Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2

Diposting oleh eysa cerita silat chin yung khu lung on Selasa, 20 Desember 2011

Si Gendut berkata.
"Menurutmu, golongan sesat telah turut campur?"
Tam Sen mengangguk.
"Tidak salah. Tidak hanya si Setan-Seng Ling yang telah
meninggalkan Istana Setan Pak Bong San, bahkan Liat Hwe
Cousu dari Hwa San pun telah meninggalkan Hwa San pula.
Itu dikarenakan kedua Tongcunya telah binasa.
Tujuh Dewa diam saja, lama sekali barulah si Gendut
membuka mulut.
"Bagaimana kau bisa tahu begitu jelas?" Tam Sen
menghela nafas panjang.
"Kalian tidak begitu seksama mencari informasi, tentunya
tidak tahu akan hal itu. Aku tidak bisa menepati janji ke Hou
Yok, itu disebabkan aku bertemu Hwe Hong Sian Kouw. Dia

346
telah terluka parah, namun masih banyak bercakap denganku,
maka aku tahu persoalan itu."
Si Sastrawan berkata.
"Kau memberitahu kami tentang masalah itu, apakah
mengira kami dapat mengatasi masalah itu?" Tam Sen
menghela nafas panjang.
"Urusan ini, bukan aku memandang rendah kalian
bertujuh. Mungkin kalian bertujuh pun tidak dapat berbuat
apa-apa, hanya satu orang yang dapat mengatasi bencana itu
hingga hilang lenyap."
Ketujuh orang itu bertanya serentak.
"Siapa orang itu?"
"Dia adalah kawan baik kalian, yakni Liok Ci Siansing dari
Bu Yi Sian Jin Hong," sahut Tam Sen.
Si Gendut bertanya gusar.
"Apa hubungannya urusan itu dengan Liok Ci Siansing?"
Tam Sen menyahut dingin.
"Apakah kalian tidak tahu bahwa belum lama ini Thian
Houw Lu Sin Kong menerima surat titipan barang?"
Si Gendut mengangguk.
"Kami tahu. Beberapa hari yang lalu ada orang mengantar
surat kepada kami, yang isinya memberitahukan bahwa

347
barang yang dikawal Lu Sin Kong itu ada kaitannya dengan
setiap kaum rimba persilatan. Siapa yang memperoleh barang
itu akan dapat menyatukan semua kaum rimba persilatan.
Maka, kami tertarik, tapi tidak akan turun tangan merebut
barang itu."
Bagian 07
Tam Sen manggut-manggut.
"Itulah! Surat yang sama pun dikirimkan kepada golongan
lurus dan sesat, termasuk Hwa San, Hui Yan, Tai Chi, si Setan
Sen ling, Tay San Hek Sin Kun dan Sai Thian Bok Kim Kut Lau.
Karena itu, mereka turun tangan merebut barang tersebut.
Dikarenakan itu, Tiam Cong dan Go Bi Pai menjadi
bermusuhan dengan golongan-golongan tersebut."
Air muka si Sastrawan berubah.
"Apakah urusan itu ditimbulkan Liok Ci Siansing?"
Seketika Tam Sen balik bertanya.
"Surat yang kalian terima itu, tiada tanda enam jari?"
Tujuh Dewa menyahut serentak.
"Tidak."
"Tapi surat yang diterima orang lain, justru terdapat tanda
enam jari. Aku pun mempunyai surat itu, yang dikirimkan

348
kepada salah seorang iblis. Silakan kalian membacanya!" kata
Tam Sen.
Dia mengeluarkan sepucuk surat dari dalam bajunya,
Tujuh Dewa segera berseru serentak.
"Eh! Amplop itu persis seperti amplop yang kami terima!"
seru Tujuh Dewa dengan serentak.
Si Gendut menjulurkan tangannya untuk menerima surat
itu, namun ditariknya kembali.
"Surat ini ditujukan kepada seorang iblis, tapi kenapa bisa
jatuh ke tanganmu?" tanyanya dengan kedua matanya
menyorotkan sinar aneh.
Tam Sen menghela nafas panjang.
"Dalam hati setiap orang, pasti menyimpan sesuatu yang
tak dapat dikatakan, untuk apa kau bertanya soal itu?"
Wajah si Gendut berubah serius.
"Meskipun kami bertujuh jarang mencampuri urusan dunia
persilatan, tapi tidak akan melepaskan penjahat yang mana
pun!"
Tam Sen tersenyum.
"Kau terlampau curiga, padahal aku bukan orang yang kau
maksudkan itu!"
Si Gendut menjulurkan tangannya untuk mengambil surat
itu. Kemudian isinya dikeluarkan dan dibacanya. Apa yang

349
tertulis di dalam surat itu sama bunyinya dengan surat yang
mereka terima beberapa hari yang lalu, hanya bedanya, di
dalam surat itu tertera cap telapak tangan.
Tanda telapak tangan itu, di jari jempol bercabang sebuah
jari lain, jadi berjumlah enam jari.
Setelah membaca surat itu, si Gendut lalu menyerahkan
kepada yang lain untuk dibaca. Setelah membaca surat itu,
semuanya diam lama sekali barulah si Sastrawan membuka
mulut.
"Liok Ci Siansing tidak mungkin berani begitu iseng. Aku
lihat ini pasti ada sesuatu lain." Tam Sen manggut-manggut.
"Apa yang Saudara katakan memang tidak salah. Orang
yang mengirim surat ini, tentunya mempunyai suatu maksud
tertentu, yakni ingin menimbulkan kekacauan. Tapi ada satu
urusan aneh, apakah kalian mengetahuinya?"
Mereka bertujuh bertanya serentak.
"Urusan apa itu?"
Tam Sen menyahut.
"Urusan aneh itu, justru terjadi di rumah Thian Houw Lu
Sin Kong."
Sementara Lu Leng yang berada di dalam perahu, terus
mendengarkan percakapan mereka dengan penuh perhatian.
Ketika mendengar Tam Sen mengatakan, Sebun It Nio
mati di tangan Hwe Hong Sian Kouw di rumah si Pecut Emas-
Han Sun, maka dia menganggapnya bahwa Hwe Hong Sian

350
Kouw dan si Setan sen ling sebagai musuh besarnya. Maka
saking dendamnya nyaris membuatnya berteriak.
Akan tetapi, dia masih dapat mengendalikan diri, sebab dia
tahu apabila dia bersuara, tentu Tam Sen dan Tujuh Dewa
akan berhenti bercakap-cakap, sehingga tidak bisa tahu
sejelas-jelasnya.
Dia berkertak gigi, dan air matanya meleleh. Tapi ketika
Tam Sen mengatakan telah terjadi urusan aneh di rumahnya,
itu membuatnya terheran-heran.
Tam Sen melanjutkan.
"Aku tahu Begitu Sebun It Nio binasa, Thian Hou Lu Sin
Kong tidak akan diam. Dia pasti berangkat ke Tiam Cong dan
Go Bi untuk mengumpulkan para jago dari kedua partai itu,
guna menuntut balas kematian isterinya. Aku segera
mengejarnya dan berhasil. Kemudian kami pun bercakapcakap.
Dia telah mengambil keputusan untuk membalas
dendam anak isterinya, walau nyawa tuanya harus melayang."
Si Gendut tertegun.
"Membalas dendam anak isterinya? Apakah Lu Sin Kong
punya dua anak?"
Pertanyaan itu membuat sepasang mata Tam Sen
menyorot tajam, kemudian bertanya.
"Apa maksud Saudara Lim berkata begitu?"
Si Gendut tersenyum licik seraya menyahut.
"Silakan lanjutkan! Aku cuma sekedar bertanya."

351
Tam Sen segera lanjutkan paparannya.
"Urusan aneh itu, justru Lu Sin Kong yang
memberitahukan kepadaku. Katanya sebelum meninggalkan
rumah, dia menemukan sosok mayat seorang anak tanpa
kepala. Pakaian dan lainnya membuktikan bahwa itu mayat
putranya, yang bernama Lu Leng. Aku memberitahukannya,
bahwa Lu Leng masih hidup, namun dia sama sekali tidak
percaya."
Mendengar sampai di situ, Lu Leng tertegun lagi. Padahal
dia masih hidup, lalu siapa yang mati itu? Kenapa ayahnya
tidak percaya kalau dia masih hidup?
Sedangkan Tujuh Dewa juga tahu bahwa Lu Leng segar
bugar di dalam perahu. Maka mereka bertujuh saling
memandang sambil tersenyum. Air muka mereka menyiratkan
ketidak percayaannya akan perkataan Tam Sen, padahal Tam
Sen berkata sesungguhnya.
Tam Sen berhenti berbicara sejenak, kemudian
melanjutkan.
"Di dalam gudang batu itu, terdapat bekas sebuah telapak
tangan."
"Telapak tangan berjari enam?" tanya si Gendut cepat.
Tam Sen mengangguk.
"Tidak salah. Itu memang telapak tangan berjari enam.
Maka, tidak diketahui bahwa Liok Ci Siansing pasti punya
hubungan dengan urusan itu. Pertikaian partai-partai besar
juga ditimbulkannya. Namun kalau dia bersedia bertanggung
jawab, pasti dapat mengatasi bencana banjir darah itu."

352
Mendengar itu, Tujuh Dewa tertawa gelak, kemudian si
Gendut berkata.
"Tentunya kau tahu bahwa kami punya hubungan yang
amat dalam dengan Liok Ci Siansing. Apakah kau
menghendaki kami pergi menasihatinya agar dia bertanggung
jawab dengan cara membunuh diri?"
Tam Sen mengangguk.
"Ini adalah salah satu tujuanku ke mari." Si Sastrawan
berkata.
"Aku tahu, bahwa kau juga ingin memperingatkan kami.
Kalau Liok Ci Siansing tidak mau mengaku dosa, maka kau
akan turun tangan terhadapnya, dan menghendaki kami tak
turut campur tentang itu?"
Tam Sen segera menyahut.
"Mana berani! Mana berani!"
Walau dia mengatakan "Mana berani" namun si Sastrawan
telah menebak jitu maksudnya.
Tujuh Dewa bersifat angkuh, air muka mereka langsung
berubah begitu mendengar ucapan itu. Bahkan si Gendut
segera membentak tanpa sungkan2.
"Sobat Tam, kau sedang omong kosong, tidak usah
banyak bicara lagi!"
"Aku tidak omong kosong," sahut Tam Sen.

353
Si Sastrawan mendengus dingin.
"Hmm! Kau sudah omong kosong tapi tidak mau mengaku!
Perlukah aku menghajarmu?"
Tam Sen tertawa gelak.
"Ha ha! Aku dengar kau berkepandaian tinggi, maka aku
memang ingin mohon petunjuk!"
Si Sastrawan mengangguk.
"Baik! Kalau begitu berhati-hatilah!"
Si Sastrawan mengeluarkan sebatang pit, yaitu senjata
andalannya, lalu menyerang Tam Sen.
Kedua belah pihak berdiri begitu dekat. Si Sastrawan
menyerang cepat laksana kilat. Ketika ujung pit hampir
menotok jalan darah Tiong Hu Hiat di bahu Tam Sen,
mendadak Tam Sen mencelat ke belakang.
Serrt! Ujung pit itu menotok tempat kosong.
Si Sastrawan tertawa gelak.
"Ha ha ha! Kau memang berkepandaian tinggi!"
Ia lalu melesat ke depan, sekaligus mencoret-coret ke
depan. Itu adalah ilmu Ciak Hau Soh Hoat (Ilmu Menotok
Jalan Darah). Seketika juga dia menotok tujuh delapan jalan
darah di tubuh Tam Sen.

354
Di saat bersamaan, Tam Sen bergerak cepat memungut
sebatang ranting, kemudian digunakannya untuk menangkis
serangan itu.
Barusan si Sastrawan menyerang dengan jurus Tujuh
Bintang Mendampingi Bulan. Jurus tersebut dapat menotok
tubuh jalan darah pihak lawan. Akan tetapi, tangkisan Tam
Sen justru dapat mematahkan jurus tersebut.
Diam-diam si Sastrawan terkejut sekali. Secepat kilat dia
menarik senjatanya, namun tetap terlambat selangkah, karena
ranting yang di tangan Tam Sen, mendadak bergerak cepat.
Plak!
Ranting itu memukul batang pit, bahkan menekannya ke
bawah. Ujung pit itu bergerak, tapi tidak bisa lepas dari
tekanan ranting itu, sehingga meninggalkan coretan di tanah.
Mereka berdua bergerak cuma satu jurus. Si Sastrawan
menggunakan pit, sedangkan Tam Sen menggunakan
sebatang ranting sebagai senjatanya. Dalam pandangan orang
ahli, jurus Cit Sing Pan Goat begitu dahsyat dan lihay, tapi
dapat dipatahkan oleh tangkisan Tam Sen. Maka dapat
diketahui betapa tingginya kepandaian Tam Sen.
Wajah si Sastrawan tampak kemerah-merahan.
"Kepandaianmu sungguh tinggi, aku amat kagum dan merasa
tunduk!" katanya.
Perlu diketahui, si Sastrawan amat terkenal dalam rimba
persilatan. Julukannya adalah Sin Pit (Si Pensil Sakti) Se Chi.
Senjatanya berupa sebatang pit biasa, tapi karena
menggunakan tenaga lunak, maka pit itu menjadi Luar biasa.

355
Lagipula dalam kurun waktu beberapa tahun, dia terus
mempelajari huruf-huruf kuno untuk memperdalam ilmu Ciak
Hau Soh Hoat. Maka ilmunya itu bertambah hebat dan lihay.
Si Sastrawan pun bersifat angkuh, apa yang diucapkannya
tadi, sesungguhnya amat sulit baginya mencetuskannya.
Akan tetapi, begitu bergerak satu jurus dengan Tam Sen,
dia sudah jatuh di bawah angin. Dapat diketahui betapa
tingginya kepandaian Tam Sen! Kalau tidak bagaimana
mungkin hanya dalam satu jurus, dia sudah di bawah angin?
"Hm!" Tam Sen mendengus. "Tadi kalian bilang aku
berbicara omong kosong, apa maksudnya?"
Si Gendut dan enam orang lainnya saling memandang,
kemudian menjawab.
"Kau bilang putra Lu Sin Kong telah mati?"
"Aku tidak mengatakan begitu!" sahut Tam Sen.
Si Gendut tampak gusar sekali.
"Tapi tadi kau...."
"Tadi aku bilang, Lu Sin Kong menemukan sosok mayat
seorang anak tanpa kepala di gudang batu, maka Lu Sin Kong
dan isterinya menganggap putranya telah mati, namun Lu
Leng, putra kesayangan mereka justru belum mati.
Berdasarkan berbagai bukti, anak yang mati itu adalah putra si
Pecut Emas-Han Sun!"
Apa yang dikatakan Tam Sen, Lu Leng makin bingung
mendengarnya.

356
Urusan tersebut memang misterius sekali, maka tidak
mengherankan kalau orang lain kebingungan mendengarnya.
"Oh?" Si Gendut mengerutkan kening. "Kalau begitu, kami
telah keliru mempersalahkanmu?"
Tam Sen menghela nafas perlahan.
"Tidak perlu berkata begitu. Aku menduga sesama kaum
rimba persilatan akan saling membunuh. Maka aku berlari ke
sana ke mari, namun kalian tidak mau mendengar. Aku tidak
bisa apa-apa, hanya mau berpamit saja!"
Ketika Tam Sen baru mau melesat pergi, mendadak salah
seorang berseru.
"Tunggu, aku mau mengatakan sesuatu!"
Tam Sen berpaling, dilihatnya seorang bertubuh kurus
pendek. Seketika dia sudah tahu, bahwa orang itu si Buku Besi
Ciau Thong.
"Sobat Ciau ada petunjuk apa?" tanya Tam Sen.
Si Buku Besi Ciau Thong menyahut dingin.
"Demi kedamaian rimba persilatan, kau bersedia berlari ke
sana ke mari. Sungguh perbuatan terpuji! Tapi wajahmu
kenapa ditutup dengan kain?"
Sembari bertanya, Ciau Thong mendekatinya. Setelah
berada di hadapan Tam Sen, mendadak dia bergerak cepat
menyambar kain penutup muka itu.

357
Di saat tangan Ciau Thong bergerak, tiba-tiba terdengar
suara seruan.
"Jangan bertarung, aku ingin bicara!"
Tujuh Dewa dan Tam Sen segera menoleh, yang berseru
adalah seorang anak remaja, yang tidak lain adalah Lu Leng.
Begitu melihat Lu Leng, tercenganglah Tam Sen. "Eh?
Bagaimana kau berada di sini? Pantas aku tidak dapat
menemukanmu!"
Ketika silat mereka bertarung, Lu Leng merasa mereka
bukan orang jahat. Kalau mereka terus bertarung, tentunya
akan ada yang terluka, maka dia berseru mencegah mereka
bertarung.
Ketika berseru, dia menuju ke geladak, maka Tam Sen
dapat melihatnya, sehingga berseru pula, lalu mendadak
melesat ke perahu.
Tujuh Dewa tertegun. Mereka saling memandang,
kemudian serentak melesat ke perahu. Karena belum tahu
identitas Tam Sen, maka mereka bertujuh amat bercuriga. Di
saat kaki mereka baru menyentuh geladak, mereka bertujuh
langsung menyerang Tam Sen.
-ooo0ooo-
Bab 16
Sudah tiga puluh tahun mereka bertujuh berkumpul,
sedangkan kepandaian mereka amat tinggi, keras lunak dan
lain sebagainya. Setelah mereka bergabung menjadi Tujuh

358
Dewa, mereka pun sering memperdalam ilmu silat yang
mereka miliki, sehingga ilmu mereka bertambah maju.
Betapa dahsyatnya serangan gabungan mereka, maka
tidak heran, kalau serangan itu membuat Tam Sen terkejut
sekali.
Seandainya dia memberitahukan julukannya di masa lalu,
Tujuh Dewa pasti kenal, bahkan akan berhenti menyerang.
Tapi justru dikarenakan suatu urusan, maka dia tidak mau
menyebut julukannya.
"Bagus!" serunya lantang.
Mendadak badannya melambung ke atas setinggi lima
depaan. Tujuh Dewa tertegun ketika menyaksikannya, sebab
mereka tidak menyangka kalau Tam Sen memiliki ilmu
Ginkang yang begitu tinggi.
Mereka bertujuh tahu, bahwa itu adalah ilmu Setingkat
Demi Setingkat Naik Ke Langit. Kalau tidak memiliki Lweekang
yang amat tinggi, orang tidak mungkin dapat menguasai ilmu
Ginkang tersebut.
Berdasarkan itu dapat diketahui, betapa tingginya
Lweekang Tam Sen, dan itu sungguh di luar dugaan Tujuh
Dewa.
"Ginkang yang bagus!" seru mereka serentak.
Usai berseru, mereka menyerang lagi. Tam Sen berhasil
mengelak serangan pertama. Ketika dia menggunakan
gerakan Merosot Perlahan-lahan Di Pasir Datar tubuhnya
hampir mencapai geladak perahu. Akan tetapi, mereka
bertujuh telah melancarkan serangan kedua.

359
Saat dirinya berada di udara Tam Sen dapat merasakan
adanya tenaga yang amat dahsyat mengarah kepadanya.
Apa boleh buat! Dia terpaksa meminjam tenaga untuk
mencelat ke atas lagi beberapa depa.
Di bawah sinar rembulan, tampak bayangan Tam Sen
turun naik di udara, bagaikan arwah gentayangan. Lu Leng
yang berada di perahu, menyaksikannya dengan mulut
ternganga lebar.
Dulu dia mengira, bahwa kedua orangtuanya
berkepandaian paling tinggi, tapi kini setelah menyaksikan
kepandaian Tam Sen, terbukalah matanya dan mengerti pula
apa sebab kedua orangtuanya sering berkata "Di atas gunung
masih ada gunung" di luar langit masih ada langit".
"Bagus!" seru Tam Sen yang berada di udara.
Tampak sepasang tangannya menekan ke bawah. Seketika
terdengarlah suara "Blam" yang amat memekakkan telinga.
Ternyata dia menangkis serangan-serangan itu dengan
Lweekang, membuat Tujuh Dewa itu terpental ke belakang
satu depaan.
Di saat bersamaan, Tam Sen berjungkir balik ke darat, dan
tampak mulai gusar.
"Padahal anak itu berhubungan erat dengan urusan yang
akan terjadi di Bu Yi San, tapi kenapa kalian tidak
menghendaki aku menemuinya?" bentak Tam Sen.
Si Buku Besi Ciau Thong tertawa dingin.

360
"Anak itu terluka parah, kami yang menyelamatkannya dan
bermaksud menerimanya sebagai murid! Kalau usulmu tidak
jelas, kami tentu menghalangimu mendekatinya!"
Tam Sen tertegun mendengar ucapan itu.
"Kalian masing-masing memiliki kepandaian istimewa,
bersedia menerimanya sebagai murid, itu adalah
kemujurannya! Tapi biar bagaimana pun, dia harus ikut aku ke
Bu Yi San! Asal dia muncul di sana, pertikaian antara Go Bi,
Tiam Cong, Liok Ci Siansing, Pit Giok dan Tiat Ciat Song Jin
pasti dapat dijernihkan!"
Si Buku Besi Ciau Thong menyahut.
"Omong kosong. Berdasarkan apa murid kami harus ikut
kau ke Bu Yi San?"
Setelah si Buku Besi Ciau Thong berkata begitu, mendadak
Tam Sen bersiul panjang menggetarkan sukma siapa pun
yang mendengarnya.
Sebelum suara siulan itu lenyap, sekujur tubuhnya
mengeluarkan suara "Krek Krek Krek Krek".
"Kalian bertujuh, apakah benar kalian tidak mau menerima
arak penghormatan, sebaliknya malah ingin menerima arak
hukuman?"
Si Sastrawan Se Chi mengerutkan kening seraya berkata.
"Saudara sekalian, kita bertujuh memang suka minum
arak! Tapi kapan kita pernah minum arak hukuman bukan?"
Si Gendut tertawa.

361
"Lo Sam! Kau jangan gembira dulu, saat ini sobat Tam
tidak akan mengundangmu minum arak hukuman!"
Mereka bercakap-cakap sejenak, seakan tidak menggubris
keberadaan Tam Sen.
Tam Sen tertawa dingin.
"Tadi aku telah menjajal dua jurus serangan gabungan
kalian bertujuh! Walau kalian bertujuh tak ingin memberi
petunjuk kepadaku, aku justru ingin tahu bagaimana
kepandaian kalian bertujuh hingga bisa disebut Tujuh Dewa!"
Mereka saling menyindir, membuat Lu Leng semakin
cemas. Dia tahu bahwa usianya masih muda, maka tidak bisa
mencampuri urusan mereka. Akan tetapi, mereka ribut dan
bertarung adalah demi dirinya, bagaimana mungkin dia akan
tinggal diam? Setelah berpikir sejenak, barulah dia membuka
mulut.
"Para Paman Tujuh Dewa! Paman Tam bukan orang
jahat!"
Si Gendut menolehkan kepalanya seraya membentak.
"Bocah, kau jangan banyak mulut! Cukup menyaksikan
kami bertarung saja!"
Tam Sen juga ikut berkata.
"Nak, Tujuh Dewa masing-masing berkepandaian tinggi. Di
saat mereka bertarung, kau harus memperhatikan dengan
seksama!"

362
Seusai Tam Sen berkata. Tujuh Dewa mengepungnya.
Mendadak tangan mereka bergerak. Padahal gerakan tangan
mereka lamban, namun Tam Sen merasakan adanya tenaga
yang amat dahsyat menghantam ke arahnya.
Lu Leng pun terheran-heran karena gerakan Tujuh Dewa
begitu lamban, kelihatannya mereka bertujuh seakan sedang
mempertunjukkan semacam ilmu silat. Ternyata mereka
menyerang Tam Sen dengan Lweekang. Betapa dahsyatnya
Lweekang gabungan mereka bertujuh. Beberapa pohon kecil
yang ada di sekitar Tam Sen langsung roboh dan patah.
Namun Tam Sen justru berdiri tak bergeming. Sepasang
matanya menyorot tajam dan pakaiannya berkibar-kibar
bagaikan terhembus angin topan.
Tujuh Dewa tertegun bukan main. Sebab Tam Sen dapat
menahan serangan Lweekang mereka tanpa bergerak sedikit
pun.
Mendadak mereka membentak keras dan masing-masing
melancarkan dua pukulan. Di saat bersamaan, Tam Sen
bersiul panjang dan badannya berputarputar. Sepasang
telapak tangannya bergerak, seketika juga dia telah
melancarkan tujuh pukulan.
Ketujuh pukulan itu tidak hanya cepat dan aneh, bahkan
amat kuat. Saking cepatnya bergerak, sehingga tampak tujuh
bayangan berkelebatan, sepertinya dia berubah menjadi tujuh
orang menangkis serangan-serangan Tujuh Dewa itu.
Menyaksikan gerakan Tam Sen, Tujuh Dewa cepat-cepat
menyurut mundur dan tertegun. Kemudian si Gendut.

363
"Saudara-saudara, jangan menyerang dulu! Biar aku
bertanya sebentar padanya!"
"Baik!" sahut enam dewa lainnya, kemudian semuanya
diam di tempat.
Tam Sen juga berhenti menyerang lalu berdiri tak
bergeming di tempat, bagaikan sebuah gunung. Si Gendut
berkata sambil menatapnya tajam.
"Gerakanmu tadi, apakah yang telah menggemparkan
kolong langit di masa silam, kuat sampai tidak bisa kuat lagi,
yaitu Ilmu Pukulan Sakti Tujuh Gerakan?"
Lu Leng terheran-heran mendengar itu, karena si Gendut
mengatakan "Kuat sampai tidak bisa kuat lagi", itu amat
membingungkannya.
Dia tidak bisa bertanya, hanya menunggu jawaban Tam
Sen.
Terdengar Tam Sen menghela nafas panjang. Di saat dia
baru mau menjawab, mendadak terdengar derap kaki kuda,
yang kian lama kian mendekat, kemudian terdengar suara
seruan seorang anak gadis.
"Tujuh Dewa, kalian tujuh Paman berada di situ?"
Tujuh Dewa tertegun mendengar seruan itu. Kemudian
salah seorang dari mereka berkata.
"Eh? Si gadis liar dari Hui Yan Bun, mau apa dia ke mari
mencari kita?"
Si Gendut segera menyahut.

364
"Tidak salah, kami bertujuh berada di sini!"
Sementara kuda itu sudah berada di dekat mereka.
Tampak seorang gadis duduk di punggung kuda itu.
"Begitu sampai di luar kota, aku melihat tanda yang
ditinggalkan Paman, maka aku segera ke mari, sungguh
kebetulan sekali!"
Usai berkata begitu, gadis tersebut melesat ke hadapan
Tujuh Dewa dengan gerakan ringan dan amat indah.
Si Gendut langsung menegur sambil tertawa.
"Gadis busuk! Di kolong langit ini siapa yang tidak tahu Hui
Yan Bun memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi? Kau ingin
memamerkan ilmu Ginkangmu di hadapan kami? Hati-hati aku
akan menghajarmu!"
Gadis itu tertawa geli.
"Paman paman lain, paman Gendut ini begitu membuka
mulut langsung mencaciku. Kalau dia sebal kepadaku, lebih
baik aku pergi."
Si Sastrawan Se Chi segera berkata.
"Ah Ang, jangan berkelakar lagi! Kau begitu tergesa-gesa
ke mari mencari kami, sebetulnya ada urusan apa?"
Gadis itu bukan orang lain, ternyata adalah Toan Bok Ang,
murid kasayangan ketua Hui Yan Bun.

365
Dia menengok ke sana ke mari, akhirnya beradu pandang
dengan Tam Sen dan Lu Leng.
Lu Leng melihat gadis itu masih muda, tampak sebaya
dengan dirinya. Wajahnya cantik sekali, ketika berbicara,
wajahnya berseri-seri.
Walau usia Lu Leng masih kecil, namun begitu melihat
gadis itu, dia langsung terkesan baik.
Toan Bok Ang menyahut.
"Tujuh Paman, aku menerima perintah. Liok Ci Siansing
mengundang kalian segera ke Bu Yi San, guruku telah
meninggalkan Hui Yan San menuju Bu Yin San!"
Bukan main terkejutnya Tujuh Dewa, karena ketua Hui
Yan Bun merupakan pendekar wanita tingkatan tua, si Walet
Hijau-Yok Kun Sih. Kalau dihitung tingkatan, si Walet Hijau-
Yok Kun Sih lebih tinggi setingkat dari Tujuh Dewa.
Sesungguhnya, Yok Kun Sih sudah tidak menjabat sebagai
ketua Hui Yan Bun, tapi delapan tahun lampau, Hui Yan Bun
justru mengalami suatu kejadian, para murid generasi kedua
dan ketua Hui Yan Bun masa itu binasa semua, maka si Walet
Hijau-Yok Kun Sih kembali menjabat sebagai ketua. Kejadian
itu telah membuat dia mulai menerima murid baru, Toan Bok
Ang terpilih sebagai murid penutup.
Walau usia Toan Bok Ang masih kecil, tapi mempunyai dua
tiga puluh kakak seperguruan mendampinginya, yang ratarata
berusia dua kali lipat dari usianya.
Sedangkan Yok Kun Sih sama sekali tidak mau mingungkit
tentang kejadian lampau itu.

366
Oleh karena itu, para kawan rimba persilatan, jarang sekali
yang tahu tentang kejadian itu.
Usia Yok Kun Sih sudah delapan puluhan. Dia memiliki
Lweekang dan Ginkang yang teramat tinggi. Biasanya ada
urusan apa pun, hanya murid generasi ketiga yang pergi
membereskannya. Kalau agak penting, barulah mengutus
Toan Bok Ang, dia sendiri tidak pernah meninggalkan Thay
Ling Hui Yan San.
Tapi kini, Yok Kun Sih justru berangkat ke Bu Yi San, maka
dapat diketahui betapa seriusnya urusan itu.
Mereka bertujuh terkejut bukan kepalang. Kemudian
mereka membathin, apakah benar apa yang dikatakan Tam
Sen tadi?
Padahal asal-usul Tam Sen amat mencurigakan, namun
tadi justru mengeluarkan ilmu Cit Sat Sin Ciang.
Ilmu Cit Sat Sin Ciang, di kolong langit ini tiada orang yang
bisa menggunakannya. Ilmu pukulan tersebut diciptakan oleh
seorang aneh di masa lalu, berkekuatan lurus dan sesat. Tam
Sen bisa menggunakan ilmu pukulan itu, tentunya mempunyai
hubungan dengan orang aneh tersebut, yang telah sekian
tahun tidak muncul dalam rimba persilatan.
Tujuh orang itu diam, lama sekali barulah si Gendut
bertanya kepada Toan Bok Ang.
"Ang, mau apa gurumu ke Bu Yi San?"
Toan Bok Ang masih berusia muda, maka dia tidak tahu
urusan begitu serius, sebaliknya malah merasa gembira
karena ada keramaian.

367
"Wah! Kalian tujuh Paman masih tidak tahu, guruku ke
sana mau bertarung."
"OHh...?" Si Sastrawan Se Chi mengerutkan kening. "Gadis
liar, kenapa kau semakin tidak tahu urusan? Akan timbul
banjir darah dalam rimba persilatan, kau malah merasa
gembira sekali!"
Toan Bok Ang meleletkan Iidahnya kemudian menyahut.
"Paman ketiga, jangan membuat aku terkejut! Kalau
punya kepandaian, boleh ke Bu Yin San bertarung dengan
para jago Go Bi dan Tiam Cong Pai!"
Usai berkata, Toan Bok Ang tertawa cekikikan dan cepatcepat
mundur, seakan tahu si Sastrawan Se Chi pasti tidak
akan melepaskannya.
Tidak salah Si Sastrawan Se Chi langsung membentak
keras sambil menggerakkan pitnya. Tapi Toan Bok Ang sudah
bersiap-siap maka ia cepat-cepat berkelit dan meloncat ke
punggung kudanya.
Toan Bok Ang tertawa sambil memandang Si Sastrawan Se
Chi seraya berkata.
"Paman-paman, aku telah menyampaikan. Sampai jumpa
kembali di Bu Yi San, aku masih mau pergi cari Hwe Hong
Sian Kouw!"
Suaranya belum lenyap tapi kudanya telah meluncur
laksana kilat. Di saat bersamaan, Tam Sen membuka mulut.
"Hwe Hong Sian Kouw sedang merawat lukanya di kota
Bok Bay Ke sanalah kalau kau mau mencari dia!"

368
Suara Tam Sen tidak begitu keras, sedangkan kuda itu
berpacu laksana kilat dan sudah berlari sejauh satu mil!
Namun ucapan Tam Sen, gadis itu justru mendengarnya
dengan jelas, seakan mendengar ucapan orang dalam jarak
dekat.
Toan Bok Ang adalah murid handal si Walet Hijau-Yok Kun
Sih, tentunya amat berpengetahuan. Begitu mendengar suara
itu, terkejutlah hatinya karena suara itu kedengaran asing
sekali, bukan berasal dari mulut Tujuh Dewa.
Sudah pasti bukan anak remaja yang di perahu yang
mengucapkannya, melainkan adalah orang yang memakai kain
penutup muka.
Tadi ketika saling beradu pandang, sepasang mata orang
itu bersinar biasa, tak disangka dia berkepandaian begitu
tinggi.
Toan Bok Ang terus berpikir, tapi tidak berhenti sama
sekali, terus menuju ke kota Bok Bay untuk mencari Hwee
Hong Sian Kouw.
Setelah Toan Bok Ang pergi, Tam Sen berjalan mondarmandir
sejenak lalu berkata.
"Kalau kalian bertujuh ke Bu Yi San, jangan lupa apa yang
kukatakan tadi!"
Si Gendut berkata.
"Seandainya kami tidak ke sana?"
Tam Sen tertawa.

369
"Liok Ci Siansing dan lainnya akan diserang, tentunya
kalian bertujuh tidak akan tinggal diam. Sudah pasti kalian
akan ke sana, maka tidak perlu mengatakan begitu!"
Si Buku Besi menyahut dengan lantang. "Perkataan yang
tepat!"
Usai si Buku Besi berkata, badan Tam Sen bergerak lalu
tahu-tahu sudah berada, di kejauhan enam depaan, Tujuh
Dewa segera berseru.
"Sobat Tam jangan pergi dulu, kami masih ingin
menanyakan sesuatu!"
Badan Tam Sen terus bergerak sehingga bertambah jauh,
namun suara sahutannya terdengar jelas sekali.
"Kalian bertujuh tidak perlu bertanya lagi! Kalian
berangkatlah ke sana, dan ajaklah Lu Leng! Asal Lu Leng
muncul di sana, situasi di sana tentu berubah damai! Kita akan
berjumpa di Bu Yi San!"
Suaranya sirna, orangnya pun sudah tidak kelihatan lagi.
Tujuh Dewa saling memandang, lama sekali barulah
mereka bertujuh melesat ke perahu.
Berselang beberapa saat, barulah si Gendut membuka
mulut.
"Dengar-dengar tidak ada orang lain yang bisa
menggunakan ilmu Cit Sat Sin Ciang, kecuali dia, sedangkan
dia tidak punya murid. Orang itu pakai kain penutup muka,
bisa menggunakan ilmu Cit Sat Sin Ciang, apakah...."

370
Yang lain sudah tahu apa yang akan dikatakannya, yakni
apakah Tam Sen adalah orang aneh yang dua puluh tahun lalu
menciptakan ilmu Cit Sat Stt Ciang itu?
Kalau benar orang yang memakai penutup muka, adalah
orang aneh itu, memang sungguh mengejutkan.
Si Buku Besi segera berkata.
"Kini kita tidak perlu menduga siapa orang itu, sebaiknya
kita berunding dulu arah tujuan kita."
Si Sastrawan Se Chi menyahut.
"Tentunya kita harus ke Bu Yi San. Kawan baik punya
kesusahan, bagaimana mungkin kita tinggal diam di telaga
ini?"
Si Gendut pemimpin Tujuh Dewa itu, tampak termenung,
lama sekali barulah membuka mulut.
"Tentu harus ke sana. Begitu kita sampai, pertikaian kedua
pihak itu akan menjadi jernih."
Berkata sampai di situ, si Gendut berpaling untuk
memandang Lu Leng.
"Bocah, bersediakah kau ikut kami ke Bu Yi San?"
tanyanya.
Lu Leng segera menjawab.
"Tentu bersedia. Ibuku telah binasa, sedangkan musuh
berada di Bu Yi San. Bagaimana aku tidak ke sana?"

371
Ketika dia mengatakan "Ibuku telah binasa" sepasang
matanya langsung berapi-api.
Itu tidak terlepas dari mata Tujuh Dewa. Diam-diam
mereka bertujuh menghela nafas panjang. Mereka tahu bahwa
urusan itu sudah membengkak besar, tentunya sulit sekali
diperkecil lagi. Hanya saja ada seseorang yang khawatir tidak
akan terjadi kekacauan. Sebetulnya siapa dia? Apakah benar
dia adalah Liok Ci Siansing, kawan akrab mereka itu?
Akan tetapi, mereka bertujuh tahu jelas, bagaimana sifat
dan karakter Liok Ci Siansing, hambar terhadap urusan apa
pun dan sama sekali tidak berambisi. Sudah jelas tidak akan
melakukan semua itu.
Perasaan mereka bertujuh tercekam. Berselang sesaat, si
Buku Besi berkata dengan suara rendah.
"Saudara sekalian, tadi kita sudah menyatakan ingin
menerima bocah ini sebagai murid, maka kita tidak boleh
menelan ucapan itu...!"
Si Gendut manggut-manggut, kemudian berkata kepada
Lu Leng.
"Bocah, kau setuju?"
Mendengar pertanyaan itu Lu Leng malah tertegun.
Dalam hati dia memang setuju, karena Tujuh Dewa itu
masing-masing berkepandaian amat tinggi. Mengangkat
mereka bertujuh sebagai guru, tentunya akan memiliki
berbagai macam ilmu silat tingkat tinggi, itu merupakan
kemujuran bagi dirinya.

372
Akan tetapi, ayahnya justru bermusuhan dengan Liok Ci
Siansing, sedangkan Tujuh Dewa adalah kawan akrabnya.
Sebelum urusan itu jernih, bagaimana mungkin mengangkat
mereka bertujuh sebagai guru?
Ketika Lu Leng sedang berpikir, si Buku Besi malah
menjadi tidak sabaran dan segera bertanya. "Bocah! Apakah
kau tidak setuju?"
"Bagaimana mungkin aku tidak setuju?" sahut Lu Leng
cepat. "Tapi sebelum mendapat persetujuan dari ayahku, aku
tidak berani mengatakan setuju."
Si Buku Besi tertawa.
"Aku tahu dan mengerti maksudmu. Berhubung ayahmu
pergi mencari Liok Ci Siansing untuk membuat perhitungan,
lagipula kami bertujuh punya hubungan baik dengan Liok Ci
Siansing, maka kau tidak setuju. Ya, kan?"
Lu Leng menghela nafas panjang, karena merasa bahwa
dalam rimba persilatan sering terjadi peristiwa bunuhmembunuh
serta budi dan dendam, itu sungguh menakutkan.
"Benar apa yang Cianpwee katakan. Aku memang sedang
memikirkan masalah itu."
Si Buku Besi tertawa gelak.
"Ha ha ha! Kenapa kau justru takut? Kesalahpahaman
antara ayahmu dengan Liok Ci Siansing justru timbul karena
dirimu. Begitu ayahmu melihatmu, kesalahpahaman itu pasti
akan sirna. Tidak akan ada urusan apa pun lagi, kau tidak
perlu takut!"

373
Begitu Lu Leng mendengar perkataan itu, giranglah
hatinya dan segera berkata.
"Tujuh Guru semua, murid memberi hormat!"
Lu Leng berlutut di hadapan mereka semua. Betapa
gembiranya Tujuh Dewa! Mereka bertujuh punya pandangan
tajam, bahwa Lu Leng merupakan sebuah batu mustika yang
belum diasah. Apabila Lu Leng menjadi murid mereka,
tentunya akan mengharumkan sekaligus mengangkat nama
mereka.
"Bagus, bagus!" Si Gendut tertawa. "Ha ha! Kita harus
segera berangkat ke Bu Yi San, harus melakukan perjalanan
siang malam, agar cepat tiba di sana!"
Lu Leng memang ingin sekali bertemu ayahnya, maka
langsung mengangguk.
Kemudian mereka berdelapan berangkat menuju arah
Tenggara.
Hanya satu malam, mereka telah melakukan perjalanan
tujuh delapan puluh mil. Ketika berada di jalan besar, hari pun
sudah mulai terang. Di pinggir jalan itu terdapat sebuah kedai
teh. Tampak seorang berbadan gemuk memikul sebuah
pikulan batu yang beratnya tiga empat ratus kati, berjalan
tergesa-gesa. Sedangkan mereka berdelapan ke kedai teh itu.
Ketika melihat orang itu, Tujuh Dewa tertawa. Si Gemuk
segera berpaling dan begitu melihat mereka bertujuh, dia
tampak gembira sekali.
"Kalian bertujuh, kok berada di sini?" tanyanya bernada
heran.

374
Si Buku Besi menyahut.
"Saudara Yu, kau jangan pergi! Malam ini kami bertujuh
pasti tidak akan melepaskanmu!"
Si Gemuk itu adalah ketua Tay Chi Bun, si Dewa Gemuk Yu
Lao Pun. Dia tertawa-tawa sambil menghampiri mereka.
"Kenapa kalian tidak akan melepaskanku?"
Si Buku Besi segera menyahut.
"Setiap orang tahu, Lo toa (Saudara Tertua) kami adalah si
Gendut, tapi kau justru lebih gemuk, itu sebabnya kau harus
mampus!"
Yu Lao Pun tertawa gelak, sehingga daging di sekujur
badannya bergerak-gerak. Ketika dia baru mau membuka
mulut, mendadak melihat Lu Leng membuat sepasang
matanya berbinar-binar. Badannya yang gemuk itu bergerak,
tahu-tahu sudah menjulurkan tangannya untuk
mencengkeram lengan Lu Leng.
Jangan melihat badannya begitu gemuk, tapi ketika
bergerak justru gesit sekali.
Lu Leng tidak sempat berkelit, maka lengannya
tercengkeram oleh Yu Lao Pun. Lu Leng meronta-ronta, tapi
tak dapat melepaskan cengkeraman itu.
Si Buku Besi segera membentak. Dia kelihatan tidak gusar
tapi gusar.
"Saudara Gemuk, cepat lepaskan anak itu!"

375
Yu Lao Pun melototi si Buku Besi Ciau Thong, lalu
menjulurkan tangan yang lain untuk menarik kursi yang
diduduki Lu Leng. Di saat bersamaan, tangan yang sebelah
justru telah berada di atas kepala Lu Leng.
Tujuh Dewa menganggapnya bergurau, sebab kedua belah
pihak punya hubungan yang baik. Mereka juga dari golongan
lurus, yang selama itu tidak pernah terjadi bentrokan.
Kini menyaksikannya begitu turun tangan, langsung
sebelah tangannya menekan ubun-ubun Lu Leng, membuat
mereka bertujuh menjadi tertegun.
Mereka tahu bahwa ilmu yang dilatih Yu Lao Pun adalah
hawa murni Tay Chi yang amat lihay. Jangankan Lu Leng,
salah satu dari Tujuh Dewa pun kalau bagian berbahaya
dikuasai Yu Lao Pun, pasti akan celaka.
Si Buku Besi langsung membentak.
"Yu Gemuk, kau mau apa?"
Yu Lao Pun tidak menyahut, melainkan bertanya kepada
Lu Leng.
"Bocah, kau bermarga Lu?"
Ubun-ubun Lu Leng tertekan, itu membuatnya tak
bertenaga sama sekali, bahkan nyaris tak mampu bersuara.
Sikap Yu Lao Pun begitu kasar, menyebabkannya menjadi
gusar sekali.
"Tidak salah, aku bermarga Lu. Cepat lepaskan
tanganmu!" sahutnya sambil melotot.

376
Yu Lao Pun tertawa gelak, sehingga daging di badannya
ikut bergerak.
"Ha ha ha! Sungguh kebetulan sekali, tidak sia-sia aku ke
sana ke mari!"
Si Sastrawan Se Chi tertawa dingin.
"Yu Gemuk, apa maksud perkataanmu?"
Yu Lao Pun tetap tertawa.
"Kalian bertujuh, tidak usah berpura-pura lagi! Walau kita
bukan dari golongan hitam, namun siapa yang melihat pasti
ada bagiannya!"
Betapa gusarnya Tujuh Dewa. Tadi dikarenakan kurang
berhati-hati, sehingga Lu Leng jatuh ke tangannya, itu
membuat mereka tidak berani bertindak sembarangan.
"Saudara Gemuk!" tanya si Buku Besi gusar. "Kau sedang
kentut apa?"
Yu Lao Pun menggeleng-gelengkan kepala seraya
menyahut,
"Kentutku sungguh bau! Sungguh bau sekali!"
Sahutannya seakan bergurau, namun sikapnya tampak
bersungguh-sungguh, itu membuat Tujuh Dewa terheranheran.
Seandainya dia dari golongan hitam, justru gampang
menghadapinya, tapi dia dari golongan putih, lagipula adalah
ketua Tay Chi Bun.

377
Si Sastrawan Se Chi memandang keenam saudaranya,
kemudian berkata kepada Yu Lao Pun.
"Yu Gemuk, kami tidak punya waktu untuk omong kosong,
sebetulnya kau mau apa, katakan saja!"
"Aku melihat anak ini, kelihatannya amat cerdas. Lagipula
dia adalah putra Lu Sin Kong. Wajahnya mirip ayahnya, maka
aku ingin membawanya pergi jalan-jalan ke mana-mana, guna
menambah pengalamannya," sahut Yu Lao Pun sungguhsungguh.
Si Sastrawan menahan kegusaran seraya berkata.
"Itu tidak bisa. Dia telah mengangkat kami sebagai guru,
bagaimana mungkin ikut kau pergi jalan-jalan?"
Air muka Yu Lao Pun tampak berubah, kemudian berseriseri.
"Reputasi kalian bertujuh dalam rimba persilatan cukup
baik dan harum, namun apakah itu cuma kosong belaka?"
Si Sastrawan Se Chi membentak.
"Yu Gemuk, kenapa kau omong sembarangan?"
Yu Lao Pun tertawa ha ha hi hi, lalu menyahut. "Tak heran
kalian bertujuh semuanya menaruh perhatian kepada bocah
ini!"
Kini Tujuh Dewa sudah sedikit paham, urusan apa yang
dimaksudkan Yu Lao Pun. Mereka bertujuh diam, tapi justru
mendekatinya.

378
Sebelah kaki Yu Lao Pun menginjak pikulan batu,
kemudian dia tertawa dingin seraya berkata.
"Kalian bertujuh jangan bergerak sembarangan!"
Kemudian melanjutkan. "Menurut aku, kalian bertiga bukan
melihat bakat bocah ini, melainkan melihat dirinya yang akan
menguntungkan kalian dari Lu Sin Kong!"
Mendengar sindiran itu, wajah Tujuh Dewa langsung
berubah. Mereka bertujuh berpikir, seandainya satu lawan
satu, belum tentu mereka akan kalah, apalagi kini mereka
bertujuh, kenapa harus khawatir dia membawa pergi Lu Leng?
Karena itu, si Sastrawan Se Chi tertawa dingin.
"Yu Gemuk, kau adalah ketua sebuah partai! Kenapa
mencetuskan ucapan yang begitu tak tahu malu?"
Yu Lao Pun tertawa gelak.
"Ha ha ha! Sama-sama!"
Plak! Mendadak si Sastrawan memukul meja, kemudian
menegaskan.
"Yu Gemuk! Cepatlah kau lepaskan anak itu, kami tidak
punya waktu untuk mengobrol dengan orang yang tak tahu
malu!"
Yu Lao Pun seakan tidak mendengar apa yang dikatakan si
Sastrawan Se Chi. Kelihatannya dia sedang mendengarkan
suatu suara dengan penuh perhatian. Di saat itulah terdengar
derap kaki kuda di tempat jauh, kian lama kian bertambah
dekat. Seketika juga Yu Lao Pun tertawa dingin. Yang lain
sudah mendengar suara derap kaki kuda itu, namun itu adalah

379
jalan besar, tentunya ada kereta kuda maupun orang yang
menunggang kuda melewati jalan besar itu, maka tidak perlu
merasa heran.
Berselang sesaat, Yu Lao Pun bertanya sepatah demi
sepatah.
"Kalau aku tidak mau melepaskannya?"
Usai bertanya, mendadak dia mengeluarkan siulan
panjang. Apa yang dilatihnya selama itu adalah hawa murni
Tay Chi, merupakan ilmu Lweekang yang amat tinggi.
Suara siulannya bergema jauh sekali. Belum juga suara
siulannya lenyap, sudah tampak empat lima ekor kuda berlari
ke sana.
Di saat bersamaan, si Buku Besi Ciau Thong bangkit
berdiri, sambil menuding Yu Lao Pun seraya membentak,
"Kau tidak memberi muka kepada kami, aku lihat kau pun
percuma hidup di dunia!"
Yu Lao Pun tertawa.
"Oh ya?"
Di saat itu pula mendadak dia mendorong pikulan batunya,
yang beratnya hampir empat ratus kati. Terdengar suara
menderu-deru mengarah Tujuh Dewa. Bersamaan itu, dia pun
berseru.
"Sambut, jangan berhenti!"

380
Tangannya bergerak, tahu-tahu Lu Leng telah terlempar
keluar. Kebetulan beberapa ekor kuda sudah berada di situ,
dan lemparan itu justru ke arah sana.
"Guru...!" Salah seorang penunggang kuda itu berteriak.
Yang lain segera membentak.
"Teriak apa? Guru menyuruh kita menyambut dan pergi.
Kau tidak dengar?"
Kini Tujuh Dewa tersadar, bahwa Yu Lao Pun sudah tahu
bahwa beberapa muridnya akan melewati jalan besar itu,
maka dia terus mengulur waktu hingga murid-muridnya itu
muncul.
-ooo0ooo-
Bab 17
Sementara pikulan batu itu menderu-deru ke arah Tujuh
Dewa, membuat mereka bertujuh terpaksa mundur.
Di saat mereka mundur, Yu Lao Pun cepat-cepat
menyambut pikulan batu itu, lalu mengeluarkan jurus Langit
Penuh Bintang. Begitu jurus tersebut dikeluarkan,
terdengarlah suara yang menderu-deru.
Sedangkan Tujuh Dewa yang melangkah mundur itu, di
saat bersamaan, mereka pun melancarkan sebuah pukulan ke
arah Yu Lao Pun.
Blam! Terdengar suara benturan, Yu Lao Pun termundurmundur
tiga langkah.

381
Dia tahu jelas, dia seorang diri tidak akan mampu
melawan Tujuh Dewa, tujuannya hanya merebut Lu Leng.
Ternyata dia pun menerima sepucuk surat yang sama,
sehingga membuatnya percaya, bahwa barang kawalan Thian
Hou Lu Sin Kong merupakan barang mustika yang diimpikan
setiap kaum rimba persilatan. Oleh karena itu, dia pun
menghendaki barang tersebut.
Ketika melihat Lu Leng, timbul pula suatu ide dalam
hatinya, dia harus menggunakan Lu Leng untuk memaksa Lu
Sin Kong agar menyerahkan barang kawalannya itu.
Sesungguhnya Yu Lao Pun, bukanlah orang yang tak tahu
malu. Hanya saja dia amat berambisi, sehingga bertindak
begitu. Lagipula Tay Chi Bun terus merosot, bahkan Thian Bok
San, tempat markas Tay Chi Bun, sebagian besar telah
dikuasai Kim Kut Lau. Oleh karena itu, dia amat berambisi
mengorbitkan nama partainya. Kini ada kesempatan tersebut,
tentunya dia tidak akan melepaskannya begitu saja.
Ketika melihat beberapa muridnya telah melarikan Lu
Leng, maka dia pun melesat pergi.
Begitu melihat Yu Lao Pun mau kabur, bagaimana
mungkin mereka bertujuh membiarkannya? Mereka langsung
melesat pergi mengejarnya.
Justru di saat bersamaan, mendadak terjadi perubahan
besar.
Ketika Yu Lao Pun melempar Lu Leng, sekaligus pula
menotok jalan darah Hu Keng Hiatnya, maka Lu Leng tak
dapat bergerak sama sekali. Dua murid Yu Lao Pun
menyambutnya, lalu melarikannya.

382
Ketika Yu Lao Pun dan Tujuh Dewa berada di jalan besar
itu, beberapa murid Tay Chi Bun itu telah memacu kudanya
empat lima puluh depa jauhnya.
Namun di saat bersamaan, di jalan besar tampak seorang
tua mengejar kuda-kuda itu. Dia berkelebat bagaikan segulung
asap, tak lama sudah berhasil mengejar mereka.
Menyusul terdengar dua kali jeritan yang menyayat hati,
kemudian terlihat dua orang roboh dari punggung kuda.
Betapa terkejut Yu Lao Pun menyaksikan kejadian itu, dan
dia langsung melesat ke depan.
Dia melesat sambil berteriak-teriak, kelihatannya amat
terperanjat dan penasaran.
"Siapa kau? Jangan pergi, bertemu si Gemuk dulu!"
Menyaksikan itu, Tujuh Dewa saling memandang,
kemudian mereka bertujuh pun melesat ke depan.
Yu Lao Pun dan Tujuh Dewa tergolong orang kelas satu
dalam rimba persilatan. Maka begitu mereka melesat,
cepatnya laksana kilat.
Akan tetapi, walau mereka bergerak cepat, orang yang di
depan jauh lebih cepat, sehingga yang tampak hanya
segulung bayangan hitam berkelebat. Seketika terdengar lagi
suara jeritan yang menyayat hati. Murid-murid Tay Chi Bun,
sudah roboh dari kuda masing-masing.
Sedangkan bayangan hitam itu, segera menyambar Lu
Leng sekaligus meloncat ke atas punggung kuda. Seketika
juga kuda itu berlari pergi secepat kilat.

383
Setelah kedelapan orang itu sampai di tempat kejadian,
kuda itu sudah jauh sekali, sehingga yang tampak hanya
sebuah titik hitam di kejauhan.
Mereka tahu bahwa diri mereka tidak mungkin bisa
menyusul, maka si Buku Besi Ciau Thong gusar sekali dan
langsung mencaci.
"Kau sungguh tak tahu malu! Lihatlah apa yang kau
peroleh sekarang?"
Yu Lao Pun tidak menyahut, hanya memandang kelima
muridnya, yang semuanya telah binasa dengan tulang remuk.
Yu Lao Pun tahu jelas, bahwa kelima muridnya itu walau
tidak tergolong kelas satu, namun kepandaian mereka cukup
lumayan. Kini dalam waktu sekejap semuanya sudah binasa,
itu membuatnya termangu-mangu.
Tujuh Dewa pun sudah melihat kejadian itu.
Si Sastrawan Se Chi, menjinjing salah satu mayat itu, lalu
dilihatnya dengan penuh perhatian. Kemudian terdengar suara
"Buk", dia telah melepaskan mayat itu seraya berkata.
"Saudara sekalian, kita harus segera pergi mengejarnya!"
Si Buku Besi bertanya.
"Mungkinkah kita dapat menyusulnya?"
"Punya nama dan marga, bagaimana mungkin tak dapat
menyusulnya?" sahut si Sastrawan Se Chi.

384
Begitu mendengar ucapan itu, si Gemuk Yu Lao Pun cepatcepat
bertanya.
"Se Lo Sam, siapa orang itu? Kau sudah mengenalinya?"
Si Sastrawan mengeluarkan suara hidung, lalu menyahut.
"Hm! Tentu aku mengenalinya. Kau juga ingin pergi
mengejarnya?"
Saat ini, Yu Lao Pun amat gusar dan penasaran. Dia sama
sekali tidak menduga bahwa akan terjadi perubahan seperti
itu. Daging yang sudah berada di mulutnya, masih dapat
direbut orang, bahkan kelima murid handalnya pun menjadi
korban, sekaligus dia pun meninggalkan nama busuk pula.
Setelah berpikir sejenak, barulah dia menyahut. "Tentunya
aku mau pergi mengejarnya."
Si Sastrawan memberitahukan.
"Kelima orang itu, semuanya binasa terpukul Im Si Ciang."
Yu Lao Pun tertegun dan bertanya.
"Apakah yang turun tangan tadi si Setan Seng Ling?"
"Mungkin bukan dia," sahut si Sastrawan Se Chi. "Tapi
salah satu anaknya."
Yu Lao Pun tampak tidak percaya.
"Omong kosong! Kita semua bukan gentong nasi! Tentu
orang itu si Setan-Seng Ling!" katanya dengan gusar.

385
Tujuh Dewa merasa geli tapi juga heran, karena urusan
telah menjadi begini, tapi Yu Lao Pun masih berdebat.
"Kalau kau mau, kejarlah sampai di Pak Bong San! Kami
sudah mau pamit lho...!" kata si Buku Besi Ciau Thong dengan
nada dingin.
Sesungguhnya Yu Lao Pun merasa malu sekali, karena dia
tahu jelas, kalau saat ini bertemu si Setan-Seng Ling, belum
tentu dia mampu melawannya, maka bagaimana mungkin dia
ke Pak Bong San merebut Lu Leng?
Setelah berpikir sejenak, dia pun tertawa dingin.
"Apakah kalian merasa ikhlas, murid sendiri jatuh ke
tangan si Iblis itu?"
Si Sastrawan menyahut dengan dingin.
"Tidak salah. Kami bertujuh memang tak bernyali dan tak
tahu malu. Kau boleh menyiarkannya dalam rimba persilatan."
Yu Lao Pun tahu bahwa si Sastrawan Se Chi sedang
menyindirnya, sehingga membuatnya merasa malu sekali.
"Baik. Mari kita lihat!"
Badannya bergerak, ternyata dia telah melesat pergi.
Dalam hati Tujuh Dewa, amat membenci Yu Lao Pun. Lu
Leng bisa jatuh ke tangan si Datuk Sesat Seng Ling, itu garagara
si Gemuk.

386
Kedai teh itu telah rusak berat. Pemiliknya terus menerus
berkeluh kesah karena itu. Sementara hari pun sudah siang.
Tampak beberapa orang mendekati pemilik kedai dan
bertanya ini itu.
Tujuh Dewa tidak mau dijadikan bahan pembicaraan,
maka segera merogoh ke dalam bajunya mengambil beberapa
tael perak, lalu dilemparkannya ke atas meja, dan mereka
langsung pergi.
Mereka terus berjalan sambil berunding.
"Lu Leng telah berada di tangan si Datuk Sesat Seng Ling,
namun pasti akan selamat. Si Datuk Sesat itu turun tangan,
tujuannya sama seperti Yu Lao Pun, dia pasti tahu Lu Sin Kong
berangkat ke Bu Yi San, lebih baik kita sampai duluan, bisa
melihat situasi di sana." kata Sastrawan Se Chi.
Yang lain mengangguk tanda setuju, kemudian mereka
bertujuh berangkat ke Bu Yi San.
Kini kita mengikuti perjalanan Toan Bok Ang, murid handal
Hui Yan Bun.
Hari itu dia menerima perintah dari si Walet Hijau-Yok Kun
Sih, gurunya. Sebetulnya dia ingin mencegat Lu Sin Kong
suami istri untuk merebut kotak kayu itu. Tapi orang yang
ingin merebut kotak kayu itu, terdiri dari golongan hitam dan
putih, dan rata-rata berkepandaian amat tinggi pula, maka
membuatnya tidak berani sembarangan turun tangan.
Lagipula Lu Sin Kong suami istri, juga berkepandaian amat
tinggi, maka Toan Bok Ang merasa dirinya bukan lawan
mereka berdua.

387
Hari itu di rumah penginapan, Toan Bok Ang bertemu
dengan Yu Lao Pun. Kebetulan jalan darah Toan Bok Ang
ditotok oleh Sebun It Nio.
Setelah Lu Sin Kong suami istri pergi, Yu Lao Pun segera
membebaskan jalan darah Toan Bok Ang yang tertotok itu,
karena Tay Chi Bun dan Hui Yan Bun punya hubungan baik.
Betapa gusarnya Toan Bok Ang, tapi dia tahu jelas dirinya
bukan lawan Lu Sin Kong suami istri, lagipula masih harus
melaksanakan perintah gurunya, maka melanjutkan perjalanan
ke Su Cou untuk melihat-lihat situasi di sana.
Ketika hampir tiba di Su Cou, mendadak melihat dua murid
keponakannya yang berusia empat puluhan, namun tingkatan
Toan Bok Ang lebih tinggi. Kedua wanita itu justru sedang
mencarinya, maka begitu bertemu Toan Bok Ang, mereka
langsung memberitahukan bahwa akan ada urusan besar di
Bu Yi San. Ketua Hui Yan Bun, Yok Kun Sih sudah turun
gunung menuju Bu Yi San. Toan Bok Ang disuruh mencari
Tujuh Dewa dan Hwe Hong Sian Kouw dan undang mereka
agar segera datang di Bu Yi San.
Oleh karena itu, Toan Bok Ang segera pergi mencari
mereka. Padahal jejak Tujuh Dewa tidak menentu. Tapi
sampai di mana pun mereka bertujuh pasti meninggalkan
suatu tanda. Ketika Toan Bok Ang berada di luar kota Su Cou,
melihat tanda tersebut, sehingga berhasil mencari jejak
mereka.
Di saat mendengar Hwe Hong Sian Kouw berada di kota
Bok Bay merawat lukanya, Toan Bok Ang tertegun.

388
Karena Hwe Hong Sian Kouw berkepandaian amat tinggi,
terutama senjatanya, Liat Hwe Soh Sim Lun, yang sungguh
luar biasa. Lalu bagaimana Hwe Hong Sian Kouw bisa terluka?
Dia memacu kudanya sambil berpikir, kota Bok Bay berada
di kaki gunung. Berselang beberapa saat, dia sudah tiba di
kota tersebut.
Meskipun Toan Bok Ang merupakan gadis yang suka
menimbulkan urusan, namun peraturan Hui Yan Bun amat
ketat, maka membuatnya tidak berani sembarangan berbuat,
sebab akan mendapat hukuman berat.
Maka, ketika berada di pintu kota Bok Bay, dia menarik tali
les agar kudanya berjalan perlahan.
Justru di saat itulah, tiba-tiba terdengar suara kereta kuda,
yang berjalan keluar dari dalam kota.
Begitu melihat kereta kuda itu, terbelalaklah mata Toan
Bok Ang, karena kereta kuda itu amat indah dan mewah,
dihiasi dengan berbagai macam permata sehingga tampak
gemerlapan.
Tampak si kusir terngantuk-ngantuk di tempat duduknya,
membiarkan kuda itu berjalan perlahan.
Setelah melihat sejenak, Toan Bok Ang menganggap
bahwa kereta kuda itu milik pembesar, namun terasa aneh
pula.
Setelah kereta mewah itu berlalu, barulah dia melanjutkan
perjalanan memasuki kota tersebut. Akan tetapi, mendadak
terdengar teriakan aneh yang berasal dari pintu kota itu.

389
Tampak sosok bayangan menerjang keluar dengan
sempoyongan, tapi gerakannya cepat sekali.
Ketika mendengar teriakan itu, dalam hati Toan Bok Ang
tertegun, sebab suara itu membuatnya merinding.
Yang membuatnya tertegun, yakni gerakan orang itu
mempergunakan semacam ilmu Ginkang, seperti yang pernah
dipelajarinya, pertanda orang itu dari Hui Yan Bun.
Toan Bok Ang langsung menyapanya, dan orang itu
tampak seperti gila menerjang ke arahnya, namun terjatuh
lagi beberapa kali. Terakhir kalinya orang itu mencelat ke atas
setinggi beberapa depa, lalu terjatuh.
Gerakannya yang terakhir itu justru gerakan Gumpalan
Awan Berputar Balik.. Jelas itu adalah ilmu peringan tubuh Hui
Yan Bun. Ilmu itu tidak mungkin diwariskan kepada orang
luar. Karena itu, orang tersebut pasti punya hubungan erat
dengan Hui Yan Bun, maka Toan Bok Ang cepat-cepat
menghampirinya.
Toan Bok Ang menegasi orang itu, rambutnya awutawutan,
mukanya berlumuran darah. Dia tergeletak di tanah
dengan nafas memburu.
"Kau...."
Toan Bok Ang baru mencetuskan satu perkataan.
Mendadak orang itu menolehkan kepalanya, sehingga
membuat Toan Bok Ang berteriak tak tertahan.
"Haaah?"

390
Walau muka orang itu berlumuran darah, namun sepasang
matanya bersinar garang. Lagipula begitu menoleh, dia
langsung menyerang Toan Bok Ang dengan lima jarinya yang
menyerupai cakar, mengarah bagian dada Toan Bok Ang.
Gadis itu tak menduga sama sekali. Padahal dia
bermaksud baik mendekati orang itu, namun orang tersebut
malah menyerangnya. Untung dia cepat berkelit, maka dapat
lolos dari serangan orang itu.
"Eh?" Orang itu tampak terkejut ketika menyaksikan
gerakan Toan Bok Ang. "Kau dari Hui Yan Bun, murid generasi
ke berapa?"
"Aku murid Yok Kun Sih," sahut Toan Bok Ang
memberitahukan, karena dia tahu orang itu pasti punya
hubungan dengan perguruannya.
"Oh!" Orang itu bangun duduk seraya berkata, "Tujuh
tahun yang lalu, Kun Sih menerima seorang murid penutup
bernama Toan Bok Ang, apakah kau?"
"Ya." Toan Bok Ang mengangguk. "Bolehkah aku tahu
siapa Cianpwee?"
Orang itu tidak menyahut, melainkan mendongakkan
kepala memandang ke depan. Toan Bok Ang juga ikut
memandang ke depan. Tampak kereta mewah itu sudah jauh
sekali, dan orang itu menghela nafas panjang.
"Baik-baikkah gurumu? Aku.... Hwe Hong Sian Kouw."
Betapa girangnya Toan Bok Ang ketika mendengar ucapan
itu.

391
"Sian Kouw, aku justru sedang mencarimu," katanya
cepat.
"Ada urusan apa kau mencariku?" tanya Hwe Hong Sian
Kouw.
Toan Bok Ang memberitahukan dan Hwe Hong Sian Kouw
mendengarkan dengan penuh perhatian, kemudian menghela
nafas panjang.
"Kini aku terluka berat, bagaimana mungkin bisa pergi ke
Bu Yi San?"
Toan Bok Ang segera bertanya.
"Hwe Hong Sian Kouw, siapa yang melukaimu?" Hwe Hong
Sian Kouw mendengus.
"Hm! Yang melukaiku adalah orang yang di kereta mewah
itu! Tapi kini dia sudah pergi jauh, tak usah diungkit lagi!"
"Hah!" seru Toan Bok Ang tak tertahan. "Kalau aku tahu,
pasti aku menghalangi kereta mewah itu!"
Hwe Hong Sian Kouw tertawa dingin.
"Kalaupun gurumu yang ke mari, juga belum tentu dapat
menghalangi kereta mewah itu."
Toan Bok Ang tertegun dan bertanya.
"Sebetulnya siapa yang berada di dalam kereta mewah
itu?"

392
Hwe Hong Sian Kouw menyahut dengan kening berkerutkerut.
"Mereka cukup banyak. Sebelumnya aku sudah terluka,
maka tidak dapat melihat dengan jelas siapa mereka. Tapi aku
tahu salah seorang dari mereka adalah Liok Ci Siansing."
Toan Bok Ang terkejut mendengar ucapan itu.
"Itu... itu bagaimana mungkin? Liok Ci Siansing punya
urusan besar di Bu Yi San, bagaimana mungkin dia
menimbulkan urusan di sini?"
Hwe Hong Sian Kouw beradat keras dan emosional. Apa
yang dikatakannya tidak boleh ada orang mendebatnya. Oleh
karena itu, dia membentak gusar.
"Aku melihat dengan jelas sekali, salah seorang dari
mereka menjulur tangannya keluar, jarinya berjumlah enam.
Lagipula di dalam kereta mewah itu terdengar suara harpa.
Dia pasti Liok Ci Siansing, tidak mungkin orang lain."
Toan Bok Ang tahu, Hwe Hong Sian Kouw setingkat
dengan gurunya, maka dia tidak berani bersuara lagi.
Sedangkan Hwe Hong Sian Kouw melanjutkan. "Kau
datang dari Hui Yan San, apakah di tengah jalan bertemu
muridku, putri si Pecut Emas-Han Sun?"
Toan Bok Ang menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku meninggalkan Hui Yan San sudah setengah
bulan lebih!"

393
Hwe Hong Sian Kouw menghela napas panjang. "Aaah!
Ternyata begitu! Sudah setengah bulan lebih! Sudah setengah
bulan lebih!"
Ternyata Hwe Hong Sian Kouw teringat kembali setengah
bulan yang telah lalu, setiap malam Han Giok Shia pasti
datang di menara Hou Yok untuk belajar ilmu silat kepadanya.
Tidak tahunya setengah bulan kemudian, justru terjadi
berbagai Macam perubahan.
Toan Bok Ang tidak tahu itu, maka dia diam saja.
Berselang beberapa saat kemudian barulah ia berkata.
"Sian Kouw, guruku telah berangkat ke Bu Yi San, urusan
ini justru Liok Ci Siansing yang melakukannya. Aku akan
mengurusi Sian Kouw, mari kita berangkat ke Bu Yi San!"
Apa yang dikatakan Toan Bok Ang, memang sesuai
dengan adat Hwe Hong Sian Kouw, maka dia tertawa seraya
berkata.
"Pantas Kun Sih begitu menyayangimu, ternyata kau
begitu baik dan penuh pengertian! Oh ya, kau membawa obat
luka perguruanmu, Pil Sayap Walet?"
"Ada." Toan Bok Ang mengangguk.
"Berilah aku empat butir!" kata Hwe Hong Sian Kouw.
Toan Bok Ang tersenyum.
"Kebetulan sekali, aku membawa empat butir."
Hwe Hong Sian Kouw manggut-manggut.

394
"Tentunya aku tahu jelas mengenai adat gurumu. Dia
memperbolehkanmu membawa empat butir Pil Sayap Walet,
karena kau murid kesayangannya. Kalau tidak, sebutir pun kau
tidak mungkin bisa membawa."
Toan Bok Ang tertawa kecil.
"Siau Kouw dan guruku merupakan kawan akrab, tentunya
tahu akan adat guruku."
Sembari berkata, Toan Bok Ang mengeluarkan sebuah
kotak kecil, lalu diberikan kepada Hwe Hong Sian Kouw.
Hwe Hong Sian Kouw menerima kotak kecil itu seraya
berkata,
"Legakanlah hatimu, kalau gurumu memarahimu, aku
yang akan bertanggung jawab! Aku tidak akan secara cumacuma
memakai obatmu itu, dan kelak aku pasti membalas
kebaikanmu ini."
Obat Yan Pheng Tan merupakan obat rahasia Hui Yan
Bun, dan tergolong obat mujarab yang tak ternilai harganya.
Yang membuat obat tersebut adalah guru Yok Kun Sih,
menggunakan berbagai macam ramuan, termasuk Walet
Berdarah yang hidup di laut selatan. Ketika menangkap Hiat
Yan, salah seorang kakak seperguruan Yok Kun Sih terpeleset
ke Lam Hai, sehingga mati tenggelam di laut itu.
Oleh karena itu, betapa berharganya obat Yan Pheng Tan
tersebut. Toan Bok Ang langsung memberikan obat itu kepada
Hwe Hong Sian Kouw, itu pertanda dia berhati lapang.
Toan Bok Ang tertawa.

395
"Hanya beberapa butir obat, Sian Kouw tidak perlu
membalas kebaikan ini!"
Hwe Hong Sian Kouw juga tertawa.
"Kau tidak usah berpura-pura berhati lapang, aku tahu
betapa berharganya obat itu. Namun kini, aku tidak bisa tidak
harus memakainya karena aku terluka parah. Legakanlah
hatimu, aku tidak akan ingkar janji!"
Usai berkata begitu, Hwe Hong Sian Kouw membuka
sebuah kotak kecil dan seketika terciumlah bau darah yang
amat menusuk hidung. Hwe Hong Sian Kouw terus
memandang obat itu, lama sekali barulah menelannya.
Tak lama setelah menelan keempat butir obat itu,
nafasnya mulai normal kembali, dan dia segera duduk bersila
untuk menghimpun hawa murninya.
Toan Bok Ang menjaga di sampingnya, kemudian
berselang beberapa saat sekujur badan Hwe Hong Sian Kouw
mengeluarkan uap. Toan Bok Ang tahu, bahwa obat itu mulai
bekerja di dalam tubuh Hwe Hong Sian Kouw. Dia amat girang
dan yakin, tidak lama lagi luka Hwe Hong Sian Kouw pasti
sembuh. Dia menunggu dengan sabar. Tak seberapa lama,
Hwe Hong Sian Kouw membuka matanya, lalu bangkit berdiri
seraya menarik lengan Toan Bok Ang.
"Mari kita pergi!"
Mereka lalu pergi. Beberapa mil kemudian mereka sampai
di pinggir sebuah sungai. Hwe Hong Sian Kouw segera
mencuci muka dan rambutnya. Setelah itu, dia berkata,

396
"Ang, kini lukaku telah sembuh separuh. Dalam perjalanan
ke Bu Yi San, kemungkinan besar lukaku telah pulih. Namun
dalam perjalanan, tidak mungkin tidak akan terjadi sesuatu,
maka kau harus berhati-hati!"
Toan Bok Ang mengangguk.
"Ya!" sahutnya.
Hwe Hong Sian Kouw berkata lagi.
"Gurumu beradat aneh. Dia telah menerimamu sebagai
murid, sudah pasti melarang orang lain memberi petunjuk
kepadamu. Tapi... aku akan mewariskan kepadamu seluruh
ilmu silatku."
"Siau Kouw...." Toan Bok Ang menggeleng2kan kepala.
"Jangan dikarenakan keempat butir obat itu, maka Sian Kouw
harus berbuat begitu!"
Hwe Hong Sian Kouw tertawa.
"Kau lebih baik daripada muridku itu, dia seperti aku
bersifat keras dan berangasan. Sebaliknya kau penyabar dan
banyak senyum. Kau harus ingat, kelak kalau kau menghadapi
suatu masalah, baik kau benar maupun salah, asal kau
mencariku, aku pasti membelamu."
Toan Bok Ang bergirang dalam hati. Dia memang suka
menimbulkan masalah, kini malah ada Hwe Hong Sian Kouw
berdiri di belakangnya, tentunya membuatnya girang sekali.
"Terimakasih, Sian Kouw!" ucapnya.

397
Mereka bercakap-cakap lagi. Tiba-tiba Hwe Hong Sian
Kouw teringat sesuatu, segera berkata.
"Oh ya! Kau ingin mencariku, kenapa begitu kebetulan kita
bertemu di kota Bok Bay?"
Toan Bok Ang menyahut.
"Seorang yang memakai kain penutup muka yang
memberitahukan kepadaku."
"Orang itu berbadan tinggi dan sepasang matanya
menyorot tajam?" tanya Hwe Hong Sian Kouw.
Toan Bok Ang mengangguk.
"Tidak salah! Aku sudah berada beberapa mil, namun
suara orang itu tetap mendengung ke dalam telingaku."
Hwe Hong Sian Kouw segera bertanya. "Kau tahu
namanya?"
Toan Bok Ang menggelengkan kepala.
"Aku tidak tanya." Kemudian dia menutur tentang Tujuh
Dewa dan orang yang memakai kain penutup muka itu.
Mendengar penuturan itu, Hwe Hong Sian Kouw menghela
nafas panjang.
"Dalam hidupku, aku paling tidak mau menerima budi
kebaikan orang. Namun beberapa hari ini, aku justru telah
menerima dua kali kebaikan orang. Yakni pemberian obatmu
dan orang itu menyelamatkan nyawaku."

398
Berkata sampai di situ, Hwe Hong Sian Kouw berhenti
sejenak, kemudian menghela nafas panjang dan melanjutkan.
"Kalau dia tidak menolongku, mungkin saat ini aku sudah
seperti si Pecut Emas, mati di rumahnya."
Toan Bok Ang tidak tahu dengan jelas tentang kejadian
itu. Dia bertanya, namun Hwe Hong Sian Kouw tidak mau
memberitahukan. Maka gadis itu terpaksa diam tapi amat
penasaran dalam hati.
Berhubung luka Hwe Hong Sian Kouw masih belum pulih,
maka di siang hari mereka beristirahat, malam harinya baru
melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanan, tidak pernah terjadi suatu apa pun, dan
itu amat melegakan hati Toan Bok Ang.
Kita kembali dulu mengingat ketika Lu Sin Kong dan Sebun
It Nio membawa kotak kayu meninggalkan kota Lam Cong, tak
lama setelah keluar dari pintu kota itu, di tengah jalan justru
bertemu Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Song Jin.
Ketika itu, boleh dikatakan musuh besar saling
berhadapan, maka mata Lu Sin Kong dan Sebun It Nio
membara. Namun mereka berdua bermaksud menghabiskan
semua musuh, lagipula kalau saat itu bertarung, belum tentu
akan menang. Oleh karena itu, mereka berdua pergi begitu
saja.
Setelah mereka berdua pergi, Tiat Cit Song Jin bergerutu.
"Liok Ci, kelihatannya mereka berdua marah pada kita."
Liok Ci Siansing menyahut hambar.

399
"Mungkin mereka berdua merasa tidak senang karena kita
berniat menerima anaknya sebagai murid, maka sikap mereka
menjadi begitu."
Tiat Cit Song Jin menggelengkan kepala.
"Mungkin bukan begitu. Bukankah mereka sudah bilang
bahwa sebulan kemudian mereka akan mengantar bocah itu
ke Bu Yi San?"
Di saat mereka sedang bercakap-cakap, mendadak
terdengar suara harpa di dalam rimba.
Tiat Cit Song Jin mengerutkan kening seraya berkata.
"Liok Ci, aku sudah merasa bising akan suara harpamu,
tapi kenapa kok kini malah muncul suara harpa lain? Aku akan
pergi menghancurkan harpa itu!"
Usai berkata begitu, Tiat Cit Song Jin melesat ke dalam
rimba itu.
Ketika mendengar suara harpa itu, air muka Liok Ci
Siansing sudah berubah, dia mendengarkan dengan penuh
perhatian, tiba-tiba memegang bahu Tiat Cit Song Jin seraya
berkata dengan suara rendah. "Tiat Cit, jangan sembarangan!"
Dia mendengarkan lagi dengan seksama, kemudian tanpa
sadar dia memuji.
"Harpa yang bagus, jari yang luar biasa!"
Liok Ci Siansing memang ahli harpa. Setelah memuji dia
pun mendengarkan lagi dengan penuh perhatian, lalu
sekonyong-konyong wajahnya tampak terheran-heran.

400
"Eh? Berdasarkan suara harpa itu, sobat itu pun punya
enam jari!"
Tiat Cit Song Jin tertawa.
"Kalau begitu, dia sehaluan denganmu."
Liok Ci Siansing segera memberi isyarat, agar Tiat Cit Song
Jin jangan bersuara, kemudian memandang ke arah rimba
seraya berseru.
"Sobat jago dari mana? Sungguh sedap didengar suara
harpamu!"
Suara harpa itu berhenti, lalu bersamaan terdengar suara
sahutan.
"Aku tidak begitu ahli memetik harpa! Bolehkah aku tahu
siapa Anda?"
Liok Ci Siansing segera menyahut dengan gembira.
"Aku Liok Ci dari Bu Yi San!"
Terdengar orang itu berkata.
"Oh! Ternyata Liok Ci Siansing! Nama Anda sudah amat
terkenal...!!"
Berkata sampai di situ, orang itu seakan teringat sesuatu.
"Oh ya! Kenapa Anda masih berada di sini? Apakah Anda
tidak tahu kalau di Bu Yi San akan terjadi suatu bencana?"

401
Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Song Jin tertegun mendengar
pertanyaan orang itu.
"Apa maksud Anda berkata begitu?"
Mereka berdua segera memasuki rimba itu. Tampak di
samping sebuah pohon Siong tua, seseorang sedang duduk
dan memangku sebuah harpa kuno. Begitu melihat Liok Ci
Siansing dan Tiat Cit Song Jin, orang itu bangkit dari tempat
duduknya seraya menyahut.
Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Song Jin memperhatikannya.
Orang itu kelihatannya masih muda dan wajahnya cerah. Liok
Ci Siansing juga memperhatikan jari tangan orang itu, justru
cuma ada lima.
Liok Ci Siansing tertegun.
"Andakah yang tadi memetik harpa?"
"Benar... Entah Anda mau memberi petunjuk apa?" sahut
orang itu.
Liok Ci Siansing merasa heran. Sebab berdasarkan
pengalamannya di bidang harpa, dia dapat mendengar bahwa
si pemetik harpa itu pasti berjari enam, namun orang itu
justru berjari lima.
"Cara Anda memetik harpa sungguh luar biasa! Namun
apa yang Anda katakan tadi, bolehkah Anda menjelaskannya?"
Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Song Jin sama sekali tidak
kenal orang itu, maka dapat dikelabuinya. Mereka
menganggap si pemetik harpa tadi adalah orang itu.

402
Kalau Lu Sin Kong berada di situ, pasti kenal orang itu,
yang tidak lain adalah Ki Hok.
Hanya saja saat ini, Ki Hok telah berganti dandanan, tidak
berdandan sebagai pengurus rumah.
"Thian Hou Lu Sin Kong dan Sebun It Nio, mengatakan
bahwa Anda telah mencelakai putra mereka satu-satunya,
karena itu mereka mengundang para jago dari Go Bi dan Tiam
Cong Pai, ke Bu Yi San. Kalau kalian berdua takut urusan,
lebih baik bersembunyi saja. Namun kalau mereka tidak
menemukan Anda, semua harpa yang ada di sana pasti
dihancurkan."
Setiap orang pasti punya suatu hobi, maka ratusan harpa
yang berada di Bu Yi San, boleh dikatakan merupakan nyawa
bagi Liok Ci Siansing. Ki Hok berkata begitu, justru
mendorongnya cepat-cepat pulang ke Bu Yi San.
"Tiat Cit, mari cepat pulang!"
Tidak menunggu sampai Tiat Cit Song Jin mengangguk,
Liok Ci Siansing sudah melesat pergi meninggalkan rimba itu.
Begitu melihat Liok Ci Sian sing melesat pergi, Tiat Cit Song
Jin pun mengikutinya. Dalam waktu sekejap, mereka berdua
sudah tidak kelihatan.
Ki Hok tertawa gelak seraya berkata.
"Tuan majikan, aku telah meyakinkan mereka berdua."
Terdengar suara sahutan yang begitu halus dan nyaring
dari dalam rimba.

403
"Bagus, bagus! Tak lama lagi, kau akan menjadi orang
nomor wahid dalam rimba persilatan!"
Ki Hok segera memberi hormat ke arah rimba itu.
"Terimakasih atas kebaikan Tuan majikan. Apakah kita
masih harus menambah minyak pada pihak Go Bi dan Tiam
Cong?"
Orang yang ada di dalam rimba menyahut.
"Tentu! Bahkan harus pula menyiarkan kabar tentang itu,
agar semua kaum rimba persilatan mengetahuinya!"
Ketika Lu Sin Kong dan Sebun It Nio baru tiba di Su Cou,
hampir semua kaum rimba persilatan tahu tentang urusan
tersebut. Oleh karena itu, yang menuju ke Bu Yi San, terdiri
dari golongan lurus dan sesat, bahkan rata-rata merupakan
jago yang berkepandaian tinggi.
Di antaranya terdapat Tujuh Dewa, ketua Hui Yan Bun si
Walet Hijau-Yok Kun Sih, ketua Hwa San Pai Liat Hwe Cousu,
Yu Lao Pun dan lainnya.
Pihak golongan sesat terdiri dari si Setan Seng Ling, Thay
San Hek Sin Kun dan lainnya. Mereka semua sudah dalam
perjalanan menuju Bu Yi San.
Orang yang amat mendendam kepada Lu Sin Kong, juga
sudah berangkat ke sana. Mereka adalah Hwe Hong Sian
Kouw dan Han Giok Shia.
Di antara sekian banyak orang, hanya ada satu orang yang
berusaha mengatasi bencana itu, yaitu Tam Sen.

404
Selain itu, juga terdapat para pendekar muda, misalnya
Tam Goat Hua dan kakaknya serta Toan Bok Ang, yang
semuanya juga sedang menuju Bu Yi San.
Sian Jin Hong di Bu Yi San merupakan tempat tinggal Liok
Ci Siansing, yang amat tenang dan damai. Namun kini, justru
merupakan tempat berkumpulnya para jago berkepandaian
tinggi. Banjir darah dalam rimba persilatan akan dimulai dari
sana.
Sebulan kemudian, Liok Ci Siansing dan Tiat Cit Song Jin
tiba di Bu Yi San. Mereka berdua tiba paling awal. Bu Yi San
sangat terkenal akan keindahan panoramanya, namun juga
terdapat batu curam yang berbahaya, jurang yang dalam dan
tebing yang licin.
-ooo0ooo-
Bab 18
Tempat tinggal Liok Ci Siansing berada di puncak Bu Yi
San, disebut Sian Jin Hong. Di puncak gunung itu terdapat
sebidang tanah yang amat luas, rerumputannya menghijau
dan bunga liar bermekaran menakjubkan.
Tempat itu sedemikian sepi, tenang dan damai, namun di
sana justru akan terjadi sesuatu yang menggegerkan.
Pagi itu, di bawah sebuah pohon Siong tua, di samping
sebuah batu besar tampak dua orang sedang duduk
berhadapan.

405
Mereka berdua adalah Liok Ci Siansing dan Pit Giok Sen.
Orang tersebut berkepandaian tinggi tapi bersifat aneh.
Namun walau demikian, kaum rimba persilatan amat
menghormatinya,
Mereka berdua tampak sedang merenungkan sesuatu. Tak
jauh dari situ, terlihat seorang lelaki, kepalanya mirip macan
dan rnukanya penuh brewok.
Tangannya memegang sebuah Tiat Cit warna hitam, yang
tingginya hampir empat kaki. Sesungguhnya Tiat Cit itu
merupakan semacam alat musik kuno, namun di tangan Tiat
Cit Song Jin, itu bukan merupakan alat musik lagi, melainkan
semacam senjata yang amat lihay.
Ketika masih kecil, Tiat Cit Song Jin sudah memiliki tenaga
yang amat besar. Siapa pun tak mampu melawannya. Namun
setelah dia berhasil menguasai beberapa macam ilmu silat,
justru malah tidak punya senjata.
Beberapa tahun kemudian, ketika melewati sebuah desa
nelayan, dia melihat para nelayan sedang menyembah sebuah
Tiat Cit, tampak pula beberapa macam sesajian.
Tiat Cit Song Jin tertawa dalam hati, karena para nelayan
itu begitu tahayul. Maka diusirnya mereka sehingga terjadi
perkelahian. Bagaimana mungkin para nelayan itu
melawannya? Akhirnya para nelayan itu lari tunggang
langgang meninggalkan tempat itu. Kemudian sambil tertawa
Tiat Cit Song Jin mendekati Tiat Cit itu, dan mengangkatnya.
Akan tetapi, Tiat Cit itu tak bergeming sedikit pun, padahal
dia mampu mengangkat barang yang beratnya lima ratus kati.
Namun justru tak mampu mengangkat Tiat Cit tersebut.

406
Oleh karena itu, dia pergi berguru lagi. Lima tahun
kemudian, dia kembali ke desa nelayan itu, dan barulah
mampu mengangkat Tiat Cit tersebut.
Setelah berhasil mengangkat Tiat Cit itu, dia pun
memperhatikannya, ternyata di belakang Tiat Cit itu terdapat
beberapa baris tulisan.
Berat Tiat Cit ini tujuh ratus kati, dibuat dari besi murni,
tertera dua puluh tujuh jurus Tiat Cit, siapa yang berjodoh
memperoleh Tiat Cit ini, boleh mempelajarinya.
Bukan main girangnya Tiat Cit Song Jin, maka dia segera
mempelajari dua puluh tujuh jurus Tiat Cit tersebut, dan
akhirnya memperoleh julukan Tiat Cit Song Jin.
Saat ini, mendadak badannya bergerak. Tiat Cit itu pun
ikut bergerak ke sana ke mari menimbulkan suara menderuderu.
Kemudian terdengar suara "Blam", Tiat Cit itu menancap
di tanah.
Dia memandang Liok Ci Siansing dan Pit Giok Sen, lalu
berseru lantang.
"Kalian berdua, apakah tidak tahu musuh tangguh akan
menyerbu ke mari?"
Liok Ci Siansing tersenyum hambar. Ternyata dia sedang
bermain catur dengan Pit Giok Sen.
"Tahu lalu mau apa? Apakah boleh melarang mereka naik
ke mari?"
Tiat Cit Song Jin mendengus.

407
"Hm! Kalian berdua setiap hari kalau bukan bermain
harpa, pasti bermain catur! Sama sekali tidak mau berpikir,
memangnya kenapa?"
Tiat Cit Song Jin beradat keras, berangasan dan tak
sabaran. Ketika teringat Go Bi dan Tiam Cong Pai akan
menyerbu tempat itu, dia sudah bersiap untuk bertarung.
Akan tetapi, dalam beberapa hari ini, di Sian Jin Hong
tersebut justru sepi-sepi saja. Sedangkan Liok Ci Siansing
terus bermain catur dengan Pit Giok Sen, sepertinya tiada
urusan sama sekali, dan itu membuat Tiat Cit Song Jin
menjadi tidak sabar.
Pit Giok Sen tertawa.
"Liok Ci, set ini kau yang kalah. Apakah kau masih merasa
penasaran?"
Liok Ci Siansing mengangguk.
"Aku sudah kalah tujuh set, tak mampu membalas sama
sekali."
Kedua orang itu tertawa, tidak menggubris Tiat Cit Song
Jin. Wajah Tiat Cit Song Jin berubah merah padam. Dia
melangkah lebar menghampiri mereka, kemudian
mengayunkan tangannya.
Ser! Ser! Dia telah melancarkan dua pukulan ke arah
papan catur itu.
Braak! Papan catur itu hancur berkeping-keping,
sedangkan semua biji catur menancap di sebuah pohon.

408
Liok Ci Siansing dan Pit Giok Sen bangkit berdiri, lalu
tertawa gelak.
"Ha ha ha! Tiat Cit, kau sungguh keterlaluan! Merusak
kesenangan orang lain!"
Ketika Tiat Cit Song Jin baru mau menyahut, mendadak
terdengar suara siulan di pinggang gunung, enam tujuh kali.
Suara siulan itu amat nyaring. Berdasarkan suara siulan
itu, dapat diketahui para pendatang itu rata-rata
berkepandaian amat tinggi.
Air muka Tiat Cit Song Jin langsung berubah. Dia
memandang Liok Ci Siansing dan Pit Giok Sen seraya berkata,
"Kalian masih mau main catur? Bukankah musuh tangguh
sudah datang?"
Tiat Cit Song Jin mencelat ke tempat Tiat Cit itu
menancap, lalu mencabutnya.
Liok Ci Siansing dan Pit Giok Sen saling memandang,
kemudian mereka tertawa terpingkal-pingkal.
Tiat Cit Song Jin melotot dan membentak. "Musuh sudah
datang, kenapa kalian masih tertawa?"
Liok Ci Siansing menyahut.
"Tiat Cit, dalam beberapa hari ini, kau selalu mengejutkan
diri sendiri, hingga suara siulan kawan baik pun tidak kau
kenali! Bukankah itu menggelikan sekali?"

409
Tiat Cit Song Jin tertegun, kemudian tertawa gembira.
"Ha ha ha! Ternyata ketujuh makhluk aneh itu yang
datang!"
Di saat bersamaan, tampak tujuh sosok bayangan
berkelebatan mendatangi tempat tersebut.
Begitu sampai di tempat itu, ketujuh orang tersebut
berbaris, yang paling depan adalah si Gendut.
"Tiat Cit! Kau berani mencaci kami di belakang? Apakah
kami bertujuh mirip makhluk aneh?"
Ketika melihat Tujuh Dewa, giranglah Tiat Cit Song Jin,
kemudian tertawa terbahak-bahak seraya menyahut.
"Kalau kalian bertujuh bukan makhluk aneh, lalu siapa
makhluk aneh? Jangan omong yang bukan-bukan, cepat
berunding cara bagaimana menghadapi musuh, itu baru
benar!"
"Kalian jangan mendengarkan omongan Tiat Cit!" kata Liok
Ci Siansing. "Di tempatku bunga-bunga bermekaran sepanjang
tahun. Mari kita minum dulu!"
Bagian 08
Tujuh Dewa mengangguk, sedangkan Tiat Cit melotot
dengan nafas memburu menahan kegusarannya. Dia merasa
dirinya kurang bisa berdebat, maka diam saja dengan hati
mendongkol.

410
Liok Ci Siansing sudah mengambil arak. Mereka semua
duduk di situ, minum-minum sambil tertawa. Berselang
beberapa saat, setelah puas minum barulah si Gendut berkata.
"Liok Ci, ketika kami kemari, di tengah jalan mendengar
kabar bahwa banyak jago tangguh rimba persilatan, menuju
ke mari. Kau sebagai tuan rumah di sini, bagaimana cara
menyambut mereka?"
Liok Ci Siansing bertepuk tangan sambil tertawa.
"Lucu sekali! Puncak Sian Jin Hong ini bukan milikku
pribadi. Mereka mau ke mari, ada urusan apa denganku?"
Si Sastrawan Se Chi berkata.
"Liok Ci, jangan meremehkan urusan ini!"
Liok Ci Siansing mengerutkan kening.
"Se Lo Sam, untuk apa kau merusak suasana?"
Si Buku Besi berkata dengan lantang.
"Liok Ci..., Go Bi dan Tiam Cong Pai menuduhmu
mencelakai putra Lu Sin Kong. Urusan ini bukan kecil, karena
akan menimbulkan bencana dalam rimba persilatan."
Liok Ci Siansing memang hambar terhadap segala apa
pun. Oleh karena itu dia tetap tertawa.
"Kalaupun timbul bencana dalam rimba persilatan, namun
bukan aku yang menimbulkannya. Ada hubungan apa dengan
diriku?"

411
Sementara Tiat Cit Song Jin diam saja. Namun sejenak
kemudian dia berkata dengan gusar sekali.
"Kalian bertujuh tidak usah banyak bicara dengan dia.
Sampai saatnya nanti kita lihat bagaimana dia
menghadapinya."
Liok Ci Siansing tertawa.
"Go Bi dan Tiam Cong Pai tergolong partai besar,
bagaimana mereka tidak membicarakan aturan?"
Si Sastrawan Se Chi berkata sungguh-sungguh.
"Ini sulit dikatakan, sebab kini urusan tersebut bagaikan
sebuah misteri yang dikendalikan oleh seseorang. Yang
menggegerkan kolong langit, Cit Sat Sin Ciang pun telah
muncul dalam rimba persilatan."
Air muka Liok Ci Siansing tampak berubah. "Apakah
pemilik Cit Sat Sin Ciang yang menimbulkan itu?"
Si Sastrawan Se Chi menggeleng-gelengkan kepala.
"Justru bukan...."
Kemudian dia memberitahukan tentang semua pertikaian
itu, Lu Sin Kong suami isteri, si Pecut Emas-Han Sun, Hwe
Hong Sian Kouw dan ketua Hui Yan Bun si Walet Hijau-Yok
Kun Sih yang mungkin sudah menuju ke Bu Yi San.
Mendengar itu, Liok Ci Siansing mengerutkan kening dan
termangu-mangu, sedangkan Tiat Cit Song Jin tertawa dan
berkata.

412
"Ha ha! Ayo! Main catur lagi! Ayoooo..!!"
Salah satu tujuh dewa Si Gelang Maut Lim Hau
memandang Tiat Cit Song Jin seraya berkata.
"Saudara Tiat Cit, itu bukan urusan kecil. Di antara kita
jangan sampai terjadi perdebatan. Kali ini yang ke mari terdiri
dari beberapa ketua partai. Kalau terjadi pertarungan, kita
cuma sepuluh orang, dan tidak ada yang akan membantu
kita."
Tiat Cit Song Jin membusungkan dada, kemudian berkata
dengan gagah.
"Walau kita cuma sepuluh orang, namun sudah lebih dari
cukup."
Apa yang dikatakan Tiat Cit Song Jin memang bukan
dibesar2kan saja.
Perlu diketahui, mereka sepuluh orang rata-rata
berkepandaian amat tinggi dan tergolong jago tangguh kelas
satu.
Kalau terjadi pertarungan, di pihak lain tidak begitu
banyak jago tangguh, tentunya bukan lawan mereka.
Si Sastrawan baru mau membuka mulut tapi tidak jadi,
karena tampak dua orang sedang melesat berlari ke puncak
Sian Jin Hong.
Gerakan kedua orang itu sungguh cepat. Dalam waktu
sekejap saja mereka sudah tiba di tempat itu.

