Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

"Kalau Ayah tidak membunuh orang dengan Pat t Liong
Thian Im, aku pikir orang lain pun tidak akan mencelakai
Ayah! Hari itu di rumah besar, ketika sedang hujan deras,
Ayah menyembunyikan Pat Liong Khim, itu nyaris membuat
nyawaku melayang, Untung Nona Tam menyelamatkanku!"
Liok Ci Khim Mo tertawa.
"Siapa suruh kau tidak melihat jelas wajahku? Tapi sejak
itu aku pun tahu Busur Api yang amat penting itu ternyata
telah muncul!"
Tertegun Lu Leng mendengar itu, sebab Liok Ci Khim Mo
mengatakan Busur Api yang amat penting, Apa pentingnya?
pikir Lu Leng semakin penasaran.
"Busur Api berada di tangan ku, kenapa Ayah bilang amat
penting?"
Liok Ci Khim Mo tertawa geLak.
"Ha ha hal Semua orang tahu, Pat Liong Thian Im tiada
lawannya. Kau tidak tahu, Nak. Lawannya yaitu Busur Api
yang sekarang jadi milikmu ini...."
Mendengar itu, giranglah Lu Leng, Dia sama sekali tidak
menyangka, Busur Api itu dapat melawan Pat Liong Thian Im.

1340
Namun dia tak tahu bagaimana caranya, Lu Leng menahan
nafasnya. Dirinya belum berani turun tangan, sebab kalau
gagal melancarkan serangan gelap itu, dia akan tetap tak tahu
bagaimana cara menggunakan Busur Api melawan Pat Liong
Thian 1m.
"Ayah, bagaimana Busur Api dapat melawan Pat Liong
Thian lm?"
Liok Ci Khim Mo menyahut dingin,
"Binalang kecil, setelah kau tahu caranya, apakah berniat
mencelakai ayahmu?"
Oey Sim Tit menyahut gugup,
"Ayah, tidak gampang aku tahu asal-usulku! Kau adalah
Ayahku, bagaimana mungkin aku mencelakai Ayah? Kemarin
aku mengambil Pat Liong Khim, hanya karena..."
Sebelum usai Oey Sim Tit berkata, Liok Ci Khim Mo sudah
membentak.
"Tidak usah dikatakan lagi, perkataanmu itu tidak dapat
masuk ke dalam telinga ayah, Memberitahu padamu tidak
apa-apa. Sebab, tiada Panah Bulu Api, Busur Apimu itu tiada
guna nya !"
"Apa itu Panah Bulu Api?" tanya Oey Sim Tit terkejut.
"Di sini tidak ada orang lain, biar aku jelaskan pada mu.
Tiga ratus tahun lalu, Pat Liong Thian Im juga pernah muncul
Orang yang memegangnya saat itu adalah orang yang
mempunyai dendam berdarah, musuh besarnya
berkepandaian amat tinggi! Setelah memperoleh Pat Liong

1341
Thian Im, orang itu mulai membalas dendam, sehingga
menimbulkan petaka dalam rimba persilatan Hingga ketika
Busur Api muncul, saat itu masih terdapat tujuh batang Panah
Bulu Api. Kalau memanah dengan Panah Bulu Api, maka dapat
menahan sejauh empat lima mil, tenaganya tidak akan
berkurang sama sekali!"
Oey Sim Tit terperanjat
"Oh? Ternyata begitu, aku sama sekali tidak tahu!"
"Kebetulan Busur Api dan Panah Bulu Api jatuh ke tangan
musuh besar itu, Maka saat pemiliknya memetik tali senar Pat
Liong Khim di sebuah puncak, musuh besar itu ternyata
berada di puncak seberang, Dia melepaskan tujuh kali Panah
Bulu Api. Orang itu terluka parah, namun tidak mati, Musuh
besarnya langsung ke puncak seberang dan terjadi
pertarungan mati-niatian. Akhirnya mereka berdua mati
bersama, maka Pat Liong Khim, Pat Liong Thian Im, dan Busur
Api berada di puncak gunung itu!"
"Kalau begitu, tujuh batang Panah Bulu Api juga harus
berada di sana!"
Liok Ci Khim Mo menyahut
"Kedua orang itu setelah terluka parah jadi menyesal
sekali. Mereka meninggalkan tulisan di tanah tentang kejadian
mereka berdua, tapi tidak menjelaskan berada di mana
ketujuh batang Panah Bulu Api itu. Kami pernah mencari,
namun tidak ketemu!"
Oey Sim Tit terbelalak kaget mendengar penjelasan
ayahnya.

1342
"Ayah, kalau ketujuh batang Panah Bulu Api itu muncuI,
bukankah amat membahayakan?"
Ucapan tersebut dicetuskannya dengan setulus hati, Oey
Sim Tit tidak setuju akan perbuatan ayahnya, namun dia
berhati jujur dan lurus, sesuai dengan dugaan Cit Sat Sin Kun-
Tam Sen, akhirnya dia mengembalikan Pat Liong Khim itu
kepada ayahnya, seandainya Panah Bulu Api itu muncul,
tentunya amat membahayakan diri ayahnya, itu yang
dicernakan Oey Sim Til.
Liok Ci Khim Mo tertawa gelak,
"Ha ha ha! Anak bodoh, Busur Api berada padamu,
Ginkangmu amat tinggi, siapa dapat merebutnya dari
tanganmu? Kalau kau tidak mengkhianati ayah, Panah Bulu
Api muncul pun tidak masalah! Ya, kan?"
Oey Sim Tit manggut-manggut
"Tidak salah, Ayah!"
Apa yang dibicarakan mereka berdua, tiada sepatah kata
pun terlewat dari telinga Lu Leng. Dapat dibayangkan, betapa
girangnya hati Lu Leng saat itu.
Liok Ci Khim Mo menganggap di tempat itu tiada orang
ketiga, maka membeberkan rahasia secara gamblang kepada
putranya, sedangkan ketujuh batang Panah Bulu Api masih
belum ditemukan Kemungkinan besar masih berada di gunung
Tang Ku Sat itu. Asal menemukan ketujuh batang Panah Bulu
Api, berarti urusan telah berhasil sebagian.
Walau Oey Sim Tit memiliki Ginkang yang amat tinggi,
boleh dikatakan tiada seorang pun dapat menandinginya, juga

1343
tidak gampang merebut Busur Api itu dari tangannya, Lagi
pula setelah Liok Ci Khim Mo mengatakan begitu, dia pasti
lebih berhati-hati,
Bagian 29
Kini hanya Lu Leng seorang diri yang mengetahui rahasia
besar ini. Oleh karena itu, Lu Leng pun mulai
mempertimbangkan Dia berpikir keras bagaimana cara untuk
mengalahkan tokoh bengis ini.
"Mereka telah pergi, aku tidak takut! Aku akan ke tempat
mereka, apakah mereka dapat meloloskan diri?" ujar Liok Ci
Khim Mo pada anaknya sendiri.
Tak seberapa lama kemudian, Lu Leng sudah melihat
mereka, ternyata mereka berdua berputar berjalan di depan
Lu Leng.
Seketika perasaan Lu Leng jadi tegang dan penuh emosi.
Kalau mengikuti rencana semula, dia akan menyerang Liok Ci
Khim Mo dari belakang, itu merupakan kesempatan baik
baginya, Akan tetapi, kepandaian Liok Ci Khim Mo cukup
lumayan. Apabila serangannya gagal, berarti dirinya yang akan
binasa, Tentang rahasia yang diketahuinya itu, juga akan ikut
terkubur selamanya.
Kalau tadi Lu Leng tidak mendengar tentang rahasia itu,
saat ini dia pasti sudah menyerang Liok Ci Khim Mo dengan
golok pusaka di tangannya, padahal kalau sampai gagal, ini
sangat menyangkut nasib kehidupan rimba persilatan

1344
Oleh karena itu, walau Liok Ci Khim Mo sudah berada di
depannya, dia tetap harus mempertimbangkan secara hatihati,
Tidak boleh bertindak gegabah tanpa pertimbangan
matang.
Di saat dia sedang mempertimbangkan itu, Liok Ci Khim
Mo dan Oey Sim Tit sudah semakin jauh,
Lu Leng baru tersadar bahwa dirinya saat ini sangat
berperan sebagai pemegang kunci atas hancur dan damainya
kehidupan rimba persilatan.
Dialah seorang pemegang rahasia atas kedua tokoh anak
dan bapak ini.
Kebimbangan dan rasa sesal menyergap hatinya, Saat ini
dia tak tahu, apakah dirinya akan menjadi pencipta
perdamaian atau malapetaka bagi rimba persilatan.
Lama sekali pemuda itu tertegun di tempat
persembunyiannya. sementara itu Liok Ci Khim Mo dan Oey
Sim Tit sudah tidak kelihatan Lu Leng berpikir, Sui Cing Siansu
telah meninggalkan kuilnya pergi ke Thian Tok. Yang lain pasti
sudah menghindar entah ke mana, Maka Liok Ci pasti tidak
dapat menemukan mereka, kecuali bertemu di tengah jalan,
Lu Leng tidak berani lama-lama di situ, dia mengambil
keputusan pergi ke gunung Tang Ku Sat mencari Panah Bulu
Api. setelah itu baru mengambil keputusan lagi.
Maka dia segera melesat pergi meninggalkan gunung Go
Bi San.
Ketika sampai di sebuah puncak, dia melihat satu stel
pakaian merah tergeletak di atas sebuah batu, Lu Leng

1345
tercengang, Dia kenal benar pakaian itu, pemiliknya tak lain
Tam Goat Hua.
Di saat gadis itu pergi mendadak, Lu Leng memiliki dua
dugaan. Pertama gadis itu akan membunuh diri terjun ke
jurang, kedua dia akan hidup menyendiri di suatu tempat sepi,
melewati hari-hari yang penuh penderitaan.
Dengan kedua kemungkinan itu, sudah pasti Lu Leng tidak
akan berjumpa dengannya lagi, Karena itu, hati Lu Leng
semakin berduka,
"Kakak Goat, kau... kau berada di mana?" Lu Leng
berteriak sejadi-jadinya, Namun tidak juga terdengar suara
sahutan sama sekali,
Lu Leng mendekat dan mengambil pakaian tersebut
Ternyata di batu itu terdapat sebaris tulisan yang diukir
dengan tangan, Tertegun Lu Leng, karena Tam Goat Hua
tidak memiliki Lweekang setinggi itu,
Anak Leng
Pakaian merah milik Goat Hua ini, kutemukan di sudut
batu, Dia mengalami kejadian yang amat mendukakan
hatinya, sedangkan hatiku sudah beku, Aku tahu kau pasti
melewati tempat ini, maka kutinggalkan tulisan di sini, baikbaiklah
kau menjaga diri.
Pek
Ternyata Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek yang
meninggalkan tulisan tersebut, dan khusus ditujukan kepada
Lu Leng.

1346
Lu Leng tertegun setelah membacanya, Air mata mengalir
membasahi pipi, pakaian merah Tam Goat Hua berada di situ,
tentu dirinya sudah celaka, pikirnya semakin tidak karuan. Lu
Leng menyimpan pakaian merah itu ke dalam bajunya.
Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek terdapat hubungan
cinta kasih yang amat erat sesungguhnya siapa pun tidak
bersalah dalam hal itu, Lu Leng mencintai Tam Goat Hua,
namun dia sudah setulus hati memberi selamat kepada
mereka berdua, Dia rela hidup menderita demi kebahagiaan
Tam Goat Hua dan Tong Hong Pek!. Namun petaka terjadi di
luar dugaan, Dia, Lu Leng dan Tam Goat Hua telah
terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, sehingga menyebabkan
mereka berdua melakukan perbuatan yang tidak senonoh
dalam sergapan nafsu iblis pengaruh bunyi alunan harpa sakti
itu. Kini pakaian merah Tam Goat Hua berada di situ, pertanda
kalau gadis itu sudah membunuh diri terjun ke jurang,
Berpikir sampai di sini, dendamnya terhadap Liok Ci Khim
Mo bertambah dalam. Bergejolak mendidih dalam jiwanya,
"Kakak Goat, aku tahu kau tidak membenciku Kau benci
Liok Ci Khim Mo. Aku akan menuntut balas padanya!" geram
Lu Leng sambil mendongakkan kepala ke langit Seakan
bersumpah setulus hati. Dia meninggalkan tempat itu dan
langsung menuju ke gunung Tang Ku Sat. Gunung tersebut
terletak di tengah-tengah wilayah Cing Hai dan Tibet
puncaknya sambung-menyambung ribuan mil, dan terselimuti
salju yang amat sulit didaki. Lu Leng sama sekali tidak tahu, di
puncak mana Liok Ci Khim Mo menemukan Liong Thian Im.
Maka kalau ingin mencari ketujuh batang panah Bulu Api
tersebut, sulitnya seperti mencari jarum di dasar laut.
Akan tetapi, Lu Leng sama sekali tidak memikirkan itu, Dia
terus menuju ke gunung Tang Ku Sat, kalau harus

1347
membutuhkan waktu sepuluh tahun, dia tetap akan mencari
ketujuh batang Panah Bulu Api itu!. Oleh karena itu, Lu Leng
terus melakukan perjalanan siang dan malam menuju ke
gunung Tang Ku Sat, Dalam perjalanan dia sama sekali tidak
memperlihatkan dirinya dalam kaum rimba persilatan. Maka
tidak mengalami suatu kejadian yang di luar dugaan, Sebulan
kemudian, dia sudah berada di sekitar gunung tersebut. Di
wilayah itu, penduduk semakin jarang, juga tidak tampak
tanah datar Yang ada hanya tebing yang curam.
Semakin mendekati gunung Tang Ku Sat, Lu Leng semakin
merasa sulit mencari tujuh batang Panah Bulu Api. Namun dia
tetap melakukan perjalanan. Hari itu dia memasuki sebuah
lembah. Tampak puncak gunung menjulang ke langit Dia
berhenti sambil berpikir Rasanya tak ada lagi tempat yang
harus di tuju. Namun akhirnya dia melangkah berusaha
mencari dua puncak gunung yang saling berhadapan seperti
yang dikatakan Liok Ci Khim Mo, dua tokoh yang saling
bertarung itu berdiri di dua puncak yang saling berhadapan.
Kalau dia dapat mencari dua puncak yang berhadapan itu,
bukankah sudah punya harapan?. Berpikir sampai di situ,
timbullah harapan dalam hati Lu Leng, Maka dia mulai
memperhatikan semua puncak gunung yang berada di situ,
Akan tetapi, dia tidak melihat ada sepasang puncak gunung
yang saling berhadapan.
Hampir tiga bulan Lu Leng berputar-putar di pegunungan
Tang Ku Sat. Tiga bulan kemudian datanglah musim salju. Di
pegunungan itu hanya terdapat salju dan hembusan angin
dingin. Dalam tiga bulan itu, Lu Leng hanya makan buahbuahan
yang didapat di sana. Sungguh diluar dugaan, buahbuahan
itu amat berkhasiat, sehingga membuat Lweekang Lu
Leng bertambah maju pesat Bahkan luka di dadanya telah
sembuh.

1348
Akan tetapi, luka di dalam hatinya tidak bisa sembuh,
masih terasa sakit dan pedih. Setiap kali dia berhenti
beristirahat bayangan Tam Goat Hua muncul di mata nya.
Kemudian sepertinya mendengar suara seruan gadis itu.
"Jangan sentuh aku!" Itu adalah suara seruan Tam Goat
Hua, ketika Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek memegang
bahunya. Saat itu gadis tersebut kembali ke ruang besar
Terkenang semua itu di benak Lu Leng yang nelangsa.
Teringat akan hal itu, air mata Lu Leng meleleh. Dalam
waktu tiga bulan, entah sudah berapa kali mengucurkan air
mata, jika teringat pada Tam Goat Hua. Dalam tiga bulan
pula, dia tidak memperoleh hasil apa pun, Namun Lu Leng
tidak putus asa, tetap mencari dari puncak gunung ke puncak
gunung lain.
Hari itu, hawa udara amat buruk, angin berhembus
kencang menegangkan bunga-bunga salju. Segala apa pun
yang berada di jarak beberapa depa, sama sekali tidak
kelihatan. Lu Leng mendaki puncak gunung dengan cara
memegang batu yang ada di tebing, Walau Lu Leng memiliki
Lweekang tinggi, namun beberapa kali dia nyaris terjatuh
terhembus oleh angin kencang yang berhembus dahsyat.
Sampai di tengah gunung, Lu Leng terpaksa berhenti.
KebeiuIan dia berada di atas sebuah batu datar, Ternyata batu
itu menonjol keluar dari punggung gunung, Batu besar itu
dipenuhi salju, sehingga amat licin.
Perlahan-lahan Lu Leng menggeserkan badannya ke
depan, maksudnya agar badannya menempel pada dinding
gunung. Sesampainya di dinding gunung, dia bersandar sambil
memandang ke sekelilingnya, Tidak tampak apa pun. Kecuali
bunga-bunga salju berterbangan Lu Leng menghela nafas
panjang, Dia tidak tahu kapan badai salju akan berhenti.

1349
Kalau badai salju berlangsung tujuh delapan hari,
sedangkan dia terkurung di situ, kemungkinan besar dia tidak
akan tahan, Sebab, angin terus menerus berhembus kencang
dan sangat dingin. Kalau tiada tempat berteduh, dia betulbetu!
tidak dapat bertahan. Setelah berpikir sejenak, dia mulai
meraba-raba dinding gunung, Mudah-mudahan ada goa agar
dapat berteduh, pikirnya berharap-harap cemas. Benar tak
seberapa lama dia melihat sebuah goa kecil. Dia memasuki
goa tersebut.
Begitu masuk ke dalam goa kecil itu, suara hembusan
angin yang menderu-deru tidak begitu kedengaran lagi,
Bahkan terhindar dari bunga-bunga salju. Lu Leng mulai
menghimpun hawa murni, membuat sekujur badannya mulai
terasa hangat dan nyaman. Ketika dia baru mau memejamkan
mata untuk tidur sejenak, mendadak terdengar suara helaan
nafas di atas kepalanya,
Lu Leng terkejut bukan kepalang, Selama tiga bulan dia
berada di gunung Tang Ku Sat tak pernah sekali pun bertemu
orang. Kini di dalam goa yang amat kecil itu telinganya
mendengar suara helaan nafas. Semula dia mengira
telinganya salah dengar mungkin itu cuma hembusan angin,
Akan tetapi tak lama kemudian terdengar lagi suara helaan
nafas itu, Tidak salah! itu memang suara helaan nafas
manusia, sebab Lu Leng mendengar dengan jelas sekali.
Perlahan-lahan dia membalikkan badan, lalu
mendongakkan kepala memandang ke atas, Namun suasana
begitu gelap dan tak dapat melihat apa pun. Walau mulut goa
itu kecil namun di dalamnya amat besar Lu Leng tertegun
sambil menahan nafas, Kemudian merangkak ke dalam.
Setelah berdiri, dia mulai mendengar lagi dengan penuh
perhatian Terdengar lagi suara helaan nafas, namun tiada

1350
seorang pun, Kemudian terdengar suara batuk pula. Lu Leng
yakin di dalam goa itu terdapat orang lain, Kalau goa tersebut
ada penghuninya, sudah pasti penghuninya adalah kaum
rimba persilatan yang berkepandaian tinggi, Tidak mungkin
orang biasa menghuni goa di tempat yang terasing ini. Begitu
pikir Lu Leng.
* * * *
Bab 62
Lu Leng sama sekali tidak berani bersuara, Perlahan-lahan
berjalan ke dalam. Dia bisa menduga siapa kira-kira menusia
yang menghuni goa di tebing gunung bersalju ini. Mendadak
terdengar suara seseorang, Lu Leng langsung memasang
telinga dengan penuh perhatian
"Aaah! Aku bilang lebih baik kita kabur ke seberang laut
saja! Melewati hari-hari yang tenang, tapi kau malah mau
membalas dendam. Kini kita terkurung di sini, Kalau kurang
lebih setengah bulan lamanya, kita pasti mati kelaparan!"
Lu Leng tahu itu suara wanita, Dia merasa kenal akan
suara itu, namun lupa di mana dia pernah mendengarnya,
Kemudian terdengar lagi suara lelaki yang parau.
"Kakak, kini penjahat Liok Ci itu malang-melintang dalam
rimba persilatan Biar kita menyingkir ke mana, dia pasti tidak
akan melepaskan kita! Dulu kita yang menemukan Pat Liong
Thian Im, kini hanya kita berdua yang tahu bagaimana
melawan Pat Liong Thian Im itu, Bagaimana mungkin dia akan
melepaskan kita?"
Wanita itu menyahut.

1351
"Memang tidak salah, tapi ketika kita datang ke sini, sudah
dengar penjahat Liok Ci itu telah berkumpul kembali dengan
putranya. Busur Api berada di tangan putranya!"
Lelaki itu tertawa dingin.
"Walau Busur Api berada di tangan putranya, tidak
persoalan bagi kita, Asal kita berhasil mencari Panah Bulu Api,
kita memanah mati penjahat Liok Ci bukankah kita yang akan
malang-melintang dalam rimba persilatan? Nah, walau harus
menderita sekarang, tapi tidak jadi masalah!"
Mendengar sampai di situ, tersentak hati Lu Leng, Kini dia
baru ingat siapa yang berbicara itu, Tidak lain adalah wanita
buruk rupa dan Chou Kim Kong Huang Yen, dua orang dari
Coan Tiong Liok Chou!. Begitu tahu mereka berdua, giranglah
hati Lu Leng, Sebab Liok Ci Khim Mo adalah Chou Ling Koan
Oey Tung, salah seorang Coan Tiong Liok Chou! Kini kedua
orang itu berada di dalam goa, tentunya Lu Leng merasa
gembira, sebab mereka berdua pasti tahu di mana kedua
puncak yang berhadapan itu.
Perlahan-lahan Lu Leng berjalan ke dalam, Ketika
menikung, tampak ada sedikit cahaya, yang berasal dari mulut
goa. Terlihat ada seorang wanita tinggi gemuk berwajah buruk
menakutkan, dan seorang lelaki berkaki satu, Mereka berdua
duduk di mulut goa sambil memandang keluar. Lu Leng
bersandar pada dinding goa. Gerak-geriknya sama sekali tidak
mengeluarkan suara, maka kedua orang itu tidak tahu akan
keberadaannya di situ,
Terdengar suara wanita buruk rupa,

1352
"Tidak salah katamu, dulu kita terus mencari tapi tidak
berhasil menemukan Panah Bulu Api itu. Kini kita pergi
mencari lagi, bukankah akan sia-sia juga?"
Huang Yen menghela nafas panjang,
"Aaah! Biar bagaimana pun kita harus terus mencari. Kalau
tidak berhasil menemukan Panah Bulu Api, berarti penjahat
Liok Ci masih berumur panjang!" Huang Yen berhenti sejenak,
setelah itu melanjutkan
"Berdasarkan tulisan itu, ketujuh batang Panah Bulu Api
memang telah diluncurkan. Mungkin menembus ke dalam
batu, Kalau kita cari dengan teliti, walau harus membuang
waktu satu dua tahun, pasti akan berhasil menemukannya."
Wanita buruk rupa tertawa.
"He he! Tidak berhasil menemukan tujuh batang, satu
batang pun sudah lumayan!"
Mereka berdua bercakap-cakap sejenak, lalu tidur. Lu Leng
tahu, apabila badai salju tidak berhenti, mereka berdua tidak
akan pergi. Karena itu, Lu Leng mundur dari situ, kemudian
dia juga tertidur.Entah berapa lama kemudian, barulah dia
terjaga. Mendapati suasana sepi Lu Leng segera bangun
sambil memandang ke depan, Ternyata badai salju telah
berhenti, wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu sudah
tidak kelihatan lagi di mulut goa.
Dia segera melesat ke sana, Dia melihat jejak kaki di
permukaan salju. Lu Leng girang, dia tahu mereka berdua
belum lama pergi. Maka dia mengikuti jejak-jejak itu, Dan tak
lama dia sudah turun dari puncak gunung. Jejak-jejak kaki itu
masih kelihatan, tampak pula 1obang-lobang kecil, Rupanya

1353
bekas tongkat penyanggah milik lelaki berkaki satu itu. Akan
tetapi, setelah turun dari puncak gunung, dia melihat ada
jejak kaki lain. Jejak kaki itu tidak begitu dalam. Kalau Lu Leng
tidak memperhatikan tentunya tidak akan tahu telah
bertambah jumlah jejak kaki baru.
Jejak kaki baru itu berjarak amat jauh, pertanda
Ginkangnya lebih tinggi dari si wanita buruk rupa maupun
Huang Yen lelaki berkaki satu itu. Lu Leng tertegun Dia tahu
bukan cuma dia seorang yang menguntit mereka berdua,
Ternyata masih ada orang lain, entah siapa dan apakah orang
ini melihat Lu Leng?
Karena itu, Lu Leng bertambah berhati-hati, Dia terus
bergerak ke depan, Tak lama kemudian terdengar suara
mereka berdua, Lu Leng tidak merasa khawatir akan kedua
orang itu. Yang membuatnya was-was justru orang yang satu
itu. Begitu mendengar suara kedua orang itu, Lu Leng segera
berhenti Dia bersembunyi di belakang sebuah batu besar.
Mendadak terdengar suara seruan wanita buruk rupa,
"Siapa yang mengikuti kami di belakang?"
Ketika mendengar seruan itu, Lu Leng bertambah yakin
ada orang lain mengikuti mereka. Lu Leng berada agak jauh
dari mereka. Berdasarkan kepandaian mereka, sudah pasti
tidak akan mengetahui Lu Leng mengikuti mereka. Suara
seruan itu tentunya ditujukan kepada orang yang satu itu.
Terdengar suara Chou Kim Kong Huang Yen.
"Kak, di tempat ini bagaimana mungkin ada orang
menguntit kita? jangan banyak bercuriga!"

1354
Wanita buruk rupa mendengus dingin.
"Hm! Urusan dalam rimba persilatan tak mudah diduga,
Ketika kita turun dari puncak gunung itu, aku sudah merasa
ada orang menguntit kita," sahutnya.
"Kalau begitu, kita toleh saja ke belakang, pasti kelihatan
orang itu." kata lelaki berkaki satu.
"Kita terus berjalan dulu!" sahut wanita buruk rupa.
Mereka berdua terus berjalan Walau mereka sudah agak
jauh, namun Lu Leng masih belum memunculkan diri, Dia
bukan takut terlihat oleh kedua orang itu, melainkan ingin
melihat siapa orang yang satu itu. Akan tetapi, cukup lama Lu
Leng menunggu, tak terlihat siapa pun. Lu Leng khawatir akan
membuang waktu sehingga kehilangan jejak kedua orang itu,
maka segera mengikuti mereka. Lu Leng terus mengikuti
mereka hingga hari mulai gelap, Dari jauh dia melihat kedua
orang itu berhenti di depan sebuah puncak gunung, Walau
terus mengikuti mereka berdua, tapi Lu Leng pun
memperhatikan jejak kaki yang lain.
Jarak jejak lelaki itu semakin agak jauh. Mungkin orang itu
pun sudah tahu bahwa dirinya diketahui oleh kedua orang
yang di depan, maka dia lebih berhati-hati. Lu Leng
mendongakkan kepala untuk memandang puncak gunung itu,
dan seketika juga tersentak.
Ternyata puncak gunung itu tidak begitu tinggi, hanya
kira-kira tiga atau empat mil di seberang sana. Di sana juga
tampak sebuah puncak yang tingginya sama dengan puncak
tersebut Kedua puncak itu berhadapan Kalau Lu Leng yang
mencari sendiri, tentunya tidak akan memperhatikan kedua
puncak itu. Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu mulai

1355
mendaki, dan tak lama mereka sudah sampai di pinggang
gunung itu. Di saat bersamaan, Lu Leng melihat sosok
bayangan melesat ke luar dari kaki gunung. Sungguh cepat
gerakan orang itu, sehingga sekejap dia sudah bersembunyi di
belakang sebuah batu. Tak lama orang itu melesat keluar lagi
dari persembunyiannya, namun kira-kira empat lima depa
kembali bersembunyi lagi.
Gerakan orang itu memang sungguh cepat sekali. Lu Leng
melihat dia melesat dua kali, tapi sama sekali tidak melihat
jelas wajahnya... setelah melihat dia melesat ke puncak
gunung itu, Lu Leng ikut melesat ke sana. Akan tetapi,
gerakan orang itu laksana kilat. Dia, melewati kedua orang itu
dan sampai duluan di puncak gunung tersebut.
Lu Leng terus melesat ke atas dan tak lama sudah sampai
di sana. Dia lalu bersembunyi di belakang sebuah batu sambil
melongok keluar, namun orang itu sudah tidak kelihatan. Yang
tampak hanya wanita buruk dan lelaki berkaki satu, yang
keduanya sedang berdiri di puncak gunung sambil menarik
nafas dalam-dalam.
"Kakak, dulu kami berusaha menghapus tulisan itu, tapi
bekasnya pasti masih ada. Kita harus cari dengan cermat.
Akan malang melintang dalam rimba persilatan atau mati di
tangan penjahat Liok Ci, itu tergantung pada kita berhasil atau
tidak mencari ketujuh batang Panah Bulu Api tersebut"
Wanita buruk rupa itu mulai mencari ke sana ke mari,
kemudian mendadak mengeluarkan suara lirih lalu berkata.
"Lho! ini tidak benar! sepertinya ada orang datang di
tempat ini!"
Air muka Huang Yen langsung berubah.

1356
"Itu bagaimana mungkin?"
Wanita buruk rupa menunjuk sebatang ranting pohon
yang patah..
"Ketika kita ke mari, aku masih ingat tidak ada ranting
yang patah di pohon ini." Katanya.
Lu Leng yang bersembunyi di belakang batu, merasa
kagum juga terhadap wanita buruk rupa dan gemuk bagaikan
babi itu, sebab dia begitu teliti, sedangkan Huang Yen hanya
termangu-mangu.
"Mungkin terhembus angin kencang, maka ranting pohon
itu menjadi patah!" sahutnya kemudian.
Wanita buruk rupa menggeleng-gelengkan kepalanya...
"Jangan-jangan penjahat Liok Ci pernah ke mari mencari
Panah-Bulu Api?"
"Takut apa, dia belum menemukannya."
Mereka berdua bercakap-cakap sejenak, setelah itu Huang
Yen mengambil ranting yang patah itu, lalu digunakannya
untuk menyapu bunga salju di tempat itu. Lu Leng yang
bersembunyi di belakang batu tidak begitu mempedulikan
kedua orang itu, Dia justru merasa heran, karena tidak tahu
orang yang satu itu kini bersembunyi di mana. Sementara itu
Huang Yen terus menyapu bunga-bunga salju sehingga
mendekati Lu Leng, Lu Leng pun berpikir kini dirinya sudah
sampai di puncak gunung tersebut. Tujuan sudah tercapai,
maka kalaupun memunculkan diri, juga tidak apa-apa.

1357
Mengenai orang yang satu itu, setelah Lu Leng
mengendalikan wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu,
barulah mencari orang tersebut Puncak gunung itu tidak
seberapa luas, tidak mungkin tidak menemukannya, Lu Leng
mengambil keputusan begitu, maka lalu bersiap-siap
menunggu Huang Yen sampai lebih mendekat lagi, barulah
turun tangan.
Huang Yen terus menyapu bunga-bunga salju, Ketika
mendekati tempat persembunyian Lu Leng, mendadak dia
mendengar suara bentakan keras, Namun apa yang terjadi dia
pun tidak jelas, hanya tahu-tahu ada serangkum angin yang
amat kuat menyerang dadanya, sehingga membuatnya
terpental. Ternyata Lu Leng telah menyerangnya namun tidak
menggunakan Kim Kong Sin Ci. Ketika Huang Yen terpental,
Lu Leng segera bergerak cepat untuk mencengkeramnya
dengan jurus Thui Yun Nah Goat (Mendorong Awan
Mengambil Bulan), yakni salah satu jurus Kin Na Ciu (llmu
Mencengkeram), Lu Leng berhasil mencengkeram nadi Huang
Yen, dan seketika juga lelaki berkaki satu menjerit.
"Aaaakh!"
Wanita buruk rupa langsung berteriak aneh, lalu berkata.
"Ternyata benar ada orang!"
Dia mengayunkan tangannya ternyata menyerang Lu Leng
dengan senjata rahasia beracun. Tampak dua batang jarum
meluncur secepat kilat ke arah Lu Leng.
Lu Leng segera menggerakkan jari telunjuknya ke arah
senjata rahasia beracun itu dengan mengeluarkan jurus Siang
Hong Cak Yun (Sepacang Puncak Menembus Awan) dan
berhasil menjatuhkan kedua batang jarum tersebut. Di saat

1358
bersamaan, Lu Leng mencelat ke belakang sambil menarik
Huang Yen. Wanita buruk rupa tampak gusar sekali, Dia
berteriak aneh lagi sambil menyerang Lu Leng.
Lu Leng tidak menangkis serangan itu, melainkan
mencelat ke belakang sambil menarik Huang Yen.
"Wanita jelek! Kau bukan lawanku! Kalau kau masih
menyerang, jangan menyalahkanku bertindak sadis
terhadapmu!" bentaknya sengit
"Phui!" Wanita buruk rupa langsung meludah dan mencaci.
"Dasar penjahat kecil! Kau menang hanya dengan cara
membokong!"
Lu Leng tertawa panjang, lalu mendadak jari telunjuknya
bergerak ternyata dia telah mengeluarkan jurus It Ci Keng
Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), Namun serangannya
tidak diarahkan pada wanita buruk rupa itu, melainkan
diarahkan pada sebuah batu. Jurus tersebut menggunakan
delapan bagian tenaga, sehingga menimbulkan suara
menderu-deru, kemudian terdengar lagi suara "Plaaak" batu
itu telah terbelah menjadi empat. Lu Leng mendongakkan
kepala, Dilihatnya wajah wanita buruk rupa itu telah berubah
pucat pias.
Lu Leng tertawa, sambil menatap wanita buruk rupa itu
seraya bertanya,
"Wanita jelek, menurutmu bagaimana?"
Wanita buruk rupa tertegun, Dia diam saja dengan mulut
ternganga lebar,

1359
sedangkan Lu Leng mengibaskan tangannya yang
mencengkeram lelaki berkaki satu, sehingga membuat lelaki
berkaki satu itu terpental beberapa depa.
"Sebetulnya aku tidak bermaksud memusuhi kalian,
namun aku punya dendam dengan Liok Ci Khim Mo. Kalau dia
belum mati, aku merasa tidak enak makan dan tidak bisa tidur
nyenyak! Kalian juga amat membencinya, bagaimana kalau"
kita bertiga bekerja sama saja?" katanya.
"Bekerja sama apa?" tanya wanita buruk rupa.
Lu Leng tersenyum..
"Bekerja sama untuk mencari Panah Bulu Api, setelah itu
bekerja sama lagi untuk merebut Busur Api itu" sahutnya.
Wajah wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu langsung
berubah pucat ketika mendengar perkataan Lu Leng. Selama
ini mereka menganggap rahasia tersebut, hanya mereka dan
Liok Ci Khim Mo yang mengetahuinya, tapi tidak tahunya Lu
Leng pun sudah tahu tentang itu.
Mereka berdua tertegun lama sekali.
"Bagaimana kau tahu tentang itu ?" tanya wanita buruk
rupa.
"Kini jangan berbicara soal itu, yang menguntit kalian
berdua sampai disini, tidak hanya aku seorang!" sahut Lu Leng
lalu berseru lantang.
"Sobat, sekarang kau boleh memperlihatkan diri! Kalau
kita mempunyai musuh yang sama, alangkah baiknya kalau
kita bekerja sama saja!"

1360
Lu Leng berseru berulang kali, namun tidak ada sahutan
sama sekali, maka dia amat gusar dalam hati dan langsung
mendengus dingin.
"Sobat, aku melihatmu naik ke puncak ini! Jangan sampai
aku bertindak terhadapmu, sebab akan merusak suasana!"
Akan tetapi tetap tiada sahutan. Kini wanita buruk rupa
dan lelaki berkaki satu mulai tidak percaya.
Lu Leng mendengus dingin.
"Hmm!" Badannya langsung bergerak, ternyata Lu Leng
berputar ke seluruh puncak tersebut. Sungguh mengherankan,
sebab jelas tadi dia melihat seseorang meloncat ke puncak itu,
namun kini dia telah mencari ke sana ke mari tidak
menemukan siapa pun. Maka dia tertegun.
"Kalian berdua, tadi aku melihat seseorang berpakaian
hitam melesat ke mari, Dia tidak mau memunculkan diri juga
tidak apa-apa, mari kita cari!" katanya.
Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu itu saling
memandang. Mereka berdua tahu bahwa diri mereka tak
mampu melawan Lu Leng. Tapi mereka merasa tidak rela,
apabila Panah Bulu Api jatuh ke tangannya.
Oleh karena itu, lelaki berkaki satu berkata dingin.
"Lu Siauhiap, dulu kami pernah mencari di sekitar tempat
ini, namun tiada hasilnya, Kini kami ke mari hanya mengadu
untung saja, Silakan kau mencari seorang diri!"
Betapa gusarnya Lu Leng, tapi tidak mau sembarangan
turun tangan melukai orang, hanya mendengus dingin.

1361
"Hm! Kalian berdua tidak mau bantu, terserah!"
Usai berkata begitu, Lu Leng mulai mencari, dan tak lama
hari pun sudah mulai gelap. Wanita buruk rupa dan lelaki
berkaki satu menyalakan api, kemudian membakar seekor
kelinci. Lu Leng pun sudah membuat api unggun, Dia berdiri
termangu-mangu di sisi api unggun itu, Mata-nya memandang
ke puncak seberang sambil mengingat kembali cerita Liok Ci
Khim Mo. Ke tujuh Panah Bulu Api meluncur dari puncak
seberang, sampai di sini masih dapat melukai orang yang
memetik Pat Liong Kim. Dapat dibayangkan betapa
dahsyatnya tenaga luncuran itu.
Kalau begitu, mungkinkah Panah Bulu Api itu jatuh ke
bawah? Kemungkinan itu amat kecil. Kalau benar begitu,
panah-panah Bulu Api itu pasti menembus dada orang yang
memetik Pat Liong Khim, kemudian jatuh ke bawah gunung,
seandainya memang begitu, orang itu pasti terluka parah
sekali, dan bagaimana mungkin masih kuat bertarung dengan
musuh besarnya yang memanahnya?. Ketika hampir menemui
ajal, mereka berdua masih sempat meninggalkan tulisan,
pertanda mereka masih sadar. Sudah pasti mereka
menyimpan ke tujuh Panah Bulu Api itu di suatu tempat
Mereka berdua mati di sini, tentunya ketujuh Panah Bulu Api
itu disimpan di sekitar tempat ini.
Akan tetapi, hingga saat ini, yang mencari ketujuh batang
Panah Bulu Api itu masih belum berhasil itu sungguh susah
dimengerti! Lu Leng terus berpikir, mendadak telinganya
mendengar suara desiran di belakangnya.
Serr!
Dia sedang melamun, justru tidak disangka di saat ini ada
orang membokongnya dengan senjata rahasia, Oleh karena

1362
itu, begitu mendengar suara desiran itu, senjata rahasia
tersebut sudah mendekatinya. Dia segera menggeserkan
badannya ke samping, dan berhasil berkelit, namun terdengar
suara "Serr" lagi. Kali ini dia sudah tidak keburu berkelit, maka
bahu kirinya terkena senjata rahasia itu.
Lu Leng dapat merasakan, senjata rahasia itu berupa
jarum halus, Ketika terkena, dia tidak merasa sakit, hanya
merasa ngilu saja, jelas senjata rahasia itu mengandung
racun. Betapa gusarnya Lu Leng, Dia membalikkan badan
mengarah wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu seraya
membentak.
"Kalian berdua sungguh tak tahu diri! Aku tidak mau
mencelakai kalian, tapi kalian malah menyerang-ku dengan
senjata rahasia!"
Lu Leng mengerahkan Lweekang untuk menahan racun,
kemudian melesat ke hadapan mereka. Dia ingin turun tangan
menghajar mereka, agar mereka tahu rasa, Akan tetapi, ketika
sampai di hadapan mereka, Lu Leng malah tertegun. Dari
cahaya api unggun, terlihat wajah mereka amat menakutkan,
menghijau dan bernoda darah, maka jelas mereka berdua
telah mati.
Padahal Lu Leng mengira mereka berdua yang
membokongnya dengan senjata rahasia, Namun setelah
melihat mereka berdua telah mati, barulah Lu Leng tahu
bahwa dugaannya meleset. Yang menyerangnya dengan
senjata rahasia bukanlah kedua orang itu, melainkan orang
yang bersembunyi. Dari wajah kedua orang itu dapat diketahui
bahwa mereka berdua mati karena racun, sedangkan bahu kiri
Lu Leng makin terasa ngilu, jangan-jangan racun senjata
rahasia itu sudah mulai menjalar, tidak tertolong lagi.

1363
Berpikir begitu, Lu Leng terkejut bukan main. Dia cepatcepat
mengeluarkan Soat Hun Cu, lalu digosok-gosokkannya
pada bahu kiri yang terluka itu, Berselang sesaat, rasa ngilu
itu pun hilang, Lu Leng melihat di Soat Hun Cu itu ada garisgaris
hitam, tapi dalam sekejap garis-garis hitam itu lenyap.
Lu Leng menyimpan Soat Hun Cu itu, kemudian tertawa
dingin.
"Sobat! Kau telah menyerangku dengan senjata rahasia
beracun, kenapa masih tidak mau memunculkan diri?"
Saat itu sudah malam, di puncak gunung itu amat sepi, tak
terdengar suara apa pun. Lu Leng tahu bahwa pertanyaannya
tidak akan disahuti, Meskipun begitu dia pun pasang kuping
mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi tidak terdengar
apa-apa. Kini Lu Leng tahu bahwa orang yang tidak mau
muncul itu berkepandaian amat tinggi, bahkan amat licik. Dia
berada di tempat gelap, sedangkan Lu Leng berada di tempat
terang, maka sudah pasti merugikan dirinya.
Wanita buruk rupa dan lelaki berkaki satu telah binasa,
Kalau Lu Leng tidak berhati-hati menjaga diri, mungkin akan
terkena serangan gelap juga. Malam itu, Lu Leng sama sekali
tidak berani tidur, melainkan terus berjaga-jaga.
Akan tetapi, malam itu sudah hampir berlalu, justru tiada
gerak-gerik apa pun. Ketika hari mulai terang, terdengar suara
pekikan di langit, yakni suara pekikan burung, Lu Leng
mendongakkan kepala. Dilihatnya beberapa ekor burung elang
berputar-putar di udara. Ternyata burung-burung elang itu
telah mencium bau mayat.
Bukan main terkejutnya Lu Leng, karena burung-burung
elang itu amat besar. Mendadak burung-burung elang itu

1364
menukik ke bawah ke arah mayat wanita buruk rupa dan
mayat lelaki berkaki satu, kemudian menyambar kedua mayat
itu sekaligus dibawa terbang ke atas, menuju sebuah tebing
yang tak begitu jauh. Lu Leng terus memandang burungburung
elang itu. Dari tebing muncul lagi beberapa ekor
burung elang, lalu menghilang di dalam tebing. Tertegun Lu
Leng menyaksikan itu, Tebing tersebut amat tinggi, membuat
Lu Leng termangu-mangu.
Tak seberapa lama, hari sudah terang, Lu Leng
memandang ke arah tebing itu lagi, Tampak beberapa ekor
burung elang terbang keluar dari tebing itu menuju puncak
tempat Lu Leng berdiri lalu menukik ke bawah sambil
menyambar. Sungguh besar burung-burung elang itu! Ketika
menyambar menimbulkan suara bagaikan hembusan angin
kencang. Betapa terkejutnya Lu Leng. Dia langsung berkelit
sambil menyambar sebatang dahan pohon, lalu menyerang ke
atas. Ternyata burung elang itu tidak menyambar Lu Leng,
melainkan menyambar dahan pohon untuk membuat sarang.
Menyaksikan itu, hati Lu Leng tergerak. Dia segera teringat
akan Panah Bulu Api. Bagaimana bentuknya, dia sama sekali
tidak pernah menyaksikannya, namun semua orang pasti
menduga, bahwa Panah Bulu Api itu berukuran kecil. Karena
Busur Api tidak begitu besar, otomatis Panah Bulu Api pun
pasti berukuran kecil pula, Dan, apabila panah Bulu Api
berukuran besar, sudah pasti disambar oleh burung-burung
elang itu untuk membuat sarang.
Berpikir sampai begitu, hati Lu Leng amat girang, Setelah
mengisi perut dengan daging kelinci bakar, mulailah dia
mencari lagi sampai di seluruh pelosok gunung itu, Akan
tetapi, hingga senja tetap tiada hasilnya.

1365
Itu membuat Lu Leng yakin, kalaupun ke tujuh batang
Panah Bulu Api masih ada, tentunya tidak berada di puncak
gunung ini. Lu Leng memandang lagi ke tebing tempat
burung-burung elang beterbangan Kalau dugaannya benar,
panah-panah Bulu Api itu dibawa pergi oleh burung-burung
elang itu untuk membuat sarang, apa salahnya ke tebing itu
melihat-lihat? setelah mengambil keputusan itu, Lu Leng
segera turun. Dia amat berhati-hati dan waspada akan
belakangnya, apakah ada orang mengikutinya atau tidak,
namun justru tidak ada.
Orang yang pernah membokongnya dengan senjata
rahasia beracun, sepertinya telah hilang lenyap. Walau
demikian, Lu Leng tetap waspada, Tebing itu kelihatan amat
dekat, namun ketika didekati, justru terasa jauh sekali. Ketika
Lu Leng hampir sampai di tebing itu, hari sudah gelap, maka
dia terpaksa bermalam di situ, namun tetap waspada.
Keesokan harinya begitu hari mulai terang, Lu Leng
langsung berangkat ke tebing itu. Dari jauh tebing itu
kelihatan lurus ke atas dan lurus ke bawah, namun setelah
didekati justru tampak jelas condong ke bawah, seakan
menindih siapa pun yang berada di sana bahkan amat bahaya
pula. Akan tetapi, Lu Leng sama sekali tidak menghiraukan
bahaya apa pun, dan langsung mendaki tebing itu.
Ketika tengah hari, Lu Leng baru sampai di sebuah batu
yang menonjol ke luar dari dinding tebing. Dia berdiri di situ
bersandar pada dinding tebing sambil mengatur
pernafasannya, kemudian memandang ke atas, Kalau dia naik
lagi, sudah pasti berada di sekitar sarang burung elang itu. Lu
Leng menundukkan kepala memandang ke bawah, Walau dia
berkepandaian tinggi, namun merasa bergemetar juga.

1366
Lu Leng membatin, seandainya saat ini muncul orang yang
membokongnya dengan senjata rahasia beracun itu, tentu
dirinya pasti celaka, Sebab kalau dirinya diserang dengan
senjata rahasia beracun, bagaimana mungkin berkelit? Di saat
bersamaan, mendadak terdengar suara tawa dingin beberapa
depa di atasnya. Seketika itu juga sukma Lu Leng seakan
terbetot keluar saking terkejut
Tadi dia baru memikirkan itu, tapi kini orang itu justru
muncul di atas, Kalau dia menyerang dari atas, Lu Leng pasti
sulit untuk berkelit. Walau begitu, Lu Leng tetap berusaha
tenang, lalu memandang ke atas, Di atas juga terdapat
sebuah batu yang menonjol ke luar dari dinding tebing. Suara
tawa dingin itu berasal dari atas, sudah pasti orang itu berada
di atas batu tersebut. Berselang beberapa saat, terdengar
suara "Bum", kemudian tampak sebuah batu besar meluncur
ke bawah.
Begitu cepat luncuran batu itu, maka jelas didorong orang
dari atas. Lu Leng memang sudah siap sebelumnya, Tangan
kanannya menggenggam golok pusaka, dan tangan kirinya
memegang ujung sebuah batu, Ketika melihat batu itu
meluncur ke bawah ke arahnya, dia langsung mengayunkan
golok pusakanya dan mengeluarkan jurus Hou Siau Sen Hong
(Harimau Mengaung Menimbulkan Angin), Terdengar suara
"Plak", batu itu terbelah dua dan semua belahannya jatuh ke
bawah.
Akan tetapi, tenaga luncurannya amat kuat, sehingga
membuat tangan Lu Leng yang menggenggam golok pusaka
itu terasa sakit dan badannya pun bergoyang-goyang, nyaris
ikut terjatuh ke bawah. Bukan main terkejutnya Lu Leng.
Padahal dia melihat Ginkang orang itu amat tinggi. Walau
orang itu berada di sekitarnya, namun Lu Leng tidak melihat

1367
orang tersebut. Kemungkinan besar orang itu adalah Oey Sim
Tit.
Akan tetapi, berdasarkan tenaga mendorong batu itu,
orang yang di atas itu bukan Oey Sim Tit, sebab si Budak
Setan itu tidak memiliki tenaga yang begitu besar. Sedangkan
Lweekang orang itu amat tinggi, pertanda dia tergolong jago
ulung dalam rimba persilatan. Lu Leng termangu-mangu
beberapa saat, kemudian berseru.
"Kepandaian Anda amat tinggi, tapi kenapa perbuatan
Anda begitu rendah?"
Orang itu tidak menyahut hanya terdengar tawa dingin
dan terdengar lagi suara "Bum Bum" dua kali lalu tampak dua
buah batu meluncur ke bawah lagi ke arah Lu Leng.
* * * *
Bab 63
Ketika menyaksikan Lweekang orang itu sedemikian tinggi,
terkejutlah Lu Leng, Sebelah tangannya memegang erat-erat
ujung batu, Di saat sebuah batu sudah mendekat, dia
langsung mengayunkan golok pusakanya ke arah batu itu.
Plak!
Batu itu melambung ke atas sedikit membentur batu yang
satu lagi, sehingga kedua batu itu jatuh ke bawah lewat di
samping Lu Leng. Akan tetapi, di saat bersamaan, Lu Leng
merasa ada tenaga yang amat kuat menindih dari atas, Dia
masih sempat mendongakkan kepala, melihat sebuah batu
yang lebih besar dari tadi meluncur ke bawah mengarahnya.

1368
Seketika Lu Leng mengayunkan golok pusakanya ke atas,
mengeluarkan jurus Hou Siau Sen Hong (Harimau Mengaung
Menimbulkan Angin), dengan tenaga sepenuhnya.
Berat batu itu kira-kira empat lima ratus kati, namun
tenaga luncurannya justru mencapai ribuan kati. Ketika golok
pusakanya membentur batu besar tersebut, tangan Lu Leng
terasa sakit sekali
Di saat itu pula dadanya pun terasa sakit bukan main
sehingga sebelah tangannya yang memegang ujung batu
menjadi terlepas dan kakinya terpeleset menginjak tempat
kosong.
Karena itu, badannya jadi miring, Lu Leng tahu, kalau
tidak bisa berdiri tegak lagi, dia pasti jatuh ke bawah,
bagaimana mungkin masih bisa punya nyawa? Maka sebelah
kakinya berusaha tetap menginjak batu, lalu dia menjaga
keseimbangan badannya agar tidak jatuh.
Padahal sesungguhnya, walau sebelah kakinya telah
menginjak tempat kosong, tapi kalau dia menghimpun hawa
murni, badannya pasti bisa naik ke atas.
Namun di saat bersamaan, batu yang tertangkis oleh golok
pusakanya, justru jatuh ke bawah lewat di sampingnya.
Betapa dahsyatnya luncuran batu besar itu, sehingga
menimbulkan suara menderu-deru, Lu Leng sedang berusaha
naik ke atas, tapi malah tersambar oleh angin luncuran batu
besar itu, sehingga membuat badannya bertambah miring,
akhirnya jatuh.
Betapa gugupnya Lu Leng, Dia cepat-cepat menjulurkan
tangannya untuk meraih pinggiran batu yang menonjol dari

1369
dinding tebing, namun tidak tercapai sehingga badannya
merosot ke bawah dan sekejap sudah merosot satu depa.
Tanpa sengaja Lu Leng melihat ke bawah. Batu besar
yang jatuh tadi justru berada di bawah kakinya, seketika
timbul suatu ide dalam hatinya. Dia segera menginjak batu
besar itu, lalu meloncat ke atas, akhirnya sampai juga di atas
batu yang menonjol dari dinding tebing itu dan nyawanya pun
selamat.
Lu Leng melihat ke bawah, Batu besar yang diinjaknya tadi
terus meluncur ke bawah dan sekejap sudah tidak kelihatan
lagi.
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam. Ternyata hatinya
masih berdebar-debar tegang, Kemudian dia mendongakkan
kepala memandang ke atas, Dilihat-nya sosok bayangan hitam
berkelebat ke atas, sungguh cepat gerakannya!
Lu Leng segera berteriak sekeras-kerasnya.
"Sobat! Apakah kau sudah kehabisan akal untuk
mencelakai ku?"
Perlu diketahui, orang yang di atas itu juga berdiri di
sebuah batu yang menonjol dari dinding tebing, Maka tidak
gampang baginya mendorong batu besar untuk menindih Lu
Leng yang berada di bawah. Kini mungkin sudah tidak ada
batu besar di sekitarnya maka dia langsung pergi,
Itu sungguh menguntungkan Lu Leng, Kalau di sekitar
orang itu masih terdapat batu besar, lalu didorongnya lagi ke
arah Lu Leng ketika meloncat ke atas, sudah pasti Lu Leng
tidak bisa selamat.

1370
Ketika Lu Leng berteriak, orang itu sama sekali tidak
menoleh, hanya mengeluarkan tawa dingin terus melesat ke
atas, yaitu ke tempat burung-burung elang berkumpul, lalu
menghilang dari pandangan Lu Leng.
Lu Leng melihat orang itu menghilang di tempat tersebut,
hatinya jadi gugup. Dia segera menghimpun hawa mumi, lalu
melesat ke atas yakni ke batu yang menonjol itu, setelah itu,
dia menarik nafas dalam-dalam lalu melesat ke atas lagi, dan
tak lama sudah sampai di tempat orang tadi menghilang.
Sarang burung-burung elang itu hanya berjarak lima enam
depa dari tempat tersebut, Tempatnya amat licin, lagi pula
hanya terdapat beberapa buah batu yang menonjol keluar.
Kalau tidak ada musuh berada di situ, memang tidak
begitu sulit bagi Lu Leng untuk mencapai tempat sarang
burung elang itu. Akan tetapi, kini orang itu justru berada di
atas. Kalau orang itu menyerang sekarang, Lu Leng masih
dapat bertahan. Tapi kalau dia naik ke atas dan diserang di
saat itu, Lu Leng pasti celaka. Oleh karena itu, Lu Leng tetap
diam di situ, tidak berani mencoba naik ke atas, sebab amat
membahayakan dirinya.
Lu Leng mendengar suara pekikan burung elang dua kali,
setelah itu, tampak dua sosok bayangan melayang ke
arahnya, Dia langsung mengayunkan Su Yang To, sekaligus
mengeluarkan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau Marah
Meloncat), seketika kepala dan mukanya terkena percikan
darah, ternyata dua sosok bayangan itu adalah dua ekor
burung elang, sudah terbunuh oleh Lu Leng.
Dalam hati Lu Leng amat gusar, tapi juga merasa geli,
karena orang itu sungguh iseng, menangkap burung elang
dan di lempar ke arahnya.

1371
Ketika Lu Leng baru mau mentertawakan orang itu,
sungguh wajahnya berubah pucat, karena teringat akan
sesuatu. Ternyata orang itu punya pikiran yang sama seperti
Lu Leng.
Lu Leng segera bersandar pada dinding tebing, kemudian
mengerahkan tenaga Kim Kong Sin Ci pada jari telunjuknya. Di
saat dia telah mengerahkan tenaga itu, mendadak tampak dua
sosok bayangan lagi meluncur ke arahnya, Dua sosok
bayangan itu ternyata dua ekor burung elang yang terbang
menyambarnya dengan kuku yang amat tajam. Lu Leng
langsung menyerang dengan Kim Kong Sin Ci mengeluarkan
jurus It Ci Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit),
Plak!
Salah seekor terpental namun yang seekor lagi masih
tetap menyambarnya. Lu Leng cepat-cepat menggerakkan
golok Su Yang To, dengan jurus Nuh Hou Eng Cit (Harimau
Marah Meloncat), Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam
Domba) dan jurus Wa Hou Seh Seng (Harimau Mendekam).
Terdengar burung itu memekik lalu jatuh. Ternyata
sayapnya telah terbacok golok Lu Leng, sedangkan burung
elang yang terpental itu, terkena serangan Kim Kong Sin Ci,
masih berusaha terbang ke arah Lu Leng. Padahal Lu Leng
menggunakan delapan bagian tenaganya, namun burung
elang itu tidak mati, sungguh mengejutkan Lu Leng. Akan
tetapi, mendadak burung elang itu terbang ke sarangnya,
maka Lu Leng menarik nafas lega.
Namun dia pun tahu, bahwa itu merupakan siasat orang
tersebut, agar Lu Leng melukai burung elang tersebut, maka
burung-burung elang itu akan membalas.

1372
Kini burung elang yang terluka itu sudah terbang kembali
ke sarangnya, Dia pasti akan memberitahu kawan-kawan nya,
kemudian menyerang Lu Leng lagi.
Dugaan Lu Leng tidak meleset, sebab tak seberapa lama
terdengar suara pekikan burung elang, lalu tampak
segerombolan burung elang terbang keluar dari sarang.
Burung-burung elang itu terbang di udara, Lu Leng
menghitung, burung-burung elang itu berjumlah tujuh ekor
lebih.
Saat ini, perasaan Lu Leng amat tegang, lebih tegang dari
tempo hari ketika bersembunyi di dalam lobang pohon, ingin
membokong Liok Ci Khim Mo, Karena saat ini, kalau dia
celaka, berarti tidak bisa membalas dendam, bahkan akan
mati dengan tulang hancur di bawah tebing,
Mata Lu Leng terus menatap ketujuh ekor burung elang
itu, Mendadak burung-burung elang itu terbang berpencar,
yang di tengah satu ekor, kiri dan kanan tiga ekor, meluncur
ke bawah menyerang Lu Leng.
Lu Leng sudah tidak bisa berpikir panjang lagi, Ketika
burung-burung elang itu sudah dekat dengan dirinya, dia
langsung menyerang dengan ilmu Kim Kong Sin Ci,
mengeluarkan jurus Cap Bin Li Cipg (Menggali Sepuluh Arah),
jurus tersebut membuat burung-burung elang itu terpental
akan tetapi, kemudian mulai menyerang lagi.
Lu Leng yakin bahwa dalam tiga puluh jurus belum tentu
dapat melukai burung-burung elang itu. Sebaliknya dirinya
pasti sudah lelah sekali. Seandainya dia dapat melukai ketujuh
ekor burung elang itu, apakah tiada burung elang lain terbang
keluar dari sarang lagi? Misalnya sudah tidak ada, tapi dia pun

1373
telah kehilangan banyak tenaga, bagaimana mungkin mampu
melawan orang itu?
Di saat bersamaan, ketujuh ekor burung elang itu sudah
mendekat, namun sayap mereka saling membentur, sehingga
membuat gerakan mereka menjadi lamban.
Lu Leng segera mengayunkan golok Su Yang To ke arah
salah seekor yang paling depan, Ujung golok pusaka itu
berhasil menyabet leher burung elang itu, kemudian Lu Leng
mengayunkan golok pusaka itu ke arah kakinya.
Sret!
Sepasang kaki burung itu putus, lalu burung itu jatuh
menimpa Lu Leng sehingga badan Lu Leng tertutup semua, itu
amat menguntungkan Lu Leng, sebab burung-burung elang
lain kehilangan sasaran.
Sementara itu burung-burung elang lainnya masih terus
menyerang Lu Leng, Mendadak Lu Leng mengangkat burung
elang yang menimpanya, langsung disambitkan ke salah
seekor dari mereka yang paling dekat sambitan yang disertai
Lweekang itu tepat mengenai burung itu sehingga sebelah
sayapnya patah, kemudian kedua burung itu jatuh ke dasar
tebing.
Setelah berhasil melukai kedua ekor burung elang itu,
semangat Lu Leng terbangun. Tampak dua ekor elang
menyerangnya lagi, Lu Leng menangkis dengan golok Su Yang
To, mengeluarkan jurus San Hou Pah Bwee (Harimau Gunung
Mengibaskan Ekor).
Golok Su Yang To berkelebatan mengarah kedua ekor
burung elang itu, lalu terdengar suara pekikan, Ternyata

1374
sayap kedua ekor burung elang itu sudah tersabet putus, dan
kedua burung itu langsung jatuh ke dasar tebing,
Kini hanya tersisa tiga ekor semangat Lu Leng pun
bertambah. Mendadak tampak dua ekor burung elang
menyerangnya, Ketika Lu Leng baru mau menyerang
mendadak seekor burung elang yang paling besar memekik
keras, kemudian kedua ekor burung elang yang menyerang itu
langsung terbang ke atas, sedangkan burung elang yang
paling besar itu menukik ke bawah.
Lu Leng terbelalak karena melihat tujuh delapan helai bulu
sayapnya bagaikan perak, Bergemerlapan tertimpa sinar
matahari. Bahkan burung elang itu tampak galak sekali.
Beberapa helai bulu sayapnya berwarna perak, pertanda
burung elang itu paling tua, juga merupakan raja di antara
burung-burung elang tersebut
Oleh karena itu, Lu Leng pun berhati-hati menghadapi raja
burung elang itu. sementara raja burung elang yang sudah
menukik itu mendadak berhenti, lalu berputar-putar di atas
kepala Lu Leng, makin lama makin cepat
Sedangkan Lu Leng terus menatap raja burung elang itu
dengan mata tak berkedip dan lebih berhati-hati. Raja burung
elang itu terus berputar, membuat orang pusing melihatnya
Hati Lu Leng tersentak sekali, sekonyong-konyong raja burung
elang itu meluncur ke arahnya bagaikan meteor.
Lu Leng langsung mengayunkan golok Su Yang To. Akan
tetapi, raja burung elang itu meluncur begitu cepat, dan
berhasil mencengkeram bahu kanan Lu Leng. Begitu bahu
kanannya tercengkeram, tenaga ayunan Lu Leng jadi
berkurang, dan salah arah pula.

1375
Sret!
Golok Su Yang To hanya berhasil merontokkan beberapa
helai bulu sayap nya burung elang itu. Ketika Lu Leng mau
menyerang lagi, raja burung elang itu sudah terbang ke atas,
Lu Leng tertegun, karena badannya ikut terbawa ke atas,
Kalau dia menyerang membuat raja burung elang itu terluka,
otomatis dia pun akan ikut jatuh ke bawah, dan sudah pasti
akan mati bersama raja burung elang itu. Karena itu, Lu Leng
tidak berani melancarkan serangan. Tapi bahu kanannya
terasa sakit sekali.
Tanpa berpikir panjang lagi, Lu Leng langsung menusuk ke
atas, sehingga badan raja burung elang itu berlobang, dan
darahnya mengucur membasahi kepala Lu Leng, sedangkan
raja burung elang itu langsung merosot ke bawah. Berselang
sesaat, raja burung elang itu terbang ke atas lagi, justru ke
arah sarangnya.
Lu Leng bergirang dalam hati, sebab kalau sampai di
sarang raja burung elang itu, dirinya pasti selamat. Tak lama
raja burung elang itu sudah mendekati sarangnya dan
langsung menerobos ke dalam, itu tidak di luar dugaan Lu
Leng, maka Lu Leng amat girang, Akan tetapi, di saat
bersamaan mendadak terdengar suara "Ser Serr" dari dalam
sarang itu meluncur dua batang ranting pohon yang ujungnya
telah diruncingkan. Dilihat dari luncurannya, jelas kedua
ranting itu disambitkan oleh orang yang memiliki Lweekang
tinggi.
Saat ini, Lu Leng berada di bawah perut raja burung elang,
sedangkan kedua batang ranting pohon itu mengarah badan
raja burung elang itu, Lu Leng tidak bisa berbuat apa-apa.
Kalau raja burung elang itu tertembus oleh kedua batang
ranting pohon tersebut Lu Leng pun tidak akan selamat.

1376
Itu membuat Lu Leng mengucurkan keringat dingin, Perlu
di ketahui, raja burung elang itu sudah berusia seratus tahun
lebih, maka amat kuat dan cerdik pula, Kalau tidak,
bagaimana mungkin raja burung elang itu dapat
mencengkeram bahu Lu Leng?
Di saat kedua ranting pohon itu sudah mendekap
mendadak raja burung elang itu mengembangkan sayapnya
terbang ke atas. Kedua batang ranting pohon itu melewati sisi
Lu Leng. Di saat raja burung elang itu terbang ke atas, Lu
Leng memandang ke dalam sarang itu.
Sarang itu amat besar Luasnya hampir dua depa, Di
dalamnya terdapat banyak ranting pohon, bahkan tampak
seseorang. Tangan orang itu memegang beberapa ranting,
namun tidak dapat terlihat jelas wajahnya.
Saat ini Lu Leng amat membenci orang itu sampai ke
tulang sumsum, Orang itu pasti telah mencuri dengar
pembicaraan wanita buruk rupa dengan lelaki berkaki satu,
maka tahu rahasia Panah Bulu Api tersebut. Orang itu ingin
mendapatkan Panah Bulu Api, tentunya akan memanah Liok Ci
Khim Mo, maka boleh dikatakan dia bermusuhan Liok Ci Khim
Mo.
Akan tetapi, berdasarkan gerak-gerik dan tindakannya Lu
Leng berkesimpulan bahwa orang itu memang menginginkan
Panah Bulu Api, dia mau memanah Liok Ci Khim Mo, bukan
demi keselamatan rimba persilatan melainkan ingin
memperoleh Pat Liong Khim, lalu menggantikan kedudukan
Liok Ci Khim Mo untuk menimbulkan petaka dalam rimba
persilatan lagi. Orang yang berhati begitu, memang pantas
dibunuh. Oleh karena itu, Lu Leng segera berteriak sekeraskerasnya.

1377
"Bangsat! Lihat kau atau aku yang lebih lihay !"
Orang itu tetap tidak menyahut hanya tertawa dingin saja.
Sementara raja burung elang mulai meluncur lagi ke
sarangnya, namun orang itu menyambit lagi dengan ranting
pohon, sehingga membuat raja burung elang itu harus
terbang ke atas menghindar. Terakhir kali, sebatang ranting
berhasil menembus sayap raja burung elang itu. Setelah sayap
terluka, raja burung elang itu merosot ke bawah.
Lu Leng segera mencabut ranting pohon itu agar raja
burung elang dapat terbang ke atas lagi. Saat ini Lu Leng tahu
bahwa orang berpakaian hitam itu pasti berpikir sama seperti
apa yang dipikirkannya, Ketujuh batang Panah Bulu Api, pasti
dibawa oleh burung elang untuk membuat sarangnya. Karena
itu, orang berpakaian hitam tersebut mendahuluinya ke sarang
burung elang untuk mencari ketujuh batang Panah Bulu Api
itu.
Berdasarkan itu, dapat diketahui betapa liciknya orang
berpakaian hitam itu, lagi pula dia pun berkepandaian amat
tinggi. Orang berpakaian hitam itu memang licik sekali. Entah
sudah berapa kali Lu Leng ingin melihat wajahnya, namun dia
selalu menunduk.
Bagian 30
Kali ini raja burung elang itu terbang ke atas, justru tidak
menuju sarangnya lagi, melainkan terus terbang ke atas.
Betapa terkejutnya Lu Leng, Mungkin dikarenakan tidak
berhasil kembali ke sarangnya, maka raja burung elang itu
akan terbang ke tempat lain mungkin akan terbang sejauh
ribuan mil. Apabila saat ini Lu Leng melepaskan diri dari cakar

1378
raja burung elang itu, dia pasti mati, sebab akan jatuh ke
bawah.
Raja burung elang itu terus terbang ke atas, dan tak lama
sudah berada di atas tebing itu. Lu Leng memandang ke
bawah. seketika wajahnya berseri dan hatinya girang bukan
main. Ternyata di atas tebing itu, terdapat sebuah telaga
alami, Airnya tampak kehijau-hijauan, pertanda telaga itu
amat dalam, sementara raja burung elang itu terus terbang ke
atas, Tanpa banyak pikir lagi, Lu Leng langsung melepaskan
tangannya yang memegang kaki raja burung elang itu, maka
badannya merosot ke bawah dan jatuh ke dalam telaga
tersebut. Berselang sesaat, barulah Lu Leng timbul di
permukaan telaga, Dia menarik nafas dalam-dalam, hatinya
girang sekali.
Dia segera berenang ke tepi, lalu naik ke atas, Setelah itu,
dia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak, Dia
yakin orang berpakaian hitam itu, tidak tahu bahwa di atas
tebing terdapat sebuah telaga, yang membuat dirinya selamat
dan dapat melepaskan diri dari raja burung elang itu.
Kini Lu Leng justru berada di atas orang berpakaian hitam
itu, Selama dua tiga hari itu, dirinya selalu berada di tempat
terang, sedangkan orang berpakaian hitam berada di tempat
gelap, Tapi kali ini malah terbalik!
Setelah beristirahat sejenak, semangat Lu Leng sudah
pulih. Lalu berjalan ke tepi tebing dan melongok ke bawah,
Dia melihat sarang burung elang, yang jaraknya kira-kira tiga
empat puluh depa, Tam-pak orang berpakaian hitam masih
berada di dalam sarang burung elang, sedang membongkarbongkar
semua ranting yang masih berada di dalam sarang
itu, kelihatannya sedang mencari sesuatu, Kadang-kadang

1379
terdengar suara tawanya. Setelah melongok sejenak, Lu Leng
mulai turun ke bawah.
Tak seberapa lama kemudian, dia sudah semakin dekat
dengan orang berpakaian hitam itu, Dengan hati-hati dia
melesat ke sebatang pohon besar. Setelah itu dia masuk ke
dalam sebuah sarang. Namun sampai sejauh itu orang
berpakaian hitam tidak mengetahui keberadaannya.
Lu Leng beristirahat sejenak di dalam sarang burung elang
itu, Mendadak tercium bau yang amat busuk. Lu Leng cepatcepat
menahan nafas lalu menengok ke sana ke mari. Dia
terbelalak, ternyata melihat mayat wanita buruk rupa dan
lelaki berkaki satu, yang keduanya sudah mulai membusuk.
Lu Leng yakin, bahwa tidak lama lagi orang berpakaian
hitam itu pasti ke sarang tersebut, sebelum membasmi nya,
percuma mencari Panah Bulu Api. Lu Leng membatin. Orang
berpakaian hitam itu berkepandaian amat tinggi, sedangkan
bahunya sudah terluka, entah dapat melawannya atau tidak?
Kalau begitu, harus melancarkan serangan gelap
terhadapnya, Bukankah orang berpakaian hitam itu juga telah
membokongnya dengan senjata rahasia dan lain sebagainya?
Apa salahnya kini balas menyerangnya dengan cara yang
sama?
Setelah mendapat pikiran demikian, Lu Leng segera
mengangkat mayat wanita buruk rupa itu, kemudian
disandarkannya pada dinding sarang, lalu dia bersembunyi di
belakang mayat itu.
Kalau orang berpakaian hitam muncul di sarang tersebut
Lu Leng akan segera mendorong mayat itu ke arahnya. Begitu
melihat mayat wanita buruk rupa menyerangnya, sudah pasti

1380
orang berpakaian hitam akan ketakutan setengah mati Berpikir
sampai di situ, hati Lu Leng menjadi amat gembira sekali. Dia
terus menunggu di belakang mayat itu. Walau mayat itu amat
bau, namun Lu Leng telah menutup pernafasannya.
Berselang beberapa saat terdengar suara langkah di luar
Dugaan Lu Leng tidak meleset orang berpakaian hitam sudah
mendatangi sarang tersebut. Terdengar pula suara orang
berpakaian hitam itu bergumam.
"Kalau di tempat ini aku tidak berhasil menemukan Panah
Bulu Api, berarti selamanya panah Bulu Api tidak akan muncul
dalam rimba persilatan."
Lu Leng tertawa dalam hati, Masih ingin mencari Panah
Bulu Api? sebentar lagi kau akan tahu rasa!. Tak lama
kemudian, terdengar orang berpakaian hitam tertawa lalu
berkata.
"Ternyata kalian berdua juga berada di sini! Kalian berdua
binasa karena terkena senjata rahasiaku yang beracun, namun
bisa sampai di tempat ini, maka kalian berdua harus berterima
kasih kepadaku !"
Usai berkata begitu, dia meloncat ke dalam sarang
tersebut.Saat ini, pandangan Lu Leng justru tertutup oleh
mayat itu, maka dia tetap tidak melihat wajah orang
berpakaian hitam itu. Akan tetapi, Lu Leng merasa kenal akan
suara-nya, namun lupa di mana pernah mendengar suara
orang itu.
Seusai orang itu berkata, Lu Leng mengangkat kedua
belah tangan mayat itu ke atas, setelah itu, dia menirukan
suara bentakan wanita buruk rupa.

1381
"Bangsat kau!"
Orang berpakaian hitam itu pun membentak
"Siapa?"
Orang berpakaian hitam membalikkan badannya, Di saat
bersamaan, Lu Leng justru mendorong mayat itu ke depan
mengarah orang berpakaian hitam. Bersamaan itu, Lu Leng
pun berteriak aneh mengeluarkan suara seram.
"Aku!"
Sekaligus menyerang dengan Kim Kong Ci, mengeluarkan
jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).
Kejadian yang mendadak itu membuat orang berpakaian
hitam tertegun Namun dia masih sempat mundur sambil
mengibaskan tangannya. Ternyata dia menyerang dengan
senjata rahasia. Ketika menyaksikan senjata rahasia itu, hati
Lu Leng tergerak, namun saat ini dia harus memusatkan
perhatiannya untuk melawan orang berpakaian hitam itu. Lagi
pula dia pun tidak ingat asal-usul senjata rahasia tersebut
Sert Sert Sert!
Ketiga batang senjata rahasia itu menembus mayat wanita
buruk rupa itu, kemudian mayat itu roboh. Di saat bersamaan,
angin jari telunjuk Lu Leng sampai di dada orang berpakaian
hitam itu. Orang berpakaian hitam itu tahu adanya ketidak
beresan, namun sudah terlambat berkelit. Dia hanya bisa
memiringkan badannya sedikit, maka bahunya terkena
serangan itu. Badannya bergoyang-goyang nyaris tak kuat
berdiri, namun cepat-cepat dia mencelat ke belakang.

1382
Lu Leng bersiul panjang.
"Bangsat, tak terduga kan?" katanya.
Dia segera menyerang lagi. Kali ini dia menggunakan jurus
Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi Bulan).
Orang berpakaian hitam itu sungguh gesit Mendadak
badannya melambung ke atas, kemudian berjungkir balik
keluar dari sarang burung elang itu,
Bum!
Sarang burung elang itu langsung berlobang. Walau sudah
diserang dua kali, namun orang berpakaian hitam masih dapat
meloloskan diri, bahkan siapa dia, Lu Leng masih belum
melihat jelas wajahnya.
Seketika Lu Leng bersiul panjang lagi, sambil melesat ke
luar. Sampai diluar sarang itu, dia tampak tertegun.
Ternyata dia melihat orang berpakaian hitam itu melesat
pergi bagaikan terbang di atas batang-batang pohon, Kalau
kurang berhati-hati, dia pasti jatuh dan nyawanya tidak akan
selamat
Lu Leng amat membencinya, Walau tahu itu bahaya,
masih tetap ditempuhnya. Sebab tidak mau melepaskan orang
berpakaian hitam itu, dia segera menghimpun hawa murni,
lalu melesat ke depan melalui batang-batang pohon
mengejarnya.
Kira-kira beberapa depa, mendadak orang berpakaian
hitam itu berhenti Lu Leng pun ikut berhenti, jarak mereka
satu depa lebih, Ketika Lu Leng baru mau melancarkan

1383
serangan, tiba-tiba orang berpakaian hitam itu membalikkan
badannya. Baru kali ini Lu Leng berkesempatan berhadapan
dengannya. Maka dia batal menyerang, karena ingin melihat
jelas wajahnya. Setelah melihat jelas wajah orang itu, Lu Leng
terbelalak Ternyata orang berpakaian hitam itu Hek Sin Kun.
Kini Lu Leng sudah tahu siapa orang berpakaian hitam itu,
maka lebih tidak berani melancarkan serangan. Ternyata Lu
Leng sudah mendengar dari orang, bahwa Hek Sin Kim dan
Kim Kut Lau adalah ipar Cit Sat Sin Kun-Tam Sen, saudara
kandung Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua. Mereka semua adalah
anak Mo Liong Seh Sih.
Walau Lu Leng bernyali besar dan berkepandaian tinggi,
namun Lweekangnya masih belum begitu tinggi, maka kini
berhadapan dengan Hek Sin Kun yang amat terkenal itu, dia
menjadi termangu-mangu. Setelah termangu-mangu sejenak,
barulah Lu Leng melihat bahwa mereka berdua berdiri di atas
sebatang pohon, depan belakang diganjel oleh batang pohon
lain, sehingga di tengah-tengah justru kosong. Mereka berdua
saling menatap, kemudian Hek Sin Kun tertawa dingin, dan
berkata.
"Bocah, ternyata kau tidak mampus!"
Mendengar ucapan itu gusarlah Lu Leng dan maju
selangkah Karena gusar, maka tanpa sadar menggunakan
tenaga ketika melangkah, sehingga membuat batang pohon
itu bergerak-gerak, otomatis badan Lu Leng dan Hek Sin Kun
juga bergoyang-goyang, nyaris sama-sama terjatuh.
Lu Leng tertawa dingin, Dia menatap Hek Sin Kun dengan
mata tak berkedip,
"Membokong orang, apakah itu berguna sekali?" katanya.

1384
Hek Sin Kun tertawa aneh.
"Bocah! Kini kita sudah berhadapan silakan melancarkan
serangan!" tantangnya,
Usai berkata, dia lalu mengangkat sebelah tangannya. Lu
Leng memperhatikan telapak tangan Hek Sin Kun, hitam
mengkilap. Lu Leng sudah tahu, bahwa Hek Sin Kun memiliki
ilmu pukulan Hek Sah Ciang yang amat lihay dan dahsyat.
Oleh karena itu, Lu Leng berpikir dalam hati, harus
melancarkan serangan duluan, justru mendadak Hek Sin Kun
tertawa dingin.
"Kau serang duluan, akan cepat sampai di alam baka
menemui keponakan perempuanku itu!" kata-nya.
Suara Hek Sin Kun tidak keras, namun ketika
mendengarnya, Lu Leng justru seperti mendengar geledek di
siang hari bolong. Karena keponakan perempuan Hek Sin Kun,
tentunya Tam Goat Hua, bahkan telah mati pula.
* * * *
Bab 64
Ketika rambut Tam Goat Hua awut-awutan, terus berteriak
dengan hati hancur dan menyerahkan Soat Hun Cu untuk
dikembalikan kepada Tong Hong Pek, lalu melesat pergi, sejak
itu Lu Leng tidak pernah bertemunya lagi,
Mengenai kejadian Lu Leng dengan Tam Goat Hua, walau
bukan kesalahan Lu Leng, karena terpengaruh oleh Pat Liong
Thian Im, namun dalam hati Lu Leng selalu merasa bersalah.

1385
Ketika di gunung Go Bi San, Lu Leng melihat tulisan Tong
Hong Pek di atas batu, bahwa hatinya telah beku, sedangkan
hati Tam Goat Hua hancur lebur, mungkin akan bunuh diri
atau hidup menyendiri di suatu tempat.
Namun biar bagaimanapun dalam hati Lu Leng masih
terdapat sedikit harapan, berharap Tam Goat Hua adalah
gadis yang berhati tabah dan berpikiran panjang, punya
keberanian untuk melanjutkan hidupnya.
Selama Lu Leng mencari Panah Bulu Api, dia tetap
merindukan Tam Goat Hua setiap saat. Akan tetapi, kini dari
mulut Hek Sin Kun, justru memperoleh kabar berita yang amat
menakutkan. Sekujur badan Lu Leng bergemetar, kemudian
bertanya terputus-putus.
"Kau bilang . Kakak Goat...."
Sebelum Lu Leng usai bertanya, mendadak Hek Sin Kun
tertawa panjang, lalu berkata.
"Kau boleh ke alam baka mencarinya!"
Di saat bersamaan, Hek Sin Kun melancarkan serangan
terhadap Lu Leng. Tadi Hek Sin Kun menyuruh Lu Leng
melancarkan serangan duluan, namun kini justru dia yang
menyerang duluan, bahkan di saat Lu Leng mengalami
pukulan batin. Lagipula pukulan itu menggunakan delapan
bagian tenaga, maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya
pukulan tersebut
Perlu diketahui, ilmu Hek Sah Ciang yang dilatih Hek Sin
Kun telah mencapai tingkat ke delapan, Kini dia menyerang Lu
Leng dengan delapan bagian tenaganya sudah pasti amat
dahsyat sekali. Lu Leng merasa serangkum angin yang amat

1386
dingin menyerang ke arahnya, itu membuatnya tersentak
sadar, bahwa Hek Sin Kun berdusta.
Hek Sin Kun mengatakan begitu, tidak lain hanya ingin
memecahkan perhatian Lu Leng, lalu menyerangnya secara
mendadak. Walau Lu Leng telah sadar akan hal itu, tapi sudah
terlambat Meskipun demikian, hawa murni yang di dalam
tubuhnya otomatis melakukan perlawanan Terdengar suara
"Bum", seandainya Lu Leng memiliki Lweekang tinggi, sudah
pasti pukulan Hek Sah Ciang itu tak berarti baginya.
Akan tetapi, Lweekang Lu Leng masih belum mencapai ke
tingkat itu, maka badannya masih tidak kuat menahan
pukulan tersebut. Kalau di tanah datar, Lu Leng masih bisa
mundur Tapi kini dia justru berdiri di atas batang pohon,
sehingga badannya menjadi sempoyongan dan akhirnya jatuh
ke bawah.
Di saat itu, Lu Leng masih sempat meraih batang pohon
itu, tapi bagaimana mungkin Hek Sin Kun membiarkannya?
Dia langsung mengayunkan tangannya, sebatang jarum hitam
meluncur seketika laksana kilat ke arah tangan Lu Leng yang
memegang pinggiran batang pohon tersebut. Kalau Lu Leng
tidak melepaskan tangannya itu, pasti terserang oleh senjata
rahasia tersebut. Tapi seandainya melepaskan tangannya itu,
sudah pasti Lu Leng akan jatuh ke bawah, dan akan mati
dengan tulang hancur.
Di saat bersamaan Lu Leng mendengar suara tawa Hek
Sin Kun, justru bersamaan itu, Lu Leng telah mengambil suatu
keputusan. Lu Leng membiarkan tangannya tetap memegang
pinggiran batang pohon tersebut Terdengar suara "Plak",
senjata rahasia itu menembus permukaan telapak tangannya,
Betapa sakitnya, bahkan darah segar pun mengucur seketika.

1387
Lu Leng tahu, kemungkinan besar senjata rahasia itu telah
melukai urat di permukaan telapak tangannya, sehingga akan
menyebabkan kecacatan di tangannya. Namun dengan tangan
kiri itu menyelamatkan nyawanya berikut kesempatan
membalas dendam, itu amat berharga sekali. Karena
tangannya itu tertancap oleh senjata rahasia, maka badannya
tidak akan terjatuh ke bawah.
Di saat itu sudah tiada waktu bagi Lu Leng untuk melihat
luka di tangannya tersebut, sebab dia sudah melancarkan
serangan, mengeluarkan jurus Bwe Hua Ngo Cut (Bunga Bwe
Memekar Lima Kali), jurus kelima dari ilmu Kim Kong Sin Ci,
bahkan menggunakan tenaga sepenuhnya.
Sementara Hek Sin Kun amat girang, karena senjata
rahasianya berhasil melukai tangan Lu Leng, dia justru tidak
menyangka, Lu Leng akan balas menyerangnya secara
mendadak, ilmu Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang amat
keras, Tempo hari di Cing Yun Ling gunung Go Bi San, si Nabi
Setan-Seng Ling masih terluka oleh ilmu tersebut.
Saat ini, Lu Leng menyerangnya dengan sepenuh tenaga.
Terasa serangkum tenaga yang amat dahsyat mengarah
dadanya. Ketika Hek Sin Kun baru mau menangkis, dadanya
sudah terkena serangan itu. Hek Sin Kun menjerit dan
terhuyung-huyung ke belakang dua tiga langkah. Mulutnya
mengeluarkan darah, pertanda dia telah terluka dalam.
Namun Hek Sin Kun sudah berpengalaman Di saat
terhuyung-huyung dia tidak gugup, maka masih tetap berdiri
di atas batang pohon itu. Lu Leng melihat jurus serangannya
berhasil melukai lawan, tapi tidak berhasil menjatuhkannya,
Ketika dia masih mau melancarkan serangan, Hek Sin Kun
sudah meloncat ke batang pohon lain.

1388
Lu Leng menahan sakit pada telapak tangannya,
Mendadak dia mengangkat tangan kirinya, Dapat dibayangkan
betapa sakitnya, sehingga membuatnya nyaris pingsan.
Namun dia masih dapat bertahan, kemudian naik ke atas,
Di saat bersamaan, terdengar Hek Sin Kun yang tertawa
terkekeh-kekeh.
"He he he! Bangsat kecil! Kau masih berani bertingkah!"
Tiba-tiba dia menendang batang pohon yang mengganjel
batang pohon lain, tempat Lu Leng berdiri di atasnya, Maka
batang pohon itu miring ke bawah, Lu Leng segera memegang
batang pohon itu dengan tangan kanannya, tapi dia tetap
jatuh ke bawah, Lu Leng segera memegang batang pohon itu
dengan tangan kanannya, tapi dia tetap jatuh ke bawah
bersama batang pohon tersebut.
Terdengar suara angin menderu-deru lewat telinganya,
kemudian terdengar pula suara tawa Hek Sin Kun yang
terkekeh-kekeh, sekejap badannya sudah merosot tiga empat
puluh depa. Akan tetapi, memang nyawa Lu Leng masih
panjang, Mendadak terdengar suara "Bum", ternyata batang
pohon itu menyangkut di sebuah batu yang menonjol di
dinding tebing.
Lu Leng cepat-cepat meloncat ke batu itu, dan berhasil
Begitu kakinya menginjak batu, legalah hatinya, sedangkan
batang pohon itu berguling, lalu meluncur ke bawah lagi, Di
saat bersamaan, Lu Leng mengeluarkan ilmu pemberat tubuh
agar tidak terjatuh.
Lu Leng berdiri di situ seperti kehilangan sukma, Sayupsayup
terdengar suara tawa Hek Sin Kun. Lu Leng
mendongakkan kepala, Dilihatnya Hek Sin Kun berdiri di atas

1389
batang pohon lain, sedang mendongakkan kepala sambil
tertawa gelak. Namun sepertinya dia tidak tahu akan kejadian
di bawah.
Lu Leng memandang ke bawah, di sana gelap tak terlihat
apa pun, Batang pohon yang jatuh tadi juga tidak tampak
sama sekali. Berada di batu itu, Lu Leng tahu, bahwa dirinya
naik tidak bisa turun pun sangat sulit, namun dia tidak bisa
terus berdiam diri di situ. Lu Leng menyobek ujung bajunya,
kemudian dibalutkan pada tangannya yang terluka itu, lalu dia
duduk beristirahat.
Tak seberapa lama, suara tawa Hek Sin Kun sudah tidak
terdengar lagi, Ternyata dia naik ke atas tebing dan tak lama
sudah tidak kelihatan. Lu Leng tahu bahwa sementara ini
dirinya memang tiada bahaya maka dia menghela nafas
panjang, Di saat dia ingin bangkit berdiri mendadak terdengar
suara Hek Sin Kun di atas tebing.
Dari jarak sejauh itu Lu Leng bisa mendengar suara Hek
Sin Kun, bukankah aneh sekali? sesungguhnya tidak aneh,
sebab suara Hek Sin Kun terbawa oleh angin, sedangkan
pendengaran Lu Leng amat tajam, maka dapat
mendengarnya.
Suara Hek Sin Kun membuat Lu Leng tertegun, karena
Hek Sin Kun seperti sedang berbicara dengan seseorang, Dia
mengatakan bahwa Panah Bulu Api tidak berada di tempat ini,
sebab tidak menemukan.
Setelah itu, dia menasihati orang itu agar pulang menemui
ibunya, Mendengar sampai di situ, Lu Leng bertambah
bingung, kemudian mendengarkan dengan penuh perhatian.

1390
"Kakakmu... Kitab iblis itu seharusnya diberikan kepada
kami. Ayah dan ibumu melihatmu... pasti mau
menyerahkan...."
Orang lain yang mendengar pembicaraan itu, sudah pasti
akan tercengang dan bingung, begitu pula Lu Leng, Namun
hatinya tergetar keras, maka segera bertanya pada diri
sendiri, sebelumnya Hek Sin Kun sedang berbicara dengan
siapa?
Tak seberapa lama, dalam hatinya sudah terdapat sebuah
jawaban, namun jawaban itu membuat dirinya sendiri tidak
berani percaya.
Walau itu merupakan hal yang tidak mungkin, tapi setelah
Lu Leng berpikir secara teliti, justru merasa tidak akan keliru
dugaannya, Saat ini, suara Hek Sin Kun sudah tidak terdengar
lagi, juga tidak terdengar suara orang kedua itu, kini hanya
terdengar suara angin gunung.
Lu Leng berpikir lagi, tetap menemukan jawaban yang
sama seperti tadi, yaitu Hek Sin Kun berbicara dengan Tam
Goat Hua atau Tam Ek Hui, kemungkinan besar dengan Tam
Goat Hua.
Sebab Hek Sin Kun menyinggung tentang "Kitab iblis" dan
"Kakek", sedangkan kepandaian Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua
berasal dari Kitab iblis peninggalan Mo Liong Seh Sih, lagipula
Seh Cing Hua memang putrinya.
Lu Leng yakin Hek Sin Kun berbicara dengan Goat Hua,
bukan dengan Tam Ek Hui, itu berdasarkan nada pembicaraan
Hek Sin Kun.

1391
Hek Sin Kun bilang kalau Seh Cing Hua melihat, pasti akan
menyerahkan Kitab iblis itu, tentunya setelah melihat, Seh
Cing Hua pasti girang bukan main baru mau menyerahkan
Kitab iblis tersebut.
Hanya Tam Goat Hua yang akan membuat Tok Ciu Lo Sat-
Seh Cing Hua girang bukan main, tidak mungkin Tam Ek Hui.
Setelah berpikir bolak-balik, hati Lu Leng berdebar-debar
tidak karuan. Tanpa menghiraukan Hek Sin Kun mendengar
atau tidak, dia langsung berteriak-teriak sekeras-kerasnya.
"Kakak Goat! Kakak Goat!" Akan tetapi, tiada sahutan dari
atas, Lu Leng tidak putus asa. Dia terus berteriak, namun
tetap tiada sahutan. Dia masih terus-menerus berteriak hingga
hari mulai gelap, barulah dia berhenti berteriak dan merasa
putus asa, kemudian menghela nafas panjang. Namun dia
telah mengambil keputusan untuk naik ke atas, guna melihat
keadaan di atas,
Akan tetapi, tebing itu amat licin, bagaimana mungkin dia
naik ke atas? itu merupakan hal yang tak mungkin sama
sekali. Lagipula kini sudah gelap, kalau kurang berhati hati
pasti akan jatuh ke bawah dengan tulang hancur Berselang
beberapa saat, barulah tampak bulan bergantung di langit,
menerangi tempat itu, sedangkan Lu Leng sudah bertekad
untuk menempuh bahaya naik ke atas, akan tetapi telapak
tangan kirinya terasa sakit sekali ketika baru mengeluarkan
tenaga memegang ujung batu.
Kalau ingin mengandal pada tangan kanannya itu tidak
mungkin sama sekali. Lu Leng tertegun, akhirnya duduk untuk
beristirahat tapi justru malah tertidur karena saking lelah nya.
Ketika dia terjaga dari tidurnya, hari sudah terang.

1392
Dia mulai memperhatikan tempat di sekitarnya, Meskipun
naik ke atas tidak mungkin, namun turun ke bawah, asal
berhati-hati dengan sebelah tangan pun masih bisa.
Kalau menempuh bahaya naik ke atas, belum tentu Hek
Sin Kun masih berada di sana, maka akhirnya dia mengambil
keputusan untuk turun ke bawah. Lu Leng mulai merayap ke
bawah dengan hati-hati sekali. Hingga tengah hari, dia sudah
merosot ke bawah seratus depa lebih,
Di saat itulah dia mendengar suara seperti air mendidih
Dia tercengang, dan segera memandang ke bawah, namun
tidak tampak apa pun, Dia mulai merosot ke bawah lagi,
Berselang beberapa saat, suara itu terdengar makin jelas,
Kebetulan Lu Leng berada di atas sebuah batu yang menonjol
keluar dari tebing, Dia memandang ke bawah dan seketika
juga terbelalak dan amat terkejut sekali. Ternyata di bawah
sana terdapat sebuah telaga.
Di dalam telaga itu bukan air, melainkan semacam lumpur
yang amat panas, mengepulkan asap dan menimbulkan
gelembung-gelembung seperti air mendidih. Jarak Lu Leng
dengan telaga itu hanya belasan depa, maka suara gelembung
itu terdengar jelas dan amat menggetarkan jantung.
Menyaksikan itu, Lu Leng jadi tertegun, Dia sudah
menempuh bahaya turun ke bawah, tapi kini justru terhalang
oleh telaga itu. Kalau telaga air, dia masih bisa meloncat ke
dalamnya, Namun itu merupakan telaga lumpur yang
mendidih seandainya terjatuh ke dalam, apakah masih bisa
hidup? sungguh membuat Lu Leng pun jadi gugup dan panik.
Di saat dia termangu-mangu, justru muncul lagi kejadian
aneh. Ternyata dia mendengar suara tawa seorang gadis di
tempat jauh, tapi makin lama makin dekat. Lu Leng tertegun,

1393
Dia sama sekali tidak menduga, bahwa di tempat itu masih
ada suara orang. Lu Leng segera memandang ke arah suara
tawa itu. Di sekeliling telaga itu terdapat tebing yang amat
tinggi, namun di dinding tebing terdapat beberapa buah goa
yang cukup besar
Suara tawa anak gadis berasal dari sebuah goa di sebelah
timur Lu Leng terheran-heran. Dia tak berani bergerak namun
terus mengintip. Tak seberapa lama kemudian, terdengar
suara
"Phak Phak", kemudian terlihat sebuah sampan aneh
muncul dari goa itu. Bentuk sampan itu empat persegi
panjang, kira-kira hampir dua depa panjangnya, meluncur
perlahan di permukaan telaga lumpur itu.
Lu Leng membelalakkan matanya, agar dapat melihat lebih
jelas, Tampak dua anak gadis berdiri di dalam sampan,
masing-masing memegang sebuah pengayuh yang amat
panjang, Lu Leng tidak dapat melihat wajah mereka, namun
pakaian mereka amat aneh, warna warni entah dibikin dari
bahan apa.
Tak lama sampan aneh itu sudah berada di tengah-tengah
telaga lumpur Kedua gadis itu berhenti mengayuh, kemudian
mengeluarkan sebuah pancingan yang amat panjang, Tali
pancingan itu sebesar ibu jari dan kailnya pun amat besar
sekali.
Semakin lama, Lu Leng semakin merasa heran, sehingga
mulutnya ternganga lebar. Tampak kedua gadis itu mengambil
umpan. Temyata umpan itu sepotong daging sapi yang amat
besar, lalu dikaitkan pada kail pancingan itu, sekaligus
ditempar ke telaga lumpur dan langsung tenggelam.

1394
Kedua gadis itu duduk, kemudian yang lebih muda
berkata.
"Kakak, beberapa hari ini ada orang terus-menerus ke
mari, Bukankah aneh sekali?"
"Biar saja mereka ke mari Tapi di antara mereka tiada
seorang pun dapat memecahkan formasi peninggalan majikan
kita, Apakah masih kurang banyak tengkorak-tengkorak yang
ada di dalam formasi itu?" Gadis yang lebih muda
menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakak, menurutku itu tidak mungkin. Kemarin orang
berpakaian hitam dan gadis itu memasuki formasi.
Kelihatannya mereka mengerti tentang formasi itu lho!"
katanya.
Mendengar sampai di situ, hati Lu Leng berdebar-debar
keras. Kemudian terdengar gadis yang lebih tua menyahut
"Itu tidak mungkin, Kalau mereka mengerti tentang
formasi itu, sudah pasti mereka berdua menerobos keluar
Bagaimana mungkin masih terkurung di dalam formasi itu?"
Dia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan "Kelihatannya
orang berpakaian hitam mengerti sedikit, tapi gadis itu tidak
mengerti sama sekali."
"Kakak, yang paling kasihan adalah gadis itu, Tiga hari lalu
dia memasuki formasi itu."
Lu Leng tercengang, sebab pembicaraan mereka
menyangkut dua anak gadis, pertama kali dia mendengar
"orang berpakaian hitam dan gadis itu", sekarang malah
muncul gadis lain dalam pembicaraan kedua gadis itu, Siapa

1395
gadis tersebut? Karena tidak kenal kedua gadis itu, maka Lu
Leng tidak berani sembarangan bergerak.
Gadis yang lebih tua menghela nafas panjang, lalu berkata
lagi.
" Aku kasihan padanya dan merasa cocok dengannya.
Sudah lama hanya kita berdua, alangkah baiknya dia
menemani kita!"
"Kakak, bagaimana kalau kita memasuki formasi itu
menolongnya keluar?"
"Apa katamu? Kau berani tidak mendengar pesan dari
majikan?"
Gadis yang lebih muda tampak terkejut. seketika dia diam
tak berani bersuara lagi, Berselang sesaat, barulah dia
membuka mulut
"Kakak, gadis itu datang bersama seseorang yang rupanya
mirip setan. Ketika baru datang, gadis itu kelihatan dikuasai
oleh orang itu, namun hari pertama setelah memasuki formasi
itu, orang itu justru mati di tangan gadis tersebut. Kakak,
menurutmu mereka berdua punya hubungan apa?"
"Entahlah!.... Cepat! Cepat! Tali pancingan sudah
bergerak-gerak!". Kedua gadis itu segera mengangkat
pancingan tersebut
Di kail pancingan itu telah bertambah suatu benda yang
penuh lumpur, lalu jatuh ke dalam sampan, Namun tidak
terlihat jelas oleh Lu Leng benda apa itu.

1396
Salah satu gadis itu segera mengayunkan tangan-nya,
kemudian terdengar suara "Plak" ternyata sebuah paku besar
yang panjangnya hampir setengah depa, memaku benda itu
pada dasar sampan.
Barulah kedua gadis itu menarik nafas lega, kemudian
saling memandang dan lalu tertawa.
"Kakak, apakah kau melihat gadis yang datang bersama
orang berpakaian hitam itu, kelihatannya agak aneh?"
"Jangan omong kosong lagi!"
"Aku tidak omong kosong, sepasang mata gadis itu agak
mirip nyonya majikan. sedangkan orang berpakaian hitam itu,
begitu memasuki formasi langsung berjalan ke kanan tujuh
langkah, ke kiri tujuh langkah, Kalau dia tidak mengerti
formasi peninggalan majikan, aku tidak percaya sama sekali."
Saat ini, walau Lu Leng tidak tahu asal-usul kedua gadis
itu, namun berdasarkan pembicaraan mereka, dapat diketahui
bahwa mereka berdua adalah pelayan seorang tokoh tua
rimba persilatan, sedangkan tokoh tua tersebut sudah tiada di
dunia.
Tempat tinggal tokoh tua itu dilengkapi dengan semacam
formasi, agar orang lain tidak bisa memasuki tempat
tinggalnya, itu hanya merupakan dugaan Lu Leng, setelah itu
dia mengintip lagi, Tampak yang lebih tua tertegun, lama
sekali baru berkata.
"Benar juga katamu, Dulu majikan pernah bilang, yang
dapat memecahkan formasinya, sudah pasti seorang wanita,
Tapi, bagaimana orang berpakaian hitam itu mengerti formasi
peninggalan majikan kita?"

1397
Gadis yang lebih muda tertawa.
"Kau tanya aku, akupun tidak tahu, Gadis itu terkurung di
dalam formasi sudah beberapa hari, aku khawatir dia akan
mati kelaparan, maka bagaimana kita....
Gadis yang lebih tua langsung membentak.
"Majikan telah berpesan ketika masih hidup, kita tidak
boleh melanggar pesan itu. Sudahlah! Kau jangan omong
kosong lagi!" Dia berhenti sejenak kemudian menghela nafas
panjang dan melanjutkan
"Gadis itu sungguh kasihan Lagipula kadang-kadang
bergumam sendiri, memanggil "Lu siauhiap", kedengarannya
Lu siauhiap itu adalah jantung hatinya, Kalau dia mati, Lu
siauhiap itu pasti berduka sekali."
Lu Leng yang sedang mendengar itu, semula tidak begitu
memperhatikan gadis yang terkurung di dalam formasi itu,
hanya mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai
orang berpakaian hitam dan gadis yang bersamanya itu,
Akan tetapi. kini mendengar gadis yang terkurung . di
dalam formasi bergumam memanggil Lu Siauhiap, itu
membuat Lu Leng menjadi tertegun. Apakah gadis tersebut
adalah Tam Goat Hua?
Oleh karena itu, tanpa sadar Lu Leng berseru sekeraskerasnya.
"Hei! Siapa kalian berdua?"

1398
Suara seruan Lu Leng amat mengejutkan kedua gadis itu,
maka mereka berdua segera mendongakkan kepala, Di saat
bersamaan, Lu Leng meloncat turun ke arah sampan itu.
Kedua gadis itu bertambah terkejut, dan langsung
mengayunkan pancingan ke arah Lu Leng,
Badan Lu Leng masih berada di udara, lagipula tangan
kirinya telah terluka. sesungguhnya tidak sulit baginya
mengelak, Tapi sasarannya adalah sampan itu, kalau dia
mengelak, otomatis badannya akan jatuh ke dalam telaga
lumpur.
Karena itu, tanpa banyak pikir lagi, dia langsung
menjulurkan tangan kanannya untuk menepuk kail pancingan
yang mengarahnya,
Plak!
Kail pancingan itu terpental justru melingkar galah
pancingan tersebut, sedangkan badan Lu Leng terus merosot
ke bawah ke arah sampan itu,
Akan tetapi, mendadak kedua gadis itu membentak sambil
menyentakkan galah pancingan, sehingga talinya melilit badan
Lu Leng.
Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia cepat-cepat
menjulurkan tangannya untuk memutuskan tali pancingan,
namun tali pancingan itu amat kuat, tidak dapat diputuskan
Maka badan Lu Leng merosot lagi ke bawah, justru ke arah
telaga lumpur itu!

1399
* * * *
Bab 65
Di saat dirinya hampir jatuh ke telaga lumpur, mendadak
Lu Leng memegang tali pancingan itu, lalu menyentakkannya
sekuat-kuatnya, Maka badannya melayang ke arah sampan
dan jatuh di dalamnya.
Dia menarik nafas lega, namun kedua gadis itu langsung
melilitnya dengan tali pancingan, sehingga badan Lu Leng tak
dapat bergerak sama sekali.
Kedua gadis itu tertawa cekikikan, sedangkan Lu Leng
amat gusar Tapi dia tahu bahwa kedua gadis itu tidak pernah
bertemu orang luar, maka bersikap demikian terhadapnya.
Setelah berpikir demikian, kegusaran Lu Leng menjadi
reda.
"Aku tidak berniat jahat." katanya,
Ketika berkata, Lu Leng mengerahkan Lweekang,
maksudnya untuk memutuskan tali pancingan, Tapi tali
pancingan itu tidak putus, sebaliknya malah tangannya terasa
sakit sekali, karena tali pancingan masuk ke dalam dagingnya,
Kini Lu Leng baru tahu, bahwa itu bukan tali
sembarangan, maka dia mendongakkan kepala seraya
berkata,
"Aku sama sekali tidak berniat jahat, tolong lepaskan
diriku!"
Kedua gadis itu saling memandang,

1400
"Di tempat ini tidak pernah ada orang lain, kau siapa?
Kami tidak mengenalmu, bagaimana bisa tahu kau orang baik
atau jahat? sekarang kau sudah tertangkap, akan kami bawa
pulang dulu." kata gadis yang lebih tua.
Melihat mereka berdua amat tak tahu aturan, gusarlah Lu
Leng.
"Sesungguhnya aku tidak takut pada kalian berdua, hanya
ingin tahu tentang seseorang dari kalian! Kalau kalian tidak
mau melepaskan diriku, aku pun tidak akan bertindak sungkan
lagi!" bentaknya.
Usai membentak, Lu Leng menggerak-gerakkan kedua
belah tangannya yang terlilit tali pancingan, maka dia tidak
bisa melancarkan serangan.
Akan tetapi, galah pancingan yang ikut melekat pada
badannya, mendadak bergerak cepat menyerang kedua gadis
itu. Kedua gadis itu tampak tertegun. justru di saat
bersamaan, galah pancingan itu telah menghantam mereka.
"Aduuh!" jerit kedua gadis itu.
Mereka segera menangkap galah pancingan itu, kemudian
yang satu meloncat ke depan, yang lain meloncat ke
belakang, sedangkan Lu Leng jadi di tengah-tengah.
Lu Leng tahu bahwa gerakan mereka amat cepat, tapi ilmu
silat mereka masih di bawahnya, Namun karena badannya
terlilit oleh tali pancingan, maka tidak bisa berbuat apa-apa.
Saat ini, dia tidak tahu bahwa kedua gadis itu mau berbuat
apa, namun dia tetap membentak.

1401
"Kalian masih tidak mau melepaskan diriku? Kalau aku
berniat jahat, tadi kalian berdua pasti sudah terpental ke
telaga lumpur!"
Kedua gadis itu meludah.
"Phui! jangan sok! Lihatlah kelihayan kami!"
Gadis yang lebih muda berkata lagi,
"Kakak, biar dia lihat dulu permainan kita, agar hatinya
terkejut!"
Gadis yang tua manggut-manggut.
"Betul!"
Lu Leng sudah tahu akan adanya ketidak beresan, jelas
kedua gadis itu akan menenggelamkannya ke dalam telaga
lumpur. Oleh karena itu, dia segera mengerahkan Lwee-kang.
Namun membuat sekujur badannya terasa sakit sekali
Guguplah Lu Leng dan merasa menyesal sekali,
seharusnya tadi ketika dia di atas batu bicara jelas dulu
dengan mereka, jangan langsung meloncat ke sampan itu.
Mendadak kedua gadis itu memandangnya, kemudian
tertawa cekikikan Mereka berwajah agak buruk, namun
kelihatan tidak jahat Mereka berdua tertawa cekikikan hanya
dikarenakan ingin mengadakan suatu permainan yang
menggelikan hati, karena itu, hati Lu Leng agak lega.
Kedua gadis itu menggeserkan badan sedikit, kemudian
mengambil sebuah tong air.

1402
Setelah itu, mereka menyiram ke depan, namun bukan ke
arah Lu Leng, melainkan ke arah makhluk yang terpantek di
dasar sampan yang penuh lumpur itu,
Begitu tersiram air, makhluk itu menjadi bersih, Lu Leng
memandang ke sana, tampak makhluk itu bercahaya dan
seketika juga sekujur badan Lu Leng menjadi dingin.
Ternyata yang terpantek di dasar sampan itu merupakan
makhluk aneh, Sisik-sisik di punggungnya memancarkan
cahaya, kelihatan indah sekali,
Menyaksikan makhluk aneh itu, Lu Leng segera bertanya,
"Itu makhluk apa?"
Gadis yang agak muda tertawa, kemudian menyahut.
"Makhluk itu hanya terdapat di telaga lumpur ini, kami pun
tidak tahu makhluk apa itu, Tapi tahu dagingnya amat enak
dan harum, kalau dimakan bisa menambah tenaga, Kami
makan dia, dan dia pun sering makan orang, Banyak sekali
makhluk itu di dalam telaga lumpur ini."
Nada suara gadis itu, kedengarannya akan menjadikan
dirinya sebagai umpan, maka betapa terkejutnya Lu Leng.
"Kalian mau apa?" tanyanya,
Gadis yang muda menyahut
"Bukankah tadi kau bilang mau menjatuhkan kami ke
dalam telaga lumpur ? Nah! Kini kami yang akan
menenggelamkan kau ke telaga lumpur!"

1403
Lu Leng mengerutkan kening,
"Aku tidak kenal kalian, kenapa kalian tega berbuat
demikian?"
Kedua gadis itu tertawa, kemudian mendadak mengangkat
galah pancingan.
Tapi Lu Leng memang sudah siap sebelumnya, Dia
langsung mengerahkan ilmu pemberat badan, sehingga kedua
gadis itu tidak kuat mengangkat galah pancingan itu.
Gadis yang lebih tua mengeluarkan suara "lh" lalu berkata,
"Tak disangka, kau memiliki kepandaian juga!"
Kedua gadis itu mundur selangkah. justru membuat lilitan
itu bertambah kencang membuat Lu Leng kesakitan, maka
tidak dapat mengerahkan ilmu pemberat badan lagi,
Mendadak Lu Leng merasa badannya terangkat ke atas.
Setelah itu, perlahan-lahan tergeser ke pinggir sampan
mengarah telaga lumpur itu, lalu turun per-lahan-lahan.
Betapa terkejutnya Lu Leng, dia amat gugup dan gusar
sehingga berteriak-teriak.
"Kalian berbuat kejahatan apakah tidak takut disambar
petir?"
Kedua gadis itu menyahut serentak sambil tertawa.
"Tidak takut!"

1404
Mereka berdua menurunkan lagi galah pancingan hingga
badan Lu Leng hampir menyentuh lumpur telaga.
Tiba-tiba dari lumpur itu muncul seekor makhluk aneh.
sepasang japitnya menyambar Lu Leng.
Saat ini, Lu Leng sudah tidak bisa mengadakan
perlawanan Dia hanya pasrah sambil memejamkan mata dan
membatin tidak mati di tangan Hek Sin Kun, kini malah akan
mati di tangan kedua gadis itu.
Akan tetapi, mendadak badannya terangkat ke atas, Lu
Leng segera membuka mata. Tampak kedua gadis itu tertawa
geli. Ternyata mereka hanya ingin menakutinya, maka hati Lu
Leng menjadi lega.
Dia memandang kedua gadis itu, kebetulan kedua gadis
itu pun sedang memandangnya, salah satu gadis itu berkata.
"Bagaimana? Apakah kau masih berani omong sok di
depan kami?" kata gadis yang tua.
Lu Leng diam saja, justru amat mengherankan ternyata
usia kedua gadis itu sudah empat puluhan tapi suara maupun
gerak-gerik mereka persis seperti anak gadis, itu membuat Lu
Leng merasa gusar tapi juga merasa geli.
Majikan mereka pasti berpesan kepada mereka, tidak
boleh mencelakai orang lain, maka mereka berdua hanya
menakuti saja, Oleh karena itu, timbul suatu akal dalam hati
Lu Leng.
Seketika juga Lu Leng berkata sungguh-sungguh, bahkan
dengan suara dalam pula.

1405
"Kalian berdua jangan bergurau lagi, cepat tarik aku ke
atas! Apakah kalian berdua tidak takut melanggar pesan
majikan kalian itu?"
Begitu mendengar ucapan Lu Leng, kedua wanita itu
tampak terkejut, kemudian saling memandang dengan mulut
membungkam.
Lu Leng bergirang hati karena ucapannya amat jitu
terhadap kedua wanita itu,
"Terus terang, kepandaianku jauh lebih tinggi dari kalian
berdua, hanya saja aku kurang hati-hati, maka terjerat oleh
tali pancingan Kalian tidak berniat mencelakaiku Kalau
sebentar lagi aku terlepas dari tali pancingan, aku betul-betul
akan melempar kalian ke dalam telaga lumpur ini, biar
dimangsa oleh makhluk aneh itu."
Lu Leng sudah tahu bahwa kedua wanita itu agak tolol,
maka harus menggunakan kata-kata yang bernada
mengancam.
Tidak salah. Wajah kedua wanita itu langsung berubah
ketakutan.
"Kalau kami melepaskanmu, kau tidak akan menyalahkan
kami kan?" tanya wanita yang lebih muda.
"Tentu tidak," sahut Lu Leng.
Kedua wanita itu menarik nafas lega, lalu menarik Lu Leng
ke atas, sekaligus ditaruh ke dalam sampan.
Ketika Lu Leng baru berdiri, tampak dua sosok bayangan
berkelebat dan tak lama tali pancingan itu sudah terlepas.

1406
Lu Leng segera merentangkan kedua tangannya agar rasa
kakunya hilang, justru di saat itulah dia melihat kedua wanita
itu sedang berbicara.
"Dia tidak memasuki formasi itu harus kita apakan dia?"
tanya wanita yang lebih muda.
"Majikan tidak berpesan kita harus bagaimana?"
Wanita yang lebih tua balik bertanya.
Mendengar percakapan itu, Lu Leng tertawa dalam hati,
Majikan mereka pasti tahu kedua wanita itu agak tolol,
sehingga apa-apa harus berpesan.
Walau mereka berdua agak tolol, tapi berhati baik, tidak
mau sembarangan mencelakai orang lain.
Lu Leng tidak ingin mempermainkan mereka, melainkan
bertanya sungguh-sungguh,
"Bolehkah aku tahu nama besar majikan kalian?"
Kedua wanita itu menggelengkan kepala, kemudian wanita
yang lebih tua berkata,
"Majikan kami berpesan, tidak boleh memberitahukan
kepada siapa pun."
"Di mana majikan kalian sekarang?"
"Dia meninggalkan tempat ini sudah sembilan belas
tahun," sahut wanita yang lebih muda.

1407
"Bukan sembilan belas tahun, tapi delapan belas tahun,"
sambung wanita yang lebih tua.
"Aku bilang sembilan belas tahun!" bentak wanita yang
lebih muda.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala dan berkata,
"Sudahlah! jangan ribut! Kalian bawa aku ke tempat
tinggal kalian, aku ingin melihat siapa yang terkurung di dalam
formasi itu, apakah dia yang kucari itu!"
Kedua wanita itu tertegun
"Ini...."
"Kalian berdua boleh berlega hati, Majikan kalian tidak
berpesan, harus diapakan kalau ada orang datang dari dinding
tebing. Ya, kan?" kata Lu Leng,
"Betul!" sahut mereka serentak
"Nah! itu tidak salah! cepatlah bawa aku ke sana, jangan
membuang waktu di sini!" kata Lu Leng.
Ucapan Lu Leng barusan memang agak membingungkan,
sehingga membuat kedua wanita itu menjadi tertegun,
akhirnya mereka berdua manggut-manggut.
"Betul, untung kau menyadarkan kami."
Lu Leng tertawa dalam hati. sedangkan kedua wanita itu
sudah mulai mengayuh sampan menuju goa.

1408
Tak seberapa lama, sampan itu sudah memasuki goa
tersebut dan jalannya mulai laju.
Lu Leng menundukkan kepala untuk melihat. Ternyata di
bawah adalah air yang amat jernih. itu sungguh
mengherankan Lu Leng, memang merupakan keajaiban alam,
kemudian dia mendongakkan kepala, Tampak batu-batu di
langit-langit goa bergemerlapan, bahkan amat aneh pula
bentuknya. Dari batu-batu itu air menetes turun bagaikan
hujan rintik-rintik. Sungguh merupakan tempat yang amat
mengesankan!
Berselang beberapa saat, sampan itu sudah meluncur
keluar dari goa. Ketika memandang ke depan, terbelalaklah Lu
Leng,
Ternyata di depan matanya terbentang sebuah telaga
yang amat luas, dikelilingi tebing yang amat tinggi permukaan
telaga itu bagaikan cermin. sungguh indah pemandangan di
tempat itu.
Setelah sampan berada di telaga tersebut, kedua gadis itu
bertambah cepat mengayuhnya,
Berselang beberapa saat, sampan ku sudah menepi. Lu
Leng memperhatikan tempat itu, dan seketika tertegun,
Ternyata dia melihat sebuah bangunan yang amat indah,
Bangunan itu mirip sebuah istana, semuanya terdiri dari batu
warna merah muda, maka tampak tegar dan megah sekali.
Lu Leng tahu, majikan istana itu pasti seorang tokoh aneh
yang sudah tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi,
sayang sekali tidak tahu namanya.

1409
Setelah sampan itu menepi, kedua wanita tersebut
meloncat ke darat Lu Leng mengikuti mereka dari belakang.
Tak seberapa lama, mereka sudah sampai di undakan
tangga batu, Kedua wanita itu berjalan ke atas. Lu Leng tetap
mengikuti dari belakang sambil memperhatikan tempat
tersebut, namun tidak melihat formasi yang dikatakan kedua
wanita itu. Dia ingin tahu, gadis yang disebut itu apakah Tam
Goat Hua?
Berselang sesaat mereka sudah sampai di depan istana,
Kedua wanita itu berhenti, kemudian yang lebih muda
membalikkan badan seraya berkata,
"Sudah sampai!"
Lu Leng tertegun
"Sudah sampai? Di mana formasi itu? Cepat bawa aku ke
sana!"
Kedua gadis itu menyahut
"Tidak bisa! Majikan pernah berpesan begitu."
Sebetulnya Lu Leng mau turun tangan membengkuk
mereka, Namun setelah berpikir sejenak, dibatalkannya niat
itu. Dia menyadari bahwa sebelah tangannya telah terluka,
maka kecil kemungkinannya untuk bisa membekuk mereka.
Oleh karena itu, Lu Leng tetap bersabar, kemudian
mengalihkan pembicaraan.
"Wah! Sungguh indah istana ini! Bolehkah kalian
membawaku ke dalam melihat-lihat?"

1410
Kedua wanita itu mengangguk.
"Baik, tapi kau tidak boleh keluyuran sembarangan !"
Lu Leng segera manggut-manggut. Kedua wanita itu
segera mendorong daun pintu istana, lalu berjalan ke dalam
dan diikuti Lu Leng dari belakang. Di situ terdapat sebuah
ruang yang amat besar.
Dekorasi ruangan itu amat indah menakjubkan, Di manamana
bergemerlapan batu permata, sehingga menyilaukan
mata, Barang-barang yang ada di dalamnya sangat berharga.
Ayah Lu Leng, semasa hidupnya juga amat suka
mengumpulkan barang-barang berharga. Semua barangbarang
berharga miliknya disimpan di dalam gudang batu.
Pada waktu itu, Lu Leng masih kecil, namun pernah
menyaksikannya, Namun kalau dibandingkan dengan barangbarang
yang ada di ruang besar itu belum seberapanya.
Maka tidak mengherankan kalau Lu Leng tertegun ketika
melihat barang-barang itu.
Tiba-tiba wanita yang lebih tua berkata.
"Heran! Barang-barang itu cuma memancarkan cahaya,
tapi siapa pun menyaksikannya pasti merasa suka sih?"
"Memang mengherankan! Hari itu kita mengambil
beberapa buah barang yang di sini, kita berikan kepada
seseorang, orang itu justru menyembah-nyembah kita dan
mengucapkan terimakasih!" sambung wanita yang lebih muda.

1411
"Kau masih berani omong? Kalau majikan pulang dan
tahu, kita pasti dihukum!"
Mendengar percakapan kedua wanita itu hati Lu Leng
tertarik.
"Kalian memberikan apa kepada orang itu?" tanyanya.
Kedua wanita itu berpikir sejenak, lalu menjawab.
"Sebuah batu hijau dan sebuah batu merah berbentuk
seperti singa, serta seekor naga kuning dan... sebuah barang
berbentuk bulat yang memancarkan cahaya."
Ke empat macam barang itu amat berharga, tapi di mulut
mereka berdua justru merupakan barang yang tak berharga
sama sekali.
Ketika mendengar itu, di rongga dada Lu Leng langsung
menyala api kegusarannya, dan wajahnya tampak berubah.
Lu Leng masih ingat, tiga tahun lalu seseorang mengaku
bernama Ki Hok menitip sebuah kotak kayu kepada ayahnya,
sebagai imbalannya adalah keempat barang berharga itu.
Karena menerima keempat barang berharga itu, akhirnya
keluarga Thian Hou Lu Sin Kong menjadi hancur berantakan,
bahkan kemudian muncul pula Uok Ci Khim Mo menimbulkan
petaka dalam rimba persilatan.
Teringat akan semua itu, Lu Leng langsung membentak
"Bagaimana rupa orang itu?"

1412
Suara bentakan Lu Leng membuat kedua wanita itu
tertegun dan kemudian juga balas membentak.
"Jangan sok, siapa takut bentakan mu ?"
Lu Leng segera maju selangkah, tangan kanannya
diangkat siap melancarkan serangan.
Kedua wanita itu berteriak-teriak aneh.
"Bocah ini bukan orang baik!"
Mereka berdua lalu mencelat mundur
Lu Leng menatap mereka. Mendadak dia teringat bahwa
kedua wanita itu tiada sangkut pautnya dengan urusan itu,
Kemungkinan besar setelah Liok Ci Khim Mo memperoleh Pat
Liong Thian Im, kebetulan lewat di tempat ini dan bertemu
dengan kedua wanita tersebut, maka kedua wanita itu
memberinya keempat macam barang berharga itu.
Kedua wanita itu sering bermain di luar, jangan-jangan ke
tujuh batang Panah Bulu Api telah diambil mereka. Pikir Lu
Leng,
Kemudian Lu Leng mau membuka mulut ingin bertanya,
namun wanita yang lebih muda sudah berseru.
"Kurung dia di ruang besar ini! Tapi kita jangan
membunuhnya jadi tidak melanggar pesan majikan!"
Yang lebih tua segera menyahut.
"Betul!"

1413
Lu Leng tertegun. Di saat bersamaan terdengar suara "Ser
Ser", ternyata kedua wanita itu telah menyerangnya dengan
tali pancingan.
Tadi Lu Leng pernah merasakan keliyahan tali pancingan
itu. Tentunya dia tahu bahwa kedua wanita itu bertenaga
amat besar, tapi ilmu silat mereka tidak begitu tinggi.
Akan tetapi, tali pancingan itu amat lihay dan sulit
ditangkis, sepasang kail sudah menyambar ke arah Lu Leng.
Lu Leng cepat-cepat mencelat ke belakang sehingga serangan
itu mengenai tempat kosong.
Kedua wanita itu berteriak aneh dan menyerang lagi.
Di saat bersamaan mendadak Lu Leng membentak.
"Berhenti!"
"Kami tidak akan membunuhmu, hanya akan
mengurungmu biar kau mati sendiri !" sahut kedua wanita itu.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalian berdua bukan tandinganku, jangan bermimpi!"
Kedua wanita itu mendengus dingin talu mulai menyerang
Lu Leng lagi, Apa boleh buat Lu Leng terpaksa berkelit ke sana
ke mari.
Tak terasa pertarungan mereka telah melewati enam belas
jurus, namun kedua wanita itu masih terus-menerus
menyerangnya dengan sengit

1414
Melihat mereka berdua tidak mau berhenti, Lu Leng
menjadi gusar, dan seketika membentak bagaikan suara
geledek.
"Hanya karena memandang muka majikan kalian, maka
aku tidak mau turun tangan! Tapi kalau kalian masih tidak
mau berhenti, jangan menyalahkan diriku!"
Tangan kanan Lu Leng langsung bergerak, ternyata dia
telah mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
Puncak Menembus Awan) ke arah kedua wanita itu, dan
seketika terdengar suara menderu-deru.
Kedua wanita itu kelihatan seperti tidak tahu akan
kelihayan serangan Lu Leng ketika melihat Lu Leng
menggerakkan kedua jari tangannya, mereka berdua tertawa
geli dan berhenti.
Itu adalah ilmu Kim Kong Sin Ci yang amat lihay dan
cepat, Di saat mereka berdua tertawa geli, angin serangan itu
sudah sampai di bahu mereka.
Lu Leng masih berbelas kasihan pada mereka, Maka ketika
menyerang, dia hanya menggunakan empat bagian
tenaganya, dan serangannya hanya di arahkan ke bahu
mereka.
"Hah?" Kedua wanita itu menjerit kaget, kemudian
terpental dan jatuh terlentang,
Lu Leng segera melesat ke sana dan langsung mengikat
mereka dengan tali pancingan. Wajah kedua wanita itu
tampak tercengang, seakan merasa heran kenapa mereka
berdua bisa jatuh mendadak!

1415
Lu Leng tertawa seraya bertanya.
"Kalian berdua tunduk padaku?"
Kedua wanita itu terperangah,
"Kau bisa ilmu siluman?"
Lu Leng langsung membentak
"Jangan omong yang bukan-bukan!"
"Kalau kau tidak bisa ilmu siluman, bagaimana mungkin
kedua jari tanganmu dapat merobohkan kami?"
"ltu adalah ilmu tingkat tinggi, tentunya kalian berdua
tidak tahu dan tidak mengerti!" kata Lu Leng sambil
mengerutkan kening.
Usai berkata begitu, Lu Leng langsung menunjuk sebuah
teko yang berada di situ. Terdengar suara "Bum", teko itu
hancur berantakan
"Kalian berdua sudah lihat, kalau aku tadi berniat jahat
terhadap kalian, nyawa kalian pasti sudah melayang!"
Kedua wanita itu terkejut, sehingga tidak bisa
mengucapkan apa-apa.
"Kalian sudah tahu akan kelihayanku, tapi masih tidak mau
membawaku pergi melihat gadis yang terkurung di dalam
formasi itu?"

1416
Kedua wanita itu saling memandangi lalu mendadak
menangis gerung-gerungan.
Lu Leng terbelalak menyaksikannya. "Kenapa kalian
menangis?" tanyanya, Kedua wanita itu menyahut dengan air
mata bercucuran.
Bagian 31
"Kami tidak kuat melawanmu tapi juga tidak berani
melanggar pesan majikan."
Lu Leng melihat kedua wanita itu berhati jujur dan amat
setia kepada sang majikan, akhirnya dia menghela nafas
panjang.
"Kalau begitu, kalian berdua tidak usah mempedulikanku,
biar aku pergi mencari sendiri, maka kalian berdua tidak
melanggar pesan majikan kalian. Bukankah itu baik sekali?"
Mendengar kata-kata Lu Leng itu, mereka langsung
berhenti menangis, lalu tertawa seraya berkata.
"Baik! Baik sekali! Hei! Maukah kau makan daging makhluk
itu?"
Begitu teringat akan bentuk makhluk aneh itu, seketika
perut Lu Leng merasa mual.
"Tidak mau, tidak mau! Tapi perutku sudah lapar, tolong
ambilkan makanan lain untukku!"

1417
Kedua wanita itu mengangguk, lalu segera berjalan pergi
setelah Lu Leng membuka tali pancingan yang mengikat
mereka.
Tak seberapa lama kemudian, mereka berdua sudah
kembali dengan membawa berbagai macam buah-buahan,
dua ekor ikan besar dan semangkok nasi yang masih
mengepulkan asap.
Tanpa sungkan-sungkan lagi, Lu Leng langsung bersantap
dengan lahapnya hingga kenyang.
Kedua wanita itu berdiri di hadapan Lu Leng dengan sikap
hormat Seusai Lu Leng makan, mereka berdua cepat-cepat
membereskan semua itu.
Setelah kenyang, Lu Leng justru merasa telapak
tangannya sakit sekali, dan lima jari tangannya tidak bisa
bergerak, seketika dia berpikir, majikan istana ini bukan orang
biasa, pasti menyimpan berbagai macam obat, maka dia
segera berkata.
"Tanganku terluka, apakah kalian berdua punya obat?"
Kedua wanita itu saling memandang sejenak.
"Ada, Luka di tanganmu amat parah? Coba kami lihat!"
kata wanita yang lebih tua.
Lu Leng membuka pembalut telapak tangannya Dia
menahan rasa sakit sambil memperlihatkan lukanya kepada
kedua wanita itu,

1418
Saat ini Lu Leng merasa heran karena luka di telapak
tangannya masih begitu sakit, Padahal sudah lewat sekian
lama, seharusnya sudah tidak terasa sakit lagi.
Akan tetapi, kini rasa sakitnya bukannya berkurang,
malahan bertambah.
Ketika membuka pembalut itu, Lu Leng amat berhati-hati
sekali. Begitu pembalut itu terbuka, langsung tercium bau
busuk.
"Haaah!" seru kedua wanita itu lalu memandang telapak
tangan Lu Leng.
Lu Leng pun terbelalak bahkan tampak terkejut sekali
Ternyata telapak tangannya sudah berlobang, Daging di
pinggiran lobang itu sudah mulai membusuk dan
mengeluarkan darah berwarna ungu.
"Aneh! Luka itu seperti terkena racun Siau Goan San!" kata
wanita yang lebih muda.
"Betul, Telapak tangannya terluka oleh senjata rahasia
berupa jarum beracun." sahut wanita yang lebih tua.
Ketika mendengar perkataan kedua wanita itu, Lu Leng
tertegun dan membungkam seketika.
Karena kedua wanita itu kelihatannya tidak pernah
berkecimpung dalam rimba persilatan Lagipula tutur bahasa
maupun gerak-gerik mereka berdua, tampak agak ketololtololan,
jelas bukan wanita pintar Akan tetapi, ketika melihat
luka di telapak tangan Lu Leng, mereka berdua justru tahu

1419
senjata apa yang melukai telapak tangannya dan tahu pula
racun apa itu!
Setelah tertegun hatinya menduga bahwa mereka berdua
adalah komplotan Hek Sin Kun, hanya berpura tolol untuk
menipunya.
Karena menduga begitu, wajah Lu Leng langsung
berubah, Dia mendadak bangkit berdiri seraya membentak
"Bagaimana kalian bisa tahu itu?"
Wajah kedua wanita itu tampak biasa, Kemudian yang
lebih tua menyahut.
"Jarum beracun itu adalah senjata peninggalan majikan
kami yang kami gunakan untuk membunuh sapi hutan, Maka
ketika melihat luka di tanganmu, tentunya kami tahu. Kalau
bukan terkena racun Siau Goan San, apakah terkena racun
lain?"
Sementara Lu Leng terus memperhatikan mereka berdua,
namun tidak tampak sikap yang dibuat-buat. Mereka berdua
kelihatan wajar-wajar saja.
Namun kecurigaan Lu Leng tidak sirna begitu saja, karena
kaum rimba persilatan tahu bahwa jarum beracun itu
merupakan senjata rahasia andalan Hek Sin Kun dan tidak
pernah terdengar tokoh lain menggunakan senjata rahasia
tersebut.
Oleh karena itu, Lu Leng segera bertanya.
"La!u siapa majikan kalian? Cepat bilang!"

1420
* * * *
Bab 66
Kedua wanita itu saling memandangi lama sekali barulah
yang lebih muda menyahut.
"Tidak bisa bilang, Majikan kami pernah berpesan setelah
dia pergi, kalau ada orang ke mari, pasti adalah majikan muda
atau nona. Kau ke mari melalui tebing belakang, sudah bagus
kami mau mengajakmu ke mari Kenapa kau masih mendesak
kami untuk memberitahukan tentang majikan kami?"
Lu Leng menghela nafas panjang, kemudian menaruh
tangannya di atas meja batu.
"Kalian tahu tentang racun ini, tentunya punya" obat
penawarnya kan?" tanyanya,
Kedua wanita itu tertawa.
"Tentu punya, Kau tunggu sebentar." sahut wanita yang
lebih muda.
Kedua wanita itu berlari ke dalam sambil tertawa-tawa.
sedangkan Lu Leng tidak habis pikir dan terheran-heran,
kenapa kedua wanita itu kelihatan tidak berniat jahat terhadap
dirinya, malah sebaliknya tampak gembira sekali
Lu Leng menengok ke sana ke mari, Dia ingin menemukan
sesuatu untuk dapat mengetahui identitas sang majikan,
tetapi sama sekali tidak melihat sesuatu yang diinginkannya.

1421
Lu Leng terus menunggu, tapi kedua wanita itu belum
muncul juga, Tiba-tiba dia teringat akan mutiara Soat Hun Cu,
kenapa tidak dikeluarkan untuk dicoba?
Di saat dia baru mau mengeluarkan Soat Hun Cu,
terdengarlah suara tawa kedua wanita itu. Ternyata mereka
berdua sudah kembali dan wanita yang lebih muda tampak
membawa sebuah kotak giok.
Sampai di hadapan Lu Leng, wanita tersebut segera
menaruh kotak giok itu ke atas meja batu,
"Majikan bilang, barang yang di dalam kotak ini, dapat
memunahkan segala macam racun cobalah kau buka, entah
barang itu dapat dimakan tidak?" katanya.
Yang dapat memunahkan segala macam racun, hanya
Ginseng salju yang ribuan tahun dan Cit Sek Ling Che,
bagaimana mungkin mereka memilikinya? Lu Leng tidak
menyangka, kalau kedua wanita itu pandai membual pula,
Sembari berpikir Lu Leng membuka kotak giok itu, Ketika
baru terbuka sedikit, sudah tercium aroma yang amat wangi.
Begitu mencium aroma tersebut semangat Lu Leng langsung
bertambah sehingga membuatnya mengeluarkan suara "lh"
sambil membuka kotak giok itu, Setelah kotak giok itu
terbuka, seketika juga Lu Leng tertegun.
Ternyata kotak giok itu berisi Ling Che tujuh warna dan itu
sungguh di luar dugaan Lu Leng, sebab Ling Che tersebut
merupakan rumput dewa yang diimpi-impikan setiap kaum
rimba persilatan.
Apabila Ling Che tersebut jatuh ke dalam rimba persilatan
sudah pasti akan menimbulkan banjir darah. Setiap kaum

1422
rimba persilatan akan saling membunuh karena
memperebutkan Cit Sek Ling Che tersebut.
Akan tetapi kedua wanita itu justru menantinya begitu
saja, bahkan diberikan kepada Lu Leng seakan merupakan
obat biasa. Padahai Ling Che tujuh warna itu, selain dapat
memunahkan segala macam racun, juga dapat menambah
Lweekang di atas sepuluh tahun latihan. Maka tidak
mengherankan kalau Lu Leng tertegun seketika sehingga
mulutnya ternganga lebar
Dia tidak berhati tamak, Kalau orang lain pasti sudah
menjulurkan tangannya untuk mengambilnya. Namun Lu Leng
berhati jujur dan gagah, tidak tergiur oleh barang tersebut.
Setelah berpikir sejenak, dia menutup kembali kotak giok
itu,
Kedua wanita itu tampak kecewa sekali
"Bagaimana? Tiada gunanya?" tanya wanita yang lebih
tua.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala lalu balik bertanya,
"Tahukah kalian berdua, rumput apa itu?"
Kedua wanita itu saling memandang, kemudian
menggeleng kepala.
"Entahlah! Paling juga akar rumput!" sahut wanita yang
lebih tua.
Lu Leng tertawa.

1423
"Rumput ini disebut Cit Sek Ling Che, yakni semacam
rumput dewa yang sulit diketemukan Siapa yang makan
rumput Cit Sek Ling Che, Lweekangnya pasti bertambah.
Kenapa kalian berdua sembarangan memberikan kepada
orang?"
Kedua wanita itu tertegun
"Sesungguhnya kami sudah melupakan rumput ini.
padahal majikan kami sudah berpesan, siapa yang lebih dulu
ke mari, itulah yang harus diberi Majikan kami juga
menjelaskan tentang rumput itu, tapi kami sudah lupa, Kalau
kau bisa membaca majikan kami meninggalkan tulisan di
dalam kotak itu, kau boleh membacanya."
Mendengar itu, Lu Leng tertarik. Dibukanya lagi kotak giok
tersebut kemudian diangkatnya rumput Ling Che tujuh warna
itu, di dasar kotak giok memang terdapat tulisan yang amat
kecil, Lii Leng segera membacanya, "Setelah aku berusia
diatas tujuh puluh, kepandaianku sudah hampir mencapai
kesempurnaan dengan ilmu iblis, tergolong ilmu silat antara
sesat dan lurus, maka kuciptakan ilmu lain...." Membaca
sampai di sini, tanpa sadar Lu Leng berseru.
"Sungguh bermulut besar!"
Usai berseru, Lu Leng membaca lagi. "Tanpa sengaja
kuperoleh Cit Sek Ling Che, yakni semacam rumput dewa."
Kalau aku memakannya Lweekangku pasti akan bertambah
Namun kupikir hampir semalam, dalam hal ilmu silat tiada
batasnya, lagipula usia manusia amat terbatas, percuma aku
makan Cit Sek Ling Che tersebut"
Membaca sampai di sini, Lu Leng manggut, kemudian
melanjutkan membaca, Cit Sek Ling Che kusimpan di dalam

1424
kotak giok, itu agar tidak rusak. Kedua putraku yang tak
berbakti, setelah meninggalkan istana ini, tidak pernah pulang.
Siapa di antara mereka berdua pulang lebih dulu, akan
memperoleh Cit Sek Ling Che ini. Kalau putriku juga tidak juga
datang, maka Cit Sek Ling Che akan kuberikan kepada orang
yang datang duluan, Setelah makan Ling Che ini, Lweekang
pasti maju, jangan mencelakai kedua putraku!"
Di bawah tulisan itu tidak terdapat tanda tangan, kecuali
terukir gambar seekor naga kecil.
Lu Leng segera menutup kembali kotak giok itu, kemudian
langsung berlutut Melihat apa yang dikerjakan Lu Leng kedua
wanita itu terkejut keheranan
"Hei! Apa yang kau perbuat?!" tanya mereka dengan
kening berkerut
Lu Leng tidak menghiraukan mereka. Dia malah
mengangkat kotak giok itu, lalu menyembah tiga kali.
“Terimakasih atas pemberian Locianpwee. Aku...."
Berkata sampai di situ, Lu Leng tertegun karena kalimat
yang terakhirnya ingin menyatakan bahwa Lweekangnya pasti
maju setelah makan Cit Sek Ling Che itu. sehingga kedua
putranya saja tidak dapat melawan. Maka kalau bertemu
kedua putranya tidak akan menjatuhkan tangan jahat
terhadap mereka,
Karena Lu Leng menerima pemberian Cit Sek Ling Che itu,
tentunya dia harus mendengar perkataannya.
Tetapi siapa kedua putra tokoh tua rimba persilatan itu?

1425
Beliau menyebut mereka sebagai anak yang tak berbakti,
berarti kedua putranya sering melakukan kejahatan Berpikir
sampai di sini, Lu Leng jadi ragu menerima pemberian Cit Sek
Ling Che itu.
Namun tokoh tua rimba persilatan itu berniat
memberikannya Jadi tidak salah menerimanya. Bukankah ini
merupakan kesempatan baginya,
Kedua putranya yang tak berbakti itu, kini kemungkinan
besar sudah tiada. Kalau pun masih hidup, belum tentu dia
akan bertemu keduanya, Kenapa harus banyak berpikir?
Setelah berpikir demikian, hati Lu Leng kembali tenang.
"Aku berjanji, apabila bertemu kedua putra Cian-pwee,
tidak akan sembarangan menurunkan tangan kejam terhadap
mereka," ujar Lu Leng kemudian Berjanji di depan kotak itu.
Usai berkata begitu, Lu Leng bangkit berdiri, lalu makan
Cit Sek Ling Che itu.
Kedua wanita di dekatnya tampak tertawa, merasa geli
melihat yang diperbuat pemuda itu, Namun Lu Leng tidak
menggubris mereka. Setelah makan Cit Sek Ling Che dia
segera duduk sambil memejamkan mata.
Lama sekali Lu Leng tidak bergerak Tentu saja ini
mengejutkan kedua wanita tersebut.
"Eh? Apakah itu rumput beracun? Kok setelah
memakannya dia tak bergerak sama sekali seperti mati?"
gumam salah seorang mereka dengan mata menatap Lu Leng
yang sedang memusatkan diri.

1426
"Jangan omong yang bukan-bukan! Bagaimana mungkin
majikan berdusta? Lagipula majikan juga sering duduk tak
bergerak, kau lupa, ya?" sahut yang lain memperingatkan
kawannya.
Saat ini, Lu Leng sudah dalam keadaan kosong, Apabila
ada musuh datang menyerang, sudah pasti dia tidak dapat
melawan, Karena saat ini dia sedang menghimpun hawa murni
agar menyatu dengan Cit Sek Ling Che yang dimakannya,
Karena tidak mengetahui hal yang sebenarnya, kedua wanita
itu tertawa-tawa, merasa lucu, Bahkan mereka anggap tindaktanduk
Lu Leng sebagai permainan anak-anak.
Salah seorang wanita itu mencolok pipinya, yang satu
menjewer telinganya.
Lu Leng tetap diam saja,
Akhirnya kedua wanita itu bosan juga.
"Kakak bagaimana kalau kita pergi melihat gadis yang
terkurung di dalam formasi itu?"
"Baik, tapi kau tidak boleh menolongnya!" Wanita yang
lebih muda itu manggut-manggut Kemudian keduanya segera
beranjak dari ruang besar tersebut Mereka menuju ke sebuah
goa, sampai di goa itu terdapat sebuah lembah, yang hanya
ditumbuhi rerumputan menghampar hijau, Tampak di tengahtengah
lembah terdapat sebidang tanah. Dan di tengah tanah
itu ada jala besar. Keempat penjuru dipagari dengan terali
besi.
Setelah keluar dari goa kedua wanita itu saling memberi
isyarat agar tidak mengeluarkan suara. Di dalam jala besar itu
terdapat semacam formasi, yang menghalangi mulut lembah.

1427
Siapa pun yang memasuki mulut lembah itu, pasti
terperangkap ke dalam formasi tersebut Di dalamnya terdapat
batu-batu berbentuk aneh, golok-golok tajam berdiri tegak di
atas tanah dan berbagai senjata, Bahkan tampak ada pula
banyak tengkorak dan tulang belulang yang berserak tak
karuan,
Saat itu di dalam formasi itu tampak tiga sosok bayangan,
Sesosok bayangan berada di dekat mulut lembah, berlari ke
sana ke mari seperti sedang mencari-cari sesuatu, sedangkan
dua sosok bayangan lain, sudah berada di tengah-tengah
formasi tersebut, memindah-mindahkan batu-batu berbentuk
aneh itu.
Menyaksikan itu, kedua wanita tersebut tertegun Wanita
yang lebih muda berkata dengan suara rendah.
"Kakak, tadi aku bilang kau tidak percayai sekarang
lihatlah sendiri, orang berpakaian hitam dan gadis itu sudah
menerobos setengah formasi Tentu dua hari lagi mereka
memasuki tempat ini!"
"Majikan pernah bilang, dia membuat formasi ini dengan
susah-payah, Kecuali tuan muda dan nona, siapa pun tidak
akan mengerti tentang formasi itu. Apakah orang berpakaian
hitam itu adalah tuan muda?"
Wanita yang lebih muda berpikir, setelah itu berkata.
"Tidak mungkin! Kalau dia tuan muda, pasti sudah
menerobos keluar dari kemarin. Gadis itu... matanya amat
mirip nyonya majikan, jangan-jangan dia adalah nona!"

1428
"Jangan asal berbicara! Ketika nyonya majikan meninggal,
kita masih kecil, bagaimana mungkin nona masih begitu
muda?"
Wanita yang lebih muda itu diam, memandang lagi ke arah
gadis yang berada di mulut lembah.
Setelah berlari-lari sejenak, gadis itu berhenti dengan
wajah lesu, Nafasnya tampak terengah-engah.
"Aaaah! Lu Siauhiap, tak kusangka kita tidak akan
berjumpa lagi! sungguh aku akan mati penasaran jika harus
mati di tempat ini!"
Suara gadis itu menyedihkan membuat kedua wanita tua
ikut bersedih mendengarnya.
"Dia amat rindu pada Lu Siauhiap, Kenapa setan kecil itu
tidak datang bersamanya?"
"Urusan orang, kenapa kau turut campur?"
Walau berkata begitu, tapi air matanya terus meleleh. Hal
itu membuktikan mereka berdua berhati baik dan berperasaan
halus,
Gadis yang terkurung di mulut lembah mendongakkan
kepala, kemudian menghela nafas beberapa kali. Setelah itu
berlari lagi, Namun karena tempat itu cukup luas tampak dia
seperti hanya berputar-putar di sana, Tidak lama dia jatuh
terduduk dan menangis sedih.
Kedua wanita itu tidak tega menyaksikannya, lalu masuk
kembali ke goa.

1429
Hari mulai gelap, pertanda malam hampir turun
meningkup bumi. Namun gadis itu terus menangis.
"Dasar cengeng! Yang terkurung di dalam jebakan ini
bukan kau seorang, untuk apa kau terus menerus menangis?
Gurumu amat terkenal, kalau begitu kau telah
mempermalukan gurumu!" seru seorang yang dikurung di
dalam formasi perangkap dengan suara membentak keras,
Gadis itu langsung berhenti dari tangisnya, Dan tak lama
kemudian terdengar pula suara gadis lain.
"Kau jangan mencacinya, kasihan dia!"
Suara yang parau itu terdengar lagi,
"Kasihan apa? Dia selalu menyebut Lu Siauhiap, Kalau
terdengar oleh gurunya, pasti mampus dipukul !"
Terdengar suara helaan nafas gadis itu, Yang lain diam,
Sesaat suasana jadi hening, Hanya terdengar bunyi-bunyi
jangkrik yang menyambut datangnya hawa malam.
* * * *
Keesokan paginya kedua orang wanita tua keluar lagi dari
dalam goa. Mata mereka tampak membengkak, sepertinya
menangis semalaman. Mereka berdiri di atas sebuah batu
sambil memandang ke depan, Tampak dua orang sedang
berlari, di lembah sana, sedangkan gadis yang di mulut
lembah, masih duduk juga di tanah. Dia berusaha bangkit
berdiri tapi terkulai lagi.

1430
Kedua wanita itu saling memandang, Yang muda memberi
isyarat, kemudian mereka masuk ke goa langsung menuju ke
istana.
Di ruang besar itu, tampak Lu Leng masih duduk bersila,
wajahnya segar dan luka di tangannya sudah sembuh. Kelima
jari tangannya sudah bisa bergerak seperti biasa.
Sampai di ruang besar itu, kedua wanita memandang Lu
Leng sejenak, kemudian yang muda membanting kaki seraya
berkata.
"Kakak, gadis itu sudah terkurung empat hari,
kelihatannya dia sudah hampir mati, Meski pun majikan
mempersalahkan, aku harus tetap menolongnya keluar dari
perangkap itu!"
"Kau ingin cari mati?" tukas kawannya dengan kening
berkernyit heran.
"Kakak, menolong orang adalah perbuatan baik, Kenapa
malah mau cari mati?"
"Aku tidak peduli, Majikan berpesan begitu, tidak boleh
melepaskan siapa pun yang di dalam jebakan, Kalau yang
masuk itu orang jahat, bagaimana?"
Wanita yang lebih muda tertawa.
"Ha ha! Kalau gadis itu orang jahat, kau penggal
kepalaku!"
Wanita yang lebih tua itu mengernyitkan kening, menatap
kawannya yang ngotot ingin menolong orang dalam
perangkap di lembah sana,

1431
"Kau bilang gadis itu bukan orang jahat?" tanyanya
setengah mendengus.
Wanita yang lebih muda langsung mengangguk
"Tentu!"
"Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi menolongnya?"
Wanita yang lebih muda terperangah, seakan tak percaya
jawaban temannya,
"Boleh aku menolongnya?"
"Kita harus pergi menolongnya!" sahut yang satu sambil
mengangguk
Kedua wanita itu tertawa, lalu berlari pergi menuju ke
lembah.
Sementara itu Lu Leng yang masih dalam keadaan duduk
bersila, sama sekali tidak mendengar atau melihat gerak-gerik
kedua wanita itu, Sebab kini hawa murninya sedang berjalan
di bagian Jin Tok, jalan darah yang sangat berbahaya, Kalau
sampai terganggu bisa-bisa tersesat!
Kedua wanita itu sudah sampai di mulut lembah, serentak
mereka berseru dengan suara keras.
"Nona jangan takut! Asalkan kau orang baik, kami akan
menolongmu keluar!"

1432
Kedua wanita itu langsung berusaha masuk ke dalam
perangkap. Namun mendadak terdengar suara bentakan
parau di dalam formasi gerakan itu.
"Toa Sah, Ji Sah! Betulkah itu kalian berdua?"
Betapa kagetnya kedua wanita itu ketika mendengar suara
bentakan. Wajah mereka langsung berubah dan mendadak
pula keduanya langsung berlutut Mereka menyembah tiga kali
dengan wajah seperti ketakutan.
"Siapa kau? Bagaimana bisa mengenal kami?" tanya
mereka dengan menggeragap.
Terdengar suara tawa amat keras yang disusul kemudian
oleh bentakan sengit
"Masih tidak mau menuntun aku keluar dari jebakan ini?"
Kedua wanita itu terkejut lalu berkata dengan tersendatsendat
"Kau... kau adalah..."
"Bagaimana bisa mengenal kalian kalau bukan majikan
kalian? Kenapa kalian berdua masih diam saja? Mau digebuk,
ya?" bentak orang bersuara parau itu.
Toa Sah dan Ji Sah saling memandang, Kemudian bangkit
berdiri dan langsung melesat ke dalam Mereka urungkan niat
semula untuk menolong gadis itu.
Suara parau itu terdengar lagi.

1433
"Cukup menuntun aku seorang keluar, yang lain biarkan
saja!"
Gadis yang bersama orang itu tertawa panjang
menyedihkan setelah itu berkata. "Paman, legakanlah hatimu!
Hatiku telah mati. Kau mau berbuat baik atau jahat terhadap
diriku, itu terserah. Aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"
Terdengar suara tawa dingin, Tampak tiga sosok
bayangan melesat keluar dari dalam formasi itu. Kemudian
tampak pula seorang berpakaian hitam mengikuti di belakang
Toa Sah dan Ji Sah. Orang berpakaian hitam melesat lebih
cepat ke hadapan kedua wanita itu, lalu mengayunkan
tangannya. Ternyata dia menampar pipi kedua wanita itu,
Plak! Plak! Keduanya langsung terpekik kaget dan
terpental jatuh ke tanah, Pipi mereka berwarna merah dan
membengkak
Orang berpakaian hitam berdiri tegak. Kini baru terlihat
jelas wajahnya, kurus tak berwarna darah sedikit pun.
sepasang matanya menyorot tajam, sehingga tampak
menakutkan.
Orang berpakaian hitam itu tidak lain adalah Hek Sin Kun!
Toa Sah dan Ji Sah ketika berusia tujuh tahun,
diselamatkan sang majikan. Sejak itu tidak pernah bermain di
tempat yang jauh, maupun bergaul dengan orang lain, Maka
mereka tidak pernah tahu orang berpakaian hitam yang berdiri
di hadapan itu,
Mereka berdua masih ingat, ketika sang majikan mau
meninggalkan istananya pernah berpesan, bahwa siapa pun
yang mengenal Toa Sah dan Sah adalah juga majikan mereka.

1434
Karena itu, walau tadi sudah ditampar begitu keras oleh
Hek Sin Kun, kedua wanita tidak berani menjerit marah,
sedikit pun kecuali hanya suara kaget.
"Dasar tolol! Melihat aku terkurung di dalam perangkap
sehari semalam, kalian tidak mau menuntun keluar. Apa kalian
berdua mau berontak?"
Kedua wanita merangkak bangun dengan kepala tertunduk
lalu menyahut dengan suara rendah.
"Kami tidak tahu siapa Tuan sebenarnya!"
Hek Sin Kun membentak lagi.
"Kini kalian berdua, sudah tahu siapa aku?"
Toa Sah dan Ji Sah saling memandang.
"Tuanku majikan kecil?" tanya Ji Sah.
"Entahlah! Mengapa engkau tidak mengerti cara
memecahkan formasi itu?"
Hek Sin Kun membentak sengit.
"Aku adalah majikan kecil sesungguhnya aku bisa
memecahkan formasi itu, hanya saja sudah lupa!"
Toa Sah dan Ji Sah berdua memberi hormat, kemudian
berdiri dengan kepala tertunduk sementara Hek Sin Kun
menengok ke sana ke mari, lalu bertanya kepada keduanya.
"Di mana istana ayahku?"

1435
Kedua wanita itu menunjuk ke arah goa.
"Melalui goa itu akan sampai di istana!" sahut Toa Sah
memberitahukan.
Hek Sin Kun tertawa dingin.
"Cepat kalian tunjukkan jalan!"
Kedua wanita itu mengangguk Lalu melangkah menuju
goa, Namun Toa Sah membalikkan bagian dan berkata,
"Majikan kecil, kami punya sebuah permintaan!"
"Permintaan apa!"
Ji Sah segera menjawab.
"Gadis yang di mulut lembah sudah terkurung empat hari
empat malam, kami ingin...."
Hek Sin Kun langsung membentak
"Tidak boleh!"
Kedua wanita itu mengucurkan air mata, Kemudian segera
melesat pergi ke dalam goa.
Perlu dijelaskan di sini, istana tempat Lu Leng sedang
duduk bersila adalah milik tokoh aneh rimba persilatan
bernama Mo Liong Seh Sih!
Kepandaian yang dimilikinya di luar aliran lurus dan sesat.
Dia memiliki ilmu kepandaian yang amat aneh, maka
perilakunya pun amat aneh.

1436
Ketika berusia empat puluhan, dia bertekad terus berlatih
ilmu silat Karena itu, mereka suami istri terus berlatih di dalam
istana tersebut bahkan mulai menulis kitab iblis.
Pada waktu itu, kedua putranya sudah berkecimpung di
dalam rimba persilatan Nama mereka berdua cukup terkenal
yaitu Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau.
Seh Cing Hua, putrinya, juga amat terkenal dalam rimba
persilatan.
Mo Liong Seh Sih pernah menyuruh anak-anaknya hidup
menyepi, Namun mereka semua tidak mau, sehingga amat
menggusarkan Mo Liong Seh Sih. Akhirnya membangun
sebuah istana di tempat itu, Kebetulan mereka
menyelamatkan dua anak gadis, yang dibawa ke istana
dijadikan pelayan,
Kedua anak gadis itu adalah Toa Sah dan Ji Sah. Mo Liong
Seh Sih yang menamai mereka demikian.
Beberapa tahun kemudian, Nyonya Mo Liong Seh Sih
meninggal maka Mo Liong Seh Sih seorang diri melanjutkan
menulis Kitab iblis tersebut. Kitab iblis rampung. Ternyata
penulisan kitab tersebut menyita waktu hidupnya selama dua
puluh tahun.
Mo Liong Seh Sih meninggalkan istana dengan membawa
Kitab Iblis, Dia mulai berusaha mencari tahu kabar tentang
kedua putranya. Namun nama kedua putranya amat buruk
dalam rimba persilatan. sedangkan putrinya sudah menikah,
bermukim di pulau Hwe Ciau To. Mo Liong Seh Sih berangkat
ke pulau tersebut Kitab iblis diberikan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing
Hua putrinya.

1437
Padahal Mo Liong Seh Sih bermaksud baik, tidak tahunya
justru membuat rumah tangga putrinya jadi pecah
berantakan.
Setelah meninggalkan pulau Hwe Ciau To, Mo Liong Seh
Sih berangkat ke gunung Thay San menemui kedua putranya,
Kedua putranya mengusulkan agar Mo Liong Seh Sih
mendirikan sebuah partai baru, supaya dapat bersaing dengan
partai lain, sekaligus mengibarkan nama mereka di tengah
rimba persilatan.
Akan tetapi, setelah Mo Liong Seh Sih terus-menerus
menyelami ilmu silat. Semakin tua semakin matang, Namun
bersamaan dengan itu timbul kesadaran dalam hatinya, bahwa
ilmu silat ternyata tak ada batasnya. Semakin digali, semakin
dalam untuk menemukan ilmu-ilmu yang lebih hebat.
Maka ketika kedua putranya mengusulkan begitu, dia
hanya tertawa, Dalam pembicaraan, kedua putranya tahu
tentang Kitab iblis tersebut yang telah diberikan kepada Tok
Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua.
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tahu, apabila mereka berdua
bisa memperoleh Kitab iblis tersebut, maka dapat menjagoi
rimba persilatan
Namun keduanya juga tahu, tidak gampang mendekati
Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, walau adik mereka sendiri
sedangkan kepandaian Cit Sat Sin Kun-Tam Sen jauh di atas
mereka. Maka Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak berani pergi
ke pulau Hwe Ciau To.
Setelah Cit Sat Sin Kun-Tam Sen bersama anak-anaknya
menetap di Hou Yok, tanpa sengaja Tam Goat Hua bertemu

1438
Kim Kut Lau. Karena gadis itu amat mirip Seh Cing Hua
ibunya, Kim Kut Lau bisa menduga asa!-usulnya.
Karena itu, Kim Kut Lau menangkapnya, dibawa ke Sai
Thian Bok dan dirantai di sana.
Maksud Kim Kut Lau akan menukarkan Tam Goat Hua
dengan Kitab Iblis, Gadis itu berada di tangannya, tentu Cit
Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat pasti akan
menyerahkan Kitab iblis kepadanya.
Tapi Kim Kut Lau ternyata tidak tahu, Cit Sat Sin Kun dan
Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah berpisah gara-gara Kitab
iblis tersebut.
Lagipula, ketika Tam Goat Hua dirantai di gunung Sai
Thian Bok, kebetulan muncul Lu Sin Kong dan Sebun It Nio.
Mereka melepaskan Tam Goat Hua. (Semua itu telah
diceritakan di atas)
Ketika itu, Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak
menghiraukan usul kedua putranya, Hanya dikatakan bahwa
kepandaian mereka sudah cukup untuk menjaga diri, Tapi
kalau tidak tahu diri dan mau bersaing dalam rimba persilatan,
sudah pasti ada yang lebih tangguh. Siapa yang berani
menyatakan dirinya nomor wahid di kolong langit?
Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau, kalau tidak tahu
tentang itu, kelak nama mereka berdua pasti hancur Namun
Mo Liong Seh Sih juga menjelaskan. Kelak jika keduanya
mengalami nasib kekalahan yang hingga mereka harus
mendapatkan pertolongan masih ada tempat bagi mereka
untuk berteduh dan berlindung,

1439
Tempat itu tak seorang tokoh sehebat dan setinggi apa
pun ilmunya, yang bisa mencapai ke sana, Kecuali mampu
mengatasi rangkaian perintang yang telah dibuat untuk
menutup tempat itu, Tempat tersebut berada di lembah
gunung Tong Ku Sat.
Bahkan dengan sejelas-jelasnya Mo Liong Seh Sih
menerangkan bagaimana memecahkan rangkaian formasi
perangkap penghalang tempat itu.
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau cuma mendengar, namun
tidak begitu memperhatikan penjelasan-penjelasan tentang
formasi tersebut.
Karena itu, Mo Liong Seh Sih menambahkan apabila
mereka berdua terkurung dan tidak dapat memecahkan
formasi maka harus berseru memanggil Toa Sah dan Ji Sah.
Kedua wanita itu akan menuntun mereka keluar Namun kalau
kedua wanita itu sudah mati, mereka berdua akan mati di
dalam formasi.
Setelah meninggalkan gunung Thay San, sejak itu Mo
Liong Seh Sih entah menghilang ke mana, tiada jejaknya sama
sekali
Sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau sama sekali tidak
menaruh hati apa yang dikatakan ayah mereka itu.
Mereka berdua hanya menaruh perhatian terhadap Kitab
Iblis, Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak tahu, di dalam istana
Mo Liong Seh Sih, terdapat rumput Cit Sek Ling Che yang jauh
berharga ketimbang Kitab Iblis.
* * * *

1440
Bab 67
Waktu berputar Kehidupan rimba persilatan semakin
gempar dengan munculnya tokoh sesat Liok Ci Khim Mo, Para
tokoh persilatan menyembunyikan diri, Pada saat itulah Hek
Sin Kun baru teringat akan pesan ayahnya, Maka dari
berangkat ke gunung Tang Ku Sat.
Seperti Lu Leng, dia pun mendengar pembicaraan wanita
buruk rupa dengan Huang Yen mengenai Panah Bulu Api yang
dapat melawan Pat Liong Thian Im. Hal itu pula yang dapat
membuatnya bertarung melawan Lu Leng.
Orang berpakaian hitam itu adalah Hek Sin Kun. Gadis
yang bersamanya mengeluarkan tawa panjang yang
menyedihkan ternyata Tam Goat Hua.
Setelah menerjang keluar dari ruang itu, waktu itu, dia
telah kehilangan jejak, lalu bagaimana bisa bersama Hek Sin
Kun? Ternyata telah terjadi hal-hal yang berliku-liku.
Ketika itu, hati Tam Goat Hua telah hampa, tidak tahu
baiknya harus memikirkan apa.
Pikirannya kacau balau, tak mampu memikirkan nasib
malang yang telah menimpa diri nya. padahal sesungguhnya,
seorang gadis mencintai seorang lelaki yang layak menjadi
ayahnya memang kelihatan tidak masuk akal.
Namun benarkah tidak masuk akal, sebab cinta
merupakan sesuatu yang tidak masuk akal, Cinta memang
aneh, Suatu yang kadang sulit dipikir dengan akal sehat.
Tam Goat Hua mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Ketika pertama kali mencurahkan perasaan hatinya itu, Tong

1441
Hong Pek menganggapnya masih berpikiran seperti anakanak,
maka dia cuma tertawa.
Namun tidak lama, Tong Hong Pek tahu Tam Goat Hua
tidak main-main, melainkan sungguh-sungguh mencintainya
Tentu saja Tong Hong Pek tidak kuasa menolak cintanya itu.
Dalam keadaan begitu, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek
tahu jelas, apabila dia memperistri Tam Goat Hua, tentu tidak
akan terluput dari pergunjingan kaum rimba persilatan.
Namun dia tidak menghiraukan itu, Tak ada salahnya
memperistri Tam Goat Hua!
Kaum rimba persilatan memang tak menduga hal itu.
Namun mereka hanya berani mempergunjingkannya secara
diam-diam, dan ketika menjelang pernikahan, Tong Hong Pek
dengan Tam Goat Hua gembira sekali.
Akan tetapi mendadak saja terjadi hal yang tak didugaduga,
Saat itu Tam Goat Hua dan Lu Leng terpengaruh oleh
Pat Liong Thian Im, sehingga menyebabkan mereka berdua
melakukan hubungan intim seperti suami istri.
Tam Goat Hua merasa sangat malu, pedih dan merasa
bersalah terhadap Tong Hong Pek. Dia tahu, kejadian itu
bukan kesalahan Lu Leng! Namun anehnya dia benar-benar
jadi sangat benci terhadap Lu Leng, dan bahkan membenci
semua orang,
Ketika Pat Liong Thian Im berhenti, dia langsung
menampar Lu Leng dua kali dengan sengit sekali. Padahal di
saat itu, hati Lu Leng pun sangat berduka dan penuh
penyesalan.

1442
Walau dia amat mencintainya tapi ketika tahu Tam Goat
Hua mencintai Tong Hong Pek, Lu Leng menahan rasa sakit
dalam hati, mengundurkan diri.
Setelah itu, Tam Goat Hua pun meninggalkan ruang besar,
dia terus melesat pergi bagaikan panah terlepas dari busur
Ketika hari mulai terang, dia terkulai jatuh di tanah. Dia
masih ingin bangkit berdiri, namun sudah tiada tenaga sama
sekali, tak kuat berdiri lagi.
Tam Goat Hua tergeletak di tanah dengan nafas terengahengah,
Dia menangis.
Ternyata dia berada di tengah-tengah gunung Go Bi San.
Tak seorang pun dijumpai di sana, yang ada hanya monyet
yang tak terhitung banyaknya, Monyet-monyet itu
mengelilinginya seperti amat bersimpati padanya.
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menemukan pakaian Tam
Goat Hua yang berwarna merah itu. Ternyata ketika Tam Goat
Hua terus berlari, pakaiannya menyangkut di dahan pohon,
sehingga terlepas, Akhirnya tertiup angin jatuh dekat jurang.
Maka Tong Hong Pek mengira Tam Goat Hua telah bunuh diri
ke dalam jurang.
Ketika itu, Tam Goat Hua menangis entah berapa lama,
akhirnya yang mengucur sudah bukan air mata, melainkan
darah.
Dia tertawa gelak, kemudian berhenti menangis karena
sudah mengambil keputusan untuk mati di tempat itu.
Beberapa tahun kemudian, kalau ada orang menemukan
nya, dia pasti sudah menjadi sosok tengkorak, Siapa akan

1443
tahu, sosok tengkorak itu adalah Tam Goat Hua, yang pernah
menikmati percintaan tapi juga hancur oleh percintaan pula?
Ketika berpikir untuk mati, hati Tam Goat Hua justru
merasa tenang, Tangisnya berhenti periahan-lahan.
Saat itu sudah tengah hari, sinar matahari menyorot
wajahnya, Tercermin kedukaannya yang amat dalam. Dia
ingin bangkit berdiri, namun tiada berdaya.
Terpaksa diam. Hatinya terus bermohon agar ajal lekas
tiba, ingin dia mengakhiri hidupnya dalam usia muda.
Tak seberapa lama, mendadak mendengar suara monyetmonyet
itu berbunyi terus menerus, sehingga jadi berisik
sekali.
Tam Goat Hua menoleh, seketika juga monyet-monyet itu
diam, tak berani berbunyi lagi.
Saat itu dia merasa heran, semua monyet itu menjatuhkan
diri berlutut ke arah Tam Goat Hua.
Gadis itu menghela nafas panjang dan bertanya dalam
hati, apakah monyet-monyet itu tahu aku sudah mau mati,
maka dengan cara berlutut mengantarnya? Tam Goat Hua
tersenyum getir, kemudian menyebut nama Tong Hong Pek
dalam hati. Ketika mau memejamkan mata, tiba-tiba di
hadapannya bertambah dua sosok bayangan.
Tertegun Tam Goat Hua, kenapa di saat mau mati masih
tidak bisa tenang, harus mengalami suatu gangguan lagi?
Karena sudah berkeputusan untuk mati, Tam Goat Hua
malas mendongakkan kepala melihat siapa kedua orang itu.

1444
Dia hanya memandang kedua sosok bayangan tergambar di
tanah.
Begitu memandang hatinya amat terkejut, karena
sepasang lengan mereka amat panjang, hampir menyentuh
tanah.
Tam Goat Hua memandang dengan penuh perhatian,
sepertinya itu bukan manusia.
Akhirnya Tam Goat Hua pun mendongakkan kepala,
Ternyata dua ekor monyet tua berdiri di sisinya.
Kedua monyet tua berbulu keperak-perakan itu entah
sudah berapa lama hidup di dalam rimba ini.
Kedua ekor monyet tua memandang Tam Goat Hua, Ketika
gadis itu mendongakkan kepala, langsung mengeluarkan
suara, seakan mengatakan sesuatu Tapi bagaimana mungkin
Tam Goat Hua mengerti?
Setelah mengeluarkan suara, kedua ekor monyet tua itu
melesat pergi bagaikan kilat.
Tam Goat Hua tersenyum getir, Dia merasa makin lama
makin lemah, sepertinya ajal sudah mendekat.
Dipejamkan matanya menunggu ajal datang menjemput.
Akan tetapi, saat dia merasa sukmanya mulai melayang,
mendadak terdengar suara parau seperti keluar dari mulut
orangtua.
"Gadis kecil, jangan mati! Cepat buka matamu melihat
cahaya mentari!"

1445
Suara itu kedengaran lamban dan lirih. Namun setelah
mendengar suara itu, dia sama sekali tidak berani
membangkang.
Karena itu, Tam Goat Hua membuka matanya. Cahaya
mentari menyorot kan ke arah matanya. Terasa perih sekali,
namun juga membuatnya merasa masih hidup di dunia!
Tam Goat Hua melihat kedua ekor monyet tua berdiri di
hadapannya. Tampak pula seorang yang sudah tua sekali
berdiri di tengah-tengah kedua ekor monyet tua itu.
Sekujur badan orangtua itu berwarna seperti besi,
memancarkan cahaya bergemerlapan. Kerutan di keningnya
tidak begitu banyak, sulit mengetahui usianya.
Namun Tam Goat Hua sama sekali tidak ingin tahu siapa
orangtua tersebut. Dia hanya tersenyum getir ke arah
orangtua itu, kemudian berkata dengan suara yang amat
lemah.
"Kakek Tua, kau hidup begitu lama, tentu sudah
mengalami banyak sekali penderitaan Aku,., sudah tidak akan
mengalami penderitaan apa pun lagi!"
Wajah orangtua itu tampak berubah, namun sepasang
matanya menyorot tajam memancarkan cahaya, Cahaya
matanya membuat hati Tam Goat Hua tergetar. seketika itu
pula terdengar suara bentakan si orangtua bagaikan geledek.
"Omong kosong! Manusia hidup selalu tidak terlepas dari
penderitaan Tetapi apakah tiada kebahagiaan sama sekali?
Tidak bisa sembarangan menginginkan mati!"

1446
Mendengar perkataan orangtua itu, Tam Goat Hua
tertawa.
"Bahagia? Aku... aku memang pernah merasakan
kebahagiaan Tapi... mulai sekarang sudah tidak ada lagi!"
Orangtua itu tertawa gelak.
"Gadis kecil, jangan omong kosong lagi! Kau ingin mati.
Tapi jangan harap aku memperbolehkan kau mati!"
Gadis itu tercenung, Harus kah aku memperpanjang masa
penderitaan yang menyakitkan itu? Fikir Tam Goat Hua.
Kemudian dengan tatapan mata kosong dia memandang
orangtua itu. sepertinya bermohon padanya jangan
mempedulikannya, agar dia bisa mati dengan tenang tanpa
gangguan.
Orangtua itu mundur selangkah, kemudian mengibasngibaskan
tangannya ke arah kedua ekor monyet tua di
sampingnya.
Kedua ekor monyet tua itu mengeluarkan siulan panjang,
Mendadak saja mereka menerjang ke arah Tam Goat Hua.
Yang satu memegang kepala, yang lain memegang kaki,
Tahu-tahu gadis itu sudah diangkat.
Orangtua itu mengayunkan kakinya, kelihatan lamban tapi
cepat bagaikan kilat. Kedua ekor monyet tua yang
mengangkat Tam Goat Hua juga melesat pergi membawanya,
Terdengar suara yang menderu-deru melewati telinga gadis
itu, pepohonan yang berada di sana tampak bergerak ke
belakang dengan cepat sekali.

1447
Walau kedua ekor monyet tua melesat begitu cepat, tapi
tetap tidak bisa menyusul orangtua itu,
Kini Tam Goat Hua baru tahu, orangtua itu pasti tokoh tua
rimba persilatan yang hidup menyendiri di tempat itu, Namun
tidak tahu siapa dia.
Tak seberapa lama kemudian, orangtua dan kedua ekor
monyet tua yang membawa Tam Goat Hua memasuki sebuah
lembah. Tam Goat Hua memandang lembah itu. Tidak begitu
luas, tapi di tengah-tengah terdapat dua buah gubuk, Ada tiga
buah batu besar teronggok di samping gubuk-gubuk itu.
Seperti batu biasa, namun ketika Tam Goat Hua
memandangnya dengan penuh perhatian. Dia terkejut
menyaksikan cekungan pada ketiga batu itu, sebab cekungan
itu ternyata bekas punggung orang! Ya, bekas punggung
manusia, Tiga orang manusia yang berbeda telah pernah
bersandar di batu itu.
Sejak bersama Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek,
pengetahuan Tam Goat Hua bertambah luas, Ketika melihat
bekas-bekas punggung di batu-batu itu, terkejutlah dia,
Apakah benar ketiga orang duduk bersandar di situ hingga
meninggalkan bekas punggungnya?
Kalau benar, dapat dibayangkan betapa tingginya
Lweekang mereka bertiga. Tam Goat Hua cuma memandang
sejenak, sebab kemudian sudah dibawa ke dalam gubuk.
Orangtua itu memberi isyarat pada kedua ekor monyet
tua. Segera kedua ekor monyet tua menaruh Tam Goat Hua
ke atas ranjang bambu.

1448
Setelah itu, orangtua tersebut menghampiri ranjang
bambu sambil memandang Tam Goat Hua sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Gadis kecil, kau memandang hambar terhadap urusan,
jangan terlampau dipikirkan!"
Tam Goat Hua tertegun mendengar ucapan si kakek tua.
"Kau... kau tahu urusanku?" tanyanya dengan suara
menggeragap.
Orangtua itu menggeleng-geleng kepala.
"Aku tidak tahu urusan mu, tapi tahu kau punya urusan,
Batinmu terpukul berat sehingga nyaris membuat hawa
murnimu bubar. Kalau aku terlambat selangkah, nyawamu
sudah melayang."
Tam Goat Hua tertawa getir.
"Bukankah lebih baik mati?"
Orangtua itu membentak.
"Omong kosong!"
Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak omong kosong!"
Tangan orangtua itu merogoh ke dalam bajunya, Ketika
dikeluarkan lagi, langsung menyentil hingga menimbulkan

1449
suara berdesir Tampak sebuah benda kecil meluncur ke arah
mulut Tam Goat Hua,
Gadis itu ingin merapatkan mulutnya, namun sudah
terlambat Benda kecil itu sudah masuk ke mulutnya, Begitu
kena ludah, benda itu langsung mencair dan mengalir ke
dalam tenggorokannya.
Tak lama kemudian, Tam Goat Hua merasa nyaman sekali,
Dia tahu benda kecil itu pasti semacam obat mujarab.
"Kakek Tua, kenapa harus menyia-nyiakan obat mujarab
ini?"
Orangtua tercengang, Ditatapnya wajah gadis cantik itu,
"Gadis kecil, kau punya orangtua? Punya saudara? Punya
kekasih ? Punya orang yang mencintai-mu?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Semua punya!"
Orangtua itu menjulurkan tangannya, pertahankan
menepuk bahu Tam Goat Hua dua kali
"Nona Kecil, kalau begitu kau tidak boleh mati, Kau harus
tahu hidup di dunia tidak cuma kau seorang, Walau nyawamu
milikmu, kau tidak berhak menghabisinya."
Tertegun Tam Goat Hua mendengar itu. Kemudian dia
memejamkan mata, seketika muncul begitu banyak bayangan
orang di benaknya. Ayah, kakak, Tong Hong Pek, juga
bayangan Lu Leng. Akhirnya dia menghela nafas panjang.

1450
Orangtua itu tertawa terkekeh-kekeh,
"Gadis Kecil, kau sudah mengerti?"
Tam Goat Hua menggeleng kepala.
"Kakek Tua. Meski aku terus berpikir, belum tentu akan
mengerti!"
Orangtua itu masih tertawa.
"Kalau begitu, jangan berhenti berpikir! Suatu saat kau
pasti mengerti! Yang kau makan tadi adalah obat Kiu Coan
Tay Hoan Tan. Aku berani mengatakan di kolong langit hanya
tinggal sebutir itu!"
Begitu dengar obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, Tam Goat
Hua tahu dia tidak akan mati, Karena obat tersebut
merupakan obat nomor satu dalam rimba persilatan Ketika
membuat obat tersebut, pembuatnya hanya menghasilkan
sembilan butir. Sisa bahannya dibuat jadi obat Kiu Coan Siau
Hoan Tan! jangan kata Kiu Coan Tay Hoan Tan, Kiu Coan Siau
Hoan Tan pun sulit diperoleh.
Telah diceritakan di atas, ketika Lu Sin Kong dan Sebun It
Nio terkena pukulan Im Si Ciang, sampai di rumah si Pecut
Emas-Han Sun, Han Sun memberikan mereka dua butir obat
Kiu Coan Siau Hoan Tan, yang membuat Lu Sin Kong dan
Sebun It Nio terbelalak kaget!
Tam Goat Hua juga tahu khasiat obat Kiu Coan Siau Hoan
Tan, Setelah makan obat itu, dia pasti pulih dan Lweekangnya
akan bertambah pesat.

1451
Namun gadis itu sama sekali tidak merasa gembira.
wajahnya masih tampak murung, Karena me-rasa, meskipun
dirinya hidup tetap tak ada artinya, Karena itu, dia tertawa
getir.
"Kakek Tua, sungguh kau menyia-nyiakan obat Kiu Coan
Siau Hoan Tan ini!"
Orangtua itu tercenung lagi, sepasang matanya menyorot
tajam ke wajah Tam Goat Hua.
"Gadis Kecil, kalau urusan yang mengganjal dalam hati
amat menyusahkan, kau boleh pergi ke suatu tempat yang
sepi untuk hidup menyendiri Sepuluh dua puluh tahun atau
tiga puluh tahun kemudian, kau pasti akan menyadari.
Tindakanmu ini hal yang amat bodoh! Kalau kau mati
sekarang, bukankah kau tidak akan menyadari hal tersebut?"
"Kakek Tua, apakah karena ini, kau hidup menyendiri di
sini?"
Sepasang mata orangtua itu menyorot tajam lagi.
"Omong kosong! Aku hidup di sini karena ada sebab lain!"
Tam Goat Hua berpikir Teringat akan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua ibunya, pernah membawanya ke sebuah goa, Di
sana ibunya banyak bercerita, mengenai kakeknya yang
tinggal di sebuah lembah. Bahwa kelak dirinya akan dibawa ke
tempat kakeknya itu. Tanpa ibunya, tak pernah ada orang lain
bisa ke sana.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua menganggap perkataan
orangtua ini memang masuk akal.

1452
"Kakek Tua, aku yakin Kakek Tua adalah orang aneh
dalam rimba persilatan! Entah apa sebenarnya sebutan Kakek
Tua!"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Beritahukan dulu siapa kau sebenar nya?!"
"Namaku Tam Goat Hua, Ayahku Cit Sat Sin Kun-Tam Sen
dan ibuku Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua!"
Orangtua itu manggut-manggut.
"Aku pernah mendengar tentang mereka berdua, Ayahmu
Cit Sat Sin Kun cukup lumayan!"
Padahal Cit Sat Sin Kun-Tam Sen memiliki ilmu pukulan Cit
Sat Sin Ciang yang sangat tersohor di rimba persilatan
Orangtua itu hanya mengatakan cukup lumayan.
Kedengarannya menganggap remeh akan ilmu pukulan
tersebut
"Sudah lama aku tinggal di sini, tidak mencampuri urusan
luar lagi Terserah, setelah aku jelaskan ini, kau mau memilih
atau tidak tinggal di sini, Yang penting, kau jangan
mengganggu ketenanganku di sini!"
Tam Goat Hua mengangguk
"Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Kakek Tua?"
Orangtua itu tampak berpikir sejenak.
"Kau pernah dengar nama Beng Tu Lojin?"

1453
Begitu mendengar nama tersebut, Tam Goat Hua terkejut
bukan main.
Beng Tu Lojin adalah ketua Go Bi Pai generasi dulu, juga
guru Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Sui Cing Siansu, Ang
Eng Leng Long yang telah binasa, Lu Sin Kong dan lainnya,
Kepandaian Beng Tu Lojin amat tinggi, boleh dikatakan tiada
duanya dalam rimba persilatan Namun beliau sudah lama
meninggal.
Kini orangtua itu mengaku sebagai Beng Tu Lojin
Benarkah dia Beng Tu Lojin ketua Go Bi Pai. Namun
bagaimana orang yang sudah mati bisa hidup kembali?
Ketika Tam Goat Hua termangu-mangu, orangtua itu
berkata lagi,
"Jangan salah paham, aku hanya bertanya pada-mu,
pernahkah kau dengar nama Beng Tu Lojin?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Pernah!"
"Kalau begitu, pernahkah kau dengar nama dua orang lagi,
yaitu Tiang Pek San Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po
dari daerah Miau?"
Tam Goat Hua langsung menyahut.
"Pernah!"
Usai menyahut hati Tam Goat Hua tergetar, ada rasa tak
sabar, maka tanpa sadar segera melanjutkan.

1454
"Kakek Tua, yang Kakek Tua tanyakan itu adalah Thian Ho
Si Lo. Apakah Kakek Tua adalah...."
Mendengar pertanyaan Tam Goat Hua yang belum selesai,
orangtua itu manggut-manggut.
"Tidak salah, aku adalah salah satu Thian Ho Si Lo, Thiat
Ye Tocu Tiat Sin Ong!"
Ketika orangtua itu menyebut namanya, Tam Goat Hua
sudah tidak merasa kaget lagi, Sebab, orangtua ini memang
memiliki Ginkang yang amat tinggi Yang membuatnya merasa
heran, yakni kenapa orangtua itu sudah sekian lama tinggal di
tempat ini?
Karena setelah Beng Tu Lojin meninggal, tiga tahun
kemudian Tong Hong Pek diusir dari pintu perguruan.
Tong Hong Pek pergi ke gunung salju mencari Soat Hun
Cu. Dua puluh tahun kemudian baru muncul dalam rimba
persilatan lagi.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, Pian Liong Sian Po, Thian
Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong masih pergi melawat, Namun
sejak itu, mereka bertiga menghilang entah ke mana, tiada
jejak mereka sama sekali. Hal inilah yang kemudian menjadi
suatu teka-teki dalam rimba persilatan.
Karena Thian Sun Sianjin tidak pulang ke gunung Tiang
Pek San, Pian Liong Sian Po juga tidak kembali ke daerah
Miau, Begitu pula Tiat Sin Ong, tidak pulang ke pulau Tiat Ye
To. Ketiga tokoh ini lenyap begitu saja bagai ditelan bumi.
Hingga beberapa hari lalu, Tam Goat Hua baru tahu
tentang Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po dari Lu Leng

1455
dan Han Giok Shia, Kenapa kedua orang itu berada di pulau
Hek Ciok To, memang menjadi sebuah teka-teki pula.
Kini dia bertemu Tiat Sin Ong di gunung Go Bi San, tokoh
yang pernah dianggap musnah dari muka bumi ini. Bukankah
ini suatu yang sangat mengherankan?
Terdengar suara tawa Tiat Sin Ong,
"Gadis kecil, kau pasti merasa heran, kenapa aku bisa
berada di tempat ini?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Ya! Karena Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po...."
"Kenapa mereka berdua?" Tiat Sin Ong menatap gadis itu.
"Lebih baik kau tidak usah memberitahukan!" ujarnya
kemudian.
"Kuberitahukan juga tidak apa-apa! Belum lama ini ada
orang menemukan mereka berdua, Karena bertarung akhirnya
binasa di sebuah pulau!"
Tiat Sin Ong terbelalak.
"Kalau begitu, kini hanya tertinggal aku yang belum juga
mampus!" ucapannya itu amat sederhana, namun
mengandung kedukaan.
"Mengenai hilangnya Cianpwee bertiga dalam rimba
persilatan merupakan suatu teka-teki. Entah bagaimana Kakek
Tua bisa tinggal di dalam gunung Go Bi San ini?"

1456
Tiat Sin Ong menyahut.
"Memangnya aku ingin tinggal di sini? Belasan tahun lalu
terpaksa, beberapa tahun belakangan baru merasa tidak mau
meninggalkan tempat ini. Maka aku tetap tinggal di sini!"
Tam Goat Hua tercengang. Berdasarkan kepandaian yang
dimiliki Tiat Sin Ong, siapa yang bisa melarangnya
meninggalkan tempat ini?
Sebelum Tam Goat Hua bertanya, Tiat Sin Ong sudah
berkata.
"Gadis Kecil, kau melihat ketiga batu besar itu?"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Baik! Aku akan bercerita sejelas-jelasnya, maukah kau
mendengarnya?"
Tam Goat Hua amat tertarik. Dia mengangguk Rasa duka
dalam hatinya mulai sirna dengan sendirinya.
"Kakek Tua, tuturkanlah! Aku ingin sekali mendengarnya?"
Tiat Sin Ong menghela nafas panjang.
"Padahal sesungguhnya, hanya karena nama, Kalau dipikir
kembali, itu amat menggelikan!"
Tam Goat Hua juga ikut menghela nafas panjang.
"Memang betul apa yang dikatakan Kakek Tua!"

1457
Tiat Sin Ong tertawa dan berkata,
"Gadis Kecil, usiamu masih muda. Kau tahu apa?"
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong menghela nafas
panjang lagi seraya melanjutkan
"Ketika itu, aku, Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan
Beng Tu Lojin disebut Thian Hu Si Lo (Empat Tokoh Tua
Sungai Langit)! Walau kepandaian yang kami miliki berbeda,
namun tiada seorang pun dapat menandingi kami berempat
Kami berempat memang tidak pernah bertanding secara
terbuka, * namun masing-masing masih memiliki hati yang
ingin menang, Maka secara diam-diam kami pun bertanding,
kami mengakui kepandaian Beng Tu Lojin paling tinggi di
antara kami berempat...
Bagian 32
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong kelihatan seperti
mengenang akan kejadian masa lampau, wajahnya tampak
tersenyum tapi juga seperti meringis.
"Siapa tahu Beng Tu Lojin yang berkepandaian paling
tinggi itu, justru meninggal duluan, Kami bertiga pergi
melawat..." ujar orangtua itu melanjutkan.
Perlahan-lahan Tiat Sin Ong mendongakkan kepala
memandang ke langit, seakan sedang membayangkan
kejadian masa lampau itu.
Ketika Beng Tu Lojin meninggal, banyak kaum rimba
persilatan datang melawat, pergaulan Beng Tu Lojin memang

1458
luas, Namun waktu itu golongan hitam muncul mencari
urusan.
Ketika itu, Tiat Sin Ong, Thian Sun sianjin dan Pian Liong
Sian Po juga datang melawat, Namun sudah terlambat dua
bulan, Tempat tinggal mereka amat jauh, sehingga lama
menerima berita duka itu.
Wajar jika kedatangan mereka jadi terlambat dua bulan,
sedangkan jenazah Beng Tu Lojin justru dicuri Giok Bin Sin
Kun-Tong Hong Pek.
Mereka bertiga cuma memberi hormat di hadapan meja
sembahyangan dan berpamit.
Setelah meninggalkan Go Bi mereka bertiga ingin pulang
ke tempatnya masing-masing. Akan tetapi, ketika mereka
memasuki Cin Yua Ling, muncul tiba-tiba seekor rusa
berbintik-bintik tak jauh dari mereka.
Karena mereka bertiga berkepandaian amat tinggi, gerakgerik
mereka tidak menimbulkan suara, namun rusa berbintikbintik
itu merasakannya.
Jarak mereka bertiga dengan rusa berbintik-bintik itu
berada belasan depa, namun telinga rusa itu sudah bergerakgerak
dan menoleh kearah tiga orang itu.
Pian Liong Sianpo memandang sekejap, kemudian berkata
kepada Thian su sianjin dan Tiat Sin Ong dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara.
"Kini Beng Tu Lojin sudah meninggal, Peng Hu Si lo tinggal
tiga orang, kelihatannya kita bertiga harus tahu siapa yang
lebih unggul.

1459
Adat Thian Su sianjin paling keras, begitu mendengar Pian
Liong Sian Po berkata begitu, langsung menyahut dengan ilmu
menyampaikan suara pula.
"Benar. Tapi bagaimana caranya?"
Pian Liong Sian Po menunjuk rusa berbintik-bintik itu
seraya berkata.
"Kita bertiga menggunakan ginkang mengejar rusa itu dan
siapa yang berhasil mengejarnya dan mengambil tanduknya,
dialah yang paling unggul, bagaimana menurut kalian
berdua?"
Saat Pian Liong Sian Po menunjuk, rusa berbintik-bintik itu
lari bagaikan kilat. Bersamaan itu mereka bertigapun bersiul
panjang, sambil mengerahkan Ginkang mengejar rusa
tersebut.
Rusa berbintik-bintik itu ketika melihat ada orang
mengejarnya, segera mempercepat larinya. Terjadi kejarkejaran
ketiga tokoh sakti itu terhadap rusa tersebut.
Tak terasa sudah sejauh dua-tiga puluh lie, namun mereka
bertiga tidak ada yang lebih cepat atau lambat!
Tak seberapa lama kemudian, sampai disebuah lembah.
Jarak mereka dengan rusa berbintik-bintik hanya dua-tiga
depa saja.
Mendadak Pian Liong Sian po tertawa aneh sambil
menjulurkan tangannya, ternyata dia ingin mencengkeram
tanduk rusa tersebut.

1460
Rusa berbintik-bintik itu memang sudah lelah sekali, begitu
terkena angin cengkeraman, langsung jatuh berguling-guling.
Dan saat itu pula terdengar pula suara berdesir keras,
ternyata Thian Su Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah melesat ke
arah rusa tersebut.
Pian Liong Sian Po juga tidak mau ketinggalan, melesat ke
arah rusa tersebut, namun terlambat selangkah, sehingga
membuatnya berteriak sengit
"Kalian berdua mau main curang, ya?"
Usai berteriak, Pian Liong Sian Po melancarkan pukulan ke
arah mereka berdua dengan mengerahkan ilmu pukulan Thai
Im Ciang yang sangat dahsyat.
Pian Liong Sian Po juga mengeluarkan jurus Sio Ngo Peng
Goat (Bidadari Mengejar Bulan) dan jurus Giok Thou Yang Yok
(Kelinci Giok Menaburkan Ooat), bahkan menggunakan tenaga
dalam sepenuhnya.
Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong sudah berada di sisi
rasa itu, namun pukulan yang dilancarkan Pian Liong Sian Po
sudah sampai ke arah mereka pula, Kedua orang itu tahu akan
kehebatan ilmu pukulan Thai Im Ciang, maka segera
membalikkan badan sekaligus melancarkan pukulan.
Ketika Pian Liong Sian Po melihat mereka berdua
membalikkan badan, bahkan melancarkan pukulan,
membuatnya jadi terkejut.
Berdasarkan kepandaian hanya akan bertanding seimbang
dengan salah seorang di antara mereka berdua, Namun kalau
harus menangkis pukulan mereka berdua, sudah pasti dirinya

1461
akan celaka, Karena itu, Pian Liong Sian Po cepat-cepat
mencelat ke belakang.
Namun tenaga pukulannya telah dilancarkan begitu pula
pukulan Thian Sun Sianjin dan Tiat Sin Ong, sehingga tenaga
pukulan mereka beradu, menimbulkan suara yang
memekakkan telinga. Bahkan kekuatan tenaga sakti yang
saling beradu itu sangat menggetarkan Dedaunan dan ranting
pepohonan di sekitar tempat itu pun rontok.
Sementara rasa berbintik-bintik yang tadi tergeletak di
tanah, ternyata belum mati, Namun akibat tersambar oleh
angin pukulan tadi badannya melayang membentur dinding
tebing, akhirnya mati seketika!
Dan kematian binatang itu menandakan akhir
pertandingan mereka.
Pian Liong Sian Po teringat akan kejadian tadi. Hatinya jadi
gusar sekali.
"Hm! Ginkang kalian berdua cukup lumayan ya!"
Ucapan Pian Liong Sian Po bernada sindiran sehingga
wajah Thian Sun Sianjin langsung berubah.
"Kau tidak tunduk?" sahutnya sinis.
Perlu diketahui, walau Thian Sun Sianjin berkepandaian
amat tinggi, namun sifatnya agak berangasan dan cepat naik
darah, kaum rimba persilatan mengetahui itu.
Tiat Sin Ong melihat kedua kawannya jadi bentrok, Kalau
terjadi pertandingan mungkin sampai ribuan jurus pun akan

1462
tetap berimbang, Kemungkinan besar akhirnya akan samasama
terluka parah. Karenanya Tiat Sin Ong berkata:
"Sudahlah! Kalian berdua tidak perlu bertengkar!"
Pian Liong Sian Po tetap marah-marah, dia menuding
Thian Sun Sianjin.
"Thian Sin Sianjin, kudengar kau belum lama ini terus
menerus berlatih Kim Kong Sin Cin, bagaimana kalau aku
mohon petunjuk?" dengan halus dia mulai menantang.
Thian Sun Sianjin tertawa gelak.
"Ha ha ha , Pian Liong Sian Po lebih baik kau jangan
mohon petunjuk?"
Mata Pian Liong Sian Po mendelik. "Mengapa ?"
Thian Sun Sianjin menyahut dengan dingin.
"Kim Kong Sin Ci merupakan ilmu yang menandingi ilmu
pukulan Thai Im Ciang mu itu ! Maka bagaimana begitu
gampang memberi petunjuk ?"
Pian Liong Sian Po memang berhati sombong dan egois.
Kalau tadi dia tidak mengusulkan mengejar rusa berbintikbintik
itu, tentunya tidak akan terjadi pertikaian ini.
Mendengar ucapan itu,. Wajah Pian Liong Sian Po langsung
berubah gusar.
"Benarkah begitu? Aku nenek tua yang tidak takut mati!"

1463
Tiat Sin Ong yang berdiri di situ, melihat pertengkaran
mereka berdua semakin jadi. Kalau terjadi pertarungan,
mereka berdua pasti sama-sama celaka. Ketika dia hendak
menasehati, mendadak melihat tiga buah batu besar tidak
jauh dari tempat mereka bertiga.
Begitu melihat batu-batu itu, timbullah suatu ide dalam
hatinya, Langsung bersiul panjang menarik perhatian Thian
Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po.
"Kalian berdua! Kita bertiga kalau ingin tahu siapa yang
lebih unggul, tidak perlu berantam! Aku punya suatu usul yang
amat tepat!"
Pian Liong Sian Po bertanya dengan dingin.
"Apa usulmu?"
Tiat Sin Ong menunjuk ke arah tiga buah batu besar itu,
"Di sana terdapat tiga buah batu, Kita bertiga duduk
bersandar pada batu-batu itu, Sebulan kemudian, bekas
punggung siapa yang paling dalam, tentunya tahu siapa yang
unggul! Bagaimana menurut kalian berdua?"
Usul tersebut membuat Pian Liong Sian Po dan Thian Sun
Sianjin tertegun, karena harus mengerahkan Lweekang pada
punggung, agar membekas di batu, itu sungguh tidak
gampang! Lagipula mengadu kepandaian dengan cara begitu,
belum pernah terjadi dalam rimba persilatan.
Tiat Sin Ong yang mengusulkan begitu pun sebenarnya
tidak tahu apakah dirinya sanggup atau tidak berbuat demi
kian. Namun kalau dia tidak mengusulkan itu, Thian Sun

1464
Sianjin dan Pian Liong Sian Po pasti bertarung, Maka ada
penyesalan juga dalam hatinya,
"Thian Sun Sianjin, kau berani?" tanya Pian Liong Sian Po
setelah ketiganya sama-sama terdiam beberapa saat lamanya.
Thian Sun Sianjin tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kenapa tidak?"
Thian Sun Sianjin segera menghampiri salah sebuah batu
besar itu, lalu duduk bersila bersandar.
Begitu pula Tiat Sin Ong dan Pian Liong Sian Po, mereka
berdua pun duduk bersila bersandar pada batu yang lain.
Itu adalah kejadian belasan tahun lampau. semula Tiat Sin
Ong hanya mengusulkan satu bulan duduk bersandar di batu,
Akan tetapi, sebulan kemudian mereka bertiga melihat masih
tiada bekas punggung di batu.
Karena itu mereka bertiga melanjutkan lagi. sebulan lewat
sebulan setahun lewat setahun maka kaum rimba persilatan
menganggap mereka bertiga menghilang begitu saja,
Bertahun-tahun itu mereka tak pernah muncul lagi di rimba
persilatan Tak seorang pun yang tahu bahwa mereka bertiga
berada di tengah-tengah gunung Go Bi, sedang mengadu
Lweekang dengan cara aneh itu.
Tiga tahun kemudian barulah ada bekas di batu, Akan
tetapi, bekas punggung itu sama dalamnya, Mereka bertiga
terpaksa melanjutkan lagi.

1465
Tujuh tahun kemudian Malam itu kebetulan bulan
purnama, Pian liong Sian Po bangkit berdiri, kemudian
menunjuk batu itu seraya berkata.
"Thian Sun Sianjin, kita melanjutkan lagi!"
Padahal waktu itu, bekas punggung di batu sudah cukup
dalam Karena Pian liong Sian Po menantang, Thian Sun
Sianjin pun mengiyakan Setelah itu dia bangkit berdiri Tiat Sin
Ong melirik batu di belakang, ternyata lebih dalam
dibandingkan dengan mereka berdua, Diam-diam dia merasa
gembira karena lebih unggul dari yang lain seketika Tiat Sin
Ong tertawa gelak,
Namun rupanya karena rasa gembira dia lupa dalam tujuh
tahun ini, terus menerus mengerahkan Lweekang, Maka saat
tertawa gelak dia lupa menarik kembali Lweekangnya!
Di saat dia baru mau bangkit berdiri, mendadak sekujur
badannya terasa seperti tergetar oleh sesuatu, kemudian jadi
kesemutan Ternyata dia telah tersesat, sekujur badannya tak
dapat bergerak lagi.
Betapa gugup dan paniknya Tiat Sin Ong, namun itu telah
terjadi, sudah tidak bisa apa-apa!
Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po terkejut
menyaksikan apa yang dialami Tiat Sin Ong akhirnya
"Tiat Sin Ong, kenapa kau?" tanya mereka yang keheranan
Sesungguhnya Tiat Sin Ong masih bisa menyuruh mereka
menggeserkan badannya, melihat bekas punggungnya di batu,
Akan tetapi, ketika tahu dirinya telah tersesat, maka hatinya

1466
jadi tawar. Walau tahu Lweekangnya lebih tinggi dari mereka,
namun dia tidak ingin memberitahukan.
Thian Sun Sianjin dan Pian Liong Sian Po saling
memandang dengan mulut tertutup.
Tiat Sin Ong menatap mereka lalu berkata.
"Kalian berdua pergilah! Aku masih punya dua ekor
monyet melayaniku, tidak akan mati kelaparan di sini, Kalau
kelak aku sudah bisa pulih seperti sedia kala, kita masih bisa
berjumpa kembali."
Kedua monyet itu memang setia membantu mereka
bertiga. Dahulu ketika tahun-tahun pertama pertandingan adu
Lweekang ini, mereka telah terlebih dulu menundukkan
monyet, untuk diperintah agar melayani mereka dengan
mencari buah-buahan di hutan sekitar tempat itu,
Sedangkan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian Po tidak
menyangka akan kejadian itu menimpa diri Tiat Sin Ong,
mereka berdua masih menemaninya beberapa hari, setelah itu
barulah mereka berdua meninggalkan lembah itu.
Sepuluh tahun kemudian, barulah Tiat Sin Ong berhasil
memulihkan keadaan dirinya dengan hawa murninya.
Padahal dia masih ingin meninggalkan lembah itu, pergi
mencari Thian Sun Sianjin dan Pian liong Sian Po untuk
mengadu kepandaian Namun setelah sekian tahun hidup
seorang diri di dalam lembah itu, maka hatinya sudah tawar
terhadap segala macam urusan dunia.

1467
Oleh karena itu, dia tetap tinggal di sini ditemani kedua
ekor monyet yang amat setia itu, Mengenai urusan di luar, dia
tidak tahu sama sekali.
Bagaimana keadaan Thian Sun Sianjin dan Pian Uong Sian
Po setelah meninggalkan lembah itu, dia pun tidak tahu.
Tiat Sin Ong memandang Tam Goat Hua. Dia telah usai
menutur tentang semua kejadian tersebut kemudian tertawa
gelak seraya berkata,
"Gadis kecil, menurutmu apakah itu menggelikan?"
Padahal Thian Sun Sianjin, Pian Liong Sian Po dan Tiat Sin
Ong merupakan tiga tokoh tua dalam rimba persilatan bahkan
amat terkenal dan berkepandaian amat tinggi pula,
Akan tetapi, mereka bertiga justru tidak terluput dari
"Nama", akhirnya menjadi seperti itu.
Tiat Sin Ong dan Tam Goat Hua saling memandang.
Kemudian hati Tam Goat Hua tergerak
"Kakek Tua, kini kepandaian Kakek Tua pasti tiada duanya
di kolong langit Ya, kan?" katanya,
Tiat Sin Ong tertawa.
"Jangan membicarakan ini."
"Kakek Tua, kini dalam rimba persilatan telah timbul
malapetaka...."

1468
Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, mendadak
Tiat Sin Ong menjulurkan tangannya menotok jalan darah
gagu gadis itu. Maka, kalau bibir gadis itu tetap bergerak,
namun tidak bisa mengeluarkan suara.
Tam Goat Hua terperanjat dan langsung bangkit berdiri
dengan kening berkerut-kerut.
"Ha ha! Gadis kecil, legakanlah hatimu! Bagaimana
mungkin aku mencelakaimu? Hanya saja aku telah
membulatkan hati, tidak mau tahu dan tidak mau mencampuri
urusan rimba persilatan lagi. Kelihatannya kau ingin
menceritakan suatu kejadian dalam rimba persilatan maka aku
segera menotok jalan darah gagumu itu. Tiga hari kemudian,
akan terbuka sendiri Kau tidak boleh memberitahukan kepada
siapa pun tentang diriku berada di sini." kata Tiat Sin Ong.
Memang tidak salah, Tam Goat Hua bermaksud
menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo yang malang melintang
dalam rimba persilatan.
Namun belum juga dia menceritakan Tiat Sin Ong telah
menotok jalan darah gagunya, sehingga membuatnya tidak
bisa bicara.
Tam Goat Hua menghela nafas panjang dalam hati, Tiat
Sin Ong telah membulatkan hatinya, tidak mau mencampuri
urusan rimba persilatan lagi. Maka, kalaupun diceritakan juga
tiada gunanya.
"Gadis kecil, tadi kau mau mati tidak mau hidup, sekarang
pikiranmu sudah terbuka?" kata Tiat Sin Ong,

1469
Tam Goat Hua mendongakkan kepala memandang langit
Dia tertegun tapi tak mengeluarkan suara, Hatinya terasa
sudah beku.
Entah berapa banyak kaum rimba persilatan tersiksa dan
menderita karena Pat Liong Thian Im, namun tiada seorang
pun lebih tersiksa dan menderita dari Tam Goat Hua.
Tiat Sin Ong tertawa.
"sebetulnya kau merupakan gadis yang tabah, tapi kenapa
jadi mau mati? Kini kau telah makan obat Kiu Coan Tay Hoan
Tan, otomatis Lweekangmu bertambah. Dua hari kemudian,
aku akan mengajarmu beberapa jurus ilmu silat, yaitu jurusjurus
andalanku. jangan memandang remeh lho!"
Padahal hati Tam Goat Hua telah beku, namun semua
perkataan Tiat Sin Ong amat menyentuh hatinya, Dari pada
mati dicela, lebih baik mati meninggalkan nama, Tiat Sin Ong
akan mengajarnya beberapa jurus ilmu silat, itu merupakan
kesempatannya untuk melawan Liok Ci Khim Mo.
Oleh karena itu, dia segera menjatuhkan diri berlutut di
hadapan Tiat Sin Ong.
Tiat Sin Ong mengibaskan lengan bajunya, maka seketika
Tam Goat Hua tertahan tak bisa berlutut
Tiat Sin Ong tertawa.
"Ha ha ha! Tidak perlu memberi hormat karena kau bukan
muridku, Namun kelak kalau bertemu para murid pulau Tiat
Ye To, janganlah kau turun tangan berat terhadap mereka."
Tam Goat Hua mengangguk.

1470
Sesungguhnya gadis itu sudah berkepandaian tinggi. Kini
dia makan obat Kiu Coan Tay Hoan Tan, maka Lweekangnya
bertambah tinggi pula.
Akan tetapi ketika Tiat Sin Ong mengibaskan lengan
bajunya, Tara Goat Hua merasa ada serangkum tenaga lunak
menahan dirinya. Dia memaksa diri untuk berlutut, tapi sia-sia.
Betapa terkejut gadis itu. Dia baru sadar bahwa Tiat Sin Ong
betul-betul berkepandaian amat tinggi.
Tiat Sin Ong tersenyum.
"Baik, Ketiga jurus ilmu silatku itu bukan ilmu pedang juga
bukan ilmu pukulan, Tapi dengan tangan kosong atau
bersenjata tetap boleh menggunakan ketiga jurus ilmu silat
itu. Ketiga jurus itu amat aneh, lihay dan dahsyat. Pihak lawan
pasti kebingungan menghadapi salah satu jurus saja."
Berkata sampai di situ, Tiat Sin Ong berhenti sejenak,
kemudian melanjutkan dengan wajah serius.
"Ketiga jurus itu adalah Thian Lo Te Bong (Perangkap Di
Langit jebakan Di Bumi), Pao Lo Ban Siang (Segala-galanya
Pasti Ada) dan jurus Chai Cu Sih Mi (Menutup Biji Sawi),
Bukan aku omong besar, kalau kau sudah mulai belajar ketiga
jurus ilmu silat itu, kau akan tahu kedahsyatannya."
Tam Goat Hua tidak bisa bicara, hanya manggut-manggut
saja.
Tiat Sin Ong mulai memberitahukan perubahan-perubahan
ketiga jurus ilmu silat berikut teorinya.
Tam Goat Hua memang cerdas. Hanya sekali mendengar
dia sudah mengerti Kemudian Tiat Sin Ong memperagakan

1471
ketiga jurus ilmu silat tersebut" Tam Goat Hua memperhatikan
dengan cermat sekali
Akan tetapi justru membuat pandangannya menjadi kabur
setelah Tiat Sin Ong mengulang hingga tujuh kali barulah Tam
Goat Hua dapat menangkap sedikit gerakan-gerakan itu.
Padahal Tiat Sin Ong hanya menyiapkan waktu dua hari
untuk mengajar Tam Goat Hua ketiga jurus ilmu silat itu.
Namun gadis itu harus menggunakan waktu setengah bulan,
baru mulai paham akan keistimewaan ketiga jurus ilmu silat
tersebut.
Di hari keempat, Tam Goat Hua sudah bisa bicara, namun
dia pun tidak menceritakan tentang Liok Ci Khim Mo.
Setengah bulan kemudian, Tiat Sin Ong berpesan kepada
Tam Goat Hua, harus terus berlatih ketiga jurus ilmu silat yang
diajarkannya itu, setelah itu, dia pun menyuruh Tam Goat Hua
meninggalkan lembah tersebut.
Dalam setengah bulan ini, kepandaian Tam Goat Hua
sudah bertambah maju.
Gadis itu berpikir, seandainya urusan itu tidak terjadi kini
dia pasti sudah hidup bahagia, Akan tetapi urusan itu justru
terjadi.
Hari ini Tam Goat Hua berpamit kepada Tiat Sin Ong,
keluar dari lembah tersebut Dia pun tidak mau memikirkan
kejadian yang menyedihkan itu lagi.
Setelah meninggalkan gunung Go Bi San, tiba-tiba dia
teringat akan perkataan ibunya, bahwa di lembah gunung

1472
Tang Ku Sat terdapat sebuah istana, yaitu tempat tinggal
kakeknya.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua mengambil keputusan
untuk berangkat ke gunung tersebut.
Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hua segera
berangkat Tujuannya adalah gunung Tang Ku Sat. Dalam
perjalanan itu, dia hanya berselisih tiga hari dengan Lu Leng.
Mereka berdua sama-sama menuju gunung itu.
* * * *
Bab 68
Ketika memasuki gunung tersebut, Tam Goat Hua baru
menyadari bahwa dirinya amat bodoh, Di gunung yang begitu
luas, bagaimana mungkin mencari istana tersebut?
Beberapa hari Tam Goat Hua terus mencari. Hari itu ketika
dia berdiri di atas sebuah tebing, melihat beberapa ekor
burung elang raksasa sedang menukik ke bawah. Dia yakin
pasti ada kaum rimba persilatan berada di situ bertarung
dengan burung elang raksasa itu, Karena tertarik dan merasa
heran, maka dia melesat ke sana.
Akan tetapi, dia tidak bertemu Lu Leng, melainkan
bertemu Hek Sin Kun, Padahal saat itu, Lu Leng jatuh ke
bawah bersama raja burung elang raksasa.
Ketika melihat kemunculan Tam Goat Hua, hati Hek Sin
Kun tersentak. Ternyata dia khawatir Tam Sen suami istri akan
muncul juga.

1473
Setelah bertanya jawab sejenak dengan Tam Goat Hua,
barulah dia tahu bahwa Tam Goat Hua datang di tempat itu
seorang diri Tujuannya sama dengan tujuan Hek Sin Kun.
Hek Sin Kun tetap tidak bisa melupakan Kitab Iblis, Oleh
karena itu dia menyuruh Tam Goat Hua pulang ke pulau Hwe
Ciau To mengambil kitab tersebut untuknya tapi Tam Goat
Hua menolak.
Pembicaraan mereka berdua di atas tebing, terhembus
angin ke bawah, maka Lu Leng dapat mendengarnya namun
ada beberapa patah kata yang terlewat, Lu Leng yakin bahwa
Hek Sin Kun sedang bercakap-cakap dengan Tam Goat Hua,
karena itu, dia berteriak-teriak memanggil gadis itu.
Akan tetapi karena angin gunung berhembus ke bawah,
maka Tam Goat Hua tidak mendengar suara teriakan Lu Leng.
Kemudian Hek Sin Kun dan Tam Goat Hua meninggalkan
tebing itu, Akhirnya dia berhasil mencari lembah tersebut, dan
langsung masuk ke dalam.
Begitu sampai di dalam, justru mereka terperangkap ke
dalam formasi itu. Padahal Hek Sin Kun pernah mempelajari
formasi tersebut, sebab yang menciptakan formasi itu Mo
Liong Seh Sih, ayahnya.
Akan tetapi, Hek Sin Kun telah lupa cara memecahkannya.
Ketika mendengar suara orang, barulah dia teringat akan
pesan ayahnya, Dia segera berseru memanggil nama kedua
wanita itu, akhirnya dapat keluar dari formasi.
Nyawa Toa Sah dan Ji Sah diselamatkan Mo Liong Seh Sih,
maka mereka berdua menganggapnya bagaikan seorang
dewa, setelah keluar dari formasi, Hek Sin Kun menampar

1474
mereka berdua, namun kedua wanita diam saja, sebab Hek
Sin Kun adalah majikannya juga.
Sementara Toa Sah dan Ji Sah membawa Hek Sin Kun ke
istana melalui goa itu, Keluar dari goa, tak lama sudah berada
di hadapan istana tersebut
Begitu menyaksikan istana itu, Hek Sin Kun menghela
nafas panjang saking takjub akan keindahannya, Dia pun
berkata dalam hati, kalau tahu istana ini sedemikian indah dan
megah, dari dulu dia sudah ke mari, tidak usah menetap di
gunung Thay San.
Hek Sin Kun langsung melesat ke depan. Didorongnya
pintu istana itu sekaligus masuk ke dalam. Ketika berada di
dalam ruang besar itu, dia terbelalak itu bukan karena dia
menyaksikan barang-barang berharga, melainkan karena
melihat Lu Leng sedang duduk bersila di lantai.
Wajah Lu Leng tampak kemerah-merahan dan bercahaya,
Namun keberadaan Hek Sin Kun di situ, dia sama sekali tidak
tahu.
Hek Sin Kun berpengetahuan cukup luas, Ketika
menyaksikan itu, dia sudah tidak sempat berpikir lagi, kenapa
Lu Leng tidak mati, Saat ini, dia tahu bahwa Lu Leng dalam
keadaan genting, karena hawa murninya berusaha menembus
bagian Jin Tok.
Kalau bagian Jin Tok tertembus, Lweekang Lu Leng pasti
bertambah tinggi dan dia pun bukan tandingannya lagi.
Semula Hek Sin Kun tertegun, namun kemudian
membentak keras.

1475
"Bocah! Untung aku tidak terlambat datang!"
Badannya melesat ke depan, sekaligus melancarkan
sebuah pukulan ke arah jalan darah Thian Ling Kay.
ilmu pukulan Hek Sah Ciang amat dahsyat Apa-lagi kini
dilancarkannya dengan sepenuh tenaga. Terdengar suara
menderu-deru mengarah kepada Lu Leng.
Saat ini, hawa murni Lu Leng telah berhasil menembus
bagian Jin, maka berkumpul di bagian jalan darah Bi Li Hiat,
sedang menerjang ke arah bagian Tok.
Jangankan Lu Leng tidak tahu serangan itu, kalaupun tahu
juga sudah tidak bisa menangkis.
Sebab apabila badannya bergerak, hawa murninya tidak
dapat menembus bagian Tok. Dan apabila hawa murni itu
menerjang sembarangan dapat menyebabkan dia menjadi gila
atau tersesat itu betul-betul merupakan saat yang tidak boleh
terganggu.
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara seruan
kaget dan tampak dua sosok bayangan menerjang ke dalam.
Betapa terkejutnya Hek Sin Kun. Dia langsung menarik
kembali serangannya tadi, kemudian memutar badannya
sekaligus melancarkan serangan itu ke arah dua sosok
bayangan.
Bum! Salah seorang sudah terkena pukulannya, Terdengar
suara jeritan dan tampak badan orang itu terpental bagaikan
layang-layang putus tali. Kini Hek Sin Kun baru melihat jelas,
dua sosok bayangan itu ternyata Toa Sah dan Ji Sah yang
sedang menerjang ke arahnya.

1476
Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Hek Sin Kun.
"Kalian berdua mau berontak ya?" bentaknya, Yang
terpental itu adalah Ji Sah. setelah dia roboh, wajahnya
tampak pucat pias dan mulutnya mengeluarkan darah,
pertanda sudah terluka parah.
Toa Sah tertegun, kemudian berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik! Kau bukan orang baik!" Toa Sah
langsung menyerang Hek Sin Kun dengan sengit sekali,
sesungguhnya gampang sekali bagi Hek Sin Kun melukai Toa
Sah.
Tapi dia telah melihat dekorasi ruang besar itu, berikut
barang-barang yang amat berharga, Tentunya masih banyak
barang berharga tersimpan di dalam istana itu, Kalau dia
membunuh Toa Sah dan Ji Sah, bukankah dia tidak tahu
disimpan di mana barang-barang berharga lain?
Oleh karena itu, ketika melihat Toa Sah menyerangnya dia
segera menjulurkan tangannya untuk mencengkeram lengan
Toa Sah.
Walau Toa Sah memiliki tenaga yang amat kuat, namun
tetap tak sebanding dengan Lweekang yang dimiliki Hek Sin
Kun.
Seketika lengan Toa Sah sudah tercengkeram, Toa Sah tak
dapat melepaskannya, maka menjadi gugup sekali dan
berteriak-teriak.
"Kau bukan orang baik, juga bukan majikan kami! Majikan
lama tidak pernah memukul orang, kenapa kau ke mari
langsung memukul orang?"

1477
Hek Sin Kun tertawa dingin sambil mengerahkan
Lweekang, Wajah Toa Sah berubah pucat pias saking
menahan rasa sakit di lengannya.
Hek Sin Kun tertawa dingin lagi,
"Aku tidak sama dengan majikan lama, Kalau kalian tidak
mendengar perintahku, nyawa kalian pasti melayang!"
katanya.
Saat ini Toa Sah menderita sekali, Walau kedua wanita itu
agak ketolol-tololan, namun berhati keras. Setelah Ji Sah
terluka parah, Toa Sah menganggap Hek Sin Kun sebagai
musuh besar.
Begitu Hek Sin Kun usai berkata, Toa Sah langsung
meludah.
"Phui!"
Sepasang tangan Hek Sin Kun mencengkeram lengan Toa
Sah, jarak mereka begitu dekat Lagipula Hek Sin Kun mengira,
bahwa setelah lengannya tercengkeram, Toa Sah pasti akan
menuruti perintahnya. Namun tidak tahunya wanita itu malah
meludahinya, tak ampun lagi segumpal ludah kental melekat
pada pipi Hek Sin Kun.
Betapa gusarnya Hek Sin Kun. Dia langsung melepaskan
cengkeramannya sekaligus menampar Toa Sah dua kali.
Plak! Plak!
Setelah itu, dia pun menotok jalan darah Hu Keng Hiat di
bahu Toa Sah, sehingga wanita itu tak dapat bergerak,

1478
Barulah dia mundur dan lalu menghapus ludah yang di
pipinya.
Sejak berkecimpung dalam rimba persilatan belum pernah
Hek Sin Kun mengalami penghinaan seperti itu, Maka tidak
mengherankan kalau kegusaran menjadi memuncak dan niat
jahatnya pun timbul seketika.
"Benarkah kalian sudah bosan hidup?" katanya dengan
dingin.
Sembari berkata, dia membuka totokan Toa Sah. Sebelum
Toa Sah menyahut, dia sudah mengayunkan tangannya
menghantam Toa Sah. Wanita itu terpental beberapa depa
kemudian roboh terguling di lantai ke arah Ji Sah.
Toa Sah dan Ji Sah saling memeluk sambil menangis,
sedangkan Hek Sin Kun terus tertawa dingin.
Selangkah demi selangkah Hek Sin Kun menghampiri
mereka berdua, Ji Sah memandangnya dan mendadak
berkata.
"Kakak, ketika majikan tua mau pergi, beliau pesan apa
kepada kita? Kalau ada orang jahat ke mari mencelakai kita,
kita harus bagaimana?"
Wajah Toa Sah tampak berseru.
"Majikan tua berpesan, kita harus mengeluarkan "Bola
Emas", pasti bisa menang!" sahutnya.
Apa yang dibicarakan mereka berdua, Hek Sin Kun
mendengarnya namun tidak tahu apa maksud-nya.

1479
Usai berkata begitu, kedua wanita itu merogoh ke dalam
baju masing-masing mengeluarkan sebuah bola sebesar
kepalan berwarna keemas-emasan dan bergemerlapan.
Padahal Hek Sin Kun sedang mendekati mereka.
pengetahuannya juga luas, Namun dia tidak tahu benda apa
yang dikeluarkan oleh kedua wanita itu, Maka dia segera
menghentikan langkahnya dan membentak.
"Kalian berdua masih tidak mau tunduk?"
Toa Sah dan Ji Sah tidak menyahut, melainkan memaksa
diri untuk bangkit berdiri, lalu mengayunkan tangan
melemparkan kedua buah bola itu ke depan kaki Hek Sin Kun.
Cring! Cring! Ke dua buah bola jatuh tepat pada
sasarannya.
Hek Sin Kun bertambah heran, namun bahwa tahu kedua
buah bola itu digunakan untuk menghadapinya, Maka, dia
tidak memandang sebelah mata pun pada Toa Sah dan Ji Sah.
Akan tetapi, Hek Sin Kun tahu jelas akan kepandaian
ayahnya, sedangkan kepandaiannya masih jauh di bawah
ayahnya. Oleh karena itu, dia segera mundur Namun di saat
bersamaan terdengar suara "Plak Plak" dua kati. Ternyata
kedua buah bola itu telah pecah, Dan seketika terdengar pula
suara "Ser Ser" tak henti-hentinya dan tampak jarum-jarum
halus meluncur keluar bagaikan kilat
Toa Sah dan Ji Sah tertawa gembira, Toa Sah yang belum
terluka itu langsung menarik Ji Sah untuk diajak kabur keluar
Walau Hek Sin Kun berkepandaian tinggi namun di saat itu
dia gugup sekali.

1480
Untung sebelumnya dia sudah siap, maka cepat-cepat
mengibaskan kedua belah tangannya dan berhasil juga
menangkis semua jarum halus itu, Tapi sekujur badannya
telah mengucurkan keringat dingin.
Setelah dia berhasil merontokkan semua jarum halus itu,
Toa Sah dan Ji Sah sudah tidak kelihatan.
Sebetulnya Hek Sin Kun ingin mengejar mereka, namun
mendadak teringat akan Lu Leng yang duduk bersila di lantai,
Dia memandang Lu Leng sejenak kemudian tertawa dingin
sambil mendekatinya.
Ketika sampai di hadapan Lu Leng dan siap mengayunkan
tangannya, mendadak Lu Leng mendongakkan kepala dan
membuka matanya. wajahnya tampak berseri otomatis
mereka beradu pandang. Sorot mata Lu Leng membuat Hek
Sin Kun tertegun.
Ternyata sorot mata Lu Leng amat tajam bagaikan
sepasang sembilu menembus ke dalam hatinya.
Begitu tertegun, Hek Sin Kun tahu bahwa dirinya telah
tertambat Kini keadaan genting Lu Leng telah lewat Hawa
murninya berhasil menembus bagian Tok dalam tubuhnya,
maka Lweekangnya bertambah tinggi.
Akan tetapi, Hek Sin Kun masih penasaran Dia langsung
mengerahkan Lweekangnya sekaligus melancarkan pukulan
dengan sepenuh tenaganya ke arah Lu Leng. Tenaga pukulan
itu mengurung badan Lu Leng, Ketika Hek Sin Kun baru
bergirang dalam hati karena pukulan yang dilancarkannya
akan berhasil membinasakan Lu Leng, mendadak dia melihat
Lu Leng dengan tenang menggerakkan sebuah jari
telunjuknya.

1481
Gerakannya tampak begitu tenang dan lamban, namun
ketika jari telunjuknya bergerak, langsung terdengar suara
"Bum" dan serangkum tenaga yang amat dahsyat menangkis
pukulan Hek Sin Kun, sehingga membuat tenaga pukulan Hek
Sin Kun menjadi berbalik!
Hek Sin Kun terhuyung-huyung ke belakang tujuh delapan
langkah. Ternyata dia terkena tenaga pukulannya sendiri yang
berbalik itu, sedangkan Lu Leng bangkit berdiri perlahan-lahan
sambil menepuk-nepuk pakaiannya seraya berkata.
"Hek Sin Kun, selamat bertemu! Di antara kita memang
terdapat hutang-piutang dan harus diperhitungkan sekarang !"
Ketika melihat wajah Lu Leng yang bercahaya-cahaya itu,
Hek Sin Kun segera tahu bahwa kini dirinya bukan lawannya
lagi Maka, dia berniat mengambil langkah seribu.
Ketika melihat Lu Leng mendekatinya, dia langsung
membentak
"Bocah busuk, kau tidak takut mati?"
Lu Leng mengira Hek Sin Kun akan melancarkan serangan,
tidak tahunya malah membalikkan badannya dan langsung
melesat pergi
Lu Leng tertawa "Ha ha" dan segera melesat
mengejarnya. Bahkan dia juga melancarkan serangan
menggunakan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak
Menembus Awan), ke punggung Hek Sin Kun.
Saat ini, jarak mereka kira-kira dua tiga depa. Namun
setelah makan Ling Che tujuh warna, dalam waktu
semalaman, Lweekangnya sudah bertambah tinggi maka ilmu

1482
Kim Kong Sin Ci sudah berbeda t dengan tempo hari
Terdengar suara "Bum Bum" dua kali dan ketika itu pula
badan Hek Sin Kun terpental ke depan,
Harus diakui Hek Sin Kun memang berkepandaian tinggi
Ketika terpental dia justru menggunakan tenaga pentolan itu
untuk melesat ke depan lebih cepat
* * * *
Bab 69
Lu Leng tertawa dan melesat lebih cepat mengejar Hek Sin
Kun. Keluar dari istana, terlihat Hek Sin Kun berlari secepatnya
bagaikan dikejar setan menuruni undakan batu,
justru di saat itulah, tampak tiga orang di bawah undakan
batu itu sedang berlari ke atas.
Lu Leng memandang ke bawah. Salah seorang dari
mereka ternyata Tam Goat Hua, Begitu melihat gadis itu, Lu
Leng segera berhenti
Begitu pula Tam Goat Hua, ketika melihat Lu Leng berada
di atas, dia pun tertegun.
Semua itu tidak terlepas dari mata Hek Sin Kun. Dia
langsung melesat ke arah Tam Goat Hua, Menyaksikan itu, Lu
Leng segera menyadari adanya gelagat ketidakberesan, Maka
dia segera berseru, "Kakak Goat, hati-hatilah! Akan tetapi
sudah terlambat sekonyong-konyong terdengar suara jeritan
dan ketika itu pula badan Tam Goat Hua bergerak
mengeluarkan jurus yang amat aneh.

1483
Namun Hek Sin Kun sudah turun tangan lebih dulu, Maka,
walau Tam Goat Hua berhasil memukul Hek Sin Kun, namun
Hek Sin Kun berhasil pula mencengkeram pinggang gadis itu.
Tam Goat Hua membungkukkan badannya, Di saat itulah
cengkeraman itu berubah menjadi pukulan.
Plak! pinggang Tam Goat Hua terpukul sehingga membuat
gadis itu sempoyongan.
Hek Sin Kun tertawa sambil mencelat ke depan dan
menjulurkan tangannya ke arah kepala gadis itu.
Sedangkan Lu Leng sudah melesat ke sana, tapi tangan
Hek Sin Kun sudah berada di ubun-ubun Tam Goat Hua,
Padahal Lu Leng sudah mau melancarkan Kim Kong Sin Ci.
Namun ketika menyaksikan itu, dia malah tertegun, bahkan
batal melancarkan serangan.
Walau Tam Goat Hua telah dikuasai Hek Sin Kun, namun
gadis itu seakan tidak merasa.
Dia mendongakkan kepala untuk memandang Lu Leng,
Timbullah berbagai perasaan di dalam hatinya, Kemudian dia
menghela nafas panjang sambil menundukkan kepala.
Pandangannya itu, membuat hati Lu Leng terasa pedih
sekali. Dia memanggil Tam Goat Hua dengan suara rendah.
"Kakak Goat...."
Saat ini, Lu Leng justru telah lupa akan keberadaan musuh
besarnya.

1484
Sejak terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im di bawah Cing
Yun Ling, hingga kini mereka berdua baru berjumpa, maka
timbullah berbagai macam perasaan dalam hati masingmasing.
Hek Sin Kun memang licik, Ketika melihat Lu Leng seperti
kehilangan sukma, secara diam-diam dia mengayunkan
tangannya ke dada Lu Leng,
Setelah melancarkan serangan gelap itu, barulah dia
membentak Begitu mendengar suara bentakan itu, Lu Leng
baru sadar akan adanya gelagat yang kurang menguntungkan
Dia segera berkelit namun terlambat Plak!
Pukulan itu telak mengenai jalan darah Hwa Kay Hiat
bagian dada Lu Leng, Hwa Kay Hiat merupakan jalan darah
penting di tubuh orang, Maka begitu terpukul, dada Lu Leng
terasa sakit sekali.
Akan tetapi, Lu Leng justru tidak mengeluarkan suara,
sebaliknya malah Hek Sin Kun yang menjerit sambil
termundur-mundur, sehingga melepaskan Tam Goat Hua.
sedangkan wajah Hek Sin Kun tampak kehijau-hijauan dan
tangan kirinya memegang tangan kanannya.
Pukulan yang dilancarkannya memang tepat mengenai
dada Lu Leng, tentunya membuat Lu Leng terluka parah.
Tapi setelah makan Ling Che tujuh warna, Lwee-kang Lu
Leng bertambah tinggi, lagipula bagian Jin Toknya sudah
tertembus oleh hawa murni sehingga hawa murni di dalam
tubuhnya pun bertambah kuat Maka walau dia tidak sempat
menangkis pukulan itu, tenaga murni di dalam tubuhnya
mampu mengadakan perlawanan, sehingga menyebabkan
tulang lengan kanan Hek Sin Kun patah seketika.

1485
Toa Sah yang berdiri di situ kelihatan gembira sekali,
Wanita itu memang amat membenci Hek Sin Kun, maka
langsung menyerangnya pula,
Walau lengan kanan Hek Sin Kun telah patah, namun
tetap tidak memandang sebelah mata pun terhadap Toa Sah.
Ketika melihat wanita itu menyerang, dia segera
membungkukkan badannya sedikit kemudian mendadak
mengibaskan tangan kirinya ke arah Toa Sah.
Plak!
Toa Sah terpental lalu jatuh terduduk dan tak bisa bangun
lagi
Saat ini Lu Leng telah terluka dalam. Badannya
sempoyongan tapi hanya sebentar, kemudian bisa berdiri
tegak kembali
Sedangkan Tam Goat Hua masih berdiri tertegun di
tempat
"Kakak Goat! Kakak Goat!" panggil Lu Leng sambil maju
selangkah
Begitu mendengar suara panggilan Lu Leng, mendadak
Tam Goat Hua membalikkan badannya lalu melesat pergi
Hati Lu Leng bagaikan tertusuk ribuan duri Dia berdiri
termangu-mangu di tempat, kemudian berseru.
"Kakak Goat! Kakak Goat...." Dia pun berlari ke bawah
mengejar Tam Goat Hua.

1486
Setelah memukul jatuh Toa Sah, Hek Sin Kun melarikan
diri ke bawah. Dia berlari di depan, Tam Goat Hua di tengah,
sedangkan Lu Leng berada di belakang. Mereka bertiga terus
berlari laksana kilat, maka tak lama sudah berada di bawah
undakan batu.
Mengenai kejadian Tam Goat Hua dengan Lu Leng, Hek
Sin Kun masih tidak begitu jelas.
Dia pun tidak tahu bahwa saat ini gadis itu berlari begitu
cepat, tidak lain hanya menghindari Lu Leng, Tapi Hek Sin Kun
menyangka sedang mengejarnya.
Oleh karena itu, mendadak dia membelok ke samping.
Ternyata di situ terdapat semacam lantai yang miring, Dia
langsung menjatuhkan diri lalu merosot ke bawah.
Kini dia hanya ingin melarikan diri, sama sekali tidak
memperhatikan Tam Goat Hua dan Lu Leng, yang sebenarnya
tidak mengejarnya. Sampai di bawah, dia lalu segera
menghilang.
Sementara Tam Goat Hua terus berlari Ketika sampai di
ujung, dia tertegun, karena di saat dia mau merosot ke
bawah, Lu Leng justru telah muncul.
Demi mengejar Tam Goat Hua, Lu Leng sama sekali tidak
menghiraukan luka dalamnya.
Setelah mendekati gadis itu, dia justru terkulai karena
kehabisan tenaga, Kebetulan saat itu Tam Goat Hua baru mau
merosot ke bawah.

1487
Lu Leng cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk
memegang kaki Tam Goat Hua erat-erat, kemudian
memanggilnya dengan air mata bercucuran
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua tertegun dan secara reflek mengayunkan
kakinya.
Saat ini hati Tam Goat Hua amat kacau, Maka, ketika
mengayunkan kakinya, dia menggunakan tenaga yang amat
besar sehingga membuat tangan Lu Leng yang memeganginya
nyaris terlepas.
Lu Leng cepat-cepat mengerahkan tenaga untuk
mempererat pelukannya, Namun karena itu maka dari mulut
Lu Leng keluar darah segar.
Walau Lu Leng telah makan Ling Che tujuh warna,
sehingga Lweekangnya bertambah tinggi, namun kini dia telah
terluka dalam yang amat parah, bahkan tadi mengerahkan
tenaga, sehingga menyebabkan luka dalamnya bertambah
parah, Lu Leng tidak menghiraukan itu, tetap memeluk kaki
Tam Goat Hua seerat-eratnya.
"Kakak Goat, kau boleh memukul atau membunuhku
Tapi... jangan begitu melihat diriku, langsung pergi"
Air mata Tam Goat Hua mengalir deras.
"Kau... kau... kau... kau...."
Dia hanya dapat mencetuskan itu, tidak dapat
melanjutkan, sesungguhnya Tam Goat Hua juga tiada
perkataan yang harus dicetuskannya, lalu dia harus

1488
mengatakan apa? padahal dia akan menjadi istri Giok Bin Sin
Kun-Tong Hong Pek, namun kenyataannya malah menjadi istri
Lu Leng yang tak resmi. Dia dan Lu Leng memang terjalin
hubungan baik, tapi itu bukan percintaan Yang dicintai Tam
Goat Hua adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek.
Gadis itu membungkukkan badannya sedikit untuk
menotok jalan darah Thian Ceh Hiat di bahu Lu Leng,
sehingga bahu Lu Leng terasa berkesemutan. Setelah itu dia
melesat pergi!
Lu Leng berseru sekeras-kerasnya.
"Kakak Goat! Kakak Goat...."
Tam Goat Hua yang melesat pergi, mendadak berjungkir
balik dan dalam sekejap sudah sampai di bawah!
Lu Leng berusaha bangkit berdiri, namun matanya
berkunang-kunang, bahkan bayangan Tam Goat Hua muncul
di depan matanya, Dia menggapai di depan beberapa kali,
kelihatannya ingin menggapai gadis itu, Namun itu hanya
merupakan bayangan khayalan Bagaimana mungkin
tangannya dapat menggapai Tam Goat Hua? Dia maju
beberapa langkah dengan badan sempoyongan Mendadak
matanya menjadi gelap akhirnya dia jatuh pingsan.
Entah berapa lama kemudian barulah Lu Leng siuman
Namun sekujur badannya masih tetap tak bertenaga Dia
membuka matanya dan seketika terkejut, karena
mendapatkan dirinya berada di dalam sebuah kamar yang
amat indah, berbaring di atas sebuah ranjang besar yang
dibikin dari giok.

1489
Di empat sisi ranjang besar itu terdapat mutiara-mutiara
yang memancarkan cahaya.
Lu Leng tertegun dan tidak tahu dirinya berada di mana,
Mendadak hidungnya mencium bau yang amat harum "Dia
segera menoleh dan seketika juga hatinya berdebar-debar.
Ternyata dia melihat seorang gadis berbadan langsing
berdiri di situ membelakangi.
Seketika Lu Leng tidak memikirkan yang lain, Dia hanya
menganggap setelah dirinya pingsan, Tam Goat Hua merasa
tidak tega, maka membawanya ke situ, Kini Tam Goat Hua
berdiri di situ, sudah jelas ingin menjadi istrinya.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng gembira, Dia langsung
menjulurkan tangannya untuk memegang bahu gadis itu.
"Sungguh beruntung aku pada hari ini!" katanya,
Mendadak gadis itu membalikkan badannya, wajahnya
tampak kemerah-merahan bagaikan sekuntum bunga yang
baru mekar, bahkan tampak amat gembira pula.
"Lu Siauhiap, jangan begitu!" ujarnya dengan suara
rendah.
Ketika melihat gadis itu membalikkan badannya, seketika
juga Lu Leng tersentak
Ternyata gadis itu bukan Tam Goat Hua, melainkan Toan
Bok Ang.

1490
Betapa malunya Lu Leng, Dia cepat-cepat melepaskan
tangannya dari bahu gadis itu, dan tiba-tiba terdengar suara
"Buk", Ternyata Lu Leng terjatuh dari ranjang.
Dia segera memegang pinggiran ranjang, lalu bangkit
berdiri seraya berkata terputus-putus.
"Aku... aku...."
Wajah Toan Bok Ang bertambah merah, kemudian
memandang Lu Leng.
"Lu Siauhiap, aku yang tidak baik, tidak seharusnya
mengejutkanmu!"
Teringat akan ucapannya tadi dan melihat sikap Toan Bok
Ang, Lu Leng tahu bahwa gadis itu telah salah paham
terhadapnya, Lu Leng tertegun lama sekali, kemudian berkata.
"Nona Toan, kenapa kau berada di sini?"
Toan Bok Ang tampak tersipu.
"Mana aku tahu?"
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara di luar
pintu, yakni suara Ji Sah.
"Kakak, tadi terdengar suara gedebuk, mungkin ada yang
iseng menendangnya ke bawah ranjang."
"Betul!" sahut Toa Sah.

1491
Kemudian terdengar suara "Krek", kemudian pintu itu
terbuka dan Toa Sah serta Ji Sah masuk ke dalam. Walau luka
Ji Sah belum pulih, namun begitu masuk ke dalam kamar, dia
kelihatan gembira sekali.
"Ha ha! Ternyata Nona kecil yang iseng!" katanya sambil
bertepuk-tepuk tangan,
Ketika melihat ada orang masuk ke dalam, bahkan
mendengar perkataan begitu, Toan Bok Ang betul-betul
merasa malu dan langsung menyambar sehelai kain, lalu
menutup kepalanya.
Toa Sah dan Ji Sah tampak puas, kemudian menunjuk Lu
Leng seraya bertanya. "Lukamu sudah sembuh?"
Kini Lu Leng baru tahu bahwa semua itu adalah ulah
kedua wanita Toa Sah dan Ji Sah.
Sedangkan Toan Bok Ang telah salah paham terhadap Lu
Leng, kalau terus berlanjut, entah apa akibatnya. Semua itu
gara-gara ulah Toa Sah dan Ji Sah. Lu Leng ingin memarahi
mereka, namun sikap mereka berdua tidak tampak berniat
jahat Akhirnya dia menghela nafas panjang dan duduk di
pinggir ranjang seraya menyahut
"Belum begitu sembuh."
Toa Sah tertawa.
"Kalau begitu, kau tetap beristirahat di sini saja, Aku akan
membawa makanan untukmu."

1492
Mereka berdua tertawa lalu meninggalkan kamar itu.
Ketika sampai di pintu, Ji Sah menoleh kebelakang lalu
tersenyum.
"Nona kecil, kau jangan menendang orang ke bawah
ranjang lagi lho!" katanya,
Usai berkata begitu, Ji Sah menutup pintu. Baru lah Toan
Bok Ang melepaskan kain yang menutupi kepalanya lalu
memandang Lu Leng seraya berkata.
"Lu Siauhiap, tempat apa ini? Siapa pula kedua wanita
mentertawakan kita itu?"
Sikap Toan Bok Ang memang kelihatan malu-malu, namun
sesungguhnya hatinya sedang berbunga-bunga.
"Nona Toan, bagaimana kau bisa berada di rumah ini?" Lu
Leng balik bertanya.
Wajah Toan Bok Ang tampak kemerah-merahan lagi.
"Kau menotok jalan darahku di dalam goa di gunung Go Bi
San. Setelah kau pergi, mendadak muncul si Nabi Setan-Seng
Ling dan putranya, mereka berdua memasuki goa itu."
"Hah? Kalau begitu kau.,." ujar Lu Leng,
Berkata sampai di situ, mendadak teringat akan kesalah
pahaman tadi. Kini bagaimana boleh memperlihatkan sikap
menaruh perhatian terhadap gadis itu?
Lagi pula saat ini dia baik-baik saja berada di depan mata,
tentunya tidak dicelakai mereka berdua, maka Lu Leng tidak
melanjutkan ucapannya,

1493
Akan tetapi, walau Lu Leng hanya berkata begitu, wajah
Toan Bok Ang sudah memperlihatkan rasa kebahagiaan dalam
hatinya.
"Aku nyaris mati di tangan mereka, Kebetulan aku
menelan mutiara Kura-Kura Mayat maka sekujur badanku
menjadi dingin tak bisa bergerak Di saat itulah Sou Mia Su
Seng Bou menculikku. Dia... terus mendesakku agar menikah
dengannya, sedangkan aku tak punya tenaga untuk melawan,
Tapi aku menyuruhnya mengobati dulu diriku, setelah itu baru
membicarakan urusan tersebut"
Lu Leng sama sekali tidak menyangka Padahal waktu itu
dia bermaksud baik menotok jalan darah Toan Bok Ang,
kemudian menaruhnya di dalam goa, tapi justru nyaris
mencelakainya.
Sementara Toan Bok Ang terus memandang Lu Leng
dengan penuh cinta kasih, lalu berkata.
"Seng Bou bilang, dia tahu bahwa di gunung Tang Ku Sat
terdapat sebuah sumber air hangat Kalau badan mengidap
racun dingin, berendam di sana pasti sembuh. Maka dia
membawaku ke mari. Aku berendam di dalam air hangat
selama tujuh hari, maka hawa dingin di dalam tubuh lenyap,
bahkan Lweekangku bertambah tinggi Ketika aku akan
bertindak terhadapnya, dia justru bilang telah meracuniku.
Kalau aku tidak menuruti perkataannya aku pasti mati
keracunan."
"Dia sungguh jahat!" kata Lu Leng dengan penuh
kegusaran
"Aku pun mencacinya demikian, dan akhirnya bergebrak
dengannya, Dia tidak bisa melawanku, maka aku

1494
mendesaknya agar mengeluarkan obat penawar. Namun kami
justru memasuki formasi itu sehingga dia mati di dalam
formasi tersebut, sedangkan aku pingsan. Ketika siuman aku
terkejut karena mendapatkan dirimu tidur di sisiku."
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang menundukkan
kepala, namun mencuri melirik Lu Leng.
Setelah mendengar penuturan itu, Lu Leng segera paham
bahwa gadis yang dimaksudkan Toa Sah dan Ji Sah adalah
Toan Bok Ang.
Tentunya di saat Lu Leng jatuh pingsan, kedua wanita itu
pergi menolong Toan Bok Ang mengeluarkan dari formasi.
Kedua wanita itu memang tolol Walau mereka sudah
berusia empat puluhan, namun masih tidak tahu bedanya
wanita dengan lelaki, maka menaruh Lu Leng dan Toan Bok
Ang di dalam satu ranjang.
Berpikir sampai di sini, Lu Leng menghela nafas panjang,
"Nona Toan, pada waktu itu aku pingsan tak sadarkan diri
Kau... kau kok duduk di sini, belum mau bangun?"
Ternyata saat ini, Toan Bok Ang duduk di pinggir ranjang,
maka Lu Leng bertanya demikian kepadanya.
Wajah Toan Bok Ang memerah, kemudian menyahut
dengan wajah cemberut.
"Bagaimana sih kau? Hingga kini sekujur badanku masih
tak bertenaga, maka aku... terpaksa duduk di pinggir ranjang,
Mungkin racun yang ada di dalam tubuhku mulai menjalar"

1495
Lu Leng berpikir Apa yang dikatakan Toan Bok Ang
memang masuk akal, maka dia tidak dapat menyalahkannya.
Di saat Lu Leng sedang berpikir, Toan Bok Ang justru
bertanya dengan wajah kemerah-merahan.
"Lu Siauhiap, tadi.. tadi apa yang kau katakan itu,
apakah... apakah "berdasarkan suara hatimu?"
Lu Leng tertegun, lama sekali baru menyahut.
"Nona Toan, tadi yang kukatakan, justru...." Lu Leng
berpikir sejenak harus bagaimana mengatakannya agar tidak
menyinggung perasaan gadis itu,
Akan tetapi, di saat bersamaan, mendadak terdengar
suara jeritan yang menyayat hati di luar pintu.
Lu Leng mengenali bahwa itu suara jeritan Toa-Sah.
Suara jeritan menyayat hati itu hanya setengah lalu putus.
Hati Lu Leng tersentak Dia sudah tahu bahwa di luar pasti
kedatangan musuh tangguh, dan Toa Sah sudah celaka.
Betapa gugupnya Lu Leng. penjelasan yang akan
dicetuskannya menjadi batal Ketika dia mau berjalan ke pintu
untuk melihat apa yang terjadi sekonyong-konyong terdengar
suara "Blara Blam", seperti suara barang pecah.
Di saat bersamaan, terdengar pula suara Ji Sah terputusputus,
"Kau... kau siapa?"

1496
Menyusul terdengar suara jeritannya dan "Buk" suara
jatuh gedebuk di lantai
Kemudian tidak terdengar suara apa pun lagi Semula Lu
Leng mengira bahwa Hek Sin Kun kembali lagi, Tapi setelah
mendengar Ji Sah bertanya "Kau siapa", pertanda pendatang
itu bukan Hek Sin Kun.
Lagi pula dapat dibayangkan bahwa pendatang itu
berkepandaian amat tinggi Walau kepandaian Toa Sah dan Ji
Sah tidak begitu tinggi namun tenaga mereka berdua amat
kuat pendatang itu dapat membunuh kedua wanita itu dalam
waktu sekejap, membuktikan kepandaiannya amat tinggi
Lu Leng membatalkan niatnya, sebab saat ini lukanya
belum pulih, tentunya sulit baginya mengadakan perlawanan
Kalau dia membuka pintu bukankah sama juga mencari mati?
Di dalam istana itu banyak kamar Lu Leng dan Toan Bok
Ang berada di dalam kamar itu. Belum tentu pendatang itu
dapat menemukan mereka, Maka dia harus segera
mengerahkan hawa murni untuk mengobati lukanya, Tak
sampai satu hari lukanya pasti akan sembuh, setelah itu
barulah pergi melihat siapa pendatang itu.
Setelah mengambil keputusan tersebut, Lu Leng segera
berbisik kepada Toan Bok Ang.
"Nona Toan, entah orang lihay dari mana yang berada di
luar, kau dan aku sama-sama terluka, maka tidak boleh
bersuara menarik perhatiannya."
Toan Bok Ang tahu bahwa keadaan itu amat genting,
maka cepat-cepat mengangguk sambil menahan nafas.

1497
Lu Leng merogoh ke dalam bajunya, Dikeluarkannya Soat
Hun Cu lalu diserahkan kepada Toan Bok Ang.
Wajah Toan Bok Ang tampak berseri
"Lu Siauhiap, ini.... Soat Hun Cu?" tanyanya dengan suara
rendah.
Lu Leng mengangguk.
"Betul. Sekujur badanmu tak bertenaga, sudah pasti
terkena racun Seng Bou. Soat Hun Cu dapat memunahkan
berbagai macam racun. Kalau racun di dalam tubuhmu dapat
dipunahkan memang lebih baik dari pada kita berdua tak
bertenaga melawan musuh."
Toan Bok Ang menerima Soat Hun Cu dengan wajah
menyiratkan rasa haru yang teramat dalam.
"Lu Siauhiap, kau... kau sungguh baik terhadapku !"
katanya.
Lu Leng tertegun. Namun ketika mau mengucapkan
beberapa patah kata untuk menjelaskan mendadak terdengar
suara langkah berat di luar pintu.
Lu Leng segera memberi isyarat agar Toan Bok Ang tidak
bersuara, kemudian mereka berdua langsung menahan nafas.
Ketika suara langkah itu sampai di depan pintu kamar itu,
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang dengan hati
kebat-kebit.

1498
Selang beberapa saat terdengar suara langkah itu
mengayun pergi, maka Lu Leng dan Toan Bok Ang menarik
nafas lega.
Lu Leng segera duduk bersila sambil memejamkan mata,
mulai menghimpun hawa murninya.
Bagian 33
Toan Bok Ang memandangnya sejenak dengan penuh
cinta kasih, kemudian menyingkap lengan bajunya, Ternyata
di situ terdapat sebuah tanda merah, maka dia segera
menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di tanda merah itu.
Sekujur badan Toan Bok Ang tak bertenaga karena
terkena racun dari Seng Bou.
Setelah menggosok beberapa kali, Toan Bok Ang
mengangkat Soat Hun Cu. Tanda merah itu sudah hilang,
sedangkan di dalam Soat Hun Cu tampak urat-urat merah,
tapi sekejap sudah hilang lenyap.
Toan Bok Ang segera duduk bersila sambil memejamkan
mata dan menghimpun hawa murni. Beberapa saat kemudian
dia bangkit berdiri dan wajahnya tampak cerah berseri-seri.
Lu Leng membuka matanya dan memandang Toan Bok
Ang seraya bertanya dengan suara rendah.
"Nona Toan, bagaimana rasanya sekarang? Apakah Nona
masih tetap tidak bertenaga?"
Toan Bok Ang tersenyum.

1499
"Kini aku sudah pulih, Lu Siauhiap, kau sungguh
mempercayaiku, menyerahkan Soat Hun Cu ini padaku,"
ujarnya dengan suara rendah.
Lu Leng melihat, sikap gadis itu amat lembut terhadapnya,
bahkan tatapan matanya penuh diliputi cinta kasih.
Dengan adanya kesalahpahaman tadi, Toan Bok Ang
menganggap Lu Leng telah menjadi miliknya.
Itu membuat pikiran Lu Leng menjadi kacau. Dia ingin
menjelaskan tapi tidak tepat pada waktunya, Lagipula dia
khawatir akan menyinggung perasaan gadis itu. Maka dia
hanya tersenyum getir, tidak tahu apa yang harus dikatakan
Lu Leng pikir, lebih baik menyembuhkan luka dalamnya
dulu, setelah itu batu dibicarakan.
Oleh karena itu, dia memejamkan matanya lagi sambil
mengerahkan hawa murninya, sedangkan Toan Bok Ang terus
memandangnya dengan wajah berseri-seri.
Tapi tak seberapa lama kemudian, suara langkah itu
terdengar lagi. Saat ini Toan Bok Ang masih tidak tahu dirinya
berada di mana. Maka ketika mendengar suara langkah itu dia
tercengang
Dia tidak dapat mengendalikan diri lalu berjalan perlahanlahan
ke arah pintu dan pasang kuping di situ.
Suara langkah yang amat berat di luar itu terdengar
selangkah demi selangkah semakin mendekat dan tak lama
sudah berada di sekitar pintu kamar Gadis itu tak tahan lagi
lalu perlahan-lahan menjulurkan tangannya ingin membuka
pintu sedikit untuk mengintip keluar

1500
Di saat bersamaan, kebetulan Lu Leng membuka matanya,
Ketika melihat Toan Bok Ang menjulurkan tangannya ingin
membuka pintu itu, bukan main terkejutnya.
Kini dia pun mendengar suara langkah itu di sekitar pintu
kamar Kalau dia berseru, pasti terdengar oleh orang yang di
luar
Lu Leng menjadi gugup dan langsung bangkit berdiri
Setelah dia duduk bersila mengerahkan hawa murninya,
luka dalam yang dideritanya mulai sembuh Begitu berdiri, dia
cepat-cepat menubruk ke arah Toan Bok Ang.
Akan tetapi, luka dalam yang diderita Lu Leng memang
parah sekali Ketika menubruk ke arah gadis itu, dia justru
merasa kepalanya berat sekali sedangkan gadis itu memang
sudah siap membuka pintu, ingin mengintip siapa yang berada
di luar Tiba-tiba dia merasa ada angin di belakangnya, maka
segera menoleh ke belakang dan kebetulan Lu Leng sedang
sempoyongan ke arahnya,
Toan Bok Ang tertegun Kemudian tanpa sadar dia
merentangkan sepasang lengannya untuk merangkul Lu Leng
yang hampir jatuh itu,
Lu Leng merasa jengah sekali Wajah langsung memerah
dan dia meronta sambil mundur setengah langkah.
Gadis itu berdiri termangu-mangu di tempat dan ekspresi
wajahnya sulit dilukiskan Begitu pula rasa manis dalam hatinya
sulit diuraikan dengan kata-kata.
Sejak melihat Lu Leng di Cing Yun Ling Go Bi San, Toan
Bok Ang sudah terkesan baik terhadapnya.

1501
Ketika Lu Leng menotok jalan darahnya lalu menaruh nya
di dalam goa, kemudian muncul si Nabi Setan-Seng Ling dan
putranya, sehingga gadis itu nyaris celaka di tangan mereka,
Namun Toan Bok Ang tahu bahwa Lu Leng melakukan itu
demi keselamatan dirinya,
Maka dia tidak menyalahkan Lu Leng, sebaliknya cintanya
terhadap Lu Leng malah mulai bersemi.
Hingga ketika dia pingsan di dalam formasi kemudian
ditolong oleh Toa Sah dan Ji Sah, di saat siuman dia justru
berbaring di sisi Lu Leng dalam satu ranjang.
Ketika itu, hati Toan Bok Ang memang gugup dan merasa
malu, karena menganggap dirinya telah dihina oleh Lu Leng,
Akan tetapi, setelah dia memperhatikan wajah Lu Leng,
ternyata pucat pias dalam keadaan pingsan dan terluka parah.
Toan Bok Ang berusaha tenang, jarak mereka berdua
begitu dekat, maka membuat hati gadis itu berbunga-bunga
dan terasa manis pula,
sepasang matanya yang indah itu terus memandang Lu
Leng, boleh dikatakan tak berkedip sama sekali Semakin lama
memandangi cintanya pun semakin bersemi. Akhirnya dia
merasa malu sendiri dan berupaya bangun berdiri di pinggir
ranjang membelakangi Lu Leng,
Tak lama Lu Leng pun siuman, Ketika melihat punggung
Toan Bok Ang, dia justru mengira gadis itu Tam Goat Hua,
sehingga menebuskan perkataan yang menimbulkan
kesalahpahaman itu.

1502
Ketika mendengar perkataan tersebut Toan Bok V Ang
mengira Lu Leng mencintainya maka rasa girangnya pun
meluap-luap.
Di saat dia ingin membuka pintu kamar untuk mengintip
keluar, mendadak Lu Leng menubruk ke arahnya, itu
membuat hatinya menjadi kacau, Dia tidak sempat berpikir
bahwa Lu Leng bermaksud mencegahnya membuka pintu,
hanya menganggap Lu Leng ingin bermesra-mesraan
dengannya,
Oleh karena itu, setelah Lu Leng mundur setengah
langkah, wajah Toan Bok Ang langsung memerah sambil
menundukkan kepala,
"Lu Siauhiap, lukamu belum pulih, jangan... memikirkan
yang bukan-bukan!" katanya dengan lembut sekali,
Begitu mendengar ucapan itu Lu Leng tertegun setelah
berpikir lama sekali, barulah dia sadar akan maksud gadis itu,
Lu Leng tertawa getir dan membatin Siapa berpikir yang
bukan-bukan? Kau sendiri yang memikirkan yang bukanbukan.
sementara suara langkah itu sudah dekat dengan pintu
kamar tersebut Maka tidak ada kesempatan bagi Lu Leng
untuk memberikan penjelasan kepada Toan Bok Ang, Dia
segera memberi isyarat kepada gadis itu agar tidak membuka
pintu,
Toan Bok Ang tersenyum sekaligus maju mendekatinya
lalu berbisik dengan lirih.

1503
"Lu Siauhiap, aku ingin melihat sebetulnya tempat apa ini.
Boleh kan?"
* * * *
Bab 70
Jarak mereka berdua begitu dekat, maka Lu Leng
mencium hawa harum gadis itu, sehingga nyaris tak dapat
mengendalikan diri, Namun Lu Leng cepat-cepat berusaha
menenangkan hatinya dan setelah hatinya tenang dia berkata,
"Nona Toan, tunggu lukaku sembuh dulu!"
"Kini aku sudah pulih, apakah masih harus takut
menghadapi musuh ?" sahut Toan Bok Ang dengan manja.
Melihat sikapnya begitu angkuh, ingin rasanya Lu Leng
memberi sedikit nasihat, tapi khawatir akan menyinggung
perasaan gadis itu. Setelah berpikir sejenak, dia segera
berbisik
"Keadaan di sini amat aneh, lebih baik jangan membuat
ulah!"
Toan Bok Ang tersenyum.
"Baik, aku tidak akan pergi melihat-lihat," sahutnya.
Melihat senyumannya, Lu Leng dapat menduga bahwa
gadis itu seakan mengatakan "Apa katamu, aku pasti
menurut". itu membuat Lu Leng menghela nafas panjang
dalam hati.

1504
Ketika Lu Leng baru mau duduk bersila, mendadak
terdengar suara "Blam" di luar,
Begitu mendadak suara itu, sehingga amat mengejutkan
Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Blam! Blam! Blam! Blam! Terdengar lagi suara yang amat
keras itu beberapa kali,
Kedengaran suara itu seperti suara pukulan menghantam
setiap pintu kamar agar terbuka, Menyusul terdengar lagi
suara "Blam", begitu dekat sepertinya di kamar sebelah.
Air muka Lu Leng dan Toan Bok Ang berubah seketika,
Kemudian mereka berdua cepat-cepat bersembunyi di
belakang ranjang.
Baru saja mereka bersembunyi terdengar lagi suara "Blam"
di pintu kamar itu dan seketika pintu kamar itu roboh.
Lu Leng dan Toan Bok Ang yang bersembunyi di belakang
ranjang dapat melihat jelas ke arah pintu, Ketika pintu itu
roboh, tampak sesosok bayangan tinggi besar berkelebat pergi
Gerakan orang itu amat cepat sehingga Lu Leng dan Toan
Bok Ang tidak dapat melihat wajah orang itu, hanya terlihat
sosok bayangan tinggi besar saja.
Saat ini, mereka berdua meringkuk berdampingan di
belakang ranjang, Toan Bok Ang justru memanfaatkan
kesempatan itu untuk menggenggam tangan Lu Leng eraterat.

1505
Lu Leng ingin pergi, namun khawatir ketahuan oleh orang
yang di luar, Maka dia terpaksa menahan rasa jengah diam di
situ tak berani bergerak sedikit pun.
Tak seberapa lama kemudian mendadak ada serangkum
angin berhembus ke dalam kamar membuat kelambu kamar
itu tersingkap, Di saat itulah tampak sosok bayangan
berkelebat ke dalam kamar itu, yang ternyata orang tadi juga.
Ketika mengetahui orang itu memasuki kamar, teganglah
Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Semula Lu Leng ingin mengibaskan tangannya yang
digenggam Toan Bok Ang. Tapi kini saking tegangnya, dia
malah balas menggenggam tangan gadis itu tanpa sadar
Walau tidak melihat jelas wajah orang itu, namun Lu Leng
merasa kenal akan bentuk badannya.
Orang itu berhenti di tengah-tengah kamar, kemudian
berputar ke sana ke mari.
Mulut Lu Leng berkomat-kamit, kelihatannya seperti
sedang berdoa agar orang itu tidak menemukan mereka
berdua di belakang ranjang.
Lu Leng dan Toan Bok Ang bisa melihat orang itu,
tentunya orang itu pun dapat melihat mereka, walau dihalangi
kelambu tipis, Orang itu tampak tertegun, mukanya
menghadap ke arah mereka berdua.
Seketika jantung Lu Leng terasa mau meloncat keluar
saking tegangnya, Akan tetapi, justru sungguh di luar
dugaannya, ternyata mendadak orang itu berkelebat keluar,
lalu berdiri di luar pintu.

1506
Di sisi kaki orang itu terdapat pecahan piring mangkok,
tampak pula Toa Sah dan Ji Sah tergeletak di situ.
Mungkin Toa Sah dan Ji Sah akan mengantar makanan ke
kamar itu, namun di depan pintu dicelakai oleh orang itu.
Tapi... kenapa begitu melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang
di belakang ranjang orang itu malah lari keluar?
Di saat Lu Leng tidak habis berpikir, orang itu
mengeluarkan suara dengusan dan tertawa dingin.
Hati Lu Leng tersentak dan di saat itu dia merasakan
badan Toan Bok Ang bergetar.
Mereka berdua saling memandangi seakan bertanya
bagaimana kalau orang itu mendatangi tempat ini?
Seusai tertawa dingin, orang itu pun berkata dingin pula.
"Seh tua! Aku tahu kau agak licik! Di dalam istana iblis ini,
tentunya tidak mungkin tiada seorang pun! Yang bersembunyi
di belakang ranjang, adalah kau atau orang lain, kenapa masih
tidak mau keluar?"
Ketika mendengar suara tawa dingin orang itu, Lu Leng
dan Toan Bok Ang sudah tahu, ternyata orang itu adalah Liat
Hwe Cousu, ketua Hwa San -Pai.
Namun mereka berdua justru tidak mengerti, kenapa Liat
Hwe Cousu mendatangi tempat ini?
"Setelah mendengar perkataan Liat Hwe Cousu, mereka
berdua tambah heran dan bingung.

1507
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu kalau tempat ini
adalah istana iblis milik Mo Liong Seh Sih. Liat Hwe Cousu
menyebut "Seh tua", tentunya mereka berdua tidak jelas akan
itu.
Namun mereka berdua amat cerdas, ketika menyebut "Seh
tua", Liat Hwe Cousu tampak segan.
Dia berkelebat keluar, sudah pasti juga dikarenakan "Seh
tua tersebut.
Oleh karena itu, Lu Leng terus berpikir, kini Liat Hwe
Cousu sudah tahu tempat persembunyian mereka berdua, tapi
masih tidak tahu siapa yang bersembunyi itu.
Hui Yan Bun dan Hwa San Pai tidak punya hubungan apaapa,
tapi dirinya sendiri dengan Liat Hwe Cousu, justru punya
sedikit dendam kebencian Kalau Liat Hwe Cousu tahu Lu Leng
yang bersembunyi di situ, kemungkinan besar akan mencelakainya,
Maka, karena di dalam kamar itu tidak terdapat orang
luar, maka Lu Leng mengambil keputusan untuk
mengelabuinya
"Ha ha ha!" Lu Leng tertawa dengan suara parau, "Liat
Hwe, ternyata kau masih ingat dalam rimba persilatan
terdapat diriku Seh tua! Kau telah mencelakai kedua
pelayanku, bagaimana tanggung jawabmu?" katanya.
Tentunya Lu Leng tidak tahu siapa itu "Seh tua", namun
dia tahu bahwa orang itu adalah orang aneh yang amat
terkenal, maka ketika mengatakan begitu, memang cocok dan
sesuai dengan diri Mo Liong Seh Sih (Naga iblis Seh Sih).
Badan Liat Hwe Cousu tergetar sedikit, kelihatannya dia
amat terkejut

1508
Justru di saat bersamaan, terdengar suara tawa di
belakang Lu Leng.
Lu Leng menganggap yang tertawa itu adalah Toan Bok
Ang. sungguh keterlaluan gadis itu, di hadapan musuh
tangguh masih tertawa, pikirnya.
Karena itu, Lu Leng menoleh ke belakang, sedangkan
Toan Bok Ang juga memandangnya dengan wajah
tercengang.
Itu membuat Lu Leng tahu, bahwa yang tertawa tadi
bukan gadis itu.
Belakang mereka adalah dinding, Tidak mungkin ada
orang ketiga berada di situ, Kalau begitu, dari mana
munculnya suara tadi? Kalau salah dengar, bagaimana
mungkin kedua-duanya salah dengar?
Lu Leng merasa bahwa urusan semakin ganjil,
Bukan hanya di depan pintu terdapat musuh yang amat
lihay, namun masih terdapat orang tangguh yang tak kelihatan
dan itu amat membahayakan diri mereka berdua.
Setelah tertegun sejenak, mendadak Liat Hwe Cousu
tertawa gelak,
"Ha ha ha! Seh tua, kalau kau masih hidup, kawan lama
menerjang ke mari tanpa sengaja! Kenapa kau harus
bersembunyi di belakang kelambu ?"
Apa boleh buat!" Pikir Lu Leng, sudah kepalang tanggung
menyamar sebagai "Seh tua", harus di lanjutkan.

1509
"Liat Hwe, kini kau sudah berada di depan kamar, kenapa
tidak masuk beristirahat sebentar?"
Seusai Lu Leng berkata begitu, mendadak terdengar suara
tawa lagi di belakangnya, seperti suara tawa geli.
Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung menoleh ke
belakang, tapi tetap hanya melihat dinding.
Di saat bersamaan, terdengar Liat Hwe Cousu
mengeluarkan suara "lh" lalu berkata.
"Seh tua, sudah sekian lama kau tidak memunculkan diri
dalam rimba persilatan seharusnya ilmu silatmu bertambah
tinggi, Tapi kenapa suaramu justru seperti suara orang terluka
parah?"
Lu Leng terkejut bukan main. Dia tidak menyangka bahwa
Liat Hwe Cousu begitu lihay. Dapat dikelabui satu kali, tidak
dapat dikelabui dua kali,
Kalau Lu Leng masih berkata lagi, Liat Hwe Cousu pasti
tahu bahwa ada orang lain menyamar sebagai "Seh tua" Dia
tidak berani memasuki kamar itu, sebab masih merasa segan
terhadap "Seh tua" Oleh karena itu, Lu Leng mengambil
keputusan menciptakan kemisteriusan
"Ha ha ha!" Lu Leng cuma tertawa parau, tidak
mengucapkan sepatah kata pun.
Setelah itu, Lu Leng memberi isyarat kepada Toan Bok
Ang, agar gadis itu jangan mengeluarkan suara, sedangkan
dia sendiri mulai menghimpun hawa murni untuk
menyembuhkan luka dalamnya. Kalau bisa cepat sembuh,
mungkin masih dapat menghadapi musuh itu.

1510
Terdengar suara langkah berat di luar pintu kamar dan tak
lama Liat Hwe Cousu berkata.
"Seh tua, aku ke mari tidak berniat jahat. Kalau kedua
pelayanmu itu tidak mendadak menyerangku, lagipula
kepandaian mereka berdua amat rendah, tentunya nyawa
mereka tidak akan melayang."
Berkata sampai di situ, dia maju selangkah ke kamar,
kemudian melanjutkan
"Sudah lama kau hidup menyepi di sini, sudah pasti tidak
berniat keluar Dengar-dengar di dalam gudangmu terdapat
beberapa macam barang pusaka, sungguh sayang sekali
hanya disimpan di dalam gudang, bagaimana kalau aku
pinjam?"
Mendengar ucapan itu, hati Lu Leng tersentak, sebab
tujuannya ke gunung Tang Ku Sat, justru mencari panah Bulu
Api demi menghadapi Liok Ci Khim Mo. Majikan istana iblis
sudah lama tinggal di tempat ini, jangan-jangan dia yang
menemukan ketujuh batang Panah Bulu Api, lalu disimpan di
dalam gudang.
Saat ini, Lu Leng merasa ingin sekali membuka mulut
bertanya kepada Liat Hwe Cousu, berada di mana gudang
tersebut.
Teringat akan ketujuh batang Panah Bulu Api, semangat
Lu Leng terbangun otomatis hawa murninya berputar lebih
cepat di dalam tubuhnya.
Tak seberapa lama, wajahnya sudah mulai tampak
bercahaya dan rasa sakit di dadanya mulai hilang.

1511
Lu Leng tahu bahwa saat ini luka dalamnya telah hampir
pulih, dia segera memandang ke depan, tampak tangan Liat
Hwe Cousu membawa begitu banyak batangan besi, kemudian
ditancap-tancapkan di depan pintu kamar, sepertinya sedang
membentuk semacam formasi.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu, Liat Hwe Cousu
sedang berbuat apa di situ,
Berselang beberapa saat, puluhan batang besi sudah
tertancap semua di depan pintu kamar.
sedangkan Lu Leng masih terus menghimpun hawa
murninya dan tak seberapa lama, luka dalamnya sudah pulih.
Lu Leng segera menoleh ke arah Toan Bok Ang. Tampak
sepasang mata Toan Bok Ang yang indah itu, terus menerus
memandang Lu Leng dengan berbinar-binar.
"Kita..." kata Lu Leng sambil tersenyum,
Belum juga Lu Leng usai berkata, sudah terdengar suara
Liat Hwe Cousu.
"Seh tua, kecuali di dalam kamarmu terdapat jalan
rahasia, Kalau tidak, jangan harap kau bisa keluar, sebab aku
sudah membentuk Tu Thian Liat Hwe Tin (Formasi Api Langit)
di luar pintu! Apakah kau ingin mencoba menerjang formasi
yang kubentuk itu?"
Lu Leng melihat Liat Hwe Cousu berdiri di sisi formasi
tampak puas sekali
Kini luka dalam Lu Leng telah pulih, Tentunya dia ingin
mencoba, tetapi Liat Hwe Cousu merupakan tokoh tua yang

1512
amat terkenal. Selama puluhan tahun, belum pernah bertemu
lawan yang setanding, sedangkan dirinya....
Mendadak terdengar suara "Hah" di sisinya, ternyata
badan Toan Bok Ang meluncur ke depan.
Begitu cepat gerakan Toan Bok Ang sehingga tak
terkendali. Maka dia menubruk sebuah meja.
Namun badan gadis itu tetap tidak berhenti, terus
meluncur ke depan.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu. Dia pun
langsung melesat ke depan, akhirnya mereka berdua berhenti
di dekat mulut pintu kamar Wajah gadis itu tampak
kebingungan.
Saat ini, mereka berdua berdiri di hadapan Liat Hwe
Cousu. Lu Leng tahu bahwa keadaan saat itu amat genting
dan tiada waktu lagi baginya untuk bertanya kepada Toan Bok
Ang apa sebabnya mendadak dia meluncur ke depan,
Ketika melihat mereka berdua, Liat Hwe Cousu terbelalak.
"Hah? Kalian berdua juga berada di sini?" kata-nya.
Jarak Lu Leng dengan Liat Hwe Cousu hanya beberapa
depa. Walau merasa tegang sekali, namun wajah maupun
sikapnya kelihatan acuh tak acuh.
"Kenapa merasa heran?" tanyanya.
"Di mana Seh tua? Kenapa dia tidak berani memunculkan
diri?" Liat Hwe Cousu balik bertanya,

1513
"Orang tua itu malas bertemumu." sahut Lu Leng sambil
tertawa.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak gusar
"Orang tua itu tidak mau diganggu, lebih baik kau pergi
saja!" kata Lu Leng,
Mendadak Liat Hwe Cousu seperti teringat se-suatu,
kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Sungguh licik kau! Ternyata kau yang tadi
menyamar sebagai Seh tua!"
Padahal Lu Leng berkata begitu tadi, maksudnya agar Liat
Hwe Cousu meninggalkan tempat itu.
Namun ketika mendengar Liat Hwe Cousu berkata begitu,
dalam hatinya terasa dingin dan dia segera memandang Toan
Bok Ang.
"Nona Toan, kau mundurlah!" katanya, "Lu Siauhiap,
tadi.,." sahut gadis itu. Sebelum Toan Bok Ang usai berkata,
Liat Hwe Cousu sudah tertawa lagi memutuskan ucapan gadis
itu.
"Ha ha ha! Bagus! Hari itu Giok Bin Sin Kun yang sialan itu
berhasil menyelamatkanmu! Kini aku ingin tahu bagaimana
cara kau meloloskan diri!"
Liat Hwe Cousu bergerak menerjang ke arah Lu Leng,
Begitu melihat badan Liat Hwe Cousu bergerak Lu Leng segera
siap dan langsung menggerakkan tangannya mengeluarkan
jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga Lingkaran Mengelilingi BuIan).

1514
Saat ini luka dalam Lu Leng memang sudah pulih, maka
betapa dahsyatnya jurus tersebut Kemudian terdengar suara
"Bum Bum Bum" tiga kali.
Liat Hwe Cousu tertegun dan langsung melancarkan
sebuah pukulan, Dapat dibayangkan betapa dahsyatnya angin
pukulan Liat Hwe Cousu.
Lu Leng terkejut dan mengakui bahwa Liat Hwe Cousu
tidak bernama kosong, Kalau keras lawan keras, sudah jelas
Lu Leng bukan lawannya, Maka, dia cepat-cepat berkelit ke
samping menghindari serangan itu. Namun kemudian tangan
kanannya bergerak, jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari
Mengejutkan Langit) dikeluarkan untuk balas menyerang.
Di saat Lu Leng mengeluarkan jurus tersebut, terdengar
suara seruan kaget Toan Bok Ang dan badannya mencelat ke
belakang,
Saat ini Lu Leng sedang berhadapan dengan tokoh tua
yang amat lihay, maka perhatian Lu Leng tidak boleh pecah.
Maka, ketika mendengar suara jeritan Toan Bok Ang, dia
hanya melirik sekilas saja, Ternyata gadis itu tersambar oleh
angin pukulan Liat Hwe Cousu, sehingga membuat badannya
mencelat ke belakang.
Lu Leng balas menyerang dengan jurus It Ci Keng Thian,
Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu o pun sudah melancarkan
pukulan-pukulan kedua, pukulan tersebut lebih hebat dari
pukulan yang pertama, Angin jari telunjuk Lu Leng dan angin
pukulannya beradu dan seketika terdengar suara benturan
yang amat dahsyat
Bum!

1515
Badan mereka tampak bergoyang. Lu Leng berusaha
berdiri tegak namun tidak berhasil, maka terdengar suara
"Ser" ternyata dia mundur selangkah.
Walau Liat Hwe Cousu tidak tergempur mundur oleh angin
jari telunjuk Lu Leng, tapi badannya bergoyang-goyang tiga
kali, itu boleh dikatakan merupakan suatu kejadian yang tidak
pernah terjadi selama dua puluh tahun ini. Maka tidak
mengherankan kalau wajahnya tampak tercengang.
Bahwa Lu Leng memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, Liat Hwe
Cousu sudah mengetahuinya sejak di Cing Yun Ling Go Bi San.
Ketika itu Lu Leng melukai si Nabi Setan-Seng Ling dengan
satu jari telunjuknya.
Akan tetapi Liat Hwe Cousu juga tahu, walau ilmu Kim
Kong Sin Ci amat lihay, namun Lweekang Lu Leng masih
dangkal Maka Lu Leng sudah pasti tidak dapat melukainya,
Oleh karena itu, dia menggunakan pukulannya untuk
menggempur balik tenaga jari telunjuk Lu Leng, agar Lu Leng
terluka oleh tenaganya sendiri
Akan tetapi, ketika dia melancarkan pukulan kedua,
ternyata tidak mampu menggempur balik tenaga Kim Kong Sin
Ci, bahkan sebaliknya tenaga pukulannya nyaris tergempur
balik.
Betapa terkejutnya Liat Hwe Cousu, Dia segera
mengerahkan Lweekangnya hingga delapan bagian, barulah
dapat menggempur Lu Leng mundur selangkah tapi badannya
pun bergoyang-goyang sampai tiga kali
Kalau dinilai dari Lweekang, tentunya Lu Leng tidak bisa
dibandingkan dengan Liat Hwe Cousu, Namun setelah Lu Leng

1516
makan Ling Che tujuh warna, Lweekangnya telah bertambah
maju,
Lagipula Kim Kong Sin Ci yang dilatih Lu Leng, merupakan
ilmu yang teramat tinggi tingkatnya, maka mampu membuat
badan Liat Hwe Cousu bergoyang-goyang tiga kali
Ketika menyaksikan Lweekang Lu Leng begitu hebat, Liat
Hwe Cousu justru tidak mengerti sehingga membuatnya tidak
berani melancarkan serangan lagi
Lu Leng menarik nafas lega, lalu menoleh ke arah Toan
Bok Ang.
Seketika dia terbelalak karena di dalam kamar itu tidak
tampak bayangan gadis tersebut
Tadi Toan Bok Ang masih di dalam kamar, itu memang
nyata sekali sedangkan Lu Leng berada dekat mulut pintu
kamar, Kalau Toan Bok Ang pergi tentunya harus melalui pintu
kamar itu. Lagipula tidak mungkin Lu Leng tidak melihatnya,
seandainya gadis itu terluka oleh angin pukulan Liat Hwe
Cousu, juga harus berada di dalam kamar, Akan tetapi, kini
justru tiada bayangannya sama sekali.
Lu Leng tertegun Dia mendongakkan kepala untuk
memandang Liat Hwe Cousu, sedangkan Liat Hwe Cousu
berada di hadapannya Kalau tadi Toan Bok Ang pergi lewat di
sisinya, sudah pasti Liat Hwe Cousu melihatnya.
Ketika Lu Leng memandangya, wajah Liat Hwe Cousu
tampak penuh keheranan

1517
Ekspresi wajahnya itu, pertanda dia pun tidak tahu Toan
Bok Ang pergi ke mana, sedangkan di dalam kamar itu tidak
terdapat jalan lain,
Lu Leng segera teringat ketika tadi dirinya menyamar
sebagai "Seh tua", Ketika dia berkata kepada Liat Hwe Cousu,
telinganya mendengar suara tawa orang dua kali. Lagipula
ketika Toan Bok Ang menerjang ke depan, sikapnya sungguh
aneh sekali, dan kelihatannya gadis itu ingin mengatakan
sesuatu kepadanya,
Kini Lu Leng merasa tempat itu semakin ganjil, Dia
mundur selangkah. sementara Liat Hwe Cousu terheranheran,
ketika melihat Toan Bok Ang kehilangan jejak.
Lama sekali Liat Hwe Cousu tertegun Setelah melihat tiada
gejala apa pun, dia teringat akan kejadian tempo hari,
Kemunculan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menyelamatkan
Lu Leng dan Tam Goat Hua, bahkan sekaligus
mempermainkannya pula, Teringat akan kejadian itu,
kegusarannya menjadi memuncak, wajahnya langsung
berubah, kemudian dia tertawa dingin.
"Bocah, kepandaianmu sungguh maju pesat sekali !"
Sembari berkata, sepasang matanya menyorot tajam ke
arah Lu Leng, sedangkan Lu Leng memang berdiri berhadapan
dengannya, Sudah barang tentu mereka beradu pandang
ketika menyaksikan sorotan yang begitu tajam, Lu Leng
tertegun.
Setelah itu, dia merasa hatinya mulai kacau dan merasa
ada sesuatu kekuatan yang amat dahsyat menerjang ke arah
nya.

1518
Lu Leng terkejut bukan main dan seketika dia teringat
akan ilmu Hian Sin Tay Hoat yang dimiliki Liat Hwe Cousu,
Bagaimana boleh beradu pandang dengannya?
Untung saat ini Lweekangnya sudah tinggi. Begitu merasa
tidak beres, dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah
lain.
Di saat bersamaan, Liat Hwe Cousu justru telah maju dua
langkah, Kelima jari tangannya bagaikan cakar, menyerang
bagaikan kilat dan tidak menimbulkan suara ke arah dada Lu
Leng.
Saat ini, Lu Leng sedang berusaha mengalihkan
pandangannya, agar tidak terpengaruh ilmu Hian Sin Tay
Hoat, maka sama sekali tidak memperhatikan serangan
tersebut.
Di saat serangan itu hampir mengenai dadanya, mendadak
terdengar suara tawa nyaring di luar pintu, kemudian
terdengar pula suara teguran.
"Liat Hwe Cousu, kenapa kau begitu tak tahu malu,
menyerang orang secara diam-diam?"
Suara teguran itu amat nyaring dan merdu, bagaikan
kicauan burung di pagi hari, membuat Liat Hwe Cousu
menjadi tertegun.
Padahal dia amat angkuh, Terhadap orang yang
dianggapnya tidak sederajat dengan dirinya, dia pasti tidak
akan turun tangan, Namun semua itu hanya di hadapan
orang. sedangkan kini di dalam kamar itu tiada orang lain,
maka dia menggunakan ilmu Hian Sin Tay Hoat untuk

1519
mempengaruhi Lu Leng, kemudian menyerangnya secara
diam-diam.
Itu termasuk serangan secara tidak terang-terangan. Kalau
tersiar keluar, namanya pasti rusak dan akan dijadikan bahan
pembicaraan kaum Bulim.
Oleh karena itu, ketika mendengar suara teguran di
belakangnya, dia menjadi tertegun. sedangkan Lu Leng sudah
berkelit ke samping.
Lu Leng dan Liat Hwe Cousu sama-sama menoleh ke arah
suara itu, ternyata Toan Bok Ang.
Bagaimana cara dia keluar dari kamar itu, memang
sungguh membingungkan! Kini wajahnya tampak berseri-seri,
bahkan berdiri di atas sebatang besi yang ditancapkan Liat
Hwe Cousu tadi, matanya terus memandang ketua Hwa San
Pai itu.
Wajah Liat Hwe Cousu merah padam
"Omong kosong!" bentaknya,
Toan Bok Ang tertawa.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, kau tidak usah menyangkal lagi,
tadi aku melihat dengan jelas sekali! Kau menggunakan ilmu
Hian Sin Tay Hoat, lalu melancarkan serangan secara diamdiam!
Tentang itu, kalau terdengar oleh kaum rimba persilatan
mereka tentu akan mentertawakanmu!"
Wajah Liat Hwe Cousu berubah ungu.

1520
"Kau pun tidak bisa keluar dari sini!" ujarnya dengan
dingin.
Toan Bok Ang tertawa lagi dan memandang Liat Hwe
Cousu,
"Tahukah Liat Hwe Cousu, tempat apakah ini?"
Liat Hwe Cousu mendengus,
"Hm! Kalau tidak tahu, bagaimana aku berani masuk?"
"Tidak salah! Maka Liat Hwe Cousu harus tahu diri, jangan
macam-macam di sini!" kata Toan Bok Ang.
Mendengar ucapan itu, Lu Leng menjadi terperangah.
Karena kedengarannya, setelah dia menghilang secara
misterius tadi, dan kini muncul mendadak, kelihatannya telah
mengalami sesuatu, maka tahu tempat apa ini.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin
"Gadis liar! Ajalmu telah tiba, apakah masih punya
dekingan?"
Toan Bok Ang tertawa, lalu melayang turun dari batang
besi yang diinjaknya tadi, Gadis itu sama sekali tidak
menghiraukan apa yang diucapkan Liat Hwe Cousu, sebaliknya
malah bergumam.
"Apa ini Tu Thian Liat Hwe Tin? Sama juga tahi anjing
yang amat bau!"

1521
Apa yang dikatakan Toan Bok Ang barusan, merupakan
suatu sindiran yang amat menggelikan sebab Tu Thian Liat
Hwe Tin yang amat lihay itu disamakan dengan tahi anjing, itu
sungguh merupakan suatu penghinaan bagi Liat Hwe Cousu.
Sejak Liat Hwe Cousu mulai terkenal dalam rimba persilatan
tidak pernah mengalami penghinaan seperti itu.
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu memang licik.
Ketika melihat sikap Toan Bok Ang yang tidak takut akan
formasi itu, dia menduga pasti ada apa-apanya.
Liat Hwe Cousu tidak takut terhadap siapa pun, hanya
merasa segan terhadap Mo Liong Seh Sih.
Namun sudah sekian lama Mo Liong Seh Sih tidak pernah
memunculkan diri dalam rimba persilatan mati atau masih
hidup tiada seorang pun mengetahuinya, sedangkan Liat Hwe
Cousu memang tidak sengaja memasuki istana iblis tersebut
Dia berhasil menerobos keluar dari formasi yang di mulut
lembah, itu dikarenakan Toa Sah dan Ji Sah telah menolong
Hek Sin Kun, kemudian menolong Tam Goat Hua dan Toan
Bok Ang, maka beberapa bagian yang amat penting telah
dirusak mereka, sehingga Liat Hwe Cousu dapat menerobos
keluar.
Setelah menerobos keluar, dia sudah tahu bahwa formasi
itu dibuat oleh Mo Liong Seh Sih.
Ketika melihat Lu Leng dan Toan Bok Ang berada di situ
dia terheran-heran dan tidak habis pikir.
Oleh karena itu, dia menekan hawa kegusarannya lalu
berkata dengan dingin.

1522
Tidak salah. itu memang formasi Tu Thian Liat Hwe Tin.
Kau yakin dapat menerobosnya?"
Liat Hwe Cousu membentuk formasi itu di depan pintu
kamar, khususnya untuk menghadapi Mo Liong Seh Sih.
Karena tadi Lu Leng dengan suara parau menyamar
sebagai Mo Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu tidak tahu yang
berkata itu asli Mo Liong Seh Sih atau bukan, Maka, dia
langsung membentuk formasi tersebut yang merupakan
formasi rahasia Hwa San Pai, aslinya adalah Cap Ji Tu Thian
Liat Hwe Tin. Siapa yang memasuki formasi tersebut pasti sulit
keluar lagi,
Liat Hwe Cousu ingin mengurung Mo Liong Seh Sih di
dalam formasi itu, Maka, dapat dibayangkan betapa lihaynya
formasi tersebut Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu yakin bahwa
Toan Bok Ang tidak akan berani memasuki formasi itu,
Akan tetapi, justru sungguh di luar dugaannya, Toan Bok
Ang malah tertawa cekikikan.
"Hi hi hi! Formasi tahi anjing Liat Hwe Tin ini, dapat
mengurung diriku?"
Usai berkata begitu, Toan Bok Ang memasuki formasi itu.
seketika juga air muka Liat Hwe Cousu berubah dan
terperangah.
Sebab Cap Ji Tu Thian Liat Hwe Tin berjumlah dua belas
pintu, hanya ada satu pintu hidup, sebelas pintu lain
merupakan pintu mati, Apabila salah melangkah, jangan harap
bisa hidup lagi.

1523
Namun kini, Toan Bok Ang justru memasuki pintu hidup,
tentunya membuat Liat Hwe Cousu terheran-heran.
Setelah memasuki formasi itu, Toan Bok Ang tampak
berlari ke sana ke mari, bahkan kadang-kadang maju dan
mundur, kelihatannya seperti terkurung di dalam formasi
tersebut Tapi kalau dilihat secara cermat, justru langkah Toan
Bok Ang amat teratur.
Sementara Lu Leng terus memperhatikan wajah Liat Hwe
Cousu yang kian lama kian bertambah tak sedap dipandang.
Tak sampai seperminuman teh, Toan Bok Ang tertawa lalu
badannya berkelebat keluar dari formasi itu dan tahu-tahu dia
sudah berdiri di mulut pintu kamar tersebut.
* * * *
Bab 71
Toan Bok Ang tertawa merdu dan memandang Liat Hwe
Cousu.
"Bagaimana?" tanyanya,
Ketika Toan Bok Ang muncul di situ, Lu Leng melihat
wajah Liat Hwe Cousu berubah hebat.
Dia terkejut menyaksikan perubahan wajah Liat Hwe
Cousu, sebab perubahan wajah itu menandakan niat tidak
baik.
"Hati-hati!" serunya.

1524
Dia maju selangkah sambil mengeluarkan jurus Cap Bin Li
Cing (Menggati sepuluh Arah), mengerahkan tujuh bagian
tenaga dan langsung menyerang Liat Hwe Cousu.
Akan tetap i, di saat itu mendadak Liat Hwe Cousu bersiul
aneh dan sepasang telapak tangannya diarahkan pada Toan
Bok Ang.
Betapa dahsyatnya Lweekang Liat Hwe Cousu, Temyata
dia telah menyerang Toan Bok Ang dengan sepenuh tenaga,
sehingga sekujur badan gadis itu terkurung oleh tenaga yang
amat dahsyat itu.
Menyaksikan kejadian itu hati Lu Leng terasa dingin sekali.
Karena dia tahu, walau jurusnya itu dapat melukai Liat
Hwe Cousu, namun Toan Bok Ang pasti mati terserang
pukulan Liat Hwe Cousu,
Walau Lu Leng tidak akan menerima cinta gadis itu, tapi di
mata Lu Leng Toan Bok Ang merupakan gadis yang baik dan
lemah lembut Bagaimana mungkin Lu Leng menyiarkannya
mati?
Lu Leng pun tahu, mau menyelamatkan Toan Bok Ang di
bawah pukulan Liat Hwe Cousu, itu merupakan hal yang tak
mungkin, Namun melihat keadaan Toan Bok Ang dalam
bahaya, dia sama sekali tidak memikirkan hal lain lagi,
Mendadak dia membentak sambil melesat ke depan
dengan jurus tak berubah, menerjang ke arah Liat Hwe
Cousu.

1525
Tujuan Lu Leng dengan jurus tersebut membuyarkan
tenaga pukulan Liat Hwe Cousu, agar Toan Bok Ang dapat
menyelamatkan diri,
Tapi bagaimana dirinya? Apakah akan terluka oleh pukulan
Liat Hwe Cousu? Dia sama sekali tidak memikirkan itu.
Akan tetapi, di saat dia menerjang, tiba-tiba terdengar
suara seruan Toan Bok Ang yang amat merdu.
"Lu Siauhiap, jangan menempuh bahaya!"
Lu Leng tertegun, namun masih sempat memandang Toan
Bok Ang. Tampak wajah gadis itu berseri, seakan tiada urusan
apa-apa.
Seketika juga Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu,
karena dia melihat Toan Bok Ang menggerakkan sepasang
lengannya. Terdengar suara "Cring Cring" yang amat nyaring
dua kali kemudian tampak cahaya yang menyilaukan mata
mengarah pukulan Liat Hwe Cousu,
Kejadian itu sungguh cepat, namun Lu Leng dapat
menduga, tadi Toan Bok Ang hilang mendadak, pasti bertemu
orang berilmu tinggi dan memperoleh petunjuknya.
Lu Leng menarik nafas lega, Namun jaraknya dengan Liat
Hwe Cousu hanya satu depa lebih.
Walau Lu Leng batal menyerang Liat Hwe Cousu, tapi
angin jari telunjuknya tetap mengarah punggung Liat Hwe
Cousu, maka Liat Hwe Cousu diserang dari depan belakang,
itu merupakan perubahan yang mendadak, sehingga Liat Hwe
Cousu tidak dapat berkelit.

1526
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu yang sudah terkenal puluhan
tahun, tentunya memiliki kepandaian yang luar biasa,
Terutama di saat itu, dia sudah mengenali benda apa yang
menyerangnya.
Kalaupun tiada angin serangan Lu Leng dari belakang, Liat
Hwe Cousu juga tidak berani menyambut benda yang
berkilau-kilauan itu, sepasang telapak tangan yang diarahkan
pada Toan Bok Ang, mendadak diturunkan mengarah ke lantai
Terdengar suara "Bum Bum" dua kali dan seketika lantai
yang terbuat dari batu pualam hancur berkeping-keping.
Dengan tenaga itu maka badan Liat Hwe Cousu mencelat ke
atas secara mendadak, Sudah barang tentu dia berhasil
berkelit menghindari angin serangan Lu Leng dan kedua
benda bercahaya itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang terperangah,
karena kejadian itu sungguh di luar dugaan mereka,
Justru terjadi perubahan yang amat mengejutkan jurus
Cap Bin Li Cing (Menggali Sepuluh Arah) yang dilancarkan Lu
Leng langsung mengarah pada Toan Bok Ang, sedangkan
kedua benda bercahaya meluncur ke arah Lu Leng.
Seketika mereka berdua terkejut bukan main, Entah harus
bagaimana baiknya, sebab serangan mereka sudah tidak bisa
ditarik kembali.
Di saat mereka berdua akan saling melukai, mendadak
terdengar suara "Ser Ser Ser" tiga kali,
Seketika Lu Leng merasa jalan darahnya yang di bagian
pinggang berkesemutan, sehingga tenaganya menjadi hilang
lenyap, maka jurus Cap Bin Li Cing yang dilancarkannya tadi
sudah tidak mengandung tenaga Kim Kong Sin Ci.

1527
Betapa girangnya Lu Leng, namun tetap terbelalak
menyaksikan kedua benda bercahaya mengarah kepadanya
Mendadak terdengr suara Ting Ting" dua kali. Kedua benda itu
sudah berada di depan matanya, Benda-benda itu
menyilaukan sehingga nyaris membuat matanya tak dapat
dibuka,
Namun mendadak kedua benda bercahaya itu berputar
dan meluncur ke atas,
Terdengar suara "Plak Plak" dua kali, kemudian disusul
suara geraman Liat Hwe Cousu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang mendongakkan kepala, Mereka
berdua tampak terkejut tapi juga tertawa geli.
Ternyata Liat Hwe Cousu mencelat ke atas, tadi
maksudnya ingin menjebol langit-langit dan atap untuk keluar,
setelah itu barulah bertindak lagi.
Akan tetapi, di saat itu pula kedua benda bercahaya itu
meluncur laksana kilat ke arahnya, sehingga dia harus
berjungkir balik untuk menghindar Namun dia terlambat,
hingga salah satu benda itu menembus jubahnya dan terus
menancap di langit-langit, maka Liat Hwe Cousu bergantung di
situ.
Kini tentunya Lu Leng tahu bahwa ada seseorang yang
berilmu amat tinggi telah menyelamatkan mereka berdua,
Sebab kalau tidak, mereka berdua pasti sudah terluka parah.
Ketika melihat Liat Hwe Cousu bergantung di langit-langit,
Lu Leng dan Toan Bok Ang tertawa geli, kemudian Toan Bok
Ang membentak Terdengar suara "Ser Ser", kedua benda
bercahaya sudah kembali ke tangan gadis itu.

1528
Liat Hwe Cousu melayang turun, wajahnya menghijau
sambil tertawa dingin, lalu menggeram,
“Seh tua, kau masih tidak mau keluar?"
Toan Bok Ang tertawa,
"Liat Hwe Cousu, melawan kami berdua saja kau tidak
sanggup, kenapa masih berteriak-teriak memanggil orang
lain?"
Jubah Liat Hwe Cousu bergerak-gerak, pertanda dia sudah
marah besar
Toan Bok Ang tertawa lagi.
"Hi hi! Liat Hwe Cousu, tadi keadaanmu sungguh sedap
dipandang, persis seperti kura-kura bergantung di langitlangit,
mau naik susah, mau turun tidak bisa!"
Kali ini Liat Hwe Cousu sungguh marah besar, bahkan Lu
Leng pun merasa Toan Bok Ang agak keterlaluan
Liat Hwe Cousu menggeram keras dan langsung
menjulurkan kelima jari tangannya ke arah dada Toan Bok
Ang.
Gadis itu memang sudah siap, karena tahu Liat Hwe Cousu
pasti marah besar disindir seperti itu. Maka dia segera
mengerahkan Ginkang untuk berkelit ke samping, Gin kang
Hui Yan Bun memang amat terkenal dalam rimba persilatan
Maka, begitu bergerak, Toan Bok Ang langsung menghilang
dari hadapan Liat Hwe Cousu, sehingga cengkeraman Liat
Hwe Cousu membentur tempat kosong,

1529
Namun Liat Hwe Cousu segera membalikkan tangannya ke
arah gadis yang telah berkelit itu, Kali ini Liat Hwe Cousu
menggunakan tenaga yang amat dahsyat Badan Toan Bok
Ang termundur-mundur tersambar angin pukulan itu, dan
nyaris roboh seketika.
Betapa terkejutnya Toan Bok Ang. Dia langsung
menggerakkan tangannya dan seketika tampak dua benda
bercahaya meluncur ke arah Liat Hwe Cousu,
Akan tetapi, saat ini Liat Hwe Cousu telah siap, Dia
menggeram lagi sambil mencengkeram kedua benda
bercahaya itu, sekaligus menyentak sehingga Toan Bok Ang
tersentak ke arahnya,
Liat Hwe Cousu pun mengangkat sebelah tangannya,
Kelihatannya dia sudah siap menghantam ubun-ubun gadis
itu.
Betapa terkejutnya Lu Leng menyaksikan itu, Dia ingin
melancarkan Kira Kong Sin Ci untuk menyelamatkan Toan Bok
Ang, tapi sudah terlambat
Di saat itulah mendadak terdengar suara tawa "Ha ha"
kemudian entah dari mana munculnya, tahu-tahu di dalam
kamar itu sudah bertambah seorang.
Orang itu berbadan tinggi besar. Liat Hwe Cousu yang
tergolong tinggi besar, masih lebih pendek sedikit dari orang
itu,
Kemunculan orang itu begitu mendadak, maka membuat
Liat Hwe Cousu tertegun Tangannya yang telah diangkat siap
menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang berhenti seketika,

1530
Di saat tangan Liat Hwe Cousu berhenti, orang tersebut
sudah berada di hadapannya.
Lu Leng hanya melihat punggung orang itu. Tampak orang
itu menjulurkan tangannya ke arah tangan Liat Hwe Cousu
yang terangkat itu.
Kelihatannya dia seperti ingin menangkis tangan Liat Hwe
Cousu agar tidak menghantam ubun-ubun Toan Bok Ang.
Gerakan orang itu seperti gerakan anak kecil bermain silatsilatan,
Padahal yang dihadapinya adalah Liat Hwe Cousu yang
amat terkenal. Maka, Lu Leng terperangah menyaksikannya.
Mendadak kedua jari tangan Liat Hwe Cousu bergerak ke
arah muka orang tersebut itu adalah jurus Siang Liong Cioh Cu
(Sepasang Naga Merebut Mutiara), Ternyata Liat Hwe Cousu
ingin menyerang sepasang mata orang itu,
Sementara Toan Bok Ang terpaksa harus melepaskan
senjata anehnya. Kemudian dengan wajah kehijau-hijauan dia
mendekati Lu Leng dan berdiri di sampingnya
Sedangkan perhatian Lu Leng sedang terpusat pada
orangtua yang baru muncul ini.
"Ha ha!" Orang itu tertawa.
Badannya dibungkukkan sedikit lalu dengan kepalanya dia
menyundul dada Liat Hwe Cousu, Gerakannya sama sekali
bukan merupakan jurus apa pun, melainkan seperti
perkelahian anak kecil.
Akan tetapi, jurus yang tidak karuan itu justru amat tepat
digunakan di saat itu, sebab tangan Liat Hwe Cousu berada di

1531
atas, sedangkan badan orangtua itu berada di bawah karena
membungkuk maka jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang
Naga Merebut Mutiara) yang dilancarkan Liat Hwe Cousu jatuh
di tempat kosong, Malah dia pun tidak menyangka akan
datangnya jurus yang tidak karuan itu, maka dia tidak
berjaga-jaga.
Liat Hwe Cousu tertegun, namun dia masih sempat
berkelit ke samping, sekaligus mengeluarkan jurus Pou Ti
Seng Sin (Kapak Membelah Kayu), Tangannya menghantam
dari atas ke bawah.
Orang tua itu tertawa lagi, kemudian mendadak mencelat
ke belakang dan memandang Liat Hwe Cousu.
"Liat Hwe Cousu, kenapa adatmu masih sebakul? Kenapa
harus begitu ?"
Kini Lu Leng baru melihat jelas orangtua itu.
"Hm! Seh tua, jangan banyak omong!" kata Liat Hwe
Cousu.
Sementara Lu Leng memperhatikan orang yang baru
muncul itu, Orang itu mengenakan jubah dari bahan kain
kasar, yang panjangnya cuma sampai di lutut Kakinya tanpa
alas, sepuluh jarinya berkuku amat panjang, rambutnya putih
keperak-perakan, muka merah dan sepasang matanya
menyorot tajam sekali.
Liat Hwe Cousu memelototi orang tua itu, kemudian
mengibaskan tangannya seraya berkata.

1532
"Seh tua! senjatamu Sian Tian Sin So (Bola Sakti Kilat)
yang menggemparkan rimba persilatan di masa lalu, sudah
berada di tanganku! Kau masih berani sok di hadapanku?"
Orangtua itu tertawa.
"Ha ha! Liat Hwe Tua, jangan menempelkan emas pada
wajah sendiri! Senjata Sian Tian Sin So telah kuhadiahkan
kepada gadis itu, Kau merebutnya dari tangan gadis itu, sudah
membuatmu kehilangan muka, masih berani membusungkan
dada?"
Wajah Liat Hwe Cousu memerah, lalu dia mengalihkan
pembicaraan lain.
"Tadi aku memanggilmu kenapa kau tidak memunculkan
diri?"
Padahal Lu Leng tidak tahu siapa orangtua itu. Tapi karena
mendengar Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, maka dia
menjadi tahu siapa yang disebut "Seh tua" tersebut
Dia nyaris tertawa karena teringat tadi dirinya menyamar
sebagai orang itu untuk menakut-nakuti Liat Hwe Cousu.
"Sudah lama aku meninggalkan tempat ini, baru pulang
tadi, maka tidak mendengar kau memanggilku" sahut
orangtua itu,
"Selama itu kau berada di mana?" tanya Liat Hwe Cousu,
"Kolong langit begitu luas, empat penjuru lautan adalah
rumah, Liat Hwe Tua, kau telah melukai kedua pelayanku!
sesungguhnya aku tidak bisa melepaskanmu. Tapi dua puluh
tahun ini, aku sudah tidak mau bergebrak dengan siapa pun!

1533
Lagipula aku pernah berhutang kepadamu, Maka, pergi lah,
tapi tinggalkan senjata Sian Tian Sin So Hu!" sahut orangtua
itu sambil tertawa.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin. "Seh tua, apakah kau takut
padaku?" Ketika mendengar sampai di situ, Lu Leng segera
berbisik kepada Tan Bok Ang.
"Nona Toan, kau tahu siapa orangtua itu?"
Toan Bok Ang menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pun tidak tahu, Tadi ketika aku tersambar oleh angin
pukulan Liat Hwe Cousu, badanku terpental menubruk
dinding, sehingga dinding itu bergerak dan aku masuk ke
dalam, Di situ aku bertemu orangtua itu, Dia memberiku
senjata Sian Tian Sin So, dan mengajarku cara
mempergunakannya, serta cara memecahkan formasi Liat
Hwe Tin. Setelah itu barulah aku muncul."
Lu Leng sudah menduga Toan Bok Ang bisa hilang
mendadak dan orangtua itu pun bisa muncul dengan tiba-tiba,
tentunya di situ ada pintu rahasia. Tadi dia mendengar suara
tawa, dan yang menyelamatkan mereka berdua, sudah jelas
orangtua itu pula.
Dilihat dari nada suaranya, sepertinya orangtua tersebut
majikan tempat ini. Kalau begitu, Cit Sek Ling Che yang
dimakan Lu Leng adalah milik orangtua tersebut Apakah dia
akan mempersalahkan-nya?
Di saat Lu Leng sedang berpikir, tiba-tiba terdengarlah
suara orangtua tersebut

1534
"Liat Hwe tua, kau bilang tadi apakah aku takut
kepadamu?"
Liat Hwe Cousu tertegun.
"Sulit dikatakan," sahutnya beberapa saat kemudian .
Orangtua itu tersenyum,
"Liat Hwe tua, dulu kita pernah bertemu beberapa kali,
Pada waktu itu, melihat kedudukanmu sebagai ketua Hwa San
Pai dan begitu banyak para muridmu, aku masih tidak takut
kepadamu, Apa lagi kini Hwa San Pai sudah tidak berani
tinggal di gunung Hwa San, bahkan kau pun sudah berani
memakai jubah Liat Hwe. Apakah aku akan takut kepadamu?
Kenapa kau berkata sok begitu?"
Wajah Liat Hwe Cousu merah padam saking menahan rasa
malunya dan mulutnya pun membungkam.
Orangtua itu tertawa gelak.
"Ha ha ha! Terus terang, kepandaianmu memang amat
tinggi! Kalau kita punya ganjelan hati, harus disingkirkan dulu!
Lebih baik kita merundingkan bagaimana cara menghadapi
Liok Ci Khim Mo, itu baru benar!"
Liat Hwe Cousu tampak terkejut
"Kau juga tahu tentang Liok Ci Khim Mo itu?" tanyanya,
Orangtua itu menghela nafas panjang.

1535
"Sesungguhnya aku pun tidak tahu, Hanya tanpa sengaja
aku bertemu orang-orang Cing Sia Pai, mereka mengatakan
bahwa putriku Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua, dulu ribut hingga
berpisah dengan suaminya dan kini sudah akur kembali. Aku
paling menyayangi putriku itu, maka pergi menengok mereka,
Di tengah jalan barulah aku mendengar tentang sepak terjang
Liok Ci Khim Mo, Ha ha! Tak kusangka sekian lama aku
meninggalkan Tionggoan, justru di rimba persilatan telah
mengalami perubahan bahkan hingga Go Bi Pai yang amat
terkenal itu juga membubarkan para muridnya Sui Cing Sian
pun harus menjadi padri kelana! Kalau Beng Tu Lojin yang
sudah di alam baka tahu tentang itu, pasti meneteskan air
mata!"
Usai orangtua itu bicara, Lu Leng dan Toan Bok Ang saling
memandang, Mereka berdua masih ingat akan Tok Ciu Lo Sat
yang mengacau ruang pernikahan.
Kini orangtua itu bilang Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua
adalah putrinya, tentunya orangtua itu pasti Mo Liong Seh Sih.
Toan Bok Ang dan Lu Leng saling memandang.
Terhadap orangtua itu mereka merasa hormat tapi juga
merasa takut.
Karena semua kaum rimba persilatan tahu bahwa Mo
Liong Seh Sih berdiri di antara lurus dan sesat, lagipula segala
tindak perbuatannya hanya berdasarkan kemauan hatinya
saja,
Kalau dia merasa cocok dengan seseorang, pasti membela
orang itu secara mati-matian. Namun kalau merasa tidak
cocok, walau orang itu amat terkenal, dia tidak akan peduli.

1536
Terdengar Liat Hwe Cousu berkata dengan dingin.
"Seh tua, kalau Thian Ho Si Lo masih ada, ditambah kita
berdua See Thian Siang Khie (Sepasang Orang Aneh Langit
Barat), juga bukan lawan Pat Liong Thian Im."
Kedudukan Liat Hwe Cousu dalam rimba persilatan amat
tinggi, setingkat dengan Mo Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu
sebagai ketua Hwa San Pai, sedangkan Mo Liong Seh Sih
berada di See Hek (Bagian Barat Di Luar Tionggoan), Mereka
berdua dijuluki See Thian Siang Khie (Sepasang Orang Aneh
Langit Barat),
Setelah Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, kening Mo
Liong Seh Sih tampak berkerut.
"Kalau begitu, kau selamanya tidak mau memakai jubah
api lagi?"
Hwa San Pai merupakan partai yang cukup besar, akan
tetapi demi menghindari Liok Ci Khim Mo, justru tidak berbeda
dengan partai lain, harus meninggalkan tempat pusat, ganti
nama dan ganti jubah meninggalkan tempat asal.
Teringat akan hal itu, Liat Hwe Cousu menghela nafas
panjang, nadanya sudah tidak seberang tadi lagi.
"Seh tua, apakah kau punya cara untuk menundukkan Liok
Ci Khim Mo?"
Mo Liong Seh Sih berjalan mondar-mandir beberapa
langkah, kemudian menyahut.
"Pat Liong Thian Im merupakan ilmu yang paling tinggi
dalam rimba persilatan. Tiada cara menundukkannya, Namun

1537
aku pikir dari Thian Ho Si Lo, kecuali Beng Tu Lojin yang
sudah meninggal yang lain tiada jejaknya, Kini yang ada
tinggal generasi berikutnya misalnya Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, putriku dan menantuku Bagaimana kalau mereka
bersatu menemui Liok Ci Khim Mo lagi?"
Liat Hwe Cousu tertawa dingin.
"Liok Ci Khim Mo justru menghendaki begitu, bisa
menghabiskan kita semua sekaligus."
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Liat Hwe tua, bukankah selama ini kau amat angkuh?
Kenapa kini malah menjadi begini?"
Liat Hwe Cousu hanya menghela nafas panjang, diam saja.
Ketika Lu Leng mendengar sampai di situ, walau tahu
kalau menyela memang kurang sopan, namun karena itu
merupakan urusan yang teramat penting, maka dia terpaksa
menyela,
"Seh Locianpwee, aku tahu ada satu cara untuk
memecahkan Pat Liong Thian Im."
Lu Leng baru berkata begitu, Liat Hwe Cousu sudah
mendengus dingin.
Mo Liong Seh Sih malah tertawa sambil memandang Lu
Leng.
"Bocah, kau jangan menganggap gampang urusan itu!"

1538
"Seh Locianpwee, aku mendengar dengan telinga sendiri
dari Liok Ci Khim Mo." sahut Lu Leng.
Mo Liong Seh Sih menatapnya tajam.
"Oh? Betulkah begitu? Coba kau tuturkan tentang itu!"
Ketika Lu Leng baru mau menutur, mendadak Liat Hwe
Cousu berkata dengan wajah tidak senang.
"Seh tua, kalau kau sudi mendengarkan omongan
binatang kecil itu, untuk apa kau masih berunding denganku?"
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Liat Hwe tua, gelombang belakang mendorong
gelombang depan. Aku tahu kau masih marah kepada mereka,
bagaimana kalau kusuruh mereka minta maaf kepadamu?"
katanya lalu menggapaikan tangannya ke arah Lu Leng dan
Toan Bok Ang. "Kalian ke marilah!"
Setelah mendengar apa yang dikatakan Mo Liong Seh Sih,
Lu Leng berpikir, memang dirinya tidak bersalah terhadap Liat
Hwe Cousu, Tapi Liat Hwe Cousu adalah Bulim Cianpwee,
maka minta maaf kepadanya juga merupakan hal yang wajar.
Lagipula kini Liat Hwe Cousu bermaksud melawan Liok Ci
Khim Mo, bahkan merupakan kekuatan inti, Kalau Lu Leng
berkeras menentangnya, sehingga membuatnya berbalik
membantu Liok Ci Khim Mo, bukankah itu amat bahaya sekali?
Karena berpikir begitu, maka Lu Leng segera menghampiri
Liat Hwe Cousu lalu memberi hormat seraya berkata dengan
setulus hati.

1539
"Liat Hwe Cianpwee, dulu aku banyak berlaku kurang ajar,
harap Cianpwee sudi memaafkan kesalahanku !"
Walau kegusaran Liat Hwe Cousu belum reda, tapi Lu Leng
justru mau mengaku salah dan minta maaf kepadanya,
tentunya Liat Hwe Cousu tidak banyak bicara lagi jelas sikap
Mo Liong Seh Sih berada di pihak mereka berdua, maka
apabila mereka masih terus ribut, akhirnya yang rugi adalah
dirinya sendiri
Bagian 34
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu mendongakkan kepala,
kemudian mengeluarkan suara "Ng", pertanda dia telah
memberi maaf kepada Lu Leng.
Toan Bok Ang juga berhati lapang, Dia segera
menghampiri Liat Hwe Cousu, lalu bersujud di hadapannya
seraya berkata.
"Liat Hwe Cianpwee, aku masih muda tidak tahu apa-apa.
Mohon Cianpwee sudi memaafkanku!"
Liat Hwe Cousu mengeluarkan suara "Ng" lagi, lalu Toan
Bok Ang melanjutkan ucapannya sambil tersenyum.
"Kepandaian Cousu sungguh tinggi. Sekali bergerak dapat
merebut senjata Sian Tian Sin So dari tangan ku. Harap Cousu
sudi mengembalikan kepada-ku, sekaligus memberi petunjuk
agar kelak senjataku itu tidak akan direbut orang lain!"
"Ha ha ha!" Mo Liong Sih tertawa gelak, "Liat Hwe tua, kali
ini kau tidak bisa mengelak. Setahuku Hwa San Pai memiliki

1540
beberapa jurus ilmu tangan kosong yang dapat
mempertahankan senjata, Aku lihat tentunya kau tidak enak
menolak permintaan gadis kecil itu." Katanya.
Liat Hwe Cousu menjadi serba salah, karena Toan Bok Ang
memujinya berkepandaian amat tinggi membuatnya merasa
tidak enak menolaknya.
Seketika Liat Hwe Cousu berpikir, kemudian berkata.
"Senjata Sian Tian Sin So ini terbuat dari baja murni dan
amat tajam, merupakan senjata andalan Seh Tua di masa
lampau, Kini kukembalikan kepadamu, tapi kau harus
menjaganya baik-baik. Hwa San Pai memang memiliki ilmu
tangan kosong mempertahankan senjata, Setelah Liok Ci Khim
Mo dibasmi, kau boleh ke gunung Hwa San, aku pasti
menurunkan ilmu itu kepadamu."
Sesungguhnya Toan Bok Ang tidak bermaksud minta
diajari ilmu silat, melainkan hanya ingin minta kembali senjata
itu, Maka itu dia segera berkata.
"Terimakasih, Cousu!"
Liat Hwe Cousu mengembalikan Sian Tian Sin So kepada
Toan Bok Ang. Gadis itu menerimanya dengan wajah berseri,
kemudian mundur ke samping Lu Leng.
Lu Leng memperhatikan senjata itu, ternyata merupakan
sepasang bola baja yang memancarkan cahaya putih, melekat
pada seuntai rantai baja pula, itu memang merupakan senjata
pusaka, yang tak kalah bila dibanding dengan golok Su Yang
To.

1541
Mo Liong Seh Sih memandang Lu Leng dan Toan Bok Ang
seraya bertanya.
"Bagaimana asal-usul kalian berdua?"
"Guruku, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, ayahku Thian
Hou Lu Sin Kong, ibuku Sebun It Nio dari Tiam Cong Pai."
sahut Lu Leng, Mo Liong Seh Sih manggut-manggut
"Oooh! Bagaimana keadaan kedua orangtuamu?"
pertanyaan itu membuat mata Lu Leng menjadi basah.
"Kedua orangtuaku telah meninggal gara-gara Liok Ct
Khim Mo, maka aku punya dendam berdarah dengannya."
Mo Liong Seh Sih menghela nafas panjang, kemudian
menunjuk Toan Bok Ang seraya berkata.
"Kau pasti murid si Walet Hijau-Yok Kun Sih, generasi
kedua, bukan ?"
Toan Bok Ang tertawa.
"Bukan murid generasi kedua, melainkan murid langsung,
Beliau adalah guruku."
Mo Liong Seh Sih tampak terkejut Setelah itu menatapnya
kemudian menatap Lu Leng seraya berkata
"Gadis kecil, kalau kelak kau ingin meninggalkan
perguruan Hui Yan Bun, boleh minta bantuanku."

1542
Toan Bok Ang terperanjat Dia tidak tahu apa maksud Mo
Liong Seh Sih. Bagaimana seorang tokoh tua menyuruh
tingkatan muda meninggalkan perguruan nya?
"Seh Locianpwee mentertawakanku?" tanyanya setelah
beberapa saat dia tertegun.
Mendadak wajah Mo Liong Seh Sih berubah serius.
"Siapa mentertawakanmu? Yang penting kau harus selalu
ingat kata-kataku tadi!"
Toan Bok Ang mengangguk, Mo Liong Seh Sih merupakan
tokoh tua yang aneh, maka gadis itu tidak berani banyak
bicara.
Sedangkan Mo Liong Seh Sih tersenyum misterius,
sepertinya mengandung suatu arti tertentu dan itu sungguh
membingungkan Toan Bok Ang.
Sementara Lu Leng terus memperhatikan air muka Liat
Hwe Cousu, yang kini sudah tampak lembut Kalau dia berkata
sekarang, sudah pasti Liat Hwe Cousu tidak akan
melarangnya.
Oleh karena itu, Lu Leng segera membuka mulut
"Cianpwee berdua, aku mendengar pembicaraan Liok Ci
Khim Mo dengan putranya, bahwa hanya Busur Api dan Panah
Bulu Api..."
Ketika Lu Leng baru mengatakan "Panah Bulu Api", wajah
Mo Liong Seh Sih mendadak berubah, lalu dia membentak
dengan suara mengguntur.

1543
"Bocah! Kau bilang apa?"
Betapa terkejutnya Lu Leng ketika mendengar suara
bentakan Mo Liong Seh Sih. seketika dia berpikir dalam
perkataannya sama sekali tidak menyinggung perasaan Mo
Liong Seh Sih, tapi kenapa orangtua itu mendadak marah?
Lama sekali barulah Lu Leng melanjutkan ucapan-nya.
"Aku bilang.... Busur Api dan Panah Bulu Api dapat
menundukkan Pat Liong Im dari jarak beberapa mil. Beberapa
ratus tahun yang lampau, Pat Liong Thian Im pernah muncul
dalam rimba persilatan, justru dengan cara begitu
membasminya."
Sembari berkata, Lu Leng terus memperhatikan ekspresi
wajah Mo Liong Seh Sih.
Air muka orangtua itu sudah berubah seperti biasa. Dia
duduk dengan kening berkerut-kerut seakan sedang
memikirkan suatu masalah pelik.
Seusai Lu Leng berkata, Liat Hwe Cousu dan Toan Bok
Ang kelihatan kurang percaya.
Berselang sesaat, Mo Liong Seh Sih mendongakkan kepala
untuk memandang Lu Leng seraya bertanya.
"Bagaimana Liok Ci Khim Mo bilang begitu kepadamu?"
"Liok Ci Khim Mo bukan bilang kepadaku, melainkan
kepada putranya!"

1544
Lu Leng menutur tentang dirinya bersembunyi di dalam
sebuah lobang pohon, siap membokong Liok Ci Khim Mo dan
lain sebagainya
Seusai Lu Leng menutur, Mo Liong Seh Sih menghela
nafas panjang.
Dari tadi Lu Leng sudah melihat, wajah Mo Liong Seh Sih
langsung berubah ketika dia menyebut "Panah Bulu Api", -
Oleh karena itu dia memberanikan diri berkata.
"Seh Locianpwee, aku tidak berhasil mencari Panah Bulu
Api itu di gunung Tang Ku Sat ini, sebaliknya malah nyaris
tewas di tangan Hek Sin Kun. Untung Toa Sah dan Ji Sah
memberiku Cit Sek Ling Che, maka racun di tanganku dapat
dipunahkan dan Lweekang pun bertambah tinggi. Seh
Locianpwee sudah lama tinggal di gunung Tang Ku Sat ini,
apakah pernah melihat Panah Bulu Api itu?"
Mendadak Mo Liong Seh Sih menatap Lu Leng dengan
dingin sekali, tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara, Hati
Lu Leng berdebar-debar keras, tidak tahu Mo Liong Seh Sih
sedang memikirkan apa.
Berselang beberapa saat kemudian, Mo Liong Seh Sih
menghela nafas panjang seraya berkata.
"Kalian bertiga ikut aku!"
Liat Hwe Cousu tertegun.
"Seh tua, kau jangan macam-macam, lebih baik terus
teranglah!"

1545
Mo Liong Seh Sih tertawa, "Ha ha! Liat Hwe tua,
ucapanmu tadi, kalau dicetuskan tiga puluh tahun lampau,
masih ada harganya! Namun kini hatiku telah jernih bagaikan
air, tiada niat mencelakai siapa pun lagi! Mati dan hidup
tergantung takdir, kalau tidak, apakah aku akan membiarkan
kedua pelayanku mati begitu saja?"
Wajah Liat Hwe Cousu memerah, diam dengan mulut
membungkam.
Mo Liong Seh Sih menghampiri sebuah dinding, lalu
menjulurkan tangannya untuk menekan dinding itu. Mendadak
dinding itu bergerak, lalu tampak sebuah lorong yang amat
panjang.
Beberapa depa di sisi kiri kanan lorong itu terdapat dua
buah patung orang, yang dibikin dari batu, persis seperti
orang hidup, namun gaya berdirinya tidak sama, Yang sama
hanya tangan patung-patung itu memegang sebuah mutiara
yang memancarkan cahaya.
Lorong itu tampak remang-remang, sehingga
menimbulkan kesan misterius,
Setelah dinding itu terbuka, Mo Liong Seh Sih langsung
masuk ke dalam.
Wajah Liat Hwe Cousu kelihatan berseri dan mendadak dia
berkata.
"Seh tua, harap berhenti sebentar!"
Mo Liong Seh Sih menoleh ke belakang. Namun dia belum
sampai bersuara, Liat Hwe Cousu sudah bertanya,

1546
"Seh tua, apakah barang ini salah satu barang rahasia di
dalam istana Iblismu ini!"
Mo Liong Seh Sih tertawa sambil mengangguk
"Tidak salah!"
"Seh tua, konon selesai dibangun empat puluh sembilan
lorong rahasia, yang membangun lorong-lorong itu mati di
tangan kalian suami istri. Dan, selain kalian berdua, orang luar
dilarang memasuki lorong-lorong itu. Betulkah?" tanya Liat
Hwe Cousu.
Mo Liong Seh Sih tersenyum getir.
"Liat Hwe tua, itu kejadian di masa lampau. Tidak perlu
diungkit kembali. Kau boleh masuk dengan hati lega, aku tidak
akan mencelakaimu."
Lu Leng dan Toan Bok Ang melihat, ketika Liat Hwe Cousu
sedang berbicara, wajahnya tampak serius sekali, pertanda itu
bukan urusan sederhana. Lagipula mereka berdua pun
mendengar bahwa empat puluh sembilan lorong rahasia yang
dikatakan Liat Hwe Cousu barusan, penuh diliputi bahaya,
Toan Bok Ang segera merapatkan badannya pada Lu
Leng, kemudian berbisik dengan pelan sekali.
"Lu Siauhiap, kita masuk apa tidak?"
"Tentu masuk, Kalau Seh Locianpwee ingin mencelakai
kita, kenapa harus repot-repot begini?" sahut Lu Leng tanpa
berpikir lagi.

1547
Walau mereka berbisik-bisik dengan pelan sekali, namun
ketika Lu Leng usai berbisik, Mo Liong Seh Sih membalikkan
badannya memandang Lu Leng sambil tertawa.
"Ha ha! Bocah, pengetahuanmu lebih luas! Apa yang kau
katakan tadi masuk akal!"
Mo Liong Seh Sih memuji Lu Leng, padahal sesungguhnya
sedang menyindir Liat Hwe Cousu, sehingga menggusarkan
ketua Hwa San Pai itu.
"Seh tua, kau tidak perlu menyindir! Bocah itu tidak tahu
tentang empat puluh sembilan lorong rahasia, maka tidak tahu
akan bahayanya !"
Mo Liong Seh Sih tertawa lagi lalu berkata sungguhsungguh.
"Kalian bertiga ikut di belakangku jangan terlampau jauh!"
Usai berkata, dia mulai mengayunkan kakinya selangkah
demi selangkah ke depan,
Padahal Ginkang Mo Liong Seh Seh Sih amat tinggi,
namun ketika berada di dalam lorong itu, dia sama sekali tidak
menggunakan Ginkang, hanya berjalan selangkah demi
selangkah
Begitu pula Liat Hwe Cousu, berjalan selangkah demi
selangkah di belakang Mo Liong Seh Sih, wajahnya tampak
serius dan tegang, padahal dia amat angkuh dalam rimba
persilatan

1548
Lu Leng dan Toan Bok Ang tercengang, tapi mereka
berdua tidak berani banyak berpikir, karena harus terus
mengikuti di belakang Liat Hwe Cousu,
Mereka berdua berjalan sambil memperhatikan sepanjang
lorong tersebut Tampak beberapa buah patung orang, seakan
menerjang ke arah mereka. Kalau sebelumnya mereka tidak
tahu bahwa itu patung orang yang dibuat dari batu, pasti
mengira orang hidup yang menjaga di situ,
Tak seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di
ujung lorong, Di sana terdapat sebuah patung orang
menghadang di tengah. Dari depan sampai ke ujung lorong,
Lu Leng menghitung secara diam-diam, patung orang yang
dilewati berjumlah empat puluh delapan buah, Berikut yang
menghadang di tengah berjumlah empat puluh sembilan buah,
Apakah itu disebut empat puluh sembilan lorong rahasia? Lu
Leng dan Toan Bok Ang tidak mengetahuinya.
Mo Liong Seh Sih mendekati patung itu, kemudian
menoleh ke belakang seraya berpesan.
"Kalian harus hati-hati! Himpun hawa murni kalian dan
jangan membentur patung orang itu!"
* * * *
Bab 72
Di saat bersamaan, Lu Leng justru sedang berpikir, kini
sudah sampai di ujung lorong, tapi apa gunanya? Tiada jalan
keluarnya.

1549
Tanpa sengaja dia mendongakkan kepala, Dilihatnya
sebuah lobang di atas kepala patung orang itu, Gelap gulita di
dalam lobang tersebut, tak tampak apa-apa sama sekali
Seusai Mo Liong Seh Sih berpesan begitu, tidak kelihatan
cara bagaimana badannya bergerak, tahu-tahu sudah
mencelat ke atas dan masuk ke lobang itu.
Setelah itu, Liat Hwe Cousu pun ikut mencelat mengikuti
nya.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandangi kemudian
gadis itu bertanya,
"Lu Siauhiap, bagaimana kau?"
"Nona Toan, perlukah aku membantumu ?"
Gadis itu menatap Lu Leng dengan penuh cinta kasih,
karena sahutan Lu Leng barusan kedengaran amat
memperhatikan nya.
"Aku bisa."
Badan Toan Bok Ang bergerak lalu mencelat ke atas. Gadis
itu adalah murid ketua Hui Yan Bun, yang amat terkenal ilmu
Ginkangnya.
Walau gerakannya tidak secepat Liat Hwe Cou-su, tapi dia
pun berhasil memasuki lobang itu.
Setelah melihat Toan Bok Ang berhasil Lu Leng segera
menghimpun hawa murninya dan seketika mencelat ke atas.

1550
Di saat hampir memasuki lobang itu, mendadak Toan Bok
Ang menoleh ke arah Lu Leng sambil tersenyum.
Lu Leng tertegun, kenapa di saat begitu genting, Toan Bok
Ang masih menyempatkan waktu memandangnya sambil
tersenyum? Apa makna senyuman itu?
Sesungguhnya senyuman gadis itu tidak mengandung
makna apa pun. Hanya karena dia mendadak teringat Lu Leng
tadi amat raemperhatikannya, maka memandangnya sambil
tersenyum,
Akan tetapi, Lu Leng memperhatikannya justru tidak
mengandung rasa cinta di dalamnya,
Sejak tahu maksud gadis itu, hati Lu Leng menjadi kacau
dan resah, rasanya ingin cepat-cepat meninggalkannya Oleh
karena itu, ketika Toan Bok Ang tersenyum, hati pemuda itu
semakin risau, sedangkan rasa cinta Toan Bok Ang
terhadapnya bertambah dalam.
Saat ini, Lu Leng berada di udara. Lantaran hatinya risau,
maka badannya langsung merosot ke bawah.
Menyaksikan itu, Toan Bok Ang sangat terkejut dan
seketika mengeluarkan seruan kaget.
"Hah? Hati-hati Lu Siauhiap, jangan membentur patung
orang itu!"
Lu Leng memandang ke bawah, Ternyata dirinya berada di
atas kepala patung orang itu, Walau dia tidak tahu apa
akibatnya kalau membentur patung orang tersebut, namun Mo
Liong Seh Sih telah berpesan, maka sudah pasti ada alasan
tertentu.

1551
Bukan main terkejutnya Lu Leng, Dia cepat-cepat
menghimpun hawa murni. Namun ketika badannya mulai
melambung ke atas, mendadak tampak bayangan Toan Bok
Ang merosot ke bawah dan seketika juga terdengar suara
teguran.
"Gadis kecil! Kau mau cari mati ya? Cepat ulurkan tangan
saling menarik!"
Lu Leng segera menjulurkan tangannya untuk menarik
tangan Toan Bok Ang. Akhirnya mereka berdua merosot ke
bawah.
Di saat bersamaan, tampak Mo Liong Seh Sih muncul dari
lobang itu, lalu bergantung seperti kelelawar dengan kedua
kakinya menggait pinggiran lobang dan tangannya langsung
dijulurkan untuk menangkap mereka.
"Orangtua itu berhasil menangkap tangan Toan Bok Ang,
wajah gadis itu telah berubah pucat pias.
Toan Bok Ang ditarik ke atas, sudah barang tentu Lu Leng
juga tertarik ke atas, akhirnya mereka masuk ke lobang,
Mo Liong Seh Sih menarik nafas lega, Lu Leng dan Toan
Bok Ang tahu bahwa dirinya nyaris mengalami kecelakaan.
Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak mempermasalahkan
mereka. Setelah berada di dalam lobang, orangtua itu berkata.
"Ayoh! Kita melanjutkan ke depan!"
Di saat Mo Liong Seh Sih berkata, Lu Leng melirik Liat Hwe
Cousu, Tampak wajahnya menyiratkan rasa keheranan,

1552
membuktikan bahwa dia pun tidak tahu tentang empat puluh
lorong rahasia tersebut
Lu Leng dan Toan Bok Ang bangkit berdiri, ternyata
lobang itu merupakan sebuah ruang batu, Di sebelah kiri
terdapat sebuah pintu batu berwarna kehitam-hitaman, Pada
permukaan daun pintu terdapat bintik-bintik putih bagaikan
bintang di langit
Mo Liong Seh Sih menghampiri pintu batu itu. Di saat
bersamaan, Liat Hwe Cousu berseru girang.
"Seh tua, ternyata kau memang sudah berbeda dengan
dulu! Bersedia membawa kami ke gudang penyimpanan
barang pusaka!"
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Gudang pusaka ini tidak seperti kabar berita yang tersiar
di luar Setelah kau masuk pasti akan merasa kecewa."
Liat Hwe Cousu juga mendekati pintu batu itu. Tangan Mo
Liong Seh Sih bergerak cepat sekali menekan-nekan bintikbintik
putih tersebut.
Plak! Plak! Plak! Plak!
Kemudian Mo Liong Seh Sih mendorong pintu batu
tersebut
Kreeek! pintu batu itu terbuka kemudian mereka berempat
berjalan masuk, Ternyata mereka memasuki ruangan batu
juga, Di dalam ruangan itu tampak sebuah batu merah di atas
meja batu, Batu merah itu memancarkan cahaya ke seluruh

1553
ruangan sehingga ruangan itu tampak kemerah-merahan. Di
sisi batu merah itu terdapat suatu benda aneh.
Ketika Liat Hwe Cousu melihat batu merah dan benda
aneh itu, wajahnya langsung berseri dan matanya berbinarbinar.
Bahkan dia segera menjulurkan tangannya untuk
mengambil kedua macam benda itu.
Akan tetapi, ketika dia menjulurkan tangannya, Mo Liong
Seh Sih juga menjulurkan tangannya untuk menotok jalan
darah Kek Ti Hiat di bagian bahu Liat Hwe Cousu.
Liat Hwe Cousu menjulurkan tangannya mengambil kedua
macam benda itu, sedangkan Mo Liong Seh Sih menjulurkan
tangannya menotok jalan darah di bahunya, maka mau tidak
mau Liat Hwe Cousu harus menghindar.
Dia segera menarik kembali tangannya, sekaligus balas
menotok jalan darah Yang Ti Hiat di lengan Mo Liong Seh Sih.
Namun secepat kilat Mo Liong Seh Sih menggeserkan
tangannya, lalu bersiul panjang dan berkata.
"Liat Hwe tua, kau adalah ketua Hwa San Pai!
Kedudukanmu dalam rimba persilatan pun amat tinggi Tapi
kenapa melakukan hal serendah itu?"
Wajah Liat Hwe Cousu tampak biasa.
"Seh tua, di sini banyak pusaka rimba persilatan Kau
seorang diri yang memilikinya. Apakah tidak terlampau
serakah?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.

1554
"Liat Hwe tua, aku yang serakah atau kau yang tidak tahu
malu?"
"Kalau begitu, kenapa tadi kau turun tangan
menghalangiku?" sahut Liat Hwe Cousu dengan gusar.
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak.
"Aku memperoleh semua pusaka itu, dengan
mempertaruhkan nyawaku. Kau ingin mengambilnya begitu
saja, apakah tidak takut akan ditertawakan orang di kolong
langit? Aku sudah bilang, barang siapa berhasil melewati
empat puluh sembilan lorong rahasia, maka dia berhak
mengambil satu macam barang pusaka yang ada di dalam
gudang ini! Liat Hwe tua, tentang itu, alangkah baiknya
dikerjakan kaum muda rimba persilatan saja! Kenapa kau
harus marah?"
Liat Hwe Cousu diam saja, tak menyahut.
Di dalam gudang itu memang banyak barang pusaka,
Namun Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak begitu menaruh
perhatian.
Akan tetapi, kini setelah mendengar apa yang dikatakan
Mo Liong Seh Sih, kedengarannya mengandung suatu arti
yang amat dalam.
Sedang Liat Hwe Cousu yang sudah amat terkenal itu,
begitu masuk ke gudang tersebut tidak dapat mengendalikan
diri, langsung menjulurkan tangan ingin mengambil barang
pusaka itu, Dapat dibayangkan, sudah jelas semua barang
yang ada di dalam gudang itu pasti merupakan barang pusaka
rimba persilatan.

1555
Oleh karena itu, Lu Leng dan Toan Bok Ang pun mulai
menaruh perhatian terhadap barang-barang pusaka tersebut.
Mo Liong Seh Sih berjalan perlahan sekali, dan berhenti
sejenak di setiap barang pusaka, seakan menikmati
keindahannya, juga kelihatan sedang mengenang cara
bagaimana dulu dia memperoleh barang pusaka tersebut
Di atas meja batu, terdapat pula sebuah lempengan besi
berbentuk empat persegi, tidak begitu panjang dan tidak
begitu lebar
Di sisi besi itu terdapat sebuah belati berwarna kehijauhijauan,
sebuah kotak berisi sebilah golok tipis bergemerlapan
yang bentuknya amat aneh, dan masih banyak barang pusaka
lain.
Selain itu, masih banyak barang pusaka lain.
Mo Liong Seh Sih menghampiri sebuah kotak kayu,
kemudian menghela nafas panjang.
Dibukanya kotak kayu tersebut namun setelah terbuka, di
dalamnya tidak berisi apa-apa, hanya terdapat bekas tujuh
batang panah.
Lu Leng amat cerdas. Maka dia tahu tidak mungkin tiada
sebab Mo Liong Seh Sih membawa mereka bertiga ke dalam
gudang itu.
Oleh karena itu, begitu melihat isi kotak kayu tersebut dia
langsung mengeluarkan suara "Hah", kemudian berkata.

1556
"Seh Locianpwee hanya memperoleh kotak penyimpan
ketujuh batang Panah Bulu Api, tidak mendapatkan
panahnya?"
Mo Liong Seh Sih menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak. Dulu aku memang mendapatkan Panah Bulu Api
yang berjumlah tujuh batang."
Begitu mendengar ucapan itu Lu Leng nyaris berjingkrak
dan berseru saking girangnya.
"Bagus sekali! Walau Busur Api berada di tangan putra
Liok Ci Khim Mo, namun tidak sulit mencarinya! Maka rimba
persilatan akan tenang kembali..."
Mendadak Lu Leng teringat akan sesuatu, sehingga katakatanya
terputus. Ketika Lu Leng menyinggung soal Panah
Bulu Api, kenapa wajah Mo Liong Seh Sih langsung berubah
dan tampak tidak senang?
Sudah pasti terjadi sesuatu, setelah Mo Liong Seh Sih
memperoleh Panah Bulu Api itu.
Toan Bok Ang yang tidak tahu apa yang dipikirkan Lu
Leng, segera bertanya dengan heran.
"Lu Siauhiap, kenapa tidak dilanjutkan?"
Lu Leng belum membuka mulut, Mo Liong Seh Sih sudah
berkata.
"Bocah! Kau amat cerdas, tentunya sudah menduga ada
liku-likunya kan?"

1557
Lu Leng mengangguk
"Betul, harap Locianpwee sudi menjelaskannya!"
"Mari kita meninggalkan gudang ini dulu!" kata Mo Liong
Seh Sih.
Mendadak dia menepuk meja batu, lalu terdengar suara di
ujung.
"Kreek!
Sebuah pintu terbuka, dan kemudian tampak sebuah
lorong.
"Liat Hwe tua, silakan jalan duluan!" kata Mo Liong Seh
Sih sambil memandang ke lorong.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak tidak senang.
"Seh tua, apa maksudmu menyuruhku berjalan duluan?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Liat Hwe tua, kita tahu isi hati masing-masing. Kenapa
masih harus bertanya?"
Wajah Liat Hwe Cousu penuh kegusaran.
"Baik! Aku pasti tidak akan melupakan kata-katamu itu!"
katanya lalu berjalan menuju lorong itu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tahu, kenapa Mo Liong Seh Sih
menyuruh Liat Hwe Cousu berjalan duluan, itu agar ketua Hwa

1558
San Pai tidak memanfaatkan kesempatan untuk menyambar
satu dua macam barang pusaka yang di dalam gudang itu.
Mereka berdua masih ingat, betapa angkuhnya Liat Hwe
Cousu dalam rimba persilatan namun setelah bertemu Mo
Liong Seh Sih, dirinya seakan dikendalikan Maka, tidak
mengherankan kalau Liat Hwe Cousu amat gusar Tapi dia
tidak berani melampiaskan kegusarannya,
Setelah Liat Hwe Cousu melangkah, Mo Liong Seh Sih, Lu
Leng dan Toan Bok Ang mengikutinya dari belakang.
Mo Liong Seh Sih menekan di dinding, kemudian pintu
batu itu tertutup kembali
Lorong itu berbelok-belok akhirnya sampai di lobang yang
mereka masuk tadi, Dengan hati-hati sekali mereka turun dari
lobang tersebut, kemudian kembali ke kamar tadi Lu Leng
tercengang dan tidak habis berpikir maka dia bertanya.
"Seh Locianpwee, sebetulnya ketujuh batang Panah Bulu
Api itu berada di mana?"
"Kalian bertiga ikut aku!"
Liat Hwe Cousu tertawa dingin,
"Mau ke mana lagi?"
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Ha ha! Liat Hwe tua, kini kau telah berada di gunung
Tang Ku Sat, berjalan beberapa mil lagi apa salah nya?"

1559
Sesungguhnya Liat Hwe Cousu amat gusar dalam hati,
namun dia tahu jelas dirinya tidak boleh main-main dengan
Mo Liong Seh Sih, maka dia tetap menekan hawa kegusaran
yang bergejolak di rongga dadanya,
Kini mereka berempat meninggalkan istana Iblis, menuju
ke depan menggunakan Ginkang, Tak seberapa lama
kemudian, sudah sampai di puncak tandus.
Puncak itu tidak begitu tinggi, namun terdapat tebingtebing
yang amat terjal dan licin.
Mo Liong Seh Sih tertawa seraya berkata.
"Liat Hwe tua, aku tahu kau amat penasaran.
"Nah, bagaimana kalau kita mencoba kepandaian kita di
puncak ini, untuk melihat siapa yang sampai duluan di atas?"
Liat Hwe Cousu memandang ke atas, Untuk menaiki tebing
yang amat tinggi dan licin itu, tentunya harus memiliki
Ginkang yang amat tinggi. Bahkan juga harus memiliki ilmu
Pik Hou Yu Piak (Harimau Merayap Di Tembok), Pikirnya,
Dalam hati, Liat Hwe Cousu memang ingin mengadu
kepandaian dengan Mo Liong Seh Sih. Oleh karena itu, dia
menyahut dengan dingin.
"Baik,"
Mo Liong Seh Sih menoleh ke arah Lu Leng dan Toan Bok
Ang, kemudian berkata sambil tersenyum
"Kalian berdua harus mengerahkan kepandaian masingmasing,
merayap ke atas perlahan-lahan!"

1560
Lu Leng manggut-manggut.
"Silakan Cianpwee berdua naik duluan! Kami ingin
menyaksikan kepandaian Cianpwee, agar mata kami terbuka."
Mo Liong Seh Sih tertawa.
"Baiklah, Liat Hwe tua, bersiaplah!"
Usai berkata, badan Mo Liong Seh Sih mencelat ke atas,
Kelihatannya orangtua itu tidak berani meremehkan Liat Hwe
Cousu.
Di saat itu pula Liat Hwe Cousu bersiul panjang dan
badannya langsung mencelat ke atas.
Tampak dua sosok bayangan bagaikan asap membubung
ke atas dan banyak batu kecil berhamburan ke bawah, Lu
Leng dan Toan Bok Ang terbelalak menyaksikannya.
Walau Toan Bok Ang memiliki Ginkang tinggi, namun tetap
tidak sanggup naik ke atas menggunakan ilmu Pik Hou Yu Piak
(Harimau Merayap Di Tembok), karena harus memiliki
Lweekang yang amat tinggi.
Liat Hwe Cousu dan Mo Liong Seh Sih terus merayap ke
atas, dan tampak setanding.
Ketika hampir mencapai di atas, kira-kira tujuh delapan
depa lagi, mendadak Liat Hwe Cousu menekan dinding tebing
lalu berjungkir karena tenaga tekanan itu.
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak tahu, apa maksud Liat
Hwe Cousu berbuat begitu. Tiba-tiba sepasang tangan Liat

1561
Hwe Cousu menekan dinding tebing, Maka badannya mencelat
ke atas dengan kepala di bawah.
Lu Leng dan Toan Bok Ang terbelalak dengan mulut
ternganga lebar, karena kejadian itu sungguh di luar dugaan
mereka,
Mereka berdua tertegun, sehingga tanpa sadar berseru
memuji. justru dengan cara demikian itu, maka Liat Hwe
Cousu lebih tinggi setengah depa dari Mo Liong Seh Sih.
Wajah Mo Liong Seh Sih tampak tegang sekali Kemudian
dia merayap lebih cepat dan hampir setinggi Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, kini hanya tinggal beberapa depa lagi sampai di
atas, Wajah Liat Hwe Cousu tampak berseri, sebab dia yakin
sampai duluan di atas.
Akan tetapi, tiba-tiba terdengar Mo Liong Seh Sih bersiul
panjang, Mendadak badannya mencelat ke atas melampaui
Liat Hwe Cousu dan dalam sekejap dia berdiri di atas, Liat
Hwe Cousu pun sudah sampai di atas, hanya berselisih sedikit
saja, Mo Liong Seh Sih tertawa gelak.
"Ha ha! Liat Hwe tua, tak kusangka kau mau mengalah
terhadapku!"
"Seh tua, jurusmu tadi dari ilmu apa?" tanya Liat Hwe
Cousu sambil tersenyum,
"Ilmu Ni Ciu Kang (llmu Mencelat Diatas Lumpur) Liat Hwe
tua, ilmumu tadi apakah ilmu Cing Ing Kang (llmu jungkir Ke
atas)? Sungguh hebat ilmu itu, boleh dikatakan tiada duanya
di kolong langit" sahut Mo Liong Seh Sih.

1562
Karena Mo Liong Seh Sih memujinya, maka Liat Hwe
Cousu merasa senang sekali, "Sama-sama!"
Sementara Lu Leng dan Toan Bok Ang sudah mulai
merayap ke atas, Mereka berdua pun mengerahkan ilmu Pik
Hou Yu Piak (Harimau Merayap Di Tembok).
Tentunya tidak bisa dibandingkan dengan Mo Liong Seh
Sih dan Liat Hwe Cousu, Setelah bersusah payah, barulah
mereka berdua mencapai di atas tebing itu.
Mo Liong Seh Sih memandang mereka berdua sambil
manggut-manggut.
"Bagus! Bagus! Tidak salah gelombang belakang
mendorong gelombang depan, Liat Hwe tua! Ketika kita masih
muda, apakah sudah memiliki kepandaian seperti ini?"
Liat Hwe Cousu tidak menyahut pertanyaan tersebut,
sebaliknya malah bertanya.
"Seh tua, kenapa kau mengajakku ke sini?"
Mo Liong Seh Sih menunjuk ke depan.
"Kau melihat itu?"
Mereka bertiga segera memandang ke arah yang ditunjuk
Mo Liong Seh Sih. Ternyata di sana terdapat sebuah makam
batu.
Di sisi makam itu terdapat sebuah lobang, khususnya
untuk makam sang suami atau istri.

1563
"Seh tua, apakah itu makam istri mu?" tanya Liat Hwe
Cousu.
Mo Liong Seh Sih mengangguk
Tidak salah, Ketika istriku masih hidup, sudah tahu bahwa
ketujuh batang Panah Bulu Api bukan panah biasa, Maka,
istriku amat menyukai Panah Bulu Api itu, Oleh karena itu,
ketika dia meninggal, ku masukkan ketujuh batang Panah Bulu
Api itu ke dalam peti matinya."
Mendengar penuturan itu Lu Leng langsung menghela
nafas panjang, karena ketujuh batang Panah Bulu Api itu
masih ada.
"Seh Locianpwee, kita harus membongkar makam itu,
jadi..."
Belum juga Lu Leng usai berkata, Mo Liong Seh Sih sudah
menoleh memandangnya.
Ketika beradu pandang dengan orangtua itu, Lu Leng
terkejut bukan main, kemudian mendadak Mo Liong Seh Sih
membentak
"Siapa lagi yang berkata begitu, aku pasti tidak berlaku
sungkan! istriku sudah meninggal apakah dia tidak boleh
tenang?"
Lu Leng memang berhati keras. Dia mundur selangkah
dan berkata.
"Kalau tidak begitu, bagaimana cara mengambil ketujuh
batang Panah Bulu Api itu?"

1564
Mo Liong Seh Sih langsung menggeram.
"Bocah yang tak tahu diri!"
Dia langsung menjulurkan tangannya untuk
mencengkeram dada Lu Leng.
Lu Leng sama sekali tidak menyangka Mo Liong Seh Sih
akan menyerangnya begitu mendadak, jarak mereka hanya
beberapa depa, Maka cengkeraman itu belum sampai, Lu Leng
sudah merasakan adanya tenaga yang amat dahsyat
menerjang dadanya.
Lu Leng ingin mundur, namun serangan yang dilancarkan
Mo Liong Seh Sih, justru mengarah empat penjuru.
Karena itu, Lu Leng merasakan adanya tenaga yang amat
dahsyat di belakangnya sehingga membuatnya tidak bisa
mundur, sedangkan tangan Mo Liong Seh Sih sudah berada di
depan dadanya.
Walau Lu Leng tahu bahwa dirinya bukan tandingan Mo
Liong Seh Sih, namun tidak bisa tidak harus menangkis. Dia
segera menghimpun hawa murni kemudian tangan kanannya
diangkat dan jari telunjuknya digerakkan dengan jurus It Ci
Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit).
Akan tetapi, di saat Lu Leng mengangkat tangannya, Mo
Liong Seh Sih merubah jurusnya, jurus It Ci Keng Thian dapat
membelah tenaga serangan Mo Liong Seh Sih, kemudian Lu
Leng bergerak cepat menghindari dari situ.
Di saat bersamaan, mendadak telapak tangan Mo Liong
Seh Sih diarahkan ke sebuah batu.

1565
Plak!
Batu itu hancur berkeping-keping, Maka walau Lu Leng
berhasil berkelip namun wajahnya tampak pucat pias.
Mo Liong Seh Sih segera menegakkan.
"Siapa berani bilang membongkar makam, batu itu sebagai
contohnya!"
Toan Bok Ang segera mendekati Lu Leng, kemudian
bertanya dengan penuh perhatian.
"Lu Siauhiap, apakah kau terluka?"
"Aku tidak apa-apa," sahut Lu Leng,
Usai menyahut, Lu Leng maju selangkah ke hadapan Mo
Liong Seh Sih, wajahnya tersirat kebulatan hatinya, Kebetulan
Mo Liong Seh Sih membalikkan badannya, maka mereka
berdua berdiri berhadapan dalam jarak dekat
Mo Liong Seh Sih menatapnya tajam. Lu Leng terkejut
dalam hati, namun teringat akan kebulatan hatinya, maka
nyalinya menjadi besar
"Seh Locianpwee, kalau begitu, Liok Ci Khim Mo pasti
menimbulkan petaka dalam rimba persilatan! Apakah
Locianpwee akan membiarkannya?" ujarnya dengan lantang.
Mo Liong Seh Sih maju satu langkah. Namun Lu Leng
tetap berdiri di tempat, tak bergeming sedikit pun.

1566
"Liok Ci Khim Mo mengandalkan Pat Liong Thian Im,
malang melintang dalam rimba persilatan, Entah berapa
banyak kaum rimba persilatan akan mati di tangannya.
Apakah Seh Locianpwee tidak tahu itu?"
Mo Liong Seh Sih menyahut sepatah demi sepatah dengan
suara mengguntur, sehingga suaranya bergema sampai di
mana-mana.
"Tentu aku tahu tentang itu!"
"Kalau begiiu, bukankah batu itu hancur secara penasaran
sekali?" ujar Lu Leng sambil menunjuk batu yang hancur itu.
Ucapan itu menyindir tindakan Mo Liong Seh Sih tadi,
Toan Bok Ang yang berdiri di sisinya, wajahnya langsung
berubah.
"Lu Siauhiap, jangan bicara sembarangan!"
Lu Leng tertawa panjang.
"Ha ha ha! Nona Toan, perkataanmu amat tak berarti! Kau
harus tahu, aku bicara demi seluruh kaum rimba persilatan!
Kalaupun harus mati, pasti meninggalkan nama baik!"
Mo Liong Seh Sih tertawa dingin.
"Bocah! Mulutmu sungguh besar! Namun kau justru akan
mati sia-sia. Batu itu tidak akan hancur dengan penasaran!"
katanya.
Tadi di dalam istana Iblis, Lu Leng amat kagum pada Mo
Liong Seh Sih, karena orangtua itu memikirkan seluruh kaum
rimba persilatan,

1567
Akan tetapi, setelah kejadian barusan, dia mulai
memandang rendah terhadap orangtua itu.
Walau Lu Leng tahu Mo Liong Seh Sih berkepandaian amat
tinggi dan kedudukannya juga begitu tinggi dalam rimba
persilatan, namun dia tetap memandang rendah terhadapnya.
Dia mendengus dingin, lalu memandang Toan Bok Ang seraya
berkata.
"Nona Toan! Mari kita pergi!"
Mo Liong Seh Sih langsung menghadang dihadapannya.
"lngin pergi?" bentaknya sengit
"Mau apa di sini kalau tidak pergi?" sahut Lu Leng.
"Kau mau ke mana?" tanyanya dengan dingin, "Kolong
langit sangat luas, Apakah tidak bisa ke mana-mana?" sahut
Lu Leng dengan dingin pula, "He he he!" Mo Liong Seh Sih
tertawa aneh.
"Bukankah kau ingin pergi mengundang para jago tangguh
untuk memusuhiku?"
Lu Leng terkejut sebab Mo Liong Seh Sih dapat membaca
pikirannya
"Tidak salah !" sahutnya lantang.
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak, menggetarkan
pegunungan itu, lama sekali barulah berkata.

1568
"Bocah, aku tidak percaya kau dapat mengundang para
jago yang berani memusuhiku!"
"Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im,
sehingga menimbulkan petaka dalam rimba persilatan
menyebabkan kaum rimba persilatan pergi menyembunyikan
diri, begitu pula...."
Ketika Lu Leng berbicara sampai di situ, wajah Mo Liong
Seh Sih langsung berubah.
"Begitu pula aku kan?"
Lu Leng manggut-manggut
"Tidak salah!"
Mendadak muncul bayangan pukulan di depan matanya,
Lu Leng segera berkelit, namun terlambat.
Plak, Plak!
Ternyata dua tamparan mendarat di pipinya, dan kedua
tamparan itu sungguh keras, Sejak makan buah Ling Che,
Lweekangnya bertambah maju pesat Maka ketika kedua
tamparan itu mendarat di pipinya, hawa murni di dalam
tubuhnya mengadakan perlawanan Namun demikian, kedua
pipinya tetap membengkak dan terasa sakit sekali.
* * * *

1569
Bab 73
Ketika tahu dirinya tidak mungkin bisa berkelit, Lu Leng
tetap berdiri di tempat Setelah menerima kedua tamparan itu,
dia masih tetap berdiri di tempat dengan kepala didongakkan,
bahkan tatapan nya memandang rendah terhadap Mo Liong
Seh Sih. sedangkan kemarahan Mo Liong Seh Sih belum reda,
"Bocah, kau jangan merasa penasaran karena aku telah
menamparmu! Siapa suruh kau membanding kan ku dengan
penjahat Liok Ci Khim Mo?" bentaknya sengit.
Sementara Toan Bok Ang yang berdiri di samping Lu Leng,
ketika melihat Lu Leng ditampar, hatinya terasa sakit sekali
seperti tersayat.
"Lu Siauhiap, kalau kita mau pergi, mari segera pergi! Kita
tidak usah lama-lama di sini!"
"Tutup mulut! Siapa pun tidak boleh meninggalkan tempat
ini!" bentak Mo Liong Seh Sih.
Liat Hwe Cousu yang diam dari tadi, saat ini membuka
mulut
"Aku pun tidak boleh pergi?" tanyanya dengan dingin,
Mo Liong Seh Sih tidak menggubrisnya, malah
mendongakkan kepala sambil tertawa panjang. Kemudian dia
melesat ke hadapan makam istrinya, dan duduk di situ dengan
wajah serius,
"Usiamu masih muda, namun amat berani dan gagah, Sulit
bertemu pemuda sepertimu. Hanya saja kau berdarah panas,
itu sungguh sayang sekali!" ujarnya sambil menatap Lu Leng.

1570
Lu Leng tertawa dingin, namun sama sekali tidak
menyahut
Mo Liong Seh Sih mendongakkan kepala memandang
langit, lama sekali barulah berkata seperti bergumam.
"Apa yang kukatakan, kau tidak mau mendengar itu
terserah padamu."
Lu Leng membalikkan badannya untuk memandang Toan
Bok Ang.
"Nona Toan, mari kita pergi!" ajaknya. Toan Bok Ang
mengangguk Namun ketika mereka baru mau melangkah
pergi, mendadak Mo Liong Seh Sih berseru,
"Belum memperoleh Panah Bulu Api, kalian berdua sudah
mau pergi?"
Lu Leng terperangah, lalu membalikkan badan
memandang orangtua itu.
Mo Liong Seh Sih bangkit berdiri. lalu berjalan selangkah
demi selangkah mengelilingi sambil mengusap-usap makam
istrinya dengan penuh cinta kasih.
Setelah itu, dia menghela nafas dan bergumam perlahan.
"Istriku, ketika kau masih hidup, aku cuma menaruh
perhatian terhadap ilmu silat, sehingga secara tidak langsung
menelantarkanmu. Ketika aku baru berpikir ingin bermesraan
denganmu, kau justru meninggal Aaaah...!"

1571
Dia berhenti bergumam. Namun pandangannya terus
tertuju ke makam. Selang beberapa saat kemudian dia
bergumam lagi.
"Sebelum kau menarik nafas penghabisan kau bilang kita
telah banyak membunuh orang. Di saat kita masih hidup,
pihak musuh tidak berani mencari kita menuntut balas, namun
kalau sudah mati, pihak musuh pasti akan membongkar
kuburan, Kau menghendakiku di saat masih hidup, jangan
membiarkan siapa pun membongkar kuburanmu, Ketika itu
aku menyanggupinya, dan kini aku telah menepati janjiku "
Ketika Lu Leng mendengar sampai di situ, mengeluarkan
suara tawa dingin dua kali,
Toan Bok Ang yang berdiri di sisinya, cepat-cepat
menggenggam tangannya agar dia tidak omong sembarangan.
sedangkan Mo Liong Seh Sih, kelihatannya seperti tidak
mendengar suara tawa dingin Lu Leng dan terus bergumam.
"Di dalam makammu, telah kupasang berbagai macam
perangkap, Maka, kalau ada orang masuk ke dalam, pasti
akan terperangkap, itu adalah maksud baikku terhadapmu
Kalau aku masih hidup, tentunya tidak ada orang berani ke
mari membongkar kuburanmu, namun berapa lama orang
hidup? Sudah pasti akan mati Setelah aku mati, ada orang ke
mari membongkar kuburanmu, aku sudah tidak bisa berbuat
apa-apa. istri ku, kau pasti tidak akan menyalahi kanku bila
kita bertemu di alam baka, bukan?"
Lu Leng terus mendengarkan gumaman Mo Liong Seh Sih
dengan penuh perhatian. Gumaman terakhir itu membuatnya
tercengang dan hatinya tergerak, Apakah telah salah menilai
orangtua itu?

1572
Dl saat Lu Leng sedang berpikir, mendadak Mo Liong Seh
Sih membalikkan badan menghadap mereka bertiga seraya
berkata,
"Aku pernah berjanji kepada istriku, kalau aku masih hidup
pasti menjaga kuburan nya. Namun kini kalau tiada ketujuh
batang Panah Bulu Api, berarti tidak bisa membasmi Liok Ci
Khim Mo, Bocah! Kau menghendaki aku membongkar kuburan
istriku, itu tidak bisa sebab aku masih hidup. Tapi setelah aku
mati, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, itu terserah
kau saja...."
Ketika Mo Liong Seh Sih berkata sampai di situ, Lu Leng
sudah paham akan maksud orangtua itu, Dia segera maju
selangkah lalu berlutut di hadapan-nya.
"Seh Locianpwee jangan begitu, tentunya masih ada jalan
lain!" ujarnya,
Mo Liong Seh Sih tertawa gelak,
"Ha ha ha! Bocah, kau sudah jelas semua?"
Lu Leng terus berlutut di hadapannya.
"Aku sudah jelas semua."
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Kau sudah mengerti?"
"Kini aku sudah mengerti. Seh Locianpwee adalah orang
yang amat gagah di kolong langit"

1573
Mo Liong Seh Sih tersenyum lembut.
"Tapi... kenapa Seh Locianpwee memandang ringan soal
hidup?" tanya Lu Leng.
Toan Bok Ang terheran-heran dan tidak habis berpikir,
kenapa Lu Leng berlutut di hadapan Mo Liong Seh Sih.
Namun Toan Bok Ang adalah gadis yang cerdas, setelah
berpikir sejenak, dia pun paham akan itu, sedangkan Liat Hwe
Cousu tahu jelas akan sifat Mo Liong Seh Sih. Ketika
melihatnya mengangkat tangan ingin memukul Lu Leng, dia
sudah tahu bahwa sifatnya tidak seperti dulu lagi, pasti ada
sebab musababnya.
Di saat Lu Leng belum begitu mengerti akan maksud Mo
Liong Seh Sih, Liat Hwe Cousu sudah mengerti dan tahu
bahwa Mo Liong Seh Sih mau berbuat apa.
Setelah mengerti akan maksud Mo Liong Seh Sih, dalam
hatinya timbul suatu pertentangan Merasa kagum terhadapnya
tapi juga bergirang dalam hati, karena walau Liat Hwe Cousu
amat angkuh, tapi bukan penjahat
Lu Leng mengatakan Mo Liong Seh Sih adalah orang yang
amat gagah di kolong langit, Liat Hwe Cousu juga
mengakuinya sehingga ketua Hwa San Pai itu merasa terharu.
Seusai Lu Leng berbicara, Liat Hwe Cousu menyambung.
"Seh tua, aku tahu maksud hatimu, Asal kau bunuh diri di
depan makam istri mu, setelah itu terserah kami mau berbuat
apa pun. Begitu kan?"
Mo Liong Seh Sih tertawa,

1574
"Ha ha! Hanya dengan cara demikian, maka aku tidak
usah menjaga makam istriku dan bisa andil demi rimba
persilatan!"
Betapa harunya perasaan Lu Leng, sehingga air matanya
langsung meleleh. Tadi dia mengira bahwa Mo Liong Seh Sih
amat egois, sama sekali tidak memikirkan nasib kaum rimba
persilatan Akan tetapi kini, dia tahu bahwa Mo Liong Seh Sih
merupakan seorang pendekar yang gagah dan berhati mulia,
menepati janji terhadap istrinya juga demi seluruh kaum rimba
persilatan.
Saking kagum dan terharunya, Lu Leng tidak tahu harus
mengucapkan apa, sedangkan Mo Liong Seh Sih mengambil
keputusan tersebut, sama sekali tidak mempertimbangkannya.
Ketika mendengar Panah Bulu Api, di saat itulah dia telah
mengambil keputusan tersebut.
Oleh karena itu, dia mengajak mereka bertiga ke gudang
rahasia penyimpanan berbagai macam pusaka, agar kaum
rimba persilatan tahu, siapa yang dapat menerobos empat
puluh sembilan lorong ra-hasia, maka orang tersebut
diperbolehkan mengambil semacam barang pusaka yang ada
di dalam gudang rahasia itu, Selain itu, dia pun mengajak
mereka bertiga ke makam istri nya.
Tadi Mo Liong Seh Sih menyerang Lu Leng, tentunya
membuat pemuda itu amat gusar sekali, Tapi kini, Lu Leng
justru merasa Mo Liong Seh Sih terlampau ringan turun
tangan terhadapnya, sebab dia telah membandingkan
orangtua itu dengan Liok Ci Khim Mo.
Sementara perasaan Toan Bok Ang juga bergejolak.

1575
"Seh Locianpwee, nyonya tua sudah meninggal, kalau Seh
Locianpwee mengambil jalan pendek, nyonya tua pasti tidak
senang di alam baka." katanya.
Air muka Mo Liong Seh Sih berubah.
"Gadis kecil, perkataan apa itu! jadi orang, yang terpenting
harus menepati janji. Kalau aku ingkar janji, itu amat
memalukan!" sahutnya.
Wajah Toan Bok Ang memerah dan diam seketika.
"Aku yakin akan kedahsyatan Panah Bulu Api.”
Mengenai Busur Api kalian sudah tahu jatuh ke tangan
siapa, dan pasti bisa merebut nya. Semoga dengan Busur Api
dan Panah Bulu Api itu, kalian dapat membasmi Liok Ci Khim
Mo! Tadi aku mengajak kalian ke gudang rahasia, itu agar
kalian tahu apa yang tersimpan di sana, Semua benda yang
ada di sana merupakan benda pusaka rimba persilatan Setelah
kalian pergi, wakililah aku menyebarkan berita, bahwa siapa
yang dapat menerobos empat puluh sembilan lorong rahasia,
berhak mengambil satu macam benda pusaka yang di dalam
gudang itu!"
Ketika Lu Leng ingin menyela, mendadak Mo Liong Seh Sih
mengibaskan lengan jubahnya sehingga pemuda itu terangkat
"Kau jangan menyela!" ujar Mo Liong Seh Sih. "Dengarkan
saja!"
Lu Leng menghela nafas, sedangkan Mo Liong Seh Sih
sudah melanjutkan penuturannya dengan suara dalam.

1576
"Sebetulnya di dalam gudang itu tersimpan delapan
macam benda pusaka, namun Panah Bulu Api telah
mendampingi istriku di dalam kuburan, maka kini hanya
tinggal tujuh macam saja."
"Benarkah semua benda itu merupakan benda pusaka
dalam rimba persilatan?" tanya Toan Bok Ang.
"Tentu, Kini aku tidak punya waktu untuk menjelaskan,
tapi Liat Hwe Cousu tahu tentang semua benda pusaka itu."
sahut Mo Liong Seh Sih dengan sungguh-sungguh,
"Aku hanya tahu Jala Maut, sepasang Roda pencabut
Nyawa, Belati Pusaka dan Emas Luar Langit, yang lain aku
tidak tahu." kata Liat Hwe Cousu.
Mo Liong Seh Sih manggut-manggut "Tidak salah, namun
masih terdapat satu buah benda aneh yang kusimpan di
dalam kotak kecil, itu adalah Cing Ming Ko (Buah Surara
Hijau), Siapa yang makan buah itu, tulangnya akan menjadi
kuat dan badannya menjadi sehat sedangkan kedua lembar
daunnya, dapat menyembuhkan berbagai macam luka dalam."
Apa yang dikatakan Mo Liong Seh Sih, jangankan Lu Leng
dan Toan Bok Ang, Liat Hwe Cousu pun tidak pernah
mendengarnya. Berdasarkan itu, dapat diketahui bahwa walau
kepandaian Liat Hwe Cousu dan Mo Liong Seh Sih berselisih
tidak jauh, namun Mo Liong Seh Sih masih punya kelebihan
sendiri.
Mo Liong Seh Sih melanjutkan penuturannya,
"Di atas meja batu terdapat sebuah kotak pualam berisi
Lan Tian Ciok Po (Batu Giok Pusaka)."

1577
Ketika mendengar itu, Lu Leng, Toan Bok Ang dan Liat
Hwe Cousu berseru kaget
"Haaah?"
Lan Tian Giok Po adalah semacam buah aneh. Konon buah
tersebut matang sembilan ribu tahun, khasiatnya melebihi
buah Cit Sek Ling Che.
Mo Liong Seh Sih menghela nafas panjang,
"Aku memperoleh semua benda pusaka itu, membuat
nyawaku nyaris melayang, Kini semua benda pusaka itu
kusimpan di dalam gudang." katanya.
Dia memandang ke langit setelah itu melanjutkan
"Masih ada sepotong emas, yaitu Emas Suci."
"Seh Locianpwee, apa gunanya Emas Suci itu?" tanya
Toan Bok Ang.
Mo Liong Seh Sih tersenyum.
"Banyak sekali kegunaannya namun saat ini tak dapat
kujelaskan Emas Suci itu terukir empat huruf menjelaskan
tentang kegunaannya."
Berkata sampai di situ, mendadak Mo Liong Seh Sih
tertawa gelak tiga kali, Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Toan Bok
Ang tahu bahwa orang itu sudah mau membunuh diri
Lu Leng maju selangkah lalu memandang Mo Liong Seh
Sih seraya bertanya,

1578
"Seh Locianpwee, apakah tiada jalan lain lagi?"
Mo Liong Seh Sih sama sekali tidak menghiraukan
pertanyaan Lu Leng, Dia merogoh kan tangan ke dalam
jubahnya mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam. Ditelannya
pil itu lalu mendekati kuburan istri nya.
"Makamkan jenazahku baik-baik. Tentang kematianku
jangan kalian siarkan keluar Hati-hatilah kalian mengambil
ketujuh batang Panah Bulu Api!" pesannya kepada Liat Hwe
Cousu, Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Lu Leng segera melesat ke hadapan kuburan!
"Seh Locianpwee...!" serunya.
Akan tetapi, setelah berseru dia berhenti dan air matanya
meleleh membasahi pipinya.
Ternyata seusai Mo Liong Seh Sih berkata, matanya
terpejam perlahan-lahan, wajahnya tampak tenang dan
berseri.
Lu Leng memandang wajahnya, masih kelihatan seperti
hidup. Kini Lu Leng baru tahu bahwa Mo Liong Seh Sih
memang merupakan orang aneh nomor wahid dalam rimba
persilatan dan berani berkorban demi kaum rimba persilatan.
Betapa sedihnya hati Lu Leng, Dia berdiri termangumangu,
lama sekali barulah berkata,
"Seh Locianpwee, kalau aku tidak dapat membasmi Liok Ci
Khim Mo, setelah mati tiada muka berjumpa Locianpwee di
alam baka."

1579
Usai berkata, dia bersujud di hadapan jenazah Mo Liong
Seh Sih, kemudian bangkit berdiri, sementara Liat Hwe Cousu
terus memandang jenazah Mo Liong Seh Sih, Ketua Hwa San
Pai itu kagum bukan main, namun juga amat berduka,
"Mari kita kuburkan dia dulu!"
Liat Hwe Cousu, Lu Leng dan Toan Bok Ang mengangkat
sebuah batu yang ada di samping kuburan Di situ terdapat
sebuah lobang, jenazah Mo Liong Seh Sih ditaruh ke dalam
lobang itu, lalu ditutup lagi dengan batu tersebut
Setelah itu, Liat Hwe Cousu berkata,
"Lu Leng, kau memiliki ilmu Kim Kong Sin Ci, ukirlah
beberapa huruf di batu itu!"
Lu Leng mengangguk, lalu mengerahkan Kim Kong Sin Ci
pada jari telunjuknya, Terdengar suara "Sert Sert Sert
Tampak di atas batu itu beberapa huruf yang berbunyi
demikian “Makam Seh Sih pendekar Besar Nomor Wahid Di
KoIong Langit”
Liat Hwe Cousu manggut-manggut
"Bolehlah! Tapi.... "Nomor Wahid" agak berlebihan."
Hati Lu Leng sedang berduka, maka ketika mendengar Liat
Hwe Cousu berkata begitu, dia langsung gusar.
"Apakah harus nomor dua?"
Wajah Liat Hwe Cousu berubah.

1580
"Jangan kurang ajar" bentaknya.
Wajah Lu Leng pun berubah, namun mendadak Toan Bok
Ang segera maju ke hadapannya, lalu mengibaskan tangannya
ke belakang memberi isyarat agar Lu Leng diam. .
"Liat Hwe Cousu," ujar gadis itu. "Kita harus segera
mengambil ketujuh batang Panah Bulu Api jangan buang
waktu lagi!"
Liat Hwe tertawa dingin.
"Kematian Seh tua boleh dikatakan dikarenakan ketujuh
Panah Bulu Api. Maka, setelah barang tersebut kita dapatkan,
harus kusimpan dulu."
Lu Leng dan Toan Bok Ang tertegun mendengar ucapan
itu.
"Kemudian aku akan mengundang para jago tangguh
untuk merundingkan bagaimana cara merebut Busur Api,
Kalian berdua, apakah tidak setuju?"
Lu Leng melihat Mo Liong Seh Sih berkorban demi
membasmi Liok Ci Khim Mo, sedangkan Liat Hwe Cousu ingin
memanfaatkan pengorbanan Mo Liong Seh Sih demi namanya
sendiri.
Sebetulnya Lu Leng ingin mencaci Liat Hwe Cousu, namun
setelah berpikir sejenak niat itu dibatalkannya.
"Baiklah!" sahutnya.
Liat Hwe Cousu tertawa dingin.

1581
"Kalian berdua jangan menganggap gampang mengambil
Panah Bulu Api itu. Bukankah Seh tua sudah bilang, di dalam
kuburan ini terdapat banyak perangkap?"
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandangi sebab
ucapan Liat Hwe Cousu barusan berarti, kalau tanpa
kehadirannya di situ, pengorbanan Mo Liong Seh Sih juga
akan sia-sia.
Bagian 35
Lu Leng dan Toan Bok Ang tidak mau berdebat Mereka
berdua hanya mengeluarkan suara dengusan dingin, kemudian
gadis itu berkata terpaksa,
"Segalanya sudah pasti harus ada petunjuk Liat Hwe
Cianpwee."
"Kalau kalian sudah mengerti, urusan pun gampang
dibereskan " sahut Liat Hwe Cousu.
Usai berkata, Liat Hwe Cousu memandang kuburan
Nyonya Mo Liong Seh Sih, lama sekali baru berkata,
"Makam ini ditimbun dengan batu, maka kita harus
mengangkat batu itu satu persatu."
Sebetulnya Lu Leng tidak ingin bekerja sama dengan Liat
Hwe Cousu, Tapi demi membasmi Ltok Ci Khim Mo, maka dia
terpaksa harus bersabar dan mulai mengangkat batu-batu itu,

1582
Lu Leng dan Toan Bok Ang bekerja hampir setengah hari,
barulah berhasil mengangkat semua batu itu. sedangkan Liat
Hwe Cousu hanya berdiri saja,
Terlihat sebuah lempengan besi, yang di tengahtengahnya
terdapat sebuah gelang,
Ketika Lu Leng hendak menjulurkan tangannya untuk
memegang gelang tersebut, mendadak Toan Bok Ang
mengeluarkan suara "lh" dan berkata.
"Apa ini?"
Lu Leng yang sudah membungkukkan badannya, segera
tegak kembali sambil memandang ke arah Toan Bok Ang,
Gadis itu menunjuk sebuah lempengan besi, di wajahnya
tersirat rasa heran. Lu Leng segera mendekatinya, begitu pula
Liat Hwe Cousu, Mereka berdua memandang ke arah yang
ditunjuk oleh gadis itu dan seketika juga tertegun
Temyata di celah lempengan besi itu terjepit ujung baju,
sepertinya ada orang terburu-buru mengangkat lempengan
besi itu, namun lempengan besi itu amat berat, sehingga
menjepit ujung baju orang tersebut,
Seandainya ujung batu itu milik Nyonya Mo Liong Seh Sih,
memang tidak masuk akal,
Mereka bertiga tertegun, lama sekali barulah Liat Hwe
Cousu berkata,
Tidak mungkin ada orang berani masuk, itu pasti baju
Nyonya Mo Liong Seh Sih, Agar lebih jelas, lebih baik angkat
saja lempengan besi itu, Bukankah kita akan mengetahuinya?"

1583
Lu Leng tidak mendengar apa yang dikatakan Liat Hwe
Cousu, Dalam hati tetap bercuriga, Kemudian dia
membungkukkan badannya sambil menjulurkan tangannya
untuk memegang gelang yang di atas lempengan besi
tersebut lalu ditariknya sekuat tenaga,
Akan tetapi, lempengan besi itu sama sekali tak
bergeming. Kemudian Lu Leng memandang Toan Bok Ang
seraya berkata,
"Nona Toan, cepat bantu aku! Lempengan besi ini amat
berat, aku tak kuat mengangkatnya."
Tenagaku terbatas sekali, tentunya harus Liat Hwe Cousu
yang turun tangan." sahut Toan Bok Ang.
Liat Hwe Cousu tertawa, lalu mendekati lempengan besi
itu, Lu Leng segera menyingkir Liat Hwe Cousu
membungkukkan badannya, tangannya memegang gelang itu,
lalu menarik sekuat tenaga,
Namun lempengan besi itu sama sekali tidak bergerak
Wajah Liat Hwe Cousu memerah saking malunya, Dia
mengerahkan Lweekang sehingga sekujur badannya berbunyi
peletak-peletuk, lalu membentak keras sambil menarik.
Barulah dia berhasil mengangkat lempengan besi itu.
Lu Leng tahu bahwa lempengan besi itu amat berat. Maka
sebelum Liat Hwe Cousu berhasil mengangkatnya, dia sudah
menyiapkan sebuah batu besar. Ketika Liat Hwe Cousu
berhasil, Lu Leng segera mendorong batu besar untuk
mengganjal lempengan besi tersebut.
Liat Hwe Cousu melepaskan lempengan besi itu, dan
lempengan besi itu jatuh di atas batu besar tersebut

1584
Ketika lempengan besi itu jatuh di atas batu besar,
terdengar pula suara Trang Trang Trang" tiga kali
memekakkan telinga, Liat Hwe Cousu terperanjat dan
langsung mencelat ke belakang karena khawatir akan adanya
serangan senjata rahasia, Tapi apa yang dikhawatirkannya itu
tidak terjadi,
Mereka bertiga memandang lempengan besi itu. Bukan
main tebalnya, Mungkin beratnya mencapai sepuluh ribuan
kati!
Hanya terdengar suara Trang" tiga kali di dalam kuburan,
tapi tiada serangan senjata rahasia, itu membuat Liat Hwe
Cousu terheran-heran, setelah berpikir sejenak, barulah dia
berkata,
"Jangan terlampau cepat masuk, Seh tua banyak akalnya!
Setelah bunyi itu, mungkin akan meluncur keluar senjata
rahasia,"
Walau Lu Leng dan Toan Bok Ang memandang rendah Liat
Hwe Cousu, namun mereka berdua tahu bahwa Liat Hwe
Cousu amat berpengalaman maka menurut saja.
Cukup lama mereka bertiga berdiri di pinggir lobang itu,
tapi tetap tiada serangan senjata rahasia dari dalam lobang
kuburan tersebut
"Liat Hwe Cousu, kok hening saja di dalam lobang
kuburan?" tanya Toan Bok Ang. sedangkan Liat Hwe Cousu
juga merasa heran dalam hati, Setelah berpikir sejenak
barulah dia berkata,
"Mungkin hanya merupakan permainan Seh tua, itu sulit
dikatakan."

1585
"Daripada kita menunggu terlalu lama, lebih baik masuk
melihat-lihat, sebab hari sudah hampir malang" kata Lu Leng.
Lu Leng maju selangkah, namun Liat Hwe Cousu cepatcepat
mencegah nya.
“Tunggu!" katanya,
Badannya bergerak dan dalam sekejap sudah berada di
hadapan Lu Leng. Pemuda itu membiarkannya berjalan lebih
dulu. Liat Hwe cousu meloncat ke dalam lobang itu lalu disusul
oleh Lu Leng dan Toan Bok Ang.
Ternyata di dalam lobang itu terdapat sebuah ruang batu
yang amat besar, Di tengah-tengah ruangan itu terdapat
sebuah peti mati yang terbuat dari tembaga, Selain itu tidak
tampak barang lain, Kecuali sebuah pipa panjang menempel di
dinding batu, yang mulutnya mengarah ke atas, Liat Hwe
Cousu menunjuk pipa itu seraya berkata,
"Heran! Tadi terdengar suara Trang" tiga kali, seharusnya
ada senjata rahasia menyerang keluar!"
Lu Leng juga merasa heran.
"Mungkin sudah terlampau lama, maka tidak dapat
berfungsi sebagaimana mesti nya."
Dia maju beberapa langkah, lalu memungut ujung baju
yang tadi terjepit di lempengan besi, Namun ujung baju itu
langsung hancur
"Lu Siauhiap, menurutmu ujung baju milik siapa itu?"
tanya Toan Bok Ang.

1586
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala.
"Bagaimana aku tahu? Di dalam ruang ini tidak terdapat
barang lain. Rupanya Panah Bulu Api berada di dalam peti
mati tembaga itu."
Saat ini, Lu Leng merasakan adanya gelagat
ketidakberesan, namun tidak bisa menduga apa yang akan
terjadi, Ujung baju dan tadi berbunyi "Trang" tiga kali, itu
sungguh merupakan hal yang amat mencurigakan
Sedangkan Liat Hwe Cousu sudah mendekati peti mati
tembaga itu dan memperhatikannya dengan seksama.
Di atas peti mati tembaga itu juga terdapat sebuah gelang,
Lama sekali Liat Hwe Cousu memperhatikan peti mati
tembaga itu. Kemudian dia menjulurkan tangannya untuk
memegang gelang tersebut lalu ditariknya ke atas dengan
sekuat tenaga, sehingga tutup peti mati tembaga itu terangkat
ke atas.
Di saat bersamaan, terdengar bunyi Trang . Trang" dua
kali di dalam peti mati tembaga itu.
Liat Hwe Cousu cepat-cepat mencelat ke belakang tapi
tidak melepaskan tutupan peti mati tembaga itu. Lu Leng dan
Toan Bok Ang juga mencelat ke belakang, ke sudut ruang
batu, Sepeminum teh kemudian, barulah suara di dalam peti
mati tembaga itu berhenti.
Akan tetapi, sama sekali tidak ada senjata rahasia
menyerang keluar Kemudian terdengar suara "Trang" ,
ternyata Liat Hwe Cousu menaruh tutup peti mati tembaga ke
bawah.

1587
Mereka bertiga memandang ke dalam peti mati tembaga
itu, Tampak seorang wanita tua berbaring di dalam wajahnya
masih seperti hidup, rambut putih keperak-perakan, dan di
mulutnya terdapat sebutir mutiara, Akan tetapi, di dalam peti
mati tembaga itu tidak terdapat panah Bulu Api.
Mereka bertiga tertegun Kemudian Liat Hwe Cousu maju
dua langkah, dan memperhatikan ke dalam peti mati tembaga
itu, Air mukanya berubah hebat seraya berkata.
"Kita datang terlambat!"
Betapa terkejutnya Lu Leng, karena mereka bertiga boleh
memasuki makam tersebut, lantaran Mo Liong Seh Sih
mengorbankan nyawanya, seandainya mereka datang
terlambat, bukankah sia-sia pengorbanan Mo Liong Seh Sih?
seketika Lu Leng berdiri termangu-mangu di tempat sepasang
kakinya terasa berat sekali, tak mampu bergerak.
Wajah Toan Bok Ang pun berubah,
"Liat Hwe Cousu, bagaimana kita bisa datang terlambat?"
tanyanya,
Liat Hwe Cousu menunjuk ke dalam peti mati tembaga itu
seraya berkata,
"Kalian lihatlah!"
Toan Bok Ang masih mengira Liat Hwe Cousu menunjuk
mayat yang ada di dalam peti mati tembaga itu.
"Mungkin Panah Bulu Api berada di bawah mayat itu,
Lebih baik kita...."

1588
Sebelum Toan Bok Ang usai berkata, Liat Hwe Cousu
sudah tertawa dingin.
"Kau jangan bermimpi. Lihatlah!"
Toan Bok Ang maju dua langkah lalu melihat ke dalam peti
mati tembaga itu dengan penuh perhatian Peti mati tembaga
itu amat besar, Di sisi mayat terdapat tujuh lekukan, jelas ada
barang yang amat berat ditaruh di situ sehingga berbekas.
Begitu melihat lekukan-lekukan itu, Toan Bok Ang segera
dapat menduga, pasti bekas ketujuh batang Panah Bulu Api,
yang kini telah hilang entah ke mana.
Panah Bulu Api merupakan benda pusaka dalam rimba
persilatan maka tidak mungkin akan terbang dengan
sendirinya.
Pasti ada orang memasuki makam Nyonya Mo Liong Seh
Sih, mencuri ketujuh batang Panah Bulu Api tersebut.
Toan Bok Ang menoleh untuk memandang Lu Leng.
Dilihatnya pemuda itu masih berdiri mematung seperti
kehilangan sukma.
Gadis itu tahu bahwa saat ini batin Lu Leng mengalami
pukulan berat Bukan hanya karena dia tidak dapat
memperoleh Panah Bulu Api, tapi juga karena amat berduka
atas kematian Mo Liong Seh Sih.
Perlahan-lahan Toan Bok Ang mendekatinya, kemudian
berkata dengan suara rendah.
"Lu Siauhiap, Panah Bulu Api telah dicuri orang."

1589
Lu Leng tidak menyahut, namun mendadak berteriakteriak.
“Tidak! itu tidak mungkin!"
Toan Bok Ang menghela nafas panjang.
"Lu Siauhiap, Panah Bulu Api akan lahir dalam rimba
persilatan, tentunya akan dapat dicari jejaknya, maka kau
jangan putus asa!" katanya.
Lu Leng memandang Toan Bok Ang dengan tertegun,
kemudian air matanya meleleh. Ternyata dia teringat akan
kematian Mo Liong Seh Sih.
Sedangkan Liat Hwe Cousu berjalan ke sana ke mari,
kelihatannya sedang menyelidiki sesuatu, setelah itu, dia
memungut ujung baju yang telah hancur itu dengan hati-hati
sekali.
Kini mereka bertiga sudah tahu bahwa Panah Bulu Api
telah dicuri orang, namun tidak tahu kapan dicuri, Hal itu
memang sulit dimengerti.
Ujung baju yang terjepit di lempengan itu jelas baju orang
yang mencuri Panah Bulu Api, sedangkan bunyi "Trang" yang
mereka dengar, tentunya karena makam itu pernah dibuka
orang, maka tiada senjata rahasia menyerang keluar
Toan Bok Ang melihat badan Lu Leng bergoyang-goyang
seakan mau jatuh. Gadis itu tahu bahwa hati Lu Leng amat
berduka. Maka dia cepat-cepat memapahnya agar tidak jatuh.
Di saat itulah, mendadak Liat Hwe Cousu berseru girang,
Toan Bok Ang mengerutkan kening, panah Bulu Api telah

1590
hilang dicuri orang, tapi Liat Hwe Cousu kok masih berseru
girang?
Gadis itu segera memandang Liat Hwe Cousu. Di lihatnya
ketua Hwa San Pai itu masih menundukkan kepala meneliti
ujung baju yang dipungutnya tadi.
Tak lama Liat Hwe Cousu berseru girang lagi, lalu
menyimpan ujung baju itu ke dalam jubahnya dengan hatihati
sekali dan wajahnya tampak berseri-seri.
Menyaksikan tingkah ketua Hwa San Pai itu Toan Bok Ang
tergerak hati nya.
"Liat Hwe Cousu, apakah kau sudah mengetahui siapa
yang memasuki makam ini berdasarkan potongan ujung baju
itu?"
Berdasarkan potongan ujung baju untuk mengetahui siapa
pencuri panah Bulu Api itu, sesungguhnya merupakan hal
yang amat sulit.
Tapi Liat Hwe Cousu malah tampak begitu girang, maka
membuat Toan Bok Ang terheran-heran dan tidak habis pikir
Liat Hwe Cousu tidak menyahut, hanya tertawa gelak,
Kemudian mendadak badannya bergerak dan langsung
melesat keluar melalui lobang itu.
Saat ini, Lu Leng amat berduka atas kematian Mo Liong
Seh Sih, maka sama sekali tidak memperhatikan gerak-gerik
Liat Hwe Cousu.
* * * *

1591
Bab 74
Lain halnya dengan Toan Bok Ang. Ketika melihat Liat Hwe
Cousu mendadak melesat keluar, gadis itu segera tahu adanya
gelagat ketidakberesan, Apalagi melihat Liat Hwe Cousu
menoleh ke arah mereka sambil tersenyum, Dalam hatinya
sudah menduga bahwa ketua Hwa San Pai itu mempunyai niat
tidak baik, Maka dia segera menarik Lu Leng seraya berkata.
"Mari kita cepat keluar!"
Lu Leng yang ditarik, kelihatannya masih tidak mau
meninggalkan kuburan itu,
"Mengapa?"
Toan Bok Ang melihat Liat Hwe Cousu sudah hampir
menerobos keluar melalui lobang itu, maka guguplah hatinya,
“Cepat! Cepat!"
Mereka berdua mencelat ke atas, namun Liat Hwe Cousu
sudah keluar dari lobang itu.
Toan Bok Ang terkejut bukan main dan langsung
berteriak-teriak sekeras-kerasnya.
"Liat Hwe Cousu, kalau kau berniat jahat, Thian (Tuhan)
pasti menghukummu!"
Di saat bersamaan terdengar suara "Blam"
menggoncangkan kuburan itu dan memekakkan telinga Toan

1592
Bok Ang serta Lu Leng, sehingga membuat badan mereka
merosot ke bawah.
Ternyata Liat Hwe Cousu menutup lobang itu dengan
lempengan besi yang amat berat itu, maka menimbulkan
suara "Blam"!
Dapat dibayangkan betapa terperanjatnya Toan Bok Ang
dan Lu Leng, akhirnya badan mereka merosot kembali ke
bawah.
Mereka berdua berdiri tertegun. Kemudian Toan Bok Ang
mendekap di dada Lu Leng, dan isak tangisnya pun meledak.
Padahal Lu Leng ingin mengelak, tapi terlambat sehingga
wajahnya menjadi memerah saking jengah-nya.
Toan Bok Ang mendongakkan kepala memandang Lu
Leng, Walau air matanya meleleh, namun wajahnya tampak
gembira
"Lu Siauhiap, tak disangka... kita akan mati bersama di
dalam kuburan ini!"
Ucapan gadis itu penuh mengandung cinta kasih yang
amat mendalam, Walau hatinya berduka karena akan mati di
dalam kuburan itu, namun merasa puas karena akan mati
bersama Lu Leng,
Sebaliknya bagi Lu Leng, ucapan itu bagaikan jarum
menusuk ke dalam hati nya. Sebab dia teringat akan dendam
kedua orangtuanya, juga teringat akan kematian Mo Liong Seh
Sih bagaimana dapat terwujud semua itu?

1593
Mendadak Lu Leng mendorong, sehingga Toan Bok Ang
terdorong mundur beberapa langkah. Lalu dia mendongakkan
kepala dan berteriak-teriak.
"Liat Hwe Cousu! Bagus, bagus sekali...!"
Saking kesalnya, Lu Leng tidak tahu harus bagaimana
mencaci Liat Hwe Cousu yang amat licik itu,
Akhirnya dia jatuh terduduk di sisi peti mati tembaga, lalu
menghela nafas panjang, wajahnya tampak lesu, tak
bersemangat sama sekali.
"Nona Toan, sesungguhnya Liat Hwe Cousu tidak perlu
mencelakai kita dengan cara demikian Tapi,., kenapa dia
mencelakai kita?"
Setelah terdorong mundur oleh Lu Leng, hati Toan Bok
Ang amat berduka sekali dan dia terus berdiri terpaku di
tempat
Ketika mendengar pertanyaan Lu Leng, barulah dia
menyahut.
"Dilihat dari ketika dia melesat keluar, sepertinya dia
sudah tahu siapa pencuri Panah Bulu Api."
Lu Leng tertegun lalu mendongakkan kepala memandang
Toan Bok Ang.
"Oh, ya?"
Toan Bok Ang melangkah perlahan mendekati

1594
Lu Leng, kemudian berkata dengan perlahan
"Menurutku memang begitu, Saat itu hatimu sedang
berduka, maka tidak memperhatikan gerak-gerik Liat Hwe
Cousu, Dia membolak-balik potongan ujung baju itu,
kemudian berseru girang dan melesat keluar.
Lu Leng menghela nafas.
"Kalau begitu, kita berdua justru merupakan duri dalam
matanya. Dia tahu jejak Panah Bulu Api itu. Apabila kita masih
hidup, tentunya kita akan menyiarkan berita itu. seandainya
kita mati, bukankah dia seorang diri akan memperoleh Panah
Bulu Api itu? Dia berkepandaian amat tinggi, lagipula
berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan. Siapa akan tahu
dia berhati begitu licik dan rendah?"
Toan Bok Ang juga menghela nafas panjang.
"Aaaah! Seh Locianpwee menganggapnya sebagai orang
gagah, maka tidak menyangka dia akan berbuat begitu.
Lu Leng menundukkan kepala, Toan Bok Ang maju
selangkah lagi seraya berkata dengan lembut sekali.
"Lu Siauhiap, kau jangan terlampau berduka!"
Lu Leng mendongakkan kepala.
"Bagaimana aku tidak berduka?"
Toan Bok Ang menyeka air matanya, kemudian
memandang Lu Leng sambil tersenyum.

1595
"Lu Siauhiap, kau tidak perlu berduka! Liat Hwe Cousu
mencelakai kita, itu hanya demi nama saja, setelah dia
memperoleh panah Bulu Api, tentunya akan pergi menghadapi
Liok Ci Khim Mo. Walau kita harus mati di sini, juga tidak akan
merasa penasaran, kan?"
Lu Leng tersenyum getir
"Kalau memang begitu, tentunya aku tidak akan mati
penasaran."
Toan Bok Ang menggenggam tangan Lu Leng,
"Lu Siauhiap, lempengan besi itu di atas dan amat berat
Kita berada di bawah, tentunya tidak dapat mengangkatnya,
Hidup dan mati sudah ditakdirkan maka kita tidak perlu
bermuram durja, Alangkah baiknya kita bergembira sebelum
mati, mau tunggu apa lagi?"
Ketika berkata demikian, wajah Toan Bok Ang tampak
memerah. Lu Leng berpikir, memang ada benarnya apa yang
dikatakan gadis itu, Tapi seandainya dirinya bersama Tam
Goat Hua, sudah pasti tidak akan mati penasaran di dalam
kuburan tersebut Namun kini Tam Goat Hua entah berada di
mana, sedangkan dirinya justru bersama Toan Bok Ang
terkurung di dalam kuburan itu, Setelah berpikir sejenak,
akhirnya Lu Leng menarik nafas panjang,
"Nona Toan, aku sungguh sulit melaksanakannya."
Toan Bok Ang mendongakkan kepala, lalu berkata dengan
suara rendah.
"Lu Siauhiap, walau aku tidak mau mati, namun sebelum
mati bisa bersamamu, aku... aku sudah merasa puas sekali,

1596
Kau... kau tidak mau, apakah kau sama sekali tidak tahu
perasaanku?"
Lu Leng menghela nafas.
"Nona Toan, aku tahu bagaimana perasaanmu...."
Toan Bok Ang menggenggam tangannya erat-erat
"Kalau begitu, kau... tidak mencintaiku?"
Lu Leng memandang Toan Bok Ang, lama sekali barulah
berkata.
"Nona Toan, hari itu apa yang terjadi di Cing Yun Ling, kau
pun hadir di situ. Bagaimana isi hatiku, tentunya kau sudah
tahu."
Mendengar itu, air mata Toan Bok Ang langsung meleleh.
"Lu Siauhiap, aku memang tahu kau mencintai Nona Tam.
Aku pun pernah memperingatkan diriku sendiri hingga
beratus-ratus kali, jangan mencintai-mu. Tapi... justru amat
mencintaimu. Lagipula Nona Tam... tidak akan mencintaimu.
Ketika kita ditaruh di satu ranjang, aku... aaah! Kenapa kau
begini terhadapku?"
Lu Leng menghela nafas panjang lagi.
"Nona Toan, aku... aku tidak seharusnya...."
"Lu Siauhiap, aku tidak menyalahkanmu."

1597
"Nona Toan, aku... ketika aku siuman, aku tidak tahu
bahwa kau yang ada di dekatku, melainkan aku mengira Nona
Tam."
"Hah?" Wajah Toan Bok Ang berubah pucat pias,
kemudian termundur-mundur beberapa langkah dengan bibir
bergemetar. "Kalau begitu, aku... aku selama ini bertepuk
sebelah tangan?"
Lu Leng tidak tahu harus bagaimana menghibur gadis itu.
"Nona Toan, aku... aku.,." katanya gagap.
Toan Bok Ang menggoyang-goyangkan sepasang
tangannya Air matanya berderai-derai, lalu membalikan
badannya.
"Lu Siauhiap, kenapa hatimu begitu tegar katanya terisakisak.
Lu Leng tidak menyahut
"Kita berdua sudah pasti tidak bisa keluar dari kuburan ini
dan akan mati bersama di sini. Kalau hari itu kau monganggap
diriku Nona Tam, tidak seharusnya kau berterus terang
sekarang, sehingga membuat hatiku menjadi hancur lebur.
sebelum mati aku ingin bergembira, tapi justru tidak bisa!"
Sesungguhnya entah berapa kali Lu Leng ingin berterus
terang kepada gadis itu, namun tiada kesempatan Kali ini ada
kesempatan, sebaliknya malah melukai hati gadis itu.
Dia tertegun, kemudian mendongakkan kepala
memandang ke atas dan mendadak melesat ke atas sambil

1598
melancarkan sebuah pukulan ke arah lempengan besi yang
menutupi lobang itu,
Blam!
Begitu keras pukulannya, sehingga tangan Lu Leng terasa
sakit sekali Namun lempengan besi itu tidak bergerak sama
sekali. Ketika mendengar suara itu, Toan Bok Ang
mendongakkan kepala memandang ke atas. Kebetulan badan
Lu Leng sedang merosot ke bawah, sehingga matanya beradu
dengan mata Toan Bok Ang. Mata gadis itu tampak begitu
sayu, membuat hati Lu Leng terasa tertusuk dan sekilas
timbullah suatu pikiran dalam benaknya
Kini mereka berdua terkurung di dalam kuburan di tempat
yang amat sepL Waiau dia terus memukul lempengan besi itu,
bagaimana mungkin ada orang mendengarnya. Lu Leng dan
Toan Bok Ang akan mati di dalam kuburan, itu memang nyata,
lalu kenapa harus membuat hati gadis itu menjadi sedih ?
Oleh karena itu, Lu Leng mengambil suatu keputusan dan
setelah sepasang kakinya menginjak lantai, dia segera berkata
"Nona Toan, ketika itu aku memang begitu, apakah kau
menghendaki orang yang kau cintai mendustaimu?"
Toan Bok Ang tersenyum getir,
“Tiap gadis yang di dunia, tentu tidak mau orang yang
dicintainya mendustai dirinya." sahutnya,
"ltu memang benar Lalu kenapa aku berterus terang, tapi
kau malah bilang hatiku begitu tega?" tanya Lu Leng,
"Lu Siauhiap, jelas kau tidak mencintaiku, kenapa kau
tidak mau membuat hatiku gembira sedikit? Hatimu

1599
memang..." sahut Toan Bok Ang sambil menggelenggelengkan
kepala,
Karena tahu sudah tidak bisa keluar dari kuburan itu,
maka Lu Leng mengambil suatu keputusan, agar Toan Bok
Ang tidak mati penasaran. Maka seusai gadis itu berkata, Lu
Leng tersenyum seraya berkata,
"Nona Toan, siapa bilang aku tidak mencintaimu?"
Badan gadis itu tergetar, kelihatannya seperti tidak
percaya akan pendengarannya. Apa yang diucapkan Lu Leng
barusan, merupakan ucapan yang amat manis dan indah. Dia
tertegun dan air matanya berderai-derai. itu bukan air mata
duka, melainkan air mata yang penuh kegembiraan. Lama
sekali, barulah dia bertanya dengan suara yang amat lembut
"Kalau begitu, kau... kau juga mencintaiku ?"
Lu Leng memejamkan mata, Di pelupuk matanya justru
muncul bayangan Tam Goat Hua, bahkan sepertinya Tam
Goat Hua bertanya kepadanya," Apakah kau mencintai Toan
Bok Ang?"
Dalam hatinya menjawab dengan cepat sekali, yakni
"Tidak!"
Akan tetapi, di mulutnya justru menjawab
"Ya."
Toan Bok Ang segera maju dua langkah,
"Lu Siauhiap, kalau begitu, kau rela mendampingiku
seumur hidup?"

1600
Lu Leng memandang ke sekeliling kuburan, yang
dimaksudkan seumur hidup tentunya hanya sembilan, sepuluh
hari saja. Apa salahnya menjawab "Rela" agar tidak
mengecewakan hati gadis itu. Oleh karena itu, dia menyahut
"Rela!"
Betapa gembiranya Toan Bok Ang, Dia langsung
mendekap di dada Lu Leng dan Lu Leng segera memegang
bahunya. Toan Bok Ang mendongakkan kepala untuk
memandangnya seraya bertanya.
"Kau... tidak sekedar mengbiburku?H
Lu Leng berpikir sejenak, kemudian menggelengkan
kepala,
"Untuk apa aku membohongimu?"
Toan Bok Ang masih kurang percaya, maka bertanya lagi.
"Kalau begitu, kau tidak akan mencintai Nona Tam?"
Begitu Tam Goat Hua diungkit, hati Lu Leng terasa seperti
ditusuk,
"Apa gunanya aku mencintainya lagi? sedangkan dia... dia
amat membenciku."
Kali ini Lu Leng menyahut dengan sejujumya. Mendengar
ucapan itu, wajah Toan Bok Ang langsung berseri
"Kini aku adalah gadis yang paling berbahagia di dunia."
katanya,

1601
Lu Leng tersenyum.
"Kau dan aku akan mati di sini, kenapa kau masih merasa
bahagia?"
"Asal bersamamu, aku pasti merasa bahagia, Tahukah
kau, ketika aku melihatmu di Cing Yun Ling gunung Go Bi San,
hatiku terus berdebar-debar lho!" sahut Toan Bok Ang
sungguh-sungguh,
Lu Leng memandangnya seraya berkata,
"Aku sama sekali tidak tahu, aku memang bodoh."
Toan Bok Ang tertawa cekikikan dan mulai menari di
hadapan Lu Leng, Begitu gemulai dan indah tariannya,
wajahnya tersenyum-senyum, pertanda hatinya gembira
sekali.
Lu Leng menatapnya sejenak, lalu berkata,
"Nona Toan.,.-"
Toan Bok Ang cepat-cepat menghampirinya lalu menutup
mulut Lu Leng dengan tangannya seraya berkata,
"Aku melarangmu memanggilku demikian."
"Kalau begitu, aku harus memanggilmu apa?"
"Berapa usiamu tahun ini?" Gadis itu balik bertanya,
"Delapan belas tahun," jawab Lu Leng,

1602
Toan Bok Ang tertawa kecil,
"Aku lebih tua dua tahun, kau harus panggilku apa?"
"Kakak Ang," sahut Lu Leng dengan suara rendah.
Wajah Toan Bok Ang tampak kemerah-merahan.
"lni baru benar " katanya,
Lu Leng melihat gadis itu begitu gembira, hatinya pun
terhibur.
"Kakak Ang, mari kita tutup kembali peti mati tembaga itu,
barulah kita bercakap-cakap.
Toan Bok Ang mengangguk.
"Betul. Panah Bulu Api sudah tidak ada, kita tidak boleh
membiarkan mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih terus terhembus
angin."
Lu Leng dan Toan Bok Ang mengangkat tutup peti mati
tembaga itu untuk diterapkan pada petinya, Namun tiba-tiba
Toan Bok Ang melihat suatu benda di dalam peti mati
tembaga itu.
"Adik Leng, tunggu!" serunya.
Lu Leng tercengang mendengar seruan gadis itu,
"Tunggu apalagi?"

1603
Toan Bok Ang menyahut sambil memandang ke dalam peti
mati tembaga itu,
"Lihatlah! Mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih sepertinya
menindih sesuatu."
Lu Leng memandang ke dalam peti mati tembaga itu,
Dilihatnya di dekat kaki mayat ada sesuatu yang menonjol ke
atas. Menyaksikan itu, hati Lu Leng bergerak, dan dia segera
berkata.
"Kita lihat dulu ada apa di bawah kaki mayat itu."
Toan Bok Ang mengangguk Lalu mereka berdua menaruh
tutup peti mati tembaga itu ke bawah, setelah itu Lu Leng
menyingkap ujung gaun Nyonya Mo Liong Seh Sih. Ternyata di
situ terdapat dua buah benda berbentuk bulat, juga terbuat
dari tembaga.
Menyaksikan kedua benda itu, Lu Leng menjadi kecewa.
"ltu pasti alat yang menggerakkan senjata rahasia."
katanya.
Toan Bok Ang malah menggelengkan kepala.
"Tidak benar. Alat yang menggerakkan senjata rahasia
berada di dinding."
Toan Bok Ang menunjuk ke arah dinding, Memang di
dinding itu terdapat banyak lobang yang sepertinya
menyimpan senjata rahasia. Lalu apa gunanya kedua benda
bulat itu? Lu Leng terus berpikir, kemudian menjulurkan
tangan nya untuk mengambil kedua benda itu, namun tak
terangkat Lu Leng mengerutkan kening, lalu memutar kedua

1604
benda itu ke kiri dan ke kanan. Benda itu bergerak, dan dalam
waktu bersamaan terdengar suara "Kreek", peti mati tembaga
itu tergeser ke samping.
Lu Leng dan Toan Bok Ang memandang ke tempat itu,
Mereka melihat sebuah lobang yang amat gelap, Toan Bok
Ang segera mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So pemberian
Mo Liong Seh Sih, lalu di lempar ke atas dan senjata itu
memancarkan cahaya putih.
Mereka berdua segera memandang ke dalam lobang itu,
Tampak sebuah ruang batu dan sebuah peti mati tembaga
pula, Ruang bata itu mirip ruang tempat mereka berada,
hanya saja di sisi peti mati tembaga itu terdapat sosok
kerangka manusia, namun pakaiannya masih utuh.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang, Tempat ini
adalah makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, tapi kenapa muncul
dua buah peti mati tembaga? Siapa pula yang berada di dalam
peti mati tembaga yang satu itu?
Mereka berdua terheran-heran. Mendadak hati Toan Bok
Ang tergerak dan seketika juga dia membalikkan badannya,
sekaligus menjulurkan tangannya menyentil wajah Nyonya Mo
liong Seh Sih.
"Jangan merusak wajah Nyonya Mo Liong Seh Sih!" seru
Lu Leng.
Namun telunjuk Toan Bok Ang telah menyentil muka Mo
Liong Seh Sih. Terdengar suara "Taak", seperti menyentil
sebuah kayu.
Seketika dalam hati mereka sudah mengerti dan serentak
berseru girang,

1605
"Peti mati tembaga yang di bawah itu, baru benar berisi
mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih, Adapun peti mati tembaga
ini hanya berisi sebuah patung kayu." kata Toan Bok Ang.
"Tidak salah. panah Bulu Api juga pasti berada di dalam
peti mati tembaga yang itu." sahut Lu Leng.
Ketika mulai berbicara, wajah Lu Leng tampak berseri
namun usai berbicara, wajahnya malah berubah muram,
kemudian dia menghela nafas panjang.
Tentunya membuat Toan Bok Ang terheran-heran.
"Adik Leng, Panah Bulu Api belum dicuri orang,
seharusnya kau bergembira, tapi kenapa malah bermuram
durja?"
Lu Leng menghela nafas lagi.
"Saat ini, aku justru berharap Panah Bulu Api itu dicuri
orang, dan Liat Hwe Cousu mengetahui jejaknya, Sama sekali
tidak berharap Panah Bulu Api itu masih berada di dalam
makam ini."
Sepasang bola mata Toan Bok Ang berputar sejenak, lalu
dia manggut-manggut seraya berkata.
"Aku mengerti, Adik Leng, Kalau Panah Bulu Api masih
berada di dalam makam ini, tentu akan seperti kita tidak bisa
keluar untuk menghadapi Liok Ci Khim Mo. Ya, kan?"
Lu Leng mengangguk.
"Tidak salah."

1606
"Adik Leng, apakah benar kita tidak bisa keluar dari
makam ini?" tanya Toan Bok Ang.
Pertanyaan tersebut membuat hati Lu Leng tergerak dan
membatin "Benar! Apakah kita tidak bisa keluar? Oh, Lu Leng!
Apakah kau tidak akan mati penasaran di dalam makam ini?"
Setelah membatin, mendadak sepasang matanya
menyorotkan sinar tajam dan penuh percaya diri.
"Mari kita ke bawah melihat-lihat dulu!" sahutnya.
Lu Leng dan Toan Bok Ang segera meloncat ke bawah
melalui lobang itu, Tidak salah, itu memang ruang batu,
Mereka lalu mendekati sosok kerangka manusia itu, Tampak di
bagian tengkorak kepalanya tertembus tiga batang paku
panjang berwarna hitam mengkilap.
Pakaian yang melekat di kerangka itu amat mewah,
berwarna hitam dan merupakan jubah panjang, Di sisi tulang
lengan terdapat sebuah golok yang sudah karatan.
Lu Leng memeriksa pakaian itu, masih utuh, begitu pula
ujung baju itu, Setelah memeriksa pakaian tersebut, barulah
Lu Leng dan Toan Bok Ang membuka tutup peti mati tembaga
itu, lalu memandang ke dalam dengan penuh harapan, Akan
tetapi, setelah memandang ke dalam, wajah mereka berdua
tampak kecewa.
Di dalam peti mati tembaga itu berisi sosok mayat wanita
tua berambut keperak-perakan, persis seperti patung orang
yang ada di dalam peti mati tembaga di ruang atas.
Di sisi mayat itu hanya terdapat bekas Panah Bulu Api, dan
secarik kertas berisi tulisan yang berbunyi demikian.

1607
Seh tua! Seh tua! Dulu kau menghina diriku, kini aku balas
menghina dirimu, Aku mengambil tujuh batang Panah Bulu
Api. Kalau kau merasa tidak senang, kita boleh berduel!
“ada surat itu tidak tertera nama penulisnya, Setelah
membaca, Lu Leng tertegun dan membatin, "Sepertinya aku
mengenali gaya tulisan ini."
Akan tetapi, dia tidak ingat di mana dirinya pernah melihat
gaya tulisan tersebut,
Ketika melihat Lu Leng terus mengerutkan kening, Toan
Bok Ang bertanya dengan lembut.
"Adik Leng, kau sedang memikirkan apa?"
"Aku merasa kenal akan gaya tulisan ini," sahut Lu Leng.
Toan Bok Ang menunjuk kerangka itu.
"Kertas itu pasti peninggalan orang itu." Katanya.
Lu Leng menggelengkan kepala.
"Menurutku bukan, Orang itu memang sengaja ke mari
membongkar kuburan, sedangkan pencuri Panah Bulu Api,
justru tidak sengaja menerobos ke dalam makam ini.
Tulisannya memberitahukan bahwa dulu dia pernah di
pecundang oleh Seh Locian-pwee, maka mengajak Seh
Locianpwee berduel Akan tetapi, Seh Locianpwee berkelana ke
berbagai tempat, sama sekali tidak tahu akan kejadian
tersebut,"
Toan Bok Ang manggut-manggut.

1608
"Memang tidak salah apa yang kau katakan, tapi... kok kau
mengenali gaya tulisan itu?"
Lu Leng mengerutkan kening.
"Aku pun merasa heran. Kalau orang yang kukenali
bagaimana mungkin aku tidak tahu dia memiliki Panah Bulu
Api? Heran! Kok aku mengenali gaya tulisan itu?"
Toan Bok Ang tersenyum
"Adik Leng, kini kau tidak usah memikirkan itu. Yang
penting kita harus berupaya agar bisa keluar dari makam ini,
setelah itu barulah kau memikirkannya lagi."
Lu Leng mengangguk
Makam itu terdapat dua ruangan, jalan keluar satusatunya
hanya melalui lobang yang telah ditutup dengan
lempengan besi. Lalu bagaimana cara kita keluar?
Toan Bok Ang tahu apa yang sedang Lu Leng pikirkan,
maka segera berkata,
"Adik Leng, tadi kupikir kita memang tidak bisa keluar,
namun kini setelah kupikirkan kembali, yakin ada jalannya."
"Jalan apa?" tanya Lu Leng,
Toan Bok Ang menjawab
"Jalan yang kupikirkan itu, mau tidak mau harus
mengganggu mayat Nyonya Mo Liong Seh Sih. Dari dasar ke
atas lobang tertutup itu hanya dua depaan, sedangkan

1609
panjang peti mati tembaga satu depa lebih. Kalau disambung
bisa mencapai dua depa lebih, Asal kita dapat mendorong
lempengan besi itu sampai terbuka sedikit, tentu kita punya
akal untuk keluar,"
Lu Leng memandang peti mati tembaga itu. Dirasanya,
apa yang dikatakan Toan Bok Ang itu masuk di akal, Walau
sulit dilaksanakan namun masih bisa dicoba,
Maka, dia manggut-manggut, lalu bersama Toan Bok Ang
segera berlutut di hadapan peti mati tembaga itu.
"Nyonya tua Mo Liong Seh Sih, kami berdua terpaksa
harus mengganggu ketenanganmu harap memaafkan kami!"
ucap mereka serentak
Usai berdoa, mereka berdua mengangkat mayat Nyonya
Mo Liong Seh Sih lalu ditaruh ke bawah. Berat peti mati
tembaga itu mencapai dua tiga ribu kati, Maka mereka tidak
tahu bagaimana cara menaikkannya ke ruang atas.
Setelah berpikir sejenak, mendadak Lu Leng mengangkat
peti mati tembaga itu seorang diri seraya berseru,
"Kakak Ang, cepat minggir dikit!"
Toan Bok Ang segera minggir Dilihatnya wajah Lu Leng
memerah karena terlampau mengerahkan tenaga,
"Hati-hati, Adik Leng!" serunya,
Lu Leng membentak keras, kemudian melemparkan peti
mati tembaga itu ke atas melalui lobang yang di atas, peti
mati tembaga itu meluncur ke atas lalu terdengar suara hirukpikuk
di atas,

1610
Lu Leng menarik nafas lega, karena telah berhasil
melemparkan peti mati tembaga itu ke ruang atas.
Wajahnya sudah berubah seperti biasa, Toan Bok Ang
memandangnya seraya berkata,
"Adik Leng, tenagamu sungguh besar!"
"ltu dikarenakan aku makan Cit Sek Ling Che, sehingga
Lweekangku bertambah tinggi." sahut Lu Leng,
Toan Bok Ang manggut-manggut, lalu mereka berdua
mencelat ke atas melalui lobang itu.
Sampai di ruang atas, tampak peti mati tembaga itu
menindih peti mati tembaga yang ada di ruang atas,
Lu Leng dan Toan Bok Ang menurunkan peti mati tembaga
itu, lalu menggeserkan peti mati tembaga yang di ruang atas,
Tapi peti mati tembaga tersebut jauh lebih berat dari yang
satu itu, Kalau peti mati tembaga yang di ruangan bawah
seberat itu, Lu Leng pasti tidak mampu melemparkannya ke
atas,
Mereka berdua terheran-heran, karena kedua peti mati
tembaga itu sama besar dan bentuknya pun sama tapi yang
satu itu jauh lebih berat
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang.
"Mungkinkah patung orang itu amat berat?" katanya. Lalu
segera mengangkat patung orang yang ada di dalam peti mati
tembaga, Ternyata patung orang itu tidak begitu berat
sehingga membuat gadis itu menjadi terheran-heran.

1611
Lu Leng mengerutkan kening terus berpikir, lama sekali
barulah membuka mulut
"Kakak Ang, cobalah kau cari akal agar kita bisa keluar dari
makam ini?"
Toan Bok Ang mengerutkan kening, setelah itu
mengangguk
"Baik, Terlebih dahulu kita harus mendirikan peti mati
tembaga itu."
Lu Leng mengangguk lalu mereka berdua berupaya
mengangkat peti mati tembaga itu agar berdiri
Ketika hampir berdiri, peti mati tembaga itu bergoyanggoyang.
"Cepat menyingkir!" seru Lu Leng.
Dia cepat-cepat menarik Toan Bok Ang meloncat ke sudut
Terdengar suara hiruk-pikuk memekakkan telinga, ternyata
peti mati tembaga itu roboh, seandainya mereka berdua
terlambat menyingkir tulang-tulang mereka pasti remuk
tertimpa peti mati tembaga itu,
Lu Leng menarik nafas dalam-dalam lalu memandang
Toan Bok Ang seraya berkata sambil menggeleng-gelengkan
kepala,
"Kakak Ang, cara ini tidak bisa dilaksanakan"
Toan Bok Ang memandang peti mati tembaga yang roboh
itu, kemudian mendekati dan melongokkan kepalanya ke
dalam.

1612
"Adik Leng, cepat kemari lihat!" panggilnya sambil
menoleh ke arah Lu Leng.
Lu Leng cepat-cepat ke sana, lalu melongokkan kepalanya
juga ke dalam peti mati tembaga itu. Ternyata di dalamnya
terdapat dua cekungan.
"Adik Leng, ternyata dinding peti itu berongga, maka lebih
ringan, Seh Locianpwee tidak memberitahukan tentang itu,
pasti ada sebabnya." kata Toan Bok Ang sambil menunjuk peti
mati tembaga yang lebih ringan.
Lu Leng segera merogohkan tangan ke dalam bajunya
untuk mengeluarkan golok pusakanya,
Trang!
Lu Leng membacok dinding peti mati tembaga yang ringan
itu. Memang benar dinding peti mati tembaga itu berongga
dan kelihatan ada sesuatu di dalamnya.
“Ternyata di dalamnya ada barang!" seru Toan Bok Ang
dengan girang.
Lu Leng tersenyum getir
"Kakak Ang, apa pun yang tersimpan di dalam, percuma
juga kita memperolehnya."
"Sulit dikatakan, Adik Leng, Aku lihat kau bukan orang
yang pendek umur Kita berdua senasib, Kau tidak pendek
umur, begitu pula aku, bukan?"
Lu Leng tersenyum ketika mendengar ucapan gadis itu.

1613
"Kalau begitu, keluarkan saja barang yang di dalam itu!"
Toan Bok Ang mengangguk lalu segera merogohkan
tangannya ke dalam rongga dinding peti mati tembaga itu, Dia
mengeluarkan gulungan kertas, sepertinya sebuah lukisan.
Kertas itu langsung dipaparkannya, Ternyata memang
sebuah lukisan. panjangnya mencapai dua depaan,
gemerlapan entah dibikin dari bahan apa.
* * * *
Bab 75
Bukan lukisan pemandangan, juga bukan lukisan binatang,
melainkan merupakan garis-garis yang tidak karuan Lurus,
bengkok, berbentuk bulat, segi tiga, segi empat dan
menyerupai bentuk manusia tanpa kepala atau tiada kaki
tangannya, justru amat menyeramkan lukisan-lukisan
tersebut.
Lama sekali Lu Leng dan Toan Bok Ang memperhatikan
lukisan-lukisan itu, namun mereka berdua sama sekali tidak
mengerti akan maksudnya.
"Sungguh mengherankan Seh Locianpwee menyimpan
lukisan ini di rongga peti mati tembaga, itu dikarenakan apa?"
ujar Toan Bok Ang,
Lu Leng tersenyum getir
"Selain Seh Locianpwee, orang lain pasti tidak
mengetahuinya!"

1614
"ltu belum tentu, Coba rogoh lagi, mungkin masih ada
barang lain di dalamnya!" kata Toan Bok Ang.
Lu Leng cuma tersenyum getir Toan Bok Ang menatapnya
sejenak, kemudian mulai merogoh ke dalam lagi, namun tidak
menemukan apa pun.
"Sudahlah! Tidak usah mencari lagi! Siapa pun tidak akan
mengerti tentang lukisan ini, lebih baik disimpan saja!"
katanya.
Toan Bok Ang mengangguk Dia segera menggulung
kembali lukisan tersehut, lalu diselipkan di pinggangnya,
sedangkan Lu Leng terus berupaya mendorong peti mati
tembaga itu agar berdiri, namun tidak berhasil juga.
Toan Bok Ang merasa tidak tega menyaksikan nya.
"Adik Leng, kau beristirahatlah dulu!" katanya,
Lu Leng berhenti, lalu memandang Toan Bok Ang.
"Kita berada di dalam makam ini, kian lama ajal kian
mendekat Di sini tiada makanan. Kalau kita terus beristirahat
akan semakin lemah."
Apa yang dikatakan Lu Leng memang benar, pikir gadis
itu. Maka dia menghela nafas panjang seraya berkata.
"Apakah aku boleh bantu?"
Lu Leng berpikir sejenak, setelah itu baru menyahut

1615
" Kalau ada tali, aku akan berdiri di atas peti mati tembaga
yang satu itu, kemudian menarik ke atas peti mati tembaga
yang lain. Apabila kedua peti mati tembaga itu tersambung,
maka tidak begitu sulit mendorong lempengan besi penutup
lobang itu."
"Tapi ke mana mencari tali itu?" sahut Toan Bok Ang.
Berkata sampai di situ, mendadak wajahnya tampak
kemerah-merahan.
"Kecuali... kecuali.,." sambungnya,
Mendadak gadis itu mendekap di dada Lu Leng dan
tawanya pun meledak,
Lu Leng terheran-heran.
"Kakak Ang, apa yang kau tertawakan?"
Toan Bok Ang mendongakkan kepala, wajahnya masih
tampak kemerah-merahan.
"Hanya ada satu cara kita mendapatkan tali, yaitu dari
pakaian kita."
Mendadak itu, Lu Leng menjadi tertegun.
itu memang cara terbaik, namun bagaimana mungkin
mereka berdua membuka pakaian masing-masing?
Ketika Lu Leng ingin menolak, Toan Bok Ang sudah
berkata lagi.

1616
"Adik Leng, sesungguhnya tidak apa-apa."
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala,
"ltu mana boleh?"
"Adik Leng, tadi kau berjanji akan mendampingiku seumur
hidup, maka kita sudah seperti suami istri...."
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang tampak tersipu,
namun dalam hatinya justru berbunga-bunga,
"Maka... harus takut apa?" lanjutnya.
Sebaliknya hati Lu Leng malah berdebar-debar tegang
tidak karuan, sebab tadi dia mengabulkan begitu, hanya
karena yakin mereka tidak bisa keluar dari makam itu, jadi
tidak mau membuat hati gadis itu berduka.
Akan tetapi, setelah menemukan kedua buah peti mati
tembaga, urusan pun menjadi lain, sebab masih ada jalan
untuk meloloskan diri dari makam itu,
Kalau tadi menemukan kedua buah peti mati tembaga,
tentunya dia tidak akan berkata begitu kepada Toan Bok Ang.
Kini dia tidak tahu harus menyesal atau menjelaskannya,
sehingga menjadi diam saja.
Melihat Lu Leng diam, Toan Bok Ang segera berkata
dengan lembut
"Adik Leng, itu benar bukan?"

1617
Lu Leng terus berpikir, sehingga terjadi pertentangan di
dalam hatinya.
"Memang tidak salah katamu, tapi... peti mati tembaga
begitu berat, bagaimana mungkin bisa ditarik ke atas dengan
tali yang dibikin dari pakaian?"
Toan Bok Ang tertegun.
"Kalau begitu, kita pasti akan mati di sini?"
Lu Leng tertawa.
"Kakak Ang, tadi kau bilang, dirimu paling bahagia di
dunia, tapi kenapa kini malah ingin cepat-cepat meninggalkan
makam ini?"
"Sungguh waktu yang singkat kalau kita hidup di dalam
makam ini, Aku... ingin bersamamu puluhan tahun lamanya."
sahut Toan Bok Ang sambil tersenyum
Bukan main terkejutnya hati Lu Leng, Gara-gara Liat Hwe
Cousu, akhirnya harus menanamkan suatu cinta yang sulit
diuraikan
Apabila tidak bisa keluar, itu memang tidak jadi masalah.
Tapi kalau bisa keluar dari makam itu, tentunya akan
menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan. Entah harus
bagaimana menjernihkannya?
Lu Leng tertegun, lama sekali barulah membungkukkan
badannya Maksudnya ingin mengangkat peti mati tembaga itu
agar berdiri.
"Bagaimana kubantumu?" tanya Toan Bok Ang.

1618
"Mungkin percuma," sahut Lu Leng,
Di saat Lu Leng baru mau mengangkat peti mati tembaga
itu, kebetulan melihat lukisan yang menyelip di pinggang Toan
Bok Ang, seketika hatinya tergerak dan timbul suatu ide dalam
hatinya.
"Kakak Ang, aku sudah menemukan tali!"
Toan Bok Ang girang bukan main,
"Di mana?"
Lu Leng menjulurkan tangannya untuk menyambar
gulungan lukisan yang di pinggang gadis itu.
"Lukisan ini panjangnya hampir dua depa, lagipula amat
kuat Kalau dibikin tali, pasti dapat menarik peti mati tembaga
itu."
"Kalau begitu, bukankah lukisan ini akan rusak?" tanya
gadis itu.
Lu Leng tertawa. "Dasar gadis bodoh! Apa gunanya lukisan
itu? Yang penting kita harus keluar dari makam ini!" Toan Bok
Ang melotot "Lain kali kau tidak boleh memanggilku gadis
bodoh lagi!"
Menyaksikan sikap gadis itu, Lu Leng tertawa terbahakbahak
saking gelinya,
"Ha ha ha! Gadis bodoh! Gadis bodoh...."

1619
Toan Bok Ang langsung menghujaninya dengan pukulan
yang tak bertenaga seraya berteriak-teriak.
"Jangan memanggilku begitu! jangan memanggilku
begitu!"
Mendadak Lu Leng tersentak sadar, kenapa dirinya mau
bergurau mesra dengan gadis itu?
Kemudian Lu Leng diam sambil memandang Toan Bok
Ang. Wajah gadis itu kemerah-merahan menambah
kecantikannya Kalau dia belum berhubungan intira dengan
Tam Goat Hua, pasti merasa puas mempunyai istri secantik
itu.
Karena memikirkan itu, akhirnya Lu Leng menghela nafas
panjang,
"Kenapa kau menghela nafas panjang lagi?" tanya Toan
Bok Ang terbelalak.
"Aku sedang berfikir, seandainya aku bisa memperistrimu
sungguh merasa puas, tapi..." sahut Lu Leng,
Dia tidak menyadari bahwa dirinya kelepasan berbicara,
"Jangan dilanjutkan!" potong Toan Bok Ang.
Lu Leng tersentak sadar dan berseru dalam hati "Celaka",
wajahnya langsung memerah dan tidak tahu harus berkata
apalagi.
Toan Bok Ang tersenyum dan menatapnya lembut

1620
"Adik Leng, aku pikir lukisan ini pasti amat penting, Kalau
tidak, bagaimana mungkin Seh Lo-cianpwee menyimpannya di
dalam lapisan peti mati tembaga itu? Maka kau harus hati-haii
memotongnya!" pesannya.
Lu Leng mengangguk dan mulai memotong lukisan itu
menjadi empat potong. Kemudian mereka berdua membuat
seutas tali dengan keempat potong lukisan itu dan akhirnya
berhasil juga,
Lu Leng membacok pinggiran peti mati tembaga itu, lalu
mengikatkan ujung tali istimewa tersebut di bekas bacokan.
Setelah itu dia meloncat ke atas peti mati tembaga yang lain,
sekaligus menarik tali istimewa itu,
Krek! Krek!
Dugaan Lu Leng memang tidak meleset, lukisan itu amat
kuat Walau peti mati tembaga itu amat berat, namun tali
istimewa itu tidak putus ketika ditariknya,
Berselang beberapa saat, barulah Lu Leng berhasil
menarik peti mati tembaga itu ke atas, Namun dia sudah lelah
sekali. Kedua peti mati tembaga itu menyambung menjadi
satu, tapi jarak sampai lobang masih setengah depa,
Toan Bok Ang melihat sekujur badan Lu Leng berkeringat.
Maka dia segera mendekatinya lalu menyeka keringat Lu Leng
dengan ujung bajunya.
"Kau beristirahatlah dulu, biar aku yang mencobanya !"
"Kakak Ang, kau jangan mencobanya, Sebab jarak sampai
lobang masih setengah depa, maka harus membungkukkan
badan, Kalau terlampau menggunakan tenaga, tulang

1621
pinggangmu pasti patah, maka kau jangan mencobanya."
sahut Lu Leng,
Wajah Toan Bok Ang langsung muram.
"Kalau begitu, kau pun jangan mencobanya."
Lu Leng segera duduk bersila di lantai
"Tenagaku lebih besar darimu, tentunya aku harus
mencobanya." sahutnya,
Lu Leng memejamkan matanya, mulai mengerahkan hawa
murni
" Ujung peti mati tembaga itu bisa muat dua orang,
sebentar aku akan ke atas bersamamu" kata Toan Bok Ang.
Lu Leng mengangguk
Berselang beberapa saat kemudian, mendadak Lu Leng
bangkit dari duduknya seraya berseru.
"Kakak Ang, naik.,.!"
Akan tetapi, Lu Leng langsung diam, Ternyata dia tidak
melihat Toan Bok Ang berada di ruang batu itu.
Betapa terkejutnya Lu Leng. Dia menengok ke sana kemari
namun tetap tidak tampak bayangan gadis itu. Ke mana Toan
Bok Ang? Mungkinkah dia bersembunyi untuk menakut-nakuti
Lu Leng?

1622
Oleh karena itu, Lu Leng menahan tawanya, Dia
mendekati lobang yang menuju ke ruang bawah, lalu
melongok ke bawah, Namun di sana hanya tampak mayat
Nyonya Mo Liong Seh Sih dan sosok kerangka itu, tidak
tampak bayangan Toan Bok Ang.
Dia tertegun, kemudian tertawa karena menduga gadis itu
bersembunyi di dalam peti mati tembaga, Dia berjalan ke
depan untuk melihat-lihat dan seketika mulutnya ternganga
lebar.
Ternyata Toan Bok Ang tidak bersembunyi di situ, dan
kedua peti mati tembaga itu tetap kosong.
Hal itu membuat Lu Leng bercuriga, Sejak Mo Liong Seh
Sih bunuh diri hingga dirinya terkurung di dalam makam itu,
sepertinya bagaikan sebuah mimpi buruk, Apakah semua itu
hanya merupakan khayalan belaka ?
Kalau tidak, lalu Toan Bok Ang, menghilang ke mana? Lu
Leng menggigit jarinya, tapi masih terasa sakit itu pertanda
dia bukan sedang dalam keadaan bermimpi.
Lalu dia berteriak-teriak memanggil Toan Bok Ang, namun
tiada sahutan sama sekali
Di dalam makam itu hanya terdapat dua buah ruang batu,
bagaimana mungkin Toan Bok Ang menghilang begitu saja?
Lu Leng berusaha mengingat kembali. Ketika dia baru
mulai mengerahkan hawa murni, masih mendengar Toan Bok
Ang bersenandung, kemudian berjalan mondar-mandir,
setelah itu Lu Leng memusatkan pikirannya, maka tidak
mendengar suara gadis itu,

1623
Bagaimana mungkin dalam waktu sekejap, Toan Bok Ang
menghilang bagaikan usap? Mungkin... di saat Lu Leng sedang
mengerahkan hawa murni, Toan Bok Ang menemukan jalan
rahasia, maka gadis itu berjalan keluar melalui jalan rahasia
tersebut
Akan tetapi, Lu Leng merasa heran. Kalau Toan Bok Ang
menemukan jalan rahasia, kenapa dia tidak berseru girang?
Lagipula tidak mengajaknya?
Lu Leng terus berpikir, akhirnya dia yakin bahwa Toan Bok
Ang telah menemukan jalan rahasia, Kalau tidak, bagaimana
mungkin dia menghilang begitu saja?
Oleh karena itu, Lu Leng mulai mengetuk dinding-dinding
di sekitarnya, Namun bersuara padat, tidak ada yang bersuara
kosong,
Bagian 36
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala. Men-dadak dia
terbelalak, ternyata tali yang dibikin dari lukisan itu pun telah
hilang, itu membuat Lu Leng semakin yakin, bahwa Toan Bok
Ang telah menemukan jalan rahasia, Oleh karena itu, dia pun
terus memeriksa keadaan ruang atas dan ruang bawah.
Namun dia sama sekali tidak menemukan jalan rahasia
yang dimaksud, sehingga hatinya merasa kecewa sekali.
Mungkinkah Toan Bok Ang berhasil mendorong lempengan
besi penutup lobang yang di atas itu? Tentunya tidak
mungkin. pusing Lu Leng memikirkan itu, setelah berpikir

1624
bolak-balik, akhirnya dia mengambil keputusan untuk keluar
dari makam itu,
Lu Leng mencelat ke atas peti mati tembaga yang kedua,
Setelah berdiri di situ, dia menjulurkan sepasang tangannya ke
atas menempel di lempengan besi tersebut
Dia mengerahkan Lweekang mendorong ke atas, lalu
terdengar suara "Krek", Ternyata lempengan besi itu
terdorong ke atas sedikit Betapa girangnya Lu Leng. Lalu dia
kertak gigi mengerahkan Lweekang lagi sambil mendorong,
Krek! Krek!
Matanya terasa berkunang-kunang, Mendadak dia
membentak keras sambil mendorong sekuat te-naganya,
Terdengar suara yang memekakkan telinga, namun di saat
bersamaan mulut Lu Leng menyembur darah segar.
Sedangkan peti mati tembaga yang diinjaknya mulai
bergoyang, Lu Leng tahu bahwa kalau saat ini dirinya terjatuh
ke bawah, pasti akan mati tertindih peti mati tembaga itu,
Maka, dia segera menjulurkan tangannya ke atas untuk
meraih pinggiran lobang lalu merangkak keluar melalui lobang
tersebut
Setelah berada di atas, mendadak matanya menjadi gelap
dan akhirnya dia terkulai pingsan.
Entah berapa lama kemudian, barulah dia siunv an.
Perlahan-Iahan dia membuka matanya, Tampak bintangbintang
bergemerlapan di langit Ternyata hari sudah malam,
Lu Leng merasa sekujur badannya sakit sekali. pakaiannya
penuh noda darah. Dia tidak tahu sudah berapa lama dirinya

1625
pingsan di tempat itu yang paling berat baginya adalah
menahan rasa haus, Namun badannya terasa begitu sakit
maka bagaimana mungkin dia merangkak ke bawah untuk
mencari air? Dia menghela nafas panjang. Lempengan besi itu
begitu berat Dia mendorong hingga terluka dalam, tentunya
tidak mungkin Toao Bok Ang akan berhasil mendorong
lempengan besi itu ke atas.
Kini dirinya sudah berada di atas. Dia berhasil meloloskan
diri dari makam itu, Namun Toan Bok Ang menghilang ke
mana, dia masih tidak mengerti
Perlahan-lahan Lu Leng bangun duduk, Tiba-tiba dia
terbelalak, seakan melihat sesuatu yang aneh di sisinya,
bahkan dia tidak percaya akan penglihatannya sendiri
Dia segera mengucek-ngucek matanya, kemudian melihat
lagi Ternyata di sisinya terdapat sebuah keranjang berisi
berbagai macam buah-buahan. Dia memang sedang haus dan
lapar, maka langsung disantapnya buah-buahan itu dengan
lahap sekali.
Setelah menyantap belasan buah-buahan itu, rasa haus
dan laparnya hilang seketika, bahkan semangatnya mulai
timbul
Dia bangkit berdiri sambil menengok ke sana ke mari tapi
tidak tampak seorang pun di sekitarnya.
Lu Leng tercengang, kemudian berseru-seru.
"Entah sobat dari mana yang menyediakan buah-buahan
untukku, aku sungguh berterima kasih! Harap sobat
memunculkan diri!"

1626
Walau Lu Leng berseru berulang-ulang, namun tiada
sahutan sama sekali,
Lu Leng semakin tercengang, Dia berjalan ke sana ke mari
namun keadaan di sekelilingnya tetap sunyi sepi tidak ada
orang kecuali dirinya.
Lu Leng duduk bersila menghimpun hawa murni untuk
mengobati hika dalamnya Entah berapa lama kemudian,
barulah dia membuka matanya dan luka dalamnya sudah
hampir sembuh, hari pun sudah mulai terang,
Ketika dia membuka matanya, hidungnya mengendus
aroma daging yang amat harum, nyaris membuat air liurnya
menetes!
Ternyata di hadapannya terdapat sepotong paha rusa
panggang, masih mengepulkan asap, Lu Leng menduga yang
mengantar paha rusa panggang itu adalah orang yang
mengantar buah-buahan untuknya sema!am,
Tanpa sungkan-sungkan lagi, langsung disanv barnya
paha rusa panggang itu, lalu disantapnya dengan lahap sekali
sungguh lezat dan wangi paha rusa panggang itu, Namun
tiba-tiba dia berhenti menyantapnya.
Ternyata matanya melihat sebaris tulisan di atas batu yang
di hadapannya Tulisan itu berbunyi demikian.
Orang yang amat kau cintai, ada kesulitan di telaga Tong
Ting, Cepat pergilah kau menolongnya!
Setelah membaca tulisan itu Lu Leng tertegun, kemudian
berseru beberapa kali dan mencari ke sana ke mari Namun
tetap tiada sahutan,

1627
Oleh karena itu, dia cepat-cepat menghabiskan
makanannya, karena yakin orang yang meninggalkan tulisan
itu, pasti tokoh tingkatan tua yang mengenali dirinya. Yang
dimaksudkan orang yang ada kesulitan di telaga Tong Ting,
tentunya Tam Goat Hua.
Hanya saja Lu Leng tidak tahu bahwa Tam Goat Hua
berada di telaga Tong Ting, orang itu justru mengetahuinya.
Letak telaga Tong Ting amat jauh dari tempat itu, yakni
beberapa laksa mil, lalu bagaimana orang itu memperoleh
berita tentang itu?
Lu Leng terus berpikir, mungkin ketika Tam Goat Hua mau
berangkat ke telaga Tong Ting, berjumpa orang itu di sekitar
tempat ini. Karena tahu Tam Goat Hua akan mengalami
kesulitan di telaga Tong Ting, maka orang yang
berkepandaian tinggi itu meninggalkan tulisan untuknya, agar
cepat-cepat menyusul Tam Goat Hua.
Lu Leng merasa masuk akal apa yang dipikirkannya, maka
segera meninggalkan tempat itu dengan hati-hati sekali.
Hampir seharian, barulah Lu Leng keluar dari gunung Tang
Ku Sai. padahal luka dalamnya belum pulih. Akhirnya dia
beristirahat untuk mengobati luka dalamnya,
Hari berikutnya, luka dalam yang dideritanya sudah pulih,
dan itu membuatnya terperangah, karena tidak menyangka
kalau luka dalamnya bisa pulih begitu cepat Namun kemudian
dia menyadari bahwa itu disebabkan oleh Cit Sek Ling Che
yang dimakannya.
Lu Leng segera melanjutkan perjalanan ke arah timur
Sampai di suatu perkampungan dia membeli seekor kuda, lalu

1628
melanjutkan perjalanan siang malam dengan menunggang
kuda.
Belasan hari kemudian, barulah dia memasuki wilayah See
Coan, yaitu wilayah aliran sungai Tiang Kang (Cang Ciang), Di
situ dia mulai melanjutkan perjalanan air.
Karena mengikuti arus, perjalanannya kali ini amat cepat
Lu Leng berdiri di atas perahu, Dilihatnya begitu banyak
perahu sedang berlayar di sungai itu.
Setelah berdiri sejenak, Lu Leng lalu masuk ke dalam
perahu untuk benstirahat, dan saking lelahnya dia langsung
pulas,
Berselang beberapa saat, dia mendusin Walau dia berada
di dalam perahu, namun matanya dapat memandang keluar,
sebab di dalam perahu terdapat sebuah jendela kecil
Kebetulan perahu yang ditumpanginya melewati sebuah
perahu besar, Lu Leng melihat dua orang berdiri di haluan
perahu besar itu,
Kedua orang itu berbadan pendek kecil air muka mereka
tampak serius. Begitu lihat, Lu Leng segera tahu bahwa
mereka berdua kaum rimba persilatan Salah seorang
memegang golok bergerigi, yang satu lagi menggenggam
sebuah gelang tembaga, sebetulnya Lu Leng tidak mau usil
mencampuri urusan orang lain, tapi mendadak salah seorang
itu tertawa dingin seraya berkata,
"Orang marga Tam, apakah kau masih mau bersembunyi?"
Begitu mendengar ucapan itu, tersentaklah hati Lu Leng,
Dia segera menyuruh tukang perahu yang ditumpanginya agar

1629
memperlambat laju perahunya Setelah itu, dia ke depan
perahu lalu berdiri di situ,
Di saat bersamaan, terdengar suara "Ser Ser" dan tampak
dua buah senjata rahasia meluncur secepat kilat ke arah
kedua orang itu.
Kedua orang itu bersiul aneh sambil berkelit dan serentak
membentak dengan suara keras,
"Orang marga Tam, kalau kau tidak mau menyerah,
sebentar lagi Kim Toa Ya (Tuan besar Kim) ke mari, nyawamu
pasti melayang!"
Di dalam perahu besar itu terdengar suara batuk beberapa
kali, menyusul terdengar suara cacian
"Apa itu Kim Toa Ya! Kalau kalian tidak mau pergi, aku
tidak akan berlaku sungkan terhadap kalian!"
Suara cacian itu tidak bertenaga kemudian terbatuk-batuk
beberapa kali lagi
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng tahu bahwa orang itu
pasti terluka parah atau dalam keadaan sakit berat
Akan tetapi, Lu Leng merasa mengenali suara itu, maka
cepat-cepat berpesan kepada tukang perahu agar
menunggunya di depan. Setelah itu, dia langsung meloncat ke
perahu besar itu, lalu berdiri di haluan, Kini kepandaian Lu
Leng sudah tinggi sekali, Kehadirannya di perahu besar itu
tidak diketahui siapa pun, sebab gerakannya amat cepat
Lu Leng menggeserkan badannya ke arah jendela perahu
lalu memandang ke dalam. Interior di dalam perahu besar itu

1630
amat sederhana. Di sana hanya terdapat dua buah ranjang
kayu,
Tampak seorang gadis terbaring di atas salah satu ranjang
kayu itu, Badannya tertutup selimut dan dalam posisi
membelakangi Lu Leng. Di ranjang yang satunya lagi duduk
seorang pemuda berpakaian seperti sasterawan,
Siapa pemuda itu? Tidak lain adalah Tam Ek Hui.
Lu Leng sama sekali tidak menduga kalau dirinya akan
berjumpa Tam Ek Hui di perahu besar itu. Maka, dia terkejut
dan merasa heran, sebab pemuda itu adalah putra Cit San Sin
Kun-Tam Sen, yang kepandaiannya lebih tinggi dari Tam Goat
Hua. sedangkan beberapa orang yang di atas perahu besar
itu, kelihatannya berkepandaian biasa, namun kenapa Tam Ek
Hui tidak berani keluar menghadapi mereka?
Lu Leng memperhatikan Tam Ek Hui. Kelihatannya
pemuda itu menderita luka dalam yang belum sembuh.
Bagaimana pemuda itu mengalami luka parah? Di saat Lu
Leng sedang berpikir, mendadak berkelebat dua sosok
bayangan ke dalam. Ternyata kedua orang pendek kecil yang
berdiri di haluan perahu besar tadi. Begitu melihat ada orang
menerjang ke dalam, Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang
langsung menyerang dengan senjata rahasia. Namun sayang
sekali, luncuran senjata rahasia itu tak bertenaga, Kedua
orang itu mengayunkan senjata masing-masing dan berhasil
merontokkan senjata rahasia itu.
Kedua orang itu tertawa puas, sementara gadis yang
berbaring itu, mendadak membalikkan badannya. Lu Leng
segera memandang ke arah gadis itu dan seketika tertegun,

1631
Gadis itu tampak kurus dan sepasang matanya redup tak
bercahaya, Namun Lu Leng mengenalinya, yang tidak lain
adalah Han Giok Shia.
Lu Leng tidak habis pikir, bagaimana mereka berdua
berada di dalam perahu besar itu dan dalam keadaan
mengenaskan?
Kedua orang itu mulai mendekati Tam Ek Hui dan Han
Giok Shia, sedangkan Tam Ek Hui dan Han Giok Shia kelihatan
tak berdaya sama sekali,
Lu Leng tahu bahwa saat ini dirinya tidak boleh tinggal
diam, Maka dia segera mendorong daun jendela, sekaligus
melesat ke dalam, pandangan kedua orang itu menjadi kabur
dan tahu-tahu di dalam ruangan itu sudah bertambah satu
orang lagi.
Kemunculan Lu Leng yang mendadak, membuat kedua
orang itu tertegun, kemudian membentak dengan serentak
"Siapa kau?"
Saat ini, Lu Leng berdiri membelakangi Tam Ek Hui dan
Han Giok Shia, maka mereka berdua tidak tahu yang muncul
itu Lu Leng,
Terdengar Tam Ek Hui berkata dengan suara lemah.
"Sobat, memang gampang memukul mundur kedua orang
itu, tapi di belakang mereka justru terdapat dekingan yang
amat kuat Maka, tidak perlu demi kami yang sudah sekarat ini
kau menanamkan permusuhan dengan mereka."

1632
Apa yang diucapkan Tam Ek Hui, sungguh membuat hati
Lu Leng merasa berduka sekali, Maka tanpa menghiraukan
Tam Ek Hui, dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke
arah kedua orang itu.
Kedua orang itu segera menangkis dengan senjata
masing-masing. Lu Leng mendengus, tidak berkelit namun
malah maju selangkah Kemudian terdengar suara "Ser"
ternyata dia telah mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu
jari Mengejutkan Langit),
Senjata kedua orang itu terpental Lu Leng segera
mengayunkan kaki menendang mereka. Sungguh cepat
gerakannya!
Kedua orang itu terpental kemudian terdengar suara "Plum
Plum". Ternyata tubuh mereka berdua sudah jatuh ke dalam
sungai,
Setelah itu, barulah Lu Leng membalikkan badannya,
seketika Han Giok Shia dan Tam Ek Hui berseru kaget dengan
suara lemah,
"Kau!"
Lu Leng segera maju selangkah dan berkata,
"Saudara Tam, Nona Han! Kenapa kalian?"
Bibir Han Giok Shia bergerak, tapi tidak mengeluarkan
suara, sedangkan Tam Ek Hui menghela nafas panjang.
"Aaah! Panjang sekali kalau dituturkan Adik Leng, Kedua
orang itu telah kau hajar, sebentar lagi Kim Kut Lau pasti ke
mari."

1633
Tadi Lu Leng memang mendengar salah seorang yang
berdiri di haluan perahu menyebut "Kim Lo Ya", ternyata yang
dimaksudkan adalah Kim Kut Lau.
Lu Leng tersenyum
"Saudara Tam, legakanlah hatimu! Kalaupun dia ke mari,
apa yang harus ditakuti? Luka yang diderita Nona Han
kelihatannya lebih parah dari lukamu, sebetulnya apa yang
telah terjadi?"
Mendadak wajah Tam Ek Hui tampak memerah pertanda
amat emosi.
"ltu dikarenakan Pat Liong Thian Im." sahutnya,
Bukan main terkejutnya Lu Leng.
"Kalian bertemu lagi Liok Ci Khim Mo?" tanya-nya.
"Itu terjadi setengah bulan yang lalu.,." sahut Tam Ek Hui.
Karena banyak bicara nafasnya menjadi semakin
memburu.
Lu Leng maju ke hadapannya lalu menjulurkan tangannya
untuk memegang dada Tam Ek Hui, Dia tahu bahwa luka
dalam yang diderita Tam Ek Hui parah sekali
Oleh karena itu, Lu Leng segera mengerahkan hawa
murninya untuk mengobatinya. Walau harus kehilangan sedikit
tenaga murninya, Lu Leng sama sekali tidak memikirkan itu.
Tam Ek Hui memejamkan matanya,

1634
"Saudara Lu, lebih baik,., kau mengobati Nona Han dulu!"
katanya lemah.
Lu Leng memang tahu bahwa luka dalam yang diderita
Han Giok Shia lebih parah dari Tam Ek Hui, seharusnya
mengobatinya dulu, Namun Lu Leng merasa tidak enak harus
bersentuhan dengan gadis itu, lagipula Lweekang yang dimiliki
Han Giok Shia berlawanan dengan Lweekangnya.
Han Giok Shia memiliki Thai Im Ciang Hoat yang
mengandung tenaga lunak, sedangkan Lu Leng memiliki Kim
Kong Sin Ci yang mengandung tenaga keras, maka akan
berlawanan sehingga akan berakibat fatal.
Karena itu, dia turun tangan mengobati Tam Ek Hui dulu,
Ketika dia baru mau menjelaskan mendadak suara "Plak" di
belakangnya.
Bukan main terkejutnya Lu Leng, sebab saat ini dia sedang
mencurahkan perhatiannya mengobati Tam Ek Hui dengan
hawa murninya.
Akan tetapi, suara itu amat mencurigakan, maka mau
tidak mau dia harus menoleh ke belakang.
Ternyata dinding ruang itu telah berlobang, sedangkan
Han Giok Shia sudah tidak kelihatan di ranjang.
Betapa terkejutnya Lu Leng. Dia tahu bahwa gadis itu
telah diculik, sedangkan gerakan si penculik begitu cepat,
mungkin tidak akan berhasil mengejarnya.
Kalau saat ini Tam Ek Hui tahu tentang itu pasti celaka,
Sebab Lu Leng sedang menyalurkan hawa murninya ke dalam
tubuhnya untuk mengobatinya. Apabila pemuda itu gugup dan

1635
panik, pasti akan tersesat sehingga menjadi cacat seumur
hidup,
* * * *
Bab 76
Lu Leng memandang Tam Ek Hui. pemuda itu masih
memejamkan matanya sama sekali tidak tahu apa yang terjadi
Oleh karena itu Lu Leng cepat-cepat berkata, "Saudara
Tam, legakanlah hatimu! Mengenai luka dalam yang diderita
Nona Han, aku punya cara lain untuk mengobatinya,
tenangkanlah hatimu!" Setelah mendengar apa yang dikatakan
Lu Leng, wajah Tam Ek Hui tampak mulai tenang.
"Suara apa tadi?" tanyanya,
"Suara dari perahu lain, entah suara apa," sahut Lu Leng,
Tam Ek Hui manggut-manggut, tidak banyak bertanya
lagu Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega,
Walau Han Giok Shia telah diculik orang dan tidak tahu
bagaimana keadaannya namun saat ini Tam Ek Hui tidak akan
mengalami bahaya
Lu Leng pun tidak mau memikirkan itu, karena dia harus
memusatkan perhatiannya untuk mengobati Tam Ek Hui
Berselang beberapa saat, wajah Tam Ek Hui mulai tampak
kemerah-merahan, justru di saat itulah terdengar suara tawa
dingin di luar, kemudian terdengar pula suara parau.

1636
"Ek Hui, aku adalah famili dekatmu, tapi kau malah
bersekongkol dengan orang luar memusuhiku!" Tam Ek Hui
membuka matanya seraya berbisik.
"Saudara Lu, luka dalamku telah sembuh dua bagian,
cepatlah kau pergi menghadapi Kim Kut Lau.
Lu Leng manggut-manggut, lalu menarik kembali
sepasang telapak tangannya yang menempel di dada Tam Ek
Hui. Kebetulan pemuda itu menoleh ke ranjang Han Giok Shia,
Karena ranjang itu kosong, maka Tam Ek Hui tertegun sambil
mengeluarkan suara ,Hah...
Lu Leng tahu bahwa luka dalam yang diderita Tam Ek Hui
baru sembuh dua bagian, Apabila pemuda itu tahu Han Giok
Shia diculik orang, maka luka dalamnya pasti akan bertambah
parah,
Oleh karena itu, Lu Leng segera berkata,
"Saudara Tam, legakanlah hatimu, Nona Han dibawa pergi
oleh seorang tokoh tua rimba persilatan untuk diobati luka
dalamnya."
Tam Ek Hui kurang percaya.
"Siapa tokoh tua itu?" tanyanya dengan gugup,
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus terus berdusta,
"Tokoh tua itu menyuruhku menutup mulut Saudara Tam,
pokoknya kau tenang saja!"
Biar bagaimanapun Tam Ek Hui tetap tidak begitu percaya,
sepasang matanya menatap Lu Leng dalam-dalam. Maka

1637
timbul rasa tidak enak dalam hati Lu Leng, sebab selama ini
dia tidak pernah berdusta,
seandainya Tam Ek Hui terus menatapnya mungkin Lu
Leng akan memperlihatkan sikap dusta-nya.
Namun di saat bersamaan, terdengar suara tawa panjang
di luar, sehingga Tam Ek Hui mengalihkan pandangannya, dan
itu membuat Lu Leng berlega hati.
"Ha ha haaa! Ek Hui, apakah kau akan merasa aman terus
bersembunyi di dalam perahu?"
Lu Leng segera berbisik
"Saudara Tam, kau tetaplah di sini, biar aku yang
menghadapinya!" sebelum Tam Ek Hui menyahut Lu Leng
sudah bergerak melesat ke haluan perahu.
Tampak Kim Kut Lau berdiri di situ dengan tangannya
memegang sebuah kipas sambil tersenyum-senyum
Ketika melihat yang muncul itu adalah Lu Leng, dia
tertegun dengan mau terbelalak
"Saudara Tam tidak sudi bertemu, kau mau bilang apa?"
bentak Lu Leng.
Kim Kut Lau tahu bahwa kepandaian Lu Leng sudah tinggi,
bahkan mampu melukai si Nabi Setan di Cing Yun Ling, Go Bi
San.
Namun dia tidak tahu bahwa Lu Leng telah makan Ling
Che tujuh warna di istana Iblis, sehingga Lweekangnya
bertambah tinggi,

1638
Walau Kim Kut Lau tahu bahwa Lu Leng mampu melukai si
Setan-Seng Ling, tapi tetap meremehkannya.
Dia menatap Lu Leng dengan kening berkerut kemudian
tertawa panjang.
"Ha ha haaa! Bocah, aku dan Ek Hui adalah famili dekat!
Kami ingin membicarakan sesuatu, sedangkan kau orang luar,
lebih baik minggir saja!"
Ketika Lu Leng baru mau menyahut sudah terdengar suara
Tam Ek Hui dari dalam perahu.
"Saudara Lu, tidak usah banyak bicara dengan orang
semacam itu! Lebih baik cepat hajar dia!"
Begitu mendengar perkataan itu, wajah Kim Kut Lau
langsung berubah tak sedap dilihat
"Ek Hui, apakah kau ingin cari penyakit?"
Karena Tam Ek Hui menyuruh Lu Leng cepat turun tangan,
maka Lu Leng tidak tinggal diam.
Ketika Kim Kut Lau baru usai berkata, Lu Leng sudah maju
selangkah, sekaligus menggerakkan jari tangannya dengan
jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang puncak Menembus
Awan) menyerang Kim Kut Lau.
Kim Kut Lau tahu akan kelihayan Kim Kong Sin Ci, maka
bagaimana mungkin berani menyambut serangan itu?
Begitu merasa angin telunjuk mengarahnya, dia langsung
berkelit ke sisi Lu teng, sekaligus menyerangnya dengan kipas
mengarah jalan darah Tay Pai Hiat di pinggang Lu Leng.

1639
Ketika melihat Kim Kut Lau berkelit, Lu Leng segera
merubah jumsnya dengan jurus Gap Bin Li Cing (Menggali
Sepuluh Arah), padahal Kim Kut Lau amat girang dalam hati,
karena kipasnya sudah hampir menotok jalan darah Tay Pai
Hiat itu, Tapi mendadak dia merasakan adanya tenaga yang
amat dahsyat menindih kepa!anya.
Bukan main terkejutnya Kim Kut Lau. Dia segera
memandang ke atas, tapi justru pandangannya malah menjadi
kabur, karena melihat begitu banyak bayangan jari
mengurung sekujur badannya, Maka, dia mengbentikan
serangannya lalu mengangkat kipasnya ke atas untuk
menangkis serangan yang dilancarkan Lu Leng.
Plak!
Kipas itu patah menjadi dua dan terbang melayang ke
atas. Kim Kut Lau bertambah terkejut Kalau tidak cepat-cepat
mundur, dirinya pasti celaka,
Kim Kut Lau memang berkepandaian tinggi. Dia masih
berhasil berkelit dengan cara mencelat ke belakang. Namun
belum sampai badannya berdiri tegak, Lu Leng menyusulkan
serangannya dengan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari
Mengejutkan Langit), menggunakan delapan bagian
tenaganya,
Akan tetapi, tiba-tiba Lu Leng teringat akan suatu hal,
Ketika dia makan Cit Sek Ling Che, di dalam kotak giok
terukir beberapa baris tulisan, merupakan pesan baginya.
Pada waktu itu, Lu Leng tidak tahu siapa pemilik Ling Che
tujuh warna itu, pesan tersebut agar Lu Leng tidak mencelakai
putra pemilik Cit Sek Ling Che. Karena tidak tahu siapa pemilik

1640
itu, maka dia pun tidak begitu menaruh perhatian akan pesan
tersebut
Setelah itu, barulah dia tahu pemiliknya adalah Mo Liong
Seh Sih. sedangkan Kim Kut Lau adalah putra Mo Liong Seh
Sih. Kalau dia turun tangan jahat terhadap Kim Kut Lau,
bukankah dia akan berdosa terhadap Mo Liong Seh Sih?
Teringat akan hal tersebut dia segera menarik kembali
sebagian besar Lweekangnya, padahal di saat itu, Kim Kut Lau
sudah pasrah, namun kemudian terheran-heran, karena
tenaga serangan itu tidak begitu dahsyat lagi
Oleh karena itu, dia cepat-cepat mundur sambil
melancarkan sebuah pukulan untuk menangkis serangan Lu
Leng,
Walau demikian, badannya tetap bergoyang-go-yang
hampir terjatuh ke dalam sungai.
Lu Leng tidak menyerangnya lagi, hanya membentak
"Aku telah mengampunimu, apakah kau masih tidak tahu
diri?"
Wajah Kim Kut Lau merah padam, Sejak dia berkecimpung
dalam rimba persilatan, bagi yang tahu asal usulnya, pasti
memandang muka Mo liong Seh Sih mengalah padanya, Bagi
yang tidak tahu, dia pun dapat merobohkan mereka dengan
kepandaiannya yang amat tinggi itu,
Akan tetapi kini menghadapi Lu Leng yang masih begitu
muda, dia justru tak mampu. itu membuatnya amat penasaran
dan penuh rasa dendam, sepasang matanya menyorot garang

1641
menatap Lu Leng, Walau dia tahu bahwa Lu Leng bukan
lawannya tapi merasa tidak rela meninggalkan perahu itu.
"Hmm!" Lu Leng mendengus dingin ketika melihatnya
tidak mau pergi "Kim Kut Lau, kalau aku tidak kagum dan
salut terhadap ayahmu, seranganku tadi pasti sudah
melukaimu! Kalau kau masih tidak mau pergi boleh coba
menyambut seranganku lagi!"
Usai berkata, Lu Leng melancarkan serangan
mengeluarkan jurus Sam Hoan Toh Goat (Tiga lingkaran
Mengelilingi Bulan).
Lu Leng melancarkan serangan tersebut sama sekali tidak
berniat melukainya namun menggunakan tenaga sepenuhnya,
Betapa terkejutnya Kim Kut Lau, dan mana berani
menyambut serangan itu? Dia langsung bersiul panjang sambil
mencelat ke belakang beberapa depa, kebetulan jatuh di
sebuah perahu kecil, kemudian melesat ke daratan, Tanpa
menoleh lagi dia langsung kabur dan dalam sekejap sudah
tidak kelihatan bayangannya
Ternyata serangan yang dilancarkan Lu Leng tadi memang
hanya untuk menakut-nakuti Kim Kut Lau, agar dia kabur
Teringat akan Mo liong Seh Sih dan kedua putranya, Lu Leng
mengge1eng-gelengkan kepala sambil menghela nafas
panjang. Mo Liong Seh Sih begitu gagah dan berhati mulia,
sedangkan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau begitu licik serta
jahat, sungguh berbeda dengan sifat ayah mereka!
Lu Leng kembali masuk ke perahu dan seketika terbelalak
saking terkejutnya,

1642
Ketika dia bergebrak dengan Kim Kut Lau, masih
mendengar suara Tam Ek Hui dari dalam perahu itu.
sedangkan dia hanya bergebrak empat jurus, berarti dalam
waktu ytiagwmat singkat Namun kini di dalam perahu itu telah
kosong.
Tam Ek Hui yang duduk di atas ranjang sudah tidak
kelihatan Lu Leng tahu bahwa Tam Ek Hui hilang mendadak,
tentunya diculik oleh orang yang tadi menculik Han Giok Shia.
Lu Leng merasa heran, sebab luka dalam yang diderita
Tam Ek Hui, sudah sembuh dua bagian. Kalaupun musuh
muncul, seharusnya dia bisa berteriak minta tolong.Bagaimana
mungkin diam saja membiarkan dirinya diculik begitu saja?
Apakah si penculik berkepandaian amat tinggi?
Lu Leng berdiri termangu-mangu. Mendadak dia
mendekati ranjang Tam Ek Hui, ternyata dia melihat sepucuk
surat di ranjang itu. Cepat-cepat disambarnya surat itu, lalu
segera dibacanya. Surat itu berbunyi demikian.
Tam dan Han tidak apa-apa, Cepat berangkatlah kau ke
telaga Tong Ting.
Gaya tulisan itu sama seperti gaya tulisan yang
memesannya berangkat ke telaga Tong Ting, ketika dia
berada di gunung Tang Ku Sat --- setelah membaca surat itu,
Lu Leng tertegun padahal tadi dia berdusta kepada Tam Ek
Hui bahwa Han Giok Shia ditolong oleh seorang tokoh tua
dalam rimba persilatan kini kelihatannya memang benar
Orang itu pernah menjaganya di saat mengobati luka
dalamnya, sudah pasti orang itu bukan penjahat.

1643
Akan tetapi, Lu Leng justru merasa bingung, siapa orang
itu dan kenapa bertindak begitu misterius?
Lu Leng berpikir sejenak, kemudian berjalan keluar dan
langsung melesat ke daratan. Dia berusaha mengejar perahu
yang ditumpanginya tadi, tapi mendadak terdengar suara
dentingan-dentingan nyaring di dalam rimba.
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng segera tahu bahwa
itu suara Pat Liong Khim.
Lu Leng segera berhenti, kemudian melesat ke belakang
sebuah pohon untuk mengintip. Tampak dua orang berada di
dalam rimba itu, namun tidak jelas siapa mereka.
Lu Leng segera menahan nafas, Kemudian terdengar salah
seorang dari mereka berkata,
"Ayah, aku tidak mau belajar."
Begitu mendengar suara itu, tersentaklah hati Lu Leng,
sebab dia mengenali suara itu, tidak lain suara si Budak Setan-
Oey Sim Tit.
Kemudian terdengar pula suara bentakan gusar.
"Omong kosong! Pat Liong Thian Im menggemparkan
kolong langit, kenapa kau tidak mau belajar? ilmu Ginkangmu
sangat tinggi maka kalau kau berhasil mempelajari Pat Liong
Thian Im, di kolong langit ini tidak akan ada yang
menandingimu."
Lu Leng sudah menduga, yang membentak itu adalah Liok
Ci Khim Mo yakni ayah Oey Sim Tit.

1644
Terdengar Oey Sim Tit menyahut
"Ayah, Pat Liong Thian Im memang merupakan ilmu yang
amat hebat, tapi Ayah selalu membunuh orang, Tidak sampai
setahun yang mati di bawah Pat Liong Thian Im sudah ratusan
jago tangguh dalam rimba persilatan Aku... aku sungguh tidak
ingin belajar!"
Ketika Oey Sim Tit berkata di situ, Lu Leng pun mendengar
suara "Plak", Mungkin saking gusarnya Liok Ci Khim Mo
menampar putranya itu dan membentak
"Dasar tak berguna!"
"Aku... aku.,." sahut Oey Sim Tit tersendat-sendat
Lu Leng memberanikan diri maju dua langkah, lalu
mengintip lagi. Ternyata Liok Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit
duduk berhadapan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan
Oey Sim Tit.
Berdasarkan percakapan mereka tadi, Lu Leng tahu bahwa
Oey Sim Tit belum berhasil mempelajari Pat Liong Thian Im.
sedangkan harpa Pat Liong Khim berada di pangkuan Oey Sim
Tit Kalau dia berani turun tangan merebut harpa Pat Liong
Khim itu, kemungkinan besar akan berhasil, maka tidak perlu
pergi mencari Panah Bulu Api lagi.
Berpikir sampai begitu, tanpa ayal lagi Lu Leng langsung
melesat ke arah mereka berdua, sekaligus melancarkan Kim
Kong Sin Ci. Tangan kanan mengeluarkan jurus Hong Mong
Coh Khai (Turun Hujan Gerimis) dan tangan kiri mengeluarkan
jurus Thian Te Kun Tun (Langit Bumi Kacau Balau), Kedua
jurus tersebut dikeluarkan dengan serentak, itu adalah jurus
kesebelas dan dua belas dari ilmu Kim Kong Sin Ci, yang

1645
paling dahsyat dan lihay. Sejak berhasil menguasai ilmu
tersebut Lu Leng belum pernah mengeluarkan jurus-jurus itu,
Saat ini menyangkut keselamatan rimba persilatan maka
Lu Leng langsung mengeluarkan kedua jurus itu.
Walau jarak mereka lima enam depa, namun begitu badan
Lu Leng melesat keluar, hanya berjarak sekitarnya tiga depa.
Kelihatannya Lu Leng akan berhasil merebut Pat Liong
Khim itu. Namun di saat bersamaan terdengar Oey Sim Tit
berseru kaget dan begitu badannya bergerak tahu-tahu sudah
berada di sisi ayahnya.
Sedangkan Liok Ci Khim Mo segera menyambar harpa Pat
Liong Khim, akan tetapi angin serangan Lu Leng telah
menerjang ke arah mereka, membuat Oey Sim Tit terpental
jatuh. Liok Ci Khim Mo juga terpental namun tidak jatuh,
bahkan jari tangannya masih sempat memetik tali senar harpa
Pat Liong Khim.
Seketika terdengar suara harpa yang amat dahsyat
menggoncangkan sukma, juga bagaikan laksaan kuda sedang
berpacu.
Hati Lu Leng tergoncang keras, sepertinya terhantam oleh
puluhan buah palu yang beratnya ratusan kati sehingga
membuyarkan tenaga Kim Kong Sin Ci
Lu Leng bersiul panjang. serangan yang dilancarkannya
tidak berhasil, itu berarti tiada harapan lagi.
Kalau tidak cepat-cepat meloloskan diri, mungkin hari ini
dia akan mati di tempat tersebut seandainya dia mati, lalu
siapa yang akan berangkat ke telaga Tong Ting menolong

1646
orang? Oleh karena itu, dia segera mencelat ke belakang tiga
depa,
Walau Lu Leng berhasil mencelat ke belakang, namun
matanya berkunang-kunang dan merasa tanah yang
diinjaknya berputar-putar. Dia memaksakan diri untuk lari,
namun baru lima depaan, sekujur badannya terasa tak
bertenaga sama sekali akhirnya terkulai Di saat itulah
mendadak dia teringat akan perkataan salah seorang Coan
liong Liok Couw, bahwa dia pernah menghadapi Pat Liong
Thian Im, untung dia terjun ke dalam sungai maka terhindar
dari petaka.
Saat ini, kebetulan Lu Leng berada di pinggir sungai Maka
begitu teringat akan hal itu, dia langsug berupaya untuk
berguling ke arah sungai Dia berhasil masuk ke sungai lalu
menenggelamkan diri, Semula dia masih mendengar suara
harpa itu, namun setelah tenggelam kira-kira dua depa, dia
tak mendengar suara apa pun.
Hati Lu Leng masih berdebar-debar. Kemudian dia segera
menahan nafas, tentunya tidak berani muncul di permukaan
Setelah itu, barulah dia mulai berenang di dasar sungai
Setelah merasa cukup lama berenang, dia muncul di
permukaan
Saat ini, hari sudah mulai sore, Setelah muncul di
permukaan sungai barulah dia tahu bahwa dirinya berada di
tengah-tengah sungai. Tampak dua tiga buah perahu layar,
burung-burung beterbangan, tapi tidak tampak ada orang
mengejarnya.
Barulah Lu Leng menarik nafas lega, Dia berenang ke
pinggir kemudian naik ke atas dan beristirahat di situ.

1647
Teringat akan kejadian tadi, hatinya berdebar-debar lagi
Tadi dia menempuh bahaya, namun tidak berhasil merebut
harpa Pat liong Khim, sungguh kehilangan kesempatan itu.
Liok Ci Khim Mo dan putranya memang terdapat sifat dan
watak yang berbeda, tapi mereka berdua tak pernah berpisah.
Di mana ada Liok Ci Khim Mo, di situ pasti ada Oey Sim Tit. Di
mana ada Oey Sim Tit, di situ pasti ada Liok Ci Khim Mo.
kalaupun berhasil mencari panah Bulu Api, lalu bagaimana
mendekati Oey Sim Tit untuk mencuri Panah Bulu Api itu?
Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng menjadi risau, Dia
mendongakkan kepala seraya menghela nafas panjang,
setelah itu memandang permukaan sungai sambil
bergumam."Oh, Thian (Tuhan)! Betulkah tiada jalan untuk
menyelamatkan rimba persilatan dari malapetaka itu?"
Lu Leng tahu, sejak kejadian di gunung Go Bi San, semua
partai besar dan kaum rimba persilatan lainnya sudah pergi
bersembunyi menghindari Liok Ci Khim Mo.
Tapi berdasarkan apa yang dikatakan Oey Sim Tit ketika
Lu Leng berangkat ke gunung Tang Ku Sat, sudah ratusan
kaum rimba persilatan mati di bawah Pat Liong Thian Im.
Kalau terus begitu, kaum rimba persilatan golongan lurus pasti
akan habis,
Lu Leng duduk tercenung di pinggir sungai. Setelah
pakaiannya agak kering, barulah dia pergi mengejar perahu
yang ditumpanginya tadi,
Setelah larut malam, barulah dia berhasil mengejar perahu
tersebut Dia berteriak-teriak memanggil tukang perahu, dan
perahu itu segera meluncur ke pinggir Lu Leng meloncat ke

1648
dalam perahu, ternyata perahu itu sudah bertambah dua
orang,
Ketika Lu Leng mau menegur si tukang perahu, kedua
orang itu justru bangkit berdiri Lu Leng melihat salah seorang
dari mereka hanya berlengan satu, sedangkan yang satu lagi
tidak punya sepasang kaki, Ternyata mereka berdua adalah
orang cacat, namun sikap mereka masih tampak berwibawa,
sebelum Lu Leng membuka mulut, kedua orang itu sudah
berkata,
"Saudara kecil, apakah kau yang menyewa perahu ini?"
Lu Leng mengangguk
"Betul. Siapa Anda berdua?"
Kedua orang itu menghela nafas panjang, lalu orang
berlengan satu menyahut
"Namaku Pik Giok Sen, yang ini adalah ketua Tiam Cong
Pai, bernama Sih Liok Khie."
Sih Liok Khie tersenyum getir sambil berkata,
"Sepasang kakiku telah putus, maka aku merasa malu
mengaku sebagai ketua Tiam Cong Pai. Kami berdua dicelakai
lagi oleh Liok Ci Khim Mo, maka terpaksa bersembunyi di
dalam perahu ini, Harap saudara kecil memaafkan
kelancangan kami!"
Ketika mendengar orang berkaki buntung itu mengaku Sih
Liok Khie, ketua Tiam Cong Pai, Lu Leng langsung
menjatuhkan diri berlutut

1649
“Ternyata Susiok (Paman guru), aku... aku Lu Leng!"
Berkata sampai di situ, Lu Leng teringat pula akan
kematian kedua orangtuanya, maka tak tertahan lagi air
matanya lalu mete1eh.
Begitu melihat pemuda itu berlutut sambil memanggil
"Susiok", seketika juga Sih Liok Khie terbelalak Setelah Lu
Leng menyebut namanya, barulah dia tahu pemuda yang
berlutut di hadapannya adalah putra Sebun It Nio, kakak
seperguruannya.
Sih Liok Khie memperhatikan wajah Lu Leng, memang
agak mirip wajah Sebun It Nio, keras hati dan percaya diri
seperti ibunya.
Sebun It Nio lebih awal tiga tahun masuk ke Tiam Cong
Pai dari Sih Liok Khie. Ketika masih muda, Sih Liok Khie juga
pernah mencintai Sebun It Nio secara diam-diam, namun
Sebun It Nio sama sekali tidak mengacuhkannya, Sih Liok Khie
tidak tersinggung masih tetap baik terhadap kakak
seperguruannya itu. padahal kedudukannya sebagai ketua,
harus diserahkan kepada Sebun It Nio, tapi ketika itu guru
Sebun It Nio amat gusar akan perjodohan muridnya itu,
Untung Sih Liok Khie bermohon kepada guru itu, maka Sebun
It Nio tidak diusir dari pintu perguruan.
Saat ini, begitu melihat Lu Leng, Sih Liok Khie langsung
teringat akan Sebun It Nio, dan timbul pula rasa duka dalam
hati. Lama sekali Sih Liok Khie tertegun sambil memandang Lu
Leng, kemudian berkata.
"Anak Leng, ternyata yang menyewa perahu ini adalah
kau. ini sungguh di luar dugaan sama sekali!"

1650
"Paman guru juga bertemu Liok Ci Khim Mo?" tanya Lu
Leog.
Sih Liok Khie manggut-manggut
"Ya, aku bertemu dia kedua kalinya Pertama kali di
gunung Bu Yi San, entah berapa banyak kaum rimba
persilatan terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, termasuk
ayahmu juga mati di bawah pengaruh suara harpa itu, hingga
kini tak terasa sudah empat tahun berlalu."
Lu Leng manggut-manggut diam, dan air matanya terus
berderai-derai.
Sih Liok Khie menghela nafas panjang lalu penuturannya.
"Saat itu aku selamat namun sepasang kakiku kutung,
Setelah kembali ke gunung Tiam Cong San, aku terus berlatih
selama tiga tahun, Aku kira sudah waktunya membalas
dendam. Tapi tidak tahunya, ketika kami baru turun gunung,
terdengar berita tentang kejadian di Cing Yun Ling gunung Go
Bi San,
Coba pikir, Giok Bin Sin Kun dan Sui Cing siansu pun pergi
menghindari Liok Ci Khim Mo, bagaimana kami mampu
menghadapinya? Bukankah akan mencari rnati? Karena itu,
kami menetap di sekitar sungai Tiang Kang, sedangkan Liok Ci
Khim Mo mengumpulkan kaum rimba persilatan golongan
hitam dan mendirikan sebuah istana Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong
(istana penguasa Rimba Persilatan) di sebuah gunung,
Aaaah.,.!"
Dalam setahun ini, Lu Leng berada di gunung Tang Ku Sat
untuk mencari Panah Bulu Api. Maka, bagaimana tindakKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
1651
tanduk Liok Ci Khim Mo setahun terakhir ini, dia sama sekali
tidak mengetahuinya,
Kini mendengar Sih Liok Khie mengatakan begitu,
tentunya dia amat terkejut
"Bulim Ci Cun?"
Sih Liok Khie manggut-manggut Kemudian dengan wajah
penuh diliputi rasa dendam dia menyahut
"Tidak salah, dia telah menyebut dirinya sebagai Bu Lim Ci
Cun, Para anak buahnya yang terdiri dari golongan hitam,
terus mencari jejak partai-partai besar yang bersembunyi
Kalau sudah tahu jejak mereka, para anak buah itu pun
melapor kepada Liok Ci Khim Mo. Setelah itu muncul
mendadak memaksa kaum rimba persilatan golongan lurus itu,
harus tunduk pada perintahnya Kalau tidak, harpa Pat Liong
Khim pasti berbunyi...."
Berkata sampai di situ, Sih Liok Khie menghela nafas
panjang, kemudian melanjutkan.
"Setahuku, dalam setahun terakhir ini, Yu Lao Pun ketua
Tai Ci Bun telah meninggal sedangkan Hui Yan Bun hanya
tinggal si Walet Hijau-Yok Kun Sih seorang, namun entah
menghilang ke mana, Begitu pula Liat Hwe Cousu, ketua Hwa
San Pai juga kehilangan jejak...."
Ketika mendengar sampai di situ, mendadak sepasang
mata Lu Leng tampak berapi-api,
Sih Liok Khie berhenti sejenak, lalu melanjutkan. "Bu Tong
Pai tersisa satu orang, yakni Sen Hong Kiam Khek. Kemarin

1652
Liok Ci Khim Mo berhasil menemukan tempat persembunyian
kami, maka Tiam Cong Pai hanya tinggal aku seorang,"
Lu Leng tertegun, lama sekali baru bertanya, "Lalu
bagaimana Cit Sat Sin Kun dan guruku?" "ltu aku tidak tahu,"
sahut Sih Liok Khie. "Liok Ci Khim Mo pernah ke pulau Hwe
Ciauw To, tapi tidak berhasil mencari Cit Sat Sin Kun suami
istri. seperti gurumu, mereka berdua pun kehilangan jejak.
Adapun mengenai para padri Go Bi Pai, aaah,., sungguh
kasihan sekali!" sela Pik Giok Sen.
"Bagaimana?" tanya Lu Leng.
Sih Liok Khie memberitahukan.
"Sungguh kasihan Sui Cing siansu! Beliau ingin
menyadarkan Liok Ci Khim Mo dengan ajaran-ajaran Sang
Buddha, membawa dua belas padri berkepandaian tinggi dan
ratusan padri lainnya ke istana Ci Cun Kiong di gunung Tiong
Tiau San, namun Liok Ci Khim Mo justru menggunakan Pian
Liong Thian Im membinasakan mereka semua."
Betapa terkejutnya Lu Leng. Mendadak dia memukul meja
sambil berteriak sekeras-kerasnya,
"Apakah tiada seorang pun dapat membasmi penjahat
itu?"
Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie menghela nafas panjang,
memandang permukaan sungai dengan wajah murung, Lu
Leng tahu tiada gunanya gusar, namun dalam hati masih tetap
amat emosi.
"Biar bagaimanapun aku harus mencari Panah Bulu Api!"
teriaknya,

1653
"Apa gunanya kalau berhasil mencari Panah Bulu Api?"
tanya Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie serentak.
Lu Leng segera menutur tentang semua itu. Kedua orang
itu amat berduka ketika mendengar penuturan Lu Leng
tentang pengorbanan Mo liong Seh Sih..
Pik Giok Sen menghela nafas panjang,
"Banyak kaum golongan hitam yang kukenal sebulan yang
lalu aku bertemu salah seorang, katanya tahun ini Cit Gwee
Cap Ngo (Tanggal Lima Belas Bulan Tujuh), Liok Ci Khim Mo
akan menyelenggarakan pertemuan besar-besaran di istana Ci
Cun Kiong, Kemungkinan besar dia bertujuan memancing
keluar Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua."
Lu Leng menghitung, Cit Gwee Cap Ngo hanya tinggal
sebulan lebih.
"Kecuali guruku tidak tahu, kalau tahu beliau pasti ke sana
mencari kesempatan" katanya,
"Maaf Saudara kecil, kepandaian gurumu memang tinggi
sekali Tapi kalau dia ke sana, mungkin hanya cari mati saja,"
kata Pik Giok Sen.
Lu Leng tahu Pik Giok Sen berkata sesung-guhnya, sebab
dia pun telah mengalami itu, kalau tidak kebetulan berada di
pinggir sungai, dia pasti sudah binasa di bawah Pat Liong
Thian Im.
Lu Leng pun teringat pada Liat Hwe Cousu, Selama dua
puluhan tahun, ketua Hwa San Pai itu tidak pernah
melepaskan jubah merahnya, namun setelah kejadian Cing
Yun Ling, dia pun melepaskan jubah merahnya,

1654
"Seandainya kita menyamar, mungkin Liok Ci Khim Mo
tidak akan mengenali kita." kata Lu Leng,
Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie hanya saling memandang
dengan kening berkerut pertanda tidak setuju akan usul Lu
Leng.
Lu Leng pun diam, namun dalam hati sudah mengambil
suatu keputusan, bahwa setelah beres urusan di telaga Tong
Ting, dia pasti akan berangkat ke istana Ci Cun Kiong di
gunung Tiong Tiau San.
Sementara perahu itu terus melaju dan hampir tiba di
telaga Tong Ting.
Lu Leng segera bertanya kepada tukang perahu, masih
berapa jauh akan tiba di telaga tersebut? Tukang perahu
memberitahukan hanya tujuh delapan mil lagi. Lu Leng
berpamit kepada Pik Giok Sen dan Sih Liok Khie, kemudian
mendarat dan langsung menuju telaga Tong Ting,
Ketika Lu Leng meninggalkan perahu itu, sang mentari
sedang mulai memancarkan cahayanya, setelah hari agak
siang, dia sudah tiba di pinggir telaga tersebut, lalu berdiam
termangu-mangu,
* * * *
Bab 77
Orang yang meninggalkan pesan itu, hanya
memberitahukan bahwa orang yang dicintai Lu Leng,
mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, tapi tidak
menjelaskan tepatnya di sebelah mana, Luas telaga Tong Ting
hampir ratusan mil, kalau mencari harus menyita banyak

1655
waktu, lagipula begitu banyak pulau-pulau kecil di telaga
tersebut, bagaimana mungkin mencarinya?
Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengambil
keputusan untuk mengitari telaga itu. Ketika mulai mengitari
telaga tersebut Lu Leng bertemu penduduk setempat Dia
berpura-pura menanyakan jalan sambil mengamati tempat itu.
Akan tetapi, hingga tengah hari, dia belum memperoleh
hasil apa-apa. Sang matahari berada di atas kepalanya,
sehingga membuat Lu Leng merasa haus, lalu berhenti di
pinggir sebuah desa kecil. Di desa kecil itu hanya terdapat tiga
puluhan rumah. Di luar desa tampak begitu banyak jala yang
dijemur, Kelihatannya para penduduk desa itu terdiri dari
nelayan.
Di pinggir mulut desa itu terdapat sebuah sungai kecil
yang airnya mengalir tenang. Terlihat sebuah kedai teh di
bawah sebuah pohon dan beberapa orangtua sedang minum
teh di situ, Lu Leng mendekati kedai teh itu, kemudian
mengeluarkan setael uang perak. Kapan pemilik kedai teh
pernah melihat uang perak yang bergemerlapan itu?
Setelah Lu Leng duduk, pemilik kedai itu segera
menyajikan teh istimewa dan beberapa potong semangka,
Kemudian dia pun menggoreng burung dara, Lu Leng mulai
bersantap sambil memandang sungai kecil itu. Begitu tenang
dan damai, sehingga membuatnya menjadi berpikir. Untuk apa
orang saling membunuh demi nama dan kekuasaan? Itu
sungguh tak berarti sama sekali! Bukankah lebih baik hidup
tenang dan damai di desa kecil seperti ini? Kalau dirinya tidak
memikul dendam kedua orangtuanya, Lu Leng merasa rela
hidup selamanya di desa kecil tersebut.

1656
Di saat Lu Leng sedang berpikir terdengar suara perahu
berlabuh, Lu Leng mendongakkan kepala, tampak seorang
nelayan menghampiri kedai teh, kemudian berhenti di
hadapan Lu Leng, Setelah memperhatikan wajah Lu Leng
sejenak, nelayan itu pun berseri.
"Maaf, Tuan muda bermarga Lu?"
Seketika itu terkejut lah Lu Leng,
Sebab namanya tidak begitu terkenal. Kalaupun terkenal
tentunya kaum rimba persilatan yang mengetahuinya. Lalu
bagaimana mungkin seorang nelayan mengetahui namanya?
Nelayan itu tertawa.
" Semalam aku bermimpi mendapat ikan besar, itu
pertanda rejeki. Ternyata benar, hari ini begitu keluar rumah,
aku berjumpa tuan penolong, Dia hanya menyuruhku
mengantar sepucuk surat, tapi memberi ku hadiah sepuluh
tael perak, Semula aku mengira amat sulit menemukan orang
yang harus menerima surat ini, tidak tahunya hanya dalam
setengah hari aku sudah bertemu Tuan muda Lu."
"Paman, apakah surat itu ditujukan kepadaku?" tanya Lu
Leng,
"Betul," sahut nelayan itu sambil mengangguk, lalu
mengeluarkan sepucuk surat dari dalam baju nya. ini
suratnya," lanjutnya.
Lu Leng menerima surat tersebut, lalu mengeluarkan
isinya untuk dibaca, Begitu melihat tulisan surat itu Lu Leng
langsung mengenalinya

1657
Orang yang paling kau cintai berada di pulau Huang Yap,
dalam kesulitan besar di tengah telaga, cepatlah kau pergi ke
sana, nelayan setempat akan menunjukkan jalan!
Usai membaca, ketika Lu Leng baru mau bertanya kepada
nelayan itu, tiba-tiba terdengar suara perahu, Lu Leng segera
menoleh dan terkejut bukan main. Tampak sebuah perahu
sedang melaju mengikuti arus dan empat orang berdiri di
perahu itu. Yang berdiri di paling depan berbadan tinggi besar,
membawa sebuah harpa kuno, tidak lain adalah Liok Ci Khim
Mo. Lu Leng cepat-cepat menyambar baju rumput salah
seorang nelayan yang di sisinya, lalu memakainya seraya
berkata,
"Kalian semua jangan bersuara! setelah keempat orang itu
berlalu, aku pasti memberi kalian imbalan."
Perahu itu berlabuh, Kemudian Liok Ci Khim Mo dan tiga
orang lainnya mendarat Lu Leng duduk membelakangi mereka
dengan menundukkan kepala sambil bersantap. Suara langkah
semakin mendekat, lalu terdengar salah seorang dari mereka
berkata,
"Kami sudah menyelidiki sejelas-jelasnya, nenek tua itu
berada di tengah telaga, Kemarin aku melihat dia membawa
seorang gadis, dalam keadaan gusar melewati tempat ini, Asal
kita berhasil menemukannya dalam rimba persilatan sudah
tiada lagi Hui Yan Bun."
Liok Ci Khim Mo menyahut dingin,
"Baik."
Setelah itu, terdengar suara orang memesan teh, Lu Leng
menahan nafas dan membatin, dua orang itu pasti dari

1658
golongan hitam yang bertugas menyelidiki ketua Hui Yan Bun.
Ternyata Yok Kun Sih tinggal di tengah telaga, Mereka bertiga
mengajak Liok Ci Khim Mo untuk membinasakannya,
Mendadak terdengar suara Oey Sim Tit,
"Ayah, nama Yok Kun Sih amat baik dalam rimba
persilatan kenapa kita harus mencelakainya?"
Liok Ci Khim Mo gusar sekali dan langsung membanting
cangkir yang dipegangnya ke tanah.
Prang! Cangkir itu hancur berkeping-keping.
Setelah itu, Liok Ci Khim Mo berkata dengan suara
lantang,
"Yang menurut hidup, yang melawan mati! Aku tidak
peduli nama baik segala!"
Kedua orang itu segera menyahut
"Betul! Betul! Kalau tidak, bagaimana bisa jadi Bu Lim Ci
Cun? Sejak dulu hingga kini, siapa yang berani menyebut
dirinya demikian?"
Liok Ci Khim Mo tertawa puas, sedangkan Oey Sim Tit
malah menghela nafas panjang. Bagaimana Lu Leng? Saat ini
perasaannya tegang sekali, Karena apabila Liok Ci Khim Mo
tahu akan keberadaannya, dia pasti celaka,
Waktu sesaat itu dirasanya lama sekali. Berselang sesaat,
Liok Ci Khim Mo dan lainnya kembali ke perahu, dan kemudian
perahu itu melaju, setelah tidak mendengar suara perahu itu,

1659
barulah Lu Leng mendongakkan kepala memandang ke arah
telaga, Perahu itu telah lenyap ditelan kabut
"Paman tahu di tengah telaga terdapat sebuah pulau
Huang Yap To?" tanyanya
Nelayan itu tertawa,
"Hidupku memang di telaga, tentunya tahu pulau itu."
Lu Leng manggut-manggut
"Baik, kalau begitu harap Paman mengantarku ke pulau
itu, pasti kuberikan hadiah!"
Nelayan itu mengangguk.
"Baiklah!"
Lu Leng bangkit berdiri, kemudian memberikan uang
kepada beberapa nelayan yang ada di situ masing-masing
setael perak, dan para nelayan itu menerimanya dengan
girang. Nelayan itu membawa Lu Leng ke perahu dan begitu
berada di perahu tersebut, Lu Leng berpesan.
"Kita harus menjauhi perahu tadi, jangan sampai mereka
melihat krta!"
Nelayan itu tampak serba salah.
"ltu justru sulit, sebab di permukaan telaga walau berjarak
sembilan atau sepuluh mil, namun pasti kelihatan Kalau Tuan
muda takut dikenali orang, kenapa tidak mau ganti pakaian?"

1660
Lu Leng girang bukan main dan langsung manggutmanggut.
"Betul! Betul!"
Nelayan itu membuka sebuah peti kayu untuk
mengeluarkan satu stel pakaian kasar lalu diberikan kepada Lu
Leng. Setelah menerima pakaian kasar itu, Lu Leng segera
menyalinnya, bahkan juga memakai topi rumput sehingga
mirip seorang nelayan. Tak seberapa lama, perahu itu sudah
berada di tengah telaga, Lu Leng melihat perahu Liok Ci Khim
Mo jauh di depan.
"Paman, siapa yang menitipkan surat itu kepadamu ?"
tanyanya,
Nelayan itu tertawa,
"Sungguh mirip bidadari yang baru turun dari kahyangan."
Lu Leng tertegun. Selama ini dia menganggap bahwa
orang yang meninggalkan pesan itu adalah seorang tokoh tua
rimba persilatan bahkan yakin pula kalau bukan Tong Hong
Pek pasti Tam Sen.
Akan tetapi, kini menurut kata nelayan itu, justru seorang
gadis yang cantik jelita, Kalau tidak, bagaimana mungkin
nelayan itu bilang sungguh mirip bidadari yang baru turun dari
kahyangan?
Setelah berpikir sejenak, Lu Leng bertanya lagi,
"Paman, bagaimana rupa gadis itu?"

1661
"sepasang mata gadis itu amat indah dan bening,
wajahnya agak bulat dan berbadan sedang, Hanya saja
sungguh mengherankan ketika berbicara denganku,
kelihatannya seperti mengucurkan air mata, Dia bilang, kalau
aku mencari di sekitar telaga, pasti akan menemuimu,
kemudian dia menghadiahkan sepuluh tael perak kepadaku."
Ketika mendengar nelayan memberitahukan tentang rupa
gadis itu, Lu Leng semakin tercengang. Karena berdasarkan
apa yang dikatakannya itu, gadis tersebut justru Tam Goat
Hua.
Akan tetapi, itu bagaimana mungkin? Orang yang amat
dicintainya, mengalami kesulitan di telaga Tong Ting, Orang
yang amat dicintainya, sudah pasti Tam Goat Hua, tidak
mungkin gadis lain, Lu Leng berpikir lagi, mungkin nelayan itu
telah lamur, maka salah melihat!
Namun, persoalannya justru siapa gadis yang menulis
surat itu? Lu Leng termangu-mangu, Berselang beberapa saat,
perahu itu sudah mendekati dua buah pulau. Salah satu di
antaranya penuh dedaunan kuning, yang satu lagi tampak
menghijau, Lu Leng melihat perahu yang ditumpangi Liok Ci
Khim Mo menuju pulau hijau itu, Pulau yang penuh dedaunan
kuning, tentunya adalah pulau Huang Yap (Pulau Daun
Kuning),
Tak seberapa lama, perahu yang ditumpangi Lu Leng pun
sudah sampai di pulau tersebut, Ternyata semua pohon di
pulau itu berdaun kuning, maka tidak mengherankan kalau
pulau itu dinamakan Pulau Daun Kuning,
Lu Leng menaruh lima tael perak di perahu, kemudian
mendadak melesat ke pulau tersebut, Nelayan itu ingin

1662
mengucapkan terima kasih, namun Lu Leng sudah melesat
pergi.
Sebagian pulau itu agak datar, namun sebagian lagi penuh
batu curam yang amat bahaya, tampak pula beberapa buah
bukit. Sampai di kaki bukit, Lu Leng masih tidak melihat ada
orang di situ, Lalu dia mendongakkan kepala, mendadak
terlihat sesosok bayangan berkelebat di pinggang bukit itu,
Sungguh cepat gerakan sosok bayangan tersebut, sekejap
sudah tidak tampak lagi. Melihat ada orang di sana, Lu Leng
segera melesat ke sana, tak lama kemudian sudah sampai di
tempat itu, Ketika baru mau mencari, justru terdengar suara
seorang gadis.
Bagian 37
"Aku cinta dia! Aku cinta dia! Guru, biar Guru menghukum
ku, aku tetap mencintainya! Walau Guru membunuhku, aku
juga mencintainya!"
Begitu mendengar suara gadis itu, tercenganglah Lu Leng.
Sebab dia mengenali suara gadis itu, tidak lain adalah Toan
Bok Ang yang menghilang di dalam makam Nyonya Mo Liong
Seh Sih. Suara itu berasal dari sebuah goa, Lu Leng segera
menghampiri goa itu, Gelap gulita di dalamnya, tak tampak
apa pun. Kemudian terdengar suara tawa dingin seorang
wanita tua, ternyata Yok Kun Sih yaitu ketua Hui Yan Bun.
"Bocah itu kemungkinan besar sudah binasa, kau masih
mencintainya?"
Toan Bok Ang tertawa.

1663
"Biar bagaimanapun dia, aku tetap mencintainya! Guru,
cepatlah turun tangan membunuhku!"
" Padahal sesungguhnya, kau adalah murid murtad yang
tidak akan terlepas dari hukumanku! Tapi kini para murid Hui
Yan Bun sudah binasa semua, Kalau aku tidak menyingkir ke
daerah See Hek (Bagian Barat Luar Tionggoan), dan tanpa
sengaja bertemu denganmu, Hui Yan Bun hanya tersisa aku
seorang, maka aku mengampunimu. Apakah kau tidak rela?"
“Aku hanya bermohon dapat berjumpa dia di alam baka!"
"Binatang! Ketika kau berguru kepadaku, pernah
bersumpah apa?"
"Aku tahu setelah masuk Hui Yan Bun, selamanya tidak
boleh membicarakan soal cinta, Tapi... aku justru jatuh cinta
kepadanya, Guru, Aku rela mati, apakah tidak boleh?" sahut
Toan Bok Ang,
Lu Leng yang berada di luar goa amat terharu ketika
mendengar itu. Walau percakapan mereka berdua tidak
menyinggung nama Lu Leng, namun pemuda itu tahu, yang
dimaksudkan "Dia" adalah dirinya. Teringat akan Liok Ci Khim
Mo yang ke pulau Hijau, kalau tidak menemukan Yok Kun Sih,
mereka pasti ke mari, itu berarti sewaktu-waktu Liok Ci Khim
Mo akan muncul di pulau ini. Berpikir sampai di situ, Lu Leng
langsung memasuki goa tersebut seketika terdengar suara
bentakan Yok Kun Sih.
"Siapa?"
"Aku murid Go Bi Pai, bernama Lu Leng!"

1664
Terdengar Toan Bok Ang berseru girang, sedangkan Yok
Kun Sih menggeram, setelah menikung, goa itu tampak
terang. Temyata di dinding goa dipasang dua buah lampu
minyak, Toan Bok Ang dirantai, Yok Kun Sih berdiri di
hadapannya.
Air mata gadis itu bercucuran bukan berduka, melainkan
saking gembiranya. Begitu Lu Leng muncul, Toan Bok Ang
berseru,
"Adik Leng, apakah kita sudah tidak berada di dunia?"
"Kakak Ang, panjang sekali kalau dituturkan. Kita harus
segera meninggalkan tempat ini."
Mereka berdua bercakap-cakap, membuat hati Yok Kun
Sih yang telah terbakar itu seakan tersiram minyak.
Apa lagi ketika Lu Leng bilang "Kita harus segera
meninggalkan tempat ini", sesungguhnya termasuk Yok Kun
Sih. Namun Yok Kun Sih justru salah mengerti. Dia mengira Lu
Leng ingin mengajak Toan Bok Ang pergi, dan itu
membuatnya menjadi semakin gusar Kalau Hui Yan Bun tidak
mengalami petaka, Toan Bok Ang pasti sudah binasa
dipukulnya,
Saat ini, begitu mendengar Lu Leng berkata demikian,
seperti menganggapnya tidak berada di situ, Dapat
dibayangkan betapa gusarnya Yok Kun Sih. Badannya
langsung bergerak, sekaligus mengeluarkan jurus Lau Yan
Hun Hui (Burung Walet Berterbangan) menyerang Lu Leng.
Padahal Lu Leng bermaksud baik, ingin memberitahukan
tentang Liok Ci Khim Mo, namun Yok Kun Sih tanpa bertanya,
langsung menyerangnya dengan dahsyat. Untung kepandaian

1665
Lu Leng sudah maju pesat, kalau tidak, pasti akan celaka di
tangan ketua Hui Yan Bun itu.
Lu Leng ingin berkelit, namun terlambat Dia terpaksa
menyambut serangan itu dengan jari telunjuknya,
mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan
Langit).
Seketika tenaga telunjuk dan pukulan beradu, Terdengar
suara benturan dahsyat memekakkan telinga, bahkan juga
menggoncangkan dinding-dinding goa. Lu Leng merasa
tenaga pukulan itu amat kuat, sehingga mundur satu langkah,
Dalam keadaan gusar, Yok Kun Sih menyerang dengan
sepenuh tenaga, namun Lu Leng yang masih begitu muda
mampu menangkis serangannya. itu membuat Yok Kun Sih
terkejut dan bertambah gusar.
"Bocah! Ternyata kepandaianmu cukup tinggi, pantas
berani bertingkah di hadapanku!"
Badannya bergerak lagi, begitu pula sepasang tangannya,
tahu-tahu sudah menyerang dengan dua jurus. Kali ini Lu
Leng sudah siap, maka begitu melihat Yok Kun Sih
menyerang, dia cepat-cepat berkelit sambil berseru.
"Cianpwee berhenti, aku mau bicara!"
Yok Kun Sih berhenti menyerang, lalu menatap Lu Leng
seraya berkata dingin.
"Kau telah merayu murid Hui Yan Bun, masih mau bicara
apa?"
Lu Leng menghela nafas panjang.

1666
"Urusan itu agak berliku-liku, harap Cianpwee jangan
bertanya dulu, Sebab kini Liok Ci Khim Mo sudah berada di
pulau Hijau, mungkin sebentar lagi akan ke mari."
Ketika Yok Kun Sih mendengar itu, tampak terkejut dan
wajahnya langsung berubah. Namun di dalam hatinya masih
kurang percaya.
"Bocah busuk, apakah kau ingin menggunakan nama Liok
Ci Khim Mo untuk menakuti ku ?"
Saking gugupnya, sehingga tanpa sadar Lu Leng
membanting kaki.
"Cianpwee, kalau tidak pergi sekarang, pasti celaka!"
Saat ini Yok Kun Sih amat terkejut, dan mau tidak mau
harus percaya. Dia segera menghampiri Toan Bok Ang untuk
melepaskan rantai yang membelenggunya seraya berkata
"Kalau begitu, mari kita segera pergi!"
"Adik Leng, kau cepat ke mari!" kata Toan Bok Ang.
"Siapa mau pergi bersamanya?" bentak Yok Kun Sih.
"Cianpwee, apakah Nona Tam, putri Cit Sat Sin Kun juga
berada di pulau ini?"
Yok Kun Sih diam saja, setelah menarik Toan Bok Ang
sampai di mulut goa, dia baru menoleh ke belakang seraya
menyahut

1667
"Omong kosong! Di pulau Huang Yap ini hanya ada aku
dan Bok Ang berdua!"
Mendengar itu, Lu Leng menjadi tertegun. Dia tahu
bagaimana sifat Yok Kun Sih, meskipun membencinya, tapi
tidak mungkin membohonginya, sudah pasti hanya mereka
berdua di pulau ini.
Kalau begitu, di mana Tam Goat Hua mengalami kesulitan
besar? Lu Leng terus berpikir, Toan Bok Ang dibelenggu
dengan rantai, bahkan nyaris dibunuh gurunya, bukankah itu
kesulitan besar? sedangkan pesan itu hanya mengatakan
orang yang paling dicintainya. Apakah Toan Bok Ang
merupakan gadis yang paling dicintainya?
Berpikir sampai di sini, Lu Leng lalu tertegun lagi,
Mendadak dia teringat akan apa yang dikatakannya di dalam
makam Nyonya Mo Liong Seh Sih kepada Toan Bok Ang.
seketika dia paham sebagian besar, akhirnya menghela nafas
panjang.
Pada waktu itu, Lu Leng berpikir sudah tiada harapan
untuk bisa meloloskan diri dari makam Nyonya Mo liong Seh
Sih. Agar Toan Bok Ang tidak merasa kecewa, maka dia
mengeluarkan kata-kata yang penuh mengandung cinta.
Sesungguhnya, orang yang paling dicintainya tidak lain
adalah Tam Goat Hua, Saat ini Lu Leng sudah dapat menduga,
ketika Yok Kun Sih membawa Toan Bok Ang meninggalkan
gunung Tang Ku Sat, pasti berjumpa Tam Goat Hua. Lantaran
Toan Bok Ang amat mencintainya membuat Tam Goat Hua
yakin bahwa Toan Bok Ang pasti dihukum gurunya begitu tiba
di telaga Tong Ting, Karena itu, Tam Goat Hua meninggalkan
pesan kepadanya agar ke telaga Tong Ting
menyelamatkannya.

1668
Lalu siapa pula, yang menolong Han Giok Shia dan Tam Ek
Hui di sungai Tiang Kang? Tentunya Tam Goat Hua juga. Apa
yang dikatakan nelayan itu memang tidak salah, Yang menitip
surat pada nelayan itu pasti Tam Goat Hua. Saat ini, Lu Leng
menganalisakan itu berdasarkan apa yang telah terjadi,
namun masih ada beberapa hal yang membuatnya tidak habis
pikir. Namun dia yakin akan satu hal, yakni Tam Goat Hua
berada di sekitar telaga Tong Ting.
Begitu berpikir sampai di situ, dia segera melesat ke luar
Karena tadi berpikir cukup lama di dalam goa, maka setibanya
di luar goa, sudah tidak tampak bayangan Yok Kun Sih dan
Toan Bok Ang.
Lu Leng berseru beberapa kali, tapi tidak terdengar suara
sahutan. Maka dia yakin bahwa Yok Kun Sih pasti telah
menotok jalan darah gadis itu agar tidak bisa bersuara,
Sudah cukup lama Lu Leng berada di pulau Huang Yap,
tapi Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang belum juga kelihatan Dia
seorang diri berada di pulau itu, sedangkan Liok Ci Khim Mo
pasti ke mari, maka kalau bertemu dirinya pasti celaka! Oleh
karena itu, dia cepat-cepat menuruni bukit Akan tetapi, baru
saja dia melesat beberapa depa, tampak Liok Ci Khim Mo dan
lainnya sedang mendarat di pulau itu,
Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia langsung berhenti sambil
berpikir Kalau turun melalui jalan tadi, pasti akan bertemu Liok
Ci Khim Mo. Sedangkan kalau bersembunyi disitu, rasanya
juga tidak akan aman, jalan satu-satunya dia harus kabur
melalui belakang bukit, mungkin masih dapat meloloskan diri.
Lu Leng segera berputar ke belakang bukit, lalu turun dan
tak lama dia sudah berada di kaki bukit, Akan tetapi, baru saja
dia berhenti, matanya melihat dua orang tak jauh dari situ

1669
sedang berpaling ke arahnya. Kedua orang itu adalah orangorang
yang bersama Liok Ci Khim Mo. Mereka duduk
berhadap-hadapan. Betapa terkejutnya Lu Leng, Dia tahu
bahwa kedua orang itu berpencar dengan Liok Ci Khim Mo
untuk mencari Yok Kun Sih. Kini kedua orang itu sudah tahu
akan keberadaannya di situ, maka Liok Ci Khim Mo pasti akan
ke mari pula.
Lu Leng tidak menunggu mereka berdua bersuara,
langsung menerjang ke arah mereka. Dia mengerahkan ilmu
Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun
(Sepasang puncak Menembus Awfen) untuk menyerang
mereka. Salah seorang langsung terkulai, yang satu lagi
terpental ke belakang lalu jatuh tapi masih sempat berteriak
aneh.
Begitu mendengar teriakan aneh orang itu, Lu Leng
terkejut Sebab orang itu telah terkena ilmu Kim Kong Sin Ci,
namun masih mampu berteriak aneh, pertanda kepandaiannya
tidak rendah. Pulau Huang Yap tidak begitu besar, sudah tentu
Liok Ci Khim Mo akan mendengar suara teriakan aneh itu dan
pasti segera menyusul ke situ, Lalu bagaimana Lu Leng
meloloskan diri?
Lu Leng menjadi gugup, Maka seketika juga dia
menyerang lagi Orang itu terpental beberapa depa dan
langsung tewas tanpa mengeluarkan suara, Di saat
bersamaan, tampak sosok bayangan berkelebat ke tempat itu.
Bukan main cepatnya gerakan orang itu sehingga dalam
sekejap sudah berada di hadapan Lu Leng.
Lu Leng tertegun karena yang berdiri di hadapannya justru
Oey Sim Tit, yang memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi.

1670
Begitu melihat Oey Sim Tit, seketika hati Lu Leng menjadi
dingin, Walau kepandaiannya jauh di atas Oey Sim Tit, tapi
ilmu Ginkangnya amat tinggi. Kini Oey Sim Tit telah melihat Lu
Leng, bagaimana mungkin Lu Leng dapat meloloskan diri?
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa harus turun tangan lebih
dulu melukai Oey Sim Tit, Mendadak Oey Sim Tit berkata
dengan suara rendah.
"Saudara Lu, ternyata kau! Kenapa kau masih belum mau
kabur?"
Lu Leng tertegun mendengar pertanyaan itu. Kini dia baru
ingat, meskipun Oey Sim Tit adalah putra Liok Ci Khim Mo,
namun berhati baik, tidak seperti ayahnya Lu Leng
mendongakkan kepala memandangnya, tampak wajah Oey
Sim Tit amat gugup dan panik.
"Cepat! Cepat bersembunyi! sebentar lagi ayahku pasti ke
mari!"
Begitu melihat wajahnya, Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit
tidak menghendakinya binasa di bawah Pat Liong Thian 1m.
" Saudara Oey, aku tidak akan melupakan budi baikmu!"
"Cepat kabur! Kalau tidak akan terlambat!" sahut Oey Sim
Tit.
Lu Leng tidak membuang-buang waktu lagi, langsung
melesat pergi, sebelum menikung, Lu Leng memandang ke
belakang, tampak Oey Sim Tit menunjuk ke depan, kemudian
terdengar suara Liok Ci Khim Mo.
"Ada urusan apa?"

1671
Lu Leng tahu bahwa sebentar lagi Liok Ci Khim Mo akan
sampai di tempat itu. Tapi dia sudah tidak keburu menikung,
karena itu segera bersembunyi di rumput ilalang yang lebat
Di saat Lu Leng bersembunyi Liok Ci Khim Mo sudah
sampai di tempat itu. Begitu melihat mayat kedua orang
tersebut, seketika kegusarannya memuncak
"Di mana musuh itu?" tanya kepada Oey Sim Tit
"Ketika aku sampai di sini, orang itu... sudah kabur." sahut
Oey Sim Tit,
Lu Leng yang bersembunyi di rumput alang-alang, diamdiam
menarik nafas lega, sedangkan Liok Ci Khim Mo
langsung melesat ke sana ke mari, lalu kembali ke tempat
semula dengan wajah gusar.
"Ayah, orang itu sudah kabur, mari cepat kita tinggalkan
pulau ini!"
Liok Ci Khim Mo melotot kemudian membentak
"Kenapa kau begitu terburu-buru?"
Oey Sim Tit langsung diam, Liok Ci Khim Mo tetap berdiri
di tempat kelihatannya tiada minat untuk pergi dalam waktu
singkat. Lu Leng merasa tegang dan panik sekali Sebab kalau
Liok Ci Khim Mo ingin mencari, tentunya akan
menemukannya, Dalam hati Lu Leng berharap Liok Ci Khim
Mo cepat-cepat meninggalkan tempat itu, namun Liok Ci Khim
Mo malah duduk di atas sebuah batu seraya berkata,
"Sim Tit, kini dalam rimba persilatan memang banyak
orang menyanjung diriku, namun kita berdua adalah ayah dan

1672
anak. Selanjutnya kau harus menuruti perkataanku jangan
membuatku gusar."
Oey Sim Tit langsung mendekap di dada Liok Ci Khim Mo.
"Ayah, aku... aku pasti menuruti perkataanmu." Katanya.
Liok Ci Khim Mo manggut-manggut "Satu bulan lagi istana
Ci Cun Kiong di gunung Tiong Tiau San akan usai dibangun.
Gelar Ci Cun selama ratusan tahun, tiada seorang pun yang
berani menggunakannya, Tapi kita berdua, justru akan
menikmati gelar tersebut !"
Oey Sim Tit manggut-manggut
"Mulai hari ini, kalau kau masih tidak mau mempelajari Pat
Liong Thian Im, ayah pasti amat kecewa dan sia-sialah semua
harapanku."
Oey Sim Tit menundukkan kepala.
"Kalau begitu, aku pasti belajar dengan tekun."
Wajah Liok Ci Khim Mo langsung berseru Dia menepuk
bahu Oey Sim Tit sambil bangkit berdiri
Kelihatannya mereka sudah mau meninggalkan tempat itu,
Maka, diam-diam Lu Leng menarik nafas lega. Akan tetapi, di
saat bersamaan mendadak terdengar suara mendesis di
rumput alang-alang itu. Lu Leng yakin Liok Ci Khim Mo tidak
akan mendengar suara itu, Namun dia sendiri tertegun sambil
menoleh, ternyata tampak seekor ular sedang merayap.
Betapa tegangnya hati Lu Leng, sebab ular itu merayap ke
arahnya. Padahal tidak sulit baginya menghadapi ular tersebut

1673
Tapi saat ini, Liok Ci Khim Mo berada tak jauh dari situ, Asal
dia bergerak sedikit Liok Ci Khim Mo pasti mendengarnya.
Lu Leng tak berani bergerak sama sekali. sepasang
matanya terus menatap ular itu, kelihatannya ular berbisa.
Walau ular merayap lamban, tapi tak lama kemudian
sudah berada di hadapannya, Ular itu berwarna abu-abu.
Begitu sampai di hadapannya langsung tercium bau amis yang
amat menusuk hidung. Setelah berada di hadapan Lu Leng,
ular berbisa itu mendongakkan kepala, lalu mendadak
meluncur ke muka Lu Leng.
Apa boleh buat! Lu Leng terpaksa menggerakkan kedua
jari tengahnya untuk menangkap ular itu. Memang Lu Leng
berhasil menangkapnya, tapi tiba-tiba ekor ular itu mengibas
ke arah bahunya.
* * * *
Bab 78
Kini Lu Leng baru melihat jelas, ternyata ular berbisa itu
bersisik abu-abu yang dapat memekar sehingga terasa tajam
sekali. Bahu Lu Leng tersambar ekor ular itu dan tertusuk
sisik-sisiknya yang tajam, maka terasa sakit sekali, sehingga
membuatnya nyaris menjerit
"Kebetulan Lu Leng mendongakkan kepala, Dilihatnya Liok
Ci Khim Mo dan Oey Sim Tit membalikkan badan lalu berjalan
pergi. Kalau di saat ini dia bersuara, pasti celaka.
Oleh karena itu, dia berkertak gigi menahan rasa sakitnya
agar tidak mengeluarkan suara, sekaligus mengerahkan hawa
murninya untuk melawan rasa sakit itu, sungguh sulit

1674
menunggu Liok Ci Khim Mo meninggalkan tempat itu, sebab
dia berjalan begitu lamban. Tak seberapa lama, barulah dia
menikung.
Lu Leng mengeluh perlahan. Kemudian dipegangnya ekor
ular itu dengan tangan kirinya lalu ditariknya dengan sekuat
tenaga, Ular itu putus menjadi dua potong dan darahnya yang
berbau amis pun mengucur deras.
Lu Leng cepat-cepat meloncat ke belakang agar badannya
tidak terkena percikan darah, lalu menengok bahunya,
Tampak beberapa lobang, dan darah di bahunya pun telah
menghilang.
Separuh badannya merasa ngilu, Lu Leng tahu bahwa ular
itu amat berbisa. Maka, dia cepat-cepat menotok jalan
darahnya di bagian dada agar bisa ular itu tidak menjalar ke
jantung,
Setelah itu, dia mengeluarkan Soat Hun Cu, lalu digosokgosokkannya
pada bekas luka di bahunya, Soat Hun Cu
memang dapat menghisap racun apa pun, dan Lu Leng telah
menyaksikan itu. Akan tetapi kali ini, setelah digosok-gosokkan
pada bahunya, Soat Hun Cu itu berubah warnanya menjadi
abu-abu.
Lu Leng terkejut sebab ketika melihat bekas luka di
bahunya, masih agak kehitam-hitaman, Dapat dibayangkan
betapa dahsyatnya bisa ular itu. Lama sekali warna Soat Hun
Cu itu baru berubah menjadi putih kembali Ketika Lu Leng
baru mau menggosokkannya lagi, mendadak terdengar suara
di belakangnya,
"Bocah, kalau terus begitu, nyawamu sulit diselamatkan."

1675
Lu Leng menoleh, Ternyata yang berkata itu Yok Kun Sih.
Lengannya mengapit Toan Bok Ang yang telah ditotok jalan
darah gagunya, maka tidak mampu bersuara,
Lu Leng tahu, bahwa kalau terus-menerus menggosok, itu
membutuhkan waktu, mungkin bisa ular itu akan menjalar ke
jantungnya. Setelah mendengar perkataan Yok Kun Sih, Lu
Leng segera bertanya.
"Cianpwee ada petunjuk apa?"
Yok Kun Sih menunjuk bangkai ular berbisa itu, lalu
manyahut,
"ltu adalah ular aneh yang amat berbisa, Siapa pun tidak
tahu ular berbisa apa itu, Kecuali kau tidak menghendaki Soat
Hun Cu lagi, barulah nyawamu dapat diselamatkan"
Lu Leng terkejut dan tidak mengerti.
"Kalau tiada Soat Hun Cu, lalu bagaimana cara menghisap
bisa ular itu?"
Yok Kun Sih menyahut dengan dingin.
"Walau Soat Hun Cu merupakan benda pusaka, namun
sudah begitu dalam kau terkena bisa ular itu. Maka, kecuali
hanya dengan sekali tarik nafas agar semua bisa ular itu
terhisap keluar, barulah kau selamat Akan tetapi, Soat Hun Cu
itu akan berubah hitam, sekaligus kehilangan kegunaannya,
Oleh karena itu, harus ditaruh ke tempatnya di gunung salju,
dan membutuhkan waktu seratus tahun, barulah dapat
berfungsi seperti semula."
Lu Leng tertegun mendengar penuturan itu.

1676
Perlu di ketahui, tidak gampang bagi Giok Bin Sin Kun
memperoleh Soat Hun Cu itu, Hampir dua puluh tahun dia
berada di gunung salju, barulah memperoleh Soat Hun Cu
tersebut, justru karena itu, Lu Leng tidak menghendaki Soat
Hun Cu itu berubah menjadi benda yang tiada manfaatnya.
Lagi pula, Soat Hun Cu itu mengikat perjodohan Giok Bin
Sin Kun-Tong Hong Pek dengan Tam Goat Hua yang akhirnya
berantakan Maka Lu Leng merasa benda tersebut amat
penting, itu membuatnya menjadi ragu menggunakan cara m
Yok Kun Sih, Maka, wanita tua itu lalu berkata dengan dingin
"Bocah, karena memperoleh beritamu, bahwa Liok Ci Khim
Mo akan ke mari maka aku memberi petunjuk untukmu.
Sebab selama ini aku tidak mau berhutang budi kepada siapa
pun, maka aku memberitahukan cara itu, sama juga telah
membalas budimu itu. Tapi apabila kau selamat lalu masih
mendekati Bok Ang, aku pasti tidak akan mengampunimu."
Usai berkata, Yok Kun Sih melesat pergi sambil mengapit
Toan Bok Ang di bawah ketiaknya dan tak lama sudah lenyap
dari pandangan Lu Leng. Tadi walau Toan Bok Ang tidak
mampu bersuara, namun terus menatap Lu Leng dengan
penuh cinta kasih yang amat dalam.
Lu Leng amat menyesali sebab tidak seharusnya hari itu
dia mengucapkan kata-kata yang mengandung cinta di dalam
makam Nyonya Mo Liong Seh Sih. Kini hanya ada satu jalan,
menuruti perkataan Yok Kun Sih, tidak mendekati Toan Bok
Ang lagi,
Bagi Lu Leng, mendekati Toan Bok Ang atau tidak, sama
sekali tidak penting, Namun tentunya gadis itu tidak akan
takut terhadap ancaman gurunya, lalu bagaimana cara
menghadapinya?

1677
Lu Leng menghela nafas panjang, Kemudian dia mulai
menggosok-gosokkan Soat Hun Cu di bahunya lagi sambil
menahan rasa sakit Berselang beberapa saat, lukanya mulai
mengalirkan darah merah, sedangkan Soat Hun Cu itu telah
berubah menjadi hitam tak bercahaya sama sekali.
Itu pertanda benda tersebut telah kehilangan khasiatnya,
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala sambil menyimpan
Soat Hun Cu ke dalam bajunya lalu meninggalkan tempat itu.
Sampai di kaki bukit, dia tidak melihat Liok Ci Khim Mo
maupun Yok Kun Sih.
Lu Leng segera menebang beberapa batang pohon,
kemudian diikat menjadi satu menyerupai sebuah rakit setelah
itu dia pun membuat sebuah pengayuh, Dengan rakit itulah
akhirnya dia sampai di daratan.
Setelah berada di daratan, dia berpikir bahwa tujuannya
kali ini adalah mencari Tam Goat Hua. Maka dia kembali ke
desa kecil itu dengan maksud menemui nelayan yang
membawa surat untuknya itu. Ketika dia baru berjalan belasan
depa, mendadak terdengar suara orang di rumput alang-alang
yang amat lebat
"Saudara Lu! saudara Lu!"
Lu Leng segera menoleh, Dilihatnya seseorang
menjulurkan kepalanya dari rumput alang-a!ang. wajah orang
itu buruk sekali, ternyata Oey Sim Tit. Lu Leng terkejut Tapi
Oey Sim Tit segera menggoyang-goyangkan tangannya
"Jangan takut, Saudara Lu! Ayahku tidak berada di sekitar
sini, Aku ingin bicara sebentar denganmu."

1678
Lu Leng berpikir Kalau tadi tidak ada Oey Sim Tit, mungkin
dirinya sudah celaka di tangan Liok Ci Khira Mo. Maka Lu Leng
yakin Oey Sim Tit berhati bajik,
Dia segera menghampirinya, lalu berkata sambil menghela
nafas panjang,
"Kau putra Bu Lim Ci Cun, tapi kenapa masih ingin bicara
denganku?"
Wajah Oey Sim Tit tampak murung sekali,
"Saudara Lu, kenapa kau berkata begitu?"
Lu Leng merasa bersalah karena ucapannya tadi memang
agak tajam.
"Saudara Oey, maafkan aku!" ucapnya.
Oey Sim Tit manggut-manggut.
"Aku tahu, kaum rimba persilatan golongan lurus amat
membenci kami ayah dan anak. Namun.,, siapa tahu akan
penderitaan batinku?"
Lu Leng menggenggam tangannya erat-erat,
"Saudara Oey, aku tahu akan penderitaan batinmu."
Oey Sim Tit menghela nafas panjang, lalu mendongakkan
kepala memandang ke langit
"Selain kau, masih ada Nona Tam yang tahu isi hatiku."

1679
Ketika Oey Sim Tit menyinggung Tam Goat Hua, hati Lu
Leng menjadi berduka sekali. Mereka berdua membungkam
sejenak, kemudian Oey Sim Tit berkata,
"Saudara Lu, dalam hatiku amat mencintai ayahku. Tapi,.,
aku membenci semua perbuatannya. saudara Lu, batinku
sungguh menderita sekali!"
Tiba-tiba hati Lu Leng tergerak Ternyata dia ingin
memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta Busur Api
kepada Oey Sim Tit, namun entah diberikan atau tidak?
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Lu Leng berkata,
"Saudara Oey, aku ingin meminjam sesuatu kepadamu."
"Kau mau pinjam apa, katakanlah!"
"Saudara Oey, bolehkah aku meminjam Busur Apimu?"
Wajah Oey Sim Tit langsung berubah, badannya bergerak,
bergeser dua depa dari hadapan Lu Leng.
Lu Leng terus menatapnya, Tampak Oey Sim Tit
menggoyang-goyangkan sepasang tangannya,
"lni justru tidak bisa!"
"Mengapa?" tanya Lu Leng,
"Busur Api itu dapat membunuh ayahku, aku... bagaimana
mungkin kupinjamkan kepada orang lain?"

1680
"Saudara Oey, ayahmu begitu jahat dan sering membunuh
orang, Kenapa kau masih membelanya?" kata Lu Leng dengan
suara dalam.
Oey Sim Tit menghela nafas,
"Saudara Lu, biar bagaimanapun dia tetap ayahku!"
sahutnya,
Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati lurus, tapi amat
lemah, ditambah sejak kecil dia kehilangan orang tua. Kini dia
telah berkumpul kembali dengan ayahnya, maka dia tidak
akan melakukan sesuatu yang mencelakai ayahnya,
Lu Lengs menghela nafas panjang, kemudian menggelenggelengkan
kepala,
"Aku tahu perasaanmu. Terimakasih atas pertolonganmu
tadi, sampai jumpa!"
"Saudara Lu, aku masih punya kata-kata yang akan
kusampaikan kepadamu!"
"Perkataan apa?"
Mendadak wajah Oey Sim Tit berubah agak kemerahmerahan.
"Apakah Saudara Lu tahu, kini Nona Tam berada di
mana?"
Lu Leng tercengang, kenapa wajahnya tampak kemerahmerahan
ketika bertanya demikian?

1681
"Aku tidak tahu." sahutnya,
"Harap saudara Lu melegakan hati! Kalau aku tahu jejak
Nona Tam, aku pasti tidak akan memberitahukan kepada
ayahku, beritahukanlah!" kata Oey Sim Tit.
Lu Leng menggeleng-gelengkan kepala,
"Aku memang tidak tahu, Bahkan aku pun sedang
mencarinya Bagaimana aku memberitahukan kepadamu ?"
Wajah Oey Sim Tit tampak murung.
"Saudara Lu, ayahku memang jahat. Aku tidak bisa
mencegahnya namun dalam setahun ini, aku telah banyak
menyelamatkan orang, seperti halnya Saudara Tam dan Nona
Han. Mereka berdua berjumpa ayahku, tapi di saat genting,
aku mencegah ayahku turun tangan berat terhadap mereka,
maka mereka berdua tidak binasa, Kalau Saudara Lu bertemu
Nona Tam, tolong beritahukan kepadanya bahwa aku.,., tidak
pernah berbuat jahat."
Lu Leng manggut-manggut.
"Baik. Kalau aku berjumpa dia, pasti kuberitahukan.
Oey Sim Tit menghela nafas beberapa kali,
"Saudara Lu, lebih baik kau bersembunyi hingga malam,
baru meninggalkan tempat ini, agar tidak bertemu ayahku,"
Usai berkata begitu, Oey Sim Tit pun melesat pergi.
sungguh hebat ilmu Ginkangnya! Dalam sekejap dia sudah
hilang dari pandangan Lu Leng,

1682
Lu Leng tahu bahwa Oey Sim Tit berhati bajik, Barusan dia
memperingatkan Lu Leng bersembunyi hingga malam,
tentunya punya alasan kuat Walau dia ingin cepat-cepat
mencari Tam Goat Hua, namun tetap tidak berani berlaku
gegabah, Maka dia bersembunyi hingga malam, barulah
memasuki desa kecil itu untuk mencari nelayan yang
membawa surat Tam Goat Hua. Dia berhasil mencari nelayan
itu. setelah bertanya Tam Goat Hua pergi ke mana, Lu Leng
segera mengejar. Namun, sudah mengejar beberapa hari, dia
sama sekali tidak menemukan jejak gadis itu.
Lu Leng ingat dirinya ketika berada di gunung Tang Ku
Sat, berjumpa Tam Goat Hua, gadis itu lalu pergi, membuat
hatinya berduka sekali. Namun Lu Leng pun ingat, setelah
keluar dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, kemungkinan
besar Tam Goat Hua terus mengikuti di belakangnya Apakah
gadis itu sudah tidak mencintai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, sebaliknya malah mulai mencintai dirinya?
Berpikir sampai di situ, hati Lu Leng merasa gembira
sekali. Tak terasa sudah sebulan dia terus mencari Tam Goat
Hua, namun tiada hasilnya juga tidak berjumpa Liok Ci Khim
Mo.
Hari itu, dia memasuki wilayah Shantung, Dia menghitunghitung
waktu, hanya tinggal belasan hari sudah Cit Gwee Cap
Go. Kini dia berangkat ke gunung Tiong Tiau San, kebetulan
membutuhkan waktu belasan hari pula, Oleh karena itu, dia
mengambil keputusan untuk berangkat ke gunung itu. Walau
harus menempuh bahaya, tapi itu merupakan suatu
kesempatan setelah mengambil keputusan tersebut dia lalu
berjalan ke arah barat,
Malam itu, di sebuah penginapan kecil, Lu Leng menukar
pakaiannya dengan pakaian seorang pengemis. setelah itu dia

1683
membeli sedikit bahan untuk merias wajahnya agar berubah
tidak karuan, bahkan juga memakai kumis palsu dan
membawa sebatang tongkat bambu.
Setelah mengaca, dia tertawa sendiri karena nyaris tidak
mengenali dirinya sendiri Mungkin Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, gurunya juga tidak akan mengenalinya, setelah
menyamar sebagai pengemis, malam itu juga Lu Leng
berangkat ke gunung Tiong Tiau San. Di sepanjang jalan
tampak begitu banyak kaum rimba persilatan golongan hitam
menuju gunung itu, Lu Leng tahu bahwa gurunya dan Cit Sat
Sin Kun suami istri yang selama ini tiada kabar beritanya pasti
bersembunyi di suatu tempat untuk mempelajari suatu ilmu
silat lihay, guna menghadapi Uok Ci Khim Mo. Maka dalam
pertemuan kali ini di gunung Tiong Tiau San, mereka pasti
tidak ketinggalan
Karena itu, sepanjang jalan Lu Leng terus mengamati
setiap orang, barangkali bertemu orang sendiri.
Namun dalam perjalanan itu, Lu Leng sama sekali tidak
menemukannya Hari itu setelah dia melewati sebuah jalan
besar, tampak sebuah jalan lain yang amat besar dan masih
baru, menuju gunung Tiong Tiau San,
Lu Leng mengikuti semua orang melalui jalan besar itu,
Tak seberapa kemudian semua orang itu berhenti lalu
berkumpul menjadi satu dan tak bergerak lagi
Lu Leng tercengang, lalu memandang ke depan. Temyata
di sana terdapat sebuah pintu masuk mirip sebuah gapura,
dan tampak empat orang berdandan sebagai pelayan rumah
menjaga di situ,

1684
Walau keempat orang itu berdandan sebagai pelayan
rumah, tapi sepasang mata mereka menyorot tajam. Siapa
yang melihat pasti tahu bahwa mereka berempat memiliki
Lweekang tinggi. Siapa yang melewati pintu gapura itu, harus
memberitahukan nama masing-masing,
Lu Leng yang berdiri di situ, mendengar belasan orang
memberitahukan nama masing-masing. Memang benar
mereka berasal dari golongan hitam,
Perlahan-lahan Lu Leng berjalan ke pintu gapura, Begitu
sampai di pintu itu, sebelum keempat orang itu bertanya, Lu
Leng sudah berseru lantang,
"Lam Cong Ok Kay (Pengemis Jahat) Kim Hong Cu (Si Gua
Kim) datang memberi selamat!"
Lu Leng menyebut nama itu bukan tiada dasarnya. Karena
dia lahir di kota Lam Cong, maka tahu bahwa seorang
pengemis yang amat jahat dan sadis di kota tersebut bernama
Kim Hong Cu. Lu Leng pernah melihatnya beberapa kali, maka
dia mencatut nama itu.
Keempat penjaga itu mengamati Lu Leng dengan sorotan
tajam Ketika baru mau mengibaskan tangannya agar Lu Leng
masuk, mendadak terdengar suara "lh" dari gerombolan orang
yang belum masuk. Lu Leng menoleh ke belakang dan
seketika menarik nafas dingin. Sudah sekian tahun dia
meninggalkan kota Lam Cong, namun bagaimana rupa Kim
Hong Cu, dia masih mengenalinya. Kini yang mengeluarkan
suara "lh" itu ternyata si pengemis jahat Kim Hong Cu.
Si pengemis Jahat itu menghampiri Lu Leng, Jelas dia
sudah mendengar Lu Leng menyebut namanya. Namun dalam

1685
hati Lu Leng telah muncul suatu ide, begitu si Pengemis Jahat
sudah dekat, dia akan turun tangan membunuhnya,
Saat ini, keempat penjaga itu sudah mulai curiga.
"Kim Hong Cu, mau apa sobat itu?" tanya salah seorang
dari mereka kepada Lu Leng,
Lu Leng berusaha menenangkan perasaannya
"Aku tidak tahu."
Ketika Lam Cong Ok Kay Kim Hong Cu hampir mendekati
Lu Leng, mendadak wajahnya berubah lalu menjerit aneh,
tahu-tahu sudah jatuh telentang, mulutnya mengeluarkan
darah dan binasa seketika. Perubahan itu sungguh di luar
dugaan semua orang, termasuk Lu Leng, dia pun jadi
melongo.
Dua penjaga langsung melesat ke arah Kim Hong Cu,
kemudian mengangkat tubuhnya, Ternyata di keningnya
melekat sebuah batu kecil sampai menembus jalan darah Sin
Teng Hiat di kening itu. Maka tidak mengherankan kalau Kim
Hong Cu binasa seketika.
Tapi sungguh mengherankan tiada seorang pun tahu dari
mana datangnya batu kecil itu. Kedua penjaga itu mendengus
dingin, lalu melemparkan mayat Kim Hong Cu ke samping,
setelah itu mereka membalikkan badannya sambil menatap Lu
Leng dengan tajam sekali.
Lu Leng bergirang dalam hati karena orang yang turun
tangan menolongnya pasti orang sendiri. Agar keempat
penjaga itu tidak bercuriga, dia segera berteriak-teriak.

1686
" Siapa berani mengacau di sini? Cepat bayar nyawa adik
seperguruanku! Cepaaat!"
Kedua penjaga itu sebetulnya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan Namun karena mendengar Lu Leng berteriakteriak
begitu, mereka tidak jadi bertanya. Ternyata orang yang
binasa terserang senjata rahasia itu adalah adik seperguruan
Anda!" kata salah seorang dari kedua penjaga itu.
Lu Leng manggut-manggut
"Tidak salah!"
"Anda boleh berlega hati, orang yang membunuh adik
seperguruan Anda itu, tidak mungkin dapat meloloskan diri."
"Kalau begitu, aku harap Anda berempat sudi
membantuku mencari pembunuh itu!"
Usai berkata, Lu Leng melangkah lebar memasuki pintu
gapura sambil membatin, kalau tidak ada orang turun tangan
membunuh Kim Hong Cu, tentu akan muncul kerepotan.
Berdasarkan batu kecil itu, sudah jelas Kim Hong Cu
disambit oleh orang yang memiliki Lweekang yang amat
tinggi. Kalau bukan gurunya, pasti Cit Sat Sin Kun-Tara Sen.
Oleh karena itu, setelah memasuki pintu gapura, dia
berjalan lamban, dengan harapan ada orang mengejarnya
untuk tegur sapa,
Akan tetapi, walau dia telah berjalan tujuh delapan mil,
belum ada orang menegurnya, maka dia menjadi kecewa.

1687
Tak seberapa larna kemudian Lu Leng tiba di mulut
sebuah lembah, juga ada penjaga di situ,
Lu Leng tetap menggunakan nama Lam Cong Ok Kay-Kim
Hong Cu untuk memasuki lembah itu, Ketika melewati lembah
itu, Lu Leng mendongakkan kepala dan seketika berseru
kaget.
"Haaah...?"
Tempat itu merupakan sebidang tanah kosong yang amat
luas, terletak di antara gunung Thai Hang San dan
pegunungan Hwa San.
Tapi kini di tanah kosong itu telah berdiri sebuah istana
yang amat indah dan megah, Tembok luarnya dibikin dari
semacam batu, yang bergemerlapan bila tertimpa cahaya
matahari, bahkan amat menyilaukan mata, Di atas pintu istana
terdapat sebuah papan naman "Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong"
(istana penguasa Rimba Persilatan),
Pintu utama istana itu tertutup rapat, namun terdapat
beberapa buah pintu samping, Banyak orang keluar masuk
melalui pintu samping itu.
Lu Leng masuk melalui pintu samping. Langsung ada
orang menyambutnya sekaligus mengantarnya pergi
beristirahat. Lu Leng mengamati istana itu, istana itu mewah
dan terdapat entah berapa banyak kamar. Liok Ci Khim Mo
membangun istana tersebut, entah menggunakan berapa
banyak tenaga orang,
Lu Leng tiba di istana Ci Cun Kiong pada Cit Gwee Cap Go
siang hari, setelah beristirahat di dalam kamar, kemudian dia
pergi melihat-lihat istana itu.

1688
Tampak setiap pintu pasti ada penjaganya, Liok Ci Khim
Mo berada di mana, tiada seorang pun tahu, Malam harinya,
dia kembali ke kamar sambil berpikir berdasarkan keadaan di
situ, Lu Leng merasa sia-sia mendatangi tempat itu.
Dia membaringkan dirinya ke atas ranjang, tapi tidak bisa
pulas, Ketika larut malam, mendadak terdengar suara "Krek"
Lu Leng terkejut, lalu bangun duduk.
Ternyata pintu kamar terbuka dan tampak sosok bayangan
berkelebat ke dalam,
"Siapa kau?" tanya Lu Leng dengan tertegun
"Anak Leng jangan berisik!"
Begitu mendengar suara itu, Lu Leng langsung
menubruknya seraya berseru per!ahan.
"Guru!"
Ternyata orang itu adalah Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, yang wajahnya pun telah dirias hingga tampak tidak
karuan,
Mereka berdua saling memeluk, berselang sesaat barulah
melepaskan pelukan masing-masing.
"Anak Leng, kau terlampau ceroboh! Kim Hong Cu berada
dalam rombongan itu kenapa kau menggunakan namanya?"
"Pada waktu itu aku tidak berpikir sampai ke situ, Guru ke
mari seorang diri?"

1689
"Tidak, Cit Sat Sin Kun suami istri juga sudah ke mari."
Betapa girangnya Lu Leng,
"Guru, apakah kalian bertiga sudah punya cara untuk
menghadapi Liok Ci Khim Mo?"
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggeleng-gelengkan
kepala,
"Tidak ada. Anak Leng, larut malam begini aku ke mari,
justru ingin memperingatkanmu, jangan bertindak gegabah!"
Lu Leng menghela nafas panjang,
"Oh ya! Tahukah Guru tentang Busur Api dan Panah Bulu
Api yang dapat menundukkan Pat Liong Thian Im?"
Sesungguhnya sejak Giok Bin Sin Kun meninggalkan
gunung Go Bi San, setahun yang lalu hatinya sudah beku dan
tiada gairah hidup, bahkan juga sudah tidak percaya diri lagi
Untung Cit Sat Sin Kun suami istri terus menasihatinya, maka
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek terbangun semangat
hidupnya. sedangkan Cit Sat Sin Kun suami istri tidak pernah
pulang ke pulau Hwe Ciau To, melainkan tinggal di gunung Go
Ci San (Gunung Lima Jari) di pulau laut selatan,
"Dua bulan lalu, Cit Sat Sin Kun pergi ke daratan, barulah
tahu tentang pertemuan yang akan diselenggarakan di
gunung Tiong Tiau San.
Mereka bertiga segera berunding, akhirnya mengambil
keputusan untuk menghadiri pertemuan tersebut dengaa cara
menyamar Mengenai apa yang dialami Lu Leng di gunung

1690
Tang Ku Sat, tentunya mereka bertiga tidak mengetahuinya,
maka Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek segera menyahut
"Tidak tahu, cepatlah beritahukan!"
Lu Leng menutur tentang apa yang didengarnya dari Liok
Ci Khim Mo, juga menutur apa yang dialaminya di gunung
Tang Ku Sat,
Ketika Lu Leng usai menutur, hari sudah mulai terang,
"Sungguh sayang sekali Panah Bulu Api itu telah dicuri
orang! Liat Hwe Cousu tahu siapa pencurinya?" tanya Giok Bin
Sin Kun Tong Hong Pek.
"Aku belum bertemu dengannya, Kelihatannya ketika itu
sepertinya dia tahu siapa pencurinya."
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir
"Heran!"
"Apa yang heran? Apakah cara Toan Bok Ang bisa keluar
dari makam Nyonya Mo Liong Seh Sih?" tanya Lu Leng,
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek menggelengkan kepala,
"Bukan, yang kuherankan yaitu ketika kami meninggalkan
pulau Lam Hai To, pernah melihat Liat Hwe Cousu menuju
arah selatan, Ketika itu kami telah menyamar, maka dia tidak
mengenali kami, mau apa dia ke Lam Hai?"
Lu Leng diam saja, Dia tidak mengerti kenapa mendadak
Giok Bin Sin Kun menyinggung tentang itu.

1691
Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berpikir lagi,
"Anak Leng, kini kau sudah tahu cara menghadapi Liok Ci
Khim Mo, yaitu harus berupaya mencari Panah Bulu Api. Maka,
kau tidak boleh bertindak ceroboh di sini, Kau menyamar
sebagai Kim Hong Cu, sedangkan kami bertiga menyamar
sebagai Lam Hai Sam Sat (Tiga Algojo Dari Lam Hai), kau
jangan salah memanggil kami!"
Lu Leng manggut-manggut, dan Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek segera melesat pergi, Tak lama ada orang
mengantar sarapan pagi seraya memberitahukan,
“Sebentar lagi lonceng di aula besar akan berbunyi kalian
semua harus berkumpul di aula besar itu!"
Lu Leng manggut-manggut, setelah sarapan pagi, dia
duduk menunggu di dalam kamar Berselang beberapa saat,
terdengar suara lonceng berbunyi "Tang Tang" dua kali, Lu
Leng membuka pintu kamar sambil melongok keluar Tampak
semua orang meninggalkan kamar menuju aula besar itu.
Lu Leng pun mengikuti mereka, Tak seberapa lama,
tampak Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek mendekati nya.
Tampak dua orang berada di sisinya yaitu Cit Sat Sin Kun
yang menyamar sebagai lelaki buta, dan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua memakai kedok kulit manusia, sehingga wajahnya
kelihatan pucat pias,
Mereka berempat terus berjalan, kemudian Seh Cing Hua
mendekati Lu Leng,
"Anak Leng, kau bilang pernah berjumpa Goat Hua di
gunung Tang Ku Sat?" tanyanya dengan suara rendah.

1692
Lu Leng mengangguk.
"Ya. Bahkan dia pun terus mengikutiku sampai di telaga
Tong Ting, hanya secara sembunyi-sembunyi. Mungkin dia
masih berduka."
"Kau tahu apa? Dia begitu menaruh perhatian padamu,
tentunya terkesan baik dalam hatinya! Kalau dia memunculkan
diri, kau harus menasihatinya, kalian berdua pasti akan akur
kembali!" bentak Seh Cing Hua.
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Bibi Tam, Kakak Goat memang amat baik terhadapku,
namun yang dia cintai adalah guruku."
Seh Cing Hua diam, sebab mereka berempat bersama
orang lain sudah sampai di depan pintu aula besar itu.
Lu Leng terbelalak karena ketika memandang ke dalam,
aula itu amat besar dan puluhan pilar yang dibikin dari batu
berdiri tegar di situ, Semua kursi meja dibikin dari batu pula.
Besarnya aula itu dapat memuat tujuh delapan ratus orang
lebih,
Saat ini, aula besar itu hanya terisi separuh, Mereka
berempat memilih sebuah meja, lalu duduk di situ,
"Cukup terpandang juga binatang itu." bisik Giok Bin Sin
Kun.
"Belum tentu dia cukup terpandang, melainkan ilmu
silatnya tidak begitu tinggi, maka takut orang mendekatinya
sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Sen perlahan,

1693
Ternyata di aula besar itu terdapat sebuah panggung yang
tingginya hampir lima depa, sedangkan tinggi aula besar itu
enam depa lebih, Di atas panggung itu terdapat dua buah
kursi batu yang amat indah.
Berselang beberapa saat, setelah tiada lagi tamu yang
datang mendadak terdengar lonceng berbunyi "Tang Tang"
dua kali, lalu hening tak terdengar suara apa pun. Sebelum
suara lonceng itu lenyap, terdengar pula suara Ting Ting" dua
kali di atas panggung, ternyata suara harpa yang membetot
sukma semua orang.
Begitu suara harpa itu berhenti, suasana di dalam aula
besar itu bertambah hening, hanya terdengar suara desah
nafas.
Semua orang memandang ke atas panggung, Tampak tiga
orang di sana, Entah kapan dan dari mana munculnya ketiga
orang tersebut Dua orang duduk dan seorang berdiri di
samping. Wajah kedua orang itu amat buruk, namun
keduanya agak mirip.
Di pangkuan orang yang berusia lebih tua terdapat sebuah
harpa kuno. Dia adalah Liok Ci Khim Mo, yang menyebut
dirinya sebagai Bu Lim Ci Cun. Yang duduk di sampingnya
adalah Oey Sim Tit, putranya,
Orang yang berdiri itu berbadan tinggi besar, memakai
jubah hitam. Ketika melihat orang itu, Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek berkata dengan suara rendah.
"Dia si Kaki Tunggal, perampok besar yang amat terkenal
di wilayah Hiap Kan."

1694
"Guru, cara bagaimana Liok Ci Khim Mo naik ke panggung
itu?" tanya Lu Leng,
"Apa yang harus diherankan? Tentunya di bawah
panggung itu terdapat jalan rahasia ke atas, Dia berada di
atas panggung, ingin menghadapinya juga tiada caranya."
"Dia justru tidak berpikir, kalau ada orang di atas atap, dia
pasti celaka." kata Seh Cing Hua sambil tertawa ringan.
"Aku duga dia telah memikirkan itu. Lihatlah langit-langit
di atasnya, kau akan mengetahuinya!" kata Cit Sat Sin Kun-
Tam Sen dengan suara rendah.
Seh Cing Hua mendongakkan kepala. Ternyata langitlangit
di atas kepala Liok Ci Khim Mo, berbentuk bulat yang
agak kehitam-hitaman, kelihatannya dibikin dari semacam
besi.
Saat ini, suasana di dalam aula besar itu amat hening.
Mereka berempat bercakap-cakap dengan suara rendah,
namun membuat cukup banyak orang memandang ke arah
mereka,
* * * *
Bab 79
Cit Sat Sin Kun Tam Sen segera memberi isyaral, yang lain
langsung berhenti bercakap-cakap.
Mendadak terdengar si Kaki Tunggal berkata lantang di
atas panggung dan tampak dadanya terangkat sedikit

1695
"Liok Ci Khim Mo memiliki ilmu Pat Liong Thian Im yang
maha dahsyat, maka kaum rimba persilatan di kolong langit,
yang menurut pasti hidup, yang melawan pasti mati! para
kaum rimba persilatan yang hadir di sini, kalau tiada pendapat
lain, harus segera berlutut!"
Seusai si Kaki Tunggal berkata demikian, terdengar suara
sorak-sorai yang riuh gemuruh di dalam aula besar itu.
Kali ini semua yang hadir di dalam istana Ci Cun Kiong,
boleh dikatakan terdiri dari golongan hilam, yang sehariharinya
hanya melakukan kejahatan. Kini mereka punya
dekingan yang begitu kuat, dan itu memang yang mereka
harapkan agar bisa memusuhi kaum rimba persilatan golongan
lurus!
Oleh karena itu, mereka semua segera bangkit berdiri,
kemudian berlutut menghadap ke panggung, sedangkan saat
ini, air muka Tong Hong Pek, Tam Sen. suami istri dan Lu
Leng telah berubah. Mereka ikut hadir, hanya ingin tahu
bagaimana keadaan istana Ci Cun Kiong, Sebelum yakin dapat
menghadapi Liok Ci Khim Mo, mereka berempat tidak akan
bertindak sembarangan Namun mereka berempat sama sekali
tidak menduga bahwa begitu Liok Ci Khim Mo muncul
langsung macam-macam,
Jangankan Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek dan Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen suami istri yang berkepandaian begitu tinggi,
sedangkan Lu Leng pun tidak sudi berlutut di hadapan musuh
besarnya itu. Oleh karena itu, ketika semua orang berlutut,
mereka berempat masih tetap duduk tak bergerak sedikit pun.
Terdengar si Kaki Tunggal membentak gusar,
"Kenapa kalian tidak berlutut?"

1696
Di saat si Kaki Tunggal sedang membentak, Tong Hong
Pek menulis di atas meja dengan teh berbunyi "Terjang
Keluar", seketika Seh Cing Hua bangkit berdiri seraya
menyahut
"Kami ingin bicara sebentar!"
"Kalau ingin bicara juga harus berlutut!" bentak si Kaki
Tunggal.
"Baik!" sahut Cit Sat Sin Kun-Tam Seng.
Tiba-tiba dia bergerak cepat menyambar dua orang yang
duduk di meja sebelah, lalu dilemparkannya ke panggung
sehingga menimbulkan suara menderu-deru. Di saat
bersamaan, Giok Bin Sin Kun memukul salah sebuah pilar di
aula itu,
Bum!
Pilar itu langsung roboh dan seketika suasana di dalam
aula besar itu menjadi kacau balau, Mereka berempat pun
segera menerjang keluar, yang menghadang pasti mati,
Namun ketika mereka berempat baru menerjang dua tiga
depa, Liok Ci Khim Mo yang berada di atas panggung tertawa
aneh,
"He he he! Bagi yang tunduk kepadaku, cukup menahan
nafas dan tidak memikirkan urusan lain, pasti tidak akan
terjadi apa-apa!"
Usai dia berkata, harpa Pat Liong Khimnya mulai berbunyi
begitu nyaring bunyinya membuat hati semua orang tergetar
keras. Walau begitu banyak kaum rimba persilatan golongan

1697
hitam berada di dalam aula besar itu, hanya terdapat
beberapa tokoh tua golongan hitam yang berkepandaian
tinggi, Yang lain masih tidak dapat dibandingkan dengan
kepandaian Lu Leng, Namun ketika harpa Pat Liong Khim
berbunyi mereka tahu asal tunduk kepada Liok Ci Khim Mo
sambil menahan nafas, pasti tidak akan celaka,
Akan tetapi, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek berempat,
justru berbeda dengan mereka. Ketika harpa Pat Liong Khim
mulai berbunyi, jantung mereka terasa terpukul oleh sesuatu
yang amat berat. Padahal mereka berempat sedang
menerjang keluar, Namun setelah harpa Pat Liong Khim mulai
bunyi, terjangan mereka menjadi lamban,
Tong Hong Pek yang berada di paling depan, masih
mengerahkan Lweekang untuk memukul beberapa orang yang
menghadang, justru membuat matanya berkunang-kunang,
Semula harpa Pat Liong Khim berbunyi cepat dengan nada
tinggi, kemudian berubah menjadi lamban tapi amat nyaring.
Siapa yang mendengarnya, pasti merasa nyaman sekali,
bahkan akan melupakan hal-hal yang merisaukan hati, dan
juga menjadi lemas tak bertenaga.
Lu Leng merasa dirinya bersama Tam Goat Hua berada di
pinggir sungai, saling mencurahkan isi hati dan memadu cinta,
Walau tahu bahwa itu hanya khayalan karena terpengaruh
oleh suara harpa, namun Lu Leng tak berdaya melawan
pengaruh Pat Liong Thian Im itu. Badannya bergoyanggoyang,
kemudian terkulai
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen yang ada di sampingnya juga
hampir terpengaruh namun dia sudah melatih diri puluhan
tahun maka masih bisa bertahan agak lama, Ketika melihat Lu
Leng terku!ai, dia segera menahan nya.

1698
Pada saat bersamaan, diapun mengerahkan hawa murni
seraya berseru lantang,
"Cepat terjang, terlambat pasti celaka!"
Begitu mendengar suara seruan Cit Sat Sin Kun-Tam Sen,
Lu Leng tersentak sadar, lalu memaksakan diri untuk
menerjang ke luar, namun tak berdaya sama sekali. Giok Bin
Sin Kun-Tong Hong Pek cepat-cepat menyambar tangannya,
sekaligus menariknya keluar aula, dan berhasil.
Namun dia cukup menguras tenaga sehingga membuat
perhatiannya menjadi pecah, maka sulit baginya melawan Pat
Liong Thian Im. Seketika dia tidak mendengar suara harpa
lagi, pemandangan di depan matanya berubah.
Akan tetapi, dalam hatinya masih terdapat sedikit
kesadaran Dia tahu bahaya sedang mengancam dirinya.
Namun dalam sekejap kesadaran itu telah hilang lagi, Di
depan matanya muncul pemandangan khayalan Dia melihat
Tam Goat Hua duduk di pinggir ranjang, memandangnya
dengan penuh cinta kasth, Tong Hong Pek tersenyumsenyum,
seakan di dunia telah tiada urusan yang harus
dirisaukan lagi, sementara Tam Sen suami istri masih
berupaya menerjang keluar, Ketika melihat Tong Hong Pek
berhasil menarik Lu Leng keluar, mereka berdua berlega hati,
Tapi sekejap wajah Tong Hong Pek berubah berseri-seri,
Maka mereka berdua sudah tahu adanya gelagat tidak beres.
"Saudara Tong Hong! Saudara Tong Hong!" bentak
mereka.
Namun Tong Hong Pek sudah tidak dapat mendengar
suara bentakan mereka, Badannya sempoyongan kemudian

1699
terkulai ke bawah. Begitu melihat Tong Hong Pek terkulai,
terkejutlah Tam Sen dan Seh Cing Hua,
Padahal di saat bersamaan, mereka berdua pun sedang
melawan Thian Liong Pat Im, Berhasil menerjang keluar atau
tidak masih belum tahu, tapi kini justru mulai terpengaruh
pula,
Mereka berdua saling memandang, kemudian tersenyumsenyum,
sepertinya teringat akan masa lalu, hari-hari yang
penuh keindahan, tak lama badan mereka pun sempoyongan
dan akhirnya terkulai
Di antara mereka berempat, sesungguhnya Lu Leng yang
paling payah. Namun dia tertarik oleh Tong Hong Pek, hingga
paling dahulu keluar dari aula besar itu, maka suara harpa pun
menjadi agak lemah, karena itu kesadarannya juga agak
normal kembali
Akan tetapi, bersamaan itu tampak empat orang
menerjang ke arahnya, Tanpa banyak pikir lagi Lu Leng
langsung menyerang mereka dengan ilmu Kim Kong Sin Ci.
Keempat orang itu menjerit, lalu roboh. Saat ini, Lu Leng tidak
tahu Tong Hong Pek bertiga dalam bahaya, Dia sendiri masih
bingung, bagaimana caranya bisa keluar.
Dia hanya ingat mendengar suara bentakan Cit Sat Sin
Kun-Tam Sen, kemudian menerjang keluar. Karena mengira
begitu, dia pun yakin Tong Hong Pek bertiga dapat menerjang
keluar pula. Karena iiu, setelah keempat orang itu roboh, dia
pun melesat pergi.
Untung dia tidak tahu keadaan Tong Hong Pek, Tam Sen
dan Seh Cing Hua. Kalau tahu, bagaimana mungkin dia akan
melesat pergi?

1700
Setelah Tong Hong Pek, Tam Sen dan Seh Cing Hua roboh
tak sadarkan diri, suara harpa mulai merendah dan terdengar
Liok Ci Khim Mo membentak
"Yang satu itu telah kabur, siapa mau mengejarnya?"
Seketika juga terdengar suara sahutan.
"Kami bersedia mengejarnya!"
Liok Ci Khim Mo mengibaskan tangannya.
"Cepat pergi cepat pulang!"
Liok Ci Khim Mo terus memetik senar harpanya, dan makin
lama suaranya semakin rendah,
Oey Sim Tit yang duduk di sisi sampingnya tahu jelas
bahwa suara harpa tersebut, dari nada tinggi berubah rendah,
kemudian akan berubah meninggi, maka siapa yang telah
terpengaruh oleh Pat Liong Thian Im, pasti akan muntah
darah dan binasa,
Tong Hong Pek bertiga telah menyamar Oey Sim Tit tidak
mengenali mereka, namun berpikir, mereka bertiga berani
menyelinap ke dalam istana Ci Cun Kiong, bahkan tidak mau
beriutut, tentunya bukan orang biasa,
"Ayah berhenti dulu, lihat siapa mereka bertiga!" katanya.
Bagian 38
Begitu mendengar perkataan Oey Sim Tit, Liok Ci Khim Mo
segera berpesan beberapa patah kata kepada si Kaki Tunggal.

1701
Si Kaki Tunggal langsung menghentakkan kakinya.
seketika di depannya muncul sebuah lobang berbentuk bulat,
lalu dia segera meloncat ke dalamnya.
Tak lama dia sudah muncul dari sebuah pintu rahasia di
dinding aula besar itu, berjalan ke hadapan Tong Hong Pek
bertiga, kemudian mengangkat mereka ke kursi batu.
Walau si Kaki Tunggal berkepandaian tinggi, namun masih
tidak dapat dibandingkan dengan Tong Hong Pek, Tam Sen
maupun Seh Cing Hua. Kalau mereka bertiga tidak
terpengaruh oleh Pat liong Thian Im hingga tak sadarkan diri,
salah seorang di antara mereka menjulurkan tangan, si Kaki
Tunggal itu pasti binasa,
Setelah menaruh ketiga orang itu di kursi batu, si Kaki
Tunggal lalu mengeluarkan sebilah belati. Gerakannya cepat
sekali, sehingga tahu-tahu tulang Pipe (Tulang Di Bagian
Punggung) mereka bertiga telah berlubang, Setelah itu, dia
mengambil seutas tali urat sampai untuk mengikat mereka
dengan cara memasukkan tali itu di lobang tulang Pipe
mereka, Kemudian dibawanya mereka ke sebuah pilar yang
paling besar lalu diikat di situ, serta wajah mereka yang dinas
tidak karuan itu dibersihkannya sampai bersih, seketika
tampak wajah asli mereka, sebagian besar orang-orang yang
berada di aula besar itu mengenali mereka bertiga, sehingga
membuat orang-orang itu menjadi tertegun
Sama sekali tidak terduga, Giok Bin Sin Kun-Tong Hong
Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing
Hua, yang amat terkenal itu masih roboh di bawah Pat Liong
Thian Im.
Semua orang terkejut dan merasa girang sekali, Mendadak
mereka semua bersorak-sorai, kemudian berlutut lagi

1702
menghadap panggung. Liok Ci Khim Mo sendiri pun tidak
menyangka, kalau mereka bertiga justru mengantar diri ke
dalam istananya padahal dalam setahun ini, dia terus mencari
mereka bertiga, namun tidak berhasil
Empat tahun yang lalu, di gunung Bu Yi San, Liok Ci Khim
Mo pernah dilukai Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, sehingga
menyebabkan nya harus mengobati lukanya sampai tiga tahun
lamanya,
Oleh karena itu, dia amat mendendam terhadap Tong
Hong Pek. Maka kini ketika melihat Tong Hong Pek berada di
situ, bukan main girangnya,
Mendadak Liok Ci Khim Mo bangkit berdiri, lalu
mengangkat kedua belah tangannya,
"Diam semua!"
Seketika semua orang diam, sehingga suasana di aula
besar itu berubah menjadi hening sekali,
Setelah bangkit berdiri, Liok Ci Khim Mo tidak memetik tali
senar harpa Pat liong Khim lagi: Oleh karena itu, ketiga orang
itu mulai tersadar.
Begitu menyaksikan keadaan di sekitarnya mereka bertiga
sudah tahu apa yang telah terjadi. Mereka bertiga gusar sekali
dan langsung menggeram sambil mengerahkan tenaga,
Mereka bertiga memiliki Lweekang yang amat tinggi, maka
geraman mereka bertiga dahsyat sekali, sehingga menggetar
aula besar, dan orang-orang yang berdiri di dekat mereka
langsung sempoyongan dengan mulut mengeluarkan darah.

1703
Begitu pula si Kaki Tunggal, dia pun tidak tahan akan
suara geraman mereka bertiga,
"Uaaakh!" Darah segar tersembur dari mulutnya, lalu dia
roboh telentang di lantai
Ketika melihat si Kaki Tunggal roboh, Giok Bin Sin Kun
segera meludah ke arahnya,
"Phui!"
Ludah itu menghantam jalan darah Pek Hwe Hiat di kening
si Kaki Tunggal sehingga tanpa bersuara lagi nyawanya
langsung melayang.
Kalau si Kaki Tunggal mengikat mereka pada pilar biasa,
ketika mereka bertiga mengerahkan tenaga, pasti tercabut
pilar tersebut
Akan tetapi, si Kaki Tunggal justru mengikat mereka pada
pilar yang amat besar, maka walau mereka bertiga
mengerahkan tenaga, pilar besar itu tak bergeming sama
sekali.
Walau mereka bertiga telah diikat pada pilar besar dan
tampak tak berdaya sama sekali, tapi justru masih mampu
membinasakan si Kaki Tunggal. Tentunya hal itu amat
mengejutkan semua orang, seketika semua orang menjadi
kacau balau, berebut muodur menghindari mereka bertiga,
Liok Ci Khim Mo membentak agar mereka diam, namun siasia.
Mendadak Giok Bin Sin Kun bersiul panjang, kemudian
mengerahkan tenaga lagi, Terdengar suara "Krek Krek", tali
urat sapi terus berbunyi. Cit Sat Sin Kun-Tam Sen juga bersiul

1704
aneh, sekaligus mengerahkan tenaga, begitu pula Seh Cing
Hua, tertawa aneh sambil mengerahkan tenaga, sehingga
terdengar suara "Krek Krek Krek"!
Liok Ci Khim Mo yang menyaksikan itu terkejut bukan
main, Kalau mereka bertiga terlepas, entah berapa banyak
anak buahnya akan menjadi korban, Oleh karena itu, dia
segera memetik tali senar harpa Pat Liong Khim.
Begitu mendengar suara harpa itu, Giok Bin Sin Kun-Tong
Hong Pek, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh
Cing Hua saling memandangi kemudian menghela nafas
panjang.
Mereka bertiga memandang ke atas panggung dengan
mata berapi-api, namun setelah itu, wajah mereka bertiga
mulai tersenyura-senyum, pertanda mereka bertiga mulai
terpengaruh Pat Liong Thian Im, sementara itu, Lu Leng yang
berhasil meloloskan diri, terus melesat pergi laksana kilat
Ketika sampai di mulut lembah, sebelum para penjaga di situ
membuka mulut, Lu Leng sudah menyerang mereka dengan
ilmu Kim Kong Sin Ci. Para penjaga itu menjerit dan roboh
seketika,
Lu Leng terus melesat pergi melalui jalan besar, "tak lama
sudah sampai di pintu gapura. Empat penjaga di situ tertegun
ketika melihat ada orang berkelebat ke pintu gapura, justru di
saat bersamaan, terdengar pula suara seruan di belakang Lu
Leng,
"Jangan melepaskannya!"
Lu Leng tidak menoleh untuk melihat siapa yang
mengejarnya tapi terus melesat ke depan.

1705
"Berhenti!" bentak salah seorang penjaga di pintu gapura
itu,
Akan tetapi, Lu Leng telah menyerangnya dengan jurus It
Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit). Penglihatan
penjaga itu menjadi kabur, begitu pula seorang penjaga
lainnya yang berdiri di situ. Mereka merasa ada serangkum
tenaga yang amat dahsyat menerjang ke arah mereka, namun
mau berkelit sudah terlambat Terdengar suara jeritan yang
menyayat hati, ternyata kedua penjaga itu terpental dan
nyawa mereka melayang seketika.
Di saat bersamaan, kedua penjaga lainnya menyerangnya
dari belakang, Lu Leng segera membalikkan badannya
sekaligus mengeluarkan jurus Siang Hong Cak Yun (Sepasang
puncak Menembus Awan), Terdengar suara "Sret Sret".
Kedua penjaga itu menjerit sambil terhuyung-huyung,
kemudian roboh. Ternyata mereka berdua telah terluka parah,
Ketika Lu Leng baru mau melesat pergi, mendadak merasa
ada angin berdesir di sisinya, lalu tampak sosok bayangan
melesat cepat sekali ke hadapannya,
Lu Leng tertegun Semula dia mengira orang itu adalah
Tong Hong Pek bertiga,
Namun setelah berada di hadapannya, orang itu langsung
melancarkan sebuah pukulan menyerangnya dan pukulannya
amat aneh,
Lu Leng terkejut lalu segera menangkis dengan jurus It Ci
Keng Thian (Satu jari Mengejutkan Langit), Orang itu mencelat
ke belakang, Di saat bersamaan Lu Leng merasa ada
serangkum angin pukulan yang amat dahsyat di belakangnya,

1706
Badan Lu Leng berkelebat menghindar
"Masih tidak mau berlutut menyerahkan diri?" bentak
orang itu, setelah Lu Leng berdiri tegak, barulah melihat jelas
bahwa di hadapannya berdiri dua orang berbadan sedang,
namun sepasang matanya menyorot tajam, pertanda memiliki
Lweekang yang amat tinggi.
"Siapa kalian?" bentaknya.
Kedua orang itu bersiul panjang, kemudian menyahut
See Kun Lun (Kun Lun Barat) Oe Ti Siang Khie (Sepasang
Orang Aneh bermarga 0e). Kau tidak pernah mendengamya?"
Lu Leng tertawa gelak,
"Ha ha ha! Memang pernah dengar! Kabarnya kalian
berdua amat benih, namun sungguh di luar dugaan, kini kalian
berdua menjadi kotor dan tak tahu malu! sebentar lagi guruku
akan tiba di sini, maka lebih baik kalian berdua cepat-cepat
meninggalkan tempat ini! Kalau tidak, kalian berdua pasti
binasa!"
Oe Ti Siang Khie tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau jangan bermimpi! Mereka bertiga sudah
terpengaruh Pat Liong Thian Im hingga tak sadarkan diri,
bahkan kemungkinan besar sudah pesiar ke alam baka!"
Betapa terkejutnya Lu Leng mendengar ucapan itu. Dia
segera menoleh ke belakang, jalan besar itu sunyi sepi tanpa
bayangan seorang pun, seandainya Tong Hong Pek bertiga
berhasil meloloskan diri, tentunya sudah menyusul ke mari

1707
Saat ini tidak tampak bayangan mereka bertiga, sudah pasti
kedua orang itu tidak berdusta.
Berpikir sampai di situ, kebencian Lu Leng memuncak, dan
dia langsung mengeluarkan golok pusakanya Su Yang To.
"Masih tidak mau tunduk?" bentak Oe Lo Toa.
Begitu mendengar suara bentakan itu, tanpa ayal lagi Lu
Leng segera menyerang. Di saat bersamaan, Oe Lo Toa juga
mengeluarkan sebatang tongkat pendek, untuk menyerang
dengan jurus Sian Jin Ci Lu (Dewa Menunjuk Jalan), mengarah
ke bagian dada Lu Leng, sedangkan di saat itu, Lu Leng pun
telah menggerakkan golok pusakanya, dengan jurus Go Hou
Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam Domba), ke arah lengan Oe
Lo Toa.
Betapa terkejutnya Oe Lo Toa. Dia cepat-cepat menarik
serangannya Ternyata Lu Leng menggunakan Thian Liong
Sam Sek (Tiga jurus Harimau Langit), ilmu warisan ayahnya.
Akan tetapi, Oe Lo Toa juga berkepandaian tinggi, dia
berhasil mengelak serangan itu. Namun Lu Leng bergerak
cepat, maju selangkah sambil menyerang dengan jurus Nuh
Hou Eng Cit (Harimau Marah Meloncat) dan jurus Wah Hou
Seh Seng (Harimau Mendekam).
Kini Lweekang Lu Leng sudah tinggi, maka kedahsyatan
kedua jurus itu tidak di bawah Lu Sin Kong almarhum ayah Lu
Leng. Lagi pula Lu Leng menggunakan golok pusaka, maka
kedua serangannya itu bertambah dahsyat
Oe Lo Toa juga tahu akan kedahsyatan serangan-serangan
itu, Dia cepat-cepat mengangkat senjatanya, sekaligus
mencelat ke belakang, namun terlambat. Terdengar suara

1708
dentingan nyaring, ternyata senjatanya telah kutung,
sedangkan golok pusaka Su Yang To terus menyerang bahu
Oe Lo Toa, Tiba-tiba terdengar suara jeritan, ternyata bahu
Oe Lo Toa telah putus tersabet golok pusaka Su Yang To itu.
Dalam tiga jurus, Oe Lo Toa sudah ter!uka, maka dia
segera mundur beberapa langkah. Di saat Lu Leng ingin
mengejarnya mendadak terdengar angin serangan di
belakangnya, ternyata sebatang tongkat trisula meluncur ke
arah punggung-nya.
Lu Leng cepat-cepat maju selangkah, kemudian mendadak
membalikkan badannya sambil menangkis dengan jurus Hou
Cong Liat Hong (Harimau Menerjang Bagaikan Angin
Kencang). Ketika melihat Oe Lo Toa terluka, Oe Lo Ji langsung
menyerang punggung Lu Leng menggunakan senjatanya, itu
merupakan senjata aneh, yang dibikin dari semacam kulit ular
Senjata itu kebal terhadap berbagai macam senjata tajam, lagi
pula terdiri dari tiga ruas,
Lu Leng tidak tahu akan keanehan senjata itu, maka
langsung menangkis dengan jurus tersebut, maksudnya ingin
mengutungkan senjata tersebut. Akan tetapi, kulit ular itu
tahan bacokan, malah sebaliknya Lu Leng merasa golok
pusakanya terpental sedikit, dan ujungnya membelok
menghantam lengannya.
Plak!
Lengannya terasa sakit sekali, sehingga golok itu terlepas
dari tangannya. Perlu diketahui, kepandaian Oe Lo Ji lebih
tinggi dari Oe Lo Toa, begitu pula Lweekangnya. Karena, Lu
Leng tidak tahu akan keanehan senjata itu, maka dia tidak
menduga ujung goloknya dapat bergerak ke sana ke mari,
kemudian membelok menghantam lengannya

1709
Betapa terkejutnya Lu Leng, sebab di saat bersamaan
ujung senjata Oe Lo Ji sudah meluncur ke arah dadanya. Apa
boleh buat! Lu Leng terpaksa mencengkeram ujung senjata
itu, kemudian mendadak disen-takkannya sekuat tenaga, Akan
tetapi, Oe Lo Ji justru tak bergeming sama sekali, Ternyata dia
telah mengerahkan ilmu memberatkan badan.
Lu Leng mendongakkan kepala, tangan kirinya langsung
menyerang. itulah jurus It Ci Keng Thian (Satu jari
Mengejutkan Langit), Oe Lo Ji ingin melepaskan senjatanya
untuk berkelit, namun sudah terlambat, karena angin
serangan itu telah menghantam dadanya, Oe Lo Ji menjerit,
kemudian roboh setelah terhuyung-huyung beberapa langkah,
Lu Leng tidak memberi ampun kepadanya Ke-tika Oe Lo Ji
roboh, dia langsung menendangnya,
"Aaakh.,.!" Oe Lo Ji menjerit lagi, kemudian dari mulutnya
menyembur darah segan
Lu Leng membalikkan badannya, Ketika dia melihat Oe Lo
Toa kabur, kegusarannya semakin bertambah.
"Mau kabur ke mana?" bentaknya sambil menerjang ke
arahnya.
Oe Lo Toa terkejut bukan main. Kemudian terdengar suara
jeritan yang menyayat hati. Ternyata Oe Lo Toa terserang Kim
Kong Sin Ci sehingga binasa seketika!
Setelah membinasakan kedua orang itu, Lu Leng tertegun
lama sekali, baru kemudian memungut golok pusaka Su Yang
Tonya, kemudian mendadak berteriak sekeras-kerasnya, dan
langsung melesat kembali ke istana Ci Cun Kiong.

1710
Dalam hati Lu Leng gusar sekali, maka gerakannya
bertambah cepat laksana kilat. Akan tetapi, di saat
bersamaan, terdengar suara seruan di belakangnya yang amat
nyaring.
"Adik Leng, tidak boleh!"
Kemudian tampak sosok bayangan melesat amat cepat
melewati sisinya, lalu menghadang di hadapannya,
Saat ini Lu Leng hanya memikirkan gurunya dan Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen suami istri maka hatinya menjadi kacau
balau, sehingga membuatnya tidak mendengar jelas suara
seruan nyaring itu.
Ketika melihat ada orang menghadang di depannya dia
pun langsung mengayunkan golok pusakanya menyerang
dengan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar Menerkam
Domba),
Dia menyerang dengan sepenuh tenaga, Maka, dapat
dibayangkan betapa dahsyatnya serangan itu. Lagi pula dia
tidak berhenti jadi menyerang sambil melesat pergi seketika
dia hanya melihat darah muncrat. Orang yang
menghadangnya telah terluka oleh golok pusakanya,
sedangkan dia sama sekali tidak memperhatikan siapa orang
itu, karena dia sendiri terus melesat ke depan,
Pada saat bersamaan, terdengar suara bentakan yang
penuh kegusaran.
"Jahanam! jangan kabur!"
Tampak sosok bayangan menghadang di hadapan Lu
Leng. Dia sama sekali tidak melihat orang itu, Namun begitu

1711
ada orang muncuI, Lu Leng langsung menyerang dengan
jurus Wa Hou Seh Seng (Harimau Mendekam),
Orang yang baru muncul itu, meloncat ke belakang dua
depa, Ketika menyaksikan ilmu Ginkang itu begitu tinggi Lu
Leng tertegun. Barulah dia melihat jelas siapa yang berdiri di
hadapannya ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
Wajah Ketua Hui Yan Bun itu penuh kegusaran bahkan
sepasang matanya berapi-api Lu Leng sangat terkejut
menyaksikannya dan diam-diam menarik nafas dingin.
Sesungguhnya dia tidak takut terhadap Yok Kun Sih,
melainkan teringat akan orang yang dilukainya tadi.
Yang bersama Yok Kun Sih, apakah masih ada orang lain?
Berpikir sampai ke situ, Lu Leng segera menoleh ke
belakang.
"Jahanam! Turun tangan begitu jahat!" bentak Yok Kun
Sih sengit.
Kemudian dia mengeluarkan sebuah cambuk panjang yang
hitam mengkilap, langsung menyerang Lu Leng mengarah
jalan darah Hwa Kai Hiatnya,
Ketika menyaksikan serangan yang amat sengit , dan
dahsyat itu, Lu Leng tahu dia telah menimbulkan petaka tadi
Kalau tidak, bagaimana mungkin Yok Kun Sih menyerangnya
begitu sengit dan dahsyat?
Lu Leng sama sekali tidak berniat melawannya, Maka, dia
hanya menangkis dengan golok pusaka Su Yang To
memecahkan serangan Yok Kun Sih. Yok Kun Sih memang

1712
sudah marah besar, terbukti dia telah mengeluarkan Cambuk
Naga yang tak pernah dipergunakannya selama dua puluh
tahun ini
Mendadak Yok Kun Sih mengeluarkan bentakan keras,
Seiring dengan itu cambuknya bergerak membentuk lingkaran
bundar dan langsung melilit golok pusaka Su Yang To milik Lu
Leng,
Bukan main terkejutnya Lu Leng, menyadari bertarung
dengan cara begitu, merupakan pertarungan mati-matian.
Kenapa Yok Kun Sih begitu gusar? Ketika Lu Leng mau
mencelat mundur, mendadak terdengar suara rintihan yang
amat memelas beberapa kali.
Tentu saja Lu Leng jadi tertegun karena rupanya
mengenali suara itu yang ternyata Toan Bok Ang.
Ll Leng tadi sudah menduga, yang bersama Yok Kun Sih
tak ada orang lain selain Toan Bok Ang. ini berarti, serangan
tadi yang menggunakan jurus Go Hou Phu Yo (Harimau Lapar
Menerkam Domba), pasti telah melukai gadis itu. Sebab tadi
dia juga sempat melihat adanya darah muncrat padahal gadis
itu berkepandaian tinggi, lagipula memiliki senjata Sian Tian
Sin So. Tidak seharusnya dia terluka parah.
Namun kini setelah mendengar suara rintihannya Lu Leng
segera menyadari kalau gadis itu terluka parah.
Walau dalam hatinya tidak pernah mencintai Toan Bok
Ang, tapi Lu Leng tidak membencinya. Ketika mendengar
suara rintihan itu, jelas dia terkejut bukan main, sedangkan
Yok Kun Sih terus menyerang begitu cepat Di saat La Leng
tertegun, Cambuk Naga telah melilit golok pusaka Su Yang To.
Meskipun golok pusaka Su Yang To amat tajam, tapi Cambuk

1713
Naga juga bukan senjata sembarangan. itulah sebabnya golok
pusaka Su Yang To tidak dapat memutuskannya.
Setelah Cambuk Naga berhasil melilit golok pusaka Su
Yang To, Yok Kun Sih menyentakkan dengan sepenuh tenaga
ke atas.
Lweekang Lu Leng sebenarnya mampu mengatasi tenaga
yang menghentak dari cambuk lawan, Namun karena hati dan
pikirannya sedang kacau memikirkan Toan Bok Ang, membuat
konsentrasinya terpecah Maka seketika golok pusaka Su Yang
To tersentak lepas dari tangannya,
Begitu golok pusaka Su Yang To tersentak ke atas, Lu
Leng jadi terkejut. Cepat-cepat mencelat mundur seraya
memandang ke tempat tadi dia melancarkan serangan
seketika Lu Leng tertegun dan membelalak kaget.
Dia sama sekali tidak percaya apa yang disaksikannya itu.
Suatu kejadian tragis di depan matanya. Tampak Toan Bok
Ang tergeletak di tanah bermandi darah. Rambutnya awutawutan
dengan wajah pucat pias. Napasnya terdengar
memburu seperti hampir putus, Namun yang tak kalah
mengejutkannya, mata Lu Leng sempat melihat lengan yang
telah putus tergeletak di sisi gadis Hu. Luka di bahunya masih
mengucurkan darah segar Dan gadis itu terus mengeluarkan
rintihan Lu Leng sama sekali tidak menduga, serangannya tadi
telah mengutungkan lengan Toan Bok Ang.
Dia berdiri terpaku di tempat Matanya merasa berkunangkunang,
tidak tahu harus berbuat apa.
Saat itulah sebuah serangan dahsyat yang dikerahkan
dengan tenaga dalam tinggi meluncur ke arahnya, Tubuh Lu

1714
Leng pun terpental dengan punggung dirasakan sakit bukan
main.
Dan belum sempat dia bertindak mendadak matanya
membelalak ngeri, ketika dilihatnya sesosok bayangan hitam
tengah meliuk-liuk ke arahnya, Ternyata Yok Kun Sih tengah
menyerangnya lagi dengan Cambuk Naga,
Sesungguhnya Lu Leng masih bisa berkelit, namun setelah
melihat Toan Bok Ang telah kutung lengannya karena
serangan yang tak sengaja itu, hatinya merasa amat menyesal
sekali, Kalau tangannya masih menggenggam golok pusaka Su
Yang To, dia akan membacok lengannya sendiri
Karena itu, ketika Yok Kun Sih menyerangnya lagi, dia
sama sekali tidak berkelit. Si Walet Hyau-Yok Kun Sih dan
Toan Bok Ang, setelah meninggalkan telaga Tong Ting, terus
melakukan perjalanan siang malam. Tujuan mereka ingin
berangkat ke seberang lautan demi menghindari pengejaran
Liok Ci Khim Mo.
Akan tetapi, sebelum tiba di pantai, mereka mendengar
kabar bahwa Liok Ci Khim Mo telah membangun sebuah istana
Bu Lim Ci Cun Ceh Kiong di gunung Tiong Tiau San, Liok Ci
Khim Mo akan menyelenggarakan pertemuan besar-besaran
pada hari Cit Gwee Cap Go, untuk menyiarkan bahwa dirinya
adalah Bu Lim Ci Cun.
Setelah memperoleh kabar berita itu, Yok Kun Sih yakin
pasti ada golongan lurus berangkat ke sana, Tentunya akan
terjadi suatu pertarungan. Karena itu, dia membatalkan
keberangkatan ke seberang lautan, sebaliknya berputar
mengambil jalan yang menuju ke gunung Tiong Tiau San.

1715
Kedua guru dan murid ini justru terlambat selangkah
ketika hampir tiba di tempat tujuan, Ke-betulan di dalam
istana Ci Cun Kiong telah terjadi peristiwa itu, Lu Leng seorang
diri dapat lolos, dan kemudian berjumpa musuh tangguh pu!a,
Ketika melihat Lu Leng bertarung dengan kedua lawannya,
gadis itu segera mengeluarkan senjata Sian Tian Sin So.
Namun Yok Kun Sih yang berdiri di sisinya, segera
menariknya, kemudian membentak dengan suara rendah.
"Kau mau berbuat apa?"
Toan Bok Ang menyahut cemas,
"Guru, lihat keadaannya pasti telah terjadi se-suatu, kita
harus turun tangan membantunya!"
"Tidak boleh!"
* * * *
Bab 80
Hati Toan Bok Ang cemas sekali, namun tidak berani
membangkang terhadap gurunya.
Tak seberapa lama kemudian, Lu Leng berhasil
membinasakan kedua orang itu. Karena sudah tahil Tong
Hong Pek dan Tam Sen suami istri dalam bahaya di aula
istana tersebut maka tanpa banyak berpikir lagi Lu Leng
langsung melesat ke arah istana Ci Cun Kiong dengan pikiran
kacau, sedangkan Toan Bok Ang juga telah mengetahui
bahwa Giok Bin Sin Kun-Tong Hong Pek, Cit San Sin Kun-Tam

1716
Sen dan Tok Ciu Lo Sat-Seh Cing Hua telah terjadi sesuatu di
dalam istana Ci Cun Kiong,
Ketika melihat arah yang dituju Lu Leng justru kembali ke
istana itu, dia amat mencemaskannya. Bukankah itu berarti Lu
Leng hanya akan mengantarkan nyawa kalau lari ke istana itu?
Maka tanpa menghiraukan larangan gurunya dia cepatcepat
meronta melepaskan dhi. secepat kilat melesat ke depan
sambil berseru,
"Adik Leng, jangan masuk!"
Seandainya si Walet Hijau-Yok Kun Sih berkeras hati, tidak
membiarkan Toan Bok Ang melesat pergi, tentunya tidak akan
terjadi peritiwa yang tragis itu, Namun di saat bersamaan, Yok
Kun Sih juga teringat akan kebaikan Lu Leng yang memberi
kabar di telaga Tong Ting, Maka dia tidak tega melihat Lu
Leng pergi mengantar mati ke istana itu, Karena itu, ketika
Toan Bok Ang meroota, dia melepaskan tangannya agar gadis
tersebut dapat melesat pergi.
Toan Bok Ang melesat secepat kilat melewati Lu Leng.
Namun pemuda itu tidak mendengar suara seruannya Karena
pikirannya sedang kacau, dia tidak membedakan musuh atau
kawan, langsung menyerang dengan golok pusaka Su Yang
To.
Kalau Toan Bok Ang tidak keburu berkelip niscaya
badannya akan terpotong jadi dua dan binasa seketika,
Namun malang, meskipun mampu mengelak ujung golok
pusaka Su Yang To berhasil membacok bahunya. Maka
lengannya buntung seketika,

1717
Toan Bok Ang terluka parah, dia langsung terkulai tak
bangun lagi. sedangkan Lu Leng sama sekali tidak tahu yang
dilukainya itu ternyata Toan Bok Ang. Maka dia terus melesat
Sementara itu Yok Kun Sih sudah mengira, begitu
muridnya menampakkan diri, Lu Leng pasti berhenti Ketika
melihat golok pusaka Su Yang To berkelebat barulah dia
menyadari ada yang tak beres. Segera dia melesat keluar
Namun sudah terlambat Toan Bok Ang sudah terkulai
berlumuran darah,
Yok Kun Sih tahu muridnya bermaksud baik mencegah Lu
Leng pergi ke istana itu, Tapi Lu Leng malah salah paham
menurunkan tangan keji kepada muridnya, Dia pun tak
sempat berpikir kalau sebenarnya hati Lu Leng sedang kacau
dan mengira yang muncul anak buah Liok Ci Khim Mo. Maka
terjadilah kesalahpahaman antara mereka. Yok Kun Sih pun
melesat dengan serangan mematikan. Terjadilah pertarungan
sengit tadi.
Kini pertarungan terjadi, tanpa bisa dielakkan lagi. Toan
Bok Ang telah menderita luka parah, dengan lengan buntung,
Lu Leng sendiri mengalami hal yang tak jauh berbeda. Kalau
Lu Leng tidak makan Cit Sek Ling Che, mungkin saat ini tulang
punggungnya sudah hancur, bahkan bisa jadi nyawanya telah
melayang ke alam baka.
Setelah terhantam Cambuk Naga, Lu Leng membalikkan
badannya Cambuk Naga itu mengarah dadanya, sedangkan Lu
Leng tidak berniat berkelit Dia berdiri tak bergerak sama sekali
Ujung Cambuk Naga mendarat telak di dada Lu Leng,

1718
Pemuda itu terpental beberapa depa, kemudian
terhuyung-huyung beberapa langkah ke belakang, akhirnya
roboh di dekat Toan Bok Ang.
Walet Hijau-Yok Kun Sih segera maju, tangannya bergerak
hendak menyerang lagi.
Setelah terhantam punggung dan dada oleh Cambuk
Naga, Lu Leng telah menderita luka parah,
Kini ujung Cambuk Naga itu mengarah ubun-ubunnya.
Kalau terhantam, nyawa Lu Leng pasti melayang.
Namun, mendadak Toan Bok Ang berguling ke arah Lu
Leng, lalu memeluknya erat-erat.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, kemudian berkata
setengah meratap.
"Guru, aku... aku mohon Guru jangan... jangan turun
tangan lagi!"
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih terkejut mendengar hal itu.
wajahnya berubah menghijau lalu membentak
"Anak Ang, kau begitu mencintainya, tapi dia telah
sedemikian kejam terhadapmu! Apakah kau masih tidak
menyadari!"
"Guru, aku... aku mohon...!"

1719
Berkata sampai di situ, Toan Bok Ang mengeluh, Lalu
terkulai pingsan di badan Lu Leng,
Menyaksikan itu, hati Lu Leng merasa tersayat Tampak
Yok Kun Sih mendekap tangannya bergerak lalu mengangkat
badan Toan Bok Ang. Dengan cepat dia menotok jalan darah
Hu Keng Hiat, Yun Bun Hiat, dan Tiong Hu Hiat di bahu gadis
itu. Maka sesaat kemudian darah yang mengucur di bahu
Toan Bok Ang pun terhenti
Akan tetapi Yok Kun Sih sudah amat membenci Lu Leng,
Dia menatap Lu Leng dengan mata berapi-api.
"Binatang, kau masih mau bilang apa?" bentaknya penuh
kegeraman.
Lu Leng amat berduka dalam hati mengalami kejadian
yang diluar dugaannya ini
"Tidak ada yang harus kubilang, Yok Cianpwee, silakan
turun tangan!"
Karena begitu gusarnya badan Yok Kun Sih bergemetar.
Ketika mengangkat Cambuk Naga, tangannya pun
bergemetar. sesungguhnya kini Lu Leng sudah terluka berat,
bahkan tak ada niat untuk melawaa seharusnya Yok Kun Sih
tidak boleh sedemikian gusar lagi Ternyata Yok Kun Sih bukan
hanya gusar terhadap Lu Leng, melainkan juga membenci
Toan Bok Ang.
Semua kaum rimba persilatan tahu, para murid Hui Yan
Bun terdiri dari wanita, dimana ketika memasuki perguruan
tersebut harus bersumpah bahwa seumur hidup tidak boleh
menikah. Siapa yang berani melanggar sumpah tersebut,
maka akan menerima hukuman berat

1720
Pendiri Hui Yan Bun, adalah seorang pendekar wanita
yang gagal dalam hal percintaan. Menganggap semua lelaki di
kolong langit tiada seorang pun yang setia, Maka setelah
mendirikan Hui Yan Bun, pendekar wanita itu membuat
sebuah peraturan, yakni semua murid Hui Yang Bun tidak
boleh menikah seumur hidup. sedangkan Toan Bok Ang justru
melanggar peraturan tersebut Maka berdasarkan peraturan
yang berlaku dalam Hui Yan Bun, Toan Bok Ang seharusnya
sudah mati.
Akan tetapi, antara Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang,
terdapat hubungan yang amat erat Lagipula semua murid Hui
Yan Bun telah binasa, hanya tersisa kedua guru dan murid ini
Karena itu, Yok Kun Sih merasa tak sampai hati turun tangan
membunuh Toan Bok Ang, Siapa sangka, Toan Bok Ang malah
kehilangan sebelah lengannya oleh golok pusaka Su Yang To.
Tentu saja Yok Kun Sih jadi gusar bukan main.
Tadi dia memang ingin membinasakan Lu Leng, namun
Toan Bok Ang berusaha menyelamatkannya. Kini harus
diceritakan kembali bagaimana me-rcka, guru dan murid ini
berjumpa, dan mengapa Toan Bok Ang menghilang mendadak
di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih.
Setelah kejadian di Cing Yun Ling Go Bi San, Yok Kun Sih
berpencar dengan Toan Bok Ang. Apa yang dialami Toan Bok
Ang telah dituturkan di atas. sedangkan si Walet Hijau-Yok
Kun Sih membawa yang lain bersembunyi di suatu tempat
Akan tetapi, akhirnya Liok Ci Khim Mo berhasil mencari
tempat persembunyian mereka, puluhan murid Hui Yan Bun
binasa semua oleh Pat Liong Thian Im. Beruntung si Walet
Hijau-Yok Kun Sih tidak muncul duluan, maka dia berhasil
meloloskan diri

1721
Betapa sedihnya hati Yok Kun Sih, karena Hui Yan Bun
hanya tertinggal dirinya seorang, ingin menuntut balas tapi tak
berdaya, Akhirnya dia mengambil keputusan untuk
menghindar Yok Kun Sih pergi tanpa tempat tujuan, yang
penting dirinya dapat menghindari Liok Ci Khim Mo.
Hari berikutnya, dia mendengar pembicaraan dua orang
kaum rimba persilatan golongan hitam, bahwa Sou Mia Su
Seng Bou putra si Nabi Setan-Seng Ling membawa seorang
gadis menuju ke arah barat. Gadis itu adalah Toan Bok Ang.
Bukan main girangnya hati si Walet Hijau-Yok Kun Sih. Dia
segera memunculkan diri dan menangkap kedua orang itu,
setelah bertanya dan mendapat jawaban tentang arah yang
dituju Seng Bou, dia membunuh kedua orang tersebut lalu
langsung berangkat menuju ke arah barat
Walau Sou Mia Su Seng Bou melakukan perjalanan dengan
rahasia sekali, namun bocor juga. Sedangkan si Walet Hijau-
Yok Kun Sih terus mengejar ke arah barat Akhirnya sampai di
gunung Tang Ku Sat. Namun setelah tiba di gunung itu, dia
justru berjumpa Liat Hwe Cousu,
Begitu melihat si Walet Hijau-Yok Kun Sih, Liat Hwe Cousu
bertanya dengan dingin, . "Yok Kun Sih, mau apa kau di sini?"
Di antara si Walet Hijau-Yok Kun Sih dengan Liat Hwe Cousu
memang tidak ada hubungan baik. Maka ketika Liat Hwe
Cousu bertanya dengan sikap dingin dan angkuh, perasaan si
Walet Hijau-Yok Kun Sih tersinggung dan gusar,
Namun setelah terpikir olehnya bahwa keberadaan Liat
Hwe Cousu di gunung Tang Ku Sat pasti punya suatu sebab
lertentu, siapa tahu dia pun tahu akan jejak Toan Bok Ang,
maka Yok Kun Sih terpaksa bersabar

1722
"Kau melihat muridku bernama Toan Bok Ang?"
Mendengar pertanyaan tersebut Liat Hwe Cousu tampak
tertegun
Liat Hwe Cousu adalah ketua partai Hwa San yang amat
terkenal, namun dia telah mengalami beberapa kali kerugian
menghadapi Lu Leng dan Toan Bok Ang. Maka dia amat
membenci mereka berdua, Lagipula, di dalam makam Nyonya
Mo Liong Seh Sih, berdasarkan potongan ujung lengan baju,
dia sudah dapat menduga siapa pencuri Panah Bulu Api itu,
Dia pikir ingin pergi seorang diri merebut Panah Bulu Api
tersebut agar dapat menghadapi Liok Ci Khim Mo.
Liat Hwe Cousu walau bermusuhan dengan Liok Ci Khim
Mo, namun hatinya terlampau egois! Keadaan rimba persilatan
sedang kacau. Maka siapa yang dapat membasmi Liok Ci Khim
Mo, pasti disanjung dan dihormati segenap kaum rimba
persilatan. Sebab itulah Liat Hwe Cousu bermaksud memburu
sendiri pencuri Panah Bulu Api.
Maka dia sengaja mengurung Lu Leng dan Toan Bok Ang
di dalam makam Nyonya Mo Liong Seh Sih, Kalau mereka
berdua mati, tentang pengorbanan Mo Liong Seh Sih pun tiada
yang tahu, Karena itu, semua jasa pasti berada pada Liat Hwe
Cousu seorang.
Namun si Walet Hijau-Yok Kun Sih tidak menanyakan yang
lain, malah bertanya tentang jejak Toan Bok Ang. Tidak heran
dia tertegun seketika. Tapi setelah berpikir sejenak, barulah
dia sadar bahwa si Walet Hijau-Yok Kun Sih sama sekali tidak
tahu akan kejadian itu. Maka dia segera menyahut dengan
nada dingin pula, Tidak tahu!"

1723
Namun, si Walet Hijau-Yok Kun Sih agaknya sudah melihat
wajah Liat Hwe Cousu berubah. setelah berpikir sejenak baru
menyahut Tidak tahu", menimbulkan kecurigaannya,
"Sungguh tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu?"
Liat Hwe Cousu terkejut dalam hati, kemudian menyahut
dengan gusar.
"Tentunya sungguh tidak tahu!"
Yok Kun Sih tertawa dingin,
"Liat Hwe tua, kini rimba persilatan boleh dikatakan telah
dikuasai Liok Ci Khim Mo, partaimu sudah sulit dipertahankan
lagi! Kalau tahu jejak muridku kau lebih baik memberitahukan
saja!"
Ucapan Yok Kun Sih membuat wajah Liat Hwe Cousu
berubah,
"Yok Kun Sih! Kenapa kau begitu cerewet?" Usai berkata,
jubah Liat Hwe Cousu me!erabung. Ternyata Liat Hwe Cousu
sudah menyerang Yok Kun Sih. Betapa geramnya Yok Kun Sih
ketika melihat Liat Hwe Cousu menyerangnya
"Bagus!" bentaknya sambil melesat cepat untuk mengelak
dari serangan itu.
Hal itu membuat serangan Liat Hwe Cousu hanya
mengenai tempat kosong, Tentu saja Liat Hwe Cousu menjadi
bertambah gusar dan berang bukan main. Namun ketika
kedua orangtua itu siap bertarung sengit, tiba-tiba berkelebat
sesosok bayangan ke arah mereka.

1724
Yok Kun Sih dan Liat Hwe Cousu segera menoleh.
Ternyata yang muncul itu adalah seorang gadis, berwajah
cantik tapi tampak murung, Siapa gadis itu?
Gadis itu mendarat dan langsung menjura memberi
hormat kepada si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
"Yok Cianpwee, aku ingin bicara sebentar!"
Yok Kun Sih menatap gadis itu dengan rasa penasaran
"Kau mau bicara apa, bicaralah! jangan takut terhadap Liat
Hwe Cousu!"
Mendengar itu, Liat Hwe Cousu langsung mendengus dan
tertawa dingin. sikapnya sungguh angkuh sekali
"Yok Cianpwee, apa yang akan kukatakan amat
bermanfaat bagi Cianpwee!"
Hati si Walet Hijau-Yok Kun Sih tergerak, apakah gadis ini
tahu akan jejak Toan Bok Ang? Lalu ia menatap Liat Hwe
Cousu.
"Liat Hwe tua, lebih baik kau tunggu aku di sini!"
Liat Hwe Cousu membatin, si Walet Hijau-Yok Kun Sih
berkepandaian tinggi Kalau sampai terjadi pertarungan tentu
membutuhkan waktu untuk menga-lahkannya, Setelah berpikir
begitu dia langsung melesat pergi
"Kalau kau tidak mau bertarung sekarang, kita berjumpa
lain kali!" ujarnya sambil melesat

1725
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih memang tidak berniat
bertarung dengan Liat Hwe Cousu, maka tidak mengejarnya,
dia bertanya kepada Tam Goat Hua.
"Nona Tam, kau mau bicara apa denganku?" tanya Yok
Kun Sih kepada gadis itu yang ternyata Tam Goat Hua.
"Apakah Yok Cianpwee sedang mencari Toan Bok Ang?"
Tam Goat Hua malah balik bertanya Mendengar pertanyaan
Tam Goat Hua itu Yok Kun Sih kaget bercampur gembira, Dia
langsung saja mengangguk
"Ya! kau tahu dia berada di mana?"
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Aku melihat dia bersama Lu Leng, Liat Hwe Cousu dan
kakek dari ibuku, mereka menuju ke.,.,"
Ketika Tam Goat Hua berkata sampai di situ, air muka Yok
Kun Sih kelihatan berubah.
"Kau bilang apa, kakek dari ibumu?"
Tam Goat Hua mengangguk
"Nona Tam, benarkah Mo Liong Seh Sih masih hidup?"
Tam Goat Hua kembali hanya mengangguk
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih jadi terbelalak seakan tak
percaya sama sekali bahwa Mo Liong Seh Sih masih hidup di
dunia ini.

1726
"Mereka berempat menuju ke mana?"
Tam Goat Hua terdiam untuk beberapa saat lamanya,
Tak jauh dari sini, hanya melewati dua tikungan sudah
sampai di sana." ujar gadis itu kemudian memberitahukan
kepada si Walet Hijau-Yok Kun Sih.
“Terimakasih atas petunjukmu," ujar wanita tua itu dengan
hati diliputi rasa gembira.
Badan Yok Kun Sih bergerak, melesat ke tempat yang
ditunjuk Tam Goat Hua.
Temyata setelah berjumpa Lu Leng, Tam Goat Hua pun
langsung pergi. Namun gadis itu tidak meninggalkan gunung
Tang Ku Sat, melainkan bersembunyi di sekitar istana iblis.
Maka dia jelas melihat Liat Hwe Cousu, Mo Liong Seh Sih, Lu
Leng, dan Toan Bok Ang menuju ke makam Nyonya Mo Liong
Seh Sih, sesungguhnya Tam Goat Hua ingin sekali memanggil
kakeknya itu, tapi kalau memunculkan diri, tentunya akan
bertemu Lu Leng, padahal dia tidak ingin bertemu. Karena itu,
terpaksa dirinya terus bersembunyi
Setelah si Walet Hijau-Yok Kun Sih melesat pergi, Tam
Goat Hua duduk berdiam diri, Dia mendongakkan kepala,
menatap ke langit. Awan putih di langit bergerak perlahan
Dalam hatinya muncul pula berbagai macam kerisauan Tanpa
sadar air matanya mulai meleleh,
Sejak kejadian itu, hampir setiap hari dirinya mengucurkan
air mata, Menangis sedih. Kepergiannya ke gunung Tang Ku
Sat, sebenarnya untuk menghindari semua orang, Tanpa
disangka berjumpa Lu Leng di luar kehendaknya, karena dia
benar-benar tak menginginkannya. Meskipun kalau mengingat

1727
peristiwa itu Lu Leng seharusnya jadi suami baginya, Namun
hatinya justru mencintai Giok Bin Sin Kun-TongHong Pek,
Tam Goat Hua termangu-mangu di situ dengan air mata
bercucuran Hatinya kembali diliputi kegalauan.
"Adik Leng! Adik Leng! Kau jangan mempersalahkanku,
yang bila berjumpa segera menghindar seandainya kau
mencintaiku haruslah kau paham akan isi hatiku!"
Sambil menggumam begitu gadis itu memejamkan
matanya, Hatinya merasa tertusuk-tusuk oleh sembilu.
Berselang beberapa saat dia bangkit berdiri Namun pada
saat itu mendadak terdengar suara bentakan
"Omong kosong, kau mau cari mati?"
Terdengar pula suara Toan Bok Ang yang terisak-isak.
"Guru cuma melepaskan diriku, aku pasti tidak mau hidup.
Guru, aku... aku amat mencintainya."
Mendengar percakapan itu, Tam Goat Hua segera
bersembunyi di belakang sebuah pohon Terdengar pula suara
pukulan Ternyata si Walet Hijau-Yok Kun Sih menampar
muridnya itu,
Toan Bok Ang menangis.
"Guru! Walau akan kau bunuh sekalipun aku tetap
mencintainya dan ingin menikah jadi istrinya!"

1728
Begitu mendengar ucapan itu, wajah si Walet Hijau-Yok
Kun Sih langsung berubah hijau. Hatinya semakin gusar dan
marah. Tentunya Tam Goat Hua juga tahu akan peraturan Hui
Yan Bun. Ketika ingin memunculkan diri untuk menasihati
ketua Hui Yan Bun itu, Toan Bok Ang sudah berkata,
"Guru, aku sungguh mencintai Lu Leng!"
Ketika Toan Bok Ang menyebut nama Lu Leng, Tam Goat
Hua langsung mengurungkan niat untuk keluar
"Kau cuma cinta sepihak saja!" ujar Yok Kun Sih sengit
"Tidak! Tidak! Lu Leng sudah mengatakan bahwa dia amat
mencintaiku. Di dalam makam itu, kami telah berjanji akan
jadi suami istri."
Mendengar itu, Tam Goat Hua jadi tertegun. Dia tahu
jelas, Toan Bok Ang tidak akan membohongi si Walet
HijaurYok Kun Sin itu berarti Lu Leng pernah menyatakan
cinta padanya, dan bersedia memperistrinya pula. Padahal
sesungguhnya, Lu Leng menyatakan begitu karena sudah
tiada harapan meloloskan diri dari makam itu. Maka
menyatakan hal itu agar tidak mengecewakan Toan Bok Ang.
Gadis itu bisa meloloskan diri dari makam karena ditolong
oleh gurunya dengan mengangkat lempengan besi
penutupnya, Pada waktu itu, Lu Leng sedang memusatkan
perhatiannya untuk menghimpun hawa murni. Maka apa yang
terjadi sama sekali tidak diketahuinya, sedangkan Toan Bok
Ang berdiri di bawah lobang yang ditutupi lempengan besL Dia
kaget melihat cahaya menyorot ke dalam, Segera dia
mendongakkan kepala dan melihat gurunya mengangkat
lempengan besi itu, Dan tanpa membuang-buang waktu lagi

1729
dia melompat ke atas, Tak lupa gadis itu pun membawa
lukisan yang telah dibikin jadi seutas tali.
Ketika mengangkat lempengan besi tersebut, Yok Kun Sih
sempat melihat Toan Bok Ang bersama Lu Leng di dalam
makam itu, Hal itu membuatnya gusar bukan main. Maka
setelah Toan Bok Ang keluar, dia pun menutup kembali
lempengan besi itu. Meskipun hati Toan Bok Ang merasa
gembira karena telah berhasil keluar, namun tanpa diberi
kesempatan tangannya langsung dicengkeram oleh gurunya.
"Bagaimana kau dan dia bersama berada di dalam makam
itu?"
Ketika Toan Bok Ang mulai jatuh cinta kepada Lu Leng, dia
sama sekali tidak menyangka peraturan tersebut begitu ketat.,
Setelah jatuh cinta, gadis itu pun tidak peduli akan
peraturan tersebut Lagipula dia tahu Yok Kun Sih amat
menyayanginya. Maka kalau dijelaskan, gurunya pasti akan
maklum.
Akan tetapi, ketika menyaksikan wajah gurunya yang
begitu bengis, Toan Bok Ang terkejut sekali,
"Aku... aku...."
Belum juga Toan Bok Ang menjelaskan Yok Kun Sih sudah
membentak dengan sengit
"Apa pantangan perguruan kita? Ketika memasuki Hui Yan
Buh, kau telah bersumpah berat, apakah kau telah melupakan
itu?"

1730
"Aku.,, aku tidak lupa, Guru! cepatlah Guru mengeluarkan
Lu Leng dari makam itu!"
Yok Kun Sih mendengus dingin,
"Hm! Kau dengan dia sudah bermesra-mesraan?"
Seandainya Toan Bok Ang menjelaskan bahwa mereka
berdua belum saling mencinta, melainkan hanya karena
dikurung oleh Liat Hwe Cousu di dalam makam, Yok Kun Sih
pasti akan mengangkat lempengan besi lagi untuk
menyelamatkan Lu Leng. Namun pertanyaan yang bernada
tuduhan tadi telah membuat Toan Bok Ang tidak enak.
"Guru, kami berdua... walau saling mencinta, namun
masih tetap menjaga jarak. Sama sekali tidak...."
"Omong kosong!" bentak Yok Kun Sih sengit sekali Mata
tuanya menatap tajam ke arah Toan Bok Ang.
"Guru, aku memang mencintainya," ujar Toan Bok Ang
coba menjelaskan
Air muka Yok Kun Sih berubah hebat, kemudian mendadak
menotok jalan darah Toan Bok Ang. Ditanknya pergi gadis itu
dengan cepat. Toan Bok Ang tak mampu bersuara Setelah
meninggalkan tempat itu, barulah Yok Kun Sih membuka jalan
darahnya kembali
Kini Toan Bok Ang baru tahu, gurunya sama sekali tidak
berniat menyelamatkan Lu Leng, Gadis itu amat mencintai Lu
Leng, bagaimana mungkin dia bisa pergi tanpa bersama Lu
Leng? Karena itu, Toan Bok Ang pun ribut mulut dengan Yok
Kun Sih.

1731
Ketika Tam Goat Hua mendengar bahwa Lu Leng bersedia
memperistri Toan Bok Ang, diam-diam gadis itu menghela
nafas panjang, kemudian mulai berpikir lagi.
Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, terdengar Yok Kun
Sih berkata,
"Kau memang gadis rendah! Sampai di telaga Tong Ting,
aku akan membuat perhitungan denganmu !"
Toan Bok Ang tercengang.
"Mau apa ke telaga Tong Ting?"
Yok Kun Sih menengok ke sana ke mari, kelihatannya
seperti takut orang lain mendengarnya. Kemudian dengan
suara rendah dia berkata kepada muridnya,
"Kini dalam Hui Yan Bun, hanya tersisa kita berdua, Maka
kau harus baik-baik menjaga diri Pulau Huang Yap To adalah
tempat tinggalku, kita kembali ke sana!"
Toan Bok Ang mulai menangis.
"Kalau Guru tidak menyelamatkan Lu Leng, aku tidak mau
ikut Guru ke sana, Mati pun aku tidak mau ikut!"
Dengan wajah membesi Yok Kun Sih membentak keras,
"Gadis rendah, kalau tidak mau, aku harus memaksamu!"
Mendadak Yok Kun Sih mencengkeram lengannya Lalu
cepat ditariknya meninggalkan tempat itu,

1732
Toan Bok Ang menangis meraung-raung ketika ditarik
pergi oleh gurunya, Menyaksikan itu, Tam Goat Hua berduka
sekali Dia termenung di belakang pohon. Dia pun teringat
akan perkataan Toan Bok Ang, sepertinya mengatakan Lu
Leng terkurung di suatu tempat, sulit meloloskan diri.
Teringat akan itu, Tam Goat Hua segera melesat ke
tempat yang pernah dituju Liat Hwe Cousu dan lainnya. Akan
tetapi, ketika tiba di tempat tersebut Lu Leng telah berhasil
meloloskan diri dari ruang batu makam dan pingsan di tempat
itu,
Tam Goat Hua tertegun saat melihat Lu Leng terluka parah
namun tidak membahayakan. Karena itu, dia tetap tidak
memperlihatkan diri, Dia hanya meninggalkan pesan agar Lu
Leng berangkat ke telaga Tong Ting, juga menyediakan buahbuahan
untuk Lu Leng, sebelum akhirnya melesat pergi
meninggalkan tempat itu,
Ketika siuman Lu Leng kaget melihat pesan tersebut Dia
justru menduga Tam Goat Hua yang mengalami kesulitan di
telaga Tong Ting, sebab orang yang paling dicintainya adalah
Tam Goat Hua!
Lu Leng meninggalkan gunung Tang Ku Sat. Tanpa
sepengetahuannya, Tam Goat Hua membuntutinya karena
khawatir akan terjadi sesuatu atas diri Lu Leng,
Ketika sampai di sungai Tiang Kang, Tam Goat Hua
menolong Han Giok Shia dan kakaknya sehingga membuatnya
berpisah dengan Lu Leng,
Akan tetapi, Tam Goat Hua teringat akan telaga Tong Ting
yang begitu luas, Sudah pasti Lu Leng sulit mencari si Walet
Hijau-Yok Kun Sih dan Toan Bok Ang, maka dia menitipkan

1733
sepucuk surat pada seorang nelayan untuk disampaikan
kepada Lu Leng, setelah sampai di pulau Huang Yap To, Toan
Bok Ang terus menerus menangis sehingga karena begitu
gusar, Yok Kun Sih langsung raembe1enggu-nya dengan
rantai besi, Kalau tidak karena Liok Ci Khim Mo akan ke pulau
itu, mungkin Yok kan Sih tidak akan melepaskannya.
Semua kejadian itu telah dituturkan di atas, sementara itu,
saking gusarnya Yok Kun Sih mengayunkan Cambuk Naga lagi
ke arah Lu Leng,
Bersamaan itu mendadak Yok Kun Sih mendengar suara
senjata di belakangnya, kemudian terdengar pula suara
bentakan,
"Nenek peot, ternyata kau berada di sini!" Si Walet Hijau-
Yok Kun Sih tertegun. Dia sudah tahu ada orang
membokongnya, maka cepat-cepat menyentak Cambuk Naga
yang hampir merenggut nyawa Lu Leng, Cambuk itu
disentakkan dengan keras ke belakang, Maka seketika itu pula
terdengar jeritan menyayat orang kesakitan, "Aaaakh.,.!"
Yok Kun Sih membalikkan badannya. Tampak seseorang
berusaha kabur, sementara yang satu lagi telah roboh dengan
mulut mengeluarkan darah,
"Mau kabur ke mana?" bentak Yok Kun Sih sambil
badannya melesat memburu orang itu,
Kedua orang istana Ci Cun Kiong itu sebenarnya hendak
menangkap Lu Leng, Namun tak menyangka bertemu si Walet
Hijau-Yok Kun Sih. Salah seorang langsung membokongnya,
tapi Yok Kun Sih ternyata lebih cepat menyerang dengan
cambuknya,

1734
Satu orang yang berusaha kabur langsung tercengang
ketika melihat Yok Kun Sih tahu-tahu sudah berada di
depannya, Bahkan wanita tua itu langsung melucutkan
cambuknya. Dan,.. Praats! Cambuk itu menghantam kepala
lawan. Tanpa jeritan, orang itu langsung tewas seketika,
Setelah membunuh kedua orang itu, si Walet Hijau-Yok
Kun Sih membalikkan badannya,
"Bocah busuk, mau apa lagi?" bentak perempuan tua itu
dengan tatapan mata tajam ke arah Lu Leng.
Ternyata Lu Leng telah duduk, sedangkan Toan Bok Ang
memeluknya erat-erat seakan tidak mau berpisah dengannya,
Walau Yok Kun Sih membentak begitu keras, namun Lu
Leng dan Toan Bok Ang seperti tidak menghiraukannya.
Yok Kun Sih segera mendekati mereka, Dia melihat air
muka keduanya begitu tenang, tanpa penyesalan sama sekali.
Tentu saja hal itu membuatnya heran. Kemudian didengarnya
suara ucapan Lu Leng,
"Kakak Ang, aku... aku sungguh tidak sengaja !”
* * * *
Bab 81
Toan Bok Ang tersenyum, wajahnya pucat pias tapi
sepasang matanya berbinar-binar,
"Adik Leng, aku sudah menjadi bagian darimu, Kalaupun
kau sengaja, aku... aku tidak akan menyalahkanmu!"

1735
Mendengar ucapan tulus dari mulut Toan Bok Ang, hati Lu
Leng semakin merasa terharu. Kalau saja saat ini gadis itu
memukul dirinya, Lu Leng tidak akan marah, bahkan mungkin
justru merasa senang, Namun nyatanya Toan Bok Ang justru
berkata seperti itu. Dipeluknya erat-erat tubuh Toan Bok Ang
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Toan Bok Ang menghela nafas panjang, kemudian berkata
dengan lembut
"Adik Leng, jangan terlampau berduka, Asal kau ingat
akan ucapanmu di dalam makam itu, kehilangan sebelah
lengan pun aku tidak merasa sayang!"
"Kakak Ang, aku pasti ingat Pasti ingat selama-lamanya!"
Padahal apa yang diucapkan Lu Leng di dalam makam,
semata-mata hanya agar tidak mengecewakan gadis itu,
Setelah itu, entah berapa kali dia ingin menjelaskan namun
tiada kesempatan
Saat ini, bagaimana mungkin dia menjelaskannya?
Menyaksikan keadaan Toan Bok Ang, dia mengambil
keputusan dalam hati, biar bagaimanapun juga harus
menggembirakan gadis itu,
Toan Bok Ang tersenyum manis lalu memejamkan mata
seraya berkata.
"Adik Leng, itu sudah cukup. Asal begitu sudah cukup!"
Mereka berdua saling memeluk. sementara si Walet Hijau-
Yok Kun Sih mengerutkan kening seraya membentak,
"Anak Ang, kau tidak mendendam padanya?"

1736
Toan Bok Ang menyahut sambil memeluk Lu Leng eraterat.
"Guru, dia orang yang paling kucintai, Bagaimana mungkin
aku mendendam padanya?"
Lu Leng segera menyambung
"Yok Cianpwee, tadi aku sedang memikirkan guru dan
lainnya, sehingga pikiranku jadi kacau, tidak melihat jelas
siapa yang menghadang di depan-ku. Dan tanpa pikir panjang
aku langsung menyerang hingga mencelakai Kakak Ang,
Walau Kakak Ang telah memaafkan namun aku tetap merasa
berdosa dalam hatL Asal dapat menggembirakan hati Kakak
Ang, apapun aku bersedia melakukannya."
Yok Kun Sih tertawa dingin,
"Anak Ang menghendakimu memperistrinya, kau
bersedia?"
Lu Leng menyahut tanpa pikir lagi,
"Tentu bersedia!"
Yok Kun Sih tertawa aneh, lalu berkata,
"Kau memang pemuda yang pandai merayu! Kalau kau
memperistrinya, lalu bagaimana Tam Goat Hua putri Cit Sat
Sin Kun-Tam Sen itu?"
Lu Leng tercengang mendengar ucapan Yok Kun Sih
tentang Tam Goat Hua, cintanya terhadap Tam Goat Hua,
memang tak pernah padam, Walau dia bersedia memperistri
Toan Bok Ang, itu hanya karena merasa berdosa.

1737
Sedangkan Lu Leng dengan Tam Goat Hua, sudah boleh
dikatakan sebagai suami istri, karena mereka berdua telah
melakukan hubungan intim. Kalau dia memperistri Toan Bok
Ang, lalu bagaimana Tam Goat Hua?
Yok Kun Sih tertawa dingin lagi, "Anak Ang, sudah saatnya
kau sadari" Ketika Yok Kun Sih menyinggung Tam Goat Hua,
Toan Bok Ang tertegun Maka Yok Kun Sih berkata begitu ingin
menyadarkan muridnya Toan Bok Ang pun langsung terdiam
bungkam tak mampu menjawab. Seketika suasana jadi
hening. Ketika orang itu sama-sama terdiam.
Berselang beberapa saat, barulah Toan Bok Ang membuka
mulut,
"Adik Leng, kau tidak usah berduka!"
Lu Leng cuma manggut-manggut, Toan Bok Ang
melanjutkan
"Adik Leng, aku begitu mencintaimu, bagaimana mungkin
akan membuatmu berduka?" berkata sampai di situ, air mata
Toan Bok Ang jatuh berderai-derai. "Aku.,, aku pergj!"
Lu Leng terkejut mendengar keputusan Toan Bok Ang.
" Kakak Ang, kau mau ke mana?"
"Aku akan melanglang buana, aku... aku tidak mau
berjumpa kau lagi!" sahut Toan Bok Ang dengan nada sedih.
setelah itu isak tangisnya pun meledak lagi,
"Adik Leng! Dengar, sesungguhnya aku benar-benar tidak
ingin meninggalkanmu!"

1738
Lu Leng menatap ke arah Toan fiok Ang yang masih duduk
di tanah.
"Kakak Ang, kalau kau tidak ingin meninggalkanku kenapa
harus pergi?"
Sebelum Toan Bok Ang menyahut, Yok Kun Sih sudah
menyelak dengan sengit
"Anak Ang, bocah busuk itu tidak mau jadi suamimu!
Apakah kau belum juga mau sadar? Kaum lelaki di kolong
langit semuanya tidak setia. Kalau kau tak mau menyadari
dirimu pasti akan celaka!" Toan Bok Ang menghela nafas
panjang, lalu bangkit berdiri Dengan sempoyongan dia
berjalan menghampiri gurunya.
Bagian 39
Lu Leng juga cepat-cepat bangkit berdiri. "Kakak Ang!"
Saat itu Toan Bok Ang sudah hampir mendekati Yok Kun
Sih, namun ketika mendengar seruan Lu Leng memanggilnya,
dia langsung berhenti. Dibalikkan badannya lalu berlari ke
arah Lu Leng lagi Melibat hal itu Lu Leng segera
merentangkan kedua belah tangannya menyambut Toan Bok
Ang memeluknya erat-erat.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih mengerutkan kening dan
wajahnya berubah tak sedap dipandang Kemudiao mendadak
bersiul aneh dan berkata.
“Toan Bok Ang, mulai saat ini kau bukan murid Hui Yan
Bun Iagi! Hubungan kita sebagai guru dan murid putus!"

1739
Usai berkata, Yok Kun Sih menggerakkan cambuk Naga
menghantam tanah, meninggalkan bekas panjang dan dalam,
"Guru.,.!" keluh Toan Bok Ang, sedih,
Akan tetapi, si Walet Hijau-Yok Kun Sih telah melesat pergi
laksana kilat Kedukaan dalam hati wanita tua itu sungguh
tidak berbeda dengan yang dirasakan Lu Leng maupun Toan
Bok Ang, Betapa tidak semenjak kecil gadis itu berguru
kepadanya, Hubungan keduanya sudah bagaikan ibu dan
anak, Namun kini harus berpisah lantaran berbeda keinginan
Tadi saat Toan Bok Ang membalikkan badannya kembali
ke arah Lu Leng, Yok Kun Sih sungguh ingin membunuhnya,
Namun dia melihat Toan Bok Ang amat mencintai Lu Leng.
Lagipula kini Toan Bok Ang telah cacat. Hatinya merasa tidak
tega membunuhnya, maka cepat-cepat melesat pergi
meninggalkan tempat itu dengan mata bersimbah air.
Lu Leng dan Toan Bok Ang saling memandang tak ada
yang saling mereka ucapkan.
"Kakak Ang, tempat ini amat dekat dengan istana Ci Cun
Kiong. jangan lama-lama kita di sini, lebih baik aku antar kau
ke suatu tempat untuk beristirahat !N
"Adik Leng, sebenarnya kau mau ke mana?"
Wajah Lu Leng tampak gusar, mendadak merasa dadanya
sakit sekali dan....


ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4, cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-favorit-harpa-iblis-jari_6990.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 4 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-favorit-harpa-iblis-jari_6990.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar