Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

Untuk berapa saat Lim Han-kim, tak bisa membedakan
suara pujian tadi berasal dari manusia bermata besar ini
atau bukan, tapi jika dilihat di tangan orang itu.
memegang sebilah pedang, bisa diduga orang inilah yang
barusan menyerangnya.
Maka sambil menjura ujarnya: "Tenaga serangan
pedang anda sangat kuat dan luar biasa, akupun merasa
kagum sekali."
Pelan-pelan orang itu menarik kembali kepalanya yang
besar dan lenyap di balik kurungan besi itu, yang tampak
sekarang tinggal pedangnya yang bersinar tajam.
Ketika ia berpaling, dijumpainya Han Si-kong sedang
berdiri termangu-mangu sambil mengawasi kurungan
besi itu tanpa berkedip jelas peristiwa ini membuat jago
kawakan dari dunia persilatan inipun turut tertegun dan
merasa kejadian tadi benar-benar di luar dugaannya.
sebenarnya banyak persoalan yang ingin ditanyakan
Lim Han-kim kepadanya, namun menyaksikan Han Sikong
seperti sedang memikirkan sesuatu, maka niat
itupun segera diurungkan

342
Nona berbaju hijau itu habis juga kesabarannya
melihat semua pihak membungkam diri, tiba-tiba
tegurnya: "Hei, locian-pwee Kau sedang memikirkan
sesuatu atau dibuat pecah nyalimu"
Pelan-pelan Han si-kong tersadar kembali dari
lamunannya, memandang gadis berbaju hijau itu
sekejap. katanya: "Aku sedang memikirkan manusia
berkepala besar bermata besar itu."
"oooh... kalau kau kenal dengannya memang lebih
bagus, Asal ia bersedia menggeser kerangkeng besinya
sedikit saja, kita dapat segera menerjang keluar dari
sini."
Han si-kong tidak menanggapi dia bergumam seorang
diri. "Benarkah dia? sungguhkah orang itu? Tapi... tapi
rasanya hal ini tidak mungkin."
"Locianpwee" dengan alis berkenyit nona berbaju hijau
itu berseru lagi, "Apa sih yang kau gumamkan seorang
diri? Nampak-nya kau sudah dibuat sinting lantaran
ketakutan"
Tiba-tiba paras muka Han si-kong berubah jadi serius,
serunya: "Yaa, iha, dia, pasti dia Tak mungkin di kolong
langit ada orang kedua yang berwajah mirip dengannya."

343
Lim Han-kim merasakan hatinya ikut berdebar keras,
tanpa sadar dia menyela: "Han Locianpwee, siapa sih
yang kau maksudkan?"
"orang gila dari Lam-gak."
"orang gila dari Lam-gak....?" seru Lim Han-kim dan
gadis berbaju hijau itu bersamaan waktunya.
Mendadak dari balik terali besi itu muncul sebuah
papan nama. Di atas papan itu tertulis berapa kata yang
berbunyi: "sudah bertemu buat apa saling mengenal, kita
sama-sama orang pengembara."
Dengan seksama gadis berbaju hijau itu membaca
tulisan di atas papan kayu itu lalu diulanginya beberapa
kali, mendadak ia berpaling dan serunya pelan: "Lim
siang-kong"
"Ada apa?"
"setelah membaca dua baris tulisan di atas papan
kayu itu, aku jadi teringat sesuatu."
sebelum Lim Han-kim memb erikan tanggapannya,
tiba-tiba terdengar Han si-kong membentak keras:
"Hei, orang gila dari Lam-gak. kau masih kenal dengan
aku Han si-kong si monyet tua?"
"siapa bilang aku sudah tak kenal dengan kau monyet
tua," jawab orang itu dari balik kerangkeng besi.

344
"Kalau toh kau sudah mengenali aku sebagai sahabat
lamamu, apa yang hendak kau perbuat terhadapku hari
ini?"
"Asal kalian tidak meninggaikan rumah itu, aku tak
akan melancarkan serangan"
Mendengar jawaban tersebut kontan saja Han si-kong
tertawa dingin, "He he he... ada satu hal ingin
kutanyakan kepadamu, siapa sih pemilik bangunan ini?
jagoan macam apakah dia sehingga kau si orang gila dari
Lam-gak yang bernama besar rela jadi kuku garudanya
dan menjagakan pintu rumahnya"
"sejak tadi aku toh sudah memberitahu kepadamu
lewat papan kayu tersebut, Walau sudah bertemu buat
apa saling mengenal, kita toh sama-sama orang
pengembara."
Dua kalimat kata itu sesungguhnya merupakan
perkataan yang memedihkan hati, apalagi sekarang
diutarakan oleh si orang gila tersebut dengan suaranya
yang melolong macam binatang, membuat nadanya
makin menggidikkan hati.
Han si-kong mendengus dingin, dia segera menutup
pintu ruangan rapat-rapat, duduk bersila di tanah dan
tidak berkata lagi.

345
Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang,
pelan-pelan dihampirinya Han si-kong, lalu tegurnya
dengan lembut: "Lo-cianpwee, kenapa sih kau ini?"
sikapnya tiba-tiba saja berubah jadi lembut, gerak
geriknya juga lebih halus menawan. sambil berjongkok
di hadapan kakek itu, dia berkata lebih lanjut:
"Locianpwee, keadaan kita sekarang boleh dibilang
berada di biduk yang sama, Bencana kita tanggulangi
bersama, rejeki kita nikmati berbareng. Apabila kau
menjumpai persoalan yang menyedihkan hati, utarakan
saja keluar, mungkin kita dapat ikut bantu memecahkan"
Mendadak Han si-kong angkat kepalanya sambil
mencengkeram rantai di tubuh nona berbaju hijau itu,
bisiknya: "Jangan bergerak" Kemudian dia ayunkan
tangannya melepaskan satu pukulan "Blaaaam..."
Rantai besi itu segera retak separuh.
secara beruntun Han si-kong melepaskan tiga buah
pukulan berantai Rantai besi itu rontak retak dan
berhamburan ke atas tanah, sambil mendongakkan
kepalanya terbahak-bahak monyet tua itu berseru: "Ha
ha ha... ternyata kepandaian silatku belum punah."
sikapnya penuh diliputi emosi, agaknya dia sudah
kehilangan kontrol.
Tanpa terasa Lim Han-kim memuji: "Locianpwee,
hebat benar tenaga pukulan pasir besimu"

346
Han si-kong merasa semangatnya berkobar kembali,
sambil bangkit berdiri dan tertawa tergelak, serunya:
"Bocah cilik, bagi kita lelaki sejati, soal mati hidup bukan
masalah serius yang perlu dipikirkan. Tapi kita tak bisa
menyaksikan nona ini turut mengorbankan jiwanya di
sini. Daripada kita duduk menunggu mati, apa salahnya
kalau kita lindungi nona ini dan berusaha meloloskan diri
dari kematian..."
Meskipun Lim Han-kim tidak begitu paham dengan
tujuan monyet tua itu, namun dia menyahut juga:
"Perkataan locianpwee memang tepat sekali, kita harus
berusaha membantu gadis ini lolos dari bahaya, untung
borgol dan rantainya sudah kita singkirkan"
Gadis berbaju hijau itu menghela napas panjang,
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali tukasnya:
"Kalian berdua sudah salah paham...."
"Kau harus tahu, waktu bagi kita saat ini lebih
berharga dari emas." bentak Han si-kong cemas. " Kalau
kita harus menunggu sampai penyakit gila si orang gila
dari Lam-gak kumat, pingin kabur pun belum tentu
mampu. Mari, biar aku membukakan jalan dengan
membendung serangannya, kau si bocah, hati- hati
menjaga kerangkeng besi itu, jangan beri kesempatan
kepadanya untuk membuka. Bila ada kesempatan,
pergunakan baik-baik, usahakan untuk kabur dari sini
secepatnya."

347
Selesai berkata, tanpa menanti jawaban lagi dia
berjalan membuka pintu ruangan.
"Tunggu dulu, tunggu dulu.,." seru nona berbaju hijau
itu. "Bagaimana kalau kita bicarakan dulu persoalan ini
sampai jelas?"
"Tak usah dibicarakan lagi, asal kau berhasil kabur
lebih dulu, itu sudah betul."
"Tidak bisa, Kalau kau tidak menjelaskan lebih dulu,
aku tak akan pergi dari sini."
Dengan gemas Han si-kong menghentakkan kakinya
ke atas tanah, umpatnya: "Hmmm Kau benar-benar
bocah perempuan yang tak tahu diri, Kalau ada urusan,
cepat katakan."
"Tampaknya kau takut sekali dengan orang gila dari
Lam-gak?"
"Meskipun orang gila dari Lam-gak tidak waras
otaknya, namun ilmu silatnya benar-benar lihai sekali,"
"Bagaimana jika ilmu silat locianpwee dibandingkan
dengan kepandaian silatnya?"
"Mungkin kalau dipaksakan hanya mampu menahan
sepuluh gebrakan."
Nona berbaju hijau itu mengalihkan sinar matanya ke
atas wajah Lim Han-kim kemudian katanya lagi:

348
"Bagaimana kalau ilmu silat Lim siangkong dibandingkan
dengan kepandaian locianpwee?"
"Jika dilihat dari kemampuannya mematahkan borgol
tadi, agaknya ilmu silatnya tidak berada di bawah
kepandaianku"
"Nah, itulah dia. Dari kita bertiga, ilmu silatku
terhitung paling lemah, sekalipun kamu berdua ada
maksud membantuku melarikan diri, belum tentu aku
akan berhasil melepaskan diri dari cengkeraman orang,
sekalipun kita berhasil menembusi pertahanan si gila dari
Lam-gak. belum tentu aku mampu menghindari kejaran
mereka."
"Ehmmm, tak kusangka kau hanya seorang gadis
muda, namun mempunyai pandangan dan jalan pikiran
yang begitu luas."
Gadis berbaju hijau itu menghela napas: "Aaaai... tadi,
akupun telah membicarakan situasi kita saat ini dengan
Lim siangkong, Di antara kita bertiga harus ada seorang
yang kabur dari sini, tapi aku hanya seorang wanita, dan
lagi ilmu silatku paling lemah. Aku rasa biar mati pun tak
usah disayangkan"
"Aku sendiri juga sudah tua, biar matipun pantas,"
sambung Han si-kong sambil mengelus jenggotnya yang
putih,

349
"Itu berarti tinggal Lim siangkong seorang...."
sambung gadis berbaju hijau itu.
Buru-buru Lim Han-kim menyela: "Aku Lim Han-kim
juga bukan seseorang yang sayang mengorbankan jiwa
ku. ... "
"Padahal di antara kita bertiga, salah satu diantaranya
harus berusaha melarikan diri dari sini, Kebetulan kaulah
orang yang paling pantas kabur dari sini, Lim siangkong,
Lebih baik kau jangan menampik lagi."
"Tapi tanganku masih diborgoi, badanku juga masih
dirantai, mana mungkin bisa lolos dari tempat ini?"
Gadis berbaju hijau itu termenung berpikir sejenak.
sesaat kemudian ujarnya: "Majikan tuaku menyimpan
sebilah pedang mustika yang luar biasa tajamnya, Asal
kuberi tanda pengenal kepada Lim siangkong dan kau
pergi menjumpai majikan tuaku itu, sudah pasti beliau
bersedia memutuskan borgol di tanganmu itu."
" Kalau memang begitu, tak usah ditunda-tunda lagi.
Cepat serah kan tanda pengenal itu kepadanya, kita
segera antar dia keluar dari sini," sela Han si-kong.
Karena borgol dan rantainya sudah putus, nona
berbaju hijau itu dapat bergerak bebas, Dari sakunya dia
keluarkan selembar saputangan, kemudian bisiknya: "Lim
siangkong, harap kau berjongkok sebentar. Akan

350
kuberitahukan bagaimana caranya menjumpai majikan
tuaku."
Mendadak pintu ruangan dibuka orang, kemudian
tampak seorang pemuda berjubah panjang melangkah
masuk ke dalam.
Han si-kong segera menghadang jalan perginya sambil
membentak: "siapa kau?"
Di belakang pemuda tadi mengikuti seorang bocah
kecil berwajah bersih yang membawa sebuah lentera
terbuat dari kain putih, Pada ujung lentera itu tertera
sebutir mutiara, Ketika tersorot oleh cahaya lentera,
mutiara tersebut memantulkan selapis cahaya yang amat
menyilaukan mata membuat suasana gelap dalam
ruangan itu segera terusir lenyap. Pemuda itu bersikap
dingin dan serius.
Dengan sorot matanya yang tajam dia awasi Han sikong
sekalian sekejap. kemud ian berkata: "Aku dari
marga Hongpo, siapa nama kalian?"
Meskipun sikapnya dingin dan serius, namun nada
pembicaraannya cukup sopan dan ramah.
Diam-diam Han si-kong berpikir: "Jelek-jelek begini
aku sudah puluhan tahun lamanya berkelana dalam
dunia persilatan. Betul tidak semua pentolan persilatan
yang kukenal, namun paling tidak pernah kudengar

351
namanya, Heran, kenapa belum pernah kudengar jago
tangguh dari marga Hongpo,"
sementara dia berpikir, mulutnya menjawab dengan
lantang: "Aku Han si-kong, sedang saudara itu dari
marga Lim."
"oooh, rupanya si Raja Monyet Ceking." pemuda itu
manggut-manggut serius.
"Aah, tak usah memuji, itu hanya julukan yang
diberikan rekan-rekan persilatan kepadaku."
Pemuda itu segera berpaling kearah Lim Han-kim,
seraya menjura katanya pula: "Boleh aku tahu nama
lengkap saudara Lim?"
"Lim Han-kim"
"Lim Han-kim?" secara beruntun pemuda itu
menggumamkan nama tersebut berulang kali, agaknya
dia berusaha mengingat-ingat siapa gerangan Lim Hankim
itu.
Tapi karena tak berhasil menemukan asal usulnya,
maka sinar matanya segera dialihkan ke wajah nona
berbaju hijau, katanya: "Boleh aku tahu nama nona?"
Gadis itu berpikir sebentar, akhirnya dia menjawab: "Aku
bernama Han-gwat"

352
Pemuda itu segera mengernyitkan alis matanya, "Nona
Han-gwat, kau berasal dari marga apa?"
"Kau cukup memangil aku Han-gwat saja, tak perlu
tahu apa nama margaku.."
Pemuda itu tertawa hambar. "Aku tak pernah
memaksakan kehendakku"
Kemudian setelah berhenti sejenak. la meneruskan
kembali: "Lebih baik kalian jangan punya ingatan untuk
melarikan diri."
"Hmmm, itu sih belum tentu," tukas Han si-kong.
Pemuda itu tersenyum.
"Kami sedang menyelidiki suatu kejadian, sebelum
duduknya persoalan menjadi jelas kami tak akan biarkan
siapapun pergi dari sini. Asal persoalan tersebut tak ada
sangkut pautnya dengan kalian, bukan saja kami segera
akan membebaskan kalian bertiga, bahkan kami
hadiahkan juga benda mustika sebagai tanda mata.
sebaliknya jika kalian nekad hendak melarikan diri, aku
kuatir persoalan akan bertambah ruwet."
la angkat kepalanya dan tertawa lalu terusnya:
"Kenyataannya kalian sanggup melepaskan diri dari
pengaruh totokan jarum emas dan lolos dari peti mati,
Kepandaian semacam ini sungguh mengagumkan hati."

353
Kemudian setelah mengalihkan sinar matanya ke
wajah gadis berbaju hijau itu, terusnya: "Nona ini telah
berhasil melepaskan borgolnya, aku rasa kau siap pergi
dari sini bukan?"
"Hmmmm" Han si-kong mendengus, "Kau anggap
dengan menyuruh si gila dari Lam-gak menjaga pintu ini,
kami bertiga tak sanggup meloloskan diri?"
selintas rasa kasihan menghiasi wajah pemuda itu,
katanya sambil menghela napas: "Aaaai... meskipun ilmu
silatnya sangat lihay, tapi pengalamannya sungguh
mengenaskan"
"Huuuh, si gila dari Lam-gak tak kenal budi dan
teman, manusia macam ini memang pantas mendapat
pembalasan yang setimpaL" sekali lagi pemuda itu
tersenyum. "Bagaimana? Kau kenal?" tanyanya. Han sikong
mendengus,
"Hmmmm Bukan hanya kenal, aku pernah
menemaninya selama tiga bulan ditengah hutan
belantara di Lam-gak. Wak-tu itu dia sedang menderita
penyakit gawat dan jiwanya terancam bahaya, Dengan
susah payah aku merawatnya sehingga dia berhasil lolos
dari ancaman bahaya maut, Tak disangka dia... dia lupa
budi."
"Kau jangan salahkan dia," tukas pemuda berwajah
serius itu cepat "la bisa terdampar sampai di sini karena

354
mempunyai kesulitan yang sukar diutarakan keluar.
sekalipun antara kau dengan dia punya hubungan yang
akrab, tak nanti ia sanggup membantumu"
Walaupun Han si-kong orangnya polos dan lurus,
namun bagaimanapun juga pengalamannya dalam dunia
persilatan sudah cukup matang, dan lagi dia pun bukan
orang bodoh, Pada awal perjumpaannya dengan si gila
dari Lam-gak tadi, ia memang rada gusar karena
rekannya tak kenal budi.
Dengan wataknya yang berangasan, begitu ia emosi
otomatis pikirannya tersumbat sama sekali dan kontan
saja mencaci maki tiada hentinya, Tapi setelah
mendengar perkataan pemuda itu,pikiran dan
perasaannya segera tenang kembali, pikirnya:
"Tentu bukan tanpa sebab dia sampai bersembunyi di
belakang dua kerangkeng besi itu, si gila dari Lam-gak
memang berwatak aneh, dingin, suka menyendiri dan
rada sinting, tapi selama hidupnya jarang mempunyai
sahabat karib. Hanya terhadap aku seorang sikapnya
selalu menaruh hormat, jika bukan dipaksa oleh keadaan,
mustahil dia menganggap asing diriku."
dalam kesempatan itu, pemuda berwajah serius itu
sudah menyambung lebih jauh: "Selamanya ayahku tak
pernah mengganggu orang lain apabila dia tidak diusik
lebih dulu, oleh karenanya Lak-seng-tong kami tak
pernah berhubungan dengan umat persilatan,

355
bagaimanapun kalutnya kolong langit dan sengitnya
perselisihan dunia persilatan, asal tidak mengusik orangorang
Lak-seng-tong, belum pernah kami
mencampurinya. Tapi jika ada orang berani mengusik
Lak-seng-tong kami barang sejengkalpun, apa lagi
melukai orang-orang kami, Hmmm Tidak perduli manusia
macam apakah dia dan tokoh lihai macam apapun,jangan
harap bisa lolos dari pengejaran kami serta mendapat
pembalasan yang setimpal.
Namun begitu kami, orang-orang Lak-seng-tong pun
tak pernah melukai orang yang tidak bersalah. Asal
kalian tak ada hubungannya dengan kejadian ini, begitu
penyelidikan selesai kami segera akan mengantar kalian
pergi dari tempat ini."
"siapakah ayahmu? Mungkinkah aku kenal?" tanya
Han si-kong.
"Ayahku gemar bersyair dan melukis, selama ini tak
pernah mencampuri urusan dunia persilatan, jadi
meskipun kusebutkan belum tentu kau kenal. Apa lagi
sebagai putranya, aku pantang menyebut nama ayahku
begitu saja, jadi maaf kalau aku tak bisa menyebutkan."
Diam-diam Han si-kong berpikir: "Lak seng-tong?
Rasanya dalam dunia persilatan memang belum pernah
beredar nama Ko-lam enam bintang ini...."

356
sudah cukup lama dia berkelana dalam dunia
persilatan, banyak jago persilatan yang dikenalnya, tapi
nama Lak-seng-tong memang belum pernah
didengarnya. Untuk sesaat dia cuma berdiam diri saja.
suasana dalam ruangan itupun pulih kembali dalam
keheningan segulung angin malam berhembus lewat
mengibarkan ujung baju beberapa orang itu Lim Han-kim
tak pernah suka bicara meskipun banyak pertanyaan
yang menyelimuti perasaannya, Menyaksikan sikap
dingin pemuda tersebut, ia semakin malas mengajukan
pertanyaan.
Tampaknya gadis berbaju hijau itu tak sanggup
menahan diri, tiba-tiba ia bertanya: "Sebenarnya
peristiwa apakah itu sehingga kami pun ikut terlibat?
Bersediakah kau memberi penjelasan? "
Dengan pandangan mata yang dingin anak muda itu
menyapu wajah gadis itu sekejap. lalu katanya dingin:
"Sebetulnya kalian sudah ditawan orang lain di mana
kami berhasil menyelamatkan kamu semua dan
membawanya kemari, jadi seandainya kami berharap
kamu semua tinggal dua tiga hari lagi di sini, rasanya
pantas bukan?"
"Jembatan kembali kejembatan, jalan raya kembali
kejalan raya, sebagai orang persilatan yang berkelana di
kolong langit, kami selalu membedakan dengan jelas
mana budi mana dendam, Kami merasa berterima kasih

357
sekali karena kalian telah menolong kami, tapi kalau
memaksa kami untuk tetap tinggal di sini.,., Hmmm,
sungguh membuat hati orang tak rela."
Tampaknya pemuda itu sudah tak sabar lagi, alis
matanya berkerut, ujarnya dingin: " Kalian tak usah
membantah lagi. jika merasa tak puas, kami siap
menerima pembalasan tersebut setiap saat."
selesai berkata ia segera membalikkan badan dan
beranjak pergi dari situ. "Berhenti" bentak Han si-kong
dengan suara amarah yang berkobar.
Waktu itu pemuda tersebut sudah melangkah keluar
dari ruangan, mendengar bentakan mana ia berhenti
lagi, ternyata sambil berpaling: "Ada apa?"
"Aku berterima kasih dulu atas pertolongan kalian,"
kata Han si-kong sambil menjura.
"Tidak usah" pemuda itu tertawa dingin.
"orang jantan tidak berbuat curang, Tolong siaucungcu
bisa sampaikan kepada ayahmu, bila aku orang
she- Han bertiga dapat menerjang keluar dari Lak-sengtong
ini, suatu ketika tentu akan datang lagi kemari."
"Hmmm, jika kalian yakin bisa meninggaikan tempat
ini, silahkan saja berbuat sekehendak hatimu."

358
Han si- kong tertawa tergelak "Ha ha ha ha.... sekali
aku bilang akan pergi, aku tetap akan pergi dari sini."
"Hmmmmm, aku takut kau tak bisa memenuhi
harapan tersebut"
"sau-cungcu, kau jangan memojokkan orang. Aku tahu
Lak-seng-tong telah dijaga secara ketat dengan jebakan
yang berlapis- lapis, Tapi apabila kami keluar bersamasama
sau-cungcu, sekalipun ada jebakan belum tentu
bisa dipergunakan sewajarnya."
Jelas sekali dengan perkataan tersebut dia sedang
memperingatkan kepada sekalian bahwa saat sekarang
adalah saat terbaik untuk meloloskan diri Berubah paras
muka pemuda itu, tantangnya: " Kalau mau coba,
silahkan" Han si- kong tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha.... sudah banyak tahun aku orang she-
Han malang melintang dalam dunia persilatan, Tak
sedikit kejadian gawat semacam ini pernah kujumpai Aku
pasti akan puas dan takluk apabila sau-cungcu betulbetul
mampu menghalangi kepergianku"
sambil berkata, dia menggerakkan tubuhnya
menerjang ke luar dari ruangan tersebut meskipun dia
sudah dipenjarakan hampir dua tahun lebih
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, namun selama dua tahun
tersebut ia selalu berusaha meloloskan diri sehingga ilmu
silatnya tak pernah lupa dilatih,justru gara-gara peristiwa

359
itu bukan saja ia dapat memusatkan pikirannya untuk
melatih diri secara rajin, tenaga dalamnya juga
memperoleh kemajuan yang amat pesat. Tak heran kalau
terjangannya kali ini dilaksanakan dengan kecepatan
bagaikan sambaran kilat.
sewaktu berada dipenjara bawah tanah tempo hari,
Lim Han-kim pernah merasakan kehebatan tenaga
pukulannya, Dia tahu tenaga dalam yang dimiliki orang
tua itu sangat tangguh, maka ia cepat menghindar
kesamping dan berdiri sebagai penonton.
Melihat datangnya terjangan dari Han si- kong,
pemuda itu tertawa dingin, Dia segera melepaskan juga
sebuah pukulan tandingan.
Jangan dilihat serangan itu merupakan serangan
biasa, namun karena saat yang dipergunakan untuk
melancarkan serangan tersebut dan sasaran yang diarah
pada ancaman mana tepat sekali, sebaliknya sepasang
tangan Han si- kong masih diborgol sehingga tak
mungkin melakukan tangkisan, akhirnya dia dipaksa
untuk mundur ke belakang.
Han si- kong jadi tertegun dibuatnya, diam-diam ia
berpikir "serangan itu tidak tampak aneh atau luar biasa,
Aneh, kenapa ia berhasil memaksa aku mundur dari
posisiku? Tampaknya aku tak boleh pandang enteng
kemampuan bocah ini."

360
sekali lagi dia melangkah maju ke depan, Kali ini dia
tidak menerjang secara gegabah, tenaga dalamnya
dipersiapkan dulu sambil maju pelahan-lahan, pemuda
itu segera mengulapkan tangannya memberi tanda,
bocah pembawa lentera itu segera mundur ke luar dari
ruangan dan mengangkat lenteranya tinggi-tinggi.
sekalipun Han si- kong belum melihat ketangguhan
dan kesaktian jurus serangannya, namun kali ini dia tak
berani bertindak gegabah, Pada jarak dua tiga kaki dari
pemuda itu ia hentikan diri, lalu sepasang tangannya
merangkap di depan dada dan didorong keluar bersama
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Dengan tenaga dalamnya yang amat sempurna,
tolakan bersama ini betul-betul luar biasa, Belum lagi
ujung telapak tangannya tiba pada sasaran, deruan angin
pukulan yang kuat telah menerpa tiba.
Dengan sangat tenang pemuda itu melepaskan satu
pukulan juga. Tang an kirinya dengan jurus "Burung
Merak Mementang sayap" menggulung ke samping,
sementara badannya mengegos ke samping menyusul
gerak serangan tadi.
Begitu lolos dari ancaman serangan Han si-kong,
tangan kanannya segera dibalik balas menyerobot ke
muka, Kelima jari tangannya dipentang lebar-lebar
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
musuhnya, jurus serangan yang dipergunakan ini

361
tampaknya sederhana tanpa sesuatu yang aneh atau luar
biasa, namun di balik kesederhanaan itu justru terselip
kemantapan dan ketenangan yang luar biasa.
Arah sasaran serangannya juga merupakan tempat
strategis yang susah dibendung.
Begitu tenaga pukulan Han si-kong tergiring ke
samping oleh tangkisannya, berat badan kakek itu
otomatis turut tergeser kesamping, Pada saat itulah
ancaman dari pemuda itu menyongsong tubuhnya, Hal
ini membuat Han si- kong seakan-akan menyongsong
datangnya ancaman tadi dengan badan sendiri.
Han si- kong jadi amat terkesiap. buru-buru dia
melompat mundur sejauh dua langkah untuk meloloskan
diri Untuk berapa saat ia jadi tertegun dan mengawasi
anak muda itu dengan wajah melongo. Dengan
pengalamannya yang luas, setelah berulang kali didesak
mundur lawannya, sadarlah Han si- kong bahwa ia telah
berjumpa dengan musuh tangguh, ia juga tahu pemuda
itu bukan meraih kemenangan secara kebetulan dan
kegagalannya membendung ancaman lawan juga bukan
lantaran sepasang tangannya masih diborgoL
Tiba-tiba Lim Han-kim menerjang maju ke muka, dia
merangkap tangannya yang diborgol di depan dada, lalu
serunya: "Aku ingin menjajal berapa jurus seranganmu"

362
"Silahkan dicoba," sahut pemuda itu sambil tertawa
dingin.
Karena melihat jurus serangan yang dipakai pemuda
itu untuk mendesak mundur Han Si-kong, hanya terdiri
dari jurus serangan biasa, maka dia pun mempergunakan
jurus yang umum juga, yakni "Bocah Lelaki Menyembah
Buddha" untuk melepaskan satu serangan-
Dengan wajah serius pemuda itu berdiri menanti,
Ditunggunya sampai tenaga serangan Lim Han-kim
hampir mencapai badannya, tiba-tiba saja tangan
kanannya menggunakan jurus "Menggapai Awan Di
bawah Tangan" untuk balas mengancam lawan. Kelima
jari tangannya setengah terpentang menyambar kemuka
dan mengancam urat nadi pada pergelangan tangan Lim
Han-kim.
Jurus serangan yang dig una kan sangat umum,
bahkan hampir semua orang yang pernah belajar silat
dapat menggunakan-nya, tapi pentangan kelima jari
tangannya itu justru berbeda sekali, Bahkan saat dan
arah sasarannya juga tepat sekali, yakni di saat Lim
Han-kim selesai menggunakan jurus serangannya itu.
dalam posisi seperti ini Lim Han-kim jadi amat
terkesiap, mau tak mau dia harus mundur dua langkah
untuk menghindarkan diri, Pemuda itu tertawa dingin, ia
balikkan badan dan pelan-pelan berlalu dari situ. Diiringi
si bocah pembawa lentera, dia menghindari dua

363
kerangkengan besi itu dan lenyap di balik kegelapan
malam.
Dengan termangu-mangu Lim Han-kim mengawasi
bayangan punggung pemuda itu hingga lenyap dari
pandangan, sementara pelbagai persoalan memenuhi
benaknya. Tiba-tiba Han si-kong menghentakkan kakinya
berulang kali sambil mengeluh:
"Aaaai... sewaktu menggunakan jurus "Bocah Lelaki
Menyembah Buddha" tadi andaikata gerak serangannya
kau perlambat sedikit, lalu sebelum selesai digunakan
ganti menggunakan jurus "Membersihkan Debu Berbicara
santai", maka dengan tepat kau akan memecah kan jurus
serangan yang dipergunakan pemuda itu..."
"Biarpun jurus seranganku telah digunakan sampai
puncaknya, tapi seandainya aku merubah diri
menggunakan jurus "Tangan sakti Menggunting Bunga"
dengan mengunci urat nadinya..."
"Tangan sakti Menggunting Bunga.,.? Tangan sakti
Menggunting Bunga.,.?" gumam Han si-kong lirih,
"Bagus, bagus sekali Lote, perubahan jurusmu sangat
hebat dan luar biasa. Pada saat itu bila ia tidak segera
mundur untuk menghindarkan diri, niscaya urat nadinya
akan berhasil kau cengkeram, Tapi... kenapa kau tidak
menggunakannya waktu itu?"

364
"Justru kelima jari tangannya yang setengah
terpentang itulah masalahku. Aku kuatir meskipun
sentilannya belum tentu menimbulkan desingan angin
serangan yang tajam, tapi apabila jari tangannya tibatiba
setengah inci lebih panjang saja, niscaya urat nadiku
akan terluka dari ancamannya"
" Kalau begitu kita tidak boleh menyerang lebih dulu?"
tanya Han si- kong melongo. Lim Han-kim
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Ketika locianpwee bertempur melawannya tadi,
boanpwee lihat ia berulang kali menggunakan jurus
serangan yang umum untuk memaksa mundur
locianpwee, Hal mana membuatku menduga bahwa ia
cuma andalkan ketepatan dan kemantapan saja, maka
segera kucoba untuk turun tangan sendiri"
"Tapi begitu bentrokan terjadi, aku baru tahu kalau
dugaan itu keliru. Bukan saja lawan benar-benar dapat
menggunakan teori "tepat" dan "mantap" secara jitu lagi
pula di balik jurus-jurus serangan yang umum ternyata
diselipi juga dengan perubahan gerakan yang
mengerikan. sepintas lalu memang kita anggap jurus
serangan itu umum dan tiada keanehan, padahal di balik
kesederhanaan itu justru terselip hawa pembunuhan
yang mengerikan"
Han si- kong termenung sebentar sambil
membayangkan apa yang telah terjadi, kemudian

365
katanya sambil menghela napas panjang: "Aaaai... apa
yang lote katakan memang tepat sekali, sungguh tak
disangka kita telah berjumpa dengan musuh tangguh di
tempat ini."
Pelan-pelan Lim Han-kim berpaling, Kepada nona
berbaju hijau itu ia berbisik, "Nona tak usah membuang
tenaga danpikiran lagi, tak mungkin kita bisa lolos dari
sini."
"Kalau tak bisa lolos, apakah kita harus berpeluk
tangan saja menunggu kematian?" tukas si nona.
setelah sama-sama terjerumus dalam ancaman
bahaya maut, secara otomatis timbul perasaan solider di
antara ketiga orang itu. Kesulitan memang seringkali
mempersatukan manusia.
setelah hening berapa waktu, Han si-kong mendehem
kembali sambil berkata: "Sudah banyak tahun aku
malang melintang di Utara maupun selatan sungai besar.
Tak sedikit jago tangguh yang pernah kuhadapi. sungguh
tak nyana hari ini aku harus pecundang di tangan
seorang bocah yang tak bernama sama sekali."
Nona berbaju hijau itu menghela napas pula,
sambungnya: "Yaa, semisalnya majikan tuaku berada
disini, biarpun ilmu silat orang itu sepuluh kali lipat lebih
hebatpun tak nanti dia sanggup menghalangi kepergian
kita."

366
"siapa sih majikan tuamu? Berani amat kau bicara
tekebur?"
"Hmmmm Menyinggung soal nama besar majikan tua
kami, tiada orang di dunia ini yang tidak menaruh rasa
hormat kepadanya."
"sudah setengah harian kau bicara namun belum kau
sebut namanya, siapa sih orang itu? Hmmm Anak
perempuan tak boleh bicara macam begitu, kalau ingin
diutarakan katakan saja terus terang."
"Majikan tuaku adalah...." Tiba-tiba ia seperti teringat
suatu persoalan penting, ucapannya tidak jadi diteruskan
BAB 12. Lolos dari Kurungan
Dengan alis mata berkerut Lim Han-kim segera
menukas: "Locianpwee, kelihatannya bukan pekerjaan
gampang bagi kita untuk meloloskan diri dari sini, tapi
aku rasa...."
"Kau ada akal?" tanya gadis berbaju hijau itu penuh
harapan-
"Eeei, bagaimana kalau jangan memotong
pembicaraan dulu," tegur Han si- kong dingin.
"Biarkan saja ia bertanya," kata Lim Han-kim.

367
"Bagaimana kalau kita bersama-sama menghimcun
tenaga dan merobohkan dinding ruangan bagian
samping?"
"Tak usah dijelaskan lagi," kembali Han Si-kong
menukas. "Tak usah dibicarakan juga aku sudah tahu
cara ini. "Buat apa kau terburu napsu? Tunggu sampai
aku selesai menjelaskan rancangan-ku sebelum memberi
komentar..."
Melihat gadis itu bicara dengan serius dan
bersungguh-sungguh, Han si-kong tidak mengejeknya
lagi. Dengan pandangan tajam dia alihkan perhatiannya
ke wajah si nona. Tampak nona berbaju hijau itu
membetulkan dulu letak bajunya, sesudah duduk bersila
dengan sikap tegap. dia merangkap tangannya di depan
dada dan bergumam:
"Nona, harap kau ijinkan Han-gwat pergunakan
tabung sakti panca warna untuk menghadapi situasi pelik
ini."
"Hei anak perempuan, kau sedang berbicara dengan
siapa?" tegur Han si-kong keheranan-
"Aku sedang berbicara dengan nona kami"
Perkataan itu diucapkan dengan serius dan sungguh
hati, seakan-akan nonanya memang berada di situ

368
Biarpun Han si-kong tahu bahwa di ruangan itu tak
ada orang lain, tak urung dia celingukan juga
memandang sekeliling ruangan- setelah yakin memang
tiada orang lain- ia baru berkata: "Haaai.... siapa sih
nonamu itu dan manusia macam apakah dia? Kenapa
kau menaruh sikap begitu hormat kepadanya?"
"Beliau adalah seorang gadis cerdik yang amat cantik
dan luar biasa, aaaai.,. sayang sekali tubuhnya menderita
suatu penyakit yang sukar disembuhkan sehingga tiap
hari harus menderita siksaan akibat gerogotan
penyakitnya itu."
sambil mengalihkan pandangannya ke wajah Lim Hankim,
dia melanjutkan: " Kalau bukan lantaran ingin
menyelamatkan jiwa nona kami, tak nanti akan kucuri pil
mustika seribu tahun itu."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa komentar
sedang Han si-kong segera bertanya: "Boleh aku tahu,
apa sangkut pautnya antara usaha kita melarikan diri
dengan nona mu?"
"Nona kami cerdik dan lihai, sejak dulu sampai
sekarang belum ada yang mampu menandinginya. ia
pandai menciptakan benda-benda aneh yang berkhasiat
luar biasa."
"Tiada tandingannya sejak dulu? Hmmm, tidakkah kau
merasa bahwa perkataan itu kelewat takabur?"

369
"Hmmm, ungkapan itu pun aku anggap kurang
memadahi untuk melukiskan keperkasaan dan kehebatan
nona kami."
"Baik, Baiklah, anggap saja memang tiada
bandingannya sejak dahulu kala, coba kau terangkan
lebih lanjut"
"Nona kami cerdik dan banyak akal, benda aneh yang
diciptakan olehnya memiliki daya pengaruh luar biasa,
Atas kasih sayang nona yang telah kulayani banyak
tahun."
Lim Han-kim merasakan hatinya bergerak, diam-diam
pikirnya: "Entah siapakah nona itu? Kenapa ia menaruh
sikap begitu hormat kepadanya?"
Terdengar Han-gwat melanjutkan perkataannya:
"sebelum pergi meninggalkan beliau, nona telah
menghadiahkan semacam benda kepadaku, Benda itu
bernama Tabung sakti Panca Warna. Beliau berpesan
apabila aku menjumpai mara bahaya yang mengancam
jiwa, maka asal kugunakan benda ini maka tiada orang
yang berani mengejarku lagi. Benda tersebut selalu
berada dalam sakuku dan belum pernah digunakan. Aku
lihat situasi saat ini amat gawat dan rasanya mau tak
mau harus kugunakan. Berkat bantuan kalian berdua aku
berhasil terlepas dari belenggu borgol dan rantai, maka
sekarang aku ingin menggunakan tabung sakti panca
warna itu untuk membantu kalian meloloskan diri Anggap

370
saja perbuatanku ini sebagai balas budi atas pertolongan
kalian." Han si- kong segera tertawa dingin.
"Hmmm, aku tak percaya kalau di dunia ini betulbetui
terdapat benda seaneh dan sesakti itu."
"Kalau tak percaya yaa sudahlah," teriak Han-gwat
gusar, "Kalau kau tak berani melarikan diri, tinggal saja
seorang diri di sini menunggu kematian."
sesungguhnya Lim Han-kim sendiripun kurang
percaya, tapi melihat Han-gwat sudah dibuat gusar, ia
merasa sungkan untuk menampik tawaran tersebut,
maka sambil mengalihkan pokok pembicaraan katanya:
"Nona, bagaimana kalau kau keluarkan tabung sakti
panca warna itu agar aku turut menambah
pengetahuan?"
Han-gwat termenung sambil berpikir sebentar lalu
mengangguk: "Baiklah, pejamkan dulu mata kalian, aku
segera akan mengambilnya keluar."
"Hmmm, banyak amat permintaan perempuan ini,"
omel Han si- kong sambil mendengus.
Biarpun ia berkata begitu namun matanya segera
dipejamkan Lim Han-kim juga tidak membantah, ia turut
pejamkan matanya rapat-rapat, Lebih kurang sepeminuman
teh kemudian, Han-gwat baru berkata dengan

371
suaranya yang merdu: "Nah sudah, kalian boleh
membuka matanya lagi."
Han Si-kong coba mengamati benda yang berada di
tangan Han-gwat itu. Ternyata benda itu cuma sebesar
ibu jari, tingginya hanya tiga inci, Melihat hal ini, dengan
kening berkerut ia menegur: "Aku rasa lebih baik tabung
sakti panca warna itu untuk bahan permainanmu saja."
"Di tengah kegelapan malam begini bagaimana
mungkin kau bisa melihat benda ini secara jelas?"
"Hmmm, jangan menghina aku," seru Han si-kong
gusar, "Biarpun di tengah kegelapan malam, aku masih
dapat melihat semua benda dengan jelas."
Lim Han-kim ikut mengerahkan kemampuannya untuk
mengamati ia saksikan benda tersebut berupa sebuah
tabung panjang, hanya tidak diketahui apa manfaat dan
di mana letak kehebatannya, sebagai pemuda yang tak
suka banyak bicara, ia segera berpaling ke arah lain
tanpa komentar
Melihat keraguan orang-orang itu, Han-gwatjadi amat
cemas, buru-buru serunya: Jadi kalian tak percaya
dengan perkataan-ku?"
"Pertarungan adu nyawa bukan kejadian main- main.
Kau jangan anggap pertempuran yang bakal berlangsung
sebagai bahan percobaan sudahlah, lebih baik kau diam

372
saja. Tugas menolong kaum wanita sebagai kaum yang
lemah terletak pada pundak kaum pria, baik-baiklah
mengikuti petunjuk kami, Akan kucoba untuk
membantumu lolos dulu dari sini."
Han-gwat semakin gelisah, tiba-tiba ia berteriak:
"Baiklah, kalau toh kalian tak percaya, akan kubuktikan
segera kepada kamu semua."
ia bangkit berdiri dan langsung menerjang kepintu luar
dengan langkah lebar.
Cepat-cepat Han Si-kong mencekal pergelangan
tangannya sambil menegur "Eeei,jadi kau pingin
mampus? "
"Cepat lepaskan aku" seru Han-gwat gusar. "Kalau
tidak kubuktikan kehebatan tabung sakti panca warna ini,
kalian tak akan percaya kalau nona kami benar-benar
seorang yang maha cerdik."
Biar pun sudah tumbuh sebagai gadis remaja, nona ini
belum hilang sifat kekanak-kanakannya. Dalam
gelisahnya tadi ia ungkapkan perkataan yang berbau
manja. dalam cengkeraman Han si-kong yang begitu
kuat, saat itu Han-gwat sudah kehilangan sama sekali
kemampuan untuk meronta. Dalam keadaan begini
terpaksa ia tak banyak berkutik lagi.

373
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali dan
menghela napas Han si-kong kemudian berkata: "Bocah
perempuan, kau mesti tahu, ilmu silat yang dimiliki si gila
dari Lam-gak sangat lihay. pukulannya juga kuat sekali,
bahkan aku sendiripun bukan tandinganku.
Aku percaya nona mu cerdik dan tiada duanya di
kolong langot saat ini, tapi dia kan berada jauh dari sini,
mana mungkin ia bisa datang kemari untuk
membantumu?"
sekalipun ia agak angkuh, ketus dan suka bersikap
aneh, bagaimanapun juga hatinya amat ramah. sambil
mundur selangkah Han-gwat berseru: " Kalian melarang
aku mencoba menggunakan tabung sakti panca warna,
berarti kalian tak percaya dengan perkataanku"
"Baiklah, kami percaya, kami percaya," kata Han sikong
kemudian, "Apa bolah buat," demikian pikirnya,
" Kalau begitu mari kita robohkan dulu dinding
ruangan ini, kemudian melarikan diri bersama-sama "
Mula-mula Han si- kong agak tertegun, menyusul
kemudian ia tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha ha...
bagaimana p juga aku memang tak rela berdiam diri
saja menunggu kematian, Baiklah, kalau harus mati kita
bermain dulu sepuas-puasnya hingga kalau mesti mati,
aku mati dengan puas."

374
Diiringi bentakan keras, satu pukulan dahsyat segera
dilontarkan ke atas dinding ruangan- Tenaga pukulannya
betul- betul hebat. sekalipun serangan itu dilancarkan
dari kejauhan namun cukup menggetarkan dinding
ruangan itu hingga pasir dan debu berguguran ke tanah.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir pula: "Bila aku tak
rela menyerahkan diri tampaknya pertempuran sengit tak
bisa dihindari lagi. Baiklah, lebih baik aku berusaha
meloloskan diri lebih dulu dari kurungan ruangan ini."
Berpikir sampai di situ, ia segera bangkit berdiri seraya
berkata: "Locianpwee, mari kubantu"
Dengan berjalan mendekati dinding ruangan itu, diamdiam
ia himpun tenaga dalamnya dan menempelkan
telapak tangannya di atas dinding, lalu sekuat tenaga
menolaknya ke depan
Siapa sangka bangunan dinding ruangan itu sangat
kokoh dan kuat, ketika tenaga dorongan Lim Han-kim
menghajar bagian atas dinding itu, yang terjadi hanya
getaran keras yang merontokkan atap rumah, sementara
dinding tersebut masih tetap berdiri utuh.
Dengan langkah lebar Han Si-kong maju membantu,
sepasang tangannya ditolak ke luar kuat- kuat. Tenaga
gabungan kedua orang ini benar-benar luar biasa
hebatnya, bagiamana pun kokohnya bangunan dinding
itu akhirnya tak tahan juga menerima gemburan

375
tersebut.
Di tengah benturan keras yang memekakkan telinga,
pasir dan debu beterbangan dinding itu segera roboh
seluas tiga depa lebih, Tapi pada saat bersamaan dengan
robohnya dinding ruangan itu, tiba-tiba pintu ruangan
terbuka, lalu terdengar suara pekikan aneh si gila dari
Lam-gak bergema memecahkan keheningan
Menyusul raungan mengerikan itu, segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat menyambar masuk, begitu
hebatnya serangan tersebut bagaikan air terjun yang
menumpahkan air ke lembah dalam, pasir dan debu
segera beterbangan memenuhi udara. Buru-buru Han Sikong
berseru keras:
"Hei, bocah perempuan, cepat lari Biar kubendung
serangan itu."
Dengan jurus "Merobohkan Buklt Menimbun Samudra"
sepasang telapak tangannya didorong ke muka sejajar
dada. Dua gulung tenaga pukulan yang melesat
membelah udara segera saling bertumbukan. Pusingan
angin topan kontan melanda seluruh ruangan.
Han-gwat cepat-cepat gerakkan tubuhnya melompat
ke luar lebih dulu dari dalam ruangan sementara itu Lim
Han-kim telah maju selangkah, menghadang di depan
pintu setelah menyaksikan Han si-kong terpukul mundur

376
akibat serangan dari si manusia gila itu. "Locianpwee"
serunya, "Lebih baik kau mundur dulu, biar kucoba
pukulan orang ini."
Han si-kong sudah tahu kemampuan ilmu silat
pemuda ini, ia tidak menampik lagi, bisiknya: "Jangan
kau layani terus serangannya"
Dengan sekali lompatan, ia keluar dari ruangan itu.
Lim Han-kim tidak membuang waktu lagi. sebelum
manusia gila dari Lam-gak melepaskan serangan berikut,
secepat kilat ia lepaskan sebuah gempuran dahsyat lebih
dulu.
Karena suasana jadi kacau lantaran debu yang
beterbangan serangan dari Lim Han-kim itu melenceng
ke samping, Tenaga pukulan yang maha dahsyat itupun
menghajar pintu sehingga pintu kayu itu hancur
berantakan dan berhamburan ke mana-mana.
Di tengah suara hingar bingar itulah, tiba-tiba
terdengar suara seseorang yang pelahan tapi amat jelas
didengar: "saudara Han, baik-baiklah menjaga diri,
semua orang dalam Lak-seng-tong merupakan jago-jago
tangguh yang tak boleh dipandang sebelah mata. Maaf
kalau aku tak dapat menghantar kepergianmu...."
Biarpun suaranya keCil dan jelas namun tidak
menutup pekikan anehnya yang menggidikkan hati,

377
sehingga siapa pun yang mendengar segera dapat
mengenali sebagai suara si orang gila dari Lam-gak.
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: "Ternyata orang ini masih belum melupakan
sahabat lama, kalau begitu tindakannya hari ini tentu
dilakukan karena terpaksa."
sementara berpikir, tubuhnya sudah melompat keluar
dari ruangan. cahaya bintang bersinar redup di angkasa,
awan tebal bergerak lewat menutupi cahaya redup itu
membuat gelapnya malam terasa semakin kelam.
Pepohonan berbunga indah tumbuh berjajar
sepanjang jalan. Nunjauh di sana kedengaran pula
gemercik air yang mengalir, Ternyata mereka berada
ditengah sebuah kebun bunga yang amat luas, Waktu itu
Han Si-kong dan Han- gwat sedang menanti pada jarak
empat-lima dePadari bangunan rumah, Lim Han-kim
segera mempercepat langkahnya menghampiri mereka.
"Han locianpwee," bisiknya, "Ternyata siorang gila dari
Lam-gak belum melupakan sahabat lama, Kalau begitu
tindakannya menyerang locianpwee tadi pasti
dilakukannya karena terpaksa."
sementara itu Han- gwat telah berkerut kening
sesudah menyaksikan Lim Han-kim lolos dari bahaya,
gumamnya: "sungguh aneh, kenapa tak seorang manusia

378
pun yang muncul di sini untuk menghalangi jalan pergi
kita?"
"Bocah perempuan, kau jangan keburu senang," tukas
Han si-kong serius. "Berbicara dari pengalamanku
berkelana selama puluhan tahun dalam dunia persilatan,
keadaan semacam ini justru lebih menakutkan. Kalau
bukan di antara pepohonan itu sudah disiapkan jebakan
maut, pasti mereka sudah persiapkan jebakan lain."
"Hmmm,jika kau takut, biar aku yang berjalan di
muka," kata Han-gwat cepat, Dengan mempersiapkan
tabung sakti panca warna nya ia melangkah maju lebih
dulu dengan tindakan lebar.
Melihat kelakuan perempuan utu, Han Si-kong
gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya: " Kalau
bukan melihat kau sebagai bocah perempuan, aku pasti
akan memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"
Biarpun sedang mengumpat Han-gwat, ia pun segera
mengikuti di belakang gadis itu. Lim Han-kim berjalan
paling belakang, Diam-diam hawa murninya disalurkan
ke-seluruh tubuh siap menghadapi segala sesuatu.
Tiga-empat deret pepohonan telah mereka lalui tanpa
suatu peristiwa pun. Bukan saja tak ada jagoan yang
muncul untuk menghalangi kepergian mereka, juga tidak
terlihat alat jebakan apapun yang menyulitkan perjalanan

379
ketiga orang itu. suasana dalam kebun yang luas itu
dicekam keheningan yang menggidikkan.
Kesepian yang luar biasa ini justru menimbulkan
perasaan bergidik dalam hati kecil Han si-kong yang
berpengalaman itu. Tiba-tiba ia menghentikan
langkahnya sambil berbisik: "Aku rasa kejadian rada
sedikit janggal, semestinya suara dinding ruangan yang
kita robohkan itu sangat keras dan memekikkan telinga,
tapi kenapa tidak mengejutkan orang-orang Lak-sengtong?
Apalagi tempat ini digunakan sebagai tahanan,
kenapa tidak diberi penjagaan?"
Lim Han-kim pun merasakan juga semacam kengerian
yang menegangkan, sambil menghela napas
sambungnya: "Yaa benar, akupun punya perasaan yang
sama."
Han-gwat segera tertawa dingin, kata-nya: "Kalian tak
usah menduga-duga lagi. Menurut pendapatku, paling
banter orang itu cuma gertak sambal belaka."
Belum selesai perkataan itu diucapkan tiba-tiba dari
balik sederetan pohonan yang berada lima-enam kaki
jauhnya dari hadapan mereka berkumandang suara
tertawa dingin, lalu seseorang berseru: "Bila kalian tahu
keadaan dan situasi, lebih baik mundur sendiri ke tempat
semula"

380
Han Si-kong menganggap usianya paling tua dan
pengetahuannya paling luas, otomatis dari mereka
bertiga, dialah paling pantas jadi pemimpin, Maka sambil
melangkah ke depan serunya: "sobat dari manakah itu,
harap tampilkan diri untuk berbicara."
sekali lagi orang di balik pepohonan itu tertawa dingin:
"He he he he... belum pernah pihak Lak-seng-tong kami
membiarkan musuhnya pergi dari sini dalam keadaan
hidup, Kalian harus tahu, tempat di mana kamu bertiga
berdiri sekarang adalah titik pusat kepungan kami, Asal
kuturunkan perintah maka senjata rahasia yang paling
beracun akan berhamburan dari delapan penjuru untuk
menyerang kalian semua."
Han si-kong mencoba memperhatikan sekeliling arena,
Betul juga, ternyata tempat di mana mereka bertiga
berada sekarang adalah sebuah lapangan kecil yang
dikelilingi pepohonan lebat.
sebagai jago kawakan yang banyak pengalaman Han
Si-kong tidak menjadi panik lantaran peristiwa ini, sambil
tertawa dingin jengeknya: "Hmmm, hanya mengandalkan
beberapa jenis senjata rahasia saja ingin menggertak
aku."
Dari belakang pepohonan kembali terdengar orang itu
berkata dengan suara dingin: "Di belakang pepohonan
yang mengelilingi kalian bertiga sekarang telah tersedia
dua belas buah busur otomatis berpegas tinggi serta

381
delapan buah tabung penyembur jarum bunga bwee.
Apabila kaitan bertiga yakin di tengah kegelapan malam
ini dapat menghindari serangan anak panah serta jarum
beracun, tak ada salahnya untuk mencoba-coba."
Suara itu berhenti sejenak, Selanjutnya: "Walaupun
Lak-seng-tong merupakan sebuah benteng berdinding
baja, tapi tak pernah melukai seorang sahabat persilatan
pun. Apabila kalian bertiga mengikuti nasehat kami dan
mundur dari sini, kami pun tak akan turun tangan, bila
nekad ingin menerjang keluar dari tempat ini, jangan
salahkan kalau kami pun akan turun tangan secara keji"
Han Si-kong berpaling kearah Lim Han-kim sekejap,
lalu bisiknya: "Menurut pengalamanku berkelana selama
puluhan tahun dalam dunia persilatan, tampaknya apa
yang dlucapkan orang ini benar, Mungkin saja kedua
belas buah busur otomatis itu tidak mampu membuat
kita gelagapan, tapi delapan perangkat tabung jarum
bwee-hoa-ciam itu benar-benar susah untuk dihadapi
Tampaknya sulit bagi kita untuk melarikan diri dari sini
hari ini."
"Kuda pilihan tak akan makan rumput di belakangnya,"
kata Lim Han-kim dengan kening berkerut "Masa kita
harus tergertak oleh dua belas busur otomatis dan
delapan buah tabung jarum itu sehingga mundur dari
arena? Locianpwee, silahkan kau bertahan di belakang,
biar aku yang muda menjadi pemimpin di depan-"

382
Kepada nona berbaju hijau itu, ia berkata pula sambil
tertawa: "Nona Han-gwat, silahkan- kau berjalan di
tengah" Sambil menghimpun tenaga dalamnya, ia maju
ke depan dengan langkah lebar
Dari balik pepohonan di depan sana kembali terdengar
suara teguran yang dingin: "Jadi kalian benar-benar
nekad hendak menerjang keluar dari Lak-seng-tong
kami?"
Lim Han-kim balas tertawa dingin: "Hmmm, sekalipun
malam ini kalian dapat melukai kami di bawah serangan
anak panah berantai serta jarum beracun, aku takut
pihak Lak-seng-tong pun harus membayar secara
mahal." sementara berbicara, dia meneruskan
langkahnya menyerbu ke depan. "Traaang.,. Traaaang..."
Mendadak terdengar suara tambur dan genta
dibunyikan bertalu-talu, menyusul kemudian desingan
angin tajam bergema membelah angkasa, selapis anak
panah dengan kecepatan tinggi menyambar datang.
Waktu itu, Lim Han-kim telah menghimpun segenap
tenaga dalamnya untuk bersiap sedia. begitu ancaman
panah itu tiba di depan mata, cepat-cepat dia ayunkan
telapak tangannya untuk melepaskan sebuah pukulan
dahsyat segulungan tenaga pukulan yang sangat kuat
meluncur keluar dengan hebatnya dan langsung
menumbuk lapisan anak panah yang sedang menyambar
tiba.

383
Tak ampun puluhan batang anak panah itu tergempur
oleh serangan tersebut dan berhamburan ke sisi arena.
"Tenaga pukulan yang sangat hebat," jengek orang di
balik pepohonan itu sambil tertawa dingin "Bagaimana
kalau kau coba menerima sebuah gempuranku ini...?"
Deruang in pukulan yang kuat segera menyerang ke
muka.Barusaja Lim Han-kim hendak melepaskan sebuah
pukulan untuk membendung datangnya ancaman
tersebut, Tiba-tiba segulung angin pukulan yang sangat
kuat terasa menyambar keluar dari belakang tubuhnya.
Menyusul pukulan tersebut, kedengaran Han Si-kong
berseru: "Biar kucoba sampai di mana kehebatan
serangannya itu...."
Ketika dua gulung tenaga pukulan saling bertumbukan
di tengah udara, timbullah pusaran angin yang sangat
kuat sekali di tengah arena, membuat daun dan
pepohonan bergoncang hebat dalam bentrokan keras
lawan keras ini ternyata hasilnya seri, kedua belah pihak
sama kuatnya dan tak dapat menentukan siapa yang
menang dan siapa kalah.
Walaupun begitu Han Si-kong sempat dibuat
terkesiap. diam-diam pikirnya: "Entah siapakah orang ini
dan apa kedudukannya-dalam Lak-seng-tong? Tak nyana
tenaga dalamnya begitu hebat dan kuat, ditinjau dari sini
dapat disimpulkan bahwa Lak-seng-tong yang tidak

384
dikenal ini benar-benar merupakan sarang naga gua
harimau."
sementara dia masih berpikir, di tengah udara kembali
terdengar desingan angin tajam menyambar tiba,
Ternyata selapis anak panah mengancam lagi dengan
kekuatan luar biasa.
Dengan menyilangkan telapak tangannya sejajar dada,
Lim Han-kim melepaskan sebuah gempuran dahsyat lagi
untuk mementalkan ancaman anak panah itu. Tapi
sayang serangan anak panah datang bagaikan gelombak
air disamudra luas, segulung demi segulung datang
beruntun membuat seluruh angkasa diliputi oleh anakanak
panah itu.
serangan anak panah itu datangnya amat gencar dan
kekuatannya luar biasa. setelah beberapa kali
melepaskan serangan untuk merontokkan datangnya
ancaman itu, Lim Han-kim segera menyadari bahwa
gelagat tidak menguntungkan pikirnya: "Bila aku mesti
berulang kali mengerahkan tenaga dalam untuk
merontokkan ancaman tersebut, sudah pasti daya
tahanku akan makin merosot, lama kelamaan aku bakal
mati kecapaian, HHmmm... aku mesti mencari akal yang
paling baik untuk menghadapi ancaman tersebut."
Tapi sayang anak panah itu datang mengancam dari
arah yang berbeda, ditambah pula tangan Lim Han-kim
masih diborgol dan tubuhnya masih dirantai, yang

385
membuat gerak-geriknya sangat tidak leluasa, Dengan
posisi tetap berdiri di tempat mungkin saja ia dapat
bertahan sementara waktu, tapi kalau suruh ia
menerjang ke depan, jelas sangat tidak leluasa baginya.
Tampaknya pemilik Lak-seng-tong memang seorang
jago yang cerdik dan punya akal banyak, serangan anak
panah itu diatur sedemikian rupa hingga boleh dibilang
rapat sekali, Tiap baris serangan terdiri dari dua belas
batang anak panah dan sudut sasarannya pun bergiliran
secara tak beraturan, membuat orang yang diserang
benar-benar terkepung di arena dan agaknya dia
memang berniat menghabisi nyawa lawan-lawannya di
tempat itu juga.
Mendadak Han si-kong melancarkan dua buah pukulan
dahsyat untuk mementalkan sebaris anak panah yang
mengancam datang, setelah itu bisiknya kepada Lim
Han-kim: "Menurut penilaianku, secara diam-diam
tentang serangan anak panah tersebut, tampaknya
secara diam-diam mengandung perubahan ngo-heng dan
pat-kwa. jelas pemilik Lak-seng-tong ini bukan manusia
sembarangan, nyatanya dia sanggup menggunakan
pehonan yang diatur membentuk suatu barisan untuk
menyembunyikan para pemanahnya. Kecerdikan macam
ini betul-betul membuat orang merasa sangat kagum."
"Yaa, akupun merasa gerak serangan anak panah itu
sangat aneh," Lim Han-kim membenarkan "Rasanya

386
sebentar dari muka sebentar dari belakang, datang dari
arah yang susah diikuti. Kalau mereka terus menyerang
secara bergilir, sedang kita mesti menggunakan tenaga
dalam untuk melakukan perlawanan, keadaan semacam
ini tak mungkin bisa kita pertahankan selama satu jam
lagi."
Mendengar perkataan itu, Han Si-kong menghela
napas panjang: "Aaai,., sepanjang hidupku, entah sudah
berapa banyak ancaman bahaya maut yang pernah
kuhadapi tapi belum pernah menjumpai situasi segawat
hari ini. Apa yang diucapkan orang itu tampaknya benar
juga, Kita telah terjebak ke dalam barisan senjata rahasia
yang memiliki perubahan amat banyak, jangan lagi
tabung jarum bwee-hoa-ciam itu berisi jarum-jarum
beracun sehalus bulu kerbau yang membuat orang susah
menduga, cukup busur-busur otomatis yang
menyemburkan panah-panah berantai pun sudah cukup
membuat kita kelabakan setengah mati. Aaaai... dilihat
dari situasi ini, rasanya sulit buat kita untuk lolos dari
kepung an hari ini."
Tiba-tiba Lim Han-kim merobek ujung bajunya lalu
mengikat robekan kain tersebut pada tangan kanannya,
setelah itu sambil melepaskan sebuah sapuan kemuka
katanya: "sekalipun situasi yang kita hadapi hari ini
sangat berbahaya dan gawat, akan tetapi kita toh tak
bisa berpeluk tangan menunggu kematian."

387
sebenarnya kain yang dirobek dari bajunya itu hanya
benda lunak, Namun setelah dicekal di tangan Lim Hankim,
kain itu memiliki daya pengaruh yang luar biasa
besarnya, sewaktu disapukan ke depan menimbulkan
deru angin yang memekikkan telinga. Kontan sebaris
anak panah yang sedang meluncur tiba tersapu rontok
oleh serangan itu
Melihat keperkasaan Lim Han-kim, tanpa terasa Han
Si-kong merasa semangatnya turut berkobar, sambil
tertawa tergelak serunya: "Ha ha ha ha... bagus sekali
Cara ini memang sangat bagus"
Ia segera meniru dengan merobek bajunya yang diikat
pada tangannya, lalu dig unakan untuk merontokkan
senjata rahasia. Han-gwat tak mau kalah, dari
pinggangnya ia lepaskan pula selembar handuk.
kemudian dipakai untuk menyerang.
Dengan menggunakan cara seperti ini maka mereka
bertiga tak usah membuang banyak tenaga untuk
merontokkan senjata rahasia. Dengan mengandalkan
robekan baju serta handuk, mereka bentuk selapis
dinding pertahanan yang cukup kuat Tak ampun anak
panah yang berhamburan datang itu terhajar rontok
semua dari arena.
Melihat cara yang dipergunakan ternyata
mendatangkan khasiat dan manfaat yang besar, Lim
Han-kim merasa semangatnya makin berkobar, ia segera

388
meneruskan tindakannya dengan menyerbu ke hadapan
sebatang pohon.
Dari balik pohon bunga tho segera berkumandang
suara tertawa dingin, menyusul kemudian suara tambur
dan genta dibunyikan makin keras, anak panah yang
berhamburan datang dari delapan penjurupun tiba-tiba
ikut meluncur makin gencar, bagaikan hujan badai saja
serangan itu berhamburan ke tengah arena.
Lapisan hujan panah yang berhamburan makin lama
makin gencar dan rapat, oleh karena arah datangnya
serangan pun berbeda-beda, maka dengan cepat
menciptakan daya sergapan dari semua arah.
Dalam posisi begini, sekalipun ilmu silat yang dimiliki
Lim Han-kim dan Han si-kong sangat lihay pasti akan
keteter juga, Apalagi sepasang tangan mereka masih diborgol
sehingga gerak-geriknya kurang leluasa, akibatnya
mereka bertiga dipaksa mundur berulang kali.
Mendadak sebatang anak panah yang membawa
desingan angin sangat kuat menyerang datang dari balik
rapatnya hujan panah itu. Buru-buru Lim Han-kim
menggetarkan robekan kainnya untuk menghantam anak
panah itu. siapa tahu tenaga serangan itu luar biasa
hebatnya, sekalipun sudah digulung oleh Lim Han-kim,
anak panah itu masih sempat menerjang maju sejauh
dua depa lebih sebelum rontok ke tanah.

389
Gara-gara halangan inilah, empat batang anak panah
yang dilepaskan dari busur otomatis menggunakan
peluang itu menerobos masuk ke dalam, Cepat-cepat Lim
Han-kim miringkan badannya kesamping, Keempat
batang anak panah itu pun menyambar lewat hanya
beberapa inci dari sisi wajah anak muda tersebut.
Mendadak Han-gwat ayunkan tabung sakti panca
warnanya dan melemparkannya ke arah pepohonan itu.
Baru saja Han si-kong hendak mencegah, benda
tersebut ternyata sudah keburu dilemparkan, maka
sambil menghela nafas katanya: "Apakah kau tahu apa
manfaat tabung sakti panca warna itu?"
"sering nona ku bercerita tabung sakti panca warna ini
bisa dipakai untuk membendung kejaran musuh, juga
dapat dipakai untuk menghindari penglihatan
lawan,"jawab Han-gwat
Han si-kong tahu gadis tersebut tak mungkin bisa
memberi keterangan lebih jelas,
karenanya dia pun tidak banyak bertanya 1agi. sambil
menghimpun tenaga dan bersiap menghadapi segala
perubahan, ia awasi tabung sakti panca warna itutanpa
berkedip. "Blaaammmm. . . "

390
Diiringi suara dentuman keras, tiba-tiba saja tabung
sakti panca warna itu meledak, segulung asap tebalpun
menyembur ke luar menyelimuti seluruh arena.
Kabut tebal itu munculnya amat cepat, dalam waktu
singkat arena seluas sekian kaki sudah terselubung di
dalamnya, bahkan tempat di mana Lim Han-kim dan Han
si-kong berdiri pun ikut diliputi asap tebal itu.
sekalipun dalam kegelapan malam yang pekat susah
untuk membedakan warna dari asap tebal itu, namun
kepekatannya jelas berbeda sekali sehingga dalam
sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa asap itu
tidak terdiri dari satu warna.
segulung bau bunga anggrek yang sangat keras
terselip dalam asap tebal itu menyebar ke mana- mana
dan sangat menusuk penciuman. Begitu mengendus bau
tersebut, Han Si-kong segera berseru: "Woouw,., harum
amat bau bunga anggrek ini."
Mendadak Han-gwat teringat sesuatu, dengan
perasaan terkesiap buru-buru se-runya: "Locianpwee,
cepat tutup semua pernapasanmu"
"Ada apa? Memangnya bau harum itu beracun?"
"soal itu belum pernah dijelaskan nona kami, cuma
aku pernah diingatkan agar tutup semua pernapasan
ketika melepaskan tabung sakti panca warna itu dan

391
hitung sampai seratus di dalam hati sebelum menerjang
keluar dari kepungan."
Waktu itu Han Si-kong sudah mulai merasakan
kepalanya agak pening, ia tahu apa yang dikatakan gadis
tersebut bukan bualan belaka, maka cepat- cepat ia
tutup semua pernapasan.
Asap tebal yang menyembur keluar itu menyebar
dengan cepatnya ke seluruh angkasa, Dalam waktu
singkat arena seluas tujuh kaki persegi telah tertutup
oleh kabut tebal itu. Pada saat itu Han-gwat telah
menghitung sampai ke angka seratus, tanpa membuang
waktu lagi ia menarik Han si-kong dan Lim Han-kim
untuk bersama-sama menerjang keluar dari arena.
Di tengah lapisan asap tebal yang menyelimuti arena
terdengar suara bentakan dan teriakan yang bercampur
aduk. Ternyata orang-orang yang bersembunyi di
belakang pepohonan telah kehilangan kesadaran diri,
mereka saling baku hantam sendiri dalam keadaan
kacau.
dalam keadaan demikian Han si-kong bertiga dengan
menutup seluruh pernapasannya mempercepat langkah
ka bur dari situ. sekejap kemudian mereka sudah keluar
dari kepungan asap tebal.
Han Si-kong segera melompat ke atas melewati pagar
pekarangan Ketika berpaling, tampak olehnya samarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
392
samar kawanan jago itu sedang saiing baku hantam
sendiri dengan sengitnya, Tak tahan lagi ia
mendongakkan kepala tertawa terbahak-bahak.
Melihat itu Han-gwat berkerut kening, tegurnya dingin:
"Hei, apa yang kau tertawakan? Kita belum keluar dari
tempat bahaya"
sambil bicara dia melompat pula meninggalkan pagar
pekarangan, Memandang jauh ke depan tampak sungai
berliuk-liuk seperti ular, Ternyata perkampungan itu
dikelilingi sebuah sungai dengan air yang jernih.
Mendadak terdengar Han si-kong berteriak keras,
tanpa banyak bicara ia lancarkan sebuah pukulan ke
tubuh Lim Han-kim.
Melihat datangnya ancaman itu, Lim Han-kim ayunkan
pula tangannya menyongsong, Tak ampun tubuh mereka
berdua sama-sama tergetar dan jatuh terpelanting dari
atas pagar pekarangan Lim Han-kim segera melompat
bangun sambil melepaskan sebuah tendangan kilat ke
lambung Han si-kong.
Dengan cekatan Han Si-kong menghindar kesamping
kemudian memutar telapak tangannya melepaskan satu
pukulan
Kali ini Lim Han-kim tidak menghindar lagi. Dengan
jari telunjuk dan jari tengahnya ia sodok urat nadi

393
dipergelangan tangan Han Si-kong memaksa serangan
yang dilepaskan monyet tua itu mau tak mau haruS
ditarik kembali Meskipun kedua orang ini sama-sama
diborgol namun gerak serangan mereka tetap gesit dan
lincah, jurus-jurus serangan yang digunakanpun
semuanya merupakan jurus sakti yang maha ampuh,
Betapa gelisah dan cemasnya Han-gwat ketika
menjumpai dua orang rekannya makin sengit bertarung,
ia sadar ilmu silat yang dimilikinya belum cukup untuk
memisahkan mereka berdua, sebaliknya dia pun tak
punya akal untuk melerai.
dalam keadaan begini ia cuma bisa berjalan mondarmandir
sambil berteriak-teriak. sayang dua orang itu
sedang bertempur sengit, tak seorang pun yang mau
menggubris teriakannya itu.
dalam sedih dan bingungnya tiba-tiba saja ingatan
melintas dalam benaknya, Cepat-cepat dia lari ke tepi
sungai, mengambil segenggam air dingin dan langsung
disiramkan ke wajah dua orang itu.
Terguyur oleh air dingin itu, Han Si-kong berdua yang
sedang asyik bertempur serentak menghentikan
serangannya. sambil tersenyum Han-gwat pun berkata:
"Aku lupa memberitahukan kalian, Nona kami pernah
berpesan setelah melepaskan tabung sakti panca warna
itu bila yang terkena orang sendiri maka mereka akan

394
kehilangan kesadaran dan kontrol sendiri Bila hal ini
sampai terjadi, cukup menganjurkan air dingin di kepala
mereka maka kesadaran mereka segera akan jernih
kembali
"Ada apa?" seru Han si-kong keheranan, ditatapnya
wajah Lim Han-kim lekat-lekat. "jadi kita saling bertarung
sendiri?"
"Tenaga pukulan locianpwe benar-benar tangguh dan
kuat, aku merasa bukan tandingan."
"Yaa, benar," sahut Han si-kong sambil tertawa, "Kita
mengendus bau harum bunga anggrek tadi, aku segera
merasa kesadaranku agak hilang dan emosiku susah
dikontrol, Aku yakin jago-jago Lak-seng-tong pun sedang
saling gempur sekarang."
Mendengar monyet tua itu memuji kehebatan tabung
sakti panca warna, Han-gwat segera berseru sambil
tersenyum: "Bagaimana? Aku tidak membohongimu
bukan?" Han si-kong tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha... selama melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, banyak sudah jago tangguh yang
kujumpai, obat penghilang pikiran macam apa pun
pernah kutemuitapi belum pernah kujumpai obat dengan
khasiat seperti itu. Hei, bocah perempuan, apa sih nama
obat itu?"

395
"Tabung sakti panca warna, inilah tabung sakti panca
warna, Apa lagi namanya?"
Sementara itu Lim Han-kim telah mengalihkan
pandangan matanya memperhatikan sekeliling tempat
itu. ia jumpai sungai yang berliku-liku itu macam sarang
laba-laba yang mengelilingi perkampungan luas itu, Pada
jarak lima puluh kaki dari tempat itu terbentang pula
sebuah kolam seluas satu hektar.
Melihat semua itu timbul perasaan heran dalam hati
kecilnya, diam-diam ia berpikir: "Tempat ini disebut
kolam enam bintang, mungkinkah ada enam buah kolam
mengelilingi perkampungan ini? Dilihat dari selokan yang
saling membujur jelas merupakan hasil karya manusia,
tapi apa kegunaannya?"
Berpikir sampai di situ, ia berpaling memandang Han
Si-kong sekejap, lalu katanya: "Locianpwee,
pengetahuanmu sangat luas, Tahukah kau apa kegunaan
air selokan yang begitu banyak silang menyilang
mengitari perkampungan ini?"
Han Si-kong sudah lama berkelana dalam dunia
persilatan baik daerah Utara maupun Selatan boleh
dibilang sudah semuanya dijelajahi sehingga jarang
sekali ada orang yang bisa menandingi pengetahuan
serta pengalamannya.

396
Walaupun saat ini dia kurang mengerti apa kegunaan
air selokan tersebut, tapi ia yakin pasti ada
kegunaaannya, maka dipandangnya keadaan sekitar situ
dengan lebih seksama.
Benar juga, ia dapat melihat bahwa selokan-selokan
itu samar-samar sebenarnya mengandung kedudukan
pat-kwa, maka ujarnya kemudian: "Kemungkinan besar
selokan-selokan yang mengelilingi perkampungan ini
merupakan barisan air yang sengaja diatur majikan
perkampungan ini. Dahulu si dewa jinsom Phang Thianhua
pun pernah menggunakan tumbuhan bambu dan
pohon liu membentuk sebuah barisan aneh dan banyak
disegani umat persilatan jadi aku yakin pemilik
perkampungan ini pasti telah mengatur pula sebuah
barisan air di luar perkampungannya untuk melindungi
diri Bagi orang yang tidak memahami perubahan barisan
tersebut, niscaya dia akan tersesat bila memasukinya."
Tak terkirakan rasa kagum Lim Han-kim setelah
mendengar penjelasannya yang begitu cermat dan tepat,
diam-diam pikirnya: "Bagaimana pun jahe memang
makin tua makin pedas, sejak kini aku harus banyak
belajar pengalaman darinya."
Tiba-tiba terdengar Han-gwat berkata: "Locianpwee,
kalau kau sudah tahu kehebatan barisan air ini, bawalah
kami keluar dari sini"

397
Han si-kong tertegun, lama kemudian ia baru berkata:
"Walaupun aku mengerti soal ilmu pat-kwa, tapi bukan
berarti menguasainya, aku rasa sulit buat kita untuk lolos
dari ilmu barisan tersebut."
suara tertawa dingin mendadak berkumandang dari
belakang tubuhnya, kemudian disusul Seseorang
berkata:
"Tampaknya kau memang cukup tahu diri, jangan lagi
kau cuma memahami soal ilmu pat-kwa, sekalipun kau
sangat menguasaipun belum tentu dapat lolos dari ilmu
barisan air Lam-to-lak-seng-tin kami"
Ketika mereka bertiga berpaling, tampaklah di atas
dinding pekarangan berdiri pemuda berwajah serius itu.
sewaktu bertarung dalam kamar tahanan tadi Han sikong
sekalian pernah bertarung beberapa gebrakan
melawannya, mereka tahu kalau ilmu silatnya sangat
aneh dan lihai. Di balik jurus serangannya yang
sederhana terselip jurus serangan maut yang mematikan,
manusia macam begini tak boleh dipandang enteng.
sementara mereka masih berpikir, pemuda itu sudah
berkata lagi dengan wajah serius: "semenjak
perkampungan Lak-seng-tong didirikan belum pernah
ada orang yang berhasil meloloskan diri dari hadangan
barisan pepohonan tersebut, tapi kenyataannya kalian
dapat menembusnya dengan selamat, Untuk kemampuan

398
tersebut aku merasa kagum sekali." sambil berkata, dia
melayang turun ke atas tanah.
"Terima kasih, terima kasih," sahut Han si-kong sambil
menjura, "Perkampungan anda sanggup membangun
barisan air Lam-to-lak-seng-tin,jelas ketua kalian pun
bukan manusia sembarangan, boleh kutahu namanya?"
"Aku Hongpo Lan-"
kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya:
"Barusan ayahku telah menerima laporan dari kurir yang
mengatakan bahwa peristiwa tersebut sama sekali tak
ada sangkut pautnya dengan kalian, tapi seluk beluk
masalah tersebut belum begitu jelas dan membutuhkan
waktu dua belas jam lagi untuk menjelaskannya. oleh
sebab itu kami mohon kalian bersedia tinggal sehari lagi
di perkampungan kami."
"Peristiwa itutoh sudah terbukti tak ada sangkut
pautnya dengan kami, buat apa kami mesti tinggal sehari
lagi?" protes Han-gwat dingin.
"seandainya aku tidak mengantar, jangan harap kalian
bertiga bisa lolos dari barisan Lam-to-lak-seng-tin ini"
"Maksud baik anda biar kami terima dalam hati saja,
aku tahu barisan air milik kalian sangat hebat, tapi kami
pun bersedia untuk menjajal kehebatannya," tukas Han
si-kong sambil menjura.

399
Hongpo Lan mendengus dingin, "Hmmm, aku cuma
bermaksud baik, jika kalian bertiga lebih suka minum
arak hukuman daripada arak kehormatan, itu berarti
kalian tak sudi memberi muka kepadaku."
"Ketua muda," tiba-tiba Lim Han-kim menimbrung,
"Apakah kau anggap dengan mengandalkan ilmu barisan
air ini, dapat menghalangi kepergian kami?"
"Bila kalian bersikeras ingin pergi pada malam ini juga,
baiklah, Kuberi sebuah kesempatan kepada kalian,"
"Mohon penjelasan"
"Asal seorang di antara kalian dapat mengungguli
diriku, kami akan segera mengantar kalian keluar dari
barisan-"
Tadi Han si-kong maupun Lim Han-kim sudah
mencoba bertarung beberapa gebrakan melawan
pemuda ini. Mereka sadar ilmu silat yang dimiliki orang
itu sangat hebat, Di balik jurus serangan yang biasa
terselip daya serangan yang luar biasa. Menghadapi
seorang jago tangguh macam ini siapa pun tak berani
bersikap gegabah, maka setelah saling berpandangan
sekejap. mereka sama-sama membungkam diri.
sebagaimana diketahui, pertarungan ini menyangkut
mati hidup mereka bertiga sehingga siapa pun tak berani
mengambil keputusan secara gegabah.

400
sambil memandang ketiga orang itu Hongpo Lan
kemudian berkata: "Nah, jika kalian bertiga tidak
mempunyai keyakinan untuk bisa mengungguli aku, lebih
baik tinggallah sehari lagi di sini"
Mendengar perkataan yang mengandung nada ejekan
ini, Lim Han-kim segera mengernyitkan alis matanya,
pelan-pelan ia berkata: "Walaupun kami bertiga samasama
senasib sependeritaan namun masing-masing tidak
mengenal satu sama lainnya sebelum peristiwa ini
sehingga siapa pun tak dapat mewakili orang lain, Aku
tahu bahwa ilmu silat yang saudara miliki sangat hebat,
apalagi aku telah mencobanya tadi. Kalau disuruh
menuruti perintahmu begitu saja rasanya kok tidak rela,
maka aku akan mencoba kepandaianmu itu.Jika aku
kalah terserah mau diapakan, hanya saja menang
kalahku ini tak ada hubungannya dengan mereka
berdua.Jadi semisalnya aku kalah nanti, tidak berarti
mereka berdua pun kalah."
Hongpo Lan menyapu sekejap wajah Han si-kong dan
Lim Han-kim, kemudian katanya: "Tangan kalian masih
diborgol, tubuh kalianpun masih dirantai, Aku rasa
biarpun kalian maju bersama pun tak akan menurunkan
derajat kalian berdua sementara nona itu... aku rasa
lebih baik berpangku tangan saja, karena selama hidup
aku paling tak suka bertarung dengan kaum wanita."

401
" Kalau wanita lantas kenapa?" teriak Han-gwat gusar.
"Hmmm, jika ada kesempatan di kemudian hari, aku
pasti akan memberi pelajaran yang setimpal untukmu."
Tampaknya Han si-kong pun ikut dibuat naik darah
oleh perkataan Hongpo Lan, bentaknya keras: "Biar aku
mencoba dulu kepandaianmu"
Tanpa banyak bicara dia langsung melancarkan
sebuah pukulan ke depan, orang ini memang berwatak
berangasan, begitu ingin bertarung dia langsung
melancarkan serangan dengan hebatnya,
Dengan gesit Hongpo Lan mengegos ke samping
menghindarkan diri dari ancaman tersebut, setelah itu
ejeknya: " Lebih baik kalian berdua maju bersamasama."
Tiba-tiba terdengar suara ujung baju terhembus angin,
lalu terlihat empat orang lelaki berpakaian ringkas
meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. Lim Hankim
merasa amat terkesiap setelah menyaksikan gerakan
tubuh yang digunakan keempat orang itu untuk
melompati pagar sangat ringan dan lincah.
Meskipun gerakannya amat cepat namun langkahnya
mantap dan kuat, jelas mereka adalah jago-jago silat
yang memiliki tenaga luar maupun dalam yang amat
Sempurna.

402
Han si-kong telah melancarkan empat buah pukulan
berantai. semua jurus serangan yang dipergunakan
menimbulkan deru angin serangan yang sangat kuat dan
dahsyat. Tapi dengan gerakan yang enteng dan
seenaknya Hongpo Lan selalu berhasil memunahkan
ancaman itu, baik menotok. menangkis maupun
menyodok. semua gerakan dilakukan tepat pada
waktunya dan sedikitpun tak terlihat gugup, Dengan
entengnya ia berhasil memunahkan keempat buah
serangan Han si-kong sekaligus.
BAB 13. Ketua perkampungan Kolam Enam
Bintang
Lim Han-kim bukan turun tangan membantu, dia
malah mundur tiga langkah dari sisi arena, Segenap
perhatiannya dicurahkan pada perubahan jurus serangan
yang digunakan kedua orang itu, seakan-akan dia ingin
mencari titik kelemahan Hongpo Lan dari pertarungan
mereka berdua.
Pada saat itu, keempat lelaki berpakaian ringkas itu
sudah menyebarkan diri membentuk sebuah barisan
yang berbentuk setengah bulat dan mengurung
beberapa orang itu rapat-rapat. Masing-masing tampak
membawa sebuah lencana besi sepanjang satu depa dua
inci di tangan kiri yang disilangkan di depan dada.
sementara tangan kanannya meloloskan pedang yang

403
tersoren dipunggung, Sikap mereka amat serius dan siap
melancarkan serangan.
Setelah melancarkan empat buah pukulan, Han sikong
mulai sadar bahwa malam ini dia telah menjumpai
musuh tangguh yang jarang ditemui selama ini, ia
memang sudah lama berkelana dalam dunia persilatan.
Selama puluhan tahun, pelbagai pertempuran sengit
telah dialami sehingga pengalaman serta
pengetahuannya sangat luas. begitu selesai melancarkan
empat buah pukulan, hawa murninya segera dihimpun
dan secepat kilat melompat mundur sejauh tiga depa. Di
situ ia berdiri tegak sambil menunggu datangnya
ancaman.
"Hati-hati, kini giliran aku yang melancarkan
serangan." jengek Hongpo Lan dingin sambil menerjang
maju ke depan, tangan kanannya diayunkan ke muka
menyongsong dada musuh dengan jurus "Memancing
ikan Di sungai Es".
Han si-kong dengan telapak tangannya yang tajam
bagaikan golok balas membabat tubuh musuh dengan
jurus "Memotong Bukit Membelah Awan"
Menghadapi ancaman semacam ini, Hongpo Lan sama
sekali tidak membatalkan serangannya, ia tunggu sampai
telapak tangan Han si-kong hampir mengenai tubuhnya,

404
tiba-tiba kelima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar
dan berbalik mencengkeram pergelangan tangan lawansesungguhnya
jurus serangan itu hanya sebuah jurus
Ki-na-jiu yang sangat sederhana dan umum, tapi karena
dipergunakan pada saat dan detik yang sangat tepat
maka hasilnya
adalah daya pengaruh yang luar biasa dahsyat dan
hebatnya.
Buru-buru Han si-kong merendahkan pergelangan
tangannya untuk menghindar ia nyaris berhasil
melepaskan diri dari ancaman, tapi dengan adanya
kejadian itu maka dia pun kehilangan posisi yang
menguntungkan- Pada saat itulah tangan kiri Hongpo Lan
telah menyambar tiba dan menyodok secara berantai
dalam sekejap mata dia telah melancarkan enam buah
pukulan maut.
Dengan susah payah Han Si-kong memberikan
perlawanan yang gigih, walaupun akhirnya dia berhasil
juga menghindarkan diri dari keenam jurus ancaman itu.
Tak urung tubuhnya terdesak juga hingga mundur sejauh
tiga langkah, sementara peluh telah membasahi jidatnya.
Mengikuti jalannya pertempuran yang sedang
berlangsung, diam-diam Lim Han-kim berpikir: "Nama
besar Han Si-kong diperoleh dengan susah payah dan
perjuangan yang gigih Jika ia sampai terluka di tangan

405
Hongpo Lan malam ini, niscaya nama besarnya ikut
hancur dan hatinya tentu sakit sekali. Kenapa aku tidak
segera menggantikan kedudukannya mumpung menang
kalah belum ketahuan hasilnya."
Berpikir sampai di situ, ia segera melompat maju ke
muka menghadang jalan pergi Hongpo Lan dan berdiri
persis di muka Han Si-kong, sambil berpaling bisiknya:
"Locianpwee, setelah dipenjarakan selama dua tahun
lebih, kekuatan tubuhmu tentu belum pulih kembali,
Bagaimana kalau babak pertempuran ini serahkan
kepadaku saja?"
Tanpa menunggu persetujuan dari Han Si-kong,
telapak tangannya langsung disodok ke muka
melancarkan sebuah pukulan, Hongpo Lan tertawa dingin
Jengeknya: "sejak tadi aku toh sudah anjurkan kepada
kalian berdua agar turun tangan bersama, kenapa kamu
berdua tak mau menuruti nasehatku?" Badannya
mengegos ke samping menghindarkan diri dari
datangnya gempuran.
"Hmmm, kau jangan takabur lebih dulu, Kalau ingin
omong besar, tunggu sajalah sampai dapat menangkan
aku lebih dulu"
sambil berkata pemuda itu melancarkan pukulan
berantai dengan kekuatan luar biasa. Hongpo Lan
miringkan badan sambil berputar, dengan suatu gerakan
lincah tapi aneh tahu-tahu ia sudah terhindar dari

406
serangan Lim Han-kim. Bukan itu saja, bahkan lengan
kanannya mengikuti gerak perputaran badannya
melancarkan sebuah sapuan,
Diam-diam Lim Han-kim telah memperhatikan dan
menghapal gerak serangan yang digunakan Hongpo Lan-
Dia dapat merasakan bukan saja di balik jurus
serangannya yang sederhana terkandung perubahan
yang aneh dan maha sakti, bahkan gerak tubuhnya
sewaktu berkelitpun mengandung unsur rahasia yang
luar biasa. Berdasarkan beberapa pertimbangan dan
penilaiannya itulah dalam hati kecilnya ia sudah
membuat perhitungan yang matang.
Menyusul dua serangan yang dilancarkan secara
berantai itu, badannya menerjang maju dua langkah
dariposisi semula, Begitu terhindar dari sapuan maut
Hongpo Lan, tanpa menunggu lawannya membalikkan
badan lagi telapak tangan dan kakinya segera
melancarkan serangkaian serangan yang gencar lagi
cepat.
Dalam waktu singkat jari tangan dan telapak tangan
saling menyodok dan menyambar makin menyerang
Semakin cepat, dalam sekejap mata dia telah
melepaskan sembilan tendangan kilat dan delapan belas
buah pukulan, serangkaian serangan gencar ini benarbenar
dahsyat bagaikan amukan angin topan dan
gulungan ombak di samudra bebas, sehingga para

407
penonton yang ada di sisi arena sama-sama terkesiap
dan kagum.
Tampak Hongpo Lan memutar badannya bagai
gangsing, dua kakinya merubah posisi berulangkali
bahkan dalam setiap kesempatan ia selalu berhasil
melepaskan serangan balasan-
Melihat kehebatan musuhnya, diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang pujinya: "Benar-benar ilmu
gerakan tubuh yang hebat"
Dengan langkah cepat dia mundur sejauh tiga
langkah, Hongpo Lan tidak kalah kagumnya, sambil
menyeka keringat yang membasahi jidatnya dia memuji:
"selama hidup hanya saudara Lim seorang yang sanggup
memaksaku mandi peluh, Kau benar-benar orang hebat."
"saudara Hongpo terlalu memuji, Aku lebih kagum
Pada kemampuanmu. Coba bayangkan untuk
menghindari sembilan tendangan dan delapan belas
buah pukulanku, kau cuma bergeser tak lebih dari dua
depa, Aaai... malam ini biarpun aku mengaku kalah, tapi
aku kalah dengan sangat puas."
"Mumpung malam ini kita sudah bertemu, mari kita
bermain sepuasnya. Nah hati-hatilah...."
Mendadak pemuda Hongpo menerjang maju lagi,
tangannya diayunkan ke muka menggunakan jurus

408
"Berlutut Menyembah Langit selatan-" Lim Han-kim sadar
di balik jurus serangannya yang sederhana terkandung
perubahan gerak yang luar biasa. ia tak berani bertindak
gegabah, cepat tubuhnya miring ke samping, Kaki
kanannya mundur selangkah untuk menyelamatkan diri
lebih dulu, setelah itu tangan kanannya melakukan
kuncian dengan jurus "Menutup Pintu Mendorong
Rembulan"
Ketika serangan yang dilepaskan Hongpo Lan sampai
di tengah jalan, mendadak ia ubah menjadi sebuah
totokan yang mengancam jalan darah cian-keng-hiat di
bahu lawan.
Buru-buru Lim Han-kim merangkap sepasang telapak
tangannya, dengan jurus "Tangan Sakti Menggunting
Bunga" dia cekal urat nadi pada pergelangan tangan
lawan-
"Saudara Lim, ilmu silatmu memang sangat hebat,"
puji Hongpo Lan- sementara memuji, badannya sudah
berkelit untuk menghindar, kemudian melepaskan dua
pukulan balasan-
Maka beriangsunglah suatu pertempuran adu Cepat
antara kedua orang itu. Sayang sepasang tangan Lim
Han-kim masih diborgol sehingga sangat mengganggu
geraknya, Dibandingkan Hongpo Lan jelas dia kalah
lincah dan Cekatan- Namun ia memiliki jurus serangan

409
ampuh yang dapat menutup kekurang lincahannya, hal
ini membuat posisi mereka jadi seimbang.
Dalam waktu singkat, dua orang itu sudah saling
menyerang sebanyak lima enam puluh jurus. Di tengah
pertempuran sengit, mendadak terdengar Hongpo Lan
membentak keras: "Saudara Lim, hati-hati"
Tiba-tiba dia memutar badan, mendesak maju ke sisi
badan musuhnya, Telapak tangan yang menyambar
tahu-tahu diputar berbalik menepuk bahu Lim Han-kim.
Dalam keadaan sepasang tangannya masih diborgol,
sulit bagi Lim Han-kim untuk melakukan perubahan
gerak. Tak ampun, bahunya kena dihantam satu kali, tapi
ia tak gugup atau panik. sambil mendengus, lengannya
ditekuk, kemudian sikutnya disodok ke lambung musuh.
Dua sosok bayangan manusia segera saling beradu
lalu berpisah, paras muka Lim Han-kim kelihatan pucat
pias, Langkahnya gontai dan tubuhnya mundur dua
langkah dengan sempoyongan sebelum dapat berdiri
tegak. sebaliknya Hongpo Lan memegangi iganya sambil
terjongkok-jongkok.
Melihat majikannya terluka, keempat lelaki berbaju
ringkas itu serentak menggetarkan lencana besi mereka
sementara pedang di tangan kanannya berputar
menciptakan sekuntum bunga pedang, Kemudian

410
bersama-sama mereka maju mengurung Lim Han-kim
rapat-rapat.
Menyaksikan perbuatan anak buahnya, buru-buru
Hongpo Lan memberi tanda sambil membentak: "Cepat
mundur Antar mereka keluar dari barisan."
Tampaknya iga yang tersikut menderita luka yang
cukup parah, sehingga sewaktu berbicara pun ia harus
menahan rasa sakit yang luar biasa, itulah sebabnya ia
berbicara agak terputus-putus.
Mendengar bentakan itu, keempat lelaki berbaju
ringkas itu serentak mundur sambil menurunkan kembali
pedangnya, pelan-pelan Hongpo Lan bangkit berdiri,
ujarnya sambil tertawa sedih: "llmu silat yang saudara
Lim miliki benar-benar sangat hebat, aku mengakui
bukan tandinganmu."
"Justru karena saudara Hongpo mengalah, aku baru
mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan
balasan."
"Tapi tanganmu masih diborgol, bicara sejujurnya kau
sudah menderita kerugian lebih dulu...."
Kemudian setelah menghembuskan napas panjangpanjang,
lanjutnya: " Harap saudara Lim sudi memaafkan
karena aku tak bisa mengantar sendiri kepergianmu."

411
"Ketua muda betul-betul seorang lelaki sejati yang
pegang janji. Aku Lim Han-kim merasa sangat kagum,
Bila ada kesempatan untuk berjumpa lagi lain waktu,
pasti akan kubalas budi kebaikanmu hari ini. Nah, kami
mohon diri lebih dulu."
setelah menjura memberi hormat, ia membalikan
badan dan berlalu dari situ. Kepada keempat lelaki
berbaju ringkas itu Hongpo Lan segera menghardik
dengan suara dalam: "Kalian mewakili aku mengantar
mereka pergi dari sini, bila pelayanan kami kurang baik,
hati-hati akan kuhukum dengan berat"
Empat lelaki berpakaian ringkas itu serentak
mengiakan, Kepada Lim Han-kim mereka berkata
hormat: "silahkan kalian bertiga mengikuti kami."
Mereka pun berjalan lebih dulu untuk membuka jalan,
Di bawah bimbingan keempat orang lelaki berbaju
ringkas itu dengan cepat Lim Han-kim, Han si-kung dan
Han-gwat telah berhasil meninggalkan barisan air Lamto-
lak-sengtin. panjang perjalanan mereka pun dapat
meras akan betapa rumit dan kalutnya barisan tersebut
setelah keluar dari ilmu barisan itu, keempat lelaki
berbaju ringkas itu kembali memberi hormat sebelum
meninggalkan tempat tersebut.
saat itu Han si-kong yang tinggi hati benar-benar
sudah dibuat kagum oleh kehebatan Lim Han-kim,

412
katanya sambil menghela napas panjang: "ombak
belakang sungai Tiangkang benar-benar telah
mendorong ombak di depannya. orang baru sudah
sepantasnya menggantikan
orang lama, setelah melalui kejadianpada malam ini,
aku benar-benar merasa sudah amat tua."
Ucapan mana diutarakan dengan nada yang memelas
hati. sebenarnya Lim Han-kim ingin mengucapkan
beberapa patah kata untuk menghibur, namun ia tak
tahu bagaimana harus berbicara, Akhirnya setelah
mendehem pelan, dia mengalihkan pokok pembicaraan
kesoal lain, Ujarnya: "Lo-cianpwee, coba kau perhatikan
letak enam buah kolam itu, tepat sekali mengelilingi
perkampungan tersebut. "
Ketika Han si-kong mendongakkan kepalanya, benar
juga dari kejauhan sana terlihat selapis kilatan cahaya
yang memantul pada permukaan air. Enam buah kolam
yang berbentuk sama mengelilingi sebuah
perkampungan.
Di antara keenam kolam itu berjajar pula aliran sungai
yang berliku-liku menghubungkan kolam yang satu
dengan yang lain, Tampaknya nama perkampungan itu
bukan lain berasal dari keadaan tersebut.
Menyaksikan semua itu, diapun manggut-manggut
sambil sahutnya: " dalam dunia persilatan benar-benar

413
banyak terdapat jago silat yang luar biasa hebatnya.
Kalau tidak mengalami sendiri peristiwa ini, tak akan
kupercayai bahwa dalam perkampungan yang dikelilingi
enam buah kolam tempat pelihara ikan, hidup seorang
tokoh maha sakti yang berilmu silat tinggi...."
Mendadak terdengar suara derap kaki kuda
berkumandang datang dari arah belakang, kemudian
muncul tiga ekor kuda yang berlarian menuju ke arah
mereka bertiga. Ketika sampai pada jarak empat-lima
depa dari hadapan Lim Han-kim sekalian, kuda-kuda itu
dihentikan. Tiga orang bocah lelaki berbaju hijau
segera maju memberi hormat sambil berkata:
"Kami bertiga mendapat perintah dari ketua muda
untuk mengantar kuda- kuda ini. Harap tuan bertiga sudi
menerimanya."
"Maksud baik itu biar kami terima dalam hati saja,"
tampik Han si-kong cepat "Tolong sampaikan kepada
ketua muda kalian, kami masih punya kekuatan untuk
meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki, kami tak
berani menerimahadiah besar itu."
"Peraturan yang ditetapkan ketua kami amat ketat dan
keras, Apabila tuan bertiga menolak pemberian ini, kami
yang susah nantinya," kata tiga orang bocah berbaju
hijau itu serentak. selesai berkata mereka segera

414
lepaskan tali les kuda itu dan sama-sama mengundurkan
diri.
"Ehmm... sungkan amat orang itu," ujar Han-gwat
kemudian sambil tertawa. Tanpa sungkan-sungkan lagi ia
melompat naik ke atas punggung seekor kuda.
Ketika menemukan di atas pelana telah tersedia guci
air, ransum kering dan sekantung uang perak. tak terasa
lagi gadis itu tertawa terkekeh-kekeh. "Hei, apa yang
lucu? Kenapa kau tertawa terkekeh?" tegur Han si-kong
agak gusar.
"Di atas pelana sudah tersedia air, ransum dan uang
Jika kalian berdua harus melanjutkan perjalanan dengan
berjalan kaki, padahal tangan kalian masih diborgol, aku
percaya kamu berdua akan menjadi tontonan yang
menarik, Lebih baik naik kuda saja, dengan begitu
keadaan kalian pun bisa tersamar."
"Yaa, perkataan nona memang betul," sambung Lim
Han-kim sambil manggut-manggut.
"Locianpwee, lebih baik kita teruskan perjalanan
dengan menunggang kuda."
Melihat kedua orang rekannya sudah setuju naik kuda,
terpaksa Han si-kong melompat naik kepunggung kuda
dan melarikannya ke depan. dalam waktu singkat ketiga
orang itu sudah menempuh perjalanan sejauh enam

415
tujuh li. Mendadak Han si-kong menarik tali les kudanya
sambil berhenti ujarnya kemudian- "Kita akan ke mana
sekarang?"
"BorgoI di tangan kalian belum dilepas, tentu saja
pergi menjumpai loya kami," usul Han-gwat.
"Aku tak mau ikut"
"Locianpwee, kalau kau tak ikut, apakah selama hidup
kau ingin memakai borgol itu?"
"Aku tak percaya kalau di dunia ini tak ada cara lain
untuk melepaskan borgol tersebut Kau tak usah
menguatirkan aku."
Han-gwat segera mengerutkan dahinya, kembali ia
berseru: " orang menyebutmu si monyet tua. julukan itu
memang tak salah, Watakmu benar-benar berangasan
macam monyet kena terasi. Ketahuilah bahwa majikan
tuaku memiliki pisau mustika yang tajamnya luar biasa,
sekalipun senjata mustika macam ini bukan cuma sebuah
saja, tapi amat jarang dijumpai di kolong langit Daripada
kau harus memakai borgol sepanjang hidup, kuanjurkan
ikut kami saja menghadap majikan tuaku."
"Nona," sela Lim Han-kim. "Ada di mana majikan
tuamu itu sekarang? Berapa jauh dari sini?"
" Kalau itu, sih, tergantung rejekimu."

416
"saudara Lim," tiba-tiba Han si-kong menyela, "Anak
perempuan paling suka main akal-akalan, Kau tak boleh
percaya dengan perkataannya, lebih baik kita lanjutkan
perjalanan-"
"Kau jangan terburu napsu dulu," buru-buru Han-gwat
menyela, "Aku toh belum selesai berbicara. Gara-gara
ingin membuatkan sejenis pil mustika untuk nona kami,
majikan tua sering tinggal di Perpustakaan Lian-im-lu,
tempat tinggal Thian-hok sangjin di bukit Mao-san-Jadi
kalau nasib kalian kebetulan baik, kita akan bertemu
dengan beliau di situ, Tapi kalau nasib lagi jelek, kita tak
bakal ketemu dia di situ, masa perkataanku ini keliru?"
Lim Han-kim tertegun, ia ingin mengucapkan sesuatu,
tapi niat itu kemudian diurungkan, sebaliknya Han sikong
bertanya dengan keheranan- "Thian-hok sengjin?
jadi majikan tua kalian kenal dengan tokoh maha
sakti itu?"
"Bukan cuma kenal, hubungan mereka begitu akrab
sehingga melebihi hubungan antara saudara sekandung."
"Menurut apa yang kuketahui, Thian-hok sangjin
terkenal sebagai seorang tokoh persilatan yang dingin,
angkuh, dan suka menyendiri ia jarang sekali
mengadakan hubungan dengan kaum persilatan...."

417
"Sekalipun Thian-hok sangjin angkuh, dingin, dan suka
menyendiri tapi ia bersikap sangat menghormat terhadap
majikan kami," sambung Han-gwat dengan suara dingin-
"Hmmm, memandang pada Thian-hok sangjin, kita
memang pantas melakukan perjalanan ke Mao-san dan
mengunjungi Perpustakaan Lian-im-lu"
"Locianpwee" sela Lim Han-kim. "Apa-kah kita akan ke
bukit Mao-san dengan tangan masih diborgol begini?"
Han Si-kong tertawa terbahak-bahak:
"Ha ha ha ha... lote, Thian-hok Sangjin adalah tokoh
maha sakti yang tersohor semenjak puluhan tahun
berselang. ia termashur sebagai jago pedang dari Kanglam,
tapi sifatnya terlalu hambar dan dingin, tak pernah
senang mencari nama apalagi menerima kunjungan
tamu, sepanjang tahun ia mengurung diri di
Perpustakaan Lian-im-Iu nya di bukit Mao-san- oleh
sebab itulah jarang sekali orang persilatan mengetahui
nama besarnya."
"Kalau memang tak pernah menerima tamu dan
sepanjang tahun selalu mengurung diri di atas bukit,
bagaimana mungkin namanya bisa begitu termashur
dalam dunia persilatan?"
"Pertanyaan yang sangat bagus..." Setelah mendeham
sebentar, Han si-kong berkata lebih jauh:

418
"Dua puluh tahun berselang, dalam dunia persilatan
wilayah Kang-lam tiba-tiba muncul seorang pemuda
berbaju periente yang memiliki ilmu silat sangat tinggi ia
menyebut diri berasal dari lautan Timur. perbuatannya
sangat memusingkan banyak orang, Bukan saja ia
berbuat sewenang-wenang, entah berapa banyak
kejahatan yang telah dilakukannya.
Hal ini membuat dunia persilatan jadi kalut dan tak
pernah tenang, Tapi lantaran ilmu silatnya sangat tinggi,
maka berpuluh-puluh jago, baik dari golongan hitam
maupun golongan putih, yang mencoba menantangnya
berhasil dikalahkan semua,"
"Sampai setengah tahun kemudian masih belum ada
seorang manusia pun berhasil mengendalikan perbuatan
jahatnya, Pada saat itulah Thian-hok Sangjin yang
mendengar berita ini segera tampilkan diri. Dengan
ditemani sebilah pedang, ia tantang orang itu untuk
berduel di luar kota Kim-leng. Berita ini segera menyebar
ke seluruh dunia persilatan. Ketika duel itu berlangsung,
beratus-ratus orang jago ikut hadir menyaksikan jalannya
pertarungan itu."
"Melihat begitu banyak orang turut hadir di sekitar
arena, Thian-hok sangjin ternyata segan memperlihatkan
kepandaiannya. pada saat terakhir ia merubah tempat
pertarungan dengan memindahkan ke tengah sungai..."

419
"Bertarung di tengah sungai?" tanya Lim Han-kim
keheranan-
Han si-kong makin bersemangat bercerita, terusnya:
"Dua orang itu masing-masing menunggang sebuah
sampan kecil yang di-tengahnya dikaitkan satu sama
lainnya dengan rantai sepanjang lima depa, Dengan
membiarkan sampan mereka terbawa arus sungai itulah
mereka berdua saling menyerang dengan gencarnya."
"Ehmmmm, pertarungan macam ini benar-benar
sebuah sistem pertempuran yang baru dan menarik."
"Yaa, tentu Thian-hok sangjin yang berhasil
memenangkan pertempuran ini," sahut Han-gwat.
"Dengan membiarkan sampan mereka terbawa arus,
dalam waktu singkat sampan mereka berdua sudah
lenyap di balik gelombang sungai yang tinggi, Dalam
keadaan begini orang lain susah untuk mengikuti
jalannya pertempuran itu, tapi yang jelas sejak naik ke
sampan kecil itu, pemuda perlente tersebut tak pernah
muncul lagi di wilayah Kang-lam. Ada yang bilang
pemuda perlente itu tewas di ujung pedang Thian-hok
sangjin dan mayatnya tenggelam di dasar sungai, Ada
juga yang mengatakan pemuda perlente itu melarikan
diri dengan membawa luka."
"Walaupun banyak berita yang beredar, namun ada
satu hal yang pasti benar yakni pemuda perlente itu

420
menderita kekalahan di tangan Thian-hok sangjin, sebab
Thian-hok sangjin telah muncul kembali dalam keadaan
selamat, sedang pemuda perlente itu lenyap tak
berbekas sejak peristiwa itu."
"Akibat pertempuran itu, nama besar Thian-hok
sangjin pun jadi sangat termashur, Namun ia sama sekali
tidak memanfaatkan ketenaran namanya, malahan sejak
itu pula dia mengundurkan diri dari dunia persilatan,
hidup mengasingkan diri di bukit Mao-san Perpustakaan
Lian-im-lu dan tak pernah mau menerima kunjungan
tamu macam apa pun-"
"Masa selama dua puluh tahunan ini belum pernah
ada yang berhasil menjumpai Thian-hok sangjin?" tanya
Lim Han-kim.
"Mungkin saja pernah ada orang yang menjumpainya
tapi belum pernah beredar suatu berita tentangnya
dalam dunia persilatan, oleh sebab itulah ajakan ini
menimbulkan rasa ingin tahuku."
"Asal kalian berjalan bersamaku, tanggung kamu
berdua dapat bertemu dengan Thian-hok sangjin," kata
Han-gwat. Habis berkata ia segera menyentak tali les
kudanya dan meneruskan perjalanan lebih dulu.
Tiga ekor kuda pun berlarian dengan kencangnya
menembusi kegelapan malam, yang terdengar hanya
suara derap kaki kuda yang ramai. Ketika fajar mulai

421
menyingsing, ketiga orang itu sudah menempuh
perjalanan sejauh puluhan li.
Dijalan raya pun lamat-lamat mulai kelihatan orang
yang berlalu lalang melakukan perjalanan Han-gwat
menarik tali les kudanya menghentikan lari kuda. sambil
menuju ke dalam hutan di sisi jalan raya, ujamya: "Mari
kita sarapan dulu sebelum meneruskan perjalanan"
Memandang pakaiannya yang compang camping, Lim
Han-kim berseru: "Coba kalian lihat dandanan kita saat
ini Pakaian compang camping tak karuan, tangan kita
pun diborgol. Kalau mesti meneruskan perjalanan pasti
dandanan kita akan menarik perhatian orang banyak."
"Kita lelaki sejati yang tak pernah berbuat memalukan,
kenapa mesti takut meneruskan perjalanan?" sahut Han
si-kong.
sambil tersenyum Han-gwat menimbrung: "Coba kau
pandang rambutmu yang kusut dan awut-awutan tak
karuan, Gaya-mu tak beda dengan seorang pengemis,
Dengan model macam begini, biarpun pakaianmu
compang camping, juga tak akan menarik perhatian
orang lain-Beda dengan Lim siangkong, ia masih muda
dan berwajah halus, dengan memakai baju compang
camping dan tangan berborgol, tentu saja kurang sedap
dipandang orang "

422
"Hmmmm sebagai lelaki sejati yang melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, yang terpenting
adalah jiwa kita yang besar dan berwatak pendekar soal
baik buruknya wajah seseorang... hmmm, tak pernah kupersoalkan
di dalam hati."
"Tentu saja" jengek Han-gwat cepat. "Tapi kau lupa,
Lim siangkong seorang pemuda gagah, mana mungkin
bisa kau bandingkan dengan kejelekan wajahmu itu..?"
Han si-kong tertawa terbahak-bahak
"Ha ha ha ha... yang dihormati umat persilatan adalah
orang gagah berjiwa besar, Biarpun aku berbaju
rombengan dan berambut kusut, sekalipun menelusuri
seluruh dunia persilatan, siapa yang berani pandang
rendah diriku?"
"Locianpwee," bisik Lim Han-kim. "Tangan kita masih
diborgol dan pakaian kita sudah robek tak karuan, tapi
kuda yang kita tunggangi justru kuda pilihan, apakah
dandanan kita semacam ini tak bakal mengejutkan orang
banyak?"
"Aku punya akal.." tiba-tiba Han-gwat berseru sambil
tertawa.
"Coba kau jelaskan"
"Lebih baik kita menyewa kereta kuda saja. Asal kalian
dUdUk di dalam kereta, maka orang lain tak bakal

423
menjUmpai dandanan kamU berdua." Han si-kong kontan
mendengus dingin-
"Hmmm, buatku lebih baik meneruskan perjalanan di
tengah malam buta dari pada harus naik kereta. Apalagi
jarak bukit Mao-san dari sini tidak terlalu jauh. Kalau
benar-benar ditempuh, paling banter dua malam pun
sudah sampai."
sementara pembicaraan berlangsung, mendadak dari
arah depan jalan raya muncul dua ekor kuda yang
dilarikan kencang-kencang, Di atas kuda duduk dua
orang lelaki kekar, Ketika mendekati hutan, mereka
menghentikan lari kudanya sambil memperhatikan ketiga
orang itu sekejap. lalu bersama-sama melompat turun
dari atas pelana, Lelaki yang ada di sebelah kiri segera
memberi hormat sambil bertanya: "siapa di antara kalian
adalah Lim tayhiap?"
Lim Han-kim mengerutkan dahinya, Baru saja dia
hendak menjawab, mendadak teringat olehnya bahwa di
kolong langit banyak terdapat orang dari marga Lim.
sedang orang itu tidak menyinggung nama lengkapnya,
berarti belum tentu dia yang dimaksudkan
Melihat ketiga orang itu sama-sama membungkam,
lelaki yang ada di sebelah kanan berkata pula: "Adakah
di antara kalian bertiga yang bernama Lim Han-kim, Lim
kongcu?"

424
setelah agak tertegun sejenak Lim Han-kim menyahut:
"Akulah orangnya, ada urusan apa?"
Lelaki itu memakai baju terbuat dari su-tera, mukanya
penuh cambang, sekalipun perawakannya tinggi besar,
namun nada suaranya amat nyaring, Tampak orang itu
membungkukkan badannya memberi hor-mat, setelah itu
katanya: " Hamba sekalian berasal dari perkampungan
Lak-seng-tong yang mendapat perintah dari majikan
muda kami untuk datang mencari Lim Kongcu. Kami
diperintahkan mengantar dua stel pakaian baru, harap
kongcu Jangan mentertawakan-"
Dari sisi pelana nya, lelaki berbaju kuning yang ada di
tengah menurunkan sebuah bungkusan Bungkusan itu
berisi dua buah jubah panjang yang terbuat dari kain
sutera dan dua buah mantel, sambil dipersembahkan
kepada pemuda itu, orang tersebut berkata lagi:
"Pakaian kongcu sudah robek dan compang camping,
sudah saatnya untuk ditukar dengan yang baru"
Lim Han-kim merasa berterima kasih sekali, ia tak
menyangka Hongpo Lan bisa bersikap begitu bersahabat
kepadanya,
Tapi pada dasarnya ia memang tak suka banyak
bicara, maka kata nya kemudian sambil tertawa hambar
"Lebih baik kalian bawa pulang pakaian itu" jawaban

425
tersebut seketika membuat kedua orang lelaki itu
tertegun. Lelaki berwajah kuning itu segera berseru agak
tergagap: "Kee... ke-napa... kong... kongcu tak mau
menerima nya?"
"Tubuhku masih dirantai, tanganku juga masih
diborgol, bagaimana mungkin bisa tukar pakaian?"
Tiba-tiba lelaki bercambang itu tertawa tergelak:
"Kongcu, kami juga telah berpikir sampai ke situ, Hamba
diperintahkan membawa serta salah satu di antara "Badik
Tiga Huruf" untuk membantu kongcu melepaskan diri
dari belenggu."
sambil berkata, dari dalam sakunya, ia mengeluarkan
sebilah pedang pendek yang bersarung kulit ikan hiu
dengan hiasan emas pada gagangnya, pedang itu
kelihatan sangat mewah.
Dengan cepat lelaki bercambang itu meloloskan badik
tersebut dari sarungnya, cahaya keemasan segera
memancar di udara. "Pedang bagus, pedang bagus..."
tanpa terasa Lim Han-kim memuji tiada hentinya. Lelaki
bercambang itu kembali tertawa.
"Majikan tua kami pandai membuat pedang, Boleh
dibilang ia merupakan pembuat pedang nomor wahid di
kolong langit, tapi selama hidupnya dia orang tua hanya
berhasil membuat tiga bilah badik yang sama bentuknya
saja"

426
"Eeei, kalau membawa pedang mustika, kalian mesti
lebih berhati-hati." tiba-tiba Han si- kong
memperingatkan-
"Aku rasa belum pernah ada orang persilatan yang
berani berbuat macam- macam terhadap orang-orang
Lak-seng-tong kami," kata lelaki bercambang itu sambil
tertawa, "Lagipula majikan muda telah berpesan agar
pedang ini di hadiahkan kepada Lim kongcu, malah
majikan muda sempat berkata bahwa perbuatannya ini
tak lebih hanya mengikuti pepatah lama yang
mengatakan Gadis cantik diberikan untuk pemuda
tampan, pedang mustika diberikan untuk pendekar
sejati..."
"Jangan" cegah Lim Han-kim serius, "Aku tak berani
menerima pemberian sedemikian berharganya, Asal
kalian bersedia membantu kami untuk membebaskan
borgol dan rantai ini, aku sudah merasa berterima kasih
sekali "
Tampaknya ia jarang sekali sekaligus mengucapkan
begitu banyak perkataan, karenanya selesai berkata ia
segera menutup mulutnya rapat-rapat
"Lim kongcu," dengan wajah serius lelaki bercambang
itu berkata. "Pedang ini merupakan hadiah yang
bersungguh hati dari majikan muda kami. Apabila Lim
kongcu tak bersedia menerima nya, hamba tak bisa
pulang untuk memberikan pertanggunganjawabnya."

427
Lelaki berbaju kuning, yang berada disisinya turut pula
membujuk. Tapi bagaimana pun mereka berbicara, Lim
Han-kim tetap gelengkan kepalanya menampik, bahkan
sepatah kata pun tidak diucapkannya.
Melihat hal ini, dengan kening berkerut Han si-kong
segera menegur "Lebih baik kalian berdua jangan bicara
lagi. Watak orang ini memang aneh, kalau sudah bilang
tak mau menerima pedang ini, sampai kalian berdua
membunuh nya pun, dia tak bakal akan menerimanya . "
"Waaah, agaknya kau sahabat karib Lim Kongcu,
sampai tabiatnya pun tahu jelas," goda Han-gwat sambil
tertawa.
" Lebih baik kau jangan turut campur" seru Han sikong
sambil melotot gusar Kemudian sambil berpaling ke
arah lelaki itu katanya lagi: "Cepat ambil pedang itu, dan
tolong putuskan borgol dan rantai di tubuhku ini"
Lelaki berewok itu menghela napas panjang,
tampaknya dia merasa kecewa sekali, dengan membawa
pedang itu ia berjalan menuju ke hadapan Lim Han-kim,
"Kalian seharusnya membebaskan Han locianpwee
lebih dulu, ".kata Lim Han kim sambil tertawa.
Dengan hormat lelaki berewok itu mengiakan, lalu
kepada Han si- kong ujarnya: "Maaf pendekar tua,
hamba akan segera turun tangan-"

428
"Sudah, tak usah banyak bicara lagi, cepat turun
tangan"
Lelaki berewok itu segera menggetarkan pergelangan
tangannya, pedang yang tajam itu langsung menembusi
lewat depan tubuh Han si-kong lalu berputar ke balik
rantai di punggungnya, sekali pedang tersebut di-puntir
ke luar, rantai yang terbuat dari baja campur emas itu
seketika patah menjadi beberapa potong dan rontok ke
atas tanah.
sambil membusungkan dadanya Han si- kong
mendongakkan kepalanya tertawa ter-bahak-bahak.
pujinya: "Ha ha ha ha ...pedang bagus, pedang bagus
Benar-benar sebilah pedang bagus"
Lalu sambil menjulurkan tangannya ke hadapan lelaki
itu, tambahnya: "Di sini masih ada sebuah lagi"
Melihat borgol yang membelenggu sepasang
tangannya jauh lebih tipis dibandingkan rantai yang
melilit tubuhnya tadi, lelaki berewok itu segera mundur
selangkah, kemudian katanya sambil tersenyum: "Hatihati
locianpwee"
Pedangnya diayunkan ke muka membentuk selapis
cahaya yang amat menyilaukan mata. "Traaaanggg.,."
Di tengah dentingan yaring, seakan-akan ada dua
pedang yang saling beradu, tampak selapis cahaya yang

429
menyilaukan mata menyelimuti seluruh udara, Ternyata
ujung pedang di tangan lelaki berewok itu terpental
sejauh tiga depa lebih oleh benturan tersebut, sebaliknya
borgol di pergelangan tangan Han si-kong sama sekali
tidak cacad barang sedikitpun-
Berubah hebat paras muka lelaki bermuka kuning
itu,pujinya tanpa sadar: "Tak disangka borgol itu sangat
kuat dan kokoh sehingga pedang Jin-siang-kiam pun tak
berhasil memotongnya jadi dua."
sebaliknya Han si- kong telah mencak-mencak
kegusaran sambil mengumpat kalang kabut: "sialan-..
Ayo cepat, kita coba sekali lagi."
Lelaki berewok itu menarik napas panjang-panjang,
tenaga dalamnya segera disalurkan ke tangan kananny a,
kemudian pedangnya diayunkan membacok lewat selasela
pergelangan tangan Han si-kong. "Traaaang.."
Sekali lagi terjadi suara dentingan yang sangat
nyaring. Kali ini pun ujung pedang itu terpental ke
samping, sementara borgol di tangan Han si- kong masih
tetap utuh seperti sedia kala.
setelah termenung sebentar, lelaki berewok itu
berkata: "Tampaknya borgol inipun terbuat dari besi baja
yang serupa dengan besi yang digunakan pedang jinsiang-
kiam sehingga pedang tersebut tak sanggup
mematahkannya."

430
" Kalau begitu borgol ini tak bisa diputus-kan?" teriak
Han si- kong dengan mata mendelik.
"Aaaai... aku rasa... aku rasa...."
Tanpa melanjutkan perkataannya ia memutar
pedangnya untuk memutuskan rantai yang
membelenggu tubuh Lim Han-kim.
Dengan wajah penuh amarah Han si- kong
mengerahkan seluruh tenaganya untuk merentangkan
sepasang tangannya, namun bagaimana pun dia
mengerahkan segenap kekuatannya, borgol itu tetap tak
berhasil diputuskan
setelah mengumpat berapa saat lama-nya, akhirnya ia
tertawa terbahak-bahak sambil berseru: "Baiklah,.. ha ha
ha.... Baik-lah, bagaimana pun aku dapat terlepas dari
belenggu di tubuhku...."
"Buat apa sih kau mengejek diri sendiri?" tegur Hangwat
sambil tertawa geli. Han si-kong makin gusar,
teriaknya: "Hei kau si budak kecil"
Lim Han-kim geli juga melihat kakek itu sewot, sambil
berpaling katanya kemudian-" Kalian berdua juga boleh
pulang"
Perkataannya selalu singkat, pendek dan tanpa basa
basi, apa yang dipikirkan langsung diutarakan tanpa
embel-embel. Dengan sikap meng hormat lelaki bermuka

431
kuning itu persembahkan buntalannya sambil bertanya:
"Apakah kongcu ada pesan yang perlu hamba sekalian
sampaikan?"
setelah termenung beberapa saat jawab Lim Han-kim:
"Bukit tetap hijau menawan, air tetap mengalir tenang,
waktu di masa depan masih panjang, semoga lain waktu
dapat bertemu kembali"
setelah memutuskan rantai yang membelenggu tubuh
Lim Han-kimt dengan wajah serius lelaki berewok itu
berkata pula: "walaupun tiga bilah badik mustika milik
Lak-seng-tong bukan benda paling mustika dalam dunia
persilatan tapi setiap umat persilatan pasti akan
menyukainya, sekarang kongcu telah menampik
pemberian kami, apakah tindakan ini tidak keterlaluan?
Ketua muda kami selalu memandang tinggi
kedudukannya, selama hidup ia tak suka bergaul dengan
siapa pun, tapi sekarang beliau rela menghadiahkan satu
di antara tiga mustikanya untuk kongcu. Hal ini
dikarenakan majikan kami sangat kagum dengan
kegagahan kongcu sehingga ingin sekali bersahabat
dengamu."
"Terus terang saja hamba katakan, sudah cukup lama
kami mengikuti ketua muda, sampai di mana sifat dan
wataknya kami pun sangat memahami. Jadi bila kongcu
menampik pemberian ini, bukan saja hamba sekalian
bakal menerima makian dan hukuman, bahkan bisa jadi

432
majikan kami akan salah paham dan dikiranya kongcu
tak sudi bersahabat dengannya. Kejadian ini tentu akan
menyedihkan hatinya."
"Lim kongcu," sambil tertawa Han-gwat menegur "
Kalau toh pihak mereka ingin memberi hadiah dengan
sungguh hati, kenapa tidak kau terima saja pemberian
itu?"
Lim Han-kim termenung berpikir sebentar, kemudian
manggut-manggut. " Kalau memang begitu biar
kusimpan untuk sementara waktu."
setelah diterima, pedang itu langsung dimasukkan ke
dalam saku, Rasa murung yang semula menyelimuti
wajah kedua orang lelaki itu seketika hilang tak
berbekas. sambil tertawa tergelak mereka melompat naik
ke atas kudanya dan berlalu dari situ.
Memandang hingga bayangan punggung kedua orang
itu lenyap dari pandangan, Han si-kong baru angkat
kepalanya dan menghembuskan napas panjang, ujarnya:
"Banyak sudah jago yang kujumpai tapi orang macam
Hongpo Lan baru kali ini kutemui ia benar-benar berjiwa
besar, baru kenal satu kali sudah memberi hadiah
pedang kenamaan- jiwa sebesar ini benar-benar jarang
dijumpai."

433
Tapi Lim Han-kim kembali menghela napas panjang:
"Aaaai... tanpa melakukan sesuatu pahala tapi mendapat
hadiah, aku benar-benar sangat malu."
Melihat kedua orang itu bicara tiada habisnya, sambil
tertawa Han-gwat segera menukas: "Kalian berdua tak
usah ngobrol tak karuan lagi, yang penting sekarang
adalah meneruskan perjalanan-"
Diambilnya sebuah mantel dan dikenakan di tubuh Lim
Han-kim, kemudian sambungnya: "Dengan mengenakan
mantel ini maka pakaian kongcu yang compang cam-ping
akan tertutup,"
Kemudian diambilnya mantel yang lain dan ujarnya
kepada Han si- kong sambil ter-tawa: "Locianpwee,
perlukah aku bantu mengenakan untukmu?"
"Waah... belum pernah kunikmati rejeki semacam ini,
apa lagi merasakan hangatnya pelayanan seorang gadis
cantik."
"Hmmm si botak berjalan mengikuti rembulan, kau
apa tak tahu kalau rejekimu itu berkat Lim kongcu," seru
Han-gwat sambil mencibirkan bibirnya.
Mendadak ia merasakan dibalik perkataan itu
terkandung penyakitnya, buru-buru ia bantu Han si- kong
mengenakan mantelnya kemudian melarikan kudanya
melakukan perjalanan sambil tertawa terbahak-bahak

434
Han si-kong melarikan kudanya juga mengejar dari
belakang.
Ketiga ekor kuda itu pun dilarikan kencang-kencang
menelusurijalan raya, Di balik suara derap kuda yang
ramai, tampak debu beterbangan menutupi pandangan
mata. sepanjang jalan Han-gwat melayani kebutuhan Lim
Han-kim dan Han si- kong dengan penuh cermat dan
ramah, apa lagi kedua orang itu masih memakai borgol
sehingga gerak geriknya kurang leluasa, maka semua
keperluan boleh dibilang Han-gwat yang menyediakanbegitulah
siang menempuh perjalanan malam
menginap, entah berapa hari sudah mereka melakukan
perjalanan Hari ini ketika siang menjelang tiba,
sampailah mereka di wilayah bukit Mao-san- sejauh mata
memandang, yang tampak hanya deretan puncak bukit
yang saling menyambung .
Han si-kong pun menghentikan lari kuda-nya, kepada
Han-gwat ujarnya: "Tahukah kau di mana letak
Perpustakaan Lian-im-lu itu?" sikap ramah danpelayanan
cermat dari Han-gwat sepanjang perjalanan ini membuat
pandangan dan kesan Han si-kong terhadapnya berubah
sama sekali Kini dia pun bersikap lebih ramah terhadap
gadis itu
"Hmmmm Tentu saja tahu." jawab Han-gwat dengan
kening berkerut.

435
"Kalau begitu, harap kau menjadi petunjuk jalan."
"Jalan bukit ini makin ke atas makin susah ditempuh,
kita harus meneruskan perjalanan dengan jalan kaki."
"Yaa, aku tahu, Dari nama Lian-im-lu tersebut kita bisa
menduga letaknya pasti berada di atas puncak yang
diselimuti kabut tebal."
"Kalau cuma jalan setapak saja, tak mungkin bisa
mencegah para jago lihai dari dunia persilatan untuk
datang menyambangi"
"Terus?Jadi tempat itu mempunyai rintangan yang
khusus dan berbahaya sekali?" Han-gwat tersenyum.
"Tepat sekali Dari sini hingga ke depan Lian-im-lu, kita
harus berhasil menembusi tiga buah rintangan bahaya
lebih dulu."
"Rintangan bahaya macam apa itu?"
"Bersabarlah dulu," tukas Han-gwat tertawa.
"Sebentar kau bakal tahu sendiri"
Bicara sampai di situ, ia sentak tali les kudanya dan
meneruskan perjalanan ke depan setelah melewati dua
buah puncak bu-kit, tiba-tiba pemandangan alam
berubah. jalanan makin curam dan sempit sedang tanah
perbukitanpun makin terjal dan berbahaya,

436
sambil melompat turun dari kudanya, Han-gwat
berseru: "Kita hanya dapat menunggang kuda sampai di
sini, selanjutnya harus ditempuh dengan berjalan kaki."
Mereka bertiga pun meninggalkan kuda
tunggangannya dan meneruskan perjalanan menelusuri
jalan terjal itu dengan berjalan kaki. Tampaknya Hangwat
hapal betul dengan daerah di sekitar situ, ia
mengajak Lim Han-kim dan Han si- kong menelusuri
jalan semak yang curam dan terjal, setelah melewati
empat buah bukit terjal, sampailah mereka di depan
sebuah lembah.
sejauh mata memandang yang terlihat hanya rumput
ilalang yang menutupi pandangan mata. Ke tengah
rumput ilalang itulah Han-gwat mengajak kedua orang
rekannya melanjutkan perjalanan,
"Jadi Thian-hok sangjin tinggal di dalam lembah ini?"
tanya Han si-kong keheranan-
"Walaupun tidak berdiam di lembah ini, tapi lembah ini
merupakan satu-satunya jalan penghubung menuju ke
Lian-im-lu. Mari ikuti aku saja, tanggung tak bakal
kesasar."
Melihat gadis itu berbicara sangat serius, Han si-kong
tidak banyak bertanya lagi, terutama Lim Han-kim yang
tak suka bicara. Berangkatlah mereka bertiga menelusuri
lembah tersebut Ruruput ilalang tumbuh sangat subur di

437
lembah tersebut, tingginya mencapai pinggang orang
dewasa.Bahkan banyak ular beracun yang berkeliaran di
situ, semua ini mencerminkan betapa liar dan seramnya
lembah itu.
setelah menempuh perjalanan hampir tiga-empat li
jauhnya, tiba-tiba lembah itu berbelok kearah selatan,
kemudian setelah melewati satu tikungan lagi,
pemandangan di depan mata kembali berubah.
Tampaknya sebuah rumah gubuk kecil dibangun di
bawah sebatang pohon cemara kuno. Bangunan tersebut
persis menghadang jalan lewat orang.
Kedua sisi gubuk itu berupa tebing yang sangat terjal
dan penuh ditumbuhi lumut tebal, dihadapkan dengan
tebing yang nyaris tegak lurus ini, sekalipun seseorang
memiliki ilmu silat yang amat hebatpun jangan harap
bisa melewatinya.
sebuah jalan setapak tampak terbentang di balik
rumah gubuk tadi, Han si-kong memperhatikan sekejap
pemandangan di sekitar tempat itu, namun kecuali
menembusi rumah gubuk tadi, ia tak berhasil
menemukan jalan lain untuk mendaki ke atas bukit.
Han-gwat segera maju dengan langkah lebar menuju
ke depan rumah gubuk. Pintu kayu yang berwarna putih
berada dalam keadaan tertutup rapat, sampai ketiga
orang itu tiba di depan pintu pun belum kedengaran
sedikit suara atau reaksi apapun.

438
setelah memperhatikan sekejap tempat itu, Han sikong
berkata: "Aku rasa lebih baik kita lompati saja
rumah gubuk ini, tak perlu mengganggu ketenangan
penghuninya lagi."
Belum habis perkataan itu diucapkan, pintu gubuk itu
tiba-tiba terbuka lalu muncullah seorang lelaki setengah
umur yang berjubah biru dan memelihara jenggot
kambing .
begitu berjumpa lelaki itu, Han-gwat segera memberi
hormat sambil menyapa: "Paman Jui, baik-baikkah kau?"
orang itu agak tertegun, lalu serunya tanpa sadar:
"oooh.. rupanya kau si budak binal."
Tidak menunggu sampai orang itu menyelesaikan
perkataannya, Han-gwat telah berkata lebih lanjut: "
Kedua orang ini khusus datang ke mari untuk menjumpai
majikan tuaku, tolong Paman Jui bersedia membuka
pintu dengan melepaskan kami melewati tempat ini."
Pelan-pelan lelaki itu mengelus jenggotnya dengan
tangan kanan, setelah berpikir sebentar katanya: "Soal
ini... rasanya bikin susah paman saja, sebab menurut
peraturan yang ditetapkan bukit kami, orang asing
dilarang mendaki ke atas puncak bukit ini."
"Aku sengaja membawa mereka datang ke mari
karena ada urusan penting yang harus disampaikan

439
kepada majikan tua. Apa bila paman Jui tidak bersedia
melepaskan kami, waaah, perjuanganku selama ini bakal
sia-sia belaka."
sementara itu Han si- kong maupun Lim Han-kim telah
mengalihkan pandangan mata masing-masing ke wajah
lelaki itu, sedang dalam hati kecil mereka berpikir
bagaimana caranya melewati penjagaan orang ini.
Tampak lelaki itu berpikir lagi berapa saat, mendadak
ia menyingkir ke samping. "Terima kasih banyak. Paman"
buru-buru Han-gwat memberi hormat.
Lalu tanpa banyak bicara lagi ia melangkah maju ke
depan sambil diam-diam memberi tanda kepada Lim
Han-kim dan Han si-kong agar mengikuti di belakangnya.
Dengan tergesa-gesa mereka bertiga menembusi gubuk
penghadang jalan itu sambil berjalan, diam-diam Han sikong
pasang mata memperhatikan sekitar gubuk
tersebut ia lihat perabot gubuk itu amat sederhana.
Kecuali sebuah pembaringan dan sebuah meja, boleh
dibilang tak ada benda lain, hanya disudut ruangan
terdapat sebuah anglo, jelas penghuninya hidup dalam
kesederhanaan yang mengagumkan-
Diam-diam orang tua ini merasa kagum juga, pikirnya:
"Tak nyana seorang jago yang memiliki ilmu silat begitu
tinggi ternyata hidup dalam begini kesederhanaan di
tengah lembah yang terpencil Kejadian semacam ini
benar-benar suatu kejadian yang tak gampang dijumpai."

440
sementara masih berpikir, mereka telah menembusi
bangunan gubuk itu dan menelusuri jalan setapak yang
sangat sempit
Han-gwat berpaling memandang sekejap bangunan
gubuk nun jauh disana, lalu kata nya kepada Han si-kong
sambil tertawa: "orang dari marga Jui itu sangat ramah
dan baik hati, Dia pun mempunyai kesan yang sangat
baik terhadapku, karena itulah ia bersedia melepaskan
kita melewati tempat ini. Tapi nanti bila kita sampai di
sebuah mulut selat, tidak akan segampang ini kita bisa
melewatinya."
"Bagaimana? Apakah kita benar-benar harus
menerjang lewat dengan menggunakan kekerasan?"
"Waaah, itu sulit untuk dibicarakan orang yang
bertugas menjaga mulut selat itu memiliki seraut wajah
yang dingin seperti es. Ketika aku mengikuti majikan
datang mengunjungi Thian-hok Sangjin, orang berwajah
dingin itu tetap menanyai majikan tuaku dengan ketat,
bahkan mesti menunggu ia pergi memberi laporan dulu
sebelum melepaskan kami melewati tempat
penjagaannya,"
"Ehmm... kalau didengar dari ceritamu ini, tampaknya
memang susah bagi kita untuk melewati tempat tersebut
dalam suasana penuh kedamaian."

441
"Yaaa... susah memang untuk diramalkan Ketika
mengikuti majikan tuaku, aku pernah tinggal cukup lama
di dalam Perpustakaan Lian-im-lu tersebut dan
pergaulanku dengannya juga cukup akrab, tapi sikap
orang itu tetap dingin seperti es. sikapnya tak pernah
berperasaan jadi sukar untuk diramalkan bagaimana
sikapnya terhadap kita nanti, lebih baik kita rundingkan
lagi setibanya di situ.^
Han Si-kong tidak banyak bertanya lagi, sedang dalam
hati kecilnya ia berpikir: "orang tadi mendirikan rumah
gubuknya persis di tengah jalan, jelas maksudnya hanya
mencegah orang-orang yang ingin datang berkunjung
agar mengurungkan niat-nya. Tapi bagaimana pula sikap
orang yang menjaga di mulut selat nanti?"
Sementara ia masih berpikir, mereka telah memasuki
sebuah selat yang amat sempit dan berbahaya, Sejauh
mata memandang tampak dinding tebing tegak lurus
menjulang ke angkasa yang amat terjal dan penuh
tumbuhan lumut, Di antara dua belah dinding bukit tadi
terbentanglah sebuah selat yang luasnya hanya cukup
dilalui satu orang.
Selat itu menjorok masuk ke balik bukit, bukan saja
suasana alamnya amat strategy dan berbahaya,
Tampaknya tempat itu telah diatur pula dengan teknik
manusia.

442
Kecuali selat sempit tersebut, tidak dijumpai jalan
tembus lain yang menghubungkan tempat itu dengan
puncak bukit.
Setelah memperhatikan keadaan di sekelilingnya,
diam-diam Han Si-kong berpikir: "Apabila dari atas bukit
orang melemparkan batu atau kayu, maka orang yang
berada di selat itu tak bakal bisa menghindarkan diri,
kendatipun ia memiliki ilmu silat yang maha canggih,
Wah, aku mesti berhati-hati"
BAB 14. Menjumpai Tokoh Sakti
Dibawah jalan setapak itu terdapat jurang yang sangat
dalam dan diselimuti kabut tebal, sedemikian tebalnya
kabut sehingga sukar untuk mengira berapa dalamjurang
tadi, yang terdengar hanya deruan angin yang
menggidikkan hati.
Jalan setapak itu pastilah terbuat dari alam yang
dibenahi sana sini dengan tenaga manusia, namun
lebarnya cuma tiga depa. orang yang belum pernah
mengunjungi tempat semacam ini bisa dipastikan hatinya
bakal bergidik dibuatnya. Demikian pula yang dirasakan
oleh ketiga orang jagoan tersebut Tak urung timbul juga
perasaan ngeri dalam hatinya.

443
Han-gwat berjalan- lebih dulu di depan, Setelah
melalui belasan kaki jauhnya, tiba-tiba ia berhenti sambil
berpesan: "Bila nanti sampai terjadi pertarungan, maka
kalian mesti berhati-hati, jalan setapak ini begitu sempit
dan cuma mampu menampung satu orang saja... apakah
kalian sudah ada persiapan?"
Han si-kong berdua tidak menjawab, mereka sendiri
pun tak tahu apa yang mesti diperbuatnya.
setelah mendaki bukit itu setinggi seratus kaki, tibatiba
selat sempit itu berbelok ke arah kanan. Pada saat
itulah terdengar seseorang menegur dengan suara yang
dingin dan tanpa perasaan: "siapa Berhenti"
Waktu itu mereka bertiga mendekati tikungan
tersebut, Han-gwat berjalan di paling muka, Han si-kong
berada di tengah sedangkan Lim Han-kim berjalan
dipaling belakang, sewaktu mendengar suara teguran
yang dingin itu, serentak mereka bertiga menghentikan
langkah-nya.
Ketika mengalihkan perhatiannya ke depan, tampak di
tengah jalan setapak itu berdiri seorang manusia berbaju
serba hitam yang memegang pedang di tangannya.
orang itu berperawakan tinggi ceking, sepasang
jidatnya agak melesak ke depan, wajahnya dingin dan
kaku tapi amat serius. Buru-buru Han-gwat bungkukkan

444
badan memberi hormat sambil menyapa: "Paman, masih
ingat dengan aku Han-gwat?"
Lelaki berwajah dingin kaku itu tidak langsung
menanggapi pertanyaan gadis itu, Dengan sinar matanya
yang tajam bagaikan pisau belati dia awasi wajah Han sikong
dan Lim Han-kim berulang kali, kemudian baru
katanya dengan suara kaku: "setiap orang yang pernah
berjumpa denganku, selama hidup aku tak akan
melupakannya lagi."
"Paman masih ingat dengan aku Han-gwat berarti kau
masih percaya dengan ku, bukan? Nah, kedua orang ini
adalah sahabat karib majikan tua kami yang khusus
datang berkunjung karena ada urusan penting, Aku
berharap paman bersedia memberi peluang dengan
membiarkan kami melewati tempat ini."
Lelaki setengah umur berwajah dingin itu benar-benar
berhati kaku tanpa perasaan, ternyata ia bersikap dingin
terhadap permintaan Han-gwat itu. Tolaknya mentahmentah:
"Tidak bisa"
Melihat kekakuan orang itu, dengan kening berkerut
Han si-kong membatin di hati: " Kekakuan orang ini
betul- betul jarang dijumpai di kolong langit, bahkan
berbicara pun nampaknya segan."
Pada saat itu Han-gwat telah mengerutkan dahinya
siap meradang, tapi akhirnya ia berhasil mengendalikan

445
gejolak emosi-nya, Dengan suara yang tetap lembut ia
kembali meminta: "Kedua orang ini harus berjumpa
dengan majikanku secepatnya, Paman. Berilah
kesempatan mereka untuk lewat"
"Baik, kuberi dua jalan untuk kalian pilih. Pertama,
minta kedua orang rekanmu menunggu di bawah bukit,
agar majikan kalian menjumpai mereka di sana"
Mendongkol sekali perasaan Han si-kong mendengar
perkataan itu, tanpa terasa serunya: "Lalu apakah jalan
kedua itu?"
"Jalan kedua lebih sederhana lagi. Ka-lian bertiga
boleh turun tangan bersama, Asal aku dapat dirobohkan,
kalian pun bisa menembusi pertahananku dengan
bebas."
"Semua jago dan orang gagah di kolong langit boleh
dibilang rata-rata menghormati Thian-hok sangjin, tak
kusangka anak buahnya ternyata hanya seorang manusia
dungu yang tidak kenal perasaan. Kejadian semacam ini
betul-betul membuat aku merasa kecewa."
"Hmmmm" Lelaki ceking itu mendengus dingin. "Lianim-
lu tak pernah mengadakan hubungan dengan umat
persilatan, buat apa kau merasa kecewa? Boleh saja Jui
lotoa berhati lembek dengan melepaskan kalian naik
gunung, tapi jangan harap aku Li loji akan berbuat yang
sama dengan melepaskan kalian semua. Hmmmm Jika

446
tak puas, silahkan turun tangan untuk men-coba... aku
siap melayani"
Ucapan yang setengah mengejek setengah menantang
ini kontan mengobarkan hawa marah Han si-kong yang
pada dasarnya memang berangasan. Dengan penuh
amarah ia segera membentak keras: "Turun tangan, ya
turun tangan, aku tak percaya Lian-im-lu adalah bukit
golok"
"Tak percaya? silahkan saja mencoba" Han si-kong tak
dapat membendung hawa amarahnya lagi, bentaknya:
"Bocah perempuan, minggir kamu"
sekali lompat ia telah melewati Han-gwat dan
menerjang maju ke muka. Bagaimanapun juga dia
sudah berpengalaman dalam menghadapi situasi
semacam ini, walaupun berada dalam pengaruh emosi
yang meluap namun ia masih dapat memperhatikan
situasi musuhnya.
Tampak olehnya tempat di mana lelaki ceking itu
berdiri ternyata merupakan tempat yang terlebar dalam
selat itu, Letaknya persis ditikungan dan berada pada
posisi yang lebih tinggi, Tempat yang demikian strategis
itu jelas sangat menguntungkan orang itu, apalagi orang
itu membawa senjata tajam di tangannya.
Lim Han-kim memandang Han-gwat sekejap. dia
seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi niat tersebut

447
diurungkan kemudian sementara itu tampak Han si-kong
memutar badannya menempel di atas dinding bukit.
setelah memperhitungkan jalan mundur untuk
menghindari serangan musuh, ia baru meneruskan
langkahnya kedepan.
Lelaki setengah umur bertubuh ceking itu tetap berdiri
tak berkutik pada posisinya semula, sepasang matanya
mengawasi gerak-gerik Han si-kong tanpa berkedip.
itulah kunci rahasia ilmu pedang tingkat tinggi,
menggunakan ketenangan untuk mengawasi gerakan
lawan.
Melihat situasi sudah semakin kritis dan pertarungan
nampaknya tak bisa dihindari lagi, tiba-tiba Lim Han-kim
berteriak keras: "Locianpwee, tunggu sebentar"
Dari dalam sakunya ia mengambil ke luar pedang
pendek pemberian Hongpo Lan. setelah meloloskan dari
sarungnya, ia sodorkan pedang itu ke depan sambil
ujarnya: "Locianpwee, tanganmu masih diborgol, jelas
situasi semacam ini tidak menguntungkan bagimu,
ditambah lagi keadaan medan semakin tak
menguntungkan Apabila kau tidak menggunakan senjata
tajam, maka kerugian di pihakmu akan semakin
bertambah parah."
Tampaknya Han si-kong sendiripun sudah mengetahui
bahwa lelaki setengah umur bertubuh ceking itu
merupakan seorang jago pedang yang sangat hebat, Dia

448
pun tahu bahwa pertarungannya kali ini membawa resiko
sangat besar, maka tawaran itu tidak ditampik, setelah
menerima senjata tersebut ia baru siap melancarkan
serangan.
Di bawah sorot cahaya matahari yang siap terbenam,
tampak cahaya dingin yang menggidikkan hati menyebar
keluar dari tubuh pedang itu. Lelaki ceking itu
memandang sekejap pedang yang sudah terhunus lalu
memandang pula borgol di tangan Han si-kong.
Tiba-tiba wajahnya diliputi perasaan bimbang, Akan
tetapi Han si-kong tidak memberi kesempatan lagi
kepada orang itu untuk berpikir panjang, sambil memutar
senjatanya ia mendesak maju dua depa lebih ke depan.
Lelaki setengah umur bertubuh ceking itu segera
menggetarkan pedangnya menusuk ke bawah. selapis
cahaya dingin yang terpancar keluar dari balik senjatanya
langsung menerjang ke dada lawan.
Han si-kong menggetarkan pedangnya menyodok ke
atas, ia bacok datangnya ancaman senjata itu. Buru-buru
lelaki itu menarik kembali senjatanya, Tiba-tiba kakinya
melayang ke depan melepaskan satu tendangan kilat.
Dengan posisinya yang berada di tempat tinggi,
tendangan itu persis mengancam jalan darah Hian-ki-hiat
di dada Han si-kong.

449
Cepat Han si-kong miringkan badannya ke samping
untuk berkelit, pedang pendeknya langsung membabat
sejajar dada, Dengan gerakan sangat cepat lelaki ceking
itu menarik kembali tendangan kaki kanan-nya. Di antara
putaran pedangnya tercipta tiga kuntum bunga pedang
yang memancar diri menyergap tiga buah jalan darah
penting di tubuh bagian atas lawannya.
sesudah saling bergebrak beberapa jurus, Han si-kong
mulai sadar bahwa ia telah menjumpai musuh tangguh,
seperti apa yang diduganya semula, lelaki ceking itu
benar-benar seorang jagoan dalam ilmu pedang,
Andaikata pedang pendeknya tidak tajam menggidikkan
sehingga membuat lawan agak keder dan merasa ngeri,
mungkin saat ini ia sudah terdesak di bawah angin.
Pertarungan sengit yang berlangsung dalam selat
sesempit ini memaksa kedua belah pihak harus
mengembangkan pertempuran jarak dekat. Dalam waktu
singkat kedua belah pihak sama-sama mengeluarkan
jurus serangannya yang paling berbahaya untuk
merobohkan lawannya.
Walaupun Han si-kong sudah menderita rugi karena
berdiri diposisi yang tidak menguntungkan ditambah lagi
sepasang tangannya masih diborgol, namun cahaya
tajam yang terpancar keluar dari pedang pendeknya
membuat lelaki ceking itu agak keder dan tak berani
menyambut serangannya dengan keras lawan keras.

450
Dengan keuntungan semacam inilah permainan
pedangnya jadi jauh lebih lincah dan hidup. Karena
dikembangkan dalam selat yang begitu sempit,
permainan pedangnya justru merebut posisi yang jauh
lebih menguntungkan-
Dengan posisi yang hampir seimbang ini, pertempuran
yang sedang berlangsung punjadi berjalan lebih
berimbang. Han-gwat yang ada di sisi arena mengikuti
jalannya pertarungan itu dengan sepasang mata melotot
besar. Hatinya makin gelisah lagi setelah melihat bahwa
pertarungan antara kedua orang itu makin lama makin
berbahaya dan sengit hingga akhirnya berkembang jadi
pertempuran antara mati dan hidup.
Diam-diam ia mulai berpikir: "Bila pertarungan
semacam ini dibiarkan berlangsung terus, pada akhirnya
salah satu pihak pasti ada yang tewas atau terluka,
padahal pihak manapun yang jadi korban, jelas kejadian
semacam ini tidak menguntungkan bagi pihakku, aku
harus segera bertindak."
Berpikir sampai di situ, ia segera membentak keras:
"Tahan"
Mendengar bentakan itu pikiran Han Si-kong segera
bercabang, permainan pedangnya pun ikut mengendor,
Menggunakan peluang yang sangat baik inilah lelaki
ceking itu menggetarkan pedangnya menerobos ke
depan- Tampak cahaya tajam berkilauan, tahu-tahu ia

451
sudah membabat putus segumpal rambut di kepala Han
Si-kong.
Berhasil dengan serangannya lelaki ceking itu mundur
selangkah sambil menegur: "Ada apa?"
sebaliknya Han si-kong yang merasa rambutnya
terbabat lawan merasa sangat tak puas, sambil
membentak gusar pedangnya disodok ke depan dengan
jurus "Menembusi Awan Memanah Rembulan-"
Lelaki bertubuh ceking itu tidak menyangka kalau
musuhnya bakal melancarkan serangan dalam situasi
begini, melihat datangnya tusukan itu amat cepat
tergopoh-gopoh dia berkelit ke samping.
Bagaimanapun cepatnya reaksi orang itu, tak urung
tusukan tersebut sempat juga merobekkan celana yang
dikenakan, Dengan penuh rasa mendongkol lelaki itu
berteriak "Hmmm, membokong ketika orang tak siap.
perbuatan lelaki macam apakah itu? Huuuh, sungguh
memalukan"
Dengan perasaan amat penasaran pedangnya kembali
digetarkan melancarkan bacokan, Menggunakan jurus
"Menyambut Awan Mempersembahkan Matahari"
pedangnya diputar membendung datangnya ancaman,
sahutnya sinis: "Hmmm, setali tiga uang, kita samasama..."

452
Badannya miring ke samping, pedangnya diputar
membabat ke muka, Kedua orang itu segera terlibat lagi
dalam pertarungan yang lebih sengit Di bawah sorot
cahaya matahari sore, tampak cahaya yang memantul
dari pedang mereka membiaskan sinar yang amat
menyilaukan mata.
Tak terlukiskan rasa gelisah Han-gwat melihat
peristiwa ini, kepada Lim Han-kim ia bertanya:
"Bagaimana sekarang?"
"selat ini amat sempit, sedang mereka berdua pun
sedang terlibat dalam pertarungan mati hidup,
Tampaknya siapa pun tak ada yang mampu memisahkan
mereka berdua."
"Apakah kita akan membiarkan mereka berdua
bertarung mati-matian?"
Lim Han-kim tidak menjawab, dia hanya mengawasi
jalannya pertarungan itu dengan lebih seksama.
"Ayolah, coba carikan akal," desak Han-gwat lagi.
Menyaksikan jurus serangan yang digunakan kedua
orang itu untuk saling menyerang makin lama semakin
ganas dan membahayakan Lim Han-kim mulai berkerut
kening, gumamnya kemudian sambil menghela napas:
"Aaaai... jika pertarungan semacam ini dibiarkan
berlangsung terus, tak sampai lima puluh gebrakan

453
kemudian pasti ada seorang di antara mereka yang akan
terluka."
"Traaaang..."
Mendadak terdengar suara bentrokan senjata yang
amat nyaring berkumandang memecahkan keheningan,
begitu sepasang senjata itu saling beradu, Pedang di
tangan lelaki ceking itu terpapas seketika hingga putus
enam tujuh inci panjangnya,
"Ha ha ha ha...." Kedengaran Han si-kong tertawa
tergelak, "Mau minggir tidak kamu sekarang?"
Lelaki ceking berbaju hitam itu mendengus dingin,
Mendadak ia mundur sejauh dua langkah, pedangnya
diputar kencang menciptakan bayangan pedang yang
menyelimuti seluruh angkasa, Pedang miliknya itu
panjangnya hanya tiga depa. setelah terpapas kutung
sepanjang enam-tujuh inci oleh sabetan pedang Han sikong,
kini panjangnya tinggal dua depa tiga- empat inci.
Setelah mundur dua langkah maka posisinya di selat
sempit tersebut jadi semakin longgar, permainan
pedangnya pun otomatis jauh lebih leluasa lagi sehingga
tak heran serangan-serangannya tampak lebih ganas dan
hebat.
Dalam waktu singkat Han si-kong keteter hebat dan
terjerumus ke dalam posisi yang sangat berbahaya.

454
wataknya yang keras kepala dan pengalamannya yang
cukup banyak dalam menghadapi pertarungan sengit
membuat kakek ini tak sudi mundur barang selangkah
pun.
Apalagi dalam pertarungannya semula ia berhasil
merebut bidang tanah yang lebih luas dibandingkan
sebelumnya, Meski harus menempel di dinding bukit, Han
si-kong tetap memberikan perlawanan dengan gigih.
Melihat dua orang itu sudah bermandi peluh yang
membuktikan bahwa pertempuran ini benar-benar amat
berat dan sengit, Han-gwat jadi gelisah bukan kepalang,
ia kembali menjerit "Ehhh... kalian jangan bertarung lagi"
Dengan tangan kosong ia menerjang ke muka siap terjun
ke tengah arena pertempuran
"Berhenti" hardik Lim Han-kim dengan kening
berkerut, Tangannya cepat bergerak mencengkeram
bahu gadis itu, tegurnya kemudian- "Kau ingin cari
mampus?"
Ketika menjumpai dua orang itu masih tetap saling
menyerang dan seolah-olah tidak mendengar
teriakannya, Han-gwat benar-benar gelisah setengah
mati, sifat kegadisannya pun muncul dalam situasi begini
Dengan air mata bercucuran ia berubah meronta
melepaskan diri dari cengkeraman, teriaknya kemudian- "
Cepat lepaskan aku Kalau pertarungan itu dibiarkan

455
berlangsung terus, salah satu di antara mereka pasti
akan tewas atau paling tidak akan terluka parah...."
"sebelum pertarungan berlangsung tadi, mengapa kau
tidak mencoba untuk menghalangi"
"Tapi... mereka toh tak akan menuruti perkataanku?"
"Sekarang mereka sudah terbakar oleh emosi dan
hawa amarah, Demi menjaga reputasi dan gengsi pribadi
terpaksa mereka harus bertarung mati-matian, coba
bayangkan, dalam keadaan begini mungkinkah mereka
bersedia menuruti nasehatmu?"
Han-gwat jadi tertegun dibuatnya, "Kalau begitu biar
mereka membunuhku lebih-dulu..." katanya kemudian
dengan emosi.
"Toh perbuatan semacam itu tak akan memperbaiki
keadaan-" Lim Han-kim ber-kata, setelah berhenti
sejenak. kembali ia melanjutkan- "sekarang berdirilah
agak jauh ke sana siap menolong orang, aku akan coba
terjun ke arena untuk memisahkan mereka,"
Di bawah cahaya matahari tampak cahaya pedang
beterbangan kian kemari, sosok bayangan kedua orang
itu sudah tenggelam sama sekali di balik kabut hawa
gedang yang menggidikkan jelas pertempuran itu akan
berlangsung lebih seru dan berbahaya lagi.

456
Tanpa terasa Han-gwat merasakan hatinya amat
bergidik, tanyaya dengan cepat: "Siapa yang akan kau
tolong?"
"Entahlah." sahut Lim Han-kim sambil tertawa hambar.
"Mungkin Han locianpwee, mungkin juga lelaki berbaju
hitam itu, mungkin juga aku sendiri..." Dengan langkah
perlahan ia melewati gadis itu dan maju ke tepi arena.
"Lim siang kong, kau mesti berhati-hati," pesan Hangwat
dengan perasaan cemas. Lim Han-kim berpaling
sambil tersenyum, wajahnya nampak lebih tampan dan
gagah.
"Coba kau mundur lagi sejauh satu tombak. jarak
yang kelewat dekat akan membuat kau gelagapan nanti,"
pesannya.
sikapnya yang gagah dan wajahnya yang tampan
cukup membuat hati wanita tergetar dibuatnya, Hangwat
tampak agak termangu tapi ia menurut juga dan
segera mundur dari posisi semula.
Lim Han- kim berjalan makin mendekati arena
pertarungan Pada jarak empat depa itulah tiba-tiba ia
genjot badannya melejit ke udara. Tampak bayangan
manusia berkelebat lewat, bagaikan burung walet yang
terbang menembusi angkasa, ia langsung menerjang
masuk ke tengah gulungan cahaya gedang yang

457
menyelimuti Han si-kong serta lelaki ceking berbaju
hitam itu.
Han-gwat segera menghentikan langkahnya sambil
mencurahkan seluruh perhatiannya ke tengah arena,
Tampak tubuh Lim Han- kim dengan kecepatan luar
biasa telah menyerobot masuk ke tengah lapisan cahaya
pedang itu. "Traaaanggg,., Traaaanggg..."
Di tengah suara bentrokan senjata yang berlangsung
berulang kali, cahaya pedang yang semula menyelimuti
seluruh arena itu tiba-tiba lenyap tak berbekas.
Tampak lelaki ceking berbaju hitam itu mendengus
tertahan, pedang yang berada di genggamannya tahutahu
terlepas ke tanah, sebaliknya pedang yang berada
di tangan Han si-kong meski tidak sampai terlepas dari
genggaman tubuhnya justru tergelincir mundur sejauh
tujuh delapan langkah sebelum berhasil berdiri tegak.
Ketika memandang lagi ke arah Lim Han-kim, terlihat
di atas mantelnya telah muncul sebuah sobekan
sepanjang lima inci, Buru-buru Han-gwat berlari
menghampiri sambil bertanya: "Lim siangkong, apakah
kau terluka?"
"Tidak. untung saja aku selamat," sahut Lim Han-kim
sambil menggeleng.

458
sementara itu lelaki ceking berbaju hitam tadi telah
memandangi kutungan pedangnya yang tergeletak di
tanah. Dengan wajah hijau membesi karena menahan
gusar, katanya kemudian- "Kalian boleh naik gunung..."
Habis berkata ia balik badan dan berlalu dari situ.
Dalam sekejap mata tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan. Lim Han-kim coba mengawasi kemana orang
itu berlalu, ternyata di atas dinding bukit persis di
tikungan tersebut terdapat sebuah gua yang dapat
dilewati tubuh manusia, Ke dalam gua itulah lelaki ceking
tadi masuk.
Rupanya gua itu merupakan tempat tinggal lelaki
tersebut. sebagai penjaga selat sempit itu bukan saja ia
memiliki ilmu silat yang tinggi, tampaknya orang inipun
pandai memanfaatkan keadaan medan yang
menguntungkan- Tak heran kalau selama ini ia berhasil
mencegah bermacam jago lihai untuk datang
mengunjungi Thian-hok sang jinsementara
itu Han si-kong telah bergabung dengan
kedua orang rekannya, sambil tertawa ia berkata:
"Untung pedang ini sangat tajam, kalau tidak... mungkin
hari ini aku sudah terluka oleh pedang orang itu."
sambil berkata ia sodorkan kembali pedang tersebut
Lim Han-kim menyarungkan kembali pedangnya lalu
disimpan ke dalam saku, setelah itu baru ia kembali
berkata: "llmu pedang kalian berdua sama-sama sudah

459
mencapai pada puncaknya, Andaikata aku tidak
menggunakan borgol di tanganku yang sangat kuat ini
untuk membendung serangan gedang kalian berdua,
mungkin pada saat ini akupun sudah terluka oleh cahaya
pedang kalian berdua,"
"Saudara Lim, terus terang saja aku kagum dengan
kehebatanmu Sudah puluhan tahun aku berkelana dalam
dunia persilatan tapi baru kali ini kujumpai orang
semacam saudara Lim ternyata telah memiliki ilmu silat
demikian hebatnya. Dilihat dari hal ini tampaknya
pengalamanku berkelana selama puluhan tahun dalam
dunia persilatan benar-benar hanya perjalanan sia-sia."
"Han locianpweejangan kelewat memu-ji," kata Lim
Han- kim merendah^ "Buktinya pemilik muda dari Lakseng-
tong Hongpo Lan malah berapa tingkat lebih hebat
ketimbang aku."
"Kau tak usah merendah, Kalau aku bilang kamu
berdua sama-sama mutiara yang gemilang, sama-sama
jagoan paling tangguh dalam kalangan muda, Aaaai...
Generasi muda memang sudah waktunya menggantikan
generasi lama, sekarang aku baru merasa kalau usiaku
sudah tua."
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan nada
sedih, hal ini mencerminkan betapa pedihnya perasaan
orang tua itu.

460
"Mari kita berangkat," ajak Han-gwat tiba-tiba setelah
memungut kutungan pedang dari tengah selat "setelah
naik ke puncak bukit ini, kita akan sampai di Lian-im-lu."
Mendadak Lim Han- kim seperti teringat akan sesuatu hal
yang amat penting, ia segera bertanya: "Bagaimana sih
watak dan perangai Thian-hok totiang itu?"
"Ramah sekali." jawab Han-gwat sambil tertawa,
"Asalkan dua rintangan ini berhasil dilampaui, maka
setiap orang yang tiba di puncak bukit itu akan disambut
dengan ramah sekali bahkan akan dijamu secara meriah.
Kalian berdua tak usah kuatir, ikuti saja aku"
Setelah melewati dinding bukit berbatu, tampak
sebuah jalan bukit yang sempit tapi panjang bagaikan
bacokan golok ke punggung saja, menjulang sampai ke
tengah angkasa, Han-gwat berjalan paling depan dengan
gerakkan tubuh yang ringan- Angin gunung yang
kencang membuat ujung bajunya yang berwarna hijau
berkibaran seperti kupu-kupu yang beterbangan di
antara bunga-bunga.
setelah menempuh perjalanan beberapa saat lamanya,
jalan setapak itu tampak semakin lebar dan makin lama
jalanan pun makin datar, sejauh mata memandang yang
tampak hanya awan putih yang bergerak terhembus
angin, sedang jurang yang menganga lebar tak kelihatan
dasarnya, Memandangi pemandangan alam yang

461
terbentang di hadapannya, Lim Han-kim merasakan
dadanya mendadak jauh lebih lapang dan lega.
Mendadak terdengar Han si-kong bergumam seorang
diri, "Wah... hari ini aku baru menyadari betapa luasnya
kolong langit dan betapa kecilnya kita sebagai umat
manusia di dunia ini."
setelah beberapa kali mengalami pengalaman pahit
dan penderitaan lahir batin, kakek berangasan ini mulai
merasa agak kecewa dan putus asa. Agaknya Han-gwat
sama sekali tidak memperhatikan pemandangan alam di
sekelilingnya, sambil menuding ke arah kabut yang
bergerak rendah di atas puncak bukit itu katanya: "Di
situlah letak Lian-im-lu"
Tanpa terasa Lim Han-kim dan Han si-kong samasama
melongok ke depan, Tiba-tiba saja mereka
mengendus bau harumnya bunga di antara hembusan
angin gunung yang menerpa lewat.
Berjalan beberapa li kemudian terlihatlah sebidang
tanah penuh tumbuhan aneka bunga terbentang di
bawah bukit. Ketika tersorot oleh cahaya matahari
terpantullah cahaya emas yang menyilaukan mata dari
balik kabut. sebuah jalan kecil beralas batu putih
terbentang menembusi bebungaan warna kuning itu.
Di bawah beberapa batang pohon cemara -berdiri
angkuh tiga lima ekor bangau berwarna abu-abu. Ada

462
kalanya burung-burung bangau itu berpekik, ada pula
kalanya menepuk-nepuk sayapnya. Meski tampak ada
orang asing yang mendekat, burung-burung itu sama
sekali tak menyingkir karena ketakutan.
Keadaan seperti ini tak ubahnya seperti lukisan
pemandangan alam, begitu indah, nyaman membuat
siapa pun merasakan hatinya tenteram. Di ujung jalan
setapak tadi berdiri beberapa buah bangunan rumah
gubuk. dindingnya terbuat dari batu putih dengan
rumput kuning sebagai atap rumah.
Meski bangunan itu sederhana, namun kehadirannya
di sekitar pemandangan alam yang begitu mempesona
membuat keadaan terasa makin tenteram.
"Benar-benar sebuah bangunan yang indah," puji Han
si-kong tanpa terasa setelah menyaksikan pemandangan
itu.
"Yaa, benar," sambung Lim Han-kim. "Bangunan
rumahnya saja begini indah, dapat diduga penghuninya
pasti seorang tokoh sakti yang berjiwa besar."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba dari
balik bangunan rumah gubuk itu muncul seorang kakek
berjubah merah. perawakan tubuh orang itu tinggi besar,
wajahnya ramah dan langkahnya tegap. sambil berjalan
mendekat katanya sambil tertawa:

463
"Rupanya ada tamu agung yang berkunjung kemari,
Maaf, maaf Kalau pinto tidak menyambut dari jauh."
Melihat itu, Han Si-kong segera berbisik, " orang
persilatan mengatakan bahwa Thian-hok sangjin adalah
seorang kakek yang angkuh, dingin dan suka menyendiri
Tak nyana dia benar-benar ramah seperti apa yang Hangwat
lukiskan."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa memberi
komentar apa pun- sementara itu Han-gwat telah maju
menyongsong kedatangan kakek itu sambil berseru
manja: "Totiang tua, aku telah mengajak dua orang
tamu untuk datang mengunjungimu, dengan cara apa
kau hendak menjamu tamu-tamumu?"
Dilihat dari sikapnya terhadap Thian-hok sangjin dapat
disimpulkan bahwa kakek ini mempunyai watak yang
amat ramah.
"sudah banyak tahun aku hidup menyendiri di atas
bukit" katanya sambil tersenyum. "Sepanjang hari aku
hanya berteman dengan burung bangau, tentu saja aku
amat berharap ada tamu yang sudi berkunjung ke mari,
Kini kalian berdua jauh-jauh datang kemari, tentu aku
merasa girang bukan kepalang."
Buru-buru Lim Han-kim membungkukkan badan
memberi hormat sedangkan Han si-kong bergumam lagi:
"Bila kau benar-benar mengharapkan kunjungan tamu,

464
semestinya semua penjagaan di bawah bukit situ segera
dibubarkan- setelah itu kujamin pasti banyak tamu yang
akan berkunjung ke mari."
Tentu saja beberapa patah kata itu hanya
digumamkan dalam hati, sedang di luar ia tetap bersikap
ramah dan sopan- sebenarnya Thian-hok sangjin
sendiripun merasa keheranan ketika melihat kedua orang
tamunya memakai borgol tangan, namun perasaan heran
itu tidak diperlihatkan pada raut wajahnya, ia tetap
menyambut kedatangan ramunya dengan penuh
senyuman.
Memasuki rumah gubuk ini mereka dapatkan jendela
maupun lantai disapu amat ber-sih. sekeliling dinding
tidak berwarna, meja kursi terbuat dari kayu cemara,
sedang luas ruangan hanya tiga kaki saja. Dua orang
bocah lelaki berbaju hijau segera muncul menghidangkan
air teh. semua peralatan minum seperti poci dan cawan
terbuat dari bahan kayu cemara. Air teh pun berwarna
hijau muda tapi harumnya luar biasa.
Ketika melihat Thian-hok sangjin tidak juga
menanyakan maksud kedatangan mereka, dengan
perasaan tak sabar Han-gwat segera bertanya: "Totiang
tua, dapatkah kau orang tua mengundang keluar majikan
tuaku? Mereka berdua ingin berjumpa dengannya."

465
sambil tersenyum Thian-hok totiang manggutmanggut
"Sekarang ia sedang duduk bersemedi, sebelum
magrib nanti rasanya sukar untuk bertemu dengannya."
"Jadi setelah magrib kami baru dapat berjumpa
dengan dia, orang tua...?" tanya Han-gwat sambil
mengerdipkan matanya,
"Benar."
"saat ini dengan menjelangnya magrib sudah tak
terlalu lama, lebih baik kita tunggu di sini saja," sambung
Han si-kong cepat sesungguhnya perkataan semacam ini
diutarakan atau tidak sama saja, hanya saja karena
sudah lama ia tak berbicara maka sekarang ia tak tahan
untuk mengucapkan beberapa patah kata.
Tampaknya Thian-hok sangjin sudah mengetahui
maksud hatinya, sambil tersenyum ujarnya kemudian:
"Melihat sikap sicu dan mendengar perkataanmu
barusan, biar kucoba untuk menerka identitasmu Bila aku
tak salah menebak tentunya sicu adalah si Raja Monyet
Ceking Han si-kong, Han tayhiap bukan?"
Melihat tokoh maha sakti yang hidup mengasingkan
diri ini bukan saja mengetahui namanya bahkan seakanakan
sudah pernah mendengar pula bentuk wajahnya,
Han si-kong bukan cuma merasa terkejut juga girangnya
bukan kepalang, sahutnya buru-buru: "Totiang, kau
sudah banyak tahun hidup mengasingkan diri di atas

466
bukit dan hidup santai bagaikan para dewa, darimana
kau bisa tahu nama kecilku?"
Thian-hok sangjin tertawa, " orang kuno bilang:
seorang sastrawan tidak keluar pintu pun dapat
mengetahui urusan di dunia, apa salahnya jika aku pun
mengetahui namamu?"
Kemudian sambil berpaling ke arah Lim Han- kim,
katanya lagi sambil tersenyum ramah: "Sicu masih muda
dan amat gagah, jelas ilmu silatmu juga sangat hebat
Boleh aku tahu siapa namamu?"
Lim Han- kim segera bungkukkan badannya memberi
hormat, lalu jawabnya singkat: "Lim Han- kim"
selesai menjawab ia duduk kembali dan tidak berkata
sepatah katapun. Lama sekali Thian-hok sangjin
memperhatikan wajah anak muda ini, baru saja sekulum
senyuman ramah menghiasi bibirnya, mendadak
terdengar Han si-kong berkata lagi:
"Pada puluhan berselang totiang pernah bertarung
sengit melawan pendekar pedang tanpa nama, Tentang
kejadlan tersebut dalam dunia persilatan telah banyak
beredar cerita yang berbeda. Totiang, apabila hari ini kau
bersedia menceritakan duduk persoalan yang
sebenarnya, kami benar-benar akan merasa bahwa
perjalanan kali ini tidak sia-sia belaka."

467
"Peristiwa yang sudah lewat biarkan saja lewat, untuk
apa kita singgung kembali?"
tampik Thian-hok sangjin sambil tertawa hambar,
"Aku tahu totiang hidup mengasingkan diri dari
keramaian dunia dan jarang sekali melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan sebaliknya aku, boleh dibilang
separuh hidupku kuhabiskan dalam dunia kangouw,
Namun demikian aku hanya mendengar Totiang hanya
satu kali saja mencampuri pertikaian dunia, Meski hanya
satu kali namun ke cemerlanganmu betul-betul
menggemparkan kolong langit. Betul kejadiannya sudah
lewat puluhan tahun, tapi bagi umat persilatan yang
punya umur tetap merupakan kisah yang sangat
menarik. jadi akupun sangat berharap bisa ikut
menikmati kisah tersebut."
Ketika mengangkat kepalanya, ia lihat wajah Thianhok
Sangjin tetap tenang, sedikitpun tidak menampilkan
rasa gembira lantaran pujian tersebut, Karenanya setelah
berhenti sejenak. lanjutnya: "Menurut apa yang
kudengar, pendekar pedang berbaju perlente itu bukan
orang Tionggoan melainkan datang dari kepulauan di
Lautan Timur."
"Pengetahuan Han tayhiap benar-benar amat luas,"
puji Thian-hok sangjin sambil tersenyum "Benar, orang
itu memang bukan berasal dari daratan Tionggoan,

468
perubahan ilmu pedangnya sangat aneh, mendalam dan
ganas."
"Totiang, aku dengar ketika bertarung melawan
pendekar pedang dari Lautan Timur itu kalian naik
sampan kecil yang diikat dengan tali, benarkah begitu?
Waaah,., kalau dibayangkan bagaimana sampan itu
dibiarkan terbawa arus sedang kalian di samping harus
menjaga keseimbangan perahu agar tidak terguling oleh
sapuan ombak. juga harus saling menggempur dengan
hebat, tentu kejadiannya amat tegang dan mengerikan
sayang sekali tak seorang manusia luar pun yang punya
rejeki dapat menyaksikan jalannya pertempuran seru
tersebut...."
sesudah tertawa terbahak-bahak. terus-nya: "Biarpun
tak ada orang yang sempat menyaksikan hasil
pertarungan antara to-tiang dengan pendekar pedang
itu, tapi semenjak kejadian itu jejak si pendekar pedang
itu lenyap dari wilayah Kang-lam, Boleh aku tahu
bagaimana hasil pertarungan itu sesungguhnya?"
"Waktu itu aku lebih beruntung dan berhasil menang
satu jurus darinya, jadi sebetulnya tak ada yang aneh,"
sahut Thian-hok sangjin tersenyum.
"Apakah orang itu sudah terluka atau tewas di ujung
pedang totiang?"

469
Agaknya Thian-hok sangjin enggan untuk
mengungkap kembali peristiwa tersebut, namun ia pun
tak ingin membuat Han si-kong susah hati, maka setelah
termenung berpikir sejenak sahutnya: "setelah aku dan
pendekar pedang berbaju perlente itu naik ke atas
sampan dan membiarkan sampan itu terbawa arus
sampai sejauh tiga puluh li, kami saling bergebrak hampir
ratusan jurus banyaknya, Terakhir aku berhasil
menangkan satu jurus darinya, dan orang itupun
memutuskan tali pengikat sampan dan berlalu dari situ."
Han si-kong menghela napas panjang.
"Aaaai... andaikata totiang tidak turun dari Lian-im-lu,
mungkin dunia persilatan pada umumnya dan wilayah
Kang-lam pada khususnya sudah dibikin obrak-abrik tak
karuan oleh ulah pendekar pedang berbaju perlente itu.
seandainya sampai terjadi begitu, entah berapa banyak
jago tangguh yang bakal terluka atau tewas di tangannya
lagi."
Tampaknya Han-gwat sudah tak sabar mendengarkan
kisah itu, sambil menatap wajah Han si-kong lekat-lekat,
tegurnya: "Han locianpwee, aku lihat lebih baik kita tak
usah menyingkap kejadian lama lagi...." Thian-hok
sangjin hanya tersenyum tanpa mengucapkan kata.
sebaliknya Han si-kong melototi Han-gwat sekejap.
kemudian serunya: "Biarpun kejadian ini sudah lewat
puluhan tahun lamanya, namun mempunyai pengaruh

470
yang besar sekali terhadap situasi dunia persilatan Hasil
pertarungan antara Thian-hok totiang dan orang itupun
hingga kini masih menjadi teka teki umat persilatan
Betul, dari lenyapnya si pendekar pedang berbaju
perlente ini orang bisa menduga kalau Thian-hok totiang
yang berhasil menangkan pertarungan tersebut, tapi
kejadian yang sebenarnya toh belum diketahui orang,"
"Hmmm, kamu kaum wanita tahu apa tentang urusan
dunia persilatan, lebih baik jangan komentar."
"Kau tak usah marah," ujar Han-gwat sambil
tersenyum, "Masalahnya apa yang kau bicarakan tidak
kami pahami, bagaimana kalau kita tukar dengan bahan
pembicaraan yang lain?"
Pelan-pelan Thian-hok sangjin bangkit berdiri, katanya
sambil tertawa: "Kalian datang dari kejauhan apalagi
harus mendaki bukit, tentu sudah merasa lapar bukan?
Hanya saja di tengah gubuk begini tak ada hidangan
lezat, harap dimaafkan-"
Bicara sampai di sini, ia pun bertepuk tangan dua kali,
Dua orang bocah lelaki muncul dengan membawa baki
kayu, Di atas baki kayu itu terletak empat buah piring
yang terbuat dari batu, empat macam hidangan yang
masih mengepul hawa panas tertera di atasnya.

471
"Silahkan kalian bersantap dulu, sedang aku akan
mohon diri sementara waktu," kata Thian-hok sangjin
lagi sambil tertawa.
Tanpa menunggu jawaban dari Han si-kong, dia putar
badan dan berlalu dari situ. sejak memasuki perbukitan
M ao-san, ketiga orang itu hanya berpikir untuk
melanjutkan perjalanan sehingga sudah cukup lama tidak
bersantap. sekarang setelah melihat hidangan yang
menyiarkan bau harum, perut mereka seketika terasa
lapar.
Dengan sikap amat menghormat dua orang bocah itu
menghidangkan sayur-sayur itu ke meja, kemudian baru
mengundurkan diri.
Han si-kong mencoba memperhatikan beberapa
macam hidangan itu, namun ia tak dapat mengenali
terbuat dari bahan apa. Ketika dicicipi ternyata rasanya
enak dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Tak
kuasa lagi ia memuji: "Selama hidup aku paling suka
makan. Hidangan terkenal di Utara maupun selatan
sungai besar pernah kucicipi, tapi belum pernah kucicipi
hidangan seperti apa yang dihidangkan hari ini. Benarbenar
lezat Benar-benar lezat"
sambil memuji, sumpitnya bekerja tanpa berhenti
menyumpiti hidangan yang tersedia dan dimakannya
dengan lahap. Han-gwat tersenyum geli melihat ulah
rekan-nya, kepada Lim Han- kim segera serunya sambil

472
tertawa: "Lim siangkong, cepat kita makan, Kalau tidak.
bisa jadi semua hidangan akan dihabiskan dia seorang."
Lim Han- kim menggerakkan sumpitnya mencicipi
Betul juga, hidangan yang tersedia benar-benar 1ezat.
Dalam waktu singkat ketiga orang itu sudah menyikat
habis ke-empat piring hidangan yang tersedia itu tanpa
sisa. Tak lama kemudian dua orang bocah tadi muncul
kembali membereskan sisa piring dan cawan kotor
kemudian mengundurkan diri
Kedua orang bocah itu semuanya berwajah bersih dan
tampan, namun sikapnya amat serius, selama ini mereka
tidak bicara maupun tertawa tapi sikapnya amat sopan
dan ramah.
Memandang hingga bayangan punggung dua orang
bocah itu lenyap dari pandangan, Han-gwat baru berbisik
kepada Han si-kong dan Lim Han-kim: "Sebenarnya
watak majikan tuaku amat ramah dan halus, namun
berhubung belakangan ini penyakit nonaku gawat
sehingga majikan tua sangat merisaukan kesehatannya,
maka wataknya agak berubah sedikit berangasan. Bila
kalian berjumpa dengan dia orang tua nanti, harap
sudilah bersikap lebih sabar."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar tanpa menjawab,
sedang Han si-kong bertanya: "Siapa nama majikanmu
itu, boleh di beritahu kepada kami?"

473
"Han locianpwee, kau menyombongkan diri punya
banyak kenalan dan mengenal banyak tokoh sakti dari
kolong langit, coba sekarang kau terka siapakah majikan
tuaku itu." kata Han-gwat tersenyum.
Han si-kong sebera berkerut kening, "Di kolong langit
jago silat bukan cuma satu dua, darimana aku bisa
menebak nama majikanmu itu?"
Tiba-tiba Thian-hok sangjin munculkan diri didalam
ruangan, sambil melangkah masuk tegurnya sambil
tersenyum: "Apakah kalian berdua membawa teman?"
"Teman?" Han si-kong keheranan, "Kami berdua
datang bersama nona Han-gwat saja."
Mula-mula Thian-hok sangjin agak tertegun, tapi
kemudian ujarnya sambil tersenyum: "Kalau begitu ada
rombongan jago lain yang telah datang ke Lian-im-lu."
"siapa mereka?"
"Soal ini sih aku belum tahu."
"Apakah pendatang telah menembusi dua rintangan?"
"Aku mendapat laporan dari penjaga rintangan
pertama, katanya musuh yang datang sangat tangguh,
tapi soal apakah dia telah berhasil menembusi rintangan
pertama atau belum, aku kurang jelas."

474
Han si-kong segera bangkit berdiri, kepada Lim Hankim
ajaknya: "Ayoh kita tengok siapa yang telah datang"
"Jangan" cegah Thian-hok sangjin menggeleng, "Kalau
memang mereka bukan rekan kalian, tak usah kalian ikut
repot."
Mendadak Han-gwat bangkit berdiri, bisiknya sedih:
"Totiang"
"Ada apa?"
"Tentunya totiang tahu bukan bahwa majikan tuaku
amat ketat menjaga peraturan?"
"Teruskan"
"Lian-im-lu adalah tempat yang terpencil dan jauh dari
keramaian dunia, jarang ada orang luar yang mengetahui
jalan menuju kemari, Aku kuatir kedatangan mereka itu
justru karena menguntit kami, Bila totiang berjumpa
dengan majikanku nanti, tolong jangan kau singgung
bahwa akulah yang menjadi petunjuk jalannya."
Thian-hok sangjin manggut-manggut, setelah
memandang Han si-kong dan Lim Han- kim sekejap.
terusnya: "Pondok Lian-im-lu ku ini sudah puluhan tahun
lamanya tak pernah dikunjungi orang asing, sungguh tak
disangka hari ini bisa disinggahi tamu agung secara
beruntun-..."

475
Tiba-tiba terdengar suara suitan panjang
berkumandang datang memotong perkataan Thian-hok
sangjin yang belum selesai, Thian-hok sangjin yang
selalu bersikap santai dan berwajah penuh senyuman itu
tiba-tiba berubah air muka, alisnya berkerut kencang,
Katanya kemudian agak serius: "silahkan kalian
menunggu sejenak. aku akan segera menyambut
kedatangan tamu agung itu." Terburu-buru ia
meninggalkan ruangan-
BAB 15. sepasang Pendekar Memburu Mestika
Memandang hingga bayangan punggung Thian-hok
sangjin lenyap dari pandangan, Han sokong berkata: "
Entah jagoan tangguh darimana yang telah datang,
ternyata kecepatan mereka mendaki bukit jauh lebih
cepat daripada kita."
"Yaa, didengar dari suara pekikan nyaring tersebut
bisa diduga kalau pendatang telah berhasil melewati
kedua rintangan itu."
Mendadak Han si-kong bangkit berdiri dan melangkah
menuju ke luar ruangan pondok, Buru-buru Han-gwat
mengejar dan menghadang jalan pergi rekannya itu,
tegurnya: "Mau apa kau?"
"Aku ingin menonton keramaian-"

476
"Jangan- cegah Han-gwat sambil menggoyangkan
tangannya berulang kali. "Meskipun Thian-hok totiang
ramah dan baik hati, namun keempat bocah penjaga
bukitnya ganas, telengas dan tidak kenal ampunsebelum
mendapat persetujuan dari Thian-hok totiang,
lebih baik kita jangan pergi sembarangan-
"Apa salahnya kalau aku pergi menonton keramaian?"
protes Han Si-kong tak puas.
"Hmmmm Sudah setua umurmu masih senang amat
nonton keramaian? Kalau sampai berakibat terjadinya
gara-gara, bagaimana nanti?" Paras muka Han Si-kong
beberapa kali mengalami perubahan, jelas ia merasa
sangat tak puas dengan tindakan Han-gwat yang
menghalangi kepergiannya, tapi pada akhirnya ia dapat
menahan diri, hanya ujarnya dengan suara ketus:
"Hmmm Aku tak sudi ribut dengan anak perempuan
macam kau...."
Pada saat itu terdengar suara pekikan panjang yang
berkumandang datang, amat nyaring bagaikan pekikan
naga sakti.
Dengan kening berkerut Lim Han-kim segera berkata:
"Jika didengar dari suara pekikan itu, jelas penerobos
telah sampai di puncak bukit. Lagi pula di balik pekikan
nyaring itu lamat-lamat terdengar hawa pembunuhan
yang sangat tebal, mungkinkah Thian-Hok totiang telah

477
turun tangan sendiri menghadang jalan pergi mereka
sehingga terjadi pertarungan sengit di puncak bukit?"
"Jika Thian-Hok totiang benar- benar turun tangan
sendiri, inilah sebuah tontonan yang amat menarik.
Menyesal aku jika tak sempat menyaksikan pertunjukan
menarik ini."
Tanpa banyak membuang waktu lagi Han si-kong
segera melejit ke depan dan menerobos keluar dari
ruangan itu lewat jendela, Han-gwat berniat menghalangi
namun teriambat tahu-tahu kakek itu sudah berada di
luar ruangan, Lim Han-kim memandang Han-gwat
sekejap. ajaknya kemudian: "Mari, kita pun ikut nonton
dari luar pintu."
"Mau lihat sih boleh saja," kata Han-gwat setelah
tertegun sejenak, "Tapi lebih baik kita jangan
meninggaikan ruangan." Tidak membuang waktu lagi Lim
Han-kim melangkah keluar dari ruangan dan berdiri di
depan pintu.
Di kejauhan sana terlihat bayangan punggung Han sikong
sedang berdiri empat lima kaki di depan, agaknya ia
sedang menonton jalannya pertarungan dengan asyik.
Tepat di muka pintu ruangan tumbuh sebatang pohon
cemara besar. Di bawah cemara tumbuh aneka bunga
yang mengelilingi sebuah batu hijau yang amat besar,
batu itu rata lagi licin, seorang bocah lelaki - sedang

478
merawat bebungaan tampaknya tidak tertarik untuk
mengawasi jalannya pertarungan yang berlangsung seru
itu, menoleh pun tidak.
Diam-diam Lim Han-kim memuji di dalam hati
kecilnya: " Hebat betul bocah ini, meski usianya masih
muda ternyata ketenangannya sudah mencapai tingkatan
yang luar biasa.."
Pada saat yang sama terdengar suara Han Si-kong
sedang memuji tiada habisnya dari kejauhan sana: "llmu
pedang bagus, ilmu pedang bagus...."
Jalan menuju kepuncak bukit dengan pintu ruangan
pondok gubuk itu berjarak tujuh- delapan kaki, hal ini
membuat orang yang berada di muka pondok sukar
menyaksikan kejadian disana secara jelas, Ketika
mendengar Han si-kong memuji tiada hentinya, tanpa
terasa timbul rasa ingin tahu dalam hati Lim Han-kim, tak
kuasa lagi dia melangkah keluar meninggaikan ruangan.
Bocah lelaki yang sedang membenahi tumbuhan
bunga itu mendadak berpaling memandang Lim Han-kim
sekejap. lalu bergumam sendiri: "sebagai tetamu yang
datang berkunjung, lebih baik taatilah peraturan yang
berlaku."
sebenarnya Lim Han-kim sudah menyadari kesalahan
itu dan siap menarik kembali kaki kirinya yang
melangkah keluar, tapi setelah mendengar peringatan

479
dari bocah lelaki tersebut, tiba-tiba saja timbul perasaan
gusar dalam hatinya, segera pikir-nya: "Kau menyindir
aku? Hmmm, aku justru sengaja akan keluar, akan
kulihat kau bisa berbuat apa terhadapku?"
sesungguhnya pemuda ini halus di luar namun keras
wataknya. Begitu ingatan tersebut melintas, dengan
langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan, Bocah
lelaki yang berada di bawah pohon cemara itu tidak
berniat menghalangi kepergiannya, hanya dengan
pandangan dingin ia awasi bayangan punggung Lim Hankim
pergi menjauh. Gerakan tubuh Lim Han-kim cepat
sekali, dalam sekejap mata ia sudah tiba di samping Han
si-kong.
Tampaknya orang tua itu tidak menyadari kehadiran
Lim Han-kim, seluruh pikiran dan perhatiannya telah
dicurahkan ke tengah arena, Cepat pemuda itu
mengalihkan pandangan matanya ke arena, tampak tiga
orang bocah berjubah tosu hijau sedang memainkan
senjata pedangnya menghadang jalan lewat seorang
nenek berambut putih, pertempuran berjalan amat seru
dan ramai.
Nenek berambut putih itu dengan senjata tongkat
berkepala naganya sebentar menyodok sebentar
mengerut, menciptakan lapisan bayangan tongkat yang
menyelimuti angkasa, memaksa ketiga orang lawannya

480
terdesak tiga depa di luar arena dan tak sanggup
mendesak maju satu langkah pun-
Empat- lima depa di belakang nenek berambut putih
itu, tampak berdiri bersandar pada dinding tebing yang
terjal seorang kakek berjenggot panjang membawa
kantung tembakau sambil menghisap pipanya dengan
penuh kenikmatan Asap berwarna biru tampak
menyembur keluar dari mulutnya mengiringi suara
pekikan panjang yang menusuk pendengaran,
tampaknya ia sedang memberi semangat kepada
rekannya.
Lim Han-kim mencoba memperhatikan beberapa
orang bocah tosu itu dengan lebih seksama 1agi. Usia
mereka rata-rata empat -lima belas tahun, tapi jurus
pedang yang mereka mainkan betul-betul ganas dan
hebat, terutama gerak kerja sama mereka bertiga. Bukan
hanya cepat dan lincah, perubahannya sukar diduga.
sebaliknya permainan tongkat si nenek berambut putih
itu sangat hebat, setiap gerakan mengandung gerakan
lain, perubahan jurusnya cepat sukar diduga. Bagaimana
pun ganas dan hebatnya ketiga orang tosu kecil itu
menyerang, tak pernah berhasil mencari keuntungan
dirinya.
Lim Han-kim memeriksa lagi keadaan disekitar situ,
ternyata di tanah lapang yang cukup luas di puncak bukit
itu selain keempat orang yang sedang bertempur sengit

481
serta kakek itu, hanya Han si-kong, dia dan bocah di
bawah pohon cemara itu. Bukan saja bayangan Thianhok
sangjin tidak nampak. beberapa pondok di sekitar
sana pun berada dalam keadaan tertutup rapat.
Keadaan ini membuat anak muda tersebut keheranan,
pikirnya: "Heran, kenapa Thian-hok totiang masih bisa
menahan diri? Padahal jelas tampak ilmu silat yang
dimiliki nenek itu sangat lihay. Betul jurus pedang dari
ketiga bocah tosu itu ganas dan hebat, tapi lama
kelamaan mereka pasti bukan tandingan si nenek,
Apalagi di situ masih ada si kakek berjenggot yang jelas
memiliki tenaga dalam amat sempurna, masa dia baru
akan tampil ke depan setelah orang lain mengobrak abrik
rumahnya?"
sementara dia masih berpikir, terdengar nenek
bertongkat itu telah membentak keras: "Hey, tosu tua
hidung kerbau, kau anggap dengan mengandalkan
beberapa kunyuk cilik ini benar-benar sudah mampu
menghalangi diriku? Hmmm sekalipun kau tak senang
menerima tamu, sepantasnya kalau muncul sebentar
untuk berbasa basi. Huuuh, kalau dianggap dengan
mengandalkan beberapa kunyuk kecil ini sudah bisa
mewakilimu kau benar- benar pandang remeh
kemampuanku ini"
si kakek yang sedang menghisap huncwee ditepi
tebing mendadak ikut tertawa tergelak. sambungnya:

482
"Ha ha ha ha... perkataan itu tepat sekali, Dia memang
pandang enteng kemampuanmu. Coba kalau tidak. sedari
tadi ia sudah keluar menjumpaimu."
sebetulnya nenek itu sudah dibakar oleh hawa
amarah, kemarahannya makin memuncak sesudah
dihasut kakek tersebut Tiba-tiba ia membentak keras,
permainan tongkatnya berubah pula jadi amat ganas dan
hebat. Dalam sekejap mata angin serangan menderuderu,
tenaga pukulan yang kuat bagaikan bukit yang
ambrol menggulung ke depan mendesak ketiga orang
lawannya mundur berulang kali.
Diam-diam Lim Han-kim menjawil tangan Han si-kong,
kakek itu segera menoleh, melihat anak muda itu sudah
berdiri di sisinya, iapun berseru: "Ha ha ha ha... rupanya
kaupun sudah kemari?"
"Aku lihat ketiga orang bocah tosu itu sudah keteter
hebat dan menunjukkan gejala akan kalah, bila
pertarungan berlangsung terus, tentu ada korban yang
berjatuhan."
"Yaa, betul Ketiga orang itu tak bakal mampu
menahan dua puluh gebrakan lagi."
Mendadak ia berhenti bicara, ternyata entah sejak
kapan Thian-hok sangjin telah munculkan diri di puncak
bukit itu. wajahnya kelihatan amat serius, senyuman
ramah yang sering tersungging diujung bibirnya kini

483
sudah tak nampak. setelah memandang sekejap pada
Han si-kong dan Lim Han-kim dengan pandangan dingin,
pelan-pelan ia berjalan menuju ke sisi arena.
Meskipun ia tidak menegur atau berkata apa-apa,
namun sikapnya jelas memperlihatkan ketidakpuasannya
karena kehadiran mereka berdua ditepi.
Terdengar Thian-hok sangjin telah berseru dengan
suaranya yang amat nyaring: "Kalian bukan tandingan
dari si nenek naga berambut putih, ayoh cepat mundur"
Tiga orang tosu kecil itu sama-sama menarik kembali
serangan pedangnya dan melompat mundur dari arena.
Begitu mendengar nama " Nenek Naga Berambut Putih",
Han si-kong seketika merasakan hatinya bergetar keras,
tanpa terasa pikirnya dengan perasaan tercengang:
"Ternyata gembong iblis wanita inilah yang telah
datang, tak heran kalau permainan tongkat berkepala
naganya begitu hebat dan sakti."
sementara ia masih berpikir, tiga orang tosu kecil itu
telah mundur ke belakang tubuh Thian-hok totiang.
Nenek Naga Berambut Putih sebera menghentakkan
tongkatnya ke atas tanah membuat ujung tongkat itu
melesak masuk ke dalam batu sedalam tiga inci. setelah
itu sambil menatap Thian-hok sangjin tegurnya sambil
tertawa dingin: "Bagus, bagus sekali Hey, si tosu tua

484
hidung kerbau, aku lihat lagakmu makin lama semakin
besar"
Paras muka Thian-hok sangjin amat serius, meski
begitu nada pembicaraannya tetap tenang dan lembut
"Aku sudah terbiasa hidup menyendiri di tengah bukit
dan enggan mencampuri urusan keduniawian lagi, itulah
sebabnya aku selalu menolak untuk menerima kunjungan
dan kehadiran umat persilatan yang datang
menyambangi diriku."
"sayang sekali para penjaga pintu bukitmu itu tak lebih
cuma gentong nasi yang tak berguna, Nyatanya mereka
tak sanggup menghalangi kedatangan aku si nenek tua,"
jengek Nenek Naga Berambut Putih sambil tertawa
dingin.
Thian-hok sangjin tertawa hambar. "Nama besar
Thian-lam-siang-hiap (sepasang pendekar dari Thianlam)
sudah lama menggetarkan dunia persilatan. jangan
lagi ketiga orang anak bnahku, bahkan akupun merasa
kagum dan bukan tandingan." si kakek yang duduk di
tepi dinding tebing itu mendadak bersin berulang kali,
diketuknya huncwee tersebut beberapa kali ke atas batu
bukit, lalu teriaknya: "Hey, siapa yang sedang
mengumpat aku si kakek?"
"Tua bangka tak mampus- mampus, buat apa kau
masih berlagak pilon?" tegur nenek naga berambut putih
gusar.

485
Pelan-pelan kakek itu bangkit berdiri dan berjalan
menghampiri arena, sambil berjalan tiada hentinya dia
hisap huncwee-nya. Tampaknya Thian-hok sangjin tak
ingin menyalahi kedua orang ini, ia berusaha keras
menahan diri sebisanya. Dengan telapak tangan kiri
disilangkan di depan dada, ia memberi hormat sambil
bertanya: "Bolehkah aku tahu, ada urusan penting
apakah kalian berdua suami istri datang berkunjung
kemari?"
Kakek berambut putih itu mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha... kalau tak ada urusan penting, tak
nanti kita kunjungi kuil Sam-po-tian-..."
Sambil mengalihkan pandangannya ke wajah nenek
naga berambut putih, terusnya setelah berhenti sejenak:
"Hei, nenek tua, perkataan selanjutnya kaulah yang
mesti teruskan-"
Agaknya Nenek Naga Berambut Putih masih diliputi
hawa gusar yang meluap-luap, dengan suara dingin ia
menyambung: "Kedatangan kami hari ini tak lebih hanya
ingin meminjam barang dari kau si hidung kerbau tua."
"Asal aku memilikinya, pasti akan kuberikan"
"Menurut hasil penyelidikanku, kedua macam barang
itu benar-benar telah terjatuh ke tanganmu."

486
"Boleh aku tahu, barang apakah itu?"
"Adik angkatku telah kehilangan dua mustikanya, dua
mustika dari Thian- lam yakni pedang usus ikan dan
tameng Thian-liong-ka"
Dari balik wajah Thian-hok Sangjin yang serius tibatiba
tersungging sekulum senyuman, pelan-pelan ia
bertanya: "Darimana kalian suami istri berdua
memperoleh berita ini?"
Kembali kakek berjenggot putih itu tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... kau jangan peduli darimana berita itu
kami dapat, pokoknya berita tersebut bukan hasil
karangan kami sendiri"
"Apa yang tersiar rtalam dunia persilatan tak boleh
dipercayai seratus persen, apalagi aku sudah puluhan
tahun lamanya hidup mengasingkan diri di pondok Lianim-
lu, dan tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi.
Apa gunanya kusimpan benda-benda mustika semacam
itu?"
"DuIu, adik angkatku itu dengan mengandalkan dua
mustika dari Thian- lam telah menggemparkan seluruh
daratan Tionggoan, Utara selatan sungai besar diobrak
abrik tak karuan, sehingga siapa pun yang mendengar
namanya akan keder dibuatnya...."

487
"Betul" sela Thian-hok sangjin, "Dulu, nama besar
Gadis naga berbaju hitam memang amat tersohor di
kolong langit, hampir semua umat persilatan takut dan
sayang kepada-nya. Waktu itu nasibku memang
beruntung sehingga sempat berjumpa satu kali dengannya."
"Jago pedang yang tersohor waktu itu bisa dihitung
dengan jari tangan, Karena kau suka menyembunyikan
diri dan tak mau menonjolkan kepandaiannya, maka adik
angkatku yang masih muda dan berangasan akhirnya
datang ke pondok Lian-im-lu ini untuk mencari kau dan
mengajak adu kepandaian. saat itu merupakan saat
terakhir adikku muncul dalam dunia persilatan semenjak
peristiwa itu dia lenyap tak berbekas, coba jawab
benarkah telah terjadi peristiwa semacam ini?"
Kembali Thian-hok sangjin tertawa, "Betul, memang
kami pernah adu kepandaianku."
Tidak menunggu sampai Thian-hok sangjin
menyelesaikan perkataannya, nenek naga berambut
putih kembali menukas: "Nah itulah dia, pasti
perbuatanmu. Lantaran tertarik dengan kedua
mustikanya, kau pasti telah membunuhnya lalu menyita
mustika dari Thian- lam tersebut"
"Kalian berdua jangan menuduhku dengan tuduhan
yang bukan-bukan" seru Thian-hok sangjin sambil
berkerut kening, "Apalagi fitnahan semacam ini. Kuakui

488
bahwa aku memang sempat bertanding melawan gadis
naga berbaju hitam dan waktu itu tidak disaksikan pihak
ketiga, tapi ada rembulan dan langit yang menjadi
saksi...."
"Dalam pertandingan itu adik angkatku berhasil
menang atau kalah?" hardik nenek naga berambut putih
.
"Dengan mengandalkan ketajaman pedang usus ikan,
adik angkatmu berhasil membabat tiga kali atas
pedangku."
Tiba-tiba nenek naga berambut putih menghela napas
panjang, selanya kemudian-"Andaikata ia tidak
menggunakan pedang usus ikan, mungkin hal mana tak
akan memancing kerakusanmu untuk mengangkangi
senjatanya sehingga adik angkatku itu kau celakai"
"Aku harap kau jangan menuduh yang bukan-bukan,"
tukas Thian-hok sangjin dengan wajah serius, "Betul saat
itu pedangku berhasil dibabat tiga kali, tapi bukan berarti
aku kalah."
"senjatamu sudah dikutungi kalau bukan disebut kalah
memangnya harus dianggap menang?"
"Tatkala gadis naga berbaju hitam naik ke pondok
Lian-im-lu untuk menantang aku beradu pedang, saat itu
nama besarnya telah menggetarkan seluruh dunia

489
persilatan Nama besar pedang usus ikan dan tameng
Thian- liong- ka juga ikut tersohor jadinya di-seluruh
kolong langit walaupun waktu itu aku sangat jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi nama
besar adikmu itu sempat kudengar dari pembicaraan
beberapa orang sahabatku.
Lagipula adikmu gemar memakai baju hitam, oleh
sebab itu meski aku baru pertama kali bersua muka
dengan adikmu, tapi sekali berjumpa aku segera
mengenalinya sebagai Gadis naga berbaju hitam yang
amat termashur itu"
"Hmmm, oleh sebab itu pula kau lantas teringat
dengan kedua mustika miliknya dan timbul
keserakahanmu untuk meng-angkanginya, selesai
pertarungan yang berakhir dengan kekalahanmu, kau
gunakan akal busuk untuk mencelakainya secara diamdiam,
bukan begitu?" sambung nenek naga berambut
putih sinis.
Thian-hok sangjin benar-benar memiliki kesabaran dan
ketebalan iman yang luar biasa. Kendatipun nenek naga
berambut putih menuduh dan memojokkan dia terusmenerus,
ia tetap dapat menjaga kestabilan dan
ketenangan hatinya.
sambil tertawa hambar, ujarnya kemudian- "Pedang
usus ikan merupakan benda mestika peninggalan jaman

490
cun-ciu, Ketajamannya luar biasa, inilah salah satu sebab
yang membuat adikmu bisa termashur di kolong langit."
"Ha ha ha ha... betul Betul sekali" sela kakek
berjenggot putih sambil tertawa tergelak "Andaikata
pedang usus ikan hanya benda biasa, tak nanti kau
Thian-hok sangjin bakal tertarik dan ingin
mengangkanginya."
Thian-hok sangjin tidak berusaha mendebat, ia
melanjutkan perkataannya: "Tatkala gadis naga berbaju
hitam memaksaku bertanding pedang, sudah berulang
kali aku mencoba menolaknya, tapi adikmu terus
menerus mendesak. ia paksa aku untuk turun tangan
sehingga akhirnya aku dibuat tak berdaya dan terpaksa
menerima tantangannya itu.
Betul adikmu agak sombong dan takabur, namun ia
tak kehilangan kegagahan serta kebesaran jiwanya.
Ketika hendak menggunakan pedang usus ikan, ia
sempat memberitahukan kepadaku betapa tajamnya
senjata itu dan menganjurkan kepadaku untuk membawa
beberapa bilah pedang sebagai cadangan hingga dalam
pertarungan nanti tak sampai kehabisan senjata sebelum
menang kalah bisa ditentukan- Waktu itu aku tak
mengabulkan permintaannya, tapi tak tahan dengan
desak-annya yang bertubi-tubi, pada akhirnya aku pun
membawa empat bilah pedang sebagai cadangan-..."

491
Dia angkat kepalanya memandang puncak bukit di
kejauhan sana, sampai lama kemudian ia baru
melanjutkan- "Akhirnya kami pun mulai bertarung sengit
di sebuah tempat yang amat terpencil. Di puncak bukit
yang diselimuti salju abadi, pertempuran itu kuakui
sebagai pertempuran paling seru, paling ganas danpaling
ramai yang pernah kualami sepanjang hidupku, Ketika
adikmu berhasil mengutungi pedangku dengan senjata
mustikanya, aku sudah rela mengaku kalah, tapi adikmu
mendesak terus kepadaku agar ganti senjata lain- ia
memaksaku untuk bertarung lagi sampai aku mengaku
kalah dalam hal ilmu silat. Didesak seperti ini terpaksa
aku pun mengikuti kemauannya, begitulah, secara
beruntun aku kehilangan tiga bilah pedang...."
"Seseorang yang secara beruntun kehilangan tiga
bilah pedang sudah pasti dianggap kalah, kenapa kau tak
mau mengakuinya?" tanya nenek naga berambut putih
tak puas,
"Tatkala aku mengeluarkan prdang yang keempat,
tiba-tiba adikmu mengajukan usul lain, ia memaksa aku
untuk bertaruh, Katanya semenjak kedatangannya di
daratan Tionggoan, akulah terhitung musuh paling
utamanya yang paling tangguh. Maka ia memaksaku
bertaruh, andaikata ia berhasil mengutungi pedangku
yang keempat, maka aku harus kembali menjadi manusia
biasa dan sepanjang hidup mengikutinya sebagai budak."

492
setelah menghela napas panjang dan membuang
pandangannya ke kaki langit dia melanjutkan: "Coba
kalian bayangkan penghinaan semacam ini siapa yang
sanggup menerimanya? Walaupun aku hidup
mengasingkan diri dan tak ingin mencampuri urusan
dunia persilatan lagi bukan berarti aku bersedia dihina
orang seenaknya. oleh sebab itu dalam pertandingan
yang terakhir ini bukan saja aku telah menggunakan
segenap kekuatan yang kumiliki, aku pun mesti
menggunakan seluruh jurus simpanan yang pernah
kupelajari sungguh beruntung sekali dalam pertarungan
ini akhirnya aku berhasil mengungguli adikmu."
"Benarkah kau berhasil mengunggulinya dalam hal
ilmu silat?" tanya nenek naga berambut putih sambil
menghela napas sedih. "selama hidup aku tak pernah
bicara bohong. Jurus kemenangan itu berhasil kuperoleh
dengan taruhan nyawa, sehingga kalau dibilang
kemenangan itu hanya suatu keberuntungan saja
rasanya tidak salah."
"Tapi semenjak pertarungan pedangnya melawanmu,
ia tak pernah muncul kembali dalam dunia persilatan
Kalau bukan kau celakai, kemana ia telah pergi?"
Thian-hok sangjin termenung berpikir sejenak,
kemudian katanya: "setelah menderita kekalahan,
adikmu merasa gusar bercampur mendongkol. Terburuburu
ia turun gunung dan berlalu begitu saja, walaupun

493
watak adikmu agak angkuh dan takabur, namun aku
menaruh rasa hormat dan kagum terhadapnya."
Tampaknya nenek naga berambut putih berhasil
diredakan hawa amarahnya oleh penuturan
danpenjelasan Thian-hok sangjin ini, sikapnya jauh lebih
tenang dan ramah, tanyanya pelan- "Apakah yang kau
kagumi atas dirinya?"
" Walaupun adikmu kalah satu jurus, namun ia
mengenakan tameng Thian-liong-ka yang kebal tusukan
maupun bacokan- Dalam kondisinya saat itu
sesungguhnya ia masih mampu untuk melanjutkan
pertarungan tapi kenyataannya dia mengakui kekalahan
tersebut dan pergi dengan begitu saja, sikap jujur dan
kebesaran jiwanya itulah yang telah meninggalkan kesan
yang amat mendalam kepadaku."
"Nah itulah dia," sela nenek naga berambut putih,
"Tahukah kau di mana ia berada sekarang?"
Kembali Thian-hok sangjin termenung sambil berpikir
sejenak, kemudian menggeleng, "Aku tak tahu."
"Menurut berita yang kudengar, konon adik angkatku
telah terluka oleh pedang terbang beracunmu, Meskipun
tubuhnya dilindungi oleh tameng naga langit, toh bukan
berarti seluruh badannya terlindungi."

494
"Walaupun aku menguasai ilmu melepaskan pedang
terbang, namun dalam pertarunganku melawan musuh
belum pernah satu kali pun kugunakan."
"Peduli berita yang tersiar itu benar atau tidak. yang
jelas dan pasti adikku tak pernah muncul kembali dalam
dunia persilatan semenjak pertarungannya melawanmu
Kini kami sengaja datang kemari untuk mencari jejaknya,
jadi bukan sengaja mencari gara-gara denganmu..."
setelah berhenti sejenak. lanjutnya: "Tameng naga
langit serta pedang usus ikan sejak itu pula mengikuti
adikku lenyap dari peredaran, jejaknya tidak ketahuan,
sudah banyak tahun kami melakukan penyelidikan dan
pencarian, namun tak berhasil menemukan jejaknya, Kini
aku rasa hanya Tian-hok totiang seoranglah yang
mengetahui jejaknya," Thian-hok sangjin tertawa
hambar.
"Apa yang kuketahui telah kuutarakan semua, Apabila
kalian berdua tetap tak percaya, yaaa... apa boleh buat
lagi?"
Nenek naga berambut putih berpaling memandang
kakek berjenggot putih itu sekejap. kemudian tegurnya:
"Hey, tua bangka, bagaimana menurut pendapatmu?"
Pelan-pelan kakek berjenggot itu mengisi huncweenya
dengan daun tembakau, menyulutnya dengan api dan
menghisapnya berulang kali, setelah itu baru berkata:

495
"Menurut pandanganku, kita hanya ada dua jalan untuk
menyelesaikan persoalan ini. jika kau percaya dengan
penjelasannya, kita sudahi persoalan tersebut sampai di
sini Kita pun tak usah membuang banyak waktu untuk
mencari jejak adik angkatmu beserta kedua benda
mustikanya. sebaliknya jika kau tak percaya, kita paksa
kepadanya untuk menyerahkan adikmu."
"Huuuuh, jawaban macam begitu sama saja seperti
tidak menjawab" teriak si nenek gusar
"Yaa... betul...." sela si kakek setelah menyedot
huncweenya beberapa kali, "Kau memang tak pernah
mau menuruti pendapatku"
"Tua bangka sialan, aku mau tanya pendapatmu
percayakah kau dengan apa yang dijelaskan Thian-hok
totiang barusan?"
"soal ini...? Aku hanya percaya separuh"
" Kenapa?" nenek naga berambut putih itu keheranan,
" Kalau percaya bilang percaya, kalau tidak percaya
katakan tak per-caya, mana ada percaya setengah saja?"
"separuh penjelasannya aku percaya sebagai kejadian
yang sebenarnya, dia memang tidak mencelakai adik
angkatmu juga tidak mengangkangi kedua benda
mustika tersebut, tapi ia tahu jejak gadis naga berbaju
hitam..."

496
"Darimana kau bisa tahu?" Kakek berjenggot putih itu
tertawa tergelak:
"Ha ha ha ha... kau anggap separuh masa hidupku
berkelana dalam dunia persilatan hanya perjalanan siasia?"
Pelan-pelan nenek naga berambut putih mengalihkan
kembali sinar matanya kewajah Thian-hok sangjin,
kemudian sepatah demi sepatah dia bertanya: "Benarkah
kau mengetahui jejak adik angkatku?"
Paras muka Thian-hok sangjin berubah hebat, ia
mendongakkan kepalanya mene-rawang ke udara, lama
kemudian baru jawabnya: "Waktu itu, aku sama sekali
tidak tahu..."
"Bagaimana kemudian?" tukas nenek naga dengan
suara lantang,
" Kemudian aku memang mendengar kabar
beritanya."
"Di mana ia sekarang?"
Thian-hok sangjin menarik kembali sorot matanya
yang menerawang udara itu, ditatapnya si kakek dan si
nenek sekejap. setelah itu jawabnya: "Adikmu tidak
muncul kembali ke dunia persilatan karena ia sudah
kehilangan ambisinya untuk mencari kemenangan ia tak

497
ingin menggunakan status kegadisannya untuk bergumul
kembali dalam dunia persilatan"
Apa yang dipikirkan nenek naga berambut putih
sekarang adalah bagaimana caranya mendapat kedua
jenis mustika tersebut, maka dia mendesak Thian-hok
sangjin terus menerus untuk mengatakan jejak gadis
naga berbaju hitam Asal jejaknya sudah diketahui maka
tak sulit baginya untuk mendapatkan kedua jenis mustika
tersebut, semakin ia ingin segera mengetahui
jawabannya, terasa jawaban dari Thian-hok sangjin
makin lamban, tak tahan lagi teriaknya: "sekarang dia
berada di mana? Cepat katakan"
Kembali Thian-hok sangjin mendongakkan kepalanya
mengalihkan sinar matanya ke tempat kejauhan, ujarnya
kemudian: "Aku hanya pernah mendengar tentang kabar
beritanya tapi kurang begitu paham keadaan yang
sesungguhnya, Bukankah kalian berdua berhasil
mendapat tahu kalau gadis naga berbaju hitam pernah
bertarung melawanku, kenapa tidak kalian selidiki juga
kabar beritanya? Toh pekerjaan semacam ini tidak terlalu
menyulitkan kalian?"
Kakek berjenggot putih yang selama ini hanya
menyedot huncwee nya sambil menikmati kebutan
asapnya itu tiba-tiba menyela:

498
"Nah, bagaimana? Tidak salah bukan perkataanku
Meskipun dia tahu, kalau enggan diutarakan kepadamu
juga percuma saja..."
selapis hawa napsu membunuh pelan-pelan mulai
menyelimuti wajah nenek naga berambut putih, tongkat
besinya mulai dipersiapkan untuk melancarkan serangan
sementara sinar matanya yang tajam bagaikan aliran
listrik dialihkan ke wajah Thian-hok totiang dan
menatapnya lekat-lekat, Hardiknya ketus: "Bagus sekali,
jadi kau sudah tahu namun tak sudi memberitahukan
kepadaku..?"
"Gadis naga berbaju hitam masih hidup segar bugar di
kolong langit Kalian berdua sudah mencarinya selama
banyak tahun belum berhasil juga menemukan jejaknya,
Menurut pendapatku, dia seharusnya juga tahu kalau
kalian berdua sedang mencarinya dengan susah payah,
tapi kenyataannya sekarang ia tak bersedia tampilkan diri
untuk bertemu muka, Hal ini membuktikan akan dua hal,
kesatu dia memang tak ingin berjumpa dengan kalian
berdua. Kedua ia ada kesulitan yang membuatnya kurang
leluasa untuk berjumpa lagi dengan kalian berdua.
sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari yang
bersangkutan aku merasa kurang leluasa untuk
mengambil keputusan dengan membocorkan tempat
tinggalnya."

499
Dengan beberapa patah kata itu dengan sangat jelas
sekali Thian-hok Sangjin telah mengutarakan isi hatinya,
walaupun ia mengetahui alamat rumah Gadis naga
berbaju hitam, namun ia tidak bersedia mengungkapnya.
Pelan-pelan nenek naga berambut putih berjalan
mendekati Thian-hok sangjin, dengan nada setengah
mengancam serunya: "Jika kau tak bersedia
memberitahukan alamatnya, aku akan memaksa kau
untuk menjawab"
"Begini saja, apabila kalian bisa memberi waktu
selama tiga hari kepadaku, aku pasti akan memberikan
jawaban yang memuaskan kepada kalian, bahkan
mungkin dapat mempertemukan kalian-"
"sudah puluhan tahun kami mencari jejaknya" teriak si
nenek dengan suara keras. " Hampir seluruh pelosok
dunia telah kami telusuri, aku tak bisa menunggu terlalu
lama lagi, sekarang juga aku harus bertemu
dengannya."
" Kalau begitu harap kalian memaafkan diriku,
terpaksa aku tak dapat memenuhi harapan itu."
Dengan gemas nenek naga berambut putih
menghentakkan tongkatnya ke atas tanah, sekujur
badannya gemetar keras menahan gejolak emosinya
yang membara, katanya serius: "Jika kau tak bersedia
menjelaskan kabar berita adik angkatku, sama artinya

500
kau memang berniat mengangkangi dua benda mustika
kami itu"
"Aku sebagai pendeta yang menjauhkan diri dari
keduniawian sama sekali tak punya ambisi untuk
memimpin dunia persilatan pun tak berniat mencari
nama besar di kolong langit. Betul pedang usus ikan dan
tameng naga langit merupakan dua benda mustika dari
dunia persilatan, akan tetapi aku tidak mempunyai
perasaan serakah dan niat untuk memilikinya. Apalagi
kalian tidak bersedia memberi waktu selama tiga hari
kepadaku, yaaa.-, apa boleh buat lagi, terserah kalian
mau apa"
Ucapan tersebut disampaikan dengan tulus dan
bersungguh-sungguh, membuat siapa pun yang
mendengarkan mau tak mau harus mempercayainya,
Emosi yang bergejolak dalam dada nenek naga berambut
putih kembali mereda. Dia mendongakkan kepalanya
sambil berpikir sejenak. mendadak tongkatnya di
hentakkan ke tanah, sambil berpaling ke arah kakek
berjenggot itu serunya nyaring:
"Hey, tua bangka, mari kita pergi, Tiga hari kemudian
kita datang lagi minta petunjuk di pondok Lian-im-lu ini."
Thian-hok sangjin segera merangkap tangannya di
depan dada, sambungnya dengan serius: "Selama hidup
aku tak pernah berbohong, asalkan kalian naik ke puncak

501
ini tiga hari kemudian, aku pasti akan memberitahu kabar
tentang gadis naga berbaju hitam."
"Ha ha ha ha...." setelah menyemburkan asap
tembakaunya kakek berjenggot putih itu tertawa
tergelak. " Walaupun totiang amat jarang melakukan
perjalanan dalam dunia persilatan, namun mempunyai
nama besar sebagai jago pedang nomor wah id. Aku
percaya dengan janjimu itu, tiga hari kemudian kami
pasti akan datang lagi untuk meminta petunjuk"
"Maaf kalau aku tak bisa mengantar"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tampak dua
sosok bayangan manusia berkelebat lewat. Gerakan
tubuh itu cepat bagaikan sambaran kilat, dalam sekejap
mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari
pandangan-
Memandang hingga kedua orang itu lenyap
daripandangan Thian-hok sangjin baru membalikkan
badannya dan perlahan-lahan berjalan menghampiri Han
si-kong serta Lim Han-kim.
sebagai jago kawakan yang banyak pengalaman Han
si-kong sudah dapat merasakan ketidak senangan Thianhok
sangjin terhadap perbuatannya itu, sebelum lawan
berbicara dulu, ia sudah keburu menjura sambil katanya:
"Kami baru pertama kali ini datang mengunjungi pondok
Lian-im-lu sehingga kurang begitu paham dengan

502
peraturan di sini, Apabila perbuatan kami dianggap
lancang harap totiang sudi memaafkan"
Pelan-pelan sekulum senyuman tersungging kembali
diujung bibir Thian-hok sangjin, katanya lembut:
"Silahkan kalian berdua kembali ke dalam gubuk"
Tanpa membuang waktu, ia berjalan lebih dulu
menuju ke bangunan rumah sebelah tengah, Tiga orang
tosu kecil bersenjata pedang itu serentak mengikuti di
belakang Thian-hok sangjin menuju ke dalam rumah.
setelah semua orang berlalu, Han si-kong baru berbisik
kepada Lim Han-kim: "Lote, pernah kau dengar tentang
sepasang pendekar dari Thian- lam ini?"
"Aku belum lama terjun ke dalam dunia persilatan,
masih s edikit jagoan ternama yang aku kenal."
"Kalau disebut sepasang pendekar dari Thian- lam,
sebetulnya panggilan itu kelewat memuji mereka berdua,
padahal kedua orang itu lebih pantas dipanggil sepasang
manusia aneh dari Thian-lam. jangan karena gelar
mereka menggunakan nama Thian-lam, maka kau
anggap mereka sering berkeliaran di daerah tersebut.
Yang betul mereka malah lebih sering nongol di Utara
dan selatan sungai besar."
"Aku kurang mengerti dengan penjelasanmu itu"

503
"Ha ha ha ha...." Han si-kong tertawa terbahak-bahak.
"Lote, tak heran kalau kau kebingungan dibuatnya, siapa
saja yang tidak memahami latar belakang kedua orang
itu pasti akan dibuat kebingungan juga oleh perkataanku
tadi, Aaaai. Kalau dibicarakan kembali, kita mesti
bercerita mulai dari lima puluh tahun berselang."
"Waktu itu sepasang manusia aneh dari Thian-lam s
ering kali muncul di daerah Tionggoan, sepasang laki
perempuan ini tidak terhitung sesat juga tidak termasuk
golongan lurus. Tindak tanduknya selalu mengutamakan
baik buruknya pribadi masing-masing orang yang
dihadapi. oleh sebab itu perbuatannya banyak menyakiti
hati umat persilatan Akhirnya pada suatu ketika mereka
berdua dikerubuti oleh rekan-rekan persilatan dari
daratan Tionggoan yang berakibat kedua orang itu
menderita luka parah."
"Sejak peristiwa itu selama hampir dua puluh tahun
lamanya mereka berdua tak pernah muncul dalam dunia
persilatan, tapi dua puluh tahun kemudian mereka
muncul lagi di daratan Tionggoan dan melakukan balas
dendam. secara beruntun mereka berhasil membunuh
delapan belas orang jago tangguh yang berakibat nama
mereka jadi amat termashur."
sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
sudah memasuki ruang tamu. Han-gwat telah menunggu
mereka di muka pintu, Begitu melihat mereka muncul

504
gadis itu segera mendelik ke arah Han si-kong sambil
menegur: "sudah tua masih tak tahu diri. Hmmm Kenapa
perbuatanmu tak pakai aturan sama sekali?"
Han si-kong agak tertegun, lalu teriaknya marah: "Hey
budak cilik, siapa yang kau maki?"
"Memangnya kau yang kumaki? Apa salah aku bicara
sendiri?"
" Umurku sudah lewat enam puluh tahun, tak perlu
kau si budak ingusan memberi pendidikan kepadaku."
Han-gwat tertawa dingin-
"Semangat muda bukan masalah pada usia, kau sudah
hidup puluhan tahun lamanya, yang pernah kau lihat pun
terhitung sangat banyak, Apa gunanya kau ikut ke sana
menonton keramaian sehingga melanggar peraturan
yang berlaku di pondok Lian-im-lu ini?"
Untuk sesaat lamanya Han si-kong tak mampu
menjawab, terpaksa ia duduk sambil membungkam diri
Han-gwat sedikitpun tak mengalah, lanjutnya: "Thianhok
Totiang paling benci kalau tamunya berkeliaran
secara lancang, dengan lari keluar untuk menonton
pertarungan itu kalian sudah melanggar pantangan
terberat yang berlaku di bukit ini. Meskipun Thian-hok
totiang tidak sampai mengumbar hawa amarahnya
lantaran memandang wajah majikan tuaku, tapi kalau dia

505
sampai menceritakan persoalan ini kepada majikanku,
yang pasti akulah yang bakal menerima hukuman."
Lim Han-kim merasa setiap ucapan dan perkataannya
sangat masuk diakal dan tak dapat dibantah, tanpa
terasa dengan kening berkerut katanya: "Perkataan nona
memang benar, Begini saja, bila majikan tuamu menegur
nona gara-gara persoalan ini, aku akan berusaha dengan
segenap kemampuanku untuk memikul resiko ini."
Han-gwat mengangkat wajahnya memandang langitlangit
rumah, ia seperti memikirkan sesuatu, kemudian
katanya: "Bila kau bersedia memberikan sebotol jin-som
berusia seribu tahun itu untuk nona kami, mungkin hal
ini bisa memancing kegembiraan majikan kami sehingga
hukuman itupun bisa kuhindari."
Lim Han-kim menghela napas panjang: "Aaaai...
sebotol jinsom berusia seribu tahun itu sudah lama
hilang, sekalipun aku bersedia menghadiahkan untuk
nonamu pun tak ada gunanya...."
"soal itu tak perlu dikuatirkan, dengan watak majikan
tua kami, ia tak pernah mau bertindak sebelum ada
kesepakatan Asal kau bersedia menghadiahkan obat itu
kepada kami, masalah menemukan kembali obat tersebut
tentu akan menjadi urusan majikan tua kami, jadi kau
tak usah repot-repot."

506
Teringat kalau jinsom seribu tahun itu menyangkut
mati hidup Ciu Huang, Lim Han-kim jadi serba salah, dia
tahu sekali ia mengangguk maka seterusnya ia tak bisa
mengingkarinya kembali.
Akhirnya setelah lama termenung dia pun berkata:
"Soal ini... lebih baik kupikirkan dulu sebelum mengambil
keputusan."
sementara itu Han si-kong telah menggelengkan
kepalanya berulang kali sambil mengomel: "Aaai... orang
bilang paling sukar hidup bersama kaum wanita dan
orang rendah. Tampaknya ucapan ini tepat sekali, Aku
sudah hidup puluhan tahun lamanya tapi hari ini mesti
didamprat seorang budak ingusan, benar-benar
membuat hatiku malu dan kecewa."
Han-gwat sedikitpun tidak tersinggung oleh ucapan
tersebut, malah sebaliknya tertawa geli, "Hmmm, bila
suatu ketika kau punya jodoh dan bisa bertemu dengan
nona kami,"
"Kalau ketemu lantas kenapa ?"
"Jangan dilihat usiamu sudah begini tua dan
pengalamanmu begitu banyak. sampai dirimu terjual pun
belum tentu kau akan sadar."
"Aku tak percaya akan kejadian seperti ini?"

507
"Kalau tak percaya silahkan saja dicoba." Tapi tiba-tiba
ia menghela napas sedih, sambungnya: "semoga Thian
berbelas kasihan dan melindungi nona kami sehingga
penyakitnya cepat sembuh, dengan begitu ia akan
mendapat peluang untuk menikmati keindahan alam."
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia
berkumandang datang dan memotong pembicaraan Hangwat
yang belum selesai.
Tampak seorang tosu kecil dengan wajah yang dingin
dan hambar telah muncul di depan pintu, setelah
memandang ke tiga orang itu sekejap, katanya: "suhu
mengundang kalian bertiga untuk masuk"
Han si-kong segera melompat bangun dan tanpa
mengucapkan sepatah kata pun berjalan menuju ke luar
Biarpun usianya sudah lanjut namun wataknya
berangasan sekali, dia paling pantang dihina apalagi
dipandang remeh orang. Lim Han-kim dan Han-gwat
segera menyusul di belakangnya bersama-sama keluar
dari rumah gubuk itu, Dipimpin oleh tosu kecil itu mereka
bertiga diajak memasuki sebuah rumah gubuk yang
paling luas.
Dalam ruang tamu sudah tampak beberapa orang
sedang menunggu, kecuali Thian-hok sangjin, hadir pula
seorang kakek berambut putih, Begitu bertemu dengan
kakek berambut putih itu, Han-gwat tergopoh-gopoh lari

508
mendekat, sambil jatuhkan diri berlutut serunya: "Hangwat
menjumpai loya"
Kakek itu selain terlihat memiliki rambut yang telah
memutih dan sepasang alis mata berwarna putih keabuabuan,
bagian lainnya sama sekali tak menampakkan
gejala ketuaan, cuma alis matanya saja yang selalu
berkerut menandakan bahwa ia sedang dirundung
kemurungan-
"Bangunlah" tampak ia mengulapkan tangan kirinya
memberi tanda.
Han-gwat segera bangkit berdiri, bisiknya kemudian-
"Loya, apabila kau memutuskan borgol di tangan kedua
orang itu, mereka berjanji akan mempersembahkan
sebotol jinsom berusia seribu tahun untuk mengobati
penyakit nona."
Lim Han-kim sangat gelisah setelah mendengar
ucapan itu, belum sepat dia mengucapkan sesuatu,
kakek berambut putih itu telah berkata lagi: "Kalau
begitu aku mewakili putriku menghaturkan banyak terima
kasih."
Pelan-pelan ia maju mendekat sambil mengeluarkan
sebilah pedang pendek dari sakunya, Dalam sekali
tebasan, borgol di tangan Lim Han-kim telah terpapas
kutung.

509
BAB 16. Majikan Han Gwat Menagih janji
"Hah....? pedang usus ikan" pekik Han si-kong begitu
menyaksikan bentuk pedang pendek itu.
"Benar," kata kakek berambut putih itu sambil tertawa
hambar, "Tampaknya saudara mengerti barang
berharga."
Kembali ia menebaskan pedangnya, Borgol ditangan
Han si-kong kontan hancur berkeping- keping .
sudah cukup lama mereka berdua mengenakan borgol
di tangannya, kini begitu terlepas dari belenggu tak
kuasa lagi mereka rentangkan tangannya berulang kali
sambil menghembuskan napas lega.
Mendadak Han si-kong teringat kembali dengan
kejadian yang barusan berlangsung di mana sepasang
manusia aneh dari Thian-lam mendesak Thian-hok
sangjin agar memberitahu jejak sepasang mestika itu.
sungguh tak disangka olehnya salah satu di antara dua
mustika tersebut yakni pedang usus ikan bisa muncul di
pondok Lian-im-lu ini.
Ketika ia mencoba menengok ke arah Thian-hok
sangjin, tampak pendeta itu sedang duduk serius sambil
mengawasi pepohonan di luar ruangan, tampaknya ia
sedang memikirkan sesuatu.

510
Dalam pada itu kakek berambut putih itu sudah duduk
kembali ke tempatnya semula, setelah membebaskan
borgol di tangan ke dua orang itu, kepada Han-gwat
katanya: "Nona pun ikut datang, sana, pergilah ke
belakang menengok dia"
Tiba-tiba Thian-hok sangjin menarik kembali
pandangan matanya, kepada Han si-kong dan Lim Hankim
katanya: "silahkan duduk"
"Totiang, apakah kau ada petunjuk?" tanya Lim Hankim
cepat.
Thian-hok Sangjin menghela napas panjang.
"Aaaai... pondok Lian-im-lu tak pernah menerima tamu
berlama-lama. Kini borgol di tangan kalian sudah
diputuskan, apa yang menjadi harapan pun sudah
terpenuhi. Aku rasa sudah saatnya bagi kalian untuk
pergi meninggalkan tempat ini."
Lim Han-kim memandang kakek berambut putih itu
sekejap, lalu ia melompat bangun dan serunya sambil
menjura: "Kalau begitu aku mohon diri lebih dulu."
Tanpa membuang waktu dia putar badan dan
melangkah keluar,Han Si-kong ikut bangkit berdiri sambil
menyambung: "nama besar totiang sudah puluhan tahun
lamanya kukagumi. setelah perjumpaan hari ini ternyata
hanya begini saja sikapmu. Meski ilmu silatmu terhitung

511
nomor wahid, - namun aku orang she-Han tak akan
menghormati dirimu lagi."
Selesai berkata dengan langkah lebar dia keluar dari
rumah gubuk itu untuk menyusul Lim Han-kim.
Mendadak terdengar ujung baju terhembus angin
berkumandang lewat, tampak sesosok bayangan
manusia berkelebat lewat, Temyata kakek berambut
putih itu sudah melampaui Lim Han-kim berdua dan kini
menghadang jalan pergi mereka.
Sejak masuk ke dalam ruang tamu itu Han Si-kong
telah memperhatikan orang ini, Dia wajahnya amat asing
dan belum pernah dijumpai sebelumnya, tapi kalau
dilihat hubungannya yang begitu akrab dengan Thianhok
Sangjin, semestinya kakek itu bukan manusia
sembarangan Maka ia mundur dua langkah dan
menonton jalannya perubahan dengan sangat tenang,
Dalam pada itu Lim Han-Kim telah menegur dengan
kening berkerut: "Lo-cianpwee, apa maksudmu
menghadang jalan pergiku?"
Setelah diusir oleh Thian-hok Sangjin dengan sikap
dingin barusan, pemuda ini sudah merasa naik darah,
apalagi menghadapi hadangan tersebut, amarahnya
kontan makin meluap.
Kakek berambut putih itu menghela napas panjang:
"Aaaai... selama ini aku selalu dibuat pusing kepala oleh

512
penyakit yang diderita putri kesayanganku, akibatnya
rambut yang hitam pun telah berubah memutih hanya
dalam berapa tahun saja...."
"Orang tua mencintai putra putrinya, itu sudah kodrat"
sela Lim Han-kim hambar. Berkilat sepasang mata kakek
berambut putih itu. Dengan sinar mata yang tajam
diawasinya anak muda itu tajam-tajam, kemudian
katanya: "Putriku bisa bertahan belasan tahun lamanya
dari gangguan penyakit itu, hal tersebut membuktikan
bahwa penyakit yang dideritanya bukan penyakit yang
mematikan. Oleh sebab itu aku harus berusaha dengan
segenap kemampuan yang kumiliki untuk
menyembuhkan penyakitnya itu, kejadian ini pula yang
memaksa aku harus menyerempet bahaya dan tidak
memperdulikan peraturan dunia persilatan"
"LOcianpwee, sudah setengah harian kau berbicara,
tapi maaf, aku belum mengerti maksudmu."
Sekilas rasa malu dan menyesal melintas lewat di
wajah kakek berambut putih itu, tapi hanya sekejap
kemudian sudah tertutup oleh kemurungan yang
mendalam ia mendongakkan kepalanya memandang
angkasa, lalu terusnya: "Asal aku dapat tahu kalau di
suatu tempat ada obat atau cara pengobatan yang
mungkin bisa dipakai untuk mengobati penyakit putriku,
manjur atau tidak. aku selalu berusaha keras untuk
mendapatkannya dan nya...."

513
Tampaknya orang ini sesungguhnya merupakan
seorang yang jujur, polos dan gagah, tapi ia terbelenggu
oleh rasa cinta kasih terhadap putrinya sehingga tindaktanduknya
harus berlawanan dengan isi hati-nya. oleh
sebab itu setelah berbicara sampai di situ, ia menghela
napas panjang, sambungnya lagi dengan nada menyesali
"Atau tegasnya saja, aku tak ingin melepaskan setiap
kesempatan yang mungkin bisa menyelamatkan putriku
dari belenggu penyakit"
"oooh... jadi maksud Locianpwee hendak menagih
obat jinsom seribu tahun itu dari diriku?"
"Benar, mungkin orang lain bisa menyuruhku
menggunakan alasan karena aku sudah mematahkan
borgol di tangan kalian maka sekarang menagih
imbalannya, tapi andaikata tiada alasan apa pun aku
tetap akan merebut pil jinsom seribu tahun itu dengan
kekerasan-"
"saat ini walaupun pil jinsom berusia seribu tahun itu
tidak berada di tanganku namun aku mempunyai maksud
untuk merebut kembali benda itu. sekarang Locian-pwee
telah membantu aku mematahkan borgol tersebut, budi
kebaikan ini tak akan kulupakan untuk selamanya,
cuma... bukan berarti aku harus memenuhi
permintaanmu dengan menghadiahkan pil mustika itu
untukmu."

514
"Kau harus tahu anak muda, borgol yang
membelenggu tanganmu itu terbuat dari baja yang
bercampur emas. KeCuali pedang usus ikan milikku yang
merupakan pedang mustika peninggalan jaman cu-ciu,
tak ada senjata mustika lain di dunia ini yang mampu
mematahkan borgol tersebut,Jadi sebenarnya hutang
budi yang kulepaskan kepadamu terhitung sangat besar,
sekarang aku ingin menuntut kau membalas budi itu
dengan menyerahkan pilj insom berusia seribu tahun itu
kepadaku."
Lim Han-kim berpaling memandang Han si-kong
sekejap. kemudian jawabnya lantang: "Bila Locianpwee
menganggap ilmu silatmu mampu untuk merebutnya,
silahkan saja merebut. Tapi aku pun ingin tegaskan
bahwa aku tak pernah menyanggupi untuk
menghadiahkan pil itu kepada-mu"
"Jadi kalau begitu kau telah memutuskan untuk ikut
memperebutkan pil itu?"
"Apa salahnya kalau aku ikut merebut kembali barang
milikku yang dicuri orang?"
Berubah paras muka kakek berambut putih itu,
serunya: "Akan kupaksa dirimu untuk menyanggupi"
"Kalau begitu terpaksa aku harus menyaksikan dulu
sampai di mana kehebatan ilmu silat Locianpwee," jawab
Lim Han-kim dingin.

515
Tiba-tiba kakek berambut putih itu mendongakkan
kepalanya tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha ha....
Apakah kau masih ingin bertarung melawanku?"
Gelak tertawa yang bernada mengejek ini kontan saja
mengobarkan hawa amarah Lim Han-kim, dengan penuh
kegusaran bentaknya: "Kenapa tidak? silahkan Locianpwee
memberi pengajaran"
" Kakek berambut putih itu mendesak maju ke muka,
telapak tangannya diangkat siap melepaskan sebuah
babatan, Namun sebelum serangan itu dilepaskan, ti-batiba
terdengar suara teguran yang lemah tapi lembut
berkumandang datangi "Ayah.."
Cepat-cepat kakek berambut putih itu menarik kembali
serangannya sambil melompat mundur sejauh tiga
langkah lebih dari posisi semula, Ketika Lim Han-kim
berpaling, tampak olehnya seorang gadis berbaju serba
putih dengan bersandar di bahu dua orang dayang
berbaju hijau sedang melangkah mendekat.
Kakek berambut putih itusegera menghela napas
panjang, ujarnya: "Aaaai... nak, angin malam sangat
dingin, mau apa kau lari ke luar ke sini...?"
Nada suaranya penuh mengandung rasa kasih dan
sayang yang amat kental, Di bawah bimbingan dua orang
dayang berbaju hijau, gadis itu pelahan-lahan berjalan

516
melewati Lim Han-kim menuju ke tempat di mana kakek
berambut putih itu berdiri.
Gadis ini benar-benar seorang nona yang patut
dikasihani Dalam sekilas pandang saja dapat diketahui
bahwa nona ini menjadi lemah lantaran siksaan penyakit.
Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai di bahu dan
diikat dengan selembar kain putih, wajahnya pucat pasi
seperti mayat, sinar matanya agak memudar sedang
bibirnya pucat kehijauan. Langkahnya amat lemah,
seakan-akah sama sekali tak bertenaga.
Tergetar perasaan Lim Han-kim menyaksikan keadaan
gadis itu, tanpa terasa timbul perasaan kasihan yang
mendalam, dia merasa nona yang lemah ini ibarat
lentera yang hampir kehabisan minyak, tenaga sekecil
apa pun setiap saat bisa memadamkan bunga api
kehidupannya .
Dengan penuh kasih sayang kakek berambut putih itu
membelai rambut gadis berbaju putih itu, lalu bisiknya
lagi: "Nak, kembalilah ke dalam kamar Kau tak akan
tahan dengan hembusan angin gunung yang begini
dingin."
Tangannya kelihatan agak gemetar, sinar matanya
pun tak berani ditujukan ke wajah Lim Han-kim,
tampaknya hati kecil orang ini diliputi perasaan takut
yang amat sangat.

517
Perlu diketahui, bila pada saat ini entah Lim Han-kim
atau Han si-kong melancarkan satu serangan saja, maka
serangan tersebut sudah cukup dipakai untuk membunuh
putrinya yang sangat lemah itu.
Tentu saja kakek berambut putih itu cukup memahami
keadaannya yang sangat berbahaya, ia lebih sadar lagi
tindakan sendiri yang melanggar pcraturan dunia
persilatan ini bisa jadi akan memancing pembalasan
dendam orang lain terhadap putrinya.
Dengan keadaan seperti ini, tak heran kalau perasaan
hati orang tua tersebut benar-benar takut, ngeri
bercampur khawatir
Terdengar gadis berbaju putih itu berkata dengan
lemah: "Ayah tak perlu kuatir, hari ini aku merasa
semangatku sedikit lebih baik, Aku ingin menikmati
keindahan alam...."
Kakek berambut putih itu menghela napas panjang.
"Hari sudah gelap. senja pun telah menyelimuti seluruh
angkasa. Dalam suasana remang-remang begini
bagaimana mungkin kau bisa menikmati keindahan
alam? cepatlah kembali ke kamarmu" Gadis berbaju putih
itu hanya tersenyum, tubuhnya tetap berdiri di tempat
semula. Mendadak Han si-kong berbisik: "saudara cilik,
mari kita pergi"

518
Tanpa membuang tempo, dengan langkah lebar dia
berjalan meninggalkan tempat itu, Lim Han-kim raguragu
sejenak, tapi akhirnya dia mengikuti juga di
belakang Han si-kong untuk segera berlalu dari sana.
Memandang dua orang itu berlalu dari ruangan^ ingin
sekali kakek berambut putih itu turun tangan untuk
menghadang, tapi dia pun kuatir apabila ia terlalu
memojokkan kedua orang itu, maka akibatnya mereka
balas melukai putri kesayangannya.
Dalam suasana begini, terpaksa ia harus menahan
gejolak perasaan hatinya dengan membiarkan dua orang
itu berlalu dari sana.
sepanjang jalan tidak menemukan hadangan apa pun,
dalam waktu singkat kedua orang itu sudah ke luar dari
tebing terjal itu. Waktu itu langit sudah mulai gelap.
beribu bintang bertaburan di udara, membiaskan cahaya
yang amat redup,
Tiba-tiba Han si-kong buka suara, katanya: "Thian-hok
sangjin angkuh, tekebur dan tak pandai bergaul. ia tidak
terhitung seorang manusia berhati mulia, Aku rasa umat
persilatan tidak perlu menaruh hormat kepadanya...."
"Beda dengan kakek berambut putih itu," sela Lim
Han-kim. "la masih belum kehilangan jiwa ksatrianya,
sebab terhadap perbuatannya yang main rebut jelas ia

519
menunjukkan perasaan malu dan menyesalnya yang
mendalam." Han si-kong tertawa tergelak
"Ha ha ha ha... Kalau tidak kau singgung, hampir saja
aku melupakan persoalan ini. Kau tahu pedang mustika
yang digunakan untuk mematahkan borgol di tangan kita
tadi adalah pedang usus ikan, salah satu dari dua
mustika Thian-lam yang sedang dicari dua manusia aneh
dari Thian-lam, padahal tiga hari lagi mereka akan
datang menyatroni kembali. Aku tak bisa membayangkan
dengan cara apa Thian-hok to-tiang akan memberikan
pertanggungan jawabnya . .? "
Tanpa terasa dibenak Lim Han-kim terbayang pula
pada gadis berbaju putih itu, katanya setelah menghela
napas: "Gadis itupun patut dikasihani, Menderita penyakit
aneh semenjak kecil, tak heran kalau orang tuanya amat
sayang dan memperhatikannya. Kalau dilihat dari rambut
si kakek yang jadi putih karena murung, bisa
dibayangkan betapa beratnya siksaan dan penderitaan
yang dialaminya selama belasan tahun terakhir ini."
"Yaaa, kasihan orang tua yang tidak beruntung
macam ini...." kata Han si-kong sambil tertawa.
Mendadak ia melonjak karena satu ingatan melintas di
dalam be-naknya, terusnya: "saudara cilik, tiba-tiba saja
aku teringat akan satu persoalan."

520
Tindak tanduknya yang sangat mendadak dan di luar
dugaan ini sempat membuat Lim Han-kim tertegun,
tanyanya kemudian dengan kening berkerut: "Soal apa?"
"Usiamu masih muda, terjun ke dalam dunia persilatan
pun belum terlalu lama, tentunya kau belum pernah
mendengar tentang riwayat Gadis Naga berbaju hitam
bukan?"
"Ehmm... aku memang belum pernah mendengar"
"Entah sejak kapan Pedang usus ikan dan tameng
naga langit terjatuh di wilayah Thian-lam sehingga
disebut dua mustika dari Thian-lam, tapi soal kedua
mustika itu kau sudah mengetahui bukan...?"
"Yaa, belum lama kudengar."
"sebetulnya Gadis Naga berbaju hitam yang membawa
kedua pusaka dari Thian-lam itu masuk ke daratan
Tionggoan, Dengan mengandalkan kehebatan dua
mustika itu, secara beruntun dia mengalahkan banyak
sekali jago silat dari Utara maupun selatan sungai besar
hingga namanya menjadi amat termashur. Tapi dengan
semakin mashurnya nama Gadis Naga berbaju hitam,
orang yang mengincar dan ingin mendapatkan kedua
mustika itu pun makin bertambah...."
Tanpa terasa Lim Han-kim teringat kembali
pengalaman pahit yang menimpa diri-nya. Gara-gara

521
membawa pil mustika ia mendapat banyak pengalaman
pahit yang harus dialaminya, Tak kuasa lagi ia
menggumam sambil menghela napas panjang: "Bukan
saja benda mustikanya, tapi salah mereka yang rakus
dan ingin memperolehnya..."
Han si-kong tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha ha...
makin besar pohon itu makin banyak angin yang
menerpanya, Makin termashur orang itu makin banyak
pula gangguan yang mesti dihadapi Tapi, berapa banyak
orang yang mampu meninggalkan segala status dan
kedudukan untuk hidup sebagai rakyat biasa? Dengan
mengandalkan kehebatan mustika- mustika itulah Gadis
Naga berbaju hitam malang melintang dalam dunia
persilatan tanpa tandingan. siapa tahu di saat namanya
sedang pada puncaknya, tiba-tiba ia lenyap tak berbekas.
Bisa dibayangkan betapa gemparnya dunia persilatan
lantaran peristiwa itu, namun jejak Gadis Naga berbaju
hitam itu ibarat batu yang tenggelam di dasar samudra,
tiada sedikitpun titik terang yang didapat, otomatis kedua
mustika dari Thian-lam pun turut lenyap tak berbekas
mengikuti hilangnya gadis itu.."
ia berhenti sejenak untuk tertawa tergelak. kemudian
terusnya: "oya... aku lupa mengatakan satu hal
kepadamu, kau tahu Gadis Naga berbaju hitam adalah
seorang perempuan yang berwajah amat cantik,"

522
Dengan agak tertegun Lim Han-kim berpikir sejenak.
berapa saat kemudian ia baru bertanya: "Jadi orang
persilatan tidak tahu kalau Gadis Naga berbaju hitam
bertanding pedang dengan Thian-hok totiang?"
"Yaa, tak ada yang tahu. Dunia persilatan hanya tahu
kalau Thian-hok totiang berhasil menaklukkan jago
pedang berbaju perlente itu namun tiada seorang pun
yang tahu kalau Gadis Naga berbaju hitam ternyata
bertarung juga dengan Thian-hok totiang, seandainya
dua manusia aneh dari Thian-lam tidak bertanya sendiri
kepada Thian-hok totiang, mungkin aku pun tidak
mengetahui persoalan ini."
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya sambil
menghembuskan napas panjang, sementara mulutnya
tetap membungkam.
Han si-kong ikut menghela napas, sambungnya: "Bila
ditinjau dari berbagai peristiwa yang telah berlangsung,
aku mulai curiga dengan sikap pondok Lian-im-lu yang
menolak dikunjungi tamu serta tidak mengadakan
hubungan dengan umat persilatan. Rasa-rasanya hal ini
bukan lantaran ia suka menyendiri..."
"Yaa, aku pun berpendapat demikian," Lim Han-kim
membenarkan "Akupun dapat merasakan bahwa di balik
rumah-rumah gubuk yang tersebar dipuncak bukit itu
tersimpan suatu rahasia yang maha besar."

523
" Kini pedang usus ikan telah muncul dipondok Lianim-
lu, aku pikir tameng naga langit pun pasti sudah
terjatuh pula ke tangan kakek berambut putih itu,
bahkan bisa jadi Gadis Naga berbaju hitam yang telah
lenyap cukup lama pun mungkin...."
Mendadak ia menghentikan pembicaraannya. sambil
memandang langit nan gelap dia menghembuskan napas
panjang.
Dengan kedudukan serta nama besar Thian-hok
totiang dalam dunia persilatan, ia tak berani
sembarangan bicara dan menuduh sebelum berhasil
memperoleh bukti yang jelas.
Agaknya Lim Han-kim sudah mengetahui maksud hati
Han si-kong, sambil menghela napas dan menggelengkan
kepalanya ia berkata: "Walaupun di dalam rumah gubuk
itu tersimpan sesuatu rahasia, tapi sudah pasti bukan
Gadis Naga berbaju hitam, sekalipun sikap Thian-hok
totiang agak angkuh dan takabur, namun ia belum berani
melakukan perbuatan maksiat semacam itu."
"Aaah, kau jangan terlalu percaya dengan raut wajah
seseorang," kata Han si-kong sambil tertawa, "Ketahuilah
orang yang berkelana dalam dunia persilatan kebanyakan
adalah manusia berwajah jujur tapi berhati kejam. Aku
pikir jika Thian-hok totiang tidak mempunyai maksud
lain, dia pastilah seorang manusia berhati laknat...."

524
Mendadak ia sadar kalau tuduhan itu kelewat
gegabah, maka buru-buru ia tutup mulut "Locianpwee..."
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia yang
tergopoh-gopoh berkumandang datang memotong
pembicaraan Lim Han-kim yang belum selesai. Waktu itu
mereka berdua sudah turun dari tebing terjal dan
mendekati rumah gubuk yang menghadang di tengah
jalan itu.
suara langkah manusia yang berkumandang datang itu
berat sekali namun amat cepat Dalam sekejap mata telah
tiba di hadapan mereka berdua.
Ketika Lim Han-kim mengalihkan perhatiannya ke arah
suara tersebut, maka tampaklah dua orang dayang
berkaki besar dengan menggotong sebuah tandu
berwarna hitam sedang berjalan menuju ke arahnya
dengan terburu-buru.
Dalam jalanan setapak yang begitu sempit, Lim Hankim
harus menyingkir kesamping untuk memberi jalan
lewat buat tandu itu. sebaliknya Han si-kong
mengerutkan dahinya sambil mendengus dingin.
Bukan saja ia tak mau menyingkir, sebaliknya malah
menghadang persis di tengah jalan.
Meskipun dua orang dayang itu berkaki besar dan
berperawakan tinggi besar dan kuat, ternyata gerak gerik

525
tubuhnya amat lincah dan cepat, selain itu mata nya juga
besar, alisnya tebal, kulit badannya hitam pekat,
Andaikata tidak mengenakan pakaian wanita, mungkin
orang akan sulit untuk membedakanjenis kelamin
mereka.
Tandu berwarna hitam itu mempunyai tirai berwarna
hitam juga, Hal ini membuat orang luar susah untuk
melihat jelas wajah orang yang berada dalam tandu itu.
Tapi kalau dilihat dua orang dayang besar itu menempuh
perjalanan begitu cepat sampai sekujur badannya basah
oleh peluh, jelas mereka sedang mempunyai urusan
penting.
Dengan berdiri di tengah jalan, Han si-kong persis
menghadang jalan lewat tandu hitam itu, sehingga dua
orang dayang berkaki besar itu terpaksa harus berhenti
berlari.
Dengan penuh amarah dayang berkaki besar yang ada
di depan segera menghardik: "Hey, sudah buta
matamu?"
"siapa bilang?" jawab Han si-kong setengah mengejek
"Mataku masih sanggup melihat pemandangan yang ada
beberapa li di sekeliling sini, juga dapat membedakan
mana intan mana permata, malam amat sempurna"
" Kalau matamu belum buta, kenapa tidak cepat
menyingkir dari hadapan kami?"

526
"Aku memang sengaja untuk menghadang"
"Kau sengaja menghadang, kau berniat mencari garagara
dengan kami?" seru dayang berkaki besar itu
setelah tertegun sejenak.
Tampaknya Han si-kong sudah mempunyai rencana
yang matang, dengan ketus ia balik bertanya: " Kalian
menyusup ke mari secara sembarangan, tahukah kamu
tempat apakah ini?"
Dayang berkaki besar itu memperhatikan Han si-kong
sekejap. lalu jawabnya: "Tentu saja pondok Lian-im-lu.
Kami datang untuk mencari Thian-hok sangjin"
selama Han si-kong berbicara dengan dua orang
dayang berkaki besar itu, sesungguhnya sorot matanya
yang tajam selalu mengamati tokoh yang berada di balik
tandu hitam itu, tapi sayang tirai di depan tandu amat
tebal sehingga sulit baginya untuk melihat secara jelas,
Maka dengan suara keras serunya: "Hmmm, kalian
anggap berhak untuk berjumpa dengan Thian-hok
totiang?"
Jawaban tersebut kontan saja membuat si dayang
tertegun, Untuk sejenak ia tak tahu apa yang mesti
dijawab sehingga untuk beberapa saat la manya mereka
hanya berdiri mematung.

527
orang yang berada di dalam tandu itu benar-benar
tahan uji. ia sama sekali tidak menggubris ataupun
memberikan tanggapannya pada keributan yang tengah
berlangsung.
Padahal tujuan Han si-kong yang terutama adalah
memancing kegusaran orang yang ada dalam tandu itu
sehingga ia bisa menggunakan kesempatan itu untuk
mengetahui siapa gerangan dirinya. siapa sangka orang
yang berada dalam tandu itu sama sekali tidak memberi
tanggapan.
Agaknya Lim Han-kim sudah dapat menduga maksud
tujuan Han si-kong, selain itu dia sendiripun diliputi
perasaan ingin tahu dan ingin melihat siapa kah orang
yang berada dalam tandu, oleh sebab itu tetap berdiam
diri tanpa niat mencegah.
Dayang berkaki besar itu meski memiliki tubuh yang
kekar dan kuat namun reaksinya tidak terlalu cepat dan
otaknya tidak pintar, setelah termenung sampai lama
sekali baru ia menghardik dengan penuh amarah: "Kau
jangan bicara sembarangan, bukan kali ini saja kami
datang kepondok Lian-im lu"
"Ha ha ha.,. Pagi dan sore saja berbeda keadaan,
apalagi bukan pada hari yang sama. Belakangan ini
Thian-hok totiang sudah tidak menerima tamu lagi"

528
Agaknya dayang berkaki besar itu sudah tak sanggup
menyelesaikan keadaan itu, sambil berpaling tanyanya
kemudian: "Nyonya, katanya Thian-hok totiang sudah
tidak menerima tamu? Apakah kita perlu melanjutkan
perjalanan naik ke atas?"
"Terjang saja" Dari balik tandu berkumandang suara
jawaban seorang wanita.
Dayang berkaki besar itu mengiakan, sambil melotot
ke arah Han si-kong bentaknya: "Minggir kamu"
Dengan suatu gerakan yang amat cepat ia lancarkan
sebuah tendangan maut ke depan. Tendangan itu
meluncur ke muka dengan menimbulkan desingan angin
tajam, jelas kekuatan yang disertakan dalam serangan
tersebut kuatnya bukan alang kepalang.
Han si-kong kuatir terjangan itu berhasil melewati
hadangannya, ia tak berani menyingkir sambil
menyambut datangnya ancaman tersebut dengan sebuah
babatan maut, teriaknya: "Bagus sekali, ingin berkelahi
tampaknya"
Dalam posisi memikul tandu pada bahunya, gerak
gerik dayang berkaki besar itu jadi tidak terlalu lincah. ia
tak sanggup membendung datangnya ancaman tersebut
Dalam keadaan begini, terpaksa ia mundur dua langkah
untuk menghindari ancaman lawan, setelah itu sambil
menurunkan tandunya ke tanah, ia membentak keras

529
dan menerjang maju ke muka, sebuah pukulan keras
segera dilontarkannya.
Dengan perawakan tubuhnya yang tinggi besar, begitu
terlibat dalam pertarungan, maka gerak geriknya terlihat
persis seorang lelaki, pukulan maupun tendangan yang
dilancarkan semuanya menggunakan aliran keras yang
bertenaga kuat.
setelah menerima sebuah pukulan dan sebuah
tendangannya, Han si-kong mulai sadar bahwa lawannya
tak boleh dipandang enteng. Tenaga dalamnya segera
dihimpun ke dalam telapak tangan dan menyambut
datangnya terjangan itu dtngan keras melawan keras.
"Blaaammm..."
Begitu dua gulung tenaga pukulan itu saling
membentur satu sama lainnya, terjadilah ledakan keras
yang memekikkan telinga.
Akibat dari bentrokan ini, walaupun si dayang berkaki
besar itu berhasil digetarkan oleh serangan Han si-kong
hingga mundur dua langkah, sebaliknya Han si-kong
sendiripun merasakan tubuhnya bergoncang keras,
Dengan perasaan amat kaget pikirnya: "Hebat amat
tenaga pukulan perempuan ini...."
Dayang berkaki besar itu betul-betul pemberani dan
bernyali besar, setelah tertegun sejenak. la kembali
menerjang ke depan. Kaki dan tangannya digunakan

530
bersama untuk melancarkan serangkaian serangan
gencar.
Jangan dilihat perempuan itu kasar dan bertubuh
kekar, ternyata gerak serangannya sangat beraturan dan
memiliki perubahan yang amat banyak. Di tengah
kegarangan serangannya, tidak hilang ketelitian dan
kelembutan.
Mimpipun Han si-kong tidak menyangka bahwa
dayang berkaki besar yang tampaknya kasar dan bodoh
itu ternyata seorang jagoan yang amat tangguh, Dalam
keadaan begini terpaksa ia harus menghadapinya dengan
sepenuh tenaga.
Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah saling
menyerang sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, Bukan
saja tanda-tanda kalah tidak tampak, bahkan keteterpun
tidak.
Han si-kong betul-betul panik bercampur penasaran
Hawa murninya segera disalurkan makin hebat,
serangan-serangan yang dilancarkan juga makin lama
makin berat dan hebat.
Belasan gebrakan kemudian dayang berkaki besar itu
mulai keteter. Agaknya ia sadar bahwa kepandaiannya
belum cukup untuk mengungguli lawan, teriaknya keraskeras:
"Adik, cepat maju, aku sudah tak sanggupi"

531
Dayang berkaki besar yang berada di belakang
mengiakan Dengan cepat ia menerjang ke depan dan
melepaskan sebuah pukulan dahsyat dari sisi samping
musuh.
Han si-kong segera keluarkan jurus "Memetik Lima
senar Harpa" untuk membendung datangnya ancaman
tersebut. Menggunakan kesempatan inilah si dayang
yang menyerang duluan tadi cepat-cepat mundur dari
arena dan berdiri terengah-engah.
Dua orang dayang ini bukan cuma dandanannya saja
yang sama, perawakan maupun bentuk badannya hampir
sama, bahkan aliran silat yang dipergunakan juga tak
ber-beda, sama-sama main keras dan sama-sama
ganasnya.
Han si-kong segera mengerahkan seluruh kekuatan
yang dimilikinya untuk melancarkan serangkaian
serangan berantai Dalam waktu singkat ia sudah
melepaskan delapan pukulan dan sepuluh tendangan.
Betul juga, dayang berkaki besar itu mulai terdesak
hebat dan mundur berulang ka1i. Pada saat yang amat
kritis inilah, mendadak dari balik tandu berkumandang
suara bentakan nyaring: "Tahan"
Dayang berkaki besar itu mengiakan dan segera
melompat mundur dari arena, kemudian dengan sekali
lompatan mereka melayang balik ke tepi tandu.

532
Han si-kong tidak berusaha untuk mengejar hanya
sorot matanya dialihkan ke arah tandu itu sementara
diam-diam ia bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan yang tidak diinginkan
Terdengar suara perempuan dalam tandu itu
berkumandang lagi: "siapa kau?"
"Seorang lelaki sejati tak akan berganti nama, aku Han
si-kong"
Kembali perempuan dalam tandu itu tertawa dingin,
"Hmmmm, antara kita berdua tiada ikatan dendam atau
pun sakit hati, kenapa kau menghalangi perjalananku?"
"Dalam hatiku sedang diliputi suatu kecurigaan yang
tak terjawab, aku ingin menyaksikan wajah nyonya."
"Hmmm, menghadang perjalanan orang tanpa sebab
yang jelas, kau tak berbeda dengan kaum perampok.
hati-hati"
Menyusul selesainya perkataan itu, tidak tampak tirai
tandu itu berdesir, tahu-tahu saja sekilas cahaya putih
telah meluncur ke depan dengan luar biasa.
Han si-kong sudah berpengalaman dalam menghadapi
pertempuran pengetahuannya pun sangat luas. Begitu
melihat cahaya putih meluncur tiba, sepasang telapak
tangannya segera disilangkan di depan dada siap
menghadapi segala kemungkinan.

533
Tatkala cahaya putih itu sudah hampir mendekati
tubuhnya, Han si-kong baru menolak sepasang telapak
tangannya ke depan untuk melepaskan sebuah pukulan
dahsyat.
Dari kemampuan silat yang dimiliki dua orang dayang
berkaki besar itu, ia sudah menduga bahwa ilmu silat
yang dimiliki perempuan dalam tandu itu pasti luar biasa
hebatnya. Tak heran kalau dalam serangannya kali ini dia
sertakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya.
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat segera
menggulung keluar dari balik telapak tangannya,
meluncur ke muka dan menyongsong datangnya cahaya
putih yang sedang meluncur tiba itu.
Terhadang oleh tenaga pukulan yang dilancarkan Han
si-kong itu, cahaya putih tersebut mendadak terhenti
Hawa pedangnya menyurut dan tahu-tahu muncullah
seorang perempuan berbaju hitam yang memakai cadar
hitam di wajahnya.
Walaupun Han si-kong berhasil membendung
datangnya sergapan orang itu, namun ia sadar di hati
kecilnya bahwa penghadangan tersebut bisa berhasil
lantaran dia telah menggunakan segenap tenaga dalam
yang dimilikinya.
Kenyataannya biar pun serangan tersebut berhasil
terbendung, namun perempuan itu masih tetap bisa

534
berdiri tenang, Kejadian ini kontan saja membuat hatinya
bergetar keras, Untung pengalamannya cukup matang,
biar kaget tindak tanduknya tak sampai kalut, Tidak
menanti sampai perempuan berbaju hitam itu buka
suara, ia telah menegur lebih dulu: "Jika kulihat dari
dandananmu, kau tentu si Gadis Naga berbaju hitam...
bukan begitu?"
Perempuan berbaju hitam itu merasa tubuhnya agak
bergetar keras, pelan-pelan dia turunkan kembali
pedangnya ke bawah, setelah itu baru bertanya pelan:
"Ada urusan apa kau menghalangiku?" Han si-kong
tertawa terbahak-bahak
"Ha ha ha ha.... Kakak perempuanmu si Nenek Naga
berambut putih sudah puluhan tahun lamanya mencari
jejakmu, bahkan barusan dia masih datang kepondok
Lian-im-lu...."
"Sungguhkah perkataanmu itu?" Tidak sampai Han sikong
menyelesaikan perkataan nya, perempuan berbaju
hitam itu telah menukas dengan perasaan cemas.
"Selama hidup aku tak pernah berbohong."
"Terima kasih atas petunjukmu," kata perempuan
berbaju hitam itu kemudian sambil mengulapkan
tangannya, ia lalu membalikkan badandan menuju ke
tandunya. "Tunggu sebentar, Nyonya"

535
"Han tayhiap masih ada urusan apa lagi, cepat
katakan," suara perempuan itu berkumandang dari balik
tandu,
"Menurut pandanganku, tujuan kakak perempuan
mencari kau adalah untuk mendapatkan dua mustika dari
Thian-lam."
"Aku sudah tahu."
"Aku ingin mencari tahu nama seseorang"
"siapa?"
"Di atas pondok Lian-im-lu ada seorang kakek
berambut putih yang punya alis mata seperti mata
pedang, boleh aku tahu siapakah orang itu?"
perempuan berbaju hitam itu termenung sampai lama
sekali, kemudian balik bertanya: " Untuk apa kau
menanyakan orang itu? Dan dari mana kau bisa yakin
kalau aku pasti tahu?"
" Karena dia memegang pedang Usus Ikan, satu di
antara dua mustika Thian-lam, maka aku yakin dia pasti
kenal dengan dirimu, Aku menanyakan soal dia bukan
lantaran ada urusan penting, aku cuma kagum dengan
ilmu silatnya."
"oooh... dia adalah suamiku." jawab perempuan itu
kemudian. setelah itu ia mengetuk tandunya memberi

536
tanda, Dua orang dayang berkaki besar itu segera
mengangkat kembali tandunya dan meneruskan
perjalanan menelusuri jalan setapak,
"Nyonya, bersediakah kau memberitahu nama
suamimu?" teriak Han si-kong keras- keras. Namun
tandu itu sudah berlalu secepat hembusan angin, dalam
waktu singkat bayangannya telah lenyap di balik
tikungan.
Melihat tandu itu sudah menjauh, dengan kening
berkerut Lim Han-kim baru berbisik, "Mari kita pergi"
"Aaaai,.. tak kusangka Gadis Naga berbaju hitam
ternyata benar-benar masih hidup di dunia ini," gumam
Han si-kong,
"Locianpwee, kita sudah diusir orang dari puncak bukit
itu, Kejadian ini memang bukan suatu kejadian penting,
tapi kita sudah kehilangan muka, buat apa kau masih
mencampuri urusan orang lain?" Han si-kong segera
tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha.... saudara cilik, bukan aku si tua hendak
mengajari dirimu, kau masih perlu belajar selama dua
tahun dariku untuk turut terjun dalam sandiwara dunia
persilatan ini. Biarpun setiap orang bisa memerankan
sandiwara yang berbeda, namun intinya sama saja."

537
Lim Han-kim tertawa hambar, "Aku benar-benar tak
paham, apa sesungguhnya hubungan kita dengan Gadis
Naga berbaju hitam?"
"sebelum naik kepondok Lian-im-lu, aku selalu
menganggap Thian-hok sangjin sebagai seorang pendeta
yang suka hidup mengasingkan diri dan tidak senang
mencampuri urusan dunia persilatan, Tapi sekarang,
pandanganku terhadapnya sudah berubah sama sekali.
Pondok Lian-im-lu itu bukan saja sekedar tempat
pertapaan yang sepi dan terpencil sebaliknya justru
merupakan sebuah pusat komando dari suatu organisasi
rahasia, Thian-hok sangjin bisa memencilkan diri dan
tidak mau berhubungan dengan umat persilatan karena
ia ingin menghindari pengawasan orang lain atas dirinya.
Kejadian ini benar-benar sebuah rahasia besar dari
dunia persilatan selama puluhan tahun belakangan ini.
jika rahasia ini sampai terungkap. bukan saja dapat
menggemparkan dunia persilatan bahkan bisa pula
menjadi sangat terkenal Jago-jago di kolong langit baik
dari golongan hitam maupun putih akan menghadapi kita
dengan pandangan berbeda."
"Jadi menurut pendapat Locianpwee, pondok Lian-imlu
sebuah tempat yang digunakan untuk menghimpun
kekuatan besar serta membentuk suatu organisasi
rahasia?"

538
Han si-kong termenung sampai lama sekali, kemudian
baru ujarnya: "sulit bagiku untuk sampai menyimpulkan
persoalan ini, tapi dalam hatiku memang tersimpan
banyak pertanyaan yang mencurigakan hatiku. Kulihat
Thian-hok sangjin amat lihai dan berotak panjang, segala
tindak tanduk serta perbuatannya susah dibandingkan
dengan orang awam."
setelah angkat wajahnya sambil menghembuskan
napas panjang, sambungnya lebih jauh: "seperti juga
perkumpulan Han si-kong yang selama ini hanya
bergerak di wilayah Im-ciu dan Kui-ciu, siapa yang nyana
bila mereka telah mendirikan pula cabangnya di wilayah
Kanglam serta diam-diam menghimpun banyak jago
utama dari wilayah Kanglam? siapa pula yang menduga
diperkampungan Lak-seng-tong yang tidak ternama
ternyata berdiam seorang tokoh persilatan yang berilmu
tinggi?
siapa pula yang mengira si Gadis Naga berbaju hitam
yang sudah lenyap puluhan tahun, ternyata punya
hubungan dengan Thian-hok sangjin, dan dua mustika
dari Thian-lam yang diimpikan setiap umat persilatan
ternyata muncul di pondok Lian-im-lu, padahal setiap
peristiwa itu saja sudah cukup menggemparkan dunia
persilatan, tapi kenyataannya tidak diketahui siapa pun
dalam dunia persilatan, Aaaai.,. Meskipun aku merasa
banyak persoalan yang mencurigakan dan tidak

539
terjawab, namun tak berhasil kutemui sebab-sebab serta
alasan di balik semua itu"
"Bagaimana?" sela Lim Han-kim. "Apakah kau merasa
semua peristiwa ini saling bertahan dan berhubungan
satu sama lain-nya?"
"Aku hanya berpendapat demikian, tapi tidak berhasil
menghubungkan peristiwa yang satu dengan kejadian
yang lain."
Kemudian setelah berhenti sebentar, lanjutnya:
"Berbicara menurut pengalamanku berkelana dalam
dunia persilatan selama puluhan tahun, aku yakin dalam
satu dua hari mendatang, di pondok Lian-im-liu pasti
akan terjadi suatu peristiwa yang sangat mengejutkan
hati. Mungkin saja perubahan besar itu sudah mulai
berlangsung sekarang, Bila kau tak percaya: mari kita
cari suatu tempat yang tersembunyi untuk
menyembunyikan diri dan diam2 menyaksikan
perkembangan di tempat ini"
Agaknya Lim Han-kim mulai tertarik dengan tawaran
Han si-kong itu, setelah termenung berpikir sebentar
sahutnya: "Baiklah, aku akan menuruti perintah Locianpwee"
Han si-kong mengalihkan sinar matanya mengawasi
sekeliling tempat ini, sambil menuding kearah sebatang
pohon siong besar yang tumbuh di sebelah selatan dekat

540
dengan dinding tebing, katanya: "Pohon siong itu sangat
rimbun dan besar, lagi pula strategis letaknya, Dengan
bersembunyi di sana kita dapat mengawasi keadaan di
sekeliling tempat ini dengan sangat jelas."
Dua orang itu segera lari menuju ke pohon siong itu
dan menyembunyikan diri dibalik dedaunan yang rimbun,
Menggunakan kesempatan itu mereka pejamkan mata
sambil mengatur pernapasan.
Waktu itu hari sudah mulai gelap. Rembulan mulai
muncul di langit Timur dan tertutup oleh awan yang
tebal, cahaya bintang berkelap kelip membuat suasana
amat redup, ditambah hembusan angin malam yang
dingin, membuat keadaan di bukit itu amat gelap dan
suram.
Dari balik rumah gubuk yang dibangun di tengah
tikungan jalan setapak itu tiba-tiba terbentik sekilas
cahaya lentera. Biar pun tempat persembunyian kedua
orang itu dengan rumah gubuk tersebut berjarak cukup
jauh, namun di tengah kegelapan malam dan di bawah
cahaya lentera lamat-lamat mereka masih dapat
mengikuti keadaan di dalam rumah gubuk itu dengan
jelas.
setengah berbisik Han si-kong berkata: "saudara cilik,
tampaknya pandangan aku si kakaktua tidak salah, Coba
bayangkan rumah gubuk itu merupakan jalan penting
untuk menuju ke pondok Lian-im-lu. Menurut aturan,

541
semestinya mereka sembunyikan dan rahasiakan tempat
ini seketat mungkin, kenapa saat ini mereka justru
pasang lampu di tengah kegelapan malam? jelas ada
maksud- maksud tertentu."
"Ehmmm...." Lim Han-kim manggut-manggut.
"Dugaan Lociancwee memang sangat tepat"
Dengan mengerahkan segenap ketajaman matanya
dia awasi rumah gubuk itu lekat-lekat. Betul juga, dari
dalam rumah gubuk itu terjadi perubahan. sebuah
lentera berwarna merah dikerek naik ke atas sebatang
pohon siong yang tinggi di luar rumah. Di tengah
hembusan angin malam, lentera merah itu kelihatan
bergoncang tiada hentinya.
Menyaksikan semua itu, Han si-kong menghela napas
pelan dan bergumam sendiri "Aaaai... sebuah rahasia
besar yang menggetarkan dunia persilatan segera akan
tersingkap di bawah pandangan mata kita berdua...."
Mendadak Lim Han-kim menarik tangan Han si-kong
seraya berbisik: "Locianpwee, jangan bersuara, ada
orang datang"
Di tengah hembusan angin malam berkumandang
suara langkah kaki manusia yang sangat ringan, lalu
tampak dua sosok bayangan manusia meluncur datang
dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas
dari busurnya.

542
Dengan ketajaman mata Lim Han-kim, ia segera
mengenali dua sosok bayangan tersebut sebagai dua
orang tosu kecil yang membawa pedang, dengan
kecepatan luar biasa mereka meluncur menuju kearah
rumah gubuk itu.
"saudara cilik." Han si-kong segera berbisik "Bila
dugaanku tak salah, mungkin kehadiran dua orang tosu
kecil ini untuk menyelidiki jejak kita berdua."
"Kita berdua belum melalui rumah gubuk itu untuk
turun gunung, Mereka pasti tahu kalau kita bersembunyi
dalam bukit ini, padahal selat sempit ini tidak panjang,
dua sisi pun merupakan tebing terjal, aku rasa tempat
persembunyian kita segera akan ketahuan.
"Menurut pandanganku, mungkin mereka sudah tak
punya banyak waktu lagi untuk mencari jejak kita."
sementara pembicaraan masih berlangsung, lamatlamat
kedengaran suara ujung baju terh embus angin,
kembali terlihat dua sosok bayangan manusia berkelebat
mendekat. Kembali Lim Han-kim mengalihkan
pandangannya yang tajam, ia jumpai pendatang adalah
seorang tosu kecil berpedang dan seorang gadis
berpakaian ringkas warna hijau.
Gadis itu berusia sebaya dengan Han-gwat tapi gerak
geriknya lebih lincah dan enteng, kecepatan gerak

543
tubuhnya sangat mengejutkan. Tampaknya ilmu silat
yang dimilikinya jauh lebih hebat daripada ilmu silat yang
dimiliki Han-gwat.
Dua orang itu dengan kecepatan luar biasa melintas
lewat di depan pohon siong di mana Han si-kong dan Lim
Han-kim bersembunyi, langsung menerjang lari masuk ke
dalam rumah gubuk.
"Eeei, kelihatannya mereka bukan lagi menggeledah
jejak kita," bisik Han si-kong lagi. "Hahaha... pertunjukan
kali ini benar-benar menegangkan dan menarik hati. Kita
bakal disuguhi suatu tontonan yang mendebarkan hati."
sementara berbicara, tiga orang tosu kecil dan gadis
berbaju hijau yang masuk ke dalam rumah gubuk tadi
kini muncul kembali dengan senjata terhunus. Mereka
langsung memisahkan diri jadi dua rombongan dan mulai
melakukan pencarian serta penggeledahan yang seksama
di sekitar semak belukar, pepohonan dan balik tebing.
"Locianpwee," Lim Han-kim segera berbisik
"Tampaknya tempat persembunyian kita segera akan
ketahuan dan mereka temukan, lebih baik kita mencari
tempat persembunyian lain.
"Lebar selat ini tak lebih dari dua tombak. Kedua sisi
tebing pun curam dan terjal bagaikan mata pisau, selain
di balik semak belukar, mana ada tempat persembunyian

544
lain? jika mereka sampai menemukan tempat
persembunyian kita, terpaksa kita harus munculkan diri."
Waktu itu dua orang tosu kecil telah memeriksa
sampai di bawah pohon siong di mana mereka
menyembunyikan diri
saat itu malam sangat gelap. sinar rembulan tertutup
oleh awan hitam, ditambah lagi pohon siong itu sangat
rimbun, maka walaupun dua orang tosu kecil bersenjata
itu sudah sampai di bawah pohon, mereka tak berhasil
mengetahui jejak kedua orang itu.
Tapi rimbunnya pohon siong telah menimbulkan
kecurigaan dua orang itu, si tosu kecil di sebelah kiri
segera mengambil sebutir batu gunung dan
menyambitkannya ke atas.
Dengan menimbulkan desingan angin tajam, batu
cadas itu melesat ke udara, membelah dedaunan yang
rimbun dan menyambar persis di atas kepala Han Si
kong, menghajar bagian atas tebing terjal.
Sambil menghimpun tenaga murninya Han Si kong
bersiap sedia menghadapi segala kemungklnan yang tak
diinginkan. Dia tutup pernapasannya untuk tidak
memberi tanggapan. Terdengar tosu kecil yang di
sebelah kanan berkata: "Dedaunan pohon siong ini
sangat rimbun dan merupakan tempat persembunylan

545
yang sangat tepat coba kau jaga di bawah, aku akan naik
ke atas untuk memeriksa."
BAB 17. Dewi Seratus Racun
Mendengar perkataan itu, Lim Han- kim segera
berpikir: "Biarpun dedaunan pohon siong ini sangat
rimbun, namun luasnya cuma satu kaki. Tidak susah bagi
mereka untuk menemukan jejak kita. Dari pada ditemukan,
lebih baik tampilkan diri saja seCara gagah...."
Baru saja dia hendak melompat ke luar dari tempat
persembunyiannya, mendadak dari kejauhan sana
terdengar suara orang membentak: "Ada di sini...."
Dua orang tosu kecil berpedang yang ada di bawah
pohon segera menyahut dan meluncur ke asal suara tadi.
Memandang dua sosok bayangan itu menjauh, Han Si
kong menghembuskan napas panjang sambil bergumam:
"Berbahaya... sungguh berbahaya... nyaris tempat
persembunyian klta ketahuan...."
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya,
segera ujarnya lagi: "sungguh aneh, mana mungkin ada
jago tangguh bersembunyi dalam selat sempit ini?"
Lim Han-kim menyingkap dedaunan yang menutupi
tubuhnya dan enjot ke depan, tampak olehnya sesosok
bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan

546
sambaran petir sedang berlarian di selat tersebut,
sementara dua sosok bayangan manusia mengejar dari
belakang.
Tapi sayang jalan di selat itu sempit, dan lagi hanya
terdiri dari satu jalanan saja. Bagaimana pun cepatnya
orang itu berlari, akhirnya pasti akan terhadang juga
oleh para pengejar.
Mungkin orang itu pun sadar kalau ia tak mungkin
melarikan diri lagi. setelah sampai di tempat yang agak
lebar dan datar, ia segera berhenti dan siap menghadapi
musuh.
Dalam waktu singkat para pengejar telah tiba, Dua
bilah pedang dengan membawa kilatan cahaya tajam
langsung menusuk ke muka, saat itu malam semakin
gelap hingga suasana amat redup, walaupun Lim Hankim
dan Han si-kong memiliki ketajaman mata yang luar
biasa, susah bagi mereka untuk mengikuti jalannya
pertempuran itu dengan seksama.
Tampak tiga sosok bayangan manusia saling mengejar
dan saling bergebrak. Cahaya pedang berkilauan
membelah udara.Bila dilihat situasi pertarungan,
tampaknya pertempuran itu berlangsung amat sengit.
sambil menghela napas Han si-kong berkata: "saudara
cilik, tampaknya ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat
tangguh, Hanya anehnya, dalam pertarungan sengit yang

547
mempertaruhkan nyawa seperti ini, kenapa ia masih
enggan menggunakan senjata?"
Lim Han-kim sendiri pun merasa agak heran, Biasanya
kaum persilatan yang melakukan perjalanan dalam dunia
kangouw, kebanyakan menggembol senjata tajam untuk
persiapan, tapi kali ini ternyata sangat berbeda.
Mendadak dari balik rumah gubuk yang dibangun
persis di tengah jalan setapak itu berkumandang suara
suitan panjang yang amat nyaring, menyusul kemudian
terlihat sebuah lentera merah kembali dikerek naik.
Di tengah kegelapan malam yang mencekam, lentera
merah itu kelihatan luar biasa menyoloknya, juga penuh
diliputi kemisteriusan dan keanehan-
Dua orang tosu kecil yang menyusul ke arena
pertarungan itu pada awainya tidak bermaksud turun
tangan, namun setelah mendengar suitan panjang dan
melihat di-kereknya lentera merah, tiba-tiba saja sambil
memutar pedang mereka menyerbu ke dalam arena.
Han Si-kong segera mendengus dingin, "Hmmmm,
sungguh memalukan, Tak nyana anak buah Thian-hok
totiang hanya kawanan manusia yang mencari
kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyak." ia
sudah menaruh kesan jelek terhadap Thian-hok sangjin,
ditambah lagi setelah menyaksikan pelbagai peristiwa
yang penuh diliputi rahasia, menyebabkan ia

548
berpendapat bahwa Thian-hok Sangjin tak lebih hanya
seorang manusia munafik yang saleh di luar namun keji
di hati kecilnya.
oleh sebab itulah ia menaruh kesan yang buruk pula
terhadap segenap orang yang ada dipondok Lian-im-lu
itu, Ketika melihat mereka mengandalkan jumlah banyak
untuk merebut kemenangan, malahan empat bilah
pedang mengerubuti seseorang yang tidak bersenjata,
timbullah perasaan tidak senang di hati kecilnya.
Di tengah keheningan malam, keempat bilah pedang
itu menciptakan lapisan kabut pedang yang
menggidikkan hati. Mereka kepung musuhnya yang
bertangan kosong itu rapat-rapat.
Berpuluh gebrakan sudah lewat, namun keadaan
masih tetap berimbang, menang kalah sukar ditentukan.
pada saat inilah, orang yang berada di dalam rumah
gubuk itu telah menaikkan lentera merah yang ketiga.
Lim Han-kim sangat keheranan melihat ketiga lentera
merah yang dinaikkan itu, ia tak tahu apa maksud dan
tujuan setiap lentera merah yang dikerek naik itu Ketika
berpaling, ia jumpai Han si-kong sedang pusatkan semua
perhatiannya untuk menyaksikan pertarungan kelima
orang itu, sementara mulutnya mengumpat tiada
habisnya, Melihat itu Lim Han-kim merasa kurang leluasa
untuk mengusik perhatian-nya.

549
Tapi situasi terus berubah, satu peristiwa disusul
peristiwa berikut, Ketika lentera merah ketiga telah
dinaikkan, suara pekikkan panjang sekali lagi
berkumandang, disusul kemudian sederet manusia
muncul dari balik rumah gubuk itu.
Lim Han-kim buru-buru mengerahkan ketajaman
matanya untuk memandang. Lamat- lamat ia saksikan
sebuah tandu berbentuk aneh yang digotong empat
orang telah muncul dari balik kegelapan, di atas tandu itu
agaknya duduk sesosok manusia.
Dari sudut lain kembali muncul beberapa sosok
bayangan hitam yang meluncur datang dengan
keCepatan luar biasa, perubahan yang terjadi sangat
mendadak ini membuat anak muda ini tak dapat berpikir
lebih jauh. Kehadiran masing-masing pihak sungguh
teramat cepat, dalam waktu singkat mereka telah tiba di
sisi arena pertempuran.
orang yang tiba paling duluan adalah tosu berjubah
kuning, dia tak lain adalah Thian-hok sangjin, Begitu
sampai di sisi arena dan melihat situasi pertarungan, ia
segera menghardik nyaring: "Tahan"
Ketiga orang tosu kecil dan gadis berbaju hijau itu
segera mengiakan dan menghentikan serangan, masingmasing
mundur sejauh lima depa dari posisi semula.
Dalam saat itu tandu berbentuk aneh itu sudah berjalan
makin dekat hingga keadaannya nampak lebih jelas,

550
ketika Lim Han-kim mengamati lebih nyata, hatinya
segera bergetar keras.
Ternyata tandu yang tampak berbentuk aneh dari
kejauhan itu adalah sebuah pembaringan lemas
berbentuk persegi panjang, sedang keempat orang yang
menggotong tak lebih hanya gadis-gadis berperawakan
kecil mungil, Di atas pembaringan lemas itu duduk
seorang perempuan berjubah merah, angin malam yang
berhembus lewat mengibaskan ujung bajunya.
Pada saat itu Thian-hok sangjin telah berada dalam
jarak tujuh delapan depa dari para pendatang, di
belakang tosu itu kelihatan si kakek berambut putih
sedang yang seorang lagi adalah si lelaki setengah umur
berbaju hitam yang berwajah dingin.
orang itu berdiri di samping si kakek berambut putih
dengan pedang terhunus, ia tak lain adalah manusia
dingin yang menghalangi Lim Han-kim berdua naik bukit
baru-baru ini.
Tampak Thian-hok sangjin memberi hormat kepada
perempuan yang ada di tandu tersebut, kemudian sambil
berpaling ke tempat persembunyian Lim Han-kim serta
Han si-kong serunya lantang: "Kalau toh kamu berdua
ingin menonton keramaian ini, kenapa tidak tampilkan
diri"

551
suara teriakan itu tidak terlalu keras namun nyaring
dan jelas sekali, setiap patah kata bagaikan palu yang
menggodam telinga Lim Han-kim serta Han si-kong.
Melihat hal ini Lim Han-kim jadi keheranan, segera
bisiknya: "Aneh benar, masa Thian-hok sangjin dapat
menemukan tempat persembunyian kita hanya dalam
sekilas pandangan?"
"Mustahil," Han si-kong menggeleng, "Tapi ia dapat
menduga bahwa kita pasti bersembunyi di atas pohon
cemara ini, di sinilah pentingnya pengetahuan dan
pengalaman dunia persilatan. Ayoh, kita turun saja, toh
tempat persembunyian kita sudah ketahuan, lebih baik
kita muncul secara terang-terangan."
"Ehmm, akupun punya maksud Begitu."
Tanpa membuang waktu lagi mereka melompat turun
dari atas pohon cemara dan menuju ke arena dengan
langkah lebar.
Han si-kong menyusul ketat di belakang Lim Han-kim.
Dengan kecepatan gerak tubuh mereka, hanya dalam
sekejap mata kedua orang itu sudah tiba di sisi Thianhok
sangjin-
Kakek berambut putih itu berpaling memandang
mereka berdua sekejap. ia seperti hendak mengucapkan
sesuatu namun niat tersebut kemudian diurungkan

552
sementara itu awan hitam yang menyelimuti angkasa
telah tersebar oleh hembusan angin kencang, dari balik
awan tersirat selapis cahaya rembulan yang remangremang.
Cahaya rembulan menyinari perempuan berbaju
merah yang duduk di tandu, menciptakan seberkas
lukisan yang sangat indah. Di balik kain merah yang
terhembus angin tampak gadis itu, hanya mengenakan
kutang di dadanya serta sebuah gaun pendek sepanjang
lutut, lengannya yang putih mulus serta kakinya yang
telanjang kelihatan menyolok sekali di balik warna merah
pakaiannya.
ia mempunyai rambut panjang sebahu, alis mata
bagaikan semut beriring, hidung yang mancung dan bibir
yang merah merekah, waktu itu dia duduk tak bergerak
dengan mata terpejam
Setelah mendeham beberapa kali Thian-hok Sangjin
baru berkata: "Bila pintu tidak menyambut kedatangan
dewi dari kejauhan, harap dewi suka memaafkan."
Mendadak perempuan berbaju merah itu membuka
matanya, sorot matanya tajam mencorong ke luar
menatap wajah Thian-hok Sangjin lekat-lekat, kemudian
sambil tertawa dingin jengeknya: "He he he he... untung
arwah suhu melindungi sehingga totiang masih hidup
segar bugar di dunia ini."

553
Thian-hok Sangjin mendongakkan kepalanya tertawa
terbahak-bahak. "Ha ha ha ha... bila aku mati muda,
bukankah sia-sia saja nona menunggu saat selama lima
belas tahun ini...."
Mendadak perempuan berbaju merah itu bertepuk
tangan nyaring, keempat dayang penggotong tandu itu
segera menurunkan tandunya ke atas tanah. Dari balik
kutang-nya perempuan berbaju merah itu mengeluarkan
sepucuk surat, lalu sambil dilemparkan ke depan,
katanya:
"Sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan, suhu tinggalkan surat ini. Lebih baik kau
baca dulu isi surat tersebut sebelum kita bertempur
habis-habisan."
Thian-hok sangjin menerima surat rahasia itu.
sampulnya dibuka dan dibaca isinya di bawah sinar
rembulan, Tiba-tiba paras mukanya berubah hebat.
setelah menghela napas panjang, katanya: "Aaaai...
gara-gara salah melangkah mengakibatkan terjadinya
peristiwa ini. Aku sungguh menyesal sekali, aku bersedia
menggunakan sisa kehidupanku ini untuk membayar
kesalahan itu...."
Tiba-tiba kakek berambut putih itu merampas surat
rahasia tersebut sambil bertanya: "Apa sih isi surat itu?"

554
Reaksi Thian-hok sangjin ternyata lebih cepat, ia
menarik tangan kanannya ke belakang lalu buru-buru
menyimpan surat tersebut ke dalam sakunya. setelah itu
sahutnya sambil tertawa getir: "Aaaai... Aku sudah
mendekati liang kubur, mati hidup bukan menjadi
masalah besar lagi bagiku, apalagi kepergianku kali ini
belum tentu harus mati...."
sesudah berhenti sejenak. sambungnya lebih jauh:
"Selama hidup aku tak suka mencari pangkat maupun
nama. Tiada persoalan di dunia ini yang perlu
kurisaukan, satu-satunya masalah yang membuat hatiku
tak lega adalah keempat bocah pencari obat yang sudah
banyak tahun mengikutiku. Aku harap saudara Pek
bersedia merawat mereka,anggap saja sebagai balas
budi hubungan persahabatan kita selama ini."
sepasang mata kakek berambut putih itu melotot
besar, tiba-tiba ia maju dua langkah sambil menghadang
di depan Thian-hok sanjin, Lalu kepada perempuan
berbaju merah itu ujarnya dingin: "Thian-hok lotiang
sudah lama hidup mengasingkan diri, dia sudah tak mau
berkelahi lagi dengan orang lain, Beda dengan aku
seorang awam, tidak sulit bila nona ingin mengajak pergi
saudara Thian-hok, tapi kau mesti kalahkan pedang
mustika Pek Khi-hong dulu"
Mendadak Han si-kong merasa dadanya seperti
dihantam dengan bogem mentah, sekujur tubuhnya

555
bergetar keras, tak kuasa lagi ia menjerit tertahan:
"Haaah...? Pek Khi-hong...? Pek Khi-hong...?"
"Locianpwee, kau kenal dia?" Dengan keheranan Lim
Han-kim berpaling sambil memandang Han si-kong
sekejap.
"Bukan hanya aku seorang yang kenal dengan tokoh
sangat ternama ini, hampir semua jago kenamaan dalam
dunia persilatan pernah mendengar nama besar itu,
namun yang bisa bertemu dengannya boleh dibilang
sedikit, sedikitnya....,"
sementara itu si perempuan berbaju merah itu telah
berkata dengan suara dingin: "Kau berani maju
menghadang, aku percaya ilmu silatmu tentu luar biasa
hebat-nya"
Tiba-tiba Thian-hok sangjin menghadang jalan maju
Pek Khi-hong, ujarnya dengan serius: "saudara Pek, bila
kau masih ingat dengan hubungan persahabatan kita,
harap kau jangan mencampuri urusanku"
Pek Khi-hong agak tertegun, tapi ia mundur juga ke
samping, Kepada perempuan berbaju merah itu Thianhok
sangjin segera memberi tanda, serunya: "Mari kita
berangkat." Perempuan berbaju merah itu tertawa.

556
"Semula kuduga pasti akan berlangsung suatu
pertempuran sengit, sungguh tak disangka begini
gampang...."
"Aaaai...." Thian-hok Sangjin menghela napas
panjang, "Aku tak ingin bertarung melawan nona."
Kembali perempuan berbaju merah itu tertawa.
"Kau harus mengerti, nama besar Dewi Seratus Racun
bukan nama kosong, Bila kau tak puas untuk menyerah
dengan Begitu saja, tak ada salahnya jika kita coba-coba
adu kepandaian"
Thian-hok Sangjin segera mengerutkan dahinya, di
balik keseriusan wajahnya terlintas hawa amarah yang
meledak, namun hanya sekejap saja telah pulih kembali
dalam ketenangan, pelan-pelan ujarnya: "Aku siap
menerima semua perintah nona."
"Aku hendak mengenakan seperangkat alat hukuman
ke tubuhmu."
"Aku siap menerima."
Tiba-tiba perempuan berbaju merah itu bersuit
rendah, Dari atas kursi malas berlapis kulit binatang itu
tiba-tiba melesat lewat sekilas cahaya berwarna kuning
yang langsung menerkam ke tubuh Thian-hok Sangjin.
Dengan kening berkerut Lim Han-kim berpikir. "Senjata

557
rahasia macam apa itu? Masa dapat merantai orang
secara otomatis?"
Tampak cahaya berwarna keemas-emasan itu
mengelilingi tubuh Thian-hok Sangjin beberapa kali lalu
berhenti dengan sendirinya. Ketika semua orang
memperhatikan dengan lebih seksama, maka terjadilah
kegaduhan, ternyata cahaya keemas-emasan yang
meluncur tadi tak lain adalah seekor ular yang aneh
sekali bentuknya. Besarnya seibu jari, sedang lidah
bercabang duanya berwarna merah menyala.
Saat ini tubuh ular tersebut telah melingkari tubuh
Thian-hok Sanjin dan berhenti pada lehernya, sementara
kepalanya dengan membawa suara desisan ngeri persis
bergerak di hadapan wajah imam tersebut.
Terdengar perempuan berbaju merah itu tertawa
terkekeh-kekeh sambil berkata:
"Ular rantai emasku ini termasuk satu ular paling
beracun di kolong langit. Bukan saja bisanya sangat
mematikan, lagi pula badannya sangat kuat dan tidak
takut ketajaman senjata, jangan coba-coba memenggal
tubuhnya dengan mengandalkan senjata...." Waktu itu
perasaan semua orang sudah diliputi perasaan ngeri dan
seram.
siapa pun tidak menyangka seekor ular ternyata
mampu diperintah oleh perempuan berbaju merah itu

558
serta menerkam korbannya sesuai dengan perintah,
Mereka tak habis mengerti sebenarnya dengan Cara
apakah perempuan itu bisa memberi perintah kepada
ujarnya sehingga mau menuruti semua kata dan
perintahnya.
Dalam saat itu awan tebal telah buyar, sinar rembulan
memancarkan sinar dengan terangnya. si Dewi seratus
raCun yang berbaju merah ternyata berwajah Cantik
jelita dengan kulit badan yang putih bersih.
siapa pun tak akan menyangka kalau perempuan
seCantik ini ternyata adalah seorang penjinak ular,
Dengan sepasang biji matanya yang bening perempuan
itu memandang sekejap wajah para jago di sekitar arena,
lalu katanya lagi: "Nah, saudara-saudara sekalian, siapa
di antara kalian tidak puas, boleh saja untuk coba-coba
turun tangan...."
Mendadak ucapannya terputus sedang sinar matanya
berhenti di wajah Lim Han-kim. Anak muda itu tertawa
dingin, pelan-pelan ia melengos kearah lain.
Perempuan berbaju merah itu kelihatan
menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan
sesuatu tapi kemudian diurungkan. setelah termenung
sejenak. dengan suara dalam ia baru berkata lagi: "Bila
di antara kalian ingin menggunakan serangan bokongan
untuk melancarkan serangan, jangan salahkan jika ular
rantai emasku berpaling dan memagut Thian-hok

559
sangjin, Ketahuilah pagutan beracunnya bisa mematikan
korbannya dalam waktu singkat...."
Bicara sampai di situ ia segera melompat naik ke
tandunya dan memberi perintah: "Ayo kita berangkat"
Empat orang dayang berwajah cantik itu segera
menggotong tandu tersebut dan berlalu dari situ, Di
bawah sinar rembulan, terlihatlah di sekeliling tandu itu
mulai bermunculan banyak sekali ular-ular berbentuk
aneh. sambil menjulurkan lidahnya ular-ular itu bergerak
kian ke mari dengan amat menjijikkan.
Menyaksikan semua ini Lim Han-kim merasa sangat
terkesiap. segera ia berseru kepada Han si-kong: "Aneh
betul, tak tersangka di bawah tempat duduknya berlapis
kulit binatang bisa- bermunculan Begitu banyak ular
beracun...."
"Tak sedikit jumlah orang pandai dalam dunia
persilatan, termasuk juga pelbagai kejadian yang anehaneh.
Aku rasa kejadian semacam ini tak perlu kau
herankan lagi."
Tampak si Dewi seratus Racun dengan tenang dan
santainya duduk dikelilingi beratus jenis ular beracun,
Kehadiran binatang melata tersebut seakan-akan bukan
gangguan baginya.

560
Thian-hok sangjin mengikuti di belakang tandu itu
dengan wajah murung, Ular rantai emas yang melilit di
tubuhnya takjauh berbeda bagaikan seutas rantai emas
yang merantai sekujur badannya.
Mendadak Pek Khi-hong mendongakkan kepalanya
sambil menghembuskan napas panja rambut putihnya
kelihatan bergetar keras, tanpa bicara sepatah katapun ia
mengejar dari belakang.
sebetulnya Han si-kong sudah menaruh kesan yang
sangat jelek terhadap Thian-hok sangjin, tapi setelah
menyaksikan peristiwa ini timbul juga perasaan simpati
dan kasihan di hati kecilnya, kepada Lim Han-kim segera
bisiknya lirih: "saudara cilik, mari kita kejar untuk melihat
kejadian selanjutnya.,,."
semua orang yang hadirdi arena tanpa sadar
menggerakkan langkah masing-masing mengejar di
belakang Pek Khi-hong dan menyusul rombongan Dewi
seratus Racun.
sepanjang jalan Lim Han-kim merasa pelbagai
pertanyaan melintas di dalam benaknya, Dia tak habis
mengerti siapa gerangan orang yang dapat memaksa
Thian-hok sangjin menyerah dengan Begitu saja
membiarkan badannya dililit ular beracun dan mengikuti
si Dewi seratus Racun untuk menerima hukuman berat.

561
Tiba-tiba satu ingatan melintas di dalam benaknya, tak
kuasa lagi ia bergumam sendiri: "Aaaah betul, kunci dari
persoalan ini tentu terletak pada surat rahasia yang
diterimanya itu."
"Apa katamu? surat rahasia?" tanya Han si-kong.
"Betul, Thian-hok sangjin bisa menyerah dengan
begitusaja, hal ini pasti ada kanannya dengan isi surat
rahasia itu"
"Ehmmm, betul juga perkataanmu itu." setelah
berpikir sejenak Han si-kong manggut-manggut. "Asal
kita bisa mendapatkan surat rahasia yang disimpan
dalam saku Thian-hok sangjin, tidak sulit bagi kita untuk
memahami rahasia di balik semua peristiwa ini "
sementara pembicaraan berlangsung, mereka sudah
mendekati rumah gubuk di tengah jalan itu, Tampak
seorang lelaki setengah umur berbaju biru yang
memelihara jenggot kambing berdiri di depan gubuk itu
dengan wajah serius. Mukanya berkerut penuh gejolak
emosi dan hawa amarah, diawasinya wajah Dewi seratus
Racun tanpa berkedip.
sebaliknya Dewi seratus Racun sendiri duduk dengan
mata terpejam, sama sekali tak memandang kearah
orang itu sekejap pun, sementara itu keempat orang
dayang-nya menggotong tandu itu lewat dari sisinya
tanpa banyak bicara pula, Ketika lewat hampir saja ularTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
562
ular beracun itu menyerempet tubuh lelaki berbaju biru
itu.
Ternyata manusia berbaju biru itu memiliki
ketenangan yang luar biasa. ia sama sekali tak berusaha
menghindari, memandang pun tidak ular-ular yang
hampir menyentuh wajahnya itu. sinar matanya tertuju
seratus persen pada wajah Thian-hok sangjin yang
berjalan mengikuti di belakang tandu itu.
Bibirnya kelihatan bergetar, akan tetapi tak
kedengaran suara apa pun, cuma dua baris air matanya
saja yang tampak berderai dengan derasnya.
Thian-hok sangjin berhenti sebentar sambil menengok
orang berbaju biru itu, lalu katanya sambil tersenyum:
"Rumah gubug ini sudah membelenggu sepasang kakimu
hampir puluhan tahun lamanya. Kepergianku kali ini
entah sampai kapan baru kembali lagi, kalian pun boleh
pergi meninggalkan tempat ini."
" orang baik selalu dilindungi Thian, Kepergianku kali
ini tentu akan selamat tanpa kekurangan sesuatu apa
pun Jui Lip bersedia jadi budak selama hidup dan siap
menanti kepulangan majikan di rumah gubug ini." Thianhok
sangjin tertawa pelan.
"Bodoh, tiada perjamuan di dunia ini yang tak akan
bubar. Di dunia pun tak akan ditemukan obat mustika
yang membuat orang panjang umur, Apa lagi

563
kepergianku kali ini belum tentu mati, meski mungkin
aku tak akan balik ke mari lagi, aku rasa kalian tak perlu
menunggu kepulanganku lagi."
Tiba-tiba Jui Lip menjatuhkan diri berlutut Dengan air
mata bercucuran ujarnya pedih: "selama hayat masih
dikandung badan, aku Jui Lip tak akan duduk berpangku
tangan...."
sambil tertawa Thian-hok sangjin gelengkan kepalanya
berulang kali.
"Kau keliru, Kepergianku kali ini bersumber pada
kerelaanku sendiri, bagaimana mungkin kau malah
mendendam orang lain? Kau pun tak usah punya ingatan
untuk menolong aku sehingga menimbulkan pertikaian
dunia persilatan yang tak berguna. Aaai... Usiaku sudah
mendekati masa senja, sekalipun harus mati juga tak
perlu disesali...."
Mendadak terdengar Dewi seratus racun yang duduk
di atas tandu itu berseru dengan nada ding in: "Ayo,
cepat berangkat."
Pek Khi-hong dengan mata yang melotot merah
membentak pula: "Hmmm, kau anggap ular rantai emas
itu merupakan ancaman yang berbahaya? Bagaimana
kalau mencoba ketajaman pedangku?"

564
Diiringi suara bentakan nyaring, cahaya pelangi
berwarna kehijau-hijauan membabat ke muka dengan
kecepatan luar biasa. Gerakan tubuhnya sangat cepat
bagaikan sambaran kilat, sekilas menyelinap tampak
selapis cahaya berkilauan mengurung kepala ular rantai
emas tersebut.
Tiba-tiba tampak Thian-hok sangjin miring kan
tubuhnya dengan cepat menyelinap ke muka, lalu sebuah
tendangan dilontarkan menghantam perut Pek Khi-hong.
Melihat datangnya tendangan ini, buru-buru Pek Khihong
menarik kembali tubuhnya yang sedang menerjang
maju, setelah mundur lima langkah, dengan pedang
disilangkan di depan dada serunya emosi: "To-heng, kau
benar-benar rela pergi bersama siluman perempuan itu?"
seperti menjawab tapi juga bukan Thian-hok sangjin
berkata: "Dua manusia aneh dari Thian-lam memiliki ilmu
silat yang sangat hebat, Saudara Pek harus
menghadapinya dengan berhati-hati. Paling baik kalau
bisa kau jelaskan persoalan yang sebenarnya sehingga
pertikaian berdarah dapat dihindari...."
setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan
"Putri kesayanganmu cantik lagi cerdik, sayang mengidap
penyakit aneh yang parah, semoga Thian maha pengasih
dan memberi jalan bagi saudara Pek untuk mendapatkan
obat mustika secepatnya sehingga kesehatan putrimu
segera sembuh kembali..."

565
Ia mengangkat kepalanya sambil menghela napas
panjang, kemudian sambungnya lebih jauh: "saat ini
kekacauan sudah mulai melanda dunia persilatan Badai
besar segera akan menyelimuti dunia, Meskipun aku
tidak pergi kali ini, rasanya sulit juga bagiku untuk
menentramkan badai itu. Kulihat putrimu yang paling
cocok menjadi juru mudi dalam menentramkan
gelombang ini...."
Dari kejauhan tiba-tiba kedengaran seseorang
berseru: "Empek. tunggu sebentar, keponakan khusus
datang untuk mengantar kepergianmu"
Ketika berpaling tampak sebuah tandu kecil berwarna
hijau yang digotong dua orang dayang sedang berlari
mendekat, Dalam waktu singkat mereka sudah sampai di
depan beberapa orang itu
Tirai tandu segera tersingkap dan muncullah seorang
gadis berbaju putih yang amat lemah, Di bawah cahaya
rembulan tampak gadis itu berjalan dengan tubuh yang
sangat lemah. Warna kulitnya seputih warna bajunya,
gadis itu tampak Begitu lemah sehingga amat
mengibakan hati.
Buru-buru Thian-hok sangjin berseru: "Angin gunung
sangat kencang, keponakan, buat apa kau mesti
menyiksa dirimu sendiri?"

566
"Empek seorang yang bijaksana dan berhati mulia."
kata gadis berbaju putih itu sambil bersandar di bahu
seorang dayang-nya. " Kebesaran jiwamu mengibakan
hati siapa pun- Bila keponakan masih bisa hidup tiga
tahun lagi, aku pasti akan turut menyambut kepulangan
empek...."
sambil tertawa sedih Thian-hok sangjin menggeleng:
"Aaaai.... tampaknya tiada harapan lagi bagiku untuk
bisa terkubur dipondok Lian-im-lu."
"Empek tak usah kuatir, Kau tak usah merisaukan
masa depanmu, siapa sih yang tak kenal dengan dirimu?"
Thian-hok Sangjin merasakan semangatnya berkobar
kembali, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak-bahak. "Manusia hidup seabad pun bagaikan
impian, yang penting hati kita sebersih cahaya rembulan.
Keponakanku, kau harus baik-baik menjaga diri, aku
harus berangkat sekarang"
Selesai berkata, dengan langkah lebar ia mengejar
rombongan dewi seratus racun"
Memandang bayangan punggung Thian-hok sangjin
yang semakin menjauh, gejolak emosi yang menyelimuti
wajah Pek Khi-hong makin menggelora, tiba-tiba ia
bersuit nyaring dan melakukan pengejaran.

567
"Ayah... tunggu sebentar...." jerit gadis berbaju putih
itu cepat, Dengan tubuhnya yang Begitu lemah, untuk
bicara saja sudah membutuhkan banyak tenaga apa lagi
mesti menjerit keras sekarang, seluruh kekuatan
tubuhnya boleh dibilang habis digunakan, belum habis
ucapan itu ia sudah terbatuk-batuk.
Cepat-cepat Pek Khi-hong menghentikan langkahnya
seraya berseru: "Nak, beristirahatlah di atas tandu, Udara
malam sangat dingin, kau tak bakal tahan-.."
"Ayah, kau penuhilah keinginan empek" bisik gadis
berbaju putih itu sambil memegangi dadanya.
"Nak. tahukah kau empek Thian-hokmu akan pergi ke
mana?"
"Aku tahu, dia hendak pergi ke istana panca racun di
tebing Toan-cong-tay...."
"Tahukah kau istana panca racun adalah tempat
macam apa?"
"Kota neraka yang dipenuhi oleh pelbagai binatang
beracun."
Pek Khi-hong menghela napas panjang.
"Nak. kau belum pernah melakukan perjalanan dalam
dunia persilatan, bagaimana kau bisa mengetahui
persoalan yang amat rahasia ini?"

568
"Sewaktu bermain catur dengan empek Thian-hok.
aku berhasil memenangkan rahasianya itu..." Tiba-tiba
alis matanya berkerut tubuhnya roboh terjengkang ke
belakang...
Dayang kecil berbaju hijau yang berdiri di sampingnya
buru-buru membopong gadis berbaju putih itu dan
dibaringkan ke dalam tandu, setelah itu tandu digotong
dan buru-buru balik kejalanan semula.
Kembali Pek Khi-hong menghela napas panjang, tanpa
banyak bicara lagi ia menyusul di belakang tandu itu.
sepeninggal Pek Khi-hong sekalian, Lim Han-kim baru
berpaling kearah Han si-kong sambil bertanya:
"Locianpwee, kau tahu di mana letak istana panca racun
di tebing Toan-cong-tay itu?"
Han si-kong berpikir seb entar, lalu jawabnya:
"Rasanya pernah kudengar dari penuturan orang lain,
tapi sekarang aku lupa. Aaaai.... pokoknya kejadian
malam ini benar-benar membuat aku bingung dan
pikun."
"Locianpwee, lebih baik kita tak usah mencampuri
urusan orang lain, ayo berangkat"
"Yaaa, mari kita berangkat" Han si-kong mengangguk
sambil menghela napas panjang,

569
ia pun putar badan meninggalkan tempat tersebut, Di
tengah hembusan angin malam yang dingin, kini tinggal
si orang berbaju biru dan lelaki berbaju hitam saja masih
berdiri bersanding sambil memandang termangu kearah
mana Thian-hok sangjin pergi.
Angin kencang mengibarkan ujung baju mereka,
namun kedua orang itu tetap berdiri seperti patung,
Tidak terdengar helaan napas, tidak pula kelihatan
cucuran air mata, namun kepedihan yang luar biasa
membekas nyata di antara raut wajahnya yang kaku.
Beberapa kali Han si-kong menoleh memandangi
wajah kedua orang itu, lama-lama timbul juga perasaan
iba di hati kecilnya, gumamnya sambil menghela napas:
"Aaaai.... tidak kusangka mereka berdua adalah manusia
yang berperasaan dalam"
Mendadak terdengar helaan napas rendah bergema
memecahkan keheningan, disusul kemudian isak tangis
yang memedihkan hati.
sewaktu Lim Han-kim berpaling, ia jumpai seorang
lelaki berpakaian ringkas sedang berjalan mendekat
sambil tiada hentinya menangis, orang ini tak lain adalah
lelaki yang bertarung melawan beberapa orang tosu kecil
tadi. Terdengar isak tangisnya makin lama makin keras,
seolah-olah dia hendak melampiaskan ke luar seluruh
kemurungan dan kekesalan hatinya.

570
Han si-kong dengan sifatnya yang suka mencampuri
urusan orang menjadi tak tahan setelah menyaksikan
kejadian ini, ia segera berteriak keras- keras:
"Hey, sobat sebagai seorang lelaki sejati kita tak boleh
sembarangan menangis, persoalan apa sih yang
membuat kau merasa Begitu sedih?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak menggubris,
seakan-akan sama sekali tidak mendengar teguran itu ia
tetap melanjutkan langkahnya, Han si-kong segera
melejit ke udara dan melayang ke hadapan lelaki itu,
sambil menghadang jalan perginya kembali ia menegur:
"Hey sobat, rupanya kau congek?"
Lelaki berpakaian ringkas itu segera membesut air
matanya, lalu sambil mendongak serunya ketus: "Eeeei
tua bangka, siapa kau?"
ia berpaling dengan logat szuchuan yang sangat
kentara, nadanya pun keras dan nyaring,
sambil tersenyum Han si-kong menyahut "Melihat
tangisan anda Begitu memedihkan hati, aku bermaksud
menghibur hatimu."
sebenarnya lelaki itu sudah berhenti menangis, namun
setelah mendengar ucapan Han si-kong itu tiba-tiba saja
ia menangis lagi. Han si-kong segera mengerutkan
dahinya kencang-kencang .

571
"sobat, bila kau menjumpai persoalan yang
memedihkan hatimu, utarakan saja kepada kami, siapa
tahu kami dapat membantumu untuk meringankan rasa
pedih itu...."
"sebagai seorang lelaki sejati, aku tak pernah pikirkan
masalah mati hidupku, tapi teringat akan Thian-hok
sangjin, hatiku benar-benar amat pedih "
sementara itu Lim Han-kim hanya merisaukan masalah
obat mustika seribu tahun serta keselamatan ciu Huang,
Kalau bisa dia ingin secepatnya kembali ke kuil awan
hijau untuk melihat kejadian yang sesungguhnya, Melihat
Han si-kong kembali akan mencampuri urusan orang lain,
ia merasa sangat tak pUas.
Tapi setelah mendengar lelaki itu mengUngkap bahwa
kesedihannya bertautan dengan masalah Thian-hok
sangjin, timbul juga rasa ingin tahUnya, Tak tahan lagi ia
bertanya: "Kenapa kau bersedih hati untuk Thian-hok
sangjin?"
Lelaki berpakaian ringkas itu menghela napas panjang,
"Demi kesejahteraan dan keselamatan umat persilatan
pada umumnya, ia rela mengantar diri ke istana panca
racun,coba kau bayangkan, bukankah tindakannya ini
sangat mengharukan? Tapi... berapa banyak umat
persilatan di dunia ini yang mengetahui latar belakang
peristiwa ini? Siapa yang tahu bahwa pengorbanan

572
Thian-hok Sangjin ini sesungguhnya merupakan tindakan
untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana?"
"ooooh.... kalau Begitu, kau tentu mengetahui latar
belakangnya?"
"Tentu saja aku tahu"
"Bersediakah saudara untuk menjelaskan latar
belakang itu, sehingga mungkin kami pun bisa
membantu anda untuk menanggung sebagian kepedihan
tersebut."
Lelaki berpakaian ringkas itu memperhatikan Lim Hankim
sekejap, mendadak ia membentak nyaring "Tidak
bisa Sekarang aku tak punya waktu untuk berbinCang
dengan kalian- Ayo cepat minggir"
Tangan kanannya segera diayunkan ke depan
membetot tubuh Lim Han-kim ke samping. Lim Han-kim
menarik perutnya ke belakang, tidak tampak ia menekuk
lututnya, tahu-tahu saja badannya sudah bergeser
mundur sejauh tiga depa.
Han Si-kong segera maju dua langkah menghadang di
depan lelaki itu, tegurnya sambil tertawa dingin:
"Saudara, tanpa sebab kau menyerang orang lain, Kau
tidak merasa perbuatanmu itu kelewat batas?"
Mula-mula lelaki berpakaian ringkas itu tertegun,
menyusul kemudian teriakannya pula dengan marah:

573
"Kalau aku mau menyerang, mau apa kamu?" sebuah
pukulan dahsyat kembali dilontarkan
Han Si-kong memutar tangan kanannya membabat
lengan musuh, sementara mulutnya mengumpat:
"Takabur benar orang ini"
Lelaki berpakaian ringkas itu tidak banyak bicara lagi,
pukulannya dilontarkan beruntun Jurus-jurus
ancamannya membawa desingan angin tajam yang
memekik telinga, benar- benar hebat ilmu silat orang ini.
Dalam sekejap mata dua orang itu sudah bertarung
tiga-empat belas gebrakan lebih, Mendadak Han Si-kong
melepaskan satu pukulan lalu menyingkir kesamping, serunya:
"llmu pukulan saudara kuat dan dahsyat,jarang
kujumpai dalam dunia persilatan Boleh aku tahu apakah
kau adalah satu di antara tiga manusia gagah Juan tiongsam-
gi yang disebut orang si pukulan baja Ku Hui?"
Lelaki berpakaian ringkas itu tampak tertegun,, "siapa
kau? Dari mana bisa kenali aku?" serunya keheranan-
"Ha ha ha ha.... aku Han si-kong...."
"selamat bertemu, selamat bertemu Rupanya si
monyet tua...." buru-buru si pukulan baja Ku Hui
menjura.
orang ini rada polos dan jujur Begitu berseru ia
barusadar kalau sebutannya rada kurang ajar, mukanya

574
jadi merah dan buru-buru kepalanya tertunduk malu.
Han si-kong kembali tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... dalam dunia persilatan, bukan hanya
saudara seorang yang menyebutku si monyet tua. Kau
tak usah persoalkan dalam hati, apalagi antara aku
dengan kedua saudara angkatmu masih terhitung sobatsobat
lama. Ha ha ha ha.... terus terang, di antara tiga
jago gagah juan tiong-sam-gi, tinggal saudaraku seorang
yang belum pernah kujumpai. Beruntung sekali aku
dapat bertemu denganmu malam ini."
"Akupun sering mendengar kedua saudaraku
membicarakan tentang saudara Han. setelah berjumpa
hari ini, baru kuketahui ternyata kau memang gagah dan
berjiwa terbuka."
"Terima kasih. Terima kasih. saudara Ku, mari
kuperkenalkan seorang jago muda dari dunia persilatan,
Biar masih muda usia namun ilmu silatnya tidak berada
di bawah kepandaian kita." sambil berkata ia menuding
kearah Lim Han-kim.
"ooooh, diakah orangnya?" sela si pukulan baja Ku
Hui.
sambil tertawa hambar Lim Han-kim segera memberi
hormat: "Aku Lim Han-kim hanya bocah kemarin sore.
Harap saudara Ku bersedia memberi petunjuk."

575
Pukulan baja Ku Hui memperhatikan seluruh badan
Lim Han-kim dan atas sampai ke bawah kaki, lalu sambil
menyiapkan tangannya ia berkata: "Tidak berani Bila
saudara Han yang perkenalkan, aku percaya saudara Lim
pasti memiliki ilmu silat yang sangat tinggi."
Lim Han-kim tersenyum, dia segera mengalihkan
pandangannya kekejauhan, memandang rembulan yang
bersinar terang, ia segan banyak debat dengan orang
lain.
Di antara tiga orang gagah Juan-tlong sam-gi, si
pukulan baja Ku Hui menduduki urutan paling akhir
namun wataknyapun paling jelek, la merasa sangat tak
puas telah mendengar Han si-koag memuji seorang
pemuda lemah yang tak ternama di hadapannya, apalagi
sesudah menyaksikan sikap Lim Han-kim yang hambar
dan acuh tak acuh, rasa mendongkol dan gusarnya
semakin menjadi-jadi. sambil tertawa dingin ia segera
berseru:
"Bila aku dapat mempoleh kesempatan untuk
mencoba beberapa jurus pukulan saudara Lim, hatiku
tentu akan merasa puas."
Lim Han-kim memandang orang itu sekejap lalu
menggeleng, "Tak perlu dijajal. Aku percaya
kepandaianku masih belum menandingi kehebatan
anda."

576
Han si-kong tahu, ilmu silat yang dimiliki Lim Han-kim
sangat hebat dan luar biasa. Dia sadar orang berangasan
macam Ku Hui sudah pasti bukan tandingannya, tapi
setelah melihat sikap lelaki itu yang terus menerus
memojokkan lawan, mendongkol juga si orang tua ini.
Dengan suara keras ia segera berkata: "Tiga orang
gagah dari Juan-tiong masing-masing memiliki ilmu silat
yang sangat tangguh, si Lotoa termasyhur karena
permainan golok sakti delapan penjurunya, si leji
termashur karena pukulan pasir merahnya, sedang
saudara Ku ini terkenal karena sepasang kepalan
bajanya."
Belum habis ucapan itu, Ku Hui telah memotong
sambil melirik Lim Han-kim sekejap: "Bila saudara Lim
bersedia melayani pertarunganku, aku pun bersedia
melayaninya dengan ilmu telapak, bukan ilmu kepalan"
Han si-kong memandang Lim Han-kim tajam-tajam,
lalu katanya dengan suara dalam: "Umat persilatan
memandang nama sebagai hal yang amat penting, oleh
sebab itu banyak sekali jago persilatan yang rela
mempertaruhkan jiwanya untuk mencari nama besar.
Juan-tiong-sam-gi terhitung jagoan ternama dalam
dunia persilatan dewasa ini. Bila saudara Lim bersedia
menghadapi saudara Ku ini bermain bbeerapa jurus,
maka namamu segera akan ternama di wilayah
sepanjang Juan-tiong."

577
Maksud perkataan itu jelas sekali, ia memberi kepada
Lim Han-kim agar tidak usah mengalah lagi terhadap
manusia berangasan itu.
Pelan-pelan Lim Han-kim mengalihkan sinar matanya
ke wajah Ku Hui, setelah memandangnya berapa saat, ia
berkata: "Berulang kali saudara Ku mendesak aku untuk
melayani permainan anda. Bila aku menampik terus, kau
tentu akan menganggap aku kurang sopan, Baiklah, aku
bersedia melayani permintaanmu itu, cuma sebelum
pertarungan dilangsungkan lebih baik kita sedikit
bertaruh agar permainan ini lebih semarak dan menarik"
Dengan mengandalkan sepasang kepalan bajanya Ku
Hui sudah mengalahkan banyak sekali jago tangguh,
selama puluhan tahun terakhir boleh dibilang ia jarang
menemui musuh tandingan Mendengar tantangan itu
segera katanya: "Aku lebih tua berapa tahun dari
usiamu, lebih baik saudara Lim saja yang mengambil
keputusan entah taruhan apa yang kau kehendaki?"
"Bila aku sampai kalah di tangan saudara Ku, aku rela
memotong tanganku dan selama hidup tak akan
bertarung lagi melawan orang lain^..."
Ku Hui tidak menyangka kalau Lim Han-kim bakal
menggunakan sepasang tangannya sebagai bahan
taruhan- langsung saja ia tertegun "Kau tidak merasa
taruhan itu kelewat berat?" serunya,

578
Biarpun orang ini sedikit emosi dan berangasan namun
bukan terhitung manusia berhati bengis dan keji, dia
hanya merasa sikap Lim Han-kim kelewat angkuh dan
takabur sehingga dia ingin menghajar pemuda itu dan
bergaya di hadapan Han Si-kong. Lim Han-kim tertawa
hambar, terusnya:
"sebaliknya bila saudara Ku yang kurang beruntung
sehingga kalah di tanganku, aku harap saudara Ku
bersedia membeberkan latar belakang kepergian Thian
hok Sangji istana panca racun entah bagaimana menurut
pendapatmu?"
Waktu itu si kepalan baja Ku Hui yakln kemenangan
pasti berada di pihaknya, maka ujarnya sambil tertawa:
"Saudara Lim, kau tidak merasa dirugikan dengan
taruhan macam ini?"
"Kalau anda mengabulkan mari kita segera mencoba"
"Lebih baik saudara Lim menyerang dulu"
Lim Han-kim tidak mengalah lagi. Tangan kanannya
segera dilepaskan ke muka melancarkan satu pukulan.
Si kepalan baja Ku Hui tidak berkelit maupun
menghindar, dia ayunkan pula telapak tangannya
menyambut serangan lawan dengan keras lawan keras.
Lim Han- kim segera menekuk pergelangan tangan
kanannya ke bawah. Gerak serangannya tiba-tiba

579
berubah, dari pukulan kini berubah jadi cengkeraman
Sambil memotong dari sisi lengan musuh dia cengkeram
urat nadi pada pergelangan tangan Ku Hui.
Perubahan jurus dilakukan begitu cepatnya membuat
Ku Hui sangat terperanjat Buru-buru tangan kirinya
melepaskan satu babatan kilat, bersamaan waktunya
pergelangan tangan kanannya ditekuk ke bawah untuk
menghindar, Dengan susah payah akhirnya ia berhasil
iuga meloloskan diri dari ancaman maut tersebut.
Lim Han-kim tersenyum Tanpa menarik balik
pergelangan tangan kanannya yang sudah terlanjur
menyodok ke muka, ia melepaskan satu sentilan maut
menghajar urat nadi di pergelangan tangan kiri Ku Hui.
satu gerakan belum habis digunakan, tiga jurus
ancaman telah dilepaskan perubahan dan ancaman itu
betul- betul luar biasa, Dengan perasaan terkesiap Ku
Hui melompat mundur sejauh tiga depa untuk
meloloskan diri dari ancaman tersebut.
sadarlah dia, pemuda ini betul- betul musuh tangguh
yang belum pernah ia jumpai sepanjang hidupnya, ia tak
berani gegabah lagi, sambil memutar lengan kanannya,
dengan jurus "Menggeser Bukit Membalik samudra" ia
lepaskan satu babatan maut ke depan ia tersohor
sebagai kepalan baja, otomatis kesempurnaan ilmu
kepalannya luar biasa. Apalagi serangan itu dilepaskan
dalam keadaan marah, kehebatannya makin menggila,

580
Belum sampai ujung kepalannya mengenai sasaran,
desingan angin pukulan yang sangat kuat telah
menumbuk tiba.
Diam-diam Lim Han-kim memuji kehebatan lawannya,
pikirnya: "Nama besar si kepalan baja ternyata bukan
nama kosong belaka, Cukup dilihat dari serangannya ini
bisa diketahui tenaga pukulannya betul- betul sangat
hebat...."
Cepat-cepat dia mengegos ke samping untuk
menghindarkan diri dari gempuran dahsyat itu. Melihat
Lim Han-kim tak berani menyambut serangannya dengan
kekerasan lagi, si kepalan baja Ku Hui salah menduga
lawannya telah dibuat pecah nyali oleh kehebatan
pukulannya, maka secara beruntUn ia lepaskan
serangkaian serangan berantai Pukulan yang satu lebih
hebat dari pukulan sebelumnya.
dalam waktu singkat seluruh udara diselimuti desingan
angin pukulan yang menderu-deru dan bayangan
pukulan yang ber- lapis- lapis, Dengan mengandaikan
ilmu gerakan tubuhnya yang enteng dan lincah Lim Hankim
berkelit terus dari serangan-serangan musuh, di
samping itu dia andaikan ilmu memotong urat untuk
membendung gerak serangan lawan.
Tujuh gebrakan kemudian si kepalan baja Ku Hui
sudah dibuat kalang kabut oleh serangan Lim Han-kim.
otomatis ilmu kepalannya yang maha dahsyatpun tak

581
mampu dikembangkan lebih jauh, ia merasa setiap kali
serangannya hendak dilontarkan ujung jari musuh selalu
sudah mengancam datang lebih dulu, memaksa dia
untuk mau tak mau merubah gerak serangannya.
Kembali berapa gebrakan berlalu dengan susah payah,
kinipermainan kepalannya betul-betul sudah terbendung
mati oleh ancaman Lim Han-kim sehingga praktis ia tak
sanggup melepaskan ancaman maupun serangan
balasan lagi.
dalam keadaan seperti ini, seandainya Lim Han-kim
berniat mencelakai jiwanya, mungkin sedari tadi ia sudah
terluka oleh ilmu pemotong urat anak muda tersebut.
Bila berhadapan dengan orang lain, setelah terperosok
dalam situasi begini, semestinya ia segera hentikan
serangan dan mengaku kalah, Namun Kui-Hui yang ingin
menang tak mau menyerah dengan begitu saja,
sekalipun permainan kepalannya praktis terkunci mati
oleh ancaman Lim Han-kim. ia segan mengaku kalah.
Dengan susah payah ia bertarung terus habis-habisan.
sepasang alis mata Lim Han-kim mulai berkerut,
pikirnya: "Goblok amat orang ini, tampaknya kalau tidak
diberi sedikit pelajaran, mungkin dia tak akan menyudahi
pertarungan ini secara baik-baik...."
Berpikir begitu, permainannya segera berubah, sambil
memutar tangan kanannya sebuah sentilan maut

582
dilepaskan. Untung saja Lim Han-kim tidak berniat
mencelakai jiwanya, sehingga dalam sentilan tersebut ia
tidak menggunakan tenaga sepenuhnya.
BAB 18. Menguak Rahasia Di Tepi Hutan.
Biarpun sudah cukup bagi si kepalan baja Ku Hui
untuk menderita kerugian besar, ia merasa urat nadi
pada lengan kanannya terhantam keras-keras, separuh
badannya seketika menjadi kaku, seluruh lengan kanan
itupun tak mau menurutiperintahnya lagi dan terkulai
lemas.
Berhasil dengan pukulannya, Lim Han-kim segera
melompat mundur sejauh empat lima depa dari posisi
semula, Han si-kong kuatir si kepalan baja Ku Hui tak
sanggup menahan rasa mendongkol ini karena
kekalahannya hingga nekad beradu jiwa, buru-buru ia
maju menyongsong dan berseru sambil tertawa
terbahak:
"Ha ha ha ha... kemampuan kalian berdua benarbenar
berimbang. saudara Ku memiliki ilmu ki-na-jiu-hoat
yang hebat..."
sementara itu si kepalan baja Ku Hui berdiri termangu
sambil mengawasi wajah Lim Han-kim tanpa berkedip.
Diam-diam ia salurkan hawa murninya untuk memperTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
583
lancar peredaran darahnya, sampai lama sekali ia baru
bisa menggerakkan lengan kanannya itu.
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali
ujarnya: "llmu silatnya jauh lebih hebat daripada
kepandaianku Aaai....padahal aku harus mengaku kalah
sejak tadi." Lim Han-kim sendiri hanya berdiri serius
tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
si Kepalan baja Ku Hui berpaling memandang Han sikong
sekejap. kemudian ujarnya lagi: "saudara Han tidak
usah mungkir lagi, Tepat sekali ucapanmu, ilmu silat
yang dimiliki saudara Lim memang sangat hebat dan
jauh di atas kemampuanku "
Tiba-tiba ia merangkap tangannya di depan dada dan
memberi hormat kepada Lim Han-kim. walaupun orang
ini rada bodoh namun ia termasuk polos dan terus
terang, Kalau sebelum bertarung tadi sikapnya angkuh
dan jumawa, maka setelah menderita kekalahan ia
mengakui kekalahannya secara jantan, Nyata sekali apa
yang dipikir dan apa yang dijalankan memang satu arah.
"Tidak berani," sahut Lim Han-kim sambil membalas
hormat "Aku hanya bernasib lebih baik sehingga
beruntung bisa menangkan satu jurus darimu,
Kemenangan macam ini tidak terhitung apa-apa...."
"saudara Lim tidak usah merendah, Ke-kalahan kali ini
benar-benar kekalahan yang ikhlas."

584
Lim Han-kim tersenyum, "Ilmu kepalan saudara Ku
benar-benar kuat dan dahsyat, aku merasa kagum
sekali."
"Terima kasih, terima kasih. ilmu silat saudara Lim
betul- betul luar biasa, kau adalah jago lihai pertama
yang pernah kujumpai selama ini."
"Kalian berdua tak usah saling merendah lagi," sela
Han si-kong kemudian sambil tertawa, "Pepatah kuno
bilang, kalau tidak bertempur maka tak akan saling
mengenal Mari kita cari tempat untuk minum beb erapa
cawan, biar aku yang mentraktir untuk merayakan
perkenalan kalian berdua."
"Di tengah hutan belantara yang begini sepi, ke mana
kita akan mencari rumah makan?" tanya Lim Han-kim.
Ku Hui segera tertawa.
"Selama hidup aku hanya mempunyai satu
kesenangan yaitu arak wangi, ke manapun pergi aku
selalu membawa persediaan satu guci. Hanya sayang kita
tak punya hidangan sebagai teman minum arak."
"Di tengah gunung, paling cocok kalau kita berburu
beberapa ekor binatang liar." usul Han si-kong.
"Kemudian kita bikin api unggun dan memang gang hasil
buruan itu sambil minum arak. Wooow... Pasti nikmat
dan menyenangkan"

585
"Ehm, betul Usul ini memang bagus sekali," seru Ku
Hui. ia celingukan sekejap di sekitar situ, kemudian
meneruskan "Di sebelah sana terdapat hutan belantara
yang cukup luas, mungkin kita bisa peroleh beberapa
ekor buruan di situ."
Ha bis berkata ia berangkat lebih dulu menuju ke
hutan tersebut setelah tiba di tengah hutan, Ku Hui
segera berbungkuk mengambil sebutir batu kemudian
disambitkan ke dalam pepohonan
Diiringi suara desingan tajam, batu itu melesat
menembusi hutan mengejutkan kawanan burung yang
segera beterbangan. Menggunakan kesempatan itulah
Han si-kong mengayunkan tangannya berulang kali,
selapis batu kerikil segera berhamburan ke udara disusul
dengan rontoknya beberapa ekor burung.
Ku Hui segera memburu ke dalam hutan dan muncul
kembali sambil menenteng tiga ekor ayam hutan,
serunya kemudian sambil tertawa: "Ilmu sambitan dari
saudara Han betul- betul luar biasa, biarpun dilepaskan
dalam kegelapan ternyata bisa mengenai sasaran dengan
tepat. Tiga ekor ayam hutan ini cukup buat kita bertiga
isi perut."
"sangat memalukan padahal aku telah melepaskan
enam biji batu gunung tapi nyatanya cuma tiga ekor
burung yang berhasil kujatuhkan, Kalau kejadian ini

586
sampai tersiar ke luar, tentu kawan-kawan umat
persilatan akan mentertawakan aku."
"Padahal kemampuanmu itu sudah luar biasa,..." kata
Ku Hui.
Mereka bertiga pun masuk ke dalam hutan untuk
mengumpulkan ranting- ranting kering, setelah itu
mereka cari tempat di luar hutan dekat sebuah batu
besar untuk duduk, memasang api unggun dan mulai
bekerja membersihkan ketiga ekor ayam hutan itu.
Kemudian Han si-kong membungkus ketiga ekor ayam
hutan itu dengan lumpur dan dimasUkkan ke dalam api
unggun untuk dibakar, sementara Ku Hui mengeluarkan
sebuah kantung kulit dari sakunya dan berkata sambil
tertawa:
"Di dalam kantung kulit ini masih tersimpan arak
wangi seberat tiga kati, walaupun tidak terlalu banyak
jumlahnya, tapi merupakan arak pilihan berusia di atas
seratus tahun yang cukup bagi kita bertiga untuk minum
sampai mabuk....."
sambil berkata ia membuka penutup kantung kulit itu.
segulung bau arak yang sangat tebal segera menyelimuti
seluruh angkasa dan menusuk penciuman setiap orang.

587
sambil menelan air liurnya berulang kali, Han si-kong
mengomel: "Waaah.... arak wangi, arak wangi... cukup
dari baunya saja sudah membuat air liurku bercucuran..."
si kepalan baja Ku Hui segera menyodorkan kartung
kulit itu sambil ujarnya: "Di tengah hutan begini tak ada
cawan, Lebih baik kita minum langsung dari kantung,
saudara Han, silahkan minum seteguk dulu untuk
mencicipi bagaimana rasanya arak ini."
Han si-kong tidak menampik lagi, ia sambut kantung
kulit itu dan meminumnya satu tegukan, kemudian
pujinya berulang kali: "Bagus sungguh bagus Benarbenar
arak bagus."
"saudara Lim." kata Ku Hui kemudian sambil berpaling
ke wajah Lim Han-kim. "Bagaimana kalau ikut minum
satu te-gukan?"
"Aku jarang sekali minum arak. tampaknya tak
mungkin bisa mengimbangi kalian berdua."
si kepalan baja Ku Hui tertawa terbahak-bahak.
diambilnya kantung kulit itu dan sekaligus meneguk tiga
tegukan besar. setelah arak masuk perut, gelak tertawa
mereka terdengar makin nyaring, begitu kerasnya suara
tersebut hingga bergema di seluruh bukit.
Tiba-tiba saja Lim Han-kim menangkap di balik suara
tertawa itu terselip nada yang aneh, ketika ia berpaling

588
tampaklah Ku Hui sudah menangis tersedu-sedu, entah
sejak kapan suara tertawanya ternyata sudah berubah
menjadi isak tangis, Tampak air matanya bercucuran
amat deras, ia menangis dengan amat sedihnya.
Diam-diam Lim Han-kim merasa terkesiap, tanpa
terasa pikirnya: "jangan-jangan orang ini memiliki
penyakit aneh.... Kalau tidak. kenapa sebentar menangis
sebentar tertawa? Apa maksudnya...."
Berbeda dengan Han si-kong yang sudah lama
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan sehingga
pengetahuan dan pengalamannya sangat luas. begitu
melihat mimik muka Ku Hui, ia segera tahu kalau dalam
hati kecilnya orang itu sedang, dipenuhi perasaan kesal
yang meluap-luap. hingga setelah meneguk beberapa
tegukan arak tadi, ia tak bisa menahan diri lagi dan
melampiaskan ke luar seluruh gejolak emosinya
Karenanya ia mendeham dulu beberapa kali membuat si
kepalan baja Ku Hui agak sadar "dulu dari pikirannya
yang kabur," setelah itu ujarnya dengan suara keras:
"Saudara Ku, sebenarnya persoalan menyedihkan apa
yang mencekam perasaanmu hingga kau tak bisa
mengendalikan diri? Dapatkah kau memberitahukan
kepadaku?"
si kepalan baja Ku Hui berhenti menangis, sahutnya
sambil menyeka air mata dari wajahnya: "Aku bukan
sedih karena masalah pribadiku."

589
"Lantas saudara Ku bersedih hati untuk siapa?" tanya
Han si-kong keheranan.
"Aku menangis untuk Thian-hok sangjin."
Mendengar persoalan telah kembali ke rel yang
sebenarnya, Lim Han-kim merasa semangatnya berkobar
kembali, cepat dia menyambung: "Di mana sih letak
kelebihan Thian-hok sangjin sehingga pantas bagi
saudara Ku untuk menangisi baginya?"
"Kami tiga orang gagah Juan-tiong-sam-gi sudah
puluhan tahun lamanya malang melintang dalam dunia
persilatan, sepanjang hidup kami hanya dua orang yang
kami kagumi...."
"Dua orang yang mana?"
"Yang satu adalah Thian-hok sangjin, sedang yang lain
adalah si Hakim berwajah besi Ciu Huang pendekar Ciu.
walaupun Ciu tayhiap adalah seorang tokoh yang sangat
dihormati setiap orang, akan tetapi Thian-hok Sangjin
pernah menyelamatkan jiwa kami bertiga. oleh sebab itu
dalam hubungan persahabatan hubungan kami dengan
Thian-hok sangjin terhitung lebih akrab, Kini kami
saksikan dia pergi mengikuti siluman perempuan tersebut
menuju istana racun, tapi tak berdaya menyelamatkan
jiwanya, bagaimana mungkin kami dapat mengendalikan
rasa sedih dan kesal dalam hati kami?"

590
"Thian-hok sangjin sendiri yang rela mengikuti
perempuan tersebut menuju ke istana racun, aku
percaya ia tentu mempunyai perhitungan sendiri yang
matang." Cepat-cepat Ku Hui menggeleng.
"Biar pun aku tak pernah berkunjung ke istana racun,
namun sudah sering mendengar lotoa kami
membincangkan masalah tersebut, Konon tempat itu
adalah sebuah tempat yang amat gersang dan
berbahaya, bukan saja tidak tampak aneka tumbuhan
bahkan dipenuhi pelbagai jenis binatang beracun seperti
kelabang, kalajengking, ular beracun, tawon beracun dan
lain sebagainya.
Pokoknya hampir semua binatang beracun terdapat di
sana, atau dengan perkataan lain, istana beracun itu
dikelilingi oleh beribu-ribu jenis makhluk beracun itu.
Aaaai-... jangan sebut dulu penghuni istana itu, cukup
dilihat istananya saja sudah membuat hati orang
bergidik"
"Benarkah di kolong langit terdapat tempat semacam
ini?" seru Lim Han-kim setengah tak percaya.
"Benar-benar terjadi Malahan lotoa kami
berkesempatan menyaksikan dengan mata kepala
sendiri, jadi tak mungkin salah."
"Di kolong langit yang maha luas, segala keanehan
mungkin teejadi, kita tak boleh tak percaya kalau benarTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
591
benar ada tempat semacam itu," kata Han Si-kong
menimpali
Berkilat sepasang mata Lim Han-kim. Setelah
memandang Ku Hui sekejap, katanya lagi: "Thian-hok
Sangjin rela mengantar diri ke istana racun. Di balik
tindakannya itu tentu terselip sebab-sebab tertentu. Aku
percaya saudara Ku pasti mengetahuinya bukan?
Bersediakah kau memberitahukan kepada kami berdua?"
Si kepalan baja Ku Hui agak tertegun, "Kalau soal ini...
aku sendiri pun kurang jelas...."
setelah berhentik sejenak, kembali terusnya: "Tapi ada
satu hal yang kuketahui secara pasti, yakni kemauan
Thian-hok sangjin berangkat ke istana racun bukan
disebabkan masalah dendam pribadi, sebaliknya ia justru
berkorban demi keselamatan umat persilatan di seluruh
kolong langit, Coba bayangkan ada berapa orangkah di
dunia ini yang berjiwa sebesar dia?"
Berkerut sepasang alis mata Lim Han-kim, serunya:
"saudara Ku, kalau toh kau tidak mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya, dari mana kau bisa
mengatakan bahwa kepergian Thian-hok sangjin ke
istana racun kali ini adalah demi keselamatan jiwa umat
persilatan di seluruh kolong langit?"
sementara itu ketiga ekor ayam hutan yang dibakar
sudah matang, bau harum mulai tersiar menyengat

592
penciuman Han si-kong segera mendongkel ke luar
ayam-ayam itu dari balik api, melepaskan lumpur yang
membungkus di luarnya, membersihkan bulunya dan
merobek robek ayam itu menjadi berapa bagian, bau
harum makin menusuk hidung.
Kakek itu mengambil dua potong ayam dan dibagikan
kepada Ku Hui serta Lim Han-kim, setelah itu diambilnya
lagi sepotong dan langsung digigit, ujarnya kemudian
sambil tertawa: "Ehmmm.... harum nian ayam ini, ayoh
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Waktu itu sesungguhnya Ku Hui sedang terpojok dan
tak mampu menjawab pertanyaan Lim Han-kim,
Tindakan Han si-kong dengan menyodorkan potongan
ayam hutan itu tak lain adalah menyelamatkan dia dari
malu, dan tanpa sungkan disikatnya daging ayam itu
sambil katanya kepada Lim Han-kim: "Lote, mari kita
makan dulu sebelum meneruskan pembicaraan"
Melihat dua orang rekannya makan dengan penuh
kenikmatan, timbul juga rasa lapar Lim Han-kim, maka
tanpa banyak bicara lagi dia pun ikut menyikat daging
ayam itu.
Begitulah, sambil menikmati daging ayam dan
meneguk arak wangi ketiga orang itu melewatkan malam
yang dingin dengan penuh kegembiraan sepanjang
menikmati hidangannya Ku Hui putar otak tiada habisnya

593
berusaha mencarikan jawaban yang tepat untuk
menghadapi pertanyaan Lim Han-kim tadi.
sebaliknya Lim Han-kim dengan pandangannya yang
tajam mengawasi terus gerak-gerik Ku Hui, membuat
lelaki ini menjadi semakin gelisah dan tak tenang. Pada
dasarnya ia memang agak bodoh sehingga dalam
cemasnya ia semakin tak peroleh jawaban yang lebih
tepat untuk menghadapi pertanyaan orang, sampai habis
seekor ayam, jawaban belum juga ditemukan
Han si-kong yang berpengalaman segera dapat
merasakan kegelisahan rekannya itu dari perubahan
mimik wajahnya, maka dia pun bertanya: "Apakah
saudara Ku sedang menjalankan perintah saudaramu?"
Pertanyaan ini segera menggerakkan otak Ku Hui,
buru-buru sahutnya: "Yaaa, benar, Aku memang sedang
melaksanakan perintah toako..."
Ia berbatuk-batuk sebentar lalu meneguk arak
wanginya, setelah itu melanjutkan. "Aku mendapat
perintah datang ke sini untuk mengawasi gerak-gerik
Thian-hok sangjin, sebentar lagi aku harus pulang untuk
memberi laporan...."
"Kalau begitu saudara Ku benar-benar tidak
mengetahui latar belakang di balik persoalan ini?" tanya
Lim Han-kim.

594
Si kepalan baja Ku Hui menggaruk-garuk kepalanya
yang tak gatal, sahutnya cepat: "sekalipun aku tidak
mengetahui latar belakang di balik persitiwa ini, namun
tak salah lagi jika kukatakan kepergian Thian-hok sangjin
kali ini ke istana racun adalah demi keselamatan umat
persilatan. Bila saudara Lim ingin mengetahui kejadian
yang sebenarnya, lebih baik kau ikut aku bertemu
dengan toako"
"jadi mesti berangkat ke Juan-tiong?"
"Tidak usah, Kau tak perlu ke Juan-tiong, sebab ketika
berangkat ke mari aku telah berjanji dengan kedua
saudara angkatku untuk bersua di rumah makan Ki-englo
di kota si- ciu."
Rupanya orang kedua dan ketiga dari orang gagah
Juan-tiong adalah orang-orang yang polos dan agak
bodoh, Mereka berangasan dan gampang naik emosi,
hanya lotoa mereka seorang yang cerdik, banyak akal
dan sempurna dalam ilmu sastra maupun ilmu silat.
"saudara Ku, masih berapa lama lagi hari pertemuan
kalian?" tanya Han si-kong kemudian.
"Tidak terlalu lama,.. tidak terlalu lama," jawab Ku Hui
setelah berpikir sebentar. "selewatnya malam ini paling
banter tinggal tiga hari."

595
"Kerelaan Thian-hok sangjin mengikuti perempuan itu
menuju ke istana racun benar-benar merupakan kejadian
yang di luar dugaan, Aku percaya sekalipun tindakannya
itu bukan demi menyelamatkan jiwa umat pesilatan di
kolong langit, sudah pasti disebabkan alasan-alasan yang
mengejutkan hati...."
Dia angkat kepalanya memandang rembulan di
angkasa, lalu setelah menghela napas panjang terusnya:
"Perempuan yang duduk di atas tandu itu meski pandai
menggunakan benda beracun, namun mengandalkan
ilmu silat yang dimiliki Thian-hok sangjin serta
kemampuan si kakek dari marga Pek itu sesungguhnya
sudah cukup untuk menandingi kemampuan Dewi
seratus- racun, bahkan mempunyai kesempatan
memenangkan pertarungan itu.
Tapi nyatanya ia rela menyerah dengan begitu saja
dan berangkat ke istana racun secara ikhlas, Di balik
semua kejadian ini tentu terdapat rahasia yang sukar
diutarakan, suatu masalah yang maha penting yang telah
memaksa Thian-hok sangjin menyerahkan diri secara
sukarela."
Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengatakan sesuatu, tapi niat tersebut diurungkan
kemud ian, Dia mendongakkan kepalanya memandang
rembulan di angkasa dan menghembuskan napas
panjang.

596
si kepalan baja Ku Hui melirik Lim Han-kim sekejap.
kemudian ujarnya pula: "saudara Lim tak usah cemas.
Asal kita berangkat ke si-ciu dan menjumpai toakoku,
maka latar belakang peristiwa ini pasti akan segera kau
ketahui, Bukan aku sengaja menyombongkan diri, kecuali
saudara angkatku itu, mungkin di kolong langit sudah
tiada orang kedua yang mengetahui latar belakang
peristiwa itu." Lim Han-kim tersenyum.
"Gara-gara Thian-hok sangjin menyerahkan diri masuk
ke istana racun, saudara Ku telah menangis dengan
begitu sedihnya, Aku pikir hubUngannya dengan kalian
tiga orang gagah dari juan-tiong tentu akrab sekali,
saudara Ku, walaupun kau tidak mengetahui latar
belakang kerelaannya menuju ke istana racun, tentu kau
sangat mengetahui watak serta tabiat Thian-hok sangjin
pada masa hidupnya. Bersediakah kau memberi
penjelasan?"
"Thian-hok sangjin pernah menyelamatkan jiwa kami
tiga orang gagah dariJuan-tiong. Andaikata ia tidak
tampilkan diri untuk menolong, mungkin dalam dunia
persilatan saat ini sudah tiada nama Juan-tiong-sam-gi
lagi...."
Tampaknya ia harus bersusah payah untuk
mengungkapkan beberapa patah kata itu. Selesai bicara
ia terbatuk-batuk berapa saat, akhirnya setelah meneguk
beberapa tegukan arak, baru ia meneruskan: "saudara

597
Lim, terus terang saja kukatakan, terhadap akal muslihat
segala macam aku benar-benar tidak mengerti bahkan
memahaminya, sehingga gara-gara ini beberapa orang
sahabat karibku dalam dunia persilatan memanggilku
sebagai si kepalan baja berhati batu. Berbeda sekali
dengan lotoaku itu, dia berpengalaman pintar, banyak
akal dan tahu membaca keadaan, sehingga selama ini
semua tindak-tanduk kami selalu diatur oleh lotoa kami
itu."
Walaupun Lim Han-kim baru terjun ke dalam dunia
persilatan, namun rasa ingin tahunya telah terpancing
oleh pelbagai kejadian aneh dalam dunia persilatan ini.
setelah menghela napas panjang katanya: "Aaai....
seandainya aku tak ingin buru-buru kembali ke kota Kimleng,
aku betul- betul ingin mengikuti jejak Thian-hok
sangjin dengan mengunjungi istana racun di tempat
gersang itu" Berbicara sampai di sini, dia pun bangkit
berdiri
"Bagaimana? saudara Lim hendak pergi?" tegur Ku
Hui.
"Yaa, aku masih ada urusan penting yang mesti
segera diselesaikan sekarang juga aku hendak pulang ke
kota Kim-leng"
Ku Hui segera menjura.

598
"Bila saudara Lim tidak keberatan, bila kebetulan lewat
diJuan-tiong, jangan lupa mampir ke rumahku."
"Terima kasih juga untuk arak wangimu malam ini."
sahut Lim Han-kim sambil balas memberi hormat.
selesai bicara ia balik badan dan berlalu dengan
langkah lebar, Buru-buru Han si-kong memberi hormat
pula kepada Ku Hui seraya berkata: "Sekarang Thian-hok
sangjin telah berangkat ke istana racun, aku rasa
saudara Ku juga tak perlu berdiam lebih lama lagi di sini,
Lebih baik cepat-cepat temui kakakmu agar rencana
pertolongan segera disusun, Aku percaya kakakmu yang
cerdik pasti punya rencana yang jitu. Aduh, aku pun
hendak mohon diri juga."
"Kalian berdua baik-baiklah menjaga diri dijalan, Aku
tidak mengantar lebih jauh."
sambil tertawa Han si-kong mengulapkan tangannya
lalu segera melakukan perjalanan, Dalam sekejap mata ia
sudah berada puluhan kaki jauhnya menyusul di sisi Lim
Han-kim.
"Lote." bisiknya kemudian. " Hendak ke mana kita?"
Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Aaai... meskipun persoalannya sudah agak terlambat,
namun aku tak bisa tidak mesti mengerahkan segenap

599
tenaga dan pikiran yang kumiliki untuk menemukan
kembali obat jinsom berusia seribu tahun itu."
"Bagus sekali, Aku juga hendak balik kepesanggrahan
Tho-hoa-kit untuk membuat perhitungan dengan Lik-ling
si budak busuk itu."
Lim Han-kim tertawa sedih.
"Kepergian kita kali ini meski bisa temukan Lik-ling dan
merampas balik obat jinsom berusia seribu tahun itu,
mungkin tidak ada waktu lagi untuk menyelamatkan jiwa
Ciu tayhiap, Aaaai,., sebelum meninggalkan rumah, ibuku
sudah wanti-wanti berulang kali, ia bilang obat jinsom itu
punya pengaruh yang sangat besar dengan keselamatan
seseorang, tak nyana aku telah menghilangkannya
sehingga mengakibatkan jiwa Ciu tayhiap terancam,
Aaaai, entah bagaimana aku mesti memberi laporan
kepada ibuku nanti."
"Lote, kau tak usah kelewat menyesali diri sendiri,"
bujuk Han si-kong sambil menghela napas pula, "Perlu
diketahui, seorang jago yang melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan, mati hidup sukar di-duga,
sebaliknya Ciu tayhiap sudah puluhan tahun lamanya
tersohor dalam dunia persilatan, setiap umat persilatan
yang menyinggung tentang dia, ada yang
menghormatinya seperti dewa tapi ada juga yang
bencinya sampai merasuk tulang.

600
Ada sementara orang yang menguatirkan
keselamatanjiwanya dan selalu mohon kepada Thian
agar melindungi jiwanya, tapi tidak sedikit yang
mengutuk dan menyumpahi-nya. Bila seseorang telah
berada dalam situasi macam begini, mati atau hidup
memang sama-sama susahnya...."
setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia seperti teringat
dengan suatu persoalan yang sangat penting, kembali
lanjutnya: "Lote, maaf jika aku banyak bertanya. Apa sih
hubunganmu dengan Ciu tayhiap itu sehingga kau
bersedia mempertaruhkan jiwa untuk menghantarkan
obat mustika itu untuknya?"
Lim Han-kim menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aku sendiri pun kurang jelas," sahut-nya. "Yang
kuketahui hanyalah melaksanakan perintah dari ibuku."
"ooooh... rupanya begitu" Han Si-kong manggutmanggut,
dia pun mengalihkan pokok pembicaraan ke
soal lain, "Kalau begitu kepergian lote kali ini merupakan
perjalanan perdanamu mengarungi dunia persilatan?"
"Tepat sekali, Aaaai... seandainya aku memiliki sedikit
saja pengalaman dalam dunia persilatan, tak nanti aku
sampai dipecundangi Han-gwat si budak kecil itu
sehingga obat mustikaku tercuri."

601
"Setahuku, obat mustika yang ada di dunia saat ini tak
satu pun yang bisa menangkan obat Jinsom seribu tahun
hasil racikan si dewa Jinsom Phang Thian-hua, boleh aku
tahu apakah jinsom seribu tahunmu itu merupakan hasil
racikan dari Phang Thian-hua?"
"Walaupun aku kurang begitu mengerti tentang
keadaan yang sesungguhnya, namun berdasarkan
analisaku, pil jinsom berusia seribu tahun itu memang
benar-benar hasil racikan dari Phang Thian-hua.
Semisalnya obat itu bisa diperoleh secara gampang, tak
nanti ibuku akan berpesan berulang kali serta
mengirimku sendiri untuk menempuh perjalanan jauh . "
Han Si-kong angkat kepalanya memandang rembulan
dan bintang yang bertaburan di angkasa, setelah itu
bisiknya:
"Sementara menempuh perjalanan, baiklah aku
beritahu sedikit tentang pengetahuan dunia persilatan
kepadamu, agar di kemudian hari bila bertemu dengan
jago tangguh, kau sudah mempunyai persiapan yang
matang"
"Terima kasih atas kesediaanmu, Aku siap
mendengarkan."
Han si-kong mendehem beberapa kali untuk
memperlancar tenggorokannya, setelah itu baru ujarnya:

602
"Dalam dunia persilatan saat ini, terlepas dari
kesembilan partai besar, orang yang memiliki kedudukan
dan nama paling tinggi adalah Ciu tayhiap Ciu Huang,
Thiang-hok sangjin, si dewa jinsom Phang Thian-hua dan
Datuk sepuluh penjuru Siang Lam-ciau. Tapi keempat
orang itu jarang sekali saling berhubungan nama yang
diperoleh pun berbeda.
seperti Thian-hok sangjin, ia jarang sekali bergerak
dalam dunia persilatan sehingga tidak banyak jago silat
angkatan muda yang mengetahui nama besarnya,
sebaliknya Ciu Huang Ciu tayhiap ibarat naga sakti yang
tampak kepalanya tak tampak ekomya, sebentar muncul
sebentar menghilang,jejaknya sukar diikuti lagi pula tidak
senang mencampuri urusan orang lain-
Di antara keempat orang itu, dialah terhitung jago
yang paling banyak membunuh orang, tapi namanya
juga paling termashur sehingga ada sementara orang
memandangnya sebagai Buddha penyelamat kehidupan,
tapi ada pula yang menganggapnya sebagai duri dalam
daging...."
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Lim
Han-kim, diam-diam pikirnya di dalam hati: "orang ini
kecuali berwatak agak berangasan sesungguhnya tak
hilang sifat adil dan jujurnya, Kalau diingat bagaimana
ibuku memerintahkan aku untuk menempuh perjalanan
jauh, lalu suhu mengambil resiko sampai terluka parah

603
gara-gara sebotol pil jinsom seribu tahun dan kejadiankejadian
lain, rasanya semua peristiwa ini di luar
kebiasaan, Tentu antara aku dengan ciu Huang
mempunyai kaitan hubungan yang amat besar, atau bisa
juga dia adalah sahabat karib suhuku... Yaa, kenapa
tidak kugunakan kesempatan ini untuk menyelidiki
wataknya?"
Berpikir sampai disitu, iapun bertanya: "Locianpwee
mempunyai pengetahuan yang amat luas. Tentang kaum
persilatan pun Locianpwee memahami bagaikan melihat
jari tangan sendiri Bersediakah kau memberikan
tanggapan tentang watak serta tabiat Ciu tayhiap. Ciu
Huang?"
"llmu silatnya maha sakti, orangnya jujur, adil dan
tidak berat sebelah, Paling senang mencampuri urusan
dunia yang tak adil, sehingga karena kebiasaannya itulah
ia dipanggil orang sebagai Hakim sakti,"
"Kalau begitu dia adalah seorang tokoh yang baik
sekali?"
"Yaa, dia adalah seorang pendekar besar yang pantas
dihormati semua orang memanggilnya Ciu tayhiap dan
tak ada yang memanggil namanya, dari sini bisa
disimpulkan betapa hormatnya umat persilatan
terhadapnya."

604
"Lantas bagaimana pula dengan tabiat si Dewa jinsom
Phang Thian-hua?"
"Phang Thian-hua seorang jago yang senang
menyendiri sepanjang hidupnya ia amat jarang
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, tapi
kecerdasan serta kehebatan ilmu silatnya merupakan
orang paling top dalam seratus tahun belakangan ini.
Bukan cuma paham ilmu pengobatan dan pertabiban
bahkan dia pun menguasai ilmu tanah dan bangunan
perkampungan Pit-tim-san-ceng yang dibangunnya
penuh dilengkapi aneka alat rahasia yang memiliki
perubahan tak terduga.
Walaupun hanya rerumputan atau pepohonan,
semuanya mengandung hawa pembunuhan yang
mengerikan selama puluhan tahun terakhir ini belum
pernah kudengar ada jago silat yang berhasil masuk
keluar dari perkampungan Pit-tim-san-ceng dengan
selamat tanpa seijin Phang Thian-hua."
"Aaah... pernah kah Locianpwee mengunjungi tempat
itu?"
"Aku hanya pernah mendengar cerita yang beredar
dalam dunia persilatan, sedang diriku pribadi belum
pernah mengunjungi perkampungan itu."
"Phang Thian-hua memiliki kepandaian yang luar
biasa, dapat membangun bangunan yang penuh dengan

605
alat rahasia, menguasai ilmu pertabiban dan obatobatan,
Kehebatannya tiada tandingan, tapi bagaimana
jika ilmu silatnya dibandingkan dengan kemampuan ciu
tayhiap?"
"Waah... kalau soal ini... kalau soal ini..." Han si-kong
agak gelagapan, tapi sesudah mendehem beberapa kali,
terusnya: "ilmu silat yang dimiliki kedua orang ini telah
mencapai puncak kesempurnaan. Kalau kedua orang itu
tidak saling berhadapan dan melakukan - duel, rasanya
sulit bagi kita orang awam untuk menentukan siapa yang
lebih mengungguli siapa...."
"Kalau menurut pandangan Locianpwee pribadi?"
"Kalau lote tetap ingin tahu, aku hanya bisa
mengatakan kepandaian mereka berimbang."
Tampaknya Lim Han-kim sudah terpancing oleh rasa
ingin tahunya setelah mendengar penuturan Han si-kong
yang panjang lebar tentang dunia persilatan, Kini, tak
tertahan lagi ia bertanya lebih lanjut: "siapa pula tokoh
silat yang disebut Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau?
Kenapa namanya bisa disejajarkan dengan si dewa
jinsom Phang Thian-hua, Ciu tayhiap serta Thian-hok
sangjin?"
"Bila kita harus membedakan mereka menurut
tingkatan dalam dunia persilatan semestinya kedudukan

606
siang Lam-ciau masih setingkat lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ciu tayhiap atau Phang Thian-hua."
"Apakah Datuk sepuluh penjuru masih hidup segar
bugar dalam dunia persilatan hingga detik ini?" desak
Lim Han-kim.
"Waaah.... kalau soal itu aku kurang jelas, ia sudah
bertahun-tahun tak pernah memUnculkan diri dalam
dunia persilatan sedang jagoan yang benar-benar pernah
bersua dengannya juga sangat sedikit, Tapi anehnya
setiap jangka waktu tertentu, dalam dunia persilatan
selalu muncul surat hasil tulisannya yang berisikan
ramalan-ramalan yang mengejutkan bahkan ramalannya
selalu tersebar dengan cepat dalam dunia persilatan,
Walaupun tidak selalu tersebar luas sampai utara
maupun selatan sungai besar, tapi sudah pasti
menggetarkan suatu wilayah tertentu."
"Apakah ramalannya selalu tepat?" tanya Lim Han-kim
keheranan
"Yaa, tepat sekali, tak satu pun ramalannya yang
meleset."
"Bila apa yang Locianpwee katakan benar, bukankah
kemampuannya sudah melebihi dewa?" seru Lim Hankim
dengan nada penuh ragu. Han si-kong segera
tertawa terbahak-bahak

607
"Hahahaha... lote, kau tak usah banyak pikir lagi,
tentang masalah tersebut selama puluhan tahun terakhir
ini sudah begitu banyak orang yang menaruh rasa ragu
dan curiga, malahan ada yang membuang banyak tenaga
untuk menyelidiki palsu aslinya tulisan itu. Ada pula yang
mengembara sampai ke ujung dunia untuk menyelidiki
jejak si Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau, tapi
akhirnya tak seorang pun yang berhasil mengungkap
teka teki ini.
Apakah siang Lam-ciau masih hidup di dunia ini atau
tidak juga tidak diketahui orang, apalagi asli tidaknya
surat ramalan tersebut memang tulisan siang Lam-ciau
atau bukan, hingga kini tetap merupakan tanda tanya
besar, Rahasia yang penuh diliputi misterius ini membuat
siapa saja tak habis mengerti.
Tapi dengan berlalunya sang waktu, daya tarik umat
persilatan terhadap persoalan ini pun makin surut.
Menurut pendapatku, rahasia tersebut mungkin tetap
akan menjadi teka-teki hingga akhir jaman, tak seorang
pun yang bisa menebak secara tepat apakah siang Lamciau
masih hidup di dunia ini atau tidak."
Pelbagai pertanyaan segera berkecamuk dalam benak
Lim Han-kim, taktahan ia bertanya lagi: "Masa di kolong
langit tak ada ahli tulisan yang bisa membedakan asli
tidaknya surat itu hasil karya siang Lam-ciau atau
bukan?"

608
"Yaaa, justru di sinilah letak keanehan tersebut."
"Apakah Locianpwee dapat menjelaskan?"
"Untuk menentukan asli tidaknya tulisan itu, umat
persilatan di seluruh kolong langit pernah berkumpul di
loteng oi-hokslo, bahkan dari segala pelosok negeri
dikumpulkan hasil karya siang Lam-ciau sebagai bahan
perbandingan, Lalu diundang pula dua belas orang ahli
tulisan untuk men-cocokan tulisan dalam surat ramalan
itu dengan hasil- hasil karyanya yang telah ada, namun
usaha tersebut tak pernah berhasil menentukan
kesimpulan...."
"Kalau begitu kita bisa simpulkan tulisan dalam surat
ramalan itu memang hasil karya siang Lam-ciau pribadi?"
"Tapi setiap jago yang hadir dalam pertemuan itu
tidak percaya kalau beliau masih hidup di kolong langit"
"Aaaai... kalau begitu aneh sekali," ucap Lim Han-kim
sambi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang.
"Lote, lebih baik kau lupakan saja persoalan ini untuk
sementara waktu. selama puluhan tahun sudah begitu
banyak jago peras otak dan tenaga untuk memecahkan
rahasia ini namun gagal, apalagi dengan kemampuan kau
seorang."

609
"Menurut perasaanku, tampaknya di balik teka teki ini
terkandung suatu rahasia besar yang dapat
menggetarkan seluruh umat persilatan."
"Tepat sekali," sahut Han si-kong sambil tertawa,
"Tapi sehari rahasia itu belum terungkap. orang yang
tidak percayapun harus mempercayainya."
"Menurutku belasan orang yang ahli dalam ilmu tulisan
pun tak bisa membedakan asli tidaknya tulisan dalam
surat ramalan itu, aku yakin tulisan itu tentu bukan hasil
karya orang lain. Bisa jadi benar-benar hasil karya siang
Lam-jau pribadi."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya han si-kong sambil
gelengkan kepalanya dan tertawa.
"Aaaah, aku hanya berbicara menurut apa yang
kudengar, belum tentu dugaanku benar. Di tahun-tahun
pertama penyelidikan peristiwa ini memang
menggemparkan dunia persilatan.
Tak sedikit jago persilatan turut campur. Namun
setelah dilakukan penyelidikan selama puluhan tahun
tanpa berhasil menemukan sesuatu keterangan,
persoalan pun jadi memudar sendiri, Meski nama siang
Lam-ciau masih beredar dalam dunia kangouw namun
mati hidupnya sudah tidak menjadi perhatian orang lagi.

610
Yang menjadi pusat perhatian justru surat ramalannya
yang beredar dalam dunia persilatan sebab selama
puluhan tahun setiap ramalannya tak ada yang meleset.
semua kejadian nyata benar-benar terjadi, oleh karena
itu surat ramalan itu sudah menjadi panutan umat silat.
Begitu tersiar setiap jago pasti mengetahuinya. Lim Hankim
menghela napas panjang.
"Aaai... Dunia benar-benar telah berubah. Hanya
berdasarkan beberapa tulisan dari orang yang mati
hidupnya tidak ketahuan saja sudah cukup
menggemparkan dunia persilatan. Kejadian ini benarbenar
suatu peristiwa yang memedihkan hati." Han sikong
tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha ha... saudara cilik, kita tak perlu risau garagara
persoalan itu, sudah puluhan tahun persoalan itu
menggemparkan dunia namun tak pernah tuntas.
Dengan andalkan kemampuan kita berdua mana
mungkin rahasia besar ini bisa terpecahkan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang dan tidak
berbicara lagi, mendadak ia percepat langkahnya
meneruskan perjalanan. semalaman mereka melakukan
perjalanan. Ketika fajar mulai menyingsing mereka sudah
menempuh perjalanan sejauh seratus lie lebih.
Tiba-tiba Han si-kong menghentikan langkahnya
sambil berseru: "saudara cilik, kita harus beristirahat
dulu."

611
"Keinginanku untuk pulang sekarang bagaikan anak
panah di atas busur, kalau bisa aku ingin punya sayap
dan terbang kembali."
"Aaai... saudara cilik, buat apa kau tergesa-gesa?
sekalipun kita sudah mendapatkan pil mustika seribu
tahun itu sekarang, belum tentu sempat menyelamatkan
jiwa ciu tayhiap."
Lim Han-kim menghela napas sedih, ia bungkam diri
Begitulah, setelah beristirahat sejenak kembali mereka
berdua meneruskan perjalanan.
Han si-kong sudah lama berkelana dalam dunia
persilatan ia sangat hapal dengan jalanan di sekitar situ.
Dengan andalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki
kedua orang itu, perjalanan dapat ditempuh lebih cepat
lagi, Menjelang matahari terbenam, mereka telah tiba di
kuil awan hijau di bukit Ciong-san-
Tampak seorang gadis berbaju hijau yang
menggembol pedang dipunggungnya datang
menyongsong, dalam sekejap mata ia sudah tiba di
hadapan kedua orang itu
"Berhenti" terdengar gadis itu membentak nyaring.
Lim Han-kim berpaling, ia segera kenali orang itu
sebagai adik misan Li Bun-yang dari bukit Hong-san,
cepat- cepat sapanya sambil menjura: "Nona"

612
"Aaaah Rupanya kau sudah pulang" Gadis berbaju
hijau itu berseru keheranan.
Mendadak wajahnya berubah amat serius, tegurnya
lagi dingin. "Diam-diam kau sudah ngeloyor sampai ke
mana? Hmmm Gara-gara kau, kami sampai harus
mencarimu di mana-mana..."
Lim Han-kim sudah tahu kalau gadis ini terbiasa
dimanja sejak kecil sehingga tabiatnya agak berangasan,
diapun tidak meladeni, tanyanya sambil tersenyum
"saudara Li ada di dalam kuil?"
"Kau menanyakan kakak misanku?" seru gadis berbaju
hijau itu dengan wajah cemberut.
"Dia ada di dalam kuil?"
"Tidak ada, kenapa?"
"Tahukah nona, kakak misanmu telah pergi kemana?"
tanya Lim Han-kim lagi dengan kening berkerut.
"Kau benar-benar tidak tahu atau sengaja bertanya
untuk mempermainkan aku?"
"Tentu saja benar-benar aku tidak tahu, buat apa aku
permainkan dirimu?"
"Dia pergi mencarimu" seru gadis berbaju hijau itu
marah.

613
"Apa? Masa ketua kuil iuga tidak ada?"
"Hmmm... kau pergi tanpa pamit masih mendingan,
adik kesayanganmu juga kabur tanpa pamit"
"Apa? Dia juga pergi?" Lim Han-kim makin terkejut.
"Hmmm gara-gara kalian, ketua kuil awan hijau
sampai mengutus segenap anak muridnya pergi mencari
kalian dimana-mana"
Lim Han-kim tidak bicara lagi, dia melangkah menuju
ke kuil.
BAB 19. Asal Usul Menyangkut Geger Persilatan
Baru saja Han Si-kong akan menyusul di belakangnya,
siapa sangka gadis berbaju hijau itu maju ke depan dan
menghadang jalan perginya, bahkan tangan kanannya
meloloskan pedang yang tersoreng dipunggung dan siap
siap melancarkan serangan.
"siapa kau?" bentaknya nyaring. "Kau anggap kuil
awan hijau ini tempat macam apa, sehingga setiap orang
bisa masuk keluar semaunya?"
Berubah paras muka Han si-kong, ia balik menghardik,
"siapa nona, berani amat bersikap kurang jaar
kepadaku?"

614
"Kalau kurang ajar kepadamu, mau apa kau?"
"Kau tahu siapakah aku?"
"Perduli amat siapa kau, pokoknya aku melarang kau
masuk kuil ini, mau apa kamu?"
"Hmmm, seorang budak ingusan sore juga berani
begini takabur kepada-ku, kurang ajar, Biar aku mewakili
ketua kuil awan hijau memberi pelajaran yang setimpal
kepadamu"
Waktu itu Lim Han-kim sudah masuk ke dalam kuil,
ketika mendengar perselisihan itu tanpa terasa ia
berpaling. Melihat dua orang itu siap bertarung, ia jadi
serba salah, maka teriaknya keras-keras: "Locianpwee,
memandang wajahku, mohon kau bersabar"
Belum habis ucapan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar
gadis berbaju hijau itu menghardik,
"Siapa suruh kau turut campur dalam urusanku"
Pedangnya dicabut ke luar dan tanpa membuang
waktu langsung ditusukkan ke dada Han si-kong.
Dengan cekatan Han si-kong berkelit ke samping,
serunya: "Dengan kondisiku sekarang, aku tidak leluasa
untuk bertarung melawan seorang bocah perempuan
macam kau. Biar kejadian hari ini kucatat atas nama
gurumu."

615
sementara beberapa patah kata itu di-ucapkan, secara
beruntun gadis berbaju hijau itu telah melancarkan tiga
jurus serangan. semua serangan dilancarkan amat ganas
dan hebat, memaksa Han si-kong harus mundur sejauh
tiga langkah dari posisi semula.
Mimpipun Han si-kong tidak mengira kalau seorang
nona kecil berusia empat lima belas tahunan dapat
melancarkan serangan pedang dengan jurus seganas dan
sehebat itu. Terkejut dan gusar segera bercampur aduk
dalam benaknya. ia sadar bila tidak membalas, bisa jadi
ia akan terluka oleh serangan pedangnya itu.
Lim Han-kim lebih tersipu-sipu lagi, Dalam keadaan
begini ia merasa tak leluasa untuk mencegah, namun dia
pun tak bisa berpeluk tangan saja. sementara anak muda
itu berada dalam keadaan serba salah, tiba-tiba dari
kejauhan sana berkumandang suara bentakan keras:
"Tahan"
Menyusul suara bentakan itu tampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan
luar biasa, bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya dalam sekejap mata telah tiba di hadapan
beberapa orang itu
Ketika pedang si nona berbaju hijau itu hampir
menusuk dada Han si-kong, tiba-tiba sebuah kipas telah
menangkis ancaman itu bahkan mementalkannya hingga
mencelat ke belakang.

616
"saudara Li, tepat sekali kedatanganmu Aku sedang
serba salah dibuatnya" seru Lim Han-kim cepat sambil
menjura.
Ternyata orang yang barusan muncultak lain adalah Li
Bun-yang. Li Bun-yang berpaling memandang Han sikong
sekejap. lalu dengan gusar bentaknya kepada gadis
berbaju hijau itu. "Anak perempuan tak tahu diri, sedikitsedikit
cabut pedang menyerang orang, Mau apa kau
masih berdiri di situ? Cepat mundur"
Melihat paras muka Li Bun-yang telah diliputi hawa
amarah dan nampaknya betul- betul sudah naik darah,
meski dalam hatinya agak takut namun gadis berbaju
hijau itu tak rela dimaki di depan orang, tiba-tiba ia
lempar pedangnya ke tanah, lalu sambil menutupi
mukanya dengan kedua belah tangan, ia menangis
tersedu-sedu.
Perubahan yang sama sekali tak terduga ini kontan
saja membuat Lim Han-kim bertiga jadi tersipu-sipu, Li
Bun-yang menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu sambil menjura ke arah
Han si-kong ujarnya:
"Han Locianpwee harap kau sudi memaafkan dirinya
karena masih muda dan tak tahu diri, aku mewakilinya
mohon maaf."

617
Jangan dilihat Li Bun-yang baru berusia duapuluh
empat-lima tahunan, ternyata pengetahuan dan
pengalamannya sangat luas. Apa lagi ia sudah terjun ke
dunia kangouwpa usia delapan belas tahun, tak heran
kalau banyak tokoh persilatan yang dia kenal. sekali pun
belum pernah bersua dengan orangnya, paling tidak ia
pernah mendengar tentang raut muka serta bentuk
wajah orang-orang kenamaan itu.
oleh karena itulah setelah mengamati bentuk wajah
dan tubuh Han si-kong, ia segera dapat mengenali orang
ini sebagai si raja monyet ceking Han si-kong.
Buru-buru Han si-kong balas memberi hormat sambil
menyapa: "Apakah anda adalah Li kongcu dari gunung
Hong-san?"
"Tidak berani, tidak berani, aku yang muda Li Bunyang"
"Berapa tahun berselang, aku sudah pernah
mendengar nama kongcu..."
"Aaah, Locianpwee terlalu memuji."
sementara itu si nona berbaju hijau yang sedang
menangis bertambah mendongkol lagi setelah tidak
melihat ada orang yang menggubrisnya, isak tangisnya
makin menjadi-jadi.

618
Lim Han-kim merasa isak tangis itu sangat menusuk
pendengaran dan amat tak sedap di hati, tak tahan lagi
katanya kepada Li Bun-yang: "saudara Li, lebih baik kau
bujuklah adik misanmu itu agar berhenti menangis."
Dengan wajah dingin kaku dan amat serius Li Bunyang
memandang gadis berbaju hijau itu sekejap.
kemudian ancamnya: "Adik Kian, jika kau masih
menangis terus, aku benar-benar akan menghantarmu
pulang ke gunung Hong-san."
Tiba-tiba gadis berbaju hijau itu menurunkan
tangannya yang sedang menutupi wajahnya itu, dengan
jengkel sahutnya: "Aku sengaja tak mau pulang, mau
apa kau? Dunia begini luas, kenapa aku mesti
mengintilmu terus?."
Diambilnya pedang yang tergeletak di tanah itu, lalu
kabur dari situ, Dengan cepat Li Bun-yang melejit ke
udara, tampak bayangan manusia berkelebat lewat,
tahu-tahu ia sudah menghadang di depan gadis berbaju
hijau itu sambil menegur "Kau hendak ke mana?"
"Aku datang ke kuil awan hijau sendirian, kenapa tak
boleh pulang sendirian?"
Li Bun-yang gelengkan kepalanya berulang kali sambil
menghela napas panjang, lalu dibisikinya gadis itu
dengan suara lirih. Bisikan itu begitu lirih sampai Lim
Han-kim dan Han si-kong pun tak dapat menangkap apa

619
yang dikatakan, tapi yang pasti hawa amarah gadis itu
hilang lenyap seketika, malahan sambil tertawa gembira
dia lari masuk ke dalam kuil awan hijau.
Pelan-pelan Li Bun-yang menghampiri Han si-kong,
setelah tertawa getir katanya: "Adik misanku ini sudah
terbiasa dimanja ibuku sehingga lahiriah kebiasaan yang
kurang menyenangkan ha rap Locianpwee jangan
mentertawakan"
"Ha ha ha ha... saudara Li kelewat serius," Han sikong
tertawa terbahak-bahak. "sebagai seorang lelaki
sejati, masa kita mesti ribut dengan anak perempuan.
Apalagi usianya masih begitu muda, memang saatnya
untuk berbinal-binal."
Li Bun-yang mengalihkan pandangannya ke wajah Lim
Han-kim, kali ini ujarnya dengan suara rendah: "saudara
Lim, selamat untukmu, Ciu tayhiap berhasil lolos dari
bahaya maut, kini lukanya sudah mulai sembuh."
Walaupun setiap patah kata itu Lim Han-kim dapat
mendengar secara jelas, namun ia tak berani percaya
dengan pendengaran sendiri, sesudah termangu-mangu
berapa saat serunya: "Apa? Ciu Locianpwee sudah lolos
dari bahaya maut?" .
"Bukan cuma lolos dari bahaya maut," kata Li Bunyang
sambil tertawa, "Malahan kalau saudara Lim pulang
setengah bulan lebih lambat, mungkin luka Ciu

620
Locianpwee sudah sembuh total dan pergi meninggalkan
kuil awan hijau ini untuk mulai berpesiar"
"obat mustika apa yang telah diminum olehnya,
kenapa lukanya sembuh begitu cepat?"
"Tentu saja pil jinsom berusia seribu tahun."
sekali lagi Lim Han-kim tertegun dibuat-nya, ujarnya
kemudian: "Apakah diperoleh dari keluarga saudara Li di
bukit Hong-san."
"Pil jinsom berusia seribu tahun merupakan obat hasil
ramuan si dewa jinsom Phang Thian-hua yang paling
mustajab, mana mungkin keluarga kami memiliki obat
mustika sehebat ini?"
"Aaai... aku jadi tak habis mengerti...." Li Bun-yang
tersenyum.
"llmu pengobatan yang dimiliki Phang Thian-hua tiada
tandingannya di kolong langit, Hampir separuh hidupnya
dia benamkan dalam penyelidikannya membuat dan
meramu obat-obatan mustika sehingga itulah sebabnya
ia disebut orang Dewa jinsom.
Pil mustika berusia seribu tahun memiliki kemampuan
menghidupkan kembali orang yang telah mati, tapi
sayang watak Phang Thian-hua sangat dingin dan aneh.
walaupun sepanjang hidupnya menyelidiki ilmu
pengobatan, namun ia tak pernah menggunakan

621
kepandaiannya itu untuk menolong orang, ia selalu hidup
mengasingkan diri tidak mencampuri urusan dunia ramai
Malahan dengan kepandaian ilmu bangunan-nya ia
dirikan banyak alat rahasia serta barisan Ngo-heng-tin di
sekeliling perkampungannya, selama puluhan tahun
terakhir ini entah sudah berapa banyak jago persilatan
yang terluka atau bahkan tewas terkena alat rahasianya.
orang-orang yang menjadi korban kebanyakan justru
para pasien yang membutuhkan pertolongannya. Kalau
bukan ingin mencuri obat mustika guna menyembuhkan
penyakitnya, mereka tentu khusus datang untuk
memohon pengobatan dari Phang Thian-hua. Kasihan
betul orang-orang itu.
Belum lagi bersua dengan phang Thian-hua,
kebanyakan sudah keburu tewas oleh alat jebakan atau
barisan Ngo-heng-tin yang maha dahsyat itu, Meski
antara dia dengan umat persilatan tiada ikatan dendam
atau sakit hati, namun kekejian hatinya merupakan
kebalikan dari kemampuan ilmu pertabibannya hingga
tak salah lagi jika orang menyebutnya sebagai si Tabib
sakti berhati ular."
"Berita sensasi yang tersiar dalam dunia persilatan tak
boleh dipercaya seratus persen," kata Han si-kong cepat,
"Tapi keluarga persilatan dari gunung Hong-san
mempunyai hubungan yang amat luas. Aku pikir saudara
Li tentu sudah pernah bersua dengan si dewa Jinsom

622
Phang Thian-hua bukan?" Cepat Li Bun-yang
menggeleng.
"sudah lama aku mendengar namanya, namun sayang
belum berkesempatan untuk bertemu sendiri dengan
orangnya."
Dalam pada itu Lim Han-kim sedang memikirkan
masalah pil jinsom seribu tahun itu, ketika mendengar
kedua orang rekannya makin berbicara membawa pokok
persoalan makin jauh, tak tahan lagi dia menyela:
"saudara Li, tahukah kau pil jinsom seribu tahun itu
merupakan hasil ramuan siapa?"
"Pil jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan Phang
Thian-hua amat jarang beredar dalam dunia persilatan,
sudah barang tentu obat yang diminum Ciu Locianpwee
adalah obat milik saudara Lim yang hilang itu."
"Aaaah, apa yang scbenarnya telah terjadi?" tanya Lim
Han-kim tercengang. "Aku benar-benar bingung dan
tidak habis mengerti bukankah pil jinsom berusia seribu
tahun milikku telah hilang...." Li Bun-yang tertawa
nyaring.
"Kalau tidak kuterangkan duduk persoalannya, tentu
saja saudara Lim akan kebingungan.."
Maka secara ringkas dia pun menuturkan bagaimana
sipencuri sakti Ngoo Cing-hong meng hantar pil mustika

623
itu ke kuil. selesai mendengar penuturan tersebut, sambil
bertepuk tangan Han si-kong ber-seru: "Nah, apa kukata
saudara Lim? orang baik selalu dilindungi Thian bukan?
ciu tayhiap selalu membantu kaum lemah dan membela
kebenaran Bila ia sedang terancam bahaya, pasti ada
orang yang akan menolong keselamatan jiwanya."
Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
menghembuskan napas lega, katanya pula: "Aaai....
syukur Thian masih maha adil dengan memberi
kesempatan hidup untuk Ciu tayhiap. dengan begitu aku
pun bisa pulang untuk memberi laporan kepada ibuku."
" Ciu tayhiap lewat ketua kuil awan hijau pernah
berpesan kepadaku, apa bila saudara Lim telah balik ke
mari, diminta segera mengajakmu untuk menjumpai
dirinya." kata Li Bun- yang sambil tertawa.
Lim Han-kim segera merasakan hatinya bergetar,
cepat-cepat serunya: "ciu tayhiap berada di mana
sekarang? Dapatkah kau mengajakku menjumpai
dirinya?"
"saudara Lim tak usah kuatir, walaupun kesehatan ciu
tayhiap belum pulih secara total namun lukanya sudah
hampir sembuh, ia sudah dapat turun dari pembaringan
dan berjalan-..."

624
sesudah berhenti sejenak. kembali terusnya: "Cuma...
adikmu hingga kini belum ada kabar beritanya, entah ia
sudah pergi ke mana?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, sementara
mulutnya tetap membungkam diri, Li Bun- yang merasa
tak tega juga setelah melihat rasa murung menyelimuti
wajah anak muda itu, segera hiburnya: "Saudara Lim,
lebih baik kau bertemu dulu dengan ciu tayhiap. setelah
itu kita baru berusaha untuk mencari jejak adikmu."
"Terima kasih banyak atas perhatian saudara Li."
Kembali Li Bun-yang tersenyum.
"Mari, biar aku menjadi penunjuk jalan buat kalian
berdua..." katanya, Selesai berkata dia putar badan dan
berjalan lebih dulu menuju ke dalam ruangan kuil. Lim
Han-kim dan Han si-kong menyusul di belakangnya.
Setelah melewati dua buah ruangan utama sampailah
mereka di sebuah bangunan kecil di sisi gedung kuil itu.
Sebuah bangunan kecil beratap hijau berdiri di kelilingi
pagar bambu nan hijau. Pintu dan jendela berada dalam
keadaan tertutup, dua orang tosu kecil duduk di kedua
belah sisi pintu sambil berjaga jaga. Tampak secara
lamat-lamat sarung pedangnya yang menongol dari balik
jubahnya,
Ketika melihat datangnya rombongan itu, kedua orang
tosu kecil itu segera melompat bangun dan menghadang

625
jalan pergi mereka, Sambil menjura dan tertawa Li Bunyang
segera menyapa: "Saudara-saudara ini ingin
berjumpa dengan ciu tayhiap. tolong disampaikan ke
dalam"
Dua orang tosu kecil itu memperhatikan sekejap wajah
Lim Han-kim dan Han Si-kong, setelah itu katanya: "Ciu
tayhiap baru saja minum obat, sekarang sedang tertidur
nyenyak. lebih baik kalian menunggu beberapa saat lagi."
"Kalau memang begitu biar kami menunggu sejenak di
luar pagar bambu," ujar Lim Han-kim.
selesai berkata ia duduk bersila di atas tanah,
Malampun makin gelap, selapis cahaya bintang
memancarkan Cahayanya yang redup dari angkasa.
setelah menunggu sekian lama tanpa kabar, lama
kelamaan habis sudah kesabaran Han si-kong. sambil
mendeham berat-berat tegurnya kepada dua orang tosu
kecil itu: "sampai kapan ciu tayhiap baru mendusin?"
"Tidak tentu," sahut dua orang tosu kecil itu sambil
menggeleng, "setelah terluka parah, tenaga dalamnya
belum pulih kembali, Kemungkinan besar ia baru
mendusin fajar besok.,."
"Waaah,.. kalau begitu berarti kami mesti duduk
menanti semalaman di tempat terbuka..."

626
"Maaf," kata tosu kecil sebelah kanan dengan wajah
serius, "suhu telah berpesan, apa bila Ciu tayhiap belum
bangun dari tidurnya, siapa saja dilarang mengusik
ketenangannya . "
Berkilat sepasang mata Han si-kong, tampaknya ia
hendak mengumbar emosinya, namun akhirnya ia
berhasil mengendalikan diri, gumamnya: "Berbincang
dari kedudukan serta nama besar ciu tayhiap. sekalipun
aku mesti menunggu tiga hari tiga malampun hal ini
lumrah dan cukup berharga untuk dilakukan-"
Mendadak dari balik bangunan rumah yang tertutup
rapat itu berkumandang suara orang berbatuk-batuk
pelan, disusul kemudian terbias sekilas cahaya lentera,
setelah itu terdengar seseorang menegur dengan suara
yang rendah dan amat berat:
"Tokoh silat dari manakah yang hendak menjumpai
aku?"
Pintu kayu terbuka lebar, seorang kakek yang lengan
dan kepalanya masih dibalut kain putih munculkan diri di
depan pintu.
Buru-buru Li Bun-yang maju ke depan dan memberi
hormat, katanya: "Aku yang muda li Bun- yang
menjumpai Ciu Locian-pwee"

627
sebagian besar wajah kakek itu terbalut oleh kain
putih sehingga yang tampak sekarang tinggal telinga,
hidung, mulut serta sepasang matanya, Hal ini membuat
bentuk mukanya menjadi amat mengerikan
Lim Han-kim juga segera maju memberi hormat
sambil memperkenalkan diri: "Aku yang muda lim Hankim
menjumpai Lo-cianpwee."
sedang Han si-kong menjura pula seraya berseru:
"Aku Han si-kong, biasa dipanggil orang si monyet tua,
sudah lama kukagumi nama besar tuan, sungguh
beruntung hari ini dapat berjumpa."
Pelan-pelan kakek itu menyapu wajah ketiga orang itu,
kemudian baru katanya: " Kalian bertiga tak usah banyak
adat, silahkan masuk ke dalam rumah"
Li Bun-yang tidak bicara lagi ia segera melangkah
masuk lebih dulu ke dalam ruangan, perabot dalam
ruangan itu amat sederhana tapi bersih, dari balik
sebuah hiolo batu yang tingginya satu depa kelihatan
asap putih mengepul memenuhi seluruh ruangan,
menyiarkan bau harum.
Di atas pembaringan kayu yang lebar dan besar
tampak selimut yang tebal dan bantal yang masih
terletak kacau, di atas meja kayu terletak sebuah botol
porselen.

628
Dalam sekilas pandangan saja Lim Han-kim dapat
mengenali botol porselen itu sebagai benda miliknya
yang dicuri orang, Tiba-tiba timbul rasa malu di hati
kecilnya, cepat-cepat ia melengos ke arah lain dan tidak
berani memandang lagi.
sementara itu si kakek telah berjalan menuju ke
pembaringan dan duduk di situ, kemudian baru katanya:
"silahkan kalian bertiga ambil tempat duduk, maaf aku
tak bisa melayani karena lukaku belum sembuh sama
sekali."
"Locianpwee tak perlu sungkan-sungkan," sahut Li
Bun-yang cepat, "Kami bisa berjumpa pun sudah merasa
bangga dan berterima kasih sekali."
si Hakim sakti Ciu Huang tertawa canggung.
"Keluarga persilatan dari bukit Hong-san memang
sumber orang berbakat Kembali aku dapat bertemu
dengan seorang tokoh berbakat yang masih muda tapi
hebat."
" Locianpwee terlalu memuji...." sinar matanya segera
dialihkan ke wajah Lim Han-kim, kemudian anak muda
itu melanjutkan "Ketua kuil awan hijau pernah berpesan
kepadaku untuk membawa saudara Lim datang
menghadap. Apa bila kehadiran kami mengganggu
istirahat Locianpwee mohon bisa dimaafkan."

629
si Hakim sakti Ciu Huang segera mengawasi wajah Lim
Han-kim lekat-lekat, kemudian tanyanya pelan: "Nak,
apakah kau yang mengantar pil jinsom seribu tahun itu
untukku?"
Untuk sesaat Lim Han-kimjadi gelagapan dan tidak
tahu bagaimana harus menjawab. sesudah termenung
cukup lama baru ia berkata: "Walaupun pil mustika itu
memang aku yang membawa, tapi sayang telah dicuri
orang di tengah jalan. Untuk mendapatkan kembali pil
tersebut aku telah banyak merasakan penderitaan-"
"Penderitaan apa saja yang telah kau alami?" tanya
Ciu Huang sambil mengalihkan pandangan matanya ke
atap ruangan. secara ringkas Lim Han-kim menceritakan
pengalamannya sewaktu mencari balik pil mustikanya
yang tercuri itu.
"oooh... ada kejadian seperti itu?" Hakim sakti Ciu
Huang berseru tertahan- "setelah sembuh dari lukaku
nanti, aku harus pergi untuk memeriksa sendiri"
"Pengalaman dan ilmu silat Locianpwee jauh melebihi
kami semua, Kami percaya tak satu pun kejadian dalam
dunia persilatan selama tiga puluh tahun belakangan ini
yang dapat mengelabui Locianpwee."
"Dunia sangat luas, biar pun aku telah menjelajahi
empat telaga lima samudra bukan berarti semua
persoalan tentu kuketahui..."

630
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali terusnya:
"Coba utarakan persoalan apa yang ingin kau tanyakan,
asal bisa kujawab pasti akan kuberikan jawaban yang
sejelas-jelasnya . "
"Locianpwe banyak kenal dengan jago persilatan,
pernahkah kau mendengar asal usul dari perkumpulan
Hian- hong- kau?"
Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan
matanya, sesudah termenung sejenak ujarnya: "selama
ini perkumpulan Hian- hong- kau hanya bergerak di
seputar wilayah Im-ciu dan Kui- ciu. Belum pernah
kudengar ia mengadakan hubungan dengan umat
persilatan...."
"Tapi daya pengaruh mereka sudah meluas sampai ke
wilayah Kanglam, Bahkan pesanggrahan Tho-hoa-kit
yang umat termashur pun sudah menjadi salah satu
markas besarnya dalam menanamkan pengaruh
diwilayah Kanglam ini. Dengan menggunakan gadis-gadis
cantik sebagai umpan, mereka berhasil menghimpun
banyak jago persilatan untuk dijadikan anak buahnya."
si Hakim sakti Ciu Huang memutar sepasang matanya
memandang sekejap wajah ketiga orang itu, mulutnya
membungkam diri dalam seribu basa.
Melihat itu Li Bun-yang menghela napas panjang,
terusnya: "Walaupun aku sudah berdiam hampir satu

631
bulan lamanya di Pesanggrahan Tho-hoa-kit, sungguh
menyesal aku ternyata tak berhasil mengungkap rahasia
di balik semua itu, justru karena itu aku berpendapat
dalang dari semua persoalan ini pasti bukan manusia
sembarangan. Bila sUatu ketika perkumpulan Hianhong-
kau berhasil menancapkan sayapnya di wilayah
Kanglam, bisa diduga kehadiran mereka saat itu tentu
akan membawa badai pembunuhan atas jago-jago
Kanglam.
Betul aku mempunyai tekad ingin melenyapkan bibit
bencana bagi umat persilatan ini, namun aku pun sadar
bahwa kemampuanku seorang tak sanggup memikul
tanggung jawab ini, Bahkan aku sendiri pun tidak tahu
manusia macam apakah ketua perkumpulan Hian- hongkau
itu.
Locianpwee, kau sudah menjelajahi semua pelosok
dunia, tentu kau tahu bukan asal usul Hian- hong- kau
serta siapa kah pemimpin mereka itu..."
sejak tadi Han si-kong sudah mencoba untuk menahan
diri, tapi akhirnya ia tak sabar juga, cepat- cepat
selanya: "Aku telah mengalami sendiri kehebatan
mereka, Dengan lolohan arak wangi mereka membuat
aku mabuk kemudian memenjarakan aku hampir dua
tahun lamanya, sayang aku tak pernah punya
kesempatan untuk bertarung melawan pemimpin mereka
itu. Kehidupan selama dua tahun di tempat yang gelap

632
tanpa sinar matahari, biar tak kuterangkanpun tentu
kalian bisa bayangkan sendiri bagaimana tersiksanya
bagi diriku.
selama hid up belum pernah aku menerima hinaan
seperti ini. Rasa gusar dan dendamku hingga kini masih
menyumbat dadaku, saudara Li, apa bila kau berencana
hendak menyapu rata pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku
pun bersedia menjadi panglima pembuka jalanmu."
"Aku pernah bersua dengan ketua Hian- hong- kau jiu"
mendadak Lim Han-kim menimbrung.
"Manusia macam apa sih dia?" buru-buru Li Bun-yang
bertanya,
" Wajah mereka sama-sama mengenakan topeng yang
amat tebal sehingga sulit bagiku untuk melihat raut
wajah mereka yang sesUngguhnya."
"Pada mulanya aku masih mengira Lik-ling yang cantik
jelita dan genit itu adalah pemimpin yang mendalangi
semua itu, akhirnya aku baru mengetahui bahwa di
belakang dia ternyata masih ada dalang lain."
si Hakim sakti Ciu Huang yang selama ini hanya
mendengar tanpa komentar mendadak mendehem
beberapa kali, setelah itu ujarnya: "Menurut apa yang
kuketahui, Hian- hong- kau cuma sebuah perkumpulan

633
kecil yang bermarkas di wilayah Im-ciu dan Kui-ciu.
Pemimpin mereka adalah seorang perampok ulung yang
dipaksa lima perguruan besar untuk menyingkir dari
wilayah Tionggoan hingga akhirnya kabur kepegunungan
diwilayah Im-ciu...."
Tiba-tiba ia berhenti sejenak seakan- akan sedang
memikirkan sesuatu, tapi seperti juga lagi beristirahat
kurang lebih seperminum teh kemudian ia baru
melanjutkan: "llmu silat yang dimiliki orang itu sangat
sederhana dan bersahaja, tapi ia pandai menggunakan
obat pembius, ia membuka markas dipegunungan antara
wilayah Im-ciu dan Kui-ciu serta mengumpulkan para
pembelot dan penghianat perguruan besar untuk
dijadikan anak buahnya sehingga akhirnya berdirilah
perkumpulan Hian- hong- kau.
Aku jadi ragu-ragu, masa sebuah perkumpulan sekecil
dan selemah itu mampU menjelajahi daratan Tionggoan
dan malang melintang di sini.,."
"ltulah sebabnya kejadian ini agak mencUrigakan,"
sambUng Li Bun- yang. Ciu Huang menghembuskan
napas panjang
"Yaa, aku percaya di balik peristiwa ini tentu ada latar
belakangnya."
"Menurut pendapat aku Lim Han-kim, organisasi
mereka benar-benar amat misterius dan rahasia..."

634
sambung Lim Han-kim. Han si-kong tak mau kalah,
komentarnya pula: "Walaupun aku sudah terkurung
hampir dua tahun dan banyak siksaan telah kuderita,
namun selama ini diriku hanya disekap dalam penjara
bawah tanah itu, hal mana membuat aku tak pernah
berhasil mengorek rahasia Hian- hong- kau.
Tapi aku sempat juga bertarung beberapa gebrakan
melawan orang-orang yang ditugaskan mengirim nasi,
Aku rasa ilmu silat orang-orang itu meski belum bisa
dibandingkan dengan jagoan kelas satu, namun
kepandaian mereka tidak lemah. jika pemimpim yang
mengatur organisasi ini cuma seorang perampok biasa,
rasanya mustahil orang itu bisa memimpin kawanan
jago-jago tangguh itu,"
"Betul," Lim Han-kim menimpali "Biarpun aku belum
pernah bertarung secara resmi melawan orang-orang
Hian- hong- kau, namun aku pernah menyaksikan
kepandaian mereka dengan mata kepala sendiri Aku
percaya pemimpin organisasi itu adalah seorang manusia
kejam yang berhati telengas, ia tak mungkin cuma
seorang perampok biasa."
Kembali si Hakim sakti Ciu Huan pejamkan sepasang
matanya, ia berkata: "sejak awal toh sudah kujelaskan,
apa yang kukatakan tadi merupakan kejadian pada
puluhan tahun berselang, selama puluhan tahun ini bisa
saja terjadi perubahan yang di luar dUgaan. Mungkin

635
saja perkumpulan Hian- hong- kau telah memiliki
pemimpin baru...."
sesudah berhenti sejenak, ia tatap wajah Lim Han-kim
dan menambahkan "Nak, coba kau tuturkan kembali
pengalamanmu sewaktu kehilangan pil jinsom berusia
seribu tahun itu, Mungkin dari penuturanmu tersebut aku
bisa mengungkap kejadian yang sesungguhnya."
Lim Han-kim manggut-manggut, maka secara ringkas
dla pun menceritakan apa yang telah dialaminya.
sambil pejamkan matanya si Hakim sakti Ciu Huang
memperhatikan dengan seksama, menanti Lim Han-kim
selesai dengan penuturannya dia baru membuka
matanya kembali sambil berkata: "Nak. siapa yang suruh
kau mengantar pil jinsom seribu tahun itu untukku?"
Lim Han-kim berkerut kening, setelah termenung
sampai lama sekali ia baru menjawab: "Aku mendapat
perintah dari ibuku untuk mengHantar obat tersebut ke
mari..."
"lbumu?" Ciu Huang kelihatan tercengang.
Walaupun wajahnya terbungkus oleh kain perban
sehingga sulit untuk melihat mimik mukanya, namun
ditinjau dari nada suaranya yang penuh diliputi rasa
kaget dan tercengang, jelas membuktikan kalau ia sangat
tercengang dan keheranan oleh peristiwa itu.

636
Tiba-tiba Lim Han-kim seperti teringat akan suatu
persoalan yang sangat penting, ia melompat bangun
sambil menggerakkan bibirnya, tapi niat itu segera
diurungkan, pelan-pelan ia duduk kembali.
Melihat itu, Li Bun-yang melirik Han Si-kong sekejap,
kemudian sambil bangkit berdiri katanya: "Maaf, aku
harus menjumpai adikku sebentar, aku mohon diri dulu."
Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia
persilatan Melihat gelagat tersebut ia pun mengerti apa
maksudnya, sambil ikut bangun berdiri katanya pula:
"Aku juga ingin mohon diri dulu." Dengan cepat dia
mengikuti di belakang Li Bun-yang berlalu dari ruangan
tersebut,
Memandang hingga bayangan punggung kedua orang
itu lenyap di balik kegelapan, si Hakim sakti Ciu Huang
baru menghela napas sambil bertanya: "Apakah dalam
hatimu terdapat banyak pertanyaan nak?"
"Hingga kini aku belum mengetahui asal-usulku yang
sebenarnya, Sejak mulai tahu urusan, aku selalu hidup
dan bermain di dalam lembah Hong-yap-kok. Belasan
tahun lamanya tak pernah meninggalkan lembah itu
selangkah pun, tiba-tiba saja kali ini ibu memerintahkan
aku untuk menghantarkan pil jinsom berusia seribu tahun
ini untuk Locianpwee...."

637
Mendadak ia merasa kata selanjutnya tak pantas
diucapkan, maka ia pun berhenti di separuh jalan.
"sebenarnya kecurigaan apa yang ada di hatimu?
utarakan saja secara blak-blakan," kata Ciu Huan segera.
"Selama belasan tahun ini aku mempunyai satu
persoalan yang rasanya selalu mengganjal di dadaku,
kuharap Locianpwee sudi memberi penjelasan
kepadaku."
"soal apa?"
"Asal usulku"
Ciu Huang termenung tidak bicara, sampai lama
kemudian ia baru bertanya: "Apakah ibumu tak pernah
memberi tahukan persoalan ini kepadamu?"
"lbuku punya disiplin yang sangat ketat, setiap kali aku
bertanya tentang asul usul-ku, wajahnya segera berubah
serius dan menegurku agar tidak banyak bertanya. Tapi
sebagai putra manusia aku wajib mengetahui siapa
ayahku dan bagaimana asal-usulku, sebab bila masalah
ini saja tak jelas, apa artinya aku hidup sebagai seorang
manusia?"
"Nak, walaupun pertanyaanmu itu benar, tapi maaf
aku pun merasa kurang leluasa untuk menerangkan
kepadamu. ibumu cerdik dan luar biasa, kalau ia belum
bersedia memberitahukan asal usulmu, berarti dia

638
menganggap saatnya belum tiba, Aaaai.,, tapi aku bisa
memberitahukan akibatnya bila asal- usulmu itu
terungkap saat ini di dalam dunia persilatan, sudah pasti
badai kekacauan akan melanda dunia, jangankan ibumu
tak sanggup menghadapi kekacauan tersebut, bahkan
meskipun aku dan gurumu turun tangan bersama belum
tentu kekacauan itu bisa diredakan" Lim Han-kim jadi
tertegun.
" Kalau begitu Locianpwee mengetahui asal usulku?"
serunya, si Hakim sakti Ciu Huang manggut-manggut.
"Yaa, dalam dunia persilatan saat ini kecuali ibumu,
gurumu dan aku yang mengetahui asal usulmu, mungkin
cuma Thian-hok...."
Mendadak ia merasa telah salah bicara - sehingga
buru-buru tutup mulut.
Lim Han-kim semakin tergetar perasaannya, serunya
tertahan: "Jadi Thian-hok sangjin juga tahu?"
Hakim sakti ciu Huang mengerti, kesalahan itu tak bisa
diperbaiki lagi, terpaksa ia menyahut: "Betul, Thian-hok
sangjin juga tahu, cuma apa yang diketahuinya amat
terbatas sehingga tak mungkin ia bersedia
memberitahukan kepadamu."
Tiba-tiba Lim Han-kim teringat kembali kalau Thianhok
sangjin telah berangkat ke istana racun, satu ingatan

639
kembali melintas dalam benaknya, diam-diam pikirnya:
"Pada mulanya aku mengira kepergian Thian-hok sangjin
ke istana racun merupakan suatu peristiwa yang aneh.
Tampaknya asal- usulku inilah merupakan rahasia
terbesar di dunia saat ini. jika aku tidak menggunakan
kesempatan ini untuk menyingkap asal- usulku hingga
tuntas, mungkin selanjutny aaku tak punya kesempatan
lagi untuk mengetahui asal- usulku secara jelas...."
Berpikir sampai di situ, ia segera bangkit berdiri seraya
menjura, katanya: "Locian-pwe, kalau memang kau
mengetahui asal- usulku, mohon kau sudi memberi
penjelasan kepadaku, sekalipun kejadian mana
menyangkut masalah besar dalam dunia persilatan, aku
pun bersedia menahan diri dengan tidak melakukan
segala perbuatan secara gegabah."
Hakim sakti Ciu Huang gelengkan kepalanya berulang
kali, tolaknya: "Kecuali persoalannya ini, bila kau masih
ada masalah lain katakan saja, asal tahu, aku pasti akan
memenuhi permintaanmu itu."
Ucapan itu diutarakan secara tegas sehingga sama
sekali tak diberi peluang untuk dirundingkan Lim Han-kim
sadar meski didesak lebih jauh pun tak ada gunanya
sebab Ciu Huang sudah bertekad tak akan membocorkan
asal-usulnya. Tapi ia tak rela untuk menyerah begitu
saja, maka untuk sesaat dia pun terbungkam dalam
seribu basa sementara otaknya bercutar mencari akal

640
Bagaimana caranya memancing orang tua ini sehingga
mau membeberkan asal-usulnya tanpa sengaja.
Terdengar ciu Huang membujuk sambil menghela
napas panjang: "Nah, kau tak usah banyak pikir lagi, tak
ada ibu di dunia ini yang tak sayang pada putranya,
ibumu tak bersedia mengungkap asal- usulmu, hal ini tak
lain demi kebaikanmu sendiri."
"Apakah Locianpwee suruh aku melewati sisa hidupku
secara bodoh dan kabur.,."
"Bila saatnya telah tiba, pasti ibumu akan
mengungkap sendiri secara jelas, Nah, kau sudah
bersabar belasan tahun, kenapa tidak bisa bersabar
berapa waktu lagi?"
"sekalipun Locianpwee enggan memberitahukan
rahasia itu kepadaku, aku bersumpah tetap akan
menyelidiki persoalan ini dengan sepenuh tenaga hingga
terungkap sama sekali."
Pelan-pelan Ciu Huang membaringkan diri ke atas
pembaringan setelah itu tanyanya: "Tahukah kau apa
maksud ibumu menyuruh kau mengHantar obat mustika
itu untukku?"
"Aku tidak mengerti"
"Aaaai.,, maksud ibumu benar-benar mulia, sekalipun
aku mengetahui secara jelas, namun aku tak ingin

641
membuatnya kecewa." Biar pun Lim Han-kim pintar,
namun pengetahuannya tentang dunia persilatan tidak
banyak. Ucapan yang diutarakan ciu Huang secara
mendadak ini seketika membuat dia terbelalak dan tak
tahu apa yang mesti dikatakan.
Pelan-pelan ciu Huang pejamkan matanya kembali,
katanya: "selama hidup aku hanya tahu melepaskan budi
kepada semua orang, tapi belum pernah menerima
setitik balasan pun dari orang lain, Kini ibumu mengutus
kau menempuh perjalanan ribuan li untuk mengHantar
obat kepadaku, meski dalam suratnya ia tidak berpesan
apa-apa, namun aku bisa menebak maksud hatinya
secara jelas,"
"Maafkan aku yang bodoh. Aku tak bisa menebak apa
maksud ibuku? Locianpwe, bersediakah kau
menerangkan sehingga pikiranku yang tersumbat bisa
sedikit terbuka?"
"Nak. asal-usulmu penuh diliputi kesedihan. juga
menyangkut suatu peristiwa menyedihkan yang telah
lama tenggelam dalam dunia persilatan. Tokoh-tokoh
silat yang terlibat dalam peristiwa ini tersebar di seantero
jagad, hampir meliputi semua tokoh sakti zaman itu.
Demikian meluasnya mereka yang terlibat sehingga kalau
dibicarakan sungguh mengerikan.
Padahal peristiwa itu berawal dari suatu
kesalahpahaman tapi akhirnya terciptalah suatu tragedi

642
yang menggetarkan sukma. Nak. meskipun peristiwa itu
sudah terjadi pada dua culuh tahun berselang tapi
hingga kini tak ada orang berani menyinggung kembali
peristiwa itu.
Aku sendiri, walaupun mengetahui asal- usulmu, juga
yakin tragedi itu timbul dari salah paham Tapi lantaran
pertama buktinya kurang lengkap aku tak bisa tampilkan
diri untuk mencuci bersih kesalahan paham ini. Kedua,
masalah ini mempunyai kaitan yang amat luas, aku tak
berani bertindak secara gegabah...."
Berbicara sampai di situ kembali ia berhenti sejenak.
sesudah termenung berapa saat ia baru melanjutkan
"sudah terlalu banyak yang kubicarakan mungkin hal ini
malah menambah banyak kemurungan bagimu. Aaaai...
meski ilmu silat gurumu sangat hebat dan termasuk
salah satu jago pilihan dalam dunia persilatan, namun
ilmu silat tiada batasnya, sekalipun seseorang
menggunakan segenap kemampuannya belajar
sepanjang hidup pun tak mungkin bisa menguasai
seluruh ilmu yang ada di dunia ini.
Maka dari itu dunia persilatan terdiri dari banyak partai
dan aliran, ada yang tersohor karena ilmu pedangnya,
ada pula yang terkenal karena ilmu pukulan setiap aliran
memiliki keunggulan masing-masing, Apa yang suhumu
bisa, belum tentu aku pun bisa, tapi apa yang kuketahui
belum tentu juga diketahui gurumu.

643
oleh karena itu meskipun ibumu tidak berkata apaapa,
tapi aku memahami maksud hatinya yaitu minta aku
mewariskan ilmu silat kepadamu."
" Kalau soal ini, aku tak berani menerima-nya."
"Nah, kau tak usah menampik," Ciu Huang menghela
napas. "Sesungguhnya ilmu silat bagimu merupakan
kunci terpenting yang perlu dimiliki, terlepas dari budimu
mengHantar obat untukku. Cukup ditinjau dari sikap
ibumu yang berjiwa baja dan mampu hidup menanggung
derita, aku tak bisa berpeluk tangan belaka.
Yang dihormati kita umat persilatan adalah istri setia
dan anak berbakti, apa lagi kau memiliki bakat yang
bagus untuk mewarisi ilmu silatku. Asal kau mau
bersabar menunggu beberapa hari lagi, dengan bantuan
obat jinsom berusia seribu tahun itu aku percaya sepuluh
hari kemudian lukaku bakal sembuh sama sekali.
Biarpun belum mampu digunakan untuk bertarung
melawan orang, tapi lebih dari cukup untuk mewariskan
ilmu silat kepadamu, hanya sebelum itu aku perlu
mengutarakan dulu...."
"Aku siap mendengarkan"
"Boleh saja aku mewariskan ilmu silat kepadamu,
namun kita tak boleh ada ikatan nama sebagai guru dan
murid."

644
Lim Han-kim hanya termangu-mangu saja tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, sebab ia memang tak
tahu apa yang mesti dikatakan.
Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Hal ini
bukan disebabkan bakatmu tidak sesuai menjadi anak
muridku serta mewarisi sebutan itu, sesungguhnya
akulah yang tidak pantas menjadi gurumu. Aaaai,., tidak
sedikit umat persilatan yang menaruh rasa kagum dan
hormat kepadaku, dengan pelbagai cara mereka ingin
belajar silat dariku, masuk dalam perguruanku tapi siapa
yang tahu dalam sepanjang hidupku aku pernah tiga kali
menderita kekalahan?"
Lim Han-kim menghela napas panjang, tiba-tiba ia
jatuhkan diri berlutut di hadapan Ciu Huang seraya
berkata: "sejak mengetahui urusan, aku selalu
dibelenggu perasaan murung memikirkan asal- usulku,
Walaupun ibu amat sayang kepadaku tapi setiap kali
menyinggung tentang ayahku, kalau bukan ia menegurku
dengan marah tentu menangis penuh kepedihan hati,
membuat aku selalu ketakutan tak berani bertanya lagi.
Tapi justru karena keadaan yang lain daripada
biasanya itu membuat aku semakin ingin mengetahui
asal-usulku yang sesungguhnya Aaaai... hampir belasan
tahun lamanya aku dirundung kemurungan gara-gara
masalah ini. Entah berapa banyak teguran dan makian
yang telah kuterima, dan entah berapa banyak kali

645
kusaksikan ibu menangis sedih, Tak heran keinginanku
mengetahui asal- usulku ibarat gelombang yang
mengamuk di samudra, tapi... ke mana aku harus pergi
untuk mencari seseorang yang tidak terlibat dalam
masalah ini namun bersedia mengungkapkan asalusulku?
Aaai.... Rupanya Thian maha pengasih, akhirnya aku
dapat bertemu dengan Locianpwee pada malam ini mau
menyingkap sedikit latar belakangku itu Bisa jadi ibuku
memang menaruh niat minta Locianpwee mewariskan
ilmu silatnya kepadaku, tapi tidakkah mungkin ia juga
memiliki niat lain?"
"Niat apakah itu? Bagaimana kalau kau jelaskan?"
"Locianpwe pernah bilang asal- usulku mengenaskan
dan pengalaman keluargaku tragis, ucapan ini pasti
benar bukan?"
"Tentu saja benar."
"Dalam ingatanku sama sekali tidak tertinggal kesan
tentang ayahku, kupikir peristiwa tragis inipasti terjadi
gara-gara ayahku bukan?"
"Ehmmm, kau memang sangat pintar."
"Kalau Locianpwee memang mengetahui persoalan ini,
kumohon kau sudi membeberkannya kepadaku, sehingga

646
aku pun bisa melenyapkan kemurungan yang selama ini
mengganjal dadaku."
Hakim sakti ciu Huang tidak-menjawab, pelan-pelan ia
membaringkan diri ke atas pembaringan.
BAB 20. Kakek Berambut Putih Menuntut obat
Lim Han-kim merasa darah panas bergelora di dalam
dadanya, tidak tahan lagi ia cucurkan air mata, terusnya
dengan nada sedih: "Bila Locianpwee tak mau
membeberkan asal-usulku hari ini, aku pun akan berlutut
terus sepanjang masa."
Pemuda murung yang selalu angkuh ini agaknya
sudah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri,
air matanya bercucuran amat deras.
Tampaknya Hakim sakti Ciu Huang merasa sangat
terharu, pelan-pelan ia duduk kembali sambil membujuk:
"seorang lelaki sejati tak gampang mencucurkan air
mata, Cepat bangkitlah dulu."
"Jadi Locianpwee telah mengabulkan permintaanku?"
Haklm sakti ciu Huang menggeleng.
"Nak, cepatlah bangun. Mari kita berbincang-bincang
lagi. Aku suka dengan para pendekar yang gagah dan

647
berjiwa baja, paling benci dengan orang tak bersemangat
yang gampang terpengaruh emosi."
Sambil menyeka air matanya Lim Han-kim bangkit
berdiri, ujarnya: "Bila Locianpwee tidak bersedia
membeberkan asal-usulku, terpaksa aku pergi mencari
Thian-hok Sangjin."
"Kalau aku tidak bicara, tanggung Thian-hok Sangjin
pun tak bakal meluluskan permintaanmu. "
Lim Han-kim ingin bertanya lebih jauh, mendadak
terdengar suara deheman berkumandang datang disusul
kemudian terdengar suara langkah kaki yang kacau.
Ketika berpaling, tampaklah ketua awan hijau ci Mia-cu
berjalan paling depan disusul Han Si-kong dan Li Bunyang
di belakangnya.
ci Mia-cu memandang Lim Han-kim se-kejap, lalu
tanyanya kepada si Hakim sakti ciu Huang: "ciutayhiap,
lukamu tidak apa-apa bukan?" ciu Huang tertawa.
"Phang Thian-hua disebut orang dewa jinsom, tentu
saja nama besarnya itu bukan nama kosong saja,
Sungguh tak disangka sebotol pil jinsom berusia seribu
tahunnya benar-benar dapat merenggut balik sukma-ku
dari pintu neraka...."

648
Ucapan itu diutarakan dengan suara nyaring dan
lantang, jelas luka yang dideritanya sudah sembuh
sebagian besar.
Ci Mia-cu menghela napas panjang, katanya: " orang
baik memang selalu dilindungi Thian, pada waktu biasa
Ciu tayhiap hanya menolong orang, oleh sebab itulah
ketika berita terlukamu tersebar dalam dunia persilatan,
entah berapa banyak orang yang turut menguatirkan
keselamatan jiwamu. Meski aku tak ingin menyebar
luaskan berita ini, namun orang yang datang menjenguk
atau menghantar obat tetap mengalir datang tiada
habisnya."
"Aku memang punya banyak teman di dunia
persilatan, tapi musuhku juga tak sedikit jumlahnya,
selama ini aku yakin banyak musuh besarku yang telah
datang ke kuil awan hijau untuk menuntut balas bukan?"
sambung Ciu Huang sambil ter-tawa.
Ci Mia-cu mengalihkan pandangannya memandang
para jago sekejap, kemudian sahutnya: "Yaa, walaupun
ada beberapa orang yang mendapat kabar dan datang
mencari balas, tapi semuanya berhasil dibendung oleh Li
kongcu"
Ciu Huang segera menatap wajah Li Bun- yang lekatlekat,
katanya "Aku sudah beberapa kali bertemu muka
dengan ibumu, budi bantuan saudara Li pasti akan
kubalas setelah bertemu ibumu nanti."

649
"Locianpwe adalah seorang pendekar sejati masa ini,"
kata Li Bun- yang sambil tertawa. "sudah menjadi
kewajiban kami sebagai umat persilatan untuk berusaha
membantu Locianpwee lolos dari bencana kali ini,
tentang ibuku.... belakangan ini ia sudah hidup
memencilkan diri Meski aku sendiripun jarang dapat
bersua dengan beliau, maksud baik Locianpwee biar aku
mewakili ibuku untuk menerimanya."
Ternyata ia kuatir Ciu Huang benar-benar
mengunjungi bukit Hong-san setelah lukanya sembuh
nanti, Dengan kedudukan serta pamornya dalam dunia
persilatan, sudah sepatutnya kalau kunjungan itu
disambut sendiri oleh ibunya. Padahal waktu itu ibunya
sedang menutup diri dan tak mungkin munculkan diri
untuk menyambut Dengan watak Ciu Huang tinggi hati,
perlakuan macam itu bisa jadi akan menimbulkan salah
paham dengan pihak keluarga Hong-san, karena itulah ia
berusaha untuk menampik.
Hakim sakti Ciu Huang menghela napas panjang.
"Yaa, sebagian besar sahabat lamaku telah wafat, yang
masih hiduppun kebanyakan sudah mengundurkan diri
tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, Tinggal
aku seorang yang masih luntang-lantung dalam
keramaian dunia. Aaaai... kelihatannya sudah waktunya
aku mengundurkan diri juga...."

650
"Kata-kata Ciutayhiap pantas menjadi panutan bagi
kaum muda, Tapi bicara sejujurnya, hidup mengasingkan
diri pun tidak menjamin bisa lolos dari segala keruwetan
dalam dunia persilatan, contoh yang paling jelas adalah
diriku, meskipun aku sudah hidup sebagai pendeta di kuil
awan hijau dan boleh dibilang telah menghindarkan diri
dari keramaian dunia persilatan, tapi kenyataannya
selama belasan tahun ini begitu banyak jago persilatan
tetap datang mencari balas. Meski berulang kali aku
mengalah dan mencoba menahan diri, tak urung
beberapa kali juga aku dipaksa untuk turun tangan.
Aaaai... satu kali orang terlibat dalam dunia persilatan,
tampaknya selama hidup jangan harap bisa meloloskan
diri kembali."
Kemudian setelah berhenti sejenak, Ci Mia-cu berkata
lebih jauh: "Berbicara dari kedudukan serta pamor ciu
tayhiap. ia sepuluh kali lipat lebih tinggi ketimbang aku.
Bila ingin mencari sepi untuk hidup tenang... aku rasa
sulitnya bukan kepalang."
"Ehmm, ucapan itu memang benar," timbrung Han sikong
tiba-tiba. "siapa pun yang pernah terjun ke dalam
dunia persilatan, selama hidup ia jangan harap bisa cuci
tangan dengan bersih."
setelah tarik napas panjang, terusnya: "Dari deretan
jago silat angkatan kita sekarang, ciu tayhiap. Phang
Thian-hua dan Thian-hok sangjin terhitung tiga jenis

651
tokoh yang saling berbeda, selama ini ciu tayhiap malang
melintang dalam dunia persilatan dengan mengutamakan
keadilan dan jiwa pendekar sehingga disebut orang
Hakim berwajah baja, tidak heran kalau Ciu tayhiap
mempunyai banyak musuh. sebaliknya Phang Thian-hua
tak pernah terjun ke dunia persilatan, tapi kenyataannya
musuh besar yang bermusuhan dengannya tidak berbeda
jauh dengan musuh-musuh ciu tayhiap...."
"Ehmm, perkataan itu benar juga," Ciu Huang
manggut-manggut.
"Tapi yang paling mengenaskan justru Thian-hok
sangjin, Biasanya ia tak suka cari nama maupun
kedudukan, tapi justru begitu banyak jago silat serta
permasalahannya yang merembet dan melibatkan
dirinya. ia berusaha menjauhkan diri dari keramaian
dunia, tapi justru banyak orang pergi mencarinya untuk
membuat perhitungan sehingga pondok Lian-im-lunya
yang terdiri dari berapa buah bangunan gubug tak
pernah sepi dari kunjungan manusia. Nyatanya aku
pernah ke sana, si kepalan baja Ku Hui dari tiga orang
gagah Juan-tiong pun pernah ke situ.,."
"Apa?" mendadak sepasang mata Ciu Huang yang
berada di balik kain pembalut putih melotot besar.
"Menurut apa yang kuketahui, dua orang pembantu
Thian-hok sangjin bukan jago sembarangan, masa
mereka ijinkan sembarangan orang mengunjungi pondok

652
Lian-im-lu?"
"Aku percaya dan yakin Thian-hok sangjin adalah
seorang jago pilihan, baik budi pekerti maupun ilmu
silatnya sudah mencapai taraf kesempurnaan dan akupun
menyadari selama hidup jangan harap aku orang she-
Han mampu melatih diri hingga mencapai taraf yang
seimbang dengan kemampuannya, tapi kalau berbicara
tentang beberapa orang pembantunya itu, Kemampuan
mereka masih belum cukup untuk membendung
kehadiran para jago."
"Ada apa? Kau pernah bertarung dengan mereka?"
"Jui lotoa orangnya ramah, ia lepaskan kami untuk
lewat, sebaliknya Li Loji galak dan tak kenal manusia,
sikapnya itu memaksa aku si monyet tua terpaksa harus
menerjang naik dengan kekerasan-"
"Kau dapat mengungguli Li leji, hal ini membuktikan
ilmu silatmu terhitung bagus sekali."
"Di kala kami berada di Pondok Lian-im-lu itulah,
dengan mata kepala sendiri kami saksikan kehadiran dua
manusia aneh dari Thian-lam.,."
"Nenek naga berambut putih..." tukas ciu Huang
tertegun.

653
"Yaa, selain Nenek naga berambut putih, masih ada
lagi seorang kakek berambut putih,"
"oooh, dia pasti si naga botak siang Cou pada puluhan
tahun berselang orang ini adalah seorang tokoh kalangan
hitam yang amat termashur dalam dunia persilatan,
kemudian ia dipaksa orang meninggalkan daratan
Tionggoan hingga mesti mengungsi ke Thian-lam.
Entah bagaimana ceritanya tahu-tahu ia sudah
menjadi anggota perguruan Thian-lam. Ada urusan apa
kedua orang itu datang kepondok Lian-im-lu?"
"Mencari Thian-hok sangjin untuk menelusuri jejak
dua mustika dari Thian-lam"
"Pedang usus ikan dan tameng naga langit?"
"Benar"
"Menurut apa yang kuketahui, Thian-hok sangjin tidak
mencari nama maupun kedudukan walaupun dua
mustika dari Thian-lam merupakan mustika impian setiap
Umat persilatan, bukan berarti dia pun bakal tertarik
dengan benda-benda semacam itu. sudah pasti dua
manusia aneh dari Thian-lam mendapat hasutan orang
lain sehingga menyatroni pondok Lian-im-lu."
Agaknya secara tiba-tiba Han si-kong teringat akan
suatu persoalan yang amat penting, segera katanya: "ciu
tayhiap. kau sudah lama berkelana di dalam dunia

654
persilatan pengetahuan serta pengalamanmu pasti amat
luas, boleh dibilang jarang ada yang menandingi...."
"Anda terlalu memuji, bila ingin bertanya katakan
saja."
"Ciu tayhiap. apakah kau kenal dengan seorang jago
pedang kenamaan dari dunia persilatan yang menjadi
sahabat karib Thian-hok sangjin, dia mengaku bernama
Pek Khi-hong?"
si Hakim sakti Ciu Huang berpikir sejenak. kemudian
sahutnya: " Walaupun banyak jago pedang kenamaan
yang belum pernah kujumpai, paling tidak tentu pernah
kudengar namanya, tapi rasanya belum pernah kudengar
nama Pek Khi-hong itu.,."
Han Si-kong segera melirik Lim Han-kim sekejap.
kemudian tertawa tergelak. "Ha ha ha ha... saudara Lim,
kita sudah ditipu budak itu."
"Tapi kita tak akan salah melihat, pedang usus ikan
betul-betul berada di tangannya," ucap Lim Han-kim.
"Meskipun dua mustika dari Thian-lam tidak berada di
tangan Thian-hok sangjin, tapi kelihatannya ada
hubungan yang erat dengan dirinya, sedang kehadiran
dua manusia aneh dari Thian-lam di Pondok Lian-im-lu
juga bukan tanpa alasan, tentunya Ciu tayhiap pernah

655
mendengar tentang Gadis naga berbaju hitam bukan?"
Ciu Huang manggut-manggut membenarkan.
"Dengan membawa dua mustika dari Thian-lam,
perempuan ini telah membuat onar selama belasan
tahun di daratan Tionggoan, tapi secara tiba-tiba
jejaknya lenyap tak berbekas dan tak pernah munculkan
diri kembali, Dulu aku pernah bertemu satu kali
dengannya, apakah ia masih hidup hingga kini?"
"Bukan hanya masih hidup segar bugar malahan
sudah kawin."
"Kawin dengan siapa?"
"Pek Khi-hong.-."
Maka secara ringkas Han si-kong menceritakan
bagaimana kisahnya mereka bertemu dengan Han-gwat,
terjerumus diperkampungan Lak-seng-tong, naik ke
Pondok Lian-im-lu untuk mematahkan borgol tangan lalu
bagaimana bertemu dengan si Gadis naga berbaju hitam
dan dua manusia aneh dari Thian-lam, di mana Thianhok
sangjin dipaksa untuk menyerahkan dua mustika dari
Thian-lam, lalu bagaimana Thian-hok sangjin secara
sukarela berangkat ke istana racun.
Selesai mendengar kisah tersebut, Ci Mia-cu menghela
napas panjang, katanya: "Selamanya Thian-hok Sangjin
tak pernah berhubungan dengan umat persilatan,

656
ternyata ia pun digundah banyak persoalan dan
kerepotan, Aaaai Sebagai anggota dunia persilatan
tampaknya susah amat untuk melepaskan diri dari
keruwetan pelbagai masalah.^
"Thian-hok Sangjin kelewat termashur," ujar Han Sikong.
"Dengan kedudukannya dalam dunia persilatan,
tentu saja sulit baginya untuk memutuskan hubungan
dengan masalah dunia persilatan, Betul ia tidak mencari
gara-gara, tapi orang lain justru datang mencarinya.
sekalipun di balik kejadian ini terdapat banyak masalah
yang kurang jelas, tapi sukar untuk dicari sebabmusababnya,
Yang membuat orang lebih tak habis
mengerti adalah kerelaan Thian-hok Sangjin menuruti
perintah Dewi seratus racun untuk berangkat ke istana
racun.
Malahan kudengar kepergian Thian-hok Sangjin kali ini
konon ada hubungannya dengan keselamatan seluruh
umat persilatan di dunia ini, coba bayangkan apakah
kejadian ini tidak aneh?"
"Ehmmm... rasa- rasanya aku pun pernah mendengar
orang membicarakan masalah istana panca racun," kata
Ci Mia-cu. "Tapi kalau di pikirkan kembali sekarang,
rasanya susah bagiku untuk mengingat-ingat di manakah
leitak istana racun itu."

657
"oooh, kalian belum pernah mendengar tentang istana
panca racun? Aku bisa memberi sedikit penjelasan untuk
kalian," kata Ciu Huang.
"Jadi Ciu tayhiap pernah berkunjung ke istana panca
racun?"
ciu Huang segera menggeleng
"Biarpun aku belum pernah berkunjung ke tempat itu,
namun aku mengetahui seluk beluknya dengan jelas."
"Yaa, aku pun pernah mendengar cerita tentang
betapa seram dan mengerikannya tempat itu," ujar Ci
Mia-cu. "Terus terang saja setelah peristiwa itu, aku
pernah berpikir cukup lama, tapi sulit rasanya untuk
mempercayainya dengan begitu saja."
Ciu Huang menghela napas panjang, "Berita yang
tersiar dalam dunia persilatan memang kedengarannya
menyeramkan sebab banyak yang sudah ditambahi
bumbu, tapi berita yang kudengar ini justru datang dari
mulut seorang sahabat lamaku, jadi kebenaran ceritanya
lebih dapat dipercaya. Menyinggung soal menyeramkan,
tempat itu memang tiada duanya di dunia saat ini..."
"sebetulnya tempat macam apakah itu?" tukas Li Bunyang.
"ibumu mempunyai pengetahuan serta pengalaman
yang amat luas, bahkan mungkin jauh di atas

658
kemampuanku, masa saudara Li belum pernah
mendengar ibumu menyinggung soal ini?"
"Mendengar sih pernah, cuma hanya sekilas pintas
saja sehingga kurang begitu jelas."
Ciu Huang menggeser badannya untuk duduk lebih
nyaman sedikit, kemudian setelah mendeham pelan,
terusnya: "Tempat itu merupakan suatu tempat yang
penuh diliputi hawa beracun yang jahat dan misterius,
Konon, sepuluh li di sekeliling istana panca racun penuh
tertimbun daun-daun membusuk serta aliran hawa racun
yang entah dari mana asalnya.
Aliran hawa racun serta daun-daun membusuk yang
terhimpun menjadi satu menciptakan suatu hawa maut
yang alami tapi jahatnya bukan kepalang, Kemudian oleh
seseorang tempat itu dirubah sedemikian rupa sehingga
bekas-bekas daun busuk itu jadi sama sekali tak
berbekas, ini menyebabkan orang luar yang tiba di situ
dan tidak mengetahui kondisi setempat menjadi terjebak
ke dalam alam beracun tanpa disadarinya. Kalau sudah
begini, biar kau memiliki ilmu silat yang maha
dahsyatpun jangan harap bisa lolos dari bencana
kematian...."
semua orang mendengarkan penuturan itu dengan
seksama, enam buah sorot mata bersama-sama
ditujukan ke wajah Ciu Huang,

659
Pelan-pelan si Hakim sakti Ciu Huang pejamkan
matanya, kemudian ia baru melanjutkan: "Alam maut
yang tercipta oleh daun- daun busuk serta aliran hawa
beracun itu benar-benar merupakan suatu tempat maut
yang tiada duanya di dunia ini. Tak usah seseorang
terjerumus ke dalam hawa racun yang sudah terhimpun
beratus tahun lamanya, cukup bau busuk yang terpancar
dari daun busuk saja sudah mampu membuat seseorang
mati lemas."
"Aneh benar, masa anggota istana panca racun tidak
takut dengan hawa beracun itu?" tanya Han si-kong
keheranan-
"Setiap benda di dunia ini pasti ada lawannya, konon
di dalam istana panca racun itu tumbuh sejenis bunga
aneh yang memiliki bau harum sangat tebal. Asal
seseorang mencantumkan sekuntum bunga itu di
badannya, maka ia tak perlu kuatir dengan hawa beracun
lagi."
"Kecuali alam beracun itu apakah masih ada tempat
lain yang lebih berbahaya lagi?" tanya Li Bun-yang.
"Di dalam alam racun yang terdiri dari daun busuk
serta hawa racun itu terdapat sebidang tanah seluas
berapa ratus hektar. Di tempat itulah istana racun
tersebut didirikan Untuk melengkapi keseraman istana
tadi, dikumpulkan aneka macam makhluk beracun yang

660
kalau dijumlah mencapai lima jenis utama, itulah
sebabnya istana itu disebut istana panca racun."
"Kalau dibilang ada lima jenis makhluk beracun,
seharusnya antara makhluk yang satu dengan makhluk
yang lain saling bertentangan. Bagaimana mungkin tetap
ada lima racun? " tanya Li Bun-yang.
"Waaah, kalau soal itu aku kurang jelas."
Li Bun-yang mendehampelan, katanya lagi: "Manusia
macam apa pula pemimpin yang menyelenggarakan
istana panca racun itu?"
"Masalah ini bukan cuma aku yang tak jelas, aku rasa
tak ada orang kedua dalam dunia persilatan saat ini yang
mengetahui seluk beluk tersebut sejelasnya."
"Aku tahu di dunia ini justru ada dua orang yang
mengetahui latar belakang istana racun itu secara jelas"
tiba-tiba Han si-kong menyela.
"harap Locianpwee menjelaskan lebih jauh."
"Yang pertama adalah Thian-hok sangjin, tapi dia
sudah memasuki istana racun sehingga tak perlu
disinggung lagi. Masih ada seorang lagi hingga kini masih
berdiam di pondok Lian-im-lu."
"Kau maksudkan gadis berbaju putih yang lemah
karena penyakit itu?" tanya Lim Han-kim.

661
"Yaa, gadis itulah yang kumaksudkan. Ketika Thianhok
sangjin hendak mengikuti si perempuan siluman
menuju ke istana racun tempo hari, hampir semua orang
yang hadir pada marah dan berusaha menghalangi.
cuma si nona baju putih yang datang secara tergesagesa
saja yang tidak terpengaruh oleh keadaan, Malahan
ia membujuk Thian-hok sangjin agar berangkat dengan
perasaan lega. Bukan saja ia berbicara dengan tenang,
malahan mengantar tanpa perasaan hati yang berat
Apabila ia belum mengetahui latar belakang persoalan itu
secara jelas, tak nanti ia bisa bersikap demikian."
"Ehmm, perkataan Locianpwee memang benar."
Tiba-tiba terdengar suara bulu sayap burung
membelah angkasa berkumandang datangi disusul
kemudian terlihat seekor burung kakak tua menembusi
angkasa melayang masuk ke dalam ruangan, Burung itu
tak lain adalah Bi-ji, burung yang cerdik itu,
setelah mengitari ruangan satu lingkaran burung itu
melayang turun dan hingga di bahu Li Bun-yang sambil
berteriak: "Nona bertemu musuh, nona bertemu
musuh..."
Berubah paras muka Li Bun-yang, dengan cepat ia
melompat bangun sambil serunya: "Adikku telah bertemu
musuh tangguh dan kini sedang terlibat dalam perta
rungan sengit, harap kalian tunggu di sini, aku akan
membantu adikku dulu."

662
Selesai bicara, tanpa menanti jawaban dari beberapa
orang itu ia sudah lari ke luar dari ruangan dengan
langkah cepat.
soat Bi-ji si burung cerdik itu segera mementang
sayapnya terbang lebih dulu sebagai penunjuk jalan, Han
si-kong segera ikut melompat bangun sambil ujarnya:
"Biar aku ikut saudara Li melihat keadaan, ingin kulihat
jagoan dari mana yang telah datang." Dengan langkah
lebar dia menyusul dari belakang.
ci Mia-cu tak mau kalah, katanya pula: "Lim situ,
harap kau tetap tinggal di sini menemani ciu tayhiap. aku
segera akan balik,"
Lim Han-kim berkerut kening, ja menggerakkan
bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi niat
itu kemudian dibatalkan ia mengawasi kepergian
beberapa orang rekannya itu tanpa bicara.
sepeninggal beberapa orang itu, si Hakim sakti Ciu
Huang baru berpaling memandang Lim Han-kim sekejap.
kemudian tanyanya: "Pernahkah ibumu membicarakan
tentang tabiatku selama ini?"
"Jarang sekali ibu membicarakan masalah dunia
persilatan dengan diriku, terutama masalah jago-jago
silatnya."

663
"Nah, itulah dia. Watakku memang aneh sekali, apa
yang telah kuputuskan selamanya tak akan pernah
dirubah. setelah aku memutuskan akan mewariskan ilmu
silat kepadamu, perduli kau setuju atau tidak. aku tetap
akan mewariskan kepandaian kepadamu, sebaliknya aku
tidak bersedia memberitahukan asal-usulmu, maka
meskipUn kau gorok leher sendiri di hadapankupun tak
nanti aku akan menuruti kehendakmu itu."
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan tegas dan
sama sekali tidak memberi peluang untuk berunding,
malah selesai bicara dia pejamkan matanya rapat-rapat.
Lim Han-kim menghela napas sedih, pelan-pelan ia
berjalan keluar dari ruangan sementara itu dua orang
tosu kecil penjaga pintu telah meloloskan senjata
masing-masing dan bersembunyi di balik kegelapan
untuk mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan.
Lim Han-kim mengangkat kepalanya memandang
angkasa, tampak rembulan tergantung jauh di atas
awan, bintang bertaburan di angkasa memancarkan
cahaya yang redup, ia menghembuskan napas panjang,
ingin rasanya untuk membuang semua kekesalan yang
mengganjal dadanya, tangannya segera diayunkan ke
muka melepaskan satu pukulan kearah hutan bambu.
Pukulan itu hampir disertai seluruh kemurungan dan
kekesalan yang mengganjal dadanya, Tenaga yang

664
disertakanpun sangat kuat,Begitu dilepaskan, segulung
angin pukulan yang sangat kuat menyambar ke luar.
Mendadak segulung tenaga pukulan yang lembut
muncul dari balik hutan bambu itu dan menggulung ke
luar. secara gampang dan enteng sekali ternyata ia
berhasil memunahkan seluruh kekuatan pukulan yang
dilepaskan Lim Han-kim itu.
Pukulan yang dilepaskan secara sembarangan ternyata
memancing munculnya musuh tangguh, Kenyataan ini
sangat mengejutkan Lim Han-kim, otomatis rasa murung
dan kesalnya hilang seketika, diawasinya hutan bambu
itu dengan seksama lalu bentaknya nyaring: "siapa kau?"
"Aku datang untuk meminta obat," dari balik hutan
bambu bergema suara jawaban yang rendah dan berat,
kemudian pelan-pelan muncullah seorang kakek
berambut putih.
Dengan sekilas pandangan saja Lim Han-kim segera
mengenali siapa pendatang itu, dengan tertegun serun a:
"Rupanya kau, Pek Khi-hong"
"Benar, memang aku"
Mendadak terlihat cahaya pedang berkilauan dua bilah
cahaya putih meluncur ke luar langsung menusuk
ketubuh kakek berambut putih itu.

665
Ternyata dua kilatan cahaya pedang yang menyerang
datang itu berasal dari dua bilah pedang tosu-tosu kecil
penjaga pintu itu. saat itu mereka berdiri dengan mata
terbelalak lebar, mereka tak tahu sejak kapan orang itu
sudah hadir di sana serta bersembunyi di dalam hutan
bambu dekat ruangan.
seandainya bukan serangan Lim Han-kim yang
memaksa orang itu munculkan diri, mungkin sampai
orang itu menyelinap masuk ke dalam ruangan mereka
berdua belum menyadarinya.
Rasa malu bercampur gusar segera menyelimuti
perasaan dua orang tosu kecil itu. Tak heran begitu
melihatsi kakek berambut putih munculkan diri, serentak
mereka lancarkan serangan secara garang.
Tampak Pek Khi-hong mengebutkan ujung baju
kanannya, Pedang yang berada di tangan dua orang tosu
kecil itu segera terpental balik, pergelangan tangan
mereka jadi kaku dan nyaris senjatanya terlepas dari
genggaman.
Dengan suara berat Lim Han-kim segera berseru:
"Kalian bukan tandingannya, cepat menyingkir."
Walaupun dua orang tosu kecil itu dibuat terkejut
bercampur terkesiap atas kehebatan ilmu silat si
pendatang, namun sebagai penjaga pintu yang

666
mempunyai tanggung jawab berat, tentu saja mereka tak
bisa berdiam diri begitu saja.
setelah berhenti sejenak untuk atur pernapasan
mereka segera memencarkan diri.
satu dari depan, yang lain dari belakang serentak
menggerakkan senjatanya melancarkan tusukan.
Pek Khi-hong tertawa dingin. ia berdiri tenang
bagaikan sebuah bukit Thay-san, sementara sepasang
telapak tangannya melepaskan pukulan kiri kanan depan
belakang secara berantai
Menyusul berhembusnya angin pukulan itu, dua orang
tosu kecil itu segera merasakan pedang di tangan
mereka tersedot segulung kekuatan yang maha dahsyat
membuat serangan mereka miring ke samping.
Menggunakan kesempatan itulah Pek Khi-hong
mengubah pukulannya menjadi cengkeraman dan
menerobos masuk lewat peluang tersebut.
Gerak serangannya amat cepat bagaikan sambaran
kilat, Dua orang tosu kecil itu merasakan urat nadi pada
pergelangan tangannya jadi kaku, tahu-tahu senjatanya
terlepas dan sudah berpindah tangan semua.
sementara itu Lim Han-kim merasa amat terkesiap
setelah mengikuti jalannya pertarungan itu Demikian
cepatnya gerak serangan yang digunakan untuk merebut

667
senjata lawan itu, nyaris belum pernah disaksikan
sebelumnya.
Terdengar Pek Khi-hong menjengek sambil tertawa
dingin: "Ketua kuil awan hijau mempunyai reputasi yang
sangat baik dalam dunia persilatan, aku tak ingin melukai
anak muridnya."
sepasang pergelangan tangannya segera digetarkan,
dua orang tosu kecil itu seketika mencelat mundur
sejauh lima langkah.
Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya bersiap sedia, kemudian ditatapnya Pek Khihong
sambil menegur: "Kau hendak minta obat pada
siapa?"
"Kita pernah berjanji sewaktu ada di pondok Lian-im-lu
tempo hari, kalau aku dapat memutuskan rantai borgol
dari tangan kalian berdua, maka kau pun bersedia
memberikan pil jinsom berusia seribu tahun kepadaku.
sekarang aku tahupil mustika itu sudah terjatuh di kuil
awah hijau ini, kenapa aku tak boleh ke mari untuk
memintanya?"
Lim Han-kim tertegun, dalam keadaan begini terpaksa
ia harus membantah sesaat kemudian baru ia berkata:
"Ketika berada di pondok Lian-im-lu tempo hari, Locianpwee
sendirilah yang berkata begitu Kapan aku

668
pernah berjanji apalagi pil jin-som berusia seribu tahun
itu sudah bukan menjadi milikku."
"Lalu milik siapa?"
"Pil jinsom milikku sudah dirampas orang-orang Hianhong-
kau, tapi kemudian berhasil dicuri kembali oleh si
pencuri sakti, Untuk membalas budi Ciu tayhiap. ia
hadiahkan pil tersebut untuknya, jadi obat itu sudah
bukan hakku lagi."
"Perkumpulan Hian- hong- kau bisa merampas, Nyoo
Cing-hong bisa mencuri, masa aku tak boleh merebutnya
secara terang-terangan?" seru Pek Khi-hong.
"Tapi Ciu tayhiap menderita luka yang sangat parah, ia
membutuhkan obat tersebut untuk menyelamatkan
jiwanya,"
"Putriku juga menderita penyakit parah yang
mengancam keselamatan jiwanya, ia butuh juga obat
tersebut untuk selamatkan nyawanya."
"itu mesti disalahkan kehadiran Locian-pwee tidak
tepat pada waktunya,"
Pek Khi-hong tertawa dingin, "He he he he... nama
besar si Hakim sakti Ciu Huang mungkin bisa
menakutkan orang lain, tapi jangan harap bisa
menggertak mundur aku. Lagi pula sebotol pil jinsom

669
berusia seribu tahun itu pun tak habis dimakan seorang
diri, aku hanya minta bagian separuhnya saja."
Lim Han-kim jadi tertegun, diam-diampikirnya: "betul
juga perkataan ini. Kalau Ciu tayhiap tidak membutuhkan
obat sebanyak itu, ada baiknya juga membagi separuh
untuknya sehingga jiwa putrinya dapat diselamatkan
juga...."
sementara itu Pek Khi-hong telah menyerobot masuk
ke dalam ruangan setelah melihat anak muda itu cuma
termenung tanpa menggubris perkataannya lagi.
Lim Han-kim jadi terkejut sekali setelah merasakan
desingan angin menyambar lewat dari sisi tubuhnya,
buru-buru dia lepaskan satu pukulan sambil teriaknya:
"Lo-cianpwee..." "Blaaammmm. . . "
Diiringi suara benturan yang amat nyaring, telapak
tangan kedua orang itu saling beradu satu sama lainnya.
Lim Han-kim segera merasakan hawa murni dalam
dadanya bergelora keras, tidak kuasa lagi tubuhnya
terdorong mundur sejauh tiga langkah, Mimpipun Pek
Khi-hong tidak menyangka kalau anak muda tersebut
memiliki tenaga pukulan yang begini sempurna, bahkan
gerak maju tubuhnya pun ikut terbendung.
Cepat- cepat Lim Han-kim menarik napas untuk
mententramkan hawa murninya yang bergolak di dada,

670
setelah itu katanya: "Ruangan ini merupakan tempat Ciu
tayhiap merawat lukanya. Locianpwee tak boleh
menerjang masuk secara sembarangan."
"Kalau begitu pil jinsom berusia seribu tahun itu pasti
berada dalam ruangan itu," seru Pek Khi-hong.
selesai berkata ia lepaskan satu pukulan lagi sambil
menerobos masuk ke dalam ruangan, setelah menerima
sebuah pukulannya tadi, Lim Han-kim telah mengerti
bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih jauh
melebihi kemampuannya sehingga mustahil baginya
untuk menentang Pek Khi-hong dengan kekerasan-
Kali ini kedua jari tangan kanannya disodokkan ke
muka menotok urat nadi pada pergelangan tangan
lawan, jurus memutus urat yang digunakannya ini sangat
lihai dan tepat penggunaannya, Mau tak mau Pek Khihong
harus menarik kembali serangannya terlebih dulu,
Berhasil membendung terjangan lawannya dengan
sabetan jari tangan itu, kembali Lim Han-kim
menggerakkan kaki kanannya melancarkan sebuah
tendangan kilat.
sesungguhnya Pek KHi-hong sudah menerobos masuk
ke dalam pintu ruangan waktu itu, tapi karena gegabah
ia malah kena dipaksa mundur oleh totokan serta
tendangan Lim Han-kim. Kenyataan ini kontan saja

671
membuat kakek berambut putih itu tertegun. "Bocah
muda, hebat amat ilmu silatmu" serunya.
secara beruntun sepasang telapak tangannya
melepaskan serangkaian pukulan, dalam sekejap mata ia
telah melepaskan delapan buah pukulan berantai.
Kedelapan jurus serangan itu dilancarkan dengan
kecepatan bagaikan sambaran kilat, Tenaga pukulan pun
berhamburan bagaikan gulungan ombak samudra, benarbenar
dahsyat dan mengerikan.
Ketika Lim Han-kim selesai menyambut delapan buah
serangan itu, tubuhnya sudah kelelahan hingga paras
mukanya berubah hebat. Tapi ia sangat menguatirkan
keselamatan Ciu Huang, walaupun ia sadar dalam
menghadapi pertempuran sengit hari ini mau tak mau dia
mesti kerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya,
namun ia bertekad mencegah kakek itu menerjang
masuk ke dalam ruangan dan merampas obat mustika
itu.
Ia mengerti, sekali kakek berambut putih itu berhasil
memasuki ruangan, kemungkinan besar ia bakal bentrok
dengan Ciu Hang, padahal si Hakim sakti baru sembuh
dari sakit parahnya, bagaimana mungkin ia sanggup
menerima tenaga pukulan yang begini sempurnanya?
Berpikir sejauh itu, Lim Han-kim semakin tak berani
gegabah, dengan mengerahkan segenap kekuatan yang
dimilikinya, ia melepaskan serangan balasan, Dengan

672
jurus "Datang Awan Dari Langit" tangan kanannya
menghantam dada musuh, sementara tangan kirinya
memakai jurus "Memisah Bunga Memilih Liu" menyodok
perut kakek itu.
Pek Khi-hong mencak-mencak kegusaran dengan mata
melotot karena marah bentaknya: " Kau pingin
mampus?"
Tubuhnya berkelebat menyingkir ke samping, begitu
lolos dari sergapan dua jurus serangan itu, tangan
kanannya dengan jurus "Memindah Bukit Membalik
samudra" menghantam sejajar dada.
Dalam pukulan ini dia sertakan tenaga dalam yang
maha dahsyat dan merupakan jurus serangan keras
melawan keras, Dalam posisi demikian, kecuali
menyambut serangan itu dengan kekerasan, Lim Hankim
hanya bisa berkelit ke samping saja untuk memberi
jalan lewat bagi lawannya.
"llmu silat Locianpwee amat sempurna, aku ikhlas bila
harus mati di ujung tangan Locianpwee."
Sepasang telapak tangannya segera ditarik sejajar
dada kemudian didorong ke depan, ternyata ia siap
menyambut serangan tersebut dengan kekerasan, Terasa
olehnya segulung tenaga tekanan yang maha dahsyat
menumbuk kearah dadanya, membuat jantungnya
berdebar keras dan pandangan matanya berkunangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
673
kunang, Tubuhnya bergetar keras lalu mundur tiga
langkah dengan sempoyongan.
Pek Khi-hong kagum sekali dengan kehebatan anak
muda itu, tak kuasa pujinya: "Di kolong langit dewasa ini
hanya beberapa orang yang mampu menyambut delapan
bagian tenaga pukulanku, tak nyana kau sanggup
menerima seranganku ini...."
Walaupun ucapan itu diutarakan dengan nada
sungkan, namun serangan telapak tangannya tidak
menjadi terhenti Gempuran-gempuran yang lebih gencar
dilontarkan berulang kali, sementara berusaha
menerjang masuk ke dalam ruangan.
setelah menerima satu pukulan lawannya tadi, Lim
Han-kim sudah tak mampu menahan diri, bagaimana
mungkin ia mampu membendung datangnya serangkaian
serangan Pek Khi-hong yang begitu gencar?
Namun dalam hati kecilnya ia selalu memperingatkan
diri, bagaimana pun ia tak boleh memberi kesempatan
kepada lawannya menerjang masuk ke dalam ruangan,
apa lagi melukai Ciu tayhiap.
Ingatan ini melintas dan menggelora terus di dalam
benaknya. sekalipun kesadarannya sudah mulai
memudar, namun terhadap persoalan ini ia selalu
menaruh rasa was- was. Karenanya pukulan ppukulan

674
yang dilontarkan untuk membendung serangan itu pun
menggunakan jurus-jurus bUnuh diri.
Dalam keadaan seperti ini sekalipun Pek Khi-hong
memiliki ilmu silat yang sangat hebatpun susah baginya
untuk maju barang selangkah pun. Lama kelamaan naik
juga darah Pek Khi-hong, sambil membentak keras
serangan yang dilancarkan makin lama semakin
bertambah berat.
Kembali Lim Han-kim bertahan beberapa gebrakan
dengan susah payah, ia mulai keteter hebat dan nyaris
tak sanggup menahan diri, mungkin dalam tiga sampai
lima gebrakan lagi ia bakal terluka di ujung tangan Pek
Khi-hong.
Di saat yang amat kritis itulah mendadak terdengar
seseorang membentak nyaring: "siapa yang berani
menyatroni tempat terlarang Kuil Awan Hijau?"
Diiringi bentakan nyaring, segulung tenaga pukulan
menggulung tiba dengan kecepatan luar biasa
mengancam punggung Pek Khi-hong. Dari suara desiran
kuat yang mengancam belakang tubuhnya, Pek Khi-hong
sudah sadar kalau ia kedatangan musuh tangguh, Berada
dalam posisi begini mau tak mau dia mesti balikkan
tubuh untuk menyambut datangnya ancaman tersebut
cepat-cepat tangan kanannya lepaskan satu pukulan.

675
begitu dua gulung tenaga membentur, tubuh si
pendatang yang baru melayang turun ke tanah itu
tergetar mundur sejauh satu langkah, tapi begitu mundur
orang itu mendesak maju lagi, tangan kanannya
diayunkan ke depan, sebuah senjata kipas telah
menyodok dada lawan-
Berkilat sepasang mata Pek Khi-hong. ia semakin
terkesiap setelah menjumpai si pendatang ternyata
adalah seorang pemuda tampan berusia dua puluh
tahunan, namun kecepatan serta kehebatan tenaga
pukulannya sedikit pun tidak berada di bawah
kemampuan Lim Han-kim. segera pikirnya: "Heran,
kenapa dalam Kuil Awan Hijau ini bisa terdapat begitu
banyak jago-jago muda berilmu tinggi...?"
sementara otaknya berputar, ia sudah terlibat dalam
perta rungan lagi melawansi pendatang, Tenaga dalam
yang dimiliki orang ini hampir seimbang dengan kekuatan
Lim Han-kim, namun pengalamannya dalam menghadapi
musuh serta keaneka-ragaman ilmu silatnya jauh
melampaui kemampuan pemuda she- Lim itu.
Tampak orang itu dengan memainkan ilmu kim-kong
dari aliran siau-lim di tangan kanannya, tangan kiri
menggunakan jurus "Membersihkan Debu Berdebat
santai" dari aliran Bu-tong justru memutar senjata
kipasnya sedemikian rupa.

676
Bukan saja memiliki perubahan yang amat banyak.
lagi pula sebentar menebas seperti pedang sebentar
membabat seperti golok. sukar diduga ke mana dia
hendak mengancam.
Dalam kesempatan itu Lim Han-kim menggunakan
kesempatan tersebut mengatur kembali pernapasannya.
Dengan dasar tenaga dalamnya yang sempurna, tak
selang berapa saat kemudian kondisi tubuhnya telah
pulih kembali Ketika ia menengok kembali ke arena
pertarungan dijumpainya orang yang sedang bertarung
sengit melawan Pek Khi-hong itu ternyata tak lain adalah
Li Bun-yang dari bukit Hong-san.
sesungguhnya ilmu silat yang dimiliki Pek Khi-hong
masih jauh di atas kemampuan Li Bun-yang, tapi
berhubung Li Bun-yang lebih gesit dan licik serta
berusaha menghindari pertarungan keras melawan keras,
maka untuk sesaat Pek Khi-hong pun tak dapat banyak
berbuat.
Lim Han-kim menarik napas panjang-panjang,
sesudah menghimpun kembali tenaga dalamnya ia maju
dua langkah ke depan dan menghadang di depan pintu
siap menghadapi ancaman.
Ternyata Li Bun-yang mengerti kalau tenaga dalamnya
tak mampu menandingi lawan, maka ia berusaha
menghindari pertarungan adu kekerasan. setiap kali

677
menjumpai serangan gencar yang dilepaskan musuhnya,
ia segera mundur untuk menghindar.
sebaliknya Pek Khi-hong yang menjumpai musuh
tangguh, mau tak mau harus melayani dengan sekuat
tenaga, tanpa sadar ia mengejar hingga berada di luar
ruangan. Dengan susah payah ia berhasil menerobos
masuk ke dalam ruangan tadi, tapi sekarang terpancing
oleh jurus-jurus serangan Li Bun-yang. Tanpa sadar
tubuhnya telah mundur lagi.
Dalam kesempatan itu Lim Han-kim telah berhasil
memulihkan kondisi badannya setelah mengatur
pernapasan beberapa saat. Ketika melihat situasi
pertarungan di arena, ia sadar Li Bun-yang sudah mulai
keteter dan berada di bawah angin- sebaliknya tenaga
pukulan yang dilancarkan Pek Khi-hong makin lama
semakin bertambah kuat dan berhasil menguasai situasi.
Meski Li Bun-yang masih dapat bergerak dengan
andalkan kegesitan serta kelicikannya, namun tenaga
dalamnya tetap bukan tandingan musuh, Apa lagi ilmu
pukulan Pek Khi-hong yang nampaknya amat sederhana
sesungguhnya memiliki perubahan jurus yang di luar
dugaan, puluhan gebrakan kemudian posisinya makin
keteter.
Di tengah pertarungan sengit itu, mendadak Pek Khihong
mengeluarkan jurus ampuhnya, telapak tangan
kanan disodok mengancam dada sementara tangan

678
kirinya menyusul di belakang tangan kanan, ikut
menyodok ke depan.
Buru-buru Li Bun-yang membabatkan senjata kipasnya
kebawah, dengan jurus "Memisahkan Unsur im dan
Yang" ia bacok pergelangan tangan kanan Pek Khi-hong.
siapa sangka di saat terakhir mendadak Pek Khi-hong
menarik mundur pergelangan tangan kanannya,
sementara tangan kirinya yang tersembunyi di belakang
serangan tangan kanannya itu meluncur ke depan
dengan kecepatan luar biasa, serangan tersebut
langsung mencengkeram pergelangan tangan kanan Li
Bun-yang yang mencekal senjata kipas.
Mimpipun Li Bun-yang tidak menyangka kalau
perubahan jurus musuhnya dapat dilakukan dengan
kecepatan luar biasa, ia sangat terperanjat tergopohgopoh
tangan kirinya berputar satu lingkaran lalu
menyikut ke depan untuk membendung datangnya
ancaman cengkeraman dari Pek Khi-hong.
Bagaimana pun keluarga Li merupakan gudangnya
ilmu silat, pengetahuan serta pengalamannya sangat
mendukung dalam keadaan kritis seperti ini, jurus
penolong yang digunakan kali ini betul-betul jurus
simpanan yang luar biasa hebatnya.
Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Agak-nya kecuali
menggunakan jurus ini, tak ada jurus lain lagi yang bisa

679
dipakai untuk mematahkan sergapan kilat dari Pek Khihong."
"Ilmu penolong yang sangat bagus" bentak Pek Khihong
dingin, Kali ini dia hanya berdiri tanpa bergerak, ia
pun tidak melancarkan serangan berikut.
Pada saat itu Li Bun-yang sendiri meski sudah lolos
dari bahaya maut, namun perasaan hatinya benar-benar
terkesiap. sejak terjun ke dalam dunia persilatan belum
pernah ia jumpai tokoh sehebat orang ini, tanpa terasa
sahutnya pelan: "Anda terlalu memuji"
"Bila dugaanku tidak keliru, tentunya kau berasal dari
bukit Hong-san?"
"Aku Li Bun-yang, Locianpwee tak pernah kenal
dengan diriku, darimana kau bisa tahu jika aku berasal
dari Hong-san?"
Keluarga persilatan dari bukit Hong-san sudah amat
termashur dalam dunia persilatan selama seratus tahun
terakhir hampir dikenal setiap umat-persilatan, jadi meski
pihak lawan dapat menyebutkan asal usulnya pun tidak
terhitung suatu kejadian aneh.
Tapi ilmu silat yang dimiliki orang itu sangat tangguh
dan jarang ditemui sebelum-nya. Dengan bekal
pengetahuannya yang amat luas serta pergaulannya
yang amat luas pun Li Bun-yang tak berhasil menebak

680
asal usul lawan. ia tak mengira sebelum dirinya berhasil
menebak asal usul orang, asal usul sendiri malah sudah
tertebak duluan.
Terdengar Pek Khi-hong berkata dengan dingin: "Jurus
silat yang kau pergunakan beraneka ragam dan
terhimpun dari ilmu silat pelbagai partai besar. Dalam
kolong langit dewasa ini selain keluarga persilatan dari
bukit Hong-san, keluarga mana lagi yang sanggup
berbuat begitu? Apa salahnya kalau aku dapat menebak
asal usulmu?"
"Locianpwee, kehebatan ilmu silatmu benar-benar luar
biasa. selama hidup belum pernah kujumpai tokoh
sehebat dirimu, cobalocianpwee tidak berbelas kasihan
kepadaku tadi, mungkin aku sudah terluka di ujung
tanganmu..."
BAB 21. Terluka Pukulan Beracun,
Pek Khi-hong tertawa dingin, mendadak ia memotong
pembicaraan Li Bun-yang yang belum selesai: "Pada
tempat dan keadaan seperti ini, tak sesuai kita
berbincang-bincang hal yang bukan-bukan, Aku pernah
bertemu dan berkenalan dengan ayahmu dulu, meski tak
terhitung kelewat akrab bagaikan saudara kandung,
namun hubungan persahabatan kami di luar kebiasaan.
Aku tak ingin bertarung lagi dengan kau."

681
Buru-buru Li Bun-yang menjura memberi hormat.
"Oooh, rupanya Locianpwee adalah sahabat mendiang
ayahku. Aku mohon maaf lebih dulu."
Pek Khi-hong berkelit ke samping menghindari
tanyanya kemudian: "Sudah berapa lama ayahmu
meninggal?"
"Kurang lebih lima belas tahun berselang."
Tiba-tiba Pek Khi hong menghela napas panjang,
gumamnya: "Aaaai... tidak dapat menghadiri saat
penguburan sahabat sendiri, kejadian ini benar-benar
patut disesali...."
Bergumam sampai di situ, tiba-tiba ia seperti teringat
suatu masalah yang sangat penting, Rasa duka di
wajahnya lenyap seketika, sebaliknya paras muka itu
berubah jadi dingin dan kaku, tegurnya kemudian:
"Apa hubunganmu dengan ciu Huang serta Kuil Awan
Hijau ini?"
"Ketua Kuil Awan Hijau ci-mia-cu adalah sahabat
ayahku sebelum beliau menjadi pendeta. jadi kalau
dihitung ia masih termasuk angkatan tuaku, sebaliknya
ciu tayhiap disegani dan dihormati setiap umat persilatan
aku menaruh perasaan kagum dan hormat yang
mendalam terhadapnya...."

682
Pek Khi-hong segera berkerut kening, selanya:
"Seandainya aku hendak bentrok dengan ketua Kuil
Awan Hijau serta ciu tayhiap, entah kau bakal membantu
siapa?" Tertegun Li Bun-yang setelah mendengar
perkataan itu, diam-diam pikirannya:
"Jahe memang makin tua semakin pedas, Belum
sempat aku bertanya dia, ia sudah memojokkan aku lebih
dulu...."
setelah termenung dan berpikir sejenak, sahutnya:
"Persoalannya ini benar-benar membuat aku menjadi
serba salah, Kalau berbicara menurut aturan dunia
persilatan, aku pasti akan menjatuhkan pilihan secara
cepat dengan berdiri dipihakmu, tapi sekarang... aku
berharap Locianpwee sudi memberi muka kepadaku dan
menghilangkan sikap permusuhan ini menjadi
persahabatan. Asal Locianpwee bersedia, maka masalah
Ciu tayhiap dan ketua Kuil Awan HHijau serahkan saja
kepadaku...."
Pek Khi-hong tertawa dingin, selanya: "Kau salah
paham, Antara aku dengan Ciu Huang serta ketua Kuil
Awan Hijau tak pernah terikat dendam atau sakit hati,
aku datang ke mari hanya ingin minta suatu barang."
"Barang apa yang kau kehendaki?"
"sebotol pil jinsom berusia seribu tahun."

683
"Pil jinsom berusia seribu tahun.,.?" seru Li Bun-yang
agak tertegun.
"Benar, pil jinsom berusia seribu tahun, Benda itu
mempunyai hubungan yang sangat penting dengan
diriku, jadi aku harus mendapatkannya."
"Menurut apa yang kuketahui, rasanya pil jinsom
seribu tahun itu menjadi milik saudara Lim."
"Tapi dia sudah mengabulkan permintaanku dan
menghadiahkannya kepadaku."
"soal ini... aku benar-benar tidak percaya. Dengan
susah payah saudara Lim ini menempuh perjalanan jauh
menghantar obat tersebut ke mari."
"Aku tak pernah bohong, kalau tak percaya tanyakan
sendiri kepadanya...." ia berpaling menatap tajam Lim
Han-kim, kemudian terusnya dengan suara dingin:
"Ketika aku hendak mematahkan rantai borgolmu di
pondok Lian-im-lu tempo hari, bukankah aku telah
berkata minta imbalan pil jinsom berusia seribu tahun
itu?"
"Walaupun Locianpwee pernah bilang begitu, tapi aku
Lim Han-kim belum pernah.."
Tidak membiarkan Lim Han-kim menyelesaikan
perkataannya, Pek Khi-hong telah berkata lebih jauh:
"Nah, itulah dia Waktu itu kau toh bilang pil jinsom seribu

684
tahun itu sudah tak berada di tanganmu lagi, dirampas
orang-orang Hian-hong-kau?"
"Benar, tapi...."
Pek Khi-hong segera berpaling ke arah Li Bun-yang
dan ucapnya cepat: "saudara Li, kau sudah mendengar
semua bukan, tentunya kau tak lagi menuduh aku
sedang berbohong bukan?"
Mendengar orang itu mencari menangnya sendiri, Lim
Han-kim jadi mendongkol teriaknya keras-keras:
"Locianpwee, kau tak boleh berbicara seenaknya sendiri,
Berilah kesempatan kepadaku untuk bicara. Memang
betul Locianpwee mengajukan syarat agar aku
menghadiahkan pil mustika itu untukmu, tapi aku kan
belum mengabulkan permintaanmu itu"
"Kalau kau tidak mengabulkan permintaanku, sama
artinya kau hendak mengingkari janji."
Berubah hebat paras muka Lim Han-kim serunya
kemudian: " Kalau aku ngotot tidak mengabulkan
permintaanmu? "
"Tidak setujupun harus setuju." teriak Pek Khi-hong
gusar. "Kau jangan mendesak aku terus menerus, jangan
disangka aku tak berani membunuh orang."
"Seorang lelaki sejati lebih suka dibunuh daripada
dihina, jika Locianpwee ingin mengandalkan ilmu silat

685
untuk merampas pil jinsom berusia seribu tahun itu,
mungkin kau tak bisa memenuhi harapanmu itu dengan
lancar."
Pek Khi-hong tertawa dingin, "Diminta secara baikbaik
tak bisa, terpaksa aku harus merampas dengan
kekerasan."
Begitu selesai bicara, ia miringkan badannya kemudian
langsung menerjang masuk ke dalam ruangan.
Melihat orang itu benar-benar menerjang masuk
dengan kekerasan, Lim Han-kim pun berpikir:
"Tampaknya masalah hari ini harus diselesaikan lewat
suatu pertempuran sengit."
Telapak tangan kanannya dengan menggunakan jurus
"Pacul Terbang Menumbuk Genta" langsung
menghantam tubuh Pek Khi-hong. Tadi Ia sudah
menjajal kehebatan ilmu silat lawan. pemuda itu sadar
bila gempuran kali ini tidak disertai tenaga penuh, maka
terjangan orang itu mustahil dapat dibendung, oleh
sebab itu dalam serangannya- kali ini ia sertakan
sembilan bagian tenaga dalamnya, segulung angin
pukulan yang sangat kuat segera meluncur ke depan
dengan hebatnya.
Pek Khi-hong sama sekali tidak mengubah gerak
tubuhnya yang menerjang ke dalam ruangan, sementara
tangan kirinya dengan jurus "Menyambut Tamu

686
Menghantam Bidadari," dari gerak menyikut berubah jadi
tabokan, dengan cepatnya menyambut datangnya
serangan dari Lim Han-kim itu.
Begitu ujung telapak tangan Lim Han-kim bersentuhan
dengan telapak tangan Pek Khi-hong, anam muda itu
segera merasakan segulung hawa panas yang sangat
kuat menerobos keluar dari tangan lawan langsung
menyusup masuk ke dalam tubuh-nya. Akibatnya bukan
saja sisa kekuatan yang terhimpun dalam lengan
kanannya tak mampu disalurkan keluar, bahkan lengan
itu terasa kaku dan sukar diperintah lagi.
sadarlah Lim Han-kim bahwa ia sudah terluka oleh
pukulan beracun orang itu, sambil menghela napas sedih
ia lepaskan satu tendangan kilat menghajar perut Pek
Khi-hong.
Tendangan tersebut dilepaskan tanpa menimbulkan
sedikit suara pun, jurus serangan yang digunakan pun
sangat aneh. Pek Khi-hong yang waktu itu sudah
menerjang hingga ke pintu ruangan pun seketika
terdesak mundur kembali.
Di saat yang amat kritis inilah Li Bun-yang telah
menerjang ke muka, sambil mengangkat senjata
kipasnya ia berseru: " Locianpwee, kalau ada persoalan
dibicarakan saja secara baik-baik. Apabila kau ngotot
hendak menerjang masuk ke dalam ruangan, terpaksa
aku tak bisa berpeluk tangan saja."

687
sementara berbicara, tubuhnya sudah mendesak ke
belakang Pek Khi-hong. Kipasnya berada dalam posisi
setengah ter-buka, siap melancarkan serangan maut.
Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang
sekejap. lalu ujarnya dingini "Aku bersedia mengalah
kepadamu karena memandang mendiang ayahmu
sebagai sahabatku Aku tahu ilmu silat keluarga Hong-san
amat hebat dan tersohor di kolong langit, tapi jangan
dianggap kemampuanmu itu bisa berbuat sesuatu atas
diriku."
"Aku tahu kepandaianku bukan tandingan Locianpwee,
tapi sebagai seseorang yang sedang mengemban tugas,
aku tak bisa berdiam diri saja. Aku harap Locianpwee
sudi melihat wajah mendiang ayahku dengan memberi
muka untukku"
Pek Khi-hong segera berkerut kening, bentaknya
gusar: "Jika aku mesti memberi muka kepadamu, lantas
siapa pula yang akan menolong nyawa putri
kesayanganku.."
Tiba-tiba tampak tubuh Lim Han-kim gontai dan tak
bisa berdiri tegak. secara beruntun ia mundur sejauh
empat lima langkah lalu bersandar pada dinding ruangan.
Di bawah cahaya lilin yang memancar ke luar dari balik
ruangan, tampak wajah Lim Han-kim telah berubah jadi
merah membara. Peluh sebesar kacang kedele jatuh
bercucuran membasahi sepasang pipinya.

688
Terkesiap hati Li Bun-yang menyaksikan keadaan itu,
teriaknya keras-keras: "saudara Lim, kau terluka?"
sambil miringkan badan dengan senjata kipas
melindungi tubuhnya, ia menerobos masuk ke dalam
ruangan, "Mundur kau" bentak Pek Khi-hong gusar,
sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan ke
depan. Angin topan yang luar biasa hebatnya segera
memancar ke luar dari balik telapak tangannya langsung
menyapu ke depan.
Cepat-cepat Li Bun-yang menolak telapak tangan
kirinya sejajar dada, teriaknya: "Locianpwee..."
Begitu sepasang tangan bersentuhan, tubuhnya
seketika tergetar mundur sejauh tiga langkah, maka
serunya lagi: "Waaah... tenaga pukulan yang sungguh
hebat."
sesudah berhasil menguasai diri, senjata kipas di
tangan kanannya dengan jurus "Naga sakti Muncul Tiga
Kali" menciptakan tiga titik bayangan kipas yang secara
terpisah mengancam tiga buah jalan darah penting di
tubuh Pek Khi-hong.
Mendadak terdengar suara bentakan berat bergema
tiba: "Tahan"

689
Mendengar bentakan tersebut, Li Bun-yang segera
menarik kembali senjata kipasnya dan mundur sejauh
tiga depa.
Ketika mengangkat kembali wajahnya, tampaklah si
Hakim sakti Ciu Huang dengan membawa tongkat bambu
serta wajah penuh pembalut putih telah berdiri di tengah
ruangan, sepasang matanya yang dingin menatap wajah
Pek Khi-hong tanpa berkedip.
Cepat-cepat Lim Han-kim menyeka peluh yang
membasahi jidatnya lalu melompat maju ke muka berdiri
menghadang di hadapan ciu Huang, Walaupun ia sudah
menderita luka dalam yang cukup parah, namun dalam
keadaan terpaksa ia telah bersiap sedia mempertaruhkan
selembar jiwanya untuk melindungi keselamatan ciu
Huang.
Pek Khi-hong melototkan sepasang matanya
mengawasi wajah Ciu Huang, ketika empat mata saling
bertemu kedua belah pihak sama-sama membungkam
diri dalam seribu bahasa.
sampai lama kemudian Pek Khi-hong baru memberi
hormat sambil berkata: "Sudah lama aku mengagumi
nama besar anda, sungguh beruntung kita dapat
berjumpa hari ini."

690
"Terima kasih banyak. terima kasih banyak.
sesungguhnya aku sudah mengerti jelas maksud
kedatanganmu..."
"itu lebih bagus," tukas Pek Khi-hong serius, "Sudah
belasan tahun putriku bergelut melawan penyakit aneh
yang diderita-nya, sebagai orang tua, aku tak bisa
berpeluk tangan saja membiarkan anakku tersiksa.
Hidupku seperti duduk di atas jarum, belum pernah bisa
makan nikmat, tidur nyenyak. Untuk mencarikan obat
mujarab yang dapat menyembuhkan penyakitnya, aku
telah menjelajahi seluruh pelosok negeri. sayang, aku
belum berhasil menemukan obat yang mujarab itu.,,."
Kemudian setelah berhenti sebentar untuk mengatur
napas, sambungnya lebih jauh: "Akhirnya aku mendapat
kabar kalau saudara Ciu berhasil mendapatkan sebotol pil
jinsom berusia seribu tahun hasil ramuan phang Thianhua,
maka aku buru-buru menyusul ke mari dengan
harapan bisa mendapatkan separuh saja dari obat
mustika itu. Tentunya saudara Ciu tidak keberatan bukan
dengan permintaanku ini?"
Ciu Huang tertawa hambar, "Setiap orang tua yang
mempunyai anak menderita penyakit semacam ini tentu
akan risau menguatirkan keselamatannya, sebab itu
memang wajar, Tapi caramu memaksa orang lain untuk
menyerahkan obat mustika sangat keterlaluan dan terlalu

691
memojokkan tampaknya kau tak pandang sebelah mata
pun terhadap aku manusia Ciu?"
"Aku pun mengerti kedudukan Hakim sakti Ciu Huang
dalam dunia persilatan sudah pasti kau tak akan rela
membiarkan aku mengambil obat mustika milikmu
dengan begitu saja, tapi... maaf kalau aku bicara latah,
Dengan kondisi saudara Ciu saat ini, biar bergabung
dengan saudara Lim serta saudara Li dari Hong-sanpun
masih belum cukup tangguh untuk menghalangi niatku
dalam mengambil obat mustika tersebut...."
Lim Han-kim dan Li Bun-yang tidak bicara, mereka
membungkam diri dalam seribu basa sebab mereka
sadar apa yang dikatakan orang itu memang bukan
perkataan latah, kenyataannya mereka berdua memang
bukan tandingannya.
setelah mendeham beberapa kali dengan suara berat,
kembali Pek Khi-hong melanjutkan "Setiap umat
persilatan di dunia saat ini mengetahui bahwa saudara
Ciu memiliki ilmu silat yang lihai dan tiada taranya di
kolong langit, Tapi sayang kondisi-mu saat ini tidak
mengijinkan Luka parah yang kau derita belum sembuh
sehingga mustahil bisa melayani serangan serta
sergapanku, padahal aku telah bersumpah akan
berusaha mendapatkan pil jinsom berusia seribu tahun
itu kendati apa pun yang bakal terjadi."

692
"He he he he... asal kau berhasil melukai diriku,
bukankah pil jinsom berusia seribu tahun itu dapat
segera kau bawa pergi?" jengek ciu Huang sambil
tertawa dingin.
"ciu tayhiap tak usah memanasi hatiku dengan katakata
pedas seperti itu. seperti telah kukatakan tadi, apa
pun yang terjadi aku tetap akan membawa pergi obat
mustika berusia seribu tahun itu."
Hakim sakti Ciu Huang menoleh dan memandang meja
kayu di tepi pembaringannya, kemudian katanya: "pil
jinsom berusia seribu tahun itu kuletakkan di atas meja
kayu tersebut, kalau kau bersikeras hendak
mengambilnya, silahkan diambil sendiri"
Pek Khi-hong berpaling memandang Li Bun-yang
sekejap. lalu dengan langkah lebar berjalan menghampiri
meja kayu itu
Lim Han-kim menggeser tubuhnya siap menghadang,
tapi Hakim sakti Ciu Huang melintangkan lengan
kanannya yang penuh pembalut putih itu menghalangi
tindakannya itu, bisiknya: "Jangan sembarangan
bergerak nak"
sementara itu Li Bun-yang telah menerjang masuk ke
dalam ruangan, tapi dia sendiri pun dibuat gelagapan tak
tahu apa yang mesti diperbuatnya, Apa yang dapat

693
dilakukan hanyalah mengipasi tubuh sendiri sambil
mengawasi lawannya tanpa bicara.
sementara itu Pek Khi-hong dengan langkah lebar
telah menghampiri meja kayu itu dan menyambar botol
porselen yang terletak di sana, Dengan suara dingin Ciu
Huang kemudian berkata: "isi botol itu sudah kupakai
setengahnya, sisa yang ada boleh kau ambil semua"
Pek Khi-hong membuka penutup botol itu serta
menuang beberapa biji obat, setelah dipandang sekejap
ujarnya:
"Apakah saudara Ciu butuh beberapa butir untuk
dipakai sendiri?"
"Aku jadi orang tak pernah butuh belas kasihan orang
lain."
Pek Khi-hong tidak banyak bicara lagi, dia tuang
semua isi botol tersebut dan dihitung jumlahnya,
ternyata masih tersisa tiga puluh dua biji. Maka tanpa
menunggu persetujuan dari ciu Huang lagi ia tinggalkan
dua belas butir obat ke atas meja sedang botol porselen
beserta isi lainnya dimasukkan ke dalam sakunya, setelah
itu baru ujarnya: "Ciu tayhiap. kau masih butuh berapa
lama untuk merawat lukamu itu?"
"Paling cepat dua bulan, paling lama tiga bulan."

694
"Baik, tiga bulan kemudian aku pasti akan berkunjung
lagi ke Kuil Awan Hijau ini untuk mohon petunjuk. sampai
waktunya tenaga dalam Ciu tayhiap tentu sudah pulih
kembali, Dengan mengandalkan ilmu silatmu aku percaya
kau bisa membalas dendam atas tindakanku malam ini
yang telah mengambil pergi obat mustika milikmu" ciu
Huang tertawa dingin.
"Ketua Kuil Awan Hijau sudah lama hidup
mengasingkan diri dari keramaian dunia persilatan,
lagipula tempat ini merupakan tempat suci. Aku tak ingin
memberi kerepotan lagi untuk orang lain."
"Jikalau Ciu tayhiap keberatan aku datang berkunjung
lagi ke Kuil Awan Hijau ini, baiklah, silahkan kau
menunjuk tempat yang lain, tiga bulan kemudian aku
pasti akan datang memenuhi janji,"
Ciu Huang berpikir sejenak. setelah itu katanya: "Baik,
kita putuskan dengan sepatah kata. Tiga bulan kemudian
aku pasti akan berkunjung sendiri ke pondok Lian-im-lu."
"Kalau begitu aku pasti akan menunggu kehadiran ciu
tayhiap. selama empat bulan aku tak akan meninggalkan
pondok Lian-im-lu. Tapi bila empat bulan kemudian
saudara Ciu belum datang juga, maafkan aku. Terpaksa
aku tak bisa menunggu lebih lama lagi."
"Antara tiga sampai empat bulan kemudian aku pasti
akan berkunjung ke pondok Lian-im-lu."

695
"Kalau begitu aku mohon lebih dulu," ucap Pek Khihong
sambil memberi hormat. seusai berkata ia segera
melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Maafkan aku tak bisa menghantar kepergianmu
badanku kurang sehat," seru Ciu Huang.
"Tak usah merepotkan" Dalam waktu singkat
tubuhnya sudah berada di luar ruangan dan kemudian
lenyap di balik kegelapan malam.
sepeninggal orang itu, Lim Han-kim baru menengok
Ciu Huang sekejap sambil katanya: "Locianpwee, kenapa
kau biarkan orang itu pergi membawa serta pil jinsom
berusia seribu tahun itu? Gara-gara sebotol obat mustika
itu, suhuku telah menderita luka parah karena terlibat
dalam pertarungan yang amat seru, tapi sekarang kau
biarkan orang itu memungut hasil tanpa bersusah payah,
tidakkah kelewat keenakan baginya?"
Ciu Huang menghela napas panjang, pelan-pelan ia
berjalan menghampiri pembaringan dan duduk. lalu
sambil menatap wajah anak muda itu lekat-lekat,
katanya: "Nak. bagaimana keadaan lukamu?"
"sesudah mengatur pernapasan sebentar keadaanku
sudah jauh lebih baik,"
"Tampaknya orang itu memiliki sejenis ilmu aneh dari
aliran sesat," sela Li Bun-yang cepat, "Dengan keadaan

696
lukamu sekarang, lebih baik saudara Lim jangan
bertindak kelewat gegabah."
"Nak," seru Ciu Huang lagi. "Coba perlihatkan
lenganmu yang terluka itu kepadaku."
Lim Han-kim menggulung lengan bajunya dan
memperlihatkan lengannya yang terluka itu .
Di bawah sinar lilin yang redup terlihat jelas dua belas
jalur panjang yang berwarna merah darah di atas
lengannya yang putih itu. Garis merah itu memanjang
sampai ke arah bahu. Menyaksikan keadaan luka itu, Li
Bun-yang segera berteriak kaget: "Haaah..? Ternyata
dugaanku tidak salah, Lengan saudara Lim jelas dilukai
oleh pukulan beracunnya..."
"Tidak mengkhawatirkan," potong ciu Huang sambil
menggeleng, "sekalipun ia terluka oleh pukulan beracun,
namun kondisinya tidak terlalu parah."
Tiba-tiba saja Li Bun-yang sadar kalau telah salah
bicara, cepat-cepat dia membungkam diri
Lim Han-kim kurang begitu mengerti tentang ilmu
sesat yang telah melukainya itu, tak tahan tanyanya:
"Locianpwee, apakah kau telah mengetahui ilmu pukulan
apa yang telah melukai lenganku ini?"
"Tampaknya seperti sejenis ilmu beracun ci-sat-ciang
(pukulan Racun Merah).,." serobot Li Bun-yang cepat.

697
Lim Han-kim ingin bertanya lagi, tapi Ciu Huang telah
mengulapkan tangan sambil berkata: "Aku merasa agak
penat, aku harap kalian berdua cepat-cepat istirahat
untuk pulihkan kondisi badan-"
sudah jelas perkataan itu bernada mengusir tamu,
terpaksa Lim Han-kim dan Li Bun-yang harus mohon diri
dan meninggalkan tempat tersebut Keluar dari pintu
kamar, tampak Ci Mia-cu dan Han si-kong sedang
berjalan mendekat. Di belakang kedua orang itu
mengikuti seorang gadis berbaju serba merah.
Li Bun-yang segera menjura, tapi sebelum ia sempat
mengucapkan sesuatu, Han si-kong telah berteriak
duluan: "saudara Lim, barusan benar-benar telah
berlangsung suatu pertarungan sengit yang sangat
ramai. sayang kau tak bisa menyaksikan kehebatan ilmu
silat aliran Thian-lam. Nama besar mereka betul-betul
bukan nama kosong belaka, tidak aneh kalau selama
belasan tahun lamanya si Gadis Naga berbaju hitam
dapat malang melintang dalam dunia persilatan tanpa
tandingan-"
"Di dalam kuil pun baru saja berlangsung suatu
pertarungan amat sengit," sambung Li Bun-yang. "Malah
si pendatang memiliki ilmu silat yang luar biasa
hebatnya, Andai- kata Ciu tayhiap tidak tampilkan diri
mencegah, mungkin kekuatanku serta saudara Lim tak
sanggup membendung terjangannya."

698
"Waaah... siapa dia? Masa begitu hebat?" seru Han sikong
dengan wajah tertegun.
Ci Mia-cu yang jarang bicara, kali ini menukas pula
dengan wajah amat khawatir "Luka yang diderita Ciu
tayhiap belum sembuh betul, mana dia bisa bertarung
melawan orang lain?"
"Ciu tayhiap memang belum bertarung secara resmi
melawan orang itu, tapi mereka telah berjanji akan
bertemu lagi di masa mendatang."
ci Mia-cu menghela napas panjang, tampaknya ia
merasa lega sekali. nampaknya Han si-kong masih belum
puas, kembali ia bertanya: "siapa sih orang itu? Aku tak
habis mengerti siapa yang memiliki kemampuan
sedemikian hebatnya?"
"Pek Khi-hong" jawab Lim Han- kin
"Haaah,..? Manusia berambut putih yang kita jumpa i
di Pondok Lian-in-liu tempo hari?"
"Betul, suami si Gadis Naga berbaju hitam."
"Apa maksud kedatangannya ke mari?" tanya Ci Miacu.
"Merampas pil jinsom berusia seribu tahun."
"Pil mustika itu sudah terampas?" sela Han si-kong
kuatir.

699
"Yaa, sudah terampas"
ci Mia-cu berseru kaget, meskipun di luar wajahnya ia
berusaha keras mengendalikan ketenangannya, namun
tak bisa menutupi gejolak emosi dalam batinnya, setelah
menghela napas panjang katanya: "Luka yang diderita
Ciu tayhiap belum sembuh sama sekali, Pil mustika itu
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
kondisi tubuhnya...."
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah
Li Bun-yang, kemudian sambungnya:" Apakah saudara Li
tidak berusaha untuk menghalangi perbuatannya?"
"Setelah Ciu tayhiap mengadakan perjanjian dengan
orang itu, beliau menyerahkan pil tersebut dengan begitu
saja, jadi kami berdua merasa kurang leluasa untuk
turun tangan menghadang."
"Dan Pek Khi-hong juga tidak mengambil semua isi
botol obat itu," sambung Lim Han-kim.
"Masa dia bersedia meninggalkan separuhnya untuk
Ciu tayhiap?"
"Meski tidak sampai separuhnya persis, tapi
sepertiganya telah ditinggalkan di atas meja."
Tergopoh-gopoh Ci Mia-cu berjalan masuk ke dalam
ruang kamar Ciu Huang, sebelum dia sempat melangkah
masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba lentera dalam

700
ruangan itu telah dipadamkan, menyusul kemudian
terdengar Ciu Huang berkata dengan suara berat: "saat
ini aku merasa lelah sekali, aku tak ingin diganggu orang
lagi.^
Mendengar ucapan tersebut, terpaksa Ci Mia-cu
menghentikan langkahnya dan mundur lagi. saat itu Li
Bun-yang telah berbisik kepada Lim Han-kim: "Gadis
berbaju merah itu adalah adikku, bagaimana kalau
kuperkenalkan kepada saudara Lim?"
Meskipun dalam hati kecilnya Lim Han-kim merasa
segan, tentu saja dia tak bisa menampik dengan begitu
saja, terpaksa ia memberi hormat kepada gadis berbaju
merah itu sambil katanya: "sudah sering kudengar
saudara Li membicarakan tentang nona, sungguh
beruntung dapat bersua muka hari ini."
Ternyata gadis berbaju merah itu sangat supel, sambil
tersenyum sahutnya lembut: "Aku Li Tiong-hui, di lain
hari masih mengharapkan banyak petunjuk dari anda"
sesungguhnya Lim Han-kim masih menganut paham
kolot, maka setelah mendengar gadis itu langsung
memperkenalkan namanya, ia jadi tertegun dan untuk
berapa saat lamanya tak tahu apa yang mesti di-jawab.
sambil tersenyum manis kembali Li Tiong-hui
melanjutkan: "Nama besar saudara Lim juga sudah

701
kudengar dari pembicaraan antara ketua kuil dengan Han
Lo-cianpwee tadi...."
"Aku Lim Han-kim" Buru- buru pemuda itu
memperkenalkan diri.
sementara itu Ci Mia-cu telah berjalan mendekat,
kepada beberapa orang itu bisiknya kemudian: "Ciu
tayhiap baru sembuh dari lukanya, Entah ia sedang
beristirahat atau sedang bersemedi, kurang leluasa bagi
kita untuk tetap tinggal di tempat ini."
"Koancu, aku ada satu permintaan yang kurang layak.
Entah dapatkah kuutarakan keluar?" Tiba-tiba Han sikong
menyela.
"Utarakan saja berterus terang, aku tak punya
pantangan apa pun."
"Ular- ular perutku sudah mulai bernyanyi dan
menagih janji, apakah dalam kuil- mu tersedia arak?"
"Aaah,., rupanya soal itu," Ci Mia-cu tersenyum "Arak
sih ada, cuma tidak sewangi yang kau harapkan."
"Ha ha ha ha... asal ada arak. itu sudah cukup "
Ci Mia-cu pun mengajak beberapa orang itu menuju
ke sebuah bilik samping yang amat tenang, setelah
duduk. Ia perintahkan seorang tosu kecil untuk
menghidangkan arak.

702
sementara itu Li Bun-yang sangat menguatirkan luka
beracun yang diderita Lim Han-kim, tak tahan lagi
serunya kepada Ci Mia-cu: "Koancu, kau pandai dalam
ilmu pertabiban dan obat-obatan, coba periksalah luka di
atas lengan saudara Lim itu, apakah betul terluka oleh
pukulan beracun manusia tadi."
Ci Mia-cu memperhatikan wajah Lim Han-kim sekejap.
ia jumpai air muka pemuda itu sangat normal tanpa
gejala yang aneh, tapi dia pun mengerti Li Bun-yang tak
bakal bicara sembarangan setelah termenung berpikir
sebentar, katanya: "sau-dara Lim, bagaimana kalau
kuperiksa sebentar lenganmu yang terluka pukulan itu?"
Lim Han-kim memandang sekeliling ruangan sekejap.
ketika menjumpai Li Tiong-hui duduk persis di
hadapannya, diam-diam ia berpikir: " Rasanya kurang
sopan bila aku menggulung lengan bajuku di hadapan
seorang gadis muda...."
Berpikir sampai di situ, dia pun tersenyum hambar,
tampiknya: "Terima kasih banyak atas perhatianmu, tapi
aku tidak merasakan ada gejala keracunan-..."
Tentu saja Ci Mia-cu tak bisa memaksakan
kehendaknya, mendengar tampikan tersebut terpaksa
katanya: "Kalau begitu apabila Lim kongcu merasa tidak
beres nanti baru katakan kepadaku...."

703
Waktu itu Hansi-kong sudah menghabiskan berapa
puluh cawan arak. setelah agak puas dia baru bertanya:
"Nona Li, bagaimana hasil pertarunganmu melawan
Gadis Naga berbaju hitam tadi?"
"Walaupun belum bisa diketahui siapa menang siapa
kalah, tapi ilmu silatnya benar-benar sangat lihai, jurus
pedangnya makin lama semakin gencar dan luar biasa,
aku rasa bila pertarungan dilanjutkan lebih jauh, akulah
yang berada di pihak kalah,"
Kembali Han si-kong meneguk beberapa cawan arak.
kemudian ia baru bergumam sendiri: "Aneh... sungguh
aneh.,."
"Han Locianpwee, apanya yang aneh?" tanya Li Bunyang
setelah agak tertegun sejenak.
"Pek Khi-hong bukan seorang tokoh silat kenamaan,
tapi ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay, kejadian ini
membuat hatiku penuh curiga."
Ci Mia-cu tertawa.
"Pada dasarnya dunia persilatan memang dipenuhi
tokoh-tokoh sakti yang tak suka dikenal orang, Aaaai...
kejadian seperti ini adalah sangat lumrah, tak perlu kau
herankan?"
"Totiang, kau mana tahu, selama hidupku aku Han sikong
habiskan dengan mengarungi seluruh dunia

704
persilatan Meskipun dalam hal ilmu silat kemampuanku
belum mencapai tingkatan yang luar biasa, tapi orang
yang kukenal tak sedikit jumlahnya. Bukan aku sengaja
membual, jarang ada manusia di kolong langit dewasa ini
yang mampu disejajarkan dengan diriku, Nah, aku curiga
kemungkinan besar manusia yang bernama Pek Khi-hong
ini adalah seorang tokoh silat kawakan yang sengaja
tukar nama untuk menutupi identitas dirinya yang
sesungguhnya."
Begitu perkataan tersebut diutarakan, semua yang
hadir dalam ruangan sama-sama tertegun dibuatnya,
sesaat kemudian Li Bun-yang baru berkata sambil
menghela napas panjang: "^hmmm, ucapan Locianpwee
memang beralasan sekali, tapi menurut dugaanmu
siapakah dia?"
"Tokoh kawakan dalam dunia persilatan yang selama
ini lenyap takada kabar beritanya hanya satu orang saja.
orang itu adalah Datuk sepuluh Penjuru siang Lam-ciau"
Ci Mia-cu menjelaskan
Dengan cepat Han sokong menggeleng, " Aku rasa tak
mungkin Datuk sepuluh penjuru siang Lam-ciau sudah
sangat tua usia-nya, Meskipun dia masih hidup di dunia
ini, rasanya tanpa berganti nama pun masih gampang
baginya untuk menyelinap dalam dunia persilatan."
Lim Han-kim tidak begitu paham urusan dunia
persilatan Mendengar beberapa orang itu terlibat dalam

705
pembicaraan yang mengasyikkan, terpaksa ia hanya
bungkam diri dan menjadi pendengar yang setia.
Terdengar Han si-kong bicara lagi: "saudara Li, aku
tahu kau berasal dari keluarga persilatan yang tersohor.
Pergaulanmu luas dan kenalanmu tersebar luas di
seluruh pelosok tanah air, tapi bagaimana pun umurmu
relatip masih muda, bila kusinggung nama orang ini
belum tentu kau punya gambaran yang pasti...."
sorot matanya dialihkan ke wajah Ci Mia-cu, setelah
memandangnya sejenak. lanjutnya: "Tapi bagi totiang,
aku yakin anda pasti mengenal dengan orang yang
kumaksudkan ini."
"Siapa dia?"
"Dua puluh tahun berselang dalam dunia persilatan
pernah muncul seorang pemuda aneh yang pandai dalam
ilmu pukulan maupun ilmu pedang, Kehadirannya dalam
dunia kangouw seperti gulungan ombak dahsyat yang
menghempas di batu karang, seluruh kolong langit
bergetar dibuatnya, tapi tak disangka sepuluh tahun
berselang tiba-tiba jejaknya lenyap tak berbekas
dariperedaran dunia ramai. .hoancu, coba ingatlah
kembali siapa orang itu?"
Ci Mia-cu termenung beberapa saat mencoba
mengingat kembali kejadian lama, tiba-tiba paras

706
mukanya berubah, serunya tertanam "Kau maksudkan si
Pedang Racun Pak siang?"
"Hahahaha.., persis, memang si Pedang Racun Pak
siang yang kumaksudkan," sahut Han si-kong sambil
tertawa tergelak. "Koancu, kau dapat mengingat kembali
nama orang ini, tentunya tahu juga bukan kenapa ia
disebut orang si pedang racun?"
"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu jelas."
"Aku punya jodoh dengan dia, Sebelum ini pernah
bertemu satu kali dengan manusia pak siang ini, Waktu
itu dia masih merupakan seorang pemuda berusia tiga
puluh tahunan, Meskipun disebut orang si pedang racun,
tapi sesungguhnya dia merupakan seorang pribadi yang
menarik. selain tampan juga gagah dan
mempesonakan...."
sorot matanya menyapu Lim Han-kim dan Li Bun-yang
sekejap. kemudian meneruskan "Baik gaya maupun
wajahnya kira-kira berada seimbang dengan kalian
berdua saat ini."
"Locianpwee," Li Tiong-hui menyela sambil tersenyum.
"Yang kita inginkan sekarang adalah kisah mula ia
mendapat nama si pedang racun itu, soal ketampanan
dan kegagahannya lebih baik tak usah disinggung."

707
"oooh... harus dibicarakan pantas dibincangkan," kata
Han si-kong setelah meneguk beberapa cawan arak.
"seluruh kisah orang ini berlangsung sekitar masalah
perempuan, ia berhasil di tangan perempuan, tapi juga
gagal gara-gara perempuan, Haha ha ha... orang gagah
tak terlepas soal wanita, ungkapan ini memang tepat
sekali bagi orang ini." Li Tiong-hui berkerut kening, tapi
akhirnya tertawa juga.
"Baiklah, perduli apa yang hendak kau bicarakan, yang
penting cepat utarakan kisah orang ini" serunya.
Han si-kong angkat kepalanya sambil meneguk
secawan arak lagi, kemudian lanjutnya: "seperti yang
kukatakan tadi, Pak siang ini persis seperti namanya,
muda, tampan, gagah dan ilmu silat yang dimilikinya
sangat tangguh, Bukan cuma begitu, ilmu sastra maupun
ilmu tulisannya sangat hebat, jarang ada manusia
berbakat seperti dia dalam dunia persilatan waktu itu
sehingga tak heran kalau banyak gadis muda yang jatuh
hati kepadanya...."
Agaknya ia sudah mulai mabuk. sambil menatap wajah
Li Tiong-hui, terusnya lagi sambil tertawa: "seandainya
Nona Li hidup pada jaman itu dan punya jodoh bertemu
dengan Pak siang, aku yakin kau pasti akan menaruh hati
juga kepadanya."
Meskipun Li Tiong-hui terhitung gadis yang supel dan
terbuka, bagaimana pun ungkapan tersebut membuatnya

708
sangat jengah, tak kuasa lagi sepasang pipinya berubah
jadi merah dadu.
sambil tertawa tergelak kembali Han si-kong
melanjutkan- "Tak lama setelah Pak siang muncul dalam
dunia persilatan, nama besarnya telah menggetarkan
seluruh dunia persilatan, cuma lantaran orangnya
tampan dan pedangnya beracun tak heran kalau
kehadirannya ini banyak menimbulkan rasa dengki dan iri
bagi umat persilatan lainnya, ditambah lagi kisah-kisah
romantisnya dengan beberapa orang gadis, membuat
orang persilatan makin dengki kepadanya.
suatu badai kekacauan pun melanda kolong langit
pada waktu itu. Menurut apa yang kuketahui kemudian,
sekelompok jago lihai bersekutu siap menghabisi
jiwanya, tapi sayang ilmu silat Pak siang amat lihay.
Jejaknya pun sukar dilacak sehingga walaupun
kelompok pembunuh itu berjumlah banyak dan tersebar
di mana-mana, namun mereka pun tak dapat berbuat
apa-apa terhadap Pak siang,"
sementara itu Lim Han-kim sudah duduk dengan
wajah serius, sepasang matanya menatap ke depan
tanpa berkedip. dia seakan-akan sedang mendengarkan
dengan serius, tapi juga seakan-akan tidak menaruh
perhatian dan sama sekali tidak mendengarkan.

709
Beda dengan Li Tiong-hui, ia tak dapat menahan rasa
ingin tahunya lagi, tak tahan tanyanya cepat:
"Bagaimana kemudian?"
"Kemudian? Tragedi pun terjadilah"
"Tragedi apa?"
"Ketika kelompok jago-jago lihay dari daratan
Tionggoan ini gagal menemukan jejak Pak siang, mereka
pun mulai menyiarkan berita-berita palsu yang
mengabarkan bahwa ilmu silat Pak siang telah
dipunahkan dan bersumpah tak akan muncul lagi dalam
dunia persilatan, sementara berita bohong itu disiarkan,
secara diam-dlam mereka menyebar mata-mata untuk
melacak jejak Pak siang, Aaai.,. Dasar anak muda, siapa
yang tak ingin menang sendiri? sekalipun aku sendiri
semasa muda juga tak dapat mengekang emosi, berita
bohong itu sebera mengobarkan amarah Pak siang.
Dia pun munculkan diri sambil menantang ketigapuluh
enam jago lihai dari Tionggoan itu untuk berduel,
pertempuran yang berlangsung kemudian, suasananya
benar-benar mengerikan Konon pertarungan berlangsung
dari senja hingga fajar berikutnya tanpa berhenti..."
Tiba-tiba ia menghela napas dan berhenti bercerita,
Cepat-cepat Li Tiong-hui memenuhi cawan Han si-kong
dtngan arak. sambil disodorkan ke hadapan orang tua

710
itu, tanyanya: " Locianpwee, apakah dalam pertarungan
itu Pak siang menderita luka dalam yang amat parah?"
"Betul Meskipun Pak siang terluka parah, namun dari
tiga puluh enam jago lihai yang mengerubutinya, dua
puluh tujuh orang berhasil dilukai dan sembilan lainnya
tewas. Ternyata tak satu orang pun berhasil lolos dari
gelanggang pertempuran dalam keadaan utuh...."
"Jika di antara tigapuluh enam orang yang
mengeroyoknya ada satu saja yang selamat tanpa
cedera, aku rasa Pak siang tak mungkin bisa hidup lebih
lanjut."
Han si-kong segera tertawa terbahak-ba-hak. "Ha ha
ha ha... tepat sekali sayang dari tiga puluh enam orang
ini yang mampus pun telah mampus dan yang terluka
pun terluka, tak seorang pun manusia baik-baik...."
Lim Han-kim yang mengigau tersebut diam-diam
sebera berpikir: "Kalau didengar dari nada
pembicaraannya, dia sangat membelai Pak siang. Hal ini
menunjukkan bahwa ketiga puluh enam jago Tionggoan
yang terlibat dalam pengeroyok-an itu bukan manusia
baik-baik...."
Terdengar Han si-kong bercerita lebih lanjut: "Sesudah
berlangsungnya pertempuran sengit itu, nama besar si
pedang Racun Pak siang pun makin tersohor, Tapi sejak
kejadian itu pula Pak siang tak pernah muncul lagi dalam

711
dunia persilatan jejaknya lenyap dengan begitu saja dari
keramaian dunia...." Ia menghela napas panjang,
terusnya:
"Dari mereka yang terluka dalam pengeroyokan atas
diri Pak siang waktu itu, sebagian besar masih hidup
segar bugar hingga kini. Malah ada tiga orang di
antaranya yang sadar setelah peristiwa itu bahwa ilmu
silat yang mereka miliki sebenarnya hanya biasa-biasa
saja. sejak itu mereka mulai berlatih lebih tekun dan kini
berhasil menjadi pentolan satu daerah, jadi peristiwa
tersebut malah memberi hikmah kepada mereka."
"Locianpwee," sela Li Tiong-hui, "Bukan-kah sejak
peristiwa itu Pak siang lenyap dari keramaian dunia
persilatan dan tidak diketahui mati hidupnya? Dari mana
kau bisa yakin kalau Pek Khi-hong yang barusan muncul
adalah si Pedang Racun Pak Siang?"
"llmu silat dari keluarga persilatan Bukit Hong-san
amat lihai dan tiada taranya di kolong langit, sedang ilmu
silat saudara Lim juga pernah kusaksikan sendiri
kehebatannya, ia tak berada di bawah kehebatan
kakakmu...."
"llmu silat saudara Lim amat lihai, aku merasa bukan
tandingannya," Buru-buru Li Bun-yang menimbrung.
"saudara Li tak usah merendah...." sambung Lim Hankim.

712
Han si-kong tertawa, ujarnya kemudian: "Biar aku
bicara seadil-adilnya. ilmu silat kalian berdua
sesungguhnya hampir berimbang, tapi kenyataannya
sekarang, dengan tenaga gabungan kalian berdua cun
gagal menghadang terjangan Pek- Khi-hong. Hal ini
memancing diriku untuk menelusuri asal mula orang
orang tersebut."
"Tapi Locianpwee toh tak bisa menyimpulkan orang itu
pasti si pedang Racun Pak siang hanya atas dasar
petunjuk tersebut saja...."
"Meskipun aku hanya pernah bertemu satu kali
dengan si Pedang Racun Pak siang, namun sikap maupun
wataknya meninggalkan kesan yang amat mendalam di
hatiku, Lagipula ia memiliki sejenis ilmu sakti yang
disebut ilmu pukulan sam- yang-ciang, maka ketika
saudara Li bilang kalau dalam pukulannya mengandung
racun, aku pun jadi teringat kembali pada orang ini..."
Sorot matanya segera dialihkan ke wajah Lim Hankim,
katanya lebih jauh: "saudara Lim, ketika telapak
tangan kalian saling beradu tadi, apakah kau merasa
seperti tersengat api dalam tungku?"
"Betul. Tenaga balik pukulannya seakan-akan
mengandung sejenis daya panas yang luar biasa
hebatnya hingga merasuk ke dalam tubuh."

713
"Dalam dunia persilatan belum pernah beredar
seseorang yang bernama Pek Khi-hong, jika ditinjau dari
usianya, dia pun tak seperti baru muncul dalam dunia
persilatan mana mungkin dalam dunia persilatan kita bisa
muncul seorang tokoh sehebat ini selama belasan tahun
tanpa dikenal orang lain? oleh karena itulah aku
menyimpulkan bahwa orang ini tak lain adalah si Pedang
Racun Pak siang yang muncul kembali dalam dunia
persilatan"
"Terlepas apakah dia benar Pak siang yang muncul
kembali dalam dunia persilatan atau bukan, yang jelas
kita beberapa orang ternyata tak mampu membendung
niat mereka berdua yang merampas piljin-som seribu
tahun. jika berita ini sampai tersiar dalam dunia
persilatan, orang lain akan mentertawakan kita."
"Untung sekali dia sudah berjanji akan bertemu lagi
dengan ciu tayhiap di kemudian hari," kata Li Bun-yang.
"Asal kepandaian silat ciu tayhiap telah pulih kembah, tak
susah bagi kita untuk menuntut keadilan darinya, Aku
rasa masalah terpenting kita saat ini adalah
membicarakan soal obat yang tersisa, Dengan jumlah
sesedikit itu, dapatkah luka ciu tayhiap disembuhkan
kembali seperti sedia kala?"
"Jika ia benar-benar telah meninggalkan sepertiga
darijumlah obat yang ada, aku rasa itu sudah cukup,"
sahut Ci Mia-cu.

714
Mendadak Li Bun-yang bangkit berdiri, katanya
kemudian: " Untuk sementara waktu persoalan ini dapat
diselesaikan sampai di sini, padahal maksudku semula
mengundang kehadiran adikku adalah hendak
menghadapi perkumpulan Hian-hong-kau yang
bersembunyi dalam pesanggrahan Tho-hoa-kit. Aku rasa
untuk sementara waktu kami harus berpisah dulu dengan
kalian semua."
"Aku ikut kalian" teriak Han si-kong sambil
menggebrak meja dan bangkit berdiri, "Mereka sudah
mengurungku hampir dua tahun, dendam ini
bagaimanapun juga harus kubalas."
sebetulnya Lim Han-kim juga ingin turut serta, tapi
segera dicegah Li Bun-yang, hiburnya: "saudara Lim,
lukamu belum sembuh, kau tak boleh ikut dalam
rombongan kami. Lagipula dalam kuil masih
membutuhkan jago seperti kau untuk melindunginya. Bila
adikmu pulang ke mari dan tidak bertemu denganmu,
aku kuatir dia akan kelayapan lagi untuk melacak
jejakmu. "
Menyinggung kembali soal Yu Siau-liong, kontan Lim
Han-klm merasa hatinya kembali gundah. Entah ke mana
perginya bocah itu selama berapa waktu ini? Padahal
dunia begitu luas, ke mana dia harus pergi untuk
mencarinya?

715
Sementara itu Li Bun-yang dan Li Tiong-hui telah
bangkit berdiri dan mohon diri kepada ci Mia-cu sekalian-
Sambil merangkap tangannya di depan dada ci Mia-cu
berkata: "Aku hanya bisa mendoakan kalian bertiga
semoga pulang dengan membawa kemenangan dan
segera berangkat segera pulang kembali." Li Bun-yang
tersenyum.
"Aku juga berharap saudara Lim menunggu dulu di
kuil, sekembalinya dari Tho hoa-kit, aku masih ada
urusan yang hendak dibicarakan dengan dirimu."
"Aku pasti akan menunggu sampai saudara Li kembali
ke sini."
Sementara pembicaraan beriangsung, ketiga orang itu
sudah berjalan ke luar dari kamar dan meninggalkan
tempat tersebut Memandang hingga bayangan ketiga
orang itu lenyap dari pandangan, ci Mia-cu baru pelanpelan
bangkit berdiri sambil ujarnya: "Waktu sudah
makin larut, lebih baik Lim kongcu cepat-cepat pergi
beristirahat" walaupun sesungguhnya masih banyak
persoalan yang ingin ditanyakan Lim Han-kim, namun
terpaksa ia harus menahan diri dan bangkit untuk
kembali ke kamarnya.
Ketika pintu kamarnya dibuka, ia jumpai seseorang
sedang duduk bersila di atas pembaringannya. dengan
perasaan terkejut ia segera menghimpun, hawa

716
muminya, siap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan, bentaknya keras-keras: "siapa di
situ?"
"jangan takut nak. aku" suara jawaban yang berat dan
mendalam segera berkumandang. Lim Han-kim agak
tertegun sejenak. kemudian baru bergumam:
"Ciu Locianpwee?"
"Betul, memang aku."
Dengan langkah lebar Lim Han-kim berjalan mendekati
pembaringan. Ketika melihat Ciu Huang sedang duduk
bersila di atas pembaringannya, ia segera memberi
hormat sambil tanyanya: "Locianpwee, ada urusan apa
kau mencari aku?"
"Nasib ayahmu kurang beruntung sehingga mati
muda, sedang ibumu dengan susah payah
memeliharamu hingga dewasa, jika kau sampai
mengalami sesuatu yang tak wajar, bukankah dia akan
amat bersedih hati...."
Lim Han-kim dibuat tak habis mengerti dengan
pembicaraan itu, tapi jawabnya juga: "Perkataan
Locianpwee memang betul, tapi aku tidak merasakan
sesuatu yang aneh...."
"Kau sudah terluka oleh ilmu pukulan orang itu, dalam
tiga hari kemudian sari racun akan menyusup masuk ke

717
dalam isi perutmu, seandainya tidak diobati, maka luka
itu akan berubah jadi penyakit yang menakutkan, bukan
saja ilmu silatmu bakal punah, selembar jiwamu pun
susah dipertahankan"
"Masa ada kejadian seperti ini?" seru Lim Han-kim
terperanjat.
"Masa aku merasa perlu untuk bergurau denganmu?"
Pelan-pelan Lim Han-kim menundukkan kepalanya dan
tidak berbicara lagi.
Ciu Huang segera menepuk pembaringan di sisinya,
serunya kemudian- "Kau duduklah dulu."
Lim Han-kim menurut dan duduk di tempat yang
ditunjuk. perasaan hatinya saat ini sangat kalut dan
gundah. walaupun banyak pertanyaan yang tidak
dipahami olehnya, namun dia pun tak tahu harus
berbicara mulai dari mana.
Terdengar Ciu Huang menghela napas panjang,
katanya pelan- "Aku telah menemukan sebuah cara
untuk menolong keadaanmu itu, hanya aku tak tahu kau
bersedia atau tidak untuk menjalankan"
"silahkan Locianpwee menjelaskan"
"Tampaknya pukulan beracun yang melukai tubuhmu
itu adalah pukulan sam-yang-ciang yang telah lama

718
punah dari dunia persilatan sebetulnya ilmu pukulan ini
tidak termasuk ilmu sesat, tapi lantaran pukulannya
kelewat beracun, bahkan kalau dibandingkan dengan
pukulan panca racun atau pukulan pasir merah dan
sebangsanya pun jauh lebih beracun, ditambah lagi ilmu
itu sudah lama punah dari peredaran dunia persilatan,
maka orang menganggapnya sebagai ilmu sesat, padahal
sam-yang-ciang seharusnya dimasukkan dalam golongan
ilmu tenaga dalam tingkat tinggi, nama aslinya adalah
sam-yang-khikang. Yang dimaksudkan dengan sam-yang
adalah api, maka dasar dari tenaga pukulan itu pun
merupakan tenaga yang- kang yang keras dan panas,
Hanya saja untuk melatih ilmu pukulan tersebut orang
harus menggabungkan api luar, api dalam dan api murni
menjadi satu kesatuan, dengan demikian tenaga
pukulannya baru bisa mengandung aliran hawa yang
panas sekali...."
BAB 22. Mewarisi ilmu Pedang Naga sakti,
setelah berhenti sejenak untuk termenung beberapa
saat lamanya, ia melanjutkan kembali: "Aku sendiri
hanya mengetahui garis besarnya saja cara untuk
melatih diri itu, Kalau dilihat dari lukamu, tampaknya
tidak enteng, jelas racun api sam-yang telah merasuk ke
dalam perutmu, jika tidak diobati secepatnya, maka

719
selewatnya malam ini mungkin akan lebih sulit lagi untuk
menyembuhkannya."
"Tapi aku sama sekali tidak merasa sakit karena luka
ini," sela Lim Han-kim sambil menggerakkan lengan
kirinya.
"Kehebatan dari ilmu silat ini adalah membuat sang
korban pukulan sama sekali tidak menyadari kalau isi
perutnya sesungguhnya sudah menderita luka yang amat
parah, Menunggu kau sadar kalau keadaan luka itu tak
beres, mungkin jiwamu sudah tak tertolong lagi."
"Terima kasih banyak atas petunjuk Lo-cianpwee."
"Kau terluka gara-gara aku, masa aku hanya duduk
berpeluk tangan saja membiarkan kau menderita. Cuma
cara pengobatan atas luka pukulan ini tidak gampang,
Kita harus mempersiapkan diri baik-baik sebelum turun
tangan-"
"Tapi bagaimana cara pengobatannya?" tanya Lim
Han-kim tenang.
Nadanya sangat datar tanpa emosi, seakan-akan ia
tidak terpengaruh sama sekali oleh kondisi kesehatannya
yang terancam bahaya maut itu.
"Mula-mula kita harus menggunakan jarum emas
untuk menusuki jalan-jalan darah yang tersumbat,

720
setelah itu baru mendesak ke luar hawa racun panas
dengan menggunakan tenaga dalam."
"Tapi luka yang diderita Locianpwee belum sembuh
betul, mana mungkin kau bisa membantu diriku untuk
penyembuhan? Ketua Kuil Awan Hijau pandai dalam ilmu
pertabiban, biar dia saja yang menolongku untuk
mendesak ke luar hawa racun itu...."
"Betul si ketua Kuil Awan Hijau cakap dalam ilmu
pertabiban dan obat-obatan, tapi bukan berarti dia juga
mampu mengusir keluar hawa racun panas hasil pukulan
ilmu sam-yang-ciang dari tubuhmu."
setelah menghela napas panjang, lanjutnya: "Nak.
jangan kuatir. Apabila aku tak yakin bisa membantumu
mengusir keluar hawa racun panas itu dari dalam
tubuhmu, tak nanti aku bakal pamer kemampuan di
hadapanmu."
"Aku bukan bermaksud mencurigai kemampuan
Locianpwee, tapi khawatir tindakan tersebut akan
mempengaruhi keadaan luka Locianpwee yang sedang
dalam taraf penyembuhan Tapi kalau Locianpwee
berkata tidak mengganggu, baiklah, silahkan Locianpwee
mulai bertindak."
Ciu Huang segera menyingkap selimutnya dan
melompat turun dari pembaringan, setelah itu katanya:

721
"Alat yang dibutuhkan dalam pengobatan itu tak lengkap
di sini, Lebih baik pindah ke kamarku saja."
"Aku siap menurut perintah"
Dengan mengikuti ciu Huang, mereka berjalan
menembusi beberapa gedung dan halaman sebelum
akhirnya tiba di kamar tidur hakim sakti tersebut, Ciu
Huang segera menutup rapat pintu kamarnya dan
memadamkan lentera. Dari bawah bantalnya ia
mengeluarkan sebuah kantung kulit kambing yang
lebarnya lima inci. Dari dalam kantung itu dikeluarkan
tiga batang jarum emas serta dua buah benda putih yang
bentuknya seperti telur burung puyuh, katanya kemudian
"Nak. dua biji pil ini merupakan obat pemunah racun
yang sangat ampuh, coba kau telan dulu dua biji
sekaligus."
Lim Han-kim segera menerima pil itu dan langsung
ditelan, serunya: "Aku turut perintah"
"sekarang lepaskan baju atasmu" Lim Han-kim raguragu
sesaat, tapi kemudian mengikuti perintah dan
melepaskan baju atasnya. "Nak, kau harus menahan
sakit"
"silahkan Locianpwee turun tangan Ha-nya beberapa
batang jarum emas itu tak akan menyusahkan diriku, aku
percaya masih sanggup untuk menahan rasa sakit itu."

722
"setelah kutusuk jalan darahmu dengan jarum emas,
kau mesti pejamkan mata rapat-rapat dan jangan sekalikali
coba mengintip."
"Kenapa?" tanya Lim Han-kim keheranan "sewaktu
aku menggunakan jarum emas nanti, tubuhmu tak boleh
bergerak sama sekali, sebab bila sedikit melenceng saja
maka jiwamu bakal terancam bahaya maut. Apalagi jalan
darah yang harus kutusuk untuk mengusir hawa racun
panas nanti merupakan jalan darah rahasia yang sukar
sekali ditentukan letaknya secara tepat. selain itu aku
pun tak ingin orang lain mencuri lihat ilmu tusukan
jarumku ini."
Walaupun Lim Han-kim merasa alasan itu kelewat
dibuat-buat serta dipaksakan, namun ia tak membantah,
sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat. Tak
lama kemudian ia merasa luka di lengannya terasa sakit
sekali.
Lamat-lamat dia merasa Ciu Huang dengan jarum
emasnya telah menusuki belasan jalan darah pentingnya.
sekilas perasaan ingin tahu tiba-tiba muncul dalam
benaknya, dia ingin sekali membuka matanya untuk
mengintip. tapi niat tersebut segera diurungkan karena
teringat kembali pesan wanti-wanti yang disampaikan ciu
Huang barusan-
Mendadak terdengar suara Ciu Huang bergema lagi:
"Nak. tahanlah rasa sakit berikut ini."

723
Baru saja Lim Han-kim hendak menjawab, mendadak
jalan darah "sin-teng-hiat" nya terasa kaku, tahu-tahu ia
sudah jatuh tak sadarkan diri, Entah berapa saat sudah
lewat. Ketika anak muda itu sadar kembali dari
pingsannya, pertama-tama yang dirasakan olehnya
adalah hawa dingin yang amat tebal serta suara
gemericiknya air yang mengalir, dia tak tahu berada di
mana sekarang.
Menyusul kemudian ia merasa seluruh pakaiannya
telah dilucuti, Kini tinggal celana dalam saja yang masih
menempel, Tubuhnya ditelentangkan di atas batu yang
dingin dan keras, Batu itu sebagian besar terendam
dalam air sehingga yang masih nongol di permukaan air
cuma setengah inci saja.
Tiba-tiba saja Lim Han-kim merasa malu bercampur
gusar. Malu karena menganggap dirinya telah
dipermainkan orang. Dengan cepat dia melompat bangun
dari atas batu itu. Ternyata saat itu ia berada di sebuah
mata air yang dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya, Air
mengalir dari sekeliling batu yang tinggi dan terjal
membuat tempat di mana dia berada menjadi sebuah
telaga yang lebar.
Luas telaga itu lebih kurang setengah hektar Airnya
dingin seperti es dan hawa dingin yang menusuk tulang
menyelimuti sekeliling tempat itu. Di tengah bukit yang
sepi dan dikelilingi bukit terjal di sekelilingnya itu, selain

724
suara gemercik air, boleh dibilang tak kedengaran suara
yang 1ain- Lim Han-kim mencoba memperhatikan
sekeliling tempat itu, namun tak tampak sesosok
bayangan manusia pun-
Agaknya hanya dia seorang yang ditinggal dalam
telaga dingin itu, Padahal dia masih ingat dengan jelas
dirinya sedang diobati dalam kamar tidur Ciu Huang,
malah jalan darahnya di-tusuki dengan jarum emas, tapi
bagaimana mungkin ia berada di tengah telaga dingin
saat ini?
Jika ditinjau dari tempat di mana ia berada sekarang,
jelas batu itu terletak di tengah telaga, selain terjun ke
dalam air, rasanya tak ada jalan lain untuk menepi,
padahal selama hidup ia paling takut dengan air, maka
untuk berapa saat lamanya pemuda itu hanya bisa
mengawasi air telaga sambil termangu-mangu.
Ia mencoba memperhatikan bekas luka di lengannya,
Di situ ia masih melihat bekas tusukan-tusukan jarum
pada jalan darahnya. Pada saat itu langit makin lama
semakin gelap. Malam yang kelam pun menjelang tiba,
pemandangan di sekeliling tempat itu mulai kabur dan
tak jelas dipandang.
Lim Han-kim merasakan hawa dingin makin lama
makin mencekam hingga merasuk ke tulang. Dalam
keadaan begini mau tak mau dia harus duduk bersemedi
untuk melawan rasa dingin yang membekukan itu

725
Dengan tenaga dalamnya yang begitu sempurna, begitu
hawa murni disalurkan dari Tan-tian, segulung aliran
hawa panas segera menyerbak ke atas mencairkan
peredaran darahnya yang membeku. Dalam sekejap
mata kebugaran tubuhnya telah pulih kembali.
Entah berapa saat sudah lewat, mendadak terdengar
suara seseorang yang rendah dan berat berkumandang
datang: "Nak, coba kau atur pernapasan untuk
memeriksa, apakah masih ada sisa racun yang belum
terusir dari dalam tubuhmu."
Lim Han-kim dapat segera mengenali suara itu sebagai
suara Ciu Huang, tak kuasa lagi segulung api amarah
bergelora di dalam dadanya, sambil tertawa dingin
serunya: "Locianpwee, apa maksudmu menelanjangi aku
dan meninggalkan tubuhku di tengah telaga yang begitu
dinigin?"
Terdengar jawaban dari ciu Huang bergema dari
kejauhan- "Nak, kau harus tahu sam-yang-khikang
merupakan ilmu tenaga dalam aliran tingkat atas yang
bersifat panas. Aku sengaja menceburkan badanmu ke
dalam telaga dingin karena berniat membiarkan hawa
dingin merasuk ke tubuhmu serta memunahkan racun
hawa panas yang mengeram di tubuhmu.
Khasiatnya bukan saja lebih manjur daripada minum
obat, bahkan di saat hawa panas saling bentrok dengan
hawa dingin dan memaksa kau mengerahkan tenaga

726
dalam untuk melawan hawa dingin yang merasuk ke
tubuhmu, secara otomatis tindakanmu tersebut akan
memancing daya kemampuan tubuhmu sendiri untuk
menghapuskan racun panas."
Mendengar penjelasan itu diam-diam Lim Han-kim
berpikir: "ooooh, begitu rupa-nya. Tapi semestinya dia
jelaskan dulu kepadaku sehingga aku tak perlu salah
paham...."
Terdengar ciu Huang berkata lebih jauh: "Nak. saat ini
merupakan tengah malam yang paling dingin. Telaga
tersebut terletak di tengah bukit yang menghimpun
semua aliran air gunung. Hawa dingin yang menyelimuti
tempat tersebut amat menusuk tulang, Apabila kau
bersedia terjun ke dalam telaga serta membiarkan
badanmu terendam beberapa saat, maka bukan cuma
hawa racun panas dari sam-yang-ciang akan pUnah,
tenaga dalammu juga akan peroleh kemajuan."
selama hidup Lim Han-kim paling takut dengan air,
buru-buru dia berseru: "Aku rasa racun panas dalam
tubuhku telah punah, Tak usah berendam lagi...."
"Kalau memang begitu mendaratlah, sekarang
kesehatanmu sudah pulih banyak tapi berhubung ada
urusan lain aku tak bisa berdiam terlalu lama di sini,
berarti saat berkumpul kita pun tak banyak lagi. Mulai
malam ini aku akan mulai mewariskan beberapa macam
ilmu silat kepadamu."

727
Lim Han-kim mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu ia lihat jarak terdekat antara telaga dengan
daratan adalah tiga kaki, padahal ia merasa ilmu
meringankan tubuhnya belum mampu mencapai jarak
tersebut dalam sekali lompatan saja, sementara di antara
telaga dengan daratan juga tak ditemukan sesuatu
benda sebagai batu lompatan, Berarti, ia mesti
menceburkan diri ke dalam telaga.
Hal mana kontan saja membuat perasaannya amat
cemas, buru-buru teriaknya keras-keras: "Locianpwee,
ilmu meringankan tubuh yang kumiliki masih belum
mampu mencapai daratan dalam sekali lompatan,
bersediakah kau membantu aku?"
"Air telaga itu tak dalam, masuklah ke telaga dan
menyeberang ke mari."
Diam-diam Lim Han-kim berpikir lagi: "Selama hidup
aku paling takut dengan air, kalau aku mau mencebur ke
dalam air, buat apa mesti minta bantuanmu?"
Meski menggerutu di dalam hati, di luar ia berkata
lagi: "Aku tak pandai berenang. Asal Locianpwee
melemparkan seuntai ranting kering aku percaya bisa
mendarat."
Meskipun Ciu Huang merasa keheranan, namun ia tak
membantah lagi. seuntai ranting kering segera
dilontarkan ke dalam telaga. Lim Han-kim segera bangkit

728
berdiri, hawa murninya dihimpun ke seluruh tubuhnya,
setelah memperhatikan letak ranting kayu itu ia melejit
ke udara, Ujung kakinya menutul di atas ranting tersebut
dan menggunakan daya pental tadi melayang turun di
daratan.
Padahal berbicara dari ilmu meringankan tubuh yang
dimilikinya sekarang, kendatipun ia tak mampu mencapai
daratan dalam sekali lompatan, namun untuk jarak
sejauh tiga kaki ini, asal ia meminjam daya apung air
telaga tersebut sesungguhnya tak susah baginya untuk
mencapai daratan dengan gampang. Tapi berhubung
sejak lahir ia sudah menaruh perasaan yang sangat takut
terhadap air, ternyata ia tak berani untuk mencobanya.
Tampak Ciu Huang sedang duduk bersila bersandar
pada sebatang pohon cemara besar, di sisinya terletak
sebilah pedang pendek. Dalam sekilas pandang saja Lim
Han-kim dapat mengenali pedang pendek dengan sarung
kulit ikan hiu dan gagang berwarna kuning emas itu
adalah pedang Jin-siang-kiam yang dihadiahkan ketua
muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo Lan
kepadanya.
Di samping pedang pendek itu teronggok pakaian
miliknya. Waktu itu Ciu Huang telah melepas kain
pembalut yang membungkus kepalanya, kini yang
tampak hanyalah bekas-bekas luka yang memenuhi
wajah dan kepalanya, Dari bekas-bekas luka yang tersisa

729
pemuda tersebut dapat membayangkan betapa parahnya
luka yang diderita orang ini dulu.
Dengan cepat Lim Han-kim mengenakan pakaiannya,
kemudian berkata: "Terima kasih banyak atas budi
pertolonganmu Lo-cianpwee,"
ciu Huang mengambil pedang Jin-siang -kiam yang
tergeletak di sisinya itu, lalu tanyanya: "Apakah ibumu
yang menyerahkan pedang ini kepadamu?"
"Oooh bukan, seorang sahabat yang menghadiahkan
kepadaku,"
ciu Huang segera meloloskan pedang itu dari
sarungnya, cahaya berkilauan segera memancar di
tengah kegelapan malam, sesudah mengamati beberapa
saat, ia berkata: "Pedang ini terbuat dari campuran baja
dengan emas, meskipun tak bisa dibandingkan dengan
ketajaman pedang jian-kun atau Mo-sia-kiam, tapi
terhitung juga sebilah pedang mustika yang sangat
langka, Boleh tahu siapa yang menghadiahkan
kepadamu?"
"Ketua muda perkampungan Lak-seng-tong, Hongpo
Lan namanya."
"Hongpo Lan-.. Hongpo Lan-..?" gumam ciu Huang,
"Bagaimana bentuk rupa orang ini? Berapa usianya?"

730
"Wajahnya tampan tapi dingin dan selalu serius,
usianya lebih tua sedikit ketimbang umurku, lebih kurang
dua puluh tiga- empat tahunan, kenapa? Locianpwee
merasa kenal dengannya?"
"Dengan usiaku setua ini tentu saja temanku
sepantaran dengan usiaku juga, lebih kurang enam
puluhan tahun, Memang aku kenal dengan beberapa
orang sobat muda tapi tak banyak jumlahnya, Bentuk
pedang ini nampaknya meski antik namun sarungnya
jelas buatan baru. Bila dugaanku tak salah, pedang ini
belum lama di-tempa, paling banter usianya baru tiga
puluh tahunan...."
Setelah berhenti sejenak. kembali kata-nya: "Tapi
bentuk pedang ini luar biasa pendeknya, apabila si
penempa pedang bukan seorang ahli pedang, mustahil ia
dapat menempa pedang sependek ini."
"Dugaan Locianpwee tepat sekali, ilmu silat yang
dimiliki Hongpo Lan memang tidak berada di bawah
kemampuanku"
"Tapi pedang tersebut jelas bukan hasil
tempaannya...."
sesudah berhenti sejenak. terusnya: "Apakah pemilik
tua perkampungan Lak-seng-tong masih hidup di dunia?"

731
"Aku belum sempat menyambanginya, tapi dari
pembicaraan anggota perkampungan Lak-seng-tong bisa
diketahui bahwa dia masih hidup segar bugar di dunia
ini."
"Kau tahu siapa namanya?"
"Waaah... kalau soal ini aku kurang begitu tahu,"
sahut Lim Han-kim sambil menggelengkan kepalanya
berulang kali.
Ciu Huang termenung berpikir berapa saat, mendadak
ia melompat bangun sambil bergumam: "Aaaaah, pasti
dia Pasti dia"
"siapa?" tanya Lim Han-kim tak habis mengerti.
"Pedang sakti dari Lam-Kiang, Hongpo Tiang- hong...."
sekilas rasa gembira menghiasi wajahnya, terusnya:
"Jika dia masih segar bugar di dunia, maka aku...." Tibatiba
ia menghentikan kata-katanya dan tidak dilanjutkan
lagi.
Lim Han-kim memang paling tak suka bicara, maka dia
pun tidak bertanya lebih lanjut, Pelan-pelan ciu Huang
berkata lebih jauh: "Sesungguhnya aku sedang merasa
serba salah, haruskah kuwariskan ilmu pedang naga sakti
kepadamu atau tidak. Tapi apabila si pedang sakti dari
Lam-kiang masih hidup di dunia ini, aku berkeputusan
akan tetap mewariskan ilmu tersebut kepadamu"

732
"Apa hubungan antara niat Locianpwee mewariskan
ilmu pedang naga sakti kepadaku dengan si pedang sakti
dari Lam-kiang?" tanya Lim Han-kim tidak habis
mengerti.
"sangat besar hubungannya. jika si pedang sakti dari
Lam-kiang sudah meninggal dunia, terpaksa aku pun
akan membawa ilmu pedang naga sakti kepadamu juga
tak ada gunanya, Aaaai.,. Meski aku menguasai ilmu
pedang tersebut namun sepanjang hidupku belum
pernah kupakai untuk menghadapi musuh...."
Lim Han-kim semakin tak mengerti, tanyanya:
"Locianpwee, apa maksudmu? Maafkan kebodohanku,
aku benar-benar tidak mengerti apa yang Locianpwee
maksudkan"
Hakim sakti Ciu Huang mengelus jenggotnya yang
putih, lalu ujarnya: "Dulu aku dan pedang sakti dari Lamkiang,
Hongpo Tiang- hong adalah sahabat karib, Kami
ternama bersama, Waktu itu kami sama-sama masih
muda, membenci kejahatan dan bertekad memberantas
ketidakadilan dalam dunia persilatan Belum pernah satu
pun jago lihai dari kalangan hitam yang berjumpa
dengan kami berhasil lolos dari ujung pedang kami
sehingga walaupun para jago dari rimba hijau
mendendam kepada kami, namun mereka tak bisa
berbuat apa-apa.

733
Akibatnya nama besar kami makin lama semakin
tenar, tapi dendam dan permusuhan yang kami buat pun
kian lama kian bertambah banyak. Akhirnya kami kena
dihasut orang sehingga saling bertarung sendiri dengan
sengitnya..."
Tampaknya pendekar besar yang ternama ini menaruh
perasaan menyesal yang amat sangat atas kejadian
lama. Berbicara sampai di situ, tiba-tiba saja dia
menghela napas sedih, ditatapnya angkasa dengan
termangu, sampai lama kemudian ia baru melanjutkan
dengan hambar:
"Dalam pertarungan itu kami saling bertarung
sebanyak lima ratusan jurus, bertempur sampai samasama
kehabisan tenaga, tapi keadaan tetap berimbang,
menang kalah susah ditentukan-..."
Membayangkan bagaimana sepasang sahabat saling
bertarung begitu sengit, tanpa terasa Lim Han-kim turut
merasa pedih, katanya: "Nama besar menyusahkan
orang, seandainya Locianpwee berdua bukan ternama
bersama, sekalipun diadu domba orang lain pun belum
tentu akan saling bentrok sendiri"
"Memperebutkan nama sebetulnya cuma alasan, yang
benar pertarungan itu dikarenakan sebab-sebab lain-"
"Lalu apa penyebabnya?" tanya Lim Han-kim
keherananTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
734
"Sudah belasan tahun lamanya persoalan ini
mengganjal dalam dadaku, belum pernah kuceritakan
kepada orang lain, selain Hongpo Tiang- hong dan aku,
hanya seorang saja yang tahu masalah ini."
"Siapa dia?"
" orang itu adalah nyonya Hongpo"
"Aaaah Nyonya Hongpo...?"
"Benar, nyonya Hongpo, Aaaaai.,. separuh masa hidup
aku hidup malang melintang dalam dunia persilatan
tanpa tandingan siapa umat persilatan yang tidak
mengagumi nama besarku, Tapi siapa pula yang bisa
membayangkan betapa sepinya kehidupanku ini
dilewatkan- Setiap hari aku sibuk mencampuri urusan
orang lain, sebetulnya aku hanya ingin menggunakan
alasan tersebut untuk membunuh waktu, Aku
menyerempet bahaya tak lain untuk melenyapkan
kemasgulan dan kehampaan perasaanku."
"Aaaah... rupanya dia mengalami penderitaan sedalam
itu." Diam-diam Lim Han-kim berpikir "Aaaai... orang lain
mengagumi nama besarnya, menganggapnya sebagai
tonggak dunia persilatan, tapi siapa yang bisa
membayangkan kesedihan, kesepian dan kemurungan
hatinya? Ya a a.... ia memang seorang tua yang
kesepian-..."

735
Sementara itu ciu Huang telah berkata lagi sesudah
menghela napas panjang: "Setelah lolos dari kematian
kali ini, aku mulai banyak menyadari akan kesilafanku di
masa lalu, pandanganku terhadap nama serta kedudukan
juga jauh lebih hambar, Aku mulai rindu terhadap
sahabat-sahabat lama, apalagi usiaku kini makin lanjut.
sekalipun tidak mati terbunuh oleh musuh besar, aku tak
akan lolos dari takdir, Bila kubiarkan ilmu pedang naga
sakti ikut terkubur bersama hayatku, sehingga ilmu sakti
itu punah, aku pun merasa terlalu sayang. Tapi ilmu
pedang naga sakti merupakan ilmu pedang tingkat atas.
Biar pun aku memahami dasar jurus pedangnya serta
cara untuk melatihnya, namun tidak memahami rahasia
untuk menghadapi musuh sehingga biar pun ilmu itu
sudah kuwariskan kepadamu, titik kelemahan masih
terdapat di mana-mana, jadi tak mungkin bisa digunakan
untuk menghadapi lawan-"
"Kalau memang begitu, buat apa aku
mempelajarinya?"
"Nak. kau jangan terburu napsu, aku belum selesai
bicara, ilmu pedang naga sakti merupakan sebuah ilmu
sakti peninggaLan seorang pendekar pedang kenamaan
yang disalin dalam sejilid kitab pusaka. Kitab itu terbagi
menjadi dua bagian, Bila kedua bagian itu tergabung jadi
satu, maka ilmu pedang tersebut baru bisa dilatih secara
lengkap.

736
Waktu itu aku dan pedang sakti dari Lam-kiang,
Hongpo Tiang- hong masing-masing membawa satu
bagian, Bagian atas mengajarkan cara berlatih sedang
bagian bawah merupakan Ko-koat (teori)-nya. Akibatnya
aku hanya memiliki bagian atas sedang Hongpo Tianghong
memiliki bagian bawahnya. Berhubung ilmu pedang
itu kelewat mendalam, maka walaupun aku sudah
mendapatkan cara berlatihnya, toh tak berhasil
memakainya untuk melawan musuh."
"ooooh..., begitukah ceritanya?" Lim Han-kim merasa
sangat keheranan-
"Gara-gara masalah ini, aku telah membuang banyak
pikiran dan tenaga. Namun setiap kali menggunakan
jurus pedang itu, aku selalu merasa titik kelemahannya
terlalu banyak. selama belasan tahun terakhir belum
pernah kugunakan jurus pedang itu untuk melawan
musuh, Aku pikir pasti di bagian bawah kitab itulah
semua perubahan dalam menghadapi musuh tercatat
rapi.
Berhubung kitab bagian atas memuat jurus-jurus
pedangnya, aku percaya keadaan yang dihadapi Hongpo
Tiang-hong tak jauh berbeda dengan keadaanku, ia pasti
tak berhasil menggunakan ilmu pedang naga sakti
tersebut"
"Apakah Locianpwee masih tetap membenci Hongpo
Tiang-hong?"

737
"Setelah berlangsungnya pertempuran sengit itu, kami
sama-sama merasa menyesal, Meskipun dalam suatu
perjamuan sederhana kami telah saling memaafkan,
namun selama belasan tahun terakhir kami belum pernah
saling bertemu lagi."
"Kenapa begitu?"
"Selama masa ini meski dia pernah melacak jejakku ke
mana-mana, tapi aku selalu berusaha menghindarinya.
Mungkin dia lalu tahu kalau aku sudah bertekad tak akan
menjumpainya lagi, maka dia pun tidak memaksakan diri
untuk melacak jejakku lagi. Waktu berlalu begitu cepat,
kini kita sama-sama sudah lanjut usia. bila mengenang
kembali masa lampau, hatiku benar-benar merasa amat
pedih."
"Kalau memang Locianpwee sudah menyesal kenapa
tidak bertemu saja dengan Hongpo Tiang- hong?"
"Aaaaai... aku mempunyai kesulitan yang susah
diutarakan keluar, sudah belasan tahun lamanya
penderitaan itu terpendam di hatiku, malam ini aku harus
mengutarakannya keluar, Walaupun pertarungan kami
waktu itu disebabkan adu domba orang lain, tapi alasan
yang sesungguhnya adalah kami sama-sama mencintai
seorang gadis yang sama. Gadis itu pun menaruh kasih
yang sama terhadap kami berdua, oleh sebab ia susah
memilih satu di antara kami berdua, Akhirnya dia pun
bertahan terus tanpa kawin, Dalam hati kecil kami samaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
738
sama mengerti, kecuali satu di antara kami berdua mati,
tak mungkin gadis itu akan kawin- sebab itulah setelah
pertempuran waktu itu secara diam-diam aku pergi
menjauhkan diri Menanti sampai mereka sudah menjadi
suami istri selama tiga tahun, baru aku muncul lagi
dalam dunia persilatan"
Lim Han-kim menghela napas panjang, pujinya:
"Locianpwee, kau benar-benar berjiwa besar, sungguh
mengagumkan sungguh mengagumkan"
"Tapi nak. aku harus membayar dengan harga yang
mahal, Selama belasan tahun ini aku harus hidup dalam
kesepian dan kerinduan"
Kata-kata tersebut diungkap dengan perasaan yang
amat mengenaskan, ingin sekali Lim Han-kim
mengucapkan beberapa kata menghibur, tapi ia tak tahu
harus mulai dari mana, terpaksa dia pun membungkam
diri
Tiba-tiba Ciu Huang bangkit berdiri, gumamnya:
"Aaaaai,., sudah tua, benar-benar sudah tua, masa
lampau ibarat asap. buat apa dipikirkan lagi...."
Dia alihkan sorot matanya ke wajah Lim Han-kim,
kemudian serunya: " Kemarilah nak, segera kuwariskan
ilmu pedang naga sakti kepadamu."

739
Lim Han-kim menurut dan berjalan menghampirinya,
Dengan wajah serius Ciu Huang berkata: " Ilmu pedang
naga sakti merupakan ilmu sakti tingkat atas. Kalau
bukan orang cerdik, mustahil dapat mempelajarinya.
Malam ini kuwariskan ilmu tersebut kepadamu, Kesatu
sebagai rasa terima kasihku karena kau jauh-jauh datang
mengantar obat untukku, kedua untuk memenuhi
keinginan ibumu dan ketiga aku tak tega membiarkan
ilmu langka ini turut terkubur bersama hayatku. Masalah
kau bisa mempelajarinya atau tidak tergantung pada
kemampuanmu Mungkin kau bisa mengandalkan ilmu
tersebut untuk menjagoi dunia persilatan serta
mengungkap rahasia asal usulmu. Mungkin juga kau
alami nasib seperti aku, hanya mempelajari ilmu kosong
yang tak bisa dipakai untuk menghadapi musuh."
"ilmu silat Locianpweejauh lebih hebat dari
kemampuanku, sudah belasan tahun diselidiki pun tak
berhasil memecahkan rahasia ilmu tersebut, apalagi aku
yang bodoh ini, Mungkin aku bakal menyia-nyiakan
harapan mu."
"Nanti kuberikan sebuah benda kepadamu Bawalah
benda itu menghadap Hongpo Tiang- hong, ia pasti akan
mewariskan ilmu yang tertera dalam kitab bagian kedua
itu kepadamu."
"Aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga."

740
Membayangkan kembali ucapan ciu Huang tadi, bila
menguasai ilmu tersebut ia bisa menjagoi dunia
persilatan serta menyingkap rahasia asal usulnya, lamatlamat
Lim Han-kim mulai merasa bahwa asal usul dirinya
menyangkut sebuah rahasia besar dari dunia persilatan ia
mesti memiliki ilmu silat yang maha tinggi untuk memikul
beban berat tersebut. oleh sebab itulah anak muda ini
tidak menampik lagi niat Ciu Huang untuk mewariskan
ilmu tersebut kepadanya.
Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela
napas panjang: "Menurut pengamatanku selama
beberapa tahun ini keadaan Hongpo Tiang- hong tentu
seperti diriku, menaruh rasa rindu dan menyesal
terhadap persahabatan yang pernah kami bina dulu,
maka bila ia melihat benda pemberianku itu sudah pasti
tak akan menampik keinginanmu...."
Ia mendongakkan kepalanya sambil menghela napas
berat, lanjutnya: "Tapi hal itu cuma pengamatanku saja.
Hati manusia sukar diduga, Mungkin saja saat ini dia
sudah melupakan sama sekali sobat lamanya ini, lupa
dengan persahabatan yang pernah kami bina dulu,
Dalam hal ini aku tak bisa apa-apa, jadi ia mau
mewariskan ilmu tersebut kepadamu atau tidak. aku tak
berani jamin-"
"Terlepas Hongpo Tiang- hong mau mewariskan teori
ilmu pedang naga sakti itu kepadaku atau tidak. aku

741
tetap menaruh perasaan terima kasih yang mendalam
atas kebaikan Locianpwee ini."
Hakim sakti Ciu Huang tertawa dingin, serunya cepat
sambil menggeleng: "selamanya aku bertindak bukan
untuk mencari rasa terima kasih orang terhadapku, aku
bertindak asal perasaanku berkata begitu."
Lim Han-kim mengerti orang ini dianggap seorang
pendekar besar masa kini, dengan sendirinya apa yang
diperbuat jauh berbeda dengan orang biasa, karena itu
dia pun tak banyak bicara lagi,
Diam-diam Hakim sakti Ciu Huang menghimpun
tenaga murninya, lalu sambil memungut pedang Ji-siangkiam
dari atas tanah, ujarnya serius: "Perhatikan baikbaik,
nak"
Cepat-cepat Lim Han-kim menghimpun seluruh
perhatiannya untuk memperhatikan gerakan kakek itu.
Terdengar ciu Huang berkata: " Kunci dari ilmu
pedang tingkat atas terletak pada hati mengendalikan
perasaan, perasaan mengendalikan pikiran dan pikiran
mengendalikan gerak pedang...."
Ketika Lim Han-kim mencoba memperhatikan dengan
seksama, ia jumpai orang tua itu telah pejamkan
matanya, sikap serta mimik mukanya begitu serius dan
keren membuat orang segan untuk menyerang-nya,

742
cukup dilihat dari gayanya tersebut sudah bikin hati
orang merasa kagum.
sambil melintangkan pedangnya di depan dada ciu
Huang berdiri dengan wajah serius, mendadak sambil
melotot besar bentaknya: "Jurus pertama dari ilmu
pedang naga sakti, naga perkasa membumbung ke
langit"
Tangan kirinya diayun membentuk satu gerakan aneh,
sementara pedang pendek di tangan kanannya menuding
ke langit, tubuhnya tiba-tiba membumbung ke angkasa
setinggi satu tombak. kemudian secara mendadak
pedangnya menyodok ke bawah diiringi badannya
meluncur pula ke atas tanah.
sejak kecil Lim Han-kim sudah mendapat petunjuk
guru kenamaan, dasar ilmu pedangnya boleh dibilang
cukup matang, Dalam pandangan orang lain mungkin
gerak mengangkat pedang ke atas lalu menyodok ke
bawah itu sangat umum dan tiada sesuatu yang aneh,
tapi Lim Han-kim yang memperhatikan pedang pendek di
tangan orang tua itu justru menemukan kenyataan dalam
waktu sesingkat itu bahwa ujung pedang sudah bergeser
ke beberapa tempat secara beruntun, bahkan tempat
yang diserang merupakan tempat-tempat yang susah
dijaga.
sementara dia masih termenung, ciu Huang telah
menarik kembali pedang pendeknya sambil berkata:

743
"Untuk menggunakan jurus ini, orang harus memiliki ilmu
meringankan tubuh yang amat sempurna, dengan begitu
kombinasi kerja samanya baru lebih mantap. Nak,
yakinkah kau dapat mempergunakannya?"
"Walaupun aku merasa belum mampu menandingi
ketenangan serta kemantapan Locianpwee, namun aku
yakin masih dapat mempergunakannya."
"Bagus sekali, semestinya jurus ini memiliki perubahan
yang banyak sekali, namun aku tak berhasil
memecahkannya, seperti misalnya pedang itu tak pernah
meninggalkan posisinya di depan tubuh, tapi dari mana
pun musuh menyerang semua ancaman dapat
dipunahkan secara gampang. Hal ini membuktikan kalau
jurus pedang ini benar-benar amat lihay, sayang aku tak
berhasil meraba perubahan gerakannya meski samarsamar
dapat kurasakan bahwa jurus itu mengandung
perubahan yang tak terhingga."
"Yaaa, aku sendiri merasa gerakan tubuh Locianpwee
menyusul gerak pedang tersebut susah diikuti dengan
mata telanjang."
"Ha ha ha ha...." Ciu Huang tertawa tergelak "Bagus,
bagus sekali Rupanya kau sudah dapat menilai
berharganya ilmu pedang ini, Cukup ditinjau dari
beberapa patah katamu barusan, aku sudah mengerti
bahwa aku tidak salah memiliki ahli waris...."

744
setelah berhenti sejenak. ia kembali melanjutkan
dengan serius: "Nak. perhatikan lagi baik-baik, jurus
kedua Naga Air Menyebrangi samudra"
Lim Han-kim memperhatikan dengan seksama, ia
saksikan ujung pedangnya bergerak membuka jalan
diikuti gerak tubuh di belakangnya, putar kiri belok kanan
setelah berputar satu lingkaran akhirnya balik kembali ke
posisinya semula.
"Nak, dapatkah kau jumpai di mana letak kehebatan
dari jurus serangan ini?" tanya Ciu Huang kemudian
sambil menarik kembali pedangnya.
Lim Han-kim termenung berpikir sebentar kemudian
sahutnya: "Aku bodoh, sayang tak bisa mengintip rahasia
dari jurus tersebut, tapi rasa-rasanya kunci dari jurus ini
terletak pada gerak langkahnya, betul begitu?"
"Tepat sekali," Ciu Huang manggut-manggut penuh
rasa kagum. "Dasar perubahan jurus kedua ini memang
terletak pada pergeseran posisi kaki kita, Di luar langkah
itu mengikuti posisi Pat-kwa, padahal di balik Pat-kwa
juga mengandung unsur ngo-kiong. sayang aku tidak
mengetahui perubahan gerak pedangnya, sehingga
meski sudah belasan tahun aku peras otak. namun tak
pernah berhasil menggunakannya untuk menghadapi
musuh."

745
"Samudra luas tak ada batasnya, naga air tentu saja
dapat bergerak tanpa hadangan, menurut arti nama
jurus tersebut tampaknya apa yang Locianpwee duga
memang sudah tepat sekali."
"Gerak perputaran yang barusan kupraktekkan ini
tampaknya saja sangat sederhana, padahal posisi kaki
susah sekali dilatih, Asal kau dapat menghapalkan gerak
langkahnya pada malam ini, kuanggap kau sebagai orang
yang sangat cerdas."
"Aku pasti akan mempelajarinya dengan sepenuh
tenaga."
"Coba kau ikuti di belakangku, perhatikan setiap posisi
langkahku dan tirukan, Asal mau diperhatikan aku
percaya kau bisa menguasainya dalam waktu cepat." Lim
Han-kim mengiakan dan segera mengikuti di belakang
ciu Huang mempelajari gerak langkah jurus serangan
tersebut Apa yang diucapkan ciu Huang tadi ternyata
terbukti Gerak langkah yang tampaknya tak sulit untuk
dipelajari itu ternyata tak mudah dikuasai, sudah hampir
satu jam lamanya Lim Han-kim coba mempraktekkan
namun belum juga berhasil seperti apa yang diharapkan.
Tapi bagi pandangan ciu Huang, kemampuan yang
berhasil dicapai Lim Han-kim sekarang sudah melebihi
dari cukup, ia malah memuji tiada hentinya, Dulu ketika
baru pertama kali ia memperoleh kitab bagian atas ilmu
pedang naga sakti tersebut, dia harus menghabiskan

746
waktu selama tiga bulan untuk mempelajari jurus "Naga
Air Menyebrangi samudra" ini, itu pun sampai lupa
makan dan lupa tidur, siang malam terus berlatih tak
henti-hentinya.
Lim Han-kim hanya membutuhkan waktu selama satu
dua jam untuk menguasai garis besar gerakan jurus itu,
tentu saja orang tua tersebut sangat memuji
kemampuannya.
Pada awal latihan, Lim Han-kim merasa setiap langkah
dan gerakannya amat kaku dan tidak terbiasa, ia merasa
setiap gerak putaran badannya seolah-olah saling
bertentangan dengan pengerahan tenaga, tapi lambat
laun setelah sedikit menguasai, kegembiraannya kian
meningkat ia pelajari berulang-ulang tiada hentinya,
sedetik pun enggan berhenti. Dengan ciu Huang yang
selalu memberi petunjuk dari samping, kemajuan yang
dicapai anak muda itu pun semakin meningkat.
Tanpa terasa fajar pun mulai menyingsing. sang surya
mulai muncul dari kaki bukit, memancarkan cahayanya
yang ke- emas- emasan. Ciu Huang mendongakkan
kepalanya menarik napas panjang, ujarnya: "Nak, latihan
kita hari ini berhenti sampai di sini dulu, Tiga hari
kemudian kita bersua lagi di lembah ini."
Kemudian sambil menuding sebuah bukit kecil yang
berada di arah tenggara, katanya lebih jauh: "setelah

747
melewati bukit tersebut kau akan tiba di lereng bukit,
dari situ kau bisa melihat letak Kuil Awan HHijau."
" Kenapa? Locianpwee tidak bermaksud pulang ke
kuil?"
"Tidak, aku tidak balik ke situ...," selesai bicara ia balik
tubuhnya dan berjalan menuju ke arah Barat, sekejap
kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan, Memandang hingga bayangan punggung ciu
Huang lenyap dari pandangan Lim Han-kim baru
meneruskan perjalanannya sesuai dengan petunjuk.
Benar juga, setelah melewati bukit kecil dan menuruni
lerengnya, ia dapat menyaksikan bangunan Kuil Awan
HHijau. Terburu-buru Lim Han-kim menuruni lereng
menuiu ke dalam kuil, Waktu itu para tosu dalam kuil
telah bangun dan membersihkan halaman Ketika melihat
Lim Han-kim muncul di pintu gerbang, serentak mereka
memberi hormat, tapi tak seorang pun yang ber-tegur
sapa.
Tergopoh-gopoh Lim Han-kim masuk ke dalam kuil, ia
jumpai sarapan telah disiapkan di atas meja, malah
masih mengepulkan hawa panas, jelas hidangan baru
saja tersedia, Waktu itu Lim Han-kim putar otak terus
mengingat-ingat perubahan posisi langkah dari jurus
pedang yang baru dipelajarinya karena takut lupa.
setelah buru- buru sarapan pagi, dia kembali ke

748
kamarnya untuk berlatih beberapa kali, kemudian baru
beristirahat.
Tiga hari pun berlalu tanpa terasa, selama tiga hari ini
Lim Han-kim merasakan ketenangan yang luar biasa,
Kecuali seorang tosu kecil yang tiap kali datang
mengantar hidangan, tak seorang pun yang ke sana
mengusik ketenangannya, malahan ketua Kuil Awan
Hijau puncak pernah muncul.
Hari ini adalah hari pertemuannya dengan ciu Huang.
Dua jurus pedang yang dipelajarinya tempo hari, setelah
dilatih selama beberapa hari ini, boleh dibilang ia sudah
hapal sekali.
Ketika melihat waktu pertemuannya dengan Ciu
Huang masih lama, tiba-tiba saja ia teringat dengan ci
Mia-cu yang sudah beberapa hari tak bertemu
dengannya, Dia tak tahu apakah Li Bun-yang serta Han
Si-kong telah balik atau belum, apakah Yu siau-liong ada
kabar beritanya atau tidak...
Teringat beberapa masalah itu, dia pun mengayunkan
langkahnya menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. Waktu
itu sudah mendekati magrib, matahari yang bersinar
lemah dari langit Barat memancarkan cahayanya yang
kemerah-merahan, ia saksikan ci Mia-cu sedang duduk
bersila mengatur pernapasan di dalam kamarnya.

749
Baru saja Lim Han-kim menyingkap tirai siap
melangkah masuk ke dalam ruangan, Ci Mia-cu telah
sadar dan membuka matanya, bahkan langsung turun
dari pembaringan dan berjalan menghampirinya.
"Ada urusan apa Lim kongcu?" tegurnya.
"Aaaah, rupanya aku mengganggu ketenangan
totiang, sebenarnya aku hanya ingin mencari tahu
beberapa persoalan, begitu peroleh jawaban, aku segera
pergi dari sini."
"Tanya saja terus terang, toh aku sudah selesai
bersemedi."
"Bagaimana kabar berita adikku yang lenyap itu?
Apakah ia sudah pergi ke tempat tinggal si dewa Jinsom
Phang Thian-hua?"
"Kemarin baru saja aku terima surat lewat burung
merpati yang mengabarkan bahwa sepanjang jalan
hingga kini belum tampak jejaknya, kalau bukan salah
jalan, mungkin ia sudah berubah pikiran dan mengambil
arah lain-"
Lim Han-kim bertambah gelisah, alis matanya
berulang kali dikerutkan kencang-kencang, ujarnya
kemudian: "Aku benar-benar khawatir, jangan-jangan ia
sudah mengalami sesuatu musibah."

750
"Adikmu bukan orang yang berumur pendek, kau tak
usah terlalu menguatirkan keselamatannya . "
"Aaaai...." Lim Han-kim menghela napas panjang,
"Usianya masih begitu muda, aku benar-benar khawatir
membiarkannya mengembara seorang diri dalam dunia
persilatan"
BAB 23. Murid panca Racun Membocorkan
Rahasia
"Beberapa hari belakangan ini mempunyai hubungan
yang erat sekali dengan masa depanmu," kata Ci Mia-cu
pelan, "Lebih baik kau buang jauh-jauh semua luapan
emosimu itu untuk sementara waktu, pusatkan semua
perhatianmu untuk belajar silat, Kesempatan emas
semacam ini langka bisa kau temui di kemudian hari,
apabila kau sia-siakan, pasti akan menyesal di belakang
hari."
Ketika menyampaikan kata- kata yang terakhir itu,
ucapan tersebut diutarakan dengan wajah serius,
Dengan perasaan terkesiap Lim Han-kim buru-buru
menyahut: "Aku pasti akan mengingat baik-baik
perkataan ini."
"Kau harus memaklumi niat baik ibumu yang telah
bersusah payah menyuruh kau menempuh perjalanan

751
jauh mengantar obat ke mari, sehingga tidak menyianyiakan
harapannya, saat ini waktu amat berharga
bagimu, aku tak ingin menghabiskan waktumu lagi
dengan percuma."
"Terima kasih atas nasehat anda." Lim Han-kim segera
bangkit berdiri untuk mohon diri, kemudian balik badan
dan berlalu dari sana.
setengah bulan berlalu dalam sekejap mata, setiap
tiga hari Lim Han-kim pasti berangkat ketempat yang
dijanjikan Ciu Huang untuk mempelajari ilmu pedang
sakti. Hari ini ia kembali bertemu dengan Lim Han-kim.
Ketika pemuda tersebut tiba di tempat janji, dilihatnya
Ciu Huang telah menunggu di situ.
selama setengah bulan ini, pendekar besar yang amat
termashur di dunia persilatan ini entah tinggal dan
makan di mana, tapi pembalut yang membungkus lukaluka
tubuhnya makin lama makin bertambah kurang, Hari
ini delapan puluh persen kain pembalutnya telah
ditanggalkan, semangat dan kesegaran tubuhnya pun
tampak lebih ceria. Buru-buru Lim Han-kim memburu
maju ke depan dan jatuhkan diri berlutut seraya berkata:
"Tecu telah datang terlambat, maaf bila suhu harus
menunggu lama."
Pelan-pelan Hakim sakti Ciu Huang membuang
matanya kembali, serunya dengan suara dingin, "sudah
berulang kali aku menasehatimu, aku tak pernah

752
menerimamu sebagai murid, apa maksudmu memanggil
aku suhu?"
Lim Han-kim agak tertegun, lalu sahut-nya: "Aku telah
belajar ilmu silat darimu, tak salah jika aku memanggil
suhu kepadamu"
"Menerima murid dan mewarisi ilmu silat adalah dua
persoalan yang berbeda, jangan kau campur adukkan
menjadi satu."
"Aku akan mengingatnya baik- baik, lain, kali tentU tak
akan kuulang kembali,"
Dari gusar Ciu Huang berubah jadi gembira lagi,
katanya lebih jauh sambil tersenyum: "Malam ini adalah
pertemuan kita yang terakhir. Besok aku akan segera
tinggalkan tempat ini. Nah, kau masih ingat semua jurus
dari ilmu pedang naga sakti?"
"Aku masih mengingatnya."
"Bagus sekali Coba sekarang mainkan di hadapanku."
Lim Han-kim mengiakan, Dicabutnya pedang Jinsiang-
kiam lalu hawa murninya dipusatkan jadi satu,
kemudian satu persatu ia mainkan kedelapan jurus ilmu
pedang naga sakti itu.
sambil melipat tangan di dada Ciu Huang saksikan Lim
Han-kim mainkan kedelapan jurus ilmu pedang naga

753
sakti itu.Begitu pemuda itu menyelesaikan permainannya
sambil manggut-manggut ia memuji: "Hebat, tak satu
gerakanpun yang keliru"
"semoga Locianpwee sudi memberi petunjuk." Buruburu
Lim Han-kim membungkukkan badannya memberi
hormat.
"Kini jurus pedang sudah mendapat pewarisnya. Asal
kau tambahkan perubahan di sana sini, maka jurus
pedang itu sudah dapat kau pakai untuk melawan
serangan musuh, Mengenai keberhasilanmu di kemudian
hari, apakah kau dapat peroleh intisari dari jurus pedang
itu atau tidak, semua nya tergantung pada rejekimu...."
Dari dalam sakunya ia mengeluarkan sebuah kotak
besi, kemudian melanjutkan: "Nak, simpanlah kotak besi
ini baik- baik dan pergilah menemui si pedang sakti dari
Lam-kiang, Hongpo Tiang-hong. Tapi sebelum berjumpa
dengannya, jangan sekali-kali kau buka kotak tersebut."
Dengan sikap yang sangat hormat Lim Han-kim
menerima kotak besi itu dan menyimpannya ke dalam
saku. ciu Huang menghela napas panjang, kembali
ujarnya: "Nak, benda tersebut sebetulnya bukan suatu
benda mustika atau berharga, tapi dalam pandanganku
memiliki bobot yang berbeda bahkan melebihi nyawa
sendiri, Apabila si pedang sakti dari Lam-kiang betulbetul
masih hidup di dunia ini, setelah melihat benda
tersebut tak bakal ia menampik permintaanmu"

754
"Kebaikan Locianpwee sungguh mengharukan Aku
merasa berterima kasih sekali."
"Kini ilmu sakti telah mendapat pewaris-nya, berarti
aku tidak mengecewakan hasil karya orang terdahulu,
dan aku pun merasa lega sekali. Nah, kita berpisah dulu
di sini" Habis berkata ia segera melejit ke depan.
Dalam sekali kelebatan tubuhnya sudah berada berapa
kaki jauhnya, Ketika Lim Han-kim menjura sambil
menghantar, bayangan tubuh ciu Huang telah lenyap
dari pandangan.
Waktu itu bulan purnama masih tergantung di awan,
riak air dalam telaga menggulung lembut, angin malam
yang berhembus lembut menambahkan suasana tenang
di hutan tersebut, Lim Han-kim mendongakkan
kepalanya menghembuskan napas panjang, tiba-tiba ia
saksikan sesosok bayangan manusia meluncur datang
dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas
dari busurnya, sekejap kemudian telah berada di
hadapannya.
Ternyata orang itu adalah Hakim sakti Ciu Huang yang
telah pergi tadi. Tampak Ciu Huang dengan wajah amat
serius berpesan "Apabila majikan tua perkampungan Lakseng-
tong bukan si pedang sakti dari Lam-kiang, tolong
kau simpankan barang itu baik-baik.jika aku masih hidup
di dunia ini, bulan delapan hari Tiong-ciu tahun ini aku
akan menantimu di Kuil Awan Hijau, jika sampai tengah

755
malam aku belum muncul, itu menandakan aku sudah
mati, tolong kotak besi itu...."
"Aku pasti akan menyimpannya baik-baik," sambung
Lim Han-kim.
"Tidak usah, tolong buang kotak itu ke dalam sungai,
biar benda tersebut menemani aku di alam baka."
Perkataan itu diungkapkan dengan nada yang
mengenaskan bahkan alis matanya lamat-lamat diliputi
kemurungan yang tebal, Menyaksikan itu diam-diam Lim
Han-kim berpikir: "Entah apa isi kotak besi ini, kenapa ia
memandangnya begitu serius?"
Terdengar ciu Huang berkata lagi sambil menghela
napas panjang: "Apabila majikan tua perkampungan Lakseng-
tong benar-benar adalah pedang sakti dari Lamkiang,
sebelum membuka kotak tersebut, jangan lupa
beri tahu kepadanya agar mundur ke belakang,"
Habis berkata ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa nyaring, gelak tertawanya ibarat pekikan naga di
lembah yang dalam. Di tengah suara gelak tertawanya
itulah, tubuhnya melejit ke udara dan meluncur ke
depan, sekejap mata kemudian bayangan tubuhnya telah
lenyap di balik kegelapan.
Dengan termangu- mangu Lim Han-kim awasi
bayangan itu hingga lenyap dari pandangan kemudian ia

756
baru berangkat balik ke Kuil Awan Hijau, Di depan pintu
kuil ia menjumpai ci Mia-cu yang dengan memegang
senjata kebutannya sedang memandang ke kejauhan
sambil melamun.
Begitu bertemu dengan anak muda itu, ia segera
menegur: "ciu tayhiap telah pergi?"
"Yaa, ia sudah pergi."
Ci Mia-cu menghela napas panjang.
"Aaai... sewaktu mendengar gelak tertawanya tadi,
aku sudah mengerti bahwa tak mungkin terkejar lagi,
aku belum sempat mengucapkan kata- kata perpisahan
dengannya."
"Cianpwee tak usah sedih, sebelum pergi tadi ciu
Locianpwee telah berpesan, bulan delapan hari Tiong-ciu
tahun ini dia pasti akan berkunjung lagi ke Kuil Awan
Hijau."
Ci Mia-cu manggut-manggut, katanya kemudian: "Li
kongcu dari bukit Hong-san dan Han si-kong telah
kembali ke kuil, sekarang mereka menunggumu di dalam
kuil, cepatlah masuk"
Mereka berdua menembusi beberapa halaman dan
langsung menuju ke kamar semedi Ci Mia-cu. dalam
ruangan lentera bersinar terang, hindangan telah
disiapkan di meja perjamuan. Li Bun-yang, Han si-kong

757
dan Li Tiong-hui semuanya sudah duduk mengelilingi
meja, tapi tampaknya mereka masih menunggu
kehadiran mereka berdua.
Begitu Lim Han-kim berdua muncul dalam ruangan, Li
Bun- yang segera memberi hormat sambil menegur:
"saudara Lim apakah luka di lenganmu telah sembuh...."
"Terima kasih banyak atas perhatianmu, lukaku sudah
sembuh sama sekali. Bagai-mana pula dengan hasil
perjalanan kalian?"
setelah meneguk habis secawan arak Han si-kong
tertawa gelak. serunya:
"Ha ha ha ha... sayang saudara Lim tidak ikut,
pertarungan kali ini benar-benar puas, aku dan saudara
Li serta nona Li turun tangan sepuasnya membumi
ratakan pesanggrahan Tho-hoa-kit dengan tanah...."
"Apakah siluman wanita Lik-ling berhasil dibekuk?"
"Beberapa orang pentolan mereka telah kabur dari situ
sehingga yang tersisa cuma anak buah kelas tiga, justru
karena itu kami baru bisa bertindak semaunya sendiri"
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan mencari tempat
duduk di seputar meja perjamuan sambil mengangkat
cawan arak kata-nya: "Mari kita teguk habis secawan
arak ini, pertama untuk menyambut kedatangan kalian,

758
kedua untuk merayakan juga kesuksesan kalian." sekali
teguk dia habiskan isi cawannya.
"setelah berpisah setengah bulan ini lihat wajah
saudara Lim lebih cerah dan segar, tidak seperti pada
mula perjumpaan dulu, selalu membawa kemurungan
yang mendalam," kata Li Bun-yang.
Lim Han-kim tertawa hambar.
"Mimik muka seseorang dapat membuat suasana
suatu pesta menjadi buyar, masa aku mau merusak
suasana pertemuan kali ini?"
"Betul" seru Han si-kong sambil bertepuk tang an,
"sebagai kaum persilatan kita memang mengutamakan
setia kawan dan keterbukaan, kena bacok pun paling
banter meninggalkan codet, apa gunanya dimurungkan?"
Kali ini Lim Han-kim cuma tertawa hambar tanpa
menanggapi Pelan-pelan Li Bun- yang mengalihkan sorot
matanya ke atas wajah ketua Kuil Awan Hijau, lalu
katanya: "Jadi Ciu tayhiap telah pergi?"
"Yaaa, selama hidup orang ini paling benci menetap di
suatu tempat terus-menerus, paling banter dia hanya
tinggal selama sepuluh hari. Kini lukanya belum sembuh
tapi ia sudah nekad meninggalkan Kuil Awan Hijau, entah
sekarang pindah ke mana lagi.."

759
"Locianpwee, apakah di belakang Kuil Awan Hijau
terdapat tempat tinggal sahabat lama Ciu tayhiap?" tanya
Lim Han-kim. sambil tertawa Ci Mia-cu menggeleng.
"Pergaulannya sangat luas, bukan hanya dari golongan
atas saja temannya, dari kalangan bawah pun dia punya
sahabat yang cukup banyak, Kalau kau mengira dia
berdiam di sekitar belakang kuil lantaran dia selalu
bertemu denganmu di situ maka dugaanmu ini salah
besar, Bisa jadi ia bertempat tinggal beberapa ratus li
dari tempat itu, bukankah pertemuan kalian
terselenggara tiap tiga hari satu kali, berarti dia masih
mempunyai waktu selama dua hari, dua malam untuk
bolak balik ke tempat asalnya...."
"Tapi kenapa ia mesti berbuat demikian?" tanya Han
si-kong keheranan Ci Mia-cu menghela napas panjang,
"Dalam hatinya dia menyimpan penderitaan yang tak
terhingga, ia justru berusaha menyibukkan diri lantaran
hendak menggunakan cara tersebut untuk melewatkan
sang waktu, Mungkin juga tindakannya inilah yang justru
mendorong nama besarnya makin terkenaL"
"Perkataan Locianpwee memang tepat sekali," Lim
Han-kim manggut-manggut, "Ia tawar terhadap nama
maupun kedudukan usianya pun sudah tua. Dengan
kondisi seperti ini sepatutnya ia sudah pensiun dan tidak
mencampuri urusan dunia persilatan lagi, tapi dia masih
rela menempuh perjalanan jauh, mengarungi dunia

760
persilatan dan susah payah demi kepentingan orang lain-
"
Li Bun-yang ikut berkata pula sambil menghela napas:
"Andaikata hatinya tidak pedih sehinga Sepanjang tahun
harus berkelana dalam dunia persilatan untuk
menghabiskan waktu, nama besar Ciu Huang mungkintak
akan setenar sekarang hingga menggemparkan seluruh
dunia persilatan" Han Si-kong tertawa tergelak.
"Ha ha ha ha... siapa sih di dunia ini yang bisa lolos
dari perpisahan dan kematian? sebagai seorang lelaki
sejati, asal perbuatan kita tidak tercela dan melanggar
aturan dunia persilatan, aku rasa itu sudah lebih daripada
cukup."
"Tepat sekali pandangan itu," kata Li Bun-yang sambil
tersenyum "Rembulan di langit pun tak selalu purnama,
mana ada manusia yang hidup sempurna di dunia ini?
Ciu tayhiap adalah seorang pendekar berjiwa besar, kita
tak periu ikut mengkhawatirkan keselamatannya . "
Lim Han-kim menghela napas, ia seperti hendak
mengucapkan sesuatu namun niat tersebut kemudian
diurungkan Li Bun-yang cukup memahami wataknya, asal
pemuda itu enggan bicara maka sekalipun didesak juga
percuma, karena itu dia mengalihkan pokok pembicaraan
ke masalah yang lain, katanya:

761
"Koancu, saudara Lim, meskipun dalam perjalanan
kami kali ini ke pesanggrahan Tho-hoa-kit, aku bersama
adikku dan Han Locianpwee berhasil menyapu bersih
sisa-sisa cecunguk dari perkumpulan Hianhong-kau, tapi
yang lebih sukses lagi adalah keberhasilan kami
memperoleh suatu rahasia yang sangat penting...."
Ci Mia-cu tahu Li Bun-yang adalah seseorang yang
serius dan berhati-hati, Apabila bukan masalah yang
amat penting, tak nanti dia akan berlagak begitu
misterius, maka tukasnya cepat: "Rahasia besar apakah
itu?"
Dalam saat itu Han si-kong serta Li Tiong-huipun
sama-sama menunjukkan wajah tercengang, mereka
awasi Li Bun-yang dengan mimik keheranan, jelas kedua
orang ini pun tidak mengerti rahasia besar apakah yang
dimaksudkan Li Bun-yang itu.
Pelan-pelan Li Bun-yang menyapu sekeliling ruangan,
ditatapnya Han si-kong dan Li Tiong-hui satu per satu,
kemudian ujar-nya: "Peristiwa ini terjadi tatkala
Locianpwee dan adikku mengejar sisa-sisa cecunguk dari
partai Hian-hong-kau...."
Han si-kong yang berangasan dan tak sabaran,
dengan mata mendelik besar segera menukas: "Peristiwa
besar apakah itu, kenapa aku tidak mengetahuinya sama
sekali...?"

762
"sebetuInya aku ingin memberitahukan kepada kalian
berdua, tapi setelah kupikir kembali dan merasa
persoalan ini menyangkut masalah yang lebih besar, aku
kuatir kalian tak bisa menahan diri sehingga berakibat
keadaan bertambah kacau...."
"Engkoh Yang, sebetulnya apa sih yang telah terjadi?"
tukas Li Tiong-hui pula tak sabar.
"Masalah ini menyangkut istana panca racun serta
Thian-hok sangjin...."
"Apakah orang-orang istana panca racun melibatkan
diri juga dalam pertikaian dunia persilatan ini?" tanya Ci
Mia-cu dengan paras muka berubah hebat.
Ketika mendengar nama "Thian-hok sangjin", Lim
Han-kim merasa semangatnya ikut bangkit, ia segera
pasang telinga baik- baik. Li Bun-yang tidak langsung
menjawab, ia menyulut lagi beberapa lilin agar suasana
dalam ruangan bertambah terang, setelah itu baru
ujarnya sambil menghela napas: "Sebelum kami tiba
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, pentolan-pentolan partai
Hian- hong- kau yang bersembunyi dipesanggeahan
tersebut telah melarikan diri, Pada mulanya aku mengira
mata-mata mereka sangat lihai sehingga sebelum
kedatangan kami, mereka sudah peroleh kabar dan
pasang jebakan untuk memancing kami masuk
perangkap. atau mungkin juga lantaran tahu bukan
tandingan, maka demi menyelamatkan keutuhan

763
kekuatan mereka maka untuk sementara waktu mereka
menyingkir lebih dulu, itulah sebabnya setelah kami
sampai di sana, tak tampak seorang pentolan mereka
pun yang muncul untuk memberi perlawanan.
Kejadian ini sempat menimbulkan rasa tak tentram
dalam hatiku, apalagi setelah Han Locianpwee serta
adikku berhasil melukai banyak sekali musuh tanpa
mendapat perlawanan yang berarti Kejadian ini semakin
memancing rasa curigaku, maka menggunakan
kesempatan disaat Han Locianpwee serta adikku pergi
mengejar sisa-sisa musuh yang ada, akupun menyusup
masuk ke ruang rahasia untuk melakukan
pemeriksaan...."
Paras mukanya lambat laun berubah makin serius,
terusnya: "sudah cukup lama aku menjadi tamu
dipesanggrahan Tho-hoa-kit, terhadap situasi di sana pun
sudah cukup hapal. Meski aku tahu di bawah loteng Hoajui-
lo terdapat jalan rahasia, tapi selama ini aku belum
pernah memasukinya.
Dalam bayanganku, pusat kekuatan mereka itu pasti
dijaga amat ketat, siapa sangka apa yang kemudian
kusaksikan sama sekali di luar dugaan...."
"Yaaa, ucapan saudara Li memang benar," sela Lim
Han-kim. "Ketika terbius oleh obat pemabuk Lik-ling
perempuan siluman itu, aku pernah dibawa masuk ke
ruang bawah tanah tersebut, seingatku tempat tersebut

764
bukan cuma dijaga sangat ketat, lagipula pintunya
berlapis-lapis dan jalan cabangnya sangat banyak...."
"Betul, semua lorong rahasia bawah tanah itu terbuat
dari batu hijau yang sangat keras. Bukan cuma kuat, tapi
juga sama kokoh. Apabila pihak Hian- hong- kau
menyiapkan perangkap di tempat tersebut, sekalipun
mereka terdiri dari jagoan kelas tiga, tapi dengan
andalkan kokoh nya dinding rahasia tersebut rasanya
masih cukup untuk membendung kekuatan kami.
Nyatanya sepanjang jalan menuju tempat terlarang itu
aku tidak menjumpai seorang manusiapun yang
melakukan penghadangan.."
"Dunia persilatan amat licik dan bahaya, tentunya Li
kongcu telah menjumpai suatu kejadian yang
mengejutkan hati," kata Ci Mia-cu.
"Lorong rahasia itu gelap gulita, susah melihat lima
jari tangan sendiri, sepanjang perjalanan suasana amat
sepi tak kedengaran sedikit suara pun. walaupun aku
sudah banyak berpengalaman namun belum pernah
kujumpai suasana seseram itu.
Karenanya makin ke depan aku berjalan, hatiku makin
terkejut dan cemas, Aku tak tahu jebakan macam apa
yang telah disiapkan musuh tangguh, perasaanku waktu
itu sangat kalut, rasa curiga dan menyesal bercampur
aduk. Aku curiga bakal terjebak. tapi juga menyesal
kenapa memasuki tempat seseram ini tanpa persiapan

765
yang matang, tapi setelah aku bayangkan kembali
gawatnya situasi, kalau tidak masuk ke gua macan mana
mungkin bisa mendapat anak macan.
Lagipula aku tak ingin pulang dengan tangan hampa,
maka dengan memaksakan diri aku melanjutkan
perjalanan masuk ke dalam ruang rahasia tersebut,"
"saudara Li, kenapa kau tidak mengundang aku?" seru
Han si-kong.
"Meskipun timbul rasa takut di hati kecilku namun
kejadian tersebut memancing juga rasa ingin menangku,
Aku ingin tahu seberapa hebatnya perangkap serta
jebakan yang mereka persiapkan, karena itulah aku tidak
ragu-ragu lagi dan meneruskan terjanganku ke dalam
dengan kecepatan tinggi, Aaaai Untung aku punya
pikiran begitu, coba kalau balik di tengah jalan atau
membuang waktu lagi beberapa saat, mungkin aku tak
akan menemukan rahasia besar tersebut."
Mendengar sampai di situ, tanpa terasa semua yang
hadir dalam ruangan ikut menjadi tegang. Delapan buah
sorot mata sama-sama tertuju ke wajah Li Bun-yang. Li
Tiong-hui paling gelisah, tak dapat menahan diri segera
teriaknya: "Engkoh Yang, cepat ceritakan, kenapa sih kau
jual lagak melulu?"
"Baru berjalan sejauh beberapa tombak. aku tiba di
suatu tempat yang tampaknya ujung jalan, Baru saja aku

766
akan mundur kejalanan semula, mendadak kudengar
seseorang menghela napas dengan suara berat. Helaan
napas itu penuh dengan nada penderitaan dan
mengenaskan sehingga membuat bulu kuduk orang pada
berdiri, tapi juga segera menggerakkan kecerdasanku
Diam-diam aku mengerahkan tenaga dalam sambil
mendorong dinding batu itu ke depan- Betul juga
dugaanku, di situ memang terdapat pintu batu yang
segera terbuka. Rupanya pintu itu hanya dirapatkan saja,
Begitu pintu terbuka, bau anyir darah yang amat kental
segera menerpa penciumanku" Untuk menunjukkan
bahwa dia adalah seorang jago kawakan, Han-Si-kong
segera menyela:
"Apakah ada orang lain yang telah mendahului kita
dan membasmi habis para pentolan Hian-hong-kau di
dalam ruang rahasia itu?"
"Dugaan Locianpwee keliru besar...." Dengan Cepat Li
Bun-yang menggeleng.
"Kenapa? Bukankah bau anyir yang sangat kental itu
berasal dari bau anyir darah?"
"Bukan-..."
Han Si-kong jadi termangu.
"Waaah... kalau begitu aku susah untuk menebaknya."

767
"Engkoh Yang, cepat ceritakan" rengek Li Tiong-hui
pula.
"Bersamaan dengan datangnya bau anyir yang
menerpa keluar itulah, dari balik kegelapan kudengar ada
suara yang lemah dan rendah yang memperingatkan aku
agar segera menghindar Dalam situasi dan kondisi
seperti itu, aku tidak sempat membuat aneka
pertimbangan lagi, cepat-cepat senjata kipasku
kutebaskan ke depan, segera terdengarlah suara pekikan
aneh berkumandang di ruangan itu.
Rupanya makhluk aneh yang menerkam tubuhku itu
sudah terkena babatan kipasku sehingga kalau bukan
mampus, yaa, paling sedikit terluka parah."
"Makhluk aneh apa itu?" tanya nonaJLi tercengang.
"sewaktu masuk ke lorong rahasia itu untung saja aku
menggembol sebuah obor. Dalam situasi amat gawat ini
cepat- cepat kusulut untuk menerangi situasi di tempat
itu, tapi apa yang kemudian kusaksikan membuat hatiku
benar-benar terkesiap. padahal sudah lama aku
berkelana dalam dunia persilatan, peristiwa tragis macam
apapun pernah kusaksikan, pembunuhan bagaimana
sadispun pernah kujumpai, tapi belum pernah kujumpai
pemandangan sengeri dan seseram itu."
"Apa yang telah terjadi?" semua orang ikut merasa
tegang dan bertanya tanpa terasa.

768
"Di sudut ruang rahasia itu terkapar seorang lelaki
berqajah pucat pias seperti mayat seekor ular aneh
berwarna merah darah melingkari seluruh tubuhnya,
sedang di atas kepalanya merangkak seekor laba-laba
yang besar tubuhnya seperti mangkuk nasi, sedangkan
makhluk aneh yang menerkam tubuhku tadi ternyata
adalah seekor kodok bertubuh kuning keemas- emasan.
Karena hantaman senjata kipasku saat itu si kodok
meringkuk di sudut ruangan tanpa bergerak. meski
begitu sikap permusuhannya masih nampak jelas,
sepasang matanya yang liar mengawasi diriku tanpa
bergerak, Aaaai,., Bila dibayangkan kembali, situasiku
waktu itu benar-benar berbahaya sekali, Coba orang itu
tidak memberi peringatan, mungkin aku sudah digigit
oleh kodok beracun itu."
"Dalam kondisi darahnya dihisap oleh dua makhluk
beracun, ia masih mau menahan sakit dengan memberi
peringatan kepadamu, tentunya ia mengharapkan
sesuatu darimu bukan?" kata Han si-kong.
"Dugaan Locianpwee kali ini tepat sekali, tapi
kondisinya waktu itu sudah amat kritis. Dihisap darahnya
oleh tiga ekor makhluk berbisa sekaligus dalam waktu
yang bersamaan membuat jiwanya sudah di ujung
tanduk, tapi kejadian aneh dalam dunia persilatan
memang seringkali sukar dipikir dengan akal sehat.

769
sebelum kupastikan bahwa dia sedang tersiksa oleh
makhluk-makhluk beracun itu, siapa yang tahu kalau dia
bukan pemilik makhluk beracun tersebut? Gara-gara
salah duga inilah hampir saja aku bertindak salah besar."
Lim Han-kim maupun Han-si-kong sekalian
mendengarkan kisah tersebut dengan penuh pesona,
siapa pun tidak berniat menimbrung lagi.
setelah memandang sekejap wajah beberapa orang
itu, Li Bun-yang berkata lebih jauh: "Waktu itu selain
memperhatikan gerak gerik orang tersebut, kugunakan
kesempatan itu untuk memperhatikan keadaan di seputar
ruangan. Ternyata tempat itu merupakan sebuah ruang
pertemuan yang amat luas, tapi selain orang itu, tak
tampak orang lain hadir di situ.
Kenyataan ini membuat perasaanku agak lega, setelah
mempersiapkan jalan darurat untuk mundur, kuangkat
obor tinggi-tinggi dengan harapan bisa melihat raut
wajah orang itu lebih jelas lagi, tapi separuh bagian
wajahnya telah tertutup oleh tubuh laba-laba raksasa
tersebut hingga aku susah untuk melihatnya dengan
lebih jelas, sementara aku masih berpikir haruskah
melenyapkan beberapa ekor makhluk beracun itu lebih
dahulu, mendadak kudengar orang itu berbicara lagi
dengan suaranya yang Iemah. ia beritahu kepadaku
kalau ular merah, laba-laba raksasa serta katak keemasemasan
itu merupakan makhluk- makhluk paling beracun

770
di dunia ini, bila sampai tergigit satu kali saja maka kalau
tidak memperolah obat penawar racun dari
perguruannya, tak ada obat di dunia ini yang bisa
menyelamatkan jiwanya.
Dari pembicaraan tersebut secara tak langsung dia
telah memberitahukan indentitas dirinya, ternyata dialah
pemilik makhluk- makhluk beracun itu."
"Waktu itu aku sangat keheranan, kalau memang
dialah pemilik makhluk- makhluk beracun itu, kenapa
malah dirinya yang di-santap makhluk beracun
peliharaannya?" Li Bun-yang menarik napas sesaat.
"Agaknya ia mengetahui kecurigaanku itu, sebelum
aku sempat bertanya, ia telah menerangkan lebih dulu,
Ketika makhluk beracun itu sesungguhnya saling
bermusuhan asal aku dapat membangkitkan amarah
makhluk- makhluk itu sehingga mereka saling
membunuh sendiri, maka aku dapat menjadi nelayan
yang beruntung yang tinggal memungut hasilnya tanpa
harus bersusah payah menyerempet bahaya untuk
membunuh ketiga makhluk beracun itu.
Dia pun beritahu kepadaku bahwa selain si katak yang
agak bebal, serat racun dari laba-laba raksasa itu susah
dibendung, dalam waktu sekejap mata ia bisa membuat
sarang laba-laba beracun yang memenuhi seluruh
ruangan tersebut.

771
sebaliknya, ular beracun berwarna merah itu
mempunyai gerak terjangan yang sangat cepat dan sukar
dihadapi ia suruh aku menggunakan senjata rahasia
menyerang secara serentak kearah ular merah serta
laba-laba raksasa itu guna memancing amarah kedua
makhluk beracun itu, sedang si katak tak usah di usik lagi
karena makhluk itu sudah terluka dan siap menerjang
dengan penuh amarah.
Ketika bicara sampai di situ, tampaknya ia sudah
kehabisan tenaga sehingga suaranya bertambah lemah
dan sukar ditangkap. "Akupun mulai berpikir waktu itu.
Aku merasa perkataannya sangat masuk di akal, maka
kuletakkan obor ke tanah lalu mempersiapkan mata Uang
yang secara serempak kusambitkan ke arah ular serta
laba-laba raksasa tersebut" semua mata tetap tertuju
dengan penuh perhatian padanya, Li Bun-yang kembali
meneruskan
"Betul juga, setelah tersambit mata uang tersebut,
kedua makhluk beracun itu serentak mengangkat
kepalanya, Ular merah itu yang bertindak duluan, dengan
taringnya yang tajam ia gigit si laba-laba. Bersamaan
waktunya makhluk beracun itu pun melepaskan lilitannya
atas lengan dan tubuh orang itu.
Meskipun si laba-laba beracun tak rela menyerah
kalah, tapi makhluk itu tidak mau beradu kekerasan
dengan si ular merah, Dengan kakinya yang panjang,

772
makhluk beracun itu meninggalkan ubun-ubun orang
tersebut dan mundur dengan kecepatan tinggi, tapi
dengan cepat si ular merah mengejar dari belakangnya."
"Waktu itu oborku hampir padam, maka aku pun
menyulut sebuah lagi yang baru. Tapi di saat pergantian
obor itulah si katak yang sudah terluka oleh babatan
kipasku tadi dengan diiringi suara yang aneh telah
mengejar pula ke arah ular merah itu.
"Bagaimana dengan orang itu?" tukas Li Tiong-hui
tiba-tiba. "Apakah ia menggunakan kesempatan tersebut
untuk melarikan diri?"
"Tidak, ia tetap berbaring di sana dengan tenang, ia
suruh aku mendekat karena ada berapa persoalan
penting yang hendak disampaikan kepadaku, ia minta
aku menyampaikan apa yang dikatakan itu kepada umat
persilatan, waktu itu aku masih curiga dan penuh
waspada, aku tak tahu kenapa ia belum juga mati meski
sudah dilukai dua makhluk beracun."
Setelah berhenti sebentar untuk tukar napas, Li Bunyang
kembali meneruskan kisahnya: "Ketika menyadari
aku masih menaruh curiga kepadanya, sambil menghela
napas dia pun berkata kepadaku: "Mungkin aku sudah
tak mampu menunggu sampai selesainya pertarungan
ketiga makhluk beracun itu lagi." Melihat ia sudah hampir
matL aku pun tidak banyak menaruh curiga lagi...."

773
"Apakah kau menuruti kehendaknya dan berjalan
mendekat?" tanya Ci Mia-cu tiba-tiba.
Li Bun-yang mengangguk tanda membenarkan "Dari
nada pembicaraannya yang begitu lemah tak bertenaga
serta sinar matanya yang telah memudar, aku tahu
jiwanya sudah hampir melayang, Dalam keadaan seperti
ini walaupun ia terhitung seorang jago lihai kelas satu
pun belum tentu bisa berbuat apa- apa kepadaku, Sambil
mengerahkan tenaga dalam untuk bersiap sedia, aku
menuruti kemauannya dan berjalan menghampiri.
Setelah dekat dengan orang itu, aku baru sadar kalau
apa yang diucapkannya memang bukan bohong. Di atas
wajahnya yang pucat pias sudah muncul selapis hawa
hitam yang amat jelas, ini pertanda kalau racun jahat
telah merasuk ke dalam isi perutnya, berada dalam
keadaan begitu siapapun jangan harap bisa hidup lebih
lama lagi,"
"Rupanya ia sudah khawatir kalau keadaan tidak
mengijinkan lagi, sebelum aku sempat bertanya, ia sudah
memperkenalkan dulu asal usulnya...."
"Apa saja yang dia katakan?" tanya Ci Mia-cu.
Dengan termangu- mangu Li Bun-yang mengawasi lilin
yang membara, kemudian ujarnya: "la perkenalkan diri
sebagai orang yang berasal dari istana panca racun-
Katak beracun, ular merah serta laba-laba itu seharusnya

774
telah membuktikan bahwa apa yang dikatakan bukan
bohong..."
"orang yang akan mati biasanya tak akan bohong,
Kalau betul orang itu sudah tahu kalau ajalnya telah tiba,
apa yang dibicarakan boleh diperCaya."
"Nama istana panca racun dalam dunia persilatan
tidak begitu terkenal Aku sendiri merasa seolah pernah
mendengar orang membicarakan, tapi itu pun terbatas
hanya tahu namanya saja, Apalagi belakangan jarang
sekali ada anggota istana panca racun yang berkelana
dalam dunia persilatan. Tapi melihat betapa tragisnya
orang itu dicelakai tiga makhluk beracun, kejadian itu
segera memancing rasa ingin tahuku. Waktu itu agaknya
ajal orang itu sudah di ambang pintu, selesai
mengucapkan beberapa patah kata itu, sekujur badannya
mulai bergetar keras, Rupanya racun jahat mulai bekerja
di dalam tubuhnya yang mengakibatkan tulang dan
ototnya mulai berkerut.
Melihat keadaannya seperti itu, pertama aku tak tega
melihat ia tersiksa hebat, kedua akupun tertarik untuk
mengetahui latar belakang istana panca racun, maka
kukerahkan tenaga dalam untuk menepuk jalan darah
thianjin dan teh-hiat di tubuhnya."
"setelah memperoleh bantuan hawa murniku,
penderitaan yang dialaminya agak berkurang, Dia pun
meneruskan perkataannya, dia bilang otak yang

775
memimpin istana panca racun adalah seorang tabib
kenamaan yang pandai dalam ilmu pertabiban dan obatobatan.
Dia sudah banyak mengobati orang, hubungannya
dalam masyarakat baik, tapi berhubung satu-satunya
putra kesayangannya mati digigit ular ber-bisa, dalam
sedihnya dia bertekad menciptakan sejenis obat yang
bisa memunahkan racun ular, sesungguhnya orang ini
amat pandai dan luas pengetahuannya, ia tahu untuk
bisa menciptakan obat mustika yang bisa memunahkan
pelbagai racun ular berbisa di dunia ini maka dia harus
memahami dulu sifat racun dari setiap jenis ular beracun
yang ada di dunia ini.
Untuk keperluan itu ia tutup toko obatnya serta
mengumpulkan pawang-pawang ular dari seluruh negeri
untuk menangkap pelbagai jenis ular beracun yang ada
di dunia ini."
"Tapi sebagaimana diketahui, di kolong langit terdapat
beratus-ratus jenis ular beracun yang memiliki sifat racun
yang berbeda-beda, semakin ia mendalami ilmu tersebut,
semakin ia merasa pengetahuannya bertambah. Dia pun
mengerti dalam berapa tahun yang singkat tak mungkin
penyelidikannya itu bisa diselesaikan, maka ia putuskan
untuk menggunakan sisa hidupnya guna menyelesaikan
cita-citanya itu.

776
Dengan membuang waktu selama berapa tahun,
akhirnya di sebuah gunung yang terpencil ia berhasil
menemukan tempat berkumpulnya aneka jenis ular
beracun." Li Bun-yang berhenti sejenak sebelum
melanjutkan ceritanya.
"Tempat itu sangat lembab dan paling cocok untuk
memelihara ular beracun, si tabib yang sudah
keranjingan ular ini pun akhirnya mengorbankan semua
harta kekayaan yang dimilikinya untuk membangun
sebuah gedung megah di tengah gunung tersebut,
tempat itu disebut "Coa-kit" atau tempat tinggal ular,
tempat tinggal ular inilah yang merupakan cikal bakal
munculnya istana panca racun.
"orang itu berasal dari seorang tabib, ia tak pernah
berhubungan dengan umat persilatan oleh sebab itulah
panca racun tak pernah punya nama dalam dunia
persilatan."
"ooooh,.. rupanya ada selipan cerita yang begitu
menarik." seru Ci Mia-cu selesai mendengar kisah itu.
"sungguh tak disangka seseorang yang tak paham ilmu
silat, demi terwujudnya cita-cita untuk menolong umat
manusia, ternyata ia rela hidup menderita dengan
menciptakan sebuah tempat yang sedemikian seramnya."
Li Bun-yang menghela napas panjang: "ciu tayhiap
pernah bilang, istana panca racun adalah sebuah tempat
yang amat misterius, beracun dan berbahaya sekali,

777
Karena pengetahuan tersebut maka hal itu meninggalkan
kesan yang dalam di benakku, Aku khawatir orang itu
sukar bicara karena kambuhnya racun jahat, maka aku
peringatkan kepadanya agar jangan bicara sembarangan-
"
"Tapi kau toh mesti menanyakan persoalan ini sejelasjelasnya,"
tukas Li Tiong-hui.
Li Bun-yang menengok adiknya sekejap. kemudian
melanjutkan "Tabib itu pun membawa keluarganya
beserta dua belas orang pawang ular menetap dalam
"Coa-kit" atau rumah tinggal ular itu. Berhubung di
tempat itu sudah tersedia cukup banyak ular beracun,
ditambah lagi ular-ular beracun yang mereka tangkap
dari tempat lain membuat gedung besar yang mereka
tempati itu berubah jadi sarang ular beracun yang sangat
mengerikan"
"Ada orang bilang, seorang jenderal kebanyakan akan
tewas di medan pertempuran meskipun penghuni "Coakit"
rata- rata adalah pawang ular yang hebat, tapi
sepandai-pandainya tupai melompat akan jatuh ke tanah
juga. Tidak sampai dua tahun, dari dua belas-orang
diajak si tabib pindah ke " Coa-kit" tersebut, ada enam
orang terpatuk ular beracun dan tewas keracunan,
padahal waktu itu si tabib belum berhasil menciptakan
sejenis obat yang dapat menyembuhkan pagutan
pelbagai jenis ular beracun"

778
"Tapi peristiwa itu justru telah memberikan satu ide
baginya untuk melawan racun ular itu dengan racun lain,
oleh sebab itulah dia mulai menangkapi pelbagai jenis
katak beracun untuk memunahkan racun ular.
"Begitulah seterusnya, dengan cara dan sistem yang
sama ia kembangkan keaneka-ragaman makhluk beracun
yang ditangkapnya. satu jenis makhluk beracun dipakai
untuk menangkal racun makhluk yang lain.
sebuah gedung "Coa-kit" yang sederhana pun dalam
berapa tahun kemudian telah berubah menjadi istana
panca racun."
"Setelah begitu lama bergaul dengan lima jenis
makhluk beracun, otomatis si tabib itupun pernah dilukai
makhluk- makhluk beracun peliharaannya, tapi ia
mempunyai teori yang tepat untuk menangkal kelima
jenis racun tersebut yaitu dengan menyantap kelima
jenis makhluk beracun itu setiap hari."
"Tentu saja kebiasaan semacam ini tak mungkin bisa
ditiru oleh istrinya serta dayang-dayangnya, secara
beruntun mereka tewas atau melarikan diri dari tempat
itu, Tapi sayang sekeliling "Coa-kit" telah dipenuhi oleh
kelima jenis makhluk beracun peliharaannya, sehingga
mereka yang melarikan diri kebanyakan terluka oleh
binatang beracun itu dan tewas di tengah jalan."

779
"Ketika berbicara sampai di situ, racun dalam tubuh
orang itu mulai bekerja, sekujur badannya gemetar
sangat keras. sekalipun aku tak sayang menggunakan
hawa murniku untuk membantunya memperlancar
peredaran darah, namun berhubung ia sudah keracunan
hebat, biar ada obat mustika pun mustahil dapat
menyelamatkan jiwanya. sebelum menghembuskan
napas penghabisan dia masih terus bicara, tapi katakatanya
sudah tak jelas dan terpatah-patah. Ketika
mengucapkan berapa patah kata lagi ia sudah tak tahan
dan akhirnya tewas."
"Masih ingatkah kau apa saja yang dia katakan?"
Li Bun-yang yang termenung berpikir sejenak.
kemudian jawabnya: "Seingatku dan ini merupakan hasil
pembahasanku sendiri, agaknya kemudian muncul
seorang perempuan yang memasuki " Coa-kit" tersebut
perempuan itu menderita luka sangat parah tapi
kemudian berhasil ditolong oleh tabib itu."
"Bagaimana kemudian? Cepat katakan" seru Li Tionghui.
"Kemudian ia mengatakan kepadaku secara tiba-tiba,
minta aku menyampaikan kepada umat persilatan di
kolong langit agar...."
"Agar apa engkoh Yang? Kenapa tidak kau Ianjutkan?"

780
"Ketika berbicara sampai "agar", ia sudah keburu
menghembuskan napas yang penghabisan,jadi akupun
tidak bisa melanjutkan apa yang hendak dia sampaikan."
"Bila ditinjau dari nada pembicaraannya," ujar Han sikong
memberikan komen-tarnya. "Mungkin dia ingin kau
secepatnya mengundang para jago dari dunia persilatan
agar segera menyerbu istana panca racun mumpung
sayapnya belum terlanjur berkembang, dengan begitu
sebuah bibit bencana bagi umat persilatan bisa
dilenyapkan lebih dahulu sebelum mewabah."
"Perempuan yang terluka dan memasuki istana panca
racun itu pastilah seorang tokoh dunia persilatan yang
berilmu tinggi," kata Li Tiong-hui pula. "Kalau tidak.
niscaya ia sudah keburu mati oleh gigitan makhluk
beracun yang dipelihara di sekitar istana tersebut."
Ci Mia-cu menghela napas, ujarnya pula: "Kisah
tentang istana panca racun kebanyakan kita peroleh dari
penuturan orang lain yang jelas tak terhindar dari
tambahan bumbu di sana sani. Hal ini menyebabkan
tempat tersebut bertambah misterius dan menyeramkan,
tapi sekarang Li kongcu mendengar kisah tentang istana
panca racun itu justru dari pihak istana sendiri, jelas
beritanya jauh lebih bisa dipercaya. sayang ia keburu
mati sehingga beritanya tak lengkap. coba dia bisa
bertahan seperminum teh lagi, rasanya kita tak perlu
saling menebak seperti sekarang."

781
"Oleh sebab itulah aku bermaksud berangkat ke istana
panca racun untuk membuktikan sendiri apa yang
kudengar," sambung Li Bun-yang dengan wajah berubah
serius.
"Ehmmm, akupun sependapat dengan pandangan
saudara Li," kata Lim Han-kim menimpali "sayang sekali
adik Liong pergi tanpa kabar sehingga mustahil bagiku
untuk menemani saudara Li berangkat ke istana panca
racun-"
"Aku punya satu rencana yang sama-sama
menguntungkan," usul Han si-kong tiba-tiba.
"Apa rencana mu?"
"Sewaktu hendak berangkat ke istana panca racun,
Thian-hok sangjin mengatakan bahwa kepergiannya
adalah demi keselamatan umat persilatan di dunia.
Kejadian ini tidak banyak diketahui orang persilatan, tapi
kalau ditinjau dari kepedihan hatinya sewaktu berangkat
memikul beban berat itu, rasanya sikap tersebut bukan
sikap yang disengaja. Menyingkap rahasia ini saja sudah
cukup berharga bagi kita untuk berangkat ke istana
panca racun, Tapi persoalan ini meski amat penting, aku
pikir tak perlu dilaksanakan secara terburu-buru. Tak ada
salahnya kita pergi melacak jejak adikmu lebih dulu,
setelah adikmu ditemukan baru kita berangkat bersama
ke istana panca racun."

782
"Cara ini bagus sekali" seru Li Bun-yang sambil
tersenyum "Dengan pengetahuan, pengalaman serta
pergaulan Han locian-pwee yang begitu luas,
kehadiranmu pasti akan sangat membantu usaha kami."
Lim Han-kim tidak memberi komentar apa pun, hanya
dalam hati kecilnya ia berpikir: "Setelah mewariskan
delapan jurus ilmu pedang naga sakti kepadaku, Ciu
Huang, ciu locianpwee minta aku pergi mencari pedang
sakti dari Lam-kiang Hongpo Tiang-hong untuk minta
belajar kelanjutan ilmu pedang tersebut. Terlepas apakah
majikan tua perkampungan Lak-seng-tong betul-betul
adalah si pedang sakti dari Lam-kiang atau bukan, aku
perlu menjumpainya lebih dulu, tapi rasanya kurang
leluasa apabila kepergianku ke situ disertai banyak
orang, sebaliknya aku pun tak bisa menampik kebaikan
orang dengan begitu saja. Aaaai, apa yang mesti
kuperbuat sekarang.,.?" Untuk beberapa saat,anak muda
ini jadi serba salah.
Mendadak terdengar Li Tiong- hui ber-seru: "Kalau
benar kalian hendak menyelidiki istana racun, bagaimana
kalau aku pun ikut serta?"
"Bila kau ingin turut bergabung, aku jadi lebih
mantap" sahut Li Bun-yang tertawa.
Rupanya selama ini Li Tiong- hui lebih suka
ketenangan, jarang sekali dia mau mencampuri urusan
dunia persilatan Di waktu-waktu yang lampau

783
kebanyakan Li Bun-yang yang menulis surat lewat
burung merpati untuk minta bantuannya apabila ia
menjumpai masalah pelik dalam dunia persilatan, tapi
biasanya begitu urusan selesai, gadis itu segera balik ke
bukit Hong-san lagi.
Kali ini ternyata ia melanggar kebiasaan tersebut
dengan menawarkan sendiri kehadirannya untuk
menemani Li Bun-yang mengembara dalam dunia
persilatan Sudah barang tentu pemuda itu selain merasa
agak tercengang juga gembira sekali,
Mendadak Li Tiong- hui merasa pipinya jadi panas,
selapis rasa jengah menghiasi wajahnya yang cantik,
kedengaran ia berseru manja: "Bagaimana? Tidak
boleh?"
Tiba-tiba saja Li Bun-yang merasa hatinya tergetar, ia
seperti memahami sesuatu, buru-buru sahutnya sambil
tertawa: "ooooh... boleh, boleh, tentu saja dengan
senang hati."
"Kenapa sih kau tertawa? Bila kau tidak mengajak aku,
sekalipun kalian bisa masuk ke dalam istana panca racun,
paling tidak juga mesti membuang banyak waktu dan
tenaga untuk menghadapi makhluk-makhluk beracun
tersebut...."
"Betul, mutiara penolak racun milikmu memang dapat
menangkal keganasan lima jenis makhluk beracun itu,

784
bagi kami, kehadiranmu memang akan banyak
mengurangi kerepotan sewaktu memasuki istana itu."
Han si-kong segera bangkit berdiri, serunya sambil
tertawa: "Waktu sudah mulai siang, kita mesti
beristirahat lebih dulu. Kalian tahu aku memang
berangasan dan tidak sabaran, kini keputusan sudah
diambil lebih baik kita beristirahat sejenak, besok pagipagi
kita segera berangkat" sorot matanya dialihkan ke
wajah Ci Mia-cu, lalu tambahnya: "Masih ada satu urusan
lagi mohon bantuan koancu."
BAB 24. Misteri diperkampungan Tay-Peng
"Asal aku dapat melaksanakan pasti akan
kulaksanakan"
"setelah kepergian kami, apabila adik saudara Lim
balik ke kuil awan hijau, tolong koancu bisa menahannya
agar menanti beberapa hari di kuil ini."
"Aku rasa tidak perlu," tukas Li Tiong- hui sambil
tersenyum "Burung soat-bi-ji ku sangat cerdik dan
memiliki kemampuan terbang ribuan li dalam sehari. Ke
mana pun kita pergi asal kulepaskan burung soat-bi-ji
tersebut maka paling cepat sehari, paling lama dua tiga
hari kita sudah dapat peroleh berita dari kuil awan hijau."

785
Han si-kong jadi sangat gembira, pujinya: "Waaah,.,
kalau begitu lebih bagus lagi, sungguh tak nyana nona
memiliki burung secerdik itu."
Li Tiong- hui segera bangkit berdiri, selanya: "Kita
berangkat besok pagi-pagi, kita berkumpul di luar
halaman kuil." selesai berkata ia tinggalkan ruangan lebih
dulu.
sambil tertawa Ci Mia-cu ikut bangkit berdiri, katanya:
"Tampaknya mustahil bagiku untuk menemani kalian,
kesatu karena aku mesti menunggu orang di sini, kedua
setelah masuk menjadi pendeta aku pun jarang sekali
berkelana dalam dunia persilatan, maafkan aku."
"Kalau begitu kita berpisah saat ini saja, Besok kita tak
perlu pamitan lagi," kata Han si-kong sambil memberi
hormat, lalu. dengan langkah lebar meninggalkan
ruangan.
Malam berlalu amat cepat Ketika fajar baru saja
menyingsing Lim Han-kim telah berada di luar kuil, ia
tahu setelah keberangkatannya bersama rombongan Li
Bun-yang, dia akan sulit memperoleh kesempatan untuk
melatih kedelapan jurus ilmu pedang naga saktinya,
maka ia hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk
melatihnya sekali lagi di luar kuil. siapa tahu ketika
sampai di luar pintu kuil, ia sudah kedahuluan orang lain.

786
Di antara remang-remangnya fajar, tampak orang itu
berdiri di atas sebuah batu karang tanpa bergerak,
bajunya yang berwarna merah darah berkibar kencang
terhembus angin pagi, Lim Han-kim hanya merasakan
dandanan baju merah orang itu amat menusuk
pandangan mata.
Tanpa memperhatikan lagi bagaimana raut wajah-nya,
ia segera putar badan siap balik ke dalam kuil, Belum
sempat dia melangkah masuk. dari belakang tubuhnya
terdengar seseorang menegur dengan suara merdu:
"saudara Lim, harap tunggu sebentar." Terpaksa Lim
Han-kim membalikkan tubuhnya. ia merasa segulung
hembusan angin yang berbau harum menyambar lewat,
tahu-tahu orang berbaju merah itu sudah melayang
turun di hadapannya.
Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim segera
berpikir: "Waah... cepat amat gerakan tubuh perempuan
ini."
Berpikir begitu, cepat- cepat dia menyahut "Ada
urusan apa nona Li?"
Ternyata gadis berbaju merah itu tak lain adalah Li
Tiong-hui dari bukit Hong-san. Li Tiong- hui segera
tertegun mendapat pertanyaan itu, pikirnya: "Kenapa ia
bertanya begitu? Betul-betul tak tahu sopan santun."

787
sebagai gadis yang angkuh sebetulnya ia hendak
meradang, tapi melihat Lim Han-kim berdiri dengan
kepala menunduk dan sikapnya polos serta bersungguhsungguh
sehingga kepala pun tak berani didongakkan,
hawa amarahnya kontan tersapu lenyap kembali Katanya
kemudian sambil tersenyum: "Baru saja aku mengantar
adik misanku yang binal itu pulang, saudara Lim, pagi
amat kau sudah bangun."
"Nona terlalu memuji."
Kembali Li Tiong-hui berpikir: " orang ini berwajah
ganteng dan gagah, kenapa tingkah laku maupun cara
berbicaranya macam seorang kutu buku."
Jawaban sang pemuda yang begitu singkat dan
ringkas untuk sesaat membuat Li Tiong- hui jengah tak
tahu bagaimana harus menanggapi, setelah lama
termenung ia baru berkata lagi: "Kakakku sering
membicarakan tentang kehebatan ilmu silat saudara Lim.
ia merasa kagum sekali."
"Terima kasih, kakakmu hanya terlalu memuji saja." Li
Tiong-hui tertawa merdu.
"sebetulnya kakakku itu lembut di luar keras di dalam
hatinya, Mustahil ia mau memuji orang hanya di bibir
saja, Apabila bukan karena ilmu silat saudara Lim yang
betul-betul menaklukkan hatinya, ia tak mungkin akan
memujimu setinggi langit"

788
"Kemampuanku sangat terbatas, belum sebanding
dengan ilmu silat keluarga Hong-san-"
Selama tanya jawab itu berlangsung, Lim Han-kim
selalu berdiri dengan kepala tertunduk, tidak sekali pun
dia angkat kepalanya, Tiba-tiba saja timbul perasaan
ingin tahu dalam hati Li Tiong-hui, pikirnya: "Heran,
kenapa ia begitu kolot dan serius? Memang dasarnya
pemalu atau sengaja berbuat demikian untuk berlagak di
hadapanku? Hmm, hari ini aku harus men-jajalnya."
Maka sambil tertawa merdu katanya: "Setiap kali
mendengar kakakku memuji-muji kehebatan saudara
Lim, di dalam hati kecilku selalu timbul perasaan tak
puas."
Gadis ini tumbuh dewasa dalam lingkungan keluarga
persilatan nomor wahid dalam dunia persilatan Meski
pengetahuan dan pergaulannya tidak seluas kakaknya,
namun kemampuannya sekarang tak tertandingkan oleh
orang awam, sehingga secara otomatis lahiriah sifat
terbuka baginya. Ketika mendengar perkataan gadis itu,
Lim Han-kim segera menjawab:
"Lebih baik nona jangan percaya, justru kakakmulah
yang kelewat memandang tinggi kemampuanku. "
Li Tiong-hui semakin keheranan lagi setelah melihat
pemuda itu sama sekali tidak dibuat gusar, katanya lagi:

789
"Aku tahu kakakku tak pernah bohong, oleh karena itulah
aku tak bisa tidak harus mempercayainya."
Lim Han-kim menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut segera
diurungkan Li Tiong-hui berkata lebih lanjut: "Namun di
hati kecilku pun timbul perasaan tak puas. oleh karena
itu aku ingin mencoba kehebatan ilmu silat saudara Lim.
Kesatu untuk membuktikan perkataan kakakku, apakah
ia memang sengaja memuji atau tidak dan kedua, biar
aku pun mendapat pengalaman baru."
"Tentang masalah ini, maaf aku tak dapat melayani."
"Kenapa?" sekali lagi Li Tiong-hui dibuat tertegun
sementara dalam hatinya ia berpikir "Masa
kemampuannya benar-benar telah mencapai taraf
kesempurnaan yang tidak terpengaruh oleh gejolak
emosi?"
Diam-diam ia coba melirik wajah pemuda itu. Tampak
paras anak muda itu beruban jadi memerah, sorot
matanya memancarkan sinar tajam, jelas ia sedang
berusaha mengendalikan gejolak emosi dalam hatinya.
Melihat itu si nona jadi geli, segera katanya lagi: "Mari
kita batasi pertarungan sampai sepuluh gebrakan saja,
Apabila saudara Lim sampai keok di tanganku, jangan
khawatir, aku berjanji tak akan memberitahukan kejadian
ini kepada orang lain."

790
Berubah hebat paras Lim Han-kim, pelan-pelan ia
mendongakkan kepalanya, berkilat sepasang matanya,
tapi begitu sinar mata itu bentrok dengan sorot mata Li
Tiong-hui, ia segera menunduk kembali sambil tetap
merendah: "Aku sadar kepandaianku bukan tandingan
nona, buat apa nona mendesakku terus menerus."
Rasa heran dan ingin tahu yang menyelimuti perasaan
Li Tiong-hui makin menjadi-jadi, batinnya: "Hari ini aku
harus memaksa dia untuk melayani pertarunganku."
Maka katanya lebih jauh: "Aku tahu saudara Lim sengaja
menyembunyikan kepandaianmu dan segan melayani
tantanganku ini, tapi maafkan aku. Tekadku untuk
mencoba sudah bulat, terpaksa aku harus bermain kasar
lebih dulu."
Begitu perkataan tersebut ditutup, telapak tangannya
segera diayunkan ke muka melancarkan sebuah pukulan,
serangan ini sungguh gencar, desingan angin tajam
segera membelah udara menyambar ke muka.
Lim Han-kim segera menggerakkan sepasang
bahunya, tahu-tahu badannya sudah bergeser tiga depa
dari posisi semula dan terhindar dari serangan itu.
"Gerakan tubuh yang sangat bagus" puji Li Tiong-hui,
secepat petir tangan kirinya menyodok ke muka, dengan
jari-jari tangannya yang lentik ia totok jalan darah "Hunbun-
hiat" di bahu kiri Lim Han-kim, sementara telapak

791
tangan kanannya menyapu sejajar dada menghantam
jalan darah Thian-ti-thiat di ketiak kanannya.
Lim Han-kim menarik napas panjang, hawa murninya
disalurkan ke seluruh badan, tahu-tahu ia sudah
melayang mundur lagi sejauh empat depa. sesudah
melepaskan dua jurus serangan, Li Tiong -hui mulai
sadar bahwa Lim Han-kim betul-betul memiliki ilmu silat
yang sangat tangguh, maka ia mendesak maju lebih ke
depan, dalam waktu singkat lima buah pukulan telah
dilepaskan.
Kelima jurus serangan itu dilancarkan dengan
kecepatan luar biasa, selain hebat juga ganas. walaupun
Lim Han-kim berhasil juga menghindarkan diri dari kelima
serangan tersebut, namun ia sempat dibuat terkejut
hingga peluh dingin membasahi seluruh badannya.
Tiba-tiba Li Tiong-hui menarik kembali serangannya,
dengan merdu tegurnya: "saudara Lim, apabila kau tetap
tidak membalas, berarti kau tak pandang sebelah mata
pun kepadaku."
Lim Han-kim segera menjura, katanya dingin: "Ilmu
silat yang nona miliki sangat hebat, aku percaya bukan
tandinganmu"
sesungguhnya Li Tiong-hui bermaksud memancing
amarahnya sehingga pemuda itu melancarkan serangan
balasan, dengan demikian selain bisa menjajal

792
kemampuan ilmu silatnya, dari permainan jurus
serangannya nanti dia pun bisa menyelidiki asal usul
aliran ilmu silatnya.
Mimpipun dia tidak mengira serangan balasan, tak
heran kalau gadis itu jadi termangu-mangu dibuatnya.
sampai lama kemudian ia baru membungkukkan badan
memberi hormat dan berkata sambil tertawa: "saudara
Lim betul-betul hebat, aku mohon maaf atas kekasaranku
tadi."
"Terima kasih, terima kasih."
Mendadak terdengar gelak tertawa keras
berkumandang datang, Han si-kong dan Li Bun-yang
tahu-tahu sudah muncul di tepi arena.
Melihat mimik wajah dua orang itu Li Bun-yang segera
mengerti apa yang telah terjadi, sambil tertawa bisiknya
kemudian kepada Lim Han-kim: "saudara Lim harap
maklum, adikku ini sudah terbiasa dimanja ibuku
sehingga begitulah jadinya watak-nya. Apabila ia sudah
menyalahi dirimu harap dengan memandang wajahku,
tak usah saudara melayaninya lagi."
Lim Han-kim hanya tertawa hambar, ia tidak memberi
komentar pada saat itu Han si-kong telah celingukan
keempat penjuru ketika melihat Li Tiong-hui sudah
puluhan tombak meninggalkan tempat itu, maka dia pun
mengerahkan tenaga dalamnya sambil berseru:

793
"Mumpung fajar baru menyingsing, mari kita tempuh
perjalanan lebih dulu." Selesai berkata ia segera
menyusul di belakangnya.
setelah meninggalkan bukit Ciong-san, keempat orang
itu menelusuri sungai menuju ke Utara. sepanjang
perjalanan Lim Han-kim selalu berusaha menghindari Li
Tiong-hui. Tentu saja tindakan anak muda itu sangat
menyinggung perasaan Li Tiong-hui. sekalipun gadis itu
berjiwa terbuka, ditambah pula ia mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang luas, namun
bagaimana pun ia masih seorang gadis perawan.
sikap Lim Han-kim yang sengaja menghindarinya itu
menimbulkan perasaan gusar dan mendongkol di hati
kecilnya, namun untuk beberapa saat perasaan itu tak
dapat dilampiaskan keluar, terpaksa perasaan ini
ditekannya di dalam hati yang membuat rasa dongkol
dan gusar gadis tersebut terhadap Lim Han-kim makin
lama semakin bertambah mendalam.
Han si-kong belum pernah memahami perasaan kaum
wanita dan lagi diapun tak pernah memperhatikan hal
tersebut, tentu saja ia tak tahu akan keadaan muda mudi
itu sebaliknya Li Bun-yang meski dapat menangkap
wajah dan sikap yang kurang beres atas adik perempuan
itu, namun sebagai kakak beradik dia pun merasa kurang
leluasa untuk membicarakan soal muda mudi, karenanya
terpaksa dia pun berlagak tidak melihat.

794
Hari ini, sampailah mereka berempat di kota Lu-ciu
yang sudah masuk propinsiAn-hui, waktu itu senja sudah
berada di ambang pintu. Tiba-tiba Han si-kong teringat
kembali pada seorang sahabat lamanya yang berdiam
diperkampungan Tay-peng dekat kota tersebut, Kepada
Li Bun-yang, orang tua itu pun berkata:
"Aku punya seorang sahabat karib yang punya nama
serta kedudukan yang cukup tinggi di seputar daratan
Tionggoan, sedang sepanjang perjalanan sampai di sini
klta pun gagal peroleh sedikit berita pun, bagaimana
kalau kita menyambangi jago silat ini sekalian mencari
tahu berita tentang adik saudara Lim. Siapa tahu dari situ
kita bakal peroleh hasil yang di luar dugaan?"
"Apakah locianpwee maksudkan ketua perkampungan
Tay-peng yang disebut orang sebagai si peluru berantai
chee Tay-tong, chee Lo-enghiong?" tanya Li Bun-yang
sambil tersenyum.
"Betul, dialah yang kumaksudkan." sahut Han Si-kong
girang, "Bagaimana?Jadi saudara Li juga kenal?"
"Kami pernah bertemu satu kali."
"orang bilang keluarga persilatan bukit Hong-san
punya pergaulan yang sangat luas, nyata berita tersebut
bukan nama kosong belaka, Tampaknya sedikit sekali
jago persilatan yang tidak dikenal oleh keluarga
persilatan bukit Hong-san-"

795
"Aaah, itu semua hanya hasil peninggalan kakekku
almarhum kalau dibicarakan sungguh memalukan-"
"Seingatku benteng atau perkampungan Tay-peng
terietak di sebelah Barat laut kota Lu-ciu, jaraknya kirakira
belasan li. Kalau kita percepat langkah kita mungkin
sebelum makan malam kita sudah sampai di
perkampungan tersebut,"
"Apakah locianpwee sudah lama tidak bersua dengan
chee poocu?"
"Yaa, kalau dihitung dengan jari, mungkin sudah
empat lima belas tahunan-"
"Mungkin Tay-peng-po yang bakal kau jumpai
sekarang jauh berbeda dengan apa yang locianpwee
saksikan dulu."
"Kenapa? Apakah perkampungan Tay-peng sudah
berganti pemilik?"
"Meskipun belum berganti pemilik namun situasi dan
keadaannya telah terjadi perubahan besar. Tahun
berselang ketika aku lewat di perkampungan Tay-peng
sebenarnya aku ada niat menjenguk Cheepoocu, tapi
setelah melihat benteng mereka dijaga sangat ketat
terpaksa aku berubah pikiran dan berputar menghindari
tempat itu, tapi jika locianpwee adalah sobat lama
Cheepoocu, tentu saja keadaannya agak berbeda."

796
Han si-kong tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha ha
ha... dulu aku bersama Chee Tay-tong pernah bersamasama
mengembara dalam dunia bersilatan, Hubungan
kami sangat akrab melebihi saudara sendiri kemudian ia
bosan mengembara dan memilih menetap di benteng
Tay-peng ini, entah bagaimana ceritanya terakhir dia
malah menjadi pemimpin tempat itu. Mungkin di bawah
pimpinannya benteng Tay-peng telah berubah suasana
baru dan mengalami kemajuan yang pesat. Belasan
tahun berselang aku pernah berkunjung sekali ke situ.
Dia sambut aku bagaikan tamu agung, aaaai... waktu
berlalu sangat cepat, tanpa terasa sudah belasan tahun
kami tak pernah bersua muka."
Melihat orang tua itu berbicara dengan penuh
semangat, seakan-akan sedang membayangkan kembali
masa lalunya, Li Bun-yang tidak banyak bicara lagi.
Mereka segera mempercepat langkahnya, tak sampai
sepenanakan nasi kemudian sampailah mereka di
Benteng Tay-peng.
Tay-peng-poo adalah sebuah bangunan benteng yang
terbuat dari batu cadas. Bangunannya tinggi, kokoh dan
sangat megah, Pintu benteng tertutup rapat, sedang air
sungai yang mengelilingi benteng tersebut kelihatan
amat dalam. jembatan penyeberangan dalam keadaan
terangkat, penjagaan di situ memang kelihatan sangat
ketat, seolah-olah sedang menghadapi serangan musuh.

797
Menyaksikan keadaan itu Han si-kong segera berkerut
kening, pikirnya: "sekarang dunia sangat aman, lagi pula
tengah malam belum tiba, kenapa mereka menjaga
benteng begitu ketat dan keras.,.?"
sementara dia masih termenung, tiba-tiba dari atas
benteng berkumandang datang suara teguran: "siapa di
situ?"
Dengan mengerahkan tenaga dalamnya Han si-kong
menya hut: "Tolong sampaikan kepada Cheepoocu,
katakan seorang sahabat lamanya Han si-kong datang
menyambanginya"
Dari atas benteng segera bergema lagi suara sahutan:
" Harap tuan tunggu sebentar, selesai memberi laporan
kepada pocu, pasti kami membuat keputusan"
Kalau mendengar suara jawaban yang begitu nyaring,
sudah jelas orang itu memiliki ilmu silat yang sangat
tangguh, selama hampir setengah jam lamanya keempat
orang itu menunggu di luar benteng, namun tak
kedengaran sesuatu apa pun. Han si-kong jadi tak sabar,
sambil mengawasi sekejap pintu benteng itu katanya: "
Harap kalian menunggu sebentar di sini, biar aku tengok
dulu keadaan benteng ini"
Ia merasa terlalu lama menunggu, selain itu kejadian
mana amat memalukan dirinya, karena itu dia siap

798
menerjang masuk ke dalam benteng itu untuk melakukan
pemeriksaan.
sambil tersenyum Li Bun-yang segera membujuk: "
Locianpwee, lebih baik tunggulah sekejap lagi. Walaupun
Chee Tay-tong adalah sobat lama locianpwee, toh sudah
banyak tahun tak pernah bersua, Siapa tahu telah tejadi
suatu perubahan di sini."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba
dari atas benteng muncul dua buah lentera merah,
jembatan gantung pun pelan-pelan diturunkan ke bawah.
Pintu benteng terbuka lebar, lalu muncul seorang
pemuda berpakaian ringkas yang lincah gerak geriknya,
Ketika melihat orang yang menyambut kedatangannya
seseorang yang tidak dikenal, Han Si-kong merasa api
amarahnya bergelora, ia segera mendengus dingin dan
membungkam dalam seribu basa.
Pemuda berpakaian ringkas itu memperhatikan
sekejap keempat orang itu, lalu sambil menengok ke
arah Han Si-kong tanyanya: "Siapakah di antara kalian
adalah Han locianpwee?"
"Aku orangnya, siapa kau?"
sambil menjura pemuda berpakaian ringkas itu
memperkenalkan diri: "Aku ong Hong-hoo"
"Yang ingin kujumpai adalah Chee Tay-tong"

799
"oooh, dia adalah guruku."
"Gurumu masih hidup?"
"Kesehatan suhu sangat baik, beliau memerintahkan
aku khusus untuk menyambut kedatangan Han
locianpwee"
Han Si-kong semakin mendongkol, bentaknya penuh
amarah: "Hmmm, besar amat lagak gurumu"
ong Hong-hoo berkerut kening, katanya: "Apabila
locianpwee menjumpai persoalan yang tidak
menyenangkan hati, lebih baik utarakan sesudah
bertemu dengan suhu nanti, di depanku lebih baik
tangan mencela suhu."
"Bagus, aku justru mau mengumpat di depanmu, mau
apa kau" teriak Han Si-kong semakin gusar.
Melihat situasi bakal berubah jadi kaku Lim Han-kim
siap maju ke depan untuk membujuk Han si-kong, tapi Li
Bun-yang segera menjawil bajunya mencegah ia berbuat
demikian, sementara itu ong Hong-hoo telah balikkan
badan masuk ke dalam benteng, maka mereka
berempatpun ikut menyeberangi jembatan masuk ke
dalam benteng itu
Waktu itu malam hari telah menjelang tiba. Dengan
menggunakan cahaya bintang yang redup keempat
orang itu mencoba memperhatikan keadaan dalam

800
benteng itu. Ternyata seluruh benteng berada dalam
keadaan gelap gulita, tak tampak setitik cahaya pun yang
menerangi ruangan.
Tempat itu mirip sebuah benteng kosong, seram, sepi
dan mengerikan Dalam lorong maupun jalanan tak
nampak manusia berlalu lalang, semua pintu dan jendela
bangunan tertutup rapat, padahal waktu itu makan
malam pun baru menjelang, tapi semua penghuni
benteng Tay-peng seakan-akan sudah terlelap tidur.
ong Hong-hoo mengajak beberapa orang itu menuju
ke depan sebuah halaman dengan pagar yang tinggi
kokoh, Tampak dua belah pintu gerbang yang berwarna
hitam pekat berada dalam keadaan tertutup rapat, Han
si-kong mencoba memperhatikan keadaan di sekeliling
tempat itu, ternyata keadaannya sudah berbeda sama
sekali dengan keadaan dulu, seakan-akan semua
bangunan lama di benteng itu sudah dirobohkan semua
dan kini dibangun baru lagi.
sementara itu ong Hong-hoo sudah menaiki tujuh
tingkat anak tangga dan mulai menggedor gelang besar
di depan pintu, Gelang itu dibunyikan tujuh kali, pintu
gerbang yang tertutup pun segera terbuka lebar. Dua
orang pemuda berpakaian ringkas warna hitam dengan
membawa lampu lentera muncul menyambut kedatangan
mereka.

801
ong Hong-hoo segera memberi tanda, Tanpa
mengucapkan sepatah kata pun dua orang itu
mengangkat lentera nya tinggi-tinggi dan putar badan
membawa jalan, setelah melewati sebuah bangunan
yang amat besar dan luas, kembali mereka terhadang
oleh sebuah pintu besar seorang bocah berbaju hijau
berdiri serius di muka pintu.
Tampaknya ong Hong-hoo menaruh sikap yang sangat
menghormat terhadap bocah berbaju hijau itu, sambil
manggut tanyanya pelan: "Apakah suhu ada waktu
luang?"
"suhu menunggu para tamunya di halaman belakang,
Biar aku yang ajak tamu, kau tak usah masuk."
"Terima kasih banyak sute"
Han si-kong yang berangasan tak bisa menahan diri
lagi, dengan amarah yang ber-kobar-kobar serunya
sambil mendengus dingin: "Hmmm, banyak amat lagak
bocah di tempat ini."
Tiba-tiba bocah berbaju hijau itu berpaling dan
mengawasi Han si-kong sekejap. kemudian tegurnya
ketus: "Kalau bicara lebih baik hati- hati sedikit...."
"Hmmm, aku justru mau mengumpat" teriak Han sikong
semakin naik darah, "Hmmm, hmmm... setelah

802
berjumpa CheeTay-tong nanti, aku pasti memberi
pelajaran kepadamu."
sementara itu si bocah berbaju hijau tersebut sudah
menerima sebuah lampu lentera dari tangan orang
berbaju hitam, pelan-pelan ia menyapu sekejap wajah Li
Bun-yang, Lim Han-kim serta Li Tiong-hui, kemudian
jengeknya: "Hmmm, asal kau berani, tak ada salahnya
untuk dicoba."
Habis bicara, dia mengungkat tinggi lenteranya dan
berjalan ke dalam dengan langkah lebar.
Menyaksikan tingkah pola bocah itu, Li Bun-yang
dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara segera
berbisik kepada Han Si-kong: "Locianpwee, sementara
waktu lebih baik jangan mengumbar hawa amarah, Kalau
berbicara dari suasana misterius yang menyelimuti
benteng Tay-peng saat ini, agaknya pihak lawan bukan
hanya bermaksud memandang hina orang lain saja.
Lebih baik locianpwee menjaga ketenangan dan
mempertahankan otak yang dingin sambil
memperhatikan situasi, jangan sampai masuk perangkap
lawan-"
Han Si-kong sudah cukup lama berkelana dalam dunia
persilatan, pengetahuan serta pengalamannya cukup
luas, hanya sifatnya saja yang agak berangasan- Apabila
menghadapi masalah yang kurang berkenan di hatinya,

803
ia tak tahan untuk mengumbar hawa amarahnya serta
sukar mengendalikan diri.
Tapi setelah diperingatkan Li Bun-yang saat ini, ia
mulai sadar dan segera bersikap lebih tenang, Ditariknya
napas panjang-panjang untuk menenangkan api amarah
yang berkobar dalam dadanya.
Dalam kesempatan itu si bocah berbaju hijau itu telah
mengajak beberapa orang tersebut melewati dua buah
halaman luas. Tampak halaman itu penuh ditumbuhi
bebungahan yang menyiarkan bau harum semerbak.
Mendadak si bocah baju hijau penunjuk jalan itu
berhenti berjalan seraya ujarnya: "Nah, sudah sampai,
harap kalian menunggu sejenak"
Han Si-kong mendengus dingin, ia seperti hendak
mengumbar hawa amarahnya tapi kemudian niat
tersebut dapat ditahan.
si bocah berbaju hijau itu maju beberapa langkah ke
depan, mendorong sebuah pintu berbentuk bulat dan
langsung masuk ke dalam, Tiba-tiba saja Han si-kong
ikut maju ke muka siap membuntuti di belakang bocah
berbaju hijau itu menerjang masuk ke dalam, tapi Li Bunyang
segera melintangkan lengan kirinya menghalangi
jalan perginya. Melihat itu Han si-kong menghela napas
panjang dan membatalkan langkah-nya.

804
sementara itu Lim Han-kim telah mengguna kan
kesempatan tersebut untuk memperhatikan keadaan-di
sekitar sana. Ter-nyata mereka telah berada di sebuah
kebun bunga kecil yang berbentuk sangat indah. Luasnya
cuma lima kaki tapi penuh ditumbuhi pepohonan dan
aneka bunga.
Ada kolam ikan, ada pula gunung-gunungan,
semuanya berbentuk manis dan indah, Hanya satu hal
yang kurang berkesan yakni keheningan yang
mendatangkan perasaan menyeramkan.
Tampak cahaya lentera membias ke luar dari balik
pintu bulat, bocah berbaju hijau itu telah muncul kembali
sambil berkata dingin, "suhu mengundang kalian masuk"
Li Tiong-hui mencoba memperhatikan wajah bocah
berbaju hijau itu, ternyata dia memiliki paras muka yang
pucat pias seperti mayat, nada bicaranya dingin dan
ketus, tanpa terasa pikirnya: "Heran betul, bocah ini
paling banter baru berusia tiga empat belas tahunan,
kalau ia bukan dibesarkan dalam lingkungan yang dingin
menyeramkan atau pernah mendapat pendidikan yang
sadis dan kejam, tak mungkin dengan usianya semuda
itu, sikapnya bisa begitu kaku, dingin dan menggidikkan
hati."
sementara si nona masih termenung, Han Si-kong
dengan langkah lebar telah melangkah masuk ke dalam
pintu bulat itu. Bocah berbaju hijau itu segera berebut

805
melangkah lebih dulu di depan, mereka menelusuri
sebuah lorong sepanjang empat lima kaki sebelum
akhirnya tiba di sebuah ruang tamu yang sangat luas.
Empat buah lilin putih yang tinggi besar menerangi
seluruh ruang tamu itu. sebuah meja berkaki delapan
terletak di tengah ruangan, sementara di sisinya duduk
seorang lelaki setengah umur yang berwajah kurus dan
berjenggot putih. orang itu bukan lain adalah sipeluru
berantai chee Tay-tong, pemilik benteng Tay-peng.
Begitu melangkah masuk ke dalam ruang tamu, Han
si-kong dengan sorot matanya yang tajam menyapu
sekejap seluruh ruangan itu, Ketika dilihatnya di sana
hanya hadir chee Tay-tong seorang tanpa pengikut, ia
berusaha menahan hawa amarahnya, sambil menjura ia
menyapa:
"saudara chee, sudah belasan tahun kita tak bersua,
baik-baikkah anda?" chee Tay-tong duduk tak bergerak,
hanya sinar matanya pelan-pelan dialihkan ke wajah Han
si-kong, sahutnya singkat: "Baik-baikkah kau saudara
Han?"
"saudara Chee" seru Han si-kong sambil tertawa
dingin, "Aku lihat lagakmu makin lama makin bertambah
besar."


ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2, cersil terbaru, Cerita Dewasa Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2, cerita mandarin,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pedang-keadilan-2.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Anak : Pedang Keadilan 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-anak-pedang-keadilan-2.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...