413
Setelah terlihat jelas, ternyata dua wanita berusia
pertengahan.
Kedua wanita itu memberi hormat, lalu bertanya. "Maaf!
Siapa di antara kalian yang bernama Liok Ci Siansing?"
Liok Ci Siansing segera bangkit berdiri dan menyahut.
"Aku! Bolehkah aku tahu siapa kalian berdua?"
Salah seorang dari mereka menjawab.
"Aku dari perguruan Hui Yan Bun. Guru memberi perintah
pada kami untuk kemari mengunjungi Liok Ci Siansing. Guru
ingin meminjam tempat agar kami beberapa murid Hui Yan
Bun bisa menginap di sini."
Setelah mendengar ucapan wanita itu, Liok Ci Siansing
tertawa hambar.
"Di tempat ini hanya terdapat sebidang tanah kosong,
sama sekali tiada tempat tinggal."
Kedua wanita itu memberi hormat seraya berkata.
"Tidak membutuhkan tempat tinggal, cukup sebagian
tanah kosong ini saja! Guru pasti amat berterimakasih."
Liok Ci Siansing manggut-manggut.
"Kalau begitu, kalian berdua boleh beristirahat di Sian Jin
Hong ini."

414
"Terimakasih," ucap kedua wanita itu. Mereka lalu
memandang ke sana ke mari, setelah itu melesat ke bawah
sebuah pohon.
Mereka mengeluarkan belasan batang besi, lalu
ditancapkan ke tanah mengelilingi tempat itu. Setelah belasan
batang besi itu tertancap semua, terbentuklah seekor burung
walet kecil.
Seusai itu, mereka berdua memberi hormat kepada semua
orang dan berkata.
"Kami akan pergi menjemput guru kami. Terima-kasih
untuk tempat ini!"
Kemudian kedua wanita itu melesat pergi. Liok Ci Siansing
menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan
kepala.
"Walau Hui Yan Bun terdiri dari kaum wanita, namun
berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan. Kedua wanita itu
cuma merupakan murid Yok Kun Sih, tapi berkepandaian
begitu tinggi dan melaksanakan tugas dengan penuh
kesabaran, itu sungguh mengagumkan !"
Dalam hati yang lain, juga sependapat dengan Liok Ci
Siansing. Mereka memperbincangkannya sejenak.
Tak Beberapa lama kemudian, kedua wanita itu telah
kembali ke ,tempat itu.
Tampak seorang nenek berpakaian hijau sepasang mata
menyorot tajam berjalan di belakang mereka. Ketika
melangkah badan nenek itu tampak ringan sekali, seakan
sedang melayang-layang di permukaan air.

415
Begitu melihat nenek itu, semua orang sudah tahu bahwa
nenek itu adalah si Walet Hijau-Yok Kun Sih yang
berkepandaian amat tinggi, di belakangnya ikut pula empat
muridnya.
Sampai di situ, Yok Kun Sih sama sekali tidak
mengacuhkan semua orang yang berada di situ, dan semua
orang itu juga tidak menghiraukannya.
Yok Kun Sih dan murid-muridnya langsung menuju bawah
pohon tempat belasan batang besi ditancapkan, Yok Kun Sih
duduk di dalamnya, sedangkan murid-muridnya segera
memasang tenda.
Menyaksikan ulah nenek dan murid-muridnya itu si
Sastrawan Se Chi berbisik.
"Berdasarkan situasi, Tiam Cong dan Go Bi Pai tidak akan
berada di atas angin, sebab Yok Kun Sih punya hubungan baik
dengan Hwe Hong Sian Kouw, yang tentunya akan membantu
Hwe Hong Sian Kouw membuat perhitungan dengan Lu Sin
Kong."
Semua orang manggut-manggut, kemudian Pit Giok Sen
berkata.
"Sampai saat itu, kalau kita dapat terlepas dari urusan itu,
justru ada tontonan yang amat menarik."
Si Sastrawan Se Chi tertawa.
"Apa yang kau pikirkan itu memang tidak salah, namun
yang akan celaka lebih dulu adalah kau dan Liok Ci."

416
Mereka bercakap-cakap sambil minum-minum dan
tertawa-tawa. Tak Beberapa lama kemudian, di pertengah
gunung itu terdengar suara "Bum, Bum, Plak, Plak",
kedengarannya seperti suara ledakan dan suara api menyala,
kemudian tampak asap mengepul dan bunga-bunga api
membubung.
Melihat itu, Tiat Cit Song Jin tampak gusar sekali.
"Sungguh jahat tua bangka itu!"
Kemudian dia membawa senjatanya, namun ketika baru
mau melangkah, tiba-tiba Tujuh Dewa menghalanginya, dan
Pit Giok Sen membentaknya.
"Tiat Cit! Siapa pun yang ke mari, kita tidak boleh
menimbulkan urusan! Pokoknya kita biarkan saja!"
Tiat Cit Song Jin menatapnya dengan mata terbelalak.
"Pit Giok Sen, biasanya tiada seorang pun dalam matamu,
tapi kenapa hari ini kau begitu sabar?"
Liok Ci Siansing berkata serius.
"Tiat Cit, ini bukan urusan biasa, jangan sembarangan!"
Sementara asap yang mengepul itu semakin dekat.
Sungguh mengherankan, asap itu terus membubung, sama
sekali tidak buyar meskipun terhembus angin gunung yang
amat kencang.
Tak Beberapa lama kemudian, seorang lelaki berbadan
tinggi besar, berpakaian merah sudah berada di puncak Sian
Jin Hong. Tangan laki-laki membawa sebuah obor, yang entah

417
dibuat dari apa. Obor itu tampak membara dan asapnya terus
membubung.
Walau pun dia sudah berada di tempat itu, namun tiada
seorang pun yang menghiraukannya. Maka lelaki itu kelihatan
gusar sekali.
Dia memandang semua orang-orang itu kemudian berkata
dengan suara keras.
"Aku Duta Api Obor dari Hwa San, mendapat perintah
guru, untuk sementara tinggal di tempat ini. Maka aku terlebih
dulu memberitahukan, agar tidak kehilangan penghormatan!"
Semua orang memandangnya dengan acuh tak acuh, dan
Tiat Cit Song Jin yang tak sabaran itu, langsung meloncat
bangun sambil membentak.
"Kentut! Kalau kami semua datang di Hwa San dan
bersikap demikian, apakah Cousu tua bangka itu tidak akan
mencak-mencak?"
Si Duta Api Obor menatap Tiat Cit Song Jin dengan dingin,
lalu bertanya.
"Andakah tuan rumah di sini?"
Liok Ci Siansng segera memberi isyarat kepada Tiat Cit
Song Jin, setelah itu berbisik.
"Diam! Saat ini kita tidak boleh emosi!" Tiat Cit Song Jin
langsung diam.

418
"Kalau Hwa San Liat Hwe Cousu mau ke mari, tentunya
akan kusambut dengan baik. Silakan Anda cari tempat
beristirahat!" kata Liok Ci Siansing.
Si Duta Api Obor tertawa dingin. Dengan sikap angkuh dia
berjalan ke tempat kosong, lalu menancapkan obornya dan
berdiri di situ dengan bertolak pinggang.
Semua orang tahu, Hwa San Pai tergolong partai besar,
maka amat angkuh. Terutama Liat Hwe Cousu ketua Hwa San
Pai, karena kedudukannya dalam rimba persilatan amat tinggi,
maka tak memandang sebelah mata pun terhadap orang lain.
Si Duta Api Obor berdudukan cukup tinggi dalam partai
itu, yakni di atas kedudukan dua belas Tongcu.
Kepandaiannya tinggi sekali membuatnya menjadi angkuh.
Tak Beberapa lama, terdengar suara musik sayup-sayup,
mengalun ke tempat itu.
Sesaat kemudian tampak empat bocah berpakaian merah
berjalan menuju ke tempat itu sambil memainkan alat musik
masing-masing.
Di belakang keempat bocah baju merah itu terlihat tiga
lelaki yang melangkah mantap dan bertenaga. Dapat diketahui
bahwa mereka bertiga berkepandaian tinggi, adalah Tongcu
dari Hwa San.
Terakhir tampak seorang tua berjubah merah. Badannya
kurus tinggi bagaikan sebatang bambu, dan rambutnya
merah. Dia berjalan paling belakang dengan mata
memandang ke atas.

419
Sampai di puncak Sian Jin Hong, mereka mendekati obor
yang tancap di tanah itu lalu melemparkan sesuatu ke obor
tersebut.
Bum! Bum! Bum! Terdengar suara ledakan dan seketika
tampak asap membubung.
Liok Ci Siansing memandang dengan kening berkerutkerut,
kemudian bangkit berdiri seraya berkata.
"Lebih baik kita ke dalam gubuk saja!"
Tujuh Dewa menggeleng-gelengkan kepala. "Takut apa di
sini?"
Berselang beberapa saat, mendadak terdengar suara
tangisan yang amat menyeramkan.
Si Sastrawan Se Chi tertawa.
"Bagus! Segala macam setan iblis akan berkumpul di sini!"
Suara tangisan itu kedengaran makin dekat, nada-nya
bergelombang amat menusuk telinga.
Ketika suara itu hampir mencapai puncak, tiba-tiba
terdengar suara bentakan seorang gadis, yang disusul oleh
suara sahutan parau yang tak sedap didengar.
"Apa? Cepat minggir, aku mau lewat!"
Semua orang yang berada di puncak Sian lin Hong,
langsung memandang ke sana. Tampak empat sosok
bayangan berkelebat ke atas sambil bertarung.

420
Dua orang di antara mereka adalah Kou Hun Su Seng Cai
dan Sou Mia Su Seng Bou, anak si Setan-Seng Ling,
sedangkan dua orang lagi adalah seorang pemuda dan
seorang gadis. Pemuda itu berusia dua puluhan, sedangkan si
gadis berusia lima belasan. Mereka berdua berpakaian aneh.
Senjata yang di tangan Seng Cai dan Seng Bou, terus
menghujani mereka dengan totokan, kelihatannya ingin
mendahului mereka sampai di puncak.
Namun si pemuda dan si gadis itu bergerak laksana kilat,
dalam waktu sekejap sudah tiba di puncak.
Begitu tiba di puncak, gadis itu membalikkan badannya
seraya membentak.
"Arwah gentayangan berani berebut jalan dengan kami,
kalian harus tahu kelihayan kami!"
Gadis itu berkata sampai di situ, senjata Seng Cai
menderu-deru mengarah kepalanya.
Di saat bersamaan, senjata Seng Bou juga bergerak
mengarah dadanya. Namun walau diserang dua orang, gadis
itu tampak tenang sekali, sama sekali tidak gugup maupun
panik.
Yang mengherankan, yakni pemuda yang bersamanya,
bukannya membantu sebaliknya malah melangkah pergi
dengan sepasang tangan ditaruh ke belakang, sepertinya tahu
gadis itu dapat menghadapi lawan-lawannya.
Saat ini yang berkumpul di puncak Sian Jin Hong, adalah
jago-jago tangguh yang amat terkenal, misalnya Liat Hwe

421
Cousu dan Yok Kun Sih. Keduanya tahu bagaimana
kepandaian Seng Cai dan Seng Bou.
Akan tetapi, tiada seorang pun tahu akan asal-usul
pemuda dan gadis tersebut, maka banyak orang
mengkhawatirkannya.
Di saat semua orang memandang gadis itu, tampak gadis
itu membentak sambil mencelat ke belakang beberapa depa.
Seng Cai dan Seng Bou juga bergerak menyerangnya sambil
mengeluarkan tangisan seram.
Si Sastrawan Se Chi sudah siap membela gadis tersebut,
namun sekonyong-konyong terdengar gadis itu tertawa
nyaring lalu membentak.
"Setan liar! Kalian berdua sudah terjebak!"
Di saat bersamaan, terdengar pula suara aneh kemudian
tampak dua rantai besi muncul dari dalam lengan baju gadis
itu, mengeluarkan suara menderuderu penuh tenaga
mengarah kepala Seng Cai dan Seng Bou.
Betapa terkejutnya kakak beradik itu. Mereka hendak
meloncat ke belakang, namun mendadak gadis itu
melancarkan empat buah pukulan.
Di saat gadis itu melancarkan pukulan-pukulannya,
sepasang rantai besi itu pun ikut bergerak-gerak, sehingga
pukulan-pukulan itu tampak aneh sekali.
Dalam keadaan gugup dan terdesak, Seng Cai dan Seng
Bou lupa, bahwa berapa depa di belakang mereka ada jurang.
Mereka serentak meloncat ke belakang. Setelah meloncat,
barulah mereka tahu tidak beres, karena menginjak tempat

422
kosong. Bersamaan itu, gadis tersebut pun tertawa cekikikan,
lalu mengayunkan sepasang rantai besi yang melekat di
lengannya.
Seng Cai dan Seng Bou berteriak kaget. Mereka berdua
jatuh ke jurang, bagaimana mungkin mereka berdua akan
bernyawa lagi?
Wajah gadis itu berseri-seri. Dia menghampiri pemuda itu
seraya berkata.
"Kak, aku telah mengusir kedua setan liar itu!"
Pemuda itu tertawa.
"Aku sudah tahu!."
Sikap mereka berdua sungguh tenang sekali, sepertinya
tidak pernah terjadi apa-apa. Mereka berdua tenang, namun
orang lain amat mencemaskan mereka.
Pit Giok Sen berseru.
"Kalian berdua telah membuat petaka besar!"
Siapa pemuda dan gadis itu? Ternyata Tam Goat Hua dan
kakaknya. Mendengar seruan Pit Giok Sen, gadis itu bertanya.
"Membuat petaka besar? Harap Cianpwee menjelaskan!"
Pit Giok Sen menyahut.
"Kedua setan muda itu telah mati, setan tua pasti
membuat perhitungan dengan kalian!"

423
Tam Goat Hua tertawa.
"Kalau setan tua itu ke mari, aku akan bersembunyi di
belakang Cianpwee!"
Mendengar sahutan itu, Pit Giok Sen tertawa gelak. Di saat
bersamaan terdengar suara "Ser Ser", meloncat ke atas dua
orang, yang tidak lain adalah Kou Hun Su Seng Cai dan Sou
Mia Su Seng Bou.
Tercengang semua orang, sebab tadi kedua orang itu
terpukul ke jurang tapi kini meloncat ke atas tanpa kurang
suatu apa pun. Bersamaan terdengar suara tawa yang parau.
"Ha ha ha! Liok Ci Siansing, yang datang adalah tamu!
Walau anak cucu setan yang menyebalkan, namun memukul
anjing harus memandang majikannya! Pandanglah muka setan
tua, biar mereka berada di puncak Sian Jin Hong ini
menambah pengetahuan!"
Tampak sosok yang amat gemuk berkelebat ke puncak
Sian Jin Hong, ternyata Yu Lao Pun, ketua Tay Chi Bun.
Begitu melihat kemunculan si Gemuk itu, Tujuh Dewa
langsung tersenyum dingin. Itu dikarenakan perbuatan Yu Lao
Pun tempo hari. Namun si Gemuk bersikap biasa-biasa. Dia
mendekati orang-orang Hui Yan Bun, kemudian menaruh
pikulan batunya dan duduk sambil memandang Seng Cai dan
Seng Bou seraya berkata.
"Belum lama ini, ayah kalian pernah merugikan diriku.
Sesungguhnya aku tidak ingin menolong kalian, tapi hatiku
merasa tidak tega menyaksikan kalian berdua mati, maka aku
menyelamatkan kalian. Cepatlah kalian pergi ke tempat lain,
jangan berdiri di situ!"

424
Ucapan Yu Lao Pun penuh wibawa. Tapi hari yang lalu itu,
apa yang dilakukannya terhadap Lu Leng, di kedai teh,
sungguh merupakan perbuatan rendah!
Seng Cai dan Seng Bou amat gusar dan penasaran.
Namun mereka tahu bahwa orang-orang yang ada di puncak
Sian Jin Hong ini, semuanya jago tangguh, termasuk pemuda
dan si gadis itu. Oleh karena itu, mereka berdua terpaksa
diam, lalu berjalan ke tempat lain sambil mendengus dingin.
Tam Goat Hua dan kakaknya juga mengayunkan kaki.
Namun baru beberapa langkah, mendadak terdengar suara
orang memanggil mereka, ternyata pihak Hwa San Pai.
"Gadis kecil, cepat ke mari!"
Orang yang bersuara itu memiliki Lweekang tinggi.
Suaranya nyaring dan menusuk telinga, siapa pun
mendengarnya.
Walau tidak menyebut nama, namun di situ hanya ada
seorang gadis kecil, maka tentu gadis itu yang dipanggilnya.
Akan tetapi, Tam Goat Hua dan kakaknya pura-pura tidak
mendengar. Mereka berdua tertawa sambil melangkah ke
depan.
Yang bersuara tadi adalah Tongcu keenam dari Hwa San
Pai. Ketika melihat mereka berdua tak menggubrisnya, air
mukanya langsung berubah.
Badannya bergerak cepat, tahu-tahu dia sudah berada di
hadapan Tam Goat Hua dan kakaknya.

425
"Gadis kecil, aku menyuruhmu, tapi kenapa kau pura-pura
tidak dengar?" bentaknya gusar.
Tongcu keenam itu bertanya dengan cara membentak, itu
sudah tidak sesuai dengan peraturan dalam rimba persilatan.
Tapi Hwa San Pai memang angkuh, maka tindakan ini
dalam anggapan mereka malah benar.
Di saat bersamaan, Tujuh Dewa dan Pit Giok Sen telah
bangkit berdiri. Kelihatannya mereka ingin membantu Tam
Goat Hua, apabila gadis itu bertarung dengan pihak Hwa San
Pai.
Tam Goat Hua justru tertawa ke arah mereka, kemudian
menoleh untuk memandang Tongcu keenam.
"Oh! Ternyata Anda memanggilku, namaku bukan gadis
kecil lho!"
Tongcu keenam mendengus dingin.
"Hm! Gadis kecil, aku tidak bergurau denganmu! Cepat
ikut aku, Cousu akan bertanya sesuatu kepadamu!"
Tam Goat Hua terheran-heran.
"Cousu? Cousu apa?"
Sikapnya memang sengaja dibuat-buat, dan dia pun
tertawa cekikikan.
Di antara semua orang, ada yang tak tertahan hingga
tertawa gelak. Seng Cai dan Seng Bou tertawa paling keras.

426
Mereka berdua amat girang melihat pihak Hwa San Pai
mencari gara-gara dengan gadis itu, dan mereka berdua
sengaja tertawa keras untuk memanasi hati pihak Hwa San
Pai.
Tongcu keenam itu tak dapat menahan kegusarannya lagi.
Maka dia lalu menghardik sambil melotot.
"Kini Cousu berada di puncak Sian Jin Hong ini. Kau berani
bertingkah?"
Usai menghardik, dia langsung menjulurkan tangan
kanannya untuk mencengkeram bahu Tam Goat Hua.
Akan tetapi, di saat bersamaan, pemuda yang berdiri di
samping Tam Goat Hua menjulurkan tangannya memegang
bahu Tongcu keenam.
Tongcu keenam merasakan adanya tenaga yang amat
kuat menekan ke bawah, membuat lengannya yang telah
dijulurkan itu merasa berkesemutan, dan akhirnya terkulai ke
bawah.
Pemuda itu tersenyum hambar.
"Kawan, ada apa katakan saja! Kenapa harus turun
tangan?"
Wajah Tongcu keenam berubah tak sedap dipandang,
namun dia tak mampu bersuara.
Pemuda itu tertawa.
"Kawan, silakan kembali ke tempat!" katanya.

427
Pemuda itu mendorongnya perlahan, namun membuat
Tongcu keenam itu terhuyung-huyung ke belakang beberapa
depa, kemudian jatuh gedebuk di tanah.
-ooo0ooo-
Bab 19
Begitu jatuh, keangkuhannya menjadi lenyap, bahkan
wajahnya tampak meringis-ringis.
Tam Goat Hua tertawa geli.
"Kakak turun tangan harus ringan dikit, orang punya
Cousu di sini, jangan main-main lho!"
Kakaknya tertawa.
"Siapa sangka tadi dia begitu angkuh, tapi malah tak
berguna sama sekali!"
Mereka berdua terus bercakap-cakap, kelihatannya tak
memandang sebelah mata pun terhadap Hwa San Pai.
Dalam beberapa tahun ini, Hwa San Pai memang amat
menonjol. Kedudukannya dalam rimba persilatan pun
bertambah tinggi. Maka orang-orang Hwa San Pai itu angkuh
sekali. Kini Tongcu itu dipermalukan di hadapan semua orang,
tentunya menggembirakan mereka semua.
Akan tetapi, mereka mencemaskan kakak beradik itu.
Karena Liat Hwe Cousu, sudah pasti tidak akan membiarkan
pihaknya dipermalukan begitu, otomatis akan turun tangan.

428
Bagaimana kepandaian Liat Hwe Cousu, semua orang
yang berada di tempat itu tahu jelas, tentunya Tam Goat Hua
dan kakaknya akan celaka.
Terhadap mereka berdua, Pit Giok Sen sudah terkesan
baik, maka segera berkata.
"Kalian berdua duduk di sini saja! Sebentar lagi menonton
keramaian, bagaimana?"
Tam Goat Hua langsung memberi hormat kepada Pit Giok
Sen, kemudian menyahut.
"Terimakasih atas kebaikan Cianpwee,"
Namun gadis itu tidak mau menerima maksud baik Pit Giok
Sen.
Yang di sebelahnya, Tiat Cit Song Jin langsung berseru.
"Gadis kecil, kalian berdua ingin mencabut kumis macan?"
Tam Goat Hua dan kakaknya hanya tertawa, tak
menjawab sama sekali.
Di saat bersamaan, pihak Hwa San Pai telah melangkah
keluar tiga orang Tongcu, sedangkan Tongcu keenam yang
terjatuh itu bangkit berdiri.
Ketiga Tongcu itu melesat ke hadapan Tam Goat Hua dan
kakaknya, kemudian tertawa terkekeh-kekeh.

429
"Kepandaian Nona cukup lumayan. Sebulan yang lalu,
beberapa Tongcu kami terluka di sekitar daerah Ciat Kang,
apakah Nona yang turun tangan? Mohon petunjuk Nona!"
Tam Goat Hua tahu apa sebabnya pihak Hwa San Pai
mencari gara-gara dengannya, ternyata sebulan yang lalu,
gadis itu yang ingin membalas budi kepada Lu Sin Kong suami
isteri, maka di dalam rimba waktu itu dia mengusir beberapa
Tongcu Hwa San Pai.
Akan tetapi, Tam Goat Hua justru pura-pura tidak tahu.
Dia tersenyum seraya berkata.
"Aku tidak tahu apa maksud kalian. Lagipula aku pun tidak
mengerti apa itu Tongcu. Sebulan yang lalu, ketika aku berada
di Ciat Kang, memang pernah berkelahi dengan beberapa
orang, sebab mereka sedang berunding cara bagaimana
merampok barang kawalan. Kupikir mereka dari golongan
hitam, maka aku langsung turun tangan terhadap mereka.
Apakah mereka sehaluan dengan kalian?"
Ucapan Tam Goat Hua yang amat tajam itu membuat
wajah ketiga Tongcu berubah menjadi kehijau-hijauan.
"Hmm! Ternyata benar kau! Cousu yang akan menangani
itu, mari ikut kami!"
Tam Goat Hua tertawa.
"Tadi orang itu telah jatuh hingga pantatnya terasa sakit
sekali, apakah kalian bertiga juga ingin merasakan itu?"
Salah seorang Tongcu berseru.
"Untuk apa banyak bicara dengan gadis sialan itu?"

430
Kedua Tongcu lain langsung menyerang Tam Goat Hua
dari kiri dan kanan, Tam Goat Hua bergerak cepat mencelat ke
belakang. Di saat bersamaan, rantai yang melekat di
lengannya pun bergerak.
Gadis itu sudah beberapa kali bertarung dengan para
Tongcu Hwa San Pai itu. Dia merasa Hwa San Pai hanya
bernama kosong, sebab Tongcu-tongcu itu masih bukan
lawannya.
Namun dia justru tidak tahu, bahwa kedudukan Hwa San
Pai amat tinggi dalam rimba persilatan, tentunya tidak
bernama kosong.
Lagipula tidak semua Tongcu berkepandaian rendah.
Misalnya ketiga Tongcu itu, mereka berasal dari See Sia.
Ketika masih kecil pernah mengalami suatu kemujizatan,
akhirnya berguru kepada Liat Hwe Cousu, maka kepandaian
mereka tinggi sekali.
Ketika melihat rantai itu mengarah pada mereka, seketika
itu juga mereka tertawa gelak.
"Ha ha ha!"
Kemudian mereka mundur selangkah dan badan mereka
pun bergerak aneh. Tampak dada mereka cekung ke dalam,
itu adalah ilmu Menyusutkan Tulang.
Rantai Tam Goat Hua memang mengarah ke dada mereka,
namun tidak mengenai sasaran. Menyaksikan itu, tersentak
hatinya, tahu tidak gampang menghadapi kedua orang itu.

431
Di saat dia baru ingin menarik kembali rantainya, kedua
orang itu serentak menjulurkan tangan untuk menyambar
rantai tersebut dan berhasil.
Tam Goat Hua merasakan adanya serangkum tenaga dari
kiri kanan mengarah kepadanya, dan itu membuatnya terkejut
bukan main.
"Kakak!" serunya cepat.
Pemuda itu langsung menggerakkan jari tangannya untuk
menotok jalan darah Tay Pai Hiat di tubuh salah seorang
lawannya.
Akan tetapi, seorang Tongcu segera meraih ke pinggang,
dan sebuah golok besar sudah berada di tangannya, dan
langsung menyerang bahu pemuda itu dengan jurus Gerimis
Di Saat Angin Berhembus.
Pemuda itu berkelit ke samping, maka jarinya menotok
tempat kosong. Pada saat bersamaan terdengar kedua Tongcu
itu berseru.
"Satu! Dua! Tiga!"
Mereka berdua menarik rantai besi itu. Tam Goat Hua tak
dapat bertahan, maka tertarik ke tempat di mana Liat Hwe
Cousu duduk bersila.
Ketika menyaksikan pihak Hwa San Pai mengeroyok Tam
Goat Hua, dalam hati Tiat Cit Song Jin merasa tidak senang.
"Gadis kecil, jangan takut!" serunya.

432
Tam Goat Hua memiliki Lweekang yang cukup tinggi,
namun kedua Tongcu itu menariknya sekuat tenaga, sehingga
dirinya terlempar beberapa depa. Ketika badannya melayang,
dia menghimpun hawa murninya, membuat badannya menjadi
ringan.
Begitu mendengar seruan Tiat Cit Song Jin, Tam Goat Hua
bergirang dalam hati.
Tampak Tiat Cit Song Jin mengangkat senjatanya,
kemudian melangkah lebar ke arah Tam Goat Hua, sekaligus
menggerakkan senjatanya itu, membuat badan Tam Goat Hua
yang melayang itu tertahan, akhirnya jatuh ke bawah.
Begitu jatuh, gadis itu segera meraih Tiat Cit senjata aneh
milik Tiat Cit Song Jin. Sedangkan kedua Tongcu itu
terhuyung-huyung ke belakang tersambar angin senjata
tersebut.
Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat sosok bayangan tinggi
besar ke hadapan Tiat Cit Song Jin, yang langsung
melancarkan sebuah pukulan.
Siapa orang yang tinggi besar itu, tidak lain adalah Duta
Api Obor Hwa San Pai.
Saat itu, Tiat Cit Song Jin sedang mengangkat senjatanya,
maka dadanya terbuka. Pukulan si Duta Api Obor justru
mengarah dadanya. Seketika juga Tiat Cit Song Jin tahu
kelihayan pukulan itu.
Apabila terkena pukulan itu, kalaupun batu pasti akan
hancur. Tiat Cit Song Jin tidak melihat jelas siapa orang itu,
tapi sudah sekian lama dia berkecimpung dalam rimba
persilatan, tentunya sudah berpengalaman.

433
Baginya sudah sulit untuk menolong Tam Goat Hua,
namun dia bersifat solider, tetap menolong gadis itu.
Sebelah tangan Tiat Cit Song Jin menurunkan senjatanya,
yang sebelah lagi melindungi dadanya sambil menangkis. Dia
berharap Tam Goat Hua dapat melesat pergi menggunakan
ilmu Ginkang, agar tidak terjatuh ke tangan Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, Tiat Cit Song Jin justru tidak tahu, bahwa si
Duta Api Obor menggunakan ilmu pukulan Hian Bun Sin Ciang.
Hian Bun Sin Ciang merupakan salah satu ilmu andalan
Hwa San Pai, khususnya menggunakan Gwakang (Tenaga
Luar). Kalau berhasil mencapai tingkat kesepuluh, maka orang
akan kebal terhadap senjata tajam apa pun.
Tapi sejak dulu hingga kini, tiada seorang pun yang
berhasil mencapai ke tingkat sepuluh. Orang bisa mencapai
tingkat keenam, juga sudah luar biasa.
Si Duta Api Obor melancarkan pukulan itu, dengan tujuan
membuat Tam Goat Hua melayang ke tempat Liat Hwe Cousu.
Itu justru menyangkut nama Hwa San Pai, maka dia
melancarkan pukulan itu dengan sepenuh tenaga.
Blaaam! Terdengar suara benturan yang memekakkan
telinga.
Tiat Cit itu merupakan senjata pusaka, maka suara
benturan mendengung sampai ke mana-mana.
Tiat Cit Song Jin juga merasakan adanya tenaga yang
amat dahsyat mengarah dadanya, maka dia cepat-cepat
menyurut mundur. Kalau tidak, dia pasti terluka.

434
Di saat Tiat Cit Song Jin menyurut mundur, tenaga itu
justru mengarah ke Tam Goat Hua. Kebetulan gadis itu
mengerahkan ilmu Ginkang, Turun Di Pasir Datar untuk
melesat pergi. Itu membuat badan Tam Goat Hua melayang
ke atas, sedangkan si Duta Api Obor bergerak cepat
mendorong badan gadis itu dengan ilmu Hian Bun Sin Kang.
Tam Goat Hua tak bisa berbuat apa-apa, sebab dia sedang
berada di udara. Maka, Hian Bun Sin Kang yang dilancarkan si
Duta Api mendorong badan gadis itu ke arah Liat Hwe Cousu
lalu jatuh.
Semua kejadian itu hanya berlangsung sekejap. Pemuda
itu pun tidak dapat menolong adiknya.
Tam Goat Hua yang jatuh di hadapan Liat Hwe Cousu,
segera berguling agar dapat meninggalkan tempat itu.
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu yang dari tadi duduk diam
dengan mata terpejam itu, mendadak membuka matanya.
Tam Goat Hua yang sedang berguling juga melihat Liat
Hwe Cousu membuka matanya.
Sudah barang tentu mereka berdua beradu pandang. Tam
Goat Hua merasa dalam mata Liat Hwe Cousu menyorot sinar
yang amat aneh, maka seketika gadis tersebut menjadi
tertegun. Di saat itu lengan Liat Hwe Cousu bergerak cepat
sekali, dan tahu-tahu sudah mencengkeram nadi gadis itu.
Tam Goat Hua tak berkutik sama sekali. Perlu diketahui
tadi Liat Hwe Cousu telah mengerahkan ilmu Hian Sin Hoat,
yaitu salah satu ilmu rahasia Hwa San Pai.

435
Kalau Tam Goat Hua tidak memiliki Lweekang tinggi, pasti
sudah pingsan, ketika dicengkeram nadinya. Namun ilmu Hian
Sin Hoat hanya membuatnya tertegun.
Begitu nadinya dicengkeram, dia merasa sekujur badannya
berkesemutan, dan itu membuatnya tercengang, sebab Liat
Hwe Cousu memiliki Lweekang yang amat tinggi.
Ketika nadinya dicengkeram, seharusnya dia merasa
tersiksa, bukan merasa berkesemutan.
Tam Goat Hua cuma tercengang sebentar, tapi kemudian
mengerti sebab musababnya.
Ternyata ketika Tam Goat Hua tertangkap oleh Kim Kut
Lau, sepasang lengannya dibelenggu dengan semacam
gelang, yang disambung dengan rantai besi. Kalau Lu Sin
Kong tidak menggunakan golok pendek yang amat tajam itu,
tentunya rantai itu tidak dapat diputuskan.
Setelah meloloskan diri, Tam Goat Hua tidak mau
memutuskan sisa rantai yang melekat di lengannya, sebab
gadis itu menggunakan sepasang rantai itu sebagai senjata.
Maka ketika Liat Hwe Cousu mencengkeram nadinya,
justru mencengkeram gelang yang di lengannya, maka
nadinya terlindung oleh gelang itu.
"Duta Api Obor!" panggil Liat Hwe Cousu.
Suaranya begitu perlahan, namun amat bertenaga,
sehingga yang mendengarnya, seperti terpukul oleh sesuatu
yang amat berat.
"Ya!" sahut si Duta Api Obor.

436
Dia membalikkan badan, lalu menghampiri Liat Hwe
Cousu.
Pada waktu bersamaan, kakak Tam Goat Hua pun melesat
ke hadapan ketua Hwa San Pai itu, lalu berdiri dengan tenang
di situ dan berkata.
"Liat Hwe Cousu, meskipun adikku bersalah, tapi kalau
Cousu turun tangan sendiri, bukankah itu merupakan lelucon?"
Liat Hwe Cousu hanya mendengus, sama sekali tidak
menyahut, kemudian memandang si Duta Api Obor.
"Bawa gadis ini ke samping! Setelah urusan di sini usai,
barulah kita hukum."
"Ya!" Si Duta Api Obor mengangguk, lalu menjulurkan
tangannya untuk mencengkeram bahu Tam Goat Hua.
Saat itu, gadis tersebut tampak panik. Sebab dia tahu, di
Bu Yi San akan terjadi urusan besar. Apabila dia tidak bisa
mengatasi urusan itu ya sudahlah! Namun kalau dia ditangkap
orang di hadapan begitu banyak jago tangguh, kelak dia
bagaimana jadi orang? Maka sebelum tangan si Duta Api Obor
sampai di bahunya, dia sudah meronta sekuat tenaga.
Tapi dia sudah jatuh ke tangan Liat Hwe Cousu, tidak
mungkin begitu gampang dapat meloloskan diri.
Di saat meronta, dia justru merasa sekujur badannya
bertambah berkesemutan. Sedangkan tangan si Duta Api Obor
telah menekan jalan darah Hu Keng Hiat di bahunya, dan itu
membuatnya tak bisa bergerak, namun masih bisa berseru
memanggil kakaknya.

437
"Kakak...!"
Kakaknya segera memberi isyarat. Tam Goat Hua tahu
bahwa kakaknya sangat pintar, maka sudah pasti mempunyai
perhitungan dalam hati. Kalau tidak, tentunya tidak akan
memberi isyarat kepadanya. Maka gadis itu bersabar. Di saat
itulah si Duta Api Obor melemparnya ke samping di tengahtengah
para murid Hwa San Pai dan beberapa murid Hwa San
Pai segera mengikatnya.
Kakak Tam Goat Hua diam saja, namun di saat gadis itu
sedang diikat, mendadak dia bersiul panjang dan badannya
berkelebat menubruk ke arah api obor tersebut.
Sementara si Duta Api Obor dan kedua Tongcu menjaga
Tam Goat Hua, maka pemuda itu menggunakan kesempatan
itu untuk menubruk api obor itu. Perlu diketahui, api obor itu
merupakan tanda kepercayaan Liat Hwe Cousu. Si Duta Api
Obor yang membawa obor tersebut, sebelumnya telah
bersumpah, "Api nyala orang hidup, api padam orang mati".
Kalau obor itu jatuh ke tangan orang lain, dia pasti akan
mendapat hukuman berat.
Oleh karena itu, obor itu boleh dikatakan merupakan
nyawa si Duta Api Obor. Kini melihat ada orang menubruk ke
arah obor, guguplah hatinya. Kemudian dilepaskannya Tam
Goat Hua dan langsung melesat ke arah obor itu.
Begitu si Duta Api Obor melesat pergi, Tam Goat Hua
menjadi bebas. Dia langsung menggerakkan sepasang
tangannya, sehingga kedua rantai yang melekat di lengannya
menyambar cepat ke arah kedua Tongcu.
Plak! Plak! Menghantam punggung mereka. "Uaakh!
Uaakh!" Kedua Tongcu itu memuntahkan darah segar.

438
Sedangkan kakak Tam Goat Hua yang menubruk obor itu,
hanya memancing si Duta Api Obor.
Dia tahu, apabila dia menubruk ke sana, si Duta Api Obor
pasti mengejarnya.
Di saat si Duta Api Obor melesat ke arahnya, dia cepatcepat
berputar. Ketika si Duta Api Obor sampai di sisinya, dia
telah melesat ke sisi Tam Goat Hua. Ketika itu Tam Goat Hua
sudah melepaskan tali yang mengikat kakinya.
Kemudian mereka kakak beradik melangkah ke belakang
dengan bergandengan tangan. Itu membuat si Duta Api Obor
tahu dirinya terjebak. Ketika dia baru mau melesat ke arah
Tam Goat Hua dan kakaknya, Tujuh Dewa telah maju semua,
sekaligus mengelilingi mereka berdua.
Menyaksikan itu, gusarlah si Duta Api Obor, sehingga
wajahnya berubah menjadi kehijau-hijauan.
Dia tahu, Tujuh Dewa masing-masing berkepandaian amat
tinggi, maka tidak berani bertindak sembarangan, sebaliknya
malah memberi hormat kepada Liat Hwe Cousu seraya
berkata.
"Cousu, tahanan itu telah lepas, harap Cousu beri
petunjuk!"
Perlahan-lahan Liat Hwe Cousu membuka matanya.
Namun ketika dia baru mau membuka mulut, tiba-tiba si
Sastrawan Se Chi telah melangkah maju ke hadapannya.
"Liat Hwe Cousu, berdasarkan kedudukanmu dalam rimba
persilatan, apakah di hadapan sekian banyak orang, kau masih

439
punya muka menangkap kembali gadis kecil yang telah
meloloskan diri itu?"
Liat Hwe Cousu menyahut perlahan.
"Tujuh Dewa, apakah kalian ingin membelanya?"
Si Sastrawan Se Chi tertawa.
"Berdasarkan apa kami harus membelanya? Tapi Liat Hwe
Cousu harus memikirkan nama dan kedudukan! Kalau dalam
wilayahmu sendiri, kau mau membakarnya dengan pukulan
Liat Hwe Ciang pun tiada urusan dengan kami!"
Si Sastrawan Se Chi tahu jelas bagaimana sifat Liat Hwe
Cousu, angkuh dan tak memandang sebelah pun mata pada
orang lain. Tapi kalau dia mau turun tangan, itu sungguh
merepotkan, maka dia mencetuskan perkataan tajam
menusuk perasaan Liat Hwe Cousu, agar ketua Hwa San Pai
itu tidak turun tangan.
Liat Hwe Cousu tertawa terkekeh-kekeh.
"He he he! Baiklah! Karena kau pandai berbicara, maka
aku tidak akan turun tangan lagi! Duta Api Obor dan Tongcu
semua, segera kembali ke tempat masing-masing!"
Betapa penasaran si Duta Api Obor dan beberapa Tongcu,
namun Liat Hwe Cousu telah memerintahkan begitu, maka
mereka harus menurut. Seketika juga mereka kembali ke
tempat masing-masing.
Sedangkan Tujuh Dewa menggiring Tam Goat Hua dan
kakaknya ke sisi batu hijau.

440
Tam Goat Hua tertawa.
"Terimakasih atas pertolongan Cianpwee sekalian!"
ucapnya sambil memberi hormat.
Si Gendut Lim Hau tertawa gelak.
"Ha ha ha! Gadis kecil, kau jangan menganggap gampang
menghadapi Liat Hwe Cousu. Turun dari puncak Sian Jin Hong
itu, kau pasti akan celaka lho!"
Tam Goat Hua meleletkan lidahnya.
"Kalau begitu, selamanya aku tidak akan turun dari puncak
Sian Jin Hong ini!" katanya.
Ucapannya itu membuat semua orang tertawa. Di saat
bersamaan mereka pun berpikir, tidak salah "Ombak Belakang
Mendorong Ombak Depan", generasi muda akan
menggantikan generasi tua. Siapa sangka mereka berdua
yang masih begitu muda, tapi justru berani mencabut kumis
macan.
Di saat semua orang sedang tertawa, mendadak di puncak
itu telah bertambah seorang berkaki satu, mengenakan
pakaian serba hitam.
Orang berkaki satu itu, memiliki raut wajah aneh.
Sepasang pipinya cekung ke dalam, mata cuma sebesar
kacang tanah, tampak hitam tak tampak putihnya, tangannya
membawa sebatang tongkat yang hitam mengkilap.
Yang mengejutkan adalah kemunculannya, karena tiada
seorang pun tahu dari mana dia muncul.

441
Orang berkaki satu itu memandang semua orang dengan
dingin sekali, lalu badannya mendadak melambung ke atas
dan berputar-putar sejenak di udara, setelah itu melesat ke
arah sebuah pohon. Badannya melambung lagi ke atas
setinggi tiga depaan, kemudian duduk di atas sebatang dahan
sambil memejamkan matanya.
Yang kenal orang berkaki satu itu, tentunya tahu bahwa
dia adalah makhluk aneh dari golongan sesat, Thay San Hek
Sin Kun.
Saat ini Lu Sin Kong masih belum muncul, tontonan
menarik belum mulai, maka para pendatang itu tidak saling
menghiraukan.
Hari itu, hingga hari sudah gelap, tidak ada yang muncul
lagi. Para tamu yang berada di puncak Sian Jin Hong, tidur di
sembarangan tempat, di bawah pohon, di tanah kosong atau
di dalam tenda, makan pun masing-masing.
Para tamu itu terdiri dari golongan sesat, lurus dan
lainnya. Mereka ke tempat tersebut dengan maksud yang
berbeda. Setelah tiba di tempat itu, kecuali terhadap orang
sendiri, mereka sama sekali tidak bercakap-cakap dengan
pihak lain, tapi justru tidak terjadi bentrokan.
Keesokan paginya, tampak dua orang berkelebat ke
puncak Sian Jin Hong, yang seorang adalah Kim Kut Lau.
Sungguh mengherankan, begitu Kim Kut Lau sampai di
situ, Hek Sin Kun yang sedang duduk santai di dahan pohon,
langsung berseru.
"Saudara Kim!"

442
Kim Kut Lau manggut-manggut, lalu melesat kedahan
pohon itu dan duduk di sebelah Hek Sin Kun. Bagaimana asalusul
Kim Kut Lau, dalam rimbapersilatan jarang ada orang
mengetahuinya. Biasanya dia bergerak seorang diri, tapi justru
kenal Hek Sin Kun yang telah tersohor itu, maka semua orang
terheran-heran.
Orang yang satu lagi adalah Sen Hong Kiam Kek Ouw
Yang Seh, yakni jago tangguh kelas dua dari Bu Tong Pai.
Seng Hong Kiam Kek (Pendekar Pedang Penimbul Angin)
Ouw Yang Seh tiba di tempat itu hanya memberi hormat
kepada Yu Lao Pun dan
Tujuh Dewa, lalu duduk di atas sebuah batu. Berselang
beberapa saat, tampak dua orang wanita melesat ke arah
puncak Sian Jin Hong. Begitu mereka berdua muncul di
tempat itu, pihak Hui Yan Bun langsung berdiri semua.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sin melesat dengan ringan ke arah
mereka, kemudian bertanya dengan suara dalam.
"Hong Kouw, kenapa sekarang baru sampai?"
Ternyata Hwe Hong Sian Kouw, yang kemudian menyahut
dengan suara lantang.
"Panjang kalau diceritakan! Panjang...."
Mereka berdua lalu masuk ke lingkaran yang di bentuk
dengan belasan batang besi. Yang berjalan di belakang Hwe
Hong Sian Kouw adalah Toan Bok Ang.
Gadis itu memandang ke arah Tujuh Dewa sambil
memperlihatkan muka aneh, lalu meleletkan lidahnya ke arah

443
Yu Lao Pun. Itu membuat Tam Goat Hua tertawa geli,
sehingga membuat Toan Bok Ang memandangnya.
Begitu melihat gadis yang sebaya dengannya itu, seketika
timbul kesan baik di hatinya, kemudian dia tersenyum-senyum
kepadanya. Di saat bersamaan dia pun melihat pemuda yang
terdiri di sisi gadis itu. Wajahnya langsung memerah kemudian
dia cepat-cepat memalingkan kepalanya dan berjalan ke
dalam lingkaran itu.
Tak Beberapa lama kemudian, muncul lagi seorang anak
gadis, yang tangannya membawa sebuah senjata aneh, dan di
pinggangnya terselip sebuah Pecut Emas. Dia berdiri sejenak,
kemudian menangis seraya berseru.
"Guru!"
Hwe Hong Sian Kouw segera bangkit berdiri dan menatap
gadis itu dalam-dalam.
"Eh? Ah Shia, kau tidak ke Hui Yan San?"
Gadis itu Han Giok Shia, putri si Pecut Emas-Han Sun. Dia
langsung mendekap di dada Hwe Hong Sian Kouw.
"Guru, ayah sudah meninggal, Guru tahu siapa yang
mencelakainya?"
Hwe Hong Sian Kouw menghela nafas panjang.
"Han Tayhiap sudah meninggal? Aaah! Guru pun nyaris
tewas. Siapa yang mencelakainya, kini masih sulit dipastikan.
Dendam memang harus dibalas, namun tidak perlu terburuburu."

444
Apa yang dikatakan Hwe Hong Sian Kouw itu membuat
semua orang tertegun dan terperangah, sebab siapa yang
mampu membunuh si Pecut Emas-Han Sun dan melukai Hwe
Hong Sian Kouw?
Sekonyong-konyong terdengar suara yang amat dingin,
berasal dari atas pohon.
"Siapa yang mencelakai si Pecut Emas-Han Sun, jangan
berpura-pura tidak tahu urusan!"
Semua orang memandang ke atas pohon itu. Ternyata
yang bersuara itu adalah Kim Kut Lau, yang duduk di sebelah
Hek Sin Kun.
Nada suaranya, sepertinya sudah tahu siapa yang
mencelakai si Pecut Emas-Han Sun. Seharusnya Hwe Hong
Sian Kouw segera bertanya lebih jelas kepada Kim Kut Lau.
Akan tetapi, ketika Hwe Hong Sian Kouw mendongakkan
kepala, seketika juga wajahnya berubah gusar seraya
membentak.
"Siapa kau?"
Kim Kut Lau tertawa terkekeh-kekeh.
"He he he! Kau peduli amat aku siapa? Jelas yang
mencelakai si Pecut Emas-Han Sun bukan aku!"
Wajah Hwe Hong Sian Kouw tampak semakin gusar.
Nafasnya pun memburu. Namun berselang sesaat, wajahnya
yang merah padam itu berubah menjadi pucat pias,
kegusarannya yang tersirat di wajahnya pun hilang lenyap,
akhirnya wajahnya berubah menjadi kelabu.

445
Perubahan itu membuat semua orang tercengang, namun
Kim Kut Lau malah tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nona kecil, kau harus pasrah! Di masa
hidupnya, ayahmu adalah seorang gagah, tapi pergaulannya
kurang luas. Kini dia telah binasa, sedangkan kau seorang diri,
bagaimana mungkin dapat membalaskan dendamnya? Lebih
baik kau pergi saja!"
-ooo0ooo-
Bab 20
Perkataan Kim Kut Lau itu menimbulkan kecurigaan Han
Giok Shia.
"Siapa kau? Kenapa kau tidak mau berterus terang?"
Kim Kut Lau tertawa lagi dan menyahut.
"Nona kecil, ada orang dari Cing Sia Pai ke mari! Di masa
hidupnya, ayahmu punya hubungan baik dengan partai itu,
maka kau boleh minta bantuan mereka untuk membalas
dendam ayahmu!"
Tentunya Han Giok Shia tahu, almarhum punya hubungan
baik dan akrab dengan Cing Sia Pai. Namun kini dia ingin tahu
jelas, sebetulnya siapa yang membunuh ayahnya!
Oleh karena itu, dia bertanya lagi.
"Katakan, sebetulnya siapa musuh ayahku?"

446
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara siulan yang
amat panjang, merdu dan amat harus, membuat orang
merasa nyaman mendengarnya.
Kemudian tampak cahaya keperakan berkelebat, muncul
seorang Tosu tua berwajah kemerah-merahan. Tangan Tosu
itu menggenggam sebatang pedang yang bergemerlapan. Dia
memakai Gin Koan (Topi Perak), tidak lain adalah Gin Koan
Tojin yakni ketua Cing Sia Pai.
Tampak empat Tosu berusia pertengahan mengikutinya
dari belakang. Mereka bertangan kosong, namun di pinggang
masing-masing bergantung suatu benda berbentuk bulat,
entah benda apa itu.
Begitu sampai di situ, Tosu tua itu tersenyum.
"Sobat yang mana tadi yang menyinggung partaiku?"
Kim Kut Lau segera menyahut.
"Tidak berani. Karena si Pecut Emas-Han Sun dicelakai
orang, maka aku memberi petunjuk kepadanya, agar minta
bantuanmu, agar bisa membalas dendam ayahnya."
Wajah Gin Koan Tojin berubah. Kemudian dia menolehkan
kepalanya memandang Han Giok Shia seraya bertanya.
"Nona Han, kapan ayahmu meninggal? Kenapa aku tidak
tahu?"
Pertanyaan Gin Koan Tojin justru membangkitkan
kesedihan dan kegusaran Han Giok Shia, sehingga sepasang
matanya tampak membara.

447
"Gin Koan Tojin, ayahku meninggal sebulan yang lalu.
Aku... aku seorang diri memakamkannya, kemudian ke mari
mencari pembunuh ayahku, maka belum mengabarkan kepada
kawan baik ayahku!"
Wajah Gin Koan Tojin berubah murung tapi tampak serius,
kemudian dia berkata.
"Kalau begitu, kau pasti sudah tahu siapa pembunuh
ayahmu. Apakah pembunuh itu berada di puncak ini?"
Sesungguhnya Han Giok Shia tidak begitu jelas tentang
siapa pembunuh ayahnya, karena pada waktu itu dia telah
meninggalkan rumah.
Tapi dalam hatinya justru menganggap musuh besar itu
adalah Lu Sin Kong, lagipula kini orang tersebut belum
muncul, maka Han Giok Shia berkertak gigi seraya menjawab.
"Menurut aku, pasti Lu Sin Kong...."
Berkata sampai di sini, Han Giok Shia mendongakkan
kepala. Dilihatnya Tam Goat Hua dan kakaknya berdiri tak
jauh dari dirinya.
Kesan Han Giok Shia terhadap kakak Tam Goat Hua amat
dalam sekali. Lagipula hari itu, ketika dia berscmbunyi di balik
batu di Hou Yok, mendengar pembicaraan mereka kakak
beradik, sehingga membuat cintanya semakin bersemi.
Akan tetapi, akhirnya justru timbul suatu masalah, hingga
Han Giok Shia tidak bisa berpikir lebih teliti.
Kini Tam Goat Hua dan kakaknya berdiri di situ, itu
membuat hati Han Giok Shia menjadi agak kacau.

448
Namun begitu teringat akan kematian ayahnya, dia tidak
bisa tidak membenci Tam Goat Hua. Hari itu, dia bertarung
dengan Tam Goat Hua di hadapan ayah dan gurunya, dia
terjungkal dan bahkan Tam Goat Hua pun berhasil membawa
pergi Lu Sin Kong.
Oleh karena itu, Han Giok Shia pun menganggap Tam
Goat Hua sebagai musuh ayahnya.
Sedangkan Gin Koan Tojin justru tidak tahu bahwa hati
gadis tersebut sedang begitu kacau. Dia menatapnya dalamdalam
seraya berkata,
"Walau Thian Hou Lu Sin Kong berkepandaian tinggi,
namun setanding dengan ayahmu, tentunya masih ada orang
lain, siapa orang itu?"
Tanpa berpikir panjang lagi, Han Giok Shia langsung
menunjuk Tam Goat Hua.
"Mungkin dia."
Gin Koan Tojin segera menolehkan kepalanya. Dilihatnya
sepasang muda-mudi berdiri di situ. Mereka berwajah tampan
dan cantik, bertulang bagus dan berbakat.
Lagipula wajah mereka berdua tidak menyiratkan sedikit
hawa sesat pun. Kelihatannya mereka tidak berhati jahat.
Walau Gin Koan Tojin berpikir demikian, namun si Pecut
Emas-Han Sun adalah kawan baiknya. Sebelum menyucikan
diri, dia senang memakai topi perak, maka mereka berdua
disebut Pecut Emas Topi Perak.

449
Kemudian Gin Koan Tojin menyucikan diri menjadi Tosu,
sehingga mereka berdua jarang kunjung-mengunjungi.
Akan tetapi, jalinan hubungan mereka tetap baik dan
akrab. Kini begitu mendengar tentang kematian si Pecut
Emas-Han Sun, hatinya berduka sekali dan dia mengambil
keputusan untuk membalas dendam kawan baiknya itu.
Oleh karena itu, walau dia telah melihat Tam Goat Hua
dan kakaknya bukan orang jahat, tapi tetap membentak.
"Gadis kecil, siapa gurumu dan kenapa kau mencelakai si
Pecut Emas-Han Sun?"
Sesungguhnya Tam Goat Hua juga ingin mendengar dari
mulut Kim Kut Lau, siapa yang membunuh si Pecut Emas-Han
Sun, karena Han Sun merupakan seorang pendekar yang
gagah bijaksana.
Hari itu ketika Lu Sin Kong suami isteri tiba di rumahnya,
begitu melihat mereka berdua terkena pukulan Im Si Ciang,
langsung memberikan mereka obat Kiu Coan Siau Hoan Tan
yang amat berharga, padahal Han Sun dengan mereka tidak
punya hubungan apa pun. Berdasarkan itu, dapat dibayangkan
betapa besarnya jiwa si Pecut Emas-Han Sun.
Akan tetapi, Tam Goat Hua justru tidak menyangka,
bahwa di hadapan Gin Koan Tojin, Han Giok Shia malah
menuduh dirinya dan Lu Sin Kong yang membunuh ayahnya.
Dalam hati Tam Goat Hua, memang tidak terkesan baik
terhadap Han Giok Shia. Karena Gin Koan Tojin bertanya
dengan cara membentak, itu membuatnya langsung naik
darah dan kemudian tersenyum dingin seraya menyahut.

450
"Sungguh menggelikan pertanyaan Tojin! Aku sendiri pun
ingin tahu, kenapa aku pergi membunuh Han Tayhiap?
Seandainya Nona Han menunjuk Tojin sebagai pembunuh,
apakah orang juga akan berpikir demikian?"
Gin Koan Tojin tertegun dan membungkam seketika.
Han Giok Shia melototi Tam Goat Hua, kemudian berkata
kepada Gin Koan Tojin.
"Tojin, gadis liar itu banyak akalnya, Tojin jangan sampai
terjebak."
Sebetulnya Tam Goat Hua masih memandang muka
kakaknya, maka dia tidak mau ribut mulut dengan Han Giok
Shia.
Akan tetapi, Han Giok Shia justru mencacinya sebagai
gadis liar, maka membuatnya tak dapat bersabar lagi. Dia
melangkah maju beberapa langkah dengan wajah muram.
"Nona Han, ayahmu adalah seorang pendekar yang gagah
bijaksana! Kau adalah putri satu-satunya, kalau bicara jangan
sembarangan!"
Begitu melihat Tam Goat Hua melangkah maju, mata Han
Giok Shia langsung membara, maka mana mendengar apa
yang diucapkannya?
"Hm!" dengusnya dingin. Kemudian mendadakdia
menggerakkan Liat Hwe Soh Sim Lun, jurus Burung Gagak Api
Menari dikeluarkan menyerang bagian dada Tam Goat Hua.
Tam Goat Hua tertawa dingin beberapa kali.

451
"Kau pernah terjungkal di tanganku, kini masih ingin
mempermalukan diri sendiri?"
Gadis itu berkelit ke samping. Namun di saat dia baru mau
membalas, mendadak terdengar suara kakaknya.
"Adik, Nona Han mungkin salah paham, kau tidak boleh
balas!"
Padahal Tam Goat Hua sudah menjulurkan tangannya
untuk mencengkeram lengan Han Giok Shia. Tapi begitu
mendengar suara kakaknya, dia langsung menarik kembali
tangannya, sekaligus meloncat kebelakang beberapa langkah.
Betapa gusarnya Han Giok Shia. Di saat dia mau mengejar
Tam Goat Hua, justru dicegah Gin Koan Tojin.
"Tojin...." Han Giok Shia mengerutkan kening dengan dada
turun naik karena menahan kegusarannya.
Ternyata Gin Koan Tojin melihat kepandaian Tam Goat
Hua jauh di atas kepandaian Han Giok Shia. Namun Tam Goat
Hua malah mundur ketika mendengar suara kakaknya, itu
membuktikan dia berhati bajik, maka belum tentu dia
pembunuh si Pecut Ernas-Han Sun.
Oleh karena itu, Gin Koan Tojin segera menahan Han Giok
Shia.
"Nona Han, dendam ayahmu akan kupikul. Pokoknya Cing
Sia Pai akan menuntut balas dendam ayahmu."
Mendengar ucapan itu, Han Giok Shia langsung berlutut di
hadapan Gin Koan Tojin. Dengan demikian, Gin Koan Tojin

452
sudah tidak bisa menarik omongannya lagi, harus
dilaksanakannya.
Semua orang merasa gelombang yang satu belum tenang,
tapi gelombang lain sudah muncul.
Justru di saat itulah, mendadak terdengar suara Kim Kut
Lau yang duduk di dahan pohon. Semua orang tidak begitu
kenal Kim Kut Lau,
begitu pula mengenai kepandaiannya. Yang tahu jelas
hanya Yu Lao Pun yakni ketua Tay Chi Bun dan Tam Goat
Hua.
Mereka berdua tahu bahwa kepandaian Kim Kut Lau di
atas mereka. Terutama Tam Goat Hua, dia pernah ditangkap
dan dibelenggu oleh Kim Kut Lau.
Namun kini dia bersama Tujuh Dewa, maka tidak merasa
takut pada Kim Kut Lau.
Sebelum suara tawa Kim Kut Lau sirna, Tam Goat Hua
sudah membentak.
"Kenapa kau tertawa?"
Kim Kut Lau berhenti tertawa. Dia memandang Tam Goat
Hua sejenak, lalu manggut-manggut, dan setelah itu
menolehkan kepalanya seraya berkata.
"Yang membunuh si Pecut Emas-Han Sun, kalau tidak mau
mengaku sendiri, aku akan membongkarnya di hadapan
semua orang!"

453
Apa yang dikatakan Kim Kut Lau, justru mendapat
perhatian dari semua orang, terutama Han Giok Shia.
Oleh karena itu, Han Giok Shia segera mendongakkan
kepala memandang Kim Kut Lau.
Begitu memandang, hatinya tertegun seketika.
Sebab saat ini, Kim Kut Lau tidak hanya memandang Han
Giok Shia seorang. Justru itu, membuat semua orang dan Han
Giok Shia merasa heran sekali.
Karena seusai berkata, Kim Kut Lau terus menatap satu
orang dengan sorotan aneh.
Siapa orang itu? Tidak lain adalah Hwe Hong Sian Kouw.
Yang lebih mengherankan lagi adalah sikap Hwe Hong Sian
Kouw, dia terus menundukkan kepala dan wajahnya tampak
kelabu.
Semua orang tahu bahwa Hwe Hong Sian Kouw beradat
keras, galak dan berangasan, namun amat jujur dan lurus.
Lagipula Hwe Hong Sian Kouw dan si Pecut Emas-Han Sun
merupakan kawan baik, dan itu siapa pun tahu.
Tiga puluh tahun yang telah lampau, Hwe Hong Sian Kouw
dan si Pecut Emas-Han Sun, merupakan sepasang kekasih.
Tapi karena Hwe Hong Sian Kouw beradat tidak karuan,
maka mereka berdua sering ribut, akhirnya berpisah, yang
satu ke Utara, yang satu lagi ke Selatan.
Beberapa tahun kemudian, karena perintah dari
orangtuanya, maka Han Sun memperisteri seorang gadis,
melahirkan seorang putra dan putri.

454
Han Sun memperisteri gadis itu bukan berdasarkan
kemauan sendiri, melainkan mentaati perintah orangtuanya.
Lewat beberapa tahun kemudian orangtua dan isteri Han
Sun meninggal. Sejak itulah dia tidak berkecimpung dalam
rimba persilatan lagi, menetap di kota Su Cou.
Tidak disangka sama sekali, mendadak muncul Hwe Hong
Sian Kouw. Begitu berjumpa, membuat mereka teringat akan
masa lalu.
Mereka berdua pun merasa, gara-gara ketika masih muda
tidak mau saling mengalah, akhirnya jalinan cinta kasih
mereka menjadi berantakan, dan merusak jodoh mereka.
Tiga puluh tahun kemudian, Mereka justru berjumpa
kembali, namun keduanya sama-sama sudah tua, tentunya
tidak mungkin menjadi suami isteri Lagi. Maka Han Sun
menyuruh Han Giok Shia, putrinya mengangkat Hwe Hong
Sian Kouw sebagai guru.
Semua itu diketahui jelas oleh kaum rimba persilatan
tingkatan tua. Maka ketika melihat Kim Kut Lau terus menatap
Hwe Hong Sian Kouw, semua orang itu terheran-heran.
Lama sekali baru Han Giok Shia membuka mulut.
"Katakan saja siapa pembunuh itu! Kenapa harus dia
mengaku sendiri?"
"Ha ha!" Kim Kut Lau tertawa, sekaligus mematahkan
sebatang ranting kecil, lalu dilempar ke udara. Ketika
melayang turun, ranting kecil itu jatuh di depan Hwe Hong
Sian Kouw.

455
Setelah itu, Kim Kut Lau berkata lagi.
"Nona Han, ranting kecil itu jatuh ke mana, dialah
pembunuh ayahmu."
Begitu ucapan tersebut dicetuskan, terperangahlah semua
orang.
Tadi Kim Kut Lau hanya menatap Hwe Hong Sian Kouw,
seakan menunjuknya sebagai pembunuh, saat ini malah
mengatakannya secara terang-terangan.
Kalau Kim Kut Lau ingin mengeruhkan urusan, pertanda
dia amat bodoh, sebab tiada seorang pun akan
mempercayainya.
Han Giok Shia termangu-mangu. Di saat bersamaan,
terdengar si Walet Hijau-Yok Kun Sih bertanya dengan dingin.
"Sebetulnya kau siapa?"
Ketika Kim Kut Lau baru mau menjawab, mendadak Hwe
Hong Sian Kouw mendongakkan kepala. Air mukanya begitu
tak sedap dipandang, namun menyiratkan penderitaannya
yang teramat dalam. "Kim Kut Lau!" bentaknya. "Kau... kau...
kau...."
Tiga kali berturut-turut menyebut "Kau", tapi tak dapat
melanjutkannya. Dari itu dapat diketahui bahwa kini perasaan
Hwe Hong Sian Kouw kacau sekali.
Sedangkan Kim Kut Lau masih tetap duduk didahan pohon
sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

456
"Kau ingin bertanya, bagaimana aku mengetahuinya?
Terus terang, aku amat tertarik akan barang kawalan Lu Sin
Kong, maka aku ke rumah Han Sun. Ha ha! Aku justru
menyaksikan Hwe Hong Sian Kouw menusuk dada Han Sun
dengan patahan kaki kursi."
"Itu omong kosong!" Terdengar suara seruan semua
orang.
Hwe Hong Sian Kouw menggoyang-goyangkan tangannya
ke arah semua orang, kemudian berkata sengit kepada Kim
Kut Lau.
"Kim Kut Lau! Ketika itu kau menyaksikan kejadian
tersebut, kenapa kau tidak mencegahku?" Apa yang diucapkan
Hwe Hong Sian Kouw, membuat hening suasana di puncak
Sian Jin Hong.
Kim Kut Lau tertawa.
"Lucu sekali! Bagaimana hubunganmu dengan Han
Tayhiap, semua orang pasti tahu! Kau mementingkan
keuntungan tapi melupakan persahabatan, mau
membunuhnya, tentunya Han Tayhiap akan mati secara ikhlas
di tanganmu! Untuk apa aku harus turun tangan
mencegahmu?"
Sekujur badan Hwe Hong Sian Kouw gemetar, lama sekali
barulah dia bertanya.
"Siapa yang mementingkan keuntungan melupakan
persahabatan?"
Kim Kut Lau menyahut dengan lantang.

457
"Kalian dengar semua, dia bilang bukan mementingkan
keuntungan melupakan persahabatan, tentunya ada sebab
lain! Kita adalah orang luar, tidak bisa banyak bicara! Kalau
kita banyak bicara, berarti akan turut campur urusan pribadi
orang!"
Seusai Kim Kut Lau berkata begitu, Han Giok Shia dan Gin
Koan Tojin sudah maju mengepung Hwe Hong Sian Kouw. Di
saat bersamaan, Gin Koan Tojin pun memberi isyarat kepada
keempat Tosu yang mengikutinya. Begitu melihat isyarat itu,
keempat Tosu itu pun berpencar mengepung Hwe Hong Sian
Kouw.
Justru di saat itulah mendadak si Walet Hijau Yok Kun Sih
melesat ke arah Hwe Hong Sian Kouw.
Begitu melihat ada orang melesat ke arah Hwe Hong Sian
Kouw, keempat Tosu itu pun bergerak menyambutnya.
Di saat keempat Tosu itu baru bergerak, terdengar suara
"Ser", si Walet Hijau telah berhasil melewati mereka
menerobos ke sisi Hwe Hong Sian Kouw.
Air muka keempat Tosu itu berubah menjadi hebat,
kemudian mereka serentak menjulurkan tangan untuk
menepuk benda bulat yang bergantung di pinggang mereka
masing-masing.
Plak! Trang! Mendadak muncul sebatang pedang di tangan
masing-masing.
Keempat pedang itu bergemerlapan, dan tampak amat
lemas. Mereka berempat maju selangkah, kemudian
menggerakkan pedang masing-masing.

458
Ser! Ser! Ser! Ser! Keempat pedang itu berkelebatan ke
arah Yok Kun Sih.
Tapi di saat bersamaan, terdengar suara seruan Gin Koan
Tojin.
"Jangan kurang ajar!"
Begitu mendengar suara seruan itu, keempat Tosu
tersebut segera mundur, lalu melingkarkan pedang masingmasing
sehingga berbentuk bulat.
Setelah keempat Tosu itu mundur, Gin Koan Tojin
memandang Yok Kun Sih dengan dingin.
"Yok Kun Sih, sudah lama aku mendengar nama besarmu,
tapi kita tidak pernah berjumpa. Setahuku kau amat bijaksana,
tapi kenapa sekarang mencegah kami turun tangan? Harap
dijelaskan!"
Dalam golongan lurus, ketua Hui Yan Bun, si Walet Hijau-
Yok Kun Sih dan ketua Cing Sia Pai Gin Koan Tojin,
berkedudukan tinggi dalam rimba persilatan. Karena itu, sudah
ada beberapa orang mau tampil mendamaikan mereka, tapi si
Walet Hijau-Yok Kun Sih justru berkata.
"Tojin, tunggu aku tahu sampai jelas dulu persoalan itu!"
Dia menjulurkan tangannya untuk memegang lengan Hwe
Hong Sian Kouw, kemudian bertanya.
"Hong Kouw, apakah benar apa yang dikatakan orang
itu?"
Hwe Hong Sian Kouw menyahut dengan suara lantang.

459
"Tidak salah, Kun Sih! Kau tidak usah mempedulikan
diriku, biar mereka turun tangan!"
Gin Koan Tojin segera berkata.
"Yok Kun Sih harap mundur!"
Yok Kun Sih membentak gusar.
"Tojin! Kenapa kau tidak bisa bersabar sebentar?"
Wajah Gin Koan Tojin berubah menjadi dingin sekali.
"Dia telah mengaku, apakah Hui Yan Bun ingin bentrok
dengan Cing Sia Pai?"
Saat itu, pihak golongan sesat semuanya ingin
menyaksikan keramaian tersebut. Sedangkan golongan lurus,
justru tidak habis pikir kenapa Hwe Hong Sian Kouw
mencelakai si Pecut Emas-Han Sun?
Asal Hwe Hong Sian Kouw menyangkal, semua orang pasti
mempercayainya. Akan tetapi, Hwe Hong Sian Kouw malah
mengakuinya.
Semua orang yakin, bahwa kejadian itu pasti terselip
sesuatu, maka Pit Giok Sen segera berseru.
"Gin Koan Tojin, hitam atau putihnya persoalan ini masih
belum jelas, tapi kenapa kau begitu terburu-buru? Bersabarlah
sedikit!"
Sementara Yok Kun Sih cepat-cepat berkata. "Hong Kouw,
aku yakin pasti ada sebab lain, jelaskanlah!"

460
Hwe Hong Sian Kouw menghela nafas panjang. "Kalau
kujelaskan, tiada seorang pun akan percaya! Untuk apa aku
menjelaskan?"
Yok Kun Sih segera menyahut.
"Hong Kouw, aku mempercayaimu!"
Si Sastrawan dan lainnya juga berkata dengan serentak.
"Kami juga mempercayaimu!"
Hwe Hong Sian Kouw tampak terharu, lalu berkata
sekeras-kerasnya.
"Kalau begitu, akan kukatakan!"
Dia berhenti sejenak, kemudian barulah melanjutkan.
"Hari itu, Lu Sin Kong ditolong oleh gadis itu...." Hwe Hong
Sian Kouw menunjuk Tam Goat Hua. "Setelah dia membawa
pergi Lu Sin Kong, kami anggap kepandaian yang
diperlihatkannya sedikit mirip dengan kepandaian pemilik Cit
Sat Sin Ciang di masa lampau, yaitu ilmu Hian Bu Sam Na,
maka aku dan Han Tayhiap terkejut bukan kepalang."
Mendengar sampai di situ, Tujuh Dewa pun mengeluarkan
"Hah" dan mereka langsung teringat akan orang yang
memakai kain penutup muka.
Si Sastrawan menolehkan kepala untuk memandang Tam
Goat Hua seraya bertanya.
"Gadis kecil, apa margamu?"

461
Tam Goat Hua tertawa.
"Aku bermarga Tam!"
Si Sastrawan Se Chi tertegun.
"Nona Tam, siapa yang mengajarmu ilmu Hian Bu Sam
Na?"
Tam Goat Hua menyahut.
"Apa itu ilmu Hian Bu Sam Na, aku tak tahu sama sekali."
Saat ini walau hati Hwe Hong Sian Kouw amat kacau, tapi
pembicaraan mereka tidak terlepas dari pendengarannya. Dia
segera berkata.
"Kau merebut senjata Ah Shia dengan jurus aneh,
bukankah itu adalah ilmu Hian Bu Sam Na?"
Tam Goat Hua tertawa.
"Heran! Bagaimana mungkin aku tidak tahu akan ilmu silat
sendiri? Itu memang ilmu Kin Na Ciu (ilmu Mencengkeram),
tapi tentang ilmu Hian Bu Sam Na, aku tidak pernah
mendengarnya."
Yok Kun Sih memandang sejenak Tam Goat Hua dan
kakaknya, kemudian berkata kepada Hwe Hong Sian Kouw.
"Kau lanjutkan saja, tidak usah mempedulikan mereka!"
Hwe Hong Sian Kouw manggut-manggut lalu melanjutkan.

462
"Setelah kami berdua terkejut, aku menyuruh Ah Shia ke
Hui Yan San belajar ilmu silat kepadamu."
Yok Kun Sih manggut-manggut.
"Oooh! Tapi dia tidak pernah datang di Hui Yan San
menemuiku."
Saat ini, Han Giok Shia tahu bahwa orang yang
membunuh ayahnya, tidak lain adalah gurunya sendiri, dan itu
membuat hatinya menjadi berduka dan kacau balau. Apa yang
dibicarakan orang-orang disekelilingnya sama sekali tidak
masuk ke telinganya.
"Dia pernah ke sana atau tidak, kami tidak
mengetahuinya," kata Hwe Hong Sian Kouw. "Kami tahu pihak
lain tidak bersenjata, maka kami memberikan senjata kami
kepada Ah Shia, agar dia dapat melindungi dirinya dengan
kedua senjata itu. Lagi pula kami pun tahu bahwa pihak lawan
berkepandaian amat tinggi, percuma kami memiliki senjata,
maka kami menunggu kemunculannya dengan tangan
kosong."
"Apakah dia muncul?" tanya Yok Kun Sih.
"Tidak" sahut Hwe Hong Sian Kouw. "Mungkin kami salah
mengenali ilmu silat gadis ini. Berselang beberapa saat,
terdengar suara harpa...."
Ketika Hwe Hong Sian Kouw berkata sampai di situ,
beberapa orang langsung bertanya. "Terdengar suara harpa?"
Orang-orang yang bertanya itu termasuk Han Giok Shia,
Tam Goat Hua dan kakaknya.

463
Wajah Hwe Hong Sian Kouw tampak menderita sekali,
kemudian dia menyahut sambil berkertak gigi.
"Benar. Aku mendengar suara harpa. Setelah itu aku tidak
tahu apa yang telah terjadi. Aku hanya mendengar suara
jeritan, dan itu membuatku tersentak sadar, bahwa aku telah
terluka parah, sedangkan Han Tayhiap telah mati di
tanganku."
Mendengar itu, Yok Kun Sih menjadi diam. Dia memang
ingin membela Hwe Hong Sian Kouw. Namun apa yang
dituturkan Hwe Hong Sian Kouw, amat sulit untuk dipercaya.
Ketika melihat Yok Kun Sih diam saja, Gin Koan Tojin
berkata dingin.
"Yok Kun Sih, kau sudah boleh mundur."
Yok Kun Sih bersifat aneh, namun hubungannya dengan
Hwe Hong Sian Kouw amat baik.
Saat itu, walau dia tidak begitu percaya akan penuturan
Hwe Hong Sian Kouw, tapi dia tetap membelanya, maka dia
tertawa dingin.
"Kenapa aku harus mundur? Siapa berani turun tangan
terhadap Hwe Hong Sian Kouw, berarti dia mau cari gara-gara
dengan Hui Yan Bun!"
Begitu mendengar ucapan itu, wajah Gin Koan Tojin
langsung berubah, lalu dia tertawa panjang. "Ha ha haaaa!
Bagus! Bagus!"
Kemudian dia menghunus pedangnya "Trang", setelah itu
dia langsung menyerang Yok Kun Sih.

464
Tidak tampak Yok Kun Sih bergerak, tapi badannya justru
telah mencelat ke belakang, bahkan sempat membawa Hwe
Hong Sian Kouw.
Melihat itu, Han Giok Shia segera berseru dengan penuh
dendam.
"Harap Tojin membalas dendam ayahku!"
Gin Koan Tojin menyahut.
"Tenanglah Nona Han, aku pasti membalas dendam
ayahmu!"
Seketika suasana menjadi tegang mencekam. Orang lain
sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Cing Sia Pai dan Hui Yan Bun sama-sama golongan lurus.
Kini kedua ketua itu, justru telah bentrok dan kelihatannya
sudah siap bertarung.
Terdengar Hwe Hong Sian Kouw berkata.
"Kun Sih, untuk apa kau membelaku sehingga
menimbulkan bentrokan dengan Cing Sia Pai?"
Yok Kun Sih menyahut sungguh-sungguh.
"Hong Kouw, kau tidak perlu mempedulikanku. Kau
mendengar suara harpa itu, tentunya ada orang lain yang
menimbulkan kejadian itu. Kini hatimu sedang kacau lebih baik
pergi beristirahat sejenak!" Kemudian dia berpaling seraya
memanggil. "Ang!"

465
Toan Bok Ang segera menghadap.
"Ya, Guru."
"Bawalah Hong Kouw pergi beristirahat!" pesan Yok Kun
Sih.
Toan Bok Ang mengangguk, lalu menarik Hwe Hong Sian
Kouw meninggalkan tempat itu. Saat ini, pikiran Hwe Hong
Sian Kouw memang amat kacau. Ketika Toan Bok Ang
menariknya pergi, dia pun ikut.
Setelah menyaksikan semua itu, mendadak Han Giok Shia
berseru dengan hati hancur.
"Guru!"
Hwe Hong Sian Kouw memandangnya, kemudian
tersenyum getir seraya bertanya.
"Ah Shia, kenapa kau masih memanggilku guru?"
Sepasang mata Han Giok Shia tampak membara.
"Tentunya aku tetap memanggilmu guru. Asal kau masih
mempunyai rasa sebagai seorang guru, saat ini kau harus...."
Toan Bok Ang tahu bahwa Han Giok Shia akan
mengatakan apa, sudah pasti akan menyuruh Hwe Hong Sian
Kouw membunuh diri. Toan Bok Ang khawatir Hwe Hong Sian
Kouw akan menurutinya.
Oleh karena itu, secepat kilat dia menggerakkan pecutnya
ke arah Han Giok Shia, dan ujung pecut itu berhasil menotok
jalan darah Hu Keng Hiat di tubuh gadis itu, maka tidak dapat
melanjutkan ucapannya.

466
Sementara Gin Koan Tojin dan si Walet HijauYok Kun Sih,
berdiri berhadapan dalam jarak beberapa depa, sama sekali
tanpa ada yang bergerak.
Mereka berdua adalah jago tangguh kelas satu masa kini.
Kalau mereka mau bertarung, tentunya berbeda dengan orang
lain. Mereka akan mencari kelemahan pihak lawan untuk
merebut kemenangan. Karena itu, mereka berdua berdiri diam
di tempat. Angin berhembus ke arah mereka, membuat
pakaian mereka berkibar-kibar.
Ketika Toan Bok Ang menotok jalan darah Han Giok Shia,
itu tidak terlewat dari mata Gin Koan Tojin, namun Tosu tua
itu tidak dapat berbuat apa pun.
Tapi empat Tosu lain murid Gin Koan Tojin, langsung
melesat ke hadapan gadis itu.
Trang! Trang! Trang! Trang!
Keempat Tosu itu menghunus pedang masing-masing,
kemudian mendadak menyerang Toan Bok Ang.
Setelah berhasil menotok jalan darah Han Giok Shia,
sehingga membuat gadis itu tidak dapat melanjutkan
ucapannya, Toan Bok Ang merasa puas sekali.
Akan tetapi, pedang keempat Tosu itu telah mengarah
kepadanya. Betapa terkejutnya hati gadis itu. Dia mau balas
menyerang, tapi sudah terlambat, karena itu dia mengerahkan
ilmu Ginkang perguruannya untuk menghindar. Gerakan Induk
Walet Mencari Makanan dikeluarkan, badannya melambung
kemudian melesat keluar laksana kilat.

467
Seketika Toan Bok Ang sudah berada sejauh beberapa
depa. Kemudian disusul dengan gerakan Sekali Terbang
Menembus Langit. Akan tetapi, ketika dia berdiri barulah tahu
ujung lengan bajunya telah tersobek oleh pedang, bahkan
bahu dan kakinya pun tergores sedikit. Ternyata keempat
pedang itu tidak menyerang tempat kosong.
Itu membuat Toan Bok Ang gusar sekali. Dia memandang
keempat Tosu itu sambil mendengus.
"Tosu bau, sungguh hebat ilmu pedang kalian!"
Salah seorang Tosu tertawa dingin.
"Tidak sebanding dengan gerakan Nona yang begitu indah
dan aneh!"
Toan Bok Ang maju selangkah sambil menuding keempat
Tosu itu seraya membentak.
"Kalian berempat, maju semua!"
Tiga Tosu itu malah mundur. Hanya satu Tosu tetap
berdiri di situ.
Mereka berempat tak pernah berbicara, tapi gerak-gerik
mereka justru sesuai dengan kemauan hati.
Tosu yang berdiri tak bergerak itu, menatap Toan Bok Ang
dengan dingin seraya berkata.
"Aku seorang diri, mohon petunjuk ilmu cambuk Nona!"

468
Tadi Toan Bok Ang telah kehilangan muka, kini dia harus
merebut kembali itu, maka tidak peduli kedua pihak samasama
dari golongan lurus. Apabila mereka bertarung, tentunya
akan menjadi bahan tertawaan golongan sesat.
Ketika melihat cuma satu Tosu itu, bergiranglah Toan Bok
Ang dalam hati dan berkata.
"Baik, aku akan memberi pelajaran kepadamu!"
Usia Toan Bok Ang jauh lebih muda dari keempat Tosu itu,
namun derajatnya justru sama. Kini kedua beiah pihak sudah
jadi musuh, omong sombong sedikit tidak akan keterlaluan.
Usai berkata begitu, Toan Bok Ang maju selangkah, dan
cambuk yang di tangannya sudah meliuk-liuk ke arah Tosu itu.
Cambuknya itu juga bergemerlapan seperti Pecut Emas
milik Han Giok Shia, ketika bergerak memancarkan cahaya.
Kebetulan Tosu itu pun menggunakan pedang perak yang
memancarkan cahaya. Tampak cahaya putih berkelebatan,
mereka berdua sudah bertarung tiga jurus. Dalam gulungan
cahaya yang satu, tampak seorang Tosu. Dalam gulungan
cahaya lain, tampak seorang gadis cantik jelita. Bukan main
indahnya gerakan mereka, sesekali terdengar pula suara
benturan dan bunga api pun berpijar-pijar.
Sungguh indah pemandangan itu!
Kelihatannya mereka berdua setanding, sebab belum ada
yang terdesak maupun di bawah angin.

469
Ketika Toan Bok Ang baru bertarung dengan Tosu itu,
kakak Tam Goat Hua segera mendekati Han Giok Shia,
sekaligus membebaskan totokan itu.
Setelah totokan itu bebas, Han Giok Shia bisa bergerak
dan bersuara. Dia ingin mencaci, namun begitu lihat yang
membebaskan totokannya adalah pemuda pujaan hatinya,
wajahnya langsung berubah kemerah-merahan.
Seseorang gadis walau bersifat keras, namun di hadapan
pemuda pujaan hatinya, pasti menjadi lembut sekali, begitu
pula Han Giok Shia. Dia menundukkan wajahnya dalam-dalam.
Pemuda itu menatapnya, kemudian berkata dengan suara
rendah.
"Nona Han, meskipun gurumu mengakui mencelakai
ayahmu, tapi pasti ada sebab lain."
Han Giok Shia bertanya dengan air mata berderai-derai.
"Bagaimana... kau tahu ada sebab lain?"
Pemuda itu menghela nafas panjang.
"Aku akan memberitahukan satu hal, kau pasti akan lebih
mengerti."
Han Giok Shia merasa nada suara pemuda itu
mengandung suatu kekuatan yang tak dapat dilawannya,
bahkan nada suara itu pun membuatnya terasa nyaman dan
lega, terutama di saat ini, hatinya menjadi agak tenang.
"Mengenai hal apa?" tanyanya perlahan.

470
Pemuda itu tertawa.
"Panjang sekali kalau diceritakan. Bagaimana kalau Nona
Han ke tempat kami untuk beristirahat sejenak?"
Han Giok Shia mendongakkan kepala memandang Tam
Goat Hua, kemudian berkata.
"Aku khawatir adikmu...."
Pemuda itu tertawa lagi.
"Adikku berhati lurus, lambat laun Nona Han akan
mengerti."
Setelah mengatakan begitu, wajah pemuda itu justru
kemerah-merahan.
Han Giok Shia yang mendengar, seketika juga hatinya
berbunga-bunga, kemudian mereka berdua ke sisi Tujuh
Dewa.
Dalam hati Han Giok Shia dan Tam Goat Hua memang
sudah ada ganjelan, maka ketika bertatap muka, mereka
berdua cuma berbasa-basi dengan hambar.
Di saat bersamaan, suasana di tempat itu bertambah
tegang, karena Gin Koan Tojin dan si Walet Hijau-Yok Kun Sih
sudah mulai bertarung.
Akan tetapi, gerakan mereka tampak lamban sekali,
kelihatannya seperti sedang berlatih.

471
Tentu, sebab dalam pandangan seorang ahli, mereka
berdua bertarung menggunakan Lweekang, maka berjarak
beberapa depa. Walau kelihatan lamban, namun setiap
gerakan disertai dengan tenaga.
Di pihak lain, pertarungan antara Toan Bok Ang dengan
Tosu itu justru semakin cepat. Dalam waktu sekejap, sudah
melewati dua puluh jurus.
Diam-diam Toan Bok Ang penasaran sekali. Menghadapi
salah seorang Tosu itu saja tak mampu merobohkannya,
apalagi mereka berempat maju serentak? Karena itu, gadis
tersebut merasa malu sekali.
Dia terus berpikir cara bagaimana merobohkan Tosu itu,
mendadak timbul suatu ide dalam hatinya. Setelah
pertarungan mereka melewati dua puluh empat jurus,
sekonyong-konyong Toan Bok Ang mengeluarkan jurus
Burung Walet Beterbangan. Tapi baru mengeluarkan setengah
jurus, tiba-tiba Toan Bok Ang berhenti, tidak melanjutkan
jurus itu.
Jurus Pik Yan Hun Hui merupakan jurus andalan ilmu
cambuknya, yang setiap jurusnya mengandung sembilan
gerakan. Ketika mempelajari jurus tersebut, dia membutuhkan
waktu hampir setengah tahun, barulah dapat menguasai jurus
itu. Maka, dapat dibayangkan betapa lihay dan dahsyatnya
jurus tersebut.

472
Bagian 09
Bab 21
Begitu jurus tersebut dikeluarkan, Tosu itu sudah tahu
akan kedahsyatannya, maka segera menyurut mundur.
Ketika Tosu itu mundur, Toan Bok Ang justru tidak
melanjutkan jurus itu, hanya berdiri diam saja. Tentunya
membuat Tosu itu terheran-heran, dan sudah barang tentu
penjagaannya menjadi lengah.
Akan tetapi, Toan Bok Ang tetap tidak menyerangnya.
Tosu itu bergirang dalam hati, dan langsung menggerakkan
pedangnya untuk menyerang.
Toan Bok Ang mundur, namun Tosu itu menyerang lagi
dengan jurus Pelangi Menutupi Matahari. Pedangnya
berkelebatan dan menderu-deru mengarah Toan Bok Ang.
Di saat Tosu itu mengeluarkan jurus tersebut, ketiga Tosu
lain langsung berseru.
"Suheng hati-hati!"
Ternyata ketiga Tosu itu telah melihat jurus yang
dikeluarkan Toan Bok Ang tadi belum semuanya, maka ketika
Tosu itu menyerang dengan jurus Ciang Hong Koan Jit,
mereka bertiga berseru memperingatkannya.
Namun sudah terlambat, karena badan Toan Bok Ang
telah bergerak ke belakang Tosu itu.

473
Gadis itu bergerak menggunakan Ginkang andalan Hui Yan
Bun, maka gerakannya cepat laksana kilat dan ringan
bagaikan kapas.
Betapa terkejutnya Tosu itu, sebab mendadak Toan Bok
Ang menghilang dari hadapannya. Di saat Tosu itu
mengetahui adanya gelagat tidak beres, Toan Bok Ang justru
telah menyerang punggungnya dengan jurus tadi, Burung
Walet Beterbangan.
Plak! Plak! Plak! Terdengar suara itu dan disusul dengan
suara jeritan Tosu itu. Ternyata badannya terpental ke depan
beberapa depa, dan punggungnya telah terluka cukup berat.
Toan Bok Ang berdiri di tempat, menatap ketiga Tosu lain
seraya bertanya dingin.
"Siapa lagi yang akan maju?"
Ketiga Tosu itu maju serentak. Seketika juga Toan Bok
Ang tertawa, kelihatannya gadis itu sudah siap bertarung.
Di saat bersamaan, mendadak jago tangguh tingkat kedua
Bu Tong Pai, Sen Hong Kiam Kek Ouw Yang Seh berseru.
"Nona dari Hui Yan Bun dan Tosu dari Cing Sia Pai, kalian
tidak perlu bertarung lagi!"
Sembari berseru dia mendekati mereka, lalu berdiri di
tengah-tengah mereka pula.
Jago tangguh dari Bu Tong Pai itu, sejak berada di situ
tidak pernah berbicara dengan siapa pun. Namun kini
mendadak dia tampil ke tengah-tengah mereka, maka amat
mengherankan semua orang.

474
Sedangkan Toan Bok Ang tahu jelas akan dirinya sendiri,
kalau terus bertarung satu persatu, tenaganya justru akan
terkuras habis.
Dalam hatinya memang menghendaki kemunculan
seseorang, kebetulan Sen Hong Kiam Kek Ouw Yang Seh
tampil ke depan.
Ketiga Tosu Cing Sia Pai segera bertanya serentak.
"Apa artinya tidak perlu bertarung lagi, harap dijelaskan!"
Sen Hong Kiam Kek Ouw Yang Seh tidak menyahut,
melainkan memandang Yok Kun Sih dan Gin Koan Tojin yang
sedang bertarung itu seraya berkata.
"Kalian berdua adalah ketua partai, kenapa kalian masih
terus bertarung? Setiap orang yang datang di puncak Sian Jin
Hong, masing-masing punya maksud tertentu, tapi tidak untuk
bertarung!"
Ketiga Tosu Cing Sia Pai membungkam. Di saat itulah
terdengar suara seruan lantang.
"Memang benar perkataan Saudara Ouw Yang!"
Suara seruan itu amat nyaring dan tajam, maka menarik
perhatian semua orang. Kemudian orang-orang itu
memandang ke arah datangnya suara dan tertegun.
Ternyata wajah orang yang bersuara itu, aneh sekali.
Dia mengenakan pakaian pendek, dan tangannya
memegang sebuah kipas rombeng. Yang mengherankan, dia

475
memakai sebuah kedok besar yang tampak tersenyumsenyum,
yakni kedok Buddha Berwajah Tertawa.
Sesungguhnya dandanan orang itu tidak aneh, sebab sejak
Dinasti Han, dandanan tersebut sudah populer, khususnya
untuk menghibur anak-anak setiap tahun, agar anak-anak
bergembira ria.
Akan tetapi, dengan dandanan seperti itu muncul di
puncak Sian Jin Hong, justru membuat semua orang terheranheran
dan merasa di luar dugaan.
Walau kedok itu tersenyum-senyum, namun tampak
sepasang mata orang itu menyorot dingin. Siapa yang
menyaksikan sorotan matanya, pasti merasa merinding.
Hal lain yang mengherankan, yaitu kapan datangnya orang
itu, tiada seorang pun tahu.
Liat Hwe Cousu tampak berbisik-bisik dengan kedua
Tongcunya, kelihatannya dia pun tidak tahu kapan orang itu
muncul di puncak Sian Jin Hong.
Hanya kini terlihat orang itu duduk di atas sebuah batu
besar yang tajam, tapi seakan duduk di tanah datar.
Semua orang memandangnya, kemudian mulai berbisikbisik
membicarakannya. Akan tetapi, tetap tiada seorang pun
tahu asal-usul orang tersebut.
Karena tak ada yang tahu, maka orang-orang itu mulai
tidak memperhatikannya lagi.
Orang-orang yang berkumpul di puncak Sian Jin Hong itu
baik dari golongan lurus maupun golongan sesat rata-rata

476
sudah terkenal dalam rimba persilatan. Maka begitu bertemu
mereka saling mengenal, termasuk Kim Kut Lau.
Namun orang itu, justru tiada seorang yang mengenalnya,
pertanda dia bukan orang terkenal, maka sengaja berdandan
aneh seperti itu untuk menarik perhatian semua orang.
Di saat semua orang sedang berpikir demikian, mendadak
orang itu meloncat turun dari batu besar yang didudukinya.
Plak! Terdengar suara sepasang kakinya menginjak tanah,
sepertinya tidak mengerti ilmu Ginkang.
Setelah meloncat turun, orang itu berseru.
"Gin Koan Tojin, Yok Kun Sih, kalian berdua tidak perlu
bertarung lagi!"
Gin Koan Tojin dan Yok Kun Sih baru bertarung belasan
jurus dan belum ada yang kalah, bagaimana mungkin mereka
berdua menyudahi pertarungan itu?
Oleh karena itu, mereka berdua sama sekali tidak
menghiraukan seruan orang itu, melainkan terus melancarkan
pukulan.
Blam! Terdengar suara benturan, membuat mereka berdua
mundur selangkah.
Ketika mereka berdua baru mau melancarkan pukulan lagi,
kedua-duanya sama-sama tertegun.
Ternyata entah sejak kapan, tahu-tahu orang berkedok itu
sudah berdiri di tengah-tengah mereka.

477
Gin Koan Tojin dan Yok Kun Sih merupakan jago tangguh
tingkat tertinggi dalam rimba persilatan di masa itu.
Namun mereka berdua justru tidak tahu, sejak kapan
orang berkedok itu berdiri di tengah-tengah mereka berdua,
dan itu membuat mereka berdua tidak jadi melancarkan
pukulan.
Terdengar orang berkedok itu berkata.
"Kalian berdua ingin tahu siapa yang menang dan yang
kalah. Tapi kalau kalian bertarung dengan cara demikian,
sampai lima ratus jurus pun belum tentu ada hasilnya. Bahkan
itu akan menghabiskan waktu kalian sekaligus menelantarkan
pokok urusan. Menurut aku, kalah dan menang dapat segera
diketahui."
Kini Yok Kun Sih dan Gin Koan Tojin, sudah tahu bahwa
orang berkedok itu berkepandaian amat tinggi.
"Ada cara apa agar bisa tahu siapa menang dan kalah?"
tanya mereka serentak.
Orang berkedok itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Dalam hal ilmu silat, tentunya berpokok pada Lweekang.
Kini banyak jago tangguh di sini. Kalian berdua boleh
memperlihatkan Lweekang masing-masing, tetapi harus ada
orang yang menjadi saksi. Jadi kalian tidak perlu bertarung
tidak karuan menghabiskan waktu."
Gin Koan Tojin menyahut sengit.
"Apa yang Anda katakan memang tidak salah, namun aku
dengan dia bukan ingin tahu siapa yang menang dan yang

478
kalah, melainkan berhubungan dengan kematian si Pecut
Emas-Han Sun."
Orang berkedok itu tertawa aneh.
"Aku tahu, siapa yang menang tentunya boleh berbuat
sesukanya."
Gin Koan Tojin berkata dingin.
"Aku kira Anda tidak dapat mengambil keputusan itu."
Orang berkedok itu tertawa gelak.
"Ha ha ha!" Suara tawanya tak sedap didengar. Sebelum
suara tawanya lenyap, dia sudah mencelat ke belakang.
Gerakannya cepat sekali, tahu-tahu dia sudah berada di sisi
sebuah batu besar, lalu mendadak mengayunkan kipas
rombengnya.
Blam! Terdengar suara yang memekakkan telinga.
Bukan main! Batu besar itu terbelah menjadi dua.
Kemudian orang itu kembali ke sini Gin Koan Tojin dan Yok
Kun Sih seraya bertanya,
"Aku boleh mencampuri atau tidak?"
Usai bertanya, mendadak terdengar suara ledakan "Blam",
ternyata batu besar yang terbelah tadi meledak hancur.
Betapa terkejutnya semua orang, termasuk Gin Koan Tojin
dan Yok Kun Sih. Mereka semua terbelalak menyaksikan
kejadian itu.

479
Tam Goat Hua juga merasa heran dalam hati.
"Kakak, Lweekang orang itu telah mencapai tingkat
tertinggi. Entah siapa dia?" tanyanya kemudian kepada
kakaknya.
Kakak Tam Goat Hua menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pun tidak tahu, sebab banyak orang aneh
berkepandaian tinggi dalam rimba persilatan."
Setelah batu besar itu hancur, semua orang mulai
membicarakan orang berkedok itu.
Dalam hati Gin Koan Tojin, walau tidak terkesan baik
terhadap orang berkedok itu, tapi amat kagum kepadanya,
sebab orang berkedok itu menghantam batu besar itu, cuma
menggunakan kipas rombeng.
Setelah berpikir sejenak, Gin Koan Tojin pun berkata.
"Anda tidak menghendaki kami bertarung di sini, baiklah.
Setelah meninggalkan tempat ini, barulah kami lanjutkan."
Orang berkedok itu menggoyang-goyangkan kipasnya.
"Kalau begitu memang baik sekali. Namun kalian semua
yang datang di tempat ini, belum tentu cuma ingin menonton
keramaian. Mungkin pada saatnya, kalian masing-masing pun
harus turun tangan. Bagi yang berkepandaian rendah, harus
cepat-cepat mengambil keputusan, agar tidak
mempermalukan diri sendiri nanti!"
Apa yang diucapkannya justru ditujukan kepada semua
orang, dan bernada besar.

480
Liat Hwe Cousu membuka matanya perlahanlahan,
kemudian membentak.
"Siapa Anda?"
Orang berkedok itu tertawa dingin.
"Aku adalah aku!" sahutnya.
Usai menyahut, orang itu melangkah pergi. Tapi ketika
melewati Tam Goat Hua dan kakaknya ia berhenti sejenak
sambil menatap mereka berdua dengan sorot mata tajam.
Kemudian dia berjalan lagi dan berhenti di dekat sebuah batu.
Saat itu tengah hari, masih banyak orang datang di
puncak Sian Jin Hong. Ketika hari mulai sore, muncullah si
Setan-Seng Ling bersama Setan Kepala Kerbau dan Setan
Kepala Kuda.
Kou Hun Su Seng Cai dan Sou Mia Su Seng Bou segera
menyapanya, kemudian mereka lalu bercakap-cakap dengan
suara rendah.
Si Setan-Seng Ling segera memandang Tujuh Dewa, Tam
Goat Hua dan kakaknya dengan sorotan tajam, setelah itu
barulah duduk.
Tam Goat Hua tertawa.
"Kak, setan tua tiba, setan kecil langsung mengadu."
Kakak Tam Goat Hua menyahut.

481
"Diam! Entah kenapa ayah masih belum muncul? Lebih
baik kita jangan cari gara-gara!"
Tam Goat Hua meleletkan lidahnya, tapi diam tak bersuara
lagi.
Tak lama setelah si Setan-Seng Ling duduk, muncul lagi
seorang setan dari Istana Setan, yang langsung menghampiri
si Setan-Seng Ling, kemudian berbisik-bisik.
Si Setan-Seng Ling mendongakkan kepala memandang
Tam Goat Hua dan kakaknya.
"Benarkah urusan itu?" tanyanya dingin.
"Tidak salah," sahut setan itu.
Semua orang tidak tahu apa yang mereka bisikkan, namun
Tam Goat Hua dan kakaknya tahu, apa yang mereka bisikkan
itu pasti berkaitan dengan dirinya. Kini mereka berdua
bersama Tujuh Dewa, Liok Ci Siansing, Pik Giok Sen dan Tiat
Cit Song Jin, tentunya tidak merasa takut kepada si Setan-
Seng Ling.
Hari itu walau sudah begitu banyak jago tangguh
berkumpul di puncak Sian Jin Hong, namun tidak terjadi suatu
apa pun.
Ketika menjelang malam, muncul lagi dua jago tangguh
dari Bu Tong Pai. Mereka memberitahukan bahwa di tengah
jalan mereka melihat ketua Tiam Cong Pai bersama belasan
jago tangguh telah menuju ke puncak Sian Jin Hong.
Lalu tampak dua nenek berpakaian aneh membaur di situ.
Di leher kedua nenek itu melingkar seekor ular berkembangKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
482
kembang. Siapa pun tidak tahu asal-usul kedua nenek itu.
Mendengar pemberitahuan itu semua orang yakin, bahwa
tidak lama lagi pihak Go Bi Pai pasti akan menyusul.
Hari sudah malam, keadaan tetap tenang, tak terjadi suatu
apa pun.
Namun semua orang tahu, ketenangan itu justru
merupakan awal dari suatu badai.
Sejak Tam Goat Hua kecil, dia hanya mengikuti ayahnya
tinggal di sebuah goa untuk belajar ilmu silat. Beberapa tahun
ini baru pindah ke daerah Su Cou. Maka dia sama sekali tidak
pernah menghadapi situasi seperti itu.
Menurutnya, alangkah baiknya berjalan-jalan ke sana ke
mari dan bercakap-cakap dengan partai lain, sebab itu akan
menambah pengetahuannya.
Akan tetapi, ketika dia sampai di situ, justru telah bentrok
dengan Seng Cai dan Seng Bou. Kini si Setan-Seng Ling sudah
berada di situ, sehingga membuatnya tidak berani
sembarangan pergi.
Lagipula pihak Hwa San Pai amat membencinya, maka
kalau dia meninggalkan Tujuh Dewa, mungkin pihak Hwa San
Pai akan menangkapnya Iagi. Oleh karena itu, dia terpaksa
tiduran di atas tanah. Sayup-sayup dia mendengar percakapan
lirih, ternyata kakaknya bercakap-cakap dengan Han Giok
Shia, namun tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan.
Di saat bersamaan, mendadak telinganya mendengar suara
yang amat lirih.
"Anak gadis kecil! Anak gadis kecil!"

483
Namun karena seruan itu tidak menyebut nama, maka
Tam Goat Hua tidak menghiraukannya.
Tapi terdengar lagi suara seruan itu. Tam Goat Hua
terheran-heran karena suara itu amat lirih, namun terdengar
jelas dalam telinganya.
Lagipula suara itu langsung menerobos ke dalam
telinganya, sepertinya ada orang berbisik-bisik di telinganya.
Tergerak hati Tam Goat Hua, karena ayahnya pernah
memberitahukan tentang Ilmu Penyampai Suara. Apakah ada
orang berkepandaian tinggi sedang memanggilnya?
Karena itu, Tam Goat Hua segera bangun, dan kemudian
menengok ke sana ke mari. Dilihatnya di kejauhan beberapa
depa, orang berkedok yang duduk di sisi batu sedang
melambaikan tangannya ke arah dirinya.
Tam Goat Hua tercengang dan bingung, sebab tidak tahu
mau apa orang berkedok itu memanggilnya. Justru di saat itu
tiba-tiba suara lirih itu kembali terdengar.
"Anak gadis kecil, di tempat ini tiada seorang pun yang
tahu identitasku. Tapi ayahmu pasti tahu. Kau boleh berlega
hati, aku tidak akan mencelakaimu."
Tam Goat Hua tahu jelas, apabila orang berkedok itu mau
mencelakainya, gampangnya bagaikan membalikkan telapak
tangan. Lagipula dia tidak akan dapat menghindar. Maka,
perlahan-lahan dia bangkit berdiri, lalu mendekati orang
berkedok itu.
"Ada urusan apa Cianpwee memanggilku?"

484
Orang berkedok itu tertawa.
"Mulutmu cukup manis, langsung memanggilku Cianpwee!
Aku tanya kau, maukah kau melaksanakan satu urusan?"
Tam Goat Hua tercengang, tapi segera bertanya. "Urusan
apa itu?"
Orang berkedok itu tertawa lagi.
"Berdasarkan nyalimu, memang cocok sekali. Setelah kau
menyelesaikan urusan itu, aku pasti tidak akan merugikanmu.
Kau bersedia melaksanakannya?"
Tam Goat Hua tersenyum.
"Cianpwee menghendaki aku melaksanakan apa? Bolehkah
aku tahu?"
Orang berkedok itu menggoyang-goyangkan kipas
rombengnya.
"Kukatakan memang gampang dan sederhana sekali...."
Orang berkedok itu menghentikan ucapannya, kemudian
menggunakan kipas rombengnya menulis di bawah. "Lu Leng
putra Lu Sin Kong, kini dikurung dalam Neraka Delapan Belas
Lapis di Istana Setan, kau ke Pak Bong San membawanya
kemari menemuiku!"
Temangu-mangu Tam Goat Hua mendengar itu, karena
dari puncak Sian Jin Hong ke Pak Bong San pergi pulang, itu
ribuan mil jaraknya. Seandainya berhasil membawa Lu Leng
ke mari, di tempat ini pun sudah tiada siapa-siapa.

485
Lagipula Istana Setan Pak Bong San, merupakan markas
penting si Setan-Seng Ling, tentunya banyak jebakan dan jago
tangguh menjaga di sana. Bagaimana mungkin dapat
memasuki Istana Setan itu?
Oleh karena itu, Tam Goat Hua diam saja. Tiba-tiba mata
orang berkedok itu menyorot aneh, kemudian dia berkata.
"Para jago tangguh Istana Setan, semuanya berkumpul di
sini. Asal kau berhati-hati, sudah pasti dapat mencapai tujuan.
Kenapa kau tidak berani ke sana?"
Tam Goat Hua menyahut.
"Bukan aku tidak berani pergi, tapi ayah memerintah kami
menunggunya di sini. Maka kalau ayah belum ke mari, aku
tidak berani meninggalkan tempat ini."
Orang berkedok itu tertawa dingin.
"Sejak kapan kau begitu menurut kata?"
Wajah Tam Goat Hua langsung memerah, sebab gadis itu
berani membangkang terhadap ayahnya, tadi dia mengatakan
begitu hanya alasan belaka.
Orang berkedok itu berkata lagi.
"Legakanlah hatimu, kalau ayahmu ke mari, aku akan
memberitahukan kepadanya, agar dia tidak memarahimu."
Hati Tam Goat Hua tertarik.

486
"Apa yang dikatakan Cianpwee memang masuk akal, tapi
bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyanya.
"Tentang apa? Tanyalah!" sahut orang berkedok itu.
"Cianpwee akan memberitahukan kepada ayah, namun
aku justru tidak tahu siapa Cianpwee. Kalau ayah tahu aku
mengerjakan sesuatu atas perintah Cianpwee, tapi aku tidak
tahu siapa Cianpwee, bukankah itu menggelikan sekali?"
Orang berkedok itu tertawa.
"Ha ha ha! Anak gadis kecil, kau memang boleh dikatakan
licik! Kalau pun aku beritahukan namaku, juga percuma!"
Tam Goat Hua tersenyum.
"Kalau begitu, aku terpaksa menolak."
Orang berkedok itu berkata hambar.
"Itu terserah kau, aku tidak akan memaksamu. Tapi ingat,
kau jangan menyesal kelak!"
Tam Goat Hua tertawa.
"Cianpwee, seandainya aku bersedia pergi ke Istana Setan
Pak Bong San, pergi pulang akan memakan waktu sebulan.
Apakah di sini belum bubar?"
Orang berkedok itu menyahut.

487
"Kau tidak perlu tahu tentang itu, yang penting aku tetap
berada di sini menunggumu. Kau mau pergi tidak?
Katakanlah!"
Dalam hati Tam Goat Hua sama sekali belum ada
keputusan.
Siang hari tadi, dia telah menyaksikan kepandaiannya,
tentunya orang berkedok itu adalah seorang Cianpwee dalam
rimba persilatan, mungkin tingkatannya lebih tinggi dari
ayahnya. Padahal Tam Goat Hua terhadap ayahnya, juga tidak
begitu jelas. Tentang julukannya pun tidak tahu sama sekali.
Akan tetapi, kini Tam Goat Hua telah mengalami dan
menyaksikan begitu banyak kejadian, maka tahu ayahnya
adalah jago tangguh tingkat tinggi. Sedangkan nada suara
orang berkedok itu, kedengarannya amat kenal ayahnya,
sehingga gadis itu berkesimpulan bahwa orang berkedok itu
bukan orang sembarangan. Lagipula, dia pun tidak memaksa
Tam Goat Hua.
Dia pun mengatakan gadis tersebut akan memperoleh
suatu keuntungan, tentunya bukan merupakan suatu
keuntungan biasa.
Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua sungguh ingin pergi
ke Istana Setan Pak Bong San. Akan tetapi, dia teringat pula
kalau Tiam Cong dan Go Bi Pai tiba, pasti akan terjadi
keramaian, sayang sekali tidak menyaksikannya.
Selanjutnya pasti tidak akan ada keramaian serupa itu lagi,
itu membuatnya merasa enggan pergi.
Sedangkan di dalam Istana Setan, pasti banyak jebakan
dan berbagai racun, sebab si Nabi Setan-Seng Ling mahir

488
menggunakan racun. Itu amat membahayakan dirinya,
kemungkinan besar dia akan mati keracunan di sana.
Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir, orang berkedok itu
memandang ke langit tanpa bersuara, lama sekali barulah
membuka mulut.
"Kau sudah berpikir jelas?"
Tam Goat Hua tersenyum getir.
"Aku sungguh sulit mengambil keputusan."
Orang berkedok itu tertawa.
"Ha ha! Aku tahu kau ingin sekali menyaksikan keramaian
di sini! Tapi mungkinkah juga kau takut akan kelihayan Istana
Setan Pak Bong San?"
Tam Goat Hua segera menyahut.
"Tentunya aku tidak takut akan kelihayan Istana Setan Pak
Bong San. Kalau itu merupakan telaga naga atau sarang
harimau, aku juga akan ke sana."
Orang berkedok manggut-manggut.
"Bagus! Bagus! Kini dalam rimba persilatan banyak
kekacauan, masih banyak keramaian seperti di sini. Kau ingin
tidak menyaksikannya, itu pun tidak bisa."
Tam Goat Hua terus berpikir, kemudian berkata.
"Bolehkah aku berunding dulu dengan kakakku?"

489
Orang berkedok itu menggelengkan kepala.
"Tidak perlu. Kau mau pergi siapa pun tidak boleh tahu.
Kau tidak mau pergi, juga tidak boleh memberitahukan kepada
siapa pun. Sebab aku akan cari orang lain. Kepandaian gadis
Hui Yan Bun itu cukup Iumayan, bahkan mungkin dia jauh
bernyali darimu. Kalau aku menyuruhnya pergi, dia pasti
segera pergi."
Begitu mendengar ucapan itu, panaslah hati Tam Goat
Hua.
"Baik, aku setuju!"
Orang berkedok itu manggut-manggut.
"Ini baru benar. Hari ini kau mengabulkannya, aku pun
mengatakan, kau tidak akan menyesal kelak." Tam Goat Hua
tertawa.
"Kalau pun aku menyesal kelak tidak jadi masalah."
Orang berkedok itu juga ikut tertawa.
"Itu bergantung pada dirimu sendiri, harus bagaimana
melaksanakannya. Aku berkata sejujurnya, di dalam Istana
Setan amat membahayakan. Kurang berhati-hati, nyawa pasti
melayang, maka kau harus berhati-hati dan waspada setiap
saat!"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Apakah Cianpwee boleh memberi petunjuk, agar aku
dapat terhindar dari bahaya-bahaya itu?"

490
Orang berkedok itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku pun tidak dapat memberi petunjuk, karena tidak tahu
tentang Istana Setan itu. Aku hanya tahu, di dalam Istana
Setan terdapat dua buah peta. Salah sebuah peta itu berada
pada Seng Ling, yang sebuah lagi berada di dalam Istana
Setan. Kalau kau punya kepandaian, boleh mencuri dari badan
Seng Ling, atau sampai di Istana Setan, barulah mencari peta
itu, agar kau lebih leluasa bergerak di sana."
Setelah mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua menarik
nafas dingin.
Coba pikir, Sebun It Nio dan Lu Sin Kong yang
berkepandaian tinggi, masih bukan tandingan si Setan-Seng
Ling. Bagaimana mungkin Tam Goat Hua berani mencuri peta
tersebut dari badan si Datuk Sesat? Lebih baik berangkat ke
Istana Setan Pak Bong San dulu, setelah itu barulah
mengambil keputusan. Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua
berkata.
"Kalau begitu, aku akan berangkat esok pagi."
Orang berkedok itu menggelengkan kepala. "Tidak, kau
harus berangkat malam ini!"
-ooo0ooo-
Bab 22
Begitu mendengar orang berkedok itu menyuruhnya
berangkat malam ini, Tam Goat Hua menjadi tertegun.
"Cianpwee, jarak sini ke Pak Bong San, laksaan mil,
kenapa harus buru-buru berangkat malam ini?"

491
"Gadis liar!" kata orang berkedok seakan menegurnya.
"Kau mau berangkat silakan, tidak mau ya sudahlah!"
Begitu mulai bercakap-cakap dengan orang berkedok itu,
dalam hati Tam Goat Hua sudah tahu, bahwa kalau dia tidak
menuruti perkataannya, dalam hidupnya yang akan datang
pasti akan terpengaruh besar.
Karena kepandaian orang berkedok itu amat tinggi,
sedangkan dia telah berjanji akan memberikan suatu
kebaikan, tentunya amat bermanfaat bagi dirinya. Kepandaian
ayahnya sudah begitu tinggi, namun dalam bidang ilmu silat
memang tiada batasnya. Oleh kaerna itu, dia mau berangkat
atau tidak, itu amat mempengaruhi dirinya. Gadis itu
termangu-mangu, lama sekali baru berkata.
"Baik, malam ini aku berangkat."
Sepasang mata orang berkedok itu tampak bersinar-sinar.
Dia menatap Tam Goat Hua dalam-dalam lalu berkata.
"Gadis baik, setelah kau sampai di Istana Setan, segalanya
harus berhati-hati!"
Tam Goat Hua tahu jelas, bahwa Istana Setan itu
merupakan markas penting si Setan-Seng Ling. Kaum
golongan lurus, tiada seorang pun berani meremehkan Istana
Setan tersebut.
Istana Setan itu berada di dalam perut gunung yang alami.
Dulu Seng Ling dikejar-kejar oleh musuhnya, tanpa sengaja
dia masuk ke dalam perut gunung tersebut. Ketika itu, dia
berjalan beberapa hari di dalam perut gunung itu, tapi tidak
bisa keluar.

492
Di saat yang amat genting itu, dia justru memperoleh
sebuah peta.
Ternyata ratusan tahun lampau, pernah ada orang tinggal
di situ, bahkan meninggalkan sebuah buku pelajaran ilmu silat
dan Lweekang sesat, akhirnya dia berhasil menguasai ilmuilmu
tersebut.
Sejak itu, dia menamai tempat tersebut Istana Setan. Dia
pun menjuluki dirinya sebagai Setan. Puluhan tahun
kemudian, Istana Setan amat terkenal dalam rimba persilatan.
Si Setan-Seng Ling juga memperbarui Istana Setan. Orang
luar sama sekali tidak bisa masuk, sebab Istana Setan
merupakan tempat yang amat bahaya, siapa yang berani
masuk pasti mati.
"Cianpwee, aku berangkat sekarang," kata Tam Goat Hua
yang telah membulatkan tekadnya.
Orang berkedok itu manggut-manggut.
"Kau mewakiliku pergi melaksanakan suatu urusan,
tentunya aku tidak berharap kau mati di Istana Setan. Tapi
mengenai semua jebakan di sana, aku tidak tahu sama sekali.
Untung kini para jago tangguh Istana Setan, semuanya berada
di sini, itu akan mengurangi hambatan. Sekarang aku
menghadiahkan suatu barang kepadamu. Kalau kau merasa
pusing dan mual setelah memasuki Istana Setan, pertanda
kau telah terkena racun. Cepatlah keluarkan barang ini dan
taruhlah ke dalam mulutmu pasti dapat memunahkan berbagai
macam racun! Namun kau harus ingat, sebelum kau terkena
racun, janganlah kau membuka kotak ini melihat isinya, agar
tidak direbut orang!"

493
Usai berkata begitu, orang berkedok itu merogoh ke dalam
bajunya, untuk mengeluarkan sebuah kotak kecil warna hitam,
lalu diberikan kepada Tam Goat Hua.
Gadis itu menerimanya. Kotak itu amat ringan seakan tidak
berisi apa-apa. Karena merasa heran, maka dia mengambil
keputusan untuk membuka kotak itu dan melihat isinya.
Akan tetapi, apabila Tam Goat Hua membuka kotak itu di
hadapan orang berkedok, tentunya orang itu akan marah,
maka lebih baik setelah meninggalkan tempat itu, barulah
membuka kotak tersebut dan melihat isinya.
Tam Goat Hua menyimpan kotak kecil itu ke dalam
bajunya, kemudian menoleh untuk memandang kakaknya.
Dilihatnya kakaknya masih tetap bercakap-cakap dengan Han
Giok shia.
Gadis itu berpikir, kini ada Han Gik Shia mendampingi
kakaknya. Maka, dalam beberapa hari, tentu kakaknya tidak
akan memperhatikannya. Dia bangkit berdiri, dan orang
berkedok itu segera berkata.
"Bagaimana aku kalau mengantarmu sejenak?"
Tam Goat Hua menggelengkan kepala.
"Tidak usah!"
Badan Tam Goat Hua bergerak, lalu melesat sejauh
beberapa depa. Dia bersembunyi sebentar di balik sebuah
batu, setelah itu barulah dia melesat pergi. Dalam waktu
sekejap, dia sudah menghilang dalam kegelapan....

494
Malam itu, di puncak Sian Jin Hong sama sekali tidak
terjadi apa-apa. Keesokan harinya, juga tidak terjadi sesuatu.
Ketika hari mulai senja, tampak kabut tebal mulai menutup
puncak Sian Jin Hong. Mendadak tampak beberapa sosok
bayangan berkelebat menerobos kabut tebal itu.
Berturut-turut tujuh bayangan itu melesat ke atas puncak
Sian Jin Hong. Begitu ketujuh bayangan itu sampai,
terdengarlah suara seruan dari orang yang berada di puncak.
"Ketua Tiam Cong datang!"
Tampak tujuh orang melayang turun. Orang yang
melayang turun duluan berbadan agak kurus. Dia memakai
jubah kelabu. Di pinggangnya bergantung sebilah pedang
panjang, yang bentuk sarungnya amat aneh.
Kalau melihat pedang tersebut, para kaum rimba
persilatan pasti tahu bahwa pemiliknya adalah Chu Liok Khie
yakni ketua Tiam Cong Pai.
Enam orang yang menyertainya, berusia lebih muda satu
sama lain, tapi yang paling muda sudah berusia empat
puluhan.
Keenam orang itu, semuanya jago tangguh Tiam Cong Pai,
saudara seperguruan Chu Liok Khie.
Mereka bertujuh juga adik seperguruan Sebun It Nio.
Chu Liok Khie ketua Tiam Cong Pai memandang semua
orang yang berada di situ, kemudian pandangannya berhenti
pada Liok Ci Siansing dan kawan-kawannya. Setelah itu
mengarah pada Hwe Hong Sian Kouw dan pihak Hui Yan Bun,

495
lalu mendengus "Hm" sambil melangkah ke depan lewat di sisi
lingkaran Hui Yan Bun.
Saat itu, semua orang sudah tahu Sebun It Nio mati di
tangan Hwe Hong Sian Kouw. Maka ketika melihat Chu Liok
Khie melangkah ke arah Hui Yan Bun, mereka merasa tegang.
Mereka mengira kedua pihak itu akan segera bertarung,
namun Chu Liok Khie dan keenam saudara seperguruannya,
hanya melewati sisi lingkaran Hui Yan Bun saja.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih mendongakkan kepala untuk
memandang mereka dengan dingin sekali.
Setelah melewati sisi lingkaran Hui Yan Bun, mereka
bertujuh lalu melangkah ke arah si Setan-Seng Ling.
Dari mata mereka, dapat diketahui bahwa hati mereka
penuh diliputi kegusaran.
Salah seorang diantara mereka, yang penuh brewok
berkata dengan suara keras.
"Toa Suheng (Saudara Seperguruan Tertua), mau turun
tangan terhadap siapa duluan?"
Chu Liok Khie menyahut dengan suara dalam. "Tunggu Go
Bi Pai datang, baru dibicarakan!" Sembari menyahut dia
berjalan ke sebuah batu besar. Mendadak badannya berputar,
tahu-tahu dia sudah menghunus pedangnya. Tampak cahaya
putih berkelebatan dan seketika terdengar suara benturan
yang amat nyaring.
Trang! Trang! Trang!

496
Batu besar itu telah hancur berterbangan ke mana-mana.
Hanya sekejap pedang itu sudah masuk ke dalam sarungnya.
Gerakan Chu Liok Khie begitu cepat laksana kilat, sehingga
semua orang tidak dapat melihat jelas, bagaimana bentuk
pedangnya itu.
Setelah itu, mereka bertujuh pun duduk di situ. Wajah
lelaki bewok tampak penuh kegusaran. Dia tak henti-hentinya
menatap si Setan-Seng Ling dan Hwe Hong Sian Kouw, sambil
mulutnya mengoceh tidak karuan.
Mendadak si Walet Hijau-Yok Kun Sih mendongakkan
kepala untuk memandang lelaki bewok itu seraya bertanya.
"Lam Kiong Seh, kau sedang buang kentut apa?"
Ternyata lelaki bewok itu bernama Lam Kiong Seh,
julukannya Pek Lek Kiam (Pedang Halilintar). Namanya cukup
terkenal dalam rimba persilatan. Dia mahir Hong Lui Pek Lek
Kiam Hoat (Ilmu Pedang Angin Halilintar), yakni ilmu pedang
andalan Tiam Cong Pai. Dia pun mahir ilmu pedang lain.
Sifatnya amat berangas dan tidak sabaran.
Kalau tidak ada yang menegurnya ketika dia mengoceh,
dia pun tidak berani sembarangan melampiaskan
kegusarannya, karena harus menjaga nama Chu Liok Khie
ketua Tiam Cong Pai.
Tapi si Walet Hijau-Yok Kun Sih ketua Hui Yan Bun justru
menegurnya dengan dingin, sebab mendengar ocehannya
menyinggung Hui Yan Bun.
Begitu ada orang menegurnya, Pek Lek Kiam Lam Kiong
Seh bergirang dalam hati, dan dia langsung melotot sekaligus
membentak.

497
"Busuk tak dapat dicium, kau sedang buang kentut?"
Kedudukan si Walet Hijau-Yok Kun Sih dalam rimba
persilatan amat tinggi, tapi kini di hadapan begitu banyak
orang dimaki Lam Kiong Seh. Dapat dibayangkan betapa
malunya dirinya. Wajah langsung berubah dan kemudian dia
berkata dingin.
"Lam Kiong Seh, cepat atau lambat kita pasti bertarung,
bagaimana kalau sekarang saja?"
Walau Lam Kiong Seh bersifat berangasan dan tidak
sabaran, namun dia pun amat cerdik. Ketika si Walet Hijau-
Yok Kun Sih menantangnya, dia malah tertawa gelak.
"Ha ha ha! Kau memang berpengertian, tahu diri sendiri
melindungi seorang pembunuh, maka tahu pula kami tidak
akan melepaskanmu!"
Yok Kun Sih tertawa panjang. Ketika baru mau menyahut,
mendadak Hwe Hong Sian Kouw sudah bangkit berdiri.
"Karena sebelumnya terkena pukulan Im Si Ciang, maka
kemudian mati di tanganku! Aku yang bertanggung jawab,
kenapa kau cari urusan dengan orang lain?"
Lam Kiong Seh tertegun, sehingga tak dapat mengucap
sepatah kata pun.
Di saat bersamaan, sekonyong-konyong Gin Koan Tojin
tertawa panjang, lalu berkata.
"Si Pecut Emas-Han Sun, mati di tangan siapa?" Kali ini,
giliran Hwe Hong Sian Kouw tak dapat berkata apa pun.

498
Begitu Gin Koan Tojin menyinggung si Pecut Emas-Han
Sun, wajah Han Giok Shia langsung berubah murung.
Tam Ek Hui kakak Tam Goat Hua yang berada di sisinya
melihat itu, sepasang alisnya yang berbentuk golok terangkat
sedikit.
Dia tahu gadis itu berhati keras, maka kalau dia
menasihatinya juga tiada gunanya, namun tetap
memanggilnya dengan suara rendah.
"Nona Han...."
Han Giok Shia langsung membanting kaki, kemudian
menyahut sengit.
"Saudara Tam, kau tidak perlu membela orang lain! Dia
sudah mengaku, lagipula di hadapan mayat ayahku, aku telah
bersumpah akan membalas dendam! Kalau Kim Kut Lau tidak
memberitahukan itu, aku... aku nyaris menuduh orang baik!"
Ketika Han Giok Shia melihat mayat ayahnya di menara
Hou Yok, di dinding pun terdapat tulisan "Tam Lu".
Di saat itu, dia menganggap Tam Sen dan Lu Sin Kong,
yang membunuh ayahnya. Namun kemudian dia teringat Tam
Ek Hui, maka hatinya jadi kacau. Kini dia sudah tahu siapa
pembunuh ayahnya, maka dalam hatinya sudah tidak ada
ganjalan terhadap pemuda itu.
Usai Han Giok Shia berkata, hati Tam Ek Hui pun tergerak
dan kemudian dia berseru dengan suara nyaring.
"Semuanya jangan ribut mulut!"

499
Di puncak Sian Jin Hong, Tam Ek Hui tidak terhitung jago
tangguh nomor satu. Tapi ketika dia berseru nyaring sekaligus
tampil, justru amat menarik perhatian semua orang, dan
seketika suasana pun menjadi hening.
Dia bertanya kepada Han Giok Shia.
"Nona Han, di mana kau menemukan mayat ayahmu?"
Han Giok Shia berkertak gigi seraya menyahut. "Di tingkat
teratas menara Hou Yok!"
Begitu mendengar sahutan Han Giok Shia, Hwe Hong Sian
Kouw langsung meloncat bangun. "Ah Shia, betulkah begitu?"
Han Giok Shia mendengus, tapi tidak menjawab. Tam Ek
Hui segera berkata.
"Nona Han, pasti ada sesuatu di balik itu. Kemarin Kim Kut
Lau bilang, dia melihat Hwe Hong Sian Kouw menusuk mati
ayahmu, lalu bagaimana mayat ayahmu bisa lari ke tingkat
teratas menara Hou Yok?"
Han Giok Shia tertegun ketika mendengar ucapan itu.
Ternyata kemarin, begitu tahu Hwe Hong Sian Kouw
membunuh ayahnya, hatinya menjadi kacau, maka tidak
memikirkan itu.
Lagipula semua orang sama sekali tidak tahu, bahwa
mayat si Pecut Emas-Han Sun berada di menara Hou Yok.
Masalah yang begitu penting, baru diungkap Tam Ek Hui
karena ketelitiannya.

500
Semua orang tidak menyangka urusan itu begitu aneh,
maka semuanya menjadi tertegun.
Han Giok Shia berkata.
"Mungkin setelah membunuh ayahku, dia lalu membawa
mayat ayahku ke menara itu."
Hwe Hong Sian Kouw langsung berseru. "Ah Shia...!"
Ucapannya belum selesai, Kim Kut Lau yang duduk di
dahan pohon sudah memotongnya.
"Nona Han, itu bukan tuduhan! Aku menyaksikannya
dengan mata kepala sendiri, setelah menusuk mati ayahmu,
dia langsung berlari keluar!"
Tam Ek Hui cepat-cepat berkata.
"Nona Han, aku menyinggung urusan ini justru ada
sesuatu lain!"
Han Giok Shia menyahut dingin.
"Itu ada hubungan apa? Yang jelas ayahku mati di
tangannya!"
Tam Ek Hui menghela nafas panjang lalu membungkam.
Tadi si Walet Hijau-Yok Kun Sih dan Lam Kiong Seh sudah
mau bertarung, tapi terhambat oleh pembicaraan itu, maka
mereka berdua sudah tidak punya alasan untuk bertarung.
Lagipula Chu Liok Khie juga memberi isyarat kepada Lam

501
Kiong Seh agar tidak banyak urusan. Maka suasana di puncak
Sian Jin Hong menjadi hening seketika.
Tapi keheningan itu tidak berlangsung lama, karena
mendadak terdengar suara pujian Sang Buddha.
"Omitohud!" Suara itu bagaikan halilintar di siang hari
bolong, menggetarkan jantung semua orang.
Betapa terkejutnya hati semua orang yang berada di
puncak Sian Jin Hong. Yang mengejutkan bukan suara itu,
melainkan semua orang sudah tahu siapa yang datang.
Sejak tadi Liat Hwe Cousu Hwa San Pai berada di sana dan
berusaha menangkap Tam Goat Hua, gadis itu terus duduk
diam di tempat, tak bergerak sama sekali.
Ketika suara pujian Sang Buddha mengalun, dia segera
membuka matanya dan badannya langsung bergetar.
Seketika suasana di puncak Sian Jin Hong, bertambah
hening.
Berselang sesaat, barulah tampak sosok yang tinggi besar,
yang ternyata seorang Hweeshio tua berwajah kemerahmerahan
melayang ke sana.
Hweeshio tua itu mengenakan jubah bhiku warna putih
keperakan. Di lehernya melingkar seuntai tasbih dan di
wajahnya tersirat rasa belas kasih.
Sampai di puncak Sian Jin Hong, Hweeshio tua itu
menyebut "Omitohud" lagi dan berkata.
"Siancai! Siancai! Ternyata kalian sudah tiba duluan!"

502
Di saat Hweeshio tua itu berkata, muncul lagi tiga bhiku ke
puncak Sian Jin Hong.
Ketiga bhiku itu berusia pertengahan. Yang dua tampak
mirip sekali, dan keduanya bersikap hambar.
Yang satu lagi berwajah besi, namun badannya kurus
sekali dan kelihatan akan roboh bila terhembus angin gunung.
Begitu keempat bhiku itu muncul, semua orang tahu
bahwa urusan sudah semakin membesar.
Padahal mereka hanya mengira Lu Sin Kong akan
mengundang beberapa jago tangguh Go Bi Pai ke puncak Sian
Jin Hong. Namun tak disangka, dia juga mengundang ketua
Go Bi Pai aliran bhiku, Sui Cing Siansu.
Sui Cing Siansu sudah datang, tentunya ketua Go Bi Pai
Sok Bun (Aliran Yang Tidak Menyucikan Diri) pasti akan
muncul pula.
Di saat semua orang berpikir demikian, mendadak
terdengar suara siulan, kemudian tampak seseorang
berkelebat menuju ke puncak Sian Jin Hong. Dia adalah Lu Sin
Kong.
Begitu Lu Sin Kong tiba, suasana di tempat itu langsung
tegang mencekam.
Di belakang Lu Sin Kong tampak empat orangtua. Salah
seorang dari mereka penuh brewok dan tampak gagah sekali.
Semua orang mengenalinya, yang tidak lain Ang Eng Leng
Long, ketua Go Bi Pai aliran tidak menyucikan diri.

503
Begitu mereka muncul, pihak Tiam Cong Pai langsung
menyapa.
"Saudara Chu sudah datang duluan!" seru Lu Sin Kong.
Chu Liok Khie menyahut.
"Kami pun baru tiba, saudara Lu, tentunya kita selesaikan
dulu urusan isterimu!"
Lu Sin Kong manggut-manggut.
"Tidak salah! Satu persatu harus diselesaikan semua!"
Usai berkata, Lu Sin Kong membalikkan badannya untuk
memandang Hwe Hong Sian Kouw seraya membentak.
"Sian Kouw, jangan berpura-pura tidak ada urusan!"
Tangan Lu Sin Kong bergerak, golok yang berkilau-kilau itu
sudah berada di tangannya.
Chu Liok Khie ketua Tiam Cong Pai segera berkata.
"Saudara Lu, kalian baru tiba pasti lelah, biar aku saja
yang turun tangan duluan membalas dendam Suci (Kakak
Seperguruan Perempuan)!"
Lu Sin Kong menyahut.
"Sebun It Nio adalah isteriku, harus aku pula yang turun
tangan membalas dendamnya!"

504
Lu Sin Kong berjalan ke tanah kosong, kemudian
menuding Hwe Hong Sian Kouw dengan goloknya seraya
membentak.
"Ayoh keluar!"
Dia menuding Hwe Hong Sian Kouw dengan golok.
Padahal dalam rimba persilatan terdapat satu peraturan, kalau
bukan punya dendam kesumat, tidak boleh berlaku demikian.
Apabila Hwe Hong Sian Kouw keluar untuk bertarung, berarti
pertarungan antara mati dan hidup.
Padahal Lu Sin Kong dan Hwe Hong Sian Kouw adalah
jago tangguh dari golongan lurus, tapi kini mereka justru
terikat akan suatu dendam kesumat. Itu membuat kaum
golongan lurus merasa sakit di hati. Tapi pihak golongan
sesat, malah bersorak kegirangan dalam hati.
Terdengar Chu Liok Khie berkata.
"Saudara Lu akan menghadapi Hwe Hong Sian Kouw, kami
akan mencari setan iblis untuk membuat perhitungan !"
Chu Liok Khie membalikkan badannya, untuk memandang
si Setan-Seng Ling seraya membentak.
"Setan tua, masih tidak mau keluar?"
Trang. Dia telah menghunus pedangnya.
Tam Ek Hui yang menyaksikan itu, menjadi gugup sekali.
Karena dia tahu, ayahnya justru ingin meleraikan pertikaian
itu, akan tetapi, ayahnya malah belum muncul, entah berada
di mana?

505
Apabila mereka mulai bertarung, sudah pasti sulit
dileraikan lagi.
Berpikir sampai di situ, Tam Ek Hui teringat akan
tugasnya, biar bagaimanapun harus menenangkan suasana
itu.
Oleh karena itu, pemuda tersebut segera bangkit berdiri
seraya berkata dengan lantang.
"Chu Tayhiap, Lu Cong Piau Tau! Bisakah kalian berdua
mendengar perkataanku?"
Chu Liok Khie dan Lu Sin Kong menolehkan kepala. Ketika
melihat yang berbicara itu seorang pemuda tampan yang tak
tampak jahat sama sekali, maka mereka berdua bertanya
serentak.
"Perkataan apa?"
Tam Ek Hui menyahut.
"Lu Cong Piau Tau ke mari, justru dikarenakan anak!"
Lu Sin Kong menatapnya tajam.
"Maksudmu?"
Tam Ek Hui tersenyum.
"Lu Cong Piau Tau telah keliru, karena anakmu masih
hidup!"
Lu Sin Kong tertawa sedih.

506
"Anak muda, lebih baik kau menonton keramaian saja!"
Apa yang dikatakan Lu Sin Kong, berarti dia tidak percaya
akan apa yang dikatakan pemuda itu.
Padahal dia dalam keadaan marah besar, namun masih
berlaku sungkan terhadap Tam Ek Hui. Itu disebabkan dia
melihat Tam Ek Hui masih muda, tampan dan tampak tenang
sekali, punya tulang bagus dan berbakat, tentunya adalah
murid orang pandai, maka dia berlaku sungkan kepadanya.
Tam Ek Hui menghela nafas panjang.
"Lu Cong Piau Tau, kita semua adalah kaum rimba
persilatan, untuk apa menimbulkan bencana hanya
dikarenakan sedikit salah paham?"
Mendengar apa yang dikatakan Tam Ek Hui, seketika
kemarahan Lu Sin Kong menjadi memuncak.
"Bocah, ternyata kau menyuruhku jangan balas dendam!"
"Aku...."
Tam Ek Hui baru berkata sampai di situ, tapi Lu Sin Kong
sudah melesat ke arahnya.
Bersamaan itu, dia pun mengeluarkan jurus Tiga Lingkaran
Menutupi Bulan.
Tam Ek Hui berusia muda, tidak menyangka dirinya
bermaksud baik malah diserang.

507
Sam Hoan Toh Goat merupakan jurus andalan Lu Sin
Kong. Tampak goloknya berkelebatan mengurung Tam Ek Hui.
Tam Ek Hui segera menekuk sedikit kakinya, lalu
berjungkir balik untuk menghindari serangan itu. Walau dia
bergerak cepat, namun golok Lu Sin Kong lebih cepat
menyabet bahunya.
Setelah berdiri tegak sejauh beberapa depa, Tam Ek Hui
sama sekali tidak menghiraukan bahunya yang telah berdarah
itu.
"Lu Cong Piau Tau, aku tidak berkata menyuruhmu jangan
membalas dendam."
Lu Sin Kong tertawa dingin.
"Bocah, aku telah mengampunimu, tapi kenapa kau masih
banyak omong?"
Ketika Tam Ek Hui mau mengatakan sesuatu, si Sastrawan
Se Chi yakni salah seorang dari Tujuh Dewa berseru.
"Sobat kecil, kau bermaksud meleraikan pertikaian ini, tapi
itu akan sia-sia. Untuk apa kau cari penyakit?"
Tam Ek Hui segera memberi hormat kepada Lu Sin Kong
seraya berkata.
"Aku tahu tiada kemampuan, tapi harap kalian tunggu
kedatangan ayahku! Mau bertarung atau tidak, itu urusan
nanti."
Lu Sin Kong bertanya membentak.

508
"Siapa ayahmu?"
"Ayahku bernama Tam Sen," sahut Tam Ek Hui. "Ternyata
dia!" Lu Sin Kong manggut-manggut.
Mendadak terdengar seorang tertawa lalu berkata.
"Tidak begitu banyak orang yang kenal Tam Sen. Namun
kalau diungkit tentang orang dari aliran Buddha dan Iblis,
majikan pulau Hwe Ciau Tocu yang mahir ilmu Cit Sat Sin
Ciang dan Hian Bu Sam Na, Cit Sat Sin Kun yang
menggetarkan kolong langit itu, semua orang pasti tahu siapa
dia."
Orang yang berkata itu adalah orang berkedok Buddha
Tertawa, yang tangannya memegang sebuah kipas rombeng.
Suara itu amat mengejutkan semua orang. Go Bi Sui Cing
Siansu langsung merangkapkan sepasang tangannya di dada
seraya memuji Sang Buddha "Omitohud", Hwa San Liat Hwe
Cousu segera bangkit berdiri, sedangkan Tujuh Dewa saling
memandang. Dugaan mereka terhadap asal-usul Tam Sen
memang tidak salah, tapi justru tidak disangka bahwa dia
sendiri adalah Cit Sat Sin Kun.
Sebaliknya Tam Ek Hui malah tertegun. Dia sama sekali
tidak tahu apa yang disebut Hwe Ciau Tocu dan bagaimana
ayahnya berjuluk Cit Sat Sin Kun?
Sebelum Tam Ek Hui bertanya kepadanya, orang berkedok
itu tertawa dingin seraya berkata.
"Mungkin dalam waktu sepuluh hari, dia tidak akan ke
mari. Lu Cong Piau Tau, bisakah kau menunggu lebih dari
sepuluh hari?"

509
Lu Sin Kong menggeram, sambil menuding Hwe Hong Sian
Kouw lagi dengan goloknya.
"Hwe Hong Sian Kouw, di hadapan kaum rimba persilatan,
apakah kau tidak berani keluar bertarung denganku?"
Sementara Chu Liok Khie juga membentak lantang
terhadap si Setan-Seng Ling. Akan tetapi, suara mereka justru
tertindih oleh suara siulan orang berkedok itu.
Suara siulan itu terus bergema entah sampai berapa jauh,
bagaikan ombak menderu dan halilintar memecah bumi.
Lama sekali barulah dia berkata.
"Hari ini di puncak Sian Jin Hong berkumpul para jago
tangguh dari berbagai aliran. Namun kita semua bukanlah
kurcaci rimba persilatan, tentunya tidak akan bertarung secara
massal! Pertikaian ini memang sulit dileraikan, namun harus
diselesaikan satu demi satu! Siapa yang berani bertindak
sembarangan, jangan mempersalahkan kalau aku marah!"
Seusai orang itu berkata, semua orang merasa geli tapi
juga merasa gusar. Karena nada suaranya, seakan
menghendaki pertarungan berlangsung lebih lama, agar dia
dapat menonton sepuas-puasnya.
Oleh karena itu, Ang Eng Leng Long, ketua Go Bi Pai
segera bertanya.
"Siapa Anda?"
-ooo0oooKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
510
Bab 23
Orang berkedok itu tertawa terkekeh-kekeh.
"He he! Kau tidak perlu bertanya siapa aku. Kalau kau
tidak setuju apa yang kukatakan, bagaimana kalau kita coba
kepandaian masing-masing?"
Ang Eng Leng Long setuju dalam hati, karena dia tidak
mau memperlihatkan kelemahannya di hadapan semua orang.
Dia lalu melangkah lebar ke arah orang berkedok itu,
sedangkan orang berkedok itu pun meloncat turun dari batu
yang didudukinya.
Ang Eng Leng Long menjulurkan tangannya seraya
berkata.
"Mari kita berkenalan!"
Dia mengajak bersalaman orang berkedok itu, hanya
untuk alasan, tapi yang benar dia ingin mengadu tenaga.
Karena Ang Eng Leng Long adalah ketua Go Bi Pai, Lu Sin
Kong yang berkepandaian begitu tinggi pun masih
bawahannya. Tentu kedudukannya amat tinggi dalam rimba
persilatan.
Berdasarkan kedudukannya, apabila bertarung tanpa suatu
alasan, itu akan merendahkan namanya, maka dia ingin
bersalaman dengan orang berkedok itu untuk mengadu
tenaga.
"Baik!" sahut orang berkedok itu. Sambil menjulurkan
tangan kanannya.

511
Kemudian mereka bersalaman, tapi Ang Eng Leng Long
segera mengerahkan hawa murninya.
Betapa dahsyatnya hawa murni itu menerobos keluar dari
jalan darah Lou Kiong Hiat di telapak tangannya.
Ketika tenaga yang amat kuat itu menerjang, Ang Eng
Leng Long justru merasa telapak tangan pihak lawan berubah
lunak, tapi ada tenaga yang amat kuat menghisap tenaganya.
Ang Eng Leng Long tertegun dan membatin, ilmu apa itu?
Dia tidak berani ceroboh, maka cepat-cepat menarik
kembali tenaganya. Seketika terdengar suara "Bum", salaman
mereka terlepas dan masing-masing terpental ke belakang
satu langkah.
Kelihatannya tenaga mereka seimbang, karena masingmasing
terpental ke belakang.
Tapi Ang Eng Leng Long mengerti bahwa dirinya yang
kalah mengadu tenaga dengan orang berkedok itu, sebab dia
yang mengerahkan tenaga, sebaliknya pihak lawan cuma diam
saja.
Kemudian dia pula yang menarik kembali tenaganya
sendiri, sehingga salaman mereka terlepas.
Di situ dapat diketahui tenaga siapa yang lebih kuat. Tapi
tidak membuat Ang Eng Leng Long kehilangan muka.
"Anda memang berderajat menjadi si penyelenggara
pertemuan ini."

512
Kejadian yang sebenarnya, hanya dua tiga orang yang
dapat mengetahuinya, yaitu Sui Cing Siansu dan Liat Hwe
Cousu, sedangkan yang lain tidak tahu sama sekali.
Orang berkedok itu tertawa.
"Terimakasih, Saudara!" ucapnya dan kemudian
melanjutkan. "Tapi yang lain, apakah ada yang protes?"
Berdasarkan kedudukan Ang Eng Leng Long,ditambah lagi
tadi mengadu tenaga dalam keadaan seri, maka orang tidak
ada yang protes.
Karena itu, orang berkedok berkata lagi.
"Kalau begitu, kita bertanding ilmu silat di sini, tentunya
berbeda dengan pertandingan kaum rimba persilatan lain.
Kalau mau bertanding ilmu sastra, itu terserah kalian, aku
tidak akan mencampurinya. Tapi kalau mau bertanding ilmu
silat di tanah datar, itu tak berarti sama sekali."
Berkata sampai di sini, mendadak orang berkedok itu
merogoh ke dalam bajunya "Crak Crak", tahu-tahu tangannya
sudah menggenggam belasan batang besi sebesar jari
kelingking, panjangnya setengah depa.
Kedua ujungnya tajam, justru membuat semua orang
heran, tidak tahu untuk apa orang berkedok itu mengeluarkan
belasan batang besi itu.
Orang berkedok tertawa-tawa, kemudian badannya
berputar cepat sekaligus menancapkan batang-batang besi itu
di atas batu.

513
Untuk menancap batang-batang besi itu di atas batu,
banyak orang yang juga dapat melakukannya. Akan tetapi,
tiada seorang pun yang dapat bergerak begitu cepat.
Kini semua orang baru melihat jelas, batang-batang besi
itu, berjumlah enam belas, setiap depa tertancap sebatang
dan membentuk segi empat seluas batu tersebut.
Setelah itu, orang berkedok tersebut berkata.
"Batang-batang besi itu amat tajam, siapa yang ingin
bertarung, harus di atas batang-batang besi itu!"
Semua orang menyahut dengan gembira. "Bagus!"
Karena orang yang berkepandaian tinggi tentu memiliki
Lweekang, Gwakang dan Ginkang, maka kalau bertanding di
atas batang-batang besi tajam itu, tentunya amat menarik
sekali.
Akan tetapi, bagi yang berkepandaian rendah, sudah pasti
tidak dapat ikut bertarung.
"Phui!" Mendadak Tiat Cit Song Jin meludah. "Itu apaan?"
Orang berkedok berkata.
"Sobat ahli Gwakang, aku tahu cara itu agak kurang
bijaksana bagimu. Tapi aku punya akal lain."
Usai berkata begitu, orang berkedok berjalan beberapa
langkah di sisi-sisi batang-batang besi tajam itu, lalu kembali
ke tempat semula sambil tertawa-tawa. Ternyata batu itu
sudah agak rata.

514
"Tiat Cit Song Jin, kau tahu maksudku?"
Tiat Cit Song Jin meludah lagi.
"Phui! Aku mana tahu?"
Orang berkedok menyahut.
"Kalau ada orang tidak mau bertarung di atas besi tajam,
boleh bertarung di atas batu datar. Tapi kalau setiap jurus
tidak dapat meninggalkan jejak kaki di atas batu, lebih baik
orang itu pulang tidur."
"Bagus! Bagus!" seru Tiat Cit Song Jin sambil tertawa. Dia
memang menghendaki demikian.
Tujuh Dewa menyaksikan itu dengan dingin, namun yakin
orang berkedok itu tidak hanya berkepandaian amat tinggi,
tapi terhadap kepandaian setiap orang yang ada di situ,
sepertinya sudah tahu jelas dan memperhitungkannya. Oleh
karena itu, Tujuh Dewa amat kagum kepadanya.
Akan tetapi, kelihatannya tiada seorang pun yang tahu
akan asal-usul orang berkedok itu, bahkan juga tidak
mengenalnya.
Itu sungguh mengherankan. Seperti halnya Hwe Ciau
Tocu, Cit Sat Sin Kun. Dia sudah hampir dua puluh tahun tidak
memunculkan diri. Walau dia tidak memakai julukan Cit Sat
Sin Kun, namun memakai nama aslinya Tam Sen, masih dapat
diterka asal usulnya.
Sedangkan orang berkedok itu, justru tiada seorang pun
yang tahu asal-usulnya.

515
Melihat tingkah lakunya, sebentar lurus dan sebentar
sesat, sehingga membuat semua orang tidak dapat menduga
dia berasal dari mana.
Orang berkedok melanjutkan ucapannya.
"Lu Cong Piau Tau dan Hwe Hong Sian Kouw ingin
bertarung duluan, dipersilakan naik!"
Terdengar si Walet Hijau-Yok Kun Sih menyahut.
"Beberapa hari ini, pikiran Hwe Hong Sian Kouw agak
terganggu, membuatnya tak bersemangat. Siapa ingin
mencarinya untuk membalas dendam, cari aku juga sama!"
Suaranya amat nyaring dan bergema di udara lama sekali.
Di saat bersamaan dia pun sudah melesat ke sisi batu besar
itu. Kemudian mendadak badannya melambung ke atas dua
depa, dengan gerakan Angin Menerpa Bunga Ho, tahu-tahu
dia sudah berdiri di sebuah batang besi tajam, dan sepasang
matanya terus menatap Lu Sin Kong.
Sebun It Nio mati di tangan Hwe Hong Sian Kouw, maka
Lu Sin Kong cuma ingin membalas dendam itu terhadap si
pembunuh itu, jadi merasa enggan untuk bertarung dengan si
Walet Hijau-Yok Kun Sih.
Tiba-tiba seseorang berseru.
"Bagus sekali! Kebetulan belum membuat perhitungan atas
kematian si Pecut Emas-Han Sun!"
Semua orang memandang orang yang berseru itu,
ternyata Gin Koan Tojin.

516
Dia melesat ke arah batu besar itu, lalu meloncat ke atas
dan berdiri di atas sebatang besi tajam di hadapan Yok Kun
Sih.
Orang berkedok tertawa gelak.
"Ha ha ha! Orang yang berkepentingan belum naik, tapi
para pembantu malah berebutan naik! Baiklah! Kalian berdua
cuma bertanding untuk mengetahui siapa yang menang dan
yang kalah, tapi jangan bertarung mati-matian!"
Yok Kun Sih menyahut dingin.
"Ini ada hubungan apa denganmu?"
Orang berkedok itu tertawa.
"Tidak ada hubungan ya sudahlah!"
Dia segera mundur, lalu duduk di atas sebuah batu sambil
mengipasi dirinya dengan kipas rombeng itu.
Yok Kun Sih dan Gin Koan Tojin yang berdiri di atas
batang besi tajam, hanya berjarak satu depa.
Gin Koan Tojin menghimpun Lweekangnya, kemudian
memberi hormat kepada Yok Kun Sih.
"Silakan, si Walet Hijau-Yok!"
Ketika memberi hormat, Gin Koan Tojin telah
menyerangnya dengan Lweekang. Kini mereka berdua samasama
berdiri di atas batang besi tajam, dengan sebelah kaki.
Kalau tidak memiliki Ginkang tinggi, kaki mereka pasti akan

517
tertembus oleh batang besi tajam itu, maka mereka
berduapun harus berhati-hati.
Gin Koan Tojin tahu jelas betapa tingginya Ginkang Yok
Kun Sih, karena itu dia menyerang duluan tanpa berlaku
sungkan-sungkan lagi.
Badan Yok Kun Sih bergerak ringan. Dia berkelit sekaligus
hinggap di atas batang besi tajam lain berjarak dua depa.
Gin Koan Tojin pun menggeserkan badannya. Sebelah
tangannya ikut bergerak, jurus Mendorong Perahu Mengikuti
Arus dikeluarkannya.
Jurus tersebut mengarah tiga buah jalan darah Tiong Hu,
Yun Bun dan Sien Ki Hiat di tubuh Yok Kun Sih.
Ketiga jalan darah itu merupakan jalan darah yang amat
penting dalam tubuh orang.
Di dalam jurus kedua, Gin Koan Tojin sudah turun tangan
mengarah jalan darah yang amat penting itu. Dapat diketahui
bahwa itu merupakan pertarungan mati-matian.
Saat ini Yok Kun Sih sudah tidak bisa mundur, sebab dia
berdiri di atas batang besi tajam yang paling pinggir,
sedangkan sebelah tangan lain Gin Koan Tojin sudah
menepuk, menghalangi arah kiri agar Yok Kun Sih tidak dapat
meloncat ke sana.
Kelihatannya jurus Sun Sui Thui Cou amat lihay. Semua
orang menduga bahwa Yok Kun Sih tidak akan mampu
menghindari serangan itu.

518
Tapi di saat totokan Gin Koan Tojin sampai di depan
dadanya, mendadak Yok Kun Sih menekuk badannya.
Tampaknya tekukan itu tiada gunanya sama sekali, sebab
jurus Sun Sui Thui Cou justru mengarah jalan darah di bagian
dada Yok Kun Sih. Walau dia menekuk badannya, jalan darah
di bagian dada pasti tertotok.
Akan tetapi, si Walet Hijau-Yok Kun Sih bukan orang yang
tak bernama, bagaimana mungkin dia akan kalah di tangan
Gin Koan Tojin dalam jurus kedua?
Ternyata ketika dia menekukkan badannya, di saat
bersamaan dia justru menjulurkan lengan kanannya,
mengarah pada urat nadi di tangan kiri Gin Koan Tojin,
sekaligus tangan kirinya mendorong ke arah badan Gin Koan
Tojin.
Yok Kun Sih memiliki Lweekang tinggi, maka dorongan
tangan kirinya menimbulkan suara menderu-deru.
Begitu melihat Yok Kun Sih mengeluarkan jurus yang amat
jitu itu, tertegun hati Gin Koan Tojin. Dia cepat-cepat menarik
lengan kanannya, bersamaan itu dia pun mengibaskan tangan
kirinya. Ternyata dia mengeluarkan jurus Sungai Perak
Melintang. Jurus itu mengarah ke lengan kanan Yok Kun Sih.
Jurus tersebut sungguh indah dan lihay. Tangan Yok Kun
Sih yang sudah mendorong ke depan sudah tidak dapat ditarik
kembali.
Ketika semua orang baru mau berseru memuji, mendadak
terjadi suatu perubahan yang di luar dugaan. Tampak tangan
kiri Yok Kun Sih diturunkan ke bawah, dan sekaligus dia
bergerak secepat kilat.

519
Serr!
Sebuah Cambuk Perak sudah berada di tangannya, dan
langsung digunakan untuk menyerang Gin Koan Tojin dengan
jurus Menyapu Ribuan Prajurit. Cambuk yang panjangnya kirakira
hampir dua depa itu bergerak cepat sekali, sehingga yang
tampak hanya sinar putri berkelebat mengarah ke dada Gin
Koan Tojin.
Di saat Gin Koan Tojin sudah hampir meraih kemenangan,
justru tidak menyangka kalau Yok Kun Sih akan
menyerangnya dengan cambuk.
Betapa gusarnya dan terkejutnya Gin Koan Tojin. Terpaksa
ia menahan serangannya dan sekonyong-konyong dia
merasakan telapak kakinya sakit sekali, ternyata ujung batang
besi yang tajam itu telah menembus alas sepatu kainnya.
Gin Koan Tojin tahu jelas, apabila pertarungan itu
dilanjutkan, tentu dirinya yang akan celaka. Maka dia cepatcepat
mundur dan mundur lagi, akhirnya meloncat turun.
Semua orang memandang ke arahnya, tampak mukanya
tersabet cukup dalam, darah pun mengucur.
Untung dia cepat mundur, kalau tidak mungkin kepalanya
akan hilang sebelah tersabet Cambuk Perak Yok Kun Sih.
Setelah meloncat turun, Gin Koan Tojin pun tertawa aneh,
kemudian berkata.
"Kepandaianku masih rendah, aku mengaku kalah!"
Sembari berkata dia mendekati keempat muridnya, lalu
berseru.

520
"Mari kita pergi!"
Mereka berlima langsung melesat pergi meninggalkan
puncak Sian Jin Hong. Semua orang tahu, Gin Koan Tojin bisa
begitu cepat kalah, itu dikarenakan dia ingin cepat-cepat
meraih kemenangan, sehingga membuatnya begitu cepat
mengalami kekalahan.
Orang berkedok itu segera berseru lantang. "Sudah pergi
lima orang!"
Sembari berkata dia mengeluarkan sebatang besi tajam,
lalu mencatat di atas batu yang didudukinya.
Semua orang memandang ke arah batu itu. Tampak
sebaris tulisan berbunyi demikian, "Hui Yan Bun Yok Kun Sih,
tiga jurus mengalahkan Gin Koan Tojin".
Terkejutlah semua orang melihat tulisan itu, karena setiap
orang yang bertarung pasti akan dicatatnya di atas batu itu,
tentunya akan menyangkut reputasi partai-partai yang
berkepentingan.
Perlu diketahui, setiap kaum rimba persilatan bertarung,
sudah pasti demi reputasi. Kalau sekarang orang berkedok itu
mencatat hasil pertarungan mereka, kelak Gin Koan Tojin akan
mencari Yok Kun Sih untuk bertanding lagi demi menebus
kekalahan itu, bahkan akan merembet ke generasi mendatang
kedua partai tersebut. Itu berarti selanjutnya, Cing Sia Pai dan
Hui Yang Bun akan saling membunuh.
Oleh karena itu, wajah semua orang tampak berubah
hebat dan Sui Cing Siansu segera menyebut kebesaran nama
Sang Buddha.

521
"Omitohud! Siancai! Siancai! Kenapa kau berbuat begitu,
itu seharusnya tidak perlu!"
Orang berkedok itu tertawa gelak.
"Ha ha ha! Aku datang di puncak Sian Jin Hong ini, bukan
demi mengambil sesuatu dari Lu Cong Piau Tau, juga tidak
membantu siapa pun, melainkan demi pertandingan para
partai yang ada di sini, kenapa aku tidak boleh berbuat
begitu?"
Sui Cing Siansu menyahut.
"Dalam rimba persilatan, sudah banyak yang saling
membunuh. Perbuatanmu itu, bukankah akan membuat
partai-partai besar saling membunuh selamanya?"
Orang berkedok itu tertawa dingin.
"Hweeshio tua kok berpikir begitu jauh? Mereka mau
saling membunuh ada urusan apa dengan diriku? Aku
mencatat kejadian yang sebenarnya saja, tidak ditambah dan
tidak dikurangi."
Wajah Sui Cing Siansu yang kemerah-merahan itu berubah
menjadi merah padam, kemudian dia bertanya.
"Jadi kau tidak mau berhenti?"
Orang berkedok itu menyahut tegas.
"Tentu tidak akan berhenti!"

522
"Omitohud!" ucap Sui Cing Siansu lalu maju selangkah
sekaligus melesat ke depan, sampai di hadapan batu itu.
"Serr" ternyata dia sudah mengibaskan lengan jubahnya ke
permukaan batu itu.
Semua orang tahu, Sui Cing Siansu memiliki Bu Sing Sin
Kang (Tenaga Sakti Tiada Tara) aliran Buddha. Kibasan lengan
jubahnya itu pasti akan berhasil menghapus tulisan yang
terukir di batu itu.
Suasana menjadi hening seketika. Di saat ujung lengan
jubah Sui Cing Siansu mengarah permukaan batu tersebut,
mendadak orang berkedok itu mengipaskan kipas rombengnya
ke depan sehingga menimbulkan suara menderu-deru.
Blaam! Kedua tenaga itu beradu dan menimbulkan suara
yang memekakkan telinga.
Badan orang berkedok itu mendadak melambung ke atas
dua depa, sedangkan badan Sui Cing Siansu bergoyanggoyang.
Itu membuktikan Lweekang orang berkedok seimbang
dengan Lweekang Sui Cing Siansu, tentunya amat
mengejutkan semua orang.
Setelah melayang turun dan duduk bersila di atas batu itu,
orang berkedok tertawa gelak.
"Ha ha ha! Hweeshio tua, apakah kau takut pihak Go Bi
Pai akan meninggalkan nama busuk di batu ini? Kalau tidak,
bagaimana mungkin kau melarangku mencatat setiap
pertandingan di puncak Sian Jin Hong ini?"

523
Padahal Sui Cing Siansu sudah mau mengibaskan lengan
jubahnya lagi. Tapi ketika mendengar ucapan orang berkedok
itu, dia malah tertegun dan tidak jadi mengibaskan lengan
jubahnya.
"Aku adalah orang yang menyucikan diri, bagaimana
mungkin tega melihat kaum rimba persilatan saling
membunuh?" katanya kemudian.
Orang berkedok itu menyahut sambil tertawa.
"Lo Siansu, kalau dalam rimba persilatan tidak saling
membunuh, apakah harus saling membaca syair?"
Sui Cing Siansu masih ingin menasihatinya, namun Ang
Eng Leng Long sudah berseru.
"Sui Cing Suheng, biarkan saja! Apakah kita Go Bi Pai
benar takut terhadap orang lain?"
Sui Cing Siansu membalikkan badannya. Dilihatnya wajah
semua orang tampak tidak senang, karena ucapan orang
berkedok tadi.
Menyaksikan keadaan itu, Sui Cing Siansu menghela nafas
panjang. Dia tahu betapa sulitnya mengatasi petaka di puncak
Sian Jin Hong ini. Akhirnya badannya berkelebat kembali ke
tempatnya.
Orang berkedok itu pun berseru lantang.
"Jangan membuang waktu, cepat bertarung lagi!"
Sementara setelah mengalahkan Gin Koan Tojin, Yok Kun
Sih terus memperhatikan Lu Sin Kong.

524
Sesungguhnya sudah sejak tadi Thian Hou Lu Sin Kong
ingin melesat ke arah batang besi tajam itu, namun terhalang
oleh tingkah laku orang berkedok tersebut. Kini dia sudah
ingin melesat ke sana, tapi mendadak terdengar Hwe Hong
Sian Kouw berkata.
"Kun Sih, ini adalah pertarungan antara mati dan hidup,
biar aku saja!"
Sembari berkata badannya pun bergerak, namun tidak
mengarah ke batu besar tempat menancap belasan batang
besi tajam itu, melainkan mengarah ke tempat Han Giok Shia
dan Tam Ek Hui.
Betapa terkejutnya Tam Ek Hui. Dia langsung mencelat ke
hadapan Han Giok Shia, sekaligus melancarkan sebuah
pukulan.
Hwe Hong Sian Kouw sudah sampai di situ. Dia pun
melancarkan sebuah pukulan untuk menangkis pukulan Tam
Ek Hui.
Blam! Kedua pukulan itu beradu.
Kedua telapak tangan mereka saling menempel. Di saat
bersamaan mendadak lengan kiri Hwe Hong Sian Kouw
mencengkeram bahu Han Giok Shia.
Bukan main terkejutnya gadis itu. Dia mau berkelit namun
terlambat. Tiba-tiba Hwe Hong Sian Kouw berkata lantang.
"Ah Shia, jangan takut!"
Hwe Hong Sian Kouw sudah berhasil mencengkeram bahu
Han Giok Shia, lalu menarik tangannya yang sebelah dan

525
langsung meraih senjata Liat Hwe Soh Sim Lun yang ada di
pinggang Han Giok Shia.
Begitu berhasil mengambil senjata tersebut, Hwe Hong
Sian Kouw melesat pergi.
Kini semua orang tahu, bahwa dia mendadak menerjang
ke arah Han Giok Shia, hanya ingin mengambil senjata
tersebut.
Setelah melesat pergi, Hwe Hong Sian Kouw berkata
dengan dingin.
"Tidak percuma sebagai putra Cit Sat Sin Kun, mampu
menyambut satu pukulanku!"
Harus diketahui, Hwe Hong Sian Kouw adalah seorang
pendekar wanita tingkatan tua, yang sudah lama terkenal
dalam rimba persilatan.
Sedangkan Sebun It Nio pernah mengalami dua kali patah
pedangnya karena beradu dengan senjata Liat Hwe Soh Sim
Lun.
Itu dikarenakan senjata tersebut dibuat dari besi murni,
lagipula Hwe Hong Sian Kouw memiliki Lweekang yang amat
tinggi.
Usia Tam Ek Hui baru dua puluhan, tapi dia mampu
menyambut sebuah pukulannya, itu sungguh luar biasa!
Seusai berkata begitu, Hwe Hong Sian Kouw mencelat ke
atas batang besi tajam itu.

526
Sebenarnya si Walet Hijau-Yok Kun Sih, ingin mewakili
Hwe Hong Sian Kouw. Sebab sejak kemarin Kim Kut Lau
mengungkap kematian si Pecut Emas-Han Sun di tangan Hwe
Hong Sian Kouw, itu membuat Hwe Hong Sian Kouw menjadi
lesu tak bersemangat sama sekali.
Tapi kini setelah melihat Hwe Hong Sian Kouw mengayunayunkan
senjata Liat Hwe Soh Sim Lun, begitu bertenaga dan
cepat laksana kilat, maka legalah hatinya.
"Houw Kouw! Hati-hati!" pesannya.
Hwe Hong Sian Kouw mengangguk, kemudian
memandang Lu Sin Kong seraya berkata.
"Lu Cong Piau Tau, kini kau boleh membalas dendam
isterimu!"
Begitu melihat Hwe Hong Sian Kouw berdiri di atas batang
besi tajam, darah Lu Sin Kong mendidih. Dia menggeram dan
langsung melesat ke sana lalu berdiri di hadapan Hwe Hong
Sian Kouw.
Namun ketika Lu Sin Kong baru mau mengayunkan
goloknya, mendadak terdengar dua orang berseru serentak.
"Tunggu!"
Semua orang menolehkan kepala ke arah datangnya suara
itu. Ternyata yang bersuara adalah si Setan-Seng Ling dan si
Duta Api Obor Hwa San Pai.
Semua orang tertegun, sebab Lu Sin Kong dan Hwe Hong
Sian Kouw yang mau bertarung itu, sama sekali tidak punya

527
hubungan apa-apa dengan mereka berdua, tapi kenapa
mereka berdua berseru "Tunggu"?
Di saat semua orang terheran-heran, si Setan-Seng Ling
justru tertawa.
"Duta Api Obor, silakan bicara dulu!"
Si Duta Api Obor segera berkata lantang.
"Cousu ada perintah, karena ada sesuatu yang harus
ditanyakan kepada Lu Cong Piau Tau, maka siapa yang berani
melukainya, justru mau cari gara-gara dengan Hwa San Pai!"
Si Setan Seng Ling bertanya.
"Sudah usai berbicara, Duta Api Obor?"
Si Duta Api Obor menyahut.
"Sudah, Setan Seng Ling."
Si Setan mengeluarkan tawa yang menyeramkan, tajam
dan nyaring menusuk telinga, setelah itu barulah berkata.
"Aku dan Lu Cong Piau Tau masih ada suatu urusan yang
belum dibicarakan. Maka siapa berani melukainya, berarti mau
cari urusan denganku!"
Mendengar itu Lu Sin Kong merasa gusar tapi geli.
Dalam hatinya dia berpikir, dari mana munculnya kedua
pengawal itu? Sebaliknya Hwe Hong Sian Kouw malah tertawa
dingin.

528
"Yang satu setan iblis yang tak berani menjumpai orang,
dan yang satu lagi suka macam-macam. Ternyata pembantu
Lu Cong Piau Tau. Kalau begitu, tentunya aku tidak berani
melukainya!"
Mulutnya mengatakan tidak berani melukai Lu Sin Kong,
namun begitu usai berkata, dia mengayunkan Liat Hwe Soh
Sim Lun.
Begitu turun tangan, dia mengeluarkan jurus Sepasang
Gagak Api Berterbangan sasarannya adalah dada Lu Sin Kong.
Semua orang tahu, bahwa apa yang dikatakan Hwe Hong
Sian Kouw tadi justru sebaliknya, maka menyerang Lu Sin
Kong dengan sengit sekali.
Tampak Lu Sin Kong mengayunkan goloknya, dengan
jurus Air Terjun Mengalir untuk membacok gelang di ujung
senjata Liat Hwe Soh Sim Lun.
Bacokan itu sungguh dahsyat, sebab Lu Sin Kong
mengerahkan Lweekang sepenuhnya.
Begitu goloknya diayunkan, terdengar suara menderu-deru
yang menggetarkan jantung.
Trang! Terdengar suara benturan dan tampak pula bunga
api berpijar. Ujung golok Lu Sin Kong terjepit oleh Liat Hwe
Soh Sim Lun.
Senjata Hwe Hong Sian Kouw itu dibuat dari baja murni.
Gelang yang di ujungnya terus berputar, maka pedang atau
golok biasa pasti patah seketika kalau terjepit.

529
Tapi golok di tangan Lu Sin Kong adalah golok emas
murni, hadiah pernikahan mereka dari Tiam Cong Pai, guru
Sebun It Nio, maka golok itu sungguh luar biasa, walau belum
tergolong golok pusaka.
Kedua senjata itu melekat jadi satu, maka Hwe Hong Sian
Kouw dan Lu Sin Kong pun berdiri diam di ujung batang besi
tajam itu.
Namun kemudian justru Lu Sin Kong yang bergerak
duluan, melancarkan sebuah pukulan ke arah kepala lawan.
Begitu melihat Lu Sin Kong melancarkan pukulan, hati Hwe
Hong Sian Kouw tersentak.
Saat ini, kedua senjata itu melekat jadi satu, sedangkan
pukulan Lu Sin Kong menghantam ke arahnya. Maka kecuali
melepaskan Liat Hwe Soh Sim Lun, tidak ada jalan lagi
baginya untuk berkutik.
Namun dalam pertarungan mati-matian itu, bagaimana
mungkin Hwe Hong Sian Kouw mau melepaskan senjatanya?
Dalam keadaan terdesak, dia pun mengangkat sebelah
tangannya untuk menyambut serangan Lu Sin Kong.
Pukulan yang dilancarkan Lu Sin Kong, dari atas ke bawah,
sedangkan pukulan yang dilancarkan Hwe Hong Sian Kouw
untuk menangkis, maka dari bawah ke atas, dan itu sungguh
merugikan dirinya. Kalau berada di tanah datar, tentunya tidak
akan merugikan siapa pun.
Namun saat ini, mereka berdua berdiri di ujung batang
besi yang tajam.

530
Ketika Hwe Hong Sian Kouw melancarkan pukulan itu,
otomatis sebelah kakinya menjadi berat. Blam! Pukulan
mereka beradu dan terdengar suara benturan yang amat
dahsyat.
Badan Hwe Hong Sian Kouw terhuyung-huyung, "Cess"
ujung batang besi yang tajam itu menembus alas sepatu Hwe
Hong Sian Kouw.
Walau pukulan Lu Sin Kong tidak mematikan, tapi
membuat telapak kaki Hwe Hong Sian Kouw tertusuk ujung
besi tajam sehingga berdarah.
Begitu melihat lawan terhuyung-huyung ke belakang, Lu
Sin Kong membentak keras sambil meloncat ke batang besi
lain sekaligus mengayunkan goloknya dengan jurus Sungai
Tiang Kang Mengalir Ke Timur untuk menyerang Hwe Hong
Sian Kouw.
Sebelah kaki Hwe Hong Sian Kouw menginjak batang besi
lain, tapi sebelum badannya diam, golok Lu Sin Kong sudah
meluncur ke arahnya.
Bagian 10
Bab 24
Tadi Hwe Hong Sian Kouw sudah berada di bawah angin,
maka dia amat gusar dan penasaran Ketika golok itu
mengarahnya, dia pun membentak keras sambil
menggeserkan kakinya ke batang besi lain, sekaligus
menyerang kepala Lu Sin Kong dengan jurus Toh Hong Pang
Hwe (Angin Berbalik Membantu Api),

531
Saat ini, mereka berdua sungguh-sungguh mengeluarkan
jurus yang mematikan,
Apabila golok Lu Sin Kong berhasil membacok sepasang
kaki Hwe Hong Sian Kouw, niscaya kepalanya pun akan
terhantam Liat Hwe Soh Sim Lun.
Kelihatannya jurus mereka, cenderung untuk mati
bersama,
Hwe Hong Sian Kouw memang ingin mengadu nyawa,
namun Lu Sin Kong justru tidak mau, Sebab dia datang di
puncak Sian Jin Hong itu untuk mencari musuhnya, bukan
hanya Hwe Hong Sian Kouw seorang,
Selain Hwe Hong Sian Kouw, masih ada Liok Ci Siansing, si
" .. Setan-Seng Ling dan lainnya,
Kalau dia mengadu nyawa dengan Hwe Hong Sian Kouw,
saudara seperguruannya pasti tidak akan melepaskan mereka,
tapi lebih baik turun tangan sendiri membunuh musuh-musuh
itu,
Oleh karena itu, ketika merasa serangkum tenaga yang
ditimbulkan Liat Hwe Soh Sim Lun menekan dirinya, dia
menghimpun hawa murni, lalu mencelat ke batang besi lain.
Lu Sin Kong memang tidak bernama kosong, sebab dia pun
memiliki Ginkang yang begitu tinggi
LagipuIa dia sudah berada di sisi Hwe Hong Sian Kouw,
Ketika melihat Lu Sin Kong sudah tidak berada di hadapannya,
Hwe Hong Sian Kouw menyadari adanya gelagat yang tidak
menguntungkan maka tanpa peduli apa pun dia langsung
mengayunkan senjatanya.

532
Hwe Hong Sian Kouw sudah lama terkenal, maka walau
ayunan senjatanya tak berarah, tapi justru telah
menyelamatkan nyawanya sendiri Ternyata ketika Lu Sin Kong
berada di sisinya, dia sudah menyerangnya dengan golok.
Di saat bersamaan, Hwe Hong Sian Kouw mengayunkan
Liat Hwe Soh Sim Lun, itu telah melindungi dirinya sekaligus
menangkis serangan Lu Sin Kong,
Senjata mereka beradu, kemudian badan mereka mencelat
ke belakang dan berdiri di ujung batang besi lain,
Mereka bertarung baru empat jurus, namun ke-empat
jurus itu merupakan jurus andalan masing-masing, maka siapa
yang lengah pasti melayang nyawanya, itu membuat semua
orang menahan nafas, terbelalak dan mulut mereka ternganga
lebar
Tak lama kemudian, Hwe Hong Sian Kouw dan Lu Sin
Kong mulai bertarung sengit lagi.
Badan mereka bergerak cepat sekali. Walau berdiri di
ujung batang besi tajam, namun kelihatannya mereka berdua
seakan berada di tanah datar
Gelang di ujung Liat Hwe Soh Sim Lun, terus berputar
menimbulkan suara "Ngung Ngung" dan memancarkan
cahaya, sedangkan golok Lu Sin Kong mengeluarkan suara
menderu-deru, kadang-kadang terdengar suara benturan yang
amat dahsyat pertarungan itu memang amat menegangkan,
membuat hati semua penonton menjadi tertekan.
Tak terasa pertarungan mereka telah melewati dua puluh
jurus, namun masih belum terlihat siapa yang berada di atas
angin,

533
Kadang-kadang Lu Sin Kong dalam bahaya, begitu pula
sebaliknya, Tapi dalam keadaan bahaya, mereka masih dapat
menyelamatkan diri.
Berselang beberapa saat kemudian, mendadak terdengar
Han Giok Shia berteriak.
"Ayah! Kenapa tidak membantu diri sendiri menuntut
balas?"
Ketika gadis itu usai berteriak, salah seorang yang
bertarung itu mendadak mencelat ke atas,
Ternyata di saat bertarung, Hwe Hong Sian Kouw dan Lu
Sin Kong harus mencurahkan perhatian masing-masing.
Di saat Han Giok Shia berteriak, perhatian Hwe Hong Sian
Kouw terpecah.
Coba piktr, pada dasarnya Hwe Hong Sian Kouw dan si
Pecut Emas-Han Sun adalah ke kasih. Ke-mudian dikarenakan
terjadi suatu kesalah pahaman, maka mereka berdua
berpisah. Ketika sama-sama sudah tua, mereka berdua justru
berjumpa kembali, tapi baik Hwe Hong Sian Kouw maupun si
Pecut Emas-Han Sun tidak mengungkit kejadian masa lalu,
Hubungan mereka tetap akrab luar biasa, Namun kematian
si Pecut Emas-Han Sun yang mengenaskan ilu, membuat hati
Hwe Hong Sian Kouw terasa sakit sekali.
Karena si Pecut Emas-Han Sun, justru mati di tangan Hwe
Hong Sian Kouw, kejadian itu amat misterius dan sulit di
ungkap kan.

534
Maka teriakan Han Giok Shia tadi, bagaikan sebilah
sembilan menusuk ke dalam hati Hwe Hong Sian Kouw
sehingga perhatiannya buyar dan gerakannya menjadi
lamban.
Padahal tadi, Hwe Hong Sian Kouw sudah mengeluarkan
jurus Hwe Ouh Siang Hui menyerang Lu Sin Kong, itu adalah
jurus yang amat lihay dan dahsyat
Menyaksikan serangan itu, Lu Sin Kong segera mundur
Dalam hati Lu Sin Kong berpikir, setelah berkelit barulah balas
menyerang.
Akan tetapi, ketika Lu Sin Kong mundur, Han Giok Shia
berteriak, dan itu membuat gerakan Hwe Hong Sian Kouw
menjadi lamban.
Begitu melihat gerakannya lamban, Lu Sin Kong langsung
mencelat ke atas sekaligus mengeluarkan jurus It Cu Pik Thian
(Memecahkan Langit), Golok di tangannya berputar putar
cepat sekali, kemudian ujungnya mengarah tenggorokan dan
dada Hwe Hong Sian Kouw, sejurus itu mengalah dua tempat
bahaya pihak lawan, Dapat dibayangkan betapa lihay dan
anehnya ilmu golok itu,
Begitu melihat sinar golok berkelebat di ha-dapannya,
ujung golok itu sudah berada di depan mata. Tersentak hati
Hwe Hong Sian Kouw, Dia ingin berkelip tapi sudah terlambat.
Ketika Hwe Hong Sian Kouw baru mau mengayunkan Liat
Hwe Soh Sim Lun senjata andalannya, mendadak dadanya
terasa sakit sekali. Temyata ujung golok Lu Sin Kong telah
berhasil menusuk dadanya cukup dalam, seketika Hwe Hong
Sian Kouw merasa matanya gelap, dia tahu bahwa dirinya
telah terluka,

535
Namun dia adalah jago tangguh, Dalam keadaan bahaya
dia masih tidak lupa menghimpun hawa murninya, maka
badannya mencelat ke atas, Namun luka di dadanya terus
mengucurkan darah segar Maka di saat badannya mencelat ke
atas, dia pingsan, tak sadarkan diri, Sudah barang tentu
badannya kembali merosot ke bawah, sedangkan Lu Sin Kong,
begitu melihat Hwe Hong Sian Kouw sudah terluka, dia segera
mengayunkan goloknya ke atas,
Di saat badan Hwe Hong Sian Kouw mulai merosot ke
bawah, Lu Sin Kong menyerangnya dengan jurus Soat Hua
Pian Pian (Bunga Salju Berterbangan).
Apabila golok itu mengenai badan Hwe Hong Sian Kouw,
pasti akan terpotong-potong menjadi belasan potong, jarak
mereka begitu jauh dari para penonton, lagipula kekalahan
Hwe Hong Sian Kouw amat mendadak.
Di antara mereka yang menyaksikan pertarungan itu
memang ada yang ingin menyelamatkan Hwe Hong Sian
Kouw, tapi terlambat.
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih langsung melesat ke sana.
Walau Ginkangnya amat tinggi, tapi dia pun tetap terlambat
selangkah.
"Haaah.,.?" Semua orang mengeluarkan seruhan,
Di saat yang amat genting itu, mendadak terjadi suatu
perubahan yang di luar dugaan. setelah terluka di dada, Hwe
Hong Sian Kouw mencelat ke atas hampir dua tiga depa,
sedangkan Lu Sin Kong tidak mencelat begitu tinggi, tapi
mengayunkan goloknya ke ata,. sementara Hwe Hong Sian
Kouw sudah pingsan ketika badannya merosot ke bawah,
Tiba-tiba genggamannya menjadi renggang, maka Liat Hwe

536
Soh Sim Lun, senjatanyapun terlepas dari tangannya dan
langsung meluncur ke bawah,
Sungguh kebetulan, senjata itu justru menimpa ujung
golok Lu Sin Kong yang mengarah ke atas,
Krek! Golok itu terkunci oleh Liat Hwe Soh Sim Lun,
Di saat bersamaan, si Walet Hijau-Yok Kun Sih sudah
sampai di situ dan langsung menyerang Lu Sin Kong dengan
Cui Sia Jit (Memanah Matahari), Tampak Cambuk Peraknya
berkelebat laksana kilat mengarah ke dada Lu Sin Kong,
Tangan kirinya mengibas ke arah Hwe Hong Sian Kouw,
Padahal badan si Walet Hijau-Yok Kun Sih masih berada di
udara, tapi dapat bergerak begitu cepat, sekaligus membuat
dua gerakan yang sedemikian indah, membuat semua orang
berseru memujU nya,
Lu Sin Kong cepat-cepat menggerakkan go1ok-nya, maka
Liat Hwe Soh Sim Lun pun ikut bergerak,
Plak! Cambuk perak si Walet Hijau-Yok Kun Sih melilit Liat
Hwe Soh Sim Lun,
Di saat bersamaan, badan Hwe Hong Sian Kouw pun
terdorong beberapa depa,
Pihak Hui Yan Bun langsung muncul beberapa orang,
termasuk Toan Bok Ang, Mereka menyambut badan Hwe
Hong Sian Kouw, lalu dibawa ke tempat Hui Yan Bun,
Setelah Cambuk Perak itu melilit Liat Hwe Soh Sim Lun, si
Walet Hijau-Yok Kun Sih dan Lu Sin Kong merosot ke bawah,
Kebetulan merosot ke tanah datar yang disisi batu besar itu,

537
Pada waktu bersamaan, mereka berdua saling
melancarkan sebuah pukulan, sehingga terdengar suara
benturan
Blam!
Masing-masing termundur beberapa langkah, sedangkan
Liat Hwe Soh Sim Lun terpental ke atas lima enam depa,
Keiika senjata itu baru merosot ke bawah, mendadak
tampak dua gadis melesat ke arah senjata itu. Salah seorang
gadis itu, tangannya menggenggam Cambuk Perak yang
memancarkan cahaya putih, dia adalah Toan Bok Ang.
Gadis yang satu lagi tidak lain adalah Han Giok Shia.
Tangannya menggenggam pecut emas memancarkan cahaya
kuning,
Setelah sama-sama melesat, barulah hati mereka
tersentak, dan mereka berdua pun mengayunkan senjata
masing-masing, lalu meloncat ke belakang. Liat Hwe Soh Sim
Lun jatuh ke bawah, menancap di atas sebuah batu.
sedangkan ujung pecut emas Han Giok Shia sudah mengarah
ke sana,
Di saat bersamaan, ujung Cambuk Perak itu justru berbalik
mengarah jalan darah Yang Ku Hiat di lengan gadis itu
terdengar pula suara bentakan
"Sudah memusuhi guru sendiri, masih punya muka
mengambil Liat Hwe Soh Sim Lun itu?"
Ketika ujung Cambuk Perak mengarah lenga-nya, Han
Giok Shia mendongakkan kepala, dan barulah dia melihat
dengan jelas siapa gadis itu,

538
Han Giok Shia bersifat keras, lagipuIa Toan Bok Ang
mencacinya tadi, itu membuatnya gusar sendiri.
Dia membentak keras sambil melangkah maju setindak,
"Ser Ser" pecut emasnya sudah berkelebat ke arah Toan Bok
Ang.
Toan Bok Ang segera berkelit, sekaligus balas menyerang
dengan Cambuk Peraknya menggunakan jurus Lang Yung Cih
Thian (Ombak Menderu Ke Langit),
Mereka berdua bergerak cepat, sehingga tak terasa
pertarungan mereka sudah melewati empat jurus, Mendadak
terdengar suara teriakan orang ber-kedok,
"Yang mau bertarung silakan naik ke batu besar itu! Kalian
berdua masih belum mau berhenti?"
Kedua gadis itu memang mendengar, namun mereka
sedang bertarung sengit, tentunya tidak mau berhenti.
"Hm!" dengus orang berkedok,
Badannya bergerak, kemudian dalam sekejap dia sudah
berada di sisi kedua gadis itu lalu menerobos bayangan
bayangan pecut emas dan Cambuk Perak, namun segera
meloncat kembali ke belakang,
Ketika orang berkedok meloncat mundur, Han Giok Shia
dan Toan Bok Ang hanya diam di tempat.
Semua orang terheran-heran, Semula mereka mengira
bahwa orang berkedok itu menotok jalan darah Toan Bok Ang
dan Han Giok Shia.

539
Tapi setelah melihat dengan jelas, mereka semua justru
tertegun. Temyata kedua gadis itu berdiri diam di tempat,
dikarenakan senjata mereka terikat jadi satu.
Itu pasti perbuatan orang berkedok, Maka dapat
dibayangkan betapa cepat gerakan orang itu.
Setelah meloncat mundur, orang berkedok itu berkata
dengan dingin,
"Kalian gadis kecil, tak mau dengar nasihat orang,
sekarang lihat kalian bisa berbuat apa!"
Saat ini, Han Giok Shia dan Toan Bok Ang berdiri
berhadapan, Mereka saling menatap dengan penuh kegusaran
dan kebencian Karena senjata mereka terikat menjadi satu,
maka mereka berdua tidak tahu harus berbuat apa.
Orang berkedok itu tertawa gelak.
"Ha ha ha! sebentar kalian berdua boleh naik ke atas batu
besar itu untuk bertanding, kenapa harus terburu-buru
sekarang?"
Usai berkata, diapun maju beberapa langkah lalu
melepaskan kedua senjata yang terikat menjadi satu itu.
Seketika kedua gadis itu sudah mau maju untuk bertarung
lagi, namun orang berkedok langsung membentak
"Kalian berdua jangan macam-macam!" Orang berkedok
itu merentangkan kedua belah tangannya, Toan Bok Ang dan
Han Giok Shia merasakan adanya tenaga yang amat dahsyat
menerjang ke arah mereka, membuat mereka terhuyunghuyung
ke belakang beberapa langkah.

540
Tam Ek Hui juga melesat ke sisi Han Giok Shia lalu berbisik
"Nona Han, orang berkedok itu berkepandaian amat tinggi,
maka lebih baik jangan bertindak ceroboh!"
Walau gadis itu merasa penasaran dalam hati, tapi juga
tahu benar apa yang dikatakan Tam Bk Hui, maka dia
menurut.
Toan Bok Ang lebih cerdik dari Han Giok Shia, Maka tidak
usah dinasihati dia sudah tahu bahwa kini sulit baginya untuk
mengambil Liat Hwe Soh Sim Lun, karena itu, dia segera
mundur
Akan tetapi, dia dan Han Giok Shia justru sudah menjadi
musuh, maka kelak pasti menimbulkan banyak urusan.
Setelah kedua gadis itu mundur, Liat Hwe Soh Sim Lun
tetap menancap di atas batu, Semua orang yang berada di
situ, yang berkepandaian tinggi tentu berkedudukan tinggi
dalam rimba persitatan, sudah pasti tidak akan mengambil
senjata itu, sedangkan yang berkepandaian rendah, memang
ingin sekali memperoleh senjata tersebul, sebab dapat
menambah kelihayan mereka, Namun orang berkedok berada
di situ, maka mereka tidak berani maju merebut Liat Hwe Soh
Sim Lun itu,
Orang berkedok tertawa panjang, kemudian duduk
kembali di atas batu hijau, sementara Yok Kun Sih dan Lu Sin
Kong sudah berada di atas batu besar, berdiri di ujung batang
besi tajam dan saling menyerang dengan sengit sekali,
pertarungan mereka sudah melewati tiga puluh jurus,

541
Badan Yok Kun Sih berkelebat ke sana ke mari dan
Cambuk peraknya pun meliuk-liuk cepat menyerang Lu Sin
Kong,
Lu Sin Kong berdiri diam di atas ujung batang besi, namun
goloknya berkelebatan menangkis cambuk Perak itu. Dia lebih
banyak bertahan daripada menyerang, namun tidak tampak
berada di bawah angin.
Tak terasa pertarungan mereka sudah melewati belasan
jurus lagi, Mendadak terdengar Ang Eng Leng Long berseru.
"Lu Sutee, orang ingin bertarung dengan cara bergilir! Kau
tidak usah melayani mereka, biar aku yang menghadapi!"
Lu Sin Kong tahu jelas bahwa tidak mudah mengalahkan
Yok Kun Sih, bahkan mau mundur pun sulit sekali.
Lagipula apabila dia mundur dari batu besar itu, berarti
sudah mengaku kalah pada lawan.
Kalau orang berkedok itu mencatat di atas batu hijau,
bahwa Go Bi Pai Thian Hou Lu Sin Kong kalah di tangan Hui
Yan Bun Yok Kun Sih, bukankah namanya dan nama
perguruannya akan busuk se!ama-nya?
Oleh karena itu, Lu Sin Kong tertawa, "Leng Suheng, aku
tidak akan takut dengan cara bergilir!"
Mereka berdua sahut-menyahut, jelas menganggap Yok
Kun Sih menggunakan cara bergilir untuk bertarung. perlu
diketahui, tenaga seseorang ada batasnya,

542
Kalaupun orang berkepandaian tinggi, kalau menghadapi
sekian banyak orang bertarung dengan cara bergilir, sudah
pasti tenaganya akan terkuras habis,
Cara bertarung seperti itu, biasanya hanya digunakan oleh
kaum golongan hitam. Golongan putih tidak pernah
menggunakan cara itu, begitu pula tokoh sesat yang
berkedudukan tinggi, sama sekali tidak mau menggunakan
cara itu untuk menghadapi musuh,
Kini si Walet Hijau-Yok Kun Sih mendengar ucapan Lu Sin
Kong yang menyatakan tidak takut menghadapi lawan dengan
cara bergilir, maka dia gusar sekali dan merasa malu,
Serrr! Cambuk perak di tangannya meliuk-liuk ke depan
untuk menghalangi agar Lu Sin Kong tidak menerjang ke
arahnya, Kemudian dia berkata dengan dingin sekali.
"Kalau Leng Tayhiap menganggap begitu, kenapa kau
tidak ke mari memberi petunjuk kepadaku?"
Ang Eng Leng Long menyahut dengan lantang, "Baik!"
Dia langsung melesat ke arah batu besar itu, lalu hinggap
di atas ujung batang besi tajam dan memberi hormat seraya
berkata, "Silakan!"
Mereka berdua sama-sama berkepandaian amat tinggi,
maka kalau bertarung pasti menarik sekali
Akan tetapi, mendadak Toan Bok Ang berteriak-teriak,
"Guru! Guru! Hong Kouw,., cepatlah Guru menengoknya!"

543
Hati Yok Kun Sih tersentak, sebab setelah menyelamatkan
Hwe Hong Sian Kouw, dia sama sekali tidak menengok
keadaannya, Kini dia mendengar muridnya berteriak begitu,
sudah barang tentu hatinya langsung menjadi d ingin.
Dia meloncat ke belakang dua depa, kemudian berkata
dengan dingin.
"Ang Eng Leng Long, sebentar lagi kita baru bertarung!"
Ang Eng Leng Long tersenyum-senyum.
"Baik, aku menurut!"
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih segera melesat ke tempatnya,
tepatnya di sisi Hwe Hong Sian Kouw,
Wajah Hwe Hong Sian Kouw pucat pias dan luka di
dadanya masih mengucurkan darah segar
Yok Kun Sih membentak gusar
"Kenapa kalian tidak menotok jalan darah di dadanya, agar
darahnya tidak terus mengucur?"
Toan Bok Ang segera menjawab
"Guru, aku sudah berusaha menotok jalan darah di
dadanya, tapi darah segar masih mengucur...."
"Hm!" dengus Yok Kun Sih, lalu membungkukkan
badannya.

544
Di saat bersamaan, mendadak Hwe Hong Sian Kouw
membuka matanya, kemudian bibirnya bergerak gerak, lama
sekali barulah terdengar suaranya,
"Kalian semua.,, harus berhati-hati! Suara har-pa.,, walau
si Pecut Emas-Han Sun mati di tanganku, tapi sesungguhnya
justru mati karena suara harpa itu!"
Walau suaranya serak, tapi semua orang dapat
mendengarnya dengan jelas,
Seketika, hati semua orang menjadi tertegun Karena apa
yang dikatakan " Suara Harpa", membuat semua orang tidak
mengerti akan maksudnya.
Tapi ada seseorang yang mengerti, dia adalah Tam Ek Hui.
Karena itu, dia pun tenngat akan kejadian hari itu,
Dia dan adiknya meninggalkan beberapa baris tulisan di
atas batu di Hou Yok, setelah itu barulah mereka berdua
meninggalkan tempat itu, Tak seberapa lama kemudian
mendadak terdengar suara harpa yang amat nyaring,
Sebetulnya tidak aneh, lagipula mereka berdua terus
berlari ke depan, Di saat suara harpa itu berhenti, mereka
berdua justru baru tahu, ternyata diri mereka tetap berada di
tempat semula,
Kalau dihitung waktu, seharusnya mereka berdua sudah
mencapai dua tiga puluh mi1.
Ketika itu, Tam Ek Hui dan adiknya terbengang-bengong,
sama sekali tidak tahu sebab musababnya, maka mereka tidak
begitu memikirkan tentang kejadian itu. Kini terdengar Hwe

545
Hong Sian Kouw mengatakan "Suara Harpa", hatinya pun
tersentak
Si Walet Hijau-Yok Kun Sih mengerutkan ke-ning, lalu
bertanya.
"Hong Kouw, kau bilang apa?"
Hwe Hong Sian Kouw membuka matanya lagi.
"Suara harpa itu... kalian semua harus memperhatikan
suara harpa itu!"
Setelah mengatakan itu, mendadak Hwe Hong Sian Kouw
menghela nafas panjang dan melanjutkan
"Liat Hwe Soh Sim Lun... berikan kepada Ah Ang, di dalam
gelang itu...."
Berkata sampai di situ, sudah tiada suara lagL
Yok Kun Sih menaruh tangannya di dada Hwe Hong Sian
Kouw, ternyata jantungnya sudah berhenti berdetak
Toan Bok Ang segera bertanya,
"Guru bagaimana keadaan Hong Kouw?"
Yok Kun Sih menggeleng-gelengkan kepala dan
matanya sudah bersimbah air. "Dia... dia sudah mati,"
Toan Bok Ang termangu-mangu, sama sekali tidak dapat
mengucapkan apa pun, dan wajahnya tampak murung.

546
Yok Kun Sih memandang Toan Bok Ang seraya berkata,
"Ah Ang, sebelum menghembus nafas penghabisan Hong
Kouw berpesan Liat Hwe Soh Sim Lun harus diberikan
kepadamu. Cepat kau pergi ambillah senjata itu!"
Toan Bok Ang memang sudah mendengar pesan itu,
bahkan dia tahu bahwa di dalam senjata itu tersimpan
sesuatu. Maka dia segera melesat ke arah senjata itu,
Di saat bersamaan, Han Giok Shia juga ingin melesat ke
sana, tapi keburu dicegah Tam Ek Hui.
"Nona Han, senjata itu tidak begitu istimewa dan luar
biasa, tidak usah diperebutkan!"
Di saat Tam Ek Hui berkata, Toan Bok Ang sudah
mengambil senjata itu dan kemudian kembali ke tempatnya.
Dalam hati Han Giok Shia, tentunya merasa tidak rela,
Tapi senjata itu sudah berada di tangan orang, maka dia
terpaksa diam
Semua orang melihat Hwe Hong Sian Kouw yang amat
terkenal itu, justru telah mati, itu membuat mereka semua
berfirasat buruk, dan suasana pun menjadi hening sekalL
Setelah hening sejenak, mendadak Lu Sin Kong
mendongakkan kepala sambil tertawa keras, tapi sepasang
matanya tampak basah.
"Hujin (lstriku), kau boleh sedikit tenang di alam baka."
Usai berkata begitu, dia membalikkan badannya untuk
memandang si "" Setan-Seng Ling seraya membentak.

547
"Setan tua, kenapa kau masih berpura-pura?"
Tiba-tiba Yok Kun Sih menyela.
"Tunggu, urusan kita masih belum selesai!"
Ang Eng Leng Long tertawa dingin
"Yok Kun Sih, kami ke mari bukan untuk ribut mulut
denganmu! setelah urusan pokok diselesaikan, kami pasti
akan membuat perhitungan denganmu, maka kau tidak usah
terburu-buru!"
Yok Kun Sih juga tertawa dingin tapi lalu diam, tidak
menyahut, sedangkan ketua Tiam Cong Pai sudah berkata
kepada Lu Sin Kong.
"Lu Cong Piau Tau, urusan setan iblis harus diserahkan
kepada Tiam Cong Pai lho!"
Sembari berkata, dia menghunus pedangnya, lalu melesat
ke arah batu besar tempat besi-besi berujung tajam tertancap.
Lu Sin Kong dan Ang Eng Leng Long tahu jelas mengenai
ilmu pedang Chu Liok Khie, dahsyat dan amat lihay. Akan
tetapi, si Setan-Seng Ling adalah datuk sesat golongan hitam,
ilmu yang dipelajarinya amat aneh dan membahayakan pihak
lawan, membuat pihak lawan sulit menjaganya,
Namun Chu Liok Khie yakni ketua Tiam Cong Pai juga
bukan orang sembarangan Dia memiliki ilmu pedang yang
amat dahsyat, lihay dan cepat Kalaupun tidak dapat
mengalahkan si Y Setan-Seng Ling, tapi dia tidak mungkin
kalah.

548
Lagipula Sebun It Nio berasal dari Tiam Cong Pai, maka
pihak Tiam Cong Pai ingin membalas dendamnya itu memang
wajar
Oleh karena itu, begitu Chu Liok Khie berdiri di ujung
batang besi tajam itu, Lu Sin Kong dan Ang Eng Leng Long
segera mundur dari tempat itu,
Chu Liok Khie menuding si " . Setan-Seng Ling dengan
pedangnya, lalu berkata,
"Seng Ling, sudah waktunya kau keluar!"
Si Nabi Setan-Seng Ling bangkit berdiri perlahan - lahan
sambil tertawa gelak,
"Ha ha ha!"
Suara tawanya tidak mengejutkan orang, sebab dia belum
mengerahkan ilmu Ratapan Setan, setelah mengeluarkan
suara tawa, dia lalu memandang Lu Sin Kong seraya berkata
dengan serius,
"Lu Cong Piau Tau, kita pernah berjumpa di . kota Su Cou.
Ketika itu di antara kita terjadi salah paham, sehingga kalian
terkena pukulanku Mengenai kematian isteri mu di rumah Han
Sun, aku turut berduka cita."
Ucapan si Nabi Setan-Seng Ling itu membuat semua orang
terheran-heran. sesungguhnya Lu Sin Kong juga merasa
heran, namun dia hanya mengeluarkan suara dengusan
Si Nabi Setan-Seng Ling sama sekali tidak tersinggung,
bahkan dia tertawa lagi.

549
"Ha ha ha! Lu Cong Piau Tau, menurut aku pertikaian di
antara kita lebih baik kita gagalkan!"
Chu Liok Khie dan lainnya langsung menggeram ketika
mendengar ucapan si Nabi Setan-Seng Ling.
Akan tetapi, si Nabi Setan-Seng Ling malah tersenyumsenyum,
lalu berkata.
"Lu Cong Piau Tau, aku punya suatu bisnis, ingin
mengadakan transaksi denganmu Aku yakin, Lu Cong Piau
Tau pasti mau!"
Apa yang diucapkan si Nabi Setan-Seng Ling, semakin
membingungkan semua orang, termasuk langsung Lu Sin
Kong sendiri
Akan tetapi, Ang Eng Leng Long segera membentak
"Ada apa katakan saja! Kenapa harus plintat-plintut?"
Si Nabi Setan-Seng Ling berkata perlahan-lahan, bahkan
sepatah demi sepatah.
"Lu Cong Piau Tau, walau isteri mu telah binasa, tapi
putramu justru masih hidup, Kau tahu itu?"
Hati Lu Sin Kong bergerak, kemudian dia membentak
sengit
"Hidup atau matinya putraku, bagaimana kau tahu?"
Si Setan-Seng Ling tertawa.

550
Terus terang, kini putramu berada di dalam istana
Setanku."
Wajah Lu Sin Kong langsung berubah, dan dia lalu maju
selangkah sambil tertawa dingin.
"Siapa yang tidak tahu kau banyak akal busuk dan licik?
Aku bukan anak kecil, bagaimana mungkin akan terjebak oleh
akal busukmu?"
Lu Sin Kong berkata begitu karena dia yang menemukan
mayat anak tanpa kepala di gudang batunya, dan pakaian
yang ada di tubuh mayat itu mirip pakaian putranya.
Maka dalam hatinya, dia sudah menganggap putranya itu
telah meninggal, tidak mempercayai omongan orang lain,
Lu Sin Kong tentunya tidak tahu, bahwa mayat anak tanpa
kepala yang berada di gudang batunya itu, merupakan suatu
siasat busuk untuk menimbulkan kekacauan dalam rimba
persilatan.
Si Nabi Setan-Seng Ling menyahut
"Lu Cong Piau Tau, mencari urusan ini aku sendiri pun
merasa sulit untuk meyakinkanmu, Betul atau tidaknya
putramu berada di istana Setan, lebih baik kau bertanya
kepada Tujuh Dewa dan Yu Lao Pun, ketua Tay Chi Bun, kau
akan segera tahu."
Lu Sin Kong segera membalikkan badannya. Di saat itulah
si sastrawan Se Ci, yakni salah satu dari Tujuh Dewa itu sudah
berkata.

551
"Apa yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling memang
benar"
Sementara wajah Yu Lao Pun yang penuh daging itu,
sungguh tak sedap dipandang.
Menyaksikan semua itu, Lu Sin Kong pun mulai percaya
akan apa yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling, Hatinya
terkejut dan girang membaur menjadi satu.
Girang karena Lu Leng, putra kesayangannya masih hidup
terkejut karena kini putranya jatuh ke tangan si Nabi Setan-
Seng Ling, entah bagaimana penderitaan putranya,
Lu Sin Kong segera bertanya,
"Kau apakan dia sekarang?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.
"Aku menaruhnya di neraka yang kedelapan belas lapis di
istana Setan. Tempat itu amat aman baginya."
Lu Sin Kong tahu, istana Setan itu berada di dalam perut
gunung Pak Bong San, berlapis-lapis ke dalam tanah
berjumlah delapan belas lapis, maka dinamai Neraka Delapan
Belas Lapis.
Mendengar ucapan itu, Lu Sin Kong menarik nafas lega,
"Bagaimana kau terhadapnya?"
Si Nabi Setan tertawa,

552
"Lu Cong Piau Tau boleh mempercayaiku, aku sama sekali
tidak berniat jahat, Hanya saja... putramu harus ditukar
dengan satu barang, Aku yakin kau pasti setuju."
Lu Sin Kong tahu si Nabi Setan-Seng Ling menyandera
putranya, sudah pasti punya maksud tertentu Akan tetapi, dia
justru tidak tahu si Nabi Setan-Seng Ling menghendaki barang
apa.
Ketika Lu Sin Kong baru mau bertanya, tapi si Nabi Setan-
Seng Ling sudah berkata,
"Urusan ini tak leluasa dibicarakan di sini, maka setelah
urusan di sini selesai, bagaimana kalau kita bicara di tempat
lain?"
Lu Sin Kong berpikir sejenak, kini Lu Leng berada di
tangan si Nabi Setan-Seng Ling, tentunya dia harus menuruti
perkataannya, maka dia manggut-manggut seraya berkata:
"Baiklah."
Wajah si Nabi Setan-Seng Ling tampak puas sekali, Dia
memandang semua orang sejenak, lalu berkata.
"Kau sudah setuju, aku pun mau mohon pamit sekarang."
Si Nabi Setan-Seng Ling beranjak pergi sambil memberi
isyarat kepada Kou Hun Su Seng Cai dan So Mia Su Seng Bou,
kemudian mereka bertiga segera meninggalkan tempat itu,
Akan tetapi, Chu Liok Khie yang sudah berdiri di ujung
batang besi tajam bagaimana mungkin membiarkan mereka
pergi?
Dia segera menghimpun hawa murni, kemudian berseru.

553
"Setan tua! Apakah kau mengaku kalah, maka mau pergi?"
-ooo0ooo-
Bab 25
Mendadak si Nabi Setan-Seng Ling mendongakkan kepala
ke langit, kemudian tertawa gelak, Suara tawanya sungguh
mengejutkan dan kedengaran seakan membetot sukma orang
yang mendengarnya, Dari itu dapat diketahui bahwa dia telah
mengerahkan ilmu Ratapan Setan. Kemudian dia menyahut
dengan suara yang tak sedap di dengar
"Aku takut terhadap ketua Tiam Cong Pai? Apakah orangorang
yang berada di sini akan mempercayainya?"
Nada suara si Setan-Seng Ling sungguh angkuh. Namun
semua orang tahu apa yang diucapkannya itu memang benar
Walau ketua Tiam Cong Pai berkepandaian amat tinggi, semua
orang mengetahui itu. Akan tetapi, si Nabi Setan-Seng Ling
memang tidak takut kepada nya.
Air muka Chu Liok Khie langsung berubah. "Kalau tidak
takut, kenapa harus segera pergi?" Si Nabi Setan-Seng Ling
tertawa dingin, "Aku masih punya urusan penling, tidak punya
waktu untuk omong-kosong denganmu!" Chu Liok Khie segera
membentak "Setan tua, kau mau kabur ke mana?" sekonyongkonyong
badan Chu Liok Khie berkelebat Dia melesat ke arah
si Nabi Setan-Seng Ling, sekaligus menyerangnya dengan
pedang.
Begitu melihat Chu Liok Khie menerjang ke arahnya, si
Nabi Setan-Seng Ling langsung cepat-cepat mengibaskan
tangannya ke belakang, sehingga kedua putranya terdorong

554
beberapa depa, Setelah itu, barulah dia berkelit dengan
gerakan berputar
Siunnng! Pedang Chu Liok Khie lewat di sisinya, Chu Liok
Khie berjuluk Sin Chiu Kiam Kek (Pendekar pedang Tangan
Sakti), maka berdasarkan julukannya, dapat diketahui betapa
lihay dan dahsyatnya ilmu pedangnya, serangan itu luput,
maka dia bergerak cepat melintangkan pedangnya sambil
maju selangkah. Dia tidak mengeluarkan jurus apa pun, tapi
pedangnya justru mengarah pinggang si Nabi Setan-Seng
Ling, Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa aneh, membuat
merinding semua orang yang mendengarnya,
Chu Liok Khie yang memiliki Lweekang tinggi, di saat ini
dia pun tertegun sedangkan pukulan yang dilancarkan si Nabi
Setan-Seng Ling, sudah mengarah dadanya,
Chu Liok Khie tahu dia memiliki ilmu pukulan Im Si Ciang
yang amat beracun. Sebun It Nio, kakak seperguruannya
tersambar angin pukulan itu, akhirnya binasa di tangan Hwe
Kong Sian Kouw,
Maka ketika melihat pukulan itu mengarah dadanya, dia
pun segera meloncat ke belakang beberapa depa,
Di saat bersamaan, tampak sosok bayangan berkelebat
tahu-tahu sudah berada di hadapan mereka, sosok bayangan
itu ternyata-orang berkedok.
Tak peduli siapa pun dan tak terkecuali! Mau bertarung,
silakan naik ke atas batu besar itu!" katanya dengan lantang,
Chu Liok Khie bertanya dengan suara parau,
"Setan tua, kau ke sana?"

555
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin,
"Aku harus cepat-cepat kembali ke istana Setan mengurusi
putra Lu Cong Piau Tau, tidak ada waktu untuk bertanding
denganmu!"
Chu Liok Khie tertawa gelak,
"Ha ha ha! Kalau begitu, harap sobat berkedok mencatat
di batu, bahwa si Nabi Setan-Seng Ling tidak berani menerima
tantangan ketua Tiam Cong Pai."
Setelah mendengar ucapan itu, air muka si Nabi Setan-
Seng Ling langsung berubah dari matanya menyorot tajam
menatap Chu Liok Khie seraya berkata.
" Kalau begitu, kau memang ingin menjajalku?"
Chu Liok Khie manggut-manggut sambil tersenyum. "Tidak
salah!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, lalu melesat ke arah
sebuah pohon yang cukup besar, dan melancarkan pukulan
pada pohon itu,
Plaak!
Pukulannya tidak membuat pohon itu bergoyang sedikit
pun, bahkan daun-daunnya pun tidak bergoyang sama sekali.
Sesaat, banyak orang yang tidak tahu maksud si Nabi
Setan-Seng Ling memukul pohon itu, maka mereka tampak
terheran-heran, sedangkan si Nabi Setan-Seng Ling, setelah
melancarkan pukulan itu, lalu kembali ke tempat semula.

556
"Kalau Anda bisa melancarkan pukulan seperti yang
kulakukan barusan, aku pasti mengaku kalah kepadamu!"
Chu Liok Khie tahu, pukulan yang dilancarkan si Nabi
Setan-Seng Ling tadi, pasti merupakan suatu ilmu pukulan.
Akan tetapi, dia justru tidak tahu ada apa dengan pukulan
itu, maka dia tidak berani segera setuju.
Di saat bersamaan, mendadak semua orang berseru kaget,
Chu Liok Khie segera mendongakkan kepala, ternyata semua
orang sedang memandang ke arah pohon itu.
Chu Liok Khie juga segera memandang pohon tersebut
Tampak daun-daun pohon itu berubah menjadi hitam dan
mulai rontok. Dalam waktu sekejap pohon itu telah gundul tak
berdaun sama sekali, bahkan dahan dan rantingnya pun sudah
kering,
Sin Chiu Kiam Kek Chu Liok Khie tersentak hatinya, Bagi
orang yang memiliki Lweekang tinggi, memukul rontok daundaun
pohon memang tidak sutit.
Tapi dalam waktu sekejap daun-daun itu berubah hitam
dan rontok, bahkan ranting dan dahan menjadi kering, itu
agak sulit Sebab si Nabi Setan-Seng Ling telah menggunakan
semacam pukulan beracun, barulah dapat membuat pohon itu
jadi begitu.
Di saat Chu Liok Khie tersentak dan tertegun, si Nabi
Setan-Seng Ling justru tertawa dingin.
"Kalau kau tak dapat melancarkan pukulan seperti itu,
mengenai pertandingan kita, sementara ini tidak perlu

557
dibicarakan Masih banyak waktu suatu hari nanti, aku pasti
mohon petunjukmu!"
Seketika wajah Chu Liok Khie berubah menjadi merah,
walau dia memiliki Lweekang tinggi, tapi tidak mampu
melancarkan pukulan seperti itu, Chu Liok Khie terus berdiri di
situ dengan wajah tak sedap dipandang,
Menyaksikan itu, Lu Sin Kong tahu bahwa Liok Khie dalam
keadaan serba salah, maka segera ber-kata,
"Saudara Chu, itu adalah ilmu pukulan beracun. Kita bukan
golongan hitam, tentunya tidak bisa melancarkan pukulan
seperti itu, Dia bilang ada urusan mau pergi, biarlah dia pergi,
Kelak masih banyak waktu, dia tidak bisa kabur ke manamana."
Chu Liok Khie tahu bahwa ucapan itu adalah demi
mukanya, maka dia amat berterimakasih dalam hati dan
menyahut
"Apa yang dikatakan Lu Cong Piau Tau masuk akal, setan
tua! Kau boleh menungguku di istana Setani!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, lalu beranjak pergi.
Tapi kemudian mendadak dia berpaling memandang Lu
Sin Kong, lalu tersenyum seraya berkata,
"Aku akan berada di pintu istana Setan, menunggu
kedatangan Lu Cong Piau Tau!"
Lu Sin Kong manggut-manggut, itu demi keselamatan Lu
Leng putranya, sebab kalau dia banyak menyahut dan

558
menyinggung perasaan si Nabi Setan-Seng Ling sudah barang
tentu putranya yang akan menderita,
Si Nabi Setan-Seng Ling berkata lagi.
"Lu Cong Piau Tau, saat ini sebagian orang yang
berkumpul di puncak Sian Jin Hong, punya tujuan yang sama
sepertiku, Tapi Lu Cong Piau Tau harus ingat satu hal,
putramu berada di dalam istana Setan!"
Lu Sin Kong terheran-heran dalam hati, sebetulnya si Nabi
Setan menyandera Lu Leng untuk menukar barang apa
dengan Lu Sin Kong? Dan apakah benar sebagian dari orangorang
yang berkumpul di puncak Sian Jin Hong berniat
meminta suatu barang kepadanya?
Berpikir sampai di sini, mendadak Lu Sin Kong teringat
suatu urusan sebulan yang lalu.
Ketika itu dia bersama isteri nya dari Lam Cong ke Su Cou,
sepanjang jalan, entah berapa banyak jago tangguh ingin
merebut kotak kayu yang di-kawalnya, para jago tangguh
yang pernah bertarung dengan mereka suami isteri, semuanya
berkumpul di puncak Sian Jin Hong.
Apakah mereka masih menghendaki kotak kayu itu?
Terhadap kotak kayu yang misterius itu Lu Sin Kong merasa
benci dan berduka,
Dikarenakan kotak itu, isterinya meninggal dan
menimbulkan urusan besar ini.
Tapi Lu Sin Kong dari awal hingga kini tetap tidak
mengerti, kotak kayu itu menyangkut urusan besar apa?

559
Hanya saja dia merasa, kotak kayu itu memang misterius
dan penuh teka-teki, bahkan juga menimbulkan badai dalam
rimba persilatan Hingga kini, badai itu masih terus melanda,
Setelah berpikir lama sekali, akhirnya Lu Sin Kong
mendengus dingin,
"Hmm!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa-tawa, lalu meninggalkan
puncak Sian Jin Hong, Tapi ketika dia baru menginjak undakan
batu, mendadak terdengar suara bentakan keras,
"Harap tunggu, Seng Ling!"
Si Nabi Setan-Seng Ling menolehkan kepala ke orang
datangnya suara bentakan itu, Ternyata yang membentak itu
adalah si Duta Api Obor dari Hwa San Pai.
Tidak banyak orang berkepandaian tinggi yang berkumpul
di puncak Sian Jin Hong dapat membuat si Nabi Setan-Seng
Ling merasa segan.
Orang aneh berkedok itu adalah orang pertama yang
membuatnya merasa segan, karena asal-usulnya tidak jelas,
lagipula berkepandaian begitu tinggi,
Selain dia adalah Sui Cing siansu aliran Buddha Go Bi Pai,
Ang Eng Leng Long dan beberapa orang lainnya, termasuk
Liat Hwe Cousu ketua Hwa San Pai.
Maka ketika tahu bahwa si Duta Api Obor yang
membentak memanggilnya hati si NabiSetan tersentak,
seketika juga dia menoleh kedua putranya, kemudian berkata
dengan suara rendah.

560
"Kalian berdua pulang dulu ke istana Setan menungguku!"
Kedua putranya mengangguk, lalu melesat pergi
meninggalKan puncak Sian Jin Hong,
Si Nabi Setan-Seng Ling memandang si Duta Api Obor,
lama sekali, barulah bertanya.
"Duta Api Obor ada petunjuk apa?"
Si Duta Api Obor menyahut sepatah demi sepatah .
"Couso kami mengharap sementara ini Anda jangan
kembali ke istana Setan!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tahu, bahwa pihak Hwa San Pai
mau cari gara-gara kepadanya, maka seketika wajahnya
berubah menjadi tersedap dipandang.
"Ada hubungan apa gerak-gerikku dengan Cousu kalian?"
Si Api Obor menyahut kaku.
"Anda tunggu sebentar, pasti akan mengetahui-nya!"
Usai berkata begitu, si Duta Api Obor lalu kembali ke
tempatnya, Tampak Liat Hwe Cousu bangkit berdiri lalu
melangkah ke sebuah pohon yang cukup besar, kemudian
melancarkan sebuah pukulan,
Seperti pukulan yang dilancarkan si Nabi Setan-Seng Ling
tadi, pukulannya pun tidak membuat daun dan dahan pohon
itu bergoyang,

561
Menyaksikan keadaan itu, si Nabi Setan-Seng Ling sudah
tahu, bahwa Liat Hwe Cousu berniat menjajal Lweekangnya,
Karena dia sudah turun tangan melancarkan sebuah
pukulan pada pohon itu, tentunya dia pun tidak bisa pergi
begitu saja,
Padahal perhitungannya sudah matang sekali, Lu Leng
berada di tangannya, maka apa pun kemauannya pasti di
turuti Lu Sin Kong.
Dan juga dia pun tahu jelas, begitu memberitahukan
bahwa Lu Leng berada di istana Setan, tentunya ada orang
berniat merebut Lu Leng dari tangannya, Namun dia tahu
jelas, istana setan tempat tinggalnya merupakan tempat yang
amat bahaya bagi orang lain, tapi alangkah baiknya pulang
duluan untuk mengatur segalanya,
Setelah Lu Sin Kong ke istana Setan dia akan bicara serius
dengannya, Oleh karena itu, dia tidak mau menerima
tantangan Chu Liok Khie, karena Chu Liok Khie bukan orang
biasa. Kalau bertarung, itu berarti akan menyita waktunya,
Karena itu, dia menggunakan Im Si Ciang memukul pohon
itu, agar Chu Liok Khie tidak terus menerus menantangnya,
maka dia boleh segera meninggalkan tempat itu,
Akan tetapi, tak terduga sama sekali Liat Hwe Cousu turun
tangan sendiri ingin mencoba kepandaiannya,
Tak seberapa lama daun-daun pohon itu pun berubah
kuning, namun sama sekali tidak rontok, Liat Hwe Cousu
mundur selangkah, lalu mengibaskan lengan jubahnya ke arah
pohon itu, orang-orang yang berada di sekitar pohon itu
semuanya merasakan adanya hawa panas,

562
Bum!
Daun-daun yang sudah berubah kering itu mulai rontok,
Berdasarkan kejadian itu kelihatannya pukulan yang
dilancarkan Liat Hwe Cousu tidak selihay pukulan yang
dilancarkan si Nabi Setan-Seng Ling,
Karena itu, semua orang mulai berbisik-bisik
membicarakannya, tidak mungkin begitu Liat Hwe Cousu turun
tangan, langsung terjungkal di tangan si Nabi Setan-Seng
Ling.
Di saat semua orang sedang berbisik-bisik, justru telah
terjadi hal yang luar biasa,
Ternyata daun-daun yang rontok itu, hancur seperti
tepung sebelum menyentuh tanah,
Setelah menyaksikan kejadian itu, semua orang terbelalak
dan amat kagum kepada Liat Hwe Cousu, Sebab pukulan yang
dilancarkannya tadi, jauh lebih lihay daripada pukulan yang
dilancarkan si Nabi Setan-Seng Ling,
Walau semua orang tidak begitu menyukai Liat Hwe
Cousu, tapi setelah dia memperlihatkan kepan-daiannya,
mereka merasa kagum dan bersorak memuji nya
Si Nabi Setan-Seng Ling mengerutkan kening, namun dia
pun amat kagum dalam hati, kemudian berkata dengan
lantang."
"Aku hanya melancarkan satu kali pukulan, sudah dapat
membuat daun-daun barubah hitam dan rontok. sedangkan
Liat Hwe Cousu masih harus mengibaskan lengan jubahnya,

563
barulah membuat daun-daun itu rontok dan hancur seperti
tepung, itu berarti kami seri! Entah masih ada petunjuk apa?"
Liat Hwe Cousu mendengus lalu menoleh memandang si
Duta Api Obor, Dia amat angkuh dan merasa dirinya
berkedudukan paling tinggi dalam rimba persilatan, maka
dalam anggapannya, tiada seorang pun yang berada di situ
berderajat berbicara dengannya,
Oleh karena itu, apabila dia mau berbicara, cukup si Duta
Api Obor yang mewakilinya,
Si Duta Api Obor segera maju selangkah, lalu berkata
dengan lantang,
"Cousu kami telah memperlihatkan Lweekang yang amat
tinggi, harap Anda setelah menyaksikan itu, barulah pergi,
tidak akan terlambat, kan?"
Si Nabi Setan-Seng Ling mengerti maksudnya, harus pula
memperlihatkan ilmu tinggi.
Seketika si Nabi Setan-Seng Ling berpikir, walau
kepandaian Liat hwe Cousu amat tinggi, namun dia pasti bisa
meloloskan diri, Dengan berbagai macam perangkap yang ada
dalam istana Setan, mungkin Liat Hwe Cousu dan para jago
tangguh Hwa San Pai, belum tentu dapat menyerbu ke dalam,
Oleh karena itu, Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin.
"Aku justru ingin tahu bagaimana hebatnya ilmu silat Hwa
San Pai!"

564
Liat Hwe Cousu mendengus, Badannya segera bergerak
bagaikan segulung api menuju ke batu besar Dalam waktu
sekejap, dia sudah berada di sisi batang besi tajam,
Si Nabi Setan-Seng Ling terkejut Betulkah Liat Hwe Cousu
ingin bergebrak dengan dirinya?
Kalau betul begitu, Yang Hwe Sin Kang (Tenaga Sakti Api
Membara) yang dimiliki Liat Hwe Cousu, justru merupakan
tawan ilmu silat istana Setan,
Si Nabi Setan-Seng Ling terus berpikir, akhirnya dia
mengambil suatu keputusan, asal Liat Hwe Cousu membuka
mulut menantang, dia akan segera meninggalkan tempat itu,
meskipun harus menanggung rasa malu.
Akan tetapi, setelah berada di sisi besi tajam itu, Liat Hwe
Cousu tidak meloncat ke atas,
Mendadak badannya bergerak laksana kilat, tampak
bayangan merah menerobos ke sana ke mari di sela-sela
belasan batang besi tajam itu,
Ketika dia berhenti bergerak, belasan batang besi tajam itu
telah berubah me1engkung-1engkung. itu membuat semua
orang tertegun saking kagumnya. Dalam hati mereka
membathin, hanya orang aneh yang berkedok dan Sui Cing
Siansu yang memiliki Lweekang setinggi itu.
Di saat bersamaan, terdengar si Duta Api Obor berseru
dengan lantang,
"Cousu kami sudah memperlihatkan Lweekang-nya, harap
si Nabi Setan-Seng Ling berbuat seperti itu!"

565
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak,
"Ha ha ha! Lweekang Liat Hwe Cousu sungguh hebat, aku
kagum sekali! Karena balasan batang besi tajam itu sudah
melengkung semua, harap pemiliknya meluruskan lagi!"
"He he he!" Orang aneh berkedok tertawa ter-kekehkekeh.
"Kalian berdua yang akan bertarung, kenapa malah
melampiaskan pada belasan batang besi tajam milikku itu?"
Sembari berkata, orang aneh berkedok meloncat turun
dari batu hijau, lalu mendekati batu besar itu. Mendadak dia
menggerakkan kipas rombengnya ke arah belasan batang besi
tajam.
Plak! Plak! Plak! Plak!
Dalam waktu sekejap, belasan batang besi tajam itu sudah
lurus semua seperti semula,
Si Nabi Setan-Seng Ling manggut-manggut lalu melesat ke
arah batu besar itu, kemudian menggerakkan jari telunjuknya
ke arah belasan batang besi tajam.
Tring! Tring!
Dalam waktu sekejap, semua batang besi tajam itu
melengkung lagi dan itu sungguh membuat kagum semua
orang.
Setelah itu, dia berkata sambil menjura kepada Liat Hwe
Cousu,

566
"Lweekangku masih di bawah Lweekang Anda, Aku
mengaku kalah dan mohon pamit sekarang!" justru di luar
dugaan, si Duta Api Obor tertawa gelak,
"Ha ha ha! Kini Anda telah mengaku kalah, maka Cousu
kami menghendaki Anda menyerahkan Lu Leng! Ka!au tidak,
pasti agak merepotkan Anda!"
Biasanya si Nabi Setan-Seng Ling malang melintang dalam
rimba persilatan, selama itu tidak pernah ketemu batunya
selalu berada di atas angin.
Akan tetapi hari ini, dia bertemu Liat Hwe Cousu, Enam
belas tahun yang lampau, ketika dia baru berkecimpung dalam
rimba persilatan sama sekali tidak pernah bertemu lawan yang
setanding, maka namanya melambung tinggi di daerah selatan
dan utara.
Hari ini dia terus merendah, itu sudah cukup
mempermalukan dirinya sendiri, agar dapat segera
meninggalkan puncak Sian Jin Hong.
Saat ini begitu mendengar apa yang dikatakan si Duta Api
Obor, betapa gusarnya dalam hati.
Mukanya yang memang menyeramkan itu bertambah
seram, dia tertawa dingin seraya menyahut
"Lu Leng berada di dalam istana Setan, Kalau Liat Hwe
Cousu menghendakinya, silakan ke sana."
Si Duta Api Obor segera bertanya dengan suara parau.
"Kalau begitu, Anda tidak mengabulkan?"

567
Si Nabi Setan-Seng Ling memandang Liat Hwe Cousu,
Kebetulan sekali Liat Hwe Cousu pun sedang memandangnya,
Mereka berdua jadi saling memandang, Mendadak dalam
hati si Nabi Setan-Seng Ling timbul suatu perasaan yang amat
aneh.
Padahal yang dipelajari si Nabi Setan-Seng Ling adalah
ilmu Ratapan Setan, Tawa Setan, Langkah Setan dan Tubuh
Setan, yang semua itu merupakan ilmu sesat yang amat lihay,
bahkan dapat mempengaruhi pikiran orang,
Akan tetapi, Liat Hwe Cousu justru memiliki ilmu Hian Sin
Hoat (llmu Sakti Membuat pandangan Orang jadi Kabur),
Oleh karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling cepat-cepat
mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak
terpengaruh oleh ilmu Hian Sin Hoat. Setelah itu barulah
hatinya merasa tenang kembali
Si Nabi Setan-Seng Ling tahu, kalau dia tidak
mengabulkan, Liat Hwe Cousu pasti turun tangan
membekuknya, lalu membawanya ke Pak Bong San, Ketua
Hwa San Pai itu tidak perlu masuk ke dalam istana Setan,
cukup memanggil kedua putranya menyerahkan Lu Leng,
tentunya kedua putranya tidak berani membangkang,
Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling sudah memutuskan
dalam hati, maka dia tertawa hambar
"Saat ini Liat Hwe Cousu amat menghargaiku, pasti akan
memberi kebaikan pula kepadaku, Namun... mengenai urusan
tersebut aku seorang diri tidak bisa mengambil keputusan."

568
Kali ini, Liat Hwe Cousu membuka mulut, berkata sepatah
demi sepatah.
"Siapa?"
Si Nabi Setan-Seng Ling menunjuk orang aneh berkedok.
"Saudara ini."
Begitu si, Setan-Seng Ling menunjuk orang itu, Liat Hwe
Cousu langsung memandang orang aneh berkedok itu dengan
sorotan tajam,
Akan tetapi, di saat bersamaan, si i Setan-Seng Ling
bergerak cepat melesat pergi bagaikan segulung asap
meninggalkan tempat itu,
Biar bagaimanapun Liat Hwe Cousu tidak menyangka si
Nabi Setan-Seng Ling akan bertindak begitu, Karena si Nabi
Setan-Seng Ling merupakan seorang tokoh dalam rimba
persilatan, bahkan amat terkenal.
Siapa pun tidak menyangka, dia akan kabur begitu saja,
Maka tidak mengherankan kalau semua orang yang berada di
situ saling memandang dengan mata terbelalak.
Ketika melihat si Nabi Setan-Seng Ling melesat pergi, Liat
Hwe Cousu pun membentak keras sambil menerjang ke
arahnya,
Namun Liat Hwe Cousu tidak berhasil menangkap si Nabi
Setan-Seng Ling, sebab si Setan-Seng Ling telah mengerahkan
ilmu Ginkang-nya melesat pergi, sesungguhnya kalau Liat Hwe
Cousu mau mengejarnya, sudah pasti akan berhasil Akan
tetapi, berdasarkan kedudukannya, kalau dia bergerak si Duta

569
Api Obor yang menjadi perintis pembuka jalan dengan obor
tersebut Karena itu, wajah Liat Hwe Cousu berubah tidak
sedap dipandang, lalu kembali ke tempatnya,
Setelah si Nabi Setan-Seng Ling pergi, tak lama hari pun
mulai sore, Semua orang yang berkumpul di situ mulai mengisi
perut, tiada seorang pun membuka mulut menantang pihak
lain,
-ooo0ooo-
Bab 26
Walau begitu banyak orang berkumpul di puncak Sian Jin
Hong, namun hanya mempunyai dua tujuan, Tujuan pertama
membalas dendam, tujuan kedua yakni ingin memperoleh
barang kawalan Lu Sin Kong yang misterius dan penuh tekateki
itu,
Tapi mereka semua justru tidak tahu bahwa sebetulnya
barang apa yang dikawal Lu Sin Kong, Mereka hanya mengira
bahwa barang itu merupakan suatu barang pusaka.
Urusan hari ini, boleh dikatakan dendam Sebun It Nio
telah terbalas sebagian karena Hwe Hong Sian Kouw telah
binasa, Walau Yok Kun Sih dan lainnya tidak akan melepaskan
Lu Sin Kong, itu merupakan urusan lain, Si Pecut Emas-Han
Sun mati di tangan Hwe Hong Sian Kouw, kini Hwe Hong Sian
Kouw telah binasa, maka urusan tersebut boleh dikatakan
telah usai,
Urusan lain, Lu Sin Kong tahu putranya belum mati,
tentunya tidak akan mendendam Liok Ci Sian-sing dan kawanKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
570
kawannya, hanya akan bertanya kepada Liok Ci Siansing,
kenapa mayat anak tanpa kepala itu disembunyikan di gudang
batunya,
Bagi orang yang berniat merebut kotak kayu tersebut,
sudah putus asa karena Liat Hwe Cousu pun menghendaki
barang tersebut, Siapa berani membenturnya yang
berkepandaian begitu tinggi?
Dikarenakan itu, suasana di puncak Sian Jin Hong sudah
tidak begitu tegang mencekam lagi, Namun ketika matahari
mulai tenggelam di ufuk barat, membuat kemerah-merahan
puncak Sian Jin Hong, sepertinya ternoda oleh darah, Hati
setiap orang tahu, tidak mungkin cuma mati Hwe Hong Sian
Kouw seorang, urusan di situ akan selesai begitu saja,
Tidak salah! Puncak Sian Jin Hong hanya tenang satu
malam. Keesokan harinya mendadak terjadi suatu perubahan
yang di luar dugaan.
Namun kini mari mengikuti perjalanan Tam Goat Hua.
Malam itu Tam Goat Hua meninggalkan puncak Sian Jin Hong
sambil memikirkan asal-usul orang aneh berkedok itu.
Tam Goat Hua adalah gadis cerdas, namun tidak dapat
terpikirkan nya mengenai asal-usu! orang aneh berkedok
tersebut Daiam hati dia berharap mudah-mudahan di tengah
jalan berjumpa ayahnya, agar bisa bertanya-tanya.
Kemudian dia teringat pula tentang Cit Sat Sin Ciang,
Hiang Bu Sam Na dan Cit Sat Sin Kun dan itu amat
membingungkan nya.
Maka kalau dia berjumpa dengan ayahnya, sungguh
banyak yang akan ditanyakan Setelah itu, dia pun berpikir,

571
seorang diri akan memasuki istana Setan Bagaimana
bahayanya istana Setan, kaum rimba persilatan
mengetahuinya, Dia berangkat ke sana entah akan lancar dan
berhasil membawa keluar Lu Leng?
Hati Tam Goat Hua amat kacau namun dia tetap
melanjutkan perjalanan Tak terasa dia sudah menempuh
perjalanan tiga puluh mil lebih.
Tiba-tiba gadis itu mengerutkan kening, sepertinya merasa
ada orang mengikutinya dari belakang, Dia segera menoleh ke
belakang, Walau gelap gulita, tapi dalam beberapa depa masih
bisa terlihat agak jelas, justru tiada seorang pun di
belakangnya.
Tam Goat Hua berdiri di tempat sambil berpikir,
bagaimana dirinya merasa bisa ada orang mengikuti-nya?
Setelah berpikir sejenak, dia tersadar bahwa tidak mendengar
suara apa pun. Akan tetapi, dia justru merasa ada orang
mengikutinya, Kening gadis itu berkerut-kerut, kemudian
melanjutkan perjalanan Setelah beberapa mil, dalam hati
timbul lagi perasaan demikian Tam Goat Hua sama sekali tidak
mengeluarkan suara, namun sekonyong-konyong
membalikkan badannya sekaligus mengayunkan rantai yang
melekat di 1engannya.
Gerakannya sungguh di luar dugaan Kalau ada orang
mengikutinya di belakang, pasti akan tersambar oleh rantai
besi itu, Akan tetapi di belakangnya tetap tiada seorang pun
Tam Goat Hua tertawa dalam hati Karena dirinya
mengalami berbagai kejadian aneh maka membuatnya
menjadi terus bercuriga.

572
Cukup lama dia berhenti di tempat, setelah itu barulah dia
melesat pergi mengerahkan Ginkang, Tapi baru melesat
setengah mil, hatinya terasa lagi ada orang mengikutinya di
belakang, bahkan kali ini dia mendengar suara.
itu ketika dia melewati sebuah batu, sepertinya mendengar
suara "Plak" seakan ada orang menekan batu itu.
Tam Goat Hua segera menoleh ke belakang, tapi tiada
seorang pun berada di sekitar batu itu. seandainya ada pohon
di situ, mungkin itu adalah suara jatuhnya ranting di atas
batu.
Akan tetapi, di sekitar batu itu justru tiada pohon sama
sekali, maka Tam Goat Hua yakin pasti ada orang
mengikutinya, Dia tertawa dingin seraya berkata dengan suara
dalam.
"Sobat dari mana, terus mengikutiku? Kenapa tidak mau
muncul untuk berkenalan?" suaranya tidak begitu nyaring,
namun di tempat sepi yang gelap gulita itu terdengar jelas
sekali,
Dia berseru berulang kali, tapi tiada suara sahutan. Tam
Goat Hua yakin, kalau ada orang mengikutinya, orang itu pasti
bersembunyi di belakang batu tersebut
Tam Goat Hua tertawa dingin, kemudian berkata.
"Anda terus mengikutiku, sudah pasti ada urusan. Kini
Anda bersembunyi di belakang batu, Anda kira aku tidak
tahu?"
Sembari berkata, Tam Goat Hua menghimpun hawa
murninya mendadak badannya mencelat ke atas, itu adalah

573
Ginkang ajaran ayahnya, Hui Thian Na Goat (Terbang Ke
Langit Mengambil Bulan) merupakan ilmu Ginkang yang amat
tinggi, juga ilmu andalan ayahnya,
Setelah badannya mencelat ke atas, tiba-tiba meluncur ke
arah batu itu, lalu berdiri di atasnya.
Di saat dia berdiri, tampak sosok bayangan melesat pergi
dengan ringan sekali, bagaikan se-gumpalan asap.
Ketika bayangan itu melesat pergi, gerakannya sungguh
aneh dan sulit diuraikan dengan kata-kata. Badannya tetap
lurus sepasang kakinya kelihatan menginjak tanah tapi juga
tidak, sepertinya badan orang itu terhembus oleh angin.
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua tertegun.
Ayahnya berkepandaian amat tinggi, bahkan mengenali
pula ilmu silat partai lain, Sejak kecil Tam Goat Hua dan
kakaknya sudah mulai belajar ilmu silat kepada ayahnya, juga
mendengar penjelasan tentang ilmu silat berbagai partai.
Walau gadis itu belum begitu dalam pengalamannya dalam
rimba persilatan namun banyak yang telah diketahuinya. Tapi
ketika menyaksikan gerakan orang itu, ia justru tidak tahu
berasal dari perguruan mana gerakan tersebut.
Badan orang itu tampak ringan, juga tidak mengeluarkan
suara sedikit pun. Gerakan itu mirip ilmu Langkah Setan si
Nabi Setan-Seng Ling, tapi ilmu Langkah Setan merupakan
ilmu Ginkang aliran sesat, maka akan membawa hawa sesat
pula,
Ketika orang itu melayang pergi, justru tiada hawa sesat,
itu membuat Tam Goat Hua berdiri termangu-mangu di atas

574
batu itu, Di saat orang itu hampir lenyap ditelan kegelapan,
Tam Goat Hua segera berseru,
"Aku sudah melihat Anda, kenapa Anda tidak mau
menemuiku? Ginkang Anda begitu tinggi, pertanda Anda
bukan orang biasa! Tapi kenapa tidak mau menemui ku ?"
Sosok bayangan itu terus melayang, seakan tidak
mendengar suara seruan Tam Goat Hua. Dalam waktu sekejap
sosok bayangan itu sudah tidak kelihatan Iagi.
Gadis itu tahu bahwa orang tersebut memiliki Ginkang
yang amat tinggi, kalau pun dia mengejarnya juga percuma,
tidak akan dapat menyusul, sesungguhnya Tam Goat Hua
amat penasaran, sebab tidak tahu siapa orang itu, dan tidak
tahu tujuan orang itu mengikutinya,
Di saat Tam Goat Hua termangu, mendadak terdengar
suara "Ser" di tempat yang tak jauh. Di bawah sinar rembulan
yang remang-remang, tampak sebatang anak panah kecil
meluncur ke arahnya.
Ketika melihat anak panah kecil itu meluncur kepadanya,
Tam Goat Hua amat gusar dalam hati, sebab orang itu
memiliki Ginkang yang begitu tinggi, namun gerak-geriknya
justru tidak berani terang-terangan,
Mula-mula dia mengikuti Tam Goat Hua secara diam-diam,
setelah gadis itu melihat bayangannya, malah menyerang Tam
Goat Hua dengan panah.
Setelah anak panah itu mendekat, barulah Tam Goat Hua
menjulurkan tangannya untuk menyambar-nya. Begitu
menggenggam anak panah itu, dia merasa heran, sebab
panah itu amat ringan sehingga tangannya seakan tidak

575
menggenggam apa pun. padahal tadi Tam Goat Hua
mendengar suara "Ser" itu cukup keras, namun amat ringan
ketika berada di tangannya.
Tam Goat Hua menundukkan kepala, Ternyata yang
digenggamnya itu bukan panah, melainkan selembar kertas
yang digulung kecil. Gadis itu terheran-heran, lalu membuka
kertas itu, Ternyata di dalamnya terdapat sebaris tulisan
berbunyi "Jangan pergi ke istana Setan",
Tulisan itu kelihatannya seperti orang yang baru belajar
menulis, lagipula tidak tercantum nama penulisnya.
Tam Goat Hua membolak-balikkan kertas itu, tidak
terdapat tulisan lain lagi, Dalam hati Tam Goat Hua, semakin
merasa heran karena orang yang menulis itu,
memperingatkannya dengan maksud baik, Berdasarkan
Ginkangnya, tentunya orang itu merupakan tokoh aneh dalam
rimba persilatan Tapi kenapa dia harus berlaku begitu
misterius memperingatkannya agar tidak pergi ke istana
Setan?
Tam Goat Hua terus berpikir, namun tetap tidak tahu
sebab-musabab orang itu memperingatkannya. Akhirnya dia
tertawa seraya berkata.
"Terimakasih atas maksud baik Anda, tapi aku tidak begitu
jelas akan peringatan Anda, Maka aku ingin mohon petunjuk,
harap Anda sudi memperlihatkan diri!"
Usai berkata begitu, dia teringat akan suatu hal, maka
ingin sekali bertemu dengan orang itu,

576
Ternyata Tam Goat Hua teringat akan perjalanannya
menuju ke istana Setan, Selain orang aneh berkedok dan
dirinya sendiri, tiada orang lain mengetahui hal tersebut
Lagipula ketika itu, orang aneh berkedok menulis tanpa
bersuara, itu agar tidak didengar oleh orang lain. Tapi
bagaimana orang itu tahu dirinya akan menuju ke istana Setan
Pak Bong San? Dan kenapa memperingatkannya jangan pergi
ke sana?
Berpikir sampai di sini, Tam Goat Hua pun mengingat
kembali ketika bersama orang aneh berkedok, di saat
memesannya ke istana Setan, sungguh tiada orang lain
mengetahui nya.
Oleh karena itu, Tam Goat Hua berharap sekali akan
kemunculan orang tersebut. Akan tetapi orang itu sama sekali
tidak muncul, walau dia sudah berseru-seru belasan kal.
Gadis itu penasaran sekali, akhirnya dia meninggalkan
tempat itu untuk melanjutkan perja!anannya. Ketika hari mulai
terang, dia sudah meninggalkan Bu Yi San. sepanjang jalan
dia tidak merasa lagi ada orang mengikutinya,
Berdasarkan itu dapat diketahui, bahwa orang itu
mengikutinya dari puncak Sian Jin Hong, tujuannya hanya
memperingatkannya agar tidak ke istana Setan Pak Bong San.
Tam Goat Hua paham, bahwa dia tidak boleh ingkar janji,
Walau istana Setan itu amat membahayakan dirinya, namun
dia tetap harus ke sana. Sebab dia sudah mengabulkan untuk
berangkat ke sana, tidak boleh menyesal di tengah jalan.

577
Tak seberapa lama kemudian, Tam Goat Hua sudah
hampir tiba di sebuah jalan besar. Mendadak dia mendengar
suara pertarungan di kejauhan.
Gadis itu tertegun, sebab suara pertarungan itu
kedengarannya sekitar dua tiga puluh orang,
Di antara suara pertarungan terdengar pula jeritan-jeritan
yang menyayat hati, pertanda pertarungan itu adalah
pertarungan antara hidup dan mati,
Yang mengejutkan Tam Goat Hua, justru sayup-sayup
terdengar juga suara harpa. itu membuat Tam Goat Hua
tertegun, kemudian dia pun berpikir, suara harpa yang
misterius itu, berkaitan dengan urusan-urusan rimba persilatan
yang belum lama terjadi
Gadis itu mendengarkan dengan penuh perhatian Setelah
dapat memastikan arah dan jarak suara harpa itu, barulah dia
melesat pergi.
Betapa cepat gerakannya, karena dia mengerahkan
Ginkang, Dia ingin segera tahu jelas tentang pertarungan itu,
Dalam waktu sekejap, suara pertarungan itu kedengaran
semakin dekat, terdengar pula suara benturan senjata tajam
yang mencekam namun suara itu tidak dapat menutupi suara
harpa,
Tam Goat Hua yakin, bahwa pertarungan itu bukan
pertarungan biasa, Dia terus melesat ke depan, Tak lama dia
pun memandang ke depan, Tampak tujuh delapan orang
sedang bertarung mati-matian, terlihat juga dua tiga puluh
orang tergeletak di situ.

578
Tujuh delapan orang itu bertarung dengan senjata yang
berbeda, pertarungan mereka semrawut, dua di antaranya
sudah berlumuran darah.
Tam Goat Hua menyaksikan pertarungan itu dari jauh,
merasa tersentak dan tegang, Kemudian dia maju beberapa
depa. Di saat bersamaan suara harpa itu mulai melemah.
Gadis itu menengok ke sana ke mari, mencari suara harpa
itu berasal dari mana, Tiba-tiba terdengar suara "Ting" lalu
suara harpa itu berhenti.
Bersamaan itu, terdengar suara kereta, kemudian tampak
sebuah kereta kuda meluncur keluar dari rimba, itu ternyata
kereta mewah yang dihiasi berbagai macam permata, Ketika
Tam Goat Hua baru mau mengejar kereta mewah itu,
mendadak terdengar seruan kaget dari orang-orang yang
sedang bertarung,
Tam Goat Hua segera menolehkan kepalanya, Dilihatnya
lima orang roboh lagi, sekujur badan mereka berlumuran
darah, kelihatannya sulit ditolong.
Dua orang lagi tetap berdiri, sama sekali tidak roboh.
Tam Goat Hua memandang mereka, Usia mereka sudah di
atas enam puluh.
Salah seorang dari mereka berjenggot panjang, namun
jenggot itu telah ternoda darah, Tangannya memegang
sebilah golok tipis, yang bentuknya aneh sekali
Yang seorang lagi tampak gagah sekali, tapi sepasang
matanya agak sipit, Bahunya terluka dan darahnya terus

579
mengucur senjatanya merupakan sebuah lempengan tembaga
berbentuk Pat Kwa.
Ketika melihat senjata aneh itu, diam-diam Tam Goat Hua
terkejut, sebab senjata itu milik Lim Kek Ong, ketua Pat Kwa
Bun.
Kalau begitu, apakah orang itu adalah Lim Pek Ong, ketua
Pat Kwa Bun yang terkenal itu?
Kedua orang itu sudah berhenti Mereka berdua saling
memandang dan wajah mereka tampak tidak mengerti bahwa
diri mereka berdiri mematung di tempat, kelihatan terheranheran,
Tam Goat Hua segera menghampiri mereka seraya
bertanya,
"Cianpwee berdua, apa yang terjadi?" Kedua orang itu
sama sekali tidak mendengar pertanyaan Tam Goat Hua.
Mereka berdua masih tetap berdiri mematung di tempat,
Berselang beberapa saat, orangtua yang memegang
senjata Pat Kwa berteriak aneh, dan kemudian bertanya,
"Saudara Pai, apa yang terjadi ini?"
Orangtua berjenggot melihat ke sana ke mari, begitu
banyak mayat bergelimpangan di situ, Maka mendadak
orangtua berjenggot itu menghela nafas panjang.
"Aaaah! Saudara Lim, kita bunuh diri saja!"
Sekonyong-konyong orangtua berjenggot itu
mengayunkan golok tipisnya ke lehernya sendiri.

580
Begitu melihat, Tam Goat Hua segera maju selangkah
seraya berseru,
"Cianpwee, jangan bunuh diri!" sembari berseru dia pun
menggerakkan tangan nya Rantai yang melekat di lengannya
langsung mengarah golok tipis itu.
Akan tetapi, orangtua itu membalikkan golok tipisnya, lalu
membacok rantai besi yang mengarah-nya.
Tam Goat Hua sudah menduga, kedua orangtua itu pasti
berkepandaian tinggi, maka gadis itu menggunakan tujuh
bagian tenaganya, Namun bacokan golok tipis itu sungguh
mencengangkan nya.
Trang!
Terdengar suara benturan senjata dan tampak bunga api
berpijar, Rantai besi itu terbacok sehingga arah gerakannya
menjadi miring ke samping.
Setelah rantai besi itu miring ke samping, orangtua itu
menghela nafas lagi, kemudian membelokkan golok tipisnya
ke kepalanya sendiri. Gerakannya sungguh cepat dan golok
tipis itu mengenai sasarannya. Akhirnya orangtua itu roboh
sebelum helaan nafasnya lenyap.
Tam Goat Hua tidak menyangka kalau orangtua
berjenggot itu begitu nekad, Dia tidak bisa berbuat apa-apa
kecuali tertegun ketika melihat orangtua berjenggot itu roboh
dengan tubuh bermandikan darah.
Di saat gadis itu tertegun, terdengar orangtua yang
satunya menghela nafas panjang.

581
"Sudahlah! Sudahlah! Saudara Pai, kini kau telah binasa,
Bagaimana aku masih punya muka untuk terus hidup?" kata
orangtua itu,
Tam Goat Hua tertegun dan gusar ketika mendengar
ucapan orangtua itu, karena kelihatannya mau bunuh diri
juga,
"Jangan bunuh diri!" seru nya.
Tam Goat Hua bergerak cepat, sebab orangtua itu telah
mengayunkan senjatanya ke kepalanya sendiri
Tam Goat Hua mengeluarkan jurus Pan Kou Khay Thian
(Pan Kou Membuka Langit) untuk menghantam senjata Pat
Kwa itu.
Trang!
Kali ini Tam Goat Hua menggunakan sembilan bagian
tenaganya, Rantai besinya membentur senjata Pat Kwa
sehingga menimbulkan suara yang amat nyaring,
Bahu orang itu telah terluka, sehingga membuat
tenaganya berkurang. Maka ketika rantai besi itu membentur
senjatanya, seketika juga senjatanya itu terlepas dari
tangannya dan terbang melayang ke udara, sedangkan
orangtua itu terhuyung-huyung ke belakang beberapa
langkah, Tam Goat Hua segera berkata, sebab khawatir
orangtua itu akan bunuh diri lagi.
"Cianpwee, apa pun yang telah terjadi, pasti ada cara
untuk menyelesaikannya kenapa harus bunuh diri?"

582
Mata orangtua itu bersimbah air. Dia memandang Tam
Goat Hua seraya bertanya,
"Siapa kau?"
"Namaku Tam Goat Hua. Kebetulftn aku melewati tempat
ini, melihat kalian bertarung, maka aku ke mari."
Orangtua itu menghela nafas panjang, kemudian
memberitahukan.
"Aku bernama Lim Kek Ong."
Tam Goat Hua manggut-manggut,
Ternyata benar orang itu adalah ketua Pat Kwa Bun."
Lim Kek Ong tersenyum getir
"Tidak salah, tapi lihatlah! Lima orang yang kubawa
semuanya telah mati."
Orang itu menunjuk mayat-mayat temannya, kemudian
menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan
"Yang tiga itu adalah Ek Pak Ban Keh Cung, ban Si Sam
Kiat, Yang tujuh itu adalah para jago tangguh dari Cik Sia Pai,
yang lain adalah para orang gagah dari Ban Keh Cung,
sedangkan yang berjenggot itu adalah ketua Cik Sia Pai dan
isterinya."
Tam Goat Hua mendengarkan kata-kata orangtua itu
dengan penuh perhatian Lim Kek Ong menggeleng-gelengkan
kepala seraya melanjutkan

583
"Kami melakukan perjalanan berjumlah dua puluh enam
orang, kalau bukan murid pasti kawan akrab, Namun kini
cuma tinggal aku seorang, bagaimana masih punya muka
hidup di dunia?"
Tam Goat Hua boleh dikatakan dapat menduga kejadian
itu, tapi dia tetap bertanya.
"Kenapa Cianpwee merasa tidak punya muka hidup di
dunia?"
Lim Kek Ong menyahut sengit,
"Ketika kau ke mari, kami sedang bertarung, kau tidak
melihat sebagian besar orang-orang itu mati di tanganku?
Padahal kami bermaksud ke puncak Sian Jin Hong, siapa
sangka... siapa sangka....
Orangtua itu menghentikan ucapannya, sepasang matanya
tampak melotot dan nafasnya memburu. Dapat dibayangkan
betapa emosinya orangtua tersebut
Tam Goat Hua segera berkata,
"Lim Cianpwee, meskipun kau tidak bilang aku pun tahu.
Kalian mendadak bertarung pasti ada sebabnya, Apakah
disebabkan oleh suara harpa itu?"
Lim Kek Ong mengangguk dengan wajah penuh kegusaran
"Tidak salah!"
"Lim Cianpwee," kata Tam Goat Hua lagi "Mereka sudah
mati ya sudahlah, namun Cianpwee tidak boleh bunuh diri Kini
petaka sudah melanda rimba persilatan. Menurutku itu

584
ditimbulkan oleh suara harpa, Bolehkah Cianpwee menutur
tentang kejadian ini?"
Lim Kek Ong duduk, sedangkan Tam Goat Hua merogoh
ke dalam bajunya mengambil sebuah bungkusan .
"Lim Cianpwee, aku...."
Bungkusan kecil itu berisi obat luka dari ayah-tiya, Karena
melihat luka di bahu Lim Kek Ong masih terus mengucurkan
darah, maka gadis itu ingin mengobati nya.
Tapi ketika dia mengeluarkan bungkusan kecil itu,
terdengar suara "Plak" suatu barang terjatuh ke bawah. itu
adalah kotak kecil pemberian orang aneh berkedok. Ketika
memberikannya kotak kecil itu, orang aneh berkedok pun
berpesan, jangan membuka kotak kecil itu di tengah jalan,
Begitu melihat kotak kecil itu jatuh, dia pun segera
membungkukkan badannya mengambil kotak kecil itu.
Setelah memungut kotak kecil itu, dia mendongakkan
kepala, tampak sepasang mata Lim Kek Ong terus menatap
kotak kecil yang di tangannya, sepasang matanya seakan
memancarkan api
Tam Goat Hua terheran-heran.
"Lim Cianpwee.,.,"
Dia baru mulai berkata, mendadak Lim Kek Ong berteriak
aneh dan bergerak cepat menotok jalan darah Hwa Kay Hiat
bagian dada Tam Goat Hua.

585
Hwa Kay Hiat merupakan jalan darah yang amat penting,
Apabila jalan darah itu tertotok pasti binasa, jika tidak punya
dendam sedalam lautan, tentunya orang tidak akan menotok
jalan darah itu,
Tapi kini Lim Kek Ong justru menotok jalan darah itu
dengan cepat.
Tam Goat Hua segera meloncat ke belakang, Dia terkejut
bukan main. Kalau jalan darah Hwa Kay Hiatnya tertotok, dia
pasti binasa seketika, Oleh karena itu, dia segera meloncat ke
belakang beberapa depa.
Akan tetapi, Lim Kek Ong telah menerjangnya sekaligus
melancarkan sebuah pukulan.
Tam Goat Hua terkejut sekali sebab ia tahu bahwa
pukulan itu mematikan Selain merasa terkejut, gadis itu pun
tercengang dan tidak habis pikir, kenapa mendadak Lim Kek
Ong menyerangnya mati-matian.
Dia tahu, kalau tidak membalas menyerang, tentu dirinya
akan terkena serangan Lim Kek 0ng.
Oleh karena itu, ketika melihat Lim Kek Ong melancarkan
pukulan itu, dia langsung berkelit sekaligus balas menyerang,
Tangan kirinya tetap memegang kotak kecil dan
bungkusan obat itu, maka agak menghambat jurus Lau Yan
Hun Hui (Burung-burung Walet Berterbangan) yang
dikeluarkannya,
Akan tetapi, rantai yang melekat di lengannya justru
mengarah Lim Kek Ong dengan menderu-deru.

586
Lim Kek Ong sama sekali tidak tahu akan rantai besi itu,
maka tetap melancarkan pukulannya,
sedangkan Tam Goat Hua tidak berniat melukai Lim Kek
Ong, Namun sebaliknya orang itu kelihatannya telah
menganggap gadis itu sebagai musuh besarnya, Maka dia
menyerang Tam Goat Hua dengan jurus-jurus yang
mematikan Tiba-tiba terdengar suara benturan dua pukulan.
Plak!
Menyusul terdengar pula suara,
Duuuuk!
Rantai besi itu menyambar dada Lim Kek Ong, Walau
dadanya telah tersambar rantai besi, namun orangtua itu
tetap menyerang Tam Goat Hua dengan jurus-jurus yang
mematikan
-ooo0ooo-
Bab 27
Tam Goat Hua berkelit Setelah menyerang ber-tubi-tubi,
akhirnya Lim Kek Ong terhuyung-huyung ke belakang tujuh
delapan langkah, Kelihatannya dia telah terluka parah. Sebab
ujung rantai besi itu telah menghantam keningnya hingga
berdarah
Akan tetapi, kemudian mendadak Lim Kek Ong menerjang
Tam Goat Hua lagi dengan sempoyongan

587
"Lim Cianpwee, apa artinya semua ini?" bentak Tam Goat
Hua.
Tiba-tiba Lim Kek Ong yang memekik aneh, lalu terkulai ke
bawah.
Tam Goat Hua mendekatinya, Lim Kek Ong menunjuk ke
sana ke mari, sepertinya dia tidak melihat apa pun yang ada di
hadapannya,
"Jahanam! Pat Kwa Bun dengan kau.,.,"
Berkata sampai di sini, Lim Kek Ong memuntah darah
segar dan nafasnya pun berhenti seketika!
Tam Goat Hua melihat Lim Kek Ong sudah binasa, hatinya
jadi kacau balau.
Padahal dia yang mencegah orangtua itu agar jangan
membunuh diri, Namun orangtua itu justru mati di tangannya,
Tam Goat Hua tertegun, kemudian merasa bahunya sakit
sekali, Dia segera meraba bahunya, ternyata bahunya telah
terluka.
Dia masih harus melanjutkan perjalanan ke istana Setan
Pak Bong San yang penuh bahaya itu, tapi kini bahunya
terluka, maka cukup menambah kesulitannya.
Diam-diam gadis itu menghela nafas panjang lalu berjalan
ke belakang sebuah pohon, Dia membuka baju atasnya
kemudian mengobati bahunya, Setelah itu, barulah dia keluar
dari belakang pohon itu, dan memandang mayat-mayat yang
bergelimpangan di sekitarnya.

588
Walau Lim Kek Ong tidak menutur, namun Tam Goat
sudah menduga bahwa kedua puluh enam orang itu tentu
sedang melakukan perjalanan ke puncak Sian Jin Hong, tapi
ketika sampai di tempat itu justru muncul suara harpa
misterius yang membuat mereka saling membunuh
Dugaan gadis itu memang masuk di akal Karena dia
sendiri, juga pernah terpengaruh oleh suara harpa tersebut,
yaitu ketika dia dan kakaknya meninggalkan Hou Yok menuju
ke Bu Yi San, tak sampai setengah mil, mendadak terdengar
suara harpa yang amat nyaring,
Sebelum mereka berdua tahu berasal dari mana suara
harpa itu, tiba-tiba pikiran mereka menjadi kabur. Mereka
hanya merasa terus berlari dengan kencang sekali, Ketika
suara harpa itu berhenti, mereka baru tahu bahwa diri mereka
masih tetap berada di tempat semula,
Mereka berdua terheran-heran ketika itu, padahal Tam
Goat Hua ingin menemui ayahnya untuk menanyakan tentang
kejadian aneh tersebut, namun belum bertemu.
Di puncak Sian Jin Hong, dia mendengar penuturan Hwe
Hong Sian Kouw tentang suara harpa. Wanita itu mendengar
suara harpa lalu bertarung dengan si Pecut Emas-Han Sun,
akhirnya si Pecut Emas-Han Sun mati di tangannya, Ditambah
kejadian tadi yang disaksikannya dengan mata kepala sendiri,
yaitu Cik Sia Pai bertarung dengan Pat Kwa Bun, maka Tam
Goat Hua berkesimpulan bahwa suara harpa itu pembawa
petaka,
Kejadian itu tentunya berkaitan dengan apa yang
dikatakan ayahnya, bahwa rimba persilatan akan timbul suatu
petaka,

589
Berpikir sampai di sini, mendadak Tam Goat Hua teringat
pula, Lim Kek Ong semula baik-baik berbicara dengannya, tapi
kemudian mendadak menyerangnya mati-matian. Hingga saat
ini dia masih tidak paham, kenapa bisa begitu?
Tam Goat Hua terus berpikir lebih seksama, Sebelum
menyerangnya, Lim Kek Ong terus menatap kotak kecil yang
di tangannya dengan mata melotot Apakah kotak kecil itu
yang menyebabkan Lim Kek Ong menyerangnya?
Sebelum mati, Lim Kek Ong kelihatan seperti punya
dendam kesumat terhadap Tam Goat Hua, bahkan mencaci "
jahanam “ Apakah ayahnya dan Lim Kek Ong punya dendam?
Setelah berpikir scjenak, tapi tak dapat memecahkan
masalah itu, maka dia pun tidak mau berpikir lagi dan
disimpannya kotak kecil serta bungkusan obat itu ke dalam
bajunya. sesungguhnya dia ingin mengubur mayat-mayat itu,
namun sebelah bahunya tak memberi izin, karena masih
terasa sakit sekali.
Tam Goat Hua memandang mayat-mayat itu lalu
menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian ia menghela nafas
panjang, dan melangkah pergi,
Saat itu hari sudah siang, Tak lama dia sudah sampai di
jalan besar Sudah banyak kereta kuda berlalu lalang di jalan
besar itu. Tam Goat Hua melanjutkan perjalanan ke utara.
Ketika hari mulai petang, tampak sebuah kota besar di
depan, Karena dia memang sudah lapar dan ingin membeli
seekor kuda, maka dia mempercepat langkahnya agar segera
sampai di kota itu,

590
Sungguh indah kota tersebut Namun Tam Goat Hua tidak
punya waktu untuk menikmati keindahan kota itu, Dia
langsung memasuki sebuah rumah makan yang cukup besar
Kebetulan matanya mengarah ke halaman belakang rumah
makan itu. seketika dia nyaris tak dapat mengayunkan kakinya
saking terkejut.
Ternyata di halaman belakang rumah makan yang amat
luas itu, tampak dua tiga puluh ekor kuda sedang minum, dan
beberapa buah kereta kuda. Di antara kereta kuda itu ada
satu yang amat mewah, dihiasi dengan berbagai macam
permata.
Begitu melihat kereta kuda mewah itu, Tam Goat Hua
langsung teringat akan suara harpa misterius.
Kereta mewah tersebut berada di sini, tentunya para
penumpangnya berada di dalam rumah makan ini, fikirnya.
Berpikir sampai di situ, hati Tam Goat Hua mulai tegang
dan berkebat-kebit tidak karuan, namun juga merasa girang,
Dia menengok ke kiri dan ke kanan, Rumah makan itu luas
sekali, bahkan berloteng,
Tam Goat Hua tidak melihat ada seorang pun
memperhatikan dirinya, maka cepat-cepatlah dia mundur dari
tempat itu,
Setelah itu, dia pun bersikap biasa dan menerobos ke
halaman belakang rumah makan itu. Tampak beberapa orang
sedang sibuk membersihkan kuda, jadi tidak tahu akan
keberadaannya di tempat itu. Badan Tam Goat Hua berkelebat
tahu-tahu sudah berada di samping kereta kuda mewah.

591
Sepasang matanya melirik ke sana ke mari. Setelah tahu
bahwa tiada seorang pun memperhatikan dirinya, maka dia
segera menyingkap gordyn kereta kuda mewah itu dan
langsung memandang ke dalam,
Dekorasi di dalam kereta itu sangat indah. Di sana
terdapat sebuah meja dan sebuah harpa kuno di atas meja
itu,
Begitu melihat harpa kuno itu, hati Tam Goat Hua semakin
tegang, Diperhatikannya harpa itu, justru berbeda dengan
harpa biasa, karena harpa biasa bersenar tujuh, sedangkan
harpa kuno itu bersenar delapan.
Sebetulnya Tam Goat Hua ingin memasuki kereta kuda itu,
tapi tidak berani, karena melongok ke dalam kereta kuda itu
pun sebenarnya sudah berbahaya besar bagi dirinya, Oleh
karena itu, dia segera kembali ke ruang rumah makan,
Tam Goat Hua langsung naik ke loteng, Di loteng terdapat
puluhan meja yang sebagian sudah dipenuhi para tamu,
Gadis itu tidak dapat membedakan, yang mana pedagang,
pelancong dan kaum rimba persilatan
Setelah menengok ke sana ke mari sejenak, barulah Tam
Goat Hua duduk di sudut Pelayan rumah makan segera
menghampiri nya, dan Tam Goat Hua memesan beberapa
macam hidangan
Setelah itu, barulah Tam Goat Hua memperhatikan para
tamu yang berada di ruangan itu, kelihatannya para tamu
terdiri dari para pedagang,

592
Tujuh delapan orang berpakaian sastrawan duduk di
hadapan Tam Goat Hua. Gadis itu memperhatikan mereka,
namun tiada seorang pun mirip orang rimba persilatan.
Kemudian dia memperhatikan tamu-tamu yang lain,
Tampak seseorang seperti piausu sedang ber-cakap-cakap
dengan kawan-kawannya,
Mata Tam Goat Hua telah menyapu seluruh loteng itu, tapi
tidak melihat ada orang yang mencurigakan
Tak seberapa (ama kemudian, semua hidangan yang
dipesannya telah disajikan Dia mulai bersantap sambil
memperhatikan tamu-tamu yang baru naik ke loteng,
Di samping itu, dia pun membatin, mungkinkah pemilik
kereta kuda itu cuma menaruh kereta kudanya di sini,
orangnya justru ke tempat lain? Di saat Tam Goat Hua sedang
membatin, mendadak seorang pelayan rumah makan
menghampirinya, lalu membungkukkan badannya seraya
bertanya,
"Maaf, apakah Nona bermarga Tam?"
Begitu dengar pertanyaan itu Tam Goat Hua tersentak
hatinya,
Dia sama sekali tidak menduga, di tempat ini ada orang
mengetahui marganya,
Tadi ketika dia pergi memeriksa kereta kuda itu, apakah
pemiliknya sudah tahu akan perbuatannya, maka mau cari
urusan dengannya? Pemilik kereta kuda itu berkepandaian
amat tinggi, sudah pasti dia bukan lawannya,

593
Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak tahu harus mengaku
atau tidak, hanya menyahut "Ng" saja,
"Kalau Nona adalah Nona Tam, ada seorang tamu menitip
suatu barang untuk Nona." pelayan rumah makan
memberitahukan sambil tersenyum,
Tam Goat Hua tercengang, kemudian bertanya,
"Barang apa itu?"
pelayan itu menaruh sebuah bungkusan di atas meja,
sambil menyahut
"Barang ini."
Ketika pelayan rumah makan menaruh bungkusan itu,
terdengar suara "PIak", sepertinya bungkusan kecil itu amat
berat
Tam Goat Hua tidak segera membuka bungkusan kecil itu,
melainkan bertanya dulu sambil menatap pelayan rumah
makan itu.
"Seperti apa orang yang menitipkan bungkusan ini
kepadamu?"
Pelayan itu tertawa,
"Dia tampak seperti seorang tuan besar, sebab langsung
memberi ku hadiah dua tael perak. Katanya, kalau barang ini
sampai di tangan Nona, maka Nona pun akan memberi ku
hadiah juga."

594
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Kapan dia menitipkan barang ini kepadamu?"
Pelayan rumah makan menyahut dengan hormat
"Barusan di depan pintu, tuan itu memanggilku, dia justru
Dewa Rejeki bagiku...."
Tam Goat Hua tahu percuma dia bertanya, maka
dikeluarkannya dua tael perak lalu diberikan kepada pelayan
rumah makan itu.
"Kau boleh pergi!"
"Terimakasih, Nona," ucap pelayan rumah makan sambil
menerima uang perak tersebut "Terima-kasih...."
Setelah pelayan rumah makan itu pergi, barulah Tam Goat
Hua membuka bungkusan itu.
Dia tertegun karena ternyata bungkusan itu berisi sebuah
panah kecil, yang ujungnya terdapat secarik kertas. Tam Goat
Hua segera mengambil kertas itu, sekaligus membacanya.
"Istana Setan merupakan tempat yang amat bahaya, Nona
Tam jangan ke sana menempuh bahaya",
Tertegun Tam Goat Hua seusai membaca surat itu. Dia
tahu bahwa orang memperingatkannya se-malam, kini
memperingatkannya lagi melalui surat
Namun dia sama sekali tidak tahu siapa orang itu dan
kenapa berbuat begitu baik kepadanya, seandainya orang itu
bermaksud jahat, bagaimana mungkin memperingatkannya
sampai dua kali,

595
Ketika Tam Goat Hua sedang berpikir, mendadak
terdengar suara kereta kuda, dan terdengar pula Ting" suara
harpa.
Bagian 11
Di dalam kota itu, suara harpa tidak lagi menarik perhatian
orang. Tapi di telinga Tam Goat Hua, justru amat luar biasa.
Gadis itu tahu, orang yang memperingatkannya dan kereta
kuda serta suara harpa itu, sama sekali tidak ada hubungan
Dia pun tahu, kereta kuda itu akan segera meninggalkan
tempat itu, Maka, dia cepat-cepat menyimpan panah kecil dan
kertas itu ke dalam bajunya, lalu turun ke bawah sambil
memperhatikan ruang loteng itu, Tampak seorang pelayan
sedang memberesi sebuah meja, pertanda tamu yang duduk
di situ belum lama pergi. Tam Goat Hua masih ingat, di meja
itu duduk dua orang, Salah seorang berdandan seperti
pengurus rumah, cukup tampan dan berusia tiga puluhan,
Yang satu lagi.... Tam Goat Hua tidak begitu ingat bagaimana
rupanya. Mungkin orang itu bertampang biasa, maka Tam
Goat Hua memandangnya sekilas saja,
Tam Goat Hua tidak mau berpikir lagi, Dia melempar
setael perak ke atas meja kasir, lalu berjalan menuju ke
halaman belakang, Namun kereta kuda itu sudah tidak berada
di tempat.
Dia cepat-cepat membeli seekor kuda jempolan Kemudian
dengan menunggang kuda tersebut dia meninggalkan kota itu.
Keluar dari pintu kota, dia melihat kereta kuda mewah
berjalan di depan,

596
Tam Goat Hua girang sekali, dan terus mengikuti kereta
kuda itu. Kalau kereta kuda itu berlari cepat, dia pun
memacukan kudanya, berjalan lambat, dia pun memperlambat
langkah kudanya, hampir seharian Tam Goat Hua mengikuti
kereta kuda itu, Ketika hari menjelang malam, dari dalam
kereta kuda itu mendadak menjulur keluar sebuah tangan
menggenggam pecut kuda.
Plak! Plak! Taar!
Kuda kereta itu langsung meringkik, kemudian berlari
kencang laksana kilat,
Walau keadaan sudah agak gelap, namun masih terlihat
jari jempol tangan orang itu bercabang sebuah jari kecil Jadi
tangan orang itu berjari enam.
Tam Goat Hua tercengang dan berpikir, apakah dia adalah
Liok Ci Siansing? Padahal Liok Ci Sian-sing tinggal di puncak
Sian Jin Hong. Setiap hari kerjanya cuma makan tidur, melukis
dan main harpa,
Ketika orang-orang berkumpul di puncak Sian Jin Hong,
setelah hari mulai malam, semuanya kembali ke tempat
masing-masing. Begitu pula Liok Ci Siansing, dia masuk ke
dalam gubuknya.
Maka apabila Liok Ci Siansing tidak berada di dalam
gubuknya, tentunya orang lain tidak akan mengetahuinya.
Sebelum Tam Goat Hua meninggalkan puncak Sian Jin
Hong, mungkin Liok Ci Siansing sudah meninggalkan tempat
itu lebih dulu, memetik harpa membuat Cik Sia Pai dan Pat
Kwa Bun saling membunuh, itu memang mungkin sekali.

597
Di kolong langit, orang yang memiliki enam jari, tidak
mungkin hanya Liok Ci Siansing sendiri. Tapi dalam rimba
persilatan, memang tidak pernah terdengar ada orang lain
memiliki enam jari, lagipula Liok Ci Siansing hobi main harpa.
Setelah berpikir bolak-balik, Tam Goat Hua semakin yakin
bahwa orang yang ada di dalam kereta kuda itu adalah Liok Ci
Siansing.
Tentunya saat ini Tam Goat Hua tidak mungkin kembali ke
Bu Yi San untuk membuktikannya.
Bahu Tam Goat Hua belum sembuh, maka sudah pasti dia
bukan lawan orang yang berada di dalam kereta kuda, Tapi
dia harus tetap mengejarnya, karena ingin tahu hal yang
sebenarnya, maka terus mengikuti kereta kuda itu dari
belakang,
Tak seberapa lama kemudian, hari sudah gelap, Kereta
lain yang berlalu lalang di jalan besar itu pun mulai berkurang,
Tiba-tiba Tam Goat Hua memperlambat langkah kaki
kudanya agar tidak menimbulkan kecurigaan orang yang
berada di dalam kereta kuda tersebut
Berselang beberapa saat kereta kuda lain sudah tidak ada
yang berlalu lalang di jalan besar itu, sedangkan kereta kuda
itu semakin kencang larinya, Tam Goat Hua tahu, apabila dia
mengejar terus, tentu amat membahayakan dirinya,
Akan tetapi, seandainya dia tidak mengejarnya berarti sulit
menemukannya lagi
Oleh karena itu, dia segera memecut kudanya agar berlari
lebih cepat Ketika kudanya meringkik dan siap berlari

598
kencang, mendadak telinganya mendengar suara yang amat
lirih.
"Nona Tam, kau jangan mengejarnya!"
Begitu mendengar suara itu, bukan main terkejutnya hati
Tam Goat Hua.
Sebab kudanya sedang berlari, namun suara itu seakan
mendengung ke dalam telinganya, seakan orang yang
bersuara itu berada di belakangnya
Sekonyong-konyong Tam Goat Hua menggerakkan
tangannya ke belakang, Tangannya terasa seperti meraih
sesuatu yang lunak. Segeralah dia menoleh ke belakang,
Dilihatnya sosok bayangan melesat pergi dari belakangnya,
kemudian hilang ditelan kegelapan
Tam Goat Hua tertegun, sebab orang itu bisa duduk di
belakangnya, tapi dia sama sekali tidak mengetahui nya. Kalau
orang itu berniat jahat mungkin nyawanya sudah melayang.
Tam Goat Hua tertegun lama sekali, sedangkan suara
kereta kuda itu pun tidak kedengaran lagi, Dia membiarkan
kudanya terus berlari, tak lama sampai di perempatan jalan,
dia tidak tahu kereta kuda itu menuju ke mana,
Gadis itu memang sudah tidak mau mengejar kereta kuda
tersebut maka dia melanjutkan perjalanannya menuju utara.
Ketika tengah malam, dia tiba di sebuah kota kecil Di sana dia
menginap satu malam, Keesokan harinya ketika mendusin, dia
merasa ada sesuatu yang dingin menyentuh pipinya,
Tam Goat Hua segera meloncat bangun, tampak sebuah
panah kecil berada di samping bantal Di ujung panah itu

599
terdapat secarik kertas bertulisan, Tidak boleh pergi! Tidak
boleh pergi",
Walau tidak tertulis pergi ke mana, namun Tam Goat Hua
tahu bahwa orang yang menulis surat itu melarangnya pergi
ke istana Setan, Jadi sudah tiga kali Tam Goat Hua menerima
surat peringatan tersebut
Dia tidak habis pikir, orang itu begitu tinggi
kepandaiannya, tapi kenapa gerak-geriknya begitu misterius?
itu sungguh membuat Tam Goat Hua tidak habis pikir,
Orang itu mampu duduk di belakang Tam Goat Hua tanpa
diketahui gadis tersebut dan dia pun mampu memasuki kamar
penginapan, tanpa membuat Tam Goat Hua terjaga dari
tidurnya, itu membuktikan betapa tingginya ilmu Ginkang
orang itu.
Orang seperti dia seharusnya mau berhadapan dengan
Tam Goat Hua, menjelaskan kenapa melarang gadis itu ke
istana Setan, Tapi kenapa dia melakukan itu secara
bersembunyi-sembunyi? Apakah dia mempunyai kesulitan
untuk memperlihatkan dirinya?
itu tidak mungkin. Setiap kali dia memberi peringatan
kepada Tam Goat Hua, pasti meninggalkan sebatang panah
kecil, apakah itu adalah benda pengenalnya?
Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu, siapa yang punya
panah kecil sebagai tanda pengenalnya?
Lagi pula kelihatannya, orang itu terus mengikutinya,
Sudah pasti timbul urusan !ain, Maka Tam Goat Hua harus
berhati-hati, Ternyata gadis itu khawatir orang tersebut tidak
berniat baik.

600
Kini luka di bahunya masih belum sembuh, dan mungkin
membutuhkan waktu belasan hari untuk merawatnya.
Dia pun tahu, kini di puncak Sian Jin Hong pasti sudah
ramai sekali, Gadis itu ingin kembali ke sana untuk
menyaksikan keramaian Akan tetapi, dia justru tidak berani
kembali karena dia tidak mau mengingkari janjinya kepada
orang aneh berkedok itu.
Tam Goat Hua menyimpan panah kecil itu ke dalam
bajunya, setelah itu meninggalkan penginapannya untuk
melanjutkan perjalanannya ke utara!
Dia telah melakukan perjalanan tujuh delapan hari, namun
tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan dia berjumpa kaum
rimba persilatan dan mereka membicarakan pertemuan di Bu
Yi San.
Akan tetapi, mereka semua sama sekali tidak tahu
bagaimana keadaan di Bu Yi San. Agar tidak menimbulkan halhal
yang tak diinginkan, Tam Goat Hua tidak banyak bertanya
kepada mereka.
Sepuluh hari kemudian, bahu Tam Goat Hua sudah tidak
terasa sakit lagi, Namun badannya masih tidak bertenaga. Dia
mulai menghitung perjalanannya. Mungkin empat lima hari
lagi dia akan tiba di Pak Bong San.
Empat hari kemudian, dia akan memasuki istana Setan
untuk menolong orang. itu membuat hatinya menjadi tegang
sekali.
Hari pertama, mendadak datang mendung dan kilat pun
menyambar-nyambar. Mungkin akan segera turun hujan lebat
Walau hari masih petang, namun kelihatan agak gelap seperti

601
hari sudah senja. sementara kudanya terus berlari. Tak lama
kuda itu sudah berlari kira-kira delapan puluh mil Tiba-tiba
halilintar menggelegar dan hujan pun turun dengan lebatnya,
dalam sekejap pakaian Tam Goat Hua sudah basah kuyup,
Gadis itu sadar bahwa bahunya baru mulai sembuh, maka
kalau tersiram air hujan, sudah pasti akan kambuh. Maka dia
melarikan kudanya secepat-cepatnya tapi juga memperhatikan
tempat yang dilaluinya, barangkali ada tempat untuk berteduh
Mendadak dia melihat di depan terdapat sebuah rumah
yang amat besar. Begitu melihat rumah itu, giranglah Tam
Goat Hua karena ada tempat berteduh
Namun dia merasa heran, karena kini dia berada di
perbatasan sedangkan tempat yang dilaluinya terdapat Tay
Pek San, Song Pak San, Tay Hung San dan lainnya, Di
pegunungan yang sepi ini, biasanya hanya terdapat para
pemburu, tidak akan tampak orang biasa, Akan tetapi, di
tempat itu justru terdapat sebuah rumah yang begitu besar.
Tam Goat Hua memacu kudanya ke depan pintu pagar
rumah itu. Pintu tersebut tertutup rapat Tampak dua buah
gelang melekat di pintu, dan sepasang singa batu di kiri kanan
pintu tersebut.
Di atas pintu bergantung sebuah papan bertulisan "Su Khie
Tong Lay" (Hawa Ungu Datang Dari Timur).
Tam Goat Hua tidak perduli itu rumah pembesar atau
rumah kaum rimba persilatan yang penting dia dapat berteduh
di situ,
Oleh karena itu, dia segera mengetuk pintu menggunakan
gelang yang melekat di pintu itu.

602
Tak seberapa lama, terdengar suara sahutan dari dalam.
"Siapa?"
Tam Goat Hua segera menyahut
"Orang lewat, karena hujan amat lebat aku ingin berteduh
sejenak di sini."
Terdengar suara di dalam seperti sedang ber-bisik-bisik,
tak lama terdengar suara orang berkata.
"Masuklah!"
Pintu itu terbuka, Sebelum pintu itu dibuka lebar, Tam
Goat Hua sudah meloncat turun dari kudanya dan langsung
menerobos ke dalam Tampak halaman yang amat luas, dan
empat lima orang memakai topi rumput lebar berdiri di
belakang pintu, Namun tak lihat jelas wajah orang-orang itu,
Setelah melewati halaman, barulah Tam Goat Hua sampai
di rumah itu dan ketika dia melangkah ke dalam, tampak
sebuah ruangan yang amat besar
Tam Goat Hua justru lupa bahwa pakaiannya telah basah
kuyup, sehingga membuat kotor lantai ruang itu, Gadis itu
merasa tidak enak dalam hati, seketika dia memandang ke
belakang dengan maksud mengucapkan maaf, namun orangorang
itu sudah tidak kelihatan
Tam Goat Hua tertegun sebab sungguh cepat gerakan
orang-orang itu, dalam waktu sekejap sudah menghilang. Kini
sadarlah Tam Goat Hua, bahwa itu bukan merupakan rumah
biasa, sesungguhnya Tam Goat Hua ingin menyelidiki rumah

603
ini, tapi niat tersebut dibatalkannya, sebab dia ke mari hanya
ingin berteduh, bukan untuk menyelidik
Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari. Di ruang itu
terdapat kursi dan meja berwarna ungu, Di dinding juga
bergantung sebuah lukisan pemandangan.
Karena di luar hujan lebat, maka membuat ruang itu
tampak remang-remang. padahal tadi ada empat lima orang
berdiri di belakang pintu pagar, tapi kemudian menghilang
entah ke mana, seharusnya di rumah itu kedengaran suara
orang, tapi justru sepi-sepi saja, tidak terdengar suara apa
pun.
Tam Goat Hua mengerutkan kening, lalu mulai memeras
rambutnya agar cepat kering, Setelah itu dia pun memeras
pakaiannya, barulah duduk di sebuah kursi untuk menunggu
hujan berhenti.
Akan tetapi, hujan lebat itu sungguh berkepanjangan.
Hampir satu jam lamanya Tam Goat Hua duduk di situ, namun
hujan masih belum berhenti
Gadis itu mulai tidak sabaran Kalau hujan itu sama sekali
tidak berhenti, apakah dia harus terus menunggu?
Lebih baik minta pakaian rumput untuk menutupi
badannya kepada penghuni rumah ini, jadi dia bisa
melanjutkan perjalanan, agar tidak membuang-buang waktu
di rumah ini,
Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hutf pun
bangkit dari tempat duduknya, Di saat bersamaan di luar
terdengar suara ketukan pintu, kemudian terdengar pula suara
seruan

604
"Adakah orang di dalam? Aku ingin berteduh sebentar!"
Tam Goat Hua berkata "Bagus" dalam hati, sebab akan
punya teman, Tiba-tiba dia melihat kelima orang yang
memakai topi rumput lebar, berjalan keluar dari samping
halaman lalu membuka pintu,
Orang yang berdiri di luar berbadan kurus kecil,
mengenakan pakaian hitam, rambut awut-awutan tersiram air
hujan, sehingga wajahnya tidak tampak jelas.
Setelah pintu terbuka, orang itu langsung menerobos ke
dalam menuju ruang tempat Tam Goat Hua berada.
Tam Goat Hua tidak begitu memperhatikan orang itu,
melainkan terus memperhatikan kelima orang tersebut dengan
seksama,
Setelah menutup pintu, kelima orang tersebut berkelebat
pergi,
Kini Tam Goat Hua semakin yakin, bahwa majikan rumah
itu pasti kaum rimba persilatan.
Dalam hati, gadis itu coba menerka, kira-kira siapa
majikan rumah ini, namun tak dapat menerkanya.
Oleh karena itu, dia tidak mau menerka lagi, lalu
memandang orang yang baru datang itu. justru sungguh
mengherankan sebab baik berdiri maupun duduk orang itu
pasti membelakangi Tam Goat Hua, sama sekali tidak mau
berhadapan
Semula Tam Goat Hua tidak begitu memperhatikan sebab
hatinya sedang kacau karena hujan masih belum berhenti, dia

605
berjalan mondar-mandir di ruang tersebut dengan kening
berkerut-kerut.
Ketika akan berhadapan dengan orang itu, orang itu malah
membalikkan badannya,
Sudah beberapa kali begitu, sehingga membuat Tam Goat
menjadi tercengang, Maka dia sengaja melangkah ke hadapan
orang itu, namun orang itu tetap tidak mau berhadapan
dengan nya.
Setengah jam kemudian, Tam Goat Hua menjatuhkan diri
di kursi, lalu berdehem seraya berkata,
"Anda dari mana?"
Kalaupun tidak saling mengenal, tapi mereka bersamasama
berteduh di rumah itu, maka wajar apabila saling
bertegur sapa,
Akan tetapi, orang itu tetap diam seakan tidak mendengar
suara Tam Goat Hua. Maka dalam hati, gadis itu merasa kesal,
gusar tapi merasa geli,
-ooo0ooo-
Bab 28
Tam Goat Hua membatin, rumah dan pemiliknya begitu
misterius, yang datang berteduh itu pun aneh.
"Baik, kau tidak mau membuka mulut, aku justru akan
membuatmu membuka mulut!" kata gadis itu dalam hati,

606
Setelah itu, dia pun berkata dengan suara agak keras,
"Hujan lebat turun begitu lama, tadi Anda kemari
berteduh, tentunya punya tugas penting dan ingin buru-buru
melanjutkan perjalanan, bukan?"
Akan tetapi, orang itu tetap tidak menyahut
Padahal jarak mereka hanya dua tiga depa, Kecuali orang itu
tuli, kalau tidak tentunya akan mendengar suara Tam Goat
Hua. Namun orang itu tetap diam, tiada bereaksi sama sekali.
Gadis itu penasaran sekali dan bertanya dalam hati,
apakah orang itu tuli? Kemudian berkata dengan suara yang
keras, kedengaran seperti berteriak-teriak.
"Hei! Aku sedang bicara dengan mu, kau tidak dengar?"
Kali ini orang tersebut bergerak sedikit Bahunya terangkat
pertanda dia mendengar namun tetap tidak menyahut Tam
Goat Hua memandangnya, tangan orang itu berada di atas
meja, jarinya bergerak-gerak entah mencoret-coret apa.
Tam Goat Hua melototinya, Karena hatinya amat kesal
kepada orang itu, akhirnya gadis itu berteriak-teriak.
"Pengurus rumah! pengurus rumah!"
Tampak seorang bertopi rumput lebar muncul di pintu
ruangan itu, lalu bertanya dengan dingin.
"Nona mau pesan apa?"
Tam Goat Hua segera menyahut.

607
"Hujan belum berhenti, sedangkan aku punya urusan
penting, harus segera melanjutkan perjalanan, Bolehkah aku
pinjam sebuah topi rumput?"
Orang itu bertanya dengan dingin,
"Apakah Nona mau meninggalkan rumah ini?"
Tam Goat Hua mengangguk
"Ya, Aku memang mau pergi."
Orang itu mundur beberapa langkah, kemudian berkata,
"Aku menasihati Nona agar tetap di sini. Setelah majikan
kami pulang barulah dibicarakan."
Saat ini, Tam Goat Hua sedang kesal dan gusar terhadap
orang yang datang berteduh itu. Maka setelah mendengar
sahutan orang bertopi rumput lebar itu, kegusarannya pun
memuncak
"Kalau begitu, aku tidak boleh pergi?" tanya Tam Goat Hua
membentak
Orang itu menyahut dengan dingin
"Memang tidak boleh."
Bukan main gusarnya Tam Goat Hua, maka langsung
memukulnya, Karena tangannya bergerak, sehingga membuat
rantai yang melekat di lengannya ikut bergerak dan
menghantam sebuah teko yang ada di atas meja,

608
Blam! Teko itu hancur berantakan
Di saat bersamaan, Tam Goat Hua melesat ke hadapan
orang itu seraya membentak
"Kalau begitu, aku mau pinjam topi rumput yang kau pakai
itu!"
Tam Goat Hua menggerakkan tangannya. Rantai itu
langsung menyambar topi rumput yang dipakai orang tersebut
"Hmm!" dengus orang itu sambil berkelit
Tam Goat Hua tertawa dingin,
"Pantas kau begitu tidak tahu aturan, ternyata
berkepandaian juga!"
Tam Goat Hua menekuk badannya sedikit, kemudian
mengayunkan rantainya ke arah orang itu, Akan tetapi, orang
itu tetap berkelit lalu mendadak bersiul panjang,
Tak lama, tampak empat sosok bayangan berkelebat ke
ruang itu, padahal dalam perjalanan Tam Goat Hua sudah
berusaha menghindari hal-hal yang tak diinginkan Tapi tidak
tahunya, karena dia ingin berteduh malah timbul urusan
Ke empat orang yang baru datang itu berdiri di belakang
orang tersebut, kemudian mereka berlima mundur ke pintu.
Itu jelas sekali, kalau Tam Goat Hua tidak meninggalkan
ruang itu, merekapun tidak akan turun tangan .

609
Tam Goat Hua memandang orang-orang itu, tapi tidak
dapat melihat wajah mereka, karena wajah mereka tertutup
oleh topi rumput lebar
Gadis itu tertawa dingin, setelah itu menatap orang yang
datang berteduh itu,
"Sobat, kamu masih tidak bersuara? Mereka tidak
memperbolehkan kita pergi lho!"
Akan tetapi, orang itu tetap diam, sepertinya tiada
hubungan dengan urusan itu,
Tam Goat Hua tidak mengerti mengapa orang itu bersikap
begitu, Kemudian gadis itu membalikkan badannya seraya
membentak
"Kalian sebetulnya mau apa?"
Salah seorang itu menyahut dengan dingin.
"Setelah majikan kami pulang, barulah ada keputusan"
Tam Goat Hua bertanya gusar,
"Siapa majikan kalian itu?"
Orang itu menyahut lagi,
"Setelah majikan kami pulang, tentunya kau akan
mengetahuinya."
Diam-diam Tam Goat Hua menghimpun hawa murninya
dan bertanya,

610
"Majikan kalian berada di mana sekarang?"
"Majikan kami berpergian ke mana-mana, mungkin berada
di pegunungan Kun Lun, mungkin juga sedang pesiar ke Lam
Hai (Laut Selatan), bagaimana kami mengetahuinya?" sahut
orang itu juga,
Saking kesalnya Tam Goat Hua malah menjadi tertawa,
"Kalau majikan kalian tidak pulang setahun, aku harus
menunggu setahun juga?"
Orang itu mendengus.
"Hm! Kalau harus menunggu setahun, kenapa sekarang
kau buru-buru?"
Kali ini Tam Goat Hua betul-betul gusar, Ketika dia baru
mau melancarkan pukulan, mendadak terdengar derap kaki
kuda dan suara kereta, bahkan terdengar pula "Ting Tung"
suara harpa, Kelima orang itu langsung berseru.
"Majikan kami pulang!"
Begitu mendengar suara derap kaki kuda dan suara harpa,
kelima orang itu berseru.
Tam Goat Hua terkejut sekali karena dia tidak menyangka,
lantaran ingin berteduh justru datang di rumah itu dan kini
sudah tahu siapa majikan rumah tersebut
Walau dia tidak tahu tentang majikan rumah itu, namun
yakin majikan rumah itu adalah orang yang berada di dalam
kereta mewah misterius itu.

611
Seketika perasaan Tam Goat Hua berkecamuk girang dan
cemas membaur menjadi satu,
Dia girang dikarenakan secara tidak sengaja mengetahui
tempat tinggal orang itu. Namun dia juga cemas lantaran tahu
dirinya dalam bahaya. Sebab kepandaian orang itu amat
tinggi, dan mungkin tidak akan melepaskannya.
Terdengar suara kereta itu sudah sampai di depan lalu
berhenti. Dua di antara lima orang itu segera berlari keluar,
sedangkan yang tiga tetap berdiri di pintu ruangan itu,
menjaga Tam Goat Hua agar tidak meloloskan diri,
Gadis itu berpikir apabila dia menerjang keluar sekarang,
itu merupakan hal yang tak mungkin, sebab di luar pintu
rumah itu pasti ada jago lain. Hal itu membuatnya tidak tahu
harus berbuat apa.
Di saat bersamaan, terdengar suara "Ser Ser Ser" tiga kali,
seperti suara luncuran anak panah,
Tampak tiga batang panah kecil mengarah ketiga orang
itu, sementara walau ketiga orang itu mengawasi Tam Goat
Hua, namun sesekali merekapun memandang keluar, Di saat
itu kebetulan ketiga orang itu sedang memandang keluar
Ketika mereka bertiga mendengar suara itu dan berpaling,
ketiga batang panah kecil itu sudah berada di depan mata,
Mereka ingin mengibaskan tangan untuk menangkis, tapi
sudah terlambat
"Ces! Ces! Ces!" Ketiga batang panah kecil itu menembus
dada mereka,

612
Badan mereka bergoyang-goyang, akhirnya terkulai. itu
cuma dalam waktu sekejap, membuat Tam Goat Hua
terperangah dan tertegun
Begitu mendengar suara panah dan melihat panah kecil
itu, Tam Goat Hua pun teringat akan kejadian beberapa hari
yang lalu, ada orang memperingatkannya beberapa kali agar
jangan ke istana Setan, Kini dia melihat gerak-gerik orang
yang berada di ruang itu sungguh mencurigakan Apakah
orang yang kurus kecil itu yang selalu memperingatkannya?
Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua segera menolehkan
kepalanya.
Di saat itulah, justru terdengar suara tawa serak, yaitu
suara tawa kedua orang yang pergi menyambut sang majikan
itu.
Setelah menoleh, Tam Goat Hua terkejut bukan main.
Ternyata orang kurus kecil itu sudah berada di belakangnya,
bahkan menjulurkan tangannya untuk menggenggam lengan
gadis itu.
Tam Goat Hua cepat-cepat menggeserkan badan-nya,
kemudian membentak
"Mau apa kau?"
Begitu dibentak, orang kurus kecil itu kelihatan seperti
anak kecil yang telah berbuat salah. Dia segera menarik
kembali tangannya sekaligus membalikkan badan nya.
"Nona Tam, kau harus ikut aku pergi, jangan terlambat!"

613
Orang itu berkelebat ke pintu samping, Sungguh cepat
gerakannya, pertanda dia memiliki ilmu Ginkang yang amat
tinggi.
Tam Goat Hua tertegun, Dalam hati tahu bahwa dirinya
sudah dalam bahaya besar Jika majikan rumah itu memasuki
ruang tersebut dan melihat ketiga sosok mayat itu, sudah
pasti tidak akan melepaskan dirinya!
Walau orang kurus kecil itu amat misterius, tapi
kelihatannya tidak berniat mencelakai Tam Goat Hua, kenapa
tidak ikut dia pergi? Setelah berpikir begitu, dia menghimpun
hawa murninya, lalu melesat pergi mengikuti orang kurus kecil
itu,
Keluar dari pintu samping, tampak sebuah koridor yang
amat panjang. Orang kurus kecil itu, walau terus melesat
pergi, namun kelihatan sedang menunggu Tam Goat Hua,
Tak lama Tam Goat Hua sudah menyusul orang kurus kecil
itu, kemudian orang kurus kecil itu berbisik,
"Jangan mengeluarkan suara!"
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Anda siapa?"
Orang itu menghela nafas, tapi tidak menyahut
Di saat itu mereka berdua sudah keluar dari koridor
melalui sebuah pintu kecil. Keluar dari pintu kecil, mereka
berada di dalam sebuah ruang kecil, yang sangat indah dan
mewah. Namun Tam Goat Hua tidak menikmati keindahan
ruang kecil tersebut.

614
"Anda tahu jalan rahasia rumah ini?" tanyanya kepada
orang kurus kecil,
Orang kurus kecil itu menengok ke sana ke mari, setelah
itu menggeleng-gelengkan kepala,
Begitu melihat orang kurus kecil itu menggelenggelengkan
kepala, Tam Goat Hua menarik nafas dingin, juga
merasa kesal
"Anda tidak tahu jalan rahasia rumah ini, kenapa...."
Sebetulnya Tam Goat Hua ingin mempersalahkan orang
kurus kecil itu, namun mendadak terdengar suara orang
tertawa dingin,
Ruangan kecil itu terdapat banyak jendela, sementara
hujan pun sudah berhenti maka sinar matahari yang tidak
begitu terang menyorot ke dalam, sehingga ruang kecil itupun
tampak agak terang.
Ketika mendengar suara tawa dingin itu, sekujur badan
Tam Goat Hua merinding, seakan berada di dalam peti es.
Kini Tam Goat Hua sudah tidak mempersalahkan orang
kurus kecil itu, Dia mendongakkan kepala memandangnya,
kebetulan orang kurus kecil itu membuka mulut
"Nona Tam, cepat! Cepat himpunlah hawa murni dan
kosongkan pikiranmu! Aku sudah payah, mungkin kau bisa
meloloskan diri! Ingat, jangan ke istana Setan!"
Bukan main bingungnya Tam Goat Hua ketika mendengar
ucapan orang kurus kecil itu, sebab tidak tahu maksud
tujuannya. Di saat dia baru mau membuka mulut untuk

615
bertanya, mendadak terdengar suara orang tertawa dingin,
dan setelah itu terdengar pula suara harpa.
Suara harpa itu sungguh nyaring dan menggetarkan hati,
siapa yang mendengarnya pasti akan melupakan segala
macam kepusingan. Wajah Tam Goat Hua langsung berseri,
dan kemudian dia mundur beberapa langkah, lalu duduk di
kursi.
Di saat dia duduk, terdengar suara "Duk", ternyata orang
kurus kecil itu jatuh di lantai
Suara "Duk" itu membuat hati Tam Goat Hua tersentak
dan seketika terkejut bukan kepalang sehingga keringat
dinginnya mengucur Dia teringat ketika bersama kakaknya
meninggalkan Hou Yok, mereka berdua mendengar suara
harpa, sehingga membuatnya terus berlari berputar-putar di
tempat Kini terdengar lagi suara harpa itu, justru membuatnya
melupakan bahaya yang mengancam dirinya,
Teringat akan itu, Tam Goat Hua cepat-cepat menghimpun
hawa murninya, Akan tetapi, suara harpa itu tetap
mendengung ke dalam telinganya.
Tam Goat Hua mulai merasa tidak tahan. Darah-nya
bergolak dan detak jantungnya bertambah cepat, Dia
berusaha bangkit berdiri, namun badannya sempoyongan .
Orang kurus kecil yang roboh itu, berusaha bangun lalu
mendekati pintu samping, Dia menutup pintu itu, maka suara
harpa pun menjadi agak rendah, itu membuat hati Tam Goat
Hua agak lega, dan seketika dia melesat keluar melalui
jendela.

616
Tapi ketika sampai di jendela, dia menolehkan kepalanya
ke belakang. Dilihatnya orang kurus kecil itu tergeletak di
lantai dengan nafas memburu, dan lantai itu pun sudah
bernoda darah.
Ternyata ketika menutup pintu, saking tak tahan, orang
kurus kecil itu muntah darah.
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua merasa heran. Orang
kurus kecil itu memiliki Ginkang yang amat tinggi, tentunya
juga berkepandaian tinggi, namun kenapa dia cepat muntah
darah?
Kini suara harpa itu mengalun, Tam Goat Hua merasa
sudah sulit sekali bertahan, tapi dia terus berupaya bertahan,
hanya tidak yakin dapat bertahan lama, Kemudian dia
membuka mulut, maksudnya ingin bertanya bagaimana
keadaan orang kurus kecil itu,
"Sobat, kau...."
Ketika Tam Goat Hua baru membuka mulut, itu membuat
hawa murni tidak terhimpun, di saat bersamaan mendadak
nada suara harpa itu meninggi dan cepat,
"Cring! Cring! Cring...!"
Mendengar nada suara harpa itu, Tam Goat Hua merasa
jalan darah penting ditubuhnya seakan ditotok dan seketika
juga dari mulutnya mengalir keluar darah segar.
Tam Goat Hua paham, suara harpa itu mengandung suatu
tenaga sakti yang amat dahsyat Kalau dia terus diam di situ,
pasti akan terluka oleh suara harpa itu.

617
Perlahan-lahan Tam Goat Hua mendekati orang kurus kecil
itu, lalu mengangkatnya sekaligus melemparkannya keluar
melalui jendela.
Karena dia sendiri sudah terluka, maka ketika
mengeluarkan tenaga untuk melempar orang kurus kecil itu
keluar, dia pun merasa matanya berkunang-kunang-dan
sempoyongan.
Di saat bersamaan, matanya terasa mengantuk sekali dan
tidak peduli apa pun dia ingin tidur sepuas-puasnya,
Sesungguhnya Tam Goat Hua memiliki dasar ilmu silat
yang amat kuat, lagipu!a sejak kecil sudah belajar Lweekang
tingkat tinggi.
Ketika matanya terasa mengantuk sekali, dia tahu jelas
bahwa itu akibat pengaruh suara harpa,
Oleh karena itu, apabila dia tidur sekarang, mungkin
selamanya tidak akan bangun.
Mendadak Tam Goat Hua mengangkat sebelah tangannya,
kemudian menotok jalan darah Pek Hwec Hiatnya sendiri.
Setelah menotok jalan darah tersebut, gadis itu merasa
bersemangat dan langsung melesat keluar melalui jendela,
tepatnya berada di sisi orang kurus kecil itu.
Tam Goat Hua menengok ke sana ke mari, ternyata dia
berada di sebuah taman bunga mini yang dikelilingi tembok
setinggi beberapa depa,

618
Bukan main girangnya Tam Goat Hua. Dia segera
mengapit orang kurus kecil itu, lalu berjalan ke tembok
tersebut
Sampai di tembok itu, Tam Goat Hua muntah darah. Tapi
itu tidak dihiraukannya, dan cepat-cepat menghimpun hawa
murni. seandainya Tam Goat Hua tidak terluka dalam,
memang tidak sulit baginya untuk meloncat melewati tembok
itu,
Akan tetapi, kini dia telah terluka, bahkan mengapit orang
kurus kecil itu pula, maka ketika meloncat ke atas, mendadak
dadanya terasa sakit sekali dan seketika juga dia terjatuh ke
bawah.
Pada waktu bersamaan, suara harpa itu terdengar mulai
merendah Di saat kakinya menginjak tanah, dia cepat-cepat
menghimpun hawa murninya lalu mencelat ke atas, Akan
tetapi, tetap tidak berhasil meloncati tembok tersebut
Tiba-tiba timbul suatu akal dalam hatinya, maka segeralah
dia mengayunkan rantai yang melekat di lengannya.
Rantai itu berhasil menggaet tembok tersebut lalu Tam
Goat Hua meminjam tenaga itu untuk mencelat ke atas lagi,
Dia berhasil dan badannya melambung ke atas melewati
tembok itu, lalu jatuh ke bawah di luar tembok,
Orang kurus kecil itu terlepas dari japitannya, Tam Goat
Hua tidak berpikir banyak lagi, langsung mengapit orang kurus
kecil itu lagi, kemudian melesat pergi meninggalkan rumah itu.
Setelah dia berlari kira-kira lima mil, suara harpa itu sudah
tidak terdengar lagi, Tam Goat Hua berhenti lalu menarik
nafas dalam-dalam,

619
Dia merasa matanya berkunang-kunang, akhirnya terkulai
pingsan,
Entah berapa lama kemudian, barulah dia tersadar, lalu
membuka matanya. Tampak langit sudah mendung lagi,
bahkan sudah mulai gerimis, Gadis itu merasa sekujur
badannya tak bertenaga dan bahunya terasa sakit sekali
Ternyata dia telah terluka luar dan dalam,
Tam Goat Hua mulai menengok ke sana ke mari, Dia
mendapatkan dirinya tetap berada di tempat ketika dia
pingsan, ku pertanda bahwa tiada seorang pun
menemukannya,
Tam Goat Hua bersyukur dalam hati, sebab walau dia
terluka luar dan dalam, namun tidak kehilangan nyawanya,
Perlahan-lahan dia bangkit berdiri Kemudian dia melihat
sosok yang di sampingnya mulai bergerak
Tam Goat Hua baru teringat, bahwa sosok itu adalah
orang kurus kecil yang terluka oleh suara harpa.
"Anda sudah siuman?" tanya orang kurus kecil itu duduk,
Namun karena rambutnya awut-awutan, maka Tam Goat Hua
tidak melihat jelas wajahnya.
Orang kurus kecil itu merintih dan kelihatan tak bertenaga
sama sekali karena lukanya lebih berat daripada luka Tam
Goat Hua.
Ketika gadis itu baru mau membuka mulut, orang kurus
kecil itu telah mendahuluinya.
"Nona Tam, berapa jauh... jarak dari sini ke rumah itu?"

620
Tam Goat Hua menyahut
"Kira-kira lima mil."
Orang kurus kecil itu tampak terkejut.
"Hanya kira-kira lima mil? Nona Tam, cepat kita kabur!
Lebih baik kita ke arah istana Setan, sebab orang itu... orang
itu tidak akan berani mengejar ke sana."
Tam Goat Hua tersenyum getir
"Sobat, aku juga sudah terluka, Kalau orang itu mau
mengejar kita, kita pun tidak akan bisa kabur ke mana-mana."
Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang.
"Memang, tapi biar bagaimanapun kita harus mencari
suatu tempat untuk bersembunyi.
Tam Goat Hua manggut-manggut.
"Kita memang harus bersembunyi, tapi bersembunyi di
mana?"
Orang kurus kecil ku menyahut.
"Kalau Nona Tam sudi ikut aku, aku tahu ada sebuah goa
yang dapat kita gunakan sebagai tempat persembunyian "
Tergerak hati Tam Goat Hua mendengar ucapan itu, sebab
kini sudah dekat dengan Pak Bong San, kaum rimba persilatan
jarang yang berani ke tempat itu,

621
Lagi pula dilihat dari nada bicaranya, orang kecil itu amat
hafal daerah tersebut
Sesungguhnya gadis itu sudah ingin bertanya tentang
identitas orang kurus kecil itu, Namun begitu melihat luka
orang itu agak parah, maka ia tidak jadi bertanya, kemudian
mengangguk
"Baiklah."
Orang kurus kecil itu bangkit berdiri, lalu menggunakan
sebuah busur sebagai tongkat Busur itu hitam mengkilap.
"Sobat! Busurmu itu sungguh luar biasa!" kata Tam Goat
Hua.
Orang kurus kecil itu tertawa,
"lni memang busur luar biasa, Konon busur ini milik
seorang pendekar sakti, Orang yang memiliki Lweekang tinggi
dapat menarik busur ini sampai batas lengkungnya, sehingga
luncuran anak panah bisa mencapai lima mil."
Mendengar ucapan itu barulah Tam Goat Hua tahu bahwa
itu adalah busur pusaka, jadi orang kurus kecil itu tidak
memiliki Lweekang yang begitu tinggi, namun sungguh
mengherankan kenapa ilmu Gin-kangnya justru begitu tinggi?
Tam Goat Hua tidak sempat bertanya tentang itu karena
orang kurus kecil tersebut sudah mengayunkan kakinya,
Gadis itu segera mengikutinya, sementara itu hujan
semakin lebat Kira-kira setengah jam kemudian dan melewati
entah berapa banyak tikungan, mendadak di depan mata Tam

622
Goat Hua berubah gelap, setelah itu sepertinya hujan sudah
berhenti
Tam Goat Hua tahu, kini dirinya sudah memasuki sebuah
goa, maka dia berhenti seraya bertanya,
"Sudah sampai?"
Orang kurus kecil itu pun berhenti.
"Sudah, Maju beberapa depa lagi, itu adalah tempat
tinggalku!"
Tam Goat Hua melangkah maju beberapa langkah
Kemudian terdengar suara "Krek", mendadak tampak cahaya
yang remang-remang menyorot keluar
Ternyata orang kurus kecil itu membuka sebuah pintu
batu, Cahaya yang remang-remang itu berasal dari ruangan
tersebut.
"Silakan masuk, Nona!"
Tam Goat Hua segera ikut ke dalam, ke sebuah ruang
batu, Ranjang, meja dan tempat duduk yang ada di ruangan
itu semuanya juga batu. sedangkan cahaya yang remangremang
itu berasal dari dinding goa.
Begitu menyaksikan ruangan itu, Tam Goat Hua berseru
girang.
"Tempat yang bagus! Kalau tiada orang tahu, beristirahat
di sini lima enam hari, luka pasti sudah sembuh!"

623
Setelah memasuki ruangan batu, orang kurus kecil itu lalu
duduk bersandar pada dinding goa, kemudian menarik nafas
dalam-dalam seraya berkata.
"Nona Tam...."
Orang kurus kecil itu tidak melanjutkan ucapan-nya. Tam
Goat Hua memang sudah mencurigai identitas orang kurus
kecil itu, namun belum tahu siapa dia sesungguhnya.
Tam Goat Hua menatapnya dan bertanya.
"Kau mau bilang apa?"
Sambil bertanya, gadis itu melihat dinding goa tempat
orang kurus kecil itu bersandar Dua deret Ya Beng Cu (Mutiara
Yang Memancarkan Cahaya Di Malam Hari) berjumlah delapan
belas butir menempel di dinding goa, Ternyata mutiaramutiara
itulah yang memancarkan cahaya menerangi goa
tersebut
Yang membuatnya tertegun, justru terdapat sebaris tulisan
terukir di mutiara-mutiara itu yang berbunyi "Tuan penolong si
Nabi Setan-Seng Ling hidup selamanya..
Tam Goat Hua mengenali gaya tulisan itu, persis seperti
tulisan yang memperingatkan dirinya agar jangan ke istana
Setan, .
Setelah membaca tulisan itu, Tam Goat Hua berani
memastikan, bahwa penulisnya pasti punya hubungan dengan
si Nabi Setan-Seng Ling.

624
Saking terkejutnya dia jadi membisu, Karena
meninggalkan sarang harimau, kini malah masuk sarang
srigala.
Yang paling celaka, saat ini Tam Goat Hua masih dalam
keadaan terluka, tidak mungkin dapat bertarung dengan
orang.
Karena dipikir dirinya berada di sarang musuh, maka
hatinya menjadi tegang dan cemas. Akhirnya dia mengambil
keputusan untuk kabur Perlahan-lahan Tam Goat Hua
melangkah pergi, maksudnya ingin meninggalkan goa itu tapi
mendadak terdengar suara orang kurus kecil itu,
"Nona Tam, kau mau ke mana?"
Tam Goat Hua berhenti lalu membalikkan badan-nya,
ditatapnya orang kurus kecil itu seraya membentak
"Sebetulnya kau siapa?"
Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang, lalu
menjawab dengan suara rendah.
"Nona Tam, kau tidak perlu tahu siapa aku. Yang penting
kau merawat lukamu di sini. Walau aku sudah terluka parah,
namun aku tidak seperti orang biasa, sebab tidak begitu lama,
lukaku pasti akan sembuh dengan sendirinya. Setelah itu, aku
akan melayanimu, kenapa kau malah mau pergi?"
Hingga saat itu Tam Goat Hua masih belum melihat jelas
wajah orang kecil kurus itu, masih muda atau sudah tua, dia
sama sekali tidak menge-tahuinya,

625
"Apa hubunganmu dengan si Nabi Setan-Seng Ling?"
tanya gadis itu membentak
Orang kurus kecil itu tertegun ketika dibentak, lama sekali
barulah dia menyahut
"Si Nabi Setan-Seng Ling adalah tuan penolongku, seperti
halnya Nona Tam menyelamatkan nyawaku tadi siang. Namun
sayang aku sudah menjadi budak Seng Ling, tidak bisa
menjadi budak Nona lagi."
Mendengar jawaban itu, Tam Goat Hua sama sekali tidak
paham. Tapi yang jelas orang kurus kecil itu tak berniat jahat
terhadapnya, itu membuat gadis tersebut menarik nafas lega,
Setelah itu dia mengeluarkan beberapa butir obat, dan ditelan
begitu saja. Dia lalu duduk sambil menghimpun hawa
murninya, berselang beberapa saat, barulah bertanya.
"Sebetulnya siapa namamu?"
Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang,
"Aku sendiripun tidak tahu siapa namaku."
Tam Goat Hua tertawa geli,
"Biasanya kau dipanggil siapa?"
Orang kurus kecil itu menyahut
"Sejak aku ditolong si Nabi Setan-Seng Ling, semua orang
memanggilku "Budak Setan".
-ooo0oooKANG
ZUSI WEBSITE http://cerita-silat.co.cc/
626
Bab 29
Begitu mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua tersentak
kaget dan berseru tak tertahan.
"Kaum rimba persilatan mengatakan bahwa di dalam
istana Setan Pak Bong San, yang memiliki Ginkang paling
tinggi bukan si Nabi Setan-Seng Ling, melainkan si Budak
Setan, Bagaimana muka si Budak Setan, tiada seorang pun
tahu sebab dia bergerak bagaikan segulung asap. jadi si
Budak Setan itu adalah kau?"
Orang kurus kecil itu tampak tertegun.
"Tak disangka orang seperti diriku, bisa menjadi bahan
ceritaan dalam rimba persilatan."
Tam Goat Hua berkata dengan kagum.
"Ginkang Anda walau tidak bisa dikatakan Ginkang nomor
satu dalam rimba persilatan namun tergolong Ginkang tingkat
tinggi, maka tidak mengherankan jika kau amat terkenal
dalam rimba persilatan."
Orang kurus kecil itu tersenyum getir. "Terimakasih atas
pujian Nona. Selain memiliki Ginkang itu, aku sama sekali
tidak punya kepandaian lain."
Tam Goat Hua sudah tahu tentang itu, tapi tetap bertanya
dengan penuh rasa heran.
"Cara bagaimana kau dapat belajar ilmu Ginkang yang
begitu tinggi?"

627
Orang kurus kecil itu menghela nafas panjang. Sejenak dia
diam tidak menyahut, berselang beberapa saat, barulah
berkata.
"Sungguh panjang kalau diceritakan"
Tam Goat Hua tahu, masa lampau orang kurus kecil itu
pasti penuh kedukaan, Dia tidak mau mengungkitnya, kenapa
gadis itu harus bertanya men-desaknya?
Yang penting orang kurus kecil itu tidak berniat jahat
terhadapnya, dia sudah bersyukur dalam hati,
Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak banyak bertanya
Iagi. Dia memejamkan matanya sambil menghimpun hawa
murninya untuk merawat lukanya, Tak terasa waktu sudah
lewat satu jam.
Bagi orang yang menghimpun hawa murni untuk
mengobati luka, hanya membutuhkan waktu satu jam, sudah
bisa sembuh sekitar lima bagian Namun tetap harus
beristirahat kurang lebih lima hari, barulah bisa pulih,
Di saat Tam Goat Hua membuka matanya, tampak
sesosok bayangan berkelebat, yaitu si Budak Setan, Ternyata
dia membawa sebuah keranjang ke hadapan Tam Goat Hua,
lalu berkata.
"Nona Tam pasti sudah lapar, di sini tidak ada makanan
enak, harap Nona tidak menolak makanan yang di dalam
keranjang ini!"
Tam Goat Hua memandang ke dalam keranjang itu,
terdapat air minum satu kendi, seekor ayam hutan bakar, nasi
merah dan buah-buahan.

628
"Wuah!" seru gadis itu girang. "Dari mana kau
memperoleh makanan-makanan ini? Kau sudah makan
belum?"
Si Budak Setan segera menyahut "Sudah."
Usai menyahut, si Budak Setan berkelebat pergi.
Tam Goat Hua yang memang sudah merasa lapar itu,
langsung bersantap dengan lahap sekali. Tak seberapa lama,
semua makanan yang di dalam keranjang itu habis
disantapnya dan kemudian dia tampak bersemangat
Seusai Tam Goat Hua makan, si Budak Setan berkelebat
ke arahnya untuk mengambil keranjang tersebut. Begitu
melihat si Budak Setan mendekat, gadis itu menjulurkan
tangannya untuk mencengkeram lengan si Budak Setan, itu
adalah ilmu Hian Bu Sam Na.
Akan tetapi, ketika Tam Goat Hua menjulurkan tangannya,
badan si Budak Setan bergerak, tahu-tahu sudah menjauh
beberapa depa, sesungguhnya Tam Goat Hua tidak berniat
berbuat jahat Adapun dia mencengkeram lengan si Budak
Setan hanya sekedar bergurau.
Karena tidak berhasil mencengkeram lengan si Budak
Setan, Tam Goat Hua malah merasa tidak enak, Ketika dia
baru ingin mendekatinya, mendadak di luar terdengar suara
tangisan yang menyeramkan
Begitu mendengar suara tangisan itu, wajah Tam Goat
Hua langsung berubah hebat Sebab suara tangisan
mendengung ke dalam telinganya dan dia merasa sukmanya
seakan terbetot keluar itu adalah ilmu kalapan Setan,

629
Dapat diketahui, para jago dari istana Setan sudah menuju
goa tersebut sedangkan saat ini luka Tam Goat Hua masih
belum pulih. Maka sudah barang tentu dia gugup dan panik,
Tam Goat Hua bangkit berdiri Kebetulan si Budak Setan
sedang memandangnya, Sekian hari itu, baru pertama kali
gadis tersebut berhadapan dengannya sekaligus memandang
wajahnya,
Si Budak Setan cepat-cepat menundukkan kepala,
sedangkan Tam Goat Hua terbelalak.
Ternyata wajah si Budak Setan amat buruk sekali,
sehingga Tam Goat Hua nyaris tidak percaya, bahwa di dunia
ini ada orang berwajah seburuk itu,
Wajah si Budak Setan hitam pekat, ditumbuhi bulu yang
agak kemerah-merahan, sepasang bola matanya melotot
keluar dan agak kekuning-kuningan, hidung pesek dan giginya
jarang, Sungguh buruk rupa si Budak Setan!
Kini Tam Goat Hua baru tahu, apa sebabnya si Budak
Setan tidak mau berhadapan muka dengannya, ternyata
wajahnya begitu buruk.
Berdasarkan ini, dapat diketahui si Budak Setan tidak
berhati jahat, Akan tetapi, suara Ratapan Setan itu makin
lama makin dekat, bagaimana menjelaskan itu?
Setelah berpikir lama sekali, kemudian Tam Goat Hua
membentak mendadak
"Budak Setan! Kau mengajakku kemari, ternyata ingin
mencelakaiku?"

630
Si Budak Setan membalikkan badannya, namun tetap
menunduk, Kemudian dia menyahut dengan sedikit terisak,
dan sepasang matanya pun bersimbah air.
"Nona Tam, kalau aku bermaksud begitu, pasti mati
disambar geledek!"
Tam Goat Hua percaya, namun justru bertanya lagi.
"Siapa yang mengeluarkan Ratapan Setan menuju ke mari
itu?"
Si Budak Setan menyahut.
"Itu adalah kedua putra tuan penolongku, Entah
bagaimana mereka berdua meninggalkan Bu Yi San."
Begitu mendengar yang datang itu adalah Seng Cai dan
Seng Bou, air muka Tam Goat Hua langsung berubah. Kalau
mereka berdua mengetahui gadis itu berada di dalam goa,
pasti akan terjadi pertarungan sengit
"Budak Setan, apakah di goa ini ada tempat untuk
bersembunyi?"
Si Budak Setan menyahut cepat, "Ada."
Di saat bersamaan, suara Rapatan Setan itu semakin
mendekap dan tak lama terdengarlah suara seruan Kou Hun
Su Seng Cai di luar
"Budak Setan, kau berada di dalam?"
Si Budak Setan segera menyahut dengan hormat.

631
"Hamba ada di dalam, Tuan muda!"
Kou Hun Su Seng Cai berseru lagi,
"Cepat buka pintu, kami berdua ingin bicara denganmu!"
"Ya!" Sikap si Budak Setan sungguh hormat, padahal
mereka berdoa masih berada di luar.
Menyaksikan itu, sekujur badan Tam Goat Hua langsung
mengucurkan keringat dingin, sedangkan si Budak Setan
sudah mendekati pintu goa. Tam Goat Hua sama sekali tidak
berani berseru, namun tingkahnya tampak serba salah,
Setelah berada dekat pintu goa, si Budak Setan segera
berpaling sambil menunjuk tempat tidur batu,
Tam Goat Hua mengerti maksud si Budak Setan, yakni
menyuruh gadis itu bersembunyi di belakang tempat tidur
batu tersebut.
Badan Tam Goat Hua bergerak, lalu berkelebat ke
belakang tempat tidur batu itu, dan bersembunyi di sana.
Baru dia bersembunyi terdengar pula suara "Krek Krek", si
Budak Setan sudah membuka pintu goa itu.
Tam Goat Hua mengintip dari tempat persembunyiannya.
Ketika pintu goa itu dibuka, tampak dua sosok bayangan
berkelebat ke dalam, yang tidak lain Kou Hun Su Seng Cai dan
Sou Mai Su Seng Bou, Mereka berdua langsung duduk di kursi
batu, kemudian berkata serentak.
"Budak Setan! Kini sudah tiga tahun, Sari Air Batu di sini
pasti sudah menetes, Cepat ambil untuk kami minum!"

632
Sari air batu? Tam Goat Hua tersentak, sebab Sari Air Batu
merupakan semacam obat mujarab, yang kalau diminum
setengah atau satu cangkir, akan menambah tenaga dan
membuat tubuh menjadi ringan Akan tetapi, apabila Sari Air
Batu sudah menetes, tidak segera diminum, dalam waktu
singkat akan berubah menjadi batu,
Tam Goat Hua sama sekali tidak menyangka, bahwa di
dalam goa ini terdapat Sari Air Batu yang diimpikan oleh setiap
kaum rimba persilatan Di saat gadis itu sedang berpikir, si
Budak Setan justru menyahut
"Kedatangan Tuan muda berdua sungguh tidak tepat
waktunya, Karena hamba tidak tahu Tuan muda berdua mau
ke mari, maka Sari Air Batu sudah hamba minum. Lagipula
Sari Air Batu tidak dapat disimpan lama."
Seng Cai mendengus.
"Hm! Setan kecil, kau ingin membohongi kami? Kami ke
mari minta Sari Air Batu itu, kau malah bilang sudah diminum!
Kalau ayah ke mari, apakah kau akan menjawab demikian
juga?"
Si Budak Setan tampak terkejut dan segera bertanya.
"Tuan penolong akan ke mari?"
Seng Bou tertawa dingin.
"Tentu! Ayoh, cepat ambilkan Sari Air Batu itu!"
Si Budak Setan menundukkan kepala.

633
"Memang benar sudah hamba minum, bagaimana hamba
berani berbohong di hadapan Tuan muda berdua?"
Seng Bou mendengus.
"Hm! Omong kosong! Apakah kami tidak tahu sejak kecil
kau sudah minum Sari Air Batu itu hingga besar? Tubuhmu
sudah begitu ringan, minum lagi sudah tiada manfaatnya!
Bagaimana mungkin kau akan minum itu? Ayoh, cepat
ambilkan untuk kami!"
Si Budak Setan tampak ketakutan, lama sekali baru
berkata.
"Memang benar sudah hamba minum."
Usai berkata, si Budak Setan menoleh ke arah Tam Goat
Hua.
Sesungguhnya gadis itu sudah bercuriga, ketika si Budak
Setan memandangnya sejenak, seketika dia pun paham, air
minum di dalam kendi yang di-minumnya, tidak lain adalah
Sari Air Batu.
Pantas begitu minum air itu, Tam Goat Hua merasa
nyaman, segar dan bersemangat bahkan lukanya sudah
sembuh pula hari itu.
Kini Seng Cai dan Seng Bou minta Sari Air Batu kepada si
Budak Setan. sedangkan air itu sudah habis karena sudah
diberikan kepada Tam Goat Hua. Maka si Budak Setan tidak
dapat menuruti permintaan Seng Cai dan Seng Bou, dan
rupanya si Budak Setan akan mendapatkan kesulitan dari
mereka berdua,

634
Berpikir sampai di sini, Tam Goat Hua terheran-heran,
sebab dia dan si Budak Setan itu sama sekali tidak punya
hubungan apa pun, bahkan tidak kenal.
Hanya si Budak Setan pernah memperingatnya, agar tidak
ke istana Setan, setelah itu bertemu di rumah besar saat
hujan lebat itu pertanda si Budak Setan berniat baik.
"Budak Setan!" bentak Seng Cai. "Kau sungguh tidak mau
berkata sejujumya?"
Usai berkata Seng Caipun langsung memukul si Budak
Setan, Akan tetapi, si Budak Setan langsung berkelit Seng Cai
penasaran sekali, Namun ketika dia baru mau menyerang lagi,
mendadak terdengar suara bentakan dari pintu goa.
"Berhenti!"
Begitu mendengar suara bentakan itu, tersentak hati Tam
Goat Hua. Tampak seorang tua berwajah seram berjalan ke
dalam, Orang itu ternyata adalah si Nabi Setan-Seng Ling.
Seng Cai langsung berdiri diam di tempat si"" Setan-Seng
Ling melototi kedua putranya sambil berkata dingin.
"Aku sudah beritahukan kepada kalian berdua, karena aku
pernah menyelamatkan nyawanya, maka dia rela jadi
budakku! Dia memiliki ilmu Ginkang yang amat tinggi, bahkan
juga memiliki busur pusaka ! Kalau dia mau bertarung, kalian
berdua bukan lawannya! Dia hanya memandang mukaku,
karena itu dia sama sekali tidak mau bergebrak dengan kalian
berdua, tapi kalian berdua malah menghinanya!"

635
Seng Cai dan Seng Bou diam saja. Namun Tam Goat Hua
justru tidak habis pikir, sejak kapan si Nabi Setan-Seng Ling
berubah menjadi begitu bijaksana?
Sementara si Budak Setan segera memberi hormat dan
berkata,
"Walau Tuan penolong berkata demikian, tapi hamba tetap
tidak berani bergebrak dengan kedua Tuan muda."
Si Nabi Setan-Seng Ling mendekatinya, kemudian
menepuk bahunya seraya berkata.
"Kau tidak usah.-."
Berkata sampai di situ, mendadak sepasang mata si: Nabi
Setan-Seng Ling menyorot aneh dan bertanya.
"lh? Apakah di dalam goa ini ada orang lain?"
Tam Goat Hua segera menutup pernafasannya, sedangkan
si Budak Setan segera menyahut
"Ti... tidak ada."
Si Nabi Setan-Seng Ling mendengar dengan penuh
perhatian Kemudian badannya bergerak cepat, tampak
bayangannya berkelebat ke sana ke mari, lalu kembali ke
tempat semula. Walau tidak secepat si Budak Setan, namun
cepatnya sudah laksana kilat, "Heran!" gumam si Nabi Setan-
Seng Ling. "Tadi sepertinya aku merasa ada orang lain di
dalam goa ini."
Tam Goat Hua yang bersembunyi di belakang ranjang
batu, diam-diam berseru kaget dalam hati,

636
"Sungguh bahaya!"
Gadis itu pun amat kagum kepada si Nabi Setan-Seng
Ling. Walau tidak melihat Tam Goat Hua, namun dia bisa
merasakan bahwa di dalam goa itu ada orang lain, itu
dikarenakan mendengar pernafasan Tam Goat Hua, Dapat
dibayangkan, betapa tajamnya pendengaran si Nabi Setan-
Seng Ling.
Kini Tam Goat Hua sudah tidak berani menjulurkan
kepalanya untuk mengintip, tapi terdengar suara si Nabi
Setan-Seng Ling bertanya.
"Budak Setan! Rumah besar itu habis dilalap api, kau tahu
apa sebabnya?"
"Hamba tidak tahu."
Si Nabi Setan-Seng Ling berpikir sejenak, kemudian
berkata.
"Budak Setan, majikan rumah itu entah sudah berapa kali
menyuruh orangnya ke mari untuk menangkapmu Kau tahu
siapa majikan rumah itu?"
Bagian 12
Tam Goat Hua baru tahu, setelah dia dan si Budak Setan
pergi, rumah besar itu justru ludes dilalap api.
Kalau kebakaran biasa, tidak mungkin begitu cepat, pasti
sengaja dibakar.

637
Kepandaian majikan rumah itu amat tinggi sekali Kalau
tidak secara mati-matian melawan suara harpa itu, Tam Goat
Hua pasti sudah binasa, Kepandaian majikan rumah itu begitu
tinggi, siapa yang sanggup melawannya? Tentunya yang
membakar rumah itu adalah dirinya sendiri.
Apa sebabnya dia membakar rumahnya sendiri? itu tidak
sulit diterka, Karena tempat tinggalnya telah diketahui Oleh
Tam Goat Hua.
Cara si Nabi Setan-Seng Ling bertanya kepada si Budak
Setan, kedengarannya seperti si Budak Setan itu sudah tahu
siapa dan rupa majikan rumah itu. sedangkan Tam Goat Hua
hanya tahu, majikan rumah itu punya hubungan dengan
kekacauan rimba persilatan belum lama ini. Maka Tam Goat
Hua mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Hamba sungguh tidak tahu." jawab si Budak Setan.
Nada suara si Nabi Setan-Seng Ling berubah lembut.
"Kau tidak tahu? Kalau begitu, untuk apa dia menyuruh
orangnya ke mari mencarimu?"
Si Budak Setan berpikir sejenak, baru kemudian menyahut.
"Mungkin dia tahu hamba memiliki Ginkang tinggi, lagi
pula bisa mencari benda-benda aneh, maka pihak rumah itu
ingin mencariku."
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa dingin.
"Memang mungkin begitu."

638
Nada suara si Nabi Setan-Seng Ling begitu, sudah jelas dia
tidak percaya akan perkataan si Budak Setan.
Namun dia pun tahu sifat si Budak Setan, kalau dia tidak
mau memberitahu kan, biar didesak bagaimanapun tetap tidak
akan menjawab Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling tidak
bertanya lagi.
"Budak Setan, kalau kau di sini mendengar suara orang,
harus segera melapor kepadaku! jangan lupa!"
Si Budak Setan mengangguk
"Ya."
Si Nabi Setan-Seng Ling memandang kedua putranya
seraya berkata.
"Mari kita kembali ke istana Setan!"
Tak seberapa lama, terdengarlah suara "Krek Krek", lalu
suara si Budak Setan.
"Nona Tam, sudah boleh keluar!"
Tam Goat Hua melesat keluar dari tempat
persembunyiannya dengan wajah muram. Karena dia pergi ke
istana Setan untuk menolong orang, namun sebelum
melaksanakannya, si Nabi Setan-Seng Ling dan kedua
putranya sudah pulang dari Bu Yi San, Oleh karena itu, dia
menjadi kesal. sebaliknya si Budak Setan malah tertawa
gembira seraya berkata.
"Nona Tam, mereka sudah pergi."

639
Sungguh buruk sekali. Padahal Tam Goat Hua sedang
kesal, namun ketika menyaksikan tawa itu, dia tertawa geli,
kemudian menghela nafas panjang, "Budak Setan, kau
sungguh baik terhadapku, aku amat berterima kasih padamu
dan aku pun sudah minum Sari Air Batu, mungkin lukaku akan
pulih esok, maka kita akan berpisah." Tertegun si Budak
Setan, "Nona Tam, kau... masih ingin ke istana Setan?" Tam
Goat Hua terkejut.
"Budak Setan, bagaimana kau tahu aku akan ke istana
Setan?"
Si Budak Setan tertawa,
"Selain memiliki Ginkang tinggi, pendengaranku pun amat
tajam sekali, Malam itu aku berada di puncak Sian Jin Hong,
maka mendengar pembicaraanmu dengan orang aneh
berkedok itu. Karena itu, aku mengikutimu meninggalkan
puncak Sian Jin Hong, sekaligus memperingatimu agar tidak
ke istana Setan,"
Tam Goat Hua bertanya dengan heran,
"Kita tidak saling mengenal, kenapa kau begitu
memperhatikanku?"
Mendadak wajah si Budak Setan memerah, Dia tak dapat
menjawab, dan itu membuat Tam Goat Hua terheran-heran,
Tiba-tiba si Budak Setan membalikkan badan-nya.
Bahunya tampak bergerak seakan sedang menangis.
Hati Tam Goat Hua semakin merasa heran, Dia segera
mendekatinya, lalu memegang bahunya.

640
"Budak Setan,.,."
Akan tetapi, si Budak Setan malah melesat pergi seraya
berkata.
"Jangan sentuh aku! Aku tahu diriku tidak serupa manusia,
tidak pantas bersamamu, juga tidak pantas memperingatimu!"
Tertegun Tam Goat Hua. Dia tidak menyangka si Budak
Setan begitu sedih lantaran buruk rupa, dan itu membuatnya
tak dapat mengucapkan apa pun.
Perlu diketahui, Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu
perasaan si Budak Setan yang berkecamuk itu.
Setelah diam beberapa saat, barulah gadis itu berkata
dengan sungguh-sungguh.
"Budak Setan, kau jangan berpikir begitu! Buruk muka
atau rupawan tetap dilahirkan orang tua, itu tidak menjadi
masalah."
Mendengar ucapan itu, si Budak Setan berhenti menangis.
Dia mendongakkan kepalanya memandang Tam Goat Hua,
Sedangkan gadis itu mulai berkata lagi,
"Budak Setan, hatimu amat baik, Lebih baik kau jangan
bersama si : "Setan, juga jangan menjadi budaknya."
Si Budak Setan menghela nafas panjang.

641
"Nona Tam, beberapa tahun ini, aku pun sudah tahu sifat
dan kelakuan tuan penolong. Tapi... dia adalah tuan
penolongku, maka aku harus menjadi budaknya."
Tam Goat Hua menatapnya. Dia ingin tahu jelas mengenai
identitas si Budak Setan,
"Budak Setan, kini kita sudah menjadi kawan, tentunya
kau boleh memberitahukan tentang riwayat hidupmu, bukan?"
tanyanya,
Begitu mendengar apa yang dikatakan Tam Goat Hua, si
Budak Setan girang bukan main, dan langsung ber!oncatloncatan.
"Nona Tam, aku... aku berderajat menjadi kawanmu?"
Tam Goat Hua tertawa.
"Kita adalah kaum rimba persilatan kenapa tidak
berderajat ?"
Setelah berloncat-loncatan, barulah si Budak Setan duduk
di sisi Tam Goat Hua, Dia memandang gadis itu sejenak, lalu
berkata.
"Nona Tam, kau sungguh baik!"
Tam Goat Hua tertawa lagi,
"Oh ya, Budak Setan, tahun ini berapa usiamu?"
Si Budak Setan menundukkan kepala, kemudian menjawab
dengan suara rendah seakan merasa malu,

642
"Tahun ini usiaku sudah dua puluh, tapi masih tidak
mengerti apa-apa."
Tam Goat Hua tersenyum
"Budak Setan, jangan berkata begitu!"
Si Budak Setan mendongakkan kepala, Dia memandang
Tam Goat Hua dengan mata berbinar-binar,
"Sejak aku mengerti urusan, aku sudah berada di dalam
goa ini, Aku tidak tahu nama dan margaku. Selain itu, di
dalam goa ini terdapat sosok tengkorak."
Tam Goat Hua terkejut
"Sosok tengkorak?"
Si Budak Setan mengangguk.
"Tidak salah. Kini aku baru ingat sosok tengkorak itu
mungkin familiku, yang membopong ku ke mari, tapi dia mati
di goa ini."
Tam Goat Hua terbelalak.
"Kalau begitu kau makan apa di dalam goa ini?"
Si Budak Setan menyahut
"Aku tidak begitu ingat hanya ingat aku minum air yang
menetes keluar dari batu besar itu, yang ternyata adalah Sari
Air Batu, Ketika itu, setiap hari pasti menetes keluar Namun

643
tujuh delapan tahun lampau, setiap tiga tahun hanya menetes
kira-kira satu cangkir saja.
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Sungguh kebetulan, aku yang minum Sari Air Batu itu!"
Si Budak Setan tertawa.
"Setelah aku berusia sepuluh tahun, barulah aku dapat
membuka pintu goa itu. Aku memperoleh busur itu dari sosok
tengkorak, Kemudian aku pun membuat panah-panah kecil
untuk berburu. Sejak kecil aku minum Sari Air Batu, maka
badanku ringan sekali, dan tiada seorang pun melihatku."
Tam Goat Hua memandangnya seraya bertanya.
"Bagaimana si Nabi Setan-Seng Ling bisa menjadi tuan
penolongmu?"
Si Budak Setan menjawab.
"Empat tahun yang lalu, aku pergi berburu. Dalam
beberapa tahun itu, aku tidak berani pergi jauh, hanya di
sekitar tempat ini saja, Begitu ada orang, aku langsung
bersembunyi Namun hari itu, entah apa sebabnya nyaliku
menjadi besar Aku berani ke tempat yang agak jauh, sehingga
aku menemukan sebuah rumah besar...."
Tam Goat Hua tertarik akan penuturan itu,
"Sebuah rumah besar? Rumah besar tempat kita berteduh
kemarin?"

644
Si Budak Setan mengangguk. "Betul."
Tam Goat Hua segera berkata.
"Apa yang kau lihat di dalam rumah besar itu, cepat
beritahukan!"
Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua.
"Nona Tam, haruskah kuberitahukan?"
Gadis itu menegaskan.
"Memang harus."
Si Budak Setan tertegun.
"Mengapa?"
Tam Goat Hua segera menutur tentang Lu Sin Kong yang
menerima kotak kayu titipan, kemudian juga menutur
mengenai puncak Sian Jin Hong dan lain sebagainya, setelah
mendengar penuturan itu, si Budak Setan berkata.
"Kalau begitu, tentunya aku harus memberitahukan.
padahal aku sudah tidak mau mengungkit urusan itu. Hari itu
ketika aku sampai di rumah besar tersebut aku menengok ke
sana ke mari, Karena aku merasa heran, maka aku memasuki
rumah itu melalui tembok."
Si Budak Setan berhenti sejenak, setelah itu barulah
melanjutkan

645
"Di saat aku baru meloncat, terdengar suara jeritan yang
menyayat hati...."
Si Budak Setan menggeleng-gelengkan kepala, dan
tampak merasa seram, kemudian menambahkan
"Aku masih ingat sekarang, suara jeritan itu berasal dari
ruangan besar Aku tertegun tapi melesat ke sana juga untuk
melihat Aku melihat seseorang berlumuran darah berdiri di
tengah-tengah ruangan besar itu, Namun di ruang besar itu
tidak hanya satu orang, masih ada beberapa orang tergeletak
di lantai."
Mendengar sampai di situ, Tam Goat Hua segera bertanya.
"Ada berapa orang tergeletak di lantai? Siapa mereka itu?"
Si Budak Setan menyahut
"Yang tergeletak di lantai berjumlah lima orang, namun
aku tidak tahu siapa mereka, Lagi pula aku tidak melihat jelas
wajah mereka, karena wajah dan sekujur badan mereka telah
berlumuran darah. Aku hanya melihat satu orang, sepasang
matanya menyorot kan sinar kebengisan, namun wajahnya
penuh noda darah, maka aku tidak melihat jelas wajahnya.
Dia menatap dingin mayat-mayat itu, kemudian mendadak
mendongakkan kepala sambil tertawa gelak. Ketika itu aku
merasa takut sekali, tidak punya nyali untuk terus
menyaksikannya, Tapi mendadak aku melihat suatu benda, itu
membuatku terus mengintip."
Tam Goat Hua bertanya cepat
"Kau melihat apa?"

646
Si Budak Setan tidak menyahut Dia memandang Tam Goat
Hua lalu melesat ke sudut goa. Tak lama dia kembali ke sisi
gadis itu bagaikan gulungan asap, Tangannya membawa
sebuah kotak kayu yang kemudian diserahkan kepada Tam
Goat Hua.
-ooo0ooo-
Bab 30
Tam Goat Hua menerima kotak kayu itu. Dirasanya kotak
itu agak berat Dia segera tahu bahwa kotak kayu itu dibikin
dari kayu harum, sebab baunya harum puta.
Di permukaan kotak kayu itu diukir seekor naga, namun
tidak begitu mirip naga, juga tidak mirip burung phoenix, lebih
mirip semacam makhluk aneh.
Tam Goat Hua membukanya, ternyata di dalam tidak berisi
apapun, hanya tampak sebuah lekukan.
Kini gadis itu tahu bahwa kotak itu untuk menaruh busur
"Ketika itu, kau melihat kotak kayu ini?"
Si Budak Setan menyahut.
"Bukan, Kotak kayu ini berada di sisi sosok tengkorak itu."
Tam Goat Hua bertanya heran.
"Kalau begitu, kau melihat apa di sana?"

647
Si Budak Setan memberitahukan.
"Aku melihat sebuah kotak kayu, hanya saja kotak kayu itu
lebih panjang. Di permukaan kotak kayu itu juga diukir
makhluk aneh seperti ini."
Tam Goat Hua manggut-manggut.
"Sungguh mengherankan, kau lanjutkan saja!"
Si Budak Setan segera melanjutkan.
"Kotak kayu itu berada di atas meja, setelah tertawa gelak,
orang itu lalu mendekati kotak kayu itu dan membukanya,
Barang yang terdapat di dalam-nya, aku tidak kenal sama
sekali. Kemudian baru tahu, itu adalah sebuah harpa."
Tam Goat Hua kelihatan girang sekali.
"Sebuah harpa?"
Si Budak Setan mengangguk
"Tidak salah, setelah aku bertanya kepada orang, barulah
aku tahu itu memang sebuah harpa, Ketika itu, aku justru
tidak habis pikir, barang apa itu? Di saat aku sedang berpikir,
orang itu tertawa gelak lagi sambil memandang mayat-mayat
yang bergelimpangan itu, Dia berkata sengit "Kalian juga
berani ikut berebut dengan aku?" Orang itu tertawa dingin
sambil menjulurkan tangannya untuk memetik tali senar harpa
itu, Akan tetapi, harpa itu sama sekali tidak mengeluarkan
suara. Orang itu tampak gusar sekali, lalu memetik dengan
sekuat tenaga. Aku terus mengintip karena tertarik, sebab
orang itu sebelah tangannya punya enam jari."

648
Tam Goat Hua mendengarkan dengan penuh perhatian,
dan tampak amat tertarik sekali akan penuturan itu.
"Lama sekali aku mengintip.." lanjut si Budak Setan, "Di
saat dia memetik sekuat tenaga, terdengarlah suara bagaikan
halilintar membelah bumi, dan menggoncangkan segala apa
yang ada di sana."
Mendengar sampai di situ, air muka Tam Goat Hua
berubah hebat, namun tidak bersuara sedikitpun.
"Suara harpa itu membuat hatiku menjadi kacau balau.,.,"
lanjut si Budak Setan memberitahukan, "Padahal aku
mengintip dari jendela, tapi suara harpa itu membuat diriku
jatuh. sesungguhnya aku dapat mengerahkan Ginkangku, tapi
justru hingga saat ini aku masih merasa bingung, kenapa
ketika itu aku tidak mampu mengerahkan Ginkang, maka jatuh
gedebuk di tanah. Aku menahan sakit dan ketika aku baru
mau bangkit berdiri, orang itu sudah melesat keluar melalui
jendela, Di saat bersamaan, aku segera melesat pergi, Orang
itu. tidak dapat mengejarku sebab dalam sekejap aku sudah
jauh sekali, Karena aku tidak melihat jelas tempat yang
kulalui, akhirnya aku kesasar di sebuah lembah yang penuh
ular beracun, Ketika aku mengetahui itu, justru aku telah
digigit oleh seekor ular belang, Aku masih berhasil meloloskan
diri dari lembah ular beracun itu, tapi pingsan di tengah jalan.
Si Nabi Setan-Seng Ling yang menyelamatkan nyawaku. Sejak
itu aku rela menjadi budaknya, Dia memberi petunjuk
kepadaku mengenai ilmu Ginkang, dan aku pun kenal orangorang
istana Setan, namun aku tetap tinggal di sini."
Kini Tam Goat Hua sudah tahu riwayat hidup si Budak
Setan, bahkan juga tahu orang itu memperoleh harpa tersebut
beberapa tahun lalu,

649
Setelah berpikir sejenak, Tam Goat Hua bertanya lagi,
"Selanjutnya kau masih ke rumah besar itu?"
Si Budak Setan menjawab
"Hari itu aku nyaris kehilangan nyawa, Bagai-mana
mungkin aku masih berani ke sana? Kemarin aku terus
mengikutimu, namun mendadak kehilangan jejakmu,
sedangkan hujan deras masih turun tak berhenti-henti, maka
aku tahu kau pasti pergi berteduh di rumah itu. Aku pun
memberanikan diri ke rumah itu, tapi tak disangka malah kau
yang menyelamatkan jiwaku."
Tam Goat Hua tertawa.
"Kalau kau tidak memanah ketiga orang itu, mungkin aku
pun tidak dapat meloloskan diri."
Setelah bercakap-cakap sejenak, Tam Goat Hua lalu duduk
bersila menghimpun hawa murni.
Keesokan paginya, luka gadis itu telah sembuh. itu berkat
Sari Air Batu yang diminumnya, maka dia begitu cepat sembuh
dan penuh bersemangat pula,
Sudah dua hari Tam Goat Hua berada di dalam goa itu.
Dia berpamit kepada si Budak Setan. seketika wajah si Budak
Setan berubah murung.
"Nona Tam, kau sungguh ingin ke istana Setan?"
Tam Goat Hua mengangguk.

650
"Ya. Karena aku sudah berjanji kepada orang aneh
berkedok itu, dan aku tidak boleh ingkar janji."
Si Budak Setan menggeleng-gelengkan kepala.
"Nona Tam, aku tahu Lu Leng dikurung di mana. juga tahu
itu tuan penolong menyuruh orang-orang-nya untuk merebut
Lu Leng di sekitar kota Lam Cong, Namun kemudian direbut
orang lagi, karena tuan penolong marah sekali. Beberapa hari
kemudian baru berhasil merebut kembali Lu Leng. Maka kini
bagaimana mungkin begitu gampang menolongnya? Nona
Tam lebih baik kau jangan ke sana!"
Hati Tam Goat Hua tergerak, maka dia segera bertanya.
"Budak Setan! Kalau begitu, kau pasti tahu jelas mengenai
keadaan istana Setan, bukan?"
Si Budak Setan manggut-manggut
"Tentu."
Tam Goat Hua girang bukan main.
"Bagus sekali! Aku tidak pernah memasuki Istana Setan
itu, namun menolong orang memang amat penting,
bagaimana kalau kau menemaniku ke sana?"
Setelah mendengar ucapan itu, si Budak Setan tertegun
dan mulutnya ternganga lebar, lama sekali tidak dapat
bersuara.
Tam Goat Hua berkata lagi.

651
"Kalau kau tidak mau aku tidak akan memaksamu."
Si Budak Setan segera menyahut
"Nona Tam, bukan aku tidak mau, melainkan., si Nabi
Setan-Seng Ling adalah tuan penolongku, Aku...."
Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan amat kenal
budi. Dalam hatinya sudah muncul suatu ide wajahnya
langsung berubah dan berkata.
"Kalau begitu, baiklah! Sampai jumpa!"
Tam Goat Hua segera melesat pergi. Si Budak Setan
segera memanggilnya,
"Nona Tam! Nona Tam.,.!"
Si Budak Setan melesat mengejar Tam Goat Hua, tapi
gadis itu langsung mengayunkan rantainya seraya membentak
"Kalau kau berani menghalangiku, aku tidak akan berlaku
sungkan-sungkan terhadapmu!"
Si Budak Setan berkelit wajahnya tampak berduka sekali,
sedangkan Tam Goat Hua berkata dalam hati, "Aku pergi ke
istana Setan kau pasti akan mengikutiku Setelah aku
memasuki istana Setan, kau pasti akan melindungiku pula",
Usai berkata dalam hati, Tam Goat Hua segera membuka
pintu goa, lalu melesat pergi ke arah utara, Akan tetapi, apa
yang terjadi nanti, justru berlawanan dengan apa yang
dikatakannya dalam hati, dan itu akan diceritakan kelak,

652
Sementara itu, Tam Goat Hua terus melesat ke arah utara,
Ketika hari mulai gelap, dia sudah tiba di kaki gunung Pak
Bong San.
Pohon-pohon di Pak Bong San amat lebat Tam Goat Hua
menengok ke sana ke mari, akhirnya dia melihat sebuah batu
yang cukup besar yang berukir beberapa huruf, yaitu " istana
Setan "
Tertegun Tam Goat Hua ketika membaca huruf itu, karena
dia khawatir terlihat oleh orang istana Setan, Dia segera
melesat ke belakang sebuah pohon bersembunyi di sana.
Setelah itu, barulah dia mengamati keadaan di sekitarnya.
Selain tulisan itu, masih terdapat tulisan lain "Masih tiga mil".
Tam Goat Hua mengerutkan kening, sebab si Nabi Setan-
Seng Ling amat sombong, Biasanya kaum rimba persilatan
sama sekali tidak mau memberitahukan markas penting
mereka, namun si Nabi Setan justru memberitahukan dengan
tulisan tersebut, bahwa tiga mil lagi akan tiba di istana Setan.
Keadaan di sekitar tempat itu sangat sepi, sama sekali
tidak terdengar suara apa pun.
Tam Goat Hua mulai berjalan dengan hati-hati. Namun
sungguh mengherankan walau dia sudah menempuh kira-kira
dua mil, tapi tidak menemui kejadian apa pun.
Gadis itu terus berjalan. Berselang beberapa saat
kemudian, dia mendongakkan kepala, tampak di depan berdiri
sebuah bukit kecil.

653
Adanya bukit kecil di gunung itu sebetulnya tidak
mengherankan namun bentuk bukit itu amat aneh, tentunya
akan menarik perhatian orang,
Seketika Tam Goat Hua melesat ke belakang sebuah batu
besar, dia bersembunyi di situ dengan perasaan tegang sekali
Ternyata tinggi bukit kecil itu hanya dua tiga puluh depa,
tapi batu-batu bukit itu beraneka warna dan berbentuk aneh
sekali, Ada yang berwarna hitam, merah dan warna lain, Di
bukit kecil itu tidak tampak ada tumbuhan
Lagi pula batu-batu itu berjumlah ribuan, tersusun rapi
membentuk sebuah tengkorak, kelihatannya amat
menyeramkan.
Menyaksikan keadaan itu, Tam Goat Hua sudah tahu,
bahwa dia sudah sampai di depan istana Setan, dan itu
membuat hatinya menjadi deg-degan.
Mengenai cerita tentang istana Setan, dan peringatan dari
si Budak Setan, seketika mendengung di dalam telinganya,
Kini dia harus memasuki istana Setan yang amat bahaya itu
demi menolong orang, itu membuatnya berpikir berulang kali,
Tam Goat Hua terus bersembunyi di belakang batu itu,
dan berusaha menenangkan hatinya sendiri.
Di depan istana Setan, kelihatan begitu sepi, justru
membuat orang menjadi tidak tenang,
Cukup lama Tam Goat Hua berada di belakang batu itu,
Kemudian dia berkertak gigi sambil mencelat ke depan
beberapa depa di hadapan istana Setan, lalu bersembunyi di
belakang sebuah pohon,

654
Saat ini, jarak antara Tam Goat Hua dengan bukit kecil itu
semakin dekat, maka dia dapat melihat dengan jelas pintu
depan istana Setan,
Di situ terdapat sebuah batu yang agak menonjol,
mungkin di situ merupakan pintu masuk istana Setan, sebab
berukir tulisan warna merah darah " istana Setan", Siapa yang
melihat tulisan itu, sekujur badannya pasti merinding.
Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam. istana Setan
itu memang tidak bernama kosong. pikirnya dengan kening
berkerut kerut jangankan mau menerjang ke dalam Neraka
Delapan Belas Lapis untuk menolong orang, memasuki pintu
gerbang istana Setan itu pun tidak gampang.
Seandainya si Nabi Setan-Seng Ling belum pulang,
mungkin masih dapat memasuki pintu gerbang itu, Tapi kini, si
Nabi Setan-Seng Ling sudah sampai di istana Setan, maka sulit
baginya untuk memasuki istana Setan itu.
Berpikir sampai di situ, dia menghela nafas panjang,
Mendadak dia merasa di sisinya terdengar suara yang amat
lirih, seperti suara daun rontok melayang ke bawah.
Semula Tam Goat Hua terkejut bukan main, namun
kemudian malah menjadi tenang karena menduga yang
berada di sisinya pasti si Budak Setan, Selain si Budak Setan,
siapa yang memiliki Ginkang begitu tinggi? Tanpa, menoleh
Tam Goat Hua bertanya dengan suara rendah.
"Budak Setan, kau sudah menyusul ke mari?" Terdengar
suara helaan nafas yang perlahan, setelah itu baru terdengar
suara sahutan, "Nona Tam, betul aku yang ke mari." Tam
Goat Hua menoleh. Tampak si Budak Setan duduk di dahan
pohon. wajahnya yang buruk itu kelihatan murung dan

655
sepasang matanya mencerminkan perasaannya yang
berkecamuk
Begitu beradu dengan sorotan mata si Budak Setan,
tersentaklah hati Tam Goat Hua, sebab sorotan mata itu,
adalah demi dirinya.
Tentunya gadis itu dapat menduga, apa sebabnya
sepasang mata si Budak Setan menyorot begitu, Tidak lain
dalam benak si Budak Setan, amat mencintai Tam Goat Hua,
Gadis itu juga tahu, si Budak Setan tidak akan mencurahkan
cinta kasihnya karena dirinya merasa wajahnya buruk sekali
Tam Goat Hua menatapnya sejenak, kemudian tertawa
ringan seraya berkata. "Mau apa kau ke mari?" Si Budak Setan
menyahut dengan suara rendah. "Aku juga tidak tahu mau
apa aku ke mari Mungkin hanya ingin menasihatimu saja,
Nona Tam, kau jangan masuk ke istana Setan menolong
orang! Mengenai pintu batu itu, kalau tidak dibuka dari dalam,
si Setan-Seng Ling sendiri pun tidak dapat membukanya dari
luar."
Tam Goat Hua tertegun,
"Mengapa?"
Si Budak Setan tersenyum getir.
"Pintu batu itu beratnya ribuan kati, tidak dapat
digerakkan dengan tenaga manusia, Hanya dapat digerakkan
dengan alat, Semua alat berada di dalam goa, maka orang
yang berada di luar, sama sekali tidak bisa memasuki istana
Setan,"

656
Tam Goat Hua mempercayai perkataan si Budak Setan,
Dia menghela nafas panjang.
"Budak Setan, kau menasihatiku, agar tidak memasuki
istana Setan, itu tidak mungkin, Aku sudah mengabulkan
permintaan orang, maka aku harus melaksanakannya, Kalau
tidak bisa masuk secara diam-diam, aku terpaksa masuk
secara terang-terang-an."
Tam Goat Hua melangkah keluar. Badannya baru
bergerak, air muka si Budak Setan berubah hebat. Mendadak
dia menjulurkan tangannya, kelihatannya ingin menarik
tangan gadis itu, namun kemudian dia segera menarik kembali
tangannya,
"Nona Tam!" serunya panik,
Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan pasti akan
menghalanginya maka dia menoleh seraya tertawa,
"Ada urusan apa?" Wajah si Budak Setan memerah. "ltu
tidak boleh! Tuan penolong berada di dalam istana!"
Tam Goat Hua ingin membuat si Budak Setan bertambah
panik, maka dia berkata dengan dingin.
"Aku sudah berjanji dengan orang, kalau aku ingkar janji,
lebih baik aku mati."
Sembari berkata Tam Goat Hua maju ke pintu istana
Setan. seketika badan si Budak Setan berkelebat ke
hadapannya, kemudian bermohon dengan terisak-isak,
"Nona Tam, kau...."

657
Sepasang alis Tam Goat Hua terangkat ke atas seraya
berkata.
"Heran! Aku mau pergi menempuh bahaya, ada hubungan
apa denganmu ?"
Wajah si Budak Setan memerah sampai ke telinga.
"Aku... aku...."
Si Budak Setan tak dapat melanjutkan ucapan nya.
sedangkan Tam Goat Hua yakin akan dugaannya tadi, yakni
mengenai perasaan si Budak Setan terhadapnya,
"Kau amat menaruh perhatian padaku, tidak berharap aku
menempuh bahaya kan?"
Si Budak Setan mengangguk
Tam Goat Hua berkata dengan suara rendah.
"Budak Setan, kau menaruh perhatian padaku, maka
seharusnya membantuku."
Wajah si Budak Setan tampak murung sekali.
"Tapi... si Nabi Setan adalah tuan penolongku, aku...."
Tam Goat Hua menatapnya tajam.
"Budak Setan, aku tidak akan mencelakainya, Aku masuk
istana Setan hanya ingin menolong seseorang, Kenapa kau
terus-menerus membelanya? walaupun dia tuan penolongmu,
namun kau juga bersedia berbuat jahat bersamanya?"

658
Si Budak Setan diam saja, lama sekali barulah membuka
mulut
"Nona Tam, kalau begitu, apa yang harus kulakukan
Begitu mendengar pertanyaan tersebut, giranglah hati
Tam Goat Hua, karena si Budak Setan sudah bersedia
membantunya.
Tam Goat Hua segera menarik si Budak Setan untuk diajak
bersembunyi di belakang pohon. Si Budak Setan terusmenerus
mengikuti Tam Goat Hua, itu dikarenakan dia telah
jatuh hati pada nya.
Namun karena wajahnya amat buruk, maka selama itu dia
tidak berani berhadapan dengan gadis itu. Karena Tam Goat
Hua sama sekali tidak mencela keburukan wajahnya, itu
membuat si Budak Setan amat kagum dan menghormatinya.
Dalam hati si Budak Setan, Tam Goat Hua merupakan seorang
bidadari
Dia sama sekali tidak berharap Tam Goat Hua
mencintainya juga, sebaliknya malah berharap ada pemuda
tampan mencintai gadis itu.
Kalau benar muncul pemuda tampan, hati si Budak Setan
pasti berduka sekali, Namun dia rela dirinya berduka, asal
melihat Tam Goat Hua bahagia.
Ketika gadis itu menariknya ke belakang pohon, hati si
Budak Setan menjadi tegang dan berdebar-debar tidak
karuan, menyebabkannya nyaris sulit bernafas,
Melihat itu, Tam Goat Hua terheran-heran. "Budak Setan,
apakah lukamu masih belum sembuh?"

659
Si Budak Setan menjawab dengan wajah memerah.
"Sejak kecil aku minum Sari Air Batu, maka walau aku
terluka parah, dalam waktu satu jam pasti sembuh "
Tam Goat Hua manggut-manggut
"Oooh! Budak Setan, kalau kau bersedia membantu ku,
kau cukup melakukan satu hal saja."
Si Budak Setan segera bertanya,
"Hal apa?"
Tam Goat Hua menyahut dengan suara rendah,
"Kau pergi memberitahukan kepada si Nabi Setan-Seng
Ling, bahwa Thian Hou Lu Cong Piau Tau bersama para jago
Go Bi dan Tiam Cong Pai sudah ke mari, namun masih berada
dikira-kira sepuluh mil, Kau membohonginya agar
meninggalkan istana Setan, urusan selanjutnya, kau tidak
usah tahu."
Mendengar itu, si Budak Setan menjadi tertegun.
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Kau setuju? jangan membuang-buang waktu!"
Si Budak Setan menghela nafas panjang.
"Nona Tam, kalaupun si Nabi Setan-Seng Ling
meninggalkan istana Setan, dirimu tetap dalam bahaya."

660
Tam Goat Hua mendengus.
"Budak Setan, kau seorang lelaki, tapi kenapa nyalimu
lebih kecil dari ku ? Tentunya aku punya akal, kau tidak mau
mewakiliku berseru agar pintu batu itu terbuka?"
Si Budak Setan menghela nafas panjang lagi
"Nona Tam, kalau kau merasa ada sesuatu yang
mencurigakan janganlah kau masuk lagi!"
Tam Goat Hua mengangguk
"Aku tahu. cepatlah kau berseru agar pintu batu itu
dibuka!"
Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua sejenak, lalu
berkelebat ke sisi pintu batu itu,
Sampai di sisi pintu batu, dia memungut sebuah batu,
kemudian mengetuk pintu batu itu dengan batu tersebut
seketika terdengar suara yang amat memekakkan telinga.
Si Budak Setan terus mengetuk pintu batu itu, Tam Goat
Hua menghitung, ketukan itu berjumlah tujuh belas kali.
Setelah itu, si Budak Setan mengetuk lagi agak perlahan,
juga tujuh belas kali.
Tak lama terdengar suara hiruk-pikuk di dalam dan
tampak pintu batu yang berbentuk tengkorak itu bergerak
perlahan-lahan ke belakang satu depa, terdengar pula suara
seruan.

661
"Siapa yang mengetuk pintu istana Setan?"
Si Budak Setan memandang Tam Goat Hua sejenak,
kemudian memberanikan diri untuk menyahut.
"Aku, ada urusan penting ingin menghadap tuan penolong,
harap segera buka pintu!"
Di saat si Budak Setan menyahut, Tam Goat Hua melesat
ke sisi pintu batu itu sambil memberi isyarat kepada si Budak
Setan.
Orang yang berada di dalam tertawa.
"Ha ha! Ternyata kau, apakah kau ingin mengantar suatu
benda aneh untuk tuan penolongmu?"
Sebelum si Budak Setan menyahut, Tam Goat Hua cepatcepat
melesat ke dalam laksana kilat Si Budak Setan menarik
nafas tega, lalu masuk ke dalam,
Setelah si Budak Setan masuk, pintu batu itu segera
tertutup kembali
Saat ini betapa tegangnya Tam Goat Hua, Bahkan dia
terus berpikir, bagaimana kalau si Nabi Setan tidak
mempercayai omongan si Budak Setan?
Bagaimana seandainya si Nabi Setan-Seng Ling
menghendaki Lu Sin Kong masuk ke dalam istana
Setan menemuinya? Bagaimana apabila si Nabi Setan-
Seng Ling tidak mau meninggalkan istana Setan itu?

662
Kalau benar salah satu yang dipikirkan Tam Goat Hua,
maka gadis itu pasti mengalami kesulitan di dalam istana
Setan.
Apabila dia berhasil menolong Lu Leng, lalu cara
bagaimana dia membawanya meninggalkan istana Setan
tersebut? Setelah berpikir itu, kini Tam Goat Hua baru sadar
betapa kecil harapannya, bahkan menyeret si Budak Setan
pula.
Setelah pintu batu itu tertutup kembali, terdengar suara
siulan yang amat menyeramkan kemudian tampak bayanganbayangan
berkelebat ke sana,
Delapan orang sudah berdiri di sana. Terdengar lagi suara
hiruk pikuk, ternyata pintu batu itu terbuka lagi, lalu muncul
Seng Cai dan Seng Bou, menyusul adalah si Nabi Setan-Seng
Ling bersama si Budak Setan. Wajah si Nabi Setan-Seng Ling
berseri-seri dan dia berkata.
"Budak Setan, kau di depan sebagai penunjuk jalan!"
Si Budak Setan mengangguk, lalu segera melesat ke luar,
yang lain pun segera mengikutinya dari belakang.
Betapa girangnya Tam Goat Hua, karena si Budak Setan
berhasil membohongi si Nabi Setan-Seng Ling, Namun gadis
itu tahu, pergi pulang dua puluh mil hanya sekejap saja.
Maka dia harus memanfaatkan kesempatan itu. Kalau
tidak, dia pasti tidak punya kesempatan lagi.
Tam Goat Hua keluar dari tempat persembunyian nya. Dia
menarik nafas lega karena si Nabi Setan tidak mengetahui
nya.

663
Gadis itu mulai melangkah ke dalam dengan hati-hati
sekali Mendadak di depan tampak cahaya yang amat
menyilaukan mata.
Cahaya itu lebih menyilaukan daripada cahaya matahari,
membuat Tam Goat Hua tidak melihat jelas apa yang ada di
depannya. Di saat bersamaan, terdengar suara orang tertawa
dingin dan suara senjata rahasia mengarah bagian dadanya,
Ternyata Tam Goat Hua memasuki sebuah terowongan
yang gelap gulita, Di sana terdapat dua penjaga yang berasal
dari golongan hitam, bergabung dengan si Nabi Setan-Seng
Ling.
Ketika mengetahui ada orang asing memasuki istana
Setan, salah seorang dari mereka segera menggerakkan alat
perangkap, maka sebuah cermin besar yang memancarkan
cahaya menyilaukan mata langsung mengarah Tam Goat Hua.
Gadis itu segera memejamkan mata dan di saat bersamaan
terdengar suara luncuran senjata rahasia mengarah bagian
dadanya.
itu adalah Hong Bwe Cin (Senjata Rahasia jarum Tawon),
Kedua penjaga itu yang menyerang Tam Goat Hua dengan
senjata rahasia tersebut perlu diketahui senjata rahasia itu
amat halus, lagipula diolesi dengan racun. Siapa yang terkena
senjata rahasia tersebut, pasti celaka.
-ooo0ooo-
Bab 31
Tam Goat Hua tidak dapat membuka matanya, namun
telinganya sudah mendengar suara yang amat lirih itu, Dia
tahu bahwa itu adalah suara senjata rahasia yang mengarah

664
ke arahnya. Namun meskipun dalam keadaan gugup, dia
masih sempat meloncat ke belakang
Loncatan itu justru telah menyelamatkan nyawanya.
Setelah meloncat ke belakang, Tam Goat Hua pun segera
mengayunkan tangannya. Bagi yang memiliki Lweekang tinggi,
memang dapat menangkis senjata rahasia dengan pukulan,
Akan tetapi, Lweekang Tam Goat Hua masih belum mencapai
ke tingkat tinggi, tentunya dia tidak dapat memukul jatuh
senjata-senjata rahasia itu,
Namun ketika dia mengayunkan tangannya, rantai yang
melekat di lengannya menyambar ke depan menangkis semua
senjata rahasia tersebut,
Ting! Ting! Ting! Ting!
Semua senjata rahasia itu terpukul jatuh. Namun Tam
Goat Hua tahu, apabila kedua penjaga itu berteriak, para jago
istana Setan pasti muncul, maka dia harus cepat membunuh
mereka.
Tam Goat Hua memandang ke arah kedua penjaga itu,
namun dia terbelalak karena tiada seorang pun berada di situ,
Gadis itu tidak mengerti, cara bagaimana kedua penjaga
itu menghilang begitu mendadak.
Di saat bersamaan terdengar suara tawa dingin dan suara
senjata di belakangnya, Tam Goat Hua tahu, bahwa musuh
menyerangnya dari belakang, seketika juga dia maju
selangkah, terdengar suara "Ser Ser!" melewati pinggangnya,

665
Gadis itu berseru dalam hati "Sungguh berbahaya" lalu
segera membalikkan badannya, sekaligus mengayunkan rantai
besinya.
Setelah mengayunkan rantai besi itu ke belakang, barulah
Tam Goat Hua berkesempatan untuk melihat kedua
penyerangnya.
Tampak dua orang kurus tinggi berdiri di situ, mereka
mengenakan kedok kulit yang sama, agak kehijau-hijauan,
Senjata mereka trisula yang agak aneh bentuknya, sambaran
rantai Tam Goat Hua membuat mereka berdua mundur
selangkah, tapi lalu berpencar ke kiri dan ke kanan, sekaligus
menyerangnya dengan jurus Sian Jin Ceh Lou (Dewa
Menunjuk Jalan), mengarah pinggang gadis itu,
Sementara Tam Goat Hua sudah melihat dengan jelas
keadaan di sekitar tempat itu. Ternyata di sana terdapat
sebuah goa kecil, entah menembus ke mana,
Sedangkan dinding goa itu memancarkan cahaya keperakperakan,
Namun di sana tidak terdapat orang lain, hanya
kedua orang itu saja.
Kedua orang itu menyerang Tam Goat Hua secepat kilat Di
saat kedua orang itu menyerang, Tam Goat Hua menghimpun
hawa murninya kemudian mendadak badannya mencelat ke
atas kurang lebih dua depa,
Ketika badan Tam Goat Hua mencelat ke atas, kedua
orang itu merubah jurus serangannya, yaitu jurus Sian Jin Ceh
Lou dirubah menjadi jurus Siang Hong Cah Yun (Sepasang
puncak Menembus Awan),

666
Setelah mencelat ke atas, tentunya badan Tam Goat Hua
harus merosot ke bawah, maka serangan kedua orang itu
mengarah perutnya.
Sebetulnya Tam Goat Hua sudah siap menyerang di saat
badannya merosot ke bawah, Akan tetapi, ketika melihat
serangan kedua orang itu begitu cepat dan mematikan,
hatinya menjadi tertegun.
Dalam keadaan gugup, secepat kilat Tam Goat Hua
menggerakkan sepasang lengannya. itu adalah jurus Hong
Pah Soh Liu (Angin Menggoyangkan Ranting pohon Liu),
Kedua rantai besi berpencar ke kiri dan ke kanan menyerang
muka kedua orang itu,
Jurus Hong Pah Soh Liu merupakan jurus andalan
ayahnya, tentunya amat lihay dan dahsyat.
Akan tetapi, kedua orang itu pun berkepandaian tinggi,
bahkan tahu puia akan kelihayan dan kedahsyatan jurus
tersebut.
Mereka berdua tidak melanjutkan serangannya melainkan
menyurut mundur selangkah sekaligus mengayunkan
senjatanya ke arah rantai besi itu,
Trang! Trang!
Terdengar suara benturan senjata bergema di dalam goa
itu. Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, sebab suara
senjata itu akan mengagetkan para jago lain yang ada di
dalam istana Setan, Kalau mereka ke mari, gadis itu pasti sulit
meloloskan diri.

667
Oleh karena itu, Tam Goat Hua mengambil keputusan
untuk bergerak cepat Badannya langsung berputar-putar,
kedua rantai besi yang melekat di lengannya juga ikut
berputar mengarah kepala kedua orang itu,
Akan tetapi, kedua orang itu sungguh gesit. Mereka dapat
menghindari rantai besi yang me-nyambar-nyambar itu. Di
saat bersamaan, terdengar suara orang bertanya di dalam
terowongan.
"Ada urusan apa?"
Kedua orang itu segera menyahut serentak
"Tidak ada urusan apa-apa! Kami kakak beradik sedang
bergebrak sendiri!"
Ketika mendengar sahutan mereka, Tam Goat Hua
tertegun dan terheran-heran.
Berdasarkan dandanan mereka, kedua orang itu jelas
pihak istana Setan. Lagipula mereka berdua menyerangnya
dengan begitu sengit, maka sudah pasti musuh.
Namun kenapa mereka berdua menyangkal tidak
bertarung dengan siapa pun, ketika ada orang bertanya dari
terowongan?
Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu apa sebabnya kedua
orang itu menyahut begitu, itu membuatnya agak berlega hati,
karena sementara ini pasti tidak akan terjadi apa-apa.
Setelah berlega hati, barulah Tam Goat Hua sadar akan
serangan serangannya tadi, yang karena terlampau emosi
maka tidak berarah sama sekali, bahkan amat menguras

668
tenaganya. Tersadar akan hal itu, dia mulai menenangkan diri
lalu tersenyum sambil melancarkan sebuah pukulan ke arah
bahu salah seorang itu, Sudah barang tentu rantai besi itu
mengarah ke atas.
Orang itu mendengus, sekaligus mengayunkan senjatanya
ke arah dada Tam Goat Hua, Akan tetapi, pukulan Tam Goat
Hua yang begitu dahsyat itu justru merupakan pukulan tipuan.
Di saat senjata orang itu mengarah dadanya, mendadak
gadis itu menyentakkan rantai besinya, maka rantai besi itu
menangkis senjata lawan. sedangkan tangan Tam Goat Hua
bergerak cepat mengeluarkan ilmu Hian Bu Sam Na.
Perubahan jurus serangannya tidak hanya cepat, tapi juga
amat lihay, sehingga membuat orang itu tertegun lalu mundur
Orang itu memang berhasil menghindari rantai besi yang
menyambarnya, namun di saat bersamaan, jari tangan Tam
Goat Hua berhasil menotok jalan Tay Pau Hiat di tubuhnya,
Tak ampun lagi, orang itu langsung jatuh gedebuk.
Tam Goat Hua tiada waktu untuk melihat bagaimana
keadaan orang itu, tapi dia yakin orang itu pasti mati, sebab
ketika menotok dia menggunakan delapan bagian tenaganya.
Tam Goat Hua segera membalikkan badannya, Orang yang
satu lagi menatap Tam Goat Hua dengan penuh kegusaran,
dan langsung menyerangnya dengan sengit
Setelah berhasil merobohkan salah seorang itu, hati Tam
Goat Hua jadi tenang dan mantap.

669
Ketika Tam Goat Hua merobohkan lawannya, orang itu
melihat dengan jelas, mulut orang yang roboh itu
mengeluarkan darah, Ternyata dia telah terluka parah,
Mereka berdua adalah saudara sekandung, Ketika masih
berkecimpung dalam rimba persilatan, kaum rimba persilatan
menjuluki mereka berdua Kwan Tiong Siang Sat (Sepasang
Algojo Dari Kwan Tiong), Tahun lalu mereka berdua baru
bergabung dengan istana Setan, karena si Nabi Setan-Seng
Ling melihat mereka berdua ahli dalam hal senjata rahasia.
Setelah mereka berdua bergabung, si Nabi Setan-Seng
Ling menugaskan mereka berdua untuk menjaga di pintu
pertama istana Setan, itu membuat mereka berdua girang
sekali.
Berhubung mereka berdua baru bergabung, maka yang
lain tidak memandang sebelah mata pun pada mereka,
sedangkan Kwan Tiong Siang Sat bersifat angkuh. Ketika
bertarung dengan Tam Goat Hua, mereka berdua sama sekali
tidak mau minta bantuan kepada orang lain, Mereka berdua
ingin menangkap Tam Goat Hua, agar berjasa pada istana
Setan!
Ketika di terowongan terdengar orang bertanya, Kwan
Tiong Siang Sat menyahut serentak, bahwa mereka berdua
yang bergebrak itu pertanda nyawa Tam Goat Hua belum
waktunya melayang, Karena kalau Kwan Tiong Siang Sat
memberitahukan bahwa ada musuh masuk ke dalam, para
jago lain pasti segera ke sana, dan sudah tentu nyawa Tam
Goat Hua terancam.
Kwan Tiong Siang Sat berani mengambil keputusan itu,
dikarenakan melihat Tam Goat Hua masih begitu muda,
tentunya tidak berkepandaian tinggi, Namun mereka berdua

670
justru tidak tahu bahwa gadis itu berkepandaian tinggi, Kou
Hun Su Seng Cai dan Sou Mia Su Seng Bou pernah
dipermainkannya, apalagi Kwan Tiong Siang Sat?
Ketika diserang, Tam Goat Hua cepat berkelit, lalu balas
menyerang dengan jurus Huan Yun Hok Ih (Awan Berbalik
Hujan Turun), Tampak kelima jarinya bagaikan cakar
mengarah urat nadi di pergelangan tangan orang itu.
Betapa terkejutnya orang itu ketika diserang mendadak,
namun dia masih sempat mundur selangkah. Di saat
bersamaan, tangan kiri Tam Goat Hua justru melancarkan
sebuah pukulan kilat ke dada orang itu, sedangkan rantai besi
menyambar kepalanya.
Orang itu terpaksa menangkis sekaligus menundukkan
kepala untuk menghindari sambaran rantai besi.
Akan tetapi, mendadak pukulan yang dilancarkan Tam
Goat Hua telah berubah menjadi Sing Kua Thian Kai (Bintang
Bergantung Di Langit), Orang itu ingin mencelat ke belakang
tapi terlambat. Ternyata jari telunjuk Tam Goat Hua telah
berhasil menotok jalan darah Lou King Hiat di telapak
tangannya,
Seketika wajah orang itu berubah menjadi pucat pias dan
badannya sempoyongan, dia sudah terluka cukup parah.
Kini orang itu baru sadar, bahwa kepandaian gadis
tersebut amat tinggi. Dia sudah mengambil keputusan untuk
berseru memanggil jago lain, tapi tetap terlambat karena Tam
Goat Hua telah melancarkan sebuah pukulan ke dadanya,
Plak! Dada orang itu terpukul telak,

671
"Aaaakh!" jerit orang itu dan roboh seketika.
Tam Goat Hua segera menarik Kwan Tiong Siang Sat ke
sudut. Di saat bersamaan, sayup-sayup terdengar suara
pekikan si Nabi Setan-Seng Ling.
Bukan main terkejutnya gadis itu, karena si Nabi Setan-
Seng Ling telah kembali ke istana Selan. Apabila Seng Ling
langsung masuk ke istana Setan, nyawa Tam Goat Hua pasti
terancam.
Betapa tegangnya gadis itu, namun otak terus berputar Di
saat itulah terdengar suara bentakan si Nabi Setan-Seng Ling
yang mengguntur.
"Cepat buka pintu!"
Begitu mendengar suara bentakan itu, barulah Tam Goat
Hua berlega hati. Karena dia tahu, si Nabi Setan-Seng Ling
tidak bisa membuka pintu batu itu dari luar, harus dibuka dari
dalam, si Budak Setan yang memberitahukan.
Plak! Plak! Plak! Si Nabi Setan-Seng Ling mengetuk pintu
batu, cepat dan lambat sampai tujuh belas kali.
Bersamaan itu, Tam Goat Hua mendengar suara di
belakangnya.
"Eh? Heran? Ada orang mengetuk pintu batu, Kenapa
Kwan Tiong Siang Sat tidak membukakan pintu?"
Terdengar suara sahutan.

672
"Jelas tadi ada suara pertarungan di luar, tapi Kwan Tiong
Siang Sat malah bilang mereka berdua yang bergebrak,
Jangan-jangan terjadi sesuatu di luar? Mari kita lihat!"
Suara itu berasal dari terowongan, tentunya suara orang
yang bertanya tadi kepada Kwan Tiong Siang Sat. seketika
juga Tam Goat Hua bersembunyi di sudut yang gelap.
Baru saja gadis itu bersembunyi kedua orang itu sudah
muncul Ketika melihat mayat Kwan Tiong Siang Sat tergeletak
di situ, mereka terkejut dan berseru.
"Hah? Celaka!"
Pada waktu bersamaan, terdengar pula suara seruan si
Nabi Setan-Seng Ling di luar
"Cepat buka pintu! Ada musuh masuk Istana!"
Saat ini, hati Tam Goat Hua tegang bukan main.
Akan tetapi kedua orang itu tidak melihat Tam Goat Hua,
itu membuat gadis tersebut agak tenang.
Sedangkan kedua orang itu saling memandang, kemudian
salah seorang dari mereka berkata,
"Kauwcu berada di luar, lebih baik kita bukakan pintu
dulu!"
Mereka mendekati alat pembuka pintu, Kebetulan
punggung mereka menghadap Tam Goat Hua.

673
Itu merupakan kesempatan bagi gadis tersebut untuk
turun tangan. Ketika tangan mereka baru menyentuh alat ilu,
Tam Goat Hua menyerang mereka dengan jurus Tho Ciok Mun
Lou (Melempar Batu Menanyakan Jalan), serangan tersebut
mengarah jalan darah Ling Tay Hiat di punggung mereka.
"Kau...."
Salah seorang dari mereka terkejut sekali Dia langsung
meloncat mundur selangkah sekaligus menangkis pukulan
yang dilancarkan Tam Goat Hua.
Plaaak! Terdengar suara benturan.
Orang itu terpental membentur pintu goa, kemudian roboh
dan mulutnya mengeluarkan darah.
Tam Got Hua tercengang, Dia adalah gadis yang amat
cerdas, maka seketika sudah terpikir olehnya apa sebabnya
orang itu roboh muntah darah dan nafasnya langsung putus.
Ternyata si Nabi Setan-Seng Ling yang berteriak-teriak di
luar, karena pintu goa itu tidak dibuka, Maka dia menyerang
pintu goa itu dengan ilmu Pik San Pak Gu (Menembus Gunung
Memukul Kerbau), Sialnya, orang itu membentur pintu goa,
maka terkena pukulan si Nabi Setan yang menembus ke
dalam, sehingga membuat orang itu mati seketika, Melihat
kejadian itu, Tam Goat Hua bergirang dalam hati, Sebab si
Nabi Setan-Seng Ling tidak bisa masuk, kalau pintu goa itu
tidak dibuka dari dalam,
Kedua orang itu berasal dari golongan hitam, berjuluk Mo
Thay Po dan Kui Bin Thay Swee. Cukup lama mereka berdua
bergabung dengan istana Setan. Tam Goat Hua tertegun,

674
kemudian berkata, Ternyata kalian berdua, Selamat bertemu!"
Mo Thay Po mendengus, "Hm!"
Setelah mendengus, dia langsung menyerang Tam Goat
Hua dengan kukunya yang panjang-panjang dan berwarna
kehijau-hijauan, Begitu melihat kuku-kuku yang panjang
kehijau-hijauan itu, Tam Goat Hua sudah tahu bahwa kukukuku
itu telah diolesi racun,
Gadis itu segera berkelit, sekaligus balas menyerang Maka,
terjadi pertarungan yang amat sengit Belasan jurus kemudian,
mendadak Tam Goat Hua melesat ke dalam terowongan, tapi
Mo Thay Po cepat-cepat mengejarnya.
Pada waktu bersamaan, terdengar suara lonceng, dan tak
lama muncullah seseorang berpakaian aneh. Orang itu tinggi
besar, yang tidak lain adalah Hakim Kanan.
Begitu melihat si Hakim Kanan, Mo Thay Po segera
berseru memberitahu kan.
"Hakim Kanan, dia adalah musuh yang menyelinap
masuk!"
Si Hakim Kanan menatap Tam Goat Hua, kemudian bersiul
panjang, Berselang beberapa saat, muncul lagi belasan orang,
Dapat dibayangkan betapa terkejutnya hati gadis itu.
Setelah belasan orang itu muncul, si Hakim Kanan melesat
keluar tersentak hati Tam Goat Hua, sebab dia yakin bahwa si
Hakim Kanan pasti akan membuka pintu goa. Di saat
bersamaan, terdengar suara siulan si Nabi Setan-Seng Ling
yang amat menyeramkan.

675
Tam Goat Hua. tahu bahwa dirinya bukan lawan mereka,
Namun dia tetap tidak putus asa, pokoknya harus bertarung
mati-matian.
Dia bersiul panjang, mendadak badannya mencelat ke
atas, lalu melesat pergi melewati Mo Thay Po.
Akan tetapi, ketika kakinya menginjak lantai, tampak
empat orang sudah menyerangnya dengan golok, sementara
suara siulan si Nabi Setan-Seng Ling semakin dekat, karena itu
Tam Goat Hua menjadi nekat Dari pada mati sia-sia, lebih baik
membunuh beberapa orang lagi, pikirnya.
Maka ketika keempat golok itu mengarahnya, Tam Goat
Hua segera mengayunkan rantai besi yang melekat di
tangannya untuk menangkis ke empat buah golok itu.
Trang! Trang! Trang! Trang!
Terdengar suara benturan senjata. Bersamaan itu, Tam
Goat Hua menggerakkan tangannya untuk menyerang salah
seorang dari mereka, mengarah jalan darah Sien Kie Hiat di
dada orang itu.
"Aaakh!" Terdengar suara jeritan, orang itu terpental tadi
roboh, sedangkan ketiga orang lainnya terus menye-rang.
Tam Goat Hua, menyurut mundur lalu mendadak memutar
badannya sekaligus mengayunkan rantai besinya,
Terdengar suara jeritan tiga kali, ternyata punggung
mereka telah terhajar oleh rantai besi itu.
"Uaaakh...." Mereka bertiga memuntahkan darah,
kemudian roboh dan tak bergerak Iagi. seketika juga suasana
di tempat itu berubah menjadi hening sekali

676
Tam Goat Hua tertegun, kemudian menengok ke sana ke
mari tampak belasan orang mengurungnya, namun mereka
semua berdiri diam, tak bergerak,
Tak seberapa lama, muncul beberapa sosok bayangan
berkelebat ke sana, ternyata si Hakim Kanan, Kou Hun Su
Seng Cai, Sou Mia Su Seng Bou dan yang terakhir si Nabi
Setan-Seng Ling.
Begitu melihat kemunculan si Nabi Setan-Seng Ling, Tam
Goat Hua menarik nafas dingin.
Dia pikir kalau bergebrak lagi juga percuma, maka dia
berdiri diam saja di tempat, kemudian mendadak
mengayunkan rantai besinya ke bawah.
Braaak! Lantai yang dibuat dari batu menjadi berlobang.
Pada saat bersamaan, si Nabi Setan-Seng Ling sudah
berada di situ dengan wajah penuh kegusaran Tapi dia juga
tertegun ketika melihat Tam Goat Hua.
Sedangkan Tam Goat Hua saat ini malah tidak merasa
takut sama sekali. Dia tertawa hambar seraya berkata.
"Kaum rimba persilatan mengatakan bahwa sulit
memasuki istana Setan, kelihatannya memang benar !"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, kemudian menyahut
dengan dingin.
"Nona Tam bisa ke mari, ini sudah luar biasa sekali."

677
Tam Goat Hua tercengang, sebab si Nabi Setan-Seng Ling
tahu marganya, lagi pula nada suaranya tidak begitu bengis.
Apakah dia masih punya harapan hidup? Tanyanya dalam hati,
Di saat Tam Goat Hua ingin bertanya, si Nabi Setan-Seng
Ling justru berpesan kepada si Hakim Kanan.
"Hakim Kanan, Nona Tam bersusah payah ke mari,
bawalah dia pergi beristirahat!"
Tam Goat Hua sungguh tidak mengerti maksud si Nabi
Setan-Seng Ling, maka ketika melihat si Hakim Kanan
mendekatinya, dia bersiap untuk menyerang.
Akan tetapi si Nabi Setan-Seng Ling berkata.
"Kini Nona Tam sudah tiba di istana Setan, tentunya tidak
boleh pergi begitu saja, Ya, kan?"
Tam Goat Hua mendengus dingin
"Hmm!" Kemudian dia bertanya, Nabi Setan, Budak Setan
berada di mana sekarang?"
Wajah si Nabi Setan menyiratkan hawa membunuh, walau
hanya sekejap tapi membuat orang merinding
menyaksikannya,
"Cepat atau lambat dia pasti akan jatuh ke tanganku!"
sahutnya dingin, "Nona tidak usah mencemaskannya!"
Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan berhasil
meloloskan diri, maka dia berlega hati dan segera bertanya,

678
"Mau kau apakan diriku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa aneh, lalu menyahut
sambil menatapnya.
"Bagi orang lain yang memasuki istana Setan, sudah pasti
mati, Namun Nona Tam justru lain, setelah aku berhadapan
dengan ayahmu, barulah mengambil keputusan."
Dalam hati, Tam Goat Hua merasa heran.
"Ternyata kau kenal ayahku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nama besar Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun
dalam rimba persilatan, siapa tidak mengenal nya?"
Bagian 13
Sudah dua kali Tam Goat Hua mendengar orang menyebut
ayahnya Cit Sat Sin Kun, itu membuatnya terheran-heran,
bagaimana ayahnya memperoleh julukan itu?
Namun saat ini, dia tidak punya waktu untuk memikirkan
itu.
"Kalau begitu, kau pasti akan mengurungku, bukan?"
tanyanya dingin.
Sebelum si Nabi Setan-Seng Ling menyahut. Kou Hun Su
Seng Cai sudah membentak dengan sengit sekali.

679
"Sudah bagus cuma mengurungmu, kenapa kau masih
banyak bacot?"
Walau kini Tam Goat Hua sudah jatuh ke tangan orang,
namun sifatnya yang keras membuatnya tidak mau mengalah,
Dia langsung menyahut dengan dingin,
"Kalian berdua berderajat bicara dengan aku?"
Nada suaranya amat menghina Seng Cai dan Seng Bou.
Karena ketika mereka berdua baru tiba di Bu Yi San, sudah
dipermainkan oleh gadis tersebut maka Tam Goat Hua
menerobos ke dalam istana Setan, sebetulnya kedua putra si
Nabi Setan-Seng Ling itu ingin membunuhnya.
Akan tetapi, begitu melihat sikap si Nabi Setan-Seng Ling,
mereka berdua tidak berani mencelakainya.
Namun saat ini nada suara Tam Goat Hua begitu
menghina mereka, maka wajah mereka langsung berubah dan
mereka maju serentak untuk menyerang gadis itu.
Di saat bersamaan, si Nabi Setan-Seng Ling maju ke
hadapan mereka, sekaligus menahan agar mereka tidak
bertindak sembarangan
"Ayah, gadis liar itu...."
Sebelum Seng Cai usai berkata, air muka si Nabi Setan-
Seng Ling sudah berubah.
"Aku punya ide, kalian berdua tidak usah banyak bicara!"
Walau amat gusar dalam hati, tapi Seng Cai dan Seng Bou
tidak berani me!ampiaskannya.

680
Si Setan-Seng Ling berkata lagi.
"Aku tidak mau membunuhnya, juga demi kalian berdua!
Apakah kalian berdua masih tidak mengerti?"
Wajah Seng Cai dan Seng Bou yang semula tampak kesal,
kini langsung berubah menjadi berseri setelah mendengar
perkataan si Nabi Setan-Seng Ling, kemudian mereka
bertanya hampir serentak.
"Ayah, apakah demi aku?"
Usai bertanya mereka berdua saling melotot
Si Nabi Setan-Seng Ling menyahut.
"Demi siapa, kini aku masih belum mengambil keputusan
Kalian berdua tidak perlu berdebat!"
Seng Cai segera berkata.
"Ayah, aku adalah anak sulung, tentunya harus demi aku."
Seng Bou melototi kakaknya, kemudian berkata.
"Ayah akan mengambil keputusan, kau tidak perlu banyak
omong!"
Kakak beradik itu mulai ribut mulut, membuat si Nabi
Setan-Seng Ling mengerutkan kening, lalu membentak.
"Kalian ribut apa? Hakim Kanan, cepat bawa gadis itu
pergi!"

681
Mereka bertiga ayah dan anak bertanya jawab, tentunya
Tam Goat Hua mendengar dengan jelas sekali
Akan tetapi, gadis itu justru tidak mengerti maksud
mereka bertiga, maka menjadi terheran-heran,
Setelah si Nabi Setan-Seng Ling berkata begitu, si Hakim
Kanan mendekati Tam Goat Hua dan berkata.
"Nona Tam, silakan!"
Tam Goat Hua tahu bahwa kini dirinya tidak boleh
bertindak ceroboh, harus menurut Kalau tidak, dirinya pasti
celaka.
"Hm!" dengus gadis itu, lalu ikut di belakang si Hakim
Kanan,
Sampai di ujung terowongan, mendadak sebuah pintu
rahasia terbuka sendiri Keluar dari pintu rahasia itu, mereka
memasuki terowongan pula,
Si Hakim Kanan terus berjalan ke depan, sedangkan Tam
Goat Hua mengikutinya dari belakang, Mendadak gadis itu
melihat sebuah pintu di sebelah kiri, Tanpa banyak berpikir
lagi dia langsung melesat ke arah pintu tersebut.
Setelah masuk ke dalam pintu itu, dia tidak bisa melihat
apa-apa, karena amat gelap di dalamnya,
Barulah Tam Goat Hua tahu adanya gelagat tidak beres.
Namun dia tidak tahu di mana ketidak beresan itu, Dia
langsung berhenti, sekaligus melancarkan sebuah pukulan ke
depan.

682
Blam! pukulannya menghantam sebuah lempengan besi.
Di saat bersamaan, dia merasa telapak tangannya
tersengat sesuatu, sehingga merasa sakit sekali.
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, seketika juga dia
teringat akan pesan orang aneh berkedok di Bu Yi San, bahwa
harus berhati-hati setelah masuk di istana Setan, sebab
banyak bahaya dan di setiap tempat pasti diolesi racun, Kalau
kurang berhati-hati, pasti akan terkena racun.
Teringat akan pesan itu, Tam Goat Hua semakin terkejut,
maka dia segera mundur.
Setelah mundur ke tempat yang agak terang, Tam Goat
Hua cepat-cepat memeriksa telapak tangannya, tapi tidak
terdapat tanda apa pun.
Walau begitu, perasaan Tam Goat Hua tetap tidak tenang.
Dia segera menghimpun hawa murninya. Kemudian disalurkan
ke telapak tangannya,
Setelah itu, barulah dia melangkah maju, Ternyata di
hadapannya terdapat sebuah pintu besi, dan di sisi pintu besi
itu terdapat sebuah gelang besi yang cukup besar.
Tam Goat Hua menarik gelang besi itu, akan tetapi, pintu
besi itu sama sekali tidak bergerak Gadis itu mengerutkan
kening, kemudian menarik gelang besi itu lagi dengan sekuat
tenaga.
Kreeek!
Pintu besi itu bergerak ke atas kira-kira dua depa, Bukan
main girangnya Tam Goat Hua. Namun dia tidak berani

683
berlaku ceroboh lagi seperti tadi, dia segera mengayunkan
rantai besinya ke dalam, Setelah tiada reaksi apa pun, barulah
dia masuk ke dalam.
Begitu masuk ke dalam, dia menarik pintu itu agar
tertutup kembali seperti semula.
Ketika pintu besi itu terangkat ke atas, sayup-sayup dia
masih mendengar suara bentakan-bentakan si Nabi Setan-
Seng Ling, Tetapi setelah pintu besi itu tertutup kembali, suara
bentakan-bentakan itu pun tidak terdengar lagi.
Hening sekali suasana di tempat itu, sampai detak jantung
Tam Goat Hua pun terdengar jelas,
Gadis itu tahu, bahwa setelah memasuki pintu besi
tersebut, dirinya betul-betul berada di dalam istana Setan.
Dia menarik nafas dalam-dalam agar hatinya bertambah
tenang, lalu memandang ke depan. Keadaan di tempat itu
remang-remang menimbulkan suatu perasaan aneh. Ternyata
tempat itu berupa sebuah goa, tidak ada jalan sama sekali, Di
tengah-tengah goa itu, terdapat sebuah lobang yang
menembus ke dalam tanah,
Tam Goat Hua mendekati lobang itu, lalu berjongkok
untuk memandang ke dalam, Terdapat suara percakapan di
dalam lobang itu, suara lelaki dan wanita.
"Begitu mendengar Lu Cong Piau Tau datang, Kauwcu
langsung pergi menyambut. Heran sekali! Lu Cong Piau Tau
itu entah orang lihay dari mana?" Suara lelaki.
"Tentu adalah ayah bocah itu." Suara wanita.

684
Mendengar sampai di situ, hati Tam Goat Hua tergerak,
kemudian mendengar lagi dengan penuh perhatian.
"Kau tidak menyinggung bocah itu ya tidak apa-apa.
Begitu kau menyinggungnya, justru menimbulkan
kegusaranku." Suara lelaki yang mengandung kebencian
Wanita itu tertawa cekikikan Suara tawanya amat
menyeramkan dan membuat bulu roma berdiri,
"Hik! Hik! Hik! Maksudmu kejadian itu?"
"Ya."
"Ceritakanlah tentang kejadian itu!
"Atas perintah Kauwcu, Hakim Kanan membawa pergi
menangkap bocah itu, tidak sulit kan? Begitu kami turun
tangan, langsung berhasil merebut bocah itu.
Menutur sampai di situ, mendadak berhenti, kemudian
lelaki itu berkata dengan heran,
"Eh? Kok tiada suara?"
Wanita itu meludah sambil tertawa.
"Phui! Tempat ini disebut Tempat Tiada Suara, bagaimana
ada suara sih?"
Terdengar suara lelaki itu menyahut
"Kalau tiada suara berarti gelagat tidak beres. Di mana
Seh Lo Sam dan saudara Ting Cit?"

685
Suara wanita itu kedengaran tidak sabaran.
"Peduli amat dengan mereka, cepat lanjutkan
penuturanmu!"
Sementara Tam Goat Hua terus mendengarkan dengan
penuh perhatian, bahkan menahan nafasnya agar tidak
terdengar oleh mereka,
"Setelah berhasil merebut bocah itu.,." lanjut lelaki itu.
"Kami pun memasukkannya ke dalam karung kain, Sesuai
dengan perintah Kauwcu, kami segera pulang ke istana Setan.
Sampai di dalam istana Setan, begitu karung kain itu dibuka,
di dalamnya berisi seekor bangkai babi, Entah kapan kain
karung itu ditukar orang, Betapa gusarnya Kauwcu!"
Wanita itu amat tertarik mendengar penuturan tersebut,
kemudian berkata sambil tertawa.
"Kalau begitu, kalian dan Hakim Kanan itu sama sekali
tidak tahu kapan karung itu ditukar orang?"
Lelaki itu menyahut sengit.
"Jangankan kami, bocah itu pun tak tahu bahwa dirinya
sudah berpindah ke tangan orang lain, Karena itu, Kauwcu
yang turun tangan sendiri dan berhasil menangkap kembali
bocah itu. Kalau tidak, kami beberapa orang pasti celaka."
Tam Goat Hua terheran-heran mendengar penuturan
tersebut, seandainya Lu Leng mendengarnya pasti juga
merasa heran. Anak itu sudah tahu, bahwa dirinya akan
dibawa ke istana Setan, namun kemudian dia justru berada di
dalam goa itu, dan mengalami berbagai macam kejadian
aneh,

686
Ternyata goa itu bukan istana Setan, justru amat
membingungkan, bagaimana karung itu bisa ditukar orang
dengan karung kain lain yang berisi bangkai babi?
Karena saking tertariknya akan penuturan itu, Tam Goat
Hua menggeserkan badannya untuk memandang ke dalam,
Walau hal itu dilakukannya dengan hati-hati sekali, tapi tidak
terlepas dari pendengaran orang yang di bawah itu, maka
seketika terdengar suara bentakan,
"Siapa?"
Karena sudah diketahui oleh orang yang di bawah, maka
daripada mereka ke atas, lebih baik dia turun ke bawah,
"Aku!" sahut Tam Goat Hua sambil meloncat ke bawah.
Begitu meloncat ke bawah, terdengar pula suara "Ser Ser
Ser" tampak tiga titik cahaya mengarahnya, itu adalah senjata
rahasia.
Ketika meloncat ke bawah, Tam Goat Hua sudah siap,
Maka di saat ketiga senjata rahasia itu meluncur ke arah nya,
dia langsung mengayunkan rantai besinya untuk menangkis
semua senjata rahasia itu.
Tring! Tring! Tring!"
Ketiga senjata rahasia itu terpukul hingga jatuh, Di saat
bersamaan, kaki Tam Goat Hua sudah menginjak dasar lobang
itu.
Setelah itu, Tam Goat Hua mendongakkan kepalanya. Dia
tampak terkejut dan tertegun.

687
Ternyata Tam Goat Hua berdiri di atas sebuah batu besar
Di sisi batu besar itu terdapat jembatan batu yang amat indah
menakjubkan.
-ooo0ooo-
Bab 32
Pemandangan di tempat itu sungguh indah, bahkan di
depan terdapat sebuah istana, Tempat tersebut ibarat tempat
tinggal para dewa dewi, namun justru istana Setan.
Di saat Tam Goat Hua tertegun, terdengarlah suara
bentakan wanita.
"Bocah perempuan, siapa kau?"
Tam Goat Hua segera memandang ke depan.
Dilihatnya seorang lelaki dan seorang wanita sedang
duduk di atas sebuah batu. Kelihatannya mereka berdua sama
sekali tidak memandang sebelah mata pun kepada gadis itu.
Tam Goat Hua mengamati mereka, dan seketika juga
merasa muak dalam hati. Ternyata wanita itu bermuka
lonjong, rambut awut-awutan dan bermata segi tiga,
Tampangnya amat menyebalkan, begitu pula lelaki itu.
Badannya gemuk tapi mukanya kecil dan pipi sebelah kirinya
somplak tidak ada dagingnya sama sekali. Sungguh
menyeramkan wajah lelaki itu. Akan tetapi sepasang matanya
justru menyorot sinar yang amat tajam, pertanda dia memiliki
Lweekang yang amat tinggi.
Di saat mereka bertiga saling tatap menatap, mendadak
terdengar suara lonceng, kemudian muncul delapan orang

688
berpakaian hitam di depan pintu istana itu, Mereka membawa
senjata tombak yang ujungnya bercagak tiga,
Tam Goat Hua tahu, bahwa jejaknya sudah ketahuan
Gadis itu tidak merasa takut, tapi sebaliknya malah tampak
tenang, Dia tertawa hambar seraya bertanya.
"Bolehkah aku tahu siapa kalian berdua?"
"Hm!" dengus wanita itu.
Di saat bersamaan, muncullah si Hakim Kanan. Dia
memandang Tam Goat Hua sambil tertawa dingin.
"Nona Tam! Kau jangan coba-coba kabur, itu akan
membahayakan dirimu!"
Tam Goat Hua diam saja.
Si Hakim Kanan berkata lagi."
"Nona Tam, lebih baik kau ikut aku!"
Apa boleh buat, Tam Goat Hua terpaksa mengangguk lalu
mengikuti si Hakim Kanan ke dalam istana. Dia diajak
memasuki sebuah terowongan. Sampai di ujung terowongan,
si Hakim Kanan berhenti. Ternyata di depannya terdapat
sebuah lobang,
"Nona Tam, silakan masuk!" kata si Hakim Kanan dingin.
Tam Goat Hua memandang ke dalam, Dilihatnya undakan
batu menuju bawah, Maka dia segera bertanya.

689
"Tempat apa ini?"
Si Hakim Kanan menyahut.
"Dari sini ke bawah adalah Neraka Delapan Belas Lapis.
Nona Tam belum tahu ya?"
Kaum rimba persilatan semuanya tahu Neraka Delapan
Belas Lapis yang di dalam istana Setan, Namun bagaimana
bentuk dan keadaannya, tiada seorang pun yang tahu.
Tam Goat Hua melangkah ke bawah melalui undakan
batu, Sungguh mengherankan ternyata di situ terdapat tempat
yang bertingkat-tingkat ke bawah, setiap tingkat terdapat
sebuah pintu batu.
Gadis itu terus melangkah ke bawah. Dia telah melewati
tujuh belas tingkat, namun si Hakim Kanan tidak menyuruhnya
berhenti.
Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya akan dikurung di
tingkat ke delapan belas. Bagaimana keadaan di tempat itu,
dia sama sekali tidak mengetahuinya.
Di samping merasa cemas, dia pun merasa girang karena
akan berjumpa Lu Leng yang dikurung di tingkat kedelapan
belas itu.
Si Setan-Seng Ling tidak tahu tujuannya ke istana Setan,
Kalau dia tahu mungkin gadis itu tidak akan dikurung di
tempat itu bersama Lu Leng.
Tam Goat Hua sudah sampai di tingkat ke delapan belas,
Si Hakim Kanan berhenti di situ, kemudian menarik sebuah
alat

690
Kreeeek! Pintu batu di tempat itu terbuka,
Si Hakim Kanan tertawa terkekeh-kekeh dan berkata.
"Nona Tam, silakan masuk!" Tam Goat Hua mendengus.
"Hmm!"
Lalu berjalan ke dalam. Namun dia tidak melihat Lu Leng.
Mungkin anak muda itu dikurung di tempat lain. Di ruangan itu
terdapat sebuah kursi, meja dan tempat tidur, yang semuanya
dari batu tidak terdapat barang lain,
Setelah Tam Goat Hua masuk ke dalam, barulah si Hakim
Kanan menyalakan sebuah pelita yang bergantung di dinding,
kemudian berkata dengan dingin.
"Nona Tam, ketika kau melangkah ke bawah, jangan kira
tiada halangan sama sekali. itu dikarenakan aku bersamamu,
kalau kau ingin naik ke atas, berarti kau akan mengantar
nyawa."
Tam Goat Hua tidak menghiraukannya, dia langsung
duduk.
Si Hakim Kanan tertawa dingin beberapa kali, lalu
menutup pintu batu tersebut
Bum!
Setelah pintu batu tertutup kembali, si Hakim Kanan
meninggalkan tempat itu. Tam Goat Hua bangkit berdiri, dan
mulai pasang kuping mendengarkan dengan penuh perhatian

691
Suara langkah si Hakim Kanan semakin men-jauh, barulah
Tam Goat Hua menarik nafas lega.
Dia segera mendekati pintu batu itu. Lama sekali dia
memperhatikan pintu batu tersebut, kemudian menggelenggelengkan
kepala, Ternyata pintu batu itu tidak dapat dibuka
dari dalam, harus dibuka dari luar.
Memang bisa dibuka dari dalam, namun harus orang yang
telah berhasil menguasai ilmu Kim Kong Ci Lat (Tenaga Jari
Sakti)!
Namun kalau orang sudah berhasil menguasai ilmu
tersebut, bagaimana mungkin tertangkap si Nabi Setan-Seng
Ling dan dikurung di dalam ruang batu itu?
Tam Goat Hua menjadi kesal, Dia terus menghantam pintu
batu itu dengan rantai yang melekat di lengannya.
Prak! Braaak...!
Lweekang gadis itu sudah cukup tinggi Maka ketika
mengayunkan rantai menghantam pintu batu itu,
menimbulkan suara menderu-deru. Akan tetapi, pintu batu
tidak rusak sama sekali.
Akhirnya Tam Goat Hua kelelahan Dia menjatuhkan diri ke
kursi batu, lalu termenung.
Kini dirinya sudah terkurung di dalam ruang batu, tidak
mungkin bisa keluar, lalu untuk apa dia berpikir?
Setelah termenung sejenak, Tam Goat Hua mulai
menghimpun hawa murninya. Di saat bersamaan, mendadak
terdengar suara "Plak, Plak" di dinding sebelah timur

692
Tersentak hati Tam Goat Hua, Dia tidak tahu suara apa
itu. Dia segera bangkit berdiri dan mendengarkan dengan
penuh perhatian Tak lama suara itu terdengar lagi.
Tam Goat Hua tercengang, kemudian mengetuk dinding
itu beberapa kali, Berselang sesaat, terdengar suara orang
yang amat lirih.
"Siapa kau?"
Tam Goat Hua yakin bahwa orang itu pasti kaum rimba
persilatan yang dikurung juga di situ, Karena dinding itu amat
tebal, maka suaranya kedengaran amat lirih.
"Aku sudah mendengar suaramu, siapa kau?"
Suasana hening sejenak, Orang itu sepertinya sedang
menghela nafas panjang, lalu terdengar suaranya,
"Aku bermarga Lu...."
Betapa girangnya Tam Goat Hua. Dia segera bertanya.
"Kau Lu Leng?"
Tiada sahutan, Tam Goat Hua bertanya berulang kali,
namun tetap tiada sahutan, Kemudian diketuk-nya lagi dinding
itu, tapi tetap tidak terdengar suara apa pun, Gadis itu tidak
tahu apa yang terjadi di ruang sebelah. Dia kembali duduk di
kursi batu, Ketika dia duduk terdengar suara "Krek Krek"
Tam Goat Hua tersentak Lalu secepat kilat melesat ke sisi
pintu batu, Tak lama pintu batu itu terbuka, dan tampak
seorang berpakaian hitam membawa sebuah nampan

693
melangkah ke dalam, Begitu melihat tidak ada orang di dalam,
orang berpakaian hitam tertegun.
Di saat orang itu tertegun, Tam Goat Hua bergerak cepat
menotok jalan darah Tay Pai Hiat orang itu, Begitu jalan
darahnya itu tertotok, orang berpakaian hitam itu roboh dan
nampan yang dibawanya terlepas dari tangannya.
Tam Goat Hua cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk
menyambut nampan itu, agar tidak jatuh lalu menimbulkan
suara.
Ternyata nampan itu berisi berbagai macam makanan.
Gadis itu menengok keluar, tapi tiada seorang pun berada
di sana, Padahal Tam Goat Hua sudah lapar sekali, namun
tiada waktu baginya untuk bersantap, Dia segera melepaskan
pakaian orang itu, berikut kain hitam pengikat kepalanya.
Tam Goat Hua memakai pakaian dan kain pengikat kepala
orang itu, setelah semua makanan yang ada di nampan
diturunkannya ke bawah, dia membawa nampan itu
meninggalkan ruang batu tersebut, sekaligus menutup
pintunya.
Saat ini, hati Tam Goat Hua berkebit-kebit tidak karuan,
Walau dia sudah meninggalkan ruang batu itu, tapi belum
tentu dia dapat meloloskan diri dari istana Setan.
Dia berdiri termangu-mangu, kemudian mengambil
keputusan untuk pergi ke ruang sebelah, sebab dia ingin tahu
apakah orang yang di ruang sebelah itu Lu Leng?
Setelah mengambil keputusan itu, Tam Goat Hua segera
melesat ke pintu ruangan sebelah.

694
Tam Goat Hua mengerahkan Lweekang, kemudian
menarik sebuah alat yang terdapat di sisi pintu itu.
Kreeek! Pintu itu terbuka,
Tam Goat Hua melongok ke dalam, tampak seorang anak
berusia empat lima belas duduk di kursi batu.
Wajah anak itu kelihatan gelisah, namun sepasang
matanya amat terang bercahaya.
Begitu melihat wajah anak itu, Tam Goat Hua terbayang
akan Lu Sin Kong, Dalam hati dia sudah tahu, anak itu pasti Lu
Leng.
Betapa girangnya Tam Goat Hua, sebab dia berjumpa
anak itu. Tujuannya pergi ke istana Setan memang ingin
menolong anak tersebut.
Akan tetapi, dia malah tertangkap dan di kurung di ruang
batu, sungguh di luar dugaan, kini dia malah berjumpa Lu
Leng di tempat itu.
"Kau Lu Leng?" tanya Tam Goat Hua dengan suara
rendah.
Anak itu bangkit berdiri, lalu menyahut dengan suara
rendah pula,
"Siapa kau?"
Tam Goat Hua tersenyum.
"Aku adalah orang yang di ruang sebelah, margaku Tam."

695
Gadis itu masuk ke dalam.
Ketika mendengar gadis itu mengaku bermarga Tam,
wajah anak itu tampak tercengang.
"Kau bermarga Tam? Apakah kau Tam Goat Hua putri
Paman Tam?"
Gadis itu melongo, karena anak tersebut tahu namanya.
Kalau tidak dikarenakan ulah Han Giok Shia yang menyamar
sebagai Tam Goat Hua, mereka berdua pasti sudah berjumpa
di Su Cou.
Gadis itu menyahut.
"Tidak salah, aku Tam Goat Hua. Aku ke mari demi kau.
Sudah berapa lama kau berada di sini?"
Lu Leng menghela nafas panjang.
"Aku tidak tahu, sebab di dalam ruang batu ini tidak tahu
siang atau malam, maka aku tidak bisa menghitung hari."
Mendadak Tam Goat Hua berbisik.
"Kau ingin meloloskan diri dari sini?"
Tam Goat Hua bertanya demikian, karena menduga Lu
Leng tidak punya nyali untuk kabur.
Siapa tahu dia justru girang sekali, sehingga sepasang
matanya berbinar-binar.
"Tentu, Kakak Tam?"

696
Jawaban Lu Leng sungguh cocok dengan sifat Tam Goat
Hua, Gadis itu pun kelihatan girang sekali.
"Mari kita kabur bersama!"
Lu Leng mengangguk dan segera melesat ke arah pintu,
Walau usianya lebih muda dua tahun dari Tam Goat Hua, tapi
badannya sudah setinggi badan gadis itu.
Mereka berdua menengok keluar Karena tiada seorang
pun berada di luar, maka mereka berdua lalu melesat ke
tangga batu.
Mereka memandang ke atas. Sungguh tinggi undakanundakan
tangga batu itu. Tiba-tiba Tam Goat Hua teringat
akan perkataan si Hakim Kanan, maka dia segera berbisik.
Di sini amat berbahaya, kau harus hati-hati!"
Lu Leng mengangguk.
"Ya."
Di saat Lu Leng menyahut "Ya", disaat itu pula mendadak
terdengar lonceng terus berbunyi itu membuat mereka berdua
tertegun, kemudian saling memandang dengan penuh rasa
heran.
Ketika mereka saling memandang, sekonyong-konyong
dua buah kapak menyambar ke arah kepala mereka.
Kedua kapak itu muncul dari tikungan undakan batu,
Betapa terkejutnya Tam Goat Hua dan Lu Leng, Tam Goat
Hua langsung menarik Lu Leng, lalu secepat kilat meloncat ke
bawah.

697
Akan tetapi, sebelum kakinya menginjak lantai bawah,
mendadak terdengar Lu Leng berseru kaget
"Kakak Tam, lihatlah lantai itu!"
Tam Goat Hua segera memandang ke bawah, seketika
juga wajahnya berubah hebat, Ternyata di lantai itu telah
muncul besi-besi runcing, agak kehijau-hijauan, jelas sudah
diolesi racun. Kalau tergores oleh besi runcing itu, mereka
berdua pasti terkena racun.
Kini Tam Goat Hua baru percaya akan perkataan si Hakim
Kanan, bahwa kalau mau naik ke atas, itu berarti mengantar
nyawa.
Dalam keadaan bahaya, Tam Goat Hua justru hanya
memikirkan Lu Leng, Dia langsung menyentakkan Lu Leng
jauh ke depan beberapa depa, Maka Lu Leng jatuh di tempat
yang tiada besi-besi runcing-nya.
Namun Tam Goat Hua sendiri malah merosot ke besi-besi
runcing itu. Lu Leng amat terkejut menyaksikannya, maka
berteriak,
"Kakak Tam, kau...!"
Di saat yang amat bahaya itu, mendadak berkelebat tiga
sosok bayangan sesosok bayangan melesat ke arah Tam Goat
Hua, dua sosok lainnya ke arah Lu Leng,
Tanpa banyak pikir, Lu Leng langsung melancarkan
sebuah pukulan Akan tetapi, kedua orang itu sudah
menjulurkan tangannya menotok jalan darah di lengan Lu
Leng, maka lengan anak itu terkulai.

698
Lu Leng masih sempat menengok ke arah Tam Goat Hua.
Tampak sosok bayangan itu mengibaskan lengannya,
sehingga membuat gadis itu terdorong beberapa depa,
Sosok bayangan itu lalu berdiri di atas salah sebuah besi
runcing.
Lu Leng terkejut dan kagum, sebab orang itu memiliki
Ginkang yang amat tinggi Setelah melihat jelas orang itu, Lu
Leng menarik nafas dingin, karena orang itu adalah si Nabi
Setan-Seng Ling,
Tam Goat Hua jatuh di tempat yang aman, Dia melihat
Seng Cai dan Seng Bou berdiri di sisi Lu Leng, maka diamdiam
dia menghela nafas panjang, Belum meninggalkan
tempat itu, sudah tertangkap lagi, pertanda mereka berdua
tidak akan bisa meloloskan diri dari istana Setan,
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.
"Nona Tam, apakah si Hakim Kanan tidak memberitahukan
bahwa di dalam istana Setan banyak jebakan dan amat
berbahaya?"
Tam Goat Hua diam, tak menyahut
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa lagi.
"Ha ha! Kalau tidak kebetulan kami bertiga ke mari ingin
menengok Nona, mungkin saat ini Nona sudah terkena racun."
Tam Goat Hua tahu, memang benar apa yang dikatakan si
Setan-Seng Ling. Namun si Nabi Setan-Seng Ling adalah
musuhnya, tentunya dia tidak mau mengucapkan terimakasih,
bahkan malah berkata dengan dingin.

699
"Belum tentu."
Sungguh mcngherankan, walau Tam Goat Hua berkata
dingin, namun si Nabi Setan-Seng Ling tak tersinggung,
Mendadak dia bersiul, tak lama kemudian lantai itu terbalik,
sudah seperti semula, Ternyata lantai itu dilengkapi dengan
jebakan, sedangkan sepasang kapak yang di atas pun sudah
tidak kelihatan.
Di saat lantai itu mulai bergerak, si Setan-Seng Ling segera
mencelat ke samping, lalu berkata kepada kedua putranya.
"Bebaskan totokan Lu Leng!"
Seng Cai dan Seng Bou mengangguk, lalu segera
membebaskan totokan pada jalan darah Lu Leng.
Si Nabi Setan-Seng Ling berkata dengan dingin.
"Lu Leng, sejak kau berada di sini, aku cukup baik
terhadapmu Kenapa kau malah ingin kabur?"
Lu Leng memandang Tam Goat Hua sejenak, kemudian
menyahut dengan sengit,
"Omong kosong! Kenapa kau mengurungku di ruang batu
itu?"
Air muka si Nabi Setan-Seng Ling berubah. Dalam hati
Tam Goat Hua amat kagum akan keberanian Lu Leng, namun
dia pun khawatir Lu Leng akan disiksa si Nabi Setan-Seng
Ling, Maka dia cepat-cepat memberi isyarat kepada anak itu
seraya berkata.

700
"Saudara Lu, si Nabi Setan-Seng Ling adalah orang
tingkatan tua dalam rimba persilatan Kau masih kecil tidak
boleh kurang ajar!"
Lu Leng tahu bahwa Tam Goat Hua berkata begitu adalah
demi kebaikannya, maka dia diam saja dan amat berterima
kasih dalam hati. Kemudian dia memandang si Nabi Setan-
Seng Ling sambil mendengus.
"Hmm!"
Si Nabi Setan-Seng Ling mengerutkan kening, dan dia
menatap Lu Leng seraya berkata.
"Lu Leng, beberapa hari lagi ayahmu pasti ke mari, Asal
ayahmu mau mengabulkan permintaanku kau boleh segera
pergi, Tapi kalau ayahmu tidak mengabulkan aku pun sulit
mengatakannya."
Sesungguhnya Lu Leng sama sekali tidak tahu, apa
sebabnya si Nabi Setan-Seng Ling menangkap-nya. Namun
saat ini mendengar si Nabi Setan-Seng Ling mengatakan
begitu, maka dia sudah tahu bahwa dirinya akan ditukar
dengan sebuah barang dari ayahnya.
Sementara si Nabi Setan-Seng Ling memberi isyarat
kepada kedua putranya, agar mereka membawa Lu Leng ke
dalam ruang batu.
Seng Cai dan Seng Bou segera mendorong Lu Leng ke
ruang batu itu. Tam Goat Hua terus memandang Lu Leng, tapi
tidak dapat berbuat apa-apa.

701
Setelah menutup kembali pintu ruang batu itu, Seng Cai
dan Seng Bou membalikkan badan untuk memandang Tam
Goat Hua sambil tertawa.
Tam Goat Hua tidak mengerti, kenapa kedua orang itu
memandangnya sambil tertawa? Perlu diketahui kedua orang
itu berdandan amat aneh, dan tampang mereka agak aneh
pula. Maka ketika mereka tertawa, wajah mereka menjadi
seram sekali,
Gadis itu menjadi muak dan langsung berpaling ke arah
lain, tapi justru menghadap si Nabi Setan-Seng Ling.
Wajah si Nabi Setan-Seng Ling juga kelihatan tertawa
seperti kedua putranya, itu membuat Tam Goat Hua tertegun,
kenapa mereka bertiga ayah dan anak tertawa seperti itu
terhadapnya? Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir,
terdengarlah suara si Nabi Setan-Seng Ling.
"Nona Tam, aku ada sedikit urusan ingin berunding
denganmu, Di ruang tengah istana Setan, para jago telah
menunggu, harap Nona sudi memberi muka kepadaku, sebab
perjamuan itu khusus kami adakan untuk Nona!"
Tam Goat Hua tertegun, sehingga sepasang matanya
terbelalak, ketika mendengar ucapan si Nabi Setan itu.
"Kau bilang apa?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, Namun ketika dia baru
mau menyahut, kedua putranya sudah mendahuluinya.
"Kami ke mari khusus mengundang Nona ke perjamuan
itu, harap Nona sudi memberi muka kepada kami!"

702
Kini Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya tidak salah
mendengar Namun dia merasa heran dan tidak habis pikir,
kenapa si Nabi Setan-Seng Ling berlaku begitu sungkan
kepadanya?
Padahal kedudukan si Nabi Setan-Seng Ling amat tinggi
dalam rimba persilatan, begitu pula kepandaiannya, Tapi kini
malah mengundangnya untuk menghadiri perjamuan itu
dengan sikap ramah sekali,
Oleh karena itu, Tam Goat Hua yakin bahwa pasti ada
sesuatu di balik itu, Apa salahnya dia hadir? Lagipula saat ini
dirinya telah berada di tangan musuh, tidak menurut pun tidak
bisa,
Setelah berpikir sejenak, Tam Goat Hua tersenyum seraya
berkata,
"Kenapa si Nabi Setan begitu sungkan terhadapku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak.
"Ha ha ha! Dulu aku bersama ayahmu malang melintang
dalam rimba persilatan, Hubungan kami baik sekali, Tapi
kemudian terjadi sedikit salah paham, maka kami mengambil
jalan masing-masing. Kalau dipikirkan kembali, itu sungguh
menggelikan sebab ketika itu kami sama-sama muda. Namun
kini aku yakin ayahmu pun berpendapat demikian."
Sebetulnya Tam Goat Hua sudah mau ikut mereka ke
ruang tengah istana Setan, Tapi ketika mendengar si Nabi
Setan-Seng Ling berkata begitu, justru kegusarannya malah
timbul, lantaran si Nabi Setan-Seng Ling mengatakan punya
hubungan baik dengan ayahnya, sehingga dia menganggap si
Nabi Setan-Seng Ling cuma omong sembarangan

703
Wajah gadis itu berubah, Dia memandang si Nabi Setan-
Seng Ling seraya berkata.
"Nabi Setan! Ayahku tidak berambisi, bagaimana mungkin
bisa bersamamu?"
Mendengar sahutan itu, si Setan-Seng Ling sudah tahu apa
yang dipikirkan gadis itu, maka dia tertawa gelak.
"Ha ha ha! Nona Tam! padahal sesungguhnya, sebelum
kalian kakak beradik lahir, aku dan ayahmu bersama
berkecimpung dalam rimba persilatan, maka kami dijuluki
Thian Te Siang Sat. Tentang itu, tentunya kau tidak tahu."
Tam Goat Hua semakin gusar Dia menganggap si Nabi
Setan-Seng Ling sedang omong kosong, Namun dia diam saja,
hanya wajahnya berubah tak sedap dipandang,
Sedangkan si Nabi Setan-Seng Ling, malah terus tertawa.
"Nona Tam, silakan!"
Tam Goat Hua segera melepaskan pakaian hitam dan kain
hitam pengikat kepala, setelah itu, dia tampak cantik sekali.
Seng Cai dan Seng Bou terus memandangnya dengan
mata tak berkedip, Tam Goat Hua mendengus lalu melangkah
ke atas undakan batu,
Keluar dari tempat itu, kemudian berjalan ke dalam melalui
sebuah pintu dan di depannya tampak terang benderang.
Ternyata dia sudah di sebuah ruangan yang amat besar,
sesungguhnya ruang besar itu berupa sebuah goa. Namun

704
dindingnya bergemerlapan tertimpa cahaya lampu, maka
bukan main indahnya!
Tampak delapan buah meja panjang di situ, seratus orang
lebih sudah duduk menunggu, dan di tengah-tengah terlihat
empat buah kursi kosong,
Begitu si Nabi Setan-Seng Ling muncul, semua orang
segera bangkit berdiri
Tam Goat Hua memandang mereka, Dandanan mereka
sungguh aneh, persis seperti dandanan setan iblis dalam
neraka, Tam Goat Hua terkejut menyaksikan itu, sebab si Nabi
Setan-Seng Ling mengumpulkan begitu banyak kaum
golongan hitam yang berkepandaian tinggi, tentunya
mempunyai suatu tujuan.
Wajah si Nabi Setan-Seng Ling tampak berseri-seri, Dia
memandang semua orang seraya berkata.
"Silakan duduk!" Kemudian menunjuk Tam Goat Hua
sambil melanjutkan "Mungkin di antara kalian sudah ada yang
mengenai Nona ini! Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sit Kun adalah...."
Di saat si Nabi Setan-Seng Ling sedang berbicara, masih
terdengar sedikit suara, Namun ketika dia menyebut "Hwe
Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun" suasana berubah menjadi hening
dan wajah semua orang tampak terkejut.
Berselang sesaat, barulah si Nabi Setan-Seng Ling
melanjutkan
"... adalah ayahnya! Hari ini berkunjung ke mari, ini
sungguh menggembirakanku!"

705
Semua orang langsung memandang Tam Goat Hua, dan
itu membuat gadis tersebut menjadi terheran-heran
Padahal dia menerjang ke dalam istana Setan, bahkan
berusaha menolong Lu Leng, itu sudah melanggar peraturan
di istana Setan, dan merupakan suatu kesalahan yang tidak
dapat diampuni
Akan tetapi, si Nabi Setan-Seng Ling malah bersikap begitu
sungkan terhadapnya, Apakah benar ayahnya kawan baik si
Setan-Seng Ling?
Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua pun langsung
duduk, sedangkan Seng Cai dan Seng Bou terus
memandangnya dengan wajah berseri-seri,
Tam Goat Hua yakin, tidak mungkin si Setan-Seng Ling
akan menaruh racun dalam hidangan-hidangan yang disajikan
itu. Oleh karena itu, begitu si Nabi Setan-Seng Ling
mempersilakannya makan, gadis itu langsung makan dengan
lahapnya.
Dua jam kemudian, semua orang berpamit. Di ruang itu
hanya tinggal si Nabi Setan-Seng Ling, kedua putranya dan
Tam Goat Hua.
Si Nabi Setan-Seng Ling mengajak Tam Goat Hua ke ruang
lain. Ruang tersebut mirip sebuah kamar baca. Kursi meja
yang di ruangan itu juga dibikin dari batu. Diruangan itu juga
terdapat bermacam-macam barang antik dan buku. sedangkan
Seng Cai dan Seng Bou terus mengikutinya dari belakang.
Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu akan maksud tujuan
mereka, Dia ikut si Setan-Seng Ling masuk ke dalam, Setelah
duduk, si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak,

706
"Ha ha ha! Putri kawan lama sedemikian cantik, sungguh
menggembirakan!"
Tam Goat Hua melihat dia cuma mengatakan yang
bernada sungkan-sungkan saja, maka gadis itu pun menimpali
dengan kata-kata yang sungkan-sungkan.
Setelah itu, mendadak si Setan-Seng Ling mengalihkan
pembicaraannya.
"Nona Tam, kedua putraku yang tak berguna ini, kalau
dinilai dari ilmu silat, tentunya tidak dapat dibandingkan
dengan kalian kakak beradik, Namun mereka berdua sudah
cukup terkenal dalam rimba persilatan Menurut Nona Tam,
siapa di antara mereka berdua yang agak berguna? Harap
Nona Tam sudi berkata terus terang saja!"
Ketika si Nabi Setan-Seng Ling usai berkata begitu, Seng
Cai dan Seng Bou tampak tegang sekali, bahkan kemudian
mereka berdua membusungkan dada agar kelihatan gagah,
demi menarik perhatian gadis itu.
Meskipun usia Tam Goat Hua masih muda, namun cinta
terhadap lain jenis, sudah pasti mulai bersemi
Akan tetapi, gadis itu sama sekali tidak tahu akan maksud
tujuan perkataan si Nabi Setan-Seng Ling, maka hanya
merasa geli dalam hati. Sebab kedua putra Seng Ling itu,
boleh dikatakan tidak menyerupai manusia. Oleh karena itu,
dia menahan tawa seraya menjawab,
"Kedua putra Nabi Setan, sama-sama berguna."
Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum.

707
"Nona Tam tidak usah sungkan-sungkan! Hari ini aku
berjumpa dengan putri kawan lama, tentunya segalanya boleh
berterus terang, Dalam hati Nona Tam, entah menyukai yang
mana?"
Kalaupun Tam Goat Hua adalah gadis tolol, juga harus
mengerti apa yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling. seketika
wajahnya berubah kemerah-merahan, bahkan dalam hatinya
mencaci, sehingga wajah yang semula kemerah-merahan itu
tampak tak sedap dipandang.
"Maaf! Aku tidak mengerti akan ucapan Nabi Setan!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Nona Tam tidak usah merasa malu-malu.
Berdasarkan hubunganku dengan ayahmu, seandainya kami
menjadi besan, ayahmu pasti setuju."
Hati Tam Goat Hua semakin panas mendengar ucapan itu,
Rasanya ingin sekali menerjang ke arah si Nabi Setan-Seng
Ling untuk menamparnya beberapa kali, Namun tiba-tiba
gadis itu berpikir, dia memang tidak bisa membawa Lu Leng
meninggalkan istana Setan. Tapi mungkin dikarenakan urusan
ini, justru akan menimbulkan harapan untuk meraih
kesuksesan.
Oleh karena itu, dia berusaha menekan hawa
kegusarannya yang bergolak dalam rongga hatinya dan
berkata.
"Oooh!" Tam Goat Hua manggut-manggut "Ternyata Nabi
Setan bermaksud demikian!"
Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum-senyum.

708
"Nona Tam harus paham, aku tidak berniat memaksa."
Dalam hati Tam Goat Hua sudah mencaci "Setan tua
sialan", namun wajahnya malah tersenyum
"Kata Nabi Setan tidak berniat memaksa, tapi kalau orang
luar dengar, justru ada nada memaksa."
Si Nabi Setan-Seng Ling sudah pasti tahu, bahwa Tam
Goat Hua menegurnya karena memaksa,
Akan tetapi, apabila urusan ini berhasil, amat berarti bagi
si Nabi Setan, seandainya ayah Tam Goat Hua tahu akan
urusan tersebut, juga nasi sudah menjadi bubur, karena
kemauan putrinya sendiri
-ooo0ooo-
Bab 33
Si Nabi Setan-Seng Ling tersenyum dingin, kemudian
ujarnya bernada cukup keras.
"Orang luar bilang apa, itu tidak perlu dipedulikan.
Bukankah begitu, Nona Tam?"
Tam Goat Hua sudah mempunyai rencana dalam hati,
Ternyata dia ingin memperalat Seng Cai dan Seng Bou, maka
dia tetap bersabar
"Tentunya . Setan sudah punya suatu keputusan Ya, kan?"

709
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa gelak,
"Ha ha ha! Begitu aku menyinggung tentang urusan ini,
mereka berdua tidak mau saling mengalah Nona Tam, urusan
anak-anak, kami orang tua tidak bisa terlampau mencampuri
Ya, kan?"
Tam Goat Hua memandang Seng Cai dan Seng Bou,
Kedua orang itu justru sedang menatapnya dengan mata tak
berkedip, Ketika menyaksikan sikap mereka, gadis itu merasa
marah tapi juga merasa geli, Kemudian dia tersenyum kepada
mereka berdua, senyuman itu, membuat Seng Cai dan Seng
Bou seakan terbetot keluar sukmanya.
Itu tidak terlepas dari mata Tam Goat Hua. Gadis itu tahu
bahwa rencananya boleh dilaksanakan, kemudian berkata
kepada si Nabi Setan-Seng Ling.
"Nabi Setan, aku baru kenal mereka berdua...."
Berkata sampai di situ, wajah Tam Goat Hua tampak
memerah, tapi dia segera menundukkan wajahnya dalamdalam.
Menyaksikan sikap Tam Goat Hua, si Setan-Seng Ling
bergirang dalam hati, sebab urusan itu punya harapan Dia
segera menyahut perlahan
"Beralasan apa yang Nona Tam katakan, lebih baik Nona
Tam tinggal di sini beberapa hari, setelah itu barulah
mengambil keputusan sekarang waktu sudah tidak pagi lagi,
silakan Nona Tam pergi beristirahat!"
Begitu si Nabi Setan-Seng Ling usai berkata, Seng Cai dan
Seng Bou segera bangkit berdiri serentak seraya berkata,

710
"Nona Tam, aku akan menemanimu."
Sudah tak tertahan lagi Tam Goat Hua, dia tertawa geli
seketika, kemudian menyahut.
"Salah seorang di antara kalian sudah cukup, tidak perlu
sungkan-sungkan!"
Seng Cai dan Seng Bou saling memandang, lalu saling
melotot pula, Bukan main senangnya Tam Goat Hua, maka dia
segera berkata,
"Waktu masih panjang, biar Seng Cai yang mengantarku."
Ketika mendengar Tam Goat Hua berkata begitu, wajah
Seng Bou langsung berubah dan matanya melotot sedangkan
wajah Seng Cai tampak berseri-seri.
Si Nabi Setan-Seng Ling menyaksikan itu, keningnya
tampak berkerut seraya berkata.
"Nona Tam sudah mengatakan begitu, kalian berdua mau
ribut apa lagi?"
Seng Bou diam saja, tak menyahut
Seng Cai sudah melangkah ke pintu, lalu berkata dengan
lembut sekali.
"Nona Tam, mari ikut aku!"
Tam Goat Hua mengayunkan kakinya, Ketika sampai di
pintu, dia justru menolehkan kepala untuk memandang Seng
Bou sambil tersenyum,

711
Senyuman itu membuat Seng Bou tertegun hatinya
berdebar-debar tidak karuan, dan tidak mengerti makna
senyuman itu,
Sesungguhnya Kou Hun Su Seng Cai dan Sou Mia Su Seng
Bou berhati amat licik, Akan tetapi, Tam Goat Hua berpurapura
genit, membuat mereka berdua seakan kehilangan
sukma.
Walau si Nabi Setan-Seng Ling bernama cemerlang dalam
rimba persilatan, dan merupakan tokoh tingkatan tua dalam
golongan hitam, namun biar bagaimana pun, dia tetap berasal
dari golongan hitam.
Oleh karena itu, kaum rimba persilatan dari golongan putih
tidak mau bergaul dengannya.
Namun banyak juga kaum wanita dari golongan hitam
yang berharap dapat menjadi menantunya. Akan tetapi,
mereka bertiga ayah dan anak justru berpandangan amat
tinggi, sama sekali tidak mau memilih kaum wanita tersebut.
Dalam pandangan mereka, tidak menganggap mereka
berasal dari golongan hitam, hanya menganggap mereka
berkepandaian amat tinggi, Maka kalau mau punya isteri,
pihak si gadis harus berderajat seperti mereka.
Karena itu, si Nabi Setan-Seng Ling memilih Tam Goat
Hua. Sebab ayah Tam Goat Hua amat terkenal dua puluh
tahun yang lampau. Hwe Ciau Tocu, Cit Sat Sin Kun, bahkan
pernah berhubungan baik beberapa tahun dengan si Nabi
Setan-Seng Ling,
Hanya saja kemudian, karena suatu urusan, mendadak Cit
Sat Sin Kun bertobat, kembali ke jalan yang benar dan tidak

712
pernah muncul lagi dalam rimba persilatan Dua puluh tahun
kemudian, barulah dia mulai bergerak dalam rimba persilatan,
namun tidak menggunakan julukannya itu, putra dan putrinya
pun tidak tahu bahwa dulu dia merupakan seorang iblis besar,
Walau tidak lama Cit Sat Sin Kun kembali ke dalam rimba
persilatan, namun sudah tersiar berita tersebut Ketika melihat
Tam Goat Hua seorang diri menerjang ke dalam istana Setan,
itu amat cocok dengan apa yang diharapkannya dalam hati.
sedangkan Seng Cai dan Seng Bou, begitu melihat gadis itu,
langsung tergila-gila padanya, Kalau dapat memperistri Tam
Goat Hua, berarti menjadi mantu Cit Sat Sin Kun.
Coba bayangkan, apabila Cit San Sin Kun menjadi besan si
Nabi Setan-Seng Ling, Bukankah si Nabi Setan bagaikan
harimau tumbuh sayap?
Sementara Seng Cai yang mengantar Tam Goat Hua,
sudah melewati beberapa tikungan, Tak henti-hentinya Seng
Cai menyerocos, namun Tam Goat Hua tidak meladeninya,
Tak seberapa lama, tampak beberapa orang membawa lentera
menyambut mereka.
Seng Cai mengajak Tam Goat Hua ke sebuah ruang batu
yang amat indah. Setelah berada di dalam, Seng Cai terus
berdiri tidak mau keluar
Tam Goat Hua menatapnya, lalu tersenyum seraya berkata
dengan suara yang merdu.
"Saudara Seng, kenapa adikmu tadi kelihatan tidak
senang?"

713
"Hm!" dengus Seng Cai. "Peduli amat dengan dia! Dia
tidak mau berpikir dirinya tuh apa, berani mendekati Nona
Tam!"
Tam Goat Hua pura-pura menghela nafas panjang, lalu
duduk dan berkata.
"Saudara Seng, aku ingin mengatakan sesuatu
berdasarkan suara hati, namun entah harus ditujukan kepada
siapa?"
Ketika mendengar ucapan itu, pikiran Seng Cai langsung
menerawang, seketika wajahnya berubah seperti babi merah,
dan tak tahu harus mengatakan apa.
Tam Goat Hua tertawa dalam hati, lalu sengaja
menundukkan kepala, sedangkan Seng Cai termangu-mangu,
lama sekali barulah membuka muluk
"Nona Tam, bolehkah kau mengatakan kepada-ku?"
Tam Goat Hua mengerlingnya, kemudian menyahut
dengan suara nyaring bagaikan kicauan burung murai.
"Aku memang ingin mengatakan kepadamu, tapi entah
kau akan membocorkannya apa tidak?"
Seng Cai segera menyahut.
"Legakanlah hatimu, Nona Tam!"
"Percuma hanya omong di mulut saja," kata Tam Goat
Hua sambil tersenyum, tapi wajah tampak serius sekali.

714
Itu membuat Seng Cai segera menunjuk ke atas dan ke
bawah, kemudian mencetuskan sumpah,
"Kalau aku berani membocorkannya, aku pasti mati
terkena senjata rahasia beracun!"
Tam Goat Hua tertawa merdu.
"Kenapa Saudara Seng bersumpah begitu? itu tidak perlu!"
Seng Cai tertawa.
"Kalau aku tidak bersumpah, bagaimana mungkin Nona
Tam akan mempercayaiku? Nona Tam mau mengatakan apa,
katakanlah!"
Tam Goat Hua menghela nafas panjang.
"Urusan itu... menyangkut nyawa dan nama baikku, Hanya
saja entah Saudara Seng sudi membantuku atau tidak ?"
Begitu mendengar Tam Goat Hua ingin minta bantuannya
Seng Cai girang bukan main, sebab itu merupakan
kesempatan baginya, maka dia segera berkata,
"Kalaupun Nona Tam menyuruhku menerjang lautan api,
aku pasti melaksanakannya! Harap Nona Tam
mempercayaiku!"
Wajah Tam Goat Hua tampak berseri-seri. Dia menatap
Seng Cai dalam-dalam seraya berkata.
"Saudara Seng, tahukah kau apa sebabnya aku menerjang
ke dalam istana Setan ini?"

715
Seng Cai berpikir sejenak, baru kemudian bertanya.
"Apakah dikarenakan demi Lu Leng?"
Tam Goat Hua manggut-manggut, lalu menyahut dengan
terus terang,
"Aku sudah berjanji kepada seseorang, harus menolong Lu
Leng, Entah Saudara Seng sudi membantuku atau tidak?"
Mendengar ucapan itu, Kou Hun Su Seng Cai tertegun.
Untuk apa ayahnya menangkap Lu Leng, tentang itu Seng
Cai tahu semua, karena ayahnya ingin menukar suatu benda
pusaka dari Lu Sin Kong.
Ketika itu, Lu Leng sudah tertangkap, namun di tengah
jalan direbut orang, itu membuat si Nabi Setan-Seng Ling
marah besar Tentunya Kou Hun Su Seng Cai masih belum
melupakan masalah itu. Dapat diketahui begitu pentingnya diri
Lu Leng, kini Tam Goat Hua mengajukan permintaan ini,
sehingga membuat Seng Cai termangu-mangu, dan terus
memandang Tam Goat Hua dengan mulut membungkam.
Menyaksikan sikap Seng Cai, Tam Goat Hua tahu bahwa
Seng Cai merasa serba salah, maka gadis itu sengaja berkata
dengan dingin sekali.
"Kalau kau tidak mau membantu ya sudahlah! Aku akan
minta bantuan kepada orang lain."
Begitu mendengar ucapan Tam Goat Hua, Seng Cai
tampak gugup dan segera bertanya.
"Kau mau pergi minta bantuan kepada siapa?"

716
Tam Goat Hua tidak menyahut, hanya tertawa.
Seng Cai mendengus, lalu berkata.
"Cari adikku! Dia berani?"
Tam Goat Hua tertawa lagi.
"Saudara Seng, aku akan mengucapkan beberapa patah
kata, harap kau jangan gusar!"
Seng Cai melotot seraya bertanya.
"Perkataan apa?"
Tam Goat Hua menyahut dingin.
"Konon dalam rimba persilatan bahwa di dalam istana
Setan terdapat dua anak si Nabi Setan-Seng Ling, yang sulung
adalah anjing, yang bungsu adalah naga!"
Sesungguhnya dalam rimba persilatan tiada ucapan
tersebut, melainkan Tam Goat Hua yang mengucapkannya.
Begitu mendengar ucapan itu, Seng Cai mencak-mencak
dan berteriak-teriak saking penasaran.
"Omong kosong! Kalau kau tidak percaya, panggil Seng
Bou ke mari dan tanya dia berani tidak melakukan hal itu!"
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara "Krek",
pintu ruang itu terbuka. Lalu tampak sosok bayangan
berkelabat ke dalam, Tam Goat Hua dan Seng Cai tertegun.

717
setelah melihat jelas orang yang berkelebat ke dalam itu,
ternyata Seng Bou,
Wajah Seng Bou berseri aneh, Senjata aneh di tangannya
dilintangkan dekat dadanya, kemudian dia bertanya dengan
dingin,
"Bagaimana Kakak tahu aku tidak berani membantu Nona
Tam?"
Begitu melihat kemunculan Seng Bou, kegusaran Seng Cai
langsung memuncak
"Mau apa kau ke mari?"
Seng Bou tertawa dingin.
"Terus terang, aku mengikutimu di belakang, Nona Tam
minta bantuanmu, tapi kau tolak, Aku merasa tak sampai
hati...."
Seng Cai tertawa dingin beberapa kali, dan menatapnya
dingin sekali.
"Kau berani? Aku akan beritahukan kepada ayah!"
Seng Bou menyahut dingin.
"Mungkin kau sudah tidak bisa!"
Kou Hun Su Seng Cai terkejut bukan main ketika
mendengar ucapan itu. Dia memandang Seng Bou, di
wajahnya tersirat hawa membunuh yang amat berat itu

718
membuat Seng Cai bertambah terkejut, dan tanpa sadar
lermundur selangkah
Sesungguhnya kepandaian Seng Cai lebih tinggi dari Seng
Bou, namun ketika mengantar Tam Goat Hua ke ruang batu
itu, dia lupa membawa senjatanya, perlu diketahui, senjata
aneh mereka berdua telah diolesi racun.
Kini melihat di wajah Seng Bou tersirat hawa membunuh,
bagaimana hati Seng Cai tidak merasa terkejut?
Ketika Seng Cai mundur selangkah, Seng Bou maju
selangkah pula, Tam Goat Hua yang menyaksikan keadaan itu,
bukan main girangnya dalam hati, namun dia justru pura-pura
berkata.
"Kalian berdua, kenapa harus ribut gara-gara urusanku ?"
Seng Bou segera menyahut
"Nona Tam, kau tidak usah pedulikan! Dia menganggap
dirinya anak sulung, maka selalu menekan ku. Aku tidak akan
melepaskannya!"
Wajah Seng Cai langsung berubah hebat, dan dia
membentak sengit
"Kau tidak takut ayah ke mari?"
Mendadak Seng Bou mengayunkan senjatanya dan
terdengar suara "Seer"! Namun serangan itu tidak ditujukan
kepada Seng Cai, melainkan ke arah pintu batu dan terdengar
suara "Kreeek", pintu batu itu sudah tertutup kembali.

719
Setelah pintu batu itu tertutup, Seng Bou tertawa dingin
beberapa kali, dan menatap Seng Cai dengan tajam seraya
berkata.
"Urusan sudah menjadi begini, kau mau bilang apa lagi?"
Seng Cai mundur beberapa langkah, sekaligus menyambar
sebuah pot bunga yang ada di atas meja, Pot bunga itu
terbuat dari batu, bentuknya lonjong panjang, itu memang
boleh dijadikan senjata. Tapi tetap tidak bisa dibandingkan
dengan senjata yang di tangan Seng Bou, lagi pula senjata itu
beracun.
Oleh karena itu, Seng Cai tetap tidak mau bertarung.
Kemudian dengan wajahnya kehijau-hijauan dia berkata.
"Adik, seandainya kau berhasil membunuhku, bagaimana
kau melapor kepada ayah?"
Seng Bou tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha! Kau tidak perlu memusingkan itu, aku sudah
mengaturnya!"
Usai berkata. Seng Bou merogoh ke dalam bajunya
mengeluarkan suatu benda berbentuk bulat, panjangnya
hampir setengah meter dan warnanya hitam rnengki!ap,
Kemudian Seng Bou tertawa dingin seraya berkata.
"Kau kenal benda ini?"
Begitu melihat benda itu, Kou Hun Su Seng Cai tertegun,
bahkan tampak terkejut sekali.

720
"Ini... ini adalah Hek Mang So (Tabung Hitam Maut)
kepunyaan Taysan-Hek Sin Kun. Kau... kau dapat dari mana?"
Seng Cai tahu akan kelihayan benda itu, maka wajahnya
berubah hijau pucat tak menentu, dan suaranya pun menjadi
bergemetar.
Seng Bou tertawa dingin, "Kau tidak perlu tahu, Sebentar
lagi mayatmu akan berada di luar istana Setan, punggungmu
justru tertancap benda ini! Ha ha ha! Ayah bisa bilang apa?"
Kou Hun Su Seng Cai tahu bahwa adiknya berhati amat
kejam, apa yang dikatakannya pasti dilaksanakan, Maka dari
pada mati konyol lebih baik menyerang duluan,
"Adikku yang baik.,.!"
Bagian 14
Mendadak Seng Cai membentak keras, sekaligus
menyerang kepala Seng Bou dengan poi bunga batu, Karena
menyerang secara mendadak dan terburu-buru, jadi entah
jurus apa yang dikeluarkan nya, hanya terdengar suara yang
menderu-deru.
Seng Bou segera berkelit dan batas menyerang dengan
sengit Tam Goat Hua melihat mereka berdua sudah
bergebrak, dia justru khawatir Seng Bou bukan lawan Seng
Cai, maka cepat-cepat beda nya.
"Saudara Seng Bou, kau sudi membantuku?" Seng Bou
mencelat ke belakang, lalu menyahut "Tentu, Nona Tarh juga
boleh membantuku." Ketika mendengar ucapan Seng Bou,

721
Seng Cai ketakutan bukan main dan langsung berteriak. "Nona
Tam, aku juga bersedia...!" Dia ingin mengatakan "Aku juga
bersedia membantumu!", namun sebelum dicetuskan, senjata
Seng Bou sudah mengarah dadanya.
Di saat bersamaan, tanpa mengeluarkan suara Tam Goat
Hua juga melancarkan sebuah pukulan ke arah punggung
Seng Cai.
Kou Hun Su Seng Cai tidak dapat berkelit dari serangan
Tam Goat Hua, Maka punggungnya terhajar pukulan itu, dan
seketika juga dia muntah darah. j sedangkan senjata Seng
Bou berhasil menotok jalan darah Hua Kay Hiat di bagian dada
Seng Cai.
"Aaaaakh...!" jerit Seng Cai menyayat hati, lalu roboh dan
nyawanya melayang seketika.
Begitu melihat kematian Seng Cai, Seng Bou kelihatan
puas sekali, dan kemudian menancapkan Hek Mang So di
punggung Seng Cai.
"Nona Tam, asal mayat ini kita bawa keluar istana Setan,
tentu tiada seorang pun mengetahuinya.
Tam Goat Hua mengerlingnya seraya berkata.
"Saudara Seng Bou, apakah kau sudah lupa, tadi kau
sudah mengabulkan permintaanku?"
Seng Bou segera menyahut.
"Tentu ingat, Harus bawa Lu Leng keluar juga, Aku sudah
punya ide Kau tunggu di sini sebentar!"

722
Seng Bou membuka pintu ruang batu ini, lalu melesat
pergi,
Saat itu dalam hati Tam Goat Hua girang bukan main,
sebab dia tahu bahwa Seng Bou pasti pergi membebaskan Lu
Leng yang dikurung di Neraka Delapan Belas Lapis untuk
diserahkan kepadanya, kemudian dirinya dan Lu Leng bisa
secepatnya meninggalkan istana Setan.
Asal sudah meninggalkan istana Setan, ada sepuluh Seng
Bou pun Tam Goat Hua tidak akan merasa takut Setelah itu
berhasil, dia akan segera kembali ke Bu Yi San menemui orang
aneh berkedok, Di saat Tam Goat Hua sedang berpikir,
terdengar suara langkah di luar Dia yakin Seng Bou sudah
kembali, maka segera memandang ke arah pintu seraya
berseru.
"Saudara Seng...!"
Seruan Tam Goat Hua berhenti mendadak, sebab
bayangan yang muncul itu tinggi besar, bukan Seng Bou.
Lagipula orang yang tinggi besar itu kelihatan berkepandaian
amat tinggi sekali.
Setelah melihat jelas siapa yang datang itu, seketika juga
dia terkejut bukan main, sebab yang datang itu ternyata si
Nabi Setan-Seng Ling, Tam Goat Hua sama sekali tidak
menyangka, dalam keadaan seperti itu si Nabi Setan-Seng
Ling justru muncul menengoknya, Apabila dia tahu semua
kejadian itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng pasti tidak bisa
meninggalkan istana Setan selama-lamanya.
Di saat gadis itu tidak tahu harus berbuat apa, sudah
terdengar suara si Nabi Setan-Seng Ling.

723
"Nona Tam belum menutup pintu, apakah belum tidur?"
Tam Goat Hua tahu bahwa saat itu dirinya tidak boleh
gugup dan panik, maka dia berusaha menyahut dengan
tenang.
"Ya! Yang datang apakah Nabi Setan?"
Sembari menyahut Tam Goat Hua melangkah mundur,
kemudian menendang mayat Seng Cai agar bergeser ke
kolong ranjang.
Si Nabi Setan-Seng Ling berkata.
"Kalau Nona Tam belum mau tidur, aku masih ada
beberapa patah kata yang harus dibicarakan dengan Nona
Tam!"
Tam Goat Hua menyahut.
"Bagaimana kalau esok saja?"
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa.
"Aku teringat mendadak, kalau tidak bertanya sekarang,
hatiku terasa terganjel sesuatu!"
Tam Goat Hua melirik ke kolong ranjang batu. Kalau tidak
memperhatikan dengan seksama, orang tidak akan melihat
mayat Seng Cai di kolong ranjang batu, Tapi apabila si Nabi
Setan-Seng Ling tidak segera pergi, sedangkan Seng Bou
membawa Lu Leng ke mari, habislah semua itu.

724
Gadis itu tidak bisa menolak, maka terpaksa membuka
pintu itu. Si Setan melangkah ke dalam seraya bertanya,
"Nona sedang berlatih Lweekang?"
Tam Goat Hua mengangguk
"Ya."
Si Nabi Setan-Seng Ling tertawa, kemudian melangkah ke
arah ranjang batu, seketika hati Tam Goat Hua berdebardebar
tidak karuan, kemudian dia sengaja bertanya dengan
suara keras.
"Cianpwee ke mari entah ada petunjuk apa?"
Ketika melangkah ke dalam, si Nabi Setan-Seng Ling tidak
menutup pintu, sedangkan Tam Goat Hua bertanya dengan
suara keras, itu agar Seng Bou mendengarnya, apabila dia
membawa Lu Leng ke sana.
Terdengar si Nabi Setan-Seng Ling menyahut.
"Nona Tam, tadi aku menyinggung tentang ayahmu Tapi
entah bagaimana ibumu, akan baik-baik saja?"
Tam Goat Hua tertegun dan langsung bertanya,
"lbuku?"
Si Nabi Setan-Seng Ling mengangguk
"Ya. Ketika itu aku pun pernah bertemu ibumu beberapa
kali. Kepandaian ibumu amat tinggi."

725
Diam-diam Tam Goat Hua menghela nafas panjang, Si
Nabi Setan-Seng Ling kenal ibunya, namun gadis itu sendiri
malah tidak kenal sama sekali
Tam Goat Hua masih ingat, ketika mereka kakak beradik
bertanya kepada ayahnya mengenai ibu, ayahnya hanya
menjawab ngawur, belum pernah memberi jawaban yang
jelas, Hingga saat ini, siapa ibunya justru tidak tahu sama
sekali,
Tam Goat Hua dan kakaknya tahu, ayahnya tidak mau
memberitahukan tentang ibu, sudah pasti punya kesulitan,
maka mereka berdua berunding, kalau sudah besar, mereka
tidak akan mengungkit tentang ibu, karena itu dia pun
menjawab sekenanya saja.
"lbuku baik-baik saja."
Si Nabi Setan-Seng Ling menghela nafas panjang.
"Tak disangka kalian berdua sudah sedemikian besar,
padahal teringat akan urusan masa lalu, terasa seperti di
depan mata."
Hati Tam Goat Hua semakin tegang dan cemas, Si Nabi
Setan-Seng Ling ke ruang batu itu hanya mengatakan itu saja.
Bahkan kelihatan masih belum mau pergi, membuat Tam Goat
Hua sering melirik ke arah pintu,
Berselang sesaat, barulah si Nabi Setan-Seng Ling
meninggalkan ruang batu itu. Tam Goat Hua menarik nafas
lega, Walau tidak begitu lama si Nabi Setan berada di dalam
ruang batu itu, namun gadis itu merasa lama sekali.

726
Tak seberapa lama setelah si Nabi Setan-Seng Ling pergi,
Seng Bou kembali ke situ dengan membawa Lu Leng. Begitu
memasuki ruang batu itu, Lu Leng segera mendekati Tam
Goat Hua, lalu berdiri di sisinya.
Tam Goat Hua girang bukan main, kemudian berbisik.
"Lu Leng, kau tidak boleh bersuara! Saudara Seng Bou
bersedia mengantar kita keluar."
Wajah Lu Leng tampak serius sekali. Dia menatap Tam
Goat Hua seraya berkata,
"Kakak Tam, aku ingin bertanya sesuatu."
"Sesuatu apa? Tanyalah!" sahut Tam Goat Hua.
Lu Leng langsung bertanya.
"Kakak Tam, kenapa dia bersedia menolong kita? padahal
dia berasal dari golongan sesat, sedangkan golongan sesat
dan lurus tidak bisa membaur menjadi satu kan?"
Pertanyaan tersebut membuat Tam Goat Hua tertegun dan
membungkam. Gadis itu tidak menyangka, usia Lu Leng masih
begitu muda, namun menghadapi segala sesuatu tidak
ceroboh. sedangkan apa yang dilakukan Tam Goat Hua, justru
demi menye!amatkannya. Akan tetapi, apakah benar caranya
itu?
Seketika juga Tam Goat Hua teringat akan dirinya.
seandainya dia menjadi Seng Bou, sudah pasti akan menolak
permintaan tersebut Gadis itu terus berpikir, akhirnya
tersenyum seraya berkata.

727
"Lu Leng, setelah kita meninggalkan istana Setan, barulah
kukatakan kepadamu!"
Lu Leng mengangguk dan tidak banyak bicara lagi.
Tam Goat Hua memandang Seng Bou, kemudian bertanya
dengan suara rendah.
"Saudara Seng Bou, bagaimana cara kita keluar?"
Seng Bou tertawa, lalu mengeluarkan dua buah karung
hitam seraya berkata kepada Lu Leng.
"Sahabat kecil, kau terpaksa harus masuk ke dalam karung
ini, jangan merasa tersinggung!"
Lu Leng tidak mau menurut, namun Tam Goat Hua cepatcepat
memberi isyarat kepadanya, barulah Lu Leng mau
masuk ke dalam karung tersebut.
Tam Goat Hua menyeret keluar mayat Seng Cai, lalu
memasukkannya ke dalam karung lain. Seng Bou mengapit
kedua buah karung itu di bawah ketiak, lalu membawanya
keluar.
Betapa gembiranya Tam Goat Hua. Ketika dia baru mau
mengikuti Seng Bou melangkah keluar, mendadak Seng Bou
menoleh ke belakang seraya berkata.
"Nona Tam, kau tidak usah ikut keluar!"
Tam Goat Hua tertegun.
"Apa maksudmu? Aku tidak boleh keluar?"

728
Seng Bou tertawa licik.
"Aku akan mengantar Lu Leng sampai ke tangan ayahnya,
Nona Tam tidak usah melelahkan diri pergi jauh-jauh!"
Dalam hati Tam Goat Hua gusar sekali, Mereka kakak
beradik sangat licik dan kejam, bahkan banyak akal busuk
pula.
Air muka gadis itu langsung berubah, kemudian dia
berkata dengan dingin.
"Kau ingkar janji?"
Seng Bou menyahut.
"Nona Tam, aku hanya berjanji membantumu membawa
Lu Leng keluar."
Tam Goat Hua berpikir sejenak, lalu tersenyum dingin.
"Saudara Seng Bou, kalau kau tidak mengajakku sekalian,
aku pasti menyebarkan berita tentang kematian Seng Cai!"
Begitu mendengar ucapan Tam Goat Hua, air muka Seng
Bou langsung berubah.
"Nona Tam, kau pun turut mengambil bagian!"
Tam Goat Hua mengangguk.
"Tidak salah! Maka biar kita sama-sama menerima
hukuman!"

729
Seng Bou termangu-mangu, lama sekali barulah menghela
nafas panjang seraya berkata.
"Nona Tam, bukan aku tidak mau membawamu keluar,
melainkan sungguh tiada jalan!"
Melihat sikapnya, Seng Bou kelihatan tidak berdusta,
Namun gadis itu tetap tertawa dingin.
"Kau adalah majikan muda istana Setan, bagaimana
mungkin tidak bisa membawa orang keluar?"
Seng Bou serba salah, lama sekali barulah dia membuka
mulut.
"Nona Tam, kau tidak tahu satu hal. Aku sendiri pun,
tanpa memegang tanda dari ayahku tidak akan dapat
meninggalkan istana Setan,"
-ooo0ooo-
Bab 34
Ketika mendengar apa yang dikatakan Seng Bou, Tam
Goat Hua menjadi gugup dan gusar, akhirnya meludah.
"Huh! Kalau begitu, kenapa kau tidak bilang dari tadi?
sebaliknya malah pura-pura menjadi orang baik?"
Wajah Seng Bou memerah dengan mata terbelalak tak
dapat mengucapkan apa-apa. Berselang beberapa saat
kemudian barulah dia berkata,

730
"Kukira hanya asal membawa Lu Leng keluar aku sudah
berjasa padamu."
Tam Goat Hua menyahut sengit
"Hm! Setelah Lu Leng keluar dari sini, masih harus ku
antar sampai ke tangan keluarganya, Kalau kau tidak bisa
mengajakku pergi bersama, aku pasti akan menyiarkan
tentang kematian kakakmu! Lihat siapa yang akan dihukum
lebih berat, pikirkanlah baik-baik!"
Kening Seng Bou mulai mengucurkan keringat dingin, Dia
berjalan mondar-mandir, tapi tetap tidak menemukan suatu
ide.
Seng Bou tampak gugup dan panik, Begitu pula Tam Goat
Hua, malah lebih gugup dan panik dari Seng Bou. seandainya
dia tidak ikut meninggalkan istana Setan, pasti harus menikah
dengan Seng Bou,
Suasana di dalam ruangan batu itu menjadi hening,
Berselang beberapa saat kemudian, mendadak terdengar
suara dari dalam karung,
"Kakak Tam, aku punya akal."
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Akal apa? Cepat bilang!"
Lu Leng menyahut dengan suara rendah.
"Kau masuk juga di dalam karung ini, suruh dia membawa
kita keluar! Nah, beres kan?"

731
Tam Goat Hua manggut-manggut, Dia merasa akal
tersebut cukup tepat, maka memandang Seng Bou seraya
bertanya.
"Saudara Seng Bou, bagaimana menurutmu?"
Seng Bou menghela nafas panjang, lalu berkata perlahan
"Memang bisa dilaksanakan cara itu, hanya saja setelah
meninggalkan istana Setan ini, kau pun pasti meninggalkanku
pula..."
Tam Goat Hua tertawa merdu.
"Saudara Seng Bou, kau boleh berlega hati, Tiga bulan
kemudian aku pasti ke mari menengokmu."
Ketika mengatakan begitu, rasanya Tam Goat Hua ingin
mencaci nya habis-habisan.
Begitu melihat Tam Goat Hua tertawa merdu, pikiran Seng
Bou menerawang lagi, dan setelah itu barulah dia berkata.
"Baik! Baik! Hanya saja tiga bulan terlalu lama, aku akan
gila memikirkanmu."
Dalam hati Tam Goat Hua merasa gusar, tapi juga merasa
geli, kemudian ujarnya,
"Kalau begitu, aku akan secepatnya ke mari
menengokmu."
Wajah Seng Bou langsung berseri. Dia menaruh karung
yang berisi Lu Leng lalu membukanya, Kemudian sesuai

732
dengan apa yang telah mereka rencanakan Tam Goat Hua
segera masuk ke dalam karung itu.
Karena karung tersebut tidak begitu besar, maka setelah
masuk ke dalam karung itu Tam Goat Hua berhimpitan
dengan Lu Leng.
Dalam hati gadis itu, mendadak timbul suatu perasaan
aneh, Walau usia Lu Leng lebih kecil namun badannya sudah
setinggi Tam Goat Hua, itu membuat jantung Tam Goat Hua
berdetak lebih cepat. Begitu pula Lu Leng, dalam hatinya pun
timbul suatu perasaan aneh.
Sebetulnya Lu Leng ingin bertanya kepada Tam Goat Hua,
kenapa jantungnya berdetak begitu cepat. Akan tetapi, di saat
bersamaan, dia pun merasa jantungnya sendiri berdetak cepat
sekali, dan perasaan anehnya terus bergolak dalam hatinya.
Perasaan aneh itu justru membuat mereka merasa
nyaman, sehingga mereka merasa ingin lebih lama berada di
dalam karung.
Cinta kasih di antara remaja, memang cepat sekali
bersemi. Saat itu Tam Goat Hua merasa dekat sekali dengan
Lu Leng, Begitu pula perasaan Lu Leng, sehingga membuat
mereka saling menggenggam tangan erat-erat.
Sementara itu, Seng Bou sudah mengangkat karung itu
untuk dibawa keluar Terdengar suara tegur sapa kepada Seng
Bou, namun tiada seorang pun menghalanginya.
Tak seberapa lama kemudian, Tam Goat Hua dan Lu Leng
merasa agak terang di depan mata.

733
Mereka berdua tahu sudah sampai di ruang pertama istana
Setan, karena ruang tersebut dilengkapi dengan kaca,
Mendadak terdengar suara seorang wanita.
"Mau keluar?"
Seng Bou segera menyahut
"Tidak salah, harap bukakan pintu!"
Wanita itu berkata dengan dingin sekali.
"Tugasku menjaga pintu ini amat berat. Harap maaf,
apakah kau membawa tanda dari Kauwcu?"
"Tentu ada." sahut Seng Bou.
Hening sejenak, kemudian terdengar lagi suara wanita itu.
"Harap Kou Hun Su Seng Bou memaafkan aku, karena
tugas adalah tugas, Entah kedua karung ini berisi apa?"
Mendengar pertanyaan itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng
menjadi tegang, Mereka berdua saling menggenggam tangan
erat-erat.
Seng Bou tertawa.
"Aku menerima perintah dari Kauwcu untuk pergi
mengurusi sesuatu, mengenai isi kedua karung ini, aku tidak
bisa memberitahukan. Kalau kau merasa tidak tenang,
silahkan bertanya kepada Kauwcu!"
Wanita itu tertawa kering, lalu berkata.

734
"Sou Mia Su tidak perlu berkata demikian, Berhubung ada
perintah dari Kauwcu, tentu aku harus membuka pintu."
Krek! Kreeek! Terdengar suara pintu batu itu berbuka,
kemudian Tam Goat Hua dan Lu Leng merasa dibawa pergi
lagi.
Tam Goat Hua tahu mereka sudah berada di luar istana
Setan, dan itu membuatnya meluap-luap kegirangannya dan
kemudian berseru lantang.
"Hei! Sudah boleh keluarkan kami!"
Seng Bou segera menaruh karung itu. Tam Goat Hua dan
Lu Leng langsung keluar dari karung tersebut Kemudian Tam
Goat Hua menarik tangan Lu Leng seraya berkata.
"Lu Leng, mari kita pergi!"
Badannya bergerak, dia sudah melesat pergi hampir tiga
depa,
Sou Mia Su Seng Bou tidak mengejar, hanya berseru-seru
di belakang mereka.
"Nona Tam, dalam waktu tiga bulan kita berjumpa di sini,
jangan ingkar janji!"
Tam Goat Hua tertawa nyaring dan menyahut.
"Tentu! Kau tunggu saja!"
Usai menyahut, Tam Goat Hua menarik Lu Leng melesat
pergi. Gadis itu masih tertawa, karena teringat pada Seng Bou

735
yang ingin memperisterinya. itu membuat Lu Leng terheranheran,
dan kemudian bertanya.
"Kakak Tam, kenapa dari tadi kau terus tertawa sih?"
Tam Goat Hua menyahut dan masih tertawa.
"Saudara kecil, si Nabi Setan-Seng Ling menyuruhku
menikah dengan Seng Cai atau Seng Bou, bukankah itu
menggelikan?"
Begitu mendengar ucapan itu, Lu Leng langsung merasa
tegang.
"Kau mengabulkannya?"
,Ketika menyaksikan di wajah Lu Leng tersirat ketegangan,
hati Tam Goat Hua tergerak dan sengaja berkata.
"Tentu aku sudah mengabulkannya, kalau tidak,
bagaimana mungkin aku bisa menolongmu keluar?"
Seketika wajah Lu Leng berubah memerah, kemudian dia
berkata dengan suara keras.
"Kakak Tam demi menolongku baru mengabulkan! Kalau
begitu lebih baik aku kembali ke istana Setan saja!"
Lu Leng membalikkan badannya, lalu berlari ke arah istana
Setan.
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua dan seketika dia
berseru-seru.

736
"Goblok! Cepat kembali, aku cuma membohongimu!"
Lu Leng langsung berhenti Karena berhentinya terlalu
mendadak, sehingga membuatnya terjatuh.
Buuk!
Tam Goat Hua segera melesat ke arahnya, lalu
membangunkannya. Gadis itu merasa geli dalam hati.
Lu Leng membersihkan pakaiannya, kemudian
memandang Tam Goat Hua seraya bertanya.
"Kakak Tam, sungguhkah kau membohongiku?"
Tam Goat Hua tertawa sambil menyahut.
"Tentu, Bagaimana mungkin aku akan menikah dengan
mereka?"
Wajah Lu Leng tampak berseri, namun kemudian dia
mendadak bertanya.
"Kalau begitu, Kakak Tam akan menikah dengan siapa?"
Pertanyaan tersebut membuat wajah Tam Goat Hua
memerah, dan gadis itu berpaling ke tempat lain. "Phui! Aku
tidak mau bicara lagi denganmu!"
Barulah Lu Leng sadar, bahwa pertanyaannya tadi
memang keterlaluan seketika wajahnya memerah, lama sekali
dia membungkam.

737
Perlahan-lahan Tam Goat Hua menolehkan kepala untuk
memandang Lu Leng, yang kebetulan juga sedang
memandangnya, maka pandangan mereka beradu dan
kemudian mereka tersenyum.
Tam Goat Hua berkata dengan suara rendah.
"Saudara kecil, selanjutnya kau tidak boleh berkata begitu
lagi!"
Wajah Lu Leng masih kemerah-merahan.
"Kakak Tam, aku... aku harap kau jangan menikah!"
Tam Goat Hua terbelalak. Dia menatap Lu Leng dengan
penuh rasa heran.
"Mengapa?"
Wajah Lu Leng bertambah merah.
"Jadi... aku boleh selalu bersamamu!"
Begitu mendengar sahutan Lu Leng, Tam Goat Hua
tampak malu-malu, namun hatinya justru berbunga-bunga.
Mereka diam sejenak. Dalam hati masing-masing telah
bersemi cinta kasih, Lama sekali barulah Tam Goat Hua
berkata.
"Mari kita cepat melakukan perjalanan!"
Lu Leng segera bertanya.

738
"Kita mau ke mana?"
Tam Goat Hua menyahut
"Pokoknya ikutilah aku!" Mereka bergandengan tangan
berjalan ke depan. Tiba di sebuah jalan, barulah Tam Goat
Hua menutur tentang kejadian di Bu Yi San dan lain
sebagainya.
Betapa terharunya Lu Leng setelah mendengar penuturan
itu. Dia memandang Tam Goat Hua seraya berkata.
"Kakak Tam, kita bukan sanak famili, kenapa kau mau
menempuh bahaya demi diriku? Aku sungguh menyesal tidak
bisa lebih awal mengenalmu!"
Tam Goat Hua tertawa.
"Kau mau kenal aku lebih awal pun tidak bisa."
Lu Leng tercengang.
"Kenapa?"
Tam Goat Hua menyahut serius.
"Sebab belum waktunya."
Lu Leng manggut-manggut, Kemudian dia pun menutur,
ketika dia di Hou Yok, menganggap Han Giok Shia sebagai
Tam Goat Hua, akhirnya dia nyaris mati di tangan gadis itu.
Setelah menutur, dia berkata sengit.

739
"Kakak Tam, ibuku mati di tangan ayahnya! Dia pun telah
menyiksa dan ingin membunuhku! pokoknya aku tidak akan
melepaskannya!"
Walau belum lama Tam Goat Hua mengenal Lu Leng,
namun gadis itu tahu hati anak itu amat keras, apa yang
dikatakan pasti dilaksanakannya, sedangkan Tam Goat Hua
pun nyaris mati oleh pecut emas kepunyaan Han Giok Shia,
Maka dendam mereka menjadi dalam sekali.
Akan tetapi, Tam Goat Hua teringat akan hubungan
kakaknya dengan Han Giok Shia, maka, diam-diam dia
menghela nafas panjang, karena di antara mereka terdapat
suatu dendam yang amat dalam.
Karena melihat Tam Goat Hua diam saja, maka Lu Leng
lalu bertanya.
"Kakak Tam sedang memikirkan apa?"
Tam Goat Hua tertawa.
"Tidak, ayahmu di Sian Jin Hong berharap kita segera ke
sana, Kemungkinan besar mereka masih belum bubar."
Lu Leng manggut-manggut.
"Kalau begitu, alangkah baiknya kita segera melanjutkan
perjalanan"
Karena mereka saling menuturkan pengalaman masingmasing,
maka saat ini haripun sudah terang benderang, Tak
seberapa lama kemudian, mereka sudah sampai di sebuah
kota,

740
"Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan perut
kosong, lebih baik kita makan dulu, lalu membeli dua ekor
kuda. Bagaimana?" tanya Tam Goat Hua sambil tertawa.
Lu Leng mengangguk.
"Bagus! Tapi... kau punya uang perak?"
Ketika mendengar pertanyaan itu. Tam Goat Hua langsung
menarik kembali kakinya yang telah melangkah ke dalam pintu
rumah makan.
"Celaka! Tidak punya uang perak, bagaimana mungkin kita
bisa mengisi perut?"
Di saat mereka berdua kebingungan mendadak dari dalam
rumah makan berjalan keluar beberapa orang berpakaian
mentereng, Salah seorang dari mereka berkata sambil
tertawa,
"Kemarin aku membeli seekor burung beo, Sudah bisa
bicara, harganya delapan puluh tael perak!"
Mendengar kata-kata itu Tam Goat Hua segera berbisik
kepada Lu Leng dengan wajah serius.
"Sudah ada!"
Usai berkata begitu, Tam Goat Hua menerobos ke arah
orang-orang tersebut seraya berseru-seru.
"Permisi! permisi!"

741
Mereka adalah orang-orang yang selalu bertindak
sewenang-wenang di kota itu, Ketika melihat ada orang
menerobos, mereka melotot dan mau mencaci, namun begitu
melihat yang menerobos itu seorang gadis cantik jelita, wajah
mereka berubah menjadi berseri dan ingin menggodanya.
Akan tetapi, Tam Goat Hua bergerak cepat sekali, maka
sebelum mereka menggodanya, gadis itu telah menerobos
melewati mereka memasuki rumah makan itu, sekaligus
melambai-lambaikan tangannya ke arah Lu Leng, Anak itu
segera masuk ke dalam kemudian mereka berdua naik ke
loteng.
Begitu sampai di loteng, Tam Goat Hua menjulurkan
tangannya seraya berkata kepada Lu Leng.
"Saudara kecil, lihat apa ini?"
Lu Leng melihat, ternyata di tangan Tam Goat Hua
terdapat sebuah kantong uang, gadis itu mencopet dari orang
itu.
Mereka berdua tertawa, lalu duduk di tempat dekat
jendela, Pelayan rumah makan segera menghampiri mereka,
Tam Goat Hua memesan beberapa macam hidangan, Setelah
itu, dia memandang ke bawah melalui jendela, Terlihat
beberapa orang itu membelok ke sebuah tikungan
Kelihatannya orang itu sama sekali tidak tahu telah kehilangan
kantong uangnya.
Tam Goat Hua tertawa.
"Mereka adalah orang-orang kaya yang tak pernah
berbuat kebaikan Dicopet sedikit uang perak mereka, juga
tidak apa-apa."

742
Tam Goat Hua membuka kantong uang itu, Ternyata berisi
delapan tael uang emas. Selain uang emas itu, masih terdapat
sebuah benda lain.
Begitu melihat benda tersebut, Lu Leng tercengang dan
bertanya.
"Eh? Benda apa itu?"
Dia menjulurkan tangannya mengambil benda tersebut,
ternyata dibikin dari emas, bentuknya seperti tengkorak.
Ketika melihat benda itu, air muka Tam Goat Hua
langsung berubah. Ternyata dia teringat akan seseorang.
Lu Leng mendongakkan kepala, Dia ingin bertanya kenapa
orang itu menyimpan benda tersebut, namun dia justru
melihat air muka Tam Goat Hua berubah hebat.
"Kakak Tam...." Lu Leng terheran-heran, "Kau kenapa?"
Tam Goat Hua menyahut dengan suara rendah.
"Cepat simpan benda itu!"
Lu Leng tidak tahu apa yang terjadi, Dia segera
menyimpan benda itu ke dalam bajunya. Di saat bersamaan,
gadis itu melanjutkan ucapannya.
"Ada seorang tak punya nama dan marga, dia dipanggil
Kim Kut Lau (Si Tengkorak Emas), kau tahu itu?"

743
Walau Lu Leng belum pernah berkecimpung dalam rimba
persilatan, namun sering mendengar dari ayahnya mengenai
tokoh-tokoh rimba persilatan, maka dia langsung menjawab,
" Pernah dengar"
"Orang tersebut..." Tam Goat Hua memberitahukan. "
pernah bertikai denganku Tengkorak emas itu adalah tanda
pengenalnya, Tapi sungguh mengherankan, bagaimana
Tengkorak Emas itu bisa berada di dalam kantong uang orang
tersebut? Saudara kecil, kau harus memperhatikan mulut
tangga itu. Kalau dia muncul, kita harus berhati-hati, sebab
aku tak dapat melawannya!"
Lu Leng manggut-manggut Tak seberapa lama kemudian,
semua hidangan pesanan Tam Goat Hua sudah disajikan
Mereka berdua segera bersantap dengan lahap sekali Di saat
bersamaan, terdengar suara langkah yang hiruk-pikuk di
tangga loteng, sehingga loteng itu guncang tak hentihentinya.
Tam Goat Hua dan Lu Leng mendongakkan kepala,
Tampak seorang berbadan amat gemuk membawa sebuah
pikulan batu. Di belakangnya ikut pula dua orang, mereka
sedang menuju loteng,
Ketika melihat orang berbadan amat gemuk itu, Lu Leng
cepat-cepat menundukkan kepala seraya berkata dengan
suara rendah.
"Kakak Tam, si Gemuk itu adalah Yu Lao Pun, ketua Tay
Chi Bun. Dia bukan orang baik, Kalau bukan karena dia, aku
tidak akan dikurung di istana Setan."

744
Tam Goat Hua manggut-manggut "Aku sudah tahu dan
pernah bertemu mereka di Sian Jin Hong. Entah mau apa
mereka ke mari? jangan sampai mereka tahu kita berada di
sini!" Lu Leng mengangguk dan berkata, "Si Gemuk itu
menganggap dirinya dari golongan lurus, namun
perbuatannya justru amat rendah sekali Rasanya aku ingin
mempermainkannya!"
Tam Goat Hua tertawa cekikikan
"Hi hi hi! Kau tenang saja! Aku sudah punya ide!"
Sampai di loteng, si Gemuk Yu Lao Pun menaruh pikulan
batunya ke bawah. para tamu yang ada di loteng saling
memandang, tapi semuanya diam saja, Melihat pikulan batu
itu beratnya paling sedikit empat ratus kati, pertanda si
Gemuk bukan orang biasa!
Yu Lao Pun duduk, kemudian berteriak-teriak minta arak
dan makanan, Pelayan rumah makan itu . segera
menghampirinya. Maka, Yu Lao Pun mengeluarkan setael
uang perak lalu diberikan kepada-nya.
Begitu tahu si Gemuk amat royal, pelayan itu langsung
memanggilnya Tuan besar dan "Tuan besar lagi! Tak lama
pelayan itu mulai menyajikan arak dan makanan pesanan si
Gemuk itu,
Menyaksikan situasi itu, Tam Goat Hua tertawa kecil
seraya berkata dengan suara rendah.
"Sudah saatnya!"

745
Tam Goat Hua mematah ujung sebatang sumpit,
kemudian disentilkannya ke arah jalan darah Siau Yau Hiat di
pinggang pelayan.
Sementara pelayan itu sedang membungkukkan badannya
menaruh semangkok masakan kuah ke atas meja dengan
sikap hormat sekali Siapa sangka di saat bersamaan justru ada
seseorang berkepandaian tinggi berbuat usil terhadapnya,
Patahan ujung sumpit itu meluncur cepat bagaikan kilat,
dan dalam waktu sekejap sudah mengenai jalan darah Siau
Yau Hiat pelayan itu. .
Pelayan itu merasa pinggangnya dikilik-kilik, membuatnya
merasa geli dan ingin tertawa, Dia tahu bahwa saat ini tidak
boleh tertawa, namun jalan darah Siau Yau Hiat telah
diterjang patahan ujung sumpit, bagaimana mungkin dia
dapat menahan tawanya?
"Ha hal Hi hi...!" Pelayan itu tertawa gelak.
Itu membuat tangannya yang memegang semangkok
masakan kuah menjadi bergoyang-goyang, akhirnya kuah itu
menyiram Yu Lao Pun.
Yu Lao Pun tergolong tokoh tua yang berkepandaian amat
tinggi, Kalau dia bersiap, tentunya tidak mungkin masakan
kuah itu akan dapat menyiram badannya, Namun saat ini, dia
justru sedang bersantap dengan lahapnya, sama sekali tidak
menduga akan terjadi hal seperti itu.
Ketika merasa ada kuah panas mengarah dirinya, tangan
Yu Lao Pun cepat-cepat menekan meja, lalu meloncat ke
belakang selangkah.

746
Braak!
Mangkok itu jatuh di lantai dan pecah berkeping keping,
sedangkan masakan kuah yang di dalamnya justru menyiram
badannya,
Bahkan muka Yu Lao Pun juga tersiram kuah itu, sehingga
terasa panas dan pedih. Betapa gusarnya Yu Lao Pun. Dia
langsung melancarkan sebuah pukulan ke arah pelayan yang
masih terus tertawa itu. Meskipun pukulan itu dilancarkannya
tidak dengan sepenuh tenaga, namun bagaimana mungkin
pelayan yang tak pandai silat itu dapat menahannya?
Buk! Muka pelayan itu terpukul sehingga langsung
membengkak bahkan tubuhnya terpental ke arah mulut
tangga loteng. Tak ampun lagi pelayan itu terguling-guling ke
bawah. Kebetulan di tangga itu ada seseorang sedang naik.
Orang itu menjulurkan tangannya untuk menangkap pelayan
tersebut
Sementara Yu Lao Pun sibuk membersihkan pakaiannya,
maka tidak memperhatikan ada orang menahan pelayan yang
jatuh terguling itu,
Sedangkan Tam Goat Hua dan Lu Leng menahan tawanya,
Ketika melihat kemunculan orang itu, air muka Tam Goat Hua
berubah dan dia langsung menundukkan kepala.
Itu tidak terlepas dari mata Lu Leng, Dia segera
memandang ke mulut tangga itu. Dilihatnya seorang lelaki
berusia empat puluhan sedang menaiki tangga. Lelaki itu
memakai jubah panjang, yang di bagian dadanya terdapat
sulaman Tengkorak Emas,

747
Ketika melihat sulaman itu, Lu Leng sudah menduga orang
itu pasti Kim Kut Lau. Maka dia menjadi tegang dan keningnya
berkerut-kerut.
Kim Kut lau tertawa panjang, dan kemudian berkata.
"llmu pukulan yang luar biasa! Sungguh luar biasa!"
Padahal Yu Lao Pun masih dalam keadaan gusar, Tapi
begitu mendengar suara tawa itu, tersentaklah hatinya dan dia
segera mendongakkan kepala. Terlihat Kim Kut Lau, musuh
beratnya berdiri di situ, membuatnya terkejut bukan kepalang.
Kim Kut Lau menatapnya seraya berkata, "Kalau bukan
musuh berat, tentunya tidak akan berjumpa, Ya, kan?"
Saat itu pakaian Yu Lao Pun masih basah karena tersiram
kuah, Tapi begitu melihat Kim Kut Lau, dia tidak
memperdulikan pakaiannya lagi, melainkan langsung maju
selangkah sambil mengangkat pikulan batunya,
"Tidak salah!" sahutnya dingin. "Tak disangka kita
berjumpa di sini!"
Kim Kut Lau tertawa sambil duduk, lalu berkata, "Yu Lao
Pun harap tenang, di sini bukan tempat bertarung! Kita ke
mari hanya demi Lu Leng. Sampai waktunya barulah kita
bergebrak, itu tidak akan terlambat sekarang aku harap kau
kembalikan Tengkorak Emas itu!"
Begitu mendengar perkataan Kim Kut Lau, Tam Goat Hua
dan Lu Leng tertegun dan saling memandang. sedangkan Yu
Lao Pun segera menyahut dengan gusar sekali,

748
"Tengkorak Emas apa? Kau mempermainkan diriku,
apakah aku sedemikian gampang melepaskannya
Ternyata Yu Lao Pun mengira bahwa kejadian tadi adalah
perbuatan Kim Kut Lau, sebab memang sungguh kebetulan
ketika peristiwa itu terjadi Kim Kut Lau tengah menaiki tangga.
Sesungguhnya semua itu adalah perbuatan Tam Goat Hua,
namun mereka berdua justru saling menuduh, sehingga
membuat gadis itu nyaris tertawa geli,
Kim Kut Lau tertawa dingin.
"Aku punya seorang kawan di masa kecil, tapi kini dia
sudah menjadi hartawan di kota ini. Aku khawatir kaum rimba
persilatan akan mengganggunya, maka kuhadiahkan sebuah
Tengkorak Emas kepadanya. Namun hari ini barang itu hilang
mendadak di sekitar tempat ini. Selain kau, tentu tiada orang
lain akan turun tangan terhadapnya. Tak disangka sama
sekali, ketua Tay Chi Bun justru menjadi seorang pencopet!"
Yu Lao Pun masih dalam keadaan gusar Kini dia dituduh
oleh Kim Kut Lau mencopet Tengkorak Emas, Maka sudah
barang tentu kegusarannya semakin memuncak, dan dia
langsung membentak
"Kentut!"
Setelah itu, dia pun mengayunkan pikulan batunya, Saking
cepatnya ayunan itu, timbullah angin yang menderu-deru.
Wajah Kim Kut Lau berubah, kemudian dia bertanya
dengan dingin.
"Mau bertarung?"

749
Yu Lao Pun maju selangkah seraya menyahut
"Memang mau bertarung, bagaimana?"
Yu Lao Pun tahu jelas bahwa dirinya tidak akan mampu
mengalahkan Kim Kut Lau. Entah sudah berapa kali mereka
bertarung di gunung Tian Bok San timur dan barat, tapi Yu
Lao Pun selalu kalah Kini kegusarannya sudah memuncak,
maka dia tidak berpikir panjang lagi,
Ketika Yu Lao Pun baru mau menyerang, mendadak
terdengar suara yang amat tak sedap didengar, membuat
orang menjadi muak mendengarnya.
"Sungguh besar sekali kemarahan tuh!"
Yu Lao Pun sudah amat berpengalaman Begitu mendengar
suara itu, dia sudah tahu bahwa pendatang itu memiliki
Lweekang yang tinggi sekali, maka dapat mengeluarkan suara
seperti itu,
Oleh karena itu, dia segera mundur selangkah sambil
menolehkan kepalanya, Dilihatnya sosok bayangan hitam
berkelebat kemudian seseorang sudah berdiri di samping Kim
Kut Lau.
Orang itu mengenakan pakaian serba hitam. Badannya
kurus kering dan sepasang matanya cekung, Begitu melihat
orang itu, Yu Lao Pun sudah mengenalinya, yang tidak lain
adalah Thaysan Hek Sin Kun.
Di puncak Sian Jin Hong guru Su Yi San, Hek Sin Kun dan
Kim Kut Lau berdua tiba di dahan pohon, Semua orang yang
berada tempat itu menyaksikannya. padahal mengenai asalusul
Kim Kut Lau, tiada seorang pun tahu, Namun dalam

750
pertemuan itu, semua orang justru sudah tahu bahwa Kim Kut
Lau mempunyai hubungan dengan Hek Sin Kun.
Oleh karena itu, Yu Lao Pun terkejut bukan kepalang,
Sebab Hek Sin Kun lebih sulit dihadapi daripada Kim Kut Lau.
Lagipula Hek Sah Ciang (llmu pukulan Pasir Hitam) yang
dilatihnya telah mencapai tingkat ke sembilan, Siapa yang
terkena ilmu pukulan tersebut, pasti terluka berat, Kecuali
orang yang telah memiliki Lweekang yang amat tinggi,
mencapai tingkat Kim Kong Put Huai (Badan Yang Kebal
Terhadap Racun, Senjata Tajam Dan Pukulan), barulah dapat
menahan ilmu pukulan itu, Dalam keadaan seperti itu, Yu Lao
Pun tahu bahwa dirinya bukan lawan mereka. itu membuatnya
menjadi gugup, sehingga tak dapat mengucapkan sepatah
kata pun.
Kim Kut Lau berkata dengan dingin sekali,
"Yu Lao Pun, sudah kukatakan dari tadi, di sini bukan
tempat untuk bertarung! Lagipula kalau mau bertarung, kau
masih tidak setimpal Lebih baik kau cepat-cepat
mengembalikan barang yang kau copet itu!"
Saat itu, para tamu sedang bersantap, Begitu melihat
tokoh rimba persilatan mau bertarung di loteng segera saja
mereka langsung berubah pucat pias, di antara mereka tiada
seorang pun berani turun ke bawah lewat di dekat Yu Lao
Pun. Mereka mundur ke sudut. sesungguhnya Tam Goat Hua
dan Lu Leng tidak merasa takut, tapi khawatir menarik
perhatian orang, Mereka berdua membaur dengan para tamu,
menjulurkan kepala memandang keluar.
Meskipun dituduh melakukan perbuatan serendah itu oleh
Kim Kut Lau, namun Yu Lao Pun sama sekali tidak berani

751
melampiaskan kegusarannya, hanya wajahnya tampak
kehijau-hijauan dan lama sekali baru membuka mulut,
"Aku sungguh tidak melihat Tengkorak Emas itu."
Kim Kut Lau mengerutkan kening. Wajahnya kelihatan
tercengang seraya bertanya. "Kau sungguh tidak melihat?" Yu
Lao Pun menyahut seakan bersumpah, "Siapa yang mencuri
barangmu, pasti mampus disambar geledek!"
Mendengar ucapan itu, kening Tam Goat Hua langsung
berkerut Apa yang diucapkan Yu Lao Pun, justru mengenai
dirinya.
Sedangkan Kim Kut Lau tahu bahwa Yu Lao Pun adalah
ketua Tay Chi Bun. Yu Lao Pun berani bersumpah, berarti
bukan dia yang mencuri barangnya. Kim Kut Lau dan Hek Sin
Kun saling memandang, Kelihatannya mereka akan
meninggalkan rumah makan itu,
Tam Goat Hua merasa bersyukur karena mereka tidak
melihatnya. Akan tetapi, mendadak ada sebuah tangan
menekan bahunya,
Semula Tam Goat Hua mengira tangan Lu Leng, Dia tidak
begitu memperhatikannya, namun tetap menoleh.
Gadis itu sungguh gugup dan panik. Sebelum menolong Lu
Leng keluar dari istana Setan, dia tidak begitu menaruh
perhatian kepadanya, Namun setelah berhasil menolongnya
keluar dari istana Setan dan sama-sama berada di dalam
karung dia mulai menaruh perhatian besar terhadap Lu Leng,
Ketika menoleh, dia tertegun karena Lu Leng tidak berada
di sisinya, entah pergi ke mana,

752
Betapa terkejutnya gadis itu. Dia langsung menggeserkan
bahunya, sekaligus menerjang ke belakang,
Tam Goat Hua bergerak begitu cepat, tapi orang yang
menekan bahunya sudah tidak kelihatan sebaliknya malah
terdengar jeritan seorang lelaki yang berdiri di belakangnya,
Ternyata terjangannya tadi mengenai perut lelaki tersebut
Lelaki itu tidak pandai ilmu silat, maka dia mendekap
perutnya sambil merintih-rintih kesakitan sedangkan Tam Goat
Hua bergerak cepat berputar di situ, namun tetap tidak
melihat Lu Leng,
Ketika lelaki itu menjerit kesakitan, Kim Kut Lau sudah
mengarah ke sana, kemudian berseru.
"Saudara Hek, jangan kau lepaskan gadis itu, aku sedang
mencarinya!"
Suara seruan Kim Kut Lau amat nyaring, akan tetapi, Tam
Goat Hua sama sekali tidak mendengar-nya, sebab dia sedang
kebingungan karena kehilangan Lu Leng, Dia berdiri di dekat
jendela memandang keluar Dilihatnya di tikungan jalan
sepertinya ada bayangan berkelebat Tam Goat Hua segera
melesat keluar melalui jendela itu.
Ketika sepasang kakinya menginjak tanah, terdengar suara
"Ser Ser" dari jendela, Tampak dua orang melesat keluar
mengikutinya,
Kedua orang itu adalah Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun.
Namun Tam Goat Hua tidak tahu ada orang mengikutinya,
karena pikirannya hanya ingin mengejar orang yang menculik
Lu Leng, Gadis itu sudah menikung di jalan itu, lalu melesat ke
depan. Dalam waktu sekejap dia sudah meninggalkan kota itu,

753
-ooo0ooo-
Bab 35
Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu, sosok bayangan
yang dilihatnya di tikungan jalan tadi menuju ke mana,
Dia berhenti sejenak, kemudian melesat lagi. setelah
beberapa mil kemudian barulah dia merasa ada orang
mengejarnya.
Begitu merasa ada orang mengejarnya Tam Goat Hua
langsung tahu, kalau bukan Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau,
pasti Yu Lao Pun.
Seketika juga dia mengayunkan sepasang rantai yang
melekat di lengannya, mengarah pada dua buah batu, setelah
itu disentaknya ke belakang, Kedua buah batu itu melayang ke
belakang, maksud Tam Goat Hua untuk menahan orang yang
mengejarnya di belakang.
Mendadak dia mendengar suara "Bum Bum" di belakang,
Tam Goat Hua terkejut dan langsung menoleh ke belakang,
Ternyata kedua buah batu itu telah hancur
Dia mendongakkan kepala. Dilihatnya Kim Kut Lau dan
Hek Sin Kun telah berdiri beberapa depa di depannya.
Betapa benci dan gusarnya dalam hati Tam Goat Hua. Hari
itu tiada sebab apa-apa dia ditangkap Kim Kut Lau, lalu
dikurung di rumah batu di bagian barat gunung Thian Bok
San. Kalau tidak ditolong oleh Lu Sin Kong dan isteri nya
mungkin hingga saat ini dia masih terkurung di rumah batu
tersebut

754
Kini dia sedang mencari Lu Leng, justru muncul Kim Kut
Lau mencari gara-gara dengannya, Maka, saking gusar dia
langsung mencaci
"Kim Kut Lau, mau apalagi kau ke mari?" Kim Kut Lau
menyahut "Kembalikan dulu Tengkorak Emas itu, baru kita
bicara!"
"Phui!" Tam Goat Hua meludah, sekaligus mengayunkan
rantai besinya ke arah Kim Kut Lau.
Kim Kut Lau menjulurkan tangannya ingin menangkap
rantai besi itu, tapi di saat bersamaan, Tam Goat Hua justru
menariknya kembali Kemudian mendadak mencelat ke
belakang dan cepat-cepat melesat pergi.
Belasan depa kemudian, Tam Goat Hua mendengar suara
tawa di belakangnya, ternyata Hek Sin Kun yang tertawa,
"He he he! Kalau kau bisa kabur, apakah kami masih
punya muka bertemu orang?"
Tampak sosok bayangan hitam melesat lewat di sisi Tam
Goat Hua. Orang itu ternyata Hek Sin Kun, yang kemudian
berdiri di depan gadis itu.
Tam Goat Hua tersentak dan langsung menghentikan
langkahnya, padahal gadis itu memiliki ilmu Ginkang yang
amat tinggi, namun Hek Sin Kun dapat mengejarnya, pertanda
ilmu Ginkang Hek Sin Kun jauh lebih tinggi,
Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya tidak akan dapat
meloloskan diri. Dia menoleh ke belakang, Kim Kut Lau juga
sudah berdiri di belakangnya,

755
Gadis itu tertawa seraya berkata.
"Memang tidak sulit kalian berdua ingin mengejarku !"
Kim Kut Lau tertawa dan menyahut
"Tidak salah!"
Kim Kut Lau maju sekaligus menjulurkan tangannya
mengarah bahu Tam Goat Hua.
Kim Kut Lau pernah mengurung Tam Goat Hua di rumah
batu, Gadis itu sama sekali tidak tahu, Kim Kut Lau ingin
memperoleh apa dari dirinya, Saat ini, dia tetap tidak tahu
mengapa Kim Kut Lau masih mencari gara-gara dengannya,
Ketika melihat Kim Kut Lau menjulurkan tangannya, Tam
Goat Hua tidak tinggal diam, langsung mengayunkan rantai
besinya.
Kim Kut Lau tertawa dingin,
"Tak kusangka hari itu aku membelenggumu dengan
sepasang rantai besi, kini justru kau jadikan suatu senjata
aneh."
Di saat Kim Kut Lau berkata begitu, kebetulan Tam Goat
Hua melihat sebuah rimba di pinggir jaian, maka tergeraklah
hatinya,
Tam Goat Hua tertawa.
"Kalau begitu, aku harus berterimakasih kepadamu?"

756
Usai berkata begitu, mendadak Tam Goat Hua melesat ke
arah rimba itu, akan tetapi, sebelum kakinya menginjak tanah,
sudah terdengar orang tertawa dingin di belakangnya,
ternyata Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun berada di depan dan di
belakangnya, jadi gadis itu terkurung di tengah-tengah,
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua tersenyum getir
"Kim Kut Lau, sebetulnya kau mau apa?"
Kim Kut Lau tertawa, "Tetap ucapan itu, ayahmu hutang
suatu barang kepadaku, maka aku harus mencari dari
badanmu!"
Tam Goat Hua langsung mencaci
"Kentut! Bagaimana mungkin ayahku punya hutang suatu
barang kepadamu? Omong kosong!"
Kim Kut Lau menyahut
"Ayahmu memang punya banyak hutang kepadaku.
Namun karena kita masih famili, maka hutang yang lain tidak
kutagih, hanya yang satu ini harus kuperoleh kembali! Karena
itu, kau harus kusandera agar dapat kuperoleh kembali barang
itu!"
Mendengar itu, Tam Goat Hua betul-betul penasaran dan
merasa geli, sebab si Nabi Setan-Seng Ling mengaku sebagai
kawan baik ayahnya, sedangkan Kim Kut Lau mengaku
sebagai famili,
Tam Goat Hua tertawa,

757
"Kau dengan kami punya hubungan famili apa? Harap
dijelaskan!"
Kim Kut Lau tertawa gelak.
"Ha ha ha! Sudah lama aku menunggu pertanyaanmu ini!
sesungguhnya kita famili dekat, aku pamanmu, kakak ibumu!"
Tam Goat Hua tertegun dan membungkam. Kim Kut Lau
adalah kakak ibunya? sementara Kim Kut Lau melanjutkan
"Ayahmu yang belum mampus itu tidak mau mengaku
diriku sebagai iparnya, tapi aku tidak peduIi! Kau mau
memanggilku paman atau tidak, aku pun tidak peduli! Hari ini
kau jangan harap bisa lolos dari tanganku!"
Tam Goat Hua menahan kegusarannya, Apa yang
dikatakan Kim Kut Lau, membuatnya tidak habis pikir Dia
percaya tapi juga bercuriga, Sebab tidak mungkin Kim Kut Lau
mau mengaku itu, kalau tidak benar
Gadis itu tertawa paksa,
"Kalau benar kau pamanku, apakah boleh dengan cara
demikian terhadap diri ku?"
Kim Kut Lau tertawa.
"lni sulit dikatakan!"
Sembari berkata, Kim Kut Lau melancarkan sebuah
pukulan ke arah pinggang Tam Goat Hua.

758
Jurus itu amat aneh, sebab, kelihatannya Kim Kut Lau
ingin memeluk Tam Goat Hua.
Bukan main terkejutnya gadis itu, Karena dia sama sekali
tidak bisa berkelip akhirnya dia menghimpun hawa murninya.
Mendadak badannya melambung ke atas, maka serangan Kim
Kut Lau mengenai tempat kosong.
Akan tetapi, ketika badannya melambung ke atas, Tam
Goat Hua merasakan adanya tenaga yang amat kuat menekan
bahu nya.
Gadis itu segera menoleh. Dilihatnya Hek Sin Kun berada
di belakangnya sedang mencelat ke atas pula dan sebelah
tangannya menekan bahu gadis itu.
Tam Goat Hua pun melihat telapak tangan Hek Sin Kun
hitam sekali, itu dikarenakan Hek Sin Kun telah berhasil
menguasai ilmu pukulan Hek Sah Ciang.
Oleh karena itu, Tam Goat Hua tidak berani melawan,
Meskipun merasa gusar dan penasaran, namun gadis itu tetap
melayang turun, Hek Sin Kun berkata sungguh-sungguh, "Asal
kau tidak mengeluarkan akal busuk, aku tidak akan
melukaimu. Legakanlah hatimu!"
Tam Goat Hua menyahut dengan rasa kesal.
"Terimakasih atas kebaikanmu Kau sedemikian baik
terhadapku, apakah juga familiku?"
Ucapan itu berupa sindiran, namun sungguh di luar
dugaan, Hek Sin Kun justru manggut-manggut.
"Tidak salah, aku paman tuamu."

759
Tam Goat Hua melongo, Dia memandang Hek Sin Kun.
Tampak wajah Hek Sin Kun begitu serius, tidak mirip sedang
bergurau.
"Jadi kalian berdua kakak beradik?"
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau menyahut hampir serentak.
"Betul!"
Mengenai ibunya, Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu,
Kini muncul kedua paman itu, betul-betul di luar dugaannya.
Tam Goat Hua tertawa dingin,
" Kalian berdua, mau kalian apakan keponakan kalian ini?"
Kim Kut Lau berkata sambil tertawa.
"Keponakan yang baik, itu tergantung padamu. Kau
bersedia mengembalikan barang kami atau tidak?"
" Kalau begitu, kenapa kalian berdua mengurungku di sini?
Apakah kalian takut aku akan kabur?" sahut Tam Goat Hua
dingin,
Kim Kut Lau tertawa lagi,
"Kau takut kami mengurungmu? Baiklah kami tidak akan
turun tangan terhadapmu"
Usai berkata begitu, Kim Kut Lau justru menyerang mata
Tam Goat Hua dengan jurus Siang Liong Cioh Cu (Sepasang
Naga Merebut Mutiara)!

760
Baru saja gadis itu mendengar bahwa Kim Kut Lau tidak
akan turun tangan terhadapnya, namun malah menyerang
sepasang matanya. itu membuatnya gusar sekali, dan
langsung mengayunkan rantai besi yang melekat di
pergelangan tangannya,
Akan tetapi, Kim Kut Lau segera menarik kembali
serangannya, kemudian mendadak meraih rantai besi itu, lalu
tertawa,
"Ha ha! Dengan cara demikian, maka aku tidak khawatir
kau akan kabur lagi!"
Setelah rantai besi itu tergenggam oleh Kim Kut Lau,
barulah Tam Goat Hua tahu bahwa dirinya terjebak. Dia
tersenyum getir
"Untung baru sekarang aku berkenalan dengan paman
berdua, Kalau beberapa tahun lebih awal, mungkin aku sudah
tak bernyawa lagi!"
Hek Sin Kun tertawa gelak,
"Ha ha ha! Keponakan yang baik, kau tidak usah kesal!
Setelah urusan kami dengan ayahmu beres, belum tentu kami
mau kau panggil paman, lho!"
Usai berkata begitu, Hek Sin Kun memandang Kim Kut Lau
seraya berkata sungguh-sungguh,
"Adik Kim, kita harus segera melakukan perjalanan sebab
kalau terlambat akan menelantarkan semua urusan."
Kim Kut Lau mengangguk.

761
"Betul."
Kim Kut Lau melesat pergi sambil menarik rantai besi itu.
Sudah barang tentu Tam Goat Hua harus mengikutinya,
Hek Sin Kun mengikuti mereka dari belakang, Mendadak
dia membentak keras.
"Siapa?"
Usai membentak, dia melancarkan dua buah pukulan ke
belakang. Kedua pukulannya menghantam sebuah pohon yang
ada di belakangnya,
Kraaak! Pohon itu roboh seketika,
Kim Kut Lau terperanjat
"Kakak Hek, ada apa?"
Hek Sin Kun mengerutkan kening,
"Heran! Tadi sepertinya ada orang membokongku."
Kim Kut Lau juga tercengang, Kebetulan Hek Sin Kun
membelakangi mereka berdua. Begitu melihat punggung Hek
Sin Kun, seketika juga Tam Goat Hua tertawa geli, sedangkan
wajah Kim Kut Lau tampak jengah. Dia ingin marah tapi juga
merasa geli, akhirnya juga ikut tertawa.
Hek Sin Kun membalikkan badannya, Dia memandang
mereka dengan penuh rasa heran.
"Kenapa kalian tertawa?"

762
Tam Goat Hua masih terus tertawa, Kim Kut Lau
memberitahukan,
"Kakak Hek, punggungmu...."
Hek Sin Kun tertegun Dia segera meraba punggungnya,
ternyata ada sesuatu menempel Diambilnya barang itu dan
kemudian dilihatnya, seketika dia terbelalak, ternyata
selembar kertas bergambar seekor kura-kura.
Pasti orang tadi yang menempelkan kertas itu di punggung
Hek Sin Kun. sebetulnya itu merupakan suatu permainan
anak-anak, tidak perlu mereka merasa heran,
Akan tetapi, ada orang berani berbuat begitu terhadap
Hek Sin Kun, itu sungguh merupakan hal yang amat luar
biasa!
Betapa gusarnya Hek Sin Kun dalam hati, namun tidak
diperlihatkan pada wajah nya. Dia tertawa dingin seraya
berkata.
"Sobat dari mana berani bergurau denganku? Kenapa
sobat tidak mau memperlihatkan diri"?"
Walau dia bertanya berulang kali, tetap tiada sahutan,
rimba itu sepi-sepi saja,
Hek Sin Kun seorang tokoh yang amat terkenal dari
golongan hitam Tapi kini dia dipermainkan , Kalau hal itu
sampai tersiar keluar mukanya mau di taruh di mana?
Rupanya orang yang bergurau dengannya telah
menanamkan dendam yang amat dalam,

763
Karena tiada sahutan, Kim Kut Lau tertawa dingin
"Kakak Hek, kurcaci itu tidak berani memperlihatkan diri,
Maka kau tidak usah mempedulikannya! Lebih baik kita segera
melanjutkan perjalanan?"
Hek Sin Kun mengangguk lalu merobek-robek kertas itu
seraya berseru,
"Aku tinggal di gunung Thay San! Kalau Anda ingin
memberi petunjuk, harap datang di gunung Thay San!"
Bagian 15
Usai Hek Sin Kun berseru, mereka beranjak dari tempat itu
dan terus melanjutkan perjalanan.
Setelah menemui kejadian itu, Kim Kut Lau dan Hek Sin
Kun selalu bersiaga, Tak seberapa lama kemudian, mendadak
Kim Kut Lau bersiul panjang sambil menggerakkan tangannya
menyambar ke belakang,
Hek Sin Kun cepat-cepat menoleh. Dilihatnya segulung
bayangan hitam berkelebat pergi laksana kilat, dan dalam
sekejap sudah hilang dari pandangannya, sedangkan di
punggung Kim Kut Lau sudah menempel selembar kertas
bergambar seekor kura-kura .
Ketika melihat bayangan itu, Hek Sin Kun segera mengejar
Kim Kut Lau merobek-robek kertas itu, kemudian
mendengus dingin dengan wajah merah padam saking
gusarnya,

764
Tadi Tam Goat Hua juga melihat bayangan itu, Dia
mengenalinya, yang tidak lain, si Budak Setan!
Si Budak Setan mempermainkan Kim Kut Lau dan Hek Sin
Kun, tentunya Tam Goat Hua merasa gembira sekali.
Akan tetapi, gadis itu pun mencemaskannya. Karena agar
Tam Goat Hua bisa memasuki istana Setan, kini sudah jadi
musuh besar si Nabi Setan-Seng Ling.
Kini demi dirinya, dia pun menanam permusuhan dengan
Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun. Ginkangnya memang tinggi
sekali, namun ilmu silatnya terbalas. Suatu hari nanti, dia pasti
akan jatuh ke tangan mereka, Di saat Tam Goat Hua sedang
berpikir, terdengarlah suara "Bum Bum" di dalam rimba,
Ternyata Hek Sin Kun mengamuk di sana, Karena dia tidak
menemukan siapa pun, pohon-pohon yang menjadi sasaran
amukannya!
Di saat bersamaan, terdengar pula suara "Ser Ser", dua
batang panah meluncur secepat kilat ke arah bahu Kim Kut
Lau.
Karena sebelah tangan Kim Kut Lau menggenggam rantai
besi, maka sulit baginya menangkis kedua batang panah itu
dengan sebelah tangan. Karena itu, dia terpaksa melepaskan
rantai besi itu untuk menyambut kedua batang panah tersebut
Tam Goat Hua tahu bahwa si Budak Setan menempuh
bahaya itu, bertujuan ingin menolongnya,
Maka ketika Kim Kut Lau melepaskan rantai itu, Tam Goat
Hua segera melesat pergi.

765
Karena tidak tahu siapa musuh itu, maka Kim Kut Lau
hanya menganggap orang yang memanah itu berkepandaian
amat tinggi Dia memutar badannya sekaligus melancarkan
empat buah pukulan dahsyat sehingga tidak memperhatikan
Tam Goat Hua.
Di saat bersamaan, dia pun berseru.
"Kakak Hek, cepat ke mari!"
Hek Sin Kun cepat-cepat melesat ke arah nya. sedangkan
Tam Goat Hua telah melesat ke rumput alang-alang yang
lebat dan tinggi Ketika dia baru berhenti terdengar suara
"Seeer"
Tam Goat Hua menoleh, tampak si Budak Setan berdiri di
dekatnya sambil tersenyum-senyum,
Gadis itu segera menegurnya dengan suara rendah .
"Budak Setan, kau sungguh berani!"
Si Budak Setan menyahut dengan suara rendah.
"Nona Tam, tak kusangka kau dapat keluar dari istana
Setan! Siang malam aku bermohon kepada "Thian" (Tuhan)
melindungimu, akhirnya terkabul juga permohonanku!"
Walau ucapan si Budak Setan agak ke bodoh-bodohan,
namun nadanya amat memperhatikan Tam Goat Hua. Gadis
itu segera memberi isyarat, agar si Budak Setan diam,
Setelah itu, barulah dia mengintip ke arah Kim Kut Lau.
Tampak Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun berdiri dengan
punggung menghadap punggung, sikap mereka seakan

766
sedang menghadapi kemunculan musuh tangguh Mata mereka
menyorot tajam menengok ke sana ke mari.
Bukan main tegangnya Tam Goat Hua. Dia berharap
dirinya bisa segera meloloskan diri.
Akan tetapi, mendadak terdengar Kim Kut Lau dan Hek Sin
Kun mengeluarkan suara siulan aneh.
Suara siulan itu membuat hati Tam Goat Hua tergetar
keras, Gadis itu memandang si Budak Setan, Dilihatnya wajah
si Budak Setan sudah berubah pucat pias,
Tam Goat Hua terkejut Namun ketika dia baru mau
membuka mulut untuk bertanya, mendadak suara siulan itu
berhenti Di saat bersamaan, tampak Kim Kut Lau dan Hek Sin
Kun melesat ke arah rumput alang-alang, tempat Tam Goat
Hua dan si Budak Setan bersembunyi
" Mereka berdua melesat ke sana, namun gerakan mereka
berbeda, Badan Hek Sin Kun bergerak ke atas, sedangkan
badan Kim Kut Lau bergerak ke bawah. Mereka pun
melancarkan beberapa pukulan ke arah rumput alang-alang
itu, sehingga rumput alang-alang itu roboh semua, dan terlihat
Tam Goat Hua serta si Budak Setan berdiri di situ,
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, dan segera
berseru.
"Aku tidak apa-apa, cepatlah kau kabur!"
Badan si Budak Setan segera bergerak Akan tetapi Hek Sin
Kun yang berada di udara, langsung menggerakkan sepasang
telapak tangannya ke arah si Budak Setan,

767
Walau si Budak Setan memiliki Ginkang yang amat tinggi,
namun tak mampu bergerak karena merasa ada tenaga yang
amat dahsyat menekan dari atas,
Di saat bersamaan, badan Hek Sin Kun mulai merosot ke
bawah, Si Budak Setan merasa tekanan tenaga itu semakin
kuat dan dahsyat sedangkan Kim Kut Lau sudah berada di
belakangnya, dan itu membuat si Budak Setan sama sekali
tidak mampu mengerahkan Ginkangnya,
Tam Goat Hua amat gugup dan panik. Tanpa berpikir
panjang lagi dia langsung menerjang ke depan. Tapi badan
Kim Kut Lau bergerak, tahu-tahu dia sudah menghadang di
depan gadis itu,
Tam Goat Hua mendongakkan kepala. Dilihatnya Hek Sin
Kun sudah berdiri di belakang si Budak Setan, Sebelah telapak
tangannya mengarah kepala, dan yang sebelah lagi mengarah
jalan darah Leng Tay Hiat di punggung si Budak Setan!
Wajah si Budak Setan sudah pucat pias, Menyaksikan itu,
Tam Goat Hua tahu bahwa Hek Sin Kun belum mengerahkan
Lweekangnya, Namun kedua tangannya telah mengarah ke
jalan darah Pek Hwe Hiat dan Leng Tay Hiat si Budak Setan,
jangankan si Budak Setan, kalaupun si Nabi Setan-Seng Ling,
juga akan binasa apabila Hek Sin Kun mengerahkan
Lweekangnya,
Karena itu, Tam Goat Hua segera berseru.
"Budak Setan, kau jangan bergerak, biar aku bicara
dengan mereka!"
Kim Kut Lau terbelalak dan tertegun.

768
"Oh? Temyata dia si Budak Setan! Kakak He, harap
berhenti!"
Hek Sin Kun tertawa,
"Dari tadi aku sudah punya maksud demikian." Kemudian
dia menatap si Budak Setan seraya membentak. "Bocah
sialan! Kalau kau bersedia menjadi budakku, aku pasti
mengampuni nyawamu!"
Si Budak Setan memejamkan mata, sama sekali tidak
menyahut
Tam Goat Hua segera berkata,
"Budak Setan! Kau kabulkan saja! Takut apa sih?"
Maksud gadis itu, apabila Hek Sin Kun melepaskan
tangannya, si Budak Setan boleh segera kabur!
Akan tetapi, si Budak Setan tetap diam dengan mata
terpejam. Perlu diketahui, si Budak Setan berhati lurus dan
jujur. Sejak kecil dia sering mengalami hal-hal yang amat
menyakiti hatinya, lagipula dia berwajah buruk, sehingga tidak
dianggap sebagai manusia, bahkan dia pun memandang
rendah dirinya sendiri.
Setelah bertemu Tam Goat Hua, gadis itu justru
memperlakukannya sebagai orang biasa, itu sungguh
mengharukan hati si Budak Setan, Barulah dia sadar bahwa
dirinya juga manusia, tidak perlu dihina orang lain, Oleh
karena itu, saat ini Hek Sin Kun menghendakinya untuk
menjadi budaknya, dia tidak mau mengabulkannya, Walau
Tam Goat Hua berseru berulang kali, namun dia tetap diam

769
dengan mata terpeja,. itu membuat Hek Sin Kun gusar sekali
dan langsung membentak.
"Bocah sialan! Kalau kau tidak mengabulkan
permintaanku, aku pasti membunuhmu!"
Mendengar ancaman itu, si Budak Setan segera membuka
matanya, kemudian memandang Tam Goat Hua seraya
berkata,
"Nona Tam, kita tidak bisa berjumpa lagi!"
Usai berkata, dia kembali memejamkan matanya,
Kelihatannya dia sudah mengambil keputusan untuk bersedia
mati.
Saking gugupnya Tam Goat Hua membanting-banting kaki,
"Hek Sin Kun, lepaskan dia! Aku akan menasihatinya
perlahan-lahan!"
Sebelum Hek Sin Kun menyahut si Budak Setan sudah
membuka mulut
"Nona Tam, aku tahu kau tidak akan menasihatiku agar
mau menjadi budak orang lain."
Mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua menghela nafas
panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala, sedangkan Kim
Kut Lau berkata,
"Kakak Hek, dia tidak mau mengabulkan, habiskan saja!
Lumayan kita memperoleh busur itu!"

770
Hek Sin Kun menyahut dengan suara dalam.
"Betul!"
Ketika Hek Sin Kun baru mau mengerahkan Lweekangnya,
mendadak terdengar suara seruan dari dalam rimba.
"Busur itu milikku!"
Tadi Hek Sin Kun di dalam rimba itu mengamuk
menghantam pohon-pohon, namun tidak menemukan seorang
pun. Setelah Kim Kut Lau memanggilnya, barulah dia melesat
keluar sesungguhnya Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau tidak tahu
tempat persembunyian Tam Goat Hua. Namun karena gadis
itu berbisik-bisik dengan si Budak Setan, maka terdengar oleh
mereka. Ternyata tadi mereka berdua memasang kuping
mendengarkan semua gerak-gerik di sekitar tempat itu, hanya
terdengar suara bisikan Tam Goat Hua, tidak mendengar
suara Iain.
Akan tetapi, kini malah terdengar suara seruan dari dalam
rimba itu, membuat Hek Sin Kun tidak jadi mengerahkan
Lweekangnya, lalu mengarahkan pandangannya ke rimba itu,
Tampak sosok bayangan berlari keluar dari rimba itu,
Gerakannya amat aneh, sempoyongan ke sana ke mari seperti
orang sedang mabuk.
Begitu melihat gerakan itu, Hek Sin Kun tahu bahwa itu
gerakan Kan Kun Tay Nah Ih (Langkah Aneh Alam Semesta),
yaitu ilmu Ginkang tingkat tinggi.
"Ha ha ha!" Terdengar suara tawa. Ternyata yang muncul
orang berkedok Buddha Tertawa, yang juga dikenal sebagai
orang aneh berkedok yang muncul di puncak Sian Jin Hong,

771
Begitu melihat kemunculan orang aneh berkedok itu, Tam
Goat Hua langsung menarik nafas lega,
Hek Sin Kun segera membentak.
"Siapa kau?"
Orang aneh berkedok tertawa gelak,
"Ha ha ha! Aku adalah aku! Tapi aku tahu kau adalah Hek
Sin Kun, yang mahir menggunakan ilmu pukulan Hek Sah
Ciang! itu merupakan ilmu pukulan yang amat ganas, yang
terdiri dari sepuluh tingkat Biasanya orang yang belajar ilmu
pukulan tersebut, hanya mencapai tingkat ketiga saja, Sebab
mulai dari tingkat keempat, tiada seorang pun tahu cara
berlatihnya Tapi kemudian, justru ada seseorang tahu cara
berlatih ilmu pukulan itu! Kekuatan tingkat sembilan, masih
tidak dapat menyamai kekuatan tingkat delapan! Kalau sudah
sampai ke tingkat sembilan, justru tidak boleh mundur ke
tingkat delapan lagi, sebab amat membahayakan orang yang
belajar ilmu pukulan Hek Sah Ciang itu!"
Bukan main terkejutnya Hek Sin Kun, sebab orang aneh
berkedok dapat mengurai tentang ilmu pukulan Hek Sah
Ciang, bahkan juga tahu kelemahan ilmu tersebut, setelah
tertegun sejenak, Hek Sin Kun bertanya.
"Menurut Anda, harus bagaimana orang bisa mencapai ke
tingkat sepuluh?"
Orang aneh berkedok menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku ingin bertanya kepadamu, bagaimana dengan busur
itu?"

772
Hek Sin Kun tidak begitu mementingkan busur pusaka itu,
sebaliknya amat berharap Hek Sah Ciang yang dilatihnya
dapat mencapai tingkat ke sepuluh, Maka dia langsung
menjawab
"Akan kuberikan kepadamu, tapi..."
Orang aneh berkedok manggut-manggut
"Bagus! Kalau begitu, kau pun harus melepaskan mereka,
biar mereka pergi!"
Hek Sin Kun dan Kim Kut Lau saling memandang,
kemudian Hek Sin Kun berkata,
"Kelihatannya Anda tahu jelas mengenai ilmu pukulan Hek
Sah Ciang!"
Orang aneh berkedok menyahut
Tidak juga! Sebab aku tidak pernah belajar ilmu pukulan
itu! Hanya saja aku punya seorang generasi muda, dia justru
belajar ilmu pukulan itu! Entah kau pernah mendengar
namanya atau tidak?"
Hek Sin Kun segera bertanya.
"Siapa orang itu?"
Orang aneh berkedok memberitahukan.
"Orang itu bernama Ku Ling Cu!"

773
Begitu mendengar nama tersebut, wajah Hek Sin Kun
langsung berubah hijau dan putih,
Ternyata orang yang disebut itu guru Hek Sin Kun, Orang
aneh berkedok mengatakan bahwa Ku Ling Cu merupakan
generasi mudanya. Kalau begitu, orang aneh berkedok itu
lebih dua tingkat dari Hek Sin Kun.
Padahal sesungguhnya, itu sama sekali tidak masuk akal.
Sebab ketika Ku Ling Cu meninggal, usianya sudah sembilan
puluh lebih. Lalu berapa usia orang aneh berkedok itu? Sudah
jelas dia sedang mempermainkan Hek Sin Kun.
Akan tetapi, Hek Sin Kun justru tidak berani melampiaskan
kegusarannya, sebab dia tidak tahu harus dengan cara
bagaimana berlatih ilmu pukulan Hek Sah Ciang, agar bisa
mencapai ke tingkat sepuluh, Kelihatannya orang aneh
berkedok itu tahu, maka dia tidak berani bertindak ceroboh.
Setelah berpikir sejenak, barulah dia menyahut
"Beliau almarhum guruku! Apa yang Anda katakan tadi,
kami berdua pasti menuruti Tapi mengenai tingkat sembilan
ke tingkat sepuluh...."
Semakin dia menghendaki orang aneh berkedok
mengatakannya, orang aneh berkedok itu justru tidak mau
mengatakannya,
"Kalau begitu, lepaskanlah tanganmu!"
Hek Sin Kun segera melepaskan tangannya, Si Budak
Setan bergerak cepat ke sisi Tam Goat Hua.
Orang aneh berkedok berkata perlahan-lahan.

774
"Asal aku tidak keburu mati, dalam beberapa tahun aku
pasti tidak akan mengecewakanmu, Pergilah!"
Bukan main gembiranya Hek Sin Kun, dan langsung
memberi hormat seraya berkata.
"Terimakasih!" Kemudian menunjuk Tam Goat Hua. "Dia
keponakan kami, maka harus ikut kami karena masih ada
urusan lain yang harus kami bicarakan."
Orang aneh berkedok langsung meludah,
"Phui! Kau jangan kentut lagi! Dia memang keponakan
kalian, tapi dia tidak mau ikut kalian! Lagipula aku pun punya
urusan dengannya, kalian pergilah!"
Wajah Kim Kut Lau sudah berubah tak sedap dipandang,
namun Hek Sin Kun terus memberi isyarat kepadanya, agar
tidak bergerak sembarangan. Mendadak Kim Kut Lau tertawa
gelak, lalu berkata,
"Anda menghendaki kami pergi, itu jangan cuma di mulut
saja!"
Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak,
"Ha ha ha! Baik, aku akan mengantarmu!"
Dia langsung mengipaskan kipas rombengnya ke arah Kim
Kut Lau. Di saat bersamaan, terdengar pula suara seruan Hek
Sin Kun.
"Adik Kim, jangan gegabah!"

775
Kim Kut Lau membungkukkan badannya sedikit, lalu
melancarkan sebuah pukulan untuk menyambut kipas
rombeng itu.
Ketika melancarkan pukulan itu, Kim Kut Lau
menggunakan delapan bagian tenaganya. Akan tetapi,
sebelum pukulannya menyentuh kipas rombeng tersebut
terasa serangkum tenaga yang amat dahysat menerjang ke
arahnya, dan itu membuat Kim Kut Lau terhuyung-huyung
tujuh delapan langkah ke belakang.
Hek Sin Kun segera maju, Dia menarik Kim Kut Lau untuk
diajak meninggalkan tempat itu.
-ooo0ooo-
Bab 36
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua langsung tertawa
gembira, kemudian berkata dengan penuh kekaguman.
"Cianpwee, Lweekangmu sudah tinggi, kira-kira sudah
nomor wahid di kolong langit?"
Orang aneh berkedok menghela nafas panjang,
"Tidak terhitung itu, karena kini masih ada satu orang, aku
masih tidak berani berhadapan dengannya."
Hati Tam Goat Hua tersentak, gadis itu menatapnya
seraya bertanya,
"Cianpwee bergurau?"

776
Orang aneh berkedok menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku tidak bergurau, Kalau saat ini orang itu muncul, aku
pasti kabur terbirit-birit."
Dari puncak Sin Jin Hong hingga di sini, yang diperlihatkan
orang aneh berkedok adalah ilmu silat tingkat tinggi, boleh
dikatakan nomor wahid di kolong langit Akan tetapi, masih ada
seseorang yang akan membuatnya kabur terbirit-birit, itu
sungguh tak dapat dipercaya.
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Siapa orang itu?"
Orang aneh berkedok menyahut
"Justru repotnya di sini, siapa dia, aku pun tidak tahu."
Mulut Tam Goat Hua ternganga lebar, dan matanya
terbeliak,
" Kalau begitu, bagaimana Cianpwee takut kepada nya?"
Orang aneh berkedok memberitahukan
"Aku tidak takut kepada orangnya, hanya takut kepada Pat
Liong Thian Im (Suara Langit Delapan Naga), ilmunya itu."
Mendengar itu, hati Tam Goat Hua tergerak dan kemudian
dia berkata,
"Pat Liong Thian Im? Oh! Aku sudah tahu, maksud
Cianpwee suara harpa itu!"

777
Kelihatannya orang aneh berkedok sudah tidak mau
membicarakan itu, sebab dia langsung mengalihkan
pembicaraan.
"Kau sudah ke istana Setan?"
Tam Goat Hua mengangguk. "Sudah."
Orang aneh berkedok manggut-manggut
"Bagus, Nyalimu cukup besar, Bertemu Lu Leng?"
Tam Goat Hua menghela nafas panjang. "Sudah bertemu."
Orang aneh berkedok bertanya. "Kau sudah menolongnya
keluar?"
Tam Goat Hua menyahut. "Sudah."
Orang aneh berkedok bertepuk tangan.
"Bagus! Di mana orangnya?"
Tam Goat Hua tahu bahwa orang aneh berkedok pasti
akan bertanya sampai ke situ, maka dia menghela nafas lagi.
"Orangnya hilang lagi."
Orang aneh berkedok tertawa.
"Gadis liar, jangan bergurau denganku!"
Tam Goat Hua tersenyum getir

778
"Bagaimana aku berani bergurau dengan Cianpwee? Lu
Leng betul-betul hilang lagi."
Mendadak orang aneh berkedok itu menggeram, kemudian
sebelah tangannya memukul ke bawah,
Bum! Tanah yang terkena pukulannya langsung berlobang,
padahal tadi orang aneh berkedok masih tertawa-tawa.
Namun begitu dia marah, sungguh mengejutkan! Tam Goat
Hua sama sekali tidak berani bersuara saking ketakutan Orang
aneh berkedok mencaci
"Sungguh tak berguna! Si Tam kecil kok bisa punya anak
perempuan yang begini macam? Sungguh mempermalukan
kakek moyang keluarga Tam! Mataku sudah buta,
menganggapmu sebagai manusia!"
Tam Goat Hua dicaci maki hingga tak berani bersuara
sama sekali, wajahnya memerah dan matanya sudah
bersimbah air, kelihatannya nyaris menangis. sedangkan
orang aneh berkedok justru terus mencaci maki.
"Kalau tahu kau begitu tak berguna, lebih baik aku
menyuruh orang lain! Tidak akan menelantarkan urusan, Hm!
Orang bermarga Tam mana ada yang baik? Phui! semuanya
tak berguna!"
Tam Goat Hua diam saja, Akan tetapi si Budak Setan yang
merasa tidak tahan, langsung menegur orang aneh berkedok
itu.
"Sudahlah! Kau jangan terus mencaci maki lagi! Nona Tam
yang memasuki istana Setan, nyaris kehilangan nyawanya,
Kau masih mempersalahkannya, sungguh keterlaluan !”

779
Begitu mendengar teguran si Budak Setan, kegusaran
orang aneh berkedok semakin memuncak,
"Kau Budak Setan, mengerti apa? Kalau dia kehilangan
nyawanya, justru menyempurnakannya! Kau tidak usah
campur mulut, enyah!"
Orang aneh berkedok menggerakkan kipas rombengnya,
Terdengar suara menderu ke arah si Budak Setan, itu
membuatnya termundur-mundur beberapa depa, lalu jatuh
gedebuk di tanah.
Walau si Budak Setan jatuh duduk di tanah, tapi sama
sekali tidak mengalami luka baik luar maupun dalam.
Tam Goat Hua yang terus diam itu, akhirnya membuka
mulut.
"Aku tahu harus bertanggung jawab, lagipuia aku sedang
mencari nya. Kalau aku tidak menemukannya, barulah
Cianpwee mencaci makiku!"
Orang aneh berkedok tertawa dingin,
"Kau mau bertanggung jawab tentang itu? Baik, aku beri
kau waktu tiga hari! Apabila dalam waktu tiga hari kau tidak
dapat menemukan Lu Leng, aku tidak akan peduli Tam Sen,
Tam Ek Hui atau anak cucu Tam lagi, satu pun tidak akan
kulepaskan!"
Di puncak Sian Jin Hong, Tam Goat Hua sudah
menyaksikan tingkah laku orang aneh berkedok uring-uringan.
sebentar dia lurus dan sebentar sesat, sehingga membuat
orang tidak tahu jelas karakternya,

780
Tadi ketika orang aneh berkedok menolong si Budak
Setan, menghadapi Kim Kut Lau dan Hek Sin Kun, kelihatan
persis seperti tokoh tua golongan lurus,
Akan tetapi, begitu mendengar Lu Leng hilang, orang aneh
berkedok langsung berubah penuh hawa sesat.
Sesungguhnya Tam Goat Hua ingin menutur tentang
hilangnya Lu Leng, setelah itu, dia pun ingin minta bantuan
untuk mencari nya. Tapi kini mendengar nadanya, sepertinya
orang aneh berkedok tak mau peduli apa pun, hanya
mengharukan Tam Goat Hua menyerahkan Lu Leng
kepadanya.
Dalam hati Tam Goat Hua amat kesal dan gusar, namun
karena memang kecerobohannya, sehingga Lu Leng hilang
lagi. Orang aneh berkedok memberikannya waktu tiga hari,
bagaimana mungkin dalam waktu sesingkat itu akan berhasil
menemukan Lu Leng?
Karena itu, Tam Goat Hua tertawa dingin seraya bertanya.
"Bagaimana kalau dalam tiga hari, aku berhasil mencari Lu
Leng?"
Orang aneh berkedok langsung menyahut lantang
"Anggaplah omonganku tadi sebagai kentut saja! Aku
sudah berjanji akan memberikanmu kebaikan, itu pasti
kuberikan."
Tam Goat Hua mendengus.
"Hm!" Kemudian mengangguk "Baik!"

781
Orang aneh berkedok memberitahukan.
"Tiga hari kemudian, aku berada di rimba ini
menunggumu."
Usai berkata begitu, mendadak badan orang aneh
berkedok tampak sempoyongan seakan mau jatuh, namun di
saat bersamaan badannya justru melesat pergi dengan
gerakan aneh, dan sekejap saja dia sudah tidak kelihatan
Setelah orang aneh berkedok itu tidak kelihatan, barulah
Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam, kemudian duduk
di bawah pohon sambil berpikir
Mencari Lu Leng, urusan tersebut jauh lebih sulit daripada
ke istana Setan menolong Lu Leng. Sebab ke istana Setan
menolong Lu Leng, itu masih ada tempat tujuan.
Namun kini Lu Leng hilang begitu saja, Dia diculik siapa
dan berada di mana, Tam Goat Hua sama sekali tidak tahu,
Gadis itu menghela nafas panjang, lalu memandang ke
arah rimba sambil tennenung,
Tiga hari! itu merupakan waktu yang amat singkat!
Tam Goat Hua tahu kini gelisah pun tiada gunanya, Yang
terpenting dalam waktu tiga hari, harus berhasil mencari Lu
Leng,
Walau tidak tahu asal-usul orang aneh berkedok, namun
ketika dia marah, sungguh tidak boleh dibuat main.
Tam Goat Hua mulai termenung lagi, Kemudian dia ingat
ketika itu ada sebuah tangan menekan bahunya, Dia segera

782
membalikkan badan, tapi begitu cepat tangan itu ditarik
kembali, maka gadis itu tidak melihat jelas tangan tersebut.
Kalau ingin melukainya, tentu gampang sekali.
Tam Goat Hua terus berpikir, tapi tidak dapat mengungkap
apa pun, Kemudian dia mendongakkan kepala, tampak si
Budak Setan berdiri di hadapannya,
Setelah gadis itu mendongakkan kepala, barulah si Budak
Setan berani membuka mulut
"Nona Tam, ada kesulitan?"
Tergerak hati Tam Goat Hua dan membatin, Ginkang si
Budak Setan amat tinggi, pergi pulang bagaikan terbang, Dia
pasti dapat membantuku, kenapa tidak menutur kejadian itu
kepadanya?
Karena berpikir begitu, maka Tam Goat Hua segera
berkata,
"Kau duduklah! Aku memang membutuhkan bantuanmu ?"
Si Budak Setan tertegun Dia duduk di sisi Tam Goat Hua.
Gadis itu menutur tentang kejadian itu. Usai mendengar
penuturan itu, si Budak Setan segera berkata.
"Nona Tam, apa yang dikatakan orang aneh berkedok itu,
pasti akan dilaksanakannya? Kalau kau tidak berhasil mencari
Lu Leng, dia akan turun tangan jahat terhadapmu?"
Tam Goat Hua menghela nafas panjang,

783
"Sekarang tidak perlu memikirkan itu, Apabila dalam waktu
tiga hari aku tidak berhasil menemukan Lu Leng, selanjutnya
aku bagaimana menemui orang?"
Si Budak Setan diam saja,
Tam Goat Hua berpikir lagi, lama sekali barulah berkata.
"Oh ya, setelah meninggalkan si Nabi Setan-Seng Ling,
kau ke mana saja?"
Wajah si Budak Setan langsung berubah muram.
"Kata tuan penolong, dia pasti akan membunuhku Aku
tidak ke mana-mana, hanya berputar-putar di luar istana
Setan, karena mencemaskanmu."
Tam Goat Hua segera bertanya,
"Pernahkah kau melihat orang yang mencurigakan di
sekitar sana?"
Si Budak Setan berpikir, kemudian mendadak meloncat
bangun seraya menyahut.
"Ada! Pagi ini ketika aku melewati tumpukan batu, terlihat
seorang aneh, amat aneh!"
Tam Goat Hua bertanya cepat
"Bagaimana rupa orang aneh itu?"
Si Budak Setan menyahut

784
"Orang itu... sepertinya terluka parah, Dia duduk di balik
batu merawat lukanya...."
Tam Goat Hua menghela nafas panjang,
"Maksudku bertanya padamu, apakah melihat orang yang
mencurigakan, kemungkinan menculik Lu Leng, Kenapa kau
malah memberitahukan tentang orang terluka itu?"
Wajah si Budak Setan memerah, kemudian dia
menundukkan kepala.
Tam Goat Hua merasa tidak tega, lalu tertawa seraya
berkata,
"Coba kau beri tahukan, bagaimana anehnya orang terluka
itu! Siapa tahu ada gunanya!"
Si Budak Setan memberi tahu kan.
"Orang terluka itu berusia sekitar enam puluhan. wajahnya
tampak berwibawa, Dia memakai baju hitam dan jari tengah
kanannya memakai sebuah cincin giok...."
Mendengar sampai di situ, Tam Goat Hua tampak tertegun
"Budak Setan, kau bilang jari tengah orang itu memakai
apa?"
Si Budak Setan menyahut
"Memakai sebuah cincin giok yang amat indah." seketika
air muka Tam Goat Hua berubah te-gang, dan dia bertanya
dengan cemas sekali.

785
"Bagaimana lukanya? Parahkah?"
Si Budak Setan menjawab.
"Lukanya amat parah, wajah pucat pias. Namun ketika
melihat diri ku, dia masih bisa tertawa dan berpesan kepadaku
tidak boleh beritahukan siapa pun tempat persembunyiannya.
Kemudian dia pun menyuruhku pergi membeli obat Aku
segera ke kota, kalau tidak, tentunya tidak akan bertemumu."
"Kau sudah beli obat yang dibutuhkan itu?"
"Sudah." Si Budak Setan mengangguk "Masih berada di
dalam bajuku."
Tam Goat Hua bangkit berdiri
"Budak Setan! Cepat bawa aku ke sana menemui-nya!"
Si Budak Setan menggelengkan kepala,
"Nona Tam, aku... sudah berjanji kepadanya, tidak akan
beritahukan kepada siapa pun tempat persembunyiannya...."
Tam Goat Hua langsung membentak
"Goblok! Dia ayahku!"
Si Budak Setan terperanjat
"Hah? Dia ayahmu? Mari kita cepat ke sana!"

786
Mereka langsung berangkat menuju arah barat daya.
Berselang beberapa saat, mereka sudah menempuh belasan
mil,
Di depan tampak sebuah bukit kecil yang penuh tumpukan
batu, Si Budak Setan menuju ke tumpukan batu, Tam Goat
Hua mengikutinya dari belakang, Tak lama mereka sudah
sampai di tengah-tengah tumpukan batu itu. Tampak seorang
tua duduk di situ, Tidak salah, orangtua itu Tam Sen, ayah
Tam Goat Hua.
Begitu melihat Tam Sen, rasa duka dalam hati Tam Goat
Hua timbul seketika, Gadis itu berseru sambil menangis
terisak-isak,
"Ayah! Ayah...!"
Tam Sen membuka matanya. Keningnya ber-kerut-kerut,
namun suaranya amat tenang,
"Anak bodoh, kenapa kau menangis? Kau anggap dirimu
masih kecil? Bagaimana kau sampai di sini?"
Tam Goat Hua menjadi malu hati. Dia segera menghapus
air matanya seraya menyahut
"Teman ini yang memberitahu Oh ya, Ayah menyuruh
kami menunggu di Hou Yok, tapi kenapa Ayah tidak ke sana?
Kami sampai di puncak Sian Jin Hong, Ayah pun tidak ada.
Bagaimana Ayah berada di sini dan terluka parah? Aku,.,
aku...."
Berkata sampai di situ, air mata Tam Goat Hua meleleh
lagi

787
Tam Sen tersenyum, Si Budak Setan menyerahkan obat
yang dibelinya, Setelah menerima obat itu, Tam Sen
membelai-belai rambut putrinya dengan penuh kasih sayang,
"Anak bodoh, kau jangan sedih! Sebulan dua bulan luka
ayah pasti sembuh, kau tidak perlu cemas! Kau sudah ke
puncak Sian Jin Hong, bagaimana keadaan di sana, cepat
beritahukan!"
Tam Goat Hua memperhatikan ayahnya, Walau wajahnya
pucat pias, namun tampak tenang sekali, maka gadis itu yakin
sebulan dua bulan ayahnya pasti sembuh, maka rasa
cemasnya berkurang.
"Ayah, jangan membicarakan urusan di puncak Sian Jin
Hong, sebab banyak hal yang perlu kutanyakan kepada Ayah."
"Tanyalah! Tapi ayah ingin sekali mendengar tentang
kejadian di puncak Sian Jin Hong,"
Tam Goat Hua menarik nafas dalam-dalam, kemudian
mulai bertanya,
"Apakah Ayah dipanggil Hwe Ciau Tocu dan Cit Sat Sin
Kun?"
Tam Sen kelihatan terkejut Dia tidak menyangka putrinya
akan mengajukan pertanyaan tersebut Namun hatinya cepat
kembali tenang, dan setelah itu dia menyahut
"Tidak salah, itu adalah julukan ayah di masa lalu, dalam
kurun waktu dua puluh tahun, Namun karena ayah merasa
tidak puas akan tindak perbuatan di masa lalu, maka ayah
tidak memberitahukan kepada kalian kakak beradik tentang
julukan tersebut

788
"Oh!" Tam Goat Hua manggut-manggut "Kalau begitu, apa
yang dikatakan si Nabi Setan-Seng Ling juga benar?"
"Apa yang dikatakannya?"
"Dia mengatakan bahwa dulu bersama ayah, kaum rimba
persilatan menjuluki Ayah dan dia sebagai Thian Te Siang Sat.
Benarkah itu?"
"Wuah!" Tam Sen tersenyum. "Sungguh luar biasa! Tidak
sampai dua bulan kau berkeliaran di luar, sudah tahu semua
itu!"
Tam Goat Hua menatap ayahnya, lalu menambah kan.
"Masih ada, siapa kedua pamanku, ayah tahu kan?"
Tam Sen mengerutkan kening,
"Tentu tahu, Yang satu Thaysen Hek Sin Kun, dan yang
satu lagi Kim Kut Lau."
Tam Goat Hua menghela nafas panjang,
"Bagaimana aku punya kedua paman itu? Ayah, kalau
begitu siapa ibuku?"
Tam Sen tersenyum terpaksa.
"Tentu nya adik Hek Sin Kun, kakak Kim Kut Lau."
Begitu Tam Goat Hua menyinggung tentang ibunya,
ayahnya justru seperti dulu, tidak mau menjelaskan Ketika
gadis itu baru mau bertanya, Tam Sen sudah mendahuluinya,

789
"Sudah! sekarang kau beritahu kan, bagaimana keadaan di
puncak Sian Jin Hong itu?"
Tam Goat Hua segera menutur tentang semua kejadian di
puncak Sian Jin Hong, Tam Sen mendengarkan dengan kening
berkerut kerut Ketika gadis itu menutur tentang orang aneh
berkedok, wajah Tam Sen yang pucat pias itu berubah
memerah, pertanda amat emosi dalam hatinya.
Itu tidak terlepas dari mata Tam Goat Hua,
"Ayah, siapa orang aneh berkedok itu?"
Tam Sen memejamkan mata sambil menghimpun hawa
murninya, Berselang sesaat barulah dia membuka mata seraya
menyahut
"Kalau ayah bisa bertemu dia, pasti tahu asal-usulnya,
tidak akan lebih dari tiga orang, LagipuIa dia memakai kedok
itu."
Dugaan Tam Goat Hua memang tidak salah, orang aneh
berkedok itu bukan orang biasa, Teringat akan orang aneh
berkedok memberi waktu tiga hari kepadanya untuk mencari
Lu Leng, seketika timbullah kegelisahan dalam hatinya, Maka
gadis itu segera berkata.
"Ayah, sebetulnya siapa orang aneh berkedok itu?"
Tam Sen menyahut perlahan
"Kini ayah masih belum bersemangat untuk menjelaskan
itu, hanya saja kau tidak boleh mendekatinya, Kepandaian
orang aneh berkedok amat lihay, tapi tindakannya semaunya

790
sendiri Kadang-kadang agak uring-uringan, dan kalau marah
apa pun dicetuskannya dan pasti dilaksanakannya."
Begitu mendengar apa yang dikatakan ayahnya, seketika
hati Tam Goat Hua berdebar-debar tidak karuan.
Si Budak Setan yang berdiri di situ, wajahnya sudah
berubah pucat pias,
Namun Tam Sen tidak melihat perubahan wajah mereka,
karena kebetulan dia memejamkan mata. "Selanjutnya
bagaimana, teruskanlah!" sesungguhnya Tam Goat Hua ingin
menutur selanjutnya, tapi mendadak dia teringat akan pesan
ayahnya ladi, tidak boleh mendekati orang aneh berkedok itu.
Kalau dia menutur secara jujur, berarti dia memberitahukan
bahwa dirinya punya hubungan dengan orang aneh berkedok
itu, Lagipula ketika mendengar orang aneh berkedok, ayahnya
sudah tampak emosi. Apalagi tahu kalau putrinya punya
hubungan dengan orang itu, apakah tidak akan membuat luka
ayahnya bertambah parah?
Setelah berpikir sejenak, Tam Goat Hua memberi isyarat
kepada si Budak Setan, kemudian baru melanjutkan
penuturannya,
"Malam harinya, aku mendengar dari teman ini bahwa Lu
Leng berada di dalam istana Setan. Karena itu, aku tertarik
dan segera berangkat ke sana untuk menolongnya."
Tam Sen berkata dengan kagum.
"Bagus! Kau cukup bernyali, tapi kau tidak berhasil, kan?"
Tam Goat Hua tertawa.

791
"Ayah terlampau memandang rendah diriku. Aku telah
berhasil menolong Lu Leng keluar dari istana Setan, Namun...
dia justru hilang lagi."
Tam Sen menatapnya dalam-dalam.
"Ceritakanlah tentang semua itu sejelas-je!as-nya!"
Begitu teringat akan semua kejadian di istana Setan, Tam
Goat Hua merasa puas dan bangga, lalu menceritakan semua
kejadian di sana, berikut tentang hilangnya Lu Leng,
"Ayah, menurut Ayah Lu Leng ke mana? Ayah bisa
menerkanya?"
Tam Sen tertawa.
"Tiada dasar dan jejak, bagaimana ayah bisa menerkanya?
Goat Hua, kau jangan menganggap urusan di istana Setan
telah usai Iho!"
Tam Goat Hua heran.
"Maksud Ayah urusan itu belum usai?"
Tam Sen mengangguk
"Tentu belum usai, Seng Bou menyuruhmu pergi
menemuinya tiga bulan kemudian, kau anggap dia cuma
omong saja? Cepat perlihatkan sepasang telapak tanganmu!"
Tam Goat Hua segera memperlihatkan sepasang telapak
tangannya, Tam Sen menunjuk jalan darah Lau Kiong Hiat di
telapak tangan putrinya seraya berkata,

792
"Lihatlah sendiri!"
Tam Goat Hua menundukkan kepala, Ternyata di jalan
darahnya itu terdapat sebuah titik merah. Dia mendongakkan
kepala, Namun sebelum dia bertanya, si Budak Setan sudah
berteriak kaget
"Hiat Coa Ku (Racun Darah Ular)!"
Tam Sen tampak terperanjat dan tercengang,
"Eh? Sobat ini kok tahu tentang keadaan di istana Setan?"
Tam Goat Hua segera menyahut
"Dia orang dalam istana Setan, Ayah, Bagaimana
mengenai Hiat Coa Ku itu?"
Tam Sen memberitahukan.
"Tentunya merupakan semacam racun. Mereka memberi
mu minum racun tersebut Tiga bulan kemudian racun itu
bereaksi, dan di kedua telapak tanganmu muncul bayangan
berbentuk ular merah."
Tam Goat Hua terkejut dan bertanya.
"Ada obat penawarnya?"
Tam Sen tertawa.
"Tentu ada. Kini setan tua itu tinggal mempunyai seorang
putra, maka pasti tidak akan menyiarkannya mati, Legakanlah

793
hatimu, ayah punya akal agar dia mau menyerahkan obat
penawar racun itu."
Setelah mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua langsung
menarik nafas lega,
"Tak disangka, setan tua itu begitu kejam!"
Tam Sen tertawa.
"Orang yang lebih kejam dan jahat dari dia masih banyak,
Kau baru berkecimpung dalam rimba persilatan apakah
menganggap sedang pesiar?"
Begitu mendengar perkataan ayahnya, Tam Goat Hua
teringat akan ucapan orang aneh berkedok, sehingga
membuatnya menghela nafas panjang.
Tam Sen menatapnya seraya bertanya.
"Kini kau mau ke mana?"
Tam Goat Hua menyahut.
"Aku mau pergi mencari Lu Leng. Biar bagaimanapun aku
harus berhasil menemukannya."
Tam Sen manggut-manggut
"Tidak salah, kau memang harus segera menolongnya,
Anak itu, kalau jatuh ke tangan orang, pasti menimbulkan
banyak urusan dalam rimba persilatan Aaakh! Alangkah
baiknya aku dapat membawanya muncul di puncak Sian Jin

794
Hong, Namun ayah telah terluka oleh Pat Liong Thian Im,
maka tidak bisa ke puncak itu."
Mendengar itu, bukan main terkejutnya Tam Goat Hua.
"Ternyata Ayah terluka oleh Pat Liong Thian Im?"
Tam Sen tertawa,
"Kau tahu juga tentang Pat Liong Thian Im?"
Tam Goat Hua mengangguk
"Tentu tahu, itu suara harpa. Aku dan kawan ini pernah
terluka oleh suara harpa itu."
Tam Sen menghela nafas panjang,
"Aaah! Kekacauan dalam rimba persilatan justru
dikarenakan itu, Ketika ayah masih kecil, pernah mendengar
tokoh tua berkata "Pat Liong Thian Im Suk, Thian Hia Bu Lim
Ning, Pat Liong Thian Im Cut, Thian Hia Bu Lim Ciat" (Suara
Langit Delapan Naga Diam, Rimba persilatan Di Kolong Langit
Hening, Suara Langit Delapan Naga Muncul, Rimba persilatan
Di Kolong Langit Musnah)! Kini kelihatannya Pat Liong Thian
Im telah muncul hampir tiga bulan, rimba persilatan di kolong
langit masih belum musnah, namun justru sedang menuju
kemusnahan."
Tam Goat Hua segera bertanya.
"Ayah, sebetulnya apa itu Pat Liong Thian Im, kok begitu
lihay?"

795
Tam Sen memberitahu kan.
"ltu merupakan semacam ilmu yang amat lihay. ilmu itu
sudah lama hilang dari rimba persilatan Konon tali senar harpa
itu dibuat dari urat delapan ekor naga, dan badannya dibuat
dari semacam pohon ribuan tahun di dasar laut, maka disebut
Pat Liong Khim (Harpa Delapan Naga)! Siapa pun yang
memiliki Lweekang tinggi, pasti akan terpengaruh oleh suara
harpa itu."
Tam Goat Hua berpikir sejenak, lalu bertanya.
"Kalau begitu, apakah tiada cara untuk
mengendalikannya?"
Tam Sen cuma menghela nafas panjang. Dia tidak
menyahut sama sekali, lama sekali barulah membuka mulut,
"Kau ada urusan boleh pergi. Ayah akan tetap di sini
merawat luka, Tempat ini amat sepi dan rahasia, maka tidak
akan ada orang tahu ayah di sini."
Mendadak Tam Goat Hua teringat sesuatu, tapi dia justru
tidak mengatakan nya, sebaliknya malah bangkit berdiri
"Kalau begitu, kami mohon pamit!"
Tam Sen manggut-manggut, lalu memejamkan mata, Tam
Goat Hua segera menarik si Budak Setan untuk diajak pergi.
Beberapa mil kemudian, barulah dia bertanya,
"Apakah masih ada Sari Air Batu di dalam goamu itu?"
Si Budak Setan menyahut dengan wajah muram,

796
"Kalau mau mengambil masih ada sedikit, namun kini kita
tidak bisa ke sana."
Tam Goat Hua tercengang.
"Mengapa?"
Si Budak Setan menjawab,
"Karena tuan penolong ingin menangkapku, maka dia
menyuruh Hakim Kanan untuk menjaga di dalam goa itu."
Tam Goat Hua tertawa.
"Takut apa? Oh ya, hanya Hakim Kanan sendiri?"
Si Budak Setan mengangguk
"Ya."
Tam Goat Hua menepuk bahunya seraya berkata,
"Aku juga ke sana, paling bertarung dengannya."
Si Budak Setan tertawa,
"Bagus! Nona Tam, tadi Tam Tayhiap bilang, orang aneh
berkedok itu... kita tidak jadi mencari Lu Leng?"
Tam Goat Hua menghela nafas panjang.
"Tentu harus mencarinya. Namun percuma terburu buru.
Yang penting harus berupaya agar luka ayahku lekas sembuh,
barulah cari jalan bersama."

797
Si Budak Setan mengangguk Mereka berdua lalu
berangkat ke goa tersebut
Tam Goat Hua dan Lu Leng meninggalkan istana Setan,
hanya menempuh perjalanan satu malam sudah sampai di
kota itu.
Oleh karena itu, mereka masih dalam radius seratus mil
dari istana Setan, sedangkan goa tempat tinggal si Budak
Setan juga tidak begitu jauh, maka ketika hari mulai sore
mereka sudah tiba di depan goa tersebut
-ooo0ooo-
Bab 37
Begitu tiba di depan goa itu, Tam Goat Hua langsung
mengayunkan rantai besi yang melekat di pergelangan
tangannya untuk menghantam pintu goa.
Braaak!
Seketika juga terdengar suara sahutan dari dalam.
"Siapa di luar?"
itu suara si Hakim Kanan. Tam Goat Hua segera
memandang si Budak Setan.
Si Budak Setan cepat-cepat menyahut.
" Hakim Kanan, aku pulang!"

798
Terdengar suara tawa si Hakim Kanan di dalam goa,
kemudian pintu goa itu terbuka.
Sebelum pintu goa itu terbuka, Tam Goat Hua sudah siap,
Maka begitu pintu goa terbuka, dia langsung melancarkan
sebuah pukulan, Rantai yang melekat di pergelangan
tangannya menyambar kepala si Hakim Kanan, sedangkan si
Hakim Kanan sama sekali tidak menyangka, kalau si Budak
Setan akan membawa seseorang ke sana, Dia hanya mengira
si Budak Setan menyerahkan diri saking takutnya.
Pukulan dan sambaran rantai besi itu membuat si Hakim
Kanan terkejut bukan kepalang. Dia langsung mundur sambil
berkelit
Akan tetapi, Tam Goat Hua sudah maju selangkah
sekaligus melancarkan dua buah pukulan, yaitu jurus Cai Tiap
Siang Hui (Sepasang Kupu Kupu Beterbangan).
Gerakan jurus tersebut amat cepat ditambah sepasang
rantai besi menyambar-nyambar mengurung si Hakim Kanan,
Saat ini, si Hakim Kanan masih belum melihat jelas siapa
yang menyerangnya, Namun dia mengenali sepasang rantai
besi itu milik Tam Goat Hua, itu membuatnya tercengang dan
terperanjat
Mendadak dia membentak keras, lalu melancarkan dua
pukulan, Tapi sepasang rantai besi itu telah menyambar
tangannya, Dia berusaha menarik kembali tangannya, tapi
terlambat, maka seketika terdengar jeritan kesakitan
"Aaaakh.-!"

799
Walau tangannya telah terhantam rantai besi, namun dia
masih dapat menyerang dengan sengit mengarah bagian dada
Tam Goat Hua.
Gadis itu terpaksa meloncat ke belakang, Dia terkejut pula
dalam hati, sebab dia telah melancarkan dua jurus serangan
mendadak, tapi masih belum berhasil merobohkan si Hakim
Kanan, Berarti kepandaian si Hakim Kanan cukup tinggi.
Oleh karena itu, Tam Goat Hua segera menyerang dengan
jurus Thian Peng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak), jurus itu
adalah salah satu jurus dari Cit Sat Sin Ciang, yang
mengandung unsur lurus dan sesat. Maka dapat dibayangkan
betapa lihaynya jurus tersebut
Si Hakim Kanan ingin mengeluarkan senjatanya, tetapi
angin pukulan itu telah menyambamya. Dia berusaha berkelit,
tapi bahunya tetap terpukul
Kraak! Tulang bahunya patah.
Pada waktu bersamaan, rantai besi Tam Goat Hua juga
menghajar punggungnya,
"Aaakh!" Dia menjerit lalu roboh.
"Hm!" dengus Tam Goat Hua. "Masih mau bertarung lagi?"
Si Hakim Kanan tidak menyahut
Akan tetapi, mendadak dia mengayunkan tangannya,
Tampak tiga titik cahaya meluncur cepat ke arah wajah Tam
Goat Hua.

800
Saat ini mereka hanya berjarak satu depa lebih,
sedangkan tiga titik cahaya itu meluncur bagaikan kilat Tam
Goat Hua berseru kaget, tapi dia masih sempat berkelit ke kiri.
Ser Ser Ser! Ketiga titik cahaya itu melewati mukanya,
Belum juga rasa kagetnya hilang, sudah tampak lagi tiga
titik cahaya meluncur ke arah perutnya,
Dalam keadaan terjepit, mendadak Tam Goat Hua
menghantam rantai besinya ke bawah.
Plaak!
Tam Goat Hua meminjam tenaga tersebut untuk mencelat
ke belakang. Di saat itulah si Hakim Kanan sudah bangkit
berdiri sambil mengeluarkan sebuah golok tipis.
Dia menatap Tam Goat Hua dengan bengis, kemudian
mendadak menerjang ke arah gadis itu, maka terjadilah
pertarungan yang amat sengit Walau bahu kiri si Hakim Kanan
telah terluka, tapi serangan-serangannya tetap gencar dan
membahayakan
Tak terasa pertarungan mereka telah melewati delapan
jurus, Hati Tam Goat Hua semakin gelisah, Tiba-tiba gadis itu
membentak keras, kemudian menyerang si Hakim Kanan
bertubi-tubi, sehingga membuat si Hakim Kanan tergetar
mundur dua langkah.
Di saat bersamaan, mendadak terdengar suara busur
Kemudian si Hakim Kanan pun membentak.
"Budak Setan, kau...."

801
Belum usai ucapan si Hakim Kanan, Tam Goat Hua sudah
melancarkan sebuah pukulan ke arahnya, Si Hakim Kanan
berusaha berkelit, namun panah kecil yang dilepaskan si
Budak Setan telah menembus tenggorokannya,
Si Hakim Kanan terkulai tanpa mengeluarkan suara, Di
saat itu pukulan yang dilancarkan Tam Goat Hua pun
mendarat di dadanya.
Duuk!
Si Hakim Kanan terpental beberapa depa, kemudian roboh
dan tak bergerak lagi.
Tam Goat Hua menoleh. Dilihatnya tangan si Budak Setan
memegang busur dan wajah tampak murung sekali. Tam Goat
Hua tahu dia tidak biasa melukai orang, apalagi terhadap
orang dari istana Setan,
Diam-diam gadis itu menghela nafas, kemudian berkata,
"Jangan bodoh! Si Hakim Kanan sering membunuh orang
dalam rimba persilatan lagipula dia amat jahat! Dia mati
memang merupakan ganjaran-nya, kau tidak perlu berduka
karenanya! Cepat ambil Sari Air Batu!"
Si Budak Setan menarik nafas dalam-dalam. "Dia memang
pernah menghinaku, tapi,., juga pernah berlaku baik
terhadapku!"
Usai berkata begitu, si Budak Setan mendekati batu ajaib,
lalu memandang Tam Goat Hua seraya berkata,
"Nona Tam, bisakah kau memecahkan batu ini?"

802
Tam Goat Hua tertegun,
"Kalau batu ini di pecahkan, bukankah selanjutnya kita
tidak akan dapat memperoleh Sari Air Batu lagi?"
Si Budak Setan menyahut
"Apa boleh buat, sebab tiada jalan lain lagi."
Tam Goat Hua diam sejenak, setelah itu dia menatap si
Budak Setan dan berkata.
"Kalau kau tidak berniat, aku pun tidak akan
memaksamu."
Si Budak Setan tertawa,
"Nona Tam, kau omong apa? Bagaimana mungkin aku
tidak berniat? Bukankah kini aku sudah tidak boleh ke mari
lagi? Untuk apa batu ini dibiarkan di sini untuk mereka?"
Tam Goat Hua manggut-manggut, kemudian mengerahkan
Lweekangnya dan mengayunkan rantai besi di lengannya,
Braaak!
Batu itu belah menjadi empat. Tampak suatu benda lunak
di dalamnya, yang berwarna kekuning-kuningan, Si Budak
Setan segera menjulurkan tangannya untuk mengambil benda
itu lalu berkata,
"Tam Goat Hua, ini pasti Sari Batu."

803
"Kita harus cepat pergi, sebab kalau tertambat kita pasti
celaka."
Sembari berkata, Tam Goat Hua mengambil benda itu dari
tangan si Budak Setan, Kemudian mereka berdua segera
meninggalkan goa itu.
Ketika mereka keluar dari goa, hari sudah mulai gelap,
Maka tanpa membuang waktu lagi mereka langsung berangkat
ke tempat persembunyian Tam Sen, Setelah tengah malam,
sampailah mereka di bukit kecil itu.
Di bawah sinar rembulan yang remang-remang, tampak
Tam Sen berbaring di tengah-tengah tumpukan batu, Dia
memandang Tam Goat Hua dengan mata terbelalak.
Tam Goat Hua menjulurkan tangannya seraya berkata,
"Ayah, lihatlah benda apa ini?"
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen menerima benda lunak itu, lalu
diperhatikannya, Mendadak dia tampak tersentak .
"Eh? Ini... ini Sari Batu laksaan tahun, Sari Batu ini tumbuh
di dalam batu laksaan tahun, dan mengeluarkan Sari Air Batu,
Kau dapat dari mana barang ini?"
Tam Goat Hua menyahut dengan bangga,
"Ayah tidak usah mempedulikan itu, Tempo hari aku
terluka oleh Pat Liong Thian Im. Tapi setelah aku minum Sari
Air Batu, dalam waktu semalam lukaku sudah sembuh,
cepatlah Ayah makan Sari Batu itu!"
Tam Sen menghela nafas panjang,

804
"Goat Hua, kalau begitu dapat kau langsung makan,
Lweekangmu akan bertambah sama dengan sepuluh tahun
kau berlatih."
Tam Goat Hua terperanjat
"Ayah, apakah kini sudah tiada manfaatnya lagi?"
Tam Sen memberitahukan
"Benda ini sudah berubah menjadi batu karena terhembus
angin, tentu khasiatnya tidak seperti semula, sungguh sayang
sekali! Terus terang, ribuan tahun pun sulit bertemu Sari Batu
ini."
Tam Goat Hua tidak merasa menyesal meskipun tidak
makan Sari Batu tersebut ketika baru diperolehnya dari dalam
goa, Dia ingin mengambil benda itu hanya demi mengobati
luka ayahnya, tidak bermaksud menambah Lweekangnya,
sementara Tam Sen terus memandang Sari Batu yang masih
dipegangnya. Kemudian dia mengerahkan Lweekangnya untuk
menghancur Sari Batu yang telah beku itu dan langsung
dimasukkan ke dalam mulutnya,
Berselang beberapa saat, barulah dia berkata,
"Dengan adanya Sari Batu, dalam waktu tiga hari lukaku
pasti sembuh."
Seketika juga Tam Goat Hua menarik nafas dingin, lalu
segera bertanya.
"Masih membutuhkan waktu tiga hari?"

805
Berarti urusan mencari Lu Leng, tetap harus mengandal
pada dirinya sendiri,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen mengangguk
"Tentu tapi esok pagi ayah sudah boleh berjalan, tidak
usah meringkuk di tempat ini lagi. Namun ayah harus terus
melakukan perjalanan ke Bu Yi San, untuk mencegah
pertumpahan darah antara Go Bi, Tiam Cong dengan Tujuh
Dewa."
Padahal Tam Goat Hua ingin minta bantuan ayahnya untuk
mencari Lu Leng, namun dia justru tidak membuka mulut
Karena dia teringat akan hilangnya Lu Leng yang agak
misterius, tambah satu orang mencarinya juga belum tentu
ada artinya,
Malam harinya, Tam Sen menghimpun hawa murni untuk
mengobati lukanya. sedangkan Tam Goat Hua dan si Budak
Setan duduk beristirahat di atas sebuah batu semalaman.
Keesokan harinya, luka yang diderita Tam Sen sudah
sembuh lima bagian, Dia berjalan keluar dari tengah-tengah
tumpukan batu menghampiri si Budak Setan,
"Terimakasih atas bantuanmu, sobat kecil! Bolehkah aku
tahu namamu?"
Wajah si Budak Setan langsung kemerah-merahan, dan
Tam Goat Hua segera menyahut
"Sejak kecil dia tidak punya orangtua, jadi dia tidak tahu
marganya!"

806
Tam Sen mengerutkan kening,
"Sungguh keterlaluan! Bagaimana mungkin si Nabi Setan-
Seng Ling tidak tahu nama pemilik Busur Api?"
Mendengar itu, sepasang mata si Budak Setan langsung
berbinar-binar, kemudian dia berkata.
"Tam Tayhiap, aku percaya setelah aku mengerti urusan,
sosok tengkorak yang di dalam goa itu pasti familiku."
Tam Sen manggut-manggut
"Tentu, pemilik Busur Api adalah kepala Coan Pian Liok
Couw (Enam Jelek Dari Daerah Coan Pian), julukannya Couw
Ling Koan bernama Oey Tung. Sudah lama misteri
kematiannya kemungkinan besar kau anaknya."
Bagian 16
"Couw Ling Koan Oey Tung..." gumam si Budak Setan,
"Kalau begitu, aku bermarga Oey?"
Tam Goat Hua menyahut cepat
"ltu sudah pasti, Aku akan memilih sebuah nama yang
paling bagus dan cocok untukmu."
Betapa gembiranya si Budak Setan, dan langsung
bertanya,
"Pilih nama apa untukku?"

807
Tam Goat Hua berpikir sejenak, lalu menjawab,
"Sim Mei (Hati Indah), bagaimana?"
Si Budak Setan menggeleng-gelengkan kepala,
"Tidak bagus, itu sama juga mengatai diriku jelek."
Tam Sen tertawa,
"Sebetulnya nama tersebut cukup bagus, namun kau
berhati jujur dan lurus, maka tidak mau memakai nama itu.
Bagaimana kalau diganti dengan Sim Tit (Hati Lurus) saja?"
Si Budak Setan tertawa gembira.
"Baik. Mulai sekarang aku bernama Oey Sim Tit."
Tam Goat Hua segera memberi selamat ke padanya, dan
itu membuat Oey Sim Tit girang bukan main,
Akan tetapi, Cit Sat Sin Kun-Tam Sen justru tidak tahu,
bahwa orang yang mati di dalam goa itu, bukanlah kepala
Coan Pian Liong Couw Oey Tung, melainkan orang lain dan itu
merupakan suatu teka-teki,
Cit Sat Sin Kun-Tam Sen berangkat ke Bu Yi San,
sedangkan Tam Goat Hua dan si Budak Setan yang kini sudah
bernama Oey Sim Tit berdiri di atas batu, memandang
punggung Tam Sen yang kian menjauh.
Tam Goat Hua menghela nafas panjang, lalu memandang
Oey Sim Tit seraya berkata,

808
"Sobat Oey, satu hari sudah berlalu."
Oey Sim Tit juga menghela nafas panjang, kemudian
menyahut perlahan. masih dua dua hari.
Tam Goat Hua masih ingat akan pesan ayahnya, jangan
melibatkan diri dengan orang aneh berkedok itu. Namun dia
justru telah melibatkan diri untuk suatu kesulitan, Apa yang
diucapkan orang aneh berkedok di rimba itu tentunya braan
merupakan ucapan kosong.
Kalau Lu Leng diculik orang, kini sudah lewat satu hari,
tentunya sudah dibawa pergi ratusan mil. seandainya berhasil
menemukannya, dalam waktu tiga hari juga belum tentu
dapat kembali ke rimba itu. Kini, harapan satu-satunya yakni
Lu Leng berada di sekitar daerah itu.
Setelah berpikir cukup lama, Tam Goat Hua berkata
kepada Oey Sim Tit dengan sungguh-sung-guh.
"Sobat Oey, Ginkangmu amat tinggi, kau boleh berputarputar
di sekitar kota itu dalam jarak ratusan mil, coba lihat
apakah ada orang yang mencurigakan! Kalau ada, kau tidak
boleh bergebrak dengan orang itu, harus segera ke kota itu
menemuiku. Aku akan berada di kota itu melihat-lihat situasi.
Berhasil atau tidak, tengah hari, sore dan tengah malam kita
bertemu di sana, Kalau sampai saatnya tidak ada hasil apaapa,
barulah kita rundingkan lagi."
Oey Sim Tit mengangguk berulang kali dan menyahut
"Baik, aku pergi sekarang."
Badannya bergerak, tahu-tahu sudah beberapa depa.
Kemudian Tam Goat Hua berseru,

809
"Ingat! Biar bagaimanapun kau tidak boleh turun tangan!"
"Ya!" sahut Oey Sim Tit. Badannya bergerak lagi, dalam
sekejap sudah hilang dari pandangan Tam Goat Hua.
Tam Goat Hua tahu, kalau hingga tengah malam nanti
tidak menemukan Lu Leng, dia terpaksa harus kembali ke
rimba itu menemui orang aneh berkedok dengan pasrah.
Dia menghela nafas panjang, kemudian memasukkan
kedua ramai besi ke dalam lengan bajunya, Setelah itu,
barulah dia melesat pergi menuju kota tersebut.
Sepanjang jalan dia terus memperhatikan setiap orang.
Namun yang didapatkannya hanya pelancong dan pedagang,
jarang terlihat kaum rimba persilatan.
Tam Goat Hua tidak tahu, bagaimana perkembangan
pertemuan di puncak Sian Jin Hong,
Dia hanya tahu, sudah banyak kaum rimba persilatan yang
telah meninggalkan puncak gunung itu, Namun dia justru
tidak tahu, apa sebabnya kaum rimba persilatan itu menuju
istana Setan,
Di rumah makan, Tam Goat Hua mendengar perkataan
Kim Kut Lau dan Yu Lao Pun, bahwa mereka ke mari
dikarenakan demi Lu Leng. Apakah semua kaum rimba
persilatan itu sudah tahu bahwa Lu Leng berada di istana
Setan?
Akan tetapi, ada satu hal yang amat membingungkannya,
yakni mengenai dirinya yang kabur dari istana Setan, kenapa
si Nabi Setan-Seng Ling masih belum keluar mengejamya?

810
Berdasarkan sifat si Nabi Setan-Seng Ling, tidak mungkin
dia akan menyudahi urusan itu begitu saja, Kemungkinan
besar sudah banyak kaum rimba persilatan berkumpul di
depan istana Setan, sehingga membuat si Nabi Setan-Seng
Ling agak repot menghadapi mereka, maka tiada waktu
baginya untuk mengejar gadis itu.
Berpikir sampai di sini, Tam Goat Hua membatin Kenapa
dia tidak ke istana Setan untuk menyelidiki?
Mendadak Tam Goat Hua tertawa sendiri, karena kalau Lu
Leng sudah diculik orang, bagaimana mungkin orang itu akan
kembali ke istana Setan?
Dia melakukan perjalanan sambil berpikir Tak seberapa
lama kemudian dia sudah sampai di kota itu, Keadaan di kota
tersebut tiada beda banyak dengan kemari n.
Tam Goat Hua memperlambat langkahnya, berputar-putar
di kota itu, kemudian bersantap di rumah makan itu pula,
Walau sudah mulai tengah hari, namun dia tetap tidak
memperoleh apa pun. Resah sekali hati Tam Goat Hua. Dia
meninggalkan rumah makan, lalu melangkah perlahan di jalan
besar sambil menengok ke sana ke mari. Tiba-tiba terdengar
suara kereta di belakangnya, yang makin lama makin dekat
Tersentak hati Tam Goat Hua, Dia segera memasuki
sebuah jalan kecil, kemudian mengintip dari sana,
"Phui!" Terdengar suara orang meludah.
Ternyata tadi ketika mendengar suara kereta, Tam Goat
Hua mengira kereta mewah itu muncul

811
Tapi ketika dia mengintip, yang dilihatnya sebuah kereta
ekspedisi
Tampak dua piausu berjalan ke depan, dan seorang
berbadan kurus kecil duduk di punggung kuda. Rupanya orang
itu kepala piawsu.
Akan tetapi, dia duduk di punggung kuda dengan kepala
tertunduk, sepertinya mengantuk sekali Kalau di pinggangnya
tidak terdapat senjata, orang tidak akan mengira dia kaum
rimba persilatan.
Ketika melihat kereta itu, Tam Goat Hua sama sekali tidak
menaruh perhatian. DI saat dia baru mau meninggalkan jalan
kecil tempat dia menginap, tampak didalam kereta itu selain
beberapa macam bungkusan, terdapat pula sebuah peti kulit
berukuran setengah meter kali satu meter setengah.
Begitu melihat peti kulit itu, hati Tam Goat Hua tergerak
karena biasanya kalau barang yang dikawal itu berupa emas
atau perak pasti disimpan di dalam peti besi atau kalau berupa
barang yang amat berharga berada di badan.
Akan tetapi menggunakan peti kulit memuat barang
kawalan itu tidak pernah terjadi pada perusahaan ekspedisi
manapun.
Lagipula bentuk peti kulit itu agak aneh. Kalau
diperhatikan justru mirip sebuah peti mati.
Badan Lu Leng setinggi Tam Goat Hua yang tidak begitu
gemuk. Apabila dimasukkan ke dalam peti kulit itu, memang
pas sekali. Oleh karena itu Tam Goat Hua mengambil
keputusan untuk mengejar kereta ekspedisi itu.

812
Setelah mengambil keputusan tersebut, dia segera
mengikuti kereta ekspedisi tersebut,
Tak seberapa lama kereta itu sudah berada di luar kota,
dan Tam Goat Hua pun terus menguntitnya dari belakang.
Kereta ekspedisi itu terus bergerak ke depan, Kira-kira
setengah mil kemudian, tiba-tiba kereta ekspedisi itu
membelok ke arah timur, yakni ke sebuah jalan kecil, bahkan
berliku-liku, sehingga kereta ekspedisi itu tergoyang-goyang,
Peti kulit yang di dalam kereta pun ikut bergoyang dan
kadang-kadang tergoncang ke alas, Wa-lau Tam Goat Hua
berada di belakangnya empat lima depa, tapi sepasang
matanya terus memandang lekat-lekat peti kulit itu, maka dia
melihat di peti kulit itu terdapat beberapa buah lobang kecil
Itu membuat Tam Goat Hua menjadi curiga, Kalau peti
kulit itu tidak berisi orang, untuk apa dilindungi? Peti kulit itu
dilobangi, tentunya agar udara bisa masuk, supaya orang
yang di dalamnya tidak mati kehabisan udara,
Berpikir sampai di situ, Tam Goat Hua jadi girang bukan
main, Dia terus mengikuti kereta ekspedisi itu, Beberapa mil
kemudian kereta itu sudah sampai di daerah yang amat sepi,
sedangkan si kurus itu tetap duduk di punggung kuda dengan
kepala tertunduk,
Tam Goat Hua tahu, saat ini sudah tengah hari, harus
pergi menemui Oey Sim Tit. Maka dia tidak mau membuang
waktu lagi, Namun ketika dia baru mau memunculkan diri,
mendadak si kurus meluruskan badannya, lalu merentangkan
sepasang lengannya sambil bersin beberapa kali, Di saat
bersamaan, kuda tunggangannya pun berhenti dan si kurus
langsung meloncat turun,

813
Menyaksikan gerak-geriknya begitu gesit, Tam Goat Hua
tidak berani bertindak ceroboh, maka segera menghentikan
langkahnya,
Tiba-tiba si kurus yang berusia lima puluhan dan
bertampang malas-malasan itu berkata dengan dingin,
"Cukup! Nona tidak perlu terus menguntit, kalau ada
urusan silakan, Nona memberi petunjuk!"
Tersentak Tam Goat Hua. Tak disangka si kurus bukan
orang biasa, Dia sudah tahu dirinya menguntit di belakang,
Tam Goat Hua maju beberapa langkah, kemudian berkata.
"Maaf! Maaf! Bolehkah aku tahu siapa Anda?" Orang itu
kelihatan seperti belum puas tidur.
Dia bersin beberapa kali lagi, setelah itu barulah menyahut
"Piausu yang tak terkenal, tak perlu dibicarakan soal
nama! Nona keluar dari jalan kecil di kota, terus menguntit
hingga sekarang, tentunya bukan untuk mengetahui namaku,
bukan?"
Tam Goat Hua berkata dalam hati. "Bagus! Ternyata dia
sudah tahu dari tadi!"
Orang itu mengatakan dirinya tak terkenal, justru
membuat Tam Goat Hua semakin tidak berani bertindak
gegabah.
Gadis itu malah tersenyum, lalu berkata.

814
"Aku memang agak keterlaluan, harap Piau Tau jangan
marah!"
Orang itu menatapnya dingin,
"Kau mau apa, katakanlah!"
Tam Goat Hua langsung menunjuk kereta ekspedisi seraya
menyahut
"Piau Tau, peti kulit itu berisi apa, aku ingin melihat
isinya."
Begitu mendengar ucapan Tam Goat Hua, tampang si
kurus yang malas-malasan itu segera sirna, dan sepasang
matanya langsung melotot lajam,
Kemudian dengan sikap masih seperti mengantuk dia
berkata dingin,
"Tidak boleh membiarkan kau lihat!"
Tam Goat Hua sudah menduga, orang itu pasti menjawab
begitu, justru itu, dia semakin ingin tahu apa isi peti kulit
tersebut
Oleh karena itu, dia segera bertanya mendesak
"Sebetulnya peti kulit itu berisi apa, tentunya boleh
diberitahukan."
Orang itu menggeleng-gelengkan kepala, lalu bersin
beberapa kali setelah itu baru menyahut

815
"Tidak bisal"
Tam Goat Hua langsung mendengus.
"Hm! pokoknya aku harus melihat!"
Mendadak orang itu tertawa.
"Ha ha ha! Gadis kecil, lebih baik kau pulang saja! Dua
tahun lagi kau akan menjadi istri orang, hidup tenang dan
bahagia, jangan karena mengerti beberapa jurus ilmu silat lalu
kau ingin cari gara-gara."
Apa yang dikatakan orang itu, membuat Tam Goat Hua
merasa gusar tapi juga merasa geli,
"Phui! siapa ingin banyak bicara denganmu? Kalau Anda
tidak mau minggir aku terpaksa turun tangan!"
Orang itu menyahut cepat,
"Kalau begitu, cepatlah kau turun tangan!"
Tam Goat Hua langsung bergerak ke arah orang itu,
sesungguhnya dia hanya ingin melihat isi peti kulit itu, barang
kali Lu Leng, sama sekali tidak bermaksud bergebrak dengan
orang itu.
Oleh karena itu, ketika badannya bergerak, dia hanya ingin
melewati sisi orang tersebut menuju kereta ekspedisi,
maksudnya membuka peti kulit melihat isi nya.
Akan tetapi, orang itu pun langsung menjulurkan sepasang
tangannya, Gerakannya sungguh aneh, sebab kelihatannya

816
lamban tapi cepat sekali Kelima jarinya terbuka seakan ingin
mencengkeram gadis itu,
Begitu menyaksikan gerakan orang itu menghalanginya,
hati Tam Goat Hua tergerak. Dia memang tidak pernah
menyaksikan gerakan seperti itu, namun pernah
mendengarnya.
Akan tetapi, gadis itu justru lupa gerakan itu berasal dari
perguruan mana. Karena dirinya terhalang, tidak mau
bergebrak pun sudah tidak bisa,
Maka dia terpaksa mengibaskan lengan kanannya,
mengeluarkan setengah jurus Cai Tiap Siang Hui (Sepasang
Kupu Kupu Bertcrbangan). jurus tersebut harus digerakkan
dengan sepasang lengan, namun soal ini hanya menggunakan
sebelah lengan, karena itu dikatakan setengah jurus.
Begitu setengah jurus itu dikeluarkan rantai besi yang
melekat di lengannya pun ikuti menyambar jarak mereka
begitu dekat, maka sulit bagi orang itu untuk berkelit Tapi
mendadak, badan orangku bergerak ke belakang dua langkah,
maka serangan Tam Goat Huat jatuh di tempat kosong.
Gerakan menghindar orang itu amat aneh mengejutkan gadis
itu.
Setelah menghindar, orang itu berkata dengan dingin.
"Gadis kecil! ternyata kau tidak hanya mengerti beberapa
jurus saja."
Padahal Tam Goat Hua hanya mengeluarkan setengah
jurus, tapi orang itu dapat melihat gadis tersebut
berkepandaian tinggi

817
"Hm!" dengus Tam Goat Hua. Dia mendadak
menggerakkan lengan kirinya mengeluarkan setengah jurus
Cai Tiap Siang Hui.
Satu jurus dipecah dua, itu tidak mengurangi kedahsyatan
jurus tersebut, sebaliknya malah bertambah lihay.
-ooo0ooo-
Bab 38
Lengan kiri bergerak, maka rantai besi yang di lengan kiri
itu pun ikut menyambar Di saat bersamaan gadis itu maju
selangkah sekaligus menyerang lagi dengan jurus Sian Tong
Sang Kua (Bocah Dewa Mengantar Buah) dan Pek Yun Hoan
Cien (Awan Putih Berputar)!
Si kurus tidak batas menyerang, melainkan hanya berkelit
dan menghindar Gerakannya tampak lamban dan malasmalasan,
namun sesungguhnya amat cepat sehingga dalam
keadaan bahaya, dapat berkelit dengan baik sekali.
Tam Goat Hua sudah menyerang dengan tiga jurus, tapi
orang itu justru tidak balas menyerang, itu membuat gadis
tersebut amat penasaran. Maka dia maju selangkah dan
sebelah kakinya digeserkan ke kiri, tangannya bergerak,
ternyata jurus Thian Peng Te Liak (Langit Runtuh Bumi Retak)
dikeluarkannya untuk menyerang si kurus,
Jurus tersebut merupakan salah satu jurus ilmu pukulan
Cit San Sin Ciang yang berjumlah tujuh jurus, itu adalah jurus
pertama dari ilmu pukulan tersebut,

818
Ketika Tam Sen mengajar Tam Goat Hua dan Tam Ek Hui
kakaknya, tidak memberitahukan bahwa itu adalah ilmu
pukulan Cit Sat Sin Ciang,
Dia hanya mengatakan apabila berjumpa musuh tangguh,
barulah boleh mengeluarkannya. Tapi cukup mengeluarkan
tiga jurus saja, yakni Thian Peng Te Liak, Hai Kou Ciok Lan
dan jurus Hong Cien Sah Cing, putar balik ketiga jurus itu saja,
Kalau musuh tahu, tentunya akan mundur,
Apabila ketiga jurus itu tidak dapat membuat musuh
mundur, barulah boleh mengeluarkan jurus berikutnya.
Walau sifat kekanak-kanakan masih melekat pada diri Tam
Goat Hua, tapi dia tidak berani melalaikan pesan ayahnya,
Kemarin menghadapi si Hakim Kanan di dalam goa, dia
mengeluarkan ilmu pukulan tersebut, hasilnya sungguh luar
biasa,
Hari ini, kalau tidak dapat menemukan Lu Leng, dia pasti
repot, Maka langsung dikeluarkannya ilmu pukulan itu,
Begitu Tam Goat Hua baru mengeluarkan ilmu pukulan
tersebut, air muka si kurus tampak berubah. Dia segera
meloncat ke belakang sambil berseru kaget,
"Cit Sat San Ciang!"
Setelah berseru kaget, orang itu pun bersiul. Tidak
panjang suara siuIannya, namun amat tak sedap didengar
Orang itu bersiul tujuh kali, sekaligus mencelat ke
belakang, Tam Goat Hua tidak mengerti maksud siulan iiu.
Mungkin orang tersebut memanggil teman-temannya,

819
Ketika melihat orang itu mencelat jauh, Tam Goat Hua
ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk melihat isi peti kulit
tersebut apakah peti kulit itu berisi Lu Leng?
Tam Goat Hua langsung melesat, tapi bukan mengejar
orang itu, melainkan melesat ke arah kereta ekspedisi.
Sebelum dekat, dia melihat peti kulit itu mendadak
mencelat ke atas mengeluarkan suara "Bum".
Melihat itu, Tam Goat Hua yakin peti kulit itu berisi
makhluk hidup, yang kemungkinan besar Lu Leng. Betapa
girang hatinya, tapi peti kulit itu jatuh ke bawah lagi,
Saat ini, Tam Goat Hua tersentak sadar, bahwa dugaannya
meleset
Karena kalau peti kulit itu berisi Lu Leng, sudah pasti jalan
darahnya ditotok agar tidak bisa bergerak dan tidak bisa
membuka peti kulit itu,
Begitu tersentak sadar, Tam Goat Hua segera
menghentikan langkahnya, Di saat itulah tiba-tiba terdengar
suara mendesis dan kemudian tampak sesuatu berwarnawarni
di dalam peti kulit itu.
Ketika melihat itu, seketika Tam Goat Hua jadi tertegun.
Bersamaan itu, dia pun sudah melihat jelas sesuatu yang
berwarna-warni tersebut, ternyata seekor ular beracun yang
bentuknya amat aneh,
Badan ular beracun itu agak gepeng, namun tampak indah
sekali, sebab seluruh badannya berwarna-warni dan
mengkilap,

820
Setelah merayap keluar, ular beracun itu menyemburkan
racun dan mengeluarkan suara mendesis-desis,
Tam Goat Hua segera meloncat mundur ke belakang,
Ketika itu si kurus itu bersiul pendek lagi tujuh kali,
Sebelum suara siulan si kurus hilang, ular beracun itu
sudah meluncur cepat bagaikan pelangi ke arah Tam Goat
Hua.
Betapa terkejutnya gadis itu. Dia cepat-cepat meloncat ke
belakang sekaligus mengayunkan rantai besinya,
Akan tetapi, ular beracun itu gesit sekali, Badannya yang
masih di udara langsung melingkar dan merosot ke bawah,
sudah barang tentu terhindar dari sambaran rantai besi itu,
BaruIah Tam Goat Hua melihat jelas ular beracun itu amat
besar dan panjang, pantas harus menggunakan peti kulit yang
berukuran besar memuatnya, sehingga Tam Goat Hua
mengira peti kulit itu berisi Lu Leng.
Tadi orang itu mundur, jelas tidak berani menghadapi Tam
Goat Hua. Tapi kemudian dia bersiul memanggil ular beracun
itu menghadapinya, maka sudah dapat dipastikan ular
tersebut amat lihay.
Tam Goat Hua menatap ular beracun itu dengan mata tak
berkedip dan bersiap-siap, sehingga sama sekali tidak
mempedulikan orang kurus itu berada di mana,
Ular beracun itu melingkar di tanah, dan terus-menerus
menyemburkan racun,

821
Tam Goat Hua sedang berpikir harus dengan cara apa
menundukkan ular beracun itu, mendadak dia merasa ada
suara di belakangnya, ternyata ada senjata mengarahnya,
Gadis itu mendongakkan kepala, tampak dua piausu lain
berdiri tak jauh dari situ sambil tersenyum-senyum, Berarti
orang yang kurus itu membokongnya dengan senjata.
Ular beracun berada di hadapannya, maka membuatnya
tidak berani membalikkan badannya, Tam Goat Hua amat
gusar dan gugup. Orang kurus itu memelihara ular beracun,
tentunya bukan orang baik-baik, Kenapa harus merasa enggan
turun tangan jahat terhadapnya? Karena berpikir begitu, gadis
itu langsung membalikkan tangannya melancarkan sebuah
pukulan, itu adalah jurus kedua, Hai Kou Ciok Lan (Laut Lapuk
Batu Berlobang),
Terdengar suara "Bum", kemudian si kurus mengeluarkan
suara "Ng" dan cepat-cepat mencelat ke belakang.
Di saat itulah ular beracun itu mendadak meluncur ke arah
Tam Goat Hua, dan tercium pula bau amis yang amat
menusuk hidung.
Tam Goat Hua tersentak dan langsung meloncat ke
belakang, Akan tetapi, sekonyong-konyong ular beracun itu
membuka mulut, sekaligus menyemburkan racunnya ke arah
muka gadis itu.
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua. Dia sama sekali
tidak menyangka ular beracun itu dapat bergerak begitu aneh,
cepat dan amat gesit
Oleh karena itu, Tam Goat Hua segera menyerang dengan
jurus Hong Cien Sah Cing (Angin Berhembus Pasir jadi Bersih),

822
jurus tersebut menimbulkan angin yang amat kuat dan
menderu-deru.
Begitu merasa ada angin yang kuat mengarahnya, ular
beracun itu cepat-cepat melingkar Pada saat itu!ah, Tam Goat
Hua mengayunkan rantai besinya ke arah si kurus,
Si kurus meloncat ke belakang, kemudian berkata dengan
penuh kegusaran
"Cit Sat Sin Kun punya dendam apa dengan Tiam Cong
Pai? Harap dijelaskan!"
"Oooh!" Tam Goat Hua manggut-manggut, Kini barulah
dia teringat akan gerakan orang kurus itu berasal dari
perguruan Tiam Cong. Ternyata kau dari Tiam Cong Pai!"
Orang kurus itu mendengus,
"Hm! Sui Sian (Dewa Tidur) Cin Mang Kak adalah aku, kau
pernah dengar?"
Ternyata orang kurus itu adalah si Dewa Tidur Cin Mang
Kak. ilmu andalannya yakni Sui Pat Sian (Delapan Dewa
Tidur), Dia masih terhitung saudara seperguruan dengan
ketua Tiam Cong Pai, namanya amat cemerlang dalam rimba
persilatan Kalau dia bersama ular beracun itu melawan Tam
Goat Hua, belum tentu gadis itu bisa menang, maka lebih baik
menyudahi urusan tersebut Pikir gadis itu, lalu tertawa seraya
berkata.
"Harap Cin Tayhiap jangan marah, kalau tadi Cin Tayhiap
menyebut nama, sudah pasti tidak akan terjadi kesalah
pahaman ini. Ayahku dengan Tiam Cong Pai, sama sekali tidak
punya dendam apa pun. Tadi hanya dikarenakan aku mengira

823
peti kulit itu berisi temanku yang menghilang, maka terjadi
kesalahpahaman. Harap Cin Tayhiap sudi memaafkanku!"
Pada dasarnya Tam Goat Hua berhati jujur dan lurus,
maka begitu tahu dirinya salah, langsung mengaku dan mau
minta maaf
Wajah Cin Mang Kak mulai berubah lembut Kemudian dia
bersiul pendek tujuh kali, maka ular beracun itu langsung
meluncur ke dalam peti kulit Cin Mang Kak segera menutup
peti kulit itu, dan kemudian barulah berkata,
"Kalau begitu, kita berpisah di sini saja!"
Tam Goat Hua tersenyum
"Cin Tayhiap, ular beracun itu amat luar biasa, sungguh
membuat mataku terbuka!"
Cin Mang Kak bersin beberapa kali, setelah itu baru
menyahut
"Ular ini disebut Giok Mian Tay, bisa berdiri dengan ujung
ekornya. ini tergoIong ular langka."
Usai berkata, Cin Mang Kak meloncat ke punggung
kudanya, dan tak lama kereta ekspedisi itu mulai bergerak
meninggalkan tempat tersebut
Tam Goat Hua berdiri termangu-mangu di tempat Tadi dia
mengira peti kulit itu berisi Lu Leng, tidak tahunya berisi ular
beracun, bahkan nyaris mengikat permusuhan pula dengan
Cin Mang Kak, itu membuatnya menghela nafas panjang. Dia
mendongakkan kepala memandang ke angkasa, Dia tahu

824
bahwa waktu sudah lewat tengah hari. Maka gadis itu segera
kembali ke kota.
Ketika Tam Goat Hua baru memasuki jalan besar, melihat
Oey Sim Tit berputar ke sana ke mari di jalan besar itu, Begitu
melihat gadis itu, dia langsung menghampirinya.
Tam Goat Hua menatapnya, Air mukanya Oey Sim Tit
tampak agak tegang. Maka gadis itu segera bertanya dengan
suara rendah,
"Bagaimana? Ada hasilnya?"
Oey Sim Tit menengok ke sana ke mari, kemudian menarik
tangan Tam Goat Hua untuk diajak ke sebuah jalan kecil
"Aku melihat seorang kurus mengawal sebuah kereta
ekspedisi. Di dalam kereta terdapat sebuah peti kulit."
Mendengar ucapan itu, Tam Goat Hua menarik nafas
dalam-dalam,
"Aku pun sudah melihatnya. Peti kulit itu berisi seekor ular
beracun."
Oey Sim Tit mengeluarkan suara "Oh", lalu melanjutkan
penuturannya,
"Masih ada, aku melihat seorang tinggi besar membawa
sebuah obor memasuki sebuah rumah besar di sebelah utara
kota ini. Aku pernah melihat orang itu di puncak Sian Jin
Hong."
Tam Goat Hua mengerutkan kening,

825
"Ng? Dia si Duta Api Obor dari Hwa San Pai. Masih ada
orang lain?"
Oey Sim Tit menjawab dengan jujur
"Hanya dia sendiri Tapi di bawah ketiaknya mengapit
karung besar dan panjang."
Kening Tam Goat Hua berkerut lagi
"Sebuah karung?"
Oey Sim Tit mengangguk
Tidak salah, Aku bergerak cepat melewatinya sekaligus
meraba karung itu, justru terdengar suara seruan perlahan di
dalam karung. Orang itu segera melancarkan sebuah pukulan
ke arahku, Kalau aku tidak cepat kabur, pasti sudah mati di
tangan orang itu."
Betapa gembiranya Tam Goat Hua mendengar penuturan
itu,
"Menurutmu, di dalam karung itu berisi seseorang?"
Oey Sim Tit manggut-manggut.
"Aku tidak salah dengar, itu memang suara orang."
Tam Goat Hua segera berkata.
"Dia memasuki rumah yang mana, cepat bawa aku ke
sana!"

826
Oey Sim Tit memberitahukan.
"Tidak jauh dari sini, sekejap juga sampai."
Mereka berdua menembus sebuah jalan kecil. Dalam
sekejap keduanya sudah sampai di depan rumah besar ,itu,
Rumah tersebut amat megah, namun kelihatan sepi
karena dikelilingi tembok tinggi. Sampai di tembok, Tam Goat
Hua berhenti dan membatin Kalau Lu Leng jatuh di tangan
pihak Hwa San Pai, meskipun Liat Hwe Cousu tidak berada di
dalam rumah itu, namun pasti banyak jago yang tangguh
berada di situ, Maka untuk menolong Lu Leng keluar dari situ,
pasti sulit sekali
Setelah berpikir lama sekali, Tam Goat Hua baru berbisik
"Kita sudah ke mari, tentunya harus di dalam melihat-lihat.
Kau harus berhati-hali. Kalau kelihatan ada gelagat tidak
beres, harus segera meloloskan diri dan pergi mengejar
ayahku."
Oey Sim Tit diam saja, maka Tam Goat Hua cepat
melanjutkan bicaranya.
" Kau jangan bodoh! Setelah kau bertemu ayahku,
ceritakan apa adanya! Mengerti?"
Oey Sim Tit terpaksa mengangguk Kemudian mereka
berdua mencelat ke atas melewati tembok masuk ke dalam,
Tampak begitu banyak pohon rimbun disitu, sehingga
tempat tersebut mirip sebuah rimba yang dikelilingi tembok.

827
Tam Goan Hua dan Oey Sim Tit berendap-endap melewati
pohon-pohon itu, tak seberapa lama berjalan, mereka melihat
rumah itu.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, Dia tahu kalau
mereka berjalan ke depan lagi, pasti akan ketahuan dan amat
membahayakan diri mereka.
Oey Sim Tit yang berdiri di sisinya, sepertinya telah
membaca pikiran gadis ilu, maka dia segera berbisik
"Nona Tam, Ginkangku amat tinggi, biar aku pergi dulu
menyelidiki!"
Tam Goat Hua berpikir sejenak, kemudian manggutmanggut,
"Baik, tapi kau harus cepat kembali!"
Oey Sim Tit mengangguk lalu badannya berkelebat dan
dalam sekejap sudah menghilang dari pandangan Tam Goat
Hua.
Sedangkan gadis itu terus bersembunyi di balik pohon.
Hampir setengah jam dia menunggu di situ, namun belum
melihat Oey Sim Tit keluar Hati Tam Goat Hua mulai cemas.
Dia mau menyusul, tapi tiba-tiba terdengar suara aneh dari
dalam rumah itu.
Suara aneh itu mirip suara orang sedang marah. Setelah
itu terdengar lagi suara seruan.
Begitu mendengar suara seruan itu, tersentak lah hati Tam
Goat Hua, sebab kelihatannya Oey Sim Tit sudah jatuh ke
tangan musuh,

828
Ginkang Oey Sim Tit begitu tinggi, tapi dia baru masuk ke
dalam rumah itu sudah tertangkap musuh, itu tak masuk akal
sama sekali,
Kalau benar begitu, itu kecuali Liat Hwe Cousu berada di
dalam, seketika hati Tam Goat Hua menjadi gugup dan panik,
karena dia tahu, apabila Liat Hwe Cousu berada di dalam
rumah itu, rasanya sulit sekali untuk menolong Lu Leng,
Akan tetapi, dalam keadaan seperti itu, mau tidak mau
harus menempuh bahaya, Dia melesat ke rumah itu, dan
berhenti di sisi pintu, Kemudian dengan perlahan-lahan
didorongnya pintu itu dan ternyata tidak dikunci,
Kreeek! Pintu itu terbuka,
Tam Goat Hua cepat-cepat meloncat ke belakang,
Ternyata dia khawatir ada serangan mendadak dari dalam,
Akan tetapi, tiada gerakan apa pun. Tam Goat Hua
memberanikan diri mengayunkan kakinya ke dalam,
Setelah sampai di dalam, dia melihat sebuah halaman dan
berderet-deret rumah di halaman itu dengan jendela tertutup
rapat, Tadi dia mendengar suara orang, tapi kini suasana sepi
sekali seakan hanya dia seorang yang berada di tempat itu,
Tiba-tiba terdengar suara "Kreeek", pintu yang di depan itu
sudah tertutup kembali.
Bukan main terkejutnya Tam Goat Hua, Dia segera
menoleh ke belakang, seketika juga dia menarik nafas dingin,
Ternyata tampak tiga orang berdiri di silu, menatapnya
sambil tersenyum-senyum.

829
Ketiga orang itu berusia empat puluhan, tampak
berwibawa, Begitu melihat Tam Goat Hua langsung tahu,
mereka jago-jago tangguh dari Hwa San Pai.
Tam Goat Hua masih ingat, karena ingin membalas budi
pertolongan Lu Sin Kong suami istri, maka dia pernah turun
tangan melukai beberapa orang Hwa San Pai, maka terikat
dendam dengan pihak tersebut.
Di puncak Sian Jin Hong, Tam Goat Hua nyaris jatuh ke
tangan Liat Hwe Cousu, Namun berhubung Liat Hwe Cousu
berkedudukan amat tinggi dalam rimba persilatan maka tidak
mencelakai gadis itu, Kini dia berada di tempat ini, sama juga
mengantarkan diri,
Tam Goat Hua menyurut mundur, namun di belakangnya
terdengar suara tawa dingin tiga kali.
Gadis itu segera menoleh ke belakang, Tampak tiga orang
berdiri di situ sambil tertawa dingin,
Di saat ia menoleh, tampak beberapa bayangan berkelebat
ke sana, Kini jumlah mereka dua belas orang. Tam Goat Hua
terkurung di tengah-tengah.
Gadis itu menatap mereka. Kecuali tiga orang yang muncul
duluan itu berkepandaian tinggi, yang lain kalau satu lawan
satu, Tam Goat Hua masih mengalahkan mereka,
Akan tetapi, kini pihak lawan berjumlah dua belas orang,
bagaimana mungkin gadis itu dapat melawan mereka?
Tam Goat Hua sudah menduga, kedua belas orang itu
pasti Hwa San Cap Ji Tongcu,

830
Dua belas Tongcu yang dulu, sudah banyak yang terluka
di tangan Lu Sin Kong suami istri dan Tam Goat Hua, Namun
Liat Hwe Cousu segera mengangkat wakil Tongcu untuk
melengkapi lagi kedua belas Tongcu tersebut, maka tidak
berkurang satu pun,
Salah seorang yang agak tua tertawa terkekeh-kekeh
sambil menatap Tam Goat Hua lalu berkata dingin,
"Harap Nona ke ruang besar untuk bercakap-cakap!"
Orang itu mengibaskan tangannya, yang lain langsung
minggir tiga langkah seakan mempersilakan Tam Goat Hua
masuk ke dalam,
Gadis itu mengerutkan kening, kemudian melangkah ke
dalam. Kedua belas orang itu pun segera bergerak
mengiringinya, Mendadak Tam Goat Hua bergerak ke
belakang, namun sembilan orang yang ada di belakangnya
segera berputar-putar mengurung-nya.
"Kalau Nona Tam masih tidak mau masuk melalui pintu ini,
akan menerima hukuman dari Cousu," ujar salah seorangtua.
Melihat gerakan mereka, Tam Goat Hua langsung tahu
bahwa mereka telah belajar semacam formasi, maka sulit
baginya untuk menerjang keluar.
Di sana hanya terdapat sebuah lowongan, yakni pintu
masuk itu. Maka, begitu masuk ke dalam, tentunya akan
berjumpa dengan Liat Hwe Cousu, Saat itu, lebih sulit baginya
untuk meloloskan diri,

831
Akan tetapi, keadaan di depan matanya, juga tiada jalan
baginya untuk kabur Biar harus menempuh bahaya apa pun,
pokoknya harus menolong Lu Leng keluar dari tempat ini.
Tam Goat Hua terus berpikir akhirnya dia tertawa dingin
seraya berkata,
"Baik! Aku akan masuk ke dalam!"
Usai berkata begitu, dia menghimpun hawa murninya, Di
saat bersamaan, pintu itu terbuka dan tampak sebuah ruang
besar.
Tam Goat Hua sudah mengambil keputusan masuk ke
dalam, maka tidak peduli bagaimana keadaan ruang besar itu,
Akan tetapi, mendadak Tam Goat Hua bergerak cepat
melesat ke arah kiri, mengarah ke tembok, sekaligus
mengayunkan sepasang rantai besarnya untuk menghantam
tembok itu, dengan menggunakan delapan bagian tenaganya,
Plak! Plak! Terdengar suara yang memekakkan telinga,
Tembok itu langsung berlobang, kemudian Tam Goat Hua
melesat keluar melalui lobang itu.
Sayup-sayup dia mendengar suara orang berteriak
"Bagus", karena gerakannya itu sungguh cepat dan di luar
dugaan semua orang, Namun dia sama sekali tidak tahu siapa
yang berteriak itu,
Setelah melesat keluar, maka dia berada diluar kurungan
kedua belas orang itu, Kemudian secara mendadak badannya
berputar menghantam salah seorang dari mereka dengan
rantai besinya.

832
Kedua belas Tongcu adalah murid handal Liat Hwe Cousu,
tentu ilmu silat mereka tinggi sekali,
Mereka pun tahu, Tam Goat Hua adalah putri Cit Sat Sin
Kun yang amat terkenal dua puluh tahun yang lalu, sudah
pasti memiliki kepandaian tinggi pula, Tapi mereka sama sekali
tidak menduga, Tam Goat Hua akan menggunakan cara
menembus tembok untuk keluar dari kurungan mereka,
Ketika Tam Goat Hua melangkah ke dalam ruang besar
itu, mereka yakin gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa, sebab
Liat Hwe Cousu berada di situ, justru tidak disangka sama
sekali, begitu berjalan tiga langkah ke dalam, mendadak Tam
Goat Hua berputar sekaligus menghantam tembok dengan
sepasang rantai besinya, Walau Liat Hwe Cousu
berkepandaian amat tinggi, juga tidak keburu menghalanginya,
Ketika Tam Goat Hua menghantam tembok, kedua belas
Tongcu masih tidak tahu apa yang terjadi. Setelah gadis itu
berkelebat keluar, barulah mereka tahu apa yang telah terjadi
Kedua belas Tongcu mengurung Tam Goat Hua, namun
gadis itu masih dapat keluar dari kurungan itu. jangankan Liat
Hwe Cousu akan mempersalahkan mereka, bahkan pasti akan
ditertawakan oleh kaum rimba persilatan kalau kejadian itu
tersiar keluar Apakah mereka masih punya muka berjumpa
dengan kaum rimba persilatan?
Oleh karena itu, kedua belas Tongcu itu menggeram
sambil berpencar Namun tadi Tam Goat Hua mengeluarkan
jurus Tiang Coa Cut Ting (Ular panjang Keluar Goa) dan rantai
besinya telah berhasil melilit kaki salah seorang Tongcu,

833
Tongcu tersebut justru berkepandaian paling rendah di
antara kedua belas Tongcu itu. Ketika dia baru mau
mengerahkan tenaga untuk memberatkan badannya, Tam
Goat Hua menyesakkan rantai besi-nya, sehingga membuat
Tongcu tersebut melayang ke dalam ruang besar
Para Tongcu lain memekik marah dan segera mengepung
gadis itu lagi, sesungguhnya Tam Goat Hua tidak berniat
kabur, sebab dia tahu dirinya tidak akan dapat kabur dari
tempat itu,
Lagipula Lu Leng belum ada kabar beritanya, maka dia
tidak mau meninggalkan tempat tersebut
Kini dia telah berhasil menyentakkan salah seorang
Tongcu ke dalam ruangan besar, otomatis dia telah
memperlihatkan kegagahannya. Oleh karena itu, dia pun tidak
perlu bertarung lagi, malah berjalan ke pintu seraya berkata
dingin,
"Aku mau ke dalam menemui Liat Hwe Cousu! Kenapa
kalian menghalangi ku? Apakah kalian melarangku masuk?"
Kesebelas Tongcu itu amat membenci Tam Goat Hua,
namun begitu mendengar ucapan gadis itu, mereka segera
minggir memberi jalan kepadanya,
Tam Goat Hua tersenyum, kemudian merapihkan
rambutnya, setelah itu mendongakkan kepala sedikit, barulah
melangkah ke dalam,
Begitu masuk ke dalam, Tam Goat Hua melihat Tongcu
yang di lemparkannya tadi masih meringkuk di lantai, Tam
Goat Hua tahu, bahwa kini permusuhannya dengan Hwa San

834
Pai sudah bertambah dalam, maka apa salahnya kalau
permusuhan itu lebih diperdalam lagi?
Oleh karena itu, gadis itu tertawa kecil.
"Sobat ini, kenapa harus memberi hormat kepadaku
dengan cara demikian? itu tidak perlu!"
Wajah Tongcu yang meringkuk di lantai itu langsung
memerah seperti wajah kepiting rebus. Dia berusaha bangun,
setelah bangun akan segera menerjang ke arah Tam Goat
Hua.
Akan tetapi, mendadak terdengar suara bentakan yang
amat berwibawa.
"Mundur!"
Begitu mendengar suara bentakan itu, Tongcu tersebut
cepat-cepat mundur dengan kepala tertunduk.
Tam Goat Hua mendongakkan kepala untuk melihat ke
depan. Begitu melihat, dia pun terkejut dan girang,
Ternyata di dekat dinding warna merah, tampak Liat Hwe
Cousu duduk di kursi merah, di atas sebuah panggung yang
tingginya hampir tujuh kaki, itu berarti dia orang tinggi,
Di hadapan Liat Hwe Cousu bergantung dua orang yang
tidak lain Lu Leng dan Oey Sim Tit.
Tam Goat Hua menoleh ke belakang, Tampak kedua belas
Tongcu berdiri menjaganya. Gadis itu tahu, kini dirinya tidak
bisa macam-macam. Oleh karena itu, dengan tenang dia

835
melangkah ke depan kemudian memberi hormat kepada Liat
Hwe Cousu,
"Tam Goat Hua memberi hormat kepada Liat Hwe Cousu!"
Sesungguhnya gadis itu bersifat angkuh, jarang memberi
hormat kepada siapa pun.
Namun Liat Hwe Cousu seorang ketua partai Hwa San Pai.
Kalau dihitung kedudukannya, dia masih lebih tinggi setingkat
dari Cit Sat Sin Kun, maka wajar Tam Goat Hua memberi
hormat kepadanya.
Seusai memberi hormat, Tam Goat Hua lalu berdiri di
pinggir Wajah Liat Hwe Cousu tampak bengis sekali, pertanda
hatinya amat gusar Namun berhubung kedudukannya begitu
tinggi, maka kegusarannya tidak dilampiaskan sepasang
matanya menyorot tajam menatap Tam Goat Hua, kemudian
dia berkata.
"Kau juga tahu dalam rimba persilatan terdapat
kedudukan?"
Begitu mendengar ucapan Liat Hwe Cousu, Tam Goat Hua
sudah tahu bahwa ketua Hwa San Pai itu ingin menyindirnya,
dan itu membuat gadis tersebut tertawa geli dalam hati dan
membatin Kalau bertarung, ditambah seratus Tam Goat Hua
lagi juga bukan lawannya. Namun apabila mengadu mulut,
tentunya Liat Hwe Cousu bukan lawan gadis itu.
Tam Goat Hua tertawa hambar
"Sejak kecil aku sudah dididik, sudah pasti tahu dalam
rimba persilatan terdapat kedudukan, Bahkan aku juga tahu
bahwa tingkatan tua tidak boleh menghina kaum tingkatan

836
muda. Karena itu, terhadap mereka berdua yang digantung
Cousu, bukankah akan merendahkan nama dan kedudukan
Cousu?"
"Hm!" dengus Liat Hwe Cousu, "Memang benar apa yang
kau katakan"
Liat Hwe Cousu mengulurkan tangannya untuk
mematahkan kaki kursi, Selelah itu kaki kursi itu
dipatahkannya lagi menjadi dua dan mendadak disambitkannya
ke arah Lu Leng dan Oey Sim Tit.
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua terkejut bukan main,
Padahal tadi dia mencetuskan ucapan itu, hanya untuk
memanasi hati Liat Hwe Cousu, agar melepaskan Lu Leng dan
Oey Sim Tit.
Siapa nyana, Liat Hwe Cousu malah menjadi marah besar,
sehingga ingin menghabiskan nyawa mereka berdua,
Tam Goat Hua ingin mengayunkan rantai besinya, tapi
sudah terlambat karena kedua patahan ujung kursi sudah
meluncur cepat ke dada Lu Leng dan Oey Sim Tit.
Seketika sekujur badan Tam Goat Hua menjadi dingin, dan
kakinya terasa lemas sehingga dia nyaris pingsan seketika,
Akan tetapi, mendadak terjadi suatu perubahan Tiba-tiba
terdengar suara "Plak, Plak!" badan Lu Leng dan Oey Sim Tit
berjungkir balik turun ke bawah.
Tam Goat Hua sama sekali tidak mengerti apa yang telah
terjadi, karena Liat Hwe Cousu memang menggunakan kedua

837
patahan ujung kursi untuk menyambit Lu Leng dan Oey Sim
Tit, bahkan tepat mengenai dada mereka,
Akan tetapi, mereka berdua tidak terluka, sebaliknya
malah terlepas dari tali yang menggantung mereka,
Tam Goat Hua tertegun, sedangkan Lu Leng dan Oey Sim
Tit berlari ke arahnya,
Setelah berpikir sejenak, barulah Tam Goat Hua paham.
Karena ucapannya tadi, maka Liat Hwe Cousu melepaskan
mereka, menggunakan kedua patahan ujung kursi
memutuskan tali yang mengikat mereka itu. Ketika
menyambit, Liat Hwe Cousu sudah memperhitungkan tenaga
sambitannya, Oleh karena itu, Lu Leng dan Oey Sim Tit sama
sekali tidak terluka,
Setelah terpikirkan itu, Tam Goat Hua semakin terkejut
dan kagum dalam hati, sebab Lweekang Liat Hwe Cousu amat
tinggi sekali, dapat mengerahkannya sesuka hati,
Akan tetapi, walau Liat Hwe Cousu telah melepaskan tali
pengikat Lu Leng dan Oey Sim Tit, namun dia pasti punya
suatu cara menghadapi Tam Goat Hua.
Oleh karena itu, otaknya terus berputar, kemudian berkata
dengan suara rendah kepada Oey Sim Tit.
"Sobat Tit...." sebetulnya Tam Goat Hua ingin
menyuruhnya mengerahkan Ginkang untuk meloloskan diri,
lalu pergi mencari ayahnya,
Namun sebelum dia usai berkata, kedua belas Tongcu
sudah mengepung mereka membentuk sebuah lingkaran,

838
Begitu melihat keadaan itu, meskipun Oey Sim Tit memiliki
Ginkang yang amat tinggi, tapi Lweekangnya belum
sempurna, itu sulit baginya menerjang keluar, maka dia
menjadi diam tidak melanjutkan
Di saat bersamaan, Lu Leng berbisik di telinga Tam Goat
Hua,
"Kakak Tam, bagaimana kita?"
Tam Goat Hua sengaja menyahut dengan lantang.
"Saudara Lu, legakanlah hatimu! Liat Hwe Cou-su adalah
ketua Hwa San Pai yang berkedudukan amat tinggi, maka
bagaimana mungkin akan turun tangan terhadap kita
tingkatan muda?" Kemudian Tam Goat Hua memberi hormat
kepada Liat Hwe Cousu seraya melanjutkan ucapannya.
"Terimakasih atas kemurahan hati Cousu melepaskan mereka,
untuk selanjutnya kami bertiga mohon diri!"
Tam Goat Hua memberi isyarat kepada mereka berdua,
lalu berjalan keluar
Gadis itu tahu jelas, tidak begitu gampang meninggalkan
rumah itu.
Dia berbuat demikian, hanya ingin tahu cara bagaimana
Liat Hwe Cousu terhadap mereka.
Dugaannya memang tidak meleset Ketika mereka bertiga
baru melangkah, Liat Hwe Cousu mendengus .
"Hm! Kalian bertiga sungguh kurang ajar. Kalian mau pergi
juga boleh! Tapi harus berdasarkan kepandaian menerjang
keluar dari sini! Kalau tidak, aku pasti mewakili orangtua kalian

839
menghajar kalian, atau kalian kukurung di dalam penjara air
selama tiga buIan, dan dicambuk tiga puluh kali!"
Begitu Liat Hwe Cousu usai berkata, langsung muncul dua
orang berpakaian hitam dan dua orang berpakaian merah.
Dua orang berpakaian hitam itu masing-masing membawa
sebuah kunci, sedangkan dua orang berpakaian merah
masing-masing membawa sebuah cambuk,
Lu Leng amat gusar sekali, sehingga wajahnya tampak
merah padam.
"Phui! Kau punya derajat apa menghajar kami?"
Tam Goat Hua memberi isyarat kepadanya seraya berkata,
"Apa yang dikatakan Cousu memang benar...."
Lu Leng segera memotongnya.
"Kakak Tam, dia berkata tidak karuan, kenapa Kakak Tam
masih bilang benar?"
Tam Goat Hua tahu bahwa Lu Leng bersifat keras tapi
berhati lurus, Kalau dia terus berbicara, tentu akan
membangkitkan kemarahan Liat Hwe Cousu, maka dia segera
memegang bahu Lu Leng seraya berkata dengan suara
rendah.
"Saudara Lu, bagaimana kau dengar perkataanku?"
Sejak ditolong keluar dari istana Setan oleh Tam Goat Hua,
Lu Leng amat menghormatinya, bahkan timbul perasaan aneh
pula terhadapnya, Walau usianya masih muda, tidak mengerti
soal cinta, namun cintanya dalam hati justru sudah bersemi

840
terhadap gadis itu. Oleh karena itu, dia manggut-manggut
ketika Tam Goat Hua berkata begitu,
Tam Goat Hua tersenyum, kemudian berkata kepada Liat
Hwe Cousu,
"Apa yang Cousu katakan tadi memang tidak salah,
Namun sobat Oey ini sejak kecil tidak punya orangtua maupun
guru, maka harap Causu memaafkannya,
Tadi Causu bilang mewakili orangtua menghajar kami,
sedangkan sobat Oey ini sama sekali tidak punya orangtua,
tentunya Cousu tidak punya alasan untuk menghajarnya kan?"
Liat Hwe Cousu mendengus dingin,
"Hm! Biar dia pergi!"
Guguplah hati Oey Sim Tit.
"Nona Tam, kau bagaimana?"
Tam Goat Hua menatapnya seraya menyahut
"Sobat Oey, kalau kau tidak mau pergi, aku tidak akan
meladeni mu selama-lamanya!"
Wajah Oey Sim Tit yang buruk itu berubah kalem.
"Aku... aku...."
Wajah Tam Goat Hua pun berubah,
"Masih belum mau pergi?"

841
Oey Sim Tit menghela nafas panjang, lalu menundukkan
kepala dan tak bergeming dari tempat
Menyaksikan itu, Lu Leng menjadi tidak sabaran,
"Kakak Tam menyuruhmu pergi, kenapa kau masih belum
mau pergi?"
Oey Sim Tit mendongakkan kepala memandang-nya.
Tampak Lu Leng begitu tampan. Lagipula Tam Goat Hua matimatian
menolongnya, itu membuat Oey Sim Tit menjadi putus
asa. Dia menghela nafas panjang,
"Baik, aku pergi!"
Tam Goat Hua manggut-manggut sambil mendekatinya.
"lni baru benar!" Kemudian gadis itu berbisik, "Sobat Oey,
setelah meninggalkan tempat ini, cepatlah pergi mencari
ayahku! Kalau bertemu orang aneh berkedok, suruh mereka
cepat ke mari!"
Kini Oey Sim Tit baru tahu, apa sebabnya Tarn Goat Hua
menyuruhnya pergi, Maka dia mengangguk dan sekaligus
melesat pergi.
Karena Liat Hwe Cousu telah memperbolehkan Oey Sim Tit
pergi, tentunya tiada seorang pun menghalanginya,
Setelah melesat keluar, Oey Sim Tit masih menoleh ke
belakang untuk memandang Tam Goat Hua, barulah badannya
berkelebat meninggalkan rumah itu.
Liat Hwe Cousu berkata dengan suara dalam,

842
"Kalian berdua rela dihukum, masih belum mau cepat
bilang?"
Tam Goat Hua tertawa panjang,
"Apakah Cousu sudah lupa akan perkataan tadi, kami
boleh pergi berdasarkan kepandaian menerjang keluar, Kalau
tidak dapat menerjang keluar, barulah dihukum, Ya, kan?"
Dalam hati Lu Leng memang amat marah terhadap Liat
Hwe Cousu, Maka ketika mendengar Tam Goat Hua berkata
begitu, dia girang bukan main,
"Betul, Kakak Tam!"
Liat Hwe Cousu tertawa gelak,
"Ha ha ha! Baik, kalian berdua memang gagah berani!
Hwa San Cap Ji Tongcu pernah berlatih formasi Te Ki Tin Hoat
(Formasi Bumi), kalian berdua boleh menerjang formasi itu di
ruang ini!"
Tam Goat Hua dan Lu Leng memang sudah tahu, bahwa
Liat Hwe Cousu tidak akan turun tangan sendiri
Kini begitu mendengar apa yang dikatakan Liat Hwe
Cousu, dalam hati mencaci kelicikan ketua Hwa San Pai itu,
sebab mereka berdua harus menerjang Te Ki Tin Hoat yang
terdiri dari dua belas orang,
Namun urusan sudah menjadi begitu, mau tidak mau
harus menjajalnya, maka Tam Goat Hua berbisik
"Kau punya senjata?"

843
Lu Leng menyahut
"Sebetulnya aku punya sebuah golok pendek, tapi sudah
ku tancapkan di pohon berikut sepucuk surat untuk kedua
orangtuaku...."
"Tidak apa-apa." Tam Goat Hua mendongakkan kepala
seraya berseru, "Lu Leng tidak punya senjata, harap dipinjami
sebuah golok pendek!"
Liat Hwe Cousu memandang salah seorang yang berdiri
sambil manggut-manggut Orang itu segera ke dalam, tak lama
sudah kembali dengan membawa sepuluh buah golok pendek
lalu ditaruh di atas meja.
Liat Hwe Cousu berkata,
"Silakan pilih salah satu golok pendek itu!"
Lu Leng segera mendekati meja itu. Dipilihnya sebuah
golok pendek lalu kembali ke sisi Tam Goat Hua.
Gadis itu segera berbisik,
"Saudara Lu, kita berdua tidak boleh berpisah! Bagaimana
kehebatan formasi itu, kita sama sekali tidak mengetahuinya,
Oh ya, ketiga orangtua itu memiliki Lweekang tinggi, kita tidak
boleh beradu tangan dengan mereka."
Lu Leng manggut-manggut.
Sejak lahir, baru kali ini Lu Leng menghadapi situasi
seperti itu.

844
Walau dia tidak merasa takut, namun dalam hati tak
punya ide apa pun. Maklum dia masih kecil.
Tam Goat Hua dan Lu Leng berdiri dengan beradu
punggung, sedangkan kedua belas Tongcu itu mulai berpencar
menjadi empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga
orang, Mereka berdiri dalam bentuk segi empat
Sert! Sert!
Kedua belas Tongcu mengeluarkan senjata masingmasing,
yakni berupa Pan Koan Pit (Pensil Cina Kuno), Tam
Goat Hua dan Lu Leng terkepung di dalam formasi segi empat
itu,
Ketika melihat senjata tersebut, Tam Goat Hua sudah tahu
bahwa mereka pasti akan menotok jalan darah pihak lawan,
maka kelihatannya sulit memecahkan formasi Te Ki Tin Hoat
itu.
Badan Tam Goat Hua mulai berputar, namun kedua belas
Tongcu tetap berdiri diam, hanya mata mereka menyorot
tajam menatap Tam Goat Hua dan Lu Leng,
Ketika badan Tam Goat Hua berputar sampai di hadapan
Tongcu yang di pecundangi nya tadi, dia langsung
menerjangnya dengan jurus Thian Peng Te Liak (Langit
Runtuh Bumi Retak), yaitu salah satu jurus ilmu pukulan Cit
Sat Sin Ciang,
Di saat Tam Goat Hua menerjang ke arah Tongcu itu, Lu
Leng pun mencelat ke belakang, agar punggungnya tetap
beradu dengan punggung Tam Goat Hua.

845
Ketika Tam Goat Hua menyerang Tongcu itu dua Tongcu
lain yang berdiri di kiri dan kanan Tongcu itu bergerak cepat
pula menyerang Tam Goat Hua dengan Pan Koan Pit,
mengarah jalan darah Cio Bun Hiat di pinggang gadis itu,
Para Tongcu lain pun mulai bergerak Enam Tongcu maju
dua langkah sambil mengayun-ayunkan Pan Koan Pit masingmasing
ke arah Tam Goat Hua, namun itu merupakan gerakan
tipuan belaka.
Tiga Tongcu yang di hadapan Lu Leng, justru tiga
orangtua itu. Mereka bertiga pun sudah mengayunkan Pan
Koan Pit masing-masing untuk menyerang Lu Leng,
Tadi Tam Goat Hua telah memberitahukan kepadanya,
bahwa ketiga orangtua itu memiliki Lweekang tinggi, lagipula
ketika berada di rumah makan, justru mereka bertiga yang
menangkapnya ke tempat ini.
Oleh karena itu, Lu Leng bergerak cepat mengeluarkan
jurus Heng Pu Sien Khong (Air Terjun Mengalir)!
Walau Lweekang Lu Leng belum begitu tinggi, namun ilmu
goloknya amat lihay, berasal dari perguruan Go Bi Pai,
Begitu mengeluarkan jurus Heng Pu Sien Khong, tampak
golok pendek itu berkelebatan melindungi dirinya, bahkan juga
mengarah kepergelangan tangan ketiga orangtua itu, padahal
tadi ketiga orangtua itu menyerang Lu Leng dengan gencar
sekali, tapi setelah Lu Leng mengeluarkan jurus tersebut,
gerakan mereka mendadak menjadi lamban,
Ternyata mereka bertiga telah merubah gerakan, yakni
mengarahkan ujung Pan Koan Pit masing-masing untuk
menekan golok pendek Lu Leng,

846
Di saat bersamaan, Lu Leng juga merubah jurusnya. Dia
mengeluarkan jurus Lok Yap Kui Kin (Daun Rontok Kembali
Keakar), yang amat aneh, lihay dan dahsyat,
Akan tetapi, gerakan ketiga orangtua itu jauh lebih cepat,
maka ketiga batang Pan Koan Pit membentur golok pendek Lu
Leng.
Trang! Trang! Trang!
Lu Leng terkejut Ketika dia baru mau menarik senjatanya
mendadak tiga Tongcu lain sudah menyerang pinggangnya
dengan Pan Koan Pit,
Golok pendek Lu Leng tertekan oleh ketiga batang Pan
Koan Pit, maka tidak bisa bergerak sedangkan tiga Tongcu lain
sudah menyerang pinggangnya, kelihatannya Lu Leng pasti
roboh.
Di saat bersamaan, Tam Goat Hua justru berada di atas
angin. Ternyata dia berhasil memukul mundur beberapa
Tongcu dengan pukulan dan sambaran sepasang rantai
besinya,
KebetuIan dia menoleh. Karena dilihatnya Lu Leng dalam
keadaan bahaya, maka dia segera berseru .
"jangan kau lepaskan golok itu!"
Tam Goat Hua mengayunkan sepasang rantainya untuk
menyerang ketiga Tongcu yang menyerang pinggang Lu Leng,
Di saat bersamaan, sebelah tangannya pun melancarkan
sebuah pukulan mengeluarkan jurus Hong Cien Sah Cing
(Angin Berhembus pasir jadi Bersih), kemudian disusul lagi
dengan jurus Hai Kou Ciok Lan (Laut Lapuk Batu Berlobang).

847
Kedua jurus itu adalah pukulan Cit Sat Sin Ciang yang amat
dahsyat
Tiga Tongcu itu terdesak ke belakang, Namun di saat
bersamaan, salah satu Pan Koan Pit yang menekan golok
pendek itu, mendadak mengarah jalan di tenggorokan Lu
Leng,
Ketika melihat serangan itu, Lu Leng segera mengerahkan
Lweekangnya untuk menarik golok pendeknya, akan tetapi,
mendadak dia merasa ada tenaga yang amat kuat menekan
golok pendek itu,
Pada waktu bersamaan, ujung Pan Koan Pit yang satu itu
sudah mendekati tenggorokan Lu Leng,
Menyaksikan itu, Tam Goat Hua tahu kalau pertarungan
itu dilanjutkan Lu Leng pasti akan celaka, maka dia segera
berteriak.
"Tidak usah bertarung lagi, kami mengaku kalah!"
Lu Leng tahu, bahwa Tam Goat Hua mau mengaku kalah
itu disebabkan dirinya.
Seketika dia merasa gugup dan malu, sehingga wajahnya
langsung memerah dan dia nyaris menangis.
"Kakak Tam, kepandaianku masih rendah, sehingga
membuatmu harus mengaku kalah."
Sesungguhnya Lu Leng merupakan anak yang amat keras
hati. Walau belum lama dia berkecimpung dalam rimba
persilatan, namun hari itu ketika berada di menara Hou Yok,
dia dipukul oleh Han Giok Shia hingga setengah mati, tetap

848
tidak mau membuka mulut untuk minta ampun. Berdasarkan
itu, dapat diketahui betapa keras hatinya,
Bagian 17
Oleh karena itu, dia merasa cocok dengan Tam Goat Hua.
Ketika mendengar Tam Goat Hua mengaku kalah, dia segera
paham bahwa ilu demi dirinya,
Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Lu Leng, malu,
emosi dan terharu campur menjadi satu,
Tam Goat Hua amat cerdas, maka segera dapat membaca
pikiran Lu Lcng. Kcmudian dia tersenyum seraya berkata.
"Saudara Lu, kau sudah cukup besar! Apakah masih mau
menangis?"
Ucapan itu membual Lu Leng merasa tidak enak dalam
hati, Tapi dia tahu bahwa Tam Goat Hua sama sekali tidak
mempersalahkannya, maka dia pun berlega hati.
"Kakak Tam, aku tidak akan menangis."
Tam Goat Hua segera menepuk bahu Lu Leng sambil
tersenyum.
"lni baru benar! Tidak kuat melawan janganlah melawan,
tidak apa-apa kok!"
Tiba-tiba Liat Hwe Cousu tertawa dingin. Dia menatap
mereka berdua seraya berkata.

849
"Kini kalian berdua mau bagaimana?"
Tam Goat Hua mendongakkan kepala,
"Tadi Cousu, bilang, kalau kami tidak dapat menerjang
keluar dengan kepandaian, maka akan dikurung di penjara air
selama tiga bulan, atau dicambuk tiga puluh kali, Ya, kan?"
Kening Liat Hwe Cousu berkerut, entah apa yang sedang
dipikirkannya,
Berselang sesaat, dia manggut-manggut dan berkata.
"Tidak salah, tadi aku memang mengatakan begitu."
Tam Goat Hua tersenyum.
"Kalau begitu, kami boleh memilih satu di antaranya, kan?"
Liat Hwe Cousu mengangguk perlahan.
"Tidak salah! Kalian memang boleh memilih salah satu,
namun sebelumnya perlu kuberitahukan Penjara air itu amat
menyeramkan namun meskipun tiga bulan kalian dikurung di
situ nyawa kalian tidak akan melayang, Mengenai cambuk itu
adalah cambuk ekor macan, amat keras dan sekali cambuk
mengandung tenaga seratus kati lebih." Liat Hwe Cousu
memandang kedua orang yang memegang cambuk , ekor
macan "itu." "Coba kalian memperlihatkan kekuatan cambuk
ekor macan itu!"
"Ya!" sahut mereka hampir serentak.

850
Mereka menghampiri sebuah pilar, kemudian
mengayunkan cambuk ekor macan itu ke arah pilar,
Tar! Tar!
Setelah mencambuk, kedua orang itu segera kembali ke
tempat masing-masing.
Tam Goat Hua dan Lu Leng segera memandang ke arah
pilar itu, dan seketika mereka terbelalak saking terkejutnya.
Ternyata tampak bekas cambukan di pilar itu amat dalam,
Perlu diketahui, pilar itu terbuat dari kayu yang amat keras,
tapi cambuk ekor macan justru meninggalkan bekas yang
amat dalam. Maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya
cambuk ekor macan itu, jangan kata tiga puluh kali dicambuk,
satu kali pun orang tidak akan dapat bertahan.
Liat Hwe Cousu berkata lagi,
"Kalian berdua, apakah bersedia dikurung di penjara air?"
Tam Goat Hua dan Lu Leng saling memandang, kemudian
menyahut serentak,
"Tidak!"
Air muka Liat Hwe Cousu langsung berubah, Dia menatap
Tam Goat Hua dan Lu Leng dengan tajam seraya berkata,
"Kalau begitu, kalian berdua rela dicambuk tiga puluh
kali?"
Lu Leng menyahut dengan suara keras,

851
"Walau cambuk ekor macan itu amat dahsyat, namun
belum tentu dapat menghancurkan tulang kami!"
Liat Hwe Cousu sama sekali tidak menyangka, setelah
menyaksikan kehebatan cambuk ekor macan itu, mereka
berdua masih bersedia dicambuk tiga puluh kali,
Dia adalah ketua Hwa San Pai, bahkan kedudukannya
dalam rimba persilatan amat tinggi. Dia mengutus orang pergi
untuk menangkap Lu Leng, itu sudah merendahkan dirinya,
Namun dia ingin menggunakan Lu Leng untuk menekan Lu Sin
Kong, maka terpaksa berbuat begitu.
Kini Liat Hwe Cousu berharap mereka bersedia dikurung di
penjara air selama tiga buIan, dalam waktu tiga bulan,
urusannya pasti gampang diselesaikan .
Akan tetapi, Lu Leng dan Tam Goat Hua justru malah rela
dicambuk tiga puluh kali daripada dikurung di penjara air.
Perlu dikctahui, siapa yang dicambuk dengan cambuk ekor
macan itu, pasti akan menderita luka dalam yang amat parah,
kecuali orang yang memiliki Lweekang yang amat tinggi, yang
bisa bertahan di cambuk sampai tiga puluh kali.
Apabila Tam Goat Hua dan Lu Leng dicambuk sampai tiga
puluh kali, niscaya mereka berdua akan mati, seandainya Tam
Goat Hua dan Lu Leng mati dicambuk, bagaimana mungkin Cit
Sat Sin Kun dan Go Bi Pai melepaskan Liat Hwe Cousu?
Mungkin selanjutnya Hwa San Pai tidak akan dapat hidup
tenang.
Akan tetapi, tadi Liat Hwe Cousu sudah mengatakan
begitu. Berdasarkan kedudukannya, tentunya tidak bisa
ditelan kembali. itu membuat Liat Hwe Cousu amat gusar
dalam hati, kemudian dia tertawa terkekeh seraya berlanya,

852
"Kalian berdua sudah berpikir masak-masak?"
Tam Goat Hua dan Lu Leng tertawa panjang, kemudian Lu
Leng menyahut
"Lebih baik sakit sekarang daripada harus menderita tiga
bulan! cepatlah turun tangan! Tidak usah banyak bicara lagi!"
Liat Hwe Cousu mendengus dingin,
"Hm! Baiklah! Cepat gantung mereka!"
Begitu perintah itu diturunkan, seketika tampak delapan
orang maju ke hadapan Tam Goat Hua dan Lu Leng, Di saat
empat orang mendekalinya, Lu Leng membentak keras,
"Minggir!"
Keempat orang itu terperanjat dan langsung minggir
karena suara Lu Leng amat berwibawa.
Lu Leng mengerutkan kening sambil berkata,
"Kenapa kami harus digantung? Cukup berdiri saja! Kalau
kami merintih saat dicambuk, kami bukanlah orang gagah!"
Bukan main kagumnya Tam Goat Hua ketika mendengar
ucapan Lu Leng itu, dan langsung bertepuk tangan.
"Tepat sekali ucapanmu, Saudara Lu!"
Sungguh mengherankan mereka berdua tampak begitu
bersemangat untuk menerima tiga puluh kali camhukan,
bahkan tampak amat gagah pula!

853
Menyaksikan itu, Liat Hwe Cousu menjadi tambah gusar,
dan seketika juga dia membentak
"Laksanakan hukuman!"
Kedua orang yang membawa cambuk ekor macan
langsung maju ke hadapan Tam Goat Hua dan Lu Leng,
sedangkan delapan orang yang maju tadi segera mundur ke
tempat masing-masing,
Di saat kedua orang itu maju, Tam Goat Hua dan Lu Leng
justru bergandengan tangan,
Kedua orang itu sudah mengayunkan cambuk ekor macan
ke arah bahu mereka, Akan tetapi, Tam Goat Hua dan Lu Leng
tidak merasa gentar sedikit pun, malah saling memandang
sambil tersenyum-senyum.
Mereka berdua pun tidak mengerahkan Lweekang, Karena
mereka tadi sudah menyaksikan kehebatan cambuk ekor
macan itu, maka merasa percuma, mengerahkan Lweekang,
Mereka juga tahu, paling kuat hanya dapat bertahan lima
enam kali cambukan saja,
Namun mereka berdua sama sekali tidak merasa takut.
Kenapa bisa begitu? Kekuatan apa yang membuat mereka
berdua tidak merasa takut? Tidak lain adalah rasa cinta yang
membuat mereka rela mati bersama.
Walau cambuk ekor macan itu sudah hampir mengenai
bahu mereka, mereka tetap tersenyum-senyum Di saat itulah
mendadak terdengar suara "Bum" di atas rumah.

854
Menyusul tampak hancuran atap berjatuhan, di kepala
kedua orang yang sedang mengayunkan cambuk ekor macan
itu,
Betapa terkejutnya kedua orang itu dan mereka langsung
meloncat mundur sedangkan atap rumah sudah berlobang,
Kemudian tampak seseorang jatuh melalui lobang tersebut.
Di saat itulah dua belas Tongcu langsung mengayunkan
Pan Koan Pit masing-masing ke atas ke arah orang itu,
Dilihat dari keadaannya, orang itu tidak mungkin dapat
berkelit dan akan mati tertancap oleh senjata-senjata tersebut
Akan tetapi, mendadak terjadi suatu perubahan aneh,
Ternyata orang itu meluncur ke bawah laksana kilat, dan
dalam sekejap sudah jatuh di atas lantai, kelihatannya seperti
orang tidak mengerti ilmu silat
Kedua belas Tongcu melongo. Senjata mereka masih
diarahkan ke atas, namun orang yang jatuh itu sudah duduk
di lantai Perlahan-lahan dia bangkit berdiri, lalu mengurut
pinggangnya seraya bergumam,
"Aduh! Sakitnya! Sungguh tinggi ruang besar ini!"
Ketika orang itu jatuh terduduk di lantai, Tam Goat Hua
sudah melihat jelas orang tersebut memakai kedok "Buddha
Tertawa" dan sebelah tangannya memegang sebuah kipas
rombeng, Orang itu tidak lain orang aneh berkedok yang
memberi waktu tiga hari kepada Tam Goat Hua untuk mencari
Lu Leng.
Begitu melihat orang aneh berkedok itu, Tam Goat Hua
menjadi girang tapi juga cemas,

855
Girang karena orang aneh berkedok itu telah muncul,
tentunya dia tidak akan membiarkan mereka berdua
dicambuk.
Cemas lantaran sudah mendengar dari ayahnya, bahwa
orang aneh berkedok itu kadang-kadang amat sadis dan tak
berperasaan Kalau bertemu dia harus segera menghindar,
namun kini gadis itu malah punya hubungan dengan orang
aneh berkedok itu, entah bagaimana kelanjutannya? Celaka
atau selamat?
Di saat orang berkedok itu bangkit berdiri, tiga Tongcu
cepat-cepat mendekatinya, sekaligus mengayunkan senjata
masing-masing untuk menyerang-nya.
Orang aneh berkedok tidak berkelit, melainkan
merentangkan sepasang tangannya seakan baru bangun dari
tidur, kemudian membuat sebuah lingkaran
Setelah sepasang tangannya diturunkan, wajah ketiga
Tongcu itu tampak kehijau-hijauan. Ternyata ketiga batang
Pan Koan Pit sudah berpindah ke tangannya,
Betapa girangnya Lu Leng menyaksikan itu, Dia tertawa
sambil bertepuk tangan dan kemudian berseru kagum.
"Kungfu yang luar biasa!"
Tam Goat Hua ingin mencegah, tapi sudah terlambat.
Orang aneh berkedok memandangnya sambil tertawa,
kemudian bertanya,
"Bocah, kau berminat belajar kungfu ini?"

856
Lu Leng menyahut cepat dengan wajah berseri
"Tentu berminat"
Orang aneh berkedok tertawa gelak,
"Ha ha ha! Perlahan-lahan tidak akan terlambat." ujarnya,
kemudian menimbang-nimbang ketiga batang Pan Koan Pit itu
dengan telapak tangannya, setelah itu bergumam "Eh? Apa
gunanya benda ini?"
Kedua belas Tongcu Hwa San Pai, sebetulnya berasal dari
golongan hitam, namun kemudian berguru kepada Liat Hwe
Cousu, Mereka memiliki senjata yang berbeda, namun ketika
melatih formasi Te Ki Tin Hoat, mereka semua menggunakan
Pan Koan Pit. Senjata tersebut dibikin dari besi murni
Akan tetapi, orang aneh berkedok justru berpura-pura
tidak mengenali senjata itu. Dia mengge1eng-gelengkan
kepala dan bergumam lagi : "Kelihatannya tidak begitu
berguna."
Diputarnya ketiga batang Pan Koan Pit itu lalu
dilemparkannya ke lantai Sungguh menakjubkarn,. tahu-tahu
ketiga batang Pan Koan Pit itu sudah berubah bentuk menjadi
seperti gelang, Kemudian dia memandang Liat Hwe Cousu
sambil berkata,
"Selamat bertemu! Selamat bertemu!" ucapnya.
Begitu orang aneh berkedok muncul, Liat Hwe Cousu
sudah mengenalinya, karena dia pernah muncul di puncak
Sian Jin Hong, dan melancarkan sebuah pukulan
mengundurkan Ang Eng Leng Long ketua Go Bi Pai.

857
Ketika ilu, Liat Hwe Cousu sudah tahu, bahwa kepandaian
orang aneh berkedok tidak berada di bawah kepandaiannya,
Akan tetapi, berdasarkan pengalamannya yang sudah
puluhan tahun dalam rimba persilatan, dia justru tidak ingat
siapa orang aneh berkedok itu.
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu segera mengibaskan
tangannya, Setelah kedua belas Tongcu mundur ke tempat
masing-masing, barulah dia menyahut dengan dingin,
"Memang selamat bertemu!"
Orang aneh berkedok berkata.
"Tadi aku berada di atap rumah, menyaksikan Cousu
memperlakukan kedua anak itu, sungguh mengesankan!
Pantas Hwa San Pai begitu terkenal dalam rimba persiiatan,
aku kagum sekali!"
Ucapan itu merupakan sindiran yang amat tajam dan
pedas, membuat wajah Liat Hwe Cousu langsung berubah. Dia
tak mampu menimpali ucapan itu, hanya mengeluarkan suara
dengusan saja.
Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak,
"Ha ha ha!" Dia pun menggapaikan tangannya ke arah
Tam Goat Hua dan Lu Leng. "Anak-anak, kalian sudah
merasakan kehebatan Hwa San Pai! selanjutnya kalau
berjumpa kaum rimba persilatan, harus di sebar luaskan!
Kenapa kalian belum mau pergi?"

858
Lu Leng merasa suka kepada orang aneh berkedok itu,
bahkan juga amat kagum akan kepandaiannya, Maka dia
segera berkata.
"BetuI! perkataan Cianpwee tidak salah, kami pasti akan
mengorbitkan nama Hwa San Pai!"
-ooo0ooo-
Bab 39
Setelah berkata begitu, Lu Leng menarik Tam Goat Hua
untuk diajak keluar, Baru dua langkah mereka berjalan,
terdengar Liat Hwe Cousu bertanya dengan suara dalam,
"Sobat, kau ingin membawa mereka berdua pergi?"
Orang aneh berkedok bertepuk tangan seraya menyahut
"Dugaanmu tidak meleset, aku memang bermaksud
demikian!"
Nadanya kedengaran bisa pergi semaunya di hadapan Liat
Hwe Cousu, bahkan juga bisa membawa pergi Tam Goat Hua
dan Lu Leng,
Mendengar ucapan itu, Liat Hwe Cousu langsung tertawa
gelak, Dia tetap duduk diam di kursi, namun jubah merah di
badannya justru terus bergoyang, kelihatannya memang
seperti api yang menyala-nyala.
Usai tertawa, dia pun berkata.

859
"Harap Anda tinggalkan nama, agar aku dapat bersahabat
dengan Anda!"
"Oh?" Orang aneh berkedok kelihatan seperti tertegun.
"Asal kau menyebut namaku, maka aku boleh membawa
mereka pergi?"
Liat Hwe Cousu manggut-manggut.
"Tidak salah."
Liat Hwe Cousu mengatakan begitu, karena dia sudah
melihat orang aneh berkedok itu berkepandaian amat tinggi,
tentunya bukan tokoh tak ternama dalam rimba persilatan
Namun dia memakai kedok "Buddha Tertawa", sudah pasti
punya suatu kesulitan Asal dia menyebut namanya, Liat Hwe
Cousu pasti punya cara lain untuk menghadapinya.
Orang aneh berkedok tertawa,
"Baik, akan kuberitahukan! Margaku Siauw bernama Cien
Sun."
Dari tadi Liat Hwe Cousu sudah pasang kuping
mendengarkan Begitu mendengar dia bermarga Siauw,
tertegunlah dalam hatinya, karena tiada seorang tokoh
ternama bermarga Siauw,
Siauw Cien Sun, gumam Liat Hwe Cousu dalam hati,
Setelah bergumam berulang kali dalam hati, barulah dia
tersadar bahwa orang aneh berkedok menggunakan nama
palsu,
Dapat dibayangkan, betapa gusarnya Liat Hwe Cousu, Dia
tertawa dingin lalu berkata,

860
"Anda harus meninggalkan kedua anak itu!"
Orang aneh berkedok tampak tercengang,
"Eh? Kau duduk di kursi yang begitu tinggi kelihatannya
memang mirip manusia, tapi kenapa omonganmu seperti
kentut? Setelah omong malah tidak dilaksanakan
Liat Hwe Cousu menyahut
"Aku menghendakimu meninggalkan nama!"
Orang aneh berkedok berkata dengan penuh rasa heran
"Aneh! Apakah kau tuli? Aku sudah memberitahukan
namaku Siauw Cien Sun, kau kok tidak dengar?"
Liat Hwe Cousu tertegun, sebab orang aneh berkedok
tetap mengaku bernama itu, sedangkan dia sendiri tidak dapat
membuktikannya bukan bernama Siauw Cien Sun, kecuali bisa
menyebut nama aslinya,
Liat Hwe Cousu merasa dirinya dipermainkan Dalam kurun
waktu dua puluh tahun ini, sama sekali tidak pernah terjadi
urusan tersebut. otomatis membuat kegusarannya makin
memuncak, Dia tertawa dingin seraya berkata,
"Aku tidak pernah menelan perkataan sendiri, namun
terhadap orang yang tidak berani menyebut nama aslinya, aku
pun terpaksa menelan perkataanku tadi."
Ketika orang aneh berkedok baru mau menyahut, justru
Lu Leng telah mendahuluinya.

861
"Jangan tidak tahu malu, omongan sendiri bagaikan
kentut! Mau bilang apa lagi? Orang sudah memberitahukan
bernama Siauw Cien Sun, kok tidak percaya sih?"
Sepasang mata Liat Hwe Cousu menyorot tajam ke arah
Lu Leng. Bahkan di wajahnya tersirat hawa membunuh.
Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Orang aneh berkedok tertawa,
"Bocah tidak boleh kurang ajar, Dia ketua suatu partai.
Tadi dia berkata begitu karena saking gusarnya, maka harus
dimaafkan!"
Mereka berdua saling bersahut-sahutan, itu sungguh
membuat Liat Hwe Cousu tak dapat bersabar Iagi. Tatapannya
yang diarahkan ke tempat lain, kembali mengarah Lu Leng
dengan tajam dan dingin,
Tadi Lu Leng tidak begitu takut kepada Liat Hwe Cousut
apalagi sekarang punya dekingan orang aneh berkedok itu.
Maka dia membatin. Tadi kau pelototi aku tentunya aku pun
boleh memelototimu juga!
Oleh karena itu, Lu Leng langsung bertolak pinggang,
kemudian memandang ke arah Liat Hwe Cousu. Ketika beradu
pandang, Lu Leng menjadi tertegun, karena seketika dia
merasa kepalanya pusing sekali, pengalaman Lu Leng dalam
rimba persilatan masih dangkal, tidak tahu bahwa Hwa San
Pai memiliki semacam ilmu yang amat lihay, yaitu ilmu Hian
Sin Hoat yang dapat mengendalikan orang lain dengan
tatapan mata.
Lu Leng sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi atas
dirinya, hanya merasa pusing kepala saja.

862
Tam Goat Hua menoleh untuk memandangnya, Dilihatnya
wajah Lu Leng memerah, keringatnya pun terus mengucur
dari keningnya, Betapa terkejutnya gadis itu, maka dia
langsung berseru,
"Cianpwee, lihatlah!".
Orang aneh berkedok menyahut,
"ltu permainan anak kecil, tak pantas diperlihatkan di sini!"
Usai menyahut, dia menjulurkan tangannya untuk
mengipas muka Lu Leng dengan kipasnya,
Lu Leng merasa gelap di depan matanya. Maka hatinya
terasa tersentak itu membuatnya menarik nafas dalam-dalam,
Rasa pusing dan merasa dirinya jatuh ke dalam jurang, hilang
lenyap seketika.
Begitu melihat wajah Lu Leng mulai normal kembali, Tam
Goat Hua segera menariknya dan berkata,
"Adik Leng, tua bangka itu memiliki Lweekang yang amat
tinggi, kau tidak boleh beradu pandang dengannya!"
Usai berkata, wajah Tam Goat Hua pun berubah kemerahmerahan,
karerm tadi tanpa sengaja memanggil "Adik Leng"
pada Lu Leng, itu merupakan panggilan yang cukup mesra.
Lu Leng tidak menyadari hal itu, dan langsung menyahut
"Aku tahu, Kakak Goat!"

863
Kini Lu Leng pun memanggil "Kakak Goat" pada Tam Goat
Hua, otomatis membuat hati gadis itu berbunga-bunga.
sedangkan orang aneh berkedok tertawa gelak dan menatap
Liat Hwe Cousu seraya berkata.
"Kau tidak perlu banyak omong kosong lagi! Kita berdua
pun harus bertanding !
Liat Hwe Cousu manggut-manggut,
"Tidak salah! Bagaimana menurutmu cara kita
bertanding?"
Orang aneh berkedok segera menyahut "Kedudukanmu
sebagai ketua, tapi aku pun tidak mau memandang rendah
diriku sendiri! Kita berdua, tentunya tidak akan bertanding
secara tidak karuan. Ya, kan?"
Liat Hwe Cousu mengangguk "Bagaimana menurutmu?"
Orang aneh berkedok memberitahukan. "Kita bertanding tiga
ronde Siapa yang dapat memenangkan dua ronde, dialah
pemenang." Liat Hwe Cousu bertanya dengan dingin, "Kalau
menang, lantas bagaimana ?" Orang aneh berkedok menyahut
"Sebetulnya urusan amat gampang dibereskan hanya saja kau
suka menelan omongan sendiri, maka jadi repot"
Liat Hwe Cousu tertawa aneh.
"Hanya mengadu mulut untuk memenangkan suatu
pertandingan ?"
Orang aneh berkedok menatapnya seraya berkata .
"Asal kau setuju, pasti tidak akan menyesal ?" Liat Hwe
Cousu mengangguk.

864
"Tentu."
Orang aneh berkedok manggut-manggut, "Bagus! Kalau
aku menang, pasti akan membawa pergi kedua anak itu.
sebaliknya apabila kau menang, tidak hanya kedua anak itu
harus dicambuk tiga puluh kali, bahkan aku pun bersedia
dicambuk seratus kali."
Ketika Liat Hwe Cousu baru mau menyahut, Lu Leng justru
mendahuluinya,
"Cianpwee, kalau begitu Cianpwee pasti rugi, Sebab
cambuk ekor macan itu amat hebat"
Orang aneh berkedok menoleh memandangnya,
"Kalau kalah, tentunya harus pasrah dengan hukuman."
Sementara Liat Hwe Cousu terus berpikir Berdasarkan
Lweekangnya yang sudah dilatih puluhan tahun, sudah pasti
tidak akan kalah, Asal dapat memenangkan dua ronde, dia
pasti akan mencambuk orang aneh berkedok itu seratus kali,
Kalau pun orang aneh berkedok itu tidak mati, dia telah
melampiaskan kegusarannya.
Oleh karena itu, Liat Hwe Cousu manggut-manggut
"Baik, cara bagaimana kita bertanding?"
Orang aneh berkedok menjawab.
"Tentunya secara adil." Kita bertanding tiga ronde. Ronde
pertama kau boleh menentu kannya, ronde kedua aku, ronde
ketiga harus disetujui kedua belah pihak."

865
Liat Hwe Cousu berpikir sejenak, cara demikian memang
adil, sama sekali tiada kecurangan, Kemudian dia manggutmanggut
"Baik, ronde pertama aku yang menentukannya?"
Orang aneh berkedok tertawa.
"Tidak salah."
Liat Hwe Cousu tertawa, kemudian berseru,
"Bawa dua buah batu hijau ke mari!"
Tampak empat orang mengiyakan, lalu masuk ke dalam,
Tak seberapa lama, mereka berempat mengangkat dua buah
batu hijau, ke ruang besar itu,
Kedua buah batu itu berbentuk segi empat, tebal tujuh
centi meter, panjang dan lebar tiga meter. Setelah menaruh
batu itu ke bawah, keempat orang itu kembali ke tempat
masing-masing.,
Liat Hwe Cousu1 bangkit perlahan-lahan, Setelah turun
dari panggung tinggi itu, dia langsung mendekati batu hijau
tersebut
Saat ini hati Lu Leng mulai tegang, maka dia segera
bertanya.
"Kakak Goat, mau apa Liat Hwe Cousu?"
Tam Goat Hua menggelengkan kepala,

866
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
Lu Leng bertanya lagi dengan suara rendah.
"Kakak Goat, bagaimana menurutmu, apakah Cianpwee
aneh itu akan menang?"
Tam Goat Hua tertawa,
"Aku tidak tahu dan tidak berani memastikannya."
Di saat mereka berdua bercakap-cakap, Liat Hwe Cousu
sudah berada di hadapan batu hijau,
Dia menjulurkan sebelah kakinya untuk menggaet salah
sebuah batu hijau hingga berdiri, kemudian menyingkap
lengan jubahnya sehingga tampak tangannya yang kurus
kering,
Perlahan-Iahan telapak tangannya mengarah batu hijau
itu, lamban dan kelihatan amat hati hati sekali.
Tak seberapa lama, barulah telapak tangannya,
menyentuh bagian tengah batu hijau,
Ketika telapak tangannya menyentuh baju hijau, ubunubunnya
mengepulkan uap putih. Kelihatannya dia sedang
mengerahkan tenaga sakti,
Tam Goat Hua dan Lu Leng memang amat membenci Liat
Hwe Cousu, namun ketika menyaksikannya mengerahkan
Lweekang, mereka berdua amat kagum dalam hati,

867
Berselang beberapa saat ketnudian, Liat Hwe Cousu
menarik kembali telapak tangannya, Dia tertawa gelak sambil
mengibaskan lengan jubahnya perlahan-lahan ke arah batu
hijau,
Hingga di saat Liat Hwe Cousu tertawa gelak dan
mengibaskan lengan jubahnya, Tam Goat Hua dan Lu Leng
masih tidak tahu apa yang dilakukan ketua Hwa San Pai itu,
Akan tetapi, setelah Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan
jubahnya, semula semua orang yang berada di ruang besar itu
umpak tertegun, termasuk Tam Goat Hua dan Lu Leng,
kemudian mereka semua berseru kagum.
Ternyata setelah Liat Hwe Cousu mengibaskan lengan
jubahnya, tampak semacam tepung kehijau-hijauan
berterbangan lalu muncul sebuah lobang di tengah-tengah
batu hijau itu, itu merupakan Lweekang yang amat tinggi,
maka tidak mengherankan kalau semua orang berseru kagum.
Terdengar orang aneh berkata,
"Bagus! sungguh luar biasa! Liat Hwe Cousu memang
tidak bernama kosong! Kalian bocah berdua, harus tahu
betapa tingginya Lweekang yang dimiliki Liat Hwe Cousu!
Sebab batu hijau yang berdiri itu gampang roboh maka kalau
sekali pukul menjadi hancur, itu tidak mengherankan! Namun
dengan telapak tangan menyentuh batu hijau itu, lalu
mengerahkan Lweekang dan batu hijau itu tetap tidak roboh,
akhirnya berlobang di tengah-tengah, itu merupakan
Lweekang tingkat tinggi Iho!"
Mendengar itu, Tam Goat Hua dan Lu Leng tahu, bahwa
orang aneh berkedok memanfaatkan kesempatan itu untuk
menjelaskan tentang Lweekang tingkat tinggi kepada mereka.

868
Mereka berdua segera memberi hormat seraya berkata.
“Terimakasih atas penjelasan Cianpwee!"
Orang aneh berkedok tertawa.
"Ha ha ha! Liat Hwe Cousu telah memperlihatkan tenaga
saktinya, maka aku pun terpaksa harus memperlihatkan
kejelekanku!"
Liat Hwe Cousu menyahut dengan dingin,
"Ronde pertama ini membuat sebuah lobang di batu hijau,
itu hanya terhitung setengah ronde Sebab masih ada setengah
ronde yang belum diperlihatkan!"
Orang aneh berkedok sudah tahu dari tadi, bahwa orang
yang berkepandaian seperti itu dalam rimba persilatan dapat
dihitung dengan jari, Tapi Liat Hwe Cousu pun tahu, itu tidak
akan menyulitkan orang aneh berkedok. Oleh karena itu, dia
harus berusaha meraih kemenangan di ronde pertama,
Orang aneh berkedok tertawa seraya bertanya.
"Apa yang setengah ronde lagi? Bolehkah diperlihatkan
sekarang? Kalau aku tidak dapat melakukannya, lebih baik
mundur dari pada harus mempermalukan diri sendiri!"
Liat Hwe Cousu tertawa,
"Lebih baik Anda lobangi dulu batu hijau itu!"
Orang aneh berkedok tahu bahwa Liat Hwe Cousu agak
letih setelah mengerahkan Lweekang, maka tidak mau

869
memberitahukan tentang yang setengah ronde, sebetulnya
orang aneh berkedok akan mengaku kalah di ronde pertama,
itu demi menjaga hawa murninya agar dapat meraih
kemenangan di ronde kedua dan di ronde ketiga,
Akan tetapi, dia justru tidak mau bertindak lemah di
hadapan semua orang, terutama di hadapan Lu Leng, sebab
akan membuatnya kecewa dan selanjutnya bagaimana bisa
mengangkatnya sebagai murid?
Karena itu, dia langsung tertawa panjang.
"Baik!"
Dia membungkukkan badannya sedikit, kemudian
menjulurkan tangannya dan telapak tangannya ditempelkan di
batu hijau,
Tadi Liat Hwe Cousu melakukan itu dengan hati-hati
sekali, sedangkan orang aneh berkedok malah kelihatan asal
saja,
Batu hijau itu bergoyang sedikit ketika telapak tangan
orang aneh berkedok ditempelkan, berselang sesaat, ubunubun
orang aneh berkedok mulai mengepulkan uap putih,
Setelah itu, barulah dia melepaskan tangannya, lalu
mundur selangkah sekaligus membuka mulut meniup batu
hijau itu, Tampak tepung kehijau-hijauan berterbangan dan
batu hijau itu pun sudah berlubang. seketika terdengar tepuk
sorak yang riuh gemuruh, Orang aneh berkedok manggutmanggut
kepada semua orang sambil tersenyum-senyum.
Wajah Liat Hwe Cousu tampak berubah dingin,

870
"Lweekang Anda sungguh tinggi, membuatku merasa
kagum sekali!"
Orang aneh berkedok menyahut
"Sama-sama!"
Liat Hwe Cousu terus tertawa dingin,
Orang aneh berkedok justru bertanya.
"Liat Hwe Cousu, bagaimana yang setengah ronde?"
Wajah Liat Hwe Cousu menyiratkan rasa bangga,
kemudian menyahut.
"Sisa yang setengah ronde itu, asal kau dapat meniru nya
berarti kau menang!"
Orang aneh berkedok tertegun. Liat Hwe Cousu berani
omong besar, tentunya sisa setengah ronde itu pasti
mengejutkan pikirnya,
"Silakan!" ucapnya.
Liat Hwe Cousu mendekati batu hijau itu, Setelah berjarak
kira-kira beberapa depa, mendadak dia membungkukkan
badannya lalu sebelah tangannya menekan lantai
Semua orang tidak tahu apa yang akan dilakukannya,
Tiba-tiba badan Liat Hwe Cousu meluncur bagaikan panah
yang terlepas dari busur, mengarah ke batu hijau,

871
Semua orang tercengang, Di saat kepalanya hampir
menabrak batu hijau itu, mendadak tampak bayangannya
menerobos keluar dari lobang batu hijau tersebut, yang
besarnya hanya hampir setengah meter bulatan, setelah
menerobos keluar dari lobang itu, Liat Hwe Cousu pun
menggunakan gerakan Nai Yan Tou Lim (Anak Walet Terbang
Keatas), dia sudah berdiri di atas batu hijau itu, bergoyanggoyang
sedikit lalu diam,
Kali ini Tam Goat Hua. Lu Leng dan lainnya nyaris tidak
percaya akan apa yang mereka saksikan,
Sebab lobang itu hanya bisa dilewati kepala, tidak mungkin
bisa dilewati bahu, Akan tetapi, jelas tadi Liat Hwe Cousu
menerobos keluar dari lobang itu,
Lagipula apabila bahu menyentuh pinggiran lobang itu,
batu hijau tersebut pasti roboh. Tapi tadi cuma bergoyang
sedikit, itu sungguh menakjubkan!
Liat Hwe Cousu menatapnya dingin seraya berkata,
"Kini giliran Anda!"
Orang aneh berkedok berjalan mondar-mandir beberapa
langkah, lalu menyahut
"Sok Kut Sin Kang (llmu Menyusut Tulang) Hwa San Pai
memang tiada duanya dalam rimba persilatan, maka ronde
pertama ini aku mengaku kalah."
Setelah orang aneh berkedok mengatakan itu, barulah
Tam Goat Hua dan Lu Leng tahu, bahwa tadi Liat Hwe Cousu
menggunakan ilmu Sok Kut Sin Kang.

872
Sesudah tahu itu, hati mereka pun menjadi cemas karena
orang aneh berkedok telah kalah satu ronde.
Kalau ronde berikutnya dia kalah lagi, Tam Goat Hua dan
Lu Leng pasti akan dicambuk tiga puluh kali, bahkan dirinya
akan dicambuk seratus kali.
Liat Hwe Cousu berkata dengan sikap angkuh,
"Ronde pertama sudah tahu siapa yang menang,
Kemudian bagaimana cara pertandingan ronde kedua, harap
dijelaskan!"
Orang aneh berkedok tertawa,
"Bolehkah aku minta sedikit barang?"
Liat Hwe Cousu mengangguk
"Katakan saja!"
Orang aneh berkedok menengok ke sana ke mari, lalu
berkata.
"Rumah ini banyak penghuninya, dapurnya pasti tidak
kecil!"
Semua orang yang berada di ruang besar itu, termasuk
Liat Hwe Cousu tampak tercengang. Mereka mengira, setelah
kalah di ronde pertama, orang aneh berkedok itu saking
tegangnya menjadi bertanya tentang dapur Maka semua
orang memandangnya,

873
Liat Hwe Cousu mengeluarkan suara dengusan,
"Hm! Apa maksud ucapan Anda?"
Orang aneh berkedok juga ikut mengeluarkan suara
dengusan.
"Hm! Aku cuma sekedar bertanya, padahal aku ingin
bertanya apakah di dapur terdapat telor ayam?
"Kalau ada, tolong ambilkan dua puluh butir, aku pasti
tidak akan mengecewakan kalian semua."
Semua orang saling memandang, Mereka sama sekali
tidak mengerti untuk apa dia minta telor ayam dua puluh butir
Apakah untuk dimakan mentah agar badannya bertambah
sehat?
Liat Hwe Cousu segera memerintah dua orang ke dapur
mengambil telor ayam,
Kedua orang itu langsung berlari ke dalam dan tak lama
sudah kembali dengan membawa sebuah keranjang kecil
berisi dua tiga puluh butir telor ayam,
Orang aneh berkedok menghitung telor itu kemudian
berkata.
"Lebih dari dua puluh bulir, tapi cukup pakai dua puluh
butir saja, Liat Hwe Cousu, kita masing-masing pakai sepuluh
butir!"
Kata orang aneh berkedok berkata begitu, seketika juga Lu
Leng tertawa geli dan bertanya.

874
"Cianpwee, apakah Cianpwee akan berlomba cepat
menelan telor ayam dengan dia?"
Orang aneh berkedok tertawa seraya menyahut
"Tentu tidak."
Mendadak dia menjulurkan tangannya ke dalam
keranjang, untuk mengambil telor ayam, Setelah kedua
tangannya masing-masing menggenggam dua butir, dia lalu
membalikkan badannya sekaligus menyambit kan keempat
butir telur ayam itu.
Luncuran keempat butir telor itu tidak begitu cepat.
Kelihatannya seperti berayun-ayun di udara, mengarah ke
sebuah pilar yang terdapat bekas cambuk ekor macan.
Keempat butir telor ayam itu terus meluncur, seakan
menabrak pilar itu.
Setiap orang yang ada di ruang besar itu yakin bahwa
keempat butir telor ayam itu pasti akan pecah menabrak pilar
tersebut Akan tetapi, meskipun terdengar suara benturan,
keempat butir telor ayam itu tidak pecah, sebaliknya malah
masuk ke dalam pilar
Saking kagum dan takjub, semua orang menjadi melongo
sehingga lupa bertepuk sorak,
Orang aneh berkedok tertawa, Kedua tangannya
dimasukkan ke dalam keranjang itu, lalu diambilnya empat
butir telor lagi dan disambitkan ke arah pilar tadi.
Plak! Plak! Plak! Plak!

875
Keempat butir telor ayam masuk ke dalam pilar dalam
posisi berderet lurus.
Orang aneh berkedok tidak berhenti sampai di silu, Dia
tertawa panjang sambil menjulurkan sebelah tangannya ke
dalam keranjang, Tampak sebutir telor ayam yang kesembilan
meluncur ke atas, dan mendadak sebutir telor ayam yang
kesepuluh meluncur ke arah telor ayam itu, sekaligus
membentumya, lalu kedua-duanya meluncur ke arah pilar.
Plak! Telor ayam yang meluncur duluan masuk ke dalam
pilar, disusul oleh telor ayam berikutnya, masuk ke dalam pilar
di bawah telor yang kesembilan itu,
Seketika terdengar tepuk sorak yang gemuruh, namun di
antara mereka, Tam Goat Hua dan Lu Lenglah yang paling
gembira.
Orang aneh berkedok manggut-manggut, kemudian
berkata perlahan.
"Kalian semua tidak perlu memujiku, itu hanya kebetulan
saja, Kemungkinan besar dapat dilakukan Liat Hwe Cousu jauh
lebih baik dariku."
Ketika menyaksikan orang aneh berkedok memperlihatkan
kepandaian itu, diam-diam Liat Hwe Cousu terkejut dalam
hati,
Dia berpikir, Lweekangnya memang sudah mencapai ke
tingkat yang amat tinggi, namun ilmu Lweekang Hwa San Pai
sudah tidak begitu murni, maka sulit melakukan seperti apa
yang dilakukan orang aneh berkedok itu.

876
Berdasarkan kemurnian Lweekang orang aneh berkedok
itu, tentunya bukan berasal dari golongan sesat.
Setelah berpikir demi kian, mendadak dia teringat
seseorang, dan seketika juga menjadi tertegun,
Orang aneh berkedok memandangnya.
"Eh? Kenapa kau? Apakah mau mengaku kalah?"
Ucapan itu membuat Liat Hwe Cousu tertawa dingin
seraya menyahut
"Aku akan berusaha sekuat tenaga, apakah dapat
melakukan seperti itu."
Nada bicaranya kedengaran yakin sekali dapat melakukan
seperti itu, Dia mendekati keranjang yang berisi telor ayam,
sekaligus menjulurkan kedua tangannya ke dalam keranjang
itu untuk mengambil empat butir telor ayam, lalu
disambitkannya ke arah pilar tersebut
Plak! Plak! Plak! Plak!
Keempat telor ayam itu masuk ke dalam pilar, dan
seketika dua belas Hwa San Tongcu bertepuk sorak.
Begitu mendengar tepuk sorak itu, Lu Leng langsung
melotot
"Jangan bergembira dulu, masih ada enam butir telor!"
Di saat Lu Leng berkata begitu, terdengar lagi suara "Plak"
empat kali, ternyata Liat Hwe Cousu sudah menyambitkan lagi

877
empat butir telor ayam dan keempat-empatnya masuk ke
dalam pilar dalam posisi berderet lurus dengan telor-telor yang
disambitkan pertama kali,
Tam Goat Hua dan Lu Leng menyaksikan itu. Hati mereka
mulai tegang sehingga tanpa sadar mereka saling
menggenggam tangan erat-erat dan di telapak tangan mereka
telah merembes keluar keringat dingin, sedangkan suasana di
ruang besar itu berubah menjadi hening sekali.
Liat Hwe Cousu mengambil dua butir telor, Ditimangtimangnya
sejenak telor-telor itu lalu dilemparnya sebutir ke
atas, itu adalah telor ayam kesembilan, Mendadak terdengar
suara "Plak", telor kesepuluh sudah membentur telor itu, lalu
kedua-duanya meluncur ke arah pilar,
Plak! Plak!
Kedua telor ayam itu tidak masuk ke dalam pilar, tapi
pecah dan tampak kuningnya meleleh keluar
Tam Goat Hua dan Lu Leng menarik nafas lega, kemudian
Lu Leng langsung tertawa seraya berseru.
"Kakak Goat, dia pasti sudah lapar, ingin makan kuning
telor!"
Tam Goat Hua tertawa geli. Dia memandang Lu Leng dan
berkata,
"Adik Leng, jangan omong sembarangan! Liat Hwe Cousu
bisa melakukan itu, pertanda Lweekangnya sudah amat tinggi
sekali!"

878
Mereka berdua berkata dan menyahut, tentunya Liat Hwe
Cousu mendengarnya. Namun walau amat gusar dalam hati,
dia memang kalah, maka dia menekan hawa kegusarannya,
lalu berkata dengan suara dalam.
"Bagaimana dengan ronde ketiga?"
Orang aneh berkedok menyahut,
"Cara pertandingan ronde ketiga, harus disetujui kedua
belah pihak. Bagaimana menurutmu?"
Liat Hwe Cousu manggut-manggut sambil berpikir
memang masih ada beberapa macam ilmu andalan Hwa San
Pai, namun kalau dia mengajukannya, belum tentu orang aneh
berkedok akan menyetujuinya, Oleh karena itu, dia diam saja,
Orang aneh berkedok berjalan mondar-mandir sejenak,
setelah itu barulah berkata,
"Aku akan mengajukan sebuah teka-teki, kau pun
mengajukan sebuah teka-teki pula bagaimana?" padahal saat
ini suasana di ruang besar itu amat tegang, sebab semua
orang ingin menyaksikan pertandingan ronde ketiga, yang
pasti jauh lebih seru,
Akan tetapi, orang aneh berkedok mendadak mengusulkan
begitu, maka suasana yang tegang itu pun sirna seketika,
sebaliknya malah terdengar suara tawa geli.
Wajah Liat Hwe Cousu tetap dingin, kemudian dia
menghardik
"Omong kosong! Tentunya kita akan mengadu kepandaian
!"

879
Orang aneh berkedok menyahut
"Kalau begitu, apa saranmu?"
Liat Hwe Cousu berpikir asal-usul orang aneh berkedok itu
telah dapat diduganya sedikit Kalau mengadu Lweekang,
sudah jelas akan kalah. Hanya ada satu jalan, yaitu bergebrak
dengannya.
Mengenai pertandingan ronde ketiga ini, memang
merupakan persoalan yang amat sulit Men-dadak Liat Hwe
Cousu teringat akan usulan orang aneh berkedok yang
kedengarannya seperti bergurau, namun justru suatu jalan,
Perlu diketahui, Liat Hwe Cousu pernah belajar ilmu surat dan
ilmu sastra, maka dia yakin tidak akan kalah dalam hal itu,
seandainya kalah mengadu teka-teki, tersiar keluar pun tidak
akan mempermalukan diri sendiri, paling kaum rimba
persilatan cuma tertawa geli, Setelah berpikir sampai di situ,
barulah Liat Hwe Cousu berkata.
"Aku memang tidak terpikirkan cara terbaik untuk
mengadu ilmu silat, sebaiknya aku terima usulmu tadi."
Orang aneh tertawa gelak,
"Ha ha ha! Baiklah! Tapi ilmu sastra ku amat dangkal,
jangan mengajukan teka-teki yang sulit lho!"
Liat Hwe Cousu menyahut dingin,
"Kau yang ajukan duluan atau aku?"
Orang aneh berkedok manggut-manggut.
"Kau sebagai tuan rumah, maka kau duluan saja!"

880
Tadi semua orang merasa tegang, tapi kini justru merasa
tertarik karena mereka berdua akan mengadu teka-teki yang
berarti mengasah otak,
Liat Hwe Cousu diam sejenak, setelah itu baru berkata,
"Yu Cien Cin Chieh (Menyembah Ke depan Memperoleh
Kemenangan), dari kitab Sie Su (Kitab Nabi Khong Hu Cu),
harap disambung kalimat berikutnya!"
Orang aneh berkedok berseru kaget, bahkan juga tampak
kebingungan
"Sie Su? itu betul-betul celaka! Sebab aku jarang
menghapal ujar-ujaran Nabi Khong Hu Cu!"
Liat Hwe Cousu tertawa, Dia mengeluarkan dua batang
hio, lalu menyalakan sebatang dan ditancap-kan di atas meja,
"Kau tidak bisa menjawab hingga hio ini terbakar habis,
berarti kalah!"
Tam Goat Hua dan Lu Leng juga ikut berpikir. Berselang
sesaat mendadak - Tam Goat Hua berseru.
"Adik Leng, aku sudah tahu!"
Tam Goat Hua memandang ke arah hio itu, ternyata sudah
terbakar separuh, sedangkan orang aneh berkedok masih
terus berpikir
Lu Leng segera berkata,
"Kakak Goat, cepat beritahukan kepadaku !

881
Orang aneh berkedok langsung berteriak.
“Tidak boleh, nanti orang akan mengatai kita sekongkol!"
Betapa gugupnya Tam Goat Hua, sebab hio itu semakin
pendek. Kalau orang aneh berkedok tak dapat menjawab, itu
sungguh sial!
Berselang sesaat, orang aneh berkedok memandang Tam
Goat Hua seraya tertawa,
"Gadis kecil, kau sungguh cerdik! Namun aku pun sudah
menemukan jawabannya. Liat Hwe Cousu, sambungan kalimat
itu adalah Khek Kou Ih Kun (Dengan Tegas Memperingati
Anda)! Ya, kan?"
Usai orang aneh berkedok berkata, hio itu pun terbakar
habis, Tam Goat Hua menarik nafas lega, sedangkan wajah
Liat Hwe Cousu tampak muram, sebab jawaban orang aneh
berkedok itu benar
"Bagaimana teka-tekimu?"
Orang aneh berkedok tertawa,
Teka-tekiku agak semrawut, maka kau harus dengar baikbaik
lho!"
Liat Hwe Cousu mengempos semangat
"Katakanlah!"
Orang aneh berkedok berkata, "Dilihat dari jauh sebutir
tetor yang telah dikupas kulitnya, dilihat dari dekat juga

882
sebutir tetor yang telah dikupas kulitnya, Terus dilihat tetap
sebutir telor yang telah dikupas kulitnya, tapi tidak bisa di
makan."
Usai mengajukan teka-teki itu dia menyalakan hio, lalu
ditancapkannya di atas meja,
Ketika mendengar teka-teki itu, kening Liat Hwe Cousu
tampak herkerut-kerut, karena dia tidak menyangka orang
aneh berkedok akan mengajukan teka-teki anak-anak.
Itu membuat tertegun, kemudian bertanya. "Harus
menerka apa?"
Orang aneh berkedok segera menyahut. "Menerka suatu
benda."
Liat Hwe Cousu menundukkan kepala sambil berpikir
Begitu pula Tam Goat Hua dan Lu Leng, mereka berdua pun
ikut berpikir
Berselang beberapa saat, Tam Goat Hua tertawa gembira
seraya berkata,
"Aku sudah dapat menerka."
Liat Hwe Cousu langsung melototinya, lalu memandang
hio yang tertancap di atas meja, Dia gugup sekali karena hio
itu hampir terbakar habis,
Begitu dia gugup, pikirannya pun ikut kacau, Tak lama hio
itu pun terbakar habis, Liat Hwe Cousu mendongakkan kepala
seraya bertanya.
"Apa itu?"

883
Orang aneh berkedok mendekati Tam Goat Hua dan Lu
Leng, lalu menjulurkan kedua tangannya untuk memegang
mereka berdua,
"Gadis kecil, beritahukan kepadanya!"
Tam Goat Hua tertawa,
"Tetap sebutir telor yang telah dikupas ku!itnya!"
Liat Hwe Cousu tertegun, setelah itu menghardik
"Kalau begitu, kenapa tidak bisa di makan ?"
Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak.
"Telor yang telah dikupas kulitnya dipungut dari tai,
apakah bisa dimakan?"
Liat Hwe Cousu tertegun sebab apa yang dikatakan orang
aneh berkedok itu masuk akal, Telor matang yang telah
dikupas kulitnya, dipungut dari tai apakah bisa dimakan?
Tentu tidak.
-ooo0ooo-
Bab 40
Di saat Liat Hwe Cousu tertegun, orang aneh berkedok
tertawa panjang seraya berkata,
"Liat Hwe Cousu, sampai jumpa lagi di lain kesempatan!"

884
Usai berkata, orang aneh berkedok itu bergerak sambil
menarik Tam Goat Hua dan Lu Leng untuk diajak melesat
pergi melalui lobang di atap rumah itu.
Di saat bersamaan barulah Liat Hwe Cousu tersadar,
bahwa dirinya telah dipermainkan Betapa gusarnya Liat Hwe
Cousu. Dia langsung melancarkan sebuah pukulan ke atas dan
pukulan itu menimbulkan suara menderu-deru.
Akan tetapi, mereka bertiga sudah tidak kelihatan Liat Hwe
Cousu langsung melesat keluar melalui pintu, tapi orang aneh
berkedok, Tam Goat Hua dan Lu Leng sudah jauh di depan
Liat Hwe Cousu tahu, tidak mungkin bisa menyusul
mereka. Lagipula kepandaian orang aneh berkedok tidak di
bawah kepandaiannya Kalau pun berhasil mengejar mereka,
juga tiada gunanya.
Akhirnya Liat Hwe Cousu menggeram, kemudian
mendadak menghempaskan kakinya, sehingga tanah yang
dipijaknya langsung ber!obang.
Sementara itu, orang aneh berkedok, Tam Goat Hua dan
Lu Leng masih terus melesat pergi, Beberapa mil kemudian
barulah mereka berhenti
Orang aneh berkedok tertawa terbahak-bahak kemudian
berkata.
"Liat Hwe Cousu amat angkuh. Kali ini dia pasti sesak
nafas saking jengkel dan gu&ar!"
Lu Leng tertawa gembira sambil bertepuk-tepuk tangan.

885
"Bagus! Tua bangka itu memang harus menerima
ganjaran!"
Tam Goat Hua juga merasa gembira sekali, karena tadi
orang aneh berkedok lelah mempermainkan Liat Hwe Cousu.
Akan tetapi, dia tetap tidak tahu asal-usul orang aneh
berkedok itu,
Dia hanya ingat akan pesan ayahnya, apabila berjumpa
dengan orang aneh berkedok, dia harus cepat-cepat
menghindarinya
Ketika melihat Lu Leng begitu kagum kepada-nya, hati
gadis itu menjadi cemas sekali. Maka biar bagaimana pun dia
harus mencari akal agar bisa membawa Lu Leng pergi,
Oleh karena itu dia berkata.
"Cianpwee, apa yang Cianpwee perintahkan telah
kulaksanakan dengan baik, Entah apa sebabnya malam itu
Cianpwee menghendaki aku ke istana Setan menolong Lu
Leng? Bolehkah Cianpwee men-jelaskannya?"
Orang aneh berkedok menggoyang-goyangkan kipas
rombengnya, kemudian menghela nafas panjang
"Kini sudah terlambat "
Lu Leng memang tidak tahu apa-apa, maka dia tampak
tercengang, sedangkan Tam Goat Hua kelihatan terkejut,
namun hatinya tergerak.
"Apa yang terlambat?"


ALWAYS Link cerita silat : Cerita silat Terbaru Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2, cersil terbaru, Cerita Dewasa, cerita mandarin Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2,Cerita Dewasa terbaru,Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Pemerkosaan Terbaru Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2
Anda sedang membaca artikel tentang Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2 dan anda bisa menemukan artikel Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2 ini dengan url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-favorit-harpa-iblis-jari_20.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2 sumbernya.

Unknown ~ Cerita Silat Abg Dewasa

Cersil Or Post Cerita Silat Favorit : Harpa Iblis Jari Sakti 2 with url http://cerita-eysa.blogspot.com/2011/12/cerita-silat-favorit-harpa-iblis-jari_20.html. Thanks For All.
Cerita Silat Terbaik...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar