubuh Pek si-hiang,
akibatnya ia tak berani beranjak pergi.
sementara dia masih termenung, mendadak tubuh
perahu terasa berputar satu lingkaran disusul kemudian
terdengar seseorang berseru dengan nada kasar:
"Apakah perahu ini sudah tak ada manusia hidupnya
lagi?"
"Kurang ajar siapa yang berani bicara sekasar ini, aku
harus memberi pelajaran yang setimpal kepadanya"
teriak Hiang-kiok dengan marah, Dengan kecepatan
tinggi ia melesat keluar dari ruangan.
"Adik Hiang-kiok" siok-bwee segera berteriak, "jangan
bertindak gegabah" Buru-buru ia menyusul pula keluar
dari ruangan-
Melihat kedua orang dayang itu sudah meninggalkan
ruang perahu, Lim Han-kim segera menyusul pula di
belakangnya sekalian menutup rapat pintu ruangan.
Tampak sebuah perahu besar sedang melaju
mendekati empat buah galah bambu sudah dijulurkan ke
depan untuk menahan ujung perahu yang
ditumpanginya, saat itu Hiang-kiok sudah tiba di ujung
geladak dan siap menghadang, tapi untung segera
dicegah oleh siok-bwee.
sambil berdiri di depan pintu ruang perahu, Lim Hankim
mengamati perahu pendatang itu dengan cermat, ia

2780
saksikan pada kedua sisi buritan perahu itu masingmasing
berdiri enam orang lelaki berbaju hitam yang
sedang mendayung.
Terdengar suara seseorang yang nyaring kembali
bergema: "Rupanya dua orang nona cilik, kemana larinya
para pendayung perahumu?"
"Di tengah jalan kami tertimpa badai," kata siok-bwee.
"Para anak kapal terhanyut ke sungai sedang dayung
kami juga patah hingga perahu tak bisa dikendalikan oleh
sebab itu terpaksa kami biarkan perahu ini terbawa arus"
suara yang amat nyaring itu kembali bergema:
"sepuluh li lagi dari sini akan tiba di teluk batu karang,
permukaan sungai di sana amat sempit, batu karang
tersebar di mana-mana, Bila perahumu tanpa kemudi
dan dayung, bisa jadi akhirnya akan menabrak batu
karang dan karam, ini berbahaya sekali untuk kalian"
"Paman, terima kasih atas petunjukmu, tapi kami
kehabisan daya, bersediakah kau membantu kami?"
Lim Han-kim yang mendengar pembicaraan itu diamdiam
berpikir "Cerdik benar budak ini, perkataannya
manis didengar dan rayuannya maut. Kelihatannya
selama setengah tahun terakhir ini ia sudah banyak
peroleh kemajuan".
Terdengar suara yang nyaring itu bertanya: "Kalian
hendak ke mana?"
setelah termenung sejenak jawab siok-bwee: "Kami
tak berani kelewat banyak mengganggu paman, cukup
ajaklah kami sampai ke sebuah tempat pemberhentian.

2781
Untuk jasa paman, kami akan merasa berterima kasih
sekali."
Terdengar suara yang berat itu bergema lagi: "Tak
ada masalah untuk membawa kalian ke tempat
pemberhentian yang aman, cuma siapa saja penghuni
dalam perahumu itu, kami wajib untuk menyelidikinya
lebih dulu."
sebenarnya Lim Han-kim sudah tiba di depan pintu,
mendengar ucapan mana ia segera mundur kembali ke
dalam ruangan.
Terdengar siok-bwee menjawab: "Yang berada dalam
ruang perahu kami hanya kaum wanita, lebih baik paman
tak usah memeriksanya"
"Tidak bisa Aku harus memeriksanya lebih dulu"
Mendengar hal ini Lim Han-kim sekali lagi berpikir:
"Masih mending kalau mereka bukan anggota persilatan.
Jika mereka adalah jagoan dari dunia kangouw, apa
jadinya setelah melihat seebun Giok-hiong dan Li Tionghui
berada di sini, Niscaya mereka akan membebaskan
jalan darah mereka yang tertotok, padahal bila salah
seorang di antara mereka terbebas dari pengaruh
totokan, dunia bakal kacau balau dibuatnya..."
Baru selesai ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, terdengar suara derap langkah yang berat
telah bergema tiba.
Lim Han-kim sangat gelisah, buru-buru ia menutup
rapat pintu ruang perahu itu.
"Paman," terdengar siok-bwee memohon, "Kurang
leluasa untuk kau periksa ruang perahu itu..."

2782
Blaaaammmm
Belum selesai dia berkata, pintu ruang perahu sudah
digempur hingga terpentang lebar
"Aaaah, ternyata mereka adalah jagoan dunia
persilatan," pikir Lim Han-kim, Buru-buru tangan
kanannya disodok ke muka, segulung tenaga pukulan
yang kuat segera mendorong pintu ruangan itu hingga
merapat kembali.
sebenarnya orang itu sudah mengayunkan kakinya
untuk melangkah masuk. Ketika dilihatnya pintu ruangan
kembali menutup, terpaksa ia tarik kembali langkahnya.
Belum sempat pintu itu menutup rapat, lagi-lagi
muncul segulung tenaga besar yang menggulung tiba,
pintu yang sedang menutup pun segera terbuka lagi.
Untuk sesaat Lim Han-kim tak berhasil menemukan
cara terbaik untuk mengatasi kesulitan ini. Terpaksa dia
ayunkan kembali tangan kanannya melepaskan sebuah
pukulan lagi, Kali ini dia menggunakan tenaga pukulan
yang cukup kuat, siapa tahu pada saat yang bersamaan
ternyata pihak lawan melepaskan sebuah pukulan juga.
sebagaimana diketahui, pintu ruang perahu itu terbuat
dari kayu biasa, bayangkan saja bagaimana mungkin
sanggup menahan gempuran tenaga pukulan dua orang
jagoan itu? Braaaak . . . Kraaaaak . . .
Tak ampun lagi pintu kayu itu terbelah jadi dua bagian
dan roboh ke atas lantai, sesosok bayangan tubuh yang
tinggi besar segera menerjang masuk ke dalam ruang
perahu.

2783
Lim Han-kim menengadah memandang sekejap orang
itu.Ternyata dia adalah seorang lelaki berjenggot yang
memiliki perawakan tinggi besar, saat itu dia berdiri
serius di depan pintu. Dengan sorot mata yang tajam
lelaki itu memandang sekejap Pek si-hiang, Li Tiong-hui
serta seebun Giok-hiong yang terkapar di lantai, lalu
sambil menatap tajam Lim Han-kim, ia menegur dingin:
"siapa kau?"
"Guru silat pelindung rumah tangga," jawab Lim Hankim
setelah berpikir sebentar.
"Yaa, dia adalah guru silat kami," sambung siok-bwee.
"la sedang bertugas melindungi tiga orang nona".
"Hmmm Budak busuk. kau pandang aku sebagai
manusia goblok?" seru lelaki kekar itu sambil tertawa
dingin, "di samping ketiga orang nona itu tergeletak
senjata tajam, jelas mereka adalah jago-jago
berkepandaian silat."
"Mau percaya atau tidak. tak ada sangkut pautnya
dengan kami, kenapa kau mengumpat kami?" sela Hiangkiok
gusar
"Kurang ajar" bentak lelaki itu marah, "Kalian dua
orang budak busuk juga berani mempermainkan aku?
Tampaknya sudah bosan hidup?" Tiba-tiba ia lancarkan
sebuah cengkeraman mengancam tubuh siok-bwee yang
berada di hadapannya.
Dengan cekatan siok-bwee miringkan badannya ke
samping meloloskan diri dari ancaman itu, sindirnya:
"Seorang kuncu tak akan main kasar, hanya kaum
kurcaci yang mengumbar emosi. Kalau memang ada
persoalan, masa tak bisa dibicarakan secara baik-baik?"

2784
sementara itu Hiang-kiok yang sudah memburu
datang ikut menimbrung: "Cici, buat apa kita bicara soal
aturan dengan manusia macam ini, lebih baik diberi
pelajaran lebih dulu" Telapak tangan kirinya segera
diayunkan ke depan melancarkan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu membentak marah, dia lepaskan pula
sebuah serangan balasan. orang ini memiliki tenaga yang
luar biasa hebatnya, serangan yang dilancarkan
membawa deruan angin serangan yang memekikkan
telinga.
Melihat betapa dahsyatnya gempuran yang dilepaskan
orang itu, Hiang-kiok tak berani menyambut dengan
kekerasan ia segera melejit ke samping untuk
menghindarkan diri.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, kembali
ada dua orang lelaki berpakaian ringkas yang
menggembel golok melompat naik ke atas perahu itu.
Kepada dua orang lelaki yang baru tiba itu, lelaki kekar
berjenggot tadi segera membentak keras: "Untuk
menghadapi dua orang budak ini, ada baiknya ditawan
hidup, hidup. Kalau tak bisa ditawan hidup-hidup, tak
ada salahnya untuk dibunuh saja"
Dua orang lelaki bergolok itu mengiakan, serentak
mereka meloloskan senjatanya dan menerjang ke arah
siok-bwee serta Hiang-kiok. sementara itu lelaki kekar
berjenggot tadi menerjang masuk ke dalam ruang
perahu dengan langkah lebar.
Buru-buru Lim Han-kim merogoh ke dalam sakunya
mengeluarkan pedang Jin-siang-kiam, sambil
menghadang jalan maju lelaki itu ujarnya dengan nada

2785
dingin "Ketiga orang nona yang berada dalam ruang
perahu sedang tak enak badan, lebih baik Anda jangan
masuk kemari"
"Kalau aku bersikeras hendak masuk. mau apa kamu?"
"Bila Anda tetap memaksa, lebih baik kalahkan dulu
pedangku ini sebelum berbicara lagi"
Lelaki kekar itu memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian dengan langkah lebar melanjutkan
perjalanannya ke depan. Lim Han-kim segera
menggetarkan pergelangan tangan kanannya, dengan
membiaskan selapis cahaya pedang yang menyilaukan
mata pedang pendeknya langsung menusuk dada lelaki
itu.
Ternyata lelaki kekar itu enggan menghindar ia putar
tangan kanannya dan secepat petir mencengkeram
pergelangan tangan kanan Lim Han-kim yang sedang
menggenggam pedang, Buru-buru anak muda itu
menarik kembali pergelangan tangan kanannya,
sementara telapak tangan kirinya disodok ke muka
melepaskan sebuah pukulan.
Lelaki kekar itu tertawa dingin. ia dorong telapak
tangan kirinya ke muka untuk menyongsong datangnya
ancaman tersebut. Blaaammmm
Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu,
terjadilah suara ledakan yang keras, baik Lim Han-kim
maupun lelaki kekar itu masing-masing terlempar
mundur sejauh satu langkah.
sambil tertawa tergelak lelaki itu berseru: "Ha ha ha...
anak muda, tak kusangka dengan usia semuda kau,

2786
ternyata tenaga dalammu sudah amat sempurna, betulbetul
luar biasa"
Bagaikan gangsingan, sepasang telapak tangannya
berputar kencang dan melepaskan serangkaian pukulan
berantai.
Menyaksikan musuhnya enggan meloloskan senjata
tajam, terpaksa Lim Han-kim menyimpan kembali pedang
pendeknya dan melayani serangan-serangan musuh
dengan sepasang kepalannya.
Suatu pertempuran kilat pun berlangsung antara
kedua orang itu, dalam waktu singkat mereka sudah
bertarung dua puluh gebrakan Bagaimana pun gencarnya
lelaki kekar itu melancarkan gempuran ternyata ia tak
berhasil menerjang maju selangkah pun. sebaliknya Lim
Han-kim juga gagal memaksa mundur lelaki itu dari
posisinya, kedudukan mereka tetap berimbang.
Dalam saat itu suara bentrokan senjata tajam
berlangsung amat ramai di atas geladak, jelas
pertarungan yang berlangsung di sana pun berjalan amat
seru, namun menang kalah belum bisa ditentukan
Lim Han-kim merasa gelisah sekali, pikirnya: "ilmu silat
yang dimiliki lelaki ini begitu lihai, padahal aku tak tahu
masih berapa banyak jago yang berada dalam
perahunya, Bila bala bantuannya berdatangan lagi, jelas
peristiwa hari ini akan berakhir dengan posisi kurang
menguntungkan bagiku. Tampaknya aku mesti gunakan
serangan yang keji untuk melukai orang ini lebih dahuu."
Berpikir sampai di sini dengan cepat tangan kirinya
melancarkan sebuah pukulan ke dada lelaki itu.

2787
Buru-buru lelaki itu miringkan badannya ke samping
untuk menghindarkan diri, Lim Han-kim sengaja
menggunakan jurus serangannya sampai akhir, dengan
demikian badannya secara otomatis ikut roboh ke arah
depan.
Benar juga, lelaki kekar itu segera masuk perangkap.
Sambil tertawa dingin. ia membalikkan tangannya
mencengkeram pergelangan tangan Lim Han-kim.
Mendadak Lim Han-kim menarik kembali tangan kirinya
sambil menyodokkan sikutnya menumbuk iga lelaki
tersebut.
Mimpi pun lelaki kekar itu tak menyangka kalau dirinya
bakal disikut lawan, Dalam keadaan tak terjaga,
serangan tersebut bersarang telak, kontan tubuhnya
mundur tiga langkah dengan sempoyongan.
Begitu berhasil dengan serangannya, secepat kilat Lim
Han-kim melancarkan totokan menotokjalan darah lelaki
itu.
Termakan oleh totokan kilat ini, tubuh lelaki tersebut
mundur dengan gontai lalu roboh terjengkang ke tanah.
perawakan tubuhnya yang tinggi besar ambruk menimpa
dinding ruangan. Saking beratnya tubuh orang itu,
dinding yang tertimpa badannya itu kontan roboh dan
rusak berat.
Begitu mendengar suara hiruk pikuk dalam ruang
perahu, Hiang-kiok segera ber-seru: "Lim siangkong,
apakah kau telah berhasil? Cepat bebaskan totokan
nona, musuh tangguh telah menyerbu ke atas perahu"

2788
Tergopoh-gopoh Lim Han-kim keluar dari ruang
perahu, ia saksikan siok-bwee dan Hiang-kiok dengan
andalkan gedangnya sedang bertarung melawan limaenam
orang lelaki berbaju hitam, Pada saat itu dari atas
perahu lawan kelihatan bayangan manusia berkelebatan,
kembali ada empat orang lelaki berbaju sutera telah
melompat naik ke atas perahu pesiar.
Keempat orang lelaki berbaju sutera ini memakai
dandanan yang amat menyolok. di punggung masingmasing
tergembel sebuah tameng berwarna emas,
sedang tangannya menggenggam sebilah golok
sepanjang tiga depa.
Di bawah pantulan cahaya matahari tampak badan
golok itu membiaskan selapis warna biru yang tajam.
jelas senjata tersebut telah dilumuri racun jahat.
satu ingatan segera melintas dalam benak pemuda ini,
pikirnya: "Jarang sekali anggota dunia persilatan yang
memakai baju warna-warni macam ini. Kalau dilihat dari
dandanan mereka, tampaknya orang-orang itu adalah
pasukan pengawal dari suatu kelompok kekuatan dalam
dunia persilatan."
sementara ia masih termenung, keempat lelaki
berbaju sutera itu sudah membentak bersama, Dengan
tangan kiri mereka loloskan tameng emas itu kemudian
serentak menyerbu ke depan.
Buru-buru Lim Han-kim meloloskan pedang Jin-siangkiam
untuk melindungi badan, dengan cepat dia mundur
masuk ke dalam ruang perahu, Rupanya ia sudah sadar
bahwa kekuatan musuh amat dahsyat Dengan andalkan
kekuatan dirinya beserta siok-bwee dan Hiang-kiok.

2789
mustahil mereka dapat membendung kekuatan itu,
berarti dia harus memilih salah seorang di antara ketiga
orang gadis itu dan membebaskan totokan jalan
darahnya.
sungguh cepat gerakan tubuh keempat orang lelaki
berbaju sutera itu, Baru saja Lim Han-kim mundur ke
dalam ruang perahu, keempat orang tersebut telah
menyerbu pula ke dalam ruang, orang pertama langsung
memutar goloknya dengan jurus Menghancur Lumat
Sarang Musuh dan menusuk perut Lim Han-kim.
BAB 33. Pangeran Pedang
Belum sempat Lim Han-kim memutuskan gadis mana
yang harus dibebaskan totokan jalan darahnya, musuh
sudah menyerang tiba. Terpaksa pemuda itu
menggerakkan pedangnya untuk menangkis,
Traaangg
Di tengah suara bentrokan nyaring yang diiringi
percikan bunga api, golok panjang dari lelaki berbaju
sutera itu tertangkis oleh serangan pedang pendek
pemuda kita hingga miring dari sasaran-
Ternyata lelaki itu sangat pemberani dan nekat,
meskipun goloknya ditangkis musuh, namun ia tidak
berhenti sampai di situ saja, Dengan tameng di tangan
kirinya untuk melindungi badan, ia lanjutkan
terkamannya ke depan. Terpaksa Lim Han- kim memutar
kembali pedangnya melepaskan sebuah bacokan.
Buru-buru lelaki berbaju sutera itu menangkis
ancaman tersebut dengan tamengnya, begitu berhasil

2790
membendung serangan lawan ia lancarkan sebuah
tendangan kilat
Tampak cahaya golok berkilat, senjata golok dari lelaki
kedua telah meluncur datang menusuk pergelangan
tangan kanan Lim Han- kim. sekilas pandang, kawanan
lelaki berbaju sutera itu seakan-akan menyerang sendirisendiri
dan masing-masing tiada kaitannya, padahal
kenyataannya mereka menjalin kerja sama yang sangat
erat.
Terdesak oleh keadaan, mau tak mau Lim Han- kim
harus mundur dua langkah untuk menghindari bacokan
serta tendangan lawan.
Tampak lelaki kedua itu mendesak maju selangkah
hingga berdiri bersanding dengan lelaki pertama, Dua
bilah golok panjang mereka secara berpisah menyerang
datang dari sisi kiri dan kanan
Berbicara sebenarnya, posisi kawanan lelaki berbaju
sutera itu jauh lebih menguntungkan ketimbang posisi
Lim Han- kim. Mereka mempunyai tameng besar yang
dapat dipakai untuk melindungi bagian tubuh yang
mematikan, sebaliknya senjata yang dipakai Lim Han-kim
amat pendek. Ruangan dalam perahu pun amat sempit.
Posisi semacam ini amat merugikan keadaan anak muda
itu.
Demikianlah, kedua lelaki tersebut dengan tamengnya
membendung serangan pedang dari lawan, sepasang
golok mereka mendesak dari kedua sisi yang memaksa
Lim Han-kim selangkah demi selangkah mundur terus ke
belakang.

2791
Kini Lim Han-kim sudah sadar akan keadaannya, ia
mengerti hanya andalkan kekuatannya seorang mustahil
bisa membendung seluruh serangan dari keempat lelaki
berbaju sutera itu. Atau dengan perkataan lain, kecuali
membebaskan totokan jalan darah dari ketiga orang
gadis tersebut, ia sudah tak punya pilihan lain.
Dari ketiga orang gadis tersebut, Li Tiong-hui
terhitung paling jinak dan mudah diatasi. Pada mulanya
Lim Han-kim memang ingin membebaskan jalan darah Li
Tiong-hui lebih dulu, tapi di bawah cecaran kedua orang
lelaki tersebut, ternyata selangkah demi selangkah ia
dipaksa untuk mundur ke sisi seebun Giok-hiong.
Dalam saat itu dua orang lelaki berbaju sutera lainnya
juga sudah menyerbu masuk ke dalam ruang perahu.
Lim Han-kim betul-betul panik bercampur gelisah. sekuat
tenaga ia menyerang lawannya dengan pedang pendek
di tangan kanah, pukulan berantai di tangan kiri.
Begitu gempuran- gempuran dari kedua orang lelaki
berbaju sutera itu berhasil ditangkis, ia manfaatkan
peluang yang ada untuk membalikkan telapak tangannya
dan menepuk bebas jalan darah seebun Giok-hiong yang
tertotok
sesungguhnya pada waktu itu seebun Giok-hiong juga
telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk
membebaskan diri dari pengaruh totokan. Sayangnya,
berhubung pancingan ilmu sesat dari Pek si-hiang telah
menyebabkan tersesatnya aliran hawa murni ke dalam
urat nadi, maka pengerahan tenaga yang dilakukan tidak
membuahkan hasil walaupun sudah membuang banyak
waktu, totokan jalan darahnya belum berhasil juga

2792
dibebaskan. Begitu memperoleh bantuan tabokan dari
Lim Han-kim, dengan cepat Seebun Giok-hiong telah
melompat bangun.
Sementara itu, dua orang lelaki berbaju sutera yang
lain sebenarnya sedang berjalan menghampiri Li Tionghui
serta Pek si-hiang, begitu melihat seebun Giok-hiong
melompat bangun secara tiba-tiba, serentak mereka
menerkam ke arah gadis itu.
Seebun Giok-hiong pentang sepasang tangannya
masing-masing melepaskan satu pukulan untuk
membendung terjangan kedua orang lelaki tersebut,
kemudian tegurnya: "Lim Han-kim, apa yang sebenarnya
telah terjadi?"
Tenaga pukulan gadis ini sangat kuat dan dahsyat.
Sayang kedua orang lawannya kelewat memandang
enteng kemampuan lawannya, mereka segan
menggunakan tameng emasnya untuk membendung
ancaman tersebut, malahan dengan telapak tangan kiri
disambutnya ancaman mana dengan keras melawan
keras.
Sebelum mereka sadar akan gelagat yang tidak
menguntungkan keadaan sudah terlambat Tubuh mereka
berdua tergetar keras dan terpental sejauh dua langkah
dari posisi semula, malahan isi perut mereka terluka
parah hingga muntahkan darah segar.
"Tak sempat kujelaskan latar belakang peristiwa ini
sekarang" jawab Lim Han-kim lantang, "Lebih baik nona
pukul mundur serangan musuh tangguh terlebih dulu"
Kembali seebun Giok-hiong mengayunkan jari
tangannya melancarkan serangan dengan ilmu jari

2793
Bintang Langit, segulung desingan angin tajam langsung
mendesir ke depan.
seorang lelaki berbaju sutera yang siap menerjang ke
arah Lim Han-kim seketika memapaki datangnya
serangan jari tangan dari seebun Giok-hiong ini.
Dengusan tertahan bergema memecahkan
keheningan, tiba-tiba lelaki itu roboh terkapar ke tanah.
Dengan terlukanya salah seorang lawan Lim Han-kim,
daya tekanan yang menghimpit pemuda ini secara
otomatis ikut berkurang juga. Kontan anak muda itu
mengembangkan serangan balik, Dengan pedang di
tangan kanan, pukulan tangan kosong di kiri ia desak
lelaki berbaju sutera itu hingga cuma mampu menangkis
saja.
Pada saat itulah kembali terdengar suara derap
langkah manusia berkumandang tiba, Di depan pintu
ruang perahu lagi-lagi menerjang tiba empat orang lelaki
berbaju sutera.
"Bagus" teriak seebun Giok-hiong sambil tertawa
riang. "Makin banyak memang semakin bagus" sepasang
tangannya diayunkan berbareng, tenaga pukulan segera
menggulung keluar bagaikan amukan ombak samudra.
Dua lelaki yang berada di paling depan seketika
termakan oleh hajaran itu hingga terpental roboh ke
samping dan terluka parah, Dengan cepat gadis itu
menerobos ke samping dan menyongsong datangnya
musuh lain, Tertegun juga keempat lelaki yang baru
masuk ke dalam ruang perahu itu. Mereka tak mengira
rekannya tak tahan menghadapi serbuan dari seorang
gadis secantik itu.

2794
sementara mereka masih tertegun, tahu-tahu seebun
Giok-hiong sudah menerjang tiba. Tangan kanannya
diayun, lagi-lagi ilmu jari Bintang Langit dilontarkan ke
depan.
Lelaki berbaju sutera yang berada di barisan paling
depan segera mendengus tertahan dan roboh terjungkal
ke tanah, Ketiga orang lainnya menjerit kaget, serentak
mereka loloskan tameng untuk melindungi diri. Dengan
golok panjang di tangan kanan mereka menyerbu dari
tiga penjuru dan mengepung seebun Giok-hiong rapatrapat.
Mendadak seebun Giok-hiong memutar kencang
tangan kanannya. serentetan bunyi gemerincing
bergema di udara, entah apa sebabnya tahu-tahu ketiga
bilah golok panjang itu sudah terpental ke belakang.
Ketika mereka dapat mengamati dengan seksama,
barulah terlihat tangan gadis tersebut kini sudah
bertambah dengan sebuah lingkaran putih yang
memancarkan cahaya perak.
Berhasil memukul mental ketiga bilah golok panjang
itu, kembali seebun Giok-hiong mengayunkan tangan
kirinya melepaskan sebuah pukulan, segulung tenaga
serangan yang dahsyat dan kuat langsung menerpa
keluar menggempur lelaki yang berdiri di sebelah utara.
Cepat-cepat lelaki itu melindungi badannya dengan
tameng dan menyambut pukulan dahsyat tersebut
dengan tamengnya, Kendatipun secara paksa ia berhasil
juga menerima gempuran dahsyat dari seebun Giokhiong
ini, tak urung badannya tergetar juga hingga
mundur dua langkah dengan sempoyongan.

2795
"Bagaimana kalau kau coba lagi sebuah pukulanku
ini?" bentak seebun Giok-hiong nyaring. Di tengah
bentakan, sebuah pukulan kembali dilontarkan ke depansetelah
menerima gempuran yang pertama tadi, meski
lelaki itu tak sampai menderita luka parah, namun
sepasang pergelangan tangannya terasa linu, kaku dan
sakit sekali. Tatkala melihat datangnya gempuran yang
kedua, sebetulnya ia sudah tak berani menyambutnya.
lagi.
Tapi sayang ruang dalam perahu itu terlampau kecil
dan sempit, ia tak mampu lagi menghindarkan diri.
Terpaksa sambil keraskan kepala, disambutnya juga
ancaman itu.
Dalam serangan seebun Giok-hiong kali ini ternyata
tenaga pukulan yang disertakan jauh lebih dahsyat lagi,
mana mungkin lelaki tersebut mampu mempertahankan
diri? Diiringi teriakan keras, tahu-tahu senjata tamengnya
sudah terlepas dan mencelat ke tanah.
sungguh hebat ilmu silat yang dimiliki seebun Giokhiong.
Kelihatannya saja tangan kirinya saat itu sedang
menyerang seorang lawannya yang berada di utara,
ternyata pada saat yang bersamaan tangan kanannya
berhasil juga membendung serangan golok dari dua
orang musuhnya yang lain.
Ketika lelaki tadi tergetar hingga roboh terjungkal ke
tanah, dengan cepat seebun Giok-hiong memburu ke
depan dan melepaskan sebuah sentilan jari lagi dengan
ilmu jari Bintang Langit untuk menotok jalan darahnya.
Belum sampai sepuluh gebrakan pertarungan itu
berlangsung dari empat lelaki berbaju sutera itu, ada tiga

2796
di antaranya sudah terluka, Dengan demikian dari
delapan orang lelaki yang menyerbu masuk ke ruang
dalamperahu, enam orang sudah roboh ke lantai,
seorang masih bertempur sengit melawan Lim Han-kim
sedang yang seorang lagi hanya bisa berdiri dengan
wajah termangu.
Rupanya kemampuan seebun Giok-hiong melukai
ketiga orang rekannya dalam sekejap mata telah
membuat orang ini sedemikian ketakutan hingga dia
cuma bisa berdiri termangu sambil mengawasi lawannya
tanpa berkedip.
Seebun Giok-hiong tetawa dingin: "Hei, kenapa cuma
berdiam diri?" tegurnya, "Kau tak ingin melancarkan
serangan?"
Lelaki itu gelengkan kepalanya berulang kali,
jawabnya: "Sejak terjun ke dalam dunia persilatan,
belum pernah kujumpai seorang nona dengan
kepandaian silat sehebat ini. Aku mengerti bahwa
kemampuanku bukan tandinganmu"
"Jadi kau takut mati?"
"Tidak, aku bukan manusia yang takut mati Aku bukan
seorang lelaki pengecut" kata lelaki itu sambil
melemparkan golok panjang dan tamengnya ke lantai.
"Kalau memang bukan ingin merengek minta ampun,
kenapa kau buang senjatamu?" jengek Seebun Giokhiong
dingin,
"Menyerang atau tidak, toh hasilnya sama saja. Sulit
bagiku untuk menahan gempuran- mu, jadi lebih baik tak
usah bertarung."

2797
"Kalau begitu hati-hatilah, akan kutotok jalan
darahmu" Seraya berkata ia mengayunkan jari tangannya
melancarkan sebuah totokan
Ternyata lelaki itu tidak berkelit maupun menghindar,
sambil pejamkan mata ia sambut datangnya totokan itu.
Pada saat lelaki itu roboh ke tanah, lelaki yang bertarung
melawan Lim Han-kim- juga terkena tusukan pada dada
kirinya.
Sebuah tendangan susulan membuat badannya
terjungkal ke tanah. Dengan begitu maka kedelapan
orang lelaki penyerbu tersebut semuanya sudah roboh
terluka di lantai ruang perahu itu.
Tiba-tiba Seebun Giok-hiong mengalihkan sorot
matanya yang tajam ke wajah Pek si-hiang. selapis hawa
napsu membunuh dengan cepat menyelimuti seluruh
wajahnya, selangkah demi selangkah ia berjalan
langsung menghampiri gadis itu.
"seebun Giok-hiong" teriak Lim Han-kim terperanjat
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya seraya
berpaling, "Ada apa?"
"Kau hendak menyerang Pek si-hiang?"
"Yaa, kenapa?" seebun Giok-hiong tertawa hambar.
"Tindakan semacam itu bukan perbuatan seorang
jagoan"
"Lebih baik kubunuh Pek si-hiang lebih dulu sebelum
kita berbicara lebih lanjut"

2798
Lim Han-kim gelisah sekali, pikirnya: "sepatutnya
kutolong Li Tiong-hui lebih dulu, seebun Giok-hiong liar
dan binal, rasanya sulit untuk mencegah kemauannya."
Sementara ia masih gelisah bercampur cemas,
mendadak dari luar pintu ruang perahu bergema lagi
suara seseorang yang berat dan dalam: "Ehmmm, benarbenar
sebuah pertempuran yang sengit dan
mengerikan"-
Seebun Giok-hiong berpaling, ia saksikan di muka
pintu telah berdiri seorang lelaki berkopiah emas yang
memakai jubah berwarna ungu.
Dengan sepasang mata yang tajam lelaki berkopiah
emas itu menyapu seebun Giok-hiong dan Lim Han-kim
sekejap. kemudian menegur: "Siapa di antara kalian yang
telah melukai mereka?"
"Aku" jawab Lim Han-kim dan seebun Giok-hiong
hampir bersamaan-
"Ditinjau dari kemampuan kalian berdua yang berhasil
melukai delapan orang peng awalku, terbukti bahwa
kepandaian kamu berdua memang cukup hebat..."
sinar matanya dialihkan ke wajah Pek si-hiang dan Li
Tiong-hui, kemudian tanyanya lagi: "Siapa pula kedua
orang nona itu?"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Tidakkah kau
merasa bahwa pertanyaan yang kau ajukan kelewat
banyak...?" tegurnya.
"Seingatku, belum pernah ada orang berani bicara
sekurang ajar ini kepadaku" seru lelaki berkopiah emas
itu marah.

2799
"Bagus Kalau begitu kau harus mendengar lebih
banyak lagi hari ini, sekalian untuk menambah
pengetahuanmu"
Dalam saat itu Lim Han-kim sedang berpikir " orang
berkopiah emas berjubah ungu ini tidak mirip orang
persilatan yang biasa malang melintang di dunia
kangouw. Dandanan semacam ini lebih mirip sebagai
seorang panglima perang, sebagai rakyat jelata, aku Lim
Han-kim, tidak seharusnya bentrok dengan para pejabat
pemerintah, lebih baik aku selidiki dulu asal-usulnya ..."
Berpikir demikian, dia pun segera menegur "jika
kulihat dari dandanan Anda, rasanya tak mirip dengan
orang persilatan, sebetulnya siapa kau dan apa
kedudukanmu?"
Mendadak lelaki berkopiah itu mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, Dari balik jubah
ungunya ia cabut keluar sebilah gedang yang bergagang
batu giok dan bersarung dari emas murni, sambil
letakkan pedang tersebut di tangannya ia balik bertanya:
"Anda sekalian kenal dengan pedang ini?"
Lim Han-kim hanya merasa pedang itu, baik gagang
maupun sarung pedangnya terbuat sangat indah dan
mewah, selain itu tidak nampak keistimewaan apa pun.
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong berseru.
"Pedang pusaka dari Raja pedang"
Walaupun lelaki berkopiah emas itu memiliki
perawakan tubuh tinggi besar, namun usianya belum
terlalu dewasa, suara tertawanya masih membawa nada
kekanak-kanakanTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2800
"Benar" sahutnya lantang. "Pedang ini memang
pedang pusaka dari Raja Pedang"
Seebun Giok-hiong mendengus dingin: "Hmmm Raja
pedang sudah dua puluhan tahun lenyap dari muka bumi
sekalipun dia masih hidup di dunia ini, paling tidak
usianya sudah mencapai enam puluh tahunan, dari mana
kau temukan pedang pusaka dari Raja pedang itu?"
"Ngaco belo" teriak lelaki berkopiah emas itu marah.
"Pedang pusaka dari Raja pedang ini merupakan
pemberian ayahku. Budak kurang ajar, kau berani
menghina aku?"
"Jadi kau adalah si pangeran pedang?"
"Tepat sekali dugaanmu"
seebun, Giok-hiong segera tertawa terkekeh-kekeh:
"Hei, siapa yang mengakui dirimu sebagai pangeran?
Huuuh, tak tahu malu, berani mengaku dirinya sebagai
seorang pangeran, pangeran dari negeri mana kamu
mi?"
sambil menuding kopiah emas yang dikenakan di
kepalanya lalu menunjuk pula jubah ungu yang
dikenakan, lelaki itu berkata: "Aku mengenakan kopiah
emas, memakai jubah ungu, kenapa tak boleh menyebut
diri sebagai pangeran?"
Dengan rasa heran Lim Han-kim berpikir "Kalau cuma
mengenakan kopiah emas, memakai jubah ungu dan
membawa pedang berdagang batu giok, bersarung emas
murni lantas bisa menganggap diri sebagai pangeran,
waaah... berapa banyak pangeran yang bakal muncul
dalam dunia persilatan...?"

2801
sementara itu, si lelaki berkopiah emas tersebut telah
berkata lebih lanjut: "Berkopiah emas dan berjubah ungu
merupakan benda-benda terhormat yang diakui semua
umat persilatan di dunia, Para ketua partai dan
perkumpulan sama-sama telah menandatangani surat
pengakuan tersebut kepada ayahku dan setiap orang
persilatan pasti mengetahui akan peristiwa ini, maka
kalian berdua tidak mengetahui?"
sejak kecil Lim Han-kim ikut ibunya berdiam di lembah
Hong-yap- kok di wilayah Pak-gak. selain belajar silat,
ibunya tak pernah menyinggung masalah dunia
persilatan dengan dirinya, Kadangkala ia sempat
bertanya tentang asal-usul dirinya, tapi selalu diumpat
habis-habisan oleh ibunya, sehingga boleh dibilang ia
buta sama sekali mengenai kejadian dalam dunia
persilatan.
oleh sebab itulah ia cuma bisa berdiri dengan mata
terbelalak dan mulut melongo setelah mendengar
perkataan lelaki itu. Dia tak tahu bagaimana harus
menjawab pertanyaan tersebut.
Tampak seebun Giok-hiong tertawa hambar "Bila kami
bukan anggota partai atau perguruan mana pun dalam
dunia persilatan, otomatis kami pun tak perlu mengakui
akan kehebatan si Raja pedang, atau dengan perkataan
lain kami tak usah mengakui dirimu sebagai pangeran
pedang"
Lelaki berkopiah emas yang mengaku diri sebagai
pangeran pedang itu segera tertawa dingin, katanya:
"Sebetulnya kedatanganku ke daratan Tionggoan kali ini
pertama, ingin berjumpa dengan para jago dari dunia

2802
persilatan, kedua ingin menemukan kembali sedikit
barang pusaka peninggalan ayahku di masa lampau.
Mengingat usia kalian berdua masih begitu muda, aku
percaya kalian pasti bukan manusia kenamaan,
Terlampau sayang rasanya apabila kalian sampai tewas
di ujung pedang aku, si pangeran pedang."
Mendengar ucapan itu, Lim Han-kim segera berpikir
"Meskipun perkataan orang ini sedikit agak sombong dan
takabur, tapi bisa disimpulkan bahwa hatinya baik dan
berbudi."
"Sementara itu seebun Giok-hiong sudah menjengek
sambil tertawa dingini "Kenapa? Kau punya keyakinan
untuk bisa mengungguli kami berdua?"
"Pedang dari Raja pedang tak akan sembarangan
diloloskan dari sarungnya," kata pangeran pedang
dengan wajah serius, "Sekali dicabut keluar, pedang
tersebut tak akan di-sarungkan kembali sebelum
mencium darah, sekalipun kalian berdua telah melukai
pengawal pribadiku, tapi aku enggan sembarangan
mencabut keluar pedang emasku ini, apalagi membunuh
dua manusia yang sama sekali tak bernama"
"Hmmm, aku malas untuk banyak bicara denganmu,
Perduli amat kau seorang pangeran pedang atau bukan,
yang pasti tak ada sangkut pautnya dengan diriku, Cepat
cabut keluar pedangmu, kalau tidak jangan salahkan bila
aku akan merampas pedangmu itu"
"Budak busuk, besar amat bicaramu" seru pangeran
pedang dengan wajah berubah. "Bila kau bersikeras ingin
kucabut keluar pedangku, laporkan dulu siapa namamu.

2803
Pedang pusaka dari Raja pedang tak pernah membunuh
manusia tak bernama"
"He he he... darimana datangnya peraturan yang
begitu banyak?" jengek seebun Giok-hiong sambil
tertawa dingin
"Sebelum kau sebutkan namamu, aku si pangeran
pedang sulit rasanya untuk meloloskan pedang."
Menyaksikan tindak-tanduk orang tersebut kembali
Lim Han-kim berpikir: "Bila ditinjau dari ucapannya, jelas
dia belum punya pengalaman dalam dunia persilatan..."
Pada saat itu dengan kening berkerut seebun Giokhiong
telah menjawab: "seebun Giok-hiong namaku,
cukup bukan?"
"seebun Giok-hiong... seebun Giok-hiong..." gumam
pangeran pedang pelahan.
seebun Giok-hiong benar-benar amat gusar, teriaknya:
"Belum pernah kujumpai seorang lelaki yang begitu
cerewet dan banyak omong macam kau"
"Tatkala pangeran hendak berkunjung ke daratan
Tionggoan, ayahku pernah menjelaskan tentang jagojago
kenamaan yang berdiam di sini, Konon keluarga
persilatan dari bukit Hong-san merupakan jagoan paling
tangguh di tanah daratan, tapi... rasanya belum pernah
kudengar nama seebun Giok-hiong disebut-sebut..."
"Kalau memang belum pernah mendengar, hari ini
akan kusuruh kau mengenali diriku lebih dalam" Tiba-tiba
ia lancarkan sebuah totokan kilat ke depan.

2804
Menyaksikan datangnya ancaman tersebut, pangeran
Pedang segera mencabut keluar pedangnya. selapis
cahaya tajam segera melindungi perawakan tubuhnya
yang tinggi besar.
seebun Giok-hiong terkejut juga melihat betapa
kuatnya pertahanan hawa pedang yang melapisi tubuh
lelaki itu. Bagaimana pun ia berusaha, ternyata
serangannya tidak membuahkan hasil, terpaksa ia harus
tarik kembali ancamannya sambil melompat mundur.
Ketika berpaling, ia saksikan Lim Han-kim sedang
berjalan menuju ke arah Pek si-hiang, maka bentaknya
nyaring: "Berhenti"
"Ada apa?" tanya Lim Han-kim ketus.
"Kau hendak membebaskan Pek si-hiang dari
pengaruh totokan?"
"Benar, setelah membebaskan kau dari totokan, aku
wajib membebaskan pula mereka berdua, masa aku
harus membiarkan kau membantai mereka berdua
dengan begitu saja?"
"Bagus Kalau begitu akan kubunuh Pek si- hiang lebih
dulu sebelum menghadapi pangeran pedang"
sambil mengancam gadis itu melejit ke udara dan
langsung menerjang ke hadapan Pek si-hiang. Lim Hankim
terkejut sekali, buru-buru ia melompat ke depan
menghadang jalan pergi seebun Giok-hiong.
Ia sadar, baik dalam tenaga dalam maupun dalam
ilmu silat dirinya masih bukan tandingan seebun Giokhiong.
jika serangannya disambut dengan kekerasan,

2805
maka meski tak sampai tewas paling tidak isi perutnya
akan terluka parah.
siapa tahu seebun Giok-hiong tidak melanjutkan
terjangannya, Tiba-tiba ia menarik kembali tubuhnya dan
melayang turun kembali ke lantai, hanya bentaknya
dengan nada dingin: "Lim Han-kim, apakah kau ingin cari
mampus?"
"Bila nona bersikeras hendak membunuh Pek si-hiang,
terpaksa kau harus menghabisi nyawaku terlebih dulu"
Tiba-tiba terdengar pangeran pedang membentak
keras: "Hei, kalian berdua apa-apaan? Apa yang
sebenarnya terjadi?"
"Apa urusannya dengan kau?" sahut see-bun Giokhiong
seraya berpaling.
"Apakah kalian suami istri?"
"suami istri atau bukan, apa urusannya dengan
dirimu?"
"Jika kalian adalah suami istri, lebih baik turun
tanganlah bersama-sama, dengan begitu mungkin kalian
masih punya sedikit harapan untuk tetap hidup,"
"Besar amat bacotmu" bentak seebun Giok-hiong
penuh amarah, "Kau anggap aku betul-betul takut
kepadamu?"
sambil memeluk pedangnya si pangeran pedang
berdiri dengan wajah serius, katanya dingin: "sekalipun
kalian bukan suami istri, aku tetap ijinkan kalian untuk
turun tangan bersama..."

2806
Seebun Giok-hiong membentak nyaring, tiba-tiba ia
menerjang ke depan, telapak tangannya diayun ke muka
melancarkan sebuah pukulan
Pangeran pedang pun segera mengayunkan
pedangnya membentuk selapis bianglala berwarna
keperak-perakan untuk membendung datangnya
gempuran tersebut, kembali serunya: "Kenapa kau tidak
meloloskan senjatamu"
Seebun Giok-hiong dapat merasakan munculnya
segulung hawa pedang yang dingin menggidikkan dari
ujung pedang lawannya itu, tanpa terasa pikirnya:
"Tampaknya ilmu pedang yang dimiliki orang ini sudah
mencapai puncak kesempurnaan aku tak boleh pandang
enteng kemampuannya..." setelah menarik napas
panjang, ia pun berkata lagi dengan dingin:
"Kelihatannya kau seperti begitu yakin dapat
mengungguli diriku?"
"Tentu saja, kau hanya seorang gadis muda, mana
mungkin bisa menandingi kepandaianku sebagai
pangeran pedang?"
Seebun Giok-hiong menarik napas berusaha
menenangkan pikiran dan perasaan hatinya, setelah itu
baru tanyanya: "Bagaimana jika kau tak mampu
mengungguli diriku?"
"Sebenarnya tujuan kedatanganku ke daratan
Tionggoan kali ini adalah untuk mengunjungi Thian-hok
Sangjin di atas puncak bukit Mao san. Sayang ia tak ada
di pesanggrahannya, hal ini membuat hatiku sangat
kecewa, Oleh sebab itulah aku berencana mengunjungi
kuil Siau-lim-si di bukit Siong-san. Kudengar Siau-lim-si

2807
adalah tulang punggung dari ilmu silat dunia persilatan,
aku ingin mengalahkan siau-lim-pay lebih dulu sebelum
menjelajahi daratan lainnya..."
"Aku tak ingin tahu urusanmu" tukas seebun Giokhiong
cepat. "Aku hanya ingin tahu apa yang hendak kau
lakukan jika dalam pertarungan melawanku kali ini kau
menderita kekalahan?"
"Kemampuanku dalam menguasai ilmu pedang sudah
mencapai delapan puluh persen dari kemampuan
ayahku, jadi aku yakin pasti dapat mengalahkan kau"
"seandainya kau tetap kalah?"
"saat ini juga aku akan segera kembali ke Lam-hay"
"Hmmmm... enak amat taruhan ini," ejek seebun Giokhiong
sambil tertawa dingin.
"Apa salahnya?"
"Bila kau kalah di tanganku, jangan harap dirimu bisa
kabur dari sini dengan seenaknya"
"Jadi menurut pendapatmu? "
"Bila kau kalah di tanganku, kau harus bersedia
menjadi budakku untuk selamanya"
"Bagaimana kalau aku yang menang?" tanya pangeran
pedang setelah tertegun sejenak.
"Akupun bersedia menjadi pelayanmu dan menuruti
semua perintahmu selama hidup,"
"Aaaai... sayang" bisik pangeran pedang setelah
mengamati beberapa saat wajah seebun Giok-hiong
dengan sorot mata yang tajam.

2808
"Apanya yang sayang?"-
"Masa gadis secantik kau harus menjadi pelayanku,
apa tidak terlalu sayang?"
"Lantas apa maumu?"
Mendadak pangeran pedang tertawa tergelak "Ha ha
ha... bila aku berhasil mengungguli dirimu, maka kau
harus menjadi istriku sebagai istri seorang pangeran, kau
tentu boleh berbangga hati"
Berubah hebat paras muka seebun Giok-hiong,
nampaknya dia hendak meradang, tapi kemudian ujarnya
sambil tertawa hambar: "Baiklah, bila aku kalah di
tanganmu, terserah apa maumu nanti, mau dijadikan bini
atau pelayan terserah kau sendiri yang putuskan"
"Bagus" seru pangeran pedang tertawa lantang.
"Kalau dilihat dari keberanianmu untuk bertaruh
melawanku, aku percaya kepandaian silatmu pasti hebat
sekali, cabut pedangmu"
Kini, seebun Giok-hiong sudah tak berani memandang
enteng kemampuan Pangeran pedang lagi, Tenaga
dalamnya segera dikerahkan seraya menggapai ke arah
pedang milik Li Tiong-hui yang berada di lantai, tahutahu
pedang tersebut melayang ke udara dan jatuh ke
tangan seebun Giok-hiong.
Tertegun pangeran pedang menyaksikan demonstrasi
ini, pekiknya tanpa sadar: "sempurna benar tenaga
dalam mu"
"Hmmm" seebun Giok-hiong mendengus dingin, " Kau
paksa aku menggunakan senjata, kini aku sudah

2809
menggenggam pedang, berarti kau boleh segera turun
tangan"
"Aku sebagai seorang pangeran adalah lelaki sejati,
mana ada lelaki melancarkan serangan duluan, lebih baik
kau saja yang menyerang terlebih dulu"
"Huuuuh, malas aku banyak bicara denganmu, hatihati"
Pedangnya digetarkan langsung melepaskan sebuah
tusukan ke depan, pangeran pedang segera memutar
pedangnya menyapu pula miring ke arah samping.
Traaaang
Ketika sepasang pedang itu saling beradu,
terdengarlah suara dentingan yang amat memekikkan
telinga diiringi percikan bunga api. seebun Giok-hiong
merasakan lengannya jadi kaku dan kesemutan, tak
kuasa tubuhnya mundur satu langkah.
Pangeran pedang sendiri pun tergetar keras hingga
mundur dua langkah, ia tarik napas panjang-panjang lalu
pujinya: "Tak kusangka nona sebagai seorang wanita
ternyata memiliki tenaga dalam begitu sempurna..."
seebun Giok-hiong mendengus dingin, ia mendesak
maju lebih ke depan, Di antara getaran senjatanya ia
lepaskan sebuah tusukan lagi ke depan, Tampak cahaya
tajam berkilauan di seluruh angkasa, Dalam waktu
singkat selapis kabut pedang telah menyelimuti seluruh
angkasa.
Buru-buru Pangeran pedang memutar kencang
pedangnya membentuk selapis bianglala berwarna perak
untuk melindungi perawakan tubuhnya yang tinggi besar.

2810
Di antara dentingan nyaring yang berlangsung
beruntun, dengan cepat seebun Giok-hiong melompat
mundur dari arena, Rupanya dalam waktu sekejap mata,
mereka berdua telah bertarung sebanyak delapan
gebrakan. sebilah pedang yang berada dalam
genggaman seebun Giok-hiong juga tersisa setengahnya,
Ternyata pedang yang digunakan pangeran pedang
tersebut kendatipun bukan terhitung benda mestika yang
tajam, namun besinya terbuat dari campuran baja
dengan emas putih, maka tak heran kalau senjata yang
digunakan seebun Giok-hiong untuk membendung
serangan pangeran pedang itu tergetar patah .
Mengawasi kutungan pedang yang berada dalam
genggamannya seebun Giok-hiong menjengek dingin,
"Ternyata ilmu pedang yang dimiliki pangeran pedang
hanya begitu-begitu saja"
"Menang kalah masih belum ditentukan dalam
pertarungan ini, lebih baik kau tukar dengan pedang lain
sebelum melanjutkan pertempuran"
"Tidak usah Dengan andalkan kutungan pedang ini
pun aku masih mampu untuk mengunggulimu, Nah,
berhati-hatilah"
Tiba-tiba ia menggerakkan kutungan pedangnya dan
melancarkan serangan ke depan, Kali ini ia sudah tak
mau beradu kekerasan lagi dengan pedang milik
pangeran pedang. jurus serangan yang diandalkan
adalah "ringan" dan "gesit" dengan perubahan yang tak
terhingga.
Ternyata pangeran pedang memiliki kesempurnaan
yang luar biasa dalam ilmu pedangnya, Di antara putaran

2811
senjatanya, selapis hawa pedang yang tebal dan
menggidikkan menyelimuti sekujur badannya, Betapapun
banyaknya perubahan jurus yang digunakan seebun
Giok-hiong, ia tetap tak mampu melukai musuhnya ini.
sementara itu Lim Han- kim mengikuti jalannya
pertarungan itu dengan seksama, ia melihat jurus
pedang yang diandalkan seebun Giok-hiong merupakan
jurus dengan perubahan yang amat rumit, sebaliknya
pangeran pedang bertahan dengan sistem pertahanan
yang luar biasa kokohnya.
Ditinjau dari keadaan mereka berdua, tampaknya
pertarungan belum dapat berakhir dalam waktu singkat,
karenanya pelan-pelan ia berjalan ke samping Pek sihiang
dan siap menepuk bebas totokannya. Tapi sebelum
tindakan itu dilakukan, mendadak ia urungkan kembali
niatnya sambil berpikir: "Bila kubebaskan totokan Pek sihiang
sekarang juga, situasi pada hari ini pasti akan
berkembang makin rumit dan kalut..."
Karena pendapat ini, untuk beberapa saat ia jadi
termangu dan tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
Mendadak terdengar seebun Giok-hiong membentak
nyaring: "Lepas" Menyusul kemudian terdengar suara
getaran senjata yang amat memekikkan telinga.
Ketika pemuda ini menengok kembali ke arena,
tampak seebun Giok-hiong sudah mulai menguasai
keadaan, permainan pedang pangeran pedang sudah
tidak setegar dan sehebat tadi, ia keteter hebat oleh
permainan pedang seebun Giok-hiong hingga tak punya
kekuatan lagi untuk melancarkan serangan balasan,

2812
Menyaksikan kejadian ini, dengan cepat Lim Han- kim
berpikir "seandainya seebun Giok-hiong berhasil
mengungguli Pangeran pedang, mungkin sulit bagi Pek
si-hiang dan Li Tiong-hui untuk lolos dari ancamannya."
situasi yang mendesak membuat pemuda ini tak bisa
mengulur waktu lagi, Dengan langkah lebar ia menerjang
ke sisi Li Tiong-hui dan menepuk bebas totokan jalan
darahnya, Ternyata di saat yang kritis ia teringat bahwa
di antara ketiga orang itu, Li Tiong-hui terhitung paling
lembut dan halus budi, oleh sebab itu dia membebaskan
totokan jalan darahnya terlebih dulu.
Tampak Li Tiong-hui menggeliat kemudian melompat
bangun, setelah memandang sekejap suasana dalam
ruang perahu itu, tanyanya: "siapa orang itu?"
"Pangeran pedang "
Mendadak Li Tiong-hui mengerutkan kening, setelah
mundur dua langkah katanya: "Pangeran pedang? Dua
puluh tahun berselang dalam dunia persilatan terdapat
seorang pendekar yang mahir dalam ilmu pedang, Mulamula
ia menaklukkan lima partai pedang terlebih dulu
kemudian menyerbu kuil siau-lim-si. setelah bertempur
sehari semalam tanpa berhenti, ia berhasil menaklukkan
kuil tersebut hingga akhirnya diberi gelar Raja pedang
oleh umat persilatan Apakah pangeran pedang ini adalah
putranya?"
"soal ini... mungkin saja benar" sahut Lim Han- kim
setelah ragu sejenak.
"Raja pedang itu masih terhitung satu ..."
"Terhitung apa?"

2813
"Terhitung masih satu marga dengan diri- mu, dia
juga bermarga Lim"
"Di dunia ini orang yang bermarga Lim tak terhingga
jumlahnya, apalagi dia berdiam jauh di Lam-hay, mana
mungkin ada sangkut pautnya dengan aku?" sedang di
hati kecilnya ia berpikir "Padahal sampai sekarang pun
asal-usulku belum jelas, Benarkah aku bermarga Lim
masih merupakan tanda tanya besar..."
sementara itu Li Tiong-hui telah bergumam sendiri
setelah memandang sekejap pertarungan yang
berlangsung antara seebun Giok-hiong melawan
Pangeran pedang: " Lebih baik biarkan mereka bertarung
dulu sampai salah satu pihak meraih kemenangan..."
Mendadak ia mengerutkan kening, tak kuasa badannya
mundur lagi sejauh dua langkah.
Melihat gadis itu menunjukkan sikap sakit dan amat
menderita, tak tahan Lim Han- kim menegur "Kenapa
kau?"
Li Tiong-hui tertawa getir, "Tampaknya ilmu silat yang
diajarkan Pek si-hiang kepadaku telah meninggalkan bibit
bencana..." sesudah berhenti sejenak. Li Tiong-hui
melanjutkan "sebenarnya raja pedang berasal dari
daratan Tionggoan, ia masih terhitung satu bangsa
dengan kita semua, Konon bukan saja ilmu pedang yang
dimilikinya sangat hebat, wajahnya pun amat tampan
sehingga banyak skandal cinta yang dibuatnya sepanjang
masa petualangannya dalam dunia persilatan."
Kembali gadis itu berkerut kening menahan rasa sakit
yang amat sangat, kemudian sambil tertawa hambar ia
meneruskan "Padahal kejadian semacam ini bukan

2814
terhitung kejadian yang luar biasa pada zaman
sekarang."
Entah kenapa, tiba-tiba saja muncul suatu perasaan
aneh dalam hati kecil Lim Han-kim, tak tahan pemuda ini
berkata: "ooooh,jadi raja pedang berasal dari daratan
Tionggoan dan selama petualangannya ia banyak
membuat skandal dengan gadis-gadis sini...?"
"Benar, Untuk menceritakan segala sepak terjangnya
mungkin sehari semalam pun tak ada habisnya,
Ringkasnya, yaa begitulah, tentu kau sudah paham
bukan?"
"Kalau begitu tolong nona ceritakan yang ringkasnya
saja, aku ingin tahu cerita tentang ayah orang itu."
"Pada puluhan tahun berselang, si Raja pedang dari
marga Lim ini bukan saja tersohor dalam dunia
persilatan, dia pun merupakan pemuda idaman setiap
gadis cantik pada zaman tersebut Banyak skandal cinta
dilakukannya sebelum akhirnya dia ditawan ke Lam-hay."
"Kalau memang ilmu silatnya sangat hebat, mana
mungkin dia bisa ditawan orang?"
"Hanya kelembutan yang bisa mengalahkan
kekerasan. Memang betul ilmu pedangnya sangat hebat
dan tiada tandingan, tapi ia toh tak bisa lolos dari jaring
cinta putri Lam-hay yang penuh kelembutan."
"Putri Lam-hay?"
"Yaa, ia menyebut dirinya sebagai tuan putri dari Lamhay,
tentang siapa yang memberi gelar tuan putri
kepadanya, tak seorang pun yang tahu. Pokoknya ia
berhasil menawan si Raja pedang ini dan memboyongnya

2815
ke Lam-hay, semenjak saat itulah di daratan Tionggoan
sudah tak ditemukan lagi jejak dari si Raja pedang ini."
"Oooh, rupanya begitu."
"Bukankan ceritanya amat ringkas? Aaaaai sejak
kepergian Raja pedang ke Lam-hay, entah berapa
banyak gadis Tionggoan yang melelehkan air mata
kerinduannya gara-gara kepergian itu."
Tiba-tiba muncul kembali suatu perasaan yang sangat
aneh dalam lubuk hati Lim Han- kim. ia tak bisa
melukiskan bagaimana macam perasaannya sekarang,
Dengan pandangan termangu ditatapnya Pangeran
pedang yang sedang bertarung melawan seebun Giokhiong
itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun-
Dalam saat itu pos isi pangeran pedang sudah makin
kritis dan terdesak hebat, Menghadapi serangan gencar
dari seebun Giok-hiong yang begitu dahsyat, ia dipaksa
tak mampu melancarkan serangan balasan. Kendatipun
posisinya sangat tak menguntungkan ternyata permainan
pedang si Pangeran pedang ini tak sampai kacau, ia
tetap bertarung dengan gagah berani.
Diam-diam Li Tiong-hui mengerahkan tenaga
murninya untuk meredakan gejolak yang terjadi dalam
dadanya, kemudian pelan-pelan la menghampiri Lim
Han- kim seraya berbisik
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Aku sedang memikirkan satu masalah."
"Masalah apa?"
"Tentang si Raja pedang itu..."

2816
"Aaaah, peristiwa ini sudah lewat belasan tahun, buat
apa kau memikirkannya kembali?" kata Li Tiong-hui
sambil tertawa.
"Bukankan kau mengatakan bahwa Raja pedang itu
berasal dari marga Lim . . .?" Lim Han- kim menegaskan.
"Benar, Raja pedang memang bermarga Lim."
"Raja pedang itu... raja pedang itu..." Tiba-tiba
pemuda itu merasa tenggorokannya seperti tersumbat
oleh sesuatu, sampai lama sekali ia tak mampu
melanjutkan kata-katanya .
"Ada apa dengan Raja pedang itu?"
"Berapa lama si Raja pedang itu bercokol di daratan
Tionggoan?"
Li Tiong-hui termenung dan berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: "sesungguhnya dia berasal dari
daratan Tionggoan juga. sejak kecil hingga dewasa ia
hidup di daratan besar, jadi kalau mau dihitung mestinya
dihitung dari sejak ia terjun ke dalam dunia persilatan-"
"Tahukah nona, raja pedang ini berasal dari daerah
mana?"
BAB 34. Terluka Parah
"Aku hanya tahu ia berasal dari daratan Tionggoan,
sedang desa asalnya jarang sekali diketahui orang,"
jawab Li Tiong-hui. Kemudian setelah berhenti sejenak.
ujarnya lebih jauh: "Konon mendiang ayahku kenal
dengan-nya, bahkan hubungan mereka berdua sangat

2817
baik, Kemudian entah apa sebabnya, ternyata hubungan
mereka retak dan saling berpisah.
Dengan andalkan pedangnya si Raja pedang berhasil
mengalahkan lima partai pedang ter-besar, kemudian
mengalahkan pula kuil siau-lim-si. saat itu semua orang
menaruh rasa jeri kepadanya, namun sampai hilang dari
peredaran belum pernah dia usik keluarga kami di bukit
Hong-san-"
Lim Han- kim ingin mengucapkan sesuatu, namun niat
tersebut diurungkan kembali. sorot matanya segera
dialihkan ke tengah arena di mana seebun Giok-hiong
sedang terlibat pertempuran yang amat seru melawan
pangeran pedang.
Tampak seebun Gok-hiong dengan permainan
pedangnya yang ganas mendesak musuhnya habishabisan.
serangannya ibarat gulungan ombak di tengah
samudra yang sambung menyambung, Kekuatannya luar
biasa sekali.
sebaliknya pedang yang berada di tangan pangeran
pedang ibarat sebuah pulau karang yang berdiri sendiri
di tengah samudra luas. Betapa pun dahsyatnya
gulungan ombak yang menerpanya, ia tetap tegar di
tempat tanpa bergeming.
Melihat kehebatan lelaki itu, tak kuasa lagi Lim Hankim
berseru memuji: "Jurus pedang dari Raja pedang
memang nyata kehebatannya, Aku rasa serangan gencar
dari nona seebun belum akan mengungguli permainan
pedang dari pangeran pedang dalam waktu singkat"
Biarpun waktu itu seebun Giok-hiong sedang
bertempur sengit melawan pangeran pedang, namun

2818
telinganya masih bisa mendengar suara di sekeliling
tempat itu, Gerak-gerik Lim Han-kim serta Li Tiong-hui
tak satu pun yang lolos dari pengamatannya, cuma saja
lantaran ia sedang terlibat dalam pertempuran sengit
maka tak ada waktu baginya untuk mengurusi mereka.
Hawa amarahnya kontak meluap setelah mendengar
Lim Han-kim memuji kehebatan ilmu pedang pangeran
pedang tersebut sambil tertawa dingin ia menukas:
"Akan kusuruh kalian saksikan ilmu silat yang
sesungguhnya dari seebun Giok-hiong"
Pedangnya segera dialihkan ke tangan kiri, sementara
tangan kanannya menyentil ke depan melepaskan
sebuah serangan jari. Waktu itu, seluruh perhatian
pangeran pedang sedang tertuju pada permainan pedang
lawannya, ia tak mengira akan datangnya sergapan ilmu
jari lawan. "Duuuuk"
Dengan telak serangan tersebut bersarang di atas
bahunya, membuat ia mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan dan akhirnya berdiri bersandar pada
dinding ruang perahu.
"Bagaimana pangeran pedang?" ejek seebun Giokhiong
sambil tertawa dingin, "Masih ingin melanjutkan
pertarungan ini?"
"Tidak. aku sudah tak memiliki kemampuan untuk
melanjutkan pertarungan ini," jawab Pangeran medang
sambil menggeleng.
"Jadi kau sudah mengaku kalah?"
"Tidak. Aku bukan kalah oleh permainan ilmu
pedangku"

2819
"Dalam pertaruhan kita tadi, tidak disinggung bahwa
aku harus mengalahkan kau dengan ilmu pedangku"
"Menurut ayahku, hanya pedang yang merupakan
senjata paling sah dalam dunia persilatan oleh sebab itu,
selama bertahun-tahun aku hanya khusus mempelajari
ilmu pedang, Aku tak mengerti kepandaian lainnya"
Mendengar perkataan tersebut, seebun Giok-hiong
merasa jengkel sekaligus juga geli, tegurnya kemudian
dengan ketus: "jadi kau hendak mengingkari janjimu
tadi?"
Cepat- cepat pangeran pedang menggeleng: "Tidak.
ucapan manusia lebih berharga daripada emas murni,
apa yang telah diucapkan tak boleh diingkari kembali"
"Bila kau tak ingin ingkar janji, berarti sejak sekarang
kau harus menjadi budakku"
"Kalau aku enggan menjadi budakmu, mau apa kau?"
"Boleh saja kalau tak ingin menjadi budak-ku, ada
sebuah jalan lain yang bisa kau pilih"
"Apakah jalan itu?"
"Mati"
Pangeran pedang segera tertawa terbahak bahak: "Ha
ha ha... pada awal perjalananku ke daratan Tionggoan
tempo hari, sebenarnya aku bercita-cita dapat
mengalahkan lima partai pedang terbesar seperti apa
yang dilakukan ayahku dulu, kemudian membentuk
sebuah nama Raja pedang baru dalam dunia persilatan
sungguh tak kusangka dalam pertarungan yang pertama
aku sudah menderita kerugian besar. sekalipun aku tidak

2820
bertaruh dengan nona, rasanya aku pun sudah takpunya
muka lagi untuk pulang menjumpai ayahku." selesai
berkata, ia segera menggorokkan pedangnya ke arah
leher sendiri
"Tahan" bentak Lim Han- kim keras-keras.
"Ada apa?" tanya pangeran pedang sambil
menghentikan gerakannya.
"Menang atau kalah merupakan kejadian yang lumrah
dalam suatu pertarungan kenapa Anda harus bunuh diri
hanya lantaran kalah dalam pertarungan ini?"
"Ayahku adalah Raja pedang yang terkenal. sebagai
putranya, aku telah mewarisi semua kepandaian yang
dimilikinya, tapi sekarang aku harus kalah di tangan
orang lain, Aku tak boleh menodai nama baik ayahku.
Kalau tidak menetesnya dengan kematian, apa lagi yang
bisa kuperbuat?"
"Kendatipun ayahmu berhasil meraih predikat sebagai
Raja pedang, bukan berarti sepanjang hidupnya ia tak
pernah kalah di tangan orang lain"
"omong kosong" maki pangeran pedang gusar. "Coba
katakan ayahku pernah kalah dari siapa?"
Lim Han- kim tertegun, ia jadi gelagapan dan tak
mampu melanjutkan kembali kata-katanya.
Li Tiong-hui yang menyaksikan hal ini, buru-buru
menyambung: "Menurut apa yang kuketahui ayahmu
pernah dua kali menderita kekalahan di tangan orang
lain."

2821
"Dua kali? Dengan siapa?" desak pangeran pedang
penasaran
"Pertama ketika terkurung dalam barisan Lo-han-tin
partai siau-lim, kedua kalah dari Datuk sepuluh penjuru
siang Lam-ciau."
"Benarkah perkataanmu itu?"
"Tentu saja benar. Buat apa aku membohongimu?"
"Sekalipun semua yang dikatakan merupakan
kenyataan, hal tersebut tak ada hubungannya sama
sekali dengan pertaruhan kita," jengek seebun Giokhiong
dingin.
"Kalau ayahku saja pernah dua kali menderita
kekalahan, berarti kekalahanku hari ini di tanganmu
bukan termasuk suatu kejadian yang luar biasa."
"ooooh, jadi kau hendak ingkar janji?"
"Nama besar ayahmu adalah Raja pedang," sambung
Lim Han-kim pula, "Berarti ia cuma hebat dalam
permainan pedang dan mempunyai kepandaian yang
sempurna dalam masalah ini, bukan berarti selama
hidupnya ia tak pernah menderita kekalahan."
"Apa urusannya dengan kau?" bentak seebun Giokhiong
gusar, "siapa suruh kau mencampuri urusanku?"
"Aku toh hanya membujuk dia agar tidak bunuh diri
gara-gara kekalahan yang di-deritanya, apa salahku
untuk berbuat demikian?"
"Mati hidupnya apa urusannya dengan kau?" kata
seebun Giok-hiong lagi ketus. "Kenapa kau mesti cerewet
dengan ikut menimbrung. Lagipula meski kau berhasil

2822
membujuknya agar tidak bunuh diri, bukan berarti kau
mampu menyelamatkan dirinya"
"Bila ia enggan bunuh diri, mungkin nona seebun juga
tak akan mampu membunuhnya."
"Baik, akan kubuktikan kepadamu"
Melihat kenekatan nona itu, dengan lantang Lim Hankim
segera berseru: "Bila nona bersikeras hendak
membunuhnya mungkin aku dan nona Li terpaksa tak
dapat berpangku tangan saja"
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
menyapu sekejap wajah Lim Han-kim serta Li Tiong-hui,
kemudian ujarnya: "sekalipun kalian bertiga turun tangan
bersama, belum tentu kalian mampu menandingi diriku"
"Gabungan nona Li serta Pangeran pedang paling
tidak masih sanggup menahanmu sebanyak tiga
gebrakan, Aku pun akan manfaatkan peluang ini untuk
membebaskan totokan Pek si-hiang"
seebun Giok-hiong menoleh, ia saksikan posisi berdiri
Lim Han-kim saat itu persis menghadang di depan tubuh
Pek si-hiang, berarti dengan cara apa pun mustahil
baginya dapat melukai Pek si- hiang hanya dalam sekali
pukulan.
Kembali Lim Han-kim berkata dengan nada dingin:
"Gempuran nona mungkin saja dapat melukai aku Lim
Han-kim, tapi asalkan aku mampu menahan dua jurus
seranganmu, maka Li Tiong-hui dapat membebaskan
totokan jalan darah Pek si-hiang. Bila hal ini sampai
terjadi, kau bakal menghadapi musuh tangguh dari

2823
mana-mana, kami semua akan bersama-sama
memusuhimu"
"Lim Han-kim" teriak seebun Giok-hiong dengan
gemas, "Tahu begini, semestinya kubunuh dirimu sejak
dini Dalam urusan apa pun kau selalu ingin
mencampurinya"
"Yaa, apa boleh buat, kenapa setiap terjadi peristiwa
macam begini, secara kebetulan aku selalu hadir di situ,"
sahut Lim Han-kim setelah termangu sejenak, sementara
dalam hati kecilnya ia berpikir:
"Benar juga apa yang ia katakan. Aku belum lama
terjun ke dalam dunia persilatan, tapi dalam waktu yang
relatip singkat ini aku selalu hadir dalam setiap masalah
besar yang sedang terjadi..." Membayangkan kembali
kejadian yang sangat aneh ini, tak kuasa lagi ia tertawa
geli.
"Apa yang kau tertawakan?" bentak seebun Giokhiong
semakin gusar.
"Betul juga apa yang nona katakan, aku Lim Han- kim
dengan sedikit kepandaian yang kumiliki ternyata selalu
terpaksa terlibat dalam pertikaian antara jago-jago lihai
berotak cerdas macam kalian. Kalau dipikirkan kembali
sungguh aneh."
"sedikit pun tidak aneh," suara seseorang yang lembut
dan halus ikut menimbrung, "Hal ini bukan kehadiranmu
yang sangat kebetulan, melainkan karena di hati kecil
mereka sama-sama merindukan dirimu hingga sengaja
atau tak sengaja kau menjadi pusatnya semua perkara,
pertikaian dan perselisihan pun selalu timbul di depanmu,
otomatis kau selalu terlibat dalam kejadian-kejadian ini"

2824
Ketika semua orang berpaling, tampak Pek si-hiang
sedang pelan-pelan bangkit berdiri dan mengawasi setiap
orang yang hadir di dalam ruang perahu itu.
"siapa yang membebaskan kau dari totokan?" tegur
Lim Han- kim setelah tertegun sejenak.
Pek si-hiang tersenyum, "Tatkala menotok jalan
darahku tadi, kau menggunakan tenaga kelewat ringan,
otomatis aku bisa membebaskannya dengan gampang."
"Aaaai, semestinya aku dapat menduga kalau kau
mampu membebaskan diri dari pengaruh totokan, Tahu
begini, sepantasnya bila kutotok lebih banyak lagi jalan
darahmu"
"Percuma, asal aku dapat menghimpun hawa murniku
untuk menembusi nadi-nadi penting, satu jalan darah
atau sepuluh buah jalan darah adalah sama saja bagiku"
Entah kenapa, seebun Giok-hiong yang garang dan
ganas begitu berjumpa dengan Pek si-hiang, dalam
hatinya segera timbul perasaan ngeri dan takut yang luar
biasa, Begitu melihat gadis itu sudah sadar kembali,
kegarangannya kontan surut sebagian besar.
Pek si-hiang angkat kepalanya memandang Pangeran
pedang sekejap. lalu serunya: " Cepat perintahkan anak
buahmu untuk membebaskan kedua orang dayangku"
Pangeran pedang segera merasa bahwa kecantikan
wajah gadis ini tidak berada di bawah kecantikan seebun
Giok-hiong, bahkan bila dibandingkan, ia memiliki gaya
kelembutan yang menawan hati. Tak kuasa lagi hatinya
tergerak. pikirnya: "Tak kusangka gadis daratan
Tionggoan begitu cantik bak bidadari dari kahyangan.

2825
seandainya aku dapat membawa pulang kedua orang ini
ke Lam-hay dan kujadikan selirku, tidak sia-sia
perjalananku kali ini.."
Baru selesai dia berpikir, sambil tertawa dingin Pek sihiang
telah menegur "HHmmmm Kematian sudah di
depan mata, kau masih berani membayangkan hal yang
bukan-bukan."
Dengan perasaan terkejut pangeran pedang bertanya:
"Ada apa?"
Rupanya ia begitu kesemsem membayangkan
bagaimana dirinya membawa kedua orang gadis itu
pulang ke Lam-hay dan dijadikan selirnya sehingga ia
hampir tak mendengar apa yang sedang diucapkan Pek
si-hiang.
Dengan nada ketus kembali Pek si-hiang berseru:
"suruh anak buahmu membebaskan kedua orang
dayangku"
Pangeran pedang termenung berpikir se-jenak,
kemudian sahutnya: "Baiklah..." setelah berhenti
sejenak. sambil menengok keluar ruang perahu, ia
berseru lagi sambil memberi tanda: "Bebaskan kedua
orang nona itu"
Rupanya geladak perahu itu sudah dipenuhi kawanan
lelaki berbaju sutera, Hanya saja, sebelum mendapat
perintah dari pangeran pedang, mereka tak berani
menyerbu masuk.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat di depan
pintu ruang perahu, siok-bwee dan Hiang-kiok telah
masuk secara beruntun, sekujur badan dua orang

2826
dayang itu sudah dipenuhi dengan luka, darah segar
masih bercucuran membasahi bajunya.
Pek si-hiang melirik dua orang dayangnya itu sekejap,
lalu menegur: "Parah tidak luka kalian?"
"Luka kami tidak parah, nona tak perlu cemas "jawab
dua orang dayang itu serentak.
"Kemarilah kamu berdua"
Dua orang dayang itu saling bertukar pandang
sekejap. lalu bersama-sama menghampiri Pek si-hiang.
"Ada perintah apa nona?"
Dengan kecepatan luar biasa Pek si-hiang menotok
jalan darah di tubuh kedua orang dayang itu, kemudian
baru katanya: "Sekarang kamu berdua boleh duduk
bersemedi dulu."
Tertotok jalan darahnya, kedua orang dayang itu tak
banyak bicara lagi, Dengan langkah lamban mereka
menuju ke sudut ruangan di belakang Pek si-hiang dan
duduk bersemedi di situ.
Pelan-pelan Pek si-hiang menyapu sekejap orangorang
yang berada dalam ruang perahu, lalu katanya: "Li
Tiong-hui, seebun Giok-hiong, sudah kalian ulangi
sepuluh kali?"
"Belum" Li Tiong-hui menggeleng.
"Kenapa?"
"Bukan kesalahan mereka untuk tidak menepati janji,
akulah yang telah menotok jalan darah mereka,"
timbrung Lim Han-kim tiba-tiba.

2827
Pek si-hiang segera berkerut kening, omelnya: "Kau
memang lelaki bawel, selalu gemar mencampuri urusan
orang lain"
"Dan aku sudah mencampurinya sekarang..."
"Mulai saat ini kuanjurkan kepadamu agar keluar dari
lingkaran ini, jangan campuri urusan ini lagi," tukas Pek
si-hiang ketus.
"sayang sekali ucapan nona tersebut sudah sangat
terlambat saat ini," jengek Lim Han-kim cepat.
"Jadi kau ngotot ingin mencampurinya juga?"
"Benar, setelah mencampurinya, terpaksa aku harus
mencampuri hingga akhir"
sambil menghela napas panjang Pek si-hiang
gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya: "Lim
Han-kim, wahai Lim Han-kim, kau betul-betul manusia
tak tahu diri" Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... asal aku merasa tindakanku ini benar,
biarpun harus mati, aku tak pernah memikirkannya
dalam hati..."
"oooh, jadi kau benar-benar ingin mati?" bentak Pek
si-hiang nyaring, Tiba-tiba ia mengayunkan tangannya
melancarkan sebuah pukulan.
serangan ini dilancarkan dengan kecepatan luar biasa,
ibarat sambaran petir di tengah udara, segulung angin
pukulan yang dahsyat langsung menghantam dada Lim
Han-kim.

2828
Tahu akan datangnya ancaman tesebut, Lim Han-kim
berusaha untuk menghindarkan diri, sayang terlambat...
Duuuuk serangan tersebut bersarang telak di dadanya.
Gempuran ini bukan saja dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, lagipula amat berat dan dahsyat...
sekujur badan Lim Han- kim kelihatan bergoncang
keras, sambil mundur sempoyongan ia muntahkan darah
segar dan kemudian-.. badannya roboh terjungkal ke
tanah.
Li Tiong-hui segera merasa meluapnya hawa amarah
dalam dadanya, dengan amarah yang meledak-ledak
bentaknya keras: "Kau benar-benar ingin
membunuhnya?" sambil menerjang ke muka, sebuah
pukulan dilontarkan.
Dengan cekatan Pek si-hiang miringkan badannya
menghindar dari gempuran itu, mendadak terasa
segulung tenaga pukulan yang kuat kembali mendesak
tiba.
Gagal dengan serangan pertama, tanpa mengubah
gerak jurusnya, Li Tiong-hui memutar badan sambil
menubruk kembali. semua jurus dan gerakan yang
digunakan merupakan jurus-jurus adu nyawa.
Diam-diam Pek si-hiang menggeretak gigi sambil
mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyambut
serangan tersebut dengan keras melawan keras, Tangan
kanannya diayunkan, kembali ia lepaskan sebuah
pukulan untuk menghantam Li Tiong-hui.
Ketika dua gulung tenaga saling bertemu, terjadilah
benturan keras yang memekakkan telinga. Gerak maju Li

2829
Tiong-hui segera terbendung oleh tenaga benturan itu
hingga bergetar keras dan mundur dua langkah.
sebaliknya, Pek si-hiang tetap berdiri tenang di tempat
semula. Rupanya ia telah memanfaatkan siasat "pinjam
tenaga memukul lawan" untuk memanfaatkan kekuatan
musuh yang menerjang tiba guna dikembalikan
menghantam diri sendiri.
Melihat keampuhan gadis itu, seebun Giok-hiong
berseru keras: "Baru berpisah berapa hari tak nyana
kemajuan yang berhasil kau capai telah mencapai
tingkatan yang begitu hebat."
sembari berkata, ia turut menerjang ke muka. Di
antara kilatan cahaya pedang yang membias di angkasa,
dia langsung membacok tubuh Pek si-hiang.
Pada saat itu Li Tiong-hui telah memungut sebilah
golok panjang dan menerjang lagi ke arah Pek si-hiang
tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat
datangnya ancaman dari dua arah, dengan cepat pula
Pek si- hiang merogoh ke dalam sakunya dan
mengeluarkan sebilah pedang pendek yang
memancarkan cahaya tajam.
Ia berkelit ke samping dengan cekatan untuk
menghindarkan diri dari serangan golok Li Tiong-hui,
kemudian pedangnya diayun ke samping menyapu
pedang seebun Giok-hiong.
"Hati- hati nona seebun" teriak Li Tiong-hui cepat
"Pedang yang dipergunakan amat tajam dan luar biasa"
"Terima kasih atas petunjukmu" sahut seebun Giokhiong.
Dengan cepat ia menarik kembali kutungan

2830
pedangnya dan berkata lebih lanjut: "Nona Li, bila kau
berniat membalaskan dendam bagi Lim siangkong, untuk
sementara waktu kita dapat kesampingkan dulu
permusuhan di antara kita berdua"
"Memang itulah yang kuharapkan" seru Li Tiong-hui.
Golok di tangannya segera diayunkan kembali ke muka
dan secara beruntun melancarkan enam kali bacokan.
Pedang pendek di tangan Pek si-hiang memang tajam
luar biasa dan sanggup mengutungi senjata jenis apa
pun, tapi sayang Li Tiong-hui sudah memperhatikan hal
tersebut ia lantas bertindak lebih berhati-hati dan selalu
berusaha menghindari bentrokan dengan senjata lawan.
Terdengar seebun Giok-hiong membentak nyaring,
sambil memutar kutungan pedangnya ia menyerbu maju
lagi ke depan.
Menghadapi serangan gencar dua tokoh sakti ini, Pek
si-hiang mulai kewalahan dan keteter hebat kendati
senjata yang diandalkan adalah sebilah pedang mestika.
Dengan berkobarnya pertarungan sengit antara ketiga
orang gadis tersebut, untuk sementara waktu kehadiran
Pangeran pedang pun terkesampingkan-
Pangeran pedang hanya berdiri termangu sambil
mempermainkan pedang di tangannya, untuk sesaat dia
tak tahu harus membantu pihak yang mana. Pek si-hiang
belum lama berlatih ilmu silat, kendatipun ilmu sesat
sembilan iblis membuatnya memperoleh kemajuan yang
amat pesat, namun waktu latihan yang relatif singkat
membuat pondasinya kurang kokoh. otomatis, dalam
pertarungan sungguhan, banyak gerakan yang tak sesuai
dengan kehendak hatinya.

2831
Di tengah pertarungan, mendadak terdengar suara
bentakan-bentakan nyaring bergema tiba, agaknya di
luar geladak telah meletus pula suatu pertarungan
sengit.
Buru-buru seebun Giok-hiong melancarkan dua
serangan gencar untuk mendesak mundur Pek si-hiang,
kemudian serunya: "Apa yang terjadi?"
Ia sudah terbiasa pergi ke sana kemari dengan
membawa anak buah dalam jumlah banyak setelah
pertanyaan itu diajukan, ia baru sadar bahwa dirinya
hanya seorang diri, berarti pertanyaan tersebut
sesungguhnya tak ada gunanya.
Terdengar Pangeran pedang menyahut dengan
lantang "Entah dari mana datangnya begitu banyak jago
dunia persilatan, mereka telah menyerbu naik ke atas
perahu "
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, mendadak
suara bentakan keras dari Ciu Huang bergema tiba,
menyusul kemudian dua orang lelaki berbaju sutera yang
berdiri di muka pintu roboh terjungkal.
sambil tertawa dingin seebun Giok-hiong segera
berseru: "Li Tiong-hui, bala bantuanmu telah tiba."
sementara itu Ciu Huang telah menyerbu masuk ke
dalam ruang perahu, setelah memandang sekejap situasi
di sana, ia segera menegur dengan suara keras.
"Bengcu, baik-baikkah kau?"
"Aku sangat baik" jawab Li Tiong-hui cepat Kemudian
setelah berhenti sejenak, lanjutnya: "Kau hanya datang
seorang diri?"

2832
"Selain aku, masih ada si Dewa jinsom Phang Thianhua,
Hongpo Tiang- hong serta Kim-hud totiang"
Li Tiong-hui segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah Pangeran pedang, serunya lagi: "Perintahkan anak
buahmu agar segera berhenti, meskipun para pengawal
elitmu terdiri dari jago-jago pilihan, mereka masih bukan
tandingan para jago kelas satu dari daratan Tionggoan"
Pangeran pedang mencoba menengok ke luar, betul
juga hampir separuh dari pasukan pengawal elitnya
sudah roboh terkapar di atas geladak, melihat itu segera
bentaknya keras: "Berhenti"
Tampaknya pasukan pengawal elit itu sangat menaruh
hormat terhadap Pangeran pedang, Begitu perintah
diturunkan, serentak mereka menghentikan
serangannya.
Di pihak lain, pertarungan antara Pek si-hiang
melawan seebun Giok-hiong berdua pun ikut berhenti
juga.
Terlihat bayangan manusia berkelebat lewat, Phang
Thian-hua sambil memutar tongkatnya, Hongpo Tianghong
sambil menghunus pedang dan Kim-hud lotiang
dengan senjata kebutannya telah menyerbu masuk ke
dalam ruang perahu.
Kawanan jago ini rata-rata pada menaruh hormat
terhadap Pek si-hiang, serentak mereka anggukkan
kepala memberi hormat.
sambil tersenyum Pek si- hiang menarik kembali
pedang pendeknya seraya menyapa: "Baik-baikkah
saudara sekalian?"

2833
"Terima kasih atas doa restu nona." jawab Phang
Thian-hua dan Ciu Huang sekalian serentak.
sambil tertawa hambar tiba-tiba seebun Giok-hiong
menyela: "Li Tiong-hui, aku takut kau sudah tak mampu
mengendalikan kawanan jago lihay yang menjadi anak
buahmu itu"
"Aaaai... mereka memang menaruh sikap yang sangat
menghormat terhadap nona Pek, tak disangka wataknya
kini telah berubah seratus delapan puluh derajat" Li
Tiong-hui menghela napas panjang.
Agak termangu ciu Huang berpaling memandang Li
Tiong-hui sekejap. tegasnya: " Watak siapa yang telah
berubah?"
"Pek Si-hiang Pek Si-hiang yang kau jumpai saat ini
sudah bukan nona Pek yang kita jumpai dulu."
"Kenapa?" tanya Phang Thian-hua keheranan
"Gara-gara ingin selamatkan jiwanya dari kematian, ia
telah berlatih semacam ilmu sesat yang membuat watak
serta perangainya mengalami perubahan drastis, nyaris
ia sudah berubah menjadi seseorang yang lain."
"Berubah jadi apa?"
"Berubah jadi egois, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. ia seakan-akan seseorang yang
lain."
"Aaaah, masa ada kejadian macam begini di dunia
ini?" seru Ciu Huang agak tak percaya.
"Yaa, masa betul? yang kuketahui selama ini, ilmu silat
memang bisa mengubah seseorang dari lemah menjadi

2834
kuat, tapi belum pernah kudengar kalau ilmu silat dapat
mengubah perangai seseorang," sambung Hongpo Tianghong.
Dengan langkah lebar ciu Huang menghampiri Pek sihiang,
tiba di hadapannya ia segera menegur "Nona Pek,
masih ingat dengan aku, Ciu Huang si tua bangka?"
"Kalian mesti ekstra hati-hati" teriak Li Tiong-hui
dengan suara tinggi, "jangan biarkan tubuh kalian
tertusuk oleh serangan pedangnya yang tiba-tiba"
walaupun dalam hati kecilnya Ciu Huang belum
percaya, tapi setelah diperingatkan Li Tiong-hui, mau tak
mau ia tingkatkan juga kewaspadaannya, Diam-diam
hawa murninya dihimpun ke dalam tangan untuk bersiap
sedia, sementara di hati kecilnya ia berpikir
"Masa betul nona Pek sekejam itu hingga kenalan
sendiri pun diserang secara membabi buta?"
Dalam saat itu Pek si-hiang telah menegur "Kau
bernama Ciu Huang?"
"Benar"
"Kalau begitu, bekuklah Li Tiong-hui dan bawa
menghadap ke depanku" Agak tertegun Ciu Huang, ia
lalu berusaha membantah.
"Tapi... nona Li adalah Bulim Bengcu, pemimpin
masyarakat persilatan dewasa ini, setiap anggota
persilatan menaruh hormat padanya, mana boleh
kutangkap dia untuk diserahkan kepadamu?"
"Kenapa?Jadi kau enggan membekuknya untukku?"
tegur Pek si-hiang dingin.

2835
"Benar"
Mendadak Pek si-hiang menggetarkan tangannya,
Diiringi hiasan cahaya tajam, pedang usus ikannya yang
tajam langsung menusuk ke dada jago tua ini.
Untung ciu Huang sudah membuat persiapan buruburu
ia mengegos ke samping menghindarkan diri dari
sergapan itu
Tak terlukiskan kecepatan gerak Pek si-hiang dalam
serangannya ini, kendatipun ciu Huang sudah membuat
persiapan hingga jalan darah kematiannya bisa terhindar
dari sergapan maut, namun ia tetap gagal
menghindarkan diri dari buruan cahaya tajam pedang
usus ikan tersebut sreeeeet
Diiringi desingan angin tajam, pedang itu menyambar
lewat dari atas lengan sekalian merobek ujung baju yang
dikenakannya.
Dengan perasaan terkesiap ciu Huang berpikir "Masih
untung Li Tiong-hui memberi peringatan agar aku
bersiap sedia, Coba kalau tidak. sekalipun tusukan
tersebut belum tentu sanggup menewaskan aku, paling
tidak sebuah lengan kananku bakal menjadi Korban siasia"
Belum habis ingatan tersebut melintas, kembali cahaya
tajam berkelebat lewat, serangan berikut telah menyusul
tiba.
Kali ini Ciu Huang tak berani gegabah lagi, hawa
murninya segera dihimpun ia lalu menjejakkan kakinya
ke tanah dan meluncur mundur sejauh tiga depa dengan
gerakan cepat

2836
Ketika dua kali serangannya gagal mengenai sasaran,
ternyata Pek Si-hiang tidak mengedar lebih jauh.
"Saudara ciu." Phang Thian-hua segera berbisik "Apa
yang telah terjadi denganmu?"
"Aku sendiri pun heran, Saudara Phang, kau hebat
dalam ilmu pertabiban dan obat-obatan, coba pikirlah,
adakah penyakit aneh seperti yang dialami nona Pek...?"
Mendadak ia saksikan Lim Han-kim yang terkapar
luka, buru-buru dihampirinya pemuda itu. Seraya
membopongnya, ia lalu menegur: "Siapa yang telah
melukainya?"
"Pek Si-hiang..."
"Waaah, kalau begitu Pek Si-hiang betul-betul sudah
gila"
"Benar, Li Tiong-hui membenarkan "Aaaai... andaikata
Lim Han-kim tidak turun tangan menolong, mungkin aku
serta Seebun Glok-hiong tak mampu berdiri lagi di sini
bertemu dengan saudara sekalian-"
"Aaaah, masa begitu?" Phang Thian-hua keheranan
"Dapatkah Bengcu menerangkan lebih jelas?"
"Aaaai... panjang untuk diceritakan-" Li Tiong-hui
menghela napas panjang. "Lebih baik kita periksa dulu
luka yang diderita Lim Han-kim."
Dengan langkah lebar Phang Thian-hua menghampiri
ciu Huang dan periksa denyut nadi pada pergelangan
tangan kirinya, kemudian ia berbisik: "Luka yang
dideritanya cukup parah"
"Dia terluka oleh pukulan tenaga dalam Pek si-hiang"

2837
0oo0
Jilid:21
"Masih ada harapan untuk ditolong?" sela seebun
Giok-hiong dingin
"Bila ditolong dan diobati sekarang juga, mungkin
jiwanya masih bisa ditolong, tapi kalau sampai tertunda
dua-tiga jam kemudian, aku tak yakin dapat mengobati
lukanya."
"separah itu?" Berubah hebat wajah Li Tiong-hui.
"Aku berbicara sesuai dengan kenyataan."
"Baik Kalau begitu kumohon kepadamu agar
mengobati lukanya sekarang juga,"
"Di dalam ruang perahu ini?" phang Thian-hua
berpaling memandang sekejap sekeliling tempat itu.
"Yaa, ada apa? Biarpun situasi di sini agak gawat, aku
rasa kita sudah tak perlu memperdulikan masalah
tersebut lagi."
Phang Thian-hua menyahut bersama Ciu Huang
mereka mengundurkan diri ke sudut ruangan dan
berjongkok di sana.
Kepada Kim-hud totiang dan Hongpo Tiang- hong, Li
Tiong-hui segera berbisik lirih:
"Sementara waktu kalian tak usah turun tangan, awasi
saja gerak-gerik si pangeran pedang beserta anak
buahnya..."

2838
Lalu sambil berpaling kembali ke arah see-bun Giokhiong,
lanjutnya: "Nona seebun"
"Ada apa?" seebun Giok-hiong tertawa dingin
"saat ini kita berhadapan sebagai teman atau musuh?"
"Bila kau beranggapan bahwa inilah saat baik bagimu
untuk menaklukkan aku setelah tibanya bala bantuanmu,
lebih baik aku berhadapan denganmu sebagai musuh
saja."
"Yaa, betul Bagaimana pun, toh pada akhirnya kalian
berdua harus berduel dan bertarung habis-habisan"
sambung Pek si-hiang tiba-tiba.
seebun Giok-hiong tertawa tergelak. "sayang sekali,
sebelum pertarungan antara kami berdua berlangsung,
kami akan menghadapi kau Pek si-hiang, terlebih dulu"
Pek si-hiang tertawa terkekeh-kekeh: "Ha ha ha...
bagaimana? Apakah kau berpendapat bahwa
kemenangan sudah pasti berada dalam genggamanmu
hari ini?"
"Pek si-hiang" Tiba-tiba seebun Giok-hiong berbicara
serius, "Kini kau sudah pandai bersilat, berarti aku dapat
membunuhmu sekarang tanpa khawatir dicemooh orang
karena melukai seorang gadis lemah."
"Hanya mengandalkan kekuatanmu seorang?" ejek
Pek si-hiang.
"Benar, beranikah kau berduel habis-habisan
denganku dengan mengandalkan kepandaian masingmasing?
"

2839
"Kenapa kau tidak bergabung saja dengan Li Tionghui?"
"Barusan kami sudah sempat bertarung berapa
gebrakan, siapa menang siapa kalah di hati kecil masingmasing
sudah peroleh jawaban yang tepat. Aku rasa
tidak usah orang lain membantuku lagi."
"Hmmm, melihat sikapmu yang begitu optimis,
seakan-akan aku pasti keok di tanganmu saja.
Tampaknya bila kesempatan mencoba tidak kuberikan,
kau benar-benar beranggapan bahwa kepandaian silatmu
sudah tiada tandingannya di kolong langit..." Pelan-pelan
dia maju dua langkah, kemudian terusnya: "silakan mulai
menyerang"
sementara itu dalam hati kecilnya seebun Giok-hiong
sudah membuat perhitungan, ia yakin bukan masalah
yang terlampau sulit baginya untuk membunuh Pek sihiang
dengan andalkan kepandaian yang dimilikinya.
Akan tetapi rasa kedernya tetap tak dapat hilang, ia
merasa kecerdasan gadis tersebut sukar untuk diraba,
maka ketika melihat Pek si-hiang menghampirinya, tibatiba
saja ia merasa bergidik dan amat takut.
sembari menyilangkan pedangnya di depan dada, Pek
si-hiang berkata sambil tertawa: "seebun Giok-hiong,
kenapa tidak mulai menyerang?"
"Hmmm, sekalipun ilmu sembilan iblismu sudah
peroleh kemajuan yang luar biasa, kau tetap masih
bukan tandinganku" kata seebun Giok-hiong dengan
kening berkerut.

2840
Ucapan yang membangkitkan kembali keberaniannya
ini membuat gadis itu maju selangkah ke muka,
senjatanya segera dipersiapkan.
Pek si-hiang tersenyum, ucapnya: "Apabila kemajuan
yang dicapai dalam mempelajari ilmu sembilan iblis
hanya kecil sekali, buat apa kupelajari ilmu tersebut?"
Tiba-tiba Hongpo Tiang-hong menimbrung sambil
menggetarkan gedang dalam genggamannya: "Nona
telah pelajari ilmu sesat sembilan iblis?"
Pelan-pelan Pek si-hiang berpaling, ditatapnya Hongpo
Tiang-hong sambil tersenyum manis, kemudian
sahutnya: "Yaa, kenapa?
Li Tiong-hui segera merasakan betapa memikatnya
senyuman gadis tersebut, tak kuasa jantungnya berdebar
keras.
Hongpo Tiang-hong pejamkan matanya rapat-rapat
seraya berteriak keras: " Hati- hati, senyuman tersebut
adalah "senyuman maut pencabut nyawa" dari ilmu sesat
sembilan iblis"
Pek si- hiang tidak menyia-nyiakan kesempatan baik
ini, mendadak pedangnya bergetar melepaskan sebuah
tusukan
Tampak peluh sebesar kacang kedele bercucuran
membasahi wajah Hongpo Tiang-hong, ia kelihatan
masih pejamkan mata rapat-rapat, terhadap datangnya
serangan ternyata ia tidak menghindar
Melihat ancaman maut tersebut Kim-hud totiang
segera membentak keras. senjata kebutan emasnya

2841
disodokkan ke depan sementara telapak tangan kirinya
secepat kilat melepaskan satu pukulan.
Termakan pukulan dari Kim-hud lotiang yang
mendorong bahunya, tubuh Hongpo Tiang-hong segera
terlempar ke samping. Pada saat itulah tusukan kilat Pek
si-hiang menyambar lewat, lengan kiri Hongpo Tianghong
kontan tersambar robek hingga bercucuran darah
segar.
Gagal membinasakan musuhnya, Pek si-hiang
melanjutkan serangan mautnya, Kali ini dia sambut
datangnya serangan kebutan emas dari Kim-hud totiang.
Buru-buru tosu kebutan emas ini menarik ke belakang
senjatanya, dia segan beradu senjata dengan pedang
mestika lawan,
secepat kilat pula Pek si- hiang menarik kembali
senjatanya, lalu sambil mengawasi tosu itu tajam-tajam,
tegurnya: "Totiang, sungguh hebat jurus serangan ilmu
kebutanmu, aku merasa sangat kagum."
"Terima kasih atas pujianmu ..."
sambil berkata dia angkat wajahnya, tapi tosu itu
segera tertegun, Ternyata Pek si-hiang sedang
menatapnya dengan air mata bercucuran wajahnya
sangat memelas.
"Aneh betul gadis ini," pikirnya, "Tidak ada persoalan
apa-apa, kenapa ia malah menangis?"
Pada saat itulah mendadak Pek si-hiang mengayunkan
tangan kanannya, secepat petir pedang mestikanya
berbalik menusuk dada Kim-hud totiang.

2842
Waktu itu Kim-hud totiang sedang termangu lantaran
isak tangis gadis tersebut, mimpi pun ia tak mengira
gadis itu bakal menyerangnya secara tiba-tiba. Dalam
posisi tak siap ini terpaksa ia salurkan seluruh hawa
murninya untuk melompat mundur dari situ.
Betapa pun cepatnya reaksi yang dilakukan, tapi
sayang semuanya sudah terlambat Bahu-nya tertusuk
telak oleh senjata lawan hingga darah segar mengucur
dengan deras.
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_6097.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Anak Pilihan : Pedang Keadilan 7 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pilihan-pedang_6097.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...